Pencarian

Eldest 4

Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini Bagian 4


Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Saphira. Saphira memandangnya dengan sombong.
Hampir, tapi tidak, kan" Benar juga, Eragon tertawa.
Dengan wajah merah akibat kemenangan, mereka
kembali ke rakit. Sewaktu Saphira mendarat di antara
dua riak air yang besar, Orik berteriak, "Kalian
terluka?" "Tidak!" seru
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eragon. Air sedingin es mengalir deras di kakinya
saat Saphira berenang ke sisi rakit. "Apa tadi itu ras
lain yang unik di Beor?" Orik menariknya ke rakit.
"Kami menyebutnya Fanghur. Mereka tidak secerdas
naga dan tidak bisa menyemburkan api, tapi tetap
merupakan lawan yang tangguh." "Kami juga
mendapati begitu." Eragon memijat-mijat keningnya
untuk menyingkirkan pusing akibat serangan Fanghur.
"Tapi Saphira lebih tangguh daripada mereka." Tentu
saja, timpal Saphira. Begitulah cara mereka berburu,"
Orik menjelaskan. "Mereka menggunakan pikirannya
untuk melumpuhkan mangsa sebelum membunuhnya."
Saphira mencipratkan air ke Eragon dengan ekornya.
Gagasan bagus. Mungkin akan kucoba kalau aku
berburu lagi kelak. Eragon mengangguk. Berguna juga
dalam pertempuran. Arya mendekat ke tepi rakit. "Aku
senang kau tidak membunuh mereka. Fanghur cukup
langka hingga kehilangan ketiga makhluk tadi akan
sangat menyakitkan." "Mereka masih berhasil
menyantap ternak kami cukup banyak," kata Thorv dari
dalam kabin. Kurcaci itu keluar mendekati Eragon,
tampak jengkel di balik janggutnya yang
bersimpulsimpul. "Jangan terbang lagi di Pegunungan
Beor ini, Shadeslayer. Sudah cukup sulit untuk
menjaga keselamatan kalian tanpa kau dan nagamu ini
melawan para pemburu angin." "Kami akan tetap di
darat hingga tiba di dataran," kata Eragon berjanji.
"Bagus. "Sewaktu mereka berhenti untuk bermalam,
para kurcaci menambatkan rakit-rakit ke pepohonan
aspen di sepanjang mulut sungai kecil. Ama
menyalakan api unggun sementara Eragon membantu
Ekksvar mendaratkan Snowfire. Mereka mengikat kuda
itu di sepetak rerumputan. Thorv mengawasi
pendirian enam tenda besar. Hedin mengumpulkan
kayu bakar hingga cukup sampai pagi, dan Duthmer
menurunkan persediaan dari rakit kedua lalu mulai
memasak makan malam. Arya berjaga di tepi
perkemahan, dan tidak lama kemudian ia ditemani
Ekksvar, Ama, dan Trihga sesudah mereka bertiga
menyelesaikan tugas. Sewaktu Eragon menyadari ia
tidak memiliki tugas, ia berjongkok di dekat api
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
unggun bersama Orik dan Shrrgnien. Sewaktu
Shrrgnien menanggalkan sarung tangan dan
mengacungkan tangannya yang dipenuhi bekas luka ke
atas api, Eragon melihat ada paku-paku baja
mengilap--sekitar seperempat inci
panjangnya--mencuat dari setiap buku jari kurcaci itu,
kecuali pada ibu jarinya. "Apa itu?" tanyanya.
Shrrgnien memandang Orik dan tertawa. "Ini
Ascudgamln" 'tinju bajaku'." Tanpa berdiri, ia
berputar dan memukul sebatang aspen, meninggalkan
empat lubang yang simetris pada kulit pohon tersebut.
Shrrgnien kembali tertawa. "Bagus untuk bertempur,
eh?" Timbul rasa penasaran dan iri Eragon.
"Bagaimana cara membuatnya" Maksudku, bagaimana
paku-paku itu ditancapkan ke tanganmu?" Shrrgnien
ragu-ragu, berusaha menemukan kata yang tepat.
"Tabib menidurkan dirimu, agar kau tidak merasa
sakit. Lalu ada lubang yang--diborkan, ya"--diborkan
ke sendimu..." Ia terdiam dan berbicara dengan cepat
pada Orik dalam bahasa kurcaci. "Dudukan logam
ditancapkan ke setiap lubang," Orik menjelaskan.
"Sihir digunakan untuk menempelkan dudukan itu, dan
sesudah si pejuang sembuh sepenuhnya, berbagai
macam paku bisa ditancapkan di dudukan itu." "Ya,
lihat," kata Shrrgnien, sambil tersenyum. Ia
mencengkeram paku besi di atas jari telunjuk kirinya,
dengan hati-hati memuntirnya hingga lepas dari buku
jari, lalu memberikannya kepada Eragon. Eragon
tersenyum sambil memutar-mutar gumpalan tajam itu
di telapak tangannya. "Aku tidak keberatan memiliki
'tinju baja'." Ia mengembalikan paku itu kepada
Shrrgnien. "Operasi yang berbahaya," Orik
memperingatkan. "Hanya sedikit knurlan yang
mendapat Ascudgamln karena kalian bisa kehilangan
fungsi tangan dengan mudah kalau bornya terlalu
dalam." Ia mengangkat tinju dan menunjukkannya pada
Eragon. "Tulang kami lebih tebal daripada tulang
kalian. Mungkin cara itu tidak bagus bagi manusia."
"Akan kuingat." Sekalipun begitu, Eragon tetap
membayangkan bagaimana rasanya bertempur
menggunakan Ascudgamln, bisa menghantam apa pun
tanpa tertahan, termasuk Urgal berbaju besi. Ia
menyukai gagasan itu. Sesudah makan, Eragon masuk
ke Bidadari Pendekar Naga Sakti
tenda. Api memberikan cukup cahaya hingga ia bisa
melihat siluet Saphira yang berbaring di samping
tenda, seperti sosok yang dipotong dari kertas hitam
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dan ditempelkan ke dinding kanyas. Eragon duduk
dengan selimut menutupi kaki dan menatap
pangkuannYa, mengantuk tapi masih belum ingin tidur.
Tanpa tertahan, pikirannya kembali ke rumah. Ia ingin
tahu bagaimana keadaan Roran, Horst, dan semua
orang lain di Carvahall, dan apakah cuaca di Lembah
Palancar cukup hangat bagi para petani untuk mulai
menanami ladang. Kerinduan dan kesedihan tiba-tiba
mencengkeram Eragon. Ia mengambil mangkuk kayu
dari tas dan, sesudah mengambil kantong air, mengisi
mangkuk itu dengan cairan hingga penuh. Lalu ia
memusatkan perhatian pada bayangan Roran dan
berbisik, "Draumr kopa." Seperti biasa, airnya
berubah menghitam sebelum berubah kembali menjadi
cerah dan menunjukkan objek yang tengah di-scry.
Eragon melihat Roran duduk seorang diri di kamar
tidur yang diterangi lilin, yang dikenalinya sebagai
kamar tidur di rumah Horst. Roran pasti sudah
meninggalkan pekerjaannya di Therinsford, Eragon
menyadari. Sepupunya itu bertelekan pada lutut dan
menangkupkan tangan, menatap dinding seberang
dengan ekspresi yang diketahui Eragon berarti Roran
tengah memikirkan masalah sulit. Sekalipun begitu,
Roran tarnpak cukup sehat, walau agak tertutup,
membuat Eragon terhibur sedikit. Sesudah semenit, ia
melepaskan sihir, mengakhiri mantranya, dan
menjernihkan permukaan air. Dengan perasaan tenang
kembali, Eragon mengosongkan mangkuknya, lalu
membaringkan diri, menarik selimut hingga dagu. Ia
memejamkan mata dan membenamkan diri ke dalam
senja yang hangat dan memisahkan kesadaran dan
tidur, di mana kenyataan dibelokkan dan bergoyang
ditiup angin pikiran, dan di mana kreatifitas
berkembang dalam kebebasannya dari keterbatasan
dan segala hal mungkin saja terjadi. Tidur
menguasainya. Sebagian besar masa istirahatnya
berlangsung tenang hingga tepat sebelum ia terjaga,
hantu-hantu malam yang biasa menemaninya
digantikan visi yang sejelas dan sehidup pengalaman
saat terjaga. Ia melihat langit yang tersiksa, hitam
dan merah karena asap Banyak gagak dan elang
terbang tinggi, berputar di atas anak-anak panah yang
melayang melengkung dari satu sisi pertempuran ke
sisi yang lain. Seorang pria terkapar dalam lumpur
dengan helm penyok dan jala baja berlumuran
darah--wajahnya tersembunyi di balik lengan yang
terangkat. Tangan berbaju besi memasuki pandangan
Eragon. Sarung tangan besi itu begitu dekat hingga
menghalangi separo dunia dengan logamnya yang
mengilap. Seperti mesin yang tidak bisa ditahan, ibu
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
jari dan ketiga jarinya mengepal membentuk tinju,
hingga hanya telunjuk yang menuding pria yang
terkapar itu dengan kekuatan takdir. Visi itu masih
memenuhi benak Eragon sewaktu ia merangkak keluar
dari tenda. Ia menemukan Saphira agak jauh dari
perkemahan, menggigiti gumpalan berbulu. Sewaktu
Eragon memberitahukan apa yang dilihatnya, Saphira
menghentikan gigitannya, lalu menyentakkan leher dan
menelan sepotong daging. Terakhir kali kejadian
seperti itu, katanya, visimu terbukti merupakan
ramalan sebenarnya dari kejadian-kejadian di tempat
lain. Menurutmu apakah ada pertempuran yang sedang
berlangsung di Alagaesia" Eragon menendang
sebatang cabang yang lepas. Aku tidak yakin... Kata
Brom kau hanya bisa men-scry orang-orang,
tempat-tempat, dan benda-benda yang pernah
kaulihat. Tapi aku belum pernah melihat tempat itu.
Aku juga tidak pernah bertemu Arya sewaktu pertama
kali memimpikan dirinya di Teirm. Mungkin Togira
Ikonoka bisa menjelaskan. Sementara mereka
bersiap-siap berangkat, para kurcaci sekarang tampak
lebih santai karena mereka telah cukup jauh dari
Tarnag. Sewaktu mereka mulai menyusuri Az Ragni,
Ekksvar--yang mengemudikan rakit tempat Snowfire
berada--mulai bernyanyi dengan suara basnya yang
kasar: Menyusuri aliran deras parah Kilf yang
membual-bual, Kami menaiki balok-balok yang
tumpang-tindih, Demi keluarga, klan, dan
kehormatan. Di bawah langit ernes, Menerobos
mangkuk-mangkuk hutan serigala es, Kami menaiki
balok kayu, Demi besi, emas, dan i
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ntan. Biarlah genta tangan dan penjaga berjanggut
memenuhi tanganku Dan daun tempur menjaga batuku
Dan akan kutinggalkan aula para ayahku Demi lahan
kosong di baliknya. Kurcaci-kurcaci yang lain
menggabungkan diri dengan Ekksvar, beralih ke
bahasa Dwarvish saat melanjutkan ke baitbait
berikutnya. Dengungan pelan suara mereka menemani
Eragon sementara ia dengan riang berjalan ke kepala
rakit, tempat Arya duduk bersila. "Aku semalam
mendapat... visi dalam tidurku," kata Eragon. Arya
memandangnya dengan penuh minat, dan Eragon
menceritakan bayangan-bayangan yang dilihatnya.
"Kalau itu scrying, maka--" "Itu bukan scrying," kata
Arya. Ia berbicara dengan kelambanan yang disengaja,
seakan agar tidak terjadi salah pengertian. "Aku
sudah lama memikirkan bagaimana kau bisa melihatku
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
ditawan di Gil'ead, dan aku yakin bahwa sewaktu
pingsan, rohku mencari bantuan, di mana pun yang
bisa kutemukan." Tapi kenapa diriku?" Arya
mengangguk ke arah tempat Saphira berenang. "Aku
terbiasa dengan kehadiran Saphira selama lima belas
tahun menjaga telurnya. Aku menjangkau apa pun yang
terasa kukenali sewaktu menyentuh mimpi-mimpimu."
"Apa kau benar-benar cukup kuat untuk menghubungi
sese, orang di Teirm dari Gil'ead" Terutama saat kau
di bawah pengaruh obat." Senyum yang sangat tipis
menyentuh bibir Arya. "Aku mampu berdiri di gerbang
Vroengard dan berbicara denganmu sejelas sekarang
ini." Ia diam sejenak. "Kalau kau tidak men-scry
diriku di Teirm, kau tidak mungkin bisa men-scry
mimpi baru ini. Ini pasti firasat. Firasat diketahui
sering muncul pada ras yang memiliki kesadaran,
terutama di antara pengguna sihir." Eragon
mencengkeram jala-jala yang membungkus buntalan
persediaan ketika rakit tersentak. "Kalau apa yang
kulihat akan terjadi, bagaimana cara kita mengubah
apa pun yang terjadi" Apakah pilihan kita
berpengaruh" Bagaimana kalau aku terjun ke sungai
dan tenggelam sekarang juga?" "Tapi kau tidak akan
berbuat begitu." Arya mencelupkan telunjuk kirinya ke
sungai dan menatap setetes air yang bertahan pada
kulitnya, seperti lensa yang bergetar. "Sekali waktu,
dulu sekali, ada elf bernama Maerzadi yang mendapat
firasat bahwa dirinya tanpa sengaja akan membunuh
putranya dalam pertempuran. Bukannya menunggu
hingga firasat itu menjadi kenyataan, ia bunuh diri,
menyelamatkan putranya, dan pada saat yang sama
membuktikan bahwa masa depan tidaklah pasti. Tapi,
membunuh dirimu sendiri tidak akan banyak mengubah
takdirmu, karena kau tidak tahu pilihan-pilihan apa
yang akan membawamu ke titik waktu yang kaulihat
itu." Ia membalik tangan dan air itu menetes ke balok
di antara mereka. "Kita tahu ada kemungkinan
mendapatkan informasi dari masa depan--para peramal
sering bisa merasakan jalan hidup seseorang--tapi
kita tidak mampu menghaluskan prosesnya hingga kau
bisa memilih apa, di mana, atau kapan yang ingin kau
lihat." Eragon mendapati seluruh konsep mengenai
penyaluran pengetahuan melewati waktu sangatlah
meresahkan. Konsep itu menimbulkan terlalu banyak
pertanyaan mengenai sifat kenyataan. Entah nasib dan
takdir benar-benar ada atau tidak, satu-satunya yang
bisa kulakukan adalah menikmati saat ini dan hidup
seterhormat mungkin. Namun ia tak mampu menahan
diri untuk ddak bertanya, "Tapi apa yang mencegahku
men-scry salah satt, kenanganku" Aku sudah melihat


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
segala sesuatu di dalamnya.,, jadi seharusnya aku
bisa melihatnya dengan sihir." Tatapan Arya terarah
lurus ke matanya. "Kalau kau menghargai hidupmu,
jangan pernah mencobanya. Bertahun-tahun yang lalu,
sejumlah perapal mantra kami mcngabdikan diri pada
usaha mengalahkan teka-teki waktu. Sewaktu mereka
berusaha memanggil masa lalu, mereka hanya berhasil
menciptakan bayangan samar di cermin sebelum
mantra melahap energi dan menewaskan mereka. Kami
tidak lagi melakukan percobaan mengenai hal itu. Ada
yang berpendapat mantranya akan berhasil kalau lebih
banyak penyihir yang terlibat, tapi tidak seorang pun
bersedia menanggung risiko dan teori itu tetap tidak
terbukti. Bahkan kalau ada yang bisa men-scry masa
lalu, penggunaannya akan terbatas. Dan untuk
men-scry masa depan, seseorang ha
Bidadari Pendekar Naga Sakti
rus tahu persis apa yang akan terjadi dan di mana dan
kapan, yang mengacaukan tujuannya. "Dengan begitu,
bagaimana orang-orang bisa mendapat firasat dalam
tidur, bagaimana mereka tanpa sadar bisa
mengalahkan usaha-usaha terhebat kami, merupakan
misteri. Firasat mungkin berkaitan dengan sifat dan
bahan sihir... atau mungkin berfungsi dengan cara
yang mirip dengan kenangan leluhur naga. Kami tidak
tahu. Banyak cara penggunaan sihir yang masih belum
dieksplorasi." Arya bangkit dengan gerakan yang
sigap. "Berhati-hatilah agar tidak tersesat di
dalamnya." MENGAPUNG Lembah bagai melebar di
pagi hari saat rakit-rakit melaju ke celah terang di
antara dua pegunungan. Mereka tiba di celah pada
tengah hari dan memandang ke balik bayangan, ke
padang rumput terang benderang yang memudar di
utara. Lalu arus mendorong mereka melewati
tebing-tebing membeku dan dinding-dinding dunia pun
menghilang, digantikan langit raksasa dan horison
yang rata. Hampir seketika, udara berubah lebih
hangat. Az Ragni berbelok ke timur, menyusuri kaki
pegunungan di satu sisi dan dataran di sisi lain.
