Pencarian

Eldest 1

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 1


Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
BENCANA GANDA Ratapan orang-orang yang masih
hidup merupakan lagu bagi mereka yang sudah tewas.
Begitulah pemikiran Eragon sewaktu melangkahi mayat
Urgal yang terpuntir dan hancur, mendengarkan
tangisan para wanita yang mengangkut orang-orang
terkasih mereka dari lantai Farthen Dur yang
berlumpur darah. Di belakangnya Saphira dengan
hati-hati mengitari mayat itu, sisik-sisiknya yang biru
kemilau merupakan satu-satunya warna cemerlang di
lubang dalam pegunungan itu. Tiga hari telah berlalu
sejak Varden dan para kurcaci bertempur melawan
para Urgal memperebutkan Tronjheim, kota setinggi
satu mil yang berdiri di tengah Farthen Dur, tapi
medan tempur masih dipenuhi mayat. Banyaknya mayat
menghambat usaha mereka untuk mengubur. Di
kejauhan, api yang menjulang berpendar muram di
dekat dinding Farthen Dur tempat para Urgal dibakar.
Tidak ada pemakaman maupun tempat peristirahatan
yang terhormat bagi mereka. Sejak siuman dan
mendapati lukanya telah disembuhkan Angela, tiga
kali Eragon mencoba membantu usaha pemulihan.
Setiap kali ia dilanda rasa sakit hebat yang seperti
meledak dari tulang punggungnya. Para tabib
memberinya berbagai ramuan untuk diminum. Arya dan
Angela mengatakan dirinya sehat walafiat. Sekalipun
begitu, ia kesakitan. Saphira juga tidak bisa
membantu, hanya turut merasakan kesakitannya saat
perasaan itu mengalir ke dirinya melalui hubungan
mental mereka. Eragon mengusap wajah dan
menengadah memandang bintang-bintang yang
bersinar di atas puncak Farthen Dar di kejauhan, yang
ternoda jelaga pembakaran mayat. Tiga hari. Tiga hari
sejak ia membunuh Durza; tiga hari sejak orang-orang
mulai memanggilnya Shadeslayer--pembantai Shade;
tiga hari sejak sisa kesadaran si penyihir
mengacaukan benaknya dan ia diselamatkan si
misterius Togira Ikonoka, si Cacat yang Utuh.
Melawan Durza dan roh-roh kegelapan yang
mengendalikannya telah mengubah Eragon; sekalipun
apakah jadi membaik atau memburuk ia masih tidak
yakin. Ia merasa rapuh, seakan kejutan yang tiba-tiba
akan meluluhlantakkan tubuh dan kesadarannya yang
telah ditatanya dengan susah payah. Dan sekarang ia
berkunjung ke medan pertempuran, terdorong
keinginan kelam untuk melihat keadaan sesudah
perang. Begitu tiba, ia tidak mendapati apa pun
kecuali kematian dan kebusukan yang meresahkan,
bukan kemegahan seperti yang dikatakan lagu-lagu
kepahlawanan. Sebelum pamannya, Garrow, dibantai
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ra'zac berbulan-bulan lalu, kebrutalan yang
disaksikan Eragon terjadi di antara manusia, kurcaci,
dan Urgal pasti dapat menghancurkan dirinya.
Sekarang kebrutalan itu hanya menumpulkan
perasaannya. Ia sadar, dengan bantuan Saphira,
bahwa satu-satunya cara mempertahankan kewarasan
di tengah penderitaan sehebat itu adalah dengan
bertindak. Selain itu, ia tidak lagi percaya bahwa
kehidupan memiliki arti--sesudah melihat orang
dicabik-cabik Kull, ras Urgal raksasa; tanah dipenuhi
manusia yang menggelepar-gelepar, tanah yang begitu
basah dengan darah hingga meresap ke dalam sol
sepatu botnya. Kalaupun ada kehormatan dalam
perang, ia menyimpulkan, paling-paling dalam
pertempuran untuk melindungi makhluk lain dari
bahaya. Ia membungkuk dan memungut sepotong gigi,
gigi geraham, dari tanah. Sambil
melempar-lemparkannya di telapak tangan, ia dan
Saphira perlahan-lahan mengitari dataran yang
terinjak-injak itu. Mereka berhenti di tepinya sewaktu
melihat Jormundur--wakil Ajihad di Varden--bergegas
mendekati mereka dari Tronjheim. Sewaktu telah
dekat, Jormundur membungkuk memberi
hormat--Eragon tahu, beberapa hari yang lalu pria
tersebut tidak akan berbuat begitu padanya. "Aku
gembira bisa menemuimu pada waktunya, Eragon." Ia
membawa surat perkamen di satu tangan. "Ajihad
dalam perjalanan pulang, dan ia ingin kau ada
sewaktu ia tiba. Yang lain sudah menunggunya di
gerbang barat Tronjheim. Kita harus bergegas agar
bisa tiba di sana tepat pada waktunya." Eragon
mengangguk dan berjalan ke gerbang, dengan satu
tangan memegangi Saphira. Ajihad telah pergi selama
hampir tiga hari, memburu para Urgal yang berhasil
meloloskan diri ke dalam terowongan-terowongan
kurcaci yang malang-melintang dalam bebat
Bidadari Pendekar Naga Sakti
uan di bawah Pegunungan Beor. Sewaktu Eragon
bertemu dengannya ketika melakukan tugasnya, Ajihad
tengah mengamuk karena tahu putrinya, Nasuada,
telah melanggar perintahnya untuk pergi bersama para
wanita lain dan anak-anak sebelum pertempuran
dimulai. Nasuada diam-diam turut bertempur bersama
para pemanah Varden. Murtagh dan si Kembar
mendampingi Ajihad: si Kembar ikut karena tugas itu
berbahaya dan sang pemimpin Varden membutuhkan
perlindungan keahlian sihir mereka, Murtagh ikut
karena ingin terus membuktikan dirinya tidak
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendendam pada kaum Varden. Eragon terkejut
melihat perubahan sikap orang-orang kepada Murtagh,
mengingat ayah Murtagh adalah Morzan si Penunggang
Naga, yang mengkhianati para Penunggang pada
Galbatorix. Sekalipun Murtagh membenci ayahnya dan
setia pada Eragon, kaum Varden tidak memercayai
dirinya. Tapi sekarang, tak ada yang bersedia
membuang tenaga untuk kebencian sepele sementara
masih ada begitu banyak pekerjaan. Eragon rindu
bercakap-cakap dengan Murtagh dan mengharapkan
ada kesempatan untuk mendiskusikan segala sesuatu
yang sudah terjadi pada saat Murtagh kembali nanti.
Sementara Eragon dan Saphira mengitari Tronjheim,
tampak kelompok kecil di bawah cahaya lentera
gerbang kayu. Di antara mereka terdapat Orik--kurcaci
itu bergerak-gerak tidak sabar dengan kakinya yang
kokoh--dan Arya. Perban putih pada lengan atas Arya
tampak berpendar dalam kegelapan, memantulkan
cahaya samar ke bagian bawah rambutnya. Eragon
merasakan getaran aneh, seperti yang selalu
dirasakannya setiap kali melihat elf itu. Arya
memandangnya dan Saphira, mata hijaunya bersinar,
lalu kembali menunggu kemunculan Ajihad. Dengan
memecahkan Isidar Mithrim--batu safir bintang
raksasa selebar enam puluh kaki dan diukir berbentuk
mawar--Arya memungkinkan Eragon membunuh Durza
dan dengan begitu memenangkan pertempuran.
Sekalipun begitu, para kurcaci marah kepada elf itu
karena menghancurkan harta mereka yang paling
berharga. Mereka menolak membersihkan puing-puing
batu safir tersebut, membiarkannya dalam lingkaran
raksasa di ruang utama Tronjheim. Eragon telah
menjelajahi reruntuhan dan turut merasakan kedukaan
para kurcaci atas hilangnya keindahan tersebut. Ia
dan Saphira berhenti di dekat Orik dan memandang
lahan kosong yang mengelilingi Tronjheim,
membentang ke dasar Farthen Dur sejauh lima mil ke
segala arah. "Ajihad akan datang dari arah mana?"
tanya Eragon. Orik menunjuk sekelompok tiang
berlentera di sekeliling mulut terowongan besar yang
dua mil jauhnya. "la seharusnya tiba sebentar lagi."
Eragon menunggu dengan sabar bersama yang lain,
menanggapi komentar-komentar yang dilontarkan
kepadanya tapi lebih suka bercakap-cakap dengan
Saphira dalam ketenangan pikirannya. Ia menyukai
kesunyian yang memenuhi Farthen Dur. Setengah jam
berlalu sebelum tampak gerakan-gerakan di
terowongan di kejauhan. Kelompok yang terdiri atas
sepuluh orang memanjat ke atas tanah, lalu berbalik
dan membantu sepuluh kurcaci naik. Salah seorang
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
manusia-Eragon menganggap ia Ajihad-mengangkat
tangan, dan para pejuang berkumpul di belakangnya
dalam dua baris. Begitu mendapat isyarat, formasi itu
berbaris dengan bangga ke Tronjheim. Belum lagi
mereka berjalan lebih dari lima yard, terowongan di
belakang dipenuhi sosok-sosok lain yang berlompatan
keluar. Eragon menyipitkan mata, tidak mampu melihat
dengan jelas dari jarak sejauh ini. Itu Urgal! seru
Saphira, tubuhnya menegang seperti tali busur yang
ditarik. Eragon tidak meragukannya. "Urgal!"
serunya, dan melompat ke punggung Saphira, marah
pada diri sendiri karena meninggalkan pedangnya,
Zar'roc, di kamar. Tidak ada yang menduga akan
terjadi serangan sekarang, sesudah pasukan Urgal
berhasil diusir. Lukanya terasa menyengat sewaktu
Saphira mengangkat sayapnya yang kebiruan, lalu
mengepakkannya dan melompat maju, setiap detik
semakin cepat dan semakin tinggi. Di bawah mereka,
Arya berlari ke terowongan, nyaris menyamai
kecepatan Saphira. Orik mengikuti di belakang elf itu
bersama sejumlah orang, sementara Jormundur
bergegas lari kembali ke barak. Eragon terpaksa
menyaksikan tanpa daya sementara par
Bidadari Pendekar Naga Sakti
a Urgal menyerang para pejuang Ajihad yang paling
belakang; ia tidak mampu mengerahkan sihir dari
jarak sejauh itu. Para monster tersebut memiliki
keuntungan karena tak disangka muncul dan dengan
cepat menghabisi empat orang, memaksa para pejuang
sisanya, manusia dan kurcaci, untuk mengelilingi
Ajihad dalam usaha melindunginya. Pedang dan kapak
beradu sementara kedua kelompok tersebut merapat.
Cahaya menyambar dari salah seorang si Kembar, dan
satu Urgal jatuh, mencengkeram sisa lengannya yang
terpenggal. Selama semenit, tampaknya para pejuang
mampu menahan serangan Urgal, tapi lalu ada pusaran
di udara, pita kabut tipis seperti menyelimuti mereka
yang tengah bertempur. Sewaktu kabut itu memudar,
hanya empat pejuang yang masih berdiri: Ajihad, si
Kembar, dan Murtagh. Para Urgal mengeroyok mereka,
menghalangi pandangan Eragon sementara ia menatap
dengan ngeri dan ketakutan. Tidak! Tidak! Tidak!
Sebelum Saphira mencapai pertempuran, kerumunan
Urgal telah kembali ke terowongan dan bergegas turun
ke bawah tanah, meninggalkan sosok-sosok yang
terkapar. Begitu Saphira mendarat, Eragon melompat
turun, lalu goyah, dilanda kedukaan dan kemarahan.
Aku tidak bisa melakukannya. Ia jadi teringat dengan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jelas pada saat ia kembali ke pertanian dan
menemukan Garrow, pamannya, sekarat. Sambil
melawan ketakutannya seiring setiap langkah, ia
mencari mereka yang masih hidup. Tempat itu sangat
mirip medan tempur yang didatanginya tadi, tapi di
sini darahnya masih segar. Ajihad terkapar di tengah
pembantaian itu, pelindung dadanya rusak berat dan
berlubang-lubang, dikelilingi mayat lima Urgal yang
dibantainya. Napasnya tersengal-sengal. Eragon
berlutut di dekatnya dan menunduk agar air matanya
tidak jatuh di dada si pemimpin yang terkoyak. Tidak
ada yang bisa menyembuhkan luka seperti itu. Arya,
yang berlari mendekati mereka, berhenti, wajahnya
berubah akibat kedukaan sewaktu melihat Ajihad tidak
bisa diselamatkan. "Eragon." Nama itu terlontar dari
bibir Ajihad--tidak lebih daripada bisikan. "Ya, aku di
sini." "Dengarkan aku, Eragon... Aku punya perintah
terakhir untukmu." Eragon membungkuk lebih dekat
untuk mendengarkan kata-kata pria yang sekarat itu.
"Ada yang harus kaujanjikan padaku: berjanjilah
kau... tidak akan membiarkan Varden kacau balau.
Mereka satu-satunya harapan untuk melawan
Kekaisaran... Mereka harus tetap kuat. Berjanjilah
padaku." "Aku berjanji." "Kalau begitu, semoga
kedamaian bersamamu, Eragon Shadeslayer...."
Seiring napas terakhirnya, Ajihad memejamkan mata,
wajahnya yang mulia mengendur, dan ia pun tewas.
Eragon membungkuk. Ia merasa sulit bernapas karena
seolah ada ganjalan di tenggorokannya, yang begitu
keras hingga menyakitkan. Arya memberkati Ajihad
dengan serangkaian kata dalam bahasa kuno, lalu
berbicara dengan suaranya yang seperti musik,
"Sayang, kematiannya akan menimbulkan masalah
besar. Ia benar, kau harus berusaha sekuat tenaga
mencegah perebutan kekuasaan. Akan kubantu
sebisaku." Karena tidak ingin bicara, Eragon menatap
mayat-mayat lain. Ia bersedia memberikan apa saja
untuk bisa berada di tempat lain. Saphira menyodok
salah satu mayat Urgal dengan hidungnya dan
berkata, Ini seharusnya tidak terjadi. Ini kejahatan,
dan makin buruk karena terjadi pada saat kita
seharusnya aman dan menang. Ia memeriksa mayat
yang lain, lalu memalingkan kepala. Mana si Kembar
dan Murtagh" Mereka tidak ada di antara mayat-mayat
ini. Eragon mengamati mayat-mayat itu. Kau benar!
Semangat kembali berkobar dalam dirinya saat
bergegas ke mulut terowongan. Genangan darah yang


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mulai mengering memenuhi ceruk-ceruk di tangga
marmer aus yang seperti serangkaian cermin gelap,
mengilap dan oval, seakan ada sejumlah mayat
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tercabik yang diseret menuruninya. Para Urgal pasti
menangkap mereka! Tapi kenapa" Mereka tidak pernah
menawan atau menyandera. Keputusasaan seketika
kembali. Tidak penting. Kita tidak bisa memburu
mereka tanpa tambahan tenaga; kau bahkan tidak muat
masuk ke terowongan. Mereka mungkin masih hidup.
