Pencarian

Eldest 6

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 6


kita akan menggunakan waktu kita lebih baik kalau
membantu kaum Varden. Eragon! Kau tahu kita
membutuhkan latihan lebih jauh Brom pasti
menginginkan begitu. Lagi pula, Ellesmera dan
Islanzadi jelas layak dikunjungi dengan susah payah.
Mungkin. Akhirnya, ia bertanya, Bagaimana
pendapatmu mengenai semua ini" Saphira membuka
rahangnya sedikit untuk memperlihatkan gigi-giginya.
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Aku tidak tahu. Para elf menyimpan lebih banyak
rahasia bahkan dibandingkan Brom, dan mereka bisa
menggunakan sihir dengan cara yang tidak pernah
kuduga bisa dilakukan. Aku tidak tahu metode apa
yang mereka gunakan untuk menumbuhkan pepohonan
menjadi bentuk-bentuk seperti ini, atau bagaimana
cara Islanzadi memanggil bunga-bunga. Itu di luar
pengetahuanku. Eragon lega karena bukan dia
satu-satunya yang terpesona. Dan Arya" Ada apa
dengan Arya" Kau tahu, siapa ia sebenarnya. Ia
tidak berubah, hanya persepsimu tentang dirinya yang
berubah. Saphira terkekeh jauh di dalam
tenggorokannya, terdengar seperti bebatuan yang
bergesekan, dan membaringkan kepala di kedua kaki
depannya. Bintang-bintang tampak cemerlang di
langit sekarang, dan suara pelan burung-burung hantu
terdengar di seluruh Ellesmera. Dunia damai dan
sunyi saat tidur menembus malam yang tenang.
Eragon menyusup ke balik selimutnya yang empuk dan
meraih penutup lentera, lalu berhenti, tangannya
hanya satu inci dari kaftan lentera. Ia berada di
ibukota para elf, lebih dulu dari seratus kaki di udara,
berbaring di tempat yang merupakan ranjang Vrael.
Pikiran itu menggugahnya. Setelah duduk tegak, ia
meraih lentera dengan satu tangan, Zar'roc dengan
tangan yang lain, dan mengejutkan Saphira dengan
menyusup dan bergelung di sisi tubuh hangat naga
itu. Saphira bergumam dan membentangkan sayap
menutupi mata Eragon saat Eragon memadamkan api
dan memejamkan mata. Bersama-sama mereka tidur
nyeyak dan lama di Ellesmara. MENINGGALKAN MASA
LALU Eragon terjaga saat subuh dengan tubuh segar
karena telah cukup beristirahat. Ia menepuk rusuk
Saphira, dan naga itu mengangkat sayap. Setelah
menyisir rambut dengan tangan, ia berjalan ke lubang
di dinding dan menyandar di satu sisi, kulit pohon
terasa kasar di bahunya. Di bawah, hutan berkelip
seperti padang berlian sementara setiap pohon
memantulkan cahaya pagi dengan beribu-ribu tetes
embun. Ia terlonjak kaget waktu Saphira menerjang
melewati dirinya, berputar seperti bor ke kanopi
sebelum naik dan berputar-putar di udara, meraung
gembira. Pagi, makhluk kecil. Eragon tersenyum,
bahagia karena Saphira bahagia. Eragon membuka
tirai kamar tidur, dan mendapati dua baki
makanan--sebagian besar buah-buahan--yang
diletakkan di samping penyangga bangunan pada
malam hari. Dekat baki-baki itu terdapat setumpuk
pakaian dengan sehelai kertas surat dijepitkan ke
sana. Eragon sulit membaca tulisan yang mengalir itu
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
karena sudah lebih dari satu bulan ia tidak membaca
dan telah melupakan beberapa hurufnya, tapi akhirnya
ia memahami surat itu berbunyi: Salam, Saphira
Bjartskular dan Eragon Shadelayer. Aku, Bellaen dari
Rumah Miolandra, dengan rendah hati meminta maaf
padamu, Saphira, untuk santapan yang tidak
memuaskan ini. Elf tidak berburu, dan tidak ada
daging yang tersedia di Ellesmera maupun di
kota-kota kami lainnya. Kalau mau, kau bisa
melakukan apa yang dilakukan para naga dulu, dan
menangkap apa pun yang ingin kautangkap di Du
Weldenvarden. Kami hanya meminta kau meninggalkan
buruanmu di hutan agar udara dan air kami tidak
ternoda darah. Eragon, pakaian ini untukmu. Pakaian
ini ditenun Bidadari Pendekar Naga Sakti
Niduen dari rumah Islanzadi dan merupakan hadiah
darinya untukmu. Semoga keberuntungan menguasai
dirimu, Kedamaian hidup dalam hatimu, Dan
bintang-bintang mengawasimu. Bellaen du Hljodhr
Sewaktu Eragon memberitahukan isi surat itu pada
Saphira, si naga berkata, Tidak penting; aku tidak
membutuhkan makanan selama beberapa waktu
sesudah menghabiskan hidangan kemarin. Tapi ia
menyantap beberapa potong kue biji. Agar aku tidak
terkesan kasar, katanya menjelaskan. Sesudah
selesai sarapan, Eragon memindahkan tumpukan
pakaian itu ke ranjang dan membuka lipatannya
dengan hati-hati, menemukan dua helai tunik merah
tua panjang bertepi hijau thimbleberry, celana krem
untuk menutupi kakinya, dan tiga pasang kaus kaki
yang begitu lembut hingga terasa seperti cairan
sewaktu ia mencobanya di tangan. Mutu kainnya jauh
lebih bagus daripada tenunan para wanita di
Carvahall, juga pakaian kurcaci yang dikenakannya
sekarang. Eragon merasa bersyukur untuk pakaian
baru itu. Tunik dan celananya sendiri telah aus
karena berminggu-minggu kena hujan dan matahari
sejak meninggalkan Farthen Dur, Setelah
menanggalkan pakaian, ia mengenakan tunik mewah
itu, menikmati teksturnya yang lembut. Ia baru saja
mengikat sepatu bot sewaktu ada yang mengetuk
pembatas kamar tidur. "Masuk," katanya, sambil
meraih zar'roc. Orik menjulurkan kepala ke dalam,
lalu masuk dengan hati-hati, menguji kekuatan lantai
dengan kakinya. Ia menatap langit-langit. "Beri aku
gua saja daripada sarang burung seperti ini.
Bagaimana tidurmu semalam, Eragon" Saphira?"
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Cukup nyenyak. Kau sendiri?" balas Eragon. "Aku
tidur seperti batu." Kurcaci itu tergelak mendengar
leluconnya, lalu dagunya terbenam ke janggutnya dan
ia mengelus kepala kapak dengan jari. "Kulihat kau
sudah makan, jadi kuminta kau menemaniku. Arya,
Ratu, dan puluhan elf lain menunggumu di dasar
pohon ini." Ia menatap Eragon dengan tajam. "Ada
yang terjadi dan tidak ingin mereka beritahukan pada
kita. Aku tidak yakin apa yang mereka inginkan
darimu, tapi ini penting. Islanzadi setegang serigala
yang tersudut... kupikir sebaiknya kau kuperingatkan
terlebih dulu." Eragon berterima kasih padanya, lalu
mereka berdua turun melalui tangga, sementara
Saphira melayang ke tanah. Di bawah, mereka
disambut Islanzadi yang mengenakan mantel bulu
angsa, yang mirip salju musim dingin yang bertumpuk
di dada burung cardinal. Ratu menyapa mereka dan
berkata, "Ikuti aku." Ia membawa kelompok itu ke
tepi Ellesmera, di mana bangunan-bangunannya lebih
sedikit dan jalan setapaknya samar karena jarang
digunakan. Di kaki bukit berhutan, Islanzadi berhenti
dan berkata dengan suara dingin, "Sebelum kita
berjalan lebih jauh, kalian bertiga harus bersumpah
dalam bahasa kuno untuk tidak pernah membicarakan
dengan orang luar apa yang akan kalian lihat, tidak
tanpa seizinku, putriku, atau siapa pun yang mungkin
mewarisi takhta kami." "Kenapa aku harus menutup
mulut?" tanya Orik. Benar, kenapa" tanya Saphira.
Apa kau tidak memercayai kami" "Ini bukan masalah
kepercayaan, tapi keamanan. Kami harus melindungi
pengetahuan ini dengan cara apa pun--ini keunggulan
terbesar kita dari Galbatorix--dan kalau terikat
bahasa kuno, kalian tidak akan pernah mengungkap
rahasia kami secara sukarela. Kau datang untuk
mengawasi latihan Eragon, Orikvodhr. Kalau tidak mau
berjanji, sebaiknya kau kembali saja ke Farthen Dur."
Akhirnya Orik berkata, "Aku yakin kau tidak berniat
buruk pada kurcaci atau kaum Varden, kalau tidak,
aku takkan pernah setuju. Dan kupegang kehormatan
aula dan klanmu bahwa ini bukan untuk menipu kami.
Katakan apa yang harus kuucapkan." Sementara Ratu
mengajari Orik cara mengucapkan kalimat yang
diinginkannya dengan benar, Eragon bertanya Saphira,
Apakah harus kulakukan" Apakah kita memiliki
pilihan" Eragon teringat Arya juga mengajukan
pertanyaan yang sama kemarin, dan ia mulai
memahami apa yang dimaksudkan elf itu: Ratu tidak
memberi ruang untuk bergerak. Sesudah Orik selesai,
Islanzadi memandang penuh harap kepada Eragon.
Eragon ragu-ragu, lalu mengucapkan sumpahnya, juga
Pendekar Cambuk Naga Rahasia Sendang Bangkai m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saphira. "Terima kasih," kata Islanzadi. "Sekarang
kita Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
bisa melanjutkan." Di puncak bukit itu, pepohonan
digantikan hamparan semanggi merah yang
membentang beberapa yard hingga ke tepi tebing
batu. Tebing itu memanjang satu league ke kedua arah
dan turun seribu kaki ke hutan di bawahnya, yang
terhampar hingga menyatu dengan langit. Rasanya
mereka seperti berdiri di tepi dunia, menatap hutan
luas tak bertepi. Aku tahu tempat ini, Eragon
tersadar, teringat pada visinya tentang Togira
Ikonoka. Buk. Udara bergetar akibat kekuatan
pukulan itu. Buk. Pukulan pelan lain menyebabkan
gigi-gigi Eragon beradu. Buk. Ia menjejalkan jari ke
telinga, mencoba melindunginya dari
sentakan-sentakan menyakitkan akibat tekanan udara.
Para elf berdiri tanpa bergerak. Buk.
Semanggi-semanggi merunduk akibat embusan angin
yang tiba-tiba muncul. Buk. Dari bawah tepi tebing
membubung naga emas besar dengan Penunggang di
punggungnya. KEYAKINAN Roran memelototi Horst.
Mereka berada di kamar Baldor. Roran didudukkan
bersandar di ranjang, mendengarkan kata-kata si
tukang besi, "Apa yang harus kulakukan" Kami tidak
bisa menyerang begitu kau jatuh pingsan. Lagi pula,
orang-orang tidak siap bertempur. Aku juga tak bisa
menyalahkan mereka. Aku sendiri nyaris menggigit
lidahku hingga putus sewaktu melihat monster-monster
itu." Horst mengibaskan rambutnya yang riap-riap.
"Kita terseret ke dalam salah satu dongeng lama,
Roran, dan aku tidak menyukainya sedikit pun." Roran
mempertahankan ekspresi kakunya. "Dengar, kau bisa
membunuh para prajurit itu kalau mau, tapi kau harus
memulihkan tenagamu dulu. Kau memiliki banyak
sukarelawan; orang-orang memereayaimu dalam
pertempuran, terutama sesudah kau mengalah para
prajurit di sini semalam." Sewaktu Roran tetap
membisu, Horst mendesah, menepuk-nepuk bahunya
yang sehat, dan keluar kamar, menutup pintu di
belakangnya. Roran bahkan tidak mengerjapkan mata.
Selama ini dalam hidupnya, ia hanya benar-benar
memedulikan tiga hal: keluarganya, rumanya di
Lembah Palancar, dan Katrina. Keluarganya
dimusnahkan tahun lalu. Pertaniannya dihancurkan
dan dibakar, sekalipun tanahnya tetap ada, fakta yang
paling penting. Tapi sekarang Katrina hilang.
Terdengar isak tertahan dari tenggorokannya yang
bagai tersumbat gumpalan besi. Ia menghadapi
masalah yang mengguncang dirinya; satu-satunya cara
untuk menyelamatkan Katrina hanyalah memburu
Ra'zac, entah dengan cara bagaimana, dan
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
meninggalkan Lembah Palancar. Tapi ia tidak bisa
menyerahkan Carvahall kepada para prajurit itu. Ia
juga tidak bisa melupakan Katrina. Hatiku atau
rumahku, pikirnya pahit. Keduanya tidak ada artinya
tanpa satu sama lain. Kalau ia membunuh para
prajurit, tindakan tersebut hanya mencegah
Ra'zac--dan mungkin Katrina--kembali kemari. Lagi
pula, pembantaian itu tidak ada gunanya kalau
pasukan tambahan ada di dekat sini, karena
kedatangan mereka jelas mengisyaratkan kehancuran
Carvahall Roran mengertakkan gigi ketika rasa sakit
kembali menyengat bahunya yang diperban. Ia
memejamkan mata. Kuharap Sloan disantap seperti
Quimby. Tidak ada nasib yang terlalu buruk bagi
pengkhianat itu. Roran memakinya dengan makian
paling mengerikan yang diketahuinya. Bahkan kalau
aku bebas meninggalkan Carvahall, bagaimana caraku
menemukan Ra'zac" Siapa yang tahu di mana mereka
tinggal" Siapa yang berani membuka mulut tentang
para pelayan Galbatorix" Keputusasaan
menyelimutinya ketika ia memikirkan masalah itu Ia
membayangkan berada di salah satu kota besar
Kekaisaran. mencari-cari tanpa tujuan tanda-tanda
kehadiran kekasihnya sedikit saja, secercah saja, di
antara bangunan-bangunan kotor dan gerombolan
orang asing. Sia-sia. Air matanya mengalir deras
saat ia terbungkuk, mengeranc akibat beratnya
penderitaan dan ketakutannya. Ia bergoyang-goyang
maju-mundur, tidak menyadari apa pun kecuali
kemuraman dunia. Waktu yang bagai tak
berkesudahan mengurangi isakan Roran menjadi
sentakan-sentakan protes lemah. Ia mengusap mata
dan memaksa diri menghela napas panjang dengan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gemetar. Ia mengernyit. Paru-parunya terasa seperti
dipenuhi pecahan kaca. Aku harus berpikir, katanya
dalam hati. Ia menyandar ke dinding dan--dengan
mengua Bidadari Pendekar Naga Sakti
tkan hati sekuat tenaga--perlahan-lahan mulai
meredakan emosinya yang kacau balau, menekannya
hingga menyerah dan berubah menjadi hal yang dapat
menyelamatkannya dari kesintingan: logika. Leher dan
bahunya bergetar akibat hebatnya usahanya. Begitu
sudah tenang lagi, Roran dengan hati-hati menata
pikirannya, seperti ahli yang merapikan peralatannya
menjadi deretan-deretan yang tepat. Pasti ada
pemecahan yang tersembunyi dalam hal-hal yang
kuketahui, kalau saja aku cukup kreatif. Ia tidak bisa
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melacak Ra'zac begitu saja. Itu sudah jelas. Harus
ada yang memberitahu dirinya di mana ia bisa
menemukan mereka, dan di antara semua orang yang
bisa ditanyainya, kaum Varden mungkin yang paling
tahu. Tapi mereka sama sulitnya ditemukan seperti
para penghujat itu, dan ia tidak bisa membuang waktu
mencari mereka. Sekalipun... ada suara kecil dalam
kepalanya yang mengingatkan dirinya soal isu yang
didengarnya dari para pemerangkap dan pedagang
bahwa Surda diam-diam mendukung kaum Varden.
