Pencarian

Eldest 12

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 12


telah bertindak lebih daripada sekadar mengubah
penampilannya; naga itu juga memberinya kemampuan
fisik elf. Dalam kekuatan dan kecepatan, Eragon
sekarang menyamai elf yang paling atletis sekalipun.
Didorong pengetahuan itu dan keinginan menguji batas
kekuatannya, Eragon melompat setinggi mungkin.
Zar'roc menyambar, merah ditimpa cahaya matahari,
saat ia terbang ke langit, membubung lebih dari
sepuluh kaki di atas tanah sebelum berjungkir balik
seperti pemain akrobat dan mendarat di belakang
Vanir, menghadap ke arah semula. Tawa
terbahak-bahak tersembur dari bibir Eragon. Ia tidak
lagi tak berdaya di hadapan elf, Shade, atau makhluk
sihir lainnya. Ia tidak akan lagi menanggung
kebencian elf. Ia tidak Perlu lagi mengandalkan
Saphira atau Arya untuk menyelamatkan dirinya dari
musuh seperti Durza. Ia menyerang Vanir, dan
lapangan dipenuhi dentangan ribut saat mereka saling
menyerang, maju-mundur di rerumputan yang
terinjak-injak. Kekuatan serangan mereka menciptakan
angin kencang yang mengibarkan rambut mereka
hingga kacau balau. Di atas kepala, pepohonan
bergoyang dan menghamburkan dedaunan jarum. Duel
pagi itu berlangsung lama, karena sekalipun ada
keahlian baru Eragon, Vanir masih merupakan lawan
yang tangguh. Tapi pada akhirnya, Eragon tidak
bersedia dikalahkan. Dengan memutar-mutar Zar'roc,
ia melesat melewati pertahanan Vanir dan memukul
lengan atasnya, mematahkan tulangnya. Vanir
menjatuhkan pedangnya, wajahnya memucat karena
shock. "Cepat sekali pedangmu," katanya, dan Eragon
mengenali dialog terkenal dari The Lay of Umhodan.
"Demi dewa-dewa!" seru Orik. "Itu permainan pedang
terbaik y Bidadari Pendekar Naga Sakti
ang pernah kulihat, padahal aku ada sewaktu kau
bertanding melawan Arya di Farthen Dur." Lalu Vanir
melakukan apa yang tidak pemah diduga Eragon; elf
itu memutar tangannya yang tidak terluka untuk
memberi isyarat sumpah setia, meletakkannya di
perut, dan membungkuk memberi hormat. "Aku minta
maaf atas sikapku sebelum ini, Eragon-elda. Kupikir
kau akan menyebabkan musnahnya rasku, dan karena
takut aku bertindak sangat memalukan. Tapi
tampaknya rasmu tidak lagi membahayakan tujuan
kami." Dengan suara serak, ia menambahkan,
"Sekarang kau layak menyandang gelar Penunggang."
Eragon membungkuk memberi hormat sebagai balasan.
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau menyanjungku. Maaf aku melukaimu separah itu.
Kau mau mengizinkanku menyembuhkan lenganmu?"
"Tidak, akan kubiarkan alam menyembuhkannya
sendiri, sebagai kenang-kenangan aku pernah beradu
pedang dengan Eragon Shadeslayer. Kau tidak perlu
takut hal ini akan mengganggu latih-tanding kita
besok; aku sama baiknya kalau menggunakan tangan
kiriku." Mereka berdua kembali membungkuk,
kemudian Vanir berlalu. Orik menampar pahanya dan
berkata, "Sekarang kita memiliki kesempatan untuk
menang, kesempatan yang sebenarnya Aku bisa
merasakannya di tulangku. Tulang yang seperti batu,
kata orang. Ah, ini akan menyenangkan Hrothgar dan
Nasuada selamanya." Eragon tetap berdiam diri dan
memusatkan perhatian untuk melepaskan pelindung
dari mata Zar'roc, tapi ia berkata pada Saphira, Kalau
hanya kekuatan yang diperlukan untuk menyingkirkan
Galbatorix, para elf sudah melakukannya
bertahun-tahun yang lalu. Sekalipun begitu, ia mau
tidak mau merasa senang karena peningkatan
kemampuannya, juga kebebasan dari sakit di punggung
yang telah lama dinantikannya. Tanpa serangan sakit
yang terus-menerus, rasanya seperti ada kabut yang
disingkirkan dari benaknya, memungkinkan dirinya
berpikir jernih lagi. Masih tersisa beberapa menit
sebelum mereka seharusnya bertemu Oromis dan
Glaedr, jadi Eragon mengambil busur dan tabung
panahnya dari punggung Saphira kemudian berjalan ke
arena para elf berlatih memanah. Karena busur elf
jauh lebih kuat daripada busurnya, sasaran
berbantalan mereka terlalu kecil dan terlalu jauh bagi
Eragon. Ia terpaksa memanah dari tengah arena.
Setelah mengambil tempat, Eragon memasang anak
panah dan perlahan-lahan menarik tali busur, gembira
melihat betapa mudahnya kegiatan itu sekarang. Ia
membidik, melepaskan anak panah, dan bertahan di
posisinya, menunggu untuk melihat apakah
tembakannya mengenai sasaran. Seperti lebah sinting,
anak panahnya mendesing ke sasaran dan
membenamkan diri di tengahnya. Eragon tersenyum. Ia
memanah sasaran berulang-ulang, kecepatannya
meningkat seiring kepercayaan dirinya hingga ia
menembakkan tiga puluh anak panah dalam semenit.
Pada anak panah ketiga puluh satu, ia menarik tali
busurnya agak lebih keras daripada yang pernah
dilakukannya--atau yang mampu
dilakukannya--sebelum ini. Diiringi derakan keras,
busur kayu yew itu patah menjadi dua di tangan
kirinya, menggores jemarinya dan menghamburkan
serpihan kayu dari bagian belakang busur. Tangannya
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terasa kebas akibat sentakannya. Eragon menatap
sisa-sisa senjatanya, kecewa atas kerusakannya.
Garrow membuat busur itu sebagai hadiah ulang
tahunnya lebih dari tiga tahun yang lalu. Sejak itu,
nyaris tidak ada munggu yang berlalu tanpa Eragon
menggunakan busurnya. Busur itu membantunya
menyediakan makanan bagi keluarganya dalam puluhan
kesempatan, yang kalau tidak mereka akan kelaparan.
Dengan busur itu, ia membunuh rusa pertamanya.
Dengan busur itu, ia membunuh Urgal pertamanya.
Dan melalui busur itu, ia menggunakan sihir untuk
pertama kali. Kehilangan busurnya seperti kehilangan
teman lama yang bisa diandalkan bahkan dalam
situasi terburuk. Saphira mengendus kedua potongan
kayu yang menjuntai dari cengkeramannya dan
berkata, Tampaknya kau membutuhkan pelempar
tongkat yang baru. Eragon mendengus--tidak ingin
bicara--dan berjalan mengambil anak-anak panahnya.
Dari lapangan terbuka, ia dan Saphira terbang ke
Tebing Tel'naeir yang putih dan menemui Oromis,
yang duduk di kursi bulat di depan gubuknya, menatap
ke balik tebing den Bidadari Pendekar Naga Sakti
gan pandangan menerawang. Ia berkata, "Kau sudah
pulih sepenuhnya, Eragon, dari sihir ampuh Perayaan
Sumpah Darah?" "Sudah, Master." Kebisuan panjang
mengikuti sementara Oromis minum secangkir teh
blackberry dan kembali memandangi hutan kuno.
Eragon menunggu tanpa mengeluh; ia terbiasa dengan
kebungkaman seperti itu sewaktu berhadapan dengan
Penunggang tua ini. Akhirnya, Oromis berkata,
"Glaedr menjelaskan padaku, sebisanya, apa yang
telah dilakukan padamu selama perayaan. Kejadian
seperti itu belum pernah terjadi sepanjang sejarah
Penunggang... Sekali lagi, naga-naga membuktikan
diri mampu bertindak jauh melebihi bayangan kita." Ia
menghirup teh. "Glaedr tidak yakin perubahan apa
tepatnya yang akan kaualami, jadi aku ingin kau
menjelaskan selengkapnya perubahan dirimu, termasuk
penampilanmu." Eragon bergegas menggambarkan
garis besar perubahan dirinya, memperinci
peningkatan kepekaan pandangan, penciuman,
pendengaran, dan sentuhannya, dan mengakhirinya
dengan latih-tandingnya melawan Vanir. "Dan
bagaimana," tanya Oromis, "perasaanmu mengenai hal
ini" Kau marah karena tubuhmu dimanipulasi tanpa
seizinmu?" "Tidak, tidak! Sama sekali tidak. Aku
mungkin marah sebelum pertempuran Farthen Dur, tapi
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sekarang aku hanya bersyukur punggungku tidak sakit
lagi. Aku bersedia menyerahkan diri pada perubahan
yang jauh lebih besar untuk bisa menghindari kutukan
Durza. Tidak, aku hanya berterima kasih." Oromis
mengangguk. "Aku senang kau cukup bijaksana untuk
bersikap begitu, karena hadiah yang kauterima
nilainya lebih daripada seluruh emas di dunia. Dengan
hadiah itu, aku yakin kita akhirnya berada di jalan
yang benar." Sekali lagi ia menghirup teh. "Mari kita
lanjutkan. Saphira, Glaedr menunggumu di Batu Telur
Pecah. Eragon, kau akan memulai hari ini dengan
Rimgar tingkat tiga, kalau kau bisa. Aku ingin tahu
sejauh apa kemampuanmu." Eragon berjalan ke petak
tanah yang dipadatkan, tempat mereka biasanya
melakukan Tarian Ular dan Burung Bangau, lalu
ragu-ragu sewaktu elf berambut perak itu tetap berada
di tempatnya. "Master, Anda tidak berlatih
bersamaku?" Senyum sedih menghiasi wajah Oromis.
"Hari ini tidak, Eragon. Mantra yang diperlukan untuk
Perayaan Sumpah Darah sangat menguras tenagaku.
Itu dan... kondisiku. Duduk di luar ini saja sudah
menghabiskan tenaga terakhirku." "Maafkan aku,
Master." Apakah ia marah karena naga-naga tidak
menyembuhkan dirinya juga" pikir Eragon penasaran.
Ia seketika mengesampingkan pikiran itu; Oromis tidak
akan sepicik itu. "Jangan. Bukan salahmu aku cacat."
Saat Eragon bersusah payah menyelesaikan Rimgar
tingkat ketiga, jelas sekali ia masih belum memiliki
keseimbangan dan keluwesan elf, dua atribut yang
membuat para elf sekalipun harus bekerja keras untuk
mendapatkannya. Di satu pihak, ia menerima
keterbatasan itu, karena kalau ia sempurna, apa Yang
tersisa baginya untuk diraih" Minggu-minggu
berikutnya terasa sulit bagi Eragon. Di satu sisi, ia
mendapat kemajuan pesat dalam latihannya,
menguasai subjek demi subjek yang dulu menghambat
dirinya. Ia masih menganggap pelajaran-pelajaran
Oromis menantang, tapi ia tidak lagi merasa seperti
tenggelam dalam lautan kekurangmampuannya sendiri.
Eragon jadi lebih mudah membaca dan menulis dan
dengan peningkatan kekuatannya, berarti ia sekarang
mampu merapal mantra-mantra elf yang membutuhkan
begitu banyak energi, yang bisa membunuh manusia
normal. Kekuatannya juga menjadikan dirinya
menyadari betapa lemahnya Oromis dibandingkan
elf-elf lain. Tapi, sekalipun meraih prestasi itu,
Eragon merasakan ketidakpuasan yang semakin dalam.
Tidak peduli sekeras apa pun ia berusaha melupakan
Arya, setiap hari yang berlalu justru meningkatkan
kerinduannya, penderitaan yang diperparah dengan
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pengetahuan bahwa Arya tidak ingin bertemu atau
berbicara dengannya. Tapi lebih dari itu, ia merasa
ada badai yang mengancam di balik kaki langit, badai
yang akan mengamuk setiap saat dan menyapu tanah
ini, menghancurkan apa saja yang ada di jalannya.
Saphira juga merasakan ketidaknyamanannya. Ia
berkata, Dunia ini sudah terentang sangat tipis,
Eragon. Tidak lama lagi akan putu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
s dan kesintingannya akan berhamburan keluar. Yang
kaurasakan adalah apa yang kami para naga dan para
elf rasakan--nasib buruk tak terelakkan di akhir
zaman kita mendekat. Menangislah bagi mereka yang
akan mati dalam kekacauan yang melalap Alagaesia,
Dan berharaplah semoga kita memenangkan masa
depan yang lebih cerah dengan kekuatan pedang dan
perisaimu serta taring dan cakarku. VISI DEKAT DAN
JAUH Tiba hari ketika Eragon pergi ke rawa di balik
gubuk Oromis, duduk di tunggul putih mengilap di
tengah ceruk berlumut, dan--sewaktu ia membuka
pikiran untuk mengamati makhluk-makhluk di
sekitarnya--ia merasakan bukan hanya berbagai
burung, hewan buas, dan serangga, tapi juga tanaman
di hutan. Tanaman memiliki kesadaran yang berbeda
jenisnya dari hewan: lambat, hati-hati, dan tidak
terpusat, tapi dengan caranya sendiri menyadari
sekitar mereka seperti Eragon. Denyut samar
kesadaran tanaman menyelimuti galaksi bintang yang
berputar-putar di belakang matanya--setiap titik api
cerah mewakili sebuah kehidupan-dengan cahaya yang
lunak. Bahkan tanah yang paling gersang dipenuhi
organisme; tanah itu sendiri hidup dan berkesadaran.
Ia menyimpulkan kehidupan yang berakal ada di
mana-mana. Saat membenamkan diri dalam pikiran
dan perasaan makhluk-makhluk di sekitarnya, Eragon
mampu mempertahankan kedamaian dalam dirinya yang
begitu luar biasa sehingga, selama itu, ia tidak lagi
ada sebagai individu. Ia membiarkan dirinya menjadi
nonentitas, kehampaan, penyerap suara-suara dunia.
Tidak ada yang lolos dari perhatiannya, karena
perhatiannya tidak terfokus pada apa pun. Ia menjadi
hutan dan penghuninya. Beginikah rasanya menjadi
dewa" pikir Eragon penasaran sewaktu ia kembali ke
dirinya sendiri. Ia meninggalkan rawa, mencari
Oromis di gubuknya dan berlutut di depan elf itu,
mengatakan "Master, aku sudah melakukan apa yang
Anda perintahkan. Aku mendengarkan hingga tidak
mendengarkan lagi." Oromis berhenti menulis sejenak
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan, dengan ekspresi serius, memandang Eragon.
"Katakan." Selama satu setengah jam, Eragon dengan
fasih menyampaikan setiap aspek tanaman dan hewan
yang menghuni rawa, hingga Oromis mengangkat
tangan dan berkata, "Aku yakin; kau sudah mendengar
segala yang bisa didengar. Tapi apakah kau
memahami semuanya?" "Tidak, Master." "Sudah
seharusnya begitu. Pemahaman akan timbul seiring
dengan usia... Bagus sekali, Eragon-finiarel.
