Eldest 11
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 11
Bidadari Pendekar Naga Sakti
eka datang dari Narda. Malam hampir turun sewaktu
Teirm terlihat, putih dan bagai hantu dalam
keremangan. Roran berhenti untuk mengamah apa
yang ada di depan mereka. Kota berdinding itu berdiri
sendirian di tepi teluk besar, swadaya dan tak
tertembus serangan apa pun. Suluh-suluh berkobar di
sela-sela pelindung di atas dinding, tempat para
prajurit berbusur mondar-mandir berpatroli tanpa
henti. Di atas dinding menjulang puri, dan mercusuar,
yang menyorotkan cahayanya yang suram ke perkran
yang gelap. Besar sekali," kata Nolfavrell. Loring
mengangguk-angguk tanpa mengalihkan pandangan
dari Teirm. "Aye, memang besar." Perhatian Roran
tersita pada kapal yang ditambatkan di salah satu
dermaga batu yang mencuat dari kota. Kapal bertiang
tiga itu lebih besar daripada kapal mana pun yang
dilihatnya di Narda, dengan kabin depan tinggi, dua
baris lubang dayung, dan dua belas busur yang kuat
terpasang di sepanjang setiap sisi geladak untuk
melontarkan harpun. Kapal yang indah tampak cocok
baik untuk perdagangan maupun berperang. Yang
bahkan lebih penting lagi, Roran merasa kapal itu
mungkin mungkin--mampu menampung seluruh
penduduk desa. "Itu yang kita butuhkan," katanya,
sambil menunjuk. Birgit mendengus masam. "Kita
harus menjual diri sebagai budak untuk bisa
menumpang monster itu. Clovis telah memeringatkan
mereka bahwa gerbang jeruji Teirm ditutup saat
matahari terbenam, jadi mereka mempercepat langkah
agar tidak melewati malam di pedalaman. Saat mereka
mendekati dinding-dinding yang pucat itu, jalan
dipenuhi dua baris orang yang bergegas masuk dan
keluar Teirm. Roran tidak menduga lalu lintas
sepadat itu, tapi tidak lama kemudian ia sadar hal itu
bisa membantu melindungi kelompoknya dari perhatian
yang tidak diinginkan. Setelah memanggil Mandel,
Roran berkata, "Kau berjalan sendiri agak jauh di
belakang dan ikuti orang lain melewati gerbang, agar
para penjaga tidak menduga kau bersama kami. Kami
akan menunggumu di balik dinding. Kalau mereka
bertanya, katakan kau kemari untuk mencari kerja
sebagai pelaut." "Ya, Sir." Sementara Mandel
berjalan agak jauh di belakang, Roran membungkukkan
salah satu bahunya, membuat jalannya agak timpang,
dan menghafal kisah yang dikarang Loring untuk
menjelaskan kehadiran mereka di Teirm. Ia melangkah
keluar dari jalan dan menunduk saat seseorang yang
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengendalikan sepasang kerbau pengangkut kayu
melintas, bersyukur ada keremangan yang menutupi
wajahnya. Gerbangnya menjulang di depan,
bermandikan cahaya oranye dari suluh-suluh yang
diletakkan di dudukan di kedua sisi pintu masuk. Di
bawahnya berdiri dua prajurit yang mengenakan tunik
merah bergambar api terpuntir, lambang Galbatorix.
Tidak satu pun dari orang-orang yang bertunik itu
bahkan melirik Roran dan rekan-rekann saat mereka
bergegas melintas di bawah gerbang jeruji dan
melewati terowongan pendek di baliknya. Roran
menegakkan bahu dan merasakan sebagian
ketegangannya mengendur. I dan yang lainnya
berkerumun di sudut sebuah rumah, tempat Loring
bergumam, "Sejauh ini bagus." Sesudah Mandel
menggabungkan diri, mereka pergi mencari losmen
murah di mana mereka bisa menyewa kamar. Sambil
berjalan, Roran mempelajari tata letak kota dengan
rumah-rumah berbentengnya--yang semakin lama
semakin tinggi mengarah ke puri--dan pengaturan
jalan-jalan yang bagai kisi-kisi. Jalan-jalan yang
membentang dari utara ke selatan melebar seperti
semburan bintang, sementara jalan-jalan yang
membentang dari timur ke barat melengkung landai
dan membentuk pola jaring laba-laba, menciptakan
puluhan tempat di mana blokade bisa didirikan dan
prajurit ditempatkan. Kalau Carvahall dibangun
seperti ini, pikirnya, tidak ada yang bisa mengalahkan
kami kecuali Raja sendiri. Saat senja mereka
mendapatkan tempat menginap di Green Chestnut,
kedai minum sangat jorok dengan bir putih yang tidak
enak dan ranjang penuh kutu. Satu-satunya
keuntungan hanyalah biaya sewanya yang nyaris tidak
berarti. Mereka tidur tanpa makan malam untuk
menghemat uang, dan meringkuk bersama agar dompet
mereka tidak dicuri tamu kedai lainnya. Keesokan
harinya, Roran dan rekan-rekannya me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ninggalkan Green Chestnut sebelum subuh, mencari
persediaan makanan dan transportasi. Gertrude
berkata, "Aku pernah mendengar kisah tukang obat
yang luar biasa, Angela namanya, yang tinggal di sini
dan seharusnya mampu membuat obat-obatan terhebat,
mungkin bahkan mengandung sedikit sihir. Aku mau
menemuinya, karena kalau ada yang memiliki apa yang
kucari, pasti ia orangnya " Sebaiknya kau jangan
pergi sendirian," kata Roran. Ia memandang Mandel
"Temani Gertrude, bantu ia mengurus pembeliannya,
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan berusahalah sebaik-baiknya untuk melindunginya
kalau kalian diserang. Keberanianmu mungkin akan
diuji berulang kali, tapi jangan lakukan apa pun yang
memicu tanda bahaya, kecuali kau mau mengkhianati
teman-teman dan keluargamu." Mandel menyentuh
rambut depannya dan mengangguk patuh. Ia dan
Gertrude berpisah untuk menyeberangi jalan,
sementara Roran dan yang lainnya melanjutkan
perburuan mereka. Roran memiliki kesabaran
pemangsa yang tengah berburu tapi bahkan ia pun
mulai gelisah waktu pagi dan sore berlalu dan mereka
tetap belum menemukan kapal yang bisa membawa
mereka ke Surda. Ia mengetahui kapal bertiang tiga
itu, Dragon Wing, baru saja dibangun dan akan
berlayar untuk pertama kalinya; mereka tidak bisa
menyewanya dari Blackmoor Shipping Company kecuali
mereka bisa membayar dengan emas merah kurcaci
sekamar penuh; padahal para penduduk desa
kekurangan uang bahkan untuk menyewa kapal yang
paling buruk. Membawa bargas-bargas Clovis juga
tidak memecahkan masalah mereka, karena
bargas-bargas itu tidak menjawab masalah tentang
apa yang akan mereka makan di perjalanan. "Akan
sulit," kata Birgit, "sangat sulit, untuk mencuri barang
dari tempat ini, karena banyaknya prajurit dan
rapatnya rumah-rumah, dan para penjaga di gerbang.
Kalau kita mencoba mengangkut begitu banyak barang
keluar dari Teirm, mereka pasti ingin tahu apa yang
kita lakukan." Roran mengangguk. Itu juga. Roran
memberitahu Horst bahwa kalau penduduk desa
terpaksa melarikan diri dari Teirm tanpa membawa
apa-apa kecuali persediaan mereka yang tersisa,
mereka bisa merampok untuk mendapatkan makanan.
Tapi Roran tahu tindakan seperti itu berarti mereka
telah menjadi sama hinanya dengan yang dibencinya.
Ia tidak berani melakukannya. Bertempur dan
membunuh mereka yang menghamba pada
Galbatorix--atau bahkan mencuri bargas-bargas
Clovis, karena Clovis memiliki cara lain untuk
menghidupi diri--merupakan satu hal, tapi mengambil
persediaan makanan dari petani miskin dan berusaha
bertahan hidup seperti para penduduk desa di Lembah
Palancar merupakan hal yang berbeda sama sekali. Itu
pembunuhan. Fakta-fakta berat tersebut membebani
Roran bagai batu. Perjalanan mereka sangat menguras
tenaga, bertahan hanya karena ketakutan, putus asa,
optimisme, dan improvisasi detik terakhir. Sekarang ia
takut ia telah mendorong para penduduk desa ke
sarang musuh dan mengikat mereka dengan rantai
yang dibentuk dari kemiskinan mereka sendiri. Aku
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa melarikan diri dan melanjutkan mencari Katrina,
tapi kemenangan macam apa itu kalau kubiarkan
desaku diperbudak Kekaisaran" Apa pun nasib yang
kita hadapi Teirm, aku akan tetap mendampingi
mereka yang cukup memercayai diriku hingga
meninggalkan rumahnya karena kata-kataku. Untuk
mengurangi lapar, mereka mampir di toko roti dan
membeli sebongkah roti gandum segar, juga seguci
kecil madu untuk dioleskan ke rotinya. Ketika
membayar roti dan madu, Loring memberitahu asisten
tukang roti bahwa mereka mencari kapah peralatan,
dan makanan. Sewaktu ada yang menepuk bahunya,
Roran berpaling. Seorang pria berambut hitam kasar
dan perut gendut berkata, "Maafkan aku tanpa sengaja
mendengar percakapanmu dengan tuan muda, tapi
kalau kalian mencari kapal dan yang lainnya, dan
dengan harga yang pantas, kusarankan kalian
mengikuti lelang." "Lelang apa itu?" tanya Roran.
"Ah, kisah yang menyedihkan, sungguh, tapi terlalu
sering terjadi hari-hari ini. Salah seorang pedagang
kami, Jeod--Jeod Longshanks, begitulah kami
memanggilnya kalau ia tidak mendengar--ditimpa
serangkaian kesialan yang paling buruk. Dalam waktu
kurang dari setahun, ia kehilangan empat k
Bidadari Pendekar Naga Sakti
apal, d,n sewaktu ia mencoba mengirim barang melalui
jalan darat, karavannya disergap dan dihancurkan
para pencuri. Para investor memaksanya menyatakan
diri bangkrut, dan sekarang mereka akan menjual
propertinya untuk mengurangi kerugian. Aku tidak
tahu mengenai makanan, tapi kalian pasti
mendapatkan hampir semua yang lainnya yang kalian
cari di lelang." Harapan samar muncul dalam dada
Roam. "Kapan lelang ini diselenggarakan?" "Wah,
pengumumannya dipasang di semua papan
pengumuman di seluruh kota. Lusa, pastinya" Fakta
itu menjelaskan pada Roran kenapa mereka tidak tahu
tentang pelelangan itu; mereka berusaha
sebaik-baiknya menghindari papan pengumuman,
karena khawatir ada yang mengenali Roran dari poster
hadiahnya. "Terima kasih banyak," katanya pada pria
itu. "Kau mungkin menyelamatkan kami dari banyak
kerepotan." "Dengan senang hati, kalau benar
begitu." Begitu Roran dan rekan-rekannya keluar dari
toko, mereka berkerumun bersama di tepi jalan. Ia
berkata, "Apa menurut kalian sebaiknya kita periksa
info itu?" "Hanya itu yang harus kita periksa," kata
Loring. "Birgit?" "Kau tidak perlu bertanya padaku;
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah jelas jawabannya. Tapi kita tidak bisa
menunggu hingga lusa." "Ya. Menurutku kita temui
saja si Jeod ini dan coba lihat apakah kita bisa
tawar-menawar dengannya sebelum lelang dibuka. Apa
kalian setuju?" Mereka setuju, jadi mereka pergi ke
rumah Jeod, mengandalkan petunjuk orang-orang yang
mereka temui di jalan. Rumah itu--atau, lebih
tepatnya, rumah mewah--terletak di sisi barat Teirm,
dekat puri, termasuk salah satu dari sekian banyak
bangunan megah yang dihiasi karya-karya tulis indah,
gerbang jeruji besi, patung-patung, dan pancuran
yang menyemburkan air. Roran nyaris tidak bisa
memahami kekayaan seperti itu; ia terpesona karena
besarnya perbedaan kehidupan orang-orang ini dari
kehidupannya sendiri. Roran mengetuk pintu depan
rumah Jeod, yang berdiri di samping toko yang telah
ditinggalkan. Sesaat kemudian, pintu dibuka kepala
pelayan gemuk bergigi terlalu mengilap. Ia menatap
keempat orang asing di depan pintunya dengan
pandangan tidak suka, lalu melontarkan senyum dan
bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Sir dan
Madam?" "Kami mau bicara dengan Jeod, kalau ia ada
waktu." "Kalian ada janji temu?" Roran merasa
kepala pelayan ini tahu persis mereka tidak memiliki
janji temu. "Kedatangan kami di Teirm terlalu singkat
untuk mengatur pertemuan secara lebih layak." "Ah,
well, kalau begitu dengan menyesal kukatakan lebih
baik kalian habiskan waktu kalian di tempat lain.
Majikanku banyak urusan. Ia tidak bisa menemui
setiap kelompok ge landangan yang mengetuk
pintunya, meminta sedekah," kata kepala pelayan. Ia
memamerkan gigi mengilapnya lagi dan hendak
mundur. "Tunggul" seru Roran. "Kami bukan
menginginkan sedekah; kami punya tawaran bisnis
untuk Jeod." Kepala pelayan itu mengangkat satu
alisnya. "Begitukah?" "Aye, begitu. Tolong tanyakan
padanya apa ia bersedia menemui kami. Kami sudah
menempuh perjalanan yang lebih jauh daripada yang
ingin kauketahui, dan penting sekali bagi untuk
menemui Jeod hari ini." "Boleh kutanyakan sifat
tawaran kalian?" "Rahasia." "Baiklah, Sir," kata si
kepala pelayan. "Akan kusampaikan tawaranmu, tapi
kuperingatkan bahwa Jeod sedang sibuk saat ini, dan
aku ragu ia ingin diganggu. Siapa nama yang harus
kuberitahukan padanya, Sir?" "Kau boleh
memanggilku Stronghammer." Mulut si kepala pelayan
tersentak seakan keheranan mendengar nama itu, lalu
menyelinap ke balik pintu dan menutupnya. "Kalau
kepalanya lebih besar lagi, ia bisa jadi ganjal pintu,"
gumam Loring pelan. Nolfavrell tertawa menghina.
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Birgit berkata, "Semoga saja pelayan itu tidak meniru
majikannya." Semenit kemudian, pintu terbuka
kembali dan si kepala Pelayan mengumumkan, dengan
ekspresi agak kesal. "Jeod setuju menemui kalian di
ruang kerjanya." Ia melangkah ke samping dan
memberi isyarat dengan membentangkan satu lengan
agar mereka masuk. "Lewat sini." Sesudah mereka
melewah pintu, si kepala pelayan mendului mereka
dan menyusuri lorong berdinding kayu dipernis ke
salah satu dari sekian banyak pintu, yang
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibukanya lalu memersilakan mereka masuk. JEOD
LONGSHANKS Kalau Roran bisa membaca, ia mungkin
lebih terkesan pada harta berupa buku-buku yang
memenuhi dinding-dinding ruang kerja. Sesuai
kenyataan, ia hanya memerhatikan pria jangkung yang
mulai ubanan dan berdiri di belakang meja tulis oval
itu. Pria tersebut--yang menurut Roran adalah
Jeod--tampak sama lelahnya seperti yang dirasakan
Roran. Wajahnya berkerut-kerut, kuyu, dan sedih, dan
sewaktu ia berpaling ke arah mereka, tampak bekas
luka yang putih dari puncak kepala ke dahi kirinya.
Bagi Roran, bekas luka itu menyatakan keberanian
orang ini. Mungkin kejadiannya telah lama dan
terkubur, tapi tetap saja ia pemberani. "Silakan
duduk," kata Jeod. "Aku tidak mau bersikap resmi di
rumahku sendiri." Ia mengawasi mereka dengan
tatapan penasaran sementara mereka duduk di kursi
kulit berlengan yang lembut. "Boleh kutawarkan
kue-kue dan segelas brendi aprikot" Aku tidak bisa
bicara lama, tapi kulihat kalian sudah ber
minggu-minggu dalam perjalanan, dan aku sangat
ingat bagaimana keringnya tenggorokanku sesudah
perjalanan seperti itu." Loring nyengir. "Aye. Sedikit
brendi benar-benar bagus. Kau dermawan sekali, Sir."
"Hanya segelas susu untuk putraku," kata Birgit.
"Tentu saja, Madam." Jeod membunyikan lonceng
memanggil kepala pelayan, menyampaikan
perintahnya, lalu menyandar kembali ke kursi. "Aku
dalam posisi yang tidak beruntung. Aku yakin kalian
tahu namaku, tapi aku tidak tahu kalian."
"Stronghammer, siap melayani Anda," kata Roran.
"Mardra, siap melayani Anda," kata Birgit. "Kell, siap
melayani Anda," kata Nolfavrell. "Dan aku Wally, siap
melayani Anda," Loring mengakhiri. "Dan aku siap
melayani kalian," jawab Jeod. "Nah, Rolf tadi
mengatakan kalian ingin berbisnis denganku.
Sebaiknya kalian tahu aku tidak berada dalam posisi
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk membeli atau menjual barang, dan aku tidak
memiliki emas untuk diinvestasikan, juga kapal yang
bagus untuk membawa wol dan makanan, permata dan
rempah-rempah menyeberangi lautan. Kalau begitu,
apa yang bisa kulakukan bagi kalian?" Roran
menumpukan siku ke lutut, lalu mengaitkan jemari dan
menatap dari antaranya sambil mengatur pikiran.
Salah omong bisa menyebabkan kami terbunuh di sini,
ia mengingatkan diri sendiri. "Sederhananya, Sir,
kami mewakili sekelompok orang yang--untuk berbagai
alasan--harus membeli sejumlah besar persediaan
dengan uang yang sangat sedikit. Kami tahu
barang-barang Anda akan dilelang besok lusa untuk
melunasi utang, dan kami ingin mengajukan penawaran
sekarang untuk barang-barang yang kami butuhkan.
Kami bisa saja menunggu hingga lelang, tapi situasi
memaksa kami dan kami tidak bisa menunda dua hari
lagi. Kalau kami bisa mendapatkan harga yang pantas,
harus malam ini atau besok, tidak lebih." "Pasokan
apa yang kalian butuhkan?" tanya Jeod. "Makanan
dan apa pun lainnya yang diperlukan untuk melengkapi
kapal atau kendaraan lain untuk perjalanan yang lama
di laut." Ekspresi berminat terpancar di wajah Jeod
yang kelelahan. "Kau punya bayangan kapal mana
yang kaupilih" Karena aku tahu setiap kapal yang
melayari perairan di sini selama dua puluh tahun
terakhir." "Kami belum memutuskan." Jeod menerima
jawaban itu tanpa bertanya. "Aku mengerti sekarang
kenapa kalian menemuiku, tapi aku khawatir kalian
bersusah payah karena salah pengertian." Ia
membentangkan tangannya yang kelabu, memberi
isyarat ke arah ruangannya. Segala sesuatu yang
kalian lihat di sini bukan lagi milikku, tapi milik
kreditorku. Aku tidak berhak menjual barang-barang
milikku, dan kalau aku melakukannya tanpa izin,
kemungkinan besar aku akan dipenjara karena menipu
kreditorku atas uang yang mereka pinjamkan padaku."
Ia diam sejenak sementara Rolf kembali masuk ke
kerja, membawa baki perak besar berisi kue-kue,
gelas kristal, segelas susu, dan seguci brendi. Kepala
pelayan meletakkan baki di dudukan kaki berbatalan
lalu membagikan minuman. Roran mengambil gelasnya
dan menghirup brendi yang ringan itu, bertanya-tanya
kapan saat yang sopan bagi mereka untuk berpamitan
dan melanjutkan pencarian. Sesudah Rolf
meninggalkan ruangan, Jeod menghab
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
iskan isi gelasnya dengan sekali tenggak, lalu
berkata, "Mungkin aku tidak berguna bagi kalian, tapi
aku kenal sejumlah orang seprofesiku yang mungkin...
mungkin... bisa membantu. Kalau kalian bisa
memberiku sedikit rincian lagi mengenai apa yang
ingin kalian beli, maka aku bisa lebih tahu siapa yang
sebaiknya kurekomendasikan." Roran tidak melihat
kerugian dari permintaan itu, jadi ia mengutip daftar
barang-barang yang harus dimiliki penduduk desa,
benda-benda yang mungkin mereka butuhkan, dan
benda-benda yang mereka inginkan tapi tidak mungkin
pernah bisa mereka miliki kecuali dewi keberuntungan
tersenyum lebar pada mereka. Sesekali Birgit atau
Loring menyebutkan barang-barang yang lupa
disebutkan Roran--seperti lampu minyak--dan Jeod
melirik mereka sejenak sebelum kembali mengarahkan
tatapan ke Roran, tempat pandangannya tetap terarah
dengan minat yang semakin besar. Minat Jeod
meresahkan Roran, rasanya seolah pedagang itu tahu,
atau mencurigai, apa yang disembunyikannya.
"Menurutku," kata Jeod setelah Roran selesai
mengutip daftarnya, "Yang kalian butuhkan cukup
untuk memenuhi kebutuhan beberapa ratus orang ke
Feinster atau Aroughs & atau lebih jauh lagi. Kuakui,
aku agak sibuk beberapa minggu terakhir ini, tapi aku
tidak pernah mendengar ada rombongan sebesar itu di
kawasan ini, dan aku tidak bisa membayangkan dari
mana asal rombongan sebesar itu." Dengan ekspresi
datar, Roran membalas tatapan Jeod tanpa
mengatakan apa-apa. Di dalam hati, ia marah karena
membiarkan Jeod mengumpulkan cukup banyak
informasi hingga dapat kesimpulan tersebut. Jeod
mengangkat bahu. "Well, sekalipun begitu, itu urusan
kalian. Kusarankan kalian menemui Galton di Market
Street untuk makanan dan Hamill tua dekat dermaga
untuk barang-barang lain. Mereka berdua jujur dan
akan memperlakukan kalian dengan baik dan adil."
Setelah mengulurkan tangan, ia mengambil kue dari
baki, menggigitnya, lalu, sesudah selesai mengunyah,
bertanya pada Nolfavrell. "So, Kell muda, kau juka
tinggal di Teirm?" "Ya, Sir," kata Nolfavrell, dan
tersenyum. "Aku tidak pernah melihat apa pun yang
sebesar ini, Sir." "Begitukah?" "Ya, Sir. Aku--"
Merasa mereka berada dalam situasi yang berbahaya,
Roran menyela, "Aku penasaran, Sir, tentang toko di
samping rumah Anda. Rasanya aneh ada toko
sesederhana itu di tengah bangunan-bangunan mewah
di sini." Untuk pertama kalinya, senyuman, sekalipun
tipis, mencerahkan wajah Jeod, menghapus
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertahun-tahun dari penampilannya. "Well, toko itu
milik wanita yang agak aneh: Angela si tukang obat,
salah satu tabib terbaik yang pernah kutemui. Ia
mengelola toko itu selama sekitar dua puluh tahun
dan, baru beberapa bulan yang lalu, menjualnya dan
pindah entah ke mana." Ia mendesah. "Sayang sekali,
karena ia tetangga yang menarik." "Itu yang ingin
ditemui Gertrude, bukan?" tanya Nolfavrell, dan
menengadah memandang ibunya. Roran menahan
geram dan melontarkan lirikan memperingatkan yang
cukup kuat hingga Nolfavrell bergerak-gerak gelisah
di kursi. Nama itu tidak berarti apa-apa bagi Jeod,
tapi kalau Nolfavrell tidak bisa lebih menjaga
lidahnya, ada kemungkinan ia terlepas bicara dan
mengutarakan informasi yang lebih merusak. Waktunya
pergi, pikir Roran. Ia meletakkan gelas. Pada saat
itulah ia melihat nama itu memang ada artinya bagi
Jeod. Mata si pedagang membelalak terkejut, dan ia
mencengkeram lengan kursinya hingga ujung-ujung
jemarinya memutih. "Tidak mungkin!" Jeod
memusatkan perhatian Roran, mengamati wajahnya
seakan berusaha memandang pada lewati jangguMya,
lalu mengembuskan napas, "Roran. Roran putra
Garrow. " SEKUTU TAK TERDUGA. Roran sudah
mencabut martil dari sabuknya dan separo bangkit
dari kursi sewaktu mendengar nama ayahnya disebut.
Hanya itu yang mencegahnya melompat menyeberangi
ruangan dan memukul Jeod hingga pingsan. Dari mana
ia tahu siapa Garrow" Di sampingnya, Loring dan
Birgit melompat bangkit, mencabut pisau dari lengan
baju mereka, bahkan Nolfavrell bersiap-siap berkelahi
dengan pisau di tangan. "Kau Roran, bukan?" tanya
Jeod dengan suara pelan. Ia tidak menunjukkan
keterkejutan melihat senjata mereka.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dari mana kau menebaknya?" "Karena Brom
membawa Eragon kemari, dan tampangmu mirip
sepupumu. Sewaktu kulihat postermu bersama poster
Eragon, aku sadar Kekaisaran pasti berusaha
menangkapmu dan kau berhasil lolos. Sekalipun,"
tatapan Jeod beralih ke tiga orang lainnya, "dalam
semua imajinasiku, aku tidak pernah menduga kau
akan mengajak seluruh Carvahall bersamu." Dengan
tertegun, Roran duduk kembali di kursi dan
meletakkan martil melintang di lutut, siap
menggunakannya. "Eragon pernah kemari?" "Aye.
Juga Saphira." Saphira?" Sekali lagi, keterkejutan
melintas di wajah Jeod. "Kau tidak tahu, kalau
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begitu?" Tahu apa?" Jeod memandangnya selama
semenit. "Kupikir sudah tiba waktunya menghentikan
kepura-puraan kita, Roran putra Garrow, dan bicara
terus terang dan tanpa tipuan. Aku bisa menjawab
banyak pertanyaanmu--seperti kenapa Kekaisaran
memburumu--tapi sebagai gantinya, aku perlu tahu
alasan kedatanganmu ke Teirm... alasan yang
sebenarnya." "Kenapa kami harus memercayaimu,
Longshanks?" tanya Loring. "Kau bisa saja bekerja
pada Galbatorix." "Aku teman Brom selama lebih dari
dua puluh tahun, sebelum ia menjadi pendongeng di
Carvahall," kata Jeod, "dan aku berusaha
sebaik-baiknya membantu dia dan Eragon sewaktu
mereka menginap di rumahku. Tapi karena tidak satu
pun dari mereka ada di sini untuk menjaminku,
kuserahkan nyawaku ke tangan kalian, terserah akan
kalian apakan. Aku bisa berteriak minta tolong, tapi
tidak akan kulakukan. Aku juga tidak akan melawan
kalian. Aku hanya minta kalian menceritakan kisah
kalian dan mendengarkan kisahku sendiri. Lalu kalian
bisa memutuskan sendiri tindakan apa yang perlu
dilakukan. Kalian tidak terancam bahaya, jadi apa
ruginya berbicara?" Birgit menyentakkan dagu,
menarik perhatian Roran. Ia bisa saja sedang
berusaha menyelamatkan diri." "Mungkin," jawab
Roran, "tapi kita harus mencari tahu apa yang
diketahuinya." Dengan mengaitkan satu lengan ke
bawah kursi, ia menyeret kursi ke seberang ruangan,
menempelkan sandaran kursi ke pintu, dan duduk di
sana, jadi tidak ada yang bisa mendobrak masuk dan
menyergap saat mereka tidak siap. Ia mengarahkan
martil ke Jeod. "Baiklah. Kau mau bicara" Kalau
begitu, mari kita bicara, kau dan aku." "Paling baik
kalau kau duluan." "Kalau begitu, dan kalau kami
tidak puas dengan jawaban sesudahnya, kami terpaksa
membunuhmu," Roran memper ingatkan. Jeod
bersedekap. "Terserah." Sekalipun tidak ingin, Roran
terkesan melihat ketenangan si pedagang; Jeod
tampak tidak peduli pada nasibnya, sekalipun ekspresi
mulutnya tampak agak muram. "Terserah," Roran
mengulangi. Roran telah sering menceritakan
kejadian sejak kedatangan Ra'zac di Carvahall, tapi
belum pernah ia menceritakannya secara terinci pada
orang lain. Sementara ia bercerita, terlintas dalam
benaknya betapa banyak kejadian yang telah menimpa
dirinya dan para penduduk desa lain dalam waktu
sesingkat itu dan betapa mudahnya Kekaisaran
menghancurkan kehidupan mereka di Lembah
Palancar. Menceritakan kembali kengerian-kengerian
lama terasa menyakitkan bagi Roran, tapi setidaknya
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ia senang melihat Jeod menampakkan ketertegunan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tulus saat mendengar bagaimana penduduk desa
menyerang para prajurit dan Ra'zac di perkemahan
mereka, pengepungan terhadap Carvahall sesudahnya,
pengkhianatan Sloan, penculikan Katrina, bagaimana
Roran meyakinkan penduduk desa untuk melarikan
diri, dan kekerasan perjalanan mereka ke Teirm.
"Demi Raja-Raja yang Hilang!" seru Jeod. "Itu kisah
yang paling luar biasa. Luar biasa! Kalau kuingat
bahwa kau berhasil menggagalkan rencana Galbatorix
dan tepat sekarang ini seluruh desa Carvahall
bersembunyi di luar salah satu kota terbesar
Kekaisaran dan Raja bahkan tidak tahu...." Ia
menggeleng kagum. "Aye, begitulah keadaan kami,"
geram Loring, "dan itu sangat berbahaya, jadi
sebaiknya kaujelaskan dengan jelas kenapa kami
harus mengambil risiko membiarkanmu tetap hidup."