Apakah kau akan meninggalkan mereka" Apa yang
harus kulakukan" Terowongan kurcaci merupakan
labirin tanpa uj Bidadari Pendekar Naga Sakti
ung! Aku hanya akan tersesat di sana. Dan aku tidak
bisa mengejar Urgal dengan berjalan kaki, sekalipun
Arya mungkin bisa. Kalau begitu mintalah Arya
melakukannya. Arya! Eragon ragu-ragu, terpecah
antara keinginan beraksi dan keengganan
membahayakan Arya. Sekalipun begitu, kalau ada
orang di Varden yang mampu mengatasi para Urgal,
Arya-lah orangnya. Sambil mengerang, ia menjelaskan
pendapat mereka. Alis Arya yang meninggi berpadu
saat ia mengerutkan kening. "Tidak masuk akal."
"Kau mau mengejar mereka?" Arya menatapnya
selama beberapa saat yang terasa mencekam. "Wiol
ono." Demi kau. Lalu ia melesat maju, pedang berkilau
di tangannya saat ia terjun ke perut bumi. Dengan
perasaan frustrasi berat, Eragon bersila di dekat
Ajihad, menjaga mayatnya. Ia nyaris tidak bisa
menerima fakta bahwa Ajihad telah tewas dan Murtagh
hilang. Murtagh. Putra salah seorang Kaum
Terkutuk--ketiga belas Penunggang yang membantu
Galbatorix menghancurkan ordo mereka dan menunjuk
diri sendiri menjadi raja Alagaesia--dan teman
Eragon. Terkadang Eragon berharap Murtagh
menghilang, tapi sekarang, sesudah pria itu
disingkirkan secara paksa, kepergiannya menimbulkan
kehampaan tak terduga. Eragon duduk tak bergerak
sementara Orik mendekat bersama yang lain. Sewaktu
Orik melihat Ajihad, ia mengentakkan kaki dan memaki
dalam Bahasa Kurcaci, mengayunkan kapaknya ke
mayat Urgal. Yang lainnya hanya berdiri shock.
Sambil menggosokkan sejumput tanah di antara kedua
tangannya yang kapalan, kurcaci itu menggeram, "Ah,
sekarang sarang lebah telah diusik; tidak akan ada
kedamaian di antara Varden sesudah ini. Barzuln, tapi
ini memperumit semuanya. Kau sempat mendengar
pesan terakhirnya?" Eragon melirik Saphira. "Tunggu
kedatangan orang yang tepat baru aku akan
mengulanginya." "Aku mengerti. Mana Arya?" Eragon
menunjuk. Orik kembali memaki, lalu menggeleng dan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
duduk bersimpuh. Tidak lama kemudian Jormundur
tiba bersama dua belas baris prajurit yang
masing-masing terdiri atas enam orang. Ia memberi
isyarat agar mereka menunggu di luar radius
mayat-mayat sementara ia maju seorang diri. Ia
membungkuk dan menyentuh bahu Ajihad. "Kenapa
nasib bisa sekejam ini, sobat lamaku" Aku pasti tiba
lebih cepat kalau bukan karena luasnya pegunungan
terkutuk ini, dan mungkin dengan begitu kau akan
selamat. Tapi kita malah terluka di puncak
kemenangan kita." Dengan suara pelan Eragon
memberitahu tentang Arya dan menghilangnya si
Kembar serta Murtagh. "Arya seharusnya tidak pergi,"
kata Jormundur, sambil menegakkan diri, "tapi kita
tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. Kita akan
menempatkan para penjaga di sini, tapi sedikitnya
baru satu jam lagi para kurcaci pemandu bisa
ditemukan untuk membimbing ekspedisi ke dalam
terowongan-terowongan." "Aku bersedia
memimpinnya," Orik menawarkan. Jormundur
berpaling memandang Tronjheim, pandangannya
menerawang. "Tidak, Hrothgar membutuhkan dirimu
sekarang; harus orang lain yang pergi. Maaf, Eragon,
tapi semua orang penting harus tetap berada di sini
hingga penerus Ajihad terpilih. Arya terpaksa
berjuang sendiri.... Lagi pula kita tidak akan bisa
menyusulnya." Eragon mengangguk, menerima yang
tidak terelakkan. Jormundur memandang sekelilingnya
sebelum berbicara cukup keras agar bisa didengar
semua orang, "Ajihad tewas sebagai pejuang! Lihat, ia
membantai lima Urgal sementara orang yang tidak
sehebat dia pasti sudah dikalahkan hanya oleh satu
Urgal. Kita akan menghormatinya sepenuhnya dan
semoga rohnya menyenangkan para dewa. Bawa ia dan
rekan-rekan kita kembali ke Tronjheim dengan perisai
kalian... dan jangan malu untuk menangis, karena ini
merupakan hari kedukaan yang akan dikenang semua
orang. Semoga kita secepatnya mendapat kesempatan
menghunjamkan pedang kita ke tubuh monster-monster
yang telah membantai pemimpin kita!" Bersama-sama,
para pejuang berlutut, menanggalkan ketopong dan
topi masing-masing sebagai penghormatan pada
Ajihad. Lalu mereka berdiri dan dengan khidmat
mengangkatnya dengan perisai mereka hingga mayat
Ajihad terbaring di antara bahu mereka. Banyak
Varden yang menangis, air mata mengalir ke janggut,
tapi mer Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
eka tidak melalaikan tugas, tidak menjatuhkan mayat
Ajihad. Dengan langkah-langkah khidmat, mereka
berbaris kembali ke Tronjheim, Saphira dan Eragon
berjalan di tengah prosesi itu. DEWAN TETUA
Eragon bangkit dan berguling ke tepi ranjang,
memandang sekeliling ruangan yang diterangi cahaya
suram lentera tertutup. Ia duduk dan mengawasi
Saphira yang masih tidur. Sisi-sisi Saphira yang
berotot mengembang dan mengempis sementara
paru-paru raksasanya memompa udara melalui cuping
hidungnya yang bersisik. Eragon memikirkan neraka
yang sekarang bisa dikerahkan Saphira sesuka
hatinya, menyembur keluar dari mulutnya.
Pemandangan yang luar biasa, saat api yang cukup
panas untuk melelehkan logam menghambur tanpa
melukai lidah dan gigi-gigi gadingnya. Sejak pertama
kali menyemburkan api dalam pertempuran melawan
Durza--sambil menukik ke arah mereka dari puncak
Tronjheim--Saphira sangat bangga akan bakat
barunya. Ia terus menyemburkan api sedikit-sedikit,
dan menggunakan setiap kesempatan untuk menyulut
apa pun yang perlu dibakar. Karena Isidar Mithrim
telah hancur, Eragon dan Saphira tidak bisa tetap
tinggal di liang naga di atasnya. Para kurcaci
memberi mereka kamar-kamar di ruang jaga lama di
tingkat dasar Tronjheim. Kamar itu luas, tapi dengan
langit-langit rendah dan dinding-dinding yang gelap.
Kegusaran mencengkeram Eragon sewaktu ia teringat
kejadian-kejadian yang berlangsung kemarin. Air mata
menggenang di matanya, tumpah, dan ia menangkap
setetes dengan tangannya. Baru larut malam mereka
mendapat kabar dari Arya, sewaktu elf itu muncul dari
terowongan, kelelahan dan kakinya sakit. Sekalipun ia
telah berusaha sekuat tenaga-dan loloskan diri. "Aku
menemukan ini," katanya. Lalu ia menunjukkan salah
satu jubah ungu si Kembar, tercabik dan berlumuran
darah, dan tunik serta kedua sarung tangan kulit
Murtagh. "Benda-benda ini bertebaran di tepi jurang
gelap, yang dasarnya tidak tercapai terowongan mana
pun. Para Urgal pasti mencuri baju besi dan senjata
mereka, dan membuang mayat-mayat mereka ke
jurang. Kucoba melakukan scry pada Murtagh maupun
si Kembar, tapi tidak melihat apa pun kecuali
bayang-bayang jurang." Pandangannya bertemu
dengan pandangan Eragon. "Maafkan aku; mereka
sudah tewas." Sekarang, dalam benaknya, Eragon
berduka untuk Murtagh. Perasaan kehilangan dan
kengerian menakutkan yang merayapinya diperburuk
fakta bahwa ia semakin akrab dengan
perasaan-perasaan itu selama beberapa bulan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terakhir. Sambil menatap air mata di
tangannya--kubah kecil kemilau--ia memutuskan
men-scry sendiri ketiganya. Ia tahu prospeknya suram
dan sia-sia, tapi ia harus mencobanya untuk
meyakinkan diri bahwa Murtagh benar-benar telah
tewas. Sekalipun begitu, ia tidak yakin apakah ingin
berhasil melakukan sesuatu yang gagal dilakukan
Arya, apakah ia akan merasa lebih baik jika melihat
Murtagh tergeletak di dasar tebing jauh di bawah
Farthen Dar. Ia berbisik, "Draumr kopa." Kegelapan
menyelimuti cairan itu, mengubahnya menjadi sebintik
kecil malam di telapak tangan peraknya.
Gerakan-gerakan terlihat di dalamnya, seperti
kelebatan burung melintasi bulan yang tertutup
awan... lalu tidak terlihat apa-apa lagi. Air mata
yang lain menggabungkan diri dengan air mata
pertama. Eragon menghela napas panjang, menyandar
ke belakang, dan membiarkan ketenangan menguasai
dirinya. Sejak pulih dari luka akibat serangan Durza,
ia menyadari-biarpun terasa menurunkan
martabat-bahwa keberhasilannya karena
keberuntungan semata. Kalau aku menghadapi Shade
yang lain, atau Ra'zac, atau Galbatorix, aku harus
lebih kuat jika ingin menang. Brom bisa mengajariku
lebih banyak, aku tahu ia bisa. Tapi tanpa dirinya,
aku hanya memiliki satu pilihan: kaum elf. Napas
Saphira bertambah cepat, dan ia membuka mata,
menguap lebar. Selamat pagi, makhluk kecil. Sudah
pagi" Eragon menunduk dan bertumpu pada tangannya,
menekan kasur. Mengerikan... Murtagh dan Ajihad...
Kenapa para penjaga di terowongan tidak
memperingatkan kita soal kemunculan para Urgal"
Mereka seharusnya tidak mungkin bisa mengikuti
kelompok Ajihad tanpa ketahuan. Arya benar, ini tidak
masuk akal. Kita mungki Bidadari Pendekar Naga Sakti
n tidak akan pernah tahu kebenarannya, kata Saphira
lembut. Ia bangkit, sayapnya menyapu langit-langit.
Kau harus makan, lalu kita harus mencari tahu
rencana kaum Varden. Kita tidak boleh
membuang-buang waktu; pemimpin baru bisa dipilih
dalam beberapa jam lagi. Eragon setuju, teringat
bagaimana mereka meninggalkan semua orang
kemarin: Orik yang bergegas pergi untuk
menyampaikan laporan perkembangan terbaru pada
Raja Hrothgar, Jormundur yang membawa mayat Ajihad
ke tempat Ajihad akan disemayamkan hingga
pemakaman, dan Arya, yang berdiri seorang diri dan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengawasi semua yang tengah berlangsung. Eragon
bangkit dan menyandang Zar'roc serta busurnya, lalu
membungkuk dan mengambil pelana Snowfire. Sakit
bagai membelah dadanya, menyebabkan ia terkapar di
lantai, tempat ia menggeliat-geliat, mencakari
punggungnya. Rasanya dirinya seperti digergaji
menjadi dua. Saphira menggeram sewaktu sensasi itu
mencapai dirinya. Ia mencoba menenangkan Eragon
dengan benaknya sendiri tapi tidak mampu meredakan
penderitaan Eragon. Ekornya secara naluriah
terangkat, seakan hendak bertempur. Baru beberapa
menit kemudian serangan sakit itu mereda dan
denyutan terakhir memudar, meninggalkan Eragon
yang terengah-engah. Keringat membasahi wajahnya,
menyebabkan rambutnya lengket dan matanya pedas.
Ia mengulurkan tangan ke belakang dan dengan
hati-hati menyentuh bagian atas bekas lukanya. Bekas
luka itu terasa panas membara, dan peka terhadap
sentuhan. Saphira menurunkan hidungnya dan
menyentuh lengan Eragon. Oh, makhluk kecil.... Kali
ini lebih buruk, kata Eragon, sambil beranjak bangkit
dengan susah payah. Saphira membiarkan dirinya
menyandar lalu dengan hati-hati ia melangkah ke
pintu. Kau sudah cukup kuat untuk pergi" Terpaksa.
Sebagai naga dan Penunggang kita wajib memilih
pemimpin Varden berikutnya di depan umum, dan
mungkin bahkan memengaruhi pemilihan. Aku tidak
akan menyangkal kekuatan posisi kita; kita sekarang
menyandang kekuasaan besar di kalangan kaum
Varden. Untungnya si Kembar tidak berada di sini
untuk merebut posisi itu bagi mereka sendiri. Hanya
itu satu-satunya kebaikan dalam situasi ini. Baiklah,
tapi Durza seharusnya mendapat siksaan selama
seribu tahun untuk perbuatannya pada dirimu. Eragon
mendengus. Yang penting jangan jauh jauh dariku.
Bersama-sama mereka berjalan melintasi Tronjheim,
menuju dapur terdekat. Di koridor dan lorong,
orang-orang berhenti dan membungkuk kepada mereka,
sambil bergumam, "Argetlam" atau "Shadeslayer."
Bahkan para kurcaci juga berbuat begitu, sekalipun
lebih jarang. Eragon terpukul melihat ekspresi muram
dan ketakutan yang ditampakkan para manusia, dan
pakaian gelap yang mereka kenakan untuk
menunjukkan kesedihan. Banyak wanita yang
mengenakan pakaian hitam seluruhnya, cadar berenda
menutupi wajah mereka. Di dapur, Eragon membawa
piring batu berisi makanan ke meja rendah. Saphira
mengawasinya dengan cermat untuk berjaga-jaga


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seandainya ia mendapat serangan lagi. Sejumlah
orang mencoba mendekati Eragon, tapi Saphira
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendengus dan menggeram, menyebabkan mereka
menghambur pergi. Eragon memainkan makanannya
dan berpura-pura tidak mengacuhkan
gangguan-gangguan itu. Akhirnya, dalam usahanya
untuk mengalihkan pikiran dari Murtagh, ia bertanya,
Menurutmu siapa yang mampu mengendalikan kaum
Varden sekarang, sesudah Ajihad dan si Kembar tidak
ada" Saphira ragu-ragu. Ada kemungkinan dirimu,
kalau pesan terakhir Ajihad ditafsirkan sebagai restu
untuk menjamin kepemimpinan. Hampir tidak ada yang
akan menentang dirimu. Tapi, rasanya itu bukan
pilihan yang bijak untuk diambil. Aku hanya melihat
masalah di sana. Setuju. Lagi pula, Arya tidak akan
setuju, dan ia bisa menjadi musuh yang berbahaya.