Benar-benar bagus. Kalau kau muridku di Ilirea,
sebelum Galbatorix berkuasa, kau baru saja lulus dari
masa magangmu dan dianggap sebagai anggota penuh
ordo kita serta mendapat hak dan keistimewaan yang
sama seperti para Penunggang tertua sekalipun."
Oromis bangkit dari kursi lalu diam di tempat,
bergoyang-goyang. "Tolong bantu aku, Eragon, dan
bawa aku keluar. Kaki dan tanganku menolak
kemauanku." Eragon bergegas ke samping gurunya,
mendukung elf yang ringan itu sementara Oromis
terhuyung-huyung ke sungai yang mengalir deras ke
tepi Tebing Tel'naeir. "Sekarang sesudah kau
mencapai tahap pendidikanmu yang ini, aku bisa
mengajarkan salah satu rahasia terbesar sihir,
rahasia yang bahkan Galbatorix sendiri mungkin tidak
tahu. Ini harapan terbaikmu untuk menyamai
kekuatannya." Tatapan elf itu menajam. "Apa harga
sihir, Eragon?" "Energi. Mantra membutuhkan energi
yang sama besar dengan melakukan tugas melalui
cara-cara biasa." Oromis mengangguk. "Dan dari
mana asalnya energi?" "Dari tubuh si perapal mantra."
"Apa harus begitu?" Benak Eragon berputar
sementara ia memikirkan implikasi luar biasa
pertanyaan Oromis. "Maksud Anda energinya berasal
dari sumber-sumber lain?" "Tepat seperti itulah yang
terjadi setiap kali Saphira membantumu mengucapkan
mantra." "Ya, tapi ia dan aku berbagi keterkaitan
yang unik," Eragon memprotes. "Ikatan kami
merupakan penyebab aku bisa menyerap kekuatannya.
Untuk berbuat begitu dengan orang lain, aku harus
memasuki..." Ia tidak melanjutkan kata-katanya
sewaktu menyadari tujuan Oromis. "Kau harus
memasuki kesadaran makhluk--atau
makhluk-makhluk--yang akan memberimu energi," kata
Oromis, melengkapi pikiran Eragon. "Hari ini kau
membuktikan dirimu mampu berbuat begitu ba
Bidadari Pendekar Naga Sakti
hkan dengan bentuk kehidupan terkecil. Sekarang &" Ia
terdiam dan menekankan tangan ke dada sambil
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
batuk-batuk, lalu melanjutkan, "kuminta kau membuat
bola air dari sungai, dengan menggunakan hanya
tenaga yang kauambil dari hutan di sekitarmu." "Ya,
Master." Saat Eragon menjangkau ke tanaman dan
hewan di dekatnya, ia merasakan benak Oromis
bersinggungan dengan benaknya sendiri, si elf
mengawasi dan menilai kemajuannya. Sambil
mengerutkan kening berkonsentrasi, Eragon berusaha
menyerap tenaga yang diperlukan dari lingkungannya
dan menahannya dalam diri hingga ia siap melepaskan
sihir.... "Eragon! Jangan mengambilnya dariku! Aku
sudah cukup lemah." Dengan terkejut Eragon
menyadari dirinya memasukkan Oromis dalam
pencariannya. "Maafkan aku, Master," katanya, malu.
Ia melanjutkan prosesnya, berhati-hati agar tidak
menguras tenaga elf itu, dan sewaktu ia siap,
memerintahkan, "Naik!" Sesunyi malam, sebutir bola
air berdiameter satu kaki membubung dari sungai
hingga melayang setinggi mata di hadapan Eragon.
Dan meski Eragon merasakan tekanan seperti biasa
karena pengerahan tenaga, mantranya sendiri tidak
menyebabkan Ia kelelahan. Bola itu baru sesaat
berada di udara sewaktu gelombang kematian menyapu
makhluk-makhluk kecil yang berkaitan dengan Eragon.
Sebarisan semut terkapar tak bergerak. Seekor bayi
tikus tersentak dan memasuki kehampaan saat ia
kehilangan kekuatan untuk mempertahankan detak
jantungnya. Puluhan tanaman mengerut dan hancur
menjadi debu. Eragon mengernyit, ngeri melihat
akibat perbuatannya. Mengingat kekaguman barunya
akan kesucian hidup, ia mendapati kejahatan itu
sangat hebat. Yang memperburuknya adalah ia terkait
sangat erat dengan setiap makhluk saat
makhluk-makhluk itu musnah; rasanya seperti ia
sendiri tewas berulang kali. Ia memutuskan aliran
sihir--membiarkan bola air jatuh ke tanah-- lalu
berputar memandang Oromis dan menggeram, "Anda
tahu ini akan terjadi! Kedukaan hebat menyelimuti
Penunggang tua itu. "Itu di perlukan," jawabnya.
"Kematian sebanyak itu diperlukan?" "Diperlukan agar
kau memahami besarnya harga menggunakan sihir
jenis ini. Kata-kata saja tidak mampu mengungkapkan
perasaan ketika mereka yang pikirannya menyatu
denganmu tewas. Kau harus mengalaminya sendiri."
"Aku tidak akan melakukannya lagi," sumpah Eragon.
"Dan kau tidak perlu melakukannya lagi. Kalau
berdisiplin, kau bisa memilih untuk mengambil tenaga
hanya dari tanaman dan hewan yang mampu
menanggung kehilangan tenaga itu. Ini tidak praktis
dalam pertempuran, tapi kau boleh melakukannya
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam pelajaranmu." Oromis memberi isyarat padanya,
dan, masih tetap marah, Eragon membiarkan elf itu
menyandar kepadanya saat mereka kembali ke gubuk.
"Kau mengerti kenapa teknik ini tidak diajarkan
kepada para penunggang yang lebih muda. Kalau
teknik ini diketahui perapal mantra yang jahat, ia
mampu menimbulkan kehancuran hebat, terutama
karena sulit menghentikan siapa pun yang memiliki
akses terhadap kekuatan sebanyak itu." Begitu mereka
berada di dalam kembali, si elf mendesah, duduk di
kursi, dan saling menekankan ujung-ujung jemarinya.
Eragon juga duduk. "Karena kita bisa menyerap energi
dari"--ia melambai--"dari kehidupan, apakah mungkin
menyerapnya secara langsung dari cahaya atau api,
atau dari bentuk-bentuk energi lain?" "Ah, Eragon,
kalau memang begitu, kita bisa menghancurkan
Galbatorix dalam sekejap. Kita bisa bertukar energi
dengan makhluk hidup lainnya, kita bisa menggunakan
energi itu untuk menggerakkan tubuh kita atau
menguatkan mantra, dan kita bahkan bisa menyimpan
energi itu dalam benda-benda tertentu untuk
digunakan kelak, tapi kita tidak bisa mengasimilasi
kekuatan alam fundamental. Logika mengatakan itu
bisa dilakukan, tapi tidak ada seorang pun yang
berhasil merancang mantra yang memungkinkannya."
Sembilan hari kemudian, Eragon menemui Oromis dan
berkata, "Master, terlintas dalam benakku semalam
bahwa baik Anda maupun ratusan dokumen elf yang
sudah kubaca tidak pernah menyinggung tentang
agama kalian. Apa yang dipercayai elf?" Desahan
panjang adalah jawaban pertama Oromis. Sesudah itu:
"Kami percaya dunia berti
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ndak sesuai aturan-aturan tertentu yang tak bisa
dilanggar dan, dengan ketekunan, kita bisa
menemukan aturan-aturan itu dan menggunakannya
untuk memperkirakan kejadian-kejadian sewaktu
situasinya berulang." Eragon mengerjapkan mata.
Jawaban itu tidak memberitahukan apa yang ingin
diketahuinya. "Tapi siapa, atau apa, yang kalian
puja?" "Tidak ada." "Kalian tidak memuja konsep apa
pun?" "Tidak, Eragon. Kami tidak memuja sama
sekali." Pikiran itu begitu asing hingga Eragon
membutuhkan beberapa waktu sebelum menangkap apa
yang dimaksud Oromis. Penduduk desa Carvahall tidak
memiliki satu doktrin yang dominan, tapi mereka
memercayai serangkaian takhayul dan ritual, sebagian
besar berkaitan dengan pengusiran nasib sial. Selama
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pelatihannya, terlintas dalam pikiran Eragon bahwa
banyak fenomena yang dipercaya penduduk desa
bersumber pada kekuatan supranatural sebenarnya
merupakan proses alamiah, seperti yang dipelajarinya
dalam meditasinya, bahwa belatung menetas dari telur
lalat dan bukannya muncul dari tanah begitu saja,
seperti yang dikiranya sebelum ini. Ia juga merasa
memberikan sesajen agar sprite tidak memasamkan
susu merupakan tindakan yang tidak masuk akal
setelah tahu susu masam disebabkan munculnya
organisme-organisme yang sangat kecil di dalamnya.
Sekalipun begitu, Eragon tetap yakin ada kekuatan
nonduniawi yang memengaruhi dunia dengan cara yang
misterius, keyakinan yang diperkuat pengetahuannya
akan agama kurcaci. Ia berkata, "Menurut Anda, dari
dunia ini berasal, kalau begitu, seandainya bukan
diciptakan dewa-dewa?" "Dewa-dewa yang mana,
Eragon?" "Dewa-dewa Anda, dewa-dewa kurcaci,
dewa-dewa kami, pasti ada yang menciptakannya."
Oromis mengangkat alis. "Aku tidak menyetujui
pendapatmu. Tapi sekalipun begitu, aku tidak bisa
membuktikan dewa-dewa tidak ada. Aku juga tak bisa
membuktikan dunia dan segala sesuatu di dalamnya
tidak diciptakan suatu entitas atau entitas-entitas
pada suatu saat jauh di masa lalu. Tapi aku bisa
memberitahumu bahwa selama beberapa milenium kami
para elf mempelajari alam, kami tidak pernah
menyaksikan kejadian di mana aturan-aturan yang
mengatur dunia ini dilanggar. Yaitu, kami tidak pernah
melihat keajaiban. Banyak kejadian yang berada di
luar kemampuan kami untuk mencari penjelasannya,
tapi kami yakin kegagalan kami disebabkan kami
masih sangat bodoh tentang alam semesta dan bukan
karena adanya kekuasaan tertinggi yang mengubah
cara kerja alam." "Dewa tidak perlu mengubah alam
untuk mendapatkan keinginannya," kata Eragon. "Ia
bisa melakukannya dalam sistem yang sudah ada... Ia
bisa menggunakan sihir untuk memengaruhi
kejadian-kejadian." Oromis tersenyum. "Benar sekali.
Tapi coba tanyakan ini pada diri sendiri, Eragon:
Kalau dewa-dewa ada, apakah mereka penjaga
Alagaesia yang baik" Kematian, penyakit, kemiskinan,
tirani, dan puluhan kesengsaraan lain mengintai tanah
ini, Kalau ini hasil karya para makhluk yang teragung,
berarti kita harus memberontak dan menjatuhkan
mereka, bukannya mematuhi dan memuja mereka."
"Kurcaci percaya--" "Tepat sekali! Kurcaci percaya.
Kalau mengenai masalah-masalah tertentu, mereka
mengandalkan iman mereka dan bukannya logika.
Mereka bahkan diketahui mengabaikan fakta yang
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
telah terbukti bertentangan dengan dogma mereka."
"Pendeta kurcaci menggunakan koral sebagai bukti
bahwa batu hidup dan bisa berkembang, yang juga
mendukung cerita mereka bahwa Helzvog membentuk
ras kurcaci dari granit. Tapi kami para elf mendapati
koral sebenarnya kulit luar yang keras dan
dikumpulkan hewan-hewan sangat kecil yang hidup di
dalam koral itu. Penyihir mana pun bisa merasakan
hewan-hewan ini kalau ia membuka pikirannya. Kami
menjelaskan hal ini pada para kurcaci, tapi mereka
menolak mendengarkan, mengatakan kehidupan yang
kami rasakan ada dalam setiap setiap jenis batu,
sekalipun para pendeta mereka seharusnya merupakan
satu-satunya yang mampu mendeteksi kehidupan yang
terkurung dalam batu." Lama Eragon menatap keluar
jendela, memikirkan kata-kata Oromis. "Anda tidak
percaya adanya kehidupan sesudah mati, kalau
begitu." "Dari apa yang dikatakan Glaedr, kau sudah
tah Bidadari Pendekar Naga Sakti
u itu." "Dan Anda tidak percaya keberadaan
dewa-dewa." "Kami menghargai apa yang bisa kami
buktikan keberadaannya. Karena kami tidak bisa
menemukan bukti bahwa dewa, keajaiban, dan hal-hal
supernatural lainnya nyata, kami tidak mau
merepotkan diri dengan segala hal itu. Kalau hal itu
akan berubah, kalau Helzvog sendiri muncul ke
hadapan kami, baru kami menerima informasi baru itu
dan mengubah posisi kami." "Rasanya dunia ini
dingin tanpa ada sesuatu yang... lebih."
"Sebaliknya," kata Oromis, "dunia ini jadi lebih baik.
Tempat di mana kita bertanggung jawab atas tindakan
kita sendiri, di mana kita bisa bersikap ramah
terhadap satu sama lain karena kita menginginkannya
dan karena itulah tindakan yang tepat, bukannya
menjaga sikap karena takut ancaman hukuman dari
dewa-dewa. Aku tidak akan menentukan apa yang
kaupercayai, Eragon. Jauh lebih baik untuk diajar
berpikir kritis lalu dibiarkan mengambil keputusan
sendiri daripada dijejali gagasan orang lain. Kau
menanyakan agama kami, dan aku sudah menjawab
sejujurnya. Terserah bagaimana tindakanmu
selanjutnya." Diskusi mereka--bersama
kekhawatiran-kekhawatirannya sebelum
ini--menyebabkan Eragon begitu terganggu hingga
sulit belajar keesokan harinya, bahkan sewaktu
Oromis mulai menunjukkan cara bernyanyi pada
tanaman, yang tadinya sangat ingin dipelajari Eragon.
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon sadar pengalamannya sendiri telah


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyebabkan sikapnya lebih skeptis; pada prinsipnya,
ia setuju dengan Sebagian besar perkataan Oromis.
