Peperangan Raja Raja 8
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Bagian 8
dugaan Catelyn. Andai tidak berkaca-kaca, matanya begitu
hidup dan jeli, rambut cokelatnya yang ikal tergerai lebat dan
bisa membuat banyak gadis iri. Dia sudah mengganti jubah
bertarungnya yang robek dengan jubah baru; sutra bergarisgaris cerah seragam Garda Pelangi Renly, dikencangkan dengan
bros mawar emas Highgarden.
Dari waktu ke waktu, Raja Renly menyuapi Margaery
394 potongan hidangan pilihan dari ujung belatinya, atau
mencondongkan tubuh untuk mendaratkan ciuman-ciuman
ringan di pipi gadis itu, tapi Ser Loras yang lebih sering dia
ajak bercanda dan berbicara. Sang raja menikmati makanan
dan minumannya, itu jelas terlihat, namun sepertinya dia
bukan orang yang rakus dan bukan pula pemabuk. Dia banyak
tertawa, tawa yang riang, dan sama ramahnya terhadap para
bangsawan maupun gadis-gadis pelayan.
Sebagian tamunya tak semoderat itu. Mereka minum
terlalu banyak dan membual terlalu lantang, menurut Catelyn.
Putra-putra Lord Willum, Josua dan Elyas, berdebat sengit
tentang siapa yang akan menjadi orang pertama yang memasuki
tembok King"s Landing. Lord Varner menimang seorang
pelayan di pangkuannya, menyundul-nyundul leher gadis itu
sementara satu tangan menggerayangi korsetnya. Guyard si
Hijau, yang menganggap dirinya penyanyi, memetik harpa dan
mendendangkan syair tentang mengikat ekor singa agar jera,
beberapa bagiannya berima. Ser Mark Mullendore membawa
kera berbulu hitam-putih dan menyuapinya potonganpotongan dari piringnya sendiri, sementara Ser Tanton dari
Klan Fossoway apel merah naik ke meja dan bersumpah akan
membantai Sandor Clegane dalam pertarungan satu lawan
satu. Sumpah itu mungkin akan ditanggapi dengan lebih
khidmat andai Ser Tanton tidak mencelupkan satu kaki ke
dalam mangkuk saus ketika mengucapkannya.
Puncak kekonyolan terjadi ketika pelawak bertubuh
montok datang meloncat-loncat dalam balutan kaleng bercat
emas dengan kepala singa dari kain, dan mengejar seorang
cebol berkeliling meja, memukuli kepalanya dengan kandung
kemih. Akhirnya Raja Renly menuntut jawaban mengapa dia
395 memukuli adiknya. "Tentu saja, Yang Mulia, saya ini Pembantai
Saudara," si pelawak menjawab.
"Yang benar Pembantai Raja, pelawak bodoh," Renly
menyahut, dan seisi aula meledak tertawa.
Lord Rowan di samping Catelyn tidak ikut tertawa.
"Mereka semua begitu muda," katanya.
Memang benar. Sang Kesatria Bunga pasti belum
melewati hari penamaan keduanya ketika Robert menewaskan
Pangeran Rhaegar di sungai Trident. Tidak banyak di antara
mereka yang usianya jauh lebih tua. Mereka masih bayi saat
peristiwa Penyerbuan King"s Landing, dan masih anak-anak
ketika Balon Greyjoy memimpin pemberontakan Kepulauan
Besi.? Mereka belum pernah terluka dalam perang, Catelyn
membatin sewaktu mengawasi Lord Bryce menghasut Ser
Robar untuk berakrobat melemparkan beberapa belati. Semua
ini masih seperti permainan bagi mereka, turnamen perang berskala
besar, dan yang mereka lihat hanya kesempatan untuk meraih
kejayaan, kehormatan, dan kekayaan. Mereka bocah-bocah yang
mabuk terbuai lagu dan dongeng, dan seperti semua bocah, mereka
mengira diri mereka abadi.
"Perang akan membuat mereka tua," Catelyn berkata,
"seperti yang terjadi pada kita." Dia masih remaja ketika
Robert, Ned, dan Jon Arryn mengibarkan panji-panji mereka
melawan Aerys Targaryen, dan sudah menjadi perempuan
dewasa saat peperangan berakhir. "Aku iba pada mereka."
"Kenapa?" tanya Lord Rowan. "Coba lihat mereka.
Mereka muda dan kuat, penuh kehidupan dan tawa. Juga
gairah, aye, lebih banyak gairah daripada yang sanggup mereka
tangani. Akan ada banyak anak haram yang dibuahkan malam
ini, percayalah. Kenapa iba?"
396 "Karena ini takkan bertahan lama," jawab Catelyn
sedih. "Karena mereka adalah kesatria-kesatria musim panas,
sedangkan musim dingin akan datang."
"Lady Catelyn, kau salah." Brienne menatap dengan
matanya yang sebiru baju zirahnya. "Musim dingin takkan
pernah datang untuk orang-orang seperti kami. Jika kami mati
dalam pertempuran, mereka pasti akan bernyanyi tentang
kami, dan menyanyikannya dalam lagu-lagu musim panas.
Dalam lagu-lagu tentang semua kesatria gagah berani, semua
gadis cantik, dan matahari selalu bersinar."
Musim dingin datang untuk kita semua, pikir
Catelyn.?Untukku, musim dingin datang ketika Ned tiada. Musim
dingin juga akan datang untukmu, Nak, dan lebih cepat daripada
yang kauinginkan.?Dia tidak tega mengatakannya.
Sang raja menyelamatkannya. "Lady Catelyn," Renly
memanggil. "Rasanya aku butuh udara segar. Maukah kau
berjalan bersamaku?"
Catelyn langsung berdiri. "Suatu kehormatan bagiku."
Brienne juga berdiri. "Yang Mulia, saya minta waktu
sebentar untuk memakai zirah. Anda tidak boleh keluar tanpa
pengawalan." Raja Renly tersenyum. "Kalau aku tidak aman di jantung
kastel Lord Caswell, dikelilingi pasukanku sendiri, satu pedang
pelindung tidak akan ada bedanya" bahkan pedangmu,
Brienne. Duduklah dan makan. Kalau membutuhkanmu, aku
pasti akan memanggilmu."
Kata-kata Renly sepertinya memukul gadis itu lebih keras
dibandingkan semua hantaman yang diterimanya sore tadi.
"Daulat, Yang Mulia." Brienne duduk, sorot matanya muram.
Renly menggandeng lengan Catelyn dan menuntunnya ke
397 luar aula, melewati seorang penjaga bersikap santai yang
menegakkan tubuh dengan begitu terburu-buru sampai dia
nyaris menjatuhkan tombaknya. Renly menepuk pundak lelaki
itu dan membuat lelucon tentangnya.
