Eldest 5
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 5
pertunanganmu dengan Sloan sebelum tadi pagi"
Sewaktu Horst melamar pada ayahku, ia memberi
keluarga kami dua belas domba, bajak, dan delapan
pasang tempat lilin dari besi bahkan sebelum ia tahu
orangtuaku setuju. Begitulah seharusnya. Tentunya
kau bisa memikirkan strategi yang lebih baik daripada
memukul calon mertuamu." Tawa sedih terhambur dari
mulut Roran. "Bisa saja, tapi waktunya tidak pernah
terasa tepat karena adanya semua serangan itu."
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sekarang sudah hampir enam hari Ra'zac tidak
menyerang." Roran mengerutkan kening. "Ya, tapi...
itu... Oh, entahlah!" Ia menghantam meja dengan
frustrasi. Elain meletakkan cangkir dan
mencengkeram tangan Roran. "Kalau kau bisa
memperbaiki hubunganmu dengan Sloan sekarang,
sebelum kemarahan menumpuk bertahun-tahun,
hidupmu dengan Katrina akan jauh lebih mudah. Besok
pagi sebaiknya kau pergi ke rumah Sloan dan meminta
maaf." "Aku tidak bersedia mengemis! Tidak
padanya." "Roran, dengarkan aku. Mengemis selama
sebulan demi kedamaian dalam keluargamu layak
dilakukan. Aku tahu berdasarkan pengalaman; usaha
tidak membuat hidupmu susah." "Sloan membenci
Spine. Itu tidak ada kaitannya denganku," "Tapi kau
harus mencobanya," kata Elain tulus. "Bahkan kalau ia
menolak permintaan maafmu, minimal kau tidak bisa
disalahkan karena tak berusaha. Kalau kau mencintai
Katrina, telan harga dirimu dan lakukan tindakan yang
benar untuknya. Jangan membuatnya menderita karena
kesalahanmu." Elain menghabiskan cider-nya,
menggunakan topi seng untuk mematikan lilin, dan
meninggalkan Roran duduk seorang diri dalam
kegelapan. Beberapa menit berlalu sebelum Roran
bisa memaksa dirinya bergerak. Ia mengulurkan
sebelah lengannya dan meraba-raba sepanjang tepi
meja hingga menemukan ambang pintu, lalu naik ke
lantai atas, sambil terus menyusurkan ujung jemarinya
di sepanjang dinding berukir untuk menjaga
keseimbangan. Dalam kamarnya, ia membuka mantel
dan membaringkan din di ranjang. Setelah memeluk
bantalnya yang berisi wol, Roran mende
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ngarkan suara samar yang merayapi seluruh penjuru
rumah di malam hari: suara tikus lari di loteng dan
cicitannya Yang terus-menerus, erangan balok-balok
kayu yang mendingin di malam hari, bisikan dan
elusan angin di jendelanya, dan & gemerisik sandal di
lorong di luar kamarnya. Ia menatap selot di atas
kenop pintunya ditarik lepas dari kaitannya, lalu
pintunya bergeser maju diiringi derit protes. Pintunya
berhenti. Sosok gelap menyelinap masuk, pintunya
ditutup, dan Roran merasakan tirai rambut menyapu
wajahnya bersama bibir yang terasa seperti kelopak
mawar. Ia mendesah. Katrina. Guntur menyentakkan
Roran dari tidurnya. Cahaya menyambar wajahnya
saat ia berusaha keras bangun, seperti penyelam yang
mati-matian berusaha mencapai permukaan. Ia
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka mata dan melihat lubang bergerigi pada
pintunya. Enam prajurit menerobos masuk melalui
lubang itu, diikuti dua Ra'zac, yang tampak memenuhi
kamar dengan kehadiran mereka yang menakutkan.
Sebilah pedang ditempelkan ke leher Roran. Di
sampingnya, Katrina menjerit dan menarik selimut
menutupi tubuhnya. "Bangun," kata Ra'zac. Roran
bangkit dengan hati-hati. Jantungnya terasa seperti
akan meledak dalam dadanya. "Ikat tangannya dan
bawa bocah ini." Seorang prajurit mendekati Roran
sambil membawa tali, Katrina menjerit lagi dan
menerkam para prajurit itu, menggigit dan mencakar
sekuat tenaga. Kuku-kukunya yang tajam merobek
wajah mereka, mengalirkan darah yang membutakan
prajurit yang memaki-maki itu. Roran berlutut dan
menyambar martil dari lantai, lalu menjejakkan kaki,
mengayunkan martil melewati kepala dan meraung
seperti beruang. Para prajurit menerjangnya dalam
usaha menundukkan dirinya semata dengan jumlah
mereka yang lebih banyak, tapi sia-sia: Katrina
terancam bahaya, dan Roran tidak terkalahkan.
Perisai-perisai melesak akibat pukulannya, balu besi
dan jala baja terbelah akibat senjatanya yang tak
kenal ampun, dan helm-helm penyok. Dua orang
terluka, tiga jatuh dan tidak bangkit lagi. Dentangan
dan keributan itu membangunkan seisi rumah;
samar-samar mendengar suara Horst dan kedua
putranya berteriak-teriak di lorong. Ra'zac saling
mendesis, lalu bergegas malu dan menyambar Katrina
dengan kekuatan yang tidak manusiawi,
mengangkatnya dari lantai sementara mereka
melarikan diri dari kamar. "Roran!" jerit Katrina.
Dengan mengerahkan tenaga, Roran menerjang
melewati kedua prajurit terakhir. Ia terhuyung ke
lorong dan melihat Ra'zac memanjat keluar jendela.
Roran melesat ke arah mereka dan menghantam Ra'zac
terakhir, tepat saat makhluk itu akan turun ke balik
kusen jendela. Tersentak ke atas, Ra'zac itu
menangkap pergelangan tangan Roran di udara dan
berdecit gembira, mengembuskan napasnya yang bau
ke wajah Roran "Ya! Kau yang kami inginkan!" Roran
berusaha membebaskan diri, tapi Ra'zac itu
bergeming, Dengan tangannya yang bebas, Roran
menghantam kepala dan bahu makhluk itu--yang
sekeras besi. Putus asa dan murka, ia menyambar tepi
kerudung Ra'zac dan menariknya ke belakang,
menampakkan wajah musuhnya. Wajah yang
mengerikan, tersiksa, menjerit padanya. Kulitnya
hitam mengilap, seperti kulit kumbang. Kepalanya
botak. Setiap mata yang tidak berkelopak besarnya
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sama dengan kepalannya dan mengilap seperti bola
batu licin; tidak ada iris atau pupil, Sebagai hidung,
mulut, dan dagu, ada paruh tebal melengkung lancip
yang berdecak-decak dengan lidah ungu dan berduri.
Roran berteriak dan menjejakkan tumit ke sisi-sisi
kusen jendela, berjuang membebaskan diri dari
kengerian ini, tapi Ra'zac tanpa bisa dicegah
menariknya keluar rumah. Roran bisa melihat Katrina
di tanah, masih menjerit-jerit dan melawan. Tepat
pada saat lutut Roran melemas, Horst muncul di
sampingnya dan memeluk dadanya, menguncinya di
tempat. "Ambil tombak!" teriak tukang besi itu. Ia
menggeram, pembuluh-pembuluh darah di lehernya
menggembung karena berusaha keras menahan Roran.
"Jangan sampai kita dikalahkan antek iblis!" Ra'zac
itu menariknya untuk terakhir kali, lalu, sewaktu gagal
menarik lepas Roran, memiringkan kepala dan
berkata, "Kau milik kami!" Ia menerjang maju secepat
kilat, dan Roran meraung wa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ktu merasakan paruh Ra'zac menjepit bahu kanannya,
melukai bagian depan ototnya. Pada saat yang sama,
pergelangannya retak. Diiringi tawa kejam, Ra'zac itu
melepaskannya dan terjun ke dalam malam. Horst dan
Roran terkapar tumpang tindih di lorong. "Mereka
menangkap Katrina," erang Roran. Pandangannya
kabur dan tepi-tepinya menghitam sewaktu ia memaksa
diri bangkit dengan bertumpu pada lengan
kirinya--lengan kanannya terjuntai lemas. Albriech
dan Baldor muncul dari kamar, berlumuran darah.
Hanya mayat yang tersisa di belakang mereka.
Sekarang aku telah membunuh delapan. Roran
mengambil martilnya dan terhuyung-huyung menyusuri
lorong, tapi tiba-tiba jalannya dihalangi Elain yang
mengenakan gaun tidur putih. Ia memandang Roran
dengan mata membelalak, lalu meraih lengan Roran
dan mendorongnya ke peti kayu yang menempel di
dinding. "Kau harus menemui Gertrude." "Tapi--"
"Kau akan pingsan kalau pendarahan ini tidak
dihentikan." Roran menunduk memandang sisi
kanannya; bagian itu basah kuyup kemerahan. "Kita
harus menyelamatkan Katrina sebelum"--ia
mengertakkan gigi saat sakit menyengatnya--"sebelum
mereka melakukan apa pun terhadapnya." "Ia benar;
kita tidak bisa menunggu," kata Horst, menjulang di
atas mereka. "Perban sebaik-baiknya, lalu kita pergi."
Elain mengerutkan bibir dan bergegas ke laci linen. Ia
kembali membawa beberapa helai kain, yang
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dililitkannya erat-erat di bahu Roran yang luka dan
pergelangannya yang patah. Sementara itu, Albriech
dan Baldor mengambil baju besi dan pedang dari para
prajurit. Horst memuaskan diri dengan hanya
mengambil sebatang tombak. Elain memegang dada
Horst dan berkata, "Hati-hati." Ia memandang kedua
putranya. "Kalian semua." "Kami akan baik-baik saja,
Ibu," Albriech berjanji. Elain memaksa diri tersenyum
dan mencium pipi keduanya. Mereka meninggalkan
rumah dan lari ke tepi Carvahall, di mana rnereka
mendapati dinding pepohonan telah terbuka dan
penjaganya, Byrd, mati dibantai. Baldor berlutut dan
memeriksa mayatnya, lalu berkata dengan suara
tercekik. "Ia ditusuk dari belakang." Roran nyaris
tidak mendengarnya karena dentamarl di telinganya
sendiri. Karena pusing, ia menyandar ke kemah dan
terengah-engah. Ho! Siapa itu?" Dari Pos mereka di
sepanjang pagar Carvahall, para penjaga lain
berkumpul di sekitar rekan mereka yang terbunuh, me
bentuk kumpulan lentera bertutup. Dengan suara
pelan, Horst menceritakan serangannya dan
tertangkapnya Katrina. "Siapa yang mau membantu
kami?" tanyanya. Sesudah berdiskusi dengan cepat,
lima orang setuju menemani mereka; sisanya akan
tetap berjaga di lubang di dinding dan membangunkan
para penduduk desa. Dengan memaksa diri beranjak
dari rumah, Roran berlari ke depan kelompok saat
mereka melintasi ladang-ladang dan menyusuri lembah
ke perkemahan Ra'zac. Setiap langkah terasa
menyakitkan, tapi tidak penting; tak ada yang
sepenting Katrina. Ia terhuyung sekali dan Horst
menangkapnya tanpa bicara. Setengah mil dari
Carvahall, Ivor melihat ada penjaga di punggung
bukit, yang memaksa mereka membelok jauh. Beberapa
ratus yard di baliknya, tampak cahaya suram suluh.
Roran mengangkat lengannya yang sehat untuk
memperlambat gerak mereka, lalu mulai merunduk dan
merangkak melintasi rerumputan, mengejutkan seekor
kelinci liar. Orang-orang mengikuti Roran sementara
ia mendekati serumpun rumput air, lalu berhenti dan
memisahkan tirai batang rumput untuk melihat ketiga
belas prajurit yang tersisa. Di mana Katrina"
Berbeda dengan sewaktu mereka tiba pertama kali,
para prajurit itu tampak cemberut dan berantakan,
senjata mereka tidak lagi utuh dan baju besi mereka
penyok-penyok. Sebagia, besar dari mereka
mengenakan perban yang kotor kena darah kering.
Orang-orang itu berkerumun menjadi satu, menghadap
para Ra'zac--keduanya sekarang mengenakan
kerudung--di seberang api unggun kecil. Satu orang
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berteriak, "...lebih dari separo dari kami dibunuh
segerombolan orang udik berotak udang yang tidak
bisa membedakan tombak dan tongkat, atau
menemukan ujung mata pedang bahkan biarpun pedang
itu menancap di perutnya karena kalian tidak punya
akal yang dimiliki pembawa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
benderaku sekalipun! Aku tidak peduli kalau
Galbatorix sendiri yang menjilat sepatu bot kalian
hingga licin, pokoknya kami bersedia melakukan apa
pun sebelum mendapat komandan baru." Yang lain
mengangguk. "Komandan manusia." "Sungguh?" tanya
Ra'zac lembut. "Kami sudah muak diperintah si
bungkuk seperti kalian, yang berdecak-decak dan
mendesis-desis--membuat kami mual! Dan aku tidak
tahu apa yang kalian lakukan pada Sardson, tapi
kalau kalian tinggal semalam lagi, kami akan menikam
kalian dan melihat apakah kalian juga mengucurkan
darah seperti kami. Tapi kalian bisa meninggalkan
gadis itu, ia akan--" Pria itu tidak sempat
melanjutkan, karena Ra'zac terbesar melompati api
dan mendarat di bahunya, seperti gagak raksasa.
Sambil menjerit, prajurit itu jatuh karena beratnya. Ia
mencoba mencabut pedang, tapi Ra'zac tersebut
mematuk lehernya dua kali dengan paruh
tersembunyinya, dan prajurit itu pun tak bergerak
lagi. "Kita harus melawan itu?" gumam Ivor di
belakang Roran. Para prajurit membeku karena kaget
sementara kedua Ra'zac berlutut di dekat leher mayat.
Sewaktu makhluk-makhluk hitam itu beranjak, mereka
menggosok-gosokkan tangan, seakan mencuci, dan
berkata, "Ya. Kami akan pergi. Tinggallah kalau kalian
mau; pasukan tambahan hanya beberapa hari lagi."
Ra'zac mengangkat kepala dan menjerit ke langit,
lolongannya semakin lama semakin melengking hingga
melampaui batas pendengaran. Roran juga
menengadah. Mulanya ia tidak melihat apa-apa, tapi
lalu kengerian tak terbayangkan mencengkeramnya
saat dua sosok muncul, tinggi di atas Spine, menutupi
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bintang-bintang. Keduanya mendekat dengan cepat,
semakin lama semakin besar hingga menutupi separo
langit dengan kehadiran mereka. Angin yang busuk
menyapu daratan, membawa bau belerang yang
menyebabkan Roran terbatuk dan tercekik. Para
prajurit juga terpengaruh; makian mereka menggema
sementara mereka menekankan lengan baju dan syal
ke hidung masing-masing. Di atas mereka,
bayang-bayang itu berhenti sejenak lalu mulai
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melayang turun, menutupi perkemahan dengan kubah
kegelapan yang mengancam. Suluh-suluh
berkelap-kelip dan terancam padam, tapi masih
memancarkan cukup cahaya untuk menampakkan dua
makhluk buas yang turun di sela tenda-tenda. Tubuh
mereka telanjang dan tidak berbulu--seperti tikus
yang baru dilahirkan--dengan kulit kelabu yang
terentang kencang di dada dan perut mereka yang
berotot. Bentuk mereka mirip anjing kelaparan, tapi
kaki belakang mereka menggembung dengan otot yang
cukup untuk meremukkan sebongkah batu besar.
Tonjolan kecil membentang dari belakang setiap
kepala mereka yang memanjang, dengan paruh hitam
panjang dan lurus untuk menusuk mangsa, dan mata
dingin menonjol yang mirip mata Ra'zac. Di bahu dan
punggung mereka membentang sayap-sayap besar yang
menyebabkan udara menderu karena berat mereka.
Setelah menjatuhkan diri ke tanah, para prajurit
meringkuk dan menyembunyikan wajah dari para
monster itu. Kecerdasan yang asing dan menakutkan
terpancar dari makhluk-makhluk tersebut,
menunjukkan ras yang jauh lebih tua dan kuat
daripada manusia. Roran tiba-tiba takut misinya
gagal. Di belakangnya, Horst berbisik pada yang lain,
mendesak mereka bertahan dan tetap bersembunyi,
kalau tidak mereka akan dibantai. Ra'zac
membungkuk pada makhluk-makhluk itu, lalu masuk ke
tenda dan keluar membawa Katrina--yang diikat
dengan tali--dan diikuti Sloan. Si tukang daging
berjalan dengan bebas. Roran menatapnya, tidak
mampu memahami bagaimana Sloan bisa tertangkap.
Rumahnya sama sekali tidak berada di dekat rumah
Horst. Lalu ia menyadarinya. "Ia mengkhianati kita,"
kata Roran takjub. Genggamannya perlahan-lahan
bertambah erat di martilnya saat kengerian
sesungguhnya dari situasi ini meledak dalam dirinya.
"Ia membunuh Byrd dan mengkhianati kita!" Air mata
kemurkaan mengalir turun di wajahnya. "Roran,"
gumam Horst, sambil berjongkok di sampingya; "Kita
tidak bisa menyerang sekarang; mereka akan
membantai kita. Roran... kau dengar aku?" Roran
hanya mendengar bisikan di kejauhan saat ia
mengawasi Ra'zac yang lebih kecil melompat ke bahu
salah satu makhluk buas itu, lalu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
menangkap Katrina saat Ra'zac yang satu lagi
melemparkannya. Sloan tampak gusar dan ketakutan
sekarang. Ia mulai berdebat dengan Ra'zac,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggeleng-geleng dan menunjuk ke tanah. Akhirnya
Ra'zac itu menampar mulutnya, membuatnya pingsan.
Sambil menaiki makhluk buas kedua, memanggul si
tukang daging, Ra'zac terbesar berkata, Kami akan
kembali begitu situasi sssudah aman lagi. Bunuh
bocah itu, maka kalian akan diampuni." Lalu
tunggangan mereka menekuk paha mereka yang besar
dan melompat ke langit, sekali lagi menjadi
bayang-bayang di padang bintang-bintang. Tidak ada
kata-kata atau emosi yang tersisa pada Roran. Ia
benar-benar hancur. Tugas yang tersisa hanyalah
membunuh para prajurit. Ia berdiri dan mengangkat
martil, bersiap-siap menyerang, tapi sewaktu ia
melangkah maju, kepalanya berdenyut-denyut
bersamaan dengan luka di bahunya. Tanah bagai
menghilang dalam semburan cahaya, dan ia pun jatuh
pingsan. ANAK PANAH KE JANTUNG Setiap hari
sejak meninggalkan pos perdagangan terluar Ceris
terasa bagai mimpi buram berupa sore-sore hangat
yang dihabiskan dengan mendayung di Danau Eldor
lalu menyusuri Sungai Gaena. Di sekitar mereka, air
menggelegak melintasi terowongan-terowongan pinus
yang meliuk masuk makin dalam lagi ke Du
Weldenvarden. Eragon mendapati perjalanan bersama
para elf menggembirakan. Nari dan Lifaen sering
tersenyum, tertawa, dan menyanyi, terutama kalau ada
Saphira di dekat mereka. Mereka jarang memandang
ke arah lain atau membicarakan topik lain kecuali
Saphira saat naga itu Nadir. Tapi para elf bukanlah
manusia, tidak peduli semirip apa pun penampilan
mereka. Mereka bergerak terlalu cepat, terlalu luwes,
bagi makhluk yang terdiri atas daging dan darah. Dan
sewaktu berbicara, mereka sering menggunakan
ungkapan dan istilah berputar-putar yang malah
menyebabkan Eragon lebib kebingungan daripada saat
mereka mulai. Di sela-sela keriangan mereka, Lifaen
dan Nari bisa membisu berjam-jam, mengaman sekitar
dengan aura damai di wajah mereka. Kalau Eragon
atau Orik mencoba mengajak mereka bercakap-cakap
saat mereka begitu, mereka hanya mendapat jawaban
satu atau dua patah kata. Eragon jadi merasa betapa
terus terang dan lugasnya Arya kalau dibandingkan
mereka. Malahan, Arya tampak tidak nyaman di dekat
Lifaen dan Nari, seakan ia tidak lagi yakin harus
bersikap bagaimana bersama kaumnya sendiri. Dari
buritan kano, Lifaen menoleh ke samping dan berkata,
"Katakan, Eragon-finiarel... Apa yang kalian, manusia,
nyanyikan tentang hari-hari yang gelap ini" Aku ingat
epos-epos yang pernah kudengar di
Iliera--petualangan para raja dan bangsawan kalian
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang berwibawa--tapi sudah lama sekali dan
kenangannnya seperti bunga yang gugur dalam
benakku. Karya baru apa yang telah kalian ciptakan"
Eragon mengerut kening ketika berusaha mengingat
judul-judul cerita yang pernah disampaikan Brom.
Sewaktu mendengarnya, Lifaen menggeleng sedih dan
berkata, "Begitu banyak yang hilang. Tidak ada balada
istana yang berhasil bertahan, dan, kalau kau bicara
jujur, begitu juga sebagian besar sejarah atau
kesenianmu, kecuali kisah-kisah indah yang diizinkan
Galbatorix untuk berkembang." "Brom pernah
bercerita tentang kejatuhan para Penunggang," kata
Eragon dengan nada membela diri. Bayangan rusa
berlompatan melewati batang pohon tumbang melintas
di balik matanya dari Saphira, yang tengah berburu.
"Ah, pria pemberani." Selama semenit, Lifaen
mendayung tanpa bicara. "Kami juga menyanyikan
Kejatuhan... tapi jarang. Sebagian besar dari kami
masih hidup sewaktu Vrael memasuki kehampaan, dan
kami masih berduka atas kota-kota kami yang
dibakar--bunga-bunga lili merah Ewayena, kristal
Luthivira--dan untuk keluarga kami yang dibantai.
Waktu hdak bisa menumpulkan penderitaan atas
luka-luka itu, bahkan setelah beribu-ribu tahun
berlalu dan matahari sendiri padam, meninggalkan
dunia melayang dalam malam abadi." Orik mendengus
di belakang. "Begitu juga keadaan para kuraci. Ingat,
elf, kami kehilangan satu klan karena Galbatorix."
Dan kami kehilangan raja kami, Evandar." Aku tidak
pernah mendengar soal itu," kata Eragon terkejut.
Lifaen mengangguk sambi Bidadari Pendekar Naga Sakti
l mengendalikan rakit melewati batu menders bawah
permukaan air. "Hanya sedikit yang pernah
mendengarnya. Brom sebetulnya bisa saja
menceritakannya padamu; ia ada di sana sewaktu
serangan mematikan itu dilancarkan. Sebelum
kematian Vrael, para elf menghadapi Galbatorix di
dataran Ilirea dalam usaha terakhir kami
mengalahkannya. Di sana Evandar--" "Di mana
Ilirea?" tanya Eragon. "Itu Uru'baen, Nak," kata Orik.
"Dulunya kota elf." Tanpa terganggu interupsi itu,
Lifaen melanjutkan. "Seperti katamu tadi, Ilirea dulu
salah satu kota kami. Kami meninggalkannya selama
peperangan melawan naga, lalu, berabad-abad
kemudian, manusia menjadikannya ibukota mereka
sesudah Raja Palancar dikucilkan." Eragon berkata,
"Raja Palancar" Siapa dia" Apakah dari dia Lembah
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Palancar mendapatkan namanya?" Kali ini elf itu
berpaling dan memandangnya dengan geli. "Kau
memiliki pertanyaan sebanyak dedaunan di pohon,
Argetlam." "Brom juga berpendapat begitu." Lifaen
tersenyum, lalu berhenti sejenak, seakan
mengumpulkan ingatan. "Sewaktu para leluhurmu tiba
di Alagaesia delapan ratus tahun yang lalu, mereka
menjelajahinya hingga jauh, mencari tempat tinggal
yang cocok. Akhirnya, mereka menetap di Lembah
Palancar--sekalipun namanya bukan itu waktu
itu--karena wilayah tersebut salah satu dari sedikit
tempat yang bisa dipertahankan dan tidak diklaim oleh
kami atau para kurcaci. Di sana rajamu, Palancar,
mulai membangun negara yang kuat. "Dalam upayanya
meluaskan wilayah, ia menyatakan perang terhadap
kami, sekalipun kami tidak memprovokasinya. Tiga
kali ia menyerang, dan tiga kali kami menang.
Kekuatan kami menakutkan para bangsawan Palancar
dan mereka memohon perdamaian. Palancar tidak
mengacuhkan nasihat mereka. Lalu para bangsawan
mendekati kami sambil menawarkan perjanjian yang
kami tandatangani di luar sepengetahuan Raja.
"Dengan bantuan kami, Palancar dikalahkan dan
dibuang, tapi ia, keluarganya, dan para pembantu
mereka menolak meninggalkan lembah. Karena tidak
ingin membunuh mereka, kami membangun menara
Ristvak'baen agar para Penunggang bisa mengawasi
Palancar dan memastikan ia tidak akan pernah
berkuasa atau menyerang siapa pun lagi di Alagaesia.
"Tidak lama kemudian Palancar dibunuh putranya
yang tidak ingin menunggu dalam bertindak. Sesudah
itu, politik keluarga terdiri atas pembunuhan,
pengkhianatan, dan kemerosotan lainnya, memudarkan
kemegahan rumah Palancar. Tapi para keturunannya
tidak pernah pergi, dan darah raja masih mengalir di
Therinsford dan Carvahall." "Aku mengerti," kata
Eragon. Lifaen mengangkat salah satu alisnya yang
hitam. "Sungguh" Fakta itu lebih penting daripada
yang kaukira. Kejadian itulah yang meyakinkan
Anurin--pendahulu Vrael sebagai kepala
Penunggang--untuk mengizinkan manusia menjadi
Penunggang, untuk mencegah perselisihan sejenis."
Orik tertawa terbahak-bahak. "Itu pasti menimbulkan
perdebatan seru." "Keputusan itu memang tidak
populer," Lifaen mengakui. "Bahkan sekarang masih
ada yang mempertanyakan kebijakan keputusan itu.
Keputusan tersebut menimbulkan perselisihan antara
Anurin dan Ratu Dellanir hingga Anurin dipecat dari
pemerintahan kami dan mendirikan para Penunggang
di Vroengard sebagai lembaga yang mandiri." "Tapi
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kalau para Penunggang dipisahkan dari
pemerintahanmu, bagaimana cara mereka
mempertahankan perdamaian, seperti yang seharusnya
mereka lakukan?" tanya Eragon. "Mereka tidak bisa,"
kata Lifaen. "Hingga Ratu Dellanir memahami
kebijakan adanya Penunggang yang bebas dari
bangsawan atau raja mana pun dan memulihkan akses
mereka ke Du Weldenvarden. Sekalipun begitu, Ratu
tidak pernah senang kalau ada kewenangan yang
dapat mengalahkan kewenangannya sendiri." Eragon
mengerutkan kening. "Tapi bukankah itu intinya?"
"Ya... dan tidak. Para Penunggang seharusnya
menjaga agar adak terjadi kejatuhan berbagai
pemerintahan dan ras, tapi siapa yang mengawasi
para pengawas" Itulah masalah utama yang
menyebabkan Kejatuhan. Tidak ada yang bisa
mengetahui kelemahan-kelemahan dalam sistem para
Penunggang itu sendiri, karena mereka di luar
pengawasan, dan dengan begitu, mereka hancur."
Eragon menday Bidadari Pendekar Naga Sakti
ung--mula-mula di satu sisi lalu sisi yang lain--sambil
mempertimbangkan kata-kata Lifaen. Dayung bergetar
di tangannya sewaktu menghantam arus yang
menyilang. "Siapa yang menggantikan Dellanir sebagai
raia atau ratu?" "Evandar. Ia naik tahta lima ratus
tahun yang lalu-- sewaktu Dellanir mengabdikan diri
untuk memelajari misteri sihir dan bertahan hingga
kematiannya. Sekarang pasangannya Islanzadi, yang
memerintah kami. "Itu--" Eragon terdiam dengan
mulut ternganga. Tadinya ia hendak mengatakan
mustahil, tapi lalu menyadari betapa konyolnya
pernyataan itu kedengarannya. Ia akhirnya bertanya
"Apakah elf hidup abadi?" Dengan suara lembut,
Lifaen berkata, "Dulu kami Seperti dirimu, cemerlang,
indah, dan sesingkat embun pagi. Sekarang kehidupan
kami membentang tanpa batas selama bertahun-tahun
yang penuh debu. Aye, kami sekarang hidup abadi,
sekalipun kami masih rentan terhadap luka-luka
daging." "Kalian jadi abadi" Bagaimana caranya?" Si
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
elf menolak menjelaskan, sekalipun Eragon
mendesaknya agar lebih terinci. Akhirnya, Eragon
bertanya, "Berapa usia Arya?" Lifaen mengalihkan
tatapannya yang berkilau-kilau padanya, menelaah
Eragon dengan ketajaman yang menggelisahkan.
"Arya" Apa kepentinganmu terhadap dirinya?"
"Aku...." Eragon tergagap, tiba-tiba tidak yakin pada
niatnya. Ketertarikannya pada Arya diperumit fakta
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahwa Arya elf, dan bahwa usianya, berapa pun itu,
jauh lebih tua daripada usianya sendiri. Ia pasti
memandangku sebagai anak-anak. "Aku tidak tahu,"
katanya sejujurnya. "Tapi ia menyelamatkan nyawaku
dan Saphira, dan aku ingin tahu lebih banyak tentang
dirinya." "Aku merasa malu," kata Lifaen,
mengucapkan setiap kata dengan hati-hati,
"mengajukan pertanyaan seperti itu. Dalam kaum kami,
mencari tahu urusan orang lain merupakan tindakan
yang kasar.... Hanya saja, harus kukatakan, dan aku
yakin Orik setuju dengan pendapatku, kau sebaiknya
menjaga hatimu, Argetlam. Sekarang bukan waktu
untuk kehilangan kendali, atau untuk diungkapkan."
