Pencarian

Eldest 2

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 2


kami. Kami sangat menghargai hadiah semulia itu."
Sekalipun jelas merasa senang, Hrothgar tetap saja
merengut, mengerutkan alis matanya yang lebat. "Tapi
kita tidak bisa terus bersenang-senang. Aku dikepung
klan-klan yang menuntut aku mengambil tindakan
mengenai penerus Ajihad. Kemarin sewaktu Dewan
Tetua menyatakan mereka mendukung Nasuada,
mereka menimbulkan keributan yang belum pernah
kulihat sejak aku naik takhta. Para ketua harus
memutuskan apakah menerima Nasuada atau mencari
kandidat lain. Sebagian besar sudah memutuskan
Nasuada harus memimpin kaum Varden, tapi aku ingin
tahu pendapatmu dalam hal ini, Eragon, sebelum aku
menyampaikan keputusan kepada pihak mana pun.
Tindakan terburuk yang bisa dilakukan raja adalah
tampil seperti orang bodoh." Seberapa banyak yang
boleh kita beritahukan padanya" tanya Eragon pada
Saphira, berpikir cepat. Selama ini ia memperlakukan
kita dengan adil, tapi kita tidak bisa tahu apa yang
mungkin sudah dijanjikannya pada orang-orang lain.
Sebaiknya kita berhati-hati hingga Nasuada
benar-benar memegang kekuasaan. Baiklah. "Saphira
dan aku setuju membantunya. Kami tidak akan
menentang penunjukan dirinya. Dan"--Eragon
bertanya-tanya apakah telah terlalu banyak bicara--
"kumohon kau juga berbuat begitu; kaum Varden tidak
boleh berselisih sendiri. Mereka harus bersatu."
"Oei," kata Hrothgar, sambil menyandar ke belakang,
"kau berbicara dengan kewenangan baru. Saranmu
bagus, tapi menimbulkan pertanyaan: Menurutmu
apakah Nasuada akan menjadi pemimpin
Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang bijaksana, atau ada motif-motif lain untuk
memilihnya?" Ini ujian, kata Saphira memperingatkan.
Ia ingin tahu kenapa kita mendukung Nasuada.
Eragon merasakan bibirnya bergerak, separo
tersenyum. "Kupikir ia bijaksana dan cerdik melebihi
usianya. Ia bagus untuk kaum Varden." "Dan itu
sebabnya kau mendukungnya?" " Ya." Hrothgar
mengangguk, janggutnya yang panjang dan seputih
salju jadi bergerak-gerak. "Aku lega mendengarnya.
Akhirakhir ini ada sedikit keprihatinan mengenai apa
yang benar dan bagus, dan lebih banyak lagi
keprihatinan mengenai apa yang akan menimbulkan
kekuasaan pribadi. Sulit menyaksikan kebodohan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti itu tanpa merasa marah." Kebisuan yang tidak
nyaman menyelimuti mereka, menggelegak dalam
ruang takhta yang panjang. Untuk memecahkannya,
Eragon bertanya, "Apa yang akan dilakukan terhadap
liang naga" Apa akan dibangun lantai baru?" Untuk
pertama kalinya, mata Raja berubah berduka,
memperdalam kerut-kerut di sekelilingnya yang
membentang seperti jari-jari roda kereta. Ekspresi
Raja itu ekspresi kurcaci paling mirip dengan
menangis yang pernah disaksikan Eragon. "Perlu
banyak pembicaraan sebelum langkah itu bisa diambil.
Buruk sekali, apa yang dilakukan Saphira dan Arya.
Mungkin memang perlu, tapi buruk. Ah, barangkali
lebih baik kalau para Urgal mengalahkan kita sebelum
Isidar Mithrim pecah. jantung Tronjheim hancur
berantakan, begitu pula hati kami." Hrothgar
menempelkan kepalannya di dada, lalu perlahan-lahan
membuka tangan dan meraih tangkai Volund yang
terbungkus kulit. Saphira menyentuh benak Eragon.
Eragon merasakan sejumlah emosi dalam diri naga itu,
tapi yang paling mengejutkannya adalah penyesalan
dan perasaan bersalah yang dirasakan naga tersebut.
Saphira benar-benar menyesali kehancuran Mawar
Bintang, terlepas dari fakta bahwa kehancuran itu
diperlukan. Makhluk kecil, katanya, tolong aku. Aku
perlu berbicara dengan Hrothgar. Tanyakan padanya:
Apa para kurcaci memiliki kemampuan membangun
kembali Isidar Mithrim dari puing-puingnya"
Sementara Eragon mengulangi kata-kata Saphira,
Hrothgar bergumam dalam bahasanya sendiri, lalu
berkata, "Kami memiliki keahlian itu, tapi apa
gunanya" Tugas itu akan memakan waktu
berbulan-bulan atau bertahun-tahun, dan hasil
akhirnya hanyalah kekonyolan rusak dari keindahan
yang pernah menjadi keanggunan Tronjheim! Aku tidak
akan mengizinkan penghujatan seperti itu." Saphira
terus menatap Raja tanpa berkedip. Sekarang katakan
padanya: Kalau Isidar Mithrim bisa disatukan lagi,
tanpa ada satu keping pun yang hilang, aku yakin bisa
mengutuhkannya lagi. Eragon ternganga
memandangnya, melupakan Hrothgar karena
terpesona. Saphira! Energi yang dibutuhkan untuk itu
besar sekali! Kau sendiri mengatakan kau tidak bisa
menggunakan sihit' sesuka hati, jadi apa yang
menyebabkan kau yakin bisa melakukannya" Aku bisa
melakukannya kalau kebutuhan untuk itu cukup besar.
Itu akan menjadi hadiahku bagi para kurcaci. Ingat
makam Brom; biar itu menghapus keraguanmu. Dan
tutup mulutmu-itu tidak sopan dan Raja mengawasi.
Sewaktu Eragon menyampaikan tawaran Saphira,
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Hrothgar rnenegakkan duduknya sambil berseru. "Apa
mungkin" Bahkan para kurcaci tidak akan mencoba
usaha seperti itu." "Ia yakin dengan kemampuannya."
"Kalau begitu kami akan membangun kembali Isidar
Mithrim, tidak peduli kalau untuk itu diperlukan waktu
seratus tahun. Kami akan merakit rangka untuk
permata itu dan meletakkan kembali setiap
potongannya di tempat semula. Tidak sekeping pun
akan dilupakan. Bahkan kalau kami harus memecahkan
kepingan yang lebih besar untuk memindahkannya,
kami akan melakukannya dengan segenap keahlian
kami dalam menangani batu, jadi tidak ada debu atau
serpihan yang hilang. Kalian akan datang pada waktu
itu, sesudah kami selesai, dan memulihkan Mawar
Bintang." "Kami akan datang," kata Eragon
menyetujui, sambil membungkuk. Hrothgar tersenyum,
dan tampak seperti dinding granit yang retak. "Kau
memberiku kegembiraan yang sangat besar, Saphira.
Aku jadi kembali punya alasan untuk memerintah dan
hidup. Kalau kau melakukannya, para kurcaci di mana
pun akan menghormati namamu hingga g
Bidadari Pendekar Naga Sakti
enerasi-generasi yang tidak terhitung. Pergilah
sekarang dengan restuku sementara kusebarkan berita
ini di antara klan-klan. Dan jangan merasa
berkewajiban menunggu pengumumanku, karena tidak
boleh ada kurcaci yang tidak mendengar berita ini;
sampaikan pada siapa saja yang kalian temui. Semoga
lorong-lorong bergema dengan sorakan ras kami."
Setelah membungkuk sekali lagi, Eragon dan Saphira
berlalu, meninggalkan raja kurcaci yang masih
tersenyum di takhtanya itu. Di lorong luar, Eragon
memberitahu Orik apa yang terjadi. Kurcaci tersebut
seketika bersujud dan mencium lantai di depan
Saphira. Ia bangkit sambil tersenyum dan menepuk
lengan Eragon, seraya berkata, "Benar-benar
keajaiban. Kalian memberi kami harapan yang tepat
kami butuhkan untuk menghadapi kejadian-kejadian
saat ini. Aku berani bertaruh akan ada minum-minum
malam ini!" "Dan besok ada pemakaman." Orik sadar
sejenak. "Besok, ya. Tapi sebelum itu kita tidak boleh
membiarkan pikiran-pikiran yang tidak bahagia
mengganggu kita! Ayo!" Dengan meraih tangan
Eragon, kurcaci itu menariknya melintasi Tronjheim ke
aula pesta yang luas, tempat banyak kurcaci duduk di
meja-meja batu. Orik melompat naik ke salah satunya,
menyebabkan piring-piring di atasnya berserakan ke
lantai, dan dengan suara menggelegar menyerukan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berita tentang Isidar Mithrim. Eragon nyaris tuli
akibat sorakan dan teriakan yang terdengar
selanjutnya. Setiap kurcaci berkeras mendekati
Saphira dan mencium lantai seperti yang dilakukan
Orik. Sesudah selesai, mereka meninggalkan makanan
masing-masing dan mengisi guci-guci batu dengan bir
dan anggur madu. Eragon bergabung dengan
kegembiraan itu dengan perasaan yang mengejutkan
dirinya. Tindakan ini membantu meredakan kesedihan
yang berkembang dalam hatinya. Tapi ia berusaha
menolak pesta pora sepenuhnya, karena ia sadar akan
kewajiban-kewajiban yang menunggu mereka keesokan
harinya dan ia ingin kepalanya tetap jernih. Bahkan
Saphira turut mencicipi anggur madu, dan ketika
mendapati bahwa ia menyukainya, para kurcaci
mengeluarkan satu tong penuh baginya. Setelah
dengan hati-hati memasukkan rahangnya ke tutup tong
yang terbuka, Saphira menghabiskan isinya dalam tiga
tegukan panjang, lalu mengangkat kepala ke
langit-langit dan bersendawa dengan menyemburkan
lidah api raksasa. Eragon membutuhkan waktu
beberapa menit untuk meyakinkan para kurcaci bahwa
sudah aman untuk mendekati Saphira lagi, tapi begitu
ia berhasil meyakinkan mereka, mereka membawakan
tong yang lain lagi--tanpa memedulikan protes
koki--dan mengawasi dengan terpesona ketika Saphira
mengosongkan isi tong itu juga. Sementara Saphira
semakin mabuk, berbagai emosi dan pikirannya
menyapu Eragon dengan kekuatan yang semakin lama
semakin meningkat. Eragon jadi sulit menggunakan
masukan-masukan dari indranya sendiri:
pandangannya mulai kabur, gerakan-gerakan yang
dilihatnya memudar dan warnawarna terus berubah.
Bahkan bau yang diciumnya berganti, menjadi lebih
tajam, lebih menusuk. Para kurcaci mulai bernyanyi
bersama. Sekalipun goyah saat berdiri, Saphira turut
bersenandung, menekankan setiap bait dengan
raungan. Eragon membuka mulut untuk bergabung dan
terkejut sewaktu, bukannya kata-kata, yang terdengar
justru geram serak suara naga. Ini, pikirnya, sambil
menggeleng, sudah keterlaluan... Atau aku hanya
mabuk" Ia memutuskan hal itu tidak penting dan terus
bernyanyi dengan penuh semangat, tak peduli suara
naga atau bukan. Para kurcaci terus berdatangan ke
dalam aula sementara berita tentang Isidar Mithrim
menyebar. Ratusan kurcaci dalam waktu singkat
berjejalan di meja-meja, berkerumun rapat di
sekeliling Eragon dan Saphira. Orik memanggil para
musisi yang mengambil posisi di sudut, tempat mereka
membuka tutup beludru hijau instrumen mereka. Dalam
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
waktu singkat harpa, kecapi, dan suling perak
melantunkan melodi mendampingi keriuhan.
Berjam-jam berlalu sebelum keributan dan
kegembiraan itu reda. Sewaktu suasana mulai tenang,
Orik sekali lagi naik ke meja. Ia berdiri di sana,
dengan kaki mengangkang lebar untuk menjaga
keseimbangan, membawa guci, tutup besinya entah ke
mana, dan berseru, "Denga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
r, dengar! Akhirnya kita merayakan apa yang patut
dirayakan. Para Urgal sudah pergi, Shade mati, dan
kita menang!" Semua kurcaci memukul-mukul meja
menyetujui. Pidato yang singkat dan langsung ke
sasaran. Tapi Orik belum selesai. "Untuk Eragon dan
Saphira!" raungnya, sambil mengangkat guci. Ini juga
disambut dengan riuh. Eragon berdiri dan
membungkuk, yang memicu sorakan lebih lanjut. Di
sampingnya, Saphira berdiri pada kaki belakang dan
mengayunkan kaki depan melintang di dada, berusaha
meniru gerakan Eragon. Ia terhuyung, dan para
kurcaci, menyadari bahaya yang mengancam mereka,
berhamburan menjauh. Mereka nyaris tidak berhasil.
Diiringi desisan keras, Saphira jatuh ke belakang,
mendarat di meja. Sakit menyambar punggung Eragon
dan ia jatuh pingsan di dekat ekor Saphira.
PEMAKAMAN Bangun, Knurlhiem! Kau tidak boleh
tidur sekarang. Kita dibutuhkan di gerbang-mereka
tidak akan memulai tanpa kehadiran kita." Eragon
memaksa matanya terbuka, menyadari sakit di kepala
dan tubuhnya. Ia tergeletak di meja batu yang dingin.
"Apa?" Ia meringis karena rasa memuakkan di
lidahnya. Orik menarik-narik janggut cokelatnya.
"Prosesi Ajihad. Kita harus menghadirinya!" "Bukan,
kau tadi memanggilku apa?" Mereka masih di aula
pesta, tapi ruangan itu telah kosong, yang ada hanya
dirinya, Orik, dan Saphira, yang terkapar di
sampingnya di antara dua meja. Saphira bergerak dan
mengangkat kepala, memandang sekitarnya dengan
mata merah. "Kepala Batu! Kupanggil kau Kepala
Batu karena sudah hampir satu jam aku berusaha
membangunkan dirimu." Eragon mendorong dirinya
duduk tegak dan merosot turun dari meja.
Kenangan-kenangan sekilas kejadian semalam
berlompatan dalam benaknya. Saphira, bagaimana
keadaanmu" tanyanya, sambil terhuyung-huyung
mendekati naga itu. Saphira memutar kepala,
menjulurkan dan memasukkan lidah kemerahannya
melewati gigi-giginya, seperti kucing sehabis
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyantap makanan yang tidak enak. Utuh... kurasa.
Sayap kiriku terasa agak aneh; kupikir aku jatuh
menimpanya. Dan kepalaku dipenuhi ribuan anak


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

panah panas. "Apa ada yang terluka sewaktu ia
jatuh?" tanya Eragon, prihatin. Tawa yang tulus
terdengar dari dalam dada si kurcaci yang tebal.