"Lewat sini, my lady." Sang raja membawanya melewati
pintu rendah dan memasuki menara tangga. Selagi mereka
menaikinya, sang raja berkata, "Apakah kiranya Ser Barristan
Selmy bersama putramu di Riverrun?"
"Tidak," jawab Catelyn bingung. "Apa dia tak lagi
bersama Joffrey" Dia Komandan Pengawal Raja."
Renly menggeleng. "Lannister mengatakan kepadanya
dia terlalu tua dan memberikan jubahnya kepada si Anjing.
Aku diberitahu dia meninggalkan King"s Landing sambil
bersumpah akan melayani raja yang sesungguhnya. Jubah yang
diterima Brienne hari ini adalah jubah yang kusimpan untuk
Selmy, dengan harapan dia mungkin akan mempersembahkan
pedangnya padaku. Waktu dia tak muncul di Highgarden,
kupikir dia mungkin memilih pergi ke Riverrun."
"Kami belum melihatnya."
"Dia memang sudah tua, tapi tetap lelaki yang baik.
Kuharap dia baik-baik saja. Para Lannister benar-benar bodoh."
Mereka menaiki beberapa anak tangga lagi. "Pada malam
kematian Robert, aku menawari suamimu seratus prajurit
dan mendesaknya untuk mengambil Joffrey dalam kendalinya.
Andai suamimu mendengarkan, dialah yang akan menjadi
pemangku saat ini, dan aku tidak perlu mengklaim takhta."
"Ned diberitahu. menolak tawaranmu." Catelyn tak perlu "Dia sudah bersumpah untuk melindungi anak-anak
Robert," ujar Renly. "Aku tak punya kekuatan untuk bertindak
398 sendirian, jadi saat Lord Eddard menolakku, aku tak punya
pilihan selain melarikan diri. Andai tetap tinggal, aku yakin
sang ratu akan memastikan aku tidak hidup jauh lebih lama
daripada kakakku." Andai kau tetap tinggal, dan memberikan dukungan kepada
Ned, dia mungkin masih hidup, pikir Catelyn getir.
"Aku cukup menyukai suamimu, my lady. Dia
teman Robert yang setia, aku tahu" tapi dia tidak mau
mendengarkan dan tidak mau berkompromi. Kemarilah, aku
ingin menunjukkan sesuatu padamu." Mereka sudah tiba di
puncak tangga. Renly mendorong pintu kayu hingga terbuka,
dan mereka melangkah keluar ke atap.
Bagian kastel Lord Caswell ini hampir tak cukup tinggi
untuk disebut menara, tapi wilayah ini berdataran rendah
dan rata sehingga Catelyn dapat melihat sampai berliga-liga ke
segala arah. Ke mana pun memandang, dia melihat api. Apiapi itu terserak di tanah laksana bintang-bintang berjatuhan,
dan seperti bintang, kumpulan api itu seolah tak berujung.
"Silakan hitung kalau kau mau, my lady," kata Renly lirih. "Kau
masih akan menghitungnya saat fajar terbit di timur. Berapa
banyak api yang menyala di sekeliling Riverrun malam ini, aku
ingin tahu?" Catelyn dapat mendengar musik sayup-sayup mengalun
dari Aula Besar, menyusupi gelapnya malam. Dia tidak berani
menghitung bintang. "Aku diberitahu putramu menyeberangi Neck dengan
dua puluh ribu prajurit di belakangnya," Renly melanjutkan.
"Sekarang setelah para lord Trident bersamanya, barangkali dia
memimpin empat puluh ribu orang."
Tidak, pikir Catelyn, jauh dari angka itu, kami kehilangan
399 banyak orang dalam pertempuran, dan yang lain pergi mengurus
panen. "Aku punya dua kali lipat jumlah itu di sini," kata
Renly, "dan ini hanya sebagian dari kekuatanku. Mace Tyrell
tetap berada di Highgarden dengan sepuluh ribu orang lagi,
aku punya garnisun kuat yang menduduki Storm"s End, dan
sebentar lagi bangsa Dorne akan bergabung denganku beserta
seluruh kekuatan mereka. Dan jangan pernah melupakan
kakakku Stannis, yang menduduki Dragonstone dan
memimpin para lord laut sempit."
"Sepertinya kau sendiri yang melupakan Stannis,"
Catelyn menyahut, lebih tajam daripada yang diniatkannya.
"Klaimnya, maksudmu?" Renly tertawa. "Kita terangterangan saja, my lady. Stannis akan menjadi raja yang
mengerikan. Dan kecil kemungkinannya dia akan menjadi
raja. Orang menghormati Stannis, bahkan takut padanya, tapi
sedikit sekali yang pernah mencintainya."
"Dia tetap kakakmu. Jika salah satu dari kalian dianggap
berhak menduduki Takhta Besi, seharusnya itu Lord Stannis."
Renly mengangkat bahu. "Katakan padaku, hak apa
yang pernah dimiliki kakakku Robert untuk menduduki
Takhta Besi?" Dia tidak menunggu jawaban. "Oh, ada cerita
tentang ikatan darah antara Baratheon dan Targaryen, tentang
sejumlah pernikahan beratus tahun yang lalu, tentang putraputra kedua dan putri-putri sulung. Tak seorang pun selain
para maester yang peduli tentang hal itu. Robert memenangkan
takhta dengan godamnya." Dia menyapukan tangan menunjuk
deretan api unggun yang menyala dari cakrawala ke cakrawala.
"Yah, ini klaimku, sama kuatnya dengan klaim yang pernah
diajukan Robert. Jika putramu mendukungku seperti
400 ayahnya mendukung Robert, dia takkan mendapatiku sebagai
penguasa yang zalim. Aku dengan senang hati akan mengakui
kekuasaannya atas seluruh tanah, gelar, dan kehormatan yang
dia miliki. Dia boleh memerintah Winterfell. Dia bahkan
boleh tetap menyebut dirinya Raja di Utara jika mau, asalkan
dia berlutut dan memberi penghormatan kepadaku sebagai
pemimpinnya.? Raja hanyalah sepotong kata, tapi kesetiaan,
loyalitas, pengabdian" itulah yang harus kudapatkan."
"Dan kalau dia tak bersedia memberikannya, my lord?"
"Aku bermaksud menjadi raja, my lady, dan bukan dari
kerajaan yang hancur. Aku tak dapat mengatakannya lebih
gamblang daripada itu. Tiga ratus tahun lalu, seorang raja
Stark berlutut kepada Aegon sang Naga, ketika menyadari dia
tak punya harapan untuk menang. Itu sikap yang bijaksana.
Putramu pasti juga bijaksana. Begitu dia bergabung denganku,
perang ini bisa dianggap selesai. Kita?" Renly terdiam tibatiba, perhatiannya teralihkan. "Apa lagi sekarang?"
Derak rantai menandakan diangkatnya pintu besi.