Surda. Negara itu berada di dasar Kekaisaran, atau
begitulah yang didengar Roran, karena ia tidak pernah
melihat peta Alagaesia. Dalam kondisi yang ideal,
dibutuhkan waktu beberapa minggu untuk mencapai
tempat itu dengan kuda, lebih lama lagi kalau ia harus
mengindari para prajurit. Tentu saja, cara tercepat
adalah berlayar ke selatan menyusuri pantai, tapi itu
berarti bepergian hingga Sungai Toark lalu ke Teirm
untuk mendapatkan kapal. Waktunya terlalu lama. Dan
masih ada kemungkinan ia ditangkap para prajurit.
"Kalau, seandainya, bisa saja, mungkin," gumamnya,
ia berulang kali mengepalkan tangan kirinya. Di utara
Teirm, satu-satunya pelabuhan yang diketahuinya
hanyalah Narda, tapi untuk mencapai tempat itu, ia
harus menyeberangi Spine--usaha yang belum pernah
terdengar dilakukan, bahkan oleh para pemerangkap.
Roran memaki diam-diam. Pemikiran ini sia-sia.
Seharusnya aku berusaha menyelamatkan Carvahall,
bukan meninggalkannya. Masalahnya, ia yakin desa
dan semua yang tersisa akan hancur. Air mata kembali
menggenang di sudut matanya. Semua yang tersisa &.
Bagaimana & bagaimana kalau semua orang di
Carvahall menemaniku ke Narda lalu ke Surda" Ia bisa
meraih kedua keinginannya sekaligus. Keberanian
gagasan itu menyebabkan ia tertegun. Itu
penghujatan, penghinaan, mengira dirinya mampu
meyakinkan para petani untuk meninggalkan ladang
dan Para pedagang meninggalkan toko mereka... tap
tapi apa alternatifnya kecuali perbudakan atau
kematian" Kaum Varden merupakan satu-satunya
kelompok yang bersedia menampung pelarian dari
Kekaisaran, dan Roran yakin para pemberontak itu
akan gembira mendapat anggota baru sedesa penuh,
terutama mereka yang sudah membuktikan diri dalam
pertempuran. Selain itu, dengan membawa para
penduduk desa kepada mereka, ia akan memperoleh
kepercayaan kaum Varden, hingga mereka bersedia
memberitahukan lokasi Ra'zac padanya. Mungkin
mereka bisa menjelaskan kenapa Galbatorix begitu
ingin menangkap diriku. Tapi, kalau ingin rencana ini
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berhasil, ia harus melaksanakannya sebelum pasukan
baru tiba di Carvahall, yang berarti hanya tersisa
beberapa hari untuk mengatur kepergian sekitar tiga
ratus orang. Mempertimbangkan segi logistiknya saja
sudah menakutkan. Roran tahu sekadar logika tidak
bisa membujuk siapa pun pergi; dibutuhkan fanatisme
untuk menggugah emosi orang-orang, agar jauh di
dalam hati mereka merasa bahwa mereka perlu
menghilangkan perangkap identitas dan kehidupan
mereka. Dan sekadar menanamkan ketakutan saja
tidak cukup--karena ia tahu ketakutan justru sering
menyebabkan mereka bertempur lebih hebat. Ia harus
menanamkan perasaan tentang adanya tujuan dan
takdir, agar para penduduk desa percaya,
sebagaimana dirinya, bahwa bergabung dengan kaum
Varden dan menentang tirani Galbatorix merupakan
paling mulia di dunia. Ia membutuhkan semangat yang
tidak terintimidasi kekerasan, tergoyahkan
penderitaan, atau dipadamkan kematian. Dalam
benaknya, Roran melihat Katrina berdiri di depannya,
pucat bagai hantu dengan mata cokelat yang sendu.
Roran teringat hangatnya kulit Katrina, harum
rambutnya, dam bagaimana rasanya bersama gadi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
s itu dalam kegelapan. Lalu dalam berisan panjang di
belakang Katrina muncul keluarganya,
teman-temannya, dan semua orang yang dikenalnya di
Carvahall, baik yang sudah meninggal maupun yang
masih hidup Kalau bukan karena Eragon... dan aku...
Ra'zac tidak akan pernah datang kemari. Aku harus
menyelamatkan penduduk desa Kekaisaran seperti
aku harus menyelamatkan Katrina dari para penghujat
itu. Mendapatkan kekuatan dari visinya, Roran
bangkit dari ranjang, menyebabkan bahunya yang luka
serasa terbakar dan tersengat. Ia terhuyung dan
bersandar ke dinding. Apakah aku bisa menggunakan
lengan kananku lagi" Ia menunggu hingga sakitnya
reda. Setelah ternyata tidak mereda, ia mengertakkan
gigi, memaksa diri tegak, dan melangkah keluar
kamar. Elain tengah melipat handuk di lorong. Ia
berseru dengan terpana. "Roran! Apa yang kau--"
"Ikut," kata Roran serak, sambil berlalu. Dengan
ekspresi khawatir, Baldor keluar dari ambang pintu.
"Roran, kau seharusnya jangan ke mana-mana. Kau
kehilangan banyak darah. Akan kubantu-" "Ikut."
Roran mendengar mereka mengikuti saat ia menuruni
tangga melengkung ke pintu masuk rumah, tempat
Horst dan Albriech berdiri bercakap-cakap. Mereka
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menengadah tertegun. "Ikut." Ia mengabaikan
pertanyaan-pertanyaan mereka, membuka pintu depan,
dan melangkah ke sore yang mulai gelap. Di atas
awan tebal diterangi cahaya keemasan dan ungu.
Roran memimpin rombongan kecil itu berjalan ke tepi
Carvahal--mengulangi pesan satu katanya setiap kali
bertemu atau wanita--menarik obor yang dipasang di
tiang dari kapur, berputar, dan berjalan kembali ke
tengah kota. Di menancapkan tiang di sela kakinya,
lalu mengangkat gakirin a dan meraung. "KEMARI!"
Desa dipenuhi suaranya. Ia terus memanggil
sementara orang-orang keluar dari rumah dan lorong
gelap lalu mulai berkumpul di sekitarnya. Banyak yang
penasaran, ada juga yang bersimpati, terpesona, dan
ada yang marah. Berulang-ulang, suara Roran
menggema di lembah. Loring tiba diikuti para
putranya. Dari arah berlawanan muncul Birgit, Delwi-
dan Fisk bersama istrinya, Isold. Morn dan Tara
rneninggalkan kedai bersama-sama dan bergabung
dengan para penonton. Sesudah sebagian besar
penduduk Carvahall berdiri di depannya, Roran
membisu, mempererat kepalan kirinya hingga
kuku-kuku jemarinya melukai telapak tangannya.
Katrina, sambil mengangkat tangan, ia membukanya
dan men unjukkan darah yang mengalir turun di
lengannya. "Ini," katanya, "adalah penderitaanku.
Lihatlah baik-baik, karena ini akan menjadi
penderitaan kalian kalau kita tidak mengalahkan nasib
terkutuk yang menimpa kita. Teman-teman dan
keluarga kalian akan dirantai, dijadikan budak di
tanah asing, atau dibantai di depan mata kalian,
dibelah pedang para prajurit yang tak kenal ampun.
Galbatorix akan membajak tanah kita dengan garam
agar selamanya tidak subur. Aku pernah melihatnya.
Aku tahu." Ia mondar-mandir seperti serigala
dikurung, membara dan menggeleng-geleng. Ia
berhasil mendapatkan erhatian mereka. Sekarang ia
harus memanasi mereka agar terbakar semangat yang
sama seperti dirinya. "Ayahku dibunuh para penghujat
itu. Sepupuku melarikan diri. Tanah pertanianku
dimusnahkan. Dan calon istriku diculik ayahnya
sendiri, yang membunuh Byrd dan mengkhianati kita
semua! Quimby disantap, lumbung gandum dibakar
bersama rumah Fisk dan Delwin. Parr, Wyglif, Ged,
Bardrick, Farold, Hale, Garner, Kelby, Melkolf, Albem,
dan Elmund: semuanya dibantai. Banyak di antara
kalian yang terluka, seperti diriku hingga tidak lagi
bisa menghidupi keluarga kalian. Apakah tidak cukup
kita bersusah payah setiap hari dalam hidup kita
untuk mencari nafkah dari tanah, di bawah kekuasaan
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
alam" Apakah tidak cukup kita terpaksa membayar
pajak yang tinggi pada Galbatorix, tanpa harus
menanggung siksaan tanpa harus menanggung siksaan
tanpa alasan ini?" Roran tertawa seperti orang
sinting, melolong ke langit dan mendengar kesintingan
dalam suaranya sendiri. Tidak yang bergerak di
kerumunan. "Aku tahu sekarang sifat sebenarnya
Kekaisaran dan Galbatorix; mereka jahat. Galbatorix
adalah kutukan kutukan dunia yang tidak wajar. Ia
menghancurkan par Bidadari Pendekar Naga Sakti
a penunggang dan kedamaian serta kesejahteraan
terbaik yang pernah kita miliki. Para pelayannya setan
busuk yang dilahirkan di lubang kuno. Tapi apakah
Galbatorix puas dengan menginjak-injak kita" Tidak!
Ia --saha meracuni seluruh Alagaesia, mencekik kita
dengan kesengsaraan. Anak-anak kita dan keturunan
mereka harus ,dup dalam bayang-bayang kegelapannya
hingga akhir zaman, ,ondahkan sebagai budak, cacing,
serangga yang bisa disiksoya sesuka hati. Kecuali...."
Roran menatap mata penduduk desa yang
membelalak, mewadari kendali yang dipegangnya atas
mereka. Belum pernah ada yang berani mengatakan
apa yang akan dikatakannya. Ia membiarkan suaranya
berubah serak di tenggorokannya. "Kecuali kita
memiliki keberanian menentang kejahatan. "Kita
sudah melawan para prajurit dan Ra'zac, tapi tidak
akan ada artinya kalau kita tewas seorang diri dan
terlupakanatau dibawa pergi seperti ternak. Kita tidak
bisa tinggal di sini, dan aku takkan membiarkan
Galbatorix memusnahkan apa pun yang layak
diperjuangkan. Aku lebih suka mataku dicungkil dan
tanganku dipotong daripada melihatnya menang! Aku
memilih bertempur! Aku memilih keluar dari kuburku
dan membiarkan musuhku mengubur dirinya sendiri di
dalamnya! "Aku memilih meninggalkan Carvahall.
"Aku akan menyeberangi Spine dan menumpang kapal
dari Narda ke Surda, di sana aku akan menggabungkan
diri dengan kaum Varden, yang sudah berjuang selama
berpuluh-puluh tahun untuk membebaskan kita dari
tekanan ini." Para penduduk desa tampak terkejut
mendengar gagasan itu. "Tapi aku Wak ingin pergi
sendirian. Ikutlah bersamaku. Ikutlah bersakku dan
raihlah kesempatan membentuk kehidupan yang baik
bagi kalian. Buanglah belenggu yang mengikat kalian
di sini." Roran menunjuk para pendengarnya,
menggerakkannya dari satu sasaran ke sasaran
berikut. "Seratus tahun dari sekarang, nama-nama apa
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang akan diucapkan para pujangga" Horst... Birgit...
Kiselt...Thane; mereka akan menceritakan petualangan
kita. Mereka akan menyanyikan "Epos Carvahall",
karena kita satu-satunya desa yang cukup berani
menentang Kekaisaran." Air mata bangga membanjiri
mata Roran. "Apa yang lebih mulia lagi selain
membersihkan noda Galbatorix dari Alagaesia. Kita
tidak lagi perlu hidup dalam ketakutan bahkan
ladang-ladang kita akan dihancurkan, atau dibunuh
dan santap. Biji-bijian yang kita tuai akan menjadi
milik kita sendiri, kecuali tambahan apa pun yang kita
kirim sebagai hadiah kepada raja yang benar.
Sungai-sungai akan mengalir deras dengan emas. Kita
akan aman, bahagia, dan gemuk! "Itulah takdir kita."
Roran mengacungkan tangan ke depan wajahnya dan
per lahan-lahan mengepalkan jemari untuk menutupi
luka yang mengucurkan darah. Ia membungkuk karena
lengannya yang terluka-dihunjam puluhan pasang
mata-dan menunggu reaksi terhadap pidatonya. Tidak
terdengar apa-apa. Akhirnya ia menyadari mereka
ingin ia melanjutkan; mereka ingin mendengar lebih
banyak mengenai tujuan dan masa depan yang
digambarkannya. Katrina. Lalu saat kegelapan
menyelimuti sekitar obornya, Roran menegakkan diri
dan kembali berbicara. Tidak ada yang
disembunyikannya, ia hanya berusaha agar mereka
memahami pemikiran dan perasaannya, agar mereka
juga bisa merasakan semangat yang mendorong
dirinya. "Zaman kita sudah berakhir Kita harus
melangkah maju dan bergabung dengan kaum Varden
kalau kita dan anak-anak kita ingin hidup bebas." Ia
berbicara dengan nada murka sekaligus membujuk,
tapi selalu dengan keyakinan yang mencengkeram para
pendengarnya. Sewaktu bayangan dalam benaknya


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

habis, Roran memandag wajah teman-teman dan para
tetangganya dan berkata, "Aku akan pergi dua hari
lagi. Ikutlah bersamaku kalau kalian mau tapi aku
tetap akan pergi." Ia membungkuk dan melangkah
meninggalkan cahaya. Di atas kepala, bulan pucat
berpendar di balik awan Angin sepoi-sepoi berembus
melintasi Carvahall. Penunjuk arah angin dari besi
berderak-derak di atap saat berputar mengikuti angin.