Luasnya ruang terbuka tampak menggelisahkan para
kurcaci. Mereka bergumam sendiri dan melirik penuh
kerinduan ke celah bagai gua di belakang mereka.
Eragon mendapati cahaya matahari membangkitkan
semangat. Sulit untuk merasa terjaga saat tiga
perempat hari dihabiskan dalam keremangan. Di
belakang rakit, Saphira keluar dari air dan terbang di
atas padang rumput hingga hanya terlihat bagai bintik
dalam kubah kemerahan di atas. Apa yang kaulihat"
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tanya Eragon. Aku melihat kawanan besar gazelle di
utara dan timur. Di barat, Padang Pasir Hadarac.
Hanya itu. Tidak ada yang lain" Tidak ada Urgal,
pedagang budak, atau kaum nomaden" Kita sendirian.
Malam itu, Thorv memilih ceruk kecil sebagai tempat
perkemahan mereka. Sementara Duthmer menyiapkan
makan malam, Eragon membersihkan bagian samping
tendanya, lalu mencabut Zartroc dan bersiap dalam
posisi yang diajarkan Brom padanya sewaktu mereka
berlatih-tanding pertama kalinya. Eragon tahu ia
bukan tandingan para elf, dan tidak berniat tiba di
Ellesmera dalam keadaan kurang terlatih. Dengan
kelambanan yang menyakitkan, ia mengayunkan
Zar'roc ke atas kepala dan menurunkannya dengan
kedua tangan, seakan hendak membelah helm musuh.
Ia menahan posisi itu selama sedetik. Sambil menjaga
agar gerakannya tetap terkendali, ia berputar ke
kanan--memuntir ujung Zar'roc untuk menangkis
pukulan imajiner--lalu berhenti dengan kedua lengan
kaku. Dari sudut mata, Eragon menyadari Orik, Arya,
dan Thorv mengawasinya. Ia mengabaikan mereka dan
memusatkan perhatian hanya pada pedang merah di
tangannya; ia mengacungkannya seakan pedang itu
ular yang bisa menggeliat lepas dari cengkeramannya
dan menggigit lengannya. Sambil berputar lagi, ia
melakukan serangkaian serangan, mengalir dari satu
gerakan ke gerakan lain dengan penuh disiplin sambil
meningkatkan kecepatan. Dalam benaknya, ia tidak
lagi berada di ceruk remang-remang, tapi dikelilingi
segerombolan Urgal dan Kull yang buas. Ia merunduk
dan mengayunkan pedang, menangkis, membalas,
melompat ke samping, dan menusuk dengan gerakan
berkelanjutan. Ia bertempur habis-habisan,
sebagaimana yang dilakukannya di Farthen Dar, tanpa
memikirkan keselamatannya sendiri, melesat dan
mencabik musuh-musuh imajinernya. Ia memutar
Zar'roc--berusaha memindahkan tangkai pedang dari
satu tangan ke tangan yang lain--lalu menjatuhkan
pedang Saat sakit yang hebat membelah punggungnya.
Ia terhuyung dan jatuh. Di atasnya, ia bisa mendengar
Arya dan para kurcaci berbicara, tapi yang dilihatnya
hanyalah kumpulan kabut merah berkilau-kilau, seperti
cadar berlumuran darah yang menutupi dunia. Tidak
ada perasaan apa pun kecuali kesakitan. Rasa sakit
itu menutupi pikiran dan akal sehat, hanya
menyisakan binatang buas yang meraung minta
dilepaskan. Sewaktu Eragon cukup pulih untuk
menyadari keberadaannya ia mendapati dirinya telah
berada di dalam tendanya dan diselimuti rapat-rapat.
Arya duduk di sampingnya, sementara kepala Saphira
Pendekar Cambuk Naga Utusan Lembah Kubur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
terjulur dari balik pintu tenda. Apakah aku pingsan
lama" tanya Eragon. Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
Sebentar. Kau tidur sebentar akhirnya. Kucoba
menarikmu dari tubuhmu ke tubuhku dan melindungimu
dari sakit, tapi tidak banyak yang bisa kulakukan
karena kau tidak sadar. Eragon mengangguk dan
memejamkan mata. Seluruh tubuhnya
berdenyut-denyut. Setelah menghela napas dalam, ia
menengadah memandang Arya dan dengan suara pelan
bertanya, "Bagaimana aku bisa berlatih"... Bagaimana
aku bisa bertempur, atau menggunakan sihir"... Aku
sudah rusak." Wajahnya tampak tua saat ia berbicara.
Arya menjawab sama pelannya. "Kau bisa duduk dan
menonton. Kau bisa mendengarkan. Kau bisa
membaca. Dan kau bisa belajar." Biarpun kata-kata
Arya membangkitkan semangat, Eragon mendengar
ketidakpastian, bahkan ketakutan, dalam suara elf itu.
Ia berguling ke samping supaya tidak beradu pandang
dengan Arya. Ia malu karena begitu tidak berdaya di
hadapan Arya. "Bagaimana Shade bisa berbuat begini
padaku?" "Aku tidak tahu, Eragon. Aku bukan elf
yang paling bijaksana maupun yang paling kuat. Kita
semua berusaha sebaikbaiknya, dan kau tidak bisa
disalahkan. Mungkin waktu akan menyembuhkan
lukamu." Arya menekankan jemarinya ke alis Eragon
dan bergumam, "Se mor'ranr ono finna," lalu
meninggalkan tenda. Eragon duduk dan mengernyit
saat otot-otot punggungl'Ya yang kram meregang. Ia
menatap tangannya tanpa melihatnya. Aku ingin tahu
apakah bekas luka Murtagh juga menyakiti dirinya
seperti bekas lukaku. Aku tidak tahu, kata Saphira.
Timbul kebisuan yang mati. Lalu: Aku takut. Kenapa"
Karena.... Eragon ragu-ragu. Karena apa pun yang
kulakukan tidak bisa mencegah serangan berikutnya.
Aku tidak tahu kapan atau di mana akan terjadinya,
tapi aku tahu hal itu tidak terelakkan. Jadi aku
rnenunggu, dan setiap saat aku takut bahwa kalau aku
mengangkat sesuatu yang terlalu berat atau
menggeliat dengan gerakan yang salah, sakitku akan
kembali. Tubuhku sendiri telah menjadi musuhku.
Saphira bergumam dalam di tenggorokannya. Aku juga
tidak tahu jawabannya. Hidup ini menyakitkan
sekaligus menyenangkan. Kalau ini harga yang harus
kaubayar untuk saat-saat yang kaunikmati, apakah
berlebihan" Ya, sergah Eragon. Ia menanggalkan
selimut dan menerobos melewati Saphira,
terhuyung-huyung ke tengah perkemahan, tempat Arya
dan para kurcaci duduk mengelilingi api unggun.
"Masih ada makanan yang tersisa?" tanya Eragon.
Duthmer mengisi mangkuk tanpa berbicara dan
memberikannya pada Eragon. Dengan ekspresi tak
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
peduli, Thorv bertanya, "Apakah kau sudah lebih baik
sekarang, Shadeslayer?" Ia dan kurcaci lain tampak
terpesona pada apa yang mereka lihat. "Aku baik-baik
saja." "Kau menanggung beban yang berat,
Shadeslayer." Eragon mengerutkan kening dan
tiba-tiba berjalan ke tepi perkemahan, di sana ia
duduk dalam kegelapan. Ia bisa merasakan Saphira di
dekatnya, tapi Saphira tidak mengusiknya. Eragon
memaki diam-diam dan menusuk sup buatan Duthmer
dengan marah. Tepat saat ia mengunyah
santapannya, Orik berkata dari sampingnya,
"Seharusnya kau tidak memperlakukan mereka begitu"
Eragon memelototi wajah Orik yang tersembunyi dalam
keremangan. "Apa?" "Thorv dan anak buahnya dikirim
untuk melindungi dirimu dan Saphira. Mereka bersedia
mati demi dirimu kalau perlu, dan memercayakan
pemakaman suci mereka padamu. Kau harus mengingat
itu." Eragon menahan lidahnya dan menatap
permukaan sungai yang gelap--selalu bergerak, tidak
pernah berhenti--untuk berusaha menenangkan
pikiran. "Kau benar. Aku membiarkan emosiku
meledak." Gigi-gigi Orik berkilau dalam kegelapan
saat ia tersenyum "Itu pelajaran yang harus dikuasai
setiap komandan. Hrothga, mengajariku hal itu
berkali-kali sesudah aku melemparkan sepatu botku
kepada kurcaci yang meninggalkan tombak
bergoloknya di tempat orang lain bisa tak sengaja
menginjaknya." "Lemparanmu kena?" "Hidungnya
patah," kata Orik sambil tergelak. Eragon, tanpa bisa
menahan diri, juga tertawa. "Akan kuingat untuk tidak
berbuat begitu." Ia memegang mangkuk dengan dua
tangan agar tetap hangat. Eragon mendengar
gemerincing logam saat Orik mengeluarkan sesuatu
dari kantung. "Ini," kata si kurcaci, sambil
menjatuhkan cincin-cincin emas yang berkaitan ke t
Bidadari Pendekar Naga Sakti
elapak tangan Eragon. "Ini teka-teki yang kami
gunakan untuk menguji kecerdasan dan keuletan. Ada
delapan cincin. Kalau kau mengaturnya dengan benar,
kedelapannya akan membentuk satu cincin. Menurutku
ini berguna untuk mengalihkan perhatian sewaktu aku
merasa gelisah." "Terima kasih," gumam Eragon,
terpesona oleh kerumitan rangkaian cincin kemilau
itu. "Kau boleh memilikinya kalau bisa merangkainya
dengan benar." Sewaktu kembali ke tenda, Eragon
menelungkup dan memeriksa cincin-cincin itu dalam
keremangan api unggun yang menyusup ke balik pintu
tenda. Empat cincin saling mengait ke empat cincin
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang lain. Masing-masing halus pada paro bawahnya
dan asimetris pada bagian atas, tempat cincin-cincin
itu saling mengait. Sementara Eragon mencoba
berbagai konfigurasi, dengan cepat ia frustrasi karena
fakta sederhana: rasanya mustahil memparalelkan dua
rangkaian cincin agar bisa menyatu. Asyik
memikirkan tantangan itu, ia melupakan teror yang
baru saja dialaminya. Eragon terjaga tepat sebelum
subuh. Setelah menggosok mata untuk menghilangkan
kantuk, ia keluar tenda dan menggeliat. Napasnya
berubah menjadi uap putih di udara pagi yang dingin.
Ia mengangguk kepada Shrrgnien, yang berjaga di
dekat api unggun, lalu berjalan ke tepi sungai dan
mencuci muka, mengerjapkan mata karena terkejut
merasakan dinginnya air. Ia menemukan Saphira
dalam sekejap dengan pikirannya, menyandang
Zar'roc, dan menuju tempat Saphira di balik
pepohonan beech yang berjajar di tepi Az Ragni.
Dalam waktu singkat tangan dan wajah Eragon basah
akibat embun dari sesemakan chokecherry yang
menghalangi jalannya. Bukit bulat menjulang di
depannya. Saphira dan Arya berdiri di
puncaknya--bagai dua patung kuno. Mereka
memandang ke timur, sementara cahaya keemasan
mulai merayapi langit dan menerangi padang rumput di
bawahnya. Saat cahaya menerpa kedua sosok itu,
Eragon teringat bagaimana Saphira mengawasi
matahari terbit dari tiang ranjangnya beberapa jam
setelah menetas. Saphira seperti elang atau falcon
dengan pandangan mata yang keras dan kemilau di
bawah tulang matanya, lengkungan lehernya, dan
kekuatan liat yang tertanam pada setiap inci
tubuhnya. Ia pemburu, dan memiliki semua keindahan
buas yang terkandung dalam istilah itu. Wajah Arya
yang bersegi-segi dan keanggunannya yang bagai
macan kumbang serasi dengan naga di sampingnya.
Tidak ada ketidakcocokan di antara sikap mereka saat
mereka berdua bermandikan cahaya pertama pagi hari.
Perasaan kagum dan suka cita merayapi punggung
Eragon. Di sinilah tempatnya, sebagai Penunggang.
Dari segala hal yang ada di Alagaesia, ia cukup
beruntung bisa bergabung dengan ini. Keajaiban
pemandangan itu memancing air mata dan senyum
kebanggaannya yang menghapus seluruh keraguan dan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ketakutannya dalam gelombang emosi murni. Sambil
tetap tersenyum, ia mendaki bukit dan berdiri di dekat
Saphira, lalu mereka memandangi hari baru. Arya
menatapnya. Eragon membalas tatapannya, dan terasa
ada sentakan dalam dirinya. Wajah Eragon memerah
tanpa ia tahu alasannya, merasakan hubungan yang
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
tiba-tiba timbul dengan elf itu, perasaan bahwa elf
tersebut memahaminya lebih baik daripada siapa pun
selain Saphira. Reaksinya membingunkan dirinya
sendiri, karena belum pernah ada yang mengaruhinya
seperti itu. Sepanjang sisa hari, Eragon hanya perlu
mengingat saat itu dan senyumnya langsung timbul
dan hatinya bergejolak dengan campuran perasaan
aneh yang tidak bisa dikenalinya, Ia menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan duduk bersandar di
kabin rakit, berusaha memecahkan teka-teki cincin
Orik dan mengamati pemandangan yang terus berubah.