Di halaman di bawah sana, penunggang kuda dengan helm
bersayap mengendalikan kudanya yang kelelahan melintas di
bawah pasak-pasak besi. "Panggil sang raja!" dia berseru.
Renly melompat naik ke celah pada tembok bergerigi.
"Aku di sini, Ser."
"Yang Mulia." Si penunggang kuda memacu kudanya
mendekat. "Saya datang secepat mungkin. Dari Storm"s End.
Kita dikepung, Yang Mulia, Ser Cortnay menentang mereka,
tapi?"? "Tapi" itu tidak mungkin. Aku pasti diberitahu jika
Lord Tywin meninggalkan Harrenhal."
"Ini bukan pasukan Lannister, Paduka. Lord Stannis
401 yang ada di gerbang Anda.?Raja Stannis, dia menyebut dirinya
saat ini." j 402 JON H ujan lebat memecut wajah Jon selagi dia memacu
kudanya menyeberangi sungai yang airnya meluber. Di
sampingnya, Komandan Mormont menarik tudung jubah ke
bawah, menggerutu mengumpat cuaca. Si raven bertengger di
bahu, bulu-bulunya kusut, sekuyup dan sejengkel Beruang Tua
sendiri. Embusan angin membuat dedaunan basah beterbangan
di sekeliling mereka bagai kawanan burung mati.?Hutan angker,
pikir Jon penuh sesal.?Hutan terbenam, lebih tepatnya.
Dia berharap Sam tetap bertahan, di bagian belakang
barisan. Sam bukan penunggang kuda yang baik bahkan dalam
cuaca yang bagus, dan hujan enam hari menjadikan tanah yang
mereka lewati amat berbahaya, hamparan lumpur lembek dan
batu-batu tersembunyi. Ketika angin bertiup, air terdorong
masuk ke matanya. Tembok Besar akan meleleh ke selatan,
es yang mencair bercampur dengan hujan yang hangat, lalu
bergulir deras mengaliri sungai-sungai. Pyp dan Kodok pasti
sedang duduk dekat api di ruang bersama, minum bercangkircangkir anggur berempah sebelum makan malam. Jon iri pada
mereka. Pakaian wolnya yang basah menempel ke tubuh dan
terasa gatal, leher dan bahunya nyeri bukan main menanggung
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
403 beban zirah rantai dan pedang, dan dia sudah muak dengan
ikan cod yang diasinkan, daging yang diasinkan, serta keju
keras. Di depan sana sangkakala berburu memperdengarkan
nada gemetar, setengah teredam dikalahkan derai hujan
yang konstan. "Sangkakala Buckwell," si Beruang Tua
mengumumkan. "Terpujilah para dewa; Craster masih di
sana." Si raven mengepakkan sayap besarnya satu kali, berkaok
"Jagung," lalu mengguncangkan bulu-bulunya lagi.
Jon sudah sering mendengar para saudara hitam
bercerita tentang Craster dan kastelnya. Sekarang dia akan
melihatnya sendiri. Setelah tujuh desa kosong, mereka semua
cemas akan mendapati desa Craster semati dan sekosong yang
lain, tapi sepertinya kecemasan mereka tak terbukti.?Barangkali
si Beruang Tua akhirnya akan mendapatkan jawaban, pikir
Jon.?Yang jelas, kami akan terbebas dari hujan.
Thoren Smallwood bersumpah bahwa Craster adalah
teman Garda Malam, terlepas dari reputasinya yang buruk.
"Lelaki itu setengah sinting, aku tidak menyangkalnya," dia
memberitahu Beruang Tua, "tapi kau juga bakal sinting kalau
menghabiskan hidupmu di hutan terkutuk ini. Meski begitu,
dia tak pernah menolak penjelajah yang hendak menumpang,
dan dia juga tidak menyukai Mance Rayder. Dia akan memberi
saran yang bagus untuk kita."
Selama dia memberi kami makanan panas dan kesempatan
untuk mengeringkan pakaian, aku sudah senang.?Dywen bilang
Craster membunuh saudaranya sendiri, pembohong,
pemerkosa, pengecut, dan mengisyaratkan bahwa lelaki
itu bertransaksi dengan pedagang budak dan iblis. "Yang
lebih buruk lagi," rimbawan tua itu menambahkan sambil
mengetuk-ngetukkan gigi kayunya. "Ada bau dingin pada orang
itu, sungguh." 404 "Jon," Lord Mormont memerintah, "berkudalah sampai
ke belakang dan sebarkan kabar ini. Ingatkan para perwira aku
tidak mau ada masalah tentang istri-istri Craster. Semua orang
harus menjaga tangan mereka dan bicara sesedikit mungkin
dengan para perempuan ini."
"Aye, my lord." Jon memutar kuda kembali ke arah
mereka datang. Sungguh menyenangkan bisa membebaskan
wajahnya dari terpaan hujan, meski hanya untuk sementara.
Semua orang yang dia lewati seperti sedang menangis. Barisan
ini terbentang sampai hampir satu kilometer menembus hutan.
Di antara rombongan pembawa barang, Jon melewati
Samwell Tarly, duduk merosot di pelananya di bawah topi
lebar. Dia menunggangi kuda besar penarik barang dan
memandu kuda-kuda barang lainnya. Derai hujan di atap
sangkar membuat raven-raven memekik dan beterbangan kian
kemari. "Kau menaruh rubah di dalam situ?" Jon berseru.
Air menetes dari pinggir topi Sam saat dia mengangkat
kepala. "Oh, halo, Jon. Tidak, mereka hanya benci hujan, sama
seperti kita." "Bagaimana keadaanmu, Sam?"
"Basah kuyup." Pemuda gemuk itu memaksakan
senyuman. "Tapi belum ada yang membunuhku."
"Bagus. Kastel Craster tak jauh di depan. Jika dewadewa bermurah hati, dia akan mengizinkan kita tidur di depan
perapiannya." Sam tampak ragu. "Kata Edd Sengsara, Craster lelaki
biadab yang mengerikan. Dia mengawini putri-putrinya dan
tidak mematuhi hukum apa pun kecuali yang dibuatnya sendiri.
Dan Dywen memberitahu Grenn nadi lelaki itu dialiri darah
hitam. Ibunya perempuan wildling yang tidur dengan seorang
penjelajah, jadi dia anak ha?" Tiba-tiba Sam menyadari apa
405 yang hendak dikatakannya.
"Anak haram," kata Jon sambil tertawa. "Kau boleh
mengatakannya, Sam. Aku sudah pernah mendengar istilah
itu." Dia memacu kuda garron kecilnya yang berpijakan mantap.
"Aku harus mengejar Ser Ottyn. Berhati-hatilah di dekat para
istri Craster." Seakan-akan Samwell Tarly perlu diperingatkan
soal itu. "Nanti kita bicara lagi, setelah tiba di sana."
