Pencarian

Eldest 3

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 3


sementara lima prajurit berusaha mengepungnya. "Ke
sini!" Baldor yang menjawab panggilannya, lalu
Albriech. Beberapa detik kemudian, putra-putra Loring
menggabungkan diri dengannya, diikuti puluhan orang
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lainnya. Dari jalan-jalan samping, para wanita dan
anak-anak melempari para prajurit dengan batu.
"Jangan berpencar," perintah Roran, sambil
mempertahankan posisi. "Kita lebih banyak." Para
prajurit berhenti saat barisan penduduk desa di depan
mereka semakin tebal. Dengan lebih dari seratus
orang di belakangnya, Roran perlahan-lahan maju.
"Serang, orang-orang bodohhh!" jerit Ra'zac, sambil
menghindari garpu jerami Loring. Sebatang anak
panah mendesing ke arah Roran. Ia menangkisnya
dengan perisai dan tertawa. Ra'zac sekarang sejajar
dengan para prajurit, mendesis-desis frustrasi.
Mereka memelototi penduduk desa dari balik kerudung
hitamnya. Tiba-tiba Roran merasa dirinya melemah
dan tidak mampu bergerak; bahkan untuk berpikir pun
sulit. Kelelahan seperti merantal lengan dan kakinya
hingga tidak bisa bergerak. Lalu dari kejauhan di
dalam Carvahall, Roran mendengar teriakan keras
Birgit. Sedetik kemudian, sebutir batu melayang
melewati kepalanya dan mengarah ke Ra'zac terdepan,
yang tersentak dengan kecepatan supernatural untuk
mengindari rudal itu. Pengalih perhatian tersebut,
sekalipun lemah, membebaskan benak Roran dari
pengaruh yang membius. Apa tadi sihir" pikirnya
penasaran. Ia menjatuhkan perisai, mencengkeram
martil dengan dua tangan, dan mengangkatnya
tinggi-tinggi di atas kepala-seperti yang dilakukan
Horst sewaktu memipihkan logam. Roran berjinjit,
seluruh tubuhnya melengkung ke belakang, lalu
mengayunkan kedua lengannya turun sambil
mendengus. Martilnya melayang berputar-putar di
udara dan terpental di perisai Ra'zac, meninggalkan
bekas yang dalam. Kedua serangan itu cukup untuk
menghancurkan sisa-sisa kekuatan Ra'zac yang aneh.
Mereka berdecak-decak cepat pada satu sama lain
sementara penduduk desa meraung dan berderap maju,
lalu Ra'zac menyentakkan kekang kuda mereka,
berputar. "Mundur," geram mereka, berderap melewati
para prajurit. Para prajurit berpakaian merah itu
mundur dari Carvahall sambil merengut, menikam
siapa pun yang terlalu dekat. Baru sesudah cukup
jauh dari kereta yang terbakar mereka berani
berbalik. Roran mendesah dan mengambil kembali
martilnya, merasakan memar-memar di sisi tubuh dan
punggungnya yang tadi menghantam dinding. Ia
menunduk sewaktu melihat ledakan tadi ternyata
menewaskan Parr. Sembilan orang lainnya juga tewas.
Para istri dan ibu membelah malam dengan lolongan
duka. Bagaimana ini bisa terjadi di sini" "Semuanya,
kemari!" seru Baldor. Roran mengerjapkan mata dan
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terhuyung kembali ke tengah jalan, tempat Baldor
berdiri. Satu Ra'zac duduk seperti kumbang di kuda
hanya dua puluh yard jauhnya. Makhluk itu
menudingkan satu jari kepada Roran dan berkata,
"Kau... baumu ssseperti sssepupumu. Kami tidak
pernah melupakan bau." Apa maumu?" teriak Roran.
"Kenapa kalian datang kemari?" Ra'zac tertawa
mengerikan, berdecak-decak
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mirip serangga "Kami menginginkan... informasssi."
Makhluk itu melirik ke balik bahunya, tempat
rekan-rekannya menghilang, lalu berseru, "Ssserahkan
Roran dan kalian akan dijual sssebagai budak.
Lindungi dia, maka kami akan menyantap kalian
sssemua, Kami akan mendapat jawaban kalian pada
kedatangan kami berikutnya. Passstikan kalian
menjawab dengan benar." AZ SWELDIN RAK ANHUIN
Cahaya menerobos memasuki terowongan saat
pintu-pintu diseret membuka. Eragon mengernyit,
matanya sakit karena tidak terbiasa dengan cahaya
siang sesudah begitu lama berada di bawah tanah. Di
sampingnya, Saphira mendesis dan menjulurkan leher
agar bisa lebih jelas melihat sekeliling mereka.
Mereka membutuhkan waktu dua hari untuk menyusuri
jalur bawah tanah dari Farthen Dur, sekalipun bagi
Eragon terasa lebih lama, karena senja yang
menyelimuti mereka tanpa akhir dan kesunyian yang
menekan rombongan mereka. Secara keseluruhan, ia
ingat hanya beberapa patah kata yang terucap
sepanjang perjalanan mereka. Tadinya Eragon
berharap bisa tahu lebih banyak mengenai Arya
selama mereka menempuh perjalanan bersama, tapi
satu-satunya informasi yang didapatnya hanyalah
karena mengamati. Selama ini ia tidak pernah makan
bersama Arya dan terkejut melihat Arya membawa
makanannya sendiri serta tidak menyantap daging.
Sewaktu ia menanyakan alasannya, Arya berkata, "Kau
juga tidak akan pernah menyantap daging hewan lagi
sesudah dilatih, atau kalaupun kaulakukan, jarang
sekali." "Kenapa aku tidak akan makan daging lagi?"
dengus Eragon. "Aku tidak bisa menjelaskan dengan
kata-kata, tapi kau akan mengerti begitu kita tiba di
Ellesmera." Sekarang semuanya terlupakan saat ia
bergegas ke mulut terowongan, sangat ingin melihat
tujuan mereka. Ia berdiri di tonjolan granit, lebih dari
seratus kaki di atas danau keunguan, cemerlang
ditimpa cahaya matahari timur. Seperti Kosthamerna,
airnya membentang dari pegunungan ke pegunungan,
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memenuhi lembah hingga ujungnya. Dari seberang
danau, Az Ragni mengalir ke utara, meliuk-liuk di sela
puncak-puncak hingga-jauh di sana-sungai itu
mengalir deras ke dataran timur. Di sebelah
kanannya, pegunungan kosong, hanya ada sejumlah
jalan setapak, tapi di sebelah kirinya... di sebelah
kirinya terdapat kota kurcaci Tarnag. Di sini
kurcaci-kurcaci mengubah Beor yang tampak tidak
tergoyahkan menjadi serangkaian teras. Teras-teras
bawah terutama merupakan ladang
lengkungan-lengkungan lahan gelap yang menunggu
ditanami--dihiasi beberapa bangunan persegi pendek,
yang menurut tebakan terbaiknya seluruhnya dibuat
dari batu. Di atas tingkat yang kosong itu berdiri
deretan demi deretan bangunan yang
sambung-menyambung hingga membentuk kubah emas
dan putih raksasa. Rasanya seolah seluruh kota tidak
lebih daripada sebarisan anak tangga yang menuju
kubah itu. Cungkupnya berkilau seperti batu bulan
yang dipernis, butiran seputih susu yang melayang di
puncak piramid pelat kelabu. Orik mengantisipasi
pertanyaan Eragon, dengan berkata, "Itulah Celbedeil,
kuil kurcaci teragung dan rumah Durgrimst Quan--klan
Quan--yang bertindak sebagai pelayan dan kurir
dewa-dewa." Apakah mereka memerintah Tarnag"
tanya Saphira. Eragon mengulangi pertanyaan itu.
"Nay," kata Arya, sambil melangkah melewati mereka.
"Sekalipun kaum Quan kuat, mereka hanya sedikit,
meskipun mereka punya kekuasaan atas kehidupan
setelah kematian & dan emas. Ragni Hefthyn--Penjaga
Sungai--yang mengendalikan Tarnag. Kita akan tinggal
bersama ketua klan mereka, Undin, selama berada di
sini." Saat mereka mengikuti elf itu menuruni
tonjolan batu dan melintasi hutan lebat yang
menyelimuti pegunungan, Orik berbisik pada Eragon,
"Jangan pedulikan dirinya. Ia berselisih dengan Quan
selama bertahun-tahun. Setiap kali ia mengunjungi
Tarnag dan berbicara dengan pendeta di sana, mereka
akan bertengkar begitu hebat hingga Kull pun
ketakutan." Arya?" Orik mengangguk muram. "Aku
tahu sedikit mengenai hal itu tapi kudengar ia sangat
tidak menyetujui sebagian besar kegiatan Quan.
Tampaknya elf tidak percaya dengan 'bergumam minta
tolong ke udara'." Eragon menatap punggung Arya
sementara mereka turun, Bidadari Pendekar Naga Sakti
penasaran apakah kata-kata Orik benar, dan kalau
benar, apa yang dipercayai Arya sendiri. Ia menghela
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
napas dalam, menyingkirkan masalah itu dari pikiran.
Rasanya luar biasa bisa kembali berada di udara
terbuka, di tempat ia bisa mencium bau lumut dan
pakis-pakisan serta pepohonan di hutan, di tempat
matahari terasa hangat di wajahnya dan lebah serta
serangga-serangga lain beterbangan, menyenangkan
hati. Jalan setapak membawa mereka turun ke tepi
danau sebelum naik kembali ke Tarnag dan
gerbangnya yang terbuka. "Bagaimana cara kalian
menyembunyikan Tarnag dari Galbatorix?" tanya
Eragon. "Kalau Farthen Dar, aku mengerti, tapi ini...
Aku tidak pernah melihat yang seperti ini." Orik
tertawa pelan. "Menyembunyikannya" Itu mustahil.
Tidak, sesudah kejatuhan para Penunggang, kami
terpaksa meninggalkan semua kota kami yang di
permukaan tanah dan mengundurkan diri ke dalam
terowongan-terowongan untuk melarikan diri dari
Galbatorix dan para Terkutuk. Mereka sering terbang
melintasi Beor, membunuh siapa pun yang mereka
temui." "Kupikir kurcaci selalu tinggal di bawah
tanah." Alis mata Orik yang lebat bertemu dalam
kerutan. "Kenapa harus begitu" Kami mungkin
menyukai batu, tapi kami juga menyukai udara terbuka
seperti elf dan manusia. Tapi baru satu setengah
dekade terakhir, sejak Morzan tewas, kami berani
kembali ke Tarnag dan tempat tinggal kuno kami
lainnya. Galbatorix mungkin memiliki kekuatan yang
tidak wajar, tapi ia sekalipun tidak bakal mampu
menyerang satu kota seorang diri. Tentu saja, ia dan
naganya bisa menimbulkan kesulitan tanpa akhir bagi
kami kalau mau, tapi akhir-akhir ini mereka jarang
sekali meninggalkan Uru baen, bahkan untuk
perjalanan singkat. Galbatorix juga tidak bisa
membawa pasukan kemari tanpa mengalahkan Buragh
dan Farthen Dur terlebih dulu." Yang nyaris berhasil
dilakukannya, Saphira mengomentari. Sewaktu
melewati puncak gundukan kecil, Eragon tersentak
kaget sewaktu seekor hewan kecil menerobos keluar
dari sesemakan ke jalan setapak. Makhluk kurus itu
tampak seperti kambing gunung dari Spine, tapi
sepertiga lebih besar dan memiliki tanduk raksasa
yang melengkung di samping pipinya menyebabkan
tanduk Urgal jadi tampak hanya sebesar sarang
burung layang-layang. Yang lebih aneh lagi adalah
pelana yang terikat di punggung kambing itu, dan
kurcaci yang duduk dengan mantap di sana,
mengarahkan busur yang separo tertarik ke udara.
"Hert durgrimst" Fild rastn?" teriak kurcaci asing itu.
"Orik Thrifkz menthiv oen Hrethcarach Eragon rak
Durgrimst Ingeitum," jawab Orik. "Wharn, az
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
vanyali-carharug Arya. Ne oc Undinz grimstbelardn."
Kambing itu menatap Saphira dengan waspada. Eragon
menyadari betapa cemerlang dan cerdas mata kambing
itu, sekalipun wajahnya agak konyol dengan janggut
seputih salju dan ekspresi muram. Ia jadi teringat
Hrothgar, dan nyaris tertawa, menyadari betapa
kerdilnya hewan ini. "Azt jok jordn rast," terdengar
jawabannya. Tanpa perintah yang jelas dari si
kurcaci, kambing itu melompat maju, menempuh jarak
yang luar biasa jauhnya hingga sejenak ia tampak
seperti terbang. Lalu penunggang dan tunggangannya
menghilang di sela pepohonan. "Apa itu?" tanya
Eragon, terpesona. Orik melanjutkan langkah.
"Feldunost, salah satu dari lima hewan unik di
pegunungan ini. Nama setiap hewan disandang satu
klan. Tapi Durgrimst Feldunost mungkin klan yang
paling berani dan paling dihormati." "Kenapa begitu?"
"Kami tergantung pada Feldunost untuk mendapatkan
susu, wol, dan daging. Tanpa dukungan mereka, kami
tidak bisa hidup di Beor. Sewaktu Galbatorix dan para
Penunggang pengkhianatnya menteror kami, Durgrimst
Feldunost yang men" pertaruhkan diri-hingga
sekarang-untuk menjaga kawanan dan padang-padang.
Karena itu, kami semua berutang budl pada mereka."
"Apa semua kurcaci menunggang Feldunost?" Ia agak
sulit men$ucapkan kata yang tidak biasa itu. "Hanya
di pegunungan. Feldunost liat dan mantap, tapi
mereka lebih cocok di tebing-tebing daripada di
dataran terbuka " Saphira menyodok Eragon dengan
hidungnya, menyebabkan Snowfire menjauh. Nah, itu
baru perburuan yang bagus, lebih bagus daripada
yang Bidadari Pendekar Naga Sakti
pernah kualami di Spine arau sesudahnya! Kalau aku
memiliki waktu di Tarnag Tidak, kata Eragon. Kita
tidak boleh menyinggung perasaan kaum kurcaci.
Saphira mendengus, jengkel. Aku bisa meminta izin
terlebih dulu. Sekarang jalan setapak yang
melindungi mereka begitu lama di bawah dahan-dahan
besar dan gelap memasuki lapangan luas yang
mengelilingi Tarnag. Kelompok-kelompok pengamat
mulai berkumpul di ladang-ladang sewaktu tujuh
Feldunost dengan kekang berhias berderap keluar dari
kota. Para penunggang mereka menyandang tombak


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berujung panji yang melecut-lecut seperti cambuk di
udara. Setelah menghentikan tunggangan anehnya,
kurcaci terdepan berkata, "Kalian semua diterima di
kota Tarnag ini. Berdasarkan otho dari Undin dan
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Gannel, aku, Thorv, putra Brokk, menawarkan
perlindungan aula-aula kami dengan damai." Aksennya
menggemuruh dan serak, tidak mirip aksen Orik. "Dan
berdasarkan otho Hrothgar, kami dari Ingeitum
menerima keramahtamahanmu," jawab Orik.