Elf tidak boleh berbohong dalam bahasa kuno, tapi
mereka tidak memiliki larangan untuk berbuat begitu
dalam bahasa kita--ia bisa mengingkari Ajihad pernah
berpesan begitu kalau tindakan tersebut sesuai
dengan tujuannya. Tidak, aku tidak menginginkan
posisi itu. Bagaimana dengan Jormundur" Ajihad
menyebutnya tangan kanan. Sialnya, hanya sedikit
yang kita ketahui tentang dirinya atau para pemimpin
kaum Varden lain. Ke Bidadari Pendekar Naga Sakti
beradaan kita di sini terlalu singkat. Kita terpaksa
menilai berdasarkan perasaan dan kesan kita, tanpa
dukungan sejarah. Eragon mendorong ikannya
mengelilingi segumpal bubur. Jangan lupa ada
Hrothgar dan klan-klan kurcaci; mereka tidak akan
tinggal diam dalam hal ini. Kecuali Arya, para elf
tidak memiliki suara dalam pemilihan
penerus-keputusan akan sudah diambil bahkan
sebelum berita mengenai kejadian ini sampai di
telinga mereka. Tapi para kurcaci tidak bisa-tidak
akan mau-diabaikan. Hrothgar menyukai kaum Varden,
tapi kalau cukup banyak klan yang menentangnya, ia
mungkin terpaksa mendukung orang yang tidak cocok
menjadi pemimpin. Dan kemungkinan siapa orang itu"
Seseorang yang mudah dimanipulasi. Eragon
memejamkan mata dan menyandar ke belakang. Bisa
jadi siapa saja di Farthen Dur, siapa saja. Selama
beberapa waktu yang cukup lama, mereka berdua
mempertimbangkan masalah yang mereka hadapi. Lalu
Saphira berkata, Eragon, ada yang ingin menemuimu.
Aku tidak bisa mengusirnya. Eh" Eragon membuka
mata, menyipitkannya sementara matanya
menyesuaikan diri dengan cahaya. Seorang anak muda
pucat berdiri di dekat meja. Bocah itu memandang
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saphira seolah takut Saphira akan menyantapnya.
"Ada apa?" tanya Eragon, suaranya biasa saja. Bocah
itu terkejut, wajahnya memerah, lalu ia membungkuk
memberi hormat. "Anda dipanggil, Argetlam, untuk
berbicara di depan Dewan Tetua." "Siapa mereka?"
Pertanyaan itu menyebabkan si bocah semakin
bingung. "De-dewan adalah... adalah... orang-orang
yang kami-yaitu kaum Varden-pilih untuk mewakili
kami berbicara dengan Ajihad. Mereka para penasehat
terpercayanya, dan sekarang mereka ingin menemui
Anda. Itu kehormatan besar!" Ia mengakhirinya dengan
senyum sekilas. "Apa kau akan mengantarku ke
sana?" "Ya, benar." Saphira melontarkan pandangan
bertanya pada Eragon. Eragon mengangkat bahu dan
meninggalkan hidangan yang belum disantapnya,
memberi isyarat agar si bocah menunjukkan jalan.
Sementara mereka berjalan, bocah itu mengagumi
Zar'roc dengan mata berbinar-binar, lalu menunduk
malu. "Siapa namamu?" tanya Eragon. "Jarsha, Sir."
"Nama yang bagus. Kau menyampaikan pesan dengan
baik; kau seharusnya bangga." Jarsha tersenyum dan
berjalan dengan langkah yang lebih ringan. Mereka
tiba di pintu batu cembung, yang didorong Jarsha
hingga terbuka. Ruang di dalamnya bundar, dengan
kubah biru langit yang dihiasi konstelasi. Meja
marmer bundar, dihiasi lambang Durgrimst
Ingeitum--martil yang berdiri tegak dikelilingi dua
belas bintang--berada di tengah ruangan. Di
sekelilingnya duduk Jormundur dan dua pria lain, satu
jangkung dan satu gemuk; seorang wanita berbibir
mengerut, bermata rapat, dan pipi yang diberi
pewarna; dan wanita kedua dengan rambut beruban
disasak tinggi di atas wajah yang keibuan, dengan
tangkai pisau mengintip dari tubuhnya yang besar.
"Kau boleh pergi," kata Jormundur kepada Jarsha,
yang bergegas membungkuk dan berlalu. Sadar
dirinya tengah diawasi, Eragon mengamati sekeliling
ruangan, lalu duduk di tengah deretan kursi kosong,
dengan begitu memaksa para anggota dewan berpaling
untuk bisa memandang dirinya. Saphira membungkuk
tepat di belakang Eragon; Eragon bisa merasakan
napasnya yang panas di puncak kepalanya. Jormundur
setengah berdiri untuk membungkuk sedikit, lalu
duduk kembali. "Terima kasih sudah bersedia datang,
Eragon, sekalipun kau sendiri menderita kehilangan.
Ini Umerth," si pria jangkung; "Falberd," si pria
gemuk; "dan Sabrae serta Elessari," kedua wanita.
Eragon menundukkan kepala, lalu bertanya,
"Bagaimana dengan si Kembar, apa mereka dulu
anggota dewan ini?" Sabrae menggeleng tajam dan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengetuk-ngetukkan kuku yang panjang ke meja.
"Mereka tidak ada kaitannya dengan kami. Mereka
lintah yang licin--lebih daripada licin--dan bekerja
hanya demi keuntungan mereka sendiri. Mereka tidak
berniat mengabdi pada kaum Varden. Dengan begitu,
mereka tidak memiliki tempat dalam dewan ini."
Eragon bisa mencium bau parfumnya dari sisi
seberang meja; bau yang kental dan berminyak,
seperti bunga yang membusuk. Ia menyembunyikan
senyuman karena berpikiran begitu. "Cukup. Kita
Bidadari Pendekar Naga Sakti
di sini bukan untuk mendiskusikan si Kembar," kata
Jormundur. "Kita menghadapi krisis yang harus diatasi
secepatnya dan seefektif mungkin. Kalau kita tidak
memilih penerus Ajihad, orang lain akan memilihnya.
Hrothgar sudah menghubungi kita untuk menyampaikan
belasungkawa. Biarpun lebih daripada ramah, ia pasti
sudah menyusun rencana sendiri bahkan saat kita
berbicara sekarang. Kita juga harus
mempertimbangkan Du Vrangr Gata, para pemakai
sihir. Sebagian besar dari mereka setia pada kaum
Varden, tapi sulit memperkirakan tindakan-tindakan
mereka bahkan dalam saat-saat terbaik. Mereka
mungkin memutuskan menentang kewenangan kita demi
keuntungan mereka sendiri. Itu sebabnya kami
membutuhkan bantuanmu, Eragon, untuk memberi
keabsahan yang dibutuhkan bagi siapa pun yang akan
menggantikan tempat Ajihad." Falberd beranjak
bangkit, menumpukan tangannya yang gemuk di meja.
"Kami berlima sudah memutuskan siapa yang akan
kami dukung. Kami tidak ragu bahwa sudah memilih
orang yang tepat. Tapi," ia mengangkat satu jari yang
gemuk, "sebelum kami beritahukan siapa orangnya,
kau harus berjanji bahwa entah kau setuju atau tidak
dengan pilihan kami, tidak sedikit pun dari diskusi ini
boleh menyebar keluar." Kenapa mereka
menginginkan begitu" tanya Eragon pada Saphira.
Entahlah, kata Saphira, sambil mendengus. Mungkin
ini jebakan. Ini perjudian yang harus kauambil. Tapi
ingat, mereka belum memintaku menjanjikan apa pun.
Kalau perlu, aku selalu bisa memberitahu Arya
mengenai apa yang mereka bicarakan. Mereka bodoh,
lupa bahwa aku sama cerdasnya dengan manusia mana
pun. Senang dengan pikiran itu, Eragon berkata,
"Baiklah, aku berjanji. Sekarang, siapa yang kalian
pilih untuk memimpin kaum Varden?" "Nasuada."
Karena terkejut, Eragon menunduk, berpikir cepat. Ia
tidak mempertimbangkan Nasuada sebagai penerus
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
karena gadis itu masih muda--ia hanya beberapa tahun
lebih tua daripada Eragon. Tidak ada alasan nyata,
tentu saja, kenapa gadis itu tidak boleh memimpin,
tapi kenapa Dewan Tetua menginginkan dirinya" Apa
untungnya bagi mereka" Eragon teringat nasihat Brom
dan mencoba memeriksa masalah ini dari setiap sudut,
tahu dirinya harus mengambil keputusan dengan
cepat. Nasuada memiliki ketegaran, kata Saphira. Ia
seperti ayahnya. Mungkin, tapi apa alasan mereka
memilihnya" Untuk mengulur waktu, Eragon bertanya,
"Kenapa bukan dirimu, Jormundur" Ajihad menyebutmu
tangan kanannya. Bukankah itu berarti kau seharusnya
mengambil alih tempatnya sekarang, sesudah
kepergiannya?" Ketidaknyamanan menyelimuti para
anggota Dewan: Sabrae duduk lebih tegak lagi, kedua
tangan tertangkup di depannya; Umerth dan Falberd
bertukar pandang dengan muram, sementara Elessari
hanya tersenyum, tangkai pisaunya bergoyanggoyang
di dada. "Karena," kata Jormundur, memilih
perkataannya dengan hati-hati, "Ajihad berbicara
dalam kaitan militer waktu itu, tidak lebih. Selain itu,
aku anggota Dewan, yang hanya memiliki kekuasaan
karena kami saling mendukung. Bodoh dan berbahaya
kalau salah satu dari kami mengangkat diri lebih
tinggi daripada yang lain." Ketegangan para anggota
Dewan mengendur saat ia selesai, dan Elessari
menepuk-nepuk lengan Jormundur. Ha! seru Saphira.
Ia mungkin sudah mengambil alih kekuasaan kalau
bisa memaksa yang lain mendukungnya. Lihat saja
cara mereka memandangnya. Ia seperti serigala di
tengah mereka. Serigala di tengah kawanan rubah,
mungkin. "Apa Nasuada cukup berpengalaman?" tanya
Eragon. Elessari menekankan tubuhnya ke tepi meja
saat mencondongkan diri ke depan. "Aku sudah berada
di sini selama tujuh tahun sewaktu Ajihad
menggabungkan diri dengan kaum Varden. Aku melihat
Nasuada tumbuh dewasa, dari gadis; kecil yang manis
menjadi wanita seperti sekarang. Terkadang agak
bodoh, tapi sosok yang bagus untuk memimpin kaum
Varden. Orang-orang akan menyayanginya. Sekarang
aku," ia menepuk dada dengan sayang, "dan
teman-temanku akan ada di sini untuk membimbingnya
melewati masa-masa sulit ini. Ia tak akan pernah
tidak didampingi orang yang menunjukkan jalan
padanya. Kurangnya pengalaman seharusnya tidak
menjadi penghalang baginya untuk mengambil
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempatnya." Pemahaman membanjiri benak Eragon.
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Mereka menginginkan boneka! "Pemakaman Ajihad
akan diselenggarakan dua hari lagi," sela Umerth.
"Tepat sesudahnya, kami merencanakan menunjuk
Nasuada sebagai pemimpin baru. Kami belum
memintanya, tapi ia pasti setuju. Kami ingin kau hadir
dalam penunjukandengan begitu tak seorang pun,
bahkan Hrothgar juga, bisa mengeluh-dan bersumpah
setia pada kaum Varden. Dengan begitu, kepercayaan
orang-orang yang terampas karena kematian Ajihad
akan dipulihkan, dan menghalangi siapa pun yang
ingin memecah belah organisasi ini." Kesetiaan!
Saphira bergegas menyentuh benak Eragon.
Perhatikan, mereka tidak ingin kau bersumpah setia
pada Nasuada-hanya pada kaum Varden. Ya, dan
mereka ingin menjadi orang-orang yang menunjuk
Nasuada, yang akan menunjukkan bahwa Dewan lebih
berkuasa daripada Nasuada. Mereka bisa meminta
Arya atau kita menunjuknya, tapi , dengan begitu
sama saja mengakui bahwa siapa pun yang
melakukannya berkedudukan lebih tinggi daripada
semua anggota Varden lainnya. Dengan cara ini,
mereka menguatkan keunggulan mereka atas Nasuada,
menguasai kita melalui sumpah setia, juga mendapat
keuntungan dukungan Penunggang pada Nasuada di
depan umum. "Apa yang terjadi," tanya Eragon,
"kalau aku memutuskan tidak menerima tawaran
kalian?" "Tawaran?" tanya Falberd, tampak
kebingungan. "Wah, tidak terjadi apa-apa, tentu saja.
Hanya saja akan timbul masalah yang tidak
menyenangkan kalau kau tidak hadir sewaktu Nasuada
dipilih. Kalau pahlawan pertempuran Farthen Dar
mengabaikan Nasuada, apa yang bisa dipikirkannya
kecuali bahwa seorang Penunggang menyepelekan
dirinya dan menganggap kaum Varden tidak layak
sebagai tempat mengabdi" Siapa yang mampu
menanggung malu seperti itu?" Pesannya tidak
mungkin bisa lebih jelas lagi. Eragon mencengkeram
tangkai Zar'roc di bawah meja, sangat ingin berteriak
bahwa mereka tidak perlu memaksa dirinya mendukung
kaum Varden, bahwa ia akan tetap melakukannya. Tapi
sekarang, secara naluriah ia ingin memberontak,
untuk menghindari belenggu yang hendak mereka
paksakan padanya. "Karena para Penunggang
dipandang begitu tinggi, aku bisa saja memutuskan
tenagaku lebih baik digunakan untuk membimbing
sendiri kaum Varden." Suasana dalam ruangan
menegang. "Itu tidak bijaksana," kata Sabrae. Eragon
memutar otak mencari jalan untuk meloloskan diri dari
situasi ini. Dengan kepergian Ajihad, kata Saphira,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mungkin mustahil untuk tetap bebas dari kelompok
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mana pun, sebagaimana yang diinginkannya dari kita.
Kita tidak bisa menimbulkan kemarahan kaum Varden,
dan kalau dewan ini mengendalikan mereka begitu
Nasuada menduduki tempatnya, kita harus mendekati
mereka. Ingat, tindakan mereka lebih didasarkan pada
keinginan mempertahankan diri, sebagaimana kita
juga. Tapi apa yang harus kita lakukan untuk mereka
begitu kita berada dalam kekuasaan mereka" Apa
mereka akan menghormati persekutuan kaum Varden
dengan kaum elf dan mengirim kita ke Ellesmera untuk
berlatih, atau sebaliknya" Menurutku Jormundur cukup
terhormat, tapi bagaimana dengan anggota Dewan
yang lain" Aku tidak tahu. Saphira mengusap puncak
kepala Eragon dengan rahangnya. Setujui untuk
menghadiri upacara ini bersama Nasuada; sejauh ini
hanya itu yang bisa kupikirkan. Sedangkan mengenai
bersumpah setia, coba lihat apakah kau bisa
menghindarinya. Mungkin akan ada kejadian antara
sekarang dan nanti yang mengubah posisi kita... Arya
mungkin memiliki jalan keluar. Tanpa basa-basi,
Eragon mengangguk dan berkata, "Baiklah; aku akan
menghadiri penunjukan Nasuada." Jormundur tampak
lega. "Bagus, bagus. Dengan begitu tinggal satu
masalah lagi yang masih harus kita selesaikan
sebelum kau pergi: penerimaan Nasuada. Tidak ada
alasan untuk menunda, karena kita semua sudah hadir
di sini. Akan kusuruh orang memanggilnya. Juga
Arya--kita membutuhkan persetujuan kaum elf sebelum
menyampaikan keputusan ini pada masyarakat.