"Aye," kata Orik. Eragon merasa wajahnya panas saat
darah mengalir deras ke sana, seolah ada cairan
panas menjalari dirinya. Sebelu ata sempat menukas,
Saphira memasuki benaknya dan berkata, Dan
sekarang waktu untuk menjaga lidahmu. Mereka
berniat baik. Jangan menghina mereka. Eragon
mengela napas dalam dan berusaha mengusir perasaan
malunya. Kau setuju dengan mereka" Aku yakin,
Eragon, bahwa kau penuh kasih dan kau mencari
seorang yang akan membalas perasaanmu. Tidak ada
yang memalukan dalam hal itu. Eragon berusaha
memahami kata-kata Saphira, lalu akhirnya berkata,
Kau akan segera kembali" Aku dalam perjalanan
sekarang. Eragon kembali memerhatikan sekitarnya
dan mendapati si elf dan kurcaci memandanginya.
"Aku mengerti keprihatinan kalian & dan aku masih
ingin pertanyaanku dijawab." Lifaen ragu-ragu
sejenak. "Arya masih cukup muda. Ia dilahirkan
setahun sebelum kehancuran para Penunggang."
Seratus! Sekalipun telah menduga ia setua itu, Eragon
masih saja merasa kaget. Ia menutupinya dengan
wajah tanpa ekspresi, berpikir, Arya bisa saja
memiliki cicit yang lebih tua daripada diriku! Ia
mempertimbangkan hal itu selama beberapa menit
lalu, untuk mengalihkan perhatiannya sendiri, ia
berkata, "Kau tadi mengatakan manusia menemukan
Alagaesia delapan ratus tahun yang lalu. Tapi Brom
mengatakan kami tiba tiga abad sesudah para
Penunggang dibentuk, yaitu beribu-ribu tahun yang
lalu." "Dua ribu tujuh ratus empat tahun, berdasarkan
perhitungan kami," kata Orik. "Brom benar, kalau kau
menganggap kapal berisi dua puluh prajurit sebagai
'kedatangan' manusia di Alagaesia. Mereka mendarat
di selatan, tempat Surda sekarang berada. Kami
bertemu sewaktu mereka menjelajah dan bertukar
hadiah, tapi lalu mereka pergi dan kami tidak melihat
manusia lagi hingga hampir dua milenium kemudian,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau hingga Raja Palancar tiba bersama armadanya.
Manusia sudah melupakan kami sama sekali waktu itu,
hanya ada kisah-kisah samar mengenai manusia
gunung berbulu yang mengincar anak-anak di malam
hari. Bah!" Kau tahu dari mana asal Palancar?" tanya
Eragon. Orik mengengerutkan kening dan menggigiti
ujung Bidadari Pendekar Naga Sakti
kumisnya, lalu menggeleng. "Sejarah kami hanya
mengatakan tanah kelahirannya berada jauh di
selatan, melewati Beor, dan pengungsiannya
dikarenakan perang dan kelaparan." Karena
terpesona dengan gagasan yang mendadak timbul di
benaknya, Eragon berkata tanpa berpikir, "Jadi
mungkin saja ada negara-negara di suatu tempat yang
bisa membantu kita melawan Galbatorix." "Mungkin
saja," kata Orik. "Tapi mereka sulit ditemukan bahkan
dengan menunggang naga, dan aku ragu kalian
berbicara dalam bahasa yang sama. Tapi siapa yang
ingin membantu kita" Hanya sedikit yang bisa
ditawarkan kaum Vardep pada negara lain, dan sudah
cukup sulit untuk memindahkan pasukan dari Farthen
Dur ke Uru'baen, apalagi mendatangkan pasukan dari
ratusan, kalau bukan ribuan, mil jauhnya." "Lagi pula
kami tidak bisa membiarkanmu pergi," kata Lifaen
pada Eragon. "Aku masih--" Eragon terdiam saat
Saphira membubung tinggi di atas sungai, diikuti
kawanan burung layang-layang dan burung hitam yang
berniat mengusirnya dari wilayah mereka. Pada saat
yang sama, terdengar cicitan ramai dari sepasukan
bajing yang bersembunyi di sela cabang-cabang
pohon. Lifaen tersenyum dan berseru, "Ia cantik,
bukan" Lihat bagaimana sisik-sisiknya menangkap
cahaya! Tidak ada harta di dunia yang bisa menyamai
pemandangan ini." Seruan yang sama terdengar dari
Nari. "Memuakkan, itulah dia," gumam Orik ke
janggutnya. Eragon menyembunyikan senyum,
sekalipun ia menyetujui pendapat si kurcaci. Para elf
tampaknya tidak pernah lelah memuji Saphira. Tidak
ada salahnya memuji sedikit, kata Saphira. Ia
mendarat diiringi percikan tinggi air dan
membenamkan kepala untuk menghindari gerombolan
burung layang-layang yang menukik. Tentu saja, kata
Eragon. Saphira menatapnya dari bawah permukaan
air. Apakah menyindirku" Eragon tergelak dan
melupakan masalah itu. Saat melirik perahu yang lain,
Eragon memandangi Arya mendayung, punggungnya
tegak, wajahnya sulit ditebak sementara elf itu
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meluncur menerobos bintik-bintik cahaya di bawah
pepohonan berlumut. Arya tampak begitu muram dan
serius hingga Eragon ingin menghiburnya. "Lifaen,"
tanyanya dengan suara pelan agar Orik tidak
mendengar, "kenapa Arya begitu... tidak bahagia" Kau
dan --" Bahu Lifaen mengejang di balik tunik
merahnya dan ia berbisik, begitu pelan hingga Eragon
nyaris tidak bisa mendengar Kami merasa tersanjung
bisa melayani Arya Drottningu. Ia menderita lebih
daripada yang bisa kaubayangkan bagi kaum kami.
Kami bersuka cita atas apa yang dicapainya dengan
Saphira, dan kami menangis dalam mimpi-mimpi kami
untuk pengorbanannya... dan kehilangannya. Tapi
penderitaannya merupakan penderitaannya sendiri,
dan aku tidak bisa memberitahukannya tanpa
seizinnya." Saat Eragon duduk di dekat api unggun
pada malam harinya, mengelus-elus sepetak lumut
yang terasa seperti bulu kelinci, ia mendengar
keributan dari dalam hutan. Setelah bertukar pandang
dengan Saphira dan Orik, ia mengendap-endap ke
suara itu, Zar'roc terhunus. Eragon berhenti di bibir
jurang kecil dan memandang ke seberang, tempat
seekor gyrfalcon dengan sayap patah merontaronta di
kumpulan snowberry. Hewan pemangsa itu terpaku
saat melihat dirinya, lalu membuka paruh dan menjerit
melengking. Nasib yang mengerikan, tidak bisa
terbang, kata Saphira. Sewaktu Arya tiba, ia menatap
gyrfalcon itu, lalu memasang tali busurnya dan,
dengan ketepatan yang menggetarkan, memanalmya
hingga menembus dada. Mulanya Eragon menduga ia
melakukannya untuk menjadikannya makanan, tapi
Arya hendak bergerak untuk mengambil burung maupun
anak panahnya. Kenapa?" tanyanya. Dengan ekspresi
keras, Arya melepas tali busurnya. "Lukanya terlalu
parah untuk bisa kusembuhkan dan ia akan mati malam
ini atau besok. Begitulah sifat alam. Aku
menyelamatkannya dari penderitaan berjam-jam."
Saphira menunduk dan menyentuh bahu Arya dengan
moncongnya, lalu kembali ke perkemahan mereka,
ekor Saphira menggores kulit pepohonan. Saat Eragon
hendak mengikuti, ia merasa Orik menarik lengan
bajunya dan ia pun membungkuk agar bisa mendengar
bisikan si kurcaci. "Jangan pernah mea minta bantuan
elf; mereka mungkin saja mem
Bidadari Pendekar Naga Sakti
utuskan kau lebih baik mati, eh?" MANTRA
DAGSHELGR Sekalipun kelelahan akibat kemarin,
Eragon memaksa diri bangun sebelum subuh untuk
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa melihat salah satu elf tidur. Ini menjadi
permainan baginya, mengetahui kapan elf
terjaga--atau apakah mereka tidur--karena ia belum
pernah melihat satu elf pun yang matanya terpejam.
Hari ini ternyata bukan perkecualian. "Selamat pagi,"
kata Nari dan Lifaen dari atas. Eragon menjulurkan
kepala dan melihat keduanya berdiri di sebatang
pohon pinus, sekitar lima puluh kaki di udara. Setelah
berlompatan dari cabang ke cabang dengan kelincahan
kucing, para elf itu mendarat di tanah di sampingnya.
"Kami berjaga sejak tadi," Lifaen menjelaskan.
"Karena?" Arya melangkah keluar dari balik pohon
dan berkata, "Kafta ketakutanku. Du Weldenvarden
memiliki banyak misteri dan bahaya, terutama bagi
Penunggang. Kami telah tinggal di sini ribuan tahun,
dan mantra-mantra lama masih bertahan di
tempat-tempat yang tidak terduga; sihir ada di udara,
air, dan tanah. Di tempat-tempat tertentu sihir
memengaruhi hewan. Terkadang makhluk aneh
ditemukan berkeliaran di hutan, dan tidak semua
ramah." "Apakah mereka--" Eragon terdiam saat
gedwey ignasia di tangannya terasa menggelitik.
Martil perak di kalung yang diberikan Garnel terasa
memanas di dadanya, dan ia merasakan mantra kalung
itu menyerap kekuatannya. Ada yang berusaha
men-scry dirinya. Apakah Galbatorix" pikirnya
penasaran, ketakutan. Ia cengkeram kalung itu dan
mengeluarkannya dari balik tunik, siap menariknya
sampai lepas kalau ia menjadi terlalu lemah. Dari
sisi lain perkemahan, Saphira bergegas mendekatinya
menguatkannya dengan cadangan energinya sendiri.
Sesaat kemudian, panasnya mengalir keluar dari
martil, menyebabkan kalung itu terasa dingin di kulit
Eragon. Ia melempar-lemparkannya di telapak tangan,
lalu menjejalkannya kembali ke balik pakaiannya. Saat
itu Saphira berkata, Musuh kita mencari kita. Musuh"
Apakah mungkin seseorang di Du Vrangr Gata"
Kurasa Hrothgar pasti sudah memberitahu Nasuada
bahwa ia memerintahkan Gannel memberimu kalung
bermantra ini... Mungkin saja Nasuada mendapat
gagasan itu duluan. Arya mengerutkan kening
sewaktu Eragon menjelaskan apa yang terjadi.
"Dengan begini makin mendesak bagi kita untuk
mencapai Ellesmera secepat mungkin agar latihanmu
bisa dilanjutkan. Kejadian-kejadian di Alagaesia
semakin cepat terjadi, dan aku khawatir kau tidak
memiliki waktu yang cukup untuk pelajaranmu."
Eragon ingin mendiskusikannya lebih jauh, tapi
kehilangan kesempatan karena tergesa-gesa
meninggalkan perkemahan Begitu kano-kano telah
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dimuati dan api unggun dipadamkan, mereka
melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Gaena.
Mereka baru satu jam di air sewaktu Eragon menyadari
sungainya semakin lebar dan dalam. Beberapa menit
kemudian mereka sampai di air terjun yang memenuhi
Du Weldenvarden dengan gemuruhnya yang
menderu-deru. Air terjun itu sekitar seratus kaki
tingginya, dan mengalir menuruni permukaan batu
yang bagian atasnya menonjol sehingga tebing itu
mustahil dipanjat. "Bagaimana cara kita melewati air
terjun itu?" Ia sudah bisa merasakan cipratan air
sejuk di wajahnya. Lifaen menunjuk ke tepi kiri, agak
jauh dari air terjun, di mana ada jalan setapak
berliku-liku yang menaiki tebing curam itu. "Kita
terpaksa mengangkat kano dan pasokan kita sejauh
setengah league sebelum bisa kembali ke sungai."
Mereka berlima melepaskan ikatan buntalan yang
dijejalkan di sela-sela kursi kano dan membagi
pasokan menjadi tumpukan yang mereka jejalkan ke
dalam buntalan masing-masing. "Uh," kata Eragon,
sambil mengangkat bebannya. Bungkusannya dua kali
lebih berat daripada yang biasa dibawanya kalau
bepergian berjalan kaki. Aku bisa menerbangkannya
ke hulu untukmu... semuanya, Saphira menawarkan,
sambil melangkah ke tepi sungai yang berlumpur dan
menggoyang tubuhnya untuk mengeringkannya.
SeWaktu Eragon menyampaikan tawarannya, Lifaen
tampak ngeri. "Kami tidak akan pernah bermimpi
menggunakan naga sebagai pengangkut beban. Itu
merendahkanmu, Saphira--dan Eragon sebagai
Shur'tugal--dan mempermalukan keramahan kami."
Saphira me Bidadari Pendekar Naga Sakti
ndengus, dan api menyembur dari cuping hidungnya,
membuat permukaan sungai menguap dan menimbulkan
swan uap air. Ini omong kosong. Ia mengulurkan salah
satu kakinya yang bersisik melewati Eragon,
mengaitkan cakarnya ke tali bahu bungkusan, lalu
membubung ke atas kepala mereka. Tangkap aku kalau
bisa! Tawa yang jernih memecahkan kesunyian,
seperti getaran buring mockingbird. Dengan takjub
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Eragon berbalik dan memandang Arya. Untuk pertama
kalinya ia mendengar tawa Arya; ia menyukai
suaranya. Arya tersenyum pada Lifaen. "Banyak yang
harus kaupelajari kalau kau menganggap bisa
memberitahu naga apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukannya. "Tapi aibnya--" "Tidak memalukan
kalau Saphira melakukannya atas keinginannya
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendiri," kata Arya. "Sekarang, ayo pergi sebelum kita
membuang waktu lebih banyak lagi." Sambil berharap
pengerahan tenaganya tidak akan membuat
punggungnya sakit, Eragon mengangkat kano bersama
Lifaen dan meletakkannya di bahu. Ia terpaksa
mengandalkan elf itu untuk membimbingnya di
sepanjang jalan setapak, karena ia hanya bisa melihat
tanah di bawah kakinya. Satu jam kemudian mereka
tiba di puncak tebing dan naik melewati arir terjun
berbahaya, menuju tempat Sungai Gaena kembali
tenang dan mengkilap. Saphira telah menunggu
mereka, sibuk menangkap ikan di air yang dangkal,
berulang kali memasukkan kepalanya yang berbentuk
segitiga ke air seperti burung heron. Arya
memanggilnya dan berkata pada Saphira dan Eragon
"Di balik tikungan di depan itu ada Danau Ardwen dan,
di tepi baratnya, adalah Silthrim, salah satu kota
terbesar kami. Selepas itu ada hutan luas yang
memisahkan kita dengan Ellesmera. Kita akan bertemu
banyak elf di dekat Silthrim. Tapi aku tidak ingin
salah satu dari kalian terlihat sebelum kita berbicara
dengan Ratu Islanzadi." Kenapa" tanya Saphira,
mengutarakan pikiran Eragon. Dengan aksen
berirama, Arya menjawab, "Kehadiran kalian
merupakan wujud perubahan hebat dan menakutkan
bagi kerajaan kami, dan perubahan seperti itu
berbahaya kalau tidak ditangani dengan hati-hati.
Ratu harus jadi yang pertama bertemu kalian. Hanya
ia yang memiliki kewenangan dan kebijakan untuk
mengawasi transisi ini." "Kau sangat
menyanjungnya," komentar Eragon. Mendengar
kata-kata Eragon, Nari dan Lifaen berhenti dan
memandangi Arya dengan waspada. Ekspresi wajah
Arya berubah kosong, lalu ia menegakkan diri dengan
bangga. "Ia memimpin kami dengan baik... Eragon,
aku tahu kau membawa jubah berkerudung dari
Tronjheim. Hingga kita bebas dari kemungkinan
adanya pengamat, tolong kaukenakan jubah itu dan
tutupi kepalamu agar tidak ada yang melihat telingamu
yang bulat dan tahu kau manusia." Eragon
mengangguk. "Dan Saphira, kau terpaksa bersembunyi
di siang hari dan menyusul kami di malam hari. Ajihad
memberitahuku itulah yang kaulakukan di Kekaisaran."
Dan aku membenci setiap saat itu, geram Saphira.
"Hanya untuk hari ini dan besok. Sesudah itu, kita
akan cukup jauh dari Silthrim hingga tidak perlu
khawatir akan menemui siapa pun yang
membahayakan," Arya berjanji. Saphira mengalihkan
pandangan matanya yang kebiruan pada Eragon.
Sewaktu kita melarikan diri dari Kekaisaran, aku
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersumpah akan selalu ada di dekatmu untuk
melindungimu. Setiap kali aku menjauh, selalu terjadi
hal-hal buruk: Yazuac, Daret, Dras-Leona, para
pedagang budak. Di Teirm tidak. Kau mengerti
maksudku! Aku terutama tidak suka pergi karena kau
tak bisa membela diri dengan punggungmu yang sakit.
Aku percaya Arya dan yang lainnya akan menjaga
keselamatanku. Kau tidak percaya" Saphira
ragu-ragu. Aku percaya pada Arya. Ia berputar dan
menyusuri tepi sungai, duduk sejenak, lalu berbalik.
Baiklah. Ia menyampaikan persetujuannya pada Arya,
sambil menambahkan, Tapi aku tidak akan menunggu
lebih lama daripada besok malam, bahkan biarpun
pada saat itu kalian berada di tengah Silthrim. "Aku
mengerti," kata Arya. "Kau tetap harus berhati-hati
sewaktu terbang malam hari, karena elf bisa melihat
dengan jelas kecuali di malam yang paling gelap.
Kalau kau tidak sengaja terlihat, kau bisa diserang
dengan sihir." Luar biasa, kata Saphira. Sementara
Orik dan Bidadari Pendekar Naga Sakti
para elf menaruh muatan di perahu lagi, Eragon dan
Saphira menjelajahi hutan yang remang-remang itu,
mencari tempat persembunyian yang sesuai. Mereka
memilih ceruk kering yang dikelilingi bebatuan runtuh
dan diselimuti dedaunan jarum pinus yang terasa
lunak. Saphira bergelung di tanah dan mengangguk.
Pergilah sekarang. Aku akan baik-baik saja. Eragon
memeluk lehernya--berhati-hati untuk menghindari
duri-duri punggungnya yang tajam--kemudian pergi
dengan enggan sambil melirik ke belakang. Di sungai,
ia mengenakan kerudung sebelum mereka melanjutkan
perjalanan. Udara bagai tidak bergerak sewaktu
Danau Ardwen kelihatan dan akibatnya, permukaan air
yang luas jadi halus dan rata, cermin yang sempurna
bagi pepohonan dan awan. Ilusi itu begitu tanpa cacat
sehingga Eragon merasa seperti memandang ke dunia
lain dari balik jendela dan bahwa kalau mereka
melanjutkan perjalanan, kano-kano mereka akan jatuh
selama-lamanya ke langit yang terpantul di permukaan
danau. Ia menggigil membayangkan hal itu. Di
kejauhan yang samar, puluhan perahu dari kulit pohon
birch putih melesat seperti para penunggang air di
sepanjang kedua tepinya, didorong kekuatan para elf
hingga mencapai kecepatan yang luar biasa. Eragon
menunduk dan menarik tepi kerudungnya untuk
memastikan wajahnya tertutup Hubungannya dengan
Saphira semakin sulit saat mereka semakin jauh,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hingga hanya pikiran sekilas yang menjalin mereka. Di
malam hari ia tidak lagi bisa merasakan kehadiran
Saphira, bahkan meskipun ia mengerahkan pikiran
hingga batas kekuatannya. Tiba-tiba saja Du
Weldenvarden terasa lebih sepi dan terpencil.
Sementara kegelapan semakin pekat, sekelompok
cahaya putih--diletakkan di berbagai ketinggian di
sela pepohonan muncul satu mil di depan. Cahayanya
berpendar seperti sinar keperakan bulan, menakutkan
dan misterius di malam hari, "Silthrim ada di sana,"
kata Lifaen. Diiringi suara ceburan samar, sebuah
perahu gelap melewati mereka dari arah yang
berlawanan, diikuti gumaman "KveHia Fricai" dari elf
yang mengemudikannya. Arya mengarahkan kanonya
ke samping kano Eragon. "Kita berhenti di sini malam
ini." Mereka berkemah agak jauh dari Danau Ardwen,
di tempat yang tanahnya cukup kering untuk ditiduri.
Serangan nyamuk yang ganas membuat Arya
mengucapkan mantra pelindung agar mereka bisa
makan malam agak nyaman. Sesudahnya, mereka
berlima duduk mengelilingi api unggun, menatap
kobaran keemasannya. Eragon menyandarkan kepala
ke sebatang pohon dan mengawasi meteor melintasi
langit. Matanya nyaris terpejam sewaktu terdengar
suara wanita terbawa angin di hutan dari arah
Silthrim, lantunan samar yang membelai bagian dalam
telinganya seperti bulu. Ia mengerutkan kening dan
menegakkan tubuh, berusaha mendengar bisikan itu
lebih baik. Seperti kepulan asap yang menebal saat
api unggun yang baru dinyalakan berkobar hidup,
suara itu pun bertambah kuat hingga hutan mendesah
seiring melodi yang menggoda, dan berputar-putar itu,
melompat naik-turun dengan liar. Suara-suara lain
terdengar mengiringi suara yang seolah tidak berasal
dari dunia nyata itu, menghiasi nada aslinya dengan
ratusan variasi. Udara sendiri bagai berpendar karena
musik sangat dinamis tersebut. Lantunan peri itu
menimbulkan gelombang kegembiraan dan ketakutan
yang merayapi tulang punggung Eragon; mengaburkan
indranya, menariknya memasuki malam selembut
beludru, Terbujuk nada-nada yang mengalun tersebut,
ia melompat bangkit, siap melesat menerobos hutan
hingga menemukan sumber suara, siap menari-nari di
sela pepohonan dan lumut, apa pun agar bisa
bergabung dengan pesta para elf. Tapi sebelum ia
sempat bergerak, Arya menyambar tangannya dan
menyentaknya hingga Eragon terputar menghadapinya.
"Eragon! Kosongkan pikiranmu!" Eragon berjuang
dengan sia-sia untuk melepaskan diri dari
cengkeraman Arya. "Eyddr evreya onr!" Kosongkan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
telingamu! Segalanya lalu berubah sunyi, seakan
Eragon jadi tuli. Ia berhenti melawan dan memandang
sekitarnya, penasaran tentang apa yang baru saja
terjadi. Di seberang api unggun, Lifaen dan Nari
bergulat tanpa suara dengan Orik. Eragon
memandangi mulut Arya bergerak-gerak s
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
aat bicara, lalu suara kembali ke dunia diiringi bunyi
letupan, walau ia tidak lagi bisa mendengar musiknya.
"Apa...?" tanyanya, tertegun. "Menyingkir dariku,"
geram Orik. Lifaen dan Nari menarik tangan mereka
dan mundur. "Mad, Orik-vodhr," kata Lifaen. Arya
menatap ke Silthrim. "Aku salah menghitung hari-hari;
aku tidak ingin berada di dekat kota selama
Dagshelgr. Perayaan kami berbahaya bagi kaum fana.
Kami bernyanyi dalam bahasa kuno, dan liriknya
menjalin mantra keinginan dan kerinduan yang sulit
dilawan, bahkan bagi kami." Nari bergerak-gerak
gelisah. "Kita seharusnya berada di hutan. "Benar."
Arya menyetujui, "tapi kita akan melakukan kewajiban
kita dan menunggu." Dengan perasaan terguncang
Eragon duduk lebih dekat dengan api unggun,
berharap Saphira ada; ia yakin Saphira mampu
melindungi benaknya dari pengaruh musik tadi. "Apa
Dagshelgr?" tanyanya. Arya menemaninya di tanah,
menyilangkan kakinya yang panjang. "Menjaga
kesehatan dan kesuburan hutan. Setiap musim semi
kami bernyanyi bagi pepohonan, kami bernanyi bagi
tanaman, dan kami bemyanyi bagi hewan-hewan.
Tanpa kami, Du Weldenvarden hanya akan tinggal
separo dari luas sekarang." Seakan untuk menekankan
maksudnya, berbagai burung, rusa, bajing merah,
musang bergaris kelabu, rubah, kelinci, serigala,
katak, kodok, kura-kura, dan semua hewan lain yang
ada di dekat mereka meninggalkan tempat
persembunyian dan bergegas-gegas dengan ribut.
"Mereka mencari pasangan," Arya menjelaskan. "Di
seluruh Du Weldenvarden di setiap kota kami, elf-elf
menyanyikan lagu ini. Semakin banyak yang
bernyanyi, semakin kuat mantranya, dan Du
Weldenvarden akan semakin luas tahun ini." Eragon
menarik tangannya sewaktu tiga landak menghambur
melewati pahanya. Seluruh hutan riuh rendah. Aku
memasuki negeri dongeng, pikirnya, sambil memeluk
diri sendiri. Orik mendekat dari balik api unggun dan
mengeraskan suara mengatasi keributan, "Demi
janggut dan kapakku, aku tidak mau lagi dikendalikan
sihir di luar keinginanku. Kalau kejadian ini terulang,
Arya, aku bersumpah demi sabuk batu Helzvog aku
akan kembali ke Farthen Dur dan kalian akan
menghadapi kemurkaan Durgrimst Ingeitum." "Aku tak
berkeinginan kau mengalami Dagshelgr," kata Arya.
"Aku minta maaf atas kesalahanku. Tapi, sekalipun
aku melindungimu dari mantra ini, kau tidak bisa
melepaskan diri dan sihir di Du Weldenvarden; sihir
ada di mana-mana di sini." "Selama tidak mengacau
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pikiranku." Orik menggeleng dan meraba tangkai
kapaknya sambil mengamati binatang-biriatang yang
bergerak dalam keremangan di luar lingkaran cahaya
api unggun. Tidak ada yang tidur malam itu. Eragon
dan Orik terus terjaga karena keributan yang
menakutkan dan hewan-hewan yang terus menerjang
tenda-tenda mereka, para elf karena mereka masih
mendengarkan lagu itu. Lifaen dan Nari
mondar-mandir tanpa henti, sementara Arya menatap
ke Silthrim dengan depresi lapar, kulitnya yang pucat
tampak terentang tegang tipis di tulang pipinya.
Empat jam sesudah keributan suara dan gerakan itu
mulai, Saphira menukik turun dari langit, matanya
berkilau-kilau aneh. Ia bergidik dan menjulurkan
leher, terengah-engah dengan ternganga. Hutannya,
katanya, hidup. Dan aku hidup. Darahku membara,
belum pernah aku mengalami yang seperti ini. Darahku
membara seperti darahmu membara sewaktu
memikirkan arya, Aku... mengerti! Eragon memegang
bahu Saphira, merasakan getaran yang mengguncang
sosok naga itu; bagian samping tubuh Saphira
bergetar saat ia bersenandung seiring musiknya.
Saphira mencengkeram tanah dengan cakar-cakarnya
yang bagai gading, otot-ototnya berkedut karena
usaha kerasnya untuk tetap tidak bergerak. Ujung
ekornya tersentak seakan ia hendak menerkam. Arya
berdiri dan menggabungkan diri dengan Eragon di sisi
lain Saphira. Elf itu juga memegang bahu Saphira, dan
mereka bertiga menghadapi kegelapan, bersatu
menjadi rantai hidup. Saat subuh merekah, yang
pertama kali disadari Eragon adalah di semua pohon
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang tumbuh kuncup jarum hijau cerah di ujung
cabang masing-masing. Ia membungkuk dan memeriksa
semak snowberry di kakinya dan mendapati setiap
tanaman, besar at Bidadari Pendekar Naga Sakti
au kecil, mengalami pertumbuhan semalam. Hutan
dipenuhi warna-warna cemerlang; segala sesuatu
tampak lebat, segar, dan bersih. Udara berbau seperti
ketika hujan bam saja turun. Saphira mengguncang
diri di samping Eragon dan berkata, Demamnya sudah
berlalu; aku telah pulih. Hal-hal yang kurasakan...
Rasanya seolah dunia dilahirkan lagi dan aku
membantu menciptakannya dengan api di tangan dan
kakiku. Bagaimana keadaanmu" Di dalam, maksudku.
Aku membutuhkan waktu untuk memahami apa yang
baru saja kualami. Karena musiknya telah berhenti,
Arya mencabut mantranya dari Eragon dan Orik. Ia
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkata, "Lifaen. Nari. Pergilah ke Silthrim dan ambil
kuda untuk kita berlima. Kita tidak bisa berjalan kaki
dari sini ke Ellesmera. Selain itu, peringatkan Kapten
Damitha bahwa Ceris membutuhkan pasukan
tambahan." Nari membungkuk. "Apa yang harus kami
katakan kalau menanyakan kenapa kami meninggalkan
pos kami?" "Beritahu bahwa apa yang pernah
diharapkannya--dan ditakutinya--telah terjadi; wyrm
telah menggigit ekornya sendiri. Ia akan paham."
Kedua elf itu pergi ke Silthrim sesudah pasokan
dibongkar dari perahu. Tiga jam kemudian, Eragon
mendengar suara ranting patah dan menengadah,
melihat mereka kembali menerobos hutan dengan
menunggang kuda-kuda jantan yang gagah memimpin
empat kuda yang identik. Hewan-hewan yang
mengagumkan itu bergerak di sela pepohonan tanpa
suara, kulit mereka berpendar ditimpa cahaya. Tidak
seekor pun dilengkapi pelana atau kekang. "Blothr,
blothr," gumam Lifaen, dan tunggangannya berhenti,
menggaruk-garuk tanah dengan kukunya yang gelap.