Tapi masalah yang mengganggunya adalah kalau para
elf benar, berarti hampir semua manusia dan kurcaci
telah tertipu; Eragon sulit menerimanya. Tidak
mungkin begitu banyak orang melakukan kesalahan,
pikirnya berkeras sendiri. Sewaktu ia menanyakan hal
itu pada Saphira, naga tersebut menjawab, Itu tidak
penting bagiku, Eragon. Naga tidak pernah percaya
adanya kekuasaan yang lebih tinggi. Kenapa kami
harus memikirkan itu kalau rusa dan mangsa-mangsa
lain menganggap kami kekuasaan yang lebih tinggi"
Eragon tertawa mendengarnya. Hanya saja jangan
menolak kenyataan untuk menenangkan dirimu sendiri,
karena begitu kau melakukannya, mudah sekali bagi
orang lain untuk menipumu. Malam itu, ketidakpastian
Eragon muncul dalam mimpi tersadarnya, yang
mengamuk seperti beruang terluka dalam benaknya,
mencabik bayangan-bayangan yang tidak berkaitan
dari kenangannya dan mencampurnya menjadi
keributan yang begitu rupa hingga ia merasa seperti
dilemparkan kembali ke kebingungan pertempuran di
bawah Farthen Dur. Ia melihat Garrow tergeletak
tewas di rumah Horst, lalu Brom tewas di gua batu
pasir yang sepi, kemudian wajah Angela si tukang
obat, yang berbisik, "Berhati-hatilah, Argetlam,
pengkhianatan sudah jelas. Dan pengkhianatan itu
berasal dari keluargamu. Hati-hatilah, Shadeslayer!
Lalu langit kemerahan robek dan Eragon sekali lagi
menyaksikan kedua pasukan dari firasat yang
didapatnya di Pegunungan Beor. Jajaran pejuang yang
beradu di medan oranye dan kuning, diiringi jeritan
serak kematian--gagak dan desingan anak-anak panah
hitam. Bumi sendiri seperti terbakar: api hijau
berkobar dari lubang-lubang hangus yang memenuhi
tanah, menghanguskan mayat-mayat tercincang yang
ditinggalkan pasukan. Ia mendengar raungan makhluk
buas raksasa dari atas yang dengan cepat men-
Eragon tersentak duduk di ranjang dan meraih kalung
kurcaci, yang panas membara di tenggorokannya.
Dengan menggunakan tunik untuk melindungi tangan,
ia menarik martil perak itu dari kulitnya lalu duduk
menunggu dalam kegelapan, jantunyanya
berdebar-debar karena terkejut. Ia merasa
kekuatannya merosot saat mantra Gannel menolak
siapa pun yang berusaha men-scry dirinya dan
Saphira. Sekali lagi, ia penasaran apakah Galbatorix
sendiri yang ada di balik mantra itu, atau apakah
salah seorang penyihir peliharaan Raja. Eragon
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengerutkan kening dan melepaskan martil itu saat
logamnya dingin kembali. Ada yang tidak beres. Itu
aku tahu, dan aku sudah tahu beberapa lama, sama
seperti Saphira. Karena terlalu tidak nyaman untuk
kembali ke keadaan seperti kerasukan yang
menggantikan tidur baginya, ia keluar dari kamar tidur
mereka tanpa mem Bidadari Pendekar Naga Sakti
bangunkan Saphira dan menaiki tangga spiral ke ruang
kerja. Di sana ia membuka tutup lentera putih dan
membaca salah satu epos Analisia hingga matahari
terbit untuk menenangkan diri. Tepat pada saat
Eragon menyingkirkan gulungan itu, Blagden terbang
memasuki portal terbuka di dinding timur dan, diiringi
kepakan sayapnya, mendarat di sudut meja tulis
berukir. Gagak putih itu menatap Eragon dan berseru,
"Wyrda!" Eragon memiringkan kepala. "Dan semoga
bintang-bintang mengawasimu, Master Blagden."
Gagak itu melompat-lompat mendekat. Ia memiringkan
kepala ke satu sisi dan batuk keras, seakan
membersihkan tenggorokan, lalu berbicara dengan
suaranya yang serak: Demi paruh dan tulang, Batuku
yang hangus Melihat pemula dan bajingan Dan
sungai-sungai darah! Apa artinya?" tanya Eragon.
Blagden mengangkat bahu dan mengulanginya.
Sewaktu Eragon masih meminta penjelasan, burung itu
mengibaskan bulu-bulunya, tampak tidak senang, dan
tergelak, "Anak dan ayah sama saja, sama-sama
sebuta kelelawar." "Tunggu!" seru Eragon, tersentak
bangkit. "Kau tahu ayahku" Siapa dia?" Blagden
kembali terkekeh. Kali ini tampaknya ia tertawa.
Sementara dun mungkin berbagi dua, Dan satu dari
dua jelas satu, Satu mungkin jadi dua. "Nama,
Blagden. Beritahukan namanya!" Sewaktu burung
gagak itu tetap membisu, Eragon menjangkau dengan
benaknya, berniat merampas informasi itu dari
kenangan si burung. Tapi Blagden terlalu liar. Ia
menangkis jangkauan Eragon dengan menepiskan
pikirannya. Sambil menjerit "Wyrda!" ia melesat maju,
mengambil tutup kaca botol tinta, dan melesat pergi
sambil membawa trofinya di paruh. Ia menghilang dari
pandangan sebelum Eragon sempat mengucapkan
mantra untuk membawanya kembali. Perut Eragon
melilit sementara ia berusaha menafsirkan kedua
teka-teki Blagden. Hal terakhir yang diduganya adalah
mendengar ayahnya disinggung di Ellesmera.
Akhirnya, ia menggumam, "Cukup." Akan kucari
Blagden nanti dan memaksanya mengatakan yang
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sebenarnya. Tapi sekarang ini... Aku pasti bodoh
kalau mengabaikan peringatan ini. Ia melompat
bangkit dan lari menuruni tangga, membangunkan
Saphira dengan benaknya dan memberitahukan apa
yang terjadi malam itu. Setelah mengambil cermin
cukur dari kamar mandi, Eragon duduk di antara kedua
cakar depan Saphira agar naga itu bisa memandang
dari atas kepalanya dan melihat apa yang dilihatnya.
Arya tidak akan senang kalau kita menerobos
privasinya, Saphira memperingatkan. Aku harus tahu
apakah ia selamat. Saphira menerimanya tanpa
mendebat. Bagaimana caramu menemukannya" Katamu
sesudah penawanannya, ia mendirikan ward
yang--seperti kalungmu--mencegah siapa pun men-scry
dirinya. Kalau aku bisa men-scry orang-orang dengan
siapa ia berada, aku mungkin bisa memperkirakan
bagaimana keadaan Arya. Setelah memusatkan
perhatian pada Nasuada, Eragon menyapukan tangan
di atas cermin dan menggumamkan kalimat tradisional,
"Tatapan mimpi." Cermin berpendar dan memutih,
yang tinggal hanya Sembilan orang yang berkumpul di
sekeliling meja yang tak kasatmata. Dari antara
mereka, Eragon mengenali Nasuada dan Dewan Tetua,
Tapi ia tidak bisa mengenali gadis aneh berkerudung
hitam yang berdiri di belakang Nasuada. Ini
membingungkannya, karena penyihir hanya bisa
men-scry apa yang pernah dilihatnya, dan Eragon
yakin belum pernah melihat gadis itu. Tapi ia
melupakan gadis itu sewaktu menyadari orang-orang,
bahkan Nasuada, menyandang senjata dan siap
bertempur. Coba kita dengarkan kata-kata mereka,
kata Saphira. Begitu Eragon mengucapkan perubahan
mantra yang diperlukan, suara Nasuada terdengar dari
cermin: "...dan kebingungan akan menghancurkan kita.
Para pejuang kita hanya bisa dipimpin satu komandan
dalam pertempuran ini. Putuskan siapa yang jadi
komandannya, Orrin, dan secepatnya." Eragon
mendengar desahan tanpa tubuh. "Terserah; kau yang
jadi komandannya." "Tapi, Sir, ia belum teruji!"
"Cukup, Irwin," kata Raja. "Ia memiliki pengalaman
perang yang lebih banyak daripada siapa pun di
Surda. Dan kaum Varden satu-satunya pasukan yang
pernah mengalahkan salah satu pasukan Galbatorix.
Kalau Nasuada merupakan jendral S
Bidadari Pendekar Naga Sakti
urda--yang bisa jadi sangat aneh, kuakui--kau tidak
akan ragu-ragu mencalonkan dirinya untuk posisi itu.
Dengan senang hati akan kutangani masalah
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kewenangan kalau ada nanti, karena itu berarti aku
masih hidup dan belum dikubur. Kenyataannya, kita
kalah jumlah begitu banyak hingga aku takut kita
sudah hancur kecuali Hrothgar bisa tiba di sini
sebelum akhir minggu. Sekarang, mana gulungan
terkutuk tentang iring-iringan pasokan itu"... Ah,
terima kasih, Arya. Tiga hari lagi tanpa--" Sesudah
itu diskusi berubah menjadi semacam pertengkaran,
tapi Eragon tidak bisa mendapatkan informasi
berguna, jadi ia mengakhiri mantranya. Cerminnya
kembali kosong, dan ia mendapati dirinya menatap
bayangan wajahnya sendiri. Ia masih hidup,
gumamnya. Tapi kelegaannya dikalahkan arti yang
lebih besar dari apa yang mereka dengar tadi.
Saphira memandangnya. Kita dibutuhkan. Aye.
Kenapa Oromis tidak memberitahu kita mengenai hal
ini" Ia pasti tidak tahu. Mungkin ia tidak ingin
mengacaukan latihan kita. Dengan perasaan
terganggu, Eragon bertanya-tanya hal penting apa lagi
yang terjadi di Alagaesia tanpa setahunya, Roran.
Dengan perasaan bersalah Eragon menyadari sudah
berminggu-minggu ia tidak memikirkan sepupunya, dan
bahkan lebih lama lagi sejak ia men-scry sepupunya
itu dalam perjalanan ke Ellesmera. Atas perintah
Eragon, cermin menampilkan dua sosok yang berdiri di
depan latar belakang putih. Eragon membutuhkan
waktu yang lama untuk mengenali pria di sebelah
kanan sebagai Roran. Roran mengenakan pakaian yang
lusuh karena perjalanan, sebatang martil terselip di
sabuknya, janggut tebal menutupi wajahnya, dan
ekspresinya memancarkan keputusasaan. Di sebelah
kirinya berdiri Jeod. Keduanya bergoyang-goyang
naik-turun, diiringi debur menggelegar ombak, yang
menutupi apa pun yang mereka katakan. Sesudah
beberapa waktu, Roran berbalik dan berjalan di
sepanjang apa yang menurut dugaan Eragon
merupakan geladak kapal, menampakkan puluhan
penduduk desa lainnya di cermin. Di mana mereka,
dan kenapa Jeod bersama mereka" tanya Eragon,
bingung. Dengan mengalihkan sihir, dengan cepat ia
men-scry Teirm--kaget melihat dermaga kota itu
hancur--Therinsford, tanah pertanian Garrow, lalu
Carvahall, yang membuat Eragon menjerit sedih.
Desanya lenyap. Setiap bangunan, termasuk rumah
Horst yang indah, telah dibumihanguskan. Carvahall
tidak lagi ada, yang tinggal hanya sepetak jelaga di
samping Sungai Anora. Satu-satunya penghuni yang
tersisa hanyalah empat serigala kelabu yang melompat
di sela-sela reruntuhan. Cermin terjatuh dari tangan
Eragon dan pecah di lantai. Ia menyandar ke Saphira,
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
air mata bagai membakar matanya saat ia menangisi
rumahnya yang hilang. Saphira bersenandung dalam di
dadanya dan mengusap lengan Eragon dengan
rahangnya, menyelimutinya dengan kehangatan penuh
simpati. Tenanglah, makhluk kecil. Setidaknya
teman-temanmu masih hidup. Eragon menggigil dan
merasakan kebulatan tekad yang keras terbentuk di
perutnya. Kita terlalu lama terkucil dari dunia. Sudah
waktunya meninggalkan Ellesmera dan menghadapi
takdir kita apa pun itu. Untuk saat ini, Roran terpaksa
bertahan sendiri, tapi kaum Varden... kita bisa
membantu kaum Varden. Apakah sudah waktunya
bertempur, Eragon" tanya Saphira, ada nada formal
yang aneh dalam suaranya. Eragon tahu apa yang
dimaksudkan naga itu: Apakah sudah tiba waktunya
menantang Kekaisaran secara langsung, waktunya
membunuh dan merajalela hingga batas kemampuan
mereka, waktunya menghamburkan kemurkaan mereka
hingga Galbatorix terkapar tewas di depan mereka"
Apakah sudah waktunya melibatkan diri dalam
tindakan yang bisa memakan waktu berpuluh-puluh
tahun sebelum berakhir" Sudah waktunya.
HADIAH-HADIAH Eragon mengemasi barang-barang
miliknya dalam waktu kurang dari lima menit. Ia
mengambil pelana pemberian Oromis, mengikatnya ke
Saphira, lalu melampirkan tas-tasnya di punggung
naga itu dan mengikatnya. Saphira menyentakkan
kepala, cuping hidungnya mengembang, dan berkata,
Kutunggu di lapangan. Sambil meraung, ia melompat
dari rumah pohon, mengembangkan sayap-sayap
birunya di udara, dan terbang pergi, menyusuri
Bidadari Pendekar Naga Sakti
kanopi hutan. Secepat elf, Eragon lari ke Tialdari
Hall, di mana ia mendapati Orik duduk di sudut
seperti biasa, memainkan Runes. Kurcaci itu
menyapanya dengan tamparan di lengan. "Eragon!
Kenapa kau kemari sepagi ini" Kupikir kau beradu
pedang dengan Vanir." "Saphira dan aku mau pergi,"
kata Eragon. Orik terdiam dengan mulut ternganga,
lalu menyipitkan mata, sikapnya berubah serius. "Kau
mendapat kabar?" "Akan kuberitahukan nanti. Kau mau
ikut?" "Ke Surda?" "Aye. " Senyum lebar merekah di
wajah Orik yang berbulu. "Kau harus memborgolku
dengan besi kalau mau aku tinggal. Aku tidak
melakukan apa-apa di Ellesmera kecuali bertambah
gendut dan malas. Sedikit kehebohan bagus bagiku.
Kapan kita berangkat?" "Secepat mungkin. Kemasi
barang-barangmu dan temui kami di lapangan
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
latih-tanding. Kau bisa mengangkat persediaan
makanan seminggu bagi kita?" "Seminggu" Tapi itu


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak-" "Kita terbang dengan Saphira." Kulit di atas
janggut Orik memucat. "Kami kurcaci tidak begitu
cocok dengan ketinggian, Eragon. Tidak cocok sama
sekali. Lebih baik kalau kita bisa menunggang kuda,
seperti sewaktu datang kemari." Eragon menggeleng.
"Terlalu lama. Lagi pula, mudah sekali menunggangi
Saphira. Ia akan menangkapmu kalau kau jatuh," Orik
mendengus, tampak ragu-ragu sekaligus tidak yakin.
Setelah meninggalkan aula, Eragon berlari melintasi
kota hingga bertemu Saphira, lalu mereka terbang ke
Tebing Tel'naeir. Oromis tengah duduk di lengan
kanan depan Glaedr sewaktu mereka mendarat di
lapangan. Sisik-sisik naga itu menerangi sekitarnya
dengan puluhan serpihan cahaya keemasan. Baik elf
maupun naga itu tidak terusik. Setelah turun dari
punggung Saphira, Eragon membungkuk memberi
hormat. "Master Glaedr. Master Oromis." Glaedr
berkata, Kau memutuskan sendiri untuk kembali ke
kaum Varden, bukan" Benar, jawab Saphira.