Dari dalam kerumunan, Birgit menerobos maju ke
tempat terang, mencengkeram lipatan gaunnya agar
tidak terjatuh. Dengan ekspresi datar, ia merapikan
syalnya. "Hari ini kita melihat &" Ia be
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rhenti, menggeleng, dan tertawa malu. "Aku merasa
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sulit berbicara sesudah Roran. Aku tidak menyukai
rencananya, tapi aku yakin itu perlu, sekalipun untuk
alasan yang berbeda: aku akan memburu Ra'zac dan
membalas kematian suamiku. Aku akan pergi
bersamanya. Dan aku akan membawa anak-anakku." Ia
lalu menjauhi obor. Semenit berlalu dalam kebisuan,
lalu Delwin "dan istrinya, Lenna maju dengan
bergandengan tangan. Lenna memandang Birgit dan
berkata, "Aku mengerti kebutuhanmu, Saudari. Kami
juga ingin membalas dendam, tapi lebih dari itu, kami
ingin anak-anak kami yang lain aman. Untuk alasan
itu, kami juga pergi." Beberapa wanita yang suaminya
tewas melangkah maju dan menyetujui pendapatnya.
Penduduk desa bercakap-cakap sendiri dengan suara
pelan, lalu membisu dan tidak bergerak. Tampaknya
tidak ada yang mau membicarakan masalah itu;
masalah tersebut terlalu penting. Roran paham. Ia
sendiri masih berusaha memahami implikasinya.
Akhirnya Horst berjalan ke suluh dan menatap apinya
dengan ekspresi muram. "Tidak ada gunanya berbicara
lebih banyak lagi.... Kita perlu waktu untuk berpikir.
Setiap orang hanrs mengambil keputusan sendiri.
Besok... besok merupakan hari lain. Mungkin
situasinya akan lebih jelas saat itu." Ia menggeleng
dan mengangkat suluhnya, lalu membaliknya dan
memadamkannya di tanah, membiarkan semua orang
menemukan jalan pulang dengan bantuan cahaya
bulan. Roran menggabungkan diri dengan Albriech
dan Baldor, yang berjalan di belakang orangtua
mereka cukup jauh agar bisa bercakap-cakap. Tidak
satu pun dari keduanya bersedia memandang Roran.
Gelisah karena sikap mereka, Roran bertanya,
"Menurut kalian ada lagi yang akan pergi" Apakah
kata-kataku cukup bagus?" Albriech tertawa. "Cukup
bagus!" "Roran," kata Baldor dengan suara aneh.
"Kau bisa meyakinkan Urgal untuk jadi petani malam
ini." "Yang benar saja!" Sesudah kau selesai tadi.
aku siap mengambil tombak dan lari mengejarmu ke
Spine. Aku juga tidak akan sendirian. Yang menjadi
pertanyaan bukan siapa yang akan pergi, tapi siapa
yang tidak. Yang kaukatakan tadi... aku tidak pernah
mendengar yang seperti itu sebelumnya." Roran
mengerutkan kening. Tujuannya adalah membujuk
orang-orang menerima rencananya, bukan mengikuti
dirinya secara pribadi. Kalau itu konsekuensinya, apa
boleh buat, pikirnya sambil mengangkat bahu.
Sekalipun begitu, ia tidak siap menghadapi prospek
tersebut. Sebelum ini, hal itu akan menjengkelkannya,
tapi sekarang ia mensyukuri apa pun yang bisa
membantunya menyelamatkan Katrina dan para
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
penduduk desa. Baldor mencondongkan tubuh ke
saudaranya. "Ayah akan kehilangan sebagian besar
peralatannya." Albriech mengangguk khidmat. Roran
tahu para tukang membuat alat apa pun yang
diperlukan untuk tugasnya, dan alat buatan sendiri itu
merupakan warisan yang diturunkan ayah kepada
putranya, atau guru kepada murid. Ukuran kekayaan
dan keahlian tukang besi adalah jumlah alat yang
dimilikinya. Jika Horst meninggalkan peralatannya
berarti.... Berarti tidak lebih buruk daripada apa yang
harus dilakukan siapa pun, pikir Roran. Ia hanya
prihatin karena rencana itu berarti mengambil warisan
yang menjadi hak Albriech dan Baldor. Sewaktu
mereka tiba di rumah, Roran masuk ke kamar tidur
Baldor dan membaringkan diri di ranjang. Dari balik
dinding, ia masih bisa mendengar suara samar Horst
dan Elain bercakap-cakap. Ia tertidur sambil
membayangkan diskusi serupa yang berlangsung di
seluruh Carvahall, menentukan nasibnya dan nasib
mereka. GEMA Pagi hari sesudah berpidato, Roran
memandang keluar jendela dan melihat dua belas
orang meninggalkan Carvahall, menuju Air Terjun
Igualda. Ia menguap dan tertatih-tatih menuruni
tangga ke dapur. Horst duduk seorang diri di meja,
memutar-mutar segelas bir. "Pagi," sapanya. Roran
mendengus, mencabik sepotong roti dari bongkahan di
meja, lalu duduk di ujung seberang. Sementara makan,
ia menyadari mata Horst merah dan janggutnya kusut.
Roran menebak tukang besi itu terjaga sepanjang
malam. "Kau tahu kenapa orang-orang itu naik--"
"Mereka harus berbicara dengan keluarganya," kata
Horst tiba-tiba. "Mereka pergi ke Spine se
Bidadari Pendekar Naga Sakti
jak subuh." Ia meletakkan gelasnya begitu keras
sehingga berbunyi. "Kau tidak tahu apa Yang
kaulakukan, Roran, dengan meminta kami pergi.
Seluruh desa ribut. Kau menyudutkan kami dengan
hanya satu jalan keluar: jalanmu. Ada yang
membencimu karena itu. Tentu saja beberapa orang
sudah membencimu karena menimpakan masalah ini
pada kami." Roti dalam mulut Roran terasa seperti
serbuk gergaji sementara kemarahan membara dalam
dirinya. Eragon yang membawa pulang batu itu bukan
aku. "Dan yang lainnya?" Horst menghirup bir dan
meringis. "Yang lain memuja dirimu. Aku tidak pernah
menduga akan melihat hari ketika putra Garrow mampu
menggerakkan hatiku dengan kata-kata, tapi ltulah
yang kaulakukan, Nak, itulah yang kaulakukan." Ia
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengayunkan tangan yang keriput ke atas kepalanya.
"Semua ini" Kubangun semua ini untuk Elain dan
putra-putraku. Aku membutuhkan waktu tujuh tahun
untuk menyelesaikannya! Kau lihat balok di atas pintu
sana itu" Tiga jari kakiku patah karena memasang
balok itu. Dan kau tahu" Aku akan meninggalkannya
karena apa yang kaukatakan semalam. Roran tetap
membisu; itulah yang diinginkannya. Meninggalkan
Carvahall merupakan tindakan yang benar, dan karena
ia telah membulatkan tekad untuk memilih jalan itu, Ia
tidak melihat alasan untuk menyiksa diri dengan
perasaan bersalah dan menyesal. Keputusan telah
diambil. Akan kuterima hasilnya tanpa mengeluh,
sesuram apa pun, karena hanya ini satu-satunya jalan
kami meloloskan diri dari Kekaisaran. "Tapi," Horst
berkata, dan mencondongkan tubuh ke depan pada
satu siku, matanya yang hitam membara di bawah alis,
"kau harus ingat bahwa jika kenyataan tidak seindah
impian yang kausebutkan, ada utang yang harus
dibayar. Kau memberi orang-orang harapan lalu
mengambil kembali harapan itu, maka mereka akan
menghancurkan dirimu." Roran tidak memedulikan
prospek itu. Kalau kita berhasil mencapai Surda, kita
akan disambut para pemberontak bagai pahlawan.
Kalau tidak, kematian kita akan melunasi semua
utang. Sewaktu jelas bahwa tukang besi itu telah
selesai bicara, Roran bertanya, "Mana Elain?" Horst
mengerutkan kening karena perubahan topik
pembicaraan. "Di belakang." Ia bangkit dan merapikan
tunik di bahunya yang kekar. "Aku harus membereskan
bengkel dan memutuskan alat mana yang akan kubawa.
Akan kusembunyikan atau kuhancurkan sisanya.
Kekaisaran tidak boleh mendapat keuntungan dari
pekerjaanku." "Akan kubantu." Roran mendorong
kursinya ke belakang. "Tidak," kata Horst kasar.
"Hanya aku dengan Albriech dan Baldor yang bisa
melakukan tugas ini. Bengkel itu seluruh hidupku, dan
hidup mereka... Lagi pula kau tidak akan banyak
membantu dengan lengan seperti itu. Tetaplah di sini.
Elain bisa memanfaatkan dirimu." Sesudah tukang
besi itu pergi, Roran membuka pintu samping dan
mendapati Elain bercakap-cakap dengan Gertrude di
dekat tumpukan tinggi kayu bakar yang selalu diisi
Horst sepanjang tahun. Tabib itu mendekati Roran dan
menempelkan tangan di keningnya. "Ah, tadinya aku
khawatir kau akan demam sesudah keributan kemarin.
Keluargamu selalu pulih dengan kecepatan luar biasa.
Aku nyaris tidak memercayai sewaktu Eragon mulai
berjalan sesudah kulit kakinya terkelupas dan ia
harus terbaring dua hari di ranjang." Roran mengejang
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendengar nama sepupunya disebut, tapi Gertrude
tampak tidak menyadarinya. "Coba kulihat bagaimana
keadaan lenganmu, boleh?" Roran membungkuk agar
Gertrude bisa meraih ke belakangnya dan membuka
simpul gendongan wolnya. Sesudah selesai, dengan
hati-hati ia menurunkan lengan kanannya--yang dijepit
belat--hingga lengannya lurus. Gertrude menyelipkan
jari ke bawah ramuan yang ditempelkan ke lukanya
dan mengupasnya. "Astaga," katanya. Bau busuk
yang pekat memenuhi udara. Roran mengertakkan gigi
saat perutnya bergolak, lalu menunduk. Kulit di balik
ramuannya berubah jadi putih dan lunak, seperti tanda
lahir besar berupa daging belatung raksasa. Bekas
gigitannya sendiri dijahit sewaktu ia pingsan, jadi ia
hanya melihat garis merah muda bergerigi yang
berlapis darah kering di bagian depan bahunya.
Pembengkakan dan radang memaksa benang usus
kucingnya terbenam dal Bidadari Pendekar Naga Sakti
am di dagingnya, sementara cairan lernih meresap
keluar dari lukanya. Gertrude berdecak sambil
memeriksa lukanya, lalu mengembalikan perbannya
dan memandang Roran lurus-lurus. "Lukamu pulih
dengan baik, tapi jaringannya mungkin rusak. Aku
belum tahu. Kalau itu yang terjadi, kita terpaksa
membakar bahumu." Roran mengangguk. "Apa
lenganku bisa berfungsi lagi begitu sembuh?" Selama
otot-ototnya tersambung dengan benar. Juga
tergantung bagaimana kau ingin menggunakannya.
Kau--" "Apa aku bisa bertempur?" "Kalau kau mau
bertempur," kata Gertrude perlahan-lahan,
"kusarankan kau belajar menggunakan tangan kirimu."
Ia menepuk pipi Roran, lalu bergegas kembali ke
gubuknya. Roran menatap lengannya yang terikat
seakan bukan lagi bagian dirinya. Hingga saat ini, ia
tidak menyadari betapa perasaan tentang identitas
dirinya terkait dekat kondisi tubuhnya. Luka pada fisik
menimbulkan luka psikis, juga sebaliknya. Roran
bangga akan tubuhnya, dan melihat luka di sana
memicu kepanikan dalam dirinya, terutama karena
kerusakannya permanen. Bahkan seandainya bisa
gunakan lengannya lagi, ia akan selalu menyandang
ben luka yang besar sebagai kenang-kenangan akan
lukanya. Setelah meraih tangan Roran, Elain
membimbingnya kembali ke dalam rumah. Ia meremas
daun mint ke dalam ketel, lalu meletakkannya di
tungku agar mendidih. "Kau benar-benar mencintainya
ya?" "Apa?" Roran memandangnya, terkejut. Elain
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menempelkan tangan di perut. "Katrina." Ia
tersenyum. "Aku tidak buta. Aku tahu apa yang
kaulakukan baginya, dan aku bangga padamu. Tidak
setiap pria mau berusaha sejauh itu." "Tidak penting,
kalau aku tidak bisa membebaskan dirinya." Ketel
mulai bersiul melengking. "Kau pasti bisa, aku yakin
sekali--dengan satu atau lain cara." Elain menuang
teh. "Sebaiknya kita mulai bersiap-siap untuk
perjalanan. Aku akan memilah-milah isi dapur terlebih
dulu. Sementara itu, bisakah kau naik dan menurunkan
semua pakaian, seprai, dan apa pun yang menurutmu
mungkin akan berguna?" "Harus kuletakkan di mana?"
tanya Roran. "Ruang makan juga tidak apa-apa."
Karena pegunungan terlalu curam--dan hutannya
terlalu lebat--untuk dilewati kereta, Roran menyadari
pasokan mereka terbatas pada berapa banyak yang
bisa dibawa setiap orang juga yang bisa mereka
tumpukkan pada kedua kuda Horst, sekalipun salah
satu kuda hanya mengangkut Separo beban agar Elain
bisa menungganginya setiap kali jalanan berat
baginya karena kehamilannya. Yang memperberat
masalah itu adalah fakta bahwa ada keluarga-keluarga
di Carvahall yang tidak memiliki cukup tunggangan
baik untuk persediaan makanan maupun masih muda,
terlalu tua, dan sakit-yang tidak bisa mengikuti
kecepatan yang lainnya dengan berjalan kaki. Semua
harus berbagi sumber daya. Tapi yang menjadi
pertanyaan, denga siapa" Mereka masih belum tahu
siapa lagi yang pergi, selain Birgit dan Delwin.
Dengan begitu, sewaktu Elain selesai mengemasi
barang-barang yang menurutnya penting--terutama
makanan dan tempat berlindung--ia memerintahkan
Roran mencari tahu apakah ada yang membutuhkan
tempat penyimpanan tambahan dan, kalau tidak ada,
apakah ia bisa meminjam tempat penyimpanan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tambahan, karena banyak barang tidak penting yang
ingin dibawanya tapi akan ditinggalkannya kalau tidak
ada tempat penyimpanan tambahan. Sekalipun
orang-orang bergegas di jalan, Carvahall terasa sesak
karena kebisuan yang dipaksakan, ketenangan tidak
wajar vang menyembunyikan kesibukan di dalam
rumah-rumah. Hampir semua orang membisu dan
berjalan sambil menunduk, tenggelam dalam pikiran
masing-masing. Sewaktu tiba di rumah Orval, Roran
harus memukulkan pengetuk pintu hampir semenit
lamanya sebelum petani itu membukakan pintu. "Oh,
kau, Stronghammer." Orval melangkah keluar ke
serambi. "Maaf membuatmu menunggu, tapi aku sibuk.
