Pencarian

Brisingr 9

Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini Bagian 9


lebih lemah yang memiliki pandangan sama dengannya yang akan melompat maju
untuk menggantikannya. Az Sweldn rak Anhuin, contohnya-yang hampir dibuat punah
oleh Galbatorix dan Kaum Terkutuk saat kebangkitan pertama mereka dulu-telah
menyatakan diri mereka musuh Eragon saat kunjungannya ke kota Tarnag dan, dalam
setiap tindakan mereka di pertemuan antar klan, telah menunjukkan kekeraskepalaan
mereka untuk membenci Eragon dan Saphira serta semua yang berhubungan dengan
naga dan penunggangnya. Mereka memprotes keberadaan Eragon di pertemuan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
antar klan, meskipun memang dianggap sah menurut hokum kurcaci, dan memaksa
dilakukan pemilihan suara, yang menghambat jalannya pertemuan selama enam jam.
Suatu hari nanti, pikir Eragon, aku akan harus mencari cara untuk berdamai dengan
mereka. Itu atau aku harus menyelesaikan apa yang dimulai Galbatorix. Aku tidak ingin
menghabiskan hidupku merasa takut terhadap Az Sweldn rak Anhuin. Sekali lagi,
seperti yang sering dilakukannya selama beberapa hari ini, ia menunggu sesaat untuk
mendengar respons Saphira, dan ketika suara Saphira tidak datang, perasaan sedih
menusuk jantungnya. Tapi seberapa kuat aliansi masing-masing klan tidak bisa
dipastikan. Orik maupun iorunn atau. Gannel atau Nado tidak memiliki cukup pendukung
untuk memastikan mereka mendapatkan suara terbanyak, maka mereka semua secara
aktif berusaha mempertahankan loyalitas para klan, yang telah berjanji untuk
mendukung sementara pada waktu yang sama berusaha mencomot pendukung para
pesaing mereka. Meski proses ini penting, Eragon menganggapnya sangat melelahkan
dan membuat gemas. Berdasarkan penjelasan Orik, Eragon mengerti bahwa sebelum
setiap ketua klan bisa memilih pemimpin, mereka juga harus memungut suara tentang
apakah mereka siap untuk memilih raja atau ratu baru dan bahwa persiapan pemilihan
harus mengumpulkan sedikitnya sembilan suara untuk menentukan apakah proses
pemilihan sebenarnya bisa dilanjutkan. Seperti yang dikatakan Orik, ini adalah proses
yang paling rentan dan, dalam beberapa kejadian, diketahui bisa berlangsung sangat
lama. Sambil menimbang-nimbang sekaliasi yang sedang terjadi, Eragon berjalanjalan
tanpa tujuan melintasi rangkaian ruangan seperti sarang lebah di bawah Tronjheim
sampai mendapati diri berada di ruangan kering berdebu yang salah satu sisinya
terdapat lima pintu lengkung serta pahatan timbul berbentuk beruang yang sedang
meraung setinggi dua puluh kaki di sisi seberangnya. Beruang itu memiliki gigi emas
dan batu delima bundar bersegi-segi untuk matanya. Suaranya menimbulkan gema
dalam ruangan tersebut. Eragon bisa merasakan benak banyak kurcaci di lantai-lantai
atas mereka, tapi ia tidak tahu bagaimana mencari jalan ke sana. Kepala pengawal,
kurcaci muda yang usianya tidak lebih tua dari enam puluh tahun, melangkah maju.
yang lalu oleh Grimstnzborith Korgan, ketika Tronjheim masih dalam proses
pembangunan. Kami tidak menggunakannya lagi sejak itu, kecuali jika seluruh ras kami
mengadakan konferensi di Farthen Dur.Eragon mengangguk. Beberapa menit berjalan
cepat membawa mereka ke undakan lebar dengan anak-anak tangga sempit seukuran
kurcaci yang mendaki dari bawah tanah menuju lorong sebelah barat daya pusat
Tronjheim. Dari sana. Kvistor membawa Eragon ke cabang selatan dari lorong
sepanjang empat mil yang membagi Tronjheim dari titik pusat empat mata kompas. Ini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
adalah lorong yang sama yang dilalui Eragon dan Saphira saat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pertama kali memasuki Tronjheim beberapa bulan yang lalu, dan Eragon
menelusurinya, menuju pusat kota-gunung tersebut, dengan sensasi nostalgia yang
aneh. Ia merasa sudah menjadi beberapa tahun lebih tua sejak saat itu. Jalan utama
bertingkat empat dipenuhi kurcaci dari setiap klan. Mereka semua melihat Eragon, ia
yakin sekali, tapi tidak ada seorang pun yang menyapa, dan ia mensyukurinya, karena
bisa menyelamatkannya dari usaha untuk membalas lebih banyak tegur sapa. Eragon
menegang ketika melihat sebaris kurcaci dari Az Sweldn rak Anhuin melintasi lorong.
Dengan serentak para kurcaci tersebut menoleh dan menatapnya, ekspresi mereka
tersembunyi di balik cadar ungu yang selalu dikenakan klan mereka di depan publik.
Kurcaci terakhir dalam barisan meludah ke lantai ke arah Eragon sebelum masuk ke
sebuah pintu lengkung dan keluar dari lorong bersama saudara-saudara satu. klannya.
Jika Saphira ada di sini, mereka tidak akan berlaku sekasar itu, pikir Eragon. Setengah
jam kemudian, Eragon tiba di akhir lorong raksasa itu, dan meski sudah pernah berada
di sana beberapa kali, perasaan kagum dan takzim menyerangnya saat ia melangkah di
antara pilar-pilar batu onyx hitam dengan bagian atas dari zircon kuning setinggi tiga
manusia, lalu, masuk ke aula bundar di jantung Tronjheim. Aula itu berdiameter seribu
kaki dari sisi ke sisi, dengan lantai dari batu akik yang dipoles dan terdapat pahatan
bergambar kapak dikelilingi dua belas pentakel, yang berupa lambang Durgrimst
Ingeitum dan raja kurcaci pertama, Korgan, yang telah menemukan Farthen Dur selagi
menambang emas. Di seberang Eragon dan di kedua sisinya terdapat pintu terbuka
menuju tiga lorong lain yang menembus kota-gunung tersebut. Aula itu tidak memiliki
langit-langit tapi naik terus sampai ke puncak Tronjheim, satu mil di atas. Di atas sana
ruangan terbuka menuju sarang naga tempat Eragon dan Saphira pernah tinggal
sebelum Arya menghancurkan bintang safir, kemudian menuju langit terbuka: lingkaran
biru cerah yang tampak sangat jauh, dikelilingi mulut Farthen Dur yang menganga,
gunung yang bagian tengahnya kosong setinggi sepuluh mil yang melindungi Tronjheim
dari seluruh dunia. Hanya sedikit cahaya Siang hari yang tembus ke dasar Tronjheim.
Kaum Elf menyebutnya Kota Temaram Abadi. Karena begitu sedikit cahaya matahari
yang tembus ke kota-gunung itu-kecuali cahaya terang selama setengah jam sebelum
dan setelah tengah hari pada pertengahan musim panas-untuk penerangan di bagian
dalam ruangan kaum kurcaci memasang banyak sekali lentera tanpa api mereka.
Ribuan lentera berpendar megah di dalam aula. Lentera terang digantungkan pada
bagian luar setiap dua pilar yang berbaris pada lorong-lorong melengkung yang
membatasi setiap lantai kota gunung tersebut, dan lebih banyak lentera digantung di
dalam lorong, menandai jalan masuk menuju ruangan-ruangan aneh yang misterius,
begitu juga di jalan menuju Vol Turin, Undakan Tanpa
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Akhir, yang berbentuk spiral menanjak mengelilingi aula dari bawah sampai atas. Kesan
yang ditimbulkan terasa murung tapi juga spektakuler. Lentera-lentera itu terdiri atas
berbagai warna, membuat bagian dalam aula tampak dipenuhi batu permata berkilauan.
Namun kemegahan itu tampak tidak berarti dibandingkan dengan permata
sesungguhnya, permata terbesar dari seluruhnya: Isidar Mithrim. Di lantai aula, kaum
kurcaci telah membangun penopang kayu berdiameter enam puluh kaki, dan di dalam
rangka kayu ek-nya mereka sedang menyusun kembali bintang safir yang pecah
berantakan, serpihan demi serpihan, dengan sangat hati-hati dan saksama. Pecahan
yang masih belum mereka pasang kembali dikumpulkan dalam kotak-kotak terbuka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berlapis kain wol mentah, setiap kotak diberi label berupa tulisan rune kurus-kurus.
Kotak-kotak itu tersebar di sebagian besar daerah timur aula luas tersebut. Mungkin ada
sekitar tiga ratus kurcaci yang duduk membungkuk di atas kotak-kotak itu,
berkonsentrasi pada pekerjaan mereka, berjuang untuk menyusun kembali
serpihan-serpihan itu agar menyatu. Satu kelompok lain sibuk di sekitar penopang kayu,
menyusun kepingan-kepingan permata itu di dalamnya, juga membangun kerangka
tambahan. Eragon memerhatikan mereka bekerja selama beberapa menit, kemudian
melangkah ke bagian lantai yang telah dirusak Durza ketika ia dan para prajurit
Urgal-nya menyerbu masuk ke Tronjheim dari terowongan-terowongan di bawah .
Dengan ujung sepatu botnya, Eragon mengetuk batu poles di depannya. Tidak ada
tanda-tanda bekas kerusakan yang diakibatkan Durza. Kaum kurcaci telah melakukan
pekerjaan hebat menghapus bekas-bekas terjadinya Pertempuran Farthen Dur, meski
Eragon berharap mereka memperingati pertempuran itu dalam bentuk memorial atau
sejenisnya, karena ia merasa sangatlah penting bagi generasi penerus agar tidak
melupakan pengorbanan nyawa yang diberikan oleh kaum kurcaci dan kaum Varden
sepanjang perjuangan mereka melawan. Galbatorix. Saat Eragon melangkah
menghampiri penopang kayu, ia mengangguk kepada Skeg, yang sedang berdiri di atas
sebuah panggung menghadap ke bintang safir. Eragon pernah bertemu dengan kurcaci
kurus bertangan tangkas itu. Skeg adalah seorang Durgrimst Gedthrall, dan Raja
Hrothgar memercayainya untuk melakukan restorasi harta-harta kaum kurcaci yang
paling berharga. Skeg memberi tanda agar Eragon naik ke panggung. Eragon disambut
pemandangan bidang-bidang miring seruncing jarum, tepian gemerlap setipis kertas,
dan permukaan bergelombang saat ia mengangkat tubuh ke permukaan papan
panggung yang kasar. Bagian atas bintang safir mengingatkan Eragon pada es yang
terbentuk di Sungai Anora di Lembah Palancar pada penghujung musim dingin, ketika
esnya sudah mencair dan membeku kembali berkali-kali dan sangat berbahaya untuk
dipakai melangkah, karena tonjolan dan gelombang yang terbentuk karena perubahan
suhu. Tapi bukannya berwarna biru, putih, atau jernih, bintang safir berwarna merah
jambu lembut, dengan semburat-semburat jingga gelap. Skeg mengangkat bahu dan
mengibaskan kedua tangannya di udara seperti gerakan. kupu-kupu. Argetlam. Kau
tidak bisa mendapatkan kesempurnaan dengan bergegas.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Dengan telunjuknya yang kurus, Skeg mengetuk sisi hidungnya yang besar dan pesek.
bawahnya, dipecahkan Arya menjadi beberapa potongan besar, mudah untuk disusun
kembali. Tapi bagian bawah Isidar Mithrim, yang sekarang adalah bagian.
atasnya...muram. permukaan permata itu, menjauh dari Arya dan Saphira, rontok ke
bawah ke arahmu dan Shade terkutuk itu... memecahkan kelopak mawarnya menjadi
serpihan yang lebih kecil. Dan mawarnya, Argetlam, mawarnya adalah kunci dari
permata ini. Itu adalah bagian yang paling kompleks, paling indah dari Isidar Mithrim.