Jon menyampaikan kabar tersebut kepada Ser Ottyn
Wythers, yang bergerak dengan susah payah bersama pasukan
penjaga di barisan paling belakang. Lelaki kecil berwajah
keriput yang seusia dengan Mormont, Ser Ottyn selalu tampak
lelah, bahkan di Kastel Hitam, dan hujan menerpanya tanpa
ampun. "Kabar yang melegakan," dia berkata. "Hujan ini
sudah membuat tulangku basah kuyup, dan bahkan tubuh
nyeriku mengeluhkan tubuh yang nyeri."
Dalam perjalanan kembali, Jon memutar jauh dari
barisan dan mengambil rute yang lebih pendek menembus
hutan lebat. Suara-suara manusia dan kuda menghilang,
ditelan belantara hijau yang basah, dan tak lama kemudian dia
hanya dapat mendengar cucuran hujan menimpa daun, pohon,
dan batu. Saat itu pertengahan sore, namun hutan tampak
segelap petang hari. Jon mencari jalan di antara bebatuan dan
genangan air, melewati pohon-pohon ek besar, pohon-pohon
sentinel berwarna kelabu-hijau, dan pohon ulin yang batangnya
berkulit hitam. Di sana-sini dahan-dahan membentuk kanopi
di atas kepala dan dia bisa menikmati jeda sesaat dari terpaan
air hujan di kepalanya. Saat berderap melewati pohon berangan
yang tersambar petir dan kini ditumbuhi tanaman mawar
putih liar, dia mendengar bunyi berdesir di semak. "Ghost,"
panggilnya. "Ghost, kemari."
Tapi ternyata Dywen yang muncul dari sela pepohonan,
menunggangi garron berbulu abu-abu kusut dengan
406 Grenn yang berkuda di sampingnya. Beruang Tua sudah
menugaskan pasukan pengawal di kedua sisi barisan utama,
untuk melindungi perjalanan mereka dan memperingatkan
kedatangan musuh mana pun. Itu pun dia tetap tidak mau
mengambil risiko, maka dia menugaskan mereka berpasangan.
"Ah, kau rupanya, Lord Snow." Dywen menyunggingkan
senyum kayu ek; giginya dipahat dari kayu, dan tidak pas.
"Kupikir aku dan bocah ini akan bertemu Makhluk Lain
untuk dibereskan. Serigalamu hilang?"
"Dia pergi berburu." Ghost tidak suka bepergian bersama
rombongan besar, tapi dia pasti tidak jauh. Saat mereka sudah
mendirikan perkemahan malam ini, Ghost akan mencari jalan
untuk menemui Jon di tenda Komandan.
"Memancing, aku menyebutnya, dalam cuaca seperti
ini," Dywen berkata.
"Ibuku selalu bilang hujan bagus untuk menumbuhkan
tanaman pangan," Grenn menimbrung penuh harap.
"Aye, jamur bakal berlimpah," sahut Dywen. "Hal
terbaik tentang hujan seperti ini, kita jadi tidak perlu mandi."
Dia membuat suara berdetak-detak dengan gigi kayunya.
"Buckwell menemukan Craster," Jon memberitahu
mereka. "Apa tadinya dia hilang?" Dywen terkekeh. "Pastikan
kalian anak-anak muda tidak merecoki istri-istri Craster,
kaudengar?" Jon tersenyum. "Kau mau mereka semua untukmu
sendiri, Dywen?" Dywen mengetuk-ngetukkan giginya lagi. "Barangkali
begitu. Craster punya sepuluh jari dan satu burung, jadi dia
hanya bisa menghitung sampai sebelas. Kalau hilang beberapa
dia tidak bakal tahu."
407 "Berapa sebenarnya jumlah istrinya?" tanya Grenn.
"Lebih banyak daripada yang akan pernah kaumiliki,
saudaraku. Yah, tidak sesulit itu kalau kau membiakkan istrimu
sendiri. Itu binatangmu, Snow."
Ghost berlari kecil di samping kuda Jon dengan ekor
terangkat tinggi, bulu putihnya kaku dan berat tersiram hujan.
Dia bergerak dengan begitu hening sampai-sampai Jon tidak
pernah tahu kapan dia muncul. Kuda Grenn panik saat
mencium aroma Ghost; bahkan sekarang, setelah setahun
lebih, kuda-kuda tetap gelisah bila berada di dekat direwolf itu.
"Ikut aku, Ghost." Jon memacu kudanya ke Kastel Craster.
Dia tidak pernah berharap akan menemukan kastel batu
di sisi jauh Tembok Besar, tapi dia memang membayangkan
semacam susunan bukit-dan-lembah dengan pagar pancang
dan kastel bermenara kayu. Tetapi yang mereka temukan
adalah timbunan sampah, kandang babi, kandang domba
kosong, serta aula dari anyaman ranting berplester tanah, yang
tak layak menyandang namanya. Aula itu panjang dan rendah,
disusun dari batang-batang kayu dan beratap lempeng rumput.
Kompleks tersebut berdiri di puncak gundukan tanah yang
terlalu kecil untuk disebut bukit, dikelilingi tanggul dari tanah.
Anak sungai cokelat mengalir menuruni lereng tempat hujan
melahap lubang-lubang menganga di tanggul tersebut, untuk
bergabung dengan sungai berarus deras yang meliuk ke utara,
airnya yang banyak berubah menjadi semburan keruh tertimpa
hujan. Di sebelah barat daya, dia menemukan gerbang
terbuka yang diapit sepasang tengkorak binatang pada tiang
tinggi: beruang di satu sisi, biri-biri jantan di sisi satunya.
Serpihan daging masih menempel di tengkorak beruang
itu, Jon menyadari saat dia bergabung dengan barisan yang
bergerak lewat. Di dalam, regu pengintai Jarmen Buckwell dan
408 orang-orang dari barisan depan Thoren Smallwood sedang
menyiapkan tambatan kuda dan berjuang mendirikan tenda.
Gerombolan anak babi berkeliaran di sekitar tiga babi betina
yang sangat besar dalam kandang. Tak jauh dari situ, seorang
gadis kecil mencabuti wortel dari kebun, telanjang di tengah
hujan, sementara dua perempuan mengikat seekor babi untuk
dijagal. Pekikan binatang itu melengking dan mengerikan,
nyaris manusiawi dalam penderitaannya. Anjing-anjing
milik Chett menyalak liar sebagai jawaban, mendengking
dan menggonggong meskipun dia sudah mengutuk mereka,
sementara sepasang anjing milik Craster balas menyalak.
Ketika melihat Ghost, sebagian anjing melepaskan diri dan
kabur, sementara yang lain mulai melolong dan menggeram.
Direwolf itu mengabaikan mereka, begitu pula Jon.