Apa yang bisa kubantu?" Ia mengetuk-ngetukkan pipa
hitam panjang ke telapak tangannya, lalu
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memutar-mutarnya dengan gugup di sela jemarinya. Di
dalam rurnah, Roran mendengar kursi-kursi didorong
menyeberangi lantai dan poci-poci serta panci-panci
beradu. Roran bergegas menjelaskan tawaran dan
permintaan Elain. Orval menyipitkan mata
Bidadari Pendekar Naga Sakti
memandang ke langit. "Kurasa aku memiliki cukup
tempat untuk barang-barangku sendiri. Tanya saja
pada yang lain, dan kalau kau masih membutuhkan
tempat, aku ada sepasang sapi yang bisa membawa
sedikit beban lagi." "Jadi kau akan pergi?" Orval
bergerak-gerak gelisah. "Well, aku tidak akan berkata
"Kami hanya... bersiap-siap seandainya ada serangan
lagi." "Ah," Dengan bingung, Roran berjalan ke rumah
Kiselt. Tidak lama kemudian ia mendapati tak seorang
pun bersedia mengatakan apakah mereka sudah
memutuskan pergi bahkan meskipun kelihatan jelas
mereka tengah bersiap-siap. Dan mereka semua
memperlakukan Roran dengan penghormatan yang
menurutnya menggelisahkan. Penghormatan itu muncul
dalam isyarat-isyarat kecil: pernyataan belasungkawa
atas nasib buruknya, kebisuan penuh rasa hormat
setiap kali ia berbicara, dan gumam persetujuan untuk
setiap pernyataannya. Seolah perbuatannya
meninggikan posisinya dan mengintimidasi
orang-orang yang telah ia kenal sejak masih
anak-anak, menjauhkan dirinya dari mereka. Aku
seperti ditandai, pikir Roran, tertatih-tatih melewati
lumpur. Ia berhenti di tepi genangan dan membungkuk
untuk memandang bayangannya, ingin tahu apakah ia
bisa melihat apa yang telah menjadikannya begitu
berbeda. Ia melihat pria berpakaian lusuh dan
berlumuran darah, dengan punggung bungkuk dan
lengan terluka yang terikat melintang di dada. Leher
dan pipinya dipenuhinya janggut muda, sementara
rambutnya kusut bagai tali yang riap-riap di
kepalanya. Tapi yang paling menakutkan adalah
matanya, yang masuk semakin dalam di rongga,
menyebabkan ia tampak seperti hantu. Dari dalam
kedua ceruk menakutkan itu, tatap annya membara
seperti baja cair, penuh rasa kehilangan, kemurkaan,
dan kelaparan yang obsesif. Senyum miring
pelan-pelan tampak di wajah Roran, menyebabkan ia
kelihatan lebih mengejutkan lagi. Ia menyukai
penampilannya. Penampilannya sesuai dengan
perasaannya. Sekarang ia paham mengapa ia bisa
mempengaruhi penduduk desa. Ia meringis,
menampakkan gigi-giginya. Aku bisa menggunakan
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
citra ini. Aku bisa menggunakannya untuk
menghancurkan Ra'zac. Dengan kepala terangkat, ia
menyusuri jalan, senang pada dirinya sendiri. Tepat
pada saat itu Thane mendekatinya dan mencengkeram
lengan kirinya kuat kuat. Stronghammer! Kau tidak
tahu betapa senangnya aku bertemu denganmu."
"Sungguh?" Roran bertanya-tanya apakah seluruh
dunia terbalik semalam. Thane mengangguk-angguk
penuh semangat. "Sejak kita menyerang para prajurit,
segalanya tampak sia-sia bagiku. Sangat menyakitkan
bagiku untuk mengakuinya, tapi begitulah. Hatiku
selalu berdebar-debar, seakan aku bakal jatuh ke
dalam sumur; tanganku gemetar; dan aku merasa
sangat mual. Kupikir ada yang meracuniku! Lebih
buruk daripada kematian. Tapi apa kaukatakan
kemarin langsung menyembuhkan diriku dan
membuatku melihat tujuan dan arti dunia lagi! Aku...
aku bahkan tidak bisa menjelaskan kengerian yang
telah kauhindarkan dariku. Aku berutang budi padamu.
Kalau ada yang kaubutuhkan atau inginkan, katakan
saja dan akan kubantu." Dengan perasaan tersentuh,
Roran balas mencengkeram lengan petani itu dan
berkata, "Terima kasih, Thane. Thane membungkuk,
air mata menggenangi matanya, lalu melepaskan
Roran dan meninggalkannya berdiri seorang diri di
tengah jalan. Apa yang telah kulakukan"
MENGUNGSI Udara yang pekat dan berasap menelan
Roran saat ia memasuki Seven Sheaves, kedai
minuman milik Morn. Ia berhenti di bawah tanduk
Urgal yang dipakukan di atas pintu dan membiarkan
matanya menyesuaikan diri dengan keremangan dalam
kedai. "Halo?" serunya. Pintu ke ruang belakang
terdobrak membuka saat Tara melangkah maju, diikuti
Morn. Mereka berdua memelototi Roran sambil
cemberut. Tara menumpukan tinjunya yang gemuk di
pinggul dan bertanya, "Mau apa kau kemari?" Roran
menatapnya sejenak, mencoba mengetahui penyebab
sikap bermusuhannya. "Apa kalian sudah memutuskan
ikut bersamaku ke Spine?" Itu bukan urusanmu,
sergah Tara. Oh ya, itu urusanku. Tapi Roran
menahan diri, dan akhirnya berkata, "Apa pun niat
kalian, kalau kalian ingin pergi, Elain ingin tahu
apakah masih ada tempat di tas k
Bidadari Pendekar Naga Sakti
alian untuk beberapa barang lagi, atau apakah kalian
sendiri membutuhkan tempat tambahan. Ia--" "Tempat
tambahan!" sembur Morn. Ia melambai ke dinding di
belakang bar, di mana terdapat jajaran tong kayu ek.
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Aku puny dua belas tong bir musim dingin yang
paling jernih, diseliman jerami dan dijaga pada suhu
yang sempurna selama lima bulan terakhir. Ini
simpanan terakhir Quimby! Apa yang harus kulakukan
dengan tong-tong ini" Atau dengan persediaan bir
pahit dan bir hitamku" Kalau kutinggalkan, para
prajurit akan menghabiskannya dalam seminggu, atau
menusuk tong-tongnya dan menumpahkan birnya ke
tanah, dan satu-satunya makhluk yang akan
menikmatinya hanyalah cacing. Oh!" Morn duduk dan
meremas-remas tangan, menggeleng-geleng. "Hasil
kerja dua belas tahun! . Sejak Ayah meninggal,
kukelola kedainya dengan cara yang sama, setiap
hari. Lalu kau serta Eragon menimbulkan masalah ini.
Ini...." Ia berhenti, kesulitan bernapas, dan mengusap
wajahnya yang tembam dengan tepi lengan baju.
"Tenang, tenang, kata Tara. Ia memeluk Morn dan
menunjuk goran. "Siapa yang memberimu hak untuk
mengguncang Carvahall dengan kata-kata indahmu"
Kalau kami pergi, bagaimana suamiku yang malang
mencari nafkah" Ia tidak bisa membawa dagangannya
seperti Horst atau Gedric. Ia tidak bisa berjongkok di
ladang yang kosong dan menanaminya seperti kau!
Mustahil! Semua orang akan pergi dan kami bakal
kelaparan. Atau kami akan pergi dan tetap saja
kelaparan. Kau menghancurkan hidup kami!" Roran
mengalihkan pandangan dari wajah Tara yang memerah
karena marah ke wajah Morn yang sedih, lalu berbalik
dan membuka pintu. Ia berhenti sejenak di ambangnya
dan berkata dengan suara pelan, "Selama ini
kuanggap kalian teman-temanku. Aku tidak akan
membiarkan kalian dibunuh Kekaisaran." Setelah
melangkah keluar, ia menarik rompinya lebih erat
menutupi dirinya dan bergegas meninggalkan kedai,
sambil berpikir sepanjang jalan. Di sumur Fisk, ia
mampir untuk minum dan ternyata Birgit datang. Birgit
memandanginya bersusah payah memutar tuas Penarik
ember dengan satu tangan, lalu mengambil alih dan
menaikkan ember air, yang diberikannya kepada Roran
tanpa merninumnya. Roran menghirup cairan yang
sejuk itu, lalu brkata, "Aku senang kau ikut." Ia
mengembalikan embernya. Birgit menatapnya. "Aku
mengenali kekuatan yang mendorongmu, Roran, karena
kekuatan itu juga mendorongku; kita berdua ingin
menemukan Ra'zac. Tapi sesudah kita menemukan
Mereka, aku akan menuntut ganti rugi atas kematian
Quimby darimu. Jangan pernah melupakan itu." Ia
mendorong ember yang penuh air itu ke dalam sumur
dan membiarkannya jatuh tanpa tertahan, tuas
penariknya berputar liar. Sedetik kemudian, dari
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sumur terdengar gema ceburan. Roran tersenyum
sambil mengawasi Birgit yang menjauh. Ia lebih
merasa senang daripada gusar karena kata-kata
Birgit; ia tahu bahwa kalaupun semua orang lain di
Carvahall melupakan tujuan mereka atau mati, Birgit
akan tetap membantunya memburu Ra'zac. Tapi
sesudah itu--kalau masih ada sesudah itu--ia harus
memenuhi tuntutan Birgit atau membunuhnya, Hanya
itu satu-satunya cara untuk menyelesaikan masalah
seperti ini. Malam harinya Horst dan kedua putranya
pulang, membawa dua buntalan kecil yang dibungkus
kain minyak. "Hanya itu?" tanya Elain. Horst
mengangguk singkat, meletakkan buntalan-buntalan itu
di meja dapur, dan membukanya untuk menunjukkan
empat martil, tiga tang, penjepit, peniup berukuran
sedang, dan landasan seberat tiga pon. Sementara
mereka berlima duduk untuk makan malam, Albriech
dan Baldor membicarakan berbagai orang yang mereka
lihat bersiap-siap diam-diam. Roran mendengarkan
dengan penuh perhatian, berusaha mengetahui siapa
yang meminjamkan keledai pada siapa, siapa yang
tidak menunjukkan tanda-tanda akan pergi, dan siapa
yang mungkin membutuhkan bantuan untuk pergi.
"Masalah terbesarnya," kata Baldor," adalah makanan.
Kita hanya bisa membawa sedikit, dan di dalam Spine
kita akan sulit berburu bagi dua ratus atau tiga ratus
orang." "Mmm." Horst menggoyang-goyangkan jari,
mulutnya penuh kacang, lalu menelannya. "Tidak,
berburu takkan ada gunanya. Kita harus me
Bidadari Pendekar Naga Sakti
mbawa ternak kita. Kalau digabung, kita mernilild
cukup domba dan kambing untuk memberi makan kita
semua selama sebulan atau lebih." Roran mengangkat
pisaunya. "Serigala." "Aku lebih khawatir soal
menjaga hewan-hewan itu agar tidak berkeliaran ke
dalam hutan," jawab Horst. "Menggembala mereka
bukan tugas yang mudah." Roran menghabiskan
keesokan harinya membantu siapa pun yang bisa
dibantu, tidak banyak bicara, dan umumnya
membiarkan orang-orang melihat dirinya bekerja demi
kebaikan desa. Larut malam, ia membaringkan diri di
ranjang dengan kelelahan tapi penuh harap.
Merekahnya subuh menembus mimpi Roran dan
membangunkan dirinya dengan pikiran akan terjadinya
peristiwa penting. Ia berdiri dan berjingkat-jingkat
menuruni tangga, lalu keluar dan menatap pegunungan
yang tertutup kabut, tenggelam dalam kesunyian pagi.
Napasnya membentuk uap putih di udara, tapi ia
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merasa hangat, karena jantungnya berdebardebar
ketakutan dan penuh semangat. Sesudah sarapan
yang senyap, Horst membawa kuda-kuda ke depan
rumah, tempat Roran membantu Albriech dan Baldor
memuati kuda-kuda itu dengan kantong-kantong pelana
dan buntalan-buntalan pasokan lain. Lalu Roran
mengambil ranselnya sendiri, mendesis saat tali
bahunya yang terbuat dari kulit menekan lukanya.
Horst menutup pintu rumah. Ia berdiri di sana
beberapa saat dengan jemari memegang kenop pintu
baja, lalu meraih tangan Elain dan berkata, "Ayo
berangkat." Sementara mereka melintasi Carvahall,
Roran melihat keluarga-keluarga yang muram
berkumpul di dekat rumah masing-masing bersama
tumpukan barang milik mereka dan ternak yang ribut.
Ia melihat beberapa domba dan anjing yang membawa
tas di punggung, anak-anak dengan mata berair di
punggung keledai, dan wadah-wadah darurat yang
ditambatkan ke setiap sisi kuda-kuda, berisi peti-peti
ayam yang ribut. Ia melihat buah keberhasilannya,
dan tidak tahu apakah harus tertawa atau menangis.
Mereka berhenti di ujung utara Carvahall dan
menunggu wtuk melihat siapa yang ikut bersama
mereka. Semenit berlalu, kemudian Birgit mendekat
dari samping, ditemani Nolfavrell dan adik-adiknya.
Birgit menyapa Horst dan Elain lalu menempatkan diri
di dekat mereka. Ridley dan keluarganya muncul dari
balik dinding pepohon, menggiring seratus lebih
domba dari sisi timur Lembah Ku ikir lebih baik
membawa mereka keluar dari Carvahall!" teriak Ridley
mengatasi keributan hewan-hewan "Ide yang bagus!"
jawab Horst. Lalu muncul Delwin, Lenna, dan kelima
anak mereka; Orval dan keluarganya; Loring bersama
para putranya; Calitha dan Thane--yang tersenyum
lebar pada Roran; lalu klan Kiseh Para wanita yang
baru-baru ini menjanda, seperti Nolla, berkerumun di


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekitar Birgit. Sebelum matahari meninggalkan pUnck
pegunungan, sebagian besar penduduk desa telah
berkumpul di sepanjang dinding. Tapi tidak semuanya.
Morn, Tara, dan beberapa orang lain belum
menampakkan diri, dan sewaktu Ivor muncul, ia tidak
membawa pasokan apa pun. "Kau tinggal," kata Roran.
Ia menepi untuk menghindari kawanan kambing gelisah
yang dikendalikan Gertrude dengan susah payah.
"Aye," kata Ivor, mengucapkannya dengan lambat dan
kelelahan. Ia menggigil, melipat lengannya yang kurus
agar lebih hangat, dan memandang ke matahari terbit,
mengangkat kepala agar terkena berkas cahaya
tembus pandang itu. "Svart menolak pergi. Heh!
Mengajaknya memasuki Spine sama seperti berusaha
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mengukir biji-bijian. Harus ada yang menjaganya, dan
aku tidak memiliki anak, jadi...." Ia mengangkat bahu.
"Lagi pula aku ragu apakah bisa meninggalkan tanah
pertanianku." "Apa yang akan kaulakukan waktu para
prajurit datang nanti?" "Memberi mereka perlawanan
yang akan mereka ingat." Roran tertawa serak dan
menepuk lengan Ivor, berusaha sebaik-baiknya
mengabaikan nasib tak terucapkan yang mereka
berdua tahu menunggu siapa pun yang tinggal.
Seorang pria parobaya kurus, Ethlbert, berjalan sigap
ke tepi kerumunan dan berteriak, "Kalian semua
bodoh!" Dengan diiringi suara gemeresik yang
terdengar jelas, orang-orang berbalik memandangnya.