"Apakah semua kuda kalian seanggun ini?" tanya
Eragon. Dengan hati-hati ia mendekati salah satunya,
terpesona pada keindahannya. Hewan-hewan itu hanya
beberapa tangan lebih tinggi daripada kuda poni,
menyebabkan mereka bisa bergerak dengan mudah di
sela batang-batang pohon yang tumbuh rapat. Mereka
tidak tampak takut pada Saphira. "Tidak semuanya,"
kata Nari sambil tertawa, mengibaskan rambut
keperakannya, "tapi sebagian besar. Kami sudah
memelihara mereka selama berabad-abad."
"Bagaimana caraku menungganginya?" Arya berkata,
"Kuda elf bereaksi seketika terhadap perintah dalam
bahasa kuno; beritahukan ke mana kau mau pergi dan
ia akan membawamu ke sana. Tapi jangan
memperlakukan mereka dengan pukulan atau kata-kata
kasar, karena mereka bukan budak kami, tapi teman
dan rekan kami. Mereka hanya membawamu selama
mereka bersedia; bisa menunggangi salah satunya
merupakan kehormatan besar. Aku berhasil
menyelamatkan telur Saphira dari Durza karena
kuda-kuda kami merasakan ada yang tidak beres dan
menghentikan kami memasuki perangkapnya.... Mereka
tidak akan membiarkan dirimu jatuh kecuali kau
dengan sengaja menjatuhkan diri, dan mereka ahli
memilih jalan yang paling aman dan paling cepat di
daerah berbahaya. Feldunost para kurcaci seperti
itu." "Benar sekali," kata Orik. "Feldunost bisa
membawamu mendaki tebing dan menuruninya tanpa
satu memar pun. Tapi bagaimana cara kita membawa
makanan dan yang lainnya tanpa pelana" Aku tidak
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mau menunggang kuda sambil membawa bungkusan
yang penuh." Lifaen melemparkan setumpuk tas kulit
ke kaki Orik dan menunjuk kuda keenam. "Tidak
perlu." Mereka membutuhkan waktu setengah jam
untuk menata pasokan mereka dalam tas-tas dan
menumpuknya di punggung kuda. Sesudah itu, Nari
memberitahu Eragon dan Orik kata-kata yang bisa
mereka gunakan untuk mengarahkan kuda-kuda:
"Ganga fram untuk maju, blothr untuk berhenti, hlaupa
kalau kalian harus lari, dan ganga aptr untuk kembali.
Kalian bisa memberi instruksi yang lebih tepat kalau
kalian tahu lebih banyak bahasa kuno." Ia membimbing
Eragon ke salah satu kuda dan berkata, "Ini Folkvir.
Ulurkan tanganmu." Eragon mematuhinya, dan kuda
jantan itu mendengus, cuping hidungnya mengembang.
Folkvir mengendus telapak tangan Eragon, lalu
menyentuhnya dengan moncong dan mengizinkan
Eragon untuk mengelus lehernya yang kekar. "Bagus,"
kata Nari, tampak puas. Elf itu membimbing Orik untuk
melakukan tindakan yang sama dengan kuda
berikutnya. Saat Eragon naik ke punggung Folkvir,
Saphira mendekat. Eragon menengadah m
Bidadari Pendekar Naga Sakti
enatapnya, menyadari kalau Saphira masih terganggu
akibat pengalaman semalam. Satu hari lagi, katanya.
Eragon & Saphira diam sejenak. Ada yang kupikirkan
sewaktu berada di bawah pengaruh mantra elf, apa
yang selama ini kuanggap tidak berarti, tapi sekarang
menjulang seperti pegunungan yang menakutkan:
Setiap makhluk, tidak peduli semurni atau
semenakutkan apa pun, memiliki pasangan dari jenis
mereka sendiri. Tapi aku tidak memilikinya, Ia
menggigil dan memejamkan mata. Dalam hal ini, aku
sendirian. Pernyataaan Saphira mengingatkan Eragon
bahwa naga itu belum lagi berusia delapan bulan.
Pada banyak kesempatan, kemudaannya tidak
terlihat--karena pengaruh insting dan kenangan yang
diwarisinya tapi, dalam urusan ini, ia sama tidak
berpengalamannya dengan Eragon dalam usahanya
lemah untuk merasakan keromantisan di Carvahall dan
Tronjheim. Eragon merasa kasihan, tapi ia menekan
perasaannya sebelum perasaan itu sempat mengalir
melalui hubungan mental mereka. Saphira akan
membenci perasaan itu: perasaan tersebut tidak bisa
memecahkan masalahnya atau membuat perasaannya
lebih baik. Ia akhirnya malah berkata, Galbatorix
masih memiliki dua telur naga. Begitu kita bertemu
Hrothgar lagi katakan kau ingin menyelamatkan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keduanya. Kalau kita bisa- Saphira mendengus pahit.
Bisa memakan waktu bertahun-tahun dan bahkan kalau
kita berhasil mendapatkan telur-telur itu, tidak ada
jaminan telur-telur tersebut akan menetas, atau
apakah mereka jantan atau apakah kami merupakan
pasangan yang cocok. Nasib sudah menentukan rasku
bakal punah. Ia melecutkan ekornya dengan frustrasi,
mematahkan pohon muda hingga menjadi dua. Saphira
tampak hampir menangis. Apa yang bisa kukatakan"
tanya Eragon, terusik perasaan tertekan yang
dirasakan Saphira. Kau tidak boleh patah semangat.
Kau masih memiliki kesempatan menemukan pasangan,
tapi kau harus sabar. Bahkan kalau telur milik
Galbatorix tidak berhasil, pasti ada naga di tempat
lain di dunia ini, sama seperti manusia, elf, dan
Urgal. Begitu kita bebas dari kewajiban, akan kubantu
kau mencari mereka. Bagaimana" Baiklah, isak
Saphira. Ia menjulurkan kepala ke belakang dan
mengembuskan asap putih yang memudar di sela
cabang-cabang di atas kepala. Seharusnya aku bisa
lebih menguasai diri dan tidak membiarkan emosi
mengalahkanku. Omong kosong. Kau harus terbuat
dari batu supaya tidak merasa seperti ini. Ini sangat
normal... Tapi berjanjilah kau tidak akan memikirkan
masalah ini ketika sendirian. Saphira menatapnya
dengan sebelah mata birunya yang besar. Baik.
Eragon merasa hangat di dalam saat merasakan
perasaaan berterima kasih Saphira atas penghiburan
dan dukungan Eragon. Sambil mencondongkan tubuh
dari Folkvir, Eragon memegang pipi Saphira yang
kasar beberapa lama. Pergilah makhluk kecil, gumam
Saphira. Sampai ketemu nanti. Eragon tidak suka
meninggalkan Saphira dalam keadaan seperti itu.
Dengan enggan ia memasuki hutan bersama Orik dan
para elf, menuju ke jantung Du Weldenvarden di barat.
Sesudah satu jam memikirkan beban Saphira, ia
membicarakannya dengan Arya. Garis-garis samar
muncul di kening Arya saat ia mengerutkan kening "Itu
salah satu kejahatan terbesar Galbatorix. Aku tidak
tahu apakah ada pemecahannya, tapi kita bisa
berharap. Kita harus berharap." KOTA PINUS Eragon
begitu lama berada di Du Weldenvarden hingga ia
mulai merindukan tempat terbuka, padang, atau
bahkan pegunungan, bukan batang-batang pohon dan
sesemakan luas tak bertepi. Penerbangannya dengan
Saphira tidak memberinya kelegaan karena hanya
menampakkan perbukitan hijau yang terbentang tanpa
putus seperti lautan hingga kejauhan. Sering
cabang-cabang di atas kepala begitu tebal hingga
mustahil mengetahui dari arah mana matahari terbit
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan terbenam. Itu, bersama pemandangan yang selalu
sama, menyebabkan Eragon merasa tersesat, tidak
peduli berapa kali Arya atau Lifaen bersusah payah
menunjukkan arah mata angin padanya. Kalau bukan
karena para elf, Eragon tahu ia bisa berkeliaran di Du
Weldenvarden sepanjang sisa hidupnya tanpa pernah
menemukan jalan keluar. Sewaktu hujan turun, awan
dan kanopi hutan menyebabkan mereka berada dala
Bidadari Pendekar Naga Sakti
m kegelapan pekat, seakan terkubur jauh di bawah
tanah. Air yang turun mengumpul di dedaunau jarum
pinus yang hitam di atas, lalu menetes dan turun
sekitar seratus kaki atau lebih ke kepala mereka,
seperti ribuan air terjun kecil. Pada saat seperti itu,
Arya memanggil bola cahaya sihir yang melayang di
atas tangan kanannya dan menjadi satu-satunya
sumber cahaya di hutan yang segelap gua tersebut.
Mereka akan berhenti dan berkumpul di bawah
sebatang pohon hingga badai mereda, tapi air yang
tersimpan di puluhan cabang di atas, kalau diguncang
sedikit saja, akan menghujani mereka dengan tetesan
air hingga berjam-jam kemudian. Sementara mereka
terus berjalan semakin jauh memasuki jantung Du
Weldenyarden, pepohonan semakin tebal dan tinggi,
juga semakin terpisah dari satu sama lain untuk
memberi ruang bagi bentangan cabang-cabang mereka
yang melebar. Batang-batang pohon yang cokelat
menjulang ke langit-langit berusuk di atas, yang
dikaburkan dan di sana-sini disaput
bayangan--tingginya lebih dari dua ratus kaki, lebih
tinggi daripada pohon mana pun di Spine atau Beor.
Eragon mengukur keliling satu pohon, yang mencapai
tujuh puluh kaki. Ia menceritakan hal ini pada Arya,
dan elf itu mengangguk, sambil berkata, "Itu artinya
kita sudah dekat dengan Ellesmera." Ia mengulurkan
tangan dan meletakkannya di akar yang melengkung di
sampingnya, seakan menyentuh, dengan sangat
hati-hati, bahu teman atau kekasih. "Pepohonan ini
merupakan salah satu makhluk hidup tertua di
Alagaesia. Elf menyayangi mereka sejak pertama kali
kami melihat Du Weldenvarden, dan kami berusaha
sekuat tenaga membantu mereka tetap subur."
Seberkas cahaya samar menerobos cabang-cabang
hijau di atas kepala dan bagai menyirami lengan dan
wajah Arya dengan emas cair, tampak sangat mengilap
dengan latar belakang suram. "Kita telah menempuh
perjalanan jauh bersama-sama, Eragon, tapi sekarang
kau akan memasuki duniaku. Melangkahlah dengan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hati-hati, karena tanah dan udara penuh dengan
kenangan dan tidak ada yang seperti kelihatannya.
Jangan terbang dengan Saphira hari ini, karena kita
sudah memicu mantra-mantra tertentu yang melindungi
Ellesmera. Tidak bijaksana untuk menyimpang dari
jalan setapak " Eragon membungkuk dan kembali ke
dekat Saphira, yang berbaring melingkar di hamparan
lumut, menghibur diri dengan mengepulkan asap dari
cuping hidungnya dan mengawasinya bergulung-gulung
menghilang. Tanpa basa-basi, ia berkata, banyak
ruang bagiku di tanah sekarang. Aku tidak akan
mengalami kesulitan. Bagus. Eragon menunggang
Folkvir dan mengikuti Orik serta para elf semakin jauh
ke dalam hutan yang kosong dan sunyi itu. Saphira
melangkah di sampingnya. Naga itu dan kuda-kuda
putih tampak kemilau dalam keremangan. Eragon
berhenti sejenak, dicengkeram keindahan di
sekelilingnya. Segala sesuatu memancarkan kesan tua
yang dingin, seakan selama ribuan tahun tidak ada
yang berubah di bawah atap daun jarum itu dan tidak
akan ada yang pernah berubah, waktu seperti tertidur
dan tak pernah terjaga. Di sore hari, keremangan
terangkat, menampakkan elf yang berdiri di depan
mereka, diselubungi cahaya cemerlang yang
menerobos miring dari langit-langit. Ia mengenakan
mantel dari bahan halus, dengan lingkaran perak di
atas alisnya. Wajahnya tua, anggun, dan khidmat.
"Eragon," gumam Arya. "Tunjukkan telapak tangan dan
cincinmu padanya." Setelah menanggalkan sarung
tangan kanannya, Eragon mengangkatnya hingga
mula-mula kelihatan cincin Brom, lalu gedwey ignasia.
Elf itu tersenyum, memejamkan mata, dan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membentangkan lengan membentuk isyarat menyambut.
Ia bertahan dalam posisi seperti itu. "Kita boleh
lewat," kata Arya. Mendengar perintah lembut,
tunggangannya berjalan maju. Mereka berkuda
mengitari elf itu--seperti air yang terbelah di dasar
bongkahan batu yang sudah dimakan cuaca--dan
setelah mereka semua lewat, elf tersebut menegakkan
tubuh, menepukkan tangan, dan menghilang sementara
cahaya yang meneranginya juga tidak ada lagi. Siapa
elf itu" tanya Saphira. Arya berkata, "Ia Gilderien si
Bijak, Pangeran Rumah Miolandra, penyandang Api
Putih Vandil, dan penjaga Ellesmera sejak
Bidadari Pendekar Naga Sakti
zaman Du Fym Skulblaka, perang kami dengan naga.
Tidak seorang pun boleh memasuki kota tanpa
seizinnya." Seperempat mil dari sana, hutan menipis
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan celah-celah bermunculan di kanopi, memungkinkan
berkas-berkas cahaya menyinari jalan. Lalu mereka
lewat di bawah dua pohon penuh tonjolan yang saling
menyandar dan berhenti di padang kosong. Tanah itu
di sana-sini ditumbuhi rumpun bunga yang lebat. Dari
mawar merah muda hingga bluebell dan lili, harta
karun sementara musim semi bertumpuk-tumpuk
seperti gundukan batu rubi, safir, dan opal. Aromanya
yang memabukkan menarik kawanan kumbang. Di
sebelah kanan, sungai kecil menggelegak di balik
deretan sesemakan, sementara sepasang bajing
berkejaran mengitari sebongkah batu. Mulanya, di
mata Eragon, tempat itu seperti tempat rusa tidur di
malam hari. Tapi saat terus menatap, ia mulai melihat
jalan setapak yang tersembunyi di sela sesemakan
dan pepohonan; cahaya hangat lembut di tempat
biasanya ada bayang-bayang kemerahan; pola aneh
berbentuk ranting, cabang, dan bunga, begitu halus
hingga nyaris lolos dari pengamatannya--petunjuk-petunjuk bahwa apa yang
dilihatnya tidaklah alamiah sepenuhnya. Ia
mengerjapkan mata, dan pandangannya tiba-tiba
beralih, seakan ada lensa yang diletakkan di depan
matanya, mengubah segalanya menjadi bentuk-bentuk
yang bisa dikenali. Di sana ada jalan setapak, aye.
Dan di sana bunga-bunga, aye. Tapi yang tadi
dianggapnya sekumpulan pohon yang saling membelit
ternyata bangunan-bangunan indah yang tumbuh
langsung dari pohon-pohon pinus. Ada pohon yang
membesar di dasarnya, menjadi rumah dua tingkat,
sebelum membenamkan akar-akarnya ke tanah liat.
Kedua tingkatnya bersegi delapan, sekalipun luas
tingkat atasnya hanya setengah tingkat pertama, yang
menyebabkan rumah itu tampak berteras. Atap dan
dindingnya terbuat dari anyaman lembaran kayu yang
menutupi enam kayu tebal. tumut dan pakis kuning
menjuntai pada langkannya hingga melewati
jendela-jendela beperhiasan yang ada di setiap sisi.
Pintu depannya merupakan ceruk hitam misterius yang
masuk di bawah ambang pintu melengkung penuh
simbol. Rumah lain bertengger di sela tiga pohon
pinus yang menyatil melalui serangkaian cabang
melengkung. Diperkuat cabang-cabang itu, rumahnya
menjulang lima tingkat, ringan beraliran udara lancar.
Di sampingnya ada jalan yang terdiri atas dedalu juga
dogwood dan di sana tergantung lentera-lentera tanpa
api yang disamarkan sebagai tonjolan tanaman.
Setiap bangunan yang unik menonjolkan dan
melengkapi sekitarnya, menyatu tanpa cacat dengan
bagian hutan lain hingga mustahil menentukan di mana
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagian buatan berakhir dan alam melanjutkan.
Keduanya seimbang sempurna. Para elf tidak
menguasai lingkungan mereka, mereka memilih
menerima dunia apa adanya dan mengadaptasikan diri
ke dalamnya. Para penghuni Ellesmera akhirnya
menampakkan diri dalam gerakan-gerakan sekilas di
tepi bidang pandang Eragon, tidak lebih daripada
gerakan tak perlu akibat tiupan angin. Lalu ia sekilas
melihat tangan, wajah pucat, kaki bersandal, dan
lengan terangkat. Satu demi satu, para elf yang
waspada menampakkan diri, mata mereka yang agak
sipit terpaku pada Saphira, Arya, dan Eragon. Para
wanita tidak mengikat rambut mereka. Rambut itu
tergerai di punggung, berwarna keperakan dan gelap,
dihiasi bunga-bunga yang baru mekar, seperti air
terjun kebun. Mereka semua memiliki kecantikan halus
dan gaib yang tidak menunjukkan kekuatan mereka
yang luar biasa; bagi Eragon, mereka tak bercacat.
Para pria sama menawannya, dengan tulang pipi
tinggi, hidung mancung, dan kelopak mata tebal. Baik
pria maupun wanitanya mengenakan tunik hijau dan
cokelat, dengan tepi berwarna oranye, merah tua, dan
emas. Benar-benar makhluk negeri peri, pikir Eragon.
Ia menyentuh bibirnya sebagai sapaan.
Bersama-sama, para elf membungkuk sepinggang. Lalu
mereka tersenyum dan tertawa dengan kebahagiaan
yang tidak ditahan-tahan. Dari tengah mereka,
seorang wanita bernyanyi: Gala 0 Wyrda brunhvitr,
Abr Berundal vandr-fodhr, Burthro laufsbladar ekar
undir, Eom kona dauthleikr .... Eragon menutup
telinganya dengan tangan, takut melo
Bidadari Pendekar Naga Sakti
di itu merupakan mantra seperti yang didengarnya di
Silthrim, tapi Arya menggeleng dan menurunkan
tangan Eragon. "Ini bukan sihir." Lalu ia berbicara
pada kudanya, mengatakan, Kuda jantan itu
mendengus dan berderap pergi. "Lepaskan juga
tungganganmu. Kita tidak membutuhkan mereka lagi
dan mereka layak beristirahat di istal kami." Lagunya
mengalun lebih kuat saat Arya menyusun jalan setapak
dari batu-batu bulat yang dihiasi batu tourmaline
hijau, berselang-seling dengan bunga hollyhock,
rumah-rumah, dan pepohonan sebelum akhirnya
menyeberangi sungai. Para elf menari-nari di
sekeliling rombongan mereka sementara mereka jalan,
berlarian ke sana kemari sesuka hati mereka, dan
sesekali melompat ke cabang untuk berlari di atas
kepala mereka. Mereka memuji Saphira, menjulukinya.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cakar Panjang", "Putri Udara dan Api", dan "Sang
Perkasa". Eragon tersenyum, gembira dan terpesona.
Aku bisa tinggal di sini, pikirnya dengan perasaan
damai. Tersembunyi dalam Du Weldenvarden,
sekalipun berada di tempat terbuka, aman dari bagian
dunia lain.... Ya, ia benar-benar sangat menyukai
Ellesmera, lebih daripada kota-kota kurcaci mana pun.
Ia menunjuk rumah di dalam sebatang pohon pinus dan
bertanya pada Arya, "Bagaimana cara membuatnya?"
"Kami bernyanyi pada hutan dalam bahasa kuno dan
memberikan kekuatan kami padanya untuk tumbuh
sesuai bentuk yang kami inginkan. Semua bangunan
dan peralatan kami dibuat dengan cara itu." Jalan
setapak berakhir di jalinan akar yang membentuk
anak-anak tangga, seperti kolam-kolam tanah terbuka.
Mereka menapakinya ke pintu yang terpasang pada
batang pohon muda. Jantung Eragon berdebar lebih
cepat saat pintunya terayun membuka, seakan dengan
sendirinya, dan menampakkan aula penuh pohon.
Ratusan cabang menyatu membentuk langit-langit yang
bagai sarang lebah. Di bawah, dua belas kursi ditata
di sepanjang setiap dinding. Di sana duduk dua puluh
empat bangsawan pria dan wanita elf. Mereka
bijaksana dan tampan, dengan wajah-wajah halus yang
tidak termakan usia dan mata tajam yang membara
penuh Semangat. Mereka mencondongkan tubuh ke
depan, mengkeram lengan kursi masing-masing, dan
menatap rombongan Eragon dengan keheranan dan
harapan yang tampak jelas. Tidak seperti para elf
lain, mereka memakai pedang di pinggang--dengan
gagang yang dihiasi batu-batu permata--mahkota di
kepala. Dan di kepala kumpulan itu terdapat paviliun
putih menaungi singgasana dari jalinan akar. Ratu
Islanzadi duduk di sana. Ia secantik matahari
terbenam di musim gugur, bangga dan berkuasa,
dengan dua alis gelap yang miring seperti sayap
terangkat, bibir secerah dan semerah holly berry, dan
rambut sepekat malam yang disanggul di bawah
mahkota berlian. Tuniknya merah darah. Di
pinggangnya melingkar sabuk lebar dari jalinan emas.
Dan di lehernya terikat jubah beludru yang menjuntai
ke tanah. Sekalipun sikapnya yang mengesankan, Ratu
tampak rapuh, seakan menyembunyikan penderitaan
hebat. Di tangan kirinya terdapat tongkat melengkung
dengan batang melintang yang berukir di ujungnya.
Gagak berbulu putih cemerlang bertengger di sana,
bergerak-gerak tidak sabar dari satu kaki ke kaki yang
lain. Gagak itu memiringkan kepala dan mengamati
Eragon dengan kecerdasan yang menakutkan, lalu
berkaok panjang dan pelan, kemudian menjerit,
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Wyrda!" Eragon bergidik akibat kekuatan sepatah
kata itu. Pintu menutup di belakang mereka berenam
sesudah mereka masuk ke aula dan mendekati Ratu.
Arya berlutut di lantai berlapis lumut dan membungkuk
lebih dulu, diikuti Eragon, Orik, Lifaen, dan Nari.
Bahkan Saphira, yang tidak pernah membungkuk pada
siapa pun, bahkan pada Ajihad atau Hrothgar,
menundukkan kepala. Islanzadi bangkit dan turun dari
singgasana, jubahnya memanjang di belakangnya. Ia
berhenti di depan Arya, meletakkan tangan yang
gemetaran di bahu elf itu, dan berkata dengan suara
bergetar yang dalam, "Berdirilah." Arya mematuhinya
dan Ratu mengamati wajahnya dengan tatapan yang
makin lama makin tajam, hingga ia tampak seperti
berusaha menafsirkan teks yang tidak jelas. Akhirnya
Islanzadi berseru dan memeluk Arya, mengatakan "O
putriku, aku bersalah pad
Bidadari Pendekar Naga Sakti
amu!" RATU ISLANZADI Eragon berlutut di depan
ratu para elf dan para penasihatnya itu dalam ruangan
fantastis yang terbuat dari batang-batang pohon hidup
di tanah nyaris mistis, dan satu-satunya yang
memenuhi pikirannya hanyalah perasaan kaget. Arya
putri bangsawan! Cocok juga sih--Arya memang sejak
dulu memiliki aura berkuasa--tapi Eragon dengan
pahit menyesali fakta itu, karena fakta tersebut
menghadirkan satu penghalang lagi di antara mereka
di saat ia ingin menyingkirkan semuanya. Pengetahuan
itu menyebabkan mulutnya terasa kering dan pahit. Ia
teringat ramalan Angela bahwa dirinya akan jatuh
cinta pada bangsawan... dan peringatan Angela bahwa
wanita itu tidak bisa melihat apakah hubungan
tersebut akan berakhir baik atau buruk. Eragon bisa
merasakan keterkejutan Saphira sendiri, lalu
keheranannya. Saphira berkata, Tampaknya selama ini
kita bepergian bersama bangsawan tanpa
mengetahuinya. Kenapa ia tidak memberitahu kita"
Mungkin akan lebih membahayakan dirinya. "Islanzadi
Drottning," kata Arya dengan sikap resmi. Ratu
mundur seperti tersengat lalu mengulangi dalam
bahasa kuno, "Oh, putriku, aku bersalah padamu." Ia
menutupi wajahnya "Sejak kau menghilang, aku nyaris
tidak tidur atau makan. Aku mengkhawatirkan
nasibmu, dan takut tidak akan pernah bertemu lagi
denganmu. Mengusirmu dari hadapanku merupakan
kesalahan terbesar yang pernah kulakukan... Kau
memaafkanku?" Para elf yang berkumpul
bergerak-gerak takjub. Jawaban Arya lama baru
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terdengar, tapi akhirnya ia berkata, "Selama tujuh
puluh tahun, aku hidup dan menyayangi, bertempur
dan membunuh tanpa pernah berbicara denganmu
ibuku. Hidup kita panjang, tapi sekalipun begitu, masa
itu bukanlah waktu yang singkat."Islanzadi
menegakkan diri, mengangkat dagunya. Ia gemetar.
"Aku tidak bisa membatalkan masa lalu, Arya, betapa
pun besar keinginanku untuk berbuat begitu." "Dan
aku tidak bisa melupakan apa yang telah kualami."
"Kau tidak harus melupakannya." Islanzadi
menggenggam tangan putrinya. "Arya, aku
menyayangimu. Kau satu-satunya keluargaku. Pergilah
kalau memang harus, tapi kecuali kau ingin
memutuskan hubungan denganku, aku ingin bersatu
lagi denganmu." Selama sesaat yang menakutkan,
Arya seperti tidak bersedia menjawab, atau lebih
buruk lagi, menolak tawaran itu. Eragon melihatnya
ragu dan memandang cepat sekitarnya. Lalu Arya
menunduk dan berkata, "Tidak, Ibu. Aku tidak bisa
pergi." Islanzadi tersenyum bimbang dan memeluk
putrinya lagi. Kali ini Arya membalas pelukannya, dan
senyum merekah di antara para elf yang berkumpul.
Gagak putih berlompatan di tempat bertenggernya,
sambil berseru, "Dan di pintu ada duka yang lebih
besar, yang sekarang diketahui keluarga, Mari kita
hanya memujanya!" "Hus, Blagden," kata Islanzadi
pada si gagak. "Tutup mulutmu." Setelah melepaskan
diri, Ratu berpaling pada Eragon dan Saphira.
"Maafkan aku karena tidak sopan dan mengabaikan
kalian, tamu-tamu terpenting kami." Eragon
menyentuh bibirnya lalu memutar tangan kanan di atas
perut, seperti yang diajarkan Arya padanya. "Islanzadi
Drottning. Atra esterni ono thelduin." Ia tidak ragu
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinyalah yang harus berbicara lebih dulu. Mata
hitam Islanzadi membelalak. "Atra du evarinya ono
varda. " "Un atra mor'ranr lifa unin hjarta oyzr,"
jawab Eragon, melengkapi ritual itu. Ia bisa melihat
para elf terkejut dengan pengetahuannya soal budaya
mereka. Dalam benaknya, ia mendengarkan ketika
Saphira mengulangi sapaannya pada Ratu. Sesudah
selesai, Islanzadi bertanya, "Naga, siapa namamu?"
Saphira. Ekspresi mengenali muncul sekilas di wajah
Ratu, tapi ia tidak berkomentar. "Selamat datang di
Ellesmera, Saphira. Dan namamu, Penunggang?"
"Eragon Shadeslayer, Yang Mulia." Kali ini terdengar
keributan di antara para elf yang duduk di belakang
mereka, bahkan Islanzadi tampak terkejut. "Kau
menyandang nama yang kuat," katanya lembut, "nama
yang jarang kami berikan pada anak-anak kami...
Selamat datang di Ellesmera, Eragon Shadeslayer.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kami sudah lama menunggumu." Ia berjalan ke Orik,
menyapanya, lalu kembali ke singgasana dan menarik
jubah beludrunya menutupi lengan. "Kuanggap dengan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
kehadiranmu di sini, Eragon, begitu cepat sesudah
telur Saphira berhasil diperoleh, dan melihat cincin di
tanganmu serta pedang di pinggangmu, bahwa Brom
telah tewas dan latihanmu dengan dirinya belum
selesai. Aku ingin mendengar ceritamu selengkapnya,
termasuk bagaimana Brom tewas dan bagaimana kau
bisa bertemu putriku, atau bagaimana ia bertemu
denganmu, sebagaimana yang mungkin terjadi.
Sesudah itu aku akan mendengar mengenai misimu
kemari, kurcaci, dan petualanganmu, Arya, sejak
penyergapan yang kaualami di Du Weldenvarden."