Seharusnya tidak sulit; Arya tak bisa menentang
dewan kami dan kau, Eragon. Ia akan terpaksa
menyetujui penilaian kami." "Tunggu," kata Elessari,
kilau sekeras baja terpancar di matanya. "Tapi,
Penunggang, k Bidadari Pendekar Naga Sakti
ami membutuhkan janjimu. Apa kau mau bersumpah
setia dalam upacara nanti?" "Ya, kau harus
melakukannya," Falberd menyetujui. "Kaum Varden
akan dipermalukan kalau kami tidak bisa memberikan
perlindungan menyeluruh padamu." Cara yang bagus
untuk mengutarakannya! Layak dicoba, kata Saphira.
Aku khawatir kau sekarang tidak memiliki pilihan lain.
Mereka tidak akan berani menyakiti kita kalau aku
menolak. Ya, tapi mereka bisa merepotkan kita tanpa
henti. Bukan demi diriku kalau kusarankan untuk
menerima, tapi demi dirimu. Banyak bahaya yang tidak
bisa kuhindarkan darimu, Eragon. Galbatorix bertekad
menentang kita, kau membutuhkan sekutu, bukan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
musuh, di sekelilingmu. Kita tidak bisa menantang
Kekaisaran dan kaum Varden sekaligus. Akhirnya,
"Akan kulakukan." Di sekeliling meja terlihat
tanda-tanda kesantaian--bahkan desahan yang tidak
begitu ditutupi dari Umerth. Mereka takut pada kita!
Sudah seharusnya, dengus Saphira. Jormundur
memanggil Jarsha, dan dengan beberapa patah kata
mengirim bocah itu berlari-lari memanggil Nasuada
dan Arya. Sementara ia pergi, percakapan berubah
menjadi kesunyian yang tidak nyaman. Eragon
mengabaikan Dewan, memusatkan pikiran mencari
jalan keluar dari dilema ini. Ia tidak menemukan satu
pun. Sewaktu pintu terbuka lagi, semua orang
berpaling penuh harap. Nasuada masuk terlebih dulu,
dengan dagu terangkat tinggi dan pandangan mantap.
Gaun berbordirnya hitam pekat, bahkan lebih pekat
daripada warna kulitnya, hanya diselingi segaris
warna ungu yang memanjang dari bahu ke pinggul.
Arya berjalan di belakangnya, langkahnya seringan
dan selincah kucing, dan terang-terangan memesona
Jarsha. Bocah itu diperintahkan pergi, lalu Jormundur
membantu Nasuada duduk. Eragon bergegas membantu
Arya duduk, tapi elf itu tidak memedulikan kursi yang
disodorkan dan berdiri cukup jauh dari meja. Saphira,
kata Eragon, beritahukan semua yang terjadi padanya.
Kurasa Dewan tidak akan memberitahunya bahwa
mereka memaksaku memberikan kesetiaan pada kaum
Varden. "Arya," sapa Jormundur sambil mengangguk,
lalu memusatkan perhatian pada Nasuada. "Nasuada,
Putri Ajihad, Dewan Tetua ingin menyampaikan
belasungkawa resmi yang terdalam atas kehilanganmu,
yang lebih dalam daripada yang dirasakan siapa pun."
Dengan suara yang lebih pelan, ia menambahkan, "Kau
juga mendapat simpati pribadi dari kami. Kami semua
tahu bagaimana rasanya kalau ada anggota keluarga
yang dibunuh Kekaisaran." "Terima kasih," gumam
Nasuada, sambil mengarahkan tatapan mata berbentuk
almond-nya ke bawah. Ia duduk, malu-malu dan
berduka, memancarkan kerapuhan yang menyebabkan
Eragon ingin menghiburnya. Sikap Nasuada begitu
berbeda dengan wanita muda energik yang
mengunjungi dirinya dan Saphira di lubang naga
sebelum pertempuran. "Sekalipun sekarang masa
duka bagimu, ada masalah yang harus kaupecahkan.
Dewan ini tidak bisa memimpin kaum Varden. Dan
harus ada yang menggantikan tempat ayahmu sesudah
pemakaman. Kami meminta dirimu menerima posisi itu.
Sebagai pewarisnya, kedudukan itu hakmu--kaum
Varden mengharapkan begitu darimu." Nasuada
menunduk dengan mata berkilau-kilau. Kedukaan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terdengar jelas dalam suaranya sewaktu ia berkata,
"Aku tidak pernah menduga akan diminta menggantikan
ayahku di usia semuda ini. Tapi... kalau kalian
berkeras bahwa itu kewajibanku... akan kuterima
jabatan ini." KEJUJURAN DI ANTARA TEMAN Dewan
Tetua tersenyum penuh kemenangan, senang karena
Nasuada memenuhi keinginan mereka. "Kami memang
berkeras," kata Jormundur, "demi kebaikanmu sendiri
dan demi kebaikan kaum Varden." Para anggota Dewan
lainnya menyatakan dukungan mereka sendiri juga,
yang diterima Nasuada dengan senyum sedih. Sabrae
melirik marah Eragon sewaktu ia tidak turut berbicara.
Selama percakapan, Eragon mengawasi Arya, mencari
reaksi apa pun dari elf itu terhadap berita yang
disampaikannya maupun terhadap pengumuman Dewan.
Ekspresi Arya tidak berubah sedikit pun. Tapi Saphira
memberitahu Eragon, Ia ingin bicara dengan kita
sesudah ini. Sebelum Eragon sempat menjawab,
Falberd berpaling pada Arya. "Apakah kaum elf
menyetujui penunjukan ini?" Arya menatap Falbe
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rd hingga pria itu bergerak-gerak gelisah karena
tatapannya yang tajam, lalu mengangkat satu alis.
"Aku tidak bisa berbicara atas nama ratuku, tapi
menurutku tidak ada alasan untuk keberatan. Aku
merestui Nasuada." Bagaimana tidak, mengetahui apa
yang sudah kita beritahukan padanya" pikir Eragon
pahit. Kita semua disudutkan. Komentar Arya jelas
menggembirakan Dewan. Nasuada berterima kasih
padanya dan bertanya pada Jormundur, "Apakah ada
hal lain yang harus didiskusikan" Karena aku sangat
lelah." Jormundur menggeleng. "Kami akan mengatur
segalanya. Aku berjanji kau tidak akan diganggu
hingga pemakaman." "Sekali lagi, terima kasih.
Bisakah kalian meninggalkan aku sekarang" Aku perlu
waktu untuk mempertimbangkan cara terbaik untuk
menghormati ayahku dan melayani kaum Varden.
Kalian memberiku banyak hal untuk dipertimbangkan."
Nasuada merentangkan jemarinya yang halus di kain
hitam di pangkuannya. Umerth tampak hendak
memprotes pembubaran Dewan, tapi Falberd melambai,
menyuruhnya diam. "Tentu saja, apa pun yang bisa
memberimu kedamaian. Kalau kau membutuhkan
bantuan, kami siap dan sedia melayani." Setelah
memberi isyarat agar yang lain mengikuti, ia berjalan
melewati Arya menuju pintu. "Eragon, bisakah kau
tinggal sebentar?" Dengan terkejut Eragon duduk
kembali, mengabaikan pandangan waspada para
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anggota Dewan. Falberd berlama-lama di pintu,
mendadak enggan pergi, lalu keluar perlahan-lahan.
Arya yang terakhir berlalu. Sebelum menutup pintu, ia
memandang Eragon, pandangannya menyatakan
kekhawatiran dan ketakutan yang sebelumnya ditutupi.
Nasuada duduk agak menyamping dari Eragon dan
Saphira. "Jadi kita bertemu lagi, Penunggang. Kau
belum menyapaku. Apa aku menyinggung
perasaanmu?" "Tidak, Nasuada; aku enggan bicara
karena takut bersikap kasar atau bodoh. Situasi saat
ini tidak ramah terhadap pernyataan yang
tergesa-gesa." Paranoia kalau-kalau ada yang
menguping mencengkeram dirinya. Ia menjangkau ke
balik dinding penghalang dalam benaknya, meraih
kekuatan sihir, dan berkata, "Atra nosu waise vardo
fra eld hornya... Nah, sekarang kita bisa
bercakap-cakap tanpa bisa didengar manusia, kurcaci,
atau elf." Postur tegang Nasuada mengendur. "Terima
kasih, Eragon. Kau tidak tahu betapa berharganya hal
itu." Kata-katanya lebih kuat dan lebih percaya diri
daripada sebelumnya. Di belakang kursi Eragon,
Saphira bergerak, lalu dengan hati-hati melangkah
mengitari meja untuk berdiri di depan Nasuada. Ia
menurunkan kepalanya yang besar hingga satu
matanya beradu pandang dengan mata hitam Nasuada.
Naga itu menatap Nasuada selama semenit penuh
sebelum mendengus lembut dan menegakkan diri.
Beritahu dia, kata Saphira, bahwa aku turut berduka
atas kehilangannya. Juga bahwa kekuatannya harus
menjadi kekuatan Varden saat ia menggantikan
kedudukan ayahnya. Mereka membutuhkan panduan
yang mantap. Eragon mengulangi kata-katanya,
sambil menambahkan, "Ajihad orang yang
hebat-namanya akan selalu dikenang... Ada yang
harus kuberitahukan padamu. Sebelum Ajihad
meninggal, ia memberiku tugas, memerintahkan aku,
menjaga kaum Varden agar tidak kacau balau. Itu
pesan terakhirnya. Arya juga mendengarnya. "Tadinya
aku berniat merahasiakan pesannya karena implikasi
pesan itu, tapi kau berhak tahu. Aku tidak yakin apa
yang dimaksud Ajihad, atau apa tepatnya yang
diinginkannya, tapi aku yakin akan hal ini: Aku akan
selalu membela kaum Varden dengan kekuatanku. Aku
ingin kau memahaminya, dan bahwa aku tidak berniat
mengambil alih kepemimpinan kaum Varden." Nasuada
tertawa lemah. "Tapi kepemimpinan itu bukan untukku,
bukan?" Sikap tertutupnya sirna, yang tinggal hanya
ketenangan dan kebulatan tekad. "Aku tahu kenapa
kau kemari sebelum diriku dan apa yang hendak
dilakukan Dewan. Menurutmu, selama bertahun-tahun
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
aku mengabdi pada ayahku, kami tidak pernah
merencanakan kemungkinan seperti ini" Aku sudah
menduga Dewan akan melakukan apa yang barusan
mereka lakukan. Dan sekarang segala sesuatu sudah
berada pada tempatnya sehingga aku dapat mengambil
alih kepemimpinan atas kaum Varden." "Kau tidak
berniat membiarkan mereka mengatur dirimu," kata
Eragon tak Bidadari Pendekar Naga Sakti
jub. "Ya. Tetap rahasiakan instruksi Ajihad. Tidak
bijaksana menyebarluaskannya, karena orang-orang
mungkin akan menafsirkan ayahku ingin kau
menggantikan dirinya, dan dengan begitu akan
merendahkan kewenanganku dan mengacaukan kaum
Varden. Ayahku mengatakan apa yang menurutnya
harus dikatakan untuk melindungi kaum Varden. Aku
juga akan berbuat begitu. Ayahku...." Suaranya
bergetar sejenak. "Pekerjaan ayahku akan selesai,
bahkan walaupun aku terpaksa tewas karenanya.
Itulah yang aku ingin kau, sebagai Penunggang,
pahami. Semua rencana Ajihad, semua strategi dan
tujuannya, semuanya menjadi rencanaku sekarang.
Aku tidak akan mengecewakannya dengan bersikap
lemah. Kekaisaran akan diruntuhkan, Galbatorix akan
diturunkan dari tahta, dan pemerintahan yang benar
akan didirikan." Pada saat ia selesai, air mata
mengalir di pipinya. Eragon menatapnya, memahami
betapa sulitnya posisi Nasuada dan menyadari suatu
sisi gadis itu yang sebelum ini tidak diketahuinya.
"Bagaimana dengan diriku, Nasuada" Apa yang harus
kulakukan di antara kaum Varden?" Nasuada
menatapnya lurus-lurus. "Kau boleh melakukan apa
pun yang kauinginkan. Para anggota Dewan bodoh
kalau menganggap mereka bisa mengendalikan dirimu.
Kau pahlawan bagi kaum Varden dan para kurcaci,
bahkan para elf pun akan memuji kemenanganmu atas
Durza sewaktu mereka mendengarnya. Kalau kau
menentang Dewan atau diriku, kami terpaksa
mengalah, karena orang-orang akan mendukungmu
dengan segenap hati. Sekarang ini, kau orang yang
paling berkuasa di antara kaum Varden. Tapi, kalau
kau menerima kepemimpinanku, aku akan melanjutkan
jalan yang sudah dibentangkan Ajihad: kau akan pergi
bersama Arya kepada para elf, untuk dilatih di sana,
lalu kembali ke kaum Varden." Kenapa ia begitu jujur
kepada kita" pikir Eragon penasaran. Kalau ia benar,
mungkinkah kita tadi bisa menolak tuntutan Dewan"
Saphira membutuhkan waktu sejenak untuk menjawab.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Dengan cara apa pun, sudah terlambat sekarang. Kau
telah menyetujui permintaan mereka. Kupikir Nasuada
bersikap jujur karena mantramu memungkinkan dirinya
begitu, juga karena ia berharap bisa mengalihkan
kesetiaan kita dari para tetua. Tiba-tiba Eragon
mendapat gagasan, tapi sebelum mengutarakannya, ia
bertanya, Apa kita bisa percaya ia akan memegang
katakatanya" Ini sangat penting. Ya, kata Saphira. Ia
berbicara dengan tulus. Lalu Eragon memberitahukan
usulannya kepada Saphira. Saphira menyetujui, jadi
Eragon mencabut Zar'roc dan berjalan mendekati
Nasuada. Ia melihat kilas ketakutan di mata gadis itu
saat ia mendekat; tatapan Nasuada melayang ke pintu,
dan gadis itu menyelipkan tangan ke balik lipatan
gaunnya dan mencengkeram sesuatu. Eragon berhenti
di depannya, lalu berlutut, Zar'roc melintang rata di
kedua tangannya. "Nasuada, Saphira dan aku baru
sebentar saja berada di sini. Tapi dalam waktu itu
kami menghormati Ajihad, dan sekarang, pada
gilirannya, menghormati dirimu. Kau bertempur di
bawah Farthen Dur sewaktu orang-orang melarikan
diri, termasuk kedua wanita anggota Dewan, dan telah
memperlakukan kami dengan terbuka, bukan dengan
tipuan. Oleh karena itu, kutawarkan pedangku... dan
kesetiaanku sebagai Penunggang." Eragon
mengucapkan pernyataan itu dengan ketegasan tidak
tergoyahkan, tahu dirinya tidak akan pernah berkata
begitu kalau tidak ada pertempuran yang barusan
selesai itu. Melihat begitu banyak orang mati di
sekitarnya telah mengubah cara pandangnya. Melawan
Kekaisaran bukan lagi tindakan bagi dirinya sendiri,
tapi bagi kaum Varden dan semua orang yang masih
terjebak di bawah kekuasaan Galbatorix. Tidak peduli
berapa lama waktu yang diperlukan, ia akan
mengabdikan diri untuk tugas itu. Untuk saat ini,
tindakan terbaik yang bisa dilakukannya adalah
melayani. Sekalipun begitu, ia dan Saphira
mengambil risiko yang sangat besar dengan
bersumpah setia pada Nasuada. Dewan tidak bisa
menolak karena Eragon hanya mengatakan akan
bersumpah setia, tapi tidak mengatakan pada siapa.