"Aku berdiam diri selama kesintingan ini, tapi aku
tidak akan mengikuti orang gila! Kalau tida
Bidadari Pendekar Naga Sakti
k dibutakan kata-katanya, kalian akan melihat ia akan
membawa kalian menuju kehancuran! Well, aku tidak
akan pergi! Aku akan mengambil risiko menyelinap
melewati para prajurit itu dan mencari perlindungan di
Therinsford. Setidaknya mereka orang-orang kita
sendiri, bukan orang-orang biadab yang akan kalian
temukan di Surda." Ia meludah ke tanah, lalu berbalik
dan berderap pergi. Karena takut Ethlbert mungkin
berhasil meyakinkan yang lain untuk membatalkan
niat, Roran mengamati orang-orang dan merasa lega
melihat hanya ada gumaman-gumaman gelisah.
Sekalipun begitu, ia tidak ingin lengah dan memberi
kesempatan pada orang-orang untuk berubah pikiran.
Ia bertanya pada Horst dengan suara pelan, "Berapa
lama kita harus menunggu?" "Albriech, bersama
Baldor periksalah secepat mungkin apakah ada lagi
yang ingin ikut. Kalau tidak ada, kita berangkat."
Kedua bersaudara itu berlari ke arah yang
berlawanan. Setengah jam kemudian, Baldor kembali
bersama Fisk, Isold, dan kuda pinjaman mereka.
Setelah meninggalkan suaminya, Isold bergegas
mendekati Horst, melambaikan tangan mengusir siapa
saja yang menghalangi jalannya, tidak menyadari
sebagian besar rambutnya terlepas dari ikatan dan
mencuat aneh. Ia berhenti, terengah-engah. "Maaf
kami terlambat, tapi Fisk sulit menutup toko. Ia tidak
bisa memilih pengasah atau pahat mana yang harus
dibawa." Ia tertawa melengking, nyaris histeris.
"Rasanya seperti melihat kucing yang dikelilingi tikus
berusaha memutuskan mana yang akan dikejarnya.
Mula-mula yang ini, lalu yang itu." Senyum masam
tampak di bibir Horst. "Aku mengerti sepenuhnya."
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Roran berusaha mencari Albriech, tapi sia-sia. Ia
mengertakkan gigi. "Mana dia?" Horst menepuk
bahunya. "Di sebelah sana." Albriech muncul dari
sela rumah-rumah membawa tiga tong bir yang terikat
di punggungnya dan ekspresinya begitu menyedihkan
hingga Baldor dan beberapa orang lainnya tertawa.
Morn dan Tara berjalan di kedua sisi Albriech,
terhuyung-huyung membawa beban mereka yang besar,
begitu juga keledai dan dua kambing yang mereka
seret. Yang mengejutkan Roran, hewan-hewan itu
membawa tong-tong juga. Mereka tidak akan bisa
bertahan satu mil sekalipun," kata Roran, marah atas
kebodohan pasangan itu. "Dan mereka akan memiliki
cukup makanan. Apa mereka berharap kita memberi
mereka makan atau--" Sambil tergelak, Horst
menyela. "Aku tidak akan mengkhawatirkan makanan.
Bir Morn bagus untuk moral, dan manfaatnya lebih
daripada beberapa hidangan tambahan. Lihat saja
nanti." Begitu Albriech membebaskan diri dari
tong-tong itil, Ror bertanya padanya dan pada
saudaranya. "Sudah semuanya?". Sewaktu mereka
mengiakan, Roran memaki dan memukul paha dengan
tinjunya. Selain Ivor, tiga keluarga telah memastikan
tetap tinggal di Lembah Palancar: Ethlbert, Parr, dan
Knute. Aku tidak bisa memaksa mereka ikut. Ia
mendesah. "Baiklah. Tidak ada gunanya menunggu
lebih lama lagi." Semangat merayapi para penduduk
desa; saatnya akhirnya tiba. Horst dan lima pria lain
menarik dinding pepohonan hingga terbuka, lalu
meletakkan papan-papan melintang di atas parit agar
orang-orang dan hewan-hewan bisa menyeberang.
Horst memberi isyarat. "Sebaiknya kau yang berjalan
terlebih dulu, Roran." "Tunggu!" Fisk berlari
mendekat dan, dengan kebanggaan yang jelas terlihat,
memberi Roran tongkat kayu hawthorn sepanjang enam
kaki dengan ujung dari tonjolan akar yang dihitamkan
dan tongkat kecil berwarna biru baja yang bawahnya
diasah menjadi paku tumpul. "Aku membuatnya
semalam," kata tukang kayu itu. "Kupikir kau mungkin
membutuhkan nya." Roran mengelus tongkat itu,
mengagumi kehalusannya. Aku tidak bisa meminta
yang lebih baik lagi. Keahlianmu luar biasa.... Terima
kasih." Fisk tersenyum dan mundur. Menyadari fakta
bahwa seluruh orang memandanginya, Roran menatap
pegunungan dan Air Terjun Igualda. Bahunya
berdenyut-denyut di bawah tali kulit ranselnya. Di
belakangnya ada tulang-belulang ayahnya dan segala
sesuatu yang ia kenal seumur hidupnya. Di depannya
puncak bergerigi menjulang tinggi ke langit pucat,
menghalangi jalan dan tekadnya. Tapi ia tidak mau
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditolak. Dan ia tidak akan be
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rpaling. Katrina Dengan mengangkat dagu, Roran
melangkah maju. Tongkatnya berdetak menghantam
papan kayu keras sewaktu ia menyeberangi parit dan
keluar dari Carvahall, memimpin para penduduk desa
mernasuki alam liar. DI TEBING TEL'NAFIR Buk
Secerah matahari, naga itu melayang di depan Eragon
dan semua orang yang berkerumun di Tebing
Tel'naeir, memukul-mukul mereka dengan embusan
angin dari sayap-sayapnya yang besar. Tubuh naga itu
tampak seperti terbakar ketika cahaya subuh yang
cemerlang menyinari sisik-sisik keemasannya dan
menyirami tanah serta pepohonan dengan
serpihan-serpihan cahaya menyilaukan. Naga itu jauh
lebih besar daripada Saphira, cukup besar untuk
berusia beberapa ratus tahun. Leher, kaki, dan
ekornya lebih tebal. Di punggungnya duduk
Penunggangnya, dengan jubah putih yang menjuntai
pada sisik-sisik naga yang cemerlang. Eragon
berlutut, sambil menengadah. Aku tidak sendirian &.
Perasaan terpesona dan lega mengaliri dirinya. Ia
tidak lagi harus seorang diri menyandang tanggung
jawab atas kaum Varden dan Galbatorix. Di sini ada
salah seorang penjaga lama yang dibangkitkan dari
kedalaman waktu untuk membimbing dirinya, simbol
hidup, dan bukti nyata legenda-legenda yang
didengarnya selama ia dibesarkan. Di sini ada
gurunya. Disini ada legenda! Saat naga itu berputar
untuk mendarat, Eragon tersentak; kaki kiri depan
makhluk itu tampaknya putus akibat pukulan yang
sangat kuat, menyisakan tunggul putih tanpa daya
sebagai ganti kaki yang dulu perkasa. Air mata
menggenangi matanya. Pusaran ranting dan dedaunan
kering menyelimuti melipat bukit saat naga itu
mendarat di semanggi manis dan melipat sayapnya.
Sang Penunggang dengan hati-hati turun dari
tunggangannya, melalui kaki kanan depan naga yang
masih untuh, lalu mendekati Eragon, kedua tangan
tertangkup di depan. Ia elf berambut perak, amat
sangat tua, sekalipun satu-satunya tanda ketuaan
hanyalah ekspresi prihatin dan sedih mendalam di
wajahnya. "Osthato Chetowa," kata Eragon. "Si
Kebijaksanaan Duka.... Sesuai permintaan Anda, aku
datang." Ia tersentak ketika teringat sopan-santun dan
menyentuh bibirnya. "Atra esterni ono thelduin."
Penunggang itu tersenyum. Ia meraih bahu Eragon dan
menariknya berdiri, menatapnya begitu rupa dengan
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
keramahan hingga Eragon tidak bisa melihat apa-apa
lagi; ia tenggelam dalam kedalaman tak berdasar di
mata elf itu. "Oromis adalah namaku yang tepat,
Eragon Shadeslayer." "Kau tahu," bisik Islanzadi
dengan ekspresi terluka yang dengan cepat berubah
menjadi badai kemurkaan. "Kau tahu tentang
keberadaan Eragon tapi tidak memberitahuku" Kenapa
kau mengkhianatiku, Shur'tugal?" Oromis melepaskan
Eragon dari tatapannya dan beralih pada Ratu. "Aku
berdiam diri karena tidak yakin apakah Eragon atau
Arya akan hidup cukup lama untuk datang kemari; aku
tidak ingin memberimu harapan rapuh yang mungkin
bisa hancur setiap saat." Islanzadi berputar, jubah
bulu angsanya mengembang seperti sayap. "Kau tidak
berhak menyembunyikan informasi seperti itu dariku!
Aku bisa mengirim pejuang untuk melindungi Arya,
Eragon, dan Saphira di Farthen Dur dan mengawal
kedatangan mereka kemari dengan selamat." Oromis
tersenyum sedih. "Aku tidak menyembunyikan apa pun
darimu, Islanzadi, hanya apa yang kauputuskan
sendiri untuk tidak melihatnya. Kalau kau men-scry
daratan ini, yang merupakan kewajibanmu, kau pasti
tahu sumber kekacauan yang melanda Alagaesia dan
kebenaran tentang Arya dan Eragon. Bahwa kau
melupakan kaum Varden dan para kurcaci dalam
kedukaanmu masih bisa dipahami, tapi Brom" Vinr
Alfakyn" Teman Elf terakhir" Kau membutakan diri
terhadap dan bersantai di singgasanamu. Aku tidak
bisa mengambil resiko semakin menjauhkan dirimu
dengan menghadapkanmu pada kehilangan yang lain."
Kemarahan Islanzadi mereda, menyebabkan wajahnya
pucat dan bahunya merosot. "Aku yang salah,"
bisiknya. Awan udara yang panas dan lembap
mendesak Eragon saat naga emas itu membungkuk
untuk mengamatinya derigan mata yang berkilau dan
berbinar. Kita bertemu dengan baik, Eragon
Shadeslayer. Namaku Glaedr Suara naga jantan
itu--karena jelas ia jantan menggemuruh dan men
Bidadari Pendekar Naga Sakti
gguncang seluruh benak Eragon, seperti gemuruh
longsor di pegunungan. Eragon hanya bisa menyentuh
bibir dan berkata, "Aku merasa tersanjung." Lalu
Glaedr mengalihkan perhatian pada Saphira. Saphira
tidak bergerak sedikit pun, lehernya melengkung kaku
sementara Glaedr mengendus pipinya dan sepanjang
garis sayapnya. Eragon melihat otot-otot kaki Saphira
yang menegang gemetar tanpa sebab. Baumu mirip
manusia, kata Glaedr, dan semua yang kauketahui
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tentang rasmu sendiri hanya yang diajarkan nalurimu
padaku, tapi kau memiliki hati naga sejati. Selama
percakapan tanpa suara ini, Orik memperkenalkan diri
pada Oromis. "Sejujurnya saja, ini lebih daripada
yang berani kuharapkan. Kau kejutan yang
menyenangkan di masa yang gelap ini, Penunggang."
Ia menyatukan tinju di atas jantungnya. Kalau tidak
terlalu memberatkanmu, aku ingin meminta berkat atas
nama raja dan klanku, sesuai kebudayaan kami." a
Oromis mengangguk. "Dan aku akan memberikannya
selama aku bisa." "Kalau begitu katakan: Kenapa kau
bersembunyi bertahun-tahun ini" Kau sangat
dibutuhkan, Argetlam! "Ah," kata Oromis. "Banyak
penderitaan di dunia ini, salah satu yang terbesar
adalah ketidakmampuan menolong mereka yang
menderita. Aku tidak berani mengambil meninggalkan
tempat perlindungan ini, karena kalau aku tewas
sebelum salah satu telor Galbatorix menetas, maka
tidak akan ada seorang pun yang bisa meneruskan
rahasia kami kepada penunggang baru, dan dengan
begitu akan lebih sulit lagi mengalahkan Galbatorix.
"Itu alasanmu?" sembur Orik. "Itu kata-kata pengecut!
Telurnya mungkin tidak akan pernah menetas." Semua
orang membisu, yang terdengar hanya geraman samar
dari sela gigi-gigi Glaedr. "Kalau kau bukan tamuku di
sini," kata Islanzadi, "aku sendiri yang akan
menghajarmu untuk penghinaan itu. Oromis
membentangkan tangan. "Nay, aku tidak tersinggung.
Itu reaksi yang tepat. Pahamilah, Orik, bahwa Glaedr
dan aku tidak bisa bertempur. Glaedr cacat, dan aku,"
ia menyentuh sisi kepalanya, "aku juga cacat. Ada
yang dihancurkan kaum Terkutuk dalam diriku sewaktu
mereka menangkapku, dan sekalipun masih bisa
mengajar dan belajar, aku tak lagi bisa mengendalikan
sihir, kecuali mantra-mantra terkecil. Aku tidak bisa
mengendalikan kekuatan, tidak peduli seberapa keras
aku berusaha. Aku lebih buruk daripada tidak berguna


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam pertempuran, aku akan menjadi kelemahan dan
ancaman, yang bisa ditangkap dengan mudah dan
digunakan untuk membahayakan kalian. Jadi aku
menyingkir dari pengaruh Galbatorix demi keuntungan
banyak orang, sekalipun aku ingin sekali
menantangnya secara terbuka." "Si Cacat yang Utuh,"
gumam Eragon. "Maafkan aku," kata Orik. Ia tampak
seperti tercekik. "Tidak penting." Oromis meletakkan
tangan di bahu Eragon. "Islanzadi Drottning, dengan
seizinmu?" Pergilah," kata Islanzadi lelah. "Pergilah
dan selesaikan tugasmu." Glaedr berlutut rendah ke
tanah, dan Oromis dengan lincah memanjat kaki naga
itu dan naik ke pelana di punggungnya. "Ayo, Eragon
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan Saphira. Banyak yang harus kita bicarakan." Naga
emas itu melompat dari tebing dan terbang
berputar-putar di atas kepala, membubung mengikuti
arus udara naik. dan Orik berpelukan dengan khidmat.
"Jaga kehormatan klanmu, kata si kurcaci. Saat
Eragon naik ke punggung Saphira, ia merasa seperti
akan menempuh perjalanan jauh dan seharusnya
mengucapkan selamat tinggal pada mereka yang
ditinggalkannya. Tapi ia hanya memandang Arya dan
tersenyum, membiarkan keheranan dan sukacitanya
terlihat. Arya setengah mengerutkan kening, tampak
risau, tapi lalu Eragon lenyap, melayang ke langit
karena Saphira yang terbang penuh semangat.