"Itu menempatkanku--" Jeod terdiam saat seseorang
mengguncang selot di belakang kursi Roran, berusaha
membuka pintu, diikuti gedoran pada Papan kayu
eknya. Di lorong, seorang wanita menjerit, "Jeod!
Biarkan Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku masuk, Jeod! Kau tidak bisa bersembunyi dalam
guamu itu" "Boleh?" gumam Jeod. Roran
menjentikkan jemari ke Nolfavrell, dan bocah itu
melemparkan pisau ke Roran, yang menyelinap ke
belakang meja tuli dan menempelkan sisi pipih mata
pisau ke tenggorokan Jeod. "Suruh wanita itu pergi."
Dengan mengeraskan suara, Jeod berkata, "Aku tidak
bisa bicara sekarang; aku sedang rapat." "Bohong!
Kau tidak memiliki bisnis apa pun. Kau sudah
bangkrut! Keluar dan hadapi aku, pengecut! Kau
laki-laki atau bukan, sampai memandang lurus ke mata
istrimu saja tidak berani?" Wanita itu diam sejenak,
seakan menunggu jawaban, lalu jeritannya terdengar
semakin keras, "Pengecut! Kau tikus tak bernyali,
penakut kotor tanpa otak yang tak marnpu mengelola
kios daging, apalagi perusahaan pelayaran. Ayahku
tidak akan pernah kehilangan uang sebanyak itu!"
Roran mengernyit ketika penghinaan-penghinaan itu
terus berlanjut. Aku tidak bisa menahan Jeod kalau
wanita itu berbicara lebih lama lagi. "Diam,
perempuan!" teriak Jeod, dan kebisuan mengikuti.
"Keberuntungan kita mungkin akan berubah lebih baik
kalau kau memiliki akal sehat untuk menahan lidahmu
dan tidak terus berceloteh seperti istri pedagang
ikan." Jawaban istrinya terdengar dingin: "Akan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kutunggu kau di ruang makan, suamiku sayang, dan
kalau kau tidak berniat menemuiku saat makan malam
dan menjelaskan, aku akan meninggalkan rumah ini,
tanpa pernah kembali." Lalu terdengar suara langkah
kakinya menjauh. Sesudah yakin wanita itu telah
pergi, Roran mengangkat pisau dari leher Jeod dan
mengembalikan senjata itu pada Nolfavrell sebelum
duduk kembali di kursi yang menempel ke pintu. Jeod
menggosok lehernya dan, dengan ekspresi waspada,
berkata, "Kalau kita tidak mencapai kata sepakat,
sebaiknya kalian bunuh saja aku; itu lebih mudah
daripada menjelaskan pada Helen bahwa aku
meneriakinya tanpa alasan." "Aku bersimpati padamu,
Longshanks," kata Loring. "Bukan salahnya... bukan
benar-benar salahnya. Ia hanya tidak mengerti kenapa
begitu banyak kesialan menimpa kami" Jeod
mendesah. "Mungkin salahku karena tidak berani
beritahu dirinya." "Memberitahukan apa?" sela
Nolfavrell. "Bahwa aku agen Varden." Jeod diam
sejenak melihat ekspresi tertegun mereka. "Mungkin
sebaiknya kumulai dari awal Roran, kau pernah dengar
isu-isu selama beberapa bulan terakhir mengenai
kemunculan Penunggang baru yang menentang
Galbatorix?" "Di sana-sini, ya, tapi tidak ada yang
menurutku bisa dipercay." Jeod ragu-ragu. "Aku tidak
tahu bagaimana lagi cara menyampaikannya, Roran...
tapi memang ada Penunggang baru di Alagaesia, dan
ia adalah sepupumu, Eragon. Batu yang ditemukannya
di Spine sebenarnya telur naga yang dicuri kaum
Varden, dengan bantuanku, dari Galbatorix
bertahun-tahun yang lalu. Naga itu menetas bagi
Eragon dan Eragon menamainya Saphira. Itu sebabnya
Ra'zac datang ke Lembah Palancar pertama kali.
Mereka kembali karena Eragon telah menjadi musuh
yang berat bagi Kekaisaran dan Galbatorix berharap
dengan menangkap dirimu, mereka bisa menundukkan
Eragon." Kepala Roran tersentak ke belakang saat ia
tertawa hingga air mata menggenang di sudut-sudut
matanya dan perutnya sakit akibat guncangannya.
Loring, Birgit, dan Nolfavrell memandangnya dengan
tatapan ketakutan, tapi Roran tidak memedulikan
pendapat mereka. Ia tertawa mendengar kekonyolan
cerita Jeod. Ia menertawakan kemungkinan
menakutkan bahwa Jeod berbicara jujur. Dengan
napas terengah-engah, sikap Roran perlahan-lahan
kembali normal, sekalipun sesekali ia masih tergelak
meskipun tak ada yang lucu. Ia mengusap wajahnya
dengan lengan baju lalu memandang Jeod, senyum
keras merekah di bibirnya. "Ceritamu cocok dengan
fakta-faktanya; kuakui itu. Tapi begitu juga setengah
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lusin penjelasan lain yang kupikirkan." Birgit
berkata, "Kalau batu Eragon ternyata telur naga, lalu
dari mana asalnya?" "Ah," jawab Jeod, "itu urusan
yang kuketahui dengan baik.... " Duduk nyaman di
kursinya, Roran mendengarkan dengan tetap tak
percaya ketika Jeod merangkai kisah yang fantastis
yang bagaimana Brom-Brom tua penggerutu!--dulunya
Penunggang dan sepertinya membantu mendi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rikan Varden, bagaiaman Jeod menemukan jalan
rahasia ke Uru'baen, bagaimana kaum Varden
mengatur pencurian ketiga telur naga terakhir dari
Galbatorix, dan bagaimana hanya satu telur yang bisa
diselamatkan sesudah Brom bertempur dan membunuh
Morzan, salah satu kaum Terkutuk. Seakan kisahnya
masih belum konyol, Jeod lalu menjabarkan perjanjian
antara kaurn Varden, kurcaci, dan elf bahwa telur itu
harus dikirim bolak-bolik antara Du Weldenvarden dan
Pegunungan Beor, Yang menjadi penyebab kenapa
telur dan kurirnya berada di dekat tepi hutan besar
sewaktu mereka disergap Shade. Shade--ha! pikir
Roran. Sekalipun skeptis, Roran memerhatikan
dengan minat berlipat ganda sewaktu Jeod mulai
menceritakan saat Eragon menemukan telur dan
membesarkan naga Saphira di hutan dekat tanah
pertanian Garrow. Roran sibuk waktu itu--bersiap-siap
berangkat ke penggilingan milik Dempton di
Therinsford--tapi ia ingat bagaimana teralihnya
perhatian Eragon pada saat itu, bagaimana Eragon
menghabiskan setiap waktu luangnya di luar rumah,
entah melakukan apa.... Saat Jeod menjelaskan
bagaimana dan kenapa Garrow tewas, kemurkaan
memenuhi Roran karena Eragon berani merahasiakan
naga itu sementara tindakannya jelas membahayakan
semua orang. Ia yang salah sehingga ayahku
meninggal! "Apa yang dipikirkannya?" sembur Roran.
Ia membenci Jeod yang memandangnya dengan
pemahaman yang tenang. "Aku ragu Eragon sendiri
tahu. Penunggang dan naga mereka terikat begitu erat
satu sama lain hingga sering sulit membedakan satu
dengan yang lain. Eragon tidak mungkin menyakiti
Saphira sama seperti ia tidak mungkin menggergaji
kakinya sendiri." "Bisa saja," gumam Roran. "Karena
dirinya, aku terpaksa melakukan tindakan-tindakan
yang sama menyakitkannya, dan aku tahu--ia bisa saja
berbuat begitu." "Kau benar untuk merasakan apa
yang kaurasakan," kata Jeod, "tapi jangan lupa bahwa
alasan Eragon meninggalkan Lembah Palancar adalah
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk melindungi dirimu dan semua yang tersisa. Aku
yakin pilihan itu sangat sulit baginya. Dari sudut
pandangnya, ia mengorbankan diri untuk memastikan
keselamatanmu dan membalaskan ayahmu. Dan
sekalipun pergi mungkin tidak menghasilkan akibat
yang diinginkan, Situasinya jelas akan lebih buruk
lagi kalau Eragon tetap tinggal." Roran tidak
mengatakan apa-apa lagi hingga menyinggung bahwa
alasan Brom dan Eragon mengunjungi Teirm adalah
untuk melihat apakah mereka bisa menggunakan daftar
muatan kapal untuk menemukan sarang Ra'zac.
"Apakah mereka berhasil?" seru Roran, tersentak
tegak. "Kami berhasil." "Well, di mana mereka kalau
begitu" Demi kebaikan, man, katakan; kau tahu betapa
pentingnya ini bagiku!" "Tampak jelas dari
catatan--dan aku kemudian mendapat pesan dari kaum
Varden bahwa cerita Eragon sendiri mengkonfirmasi
hal ini--bahwa sarang Ra'zac berada di formasi yang
dikenal sebagai Helgrind, dekat Dras-Leona." Roran
mencengkeram martilnya dengan penuh semangat.
Dras-Leona sangat jauh, tapi Teirm memiliki akses ke
satu-satunya celah terbuka antara tempat ini dan
ujung selatan Spine. Kalau aku bisa membawa semua
orang menyusuri pantai dengan selamat, lalu aku bisa
pergi ke Helgrind ini, menyelamatkan Katrina kalau ia
ada di sana, dan mengikuti Sungai Jiet ke Surda.
Sebagian dari pikiran Roran rupanya terungkap sendiri
di wajahnya, karena Jeod berkata, "Itu tidak bisa
dilakukan, Roran." "Apa?" "Tidak ada orang yang
bisa mendaki Helgrind. Tempat itu merupakan
pegunungan batu hitam yang kokoh dan gersang
hingga mustahil didaki. Pikirkan tunggangan Ra'zac
yang berbau busuk; kemungkinan besar mereka lebih
suka bersarang di dekat puncak Helgrind daripada
tidur di dekat tanah, tempat mereka paling rapuh.
Kalau begitu, bagaimana caramu mendekati mereka"
Dan kalau bisa, apa kau benar-benar percaya bisa
mengalahkan kedua Ra'zac dan tunggangan mereka,
kalau bahkan tidak ada lebih banyak lagi" Aku tidak
ragu kau pejuang yang menakutkan--bagaimanapun
juga, kau dan Eragon memiliki darah yang sama--tapi
musuh-musuh ini lebih daripada manusia normal."
Roran menggeleng. "Aku tidak bisa meninggalkan
Katrina. Mungkin sia-sia, tapi aku harus berusaha
Bidadari Pendekar Naga Sakti
membebaskan dirinya, bahkan Seandainya aku harus
mati untuk itu." Tidak ada gunanya bagi Katrina kalau
kau sendiri terbunuh," tegur Jeod. "Kalau aku boleh
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menawarkan saran: cobalah mencapai Surda seperti
rencanamu. Begitu tiba di sana, aku yakin kau bisa
minta bantuan Eragon. Bahkan Ra'zac tidak mampu
menandingi Penunggang dan naganya dalam
pertempuran terbuka." Dengan mata batinnya, Roran
melihat makhluk buas raksasa berkulit kelabu yang
ditunggangi Ra'zac. Ia benci mengakuinya, tapi ia
tahu tidak mampu membunuh makhluk seperti itu, tidak
peduli sekuat apa dirinya atau motivasinya. Begitu ia
menerima kebenarannya, Roran akhirnya memercayai
cerita Jeod--karena kalau tidak, Katrina akan hilang
selamanya. Eragon, pikirnya. Eragon! Demi darah
yang sudah kutumpahkan dan kengerian di tanganku,
aku bersumpah demi kubur ayahku, kau akan
membalas perbuatanmu dengan menyerang Helgrind
bersamaku. Kalau kau menciptakan kekacauan ini,
akan kupaksa kau membereskannya. Roran memberi
isyarat pada Jeod. "Lanjutkan ceritamu. Biar kami
mendengar sisa drama menyedihkan ini sebelum hari
semakin sore." Lalu Jeod membicarakan kematian
Brom; tentang Murtagh, putra Morzan; tentang
penangkapan dan pelarian di Gil'ead; penerbangan
mati-matian untuk menyelamatkan seorang elf; tentang
Urgal dan kurcaci serta pertempuran hebat di tempat
bernama Farthen Dur, di mana Eragon mengalahkan
Shade. Dan Jeod memberitahu mereka bagaimana
kaum Varden meninggalkan Pegunungan Beor dan
pindah ke Surda, dan bagaimana Eragon sekarang
berada jauh di dalam Du Weldenvarden, mempelajari
rahasia misterius sihir dan seni perang elf, tapi akan
segera kembali. Sewaktu pedagang itu membisu,
Roran berkumpul di sisi seberang ruang kerja bersama
Loring, Birgit, dan Nolfavrell. Ia meminta pendapat
mereka. Sambil merendahkan suara, Loring berkata,
"Aku tidak tahu ia berbohong atau tidak, tapi siapa
pun yang bisa mengarang cerita seperti itu di bawah
todong pisau layak untuk hidup. Penunggang baru!
Dan Eragon orangnya!" Ia menggeleng. "Birgit?"
tanya Roran. "Tapi "Aku tidak tahu. Ini begitu luar
biasa." Ia ragu-ragu pasti benar. Penunggang lain
adalah satu-satunya alasan kenapa Kekaisaran begitu
mati-matian mengejar kita." "Aye," Loring menyetujui.
Matanya cerah penuh semangat. "Kita, rupanya
terlibat dalam peristiwa yang lebih berarti daripada
yang kita sadari. Penunggang baru. Pikirkan itu! Orde
lama akan disapu habis, kuberitahu kalian... Kau
benar selama ini Roran. "Nolfavrell?" Bocah itu
tampak serius karena ditanyai. Ia menggigit bibir, lalu
berkata, "Jeod tampaknya cukup jujur. Kupikir kita
bisa memercayai dirinya." "Baiklah, kalau begitu,"
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Roran. Ia melangkah kembali mendekati Jeod,
menumpukan buku-buku jemarinya di tepi meja, dan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata, "Dua pertanyaan terakhir, Longshanks.
Bagaimana tampang Brom dan Eragon" Dan bagaimana
kau bisa mengenali nama Gertrude?" "Aku tahu
tentang Gertrude karena Brom bilang ia meninggalkan
surat untukmu padanya. Sedangkan mengenai tampang
mereka: Brom agak lebih pendek daripada diriku.
Janggut lebat, hidung bengkok, dan ia membawa
tongkat berukir. Dan aku berani mengatakan ia kadang
menjengkelkan." Roran mengangguk; itulah Brom.
"Eragon... masih muda. Rambut cokelat, mata cokelat,
dengan bekas luka di pergelangan tangan, dan ia
tidak pernah berhenti bertanya." Roran kembali
mengangguk; itulah sepupunya. Roran menjejalkan
martilnya ke sabuk. Birgit, Loring, dan Nolfavrell
menyarungkan pisau mereka. Lalu Roran menjauhkan
kursi dari pintu, dan mereka berempat kembali duduk
seperti manusia yang beradab. "Sekarang apa, Jeod?"
tanya Roran. "Kau bisa membantu kami" Aku tahu kau
berada dalam situasi yang sulit, tapi kami... kami
kehabisan akal dan tidak bisa meminta bantuan siapa
pun lagi. Mengenai agen kaum Varden, kau bisa
menjamin perlindungan kaum Varden atas kami" kami
bersedia mengabdi pada mereka kalau mereka
melindungi kami dari kemurkaan Galbatorix." Kaum
Varden," kata Jeod, "akan lebih daripada gembira
menerima kalian. Lebih daripada gembira. Kurasa kau
sudah menebak begitu. Sedangkan mengenai
bantuan...." Ia mengelus w
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ajahnya yang panjang dengan satu tangan dan
menatap deretan buku di rak-rak di belakang Loring.
"Aku sadar selama hampir setahun bahwa identitasku
yang sebenarnya--seperti juga banyak pedagang lain
di sini dan di tempat-tempat lain yang membantu kaum
Varden--telah dibocorkan pada Kekaisaran. Karena
itu, aku belum berani melarikan diri ke Surda. Kalau
kucoba, Kekaisaran akan menangkapku, lalu siapa
yang tahu kengerian macam apa yang akan kuhadapi"
Aku terpaksa menyaksikan bisnisku hancur secara
bertahap tanpa mampu mengambil tindakan apa pun
untuk mencegahnya atau melarikan diri dari masalah
itu. Yang lebih buruk lagi, sekarang sesudah aku tidak
bisa mengirimkan apa pun kepada kaum Varden dan
mereka tidak berani mengirim orang kepadaku, aku
takut Lord Risthart akan membelengguku dan
menyeretku ke penjara bawah tanah, karena aku tidak
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lagi menarik bagi Kekaisaran. Aku sudah menduga
kejadian itu setiap hari sejak aku menyatakan
kebangkrutan." "Mungkin," kata Birgit, "mereka ingin
kau melarikan diri agar mereka bisa menangkap siapa
pun yang kau ajak." Jeod tersenyum. "Mungkin. Tapi
sekarang sesudah kalian kemari, aku punya cara untuk
pergi yang tidak pernah mereka antisipasi." "Kalau
begitu, kau punya rencana?" tanya Loring.
Kegembiraan melintas di wajah Jeod. "Oh ya, aku
punya rencana. Apakah kalian berempat melihat kapal
Dragon Wing yang ditambatkan di pelabuhan?" Roran
teringat kembali pada kapal itu. "Aye." "Dragon Wing
milik Blackmoor Shipping Company, kamuflase
Kekaisaran. Mereka menangani pasokan untuk
pasukan, Yang baru-baru ini dimobilisasi dengan
kecepatan yang mengejutkan, merekrut prajurit di
antara petani dan menyita kuda, kambing dan kerbau."
Jeod mengangkat alis. "Aku tidak yakin apa artinya
itu, tapi ada kemungkinan Galbatorix berniat
menyerang Surda. Pokoknya, Dragon Win akan
berlayar ke Feinster dalam minggu ini. Itu kapal
terbaik yang pernah dibuat, berdasarkan rancangan
baru pakar pembuat kapal Kinnell." "Dan kau mau
membajaknya," kata Roran. "Memang. Bukan hanya
untuk mengejek Kekaisaran atau karena Dragon Wing
direputasikan sebagai kapal tercepat kelasnya, tapi
karena kapal itu sudah diisi persediaan makanan
untuk perjalanan jauh. Dan karena bermuatan
makanan, kita memiliki cukup makanan untuk seisi
desa." Loring tergelak tertahan. "Kuharap kau bisa
mengemudikannya sendiri, Longshanks, karena tidak
satu pun dari kami yang tahu cara mengendalikan
perahu yang lebih besar dari bargas. "Ada beberapa
orang dari awak kapal-kapalku yang masih tinggal di
Teirm. Mereka berada dalam posisi yang sama dengan
diriku, tidak mampu melawan atau melarikan diri. Aku
yakin mereka akan menyambar kesempatan pergi ke
Surda. Mereka bisa mengajarkan apa yang harus
kalian lakukan di Dragon Wing. Tidak mudah, tapi aku
tidak melihat banyak pilihan dalam hal ini." Roran
tersenyum. Rencana itu sesuai seleranya: cepat,
tegas, dan tidak terduga. "Kau tadi mengatakan,"
kata Birgit, "bahwa selama setahun terakhir tidak satu
pun kapalmu--maupun kapal pedagang lain yang
melayani kaum Varden--yang tiba di tujuannya. Kalau
begitu, kenapa misi ini bisa berhasil sementara begitu
banyak yang lainnya gagal?" Jeod menjawab dengan
cepat, "Karena kejutan berada di pihak kita. Hukum
mengharuskan kapal pedagang menyerahkan jadwal
pelayaran mereka untuk disetujui pihak berwenang
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pelabuhan sedikitnya dua minggu sebelum berangkat.
Membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan
keberangkatan kapal, jadi kalau kita pergi tanpa
peringatan, bisa seminggu atau lebih sebelum
Galbatorix bisa mengirim kapal-kapal penghadang.
Kalau beruntung, kita tidak akan melihat bahkan
pucuk tiang kapal para pemburu kita. Jadi," lanjut
Jeod, "kalau kalian bersedia mencoba usaha ini,
inilah yang harus kita lakukan...." MELARIKAN DIRI
Sesudah mereka mempertimbangkan usulan Jeod dari
setiap sudut yang mungkin dan setuju untuk
mematuhinya dengan beberapa modifikasi--Roran
mengirim Nolfavrell menjemput Gertrude dan Mandel
dari Green Chestnut, karena Jeod menawarkan
rumahnya pada seluruh rombongan mereka.
"Sekarang, kalau kau tidak keberatan," kata Jeod,
sambil berdi Bidadari Pendekar Naga Sakti
ri, "aku harus memberitahu istriku apa yang
seharusnya tidak pernah kusembunyikan darinya dan
memintanya menemaniku ke Surda. Kalian boleh
memilih kamar kalian masing-masing di lantai dua.
Rolf akan memanggil kalian saat makan malam siap
nanti." Dengan langkah-langkah panjang dan lamban,
ia meninggalkan ruang kerja. "Apa bijaksana
membiarkan ia memberitahu monster betina itu?" tanya
Loring. Roran mengangkat bahu. "Bijaksana atau
tidak, kita tak bisa menghalanginya. Dan kurasa ia
tidak akan tenang sebelum memberitahu istrinya."
Bukannya pergi ke salah satu kamar, Roran justru
berkeliaran menjelajahi rumah mewah itu, tanpa sadar
menghindari para pelayan sambil merenungkan apa
yang dikatakan Jeod. Ia berhenti di jendela cembung
yang menghadap ke istal bagian belakang rumah dan
memenuhi paru-parunya dengan udara yang berasap,
penuh bau kotoran kuda yang dikenalinya. "Kau
membencinya?" Ia terkejut dan berpaling melihat
sosok Birgit di ambang pintu. Wanita itu menarik
syalnya lebih erat di bahu sambil mendekat. "Siapa?"
tanya Roran, sekalipun tahu persis jawabannya.
"Eragon. Kau membencinya?" Roran memandang
langit yang semakin gelap. "Entahlah. Aku benci
karena ia menyebabkan kematian ayahku, tapi ia
masih tetap keluargaku dan untuk itu aku
menyayanginya... Kurasa kalau aku tidak
membutuhkan Eragon untuk menyelamatkan Katrina,
aku tidak ingin berhubungan dengannya untuk
sementara waktu." "Seperti aku membutuhkan dan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membencimu, Stronghammer." Roran mendengus geli.
"Aye, kita bagai kembar siam, bukan" Kau terpaksa
membantuku menemukan Eragon agar bisa
membalaskan Quimby pada Ra'zac." "Dan membalas
dendam padamu sesudahnya." "Itu juga." Roran
sejenak membalas tatapan Birgit yang mantap,
mengakui ikatan di antara mereka. Ia mendapati
pengetahuan bahwa mereka punya dorongan yang
sama, anehnya, justru menenangkan; api kemarahan
yang sama yang mempercepat langkah mereka sewaktu
yang lainnya goyah. Dalam diri Birgit, Roran
mengenali semangat yang sama. Sewaktu kembali
melintasi rumah, Roran berhenti di dekat ruang makan
saat mendengar suara Jeod. Karena penasaran, ia
mengintip ke celah di tengah engsel pintu. Jeod
berdiri di hadapan wanita ramping berambut pirang,
yang menurut tebakan Roran adalah Helen. "Kalau
apa yang kaukatakan benar, bagaimana kau bisa
berharap aku akan memercayaimu?" "Aku tidak bisa,"
jawab Jeod. "Tapi kau memintaku menjadi pelarian
demi dirimu?" "Kau dulu pernah menawarkan diri
untuk meninggalkan keluargamu dan menjelajahi tanah
ini bersamaku. Kau memohon padaku agar membawamu
lari dari Teirm." "Dulu. Kupikir kau sangat memesona
waktu itu, dengan pedang dan bekas lukamu." "Aku
masih memiliki keduanya," kata Jeod lembut. "Aku
melakukan banyak kesalahan padamu, Helen; aku
mengerti sekarang. Tapi aku masih mencintaimu dan
ingin kau aman. Aku tidak memiliki masa depan di
sini. Kalau tetap tinggal, aku hanya membawa
kedukaan bagi keluargamu. Kau bisa kembali ke
ayahmu atau kau bisa ikut denganku. Lakukan apa
yang membuatmu paling bahagia. Tapi, kumohon kau
memberiku kesempatan kedua, untuk memiliki
keberanian meninggalkan tempat ini dan membuang
kenangan pahit kehidupan kita di sini. Kita bisa
memulai baru di Surda." Helen diam cukup lama.
"Pemuda yang dulu datang kemari, ia benar-benar
Penunggang?" "Benar. Angin perubahan sedang
bertiup, Helen. Kaum Varden akan menyerang, para
kurcaci berkumpul, bahkan para elf sedang sibuk di
tempat persembunyian kuno mereka. Perang semakin
dekat, dan kalau kita beruntung, begitu pula
kejatuhan Galbatorix." "Apa kau penting di kalangan
kaum Varden?" "Mereka berutang budi untuk
perananku mendapatkan telur Saphira." "Kalau begitu
kau akan mendapat posisi di antara mereka di Surda?"
"Kurasa begitu." Jeod memegang bahu Helen, dan
Helen tidak menjauh. Helen berbisik, "Jeod, Jeod,
jangan memaksaku. Aku belum bisa memutuskan."
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau mau mempertimbangkannya?" Helen menggigil.
"Oh ya. Akan kupikirkan." Hati Roran terasa sakit
saat ia berlalu. Katrina. Malam itu saat makan,
Roran menyadari mata Helen sering tertuju padanya,
mengamati dirinya dan mengukur-memban
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dingkan dirinya, ia yakin, dengan Eragon. Sesudah
makan, Roran memanggil Mandel dan mengajaknya
keluar, ke halaman belakang rumah. "Ada apa, Sir?"
tanya Mandel. "Aku ingin berbicara empat mata
denganmu." "Tentang apa?" Roran mengelus mata
martilnya dan teringat betapa ia merasa seperti
Garrow sewaktu ayahnya menceramahi dirinya tentang
tanggung jawab; Koran bahkan bisa merasakan
kalimat-kalimat lama memenuhi di tenggorokannya.
Jadi satu generasi berlanjut ke generasi berikutnya,
pikirnya. "Kau cukup akrab dengan para kelasi
akhir-akhir ini." "Mereka bukan musuh kita," Mandel
memprotes. "Semua orang musuh kita saat ini. Clovis
dan anak buahnya bisa berbalik menentang kita dalam
sekejap mata. Tapi itu tidak akan menjadi masalah,
kalau kebersamaanmu dengan mereka tidak
menyebabkan kau melalaikan kewajiban." Mandel
mengejang dan pipinya memerah, tapi ia tidak
membuat Roran memandang rendah dirinya dengan
mengingkari tuduhan Roran. Dengan perasaan senang,
Roran bertanya, "Apa tindakan paling penting yang
bisa kita lakukan sekarang ini, Mandel?" "Melindungi
keluarga kita." "Aye. Dan apa lagi?" Mandel
ragu-ragu, tidak yakin, lalu mengakui, "Aku tidak
tahu." "Saling membantu. Hanya itu satu-satunya
cara agar kita semua bisa bertahan hidup. Aku
terutama sangat kecewa sewaktu tahu kau
mempertaruhkan makanan dengan para kelasi, karena
itu membahayakan seluruh desa. Waktumu akan jauh
lebih baik kalau dihabiskan dengan berburu daripada
bermain dadu atau belajar melempar pisau. Dengan
kepergian ayahmu, kau bertanggung jawab merawat
ibu dan adik-adikmu. Mereka mengandalkan dirimu.
Apa omonganku jelas?" "Sangat jelas, Sir," jawab
Mandel dengan suara tercekik. "Apa ini akan
terulang?" "Tidak, Sir." "Bagus. Nah, aku
mengajakmu kemari bukan hanya untuk menegurmu.
Kau tampak menjanjikan, itu sebabnya aku memberimu
tugas yang tidak akan kupercayakan pada orang selain
diriku." "Ya, Sir!" "Besok pagi kau harus kembali ke
perkemahan dan menyampaikan pesan pada Horst.
Jeod percaya Kekaisaran menempatkan mata-mata
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk mengawasi rumah ini, jadi penting sekali bagimu
untuk memastikan kau tidak diikuti. Tunggu hingga
kau telah keluar kota, lalu bebaskan dirimu dari siapa
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pun yang melacakmu di pedalaman. Bunuh ia kalau
perlu. Sesudah kau bertemu Horst, beritahu ia agar..."
Sementara Roran menjabarkan perintahnya, ia
mengawasi ekspresi Mandel berubah dari terkejut,
shock, lalu terpesona. "Bagaimana kalau Clovis
keberatan?" tanya Mandel. "Malam itu, patahkan
kemudi bargas-bargas agar tidak bisa dikendalikan.
Itu tipuan kotor, tapi kita akan tertimpa bencana
kalau Clovis atau salah satu anak buahnya tiba di
Teirm sebelum dirimu." "Aku tidak akan membiarkan
itu terjadi," sumpah Mandel. Roran tersenyum.