"Hanya mereka yang jatuh dari kursi karena tertawa
terlalu keras. Seekor naga mabuk dan ambruk! Aku
yakin kejadian itu akan dinyanyikan hingga
berdekade-dekade mendatang. Saphira menggerakkan
sayap dan mengalihkan pandangan. "Kami merasa
sebaiknya meninggalkan kalian di sini, karena kami
tidak bisa memindahkan dirimu, Saphira. Kepala koki
sangat gusar--ia khawatir kau akan menghabiskan
persediaan terbaiknya lebih dari empat tong." Dan
kau memarahiku karena minum-minuml Kalau aku yang
menenggak empat tong, aku pasti sudah mati! Itulah
sebabnya kau bukan naga. Orik menjejalkan buntalan
pakaian ke pelukan Eragon. "Ini, kenakan ini. Ini lebih
cocok untuk pemakaman daripada pakaianmu sendiri.
Tapi cepatlah, waktu kita tinggal sedikit." Eragon
bersusah payah mengenakannya--kemeja putih yang
menggembung dengan tali-tali pada mansetnya, rompi
merah yang dihiasi tenunan dan bordiran emas, celana
panjang gelap, sepatu bot hitam mengilap yang
berdetak saat beradu dengan lantai, dan jubah lebar
yang diikat di bawah tenggorokannya dengan bros.
Sebagai ganti sabuk sarung kulit biasa, Zar'roc
disandang dengan sabuk yang berhias. Eragon
menyiramkan air ke wajahnya dan mencoba merapikan
rambut. Lalu Orik memaksa dirinya dan Saphira
bergegas keluar lorong ke gerbang selatan Tronjheim.
"Kita harus mulai dari sana," katanya menjelaskan,
bergerak dengan kecepatan yang mengejutkan pada
kaki-kakinya yang pendek kekar, "karena di sanalah
prosesi dengan jenazah Ajihad berhenti tiga hari yang
lalu. Perjalanannya ke makam tidak boleh disela,
kalau disela rohnya tidak akan bisa beristirahat."
Budaya yang aneh, komentar Saphira. Eragon setuju,
menyadari langkah-langkah naga itu agak goyah. Di
Carvahall, orang-orang biasanya dimakamkan di
ladangnya, atau kalau mereka tinggal di desa, di
pemakaman kecil. Satu-satunya ritual yang mengiringi
prosesi hanyalah bait-bait yang dilantunkan dari
balada-balada tertentu Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan Pesta kematian diselenggarakan sesudahnya bagi
kerabat dan teman-teman almarhum. Kau bisa
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjalani pemakaman hingga selesai" tanyanya
sewaktu Saphira kembali terhuyung. Saphira meringis
singkat. Itu dan penunjukan Nasuada, tapi sesudah itu
aku perlu tidur. Terkutuklah semua anggur madu!
Kembali ke percakapannya dengan Orik, Eragon
bertanya, "Di mana Ajihad akan dimakamkan?" Orik
melambat dan melirik Eragon dengan hati-hati. "Hal
itu menimbulkan keributan di antara klan-klan. Kalau
ada kurcaci yang meninggal, kami yakin ia harus
dimasukkan ke batu, kalau tidak ia takkan pernah
bergabung dengan leluhurnya.... Itu urusan rumit dan
aku tidak bisa berbicara lebih banyak lagi kepada
orang luar... tapi kami harus bersusah payah untuk
memastikan pemakaman seperti itu. Keluarga atau
klan yang membiarkan anggota mereka dimakamkan
dalam elemen yang lebih rendah akan dipermalukan.
"Di bawah Farthen Dur ada ruang yang merupakan
rumah bagi semua knurlan, semua kurcaci, yang
meninggal di sini. Ke sanalah Ajihad akan dibawa. Ia
tidak bisa dimakamkan bersama kami, karena ia
manusia, tapi ada ceruk yang sudah disiapkan bagi
dirinya. Di sana kaum Varden bisa mengunjunginya
tanpa mengusik makam-makam suci kami, dan Ajihad
akan menerima penghormatan yang layak diterimanya."
"Rajamu sudah berbuat banyak bagi kaum Varden,"
kata Eragon, mengomentari. "Ada yang
menganggapnya terlalu banyak." Di depan gerbang
tebal--terangkat oleh rantai tersembunyinya untuk
menampilkan cahaya siang samar yang menerobos
masuk ke Farthen Dur--mereka menemukan barisan
yang ditata cermat. Ajihad dibaringkan di depan,
dingin dan pucat dalam keranda marmer yang
dipanggul enam pria berbaju besi hitam. Di kepalanya
terdapat helm bertatahkan batu-batu berharga.
Tangannya tertangkup di bawah tulang belikat,
menutupi tangkai gading pedangnya yang telanjang,
yang menjulur dari bawah perisai yang menutupi dada
dan kakinya. Jala dari perak, seperti
lingkaran-lingkaran berkas cahaya bulan, membebani
tangan dan kakinya dan menjuntai ke keranda.
Nasuada berdiri dekat di belakang jenazah--muram,
bermantel bulu, dan tampak kokoh, sekalipun air mata
menghiasi wajahnya. Hrothgar berdiri di sampingnya,
mengenakan jubah gelap; lalu Arya; Dewan Tetua,
semua dengan ekspresi duka yang sesuai; dan
akhirnya sederet pelayat yang memanjang sejauh satu
mil dari Tronjheim. Setiap pintu dan ambang pintu
melengkung aula setinggi empat lantai yang menuju
ruang utama Tjronjheim, setengah mil jauhnya, dibuka
lebar dan penuh sesak dengan manusia dan kurcaci.
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Di sela wajah-wajah yang kelabu, tirai-tirai panjang
bergoyang terdorong ratusan desahan dan bisikan
sewaktu Saphira dan Eragon muncul. Jormundur
memberi isyarat agar mereka bergabung dengannya.
Sambil berusaha tidak mengacaukan formasi, Eragon
dan Saphira menerobos barisan ke tempat kosong di
samping Jormundur, mendapat pelototan tidak setuju
dari Sabrae. Orik berlalu untuk berdiri di belakang
Hrothgar. Bersama-sama mereka menunggu, sekalipun
untuk apa, Eragon tidak tahu. Semua lentera separo
ditutup hingga keremangan yang sejuk menyelimuti
udara, menimbulkan perasaan tidak nyata akan
kejadian ini. Tidak seorang pun tampak bergerak atau
bernapas: sejenak Eragon membayangkan mereka
semua patung yang membeku selamanya. Asap dupa
tunggal membubung dari keranda, meliuk ke
langit-langit sambil menebarkan bau pinus dan
juniper. Hanya itu satu-satunya gerakan di aula, garis
meliuk-liuk yang bergerak dari satu sisi ke sisi lain.
Jauh di dalam Tronjheim, tambur berdentam. Bum.
Deru Yang berat itu bergetar ke tulang-tulang mereka,
menggetarkan kota pegunungan dan menyebabkan kota
itu menggema seperti genta batu raksasa. Mereka
melangkah maju. Bum. Pada nada kedua, tambur lain
yang lebih pelan bergabung dengan yang pertama,
setiap dentaman menyebar ke seluruh aula. Kekuatan
suara itu mendorong mereka dengan kecepatan yang
anggun. Dentaman tersebut menyebabkan setiap
langkah terasa penting, bertujuan, dan bermartabat,
sesuai dengan acara ini. Tidak ada pikiran yang bisa
timbul dalam denyutan yang mengelilingi mereka,
hanya luapan emosi Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang dengan ahli dibangkitkan tambur-tambur itu,
memicu air mata dan suka cita pahit pada saat yang
bersamaan. Bum. Sewaktu terowongan berakhir, para
pemanggul Ajihad berhenti sejenak di antara
pilar-pilar onyx sebelum memasuki ruang utama. Di
sana Eragon melihat sikap para kurcaci semakin
khidmat saat melihat Isidar Mithrim. Bum. Mereka
berjalan melintasi pemakaman kristal. Lingkaran
berupa kepingan-kepingan kristal yang menjulang
membentang di tengah ruang yang luas itu,
mengelilingi martil dan segilima-segilima di dalamnya.
Banyak kepingan yang lebih besar daripada Saphira.
Berkas cahaya safir bintang masih berpendar dalam
kepingan-kepingannya, dan di beberapa, kelopak
ukiran mawar masih terlihat. Bum. Para pemanggul
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terus maju, di sela-sela puluhan tepi setajam pisau
cukur. Lalu prosesi itu berbelok dan menuruni tangga
lebar ke terowongan-terowongan di bawah. Mereka
berbaris melewati banyak gua, melewati gubuk-gubuk
batu tempat anak-anak kurcaci mencengkeram ibu
mereka dan menatap dengan mata terbelalak. Bum.
Dan dengan dentaman terakhir itu, mereka berhenti di
bawah rusuk stalaktit yang memanjang di atas
katakombe raksasa yang tepinya dipenuhi ceruk. Di
setiap ceruk terdapat peti mati berukir nama dan
lambang klan. Ratusan ribu telah dimakamkan di sini.
Satu-satunya cahaya berasal dari lentera-lentera
merah yang diletakkan berjauhan satu sama lain,
tampak pucat dalam keremangan. Sejenak kemudian,
para pemanggul melangkah ke ruangan kecil yang
ditambahkan di samping ruang utama. Di tengah, di
panggung, terdapat peti yang terbuka bagi kegelapan
yang menunggu. Di bagian atasnya terukir: Kiranya
semua, Knurlan, Manusia, dan Elf Mengingat Orang
Ini. Karena ia Mulia, Kuat, dan Bijaksana. Guntera
Aruna Sesudah para pelayat berkerumun, Ajihad
diturunkan ke dalam peti, dan mereka yang
mengenalnya secara pribadi diizinkan mendekat.
Eragon dan Saphira berada pada urutan kelima dalam
barisan, di belakang Arya. Sewaktu mereka menapaki
tangga marmer untuk memandang jasadnya, Eragon
dicengkeram kedukaan yang luar biasa,
kegundahannya diperkuat fakta bahwa ia menganggap
pemakaman ini sebagai pemakaman Ajihad sekaligus
Murtagh. Setelah berhenti di samping makam, Eragon
menunduk menatap Ajihad. Ajihad tampak jauh lebih
tenang dan damai daripada semasa masih hidup,
seakan kematian mengakui kebesarannya dan
menghormatinya dengan menyingkirkan semua
kekhawatiran duniawinya. Eragon baru sebentar
mengenal Ajihad, tapi dalam masa itu ia
menghormatinya baik sebagai seseorang maupun
sebagai apa yang diwakilinya: kemerdekaan dari
tirani. Selain itu, Ajihad juga orang pertama yang
memberi tempat berlindung bagi Eragon dan Saphira
sejak mereka meninggalkan Lembah Palancar. Dengan
perasaan tercekik, Eragon mencoba memikirkan pujian
besar yang bisa diberikannya. Pada akhirnya, ia
berbisik dengan tenggorokan bagai tercekik, "Kau
akan dikenang, Ajihad. Aku bersumpah.
Beristirahatlah dengan tenang karena Nasuada akan
melanjutkan pekerjaanmu dan Kekaisaran akan
diruntuhkan berkat apa yang telah kaucapai." Sadar
akan sentuhan Saphira di lengannya, Eragon
melangkah turun dari panggung bersamanya dan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membiarkan Jormundur menggantikan tempatnya.
Setelah akhirnya semua orang memberikan
penghormatan masing-masing, Nasuada membungkuk
di atas Ajihad dan menyentuh tangan ayahnya,
memegangnya lembut. Setelah mengerang sedih, ia
mulai bernyanyi dalam bahasa asing yang melantun,
memenuhi gua dengan kedukaannya. Lalu dua belas
kurcaci muncul, meletakkan pelat marmer di atas
wajah Ajihad yang menengadah. Dan ia pun tiada.
SUMPAH SETIA Eragon menguap dan menutupi
mulutnya sementara orang orang memasuki amfiteater
bawah tanah. Arena yang luas itu menggemakan
celoteh orang-orang yang membicarakan pemakaman
yang baru saja berakhir. Eragon duduk di barisan
paling bawah, sejajar dengan podium. Bersamanya
duduk Orik, Arya, Hrothgar, Nasuada, dan Dewan
Tetua. Saphira berdiri di barisan anak tangga yang
membelah deretan kursi ke atas. Sambil membungkuk,
Orik berkata, "Sejak Korgan, setiap raja kami dipilih
di sini. Sudah selayaknya kaum Varden juga be
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rbuat begitu." Masih harus dilihat dulu, pikir Eragon,
apakah peralihan kekuasaan ini berlangsung damai. Ia
menggosok sebelah mata, menghapus air mata baru;
upacara pemakaman menyebabkan ia terguncang.
Menggelegak di atas sisa-sisa kedukaan, kegelisahan
sekarang memuntir perutnya. Ia khawatir soal
perannya sendiri dalam peristiwa yang akan
berlangsung. Bahkan kalau segalanya berjalan baik, ia
dan Saphira tetap akan menimbulkan musuh-musuh
potensial. Tangannya turun ke Zar'roc dan
mencengkeram gagangnya erat-erat. Butuh waktu
beberapa menit sebelum amfiteater penuh. Lalu
Jormundur naik ke podium. "Orang-orang Varden, kita
terakhir berdiri di sini lima belas tahun yang lalu,
saat kematian Deynor. Penerusnya, Ajihad, bertindak
lebih banyak untuk menentang Kekaisaran dan
Galbatorix dibandingkan pendahulunya yang mana pun.
Ia memenangkan puluhan pertempuran melawan
pasukan yang lebih unggul. Ia nyaris membunuh
Durza, menggores pedang Shade. Dan yang paling
hebat, ia menerima Penunggang Eragon dan Saphira
ke dalam Tronjheim. Tapi, pemimpin baru harus
dipilih, pemimpin yang akan memenangkan lebih
banyak kemegahan bagi kita." Seseorang di tempat
tinggi berteriak, "Shadeslayer!" Eragon berusaha
tidak bereaksi--ia senang melihat Jormundur bahkan
tidak berkedip. Pria itu berkata, "Mungkin di
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tahun-tahun mendatang, tapi ia memiliki kewajiban
dan tanggung jawab lain untuk saat ini. Tidak, Dewan
Tetua sudah berpikir lama untuk ini: kita
membutuhkan seseorang yang memahami kebutuhan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan keinginan kita, seseorang yang tinggal dan
menderita bersama-sama kita. Seseorang yang
menolak melarikan diri, bahkan sewaktu pertempuran
mengancam." Pada saat itu, Eragon merasakan
pemahaman mengaliri para pendengar. Namanya
dibisikkan ribuan tenggorokan dan diucapkan
Jormundur sendiri, "Nasuada." Sambil membungkuk
Jormundur melangkah ke samping. Selanjutnya giliran
Arya. Ia mengamati hadirin yang menunggu, lalu
berkat, "Kaum elf menghormati Ajihad malam ini....
Dan atas nama Ratu Islanzadi, kuakui penunjukan
Nasuada dan menawarkan dukungan serta
persahabatan yang sama seperti yang kami tawarkan
pada ayahnya. Kiranya bintang-bintang
mengawasinya." Hrothgar naik ke podium dan
berbicara dengan suara serak, "Aku juga mendukung
Nasuada, sebagaimana klan-klan yang lain." Ia
bergeser. Lalu tiba giliran Eragon. Saat berdiri di
depan kerumunan, semua mata memandang dirinya dan
Saphira, ia berkata, "Kami juga mendukung Nasuada."