Sekitar tengah hari mereka melewati mulut lembah,
do sungai lain menyatu ke Az Ragni, melipatgandakan
ukuran dan kecepatannya hingga kedua tepinya
terpisah sejauh satu mil. Para kurcaci harus berjuang
keras agar rakit-rakit tidak terlempar arus deras dan
menghantam pepohonan yang sesekali hanyut lewat.
Satu mil sesudah sungai bergabung, Az Ragni
berbelok ke utara dan mengalir melewati puncak
tunggal tertutup awan yang berdiri terpisah dari
kumpulan utama Beor, seperti menara pengawas
raksasa yang di Bidadari Pendekar Naga Sakti
bangun untuk mengawasi dataran. Para kurcaci
membungkuk ke puncak itu sewaktu melihatnya, dan
Orik memberitahu Eragon, "Itu Moldun si Bangga. Ia
pegunungan sejati terakhir yang akan kita lihat dalam
perjalanan ini." Sewaktu rakit-rakit ditambatkan pada
malam harinya, Eragon melihat Orik membuka
bungkusan kotak hitam panjang yang dihiasi lapisan
mutiara, batu-batu rubi, dan garis-garis perak
melengkung. Orik membuka pengaitnya, lalu
mengangkat tutupnya, dan tampaklah busur yang
belum bertali di atas beludru merah. Kedua ujung
busur terbuat dari kayu hitam, yang menjadi latar
belakang bagi gambar-gambar rumit sulur, bunga,
hewan, dan huruf, semuanya terbuat dari emas
terbaik, Senjata yang sangat mewah, Eragon jadi
penasaran bagaimana bisa ada yang berani
menggunakannya. Orik memasang tali busur--busur
itu nyaris setinggi dirinya, tapi tetap tidak sebesar
busur anak-anak, berdasarkan standal
Eragon--mengesampingkan kotaknya, dan berkata,
"Aku akan mencari daging segar bagi kita. Aku akan
kembali satu lam lagi." Setelah mengucapkan
kata-kata itu, ia menghilang ke dalam sesemakan.
Thorv mendengus tak setuju, tapi tidak bertindak
mencegahnya. Sesuai janjinya, Orik kembali
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membawa seekor angsa leher panjang. "Kutemukan
sekawanan bertengger di pohon," katanya, sambil
melempar unggas itu kepada Duthmer. Sementara
Orik mengambil kembali kotaknya, Eragon bertanya,
"Busurmu itu terbuat dari kayu apa?" "Kayu?" Orik
tertawa, sambil menggeleng. "Kau tidak bisa membuat
busur sependek ini dari kayu dan memanah lebih dari
dua puluh yard; busur itu pasti patah, atau
melengkung sesudah beberapa tembakan. Tidak, ini
busur dari tanduk Urgal!" Eragon menatapnya curiga,
pasti kurcaci ini berusaha menipu dirinya. "Tanduk
tidak cukup luwes atau memiliki kelentingan untuk
menjadi busur." "Ah," kata Orik, "itu karena kau
harus tahu cara merawatnya dengan benar. Kami
pertama mencobanya dengan tanduk Feldunost, tapi
tanduk Urgal juga bisa. Caranya dengan memotong
memanjang tanduknya menjadi dua, lalu merapikan
lengkung luarnya hingga ketebalannya tepat. Tanduk
itu lantas direbus dan digosok dengan pasir hingga
bentuknya sesuai sebelum dipasang pada kayu ash
dengan lem yang dibuat dari sisik ikan dan kulit
langit-langit mulut ikan trout. Lalu bagian belakang
kayunya ditutup dengan berlapis-lapis otot; dengan
begitu busurnya memiliki kelentingan. Langkah
terakhir adalah menghiasinya. Seluruh proses bisa
memakan waktu hampir satu dekade." "Aku tidak
pernah mendengar cara membuat busur seperti itu,"
kata Eragon. Senjatanya sendiri jadi terasa seperti
cabang yang dipotong sekadarnya. "Seberapa jauh
jarak tembaknya?" "Lihat saja sendiri," kata Orik. Ia
membiarkan Eragon mengambil busurnya, yang
dipegangnya dengan hati-hati, karena takut
merusaknya. Orik mengambil sebatang anak panah
dari tabungnya dan memberikannya pada Eragon. "Tapi
kau berutang satu anak panah padaku." Eragon
memasang anak panah itu pada tali, membidik ke atas
Az Ragni, dan menarik talinya. Tarikan busur itu
kurang dari dua kaki, tapi ia terkejut mendapati
beratnya melebihi busur Eragon sendiri; ia nyaris
tidak cukup kuat untuk menahan talinya. Ia
melepaskan anak panahnya dan anak panah tersebut
menghilang diiringi bunyi dentingan, dan muncul
kembali jauh di atas sungai. Eragon mengawasinya
dan terpesona saat anak panah itu mendarat dengan
memercikkan air di tengah Az Ragni. Ia bergegas
menjangkau melewati penghalang dalam benaknya
hingga kekuatan sihir melingkupi dirinya dan berkata
"Gath sem oro un lam iet." Beberapa detik kemudian,
anak panah itu melesat kembali di udara dan mendarat
di telapak tangannya yang terulur. "Dan ini," katanya,
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
"anak panah utang ku padamu." Orik memukulkan
tinju ke dadanya, lalu memeluk anak panah dan
busurnya dengan kegembiraan yang kelihatan jelas.
"Luar biasa! Sekarang aku masih memiliki dua lusin
lengkap. Kalau tidak, aku terpaksa menunggu hingga
tiba di Hedarth untuk menambah persediaanku."
Dengan sigap ia melepaskan tali busur dan
menyimpannya, membungkus kotak dengan kain lunak
untuk melindunginya. Eragon melihat Arya
mengawasi. Ia berta Bidadari Pendekar Naga Sakti
nya padanya, "Apa elf juga menggunakan busur
tanduk" Kalian begitu kuat, busur kayu bisa pecah
berantakan kalau dibuat cukup berat bagi kalian."
"Kami menyanyikan busur kami dari pepohonan yang
tidak tumbuh." Kemudian Arya berlalu. Selama
berhari-hari, mereka hanyut melewati padang-padang
rerumputan musim semi sementara Pegunungan Beor
memudar menjadi dinding putih samar di belakang
mereka. Tepi-tepinya sering tertutup kawanan gazelle
dan rusa merah kecil yang memandangi mereka dengan
mata bening. Sekarang sesudah Fanghur bukan lagi
ancaman, Eragon nyaris terus-menerus terbang
bersama Saphira. Ini kesempatan pertama mereka
sejak sebelum Gil'ead untuk melewatkan begito
banyak waktu bersama di udara, dan mereka
memanfaatkannya sepenuhnya. Selain itu, Eragon
menikmati kesempatan untuk meloloskan diri dari rakit
yang penuh sesak, ia merasa kikuk dan gelisah
dengan keberadaan Arya sedekat itu. ARYA
SVIT-KONA Eragon dan rekan-rekannya menyusuri Az
Ragni hingga sungai itu bergabung dengan Sungai
Edda, yang lalu mengalir ke tempat yang tidak
diketahuinya di timur. Di persimpangan di antara
kedua sungai, mereka mengunjungi pos perdagangan
terluar kurcaci, Hedarth, dan menukar rakit mereka
dengan keledai. Kurcaci tidak pernah menggunakan
kuda karena ukuran tubuh mereka yang kecil. Arya
menolak tunggangan yang disodorkan padanya, dengan
mengatakan, "Aku tidak akan kembali ke tanah leluhur
dengan menaiki keledai." Thorv mengerutkan kening.
"Bagaimana kau bisa mengikuti kami?" "Aku akan
lari." Dan ia pun lari, mengalahkan Snowfire dan para
keledai, lantas duduk menunggu mereka di bukit atau
kumpulan pepohonan berikutnya. Biarpun mengerahkan
tenaga, Arya tidak menunjukkan tanda-tanda kelelahan
sewaktu mereka berhenti untuk bermalam, ia juga
tidak menunjukkan keinginan untuk berbicara lebih
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
dari beberapa patah kata antara sarapan dan makan
malam. Seiring setiap langkahnya, Arya tampak
Semakin tegang. Dari Hedarth, mereka melanjutkan
perjalanan ke utara, menyusuri Sungai Edda hingga ke
titik asalnya di Danau Eldor. Du Weldenvarden
terlihat tiga hari kemudian. Hutan itu Pertama tampak
seperti tebing samar di kaki langit, lalu dengan cepat
berkembang menjadi lautan zamrud yang terdiri atas
pohon ek, beech, dan maple tua. Dari punggung
Saphira, Eragon melihat hutan itu terhampar tanpa
terputus ke kaki langit baik di utara maupun barat,
dan ia tahu hutan tersebut masih membentang lebih
jauh lagi, hingga sepanjang Alagaesia. Baginya,
keremangan di bawah cabang-cabang melengkUng
pepohonan terasa misterius dan memesona, sekaligus
berbaha, ya, karena di sanalah tinggal para elf.
Tersembunyi di suatu tempat di jantung Du
Weldenvarden terdapat Ellesmera--tempat ia bisa
menyelesaikan latihannya--juga Osilon, dan kota-kota
elf lain yang hanya pernah dikunjungi sedikit orang
luar sejak kejatuhan para Penunggang. Hutan itu
tempat yang berbahaya bagi makhluk fana, Eragon
bisa merasakannya, jelas dipenuhi sihir aneh dan
makhluk-makhluk yang lebih aneh lagi. Rasanya
seperti dunia lain, katanya. Sepasang kupu-kupu
terbang berputar Baling mengelilingi sambil
membubung dari bagian dalam hutan yang gelap.
Kuharap, kata Saphira, ada ruang bagiku di sela
pepohonan atau jalan setapak apa pun yang digunakan
para elf. Aku tidak bisa terbang terus. Aku yakin
mereka memiliki cara untuk mengakomodasi naga
selama masa para Penunggang. Mmm. Malam itu,
tepat saat Eragon hendak mencari selimut, Arya
muncul di dekat bahunya, seperti roh yang muncul
begin saja. Kemunculannya yang tanpa suara
menyebabkan Eragon terlonjak; ia tidak pernah bisa
memahami bagaimana Arya bisa bergerak tanpa suara
seperti itu. Sebelum ia sempat Menanyakan apa yang
diinginkan Arya, benak Arya menyentuh benaknya dan
elf itu berkata, Ikuti aku sebisa mungkin tanpa suara.
Kontak itu mengejutkan Eragon, sama seperti
permintaannya. Mereka berbagi pikiran dalam
penerbangan ke Farthen Durhanya itu satu-satunya
cara Eragon bisa berbicara dengan elf melalui koma
yang ditimbulkan Arya sendiri--tapi sejak itu pulih,
Eragon tidak pernah berusaha menyentuh benaknya
lagi. Pengalaman itu sanga
Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
t personal. Setiap kali ia menjangkau kesadaran orang
lain, jiwanya seperti bersinggungan dengan mereka.
Rasanya sangat kasar kalau ia memicu tindakan yang
sepribadi itu tanpa diundang, juga merupakan
pengkhianatan terhadap kepercayaan Arya, yang tipis.
Selain itu, Eragon khawatir hubungan seperti itu akan
mengungkap perasaan barunya yang membingungkan
terhadap Arya, dan ia tidak ditertawakan karenanya.
Ia mengiringi Arya sementara si elf menyelinap keluar
dari perkemahan, berhati-hati untuk menghindari
Trihga, yang mendapat giliran jaga pertama, dan
keluar dari jangkauan pendengaran para kurcaci. Di
dalam Eragon, Saphira mengawasi dengan ketat
perkembangannya, siap melompat membantunya kalau
perlu. Arya berjongkok di balok kayu berlumut dan
memeluk lutut tanpa memandang Eragon. "Ada hal-hal
yang harus kauketahui sebelum kita tiba di Ceris dan
Ellesmera agar kau tidak mempermalukan dirimu
sendiri atau diriku dengan kebodohanmu."
"Misalnya?" Ia berjongkok di depan Arya, penasaran.
Arya ragu-ragu. "Selama bertahun-tahun bertugas
sebagai duta besar Islanzadi, kuamati bahwa manusia
dan kurcaci cukup mirip satu sama lain. Kalian
menganut kepercayaan dan semangat yang sama.
Lebih dari satu manusia pernah tinggal dengan
nyaman di kalangan kurcaci karena bisa memahami
budaya mereka, sebagaimana mereka memahami
budayamu. Kalian berdua menyayangi, bergairah,
membenci, berkelahi, dan menciptakan dengan cara
yang sangat mirip. Persahabatanmu dengan Orik dan
diterimanya dirimu dalam Durgrimst Ingeitum
merupakan contohnya." Eragon mengangguk, sekalipun
perbedaan mereka baginya terasa lebih besar
daripada itu. "Tapi elf tidak seperti ras-ras lain."
"Kau berbicara seakan kau bukan elf," kata Eragon,
menirukan kata-kata Arya di Farthen Dur. "Aku sudah
tinggal bersama kaum Varden cukup lama untuk
terbiasa dengan tradisi mereka," jawab Arya pedas.
Jadi maksudmu para elf tidak memiliki emosi yang
sama seperti kurcaci dan manusia" Menurutku itu sulit
dipercaya. Semua makhluk hidup memiliki kebutuhan
dan keinginan dasar yang sama." "Bukan itu yang
kumaksud!" Eragon terlonjak mundur, lalu
mengerutkan kening dan mengamati Arya. Tidak
biasanya Arya bersikap sekasar itu. Arya memejamkan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mata dan menempelkan jemari di kening, menghela
papas panjang. "Karena elf hidup begitu lama, kami
menganggap kesopanan sebagai nilai sosial tertinggi.
Kau tidak boleh menyinggung perasaan kalau dendam
bisa disimpan selama beberapa dekade atau
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berabad-abad. Kesopanan merupakan satu-satunya
cara untuk mencegah penumpukan permusuhan seperti
itu. Tidak selalu berhasil, tapi kami mematuhi ritual
kami semaksimal mungkin karena ritual kami
melindungi kami dari hal-hal yang ekstrem. Elf juga
tidak produktif, jadi penting bagi kami untuk
menghindari konflik di antara kami sendiri. Kalau kami
mempunyai tingkat kejahatan yang sama seperti
manusia atau kurcaci, kami akan punah tidak lama
lagi. "Ada cara yang sopan untuk menyapa para
penjaga di Ceris, pola-pola dan formasi-formasi
tertentu yang harus kau amati sewaktu dihadapkan
pada Ratu Islanzadi, dan ratusan tata cara lain untuk
menyapa mereka yang ada di sekitarmu, kalau tidak
sebaiknya kau tetap diam." "Dengan adanya semua
kebiasaan kalian itu," kata Eragon, memberanikan
diri, "rasanya kalian justru makin mudah menyinggung
perasaan orang lain." Senyum merekah sekilas di
bibir Arya. "Mungkin. Kau sama tahunya seperti diriku
bahwa kau akan dinilai berdasarkan standar yang
paling tinggi. Kalau kau melakukan kesalahan, para
elf akan menganggapmu sengaja melakukannya. Dan
kalau ketahuan bahwa kesalahanmu terjadi karena kau
tidak peduli, itu hanya akan menimbulkan bencana.