Sekalipun begitu, ia dan Saphira tidak memiliki
jaminan Nasuada akan menjadi pemimpin yang baik.
Lebih baik bersumpah pada orang bodoh yang jujur
daripada pada ora Bidadari Pendekar Naga Sakti
ng terpelajar penipu, pikir Eragon mengambil
keputusan. Keterkejutan melintas di wajah Nasuada.
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia meraih tangkai Zar'roc dan
mengangkatnya--menatap mata pedang yang
merah--lalu menempelkan ujungnya di kepala Eragon.
"Kuterima sumpah setiamu dengan hormat,
Penunggang, karena kau menerima semua tanggung
jawab yang timbul bersama keputusan itu. Bangkitlah
sebagai pembantuku dan terimalah pedangmu."
Eragon mematuhi perintah itu. Ia berkata, "Sekarang
aku bisa memberitahumu secara terus terang sebagai
majikanku, Dewan memaksaku berjanji untuk
bersumpah setia pada kaum Varden begitu kau
ditunjuk. Hanya ini satu-satunya cara untuk mengakali
mereka." Nasuada tertawa dengan kegembiraan yang
tulus. "Ah, kulihat kau sudah belajar cara melakukan
permainan kami. Baiklah, sebagai pembantu terbaruku
dan satu-satunya, apakah kau setuju untuk
mengucapkan sumpah setiamu sekali lagi--di depan
umum, sewaktu Dewan mengharapkan sumpahmu?"
"Tentu saja." "Bagus, itu akan membereskan Dewan.
Sekarang, hingga saat itu tiba, tinggalkan aku.
Banyak yang harus kurencanakan, dan aku harus
mempersiapkan pemakaman.... Ingat, Eragon, ikatan
yang baru saja kita ciptakan berlaku bagi kedua belah
pihak; aku uga bertanggung jawab untuk setiap
tindakan yang kaulakukan dalam melayaniku. Jangan
mempermalukan diriku." "Dan sebaliknya." Nasuada
diam sejenak, lalu menatap lurus ke mata Eragon dan
menambahkan dengan nada yang lebih lembut, "Aku
turut berduka cita, Eragon. Kusadari orang-orang lain
selain diriku juga memiliki sumber kedukaan; aku
kehilangan ayahku, kau kehilangan temanmu. Aku
sangat menyukai Murtagh dan sedih atas
kepergiannya.... Selamat tinggal, Eragon." Eragon
mengangguk, dengan mulut terasa pahit, dan
meninggalkan ruangan bersama Saphira. Lorong
kelabu di luar kosong. Eragon berkacak pinggang,
memiringkan kepala ke belakang, dan mengembuskan
napas. Hari baru saja dimulai, tapi ia telah kelelahan
akibat semua emosi yang membanjiri dirinya. Saphira
menyodoknya dengan hidung dan berkata, Lewat sini.
Tanpa penjelasan lebih lanjut, ia berjalan ke sisi
kanan terowongan. Cakarnya yang mengilap
berdetak-detak menghantam lantai yang keras.
Eragon mengerutkan kening, tapi mengikutinya. Kita
ke mana" Tidak ada jawaban. Saphira, please.
Saphira hanya mengibaskan ekor. Eragon memutuskan
untuk pasrah, dan akhirnya berkata, Situasinya jelas
telah berubah bagi kita. Aku tidak pernah tahu apa
yang bisa kuharapkan dari hari ke hari-kecuali
kesedihan dan pertumpahan darah. Tidak semuanya
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
buruk, tegur Saphira. Kita mendapat kemenangan
besar. Kemenangan itu seharusnya dirayakan, bukan
ditangisi. Keharusan berurusan dengan omong kosong
lain ini tidak memperbaiki suasana hatiku. Saphira
mendengus marah. Segaris tipis api menyambar dari
cuping hidungnya, menghanguskan bahu Eragon.
Eragon melompat mundur sambil menjerit, menahan
serangkaian makian. Ups, kata Saphira, sambil
menggeleng untuk mengusir asap. Ups" Kau hampir
memanggang tubuhku! Aku tidak menduga akan jadi
begitu. Aku terus lupa bahwa api akan tersembur
kalau aku tidak berhati-hati. Bayangkan kalau setiap
kali kau mengangkat tangan, kilat menyambar. Mudah
sekali untuk bertindak sembarangan dan tanpa
sengaja menghancurkan sesuatu. Kau benar... Maaf
aku menggerutu padamu. Kelopak mata Saphira yang
keras berdetak sewaktu ia mengedipkan sebelah mata
pada Eragon. Tidak penting. Yang ingin kusampaikan
adalah Nasuada sekalipun tidak bisa memaksamu
melakukan apa pun. Tapi aku sudah berjanji sebagai
Penunggang! Mungkin begitu, tapi kalau aku harus
melanggarnya agar kau selamat, atau melakukan
tindakan yang benar, aku tidak akan ragu-ragu. Aku
bisa menanggung beban itu dengan mudah. Karena aku
menyatu denganmu, kehormatanku menjadi satu
dengan sumpah setiamu, tapi sebagai individu, aku
tidak terikat sumpahmu. Kalau perlu, akan kuculik
kau. Dengan begitu, ketidakpatuhan apa pun tidak
akan menjadi kesalahanmu sendiri. Seharusnya tidak
perlu begitu. Kalau kita terpaksa menggunakan tipuan
seperti itu untuk melakukan tindakan yang benar,
berarti Nasuada dan kaum Varden kehilangan seluruh
integritas mere Bidadari Pendekar Naga Sakti
ka. Saphira berhenti. Mereka berdiri di depan ambang
pintu melengkung dan berukir perpustakaan Tronjheim.
Ruangan yang luas dan sunyi tersebut terasa kosong,
sekalipun berderet-deret rak buku yang diselingi
tiang-tiang bisa menyembunyikan banyak orang.
Lentera-lentera menebarkan cahaya lembut ke
dinding-dinding yang penuh tulisan, menerangi
relung-relung untuk baca di sepanjang dasarnya.
Setelah berjalan di sela rak-rak buku, Saphira
membawa Eragon ke salah satu ceruk, di mana Arya
duduk. Eragon berhenti sambil mengamati Arya. Arya
terlihat lebih jengkel daripada yang pernah dilihatnya,
sekalipun kejengkelan itu hanya terlihat dari kekakuan
gerak-geriknya. Tidak seperti sebelumnya, Arya
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyandang pedangnya yang memiliki batang
pelindung yang anggun. Satu tangan berada di
tangkainya. Eragon duduk di sisi seberang meja
marmer. Saphira menempatkan diri di antara mereka,
di tempat mereka tidak bisa menghindari tatapannya.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Arya dengan sikap
bermusuhan yang tidak terduga. "Kenapa begitu?"
Arya mengangkat dagu. "Apa yang kaujanjikan pada
kaum Varden" Apa yang kaulakukan?" Bagian yang
terakhir bahkan menjangkau Eragon secara mental. Ia
sadar elf ini nyaris kehilangan kendali. Ia agak takut.
"Kami hanya melakukan apa yang terpaksa kami
lakukan. Aku tidak tahu kebiasaan elf, jadi kalau
tindakan kami menggusarkan dirimu, aku minta maaf.
Tidak perlu marah." "Bodoh! Kau tidak tahu apa-apa
tentang diriku. Aku menghabiskan tujuh dekade
mewakili ratuku di sini--lima belas tahun di antaranya
untuk mengantarkan telur Saphira bolakbalik antara
kaum Varden dan para elf. Sepanjang waktu itu, aku
berjuang keras memastikan kaum Varden memiliki para
pemimpin yang bijaksana dan kuat yang mampu
menentang Galbatorix serta menghormati
keinginan-keinginan kami. Brom membantuku dengan
menyusun persetujuan mengenai Penunggang
baru--kau. Ajihad berjanji membiarkan dirimu tetap
bebas agar keseimbangan kekuasaan tidak terganggu.
Sekarang kulihat kau berpihak pada Dewan Tetua,
dengan suka rela atau tidak, untuk mengendalikan
Nasuada! Kau mengacaukan pekerjaan seumur hidup!
Apa yang kaulakukan?" Dengan kecewa, Eragon
berterus terang. Menggunakan kata-kata yang singkat
dan jelas, ia menjelaskan kenapa dirinya terpaksa
menyetujui tuntutan Dewan dan bagaimana ia dan
Saphira berusaha menyepelekan mereka. Sewaktu ia
selesai, Arya berkata, "Begitu." "Begitu." Tujuh puluh
tahun. Sekalipun Eragon tahu kehidupan elf luar biasa
panjang, ia tidak pernah menduga Arya setua itu, dan
lebih tua, karena Arya tampak seperti wanita berusia
awal dua puluhan. Satu-satunya tanda ketuaan pada
wajahnya yang halus adalah matanya yang
hijau-dalam, berpengetahuan, dan sering kali khidmat.
Arya menyandar ke belakang, mengamati dirinya.
"Aku tidak berharap posisimu akan seperti itu, tapi
lebih baik daripada yang kuharapkan. Aku telah
bersikap tidak sopan; Saphira... dan kau... tahu lebih
banyak daripada yang kuduga. Kompromimu akan
diterima para elf, sekalipun kau tidak boleh pernah
melupakan utangmu pada kami untuk Saphira. Tidak
akan ada Penunggang tanpa usaha kami." "Utang itu
terukir dalam darahku dan telapak tanganku," kata
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon. Dalam kebisuan sesudahnya, ia berusaha
mencari topik baru, sangat ingin memperpanjang
percakapan mereka dan mungkin belajar lebih banyak
mengenai Arya. "Kau sudah pergi begitu lama; apa kau
merindukan Ellesmera" Atau kau tinggal di tempat
lain?" "Ellesmera sejak dulu, dan akan selalu,
menjadi rumahku," kata Arya, sambil memandang ke
balik Eragon. "Aku sudah tidak tinggal di rumah
keluargaku sejak pergi ke kaum Varden, sewaktu
semua dinding dan jendelanya tertutup bunga-bunga
pertama musim semi. Saat aku kembali ke sana hanya
sebentar, kenangan setitik yang memudar kalau
menurut ukuran kami." Sekali lagi Eragon menyadari
Arya menebarkan keharuman seperti daun pinus
tumbuk. Bau itu pedas dan samar serta membuka
indra-indranya, menyegarkan benaknya. "Pasti berat
hidup bersama para kurcaci dan manusia di sini tanpa
ada satu pun kaummu." Arya memiringkan kepala.
"Kau membicarakan manusia seakan dirimu bukan man
Bidadari Pendekar Naga Sakti
usia." "Mungkin...," Eragon ragu-ragu, "mungkin aku
memang berbeda--campuran antara dua ras. Saphira
hidup dalam diriku sama seperti aku hidup dalam
dirinya. Kami berbagi perasaan, indra, pemikiran,
hingga kami lebih merupakan satu pemikiran daripada
dua." Saphira mengangguk menyetujui, nyaris
menghantam meja dengan moncongnya. "Memang
seharusnya begitu," kata Arya. "Persekutuan yang
Lebih kuno dan lebih kuat daripada yang bisa
kaubayangkan rnenghubungkan kalian. Kau tidak bisa
benar-benar memahami apa artinya menjadi
Penunggang sampai latihanmu selesai. Tapi itu harus
menunggu hingga sesudah pemakaman. Sementara itu,
semoga bintang-bintang menjagamu." Setelah
mengucapkan kata-kata itu ia berlalu, menyelinap ke
keremangan perpustakaan. Eragon mengerjapkan mata.
Aku yang salah, atau semua orang memang mudah
tersinggung hari ini" Seperti Arya--satu saat ia
marah, saat berikutnya ia justru memberkatiku! Tidak
ada yang bisa merasa nyaman sebelum situasi kembali
normal. Jelaskan apa yang disebut normal. RORAN
Roran mendaki bukit dengan susah payah. Ia berhenti
dan menyipitkan mata memandang matahari dari balik
rambutnya yang beriap-riap. Lima jam sebelum
matahari terbenam. Aku tidak akan bisa tinggal lama.
Sambil mendesah, ia terus menyusuri deretan pohon
elm, yang masingmasing tumbuh di tengah rumput
yang tidak dipotong. Ini kunjungan pertamanya ke
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tanah pertanian sejak dirinya, Horst, dan enam orang
lain dari Carvahall mengambil segala sesuatu yang
masih layak diselamatkan dari rumah yang hancur dan
lumbung yang terbakar. Setelah hampir lima bulan
barulah ia mampu mempertimbangkan untuk kembali.
Begitu tiba di puncak bukit, Roran berhenti dan
bersedekap. Di depannya berserakan puing-puing
rumah masa kecilnya. Salah satu sudut rumah masih
berdiri--reyot dan hangus--tapi sisanya rata dan
tertutup rerumputan dan alang-alang. Lumbungnya tak
bersisa sedikit pun. Beberapa ekar lahan yang mereka
tanami setiap tahun sekarang dipenuhi dandelion,
mostar liar, dan rerumputan. Di sana-sini, bit liar dan
lobak berhasil selamat, tapi hanya itu. Tepat di balik
tanah pertanian, sederetan pohon yang lebat menutupi
Sungai Anora. Roran mengepalkan tinju, otot-otot
rahangnya tertarik menyakitkan saat ia berusaha
menekan gabungan kemurkaan dan kedukaan. Lama ia
berdiri kaku di tempatnya, gemetar setiap kali
kenangan manis mengaliri dirinya. Tempat ini dulu
merupakan seluruh hidupnya dan lebih. Ini masa
lalunya... dan merupakan benda istimewa. Kalau kau
rawat, ia akan merawatmu. Tidak banyak benda yang
bisa begitu." Tadinya Roran berniat bertindak tepat
seperti itu sampai dunianya luluh lantak karena pesan
yang disampaikan Baldor pelan-pelan. Sambil
mengerang, ia berputar dan melangkah kembali ke
jalan. Perasaan kaget yang ditimbulkan saat itu masih
bergetar dalam dirinya. Terenggutnya semua orang
yang dikasihinya dalam sekejap mengubah jiwanya,
dan ia tidak akan pernah bisa pulih lagi. Kejadian itu
meresap ke dalam setiap aspek tingkah laku dan
pandangannya. Kejadian itu juga memaksa Roran
untuk lebih berpikir. Rasanya seolah selama ini ada
karet-karet pengikat yang mengekang benaknya, dan
karet-karet itu telah putus, memungkinkan dirinya
mempertimbangkan gagasan-gagasan yang sebelumnya
tidak terbayangkan. Seperti fakta bahwa dirinya
mungkin tidak akan menjadi petani, atau bahwa
keadilan-nilai terbesar dalam berbagai lagu dan
legenda-hampir tak berarti di dunia nyata. Terkadang
pemikiran-pemikiran ini memenuhi kesadarannya
hingga ia nyaris tidak bisa bangkit di pagi hari,
tubuhnya terasa berat. Sesudah berbelok di jalan, ia
menuju utara melewati Lembah Palancar, kembali ke
Carvahall. Pegunungan bergerigi di kedua sisinya
diselimuti salju, sekalipun kesuburan musim semi
mulai merayapi dasar lembah beberapa minggu
terakhir ini. Di atas kepala, segumpal aware kelabu
melayang ke puncak pegunungan. Roran mengelus
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dagu, merasakan bakal-bakal janggut di sana. Eragon
yang menyebabkan semua ini--ia dan rasa
penasarannya yang terkutuk--dengan membawa batu
itu keluar dari Spine. Roran membutuhkan waktu
berminggu-minggu untuk mendapat kesi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
mpulan itu. Ia mendengarkan cerita semua orang.