Eragon pernah menceritakan pengalamannya sebelum
ini, jadi ia tidak sulit mengulanginya bagi Ratu. Pada
beberapa kejadian ketika ingatannya samar, Saphira
mampu memberikan Penjabaran yang akurat soal
kejadian-kejadian itu. Di beberapa bagian, Eragon
membiarkan Saphira yang bercerita. Sesudah mereka
selesai, Eragon mengambil gulungan dokumen
Nasuada dari buntalannya dan memberikannya pada
Islanzadi. Ratu mengambil gulungan perkamen itu,
memecah segel merahnya dan, setelah selesai
membacanya, mendesah dan memejamkan mata
sejenak. "Sekarang aku melihat sejauh mana
kebodohanku. Kedukaanku akan berakhir jauh lebih
cepat seandainya aku tidak menarik para pejuang kami
dan mengabaikan kurir-kurir Ajihad sesudah
mengetahui Arya di sergap. Seharusnya aku tidak
pernah menyalahkan kaum Varden untuk kematian
putriku. Bagi orang setua diriku, masih terlalu
bodoh...." Kesunyian panjang mengikuti, karena tidak
ada yang berani menyetujui atau membantah. Dengan
mengerahkan keberanian, Eragon berkata, "Karena
Arya kembali dalam keadaan hidup, apakah Anda
setuju untuk membantu kaum Varden, seperti
sebelumnya" Nasuada tidak bisa berhasil kalau Anda
tidak membantunya, dan aku sudah bersumpah setia
pada tujuannya." "Perselisihanku dengan kaum
Varden hanyalah debu yang tertiup angin," kata
Islanzadi. "Jangan takut; kami akan membantu mereka
seperti dulu, dan lebih lagi, karena kemenanganmu
dan kemenangan mereka atas para Urgal." Ia
mencondongkan tubuh ke depan dan bertumpu pada
satu lengan. "Kau mau memberikan cincin Brom,
Eragon?" Tanpa ragu, Eragon mencabutnya dari
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jarinya dan memberikannya kepada Ratu, yang
mengambilnya dari telapak tangannya dengan
jemarinya yang ramping. "Kau seharusnya tidak
mengenakan cincin ini, Eragon, karena cincin ini
bukan diberikan kepadamu. Tapi karena bantuan yang
kauberikan pada kaum Varden dan keluargaku, aku
sekarang memberimu gelar Teman Elf dan
mengaruniakan cincin ini, Aren, padamu, agar semua
elf, ke mana pun kau pergi, tahu kau bisa dipercaya
dan harus dibantu." Eragon berterima kasih padanya
dan mengembalikan cincin ke jarinya, sambil sangat
menyadari tatapan Ratu, yang tetap terarah padanya
dengan ekspresi yang mengganggu, mengamati dan
menganalisis. Eragon merasa seakan Ratu mengetahui
segala sesuatu yang mungkin dikatakan atau
dilakukannya. Ratu berkata, "Sudah bertahun-tahun
kami tidak mendengar perbuatan seperti yang
kaulakukan di Du Weldenvarden. Kami terbiasa dengan
cara hidup yang lebih lamban di sini daripada di
bagian Alagaesia lainnya, dan aku sangat galau
karena begitu banyak yang terjadi begitu cepat tanpa
ada berita yang sampai ke telingaku." "Bagaimana
dengan latihanku?" Eragon mencuri-curi melirik para
elf yang duduk, penasaran apakah ada di mereka yang
bernama Togira Ikonoka, makhluk yang menjangkau
benaknya dan membebaskan dirinya dari pengaruh
buruk Durza sesudah pertempuran di Farthen
Dur--juga mendorong Eragon pergi ke Ellesmera.
"Akan dimulai pada saatnya nanti. Tapi aku takut
melatihmu akan menjadi kesia-siaan selama
penyakitmu masih ada. Bila sihir Shade tidak teratasi,
kau tidak lebih daripada boneka. Kau mungkin masih
berguna, tapi hanya berupa bayangan dari harapan
yang kami pertahankan selama lebih dari seabad."
Islanzadi berbicara tanpa nada memarahi, tapi
kata-katanya menghantam Eragon bagai pukulan
martil. Ia tahu Ratu benar. "Situasimu bukanlah
salahmu, dan aku sangat sedih mengutarakan ini, tapi
kau harus mengerti beratnya kekuranganmu... maafkan
aku." Lalu Islanzadi berbicara pada Orik, "Sudah
lama sekali sejak salah seorang dari rasmu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
memasuki aula kami, kurcaci. Eragon finiarel telah
menjelaskan kehadiranmu, tapi apakah ada yang ingin
kautambahkan?" "Hanya salam dari rajaku, Hrothgar,
dan permohonan, walau sekarang tidak diperlukan
lagi, agar Anda kembali berhubungan dengan kaum
Varden. Lebih dari itu, aku kemari untuk memastikan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dihormatinya persekutuan yang dibangun Brom antara
Anda dan manusia." "Kami menepati janji baik yang
kami ucapkan dalam bahasa ini atau dalam bahasa
kuno. Kuterima salam Hrothgar dan membalasnya."
Akhirnya--Eragon yakin Ratu ingin melakukan ini sejak
kedatangan mereka--Islanzadi memandang Arya dan
bertanya, "Nah, putriku, apa yang telah kaualami?"
Arya mulai berbicara dengan nada monoton yang
lambat, mula-mula menceritakan penangkapan dirinya
lalu penawanan dan siksaan yang dialaminya di
Gil'ead. Saphira dan Eragon sengaja menghindari
rincian pelecehan yang dialami Arya, tapi Arya sendiri
tampaknya tidak menemui kesulitan menceritakan apa
yang dialaminya. Penjabarannya yang tanpa emosi
memicu kemurkaan yang sama dalam diri Eragon
seperti sewaktu meihat luka-luka Arya untuk pertama
kalinya. Para elf tetap membisu selama Arya
bercerita, sekalipun mereka mencengkeram pedang
dan wajah mereka mengeras karena kemarahan yang
dingin. Setetes air mata bergulir menuruni pipi
Islanzadi. Sesudahnya, seorang bangsawan elf yang
kurus tapi gesit, berjalan di lumut di sela kursi-kursi.
"Aku tahu aku berbicara atas nama yang lain, Arya
Drottningu, kalau kukatakan bahwa hatiku membara
karena kesedihan atas cobaan yang kaualami. Itu
kejahatan yang tidak bisa dimaafkan, diampuni, atau
diperbaiki, dan Galbatorix harus dihukum karenanya.
Selain itu, kami berutang budi padamu karena
menyembunyikan lokasi kota-kota kita dari Shade.
Hanya sedikit di antara kita yang mampu bertahan
menghadapinya selama itu." "Terima kasih,
Dathedr-vor." Sekarang Islanzadi berbicara, suaranya
seperti lonceng di sela pepohonan. "Cukup.
Tamu-tamu kita telah menunggu hingga kelelahan, dan
kita sudah terlalu lama membicarakan hal-hal yang
jahat. Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini
dinodai luka-luka masa lalu." Senyum yang indah
mencerahkan ekspresinya. "Putriku pulang, naga dan
Penunggangnya datang, dan aku akan memastikan kita
merayakannya dengan benar!" Ia berdiri, menjulang
dan megah dengan tunik merah darahnya, lalu
menepukkan tangan. Mendengar suara itu, kursi-kursi
dan paviliun dihujani ratusan bunga lili dan mawar
yang muncul dua puluh kaki di atas kepala mereka dan
melayang turun seperti bunga salju yang
berwarna-warni, memenuhi udara dengan keharuman.
Ia tidak menggunakan bahasa kuno, kata Eragon. Ia
menyadari bahwa, sementara semua orang disibukkan
bunga-bunga, Islanzadi menyentuh bahu Arya dengan
lembut dan bergumam, nyaris terlalu pelan untuk bisa
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
didengar, "Kau tidak akan pernah menderita kalau
menuruti nasihatku. Aku benar ketika menentang
keputusanmu menerima yawe." "Itu terserah padaku."
Ratu diam sejenak, lalu mengangguk dan mengulurkan
tangan. "Blagden. " Diiringi kepakan sayap, gagak itu
terbang dari tempat bertenggernya dan mendarat di
bahu kiri Ratu. Para hadirin membungkuk saat
Islanzadi berjalan ke ujung aula dan membuka pintu,
menghadapi ratusan elf yang ada di luar, di mana ia
berbicara sejenak dalam bahasa kuno yang dipahami
Eragon. Para elf bersorak dan bergegas ke
sana-kemari. "Apa yang dikatakan Ratu?" bisik
Eragon pada Nari. Nari tersenyum. "Menyuruh kami
membuka tong minuman terbaik dan menyalakan api
untuk memasak, karena malam ini merupakan malam
pesta dan nyanyian. Ayo!" Ia meraih tangan Eragon
dan menariknya mengejar Ratu sementara Ratu
berjalan di sela pohon-pohon pinus dan melewati
sederetan pakis-pakisan yang sejuk. Selama mereka
berada di dalam ruangan, Matahari turun rendah di
langit, menyirami hutan dengan cahaya kemerahan
yang melekat pada pepohonan dan tanaman seperti
lapisan minyak yang mengilap. Kau tentunya
menyadari, bukan, kata Saphira, bahwa raja yang
disebut Lifaen, Evandar, pastilah ayah Arya" Eragon
nyaris terjatuh. Kau benar... Dan itu berarti ia
dibunuh Gnlbatorix atau para Terkutuk. Lingkaran
dalam Bidadari Pendekar Naga Sakti
lingkaran. Mereka berhenti di puncak bukit kecil,
tempat seregu elf menyiapkan meja panjang dan
kursi-kursi. Di sekeliling mereka, hutan penuh
kesibukan. Saat malam menjelang, cahaya api yang
riang bermunculan di seluruh Ellesmera, termasuk api
unggun di dekat meja. Ada yang memberi Eragon
gelas yang terbuat dari kayu aneh yang sama seperti
yang dilihatnya di Ceris. Ia menghirup cairan jernih
dalam gelas itu dan tersentak saat cairan tersebut
Membakar tenggorokannya. Rasanya seperti cider
berempah dicampur mead. Cairan itu menyebabkan
ujung jemari dan telinganya tergelitik serta membuat
pikirannya jernih luar biasa. Apa ini?" tanyanya pada
Nari. Nari tertawa. "Faelnirv" Kami menyulingnya
dari elderberry yang ditumbuk dan pusaran cahaya
bulan. Kalau diperlukan, orang yang kuat bisa
melakukan perjalanan selama tiga hari tanpa
menyantap apa-apa lagi." Saphira, kau harus
mencicipi ini. Saphira mengendus gelasnya, lalu
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka mulut dan membiarkan Eragon menuangkan
sisa faelnirv ke tenggorokannya. Mata Saphira
membelalak dan ekornya tersentak. Nah, luar biasa!
Ada lagi" Sebelum Eragon sempat menjawab, Orik
bergegas mendekati mereka. "Putri ratu," gerutunya,
sambil menggeleng, "Kalau saja aku bisa memberitahu
Hrothgar dan Nasuada. Mereka pasti ingin tahu"
Islanzadi duduk di kursi bersandaran tinggi dan
menepuk tangannya sekali lagi. Dari dalam kota
muncul empat elf membawa peralatan musik. Dua
membawa harpa dari kayu cherry, yang ketiga
membawa serangkaian pipa dari batang rumput air,
dan yang keempat, wanita, hanya membawa suaranya,
yang segera digunakannya untuk melantunkan lagu
indah yang menari-nari di telinga mereka. Eragon
hanya menangkap kira-kira setiap kata ketiga, tapi
apa yang bisa dipahaminya itu menyebabkan ia
tersenyum. Lagu tersebut bercerita tentang rusa
jantan yang tidak bisa minum dari kolam karena
burung magpie terus mengganggunya. Sementara
Eragon mendengarkan, tatapannya menjelajah dan
jatuh pada gadis kecil yang berjalan di belakang Ratu.
Sewaktu memandang lagi, ia melihat rambut riap-riap
gadis itu bukan berwarna perak, seperti sebagian
besar elf, tapi putih karena usia, dan wajahnya
keriput dan berkerut-kerut seperti apel kering. Gadis
itu bukan elf, juga bukan kurcaci, dan--menurut
perasaan Eragon--pun bukan manusia. Gadis itu
tersenyum padanya, dan Eragon sekilas melihat
sederetan gigi yang runcing. Sewaktu penyanyi
selesai bernyanyi, dan pipa-pipa serta kecapi mengisi
kesunyian, Eragon mendapati dirinya didekap puluhan
elf yang ingin bertemu dengannya serta--yang lebih
penting lagi, ia merasa begitu--Saphira. Para elf
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang sambil membungkuk perlahan dan menyentuh
bibir mereka dengan jari telunjuk dan jari tengah,
yang dibalas Eragon dengan tindakan yang sama,
bersama sapaan tanpa henti mereka dalam bahasa
kuno. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sopan mengenai pengalaman Eragon, tapi sebagian
besar percakapan mereka ditujukan pada Saphira.
Mulanya Eragon tak keberatan membiarkan Saphira
berbicara karena ini tempat pertama ada yang tertarik
berbicara hanya dengan Saphira. Tapi tidak lama
kemudian ia jengkel karena diacuhkan; ia mulai
terbiasa didengarkan orang saat dirinya berbicara. Ia
tersenyum sedih, kecewa karena ternyata ia begitu
mengandalkan perhatian orang sejak bergabung
dengan kaum Varden, maka ia pun memaksa dirinya
untuk rileks dan menikmati perayaan. Tidak lama
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemudian aroma makanan menyebar di rawa-rawa dan
para elf bermunculan membawa piring-piring yang
penuh makanan. Selain tumpukan roti hangat dan kue
madu bulat kecil, makanannya berupa buah, sayur,
dan berry semata. paling banyak buah berry; dari sup
blueberry hingga saus raspberry dan jeli thimbleberry.
Semangkuk irisan apel yang dituangi sirup dan
ditaburi stroberi liar diletakkan di samping pai jamur
berisi bayam, thyme, dan currant. Tidak ada daging
yang dihidangkan, bahkan ikan dan unggas pun tidak.
Fakta ini masih membingungkan Eragon. Di Carvahall
dan tempat-tempat lain di Kekaisaran, daging
merupakan simbol status dan kemewahan. Semakin
banyak emas yang kaumiliki, semakin sering kau bisa
menyajika Bidadari Pendekar Naga Sakti
n daging sapi atau domba. Bahkan bangsawan
rendahan menyantap daging setiap kali makan.
Bertindak sebaliknya mengisyaratkan kekurangan
dalam peti harta mereka. Namun demikian para elf
tidak menganut filsafat ini, sekalipun mereka jelas
kaya dan mudah berburu dengan menggunakan sihir.
Para elf bergegas ke meja dengan antusiasme yang
mengejutkan Eragon. Tidak lama kemudian semuanya
telah duduk: Islanzadi di kepala meja bersama
Blagden, si gagak; Dathedr di sebelah kirinya; Arya
dan Eragon di sebelah kanan; Orik di seberang
mereka; lalu para elf lain, termasuk Nari dan Lifaen.
Tidak ada kursi di ujung seberang meja, hanya piring
raksasa berukir untuk Saphira. Selama acara
berlangsung, segala sesuatu di sekitar Eragon
mengabur menjadi campuran samar percakapan dan
tawa. Ia tenggelam dalam perayaan sehingga
melupakan waktu, hanya menyadari tawa dan kata-kata
asing yang berputar-putar di kepalanya serta
kehangatan di perutnya akibat faelnirv. Suara harpa
yang indah mendesah dan berbisik di tepi
pendegarannya dan menyebabkan ia bergetar penuh
semangat. Sesekali, ia mendapati perhatiannya teralih
karena tatapan mata sipit wanita yang seperti anak
kecil itu, yang terus memandangnya tajam, bahkan
sewaktu makan. Sewaktu ada jeda dalam percakapan,
Eragon berpaling pada Arya, yang hanya berbicara
sedikit. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya
memandang dan bertanya-tanya siapa elf itu
sebenarnya. Arya bergerak. "Bahkan Ajihad pun tidak
tahu." "Apa?" "Di luar Du Weldenvarden, aku tidak
memberitahukan identitasku pada siapa pun. Brom
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengetahuinya--ia pertama kali bertemu denganku di
sini--tapi ia merahasiakannya atas permintaanku."
Eragon ingin tahu apakah Arya menjelaskan karena
merasa berkewajiban berbuat begitu, atau karena
merasa bersalah telah menipu dirinya dan Saphira.
"Brom pernah mengatakan apa yang tidak dikatakan
para elf sering kali lebih penting daripada yang
mereka katakan." "Ia memahami kami dengan baik."
"Tapi kenapa" Apakah ada pengaruhnya kalau ada
yang tahu?" Kali ini Arya ragu-ragu. "Sewaktu
meninggalkan Ellesmera, aku tidak ingin diingatkan
soal posisiku. Hal itu juga rasanya tidak berkaitan
dengan tugasku bersama kaum Varden dan para
kurcaci. Masalah itu tidak ada hubungannya dengan
siapa jatidiriku sekarang... dengan siapa diriku
sebenarnya." Ia melirik Ratu. "Kau bisa saja
memberitahu Saphira dan aku." Arya tampak
meradang mendengar nada teguran dalam suara
Eragon. "Aku tidak memiliki alasan untuk menduga
hubunganku dengan Islanzadi membaik, dan
memberitahukan hal itu padamu tidak akan mengubah
apa-apa. Pikiranku adalah milikku sendiri, Eragon."
Eragon memerah ketika memahami apa yang tersirat
dalam kata-kata Arya: Kenapa ia diplomat, putri, elf,
dan lebih tua daripada ayah maupun kakek Eragon,
siapa pun mereka--memercayakan rahasianya pada
dirinya, manusia berusia enam belas tahun"
"Setidaknya," gumam Eragon, "kau sudah berbaikan
dengan ibumu." Arya tersenyum aneh. "Apakah aku
memiliki pilihan lain?" Pada saat itu, Blagden
melompat dari bahu Islanzadi dan berjalan di tengah
meja, menggoyang kepala ke kiri dan kanan, pura-pura
membungkuk. Ia berhenti di depan Saphira, terbatuk
serak, lalu berkata: Naga, seperti kereta, Memiliki
lidah. Naga, seperti kantong air, Memiliki leher.
Tapi sementara keduanya membawa bir, Yang lain
menyantap rusa! Para elf terpaku dengan ekspresi
takut saat menunggu reaksi Saphira. Sesudah
kebisuan yang panjang, Saphira menengadah dari
kuenya dan mengepulkan asap yang menyelimuti
Blagden. Juga burung kecil, katanya, menyebarkan
pikirannya agar semua bisa mendengar. Para elf
tertawa sementara Blagden terhuyung mundur,
berkaok-kaok memprotes dan mengepak-ngepakkan
sayap untuk membersihkan udara. "Aku harus minta
maaf atas kekasaran syair Blagden," kata Islanzadi.
"Lidahnya selalu pedas, sekalipun kami sudah
berusaha menjinakkannya." Permintaan maaf
diterima, kata Saphira tenang, dan kembali menikmati
kuenya. "Dari mana asal burung itu?" tanya Eragon,
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ingin memulihkan suasana yang ramah dengan Arya
tapi juga benar-benar ingin tahu. "'Blagden," kata
Arya, "pernah meny Bidadari Pendekar Naga Sakti
elamatkan nyawa ayahku. Evandar sedang melawan
Urgal sewaktu ia jatuh dan kehilangan pedang.
Sebelum Urgal itu sempat menyerang, ada gagak yang
terbang ke arahnya dan mematuk matanya. Tidak ada
yang tahu kenapa burung itu berbuat demikian, tapi
pengalih perhatian itu memungkinkan Evandar
mendapatkan keseimbangan kembali dan memenangkan
pertempuran. Ayahku sejak dulu dermawan, jadi ia
berterima kasih pada si gagak dengan memberkatinya,
menggunakan mantra untuk kecerdasan umur panjang.
Tapi sihir itu mendatangkan dua akibat yang tidak
diduga sebelumnya: Blagden kehilangan warna bulunya
dan mendapat kemampuan untuk memerkirakan
kejadian-kejadian tertentu." "Ia bisa melihat masa
depan?" tanya Eragon, terkejut. "Melihat" Tidak. Tapi
mungkin ia bisa merasakan apa yang akan terjadi.
Pokoknya, ia selalu menggunakan teka-teki kalau
berbicara, sebagian besar hanya omong kosong. Ingat
saja bahwa kalau Blagden mendatangimu dan
memberitahukan apa yang bukan lelucon atau gurauan,
ada baiknya kauikuti sarannya." Begitu acara makan
berakhir, Islanzadi berdiri--menyebabkan keributan
karena semua orang bergegas bangkit--dan berkata,
"Sudah larut, aku lelah, dan aku akan kembali ke
kamarku. Temani aku, Saphira dan Eragon, dan akan
kutunjukkan di mana kalian bisa tidur malam ini." Ratu
memberi isyarat dengan satu tangan kepada Arya, lalu
meninggalkan meja. Arya mengikuti. Saat Eragon
melangkah mengitari meja bersama Saphira, ia
berhenti sejenak di dekat wanita seperti anak-anak
itu, tertarik pada matanya yang buas. Semua segi
penampilan makhluk itu, dari mata hingga rambutnya
yang riap-riap dan taring-taringnya yang putih,
memicu ingatan Eragon. "Kau kucing jadi-jadian,
bukan?" Wanita seperti anak-anak itu mengerjapkan
mata sekali lalu memamerkan gigi-giginya dalam
senyum yang berbahaya. "Aku pernah bertemu
sejenismu, Solembum, di Teirm dan Farthen Dur."
Seringai wanita-anak itu melebar. "Aye. Ia baik.
Manusia membosankan bagiku, tapi menurutnya
menyenangkan bepergian bersama si penyihir Angela."
Lalu tatapannya beralih ke Saphira dan ia
memperdengarkan geraman--dengkuran hormat dari
tenggorokan. Siapa namamu" tanya Saphira. "Nama
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memang merupakan sesuatu yang kuat di jantung Du
Weldenvarden, naga. Tapi... di antara kaum elf, aku
dikenal sebagai si Pengawas, Cakar Cepat, dan Penari
Mimpi, tapi kau boleh memanggilku Maud." Ia
mengibaskan rambutnya yang putih dan kaku.
"Sebaiknya kau kejar Ratu, anak muda; ia tidak
senang pada orang bodoh atau lamban." "Senang
bertemu denganmu, Maud," kata Eragon. Ia
membungkuk dan Saphira menundukkan kepala. Eragon
melirik Orik, penasaran ke mana kurcaci itu akan
dibawa, lalu mengejar Islanzadi. Mereka berhasil
mengejar Ratu tepat pada saat ia tiba di dasar
sebatang pohon. Pada batang pohon itu terukir tangga
mungil yang berputar menuju serangkaian ruangan
bulat yang dilindungi dan dipegang serangkaian
cabang pada mahkota pohon. Islanzadi mengangkat
tangannya yang anggun dan menunjuk
ruangan-ruangan itu. "Kau terpaksa harus terbang ke
sana, Saphira. Ketika ditumbuhkan, kami tidak
mengira tangga itu akan digunakan naga." Lalu ia
berbicara pada Eragon, "Di sinilah pemimpin para
Penunggang Naga tinggal selama di Ellesmera.
Sekarang kuberikan padamu, karena kau ahli waris
yang sah akan gelar itu... Ini warisanmu." Sebelum
Eragon sempat berterima kasih, Ratu telah berbalik
dan berlalu bersama Arya, yang membalas tatapannya
cukup lama sebelum menghilang semakin dalam ke
kota. Mari kita lihat akomodasi macam apa yang
mereka sediakan bagi kita, kata Saphira. Ia melompat
ke udara dan melayang mengitari pohon dalam
lingkaran yang rapat, menyeimbangkan diri pada salah
satu ujung sayapnya, miring dari tanah. Saat
menginjak anak tangga pertama, Eragon melihat
Islanzadi berbicara jujur; tangga itu menyatu dengan
pohonnya. Kulit kayu di bawah kakinya halus dan rata
akibat banyaknya elf yang lalu lalang di sana, tapi
tangga itu tetap merupakan bagian dari batang pohon,
demikian juga pagar jala berpilin di sisinya dan
pegangan tangga melengkung yang bagai meluncur di
bawah tangan kanannya. Karena dirancang berda
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sarkan kemampuan elf, tangga itu lebih curam
daripada yang biasa dinaiki Eragon, dan betis serta
pahanya dalam waktu singkat mulai terasa terbakar. Ia
terengah-engah begitu hebat waktu tiba di
puncak--sesudah melewati pintu di lantai salah satu
ruangan--sehingga terpaksa menumpukan tangan di
lutut dan membungkuk untuk menenangkan napas.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Begitu pulih, ia menegakkan tubuh dan memeriksa
sekitarnya. Ia berdiri di ruang tamu bulat dengan
panggung di tengahnya, dari situ muncul pahatan dua
tangan dan lengan pucat yang saling melilit tanpa
saling menyentuh. Di ruang tamu itu ada tiga pintu
kasa--satu menuju ruang makan yang megah dan
mampu menampung maksimal sepuluh orang, satu ke
kamar kecil dengan lubang kosong di lantai--entah
untuk apa Eragon tidak bisa memikirkan
kegunaannya--dan yang terakhir menuju kamar tidur
yang menghadap ke Du Weldenvarden yang luas.
Setelah mengambil lentera dari kaitannya di
langit-langit, Eragon masuk ke kamar tidur,
menciptakan bayangan yang melompat-lompat dan
berputar-putar seperti penari sinting. Lubang
berbentuk air mata yang cukup besar untuk dilewati
naga ada di dinding luarnya. Di dalam ruangan
terdapat ranjang, diletakkan begitu rupa hingga ia
bisa memandangi langit dan bulan sambil berbaring
telentang; ada perapian dari kayu kelabu yang terasa
sekeras dan sedingin baja sewaktu ia menyentuhnya,
seolah kayunya ditekan hingga kepadatan yang luar
biasa; dan mangkuk besar bertepi rendah diletakkan
di lantai dan dilapisi selimut lembut untuk tempat
tidur Saphira. Ia mengawasi ketika Saphira menukik
turun dan mendarat di tepi lubang, sisik-sisiknya
berkilau seperti konstelasi bintang-bintang biru. Di
belakangnya, berkas terakhir sinar matahari menyorot
menerobos hutan, mewarnai berbagai tebing dan bukit
dengan warna kemerahan yang menyebabkan
daun-daun jarum berpendar seperti besi panas dan
mengejar bayang-bayang ke kaki langit yang ungu.
Dari ketinggian mereka, kota tampak seperti
serangkaian celah di kanopi yang lebat, pulau-pulau
ketenangan di lautan yang gelisah. Luas Ellesmara
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sebenarnya terungkap sekarang; kota itu
membentang hingga beberapa mil ke barat dan utara.
Aku makin menghormati para Penunggang kalau
beginilah kehidupan normal Vrael, kata Eragon. Ini
jauh lebih sederhana dari yang kuduga. Seluruh
bangunan agak berguncang ditiup angin. Saphira
mengendus selimut-selimutnya. Kita masih belum lihat
Vroengard, katanya memperingatkan, sekalipun Eragon
merasa naga itu menyetujui pendapatnya. Saat
menutup pintu kasa di a depan kamar tidur, Eragon
melihat sesuatu di sudut yang terlewatkan pada
pemeriksaan pertamanya: tangga spiral yang melilit
cerobong kayu hitam. Dengan mengulurkan lentera di
depannya, ia berhati-hati naik, selangkah demi
selangkah. Sesudah sekitar dua puluh kaki, ia muncul
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di ruang kerja yang dilengkapi meja tulis dipenuhi
pena bulu, tinta, dan kertas, tapi tidak ada
perkamen--dan mangkuk berbantalan lagi untuk tempat
meringkuk naga. Dinding seberangnya juga dilengkapi
lubang tempat naga lewat. Saphira, lihat ini.
Bagaimana caranya" tanya Saphira. Dari luar. Eragon
meringis ketika berlapis-lapis kulit kayu pecah dan
retak diinjak cakar Saphira saat ia merangkak keluar
dari kamar tidur dan memanjat sisi bangunan ke ruang
kerja. Puas" tanyanya sewaktu Saphira tiba. Saphira
menatapnya dengan mata birunya, lalu memeriksa
dinding dan perabotan. Aku ingin tahu, katanya,
bagaimana kau bisa merasa hangat kalau ruangannya
seterbuka ini" Entahlah. Eragon memeriksa
dinding-dinding di kedua sisi lubang, mengelus
pola-pola abstrak yang dibentuk nyanyian elf dari
pohon. Ia berhenti sewaktu merasakan tonjolan
vertikal pada kulit kayunya. Ia menariknya, dan
lapisan membran terentang dari gulungannya di dalam
dinding. Saat menariknya melewati portal, ia
menemukan ceruk kedua untuk mengaitkan tepi kain
itu. Begitu kainnya terpasang, udara menjadi lebih
Pekat dan hangat. Ini jawabannya, katanya. Ia
melepaskan kainnYa dan kain itu tersentak-sentak
saat tergulung sendiri. Sewaktu mereka kembali ke
kamar tidur, Eragon membongkar bawaannya
sementara Saphira meringkuk di tempat
Bidadari Pendekar Naga Sakti
nya. Eragon dengan hati-hati menatap perisai,
penguat, pelindung kaki, kerudung jala baja, dan
helmnya, lalu menanggalkan tunik dan kemeja jala
baja berlapis kulit. Ia duduk bertelanjang dada di
ranjang dan mengamati sambungan-sambungannya
yang berminyak, kaget waktu menyadari kemiripan
semua sambungan dengan sisik-sisik Saphira. Kita
berhasil, katanya, senang. Perjalanan yang
panjang... tapi ya, kita berhasil. Kita beruntung
kesialan tidak menghadang di perjalanan. Eragon
mengangguk. Sekarang kita akan tahu apakah
perjalanan ini layak. Terkadang aku penasaran apakah
Cintaku Di Kampus Biru 2 Satria Gendeng 08 Memburu Manusia Makam Keramat Laron Pengisap Darah 5
pertunanganmu dengan Sloan sebelum tadi pagi"
Sewaktu Horst melamar pada ayahku, ia memberi
keluarga kami dua belas domba, bajak, dan delapan
pasang tempat lilin dari besi bahkan sebelum ia tahu
orangtuaku setuju. Begitulah seharusnya. Tentunya
kau bisa memikirkan strategi yang lebih baik daripada
memukul calon mertuamu." Tawa sedih terhambur dari
mulut Roran. "Bisa saja, tapi waktunya tidak pernah
terasa tepat karena adanya semua serangan itu."