Yah, tiga puluh orang dari kami akan hangat dan kering,
pikir Jon begitu dia bisa mengamati aula dengan lebih
saksama.?Barangkali sampai lima puluh orang.?Tempat itu terlalu
kecil untuk tidur dua ratus orang, jadi sebagian besar harus
tetap berada di luar. Dan di mana harus menempatkan mereka"
Hujan telah mengubah setengah halaman kompleks menjadi
genangan-genangan semata kaki dan sisanya hamparan lumpur.
Satu lagi malam yang nahas sudah terbayang.
Sang Komandan sudah menyerahkan kudanya kepada
Edd Sengsara. Dia sedang membersihkan lumpur dari kuku
kuda itu sewaktu Jon turun dari kuda. "Lord Mormont di aula,"
dia mengumumkan. "Dia menyuruhmu bergabung dengannya.
Sebaiknya tinggalkan serigala itu di luar, kelihatannya dia
cukup lapar untuk memakan salah satu anak Craster. Yah,
jujur saja, aku pun cukup lapar untuk memakan salah satu
anak Craster, asal disajikan panas-panas. Cepat sana, biar
kuurus kudamu. Kalau di dalam hangat dan kering, jangan
beritahu aku, aku tidak diajak masuk." Dia menjentik keluar
409 segumpal lumpur basah dari bawah tapal kuda. "Menurutmu
lumpur ini kelihatan seperti kotoran" Mungkinkah seluruh
bukit ini terbuat dari kotoran Craster?"
Jon tersenyum. "Yah, kudengar dia sudah lama sekali
tinggal di sini." "Kau tidak menghiburku. Sana temui Beruang Tua."
"Ghost, di sini," Jon memerintah. Pintu ke Kastel Craster
terbuat dari dua lembar kulit rusa. Jon menyusup melewatinya,
membungkuk untuk melewati ambang pintu yang rendah.
Dua lusin penjelajah utama sudah lebih dulu masuk, dan kini
berdiri mengelilingi perapian di tengah-tengah lantai tanah
sementara genangan air terkumpul di sekitar bot mereka. Aula
itu berbau busuk jelaga, kotoran hewan, dan anjing basah.
Udaranya pekat dengan asap, namun entah bagaimana tetap
lembap. Hujan menerobos masuk dari lubang asap di atap.
Tempat itu hanya terdiri atas satu ruangan, dengan loteng tidur
di atas yang dapat dicapai dengan sepasang tangga kayu serpih.
Jon ingat bagaimana perasaannya pada hari mereka
meninggalkan Tembok Besar: segugup perawan, tapi tak sabar
menyaksikan misteri dan keajaiban di luar setiap cakrawala
baru.? Yah, ini salah satu keajaibannya, dia membatin seraya
mengedarkan pandangan ke aula yang jorok dan berbau busuk
itu. Asap yang pedas membuat matanya berair.?Sayang sekali Pyp
dan Kodok tak dapat melihat semua hal yang mereka lewatkan ini.
Craster duduk di atas api, satu-satunya orang yang
menikmati kursinya sendiri. Bahkan Komandan Mormont
harus duduk di bangku bersama yang lain, dengan si raven yang
menggerutu di bahunya. Jarmen Buckwell berdiri di belakang,
air menetes-netes dari zirah dan pakaian kulit yang basah, di
samping Thoren Smallwood yang mengenakan pelat dada
tebal serta jubah berpinggiran bulu tebal milik mendiang Ser
Jaremy. 410 Pakaian sederhana Craster berupa rompi kulit domba
dan jubah tambalan kulit jadi terlihat sangat kontras, namun
di salah satu tangan gemuknya melingkar cincin besar yang
kelihatannya terbuat dari emas. Craster sepertinya lelaki yang
kuat, walaupun sudah jauh memasuki musim dingin hidupnya,
rambut kelabu tebal lelaki itu mulai memutih. Hidung rata
dan mulut merengut membuatnya terlihat kejam, dan salah
satu telinganya hilang.?Jadi seperti inilah seorang wildling.?Jon
ingat kisah-kisah Nan Tua tentang bangsa biadab yang minum
darah dari tengkorak manusia. Craster sepertinya minum bir
kuning encer dari cangkir batu yang gempil. Barangkali dia
tidak pernah mendengar kisah-kisah itu.
"Sudah tiga tahun aku tidak bertemu Benjen Stark," dia
sedang bicara kepada Mormont. "Dan kalau mau jujur, aku
sama sekali tak merindukannya." Setengah lusin anak anjing
hitam dan satu atau dua babi mengendap-endap di antara
bangku, sementara para perempuan berpakaian kulit rusa
compang-camping mengedarkan tanduk minum berisi bir,
menyodok-nyodok api, memotong-motong wortel dan bawang
bombai ke dalam periuk. "Dia seharusnya lewat di sini tahun lalu," ujar Thoren
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Smallwood. Seekor anjing mengendus-endus kakinya. Dia
menendang binatang itu, yang langsung pergi terkaing-kaing.
Lord Mormont berkata, "Ben sedang mencari Ser
Waymar Royce, yang menghilang bersama Gared dan Will
muda." "Aye, aku ingat mereka bertiga. Si bangsawan tidak lebih
tua daripada anak-anak anjing ini. Terlalu angkuh untuk tidur
di bawah atapku, dia dengan jubah bulu dan pedang hitamnya.
Istri-istriku juga terpesona melihatnya." Dia menyipitkan mata
kepada perempuan terdekat. "Kata Gared mereka mengejar
penjarah. Aku bilang padanya, dengan komandan sehijau itu,
411 sebaiknya tidak usah mencoba menangkap mereka. Gared
tidak terlalu buruk, untuk seorang gagak. Telinganya lebih
sedikit dibanding aku, dia itu. Gara-gara udara dingin, sama
seperti aku." Craster tertawa. "Sekarang kudengar dia juga tak
punya kepala. Apa gara-gara udara dingin juga?"
Jon teringat percikan darah merah di salju yang
putih, dan cara Theon Greyjoy menendang kepala si orang
mati.?Orang itu desertir. Dalam perjalanan pulang ke Winterfell,
Jon dan Robb berbalapan, dan menemukan enam anak direwolf
di tengah salju. Seribu tahun yang lalu.
"Waktu Ser Waymar meninggalkanmu, arah mana yang
dia tuju?" Craster mengedikkan bahu. "Kebetulan aku punya
kegiatan yang lebih penting daripada mengurusi kedatangan
dan kepergian para gagak." Dia menenggak bir dan meletakkan
cangkirnya. "Sudah lama tidak ada anggur selatan yang
enak di sini. Aku butuh pasokan anggur, dan kapak baru.
Kapakku sudah tumpul, itu berbahaya, aku harus melindungi
perempuan-perempuanku." Dia mengamati istri-istrinya yang
mondar-mandir. "Kalian hanya sedikit di sini, dan terpencil," Mormont
berkata. "Kalau kau mau, aku akan menugaskan beberapa
orang untuk mengawalmu ke selatan ke Tembok Besar."