Saphira menggeram untuk menegaskan. Sumpah
diucapkan, Dewan Tetua berbaris di kedua sisi
podium, Jormundur berdiri di kepala barisan. Dengan
bangga, Nasuada mendekat dan berlutut di depannya,
gaunnya melebar bagai sayap gagak. Dengan
mengeraskan suara, Jormundur berkata, "Berdasarkan
hak warisan dan penerus, kami memilih Nasuada.
Berdasarkan prestasi ayahnya dan restu
rekan-rekannya, kami memilih Nasuada. Sekarang
kutanyakan pada kalian: Apakah kami telah memilih
dengan baik?" Raungannya menggetarkan. "Ya!"
Jormundur mengangguk. "Dengan kekuasaan yang
diberikan pada dewan ini, kami mengalihkan
kehormatan dan tanggung jawab dari Ajihad kepada
satu-satunya keturunannya, Nasuada." pengan lembut
ia meletakkan lingkaran perak sejajar alis Nasuada.
Setelah meraih tangan Nasuada, ia menariknya
bangkit dan mengumumkan, "Kuberikan pemimpin baru
kita!" Selama sepuluh menit, kaum Varden dan para
kurcaci bersorak, menyatakan persetujuan yang
menggemuruh hingga aula bergetar dengan keributan
mereka. Begitu sorakan mereka mereda, Sabrae
memberi isyarat pada Eragon, sambil berbisik,
"Sekarang waktunya menepati janjimu." Pada saat
itu, seluruh suara berhenti untuk Eragon.
Kegugupannya juga menghilang, tersapu arus saat itu.
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Setelah menguatkan diri dengan tarikan napas, ia dan
Saphira mendekati Jormundur dan Nasuada, setiap
langkah terasa abadi. Sementara mereka berjalan, ia
menatap Sabrae, Elessari, Umerth, dan
Falberd--menyadari senyum tipis, kesombongan
mereka, dan pada diri Sabrae, kebencian yang nyata.
Arya berdiri di belakang anggota Dewan. Ia
mengangguk memberi dukungan. Kita akan mengubah
sejarah, kata Saphira. Kita terjun ke ju
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
rang tanpa tahu seberapa dalam air di bawah. Ah,
tapi perjalanan ke bawahnya kan luar biasa! Setelah
memandang sekilas wajah Nasuada yang damai,
Eragon membungkuk dan berlutut. Ia mencabut Zar'roc
dari sarung, meletakkan pedang itu rata di kedua
telapaknya, lalu mengangkatnya, seakan hendak
mengulurkannya pada Jormundur. Sejenak, pedang itu
mengambang antara Jormundur dan Nasuada,
terombang-ambing di tepi dua takdir yang berbeda.
Eragon merasa napasnya tercekat--pilihan yang begitu
sederhana untuk menyeimbangkan kehidupan. Dan
lebih daripada kehidupan--seekor naga, seorang raja,
seorang Kaisar! Lalu napasnya memburu, sekali lagi
memenuhi paru-parunya dengan waktu, dan ia
berpaling memandang Nasuada. "Karena penghormatan
yang mendalam... dan penghargaan akan
kesulitan-kesulitan yang akan kauhadapi... aku,
Eragon, Penunggang pertama kaum Varden, Pembantai
Shade, dan Argetlam, memberikan pedang dan
kesetiaanku padamu, Nasuada." Kaum Varden dan
para kurcaci melotot, terpana. Pada saat yang sama,
sikap Dewan Tetua berubah dari penuh kemenangan
menjadi kemurkaan tanpa daya. Tatapan mereka
membakar dengan kekuatan dan kebencian
orang-orang yang dikhianati. Bahkan Elessari
membiarkan kemurkaannya menyembur keluar dari
sikapnya yang menyenangkan. Hanya Jormundur
sesudah terkejut sejenak-tampak menerima
pengumuman itu dengan tenang. Nasuada tersenyum
dan meraih Zar'roc, menempelkan ujung pedang ke
dahi Eragon, tepat seperti sebelumnya. "Aku
tersanjung kau memilih untuk melayaniku, Penunggang
Eragon. Kuterima, seperti kau menerima semua
tanggung jawab yang mengiringi jabatan itu.
Bangkitlah sebagai pembantuku dan terimalah
pedangmu." Eragon mematuhinya, lalu melangkah
mundur bersama Saphira. Diiringi teriakan-teriakan
menyetujui, para hadirin berdiri, para kurcaci
mengentak-entakkan kaki seirama dengan sepatu bot
berpaku mereka sementara para manusia pejuang
memukul-mukulkan pedang ke perisai. Nasuada
kembali ke podium dan mencengkeram kedua sisi
podium itu, memandang semua orang di amfiteater. Ia
tersenyum kepada mereka, suka cita murni terpancar
di wajahnya. "Kaum Varden!" Sunyi. "Seperti yang
dilakukan ayahku sebelum diriku, kuberikan hidupku
kepada kalian dan tujuan kita. Aku tidak akan pernah
berhenti bertempur hingga para Urgal berhasil
dilenyapkan, Galbatorix tewas, dan Alagaesia sekali
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lagi merdeka!" Lebih banyak sorakan dan tepuk
tangan. "Oleh karena itu, kukatakan pada kalian,
sekarang waktunya bersiap-siap. Di sini di Farthen
Dur--sesudah pertempuran-pertempuran kecil tanpa
henti--kita memenangkan pertempuran terbesar kita.
Sekarang giliran kita membalas. Galbatorix lemah
sesudah kehilangan begitu banyak pasukan, dan
kesempatan seperti ini tidak akan pernah datang lagi.
"Oleh karena itu, kukatakan sekali lagi, sekarang
waktunya bersiap-siap agar kita bisa kembali meraih
kemenangan!" Sesudah pidato beberapa orang
lain--termasuk Falberd yang masih melotot--amfiteater
mulai ditinggalkan. Waktu Eragon bangkit hendak
berlalu, Orik menyambar lengannya, menghentikannya.
Kurcaci itu membelalak. "Eragon, apa kau
merencanakan semua ini sebelumnya?" Eragon
mempertimbangkan sejenak apakah,bijaksana untuk
memberitahu Orik, lalu mengangguk. "Ya." Orik
mengembuskan napas, menggeleng. "Benar-benar
pukulan yang berani, tadi itu. Kau memberi Nasuada
posisi yang kuat. Tapi tindakan itu berbahaya, kalau
reaksi Dewan Tetua ada artinya. Apa Arya
menyetujuinya?" "Ia setuju bahwa tindakan itu
diperlukan." Si kurcaci mengamatinya sambil berpikir.
"Aku yakin begitu. Kau baru saja mengubah
keseimbangan kekuasaan, Eragon. Tidak ada seorang
pun yang akan meremehkanmu lagi karena itu....
Berhati-hatilah terhadap batu busuk. Kau mendapat
sejumlah musuh yang kuat hari ini." Ia menepuk
bagian samping tubuh Eragon dan berlalu. Saphira
mengawasi kepergiannya, lalu berkata, Kita sebaiknya
bersiap-siap meninggalkan Farthen Dur. Dewan sangat
ingin membalas dendam. Semakin cepat kita menjauhi
jangkauan mereka, semakin baik. WANITA PENYIHIR,
ULAR DAN DOKUMEN Malam itu, sewaktu Eragon
kembali ke kamarnya sesudah mandi, ia terkejut
mendapati Bidadari Pendekar Naga Sakti
ada wanita jangkung menunggu dirinya di lorong.
Wanita itu berambut hitam, dengan mata yang
mengejutkan birunya, dan bibir sinis. Di pergelangan
tangannya melingkar gelang emas berbentuk ular
mendesis. Eragon berharap wanita tersebut datang
bukan untuk meminta saran darinya, seperti yang
banyak dilakukan kaum Varden. "Argetlam." Wanita
itu menekuk kaki, membungkuk memberi hormat.
Eragon menundukkan kepala sebagai balasan. "Ada
yang bisa kubantu?" "Kuharap begitu. Namaku
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Trianna, wanita penyihir dari Du Vrangr Gata."
"Sungguh" Wanita penyihir?" tanya Eragon, tergelitik.
"Sekaligus penyihir tempur dan mata-mata, dan
jabatan apa pun lainnya yang dipandang perlu oleh
kaum Varden. Tidak banyak pengguna sihir di sini,
jadi kami masing-masing akhirnya menangani setengah
lusin tugas." Ia tersenyum, memamerkan gigi-gigi
yang putih rata. "Itu sebabnya aku datang kemari hari
ini. Kami akan merasa tersanjung kalau kau mau
memimpin kelompok kami. Kau satu-satunya yang bisa
menggantikan si Kembar." Hampir tanpa
menyadarinya, Eragon balas tersenyum. Wanita itu
begitu ramah dan memesona, ia jadi benci untuk
menolaknya. "Sayangnya aku tidak bisa; Saphira dan
aku akan meninggalkan Tronjheim tidak lama lagi.
Lagi pula, aku harus berkonsultasi terlebih dulu
dengan Nasuada." Dan aku tidak ingin terlibat lebih
jauh dengan politik... terutama di tempat si Kembar
dulu memimpin. Trianna menggigit bibir. "Aku sedih
mendengarnya." Ia maju selangkah. "Mungkin kita bisa
melewatkan waktu bersama-sama sebelum kau harus
pergi. Aku bisa menunjukkan bagaimana cara
memanggil dan mengendalikan roh-roh... Itu akan
mendidik bagi kita berdua." Eragon merasakan
wajahnya memanas. "Kuhargai tawaranmu, tapi saat
ini aku benar-benar terlalu sibuk." Kilat kemarahan
berkilau di mata Trianna, lalu menghilang begitu
cepat hingga Eragon penasaran apakah ia tadi
memang melihatnya. Wanita itu mendesah anggun.
"Aku mengerti." Ia kedengaran begitu kecewa--dan
tampak begitu sedih--hingga Eragon merasa bersalah
menolaknya. Tidak ada ruginya bercakap-cakap
dengan dia sebentar, katanya dalam hati. "Aku ingin
tahu; dari mana kau belajar sihir?" Trianna berubah
cerah. "Ibuku tabib di Surda. Ia memiliki sedikit
kekuatan dan mampu mengajariku cara-cara lama.
Tentu saja, kekuatanku jauh di bawah kekuatan
Penunggang. Tidak satu pun anggota Du Vrangr Gata
mampu mengalahkan Durza seorang diri, seperti yang
kaulakukan. Itu tindakan heroik." Karena malu,
Eragon menggosok-gosokkan sepatu botnya ke lantai.
"Aku tidak akan selamat kalau bukan karena Arya."
"Kau terlalu rendah hati, Argetlam," tegur wanita itu.
"Kaulah yang melontarkan pukulan terakhir. Kau
seharusnya bangga akan prestasimu. Itu prestasi yang
sejajar dengan Vrael sendiri." Ia mencondongkan
tubuh mendekati Eragon. Jantung Eragon berdetak
lebih cepat saat mencium wangi parfumnya, yang
kental dan musky, dengan bau samar rempah-rempah
eksotis. "Kau sudah mendengar lagu yang dikarang
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tentang dirimu" Kaum Varden menyanyikannya setiap
malam di sekeliling api uggun. Kata mereka kau
datang untuk mengambil alih takhta dari Galbatorix!"
"Tidak," kata Eragon, cepat dan tajam. Itu isu yang
tidak bisa ditolerirnya. "Mereka mungkin begitu, tapi
akuu tidak. Apa pun takdirku, aku tidak berniat
memerintah." "Niat yang bijaksana. Bagaimanapun
juga, apalah artinya raja selain seseorang yang
tertawan berbagai kewajiban" Itu benar-benar imbalan
yang buruk bagi Penunggang dan naga bebas yang
terakhir. Tidak, bagimu adalah kemampuan untuk pergi
dan bertindak sesuka hati, lalu, selanjutnya,
membentuk masa depan Alagaesia." Ia diam sejenak.
"Masih ada keluargamu di Kekaisaran?" Apa" "Hanya
seorang sepupu." "Kalau begitu, kau belum
dijodohkan?" Eragon tidak siap menghadapi
pertanyaan itu. Ia belum pernah mendapat pertanyaan
tersebut. "Ya, akuu belum dijodohkan." "Tentunya ada
seseorang yang kaukasihi." Wanita itu maju selangkah
lagi, dan lengan bajunya yang berpita menyapu lengan
Eragon. "Aku tidak dekat dengan siapa pun di
Carvahall," kata Eragon tergagap, "dan sejak saat itu
aku selalu bepergian." Trianna mundur sedikit, lalu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengangkat pergelangan tangan hingga gelang ularnya
setinggi mata. "Kau menyukainya?" tanyanya. Eragon
mengerjapkan mata dan mengangguk, sekalipun gelang
itu sebenarnya agak menggelisahkan. "Kuberi nama
Lorga. Ia keluarga dan pelindungku." Setelah
membungkuk ke depan, ia meniup gelangnya, lalu
menggumam, "Se orum thornessa havr sharjalvi lifs."
Diiringi gemeresik kering, ular itu bergerak hidup.
Eragon memandangi, terpesona, sementara makhluk
itu menggeliat-geliat di lengan Trianna yang pucat,
lalu mengangkat diri dan menatap Eragon dengan mata
rubinya yang berputar-putar, lidah kawatnya melecut
keluar-masuk. Matanya seperti mengembang hingga
sebesar kepalan tangan Eragon. Eragon merasa
seperti terjatuh ke kedalaman mata yang merah itu; ia
tidak mampu mengalihkan pandangan walau sekeras


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

apa pun usahanya. Lalu dengan perintah singkat, ular
itu mengejang dan kembali ke posisi semula. Sambil
mendesah kelelahan, Trianna menyandar ke dinding.
"Tidak banyak orang yang memahami apa yang kami,
para pengguna sihir, lakukan. Tapi aku ingin kau tahu
bahwa ada orang-orang lain yang seperti dirimu, dan
kami akan membantu kalau bisa." Dengan impulsif
Eragon memegang tangan wanita itu. Ia belum pernah
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tergoda untuk mendekati wanita seperti ini, tapi naluri
mendorongnya, menantangnya meraih kesempatan.