"Bagus." Puas karena telah memecahkan masalah
tingkah laku Mandel dan karena pemuda itu akan
berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan pesan
pada Horst, Roran masuk kembali dan mengucapkan
selamat malam pada tuan rumah mereka sebelum pergi
tidur. Kecuali Mandel, Roran dan rekan-rekannya
mengurung diri di rumah mewah itu sepanjang
keesokan harinya, menggunakan penundaan tersebut
untuk beristirahat, mengasah senjata, dan
mempelajari kembali rencana mereka. Dari subuh
hingga senja, mereka melihat Helen beberapa kali
saat wanita itu bergegas dari satu kamar ke kamar
yang lain, lebih sering melihat Rolf yang gigi-giginya
seperti mutiara dipernis, dan tidak melihat Jeod sama
sekali, karena pedagang ubanan itu pergi
berjalan-jalan ke kota dan--tampak seolah tak
sengaja--bertemu beberapa pelaut yang dipercayainya
untuk ekspedisi mereka. Sekembalinya Jeod, ia
memberitahu Roran, "Kita bisa mengandalkan lima
tenaga tambahan lagi. Aku berharap itu cukup." Jeod
mengurung diri di ruang kerja sepanjang sisa malam
menulis berbagai dokumen hukum dan membereskan
urusannya. Tiga jam sebelum subuh, Roran, Loring,
Birgit, Gertrude, dan Nolfavrell bangun sendiri dan,
melawan keinginan untuk menguap, berkumpul di
ruang depan rumah mewah, tempat mereka menutupi
diri dengan jubah-jubah panjang untuk nyembunyikan
wajah mereka. Sebilah pedang tipis tergantu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ng di sisi Jeod sewaktu ia bergabung dengan mereka,
dan Roran merasa pedang tipis itu entah bagaimana
melengkapi pria kurus tersebut, seakan mengingatkan
Jeod pada siapa ia sebenarnya. Jeod menyalakan
lentera minyak dan mengacungkannya di depan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka. "Apa kita siap?" tanyanya. Mereka
mengangguk. Lalu Jeod membuka pintu dan mereka
keluar ke jalan dari batu-batu bulat yang kosong. Di
belakang mereka, feod berlama-lama di pintu masuk,
melontarkan pandangan menunggu ke tangga di
sebelah kanan, tapi Helen tidak muncul. Sambil
menggigil, Jeod meninggalkan rumahnya dan menutup
pintu. Roran memegang lengannya. "Apa yang sudah
terjadi, terjadilah." "Aku tahu." Mereka berlari
melintasi kota yang gelap, melambat menjadi jalan
cepat setiap kali bertemu penjaga atau sesama
makhluk malam, sebagian besar melesat pergi saat
melihat mereka. Sekali mereka mendengar suara
langkah kaki di puncak salah satu bangunan di dekat
mereka. "Rancangan kota," Jeod menjelaskan,
"memudahkan pencuri berpindah-pindah dari satu atap
ke atap yang lain." Mereka kembali berjalan sewaktu
tiba di gerbang timur Teirm. Karena gerbang itu
terbuka ke pelabuhan, gerbang itu hanya ditutup
selama empat jam setiap malam agar tidak
mengacaukan perdagangan. Dan memang, sekalipun
waktunya Pagi buta, sejumlah orang terlihat telah
berlalu lalang melintasi gerbang. Walau Jeod telah
memperingatkan mereka akan kemungkinan ini, Roran
masih merasakan lonjakan ketakutan sewaktu para
penjaga menurunkan tombak dan menanyakan urusan
mereka. Ia membasahi bibir dan mencoba tidak
bergerak-gerak gelisah selama prajurit yang lebih tua
itu memeriksa gulungan yang diberikan Jeod padanya.
Sesudah semenit, penjaga itu mengangkat dan
mengembalikan perkamennya. "Kalian boleh lewat."
Begitu mereka berada di dermaga dan tidak
kedengaran dari dinding kota, Jeod bekata, "Bagus
juga ia tidak bisa membaca." Mereka berenam
menunggu di papan yang lembap hingga satu demi
satu, anak buah jeod bermunculan dari kabut kelabu
yang menutupi pantai. Mereka muram dan tidak banyak
bicara dengan rambut dikepang yang menjuntai di
punggung tangan bernoda ter, dan puluhan bekas luka
yang bahkan Roran sendiri menghargainya. Ia suka
dengan apa yang dilihatnya, dan bisa melihat mereka
juga menyukai dirinya. Tapi mereka tidak menerima
Birgit. Salah satu pelaut, pria bertubuh besar dan
kasar, menyentakkan ibu jari ke arah Birgit dan
memarahi Jeod, "Kau tidak mengatakan akan ada
wanita yang ikut bertempur. Bagaimana aku bisa
memusatkan perhatian dengan adanya gelandangan
terbelakang yang menghalangi jalanku?" "Jangan
membicarakan ibuku seperti itu," kata Nolfavrell
dengan gigi terkatup. "Dan anaknya juga?" Dengan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suara tenang, Jeod berkata, "Birgit pernah melawan
Ra'zac. Dan putranya membunuh salah seorang
prajurit terbaik Galbatorix. Kau bisa mengklaim
sebanyak itu, Uthar?" "Tidak layak," kata orang yang
lain. "Aku tidak akan merasa aman dengan adanya
wanita di sampingku; mereka hanya membawa sial.
Wanita seharusnya--" Apa pun yang hendak
dikatakannya tidak pernah terucapkan, karena saat itu
Birgit melakukan tindakan yang sama sekali tidak
feminin. Setelah melangkah maju, ia menendang
selangkangan Uthar, menyambar pria kedua, dan
menempelkan pisau ke tenggorokannya. Ia
mencengkeram pria itu sejenak, agar semua orang
bisa melihat tindakannya, lalu melepaskan
tawanannya. Uthar terguling-guling di papan dekat
kaki Birgit, mencengkeram dirinya sendiri, dan
menggumamkan serangkaian makian. "Ada lagi yang
keberatan?" tanya Birgit. Di sampingnya Nolfavrell
menatap ibunya dengan mulut ternganga. Roran
menurunkan kerudungnya lebih rendah untuk menutupi
senyumnya. Bagus juga mereka belum melihat
Gertrude, pikirnya. Karena tidak ada lagi yang
menantang Birgit, Jeod bertanya, "Kalian membawa
apa yang kuinginkan?" Setiap pelaut masukkan tangan
ke balik rompi dan menunjukkan gada dan beberapa
utas tali. Dengan bersenjatakan itu, mereka
menyusuri pelabuhan menuju Dragon Wing, berusaha
sebaik-baiknya agar tidak ketahuan. jeod terus
menutupi lenteranya. Di dekat dermaga, mereka
bersembunyi di balik gudang dan menga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
wasi dua lentera yang dibawa penjaga terayun-ayun di
geladak kapal. Papan penghubungnya ditarik karena
malam hari. "Ingat," bisik Jeod, "yang paling penting
adalah jangan sampai tanda bahaya dibunyikan sampai
kita siap berangkat." "Dua pria di atas, dua di
bawah, benar?" tanya Roran. Uthar menjawab,
"Biasanya begitu." Roran dan Uthar menanggalkan
pakaian, mengikat tali dan gada di pinggang--Roran
meninggalkan martilnya--lalu berlari menyusuri
dermaga, di luar bidang pandang penjaga, setelah itu
mereka turun ke air yang dingin membekukan. "Garr,
aku benci kalau harus berbuat begini," kata Uthar.
"Kau pernah melakukannya?" "Empat kali sekarang.
Jangan berhenti bergerak, kalau tidak kau akan
membeku." Sambil berpegangan pada tiang-tiang licin
di bawah dermaga, mereka berenang kembali ke arah
kedatangan mereka hingga tiba di dermaga batu yang
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menuju Dragon Wing, kemudian berbelok ke kanan.
Uthar mendekatkan bibir ke telinga Roran. "Aku naik
dari jangkar kanan." Roran mengangguk setuju.
Mereka berdua menyelam ke dalam air hitam, dan di
sana mereka berpisah. Uthar berenang seperti katak
di bawah haluan kapal sementara Roran langsung
menuju jangkar kiri dan berpegangan pada rantainya
yang tebal. Ia melepaskan gada dari pinggangnya dan
menggigitnya--agar giginya tidak beradu terus
sekaligus untuk membebaskan tangannya--dan
bersiap-siap menunggu. Logam yang kasar itu
menyerap kehangatan dari lengannya secepat es.
Tidak sampai tiga menit kemudian, Roran mendengar
gesekan sepatu bot Birgit di atasnya saat wanita itu
berjalan ke ujung derrnaga, di seberang tengah
Dragon Wing, lalu suaranya yang samar saat ia
mengajak penjaga bercakap-cakap. Semoga bisa
mengalihkan perhatian mereka dari haluan. Sekarang!
Roran memanjat rantai dengan tangan. Bahu
kanannya terasa terbakar di tempat Ra'zac
menggigitnya, tapi ia terus memaksa diri. Dari lubang
palka tempat rantai jangkar masuk ke kapal, ia
memanjat ceruk-ceruk yang mendukung patung kepala
yang dicat, melewati pagar, dan naik ke geladak.
Uthar telah ada di sana, meneteskan air dan
terengah-engah. Dengan gada di tangan, mereka
berjalan ke buritan kapal, menggunakan perlindungan
apa pun yang bisa mereka temukan. Mereka berhenti
tidak sampai sepuluh kaki di belakang penjaga. Kedua
pria itu menyandar ke pagar, bercakap-cakap dengan
Birgit. Dalam sekejap, Roran dan Uthar menghambur
ke tempat terbuka dan memukul kepala para penjaga
sebelum mereka sempat mencabut pedang. Di bawah,
Birgit melambai memanggil Jeod dan rekan-rekan
mereka lainnya, dan bersama-sama mereka
mengangkat papan penghubung dan menyelipkan salah
satu ujungnya ke kapal, di mana Uthar mengikatnya ke
pagar. Sementara Nolfavrell lari ke kapal, Roran
melemparkan talinya ke bocah itu dan berkata, "Ikat
dan sumpal kedua orang ini." Lalu semua orang
kecuali Gertrude turun ke geladak bawah mencari
penjaga-penjaga yang tersisa. Mereka menemukan
empat orang lagi--perwira keuangan, kepala kelasi,
koki kapal dan asistennya--semua dipaksa turun dari
ranjang, dipukul kepalanya kalau melawan, lalu diikat
dan disumpal. Dalam hal ini, Birgit kembali
membuktikan nilai dirinya, menangkap sendiri dua
orang di antaranya. Jeod menjajarkan para tawanan
yang tidak senang itu di geladak agar bisa diawasi
terus, kemudian mengatakan, "Banyak yang harus kami
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lakukan, dan hanya sedikit waktu yang ada. Roran,
Uthar adalah kapten Dragon Wing. Kau dan yang
lainnya berada di bawah perintahnya." Selama dua
jam berikutnya, kapal itu penuh kesibukan. Para
kelasi menangani tali-temali dan layar, sementara
Roran mereka yang dari Carvahall mengosongkan
palka dari kelebihan muatan, seperti berkarung-karung
wol mentah. Mereka menurunkannya ke air dengan
hati-hati agar tidak ada orang di dermaga yang
mendengar suara ceburan. Kalau seluruh desa harus
diangkut ke dalam Dragon Wing, mereka membutuhkan
ruang sebanyak mungkin. Roran tengah melilitkan
kabel ke tong sewaktu mendengar seruan serak, "Ada
yang datang!" Semua orang di geladak, kecuali Jeod
dan Uthar, bertiarap dan meraih senjata
masing-masing. Kedua orang itu tetap berdiri dan
mondar-mandir di Bidadari Pendekar Naga Sakti
kapal seperti penjaga. Jantung Roran berdebar-debar
saat ia berbaring tanpa bergerak, penasaran apa yang
akan terjadi. Ia menahan napas sewaktu Jeod
berbicara dengan penyusup itu... lalu suara langkah
kaki menggema di papan penghubung. Orang itu
Helen. Ia mengenakan gaun sederhana, rambutnya
diikat di bawah saputangan, dan ia memanggul karung
goni di salah satu bahunya. Ia tidak mengatakan
apa-apa, melainkan menyimpan bawaannya di kabin
utama dan kembali untuk berdiri di samping Jeod.
Roran merasa belum pemah melihat pria yang lebih
bahagia daripada pria itu. Langit di atas pegunungan
Spine di kejauhan baru saja bertambah cerah sewaktu
salah satu kelasi di tali-temali menunjuk ke utara dan
bersiul untuk memberitahu ia melihat penduduk desa.
Roran bergerak lebih cepat lagi. Sedikit waktu yang
tadinya mereka miliki sekarang telah habis. Ia
bergegas di geladak dan mengintip ke barisan gelap
orang-orang yang menyusuri pantai. Bagian ini dari
rencana mereka tergantung pada fakta bahwa, hdak
seperti kota-kota pantai lain, dinding luar Teirm tidak
terbuka ke laut, tapi agak menutupi kota untuk
menghadapi serangan perompak yang sering terjadi.
Ini berarti bangunan-bangunan di sepanjang tepi
pelabuhan tetap terbuka--dan Para penduduk desa
bisa langsung berjalan ke Dragon Wing. Cepat,
Cepat!" kata Jeod. Dengan perintah dari Uthar, para
kelasi mengeluarkan sepelukan harpun untuk
busur-busur besar di geladak, juga tongtong berisi ter
berbau busuk, yang mereka buka dan oleskan ke paro
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atas harpun. Lalu mereka menarik busur dan
memasang harpun di sisi kanan kapal; satu busur
memerlukan dua orang untuk menarik talinya hingga
tersangkut di kaitannya. Para penduduk desa baru
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua pertiga perjalanan ke kapal sewaktu para prajurit
di benteng atas dinding Teirm melihat mereka dan
membunyikan tanda bahaya. Bahkan sebelum nad
pertama memudar, Uthar meraung, "Sulut dan tembak!"
Sambil membuka lentera Jeod, Nolfavrell berlari dari
satu busur ke busur berikutnya, mengacungkan api ke
harpun hingga ternya tersulut. Begitu harpun itu
berkobar, orang di belakang busur menarik tuas
pelepas dan harpurmya menghilang diiringi suara tung
yang berat. Secara keseluruhan, dua belas harpun
yang berkobar-kobar melesat dari Dragon Wing dan
menghujani kapal-kapal dan bangunan-bangunan di
sepanjang teluk seperti meteor yang meraung dan
membara panas dari langit di atas. "Tarik dan isi
kembali!" teriak Uthar. Derak kayu yang
dilengkungkan memenuhi udara saat setiap orang
menarik tali busurnya. Harpun-harpun diselipkan di
tempatnya. Sekali lagi, Nolfavrell berlari. Roran bisa
merasakan getaran di kakinya saat busur di depannya
melontarkan proyektil mautnya. Kebakaran dengan
cepat meluas di sepanjang pantai, membentuk
penghalang tak tertembus yang mencegah para
prajurit mencapai Dragon Wing melalui gerbang timur
Teirm. Roran mengandalkan kepulan asap untuk
menyembunyikan kapal dari para pemanah di benteng,
rencana itu ternyata nyaris berhasil; anak-anak panah
menghujani tali-temali, dan salah satunya menancap
di geladak dekat Gertrude sebelum para prajurit tidak
bisa melihat kapal lagi. Dari haluan, Uthar berteriak,
"Pilih sasaran sesuka kalian!" Para penduduk desa
berlarian menyusuri pantai sekarang. Mereka tiba di
ujung utara dermaga, dan beberapa dari mereka
terjatuh saat para prajurit di Teirm mengalihkan
bidikan mereka. Anak-anak menjerit ketakutan. Lalu
para penduduk mendapatkan kesempatan lagi. Mereka
berderap melewati papan-papan, melewati gudang
yang terbakar dan menyusuri dermaga. Gerombolan
yang terengah-engah itu, menyerbu ke kapal,
berdesak-desakan dan kebingungan. Birgit dan
Gertrude mengarahkan orang-orang itu ke palka-palka
di haluan dan buritan. Dalam beberapa menit, kapal
telah penuh sesak, dari ruang kargo hingga kabin
kapten. Mereka yang tidak bisa masuk ke bawah
meringkuk di geladak, memegangi perisai buatan Fisk
di atas kepala. Sebagaimana yang diminta Roran
dalam pesannya, semua pria yang mampu dari
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Carvahall berkerumun di sekitar tiang utama
menunggu instruksi. Roran melihat Mandel di antara
mereka dan memberi hormat padanya d
Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan bangga. Lalu Uthar menunjuk seorang pelaut
dan berteriak, "Kau, Bonden! Bawa kain-kain itu ke
penarik jangkar dan angkat jankarnya, lalu turunkan
dayungnya. Cepat!" Kepada orang-orang yang
menangani busur, ia memerintah, "Separo dari kalian
pindah ke busur di kiri. Usir orang lain yang mau naik
ke kapal." Roran termasuk yang pindah. Sementara ia
menyiapkan busur, beberapa penduduk desa yang
ketinggalan terhuyung-huyung keluar dari asap dan
naik ke kapal. Di sampingnya, jeod dan Helen menarik
keenam tawanan satu demi satu ke papan penghubung
dan menggulingkan mereka ke dermaga. Sebelum
Roran benar-benar menyadarinya, jangkar-jangkar
telah diangkat, papan penghubung dipotong lepas, dan
tambur berdentam di bawah kakinya, memberi irama
bagi para pendayung. Dengan sangat lambat, Dragon
Wing berbelok ke kanan--ke laut lepas--lalu, semakin
cepat, menjauhi dermaga. Roran menemani jeod ke
geladak belakang, tempat mereka mengawasi neraka
kemerahan melahap segala sesuatu yang mudah
terbakar antara Teirm dan lautan. Dari balik tirai
asap, matahari tampak seperti piringan oranye yang
pipih, bengkak, dan berlumuran darah saat
membubung ke atas kota. Berapa banyak yang sudah
kubunuh sekarang" pikir Roran. Seakan mengucapkan
pikirannya, jeod berkata, "Ini akan menyakiti banyak
orang yang tidak bersalah." Perasaan bersalah
menyebabkan Roran menjawab lebih keras daripada
yang diinginkannya, "Kau lebih suka berada di penjara
Lord Risthart" Aku ragu banyak yang terluka dalam
kebakaran ini, dan mereka yang tidak terluka dalam
kebakaran takkan menghadapi maut, seperti yang akan
kita hadapi kalau Kekaisaran menangkap kita." "Kau
tidak menceramahaiku Roran, Aku cukup tahu
argumentasi itu. Kita melakukan apa yang harus kita
lakukan. Hanya saja jangan memintaku merasa senang
atas penderitaan yang kita timbulkan untuk
memastikan keselamatan kita sendiri." Pada tengah
hari dayung-dayung telah disimpan dan Dragon Wing
berlayar dengan kekuatannya sendiri, didorong angin
yang sesuai dari utara. Embusan udara menyebabkan
tali-temali di atas kepala bagai bersenandung pelan.
Kapal sangat penuh sesak, tapi Roran yakin bahwa
dengan perencanaan yang lebih cermat mereka bisa
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mencapai Surda dengan ketidaknyamanan minimal.
Ketidaknyamanan terburuk adalah terbatasnya ransum;
kalau mereka tidak ingin kelaparan, makanan harus
dibagikan dalam porsi yang memprihatinkan. Dan di
ruang-ruang yang begitu sesak, penyakit juga sangat
mungkin menyebar. Sesudah Uthar memberi ceramah
singkat mengenai pentingnya disiplin di kapal, para
penduduk desa segera melakukan tugas
masing-masing, seperti merawat mereka yang terluka,
membongkar barang milik mereka yang tidak banyak,
dan memutuskan pengaturan tidur yang paling efisien
di setiap geladak. Mereka juga memilih orang-orang
untuk berbagai posisi di Dragon Wing: siapa yang bisa
masak, siapa yang akan berlatih menjadi pelaut di
bawah bimbingan anak buah Uthar, dan seterusnya.
Roran tengah membantu Elain menggantung jala tidur
sewaktu mendengar perselisihan sengit antara Odele,
keluarganya, dan Frewin, yang tampaknya
meninggalkan Torson untuk bersama Odele. Mereka
berdua ingin menikah, yang sangat ditentang orangtua
Odele dengan alasan kelasi muda itu tidak memiliki
keluarga, profesi yang terhormat, dan saran, untua
menyediakan bahkan sedikit kenyamanan bagi putri
mereka. Roran merasa sebaiknya orang-orang yang
ribut itu tetap bersama--rasanya tidak praktis untuk
berusaha memisahkan mereka padahal mereka
terkurung dalam kapal yang sama--tapi orangtua Odele
menolak menerima usulannya. Dengan frustrasi,
Roran berkata, "Kalau begitu, apa yang akan kalian
lakukan" Kalian tidak bisa mengurung putri kalian,
dan aku yakin Frewin sudah membuktikan
pengabdiannya lebih daripada--" "Ra,zac" Teriakan
itu dari sarang gagak--panggung pengamat di tiang
utama kapal. Tanpa berpikir, Roran mencabut martil
dari sabuknya, berbalik, dan bergegas menaiki tangga
ke lubang palka depan, membuat tulang keringnya
tersenggol. Ia berlari secepat mungki ke kumpulan
orang di geladak atas, berhenti di samping Horst.
Tukang besi itu menun Bidadari Pendekar Naga Sakti
juk. Salah satu tunggangan Ra'zac yang menakutkan
melayang seperti bayangan compang-camping di atas
tepi pantai, Ra'zac di punggungnya. Melihat kedua
monster itu di siang hari sama sekali tidak menghapus
kengerian terhadap mereka dalam diri Roran. Ia
menggigil ketika makhluk bersayap itu melontarkan
jeritan mengerikannya, lalu suara Ra'zac yang mirip
serangga terdengar menyeberangi perairan, samar tapi
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jelas, "Kalian tidak akan bisa lari!" Roran
memandang busur besar di geladak, tapi senjata itu
tidak bisa diputar cukup jauh untuk membidik Ra'zac
di tunggangannya. "Ada yang punya busur?" "Aku,"
kata Baldor. Ia bertumpu pada salah satu lutut dan
memasang tali senjatanya. "Jangan sampai ia
melihatku." Semua orang di geladak mengerumuni
Baldor dengan rapat, melindunginya dengan tubuh
mereka dari tatapan buas Ra'zac. "Kenapa mereka
tidak menyerang?" kata Horst. Dengan kebingungan,
Roran mencari-cari penjelasan tapi tidak menemukan
satu pun. Jeod yang mengatakannya. "Mungkin cuaca
terlalu terang bagi mereka. Ra'zac berburu di malam
hari dan sepanjang pengetahuanku mereka tidak
bersedia para sukarela berkeliaran dari sarang
mereka selama matahari masih ada di langit." "Bukan
hanya itu," kata Gertrude lambat. "Kupikir mereka
takut terhadap laut." Takut terhadap laut?" ejek
Horst. Perhatikan; mereka tidak pernah terbang lebih
tinggi dari satu yard di atas air." "Ia benar," kata
Roran. Akhirnya, kelemahan yang bisa kugunakan
terhadap mereka! Beberapa detik kemudian, Baldor
berkata, "Siap!" Begitu mendengarnya, jajaran orang
yang berdiri di depannya melompat ke samping,
membuka jalan bagi anak panahnya. Baldor melompat
bangkit dan, dengan satu gerakan, menarik anak
panah hingga bulunya menempel ke pipi dan
melepaskan anak panah buluhnya. Tembakan yang
hebat. Ra'zac berada di tepi batas panah--lebih jauh
daripada sasaran apa pun yang pernah dilihat Roran
dikenai pemanah--dan bidikan Baldor tepat. Anak
panahnya menancap di sisi kanan makhluk terbang itu,
dan makhluk buas tersebut menjerit kesakitan begitu
hebat hingga kaca di geladak pecah berantakan dan
bebatuan di pantai berhamburan. Roran menutupi
telinga dengan tangan untuk melindunginya. Sambil
terus menjerit, makhluk itu berbelok ke darat dan
menghilang di balik barisan bukit berkabut. "Kau
berhasil membunuhnya?" tanya Jeod, wajahnya
memucat. "Kurasa tidak," jawab Baldor. "Itu hanya
luka daging." Loring, yang baru saja tiba, mengamati
dengan puas. "Aye. Tapi setidaknya kau melukainya,
dan berani bertaruh mereka akan berpikir dua kali
sebelum mengganggu kita lagi. Roran merasa suram.
"Simpan kegembiraanmu untuk nanti, Loring. Ini bukan
kemenangan." "Kenapa?" tanya Horst. "Karena
sekarang Kekaisaran tahu persis di mana kita berada."
Geladak berubah sunyi saat mereka menyadari arti
kata-katanya. PERMAINAN ANAK-ANAK Dan ini," kata
Trianna, "adalah pola terbaru yang kami ciptakan."
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nasuada mengambil cadar hitam dari wanita penyihir
itu dan mengelusnya, terpesona pada mutunya. Tidak
ada manusia yang bisa merajut renda sehalus itu. Ia
menatap puas deretan kotak di mejanya, yang berisi
contoh sejumlah besar rancangan yang dihasilkan Du
Vrangr Gata. "Kau bekerja dengan baik," katanya.
"Jauh lebih baik daripada yang kuharapkan. Beritahu
para perapal mantra betapa senangnya aku dengan
hasil kerja mereka. Ini sangat berarti bagi kaum
Varden." Trianna memiringkan kepala mendengar
pujian itu. "Akan kusampaikan pesan Anda kepada
mereka, Lady Nasuada." "Apakah mereka sudah--"
Keributan di pintu kamarnya menyela Nasuada. Ia
mendengar para penjaganya memaki dan berteriak,
lalu ada yang menjerit kesakitan. Suara logam beradu
dengan logam berdentang di lorong. Nasuada mundur
menjauhi pintu dengan terkejut, mencabut pisau dari
sarungnya. "Lari, Lady!" kata Trianna. Wanita
penyihir itu menempatkan diri di depan Nasuada dan
menarik lengan gaun hitamnya, menampakkan
lengannya yang putih ketika bersiap mengerahkan
sihir. "Gunakan jalan pelayan." Sebelum Nasuada
sempat bergerak, pintu-pintu terdobrak membuka dan
sesosok kecil menghantam kakinya, menjatuhkannya
ke lantai. Bahka Bidadari Pendekar Naga Sakti
n saat Nasuada jatuh, benda keperakan melesat
melintasi tempat ia baru saja berdiri, membenamkan
diri di dinding seberang diiringi debuman pelan. Lalu
keempat penjaga masuk, dan keributan pun berlangsun
ketika Nasuada merasakan mereka menyeret
penyerangnya pergi. Sewaktu Nasuada berhasil
bangkit, ia melihat Elva terkulai dalam cengkeraman
para pengawalnya. "Apa artinya ini?" tanya Nasuada.
Gadis berambut hitam itu tersenyum, lalu meringkuk
dan muntah di karpet. Sesudahnya, ia menatap
Nasuada dengan mata ungunya dan--dengan suaranya
yang menakutkan--berkata, "Perintahkan penyihirmu
memeriksa dinding, Putri Ajihad, dan lihat apakah aku
tidak memenuhi janjiku padamu." Nasuada
mengangguk pada Trianna, yang berjalan ke lubang di
dinding dan menggumamkan mantra. Ia kembali
membawa sebatang anak panah logam. "Ini terbenam
dalam kayu." "Tapi dari mana asalnya?" tanya
Nasuada, kebingungan. Trianna memberi isyarat ke
jendela yang terbuka ke arah kota Aberon. "Dari luar
sana, kurasa." Nasuada kembali memerhatikan anak
yang menunggu itu. "Apa yang kau tahu tentang ini,
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Elva?" Senyum mengerikan gadis itu melebar. "Ini
ulah pembunuh bayaran." "Siapa yang mengirimnya?"
"Pembunuh bayaran yang dilatih Galbatorix sendiri
dalam hal ilmu hitam." Matanya yang membara separo
tertutup, seakan kerasukan. "Orang ini membencimu.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia datang untukmu. Ia pasti berhasil mernbunuhmu
kalau aku tidak mencegahnya. Ia meringkuk ke depan
dan kembali muntah-muntah, menumpahkan makanan
yang separo tercerna di lantai. Nasuada tercekik
perasaan mual. "Dan ia akan sangat menderita."
"Kenapa begitu?" "Karena aku akan memberitahumu ia
menginap di losmen di Fane Street, di kamar terakhir,
di lantai teratas. Sebaiknya kau bergegas, kalau tidak
ia akan lolos." Ia mengerang seperti makhluk terluka
dan mencengkeram perutnya. "Cepat, sebelum mantra
Eragon memaksaku mencegahmu menyakitinya, akan
menyesal kalau begitu!" Trianna telah bergerak saat
Nasuada berkata, "Beritahukan apa yang terjadi pada
Jormundur, lalu bawa para penyihir terkuatmu dan
kejar orang ini. Tangkap ia kalau bisa. Bunuh kalau
tidak bisa." Sesudah wanita penyihir itu berlalu,
Nasuada memandang para pengawalnya dan melihat
kaki mereka mengeluarkan darah akibat puluhan luka
kecil. Ia menyadari akibatnya bagi Elva karena
terpaksa menyakiti mereka. "Pergilah," katanya pada
mereka. "Cari tabib yang bisa menyembuhkan
luka-luka kalian." Para pejuang itu menggeleng, dan
kapten mereka berkata, "Tidak, Ma'am. Kami akan
tetap mendampingi Anda hingga tahu Anda sudah aman
lagi." "Terserah padamu, Kapten." Orang-orang itu
menghalangi jendela--yang menambah panas yang
memanggang Puri Borromeo--lalu semua orang mundur
ke ruang dalam Nasuada untuk perlindungan lebih
jauh. Nasuada mondar-mandir, jantungnya
berdebar-debar akibat shock yang tertunda saat ia
memikirkan betapa nyarisnya dirinya terbunuh. Apa
jadinya dengan kaum Varden kalau aku tewas"
pikirnya penasaran. Siapa yang akan menggantikan
diriku" Ia merasa muram; ia belum mengatur
penggantinya seandainya dirinya tewas, kealpaan
yang sekarang terasa seperti kegagalan besar. Aku
tidak akan membiarkan kaum Varden kacau karena aku
gagal mengambil langkah-langkah penjagaan! Ia
berhenti. "Aku berutang budi padamu, Elva."