Si raven sepertinya menyukai gagasan itu.?"Tembok Besar,"
jeritnya, membentangkan sayap hitam bagai kerah tinggi di
belakang kepala Mormont. Tuan rumah mereka tersenyum bengis, memperlihatkan
gigi-gigi cokelat yang rusak. "Dan apa yang akan kami lakukan
di sana, melayani kalian saat makan malam" Kami hidup
merdeka di sini. Craster tidak melayani siapa pun."
"Ini masa-masa yang buruk untuk tinggal sendirian di
412 dalam hutan. Angin dingin mulai bertiup."
"Biar saja mereka bertiup. Akar-akarku tertanam dalam."
Craster menyambar pergelangan tangan seorang perempuan
yang lewat. "Katakan padanya, istriku. Katakan pada Tuan
Gagak betapa bahagianya kita."
Perempuan itu menjilat bibir tipisnya. "Ini tempat kami.
Craster menjaga kami tetap aman. Lebih baik mati sebagai
orang merdeka daripada hidup sebagai budak."
"Budak," sungut si raven.
Mormont memajukan tubuh. "Semua desa yang kami
lewati telah ditinggalkan. Kalian adalah wajah-wajah hidup
pertama yang kami lihat sejak meninggalkan Tembok Besar.
Orang-orang menghilang" entah mati, melarikan diri, atau
dibawa pergi, aku tidak tahu. Binatang-binatang juga. Tidak
ada yang tersisa. Dan sebelumnya, kami menemukan mayat dua
penjelajah Ben Stark hanya beberapa liga dari Tembok Besar.
Mayat mereka pucat dan dingin, dengan tangan dan kaki hitam
serta luka-luka yang tidak berdarah. Tapi waktu kami bawa
kembali ke Kastel Hitam, mereka bangkit pada malam hari dan
membunuh. Satu orang menewaskan Ser Jaremy Rykker dan
satu lagi mendatangiku, suatu petunjuk bahwa mereka masih
menyimpan ingatan tentang kehidupan mereka, tapi tidak ada
kemanusiaan yang tersisa pada diri mereka."
Mulut si perempuan melongo, gua merah muda yang
basah, tapi Craster hanya mendengus. "Kami tidak punya
masalah seperti itu di sini" dan aku berterima kasih kalau kau
tidak menceritakan kisah-kisah jahat seperti itu di rumahku.
Aku orang yang saleh, dan para dewa melindungiku. Kalau
ada orang mati yang datang, aku tahu cara mengirim mereka
kembali ke kuburan mereka. Walaupun tak ada salahnya kalau
aku punya kapak baru yang tajam." Dia menghalau istrinya
pergi dengan tamparan di kaki disertai teriakan "Tambah
413 birnya, dan cepatlah."
"Tidak ada masalah dari orang mati," Jarmen Buckwell
berkata, "tapi bagaimana dengan orang hidup, my lord"
Bagaimana dengan rajamu?"
"Raja!"?jerit raven Mormont.?"Raja, raja, raja."
"Mance Rayder itu?" Craster meludah ke api. "Raja-diluar-tembok. Apa urusannya orang merdeka dengan raja-raja?"
Dia menyipitkan mata kepada Mormont. "Banyak yang bisa
kukatakan padamu tentang Rayder dan perbuatannya, kalau
aku mau. Desa-desa kosong yang kalian lihat, itu perbuatannya.
Kalian pasti akan menemukan aula ini ditinggalkan juga,
kalau aku gampang menyerah seperti mereka. Dia mengirim
penunggang kuda, menyampaikan kalau aku harus
meninggalkan kastelku sendiri untuk menyembah di kakinya.
Kukirim kembali orang itu, tapi lidahnya kusimpan. Dipaku
ke dinding di sana itu." Dia menunjuk. "Barangkali aku bisa
memberitahu ke mana kalian harus mencari Mance Rayder.
Kalau aku mau." Senyum cokelat itu lagi. "Tapi masih ada
banyak waktu untuk itu. Kalian pasti ingin tidur di bawah
atapku, barangkali, dan memakan babiku."
"Atap akan kami sambut dengan senang hati, my lord,"
Mormont berkata. "Perjalanan kami berat, dan basah kuyup."
"Kalau begitu kalian akan bertamu di sini satu malam.
Tidak lebih lama, aku tak terlalu suka pada rombongan gagak.
Loteng itu untukku dan kepunyaanku, tapi seluruh lantai
ini boleh kalian tempati. Aku punya daging dan bir untuk
dua puluh orang, tidak lebih. Gagak hitam lainnya silakan
mematuki jagung mereka sendiri."
"Kami sudah membawa perbekalan sendiri, my lord,"
sahut Beruang Tua. "Kami akan senang berbagi makanan dan
anggur kami." 414 Craster menyeka mulut merengutnya dengan punggung
tangan yang berbulu. "Aku bersedia mencicipi anggurmu,
Tuan Gagak, itu pasti. Satu hal lagi. Kalau ada yang menyentuh
istriku, dia bakal kehilangan tangan."
"Rumahmu, peraturanmu," kata Thoren Smallwood,
dan Lord Mormont mengangguk kaku, walaupun dia tidak
terlihat senang. "Beres kalau begitu." gerutu Craster pada mereka.
"Kalian punya orang yang bisa menggambar peta?"
"Sam Tarly bisa." Jon mendesak maju. "Sam suka peta."
Mormont memberi isyarat agar dia mendekat. "Panggil
dia kemari setelah selesai makan. Suruh dia membawa pena
dan perkamen. Cari Tollett juga. Minta dia mengambilkan
kapakku. Hadiah dari tamu untuk tuan rumah kita."
"Siapa lagi dia?" Craster berkata sebelum Jon sempat
pergi. "Wajahnya seperti seorang Stark."
"Pengurus rumah tangga dan squire-ku, Jon Snow."
"Anak haram, ya?" Craster mengamati Jon dari atas ke
bawah. "Kalau laki-laki ingin meniduri perempuan, seharusnya
dia menikahinya. Itu yang kulakukan." Dia menyuruh Jon
pergi dengan lambaian tangan. "Yah, kerjakan tugasmu, anak
haram, pastikan kapak itu bagus dan tajam, aku tak butuh
senjata tumpul." Jon Snow membungkuk kaku dan beranjak pergi. Ser
Ottyn Wythers berjalan masuk selagi dia keluar, dan mereka
hampir bertabrakan di pintu kulit rusa. Di luar, hujan
sepertinya sudah mereda. Tenda-tenda sudah didirikan di
sepenjuru kompleks. Jon dapat melihat puncak-puncak tenda
lainnya di bawah pepohonan.