Dan pecahannya paling banyak. Kalau kami tidak bisa menyusunnya kembali, setiap,
potong di tempat seharusnya, lebih baik kami berikan saja serpihanserpihannya kepada
pengrajin permata kami dan meminta mereka untuk menggerindanya agar bisa dijadikan
cincin bagi ibu-ibu kami.meluncur dari mulut Skeg seperti air tumpah dari gelas yang
terlalu penuh. Ia berteriak dalam. bahasa Dwarvish kepada kurcaci yang sedang
membawa sebuah kotak menyeberangi aula, kemudian menarik janggut putihnya lalu
berkata, Mithrim diukir pada Zaman Herren, Argetlam"Eragon bimbang, memikirkan
pelajaran sejarah yang didapatkannya di Ellesmera. dalam bahasamu. Bukan ia yang
menemukan Isidar Mithrim, tapi ia sendirilah yang menggalinya dari bebatuan di
sekelilingnya, ia yang mengukirnya, dan ia yang menghaluskannya. Ia menghabiskan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
waktu lima puluh tujuh tahun mengerjakan Bintang Mawar. Permata ini membuatnya
terpesona melebihi segalanya. Setiap malam ia berjongkok di atas Isidar Mithrim sampai
fajar menyingsing, karena ia bertekad bahwa Bintang Mawar takkan hanya menjadi
sebuah seni tapi juga sesuatu yang akan menyentuh hati semua yang menatapnya
dan akan memberikannya bangku kehormatan di meja para dewa. Ia begitu
mengabdikan hidup pada pekerjaan ini sehingga, pada tahun ketiga puluh tiga setelah ia
memulai pekerjaan ini, saat istrinya berkata bahwa ia harus membagi beban pekerjaan
dengan anak-anak didiknya atau istrinya itu akan meninggalkannya, Durok tidak berkata
apa-apa tapi memalingkan wajah dari istrinya dan melanjutkan mengasah permukaan
kelopak mawar yang dimulainya awal tahun itu. garis dan lekuknya. Kemudian ia
menjatuhkan kain pemolesnya, mengambil satu langkah mundur dari Bintang Mawar,
berkata, pekerjaan selesai,dadanya, memperdengarkan suara dentum bergema. karena
untuk apa lagi ia hidup"... Itulah yang sedang kami usahakan untuk direkonstruksi,
Argetlam: lima puluh tujuh tahun konsentrasi tanpa henti salah satu seniman terhebat
ras kami. Jika kami tidak bisa menyatukan kembali Isidar Mithrim persis seperti sedia
kala, kami akan melenyapkan kesempatan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
orang-orang yang belum pernah melihat pekerjaan Durok membentuk. Bintang
Mawar.untuk menekankan kata-katanya. Eragon bersandar pada birai setinggi panggul
di depannya dan menyaksikan saat lima kurcaci di sisi seberang permata besar itu
menurunkan kurcaci keenam, yang diikat dengan tali, sampai ia bergelantungan
beberapa inci di atas ujung-ujung tajam safir yang pecah. Meraih ke dalam tuniknya,
kurcaci yang bergelantungan itu mengeluarkan pecahan Isidar Mithrim dari kantong kulit
dan, memegang pecahan kecil itu dengan pinset, memasangnya pada celah kecil pada
permata di bawahnya. kau bisa memastikan Isidar Mithrim sudah siap"Skeg mengetuk
birai dengan kesepuluh jarinya, menyuarakan nada yang tidak dikenali Eragon. Kurcaci
itu berkata, pengerjaan Isidar Mithrim jika bukan karena penawaran yang diberikan
nagamu. Ketergesaan adalah hal asing bagi kami, Argetlam. Itu bukan sifat kami, tapi
sifat manusia, tergesa-gesa seperti gerombolan semut panik. Tapi kami akan melakukan
yang terbaik agar Isidar Mithrim sudah siap saat penobatan berlangsung. Jika itu akan
dilaksanakan tiga hari dari sekarang... yah, aku tidak akan terlalu optimis. Tapi jika pada
akhir minggu, kurasa kami akan siap.Eragon berterima kasih kepada Skeg untuk
perkiraannya, dan pamit untuk pergi. Dengan pengawal-pengawal mengikuti di
belakang, Eragon melangkah ke salah satu ruang makan umum yang banyak tersebar
di kota gunung itu, ruangan-ruangan panjang berlangit-langit rendah dengan meja-meja
batu diatur dalam barisan di satu sisi ruangan dan para kurcaci menyibukkan diri di
depan oven-oven batu di sisi seberangnya. Di sana. Eragon makan roti masam, ikan
berdaging putih yang dipancing kaum kurcaci di danau-danau bawah tanah, jamur, dan
semacam umbi lumat yang pernah dimakannya di Tronjheim tapi asalnya masih belum
ia. ketahui. Tapi sebelum mulai makan ia berhati-hati dengan menguji apakah di
makanannya terdapat racun, menggunakan mantra yang pernah diajarkan Oromis
kepadanya. Saat Eragon membasuh potongan roti terakhir di kerongkongannya dengan
seteguk bir untuk sarapan yang dienceri dengan air, Orik dan kontingen sepuluh
prajuritnya memasuki ruangan. Para prajurit duduk di meja mereka sendiri, memosisikan
diri di tempat mereka bisa mengamati semua jalan masuk, sementara Orik bergabung
dengan Eragon, duduk di bangku batu di seberang Eragon sambil mendesah lelah. Ia
meletakkan kedua siku di meja dan menggosok wajah dengan tangannya. Eragon
merapalkan beberapa mantra agar tidak ada orang lain yang bisa menguping, kemudian
bertanya Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengendalikan diri lebih baik lagi sejak sekarang, Eragon. Menunjukkan kelemahan di
depan pesaing malah akan menambah keuntungan mereka. Aku-mereka dan
meletakkan piring penuh makanan beruap di hadapannya. Eragon memberengut di
pinggir meja. dekat pada takhta" Apakah kita sudah mencapai kemajuan dalam
perdebatan panjang ini"Orik mengangkat satu jari sementara mengunyah semulut
penuh roti. pergi, Havard setuju untuk mengurangi pajak garam yang dijual Durgrimst
Fanghur kepada Ingeitum, dengan imbalan akses musim panas pada
terowongan-terowongan kita menuju Nalsvrid-merna, sehingga mereka bisa berburu
rusa merah yang berkumpul di sekitar danau sepanjang bulan-bulan hangat setiap
tahun. Kau seharusnya lihat bagaimana Nado mengertakkan gigi ketika Havard
menerima tawaranku!hubungannya dengan siapa yang akan menggantikan Hrothgar
sebagai pemimpin" Jujurlah padaku, Orik. Bagaimana posisimu dibandingkan dengan
ketua-ketua klan yang lain" Dan berapa lama lagi hal ini akan berlangsung" Dengan
berlalunya hari demi hari, lebih besar kesempatan Kekaisaran untuk mengetahui
muslihat kita dan Galbatorix akan menyerang Varden selagi aku tidak ada di sana untuk
mengusir Murtagh dan Thorn.Orik mengusap mulut menggunakan sudut taplak meja.
kuat. Tidak ada grimstborithn yang memiliki cukup dukungan untuk mengajukan
pemilihan suara, tapi Nado dan aku mengepalat pengikut terbanyak. Jika salah satu dari
kami bisa mendapatkan dukungan, misalnya, dua atau tiga klan lagi, keseimbangan
akan condong ke kurcaci itu. Havard sudah mulai ragu. Tidak butuh waktu lama untuk
membujuknya, kurasa, untuk meyakinkannya agar mendukung kita. Malam ini kami
akan berunding dengannya, dan aku akan melihat apa yang bisa kulakukan untuk
mendorongnya.berkata, seminggu lagi jika kita beruntung, dan mungkin dua minggu jika
kita kurang beruntung.Eragon menyumpah dengan suara rendah. Ia begitu tegang,
perutnya melilit dan bergemuruh, mengancam bakal melontarkan kembali makanan
yang barusan ditelannya. Meraih ke seberang meja, Orik mencengkeram pergelangan
tangan Eragon. persetujuan pertemuan antar klan ini, maka jangan biarkan hal ini
membuatmu terlalu gelisah. Pusatkanlah pikiran kepada apa yang bisa kauubah, dan
biarkan yang lain-lain tuntas dengan sendirinya, eh"Eragon mengembuskan napas
perlahan dan bertumpu pada lengannya di meja.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
memancarkan kesedihan dan kosong. takdir.punya banyak pasukan di Tronjheim, tapi
dengan dukunganku, siapa yang bisa melawanmu"Tangan yang memegang pisau
berhenti di tengah-tengah perjalanan dari piring ke mulut Orik, kemudian ia menggeleng
dan melanjutkan makan. Di antara kunyahan, ia berkata, mengambil kendali, aku akan
mendapatkan gelar kosong. Jika itu terjadi, aku tidak akan mau mempertaruhkan
pedang patah untuk hidup sampai akhir tahun. Orik tidak berkata apa-apa lagi sampai
makanan di piringnya habis. Kemudian ia menenggak bir, bersendawa, dan melanjutkan
percakapan: sedang melangkah di jalan setapak di atas gunung berangin dengan jurang
sedalam satu mil di kanan-kiri kita. Begitu banyak rasku yang membenci Penunggang
Naga karena kejahatan Galbatorix, kaum Terkutuk, dan sekarang Murtagh yang menjadi
musuh kita. Dan banyak di antara mereka yang takut pada dunia di luar pegunungan,
terowongan, dan gua tempat kami bersembunyi.Anhuin hanya memperburuk sekaliasi.
Mereka mengambil keuntungan dari ketakutan orang-orang dan meracuni pikiran
mereka tentangmu, kaum Varden, dan Raja Orrin... Az Sweldn rak Anhuin adalah
contoh dari apa Yang harus kita tangani jika aku akan menjadi raja. Kita harus mencari
cara untuk melenyapkan perlawanan mereka dan keraguan orang-orang yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mendukung mereka, karena bahkan setelah aku jadi raja, aku akan harus bersikap adil
jika ingin teruss mendapatkan dukungan semua klan. Seorang raja atau ratu kurcaci
sangat bergantung pada suasana hati para klan, tidak peduli seberapa kuat si
pemimpin, persis seperti para grimstborithn bergantung pada dukungan
keluarga-keluarga dalam klannya.Orik menghabiskan bir di gelas, kemudian
meletakkannya dengan suara berdetak keras. yang bisa kukerjakan, yang akan
membuat Vermund dan para pendukungnya sedang"yang menjabat sekarang.


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melenyapkan kecurigaan mereka dan mengakhiri perselisihan ini.Orik tertawa dan
berdiri dari bangkunya. Pagi-pagi keesokan harinya, Eragon duduk bersandar pada
dinding berpahat di ruang bundar jauh di bawah pusat Tronjheim, bersama beberapa
prajurit terpilih, penasihat, pelayan, dan anggota keluarga ketua klan yang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
memiliki hak untuk menghadiri pertemuan antar klan. Para ketua klan sendiri duduk di
kursi-kursi berat berukir yang disusun mengelilingi meja bundar, yang seperti sebagian
besar benda penting di tingkat-tingkat bawah gunung-kota itu, bergambar pahatan
lambang Korgan dan Ingeitum. Pada saat itu, grimstborith Durgrimst Feldunost, sedang
bicara. Tubuhnya pendek, bahkan bagi ukuran kurcaci -hampir tidak sampai dua
kaki-dan mengenakan jubah bermotif warna emas, cokelat kemerahan, dan biru tua.
Tidak seperti kurcaci Ingeitum, ia tidak mencukur atau menjalin janggutnya, dan janggut
itu tergerai kusut di dadanya seperti semak berduri. Berdiri di atas kursinya, ia
membenturkan kepalan tangannya yang bersarung ke atas meja dan meraung, etal os
formvn mendunost brakn, az Varden, hrestvog dur grimstnzhadn! Az Jurgenvren qathrid
ne domar pen etal-telinganya. membiarkan perang-perang tolol tanpa janggut ini, kaum
Varden, menghancurkan negeri kita. Perang Naga telah menjadikan kita lemah dan
tidak---Eragon menahan kuap, bosan. Setengah melamun matanya menyapu sekeliling
meja granet, dari Gladheim. ke Nado, kurcaci berwajah bundar dengan rambut berwarna
jerami yang sedang mengangguk-angguk setuju menanggapi pidato berapi-api
Gladheim; kemudian kepada Havard, yang sedang menggunakan sebilah belati untuk
membersihkan kuku di dua jari yang tersisa pada tangan kanannya; kemudian beralih
pada Vermund, beralis tebal tapi ekspresi selebihnya tidak kelihatan karena ia
mengenakan cadar ungu; kepada Gannel dan Undin, yang duduk sambil
mencondongkan tubuh ke satu sama lain, berbisik-bisik, sementara Hadfala, wanita
kurcaci tua yang adalah ketua klan Durgrimst Ebardac dan anggota ketiga aliansi
Gannel, mengerutkan kening pada perkamen penuh tulisan rune yang selalu
dibawanya pada setiap pertemuan; kemudian kepada ketua Durgrimst Ledwonnu,
Manndrath, yang duduk menyamping dari Eragon, hidungnya yang panjang dan
bengkok tampak mencolok; kemudian kepada Thordris, grimstborith Durgrimst Nagra,
yang tidak bisa dilihat Eragon dengan jelas kecuali rambut merah wanita kurcaci itu,
yang panjangnya melampaui bahu dan jatuh melingkar di lantai dalam jalinan yang dua
kali lebih panjang dari tinggi tubuhnya; kemudian ke belakang kepala Orik saat Eragon
memiringkan tubuh ke satu sisi kursinya; kepada Freowin, grimstborith Durgrimst
Gedthrall, kurcaci sangat gemuk yang matanya terpaku pada sepotong kayu yang
sedang diukirnya menjadi bentuk gagak yang sedang membungkuk; dan kemudian
kepada Hreidamar, grimstborith Durgrimst Urzhad, yang, sangat kontras dengan
Freowin, bertubuh tegap dan kekar, dengan lengan penuh urat menonjol, dan selalu
mengenakan baju rantai besi serta helm ke setiap pertemuan; dan akhirnya mata
Eragon tertuju pada lorunn, kulitnya yang cokelat hanya dinodai bekas luka putih
berbentuk bulan sabit di atas tulang pipi kirinya, rambutnya yang sehalus satin diikat di
bawah helm perak yang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ditempa membentuk kepala serigala yang sedang menyeringai, gaunnya berwarna
merah terang, dan kalung gemerlapan di lehernya terbuat dari batu zamrud yang diikat
dengan lempengan emas persegi panjang dengan ukiran rune kuno. lorunn menyadari
tatapan Eragon kepadanya. Senyum malas terkembang di bibirnya. Dengan santai, ia
mengedipkan sebelah mata kepada Eragon, menutup salah satu matanya yang
berbentuk almond selama dua detakan jantung. Pipi Eragon terasa panas saat darah
mengalir ke sana, dan kedua ujung telinganya memerah. Ia mengalihkan tatapan dan
kembali melihat ke arah Gladheim, yang masih sibuk memberi wejangan, dadanya
menggembung seperti burung dara yang sedang melenggang dengan kakinya. Seperti
permintaan Orik, Eragon tetap bersikap pasif sepanjang pertemuan, menyembunyikan
perasaannya dari mereka yang memerhatikannya. Ketika pertemuan antar klan
dihentikan untuk makan siang, ia bergegas menghampiri Orik dan, membungkuk
sehingga tidak ada yang bisa mendengarnya, berkata, duduk dan melihat orang bicara.