Bersama-sama kedua naga itu menyusuri tebing putih
ke utara sejauh beberapa mil, hanya ditemani suara
kepakan sayap mereka. Saphira terbang mendahului
Glaedr. Antusiasmenya menggelegak memasuki benak
Eragon, membangkitkan emosinya sendiri. Mereka
mendarat di tempat terbuka lainnya di tepi tebing,
tepat sebelum dinding yang terdiri atas batu telanjang
itu menurun kembali ke bumi. Jalan setapak
memanjang dari tepi tebing ke ambang pintu gubuk
rendah yang berdiri di antara batang empat pohon,
sala Bidadari Pendekar Naga Sakti
h satunya tumbuh di atas sungai yang muncul dari
dalam hutan. Glaedr tidak akan muat di dalamnya;
gubuk itu bisa muat dengan mudah di sela
rusuk-rusuknya. "Selamat datang di rumahku," kata
Oromis sambil turun ke tanah dengan kelincahan yang
tidak biasa. "Aku tinggal di sini, di tepi Tebing
Tel'naeir, karena tempat ini memberiku kesempatan
untuk berpikir dan belajar dengan damai. Benakku
bekerja lebih baik kalau jauh dari Ellesmera dan
orang-orang lain yang mengalihkan perhatian." Ia
menghilang ke dalam gubuk, lalu kembali membawa
dua guci dan gelas berisi air dingin bening bagi
dirinya sendiri dan Eragon. Eragon menghirup
minumannya dan mengapmi pemandangan luas Du
Weldenvarden sambil berusaha menyembunyikan
keterpesonaan dan kegugupannya saat menunggu elf
itu bicara. Aku bersama Penunggang lain! Di
sampingnya, Saphira berjongkok dengan pandangan
terpaku pada Glaed menginjak-injak perlahan tanah di
sela cakar-cakarnya. Jeda dalam percakapan mereka
membentang semakin panjang. Sepuluh menit
berlalu... setengah jam... lalu satu jam. Akhirnya
Eragon mulai menghitung waktu yang berlalu
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berdasarkan pergerakan matahari. Mula-mula
benaknya dipenuhi pertanyaan dan pikiran, tapi
akhirnya pertanyaan dan pikiran itu mereda menjadi
penerimaan yang tenang. mengamati hari. Baru pada
saat itulah Oromis berkata, "Kau sudah belajar nilai
kesabaran dengan baik. Itu bagus." Eragon
membutuhkan waktu sejenak untuk bisa bersuara.
"Kau ddak bisa memburu rusa kalau tergesa-gesa."
Oromis menurunkan gelasnya. "Benar juga. Coba
kulihat tanganmu. Menurut pengalamanku, tangan bisa
bercerita banyak mengenai orangnya." Eragon
menanggalkan sarung tangan dan membiarkan elf itu
mencengkeram pergelangannya dengan jemari yang
kurus kering. Ia memeriksa kapalan Eragon, lalu
berkata, "Perbaiki kalau pendapatku salah. Kau lebih
sering menggunakan sabit dan bajak daripada pedang,
sekalipun kau terbiasa menggunakan busur." "Aye."
"Dan kau jarang menulis atau menggambar, mungkin
malah tidak pernah." "Brom mengajariku menulis
huruf di Teirm." "Mmm. Selain alat-alat pilihanmu,
tampaknya jelas kau ceroboh dan tidak memerhatikan
keselamatanmu sendiri." "Apa yang menyebabkan
Anda mengatakan begitu, Oromiselda?" tanya Eragon,
menggunakan panggilan penghormatan tertinggi yang
bisa dipikirkannya. "Bukan elda," kata Oromis. "Kau
boleh memanggilku master dalam bahasa ini atau
ebrithil dalam bahasa kuno, lainnya tidak. Kau juga
akan memanggil Glaedr begitu. Kami guru kalian;
kalian murid kami; dan kalian akan bersikap dengan
Penghormatan dan kesopanan yang selayaknya."
Oromis berbicara lembut, tapi dengan kewenangan
orang yang mengharapkan kepatuhan mutlak. "Ya,
Master Oromis." Kau juga, Saphira." Eragon bisa
melihat betapa sulitnya bagi Saphira untuk
merendahkan diri dan mengatakan, Ya, Master.
Oromis mengangguk. "Nah. Siapa pun yang memiliki
kuman bekas luka seperti ini entah sial setengah
mati, berkelahi seperti orang berkelah seperti orang
sinting, atau sengaja memburu bahaya. Kau berkelahi
seperti orang sinting?" "Tidak." "Dan kau juga tidak
tampak sial; justru sebaliknya. Dengan begitu hanya
tersisa satu penjelasan. Atau kau memiliki dapat yang
berbeda?" Eragon mengingat-ingat pengalamannya di
rumah dan di jalan, berusaha menggolongkan
kelakuannya. "Menurutku, begitu aku mengabdikan diri
untuk tugas atau jalan tertentu, aku akan berusaha
menyelesaikannya, tidak peduli akibatnya & terutama
kalau orang yang kusayangi terancam bahaya."
Tatapannya beralih ke Saphira sejenak. "Dan kau
menerima tugas-tugas yang menantang?" "Aku senang
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendapat tantangan." "Jadi kau merasakan kebutuhan
untuk mengadu diri dengan lawan untuk menguji
kemampuan." "Aku senang mengatasi tantangan, tapi
aku telah menghadapi cukup banyak kekerasan untuk
tahu bahwa aku bodoh kalau mempersulit keadaan
yang sudah sulit. Aku hanya bisa berusaha
menerimanya." "Tapi kau memilih mengejar Ra'zac
walau lebih mudah bagimu untuk tetap tinggal di
Lembah Palancar. Dan kau datang kemari." "Itu
tindakan yang benar... Master." Selama beberapa
menit, tidak ada yang bicara. Eragon berusaha m
Bidadari Pendekar Naga Sakti
enebak pemikiran elf itu, tapi tidak bisa mendapatkan
informasi apa pun dari wajahnya yang bagai topeng.
Akhimya Oromis bergerak. "Apa kau pernah diberi
benda tertentu di Tarnag, Eragon" Perhiasan, baju
besi, atau bahkan koin?" "Aye." Eragon memasukkan
tangan ke balik tunik dan mengeluarkan kalung
berliontin martil perak kecil. "Gannel membuat ini
bagiku atas perintah Hrothgar, agar tidak ada yang
bisa men-scry diriku atau Saphira. Mereka takut
Galbaton" mungkin sudah mengetahui wajahku... Dari
mana Anda tahu?" "Karena," kata Oromis, "aku tidak
lagi bisa merasakan keh diranmu." "Ada yang
mencoba men-scry diriku di dekat Silthrim sekitar
seminggu yang lalu. Apakah itu Anda" Oromis
menggeleng. "Sesudah men-scry dirimu bersama Arya
pertama kalinya, aku tidak membutuhkan metode
sekasar itu untuk menemukan dirimu. Aku bisa
menjangkau benakmu dengan benakku, seperti yang
kulakukan sewaktu kau terluka di Farther Dur."
Dengan mengangkat kalung itu, ia menggumamkan
beberapa kalimat dalam bahasa kuno, lalu
melepaskannya. "Benda ini tidak mengandung mantra
lain yang bisa kudeteksi. Simpan selalu kalung ini; ini
hadiah yang sangat berharga, Ia saling menekankan
ujung jemarinya yang panjang, kuku-kukunya sebundar
dan secemerlang sisik ikan, dan menatap kaki langit
putih melalui lengkungan-lengkungan yang dibentuk
jemarinya. "Kenapa kau kemari, Eragon?" "Untuk
menyelesaikan latihanku." "Menurutmu apa yang akan
kaupelajari?" Eragon bergerak-gerak gelisah.
"Belajar lebih banyak mengenai sihir dan bertempur.
Brom tidak bisa tuntas mengajarkan segala yang
diketahuinya padaku." "Sihir, ilmu pedang, dan
keahlian-keahlian lain seperti itu pdak ada gunanya
kalau kau tak tahu cara dan kapan menggunakannya.
Ini yang akan kuajarkan padamu. Tapi, seperti yang
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditunjukkan Galbatorix, kekuatan tanpa panduan moral
merupakan kekuatan yang paling berbahaya di dunia.
Dengan begitu, tugas utamaku adalah membantu
kalian, Eragon dan Saphira, memahami prinsip-prinsip
yang membimbing kalian, agar kalian tidak mengambil
keputusan yang benar karena alasan yang salah.
Kalian harus belajar lebih banyak tentang diri kalian
sendiri, siapa kalian dan apa yang mampu kalian
lakukan. Itu sebabnya kau kemari." Kapan kita mulai"
tanya Saphira. Oromis hendak menjawab sewaktu ia
mengejang dan menjahuhkan gelas. Wajahnya memerah
dan jemarinya mengencang membentuk cakar yang
mencengkeram jubahnya. Perubahan itu menakutkan
dan seketika. Sebelum Eragon bahkan sempat
mengernyit, elf itu rileks kembali, sekalipun seluruh
tubuhnya sekarang memancarkan kelelahan. Karena
prihatin, Eragon memberanikan diri bertanya, "Anda
baik-baik saja?" Rasa geli membuat sudut bibir
Oromis terangkat. "Tidak seperti yang kuinginkan.
Kami elf menganggap diri abadi, tapi bahkan kami
tidak bisa meloloskan diri dari penyakit daging
tertentu, kemampuan sihir kami hanya mampu
menundanya. langan khawatir... ini tidak menular, tapi
aku sendiri tidak bisa menyingkirkannya." Ia
mendesah. "Aku menghabiskan waktu berpuluh-puluh
tahun untuk mengikatkan diriku pada ratusan mantra
yang kecil dan lemah, dengan saling melapisinya
menirukan efek mantra yang sekarang berada di luar
jangkauanku. Kuikat diriku dengan mantra-mantra itu
agar bisa hidup cukup lama untuk menyaksikan
kelahiran naga terakhir dan membantu membangkitkan
kembali para Penunggang dari puing-puing kesalahan
kami." "Berapa lama sebelum...." Oromis mengangkat
alisnya yang tajam. "Berapa lama sebelum aku tewas"
Kita memiliki waktu, tapi sangat sedikit dan sangat
berharga bagi dirimu atau aku, terutama kalau kaum
Varden memutuskan meminta bantuanmu.
Akibatnya--untuk menjawab pertanyaanmu,
Saphira--kita akan memulai latihanmu secepatnya, dan
kita akan berlatih lebih cepat daripada yang pernah
atau yang akan pernah dilakukan Penunggang mana
pun, karena aku harus mengemas pengetahuan
berpuluh-puluh tahun menjadi beberapa bulan dan
minggu." "Anda tahu," kata Eragon, bersusah payah
mengatasi perasaan malu yang menyebabkan pipinya
membara, "tentang... cacatku sendiri." Ia
mengucapkan kata cacat dengan berat, membencinya.
"Aku sama cacatnya se
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Lahirnya Sang Pendekar m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
perti diri Anda." Simpati melunakkan tatapan Oromis,
sekalipun suarama tegas. "Eragon, kau hanya cacat
kalau menganggap dirimu cacat. Aku mengerti
perasaanmu, tapi kau harus tetap optimis karena
pandangan negatif lebih menghalangi daripada luka
fisik apa pun. Aku berbicara berdasarkan pengalaman
pribadi Mengasihani diri sendiri tidak ada gunanya
bagimu atau Saphira. Aku dan para perapal mantra
lain akan mempelajari penyakitmu untuk mencari tahu
apakah kita bisa menentukan cara menyingkirkannya,
tapi sementara itu, latihanmu akan berjalan seakan
tidak ada apa-apa." Perut Eragon terasa melilit dan
ia merasa akan muntah memikirkan implikasinya.
Oromis tidak mungkin akan memaksaku menjalani
siksaan itu lagi! "Sakitnya tidak tertahankan," katanya
panik. "Aku bisa mati karenanya. Aku--" "Tidak,
Eragon. Penyakit itu tidak memmbunuhmu. Itu yang
aku tahu tentang kutukanmu. Tapi kita berdua memiliki
kewajiban masing-masing; kau pada kaum Varden, dan
aku padamu. Kita tidak bisa melupakannya karena
kesakitan semata. Resikonya terlalu besar, dan kita
tidak boleh gagal." Eragon hanya bisa menggeleng
saat panik mengancam akan menguasai dirinya. Ia
mencoba mengingkari kata-kata Oromis, tapi
kebenaran kata-kata itu tidak terelakkan. "Eragon.
Kau harus menerima beban ini dengan bebas. Apakah
tidak ada seseorang atau sesuatu yang membuatmu
bersedia mengorbankan diri untuknya" Pikiran
pertama Eragon adalah Saphira, tapi ia tidak
melakukan ini untuk naga itu. Juga bukan untuk
Nasuada. Bahkan bukan untuk Arya. Kalau begitu apa
yang mendorongnya" Sewaktu ia mengucapkan sumpah
setia pada Nasuada, ia melakukannya demi kebaikan
Roran dan orang-orang lain yang terjebak dalam


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Kekaisaran. Tapi apakah mereka cukup berarti baginya
untuk menjalani siksaan ini" Ya, ia memutuskan. Ya,
benar, karena aku satu-satunya yang memiliki
kesempatan membantu mereka, dan karena aku tidak
akan bebas dari bayang-bayang Galbatoix sebelum
mereka bebas juga. Dan karena inilah satu-satunya
tujuan dalam hidupku. Apa lagi yang akan kulakukan"
Ia menggigil sewaktu mengucapkan kata-kata yang
menakutkan itu, "Kuterima demi mereka yang kubela:
penduduk Alagaesia--dari semua ras--yang menderita
di bawah kebrutalan Galbatorix. Tidak peduli sakitnya,
aku bersumpah akan belajar lebih keras daripada
murid mana pun yang pernah Anda miliki." Oromis
mengangguk suram. "Aku tidak meminta kurang dari
itu. Ia memandang Glaedr sejenak, lalu berkata,
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"Berdirilah dan tanggalkan tunikmu. Coba kulihat kau
ini terbuat dari apa." Tunggu, kata Saphira. Apa
Brom mengetahui keberadaan Anda di sini, Master"
Eragon diam sejenak, tersentak oleh kemungkinan itu.
"Tentu saja," kata Oromis. "Ia muridku sewaktu masih
anak-anak di Ilirea. Aku senang kau memakamkannya
dengan layak, karena ia menjalani hidup yang keras
dan hanya sedikit yang pernah menunjukkan kebaikan
padanya. Kuharap ia menemukan kedamaian sebelum
memasuki kehampaan." Eragon perlahan-lahan
mengerutkan kening. "Apakah Anda juga mengenal
Morzan?" "Ia muridku sebelum Brom." "Dan
Galbatorix?" "Aku salah seorang Tetua yang menolak
memberinya naga lain sesudah naga pertamanya
terbunuh, tapi tidak, aku tidak pernah mendapat
kesialan mendidik dirinya. Ia memastikan untuk
memburu dan membunuh sendiri setiap pelatihnya."