Lebih baik dianggap kasar dan mampu daripada kasar
dap tidak mampu, kalau tidak kau menanggung risiko
dimanipulasi seperti The Serpent dalam pertandingan
Runes. Politik kami bergerak dalam siklus yang sumir
dan panjang. Apa yang kau lihat atau dengar dari
seorang elf pada suatu hari mungkin hanya merupakan
tindakan kecil dalam strategi yang berawal
beratus-ratus tahun yang lalu, dan mungkin tidak bisa
dijadikan patokan bagaimana sikap elf besok. I
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ni permainan yang kami semua mainkan tapi hanya
sedikit yang menguasainya, permainan yang akan
kaulakukan. "Sekarang mungkin kau menyadari
kenapa aku mengatakan elf tidak seperti ras-ras lain.
Para kurcaci juga berumur panjang, mereka jauh lebih
produktif daripada kami dan tidak memiliki
keterbatasan atau kesukaan kami terhadap intrik. Dan
manusia...." Ia membiarkan suaranya memudar dalam
kebisuan. "Manusia," kata Eragon, "berusaha
sebaik-baiknya dengan apa yang mereka miliki."
"Biarpun begitu." "Kenapa kau tidak memberitahu
Orik juga mengenai hal ini" Ia akan tinggal di
Ellesmera, sama seperti diriku." Suara Arya berubah
agak pedas. "Ia sudah agak mengenali etiket kami.
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi, sebagai Penunggang, sebaiknya kau tampak
lebih terdidik dibandingkan dirinya." Eragon
menerima komentarnya tanpa protes. "Apa yang harus
kupelajari?" Jadi Arya mulai mengajarinya dan,
melalui dirinya, juga Saphira, mengenai sopan santun
dalam masyarakat elf. Pertama ia menjelaskan bahwa
saat elf bertemu elf lain, mereka berhenti dap
menyentuhkan jari telunjuk dan tengah ke bibir
sebagai tanda bahwa "kita tidak akan memelesetkan
kebenaran selama percakapan kita." Ini diikuti
kata-kata "Atra esterni ono thelduin", yang dijawab
dengan "Atra du evarinya ono varda." "Dan," kata
Arya, "kalau kau bersikap sangat resmi, jawaban
ketiga diucapkan: Un atra mor'ranr lifa unin hjarta
onr', yang berarti, 'Dan semoga kedamaian ada di
hatimu'. Kalimat-kalimat ini diadopsi dari pemberkatan
yang dilakukan naga sewaktu persekutuan kami
dengan mereka mencapai puncaknya. Secara
keseluruhan bunyinya: Atra esterni ono thelduin,
Mor'ranr lifa unin hjarta onr, Un du evarinya ono
varda. "Atau: 'Kiranya keberuntungan menguasaimu,
kedamaian ada dalam hatimu dan bintang-bintang
menjagamu'." "Bagairnana kau tahu siapa yang
seharusnya bicara lebih dulu?" "Kalau kau menyapa
seseorang yang berstatus lebih tinggi daripada dirimu
atau kalau kau ingin menghormati bawahan, bicaralah
terlebih dulu. Kalau kau menyapa seseorang yang
statusnya lebih rendah daripada dirimu, bicaralah
terakhir. Tapi kalau kau tidak yakin dengan posisimu,
beri kesempatan lawanmu berbicara, dan kalau mereka
diam, bicaralah terlebih dulu. Begitulah aturannya."
Apa itu juga berlaku bagiku" tanya Saphira. Arya
mengambil daun kering dari tanah dan meremasnya, Di
belakangnya, perkemahan memudar dalam keremangan
sementara para kurcaci mengecilkan api unggun,
menutupinya dengan tanah agar baranya mampu
bertahan hingga pagi. "Sebagai naga, tidak ada yang
lebih tinggi dari kau dalam budaya kami. Bahkan Ratu
tidak akan mengklaim kewenangan atas dirimu. Kau
boleh bertindak dan berbicara sesuka hatimu. Kami
tidak mengharapkan naga terikat pada hukum kami."
Kemudian ia menunjukkan pada Eragon cara memutar
tangan kanannya dan meletakkannya di atas perut,
membentuk isyarat aneh. "Ini," kata Arya, "akan
kaugunakan sewaktu bertemu Islanzadi. Dengan
isyarat ini kau menunjukkan kau menawarkan
kesetiaan dan kepatuhanmu padanya." "Apakah ini
mengikat, seperti sumpah setiaku pada Nasuada?"
"Tidak, hanya sopan santun, dan tidak terlalu
berarti." Eragon bersusah payah mengingat berbagai
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
gerakan dan sapaan yang diajarkan Arya padanya.
Salamnya bervariasi antara pria dan wanita, dewasa
dan anak-anak, bocah laki-laki dan bocah perempuan,
juga berdasarkan peringkat dan prestasi. Daftarnya
panjang sekali, tapi Eragon tahu ia harus
menghafalkannya dengan sempurna. Sesudah ia
menyerap sebisa mungkin, Arya bangkit dan
membersihkan tangan. "Selama kau tidak lupa, kau
sudah cukup baik." Ia berbalik hendak pergi.
"Tunggu," kata Eragon. Ia mengulurkan tangan hendak
menghentikan Arya, lalu menarik kembali tangannya
sebelum Arya menyadari tindakannya. Arya berpaling
dengan pandangan bertanya, dan perut Eragon terasa
melilit sewaktu berusaha mencari cara untuk
mengutarakan pikirannya. Biarpun sudah berusaha
sebaik mungkin, ia akhirnya hanya mengatakan,
"Apakah kau baik-baik saja, Arya" & Kau tampak
banyak pikiran dan tidak biasa sejak kami
meninggalkan Hedarth." Ketika ekspresi wajah Arya
mengeras menjadi topeng kosong, Erag
Bidadari Pendekar Naga Sakti
on diam-diam mengernyit, tahu telah memilih
pendekatan yang salah, walau ia tak bisa menebak
kenapa pertanyaan tadi menyinggung perasaan Arya.
"Sesudah kita tiba di Du Weldenvarden," kata"Arya
padanya, "kuharap kau tidak berbicara seakrab itu
padaku, kecuali kau ingin bertengkar." Ia melangkah
pergi. Kejar! seru Saphira. Apa" Ia tidak boleh
marah padamu. Minta maaflah. Harga diri Eragon
memberontak. Tidak! Ia yang salah, bukan aku. Minta
maaflah, Eragon, kalau tidak, akan kupenuhi tendamu
dengan bangkai. Itu bukan ancaman kosong.
Bagaimana caranya" Saphira berpikir sejenak, lalu
memberitahu Eragon apa yang harus dilakukannya.
Tanpa membantah, Eragon melompat bangkit dan
melesat ke depan Arya, memaksa elf itu berhenti.
Arya menatapnya dengan ekspresi kaku. Eragon
menyentuh bibirnya dan berkata, "Arya Svit-kona,"
menggunakan salam yang baru saja dipelajarinya
untuk wanita yang sangat bijaksana. "Aku telah
berbicara buruk, dan untuk itu kumohon ampunanmu.
Saphira dan aku mengkhawatirkan kesejahteraanmu.
Sesudah semua yang kaulakukan bagi kami, rasanya
kami hanya bisa menawarkan bantuan kami sebagai
balasannya kalau kau membutuhkannya." Akhirnya
Arya mengalah dan berkata, "Keprihatinanmu
kuhargai. Dan aku juga telah berbicara dengan buruk."
Ia menunduk dalam kegelapan, sosoknya tampak
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
sangat kaku. "Kau menanyakan apa yang membuatku
gelisah, Eragon" Apa kau benar-benar ingin tahu"
Kalau begitu, akan kuberitahukan." Suaranya sangat
lembut. "Aku takut." Karena tertegun, Eragon tidak
menjawab, dan Arya melewatinya meninggalkannya
sendirian dalam malam. CERIS Di pagi hari keempat,
sewaktu Eragon berkuda di samping Shrrgnien, kurcaci
itu berkata, "Katakan, apa manusia benar-benar
memiliki sepuluh jari kaki, seperti kata orang" Karena
aku benar-benar belum pernah bepergian melewati
perbatasan kami." "Tentu saja kami memiliki sepuluh
jari kaki!" kata Eragon, tertegun. Ia bergeser di
pelana Snowfire, mengangkat satu kaki, menanggalkan
sepatu bot dan kaus kaki kanannya, lalu
menggerak-gerakkan jemari kakinya di bawah tatapan
Shrrgnien yang terpesona. "Kau tidak?" Shrrgnien
menggeleng. "Nay, kami memiliki tujuh jari di setiap
kaki. Begitulah Helzvog menciptakan kami. Lima
terlalu sedikit dan enam jumlah yang salah, tapi
tujuh... tujuh sudah pas." Ia melirik kaki Eragon lagi,
lalu menjejak keledainya malu dan bercakap-cakap
penuh semangat dengan Ama dan Hedin, yang akhirnya
memberikan sejumlah koin perak pada Shrrgnien.
Menurutku, kata Eragon sambil mengenakan sepatu
bot lagi, aku baru saja menjadi bahan taruhan. Entah
mengapa, Saphira menganggap hal itu sangat
menggelikan. Seiring turunnya senja dan terbitnya
bulan purnama, Sungai Edda mengalir lebih dekat
dengan tepi Du Weldenvarden. Mereka menyusuri jalan
setapak sempit melintasi gerombolan tanaman
dogwood dan rosebush yang saling melilit dan Peri
bunga, yang memenuhi udara malam dengan
keharumannya. Perasaan penuh semangat melanda
Eragon saat ia menatap hutan yang gelap, tahu
mereka memasuki wilayah elf dan dekat dengan Ceris.
Ia mencondongkan tubuh ke depan di pelana Snowfire,
tali kekang tertarik kuat di antara kedua tangannya.
Gairah Saphira sama besarnya dengan gairahnya;
naga itu melayang di atas kepala, melecutkan ekornya
ke sana kemari karena tidak sabar. Eragon merasa
mereka seperti berjalan memasuki mimpi. Rasanya
tidak nyata, katanya. Aye. Di sini legenda-legenda
lama masih hidup. Akhirnya mereka tiba di padang
rumput kecil di antara sungai dan hutan. "Berhenti di
sini," kata Arya pelan. Ia berjalan maju hingga berdiri
seorang diri di tengah rerumputan yang subur, lalu
berseru dalam Bahasa Kuno, "Majulah,
saudara-saudaraku! Tidak ada yang perlu kalian
takuti. Ini aku, Arya dari Ellesmera. Yang bersamaku
adalah para teman dan sekutu; mereka tidak berniat
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
buruk." Ia menambahkan kata-kata lain, yang asing
bagi Eragon. Selama beberapa menit, satu-satunya
suara yang terdengar hanyalah suara sungai mengalir
deras di belakang mereka, hingga dari bawah
dedaunan yang tidak bergerak terdengar serangkaian
kata dalam Bahasa Elvish, begitu cepat dan pelan
hingga E Bidadari Pendekar Naga Sakti
ragon tidak memahami artinya. Arya menjawab,
"Benar." Diiringi suara gemeresik, dua elf berdiri di
tepi hutan dan dua lagi melompat ringan ke sebatang
ek. Dua yang di tanah menyandang tombak panjang
bermata pisau putih, sementara dua lainnya membawa
busur. Semuanya mengenakan tunik berwarna lumut
dan kulit kayu di balik jubah berkibar-kibar yang
dijepitkan di bahu dengan bros gading. Yang satu
berambut sehitam rambut Arya. Yang tiga lagi
rambutnya seperti cahaya bintang. Elf-elf itu
berlompatan turun dari pohon dan memeluk Arya,
tertawa dengan suara mereka yang jernih. Mereka
bergandengan tangan dan menari mengelilingi Arya
seperti anak-anak, bernyanyi riang sambil berputar di
rerumputan. Eragon memandangi dengan terpesona.
Arya tidak pernah untuk berpikir bahwa elf
senang--atau bahkan bisa--tertawa. Suaranya luar
biasa, seperti suling dan harpa yang bergetar karena
musiknya sendiri. Ia berharap bisa mendengarnya
selamanya. Lalu Saphira melayang ke sungai dan
mendarat di samping Eragon. Saat ia mendekat, elf-elf
itu berteriak terkejut dan mengarahkan senjata ke
Saphira. Arya berbicara cepat dan dengan nada
menenangkan, memberi isyarat mula-mula pada
Saphira, lalu Eragon. Sewaktu ia berhenti sejenak
untuk menarik napas, Eragon menanggalkan sarung
tangan kanannya, memiringkan telapaknya hingga
gedwey ignasia di sana kena cahaya bulan, dan
berkata, seperti yang dulu dikatakannya pada Arya,
"Eka fricai un Shur'tugal." Aku Penunggang dan
teman. Teringat pelajarannya kemarin, ia menyentuh
bibirnya, sambil menambahkan, "Atra esterni ono
thelduin." Elf-elf itu menurunkan senjata sementara
wajah mereka yang bersegi berseri-seri karena suka
cita. Mereka menempelkan jari telunjuk masing-masing
ke bibir dan membungkuk pada Saphira dan Eragon,


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menggumamkan jawaban mereka dalam bahasa kuno.
Lalu mereka bangkit, menunjuk para kurcaci, dan
tertawa seakan ada lelucon tersembunyi. Sambil
berlari kembali ke dalam hutan, mereka melambai dan
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berseru, "Ayo, ayo!" Eragon mengikuti bersama
Saphira dan para kurcaci, yang menggerutu sendiri.
Sewaktu mereka lewat di antara pepohonan, kanopi di
atas kepala menyelimuti mereka dalam kegelapan
bagai beludru, kecuali di tempat cahaya bulan
menerobos sela-sela dedaunan yang saling menumpuk.
Eragon bisa mendengar para elf berbisik dan tertawa
di sekitarnya, sekalipun ia tidak bisa melihat mereka.