"Sebagaimana aku, berdasarkan stead Islanzadi,"
tambah Arya. Dengan ekspresi puas, Thorv memberi
isyarat pada rekanrekan penunggangnya, yang
menjejak Feldunost masing-masing membentuk formasi
mengelilingi mereka berempat. Dengan megah para
kurcaci itu menjalankan tunggangan masing-masing,
membimbing mereka ke Tarnag dan melewati gerbang
kota. Dinding luarnya setebal empat puluh kaki dan
membentuk terowongan remang-remang ke salah satu
dari sekian banyak lahan pertanian yang mengelilingi
Tarnag. Lima lapis kemudian--masing-masing
dilindungi gerbang yang kokoh--membawa mereka
melewati ladang-ladang dan memasuki kota. Berbeda
dengan benteng-benteng Tarnag yang tebal,
bangunan-bangunan di dalamnya, sekalipun dari batu,
dibentuk dengan begitu cerdas hingga terkesan
anggun dan ringan. Ukiran yang kuat dan berani,
biasanya menggambarkan hewan menghiasi
rumah-rumah dan toko-toko. Tapi yang lebih
mempesona adalah batunya sendiri: berpendar lembut,
dari merah muda cerah hingga hijau yang paling
pucat, membuat batu berpendar dengan
lapisan-lapisan tembus pandang. Dan di seluruh kota
terdapat lentera-lentera tanpa api kurcaci,
warna-warninya menegaskan senja dan malam di Beor
yang panjang. Tidak seperti Tronjheim, Tarnag
dibangun sesuai proporsi kurcaci, tanpa
mempertimbangkan kunjungan manusia, elf, atau naga.
Tinggi maksimal ambang pintunya hanya lima kaki,
dan sering kali hanya empat setengah kaki. Tinggi
Eragon rata-rata, tapi sekarang ia merasa seperti
raksasa yang dipindahkan ke panggung boneka.
Jalan-jalannya lebar dan penuh sesak. Kurcaci dari
berbagai klan bergegas membereskan urusan
masing-masing atau berdiri di dalam dan sekitar
toko-toko. Banyak di antara mereka yang mengenakan
kostum aneh dan eksotis, seperti sekelompok kurcaci
berambut hitam yang mengenakan helm perak
berbentuk kepala serigala. Eragon paling sering
menatap kurcaci wanita, karena ia hanya melihat
mereka sekilas di Tronjheim. Mereka bertubuh lebih
lebar daripada yang pria, dan wajah mereka tegas,
tapi mata mereka cemerlang dan rambut mereka lebat,
dan mereka lembut pada anak-anak mereka yang
mungil. Mereka tidak mengenakan perhiasan, hanya
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bros rumit dari besi dan batu kecil. Salt mendengar
langkah-langkah tajam Feldunost, para kurcaci
berpaling melihat para pendatang baru. Mereka tidak
bersorak sebagaimana dugaan Eragon, tapi
membungkuk dan menggumam, "Shadeslayer." Saat
mereka melihat martil dan bintang-bintang di helm
Eragon, kekaguman digantikan keterkejutan dan, pada
banyak kurcaci, kemurkaan. Sejumlah kurcaci yang
lebih marah bergerak-gerak di sekitar Feldunost,
melotot di sela hewan-hewan pada Eragon dan
meneriakkan makian--Bulu kuduk Eragon meremang.
Sepertinya mengadopsi diriku bukanlah keputusan
paling populer yang bisa diambil Hrothgar. Aye,
Saphira menyetujui. Ia mungkin memang memperkuat
cengkeramannya atas dirimu, tapi dengan konsekuensi
dikucilkan banyak kurcaci... Sebaiknya kita segera
menghilang sebelum ada darah yang tumpah. Thorv
dan para pengawal lainnya terus maju seakan
kerumunan itu tidak ada, membuka jalan melewati
tujuh teras lagi hingga tersisa hanya satu gerbang yan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
g memisahkan mereka dari kumpulan Celbedeil. Lalu
Thorv berbelok ke kiri, menuju aula luas yang
menempel ke lereng gunung dan bagian depannya
dilindungi benteng dengan dua menara. Sewaktu
mereka semakin mendekati aula, sekelompok kurcaci
bersenjata berhamburan keluar dari sela rumah-rumah
dan membentuk barisan tebal, menghalangi jalan.
Cadar-cadar ungu panjang menutupi wajah mereka dan
menjuntai melewati bahu, seperti kerudung jala baja.
Para pengawal seketika menghentikan Feldunost
masingmasing, ekspresi wajah mereka mengeras. "Ada
apa?" tanya Eragon pada Orik, tapi kurcaci itu hanya
menggeleng dan melangkah maju, satu tangan pada
kapaknya. "Etzil nithgech!" seru seorang kurcaci
bercadar, sambil mengangkat tinju. "Formv
Hrethcarach... formv Jurgencarmeitder nos eta goroth
bahst Tarnag, dur encesti rak kythn! Jok ia warrev az
barzulegur dur durgrimst, Az Sweldn rak Anhuin, mogh
tor rak Jurgenvren" Ne udim etal os rast knurlag.
Knurlag ana..." Selama semenit yang terasa lama, ia
terus mengoceh dengan kemarahan yang semakin
hebat. "Vrron!" salak Thorv, menghentikannya, lalu
kedua kurcaci itu mulai bertengkar. Sekalipun
pertengkaran itu sengit, Eragon melihat Thorv tampak
menghormati kurcaci yang satu lagi. Eragon bergeser
ke samping-berusaha bisa melihat lebih jelas ke balik
Feldunost yang ditunggangi Thorv--dan kurcaci
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bercadar itu seketika membisu, menunjuk helm Eragon
dengan ekspresi ngeri. " Knurlag qana qirdnu
Durgrimst Ingeitum!" jeritnya. "Qarzul ana Hrothgar
oen volfild-" "Jok ia frekk durgrimstvren?" sela Orik
pelan, sambil mencabut kapak. Dengan khawatir,
Eragon melirik Arya, tapi Arya terlalu tenggelam
dalam konfrontasi itu untuk memerhatikan dirinya.
Eragon diam-diam menurunkan tangan ke gagang
Zar'roc yang dililit kawat. Kurcaci asing itu menatap
tajam Orik, lalu mengambil cincin besi dari sakunya,
mencabut tiga helai janggutnya, melilitkarulya ke
cincin, dan melemparnya ke jalan hingga berdenting
keras, lalu meludah. Tanpa mengatakan apa-apa lagi,
kurcaci-kurcaci bercadar ungu tersebut berlalu.
Thorv, Orik, dan para pejuang lain mengernyit saat
cincin memantul-mantul menyeberangi jalan dari
granit. Bahkan Arya tampak tertegun. Kedua kurcaci
yang lebih muda tersentak dan meraih pedangnya, lalu
menurunkan tangan sewaktu Thorv membentak. "Eta!"
Reaksi mereka lebih meresahkan Eragon daripada
pertengkaran hebat tadi. Sementara Orik maju sendiri
dan memasukkan cincin itu ke kantong, Eragon
bertanya, "Apa artinya itu?" "Artinya," kata Thorv,
"kau mendapat musuh." Mereka bergegas melewati
benteng ke halaman luas tempat tiga meja besar,
dihiasi lentera dan bendera. Di depan meja-meja itu
berdiri sekelompok kurcaci, yang paling depan adalah
kurcaci berjanggut ubanan yang mengenakan kulit
serigala. Ia membentangkan lengan, berkata, "Selamat
datang di Tarnag, rumah Durgrimst Ragni Hefthyn.
Kami mendengar banyak pujian tentang dirimu, Eragon
Shadeslayer. Aku Undin, putra Derund, dan ketua
klan." Kurcaci lain melangkah maju. Bahu dan
dadanya menunjukkan ia pejuang, dengan mata hitam
dalam yang tidak pernah meninggalkan wajah Eragon.
"Dan aku, Gannel, putra Orm si Kapak-darah dan
ketua klan Durgrimst Quan." "Kehormatan bagiku
untuk menjadi tamu kalian," kata Eragon, sambil
menunduk. Ia merasakan kejengkelan Saphira karena
diabaikan. Sabar, gumam Eragon, sambil memaksa
tersenyum. Saphira mendengus. Para ketua klan itu
menyapa Arya dan Orik bergantian, tapi keramahan
mereka tak dirasakan Orik, yang hanya mengulur' kan
tangan, dengan cincin besi di telapaknya. Mata Undin
membelalak, dan ia dengan hati-hati mengangkat
cincin itu, menjepitnya dengan ibu jari dan telunjuk
seakan benda itu ular berbisa. "Siapa yang
memberikan ini padamu?" Sweldn rak Anhuin. Dan
bukan padaku, tapi pada Eragon." Kewaspadaan
terpancar di wajah mereka, kekhawatiran yang semula
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dirasakan Eragon muncul kembali. Ia pernah melihat
kurcaci menghadapi sepasukan Kull tanpa gentar
sedikit pun. Cincin itu pasti melambangkan sesuatu
yang benar-benar menakutkan hingga mampu
menurunkan semangat mereka. Undin mengerutkan
kening sambil mendengar Bidadari Pendekar Naga Sakti
kan gumaman para penasihatnya, lalu berkata, "Kita
harus mengkonsultasikan masalah ini. Shadeslayer,
kami sudah menyiapkan pesta untuk menghormatimu.
Kalau kauizinkan para pelayanku mengantarmu ke
kamar, kau bisa membersihkan diri, dan sesudah itu
kita bisa mulai." "Tentu saja." Eragon menyerahkan
kekang Snowfire ke kurcaci yang telah menunggu dan
mengikuti pemandu masuk ke aula. Sewaktu melewati
ambang pintu, ia melirik ke belakang dan melihat Arya
dan Orik bercakap-cakap serius dengan para ketua
klan, kepala mereka rapat satu sama lain. Aku tidak
akan lama, katanya pada Saphira. Sesudah
berjongkok melewati lorong-lorong berukuran kurcaci,
ia merasa lega karena kamar yang disediakan baginya
cukup luas hingga ia bisa berdiri tegak. Si pelayan
membungkuk dan berkata, "Aku akan kembali sesudah
Grimstborith Undin siap." Begitu kurcaci itu pergi,
Eragon diam sejenak dan menghela napas dalam, lega
karena kesunyiannya. Pertemuan dengan
kurcaci-kurcaci bercadar masih terbayang dalam
benaknya, menyebabkan ia sulit bersantai. Selama
kita tidak terlalu lama di Tarnag. Dengan begitu
mereka tidak akan sempat menghalangi kita. Setelah
menanggalkan sarung tangan, Eragon melangkah ke
baskom marmer yang diletakkan di lantai di samping
ranjang rendah. Ia memasukkan tangan ke air, lalu
menyentakkannya keluar sambil menjerit tanpa
tertahan. Airnya nyaris mendidih. Ini Pasti budaya
kurcaci, pikirnya. Ia menunggu hingga airnya agak
dingin, lalu membasahi wajah dan leher,
menggosoknya hingga bersih sementara uap mengepul
dari kulitnya. Setelah segar kembali, ia
menanggalkan pakaian dan menggantinya dengan
pakaian yang dikenakan untuk pemakaman Ajihad. Ia
menyentuh Zar'roc, tapi memutuskan bahwa
menyandang pedang itu hanya akan menghina pesta
Undin, dan sebagai gantinya ia menyandang pisau
berburu. Lalu, dari ranselnya, ia mengeluarkan
gulungan dokumen yang dipercayakan Nasuada
padanya untuk diantar kepada Islanzadi dan
menimbang-nimbangnya di tangan, penasaran di mana
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tempat terbaik untuk menyembunyikannya. Dokumen
itu terlalu penting untuk ditinggalkan di tempat
terbuka sehingga bisa dibaca atau dicuri. Karena
tidak mampu memikirkan tempat yang lebih baik, ia
menyelipkan gulungan itu ke balik lengan bajunya.
Lebih aman di sana kecuali aku terlibat pertempuran,
di mana aku menghadapi masalah yang lebih besar
untuk dikhawatirkan. Sewaktu akhirnya pelayan
kembali menjemput Eragon, waktu baru menunjukkan
sekitar satu jam selewat tengah hari, tapi matahari
telah menghilang di balik pegunungan yang menjulang,
menyebabkan Tarnag diselimuti keremangan mirip
senja. Sewaktu keluar dari aula, Eragon terpesona
melihat perubahan kota. Dalam keremangan yang
terlalu dini, lentera-lentera kurcaci menunjukkan
kekuatannya yang sebenarnya, membanjiri jalanan
dengan cahaya murni yang tidak tergoyahkan hingga
seluruh lembah tampak terang. Undin dan
kurcaci-kurcaci lain telah berkumpul di halaman,
bersama Saphira, yang menempatkan diri di kepala
salah sata meja. Tidak ada yang tampak ingin
mendebat pilihannya. Ada kejadian apa" tanya
Eragon, sambil bergegas mendekatinya. Undin
memanggil pejuang tambahan, lalu memblokir gerbang.
Apa ia mengira akan ada serangan" Setidaknya, ia
mengkhawatirkan kemungkinan itu. "Eragon, silakan
duduk bersamaku," kata Undin, sambi memberi isyarat
ke kursi di sebelah kanannya. Ketua klan itu duduk
bersama Eragon, dan yang lainnya bergegas
mengikuti. Eragon gembira sewaktu Orik akhirnya
duduk di sampingnya sementara Arya duduk di
seberang meja, sekalipun keduanya tampak muram.
Sebelum ia sempat menanyakan cincin itu pada Orik,
Undin memukul meja dan meraung, "Ignh az voth!"
Para pelayan mengalir keluar dari aula, membawa
piring-piring emas tempa berisi tumpukan tinggi
daging, kue, dan buah. Mereka membaginya menjadi
tiga baris--satu baris untuk setiap meja--dan
meletakkan hidangan-hidangan itu dengan anggun. Di
depan mereka tersaji sup dan sayur rebus yang penuh
dengan berbagai tuber, daging panggang, roti-roti
panjang yang masih hangat, dan berderet-deret kue
madu yang berlumuran selai raspberry. Ada fillet ikan
trout b Bidadari Pendekar Naga Sakti


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

eralas daun yang dihiasi parsley, dan di samping,
belut asin menatap sedih dari mangkuk keju, seakan
berharap entah bagaimana bisa melarikan diri kembali
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ke sungai. Seekor angsa dihidangkan di setiap meja,
dikelilingi kawanan partridge, angsa liar, dan bebek.
Di mana-mana ada jamur: dipotong panjang,
diletakkan di puncak kepala burung seperti topi, atau
diukir berbentuk puri di tengah parit berisi lemak.