"Sekarang dan selamanya." Nasuada goyah, gelisah
seperti yang sering dirasakannya akibat jawaban
gadis itu, lalu melanjutkan, "Aku minta maaf karena
tidak memerintahkan para pengawalku mengizinkanmu
lewat, siang atau malam. Seharusnya aku sudah
mengantisipasi kejadian seperti ini." "Seharusnya,"
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Elva, menyetujui dengan nada mengejek. Sambil
merapikan bagian depan gaunnya, Nasuada kembali
mondar-mandir, lebih untuk menghindari melihat wajah
Elva begitu pucat batu dan bertanda naga, juga untuk
melampiaskan energi kegugupannya. "Bagaimana kau
bisa meninggalkan kamarmu tanpa ditemani?"
"Kuberitahu perawatku, Greta, apa yang ingin
didengarnya." "Hanya itu?" Elva mengerjapkan mata.
"Ia sangat bahagia karenanya." "Bagaimana dengan
Angela?" "Ia ada urusan tadi pagi." "Well, mengingat
faktanya, aku berterima kasih kau sudah meny
Bidadari Pendekar Naga Sakti
elamatkan nyawaku. Mintalah apa pun yang
kauinginkan dan akan kuberikan selama aku bisa."
Elva memandang sekeliling kamar tidur yang penuh
hiasan itu, lalu berkata, "Kau punya makanan" Aku
lapar." FIRASAT PERANG Dua jam kemudian, Trianna
kembali, memimpin dua pejuang yang membawa sosok
terkulai di antara mereka. Atas perintah Trianna,
keduanya menjatuhkan mayat itu ke lantai. Lalu si
wanita penyihir berkata, "Kami menemukan pembunuh
bayarannya di tempat yang dikatakan Elva. Namanya
Drail." Terdorong rasa penasaran, Nasuada
memeriksa wajah pria yang mencoba membunuhnya itu.
Pembunuh tersebut bertubuh pendek, berjanggut, dan
tampak biasa, tidak berbeda dari puluhan pria lain di
kota. Nasuada merasakan keterkaitan tertentu pada
pria itu, seakan usaha membunuhnya dan fakta bahwa
dirinya memerintahkan kematian pria itu sebagai
balasannya telah mengikat mereka dengan cara yang
sangat intim. "Bagaimana ia tewas?" tanyanya. "Aku
tidak melihat bekas apa pun di tubuhnya." "Ia bunuh
diri dengan sihir sewaktu kami berhasil menembus
pertahanannya dan memasuki pikirannya, tapi sebelum
kami sempat menguasai tindakannya." Apakah ada
informasi berguna yang kalian dapat sebelum ia
tewas?" Ada. Drail bagian dari jaringan agen yang
bermarkas di Surda sini dan setia pada Galbatorix.
Mereka disebut Tangan Hitam. Mereka memata-matai
kita, menyabot usaha perang kita, dan--hasil terbaik
kami dari kesempatan sekilas memasuki kenangan
Drail--bertanggung jawab atas puluhan pembunuhan di
antara kaum Varden. Tampaknya mereka menunggu
kesempatan baik untuk membunuh Anda sejak kita tiba
dari Farthen Dur." "Kenapa Tangan Hitam belum
membunuh Raja Orrin" Trianna mengangkat bahu.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Mungkin karena
Galbatorix menganggap Anda lebih berbahaya
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
daripada Orrin. Kalau itu yang terjadi, begitu Tangan
Hitam menyadari Anda dilindungi dari serangan
mereka"--tatapannya beralih ke Elva--"Orrin tidak
akan hidup lebih dari sebulan lagi kecuali ia dijaga
para penyihir siang-malam. Atau mungkin Galbatorix
menghindari tindakan selangsung itu karena ingin
Tangan Hitam tetap tersembunyi. Surda selama ini ada
karena ia mentolerirnya. Sekarang sesudah negara ini
menjadi ancaman...." "Kau bisa melindungi Orrin
juga?" tanya Nasuada, sambil berpaling pada Elva.
Mata Elva yang ungu tampak bercahaya. "Mungkin
kalau ia memintanya baik-baik." Otak Nasuada
berputar keras saat ia mempertimbangkan cara
mematahkan ancaman baru ini. "Apakah semua agen
Galbatorix bisa menggunakan sihir?" "Benak Drail
kacau, jadi sulit memastikannya," kata Trianna, "tapi
kurasa cukup banyak di antara mereka yang bisa."
Sihir, maki Nasuada sendiri. Bahaya terbesar yang
dihadapi kaum Varden dari para penyihir--atau siapa
pun yang berlatih menggunakan benak
mereka--bukanlah pembunuhan, melainkan mata-mata.
Para penyihir bisa memata-matai pikiran orang-orang
dan mendapatkan informasi yang bisa digunakan untuk
menghancurkan kaum Varden. Itulah alasan Nasuada
dan seluruh struktur komando kaum Varden diajari
untuk tahu kalau ada yang menyentuh benak mereka
dan cara melindungi diri dari perhatian seperti itu.
Nasuada curiga Orrin dan Hrothger mengandalkan
tindakan berjaga-jaga yang sama dalam pemerintahan
mereka. Tapi karena tidak praktis kalau setiap orang
yang memiliki informasi yang bepotensi merusak harus
berlatih keahlian itu, salah satu dari sekian banyak
tanggung jawab Du Vrangr Gata adalah memburu siapa
pun yang menyerap fakta yang muncul dalam benak
orang-orang. Akibatnya Du Vrangr Gata akhirnya
memata-matai kaum Varden seperti musuh-musuh
mereka, keayataan yang disembunyikan Nasuada
rapat-rapat dari sebagian besar pengikutnya, karena
hal itu hanya akan menuai kebencian
ketidakpercayaan, dan ketidakpuasan. Ia tidak
menyukai praktik tersebut tapi tidak melihat
alternatifnya. Apa yang dipelajarinya tentang Tangan
Hitam memperkuat keyakinan Nasuada bahwa, entah
bagaimana, para penyihir harus diatur. "Kenapa,"
tanyanya, "kau tidak mengetahui ini lebih awal" Aku
bisa memahami kalau kau gagal menemukan pembunuh
bayaran, tapi seluruh jaringan perapal mantra yang
berusa Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ha menghancurkan kita" Jelaskan, Trianna." Mata
wanita penyihir itu berkilau marah mendengar tuduhan
Nasuada. "Karena di sini, tidak seperti di Farthen
Dur, kita tak bisa memeriksa pikiran setiap orang
untuk mencari penipuan. Terlalu banyak orang untuk
bisa dilacak para penyihir kita. Itu sebabnya baru
sekarang kami tahu tentang Tangan Hitam, Lady
Nasuada." Nasuada diam sejenak, lalu memiringkan
kepala. "Aku mengerti. Apa kautemukan identitas
anggota Tangan Hitam lain?" "Beberapa." "Bagus.
Manfaatkan mereka untuk mengungkap agen-agen lain.
Kuminta kau menghancurkan organisasi ini untukku,
Trianna. Lenyapkan mereka seperti kau memusnahkan
hama. Kuberi kau sebanyak apa pun orang yang
kaubutuhkan." Wanita penyihir itu membungkuk
memberi hormat. "Terserah Anda, Lady Nasuada."
Saat terdengar ketukan di pintu, para pengawal
mencabut Pedang dan menempatkan diri di kedua sisi
pintu, lalu kapten mereka membuka pintu tanpa
peringatan. Pelayan muda berdiri di luar, tangannya
terangkat untuk mengetuk lagi. Ia tertegun menatap
mayat di lantai, lalu menegakkan tubuh sewaktu
kapten bertanya, "Ada apa, Nak?" Ada pesan untuk
Lady Nasuada dari Raja Orrin." Bicaralah yang
cepat," kata Nasuada. Pelayan itu membutuhkan
waktu sejenak untuk menenangkan diri. "Raja Orrin
meminta Anda menemuinya langsung di ruang dewan,
karena beliau menerima laporan dari Kekaisaran yang
harus segera Anda perhatikan." "Hanya itu?" "Ya,
Ma'am." "Aku harus menangani ini. Trianna, kau
sudah mendapat perintahmu. Kapten, bisa kau suruh
salah seorang anak buahmu membuang mayat Drail?"
"Aye, Ma'am." "Selain itu, minta ia menemukan
Farica, pelayanku. Ia akan membersihkan ruang
kerjaku." "Bagaimana denganku?" tanya Elva, sambil
memiringkan kepala. "Kau," kata Nasuada, "akan
menemaniku. Itu kalau kau merasa cukup kuat." Gadis
itu menyentakkan kepala ke belakang dan dari
bibirnya yang kecil dan bulat terdengar tawa yang
dingin. "Aku cukup kuat, Nasuada. Kau?" Tanpa
memedulikan pertanyaan itu, Nasuada melangkah ke
lorong dikelilingi para pengawal. Batu-batu puri
menebarkan bau tanah akibat panas. Di belakang
Nasuada, ia mendengar suara langkah kaki Elva dan
sangat senang karena anak yang menakutkan itu
bergegas untuk mengikuti langkah orang dewasa yang
lebih panjang. Para pengawal tetap tinggal di depan
ruang dewan sementara Nasuada dan Elva masuk.
Ruangan itu sangat kosong, mengesankan sifat Surda
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang militan. Raja negeri itu mengerahkan sumber
daya mereka untuk melindungi rakyat dan menjatuhkan
Galbatorix, bukan menghiasi Puri Borromeo dengan
kekayaan seperti yang dilakukan para kurcaci dengan
Tronjheim. Di ruang utama terdapat meja kasar
sepanjang dua belas kaki, tempat peta Alagaesia
dipaku dengan pisau pada keempat sudutnya.
Sebagaimana kebiasaannya, Orrin duduk di kepala
meja, sementara berbagai penasihatnya--banyak di
antaranya Nasuada tahu, sangat menentang
dirinya--mengisi kursi-kursi lain di sebelah Raja.
Dewan Tetua juga hadir. Nasuada menyadari
keprihatinan di wajah Jormundu saat pria itu
menatapnya dan menebak Trianna telah memberitahu
pria tersebut tentang Drail. "Yang Mulia, Anda
memanggilku?" Orrin bangkit berdiri. "Benar.
Sekarang kita--" Ia terdiam sewaktu melihat Elva. "Ah,
ya, Alis Bersinar. Aku tidak sempat menemuimu
sebelumnya, sekalipun cerita mengenai perbuatanmu
telah kudengar dan, harus kuakui, aku sangat ingin
bertemu denganmu. Apa kamar yang kusediakan
untukmu memuaskan?" "Cukup menyenangkan, Yang
Mulia. Terima kasih." Mendengar suara Elva yang
menakutkan, suara orang dewasa, semua orang di
meja mengernyit. Irwin, perdana menteri, melesat
bangkit dan menunjuk Elva dengan jari gemetar.
"Kenapa kau membawa... penghujatan ini kemari?"
"Kau lupa sopan santunmu, Sir," jawab Nasuada,
sekalipun memahami sentimen pria itu. Orrin
mengerutkan kening. "Ya, tahan dirimu, Irwin. Tapi
kata-katanya masuk akal, Nasuada; kita tidak bisa
membiarkan anak-anak menghadiri rapat kita."
"Kekaisaran," kata Nasuada, "baru saja berusaha
membunuhku." Ruangan dipenuhi seruan terkejut.
"Kalau bukan karena tindakan Elva yang sigap, aku
sudah tewas. Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebagai hasilnya, aku memercayainya; ke mana aku
pergi, ia ikut." Biar mereka penasaran apa tepatnya
yang bisa dilakukan Elva. "Ini benar-benar berita
yang menyesakkan!" seru Raja. "Kau sudah menangkap
pelakunya?" Melihat ekspresi penuh semangat para
penasihatnya, Nasuada ragu-ragu. "Paling baik
menunggu hingga aku bisa memberitahu Anda secara
pribadi, Yang Mulia." Orrin tampak terkejut
mendengar jawaban Nasuada, tapi tidak mengejar
lebih jauh. "Baiklah. Tapi duduk, duduk! Kita baru
saja menerima laporan yang paling meresahkan."
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sesudah Nasuada duduk di seberangnya--Elva
mengintai di belakangnya. Ia melanjutkan. "Tampaknya
mata-mata kita di Gil'ead ditipu mengenai status
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pasukan Galbatorix." Bagaimana bisa begitu?"
Mereka percaya pasukan Galbatorix seharusnya
berada di Gil'ead, sedangkan kita mendapat pesan
dari salah satu orang kita di Uru'baen, yang
mengatakan melihat sejumlah besar pasukan berbaris
ke selatan melewati ibukota satu setengah minggu
yang lalu. Saat itu malam hari, jadi ia tidak bisa
yakin mengenai jumlah mereka, tapi ia yakin jauh
lebih besar dari enam belas ribu orang yang
merupakan pasukan inti Galbatorix. Mungkin bahkan
hingga seratus ribu prajurit, atau lebih." Seratus
ribu! Ketakutan yang dingin mencengkam perut
Nasuada. "Kita bisa memercayai sumbermu?"
"Laporannya selama ini bisa dipercaya." "Aku tidak
mengerti," kata Nasuada. "Bagaimana Galbatorix bisa
memindahkan begitu banyak orang tanpa
sepengetahuan kita" Iring-iringan pasokannya saja
bisa bermil-mil panjangnya. Jelas sekali pasukannya
sedang dimobilisasi, tapi Kekaisaran belum siap
mengerahkan mereka." Pada saat itu Falberd
berbicara, menamparkan tangannya yang besar ke
meja untuk menekankan omongannya. "Kita ditipu.
Mata-mata kita pasti ditipu dengan sihir hingga
mengira pasukan Galbatorix masih berada di
barak-barak mereka di Gil'ead." Nasuada merasa
darah menghilang dari wajahnya. "Satu-satunya orang
yang cukup kuat untuk mempertahankan ilusi sebesar
dan selama itu--" "Adalah Galbatorix sendiri," Orrin
menyelesaikan. "Itu kesimpulan kami. Itu berarti
Galbatorix akhirnya meninggalkan sarang untuk
berperang secara terbuka. Bahkan sementara kita
berbicara, musuh-musuh hitam mendekat." Irwin
mencondongkan tubuh ke depan. "Yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah bagaimana kita harus
bereaksi. Tell saja, kita harus menghadapi ancaman
ini, tapi dengan cara apa" Di mana, kapan, dan
bagaimana" Pasukan kami sendiri belum siap untuk
kampanye sebesar ini, sementara pasukanmu, Lady
Nasuada--kaum Varden--sudah terbiasa bertempur."
"Apa maksudmu sebenarnya?" Bahwa kami seharusnya
mati demi dirimu" "Aku hanya mengamati. Terserah
pendapatmu." Lalu Orrin berkata, "Sendirian, kita
akan dihancurkan pasukan sebesar itu. Kita harus
memiliki sekutu, dan diatas semua itu, Eragon harus
ada di sini, terutama kalau kita akan menghadapi
Galbatorix. Nasuada, kau mau memanggilnya?" "Akan
kulakukan kalau bisa, tapi sebelum Arya kembali, aku
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak bisa menghubungi para elf atau memanggil
Eragon." "Kalau begitu," kata Orrin dengan suara
berat, "kita harus berharap Arya tiba sebelum
terlambat. Kurasa tidak bisa mengharapkan bantuan
para elf dalam hal ini. Sementara naga bisa
menempuh bermil-mil laut antara Aberon dan
Ellesmera dengan kecepatan falcon, mustahil bagi elf
untuk mengumpulkan diri dan menempuh jarak yang
sama sebelum Kekaisaran tiba di tempat kita. Dengan
begitu hanya tersisa para kurcaci. Aku tahu kau sudah
bertahun-tahun bersahabat dengan Hrothgar; kau mau
meminta bantuan padanya atas nama kami" Para
kurcaci selama ini berjanji untuk bertempur kalau
saatnya tiba." Nasuada mengangguk. "Du Vrangr Gata
sudah mengatur dengan para kurcaci penyihir tertentu
yang memungkinkan kita mengirim pesan seketika.
Akan kusampaikan permintaan Anda--permintaan kita.
Dan akan kuminta Hrothgar mengirim utusan ke Ceris
dan memberitahu para elf mengenai situasinya, agar
setidaknya mereka bisa diperingatkan sebelumnya."
"Bagus. Kita cukup jauh dari Farthen Dur, tapi kalau
kita bisa menunda Kekaisaran bahkan seminggu saja,
para kurcaci mungkin bisa tiba di sini t
Bidadari Pendekar Naga Sakti
epat pada waktunya." Diskusi selanjutnya
berlangsung sangat muram. Ada berbagai macam
taktik untuk mengalahkan pasukan yang lebih
besar--sekalipun tidak lebih unggul--tapi tak seorang
pun di meja mampu membayangkan cara mereka
mengalahkan Galbatorix, terutama selama Eragon
masih tidak berdaya dibandingkan raja tua itu.
Satu-satunya rencana yang mungkin berhasil adalah
mengelilingi Eragon dengan sebanyak mungkin
penyihir, kurcaci dan manusia, lalu berusaha memaksa
Galbatorix menghadapi mereka seorang diri.
Masalahnya dengan rencana itu, pikir Nasuada, adalah
Galbatorix menjadi musuh yang jauh lebih berat
selama ia menghancurkan para Penunggang, dan
kekuatannya semakin besar sejak itu. Ia yakin pikiran
ini juga melintas dalam benak semua orang. Kalau ada
para elf perapal mantra di antara kita, mungkin kita
bisa menang. Tanpa mereka... Kalau kita tidak bisa
menjatuhkan Galbatorix, satu-satunya jalan yang
tersisa hanyalah melarikan diri dari Alagaesia,
menyeberangi lautan dan menemukan tanah baru
tempat kami membangun kehidupan bagi kami sender,
Di sana kami bisa menunggu hingga Galbatorix tidak
ada lagi. Bahkan ia tidak bisa bertahan selamanya.
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satu-satunya yang pasti adalah, pada akhirnya,
segala sesuatu akan tidak ada lagi. Mereka beralih
dari taktik ke logistik, dan di sini perdebatan menjadi
lebih seru lagi saat Dewan Tetua mendebat para
penasihat Orrin mengenai pembagian tanggung jawab
antara kaum Varden dan Surda: siapa yang harus
membayar ini atau itu, menyediakan ransum bagi
pekerja yang bekerja untuk kedua kelompok,
mengelola persediaan makanan untuk pejuang
masing-masing, dan puluhan masalah terkait lainnya
yang harus ditangani. Di tengah pertengkaran itu,
Orrin mengambil gulungan dari sabuknya dan berkata
pada Nasuada, "Mengenai masalah keuangan, kau mau
menjelaskan masalah agak mengganggu yang
disampaikan padaku ini?" "Akan kuusahakan
sebaik-baiknya, Yang Mulia." "Di tanganku ada
keluhan dari persatuan penenun, yang menyatakan
para penenun di seluruh Surda mengalami penurunan
laba besar-besaran karena pasar tekstil dibanjiri
renda yang luar biasa murah--rendah yang mereka
berani bersumpah berasal dari kaum Varden." Ekspresi
terluka melintas di wajahnya. "Rasanya bodoh
menanyakannya, tapi apakah klaim mereka
berdasarkan fakta, dan kalau benar, kenapa kaum
Varden berbuat begitu?" Nasuada tidak berusaha
menyembunyikan senyumnya. "Kalau Anda ingat, Yang
Mulia, sewaktu Anda menolak meminjami kaum Varden
lebih banyak emas lagi, Anda menyarankan aku
menemukan cara lain untuk membiayai kami sendiri."
"Memang begitu. Kenapa memangnya?" tanya Orrin,
menyipitkan mata. "Well, terlintas dalam benakku
bahwa renda memerlukan waktu lama untuk dibuat
dengan tangan, yang menjadi alasan harganya begitu
mahal, tapi renda cukup mudah dibuat dengan di sihir
karena kecilnya jumlah tenaga yang diperlukan. Anda,
antara semua orang, sebagai filsuf alamiah,
seharusnya menghargai hal itu. Dengan menjual renda
kami di sini dan di Kekaisaran, kami mampu mendanai
usaha kami sepenuhnya. Kaum Varden tidak lagi
menginginkan makanan atau tempat berlindung."
Hanya beberapa hal dalam hidup Nasuada yang bisa
memuaskannya seperti ekspresi tertegun Orrin saat
ini. Gulungan di tangannya terhenti di antara dagunya
dan meja, mulutnya agak ternganga, dan kerut
kebingungan di alisnya menyebabkan ia tampak
tertegun seperti orang yang baru saja melihat apa
yang tidak dipahaminya. Nasuada menikmati
pemandangan itu. "Renda?" kata Orrin tergagap.
"Ya, Yang Mulia." "Kau tidak bisa melawan Galbatorix
dengan renda!" "Kenapa, Yang Mulia?" Orrin bersusah
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
payah sejenak, lalu menggeram, "Karena... karena
tidak terhormat, itu sebabnya. Penulis mana yang
akan menyusun epos mengenai perbuatan kita dan
menulis tentang renda?" "Kita bertempur bukan agar
ada epos yang ditulis untuk memuji kita." "Kalau
begitu, persetan dengan epos! Bagaimana caraku
menjawab persatuan penenun" Dengan menjual
rendamu semurah itu, kau menyakiti kehidupan
orang-orang dan melemahkan perekonomian kami.
Tidak bisa. Tidak bisa sama sekali." Dengan
membiarkan senyumnya berubah manis
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan hangat, Nasuada berkata dengan nada paling
ramah, "Ya ampun. Kalau itu terlalu membebani
persediaan harta Anda, kaum Varden lebih dari
bersedia untuk memberi Anda pinjaman sebagai
balasan keramahan yang Anda tunjukkan pada kami...
dengan suku bunga yang layak, tentunya." Dewan
Tetua berhasil mempertahankan ketenangan mereka,
tapi di belakang Nasuada, Elva tertawa geli. PEDANG
MERAH, PEDANG PUTIH Begitu matahari muncul di
kaki langit yang dihiasi barisan pepohonan, Eragon
memperdalam napasnya, mempercepat detak
jantungnya, dan membuka mata saat ia sadar kembali
sepenuhnya. Ia tidak tidur, karena ia belum tidur
sejak perubahan dirinya. Kalau merasa lelah dan
membaringkan diri untuk beristirahat, ia bagai
bermimpi dalam keadaan terjaga. Selama itu ia
mendapat berbagai visi yang luar biasa dan berjalan
di antara bayang-bayang kelabu kenangannya, tapi
tetap menyadari sekitarnya. Ia memandang matahari
dan pikiran tentang Arya memenuhi benaknya, seperti
yang dialaminya setiap jam sejak Agaeti Blodhren dua
hari berselang. Pagi hari sesudah perayaan, ia
mencari Arya di Aula Tialdari--dengan niat
memperbaiki tingkah lakunya--tapi malah mendapati
Arya telah berangkat ke Surda. Kapan aku bisa
bertemu dengannya lagi" pikirnya penasaran. Di
siang hari yang cerah, ia menyadari bagaimana sihir
elf dan naga menumpulkan kecerdasannya selama
Agaeti Blodhren. Aku mungkin sudah bertindak bodoh,
tapi itu bukan salahku sepenuhnya. Aku sama tidak
bertanggungjawab mengenai tindakan seperti kalau
mabuk. Sekalipun begitu, ia serius dengan setiap
kata yang diucapkannya pada Arya--bahkan kalau
dalam keadaan normal ia tidak akan mengungkapkan
diri sebanyak itu. Penolakan Arya menyentakkan
Eragon. Setelah bebas dari pengaruh sihir yang
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengaburkan pikirannya, ia terpaksa mengakui Arya
mungkin benar, bahwa perbedaan usia mereka terlalu
besar untuk diatasi. Ia sulit menerima hal itu, dan
sesudah bisa menerimanya, kesadaran itu hanya
menambah kesedihannya. Eragon pernah mendengar
ekspresi "patah hati". Hingga saat ini, ia selalu
menganggap istilah itu berlebihan, bukan gejala fisik
yang sebenarnya. Tapi sekarang ia merasakan sakit
yang dalam di dadanya--seperti otot yang pegal--dan
setiap etak jantungnya terasa menyakitkan.
Satu-satunya penghiburannya hanyalah Saphira.
Selama dua hari itu, Saphira tidak pernah mengkritik
tindakannya, juga tidak pernah beranjak dari sisinya
lebih dari beberapa menit setiap kali, mendukungnya
dengan mendampinginya. Saphira juga banyak
mengajaknya bicara, berusaha sebaik-baiknya agar
Eragon berhenti membisu. Agar tidak terlalu
memikirkan Arya, Eragon mengeluarkan cincin
teka-teki Orik dari meja samping ranjangnya dan
memutar-mutarnya di jemari, takjub pada betapa tajam
indranya sekarang. Ia bisa merasakan semua
kelemahan yang ada pada setiap logam yang terpuntir
itu. Saat mempelajari cincin itu, ia melihat pola
pengaturan cincin-cincin emas tersebut, pola yang
sebelumnya tidak disadarinya. Dengan memercayai
nalurinya, ia mengutak-atik cincin-cincin itu sesuai
rangkaian yang disarankan pengamatannya. Ia gembira
waktu kedelapan cincin itu menyatu sempurna,
membentuk satu cincin yang utuh. Ia menyelipkan
cincin tersebut di kelingking tangan kanannya,
mengagumi bagaimana jalinan cincin itu memantulkan
cahaya. Kau tidak bisa melakukannya sebelum ini,
kata Saphira dari mangkuk di lantai, tempat ia tidur.
Aku bisa melihat banyak hal yang tadinya tersembunyi
bagiku. Eragon pergi ke kamar mandi dan melakukan
rutinitas paginya, termasuk menyingkirkan bakal
janggut dari pipi dengan mantra, Sekalipun ia
sekarang mirip elf, rupanya janggutnya masih bisa
tumbuh. Orik telah menunggu mereka sewaktu Eragon
dan Saphira tiba di lapangan latih-tanding. Matanya
berubah cerah sewaktu Eragon mengangkat tangan dan
menunjukkan cincin teka-teki yang telah selesai itu.
"Kau berhasil memecahkannya, kalau begitu!"
"Membutuhkan waktu lebih lama dari dugaanku," kata
Eragon, "tapi, ya. Kau datang untuk berlatih juga?"
"Eh, aku sudah sempat bertanding kapak dengan elf
yang sepertinya senang meretakkan kepalaku. Tidak...
aku datang untuk Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihatmu bertanding." "Kau pernah melihatku
bertanding sebelum ini," kata Eragon. "Sudah lama
tidak." "Maksudmu, kau ingin melihat perubahanku."
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orik mengangkat bahu sebagai jawaban. Vanir
mendekati mereka dari seberang lapangan. Ia berseru,
"Kau siap, Shadeslayer?" Sikap merendahkan elf itu
berkurang sejak duel terakhir mereka sebelum Agaeti
Blodhren, tapi tidak banyak. "Aku siap." Eragon dan
Vanir berhadapan di tempat terbuka di lapangan.
Setelah mengosongkan pikiran, Eragon meraih dan
mencabut Zar'roc secepat mungkin. Yang
mengejutkannya, pedang itu terasa tidak lebih berat
daripada ranting dedalu. Tanpa beban yang
diduganya, lengan Eragon tersentak lurus, melepaskan
pedang dari tangannya dan melontarkannya
berputar-putar dua puluh yard ke kanan, di mana
pedang itu terbenam di sebatang pinus. "Apa kau
bahkan tidak bisa memegang pedangmu, Penunggang?"
tanya Vanir. "Aku minta maaf, Vanir-vodhr," kata
Eragon dengan napas tersentak. Ia mencengkeram
sikunya, menggosok persendian yang memar untuk
mengurangi sakit. "Aku salah menilai kekuatanku."
"Pastikan tidak terulang." Setelah berjalan ke pohon,
Vanir mencengkeram tangkai Zar'roc dan mencoba
mencabut pedangnya itu. Senjata itu tidak bergerak.
Alis Vanir bertemu ketika memandang pedang merah
yang bertahan itu, seakan menduga adanya tipuan.