Beberapa kali ia meminta Gertrude, tabib desa,
membacakan surat Brom Padanya. Dan tidak ada
penjelasan lain. Apa pun batu itu, pasti benda
tersebut yang menarik orang-orang asing ini. Untuk
alasan itu saja, ia menimpakan kesalahan atas
kematian Garrow pada Eragon, sekalipun tidak dengan
kemarahan; ia tahu Eragon tidak berniat buruk. Tidak,
yang membangkitkan kemurkaannya dan melarikan diri
dari Lembah Palancar; meninggalkan tanggung
jawabnya untuk pergi bersama pendongeng tua dalam
perjalanan tolol. Bagaimana Eragon bisa begitu tidak
menghargai mereka yang ditinggalkannya" Apa ia lari
karena merasa bersalah" Takut" Apa Brom
menyesatkannya dengan dongeng-dongeng petualangan
yang liar" Dan kenapa Eragon mendengarkan hal-hal
tersebut pada saat-saat seperti itu"... Aku bahkan
tidak tahu apakah ia masih hidup atau sudah mati
sekarang. Roran merengut dan menggerak-gerakkan
bahu, berusaha menjernihkan pikiran. Surat Brom...
Bah! Ia tidak pernah mendengar khayalan dan isyarat
yang lebih konyol lagi. Satusatunya yang jelas
hanyalah orang-orang asing itu harus dihindari, yang
merupakan pikiran logis sebagai awalan. Pak tua itu
sudah sinting, pikirnya memutuskan. Gerakan sekilas
menyebabkan Roran berpaling, dan ia melihat dua
belas rusa--termasuk seekor anak rusa bertanduk
beludru-berlari kembali ke sela-sela pepohonan.
Roran mengingat-ingat lokasi mereka agar bisa
menemukannya besok. Ia bangga dirinya mampu
berburu cukup baik untuk memenuhi kebutuhannya
sendiri di rumah Horst, sekalipun tidak pernah seahli
Eragon. Sambil berjalan, ia terus menata pikirannya.
Sesudah kematian Garrow, Roran meninggalkan
pekerjaannya pada penggilingan Dempton di
Therinsford dan kembali ke Carvahall. Horst setuju
menampungnya dan, selama berbulan-bulan
berikutnya, memberinya pekerjaan di bengkel.
Kedukaan menunda keputusan Roran mengenai masa
depan hingga dua hari yang lalu, sewaktu ia akhirnya
memutuskan tindakan yang akan diambilnya. Ia ingin
menikahi Katrina, putri si tukang daging. Alasan
utama kepergiannya ke Therinsford adalah
mendapatkan uang untuk memastikan kelancaran awal
kehidupan mereka bersama. Tapi sekarang, tanpa
lahan pertanian, rumah, atau cara untuk memenuhi
kebutuhan Katrina, Roran tidak mampu melamar
Katrina. Harga dirinya tidak mengizinkan hal itu. Dan
Roran merasa Sloan, ayah Katrina, juga tidak akan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mentolerir pelamar dengan prospek seburuk itu. Dalam
situasi terbaik sekalipun, Roran memperkirakan akan
menemui kesulitan dalam meyakinkan Sloan untuk
menyerahkan Katrina; mereka berdua tidak pernah
ramah terhadap satu sama lain. Dan mustahil bagi
Roran untuk menikahi Katrina tanpa restu ayahnya,
kecuali mereka ingin memecah belah keluarga Katrina,
memicu kemurkaan penduduk desa dengan menentang
tradisi, dan, kemungkinan terbesar, memulai
perseteruan berdarah dengan Sloan. Mengingat
situasinya, Roran merasa satu-satunya pilihan yang
tersedia baginya adalah membangun kembali lahan
pertaniannya, meskipun itu berarti ia harus
mendirikan rumah dan lumbungnya sendiri. Akan sulit,
memulai dari nol, tapi begitu posisinya sudah mantap,
ia bisa mendekati Sloan dengan kepala tegak. Musim
semi berikutnya adalah saat tercepat kami bisa
berbicara, pikir Roran, sambil meringis. Ia tahu
Katrina akan menunggu-setidaknya beberapa waktu.
Ia terus berjalan dengan langkah-langkah yang mantap
hingga malam, sewaktu desa terlihat. Di dalam
lingkungan kecil bangunan-bangunan, cucian
bergantungan pada tali yang dibentangkan dari
jendela ke jendela. Para pria pulang ke rumah dari
ladang-ladang di sekeliling desa yang penuh gandum
musim dingin. Di belakang Carvahall, Air Terjun
Igualda setinggi setengah mil tampak kemilau dalam
cahaya matahari terbenam, mengalir turun dari Spine
ke Anora. Pemandangan itu menghangatkan Roran
karena begitu biasa. Tidak ada yang lebih menghibur
selain mendapatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Sesudah meninggalkan jalan, ia mendaki tanjakan ke
tempat rumah Horst berdiri menghadap ke Spine.
Pintunya terbuka. Roran berderap masuk, mengikuti
suara percakapan ke dapur. Horst a
Bidadari Pendekar Naga Sakti
da di sana, bertumpu pada meja kasar yang didorong
ke salah satu sudut ruangan, lengannya telanjang
hingga siku. Di sampingnya duduk isterinya, Elain,
yang hamil hampir lima bulan dan tersenyum puas.
Putra-putra mereka, Albriech dan Baldor, duduk di
depan mereka. Saat Roran masuk, Albriech berkata,
"...dan aku belum meninggalkan bengkel! Thane
bersurnpah melihat diriku, tapi aku ada di sisi
seberang desa." "Apa yang terjadi?" tanya Roran,
sambil melepas ransel. Elain bertukar pandang
dengan Horst. "Sini, biar kuambilkan makan." Ia
meletakkan roti dan semangkuk sayur rebus dingin di
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
depan Roran. Lalu ia memandang Roran lurus di mata,
seakan mencari ekspresi tertentu. "Bagaimana
keadaannya?" Roran mengangkat bahu. "Semua
kayunya sudah terbakar atau membusuk-tidak ada
yang bisa digunakan. Sumurnya masih utuh, dan
kurasa itu patut disyukuri. Aku harus menebang kayu
untuk rumah secepat mungkin kalau ingin ada atap di
atas kepalaku pada musim tanam nanti. Sekarang
katakan, apa yang terjadi?" "Ha!" seru Horst. "Ada
pertengkaran yang cukup hebat, itu yang terjadi.
Thane kehilangan sabit dan menuduh Albriech yang
mengambilnya." "Ia mungkin menjatuhkannya di
rerumputan dan lupa di mana meninggalkannya,"
dengus Albriech. "Mungkin," Horst menyetujui, sambil
tersenyum. Roran menggigit roti. "Tidak masuk akal,
menuduhmu. Kalau membutuhkan sabit, kau bisa
membuatnya." "Aku tahu," kata Albriech, sambil
menjatuhkan diri ke kursi, "tapi bukannya mencari
sabitnya sendiri, Thane justru menggerutu ia melihat
seseorang meninggalkan ladangnya dan orang itu agak
mirip aku... dan karena tidak ada orang yang mirip
diriku, pastilah aku yang mencuri sabitnya." Memang
benar tidak ada yang mirip dia. Albriech mewarisi
ukuran tubuh ayahnya dan rambut pirang madu Elain,
yang menyebabkan dirinya menjadi keanehan di
Carvahall, di mana cokelat merupakan warna rambut
yang dominan. Sebaliknya, Baldor lebih kurus dan
rambutnya lebih gelap. "Aku yakin sabit itu akan
ditemukan," kata Baldor pelan. "Sementara itu,
cobalah tidak terlalu marah karenanya." "Kau sih
mudah saja mengatakannya." Sementara Roran
menghabiskan potongan terakhir rotinya dan mulai
menyantap sayur, ia bertanya pada Horst, "Kau
membutuhkan diriku besok?" "Tidak juga. Aku hanya
mau menyelesaikan kereta Quimby. Rangka sialannya
masih belum bisa dipasang dengan tepat." Roran
mengangguk, senang. "Bagus. Kalau begitu aku mau
libur dan berburu. Ada beberapa rusa agak jauh di
lembah yang tampaknya tidak terlalu kurus.
Setidaknya rusuk mereka tidak kelihatan." Baldor
tiba-tiba berubah cerah. "Kau mau ditemani?" "Tentu
saja. Kita bisa berangkat saat subuh." Sesudah
selesai makan, Roran menggosok wajah dan tangannya
hingga bersih, lalu berjalan keluar untuk menjernihkan
pikiran. Sambil menggeliat santai, ia berjalan ke
pusat desa. Di pertengahan jalan ke sana,
percakapan,yang penuh semangat di luar Seven
Sheaves menarik perhatiannya. Ia berpaling,
penasaran, dan berjalan ke kedai, di mana ia melihat
pemandangan yang aneh. Di serambi duduk pria
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
parobaya terbungkus mantel kulit tambal-sulam. Di
sampingnya terdapat karung penuh perangkap rahang
baja. Sejumlah penduduk desa mendengarkan
sementara ia menggerak-gerakkan tangan dan berkata,
"Jadi sewaktu aku tiba di Therinsford, kutemui orang
ini, Neil. Pria yang baik dan jujur; aku membantu di
ladangladangnya selama musim semi dan musim
panas." Roran mengangguk. Pemerangkap
menghabiskan musim dingin dengan berkeliaran di
pegunungan, kembali di musim semi untuk menjual
kulit-kulit mereka pada tukang samak seperti Gedric
lalu mencari kerja, biasanya sebagai pembantu di
ladang. Karena Carvahall desa paling utara di Spine,
banyak pemerangkap yang melintasinya, yang
merupakan salah satu alasan Carvahall memiliki kedai
minum, tukang besi, dan penyamak kulit sendiri.
"Sesudah beberapa gelas bir putih-untuk melumasi
lidahku, kalian mengerti, setelah setengah tahun
nyaris tidak berbicara sepatah kata pun, kecuali
mungkin menghujat dunia dan segala sesuatu waktu
kehilangan penggigit beruang--aku menemui Neil, busa
bir masih segar di janggutku, da
Bidadari Pendekar Naga Sakti
n mulai bertukar gosip. Sementara transaksi kami
berlangsung, kutanyakan padanya, ada berita apa
mengenai Kekaisaran atau Raja--semoga Ia membusuk
karena kelemayuh dan sariawan. Apa ada yang lahir
atau meninggal atau diusir yang harus kuketahui" Dan
coba tebak. Neil mencondongkan tubuh ke depan,
sikapnya berubah sangat serius, dan mengatakan ada
berita yang menyebar, dari Dras-Leona dan Gil'ead,
bahwa ada kejadiankejadian aneh di sini, di sana, dan
di mana-mana di Alagaesia. Para Urgal menghilang
dari tanah beradab, dan bagus juga, tapi tidak ada
yang tahu kenapa atau ke mana. Separo perdagangan
di Kekaisaran menghilang karena penggerebekan dan
serangan dan, dari apa yang kudengar, itu bukan
pekerjaan bandit biasa, karena serangan-serangannya
terlalu meluas, terlalu diperhitungkan. Tidak ada
barang-barang yang dicuri, hanya dibakar atau


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirusak. Tapi itu bukan akhirnya, oh tidak, tidak demi
ujung misai nenekmu yang diberkati." Si pemerangkap
menggeleng dan menghirup anggur dari kantung
kulitnya sebelum melanjutkan, "Ada bisik-bisik
mengenai Shade yang menghantui kawasan utara. Ia
terlihat di sepanjang tepi Du Weldenvarden dan dekat
Gil'ead. Katanya gigi-giginya dikikir hingga runcing,
matanya semerah anggur, dan rambutnya semerah
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
darah yang diminumnya. Lebih buruk lagi, ada yang
merasuki keluarga kerajaan kita yang hebat dan
sinting, begitulah kabarnya. Lima hari berlalu,
seorang pedagang keliling dari selatan mampir di
Therinsford dalam perjalanan seorang diri ke Ceunon,
dan ia mengatakan para prajurit sudah bergerak dan
berkumpul, walau untuk apa tidak bisa dipahaminya."
Ia mengangkat bahu. "Seperti yang diajarkan ayahku
sewaktu aku masih bayi, di mana ada asap, ada api.
Mungkin kaum Varden. Mereka menjadi duri dalam
daging Iron Bones--Tulang Besi--tua selama
bertahun-tahun. Atau mungkin Galbatorix akhirnya
memutuskan sudah cukup mentolerir Surda.
Setidaknya ia tahu di mana harus mencari Surda,
tidak seperti para pemberontak itu. Ia akan
menghancurkan Surda seperti beruang menghancurkan
semut, pasti." Roran mengerjapkan mata sementara si
pemerangkap dihujani pertanyaan. Ia cenderung
meragukan laporan soal kehadiran
Shade--kedengarannya lebih mirip cerita yang
dikarang penebang kayu mabuk--tapi sisanya
kedengaran cukup buruk untuk jadi kenyataan.