Banyak sekali jenis yang dihidangkan, dari jamur
putih yang tebal sebesar kepalan tangan Eragon,
hingga yang bisa dikira sebagai kulit pohon yang
dikunyah, toadstool yang dibelah dua dengan rapi
untuk menunjukkan dagingnya yang biru. Lalu
hidangan utama disajikan: babi hutan liar raksasa
yang dipanggang mengilap karena saus. Paling tidak,
Eragon merasa hewan itu babi hutan, karena sosoknya
sama besar dengan Snowfire dan dibutuhkan enam
kurcaci untuk membawanya. Siungnya lebih panjang
daripada lengan bawah Eragon, moncongnya sama
lebar dengan kepalanya. Dan baunya, baunya
mengalahkan segala bau lain hingga menyebabkan
mata Eragon berair. "Nagra," bisik Orik. "Babi hutan
raksasa. Undin benar-benar menghormatimu malam ini,
Eragon. Hanya kurcaci paling pemberani yang memiliki
nyali untuk memburu Nagra, dan Nagra hanya
dihidangkan pada mereka yang memiliki keberanian
hebat. Selain itu, kurasa ia memberi isyarat bahwa
akan mendukungmu dalam Durgrimst Nagra." Eragon
mencondongkan tubuh ke arahnya agar tidak bisa
didengar yang lain. "Kalau begitu ini makhluk ash
Beor yang lain" Ada apa lagi?" "Serigala hutan yang
cukup besar untuk memburu Nagra dan cukup lincah
untuk menangkap Feldunost. Beruang gua, yang kami
sebut Urzhadn dan elf memanggilnya Beorn. Dari nama
merekalah puncak-puncak di sini diberi nama,
sekalipun kami sendiri tidak memanggilnya begitu.
Nama pegunungan ini merupakan rahasia yang tidak
kami beritahukan pada ras mana pun. Dan--" "Smer
voth," kata Undin, sambil tersenyum pada
tamu-tamunya. Para pelayan seketika mencabut
sebilah pisau melengkung kecil dan mengiris sepotong
Nagra, yang mereka letakkan di piring semua
orang-kecuali piring Arya-termasuk sebongkah besar
untuk Saphira. Undin kembali tersenyum, mencabut
sebilah pisau, dan mengiris sedikit daging bagiannya.
Eragon meraih pisaunya sendiri, tapi Orik menyambar
lengannya. "Tunggu." Undin mengunyah
perlahan-lahan, memutar bola mata dan
mengangguk-angguk dengan sikap berlebihan, lalu
menelan dan berseru, "Ilf gauhnith!" "Sekarang," kata
Orik, sambil beralih ke hidangan sementara
percakapan timbul di sepanjang meja. Belum pernah
Eragon mencicipi makanan apa pun yang rasanya
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
seperti babi hutan itu. Dagingnya lezat, lembut, dan
seperti berempah--seakan daging itu direndam madu
dan cider--rasa yang diperkuat mint yang digunakan
untuk memberi rasa pada daging babi tersebut. Aku
ingin tahu bagaimana cara mereka memasak hewan
sebesar ini. Sangat lambat, Saphira mengomentari,
sambil menyantap Nagra-nya. Sambil makan, Orik
menjelaskan, "Sudah menjadi kebiasaan bagi tuan
rumah, dari zaman racun merajalela di kalangan
klan-klan, untuk mencicipi hidangannya terlebih dulu
dan menyatakan hidangan itu aman bagi
tamu-tamunya." Selama pesta, Eragon membagi
waktunya antara mencicipi berbagai hidangan dan
bercakap-cakap dengan Orik, Arya, dan
kurcaci-kurcaci lain di mejanya. Dengan cara itu,
berjamu berlalu tanpa terasa, karena pestanya begitu
besar, baru sore hari hidangan terakhir disajikan,
gigitan terakhir ditelan, dan minuman terakhir
ditenggak. Sementara para pelayan menyingkirkan
peralatan makan, Undin berpaling pada Eragon dan
berkata, "Hidangannya memuaskanmu, ya"'.' "Lezat
sekali." Undin mengangguk. "Aku senang kau
menikmatinya. Kemarin kuperintahkan mejanya
dipindah keluar agar nagamu bisa makan bersama
kita." Tatapannya terarah ke Eragon sepanjang waktu.
Eragon dilanda perasaan dingin. Sengaja atau tidak,
Undin memperlakukan Saphira tidak lebih daripada
makhluk buas. Eragon berniat bertanya tentang para
kurcaci bercadar secara pribadi, tapi
sekarang--karena keinginan membalas Undin--ia
berkata, "Saphira dan aku berterima kasih." Lalu,
"Sir, kenapa cin Bidadari Pendekar Naga Sakti
cin itu dilemparkan pada kami?" Kesunyian yang
menyakitkan merayapi halaman. Dari sudut matanya,
Eragon melihat Orik mengernyit. Tapi Arya tersenyum,
seakan memahami apa yang dilakukannya. Undin
meletakkan pisau, merengut hebat. "Knurlagn yang
kautemui dari klan yang tragis. Sebelum kejatuhan
para Penunggang, mereka termasuk keluarga paling
tua dan paling kaya di kerajaan kami. Tapi kehancuran
mereka diakibatkan dua kesalahan: mereka tinggal di
tepi barat Pegunungan Beor, dan para pejuang
terhebat mereka secara sukarela mengabdi pada
Vrael." Kemarahan meledak dalam suaranya bagai
derakan-derakan tajam "Galbatorix dan para
Terkutuk-nya membantai mereka di kota Uru'baen.
Lalu mereka terbang ke kami, membantai banyak
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
orang. Dari klan itu, hanya Grimstcarvlorss Anhuin
dan para penjaganya yang berhasil selamat. Anhuin
meninggal tidak lama kemudian karena berduka, dan
anak buahnya mengganti nama mereka menjadi Az
Sweldn rak Anhuin, Air Mata Anhuin, menutupi wajah
untuk mengingatkan diri akan kehilangan dan
keinginan mereka untuk membalas dendam." Pipi
Eragon terasa bagai tersengat karena malu sementara
ia berusaha keras agar wajahnya tidak menampilkan
ekspresi apa pun. "Jadi," kata Udin, menatap kue-kue
dengan ceria, "mereka membangun kembali klannya
selama beberapa dekade ini, menunggu dan memburu
kesempatan untuk membalas. Dan sekarang kau
datang, membawa lambang Hrothgar. Itu penghinaan
terburuk bagi mereka, tidak peduli jasamu di Farthen
Dur. Karena itulah mereka melemparkan cincinnya
tantangan tertinggi. Itu berarti Durgrimst Az Sweldn
rak Anhuin akan menentangmu dengan segenap sumber
daya mereka, dalam segala hal, besar atau kecil.
Mereka menantangmu terang-terangan, menyatakan
diri sebagai musuh bebuyutanmu." "Apa mereka
berniat menyakitiku secara fisik?" tanya Eragon kaku.
Tatapan Undin goyah sejenak sementara ia melirik
Gannel, lalu menggeleng dan tertawa serak yang,
mungkin, lebih keras daripada yang seharusnya.
"Tidak, Shadeslayer! Bahkan mereka pun tidak berani
menyakiti tamu. Itu dilarang. Mereka hanya ingin kau
pergi, pergi, pergi." Tapi Eragon masih penasaran.
Lalu Undin berkata, "Please, kita jangan
membicarakan masalah yang tidak menyenangkan ini
lebih jauh. Gannel dan aku menawarkan hidangan dan
anggur madu kami dalam persahabatan; bukankah itu
yang penting?" Pendeta menggumam menyetujui.
"Kuhargai," kata Eragon, akhirnya mengalah. Saphira
memandangnya dengan tatapan khidmat dan berkata,
Mereka takut, Eragon. Takut dan marah karena
dipaksa menerima bantuan Penunggang. Aye. Mereka
mungkin bertempur bersama kita, tapi mereka tidak
bertempur bagi kita. CELBEDEIL Pagi tanpa subuh
menampakkan Eragon di aula utama Undin,
mendengarkan sementara ketua klan itu berbicara
dengan Orik dalam Bahasa Dwarvish. Undin berhenti
bicara sewaktu Eragon mendekat, lalu berkata, "Ah,
Shadeslayer. Tidurmu nyenyak?" "Ya." "Bagus." Ia
memberi isyarat ke arah Orik. "Kami sudah
mempertimbangkan keberangkatanmu. Tadinya kuharap
kau bisa menghabiskan sedikit waktu bersama kami.
Tapi mengingat situasi, rasanya paling baik kalau kau
melanjutkan perjalanan besok pagi-pagi sekali,
sewaktu yang mungkin akan mempersulit dirimu di
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jalan masih sedikit. Pasokan dan transportasi sedang
disiapkan bahkan saat aku mengatakan ini. Atas
permintaan Hrothgar, pengawal akan mendampingi
kalian hingga Ceris. Aku menambah jumlahnya dari
tiga menjadi tujuh." "Dan sementara itu?" Undin
mengangkat bahunya yang berbulu. "Tadinya aku
berniat menunjukkan kehebatan Tarnag padamu, tapi
sekarang bodoh sekali kalau kau berkeliaran di
kotaku. Namun Grirnstborith Gannel mengundangmu ke
Celbedeil untuk menghabiskan hari ini. Terimalah
kalau kau mau. Kau aman bersamanya." Ketua klan
seperti melupakan penilaian awalnya bahwa Az Sweldn
rak Anhuin tidak akan menyakiti tamu. "Terima kasih,
mungkin akan kuterima." Sewaktu Eragon
meninggalkan aula, ia menarik Orik ke samping dan
bertanya, "Seberapa serius permusuhan ini,
sebenarnya" Aku harus tahu kebenarannya." Orik
menjawab dengan keengganan yang nyata. "Di masa
lalu bukan tidak biasa perseteruan berdarah ter
Bidadari Pendekar Naga Sakti
us berlangsung hingga beberapa generasi. Satu
keluarga bisa musnah seluruhnya karena itu. Az
Sweldn rak Anhuin terlalu tergesa-gesa menggunakan
cara lama; cara itu sudah tidak digunakan lagi sejak
perang klan terakhir... Sebelum mereka membatalkan
sumpah kau harus berhati-hati terhadap tipuan
mereka, entah selama setahun atau seabad. Sayang
sekali persahabatanmu dengan Hrothgar justru
menyebabkan hal ini, Eragon. Tapi kau tidak
sendirian. Durgrimst Ingeitum mendampingimu dalam
hal ini." Begitu tiba di luar, Eragon bergegas
mendekati Saphira, yang menghabiskan malam dengan
bergelung di halaman. Apa kau keberatan kalau aku
berkunjung ke Celbedeil" Pergilah kalau memang
harus. Tapi bawa Zar'roc. Eragon mematuhi sarannya,
juga menyelipkan gulungan dokumen Nasuada ke balik
tuniknya. Sewaktu Eragon mendekati gerbang pagar
aula, lima kurcaci mendorong balok kayu besar ke
samping, lalu mengelilinginya, tangan pada kapak dan
pedang sementara mereka memeriksa jalan. Para
pengawal tetap mengikuti sementara Eragon menapaki
kembali jalan yang ditempuhnya kemarin ke pintu
masuk paling depan Tarnag yang diblokir. Eragon
menggigil. Kekosongan kota terasa tidak wajar.
Pintu-pintu tertutup, jendela-jendela juga, dan
beberapa pejalan kaki terlihat mengalihkan pandangan
dan berbelok memasuki lorong-lorong untuk
mengindari berpapasan dengannya. Mereka takut
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terlihat berada di dekatku, pikirnya menyadari.
Mungkin karena mereka mereka tahu Az Sweldn rak
Anhuin akan menghukum siapa saja yang membantuku.
Karena ingin meninggalkan jalan terbuka, Eragon
mengangkat tangan untuk mengetuk, tapi sebelum ia
sempat melakukannya, satu pintu bergeser keluar, dan
kurcaci berjubah hitam memanggil dari dalam. Setelah
mengeratkan sabuk pedang, Eragon masuk,
meninggalkan para pengawalnya di luar. Kesan
pertamanya adalah warna. Hijau membara yang
melapisi bangunan Celbedeil yang berpilar, seperti
mantel yang diselimutkan menutupi bukit simetris
tempat kuil itu berdiri. Tanaman ivy merayapi
dinding-dinding kuno bangunan berupa tali yang
berbulu sepanjang kaki demi kaki, embun masih
mengilap di dedaunannya yang lancip. Dan
melengkung di atas semua itu, tapi masih kalah tinggi
daripada pegunungannya, adalah cungkup putih
raksasa berusuk emas pahatan. Kesannya selanjutnya
adalah wangi. Bunga dan dupa membaurkan
keharumannya, menebarkan aroma yang begitu halus
hingga Eragon merasa mampu hidup dari aroma
tersebut semata. Yang terakhir adalah suara, karena
sekalipun banyak pendeta berlalu lalang di sepanjang
lorong-lorong bermosaik dan lahan kuil yang luas,
satu-satunya suara yang dikenali Eragon hanyalah
desir pelan gagak hitam yang melayang di atas
kepala. Si kurcaci kembali memberi isyarat dan
menyusuri jalan utama menuju Celbedeil. Saat mereka
berjalan melewati hiasan depan atapnya, Eragon
hanya bisa terpesona melihat kekayaan dan keahlian
yang ditampilkan di sekelilingnya. Dinding-dinding
dihiasi batu permata berbagai warna dan
potongan--semua tanpa cacat--dan emas merah
dipalukan ke pembuluh-pembuluh yang malang
melintang di langit-langit, dinding, dan lantai batu.
Mutiara dan perak jadi aksennya. Sesekali, mereka
melewati partisi tipis berukir yang sepenuhnya dari
batu giok. Kuil itu tidak memiliki hiasan kain.
Sebagai gantinya, para kurcaci memahat puluhan
patung, banyak yang menggambarkan para monster
dan dewa dalam pertempuran legendaris. Sesudah
naik beberapa lantai, mereka melewati pintu tembaga
mengilap dan dihiasi pola-pola simpul yang rumit,
memasuki ruangan berlantai kayu. Perisai
menggantung berat di dinding-dindingnya, bersama


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rak-rak berisi tongkat berpedang Yang mirip dengan
yang digunakan Angela di Farthen Dur. Cannel ada di
sana, berlatih-tanding dengan tiga kurcaci Yang lebih
muda. Mantel ketua klan itu digulung di atas pahanya
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hingga ia bisa bergerak bebas, wajahnya merengut
buas sementara tongkat kayu berputar-putar di
tangannya, pisau-pisau yang tidak diasah
menyambar-nyambar bagai lebah. Dua kurcaci
menerjang Gannel, hanya untuk dilumpuhkan dengan
dentangan kayu dan logam saat ia berputar melewati
mereka, menghantam lutut dan kep
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ala mereka, dan mengempaskan mereka ke lantai.
Eragon tersenyum melihat Gannel melumpuhkan lawan
terakhirnya dengan serangkaian pukulan cepat yang
cemerlang. Akhirnya ketua klan itu menyadari
kehadiran Eragon dan membubarkan kurcaci-kurcaci
lain. Sementara Gannel meletakkan senjata di rak,
Eragon berkata, "Apa semua Quan seahli itu dengan
pedang" Rasanya itu keahlian yang aneh bagi
pendeta." Gannel memandanginya. "Kami harus
mampu membela diri, bukan" Banyak musuh yang
mengincar tanah ini." Eragon mengangguk. "Itu
pedang yang unik. Aku belum pernah melihat yang
seperti itu, kecuali yang digunakan ahli
tumbuh-tumbuhan dalam pertempuran di Farthen Dur."