Perasaan dikhianati Eragon mengalahkan kontrol
dirinya. "Kenapa kalian menyembunyikan kebenaran
dari kami" Apa kalian begitu bertekad bulat menahan
kami di sini hingga harus melakukan tipuan murahan
seperti itu" Kaum Varden akan diserang dan kalian
bahkan tidak menyinggungnya!" Setenang biasanya,
Oromis bertanya, "Kau ingin tahu alasannya?" Sangat
ingin, Master, kata Saphira sebelum Eragon sempat
menjawab. Diam-diam, ia menegur Eragon,
menggeram, Sopanlah "Kami sengaja tidak
memberitahu karena dua alasan. Yang utama adalah
kami sendiri baru tahu sembilan hari berselang bahwa
kaum Varden terancam, dan jumlah, lokasi, serta
gerakan pasukan Kekaisaran yang sebenarnya masih
tersembunyi dari kami hingga tiga hari sesudah itu,
sewaktu Lord Dathedr berhasil menembus mantra yang
digunakan Galbatorix untuk menipu scry yang kami
lakukan." "Itu masih tidak menjelaskan kenapa Anda
tidak menyinggung hal ini sedikit pun." Eragon
merengut. "Bukan hanya itu, tapi begitu Anda tahu
kaum Varden terancam, kenapa Islanzadi tidak
mengumpulkan para elf untuk bertempur" Apa kita
bukan sekutu?" "Ia sudah mengumpulkan para elf,
Eragon. Hutan menggemakan dentingan martil,
entakan sepatu bot tempur, dan kedukaan mereka yang
akan berpisah. Untuk pertama kalinya setelah seabad,
ras kami akan keluar dari Du Weldenvarden dan
menantang musuh terbesar kami. Sudah tiba waktunya
bagi para elf untuk sekali lagi berjalan secara terbuka
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Alagaesia." Dengan lembut, Oromis menambahkan,
"Pikiranmu teralih akhir-akhir ini, Eragon, dan aku
mengerti alasannya. Sekarang kau harus melihat di
luar dirimu sendiri. Dunia menuntut perhatianmu."
Karena malu, Eragon hanya bisa berkata, "Maafkan
aku, Master." Ia teringat kata-kata Blagden dan
tersenyum pahit. "Aku sebuta kelelawar." "Tidak,
Eragon. Kau berhasil dengan baik, mengingat
besarnya tanggung jawab yang kami minta
kausandang." Oromis menatapnya serius. "Kami
berharap menerima pesan dari Nasuada beberapa hari
lagi, meminta bantuan Islanzadi dan agar kau
bergabung dengan kaum Varden. Aku berniat
memberitahukan ancaman yang dihadapi kaum Varden
waktu itu, di saat kau masih memiliki waktu untuk
mencapai Surda sebelum pedang-pedang dicabut.
Kalau kuberitahukan lebih awal, kau akan merasa
berkewajiban meninggalkan lati
Bidadari Pendekar Naga Sakti
hanmu dan bergegas pergi melindungi majikanmu. Itu
sebabnya aku dan Islanzadi menutup mulut."
"Latihanku tidak ada artinya kalau kaum Varden
dihancurkan." "Ya. Tapi kau mungkin satu-satunya
orang yang bisa mencegah mereka dari kehancuran,
karena ada kemungkinan--tipis tapi
menakutkan--bahwa Galbatorix akan hadir dalam
pertempuran ini. Sudah terlambat bagi para pejuang
kami untuk membantu kaum Varden, yang berarti kalau
Galbatorix benar-benar ada di sana, kau terpaksa
menghadapinya seorang diri, tanpa perlindungan para
perapal mantra kami. Dalam situasi seperti itu,
tampaknya vital kalau latihanmu terus berlanjut
selama mungkin." Dalam sekejap, kemarahan Eragon
memudar, digantikan pikiran yang dingin, keras, dan
sangat praktis saat ia memahami pentingnya bagi
Oromis untuk menutup mulut. Perasaan pribadi tidak
relevan dalam situasi seburuk yang mereka hadapi.
Dengan suara datar, ia berkata, "Anda benar. Sumpah
setia memaksaku memastikan keselamatan Nasuada
dan kaum Varden. Tapi aku tak siap menghadapi
Galbatorix. Setidaknya, belum." "Saranku," kata
Oromis, "adalah kalau Galbatorix muncul, berusahalah
sedapat mungkin mengalihkan dirinya dari kaum
Varden hingga pertempuran mencapai kepastian akan
menang atau kalah dan hindari pertempuran langsung
dengannya. Sebelum kau pergi, kuminta satu hal
padamu: bersumpahlah bahwa kau dan Saphira--begitu
keadaan memungkinkan--akan kembali kemari untuk
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyelesaikan latihan kalian, karena masih banyak
yang harus kalian pelajari." Kami akan kembali,
sumpah Saphira, mengikat diri dengan bahasa kuno.
"Kami akan kembali," ulang Eragon, dan memastikan
takdir mereka. Tampak puas, Oromis meraih ke
belakangnya dan mengeluarkan kantong merah
berbordir yang dibukanya. "Untuk mengantisipasi
kepergianmu, kukumpulkan tiga hadiah bagimu,
Eragon." Dari kantung itu, ia mengeluarkan botol
perak. "Pertama, sedikit faelnirv yang sudah
kulengkapi dengan mantraku Sendiri. Ramuan ini bisa
menambah daya tahanmu kalau yang lainnya gagal,
dan kau mungkin mendapati karakteristiknya berguna
dalam situasi-situasi lain. Minumlah sedikit-sedikit,
karena aku hanya sempat menyiapkan beberapa
teguk." Ia memberikan botol itu kepada Eragon, lalu
mengeluarkan Sabuk pedang panjang hitam dan biru
dari kantong. Sabuk itu terasa lebih tebal dan lebih
berat daripada biasanya bagi Eragon sewaktu ia
mengelusnya. Sabuk itu terbuat dari kain yang ditenun
menjadi satu dalam pola Sulur Liani yang saling
melilit. Sesuai instruksi Oromis, Eragon menarik
rumbai di ujung sabuk dan tersentak saat sepetak
bagian tengahnya bergeser dan menampakkan dua
belas berlian, masing-masing berdiameter satu inci.
Empat berlian putih, empat hitarn- dan sisanya merah,
biru, kuning, dan cokelat. Intan-intan itu berkilau
dingin dan cemerlang, seperti es saat subuh,
menebarkan bercak warna-warni di tangan Eragon.
"Master...." Eragon menggeleng, tidak mampu bicara
hingga beberapa tarikan napas. "Apakah aman untuk
memberikan ini padaku?" "Jaga baik-baik agar tidak
ada yang tergoda mencurinya. Ini sabuk Beloth si
Bijaksana--yang pernah kau baca dalam sejarah Tahun
Kegelapan--dan salah satu harta terbesar para
Penunggang. Ini permata paling sempurna yang bisa
ditemukan Penunggang. Beberapa kami tukarkan
dengan kurcaci. Lainnya kami menangkan dalam
pertempuran atau menambangnya sendiri. Batu-batu
ini tidak mengandung kekuatan sihir sendiri, tapi kau
bisa menggunakannya sebagai simpanan kekuatan dan
menggunakan cadangan tenaga itu kalau perlu. Ini,
sebagai tambahan rangkaian batu mirah di tangkai
Zar'roc, akan memungkinkanmu mengumpulkan
simpanan energi agar kau tidak kelelahan karena
melontarkan mantra dalam pertempuran, atau bahkan
sewaktu menghadapi penyihir lawan." Akhirnya,
Oromis mengeluarkan gulungan tipis yang dilindungi
tabung kayu berukir pohon Menoa. Setelah membuka
gulungan itu, Eragon melihat puisi yang dibacakannya
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dalam Agaeti Blodhren. Puisi itu ditulis dengan
kaligrafi terbaik Oromis dan digambari lukisan tinta
terinci elf itu. Tanaman dan hewan terjalin menjadi
satu di dalam huruf pertama setiap sajak empat baris,
sementara hiasan-hi Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
asan rumit menelusuri kolom-kolom kata dan
membingkai gambar-gambarnya. "Kupikir," kata
Oromis, "kau senang kalau bisa menyimpan
duplikatnya bagimu sendiri." Eragon berdiri membawa
dua belas berlian tak ternilai itu di satu tangan dan
gulungan Oromis di tangan yang lain, dan ia tahu
gulungan itulah yang dianggapnya paling berharga.
Eragon membungkuk memberi hormat dan, beralih ke
bahasa yang paling sederhana akibat dalamnya
perasaan terima kasihnya berkata, "Terima kasih,
Master." Lalu Oromis mengejutkan Eragon dengan
memulai sapaan tradisional elf dan dengan begitu
menyatakan penghormatannya pada Eragon: "Kiranya
keberuntungan menguasaimu." "Kiranya
bintang-bintang mengawasi Anda." "Dan kiranya
kedamaian ada di hatimu," elf berambut perak itu
mengakhirinya. Ia mengulangi percakapan itu dengan
Saphira. "Sekarang terbanglah secepat angin utara,
tahu bahwa kalian--Saphira Brightscales dan Eragon
Shadeslayer--membawa berkat Oromis, elf terakhir
dari Rumah Thrandurin, ia yang merupakan
Kebijaksanaan Duka sekaligus si Cacat yang Utuh."
Dan juga berkatku, tambah Glaedr. Dengan
menjulurkan leher, ia menyentuhkan ujung hidungnya
ke ujung hidung Saphira, mata emasnya berkilau
seperti hamparan bara yang berputar-putar. Ingatlah
untuk menjaga keselamatan hatimu, Saphira. Saphira
bersenandung sebagai jawaban. Mereka mengucapkan
selamat tinggal dengan khidmat. Saphira membubung
ke atas hutan yang rapat, Oromis dan Glaedr
menyusut dan menghilang di belakang mereka,
sendirian di tebing. Sekalipun masa tinggalnya di
Ellesmera berat, Eragon rindu untuk berada di tengah
kaum elf, karena bersama mereka ia menemukan apa
yang paling mendekati rumah sejak melarikan diri dari
Lembah Palancar. Aku meninggalkan tempat ini
sebagai orang yang telah berubah, pikirnya, dan
memejamkan mata, memeluk Saphira. Sebelum
menemui Orik, mereka mampir sekali lagi: Tialdari
Hall. Saphira mendarat di kebun tertutup, berhati-hati
agar tidak merusak tanaman dengan ekor atau
cakarnya. Tanpa menunggu Saphira berjongkok,
Eragon langsung melompat turun, lompatan yang dulu
akan melukainya. Seorang elf pria muncul, menyentuh
bibir dengan dua jari Pertama, dan menanyakan apa
yang bisa dibantunya. Sewaktu Eragon menjawab
bahwa ia ingin bertemu Islanzadi, elf itu berkata,
"Silakan tunggu di sini, Tangan Perak." Kurang dari
lima menit kemudian, Ratu sendiri muncul dari
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kedalaman Aula Tialdari, tunik merahnya tampak
seperti setetes darah di tengah jubah putih para
bangsawan elf yang menemaninya. Sesudah basa-basi
selayaknya, Islanzadi berkata "Oromis sudah
memberitahukan niatmu meninggalkan kami. Aku tidak
senang karenanya, tapi tak ada yang bisa menentang
takdir." "Ya, Yang Mulia... Yang Mulia, kami
menyampaikan hormat kami sebelum pergi. Anda sudah
sangat memerhatikan kami dan kami berterima kasih
pada Anda dan Rumah Anda untuk pakaian,
penginapan, dan makanan kami. Kami berutang budi
pada Anda." "Kau tidak pernah berutang budi pada
kami, Penunggang. Kami hanya membayar kembali
sedikit dari utang kami padamu dan pada para naga
untuk kegagalan kami yang payah di Kejatuhan. Tapi
aku berterima kasih kau menghargai keramahan kami."
Ia diam sejenak. "Sesudah kau tiba di Surda nanti,
sampaikan penghormatan kerajaanku pada Lady
Nasuada dan Raja Orrin dan beritahu mereka tidak
lama lagi para pejuang kami akan menyerang paro
utara Kekaisaran. Kalau keberuntungan tersenyum
pada kita, kita akan berhasil mengejutkan Galbatorix
dan, kalau sempat, memecah belah pasukannya."
"Sesuai keinginan Anda." "Selain itu, ketahuilah
bahwa aku sudah mengirim dua belas perapal mantra
terbaik kami ke Surda. Kalau kau masih hidup pada
saat mereka tiba nanti, mereka akan berada di bawah
perintahmu dan berusaha sebaik-baiknya untuk
melindungimu dari bahaya siang dan malam." "Terima
kasih, Yang Mulia." Islanzadi mengulurkan tangan
dan salah seorang bangsawan elf mengulurkan kotak
kayu tipis tanpa hiasan. "Ada hadiah dari Oromis
untukmu dan ada hadiah dariku. Biar hadiah ini
mengingatkanmu pada masa yang kaulewati bersama
kami di bawah pepohonan pinus." Ia membuka kotak,
menampilkan bus Bidadari Pendekar Naga Sakti
ur hitam dan panjang dengan batang dan ujung
melengkung yang terselip pada bantalan beludru.
Hiasan perak yang dililit daun dogwood ada di ujung
dan pegangan busur. Di sampingnya terdapat setabung
anak-anak panah baru dengan bulu angsa putih.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Sekarang sesudah kau memiliki kekuatan yang sama
dengan kami, rasanya layak kalau kau juga memiliki
salah satu busur kami. Aku sendiri yang
menyanyikannya dari sebatang yew. Talinya tidak akan
pernah putus. Dan selama menggunakan anak-anak
panah ini, kau tidak akan luput, bahkan ketika angin
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berembus sewaktu kau memanah." Sekali lagi, Eragon
terharu oleh kedermawanan para elf. Ia membungkuk
memberi hormat. "Apa yang bisa saya katakan, my
Lady" Anda begitu menghormati saya hingga
memberikan hasil keringat Anda sendiri." Islanzadi
mengangguk, seakan menyetujui kata-katanya, lalu
melangkah melewatinya dan berkata, "Saphira, aku
tidak membawa hadiah untukmu karena aku tidak bisa
memikirkan apa yang mungkin kaubutuhkan atau
inginkan, tapi kalau ada apa pun yang kauinginkan
dari kami, sebutkan dan kau akan mendapatkannya."
Naga, kata Saphira, tidak membutuhkan barang untuk
berbahagia. Apa gunanya kekayaan bagi kami ketika
kulit kami lebih megah dari tumpukan harta mana pun
yang ada" Tidak, aku puas dengan keramahan yang
Anda tunjukkan pada Eragon. Lalu Islanzadi
memberkati perjalanan mereka. Setelah berputar
batik, dengan jubah merahnya berkibar dari bahu, ia
hendak melangkah ke kebun, tapi berhenti di tepi
kebun dan berkata, "Dan, Eragon?" "Ya, Yang Mulia?"