Setelah menguatkan diri, elf tersebut menarik pedang
dengan seluruh tenaganya dan, diiringi derakan kayu,
mencabut Zar'roc dari pinus. Eragon menerima
pedangnya dari Vanir dan menimbang Zar'roc, merasa
terganggu karena ringannya pedang itu. Ada yang
tidak beres, pikirnya. "Bersiaplah!" Kali ini Vanir
yang lebih dulu menyerang. Dengan satu lompatan, ia
menyeberangi jarak di antara mereka dan menusukkan
pedang ke bahu kanan Eragon. Bagi Eragon, gerakan
elf ita terasa lebih lambat daripada biasanya, seakan
refleks Vanir berkurang hingga setara dengan refleks
manusia. Mudah bagi Eragon untuk menangkis pedang
Vanir, bunga api biru herhamburan dari logam saat
pedang mereka bergesekan. Vanir mendarat dengan
ekspresi tertegun. Ia kembali menyerang, dan Eragon
menghindari pedangnya dengan mencondongkan tubuh
ke belakang, seperti pohon yang bergoyang tertiup
angin. Dengan serangkaian serangan yang cepat,
Vanir menghujani Eragon, yang bisa menghindari atau
menangkis setiap serangan, menggunakan sarung
Zar'roc sama seringnya seperti pedangnya untuk
menghadapi serbuan Vanir. Dalam waktu singkat
Eragon menyadari naga hantu dari Agaeti Blodhren
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suling Pusaka Kumala 9 Claire Karya Phoebe Abigail Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 13
Bidadari Pendekar Naga Sakti
eka datang dari Narda. Malam hampir turun sewaktu
Teirm terlihat, putih dan bagai hantu dalam
keremangan. Roran berhenti untuk mengamah apa
yang ada di depan mereka. Kota berdinding itu berdiri
sendirian di tepi teluk besar, swadaya dan tak
tertembus serangan apa pun. Suluh-suluh berkobar di
sela-sela pelindung di atas dinding, tempat para
prajurit berbusur mondar-mandir berpatroli tanpa
henti. Di atas dinding menjulang puri, dan mercusuar,
yang menyorotkan cahayanya yang suram ke perkran
yang gelap. Besar sekali," kata Nolfavrell. Loring
mengangguk-angguk tanpa mengalihkan pandangan
dari Teirm. "Aye, memang besar." Perhatian Roran
tersita pada kapal yang ditambatkan di salah satu
dermaga batu yang mencuat dari kota. Kapal bertiang
tiga itu lebih besar daripada kapal mana pun yang
dilihatnya di Narda, dengan kabin depan tinggi, dua
baris lubang dayung, dan dua belas busur yang kuat
terpasang di sepanjang setiap sisi geladak untuk
melontarkan harpun. Kapal yang indah tampak cocok
baik untuk perdagangan maupun berperang. Yang
bahkan lebih penting lagi, Roran merasa kapal itu
mungkin mungkin--mampu menampung seluruh
penduduk desa. "Itu yang kita butuhkan," katanya,
sambil menunjuk. Birgit mendengus masam. "Kita
harus menjual diri sebagai budak untuk bisa
menumpang monster itu. Clovis telah memeringatkan
mereka bahwa gerbang jeruji Teirm ditutup saat
matahari terbenam, jadi mereka mempercepat langkah
agar tidak melewati malam di pedalaman. Saat mereka
mendekati dinding-dinding yang pucat itu, jalan
dipenuhi dua baris orang yang bergegas masuk dan
keluar Teirm. Roran tidak menduga lalu lintas
sepadat itu, tapi tidak lama kemudian ia sadar hal itu
bisa membantu melindungi kelompoknya dari perhatian
yang tidak diinginkan. Setelah memanggil Mandel,
Roran berkata, "Kau berjalan sendiri agak jauh di
belakang dan ikuti orang lain melewati gerbang, agar
para penjaga tidak menduga kau bersama kami. Kami
akan menunggumu di balik dinding. Kalau mereka
bertanya, katakan kau kemari untuk mencari kerja
sebagai pelaut." "Ya, Sir." Sementara Mandel
berjalan agak jauh di belakang, Roran membungkukkan
salah satu bahunya, membuat jalannya agak timpang,
dan menghafal kisah yang dikarang Loring untuk
menjelaskan kehadiran mereka di Teirm. Ia melangkah
keluar dari jalan dan menunduk saat seseorang yang
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengendalikan sepasang kerbau pengangkut kayu
melintas, bersyukur ada keremangan yang menutupi
wajahnya. Gerbangnya menjulang di depan,
bermandikan cahaya oranye dari suluh-suluh yang
diletakkan di dudukan di kedua sisi pintu masuk. Di
bawahnya berdiri dua prajurit yang mengenakan tunik
merah bergambar api terpuntir, lambang Galbatorix.
Tidak satu pun dari orang-orang yang bertunik itu
bahkan melirik Roran dan rekan-rekann saat mereka
bergegas melintas di bawah gerbang jeruji dan
melewati terowongan pendek di baliknya. Roran
menegakkan bahu dan merasakan sebagian
ketegangannya mengendur. I dan yang lainnya
berkerumun di sudut sebuah rumah, tempat Loring
bergumam, "Sejauh ini bagus." Sesudah Mandel
menggabungkan diri, mereka pergi mencari losmen
murah di mana mereka bisa menyewa kamar. Sambil
berjalan, Roran mempelajari tata letak kota dengan
rumah-rumah berbentengnya--yang semakin lama
semakin tinggi mengarah ke puri--dan pengaturan
jalan-jalan yang bagai kisi-kisi. Jalan-jalan yang
membentang dari utara ke selatan melebar seperti
semburan bintang, sementara jalan-jalan yang
membentang dari timur ke barat melengkung landai
dan membentuk pola jaring laba-laba, menciptakan
puluhan tempat di mana blokade bisa didirikan dan
prajurit ditempatkan. Kalau Carvahall dibangun
seperti ini, pikirnya, tidak ada yang bisa mengalahkan
kami kecuali Raja sendiri. Saat senja mereka
mendapatkan tempat menginap di Green Chestnut,
kedai minum sangat jorok dengan bir putih yang tidak
enak dan ranjang penuh kutu. Satu-satunya
keuntungan hanyalah biaya sewanya yang nyaris tidak
berarti. Mereka tidur tanpa makan malam untuk
menghemat uang, dan meringkuk bersama agar dompet
mereka tidak dicuri tamu kedai lainnya. Keesokan
harinya, Roran dan rekan-rekannya me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ninggalkan Green Chestnut sebelum subuh, mencari
persediaan makanan dan transportasi. Gertrude
berkata, "Aku pernah mendengar kisah tukang obat
yang luar biasa, Angela namanya, yang tinggal di sini
dan seharusnya mampu membuat obat-obatan terhebat,
mungkin bahkan mengandung sedikit sihir. Aku mau
menemuinya, karena kalau ada yang memiliki apa yang
kucari, pasti ia orangnya " Sebaiknya kau jangan
pergi sendirian," kata Roran. Ia memandang Mandel
"Temani Gertrude, bantu ia mengurus pembeliannya,
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan berusahalah sebaik-baiknya untuk melindunginya
kalau kalian diserang. Keberanianmu mungkin akan
diuji berulang kali, tapi jangan lakukan apa pun yang
memicu tanda bahaya, kecuali kau mau mengkhianati
teman-teman dan keluargamu." Mandel menyentuh
rambut depannya dan mengangguk patuh. Ia dan
Gertrude berpisah untuk menyeberangi jalan,
sementara Roran dan yang lainnya melanjutkan
perburuan mereka. Roran memiliki kesabaran
pemangsa yang tengah berburu tapi bahkan ia pun
mulai gelisah waktu pagi dan sore berlalu dan mereka
tetap belum menemukan kapal yang bisa membawa
mereka ke Surda. Ia mengetahui kapal bertiang tiga
itu, Dragon Wing, baru saja dibangun dan akan
berlayar untuk pertama kalinya; mereka tidak bisa
menyewanya dari Blackmoor Shipping Company kecuali
mereka bisa membayar dengan emas merah kurcaci
sekamar penuh; padahal para penduduk desa
kekurangan uang bahkan untuk menyewa kapal yang
paling buruk. Membawa bargas-bargas Clovis juga
tidak memecahkan masalah mereka, karena
bargas-bargas itu tidak menjawab masalah tentang
apa yang akan mereka makan di perjalanan. "Akan
sulit," kata Birgit, "sangat sulit, untuk mencuri barang
dari tempat ini, karena banyaknya prajurit dan
rapatnya rumah-rumah, dan para penjaga di gerbang.
Kalau kita mencoba mengangkut begitu banyak barang
keluar dari Teirm, mereka pasti ingin tahu apa yang
kita lakukan." Roran mengangguk. Itu juga. Roran
memberitahu Horst bahwa kalau penduduk desa
terpaksa melarikan diri dari Teirm tanpa membawa
apa-apa kecuali persediaan mereka yang tersisa,
mereka bisa merampok untuk mendapatkan makanan.
Tapi Roran tahu tindakan seperti itu berarti mereka
telah menjadi sama hinanya dengan yang dibencinya.
Ia tidak berani melakukannya. Bertempur dan
membunuh mereka yang menghamba pada
Galbatorix--atau bahkan mencuri bargas-bargas
Clovis, karena Clovis memiliki cara lain untuk
menghidupi diri--merupakan satu hal, tapi mengambil
persediaan makanan dari petani miskin dan berusaha
bertahan hidup seperti para penduduk desa di Lembah
Palancar merupakan hal yang berbeda sama sekali. Itu
pembunuhan. Fakta-fakta berat tersebut membebani
Roran bagai batu. Perjalanan mereka sangat menguras
tenaga, bertahan hanya karena ketakutan, putus asa,
optimisme, dan improvisasi detik terakhir. Sekarang ia
takut ia telah mendorong para penduduk desa ke
sarang musuh dan mengikat mereka dengan rantai
yang dibentuk dari kemiskinan mereka sendiri. Aku
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa melarikan diri dan melanjutkan mencari Katrina,
tapi kemenangan macam apa itu kalau kubiarkan
desaku diperbudak Kekaisaran" Apa pun nasib yang
kita hadapi Teirm, aku akan tetap mendampingi
mereka yang cukup memercayai diriku hingga
meninggalkan rumahnya karena kata-kataku. Untuk
mengurangi lapar, mereka mampir di toko roti dan
membeli sebongkah roti gandum segar, juga seguci
kecil madu untuk dioleskan ke rotinya. Ketika
membayar roti dan madu, Loring memberitahu asisten
tukang roti bahwa mereka mencari kapah peralatan,
dan makanan. Sewaktu ada yang menepuk bahunya,
Roran berpaling. Seorang pria berambut hitam kasar
dan perut gendut berkata, "Maafkan aku tanpa sengaja
mendengar percakapanmu dengan tuan muda, tapi
kalau kalian mencari kapal dan yang lainnya, dan
dengan harga yang pantas, kusarankan kalian
mengikuti lelang." "Lelang apa itu?" tanya Roran.
"Ah, kisah yang menyedihkan, sungguh, tapi terlalu
sering terjadi hari-hari ini. Salah seorang pedagang
kami, Jeod--Jeod Longshanks, begitulah kami
memanggilnya kalau ia tidak mendengar--ditimpa
serangkaian kesialan yang paling buruk. Dalam waktu
kurang dari setahun, ia kehilangan empat k
Bidadari Pendekar Naga Sakti
apal, d,n sewaktu ia mencoba mengirim barang melalui
jalan darat, karavannya disergap dan dihancurkan
para pencuri. Para investor memaksanya menyatakan
diri bangkrut, dan sekarang mereka akan menjual
propertinya untuk mengurangi kerugian. Aku tidak
tahu mengenai makanan, tapi kalian pasti
mendapatkan hampir semua yang lainnya yang kalian
cari di lelang." Harapan samar muncul dalam dada
Roam. "Kapan lelang ini diselenggarakan?" "Wah,
pengumumannya dipasang di semua papan
pengumuman di seluruh kota. Lusa, pastinya" Fakta
itu menjelaskan pada Roran kenapa mereka tidak tahu
tentang pelelangan itu; mereka berusaha
sebaik-baiknya menghindari papan pengumuman,
karena khawatir ada yang mengenali Roran dari poster
hadiahnya. "Terima kasih banyak," katanya pada pria
itu. "Kau mungkin menyelamatkan kami dari banyak
kerepotan." "Dengan senang hati, kalau benar
begitu." Begitu Roran dan rekan-rekannya keluar dari
toko, mereka berkerumun bersama di tepi jalan. Ia
berkata, "Apa menurut kalian sebaiknya kita periksa
info itu?" "Hanya itu yang harus kita periksa," kata
Loring. "Birgit?" "Kau tidak perlu bertanya padaku;
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah jelas jawabannya. Tapi kita tidak bisa
menunggu hingga lusa." "Ya. Menurutku kita temui
saja si Jeod ini dan coba lihat apakah kita bisa
tawar-menawar dengannya sebelum lelang dibuka. Apa
kalian setuju?" Mereka setuju, jadi mereka pergi ke
rumah Jeod, mengandalkan petunjuk orang-orang yang
mereka temui di jalan. Rumah itu--atau, lebih
tepatnya, rumah mewah--terletak di sisi barat Teirm,
dekat puri, termasuk salah satu dari sekian banyak
bangunan megah yang dihiasi karya-karya tulis indah,
gerbang jeruji besi, patung-patung, dan pancuran
yang menyemburkan air. Roran nyaris tidak bisa
memahami kekayaan seperti itu; ia terpesona karena
besarnya perbedaan kehidupan orang-orang ini dari
kehidupannya sendiri. Roran mengetuk pintu depan
rumah Jeod, yang berdiri di samping toko yang telah
ditinggalkan. Sesaat kemudian, pintu dibuka kepala
pelayan gemuk bergigi terlalu mengilap. Ia menatap
keempat orang asing di depan pintunya dengan
pandangan tidak suka, lalu melontarkan senyum dan
bertanya, "Ada yang bisa saya bantu, Sir dan
Madam?" "Kami mau bicara dengan Jeod, kalau ia ada
waktu." "Kalian ada janji temu?" Roran merasa
kepala pelayan ini tahu persis mereka tidak memiliki
janji temu. "Kedatangan kami di Teirm terlalu singkat
untuk mengatur pertemuan secara lebih layak." "Ah,
well, kalau begitu dengan menyesal kukatakan lebih
baik kalian habiskan waktu kalian di tempat lain.
Majikanku banyak urusan. Ia tidak bisa menemui
setiap kelompok ge landangan yang mengetuk
pintunya, meminta sedekah," kata kepala pelayan. Ia
memamerkan gigi mengilapnya lagi dan hendak
mundur. "Tunggul" seru Roran. "Kami bukan
menginginkan sedekah; kami punya tawaran bisnis
untuk Jeod." Kepala pelayan itu mengangkat satu
alisnya. "Begitukah?" "Aye, begitu. Tolong tanyakan
padanya apa ia bersedia menemui kami. Kami sudah
menempuh perjalanan yang lebih jauh daripada yang
ingin kauketahui, dan penting sekali bagi untuk
menemui Jeod hari ini." "Boleh kutanyakan sifat
tawaran kalian?" "Rahasia." "Baiklah, Sir," kata si
kepala pelayan. "Akan kusampaikan tawaranmu, tapi
kuperingatkan bahwa Jeod sedang sibuk saat ini, dan
aku ragu ia ingin diganggu. Siapa nama yang harus
kuberitahukan padanya, Sir?" "Kau boleh
memanggilku Stronghammer." Mulut si kepala pelayan
tersentak seakan keheranan mendengar nama itu, lalu
menyelinap ke balik pintu dan menutupnya. "Kalau
kepalanya lebih besar lagi, ia bisa jadi ganjal pintu,"
gumam Loring pelan. Nolfavrell tertawa menghina.
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Birgit berkata, "Semoga saja pelayan itu tidak meniru
majikannya." Semenit kemudian, pintu terbuka
kembali dan si kepala Pelayan mengumumkan, dengan
ekspresi agak kesal. "Jeod setuju menemui kalian di
ruang kerjanya." Ia melangkah ke samping dan
memberi isyarat dengan membentangkan satu lengan
agar mereka masuk. "Lewat sini." Sesudah mereka
melewah pintu, si kepala pelayan mendului mereka
dan menyusuri lorong berdinding kayu dipernis ke
salah satu dari sekian banyak pintu, yang
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dibukanya lalu memersilakan mereka masuk. JEOD
LONGSHANKS Kalau Roran bisa membaca, ia mungkin
lebih terkesan pada harta berupa buku-buku yang
memenuhi dinding-dinding ruang kerja. Sesuai
kenyataan, ia hanya memerhatikan pria jangkung yang
mulai ubanan dan berdiri di belakang meja tulis oval
itu. Pria tersebut--yang menurut Roran adalah
Jeod--tampak sama lelahnya seperti yang dirasakan
Roran. Wajahnya berkerut-kerut, kuyu, dan sedih, dan
sewaktu ia berpaling ke arah mereka, tampak bekas
luka yang putih dari puncak kepala ke dahi kirinya.
Bagi Roran, bekas luka itu menyatakan keberanian
orang ini. Mungkin kejadiannya telah lama dan
terkubur, tapi tetap saja ia pemberani. "Silakan
duduk," kata Jeod. "Aku tidak mau bersikap resmi di
rumahku sendiri." Ia mengawasi mereka dengan
tatapan penasaran sementara mereka duduk di kursi
kulit berlengan yang lembut. "Boleh kutawarkan
kue-kue dan segelas brendi aprikot" Aku tidak bisa
bicara lama, tapi kulihat kalian sudah ber
minggu-minggu dalam perjalanan, dan aku sangat
ingat bagaimana keringnya tenggorokanku sesudah
perjalanan seperti itu." Loring nyengir. "Aye. Sedikit
brendi benar-benar bagus. Kau dermawan sekali, Sir."
"Hanya segelas susu untuk putraku," kata Birgit.
"Tentu saja, Madam." Jeod membunyikan lonceng
memanggil kepala pelayan, menyampaikan
perintahnya, lalu menyandar kembali ke kursi. "Aku
dalam posisi yang tidak beruntung. Aku yakin kalian
tahu namaku, tapi aku tidak tahu kalian."
"Stronghammer, siap melayani Anda," kata Roran.
"Mardra, siap melayani Anda," kata Birgit. "Kell, siap
melayani Anda," kata Nolfavrell. "Dan aku Wally, siap
melayani Anda," Loring mengakhiri. "Dan aku siap
melayani kalian," jawab Jeod. "Nah, Rolf tadi
mengatakan kalian ingin berbisnis denganku.
Sebaiknya kalian tahu aku tidak berada dalam posisi
Pendekar Gagak Rimang Banjir Darah DiKeratonWidung m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk membeli atau menjual barang, dan aku tidak
memiliki emas untuk diinvestasikan, juga kapal yang
bagus untuk membawa wol dan makanan, permata dan
rempah-rempah menyeberangi lautan. Kalau begitu,
apa yang bisa kulakukan bagi kalian?" Roran
menumpukan siku ke lutut, lalu mengaitkan jemari dan
menatap dari antaranya sambil mengatur pikiran.
Salah omong bisa menyebabkan kami terbunuh di sini,
ia mengingatkan diri sendiri. "Sederhananya, Sir,
kami mewakili sekelompok orang yang--untuk berbagai
alasan--harus membeli sejumlah besar persediaan
dengan uang yang sangat sedikit. Kami tahu
barang-barang Anda akan dilelang besok lusa untuk
melunasi utang, dan kami ingin mengajukan penawaran
sekarang untuk barang-barang yang kami butuhkan.
Kami bisa saja menunggu hingga lelang, tapi situasi
memaksa kami dan kami tidak bisa menunda dua hari
lagi. Kalau kami bisa mendapatkan harga yang pantas,
harus malam ini atau besok, tidak lebih." "Pasokan
apa yang kalian butuhkan?" tanya Jeod. "Makanan
dan apa pun lainnya yang diperlukan untuk melengkapi
kapal atau kendaraan lain untuk perjalanan yang lama
di laut." Ekspresi berminat terpancar di wajah Jeod
yang kelelahan. "Kau punya bayangan kapal mana
yang kaupilih" Karena aku tahu setiap kapal yang
melayari perairan di sini selama dua puluh tahun
terakhir." "Kami belum memutuskan." Jeod menerima
jawaban itu tanpa bertanya. "Aku mengerti sekarang
kenapa kalian menemuiku, tapi aku khawatir kalian
bersusah payah karena salah pengertian." Ia
membentangkan tangannya yang kelabu, memberi
isyarat ke arah ruangannya. Segala sesuatu yang
kalian lihat di sini bukan lagi milikku, tapi milik
kreditorku. Aku tidak berhak menjual barang-barang
milikku, dan kalau aku melakukannya tanpa izin,
kemungkinan besar aku akan dipenjara karena menipu
kreditorku atas uang yang mereka pinjamkan padaku."
Ia diam sejenak sementara Rolf kembali masuk ke
kerja, membawa baki perak besar berisi kue-kue,
gelas kristal, segelas susu, dan seguci brendi. Kepala
pelayan meletakkan baki di dudukan kaki berbatalan
lalu membagikan minuman. Roran mengambil gelasnya
dan menghirup brendi yang ringan itu, bertanya-tanya
kapan saat yang sopan bagi mereka untuk berpamitan
dan melanjutkan pencarian. Sesudah Rolf
meninggalkan ruangan, Jeod menghab
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
iskan isi gelasnya dengan sekali tenggak, lalu
berkata, "Mungkin aku tidak berguna bagi kalian, tapi
aku kenal sejumlah orang seprofesiku yang mungkin...
mungkin... bisa membantu. Kalau kalian bisa
memberiku sedikit rincian lagi mengenai apa yang
ingin kalian beli, maka aku bisa lebih tahu siapa yang
sebaiknya kurekomendasikan." Roran tidak melihat
kerugian dari permintaan itu, jadi ia mengutip daftar
barang-barang yang harus dimiliki penduduk desa,
benda-benda yang mungkin mereka butuhkan, dan
benda-benda yang mereka inginkan tapi tidak mungkin
pernah bisa mereka miliki kecuali dewi keberuntungan
tersenyum lebar pada mereka. Sesekali Birgit atau
Loring menyebutkan barang-barang yang lupa
disebutkan Roran--seperti lampu minyak--dan Jeod
melirik mereka sejenak sebelum kembali mengarahkan
tatapan ke Roran, tempat pandangannya tetap terarah
dengan minat yang semakin besar. Minat Jeod
meresahkan Roran, rasanya seolah pedagang itu tahu,
atau mencurigai, apa yang disembunyikannya.
"Menurutku," kata Jeod setelah Roran selesai
mengutip daftarnya, "Yang kalian butuhkan cukup
untuk memenuhi kebutuhan beberapa ratus orang ke
Feinster atau Aroughs & atau lebih jauh lagi. Kuakui,
aku agak sibuk beberapa minggu terakhir ini, tapi aku
tidak pernah mendengar ada rombongan sebesar itu di
kawasan ini, dan aku tidak bisa membayangkan dari
mana asal rombongan sebesar itu." Dengan ekspresi
datar, Roran membalas tatapan Jeod tanpa
mengatakan apa-apa. Di dalam hati, ia marah karena
membiarkan Jeod mengumpulkan cukup banyak
informasi hingga dapat kesimpulan tersebut. Jeod
mengangkat bahu. "Well, sekalipun begitu, itu urusan
kalian. Kusarankan kalian menemui Galton di Market
Street untuk makanan dan Hamill tua dekat dermaga
untuk barang-barang lain. Mereka berdua jujur dan
akan memperlakukan kalian dengan baik dan adil."
Setelah mengulurkan tangan, ia mengambil kue dari
baki, menggigitnya, lalu, sesudah selesai mengunyah,
bertanya pada Nolfavrell. "So, Kell muda, kau juka
tinggal di Teirm?" "Ya, Sir," kata Nolfavrell, dan
tersenyum. "Aku tidak pernah melihat apa pun yang
sebesar ini, Sir." "Begitukah?" "Ya, Sir. Aku--"
Merasa mereka berada dalam situasi yang berbahaya,
Roran menyela, "Aku penasaran, Sir, tentang toko di
samping rumah Anda. Rasanya aneh ada toko
sesederhana itu di tengah bangunan-bangunan mewah
di sini." Untuk pertama kalinya, senyuman, sekalipun
tipis, mencerahkan wajah Jeod, menghapus
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bertahun-tahun dari penampilannya. "Well, toko itu
milik wanita yang agak aneh: Angela si tukang obat,
salah satu tabib terbaik yang pernah kutemui. Ia
mengelola toko itu selama sekitar dua puluh tahun
dan, baru beberapa bulan yang lalu, menjualnya dan
pindah entah ke mana." Ia mendesah. "Sayang sekali,
karena ia tetangga yang menarik." "Itu yang ingin
ditemui Gertrude, bukan?" tanya Nolfavrell, dan
menengadah memandang ibunya. Roran menahan
geram dan melontarkan lirikan memperingatkan yang
cukup kuat hingga Nolfavrell bergerak-gerak gelisah
di kursi. Nama itu tidak berarti apa-apa bagi Jeod,
tapi kalau Nolfavrell tidak bisa lebih menjaga
lidahnya, ada kemungkinan ia terlepas bicara dan
mengutarakan informasi yang lebih merusak. Waktunya
pergi, pikir Roran. Ia meletakkan gelas. Pada saat
itulah ia melihat nama itu memang ada artinya bagi
Jeod. Mata si pedagang membelalak terkejut, dan ia
mencengkeram lengan kursinya hingga ujung-ujung
jemarinya memutih. "Tidak mungkin!" Jeod
memusatkan perhatian Roran, mengamati wajahnya
seakan berusaha memandang pada lewati jangguMya,
lalu mengembuskan napas, "Roran. Roran putra
Garrow. " SEKUTU TAK TERDUGA. Roran sudah
mencabut martil dari sabuknya dan separo bangkit
dari kursi sewaktu mendengar nama ayahnya disebut.
Hanya itu yang mencegahnya melompat menyeberangi
ruangan dan memukul Jeod hingga pingsan. Dari mana
ia tahu siapa Garrow" Di sampingnya, Loring dan
Birgit melompat bangkit, mencabut pisau dari lengan
baju mereka, bahkan Nolfavrell bersiap-siap berkelahi
dengan pisau di tangan. "Kau Roran, bukan?" tanya
Jeod dengan suara pelan. Ia tidak menunjukkan
keterkejutan melihat senjata mereka.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Dari mana kau menebaknya?" "Karena Brom
membawa Eragon kemari, dan tampangmu mirip
sepupumu. Sewaktu kulihat postermu bersama poster
Eragon, aku sadar Kekaisaran pasti berusaha
menangkapmu dan kau berhasil lolos. Sekalipun,"
tatapan Jeod beralih ke tiga orang lainnya, "dalam
semua imajinasiku, aku tidak pernah menduga kau
akan mengajak seluruh Carvahall bersamu." Dengan
tertegun, Roran duduk kembali di kursi dan
meletakkan martil melintang di lutut, siap
menggunakannya. "Eragon pernah kemari?" "Aye.
Juga Saphira." Saphira?" Sekali lagi, keterkejutan
melintas di wajah Jeod. "Kau tidak tahu, kalau
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
begitu?" Tahu apa?" Jeod memandangnya selama
semenit. "Kupikir sudah tiba waktunya menghentikan
kepura-puraan kita, Roran putra Garrow, dan bicara
terus terang dan tanpa tipuan. Aku bisa menjawab
banyak pertanyaanmu--seperti kenapa Kekaisaran
memburumu--tapi sebagai gantinya, aku perlu tahu
alasan kedatanganmu ke Teirm... alasan yang
sebenarnya." "Kenapa kami harus memercayaimu,
Longshanks?" tanya Loring. "Kau bisa saja bekerja
pada Galbatorix." "Aku teman Brom selama lebih dari
dua puluh tahun, sebelum ia menjadi pendongeng di
Carvahall," kata Jeod, "dan aku berusaha
sebaik-baiknya membantu dia dan Eragon sewaktu
mereka menginap di rumahku. Tapi karena tidak satu
pun dari mereka ada di sini untuk menjaminku,
kuserahkan nyawaku ke tangan kalian, terserah akan
kalian apakan. Aku bisa berteriak minta tolong, tapi
tidak akan kulakukan. Aku juga tidak akan melawan
kalian. Aku hanya minta kalian menceritakan kisah
kalian dan mendengarkan kisahku sendiri. Lalu kalian
bisa memutuskan sendiri tindakan apa yang perlu
dilakukan. Kalian tidak terancam bahaya, jadi apa
ruginya berbicara?" Birgit menyentakkan dagu,
menarik perhatian Roran. Ia bisa saja sedang
berusaha menyelamatkan diri." "Mungkin," jawab
Roran, "tapi kita harus mencari tahu apa yang
diketahuinya." Dengan mengaitkan satu lengan ke
bawah kursi, ia menyeret kursi ke seberang ruangan,
menempelkan sandaran kursi ke pintu, dan duduk di
sana, jadi tidak ada yang bisa mendobrak masuk dan
menyergap saat mereka tidak siap. Ia mengarahkan
martil ke Jeod. "Baiklah. Kau mau bicara" Kalau
begitu, mari kita bicara, kau dan aku." "Paling baik
kalau kau duluan." "Kalau begitu, dan kalau kami
tidak puas dengan jawaban sesudahnya, kami terpaksa
membunuhmu," Roran memper ingatkan. Jeod
bersedekap. "Terserah." Sekalipun tidak ingin, Roran
terkesan melihat ketenangan si pedagang; Jeod
tampak tidak peduli pada nasibnya, sekalipun ekspresi
mulutnya tampak agak muram. "Terserah," Roran
mengulangi. Roran telah sering menceritakan
kejadian sejak kedatangan Ra'zac di Carvahall, tapi
belum pernah ia menceritakannya secara terinci pada
orang lain. Sementara ia bercerita, terlintas dalam
benaknya betapa banyak kejadian yang telah menimpa
dirinya dan para penduduk desa lain dalam waktu
sesingkat itu dan betapa mudahnya Kekaisaran
menghancurkan kehidupan mereka di Lembah
Palancar. Menceritakan kembali kengerian-kengerian
lama terasa menyakitkan bagi Roran, tapi setidaknya
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ia senang melihat Jeod menampakkan ketertegunan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tulus saat mendengar bagaimana penduduk desa
menyerang para prajurit dan Ra'zac di perkemahan
mereka, pengepungan terhadap Carvahall sesudahnya,
pengkhianatan Sloan, penculikan Katrina, bagaimana
Roran meyakinkan penduduk desa untuk melarikan
diri, dan kekerasan perjalanan mereka ke Teirm.
"Demi Raja-Raja yang Hilang!" seru Jeod. "Itu kisah
yang paling luar biasa. Luar biasa! Kalau kuingat
bahwa kau berhasil menggagalkan rencana Galbatorix
dan tepat sekarang ini seluruh desa Carvahall
bersembunyi di luar salah satu kota terbesar
Kekaisaran dan Raja bahkan tidak tahu...." Ia
menggeleng kagum. "Aye, begitulah keadaan kami,"
geram Loring, "dan itu sangat berbahaya, jadi
sebaiknya kaujelaskan dengan jelas kenapa kami
harus mengambil risiko membiarkanmu tetap hidup."