Surda... Hanya sedikit informasi mengenai negeri
seberang itu yang mencapai Carvahall, tapi Roran
tahu bahwa, sekalipun Surda dan Kekaisaran boleh
dikatakan berdamai, rakyat Surda hidup dalam
ketakutan kalau-kalau tetangga mereka yang lebih
kuat di utara akan menginyasi mereka. Kata orang,
untuk alasan itulah Orrin, raja mereka, mendukung
kaum Varden. Kalau si pemerangkap ini benar
mengenai Galbatorix, berarti ada kemungkinan
pecahnya perang yang buruk di masa depan, disertai
kekerasan hidup dengan meningkatnya pajak dan
mobilisasi paksa. Aku lebih suka hidup di zaman tanpa
kejadiankejadian hebat. Kerusuhan mempersulit
kehidupan yang sudah sulit ini, seperti kehidupan
kami, kalau bukan bakal jadi mustahil dijalani. "Lebih
dari itu, ada kisah-kisah mengenai...." Di sini si
pemerangkap diam sejenak dan, dengan ekspresi sok
tahu, mengetuk-ngetuk sisi hidungnya dengan
telunjuk. "Kisah-kisah adanya Penunggang baru di
Alagaesia." Lalu ia tertawa, terbahak-bahak, memukuli
perutnya sambil bergoyang-goyang di serambi. Roran
juga tertawa. Kisah-kisah tentang para Penunggang
muncul setiap beberapa tahun sekali. Kisah-kisah
tersebut menarik minatnya pada dua atau tiga
kesempatan pertama, tapi dalam waktu singkat ia
belajar untuk tidak memercayai ceritacerita seperti
itu, karena semuanya terbukti bohong. Isu-isu itu
tidak lebih daripada harapan mereka yang merindukan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
masa depan lebih cerah. Ia hendak berlalu sewaktu
menyadari Katrina berdiri di sudut kedai, mengenakan
gaun cokelat kekuningan dihiasi pita hijau. Ia
menatap Roran sama tajamnya dengan tatapan Roran
padanya. Setelah mendekat, Roran menyentuh bahunya
dan, bersama-sama, mereka menyelinap pergi.
Mereka berjalan ke tepi Carvahall, di sana mereka
berdiri memandangi bintang-bintang. Langit tampak
cemerlang, berkilau karena ri
Bidadari Pendekar Naga Sakti
buan api angkasa. Dan melengkung di atas mereka,
dari utara ke selatan, tampak pita bagai mutiara
paling megah yang membentang dari kaki langit ke
kaki langit, seperti debu intan yang dituang dari guci.
Tanpa memandang Roran, Katrina menyandarkan
kepala di bahu pria itu dan bertanya, "Bagaimana
harimu?" "Aku pulang ke rumah." Roran merasakan
Katrina mengejang "Bagaimana keadaannya?" "Buruk
sekali." Suara Roran tercekat dan ia membisu,
memeluk Katrina erat-erat. Harum rambut Katrina yang
merah tembaga di pipi Roran seperti campuran
anggur, rempah-rempah, dan parfum. Aroma itu
meresap jauh ke dalam dirinya, hangat dan menghibur.
"Rumah, lumbung, ladang, semuanya terinjak-injak...
Aku tidak akan menemukannya kalau tidak tahu ke
mana harus mencari." Katrina akhirnya berpaling
memandangnya, bintang-bintang berkilau di matanya,
kesedihan terpancar di wajahnya. "Oh, Roran." Ia
mencium Roran, bibirnya menyapu bibir Roran sekilas.
"Kau kehilangan begitu banyak, tapi kekuatanmu tidak
pernah memudar. Kau mau kembali ke tanah
pertanianmu sekarang?" "Aye. Aku hanya tahu
bertani." "Bagaimana denganku?" Roran ragu-ragu.
Sejak saat ia mulai mendekati Katrina, anggapan tak
terucapkan bahwa mereka akan menikah ada di antara
mereka. Tidak perlu membicarakan niatnya; niatnya
sama jelasnya seperti panjangnya hari, jadi
pertanyaan Katrina menggelisahkannya. Rasanya juga
tidak patut membicarakan masalah itu seterbuka ini
padahal ia tidak siap untuk melamar. Ia yang harus
memulai melamar--mula-mula kepada Sloan lalu
kepada Katrina--bukan Katrina. Sekalipun begitu, ia
sekarang harus menghilangkan keprihatinan Katrina,
karena masalah itu telah diutarakan. "Katrina... aku
tidak bisa mendekati ayahmu seperti rencana semula.
Ia pasti menertawakan diriku, dan berhak berbuat
begitu. Kita terpaksa menunggu. Begitu aku memiliki
tempat untuk kita tinggali dan sudah mengumpulkan
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
panen pertamaku, ayahmu pasti mau mendengar aku."
Katrina memandang langit sekali lagi dan berbisik
begitu pelan hingga Roran tidak bisa mendengarnya.
"Apa?" "Kataku, apa kau takut pada ayahku?" "Tentu
saja tidak! Aku--" "Kalau begitu kau harus meminta
izinnya, besok, dan menyiapkan pertunangan. Buat
ayahku memahami bahwa, sekalipun tidak memiliki
apa-apa sekarang, kau akan memberiku rumah yang
baik dan menjadi menantu yang bisa dibanggakannya.
Tidak ada alasan kita harus menyia-nyiakan umur kita
dengan hidup terpisah kalau perasaan kita seperti
ini." "Aku tidak bisa melakukannya," kata Roran
dengan nada putus asa, sangat berharap Katrina mau
memahami. "Aku tidak bisa memenuhi kebutuhanmu,
aku tidak bisa--" "Apa kau tidak mengerti?" Katrina
menjauh, suaranya tegang karena penuh emosi. "Aku
mencintaimu, Roran, dan aku ingin bersamamu, tapi
Ayah memiliki rencana lain untukku. Ada pria-pria lain
yang jauh lebih layak daripada dirimu, dan semakin
lama kau menunda, semakin ia mendesakku untuk
menerima perjodohan yang disetujuinya. Ia takut aku
jadi perawan tua, dan aku juga takut begitu. Aku
hanya memiliki sedikit waktu atau pilihan di
Carvahall... Kalau aku harus menerima yang lain, aku
akan menerimanya." Air mata berkilau di matanya
sementara ia menatap Roran dengan pandangan
mencari-cari, menunggu reaksinya, lalu meraih
gaunnya dan bergegas kembali ke arah rumah-rumah.
Roran berdiri di sana, tidak bergerak karena shock.
Ketidakhadiran Katrina terasa sama beratnya dengan
kehilangan tanah pertanian--dunia tiba-tiba berubah
dingin dan tidak ramah. Rasanya seperti ada bagian
dirinya yang tercabik. Baru berjam-jam kemudian ia
mampu kembali ke rumah Horst dan naik ke ranjang.
PARA PEMBURU YANG DIBURU Tanah berderak di
bawah sepatu bot Roran saat ia memimpin turun ke
lembah yang sejuk dan pucat pada dini hari yang
mendung. Baldor mengikuti dengan rapat di
belakangnya, mereka berdua menyandang busur yang
terpasang talinya. Tidak satu pun berbicara sementara
mereka mengamati sekitar mereka, mencari
tanda-tanda kehadiran si rusa. "Di sana," kata Baldor
pelan, menunjuk sederetan jejak menuju sesemakan
duri di tepi Anora. Roran mengangguk dan berjalan
mengikuti jejak itu. Jej Bidadari Pendekar Naga Sakti
ak tersebut tampaknya telah berusia sehari, jadi ia
mengambil risiko berbicara. "Aku bisa meminta
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
nasihatmu, Baldor" Kau tampaknya cukup memahami
orang-orang." "Tentu saja. Ada apa?" Lama suara
langkah kaki mereka merupakan satu-satunya suara
yang terdengar. "Sloan ingin menikahkan Katrina, dan
bukan denganku. Setiap hari yang berlalu
memperbesar kemungkinan ia akan mengatur
pernikahan dengan pasangan pilihannya." "Apa kata
Katrina mengenai hal ini?" Roran mengangkat bahu.
"Sloan ayahnya. Katrina tidak bisa terus menentang
kemauan ayahnya sewaktu tidak ada seorang pun yang
diinginkannya maju untuk melamar dirinya." "Yaitu,
kau." "Aye. " "Dan itu sebabnya kau terjaga sepagi
ini." Itu bukan pertanyaan. Roran malah terlalu
khawatir untuk bisa tidur. Ia menghabiskan sepanjang
malam memikirkan Katrina, berusaha menemukan jalan
keluar dari masalah mereka. "Aku tidak tahan
kehilangan dirinya. Tapi kurasa Sloan tidak akan
merestui kami, dengan posisiku dan segalanya." "Ya,
kurasa tidak," kata Baldor menyetujui. Ia melirik
Roran. "Tapi nasihat apa yang kauinginkan?" Tawa
singkat tersembur dari mulut Roran. "Bagaimana
caraku meyakinkan Sloan" Bagaimana aku bisa
memecahkan dilema ini tanpa memulai pertumpahan
darah?" Ia mexigangkat tangan. "Apa yang harus
kulakukan?" "Kau tidak memiliki ide?" "Ada, tapi
bukan ide yang menurutku menyenangkan. Terlintas
dalam benakku bahwa Katrina dan aku bisa
mengumumkan pertunangan kami begitu
saja--bukannya kami sekarang sudah
bertunangan--dan menanggung konsekuensinya.
Dengan begitu Sloan terpaksa menerima pernikahan
kami." Alis Baldor berkerut. Dengan hati-hati ia
berkata, "Mungkin, tapi itu juga akan menimbulkan
perasaan buruk di seluruh Carvahall. Hanya sedikit
yang akan menyetujui tindakanmu. Juga tidak
bijaksana untuk memaksa Katrina memilih antara kau
atau keluarganya; ia mungkin akan membencimu
hingga bertahun-tahun mendatang karenanya." "Aku
tahu, tapi apa pilihan lain bagiku?" "Sebelum kau
mengambil langkah sedrastis itu, kusarankan kau
mencoba memenangkan Sloan sebagai sekutu.
Bagaimanapun, ada kemungkinan kau berhasil, kalau
Sloan bisa memahami bahwa tidak ada orang lain yang
ingin menikahi Katrina Si pemarah. Terutama kalau
ada kau untuk menghalangi si calon suami." Roran
meringis dan tetap menunduk. Baldor tertawa. "Kalau
kau gagal, well, kau bisa maju terus dengan yakin,
tahu bahwa kau sudah mencoba segala cara lainnya.
Dan lebih kecil kemungkinan orang-orang meludahimu
karena rnelanggar tradisi. Yang lebih mungkin terjadi
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
adalah mereka justru mengatakan sikap keras kepala
Sloan sendiri yang menyebabkan hal ini." "Keduanya
tidak mudah." "Kau tahu itu baru permulaannya."
Baldor kembali serius. "Tidak ragu lagi kau akan
mendapat makian sewaktu menantang Sloan, tapi
situasinya akan mereda akhirnya--mungkin tidak
dengan nyaman, tapi setidaknya masih bisa
ditanggung. Selain Sloan, satu-satunya yang kau
singgung perasaannya hanyalah orang-orang kuno
seperti Quimby, sekalipun bagaimana Quimby bisa
membuat minuman enak padahal sifatnya sekeras dan
sepahit itu benar-benar tidak bisa kupahami." Roran
mengangguk, memahami. Dendam bisa membara hingga
bertahun-tahun di Carvahall. "Aku senang kita bisa
bercakap-cakap. Sudah...." Ia terdiam, teringat semua
diskusi yang biasa dilakukannya bersama Eragon.
Mereka, seperti yang pernah dikatakan Eragon,
bersaudara dalam segala hal kecuali dalam darah.
Rasanya sangat menghibur, mengetahui ada orang
yang bersedia mendengarkan dirinya, kapan atau
bagaimana pun situasinya. Dan mengetahui orang itu
akan selalu membantu, apa pun risikonya. Hilangnya
hubungan seperti itu menyebabkan Roran merasa
hampa. Baldor tidak mendesaknya menyelesaikan
kalimatnya, ia berhenti untuk minum dari kantong
minuman. Roran terus berjalan hingga beberapa yard
lagi, lalu berhenti saat ada bau yang menyusup ke
dalam pikirannya. Bau kental daging panggang dan
kayu pinus terbakar. Siapa yang ada di sini selain
kami" Sambil menarik napas dalam, ia berputar,
mencoba menentukan asal api. Angin pelan berembus
melewatinya dari jalan, membawa gelombang yang
panas dan Bidadari Pendekar Naga Sakti
berasap. Aroma makanan cukup tajam hingga air
liurnya menetes. Ia memanggil Baldor, yang bergegas
mendekat. "Kau menciumnya?" Baldor mengangguk.
Bersama-sama mereka kembali ke jalan dan
menyusurinya ke selatan. Sekitar seratus kaki
jauhnya, jalan berbelok mengitari sekelompok pohon
kapuk dan menghilang dari pandangan. Sewaktu


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka mendekati tikungan itu, suara-suara yang
meninggi dan merendah mencapai mereka, teredam
lapisan tebal kabut pagi yang menutupi lembah. Di
tepi gerombolan pohon itu, Roran memperlambat
langkah hingga berhenti. Bodoh sekali kalau ia
mengejutkan orang orang yang mungkin juga tengah
berburu. Sekalipun begitu, ada yang menyebabkan ia
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa terganggu. Mungkin jumlah suara yang
didengarnya; kelompok itu rasanya lebih besar
daripada keluarga mana pun di lembah. Tanpa
berpikir, ia melangkah keluar dari jalan dan
menyelinap ke sesemakan yang membatasi gerombolan
pohon. "Apa yang kaulakukan?" bisik Baldor. Roran
menempelkan jari di bibir, lalu merayap maju, paralel
dengan jalan, berusaha tidak menimbulkan suara
sedikit pun. Saat mereka berbelok di tikungan, ia
terpaku. Di rerumputan di tepi jalan terdapat
perkemahan para prajurit. Tiga puluh helm berkilau
ditimpa berkas cahaya matahari pagi sementara
pemiliknya menikmati daging unggas yang direbus di
atas sejumlah api unggun. Orang-orang itu dikotori
lumpur dan noda perjalanan, tapi simbol Galbatorix
masih kelihatan di tunik merah mereka, api melilit
dengan garis tepi dari benang emas. Di balik
tuniknya, mereka mengenakan baju kulit
pelindung--tebal berlapis pelat-pelat baja, lalu baju
berbantalan. Sebagian besar prajurit menyandang
pedang lebar, sekalipun setengah lusin di antaranya
merupakan pemanah dan setengah lusin lainnya
menyandang tombak bersabit yang menakutkan. Dan
di tengah mereka membungkuk dua sosok hitam dan
aneh yang dikenali Roran dari berbagai penjabaran
yang diberikan penduduk desa sesudah kepulangannya
dari Therinsford: orang-orang asing yang
menghancurkan tanah pertaniannya. Darahnya berubah
dingin. Mereka pelayan Kekaisaran! Ia hendak
melangkah maju, jemarinya meraih sebatang anak
panah, sewaktu Baldor menyambar kemejanya dan
menyeretnya ke tanah. "Jangan. Kau bisa membunuh
kita berdua." Roran memelototinya, lalu menggeram.
"Itu... mereka keparat-keparat itu...." Ia terdiam,
menyadari tangannya gemetaran. "Mereka kembali!"
"Roran," bisik Baldor tegang, "kau tidak bisa berbuat
apa-apa. Lihat, mereka bekerja pada Raja. Bahkan
kalau berhasil meloloskan diri pun, kau akan dicari
penegak hukum di manamana, dan kau mendatangkan
bencana pada Carvahall." "Apa yang mereka
inginkan" Apa yang mungkin mereka inginkan?" Raja.