Aku akan menjelajahi terowongan selama beberapa waktu. Orik mengangguk, tampak
tidak fokus, dan menggumamkan jawaban, seberapa membosankannya perdebatan
ini.Eragon menyelinap keluar dari ruang rapat, bersama rombongan kurcaci yang
kepengin segera makan siang, dan bergabung kembali bersama keempat pengawalnya
di lorong di luar, tempat mereka tengah bermain dada dengan para prajurit klan yang
sedang tidak bertugas. Diikuti pengawal-pengawalnya, Eragon berjalan tanpa tujuan
tertentu, membiarkan kakinya membawanya ke mana pun mereka melangkah
sementara ia memikirkan cara untuk menggalang fraksi-fraksi kurcaci yang berdebat
agar bersatu. melawan Galbatorix. Dengan gundah ia menyadari bahwa metode-metode
yang bisa dilakukannya begitu terkesan dibuat-buat, sehingga konyol sekali jika ia
menganggapnya bisa berhasil. Eragon tidak terlalu memerhatikan para kurcaci yang
ditemuinya di terowongan-terowongan-kecuali beberapa gumam sapaan yang dituntut
sikap sopan santun-bahkan tidak memperhatikan sekelilingnya, karena ia percaya
Kvistor bisa membawanya kembali ke ruang rapat. Meski Eragon tidak memerhatikan
keadaan sekitarnya, ia tetap mengikuti arus benak setiap, makhluk hidup yang bisa ia
rasakan dalam radius beberapa ratus kaki, bahkan sampai ke benak laba-laba terkecil
yang meringkuk di belakang sarangnya di pojok sebuah ruangan, karena Eragon tidak
berniat dikejutkan oleh siapa saja yang punya alasan untuk mencarinya. Ketika akhirnya
ia berhenti, ia terkejut karena mendapati diri kembali
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
berada di ruangan berdebu yang telah ditemukannya saat ia berjalan-jalan kemarin. Di
sebelah kirinya terdapat lima pintu lengkung hitam menuju gua-gua tak dikenal,
sementara di sebelah kanannya terdapat pahatan menonjol yang sama berbentuk
kepala dan bahu beruang yang mengaum. Terpesona akan kejadian kebetulan ini,
Eragon melangkah mendekati pahatan perunggu itu dan menengadah menatap
taring-taring si beruang yang berkilau, bertanya-tanya apa yang menyebabkannya
menyeringai. Setelah beberapa saat, ia bergerak ke pintu lengkung yang berada di
tengah dan mengintip ke dalam. Terowongan sempit di 7 sana sama sekali tidak diberi
lentera dan tak jauh kemudian lenyap ditelan kegelapan bayangan. Meraih dengan
benaknya, Eragon meraba ke dalam terowongan dan ke beberapa ruangan kosong
yang ada di sana. Penghuninya hanya setengah lusin laba-laba dan beberapa ngengat,
kaki seribu, dan jangkrik buta. suaranya kembali dengan volume yang semakin. keras.
menoleh ke arah kurcaci itu, bagian-bagian gua tua ini"Kurcaci berwajah belia itu
menjawab, aneh, mereka yang menganggap kesendirian dalam sepi lebih menarik
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
daripada sentuhan tangan istri mereka atau suara teman-teman mereka. Seorang
knurlag-lah yang memperingatkan kami akan kedatangan pasukan Urgal, jika kau ingat,
Argetlam. Juga, meski kami tidak sering membicarakannya, ada beberapa yang telah
melanggar undang-undang negeri kami dan telah diusir ketua clan mereka dengan risiko
akan dihukum mati jika mereka kembali, selama beberapa tahun atau jika mereka
melakukan pelanggaran berat, seumur hidup mereka. Mereka semua kami anggap
sudah mati; kami mengucilkan mereka jika kami bertemu mereka di luar daerah
kekuasaan kami dan akan menggantung mereka jika kami menangkap mereka di dalam
perbatasan kami.Ketika Kvistor selesai bicara, Eragon memberi tanda ia sudah siap
untuk pergi. Kvistor memimpin jalan, dan Eragon mengikutinya keluar melalui jalan yang
tadi mereka tempuh, tiga kurcaci lain berada dekat di belakang. Mereka baru melangkah
sejauh dua puluh kaki ketika Eragon mendengar suara gesekan lirih dari belakang,
begitu samar sehingga Kvistor tampaknya tidak mendengar. Eragon melirik ke belakang.
Ditimpa cahaya kekuningan dari lentera tanpa api yang tergantung di kedua sisi lorong,
ia melihat tujuh kurcaci berpakaian serba-hitam, wajah mereka ditutupi kain gelap dan
kaki-kaki mereka dibalut kain sehingga hampir tidak bersuara, berlari ke arah kelompok
Eragon dengan kecepatan yang dianggap Eragon hanya dimiliki kaum Elf, Shade, dan
makhluk-makhluk lain yang darahnya berdengung dengan kekuatan sihir. Di tangan
kanan mereka, kurcaci-kurcaci itu membawa belati panjang dan tajam dengan bilah
pucat yang berkilat warna-warni, sementara tangan kiri mereka memegang perisai bulat
dari besi dengan paku runcing yang mencuat di tengah-tengahnya. Benak mereka,
seperti para RaEragon. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Saphira! adalah pikiran pertama yang melintas dalam kepala Eragon. Kemudian ia
teringat sedang sendirian. Memutar tubuh untuk menghadapi kurcaci-kurcaci berpakaian
hitam itu, Eragon meraih gagang falchion-nya sementara membuka mulut untuk
meneriakkan peringatan. ia terlambat. Ketika kata pertama keluar dari
kerongkongannya, tiga kurcaci asing itu menyambar pengawal Eragon yang berada
paling belakang dan mengangkat belati mereka yang berkilauan untuk menikamnya.
Lebih cepat dari kata-kata atau pikiran, Eragon melontarkan diri dalam aliran sihir dan,
tanpa bergantung pada bahasa kuno untuk membentuk sihirnya, memecah
permukaan dunia dan menggantikannya dengan pola yang lebih diinginkannya. Ketiga
pengawal yang berdiri di antara dirinya dengan tiga penyerang segera terbang ke
arahnya, seolah-olah ditarik tali tak kasatmata, dan mendarat dekat kakinya di
sebelahnya, tidak terluka tapi agak linglung. Eragon mengernyit ketika merasakan
tenaganya tiba-tiba berkurang. Dua dari kurcaci berpakaian hitam menyerangnya,
menusuk perutnya dengan belati haws darah mereka. Pedang di tangan, Eragon
menangkis kedua serangan, terkejut melihat kecepatan dan keganasan kurcaci-kurcaci
tersebut. Salah satu pengawalnya melompat maju, berteriak sambil mengayunkan
kapaknya kepada para calon pembunuh. Sebelum Eragon bisa menarik baju besi
kurcaci itu dan melemparkannya ke tempat yang lebih aman, sebilah pisau putih,
tampak bergelombang seperti api sihir, menembus leher kekar si kurcaci pengawal.
Ketika kurcaci tersebut tersungkur, Eragon melihat wajahnya yang mengerut kesakitan
dan dengan terkejut ia mengetahui kurcaci itu adalah Kvistor dan lehernya mencair di
sekeliling pisau yang menancap di sana. Aku tak bisa membiarkan mereka
menggoresku sedikit saja, pikir Eragon. Murka karena kematian Kvistor, Eragon
menghunuskan pedang kepada pembunuhnya begitu cepat sehingga kurcaci hitam itu
tidak punya kesempatan untuk menghindari serangan dan terjatuh tewas di kaki Eragon.
Dengan sekuat tenaga, Eragon berteriak, Retakan tipis terbuka di lantai dan dinding,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan serpihan batu berjatuhan dari langit-langit ketika suaranya bergema di lorong.
Kurcaci-kurcaci yang menyerang tampak ragu melihat apa yang diakibatkan kekuatan
suaranya, kemudian meneruskan penyerangan mereka. Eragon mundur beberapa
meter untuk memberinya ruang bergerak bebas dari kedua mayat di lantai dan
mengambil posisi berjongkok rendah, mengibaskan falchion-nya ke sana kemari, seperti
ular bersiap-siap untuk mematuk. Jantungnya berpacu dua kali lebih cepat, dan meski
pertarungan itu baru dimulai, ia sudah tersengal kehabisan napas. Lorong itu selebar
delapan kaki, cukup lapang bagi enam penyerang
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang tersisa untuk menyerangnya sekaligus bersamaan. Mereka menyebar, dua
mencoba menyerangnya dari kanan dan kiri, sementara yang ketiga langsung menyerbu
dari depan, menebas dengan kecepatan luar biasa ke arah lengan dan kaki Eragon.
Takut untuk berduel dengan kurcaci-kurcaci itu seperti jika mereka memegang pedang
normal, Eragon menekan kedua kakinya ke lantai lalu melompat ke atas dan ke depan.
Ia setengah bersalto dan kakinya menyentuh langit-langit. Ia mendorong, setengah
bersalto lagi, dan mendarat dengan kaki dan tangannya beberapa meter di belakang
ketiga kurcaci. Bahkan saat mereka memutar tubuh menghadapinya, Eragon melangkah
maju dan memenggal kepala ketiganya dengan sekali tebasan pedang dari samping.
Belati-belati mereka jatuh berkelontang sesaat sebelum kepala-kepala mereka.
Melompati tubuh-tubuh terpenggal itu, Eragon berputar di udara dan mendarat di tempat
ia memulai tadi. Hampir terlambat. Desiran angin terasa di lehernya ketika ujung sebilah
belati melesat melewati tenggorokannya. Sebuah belati lain menyambar manset celana
ketatnya, membuatnya robek. Ia mengernyit dan memutar falchion-nya, berusaha
menjaga jarak. perisai sihirku seharusnya bisa menangkis pisau-pisau mereka! pikirnya,
kebingungan. Pekikan tak tertahan keluar dari mulutnya ketika kakinya menginjak
genangan darah licin dan ia kehilangan keseimbangan dan terjengkang ke belakang.
Dengan suara gedebuk keras, kepalanya membentur lantai batu. Ia melihat cahaya biru
berkunang-kunang di depan matanya. Napasnya tersentak. Tiga pengawalnya yang
tersisa melompat ke sampingnya dan mengibaskan kapak-kapak mereka bersamaan,
menjaga ruang di atas Eragon dan menyelamatkannya dari tusukan belati-belati yang
beterbangan. Itu memberi Eragon waktu untuk memulihkan diri. Ia melompat berdiri dan,
memaki diri sendiri karena tidak mencoba ini lebih awal, meneriakkan mantra yang
disertai sembilan dari dua belas kata kematian yang diajarkan Oromis kepadanya. Meski
demikian, begitu ia melepaskan sihirnya, ia mengabaikan mantranya, karena
kurcaci-kurcaci berpakaian hitam itu dilindungi berbagai macam perisai sihir. Jika
memiliki waktu beberapa menit, ia akan bisa menghindari atau menyingkirkan
perisai-perisai tersebut, tapi menit sama saja seperti hari dalam pertarungan seperti ini,
ketika setiap detik terasa berlangsung selama satu jam. Gagal menggunakan sihir,
Eragon menguatkan pikirannya menjadi sekeras tombak berujung baja dan
melontarkannya ke arah benak salah satu kurcaci hitam seharusnya berada.
Tombaknya tergelincir pada permukaan perisai benak yang jenisnya belum pernah
ditemui Eragon: halus dan tanpa tepi, terasa bukan seperti benak makhluk alami yang
sedang terlibat pertarungan hidup dan mati. Ada orang lain yang melindungi mereka,
Eragon tersadar. Bukan hanya tujuh kurcaci ini yang sedang menyerang. Berputar pada
satu kaki sebagai poros, Eragon menerkam ke depan dan dengan falchion-nya menusuk
lutut penyerang yang berada paling depan, membuatnya berdarah-darah. Kurcaci itu
terhuyung, dan para pengawal
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eragon mengerubunginya, mencengkeram kedua tangannya sehingga ia tidak bisa
melontarkan belati dan menghujaninya dengan pukulan kapak bengkok mereka.
penyerang terdekat dari dua yang tersisa mengangkat perisainya untuk melindungi diri
dari pukulan yang akan diarahkan Eragon kepadanya. Mengerahkan kekuatan sampai
maksimal, Eragon mengiris perisai musuhnya, berniat untuk membelahnya dan lengan
di belakangnya menjadi dua, seperti yang telah sering dilakukannya menggunakan
Zarketegangan pertempuran, Eragon melupakan kenyataan bahwa para kurcaci itu
memiliki kecepatan luar biasa. Ketika falchion-nya mendekati sasaran, kurcaci itu
memiringkan perisainya, sehingga bisa menangkis pukulan dari sisi. Dua percikan api
terlontar dari permukaan perisai saat falchion memantul pada bagian atas perisai
kemudian pada paku tajam di tengahtengahnya. Benturan yang terjadi membuat
falchion memantul lebih jauh daripada yang diperkirakan Eragon, dan pedang itu
memantul terus sampai tepi tajamnya menghantam langit-langit, membuat lengan
Eragon bergetar. Dengan suara kristal pecan, bilah falchion itu hancur berantakan
menjadi selusin pecahan, meninggalkan potongan besi tajam sepanjang enam inci
mencuat dari gagangnya. Dengan putus asa Eragon menjatuhkan pedang patahnya dan
mencengkeram tepi perisai bulat si kurcaci, bergulat maju-mundur dan berjuang untuk
tetap menempatkan perisai antara dirinya dengan belati yang memancarkan lingkaran
cahaya berwarna-warni transparan. Kurcaci itu kuat sekali; ia menyamai tenaga Eragon
dan bahkan berhasil mendorongnya selangkah ke belakang. Melepaskan tangan
kanannya dari perisai tapi tetap memegangnya dengan tangan kiri, Eragon menarik
lengannya ke belakang dan menghantam perisai sekeras mungkin, menembus besi
tempanya seakan terbuat dari kayu busuk. Karena buku-buku jarinya tertutup kulit keras,
Eragon tidak merasa sakit akibat benturan itu. Kekuatan pukulannya membuat si kurcaci
terpelanting ke dinding seberang. Kepalanya jatuh lunglai di lehernya yang patah,
kurcaci itu melorot ke lantai, seperti boneka yang talinya putus. Eragon menarik kembali
tangannya melalui lubang di perisai, membuat tangannya tergores pecahan besi, dan
mengeluarkan pisau berburunya. Kemudian kurcaci hitam terakhir menyerangnya.
Eragon menangkis belatinya dua kali... tiga kali... lalu mengiris lengan baju si kurcaci
yang diberi pelapis tebal dan melukai lengannya dari siku ke pergelangan tangan.
Kurcaci itu mendesis kesakitan, matanya yang biru menyala marah dari atas cadarnya.
la melancarkan beberapa sayatan, belatinya mendesing di udara lebih cepat daripada
yang bisa diikuti mata, yang memaksa Eragon untuk melompat menghindari bilah
tajamnya yang mematikan. Kurcaci itu terus menyerang membabi buta. Eragon berhasil
menghindar beberapa meter, sampai tumitnya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menyentuh seonggok tubuh, dan dalam usahanya melangkahi mayat tersebut, ia
tersandung dan jatuh membentur dinding, membuat bahunya memar. Mengeluarkan
tawa jahat, si kurcaci menerkam, menusuk ke arah bawah menuju dada Eragon yang
tidak terlindung. Mengangkat tangan dalam usaha sia-sia untuk melindungi diri, Eragon
berguling menjauh di lorong, tahu bahwa keberuntungannya telah habis dan ia tidak
akan bisa selamat. Ketika berhenti berguling dan wajahnya kembali menatap si kurcaci,
Eragon melihat belati pucat melesat ke dirinya, seperti petir menyambar dari atas.