Kurcaci itu menghirup udara, lalu mendesiskannya
keluar melalui sela gigi-giginya. "Angela."
Ekspresinya berubah masam. "Ia mendapatkan
tongkatnya dari pendeta dalam permainan teka-teki.
Tipuan yang jahat, karena hanya kami satusatunya
yang diperkenankan menggunakan huthvirn. Ia dan
Arya...." Ia mengangkat bahu dan melangkah ke meja
kecil, tempat ia mengisi dua gelas besar dengan bir
putih. Setelah mengulurkan segelas pada Eragon, ia
berkata, "Kuundang kau kemari hari ini atas
permintaan Hrothgar. Ia memberitahuku bahwa kalau
kau menerima tawarannya untuk menjadi Ingeitum, aku
harus mengenalkan tradisi kurcaci padamu." Eragon
menghirup birnya dan membisu, mengamati bagaimana
alis tebal Gannel menangkap cahaya, bayang-bayang
menuruni pipi-pipinya dari tepinya yang kurus. Ketua
klan itu melanjutkan. "Belum pernah ada orang luar
yang diajari kepercayaan rahasia kami, dan kau juga
tidak boleh membicarakannya dengan manusia atau
elf. Tapi tanpa pengetahuan ini, kau tidak bisa
memahami apa artinya menjadi knurla. Kau Ingeitum
sekarang: darah kami, daging kami, kehormatan kami.
Kau mengerti?" "Mengerti." "Ikut aku." Sambil tetap
membawa bir, Gannel mengajak Eragon dari ruang
latihan melewati lima koridor besar, berhenti di
ambang pintu melengkung menuju ruangan yang samar
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
akibat dupa. Di depan mereka, patung menjulang dari
lantai ke langit-langit, cahaya samar menerangi wajah
muram kurcaci yang dipahat kasar dari granit cokelat.
"Siapa kurcaci ini?" tanya Eragon, terintimidasi.
"Guntera, Raja para Dewa. Ia pejuang dan terpelajar,
sekalipun suasana hatinya selalu berubah-ubah, jadi
kami membakar sajian untuk memastikan kasihnya
pada saat solstice--saat matahari berada di titik
terjauh--sebelum membajak, dan saat-saat kematian
dan kelahiran." Gannel memuntir tangannya dengan
gerakan yang aneh dan membungkuk ke patung. "Pada
dirinya kami berdoa sebelum bertempur, karena ia
membentuk tanah ini dari tulang seorang raksasa dan
menata dunia. Semua alam merupakan karya Guntera."
Lalu Gannel mengajarkan pada Eragon cara yang
benar untuk memberi hormat pada dewa, menjelaskan
tanda-tanda dan kata-kata yang digunakan. Ia
menerangkan arti dupa--bahwa dupa melambangkan
kehidupan dan kebahagiaan--dan selama
bermenit-menit yang panjang menceritakan berbagai
legenda tentang Guntera, bahwa dewa itu dilahirkan
serigala betina dalam bentuk sempurna pada awal
masa bintang-bintang, bahwa ia bertempur melawan
para monster dan raksasa untuk memenangkan tempat
bagi kerabatnya di Alagaesia, dan bagaimana ia
menjadikan Kilf, dewi sungai dan laut, sebagai
pasangannya. Lalu mereka mengunjungi patung Kilf,
yang diukir dengan cermat dari batu biru pucat.
Rambutnya berkibar ke belakang bagai hidup,
bergulung-gulung turun di lehernya dan membingkai
mata ametisnya. Tangannya menangkup di atas teratai
air dan sepotong batu merah berpori yang tidak
dikenal Eragon. Apa itu?" tanyanya, sambil menunjuk.
"Koral yang diambil dari dalam lautan yang
membatasi Beor." "Koral?" Gannel menenggak bir,
lalu berkata, "Para penyelam kami menemukannya
sewaktu mencari mutiara. Tampaknya, di air asin,
batu-batu tertentu tumbuh seperti tanaman." Eragon
menatap penasaran. Ia tidak pernah menduga batu
kecil atau besar hidup, tapi di sini ada bukti bahwa
untuk tumbuh yang dibutuhkan hanyalah air dan
garam. Dengan begini akhirnya jelas kenapa batu-batu
terus bermunculan di ladang mereka di Lembah
Palancar, bahkan sesudah Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanahnya disisir bersih setiap musim semi. Mereka
tumbuh! Mereka melanjutkan ke Urur, penguasa udara
dan langit, dan saudaranya Morgothal, dewa api. Di
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
patung Morgothal yang berwarna merah tua, pendeta
itu menceritakan bagaimana kedua bersaudara
tersebut begitu saling menyayangi hingga mereka
tidak bisa mandiri. Dengan begitu, istana Morgothal
membara di langit pada siang hari, dan bunga api dari
bengkelnya muncul di atas kepala setiap malam. Juga,
karena itu, Urur terus memberi makan saudaranya
agar tidak tewas. Hanya dua dewa lagi yang tersisa
sesudah itu: Sindri--ibu bumi--dan Helzvog. Patung
Helzvog berbeda dari patung-patung lain. Dewa
telanjang itu agak membungkuk di atas bongkahan
batu api kelabu sebesar kurcaci, mengelusnya dengan
ujung telunjuk. Otot-otot punggungnya menonjol dan
menggumpal karena tegangan yang tidak manusiawi,
tapi ekspresinya sangat lembut, seakan yang ada di
depannya adalah bayi yang baru lahir. Suara Gannel
berubah pelan. "Guntera mungkin Raja Dewa, tapi
Helzvog yang menguasai hati kami. Ia yang merasa
tanah seharusnya dihuni orang-orang sesudah raksasa
dilenyapkan Dewa-dewa lain tidak setuju, tapi Helzvog
mengabaikan mereka dan, diam-diam, membentuk
kurcaci pertama dari akar-akar pegunungan. "Sewaktu
perbuatannya terungkap, kecemburuan melanda
dewa-dewa dan Guntera menciptakan elf untuk
mengendalikan Alagaesia bagi dirinya sendiri. Lalu
Sindri menciptakan manusia dari tanah, Urur dan
Morgothal menggabungkan pengetahuan mereka dan
melepas naga-naga ke tanah. Hanya Kilf yang
menahan diri. Jadi ras-ras pertama memasuki dunia
ini." Eragon menyerap kata-kata Gannel, menerima
ketulusan ke, tua klan itu tapi tidak mampu mengusir
pertanyaan sederhana: Dari mana ia tahu" Eragon
merasa kikuk untuk mengajukan pertanyaan itu, jadi ia
hanya mengangguk sambil mendengarkan. "Ini," kata
Gannel, menghabiskan bir, "membawa kita ke hal yang
paling penting, yang aku tahu sudah dibicarakan Orik
bersamamu... Semua kurcaci harus dimakamkan dalam
batu, kalau tidak roh kami tidak akan pernah
bergabung dengan Helzvog di aulanya. Kami tidak
berasal dari tanah, air, atau api, tapi dari batu. Dan
sebagai Ingeitum, sudah menjadi tanggung jawabmu
untuk memastikan tempat peristirahatan yang layak
bagi kurcaci mana pun yang mungkin tewas saat
bersamamu. Kalau kau gagal-tanpa luka atau musuh
Hrothgar akan mengucilkan dirimu, dan tidak ada
kurcaci yang mengakui kehadiranmu hingga sesudah
kematianmu." Ia menegakkan bahu, menatap tajam
Eragon. "Masih banyak yang harus kaupelajari, tapi
pertahankan adat-adat yang kujelaskan hari ini, maka
kau sudah cukup baik." "Aku tidak akan lupa," kata
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon. Dengan puas, Gannel mengajaknya pergi dari
patung-patung dan menaiki tangga melingkar.
Sementara mereka mendaki, ketua klan itu
memasukkan tangan ke balik mantel dan mengeluarkan
seuntai kalung sederhana, rantai yang menembus
tangkai martil perak mini. Ia memberikannya pada
Eragon. "Ini permintaan Hrothgar yang lain padaku,"
Gannel menjelaskan. "Ia khawatir Galbatorix mungkin
mendapatkan bayangan dirimu dari benak Durza,
Ra'zac, atau prajurit mana pun yang melihat dirimu di
seluruh Kekaisaran." "Kenapa aku harus takut pada
hal itu?" "Karena dengan begitu Galbatorix bisa
men-scry dirimu. Mungkin sudah." Gelombang
ketakutan merayapi sisi tubuh Eragon, seperti ular es.
Seharusnya sudah kupikirkan, ia menegur dirinya
sendiri. "Kalung ini akan menghalangi siapa pun
men-scry dirimu atau nagamu, selama kau
mengenakannya. Aku sendiri yang memantrainya, jadi
seharusnya mampu bertahan bahkan terhadap benak
terkuat. Tapi berhati-hatilah, pada saat diaktifkan,
kalung ini akan mengisap kekuatanmu hingga
kautanggalkan atau bahaya telah berlalu."
"Bagaimana kalau aku tidur" Bisakah kalung ini
mengiSap semua energiku sebelum aku
menyadarinya?" "Nay. Kalung ini akan membangunkan
dirimu." Eragon memutar-mutar martil itu di sela
jemarinya. Sulit menghindari mantra orang lain,
apalagi mantra Galbatorix, Kalau Gannel sehebat ini,
mantra apa lagi yang mungkin tersembunyi dalam
hadiahnya" Ia menyadari ada sebaris kata yang
diukirkan pada kep Bidadari Pendekar Naga Sakti
ala martil. Bunyinya Astim Hefthyn. Tangga berakhir
saat ia bertanya, "Kenapa kurcaci menulis dengan
huruf yang sama seperti manusia?" Untuk pertama
kali sejak mereka bertemu, Gannel tertawa, suaranya
menggema ke seluruh kuil sementara bahunya yang
besar terguncang. "Justru sebaliknya; manusia
menulis menggunakan huruf kami. Sewaktu leluhurmu
mendarat di Alagaesia, mereka sama buta hurufnya
dengan kelinci. Tapi, dalam waktu singkat mereka
menyerap abjad kami dan mencocokkannya dengan
bahasa mereka. Beberapa katamu bahkan berasal dari
kami, seperti father--ayah, yang aslinya adalah
farthen." "Jadi kalau begitu Farthen Dur berarti...?"
Eragon mengenakan kalung itu dan menyelipkannya ke
balik tunik. "Ayah kami." Setelah berhenti di pintu,
Gannel menyilakan Eragon masuk ke galeri
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melengkung yang terletak tepat di bawah cungkup.
Jalur jalannya mengelilingi Celbedeil, memberikan
pemandangan melalui ambang-ambang pintu terbuka ke
pegunungan di belakang Tarnag, sebagaimana kota
berteras jauh di bawah. Eragon nyaris tidak melirik
pemandangannya, karena dinding dalam galeri itu
tertutup satu lukisan yang menyambung, pita narasi
raksasa yang dimulai dengan gambaran penciptaan
kurcaci di tangan Helvzog. Sosok-sosok dan
benda-benda bermunculan di permukaan dinding,
menimbulkan perasaan tidak nyata dengan
warna-warninya yang menyolok dan detailnya. Dengan
tertegun, Eragon bertanya, "Bagaimana cara membuat
ini?" "Setiap adegan diukir dari pelat-pelat marmer
kecil, yang disemprot dengan enamel, lalu dipasang
menjadi satu bagian Yang utuh." "Apa tidak lebih
mudah kalau menggunakan cat biasa?" "Memang,"
kata Gannel, "tapi kami ingin lukisan ini mampu
bertahan berabad-abad tanpa berubah. Enamel tidak
pernah memudar atau kehilangan kecemerlangannya,
tidak seperti cat minyak. Bagian pertama ini diukir
hanya satu dekade sesudah Farthen Dur ditemukan,
jauh sebelum para elf menapakkan kaki di Alagaesia."
Si pendeta meraih lengan Eragon dan membimbingnya
sepanjang diorama itu. Setiap langkah membawa
meseka melewati tahun-tahun sejarah yang tak
terhitung banyaknya. Eragon melihat bagaimana para
kurcaci dulu merupakan kaum nomaden di dataran
yang tampaknya tak bertepi, sampai tanah berubah
begitu panas dan gersang hingga mereka terpaksa
pindah ke Pegunungan Beor di selatan. Begitulah cara
Padang Pasir Hadarac terbentuk, ia menyadari,
terpesona. Sementara mereka terus menyusuri mural
itu, menuju bagian belakang Celbedeil, Eragon
menyaksikan segala sesuatu mulai dari penjinakan
Feldunost hingga pengukiran Isidar Mithrim,
pertemuan pertama antara kurcaci dan elf, dan
pengangkatan setiap raja baru kurcaci. Naga sering
muncul, membakar dan membantai. Eragon sulit
menahan komentar selama bagian-bagian ini.
Langkah-langkahnya melambat sementara lukisan
beralih ke kejadian yang sejak tadi diharapkannya:
perang antara kaum elf dan naga. Di sini para kurcaci
menyediakan ruang yang cukup luas untuk
menggambarkan kehancuran Alagaesia akibat kedua
ras itu. Eragon menggigil ngeri melihat pemandangan
elf dan naga saling membunuh. Pertempuran berlanjut


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga beryard-yard, setiap gambar lebih berdarah
daripada gambar sebelumnya, hingga kegelapan
terangkat dan seorang elf muda ditampilkan berlutut
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di tepi tebing, membawa sebutir telur naga putih. "Itu
&?" bisik Eragon. Aye, itu Eragon, Penunggang
Pertama. Ukirannya mirip, karena ia setuju menjadi
model bagi seniman kami." Sambil melangkah maju
karena terpesona, Eragon mengamati Walah orang
yang bernama sama dengannya itu. Selama ini
kubayangkan ia lebih tua. Elf itu memiliki mata miring
yang memandang ke bawah dari atas hidung paruh dan
dagu lancip, menyebabkan ekspresinya tampak keji.
Wajah yang asing, berbeda sama sekali dengan
wajahnya sendiri... tapi sikap bahunya, tinggi dan
tegang, mengingatkan Eragon akan perasaannya
sewaktu menemukan telur Saphira. Kita tidak terlalu
berbeda, kau dan aku, pikirnya, sambil menyentuh
enamel yang sejuk. Dan begitu telingaku mirip dengan
telingamu, kita benar-benar menjadi saudara yang
terpisah waktu... Aku ingin tahu, apa kqu setuju
dengan tindakan-tindakanku"
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia tahu mereka setidaknya telah mengambil satu
keputusan yang mirip: mereka sama, sama menyimpan
telurnya. Ia mendengar suara pintu dibuka dan
ditutup, dan berpaling melihat Arya mendekat dari
ujung seberang galeri. Arya mengamati dinding
dengan ekspresi kosong yang sama seperti yang
dilihat Eragon sewaktu elf itu menghadapi Dewan
Tetua. Apa pun emosi Arya, Eragon merasa situasi ini
menyebalkan elf itu. Arya memiringkan kepala.