Kenapa Galbatorix menyetujui penyiksaan ayahku "
"Kalau mereka tidak mendapatkan yang mereka
inginkan dari Garrow, dan Eragon melarikan diri
dengan Brom, berarti mereka pasti menginginkan
dirimu." Baldor diam sejenak, membiarkan
kata-katanya meresap. "Kita harus pulang dan
memperingatkan semua orang. Lalu kau harus
bersembunyi. Hanya orang-orang asing ini yang
memiliki kuda. Kita bisa tiba di desa terlebih dulu
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kalau kita lari." Roran menatap ke balik sesemakan,
ke arah para prajurit yang tidak menyadari apa-apa.
Jantungnya berdebar kencang karena ingin membalas
dendam, berdentam menuntutnya menyerang dan
bertempur, melihat kedua pembawa bencana itu
ditembus anak panah dan menimpakan keadilan pada
mereka. Tidak penting apakah ia akan tewas asal ia
bisa menghilangkan penderitaan dan kesengsaraannya
sekaligus. Ia hanya perlu keluar dari tempat
perlindungannya. Urusan lain akan beres dengan
sendirinya. Hanya satu langkah kecil. Sambil
menahan tangis, ia mengepalkan tangan dan
menunduk. Aku tidak bisa meninggalkan Katrina. Ia
berjongkok kaku--mata terpejam rapat--lalu dengan
kelambanan yang menyakitkan memaksa dirinya
sendiri untuk mundur. "Pulang, kalau begitu." Tanpa
menunggu reaksi Baldor, Roran menyelinap ke
selasela pepohonan secepat mungkin. Begitu
perkemahan tidak terlihat, ia melesat ke jalan dan
berlari menyusuri jalur tanah itu, melampiaskan
perasaan frustrasi, kemarahan, bahkan ketakutannya,
dengan Bidadari Pendekar Naga Sakti
kecepatan. Baldor bersusah payah mengikutinya,
berhasil mengejarnya di tempat terbuka. Roran
melambat hingga berlari-lari kecil dan menunggu
Baldor menjajarinya sebelum berkata, "Kau sebarkan
beritanya. Aku akan berbicara dengan Horst." Baldor
mengangguk, dan mereka kembali lari. Sesudah dua
mil, mereka berhenti untuk minum dan beristirahat
sejenak. Setelah napas mereka reda kembali, mereka
melanjutkan perjalanan melintasi bukit-bukit rendah
yang mengawali Carvahall. Tanah yang naik-turun
memperlambat mereka, tapi sekalipun begitu, tidak
lama kemudian desa pun terlihat. Roran seketika
menuju bengkel, meninggalkan Baldor yang pergi ke
tengah kota. Sementara ia berlari melewati
rumahrumah, Roran mati-matian memikirkan berbagai
rencana untuk menghindari atau membunuh
orang-orang asing itu tanpa memicu kemurkaan
Kekaisaran. Ia menghambur masuk ke bengkel saat
Horst memalu pasak ke sisi kereta Quimby, sambil
menyanyi: .. hei O! Dan deringan dan dentingan
Berdering dari besi tua! Besi tua yang liat. Diiringi
irama dan pukulan pada tulang-belulang tanah,
Kutaklukkan besi tua yang liat! Horst menghentikan
martil kayunya sewaktu sedang memukul karena
melihat Roran. "Ada apa, Nak" Apa Baldor terluka?"
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran menggeleng dan mencondongkan tubuh
mendekat, sambil terengah-engah menghirup udara.
Dengan terpatah-patah, ia menceritakan segala yang
mereka lihat dan kemungkinan implikasinya, yang
paling penting adalah sekarang jelas orang-orang
asing itu merupakan agen Kekaisaran. Horst
mengelus-elus janggutnya. "Kau harus meninggalkan
Carvahall. Ambil makanan dari rumah, lalu bawa
kudaku--Ivor sedang mencabuti tunggul menggunakan
hewan itu--dan pergilah ke kaki perbukitan. Begitu
kami tahu apa yang diinginkan para prajurit itu, akan
kusuruh Albriech atau Baldor menyampaikan
beritanya." "Apa yang akan kaukatakan kalau mereka
menanyakan diriku?" "Bahwa kau pergi berburu dan
kami tidak tahu kapan kau kembali. Itu ada benarnya,
dan aku ragu mereka akan berani berkeliaran di hutan
karena takut kehilangan dirimu. Dengan anggapan
memang dirimu yang mereka kejar." Roran
mengangguk, lalu berbalik dan lari ke rumah Horst. Di
dalam, ia menyambar kekang kuda dan tas dari
dinding, bergegas membungkus lobak, bit, jerky, dan
sepotong roti dalam selimut, menyambar poci kaleng,
dan melesat keluar, hanya berhenti sejenak untuk
menjelaskan situasinya pada Elain. Pasokan itu
merupakan buntalan yang merepotkan dalam
pelukannya sementara ia berlari-lari kecil ke timur
dari Carvahall ke tanah pertanian Ivor. Ivor sendiri
berdiri di belakang rumah pertanian, mencambuk kuda
dengan sebatang ranting willow sementara hewan itu
berusaha mencabut akar serabut pohon elm dari
tanah. "Ayo!" teriak si petani. "Kerahkan tenagamu!"
Kuda itu bergetar karena mengerahkan tenaga, agak
goyah, lalu dengan sentakan menarik jatuh tunggulnya
hingga akar-akarnya menjangkau langit seperti
sekelompok jemari yang keriput. Ivor menghentikan
kuda itu dengan menarik kekang dan
menepuk-nepuknya dengan ramah. "Baiklah...
Selesai." Roran menyapanya dari jauh dan, sewaktu
mereka telah dekat, menunjuk kudanya. "Aku perlu
meminjamnya." la memberitahukan alasannya. Ivor
memaki dan mulai melepaskan kekang kuda, sambil
menggerutu. "Selalu pada saat aku hampir
menyelesaikan pekerjaanku, gangguan datang. Tidak
pernah sebelumnya." la bersedekap dan mengerutkan
kening sementara Roran memasang pelana,
memusatkan perhatian pada pekerjaan. Sesudah siap,
Roran melompat ke kuda, membawa busur. "Maaf
merepotkan, tapi tidak bisa dihindari." "Well, jangan
khawatir. Pastikan saja kau tidak tertangkap." "Akan
kulakukan." Saat ia mengentakkan tumit ke sisi kuda,
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran mendengar Ivor berseru, "Dan jangan
bersembunyi di sungaiku!" Roran nyengir dan
menggeleng, membungkuk rendah di atas leher kuda.
Dalam waktu singkat ia tiba di kaki bukit-bukit Spine
dan terus mengarahkan kuda mendaki pegunungan
yang membentuk ujung utara Lembah Palancar. Dari
sana ia mendaki lereng pegunungan, tempat ia bisa
mengamati Carvahall tanpa terlihat. Di sana ia
menambatkan tunggangam nya dan duduk menunggu.
Roran Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggigil, memandang pinus-pinus yang gelap. Ia
tidak senang berada sedekat ini dengan Spine. Hampir
tidak ada orang dari Carvahall yang berani
menapakkan kaki di kawasan pegunungan ini, dan
mereka yang melakukannya sering kali tidak kembali.
Tidak lama kemudian Roran melihat para prajurit
berbaris di jalan dalam dua barisan, dua sosok hitam
menakutkan berada paling depan. Mereka dihentikan
di mulut Carvahall oleh sekelompok pria kasar,
beberapa membawa garpu jerami. Kedua pihak
berbicara, lalu berhadapan, seperti anjing-anjing
menggeram menunggu siapa yang akan menyerang
terlebih dulu. Lama kemudian, para penduduk
Carvahall menyingkir dan membiarkan para perusuh
itu melintas. Apa yang terjadi sekarang" pikir Roran
penasaran, sambil bergoyang-goyang pada tumit.
Malam harinya para prajurit mendirikan perkemahan di
lapangan samping desa. Tenda-tenda mereka
membentuk blok kelabu rendah yang berkelap-kelip
dengan bayang-bayang aneh sementara para penjaga
berpatroli di sekelilingnya. Di tengah blok, api unggun
besar mengepulkan asap ke udara. Roran mendirikan
kemahnya sendiri, dan sekarang ia hanya mengawasi
dan berpikir. Tadinya ia beranggapan bahwa sewaktu
orang-orang asing itu menghancurkan rumahnya,
mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, yaitu
batu yang dibawa Eragon dari Spine. Mereka pasti
tidak menemukannya, ia memutuskan. Mungkin Eragon
berhasil meloloskan diri membawa batu itu... Mungkin
ia merasa harus pergi untuk melindungi batu tersebut.
Roran mengerutkan kening. Itu sangat menjelaskan
kenapa Eragon melarikan diri, tapi bagi Roran
hubungannya masih terasa terlalu jauh. Apa pun
alasannya, batu itu pasti merupakan harta yang luar
biasa bagi Raja hingga ia mengirim begitu banyak
orang untuk mengambilnya. Aku tidak mengerti kenapa
batu tersebut bisa seberharga itu. Mungkin ada
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sihirnya. Ia menghirup udara sejuk perlahan-lahan,
mendengarkan teriakan-teriakan burung hantu. Ada
gerakan yang menarik perhatiannya. Saat melirik ke
bawah pegunungan, ia melihat seseorang mendekat di
dalam hutan di bawah. Roran merunduk ke balik
sebongkah batu besar, dengan busur terpasang. Ia
menunggu hingga yakin orang itu Albriech, lalu
bersiul pelan. Dalam waktu singkat Albriech tiba di
batu besar. Di punggungnya terdapat ransel penuh
sesak, yang dijatuhkannya ke tanah sambil
mendengus. "Kukira aku tidak akan bisa menemukan
dirimu." "Aku terkejut kau bisa menemukanku."
"Tidak bisa kukatakan aku menikmati berkeliaran di
hutan sesudah matahari terbenam. Aku terus mengira
akan bertemu beruang, atau yang lebih buruk lagi.
Spine bukan tempat yang cocok bagi manusia, kalau
kau tanya pendapatku." Roran memandang kembali ke
Carvahall. "Jadi kenapa mereka kemari?" "Untuk
menangkapmu. Mereka bersedia menunggu hingga kau
kembali dari 'berburu'." Roran duduk dengan suara
berdebum keras, perutnya terasa melilit karena
dingin. "Apa mereka memberitahukan alasannya" Apa
mereka menyinggung batu itu?" Albriech menggeleng.
"Mereka hanya mengatakan ini urusan Raja. Sepanjang
hari mereka bertanya-tanya tentang dirimu dan
Eragon--hanya itu yang menarik perhatian mereka." Ia
ragu-ragu sejenak. "Aku ingin tinggal, tapi mereka
akan tahu kalau aku menghilang besok. Kubawakan
banyak makanan dan selimut, juga beberapa salep
Gertrude seandainya kau terluka. Kau mestinya
baik-baik saja di atas sini." Dengan mengerahkan
tenaga, Roran tersenyum. "Terima kasih atas
bantuanmu." "Siapa pun pasti bersedia
melakukannya," kata Albriech sambil mengangkat
bahu, malu. Ia hendak pergi, lalu berbicara sambil
menoleh, "Omong-omong, kedua orang asing itu...
mereka disebut Ra'zac." JANJI SAPHIRA Pagi hari
sesudah pertemuan dengan Dewan Tetua, Eragon
tengah membersihkan dan meminyaki pelana Saphira
berhati-hati agar tidak membuat dirinya kelelahan
sewaktu Orik datang berkunjung. Kurcaci itu
menunggu hingga Eragon selesai membersihkan tali


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelana, lalu bertanya, "Apakah kondisimu lebih baik
hari ini?" "Sedikit." "Bagus, kita semua
membutuhkan kekuatan. Aku datang untuk melihat
kesehatanmu, juga karena Hrothgar ingin berbicara
denganmu, kalau kau ada waktu." Erag
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
on melontarkan senyum tipis kepada kurcaci itu. "Aku
selalu ada waktu untuknya. Ia pasti tahu." Orik
tertawa. "Ah, tapi lebih sopan kalau bertanya
baik-baik." Sementara Eragon meletakkan pelana,
Saphira beranjak dari sudutnya yang berbantalan dan
menyapa Orik dengan geraman ramah. "Selamat pagi
juga untukmu," kata Orik sambil membungkuk. Orik
mengajak mereka melewati salah satu dari keempat
lorong utama Tronjheim, menuju ruang utama dan
kedua tangga kembar yang melengkung ke bawah
tanah, ke ruang takhta raja kurcaci. Tapi sebelum
mereka tiba di ruangan itu, Orik berbelok menuruni
tangga pendek. Eragon membutuhkan Waktu sejenak
untuk menyadari bahwa Orik mengambil jalan Samping
agar tidak melihat puing-puing Isidar Mithrim. Mereka
berhenti di depan pintu-pintu granit yang berukir
mahkota berpuncak tujuh. Tujuh kurcaci berbaju besi
di setiap sisi pintu masuk mengetuk-ngetuk lantai
secara simultan dengan tangkai martil. Diiringi gema
ketukan kayu beradu dengan batu, pintu-pintunya
terayun ke dalam. Eragon mengangguk pada Orik, lalu
memasuki ruangan yang remang-remang itu bersama
Saphira. Mereka mendekati takhta di kejauhan,
melewati patung-patung kaku, hirna, yang
menggambarkan raja-raja kurcaci di masa lalu. Di kaki
takhta hitam yang besar itu, Eragon membungkuk.
Raja kurcaci menundukkan kepalanya yang berambut
keperakan sebagai balasan, batu-batu rubi yang
ditempelkan pada helm emasnya berpendar pudar
ditimpa cahaya seperti bercak-bercak besi panas.
Volund, martil perang, tergeletak melintang di kakinya
yang terbungkus jala baja. Hrothgar berkata,
"Shadeslayer, selamat datang di aulaku. Banyak yang
sudah kaulakukan sejak terakhir kali kita bertemu.
Dan, tampaknya, aku terbukti keliru mengenai Zar'roc.
Pedang Morzan akan diterima di Tronjheim selama kau
yang menyandangnya." "Terima kasih," kata Eragon,
sambil bangkit berdiri. "Selain itu," kata si kurcaci
dengan suara menggeram, "kami berharap kau mau
menyimpan baju besi yang kaukenakan dalam
pertempuran Farthen Dur. Bahkan sekarang ini
tukang-tukang kami yang paling ahli sedang
memperbaikinya. Baju besi naga juga mendapat
perlakuan yang sama, dan sesudah diperbaiki nanti,
Saphira boleh mengenakannya selama ia
menginginkannya, atau hingga ia tumbuh lebih besar
lagi. Setidaknya ini yang bisa kami lakukan untuk
menunjukkan rasa terima kasih kami. Kalau bukan
karena perang dengan Galbatorix, akan ada perayaan
dan pesta pora demi namamu... tapi itu terpaksa
Pendekar Cambuk Naga Asmara Pasak Dewa m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menunggu hingga saat yang lebih tepat."
Mengutarakan perasaannya dan Saphira, Eragon
berkata, "Kau dermawan melebihi semua perkiraan
Para Ksatria Penjaga Majapahit 4 Wiro Sableng 191 Jabrik Sakti Wanara Makhluk Kutukan Neraka 2
^