Sesekali, mereka berseru memberitahukan arah saat
ia atau para kurcaci salah arah. Di depan, api
berkobar dari balik pepohonan, melontarkan
bayang-bayang yang berlomba bagai hantu
menyeberangi lahan yang dipenuhi dedaunan. Sewaktu
Eragon memasuki lingkaran cahaya api, ia melihat tiga
gubuk kecil mengumpul di sekitar kaki pohon ek
besar. Tinggi di atas pohon terdapat panggung
beratap tempat penjaga bisa mengamati sungai dan
hutan, Sebatang tiang diikat di antara dua gubuk itu:
di sana tergantung berikat-ikat tanaman yang
mengering. Keempat elf itu menghilang ke dalam
gubuk, lalu kembali membawa sepelukan buah dan
sayuran--tapi tidak ada daging--dan mulai menyiapkan
hidangan bagi tamu-tamu mereka. Mereka
bersenandung sambil bekerja, berpindah dari satu
nada ke nada yang lain sesuka mereka. Sewaktu Orik
menanyakan nama mereka, elf berambut hitam
menunjuk dirinya sendiri dan berkata, "Aku Lifaen dari
House Rilvenar. Dan rekan-rekanku ini Edurna,
Celdin, dan Nari." Eragon duduk di samping Saphira,
gembira karena bisa beristirahat dan memandangi
para elf. Sekalipun keempatnya pria, wajah mereka
mirip wajah Arya, dengan bibir tipis, hidung ramping,
dan mata miring yang besar dan bersinar di bawah
alis matanya. Bagian tubuh mereka yang lain sama
persis, dengan bahu sempit dan lengan serta kaki
yang ramping. Masing-masing lebih mungil dan anggun
daripada manusia mana pun yang pernah ditemui
Eragon, dan sikap mereka unik dan eksotis. Siapa
pernah mengira aku akan mengunjungi tanah para elf"
tanya Eragon dalam hati. Ia tersenyum dan menyandar
ke sudut gubuk, mengantuk karena kehangatan api
unggun. Di atasnya, mata biru Saphira menari-nari
mengikuti para elf dengan ketepatan luar biasa. Ras
ini memiliki lebih b Bidadari Pendekar Naga Sakti
anyak sihir, kata Saphira akhirnya, daripada manusia
atau kurcaci. Mereka tidak merasa berasal dari tanah
atau batu, tapi dari alam lain, separo di dalam,
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
separo di luar, seperti bayangan yang dilihat dari
balik air. Yang jelas mereka anggun, kata Eragon.
Elf-elf itu bergerak leperti penari, setiap tindakan
mereka halus dan lincah. Brom pernah memberitahu
Eragon bahwa tidak sopan bagi siapa pun untuk
membicarakan pikiran mereka secara langsung kepada
naga Penunggang tanpa izin, dan para elf itu
mematuhi kebiasaan tersebut, mengucapkan
keras-keras berbagai komentar mereka pada Saphira,
yang lalu menjawab langsung pada elf-elf itu. Saphira
biasanya menahan diri tidak menyentuh benak manusia
dan kurcaci, dan membiarkan Eragon menyampaikan
kata-katanya, karena hanya sedikit anggota ras-ras
itu yang terlatih menjaga pikiran ketika mereka
menginginkan privasi. Rasanya juga tidak layak
menggunakan bentuk kontak sepribadi itu untuk
percakapan biasa. Tapi para elf tidak memiliki
keterbatasan tersebut; mereka menyambut Saphira
dalam benak mereka, memuja kehadirannya. Akhirnya
hidangan matang dan disajikan dalam piring-piring
berukir yang terasa seperti tulang padat, sekalipun
urat kayu terlihat di sela-sela ukiran bunga dan sulur
yang menghiasi tepinya. Eragon juga mendapat
segelas anggur gooseberry--dibuat dari bahan yang
sama tidak biasanya--dengan ukiran naga meliliti
gagangnya. Sementara mereka makan, Lifaen
mengeluarkan serangkaian pipa dan melantunkan
melodi yang menghanyutkan, jemarinya menari-nari di
berbagai lubangnya. Tidak lama kemudian elf
berambut perak terjangkung, Nari, mulai bernyanyi:
0! Hari sudah berlalu; bintang-bintang cemerlang;
Dedaunan tidak bergerak; bulan putih! Tertawalah
sesuka hati dan tertawakan musuh, Anak-anak Menoa
aman malam ini! Kita kehilangan anak hutan untuk
berjuang; Putri hutan ditangkap kehidupan; Terbebas
dari ketakutan dan terbebas dari api; Ia merenggut
Penunggang dari hamparan kegelapan! Sekali lagi
naga-naga membubung pada sayap mereka, Dan kami
membalas penderitaan mereka! Pedang yang kuat dan
lengan yang kuat, Waktunya tiba bagi kami untuk
membunuh raja! 0! Angin lembut; sungai dalam;
Pepohonan tinggi; burung-burung tidur! Tertawalah
sesuka hati dan tertawakan musuh, Tiba waktunya
menuai sukacita! Sesudah Nari selesai, Eragon
mengembuskan napasnya yang tertahan. Ia belum
pernah mendengar suara seperti itu; rasanya seolah
elf tersebut mengungkapkan intisari dirinya, jiwanya.
"indah sekali, Nari-vodhr." "Komposisi yang kasar,
Argetlam," kata Nari. "Tapi tetap saja aku berterima
kasih." Thorv mendengus. "Sangat cantik, Master Elf.
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Tapi, ada hal-hal yang lebih serius yang harus kita
tangani daripada mengutip ayat-ayat. Apakah kami
harus menemani Eragon lebih jauh lagi?" "Tidak,"
kata Arya tergesa-gesa, menarik pandangan dari
elf-elf yang lain. "Kalian boleh pulang besok pagi.
Kami akan memastikan Eragon tiba di Ellesmera."
Thorv menunduk. "Kalau begitu tugas kami selesai."
Saat membaringkan diri di ranjang yang disiapkan
para elf baginya, Eragon berusaha keras mendengar
kata-kata Arya, yang terdengar dari salah satu gubuk.
Sekalipun Arya menggunakan banyak kata asing dalam
bahasa kuno, Eragon menduga Arya tengah
menjelaskan kepada para tuan rumahnya bagaimana ia
kehilangan telur Saphira dan kejadian-kejadian yang
berlangsung sesudahnya. Timbul kesunyian panjang
sesudah Arya berhenti, lalu seorang elf berkata,
"Senang kau kembali, Arya Drottningu. Islanzadi
sangat berduka sewaktu kau tertangkap dan telurnya
dicuri, apalagi oleh para Urgal! Ia sakit hati--hingga
sekarang." "Huss, Edurna... huss," tegur yang lain.
"Dvergar kecil, tapi mereka memiliki telinga yang
tajam, dan aku yakin ini akan dilaporkan pada
Hrothgar." Lalu suara mereka bertambah pelan dan
Eragon tidak lagi bisa membedakan
gumaman-gumaman yang terdengar, yang menyatu
dengan bisikan dedaunan sementara ia tertidur, lagu
elf tadi berulang-ulang dalam mimpinya. Bau bunga
sangat tebal di udara sewaktu Eragon terjaga untuk
menyaksikan Du Weldenvarden yang bermandikan
cahaya matahari. Di atasnya mele
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ngkung atap dedaunan, didukuh batang-batang besar
yang membenamkan diri di tanah yahg kering dan
telanjang. Hanya lumut, pakis, dan beberapa
sesemakan rendah yang bertahan dalam keteduhan itu.
Jarangnya sesemakan menyebabkan ia bisa melihat
hingga jauh di sela pilar-pilar yang saling menjalin
dan berjalan bebas di bawah langit-langit daun.
Sewaktu berjalan, Eragon mendapati Thorv dan para
peng. awalnya telah berkemas-kemas dan siap
berangkat. Keleda; Orik terikat di belakang
tunggangan Ekksvar. Eragon mendekati Thorv dan
berkata, "Terima kasih, kalian semua, karena sudah
melindungi diriku dan Saphira. Tolong sampaikan rasa
terima kasih kami pada Undin." Thorv menekankan
tinjunya ke dada. "Akan kusampaikan pesanmu." Ia
ragu-ragu dan memandang gubuk-gubuk. "Elf ras yang
aneh, penuh cahaya dan kegelapan. Di pagi hari,
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mereka minum bersamamu; di malam hari, mereka
menusukmu. Jaga dirimu baik-baik, Shadeslayer.
Mereka sulit ditebak." "Akan kuingat pesanmu."
"Mmm." Thorv memberi isyarat ke arah sungai.
"Mereka berencana pergi ke Danau Eldor dengan
perahu. Akan kauapakan kudamu" Kami bisa
membawanya kembali ke Tarnag bersama kami, dan
dari sana, ke Tronjheim." "Perahu!" seru Eragon
kecewa. Tadinya ia merencanakan membawa Snowfire
ke Ellesmera. Rasanya menyenangkan untuk memiliki
kuda saat Saphira tidak berada di dekatnya, atau di
tempat-tempat yang terlalu sempit bagi sosok Saphira.
Ia mengelus bakal janggut di rahangnya. "Tawaran
yang baik. Maukah kau memastikan Snowfire dirawat
dengan baik" Aku tidak akan tahan kalau terjadi
apa-apa padanya." "Demi kehormatanku," kata Thorv,
"kau akan mendapatinya gemuk dan lincah saat
kembali nanti." Eragon mengambil Snowfire dan
mengalihkan kuda itu, pelananya, dan peralatan
perawatannya ke tangan Thorv. Ia mengucapkan
selamat jalan pada setiap pejuang, lalu ia, Saphira,
dan Orik mengawasi para kurcaci itu menunggang
keledai masing-masing menyusuri jalan setapak
tempat merek datang tadi. Sesudah kembali ke gubuk,
Eragon dan sisa rombongannya mengikuti para elf ke
rumpun di tepi Sungai Edda. Di sana, terikat di kedua
sisi sebongkah batu besar, terdapat dua kano putih
besar berukiran sulur-suluran di sisinya. Eragon naik
ke perahu terdekat dan meletakkan ransel di bawah
kaki. Ia terpesona ketika menyadari betapa ringan
perahu itu; ia bisa mengangkatnya dengan satu
tangan. Yang lebih mengejutkan lagi, lunasnya tampak
terbuat dari panel-panel kulit pohon birch yang
digabung menjadi satu kesatuan yang utuh. Dengan
penasaran, ia menyentuh sisi-sisi perahu. Kulit
kayunya terasa keras dan kencang, seperti perkamen
yang direntangkan, dan sejuk akibat bersentuhan
dengan air. Ia mengetuknya dengan buku jari. Papan
berserat itu bergetar seperti drum teredam. "Apa
semua perahu kalian dibuat seperti ini?" tanyanya.
"Semua kecuali yang paling besar," jawab Nari, sambil
duduk di haluan perahu Eragon. "Untuk yang itu, kami
bernyanyi pada cedar dan ek terbaik hingga
terbentuk." Sebelum Eragon sempat menanyakan apa
maksud elf itu, Orik menggabungkan diri di kano
mereka sementara Arya dan Lifaen menempati kano
kedua. Arya berpaling pada Edurna dan Celdin--yang
berdiri di tepi sungai--lalu berkata, "Jaga jalan ini
agar tidak ada yang mengikuti kami, dan jangan
beritahu siapa pun mengenai kehadiran kami. Harus
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ratu yang pertama kali tahu. Aku akan mengirim
pasukan tambahan begitu kami tiba di Silthrim."
"Arya Drottningu." "Semoga bintang-bintang
mengawasi kalian!" jawab Arya. Sambil membungkuk
ke depan, Nari dan Lifaen mengambil tongkat-tongkat
sepanjang sepuluh kaki yang ditajamkan dari dalam
perahu dan mendorong perahu ke hulu. Saphira masuk
ke air di belakang mereka dan berjalan di dasar
sungai hingga mereka Sejajar. Sewaktu Eragon
memandangnya, Saphira mebgerlapkan sebelah mata
dengan malas, lalu menyelam, membuat sungai
meninggi melewati punggungnya yang bergerigi. Para
elf tertawa sewaktu ia berbuat begitu dan memuji
ukuran serta kekuatannya. Sesudah satu jam, mereka
tiba di Danau Eldor, yang tertutup ombak-ombak kecil.
Berbagai burung dan nyamuk beterbangaa dekat
deretan pepohonan di tepi
Bidadari Pendekar Naga Sakti
barat, sementara tepi timurnya miring ke dataran. Di
sisi itu berkeliaran ratusan rusa. Begitu mereka
lepas dari arus sungai, Nari dan Lifaen menyimpan
tongkatnya, lalu membagikan dayung berbilah daun,
Orik dan Arya tahu cara mengendalikan perahu, tapi
No harus menjelaskan prosesnya pada Eragon. "Kita
berbelok ke sisi mana pun kau mendayung," kata elf
itu. "Jadi kalau aku mendayung di sisi kanan dan Orik
mendayung di sisi kiri, kau harus mendayung di satu
sisi terlebih dulu lalu di sisi yang lain, kalau tidak
kita akan menyimpang." Di siang hari, rambut Nari
tampak berpendar seperti kawat sangat halus, setiap
helainya membara. Dalam waktu singkat Eragon
menguasai keahlian itu, dan seiring dengan
terbiasanya ia dengan gerakan itu, benaknya jadi
bebas untuk melamun. Dengan begitu, ia mengapung
di permukaan danau yang sejuk, tenggelam dalam
dunia fantastis yang tersembunyi di balik matanya.
Sewaktu diam sejenak untuk mengistirahatkan
lengannya, ia mengeluarkan lagi cincin teka-teki Orik
dari sabuknya dan bersusah payah menata
cincin-cincin emas keras kepala itu ke dalam pola
yang benar. Nari menyadari apa yang dilakukannya.
"Boleh kulihat cincin itu?" Eragon memberikan cincin
itu kepada si elf, yang berbalik. Selama beberapa
saat, Eragon dan Orik mengendalikan kano sementara
Nari berusaha memecahkan cincin yang berkaitan


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tersebut. Lalu, sambil berseru gembira, Nari
mengangkat tangan, dan cincin yang utuh berkilau di
jari tengahnya. "Teka-teki yang menyenangkan," kata
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Nari. Ia menanggalkan cincin itu dan
mengguncangnya, hingga keadaannya kembali seperti
semula sewaktu ia mengembalikannya pada Eragon.
"Bagaimana caramu memecahkannya?" tanya Eragon,
kecewa dan iri karena Nari mampu menguasai
teka-teki itu demikian mudah. "Tunggu... Jangan
beritahukan. Aku mau menebaknya sendiri." "Tentu
saja," kata Nari, sambil tersenyum. LUKA MASA LALU
Selama tiga setengah hari, para penduduk Carvahall
membicarakan serangan terakhir, tragedi kematian
Elmund muda, dan apa yang mungkin bisa dilakukan
untuk meloloskan diri dari bencana yang mereka
hadapi. Perdebatan pahit dan penuh kemarahan
berlangsung di setiap ruangan di setiap rumah.
Dengan sepatah kata, teman bisa berbalik menjadi
lawan, suami berselisih dengan istri, anak-anak
menentang orangtua, tapi berbaik kembali beberapa
saat kemudian dalam usaha panik untuk menemukan
cara bertahan hidup. Ada yang mengatakan bahwa
karena Carvahall toh akan tetap hancur, mungkin
sebaiknya mereka membunuh Ra'zac dan para prajurit
yang tersisa sehingga setidaknya mereka bisa
membalas dendam. Yang lain mengatakan kalau
Carvahall memang benar-benar sudah ditakdirkan
hancur, maka satusatunya tindakan yang logis adalah
menyerah dan memasrahkan diri pada belas kasihan
Raja, sekalipun itu berarti siksaan dan kematian bagi
Roran dan perbudakan bagi semua orang lainnya. Tapi
ada juga orang-orang yang tidak menyetujui kedua
pendapat itu, dan memilih merasa marah terhadap
setiap orang yang menimbulkan bencana ini. Banyak
yang berusaha sekuat tenaga menyembunyikan
kepanikan mereka dengan minuman keras. Ra'zac
sendiri tampak menyadari bahwa dengan kematian
sebelas prajurit, mereka tidak lagi memiliki kekuatan
yang cukup besar untuk menyerang Carvahall, dan
dengan begitu mengundurkan diri semakin jauh di
jalan. Mereka cukup puas dengan mendirikan sejumlah
pos penjagaan di seantero Lembah Palancar dan
menunggu. "Menunggu pasukan dari Ceunon atau
Gil'ead, kalau kalian tanya pendapatku," kata Lorinn
pada suatu pertemuan. Roran mendengarkan pendapat
itu dan yang lainnya, menyimpan pikirannya sendiri,
dan diam-diam mempertimbangkan berbagai rencana.