Rasanya menakutkan sekaligus menggairahkan. "Kalau
kau mau, kita bisa pergi makan. Dapur tidak jauh dari
sini." Trianna menangkupkan tangannya yang lain ke
tangan Eragon, jemarinya terasa halus dan sejuk,
sangat berbeda dengan cengkeraman kasar yang biasa
dihadapi Eragon. "Aku suka. Bisa kita--" Trianna
terhuyung ke depan saat pintu terdobrak membuka di
belakangnya. Wanita penyihir itu berputar, dan
berteriak saat mendapati diri berhadapan dengan
Saphira. Saphira tidak bergerak, hanya bibirnya yang
perlahan terangkat menampilkan sederetan gigi yang
tajam. Lalu ia menggeram. Geraman yang luar
biasa--berat dan penuh ejekan sekaligus
ancaman--yang menggema di seluruh lorong selama
lebih dari semenit. Mendengar geraman itu seperti
mendengar raungan yang memekakkan. Eragon
memelototi Saphira terus. Sesudah geramannya
berhenti, Trianna mencengkeram gaunnya dengan dua
tangan, memuntir-muntir kainnya. Wajahnya pucat
ketakutan. Ia bergegas memberi hormat pada Saphira,
lalu, dengan gerakan yang nyaris tidak terkendali,
berbalik dan melarikan diri. Bersikap seakan tidak
terjadi apa-apa, Saphira mengangkat satu kaki dan
menjilati cakarnya. Hampir mustahil membuka
pintunya, katanya sambil mendengus. Eragon tidak
mampu menahan diri lebih lama lagi. Kenapa kau
berbuat begitu" ia meledak. Kau tidak memiliki alasan
untuk turut campur! Kau membutuhkan bantuanku,
lanjut Saphira, tidak terusik. Kalau aku membutuhkan
bantuanmu, aku pasti memanggilmu! Jangan berteriak
padaku, sergah Saphira, membiarkan rahangnya
beradu. Eragon bisa merasakan emosi naga itu
menggelegak sama hebatnya seperti emosinya sendiri.
Aku tidak bisa membiarkan dirimu berkeliaran dengan
wanita mesum yang lebih peduli pada Eragon sebagai
Penunggang daripada dirimu sebagai seseorang. Ia
bukan wanita mesum, raung Eragon. Ia memukul
dinding karena frustrasi. Aku pria dewasa sekarang,
Saphira, bukan pertapa. Kau tidak bisa mengharapkan
aku mengabaikan... mengabaikan wanita hanya karena
siapa diriku. Dan jelas itu bukan keputusanmu. Paling
tidak, aku bisa saja menikmati percakapan dengannya,
apa saja selain berbagai tragedi yang kita hadapi
akhir-akhir ini. Kau berada dalam kepalaku cukup
lama untuk tahu bagaimana perasaanku. Kenapa kau
tidak bisa membiarkan aku sendirian" Apa ruginya"
Kau tidak mengerti. Saphira menolak membalas
tatapannya. Tidak mengerti! Apa kau akan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghalangiku memiliki istri dan anak-anak"
Bagaimana dengan keluarga" Eragon. Saphira
akhirnya menatapnya dengan satu matanya yang
besar. Kita terhubung erat. Jelas! Dan kalau kau
menginginkan hubungan, dengan atau tanpa restuku,
dan menjadi... terikat... dengan seseorang,
perasaanku juga akan terikat. Kau harus tahu itu.
Oleh karena itu-dan kuperingatkan kau hanya satu kali
ini-berhati-hatilah mengenai siapa y
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ang kau pilih, karena itu akan melibatkan kita berdua.
Eragon mempertimbangkan kata-kata Saphira sejenak.
Tapi ikatan kita berlaku dua arah. Kalau ada yang kau
benci, aku juga akan terpengaruh... Aku memahami
keprihatinanmu. Jadi kau bukan sekadar cemburu"
Saphira menjilat cakarnya sekali lagi. Mungkin
sedikit. Eragon-lah yang menggeram kali ini. Ia
menerobos melewati Saphira untuk masuk ke kamar,
menyambar Zar'roc, lalu melangkah pergi, sambil
mengenakan sabuk pedang. Ia berkeliaran di
Tronjheim selama berjam-jam, menghindari kontak
dengan siapa pun. Apa yang terjadi membuatnya
menderita, sekalipun ia tak bisa mengingkari
kebenaran kata-kata Saphira. Dari segala sesuatu
yang mereka jalani bersama, ini yang paling rumit dan
mereka paling tidak sepaham. Malam itu--untuk
pertama kali sejak ia tertangkap di Gil'ead--ia tidur
terpisah dari Saphira, di salah satu barak kurcaci.
Eragon kembali ke kamarnya keesokan harinya.
Dengan persetujuan yang tak terucapkan, ia dan
Saphira menghindari diskusi mengenai apa yang telah
terjadi; argumentasi lebih jauh tidak ada gunanya
kalau kedua belah pihak sama-sama tidak bersedia
mengalah. Lagi pula, mereka begitu lega bisa bersatu
kembali hingga tidak berani mengambil risiko
mempertaruhkan persahabatan mereka lagi. Mereka
tengah makan siang--Saphira mencabik-cabik daging
yang masih berlumuran darah--sewaktu Jarsha berlari
mendekat. Seperti sebelumnya, bocah itu menatap
Saphira dengan mata terbelalak, mengikuti gerakan
naga itu yang tengah menggigiti daging dari tulang
kaki. "Ya?" tanya Eragon, sambil mengusap dagu dan
penasaran apakah Dewan Tetua memanggil mereka. Ia
tidak mendapat kabar apa pun dari mereka sejak
pemakaman. Jarsha berpaling dari Saphira cukup
lama untuk mengatakan, "Nasuada ingin menemui
Anda, Sir. Beliau menunggu di ruang kerja ayahnya."
Sir! Eragon nyaris tertawa. Belum lama ini, ia yang
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memanggil orang-orang Sir, bukan sebaliknya. Ia
melirik Saphira. "Kau sudah selesai, atau sebaiknya
kita tunggu sebentar lagi?" Sambil memutar bola
mata, Saphira memasukkan daging yang tersisa ke
mulut dan memuntahkan tulangnya diiringi derakan
keras. Selesai. "Baiklah," kata Eragon, sambil
berdiri, "kau boleh pergi, Jarsha. Kami tahu
jalannya." Mereka membutuhkan hampir setengah jam
untuk tiba di ruang kerja karena luasnya
kota-pegunungan itu. Sebagaimana semasa
kepemimpinan Ajihad, pintunya dijaga, tapi bukannya
oleh dua orang, kali ini penjaganya satu pasukan
tempurpara pejuang berpengalaman yang sekarang
berdiri di depan pintu, mewaspadai isyarat bahaya
sekecil apa pun. Mereka jelas bersedia mengorbankan
diri untuk melindungi pemimpin baru mereka dari
sergapan atau serangan. Sekalipun mereka tidak
mungkin tak mengenali Eragon dan Saphira, mereka
tetap saja menghalangi jalan sementara Nasuada
diberitahu mengenai tamu-tamunya. Baru sesudah itu
keduanya diizinkan masuk. Eragon seketika
menyadari adanya perubahan: vas bunga di ruang
kerja, Bunga-bunga ungu kecilnya tidak mencolok, tapi
memenuhi udara dengan keharuman hangat yang--bagi
Eragon--mengingatkannya pada buah raspberri segar
yang baru dipetik di musim panas dan ladang-ladang
yang baru dituai dan berubah kecokelatan ditimpa
cahaya matahari. Ia menarik napas, menghargai
keahlian Nasuada menempatkan diri tanpa menghapus
kenangan akan Ajihad. Nasuada duduk di belakang
meja lebar, masih mengenakan gaun hitam duka cita.
Setelah Eragon duduk, Saphira di sampingnya.
Nasuada berkata, "Eragon." Pernyataan sederhana,
tidak ramah maupun bermusuhan. Ia berbalik sejenak,
lalu memusatkan perhatian pada Eragon, tatapannya
keras dan tajam. "Aku menghabiskan beberapa hari
terakhir ini untuk mempelajari masalah-masalah kaum
Varden. Bukan kegiatan yang menggembirakan. Kami
miskin, terlalu banyak, dan kekurangan pasokan, dan
ada beberapa anggota baru dari Kekaisaran. Aku
berniat mengubahnya. "Para kurcaci tidak mampu
mendukung kami lebih lama lagi, karena tahun ini
hasil bumi sangat sedikit dan mereka sendiri
mengalami kerugian. Mempertimbangkan hal ini,
kuputuskan untuk memindahkan kaum Varden ke
Surda. Ini usulan yang sulit, tapi a
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ku yakin diperlukan agar kita tetap aman. Begitu tiba
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di Surda, kita akhirnya bisa cukup dekat untuk
menyerang Kekaisaran secara langsung." Bahkan
Saphira bergerak karena terkejut. Betapa berat usaha
yang diperlukan untuk melakukan itu! kata Eragon.
Bisa memakan waktu berbulan-bulan untuk
memindahkan barang-barang milik semua orang ke
Surda, belum lagi semua orangnya. Dan mereka
mungkin diserang di tengah perjalanan. "Kukira Raja
Orrin tidak menentang Galbatorix secara
terang-terangan," katanya memprotes. Nasuada
tersenyum muram. "Posisinya berubah sejak kita
mengalahkan kaum Urgal. Ia akan menampung dan
memberi kita makan serta bertempur di pihak kita.
Banyak anggota kaum Varden yang sudah berada di
Surda, terutama wanita dan anak-anak yang tidak
mampu dan takkan bertempur. Mereka juga akan
mendukung kita, kalau tidak aku akan memecat
mereka." "Bagaimana caramu," tanya Eragon,
"berkomunikasi dengan Raja Orrin secepat itu?"
"Para kurcaci menggunakan sistem cermin dan lentera
untuk mengirim pesan melalui terowongan-terowongan
mereka. Mereka bisa mengirim kabar dari sini ke tepi
barat Pegunungan Beor dalam waktu kurang dari satu
hari. Lalu kurir-kurir mengirim pesannya ke Aberon,
ibukota Surda. Sekalipun cepat, Metode ini masih
terlalu lambat karena Galbatorix bisa mengejutkan
kita dengan pasukan Urgal dan memberi kita
peringatan kurang dari satu hari. Aku berniat
mengatur cara yang jauh lebih efektif antara Du
Vrangr Gata dan para penyihir Hrothgar sebelum kita
berangkat." Setelah membuka laci meja, Nasuada
mengeluarkan segulung dokumen tebal. "Kaum Varden
akan meninggalkan Farthen Dur dalam waktu sebulan.
Hrothgar sudah setuju untuk menyediakan jalan yang
aman melalui terowongan. Lebih jauh lagi, ia sudah
mengirim pasukan ke Orthiad untuk menyingkirkan
sisa-sisa Urgal dan menutup terowongan agar tidak
ada yang bisa menginvasi para kurcaci melalui rute
itu lagi. Karena ini mungkin tidak cukup untuk
menjamin keselamatan kaum Varden, aku membutuhkan
bantuanmu." Eragon mengangguk. Ia telah menduga
adanya permintaan atau perintah. Hanya itu
satu-satunya alasan Nasuada memanggil mereka. "Aku
siap menerima perintah." "Mungkin." Mata Nasuada
beralih ke Saphira sejenak. "Pokoknya, ini bukan
perintah, dan kuminta kau mempertimbangkannya
dengan hati-hati sebelum menjawab. Untuk membantu
membangun dukungan bagi kaum Varden, aku ingin
menyebar berita ke seluruh Kekaisaran bahwa ada
Penunggang barubernama Eragon Shadeslayer--dan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
naganya, Saphira, yang telah bergabung dengan kita.
Tapi aku membutuhkan izin darimu sebelum
melakukannya." Terlalu berbahaya, kata Saphira,
keberatan. Berita mengenai kehadiran kita di sini
tetap saja akan mencapai Kekaisaran, kata Eragon.
Kaum Varden ingin membanggakan kemenangan mereka
dan kematian Durza. Karena itu akan tetap terjadi
dengan atau tanpa persetujuan kita, kita harus mau
membantu. Saphira mendengus lembut. Aku khawatir
mengenai Galbatorix. Hingga sekarang kita belum
mengumumkan secara terbuka ke mana kita
bersimpati. Tindakan-tindakan kita sudah cukup
jelas. Ya, tapi bahkan sewaktu Durza melawanmu di
Tronjheim, ia tidak berusaha membunuhmu. Kalau kita
mengutarakan penentangan kita terhadap Kekaisaran
secara terang-terangan, Galbatorix tidak akan
bersikap selunak itu lagi. Siapa yang tahu kekuatan
atau rencana apa yang sudah disiapkan sementara ia
berusaha menguasai kita" Selama kita tetap bersikap
mendua, ia tidak akan tahu harus bertindak
bagaimana. Waktu untuk sikap mendua telah berlalu,
kata Eragon. Kita pernah bertempur melawan Urgal,
membunuh Durza, dan aku sudah bersumpah setia
kepada pemimpin kaum Varden. Tidak ada lagi sikap
mendua. Tidak, dengan seizinmu, aku akan menyetujui
usulannya. Saphira terdiam cukup lama, lalu
menunduk. Terserah padamu. Eragon menyentuh sisi
tubuh Saphira sebelum kembali memerhatikan Nasuada
dan berkata, "Lakukan apa yang menurutmu sesuai.
Kalau begini cara terbaik yang bisa kami lakukan
untuk membantu kaum Varden, silakan." "Terima
kasih. Aku tahu permintaanku terlalu banyak.
Sekarang, seperti yang kita diskusikan sebelum
pemakaman, kuharap ka Bidadari Pendekar Naga Sakti
u pergi ke Ellesmera dan menyelesaikan latihanmu."
"Bersama Arya?" "Tentu saja. Para elf menolak
mengadakan kontak baik dengan manusia maupun
kurcaci sejak ia tertangkap. Arya satu-satunya yang
bisa meyakinkan mereka untuk keluar dari tempat
persembunyian." "Apa ia tidak bisa menggunakan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sihir untuk memberitahu mereka tentang penyelamatan
dirinya?" "Sialnya tidak bisa. Sewaktu para elf
mengundurkan diri ke Du Weldenvarden sesudah
kejatuhan para Penunggang, mereka menempatkan
pelindung di sekeliling hutan yang menghalangi
pikiran, benda, atau makhluk apa pun memasukinya
melalui cara-cara yang misterius, sekalipun tidak
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menghalangi mereka keluar dari sana, kalau aku tidak
salah memahami penjelasan Arya. Dengan begitu, Arya
secara fisik harus datang ke Du Weldenvarden supaya
Ratu Islanzadi tahu bahwa dirinya masih hidup, bahwa
kau dan Saphira ada, dan mengenai puluhan kejadian
yang menimpa kaum Varden selama beberapa bulan
terakhir." Nasuada mengulurkan gulungan
dokumennya. Dokumen itu disegel dengan stempel
lambang dari lilin. "Ini pesan untuk Ratu Islanzadi,
memberitahukan situasi kaum Varden dan rencanaku
sendiri. Jagalah dengan nyawamu; dokumen ini akan
menimbulkan kerusakan besar di tangan yang salah.
Kuharap sesudah semua yang terjadi, Islanzadi akan
cukup baik pada kita untuk membuka kembali
hubungan diplomatik. Bantuannya bisa menimbulkan
perbedaan antara kemenangan dan kekalahan. Arya
tahu ini dan setuju untuk mengajukan kasus kita, tapi
aku ingin kau juga menyadari situasinya, agar bisa
memanfaatkan setiap kesempatan yang mungkin
timbul." Eragon menjejalkan gulungan itu ke
kemejanya. "Kapan kami berangkat?" "Besok pagi...
kecuali kau sudah memiliki rencana sendiri?" "Tidak
ada." "Bagus." Nasuada menangkupkan tangan. "Kau
harus tahu, ada satu orang lagi yang akan pergi
bersamamu." Eragon memandangnya kebingungan.