"Grimstborith." "Arya." "Kau mengajarkan mitologimu
pada Eragon?" Gannel tersenyum datar. "Orang harus
selalu memahami iman masyarakat di mana ia menjadi
bagiannya." "Tapi paham tidak selalu berarti
percaya." Arya menunjuk pilar ambang pintu
melengkung. "Juga tidak berarti mereka yang
menyebarkan kepercayaan seperti itu melakukannya
untuk mendapatkan lebih daripada... keuntungan
material." "Kau mau mengingkari pengorbanan yang
dilakukan klanku untuk menyenangkan
saudara-saudara kami?" "Aku tidak mengingkari apa
pun, hanya ingin tahu manfaat apa yang bisa
diperoleh kalau kekayaanmu dibagikan di antara kaum
miskin, mereka yang kelaparan, gelandangan, atau
bahkan membeli persediaan untuk kaum Varden.
Sebaliknya, kau menumpuknya menjadi monumen bagi
harapanmu sendiri." "Cukup!" Kurcaci itu
mengepalkan tangan, wajahnya merah padam. "Tanpa
kami tanaman tidak akan bertahan akibat banjir,
Sungai-sungai dan danau-danau akan meluap. Ternak
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kami akan melahirkan makhluk buas bermata satu.
Langit sendih akan hancur berkeping-keping akibat
kemurkaan para dewa! Arya tersenyum. "Hanya doa
dan pelayanan kami yang mencegah hal itu terjadi.
Kalau bukan karena Helzvog, di mana--" Dalam waktu
singkat Eragon tidak lagi mampu mengikuti
pertengkaran itu. Ia tidak memahami kritikan samar
Arya terhadap Durgrimst Quart, tapi ia merasa dari
jawaban-jawaban Gannel bahwa, dengan cara yang
tidak langsung, Arya mengisyaratkan bahwa
dewa-dewa kurcaci tidak ada, meragukan kesehatan
mental setiap kurcaci yang memasuki kuil, dan
menunjukkan apa yang menurut elf itu merupakan
kesalahan dalam pemahaman mereka-semuanya dengan
suara yang ramah dan sopan. Sesudah beberapa
menit, Arya mengangkat tangan, menghentikan Gannel,
dan berkata, "Itulah perbedaan di antara kita,
Grimstborith. Kau mengabdikan diri pada apa yang
kaupercayai sendiri sebagai kebenaran tapi kau tidak
bisa membuktikannya. Dalam hal ini kita harus setuju
untuk tidak setuju." Ia lalu berbalik pada Eragon. "Az
Sweldn rak Anhuin membujuk penduduk Tarnag untuk
menentangmu. Undin, dan aku juga, percaya sebaiknya
kau tetap tinggal di balik dindingdindingnya hingga
pergi dari sini." Eragon ragu-ragu. Ia ingin melihat
Celbedeil lebih jauh, tapi kalau akan ada masalah, ia
harus berada di samping Saphira. Ia membungkuk
pada Cannel dan meminta diri. "Kau tidak perlu
meminta maaf, Shadeslayer," kata si ketua klan. Ia
memelototi Arya. "Lakukan apa yang harus
kaulakukan, dan semoga Guntera merestuimu."
Bersama-sama Eragon dan Arya meninggalkan kuil
dan, dengan dikelilingi selusin pejuang, berlari-lari
kecil melintasi kola. Saat mereka berlari, Eragon
mendengar teriakan-teriakan dari kerumunan yang
marah di teras yang lebih rendah. Sebutir batu
melayang ke atap di dekatnya. Gerakan itu menarik
pandangannya ke kepulan asap hitam yang membubung
dari tepi kota. Begitu tiba di aula, Eragon bergegas
ke kamar. Di sana ia mengenakan jala bajanya;
mengikat pelindung kaki ke tulang kerlng dan penguat
ke lengan bawah; ia mengenakan topi, kerudung jala
baja, lalu helmnya; dan menyambar perisai. Setelah
meraup tas dan kantong pelana, ia berlari kembali ke
halaman-- tempat ia duduk di samping kaki kanan
depan Saphira. Tarnag seperti bukit semut yang
dihancurkan, kata Saphira. Semoga saja kita tidak
digigit. Arya menggabungkan diri dengan mereka
dalam waktu singkat, begitu juga lima puluh kurcaci
bersenjata lengka yang mengambil tempat di tengah
Pendekar Cambuk Naga Seruling Kematian m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
halaman. Para kurcaci itu menunggu dengan sabar,
bercakap-cakap pelan sambil terus menatap gerbang
yang diblokir dan pegunungan yang menjulang di
belakang mereka. "Mereka takut," kata Arya, sambil
duduk di samping Eragon "kurcaci-kurcaci l
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ain akan menghalangi kita mencapai rakit." "Saphira
selalu bisa menerbangkan kita keluar." "Juga
Snowfire" Dan para pengawal Undin" Tidak, kalau
dihentikan, kita harus menunggu kemarahan para
kurcaci mereda." Ia mengamati langit yang bertambah
gelap. "Sial sekali kau berhasil menyinggung perasaan
begitu banyak kurcaci, tapi mungkin itu tidak
terelakkan. Klan-klan sejak dulu bertentangan; apa
yang menyenangkan klan yang satu memicu kemurkaan
klan yang lain." Eragon mengelus tepi jala bajanya
dengan jari. "Seandainya saja aku tidak menerima
tawaran Hrothgar." "Ah, ya. Sama seperti Nasuada,
kurasa kau mengambil satusatunya pilihan yang layak.
Kau tidak bisa disalahkan. Kesalahannya, kalau ada,
terletak pada Hrothgar karena mengajukan tawaran
itu. Ia seharusnya menyadari keributan yang akan
diakibatkannya." Kesunyian menyelimuti selama
beberapa menit. Setengah lusin kurcaci berbaris
mengelilingi halaman, melemaskan kaki. Akhirnya
Eragon bertanya, "Kau memiliki keluarga di Du
Weldenvarden?" Lama sekali baru Arya menjawab.
"Tidak satu pun Yang dekat denganku." "Kenapa...
kenapa begitu?" Arya kembali ragu-ragu. "Mereka
tidak menyukai pilihanku menjadi duta dan wakil Ratu;
rasanya tidak pantas. Sewaktu kuabaikan keberatan
mereka dan tetap mentato yawe di bahuku--yang
menunjukkan aku mengabdikan diri pada tujuan yang
lebih baik bagi ras kami, sebagaimana cincin yang kau
dapat dari Brom--keluargaku menolak bertemu
denganku lagi." "Tapi itu lebih dari tujuh puluh tahun
yang lalu," Eragon memprotes. Arya membuang muka,
menutupi wajah di balik rambut. Eragon berusaha
membayangkan bagaimana rasanya bagi elf
ini--dikucilkan dari keluarga dan dikirim untuk tinggal
bersama dua ras yang berbeda sama sekali. Tidak
heran sikapnya begitu tertutup, Eragon menyadari.
"Apa ada elf lain di luar Du Weldenvarden?" Sambil
tetap menutupi wajah, Arya berkata, "Kami bertiga
dikirim dari Ellesmera. Faolin dan Glenwing selalu
bepergian bersamaku setiap kali kami membawa telur
Saphira antara Du Weldenvarden dan Tronjheim.
Hanya aku yang selamat dari sergapan Durza."
"Seperti apa mereka?" "Pejuang yang bangga.
Glenwing senang berbicara pada burung-burung
menggunakan pikirannya. Ia suka berdiri di hutan
dikelilingi kawanan burung penyanyi dan
mendengarkan nyanyian mereka selama berjam-jam.
Sesudahnya, ia mungkin menyanyikan lagu terindah
bagi kami." "Dan Faolin?" Kali ini Arya menolak
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menjawab, sekalipun tangannya makin erat
mencengkeram busur. Tak gentar, Eragon mencari
topik pembicaraan lain. "Kenapa kau begitu tidak
menyukai Gannel?" Arya tiba-tiba berbalik
memandangnya dan menyentuh pipi Eragon dengan
jemarinya yang halus. Eragon mengernyit terkejut.
"Itu," kata Arya, "pembicaraan untuk lain waktu." Lalu
ia bangkit dan dengan tenang pindah ke seberang
halaman. Dengan kebingungan Eragon menatap
punggung elf itu. Aku tidak mengerti, katanya, sambil
menyandar ke perut Saphira. Saphira mendengus, geli,
lalu melilitkan leher dan ekornya pada Eragon dan
langsung tertidur. Sementara lembah semakin gelap,
Eragon berjuang keras untuk tetap waspada. Ia
mengeluarkan kalung pemberian Cannel dan
memeriksanya beberapa kali dengan sihir, tapi alnya
mendapati mantra penjaga dari pendeta itu. Ia
menyerah mengembalikan kalung ke balik tunik,
menarik perisai nutupi dirinya dan menunggu malam
berlalu. Seiring munculnya cahaya pertama di
langit-sekalipun lernbah sendiri masih remang-remang
dan akan tetap begitu hingga nyaris tengah
hari--Eragon membangunkan Saphira. Para kur, caci
telah terjaga, sibuk membungkus senjata agar bisa
diam-diam menyelinap melintasi Tarnag. Undin bahkan
meminta Eragon mengikatkan kain ke cakar Saphira
dan ladam Snowfire. Sesudah semua siap, Undin dan
para pejuangnya berkumpul mengelilingi Eragon,
Saphira, dan Arya. Gerbang dibuka dengan
hati-hati--tidak terdengar suara dari engsel-engselnya
yang telah diminyaki--lalu mereka berangkat ke
danau. Tarnag tampak kosong, jalanan yang sunyi
diapit rumah-rumah tempat para penghuninya
berbaring tak sadarkan diri dan bermimpi. Beberapa
kurcaci yang mereka temui menatap mereka tanpa sua
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ra, lalu melanjutkan perjalanan seperti hantu-hantu di
saat senja. Di gerbang setiap teras, penjaga
melambai menyuruh mereka terus tanpa berkomentar.
Dalam waktu singkat mereka meninggalkan
gedung-gedung dan mendapati diri menyeberangi
ladang-ladang kosong ke dasar Tarnag. Selepas itu,
mereka tiba di dermaga batu di tepi air kelabu yang
tenang. Di sepanjang dermaga terikat dua rakit lebar
yang menunggu mereka. Tiga kurcaci berjongkok di
rakit pertama, empat di rakit kedua. Mereka berdiri
saat Undin muncul. Eragon membantu para kurcaci
menutup mata Snowfire, lalu membujuk kuda yang
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
enggan itu naik ke rakit kedua, di mana ia dipaksa
berlutut dan diikat. Sementara itu, Saphira
menyelinap dari dermaga ke dalam danau. Hanya
kepalanya yang tetap berada di permukaan saat ia
berenang. Undin mencengkeram lengan Eragon. "Kita
berpisah di sini. Kau didampingi orang-orang
terbaikku; mereka akan melindungimu hingga tiba di
Du Weldenvarden." Eragon berusaha mengucapkan
terima kasih, tapi Undin menggeleng. Tidak, tidak
perlu berterima kasih. Ini kewajibanku. Aku hanya
malu karena masa tinggalmu di sini dinodai kebencian
Az Sweldri rak Anhuin." Eragon membungkuk, lalu
naik ke rakit pertama bersam Orik dan Arya. Tali-tali
tambatan dilepaskan, dan para kurcaci mendorong
rakit-rakit menjauhi pantai dengan tongkat panjang.
Seiring mendekatnya subuh, kedua rakit itu hanyut ke
mulut Az Ragni, Saphira berenang di antara keduanya.
BUTIR-BUTIR BERLIAN DI MALAM HARI Kekaisaran
memasuki rumahku. Begitulah pikiran Roran saat
mendengarkan erangan kesakitan orang-orang yang
luka dalam pertempuran kemarin malam menghadapi
Ra'zac dan para prajurit. Roran menggigil ketakutan
dan murka hingga seluruh tubuhnya bergetar seperti
demam, menyebabkan pipinya terasa terbakar dan
napasnya tersengal-sengal. Dan ia sedih, begitu
sedih... seakan tindakan Ra'zac menghancurkan
kepolosan tempat tinggal masa kanak-kanaknya.
Setelah meninggalkan tabib, Gertrude, yang merawat
mereka yang luka, Roran terus berjalan ke rumah
Horst, menyadari dinding-dinding darurat yang
mengisi sela bangunan-bangunan: papan, tong,
tumpukan batu, dan kepingan dua kereta yang
dihancurkan ledakan Ra'zac. Semua tampak sangat
rapuh. Beberapa orang yang lalu lalang di Carvahall
tampak nanar karena shock, berduka, dan kelelahan.
Roran juga kelelahan, lebih daripada yang pernah
dirasakannya sepanjang ingatannYa, Ia belum tidur
sejak dua malam yang lalu, dan lengan serta


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

punggungnya terasa sakit akibat bertempur. Ia masuk
ke rumah Horst dan melihat Elain berdiri dekat
ambang pintu ruang makan yang terbuka,
mendengarkan percakapan yang tertis terdengar dari
dalam. Elain memanggilnya. Sesudah mereka berhasil
menggagalkan serangan balasan Ra'zac, para pemuka
Carvahall mengurung diri dalam usaha memutuskan
tindakan apa yang harus diambil penduduk desa dan
apakah Horst dan sekutunya akan dihukum karena
memulai serangan. Kelompok ini berdiskusi hampir
sepanjang pagi. Roran rnengintip ke dalam ruangan.
Di sekeliling meja panjang terdapat Birgit, Loring,
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sloan, Gedric, Delwin, Fisk, Morn, dan sejumlah orang
lain. Horst duduk di kepala meja. "... dan menurutku
tindakan itu bodoh dan ceroboh!" seru Kiselt, sambil
menumpukan tubuh di sikunya yang kurus. "Kau tidak
memiliki alasan untuk membahayakan--" Morn
melambai. "Kita sudah membicarakan masalah ini.
Apakah yang telah dilakukan seharusnya dilakukan
atau tidak, tak penting lagi. Kebetulan aku
setuju--Quimby temanku, juga teman yang lain-lain,
dan aku ngeri memikirkan apa yang akan dilakukan
monster-monster tersebut pada Roran... tapi yang
ingin kuketahui adalah bagaimana cara kita
menghindari bencana ini." "Mudah, bunuh saja para
prajuritnya!" salak Sloan. "Lalu apa" Akan datang
lebih banyak lagi hingga kita tenggelam dalam lautan
tunik merah. Bahkan kalau Roran kita serahkan, tidak
ada gunanya; kau dengar apa yang dikatakan
Ra'zac--mereka akan membunuh kita kalau melindungi
Roran dan memperbudak kita kalau tidak
melindunginya. Kau mungkin memiliki pendapat yang
berbeda, tapi, bagiku sendiri, aku lebih baik mati
daripada menjalani hidup seba
Bidadari Pendekar Naga Sakti
gai budak." Morn menggeleng, mulutnya membentuk
garis yang kaku. "Kita tidak bisa bertahan." Fisk
mencondongkan tubuh ke depan. "Kita bisa pergi."