Kemudian, dengan terkejut ia melihat belati itu menghantam salah satu lentera tanpa api
yang tergantung di dinding. Eragon menghindar secepat mungkin sebelum ia bisa
melihat apa-apa lagi, tapi sedetik kemudian, seolaholah ada tangan panas membara
menggebuknya keras dari belakang, membuatnya terlontar sekitar dua puluh kaki di
lorong, sampai ia tersangkut di tepi jalan masuk lengkung yang terbuka, segera
mendapatkan goresan dan memar baru di tubuhnya. Suara menggelegar membuatnya
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
tuli. Merasa seakan-akan ada yang menusuk gendang telinganya dengan jarum, Eragon
menutup telinga dengan kedua tangannya dan meringkuk seperti bola, melolong. Ketika
suara dan rasa sakit sudah mereda, ia menurunkan tangan dan tersaruk berdiri,
mengertakkan gigi saat luka-lukanya berdenyut dengan berbagai sensasi tidak
menyenangkan. Limbung dan bingung, ia menatap tempat terjadinya ledakan. Ledakan
itu telah menghanguskan lorong sepanjang sepuluh kaki. Serpihan-serpihan abu halus
melayang di udara, yang terasa sepanas tungku. Kurcaci yang tadi hendak menyerang
Eragon tergeletak di lantai, menggeliatgeliat, tubuhnya penuh luka baker. Setelah
beberapa kali kejang-kejang, tubuhnya terdiam. Keti-ga pengawal Eragon yang


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersisa terkapar di tepi bagian yang hangus, ke mana ledakan tadi telah melontarkan
mereka. Bahkan saat Eragon menatap, mereka berdiri limbung, darah mengalir dari
telinga dan mulut mereka yang menganga, janggut mereka hangus dan kusut.
Cincincincin di tepi baju besi mereka berpendar merah, tapi baju pelindung bagian
dalam dari kulit yang mereka kenakan tampaknya telah melindungi mereka dari
serangan panas. Eragon mengambil satu langkah ke belakang, kemudian berhenti dan
mengerang ketika serangan rasa sakit timbul di antara tulang bahunya. Ia berusaha
meraih ke belakang dengan tangannya untuk memeriksa seberapa parah luka yang
dideritanya, tapi saat kulitnya meregang, rasa sakitnya menjadi terlalu besar untuk
melanjutkan niatnya. Hampir tidak sadarkan diri, ia bersandar di dinding. Ia melirik ke
kurcaci yang terbakar itu lagi. Aku pasti mengalami luka yang sama di punggungku.
Memaksa diri untuk berkonsentrasi, ia merapalkan dua mantra untuk menyembuhkan
luka bakar yang diajarkan Brom kepadanya sepanjang perjalanan mereka. Ketika
mantra tersebut memberi efek, rasanya seperti air dingin mengalir di punggungnya. Ia
mendesah lega dan menegakkan tubuh.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
menghampirinya. Kurcaci yang terdepan mengerutkan kening, mengetuk telinga
kanannya, dan menggeleng. Eragon menggumamkan sumpah-serapah dan baru saat
itulah ia menyadari ia tidak bisa mendengar suaranya sendiri. Sekali lagi memanggil
tenaga yang masih tersimpan di tubuhnya, ia melontarkan mantra untuk memperbaiki
bagian dalam telinganya dan telinga mereka. Saat mantra selesai, telinganya
merasakan sensasi gatal yang mengganggu, kemudian lenyap seiring selesainya
mantra. Kurcaci di sebelah kanan, bertubuh gempal dan janggut bercabang, terbatuk
dan meludahkan darah kental, kemudian menggeram, seiring waktu. Bagaimana
denganmu, Shadeslayer"Memeriksa lantai dengan setiap, pijakan, Eragon memasuki
area yang hitam gosong dan berjongkok di sebelah Kvistor, berharap ia masih bisa
menyelamatkan kurcaci itu dari cengkeraman kematian. Segera setelah ia melihat luka
Kvistor, ia tahu usahanya akan sia-sia belaka. Eragon menundukkan kepala, kenangan
akan pertempuran berdarah yan baru berlangsung terasa pahit di hatinya. Ia berdiri.
meledak"pengawalnya menjawab. dan maka kita lebih baik menjauh.Menunjuk ke arah
mayat-mayat penyerang mereka yang bergelimpangan di lantai, Eragon bertanya,
Kurcaci dengan janggut bercabang mencari-cari di antara pakaian beberapa kurcaci
hitam di lantai, kemudian berkata, apa-apa di tubuh mereka seperti yang pasti telah
kausadari, Argetlam, tapi mereka membawa ini.kuda berhiaskan batu-batu amethyst
bulat dipoles halus. kukunya yang hitam karena jelaga, ini, hanya tumbuh di empat
bagian Pegunungan Beor, dan tiga di antaranya dikuasai Az Sweldn rak Anhuin.Eragon
mengerutkan kening. serangan ini"mungkin meninggalkan gelang ini untuk kita
temukan. Mereka mungkin ingin kita menuduh Az Sweldn rak Anhuin sehingga kita tidak
bisa mengetahui siapa pelaku sebenarnya. Tapi... jika aku harus bertaruh, Argetlam,
aku akan mempertaruhkan segerobak penuh emas bahwa Az Sweldn rak Anhuin-lah
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
yang bertanggung jawab. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengepalkan tinju untuk menghentikan gemetarnya. Dengan sisi sepatu botnya, ia
menyentuh salah satu belati berwarna-warni yang dibawa para pembunuh. menunjuk
dengan dagunya-membutuhkan energi yang luar biasa besar, dan aku bahkan tidak bisa
membayangkan betapa rumitnya kata-kata yang digunakan. Merapalkannya pasti sulit
dan berbahaya...berkata, membiarkan serangan ini, atau kematian Kvistor, dibiarkan
begitu saja. Klan mana pun yang mengirim pembunuh-pembunuh bermuka busuk ini,
saat aku mengetahui nama mereka, mereka akan menyesal pernah mencoba
menyerangku dan, dengan cara menyerangku, telah menyerang Durgrimst Ingeitum.
Aku bersumpah, sebagai Penunggang Naga dan anggota Durgrimst Ingeitum, dan jika
ada yang bertanya kepada kalian, ulangilah janjiku ini kepada mereka seperti yang telah
kuucapkan kepada kalian.Para kurcaci membungkuk di hadapannya, dan si janggut
bercabang berkata, menghormati kenangan akan Hrothgar dengan
kata-katamu.Kemudian satu kurcaci lain berkata, mereka telah melanggar
undang-undang menjadi tuan rumah yang baik; mereka telah menyerang seorang tamu.
Mereka bahkan lebih rendah daripada tikus; mereka adalah menknurlan.yang lain
meludah bersamanya. Eragon melangkah ke tempat sisa-sisa falchion-nya tergeletak. Ia
berlutut di lantai berjelaga dan, dengan ujung jarinya, menyentuh salah satu pecahan
besinya, menelusuri tepinya yang bergerigi. Aku pasti menghantam perisai dan
dinding begitu keras sehingga membuat mantra penguat bilah besinya luntur, pikirnya.
Kemudian ia merenung, Aku butuh pedang. Aku butuh pedang Penunggang. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bidadari Pendekar Naga Sakti SUDUT PANDANG LAIN
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Angin-udara-panas-pagi-hari-di-daratan-rata, yang berbeda dengan
angin-udara-panas-pagi-hari-di-perbukitan, berubah haluan. Saphira menyesuaikan
kemiringan sayapnya untuk mengikuti perubahan kecepatan dan tekanan udara yang
menopang berat tubuhnya ribuan kaki di atas daratan yang terpanggang matahari di
bawah. Ia menutup kelopak mata dobelnya selama beberapa saat, menikmati
kelembutan angin, juga kehangatan cahaya pagi hari yang menyiram tubuh lenturnya. Ia
membayangkan bagaimana cahaya matahari pasti membuat sisik-sisiknya tampak
gemerlap dan bagaimana orang-orang yang melihatnya berputar-putar di langit
terpesona memandangnya, dan ia mendengkur senang, merasa puas karena tahu ia
adalah makhluk paling cantik di Alagaesia, karena siapa yang bisa mengalahkan
kemegahan sisiksisiknya; ekornya yang panjang dan mengecil di ujungnya; dan kedua
sayapnya, begitu indah dan bentuknya sempurna; dan kuku-kukunya yang bengkok; dan
taringnya yang panjang dan putih, yang bisa digunakannya untuk mematahkan leher
seekor kerbau hanya dengan satu gigitan" Bukan Glaedr-sisik-emas, yang telah
kehilangan satu kaki saat kejatuhan kaum Penunggang. Bukan Thorn atau Shruikan,
karena mereka berdua adalah budak Galbatorix, dan pengabdian mereka yang
dipaksakan telah membuat otak mereka terganggu. Naga yang tidak bisa melakukan
apa yang diinginkannya dengan merdeka bukanlah naga. Lagi pula, mereka semua
jantan, dan biarpun naga jantan memang tampak agung, mereka tidak mampu
memancarkan kecantikan seperti dirinya. Saphira menggeliat penuh kepuasan dari
ujung kepala sampai ujung ekornya. Hari ini sempurna. Panas dari matahari
membuatnya merasa seperti berbaring di sarang penuh batu bara. Perutnya kenyang,
langit cerah, dan tidak ada yang perlu dilakukannya, selain mengawasi apakah ada
musuh yang ingin cari gara-gara, yang memang dilakukannya karena kebiasaan. Hanya
ada satu hal yang mengurangi kegembiraannya, tapi sangat besar, dan semakin ia
memikirkannya, semakin merana rasanya, sampai ia sadar tidak lagi merasa puas; ia
berharap Eragon ada di sini untuk menikmati hari bersamanya. Saphira menggeram dan
menyemburkan api biru dari sela-sela rahangnya, memanggang udara di depannya,
kemudian menutup kerongkongannya, menghentikan aliran api yang cair. Lidahnya
terasa digelitik akibat api yang baru saja melintasinya. Kapankah Eragon, Eragon
partnernya- dalam-benak-dan-hati, akan menghubungi Nasuada dari Tronjheim dan
memintanya, Saphira, untuk bergabung dengannya" Saphira telah mendorong Eragon
untuk mematuhi Nasuada dan melakukan perjalanan ke gunung-yang jauh-
lebih-tinggi-dari-terbangnya, tapi sudah terlalu lama ia pergi, dan Saphira merasa
perutnya dingin dan kosong. Dunia sedang diselimuti bayangan, pikirnya. Itulah yang
membuatku gelisah. Ada sesuatu yang terjadi pada Eragon. Ia dalam bahaya, atau
mungkin berada dalam bahaya belum lama berselang. Dan aku tidak bisa
membantunya. Saphira bukan naga liar. Sejak ia menetas, ia telah membagi seluruh
kehidupannya dengan Eragon, dan tanpa pemuda itu, Saphira hanya merasa separo
dari dirinya sendiri. Jika Eragon tewas karena ia tidak ada di
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
sana untuk melindunginya, ia tidak punya alasan lagi untuk hidup, kecuali demi
membalas dendam. Saphira tahu ia akan mencabik-cabik orang-orang yang
menewaskan Eragon sampai jadi serpihan kemudian ia akan terbang menuju kota hitam
si pengkhianat-pemecah-telur yang telah mengurungnya selama berdekade-dekade,
dan ia akan berusaha sebaik mungkin untuk membunuhnya, tidak peduli jika ia sendiri
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
akan mati. Saphira menggeram lagi dan mengatupkan rahang ke arah seekor burung
layang-layang kecil yang cukup bodoh untuk terbang dekat moncongnya. Saphira gagal
mencaploknya, dan burung itu melesat lewat lalu meneruskan perjalanan tanpa
terganggu, yang hanya membuat suasana hati Saphira semakin buruk. Sesaat ia berniat
mengejar burung layang-layang itu tapi kemudian memutuskan tulang dan bulu yang
sangat sedikit itu tidak layak diburunya. Bahkan tidak akan jadi camilan yang
memuaskan. Terbang miring dalam arus angin dan mengayunkan ekor ke arah
kebalikan untuk memutar tubuh, ia melintir di udara, memerhatikan daratan jauh di
bawah dan semua makhluk bertemperasan yang berusaha menyembunyikan diri dari
matanya yang tajam. Bahkan dari ketinggian ribuan kaki, ia bisa menghitung jumlah bulu
di punggung seekor elang yang sedang melayang di atas ladang gandum di sebelah
barat Sungai Jiet. Saphira bisa melihat kelebatan cokelat bulu seekor kelinci ketika
hewan itu berlari masuk ke keamanan liangnya. Ia bisa melihat kelompok kecil rusa
merunduk ke bawah ranting-ranting semak currant yang bergerombol di tepi anak
sungai Jiet. Dan ia bisa mendengar pekikan melengking hewan-hewan ketakutan yang
memperingatkan kawanan mereka akan kehadirannya. Pekikan hewan- hewan tersebut
membuat Saphira puas; sudah seharusnya mangsa-mangsanya takut kepadanya. Jika
Saphira yang takut pada mereka, ia tahu sudah waktunya ia mati. Satu setengah mil ke
hulu sungai, kaum Varden bergerombol dekat Sungai Jiet seperti sekawanan rusa
merah di tepi jurang. Kemarin kaum Varden tiba di tempat sungai bercabang, dan sejak
saat itu, mungkin sepertiga manusia-yang-adalah-teman dan Urgal-yang-adalah-teman
dan kuda-yang tidak- boleh-dimakan telah mengarungi sungai. Pasukan itu bergerak
dengan lamban, kadang-kadang Saphira heran bagaimana manusia sempat melakukan
hal selain bepergian, mengingat betapa singkatnya hidup mereka. Akan lebih nyaman
jika mereka bisa terbang, pikirnya, dan bertanya-tanya mengapa manusia tidak memilih
untuk terbang saja. Terbang sangat mudah dilakukan, Saphira bingung mengapa ada
makhluk yang ingin tetap terikat dengan daratan. Bahkan Eragon mempertahankan
keterikatannya dengan tanah lunak-dan-keras, sementara Saphira tahu Eragon bisa
bergabung bersamanya di udara kapan saja hanya dengan mengucapkan beberapa
kalimat dalam Bahasa kuno. Tapi Saphira memang tidak selalu mengerti tindakan
mereka yang memiliki dua kaki, entah punya telinga bundar atau runcing, atau tanduk,
atau mereka yang bertubuh sangat pendek sehingga ia bisa melumatkan mereka di
bawah kakinya. Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Gerakan di timur laut menarik perhatiannya, dan ia menukik ke arah sana, kepengin
tahu. Ia melihat barisan kuda kelelahan berderap ke arah kaum Varden. Sebagian besar
kuda tersebut tidak berpenunggang; maka, tidak terpikirkan olehnya sampai setengah
jam kemudian dan saat ia bisa melihat wajah-wajah pria di atas pelana bahwa mungkin
itu adalah kelompok Roran kembali dari misi mereka. Saphira bertanya-tanya apa yang
terjadi sehingga jumlah pasukan mereka berkurang banyak dan merasakan dirinya jadi
gelisah. Ia tidak terikat kepada Roran, tapi Eragon menyayanginya, dan itu sudah jadi
cukup alasan bagi Saphira untuk mengkhawatirkan keadaan Roran. Mendorong
benaknya ke bawah kepada kaum Varden yang tersebar di sana-sini, ia mencari-cari
sampai menemukan musik dalam benak Arya, dan begitu si Elf menyadari sentuhan
benaknya dan mengizinkannya berkomunikasi, Saphira berkata, Roran akan tiba di sini
di penghujung petang. Tapi pasukannya sangat berkurang. Kejadian mengerikan telah
menghadang perjalanan mereka. Terima kasih, Saphira, sahut Arya. Aku akan
memberitahu Nasuada. Saat Saphira menarik diri dari benak Arya, ia merasakan
sentuhan benak Blodhgarm-si-bulu-serigala-biru-hitam mencari-cari dirinya. Aku bukan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
anak naga, Saphira menukas. Kau tidak perlu memeriksa kesehatanku setiap beberapa
menit sekali. Aku meminta maaf, Bjartskular, hanya saja kau sudah pergi agak lama,
dan jika ada orang yang memerhatikan, mereka akan mulai bertanya-tanya mengapa
kau dan- Ya, aku tahu, Saphira menggerutu. Memendekkan bentangan sayapnya, ia
menukik ke bawah, sensasi beban meninggalkan tubuhnya, dan melingkar-lingkar
perlahan sambil terjun menuju sungai yang meluap. Aku akan ke sana sebentar lagi.