"Raja Hrothgar berkeras bahwa demi keadilan harus
ada perwakilan kurcaci yang hadir selama latihanmu,
karena hal itu juga memengaruhi ras mereka. Jadi ia
menugaskan Orik pergi bersamamu." Reaksi pertama
Eragon adalah jengkel. Saphira bisa menerbangkan
Arya dan dirinya ke Du Weldenvarden, dengan begitu
mereka bisa menghemat berminggu-minggu waktu
perjalanan. Tapi tiga penumpang terlalu banyak untuk
bisa duduk di bahu Saphira. Kehadiran Orik akan
memaksa mereka melewati jalan darat. Tapi sesudah
memikirkannya lebih jauh, Eragon mengakui
kebijaksanaan permintaan Hrothgar. Penting bagi
Eragon dan Saphira untuk mempertahankan
kesejajaran dalam berurusan dengan berbagai ras
yang berbeda. Ia tersenyum. "Ah, well, dengan begitu
akan memperlambat kami, tapi kurasa kita harus
menyenangkan hati Hrothgar. Sejujurnya, aku senang
Orik ikut. Menyeberangi Alagaesia hanya bersama
Arya prospeknya kurang bagus. Ia...." Nasuada juga
tersenyum. "la berbeda." "Aye." Eragon kembali
serius. "Kau benar-benar berniat menyerang
Kekaisaran" Kau sendiri yang mengatakan kaum
Varden lemah. Rasanya bukan tindakan yang
bijaksana. Kalau kita menunggu--" "Kalau kita
menunggu," tukas Nasuada tegas, "Galbatorix hanya
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akan lebih kuat lagi. Ini pertama kalinya sejak Morzan
tewas kita memiliki sedikit kesempatan untuk
menyerangnya pada saat ia tidak siap. Ia tidak
memiliki alasan untuk curiga bahwa kita mampu
mengalahkan kaum Urgal--yang berhasil kita lakukan
berkat dirimu--jadi ia tidak akan menyiapkan
Kekaisaran untuk menghadapi invasi." Invasi! seru
Saphira. Bagaimana rencana Nasuada untuk membunuh
Galbatorix sementara raja itu terbang keluar untuk
memusnahkan pasukan mereka dengan sihir" Nasuada
menggeleng sebagai jawaban sewaktu Eragon
mengulangi keberatan Saphira. "Dari apa yang kita
ketahui tentang dirinya, ia tidak akan bertempur
hingga Uru'baen sendiri terancam. Bagi Galbatorix
tidak penting kalau kita menghancurkan separo
Kekaisaran, selama kita mendatanginya, bukan
sebaliknya. Lagi pula kenapa ia harus bersusah
payah" Kalau kita berhasil mendekatinya, pasukan
kita sudah babak belur dan berkurang banyak, dengan
begitu ia lebih mudah menghancurkan kita." "Kau
masih belum menjawab Saphira," Eragon memprotes.
"Itu karena Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku belum bisa menjawabnya. Ini merupakan
kampanye yang panjang. Pada akhirnya kau mungkin
cukup kuat untuk mengalahkan Galbatorix, atau kaum
elf mungkin bergabung dengan kita... dan para
perapal mantra mereka yang terkuat di Alagaesia. Apa
pun yang terjadi, kita tak bisa menunda. Sekarang
waktunya untuk bertaruh dan berani melakukan apa
yang tidak diduga siapa pun mampu kita lakukan.
Kaum Varden sudah terlalu lama hidup dalam
persembunyian--kita harus menantang Galbatorix atau
menyerah dan, mati." Pilihan yang diajukan Nasuada
meresahkan Eragon. Begitu banyak risiko dan bahaya
tak dikenal yang terlibat, hingga rasanya nyaris
konyol untuk mempertimbangkan langkah seperti itu.
Tapi, bukan tempatnya untuk mengambil keputusan,
dan Eragon menerima hal itu. Ia juga tidak akan
mendebatnya lebih jauh. Kita harus memercayai
penilaiannya sekarang. Tapi bagaimana dengan
dirimu, Nasuada" Apa kau akan aman selama kami
pergi" Aku harus memikirkan sumpahku. Tanggung
jawabku-lah untuk memastikan kau tidak akan
dimakamkan dalam waktu dekat." Rahang Nasuada
menegang saat ia memberi isyarat ke pintu dan para
pejuang di baliknya. "Kau tidak perlu takut, aku
dilindungi dengan baik." Ia menunduk. "Akan kuakui...
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
salah satu alasan pergi ke Surda adalah karena Orrin
sudah lama mengenalku dan akan menawarkan
perlindungan. Aku tidak bisa bertahan di sini
sementara kau dan Arya pergi dan Dewan Tetua masih
berkuasa. Mereka tidak akan menerimaku sebagai
pemimpin mereka hingga aku bisa membuktikan secara
mutlak bahwa kaum Varden berada di bawah
kendaliku, bukan di bawah kendali mereka." Lalu ia
tampak seperti mengerahkan kekuatan hatinya,
menegakkan bahu dan mengangkat dagu hingga
terkesan jauh dan tertutup. "Pergilah sekarang,
Eragon. Siapkan kudamu, kumpulkan pasokan, dan
bersiaplah di gerbang utara saat subuh nanti."
Eragon membungkuk rendah, menghormati kembalinya
sikap resmi Nasuada, lalu pergi bersama Saphira.
Sesudah makan malam, Eragon dan Saphira terbang
bersama-sama. Mereka melayang tinggi di atas
Tronjheim, tempat batang-batang es bergantungan dari
sisi-sisi Farthen Dur, membentuk pita putih raksasa di
sekeliling mereka. Sekalipun malam masih berjam-jam
lagi, cuaca sudah nyaris gelap di dalam Pegunungan.
Eragon menyentakkan kepala ke belakang, menikmati
udara di Wajahnya. Ia merindukan angin-angin yang
berembus di rerumputan dan menggerakkan awan
hingga segalanya menjadi kusut dan segar. Angin
yang membawa hujan dan badai serta melecut
pepohonan hingga membungkuk. Untuk itu, aku juga
merindukan pepohonan, pikirnya. Farthen Dur tempat
yang luar biasa, tapi tanpa tanaman dan hewan,
seperti makam Ajihad. Saphira setuju. Tampaknya
para kurcaci memandang batu permata adalah
pengganti bunga. Ia membisu sementara cahaya terus
memudar. Sewaktu cuaca terlalu gelap bagi Eragon
untuk bisa melihat dengan nyaman, Saphira berkata,
Sudah larut. Sebaiknya kita kembali. Baiklah. Ia
melayang turun dalam gerakan berbentuk spiral
raksasa yang malas, semakin mendekati
Tronjheim--yang berpendar seperti suluh isyarat di
tengah Farthen Dur. Mereka masih jauh dari
kota-pegunungan sewaktu Saphira berpaling, sambil
berkata, Lihat. Eragon mengikuti arah pandangannya,
tapi ia hanya bisa melihat dataran kelabu kosong di
bawah mereka. Apa" Bukannya menjawab, Saphira
memiringkan kepala dan melayang ke sebelah kiri,
menukik ke salah satu dari empat jalan yang
membentang dari Tronjheim ke sepanjang arah mata
angin utama. Sewaktu mereka mendarat, Eragon
melihat bercak putih di bukit kecil di dekatnya.
Bercak itu bergoyang-goyang aneh dalam senja,
seperti lilin yang melayang, lalu berubah menjadi
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Angela, yang mengenakan tunik wol pucat. Penyihir
itu membawa keranjang anyaman hampir empat kaki
lebarnya dan penuh berbagai jenis jamur liar,
sebagian besar di antaranya tidak dikenali Eragon.
Sewaktu wanita tersebut mendekat, Eragon menunjuk
jamur-jamur itu dan berkata, "Kau mengumpulkan
jamur toadstool?" "Halo," kata Angela sambil tertawa,
meletakkan bawaannya. "Oh tidak, toadstool istilah
yang terlalu umum. Lagi pula, seharusnya ini disebut
frogstool, bukan toad Bidadari Pendekar Naga Sakti
stool." Ia menghamparkannya dengan tangan. "Ini
jamur belerang, dan ini inkcap, dan ini navelcap, dan
perisai kurcaci, russet tough-shank, cincin darah, dan
itu penipu yang ketahuan. Hebat, bukan!" Ia menunjuk
setiap jenis jamur bergantian, berakhir pada jamur
dengan bercak merah muda, lavender, dan kuning
pada bagian atasnya. "Dan yang itu?" tanya Eragon,
menunjuk jamur dengan tangkai biru kilat, tepi
oranye, dan bagian atas hitam mengilap. Angela
memandang jamur itu dengan tatapan sayang. "Fricai
Andlat, seperti kata para kurcaci. Tangkainya
menimbulkan kematian seketika, sementara pucuknya
bisa menangkal hampir semua jenis racun. Dari itulah
Tunivor's Nectar dibuat. Fricai Andlat hanya tumbuh
dalam gua-gua di Du Weldenvarden dan Farthen Dur,
dan akan mati di luar sini kalau para kurcaci
mernindahkan kotoran mereka ke tempat lain." Eragon
berpaling ke bukit dan menyadari apa sebenarnya
bukit itu, tumpukan kotoran. "Halo, Saphira," kata
Angela, sambil mengulurkan tangan melewati Eragon
untuk menepuk hidung Saphira. Saphira mengerjapkan
mata dan tampak senang, ekornya tersentak-sentak.
Pada saat yang sama, Solembum melangkah mendekat,
mulutnya menjepit tikus yang terkulai. Tanpa
menggerakkan misai sedikit pun, kucing jadi-jadian itu
duduk di tanah dan mulai menyantap mangsanya,
terang-terangan mengabaikan mereka bertiga. "Nah,"
kata Angela, sambil menyibakkan seberkas rambut
keritingnya, "kalian akan pergi ke Ellesmera?" Eragon
mengangguk. Ia tidak mau repot-repot menanyakan
dari mana Angela tahu; Angela tampaknya selalu tahu
apa yang terjadi. Sewaktu ia tetap membisu, Angela
merengut. "Well, jangan bersikap semuram itu. Kau
kan tidak akan dieksekusi!" "Aku tahu." "Kalau
begitu, tersenyumlah, karena itu bukan eksekusimu,
kau seharusnya gembira! Kau seloyo tikus Solembum.
Loyo. Kata yang sangat payah, bukan?" Ucapannya
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memicu senyum Eragon, dan Saphira menggeram geli
jauh di dalam tenggorokannya. "Aku tidak yakin
perjalanan itu seindah anggapanmu, tapi ya, aku
mengerti maksudmu." "Aku senang kau mengerti.
Mengerti itu bagus." Dengan alis berkerut, Angela
mengorekkan kuku jarinya ke bawah sebuah jamur dan
membaliknya, memeriksa sporanya sambil berkata,
"Untung sekali kita bertemu malam ini, karena kau
akan pergi dan aku... aku akan menemani kaum
Varden ke Surda. Seperti yang kukatakan padamu
sebelumnya, aku senang berada di tempat peristiwa
seru terjadi, dan itulah tempatnya." Eragon
tersenyum lebih lebar lagi. "Well, kalau begitu,
berarti kami akan menjalani perjalanan yang aman,
karena kalau tidak, kau pasti akan bersama kami."
Arigela mengangkat bahu, lalu berkata serius.
"Berhati-hatilah di Du Weldenvarden. Hanya karena
para elf tidak menunjukkan emosi tak berarti mereka
tidak bisa marah atau emosional seperti kita makhluk
fana lainnya. Tapi yang menjadikan mereka begitu
mematikan adalah cara mereka menutupinya,
terkadang hingga bertahun-tahun." "Kau pernah ke
sana?" "Dulu." Sesudah diam sejenak, Eragon
bertanya, "Apa pendapatmu mengenai rencana
Nasuada?" "Mmm... ia akan hancur! Kau akan hancur!
Mereka semua akan hancur!" Angela tergelak, tertawa
sampai terbungkukbungkuk, lalu mendadak
menegakkan tubuh. "Perhatikan aku tidak memerinci
kehancuran macam apa, jadi apa pun yang terjadi, aku
sudah memperkirakannya. Aku benar-benar bijaksana."
Ia kembali mengangkat keranjangnya, menumpukannya
di pinggul. "Kurasa aku tidak akan bertemu lagi
denganmu untuk sementara waktu, jadi selamat jalan,
semoga beruntung, hindari kubis panggang, jangan
menyantap earwax, dan pandanglah kehidupan dengan
positif!" Sambil mengedipkan sebelah mata dengan
riang, ia berlalu, meninggalkan Eragon yang
mengerjap-ngerjap dan tertegun. Sesudah diam
sejenak, Solembum memungut makan malamnya dan
mengikutinya, dengan penuh keanggunan, seperti
biasa. HADIAH DARI HROTHGAR Subuh masih
setengah jam lagi sewaktu Eragon dan Saphira tiba di


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gerbang utara Tronjheim. Gerbang itu diangkat hanya
secukupnya agar Saphira bisa lewat, jadi mereka
bergegas melewatinya, lalu menunggu di ruang
sebaliknya, tempat tiang-tiang kwarsa merah
menjulang ke ata Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
s dan ukiran makhluk-makhluk buas menyeringai di
sela pilar-pilar merah darahnya. Di balik itu, di tepi
Tronjheim, duduk dua singa bersayap dari emas
setinggi tiga puluh kaki. Pasangan-pasangan yang
identik menjaga setiap gerbang kota-pegunungan.
Tidak terlihat seorang pun. Eragon mencengkeram
kekang Snowfire. Kuda jantan itu telah disikat dan
dipelanai, kantong pelananya menggembung berisi
barang-barang. Ia mengentak-entakkan kaki dengan
tidak sabar; Eragon sudah lebih dari seminggu tidak
menungganginya. Tidak lama kemudian Orik
terhuyung-huyung mendekat, memanggul kantong
besar dan ada buntalan dalam pelukannya. "Tidak ada
kuda?" tanya Eragon, agak terkejut. Apa kami akan
berjalan kaki hingga Du Weldenvarden" Orik
mendengus. "Kita akan mampir di Tarnag, di sebelah
utara dari sini. Dari sana kita naik rakit menyusuri Az
Ragni ke liedarth, pos luar untuk perdagangan dengan
kaum elf. Kita tidak akan membutuhkan tunggangan
sebelum Hedarth, Jadi akan kugunakan kakiku sendiri
hingga saat itu." Ia meletakkan buntalannya diiringi
bunyi berdentang, lalu membukanya, menampakkan
baju besi Eragon. Perisainya dicat ulang-hingga pohon
eknya tampak jelas di tengah-dan semua kerusakan
telah disingkirkan. Di baliknya terdapat baju jai, baja
yang panjang, digosok dan diminyaki hingga bajanya
berkilau cemerlang. Tidak terlihat tanda-tanda
kerusakan bekas Durza melukai punggung Eragon.
Kerudung ketat, sarung tangan, penguat, pelindung
kaki, dan helmnya juga telah diperbaiki.