"Kalau kau bertemu Arya, sampaikan sayangku
padanya dan beritahu ia sangat dirindukan di
Ellesmera." Kata-kata itu kaku dan resmi. Tanpa
menunggu jawaban, Ratu bergegas pergi dan
menghilang di sela batang-batang pohon yang menjaga
bagian dalam Tialdari Hall, diikuti para bangsawan
elf. Saphira membutuhkan waktu kurang dari semenit
untuk terbang ke lapangan latih-tanding, tempat Orik
duduk di ranselnya yang menggembung, melemparkan
kapak perangnya dari satu tangan ke tangan yang lain
dan merengut buas. "Akhirnya kalian tiba di sini,"
gerutunya. Ia berdiri dan menyelipkan kapak ke batik
sabuk. Eragon meminta maaf atas keterlambatannya,
lalu mengikat ransel Orik di belakang pelana. Kurcaci
itu menatap bahu Saphira, yang menjulang tinggi di
atasnya "Dan bagaimana, demi janggut hitam
Morgothal, caraku naik ke atas sana" Permukaan
tebing memiliki lebih bannyak tonjolan untuk
pegangan daripada dirimu, Saphira" Ini, kata
Saphira. Ia berbaring rata di perut dan mengulurkan
kaki kanan belakangnya sejauh mungkin, membentuk
papa, penghubung yang tidak rata. Setelah
mengangkat diri ke tulang kering Saphira sambil
mendengus keras, Orik merangkak menyusuri kaki
Saphira. Semburan api kecil terlontar dari cuping
hidung Saphira sewaktu ia mendengus. Cepat--aku
geli! Orik berhenti sejenak di tepi perut Saphira, lalu
meletakkan satu kaki di samping tulang punggung
Saphira dan dengan hati-hati menyusuri punggung
Saphira hingga ke pelana. Ia menepuk duri gading di
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
antara kakinya dan berkata, "Ini cara terbaik yang
pernah kulihat untuk kehilangan kejantanan." Eragon
tersenyum. "Jangan tergelincir." Sewaktu Orik duduk
di bagian depan pelana, Eragon naik ke punggung
Saphira dan duduk di belakang si kurcaci. Agar Orik
tidak bergeser sewaktu Saphira berbelok atau
berputar, Eragon mengendurkan tali-temali untuk
mengikat lengannya dan meminta Orik menyelipkan
kaki ke sana. Saat Saphira berdiri tegak, Orik goyah,
lalu mencengkeram duri di depannya. "Garr! Eragon,
jangan biarkan aku membuka mata sebelum kita di
udara, kalau tidak aku akan muntah. Ini tidak alamiah,
sungguh. Kurcaci tidak ditakdirkan menunggangi naga.
Belum pernah terjadi." "Belum pernah?" Orik
menggeleng tanpa menjawab. Kerumunan elf
bermunculan dari Du Weldenvarden, berkumpul di tepi
lapangan, dan dengan ekspresi khidmat mengawasi
Saphira mengangkat sayapnya yang tembus pandang,
bersiap-siap lepas landas. Eragon mengeratkan
cengkeraman saat merasa kaki-kaki Saphira yang kuat
menegang di bawah kakinya. Sambil menambah
kecepatan, Saphira melompat ke langit biru,
mengepak-ngepakkan sa Bidadari Pendekar Naga Sakti
yap dengan sigap dan kuat untuk membubung melewati
pepohonan raksasa. Ia berputar di atas hutan yang
luas--melingkar-lingkar naik menambah
ketinggian--lalu mengarah ke selatan, ke Padang
Pasir Hadarac. Sekalipun angin terdengar kencang di
telinga Eragon, ia mendengar seorang wanita elf di
Ellesmera menyanyi dengan suaranya yang jernih,
seperti sewaktu kedatangannya pertama kali. Elf itu
bernyanyi: jauh, jauh, kau akan terbang jauh,
Melewati puncak-puncak dan lembah-lembah Ke
tanah-tanah di baliknya. Jauh, jauh, kau akan
terbang jauh, Dan tidak pernah kembali padaku.
RAHANG LAUTAN Lautan kehitaman menggelora di
bawah Dragon Wing, melontarkan kapal itu tinggi ke
udara. Di sana kapal itu bergoyang-goyang di pucuk
gelombang yang berbuih sebelum menukik ke depan
dan melesat menuruni permukaan gelombang ke celah
gelap di bawahnya. Hujan kabut yang menyengat
menerobos udara yang membekukan saat angin
mengerang dan melolong seperti roh raksasa. Roran
berpegangan pada tali-temali di sebelah kanan kapal
dan muntah-muntah ke balik pagar; tidak ada yang
keluar kecuali cairan perut yang masam. Tadinya ia
membanggakan diri karena perutnya tidak pernah
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengganggu selama di bargas Clovis, tapi badai yang
baru saja mereka tembus begitu hebat hingga anak
buah Uthar sekalipun-para pelaut yang
berpengalaman-sulit memertahankan wiski dalam perut
mereka. Rasanya seperti ada sebongkah es besar
yang menjepit Roran di sela tulang bahunya saat
gelombang menghajar kapal dari samping, mengguyur
dek sebelum mengalir keluar melalui lubang-lubang
pembuangan dan tumpah ke laut yang bergolak dan
berbuih tempat gelombang itu datang. Roran mengusap
air asin dari matanya dengan jemari yang sekaku
tumpukan kayu beku, dan menyipitkan mata
memandang kaki langit yang hitam pekat di balik
haluan. Mungkin ini akan melepaskan kami dari
pengejaran mereka. Tiga kapal kapal berlayar hitam
memburu mereka sejak mereka melewati Tebing Besi
dan mengitari apa yang dijuluki Jeod Edur
Carthungave dan menurut Uthar bernama Taji Rathbar.
"Tulang ekor Spine, itulah dia," kata Uthar, sambil
tersenyum. Kapal-kapal kecil itu lebih cepat daripada
Dragon Wing, yang dibebani -nduduk desa, dan dengan
cepat mengejar kapal dagang {ersebut hingga mereka
cukup dekat untuk saling memanah. Yang paling
buruk, tampaknya kapal terdepan membawa penyihir,
karena ketepatan anak-anak panahnya sangat
menakutkan, memutuskan tali-tali, menghancurkan
mata harpun, dan mengganjal balok-balok. Dari
serangan-serangan mereka, Roran memperkirakan
Kekaisaran tidak lagi peduli soal menangkap dirinya
dan hanya ingin mencegahnya mendapat perlindungan
kaum Varden. Ia baru saja menyiapkan penduduk desa
untuk melawan pasukan yang berdatangan dari kapal
lawan sewaktu awan di atas berubah keunguan seperti
memar, penuh dengan hujan, dan hujan angin
mengamuk dari barat laut. Pada saat ini Uthar
mengarahkan Dragon Wing memotong angin, menuju
Kepulauan Selatan, di mana ia berharap bisa
melepaskan diri dari kapal-kapal kecil di sela
gelombang-gelombang dan telukteluk kecil Beirland.
Tirai kilat horisontal menyambar di antara dua
mendung tebal, dan dunia berubah sepucat marmer
sebelum kegelapan kembali berkuasa. Setiap kilasan
yang membutakan mencetak adegan tak bergerak di
mata Roran yang bertahan, berpendaran, lama
sesudah kilat menghilang. Lalu kilat bercabang
muncul, dan Roran melihat--seakan dalam serangkaian
lukisan hitam-putih--pucuk tiang layar terpuntir,
pecah, dan jatuh ke laut yang mengamuk, di sebelah
kiri pertengahan kapal. Setelah menyambar tali
penyelamat, Roran naik ke geladak atas dan,
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersama-sama dengan Bonden, memutus kabel-kabel
yang masih menghubungkan puncak tiang dengan
Dragon Wing dan menyeret buritan kapal ke dalam air.
Tali-tali itu menggeliat seperti ular saat terpotong.
Sesudahnya, Roran mengempaskan diri di geladak,
lengan kanannya terkait ke pagar untuk menahan diri
di tempatnya semaentara kapal merosot dua puluh...
tiga puluh... kaki di sela gelombang-gelombang.
Gelombang Besar menyapunya, menyerap kehangatan
dari tulang belulangnya. Ia menggigil. Jangan biarkan
aku mati di Bidadari Pendekar Naga Sakti
sini, pintanya, sekalipun kepada siapa, ia tidak tahu.
Tidak dalam gelombang yang kejam ini. Tugasku belum
selesai. Selama malam yang panjang itu, ia terus
mengenang Katrina, mendapatkan penghiburan dari
kenangan itu sewaktu ia kelelahan dan harapan
mengancam akan me ninggalkan dirinya. Badai
berlangsung selama dua hari penuh dan mereda
selepas tengah malam. Keesokan harinya subuh
tampak pucat kehijauan, langit bersih, dan tiga layar
hitam tampak meluncur di kaki langit utara. Di
sebelah barat daya, garis samar Beirland membentang
di bawah hamparan awan yang mengerumuni
pegunungan bergerigi yang mendominasi pulau itu.
Roran, Jeod, dan Uthar bertemu di kabin depan yang
kecil--karena kabin kapten diberikan pada mereka
yang sakit--tempat Uthar membuka gulungan peta laut
di meja dan mengetuk titik di atas Beirland. "Kita di
sini sekarang," katanya. Ia meraih peta garis pantai
Alagaesia yang lebih besar dan mengetuk mulut
Sungai Jiet. "Dan ini tujuan kita, karena makanan
yang ada tidak akan cukup hingga di Reavstone. Tapi
bagaimana cara kita ke sana, tanpa terkejar, tidak
bisa kupikirkan. Tanpa puncak tiang layar,
kapal-kapal celaka itu akan mengejar kita tengah hari
besok, malam kalau kita bisa mengendalikan layar
dengan baik." "Kita tidak bisa mengganti tiang
layarnya?" tanya Jeod. "Kapal-kapal sebesar ini
biasanya membawa cadangan untuk perbaikan seperti
itu." Uthar mengangkat bahu. "Bisa saja, asal ada
tukang kayu kapal yang layak di antara kita. Karena
tidak ada, aku tidak ingin orang yang tidak
berpengalaman mencobanya, hanya untuk jatuh ke
geladak dan mungkin melukai orang lain lagi." Roran
berkata, "Kalau tak ada penyihir atau para penyihir
itu, menurutku kita sebaiknya bertahan dan melawan,
karena kita jauh lebih banyak daripada awak
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kapal-kapal kecil itu. Namun sesuai kenyataan, aku
lebih suka menghindari Pertempuran. Kecil
kemungkinan kita akan menang, mengingat berapa
banyak kapal yang dikirim untuk membantu kaum
Varden dan hilang." Sambil mendengus, Uthar
menggambar lingkaran di sekitar posisi mereka saat
ini. "Kita bisa berlayar hingga sejauh ini besok
malam, dengan anggapan angin bertiup sesuai
kebutuhan kita. Kita bisa mendarat di suatu tempat di
Beirland atau Nia kalau mau, tapi aku tidak tahu apa
gunanya itu bagi kita. Kita akan terjebak. Para
prajurit di kapal-kapal kecil itu atau Ra'zac atau
bahkan Galbatorix sendiri bisa memburu kita sesuka
hatinya." Roran merengut sambil mempertimbangkan
pilihan mereka; tampaknya bertempur melawan
kapal-kapal kecil itu tak terelakkan. Selama beberapa
menit kabin sunyi, hanya terdengar suara pukulan
ombak ke lunas kapal. Lalu Jeod meletakkan jari di
peta antara Beirland dan Nia, memandang Uthar, dan
bertanya, "Bagaimana dengan Boar's Eye--Mata Babi
Hutan?" Yang mengejutkan Roran, kelasi
berpengalaman itu benar-benar memucat. "Aku tidak
berani mengambil risiko itu, Master Jeod, tidak demi
keselamatanku. Aku lebih suka menghadapi
kapal-kapal kecil itu dan tewas di laut terbuka
daripada ke tempat terkutuk tersebut. Tempat itu
sudah memakan korban kapal dua kali lebih banyak
dari armada Galbatorix." "Aku rasanya pernah
membaca," kata Jeod, sambil menyandar ke belakang
di kursinya, "bahwa lintasan itu aman sepenuhnya
saat pergantian arus pasang dan surut. Apa benar
begitu?" Dengan keengganan yang mencolok, Uthar
mengakui, "Aye. Tapi Eye sangat lebar, membutuhkan
pengaturan waktu paling tepat untuk menyeberanginya
agar tidak hancur. Waktu kita sangat sempit untuk itu
dengan adanya kapal-kapal kecil rapat di belakang
kita." "Tapi kalau kita bisa," desak Jeod, "kalau kita
bisa mengatur waktunya dengan tepat, kapal-kapal
kecil itu akan hancur atau kalau keberanian mereka
menghilang--memaksa mereka memutari Nia. Dengan
begitu kita memiliki waktu untuk mencari tempat
persembunyian di sepanjang Beirland." Kalau kalau...
Kau mengirim kita ke kedalaman yang menghahcurkan,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sungguh." "Ayolah, Uthar, ketakutanmu tidak
beralasan. Saranku memang berbahaya, kuakui, tapi
tidak lebih berbahaya daripada melarikan diri dari
Teirm. Atau kau meragukan kemampuanmu melayari
celah itu" Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Apa kau tidak cukup jantan untuk melakukannya?"
Uthar melipat lengannya yang telanjang. "Kau belum
pernah melihat Eye, bukan, Sir?" "Tidak bisa
kukatakan pernah." "Bukannya aku tidak cukup
jantan, tapi Eye jauh melebihi kekuatan manusia;
tempat itu mempermalukan kapal-kapal terbesar kita,
bangunan-bangunan termegah kita, dan apa pun yang
ingin kausebutkan. Menantangnya seperti berlomba
lari melawan salju longsor; kau mungkin berhasil, tapi
lebih mungkin kau tergilas jadi debu." "Apakah,"
tanya Roran, "Boar's Eye ini?" "Rahang lautan yang
rakus," kata Uthar. Dengan nada yang lebih ringan,
Jeod berkata, "Itu pusaran air, Roran. Eye terbentuk
sebagai akibat arus pasang yang beradu di antara
Beirland dan Nia. Sewaktu arus pasang, Eye berputar
dari utara ke barat. Sewaktu arus surut, ia berputar
dari utara ke timur." "Kedengarannya tidak begitu
berbahaya." Uthar menggeleng, kepangannya melecut
sisi lehernya yang tersapu angin, dan tertawa. "Tidak
begitu berbahaya, katanya! Ha!" "Yang tidak
kaupahami," lanjut Jeod, "adalah besarnya pusaran
ini. Pada umumnya, pusat Eye berdiameter satu
league, sementara lengan-lengan pusarannya bisa
mencapai sepuluh hingga lima belas mil lebarnya.
Kapal-kapal yang tidak cukup beruntung hingga
terjerat Eye akan terseret hingga ke dasar laut dan
terempas ke karang-karang bergerigi di sana.