Seribu kaki di atas permukaan air, Saphira melebarkan sayap-sayapnya dan merasakan
tekanan pada membran-memberannya saat angin menerpa dengan kekuatan tinggi. Ia
memelankan laju terbangnya sampai hampir berhenti, kemudian menumpahkan udara
dari sayap-sayapnya dan kembali melaju kencang, meluncur sampai seratus kaki di atas
air-cokelat-tidak-bagus-diminum itu. Sambil sekali-sekali mengepakkan sayap untuk
menjaga ketinggian, ia menelusuri Sungai Jiet, waspada akan perubahan tekanan yang
terjadi pada udara-sejuk-di-atas-air-mengalir dan bisa mendorongnya ke arah yang tak
terduga atau, lebih buruk lagi, ke arah pohon kerucut- tajam atau tanah-peremuk-tulang.
Saphira meluncur naik tinggi di atas tempat kaum Varden berkumpul dekat sungai,
cukup tinggi sehingga kedatangannya tidak akan membuat kuda-kuda konyol itu terlalu
kaget. Kemudian, meluncur dengan sayap tidak bergerak, ia mendarat di tempat lapang
di antara tenda-tenda-lapangan yang disiapkan atas perintah Nasuada khusus untuknya
- dan merangkak menuju tenda Eragon yang kosong, tempat Blodhgarm dan kesebelas
Elf yang dipimpinnya sudah menunggu. Saphira menyapa mereka dengan kedipan mata
dan juluran lidah kemudian melingkar di depan tenda Eragon, duduk
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mengantuk dan menunggu datangnya gelap seperti yang akan dilakukannya jika Eragon
memang benar-benar berada di dalam tenda dan ia serta Saphira akan terbang dalam
misi malam hari. Berbaring di sana hari demi hari adalah pekerjaan berat yang
membosankan, tapi diperlukan agar tipuan mereka bahwa Eragon masih berada di
tengah-tengah Varden bisa berhasil, maka Saphira tidak mengeluh, bahkan jika setelah
dua belas jam atau lebih dihabiskannya di tanah-kasar-keras dan mengotori
sisiksisiknya, ia merasa ingin menghabisi seribu prajurit, atau membuat hutan
berantakan dengan gigi, cakar, dan api, atau melompat dan mengudara sampai tidak
bisa terbang lagi atau sampai ia tiba di akhir tanah, udara, dan air. Menggeram pada diri
sendiri, Saphira menggaruk tanah dengan cakar-cakarnya, membuatnya lembut,
kemudian membaringkan kepalanya di kaki depan dan menutup kelopak mata bagian
dalam sehingga ia bisa beristirahat tapi masih sambil melihat siapa yang melintas di
dekatnya. Seekor capung terbang berdengung di atas kepalanya, dan bukan untuk
pertama kali ia bertanya-tanya apa yang menyebabkan orang-orang bodoh menamai
hewan ini dragonfly, yang berasal dari rasnya. Sama sekali tidak mirip naga, gerutunya,
kemudian terlena dalam tidur ringan. Api-besar-bulat-di-langit sudah dekat ke cakrawala
ketika Saphira mendengar teriakan dan seruan sambutan yang berarti Roran dan
rekan-rekan pejuangnya telah mencapai perkemahan. Ia bangkit. Seperti sebelumnya,
Blodhgarm setengah menyanyikan, setengah membisikkan mantra yang menciptakan
sosok samar yang mirip Eragon, yang diperintahkan si Elf untuk keluar dari tenda dan
memanjat punggung Saphira, tempat ia akan duduk dan melihat sekeliling Seperti
memiliki nyawa sendiri. Dari penampakannya, sosok itu tanpa cacat, tapi ia tidak
memiliki pikiran sendiri, dan jika ada agen Galbatorix yang berusaha mencuri dengar
pikiran Eragon, mereka akan mengetahui tipuan ini. Maka, keberhasilan tipuan ini
bergantung kepada kemampuan Saphira membawa penampakan itu melintasi
perkemahan dan menghindar dari penglihatan orang secepat mungkin, dan dengan
harapan bahwa reputasi Eragon begitu menakutkan sehingga orang-orang yang berniat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
mencari informasi tentang Varden secara diam-diam melalui benak Eragon akan
mengurungkan niat, karena takut pada kemarahannya. Saphira berdiri dan mulai
melompat-lompat melintasi perkemahan, kedua belas Elf berlari dalam formasi di
belakangnya. Pria-pria melompat minggir dari jalan mereka, berseru, "Salam,
Shadeslayer!" dan "Salam, Saphira!" yang menyulut kehangatan di perut naga itu. Saat
ia tiba di tenda-kepompong-kupu-kupu-merah-sayap-terlipat milik Nasuada, ia
berjongkok dan menyelipkan kepala melalui celah gelap di salah satu dindingnya,
tempat para pengawal Nasuada telah menarik kainnya sehingga ia bisa masuk. Pada
saat itu Blodhgarm melanjutkan nyanyiannya yang lembut, dan Eragon-tiruan turun dari
punggung Saphira, masuk ke tenda merah, dan, begitu sudah tidak tampak lagi oleh
orang-orang yang memerhatikan di luar, lenyap tanpa bekas.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Apakah menurutmu taktik kita diketahui orang?" Nasuada bertanya dari kursinya yang
bersandaran tinggi. Blodhgarm membungkuk dengan gerakan gemulai. "Sekali lagi,
Lady Nasuada, aku tidak bisa yakin. Kita harus menunggu dan melihat apakah
Kekaisaran bergerak untuk mengambil kesempatan selagi Eragon tidak ada di sini
sebelum kita benar-benar tahu jawaban dari pertanyaan itu." "Terima kasih, Blodhgarm.
Itu saja." Sambil membungkuk sekali lagi, Elf itu keluar dari tenda dan mengambil posisi
beberapa meter di belakang Saphira, menjaga punggung naga itu. Saphira tengkurap
pada perutnya dan mulai menjilati sisik di sekitar cakar ketiga di kaki depan kirinya
sampai bersih, tempat terdapat garis-garis kering bekas tanah lempung putih yang
diingatnya telah ia injak selagi melahap buruan terakhir. Kurang dari satu menit
kemudian, Martland Redbeard, Roran, dan pria bertelinga- bundar, yang tidak dikenali
Saphira, masuk ke tenda merah dan membungkuk memberi hormat kepada Nasuada.
Saphira berhenti sejenak dari kegiatan bersih-bersihnya untuk merasakan udara dengan
lidah, dan menangkap aroma tajam darah kering, bau pahit-masam keringat, bau kuda
dan kulit bercampur-aduk, dan, samar tapi tidak diragukan lagi, rasa takut manusia yang
kuat. Ia mengamati ketiga manusia itu lagi dan melihat si pria berjanggut-
merah-panjang telah kehilangan tangan kanannya, kemudian Saphira kembali
membersihkan tanah lempung dari sekeliling cakarnya. Saphira terus menjilati kakinya,
mengembalikan setiap sisiknya dalam keadaan bersih mengilap, sementara. mula-mula
Martland, kemudian pria bertelinga- bundar-yang-adalah-Ulhart, kemudian Roran,
menceritakan kisah penuh darah dan api, dan tentang pria-pria tertawa yang tidak mau
mati saat seharusnya mereka mati tapi berkeras untuk tetap bertarung lama setelah
Angvard memanggil nama mereka. Seperti biasa, Saphira tetap bungkam sementara
yang lain-lain-terutama Nasuada dan para penasihatnya- bertanya kepada ketiga
pejuang tentang detail misi mereka, yang memakan banyak korban itu. Saphira tahu


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kadang-kadang Eragon bingung mengapa ia tidak lebih sering berpartisipasi dalam
percakapan. Alasannya untuk berdiam diri sederhana saja: kecuali Arya dan Glaedr, ia
hanya merasa lebih nyaman berkomunikasi dengan Eragon, dan menurutnya, sebagian
besar perbincangan tidak lebih dari sekadar kecerewetan tanpa tujuan yang jelas. Entah
itu makhluk berkaki dua yang bertelinga-bundar, bertelinga-runcing, bertanduk, atau
bertubuh pendek, tampaknya kecanduan jadi cerewet. Brom tidak cerewet, itulah yang
disukai Saphira darinya. Bagi Saphira, pilihannya sederhana; apakah ada tindakan yang
bisa dilakukannya untuk memperbaiki sekaliasi, atau tidak, dan ucapan lain dalam
sebuah masalah hanya suara-suara tanpa arti baginya. Bagaimanapun, ia tidak
mengkhawatirkan apa-apa tentang masa depan, kecuali jika berhubungan dengan
Eragon. Ia selalu mengkhawatirkan Eragon. Ketika pertanyaan-pertanyaan selesai
diajukan, Nasuada mengekspresikan bela sungkawanya kepada Martland karena
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kehilangan yang Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dideritanya, kemudian mempersilakan Martland dan Ulhart pergi, tapi Roran tidak,
kepada siapa Nasuada berkata, "Sekali lagi kau telah membuktikan keberanianmu,
Stronghammer. Aku sangat senang mendengarnya." "Terima kasih, my Lady." "Para
penyembuh kami yang terbaik akan menangani Martland, tapi ia tetap akan butuh waktu
untuk pulih dari lukanya. Bahkan jika ia sudah pulih, ia tidak bisa lagi memimpin
penyerbuan seperti ini hanya dengan satu tangan. Sejak saat ini, ia akan harus
mengabdi kepada Varden dari belakang pasukan, bukan di depan. Kurasa mungkin aku
akan mempromosikannya dan menjadikannya salah satu penasihat perangku.
Jormundur , bagaimana menurutmu?" "Kurasa itu adalah ide hebat, my Lady."
Nasuada mengangguk, tampak puas. "Tapi ini artinya aku harus menemukan kapten
lain untuk menjadi atasanmu, Roran." Kemudian Roran berkata, "My Lady, bagaimana
dengan kepemimpinanku sendiri" Tidakkah aku sudah membuktikan diri mampu
memuaskanmu dalam dua penyerangan ini, begitu pula dengan
keberhasilan-keberhasilanku pada masa lalu?" "Jika kau terus bertindak hebat seperti
yang telah kaulakukan, Stronghammer, kau akan layak menjadi pemimpin tidak lama
lagi. Meski demikian, kau harus sabar dan menunggu sebentar. Hanya dua misi, meski
gemilang, tidak bisa mengungkapkan karakter keseluruhan seorang pria. Aku adalah
orang yang sangat berhati-hati dalam masalah memercayakan anak buahku kepada
seseorang, Stronghammer. Dalam masalah ini, kau harus bekerja keras." Roran
mencengkeram kepala martil yang terselip di sabuknya, urat dan nadi menonjol di
tangannya, tapi nada bicaranya tetap sopan. "Tentu saja, Lady Nasuada." "Bagus.
Seorang pengantar pesan akan memberitahu apa tugasmu selanjutnya setelah ini. Oh,
dan pastikan kau makan yang banyak begitu kau dan Katrina merayakan
kepulanganmu. Itu adalah perintah, Stronghammer. Kau tampak sudah akan pingsan."
"My Lady." Begitu Roran hendak meninggalkan tenda, Nasuada mengangkat tangan
dan berkata, "Roran." Roran berhenti. "Sekarang setelah kau bertarung dengan pria-pria
yang tidak merasakan sakit, apakah menurutmu jika pasukan kita menerima
perlindungan yang sama, berupa ditiadakannya rasa sakit fisik, mereka akan bisa
dikalahkan?" Roran bimbang, kemudian menggeleng. "Kekuatan mereka adalah
kelemahan mereka. Mereka tidak melindungi diri seperti jika mereka merasa takut akan
sayatan pedang atau tusukan panah, maka mereka menjaga nyawa dengan ceroboh.