"Itu menempatkanku--" Jeod terdiam saat seseorang
mengguncang selot di belakang kursi Roran, berusaha
membuka pintu, diikuti gedoran pada Papan kayu
eknya. Di lorong, seorang wanita menjerit, "Jeod!
Biarkan Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku masuk, Jeod! Kau tidak bisa bersembunyi dalam
guamu itu" "Boleh?" gumam Jeod. Roran
menjentikkan jemari ke Nolfavrell, dan bocah itu
melemparkan pisau ke Roran, yang menyelinap ke
belakang meja tuli dan menempelkan sisi pipih mata
pisau ke tenggorokan Jeod. "Suruh wanita itu pergi."
Dengan mengeraskan suara, Jeod berkata, "Aku tidak
bisa bicara sekarang; aku sedang rapat." "Bohong!
Kau tidak memiliki bisnis apa pun. Kau sudah
bangkrut! Keluar dan hadapi aku, pengecut! Kau
laki-laki atau bukan, sampai memandang lurus ke mata
istrimu saja tidak berani?" Wanita itu diam sejenak,
seakan menunggu jawaban, lalu jeritannya terdengar
semakin keras, "Pengecut! Kau tikus tak bernyali,
penakut kotor tanpa otak yang tak marnpu mengelola
kios daging, apalagi perusahaan pelayaran. Ayahku
tidak akan pernah kehilangan uang sebanyak itu!"
Roran mengernyit ketika penghinaan-penghinaan itu
terus berlanjut. Aku tidak bisa menahan Jeod kalau
wanita itu berbicara lebih lama lagi. "Diam,
perempuan!" teriak Jeod, dan kebisuan mengikuti.
"Keberuntungan kita mungkin akan berubah lebih baik
kalau kau memiliki akal sehat untuk menahan lidahmu
dan tidak terus berceloteh seperti istri pedagang
ikan." Jawaban istrinya terdengar dingin: "Akan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kutunggu kau di ruang makan, suamiku sayang, dan
kalau kau tidak berniat menemuiku saat makan malam
dan menjelaskan, aku akan meninggalkan rumah ini,
tanpa pernah kembali." Lalu terdengar suara langkah
kakinya menjauh. Sesudah yakin wanita itu telah
pergi, Roran mengangkat pisau dari leher Jeod dan
mengembalikan senjata itu pada Nolfavrell sebelum
duduk kembali di kursi yang menempel ke pintu. Jeod
menggosok lehernya dan, dengan ekspresi waspada,
berkata, "Kalau kita tidak mencapai kata sepakat,
sebaiknya kalian bunuh saja aku; itu lebih mudah
daripada menjelaskan pada Helen bahwa aku
meneriakinya tanpa alasan." "Aku bersimpati padamu,
Longshanks," kata Loring. "Bukan salahnya... bukan
benar-benar salahnya. Ia hanya tidak mengerti kenapa
begitu banyak kesialan menimpa kami" Jeod
mendesah. "Mungkin salahku karena tidak berani
beritahu dirinya." "Memberitahukan apa?" sela
Nolfavrell. "Bahwa aku agen Varden." Jeod diam
sejenak melihat ekspresi tertegun mereka. "Mungkin
sebaiknya kumulai dari awal Roran, kau pernah dengar
isu-isu selama beberapa bulan terakhir mengenai
kemunculan Penunggang baru yang menentang
Galbatorix?" "Di sana-sini, ya, tapi tidak ada yang
menurutku bisa dipercay." Jeod ragu-ragu. "Aku tidak
tahu bagaimana lagi cara menyampaikannya, Roran...
tapi memang ada Penunggang baru di Alagaesia, dan
ia adalah sepupumu, Eragon. Batu yang ditemukannya
di Spine sebenarnya telur naga yang dicuri kaum
Varden, dengan bantuanku, dari Galbatorix
bertahun-tahun yang lalu. Naga itu menetas bagi
Eragon dan Eragon menamainya Saphira. Itu sebabnya
Ra'zac datang ke Lembah Palancar pertama kali.
Mereka kembali karena Eragon telah menjadi musuh
yang berat bagi Kekaisaran dan Galbatorix berharap
dengan menangkap dirimu, mereka bisa menundukkan
Eragon." Kepala Roran tersentak ke belakang saat ia
tertawa hingga air mata menggenang di sudut-sudut
matanya dan perutnya sakit akibat guncangannya.
Loring, Birgit, dan Nolfavrell memandangnya dengan
tatapan ketakutan, tapi Roran tidak memedulikan
pendapat mereka. Ia tertawa mendengar kekonyolan
cerita Jeod. Ia menertawakan kemungkinan
menakutkan bahwa Jeod berbicara jujur. Dengan
napas terengah-engah, sikap Roran perlahan-lahan
kembali normal, sekalipun sesekali ia masih tergelak
meskipun tak ada yang lucu. Ia mengusap wajahnya
dengan lengan baju lalu memandang Jeod, senyum
keras merekah di bibirnya. "Ceritamu cocok dengan
fakta-faktanya; kuakui itu. Tapi begitu juga setengah
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lusin penjelasan lain yang kupikirkan." Birgit
berkata, "Kalau batu Eragon ternyata telur naga, lalu
dari mana asalnya?" "Ah," jawab Jeod, "itu urusan
yang kuketahui dengan baik.... " Duduk nyaman di
kursinya, Roran mendengarkan dengan tetap tak
percaya ketika Jeod merangkai kisah yang fantastis
yang bagaimana Brom-Brom tua penggerutu!--dulunya
Penunggang dan sepertinya membantu mendi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rikan Varden, bagaiaman Jeod menemukan jalan
rahasia ke Uru'baen, bagaimana kaum Varden
mengatur pencurian ketiga telur naga terakhir dari
Galbatorix, dan bagaimana hanya satu telur yang bisa
diselamatkan sesudah Brom bertempur dan membunuh
Morzan, salah satu kaum Terkutuk. Seakan kisahnya
masih belum konyol, Jeod lalu menjabarkan perjanjian
antara kaurn Varden, kurcaci, dan elf bahwa telur itu
harus dikirim bolak-bolik antara Du Weldenvarden dan
Pegunungan Beor, Yang menjadi penyebab kenapa
telur dan kurirnya berada di dekat tepi hutan besar
sewaktu mereka disergap Shade. Shade--ha! pikir
Roran. Sekalipun skeptis, Roran memerhatikan
dengan minat berlipat ganda sewaktu Jeod mulai
menceritakan saat Eragon menemukan telur dan
membesarkan naga Saphira di hutan dekat tanah
pertanian Garrow. Roran sibuk waktu itu--bersiap-siap
berangkat ke penggilingan milik Dempton di
Therinsford--tapi ia ingat bagaimana teralihnya
perhatian Eragon pada saat itu, bagaimana Eragon
menghabiskan setiap waktu luangnya di luar rumah,
entah melakukan apa.... Saat Jeod menjelaskan
bagaimana dan kenapa Garrow tewas, kemurkaan
memenuhi Roran karena Eragon berani merahasiakan
naga itu sementara tindakannya jelas membahayakan
semua orang. Ia yang salah sehingga ayahku
meninggal! "Apa yang dipikirkannya?" sembur Roran.
Ia membenci Jeod yang memandangnya dengan
pemahaman yang tenang. "Aku ragu Eragon sendiri
tahu. Penunggang dan naga mereka terikat begitu erat
satu sama lain hingga sering sulit membedakan satu
dengan yang lain. Eragon tidak mungkin menyakiti
Saphira sama seperti ia tidak mungkin menggergaji
kakinya sendiri." "Bisa saja," gumam Roran. "Karena
dirinya, aku terpaksa melakukan tindakan-tindakan
yang sama menyakitkannya, dan aku tahu--ia bisa saja
berbuat begitu." "Kau benar untuk merasakan apa
yang kaurasakan," kata Jeod, "tapi jangan lupa bahwa
alasan Eragon meninggalkan Lembah Palancar adalah
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk melindungi dirimu dan semua yang tersisa. Aku
yakin pilihan itu sangat sulit baginya. Dari sudut
pandangnya, ia mengorbankan diri untuk memastikan
keselamatanmu dan membalaskan ayahmu. Dan
sekalipun pergi mungkin tidak menghasilkan akibat
yang diinginkan, Situasinya jelas akan lebih buruk
lagi kalau Eragon tetap tinggal." Roran tidak
mengatakan apa-apa lagi hingga menyinggung bahwa
alasan Brom dan Eragon mengunjungi Teirm adalah
untuk melihat apakah mereka bisa menggunakan daftar
muatan kapal untuk menemukan sarang Ra'zac.
"Apakah mereka berhasil?" seru Roran, tersentak
tegak. "Kami berhasil." "Well, di mana mereka kalau
begitu" Demi kebaikan, man, katakan; kau tahu betapa
pentingnya ini bagiku!" "Tampak jelas dari
catatan--dan aku kemudian mendapat pesan dari kaum
Varden bahwa cerita Eragon sendiri mengkonfirmasi
hal ini--bahwa sarang Ra'zac berada di formasi yang
dikenal sebagai Helgrind, dekat Dras-Leona." Roran
mencengkeram martilnya dengan penuh semangat.
Dras-Leona sangat jauh, tapi Teirm memiliki akses ke
satu-satunya celah terbuka antara tempat ini dan
ujung selatan Spine. Kalau aku bisa membawa semua
orang menyusuri pantai dengan selamat, lalu aku bisa
pergi ke Helgrind ini, menyelamatkan Katrina kalau ia
ada di sana, dan mengikuti Sungai Jiet ke Surda.
Sebagian dari pikiran Roran rupanya terungkap sendiri
di wajahnya, karena Jeod berkata, "Itu tidak bisa
dilakukan, Roran." "Apa?" "Tidak ada orang yang
bisa mendaki Helgrind. Tempat itu merupakan
pegunungan batu hitam yang kokoh dan gersang
hingga mustahil didaki. Pikirkan tunggangan Ra'zac
yang berbau busuk; kemungkinan besar mereka lebih
suka bersarang di dekat puncak Helgrind daripada
tidur di dekat tanah, tempat mereka paling rapuh.
Kalau begitu, bagaimana caramu mendekati mereka"
Dan kalau bisa, apa kau benar-benar percaya bisa
mengalahkan kedua Ra'zac dan tunggangan mereka,
kalau bahkan tidak ada lebih banyak lagi" Aku tidak
ragu kau pejuang yang menakutkan--bagaimanapun
juga, kau dan Eragon memiliki darah yang sama--tapi
musuh-musuh ini lebih daripada manusia normal."
Roran menggeleng. "Aku tidak bisa meninggalkan
Katrina. Mungkin sia-sia, tapi aku harus berusaha
Bidadari Pendekar Naga Sakti
membebaskan dirinya, bahkan Seandainya aku harus
mati untuk itu." Tidak ada gunanya bagi Katrina kalau
kau sendiri terbunuh," tegur Jeod. "Kalau aku boleh
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menawarkan saran: cobalah mencapai Surda seperti
rencanamu. Begitu tiba di sana, aku yakin kau bisa
minta bantuan Eragon. Bahkan Ra'zac tidak mampu
menandingi Penunggang dan naganya dalam
pertempuran terbuka." Dengan mata batinnya, Roran
melihat makhluk buas raksasa berkulit kelabu yang
ditunggangi Ra'zac. Ia benci mengakuinya, tapi ia
tahu tidak mampu membunuh makhluk seperti itu, tidak
peduli sekuat apa dirinya atau motivasinya. Begitu ia
menerima kebenarannya, Roran akhirnya memercayai
cerita Jeod--karena kalau tidak, Katrina akan hilang
selamanya. Eragon, pikirnya. Eragon! Demi darah
yang sudah kutumpahkan dan kengerian di tanganku,
aku bersumpah demi kubur ayahku, kau akan
membalas perbuatanmu dengan menyerang Helgrind
bersamaku. Kalau kau menciptakan kekacauan ini,
akan kupaksa kau membereskannya. Roran memberi
isyarat pada Jeod. "Lanjutkan ceritamu. Biar kami
mendengar sisa drama menyedihkan ini sebelum hari
semakin sore." Lalu Jeod membicarakan kematian
Brom; tentang Murtagh, putra Morzan; tentang
penangkapan dan pelarian di Gil'ead; penerbangan
mati-matian untuk menyelamatkan seorang elf; tentang
Urgal dan kurcaci serta pertempuran hebat di tempat
bernama Farthen Dur, di mana Eragon mengalahkan
Shade. Dan Jeod memberitahu mereka bagaimana
kaum Varden meninggalkan Pegunungan Beor dan
pindah ke Surda, dan bagaimana Eragon sekarang
berada jauh di dalam Du Weldenvarden, mempelajari
rahasia misterius sihir dan seni perang elf, tapi akan
segera kembali. Sewaktu pedagang itu membisu,
Roran berkumpul di sisi seberang ruang kerja bersama
Loring, Birgit, dan Nolfavrell. Ia meminta pendapat
mereka. Sambil merendahkan suara, Loring berkata,
"Aku tidak tahu ia berbohong atau tidak, tapi siapa
pun yang bisa mengarang cerita seperti itu di bawah
todong pisau layak untuk hidup. Penunggang baru!
Dan Eragon orangnya!" Ia menggeleng. "Birgit?"
tanya Roran. "Tapi "Aku tidak tahu. Ini begitu luar
biasa." Ia ragu-ragu pasti benar. Penunggang lain
adalah satu-satunya alasan kenapa Kekaisaran begitu
mati-matian mengejar kita." "Aye," Loring menyetujui.
Matanya cerah penuh semangat. "Kita, rupanya
terlibat dalam peristiwa yang lebih berarti daripada
yang kita sadari. Penunggang baru. Pikirkan itu! Orde
lama akan disapu habis, kuberitahu kalian... Kau
benar selama ini Roran. "Nolfavrell?" Bocah itu
tampak serius karena ditanyai. Ia menggigit bibir, lalu
berkata, "Jeod tampaknya cukup jujur. Kupikir kita
bisa memercayai dirinya." "Baiklah, kalau begitu,"
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Roran. Ia melangkah kembali mendekati Jeod,
menumpukan buku-buku jemarinya di tepi meja, dan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkata, "Dua pertanyaan terakhir, Longshanks.
Bagaimana tampang Brom dan Eragon" Dan bagaimana
kau bisa mengenali nama Gertrude?" "Aku tahu
tentang Gertrude karena Brom bilang ia meninggalkan
surat untukmu padanya. Sedangkan mengenai tampang
mereka: Brom agak lebih pendek daripada diriku.
Janggut lebat, hidung bengkok, dan ia membawa
tongkat berukir. Dan aku berani mengatakan ia kadang
menjengkelkan." Roran mengangguk; itulah Brom.
"Eragon... masih muda. Rambut cokelat, mata cokelat,
dengan bekas luka di pergelangan tangan, dan ia
tidak pernah berhenti bertanya." Roran kembali
mengangguk; itulah sepupunya. Roran menjejalkan
martilnya ke sabuk. Birgit, Loring, dan Nolfavrell
menyarungkan pisau mereka. Lalu Roran menjauhkan
kursi dari pintu, dan mereka berempat kembali duduk
seperti manusia yang beradab. "Sekarang apa, Jeod?"
tanya Roran. "Kau bisa membantu kami" Aku tahu kau
berada dalam situasi yang sulit, tapi kami... kami
kehabisan akal dan tidak bisa meminta bantuan siapa
pun lagi. Mengenai agen kaum Varden, kau bisa
menjamin perlindungan kaum Varden atas kami" kami
bersedia mengabdi pada mereka kalau mereka
melindungi kami dari kemurkaan Galbatorix." Kaum
Varden," kata Jeod, "akan lebih daripada gembira
menerima kalian. Lebih daripada gembira. Kurasa kau
sudah menebak begitu. Sedangkan mengenai
bantuan...." Ia mengelus w
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ajahnya yang panjang dengan satu tangan dan
menatap deretan buku di rak-rak di belakang Loring.
"Aku sadar selama hampir setahun bahwa identitasku
yang sebenarnya--seperti juga banyak pedagang lain
di sini dan di tempat-tempat lain yang membantu kaum
Varden--telah dibocorkan pada Kekaisaran. Karena
itu, aku belum berani melarikan diri ke Surda. Kalau
kucoba, Kekaisaran akan menangkapku, lalu siapa
yang tahu kengerian macam apa yang akan kuhadapi"
Aku terpaksa menyaksikan bisnisku hancur secara
bertahap tanpa mampu mengambil tindakan apa pun
untuk mencegahnya atau melarikan diri dari masalah
itu. Yang lebih buruk lagi, sekarang sesudah aku tidak
bisa mengirimkan apa pun kepada kaum Varden dan
mereka tidak berani mengirim orang kepadaku, aku
takut Lord Risthart akan membelengguku dan
menyeretku ke penjara bawah tanah, karena aku tidak
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lagi menarik bagi Kekaisaran. Aku sudah menduga
kejadian itu setiap hari sejak aku menyatakan
kebangkrutan." "Mungkin," kata Birgit, "mereka ingin
kau melarikan diri agar mereka bisa menangkap siapa
pun yang kau ajak." Jeod tersenyum. "Mungkin. Tapi
sekarang sesudah kalian kemari, aku punya cara untuk
pergi yang tidak pernah mereka antisipasi." "Kalau
begitu, kau punya rencana?" tanya Loring.
Kegembiraan melintas di wajah Jeod. "Oh ya, aku
punya rencana. Apakah kalian berempat melihat kapal
Dragon Wing yang ditambatkan di pelabuhan?" Roran
teringat kembali pada kapal itu. "Aye." "Dragon Wing
milik Blackmoor Shipping Company, kamuflase
Kekaisaran. Mereka menangani pasokan untuk
pasukan, Yang baru-baru ini dimobilisasi dengan
kecepatan yang mengejutkan, merekrut prajurit di
antara petani dan menyita kuda, kambing dan kerbau."
Jeod mengangkat alis. "Aku tidak yakin apa artinya
itu, tapi ada kemungkinan Galbatorix berniat
menyerang Surda. Pokoknya, Dragon Win akan
berlayar ke Feinster dalam minggu ini. Itu kapal
terbaik yang pernah dibuat, berdasarkan rancangan
baru pakar pembuat kapal Kinnell." "Dan kau mau
membajaknya," kata Roran. "Memang. Bukan hanya
untuk mengejek Kekaisaran atau karena Dragon Wing
direputasikan sebagai kapal tercepat kelasnya, tapi
karena kapal itu sudah diisi persediaan makanan
untuk perjalanan jauh. Dan karena bermuatan
makanan, kita memiliki cukup makanan untuk seisi
desa." Loring tergelak tertahan. "Kuharap kau bisa
mengemudikannya sendiri, Longshanks, karena tidak
satu pun dari kami yang tahu cara mengendalikan
perahu yang lebih besar dari bargas. "Ada beberapa
orang dari awak kapal-kapalku yang masih tinggal di
Teirm. Mereka berada dalam posisi yang sama dengan
diriku, tidak mampu melawan atau melarikan diri. Aku
yakin mereka akan menyambar kesempatan pergi ke
Surda. Mereka bisa mengajarkan apa yang harus
kalian lakukan di Dragon Wing. Tidak mudah, tapi aku
tidak melihat banyak pilihan dalam hal ini." Roran
tersenyum. Rencana itu sesuai seleranya: cepat,
tegas, dan tidak terduga. "Kau tadi mengatakan,"
kata Birgit, "bahwa selama setahun terakhir tidak satu
pun kapalmu--maupun kapal pedagang lain yang
melayani kaum Varden--yang tiba di tujuannya. Kalau
begitu, kenapa misi ini bisa berhasil sementara begitu
banyak yang lainnya gagal?" Jeod menjawab dengan
cepat, "Karena kejutan berada di pihak kita. Hukum
mengharuskan kapal pedagang menyerahkan jadwal
pelayaran mereka untuk disetujui pihak berwenang
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pelabuhan sedikitnya dua minggu sebelum berangkat.
Membutuhkan banyak waktu untuk menyiapkan
keberangkatan kapal, jadi kalau kita pergi tanpa
peringatan, bisa seminggu atau lebih sebelum
Galbatorix bisa mengirim kapal-kapal penghadang.
Kalau beruntung, kita tidak akan melihat bahkan
pucuk tiang kapal para pemburu kita. Jadi," lanjut
Jeod, "kalau kalian bersedia mencoba usaha ini,
inilah yang harus kita lakukan...." MELARIKAN DIRI
Sesudah mereka mempertimbangkan usulan Jeod dari
setiap sudut yang mungkin dan setuju untuk
mematuhinya dengan beberapa modifikasi--Roran
mengirim Nolfavrell menjemput Gertrude dan Mandel
dari Green Chestnut, karena Jeod menawarkan
rumahnya pada seluruh rombongan mereka.
"Sekarang, kalau kau tidak keberatan," kata Jeod,
sambil berdi Bidadari Pendekar Naga Sakti
ri, "aku harus memberitahu istriku apa yang
seharusnya tidak pernah kusembunyikan darinya dan
memintanya menemaniku ke Surda. Kalian boleh
memilih kamar kalian masing-masing di lantai dua.
Rolf akan memanggil kalian saat makan malam siap
nanti." Dengan langkah-langkah panjang dan lamban,
ia meninggalkan ruang kerja. "Apa bijaksana
membiarkan ia memberitahu monster betina itu?" tanya
Loring. Roran mengangkat bahu. "Bijaksana atau
tidak, kita tak bisa menghalanginya. Dan kurasa ia
tidak akan tenang sebelum memberitahu istrinya."
Bukannya pergi ke salah satu kamar, Roran justru
berkeliaran menjelajahi rumah mewah itu, tanpa sadar
menghindari para pelayan sambil merenungkan apa
yang dikatakan Jeod. Ia berhenti di jendela cembung
yang menghadap ke istal bagian belakang rumah dan
memenuhi paru-parunya dengan udara yang berasap,
penuh bau kotoran kuda yang dikenalinya. "Kau
membencinya?" Ia terkejut dan berpaling melihat
sosok Birgit di ambang pintu. Wanita itu menarik
syalnya lebih erat di bahu sambil mendekat. "Siapa?"
tanya Roran, sekalipun tahu persis jawabannya.
"Eragon. Kau membencinya?" Roran memandang
langit yang semakin gelap. "Entahlah. Aku benci
karena ia menyebabkan kematian ayahku, tapi ia
masih tetap keluargaku dan untuk itu aku
menyayanginya... Kurasa kalau aku tidak
membutuhkan Eragon untuk menyelamatkan Katrina,
aku tidak ingin berhubungan dengannya untuk
sementara waktu." "Seperti aku membutuhkan dan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membencimu, Stronghammer." Roran mendengus geli.
"Aye, kita bagai kembar siam, bukan" Kau terpaksa
membantuku menemukan Eragon agar bisa
membalaskan Quimby pada Ra'zac." "Dan membalas
dendam padamu sesudahnya." "Itu juga." Roran
sejenak membalas tatapan Birgit yang mantap,
mengakui ikatan di antara mereka. Ia mendapati
pengetahuan bahwa mereka punya dorongan yang
sama, anehnya, justru menenangkan; api kemarahan
yang sama yang mempercepat langkah mereka sewaktu
yang lainnya goyah. Dalam diri Birgit, Roran
mengenali semangat yang sama. Sewaktu kembali
melintasi rumah, Roran berhenti di dekat ruang makan
saat mendengar suara Jeod. Karena penasaran, ia
mengintip ke celah di tengah engsel pintu. Jeod
berdiri di hadapan wanita ramping berambut pirang,
yang menurut tebakan Roran adalah Helen. "Kalau
apa yang kaukatakan benar, bagaimana kau bisa
berharap aku akan memercayaimu?" "Aku tidak bisa,"
jawab Jeod. "Tapi kau memintaku menjadi pelarian
demi dirimu?" "Kau dulu pernah menawarkan diri
untuk meninggalkan keluargamu dan menjelajahi tanah
ini bersamaku. Kau memohon padaku agar membawamu
lari dari Teirm." "Dulu. Kupikir kau sangat memesona
waktu itu, dengan pedang dan bekas lukamu." "Aku
masih memiliki keduanya," kata Jeod lembut. "Aku
melakukan banyak kesalahan padamu, Helen; aku
mengerti sekarang. Tapi aku masih mencintaimu dan
ingin kau aman. Aku tidak memiliki masa depan di
sini. Kalau tetap tinggal, aku hanya membawa
kedukaan bagi keluargamu. Kau bisa kembali ke
ayahmu atau kau bisa ikut denganku. Lakukan apa
yang membuatmu paling bahagia. Tapi, kumohon kau
memberiku kesempatan kedua, untuk memiliki
keberanian meninggalkan tempat ini dan membuang
kenangan pahit kehidupan kita di sini. Kita bisa
memulai baru di Surda." Helen diam cukup lama.
"Pemuda yang dulu datang kemari, ia benar-benar
Penunggang?" "Benar. Angin perubahan sedang
bertiup, Helen. Kaum Varden akan menyerang, para
kurcaci berkumpul, bahkan para elf sedang sibuk di
tempat persembunyian kuno mereka. Perang semakin
dekat, dan kalau kita beruntung, begitu pula
kejatuhan Galbatorix." "Apa kau penting di kalangan
kaum Varden?" "Mereka berutang budi untuk
perananku mendapatkan telur Saphira." "Kalau begitu
kau akan mendapat posisi di antara mereka di Surda?"
"Kurasa begitu." Jeod memegang bahu Helen, dan
Helen tidak menjauh. Helen berbisik, "Jeod, Jeod,
jangan memaksaku. Aku belum bisa memutuskan."
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Kau mau mempertimbangkannya?" Helen menggigil.
"Oh ya. Akan kupikirkan." Hati Roran terasa sakit
saat ia berlalu. Katrina. Malam itu saat makan,
Roran menyadari mata Helen sering tertuju padanya,
mengamati dirinya dan mengukur-memban
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dingkan dirinya, ia yakin, dengan Eragon. Sesudah
makan, Roran memanggil Mandel dan mengajaknya
keluar, ke halaman belakang rumah. "Ada apa, Sir?"
tanya Mandel. "Aku ingin berbicara empat mata
denganmu." "Tentang apa?" Roran mengelus mata
martilnya dan teringat betapa ia merasa seperti
Garrow sewaktu ayahnya menceramahi dirinya tentang
tanggung jawab; Koran bahkan bisa merasakan
kalimat-kalimat lama memenuhi di tenggorokannya.
Jadi satu generasi berlanjut ke generasi berikutnya,
pikirnya. "Kau cukup akrab dengan para kelasi
akhir-akhir ini." "Mereka bukan musuh kita," Mandel
memprotes. "Semua orang musuh kita saat ini. Clovis
dan anak buahnya bisa berbalik menentang kita dalam
sekejap mata. Tapi itu tidak akan menjadi masalah,
kalau kebersamaanmu dengan mereka tidak
menyebabkan kau melalaikan kewajiban." Mandel
mengejang dan pipinya memerah, tapi ia tidak
membuat Roran memandang rendah dirinya dengan
mengingkari tuduhan Roran. Dengan perasaan senang,
Roran bertanya, "Apa tindakan paling penting yang
bisa kita lakukan sekarang ini, Mandel?" "Melindungi
keluarga kita." "Aye. Dan apa lagi?" Mandel
ragu-ragu, tidak yakin, lalu mengakui, "Aku tidak
tahu." "Saling membantu. Hanya itu satu-satunya
cara agar kita semua bisa bertahan hidup. Aku
terutama sangat kecewa sewaktu tahu kau
mempertaruhkan makanan dengan para kelasi, karena
itu membahayakan seluruh desa. Waktumu akan jauh
lebih baik kalau dihabiskan dengan berburu daripada
bermain dadu atau belajar melempar pisau. Dengan
kepergian ayahmu, kau bertanggung jawab merawat
ibu dan adik-adikmu. Mereka mengandalkan dirimu.
Apa omonganku jelas?" "Sangat jelas, Sir," jawab
Mandel dengan suara tercekik. "Apa ini akan
terulang?" "Tidak, Sir." "Bagus. Nah, aku
mengajakmu kemari bukan hanya untuk menegurmu.
Kau tampak menjanjikan, itu sebabnya aku memberimu
tugas yang tidak akan kupercayakan pada orang selain
diriku." "Ya, Sir!" "Besok pagi kau harus kembali ke
perkemahan dan menyampaikan pesan pada Horst.
Jeod percaya Kekaisaran menempatkan mata-mata
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
untuk mengawasi rumah ini, jadi penting sekali bagimu
untuk memastikan kau tidak diikuti. Tunggu hingga
kau telah keluar kota, lalu bebaskan dirimu dari siapa
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pun yang melacakmu di pedalaman. Bunuh ia kalau
perlu. Sesudah kau bertemu Horst, beritahu ia agar..."
Sementara Roran menjabarkan perintahnya, ia
mengawasi ekspresi Mandel berubah dari terkejut,
shock, lalu terpesona. "Bagaimana kalau Clovis
keberatan?" tanya Mandel. "Malam itu, patahkan
kemudi bargas-bargas agar tidak bisa dikendalikan.
Itu tipuan kotor, tapi kita akan tertimpa bencana
kalau Clovis atau salah satu anak buahnya tiba di
Teirm sebelum dirimu." "Aku tidak akan membiarkan
itu terjadi," sumpah Mandel. Roran tersenyum.