Eragon ingin bertanya lebih jauh, tapi ia tahu lebih
baik menunggu, jadi ia berdiri dan membuka ikatan
teratas tuniknya. Tampaknya, katanya pada Saphira,
kita tidak akan pernah mengetahui seluruh rahasia
Brom. Ia menggigil saat menanggalkan tunik di udara
sejuk, lalu menegakkan bahu dan dadanya. Oromis
mengelilinginya, berhenti sambil berseru terkejut
sewaktu melihat bekas luka yang melintang di
punggung Eragon. "Apakah Arya atau salah seorang
tabib kaum Varden tidak menawarkan untuk
menyingkirkan bekas luka ini" Kau seharusnya tidak
menyandangnya." "Arya menawarkan, tapi...." Eragon
terdiam, tidak mampu menyampaikan perasaannya.
Akhirnya, ia hanya berkata, "Ini bagian dari diriku
sekarang, sama seperti bekas luka Murtagh merupakan
bagian dari dirinya." "Bekas luka Murtagh?"
"Murtagh memiliki bekas luka yang mirip.
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Bekas luka itu terjadi sewaktu ayahnya, Morzan,
melemparkan Zar'roc kepadanya sewaktu ia masih
anak-anak." Oromis lama menatapnya serius sebelum
mengangguk dan melanjutkan. "Kau cukup berotot, dan
kau lebih seimbang daripada sebagian besar pengguna
pedang. Apa kau bisa menggunakan kedua tanganmu
sama baiknya?" "Tidak juga, tapi aku terpaksa
belajar bertempur dengan tangan kiri sesudah
pergelangan tanganku patah di dekat Teirm." "Bagus.
Dengan begitu menghemat waktu. Genggam tanganmu
di punggung dan angkat setinggi mungkin." Eragon
mematuhi perintahnya, tapi postur itu menyakiti
bahunya dan ia nyaris tidak bisa mempertemukan
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tangannya. "Sekarang membungkuklah dengan lutut
tetap lurus. Cobalah menyentuh tanah." Ini bahkan
lebih sulit lagi bagi Eragon; ia akhirnya membungkuk
seperti orang bungkuk, dengan kedua lengan terkulai
tak berguna di dekat kepalanya sementara otot
pahanya terasa sakit dan terbakar. Jemarinya masih
sekitar sembilan tau sepuluh inci dari tanah.
"Setidaknya kau bisa meregang menyakiti dirimu
sendiri. Tadinya aku tidak berani berharap begitu.
Kau bisa melakukan beberapa latihan keluwesan tanpa
terlalu memaksa diri. Ya." Lalu Oromis berbicara
pada Saphira, "Aku juga ingin tahu kemampuanmu,
naga." Ia memerintahkan sejumlah pose rumit yang
menyebabkan Saphira terpaksa menggerakkan setiap
otot di sekujur tubuhnya dengan cara-cara yang
fantastis, mencapai puncaknya dengan serangkaian
akrobatik udara yang belum pernah dilihat Eragon.
Hanya beberapa perintah yang melebihi kemampuan
Saphira, seperti terbang berputar balik ke belakang
sambil berpilin. Sesudah Saphira mendarat, Glaedr
yang berkata, Aku takut kita telah memanjakan para
Penunggang. Kalau bayi kami yang baru lahir dipaksa
menjaga diri sendiri di alam liar--seperti dirimu,
begitu pula para leluhur kita--mungkin mereka akan
menguasai keahlian seperti dirimu. "Tidak," kata
Oromis, "bahkan kalau Saphira dibesarkan di
Vroengard menggunakan metode yang ada, ia tetap
penerbang yang luar biasa. Aku jarang melihat naga
yang lebih alamiah di langit." Saphira mengerjapkan
mata, lalu mengibaskan sayap dan menyibukkan diri
membersihkan salah satu cakarnya, begitu rupa
hingga kepalanya tidak terlihat. "Kau masih bisa
mengembangkan diri, juga kita semua, tapi sedikit,
sangat sedikit." Si elf kembali duduk, punggungnya
tegak. Selama lima jam berikutnya, berdasarkan
perhitungan Eragon, Oromis memeriksa setiap aspek
pengetahuannya dan pengetahuan Saphira, dari botani
hingga pertukangan sampai metalurgi dan
obat-obatan, sekalipun ia lebih memusatkan perhatian
pemahaman mereka tentang sejarah dan bahasa kuno.
Wawancara itu menghibur Eragon, karena
mengingatkannya pada cara Brom menanyai dirinya
selama perjalanan panjang mereka ke Teirm dan
Dras-Leona. Sewaktu mereka berhenti untuk makan
siang, Oromis mengundang Wagon ke dalam rumahnya,
meninggalkan dua naga itu. Kamar si Elf kosong,
hanya ada beberapa barang yang diperlukan untuk
makanan, kebersihan, dan kehidupan intelektual. Dua
dindingnya dipenuhi lubang-lubang kecil berisi
ratusan naskah. Di samping meja tergantung sarung
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pedang emas--warnanya sama dengan sisik
Glaedr--dan pedang yang serasi dengan bilah
berwarna kekuningan cerah. Di sisi dalam pintu, di
tengah-tengah kayunya, terdapat panel pipih sehasta
tingginya dan dua hasta lebarnya, Di sana terdapat
gambar kota menjulang yang indah dan dibangun
menempel pada tebing tinggi serta disirami cahaya
bulan terbit. Wajah bulan yang bolong-bolong dibelah
kaki langit dan tampak seperti duduk di tanah bagai
kubah kotor yang sama besarnya dengan pegunungan.
Gambar itu begitu jelas dan detailnya sempurna,
hingga Eragon mula-mula menganggapnya jendela
ajaib; baru sesudah melihat bahwa gambar itu tidak
bergerak, ia bisa menerimanya sebagai karya seni.
"Di mana ini?" tanyanya. Wajah Oromis menegang
sejenak. "Sebaiknya kau hafal pemandangan alam itu,
Eragon, karena di sanalah terletak inti
penderitaanmu. Yang kau lihat itu dulu adalah kota
Ilirea kami. Kota itu dibakar dan ditinggalkan selama
Du Fyrn Skulblaka dan menjadi ibukota Kerajaan
Broddring, dan sekarang ada
Bidadari Pendekar Naga Sakti
lah kota hitam Uru baen. Kubuat fairth itu pada malam
aku dan yang lain terpaksa melarikan diri dari rumah
kami sebelum Galbatorix tiba." "Kau yang melukis...
fairth ini?" "Tidak, tidak ada yang seperti itu. Fairth
adalah gambaran yang dibuat dengan sihir di atas
permukaan pelat persegi mengilap yang disiapkan
sebelumnya dengan berlapis-lapis pigmen.
Pemandangan di pintu itu tepat seperti Ilirea yank
kulihat saat aku mengucapkan mantraku." "Dan," kata
Eragon, tidak mampu menghentikan aliran pertanyaan,
"apa itu Kerajaan Broddring?" Mata Oromis
membelalak kecewa. "Kau tidak tahu?" Eragon
mengangguk. "Bagaimana kau bisa tidak tahu"
Mengingat situasimu dan ketakutan terhadap
Galbatorix yang menguasai rakyatmu, aku mungkin
memahami bahwa kau dibesarkan dalam kegelapan,
tidak tahu sejarahmu sendiri. Tap, aku tidak bisa
memuji Brom karena sesantai itu soal instruksinmu,
juga mengabaikan subjek yang diketahui elf dan
kurcaci termuda sekalipun. Anak-anak kaum
Varden-mu bisa bercerita lebih banyak padaku tentang
masa lalu." "Brom lebih memikirkan usaha
mempertahankan nyawaku daripada mengajariku
tentang orang-orang yang sudah mati," tegur Eragon.
Komentar ini menyebabkan Oromis terdiam. Akhirnya
ia berkata, "Maafkan aku. Aku tidak bermaksud
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
merendahkan penilaian Brom, hanya saja aku sangat
tidak sabar; kita memiliki begitu sedikit waktu, dan
setiap hal baru yang harus kaupelajari mengurangi
apa yang bisa kaukuasai selama masa latihanmu di
sini." Ia membuka serangkaian laci yang tersembunyi
dalam dinding melengkung dan mengeluarkan roti
gulung dan bermangkuk-mangkuk buah, yang
dijajarkannya di meja. Ia berhenti sejenak di depan
makanan itu dengan mata terpejam sebelum mulai
makan. "Kerajaan Brodding adalah negara manusia
sebelum kejatuhan para Penunggang. Sesudah
Galbatorix membunuh Vrael, ia terbang ke Ilirea
bersama para Terkutuk dan menjatuhkan Raja
Angrenost, mengambil alih takhta dan jabatannya bagi
dirinya sendiri. Kerajaan Broddring kemudian menjadi
inti penaklukan Galbatorix. Ia menambahkan
Vroengard dan tanah-tanah lain di timur dan selatan
kekuasaannya, menCiptakan kekaisaran yang kau
kenal. Secara teknis, Kerajaan Broddring masih ada,
sekalipun saat ini kurasa kerajaan itu tidak lebih dari
sekadar nama." Takut menyinggung elf itu dengan
pertanyaan lebih jauh, Eragon memusatkan perhatian
pada makanannya. Tapi wajahnya pasti mengkhianati
dirinya, karena Oromis berkata, "Kau mengingatkanku
pada Brom sewaktu memilihnya jadi muridku. Ia lebih
muda daripada kau, baru sepuluh tahun, tapi rasa
tahunya sama besarnya. Sepanjang tahun aku tidak
pernah berhenti mendengarnya bertanya bagaimana,
apa, kapan, dan, di atas semua itu, kenapa. Jangan
malu menanyakan apa yang ada dalam hatiu,"
"Banyak Yang ingin kuketahui," bisik Eragon. "Siapa
Anda" Dari mana Anda berasal"... Dari mana Brom
berasal" Bagaimana tampang Morzan" Bagaimana,
apa, kapan, kenapa" Dan aku ingin tahu segala
sesuatu tentang Vroengard dan para Penunggang.
Mungkin sesudah itu jalanku sendiri akan menjadi
lebih jelas." Kebisuan menyelimuti mereka berdua
sementara Oromis dengan hati-hati membelah
blackberry, mengeruk sebagian demi sebagian.
Sewaktu potongan terakhir menghilang di sela
bibirnya yang merah, ia menggosok-gosokkan telapak
tangan tangannya--"memoles telapaknya", seperti
yang biasa dikatakan Garrow--dan berkata,
"Ketahuilah ini tentang diriku, kalau begitu; Aku
dilahirkan beberapa abad yang lalu di kota kami
Luthivira, yang berada di hutan dekat Danau
Tiidosten. Pada usia dua puluh tahun, seperti semua
anak elf, aku dihadapkan pada telur-telur yang
diberikan para naga kepada Penunggang, dan Glaedr
menetas bagiku. Kami dilatih sebagai Penunggang,
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan selama hampir seabad, kami menjelajahi dunia
bersama-sama, memenuhi keinginan Vrael. Akhirnya,
tiba hari kami dianggap selayaknya pensiun dan
mengalihkan pengalaman kami kepada generasi
berikutnya, jadi kami menetap di Ilirea dan mengajar
Penunggang baru, satu atau dua orang setiap kalinya,
hingga Galbatorix menghancurkan kami." "Dan Brom?"
"Brom berasal dari keluarga guru di Kuasta. Ibunya
bernama Neld Bidadari Pendekar Naga Sakti
a dan ayahnya bernama Holcomb. Kuasta begitu
terisolir dari bagian lain Alagaesia karena Spine,
hingga menjadi tempat yang ganjil, penuh budaya
aneh dan takhayul. Sewaktu masih baru di Ilirea, Brom
mengetuk ambang pintu tiga kali sebelum masuk atau
keluar ruangan. Para murid manusia menggodanya
karena kebiasaan itu hingga ia berhenti
melakukannya, juga beberapa kebiasaan lain.
"Morzan adalah kegagalan terbesarku. Brom
mengidolakan dirinya. Ia tidak pernah beranjak dari
sisi Morzan, tidak pernah menentangnya, dan tidak
pernah percaya bisa mengalahkan Morzan dalam
kegiatan apa pun. Morzan, aku malu
mengakuinya--karena aku sebenarnya bisa
menghentikan--menyadari hal ini dan memanfaatkan
pemujaan Brom hingga ratusan cara. Ia menjadi begitu
sombong dan kejam hingga aku mempertimbangkan
untuk memisahkan dirinya dari Brom. Tapi sebelum
aku sempat melakukannya, Morzan membantu
Galbatorix mencuri naga yang baru menetas, Shruikan,
untuk menggantikan naga Galbatorix yang hilang,
membunuh Penunggang asli naga itu ketika
melakukannya. Morzan dan Galbatorix lalu melarikan
diri bersama-sama, memastikan kehancuran kami.


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tidak bisa membayangkan sedikit pun pengaruh
pengetahuan Morzan pada Brom hingga kau memahami
dalamnya perasaanku Brom padanya. Dan sewaktu
Galbatorix akhirnya menampakkan diri dan para
Terkutuk membunuh naga, Brom memusatkan seluruh
kemarahan dan penderitaannya pada orang yang
menurutnya bertanggung jawab atas kehancuran
dunianya: Morzan." Oromis diam sejenak, wajahnya
sedih. "Kau tahu kenapa kehilangan nagamu, atau
sebaliknya, biasanya membunuh yang selamat?" "Bisa
kubayangkan," kata Eragon. Ia gemetar memikirkan
hal itu. "Sakitnya cukup mengejutkan--sekalipun tidak
selalu menjadi faktor penentunya--tapi yang
benar-benar merusak adalah perasaan bahwa sebagian
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari benakmu, sebagian dari identitasmu, tewas.
Sewaktu Brom mengalaminya, aku sempat khawatir ia
akan jadi sinting. Sesudah aku tertangkap dan bisa
melarikan diri, kubawa ia ke Ellesmera demi
keselamatannya, tapi ia menolak tinggal, malah
berbaris bersama pasukan kami ke dataran Ilirea,
tempat Raja Evandar terbunuh. "Kebingungan yang
berlangsung kemudian tidak bisa dijabarkan.
Galbatorix sibuk mengkonsolidasi kekuatannya, para
kurcaci mengundurkan diri, kawasan barat laut
merupakan medan peperangan sementara manusia
memberontak dan berjuang membentuk Surda, dan
kami baru saja kehilangan raja kami. Didorong
keinginan membalas dendam, Brom berusaha
memanfaatkan kekacauan ini. Ia mengumpulkan banyak
orang yang dibuang membebaskan beberapa yang
ditawan, dan bersama mereka membentuk Varden. Ia
memimpin mereka selama beberapa tahun, lalu
menyerahkan posisinya pada orang lain agar ia bisa
melakukan niat sejatinya, yaitu meruntuhkan Morzan.
Brom sendiri membunuh tiga kaum Terkutuk, termasuk
Morzan, dan ia bertanggung jawab atas kematian lima
Terkutuk lain. Ia jarang merasa bahagia sepanjang
hidupnya, tapi ia Penunggang dan orang yang baik,
dan aku merasa tersanjung bisa mengenalnya." "Aku
tidak pernah mendengar namanya disinggung-singgung
sehubungan dengan kematian para Terkutuk," kata
Eragon memprotes. "Galbatorix tidak ingin
menyebarluaskan fakta bahwa ada Penunggang yang
masih hidup dan mampu mengalahkan para
pelayannya. Sebagian besar kekuasaannya berasal
dari penampilannya yang seakan tidak terkalahkan."