Memang benar mereka bisa terus bertarung lama setelah orang biasa mati, dan itu
bukan keuntungan kecil dalam sebuah pertempuran, tapi mereka juga mati dalam
jumlah yang lebih banyak, karena mereka tidak
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
melindungi tubuh seperti seharusnya. Dalam kepercayaan diri mereka, mereka akan
melangkah ke dalam perangkap dan malapetaka yang akan kita hindari jauh-jauh.
Selama semangat kaum, Varden tetap tinggi, aku percaya dengan taktik yang tepat kita
bisa menang melawan monster-monster tertawa ini. Jika kita menjadi seperti mereka,
kita akan saling melukai sampai punah, dan tidak ada di antara kita yang akan peduli,
karena kita tidak akan memiliki naluri untuk melindungi diri. Begitulah menurutmu."
"Terima kasih, Roran." Ketika Roran sudah pergi, Saphira berkata, Belum ada berita dari
Eragon" Nasuada menggeleng. "Tidak, belum ada berita apa-apa darinya, dan ini mulai
membuatku cemas. Jika ia tidak menghubungi kita besok lusa, aku akan menyuruh Arya
mengirimkan pesan kepada salah satu perapal mantra Orik dan menuntut laporan
darinya. Jika Eragon tidak mampu mempercepat disepakatinya hasil akhir pertemuan
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
antar klan, maka aku khawatir kita tidak bisa lagi berharap pada kaum kurcaci untuk
menjadi sekutu pada pertempuran-pertempuran mendatang. Satu-satunya hal bagus
yang didapatkan dari kegagalan ini adalah Eragon bisa segera kembali di antara kita
tanpa ditunda lagi." Ketika Saphira sudah siap meninggalkan tenda-kepompong merah,
Blodhgarm sekali lagi memanggil penampakan Eragon dan meletakkannya di punggung
Saphira. Kemudian Saphira menarik kepalanya dari dalam tenda dan, seperti
sebelumnya, melompat-lompat melintasi perkemahan, Elf-Elf kecil berlari mengikutinya
sepanjang jalan. Begitu tiba di tenda Eragon dan Eragon-bayangan lenyap ke dalamnya,
Saphira tengkurap di tanah dan mempersiapkan diri menghadapi hari-hari
membosankan yang monoton. Tapi sebelum ia melanjutkan tidur siangnya yang tidak
nyenyak, ia merentangkan benaknya ke arah tenda Roran dan Katrina lalu menekan ke
benak Roran sampai Roran merendahkan perisai di sekeliling pikirannya. Saphira" ia
bertanya. Apa ada naga lain yang kaukenal" Tentu saja tidak. Kau hanya membuatku
terkejut. Aku... ah, sedang agak sibuk sekarang. Saphira mengamati warna emosi
Roran, begitu pula Katrina, dan senang akan apa yang ditemukannya. Aku hanya ingin
menyambut kepulanganmu. Aku lega kau tidak terluka. Benak Roran melesat
cepat-panas-kacau-dingin, dan ia tampaknya kesulitan mengutarakan jawaban yang
bisa dimengerti. Akhirnya, ia berkata, Kau baik sekali, Saphira. Jika kau bisa, datanglah
menjengukku besok, maka kita bisa bicara lebih banyak. Aku gelisah duduk di sini hari
demi hari. Mungkin kau bisa bercerita lebih banyak kepadaku tentang Eragon sebelum
aku menetas untuknya. Aku... aku akan senang sekali.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Puas karena merasa telah melakukan tindakan sopan santun ala makhluk dua-
kaki-bertelinga-bundar dengan cara menyambut Roran, dan diringankan perasaan
bahwa keesokan hari tidak akan terlalu membosankan-karena rasanya tidak akan ada
orang yang menolak jika diminta untuk mendatanginya-Saphira membuat dirinya
senyaman mungkin di tanah telanjang, berharap seperti yang sering dilakukannya akan
sebuah sarang empuk di rumah-pohon-tersapu-angin milik Eragon di Ellesmera.
Gumpalan asap keluar dari hidungnya saat ia mendesah lalu tertidur dan bermimpi
terbang lebih tinggi daripada yang pernah dilakukannya. Sayapnya mengepak dan
mengepak sampai ia berada di atas Puncak-puncak Pegunungan Beor yang tak
tersentuh. di sana ia berputar-putar sebentar, menatap ke bawah ke arah seluruh
Alagaesia yang terbentang di hadapannya. Kemudian sebuah keinginan tak terbendung
menyuruhnya untuk terbang semakin tinggi dan melihat apa yang bisa dilakukannya,
maka ia mulai mengepakkan sayap-sayapnya lagi, dan seolah-olah hanya dalam
sekejap mata, ia melesat melewati bulan yang terang benderang, sampai hanya ia dan
bintang-bintang perak yang berada di langit yang hitam. Ia meluncur di langit selama
waktu yang tak menentu, sebagai ratu dari dunia yang gemerlapan seperti permata di
bawah, tapi kemudian kegelisahan menyerang jiwanya, dan ia berseru keras dalam
benaknya: Eragon, di manakah kau! KECUPAN LEMBUT Terbangun, Roran
melepaskan diri dari pelukan lengan halus Katrina dan duduk bertelanjang dada di tepi
ranjang yang mereka tempati. Ia menguap dan menggosok matanya, kemudian
menatap, garis cahaya pucat dari api unggun di antara celah pintu tenda, merasa kebas
dan tumpul karena keletihan yang menumpuk. Rasa dingin menyerangnya, tapi ia tetap
berada dalam posisinya, bergeming. "Roran?" Katrina bertanya dengan suara
mengantuk. Ia menopang tubuh dengan sebelah lengan dan meraih Roran dengan
lengan satu lagi. Roran tidak bereaksi ketika Katrina menyentuhnya, tangan Katrina
menelusuri punggung atasnya dan memijat lehernya. "Tidurlah. Kau butuh istirahat.
Tidak lama lagi kau harus pergi." Roran menggeleng, tidak menatap Katrina. "Ada apa?"
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Katrina bertanya. Duduk tegak, ia menyelimuti bahu Roran, kemudian bersandar
padanya, pipinya terasa hangat di lengan Roran. "Apakah kau mengkhawatirkan siapa
yang akan menjadi kapten barumu atau ke mana. Nasuada akan mengirim kalian
nanti?" "Bukan." Katrina terdiam beberapa saat. "Setiap, kali kau pergi, aku merasa
semakin sedikit dari dirimu yang kembali kepadaku. Kau menjadi murung dan pendiam...
Jika kau ingin menceritakan apa. yang kaucemaskan kepadaku, kau bisa
melakukannya, kau. tahu, tidak peduli seberapa menakutkan. Aku putri tukang daging,
dan aku sudah Seringmelihat orang mati karena perang." "Ingin!" Roran berseru,
tercekat saat mengucapkannya. "Aku bahkan tidak ingin memikirkannya lagi." Ia
mengepalkan tinju, napasnya tidak teratur.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
"Pejuang sejati takkan merasa seperti yang kurasakan." "Pejuang sejati," kata Katrina,
"tidak bertempur karena ia ingin bertempur tapi karena ia harus bertempur. Pria yang
menginginkan perang, seorang pria yang menikmati membunuh orang lain, adalah
penjahat dan monster. Tidak peduli betapa banyak kemenangan yang didapatkannya
dalam peperangan, tidak akan bisa menghapuskan kenyataan bahwa ia tidak lebih baik
daripada serigala liar yang akan menyerang teman dan keluarganya sendiri sama
seperti musuh-musuhnya." Katrina menyingkirkan rambut dari dahi Roran dan
mengusap-usap kepala suaminya itu, lembut dan perlahan. "Kau pernah berkata
kepadaku bahwa favoritmu dari semua yang diceritakan Brom, dan itulah sebabnya kau
bertarung menggunakan martil alih-alih pedang. Ingatkah kau betapa Gerand benci
membunuh dan betapa ia ragu untuk kembali mengangkat senjata?" "Aye." "Tapi ia
tetap dianggap pejuang paling hebat pada masanya." Katrina mengatupkan tangan di
pipi Roran dan membuat suaminya menoleh kepadanya sehingga terpaksa menatap ke
matanya yang sendu. "Dan kau pejuang terhebat yang kukenal, Roran, di sini maupun di
mana saja." Dengan mulut kering, Roran berkata, "Bagaimana dengan Eragon atau-"
"Mereka tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan keberanianmu. Eragon, Murtagh,
Galbatorix, para Elf... mereka semua berderap menuju medan perang dengan mantra di
bibir dan kekuatan yang jauh berada di atas kita. Tapi kau"-Katrina mengecup hidung
Roran-"kau hanya pria biasa. Kau menghadapi musuh-musuhmu dengan kedua kakimu
sendiri. Kau bukan penyihir, tapi kau bisa menghabisi si Kembar. Kau hanya secepat
dan sekuat manusia biasa, tapi kau tidak menyurut mundur ketika memerangi Radalam
sarang mereka dan membebaskanku dari penjara bawah tanah mereka." Roran
menelan ludah. "Eragon memberiku perisai untuk melindungi diri." "Tapi sekarang
tidak lagi. Lagi pula, kau tidak memiliki perisai apa-apa di Carvahall, dan bukankah kau
berhasil menyelamatkan diri dari para RaKetika Roran tidak menjawab, Katrina
melanjutkan, "Kau hanya pria biasa, tapi kau telah melakukan hal-hal yang bahkan tidak
mampu dilakukan Eragon dan Murtagh. Bagiku, itu menjadikanmu pejuang terhebat di
seluruh Alagaesia... Aku tidak bisa memikirkan orang lain di Carvahall yang mau
berjuang begitu besar untuk menyelamatkanku." "Ayahmu akan melakukannya." Roran
merasakan Katrina gemetar di sebelahnya. "Ya, ia akan melakukannya," Katrina
berbisik. "Tapi ia takkan mampu meyakinkan orang lain untuk mengikutinya, seperti
yang kaulakukan." Katrina mengeratkan pelukannya pada Roran. "Apa pun yang pernah
kaulihat atau kaulakukan, kau akan selalu memilikiku." "Hanya itulah yang kubutuhkan,"
kata Roran, lalu melingkarkan lengannya pada Katrina dan memeluknya sebentar.
Kemudian ia mendesah. "Tapi aku masih berharap perang ini selesai. Aku berharap bisa
membajak ladang lagi dan menanam bibit serta memanennya jika sudah waktunya.
Bertani adalah pekerjaan berat, tapi setidaknya itu pekerjaan jujur.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Pembunuhan ini tidak jujur. Seperti pencurian... pencurian nyawa manusia, dan tidak
ada orang berotak waras yang berhasrat melakukannya." "Seperti kataku tadi." "Seperti
katamu tadi." Meski sulit, Roran memaksa diri untuk tersenyum. "Aku sudah tidak tahu
diri. Di sini aku membebanimu dengan masalahku sementara sudah banyak yang perlu
kaupikirkan." Ia meletakkan tangannya di perut Katrina yang membulat. "Kesusahanmu
akan selalu menjadi kesusahanku, selama kita menikah," Katrina berbisik, dan
menggesekkan wajah pada lengan Roran. "Beberapa kesusahan," kata Roran, "tidak
seharusnya dibebankan kepada orang lain, terutama kepada orang yang kaucintai.
Katrina menjauh satu atau dua inci dari Roran, dan Roran melihat mata istrinya menjadi
muram dan lesu, seperti yang biasanya terjadi jika ia merenungkan saat-saat
pengurungannya di Helgrind. "Tidak," bisiknya, "beberapa kesusahan tidak seharusnya
dibebankan kepada orang lain." "Ah, jangan sedih." Roran menarik Katrina mendekat
dan bergoyang maju-mundur bersamanya dan berharap sekuat mungkin Eragon tidak
pernah menemukan telur Saphira di Pegunungan Spine. Setelah beberapa lama, ketika
tubuh Katrina kembali merileks di lengannya, dan bahkan ia pun tidak terlalu merasa
tegang, Roran mengelus lekuk leher Katrina. "Ayo, beri aku ciuman lembut, dan kita
kembali berbaring, karena aku lelah, ingin tidur." Katrina tertawa, dan mencium Roran
sangat lembut, lalu mereka berdua kembali berbaring di ranjang seperti sediakala, dan
di luar tenda keadaan tenang dan hening kecuali arus Sungai Jiet, yang mengalir
melintasi perkemahan, tidak pernah berhenti, dan mengalir ke dalam mimpi Roran,
tempat ia membayangkan dirinya berdiri di haluan kapal, Katrina berada di sisinya, dan
menatap ke perut pusaran air raksasa, BoarDan ia berpikir, Bagaimana kami bisa
selamat" GLUMRA Ratusan kaki di bawah Tronjheim, dinding batu terbuka menuju
sebuah gua besar sepanjang ribuan kaki dengan danau hitam berair tenang yang
kedalamannya tidak diketahui di satu sisinya dan pantai marmer di sisi lain. Stalaktit
cokelat serta putih kekuningan menetes dari langit-langit, sementara stalagmit mencuat
ke atas dari lantai, dan di beberapa tempat keduanya menyatu membentuk pilar-pilar
gemuk yang bahkan lebih tebal daripada pohon terbesar di Du Weldenvarden.