"Tukang-tukang terbaik kami yang menangani ini,"
kata Orik, "juga baju besimu, Saphira. Tapi, karena
kita tidak bisa membawa baju besi naga bersama kita,
baju besi itu diberikan pada kaum Varden, yang akan
menjaganya hingga kita kembali." Tolong sampaikan
terima kasihku, kata Saphira. Eragon mematuhinya,
lalu mengenakan penguat dan pelindung kaki,
menyimpan barang-barang lainnya dalam tas. Yang
terakhir, ia meraih helm, tapi Orik menahannya.
Kurcaci itu memutar-mutar helm Eragon di kedua
tangannya, lalu berkata, "Jangan terlalu cepat
mengenakan ini, Eragon. Kau harus memilih terlebih
dulu." "Memilih apa?" Sambil mengangkat helm itu,
Orik membuka bagian pelindung matanya yang,
sekarang Eragon bisa melihatnya, telah diubah: pada
bajanya diukirkan martil dan bintang-bintang klan
Hrothgar dan Orik, Ingeitum. Orik mengerutkan
kening, tampak gembira sekaligus gelisah, dan
berbicara dengan nada resmi, "Rajaku, Hrothgar, ingin
aku memberikan helm ini sebagai simbol persahabatan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
darinya bagimu. Dan bersama itu Hrothgar
menawarkan untuk mengadopsi dirimu sebagai bagian
dari Durgrimst Ingeitum, sebagai anggota keluarganya
sendiri." Eragon menatap helm itu, terpesona karena
Hrothgar bersedia berbuat begitu. Apa ini berarti aku
harus tunduk pada perintahnya"... Kalau aku terus
mengumpulkan kesetiaan dan persekutuan dengan
kecepatan seperti ini, aku akan lumpuh dalam waktu
singkat--tidak mampu melakukan apa pun tanpa
melanggar sumpah! Kau tidak harus mengenakannya,
kata Saphira. Dan mengambil risiko menghina
Hrothgar" Sekali lagi, kita terjebak. Tapi ini mungkin
merupakan hadiah, pertanda otho yang lain, bukan
perangkap. Kuduga ia berterima kasih karena
tawaranku memperbaiki Isidar Mithrim. Hal itu tidak
terlintas dalam pikiran Eragon, karena ia terlalu sibuk
memperkirakan keuntungan macam apa yang bisa
didapat raja kurcaci itu dari mereka. Benar. Tapi
kupikir ini juga usaha untuk memperbaiki
ketidakseimbangan kekuasaan yang timbul sewaktu
aku bersumpah setia pada Nasuctda. Para kurcaci
mungkin tidak senang dengan kejadian itu. Ia kembali
memandang Orik, yang menunggu gelisah. "Seberapa
sering ini terjadi?" "Untuk manusia" Tidak pernah.
Hrothgar berdebat dengan keluarga Ingeitum selama
sehari semalam sebelum mereka setuju menerima
dirimu. Kalau kau bersedia menyandang lambang kami,
kau memiliki hak penuh sebagai anggota klan. Kau
boleh menghadiri pertemuan dewan kami dan berhak
ikut bicara untuk setiap masalah. Dan," ia menjadi
sangat serius, "kalau mau, kau berhak dimakamkan
bersama para anggota kami yang sudah meninggal."
Untuk pertama kalinya, Eragon menyadari pe
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ntingnya tindakan Hrothgar. Para kurcaci tidak bisa
menawarkan kehormatan yang lebih tinggi lagi.
Dengan sigap, ia meraih helm itu dari Orik dan
mengenakannya. "Aku merasa tersanjung bisa
bergabung dengan Durgrimst Ingeitum." Orik
mengangguk setuju dan berkata, "Kalau begitu
ambillah Knurlnien, Hati Batu, ini, dan pegang dengan
kedua tanganmu--ya, seperti itu. Kau harus
menguatkan diri sekarang dan melukai dirimu untuk
membasahi batu itu dengan darah. Beberapa tetes
sudah cukup... Untuk menuntaskannya, ulangi
kata-kataku: Os il dom qiranu carn dur thargen,
zeitmen, oen grimst vor formv edaris rak skilfz. Narho
ia belgond.... " Perkataannya panjang dan menjadi
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lebih panjang lagi karena Orik berhenti untuk
menerjemahkan setiap beberapa kalimat. Sesudahnya,
Eragon menyembuhkan pergelangan tangannya dengan
mantra singkat. Tak peduli apa pun pendapat klan
lain mengenai masalah kata Orik, "kau telah
menunjukkan sikap berintegritas dan terhormat.
Mereka tidak bisa mengabaikan hal itu." Ia tersenyum,
"Kita sekarang satu klan, eh" Kau saudara angkatku!
Dalam situasi yang lebih normal, Hrothgar sendiri
yang akan memberikan helm itu padamu dan kami akan
menyelenggarakan upacara yang panjang untuk
memperingati penerimaan dirimu ke dalam Durgrimst
Ingeitum, tapi kejadian-kejadian berlangsung terlalu
cepat bagi kita untuk melakukan itu. Namun jangan
khawatir! Adopsimu akan dirayakan dengan ritual yang
tepat sesudah kau dan Saphira kembali ke Farthen Dur
kelak. Kau akan berpesta pora, menari, dan
menandatangani banyak dokumen untuk meresmikan
posisi barumu." "Aku menunggu hari itu," kata
Eragon. Ia masih sibuk menelaah berbagai
kemungkinan akibat bergabung dengan Durgrimst
Ingeitum. Sambil duduk menyandar ke pilar, Orik
menanggalkan ransel dan mencabut kapak, yang
diputar-putarnya di telapak tangan. Sesudah beberapa
menit, ia mencondongkan tubuh ke depan, memelototi
Tronjheim. "Barzul knurlar! Di mana mereka" Kata
Arya ia akan berada tepat di sini. Hah! Konsep elf
mengenai waktu adalah terlambat dan bahkan lebih
terlambat lagi." "Kau sering berurusan dengan
mereka?" tanya Eragon, sambil berjongkok. Saphira
mengawasi dengan penuh minat. Kurcaci itu tiba-tiba
tertawa. "Eta. Hanya Arya, dan itu pun jarang karena
ia begitu sering bepergian. Selama tujuh dekade,
hanya satu hal yang kupelajari mengenai dirinya: Kau
tidak bisa mendorong elf untuk tergesa-gesa.
Mencobanya sama seperti memukuli pahat-mungkin
patah, tapi tidak akan pernah bengkok." "Apa kurcaci
tidak begitu?" "Ah, tapi batu akan bergeser, kalau
diberi cukup waktu." Orik mendesah dan menggeleng.
"Di antara semua ras, elf yang paling sulit berubah,
itu salah satu alasan kenapa aku enggan pergi."
"Tapi kita akan bertemu Ratu Islanzadi serta melihat
Ellesmera dan siapa tahu apa lagi" Kapan terakhir
kali ada kurcaci yang diundang ke Du Weldenvarden?"
Orik mengerutkan kening memandangnya.
"Pemandangan tidak berarti apa-apa. Tugas mendesak
tetap ada di Tronjheim dan kota-kota kami yang lain,
tapi aku harus menyeberangi Alagaesia untuk
berbasa-basi dan duduk serta bertambah gemdut
sementara kau menjalani latihan. Ini bisa memakan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
waktu bertahun-tahun!" Bertahun-tahun!... Tapi,
kalau itu yang diperlukan untuk mengalahkan Shade
dan Ra'zac, aku akan melakukannya. Saphira
menyentuh benaknya: Aku ragu Nasuada akan
membiarkan kita tinggal di Ellesmera lebih dari
beberapa bulan. Dari apa yang dikatakannya pada
kita, kita akan dibutuhkan tidak lama lagi.
"Akhirnya!" kata Orik, sambil beranjak bangkit.
Tampak berjalan mendekat Nasuada--sandalnya
berkilau di bawah gaunnya, seperti tikus-tikus yang
berhamburan dari lubang--Jormundur, dan Arya, yang
menyandang ransel seperti ransel Orik. Arya
mengenakan pakaian kulit hitam yang sama seperti
waktu Eragon pertama kali melihatnya, juga
pedangnya. Pada saat itu, terlintas dalam benak
Eragon bahwa Arya dan Nasuada mungkin tak setuju
dirinya bergabung dengan Ingeitum. Perasaan
bersalah dan gundah melanda dirinya sewaktu ia
menyadari bahwa ia sebetulnya wajib berkonsultasi
dengan Nasuada dulu. Dan Arya! Ia meringis, teringat
betapa marahny Bidadari Pendekar Naga Sakti
a elf itu sesudah pertemuan pertamanya dengan
Dewan Tetua. Karena itu, sewaktu Nasuada berhenti
di depannya, Eragon mengalihkan pandangan, malu.
Tapi Nasuada hanya berkata, "Kau menerima."
Suaranya lembut, tertahan. Eragon mengangguk,
masih tetap menunduk. "Aku bertanya-tanya apakah
kau mau menerimanya. Sekarang sekali lagi, ketiga
ras menjadi satu dalam dirimu. Para kurcaci bisa
mengklaim persekutuanmu sebagai anggota Durgrimst
Ingeitum, para elf akan melatih dan membentuk
dirimu--dan pengaruh mereka mungkin yang paling
kuat, karena kau dan Saphira terikat sihir
mereka--dan kau bersumpah setia padaku, manusia....
Mungkin yang terbaik memang kami berbagi
kesetiaanmu begini." Ia membalas keterkejutan Eragon
dengan senyum yang aneh, lalu memberikan sekantong
kecil koin kepada Eragon dan menjauh. Jormundur
mengulurkan tangan, yang dijabat Eragon dengan agak
tertegun. "Semoga perjalananmu aman, Eragon. Jaga
dirimu baik-baik." Ayo," kata Arya, sambil melewati
mereka menuju kegelapan Farthen Dur. "Sudah
waktunya berangkat. Aiedail sudah terbenam, dan
perjalanan kita masih jauh." "Aye," Orik menyetujui.
Ia mengambil lentera merah dari samping ranselnya.
Nasuada memandang mereka sekali lagi. "Baiklah.
Eragon dan Saphira, kalian mendapat restu kaum
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Varden, juga restuku, Semoga kalian selamat di
perjalanan. Ingat, kalian menyandang harapan kami,
jadi bersikaplah terhormat." "Kami akan berusaha
sebaik-baiknya," Eragon berjanji. Dengan
mencengkeram kekang Snowfire erat-erat, Eragon
mengejar Arya, yang telah beberapa yard jauhnya.
Orik mengikuti, lalu Saphira. Sewaktu Saphira
melewati Nasuada, Eragon melihat naga itu berhenti
sejenak dan menjilat pipi Nasuada sekilas. Lalu naga
itu memperpanjang langkah, mengejar dirinya.
Sementara mereka melanjutkan perjalanan ke utara
menyusuri jalan, gerbang di belakang mereka semakin
lama semakin kecil hingga menjadi setitik
cahaya--dengan dua siluet di tempat Nasuada dan
Jormundur tetap tinggal untuk mengawasi. Sewaktu
akhirnya tiba di dasar Farthen Dur, mereka
menemukan sepasang pintu raksasa--tiga puluh kaki
tingginya--telah terbuka dan menunggu. Tiga kurcaci
penjaga membungkuk dan menjauhi pintu. Di balik
pintu-pintu itu terdapat terowongan dengan proporsi
yang sesuai, diapit tiang-tiang dan lentera-lentera
sejauh lima puluh kaki pertama. Sesudah itu
terowongan tersebut sama kosong dan sunyinya
seperti mausoleum. Terowongan itu tampak persis
seperti pintu masuk barat Farthen Dur, tapi Eragon
tahu terowongan tersebut berbeda. Bukannya
menembus kaki gunung setebal satu mil, terowongan
ini membentang melewati pegunungan demi
pegunungan, terus hingga ke kota kurcaci Tarnag.
"Ini jalan kita," kata Orik, sambil mengangkat lentera.
Ia dan Arya menyeberang, tapi Eragon berhenti,
tiba-tiba tidak yakin. Sekalipun tidak takut kegelapan,
ia tak senang karena akan dikelilingi kegelapan abadi
hingga mereka tiba di Tarnag. Dan begitu memasuki
terowongan yang gersang itu, ia kembali menerjunkan
diri ke hal-hal yang tidak diketahui, meninggalkan
beberapa hal yang dikenalnya di antara kaum Varden
dan menggantinya dengan takdir yang tidak pasti.
Ada apa" tanya Saphira. Tidak apa-apa. Eragon
menghela napas, lalu melangkah maju, membiarkan
pegunungan menelan dirinya dalam kedalamannya.
MARTIL DAN TANG Tiga hari setelah kedatangan
Ra'zac, Roran mondar-mandir tidak keruan di tepi


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

perkemahannya di Spine. Ia tidak mendapat kabar apa
pun sejak kunjungan Albriech, dan tak mungkin
mendapatkan informasi dengan mengamati Carvahall.
Ia memelototi tenda-tenda di kejauhan tempat para
prajurit tidur, lalu kembali mondar-mandir. Tengah
hari Roran makan siang sedikit, dengan makanan
kering. Sambil mengusap mulut dengan punggung
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tangan, ia bertanya-tanya, Berapa lama Ra'zac
bersedia menunggu" Kalau ini ujian kesabaran, ia
membulatkan tekad untuk menang. Untuk mengisi
waktu, ia melatih keahlian memanahnya pada sebatang
kayu membusuk, hanya berhenti sewaktu sebatang
anak panahnya hancur menghantam batu yang
menancap di dalam kayu. Sesudah itu tidak ada lagi
yang bisa dilakukannya, kecuali kembali
mondar-mandir Bidadari Pendekar Naga Sakti
di jalur gersang yang membentang dari sebongkah
batu besar ke tempat ia tidur. Ia masih
mondar-mandir sewaktu terdengar suara langkah kaki
di hutan di bawahnya. Sesudah menyambar busur,
Roran bersembunyi dan menunggu. Kelegaan menyapu
dirinya sewaktu wajah Baldor muncul. Roran melambai
memanggilnya. Setelah mereka duduk, Roran
bertanya, "Kenapa tidak ada yang datang?" "Tidak
bisa," kata Baldor, sambil mengusap keringat dari
alis. "Para prajurit terlalu ketat mengawasi kami. Ini
kesempatan pertama untuk bisa pergi. Aku juga tak
bisa tinggal lama." Ia berpaling ke puncak di atas
mereka dan menggigil. "Kau lebih berani daripada
aku, tinggal di sini. Apa kau diganggu serigala,
beruang, kucing gunung" "Tidak, tidak, aku baik-baik
saja. Ada kabar baru dari para prajurit?" "Salah
seorang dari mereka membual pada Morn semalam
bahwa pasukan mereka dipilih khusus untuk misi ini."
Roran mengerutkan kening. "Mereka banyak bicara...
Sedikitnya dua atau tiga dari mereka mabuk setiap
malam. Beberapa dari mereka mengobrak-abrik
ruangan Morn di hari pertama." "Apa mereka
mengganti kerusakannya?" "Tentu saja tidak." Roran
mengganti posisi, menatap desa di bawah. "Aku masih
sulit percaya bahwa Kekaisaran mau bersusah payah
seperti ini untuk menangkap diriku. Apa yang bisa
kuberikan pada mereka" Apa yang mereka kira bisa
kuberikan?" Baldor mengikuti tatapannya. "Ra'zac
menanyai Katrina hari ini. Ada yang memberitahu
mereka bahwa kalian berdua dekat, dan Ra'zac
penasaran apakah Katrina tahu ke mana kau pergi."