"Tidak ada tempat yang bisa kita datangi," balas
Kiselt. "Di belakang kita ada Spine, para prajurit
memblokir jalan, dan di belakang mereka ada
Kekaisaran." "Semua ini salahmu," seru Thane,
sambil menunjuk Horst dengan jari gemetar. "Mereka
akan membakar rumah kita dan membunuh anak-anak
kita karena perbuatanmu. Karena kau!" Horst bangkit
begitu cepat hingga kursinya terlempar kebelakang.
"Di mana kehormatanmu, Bung" Apa kau akan
membiarkan mereka menyantap kita tanpa melawan?"
"Ya, kalau melawan berarti bunuh diri." Thane melotot
ke sekeliling meja, lalu menghambur keluar melewati
Roran. Wajahnya berkerut karena ketakutan luar
biasa. Lalu Gedric melihat Roran dan melambai
memanggilnya masuk. "Masuk, masuk, kami
menunggumu." Roran mengepalkan tangan di
punggung bawe.hnya semen, tara beberapa pasang
mata menatap tajam dirinya. "Bagaimana aku bisa
membantu?" "Kupikir," kata Gedric, "kami semua
setuju tidak ada gunanya menyerahkan dirimu pada
Kekaisaran saat ini. Apakah ada gunanya atau tidak
kalau kami menyerahkan kau bukanlah masalah untuk
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
saat ini. Satu-satunya yang bisa kita lakukan
hanyalah bersiap menghadapi serangan lagi. Horst
akan rnembuat mata tombak-dan senjata-senjata lain
kalau sempat--dan Fisk setuju membuat perisai.
Untungnya, bengkel tukang kayunya tidak terbakar.
Dan harus ada yang memimpin pertahanan kita. Kami
senang kalau kau mau. Kau akan mendapat banyak
bantuan." Roran mengangguk. "Aku akan berusaha
sebaik-baiknya." Di samping Morn, Tara berdiri,
menjulang di atas suaminya. Ia wanita bertubuh besar,
dengan rambut hitam berhias uban dan tangan kuat
yang mampu memuntir putus kepala ayam juga
memisahkan orang berkelahi. Ia berkata, "Pastikan
begitu, Roran, kalau tidak, akan lebih banyak lagi
yang harus kita makamkan." Lalu ia berpaling pada
Horst. "Sebelum kita bertindak lebih jauh, ada
orang-orang yang harus dimakamkan. Dan ada
anak-anak yang harus dikirim ke tempat yang aman,
mungkin ke pertanian Cawley di Nost Creek.
Sebaiknya kau juga ke sana, Elain." "Aku tidak akan
meninggalkan Horst," bantah Elain tenang. Tara
meradang. "Ini bukan tempat bagi wanita yang sedang
hamil lima bulan. Kau akan kehilangan anakmu kalau
berkeliaran seperti itu." "Akan lebih berbahaya
bagiku kalau aku khawatir tanpa tahu apa-apa
daripada tetap di sini. Aku sudah melahirkan kedua
putraku; aku akan tetap tinggal, dan aku tahu kau dan
semua istri lain di Carvahall juga bakal begitu."
Horst mengitari meja dan, dengan ekspresi lembut,
meraih tangan Elain. "Aku juga tidak mau kau ada di
mana pun kecuali di sisiku. Tapi anak-anak harus
pergi. Cawley akan menjaga mereka dengan baik, tapi
kita harus memastikan rute ke tanah pertaniannya
aman." "Bukan hanya itu," kata Loring serak, "tidak
satu pun dari kita, tidak satu pun yang ada kaitannya
dengan keluarga-keluarga di lembah, selain dari
Cawley, tentu saja. Mereka tidak bisa membantu kita,
dan kita tidak ingin para penghujat itu mengganggu
mereka." Semua orang setuju pendapatnya benar, lalu
pertemuan berakhir dan mereka yang hadir menyebar
ke seluruh Carvahall. Tapi, dalam waktu singkat,
mereka berkumpul "kembali--bersama sebagian besar
penduduk desa--di pemakaman kecil di belakang
rumah Gertrude. Sepuluh mayat terbungkus kain putih
diletakkan di samping makam masing-masing,
seberkas ranting hemlock diletakkan di dada mereka
yang dingin dan jimat perak melingkar di leher
masing-masing. Gertrude melangkah maju dan
menyebutkan nama mereka masing-masing, "Parr,
Wyglif, Ged, Bardrick, Farold, hale, Garner, Kelby,
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Melkolf, dan Albem." Ia meletakkan batu kerikil hitam
menutupi mata mereka, lalu mengangkat kedua
lengannya, menengadah ke langit, dan melantunkan
doa pengiring kematian. Air mata menetes dari sudut
matanya yang terpejam sementara suaranya naik-turun
seiring doa, mendesah dan mengerang bersama
kedukaan desa. Ia bernyanyi tentang bumi dan malam
serta kedukaan tanpa akhir manusia yang tidak bisa
dihindari siapa pun. Se Bidadari Pendekar Naga Sakti
sudah nada duka terakhir memudar dalam kesunyian,
para anggota keluarga memuji kebaikan mereka yang
telah meninggal. Lalu mayat-mayat itu dimakamkan.
Sementara Roran mendengarkan, tatapannya terarah
ke gundukan tak bertanda tempat ketiga prajurit
dikuburkan. Satu dibunuh Nolfavrell, dan dua olehku.
Ia masih bisa merasakan entakan otot dan tulang...
berderak... hancur dihantam martilnya. Ia ingin
muntah dan terpaksa berjuang keras untuk tidak
muntah di depan seluruh penduduk desa. Aku yang
menghancurkan mereka. Roran tidak pernah menduga
dan tidak ingin membunuh dan tapi ia telah membunuh
lebih banyak daripada siapa pun di Carvahall. Ia
merasa seolah alisnya ditandai dengan darah. Ia
berlalu secepat mungkin--bahkan tidak berhenti untuk
bercakap-cakap dengan Katrina--dan naik ke tempat ia
bisa mengamati Carvahall dan mempertimbangkan cara
terbaik melindunginya. Sialnya, rumah-rumah terpisah
terlalu jauh untuk bisa membangun pertahanan dengan
hanya memperkuat sela-sela di antara bangunan.
Roran juga merasa tidak ada gunanya membiarkan
para prajurit bertempur di dekat dinding rumah
orang-orang dan menginjak kebun mereka. Sungai
Anora menjaga sisi barat kami, pikirnya, tapi bagian
Carvahall lain, kami bahkan tidak bisa mengusir anak
kecil dari sana... Apa yang bisa kami baugun dalam
waktu beberapa jam yang cukup kuat untuk jadi
penghalang" Ia berlari ke tengah desa dan berteriak,
"Aku memerlukan bantuan semua yang bebas untuk
menebang pohon-pohon!" Semenit kemudian,
orang-orang mulai keluar dari rumah dan melintasi
jalan. "Ayo, lebih banyak lagi! Kita semua harus
membantu!" Roran menunggu sementara kerumunan di
sekitarnya semakin banyak. Salah seorang putra
Loring, Darmmen, menerobos ke sampingnya. "Apa
rencanamu?" Roran mengeraskan suara agar mereka
semua bisa mendengar. "Kita membutuhkan dinding
untuk mengelilingi Carvahall; semakin tebal semakin
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
baik. Kupikir kalau kita menebang beberapa pohon
besar, meletakkannya miring, dan menajamkan
cabang-cabangnya, Ra'zac akan cukup sulit
melewatinya." "Menurutmu berapa banyak pohon yang
dibutuhkan?" tanya Orval. Roran ragu-ragu, berusaha
menghitung keliling Carvahall. "Sedikitnya lima puluh.
Mungkin enam puluh lebih tepat." Orang-orang memaki
dan mulai berdebat. "Tunggu! Roran menghitung
jumlah orang dalam kerumunan. Jumlahnya empat
puluh delapan. "Kalau kalian masing-masing menebang
Satu pohon dalam satu jam mendatang, kita dapat
menyelesaikannya. Kalian bisa?" "Menurutmu kami ini
apa?" tegur Orval. "Terakhir kali aku membutuhkan
waktu satu jam untuk menebang sebatang Pohon
adalah sewaktu aku berusia sepuluh tahun!" Darmmen
berbicara, "Bagaimana dengan semak duri" apa bisa
melilitkannya ke pohon. Aku tida tahu siapa yang bisa
memanjat melewati tumbukan sulur berduri." Roran
tersenyum. "Gagasan yang hebat. Selain itu, kalian
yang memiliki putra, perintahkan mereka memasang
kekang kuda kalian agar kita bisa menyeret
pepohonannya kemari." Orang-orang setuju dan
berhamburan ke seluruh Carvahall untuk mengambil
kapak dan gergaji untuk melakukan tugas itu. Roran
menghentikan Darmmen dan berkata, "Pastikan
pepohonannya memiliki cabang di seluruh batang,
kalau tidak takkan ada gunanya." "Kau sendiri mau ke
mana?" tanya Darmmen. "Menangani pertahanan yang
lain." Roran meninggalkannya dan berlari ke rumah
Quimby, di mana ia mendapati Birgit sibuk memasang
papan di jendela-jendela. "Ya?" kata Birgit, sambil
memandangnya. Dengan cepat Roran menjelaskan
rencananya dengan pepohonan. "Aku ingin menggali
parit di bagian dalam lingkaran pohon, untuk
memperlambat siapa pun yang berhasil menerobos
masuk. Kita bahkan bisa menancapkan pasak-pasak
runcing di dasarnya dan--" "Apa intinya, Roran?"
"Aku membutuhkan bantuanmu mengorganisir wanita
dan anak-anak, dan semua orang lain yang bisa
kaukumpulkan, untuk menggali. Terlalu repot bagiku
untuk menanganinya seorang diri dan kita tidak
memiliki banyak waktu." Roran memandangnya
lurus-lurus. "Tolong." Birgit mengerutkan kening.
"Kenapa meminta tolong padaku?" "Karena, seperti
diriku, kau membenci Ra'zac, dan aku tahu kau
bersedia melakuka Bidadari Pendekar Naga Sakti
n apa saja untuk menghentikan mereka." "Aye," bisik
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Birgit, lalu bertepuk tangan cepat. "Baiklah, terserah
padamu. Tapi aku tidak akan pernah lupa, Roran putra
Garrow, bahwa kau dan keluargamulah yang
menyebabkan kehancuran suamiku." Ia berlalu
sebelum Roran sempat menjawab. Ia menerima
tuduhan Birgit dengan tenang; ia sudah menduganya,
mengingat kehilangan yang dialami wanita itu. Ia
beruntng Birgit tidak memulai perseteruan berdarah.
Lalu ia menggeleng dan lari ke mulut jalan utama
Carvahall. Itu titik terlemah di desa dan pertahanan di
sana harus berlipat ganda. Ra'zac tidak boleh
dibiarkan menerobos masuk dengan ledakan lagi.
Roran merekrut Baldor, dan bersama-sama mereka
menggali parit melintang di jalan. "Aku harus segera
pergi," Baldor memperingatkan di sela-sela ayunan
beliungnya. "Dad membutuhkanku di bengkel." Roran
mendengus setuju tanpa menengadah. Sementara ia
bekerja, benaknya sekali lagi dipenuhi kenangan akan
para prajurit: bagaimana ekspresi mereka sewaktu ia
menghantam mereka, dan perasaannya, perasaan
menakutkan saat tubuh terhantam seakan tunggul
pohon yang membusuk. Ia berhenti sejenak, mual, dan
menyadari keributan di Carvahall sementara
orang-orang bersiap menghadapi serangan berikutnya.
Sesudah kepergian Baldor, Roran menyelesaikan
menggali parit sedalam paha seorang diri, lalu pergi
ke bengkel Fisk. Dengan seizin tukang kayu itu, ia
menyeret lima balok kayu tua dengan kuda ke jalan
utama. Di sana Roran menancapkan balok-balok itu
miring di samping parit hingga membentuk penghalang
ke Carvahall yang tidak bisa ditembus. Saat ia
menginjak-injak tanah di sekeliling balok, Darmmen
berlari mendekat. "Kami sudah mendapatkan
pohon-pohonnya. Sekarang sedang diletakkan di
tempatnya." Roran menemaninya ke tepi utara
Carvahall, di mana dua belas orang tengah berjuang
keras menata empat pinus yang lebat sementara
seregu kuda penarik di bawah lecutan cambuk seorang
bocah kembali ke kaki bukit. "Sebagian besar dari


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kami membantu menarik pohon-pohon ini. Yang lainnya
seakan terinspirasi; mereka seperti bertekad bulat
untuk menebang seluruh sisa hutan sewaktu aku
pergi." "Bagus, kita bisa memanfaatkan balok
tambahan." Darmmen menunjuk tumpukan semak duri
lebat yang ada di tepi ladang Kiselt. "Kupotong
semak-semak itu dari tepi Anora. Gunakan sesukamu.
Aku mau mencari lagi." Roran menepuk lengannya,
lalu berpaling ke sisi timur Carvahall, tempat barisan
melengkung panjang yang terdiri atas para wanita,
anak-anak, dan pria bersusah payah di tanah. Ia
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendekati mereka dan mendapati Birgit memerintah
seperti jendral dan membagikan air di antara para
penggali. Parit ltu sudah lima kaki lebarnya dan dua
kaki dalamnya. Sewaktu Birgit berhenti sejenak untuk
menghela napas, Roran berkata, "Aku terkesan."
Birgit menyibakkan segumpal rambutnya ke belakang
tanpa memandang Roran. "Kami membajak tanahnya
terlebih dulu. Dengan begitu lebih mudah." "Ada
sekop yang bisa kugunakan?" tanyanya. Birgit
menunjuk tumpukan alat di ujung seberang parit.
Sewaktu Roran berjalan ke sana, ia melihat kilau
tembaga rambut Katrina di tengah punggung-punggung
yang bergerak naik-turun. Di samping Katrina, Sloan
menggali tanah liat lunak dengan energi yang
berlebihan, seakan berusaha menguliti bumi,
mengelupas kulit tanah liatnya dan menampilkan
otot-otot di bawahnya. Pandangan Sloan liar, dan
giginya terlihat mengatup rapat, sekalipun
bercak-bercak tanah dan kotoran menodai bibirnya.
Roran bergidik melihat ekspresi Sloan dan bergegas
pergi, membuang muka agar tidak beradu pandang
dengan Sloan. Ia meraih sekop dan langsung
menghunjamkannya ke tanah, berusaha sebaik-baiknya
melupakan kekhawatiran dengan mengerahkan tenaga.
Hari berlalu dalam kesibukan, tanpa berhenti untuk
makan atau istirahat. Parit bertambah panjang dan
dalam, hingga meliputi dua-pertiga desa dan mencapai
tepi Sungai Anora. Semua tanah galian ditumpuk di
tepi sebelah dalam parit untuk menghalangi siapa pun
melompatinya... dan menyulitkan untuk dipanjat
keluar. Dinding pepohonan selesai menjelang sore.