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Sekarang sudah hampir enam hari Ra'zac tidak
menyerang." Roran mengerutkan kening. "Ya, tapi...
itu... Oh, entahlah!" Ia menghantam meja dengan
frustrasi. Elain meletakkan cangkir dan
mencengkeram tangan Roran. "Kalau kau bisa
memperbaiki hubunganmu dengan Sloan sekarang,
sebelum kemarahan menumpuk bertahun-tahun,
hidupmu dengan Katrina akan jauh lebih mudah. Besok
pagi sebaiknya kau pergi ke rumah Sloan dan meminta
maaf." "Aku tidak bersedia mengemis! Tidak
padanya." "Roran, dengarkan aku. Mengemis selama
sebulan demi kedamaian dalam keluargamu layak
dilakukan. Aku tahu berdasarkan pengalaman; usaha
tidak membuat hidupmu susah." "Sloan membenci
Spine. Itu tidak ada kaitannya denganku," "Tapi kau
harus mencobanya," kata Elain tulus. "Bahkan kalau ia
menolak permintaan maafmu, minimal kau tidak bisa
disalahkan karena tak berusaha. Kalau kau mencintai
Katrina, telan harga dirimu dan lakukan tindakan yang
benar untuknya. Jangan membuatnya menderita karena
kesalahanmu." Elain menghabiskan cider-nya,
menggunakan topi seng untuk mematikan lilin, dan
meninggalkan Roran duduk seorang diri dalam
kegelapan. Beberapa menit berlalu sebelum Roran
bisa memaksa dirinya bergerak. Ia mengulurkan
sebelah lengannya dan meraba-raba sepanjang tepi
meja hingga menemukan ambang pintu, lalu naik ke
lantai atas, sambil terus menyusurkan ujung jemarinya
di sepanjang dinding berukir untuk menjaga
keseimbangan. Dalam kamarnya, ia membuka mantel
dan membaringkan din di ranjang. Setelah memeluk
bantalnya yang berisi wol, Roran mende
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ngarkan suara samar yang merayapi seluruh penjuru
rumah di malam hari: suara tikus lari di loteng dan
cicitannya Yang terus-menerus, erangan balok-balok
kayu yang mendingin di malam hari, bisikan dan
elusan angin di jendelanya, dan & gemerisik sandal di
lorong di luar kamarnya. Ia menatap selot di atas
kenop pintunya ditarik lepas dari kaitannya, lalu
pintunya bergeser maju diiringi derit protes. Pintunya
berhenti. Sosok gelap menyelinap masuk, pintunya
ditutup, dan Roran merasakan tirai rambut menyapu
wajahnya bersama bibir yang terasa seperti kelopak
mawar. Ia mendesah. Katrina. Guntur menyentakkan
Roran dari tidurnya. Cahaya menyambar wajahnya
saat ia berusaha keras bangun, seperti penyelam yang
mati-matian berusaha mencapai permukaan. Ia
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka mata dan melihat lubang bergerigi pada
pintunya. Enam prajurit menerobos masuk melalui
lubang itu, diikuti dua Ra'zac, yang tampak memenuhi
kamar dengan kehadiran mereka yang menakutkan.
Sebilah pedang ditempelkan ke leher Roran. Di
sampingnya, Katrina menjerit dan menarik selimut
menutupi tubuhnya. "Bangun," kata Ra'zac. Roran
bangkit dengan hati-hati. Jantungnya terasa seperti
akan meledak dalam dadanya. "Ikat tangannya dan
bawa bocah ini." Seorang prajurit mendekati Roran
sambil membawa tali, Katrina menjerit lagi dan
menerkam para prajurit itu, menggigit dan mencakar
sekuat tenaga. Kuku-kukunya yang tajam merobek
wajah mereka, mengalirkan darah yang membutakan
prajurit yang memaki-maki itu. Roran berlutut dan
menyambar martil dari lantai, lalu menjejakkan kaki,
mengayunkan martil melewati kepala dan meraung
seperti beruang. Para prajurit menerjangnya dalam
usaha menundukkan dirinya semata dengan jumlah
mereka yang lebih banyak, tapi sia-sia: Katrina
terancam bahaya, dan Roran tidak terkalahkan.
Perisai-perisai melesak akibat pukulannya, balu besi
dan jala baja terbelah akibat senjatanya yang tak
kenal ampun, dan helm-helm penyok. Dua orang
terluka, tiga jatuh dan tidak bangkit lagi. Dentangan
dan keributan itu membangunkan seisi rumah;
samar-samar mendengar suara Horst dan kedua
putranya berteriak-teriak di lorong. Ra'zac saling
mendesis, lalu bergegas malu dan menyambar Katrina
dengan kekuatan yang tidak manusiawi,
mengangkatnya dari lantai sementara mereka
melarikan diri dari kamar. "Roran!" jerit Katrina.
Dengan mengerahkan tenaga, Roran menerjang
melewati kedua prajurit terakhir. Ia terhuyung ke
lorong dan melihat Ra'zac memanjat keluar jendela.
Roran melesat ke arah mereka dan menghantam Ra'zac
terakhir, tepat saat makhluk itu akan turun ke balik
kusen jendela. Tersentak ke atas, Ra'zac itu
menangkap pergelangan tangan Roran di udara dan
berdecit gembira, mengembuskan napasnya yang bau
ke wajah Roran "Ya! Kau yang kami inginkan!" Roran
berusaha membebaskan diri, tapi Ra'zac itu
bergeming, Dengan tangannya yang bebas, Roran
menghantam kepala dan bahu makhluk itu--yang
sekeras besi. Putus asa dan murka, ia menyambar tepi
kerudung Ra'zac dan menariknya ke belakang,
menampakkan wajah musuhnya. Wajah yang
mengerikan, tersiksa, menjerit padanya. Kulitnya
hitam mengilap, seperti kulit kumbang. Kepalanya
botak. Setiap mata yang tidak berkelopak besarnya
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sama dengan kepalannya dan mengilap seperti bola
batu licin; tidak ada iris atau pupil, Sebagai hidung,
mulut, dan dagu, ada paruh tebal melengkung lancip
yang berdecak-decak dengan lidah ungu dan berduri.
Roran berteriak dan menjejakkan tumit ke sisi-sisi
kusen jendela, berjuang membebaskan diri dari
kengerian ini, tapi Ra'zac tanpa bisa dicegah
menariknya keluar rumah. Roran bisa melihat Katrina
di tanah, masih menjerit-jerit dan melawan. Tepat
pada saat lutut Roran melemas, Horst muncul di
sampingnya dan memeluk dadanya, menguncinya di
tempat. "Ambil tombak!" teriak tukang besi itu. Ia
menggeram, pembuluh-pembuluh darah di lehernya
menggembung karena berusaha keras menahan Roran.
"Jangan sampai kita dikalahkan antek iblis!" Ra'zac
itu menariknya untuk terakhir kali, lalu, sewaktu gagal
menarik lepas Roran, memiringkan kepala dan
berkata, "Kau milik kami!" Ia menerjang maju secepat
kilat, dan Roran meraung wa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ktu merasakan paruh Ra'zac menjepit bahu kanannya,
melukai bagian depan ototnya. Pada saat yang sama,
pergelangannya retak. Diiringi tawa kejam, Ra'zac itu
melepaskannya dan terjun ke dalam malam. Horst dan
Roran terkapar tumpang tindih di lorong. "Mereka
menangkap Katrina," erang Roran. Pandangannya
kabur dan tepi-tepinya menghitam sewaktu ia memaksa
diri bangkit dengan bertumpu pada lengan
kirinya--lengan kanannya terjuntai lemas. Albriech
dan Baldor muncul dari kamar, berlumuran darah.
Hanya mayat yang tersisa di belakang mereka.
Sekarang aku telah membunuh delapan. Roran
mengambil martilnya dan terhuyung-huyung menyusuri
lorong, tapi tiba-tiba jalannya dihalangi Elain yang
mengenakan gaun tidur putih. Ia memandang Roran
dengan mata membelalak, lalu meraih lengan Roran
dan mendorongnya ke peti kayu yang menempel di
dinding. "Kau harus menemui Gertrude." "Tapi--"
"Kau akan pingsan kalau pendarahan ini tidak
dihentikan." Roran menunduk memandang sisi
kanannya; bagian itu basah kuyup kemerahan. "Kita
harus menyelamatkan Katrina sebelum"--ia
mengertakkan gigi saat sakit menyengatnya--"sebelum
mereka melakukan apa pun terhadapnya." "Ia benar;
kita tidak bisa menunggu," kata Horst, menjulang di
atas mereka. "Perban sebaik-baiknya, lalu kita pergi."
Elain mengerutkan bibir dan bergegas ke laci linen. Ia
kembali membawa beberapa helai kain, yang
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dililitkannya erat-erat di bahu Roran yang luka dan
pergelangannya yang patah. Sementara itu, Albriech
dan Baldor mengambil baju besi dan pedang dari para
prajurit. Horst memuaskan diri dengan hanya
mengambil sebatang tombak. Elain memegang dada
Horst dan berkata, "Hati-hati." Ia memandang kedua
putranya. "Kalian semua." "Kami akan baik-baik saja,
Ibu," Albriech berjanji. Elain memaksa diri tersenyum
dan mencium pipi keduanya. Mereka meninggalkan
rumah dan lari ke tepi Carvahall, di mana rnereka
mendapati dinding pepohonan telah terbuka dan
penjaganya, Byrd, mati dibantai. Baldor berlutut dan
memeriksa mayatnya, lalu berkata dengan suara
tercekik. "Ia ditusuk dari belakang." Roran nyaris
tidak mendengarnya karena dentamarl di telinganya
sendiri. Karena pusing, ia menyandar ke kemah dan
terengah-engah. Ho! Siapa itu?" Dari Pos mereka di
sepanjang pagar Carvahall, para penjaga lain
berkumpul di sekitar rekan mereka yang terbunuh, me
bentuk kumpulan lentera bertutup. Dengan suara
pelan, Horst menceritakan serangannya dan
tertangkapnya Katrina. "Siapa yang mau membantu
kami?" tanyanya. Sesudah berdiskusi dengan cepat,
lima orang setuju menemani mereka; sisanya akan
tetap berjaga di lubang di dinding dan membangunkan
para penduduk desa. Dengan memaksa diri beranjak
dari rumah, Roran berlari ke depan kelompok saat
mereka melintasi ladang-ladang dan menyusuri lembah
ke perkemahan Ra'zac. Setiap langkah terasa
menyakitkan, tapi tidak penting; tak ada yang
sepenting Katrina. Ia terhuyung sekali dan Horst
menangkapnya tanpa bicara. Setengah mil dari
Carvahall, Ivor melihat ada penjaga di punggung
bukit, yang memaksa mereka membelok jauh. Beberapa
ratus yard di baliknya, tampak cahaya suram suluh.
Roran mengangkat lengannya yang sehat untuk
memperlambat gerak mereka, lalu mulai merunduk dan
merangkak melintasi rerumputan, mengejutkan seekor
kelinci liar. Orang-orang mengikuti Roran sementara
ia mendekati serumpun rumput air, lalu berhenti dan
memisahkan tirai batang rumput untuk melihat ketiga
belas prajurit yang tersisa. Di mana Katrina"
Berbeda dengan sewaktu mereka tiba pertama kali,
para prajurit itu tampak cemberut dan berantakan,
senjata mereka tidak lagi utuh dan baju besi mereka
penyok-penyok. Sebagia, besar dari mereka
mengenakan perban yang kotor kena darah kering.
Orang-orang itu berkerumun menjadi satu, menghadap
para Ra'zac--keduanya sekarang mengenakan
kerudung--di seberang api unggun kecil. Satu orang
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berteriak, "...lebih dari separo dari kami dibunuh
segerombolan orang udik berotak udang yang tidak
bisa membedakan tombak dan tongkat, atau
menemukan ujung mata pedang bahkan biarpun pedang
itu menancap di perutnya karena kalian tidak punya
akal yang dimiliki pembawa
Bidadari Pendekar Naga Sakti
benderaku sekalipun! Aku tidak peduli kalau
Galbatorix sendiri yang menjilat sepatu bot kalian
hingga licin, pokoknya kami bersedia melakukan apa
pun sebelum mendapat komandan baru." Yang lain
mengangguk. "Komandan manusia." "Sungguh?" tanya
Ra'zac lembut. "Kami sudah muak diperintah si
bungkuk seperti kalian, yang berdecak-decak dan
mendesis-desis--membuat kami mual! Dan aku tidak
tahu apa yang kalian lakukan pada Sardson, tapi
kalau kalian tinggal semalam lagi, kami akan menikam
kalian dan melihat apakah kalian juga mengucurkan
darah seperti kami. Tapi kalian bisa meninggalkan
gadis itu, ia akan--" Pria itu tidak sempat
melanjutkan, karena Ra'zac terbesar melompati api
dan mendarat di bahunya, seperti gagak raksasa.
Sambil menjerit, prajurit itu jatuh karena beratnya. Ia
mencoba mencabut pedang, tapi Ra'zac tersebut
mematuk lehernya dua kali dengan paruh
tersembunyinya, dan prajurit itu pun tak bergerak
lagi. "Kita harus melawan itu?" gumam Ivor di
belakang Roran. Para prajurit membeku karena kaget
sementara kedua Ra'zac berlutut di dekat leher mayat.
Sewaktu makhluk-makhluk hitam itu beranjak, mereka
menggosok-gosokkan tangan, seakan mencuci, dan
berkata, "Ya. Kami akan pergi. Tinggallah kalau kalian
mau; pasukan tambahan hanya beberapa hari lagi."
Ra'zac mengangkat kepala dan menjerit ke langit,
lolongannya semakin lama semakin melengking hingga
melampaui batas pendengaran. Roran juga
menengadah. Mulanya ia tidak melihat apa-apa, tapi
lalu kengerian tak terbayangkan mencengkeramnya
saat dua sosok muncul, tinggi di atas Spine, menutupi
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bintang-bintang. Keduanya mendekat dengan cepat,
semakin lama semakin besar hingga menutupi separo
langit dengan kehadiran mereka. Angin yang busuk
menyapu daratan, membawa bau belerang yang
menyebabkan Roran terbatuk dan tercekik. Para
prajurit juga terpengaruh; makian mereka menggema
sementara mereka menekankan lengan baju dan syal
ke hidung masing-masing. Di atas mereka,
bayang-bayang itu berhenti sejenak lalu mulai
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melayang turun, menutupi perkemahan dengan kubah
kegelapan yang mengancam. Suluh-suluh
berkelap-kelip dan terancam padam, tapi masih
memancarkan cukup cahaya untuk menampakkan dua
makhluk buas yang turun di sela tenda-tenda. Tubuh
mereka telanjang dan tidak berbulu--seperti tikus
yang baru dilahirkan--dengan kulit kelabu yang
terentang kencang di dada dan perut mereka yang
berotot. Bentuk mereka mirip anjing kelaparan, tapi
kaki belakang mereka menggembung dengan otot yang
cukup untuk meremukkan sebongkah batu besar.
Tonjolan kecil membentang dari belakang setiap
kepala mereka yang memanjang, dengan paruh hitam
panjang dan lurus untuk menusuk mangsa, dan mata
dingin menonjol yang mirip mata Ra'zac. Di bahu dan
punggung mereka membentang sayap-sayap besar yang
menyebabkan udara menderu karena berat mereka.
Setelah menjatuhkan diri ke tanah, para prajurit
meringkuk dan menyembunyikan wajah dari para
monster itu. Kecerdasan yang asing dan menakutkan
terpancar dari makhluk-makhluk tersebut,
menunjukkan ras yang jauh lebih tua dan kuat
daripada manusia. Roran tiba-tiba takut misinya
gagal. Di belakangnya, Horst berbisik pada yang lain,
mendesak mereka bertahan dan tetap bersembunyi,
kalau tidak mereka akan dibantai. Ra'zac
membungkuk pada makhluk-makhluk itu, lalu masuk ke
tenda dan keluar membawa Katrina--yang diikat
dengan tali--dan diikuti Sloan. Si tukang daging
berjalan dengan bebas. Roran menatapnya, tidak
mampu memahami bagaimana Sloan bisa tertangkap.
Rumahnya sama sekali tidak berada di dekat rumah
Horst. Lalu ia menyadarinya. "Ia mengkhianati kita,"
kata Roran takjub. Genggamannya perlahan-lahan
bertambah erat di martilnya saat kengerian
sesungguhnya dari situasi ini meledak dalam dirinya.
"Ia membunuh Byrd dan mengkhianati kita!" Air mata
kemurkaan mengalir turun di wajahnya. "Roran,"
gumam Horst, sambil berjongkok di sampingya; "Kita
tidak bisa menyerang sekarang; mereka akan
membantai kita. Roran... kau dengar aku?" Roran
hanya mendengar bisikan di kejauhan saat ia
mengawasi Ra'zac yang lebih kecil melompat ke bahu
salah satu makhluk buas itu, lalu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
menangkap Katrina saat Ra'zac yang satu lagi
melemparkannya. Sloan tampak gusar dan ketakutan
sekarang. Ia mulai berdebat dengan Ra'zac,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menggeleng-geleng dan menunjuk ke tanah. Akhirnya
Ra'zac itu menampar mulutnya, membuatnya pingsan.
Sambil menaiki makhluk buas kedua, memanggul si
tukang daging, Ra'zac terbesar berkata, Kami akan
kembali begitu situasi sssudah aman lagi. Bunuh
bocah itu, maka kalian akan diampuni." Lalu
tunggangan mereka menekuk paha mereka yang besar
dan melompat ke langit, sekali lagi menjadi
bayang-bayang di padang bintang-bintang. Tidak ada
kata-kata atau emosi yang tersisa pada Roran. Ia
benar-benar hancur. Tugas yang tersisa hanyalah
membunuh para prajurit. Ia berdiri dan mengangkat
martil, bersiap-siap menyerang, tapi sewaktu ia
melangkah maju, kepalanya berdenyut-denyut
bersamaan dengan luka di bahunya. Tanah bagai
menghilang dalam semburan cahaya, dan ia pun jatuh
pingsan. ANAK PANAH KE JANTUNG Setiap hari
sejak meninggalkan pos perdagangan terluar Ceris
terasa bagai mimpi buram berupa sore-sore hangat
yang dihabiskan dengan mendayung di Danau Eldor
lalu menyusuri Sungai Gaena. Di sekitar mereka, air
menggelegak melintasi terowongan-terowongan pinus
yang meliuk masuk makin dalam lagi ke Du
Weldenvarden. Eragon mendapati perjalanan bersama
para elf menggembirakan. Nari dan Lifaen sering
tersenyum, tertawa, dan menyanyi, terutama kalau ada
Saphira di dekat mereka. Mereka jarang memandang
ke arah lain atau membicarakan topik lain kecuali
Saphira saat naga itu Nadir. Tapi para elf bukanlah
manusia, tidak peduli semirip apa pun penampilan
mereka. Mereka bergerak terlalu cepat, terlalu luwes,
bagi makhluk yang terdiri atas daging dan darah. Dan
sewaktu berbicara, mereka sering menggunakan
ungkapan dan istilah berputar-putar yang malah
menyebabkan Eragon lebib kebingungan daripada saat
mereka mulai. Di sela-sela keriangan mereka, Lifaen
dan Nari bisa membisu berjam-jam, mengaman sekitar
dengan aura damai di wajah mereka. Kalau Eragon
atau Orik mencoba mengajak mereka bercakap-cakap
saat mereka begitu, mereka hanya mendapat jawaban
satu atau dua patah kata. Eragon jadi merasa betapa
terus terang dan lugasnya Arya kalau dibandingkan
mereka. Malahan, Arya tampak tidak nyaman di dekat
Lifaen dan Nari, seakan ia tidak lagi yakin harus
bersikap bagaimana bersama kaumnya sendiri. Dari
buritan kano, Lifaen menoleh ke samping dan berkata,
"Katakan, Eragon-finiarel... Apa yang kalian, manusia,
nyanyikan tentang hari-hari yang gelap ini" Aku ingat
epos-epos yang pernah kudengar di
Iliera--petualangan para raja dan bangsawan kalian
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang berwibawa--tapi sudah lama sekali dan
kenangannnya seperti bunga yang gugur dalam
benakku. Karya baru apa yang telah kalian ciptakan"
Eragon mengerut kening ketika berusaha mengingat
judul-judul cerita yang pernah disampaikan Brom.
Sewaktu mendengarnya, Lifaen menggeleng sedih dan
berkata, "Begitu banyak yang hilang. Tidak ada balada
istana yang berhasil bertahan, dan, kalau kau bicara
jujur, begitu juga sebagian besar sejarah atau
kesenianmu, kecuali kisah-kisah indah yang diizinkan
Galbatorix untuk berkembang." "Brom pernah
bercerita tentang kejatuhan para Penunggang," kata
Eragon dengan nada membela diri. Bayangan rusa
berlompatan melewati batang pohon tumbang melintas
di balik matanya dari Saphira, yang tengah berburu.
"Ah, pria pemberani." Selama semenit, Lifaen
mendayung tanpa bicara. "Kami juga menyanyikan
Kejatuhan... tapi jarang. Sebagian besar dari kami
masih hidup sewaktu Vrael memasuki kehampaan, dan
kami masih berduka atas kota-kota kami yang
dibakar--bunga-bunga lili merah Ewayena, kristal
Luthivira--dan untuk keluarga kami yang dibantai.
Waktu hdak bisa menumpulkan penderitaan atas
luka-luka itu, bahkan setelah beribu-ribu tahun
berlalu dan matahari sendiri padam, meninggalkan
dunia melayang dalam malam abadi." Orik mendengus
di belakang. "Begitu juga keadaan para kuraci. Ingat,
elf, kami kehilangan satu klan karena Galbatorix."
Dan kami kehilangan raja kami, Evandar." Aku tidak
pernah mendengar soal itu," kata Eragon terkejut.
Lifaen mengangguk sambi Bidadari Pendekar Naga Sakti
l mengendalikan rakit melewati batu menders bawah
permukaan air. "Hanya sedikit yang pernah
mendengarnya. Brom sebetulnya bisa saja
menceritakannya padamu; ia ada di sana sewaktu
serangan mematikan itu dilancarkan. Sebelum
kematian Vrael, para elf menghadapi Galbatorix di
dataran Ilirea dalam usaha terakhir kami
mengalahkannya. Di sana Evandar--" "Di mana
Ilirea?" tanya Eragon. "Itu Uru'baen, Nak," kata Orik.
"Dulunya kota elf." Tanpa terganggu interupsi itu,
Lifaen melanjutkan. "Seperti katamu tadi, Ilirea dulu
salah satu kota kami. Kami meninggalkannya selama
peperangan melawan naga, lalu, berabad-abad
kemudian, manusia menjadikannya ibukota mereka
sesudah Raja Palancar dikucilkan." Eragon berkata,
"Raja Palancar" Siapa dia" Apakah dari dia Lembah
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Palancar mendapatkan namanya?" Kali ini elf itu
berpaling dan memandangnya dengan geli. "Kau
memiliki pertanyaan sebanyak dedaunan di pohon,
Argetlam." "Brom juga berpendapat begitu." Lifaen
tersenyum, lalu berhenti sejenak, seakan
mengumpulkan ingatan. "Sewaktu para leluhurmu tiba
di Alagaesia delapan ratus tahun yang lalu, mereka
menjelajahinya hingga jauh, mencari tempat tinggal
yang cocok. Akhirnya, mereka menetap di Lembah
Palancar--sekalipun namanya bukan itu waktu
itu--karena wilayah tersebut salah satu dari sedikit
tempat yang bisa dipertahankan dan tidak diklaim oleh
kami atau para kurcaci. Di sana rajamu, Palancar,
mulai membangun negara yang kuat. "Dalam upayanya
meluaskan wilayah, ia menyatakan perang terhadap
kami, sekalipun kami tidak memprovokasinya. Tiga
kali ia menyerang, dan tiga kali kami menang.
Kekuatan kami menakutkan para bangsawan Palancar
dan mereka memohon perdamaian. Palancar tidak
mengacuhkan nasihat mereka. Lalu para bangsawan
mendekati kami sambil menawarkan perjanjian yang
kami tandatangani di luar sepengetahuan Raja.
"Dengan bantuan kami, Palancar dikalahkan dan
dibuang, tapi ia, keluarganya, dan para pembantu
mereka menolak meninggalkan lembah. Karena tidak
ingin membunuh mereka, kami membangun menara
Ristvak'baen agar para Penunggang bisa mengawasi
Palancar dan memastikan ia tidak akan pernah
berkuasa atau menyerang siapa pun lagi di Alagaesia.
"Tidak lama kemudian Palancar dibunuh putranya
yang tidak ingin menunggu dalam bertindak. Sesudah
itu, politik keluarga terdiri atas pembunuhan,
pengkhianatan, dan kemerosotan lainnya, memudarkan
kemegahan rumah Palancar. Tapi para keturunannya
tidak pernah pergi, dan darah raja masih mengalir di
Therinsford dan Carvahall." "Aku mengerti," kata
Eragon. Lifaen mengangkat salah satu alisnya yang
hitam. "Sungguh" Fakta itu lebih penting daripada
yang kaukira. Kejadian itulah yang meyakinkan
Anurin--pendahulu Vrael sebagai kepala
Penunggang--untuk mengizinkan manusia menjadi
Penunggang, untuk mencegah perselisihan sejenis."
Orik tertawa terbahak-bahak. "Itu pasti menimbulkan
perdebatan seru." "Keputusan itu memang tidak
populer," Lifaen mengakui. "Bahkan sekarang masih
ada yang mempertanyakan kebijakan keputusan itu.
Keputusan tersebut menimbulkan perselisihan antara
Anurin dan Ratu Dellanir hingga Anurin dipecat dari
pemerintahan kami dan mendirikan para Penunggang
di Vroengard sebagai lembaga yang mandiri." "Tapi
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kalau para Penunggang dipisahkan dari
pemerintahanmu, bagaimana cara mereka
mempertahankan perdamaian, seperti yang seharusnya
mereka lakukan?" tanya Eragon. "Mereka tidak bisa,"
kata Lifaen. "Hingga Ratu Dellanir memahami
kebijakan adanya Penunggang yang bebas dari
bangsawan atau raja mana pun dan memulihkan akses
mereka ke Du Weldenvarden. Sekalipun begitu, Ratu
tidak pernah senang kalau ada kewenangan yang
dapat mengalahkan kewenangannya sendiri." Eragon
mengerutkan kening. "Tapi bukankah itu intinya?"
"Ya... dan tidak. Para Penunggang seharusnya
menjaga agar adak terjadi kejatuhan berbagai
pemerintahan dan ras, tapi siapa yang mengawasi
para pengawas" Itulah masalah utama yang
menyebabkan Kejatuhan. Tidak ada yang bisa
mengetahui kelemahan-kelemahan dalam sistem para
Penunggang itu sendiri, karena mereka di luar
pengawasan, dan dengan begitu, mereka hancur."
Eragon menday Bidadari Pendekar Naga Sakti
ung--mula-mula di satu sisi lalu sisi yang lain--sambil
mempertimbangkan kata-kata Lifaen. Dayung bergetar
di tangannya sewaktu menghantam arus yang
menyilang. "Siapa yang menggantikan Dellanir sebagai
raia atau ratu?" "Evandar. Ia naik tahta lima ratus
tahun yang lalu-- sewaktu Dellanir mengabdikan diri
untuk memelajari misteri sihir dan bertahan hingga
kematiannya. Sekarang pasangannya Islanzadi, yang
memerintah kami. "Itu--" Eragon terdiam dengan
mulut ternganga. Tadinya ia hendak mengatakan
mustahil, tapi lalu menyadari betapa konyolnya
pernyataan itu kedengarannya. Ia akhirnya bertanya
"Apakah elf hidup abadi?" Dengan suara lembut,
Lifaen berkata, "Dulu kami Seperti dirimu, cemerlang,
indah, dan sesingkat embun pagi. Sekarang kehidupan
kami membentang tanpa batas selama bertahun-tahun
yang penuh debu. Aye, kami sekarang hidup abadi,
sekalipun kami masih rentan terhadap luka-luka
daging." "Kalian jadi abadi" Bagaimana caranya?" Si
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
elf menolak menjelaskan, sekalipun Eragon
mendesaknya agar lebih terinci. Akhirnya, Eragon
bertanya, "Berapa usia Arya?" Lifaen mengalihkan
tatapannya yang berkilau-kilau padanya, menelaah
Eragon dengan ketajaman yang menggelisahkan.
"Arya" Apa kepentinganmu terhadap dirinya?"
"Aku...." Eragon tergagap, tiba-tiba tidak yakin pada
niatnya. Ketertarikannya pada Arya diperumit fakta
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bahwa Arya elf, dan bahwa usianya, berapa pun itu,
jauh lebih tua daripada usianya sendiri. Ia pasti
memandangku sebagai anak-anak. "Aku tidak tahu,"
katanya sejujurnya. "Tapi ia menyelamatkan nyawaku
dan Saphira, dan aku ingin tahu lebih banyak tentang
dirinya." "Aku merasa malu," kata Lifaen,
mengucapkan setiap kata dengan hati-hati,
"mengajukan pertanyaan seperti itu. Dalam kaum kami,
mencari tahu urusan orang lain merupakan tindakan
yang kasar.... Hanya saja, harus kukatakan, dan aku
yakin Orik setuju dengan pendapatku, kau sebaiknya
menjaga hatimu, Argetlam. Sekarang bukan waktu
untuk kehilangan kendali, atau untuk diungkapkan."