"Bagus." Puas karena telah memecahkan masalah
tingkah laku Mandel dan karena pemuda itu akan
berusaha sekuat tenaga untuk menyampaikan pesan
pada Horst, Roran masuk kembali dan mengucapkan
selamat malam pada tuan rumah mereka sebelum pergi
tidur. Kecuali Mandel, Roran dan rekan-rekannya
mengurung diri di rumah mewah itu sepanjang
keesokan harinya, menggunakan penundaan tersebut
untuk beristirahat, mengasah senjata, dan
mempelajari kembali rencana mereka. Dari subuh
hingga senja, mereka melihat Helen beberapa kali
saat wanita itu bergegas dari satu kamar ke kamar
yang lain, lebih sering melihat Rolf yang gigi-giginya
seperti mutiara dipernis, dan tidak melihat Jeod sama
sekali, karena pedagang ubanan itu pergi
berjalan-jalan ke kota dan--tampak seolah tak
sengaja--bertemu beberapa pelaut yang dipercayainya
untuk ekspedisi mereka. Sekembalinya Jeod, ia
memberitahu Roran, "Kita bisa mengandalkan lima
tenaga tambahan lagi. Aku berharap itu cukup." Jeod
mengurung diri di ruang kerja sepanjang sisa malam
menulis berbagai dokumen hukum dan membereskan
urusannya. Tiga jam sebelum subuh, Roran, Loring,
Birgit, Gertrude, dan Nolfavrell bangun sendiri dan,
melawan keinginan untuk menguap, berkumpul di
ruang depan rumah mewah, tempat mereka menutupi
diri dengan jubah-jubah panjang untuk nyembunyikan
wajah mereka. Sebilah pedang tipis tergantu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ng di sisi Jeod sewaktu ia bergabung dengan mereka,
dan Roran merasa pedang tipis itu entah bagaimana
melengkapi pria kurus tersebut, seakan mengingatkan
Jeod pada siapa ia sebenarnya. Jeod menyalakan
lentera minyak dan mengacungkannya di depan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka. "Apa kita siap?" tanyanya. Mereka
mengangguk. Lalu Jeod membuka pintu dan mereka
keluar ke jalan dari batu-batu bulat yang kosong. Di
belakang mereka, feod berlama-lama di pintu masuk,
melontarkan pandangan menunggu ke tangga di
sebelah kanan, tapi Helen tidak muncul. Sambil
menggigil, Jeod meninggalkan rumahnya dan menutup
pintu. Roran memegang lengannya. "Apa yang sudah
terjadi, terjadilah." "Aku tahu." Mereka berlari
melintasi kota yang gelap, melambat menjadi jalan
cepat setiap kali bertemu penjaga atau sesama
makhluk malam, sebagian besar melesat pergi saat
melihat mereka. Sekali mereka mendengar suara
langkah kaki di puncak salah satu bangunan di dekat
mereka. "Rancangan kota," Jeod menjelaskan,
"memudahkan pencuri berpindah-pindah dari satu atap
ke atap yang lain." Mereka kembali berjalan sewaktu
tiba di gerbang timur Teirm. Karena gerbang itu
terbuka ke pelabuhan, gerbang itu hanya ditutup
selama empat jam setiap malam agar tidak
mengacaukan perdagangan. Dan memang, sekalipun
waktunya Pagi buta, sejumlah orang terlihat telah
berlalu lalang melintasi gerbang. Walau Jeod telah
memperingatkan mereka akan kemungkinan ini, Roran
masih merasakan lonjakan ketakutan sewaktu para
penjaga menurunkan tombak dan menanyakan urusan
mereka. Ia membasahi bibir dan mencoba tidak
bergerak-gerak gelisah selama prajurit yang lebih tua
itu memeriksa gulungan yang diberikan Jeod padanya.
Sesudah semenit, penjaga itu mengangkat dan
mengembalikan perkamennya. "Kalian boleh lewat."
Begitu mereka berada di dermaga dan tidak
kedengaran dari dinding kota, Jeod bekata, "Bagus
juga ia tidak bisa membaca." Mereka berenam
menunggu di papan yang lembap hingga satu demi
satu, anak buah jeod bermunculan dari kabut kelabu
yang menutupi pantai. Mereka muram dan tidak banyak
bicara dengan rambut dikepang yang menjuntai di
punggung tangan bernoda ter, dan puluhan bekas luka
yang bahkan Roran sendiri menghargainya. Ia suka
dengan apa yang dilihatnya, dan bisa melihat mereka
juga menyukai dirinya. Tapi mereka tidak menerima
Birgit. Salah satu pelaut, pria bertubuh besar dan
kasar, menyentakkan ibu jari ke arah Birgit dan
memarahi Jeod, "Kau tidak mengatakan akan ada
wanita yang ikut bertempur. Bagaimana aku bisa
memusatkan perhatian dengan adanya gelandangan
terbelakang yang menghalangi jalanku?" "Jangan
membicarakan ibuku seperti itu," kata Nolfavrell
dengan gigi terkatup. "Dan anaknya juga?" Dengan
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
suara tenang, Jeod berkata, "Birgit pernah melawan
Ra'zac. Dan putranya membunuh salah seorang
prajurit terbaik Galbatorix. Kau bisa mengklaim
sebanyak itu, Uthar?" "Tidak layak," kata orang yang
lain. "Aku tidak akan merasa aman dengan adanya
wanita di sampingku; mereka hanya membawa sial.
Wanita seharusnya--" Apa pun yang hendak
dikatakannya tidak pernah terucapkan, karena saat itu
Birgit melakukan tindakan yang sama sekali tidak
feminin. Setelah melangkah maju, ia menendang
selangkangan Uthar, menyambar pria kedua, dan
menempelkan pisau ke tenggorokannya. Ia
mencengkeram pria itu sejenak, agar semua orang
bisa melihat tindakannya, lalu melepaskan
tawanannya. Uthar terguling-guling di papan dekat
kaki Birgit, mencengkeram dirinya sendiri, dan
menggumamkan serangkaian makian. "Ada lagi yang
keberatan?" tanya Birgit. Di sampingnya Nolfavrell
menatap ibunya dengan mulut ternganga. Roran
menurunkan kerudungnya lebih rendah untuk menutupi
senyumnya. Bagus juga mereka belum melihat
Gertrude, pikirnya. Karena tidak ada lagi yang
menantang Birgit, Jeod bertanya, "Kalian membawa
apa yang kuinginkan?" Setiap pelaut masukkan tangan
ke balik rompi dan menunjukkan gada dan beberapa
utas tali. Dengan bersenjatakan itu, mereka
menyusuri pelabuhan menuju Dragon Wing, berusaha
sebaik-baiknya agar tidak ketahuan. jeod terus
menutupi lenteranya. Di dekat dermaga, mereka
bersembunyi di balik gudang dan menga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
wasi dua lentera yang dibawa penjaga terayun-ayun di
geladak kapal. Papan penghubungnya ditarik karena
malam hari. "Ingat," bisik Jeod, "yang paling penting
adalah jangan sampai tanda bahaya dibunyikan sampai
kita siap berangkat." "Dua pria di atas, dua di
bawah, benar?" tanya Roran. Uthar menjawab,
"Biasanya begitu." Roran dan Uthar menanggalkan
pakaian, mengikat tali dan gada di pinggang--Roran
meninggalkan martilnya--lalu berlari menyusuri
dermaga, di luar bidang pandang penjaga, setelah itu
mereka turun ke air yang dingin membekukan. "Garr,
aku benci kalau harus berbuat begini," kata Uthar.
"Kau pernah melakukannya?" "Empat kali sekarang.
Jangan berhenti bergerak, kalau tidak kau akan
membeku." Sambil berpegangan pada tiang-tiang licin
di bawah dermaga, mereka berenang kembali ke arah
kedatangan mereka hingga tiba di dermaga batu yang
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menuju Dragon Wing, kemudian berbelok ke kanan.
Uthar mendekatkan bibir ke telinga Roran. "Aku naik
dari jangkar kanan." Roran mengangguk setuju.
Mereka berdua menyelam ke dalam air hitam, dan di
sana mereka berpisah. Uthar berenang seperti katak
di bawah haluan kapal sementara Roran langsung
menuju jangkar kiri dan berpegangan pada rantainya
yang tebal. Ia melepaskan gada dari pinggangnya dan
menggigitnya--agar giginya tidak beradu terus
sekaligus untuk membebaskan tangannya--dan
bersiap-siap menunggu. Logam yang kasar itu
menyerap kehangatan dari lengannya secepat es.
Tidak sampai tiga menit kemudian, Roran mendengar
gesekan sepatu bot Birgit di atasnya saat wanita itu
berjalan ke ujung derrnaga, di seberang tengah
Dragon Wing, lalu suaranya yang samar saat ia
mengajak penjaga bercakap-cakap. Semoga bisa
mengalihkan perhatian mereka dari haluan. Sekarang!
Roran memanjat rantai dengan tangan. Bahu
kanannya terasa terbakar di tempat Ra'zac
menggigitnya, tapi ia terus memaksa diri. Dari lubang
palka tempat rantai jangkar masuk ke kapal, ia
memanjat ceruk-ceruk yang mendukung patung kepala
yang dicat, melewati pagar, dan naik ke geladak.
Uthar telah ada di sana, meneteskan air dan
terengah-engah. Dengan gada di tangan, mereka
berjalan ke buritan kapal, menggunakan perlindungan
apa pun yang bisa mereka temukan. Mereka berhenti
tidak sampai sepuluh kaki di belakang penjaga. Kedua
pria itu menyandar ke pagar, bercakap-cakap dengan
Birgit. Dalam sekejap, Roran dan Uthar menghambur
ke tempat terbuka dan memukul kepala para penjaga
sebelum mereka sempat mencabut pedang. Di bawah,
Birgit melambai memanggil Jeod dan rekan-rekan
mereka lainnya, dan bersama-sama mereka
mengangkat papan penghubung dan menyelipkan salah
satu ujungnya ke kapal, di mana Uthar mengikatnya ke
pagar. Sementara Nolfavrell lari ke kapal, Roran
melemparkan talinya ke bocah itu dan berkata, "Ikat
dan sumpal kedua orang ini." Lalu semua orang
kecuali Gertrude turun ke geladak bawah mencari
penjaga-penjaga yang tersisa. Mereka menemukan
empat orang lagi--perwira keuangan, kepala kelasi,
koki kapal dan asistennya--semua dipaksa turun dari
ranjang, dipukul kepalanya kalau melawan, lalu diikat
dan disumpal. Dalam hal ini, Birgit kembali
membuktikan nilai dirinya, menangkap sendiri dua
orang di antaranya. Jeod menjajarkan para tawanan
yang tidak senang itu di geladak agar bisa diawasi
terus, kemudian mengatakan, "Banyak yang harus kami
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lakukan, dan hanya sedikit waktu yang ada. Roran,
Uthar adalah kapten Dragon Wing. Kau dan yang
lainnya berada di bawah perintahnya." Selama dua
jam berikutnya, kapal itu penuh kesibukan. Para
kelasi menangani tali-temali dan layar, sementara
Roran mereka yang dari Carvahall mengosongkan
palka dari kelebihan muatan, seperti berkarung-karung
wol mentah. Mereka menurunkannya ke air dengan
hati-hati agar tidak ada orang di dermaga yang
mendengar suara ceburan. Kalau seluruh desa harus
diangkut ke dalam Dragon Wing, mereka membutuhkan
ruang sebanyak mungkin. Roran tengah melilitkan
kabel ke tong sewaktu mendengar seruan serak, "Ada
yang datang!" Semua orang di geladak, kecuali Jeod
dan Uthar, bertiarap dan meraih senjata
masing-masing. Kedua orang itu tetap berdiri dan
mondar-mandir di Bidadari Pendekar Naga Sakti
kapal seperti penjaga. Jantung Roran berdebar-debar
saat ia berbaring tanpa bergerak, penasaran apa yang
akan terjadi. Ia menahan napas sewaktu Jeod
berbicara dengan penyusup itu... lalu suara langkah
kaki menggema di papan penghubung. Orang itu
Helen. Ia mengenakan gaun sederhana, rambutnya
diikat di bawah saputangan, dan ia memanggul karung
goni di salah satu bahunya. Ia tidak mengatakan
apa-apa, melainkan menyimpan bawaannya di kabin
utama dan kembali untuk berdiri di samping Jeod.
Roran merasa belum pemah melihat pria yang lebih
bahagia daripada pria itu. Langit di atas pegunungan
Spine di kejauhan baru saja bertambah cerah sewaktu
salah satu kelasi di tali-temali menunjuk ke utara dan
bersiul untuk memberitahu ia melihat penduduk desa.
Roran bergerak lebih cepat lagi. Sedikit waktu yang
tadinya mereka miliki sekarang telah habis. Ia
bergegas di geladak dan mengintip ke barisan gelap
orang-orang yang menyusuri pantai. Bagian ini dari
rencana mereka tergantung pada fakta bahwa, hdak
seperti kota-kota pantai lain, dinding luar Teirm tidak
terbuka ke laut, tapi agak menutupi kota untuk
menghadapi serangan perompak yang sering terjadi.
Ini berarti bangunan-bangunan di sepanjang tepi
pelabuhan tetap terbuka--dan Para penduduk desa
bisa langsung berjalan ke Dragon Wing. Cepat,
Cepat!" kata Jeod. Dengan perintah dari Uthar, para
kelasi mengeluarkan sepelukan harpun untuk
busur-busur besar di geladak, juga tongtong berisi ter
berbau busuk, yang mereka buka dan oleskan ke paro
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atas harpun. Lalu mereka menarik busur dan
memasang harpun di sisi kanan kapal; satu busur
memerlukan dua orang untuk menarik talinya hingga
tersangkut di kaitannya. Para penduduk desa baru
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dua pertiga perjalanan ke kapal sewaktu para prajurit
di benteng atas dinding Teirm melihat mereka dan
membunyikan tanda bahaya. Bahkan sebelum nad
pertama memudar, Uthar meraung, "Sulut dan tembak!"
Sambil membuka lentera Jeod, Nolfavrell berlari dari
satu busur ke busur berikutnya, mengacungkan api ke
harpun hingga ternya tersulut. Begitu harpun itu
berkobar, orang di belakang busur menarik tuas
pelepas dan harpurmya menghilang diiringi suara tung
yang berat. Secara keseluruhan, dua belas harpun
yang berkobar-kobar melesat dari Dragon Wing dan
menghujani kapal-kapal dan bangunan-bangunan di
sepanjang teluk seperti meteor yang meraung dan
membara panas dari langit di atas. "Tarik dan isi
kembali!" teriak Uthar. Derak kayu yang
dilengkungkan memenuhi udara saat setiap orang
menarik tali busurnya. Harpun-harpun diselipkan di
tempatnya. Sekali lagi, Nolfavrell berlari. Roran bisa
merasakan getaran di kakinya saat busur di depannya
melontarkan proyektil mautnya. Kebakaran dengan
cepat meluas di sepanjang pantai, membentuk
penghalang tak tertembus yang mencegah para
prajurit mencapai Dragon Wing melalui gerbang timur
Teirm. Roran mengandalkan kepulan asap untuk
menyembunyikan kapal dari para pemanah di benteng,
rencana itu ternyata nyaris berhasil; anak-anak panah
menghujani tali-temali, dan salah satunya menancap
di geladak dekat Gertrude sebelum para prajurit tidak
bisa melihat kapal lagi. Dari haluan, Uthar berteriak,
"Pilih sasaran sesuka kalian!" Para penduduk desa
berlarian menyusuri pantai sekarang. Mereka tiba di
ujung utara dermaga, dan beberapa dari mereka
terjatuh saat para prajurit di Teirm mengalihkan
bidikan mereka. Anak-anak menjerit ketakutan. Lalu
para penduduk mendapatkan kesempatan lagi. Mereka
berderap melewati papan-papan, melewati gudang
yang terbakar dan menyusuri dermaga. Gerombolan
yang terengah-engah itu, menyerbu ke kapal,
berdesak-desakan dan kebingungan. Birgit dan
Gertrude mengarahkan orang-orang itu ke palka-palka
di haluan dan buritan. Dalam beberapa menit, kapal
telah penuh sesak, dari ruang kargo hingga kabin
kapten. Mereka yang tidak bisa masuk ke bawah
meringkuk di geladak, memegangi perisai buatan Fisk
di atas kepala. Sebagaimana yang diminta Roran
dalam pesannya, semua pria yang mampu dari
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Carvahall berkerumun di sekitar tiang utama
menunggu instruksi. Roran melihat Mandel di antara
mereka dan memberi hormat padanya d
Bidadari Pendekar Naga Sakti
engan bangga. Lalu Uthar menunjuk seorang pelaut
dan berteriak, "Kau, Bonden! Bawa kain-kain itu ke
penarik jangkar dan angkat jankarnya, lalu turunkan
dayungnya. Cepat!" Kepada orang-orang yang
menangani busur, ia memerintah, "Separo dari kalian
pindah ke busur di kiri. Usir orang lain yang mau naik
ke kapal." Roran termasuk yang pindah. Sementara ia
menyiapkan busur, beberapa penduduk desa yang
ketinggalan terhuyung-huyung keluar dari asap dan
naik ke kapal. Di sampingnya, jeod dan Helen menarik
keenam tawanan satu demi satu ke papan penghubung
dan menggulingkan mereka ke dermaga. Sebelum
Roran benar-benar menyadarinya, jangkar-jangkar
telah diangkat, papan penghubung dipotong lepas, dan
tambur berdentam di bawah kakinya, memberi irama
bagi para pendayung. Dengan sangat lambat, Dragon
Wing berbelok ke kanan--ke laut lepas--lalu, semakin
cepat, menjauhi dermaga. Roran menemani jeod ke
geladak belakang, tempat mereka mengawasi neraka
kemerahan melahap segala sesuatu yang mudah
terbakar antara Teirm dan lautan. Dari balik tirai
asap, matahari tampak seperti piringan oranye yang
pipih, bengkak, dan berlumuran darah saat
membubung ke atas kota. Berapa banyak yang sudah
kubunuh sekarang" pikir Roran. Seakan mengucapkan
pikirannya, jeod berkata, "Ini akan menyakiti banyak
orang yang tidak bersalah." Perasaan bersalah
menyebabkan Roran menjawab lebih keras daripada
yang diinginkannya, "Kau lebih suka berada di penjara
Lord Risthart" Aku ragu banyak yang terluka dalam
kebakaran ini, dan mereka yang tidak terluka dalam
kebakaran takkan menghadapi maut, seperti yang akan
kita hadapi kalau Kekaisaran menangkap kita." "Kau
tidak menceramahaiku Roran, Aku cukup tahu
argumentasi itu. Kita melakukan apa yang harus kita
lakukan. Hanya saja jangan memintaku merasa senang
atas penderitaan yang kita timbulkan untuk
memastikan keselamatan kita sendiri." Pada tengah
hari dayung-dayung telah disimpan dan Dragon Wing
berlayar dengan kekuatannya sendiri, didorong angin
yang sesuai dari utara. Embusan udara menyebabkan
tali-temali di atas kepala bagai bersenandung pelan.
Kapal sangat penuh sesak, tapi Roran yakin bahwa
dengan perencanaan yang lebih cermat mereka bisa
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mencapai Surda dengan ketidaknyamanan minimal.
Ketidaknyamanan terburuk adalah terbatasnya ransum;
kalau mereka tidak ingin kelaparan, makanan harus
dibagikan dalam porsi yang memprihatinkan. Dan di
ruang-ruang yang begitu sesak, penyakit juga sangat
mungkin menyebar. Sesudah Uthar memberi ceramah
singkat mengenai pentingnya disiplin di kapal, para
penduduk desa segera melakukan tugas
masing-masing, seperti merawat mereka yang terluka,
membongkar barang milik mereka yang tidak banyak,
dan memutuskan pengaturan tidur yang paling efisien
di setiap geladak. Mereka juga memilih orang-orang
untuk berbagai posisi di Dragon Wing: siapa yang bisa
masak, siapa yang akan berlatih menjadi pelaut di
bawah bimbingan anak buah Uthar, dan seterusnya.
Roran tengah membantu Elain menggantung jala tidur
sewaktu mendengar perselisihan sengit antara Odele,
keluarganya, dan Frewin, yang tampaknya
meninggalkan Torson untuk bersama Odele. Mereka
berdua ingin menikah, yang sangat ditentang orangtua
Odele dengan alasan kelasi muda itu tidak memiliki
keluarga, profesi yang terhormat, dan saran, untua
menyediakan bahkan sedikit kenyamanan bagi putri
mereka. Roran merasa sebaiknya orang-orang yang
ribut itu tetap bersama--rasanya tidak praktis untuk
berusaha memisahkan mereka padahal mereka
terkurung dalam kapal yang sama--tapi orangtua Odele
menolak menerima usulannya. Dengan frustrasi,
Roran berkata, "Kalau begitu, apa yang akan kalian
lakukan" Kalian tidak bisa mengurung putri kalian,
dan aku yakin Frewin sudah membuktikan
pengabdiannya lebih daripada--" "Ra,zac" Teriakan
itu dari sarang gagak--panggung pengamat di tiang
utama kapal. Tanpa berpikir, Roran mencabut martil
dari sabuknya, berbalik, dan bergegas menaiki tangga
ke lubang palka depan, membuat tulang keringnya
tersenggol. Ia berlari secepat mungki ke kumpulan
orang di geladak atas, berhenti di samping Horst.
Tukang besi itu menun Bidadari Pendekar Naga Sakti
juk. Salah satu tunggangan Ra'zac yang menakutkan
melayang seperti bayangan compang-camping di atas
tepi pantai, Ra'zac di punggungnya. Melihat kedua
monster itu di siang hari sama sekali tidak menghapus
kengerian terhadap mereka dalam diri Roran. Ia
menggigil ketika makhluk bersayap itu melontarkan
jeritan mengerikannya, lalu suara Ra'zac yang mirip
serangga terdengar menyeberangi perairan, samar tapi
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jelas, "Kalian tidak akan bisa lari!" Roran
memandang busur besar di geladak, tapi senjata itu
tidak bisa diputar cukup jauh untuk membidik Ra'zac
di tunggangannya. "Ada yang punya busur?" "Aku,"
kata Baldor. Ia bertumpu pada salah satu lutut dan
memasang tali senjatanya. "Jangan sampai ia
melihatku." Semua orang di geladak mengerumuni
Baldor dengan rapat, melindunginya dengan tubuh
mereka dari tatapan buas Ra'zac. "Kenapa mereka
tidak menyerang?" kata Horst. Dengan kebingungan,
Roran mencari-cari penjelasan tapi tidak menemukan
satu pun. Jeod yang mengatakannya. "Mungkin cuaca
terlalu terang bagi mereka. Ra'zac berburu di malam
hari dan sepanjang pengetahuanku mereka tidak
bersedia para sukarela berkeliaran dari sarang
mereka selama matahari masih ada di langit." "Bukan
hanya itu," kata Gertrude lambat. "Kupikir mereka
takut terhadap laut." Takut terhadap laut?" ejek
Horst. Perhatikan; mereka tidak pernah terbang lebih
tinggi dari satu yard di atas air." "Ia benar," kata
Roran. Akhirnya, kelemahan yang bisa kugunakan
terhadap mereka! Beberapa detik kemudian, Baldor
berkata, "Siap!" Begitu mendengarnya, jajaran orang
yang berdiri di depannya melompat ke samping,
membuka jalan bagi anak panahnya. Baldor melompat
bangkit dan, dengan satu gerakan, menarik anak
panah hingga bulunya menempel ke pipi dan
melepaskan anak panah buluhnya. Tembakan yang
hebat. Ra'zac berada di tepi batas panah--lebih jauh
daripada sasaran apa pun yang pernah dilihat Roran
dikenai pemanah--dan bidikan Baldor tepat. Anak
panahnya menancap di sisi kanan makhluk terbang itu,
dan makhluk buas tersebut menjerit kesakitan begitu
hebat hingga kaca di geladak pecah berantakan dan
bebatuan di pantai berhamburan. Roran menutupi
telinga dengan tangan untuk melindunginya. Sambil
terus menjerit, makhluk itu berbelok ke darat dan
menghilang di balik barisan bukit berkabut. "Kau
berhasil membunuhnya?" tanya Jeod, wajahnya
memucat. "Kurasa tidak," jawab Baldor. "Itu hanya
luka daging." Loring, yang baru saja tiba, mengamati
dengan puas. "Aye. Tapi setidaknya kau melukainya,
dan berani bertaruh mereka akan berpikir dua kali
sebelum mengganggu kita lagi. Roran merasa suram.
"Simpan kegembiraanmu untuk nanti, Loring. Ini bukan
kemenangan." "Kenapa?" tanya Horst. "Karena
sekarang Kekaisaran tahu persis di mana kita berada."
Geladak berubah sunyi saat mereka menyadari arti
kata-katanya. PERMAINAN ANAK-ANAK Dan ini," kata
Trianna, "adalah pola terbaru yang kami ciptakan."
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nasuada mengambil cadar hitam dari wanita penyihir
itu dan mengelusnya, terpesona pada mutunya. Tidak
ada manusia yang bisa merajut renda sehalus itu. Ia
menatap puas deretan kotak di mejanya, yang berisi
contoh sejumlah besar rancangan yang dihasilkan Du
Vrangr Gata. "Kau bekerja dengan baik," katanya.
"Jauh lebih baik daripada yang kuharapkan. Beritahu
para perapal mantra betapa senangnya aku dengan
hasil kerja mereka. Ini sangat berarti bagi kaum
Varden." Trianna memiringkan kepala mendengar
pujian itu. "Akan kusampaikan pesan Anda kepada
mereka, Lady Nasuada." "Apakah mereka sudah--"
Keributan di pintu kamarnya menyela Nasuada. Ia
mendengar para penjaganya memaki dan berteriak,
lalu ada yang menjerit kesakitan. Suara logam beradu
dengan logam berdentang di lorong. Nasuada mundur
menjauhi pintu dengan terkejut, mencabut pisau dari
sarungnya. "Lari, Lady!" kata Trianna. Wanita
penyihir itu menempatkan diri di depan Nasuada dan
menarik lengan gaun hitamnya, menampakkan
lengannya yang putih ketika bersiap mengerahkan
sihir. "Gunakan jalan pelayan." Sebelum Nasuada
sempat bergerak, pintu-pintu terdobrak membuka dan
sesosok kecil menghantam kakinya, menjatuhkannya
ke lantai. Bahka Bidadari Pendekar Naga Sakti
n saat Nasuada jatuh, benda keperakan melesat
melintasi tempat ia baru saja berdiri, membenamkan
diri di dinding seberang diiringi debuman pelan. Lalu
keempat penjaga masuk, dan keributan pun berlangsun
ketika Nasuada merasakan mereka menyeret
penyerangnya pergi. Sewaktu Nasuada berhasil
bangkit, ia melihat Elva terkulai dalam cengkeraman
para pengawalnya. "Apa artinya ini?" tanya Nasuada.
Gadis berambut hitam itu tersenyum, lalu meringkuk
dan muntah di karpet. Sesudahnya, ia menatap
Nasuada dengan mata ungunya dan--dengan suaranya
yang menakutkan--berkata, "Perintahkan penyihirmu
memeriksa dinding, Putri Ajihad, dan lihat apakah aku
tidak memenuhi janjiku padamu." Nasuada
mengangguk pada Trianna, yang berjalan ke lubang di
dinding dan menggumamkan mantra. Ia kembali
membawa sebatang anak panah logam. "Ini terbenam
dalam kayu." "Tapi dari mana asalnya?" tanya
Nasuada, kebingungan. Trianna memberi isyarat ke
jendela yang terbuka ke arah kota Aberon. "Dari luar
sana, kurasa." Nasuada kembali memerhatikan anak
yang menunggu itu. "Apa yang kau tahu tentang ini,
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Elva?" Senyum mengerikan gadis itu melebar. "Ini
ulah pembunuh bayaran." "Siapa yang mengirimnya?"
"Pembunuh bayaran yang dilatih Galbatorix sendiri
dalam hal ilmu hitam." Matanya yang membara separo
tertutup, seakan kerasukan. "Orang ini membencimu.
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Ia datang untukmu. Ia pasti berhasil mernbunuhmu
kalau aku tidak mencegahnya. Ia meringkuk ke depan
dan kembali muntah-muntah, menumpahkan makanan
yang separo tercerna di lantai. Nasuada tercekik
perasaan mual. "Dan ia akan sangat menderita."
"Kenapa begitu?" "Karena aku akan memberitahumu ia
menginap di losmen di Fane Street, di kamar terakhir,
di lantai teratas. Sebaiknya kau bergegas, kalau tidak
ia akan lolos." Ia mengerang seperti makhluk terluka
dan mencengkeram perutnya. "Cepat, sebelum mantra
Eragon memaksaku mencegahmu menyakitinya, akan
menyesal kalau begitu!" Trianna telah bergerak saat
Nasuada berkata, "Beritahukan apa yang terjadi pada
Jormundur, lalu bawa para penyihir terkuatmu dan
kejar orang ini. Tangkap ia kalau bisa. Bunuh kalau
tidak bisa." Sesudah wanita penyihir itu berlalu,
Nasuada memandang para pengawalnya dan melihat
kaki mereka mengeluarkan darah akibat puluhan luka
kecil. Ia menyadari akibatnya bagi Elva karena
terpaksa menyakiti mereka. "Pergilah," katanya pada
mereka. "Cari tabib yang bisa menyembuhkan
luka-luka kalian." Para pejuang itu menggeleng, dan
kapten mereka berkata, "Tidak, Ma'am. Kami akan
tetap mendampingi Anda hingga tahu Anda sudah aman
lagi." "Terserah padamu, Kapten." Orang-orang itu
menghalangi jendela--yang menambah panas yang
memanggang Puri Borromeo--lalu semua orang mundur
ke ruang dalam Nasuada untuk perlindungan lebih
jauh. Nasuada mondar-mandir, jantungnya
berdebar-debar akibat shock yang tertunda saat ia
memikirkan betapa nyarisnya dirinya terbunuh. Apa
jadinya dengan kaum Varden kalau aku tewas"
pikirnya penasaran. Siapa yang akan menggantikan
diriku" Ia merasa muram; ia belum mengatur
penggantinya seandainya dirinya tewas, kealpaan
yang sekarang terasa seperti kegagalan besar. Aku
tidak akan membiarkan kaum Varden kacau karena aku
gagal mengambil langkah-langkah penjagaan! Ia
berhenti. "Aku berutang budi padamu, Elva."