Tumpukan kompos berjamur berserakan di sekitar pilar-pilar tersebut, juga 23 gubuk
batu rendah. Lentera tanpa api berpendar merah di sebelah setiap pintunya. Di luar
jangkauan cahaya lentera, bayang-bayang gelap merajalela. Di dalam salah satu gubuk,
Eragon duduk di kursi yang terlalu kecil untuknya, di hadapan meja granit yang tidak
lebih tinggi dari lututnya. Aroma keju kambing lunak, jamur iris, ragi, stew, telur burung
dara, dan abu batu bara menjajah udara. Di seberangnya, Glumra, kurcaci wanita dari
Keluarga Mord, ibunda Kvistor, pengawal Eragon yang terbunuh, melolong dan
menjambak rambut serta memukul-mukul dadanya sendiri dengan tinjunya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Garis-garis berkilauan mendandakan jalur air mata di wajahnya yang gemuk. Mereka
hanya berdua di dalam gubuk. Keempat pengawal Eragon- jumlahnya disesuaikan
kembali dengan hadirnya Thrand, prajurit dari rombongan Orik-menunggu di luar,
bersama Hundfast, penerjemah Eragon, yang segera disuruh menunggu di luar gubuk
oleh Eragon begitu ia tahu Glumra bisa bicara dalam bahasanya. Setelah terjadi
percobaan pembunuhan terhadapnya, Eragon menghubungi Orik dengan benaknya,
dan Orik segera mendesak Eragon untuk berlari secepat mungkin menuju bagian
tempat tinggal Ingeitum, tempat ia akan aman dari serangan pembunuhan lagi. Eragon
menurut, dan ia tetap tinggal di sana sementara Orik memaksa pertemuan antar klan
ditunda sampai besok pagi, atas dasar keadaan darurat telah terjadi di dalam klannya
yang membutuhkan penanganan segera. Kemudian Orik bergerak bersama para
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
prajuritnya yang paling gagah dan perapal-perapal mantra paling andal menuju tempat
kejadian penyerangan, di mana mereka mempelajari dan mengumpulkan bukti baik
dengan cara sihir maupun biasa. Begitu Orik merasa sudah mendapatkan seluruh bukti
yang bisa mereka kumpulkan, ia bergegas kembali ke tempat tinggalnya, di mana ia
berkata kepada Eragon, "Banyak yang harus kita lakukan dalam waktu yang terlalu
singkat. Sebelum pertemuan antar klan dilanjutkan pada jam ketiga esok pagi, kita
sudah harus memiliki bukti tak terbantahkan tentang siapa yang memerintahkan
penyerangan ini. Jika kita bisa melakukannya, kita akan memiliki pengaruh yang bisa
digunakan untuk melawan mereka. Jika tidak, maka kita akan meraba-raba lagi dalam
kegelapan, tidak yakin siapa musuh kita sebenarnya. Kita bisa merahasiakan
penyerangan ini sampai pertemuan antar klan berlangsung, tapi tidak lebih lama.
Knurlan pasti mendengar gema pertarungan kalian di loronglorong di bawah Tronjheim,
dan bahkan sekarang, aku tahu mereka akan mencari somber kegaduhan itu, karena
takut akan kemungkinan ada gua yang runtuh atau petaka lain yang bisa membuat kota
di atas terkubur." Orik mengentakkan kaki dan menyumpahi leluhur orang-orang yang
mengirim para pembunuh, kemudian berkacak pinggang dan berkata, "Perang antar
klan memang sudah mengancam, tapi sekarang perang itu berdiri persis di depan pintu
kita. Kita harus bergerak cepat jika ingin mengubah keadaan menakutkan itu. Ada
knurlan yang harus ditemukan, pertanyaan yang harus diajukan, ancaman yang harus
dilontarkan, sogokan yang harus ditawarkan, dan naskah-naskah yang harus dicuri-dan
semua itu harus dilakukan sebelum pagi." "Bagaimana denganku?" tanya Eragon. "Kau
sebaiknya tinggal di sini sampai kita tahu apakah Az Sweldn rak Anhuin atau klan lain
yang mengumpulkan kekuatan lebih besar di tempat lain untuk membunuhmu. Juga,
selama_ kita masih bisa menyembunyikan fakta apakah kau hidup, mati, atau terluka
dari para penyerangmu, semakin lama kita bisa membuat mereka ragu akan keamanan
bebatuan di bawah kaki mereka." Mula-mula Eragon menyetujui usul Orik, tapi saat ia
menyaksikan Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kurcaci itu sibuk bergerak memberikan perintah, ia merasa sangat gelisah dan tidak
berdaya. Akhirnya ia mencengkeram. lengan Orik dan berkata, "Jika aku harus duduk di
sini dan menatap dinding sementara kau mencari pelaku kejahatan itu, aku akan
mengertakkan gigiku sampai habis. Pasti ada sesuatu yang bisa kulakukan untuk
membantu... Bagaimana dengan. Kvistor" Apakah ada keluarganya yang tinggal di
Tronjheim" Apakah sudah ada yang memberitahu tentang kematiannya" Karena jika
belum, akulah yang harus menyampaikannya, karena. ia gugur saat berusaha
melindungiku." Orik bertanya kepada para pengawalnya, dan mereka mendapat berita
bahwa Kvistor memang memiliki keluarga yang tinggal di Tronjheim. Ketika Orik
mendengarnya, ia mengerutkan kening dan menggumamkan makian acing dalam
bahasa Dwarvish. "Mereka adalah penghuni bawah," katanya, "para knurlan yang telah


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

meninggalkan kehidupan di permukaan demi dunia bawah tanah, kecuali sekali-sekali
mereka keluar untuk merampok. Sebagian besar dari mereka tinggal di sini, di bawah
Tronjheim. dan Farthen Dur, daripada di tempat lain, karena mereka bisa keluar ke
Farthen Dur dan tidak merasa seakan ada di permukaan tanah, yang tidak bisa
ditanggung sebagian besar dari mereka, karena mereka sudah begitu terbiasa dengan
ruang tertutup. Aku tidak tahu Kvistor adalah salah satu dari mereka." "Apakah kau
keberatan jika aku mengunjungi keluarganya?" tanya Eragon. "Ada beberapa tangga
menuju bawah tanah dari dalam ruangan-ruangan ini, benar" Kami bisa pergi tanpa ada
orang yang melihat." Orik berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Kau benar.
Jalannya cukup aman, dan tidak ada orang yang berpikir untuk mencarimu di antara
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
para penghuni dalam. Mereka akan lebih dulu datang ke sini, dan di sini mereka tidak
akan menemukanmu... Pergilah, dan jangan kembali sampai aku mengirimkan
pembawa pesan untukmu, bahkan jika Keluarga Mord mengusirmu dan kau harus
duduk di stalagmit sampai besok pagi. Tapi, Eragon, berhati-hatilah; para penghuni
dalam sangat keras dalam menjunjung harga diri mereka, dan mereka punya
adat-istiadat aneh sendiri. Melangkahlah dengan waspada, seolah-olah kau sedang
menjejakkan kaki di papan busuk, eh?" Maka, dengan Thrand yang menjadi anggota
tambahan di pasukan pengawalnya, dan Hundfast menyertai mereka-dan membawa
pedang pendek kurcaci yang diikat di sabuknya-Eragon pergi menuju anak tangga
terdekat yang mengarah ke bawah, dan menelusurinya, ia masuk jauh lebih dalam ke
perut bumi daripada yang pernah dilakukannya sebelum ini. Pada akhirnya ia bertemu
dengan Glumra dan memberitahunya tentang kematian Kvistor, dan. sekarang Eragon
duduk mendengarkan ketika wanita kurcaci itu meratapi kepergian putranya,
mengeluarkan lolongan tanpa arti dan potongan-potongan bahasa Dwarvish yang
dinyanyikannya dalam nada sumbang yang memilukan. Merasa gundah melihat
kesedihan yang begitu dalam di diri Glumra,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Eragon mengalihkan mata dari wajahnya. Ia menatap tungku batu hijau yang berdiri
bersandar pada salah satu din-ding kemudian pada hiasan di pinggirannya berupa
pahatan berpola geometric yang sudah pudar. Ia memerhatikan permadani hijau dan
cokelat di lantai di depan perapian, dan tong susu di pojokan, dan kepada persediaan
makanan yang digantung di balok penyangga langit-langit. Ia menatap perkakas tenun
dari kayu berat yang berdiri di bawah jendela bundar berlapis kaca warna ungu.
Kemudian, sambil melolong keras, Glumra menatap mata Eragon sambil berdiri dari
meja, melangkah menuju meja dapur, dan meletakkan tangannya di atas talenan.
Sebelum Eragon sempat menghentikannya, wanita kurcaci itu mengambil pisau dan.
memotong buku jari terdepan kelingkingnya. Ia mengerang dan membungkuk. Eragon
melompat setengah berdiri sambil berseru terkejut. Ia bertanya-tanya kegilaan apa yang
menyerang wanita ini dan apakah ia harus berusaha menghentikannya, kalau-kalau
wanita itu menyakiti dirinya lebih jauh. Eragon membuka mulut untuk bertanya apakah
wanita itu ingin ia menyembuhkan lukanya, tapi kemudian mengurungkan niat,
mengingat peringatan Orik tentang adat-istiadat penghuni dalam serta tindakan mereka
dalam menjunjung harga diri yang aneh. Ia mungkin akan menganggap penawaranku
sebagai penghinaan, Eragon menyadari. Menutup mulutnya, ia duduk kembali di
kursinya yang terlalu kecil. Setelah satu menit, Glumra menegakkan tubuh kembali dari
posisinya yang membungkuk, menarik napas dalam, kemudian dengan tenang dan
tanpa suara membersihkan ujung jarinya yang terluka dengan brendi, mengolesnya
dengan salep kuning, dan membebat lukanya dengan perban. Wajahnya yang sebundar
bulan masih pucat karena shock, ia duduk di kursi di hadapan Eragon. "Aku berterima
kasih kepadamu, Shadeslayer, karena kau sendiri yang menyampaikan pesan tentang
kematian putraku. Aku lega mendengar ia telah gugur dengan gagah berani, seperti
seharusnya seorang pejuang." "Ia berani sekali," kata Eragon. "Ia tahu musuh-musuh
kami secepat kaum Elf, tapi ia tidak gentar dan tetap melompat untuk melindungiku.
Pengorbanannya memberiku waktu untuk menghindari belati-belati mereka dan juga
mengungkapkan bahaya sihir yang mereka tanamkan pada senjata mereka. Jika bukan
karena tindakannya, aku tidak yakin bisa berada di sini sekarang." Glumra mengangguk
perlahan, mata menatap ke bawah, dan merapikan bagian depan gaunnya. "Apakah kau
tahu siapa yang bertanggung jawab atas serangan terhadap klanmu ini, Shadeslayer?"
"Kami hanya memiliki kecurigaan. Grimstborith Orik sedang berusaha mengungkap
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
kebenarannya bahkan saat kita bicara sekarang." "Apakah mereka Az Sweldn rak
Anhuin?" tanya Glumra, membuat Eragon terkejut dengan ketepatan tebakannya.
Eragon berusaha sebaik mungkin untuk menyembunyikan reaksinya. Ketika ia tetap
membisu, Glumra berkata, "Kami semua tahu tentang perseteruan darah mereka
denganmu, Argetlam; setiap knurla di dalam
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
pegunungan ini tahu. Beberapa di antara kami setuju akan tindakan mereka
memusuhimu, tapi jika mereka berpikir untuk sungguh-sungguh membunuhmu, maka
mereka telah salah menilai letak bebatuan di sini dan menjerumuskan diri dalam
malapetaka." Eragon menaikkan sebelah alis, tertarik. "Malapetaka" Bagaimana?"
"Kaulah, Shadeslayer, yang membunuh Durza sehingga kami bisa menyelamatkan
Tronjheim dan human di bawahnya dari cengkeraman Galbatorix. Ras kami takkan
melupakan itu selama Tronjheim tetap berdiri. Dan ada desas-desus di
terowongan-terowongan bahwa nagamu akan menyatukan kembali Isidar Mithrim?"
Eragon mengangguk. "Kau baik sekali, Shadeslayer. Kau telah berbuat banyak bagi ras
kami, dan klan mana pun yang telah menyerangmu, kami akan memerangi mereka dan
membalas dendam." "Aku telah bersumpah di depan saksi," kata Eragon, "dan aku
juga bersumpah padamu sekarang, bahwa aku akan menghukum siapa saja yang
mengirimkan pembunuh-pembunuh licik itu serta membuat mereka berharap tidak
pernah memikirkan tindakan jahat seperti itu. Meski demikian-" "Terima kasih,
Shadeslayer." Eragon bimbang, kemudian menunduk. "Meski demikian, kita tidak boleh
melakukan sesuatu yang bisa memicu terjadinya perang antar klan. Tidak sekarang.
Jika kita harus menggunakan kekuatan, Grimstborith Orik-lah yang akan menentukan
kapan dan di mana kita menghunuskan pedang, tidakkah kau setuju?" "Aku akan
memikirkan kata-katamu, Shadeslayer," jawab Glumra. "Orik adalah..." Apa pun yang
akan diucapkannya terhenti di mulutnya. Kelopak matanya yang tebal menutup dan ia
terhuyung ke depan sesaat, menekan tangannya yang berjari putus ke perutnya. Ketika
serangan rasa sakit itu berlalu, ia mendorong tubuhnya berdiri dan menempelkan
punggung tangan yang luka ke pipinya lalu menggoyangkan tubuh dari sisi ke sisi
sambil mengerang, "Oh, putraku... putraku yang tampan." Berdiri, wanita kurcaci itu
tersaruk-saruk mengitari meja kecilnya, melangkah menuju koleksi kecil pedang dan
kapak yang digantungkan pada dinding di belakang Eragon, di sebelah relung kecil
tertutup tirai sutra merah. Takut wanita itu berniat melukai dirinya lagi, Eragon melompat
berdiri, membuat kursinya yang terbuat dari kayu ek terguling karena ketergesaannya. Ia
meraih dan kemudian melihat bahwa Glumra sedang menghampiri relung bertirai, bukan
koleksi senjata, dan Eragon menarik kembali tangannya cepat-cepat sebelum ia
membuat wanita itu tersinggung. Cincin-cincin kuningan yang dijahit di bagian atas tirai
berkelontang saat saling membentur ketika Glumra menyibakkan kainnya,
menampakkan rak yang dalam dan gelap berukir huruf rune dan pola-pola yang begitu
fantastic sehingga Eragon merasa ia bisa menatapnya selama berjam-jam dan masih
tidak bisa mencerna keseluruhan bentuknya. Pada rak bagian bawah terdapat enam
patung dewa utama kaum kurcaci, beserta sembilan entitas lain yang tidak dikenali
Eragon, semuanya diukir dengan fitur dan poster yang berlebihan sehingga bisa
menunjukkan penyampaian karakter yang mereka
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
wakili dengan lebih baik. Glumra mengeluarkan amulet emas dan perak dari dalam
korset, yang diciumnya kemudian dipegangnya menempel pada lekukan di lehernya
saat ia berlutut di depan relung. Suaranya meninggi dan merendah dalam pola aneh
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
musik kaum kurcaci, ia mulai menyenandungkan lagu ratapan dalam bahasa kaumnya.