Semua tampak terlalu berisiko dan berbahaya. Roran
masih belum memberitahu Sloan bahwa dirinya dan
Katrina telah bertunangan. Ia tahu menunggu
merupakan tin. dakan bodoh, tapi ia takut akan reaksi
si tukang jagal kalau mengetahui Roran dan Katrina
telah melanggar tradisi dan, dengan begitu,
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
menyepelekan kewenangan Sloan. Lagi pula ada
banyak pekerjaan untuk mengalihkan perhatian Roran;
ia meyakinkan diri bahwa memperkuat pertahanan di
sekeliling Carvahall merupakan
Bidadari Pendekar Naga Sakti
tugas terpentingnya saat ini. Mendapatkan bantuan
dari orang-orang ternyata lebih mudah daripada
dugaan Roran. Sesudah pertempuran terakhir, para
penduduk desa lebih bersedia mendengarkan dan
mematuhi dirinya-tepatnya, mereka yang tidak
menyalahkan dirinya atas kesialan yang menimpa
mereka. Ia bingung dengan kewenangan barunya,
hingga menyadari bahwa kewenangan itu timbul akibat
keterpesonaan, penghormatan, dan mungkin bahkan
ketakutan karena pembunuhan-pembunuhan yang
dilakukannya. Mereka memanggilnya
Stronghammer--Martil Kuat. Roran Stronghammer. Ia
senang dengan nama itu. Saat malam menyelimuti
lembah, Roran bersandar ke sudut ruang makan Horst,
matanya terpejam. Percakapan terus mengalir di
antara para pria dan wanita di sekeliling meja yang
diterangi lilin. Kiselt tengah menjelaskan kondisi
persediaan Carvahall. "Kita tidak akan kelaparan,"
katanya mengakhiri, "tapi kalau tidak bisa segera
mengurus ladang dan ternak sebaiknya kita gorok
leher kita sendiri sebelum musim dingin yang akan
datang. Itu nasib yang lebih baik." Horst merengut.
"Tahi kucing!" "Tahi kucing atau bukan," kata
Gertrude, "aku ragu kita akan mendapat kesempatan
untuk mengetahuinya. Perbandingan kita dengan para
prajurit sepuluh banding satu sewaktu mereka tiba.
Mereka kehilangan sebelas orang; kita kehilangan dua
belas, dan aku merawat sembilan orang lainnya yang
luka. Apa yang akan terjadi, Horst, saat jumlah
mereka terbanyak daripada kita sepuluh banding
satu?" "Kita beri alasan pada keparat-keparat itu
untuk mengingat nama kita," balas si tukang besi.
Gertrude menggeleng sedih. Loring menghantam meja
dengan tinju. "Dan menurutku sekarang giliran kita
untuk menyerang, sebelumn kita kalah banyak. Kita
hanya membutuhkan beberapa orang, perisai, dan
tombak, maka kita akan bisa menyapu hama seperti
mereka. Kita bisa melakukannya malam ini!" Roran
bergerak gelisah. Ia pernah mendengar semua ini, dan
seperti sebelumnya, usulan Loring memicu perdebatan
yang melanda seluruh kelompok. Sesudah satu jam,
perdebatan masih tidak menunjukkan tanda-tanda
mencapai kesepakatan, juga tidak ada gagasan baru
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
yang diutarakan, kecuali saran Thane agar Gedric
menyamak kulitnya sendiri, yang nyaris memicu
perkelahian. Akhirnya, sewaktu percakapan mereda,
Roran tertatih-tatih mendekati meja secepat yang bisa
dilakukannya dengan kaki terluka. "Ada yang ingin
kukatakan." Baginya ini seperti menginjak duri
panjang dan langsung mencabutnya tanpa memikirkan
sakitnya; ia harus melakukannya, dan semakin cepat
semakin baik. Semua mata--dengan ekspresi keras,
lunak, marah, ramah, tak acuh, dan
penasaran-berpaling kepadanya, dan Roran menghela
napas dalam. "Tidak ada keputusan akan membunuh
kita sepasti pedang atau anak panah." Orval memutar
bola mata, tapi yang lain masih mendengarkan. "Aku
tidak tahu apakah kita sebaiknya menyerang atau
melarikan diri--" "Ke marta?" dengus Kiselt. "--tapi
aku tahu satu hal: para anak, ibu, dan teman kita
yang terluka harus dilindungi dari bahaya. Ra'zac
menghalangi jalan kita ke rumah Cawley dan tanah
pertanian lain di lembah. Jadl apa" Kita lebih men
genal tanah ini daripada siapa pun di Alagaesia, dan
ada satu tempat... ada satu tempat di mana
orang-orang terkasih kita akan aman: Spine." Roran
meringis saat teriakan-teriakan kemarahan
menyerangnya. Sloan yang paling keras, berseru,
"Lebih baik aku digantung sebelum menjejakkan satu
kaki pun di pegunungan terkutuk itu!" "Roran," kata
Horst, mengalahkan keributan. "Kau, di antara semua
orang, seharusnya paling tahu Spine terlalu
berbahaya--di sanalah Eragon menemukan batu yang
memicu kedatangan Ra'zac! Pegunungan itu dingin dan
penuh serigala, beruang, dan monster-monster lain.
Kenapa kau bahkan menyebutnya?" Agar Katrina
aman! Roran ingin meneriakkannya. Tapi ia malah
berkata, "Karena berapa pun prajurit yang bisa
dikerahkan Ra'zac, mereka tidak akan pernah berani
memasuki Spine. Tidak sesudah Galbatorix kehilangan
separo pasukannya di sana." "Sudah lama sekali,"
kata Mom ragu-ragu. Roran segera menerkam
pernyataan itu. "Dan kisah-kisahnya tumbuh semakin
menakutkan! Ada jalan Bidadari Pendekar Naga Sakti
setapak ke puncak Air Terjun Igualda. Kita hanya
perlu mengirim anak-anak dan yang lainnya ke sana.
Mereka cuma akan berada di tepi pegunungan, tapi
mereka tetap aman. Kalau Carvahall berhasil dikuasai,
mereka bisa menunggu hingga para prajurit pergi, lalu
mencari perlindungan di Therinsford." "Terlalu
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
berbahaya," kata Sloan. Si tukang daging
mencengkeram tepi meja begitu keras hingga ujung
jemarinya memutih. "Dinginnya, hewan-hewan
buasnya. Tidak ada orang waras yang bersedia
mengirimkan keluarganya ke sana. "Tapi...." Roran
bimbang, tidak siap mendengar reaksi Sloan.
Sekalipun tahu si tukang daging lebih membenci Spine
dibandingkan yang lain--karena istrinya tewas akibat
jatuh dari tebing di samping Air Terjun
Igualda--tadinya ia berharap keinginan Sloan
melindungi Katrina cukup kuat untuk mengalahkan
ketakutannya. Roran sekarang memahami ia harus
merebut kepercayaan Sloan seperti ia merebut
kepercayaan semua orang lainnya. Dengan nada
membujuk, Roran berkata, "Tidak seburuk itu. Salju
sudah mulai mencair dari puncak. Udara di Spine tidak
lebih dingin daripada di sini beberapa bulan yang
lalu. Dan aku ragu serigala atau beruang akan
mengusi kelompok sebesar itu." Sloan mengernyit,
mengerutkan bibir, dan menggeleng. "Kau tidak akan
menemukan apa-apa kecuali kematian di Spine." Yang
lain tampak setuju, tapi justru malah memperkuat
kebulatan tekad Roran, karena ia yakin Katrina akan
tewas kalau ia tak bisa membujuk mereka. Ia
mengamati wajah-wajah oval dan panjang di
sekitarnya, mencari ekspresi simpati. "Delwin, aku
tahu kejam sekali aku mengatakannya, tapi
seandainya Elmund tidak berada di Carvahall, ia pasti
masih hidup. Kau tentu setuju ini tindakan yang
benar! Kau memiliki kesempatan menyelamatkan
orangtua-orangtua lainnya dari penderitaan seperti
yang kau alami." Tidak ada yang menjawab. "Dan
Birgit!" Roran memaksa diri mendekati wanita itu,
mencengkeram punggung kursi agar tidak jatuh. "Kau
mau Nolfavrell mengalami nasib yang sama seperti
ayahnya" Ia harus pergi. Apa kau tidak bisa
memahami, ini satu-satunya cara agar Nolfavrell
aman?" Sekalipun mencoba sebaik-baiknya
menahannya, Roran bisa merasakan air mata
membanjiri matanya. "Ini demi anak-anak!" teriaknya
marah. Ruangan sunyi sementara Roran menatap kayu
di bawah tangannya, berusaha keras mengendalikan
diri. Delwin yang pertama kali bergerak. "Aku tidak
akan pernah meninggalkan Carvahall selama para
pembunuh putraku masih di sini. Tapi," ia diam
sejenak, lalu melanjutkan dengan kelambatan yang
menyakitkan, "aku tidak bisa mengingkari kebenaran
kata-katamu; anak-anak harus dilindungi." "Seperti
yang kukatakan sejak awal," kata Tara. Lalu Baldor
berbicara, "Roran benar. Kita tidak bisa membiarkan
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
diri kita dibutakan ketakutan. Sebagian besar dari
kita pernah mendaki ke puncak air terjun itu. Tempat
tersebut cukup aman." "Aku juga," kata Birgit,
akhirnya menambahkan, "harus setuju " Horst
mengangguk. "Aku lebih suka tidak melakukannya, tapi
mengingat situasinya... kurasa kita tidak memiliki
pilihan lain." Semenit kemudian, para pria dan wanita
mulai menyetujui usul itu dengan enggan. Omong
kosong!" raung Sloan. Ia berdiri dan menunjuk Roran
dengan sikap menuduh. "Bagaimana cara mereka
mendapatkan cukup makanan untuk menunggu hingga
berminggu-minggu" Mereka tidak bisa membawanya.
Bagaimana cara mereka agar tetap hangat" Kalau
menyalakan api unggun mereka akan terlihat!
Bagaimana, bagaimana, bagaimana" Kalau tidak
kelaparan, mereka mati beku. Kalau tidak mati beku,
mereka akan disantap. Kalau mereka tidak disantap...
Siapa tahu" Mereka mungkin jatuh!" Roran
membentangkan lengan. "Kalau kita semua membantu
mereka akan memiliki banyak makanan. Api tidak akan
jadi masalah kalau mereka masuk lebih jauh ke dalam
hutan, yang harus mereka lakukan, karena tidak cukup
ruang untuk berkemah di dekat air terjun." "Alasan!
Pembenaran!" "Menurutmu apa yang harus kita
lakukan, Sloan?" tanya Morn, menatap si tukang
daging dengan pandangan ingin tahu. Sloan tertawa
pahit. "Bukan ini." "Kalau begitu apa?" "Tidak
penting. Hanya saja ini pilihan yang salah." "Kau tid
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ak harus ikut," kata Horst. "Aku juga tidak ingin
ikut," kata si tukang daging. "Lanjutkan saja kalau
kalian mau, tapi aku atau keturunanku tidak akan
memasuki Spine selama masih ada sumsum di
tulangku." Ia menyambar topinya dan berlalu sambil
memelototi Roran, yang membalas dengan sikap yang
sama. Menurut Roran, Sloan membahayakan Katrina
dengan sikap keras kepalanya yang bodoh. Kalau ia
tidak bisa membuat dirinya menerima bahwa Spine
merupakan tempat pengungsian, pikir Roran
mengambil keputusan, ia jadi musuhku dan aku harus
menangani sendiri masalah ini. Horst mencondongkan
tubuh ke depan pada sikunya dan mengatupkan
jari-jarinya yang tebal. "Nah... Kalau kita akan
menggunakan rencana Roran, persiapan apa yang
dibutuhkan" Mereka berpandangan dengan waspada,
lalu mulai mendiskusikan hal itu. Roran menunggu


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hingga yakin ia tujuannya telah tercapai sebelum
keluar dari ruang makan. Dengan tertatih-tatih
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
melintasi desa yang temaram, ia mencari Sloan di
batas dalam dinding pohon. Akhirnya ia melihat si
tukang daging jongkok di bawah suluh, perisainya
terikat di lutut. Roran berputar pada satu kaki dan
berlari ke toko Sloan, bergegas ke dapur di belakang.
Katrina berhenti menata meja dan menatap Roran
dengan tertegun. "Roran! Kenapa kau kemari" Apakah
kau sudah memberitahu Ayah?" "Belum." Roran
mendekat dan meraih lengan Katrina, menikmati
sentuhannya. Sekadar berada dalam ruangan yang
sama dengan Katrina saja mampu memenuhinya
dengan perasaan suka cita. "Ada pertolongan besar
yang harus kuminta darimu. Sudah diputuskan untuk
mengirim anak-anak dan beberapa orang lainnya ke
Spine, ke atas Air Terjun Igualda." Katrina tersentak.
"Kuminta kau menemani mereka." Dengan ekspresi
kaget, Katrina menarik tangannya hingga lepas dan
berbalik memandang perapian yang terbuka. Ia
memeluk diri dan menatap api yang berkobar. Lama ia
tidak mengatakan apa-apa. Lalu: "Ayah melarangku
pergi ke air terjun itu sesudah Ibu meninggal. Tanah
pertanian Albem adalah tempat terdekat dengan Spine
yang pernah kukunjungi selama lebih dari sepuluh
tahun." Ia bergidik, dan nadanya berubah menuduh.
"Bagaimana kau bisa tega menyarankan aku
meninggalkan kau dan ayahku sekaligus" Ini rumahku,
juga rumahmu. Dan kenapa aku harus pergi sementara
Elain, Tara, dan Birgit tetap tinggal?" "Katrina,
tolong." Roran dengan hati-hati menyentuh bahu
Katrina. "Ra'zac kemari mencariku, dan aku tidak
ingin kau terluka karenanya. Selama kau terancam
bahaya, aku tidak bisa memusatkan perhatian pada
apa yang harus dilakukan: mempertahankan
Carvahall." "Siapa yang akan menghormatiku kalau
aku melarikan diri seperti pengecut?" Katrina
mengangkat dagu. "Aku akan malu menghadapi para
wanita Carvahall dan mengaku sebagai istrimu"
Pengecut" Tidak ada kepengecutan dalam menjaga dan
melindungi anak-anak di Spine. Bahkan memasuki
pegunungan membutuhkan keberanian yang lebih besar
daripada tetap tinggal." "Kengerian apa ini?" bisik
Katrina. Ia meronta dalam pelukan Roran, matanya
berkilau dan mulutnya kaku. "Orang yang akan menjadi
suamiku tidak lagi menginginkan aku di sisinya."