"Sekarang dan selamanya." Nasuada goyah, gelisah
seperti yang sering dirasakannya akibat jawaban
gadis itu, lalu melanjutkan, "Aku minta maaf karena
tidak memerintahkan para pengawalku mengizinkanmu
lewat, siang atau malam. Seharusnya aku sudah
mengantisipasi kejadian seperti ini." "Seharusnya,"
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kata Elva, menyetujui dengan nada mengejek. Sambil
merapikan bagian depan gaunnya, Nasuada kembali
mondar-mandir, lebih untuk menghindari melihat wajah
Elva begitu pucat batu dan bertanda naga, juga untuk
melampiaskan energi kegugupannya. "Bagaimana kau
bisa meninggalkan kamarmu tanpa ditemani?"
"Kuberitahu perawatku, Greta, apa yang ingin
didengarnya." "Hanya itu?" Elva mengerjapkan mata.
"Ia sangat bahagia karenanya." "Bagaimana dengan
Angela?" "Ia ada urusan tadi pagi." "Well, mengingat
faktanya, aku berterima kasih kau sudah meny
Bidadari Pendekar Naga Sakti
elamatkan nyawaku. Mintalah apa pun yang
kauinginkan dan akan kuberikan selama aku bisa."
Elva memandang sekeliling kamar tidur yang penuh
hiasan itu, lalu berkata, "Kau punya makanan" Aku
lapar." FIRASAT PERANG Dua jam kemudian, Trianna
kembali, memimpin dua pejuang yang membawa sosok
terkulai di antara mereka. Atas perintah Trianna,
keduanya menjatuhkan mayat itu ke lantai. Lalu si
wanita penyihir berkata, "Kami menemukan pembunuh
bayarannya di tempat yang dikatakan Elva. Namanya
Drail." Terdorong rasa penasaran, Nasuada
memeriksa wajah pria yang mencoba membunuhnya itu.
Pembunuh tersebut bertubuh pendek, berjanggut, dan
tampak biasa, tidak berbeda dari puluhan pria lain di
kota. Nasuada merasakan keterkaitan tertentu pada
pria itu, seakan usaha membunuhnya dan fakta bahwa
dirinya memerintahkan kematian pria itu sebagai
balasannya telah mengikat mereka dengan cara yang
sangat intim. "Bagaimana ia tewas?" tanyanya. "Aku
tidak melihat bekas apa pun di tubuhnya." "Ia bunuh
diri dengan sihir sewaktu kami berhasil menembus
pertahanannya dan memasuki pikirannya, tapi sebelum
kami sempat menguasai tindakannya." Apakah ada
informasi berguna yang kalian dapat sebelum ia
tewas?" Ada. Drail bagian dari jaringan agen yang
bermarkas di Surda sini dan setia pada Galbatorix.
Mereka disebut Tangan Hitam. Mereka memata-matai
kita, menyabot usaha perang kita, dan--hasil terbaik
kami dari kesempatan sekilas memasuki kenangan
Drail--bertanggung jawab atas puluhan pembunuhan di
antara kaum Varden. Tampaknya mereka menunggu
kesempatan baik untuk membunuh Anda sejak kita tiba
dari Farthen Dur." "Kenapa Tangan Hitam belum
membunuh Raja Orrin" Trianna mengangkat bahu.
"Aku tidak bisa mengatakannya. Mungkin karena
Galbatorix menganggap Anda lebih berbahaya
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
daripada Orrin. Kalau itu yang terjadi, begitu Tangan
Hitam menyadari Anda dilindungi dari serangan
mereka"--tatapannya beralih ke Elva--"Orrin tidak
akan hidup lebih dari sebulan lagi kecuali ia dijaga
para penyihir siang-malam. Atau mungkin Galbatorix
menghindari tindakan selangsung itu karena ingin
Tangan Hitam tetap tersembunyi. Surda selama ini ada
karena ia mentolerirnya. Sekarang sesudah negara ini
menjadi ancaman...." "Kau bisa melindungi Orrin
juga?" tanya Nasuada, sambil berpaling pada Elva.
Mata Elva yang ungu tampak bercahaya. "Mungkin
kalau ia memintanya baik-baik." Otak Nasuada
berputar keras saat ia mempertimbangkan cara
mematahkan ancaman baru ini. "Apakah semua agen
Galbatorix bisa menggunakan sihir?" "Benak Drail
kacau, jadi sulit memastikannya," kata Trianna, "tapi
kurasa cukup banyak di antara mereka yang bisa."
Sihir, maki Nasuada sendiri. Bahaya terbesar yang
dihadapi kaum Varden dari para penyihir--atau siapa
pun yang berlatih menggunakan benak
mereka--bukanlah pembunuhan, melainkan mata-mata.
Para penyihir bisa memata-matai pikiran orang-orang
dan mendapatkan informasi yang bisa digunakan untuk
menghancurkan kaum Varden. Itulah alasan Nasuada
dan seluruh struktur komando kaum Varden diajari
untuk tahu kalau ada yang menyentuh benak mereka
dan cara melindungi diri dari perhatian seperti itu.
Nasuada curiga Orrin dan Hrothger mengandalkan
tindakan berjaga-jaga yang sama dalam pemerintahan
mereka. Tapi karena tidak praktis kalau setiap orang
yang memiliki informasi yang bepotensi merusak harus
berlatih keahlian itu, salah satu dari sekian banyak
tanggung jawab Du Vrangr Gata adalah memburu siapa
pun yang menyerap fakta yang muncul dalam benak
orang-orang. Akibatnya Du Vrangr Gata akhirnya
memata-matai kaum Varden seperti musuh-musuh
mereka, keayataan yang disembunyikan Nasuada
rapat-rapat dari sebagian besar pengikutnya, karena
hal itu hanya akan menuai kebencian
ketidakpercayaan, dan ketidakpuasan. Ia tidak
menyukai praktik tersebut tapi tidak melihat
alternatifnya. Apa yang dipelajarinya tentang Tangan
Hitam memperkuat keyakinan Nasuada bahwa, entah
bagaimana, para penyihir harus diatur. "Kenapa,"
tanyanya, "kau tidak mengetahui ini lebih awal" Aku
bisa memahami kalau kau gagal menemukan pembunuh
bayaran, tapi seluruh jaringan perapal mantra yang
berusa Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Dendam yang Tersisa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ha menghancurkan kita" Jelaskan, Trianna." Mata
wanita penyihir itu berkilau marah mendengar tuduhan
Nasuada. "Karena di sini, tidak seperti di Farthen
Dur, kita tak bisa memeriksa pikiran setiap orang
untuk mencari penipuan. Terlalu banyak orang untuk
bisa dilacak para penyihir kita. Itu sebabnya baru
sekarang kami tahu tentang Tangan Hitam, Lady
Nasuada." Nasuada diam sejenak, lalu memiringkan
kepala. "Aku mengerti. Apa kautemukan identitas
anggota Tangan Hitam lain?" "Beberapa." "Bagus.
Manfaatkan mereka untuk mengungkap agen-agen lain.
Kuminta kau menghancurkan organisasi ini untukku,
Trianna. Lenyapkan mereka seperti kau memusnahkan
hama. Kuberi kau sebanyak apa pun orang yang
kaubutuhkan." Wanita penyihir itu membungkuk
memberi hormat. "Terserah Anda, Lady Nasuada."
Saat terdengar ketukan di pintu, para pengawal
mencabut Pedang dan menempatkan diri di kedua sisi
pintu, lalu kapten mereka membuka pintu tanpa
peringatan. Pelayan muda berdiri di luar, tangannya
terangkat untuk mengetuk lagi. Ia tertegun menatap
mayat di lantai, lalu menegakkan tubuh sewaktu
kapten bertanya, "Ada apa, Nak?" Ada pesan untuk
Lady Nasuada dari Raja Orrin." Bicaralah yang
cepat," kata Nasuada. Pelayan itu membutuhkan
waktu sejenak untuk menenangkan diri. "Raja Orrin
meminta Anda menemuinya langsung di ruang dewan,
karena beliau menerima laporan dari Kekaisaran yang
harus segera Anda perhatikan." "Hanya itu?" "Ya,
Ma'am." "Aku harus menangani ini. Trianna, kau
sudah mendapat perintahmu. Kapten, bisa kau suruh
salah seorang anak buahmu membuang mayat Drail?"
"Aye, Ma'am." "Selain itu, minta ia menemukan
Farica, pelayanku. Ia akan membersihkan ruang
kerjaku." "Bagaimana denganku?" tanya Elva, sambil
memiringkan kepala. "Kau," kata Nasuada, "akan
menemaniku. Itu kalau kau merasa cukup kuat." Gadis
itu menyentakkan kepala ke belakang dan dari
bibirnya yang kecil dan bulat terdengar tawa yang
dingin. "Aku cukup kuat, Nasuada. Kau?" Tanpa
memedulikan pertanyaan itu, Nasuada melangkah ke
lorong dikelilingi para pengawal. Batu-batu puri
menebarkan bau tanah akibat panas. Di belakang
Nasuada, ia mendengar suara langkah kaki Elva dan
sangat senang karena anak yang menakutkan itu
bergegas untuk mengikuti langkah orang dewasa yang
lebih panjang. Para pengawal tetap tinggal di depan
ruang dewan sementara Nasuada dan Elva masuk.
Ruangan itu sangat kosong, mengesankan sifat Surda
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang militan. Raja negeri itu mengerahkan sumber
daya mereka untuk melindungi rakyat dan menjatuhkan
Galbatorix, bukan menghiasi Puri Borromeo dengan
kekayaan seperti yang dilakukan para kurcaci dengan
Tronjheim. Di ruang utama terdapat meja kasar
sepanjang dua belas kaki, tempat peta Alagaesia
dipaku dengan pisau pada keempat sudutnya.
Sebagaimana kebiasaannya, Orrin duduk di kepala
meja, sementara berbagai penasihatnya--banyak di
antaranya Nasuada tahu, sangat menentang
dirinya--mengisi kursi-kursi lain di sebelah Raja.
Dewan Tetua juga hadir. Nasuada menyadari
keprihatinan di wajah Jormundu saat pria itu
menatapnya dan menebak Trianna telah memberitahu
pria tersebut tentang Drail. "Yang Mulia, Anda
memanggilku?" Orrin bangkit berdiri. "Benar.
Sekarang kita--" Ia terdiam sewaktu melihat Elva. "Ah,
ya, Alis Bersinar. Aku tidak sempat menemuimu
sebelumnya, sekalipun cerita mengenai perbuatanmu
telah kudengar dan, harus kuakui, aku sangat ingin
bertemu denganmu. Apa kamar yang kusediakan
untukmu memuaskan?" "Cukup menyenangkan, Yang
Mulia. Terima kasih." Mendengar suara Elva yang
menakutkan, suara orang dewasa, semua orang di
meja mengernyit. Irwin, perdana menteri, melesat
bangkit dan menunjuk Elva dengan jari gemetar.
"Kenapa kau membawa... penghujatan ini kemari?"
"Kau lupa sopan santunmu, Sir," jawab Nasuada,
sekalipun memahami sentimen pria itu. Orrin
mengerutkan kening. "Ya, tahan dirimu, Irwin. Tapi
kata-katanya masuk akal, Nasuada; kita tidak bisa
membiarkan anak-anak menghadiri rapat kita."
"Kekaisaran," kata Nasuada, "baru saja berusaha
membunuhku." Ruangan dipenuhi seruan terkejut.
"Kalau bukan karena tindakan Elva yang sigap, aku
sudah tewas. Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebagai hasilnya, aku memercayainya; ke mana aku
pergi, ia ikut." Biar mereka penasaran apa tepatnya
yang bisa dilakukan Elva. "Ini benar-benar berita
yang menyesakkan!" seru Raja. "Kau sudah menangkap
pelakunya?" Melihat ekspresi penuh semangat para
penasihatnya, Nasuada ragu-ragu. "Paling baik
menunggu hingga aku bisa memberitahu Anda secara
pribadi, Yang Mulia." Orrin tampak terkejut
mendengar jawaban Nasuada, tapi tidak mengejar
lebih jauh. "Baiklah. Tapi duduk, duduk! Kita baru
saja menerima laporan yang paling meresahkan."
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sesudah Nasuada duduk di seberangnya--Elva
mengintai di belakangnya. Ia melanjutkan. "Tampaknya
mata-mata kita di Gil'ead ditipu mengenai status
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pasukan Galbatorix." Bagaimana bisa begitu?"
Mereka percaya pasukan Galbatorix seharusnya
berada di Gil'ead, sedangkan kita mendapat pesan
dari salah satu orang kita di Uru'baen, yang
mengatakan melihat sejumlah besar pasukan berbaris
ke selatan melewati ibukota satu setengah minggu
yang lalu. Saat itu malam hari, jadi ia tidak bisa
yakin mengenai jumlah mereka, tapi ia yakin jauh
lebih besar dari enam belas ribu orang yang
merupakan pasukan inti Galbatorix. Mungkin bahkan
hingga seratus ribu prajurit, atau lebih." Seratus
ribu! Ketakutan yang dingin mencengkam perut
Nasuada. "Kita bisa memercayai sumbermu?"
"Laporannya selama ini bisa dipercaya." "Aku tidak
mengerti," kata Nasuada. "Bagaimana Galbatorix bisa
memindahkan begitu banyak orang tanpa
sepengetahuan kita" Iring-iringan pasokannya saja
bisa bermil-mil panjangnya. Jelas sekali pasukannya
sedang dimobilisasi, tapi Kekaisaran belum siap
mengerahkan mereka." Pada saat itu Falberd
berbicara, menamparkan tangannya yang besar ke
meja untuk menekankan omongannya. "Kita ditipu.
Mata-mata kita pasti ditipu dengan sihir hingga
mengira pasukan Galbatorix masih berada di
barak-barak mereka di Gil'ead." Nasuada merasa
darah menghilang dari wajahnya. "Satu-satunya orang
yang cukup kuat untuk mempertahankan ilusi sebesar
dan selama itu--" "Adalah Galbatorix sendiri," Orrin
menyelesaikan. "Itu kesimpulan kami. Itu berarti
Galbatorix akhirnya meninggalkan sarang untuk
berperang secara terbuka. Bahkan sementara kita
berbicara, musuh-musuh hitam mendekat." Irwin
mencondongkan tubuh ke depan. "Yang menjadi
pertanyaan sekarang adalah bagaimana kita harus
bereaksi. Tell saja, kita harus menghadapi ancaman
ini, tapi dengan cara apa" Di mana, kapan, dan
bagaimana" Pasukan kami sendiri belum siap untuk
kampanye sebesar ini, sementara pasukanmu, Lady
Nasuada--kaum Varden--sudah terbiasa bertempur."
"Apa maksudmu sebenarnya?" Bahwa kami seharusnya
mati demi dirimu" "Aku hanya mengamati. Terserah
pendapatmu." Lalu Orrin berkata, "Sendirian, kita
akan dihancurkan pasukan sebesar itu. Kita harus
memiliki sekutu, dan diatas semua itu, Eragon harus
ada di sini, terutama kalau kita akan menghadapi
Galbatorix. Nasuada, kau mau memanggilnya?" "Akan
kulakukan kalau bisa, tapi sebelum Arya kembali, aku
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tidak bisa menghubungi para elf atau memanggil
Eragon." "Kalau begitu," kata Orrin dengan suara
berat, "kita harus berharap Arya tiba sebelum
terlambat. Kurasa tidak bisa mengharapkan bantuan
para elf dalam hal ini. Sementara naga bisa
menempuh bermil-mil laut antara Aberon dan
Ellesmera dengan kecepatan falcon, mustahil bagi elf
untuk mengumpulkan diri dan menempuh jarak yang
sama sebelum Kekaisaran tiba di tempat kita. Dengan
begitu hanya tersisa para kurcaci. Aku tahu kau sudah
bertahun-tahun bersahabat dengan Hrothgar; kau mau
meminta bantuan padanya atas nama kami" Para
kurcaci selama ini berjanji untuk bertempur kalau
saatnya tiba." Nasuada mengangguk. "Du Vrangr Gata
sudah mengatur dengan para kurcaci penyihir tertentu
yang memungkinkan kita mengirim pesan seketika.
Akan kusampaikan permintaan Anda--permintaan kita.
Dan akan kuminta Hrothgar mengirim utusan ke Ceris
dan memberitahu para elf mengenai situasinya, agar
setidaknya mereka bisa diperingatkan sebelumnya."
"Bagus. Kita cukup jauh dari Farthen Dur, tapi kalau
kita bisa menunda Kekaisaran bahkan seminggu saja,
para kurcaci mungkin bisa tiba di sini t
Bidadari Pendekar Naga Sakti
epat pada waktunya." Diskusi selanjutnya
berlangsung sangat muram. Ada berbagai macam
taktik untuk mengalahkan pasukan yang lebih
besar--sekalipun tidak lebih unggul--tapi tak seorang
pun di meja mampu membayangkan cara mereka
mengalahkan Galbatorix, terutama selama Eragon
masih tidak berdaya dibandingkan raja tua itu.
Satu-satunya rencana yang mungkin berhasil adalah
mengelilingi Eragon dengan sebanyak mungkin
penyihir, kurcaci dan manusia, lalu berusaha memaksa
Galbatorix menghadapi mereka seorang diri.
Masalahnya dengan rencana itu, pikir Nasuada, adalah
Galbatorix menjadi musuh yang jauh lebih berat
selama ia menghancurkan para Penunggang, dan
kekuatannya semakin besar sejak itu. Ia yakin pikiran
ini juga melintas dalam benak semua orang. Kalau ada
para elf perapal mantra di antara kita, mungkin kita
bisa menang. Tanpa mereka... Kalau kita tidak bisa
menjatuhkan Galbatorix, satu-satunya jalan yang
tersisa hanyalah melarikan diri dari Alagaesia,
menyeberangi lautan dan menemukan tanah baru
tempat kami membangun kehidupan bagi kami sender,
Di sana kami bisa menunggu hingga Galbatorix tidak
ada lagi. Bahkan ia tidak bisa bertahan selamanya.
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Satu-satunya yang pasti adalah, pada akhirnya,
segala sesuatu akan tidak ada lagi. Mereka beralih
dari taktik ke logistik, dan di sini perdebatan menjadi
lebih seru lagi saat Dewan Tetua mendebat para
penasihat Orrin mengenai pembagian tanggung jawab
antara kaum Varden dan Surda: siapa yang harus
membayar ini atau itu, menyediakan ransum bagi
pekerja yang bekerja untuk kedua kelompok,
mengelola persediaan makanan untuk pejuang
masing-masing, dan puluhan masalah terkait lainnya
yang harus ditangani. Di tengah pertengkaran itu,
Orrin mengambil gulungan dari sabuknya dan berkata
pada Nasuada, "Mengenai masalah keuangan, kau mau
menjelaskan masalah agak mengganggu yang
disampaikan padaku ini?" "Akan kuusahakan
sebaik-baiknya, Yang Mulia." "Di tanganku ada
keluhan dari persatuan penenun, yang menyatakan
para penenun di seluruh Surda mengalami penurunan
laba besar-besaran karena pasar tekstil dibanjiri
renda yang luar biasa murah--rendah yang mereka
berani bersumpah berasal dari kaum Varden." Ekspresi
terluka melintas di wajahnya. "Rasanya bodoh
menanyakannya, tapi apakah klaim mereka
berdasarkan fakta, dan kalau benar, kenapa kaum
Varden berbuat begitu?" Nasuada tidak berusaha
menyembunyikan senyumnya. "Kalau Anda ingat, Yang
Mulia, sewaktu Anda menolak meminjami kaum Varden
lebih banyak emas lagi, Anda menyarankan aku
menemukan cara lain untuk membiayai kami sendiri."
"Memang begitu. Kenapa memangnya?" tanya Orrin,
menyipitkan mata. "Well, terlintas dalam benakku
bahwa renda memerlukan waktu lama untuk dibuat
dengan tangan, yang menjadi alasan harganya begitu
mahal, tapi renda cukup mudah dibuat dengan di sihir
karena kecilnya jumlah tenaga yang diperlukan. Anda,
antara semua orang, sebagai filsuf alamiah,
seharusnya menghargai hal itu. Dengan menjual renda
kami di sini dan di Kekaisaran, kami mampu mendanai
usaha kami sepenuhnya. Kaum Varden tidak lagi
menginginkan makanan atau tempat berlindung."
Hanya beberapa hal dalam hidup Nasuada yang bisa
memuaskannya seperti ekspresi tertegun Orrin saat
ini. Gulungan di tangannya terhenti di antara dagunya
dan meja, mulutnya agak ternganga, dan kerut
kebingungan di alisnya menyebabkan ia tampak
tertegun seperti orang yang baru saja melihat apa
yang tidak dipahaminya. Nasuada menikmati
pemandangan itu. "Renda?" kata Orrin tergagap.
"Ya, Yang Mulia." "Kau tidak bisa melawan Galbatorix
dengan renda!" "Kenapa, Yang Mulia?" Orrin bersusah
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
payah sejenak, lalu menggeram, "Karena... karena
tidak terhormat, itu sebabnya. Penulis mana yang
akan menyusun epos mengenai perbuatan kita dan
menulis tentang renda?" "Kita bertempur bukan agar
ada epos yang ditulis untuk memuji kita." "Kalau
begitu, persetan dengan epos! Bagaimana caraku
menjawab persatuan penenun" Dengan menjual
rendamu semurah itu, kau menyakiti kehidupan
orang-orang dan melemahkan perekonomian kami.
Tidak bisa. Tidak bisa sama sekali." Dengan
membiarkan senyumnya berubah manis
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan hangat, Nasuada berkata dengan nada paling
ramah, "Ya ampun. Kalau itu terlalu membebani
persediaan harta Anda, kaum Varden lebih dari
bersedia untuk memberi Anda pinjaman sebagai
balasan keramahan yang Anda tunjukkan pada kami...
dengan suku bunga yang layak, tentunya." Dewan
Tetua berhasil mempertahankan ketenangan mereka,
tapi di belakang Nasuada, Elva tertawa geli. PEDANG
MERAH, PEDANG PUTIH Begitu matahari muncul di
kaki langit yang dihiasi barisan pepohonan, Eragon
memperdalam napasnya, mempercepat detak
jantungnya, dan membuka mata saat ia sadar kembali
sepenuhnya. Ia tidak tidur, karena ia belum tidur
sejak perubahan dirinya. Kalau merasa lelah dan
membaringkan diri untuk beristirahat, ia bagai
bermimpi dalam keadaan terjaga. Selama itu ia
mendapat berbagai visi yang luar biasa dan berjalan
di antara bayang-bayang kelabu kenangannya, tapi
tetap menyadari sekitarnya. Ia memandang matahari
dan pikiran tentang Arya memenuhi benaknya, seperti
yang dialaminya setiap jam sejak Agaeti Blodhren dua
hari berselang. Pagi hari sesudah perayaan, ia
mencari Arya di Aula Tialdari--dengan niat
memperbaiki tingkah lakunya--tapi malah mendapati
Arya telah berangkat ke Surda. Kapan aku bisa
bertemu dengannya lagi" pikirnya penasaran. Di
siang hari yang cerah, ia menyadari bagaimana sihir
elf dan naga menumpulkan kecerdasannya selama
Agaeti Blodhren. Aku mungkin sudah bertindak bodoh,
tapi itu bukan salahku sepenuhnya. Aku sama tidak
bertanggungjawab mengenai tindakan seperti kalau
mabuk. Sekalipun begitu, ia serius dengan setiap
kata yang diucapkannya pada Arya--bahkan kalau
dalam keadaan normal ia tidak akan mengungkapkan
diri sebanyak itu. Penolakan Arya menyentakkan
Eragon. Setelah bebas dari pengaruh sihir yang
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengaburkan pikirannya, ia terpaksa mengakui Arya
mungkin benar, bahwa perbedaan usia mereka terlalu
besar untuk diatasi. Ia sulit menerima hal itu, dan
sesudah bisa menerimanya, kesadaran itu hanya
menambah kesedihannya. Eragon pernah mendengar
ekspresi "patah hati". Hingga saat ini, ia selalu
menganggap istilah itu berlebihan, bukan gejala fisik
yang sebenarnya. Tapi sekarang ia merasakan sakit
yang dalam di dadanya--seperti otot yang pegal--dan
setiap etak jantungnya terasa menyakitkan.
Satu-satunya penghiburannya hanyalah Saphira.
Selama dua hari itu, Saphira tidak pernah mengkritik
tindakannya, juga tidak pernah beranjak dari sisinya
lebih dari beberapa menit setiap kali, mendukungnya
dengan mendampinginya. Saphira juga banyak
mengajaknya bicara, berusaha sebaik-baiknya agar
Eragon berhenti membisu. Agar tidak terlalu
memikirkan Arya, Eragon mengeluarkan cincin
teka-teki Orik dari meja samping ranjangnya dan
memutar-mutarnya di jemari, takjub pada betapa tajam
indranya sekarang. Ia bisa merasakan semua
kelemahan yang ada pada setiap logam yang terpuntir
itu. Saat mempelajari cincin itu, ia melihat pola
pengaturan cincin-cincin emas tersebut, pola yang
sebelumnya tidak disadarinya. Dengan memercayai
nalurinya, ia mengutak-atik cincin-cincin itu sesuai
rangkaian yang disarankan pengamatannya. Ia gembira
waktu kedelapan cincin itu menyatu sempurna,
membentuk satu cincin yang utuh. Ia menyelipkan
cincin tersebut di kelingking tangan kanannya,
mengagumi bagaimana jalinan cincin itu memantulkan
cahaya. Kau tidak bisa melakukannya sebelum ini,
kata Saphira dari mangkuk di lantai, tempat ia tidur.
Aku bisa melihat banyak hal yang tadinya tersembunyi
bagiku. Eragon pergi ke kamar mandi dan melakukan
rutinitas paginya, termasuk menyingkirkan bakal
janggut dari pipi dengan mantra, Sekalipun ia
sekarang mirip elf, rupanya janggutnya masih bisa
tumbuh. Orik telah menunggu mereka sewaktu Eragon
dan Saphira tiba di lapangan latih-tanding. Matanya
berubah cerah sewaktu Eragon mengangkat tangan dan
menunjukkan cincin teka-teki yang telah selesai itu.
"Kau berhasil memecahkannya, kalau begitu!"
"Membutuhkan waktu lebih lama dari dugaanku," kata
Eragon, "tapi, ya. Kau datang untuk berlatih juga?"
"Eh, aku sudah sempat bertanding kapak dengan elf
yang sepertinya senang meretakkan kepalaku. Tidak...
aku datang untuk Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melihatmu bertanding." "Kau pernah melihatku
bertanding sebelum ini," kata Eragon. "Sudah lama
tidak." "Maksudmu, kau ingin melihat perubahanku."
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orik mengangkat bahu sebagai jawaban. Vanir
mendekati mereka dari seberang lapangan. Ia berseru,
"Kau siap, Shadeslayer?" Sikap merendahkan elf itu
berkurang sejak duel terakhir mereka sebelum Agaeti
Blodhren, tapi tidak banyak. "Aku siap." Eragon dan
Vanir berhadapan di tempat terbuka di lapangan.
Setelah mengosongkan pikiran, Eragon meraih dan
mencabut Zar'roc secepat mungkin. Yang
mengejutkannya, pedang itu terasa tidak lebih berat
daripada ranting dedalu. Tanpa beban yang
diduganya, lengan Eragon tersentak lurus, melepaskan
pedang dari tangannya dan melontarkannya
berputar-putar dua puluh yard ke kanan, di mana
pedang itu terbenam di sebatang pinus. "Apa kau
bahkan tidak bisa memegang pedangmu, Penunggang?"
tanya Vanir. "Aku minta maaf, Vanir-vodhr," kata
Eragon dengan napas tersentak. Ia mencengkeram
sikunya, menggosok persendian yang memar untuk
mengurangi sakit. "Aku salah menilai kekuatanku."
"Pastikan tidak terulang." Setelah berjalan ke pohon,
Vanir mencengkeram tangkai Zar'roc dan mencoba
mencabut pedangnya itu. Senjata itu tidak bergerak.
Alis Vanir bertemu ketika memandang pedang merah
yang bertahan itu, seakan menduga adanya tipuan.
Setelah menguatkan diri, elf tersebut menarik pedang
dengan seluruh tenaganya dan, diiringi derakan kayu,
mencabut Zar'roc dari pinus. Eragon menerima
pedangnya dari Vanir dan menimbang Zar'roc, merasa
terganggu karena ringannya pedang itu. Ada yang
tidak beres, pikirnya. "Bersiaplah!" Kali ini Vanir
yang lebih dulu menyerang. Dengan satu lompatan, ia
menyeberangi jarak di antara mereka dan menusukkan
pedang ke bahu kanan Eragon. Bagi Eragon, gerakan
elf ita terasa lebih lambat daripada biasanya, seakan
refleks Vanir berkurang hingga setara dengan refleks
manusia. Mudah bagi Eragon untuk menangkis pedang
Vanir, bunga api biru herhamburan dari logam saat
pedang mereka bergesekan. Vanir mendarat dengan
ekspresi tertegun. Ia kembali menyerang, dan Eragon
menghindari pedangnya dengan mencondongkan tubuh
ke belakang, seperti pohon yang bergoyang tertiup
angin. Dengan serangkaian serangan yang cepat,
Vanir menghujani Eragon, yang bisa menghindari atau
menangkis setiap serangan, menggunakan sarung
Zar'roc sama seringnya seperti pedangnya untuk
menghadapi serbuan Vanir. Dalam waktu singkat
Eragon menyadari naga hantu dari Agaeti Blodhren
Pendekar Gila . Seruling Naga Sakti m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Suling Pusaka Kumala 9 Claire Karya Phoebe Abigail Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun 13