"Aye," kata Orik. Eragon merasa wajahnya panas saat
darah mengalir deras ke sana, seolah ada cairan
panas menjalari dirinya. Sebelu ata sempat menukas,
Saphira memasuki benaknya dan berkata, Dan
sekarang waktu untuk menjaga lidahmu. Mereka
berniat baik. Jangan menghina mereka. Eragon
mengela napas dalam dan berusaha mengusir perasaan
malunya. Kau setuju dengan mereka" Aku yakin,
Eragon, bahwa kau penuh kasih dan kau mencari
seorang yang akan membalas perasaanmu. Tidak ada
yang memalukan dalam hal itu. Eragon berusaha
memahami kata-kata Saphira, lalu akhirnya berkata,
Kau akan segera kembali" Aku dalam perjalanan
sekarang. Eragon kembali memerhatikan sekitarnya
dan mendapati si elf dan kurcaci memandanginya.
"Aku mengerti keprihatinan kalian & dan aku masih
ingin pertanyaanku dijawab." Lifaen ragu-ragu
sejenak. "Arya masih cukup muda. Ia dilahirkan
setahun sebelum kehancuran para Penunggang."
Seratus! Sekalipun telah menduga ia setua itu, Eragon
masih saja merasa kaget. Ia menutupinya dengan
wajah tanpa ekspresi, berpikir, Arya bisa saja
memiliki cicit yang lebih tua daripada diriku! Ia
mempertimbangkan hal itu selama beberapa menit
lalu, untuk mengalihkan perhatiannya sendiri, ia
berkata, "Kau tadi mengatakan manusia menemukan
Alagaesia delapan ratus tahun yang lalu. Tapi Brom
mengatakan kami tiba tiga abad sesudah para
Penunggang dibentuk, yaitu beribu-ribu tahun yang
lalu." "Dua ribu tujuh ratus empat tahun, berdasarkan
perhitungan kami," kata Orik. "Brom benar, kalau kau
menganggap kapal berisi dua puluh prajurit sebagai
'kedatangan' manusia di Alagaesia. Mereka mendarat
di selatan, tempat Surda sekarang berada. Kami
bertemu sewaktu mereka menjelajah dan bertukar
hadiah, tapi lalu mereka pergi dan kami tidak melihat
manusia lagi hingga hampir dua milenium kemudian,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
atau hingga Raja Palancar tiba bersama armadanya.
Manusia sudah melupakan kami sama sekali waktu itu,
hanya ada kisah-kisah samar mengenai manusia
gunung berbulu yang mengincar anak-anak di malam
hari. Bah!" Kau tahu dari mana asal Palancar?" tanya
Eragon. Orik mengengerutkan kening dan menggigiti
ujung Bidadari Pendekar Naga Sakti
kumisnya, lalu menggeleng. "Sejarah kami hanya
mengatakan tanah kelahirannya berada jauh di
selatan, melewati Beor, dan pengungsiannya
dikarenakan perang dan kelaparan." Karena
terpesona dengan gagasan yang mendadak timbul di
benaknya, Eragon berkata tanpa berpikir, "Jadi
mungkin saja ada negara-negara di suatu tempat yang
bisa membantu kita melawan Galbatorix." "Mungkin
saja," kata Orik. "Tapi mereka sulit ditemukan bahkan
dengan menunggang naga, dan aku ragu kalian
berbicara dalam bahasa yang sama. Tapi siapa yang
ingin membantu kita" Hanya sedikit yang bisa
ditawarkan kaum Vardep pada negara lain, dan sudah
cukup sulit untuk memindahkan pasukan dari Farthen
Dur ke Uru'baen, apalagi mendatangkan pasukan dari
ratusan, kalau bukan ribuan, mil jauhnya." "Lagi pula
kami tidak bisa membiarkanmu pergi," kata Lifaen
pada Eragon. "Aku masih--" Eragon terdiam saat
Saphira membubung tinggi di atas sungai, diikuti
kawanan burung layang-layang dan burung hitam yang
berniat mengusirnya dari wilayah mereka. Pada saat
yang sama, terdengar cicitan ramai dari sepasukan
bajing yang bersembunyi di sela cabang-cabang
pohon. Lifaen tersenyum dan berseru, "Ia cantik,
bukan" Lihat bagaimana sisik-sisiknya menangkap
cahaya! Tidak ada harta di dunia yang bisa menyamai
pemandangan ini." Seruan yang sama terdengar dari
Nari. "Memuakkan, itulah dia," gumam Orik ke
janggutnya. Eragon menyembunyikan senyum,
sekalipun ia menyetujui pendapat si kurcaci. Para elf
tampaknya tidak pernah lelah memuji Saphira. Tidak
ada salahnya memuji sedikit, kata Saphira. Ia
mendarat diiringi percikan tinggi air dan
membenamkan kepala untuk menghindari gerombolan
burung layang-layang yang menukik. Tentu saja, kata
Eragon. Saphira menatapnya dari bawah permukaan
air. Apakah menyindirku" Eragon tergelak dan
melupakan masalah itu. Saat melirik perahu yang lain,
Eragon memandangi Arya mendayung, punggungnya
tegak, wajahnya sulit ditebak sementara elf itu
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meluncur menerobos bintik-bintik cahaya di bawah
pepohonan berlumut. Arya tampak begitu muram dan
serius hingga Eragon ingin menghiburnya. "Lifaen,"
tanyanya dengan suara pelan agar Orik tidak
mendengar, "kenapa Arya begitu... tidak bahagia" Kau
dan --" Bahu Lifaen mengejang di balik tunik
merahnya dan ia berbisik, begitu pelan hingga Eragon
nyaris tidak bisa mendengar Kami merasa tersanjung
bisa melayani Arya Drottningu. Ia menderita lebih
daripada yang bisa kaubayangkan bagi kaum kami.
Kami bersuka cita atas apa yang dicapainya dengan
Saphira, dan kami menangis dalam mimpi-mimpi kami
untuk pengorbanannya... dan kehilangannya. Tapi
penderitaannya merupakan penderitaannya sendiri,
dan aku tidak bisa memberitahukannya tanpa
seizinnya." Saat Eragon duduk di dekat api unggun
pada malam harinya, mengelus-elus sepetak lumut
yang terasa seperti bulu kelinci, ia mendengar
keributan dari dalam hutan. Setelah bertukar pandang
dengan Saphira dan Orik, ia mengendap-endap ke
suara itu, Zar'roc terhunus. Eragon berhenti di bibir
jurang kecil dan memandang ke seberang, tempat
seekor gyrfalcon dengan sayap patah merontaronta di
kumpulan snowberry. Hewan pemangsa itu terpaku
saat melihat dirinya, lalu membuka paruh dan menjerit
melengking. Nasib yang mengerikan, tidak bisa
terbang, kata Saphira. Sewaktu Arya tiba, ia menatap
gyrfalcon itu, lalu memasang tali busurnya dan,
dengan ketepatan yang menggetarkan, memanalmya
hingga menembus dada. Mulanya Eragon menduga ia
melakukannya untuk menjadikannya makanan, tapi
Arya hendak bergerak untuk mengambil burung maupun
anak panahnya. Kenapa?" tanyanya. Dengan ekspresi
keras, Arya melepas tali busurnya. "Lukanya terlalu
parah untuk bisa kusembuhkan dan ia akan mati malam
ini atau besok. Begitulah sifat alam. Aku
menyelamatkannya dari penderitaan berjam-jam."
Saphira menunduk dan menyentuh bahu Arya dengan
moncongnya, lalu kembali ke perkemahan mereka,
ekor Saphira menggores kulit pepohonan. Saat Eragon
hendak mengikuti, ia merasa Orik menarik lengan
bajunya dan ia pun membungkuk agar bisa mendengar
bisikan si kurcaci. "Jangan pernah mea minta bantuan
elf; mereka mungkin saja mem
Bidadari Pendekar Naga Sakti
utuskan kau lebih baik mati, eh?" MANTRA
DAGSHELGR Sekalipun kelelahan akibat kemarin,
Eragon memaksa diri bangun sebelum subuh untuk
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa melihat salah satu elf tidur. Ini menjadi
permainan baginya, mengetahui kapan elf
terjaga--atau apakah mereka tidur--karena ia belum
pernah melihat satu elf pun yang matanya terpejam.
Hari ini ternyata bukan perkecualian. "Selamat pagi,"
kata Nari dan Lifaen dari atas. Eragon menjulurkan
kepala dan melihat keduanya berdiri di sebatang
pohon pinus, sekitar lima puluh kaki di udara. Setelah
berlompatan dari cabang ke cabang dengan kelincahan
kucing, para elf itu mendarat di tanah di sampingnya.
"Kami berjaga sejak tadi," Lifaen menjelaskan.
"Karena?" Arya melangkah keluar dari balik pohon
dan berkata, "Kafta ketakutanku. Du Weldenvarden
memiliki banyak misteri dan bahaya, terutama bagi
Penunggang. Kami telah tinggal di sini ribuan tahun,
dan mantra-mantra lama masih bertahan di
tempat-tempat yang tidak terduga; sihir ada di udara,
air, dan tanah. Di tempat-tempat tertentu sihir
memengaruhi hewan. Terkadang makhluk aneh
ditemukan berkeliaran di hutan, dan tidak semua
ramah." "Apakah mereka--" Eragon terdiam saat
gedwey ignasia di tangannya terasa menggelitik.
Martil perak di kalung yang diberikan Garnel terasa
memanas di dadanya, dan ia merasakan mantra kalung
itu menyerap kekuatannya. Ada yang berusaha
men-scry dirinya. Apakah Galbatorix" pikirnya
penasaran, ketakutan. Ia cengkeram kalung itu dan
mengeluarkannya dari balik tunik, siap menariknya
sampai lepas kalau ia menjadi terlalu lemah. Dari
sisi lain perkemahan, Saphira bergegas mendekatinya
menguatkannya dengan cadangan energinya sendiri.
Sesaat kemudian, panasnya mengalir keluar dari
martil, menyebabkan kalung itu terasa dingin di kulit
Eragon. Ia melempar-lemparkannya di telapak tangan,
lalu menjejalkannya kembali ke balik pakaiannya. Saat
itu Saphira berkata, Musuh kita mencari kita. Musuh"
Apakah mungkin seseorang di Du Vrangr Gata"
Kurasa Hrothgar pasti sudah memberitahu Nasuada
bahwa ia memerintahkan Gannel memberimu kalung
bermantra ini... Mungkin saja Nasuada mendapat
gagasan itu duluan. Arya mengerutkan kening
sewaktu Eragon menjelaskan apa yang terjadi.
"Dengan begini makin mendesak bagi kita untuk
mencapai Ellesmera secepat mungkin agar latihanmu
bisa dilanjutkan. Kejadian-kejadian di Alagaesia
semakin cepat terjadi, dan aku khawatir kau tidak
memiliki waktu yang cukup untuk pelajaranmu."
Eragon ingin mendiskusikannya lebih jauh, tapi
kehilangan kesempatan karena tergesa-gesa
meninggalkan perkemahan Begitu kano-kano telah
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dimuati dan api unggun dipadamkan, mereka
melanjutkan perjalanan menyusuri Sungai Gaena.
Mereka baru satu jam di air sewaktu Eragon menyadari
sungainya semakin lebar dan dalam. Beberapa menit
kemudian mereka sampai di air terjun yang memenuhi
Du Weldenvarden dengan gemuruhnya yang
menderu-deru. Air terjun itu sekitar seratus kaki
tingginya, dan mengalir menuruni permukaan batu
yang bagian atasnya menonjol sehingga tebing itu
mustahil dipanjat. "Bagaimana cara kita melewati air
terjun itu?" Ia sudah bisa merasakan cipratan air
sejuk di wajahnya. Lifaen menunjuk ke tepi kiri, agak
jauh dari air terjun, di mana ada jalan setapak
berliku-liku yang menaiki tebing curam itu. "Kita
terpaksa mengangkat kano dan pasokan kita sejauh
setengah league sebelum bisa kembali ke sungai."
Mereka berlima melepaskan ikatan buntalan yang
dijejalkan di sela-sela kursi kano dan membagi
pasokan menjadi tumpukan yang mereka jejalkan ke
dalam buntalan masing-masing. "Uh," kata Eragon,
sambil mengangkat bebannya. Bungkusannya dua kali
lebih berat daripada yang biasa dibawanya kalau
bepergian berjalan kaki. Aku bisa menerbangkannya
ke hulu untukmu... semuanya, Saphira menawarkan,
sambil melangkah ke tepi sungai yang berlumpur dan
menggoyang tubuhnya untuk mengeringkannya.
SeWaktu Eragon menyampaikan tawarannya, Lifaen
tampak ngeri. "Kami tidak akan pernah bermimpi
menggunakan naga sebagai pengangkut beban. Itu
merendahkanmu, Saphira--dan Eragon sebagai
Shur'tugal--dan mempermalukan keramahan kami."
Saphira me Bidadari Pendekar Naga Sakti
ndengus, dan api menyembur dari cuping hidungnya,
membuat permukaan sungai menguap dan menimbulkan
swan uap air. Ini omong kosong. Ia mengulurkan salah
satu kakinya yang bersisik melewati Eragon,
mengaitkan cakarnya ke tali bahu bungkusan, lalu
membubung ke atas kepala mereka. Tangkap aku kalau
bisa! Tawa yang jernih memecahkan kesunyian,
seperti getaran buring mockingbird. Dengan takjub
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Eragon berbalik dan memandang Arya. Untuk pertama
kalinya ia mendengar tawa Arya; ia menyukai
suaranya. Arya tersenyum pada Lifaen. "Banyak yang
harus kaupelajari kalau kau menganggap bisa
memberitahu naga apa yang boleh atau tidak boleh
dilakukannya. "Tapi aibnya--" "Tidak memalukan
kalau Saphira melakukannya atas keinginannya
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sendiri," kata Arya. "Sekarang, ayo pergi sebelum kita
membuang waktu lebih banyak lagi." Sambil berharap
pengerahan tenaganya tidak akan membuat
punggungnya sakit, Eragon mengangkat kano bersama
Lifaen dan meletakkannya di bahu. Ia terpaksa
mengandalkan elf itu untuk membimbingnya di
sepanjang jalan setapak, karena ia hanya bisa melihat
tanah di bawah kakinya. Satu jam kemudian mereka
tiba di puncak tebing dan naik melewati arir terjun
berbahaya, menuju tempat Sungai Gaena kembali
tenang dan mengkilap. Saphira telah menunggu
mereka, sibuk menangkap ikan di air yang dangkal,
berulang kali memasukkan kepalanya yang berbentuk
segitiga ke air seperti burung heron. Arya
memanggilnya dan berkata pada Saphira dan Eragon
"Di balik tikungan di depan itu ada Danau Ardwen dan,
di tepi baratnya, adalah Silthrim, salah satu kota
terbesar kami. Selepas itu ada hutan luas yang
memisahkan kita dengan Ellesmera. Kita akan bertemu
banyak elf di dekat Silthrim. Tapi aku tidak ingin
salah satu dari kalian terlihat sebelum kita berbicara
dengan Ratu Islanzadi." Kenapa" tanya Saphira,
mengutarakan pikiran Eragon. Dengan aksen
berirama, Arya menjawab, "Kehadiran kalian
merupakan wujud perubahan hebat dan menakutkan
bagi kerajaan kami, dan perubahan seperti itu
berbahaya kalau tidak ditangani dengan hati-hati.
Ratu harus jadi yang pertama bertemu kalian. Hanya
ia yang memiliki kewenangan dan kebijakan untuk
mengawasi transisi ini." "Kau sangat
menyanjungnya," komentar Eragon. Mendengar
kata-kata Eragon, Nari dan Lifaen berhenti dan
memandangi Arya dengan waspada. Ekspresi wajah
Arya berubah kosong, lalu ia menegakkan diri dengan
bangga. "Ia memimpin kami dengan baik... Eragon,
aku tahu kau membawa jubah berkerudung dari
Tronjheim. Hingga kita bebas dari kemungkinan
adanya pengamat, tolong kaukenakan jubah itu dan
tutupi kepalamu agar tidak ada yang melihat telingamu
yang bulat dan tahu kau manusia." Eragon
mengangguk. "Dan Saphira, kau terpaksa bersembunyi
di siang hari dan menyusul kami di malam hari. Ajihad
memberitahuku itulah yang kaulakukan di Kekaisaran."
Dan aku membenci setiap saat itu, geram Saphira.
"Hanya untuk hari ini dan besok. Sesudah itu, kita
akan cukup jauh dari Silthrim hingga tidak perlu
khawatir akan menemui siapa pun yang
membahayakan," Arya berjanji. Saphira mengalihkan
pandangan matanya yang kebiruan pada Eragon.
Sewaktu kita melarikan diri dari Kekaisaran, aku
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bersumpah akan selalu ada di dekatmu untuk
melindungimu. Setiap kali aku menjauh, selalu terjadi
hal-hal buruk: Yazuac, Daret, Dras-Leona, para
pedagang budak. Di Teirm tidak. Kau mengerti
maksudku! Aku terutama tidak suka pergi karena kau
tak bisa membela diri dengan punggungmu yang sakit.
Aku percaya Arya dan yang lainnya akan menjaga
keselamatanku. Kau tidak percaya" Saphira
ragu-ragu. Aku percaya pada Arya. Ia berputar dan
menyusuri tepi sungai, duduk sejenak, lalu berbalik.
Baiklah. Ia menyampaikan persetujuannya pada Arya,
sambil menambahkan, Tapi aku tidak akan menunggu
lebih lama daripada besok malam, bahkan biarpun
pada saat itu kalian berada di tengah Silthrim. "Aku
mengerti," kata Arya. "Kau tetap harus berhati-hati
sewaktu terbang malam hari, karena elf bisa melihat
dengan jelas kecuali di malam yang paling gelap.
Kalau kau tidak sengaja terlihat, kau bisa diserang
dengan sihir." Luar biasa, kata Saphira. Sementara
Orik dan Bidadari Pendekar Naga Sakti
para elf menaruh muatan di perahu lagi, Eragon dan
Saphira menjelajahi hutan yang remang-remang itu,
mencari tempat persembunyian yang sesuai. Mereka
memilih ceruk kering yang dikelilingi bebatuan runtuh
dan diselimuti dedaunan jarum pinus yang terasa
lunak. Saphira bergelung di tanah dan mengangguk.
Pergilah sekarang. Aku akan baik-baik saja. Eragon
memeluk lehernya--berhati-hati untuk menghindari
duri-duri punggungnya yang tajam--kemudian pergi
dengan enggan sambil melirik ke belakang. Di sungai,
ia mengenakan kerudung sebelum mereka melanjutkan
perjalanan. Udara bagai tidak bergerak sewaktu
Danau Ardwen kelihatan dan akibatnya, permukaan air
yang luas jadi halus dan rata, cermin yang sempurna
bagi pepohonan dan awan. Ilusi itu begitu tanpa cacat
sehingga Eragon merasa seperti memandang ke dunia
lain dari balik jendela dan bahwa kalau mereka
melanjutkan perjalanan, kano-kano mereka akan jatuh
selama-lamanya ke langit yang terpantul di permukaan
danau. Ia menggigil membayangkan hal itu. Di
kejauhan yang samar, puluhan perahu dari kulit pohon
birch putih melesat seperti para penunggang air di
sepanjang kedua tepinya, didorong kekuatan para elf
hingga mencapai kecepatan yang luar biasa. Eragon
menunduk dan menarik tepi kerudungnya untuk
memastikan wajahnya tertutup Hubungannya dengan
Saphira semakin sulit saat mereka semakin jauh,
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hingga hanya pikiran sekilas yang menjalin mereka. Di
malam hari ia tidak lagi bisa merasakan kehadiran
Saphira, bahkan meskipun ia mengerahkan pikiran
hingga batas kekuatannya. Tiba-tiba saja Du
Weldenvarden terasa lebih sepi dan terpencil.
Sementara kegelapan semakin pekat, sekelompok
cahaya putih--diletakkan di berbagai ketinggian di
sela pepohonan muncul satu mil di depan. Cahayanya
berpendar seperti sinar keperakan bulan, menakutkan
dan misterius di malam hari, "Silthrim ada di sana,"
kata Lifaen. Diiringi suara ceburan samar, sebuah
perahu gelap melewati mereka dari arah yang
berlawanan, diikuti gumaman "KveHia Fricai" dari elf
yang mengemudikannya. Arya mengarahkan kanonya
ke samping kano Eragon. "Kita berhenti di sini malam
ini." Mereka berkemah agak jauh dari Danau Ardwen,
di tempat yang tanahnya cukup kering untuk ditiduri.
Serangan nyamuk yang ganas membuat Arya
mengucapkan mantra pelindung agar mereka bisa
makan malam agak nyaman. Sesudahnya, mereka
berlima duduk mengelilingi api unggun, menatap
kobaran keemasannya. Eragon menyandarkan kepala
ke sebatang pohon dan mengawasi meteor melintasi
langit. Matanya nyaris terpejam sewaktu terdengar
suara wanita terbawa angin di hutan dari arah
Silthrim, lantunan samar yang membelai bagian dalam
telinganya seperti bulu. Ia mengerutkan kening dan
menegakkan tubuh, berusaha mendengar bisikan itu
lebih baik. Seperti kepulan asap yang menebal saat
api unggun yang baru dinyalakan berkobar hidup,
suara itu pun bertambah kuat hingga hutan mendesah
seiring melodi yang menggoda, dan berputar-putar itu,
melompat naik-turun dengan liar. Suara-suara lain
terdengar mengiringi suara yang seolah tidak berasal
dari dunia nyata itu, menghiasi nada aslinya dengan
ratusan variasi. Udara sendiri bagai berpendar karena
musik sangat dinamis tersebut. Lantunan peri itu
menimbulkan gelombang kegembiraan dan ketakutan
yang merayapi tulang punggung Eragon; mengaburkan
indranya, menariknya memasuki malam selembut
beludru, Terbujuk nada-nada yang mengalun tersebut,
ia melompat bangkit, siap melesat menerobos hutan
hingga menemukan sumber suara, siap menari-nari di
sela pepohonan dan lumut, apa pun agar bisa
bergabung dengan pesta para elf. Tapi sebelum ia
sempat bergerak, Arya menyambar tangannya dan
menyentaknya hingga Eragon terputar menghadapinya.
"Eragon! Kosongkan pikiranmu!" Eragon berjuang
dengan sia-sia untuk melepaskan diri dari
cengkeraman Arya. "Eyddr evreya onr!" Kosongkan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
telingamu! Segalanya lalu berubah sunyi, seakan
Eragon jadi tuli. Ia berhenti melawan dan memandang
sekitarnya, penasaran tentang apa yang baru saja
terjadi. Di seberang api unggun, Lifaen dan Nari
bergulat tanpa suara dengan Orik. Eragon
memandangi mulut Arya bergerak-gerak s
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
aat bicara, lalu suara kembali ke dunia diiringi bunyi
letupan, walau ia tidak lagi bisa mendengar musiknya.
"Apa...?" tanyanya, tertegun. "Menyingkir dariku,"
geram Orik. Lifaen dan Nari menarik tangan mereka
dan mundur. "Mad, Orik-vodhr," kata Lifaen. Arya
menatap ke Silthrim. "Aku salah menghitung hari-hari;
aku tidak ingin berada di dekat kota selama
Dagshelgr. Perayaan kami berbahaya bagi kaum fana.
Kami bernyanyi dalam bahasa kuno, dan liriknya
menjalin mantra keinginan dan kerinduan yang sulit
dilawan, bahkan bagi kami." Nari bergerak-gerak
gelisah. "Kita seharusnya berada di hutan. "Benar."
Arya menyetujui, "tapi kita akan melakukan kewajiban
kita dan menunggu." Dengan perasaan terguncang
Eragon duduk lebih dekat dengan api unggun,
berharap Saphira ada; ia yakin Saphira mampu
melindungi benaknya dari pengaruh musik tadi. "Apa
Dagshelgr?" tanyanya. Arya menemaninya di tanah,
menyilangkan kakinya yang panjang. "Menjaga
kesehatan dan kesuburan hutan. Setiap musim semi
kami bernyanyi bagi pepohonan, kami bernanyi bagi
tanaman, dan kami bemyanyi bagi hewan-hewan.
Tanpa kami, Du Weldenvarden hanya akan tinggal
separo dari luas sekarang." Seakan untuk menekankan
maksudnya, berbagai burung, rusa, bajing merah,
musang bergaris kelabu, rubah, kelinci, serigala,
katak, kodok, kura-kura, dan semua hewan lain yang
ada di dekat mereka meninggalkan tempat
persembunyian dan bergegas-gegas dengan ribut.
"Mereka mencari pasangan," Arya menjelaskan. "Di
seluruh Du Weldenvarden di setiap kota kami, elf-elf
menyanyikan lagu ini. Semakin banyak yang
bernyanyi, semakin kuat mantranya, dan Du
Weldenvarden akan semakin luas tahun ini." Eragon
menarik tangannya sewaktu tiga landak menghambur
melewati pahanya. Seluruh hutan riuh rendah. Aku
memasuki negeri dongeng, pikirnya, sambil memeluk
diri sendiri. Orik mendekat dari balik api unggun dan
mengeraskan suara mengatasi keributan, "Demi
janggut dan kapakku, aku tidak mau lagi dikendalikan
sihir di luar keinginanku. Kalau kejadian ini terulang,
Arya, aku bersumpah demi sabuk batu Helzvog aku
akan kembali ke Farthen Dur dan kalian akan
menghadapi kemurkaan Durgrimst Ingeitum." "Aku tak
berkeinginan kau mengalami Dagshelgr," kata Arya.
"Aku minta maaf atas kesalahanku. Tapi, sekalipun
aku melindungimu dari mantra ini, kau tidak bisa
melepaskan diri dan sihir di Du Weldenvarden; sihir
ada di mana-mana di sini." "Selama tidak mengacau
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pikiranku." Orik menggeleng dan meraba tangkai
kapaknya sambil mengamati binatang-biriatang yang
bergerak dalam keremangan di luar lingkaran cahaya
api unggun. Tidak ada yang tidur malam itu. Eragon
dan Orik terus terjaga karena keributan yang
menakutkan dan hewan-hewan yang terus menerjang
tenda-tenda mereka, para elf karena mereka masih
mendengarkan lagu itu. Lifaen dan Nari
mondar-mandir tanpa henti, sementara Arya menatap
ke Silthrim dengan depresi lapar, kulitnya yang pucat
tampak terentang tegang tipis di tulang pipinya.
Empat jam sesudah keributan suara dan gerakan itu
mulai, Saphira menukik turun dari langit, matanya
berkilau-kilau aneh. Ia bergidik dan menjulurkan
leher, terengah-engah dengan ternganga. Hutannya,
katanya, hidup. Dan aku hidup. Darahku membara,
belum pernah aku mengalami yang seperti ini. Darahku
membara seperti darahmu membara sewaktu
memikirkan arya, Aku... mengerti! Eragon memegang
bahu Saphira, merasakan getaran yang mengguncang
sosok naga itu; bagian samping tubuh Saphira
bergetar saat ia bersenandung seiring musiknya.
Saphira mencengkeram tanah dengan cakar-cakarnya
yang bagai gading, otot-ototnya berkedut karena
usaha kerasnya untuk tetap tidak bergerak. Ujung
ekornya tersentak seakan ia hendak menerkam. Arya
berdiri dan menggabungkan diri dengan Eragon di sisi
lain Saphira. Elf itu juga memegang bahu Saphira, dan
mereka bertiga menghadapi kegelapan, bersatu
menjadi rantai hidup. Saat subuh merekah, yang
pertama kali disadari Eragon adalah di semua pohon
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sekarang tumbuh kuncup jarum hijau cerah di ujung
cabang masing-masing. Ia membungkuk dan memeriksa
semak snowberry di kakinya dan mendapati setiap
tanaman, besar at Bidadari Pendekar Naga Sakti
au kecil, mengalami pertumbuhan semalam. Hutan
dipenuhi warna-warna cemerlang; segala sesuatu
tampak lebat, segar, dan bersih. Udara berbau seperti
ketika hujan bam saja turun. Saphira mengguncang
diri di samping Eragon dan berkata, Demamnya sudah
berlalu; aku telah pulih. Hal-hal yang kurasakan...
Rasanya seolah dunia dilahirkan lagi dan aku
membantu menciptakannya dengan api di tangan dan
kakiku. Bagaimana keadaanmu" Di dalam, maksudku.
Aku membutuhkan waktu untuk memahami apa yang
baru saja kualami. Karena musiknya telah berhenti,
Arya mencabut mantranya dari Eragon dan Orik. Ia
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berkata, "Lifaen. Nari. Pergilah ke Silthrim dan ambil
kuda untuk kita berlima. Kita tidak bisa berjalan kaki
dari sini ke Ellesmera. Selain itu, peringatkan Kapten
Damitha bahwa Ceris membutuhkan pasukan
tambahan." Nari membungkuk. "Apa yang harus kami
katakan kalau menanyakan kenapa kami meninggalkan
pos kami?" "Beritahu bahwa apa yang pernah
diharapkannya--dan ditakutinya--telah terjadi; wyrm
telah menggigit ekornya sendiri. Ia akan paham."
Kedua elf itu pergi ke Silthrim sesudah pasokan
dibongkar dari perahu. Tiga jam kemudian, Eragon
mendengar suara ranting patah dan menengadah,
melihat mereka kembali menerobos hutan dengan
menunggang kuda-kuda jantan yang gagah memimpin
empat kuda yang identik. Hewan-hewan yang
mengagumkan itu bergerak di sela pepohonan tanpa
suara, kulit mereka berpendar ditimpa cahaya. Tidak
seekor pun dilengkapi pelana atau kekang. "Blothr,
blothr," gumam Lifaen, dan tunggangannya berhenti,
menggaruk-garuk tanah dengan kukunya yang gelap.