Roran menggeleng. "Itu tidak benar. Aku--" "Benar!
Bagaimana kalau kau terbunuh sementara aku tidak
ada?" "Jangan berkata--" "Tidak! Kecil harapan
Carvahall bisa selamat, dan kalau kit, harus mati, aku
lebih suka mati bersama daripada meringkuk di Spine
tanpa kehidupan atau hati. Biar mereka yang bersama
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
anak-anak menjaga diri mereka sendiri. Seperti aku
juga," Air mata bergulir di pipinya. Rasa syukur dan
takjub melanda diri Roran ketika melihat pengabdian
Katrina. Ia menatap dalam-dalam mata gadis itu,
"Demi cinta itulah aku ingin kau pergi. Aku tahu
perasaanmu. Aku tahu ini pengorbanan terbesar yang
bisa dilakukan salah satu dari kita, dan kuminta kau
melakukannya sekarang." Katrina menggigil, seluruh
tubuhnya kaku, kedua tangannya yang putih
mencengkeram erat sabuk muslinnya. "Kalau
kulakukan," katanya dengan suara gemetar, "kau
harus berjanji padaku, sekarang juga, bahwa kau tidak
akan pernah mengajukan permintaan seperti itu lagi.
Kau harus berjanji bahwa kalau kita menghadapi
Galbatorix s Bidadari Pendekar Naga Sakti
endiri sekalipun dan hanya salah satu dari kita yang
bisa lolos, kau tidak akan memintaku pergi." Roran
memandangnya tanpa daya. "Tidak bisa." "Kalau
begitu, bagaimana kau bisa mengharapkan aku
melakukan apa yang kau sendiri tidak mau
melakukannya?" jerit Katrina. "Itu imbalan bagiku, dan
tidak ada emas atau perhiasan atau kata-kata indah
yang bisa menggantikan sumpahmu. Kalau kau tidak
cukup peduli padaku untuk melakukan pengorbananmu
sendiri, Roran Stronghammer, pergilah, dan aku tidak
ingin bertemu denganmu lagi!" Aku tidak bisa
kehilangan dirinya. Sekalipun nyaris tidak tahu
menanggung kesengsaraannya, Roran menunduk dan
berkata, "Aku berjanji." Katrina mengangguk dan
duduk di kursi--punggunpya kaku dan tegak--dan
mengeringkan air matanya dengan pergelangan tangan
bajunya. Dengan suara pelan ia berkata, "Ayah pasti
tidak suka dengan kepergianku." "Bagaimana kau
akan memberitahunya?" "Tidak akan kuberitahu," kata
Katrina dengan sikap menantang. "Ia tidak akan
pernah mengizinkan aku masuk ke Spine, tapi ia tidak
bakal berani mengejarku ke pegunungan; ia lebih
takut pada pegunungan itu daripada pada kematian."
"Ia mungkin lebih takut lagi kehilangan dirimu." "Kita
lihat saja. Jika--kalau--tiba saat untuk kembali,
kuharap kau sudah membicarakan pertunangan kita
padanya. Dengan begitu ia seharusnya memiliki cukup
waktu untuk menerima faktanya." Roran mengangguk
setuju, sambil berpikir bahwa mereka beruntung kalau
semua berjalan sebaik itu. LUKA-LUKA MASA KINI
Saat subuh tiba, Roran terjaga dan berbaring menatap
langit-langit putih sambil mendengarkan helaan pelan
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
napasnya sendiri. Semenit kemudian, ia berguling
turun dari ranjang, berpakaian, dan berjalan ke dapur.
Ia mengambil sepotong roti, mengolesinya dengan keju
lunak, lalu melangkah ke serambi depan untuk makan
dan menikmati matahari terbit. Ketenangannya tak
lama kemudian dikacaukan sekawanan anak kusut yang
berlarian menerobos kebun rumah sebelah,
menjerit-jerit gembira memainkan Tangkap-si-Kucing,
diikuti sejumlah orang dewasa yang berniat
menangkap anak masing-masing. Roran memandangi
rombongan yang ribut itu menghilang di balik
tikungan, lalu memasukkan potongan roti terakhir ke
mulutnya dan kembali ke dapur, yang telah dipenuhi
para penghuni rumah lainnya. Elain menyapanya.
"Selamat pagi, Roran." Ia mendorong daun jendela dan
menatap ke langit. "Tampaknya hujan akan turun lagi."
"Semakin deras semakin baik," kata Horst. "Dengan
begitu kita tetap tersembunyi saat mendaki
Pegunungan Narnmor." "Kita?" tanya Roran. Ia duduk
di meja di samping Albriech, yang masih
menggosok-gosok matanya untuk mengusir kantuk.
Horst mengangguk. "Sloan benar mengenai makanan d
pasokan; kita harus membantu membawanya ke air
terjun, kalau tidak, takkan mencukupi." "Apa masih
akan ada orang-orang untuk mempertahankan
Carvahall?" "Tentu saja, tentu saja. Begitu mereka
semua telah sarapan, Roran membantu Baldor dan
Albriech membungkus makanan, selimut, dan
persediaan menjadi tiga buntalan besar. Mereka lalu
menyandangnya di bahu dan membawanya ke ujung
utara desa. Betis Roran menyiksanya, tapi ia masih
mampu menahan sakitnya. Di perjalanan mereka
bertemu tiga bersaudara Darmmen, Larne, dan
Hamund, yang juga membawa beban. Tepat di dalam
parit yang mengelilingi rumah-rumah, Roran dan
rekan-rekannya mendapati serombongan besar
anak-anak, orangtua, dan kakek-nenek yang sibuk
mengorganisir ekspedisi ini. Beberapa keluarga
meminjamkan keledai mereka untuk membawa
barang-barang dan anak-anak yang lebih muda;
hewan-hewan itu diikat dalam barisan yang kacau dan
tidak sabar, menambah kebingungan. Roran
meletakkan buntalan di tanah dan mengamati kelompok
itu. Ia melihat Svart--paman Ivor dan, dengan usia
hampir enam puluh tahun, merupakan pria tertua di
Carvahall--duduk di setumpuk pakaian, menggelitik
bayi dengan ujung janggut berubannya yang panjang;
Nolfavrell, yang dijaga Birgit; Felda, Nolla, Calitha,
dan sejumlah ibu lain yang tampak khawatir; serta
banyak orang yang enggan lainnya. Roran juga melihat
Pendekar Cambuk Naga Prahara Raden Klowor m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Katrina di antara keramaian. Katrina menengadah dari
bungkusan yang te Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Eldest (The Inheritance Cycle 2) Bidadari Pendekar Naga Sakti
ngah diikatnya dan tersenyum pada Roran, lalu
kembali melakukan tugas. Karena tampaknya tidak
ada yang memimpin, Roran berusaha sebaik-baiknya
untuk mengatasi kekacauan dengan mengawasi
penataan dan pengemasan berbagai pasokan. Ia
mendapati kantong air ternyata masih kurang, tapi
sewaktu meminta lagi, ia justru mendapat tiga belas
kantong terlalu banyak. Penundaan-penundaan seperti
itulah yang menghabiskan pagi hari. Saat berdiskusi
dengan Loring mengenai kemungkinan perlunya sepatu
tambahan, Roran berhenti saat melihat Sloan berdiri
di mulut lorong. Tukang daging itu menatap
kesibukan di depannya. Kesebalan terlihat jelas dari
bibirnya yang mencibir. Ekspresinya berubah menjadi
ketertegunan sekaligus kemurkaan sewaktu ia melihat
Katrina, yang menyandang bungkusan, menghapus
kemungkinan apa pun bahwa kehadirannya di sana
sekadar untuk membantu. Pembuluh darah di tengah
dahi Sloan berdenyut-denyut. Roran bergegas
mendekati Katrina, tapi Sloan mencapainya lebih dulu.
Sloan menyambar bagian atas bungkusan dan
mengguncangnya kuat-kuat, sambil berteriak, "Siapa
yang memaksamu berbuat begitu?" Katrina mengatakan
sesuatu tentang anak-anak dan mencoba membebaskan
diri, tapi Sloan menyentakkan
bungkusannya--memuntir lengan Katrina dan tali
bungkusan pun terlepas dari bahunya--dan
melemparkannya ke tanah hingga isinya berhamburan.
Sambil terus berteriak, Sloan menyambar lengan
Katrina dan menyeretnya pergi. Katrina menjejakkan
tumit dan melawan, rambut tembaganya terurai di
wajahnya seperti badai debu. Dengan murka Roran
menerjang Sloan dan menjauhkannya dari Katrina,
mendorong dada tukang daging itu hingga ia terhuyung
ke belakang beberapa yard. "Hentikan! Aku yang ingin
ia pergi." Sloan memelototi Roran dan meraung, "Kau
tidak berhak!" "Aku berhak sepenuhnya." Roran
memandang penonton yang berkerumun di sekitarnya
dan berbicara cukup keras agar semua bisa
mendengar: "Katrina dan aku telah bertunangan, dan
aku tidak akan membiarkan calon istriku diperlakukan
seperti itu!" Untuk pertama kalinya hari itu, para
penduduk desa membisu sepenuhnya; bahkan
keledai-keledai pun tidak bersuara. Keterkejutan dan
kesakitan mendalam yang tak tersembuhkan terpancar
di wajah Sloan, bersama kilau air mata. Selenak
Roran bersimpati padanya, lalu serangkaian kernyitan
mengubah wajah Sloan, setiap kali lebih buruk dari
sebelumnya hingga wajahnya berubah merah padam. Ia
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
memaki dan berkata, "Dasar pengecut bermuka dua!
Bagaimana kau bisa menatap mataku dan berbicara
seperti orang jujur sementara, pada saat yang sama,
kau merayu putriku tanpa izin" Kuhadapi kau dengan
niat baik, tapi ternyata kau merusak rumahku tanpa
sepengetahuanku." "Tadinya aku berharap bisa
melakukannya dengan benar," kata Roran, "tapi
peristiwa-peristiwa yang terjadi tidak mendukungku.
Aku tak pernah berniat membuatmu sedih. Sekalipun
segalanya tidak berjalan seperti yang kita harapkan,
aku masih mengharapkan restumu, kalau kau bersedia
memberikannya." "Lebih baik aku punya menantu babi
penuh belatung daripada kau! Kau tidak memiliki
tanah pertanian. Kau tidak memiliki keluarga. Dan kau
tidak boleh berhubungan dengan putriku!" Si tukang
daging kembali memaki. "Dan ia tidak boleh pergi ke
Spine!" Sloan meraih Katrina, tapi Roran
menghalanginya, wajahnya sama kerasnya dengan
tinjunya yang terkepal. Dengan jarak yang sangat
dekat, mereka saling menatap, gemetar akibat kuatnya
emosi masing-masing. Mata Sloan yang merah tampak
penuh kegilaan. "Katrina, kemari," kata Sloan. Roran
menjauhi Sloan--hingga mereka bertiga membentuk
segitiga--dan memandang Katrina. Air mata mengalir
di wajah gadis itu saat ia memandang Roran dan
ayahnya bergantian. Ia maju, ragu-ragu, lalu sambil
menangis gusar, ia menarik rambutnya karena
kebingungan. "Katrina!" seru Sloan agak takut.
"Katrina," gumam Roran. Mendengar suara Roran, air
mata Katrina berhenti mengalir dan ia berdiri tegak,
tenang. Ia berkata, "Maafkan aku, Ayah, tapi aku
sudah memutuskan untuk menikah dengan Roran," dan
melangkah ke samping Roran. Sloan berubah pucat
pasi. Ia menggigit bibir begitu keras hingga setetes
darah m Bidadari Pendekar Naga Sakti
uncul. "Kau tidak bisa meninggalkanku! Kau putriku!"
Ia menerjang Katrina dengan jemari siap mencakar.
Pada saat itu, Roran meraung dan memukul si tukang
daging sekuat tenaga, membuatnya terkapar di tanah


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di depan penduduk desa. Sloan bangkit
perlahan-lahan, wajah dan lehernya merah karena
malu. Sewaktu memandang Katrina lagi, tukang daging
itu seperti runtuh di dalam, tinggi badan dan
kegagahannya menyusut hingga Roran merasa seperti
memandang hantunya. Dengan berbisik pelan, ia
berkata, "Selalu begini; yang paling dekat dengan
hatilah yang paling menyakiti. Kau tidak akan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
mendapat mas kawin dariku, ular, maupun warisan
ibumu." Sambil menangis pahit, Sloan berbalik dan
lari ke tokonya. Katrina menyandar ke Roran dan
Roran memeluknya. Mereka terus berpelukan
sementara orang-orang mengerumuni mereka,
menyampaikan belasungkawa, saran, ucapan selamat,
dan menyatakan ketidaksetujuan. Biarpun ada
keributan itu, Roran hanya menyadari wanita yang
dipeluknya, dan yang memeluknya. Pada saat itu,
Elain menerobos maju secepat yang bisa dilakukannya
dalam keadaan hamil. "Oh, anak yang malang!"
serunya, dan memeluk Katrina, menariknya dari
pelukan Roran. "Benarkah kau bertunangan?" Katrina
mengangguk dan tersenyum, lalu menangis histeris di
bahu Elain. "Tenang, tenang." Elain memeluk Katrina,
menepuk-nepuknya dan berusaha menenangkannya,
tapi gagal--setiap kali Roran mengira Katrina akan
pulih, gadis itu mulai menangis lagi. Akhirnya Elain
memandang ke balik bahu Katrina yang
terguncang-guncang dan berkata, "Aku akan
membawanya ke rumah." "Aku ikut." "Tidak," sergah
Elain. "Ia membutuhkan waktu untuk menenangkan
diri, dan ada pekerjaan yang harus kaulakukan. Kau
mau nasihatku?" Roran mengangguk bodoh.
"Menjauhlah hingga malam. Kujamin ia akan pulih
sepenuhnya pada saat itu. Ia bisa bergabung dengan
yang lain besok." Tanpa menunggu jawaban Roran,
Elain membimbing Katrina yang terisak-isak menjauhi
dinding pepohonan yang diruncingkan. Roran berdiri
dengan kedua tangan terkulai lemas di sisinya
tertegun dan tak berdaya. Apa yang telah kami
lakukan" Ia menyesal tidak lebih awal mengungkapkan
pertunangan mereka pada Sloan. Ia menyesal dirinya
dan Sloan tidak bisa bekerja sama untuk melindungi
Katrina dari Kekaisaran. Dan ia menyesal Katrina
terpaksa membuang satu-satunya keluarganya demi
dirinya. Sekarang tanggung jawabnya berlipat ganda
dengan kesejahteraan Katrina. Mereka tidak memiliki
pilihan kecuali menikah. Aku mengacaukan semua ini.