Pada saat itu Roran berhenti menggali dan membantu
menajamkan pu Bidadari Pendekar Naga Sakti
luhan cabang--yang tumpang tindih dan terkait--dan
memasang jang semak duri. Sesekali, mereka harus
menarik sebatang pohon agar petani seperti Ivor bisa
membawa masuk ternak mereka ke Carvahall yang
aman. Menjelang malam pertahanannya lebih kuat dan
lebih luas daripada yang berani diharapkan Roran,
sekalipun mereka perlu bekerja beberapa jam lagi
sampai ia puas. Ia duduk di tanah, mengunyah roti
kering dan menatap bintang-bintang dengan kelelahan.
Seseorang menyentuh bahunya dan ia menengadah
memandang Albriech. "Ini." Albreich mengulurkan
perisai kasar dari papan yang digergaji dan dipaku
menjadi satu--dan tombak sepanjang enam kaki. Roran
menerimanya dengan bersyukur, lalu Albriech
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melanjutkan perjalanan, membagikan tombak dan
perisai pada siapa pun yang ditemuinya. Roran
memaksa diri bangkit, mengambil martil dari rumah
Horst, dan dengan persenjataan itu, berjalan ke pintu
masuk jalan utama, tempat Baldor dan dua orang
lainnya berjaga. "Bangunkan aku kalau kalian perlu
beristirahat," kata Roran, lalu membaringkan diri di
rerumputan lunak di bawah langkan rumah terdekat. Ia
menata senjatanya agar bisa menemukannya dalam
gelap dan memejamkan mata dengan sikap menunggu.
"Roran." Bisikan itu berasal dari telinga kanannya.
"Katrina?" Ia berusaha bangkit, mengerjapkan mata
sementara Katrina membuka kerudung lenteranya
hingga seberkas sinar mengenai paha Roran. "Apa
yang kaulakukan di sini?" "Aku mau menemuimu."
Mata Katrina, besar dan misterius di wajahnya yang
pucat, diselubungi bayang-bayang malam. Ia meraih
lengan Roran dan membimbingnya ke serambi yang
kosong jauh dari pendengaran Baldor dan para
penjaga lain. Di sana ia menyentuh pipi Roran dan
menciumnya dengan lembut, tapi Roran terlalu lelah
dan gelisah untuk membalas kemesraannya. Katrina
menjauh dan mengamati Roran. "Ada apa?" Tawa
tanpa kegembiraan tersembur dari mulut Roran. "Ada
apa" Segalanya tidak beres; situasinya sama
kacaunya seperti lukisan yang dipukul sisinya sampai
miring." Ia menekankan tinju ke perut. "Dan aku
keliru. Setiap kali kubiarkan diriku beristirahat, aku
melihat para prajurit yang berlumuran darah dihantam
martilku. Orang-orang yang kubunuh, Katrina. Dan
mata mereka... mata mereka! Mereka tahu akan mati
dan tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengatasinya."
Ia gemetar dalam kegelapan. "Mereka tahu... aku
tahu... dan aku masih haru melakukannya. Tidak
bisa--" Kata-kata menghilang darinya saat ia
merasakan air mata panas mengalir di pipinya.
Katrina memeluk kepalanya sementara Roran menangis
akibat shock yang dialaminya beberapa hari terakhir.
Ia menangisi Garrow dan Eragon; ia menangisi Parr,
Quimby, dan orang-orang lainnya yang tewas; ia
menangisi diri sendiri; dan ia menangisi nasib
Carvahall. Ia terisak-isak hingga emosinya mereda
dan meninggalkan dirinya sekering dan sehampa bulir
gandum tua. Setelah memaksa diri menghela napas
dalam, Roran memandang Katrina dan menyadari gadis
itu juga menangis. Dengan ibu jari ia mengusap air
mata Katrina, yang seperti butir-butir berlian di
malam hari. "Katrina... kekasihku." Ia
mengucapkannya lagi, meresapi kata-katanya,
"Kekasihku. Aku tidak bisa memberimu apa-apa
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kecuali cintaku. Tapi... aku harus menanyakan.
Maukah kau menikah denganku?" Dalam keremangan
cahaya lentera, Roran melihat suka cita murni dan
keheranan di wajah Katrina. Lalu gadis itu ragu-ragu
dan kegelisahan muncul. Roran keliru karena
menanyakan, atau Katrina karena menerimanya, tanpa
seizin Sloan. Tapi Roran tidak peduli lagi; ia harus
tahu sekarang apakah ia dan Katrina akan
menghabiskan hidup mereka bersama. Lalu, dengan
suara lembut, "Ya, Roran, aku mau." DI BAWAH
LANGIT YANG MENGGELAP Malam itu hujan turun.
Berlapis-lapis awan tebal menyelimuti Lembah
Palancar, menempel pada pegunungan dengan
lengan-lengan yang kuat dan memenuhi udara dengan
kabut tebal dan dingin, Dari dalam, Roran memandangi
saat untaian air kelabu menghantami pepohonan yang
dedaunannya basah berbuih, memenuhi parit di
sekeliling Carvahall dengan lumpur, dan
menggoreskan jemari yang tumpul ke atap dan langkan
jerami saat awan-awan menumpahkan muatan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka. Segalanya bergarisgaris kena aliran hujan,
buram, dan tersembunyi di balik curahan tak
terbendung. Menjelang siang badai mereda, sekalipun
gerimis masih terus menerobos kabut. Rambut dan
pakaian Roran dengan cepat basah kuyup sewaktu ia
berjaga di penghalang jalan utama. Ia berjongkok di
samping balok kayu yang berdiri tegak, mengibaskan
jubah, lalu menarik kerudung lebih rendah menutupi
wajahnya dan mencoba mengabaikan dinginnya udara.
Meskipun cuaca buruk, Roran merasa sangat gembira
karena Katrina menerimanya. Mereka bertunangan!
Dalam benaknya rasanya seperti ada kepingan dunia
hilang yang dikembalikan ke tempatnya, seakan ia
mendapat keyakinan diri pejuang yang tidak
terkalahkan. Apa artinya para prajurit, atau Ra'zac,
atau bahkan Kekaisaran sendiri, dibandingkan cinta
seperti cinta mereka" Tidak ada. Tapi, terlepas dari
suka cita barunya, benaknya tetap terfokus pada apa
yang menjadi inti terpenting keberadaannya:
bagaimana memastikan Katrina selamat dari
kemurkaan Galbatorix. Ia tidak memikirkan apa-apa
lagi sejak terjaga. Yang terbaik adalah Katrina pindah
ke rumah Cawley, pikirnya mengambil keputusan,
sambil menatap jalan yang buram, tapi Katrina
mungkin tidak akan pernah setuju untuk pergi...
kecuali Sloan memerintahkan begitu. Mungkin aku bisa
meyakinkan Sloan; aku yakin ia ingin Katrina menjauhi
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahaya sama seperti diriku Sementara ia
mempertimbangkan cara mendekati si tukang jagal,
awan kembali menebal dan hujan memperbarui
serangannya terhadap desa, menghunjam miring dalam
gelombang yang menyengat. Di sekitar Roran,
genangan-genangan bagai tersentak hidup saat
tetes-tetes air memukuli permukaannya, memantul
kembali seperti belalang yang terkejut. Sewaktu
merasa lapar, Roran mengalihkan tugas jaga pada
Larne--putra bungsu Loring--dan pergi mencari makan
siang, melesat dari satu langkan ke langkan yang
lain. Sewaktu berbelok di tikungan, ia terkejut melihat
Albriech di serambi rumah, berdebat sengit dengan
sekelompok orang. Ridley berteriak, "...kau
buta-susuri pohon-pohon kapuk, maka mereka tidak
akan pernah melihat! Kau membabi buta." "Cobalah
kalau kau mau," balas Albriech. "Pasti!" "Sesudah
itu kau bisa memberitahuku bagaimana rasanya
tertusuk anak panah." "Mungkin," kata Thane, "kami
tidak selamban dirimu." Albriech berpaling padanya
sambil menggeram. "Kata-katamu sama tololnya
seperti otakmu. Aku tidak cukup bodoh untuk
mempertaruhkan keluargaku pada perlindungan
beberapa helai daun yang belum pemah kulihat
sebelumnya." Mata Thane membelalak dan wajahnya
berubah merah padam. "Kenapa?" ejek Albriech.
"Lidahmu hilang?" Thane meraung dan menghantam
pipi Albriech dengan tinlunya. Albriech tertawa.
"Lenganmu sama lemahnya seperti lengan wanita."
Lalu ia meraih bahu Thane dan melemparnya ke
lumpur di luar serambi, tempat Thane terkapar,
tertegun. Sambil memegang tombak seperti memegang
tongkat, Roran melompat ke samping Albriech,
menghalangi Ridley dan yang lain agar tidak
menyerang Albriech. "Hentikan," geram Roran murka.
"Kita memiliki musuh-musuh lain. Kita bisa
menyelenggarakan pertemuan dan para penengah akan
memutuskan apakah Albriech atau Thane harus
membayar ganti rugi. Tapi sebelum itu, kita tidak
boleh berkelahi sendiri." "Mudah bagimu
mengatakannya," Ridley menukas. "Kau tidak memiliki
istri atau anak-anak." Lalu ia membantu Than, berdiri
dan berlalu bersama yang lain. Roran menatap tajam
Albriech dan memar ungu yang melebar di bawah mata
kanannya. "Apa penyebabnya?" tanyanya. "Aku--"
Albriech terdiam sambil meringis dan meraba
rahangnya. "Aku pergi memeriksa situasi bersama
Darmmen Ra'zac menempatkan prajurit-prajurit di
sejumlah bukit. Mereka bisa melihat ke seberang
Anora dan ke seluruh lembah. Satu atau dua dari kita
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mungkin, mungkin, bisa menyelinap melewati mereka
tanpa ketahuan, tapi kita tidak akan pernah bisa
mengirim anak-anak ke Cawley tanpa membunuh
prajurit-prajurit itu, dan dengan begitu sama saja kita
memberitahukan tujuan kita pada Ra'zac." Ketakutan
melanda Roran, membanjir seperti racun ke jantung
dan seluruh pembuluh darahnya. Apa yang bisa
kulakukan" Mua Bidadari Pendekar Naga Sakti
l karena khawatir akan kehancuran yang mengintai, ia
memeluk bahu Albriech dengan satu lengan. "Ayo;
sebaiknya Gertrude memeriksamu." "Tidak," kata
Albriech, sambil melepaskan lengan Roran. "Banyak
yang lebih perlu diperhatikannya daripada diriku." Ia
menarik napas dengan sikap bersiap-siap--seakan
hendak terjun ke danau--dan terhuyung menerobos
hujan ke bengkel. Roran mengawasi kepergiannya,
lalu menggeleng dan masuk. Ia mendapati Elain duduk
di lantai bersama sebarisan anak, mengasah setumpuk
mata tombak dengan kikir dan batu asahan. Roran
memberi isyarat pada Elain. Begitu mereka berada di
ruangan lain, ia memberitahu Elain apa yang baru saja
terjadi. Elain memaki kasar--mengejutkan Roran,
karena ia belum pernah mendengar Elain menggunakan
kata-kata seperti itu lalu bertanya, "Apa ada sebab
bagi Thane untuk menyatakan perseteruan?"
"Mungkin," Roran mengakui. "Mereka berdua saling
menghina tapi hinaan Albriech paling pedas... Namun
Thane yang memukul terlebih dulu. Kau sendiri bisa
menyatakan perseteruan." "Omong kosong," kata
Elain, sambil melilitkan syal di bahu. "Biar para
penengah yang menyelesaikan perselisihan ini. Kalau
kami harus membayar ganti rugi, biarlah, selama bisa
menghindari pertumpahan darah." Ia melangkah ke
pintu depan, sambil membawa sebilah mata tombak
yang telah selesai diasah. Dengan risau Roran
mencari roti dan daging di dapur, lalu rnembantu
anak-anak menajamkan mata tombak. Begitu Felda,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salah seorang ibu, tiba, Roran meninggalkan
anak-anak dalam pengawasannya dan kembali
melintasi Carvahall ke jalan utama. Sementara ia
berjongkok dalam lumpur, seberkas cahaya matahari
menerobos dari balik awan dan menerangi hujan
hingga setiap tetesnya berkilau bagai api kristal.
Roran menatapnya, tertegun, mengabaikan air yang
mengalir turun di wajahnya. Celah di awan semakin
lebar hingga awan mendung tebal menggantung di
sebelah barat, menutupi tiga perempat Lembah
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Palancar, menghadap selarik langit biru yang bersih.
Karena atap-atap di atas dan sudut matahari,
pemandangan yang basah akibat hujan tampak terang
benderang di satu sisi dan tertutup keremangan pekat
di sisi lain, menyebabkan ladang-ladang, sesemakan,
pepohonan, sungai, dan pegunungan kelihatan sangat
indah. Rasanya seolah seluruh dunia berubah menjadi
patung logam yang digosok. Tepat pada saat itu, ada
gerakan yang menarik perhatian Roran, dan ia
memandang ke jalan tempat seorang prajurit berdiri,
jala bajanya berkilau seperti es. Pria itu ternganga
memandang pertahanan baru Carvahall, lalu berbalik
dan melarikan diri ke dalam kabut keemasan.
"Prajurit!" teriak Roran, sambil melompat bangkit. Ia
menyesal tidak membawa busurnya, tapi ia
meninggalkan busurnya itu di rumah untuk
melindunginya dari hujan. Satu-satunya hiburan
hanyalah para prajurit tersebut lebih sulit lagi
menjaga persenjataan mereka tetap kering. Para pria
dan wanita berhamburan dari rumah masing-masing,
berkumpul di sepanjang parit, dan memandang ke
balik dinding balok pinus yang bertumpuk.
Cabang-cabangnya yang panjang meneteskan air,
cermin-cermin kecil yang memantulkan deretan mata
yang gelisah. Roran berdiri di samping Sloan. Si
tukang daging menyandang salah satu perisai darurat
Fisk di tangan kiri, dan di tangan kanannya terdapat
golok daging yang melengkung seperti bulan sabit.
Sabuknya dipenuhi sedikitnya selusin pisau, semuanya
besar dan setajam pisau cukur. Ia dan Roran saling
mengangguk singkat, lalu memfokuskan pandangan
kembali ke tempat prajurit tadi menghilang. Kurang
dari semenit kemudian, suara Ra'zac yang tak
berwujud terdengar dari dalam kabut, "Dengan terus
melindungi Carvahall, kalian menunjukkan pilihan
kalian dan memastikan kehancuran kalian. Kalian akan
mati!" Loring menjawab, "Tunjukkan wajahmu yang
penuh belatung kalau berani, pengecut berkaki
bengkok dan bermata ular! Akan kami pecahkan
tengkorakmu dan kami gemukkan babi-babi kami
dengan darahmu!" Sosok hitam melayang ke arah
mereka, diikuti debuman pelan tombak yang menancap
di pintu, satu inci dari lengan kiri Gedric.