"Apakah semua kuda kalian seanggun ini?" tanya
Eragon. Dengan hati-hati ia mendekati salah satunya,
terpesona pada keindahannya. Hewan-hewan itu hanya
beberapa tangan lebih tinggi daripada kuda poni,
menyebabkan mereka bisa bergerak dengan mudah di
sela batang-batang pohon yang tumbuh rapat. Mereka
tidak tampak takut pada Saphira. "Tidak semuanya,"
kata Nari sambil tertawa, mengibaskan rambut
keperakannya, "tapi sebagian besar. Kami sudah
memelihara mereka selama berabad-abad."
"Bagaimana caraku menungganginya?" Arya berkata,
"Kuda elf bereaksi seketika terhadap perintah dalam
bahasa kuno; beritahukan ke mana kau mau pergi dan
ia akan membawamu ke sana. Tapi jangan
memperlakukan mereka dengan pukulan atau kata-kata
kasar, karena mereka bukan budak kami, tapi teman
dan rekan kami. Mereka hanya membawamu selama
mereka bersedia; bisa menunggangi salah satunya
merupakan kehormatan besar. Aku berhasil
menyelamatkan telur Saphira dari Durza karena
kuda-kuda kami merasakan ada yang tidak beres dan
menghentikan kami memasuki perangkapnya.... Mereka
tidak akan membiarkan dirimu jatuh kecuali kau
dengan sengaja menjatuhkan diri, dan mereka ahli
memilih jalan yang paling aman dan paling cepat di
daerah berbahaya. Feldunost para kurcaci seperti
itu." "Benar sekali," kata Orik. "Feldunost bisa
membawamu mendaki tebing dan menuruninya tanpa
satu memar pun. Tapi bagaimana cara kita membawa
makanan dan yang lainnya tanpa pelana" Aku tidak
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mau menunggang kuda sambil membawa bungkusan
yang penuh." Lifaen melemparkan setumpuk tas kulit
ke kaki Orik dan menunjuk kuda keenam. "Tidak
perlu." Mereka membutuhkan waktu setengah jam
untuk menata pasokan mereka dalam tas-tas dan
menumpuknya di punggung kuda. Sesudah itu, Nari
memberitahu Eragon dan Orik kata-kata yang bisa
mereka gunakan untuk mengarahkan kuda-kuda:
"Ganga fram untuk maju, blothr untuk berhenti, hlaupa
kalau kalian harus lari, dan ganga aptr untuk kembali.
Kalian bisa memberi instruksi yang lebih tepat kalau
kalian tahu lebih banyak bahasa kuno." Ia membimbing
Eragon ke salah satu kuda dan berkata, "Ini Folkvir.
Ulurkan tanganmu." Eragon mematuhinya, dan kuda
jantan itu mendengus, cuping hidungnya mengembang.
Folkvir mengendus telapak tangan Eragon, lalu
menyentuhnya dengan moncong dan mengizinkan
Eragon untuk mengelus lehernya yang kekar. "Bagus,"
kata Nari, tampak puas. Elf itu membimbing Orik untuk
melakukan tindakan yang sama dengan kuda
berikutnya. Saat Eragon naik ke punggung Folkvir,
Saphira mendekat. Eragon menengadah m
Bidadari Pendekar Naga Sakti
enatapnya, menyadari kalau Saphira masih terganggu
akibat pengalaman semalam. Satu hari lagi, katanya.
Eragon & Saphira diam sejenak. Ada yang kupikirkan
sewaktu berada di bawah pengaruh mantra elf, apa
yang selama ini kuanggap tidak berarti, tapi sekarang
menjulang seperti pegunungan yang menakutkan:
Setiap makhluk, tidak peduli semurni atau
semenakutkan apa pun, memiliki pasangan dari jenis
mereka sendiri. Tapi aku tidak memilikinya, Ia
menggigil dan memejamkan mata. Dalam hal ini, aku
sendirian. Pernyataaan Saphira mengingatkan Eragon
bahwa naga itu belum lagi berusia delapan bulan.
Pada banyak kesempatan, kemudaannya tidak
terlihat--karena pengaruh insting dan kenangan yang
diwarisinya tapi, dalam urusan ini, ia sama tidak
berpengalamannya dengan Eragon dalam usahanya
lemah untuk merasakan keromantisan di Carvahall dan
Tronjheim. Eragon merasa kasihan, tapi ia menekan
perasaannya sebelum perasaan itu sempat mengalir
melalui hubungan mental mereka. Saphira akan
membenci perasaan itu: perasaan tersebut tidak bisa
memecahkan masalahnya atau membuat perasaannya
lebih baik. Ia akhirnya malah berkata, Galbatorix
masih memiliki dua telur naga. Begitu kita bertemu
Hrothgar lagi katakan kau ingin menyelamatkan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keduanya. Kalau kita bisa- Saphira mendengus pahit.
Bisa memakan waktu bertahun-tahun dan bahkan kalau
kita berhasil mendapatkan telur-telur itu, tidak ada
jaminan telur-telur tersebut akan menetas, atau
apakah mereka jantan atau apakah kami merupakan
pasangan yang cocok. Nasib sudah menentukan rasku
bakal punah. Ia melecutkan ekornya dengan frustrasi,
mematahkan pohon muda hingga menjadi dua. Saphira
tampak hampir menangis. Apa yang bisa kukatakan"
tanya Eragon, terusik perasaan tertekan yang
dirasakan Saphira. Kau tidak boleh patah semangat.
Kau masih memiliki kesempatan menemukan pasangan,
tapi kau harus sabar. Bahkan kalau telur milik
Galbatorix tidak berhasil, pasti ada naga di tempat
lain di dunia ini, sama seperti manusia, elf, dan
Urgal. Begitu kita bebas dari kewajiban, akan kubantu
kau mencari mereka. Bagaimana" Baiklah, isak
Saphira. Ia menjulurkan kepala ke belakang dan
mengembuskan asap putih yang memudar di sela
cabang-cabang di atas kepala. Seharusnya aku bisa
lebih menguasai diri dan tidak membiarkan emosi
mengalahkanku. Omong kosong. Kau harus terbuat
dari batu supaya tidak merasa seperti ini. Ini sangat
normal... Tapi berjanjilah kau tidak akan memikirkan
masalah ini ketika sendirian. Saphira menatapnya
dengan sebelah mata birunya yang besar. Baik.
Eragon merasa hangat di dalam saat merasakan
perasaaan berterima kasih Saphira atas penghiburan
dan dukungan Eragon. Sambil mencondongkan tubuh
dari Folkvir, Eragon memegang pipi Saphira yang
kasar beberapa lama. Pergilah makhluk kecil, gumam
Saphira. Sampai ketemu nanti. Eragon tidak suka
meninggalkan Saphira dalam keadaan seperti itu.
Dengan enggan ia memasuki hutan bersama Orik dan
para elf, menuju ke jantung Du Weldenvarden di barat.
Sesudah satu jam memikirkan beban Saphira, ia
membicarakannya dengan Arya. Garis-garis samar
muncul di kening Arya saat ia mengerutkan kening "Itu
salah satu kejahatan terbesar Galbatorix. Aku tidak
tahu apakah ada pemecahannya, tapi kita bisa
berharap. Kita harus berharap." KOTA PINUS Eragon
begitu lama berada di Du Weldenvarden hingga ia
mulai merindukan tempat terbuka, padang, atau
bahkan pegunungan, bukan batang-batang pohon dan
sesemakan luas tak bertepi. Penerbangannya dengan
Saphira tidak memberinya kelegaan karena hanya
menampakkan perbukitan hijau yang terbentang tanpa
putus seperti lautan hingga kejauhan. Sering
cabang-cabang di atas kepala begitu tebal hingga
mustahil mengetahui dari arah mana matahari terbit
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan terbenam. Itu, bersama pemandangan yang selalu
sama, menyebabkan Eragon merasa tersesat, tidak
peduli berapa kali Arya atau Lifaen bersusah payah
menunjukkan arah mata angin padanya. Kalau bukan
karena para elf, Eragon tahu ia bisa berkeliaran di Du
Weldenvarden sepanjang sisa hidupnya tanpa pernah
menemukan jalan keluar. Sewaktu hujan turun, awan
dan kanopi hutan menyebabkan mereka berada dala
Bidadari Pendekar Naga Sakti
m kegelapan pekat, seakan terkubur jauh di bawah
tanah. Air yang turun mengumpul di dedaunau jarum
pinus yang hitam di atas, lalu menetes dan turun
sekitar seratus kaki atau lebih ke kepala mereka,
seperti ribuan air terjun kecil. Pada saat seperti itu,
Arya memanggil bola cahaya sihir yang melayang di
atas tangan kanannya dan menjadi satu-satunya
sumber cahaya di hutan yang segelap gua tersebut.
Mereka akan berhenti dan berkumpul di bawah
sebatang pohon hingga badai mereda, tapi air yang
tersimpan di puluhan cabang di atas, kalau diguncang
sedikit saja, akan menghujani mereka dengan tetesan
air hingga berjam-jam kemudian. Sementara mereka
terus berjalan semakin jauh memasuki jantung Du
Weldenyarden, pepohonan semakin tebal dan tinggi,
juga semakin terpisah dari satu sama lain untuk
memberi ruang bagi bentangan cabang-cabang mereka
yang melebar. Batang-batang pohon yang cokelat
menjulang ke langit-langit berusuk di atas, yang
dikaburkan dan di sana-sini disaput
bayangan--tingginya lebih dari dua ratus kaki, lebih
tinggi daripada pohon mana pun di Spine atau Beor.
Eragon mengukur keliling satu pohon, yang mencapai
tujuh puluh kaki. Ia menceritakan hal ini pada Arya,
dan elf itu mengangguk, sambil berkata, "Itu artinya
kita sudah dekat dengan Ellesmera." Ia mengulurkan
tangan dan meletakkannya di akar yang melengkung di
sampingnya, seakan menyentuh, dengan sangat
hati-hati, bahu teman atau kekasih. "Pepohonan ini
merupakan salah satu makhluk hidup tertua di
Alagaesia. Elf menyayangi mereka sejak pertama kali
kami melihat Du Weldenvarden, dan kami berusaha
sekuat tenaga membantu mereka tetap subur."
Seberkas cahaya samar menerobos cabang-cabang
hijau di atas kepala dan bagai menyirami lengan dan
wajah Arya dengan emas cair, tampak sangat mengilap
dengan latar belakang suram. "Kita telah menempuh
perjalanan jauh bersama-sama, Eragon, tapi sekarang
kau akan memasuki duniaku. Melangkahlah dengan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hati-hati, karena tanah dan udara penuh dengan
kenangan dan tidak ada yang seperti kelihatannya.
Jangan terbang dengan Saphira hari ini, karena kita
sudah memicu mantra-mantra tertentu yang melindungi
Ellesmera. Tidak bijaksana untuk menyimpang dari
jalan setapak " Eragon membungkuk dan kembali ke
dekat Saphira, yang berbaring melingkar di hamparan
lumut, menghibur diri dengan mengepulkan asap dari
cuping hidungnya dan mengawasinya bergulung-gulung
menghilang. Tanpa basa-basi, ia berkata, banyak
ruang bagiku di tanah sekarang. Aku tidak akan
mengalami kesulitan. Bagus. Eragon menunggang
Folkvir dan mengikuti Orik serta para elf semakin jauh
ke dalam hutan yang kosong dan sunyi itu. Saphira
melangkah di sampingnya. Naga itu dan kuda-kuda
putih tampak kemilau dalam keremangan. Eragon
berhenti sejenak, dicengkeram keindahan di
sekelilingnya. Segala sesuatu memancarkan kesan tua
yang dingin, seakan selama ribuan tahun tidak ada
yang berubah di bawah atap daun jarum itu dan tidak
akan ada yang pernah berubah, waktu seperti tertidur
dan tak pernah terjaga. Di sore hari, keremangan
terangkat, menampakkan elf yang berdiri di depan
mereka, diselubungi cahaya cemerlang yang
menerobos miring dari langit-langit. Ia mengenakan
mantel dari bahan halus, dengan lingkaran perak di
atas alisnya. Wajahnya tua, anggun, dan khidmat.
"Eragon," gumam Arya. "Tunjukkan telapak tangan dan
cincinmu padanya." Setelah menanggalkan sarung
tangan kanannya, Eragon mengangkatnya hingga
mula-mula kelihatan cincin Brom, lalu gedwey ignasia.
Elf itu tersenyum, memejamkan mata, dan
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membentangkan lengan membentuk isyarat menyambut.
Ia bertahan dalam posisi seperti itu. "Kita boleh
lewat," kata Arya. Mendengar perintah lembut,
tunggangannya berjalan maju. Mereka berkuda
mengitari elf itu--seperti air yang terbelah di dasar
bongkahan batu yang sudah dimakan cuaca--dan
setelah mereka semua lewat, elf tersebut menegakkan
tubuh, menepukkan tangan, dan menghilang sementara
cahaya yang meneranginya juga tidak ada lagi. Siapa
elf itu" tanya Saphira. Arya berkata, "Ia Gilderien si
Bijak, Pangeran Rumah Miolandra, penyandang Api
Putih Vandil, dan penjaga Ellesmera sejak
Bidadari Pendekar Naga Sakti
zaman Du Fym Skulblaka, perang kami dengan naga.
Tidak seorang pun boleh memasuki kota tanpa
seizinnya." Seperempat mil dari sana, hutan menipis
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan celah-celah bermunculan di kanopi, memungkinkan
berkas-berkas cahaya menyinari jalan. Lalu mereka
lewat di bawah dua pohon penuh tonjolan yang saling
menyandar dan berhenti di padang kosong. Tanah itu
di sana-sini ditumbuhi rumpun bunga yang lebat. Dari
mawar merah muda hingga bluebell dan lili, harta
karun sementara musim semi bertumpuk-tumpuk
seperti gundukan batu rubi, safir, dan opal. Aromanya
yang memabukkan menarik kawanan kumbang. Di
sebelah kanan, sungai kecil menggelegak di balik
deretan sesemakan, sementara sepasang bajing
berkejaran mengitari sebongkah batu. Mulanya, di
mata Eragon, tempat itu seperti tempat rusa tidur di
malam hari. Tapi saat terus menatap, ia mulai melihat
jalan setapak yang tersembunyi di sela sesemakan
dan pepohonan; cahaya hangat lembut di tempat
biasanya ada bayang-bayang kemerahan; pola aneh
berbentuk ranting, cabang, dan bunga, begitu halus
hingga nyaris lolos dari pengamatannya--petunjuk-petunjuk bahwa apa yang
dilihatnya tidaklah alamiah sepenuhnya. Ia
mengerjapkan mata, dan pandangannya tiba-tiba
beralih, seakan ada lensa yang diletakkan di depan
matanya, mengubah segalanya menjadi bentuk-bentuk
yang bisa dikenali. Di sana ada jalan setapak, aye.
Dan di sana bunga-bunga, aye. Tapi yang tadi
dianggapnya sekumpulan pohon yang saling membelit
ternyata bangunan-bangunan indah yang tumbuh
langsung dari pohon-pohon pinus. Ada pohon yang
membesar di dasarnya, menjadi rumah dua tingkat,
sebelum membenamkan akar-akarnya ke tanah liat.
Kedua tingkatnya bersegi delapan, sekalipun luas
tingkat atasnya hanya setengah tingkat pertama, yang
menyebabkan rumah itu tampak berteras. Atap dan
dindingnya terbuat dari anyaman lembaran kayu yang
menutupi enam kayu tebal. tumut dan pakis kuning
menjuntai pada langkannya hingga melewati
jendela-jendela beperhiasan yang ada di setiap sisi.
Pintu depannya merupakan ceruk hitam misterius yang
masuk di bawah ambang pintu melengkung penuh
simbol. Rumah lain bertengger di sela tiga pohon
pinus yang menyatil melalui serangkaian cabang
melengkung. Diperkuat cabang-cabang itu, rumahnya
menjulang lima tingkat, ringan beraliran udara lancar.
Di sampingnya ada jalan yang terdiri atas dedalu juga
dogwood dan di sana tergantung lentera-lentera tanpa
api yang disamarkan sebagai tonjolan tanaman.
Setiap bangunan yang unik menonjolkan dan
melengkapi sekitarnya, menyatu tanpa cacat dengan
bagian hutan lain hingga mustahil menentukan di mana
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
bagian buatan berakhir dan alam melanjutkan.
Keduanya seimbang sempurna. Para elf tidak
menguasai lingkungan mereka, mereka memilih
menerima dunia apa adanya dan mengadaptasikan diri
ke dalamnya. Para penghuni Ellesmera akhirnya
menampakkan diri dalam gerakan-gerakan sekilas di
tepi bidang pandang Eragon, tidak lebih daripada
gerakan tak perlu akibat tiupan angin. Lalu ia sekilas
melihat tangan, wajah pucat, kaki bersandal, dan
lengan terangkat. Satu demi satu, para elf yang
waspada menampakkan diri, mata mereka yang agak
sipit terpaku pada Saphira, Arya, dan Eragon. Para
wanita tidak mengikat rambut mereka. Rambut itu
tergerai di punggung, berwarna keperakan dan gelap,
dihiasi bunga-bunga yang baru mekar, seperti air
terjun kebun. Mereka semua memiliki kecantikan halus
dan gaib yang tidak menunjukkan kekuatan mereka
yang luar biasa; bagi Eragon, mereka tak bercacat.
Para pria sama menawannya, dengan tulang pipi
tinggi, hidung mancung, dan kelopak mata tebal. Baik
pria maupun wanitanya mengenakan tunik hijau dan
cokelat, dengan tepi berwarna oranye, merah tua, dan
emas. Benar-benar makhluk negeri peri, pikir Eragon.
Ia menyentuh bibirnya sebagai sapaan.
Bersama-sama, para elf membungkuk sepinggang. Lalu
mereka tersenyum dan tertawa dengan kebahagiaan
yang tidak ditahan-tahan. Dari tengah mereka,
seorang wanita bernyanyi: Gala 0 Wyrda brunhvitr,
Abr Berundal vandr-fodhr, Burthro laufsbladar ekar
undir, Eom kona dauthleikr .... Eragon menutup
telinganya dengan tangan, takut melo
Bidadari Pendekar Naga Sakti
di itu merupakan mantra seperti yang didengarnya di
Silthrim, tapi Arya menggeleng dan menurunkan
tangan Eragon. "Ini bukan sihir." Lalu ia berbicara
pada kudanya, mengatakan, Kuda jantan itu
mendengus dan berderap pergi. "Lepaskan juga
tungganganmu. Kita tidak membutuhkan mereka lagi
dan mereka layak beristirahat di istal kami." Lagunya
mengalun lebih kuat saat Arya menyusun jalan setapak
dari batu-batu bulat yang dihiasi batu tourmaline
hijau, berselang-seling dengan bunga hollyhock,
rumah-rumah, dan pepohonan sebelum akhirnya
menyeberangi sungai. Para elf menari-nari di
sekeliling rombongan mereka sementara mereka jalan,
berlarian ke sana kemari sesuka hati mereka, dan
sesekali melompat ke cabang untuk berlari di atas
kepala mereka. Mereka memuji Saphira, menjulukinya.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cakar Panjang", "Putri Udara dan Api", dan "Sang
Perkasa". Eragon tersenyum, gembira dan terpesona.
Aku bisa tinggal di sini, pikirnya dengan perasaan
damai. Tersembunyi dalam Du Weldenvarden,
sekalipun berada di tempat terbuka, aman dari bagian
dunia lain.... Ya, ia benar-benar sangat menyukai
Ellesmera, lebih daripada kota-kota kurcaci mana pun.
Ia menunjuk rumah di dalam sebatang pohon pinus dan
bertanya pada Arya, "Bagaimana cara membuatnya?"
"Kami bernyanyi pada hutan dalam bahasa kuno dan
memberikan kekuatan kami padanya untuk tumbuh
sesuai bentuk yang kami inginkan. Semua bangunan
dan peralatan kami dibuat dengan cara itu." Jalan
setapak berakhir di jalinan akar yang membentuk
anak-anak tangga, seperti kolam-kolam tanah terbuka.
Mereka menapakinya ke pintu yang terpasang pada
batang pohon muda. Jantung Eragon berdebar lebih
cepat saat pintunya terayun membuka, seakan dengan
sendirinya, dan menampakkan aula penuh pohon.
Ratusan cabang menyatu membentuk langit-langit yang
bagai sarang lebah. Di bawah, dua belas kursi ditata
di sepanjang setiap dinding. Di sana duduk dua puluh
empat bangsawan pria dan wanita elf. Mereka
bijaksana dan tampan, dengan wajah-wajah halus yang
tidak termakan usia dan mata tajam yang membara
penuh Semangat. Mereka mencondongkan tubuh ke
depan, mengkeram lengan kursi masing-masing, dan
menatap rombongan Eragon dengan keheranan dan
harapan yang tampak jelas. Tidak seperti para elf
lain, mereka memakai pedang di pinggang--dengan
gagang yang dihiasi batu-batu permata--mahkota di
kepala. Dan di kepala kumpulan itu terdapat paviliun
putih menaungi singgasana dari jalinan akar. Ratu
Islanzadi duduk di sana. Ia secantik matahari
terbenam di musim gugur, bangga dan berkuasa,
dengan dua alis gelap yang miring seperti sayap
terangkat, bibir secerah dan semerah holly berry, dan
rambut sepekat malam yang disanggul di bawah
mahkota berlian. Tuniknya merah darah. Di
pinggangnya melingkar sabuk lebar dari jalinan emas.
Dan di lehernya terikat jubah beludru yang menjuntai
ke tanah. Sekalipun sikapnya yang mengesankan, Ratu
tampak rapuh, seakan menyembunyikan penderitaan
hebat. Di tangan kirinya terdapat tongkat melengkung
dengan batang melintang yang berukir di ujungnya.
Gagak berbulu putih cemerlang bertengger di sana,
bergerak-gerak tidak sabar dari satu kaki ke kaki yang
lain. Gagak itu memiringkan kepala dan mengamati
Eragon dengan kecerdasan yang menakutkan, lalu
berkaok panjang dan pelan, kemudian menjerit,
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Wyrda!" Eragon bergidik akibat kekuatan sepatah
kata itu. Pintu menutup di belakang mereka berenam
sesudah mereka masuk ke aula dan mendekati Ratu.
Arya berlutut di lantai berlapis lumut dan membungkuk
lebih dulu, diikuti Eragon, Orik, Lifaen, dan Nari.
Bahkan Saphira, yang tidak pernah membungkuk pada
siapa pun, bahkan pada Ajihad atau Hrothgar,
menundukkan kepala. Islanzadi bangkit dan turun dari
singgasana, jubahnya memanjang di belakangnya. Ia
berhenti di depan Arya, meletakkan tangan yang
gemetaran di bahu elf itu, dan berkata dengan suara
bergetar yang dalam, "Berdirilah." Arya mematuhinya
dan Ratu mengamati wajahnya dengan tatapan yang
makin lama makin tajam, hingga ia tampak seperti
berusaha menafsirkan teks yang tidak jelas. Akhirnya
Islanzadi berseru dan memeluk Arya, mengatakan "O
putriku, aku bersalah pad
Bidadari Pendekar Naga Sakti
amu!" RATU ISLANZADI Eragon berlutut di depan
ratu para elf dan para penasihatnya itu dalam ruangan
fantastis yang terbuat dari batang-batang pohon hidup
di tanah nyaris mistis, dan satu-satunya yang
memenuhi pikirannya hanyalah perasaan kaget. Arya
putri bangsawan! Cocok juga sih--Arya memang sejak
dulu memiliki aura berkuasa--tapi Eragon dengan
pahit menyesali fakta itu, karena fakta tersebut
menghadirkan satu penghalang lagi di antara mereka
di saat ia ingin menyingkirkan semuanya. Pengetahuan
itu menyebabkan mulutnya terasa kering dan pahit. Ia
teringat ramalan Angela bahwa dirinya akan jatuh
cinta pada bangsawan... dan peringatan Angela bahwa
wanita itu tidak bisa melihat apakah hubungan
tersebut akan berakhir baik atau buruk. Eragon bisa
merasakan keterkejutan Saphira sendiri, lalu
keheranannya. Saphira berkata, Tampaknya selama ini
kita bepergian bersama bangsawan tanpa
mengetahuinya. Kenapa ia tidak memberitahu kita"
Mungkin akan lebih membahayakan dirinya. "Islanzadi
Drottning," kata Arya dengan sikap resmi. Ratu
mundur seperti tersengat lalu mengulangi dalam
bahasa kuno, "Oh, putriku, aku bersalah padamu." Ia
menutupi wajahnya "Sejak kau menghilang, aku nyaris
tidak tidur atau makan. Aku mengkhawatirkan
nasibmu, dan takut tidak akan pernah bertemu lagi
denganmu. Mengusirmu dari hadapanku merupakan
kesalahan terbesar yang pernah kulakukan... Kau
memaafkanku?" Para elf yang berkumpul
bergerak-gerak takjub. Jawaban Arya lama baru
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terdengar, tapi akhirnya ia berkata, "Selama tujuh
puluh tahun, aku hidup dan menyayangi, bertempur
dan membunuh tanpa pernah berbicara denganmu
ibuku. Hidup kita panjang, tapi sekalipun begitu, masa
itu bukanlah waktu yang singkat."Islanzadi
menegakkan diri, mengangkat dagunya. Ia gemetar.
"Aku tidak bisa membatalkan masa lalu, Arya, betapa
pun besar keinginanku untuk berbuat begitu." "Dan
aku tidak bisa melupakan apa yang telah kualami."
"Kau tidak harus melupakannya." Islanzadi
menggenggam tangan putrinya. "Arya, aku
menyayangimu. Kau satu-satunya keluargaku. Pergilah
kalau memang harus, tapi kecuali kau ingin
memutuskan hubungan denganku, aku ingin bersatu
lagi denganmu." Selama sesaat yang menakutkan,
Arya seperti tidak bersedia menjawab, atau lebih
buruk lagi, menolak tawaran itu. Eragon melihatnya
ragu dan memandang cepat sekitarnya. Lalu Arya
menunduk dan berkata, "Tidak, Ibu. Aku tidak bisa
pergi." Islanzadi tersenyum bimbang dan memeluk
putrinya lagi. Kali ini Arya membalas pelukannya, dan
senyum merekah di antara para elf yang berkumpul.
Gagak putih berlompatan di tempat bertenggernya,
sambil berseru, "Dan di pintu ada duka yang lebih
besar, yang sekarang diketahui keluarga, Mari kita
hanya memujanya!" "Hus, Blagden," kata Islanzadi
pada si gagak. "Tutup mulutmu." Setelah melepaskan
diri, Ratu berpaling pada Eragon dan Saphira.
"Maafkan aku karena tidak sopan dan mengabaikan
kalian, tamu-tamu terpenting kami." Eragon
menyentuh bibirnya lalu memutar tangan kanan di atas
perut, seperti yang diajarkan Arya padanya. "Islanzadi
Drottning. Atra esterni ono thelduin." Ia tidak ragu
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dirinyalah yang harus berbicara lebih dulu. Mata
hitam Islanzadi membelalak. "Atra du evarinya ono
varda. " "Un atra mor'ranr lifa unin hjarta oyzr,"
jawab Eragon, melengkapi ritual itu. Ia bisa melihat
para elf terkejut dengan pengetahuannya soal budaya
mereka. Dalam benaknya, ia mendengarkan ketika
Saphira mengulangi sapaannya pada Ratu. Sesudah
selesai, Islanzadi bertanya, "Naga, siapa namamu?"
Saphira. Ekspresi mengenali muncul sekilas di wajah
Ratu, tapi ia tidak berkomentar. "Selamat datang di
Ellesmera, Saphira. Dan namamu, Penunggang?"
"Eragon Shadeslayer, Yang Mulia." Kali ini terdengar
keributan di antara para elf yang duduk di belakang
mereka, bahkan Islanzadi tampak terkejut. "Kau
menyandang nama yang kuat," katanya lembut, "nama
yang jarang kami berikan pada anak-anak kami...
Selamat datang di Ellesmera, Eragon Shadeslayer.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Kami sudah lama menunggumu." Ia berjalan ke Orik,
menyapanya, lalu kembali ke singgasana dan menarik
jubah beludrunya menutupi lengan. "Kuanggap dengan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
kehadiranmu di sini, Eragon, begitu cepat sesudah
telur Saphira berhasil diperoleh, dan melihat cincin di
tanganmu serta pedang di pinggangmu, bahwa Brom
telah tewas dan latihanmu dengan dirinya belum
selesai. Aku ingin mendengar ceritamu selengkapnya,
termasuk bagaimana Brom tewas dan bagaimana kau
bisa bertemu putriku, atau bagaimana ia bertemu
denganmu, sebagaimana yang mungkin terjadi.
Sesudah itu aku akan mendengar mengenai misimu
kemari, kurcaci, dan petualanganmu, Arya, sejak
penyergapan yang kaualami di Du Weldenvarden."