Edd Sengsara sedang memberi makan kuda-kuda.
"Memberi kapak pada wildling, kenapa tidak?" Dia menunjuk
415 senjata Mormont, kapak perang bergagang pendek dengan
hiasan berpola melingkar dari emas terukir pada baja hitamnya.
"Dia akan mengembalikannya, percayalah. Kemungkinan
dibenamkan ke tengkorak Beruang Tua. Kenapa tidak
memberinya semua kapak kita, dan pedang-pedang kita juga"
Aku tak suka mendengar senjata-senjata itu berdentang dan
berkelotak saat kita berkuda. Kita bisa bergerak dengan lebih
cepat tanpa membawanya, langsung ke pintu neraka. Aku
ingin tahu apakah di neraka ada hujan. Mungkin Craster lebih
suka topi bagus sebagai gantinya?"
Jon tersenyum. "Dia ingin kapak. Dan anggur juga."
"Benar kan, si Beruang Tua cerdik. Kalau kita membuat
wildling itu benar-benar mabuk, barangkali dia hanya akan
memotong satu telinga saat berusaha membantai kita dengan
kapak itu. Aku punya dua telinga tapi hanya satu kepala."
"Smallwood bilang Craster teman Garda."
"Kau tahu perbedaan antara wildling yang berteman
dengan Garda dan yang tidak berteman?" tanya squire yang
masam itu. "Musuh meninggalkan mayat kita untuk dimakan
gagak dan serigala. Teman mengubur kita di makam rahasia.
Aku ingin tahu sudah berapa lama beruang itu tertancap di
gerbang, dan apa yang ditaruh Craster di sana sebelum kita
datang memanggil-manggil?" Edd menatap kapak dengan ragu,
hujan mengaliri wajah muramnya. "Apakah di dalam sana
kering?" "Lebih kering daripada di luar sini."
"Kalau nanti aku masuk diam-diam, tidak terlalu dekat
ke api, barangkali mereka tidak akan menyadari kehadiranku
sampai besok pagi. Mereka yang tidur di bawah atapnya akan
menjadi orang pertama yang dia bunuh, tapi setidaknya kita
mati dalam keadaan kering."
Jon mau tak mau tertawa. "Craster cuma satu orang.
416 Kita dua ratus. Aku ragu dia akan membunuh siapa pun."
"Kau membuatku terhibur," cetus Edd, terdengar sangat
murung. "Lagi pula, banyak yang bisa dikatakan tentang kapak
bagus yang tajam. Aku takkan suka dibunuh dengan gandin.
Aku pernah melihat orang dipukul di dahi dengan gandin.
Kulitnya bahkan nyaris tidak robek, tapi kepalanya jadi
lembek dan bengkak sebesar labu, hanya saja warnanya merah
keunguan. Orang itu tampan, tapi dia mati dalam keadaan
jelek. Untunglah kita tidak memberi mereka gandin." Edd
berjalan pergi sambil menggeleng-geleng, jubah hitamnya yang
kuyup mengucurkan air di belakangnya.
Jon memberi makan kuda-kuda sebelum dia memikirkan
makan malamnya sendiri. Dia sedang bertanya-tanya di
mana bisa menemukan Sam ketika dia mendengar teriakan
ketakutan.?"Serigala!"?Dia berlari kencang mengitari aula ke arah
jeritan itu, tanah berlumpur mengisap sepatu botnya. Salah
seorang perempuan Craster menempel ke tembok kastel yang
bernoda lumpur. "Pergi sana," dia meneriaki Ghost. "Jangan
mendekat!" Direwolf itu membawa seekor kelinci di mulutnya
dan satu lagi kelinci mati yang berdarah-darah tergeletak di
depannya. "Suruh dia pergi, m"lord," dia memohon ketika
melihat Jon. "Dia tidak akan menyakitimu." Jon langsung tahu
apa yang terjadi; sebuah kandang kayu, atapnya hancur dan
tergeletak miring di rumput yang basah. "Dia pasti kelaparan.
Kami tidak bertemu banyak binatang buruan." Jon bersiul.
Si direwolf melahap kelinci itu, mengerkah tulang-tulang kecil
dengan giginya, lalu berjalan menghampiri Jon.
Perempuan itu mengamati mereka dengan tatapan
gelisah. Dia lebih muda daripada perkiraan Jon sebelumnya.
Gadis itu berusia lima belas atau enam belas tahun, duganya,
rambut gelap melekat basah di wajah yang tirus, kaki
417 telanjangnya berlumpur sampai ke pergelangan kaki. Tubuh di
balik pakaian kulit itu menampakkan tanda-tanda kehamilan
awal. "Kau salah satu putri Craster?" tanyanya.
Gadis itu meletakkan tangan di perut. "Istri sekarang."
Dia beringsut menjauhi serigala itu, lalu berlutut dengan sedih
di samping kandang yang rusak. "Aku bermaksud membiakkan
kelinci-kelinci ini. Tak ada domba yang tersisa."
"Garda akan membantu rencanamu." Jon tidak memiliki
koin, kalau ada pasti dia menawarkannya kepada gadis itu...
walaupun dia tak yakin apakah beberapa keping tembaga atau
bahkan perak ada gunanya di luar Tembok Besar. "Aku akan
bicara dengan Lord Mormont besok."
Gadis itu menyeka tangannya di rok. "M"lord?"
"Aku bukan lord."
Tapi yang lain sudah datang berkerumun, karena
mendengar jeritan perempuan itu dan ambruknya kandang
kelinci. "Jangan percaya padanya, Non," seru Lark si Orang
Pulau, penjelajah berhati keji dari Kepulauan Tiga Saudari.
"Itu Lord Snow sendiri."
"Anak haram Winterfell dan saudara para raja," ejek
Chett, yang meninggalkan anjing-anjingnya untuk melihat ada
keributan apa. "Serigala itu menatapmu dengan lapar, Non," Lark
berkata. "Barangkali dia tertarik pada daging lembut di
perutmu itu." Jon sama sekali tidak senang. "Kau menakutinya."
"Lebih tepat memperingatkannya." Seringai Chett
seburuk bisul yang menutupi sebagian besar wajahnya.
"Kami tidak boleh bicara dengan kalian," gadis itu tibatiba ingat.
"Tunggu," kata Jon, tapi terlambat. Gadis itu melesat
418 pergi. Lark hendak menyambar kelinci kedua, tapi Ghost
lebih cepat. Ketika dia memampangkan giginya, si Orang
Pulau terpeleset di lumpur dan jatuh terduduk pada bokong
kurusnya. Yang lain tertawa. Si direwolf meraup kelinci dengan
mulutnya dan membawanya kepada Jon.