Sisa-sisa kapal sering ditemukan mengambang di
pantai-pantai kedua pulau." "Apakah ada yang
menduga kita akan melewati rule ini?" tanya Roran.
"Tidak, dan karena alasan yang bagus," kata Uthar.
Jeod menggeleng pada saat yang sama. "Apa mungkin
kita melewati Eye?" "Itu tindakan paling bodoh."
Roran mengangguk. "Aku tahu kau tidak mau
mengambil resiko ini, Uthar, tapi pilihan kita
terbatas. Aku bukan pelaut, jadi aku harus
mengandalkan penilaianmu: Kita bisa menyeberangi
Eye?" Si kapten ragu-ragu. "Mungkin, mungkin tidak.
Kau pasti sangat sinting bahkan untuk mendekat lima
mil saja dari monster itu." Roran mencabut martil,
menghantamkannya ke meja, meninggalkan dekik
setengah inci dalamnya. "Kalau begitu aku sangat
sinting!" Ia membalas tatapan Uthar hingga si pelaut
membuang muka dengan perasaan tidak enak. "Apa
harus kuingatkan, bahwa kita bisa mencapai sejauh ini
karena melakukan apa yang menurut para penakut itu
tidak bisa, atau sebaiknya tidak, kita lakukan" Kami
dari Carvahall berani meninggalkan rumah kami dan
menyeberangi Spine. Jeod berani membayangkan kita
mencuri Dragon Wing. Apa kau berani, Uthar" Kalau
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kita berani menantang Eye dan hidup untuk
menceritakan kisahnya, kau akan dipuja sebagai salah
seorang pelaut terbesar dalam sejarah. Sekarang
jawab aku dan jawab dengan sebaik-baiknya dan
sejujurnya: Apakah kita bisa melakukannya?" Uthar
mengelus wajahnya dengan satu tangan. Sewaktu ia
bicara, suaranya pelan, seakan semburan kemarahan
Roran menyebabkan ia menghentikan semua
bualannya. "Aku tidak tahu, Stronghammer... Kalau
kita menunggu Eye mereda, kapal-kapal pemburu kita
mungkin begitu dekat dengan kita hingga kalau kita
lolos, mereka juga lolos. Dan kalau angin berhenti
bertiup, kita akan terperangkap arus, tidak mampu
melepaskan diri." "Sebagai kapten, apa kau bersedia
mencobanya" Baik Jeod maupun aku tidak bisa
memimpin Dragon Wing menggantikan dirimu." Lama
Uthar menunduk menatap peta, satu tangan
mencengkeram tangan yang lain. Ia mencoretkan satu
atau dua garis dari posisi mereka dan melakukan
perhitungan yang tidak dipahami Roran. Akhirnya ia
berkata, "Aku khawatir kita berlayar menuju
kehancuran, tapi aye, akan kuusahakan
sebaik-baiknya melewatinya." Dengan puas, Roran
menyimpan martilnya. "Terjadilah." MELINTASI
BOAR'S EYE Kapal-kapal kecil itu terus mendekati
Dragon Wing sepanjang hari. Roran mengawasi
kemajuan mereka setiap kali ada kesempatan, prihatin
mereka akan cukup dekat untuk menyerang sebelum
Dragon Wing tiba di Eye. Sekalipun begitu, Uthar
tampaknya mampu mengungguli mereka, paling tidak
untuk beberapa saat lagi. Atas perintah Uthar, Roran
dan penduduk desa lain membersihkan kapal sesudah
badai dan bersiap-siap menghadapi cobaan yang akan
datang. Pekerjaan Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka berakhir saat malam turun, sewaktu mereka
memadamkan setiap lampu di kapal untuk
membingungkan pemburu mereka mengenai arah yang
dituju Dragon Wing. Tipuan itu hanya berhasil
sebagian, karena sewaktu matahari terbit, Roran
melihat kapal-kapal pemburu mereka tertinggal di
barat laut sekitar satu mil, namun dalam waktu
singkat mereka berhasil menyusul. Menjelang siang,
Roran memanjat tiang layar utama dan naik ke sarang
gagak seratus tiga puluh kaki di atas geladak, begitu
tinggi hingga orang-orang di bawah tampak tidak lebih
besar daripada kelingkingnya. Perairan dan langit
seperti bergoyang di sekitarnya ketika Dragon Wing
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berayun-ayun dar' satu sisi ke sisi lain. Setelah
mengeluarkan teropong yang dibawanya, Roran
menempelkannya ke mata dan menyesuaikannya hingga
kapal pemburu mereka terfokus kurang dari empat mil
dari buritan dan mendekat lebih cepat daripada yang
disukainya. Mereka pasti menyadari niat kami,
pikirnya. Sambil menggerakkan teropong, Ia
mencari-cari tanda Boar's Eye di lautan. Ia berhenti
sewaktu melihat piringan busa sebesar pulau,
berputar dari utara ke timur. Kita terlambat, pikirnya,
dengan perut melilit. Arus pasang sudah lewat dan
Boar's Eye bertambah cepat dan kuat saat laut mundur
menjauhi daratan. Roran mengarahkan teropong
melewati tepi sarang gagak dan melihat tali tersimpul
yang diikatkan Uthar di sisi kanan haluan kapal--untuk
mendeteksi saat mereka memasuki pusaran--sekarang
mengambang sejajar di samping Dragon Wing dan
bukannya menjuntai ke belakang seperti biasa. Satu
hal yang menguntungkan mereka adalah mereka
berlayar seiring dengan arus Eye, bukan
menentangnya. Kalau sebaliknya, mereka tidak
memiliki pilihan kecuali menunggu perubahan arus. Di
bawah, Roran mendengar Uthar berteriak agar para
penduduk desa memegang dayung. Sesaat kemudian,
Dragon Wing mengembangkan dua baris dayung di
setiap sisinya, menyebabkan kapal mirip serangga air
raksasa. Seiring dentuman tambur kulit kerbau,
ditemani teriakan berirama Bonden yang menentukan
kecepatannya, dayung-dayung melesat ke depan,
masuk ke laut yang hijau, dan menyapu ke belakang di
permukaan air, meninggalkan berkas gelembung putih.
Dragon Wing menambah kecepatan dalam waktu
singkat, sekarang bergerak lebih cepat daripada
kapal-kapal pemburunya, yang masih berada di luar
pengaruh Eye. Roran terpesona sekaligus ngeri
melihat permainan yang berlangsung di sekitarnya.
Elemen utama rencana, yang menentukan hasilnya,
adalah waktu. Sekalipun mereka terlambat, apakah
Dragon Wing, dengan kombinasi dayung dan layarnya,
cukup cepat untuk menyeberangi Eye" Dan bisakah
kapal-kapal pemburu mereka--yang sekarang
mengeluarkan dayung juga--mempersempit jarak di
antara mereka dan Dragon Wing secukupnya untuk
memastikan keberhasilan mereka sendiri" Ia tidak
tahu. Dentuman tambur menghitung menit-menit; Roran
sangat menyadari berlalunya waktu. Ia terkejut
sewaktu ada lengan yang terjulur melewati tepi
keranjang dan wajah Baldor muncul, menengadah
memandangnya. "Tolong aku. Rasanya aku akan
jatuh." Setelah memantapkan posisinya, Roran
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membantu Baldor naik ke keranjang. Baldor memberi
Roran biskuit dan apel kering, dan berkata, "Kupikir
kau mau makan siang," Sambil mengangguk berterima
kasih, Roran menggigit biskuit dan kembali
memandang menggunakan teropong. Sewaktu Baldor
bertanya, "Kau bisa melihat Eye?" Roran memberikan
teropongnya dan memusatkan perhatian untuk makan.
Selama setengah jam berikutnya, piringan busa itu
berputar semakin cepat hingga mirip gasing. Air di
sekitarnya bergejolak dan mulai naik, sementara
busanya sendiri terbenam menghilang dari pandangan,
ke dasar lubang raksasa yang semakin dalam dan
lebar. Udara di atas pusaran itu dipenuhi puting
beliung kabut yang berputar-putar, dan dari
tenggorokan gading lubang itu terdengar lolongan
tersiksa mirip jeritan serigala terluka. Roran
terpesona melihat kecepatan terbentuknya Boar's Eye.
"Sebaiknya kau beritahu Uthar," katanya. Baldor
memanjat keluar dari sarang. "Ikat dirimu ke tiang,
kalau tidak kau bisa terlempar." "Baik." Roran
membiarkan lengannya bebas sewaktu ia mengika
Bidadari Pendekar Naga Sakti
t dirinya, memastikan, kalau perlu, ia bisa meraih
pisau di sabuknya untuk membebaskan diri.
Kegelisahan menyelimutinya saat ia mengamati
situasi. Dragon Wing hanya satu mil melewati titik
tengah Eye, kapal-kapal pemburu mereka dua mil di
belakang mereka, dan Eye sendiri mencapai puncak
kemurkaannya dalam waktu singkat. Lebih buruk lagi,
karena dikacaukan pusaran air, angin tersendat dan
tersentak-sentak, bertiup dari satu arah lalu beralih
dari arah yang lain. Layar-layar, menggembung
sejenak, lalu menjuntai lemas, lalu kembali
menggembung saat angin yang kebingungan
berputar-putar di sekitar kapal. Mungkin Uthar benar,
pikir Roran. Mungkin aku keterlaluan dan mengadu
diriku dengan lawan yang tidak bisa dikalahkan
dengan ke kebulatan tekad semata. Mungkin aku
mengirim penduduk desa ke kematian mereka.
Kekuatan alam kebal terhadap intimidasi. Pusat
Boar's Eye yang menganga sekarang hampir bisa
setengah mil lebarnya, dan berapa fathom dalamnya
tidak bisa dipastikan, kecuali mungkin oleh mereka
yang pernah terjebak di dalamnya. Sisi-sisi Eye
miring ke dalam pada sudut empat puluh lima derajat;
sisi-sisi itu dipenuhi ceruk-ceruk dangkal, seperti
tanah liat basah yang tengah dibentuk di roda tukang
tembikar. Lolongannya semakin keras, hingga Roran
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa seluruh dunia pasti hancur berantakan akibat
kuatnya getarannya. pelangi yang megah muncul dari
kabut di atas pusaran. Arus berputar lebih cepat lagi,
melontarkan Dragon Wing dengan kecepatan yang bisa
mematahkan leher saat kapal melesat melewati bibir
pusaran dan mengecilkan kemungkinan kapal itu bisa
melepaskan diri di tepi selatan Eye. Begitu hebat
kecepatannya hingga Dragon Wing miring jauh ke
kanan, menggantung Roran di atas air yang mengalir
deras. Biarpun Dragon Wing maju dengan cepat,
kapal-kapal pemburunya terus mendekat. Kapal-kapal
musuh itu berlayar kurang dari satu mil jauhnya,
dayung mereka bergerak seirama, dua sirip air
beterbangan dari setiap bilah saat dayung-dayung
membajak lautan. Roran mau tidak mau mengagumi
pemandangan itu. Ia menyimpan teropong di balik
baju; ia tidak membutuhkannya sekarang. Kapal-kapal
pemburu itu cukup dekat untuk dilihat dengan mata
telanjang, sementara pusaran airnya semakin samar di
balik awan uap putih yang terhambur dari bibir
terowongannya. Saat tertarik ke kedalaman, uap itu
membentuk lensa spiral di atas teluk, menirukan
penampilan pusaran air. Lalu Dragon Wing tersentak
ke kiri, memisahkan diri dari arus akibat usaha Uthar
menuju laut lepas. Lunas kapal berderit menggeser
air, dan kecepatan kapal berkurang separo sementara
Dragon Wing berjuang melepaskan diri dari pelukan
maut Boar's Eye. Tiang kapal bergetar, mengadu
gigi-gigi Roran, dan sarang gagak terayun ke arah
baru, menyebabkan ia gamang karena ketinggian.
Ketakutan mencengkeram Roran sewaktu mereka terus
melambat. Ia memotong tali pengikatnya dan--tanpa
mempedulikan keselamatannya sendiri--berayun keluar
dari keranjang, menyambar tali di bawahnya, dan
menuruni tali-temali begitu cepat hingga ia sempat
kehilangan pegangan dan jatuh beberapa kaki sebelum
dapat menghentikan dirinya. Ia melompat ke geladak,
lari ke lubang palka depan, dan turun ke deretan
dayung pertama, di mana ia bergabung dengan Baldor
dan Albriech mengayunkan tongkat ek itu. Mereka
tidak berbicara, melainkan bersusah payah seiring
napas mereka yang terengah-engah, dentuman tambur,
teriakan serak Bonden, dan raungan Boar's Eye. Roran


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bisa merasakan pusaran yang perkasa itu melawan
setiap ayunan dayung. Tapi usaha mereka tak bisa
mencegah Dragon Wing berhenti sama sekali. Kita
tidak akan berhasil, pikir Roran. Punggung dan
kakinya terasa terbakar karena pengerahan tenaga.
Paru-parunya seperti ditusuk. Di sela-sela pukulan
tambur, ia mendengar Uthar memerintahkan
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang-orang di geladak merapikan layar agar bisa
memanfaatkan sepenuhnya angin yang kacau. Dua
tempat di depan Roran, Darmmen dan Hamund
mengalihkan dayung mereka pada Thane dan Ridley,
lalu berbaring di tengah lorong, tangan dan kaki
mereka gemetaran. Kurang dari semenit kemudian, ada
orang lain lagi yang terkapar di galeri dan seg
Bidadari Pendekar Naga Sakti
era digantikan Birgit dan wanita lain. Kalau kami
selamat, pikir Roran, itu karena kami memiliki cukup
orang untuk mempertahankan kecepatan ini selama
apa pun. Rasanya ia telah mendayung selamanya
dalam ruang yang gelap dan berasap itu, mula-mula
mendorong, lalu menarik, berusaha sebaik-baiknya
mengabaikan sakit yang semakin hebat dalam
tubuhnya. Lehernya terasa kaku akibat membungkuk di
bawah langit-langit rendah. Kayu gelap tangkai
dayung dilumuri darah dari kulitnya yang melepuh dan
tercabik. Ia merobek kemejanya--menjatuhkan
teropong ke lantai--melilitkan kain di dayung, dan
terus mendayung. Akhirnya Roran tidak mampu lagi.
Kakinya melemas dan ia jatuh ke samping, merosot
menyeberangi lorong karena keringat yang begitu
melimpah. Orval menggantikan tempatnya. Roran
berbaring tak bergerak hingga napasnya reda, lalu
beranjak dan merangkak ke lubang palka. Seperti
pemabuk yang demam, ia memaksa diri menaiki
tangga, bergoyang-goyang seirama gerakan kapal dan
sering kali merosot ke dinding untuk beristirahat.
Sewaktu keluara ke geladak, ia membuang waktu
sejenak untuk menikmati udara segar, lalu
terhuyung-huyung ke anjungan, kakinya nyaris kram
setiap kali melangkah. "Bagaimana?" tanyanya pada
Uthar, yang mengemudi, dengan terengah-engah.