Roran kembali memusatkan pandangan ke wajah
Baldor. "la baik-baik saja?" "Membutuhkan lebih dari
dua makhluk itu untuk menakut-nakuti Katrina," kata
Baldor. Kata-katanya selanjutnya diucapkan dengan
hati-hati dan bernada bertanya. "Mungkin sebaiknya
kau mempertimbangkan untuk menyerahkan diri."
"Lebih baik aku gantung diri dan menggantung mereka
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersamaku!" Roran bangkit dan mondar-mandir lagi,
sambil terus mengetuk-ngetukkan kaki. "Bagaimana
kau bisa mengatakan begitu, kau kan tahu bagaimana
mereka menyiksa ayahku?" Setelah meraih lengan
Roran, Baldor berkata, "Apa yang terjadi kalau kau
tetap bersembunyi dan para prajurit tidak menyerah
lalu pergi" Mereka akan menganggap kami berbohong
untuk membantumu melarikan diri. Kekaisaran tidak
memaafkan pengkhianat." Roran menarik lepas
lengannya dari cengkeraman Baldor. Ia berputar,
mengetuk-ngetukkan kaki, lalu duduk dengan tibatiba,
Kalau aku tidak muncul, Ra'zac akan menimpakan
kesalahan pada orang-orang di Sana. Kalau aku
harusaha memancing Ra'zac menjauh... Roran
bukanlah pemburu yang cukup ahli untuk menghindari
tiga puluh orang dan Ra'zac. Eragon bisa
melakukannya, tapi aku tidak bisa. Sekalipun begitu,
kecuali situasi berubah, mungkin hanya itu
satu-satunya pilihan yang tersedia bagi dirinya. Ia
memandang Baldor. "Aku tidak ingin ada yang terluka
demi diriku. Untuk saat ini aku akan menunggu, dan
kalau Ra'zac menjadi tidak sabar lalu ada yang
diancamnya... Well, kalau begitu, akan kupikirkan
tindakan lain untuk kulakukan." "Situasinya buruk
sekali," kata Baldor. "Dan aku berniat selamat."
Baldor pergi tidak lama sesudahnya, meninggalkan
Roran sendirian untuk berpikir sambil terus
mondar-mandir. Ia bagai menempuh bermil-mil,
membuat tanah terkeruk karena lamanya ia
mempertimbangkan. Sewaktu senja yang dingin tiba, ia
menanggalkan sepatu bot--karena takut
merusaknya--dan terus mondar-mandir dengan
bertelanjang kaki. Tepat pada saat bulan sabit terbit
dan menerangi malam dengan cahayanya, Roran
menyadari adanya keributan di Carvahall. Puluhan
lentera terayun-ayun di desa yang gelap,
berkelap-kelip saat melayang di balik rumah-rumah.
Bintik-bintik kekuningan itu berkerumun di tengah
Carvahall, seperti awan kunang-kunang, lalu meluncur
tanpa aturan ke tepi desa, di mana mereka disambut
jajaran suluh terang perkemahan prajurit. Selama dua
jam, Roran mengawasi kedua belah pihak
berhadapan--lentera-lentera yang gelisah berkeliaran
tanpa daya di depan suluh-suluh yang kokoh.
Akhirnya, kedua kelompok bubar dan kembali ke
tenda-tenda dan rumah-rumah. Sewaktu tidak ada keja
Bidadari Pendekar Naga Sakti
dian menarik lain lagi, Roran membuka gulungan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
karung tidurnya dan menyelinap ke balik selimut.
Sepanjang keesokan harinya, Carvahall dipenuhi
kegiatan yang tidak biasa. Orang-orang berjalan di
sela rumah-rumah dan bahkan, Roran terkejut sewaktu
melihatnya, keluar ke Lembah Palancar, menuju
ladang. Pada tengah hari ia melihat dua orang
memasuki perkemahan prajurit dan menghilang ke
dalam tenda Ra'zac selama hampir satu jam. Ia
begitu tenggelam dalam pengamatannya hingga nyaris
tidak bergerak sepanjang hari. Ia tengah makan
malam sewaktu, seperti harapannya, Baldor muncul
kembali. "Lapar?" tanya Roran, sambil memberi
isyarat. Baldor menggeleng dan duduk dengan lelah.
Kerut-kerut gelap di bawah matanya menyebabkan
kulitnya tampak tipis dan memar. "Quimby tewas."
Mangkuk Roran berdentang saat menghantam tanah. Ia
memaki, mengelap kuah dingin dari kakinya, lalu
bertanya, "Bagaimana bisa?" "Dua prajurit
mengganggu Tara semalam." Tara itu istri Morn. "Tara
tidak keberatan, tapi kedua prajurit itu berkelahi
memperebutkan siapa yang harus dilayani Tara
selanjutnya. Quimby ada di sana--memeriksa isi tong
yang kata Morn rusak--dan berusaha melerai." Roran
mengangguk. Itulah Quimby, selalu turut campur untuk
memastikan orang lain bersikap sopan. "Masalahnya,
seorang prajurit melempar guci dan mengenai kening
Quimby. Ia tewas seketika." Roran menatap tanah
sambil berkacak pinggang, berjuang keras
menenangkan napasnya yang terengah-engah. Ia
merasa seakan Baldor menghajarnya habis-habisan.
Rasanya tidak mungkin... Quimby, tewas" Petani dan
pembuat bir parowaktu di Carvahall, sosok tak asing
yang berpengaruh di desa. "Apa kedua prajurit itu
akan dihukum?" Baldor mengangkat tangan. "Tepat
sesudah Quimby tewas, Ra'zac mencuri mayatnya dari
kedai dan membawanya ke tenda mereka. Kami
mencoba mengambilnya kembali semalam, tapi mereka
tidak bersedia berbicara dengan kami." "Aku
melihatnya." Baldor mendengus, menggosok
wajahnya. "Dad dan Loring menemui Ra'zac hari ini
dan berhasil meyakinkan mereka Untuk mengembalikan
mayatnya. Tapi para prajurit tidak akan mendapat
hukuman apa pun." Ia diam sejenak. "Aku baru Mall
berangkat sewaktu Quimby diserahkan kembali. Kau
tahu apa yang didapat istrinya" Tulang-belulang."
"Tulang-belulang!" "Semua disantap bersih--kau bisa
melihat bekas-bekas gigitannya--dan sebagian besar
dipatahkan untuk diambil sum-sumnya." Kejijikan
mencengkeram Roran, juga kengerian hebat atas nasib
Quimby. Orang-orang tahu bahwa roh tidak akan
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah beristirahat sebelum mayatnya dimakamkan
dengan layak. Muak karena penghinaan itu, ia
bertanya, "Apa, siapa, yang menyantapnya kalau
begitu?" "Para prajurit sama tertegunnya. Pasti
Ra'zac." "Kenapa" Untuk apa?" "Kurasa," kata
Baldor, "Ra'zac bukan manusia. Kau tidak pernah
melihat mereka dari dekat, tapi napas mereka sangat
busuk, dan mereka selalu menutupi wajah dengan syal
hitam. Punggung mereka bungkuk dan melengkung,
dan mereka berbicara dengan suara berdetak-detak.
Bahkan anak buah mereka sendiri tampak takut pada
mereka." "Kalau mereka bukan manusia, lalu makhluk
apa mereka itu?" tanya Roran. "Mereka bukan Urgal."
"Siapa yang tahu?" Sekarang ketakutan menyertai
kejijikan Roran-ketakutan akan hal-hal supernatural.
Ia melihat ketakutannya di wajah Baldor sementara
pemuda itu meremas-remas tangannya sendiri. Biarpun
sudah sering mendengar tentang berbagai tindakan
kejam Galbatorix, mereka tetap shock ketika
mengetahui ada kejahatan Raja di rumah mereka.
Roran tergetar saat ia menyadari dirinya terlibat
dengan kekuatan-kekuatan yang sebelumnya hanya
dikenalnya melalui lagu dan dongeng. "Harus ada
tindakan," gumamnya. Udara menjadi lebih hangat
sepanjang malam, hingga menjelang sore Lembah
Palancar berpendar akibat panas yang di War batas
normal musim panas. Carvahall tampak damai di
bawah langit biru yang botak, tapi Roran bisa
merasakan kemarahan pahit yang mencengkeram
penduduknya dengan intensitas yang menakutkan.
Ketenangan itu seperti seprai yang terentang kencang
karena ditiup angin. Biarpun ada suasana penuh
harapan, hari itu ternyata sangat membosankan;
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran menghabiskan sebagian besar waktunya dengan
menyikat kuda Horst. Akhirnya ia membaringkan diri
untuk tidur, memandang ke atas pepohonan pinus yang
menjulang, ke bintang-bintang yang menghiasi langit
malam. Bintang-bintang itu tampak begitu dekat,
rasanya ia seperti dilontarkan ke tengahnya, jatuh ke
kehampaan yang paling gelap. Bulan mulai terbenam
sewaktu Roran terjaga, tenggorokannya terasa pedas
akibat asap. Ia batuk dan duduk, mengerjapkan mata.
Matanya terasa panas dan berair. Asap tebal
menyebabkan ia sulit bernapas. Roran menyambar
selimut dan memelanai kuda yang ketakutan, lalu
melarikannya lebih tinggi ke pegunungan, dengan
harapan bisa menemukan udara segar. Dengan cepat
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ia melihat asapnya turut naik bersamanya, jadi ia
berbalik dan melaju melintang menerobos hutan.
Sesudah beberapa menit bermanuver dalam kegelapan,
mereka akhirnya bebas dan berderap ke langkan yang
bersih karena disapu angin. Sesudah mengisi
paru-parunya dengan tarikan napas panjang, Roran
mengamati lembah untuk mencari kebakaran. Seketika
ia melihatnya. Lumbung gandum Carvahall berkobar
putih dalam pusaran api, mengubah isinya yang
berharga menjadi pancuran bara. Roran gemetar saat
mengawasi kehancuran bahan makanan desa. Ia ingin
menjerit dan lari menerobos hutan untuk membantu
memadamkan kebakaran, tapi ia tidak bisa memaksa
dirinya meninggalkan tempat amannya. Sekarang
bunga api mendarat di rumah Delwin. Dalam beberapa
detik, atap jeraminya meledak dalam kobaran api.
Roran memaki dan menjambaki rambutnya, air mata
mengalir turun di wajahnya. Ini sebabnya kecerobohan
dalam menangani api merupakan kejahatan yang
diancam dengan hukuman gantung di Carvahall.
Apakah ini kecelakaan" Apakah para prajurit yang
melakukannya" Apakah Ra'zac menghukum penduduk
desa karena melindungiku"... Apakah aku entah
bagaimana bertanggung jawab atas kejadian ini" Lalu
rumah Fisk turut terbakar. Roran terpana, hanya bisa
berpaling, membenci sikap pengecutnya sendiri. Saat
subuh semua kebakaran berhasil dipadamkan atau
padam dengan sendirinya. Hanya keberuntungan dan
malam tak berangin yang menyelamatkan sisa
Carvahall dari lalapan api. Roran menunggu sampai
ia yakin tentang akhirnya, lalu kembali ke perkemahan
dan membaringkan diri untuk beristirahat. Dari pagi
hingga malam, ia tidak menyadari dunia sama sekali,
hanya melalui lensa mimpi-mimpinya yang resah.
Sewaktu ia tersadar kembali, Roran menunggu
kedatangan orang yang diyakininya akan muncul. Kali
ini Albriech. Ia tiba saat senja dengan ekspresi
muram dan kelelahan. "Ikut aku," katanya. Tubuh
Roran mengejang. "Kenapa?" Apa mereka memutuskan
untuk menyerahkan diriku" Kalau ia penyebab
kebakaran itu, ia bisa memahami keinginan penduduk
desa agar dirinya pergi. Ia mungkin bahkan setuju
bahwa tindakan itu memang diperlukan. Tidak masuk
akal mengharapkan semua orang di Carvahall bersedia


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengorbankan diri baginya. Sekalipun begitu, tidak
berarti ia bersedia membiarkan mereka menyerahkan
dirinya begitu saja kepada Ra'zac. Sesudah apa yang
dilakukan kedua monster itu pada Quimby, Roran akan
berjuang hingga titik darah penghabisan supaya tidak
menjadi tawanan mereka. "Karena," kata Albriech,
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sambil mengertakkan rahang, "para prajuritlah yang
memicu kebakaran. Morn sudah melarang mereka
datang ke Seven Sheaves, tapi mereka masih mabuk
karena bir mereka sendiri. Salah satu dari mereka
melempar suluh ke lumbung gandum dalam perjalanan
kembali ke kemah." "Ada yang terluka?" tanya Roran.
"Beberapa terluka bakar. Gertrude bisa
mengatasinya. Kami berusaha bernegosiasi dengan
Ra'zac. Mereka menolak mental" mentah permintaan
kami agar Kekaisaran mengganti kerugian dan mereka
yang bersalah dijatuhi hukuman. Mereka bahkani
menolak melarang para prajurit keluar dari
perkemahan." "Jadi kenapa aku harus kembali?"
Albriech tergelak hampa. "Untuk martil dan tang. Kami
membutuhkan bantuanmu untuk... menyingkirkan
Ra'zac." "Kau mau melakukannya untukku?" "Kami
tidak mempertaruhkan diri untuk kau semata. Ini
sekarang jadi masalah seluruh desa. Setidaknya
berbicaralah pada Ayah dan yang lain, dan dengarkan
pendap Bidadari Pendekar Naga Sakti
at mereka... Kurasa kau akan senang bisa keluar dari
pegunungan terkutuk ini." Roran lama
mempertimbangkan tawaran Albriech sebelum
memutuskan untuk menemaninya. Ini atau melarikan
diri, dan aku selalu bisa melarikan diri nanti. Ia
mengambil kuda, mengikat tasnya ke pelana, lalu
mengikuti Albriech ke dasar lembah. Perjalanan
mereka melambat saat mendekati Carvahall,
menggunakan pepohonan dan sesemakan sebagai
perlindungan. Sesudah menyelinap ke balik tong
penampung air hujan, Albriech memeriksa jalanan
untuk memastikan jalanan kosong, lalu memberi
isyarat pada Roran. Bersama-sama mereka merayap
dari keremangan menuju keteduhan, terus mewaspadai
kehadiran para pelayan Kekaisaran. Di bengkel Horst,
Albriech membuka salah satu pintu ganda cukup lebar
sehingga Roran dan kudanya bisa masuk diam-diam.
Di dalam, bengkel diterangi sebatang lilin, yang
menyebarkan cahaya bergoyang-goyang ke
wajah-wajah yang mengelilinginya dalam kegelapan di
sekitamya. Horst ada di sana--janggutnya Yang lebat
mencuat seperti rak ke cahaya--diapit wajah-wajah
keras Delwin, Gedric, lalu Loring. Lainnya
orang-orang yang lebih muda: Baldor, ketiga putra
Loring, Parr, dan putra Quimby, Nolfavrell, yang baru
berusia tiga belas tahun. Mereka semua berpaling
memandangnya sewaktu Roran memasuki kumpulan itu.