"Berlindung!" teriak Horst dari tengah barisan. Roran
berlutut di ba Bidadari Pendekar Naga Sakti
lik perisai dan mengintip melalui celah tipis di antara
dua papan. Ia tepat pada waktunya, karena setengah
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
lusin tombak melayang melewati dinding pepohonan
dan membenamkan diri di antara para penduduk desa
yang meringkuk. Dari suatu tempat di tengah kabut
terdengar jerit kesakitan. Jantung Roran bagai
terlompat karena menderita. Ia terengah-engah,
sekalipun ia tidak bergerak, dan tangannya licin
karena keringat. Ia mendengar suara samar kaca
pecah di tepi utara Carvahall... lalu bunyi ledakan
dan balok-balok kayu yang jatuh. Setelah berputar, ia
dan Sloan berlari menyeberangi Carvahall ke tempat
mereka menemukan enam prajurit menyeret sisa-sisa
beberapa batang pohon. Di belakang mereka, pucat
dan menakutkan dalam siraman hujan yang kemilau,
para Ra'zac duduk di kuda hitam mereka. Tanpa
melambat, Roran menerjang prajurit pertama,
menghunjamkan tombaknya. Tusukan pertama dan
kedua ditangkis lengan yang terangkat, lalu Roran
menSenai pinggul prajurit itu, dan sewaktu si prajurit
terhuyung, ia menikam tenggorokannya. Sloan
melolong seperti makhluk buas yang terluka,
melemparkan golok, dan membelah helm salah satu
prajurit, menghancurkan tengkoraknya. Dua prajurit
menyerangnya dengan pedang terhunus. Sloan
melangkah ke samping, sekarang tertawa, dan
menangkis serangan mereka dengan perisai. Seorang
prajurit berputar begitu keras hingga pedangnya
menancap di sisi perisai. Sloan menyentakkannya
mendekat dan menusuk matanya dengan pisau
pengukir dari sabuknya. Setelah mencabut golok
kedua, tukang daging itu mengelilingi lawannya yang
satu lagi sambil menyeringai sinting. "Apa sebaiknya
kucabik perutmu, atau kugorok?" tanyanya, nyaris
menari-nari sambil menyeringai menakutkan karena
berlumuran darah. Roran kehilangan tombaknya
karena dua prajurit yang dihadapinya sesudah itu. Ia
nyaris tidak sempat mencabut martil untuk menangkis
pedang yang hendak memutus kakinya. Prajurit yang
berhasil merampas tombak dari tangan Roran sekarang
melemparkan senjata itu ke arahnya, membidik
dadanya. Roran menjatuhkan martil, menangkap
gagang tombak di udara--yang mengejutkan dirinya,
juga prajurit itu--memutarnya, dan menghunjamkan
tombak itu menembus baju besi dan rusuk orang yang
melemparnya. Tak bersenjata, Roran terpaksa mundur
dari hadapan prajurit yang tersisa, mati-matian
mencari apa pun dalam lumpur semata kaki, apa saja
yang bisa digunakarulya sebagai senjata. Gagang
pedang menyapu jemarinya, dan ia mencabutnya dari
lumpur lalu mengibaskannya ke tangan prajurit yang
memegang pedang, memutuskannya. Pria itu tertegun
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menatap sisa tangannya yang berlumuran darah, lalu
berkata, "Ini akibat aku tidak melindungi diri." Aye, "
Roran menyetujui, dan memenggal kepalanya. Prajurit
terakhir panik dan melarikan diri ke Ra'zac sementara
Sloan menghujaninya dengan makian dan ejekan.
Sewaktu Prajurit itu akhirnya berhasil menerobos tirai
hujan, Roran mengawari dengan ngeri saat dua sosok
hitam membungkuk di atas tunggangan masing-masing,
di kedua sisi prajurit, dan mencengkeram pangkal
lehernya dengan tangan yang bengkok. Jemari rnereka
yang kejam bertambah erat, dan pria itu menjerit
putus asa dan tersentak-sentak, lalu terkulai. Ra'zac
meletakkan mayat itu di belakang salah satu pelana
mereka sebelum berbalik dan berderap pergi. Roran
bergidik dan memandang Sloan, yang tengah
membersihkan pisau. "Kau bertempur dengan baik." Ia
tidak pernah menduga si tukang daging bisa sebuas
itu. Sloan berkata dengan suara pelan, "Mereka tidak
akan pernah mendapatkan Katrina. Tidak akan pernah,
bahkan kalau aku harus menguliti mereka, atau
melawan seribu Urgal dan Raja habis-habisan. Akan
kucabik langit dan membiarkan Kekaisaran tenggelam
dalam darahnya sendiri bahkan sebelum Katrina
tergores sedikit pun." Ia menutup mulutnya
rapat-rapat setelah itu, menjejalkan pisau terakhirnya
ke sabuk, dan menyeret ketiga batang pohon itu
kembali ke posisi semula. Sementara Sloan berbuat
begitu, Roran menggulingkan mayat-mayat prajurit di
lumpur yang terinjak-injak, menjauhi pertahanan.
Sekarang aku telah membunuh lima orang. Setelah
menyelesaikan tugas, ia menegakkan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tubuh dan memandang sekitarnya, kebingungan,
karena ia hanya mendengar kesunyian dan desis
hujan. Kenapa tidak ada yang membantu kami"
Penasaran ada kejadian apa lagi, ia kembali bersama
Sloan ke lokasi penyerangan pertama. Dua prajurit
terkulai tak bernyawa di cabang-cabang dinding
pepohonan, tapi bukan itu yang menarik perhatian
mereka. Horst dan penduduk desa lainnya tengah
berlutut mengelilingi sesosok tubuh kecil. Napas
Roran tertahan. Sosok itu Elmund, putra Delwin.
Bocah sepuluh tahun itu tertusuk tombak di sisi
tubuhnya. Orangtuanya duduk di lumpur di
sampingnya, wajah mereka sehampa batu. Harus
mengambil tindakan, pikir Roran, sambil berlutut dan
bersandar ke tombaknya. Hanya sedikit anak yang
berhasil melewati usia lima atau enam tahun. Tapi
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kehilangan putra pertamamu sekarang, sewaktu
segalanya menunjukkan ia akan tumbuh jangkung dan
kuat untuk mengambil alih tempat ayahnya di
Carvahall--itu cukup untuk menghancurkan dirimu.
Katrina... anak-anak... mereka semua harus
dilindungi. Tapi di mana"... Di mana"... Di mana"...
Di mana! MENYUSURI ALIRAN YANG DERAS Pada
hari pertama dari Tarnag, Eragon berusaha
mempelajari nama-nama para pengawal Undin. Mereka
adalah Ama, Trihga, Hedin, Ekksvar, Shrrgnien--yang
sulit diucapkan Eragon, sekalipun ia diberitahu itu
berarti Hati Serigala--Duthmer, dan Thorv. Setiap
rakit dilengkapi kabin kecil di tengah. Eragon lebih
suka menghabiskan waktu duduk di tepi rakit,
memandangi Pegunungan Beor melintas.
Burung-burung kingfisher dan jackdaw melayang di
atas sungai yang jernih, sementara heron biru berdiri
diam di tepinya yang berlumpur, yang dihiasi
garis-garis cahaya yang menerobos cabang-cabang
pohon hazel, beech, dan dedalu. Sesekali, katak
bullfrog mengorek dari rumpun pakis. Sewaktu Orik
duduk di sampingnya, Eragon berkata, "Indah."
"Memang." Kurcaci itu menyulut pipanya tanpa bicara,
lalu menyandar ke belakang dan mengembuskan
asapnya. Eragon mendengarkan derik kayu dan tali
sementara Trihga mengemudikan rakit dengan dayung
panjang di buritan. "Orik, bisa kauberitahukan kenapa
Brom bergabung dengan kaum Varden" Aku hanya tahu
sedikit mengenai dirinya. Hampir seumur hidupku, ia
hanya pendongeng desa." Ia tidak pernah bergabung
dengan kaum Varden; ia membantu mendirikannya."
Orik terdiam sejenak untuk membuang abu ke air.
"Sesudah Galbatorix menjadi raja, Brom satu-satunya
Penunggang yang masih hidup, selain para Terkutuk."
Tapi ia bukan Penunggang, pada saat itu tidak.
Naganya terbunuh dalam pertempuran di Doru Araeba."
"Well, Penunggang berdasarkan latihan. Brom yang
pertama mengorganisir teman-teman dan sekutu para
Penunggang yahg terpaksa bersembunyi. Ia yang
meyakinkan Hrothgar untUk mengizinkan kaum Varden
tinggal di Farthen Dur, dan ia yang mendapat bantuan
para elf." Mereka membisu sejenak. "Kenapa Brom
menolak memim pin?" tanya Eragon. Orik tersenyum
tipis. "Mungkin ia tidak pernah mengingin. kannya.
Kejadiannya sebelum Hrothgar mengadopsi diriku, jadi
aku jarang bertemu Brom di Tronjheim... Ia selalu
pergi bertempur melawan para Terkutuk atau terlibat
dalam suatu rencana." "Orangtuamu sudah
meninggal?" "Aye. Cacar mengambil mereka sewaktu
aku masih muda, dan Hrothgar cukup baik untuk
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menerimaku di aulanya dan, karena ia tidak memiliki
anak sendiri, menjadikan aku ahli warisnya." Eragon
teringat pada helmnya, yang ditandai lambang
Ingeitum. Hrothgar juga baik padaku. Sewaktu senja
tiba, para kurcaci menggantung lentera di setiap
sudut rakit. Lentera-lentera itu berwarna merah, dan
Eragon ingat gunanya supaya mereka bisa melihat di
malam hari. Ia berdiri di dekat Arya dan mengamati
kedalaman cahaya lentera yang murni dan tidak
bergerak. "Kau tahu cara membuat lentera-lentera
ini?" tanyanya. "Itu mantra yang kami berikan pada
kurcaci dulu sekali. Mereka menggunakannya dengan
sangat ahli." Eragon mengulurkan tangan dan
menggaruk dagu serta pipinya, merasakan ujung-ujung
janggut mulai bermunculan. "Bisa kau mengajariku
lebih banyak sihir selama kita dalam perjalanan?"
Arya memandangnya, keseimbangannya sempurna di
atas balok-balok kayu yang naik-turun
Bidadari Pendekar Naga Sakti
. "Bukan hakku. Ada guru yang menunggumu." "Kalau
begitu, setidaknya katakan," kata Eragon, "apa arti
nama pedangku?" Suara Arya sangat lembut.
"Kesengsaraan adalah nama Pedangmu. Dan begitulah
yang ditimbulkannya hingga kau menggunakannya."
Eragon menatap Zar'roc dengan gundah. Semakin ia
mempelajari senjatanya, rasanya semakin jahat
pedang itu, seakan pedang tersebut bisa menimbulkan
kesialan sendiri. Bukan saja Morzan membunuh para
Penunggang dengan pedang ini, tapi Zar'roc sendiri
pun jahat. Kalau bukan Brom yang memberikan pedang
itu padanya, dan kalau bukan karena fakta bahwa
Zar'roc tidak pernah tumpul dan tidak bisa
dipatahkan, Eragon pasti membuangnya ke sungai saat
itu juga. Sebelum cuaca bertambah gelap, Eragon
berenang mendatangi Saphira. Mereka terbang
bersama untuk pertama kalinya sejak meninggalkan
Tronjheim dan membubung tinggi di atas Az Ragni, di
mana udara tipis dan air di bawah hanya berupa garis
keunguan. Tanpa pelana, Eragon mencengkeram


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Saphira erat-erat dengan lutut, merasakan
sisik-sisiknya yang keras menggosok bekas luka
akibat penerbangan pertama mereka. Sewaktu Saphira
miring ke kiri, membubung menunggangi aliran udara
ke atas, Eragon melihat tiga bercak cokelat bergerak
dari lereng gunung di bawah dan naik dengan cepat.
Mulanya Eragon mengira mereka burung falcon, tapi
sewaktu ketiganya mendekat, ia menyadari
hewan-hewan itu panjangnya hampir dua puluh kaki,
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dengan ekor lancip dan sayap kulit. Malahan,
ketiganya lebih mirip naga, sekalipun bertubuh lebih
kecil, lebih kurus, dan lebih mirip ular daripada tubuh
Saphira. Sisik mereka juga tidak berkilau, tapi
berwarna hijau dan cokelat pudar. Dengan penuh
semangat, Eragon menunjukkan ketiganya pada
Saphira. Apakah mereka naga" tanyanya. Entah.
Saphira melayang di tempat, mengamati para
pendatang baru itu saat mereka berputar
mengelilinginya. Makhlukmakhluk tersebut tampak
bingung melihat Saphira. Mereka melesat
mendekatinya, hanya untuk mendesis dan berbelok di
atas kepala pada saat-saat terakhir. Eragon
tersenyum dan menjangkau dengan benaknya,
berusaha menyentuh pikiran mereka. Sewaktu ia
berbuat begitu, ketiganya tersentak dan menjerit,
membuka moncong mereka seperti Ular yang lapar.
Jeritan melengking mereka mental kaligus fisik.
Jeritan itu mencabik-cabik Eragon dengan kekuatan
yang brutal, berusaha melumpuhkan dirinya. Saphira
juga merasakannya. Sambil terus menjerit,
makhluk-makhluk itu menyerang menggunakan
cakar-cakar setajam pisau cukur. Bertahanlah,
Saphira memperingatkan. Ia melipat sayap kirinya dan
berputar seratus delapan puluh derajat, menghindari
dua makhluk itu, lalu mengepakkan sayap dengan
cepat, membubung di atas makhluk yang satu lagi.
Pada saat yang sama, Eragon mati-matian berusaha
menghalangi jeritan mereka. Begitu benaknya jernih,
ia menjangkau kekuatan sihirnya. Jangan bunuh
mereka, kata Saphira. Aku menginginkan pengalaman
ini. Sekalipun makhluk-makhluk tersebut lebih lincah
daripada Saphira, Saphira memiliki keuntungan
tubuhnya yang lebih besar dan lebih kuat. Salah satu
makhluk itu menukik ke arahnya. Saphira berjungkir
balik--ke belakang--dan menendang dada hewan itu.
Jeritan seketika mereda saat musuhnya yang terluka
itu menjauh. Saphira membentangkan sayap,
melambung hingga berhadapan dengan dua makhluk
lain yang mengepungnya. Ia melengkungkan leher,
Eragon mendengar gemuruh dalam di selasela
rusuknya, lalu semburan api menyambar dari mulut
Saphira. Cahaya kebiruan menyelimuti kepala Saphira,
mengilap di sisik-sisiknya yang bagai permata hingga
ia berpendar megah dan tampak seperti menyala dari
dalam. Kedua makhluk mirip naga itu menjerit kecewa
dan berbelok. Serangan mental berhenti saat mereka
melesat pergi, mundur ke lereng pegunungan. Kau
hampir menjatuhkan aku, kata Eragon, sambil
mengendurkan lengannya yang kram dari leher
Misteri Nyanyian Kobra 1 Dewa Arak 85 Golok Kilat Dendam Iblis Seribu Wajah 9
^