Uthar menggeleng. Saat mengintip ke balik pagar,
Roran melihat ketiga kapal pemburu sekitar setengah
mil jauhnya dan agak lebih ke barat, lebih dekat
dengan pusat Eye. Kapal-kapal pemburu itu tampak
tidak bergerak dilihat dari Dragon Wing. Mula-mula,
saat Roran mengawasi, posisi keempat kapal tidak
berubah. Lalu ia merasakan perubahan kecepatan
Dragon Wing, seakan kapal telah melewati titik kritis
dan kekuatan yang menahannya berkurang. Perubahan
itu tak kentara dan hanya berarti tambahan beberapa
kaki per menit--tapi itu cukup hingga jarak antara
Dragon Wing dan para pemburunya bertambah besar.
Seiring setiap ayunan dayung, Dragon Wing
mendapatkan momentum. Tapi kapal-kapal
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pemburunya tidak mampu mengatasi kekuatan pusaran
yang menakutkan. Dayung-dayung mereka
perlahan-lahan melambat hingga, satu demi satu,
kapal-kapal itu hanyut ke belakang dan tertarik ke
tirai kabut, yang di baliknya menunggu dinding air
gading yang berputar-putar dan karang-karang tajam
di dasar lautan. Mereka tidak bisa terus mendayung,
pikir Roran tersadar. Awak mereka terlalu sedikit dan
mereka kelelahan. Ia mau tidak mau bersimpati pada
nasib orang-orang di kapal-kapal tersebut. Tepat
pada saat itu, ada anak panah yang melesat dari
kapal pemburu terdekat dan berkobar menjadi lidah
api hijau saat melesat ke Dragon Wing. Anak panah
itu pasti dipertahankan dengan sihir hingga mampu
melesat sejauh itu. Anak panahnya menghantam layar
tambahan dan meledak menjadi api cair yang melalap
apa pun yang mereka sentuh. Dalam beberapa detik,
dua puluh kebakaran kecil berkobar di tiang
tambahan, layar tambahan, dan geladak di bawahnya.
"Kami tidak bisa memadamkannya," teriak salah
seorang pelaut dengan ekspresi panik. "Potong apa
pun yang terbakar dan lempar ke laut!" raung Uthar
sebagai jawaban. Setelah mencabut pisau di sabuk,
Roran berusaha keras memotong api hijau dari
papan-papan dekat kakinya. Beberapa menit yang
menegangkan berlalu sebelum api tidak wajar itu bisa
disingkirkan dan jelas bahwa kebakarannya tidak akan
meluas ke bagian kapal lain. Begitu seruan "Semua
beres!" terdengar, Uthar mengendurkan
cengkeramannya pada roda kemudi. "Kalau itu
tindakan terbaik yang bisa dilakukan penyihir mereka,
menurutku tidak ada lagi yang perlu kita takuti dari
dirinya." "Kita akan keluar dari Eye, bukan?" tanya
Roran, sangat ingin menegaskan harapannya. . Uthar
menegakkan bahu dan tersenyum sekilas, bangga
sekaligus tidak percaya. "Belum benar-benar keluar,
tapi sebentar lagi. Kita tidak akan mendapat kemajuan
yang nyata dalam menjauhi monster menganga itu
hingga arus mereda. Beritahu Bonden untuk
mengurangi kecepatan sedikit; aku tidak ingin para
pendayung pingsan selama bisa mencegahnya." Dan
begitulah. Roran kembali mendayung dan, waktu ia
kembali ke geladak, pusaran air telah mereda.
Lolongan mengerikan pusar
Bidadari Pendekar Naga Sakti
an memudar menjadi suara angin yang biasa; laut
kembali tenang dan datar tanpa tanda-tanda kebuasan
yang secara teratur muncul di lokasi itu; dan kabut
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang tadinya menggeliat-geliat di atas ngarai mencair
terkena berkas hangat cahaya matahari, menyebabkan
udara sejernih kaca yang diminyaki. Sedangkan Boar's
Eye sendiri--seperti yang dilihat Koran sesudah
mengambil teropong dari sela-sela pendayung--tidak
tersisa apa pun kecuali piringan busa kekuningan
yang berputar di air. Dan di tengah busa, ia merasa
bisa melihat, samar-samar, tiga tiang patah dan
sehelai layar hitam mengambang berputar-putar dalam
lingkaran tanpa akhir. Tapi mungkin saja itu hanya
imajinasinya. Setidaknya, itulah yang dikatakannya
pada dirinya sendiri. Elain mendekatinya, satu
tangan pada perutnya yang membesar. Dengan suara
pelan ia berkata, "Kita beruntung, Roran, lebih
beruntung daripada yang bisa kita harapkan." "Aye,"
Roran menyetujui. KE ABERON Di bawah Saphira,
hutan tanpa jalan setapak membentang lebar ke setiap
kaki langit yang putih, memudar dari hijau tua ke ungu
yang semakin samar. Martin, rook, dan burung-burung
hutan lain beterbangan di atas pinus-pinus, berteriak
ketakutan saat melihat Saphira. Saphira terbang
rendah di dekat kanopi untuk melindungi kedua
penumpangnya dari suhu di ketinggian langit yang
bagai di kutub. Selain saat Saphira melarikan diri
dari Ra'zac ke Spine, ini pertama kalinya ia dan
Eragon mendapat kesempatan terbang bersama-sama
menempuh jarak sejauh ini tanpa harus berhenti atau
menunggu rekan-rekan di darat. Saphira sangat
gembira dengan perjalanan ini, dan ia dengan senang,
hati menunjukkan pada Eragon bagaimana didikan
Glaedr meningkatkan kekuatan dan daya tahannya.
Sesudah ketidaknyamanan di awal perjalanan
berkurang, Orik berkata pada Eragon, "Aku ragu
pernah bisa merasa nYaman di udara, tapi aku bisa
memahami kenapa kau dan Saphira begitu
menikmatinya. Terbang membuatmu merasa bebas dan
tidak terhambat, seperti elang bermata tajam yang
memburu mangsa! Jantungku jadi berdebar-debar,
sungguh." Untuk mengurangi ketegangan perjalanan,
Orik bermain teka-teki dengan Saphira. Eragon tidak
mengikuti kontes itu karena ia tidak pernah
benar-benar menguasai teka-teki; pemutaran otak
yang diperlukan untuk memecahkan teka-teki tidak
pernah dipahaminya. Dalam hal ini, Saphira jauh
mengunggulinya. Seperti sebagian besar naga,
Saphira terpesona pada teka-teki dan mendapatinya
cukup mudah dipecahkan. Orik berkata, "Satu-satunya
teka-teki yang aku tahu dalam Bahasa Kurcaci. Akan
kuusahakan sebaik-baiknya menerjemahkannya, tapi
hasilnya mungkin kasar dan kurang cocok." Lalu ia
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertanya: Tinggi aku masih muda. Pendek aku sudah
tua. Saat hidup aku bercahaya, Napas Urur adalah
musuhku. Tidak adil, gerung Saphira. Aku tidak tahu
banyak tentang dewa-dewamu. Eragon tidak perlu
mengulangi kata-katanya, karena Orik mengizinkan
Saphira langsung mengarahkan pikiran ke benaknya.
Orik tertawa. "Kau menyerah?" Tidak akan. Selama
beberapa menit, satu-satunya suara yang terdengar
hanyalah kepakan sayapnya, hingga ia bertanya,
pakah lilin" "Benar sekali." Kepulan asap panas
melayang ke wajah Orik dan Eragon saat Saphira
mendengus. Aku payah dengan teka-teki seperti itu.
Aku tidak tinggal di dalam rumah sejak menetas, dan
menurutku teka-teki yang berhubungan dengan
benda-benda rumah tangga sulit. Lalu ia bertanya:
Apa yang menyembuhkan segala penyakit" Teka-teki
ini terbukti sulit bagi Orik. Ia menggerutu,
mengerang, dan menggesek-gesek giginya dengan
frustrasi. Di belakangnya, Eragon tidak bisa menahan
senyum, karena ia melihat jawabannya dengan jelas
dalam benak Saphira. Akhirnya, Orik berkata, "Well,
apa jawabannya" Kau mengalahkanku untuk yang satu
ini." Demi kejahatan gagak hitam, dan demi rima ini,
jawabannya adalah tumbuhan thyme. Sekarang giliran
Orik berseru, "Tidak adil! Ini bukan bahasa ibuku. Kau
tidak bisa berharap aku mengerti permainan kata-kata
seperti itu!" Adil tetap adil. Itu teka-teki yang layak.
Eragon mengawasi otot-otot di tengkuk Orik
bergerak-gerak saat kurcaci itu menjulurkan kepala ke
depan Bidadari Pendekar Naga Sakti
. "Kalau itu pendapatmu, O Gigi Besi, cobalah
memecahkan teka-teki yang diketahui setiap
anak-anak kurcaci ini." Aku dinamai tungku Morgothal
dan rahim Helzvog. Kuselimuti putri Nordvig dan
mendatangkan kematian kelabu, Dan membarui dunia
dengan darah Helzvog. Apakah aku " Jadi begitulah
yang mereka lakukan, bertukar teka-teki yang semakin
sulit sementara Du Weldenvarden melesat cepat di
bawah. Celah di cabang-cabang sering menunjukkan
bercak keperakan, sebagian dari begitu banyak sungai
yang membelah hutan. Di sekitar Saphira, awan
bergulung-gulung dengan arsitektur yang fantastis:
berbagai lengkungan tebal, kubah, dan tiang; dinding
benteng; menara sebesar gunung; dan tebing serta
lembah yang dipenuhi pendar cahaya yang
menyebabkan Eragon merasa mereka seperti terbang
menembus mimpi. Saphira terbang begitu cepat
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hingga, sewaktu senja tiba, mereka telah
meninggalkan Du Weldenvarden dan memasuki
padang-padang kemerahan yang memisahkan hutan
lebat itu dari Padang Pasir Hadarac. Mereka berkemah
di rerumputan dart meringkuk di sekitar api unggun
kecil yang mereka nyalakan, benar-benar sendirian di
permukaan bumi yang rata. Walah mereka muram dan
tidak banyak bicara, karena katakata hanya semakin
menekankan kecilnya arti mereka di tanah yang
telanjang dan kosong ini. Eragon memanfaatkan
perhentian mereka untuk menyimpan sebagian
energinya dalam batu rubi yang menghiasi tangkai
Zar'roc. Batu permata itu menyerap seluruh kekuatan
yang diberikannya, juga kekuatan Saphira sewaktu
naga itu menyumbangkan kekuatannya. Eragon
menyimpulkan baru beberapa hari lagi mereka bisa
memenuhi batu rubi dan kedua belas berlian yang
tersembunyi dalam sabuk Beloth si Bijak. Lelah
karena kegiatan itu, ia menyelimuti diri, berbaring di
samping Saphira, dan melayang ke mimpi terjaganya,
di mana hantu-hantu malam kembali bermain dengan
latar belakang hamparan bintang di atas. Tidak lama
sesudah mereka melanjutkan perjalanan keesokan
paginya, rerumputan digantikan semak-semak
kecokelatan, yang tumbuh semakin jarang hingga,
akhirnya, semak-semak itu, pun digantikan tanah
terpanggang matahari yang tidak berisi apa-apa
kecuali tanaman yang paling ulet. Bukit-bukit pasir
merah keemasan muncul. Dari punggung Saphira,
Eragon melihat bukit-bukit pasir itu tampak seperti
barisan ombak yang terus berlayar ke pantai di
kejauhan. Saat matahari mulai turun, ia menyadari
adanya sekelompok pegunungan di timur yang jauh
dan tahu bahwa ia memandang Du Fells Nangoroth,
tempat naga liar kawin, membesarkan anak-anak, dan
akhirnya mati. Kita harus mengunjungi tempat itu
suatu hari nanti, kata Saphira, mengikuti arah tatapan
Eragon. Aye. Malam itu, Eragon merasa kesepian
mereka semakin tajam dibandingkan sebelumnya,
karena mereka berkemah di kawasan Padang Pasir
Hadarac yang paling kosong, di mana begitu sedikit
kelembapan yang ada di udara hingga bibirnya dalam
waktu singkat pecah-pecah, walau ia mengoleskan
nalgask beberapa menit sekali. Ia merasakan sangat


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedikit kehidupan d' tanah, hanya beberapa tanaman
yang kondisinya payah dan beberapa serangga dan
kadal. Seperti sewaktu mereka melarikan diri dari
Gil'ead melewan padang pasir, Eragon mengambil air
dari tanah untuk mengis kembali kantong air mereka,
dan sebelum membiarkan airnya mengering, ia
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
men-scry Nasuada di pantulan kolam untuk melihat
apakah kaum Varden telah diserang atau belum. Yang
melegakannya, mereka belum diserang. Di hari ketiga
sejak meninggalkan Ellesmera, angin bertambah
kencang di belakang mereka dan mendorong Saphira
lebih jauh daripada yang bisa dicapainya kalau
terbang sendiri, membawa mereka keluar dari Padang
Pasir Hadarac. Di dekat tepi padang pasir, mereka
melewati sejumlah suku nornaden berkuda yang
mengenakan jubah yang berkibarkibar untuk menahan
panas. Orang-orang berteriak dalam bahasa mereka
dan mengacung-acungkan pedang d'an tombak ke arah
Saphira, sekalipun tidak ada yang berani
memanahnya. Eragon, Saphira, dan Orik berkemah
malam itu di ujung paling selatan Hutan Silverwood,
yang membentang di sepanjang Danau Tudosten dan
dinamai begitu karena hutan tersebut hampir t
Bidadari Pendekar Naga Sakti
erdiri atas pohon beech, dedalu, dan poplar semata.
Berlawanan dengan senja tanpa akhir yang ada di
bawah pinus-pinus Du Weldenvarden, Silverwood
terang benderang penuh cahaya matahari, gagak, dan
gemeresik lembut dedaunan hijau. Pepohonan tampak
muda dan gembira bagi Eragon, dan ia senang berada
di sana. Dan sekalipun semua tanda padang pasir
telah menghilang, cuaca tetap jauh lebih hangat
daripada yang biasa dialaminya pada hari-hari seperti
ini. Rasanya lebih mirip musim panas daripada musim
semi. Dari sana mereka terbang langsung ke Aberon,
ibukota Surda, dipandu arah yang didapat Eragon dari
kenangan burungburung yang mereka temui. Saphira
tidak berusaha menutupi diri sepanjang perjalanan,
dan mereka sering mendengar seruan terkejut dan
terpesona dari desa-desa yang dilewatinya. Hari
telah sore sewaktu mereka tiba di Aberon, kota rendah
berdinding yang terpusat di sekitar tonjolan di
kawasan yang rata. Puri Borromeo berdiri di puncak
bukit. Puri itu dilindungi tiga lapis dinding melingkar,
puluhan menara, dan, Eragon menyadari, ratusan
busur raksasa yang dibuat untuk menembak jatuh
naga. Cahaya kemerahan matahari yang tergantung
rendah membuat bangunan-bangunan di Aberon tampak
seperti relief-relief yang tajam dan menerangi kepulan
debu yang embubung dari gerbang barat kota, tempat
sebarisan prajurit berusaha masuk. Saat Saphira
turun ke dinding dalam puri, ia memungkinkan Eragon
berhubungan dengan kombinasi pikiran orang-orang di
ibukota. Mula-mula suara itu
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membingungkannya--bagaimana ia harus
mendengarkan musuh dan pada saat yang bersamaan
masih membuka hubungan ke semua orang--hingga
menyadari bahwa, seperti biasa, ia terlalu
memusatkan perhatian pada rincian. Ia hanya perlu
merasakan niat orang-orang pada umumnya. Ia
memperluas fokusnya, dan suara-suara individual yang
berusaha menarik perhatiannya mereda menjadi emosi
berkesinambungan di sekitarnya. Rasanya seperti ada
tirai air yang dibentangkan menutupi pemandangan di
dekatnya, naik-turun seiring perasaan orang-orang
dan mencuat tajam kalau ada orang yang terguncang
emosinya. Dengan begitu, Eragon menyadari
keterkejutan yang mencengkeram orang-orang di
bawah sewaktu berita kehadiran Saphira menyebar.