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Horst berkata, "Ah, kau berhasil. Kau lolos dari
kesialan di Spine?" "Aku mujur." "Kalau begitu kita
bisa melanjutkan." Dengan apa, tepatnya?" Roran
mengikat kuda ke landasan sambil berbicara. Loring
menjawab, wajah kaku pembuat sepatu itu merupakan
sekumpulan kerut dan ceruk. "Kami sudah berusaha
tawar menawar dengan Ra'zac ini... dengan penjarah
ini." Ia diam tubuhnya yang kurus tergoncang karena
desisan tidak menyenangkan yang melengking jauh
dalam dadanya. "Mereka menolak logika. Mereka
sudah membahayakan kita semua tanpa menunjukkan
tanda-tanda penyesalan atau kesedihan." Ia
memperdengarkan suara dari tenggorokannya, lalu
berbicara dengan suara tertekan, "Mereka... harus...
pergi. Makhluk-makhluk seperti itu--" "Tidak," kata
Roran. "Bukan makhluk. Penghujat." Yang lainnya
merengut dan mengangguk-angguk setuju. Delwin
melanjutkan pembicaraan: "Intinya adalah,
keselamatan semua orang dipertaruhkan. Kalau
kebakaran itu menyebar lebih luas lagi, lusinan orang
akan tewas dan mereka yang berhasil lolos akan
kehilangan segala miliknya. Sebagai hasilnya, kami
setuju untuk mengusir Ra'zac dari Carvahall. Kau mau
bergabung dengan kami?" Roran ragu-ragu.
"Bagaimana kalau mereka kembali atau mengirim
pasukan tambahan" Kita tidak bisa mengalahkan
seluruh Kekaisaran." "Tidak," kata Horst, muram dan
khidmat, "tapi kita juga tidak bisa berdiam diri dan
membiarkan para prajurit membunuh kita atau
menghancurkan harta kita. Ada batasnya bagi
seseorang untuk menanggung pelecehan sebelum ia
harus membalas." Loring tertawa, menyentakkan
kepala ke belakang hingga api menerangi tunggul
gigi-giginya. "Pertama-tama kita membentengi diri,"
bisiknya penuh semangat, "lalu kita bertempur. Kita
buat mereka menyesal karena pernah memandang
Carvahall! Ha ha!" PEMBALASAN Sesudah Roran
menyetujui rencana mereka, Horst mulai membagikan
sekop, garpu jerami, alu-apa pun yang bisa digunakan
untuk menghajar para prajurit serta Ra'zac dan
mengusir mereka. Roran menimbang-nimbang
sebatang garpu, lalu mengesampingkannya. Sekalipun
ia tidak pernah peduli pada kisah-kisah yang
diceritakan Brom, salah satunya, "Lagu Gerand",
menggetarkan dirinya setiap kali ia mendengarnya.
Kisah itu menceritakan Gerand, pejuang terhebat di
masanya, yang menggantung pedang demi istri dan
tanah pertanian. Tapi ia tidak mendapatkan kedamaian
karena tuan tanah yang iri memicu perselisihan
berdarah terhadap keluarga Gerand, yang memaksa
Pendekar Cambuk Naga Istana Langit Perak m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gerand membunuh sekali lagi. Tapi ia tidak bertempur
dengan pedangnya, ia menggunakan martil. Setelah
melangkah ke dinding, Roran mengambil martil
berukuran sedang dengan tangkai panjang dan mata
bulat di satu sisinya. Ia melempar-lemparkannya dari
satu tangan ke tangan yang lain, lalu mendekati Horst
dan bertanya, "Ini boleh kuambil?" Horst menatap
alat itu dan Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran. "Gunakan dengan bijaksana." Lalu ia berkata
pada anggota kelompok lainnya. "Dengar. Kita ingin
menakut-nakuti, bukan membunuh. Patahkan beberapa
tulang kalau kalian mau, tapi jangan sampai
terhanyut. Dan apa pun yang kalian lakukan, jangan
bertahan dan bertempur. Tidak peduli seberapa besar
keberanian yang kalian rasakan, lngatlah bahwa
mereka prajurit terlatih." Sesudah semua orang
dilengkapi, mereka meninggalkan bengkel dan berjalan
mengitari Carvahall ke tepi perkemahan Ra'zac. Para
prajurit telah tidur, kecuali empat penjaga yang
berpatroli di batas tenda-tenda kelabu. Kedua kuda
Ra'zac diikat di dekat api unggun yang membara.
Horst memerintah dengan suara pelan, mengirim
Albriech dan Delwin untuk menyergap para penjaga,
dan Parr serta Roran untuk menyergap kedua penjaga
lainnya. Roran menahan napas saat mengintai
prajurit yang tidak menyadari kehadiran mereka.
Jantungnya mulai berdebar-debar sementara energi
mengaliri tangan dan kakinya. Ia bersembunyi di balik
sudut rumah, gemetar, dan menunggu isyarat dari
Horst. Tunggu. Tunggu. Sambil meraung, Horst
menghambur keluar dari tempat persembunyian,
memimpin serangan ke tenda-tenda. Roran melesat
maju dan mengayunkan martil, menghantam bahu
penjaga diiringi derak menakutkan. Pria itu melolong
dan menjatuhkan tombak berkapaknya. Ia terhuyung
saat Roran menghantam rusuk dan punggungnya.
Roran mengangkat martilnya lagi dan pria tersebut
mundur, sambil berteriak-teriak minta tolong. Roran
berlari mengejarnya, sambil memekik tidak keruan. Ia
menerjang sisi tenda wol, menginjak-injak apa pun di
dalamnya, lalu menghantam puncak helm yang
dilihatnya muncul dari tenda lain. Logam itu
berdentang seperti genta. Roran nyaris tidak
menyadari saat Loring lewat-pria tua itu tergelak dan
bersorak dalam udara malam sambil menusuki para
prajurit menggunakan garpu jerami. Di mana-mana
timbul kekacauan saat orang-orang bergelut. Sewaktu
berbalik, Roran melihat seorang prajurit berusaha
memasang panah pada busurnya. Ia bergegas maju
dan menghantam punggung busur dengan martil baja,
mematahkan kayu itu menjadi dua. Prajuritnya
melarikan diri. Para Ra'zac berlari keluar dari tenda
sambil menjerit menakutkan, dengan pedang di
tangan. Sebelum mereka sempat menyerang, Baldor
melepaskan ikatan kuda-kuda dan mengusir keduanya
berderap menuju dua sosok mirip hantu sawah itu.
Ra'zac berpisah, lalu bersatu kembali, hanya untuk
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tersingkir saat semangat para prajurit bangkit. Mereka
pun kabur. Lalu segalanya berakhir. Roran
terengah-engah dalam kebisuan, tangannya terasa
kram di tangkai martil. Sesaat kemudian, ia mengitari
tumpukan tenda dan selimut ke arah Horst. Tukang
besi itu tersenyum di balik janggutnya. "Ini
perkelahian terbaik yang pernah kualami selama
bertahun-tahun." Di belakang mereka, Carvahall
berubah hidup saat orang-orang berusaha mencari
sumber keributan. Roran mengawasi saat lampu-lampu
menyala di balik jendela tertutup, lalu berpaling saat
mendengar isakan pelan. Bocah itu, Nolfavrell,
berlutut di samping mayat seorang prajurit, menikam
dadanya berkali-kali sementara air mata mengalir
turun ke dagunya. Gedric dan Albriech bergegas
mendekat dan menarik Nolfavrell menjauhi mayat itu.
"Ia seharusnya tidak ikut," kata Roran. Horst
mengangkat bahu. "Itu haknya." Sama saja,
membunuh salah satu anak buah Ra'zac hanya akan
mempersulit kita menyingkirkan para penghujat itu.
"Sebaiknya kita blokir jalan dan sela-sela rumah agar
mereka tidak bisa menyerang kita secara tiba-tiba."
Setelah mengamati orang-orang memeriksa luka
mereka, Roran melihat Delwin mendapat sayatan
panjang di lengannya, yang diperban sendiri oleh
petani itu dengan menggunakan secarik kain dari
kemejanya yang robek. Dengan berteriak beberapa
kali, Horst mengorganisir kelompok mereka. Ia
memerintahkan Albriech dan Baldor mengambil kereta
Quimby dari bengkel dan memerintahkan putra-putra
Loring serta Parr untuk menjelajahi Carvahall,
mencari barang-barang yang bisa digunakan untuk
mengamankan desa. Bahkan sementara ia berbicara,
orang-orang berkerumun di tepi padang, menatap apa
yang tersisa dari pe Bidadari Pendekar Naga Sakti
rkemahan Ra'zac dan mayat si prajurit. "Apa yang
terjadi?" seru Fisk. Lorirtg bergegas maju dan
menatap tukang kayu itu lurus. Apa yang terjadi"
Kuberitahu apa yang terjadi. Kami berhasil mengusir
sampah-sampah itu... menyerang sewaktu mereka
tidak siap dan mengusir mereka seperti anjing!" "Aku
senang." Suara yang kuat itu berasal dari Birgit,
wanita berambut merah yang memeluk Nolfavrell di
dadanya, mengabaikan darah yang mengotori wajah
bocah itu. "Mereka layak mati seperti pengecut karena
kematian suamiku." Penduduk desa menggumamkan
persetujuan, tapi lalu Thane berbicara, "Apa kau
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah sinting, Horst" Bahkan kalau kau berhasil
mengusir Ra'zac dan prajurit mereka, Galbatorix akan
mengirim lebih banyak orang lagi. Kekaisaran tidak
akan pernah menyerah sebelum mereka mendapatkan
Roran." "Sebaiknya kita serahkan saja," kata Sloan.
Horst mengangkat kedua tangannya. "Aku setuju; tidak
seorang pun lebih berharga daripada seluruh
Carvahall. Tapi kalau kita menyerahkan Roran, apa
kalian benar-benar berpendapat Galbatorix akan
membiarkan kita lolos sesudah perlawanan ini" Di
matanya, kita tidak lebih baik daripada kaum Varden."
"Kalau begitu kenapa kau menyerang?" Thane
menukas. "Siapa yang memberimu kewenangan untuk
mengambil keputusan ini" Kau menghancurkan kita
semua!" Kali ini Birgit yang menjawab. "Apa kau akan
membiarkan mereka membunuh istrimu?" Ia
menekankan tangannya ke kedua sisi wajah putranya,
lalu menunjukkan telapaknya yang berlumuran darah
pada Thane, seolah memberikan tuduhan. "Kau akan
membiarkan mereka membakar kita"... Di mana
kejantananmu, pemecah tanah liat?" Thane menunduk,
tidak mampu menghadapi ekspresi Birgit. "Mereka
membakar pertanianku," kata Roran, "menyantap
Quimby, dan nyaris menghancurkan Carvahall.
Kejahatan seperti itu tidak bisa dibiarkan tanpa
dihukum. Apa kita ini kelinci-kelinci penakut yang
gemetaran dan pasrah menerima nasib" Tidak! Kita
berhak membela diri." Ia diam saat Albriech dan
Baldor berlari di jalan, menyeret kereta. "Kita bisa
berdebat nanti. Sekarang kita harus bersiap-siap.
Siapa yang bersedia membantu kami?" Sekitar empat
puluh pria mengajukan diri. Bersama-sama mereka


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melakukan tugas yang sulit untuk menjadikan
Carvahall tidak tertembus. Roran bekerja tanpa henti,
memaku bilah-bilah pagar di sela rumah-rumah,
menumpuk tong-tong penuh batu menjadi dinding
darurat, dan menyeret balok-balok ke jalan utama,
yang mereka blokir dengan dua kereta yang dibalik.
Sementara Roran bergegas dari satu tugas ke tugas
yang lain, Katrina menghadangnya di lorong. Gadis itu
memeluknya, lalu berkata, "Aku senang kau kembali,
dan kau selamat." Roran menciumnya sekilas.
"Katrina... aku harus berbicara denganmu begitu kami
selesai." Katrina tersenyum tidak pasti, tapi ada
seberkas harapan dalam senyumannya. "Kau benar;
bodoh sekali kalau aku menunda. Setiap saat yang
kita lewati bersama merupakan saat berharga, dan aku
tidak ingin menyia-nyiakan waktu yang kita miliki
padahal nasib bisa memisahkan kita sewaktu-waktu."
Roran tengah menyiramkan air ke atap jerami rumah
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kiseltagar tidak terbakar sewaktu Parr berteriak,
"Ra'zac!" Roran menjatuhkan ember, lalu berlari ke
kereta, tempat ia meninggalkan martil. Sewaktu
menyambar senjata itu, ia melihat satu Ra'zac duduk
di kuda jauh di jalan, hampir di luar jangkauan panah.
Makhluk itu diterangi suluh di tangan kirinya,
sementara tangan kanannya terulur ke belakang,
seakan ada yang hendak dilemparkannya. Roran
tertawa. "Apa ia akan melempari kita dengan batu" Ia
terlalu jauh untuk mengenai--" Kata-katanya terputus
saat Ra'zac mengayunkan lengan dan tabung kaca
melayang melintasi jarak di antara mereka serta
pecah menghantam kereta di kanan Roran. Sesaat
kemudian, bola api melontarkan kereta ke udara
sementara udara panas mengempaskan Roran ke
dinding. Dengan tertegun, ia jatuh bertumpu pada
tangan dan lutut, terengah-engah menghirup udara. Di
antara raungan di telinganya ia mendengar derap
langkah kuda. Ia memaksa diri bangkit dan menghadap
ke asal suara, hanya untuk melompat ke samping
sementara Ra'zac berderap memasuki Carvahall mela
Bidadari Pendekar Naga Sakti
lui celah kereta yang berkobar. Para Ra'zac
menghentikan tunggangan mereka, pedang menyambar
saat mereka mengayunkannya ke orang-orang yang
berhamburan di sekeliling mereka. Roran melihat tiga
orang tewas, lalu Horst dan Loring tiba di dekat
Ra'zac dan memaksa mereka mundur dengan garpu
jerami. Sebelum penduduk desa sempat berkumpul,
para prajurit menghambur masuk melalui lubang di
barikade, membunuh secara membabi-buta dalam
kegelapan. Roran tahu mereka harus dihentikan,
kalau tidak Carvahall akan ditaklukkan. Ia menerkam
seorang prajurit, mengejutkannya, dan menghantam
wajahnya dengan martil. Prajurit itu terpuruk tanpa
suara. Sementara rekan-rekannya menghambur ke
arahnya, Roran mencabut perisai dari tangan si
prajurit yang terkulai. Ia nyaris tidak sempat
menggunakannya untuk menangkis pukulan pertama.
Sambil mundur mendekati Ra'zac, Roran menangkis
tusukan pedang, lalu mengayunkan martilnya ke atas,
ke dagu prajurit itu, menjatuhkannya ke tanah. "Ke
sini!" teriak Roran. "Pertahankan rumah kalian!" Ia
melangkah ke samping untuk menghindari pukulan
Kisah Si Pedang Kilat 9 Goosebumps - 2000 24 Manusia Bumi Mesti Enyah Durjana Dan Ksatria 13
^