Sekali lagi Eragon terpaksa merevisi pandangannya
tentang Brom, dari anggapan pertamanya bahwa pria
tua itu sekadar pendongeng desa, menjadi pejuang
dan penyihir yang bersamanya melakukan perjalanan,
hingga Penunggang--jati dirinya yang sebenarnya yang
akhirnya terungkap, dan sekarang sebagai jagoan,
pemimpin revolusi, dan pembunuh. Sulit memadukan
semua peran itu. Rasanya seolah aku nyaris tidak
mengenalnya. Kalau saja kami mendapat kesempatan
untuk membicarakan semua in: setidaknya sekali saja.
"Ia orang yang baik," Eragon menyetujui. Ia
memandang keluar salah satu jendela bulat yang
menghadap ke bibir tebing dan membiarkan
kehangatan sore mengisi ruangan. Ia memandangi
Saphira, menyadari bagaimana sikap naga itu
terhadap Glaedr, tampak malu-malu s
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ekaligus menggoda. Satu saat Saphira berputar
mengamati lapangan, lalu ia mengebaskan sayap dan
bergeser mendekati naga yang lebih besar itu, sambil
menggoyang-goyang kepala, ujung ekornya
tersentak-sentak seakan ia hendak menerkam rusa. Ia
memperingatkan Eragon pada anak kucing yang
berusaha membujuk kucing jalanan tua agar mau
bermain dengannya, hanya saja Glaedr tetap pasif
selama Saphira berusaha. Saphira, kata Eragon.
Saphira bereaksi dengan pikiran yang samar dan
terpecah, nyaris tidak mengakui kehadiran Eragon.
Saphira, jawab aku. Apa" Aku tahu kau bersemangat,
tapi jangan permalukan dirimu. Kau sendiri sering
mempermalukan dirimu sendiri. Sergah naga itu.
Jawaban Saphira begitu tidak terduga hingga Eragon
tetegun karenanya. Komentar kasar seperti itu biasa
diucapkan manusia, tapi Eragon tidak menduga akan
mendengarnya dari Saphira. Dengan susah payah ia
akhirnya berkata, Itu tidak akan memperbaiki
keadaan. Saphira mendengus dan menutup benaknya
dari Eragon, sekalipun Eragon masih bisa merasakan
keterkaitan emosi di antara mereka. Eragon kembali
ke dirinya sendiri dan mendapati mata kelabu Oromis
menatapnya tajam. Tatapan elf itu begitu perseptif
hingga Eragon yakin Oromis memahami apa yang telah
terjadi. Eragon memaksa dirinya tersenyum dan
memberi isyarat ke arah Saphira. "Sekalipun kami
berkaitan, aku tidak pernah bisa memperkirakan apa
yang akan dilakukannya. Semakin banyak yang
kupelajari tentang dirinya, semakin kusadari betapa
berbedanya kami." Lalu Oromis melontarkan
pernyataan pertama yang menurut Eragon benar-benar
bijak: "Mereka yang kita sayangi sering kali yang
paling asing bagi kita." Elf itu diam sejenak. "Saphira
masih sangat muda, seperti dirimu. Glaedr dan aku
membutuhkan waktu berpuluh-puluh tahun sebelum
kami saling memahami sepenuhnya. Ikatan
Penunggang dengan naganya sama seperti hubungan
mana pun--terus membutuhkan kerja keras. Kau
memercayainya?" "Dengan nyawaku." "Dan apakah ia
memercayaimu?" "Ya." "Kalau begitu turutilah dia.
Kau dibesarkan sebagai yatim piatu. Ia dibesarkan
dengan keyakinan bahwa dirinya individu waras
terakhir dalam seluruh rasnya. Dan sekarang
keyakinannya itu terbukti keliru. Jangan terkejut
kalau ia membutuhkan waktu beberapa bulan untuk
berhenti mengusik Glaedr dan kembali memerhatikan
dirimu." Eragon memutar-mutar sebutir blueberry
dengan ibu jari dan telunjuknya; selera makannya
lenyap. "Kenapa elf tidak makan daging" Kenapa kami
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
harus makan daging?" Oromis mengacungkan sebutir
stroberi dan memutarnya hingga cahaya memantul dari
kulitnya yang berceruk dan menerangi bulu-bulu halus
hingga memenuhi buah itu. "Segala yang kami
butuhkan atau inginkan, kami nyanyikan dari tanaman.
termasuk makanan. Menyiksa hewan agar kami
memiliki tambahan hidangan merupakan tindakan
biadab... Kau akan memahami pilihan kami tidak lama
lagi." Eragon mengerutkan kening. Ia selalu makan
daging dan tidak ingin hidup dari buah dan sayuran
semata se lama di Ellesmera. "Anda tidak merindukan
rasanya?" "Kau tidak bisa merindukan apa yang tidak
pernah kau rasakan." "Tapi bagaimana dengan
Glaedr" Ia tidak bisa hidup dari rumput." "Ya, tapi ia
juga tidak menimbulkan kesakitan yang tidak perlu.
Kami masing-masing berusaha sebaik-baiknya dengan
apa yang kami miliki. Kau tidak bisa memilih
dilahirkan sebagai siapa atau apa." "Dan Islanzadi"
Jubahnya terbuat dari bulu angsa." "Bulu yang
tanggal dengan sendirinya dan dikumpulkan selama
bertahun-tahun. Tidak ada burung yang dibunuh untuk
dijadikan pakaiannya." Mereka menyelesaikan makan,
dan Eragon membantu Oromis membersihkan
piring-piring dengan pasir. Sambil menumpuk
piring-piring di laci, elf itu bertanya, "Apa kau mandi
tadi pagi?" Pertanyaan itu mengejutkan Eragon, tapi
ia menjawab tidak, ia belum mandi. "Kalau begitu,
tolong mandilah besok, dan setiap hari sesudahnya."
"Setiap hari! Airnya terlalu dingin. Aku bisa sakit."
Oromis menatapnya dengan pandangan aneh. "Kalau
begiwbuat airnya lebih hangat." Sekarang giliran
Eragon yang tertegun. "Aku tidak cukup kuat untuk
menghangatkan seluruh sungai dengan sihir,"
protesnya. Bidadari Pendekar Naga Sakti
Rumah menggemakan tawa Oromis. Di luar, Glaedr
mengayunkan kepala ke jendela dan menatap si elf,
lalu kembali ke posisi semula. "Kuanggap kau
memeriksa tempat tinggalmu semalam." Eragon
mengangguk. "Dan kau melihat kamar yang lantainya
berceruk?" "Kupikir itu untuk mencuci pakaian atau
linen." "Itu untuk mencuci dirimu. Ada dua moncong
tersembunyi di dinding samping di atas ceruk itu.
Buka moncong itu dan kau bisa mandi dengan air pada
suhu berapa pun. Selain itu," ia memberi isyarat ke
arah dagu Eragon, "selama kau menjadi muridku,
kuminta kau bercukur bersih sampai kau bisa
menumbuhkan janggut sepenuhnya--kalau kau
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mau--dan tidak tampak seperti pohon yang separo
daunnya gugur tertiup angin. Elf tidak bercukur, tapi
akan kucarikan pisau cukur dan cermin lalu
mengirimkannya padamu." Sambil mengernyit karena
pukulan terhadap harga dirinya itu, Eragon
menyetujui. Mereka kembali keluar, kemudian Oromis
memandang Glaedr dan naga itu berkata, Kami sudah
memutuskan kurikulum untuk Saphira dan dirimu. Si
elf berkata, "Kalian akan mulai--" --satu jam sesudah
matahari terbit besok, pada saat Lili Merah.
Kembalilah kemari pada waktu itu. "Dan bawa pelana
yang dibuatkan Brom untukmu, Saphira," lanjut
Oromis. "Kalian boleh melakukan apa saja yang kalian
inginkan sementara itu; Ellesmera menyimpan banyak
keajaiban bagi orang asing, kalau kalian mau
melihatnya." "Akan kuingat," kata Eragon, sambil
membungkuk. "Sebelum aku pergi, Master, aku ingin
berterima kasih atas bantuan Anda di Tronjheim
sesudah aku membunuh Durza. Aku ragu bisa bertahan
hidup tanpa bantuan Anda. Aku berutang budi pada
Anda." Kami berdua berutang budi, tambah Saphira.
Oromis tersenyum tipis dan menunduk sedikit.
KEHIDUPAN RAHASIA SEMUT Begitu Oromis dan
Glaedr tidak terlihat lagi, Saphira berkata, Eragon,
naga lain! Kau percaya" Eragon menepuk bahu
Saphira. Luar biasa. Tinggi di atas Du Weldenvarden,
satu-satunya tanda hutan berpenghuni hanyalah
kepulan asap tipis yang sesekali membubung dari
pucuk pohon dan segera memudar dalam udara yang
bersih. Aku tidak pernah menduga akan bertemu naga
lain, kecuali Shruikan. Mungkin menyelamatkan
telur-telur dari Galbatorix, ya, tapi hanya sampai
sebegitu harapanku. Dan sekarang ini! Saphira
menggeliat gembira di bawah Eragon. Glaedr luar
biasa, bukan" Ia begitu tua dan kuat dan
sisik-sisiknya begitu cemerlang. Ia pasti dua, tidak,
tiga kali lebih besar daripada diriku. Kau lihat
cakarnya" Cakarnya... . Saphira terus berceloteh
seperti itu selama beberapa menit memuji-muji
Glaedr. Tapi yang lebih kuat daripada kata-katanya
adalah emosi yang dirasakan Eragon bergulung-gulung
dalam naga itu: semangat dan antusiasmenya, berpadu
sebegitu rupa hingga ia hanya bisa
mengidentifikasinya sebagai pemujaan penuh
kerinduan. Eragon berusaha memberitahu Saphira
mengenai apa yang dipelajarinya dari Oromis--karena
ia tahu Saphira tidak memperhatikan--tapi ia ternyata
mustahil mengubah topik pembicaraan. Ia duduk
membisu di punggung Saphira, dunia bagai lautan
zamrud di bawah, dan merasa dirinya orang kesepian
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang pernah ada. Sekembalinya di kamar mereka,
Eragon memutuskan untuk tidak pergi melihat-lihat; ia
terlalu lelah akibat kejadian-kejadian panjang hari ini
dan perjalanan selama berminggu-minggu. Dan
Saphira tidak keberatan sekadar duduk di ranjang dan
berceloteh tentang Glaedr sementara Eragon
memeriksa misteri kamar rnandi elf. Pagi datang, dan
bersamanya datang juga bungkusan kertas kulit
bawang berisi pisau cukur dan cermin yang dijanjikan
Oromis. Pisaunya buatan elf, jadi tidak perlu diasah.
Sambil mengernyit, Eragon mula-mula mandi dengan
air panas yang mengepulkan uap, lalu mengangkat
cermin dan menatap wajahnya. Aku tampak lebih tua.
Lebih tua dan lelah. Bukan hanya itu, tapi raut
wajahnya jadi lebih tajam, menyebabkan wajahnya
mirip elang. Ia bukan elf, tapi tidak seorang pun akan
menganggap dirinya manusia tulen kalau lebih teliti
mengamatinya sekarang. Setelah ia menarik rambutnya
ke belakang, tampaklah telinganya, yang sekarang
mulai agak lancip, bukti lebih lanjut bagaimana
hubungannya dengan Saphira tel
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ah mengubah dirinya. Ia menyentuh salah satu
telinganya, membiarkan jemarinya menjelajahi bentuk
yang asing itu. Sulit baginya menerima perubahan
tubuhnya. Sekalipun ia tahu perubahan itu akan
terjadi--dan sesekali menerima prospek itu sebagai
konfirmasi terakhir bahwa dirinya
Penunggang--kenyataan menyebabkan ia bingung. Ia
tidak senang karena tidak bisa menentukan perubahan
tubuhnya, tapi pada saat yang sama ia penasaran ke
mana proses ini akan membawanya. Selain itu, ia juga
menyadari dirinya masih berkutat dalam perubahan
dirinya sendiri, menuju manusia dewasa, serta


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbagai misteri serta kesulitan yang menyertainya.
Kapan aku benar-benar tahu siapa dan apa diriku ini"
Ia menempelkan mata pisau ke pipi, seperti yang
dilihatnya dilakukan Garrow dulu, dan
menyusurkannya di kulit. Bulu berjatuhan, berjatuhan,
tapi potongannya panjang dan tidak rata. Ia
mengubah sudut mata pisau dan mencoba lagi dengan
lebih berhasil. Sewaktu tiba di dagu, mata pisaunya
terselip dari tangannya dan melukainya dari sudut
mulut ke sisi bawah rahang. Ia melolong dan
menjatuhkan pisau, memeganginya, yang mengalirkan
darah ke lehernya. Sambil menggertakkan gigi, ia
berkata, "waise heill." Sakitnya segera mereda saat
sihir menjahit kulitnya hingga menyatu kembali,
Pendekar Gagak Rimang Genta Perebutan Kekuasaan m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sekalipun jantungnya masih berdebar-debar karena
terkejut. Eragon! seru Saphira. Naga itu memaksa
memasukkan kepala dan bahunya ke kamar dan
mendorong pintu kamar mandi dengan hidung,
mengembangkan cuping hidungnya saat men cium bau
darah. Aku masih hidup, Eragon menenangkannya.
Saphira menatap air yang kemerahan. Hati-hatilah.
Aku lebih suka kau sekumuh rusa daripada kau
memenggal dirimu sendiri demi cukuran yang licin.
Aku juga. Pergilah, aku baik-baik saja. Saphira
mendengus dan mundur dengan enggan. Eragon
duduk, memelototi pisau cukur. Akhirnya, ia
menggumam, "Lupakan saja ini." Setelah menenangkan
diri, ia memikirkan kata-kata bahasa kuno yang
diketahuinya, memilih yang dibutuhkannya, dan
mengucapkan mantra ciptaannya. Bubuk hitam halus
berjatuhan dari wajahnya saat bakal janggutnya
hancur menjadi debu, meninggalkan pipinya yang
mulus sempurna. Dengan perasaan puas, Eragon
melangkah keluar dan memasang pelana Saphira, yang
seketika mengudara, menuju Tebing Tel'naeir. Mereka
mendarat di depan gubuk dan disambut Oromis dan
Glaedr. Oromis memeriksa pelana Saphira. Ia
mengelus setiap talinya, berhenti sejenak di setiap
jahitan dan gesper, lalu mengatakan pelana itu
merupakan karya yang lumayan mengingat bagaimana
dan kapan pelana itu dibuat. "Brom sejak dulu pandai
menggunakan tangannya. Gunakan pelana ini kalau
kau harus bepergian dengan kecepatan tinggi. Tapi
kalau untuk mendapat kenyamanan--" Ia melangkah
masuk ke dalam gubuknya sejenak dan muncul kembali
membawa pelana tebal berhias ukiran emas di
sepanjang bagian tempat duduk dan kakinya."
Kuda Dan Anak Manusia 3 Pendekar Cambuk Naga 5 Pedang Semerah Darah Tusuk Kondai Pusaka 19
^