Hati-hati, katanya pada Saphira. Kita tidak ingin
mereka menyerang kita. Debu mengepul ke udara
bersama setiap kepak sayap Saphira yang kuat saat ia
mendarat di tengah halaman, membenamkan
cakar-cakarnya ke tanah telanjang untuk memantapkan
diri. Kuda-kuda yang ditambatkan di halaman
meringkik ketakutan, menciptakan keributan yang
begitu rupa hingga Eragon akhirnya memasuki pikiran
mereka dan menenangkan dengan kata-kata dalam
bahasa kuno. Eragon turun sesudah Orik, memandang
begitu banyak prajurit yang berjajar di tepi puncak
benteng dan busur-busur besar yang mereka pegang.
Ia tidak takut pada senjata-senjata itu, tapi tak ingin
bertempur melawan sekutu sendiri. Dua belas orang,
beberapa di antaranya prajurit, bergegas keluar dari
menara mendekati Saphira. Mereka dipimpin pria
jangkung berkulit sama gelapnya seperti kulit
Nasuada, orang ketiga berkulit seperti itu yang
pernah ditemui Eragon. Setelah berhenti sepuluh
langkah jauhnya, pria itu membungkuk memberi
hormat--juga para pengikutnya--lalu berkata, "Selamat
datang, Penunggang. Namaku Dahwar, putra Kedar.
Aku menteri istana Raja Orrin." Eragon memiringkan
kepala. "Dan aku, Eragon Shadeslayer, bukan putra
siapa-siapa." "Dan aku, Orik, putra Thrifk." Dan aku,
Saphira, putri Vervada, kata Saphira, menggunakan
Eragon sebagai juru bicara. Dahwar membungkuk
lagi. "Aku minta maaf karena tidak seorang pun yang
berpangkat lebih tinggi dariku menyambut tamu
seagung Anda, tapi Raja Orrin, Lady Nasuada, dan
seluruh kaum Varden sudah lama pergi untuk
menghadapi pasukan Galbatorix." Eragon mengangguk.
Ia telah menduganya. "Mereka meninggalkan perintah
bahwa kalau Anda kemari mencari mereka, Anda harus
langsung bergabung dengan mereka, karena kekuatan
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Anda dibutuhkan jika kita ingin menang." "Kau bisa
menunjukkan cara menemukan mereka di peta?" tanya
Eragon. "Tentu saja, Sir. Sementara kuambilkan peta,
Anda Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersedia pindah ke tempat yang lebih teduh dan
menyegarkan diri?" Eragon menggeleng. "Kita tidak
bisa membuang-buang waktu. Lagi pula, bukan aku
yang perlu melihat peta itu tapi Saphira, dan aku ragu
ia bisa memasuki aulamu." Si menteri istana tampak
tidak siap mendengarnya. Ia mengerjapkan mata dan
memandang Saphira, lalu berkata, "Benar juga, Sir.
Tapi pokoknya, keramahan kami adalah milik Anda.
Kalau ada yang Anda atau rekan Anda inginkan, Anda
hanya perlu memintanya." Untuk pertama kalinya,
Eragon sadar ia bisa memerintah dan berharap
perintahnya dipatuhi. "Kami membutuhkan persediaan
makanan untuk seminggu. Bagiku hanya buah, sayur,
tepung, keju, roti--makanan seperti itu. Kami juga
perlu mengisi kembali kantong-kantong air kami." Ia
terkesan karena Dahwar tidak menanyakan sikapnya
yang menghindari daging. Orik menambahkan dendeng,
daging asap, dan makanan-makanan lain semacamnya.
Dengan menjentikkan jemari, Dahwar menyuruh dua
pelayan berlari-lari kembali ke menara untuk
mengambil persediaan. Sementara semua orang di
dalam benteng menunggu keduanya kembali, Dahwar
bertanya, "Boleh kuanggap dengan kehadiran Anda di
sini, Shadeslayer, berarti Anda sudah menyelesaikan
latihan dengan para elf?" "Latihanku tidak akan
pernah berakhir selama aku masih hidup." "Aku
mengerti." Lalu, sesaat kemudian, Dahwar berkata
"Harap maafkan kebodohanku, Sir, karena aku tidak
tahu cara-cara Penunggang, tapi apakah Anda bukan
manusia" aku diberitahu Anda manusia." "Memang
benar," kata Orik. "Ia... berubah. Dan kau harus
senang ia berubah, kalau tidak nasib buruk yang kita
hadapi jauh lebih parah daripada yang sekarang."
Dahwar cukup taktis untuk tidak memburu masalah itu
lebih jauh, tapi dari pikirannya Eragon menyimpulkan
menteri istana itu bersedia membayar mahal untuk
mendapat rincian lebih jauh--informasi apa pun
mengenai Eragon atau Saphira berharga dalam
pemerintahan Orrin. Makanan, air, dan peta dalam
waktu singkat dibawa keluar kedua pelayan yang
terbelalak. Atas perintah Eragon, mereka meletakkan
barang-barang itu di samping Saphira, tampak sangat
ketakutan, lalu mengundurkan diri ke belakang
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dahwar. Sambil berlutut di tanah, Dahwar
membentangkan peta--yang menggambarkan Surda dan
wilayah sekitarnya--dan menarik garis ke barat daya
dari Aberon ke Cithri. Ia berkata, "Terakhir kudengar
Raja Orrin dan Lady Nasuada berhenti di sini untuk
mendapatkan makanan. Tapi mereka tidak berniat
tinggal di sana, karena Kekaisaran mendekat ke
selatan di sepanjang Sungai Jiet dan mereka ingin
berada di tempat saat pasukan Galbatorix tiba. Kaum
Varden bisa berada di mana saja antara Cithri dan
Sungai Jiet. Ini hanya pendapatku yang sederhana,
tapi menurutku tempat terbaik untuk mencari mereka
adalah Burning Plains--Dataran Membara." "Burning
Plains?" Dahwar tersenyum. "Anda mungkin tahu
nama lamanya kalau begitu, nama yang digunakan
para elf: Du Vollar Eldrvarya." "Ah, ya." Sekarang
Eragon ingat. Ia pernah membaca tentang tempat itu
di salah satu sejarah yang ditugaskan Oromis
padanya. Dataran itu--di mana terdapat deposit peat
dalam jumlah melimpah--membentang di sepanjang sisi
timur Sungai Jiet tempat perbatasan Surda
melintasinya dan dulunya merupakan lokasi
pertempuran antara para Penunggang dan kaum
Terkutuk. Selama pertempuran itu, naga-naga tak
sengaja membakar peat dengan api dari mulut mereka
dan apinya masuk ke tanah, dan terus membara sejak
itu. Tanah di sana dianggap tidak bisa dihuni akibat
kepulan asap bau yang membubung dari
retakan-retakan menyala di permukaannya. Sisi kiri
Eragon menggigil saat ia teringat firasatnya:
barisan-barisan pejuang bertempur di padang oranye
dan kuning, diiringi jeritan keras para gagak dan
desingan anak-anak panah hitam. Ia kembali
menggigil. Nasib mendekati kita, katanya pada
Saphira. Lalu, sambil memberi isyarat ke peta: Kau
sudah cukup melihatnya" Sudah. Dalam waktu
singkat, Eragon dan Orik mengemasi persediaan, naik
kembali ke punggung Saphira, dan dari sana berterima
kasih pada Dahwar atas bantuannya. Saat Saphira
hendak lepas landas lagi, Eragon mengerutkan kening;
ada kekacauan y Bidadari Pendekar Naga Sakti
ang memasuki benak-benak yang diawasinya. "Dahwar,
dua pelayan di istal bertengkar, dan salah satunya,
Tathal, berniat membunuh. Kau bisa menghentikannya
kalau kau mengirim orang ke sana secepatnya." Mata
Dahwar membelalak tertegun, bahkan Orik berbalik di
tempatnya untuk memandang Eragon. Menteri istana
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
itu bertanya, "Dari mana Anda tahu ini, Shadeslayer?"
Eragon hanya berkata, "Karena aku Penunggang."
Lalu Saphira mengembangkan sayap, dan semua orang
di tanah berlarian menjauh menghindari sapuan udara
saat Saphira mengepakkan sayap dan membubung ke
langit. Sementara Puri Borromeo menyurut di belakang
mereka, Orik berkata, "Kau bisa mendengar pikiranku,
Eragon?" "Kau mau aku mencobanya" Aku belum
pernah mencobanya, kau tahu." "Cobalah." Sambil
mengerutkan kening, Eragon memusatkan perhatian
pada kesadaran si kurcaci dan terkejut mendapati
benak Orik terlindungi dengan baik di balik
penghalang mental yang tebal. Ia bisa merasakan
kehadiran Orik, tapi tidak bisa merasakan pikiran dan
perasaannya. "Tidak ada apa-apa." Orik tersenyum.
"Bagus. Aku ingin memastikan aku belum melupakan
pelajaran lamaku. Dengan persetujuan tak terucap,
mereka tidak berhenti malam itu, terus terbang
melintasi langit yang gelap. Mereka tak melihat
tanda-tanda kehadiran bulan dan bintang, tidak ada
kilau atau sorotan pucat yang memecah kepekatan
yang menekan. Jam-jam bagai menggembung dan
mengempis dan, menurut Eragon, menahan setiap
detik seakan enggan menyerah pada masa lalu.
Sewaktu matahari akhirnya muncul kembali--membawa
terang yang melegakan--Saphira mendarat di tepi
danau kecil agar Eragon dan Orik bisa melemaskan
kaki, buang hajat, dan sarapan tanpa gerakan
terus-menerus yang mereka alami di punggungnya.
Mereka baru saja terbang lagi sewaktu awan panjang,
rendah, dan kecokelatan terlihat di tepi kaki langit,
seperti coretan tinta walnut di sehelai kertas putih.
Awan itu semakin lebar saat Saphira mendekat, hingga
menjelang siang awan itu menutupi seluruh permukaan
tanah di bawahnya dalam kepulan uap yang bau.
Mereka tiba di Burning Plains Alagaesia. DATARAN
MEMBARA Eragon terbatuk-batuk saat Saphira turun
menerobos lapisan asap, miring ke Sungai Jiet, yang
tersembunyi di balik asap. Ia mengerjapkan mata dan
mengusap air mata. Asap itu menyebabkan matanya
pedas. Mendekati tanah, udara lebih bersih, hingga
Eragon bisa melihat tujuan mereka tanpa halangan.
Tirai asap hitam dan merah yang bergulung-gulung
menyaring cahaya matahari begitu rupa hingga segala
sesuatu di bawahnya bermandikan warna oranye.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Celah-celah yang ada di antara kepulan asap
memungkinkan berkas-berkas cahaya pucat menerangi
tanah, di mana cahaya itu tidak bergerak, seperti
pilar kaca tembus pandang, hingga terpotong awan
yang berpindah. Sungai Jiet membentang di depan
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka, sebesar dan sesombong ular yang
kekenyangan, permukaannya memantulkan Pendar
pucat yang sama seperti yang menutupi Burning
Plains. Bahkan waktu sebercak cahaya kebetulan
menimpa sungai, air tampak seputih kapur, merah
kekuningan, dan merah kekuningan samar--hampir
seakan sungai itu susu makhluk buas yang
menakutkan--dan tampak bercahaya sendiri yang
menakutkan. Kedua pasukan berkumpul di sepanjang
tepi timur sungai. Di Selatan ada kaum Varden dan
prajurit Surda, berjejalan di balik berlapis-lapis
pertahanan, tempat mereka menampakkan standar
kerapian bagai tenunan, baris demi baris tenda yang
menjulang, dan kuda-kuda kavaleri Raja Orrin yang
ditambatkan. Sekalipun kuat, jumlah mereka tidak
berarti dibandingkan jumlah pasukan yang berkumpul
di utara. Pasukan Galbatorik begitu banyak hingga
lebar barisan terdepannya saja tiga mil dan entah
berapa panjangnya, karena setiap orang berbaur
menjadi kerumunan yang remang-remang di kejauhan.
Di antara kedua musuh bebuyutan itu membentang
lahan kosong mungkin selebar dua mil. Lahan ini, dan
lahan tempat kedua pasukan berkemah, dipenuhi
puluhan retakan yang di dalamnya lidah api hijau
menari-nari. Dari suluh-suluh memuakkan ini mengepul
asap yang meredupkan matahari. Setiap tanaman
terpanggang habis di tanah yang kering kerontang ini,
kecuali lu Bidadari Pendekar Naga Sakti
mut hitam, oranye, dan kemerahan yang, dari udara,
menyebabkan tanah seperti berkerak dan terinfeksi.
Ini pemandangan paling suram yang pernah dilihat
Eragon. Saphira muncul di lahan kosong itu--lahan
yang memisahkan kedua pasukan, dan sekarang ia
berbelok dan menukik ke kaum Varden secepat yang
berani dilakukannya, karena selama mereka terbuka
bagi Kekaisaran, mereka rentan terhadap serangan
para penyihir lawan. Eragon memperluas kesadarannya
sejauh mungkin ke segala arah, memburu
pikiran-pikiran bermusuhan yang bisa merasakan
jangkauannya dan bereaksi terhadapnya--pikiran para
penyihir dan mereka yang terlatih menangkis serangan
penyihir. Tapi ia justru merasakan kepanikan
tiba-tiba yang menguasai para prajurit kaum Varden.
Banyak di antara mereka, disadarinya, belum pernah
melihat Saphira. Ketakutan menyebabkan mereka
mengabaikan akal sehat, dan mereka menghamburkan
anak-anak panah berduri yang melayang ke arah
Pendekar Gila . Kumbang Hitam Dari Neraka m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saphira. Dengan mengangkat tangan kanan, Eragon
berseru, "Letta orya thorna!" Anak-anak panah itu
membeku di tempat. Dengan kibasan pergelangan
tangan dan kata "Ganga" ia membalik anak-anak panah
Maut Di Lembah Sampit 1 Dewa Linglung 13 Iblis Seruling Maut Maling Romantis 2
^