Kepiluan nadanya menjadikan mata Eragon berkaca-kaca. Selama beberapa menit,
Glumra bernyanyi, kemudian terdiam dan teruss menatap patung-patung, dan saat ia
menatap, guratan kepedihan di wajahnya melembut, dan jika sebelumnya Eragon hanya
bisa melihat kemarahan, kepedihan, dan keputusasaan, sekarang parasnya
menunjukkan kepasrahan, kedamaian, dan kemuhaan. Pendar cahaya lembut
seakan-akan memancar dari tubuhnya. Begitu besarnya perubahan yang ditunjukkan
Glumra sehingga Eragon hampir tidak mengenalinya. Glumra berkata, "Malam ini
Kvistor akan bersantap Di balatrung Morgothal. Aku tahu." Ia mencium amuletnya lagi.
"Aku berharap bisa menyobek roti bersamanya, juga bersama suamiku, Bauden, tapi
belum saatnya aku tidur di makam bawah tanah Tronjheim, dan Morgothal menolak
memberi izin masuk ke balatrungnya bagi mereka yang mencoba mempercepat
kematian mereka. Tapi pada waktunya nanti, keluarga kami akan bersatu kembali,
termasuk semua leluhur kami sejak Guntera menciptakan dunia dari kegelapan. Aku
tahu itu." Eragon berlutut di sebelahnya, dan dengan suara serak, ia bertanya,
"Bagaimana kau bisa mengetahui itu?" "Aku tahu karena itu memang benar." Dengan
gerakan lambat dan penuh hormat, Glumra menyentuh pahatan kaki setiap dewa
dengan ujung jemarinya. "Bagaimana mungkin terjadi sebaliknya" Karena dunia tidak
mungkin menciptakan diri sendiri seperti pedang dan helm tidak mungkin muncul
dengan sendirinya, dan karena satu-satunya yang memiliki kemampuan untuk
membentuk bumi dan langit adalah mereka yang berkekuatan agung, kepada para
dewalah kita harus mencari jawaban. Aku memercayai mereka untuk mengatur dunia,
dan dengan kepercayaanku, aku membebaskan diri dari beban duniawiku." Glumra
bicara dengan keyakinan penuh sehingga Eragon merasakan dorongan mendadak
untuk meyakini kepercayaannya juga. Ia kepengin melemparkan semua keraguan dan
ketakutannya, dan untuk mengetahui bahwa, betapapun kadang kala dunia terasa
menakutkan, kehidupan bukanlah sesuatu yang abstrak. Ia ingin mengetahui dengan
yakin bahwa jiwanya tidak akan lenyap dari keberadaan jika sebilah pedang memenggal
kepalanya dan bahwa suatu hari nanti ia akan bertemu lagi dengan Brom, Garrow, dan
semua orang yang disayanginya yang telah mendahuluinya. Hasrat besar akan harapan
dan ketenangan memenuhi dirinya, membuatnya bingung, menjadikannya limbung
mencari pegangan dalam wajah kehidupan. Akan tetapi. Sebagian dirinya bertahan dan
tidak membiarkan dirinya menyerahkan diri dalam kepercayaan terhadap dewa-dewa
kaum kurcaci dan mengikat identitas Sertakeselamatan hidupnya pada sesuatu yang
tidak dipahaminya. Ia Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
juga sulit meyakini bahwa jika para dewa memang ada, mereka adalah dewa-dewa
kaum kurcaci. Eragon yakin jika ia bertanya kepada Nar Garzhvog atau anggota suku
nomaden, atau bahkan pendeta-pendeta hitam di Helgrind, apakah dewa-dewa mereka
memang ada, mereka akan menjunjung keyakinan ketuhanan mereka sekuat Glumra
menjunjung keyakinannya. Bagaimana aku tahu agama mana yang benar" ia
merenung. Hanya karena seseorang memiliki keyakinan tertentu, bukan berarti ia
berada di jalan yang benar... Mungkin tidak ada agama yang menjunjung keseluruhan
kebenaran di dunia ini. Mungkin setiap agama mengandung potongan kebenaran dan
tanggung jawab kamilah untuk memilih mana potongan yang benar dan
menyatukannya. Atau mungkin kaum Elf memang benar dan dewa-dewa memang tidak
ada. Tapi bagaimana aku bisa memastikannya" Sambil menghela napas panjang,
Glumra menggumamkan bahasa Dwarvish, kemudian berdiri dan menutup tirai sutra
pada relung. Eragon juga berdiri, mengernyit saat otot-ototnya yang memar meregang,
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
dan mengikuti Glumra kembali ke meja, tempat ia kembali duduk di kursinya. Dari lemari
batu di dinding, wanita kurcaci itu mengeluarkan dua gelas timah, kemudian mengambil
botol kulit berisi anggur dari tempatnya tergantung di langit-langit dan menuangkan
minuman untuk dirinya sendiri dan Eragon. Wanita kurcaci itu mengangkat gelas dan
bersulang menggunakan bahasa Dwarvish, yang dengan usaha keras ditiru Eragon,
kemudian mereka minum. "Melegakan rasanya," kata Glumra, "mengetahui roh Kvistor
masih terus hidup, mengetahui bahwa sekarang ia berselimut jubah yang pantas
dikenakan para raja sementara menikmati santap malam di balatrung Morgothal.
Semoga ia mendapatkan kehormatan yang lebih tinggi dalam melayani para dewa!" Dan
ia minum lagi. Begitu gelasnya sudah kosong, Eragon mulai minta diri kepada Glumra,
tapi wanita kurcaci itu menahannya dengan gerakan tangan. "Apakah kau punya tempat
untuk tinggal, Shadeslayer, jauh dari orang-orang yang ingin membunuhmu?" Maka
Eragon berkata ia harus tetap bersembunyi di bawah Tronjheim sampai Orik
mengirimkan pembawa pesan untuknya. Glumra mengangguk singkat dengan
menggerakkan dagu dan berkata, "Maka kau dan rekan-rekanmu harus menunggu di
sini sampai si pembawa pesan tiba, Shadeslayer. Aku berkeras." Eragon mulai
memprotes, tapi wanita kurcaci itu menggeleng. "Aku tidak bisa membiarkan para pria
yang bertempur di sisi putraku berkeliaran dalam kegelapan dan kelembapan gua-gua
sementara aku masih memiliki nyawa dalam tulang-tulangku. Panggil rekan-rekanmu,
dan kita akan makan dan menjadikan malam penuh kemurungan ini lebih ceria."
Eragon sadar ia tidak bisa meninggalkan tempat ini tanpa membuat Glumra tersinggung,
maka ia memanggil para pengawal serta penerjemahnya.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Bersama-sama, mereka membantu Glumra menyiapkan makanan berupa roti, daging,
dan pai, dan setelah semua siap, mereka makan dan minum serta berbincang-bincang
sampai larut malam. Glumra tampak ceria; ia minum paling banyak, tertawa paling
keras, dan selalu yang pertama kali melontarkan komentar lucu. Mula-mula Eragon
terkejut melihat perilakunya, tapi kemudian menyadari senyum wanita kurcaci itu tidak
diikuti kecerahan pada pancaran matanya dan bagaimana, jika Glumra menyangka tidak
ada yang memerhatikan, keceriaan akan lenyap dari wajahnya dan digantikan ekspresi
murung. Menjamu mereka, Eragon berkesimpulan, adalah caranya merayakan
kenangan akan putranya, juga sebagai senjata untuk memerangi kepedihannya atas
kematian Kvistor. Aku belum pernah bertemu seseorang sepertimu, pikir Eragon sambil
memerhatikan wanita kurcaci itu. Lama setelah lewat tengah malam, seseorang
mengetuk pintu gubuk. Hundfast menyuruh masuk seorang kurcaci yang berbaju zirah
lengkap dan tampak gelisah serta gugup; ia terus saja melirik ke arah pintu, jendela, dan
sudut-sudut gelap. Dengan rangkaian kalimat dalam bahasa kuno, ia meyakinkan
Eragon bahwa ia adalah suruhan Orik, dan kemudian ia berkata, "Aku Farn, putra
Flosi... Argetlam, Orik memintamu kembali secepat mungkin. Ia ingin membicarakan
beberapa hal penting menyangkut kejadian hari ini." Di ambang pintu, Glumra
mencengkeram lengan Eragon dengan jemari sekuat besi, dan saat Eragon menatap ke
bawah pada matanya yang berkilat, wanita kurcaci itu berkata, "Ingatlah akan
sumpahmu, Shadeslayer, dan jangan biarkan para pembunuh putraku bebas, tanpa
hukuman!" "Aku tidak akan melupakannya," Eragon berjanji. PERTEMUANantar klan
Kurcaci-kurcaci yang berdiri berjaga-jaga di luar ruangan Orik membuka pintu dobel
menuju ruangan di dalam saat Eragon melangkah ke arah mereka. Jalan masuk di
dalam berupa ruangan panjang penuh ornaman, diberi perabot berupa tiga tempat
duduk melingkar berlapis kain merah yang disusun berbaris di sepanjang tengah
ruangan. Permadani-permadani dinding berbordir mendekorasi dinding, bersama
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
lentera-lentera tanpa api kaum kurcaci, sementara langit-langitnya dipahat membentuk
gambar kejadian peperangan terkenal dalam sejarah kaum kurcaci. Orik sedang berdiri
berkonsultasi dengan sekelompok prajuritnya dan beberapa kurcaci berjanggut kelabu
dari Dirgrimst Ingeitum. Saat Eragon menghampiri, Orik menoleh ke arahnya, wajah Orik
keras. "Bagus, kau datang cepat! Hundfast, kau boleh beristirahat sekarang. Kami harus
bicara berdua." Penerjemah Eragon membungkuk dan menghilang melalui pintu
lengkung di sebelah kiri, langkah kakinya bergema di lantai batu akik yang dipoles.
Begitu iamemercayainya?" Orik mengangkat bahu. "Aku tidak tahu harus percaya pada
siapa saat ini; lebih sedikit orang yang mengetahui apa yang kita temukan, lebih baik.
Kita tidak bisa ambil risiko kabar ini bocor ke telinga klan lain sebelum besok. Jika
sampai bocor, sudah pasti terjadi perang antar klan." Kurcaci-kurcaci di belakangnya
bergumam, tampak kebingungan. "Kabar apa yang ingin kauberikan?" tanya Eragon.
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Para prajurit di belakang Orik bergerak ke pinggir atas isyaratnya, menunjukkan tiga
kurcaci yang diikat dan berdarah-darah bertumpukan satu di atas yang lainnya di
pojokan. Kurcaci yang berada paling bawah mengerang dan. menendangkan kaki ke
udara tapi tidak mampu melepaskan diri dari tindihan rekan-rekan tawanannya. "Siapa
mereka?" tanya Eragon. Orik menjawab, "Aku menyuruh beberapa pandai besi kami
memeriksa belati yang dibawa penyerangmu. Mereka mengenali senjata itu sebagai
hasil karya Kiefna Long-nose, seniman pembuat pedang dari klan kami yang sangat
terkenal di antara kaum kami." "Jadi ia bisa memberitahu kita siapa yang membeli
belati-belati itu dan siapa musuh kita?" Tawa kasar mengguncang dada Orik.
"Seandainya begitu. Tapi kami berhasil melacak belati-belati itu dari Kiefna sampai ke
pembuat baju zirah di Dalgon, bermil-mil dari sini, yang menjualnya ke seorang knurlaf
yang-" "Knurlaf?" tanya Eragon. Orik merengut. "Wanita. Seorang wanita dengan tujuh
jari di setiap tangannya membeli belati-belati itu dua bulan yang lalu." "Dan apakah
kalian menemukannya" Pasti tidak banyak wanita dengan jumlah jari sebanyak. itu."
"Sebenarnya, kondisi itu sangat umum dalam ras kami," kata Orik. "Meski demikian,
setelah menghadapi banyak kesulitan, kami berhasil menemukan lokasi wanita itu di
Dalgon. Prajuritprajuritku di sana menanyainya dengan saksama. Ia berasal dari
Dirgrimst Nagra, tapi sejauh yang bisa kami simpulkan, ia bertindak sendiri, dan tidak
menerima perintah dari pemimpin klannya. Darinya, kami berhasil mengetahui bahwa
seorang kurcaci telah menyuruhnya membeli belati-belati itu kemudian memberikannya
ke seorang pedagang anggur yang akan membawa senjata-senjata itu keluar dari
Dalgon. Majikan wanita itu tidak memberitahu ke mana belati-belati itu akan dibawa, tapi
setelah bertanya ke beberapa pedagang di kota itu, kami mengetahui si pedagang
anggur melakukan perjalanan langsung dari Dalgon ke salah satu kota yang dikuasai
Durgrimst Az Sweldn rak Anhuin." "Jadi memang mereka!" seru Eragon. "Atau ada
seseorang yang ingin kita berpikir pelakunya adalah mereka. Kami butuh lebih banyak
bukti sebelum bisa menyatakan Az Sweldn rak Anhuin benar-benar bersalah." Kilatan


Brisingr Serial The Inheritance Cycle 3 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

cahaya memantul dari mata Orik, dan ia mengangkat satu jarinya. "Maka, dengan
mantra yang sangat, sangat cerdik, kami menelusuri ulang jalan yang dilalui para
pembunuh menuju terowongan-terowongan dan gua-gua sampai ke daerah terbengkalai
di lantai dua belas Tronjheim, setelah aula tambahan di cabang selatan pada kuadran
timur, dekat dengan... ah, sudahlah. Tapi suatu hari nanti aku harus mengajarimu
bagaimana ruanganruangan disusun di Tronjheim, sehingga jika kau butuh
menemukan suatu tempat di dalam kota sendirian, kau bisa melakukannya. Nah, jejak
itu membawa kami ke gudang yang sudah tidak terpakai tempat
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
Brisingr (The Inheritance Cycle 3) karya Christopher Paolini
ketiga orang ini" - ia menunjuk ke arah kurcaci-kurcaci yang diikat-"tinggal. Mereka tidak
menduga kedatangan kami, maka kami bisa menangkap mereka hidup-hidup, meski
mereka berusaha bunuh diri. Kami berhasil menembus benak dua di antaranya, meski
tidak mudah-membiarkan yang ketiga untuk diinterogasi grimstborithn yang lain sesuai
keinginan mereka-dan dari mereka kami mendapatkan segala yang mereka ketahui
tentang masalah ini." Orik menunjuk ke arah para tawanan lagi. "Merekalah yang
mempersenjatai para pembunuh untuk penyerangan itu, memberi mereka belati-belati
Rahasia 2 Dewi Sri Tanjung Mencari Ayah Kandung Pena Wasiat 6
^