Eragon pernah menceritakan pengalamannya sebelum
ini, jadi ia tidak sulit mengulanginya bagi Ratu. Pada
beberapa kejadian ketika ingatannya samar, Saphira
mampu memberikan Penjabaran yang akurat soal
kejadian-kejadian itu. Di beberapa bagian, Eragon
membiarkan Saphira yang bercerita. Sesudah mereka
selesai, Eragon mengambil gulungan dokumen
Nasuada dari buntalannya dan memberikannya pada
Islanzadi. Ratu mengambil gulungan perkamen itu,
memecah segel merahnya dan, setelah selesai
membacanya, mendesah dan memejamkan mata
sejenak. "Sekarang aku melihat sejauh mana
kebodohanku. Kedukaanku akan berakhir jauh lebih
cepat seandainya aku tidak menarik para pejuang kami
dan mengabaikan kurir-kurir Ajihad sesudah
mengetahui Arya di sergap. Seharusnya aku tidak
pernah menyalahkan kaum Varden untuk kematian
putriku. Bagi orang setua diriku, masih terlalu
bodoh...." Kesunyian panjang mengikuti, karena tidak
ada yang berani menyetujui atau membantah. Dengan
mengerahkan keberanian, Eragon berkata, "Karena
Arya kembali dalam keadaan hidup, apakah Anda
setuju untuk membantu kaum Varden, seperti
sebelumnya" Nasuada tidak bisa berhasil kalau Anda
tidak membantunya, dan aku sudah bersumpah setia
pada tujuannya." "Perselisihanku dengan kaum
Varden hanyalah debu yang tertiup angin," kata
Islanzadi. "Jangan takut; kami akan membantu mereka
seperti dulu, dan lebih lagi, karena kemenanganmu
dan kemenangan mereka atas para Urgal." Ia
mencondongkan tubuh ke depan dan bertumpu pada
satu lengan. "Kau mau memberikan cincin Brom,
Eragon?" Tanpa ragu, Eragon mencabutnya dari
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jarinya dan memberikannya kepada Ratu, yang
mengambilnya dari telapak tangannya dengan
jemarinya yang ramping. "Kau seharusnya tidak
mengenakan cincin ini, Eragon, karena cincin ini
bukan diberikan kepadamu. Tapi karena bantuan yang
kauberikan pada kaum Varden dan keluargaku, aku
sekarang memberimu gelar Teman Elf dan
mengaruniakan cincin ini, Aren, padamu, agar semua
elf, ke mana pun kau pergi, tahu kau bisa dipercaya
dan harus dibantu." Eragon berterima kasih padanya
dan mengembalikan cincin ke jarinya, sambil sangat
menyadari tatapan Ratu, yang tetap terarah padanya
dengan ekspresi yang mengganggu, mengamati dan
menganalisis. Eragon merasa seakan Ratu mengetahui
segala sesuatu yang mungkin dikatakan atau
dilakukannya. Ratu berkata, "Sudah bertahun-tahun
kami tidak mendengar perbuatan seperti yang
kaulakukan di Du Weldenvarden. Kami terbiasa dengan
cara hidup yang lebih lamban di sini daripada di
bagian Alagaesia lainnya, dan aku sangat galau
karena begitu banyak yang terjadi begitu cepat tanpa
ada berita yang sampai ke telingaku." "Bagaimana
dengan latihanku?" Eragon mencuri-curi melirik para
elf yang duduk, penasaran apakah ada di mereka yang
bernama Togira Ikonoka, makhluk yang menjangkau
benaknya dan membebaskan dirinya dari pengaruh
buruk Durza sesudah pertempuran di Farthen
Dur--juga mendorong Eragon pergi ke Ellesmera.
"Akan dimulai pada saatnya nanti. Tapi aku takut
melatihmu akan menjadi kesia-siaan selama
penyakitmu masih ada. Bila sihir Shade tidak teratasi,
kau tidak lebih daripada boneka. Kau mungkin masih
berguna, tapi hanya berupa bayangan dari harapan
yang kami pertahankan selama lebih dari seabad."
Islanzadi berbicara tanpa nada memarahi, tapi
kata-katanya menghantam Eragon bagai pukulan
martil. Ia tahu Ratu benar. "Situasimu bukanlah
salahmu, dan aku sangat sedih mengutarakan ini, tapi
kau harus mengerti beratnya kekuranganmu... maafkan
aku." Lalu Islanzadi berbicara pada Orik, "Sudah
lama sekali sejak salah seorang dari rasmu
Bidadari Pendekar Naga Sakti
memasuki aula kami, kurcaci. Eragon finiarel telah
menjelaskan kehadiranmu, tapi apakah ada yang ingin
kautambahkan?" "Hanya salam dari rajaku, Hrothgar,
dan permohonan, walau sekarang tidak diperlukan
lagi, agar Anda kembali berhubungan dengan kaum
Varden. Lebih dari itu, aku kemari untuk memastikan
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dihormatinya persekutuan yang dibangun Brom antara
Anda dan manusia." "Kami menepati janji baik yang
kami ucapkan dalam bahasa ini atau dalam bahasa
kuno. Kuterima salam Hrothgar dan membalasnya."
Akhirnya--Eragon yakin Ratu ingin melakukan ini sejak
kedatangan mereka--Islanzadi memandang Arya dan
bertanya, "Nah, putriku, apa yang telah kaualami?"
Arya mulai berbicara dengan nada monoton yang
lambat, mula-mula menceritakan penangkapan dirinya
lalu penawanan dan siksaan yang dialaminya di
Gil'ead. Saphira dan Eragon sengaja menghindari
rincian pelecehan yang dialami Arya, tapi Arya sendiri
tampaknya tidak menemui kesulitan menceritakan apa
yang dialaminya. Penjabarannya yang tanpa emosi
memicu kemurkaan yang sama dalam diri Eragon
seperti sewaktu meihat luka-luka Arya untuk pertama
kalinya. Para elf tetap membisu selama Arya
bercerita, sekalipun mereka mencengkeram pedang
dan wajah mereka mengeras karena kemarahan yang
dingin. Setetes air mata bergulir menuruni pipi
Islanzadi. Sesudahnya, seorang bangsawan elf yang
kurus tapi gesit, berjalan di lumut di sela kursi-kursi.
"Aku tahu aku berbicara atas nama yang lain, Arya
Drottningu, kalau kukatakan bahwa hatiku membara
karena kesedihan atas cobaan yang kaualami. Itu
kejahatan yang tidak bisa dimaafkan, diampuni, atau
diperbaiki, dan Galbatorix harus dihukum karenanya.
Selain itu, kami berutang budi padamu karena
menyembunyikan lokasi kota-kota kita dari Shade.
Hanya sedikit di antara kita yang mampu bertahan
menghadapinya selama itu." "Terima kasih,
Dathedr-vor." Sekarang Islanzadi berbicara, suaranya
seperti lonceng di sela pepohonan. "Cukup.
Tamu-tamu kita telah menunggu hingga kelelahan, dan
kita sudah terlalu lama membicarakan hal-hal yang
jahat. Aku tidak akan membiarkan kesempatan ini
dinodai luka-luka masa lalu." Senyum yang indah
mencerahkan ekspresinya. "Putriku pulang, naga dan
Penunggangnya datang, dan aku akan memastikan kita
merayakannya dengan benar!" Ia berdiri, menjulang
dan megah dengan tunik merah darahnya, lalu
menepukkan tangan. Mendengar suara itu, kursi-kursi
dan paviliun dihujani ratusan bunga lili dan mawar
yang muncul dua puluh kaki di atas kepala mereka dan
melayang turun seperti bunga salju yang
berwarna-warni, memenuhi udara dengan keharuman.
Ia tidak menggunakan bahasa kuno, kata Eragon. Ia
menyadari bahwa, sementara semua orang disibukkan
bunga-bunga, Islanzadi menyentuh bahu Arya dengan
lembut dan bergumam, nyaris terlalu pelan untuk bisa
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
didengar, "Kau tidak akan pernah menderita kalau
menuruti nasihatku. Aku benar ketika menentang
keputusanmu menerima yawe." "Itu terserah padaku."
Ratu diam sejenak, lalu mengangguk dan mengulurkan
tangan. "Blagden. " Diiringi kepakan sayap, gagak itu
terbang dari tempat bertenggernya dan mendarat di
bahu kiri Ratu. Para hadirin membungkuk saat
Islanzadi berjalan ke ujung aula dan membuka pintu,
menghadapi ratusan elf yang ada di luar, di mana ia
berbicara sejenak dalam bahasa kuno yang dipahami
Eragon. Para elf bersorak dan bergegas ke
sana-kemari. "Apa yang dikatakan Ratu?" bisik
Eragon pada Nari. Nari tersenyum. "Menyuruh kami
membuka tong minuman terbaik dan menyalakan api
untuk memasak, karena malam ini merupakan malam
pesta dan nyanyian. Ayo!" Ia meraih tangan Eragon
dan menariknya mengejar Ratu sementara Ratu
berjalan di sela pohon-pohon pinus dan melewati
sederetan pakis-pakisan yang sejuk. Selama mereka
berada di dalam ruangan, Matahari turun rendah di
langit, menyirami hutan dengan cahaya kemerahan
yang melekat pada pepohonan dan tanaman seperti
lapisan minyak yang mengilap. Kau tentunya
menyadari, bukan, kata Saphira, bahwa raja yang
disebut Lifaen, Evandar, pastilah ayah Arya" Eragon
nyaris terjatuh. Kau benar... Dan itu berarti ia
dibunuh Gnlbatorix atau para Terkutuk. Lingkaran
dalam Bidadari Pendekar Naga Sakti
lingkaran. Mereka berhenti di puncak bukit kecil,
tempat seregu elf menyiapkan meja panjang dan
kursi-kursi. Di sekeliling mereka, hutan penuh
kesibukan. Saat malam menjelang, cahaya api yang
riang bermunculan di seluruh Ellesmera, termasuk api
unggun di dekat meja. Ada yang memberi Eragon
gelas yang terbuat dari kayu aneh yang sama seperti
yang dilihatnya di Ceris. Ia menghirup cairan jernih
dalam gelas itu dan tersentak saat cairan tersebut
Membakar tenggorokannya. Rasanya seperti cider
berempah dicampur mead. Cairan itu menyebabkan
ujung jemari dan telinganya tergelitik serta membuat
pikirannya jernih luar biasa. Apa ini?" tanyanya pada
Nari. Nari tertawa. "Faelnirv" Kami menyulingnya
dari elderberry yang ditumbuk dan pusaran cahaya
bulan. Kalau diperlukan, orang yang kuat bisa
melakukan perjalanan selama tiga hari tanpa
menyantap apa-apa lagi." Saphira, kau harus
mencicipi ini. Saphira mengendus gelasnya, lalu
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membuka mulut dan membiarkan Eragon menuangkan
sisa faelnirv ke tenggorokannya. Mata Saphira
membelalak dan ekornya tersentak. Nah, luar biasa!
Ada lagi" Sebelum Eragon sempat menjawab, Orik
bergegas mendekati mereka. "Putri ratu," gerutunya,
sambil menggeleng, "Kalau saja aku bisa memberitahu
Hrothgar dan Nasuada. Mereka pasti ingin tahu"
Islanzadi duduk di kursi bersandaran tinggi dan
menepuk tangannya sekali lagi. Dari dalam kota
muncul empat elf membawa peralatan musik. Dua
membawa harpa dari kayu cherry, yang ketiga
membawa serangkaian pipa dari batang rumput air,
dan yang keempat, wanita, hanya membawa suaranya,
yang segera digunakannya untuk melantunkan lagu
indah yang menari-nari di telinga mereka. Eragon
hanya menangkap kira-kira setiap kata ketiga, tapi
apa yang bisa dipahaminya itu menyebabkan ia
tersenyum. Lagu tersebut bercerita tentang rusa
jantan yang tidak bisa minum dari kolam karena
burung magpie terus mengganggunya. Sementara
Eragon mendengarkan, tatapannya menjelajah dan
jatuh pada gadis kecil yang berjalan di belakang Ratu.
Sewaktu memandang lagi, ia melihat rambut riap-riap
gadis itu bukan berwarna perak, seperti sebagian
besar elf, tapi putih karena usia, dan wajahnya
keriput dan berkerut-kerut seperti apel kering. Gadis
itu bukan elf, juga bukan kurcaci, dan--menurut
perasaan Eragon--pun bukan manusia. Gadis itu
tersenyum padanya, dan Eragon sekilas melihat
sederetan gigi yang runcing. Sewaktu penyanyi
selesai bernyanyi, dan pipa-pipa serta kecapi mengisi
kesunyian, Eragon mendapati dirinya didekap puluhan
elf yang ingin bertemu dengannya serta--yang lebih
penting lagi, ia merasa begitu--Saphira. Para elf
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
datang sambil membungkuk perlahan dan menyentuh
bibir mereka dengan jari telunjuk dan jari tengah,
yang dibalas Eragon dengan tindakan yang sama,
bersama sapaan tanpa henti mereka dalam bahasa
kuno. Mereka mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
sopan mengenai pengalaman Eragon, tapi sebagian
besar percakapan mereka ditujukan pada Saphira.
Mulanya Eragon tak keberatan membiarkan Saphira
berbicara karena ini tempat pertama ada yang tertarik
berbicara hanya dengan Saphira. Tapi tidak lama
kemudian ia jengkel karena diacuhkan; ia mulai
terbiasa didengarkan orang saat dirinya berbicara. Ia
tersenyum sedih, kecewa karena ternyata ia begitu
mengandalkan perhatian orang sejak bergabung
dengan kaum Varden, maka ia pun memaksa dirinya
untuk rileks dan menikmati perayaan. Tidak lama
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
kemudian aroma makanan menyebar di rawa-rawa dan
para elf bermunculan membawa piring-piring yang
penuh makanan. Selain tumpukan roti hangat dan kue
madu bulat kecil, makanannya berupa buah, sayur,
dan berry semata. paling banyak buah berry; dari sup
blueberry hingga saus raspberry dan jeli thimbleberry.
Semangkuk irisan apel yang dituangi sirup dan
ditaburi stroberi liar diletakkan di samping pai jamur
berisi bayam, thyme, dan currant. Tidak ada daging
yang dihidangkan, bahkan ikan dan unggas pun tidak.
Fakta ini masih membingungkan Eragon. Di Carvahall
dan tempat-tempat lain di Kekaisaran, daging
merupakan simbol status dan kemewahan. Semakin
banyak emas yang kaumiliki, semakin sering kau bisa
menyajika Bidadari Pendekar Naga Sakti
n daging sapi atau domba. Bahkan bangsawan
rendahan menyantap daging setiap kali makan.
Bertindak sebaliknya mengisyaratkan kekurangan
dalam peti harta mereka. Namun demikian para elf
tidak menganut filsafat ini, sekalipun mereka jelas
kaya dan mudah berburu dengan menggunakan sihir.
Para elf bergegas ke meja dengan antusiasme yang
mengejutkan Eragon. Tidak lama kemudian semuanya
telah duduk: Islanzadi di kepala meja bersama
Blagden, si gagak; Dathedr di sebelah kirinya; Arya
dan Eragon di sebelah kanan; Orik di seberang
mereka; lalu para elf lain, termasuk Nari dan Lifaen.
Tidak ada kursi di ujung seberang meja, hanya piring
raksasa berukir untuk Saphira. Selama acara
berlangsung, segala sesuatu di sekitar Eragon
mengabur menjadi campuran samar percakapan dan
tawa. Ia tenggelam dalam perayaan sehingga
melupakan waktu, hanya menyadari tawa dan kata-kata
asing yang berputar-putar di kepalanya serta
kehangatan di perutnya akibat faelnirv. Suara harpa
yang indah mendesah dan berbisik di tepi
pendegarannya dan menyebabkan ia bergetar penuh
semangat. Sesekali, ia mendapati perhatiannya teralih
karena tatapan mata sipit wanita yang seperti anak
kecil itu, yang terus memandangnya tajam, bahkan
sewaktu makan. Sewaktu ada jeda dalam percakapan,
Eragon berpaling pada Arya, yang hanya berbicara
sedikit. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya
memandang dan bertanya-tanya siapa elf itu
sebenarnya. Arya bergerak. "Bahkan Ajihad pun tidak
tahu." "Apa?" "Di luar Du Weldenvarden, aku tidak
memberitahukan identitasku pada siapa pun. Brom
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengetahuinya--ia pertama kali bertemu denganku di
sini--tapi ia merahasiakannya atas permintaanku."
Eragon ingin tahu apakah Arya menjelaskan karena
merasa berkewajiban berbuat begitu, atau karena
merasa bersalah telah menipu dirinya dan Saphira.
"Brom pernah mengatakan apa yang tidak dikatakan
para elf sering kali lebih penting daripada yang
mereka katakan." "Ia memahami kami dengan baik."
"Tapi kenapa" Apakah ada pengaruhnya kalau ada
yang tahu?" Kali ini Arya ragu-ragu. "Sewaktu
meninggalkan Ellesmera, aku tidak ingin diingatkan
soal posisiku. Hal itu juga rasanya tidak berkaitan
dengan tugasku bersama kaum Varden dan para
kurcaci. Masalah itu tidak ada hubungannya dengan
siapa jatidiriku sekarang... dengan siapa diriku
sebenarnya." Ia melirik Ratu. "Kau bisa saja
memberitahu Saphira dan aku." Arya tampak
meradang mendengar nada teguran dalam suara
Eragon. "Aku tidak memiliki alasan untuk menduga
hubunganku dengan Islanzadi membaik, dan
memberitahukan hal itu padamu tidak akan mengubah
apa-apa. Pikiranku adalah milikku sendiri, Eragon."
Eragon memerah ketika memahami apa yang tersirat
dalam kata-kata Arya: Kenapa ia diplomat, putri, elf,
dan lebih tua daripada ayah maupun kakek Eragon,
siapa pun mereka--memercayakan rahasianya pada
dirinya, manusia berusia enam belas tahun"
"Setidaknya," gumam Eragon, "kau sudah berbaikan
dengan ibumu." Arya tersenyum aneh. "Apakah aku
memiliki pilihan lain?" Pada saat itu, Blagden
melompat dari bahu Islanzadi dan berjalan di tengah
meja, menggoyang kepala ke kiri dan kanan, pura-pura
membungkuk. Ia berhenti di depan Saphira, terbatuk
serak, lalu berkata: Naga, seperti kereta, Memiliki
lidah. Naga, seperti kantong air, Memiliki leher.
Tapi sementara keduanya membawa bir, Yang lain
menyantap rusa! Para elf terpaku dengan ekspresi
takut saat menunggu reaksi Saphira. Sesudah
kebisuan yang panjang, Saphira menengadah dari
kuenya dan mengepulkan asap yang menyelimuti
Blagden. Juga burung kecil, katanya, menyebarkan
pikirannya agar semua bisa mendengar. Para elf
tertawa sementara Blagden terhuyung mundur,
berkaok-kaok memprotes dan mengepak-ngepakkan
sayap untuk membersihkan udara. "Aku harus minta
maaf atas kekasaran syair Blagden," kata Islanzadi.
"Lidahnya selalu pedas, sekalipun kami sudah
berusaha menjinakkannya." Permintaan maaf
diterima, kata Saphira tenang, dan kembali menikmati
kuenya. "Dari mana asal burung itu?" tanya Eragon,
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ingin memulihkan suasana yang ramah dengan Arya
tapi juga benar-benar ingin tahu. "'Blagden," kata
Arya, "pernah meny Bidadari Pendekar Naga Sakti
elamatkan nyawa ayahku. Evandar sedang melawan
Urgal sewaktu ia jatuh dan kehilangan pedang.
Sebelum Urgal itu sempat menyerang, ada gagak yang
terbang ke arahnya dan mematuk matanya. Tidak ada
yang tahu kenapa burung itu berbuat demikian, tapi
pengalih perhatian itu memungkinkan Evandar
mendapatkan keseimbangan kembali dan memenangkan
pertempuran. Ayahku sejak dulu dermawan, jadi ia
berterima kasih pada si gagak dengan memberkatinya,
menggunakan mantra untuk kecerdasan umur panjang.
Tapi sihir itu mendatangkan dua akibat yang tidak
diduga sebelumnya: Blagden kehilangan warna bulunya
dan mendapat kemampuan untuk memerkirakan
kejadian-kejadian tertentu." "Ia bisa melihat masa
depan?" tanya Eragon, terkejut. "Melihat" Tidak. Tapi
mungkin ia bisa merasakan apa yang akan terjadi.
Pokoknya, ia selalu menggunakan teka-teki kalau
berbicara, sebagian besar hanya omong kosong. Ingat
saja bahwa kalau Blagden mendatangimu dan
memberitahukan apa yang bukan lelucon atau gurauan,
ada baiknya kauikuti sarannya." Begitu acara makan
berakhir, Islanzadi berdiri--menyebabkan keributan
karena semua orang bergegas bangkit--dan berkata,
"Sudah larut, aku lelah, dan aku akan kembali ke
kamarku. Temani aku, Saphira dan Eragon, dan akan
kutunjukkan di mana kalian bisa tidur malam ini." Ratu
memberi isyarat dengan satu tangan kepada Arya, lalu
meninggalkan meja. Arya mengikuti. Saat Eragon
melangkah mengitari meja bersama Saphira, ia
berhenti sejenak di dekat wanita seperti anak-anak
itu, tertarik pada matanya yang buas. Semua segi
penampilan makhluk itu, dari mata hingga rambutnya
yang riap-riap dan taring-taringnya yang putih,
memicu ingatan Eragon. "Kau kucing jadi-jadian,
bukan?" Wanita seperti anak-anak itu mengerjapkan
mata sekali lalu memamerkan gigi-giginya dalam
senyum yang berbahaya. "Aku pernah bertemu
sejenismu, Solembum, di Teirm dan Farthen Dur."
Seringai wanita-anak itu melebar. "Aye. Ia baik.
Manusia membosankan bagiku, tapi menurutnya
menyenangkan bepergian bersama si penyihir Angela."
Lalu tatapannya beralih ke Saphira dan ia
memperdengarkan geraman--dengkuran hormat dari
tenggorokan. Siapa namamu" tanya Saphira. "Nama
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memang merupakan sesuatu yang kuat di jantung Du
Weldenvarden, naga. Tapi... di antara kaum elf, aku
dikenal sebagai si Pengawas, Cakar Cepat, dan Penari
Mimpi, tapi kau boleh memanggilku Maud." Ia
mengibaskan rambutnya yang putih dan kaku.
"Sebaiknya kau kejar Ratu, anak muda; ia tidak
senang pada orang bodoh atau lamban." "Senang
bertemu denganmu, Maud," kata Eragon. Ia
membungkuk dan Saphira menundukkan kepala. Eragon
melirik Orik, penasaran ke mana kurcaci itu akan
dibawa, lalu mengejar Islanzadi. Mereka berhasil
mengejar Ratu tepat pada saat ia tiba di dasar
sebatang pohon. Pada batang pohon itu terukir tangga
mungil yang berputar menuju serangkaian ruangan
bulat yang dilindungi dan dipegang serangkaian
cabang pada mahkota pohon. Islanzadi mengangkat
tangannya yang anggun dan menunjuk
ruangan-ruangan itu. "Kau terpaksa harus terbang ke
sana, Saphira. Ketika ditumbuhkan, kami tidak
mengira tangga itu akan digunakan naga." Lalu ia
berbicara pada Eragon, "Di sinilah pemimpin para
Penunggang Naga tinggal selama di Ellesmera.
Sekarang kuberikan padamu, karena kau ahli waris
yang sah akan gelar itu... Ini warisanmu." Sebelum
Eragon sempat berterima kasih, Ratu telah berbalik
dan berlalu bersama Arya, yang membalas tatapannya
cukup lama sebelum menghilang semakin dalam ke
kota. Mari kita lihat akomodasi macam apa yang
mereka sediakan bagi kita, kata Saphira. Ia melompat
ke udara dan melayang mengitari pohon dalam
lingkaran yang rapat, menyeimbangkan diri pada salah
satu ujung sayapnya, miring dari tanah. Saat
menginjak anak tangga pertama, Eragon melihat
Islanzadi berbicara jujur; tangga itu menyatu dengan
pohonnya. Kulit kayu di bawah kakinya halus dan rata
akibat banyaknya elf yang lalu lalang di sana, tapi
tangga itu tetap merupakan bagian dari batang pohon,
demikian juga pagar jala berpilin di sisinya dan
pegangan tangga melengkung yang bagai meluncur di
bawah tangan kanannya. Karena dirancang berda
Bidadari Pendekar Naga Sakti
sarkan kemampuan elf, tangga itu lebih curam
daripada yang biasa dinaiki Eragon, dan betis serta
pahanya dalam waktu singkat mulai terasa terbakar. Ia
terengah-engah begitu hebat waktu tiba di
puncak--sesudah melewati pintu di lantai salah satu
ruangan--sehingga terpaksa menumpukan tangan di
lutut dan membungkuk untuk menenangkan napas.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Begitu pulih, ia menegakkan tubuh dan memeriksa
sekitarnya. Ia berdiri di ruang tamu bulat dengan
panggung di tengahnya, dari situ muncul pahatan dua
tangan dan lengan pucat yang saling melilit tanpa
saling menyentuh. Di ruang tamu itu ada tiga pintu
kasa--satu menuju ruang makan yang megah dan
mampu menampung maksimal sepuluh orang, satu ke
kamar kecil dengan lubang kosong di lantai--entah
untuk apa Eragon tidak bisa memikirkan
kegunaannya--dan yang terakhir menuju kamar tidur
yang menghadap ke Du Weldenvarden yang luas.
Setelah mengambil lentera dari kaitannya di
langit-langit, Eragon masuk ke kamar tidur,
menciptakan bayangan yang melompat-lompat dan
berputar-putar seperti penari sinting. Lubang
berbentuk air mata yang cukup besar untuk dilewati
naga ada di dinding luarnya. Di dalam ruangan
terdapat ranjang, diletakkan begitu rupa hingga ia
bisa memandangi langit dan bulan sambil berbaring
telentang; ada perapian dari kayu kelabu yang terasa
sekeras dan sedingin baja sewaktu ia menyentuhnya,
seolah kayunya ditekan hingga kepadatan yang luar
biasa; dan mangkuk besar bertepi rendah diletakkan
di lantai dan dilapisi selimut lembut untuk tempat
tidur Saphira. Ia mengawasi ketika Saphira menukik
turun dan mendarat di tepi lubang, sisik-sisiknya
berkilau seperti konstelasi bintang-bintang biru. Di
belakangnya, berkas terakhir sinar matahari menyorot
menerobos hutan, mewarnai berbagai tebing dan bukit
dengan warna kemerahan yang menyebabkan
daun-daun jarum berpendar seperti besi panas dan
mengejar bayang-bayang ke kaki langit yang ungu.
Dari ketinggian mereka, kota tampak seperti
serangkaian celah di kanopi yang lebat, pulau-pulau
ketenangan di lautan yang gelisah. Luas Ellesmara
Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang sebenarnya terungkap sekarang; kota itu
membentang hingga beberapa mil ke barat dan utara.
Aku makin menghormati para Penunggang kalau
beginilah kehidupan normal Vrael, kata Eragon. Ini
jauh lebih sederhana dari yang kuduga. Seluruh
bangunan agak berguncang ditiup angin. Saphira
mengendus selimut-selimutnya. Kita masih belum lihat
Vroengard, katanya memperingatkan, sekalipun Eragon
merasa naga itu menyetujui pendapatnya. Saat
menutup pintu kasa di a depan kamar tidur, Eragon
melihat sesuatu di sudut yang terlewatkan pada
pemeriksaan pertamanya: tangga spiral yang melilit
cerobong kayu hitam. Dengan mengulurkan lentera di
depannya, ia berhati-hati naik, selangkah demi
selangkah. Sesudah sekitar dua puluh kaki, ia muncul
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
di ruang kerja yang dilengkapi meja tulis dipenuhi
pena bulu, tinta, dan kertas, tapi tidak ada
perkamen--dan mangkuk berbantalan lagi untuk tempat
meringkuk naga. Dinding seberangnya juga dilengkapi
lubang tempat naga lewat. Saphira, lihat ini.
Bagaimana caranya" tanya Saphira. Dari luar. Eragon
meringis ketika berlapis-lapis kulit kayu pecah dan
retak diinjak cakar Saphira saat ia merangkak keluar
dari kamar tidur dan memanjat sisi bangunan ke ruang
kerja. Puas" tanyanya sewaktu Saphira tiba. Saphira
menatapnya dengan mata birunya, lalu memeriksa
dinding dan perabotan. Aku ingin tahu, katanya,
bagaimana kau bisa merasa hangat kalau ruangannya
seterbuka ini" Entahlah. Eragon memeriksa
dinding-dinding di kedua sisi lubang, mengelus
pola-pola abstrak yang dibentuk nyanyian elf dari
pohon. Ia berhenti sewaktu merasakan tonjolan
vertikal pada kulit kayunya. Ia menariknya, dan
lapisan membran terentang dari gulungannya di dalam
dinding. Saat menariknya melewati portal, ia
menemukan ceruk kedua untuk mengaitkan tepi kain
itu. Begitu kainnya terpasang, udara menjadi lebih
Pekat dan hangat. Ini jawabannya, katanya. Ia
melepaskan kainnYa dan kain itu tersentak-sentak
saat tergulung sendiri. Sewaktu mereka kembali ke
kamar tidur, Eragon membongkar bawaannya
sementara Saphira meringkuk di tempat
Bidadari Pendekar Naga Sakti
nya. Eragon dengan hati-hati menatap perisai,
penguat, pelindung kaki, kerudung jala baja, dan
helmnya, lalu menanggalkan tunik dan kemeja jala
baja berlapis kulit. Ia duduk bertelanjang dada di
ranjang dan mengamati sambungan-sambungannya
yang berminyak, kaget waktu menyadari kemiripan
semua sambungan dengan sisik-sisik Saphira. Kita
berhasil, katanya, senang. Perjalanan yang
panjang... tapi ya, kita berhasil. Kita beruntung
kesialan tidak menghadang di perjalanan. Eragon
mengangguk. Sekarang kita akan tahu apakah
perjalanan ini layak. Terkadang aku penasaran apakah
Cintaku Di Kampus Biru 2 Satria Gendeng 08 Memburu Manusia Makam Keramat Laron Pengisap Darah 5