Ia mendesah dan mengepalkan tinju, mengernyit saat
buku-buku jarinya yang memar tertarik. "Bagaimana
keadaanmu?" tanya Baldor, sambil berdiri di samping
Roran. Roran memaksa tersenyum. "Ternyata tidak
sesuai harapanku. Sloan tak bisa diajak bicara kalau
mengenai Spine." "Dan Katrina." "Itu juga. Aku--"
Roran membisu ketika Loring berhenti di depan
mereka. "Benar-benar tindakan yang bodoh!" geram
tukang sepatu itu, sambil mengernyitkan hidung. Lalu
ia mengangkat dagu, tersenyum, dan memamerkan sisa
gigi-giginya. "Tapi kuharap kau dan gadis itu
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
beruntung." Ia menggeleng. "Heh, kau akan
membutuhkannya, Stronghammer!" "Kita semua akan
membutuhkannya," sergah Thane sambil berjalan
lewat. Loring melambai. "Bah, dasar pemuram.
Dengar, Roran; aku sudah tinggal di Carvahall
bertahun-tahun, dan berdasarkan pengalamanku, lebih
baik ini terjadi sekarang daripada sewaktu kita semua
merasa hangat dan nyaman." Baldor mengangguk, tapi
Roran bertanya, "Kenapa begitu?" "Apa masih kurang
jelas" Dalam keadaan normal, kau dan Katrina akan
menjadi sumber gosip selama sembilan bulan
berikutnya." Loring menempelkan satu jari di sisi
hidungnya. "Ah, tapi dengan begini, kalian akan
segera dilupakan karena segala hal lain yang sedang
berlangsung, dan dengan begitu kalian berdua bisa
mendapatkan kedamaian." Roran mengerutkan kening.
"Aku lebih suka jadi bahan Pembicaraan daripada
membiarkan para penghujat itu berkemah di jalan."
"Kita semua begitu. Tapi ini mestinya tetap disyukuri,
dan kita semua membutuhkan sesuatu yang bisa
disyukuri--terutama sesudah kau menikah nanti!"
Loring tergelak dan menuding Roran. "Waj
Bidadari Pendekar Naga Sakti
ahmu barusan jadi ungu, Nak!" Roran mendengus dan
mengumpulkan barang-barang Katrina dari tanah. Saat
berbuat begitu, ia berulang kali dihentikan komentar
orang-orang yang kebetulan berada di dekatnya, tidak
satu pun membantu menenangkan syarafnya. "Dasar
busuk," gumamnya sendiri sesudah mendengar
komentar yangg sangat menusuk. Sekalipun ekspedisi
ke Spine sempat tertunda kejadian tidak biasa yang
disaksikan penduduk desa, pagi baru saja berlalu
sewaktu iring-iringan manusia dan keledai mulai
menapaki jalan setapak yang tergurat di lereng
Pegunungan Narnmor ke puncak Air Terjun Igualda.
Lereng itu curam dan harus didaki perlahan-lahan,
karena anak-anak dan beratnya beban yang dibawa
setiap orang. Roran hampir sepanjang waktu tertahan
di belakang Calithaistri Thane--dan kelima anaknya.
Ia tidak keberatan, dengan begitu ia jadi punya
kesempatan mengistirahatkan kakinya yang terluka
dan mempertimbangkan lebih dalam kejadian-kejadian
yang baru berlangsung. Ia galau karena
konfrontasinya dengan Sloan. Setidaknya, ia
menghibur sendiri, Katrina tidak akan berada di
Carvahall lebih lama lagi. Karena Roran yakin, jauh di
dasar hatinya, bahwa desa itu segera akan
dikalahkan. Fakta yang suram, tapi tak terhindarkan.
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
Ia berhenti sejenak untuk beristirahat setelah
menempuh tiga perempat perjalanan menuju
pegunungan dan bersandar di pohon sambil mengagumi
pemandangan Lembah Palancar dari ketinggian. Ia
mencoba menemukan perkemahan Ra'zac yang ia tahu
berada tepat di sebelah kiri Sungai Anora dan jalan
ke selatan--tapi tidak bisa melihat kepulan asapnya
sekalipun. Roran mendengar gemuruh Air Terjun
Igualda lama sebelum melihatnya. Air terjun itu
tampak seperti surai salju raksasa yang
bergulung-gulung dan mengalir turun dari kepala
Narnmor yang bergerigi ke dasar lembah setengah
arah bawahnya. Curahan raksasa tersebut berbelok ke
berbeda-beda ketika jatuh, akibat tiupan beberapa
lapis angin yang berbeda. Melewati langkan batu
pipih tempat Sungai Anora tercurah, menuruni tebing
penuh tumbuhan thimbleberry, dan akhirnya masuk
lapangan luas yang dijaga setumpuk bongkahan batu
besar di satu sisi, Roran mendapati mereka yang
berada di bagian terdepan prosesi telah mulai kemah.
Hutan dipenuhi teriakan dan jeritan anak-anak.
Setelah menurunkan bungkusan, Roran melepas kapak
yang terikat di atasnya, lalu membersihkan sesemakan
di lokasi itu bersama beberapa orang lainnya.
Sesudah selesai, mereka menebang cukup cukup
banyak pohon untuk mengelilingi kemah. Bau getah
pinus memenuhi udara. Roran bekerja dengan cepat,
serpihan kayu berhamburan seirama ayunan kapaknya.
Saat pertahanan selesai dibangun, perkemahan itu
berisi tujuh belas tenda wol, empat api unggun kecil
untuk memasak, dan para manusia serta keledai
dengan ekspresi muram. Tidak ada yang ingin pergi,
dan tidak ada yang ingin tinggal. Roran mengamati
kumpulan bocah dan kakek yang mencengkeram
tombak, dan berpikir, Terlalu berpengalaman dan
terlalu kecil. Kakek-kakek tahu cara mengalahkan
beruang dan sejenisnya, tapi apakah para cucu
memiliki kekuatan untuk benar-benar melakukannya"
Lalu ia menyadari ekspresi keras di mata para wanita
dan menyadari bahwa sekalipun mereka memeluk bayi
atau sibuk merawat lengan yang tergores, perisai dan
tombak mereka tidak pernah jauh dari jangkauan.
Roran tersenyum. Mungkin... mungkin kami masih
memiliki harapan. Ia melihat Nolfavrell seorang diri
di balok kayu--menatap lembah Palancar--dan duduk
di samping bocah itu, yang memandangnya serius.
"Apakah kau akan segera pergi?" tanya Nolfavrell.
Roran mengangguk, terkesan pada ketenangan dan
kebulatan tekad bocah itu. "Kau akan berusaha
sebaik-baiknya, bukan, untuk membunuh Ra'zac dan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
membalaskan dendam ayahku" Aku mau melakukannya,
tapi kata Mama aku harus menjaga adik-adikku." "Aku
sendiri yang akan membawa kepala mereka padamu,
kalau bisa," Roran berjanji. Dagu bocah itu gemetar.
"Bagus!" Nolfavrell.... " Roran diam sejenak saat
mencari kata-kata yang tepat. "Kau satu-satunya di
sini, selain diriku, yang membunuh orang. Tidak
berarti kita lebih baik atau buruk daripada siapa pun,
tapi itu ber Bidadari Pendekar Naga Sakti
arti aku bisa mempercayai dirimu untuk bertempur
dengan baik kalau kalian diserang. Sewaktu Katrina
tiba di sini besok, kau mau memastikan ia dilindungi
dengan baik?" Dada Nolfavrell mengembang karena
bangga. "Akan kujaga ke mana pun ia pergi!" Lalu ia
tampak menyesal. "Itu ... kalau aku tidak perlu
mengawasi--" Roran memahami. "Oh, keluargamu
terlebih dulu. Tapi mungkin Katrina bisa tinggal
setenda dengan adik-adikmu." "Ya," kata Nolfavrell
perlahan-lahan. "Ya, kupikir bisa. Kau dapat
mengandalkan diriku." "Terima kasih." Roran menepuk
bahunya. Ia bisa meminta bantuan orang yang lebih
tua dan lebih mampu, tapi orang dewasa terlalu sibuk
dengan tanggung jawab mereka sendiri untuk membela
Katrina seperti yang diharapkannya. Tapi Nolfavrell
memiliki kesempatan dan kecenderungan untuk
memastikan Katrina tetap aman. Ia bisa menggantikan
aku sewaktu kami berpisah. Roran bangkit sewaktu
Birgit mendekat. Sambil menatap Roran tajam, Birgit
berkata, "Ayo, sudah waktunya." Lalu ia memeluk
putranya dan terus berjalan ke air terjun bersama
Roran dan para penduduk desa lain yang harus
kembali ke Carvahall. Di belakang mereka, semua
orang dalam perkemahan kecil itu berkerumun dekat
pepohonan tumbang dan menatap penuh kerinduan dari
balik jeruji kayunya. WAJAH MUSUHNYA Saat
melanjutkan pekerjaan sepanjang sisa hari itu, Roran
merasakan kekosongan Carvahall jauh di dalam
hatinya. Rasanya seperti sebagian dirinya diambil dan
disembunyikan di Spine. Dan bersama kepergian
anak-anak, desa sekarang terasa seperti kamp
bersenjata. Perubahan itu tampak menyebabkan semua
orang tampak muram dan berduka. Sewaktu matahari
akhimya terbenam ke gigi-gigi Spine yang menunggu,
Roran mendaki bukit ke rumah Horst. Ia berhenti di
pintu depan dan memegang kenopnya, tapi terhenti di
sana, tidak mampu masuk. Kenapa ini menakutkannya
bagiku seperti pertempuran" Akhirnya ia melupakan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
pintu depan sepenuhnya dan berjalan ke sisi rumah,
lalu menyelinap ke dapur dan, yang membuatnya
kecewa, melihat Elain merajut di satu sisi meja,
bercakapcakap dengan Katrina, yang duduk di
seberangnya. Mereka berdua berpaling padanya, dan
Roran berkata tanpa berpikir, Apakah kau baik-baik
saja?" Katrina melangkah ke sampingnya. "Aku
baik-baik saja." Ia tersenyum lembut. "Hanya saja aku
sangat terkejut sewaktu Ayah ... Sewaktu.... " Ia
menunduk sejenak. "Elain sangat ramah padaku. Ia
setuju meminjamkan kamar Baldor untukku malam ini,"
Aku senang kau sudah lebih baik," kata Roran. Ia
memeluknya berusaha menyampaikan seluruh cinta dan
pujaannya melalui sentuhan sederhana itu. Elain
melipat rajutannya. "Ayo. Matahari telah terbenam,
Sudah Waktunya kau tidur, Katrina." Roran dengan
enggan melepaskan Katrina, yang rnencium pipinya
dan berkata, "Sampai bertemu besok pagi." Ia hendak
mengikuti Katrina keluar, tapi berhenti sewak Elain
berkata dengan nada pedas, "Roran." Wajah Elain
berubh keras dan tegas. "Ya?" Elain menunggu
hingga mereka mendengar derak tangga yang
menandakan Katrina tidak bisa mendengar mereka
lagi. "Kuharap kau bersungguh-sungguh dengan setiap
janji yang kauberikan pada gadis itu, karena kalau
tidak, akan kuseleng. garakan pertemuan dan
memintamu diusir dalam seminggu.,, Roran tertegun.
"Tentu saja aku bersungguh-sungguh. Aku
mencintainya." "Katrina menyerahkan segala yang
dimilikinya atau disayanginya demi dirimu." Elain
menatapnya dengan pandangan yang tidak
tergoyahkan. "Aku pernah melihat pria-pria yang
menyayangi para wanita muda seperti menebarkan
biji-bijian pada ayam. Si gadis mendesah dan
menangis, percaya dirinya istimewa, tapi bagi si pria,
itu hanya kesenangan singkat. Selama ini kau
bersikap terhormat, Roran, tapi godaan bisa mengubah
orang yang paling logis menjadi rubah yang sangat
licik. Apakah kau begitu" Karena Katrina tidak
membutuhkan orang bodoh, penipu, atau bahkan cinta;
yang paling ia butuhkan di atas segalanya adalah pria


Eldest Serial The Inheritance Cycle 2 Karya Christopher Paolini di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang akan memenuhi kebutuhannya. Kalau kau
meninggalkan dirinya, ia akan menjaai orang paling
menyedihkan di Carvahall, terpaksa hidup dan
teman-temannya, pengemis kita yang pertama dan
satu-satunya, Demi d Bidadari Pendekar Naga Sakti
arah dalam pembuluhku, aku tidak akan membiarkan
Pendekar Cambuk Naga Pemburu Dosa Leluhur m.pdf - Bidadari Pendekar Naga Sakti
hal itu terjadi." "Aku juga tidak," Roran memprotes.
"Aku tidak memiliki hati, atau lebih buruk lagi, kalau
sampai berbuat begitu" Elain menyentakkan dagu.
"Tepat sekali. Jangan lupa bahwa kau berniat
menikahi wanita yang telah kehilangan maskawin dan
warisan ibunya. Kau mengerti apa artinya bagi Katrina
untuk kehilangan warisannya" Ia tidak memiliki perak,
tidak memiliki linen, tidak memiliki renda, atau
benda-benda lain yang dibutuhkan rumah yang diurus
dengan baik. Benda-benda itulah yang kita miliki,
diwariskan dari ibu ke putrinya sejak hari pertama
kita menjejakkan kaki di Alagaesia. Benda-benda itu
menentukan nilai kita. Wanita yang tidak memiliki
warisan seperti... seperti--" "Seperti pria yang tidak
memiliki pertanian atau keahlian," kata Roran.
"Begitulah. Kejam sekali Sloan merampas warisan
Katrina, tapi kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi
sekarang. Baik kau maupun dirinya tidak memiliki
uang atau sumber daya. Hidup sudah cukup sulit tanpa
kesulitan tambahan itu. Kalian akan memulai dari nol
dan tanpa memiliki apa-apa. Apakah prospek itu
membuatmu takut atau rasanya tidak tertahankan"
Kutanyakan padamu sekali lagi--dan jangan
berbohong, kalau kau berbohong, kalian berdua akan
menyesalinya sepanjang sisa hidup kalian--apakah kau
bersedia merawatnya tanpa dendam atau kemarahan?"
"Ya." Elain mendesah dan mengisi dua cangkir
tembikar dengan cider dari guci yang digantung di
sela rusuk-rusuk atap. Ia memberikan satu kepada
Roran sambil duduk kembali di meja. "Kalau begitu,
kusarankan kau berkonsentrasi untuk mengganti rumah
dan warisan Katrina agar ia dan putri yang mungkin
akan kalian miliki bisa berdiri tanpa malu di antara
para istri di Carvahall." Roran menghirup cider yang
sejuk itu. "Kalau kami hidup selama itu." "Aye." Elain
mengibaskan seuntai rambut pirangnya ke belakang
dan menggeleng. "Kau memilih jalan yang berat,
Roran." "Aku harus memastikan Katrina mau
meninggalkan Carvahall." Elain mengangkat satu
alisnya. "Jadi itu rupanya. Well, aku tidak akan
berdebat, tapi kenapa kau tidak membicarakan
Para Ksatria Penjaga Majapahit 23 Badminton Freak Karya Stephanie Zen Bende Mataram 35
^