"Tidak perlu menakut-nakuti gadis itu," dia menegur
mereka. "Kau tidak berhak menegur kami, anak haram." Chett
menyalahkan Jon atas hilangnya kedudukan nyaman yang
dia miliki dengan Maester Aemon, dan bukannya tanpa
alasan. Andai Jon tidak membicarakan Sam Tarly kepada
Aemon, Chett pasti masih mengurus lelaki tua buta itu,
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan sekawanan anjing berburu yang ganas. "Kau mungkin
kesayangan Komandan, tapi kau bukan Komandan" dan kau
tidak mungkin bicara seberani itu kalau tidak ada monstermu."
"Aku tidak akan berkelahi dengan sesama saudara selagi
kita di luar Tembok Besar," Jon menyahut, suaranya lebih
tenang daripada yang dia rasakan.
Lark berlutut pada satu kaki. "Dia takut padamu, Chett.
Di Kepulauan Tiga Saudari, kami punya julukan untuk orang
seperti dia." "Aku tahu semua julukan. Simpan saja napasmu." Jon
berjalan pergi, Ghost di sisinya. Hujan sudah reda menjadi
gerimis tipis ketika dia tiba di gerbang. Petang akan segera
tiba, diikuti satu lagi malam suram yang gelap dan basah.
Awan-awan akan menyembunyikan bulan, bintang, dan Suluh
Mormont, menjadikan hutan hitam kelam. Kegiatan buang air
akan menjadi petualangan, mungkin bahkan jenis petualangan
yang tak pernah dibayangkan Jon Snow.
Dalam naungan pepohonan di luar, beberapa penjelajah
419 sudah mengumpulkan cukup banyak dedaunan busuk dan kayu
kering untuk menyalakan api di bawah atap yang menganjur
miring. Yang lain sudah mendirikan tenda atau membuat
naungan darurat dengan membentangkan jubah mereka di
atas dahan-dahan yang rendah. Raksasa sudah menjejalkan
tubuh ke dalam pohon ek mati yang batangnya berlubang.
"Bagaimana pendapatmu tentang kastelku, Lord Snow?"
"Kelihatannya nyaman. Kau tahu di mana Sam?"
"Terus saja ke arah yang kautuju. Kalau bertemu tenda
Ser Ottyn, kau sudah terlalu jauh." Raksasa tersenyum.
"Kecuali Sam menemukan pohon kosong juga. Bayangkan
seperti apa pohonnya."
Pada akhirnya Ghost yang menemukan Sam. Direwolf
itu melesat ke depan seperti tupai yang dilepaskan dari busur
silang. Di bawah singkapan batu yang menyediakan sedikit
perlindungan dari hujan, Sam sedang memberi makan
burung-burung raven. Sepatu botnya melecup saat dia bergerak.
"Kakiku basah kuyup," katanya sengsara. "Waktu turun dari
kuda, aku menginjak lubang dan tergenang sampai ke lutut."
"Lepas sepatumu dan keringkan kaus kakimu. Akan
kucarikan kayu kering. Kalau tanah di bawah batu itu tidak
basah, kita mungkin bisa menyalakan api." Jon menunjukkan
kelinci itu kepada Sam. "Dan kita akan berpesta."
"Bukankah kau harus mendampingi Lord Mormont di
aula?" "Tidak, tapi kau harus ke sana. Beruang Tua
memintamu menggambar peta untuknya. Craster bilang dia
akan menunjukkan tempat Mance Rayder pada kita.
"Oh." Sam tidak tampak senang harus bertemu Craster,
walaupun itu berarti api hangat.
"Tapi dia bilang makan dulu. Keringkan kakimu." Jon
420 pergi mengumpulkan bahan bakar, menggali tumpukan pohon
tumbang dan sesemakan untuk mencari kayu yang lebih kering
di bawahnya, menyingkap berlapis-lapis daun pinus basah
sampai dia menemukan ranting yang dapat digunakan untuk
menyalakan api. Meski begitu, sepertinya butuh waktu yang
sangat lama sampai percikan api muncul. Dia menggantung
jubahnya dari batu untuk menghalau air hujan dari api kecil
yang berasap, menciptakan ceruk kecil nyaman untuk mereka.
Selagi dia berlutut untuk menguliti kelinci, Sam
mencopot sepatu botnya. "Sepertinya ada lumut tumbuh di
antara jari kakiku," katanya muram, menggerak-gerakkan
jari kaki yang dimaksud. "Kelinci ini pasti enak sekali. Aku
bahkan tidak keberatan dengan darah dan sebagainya." Dia
memalingkan wajah. "Yah, hanya sedikit?"?
Jon menusuk karkas itu, mengapit api dengan sepasang
batu, lalu menyeimbangkan makanan mereka di atasnya.
Kelinci itu kurus, tapi saat dimasak aromanya bagaikan pesta
seorang raja. Penjelajah yang lain menatap mereka dengan iri.
Bahkan Ghost juga menatap dengan sorot lapar, api berpendar
di mata merahnya selagi dia mengendus. "Kau sudah makan
jatahmu tadi," Jon mengingatkan.
"Apakah Craster sebiadab yang dikatakan para
penjelajah?" tanya Sam. Kelinci itu agak kurang matang, tapi
rasanya luar biasa. "Seperti apa kastelnya?"
"Timbunan sampah dengan atap dan perapian." Jon
memberitahu Sam semua yang dia lihat dan dengar di Kastel
Craster. Saat ceritanya selesai, hari sudah gelap dan Sam menjilati
jari-jarinya. "Enak sekali, tapi sekarang aku jadi ingin paha
anak domba. Satu paha utuh, hanya untukku, dengan saus
mint, madu, dan cengkih. Kau melihat domba di dalam sana?"
"Ada kandang domba, tapi tak ada isinya."
421 "Bagaimana dia memberi makan semua pekerja lelaki
di kastelnya?" "Aku tidak melihat ada lelaki. Hanya Craster, istriistrinya, dan beberapa anak perempuan. Aku heran dia bisa
mempertahankan tempat ini. Dinding pertahanannya benarbenar tidak layak, hanya tanggul berlumpur. Sebaiknya kau
segera pergi ke aula dan menggambar peta itu. Kau bisa
mencari jalannya?" "Kalau aku tidak jatuh ke lumpur." Sam memakai
kembali sepatu botnya dengan susah payah, mengambil pena
dan perkamen, lalu menguatkan diri memasuki udara malam,
hujan berderai membasahi jubah dan topi lebarnya.
Ghost merebahkan kepala di cakarnya dan tidur di
samping api. Jon berbaring di sampingnya, bersyukur untuk
kehangatan itu. Dia kedinginan dan basah, tapi tidak sedingin
dan sebasah beberapa saat lalu. Barangkali malam ini Beruang
Tua bisa mengetahui sesuatu yang akan menuntun mereka kepada
Paman Benjen. Dia terbangun dan melihat napasnya sendiri menjadi
kabut di udara pagi yang dingin. Ketika dia bergerak, tulangtulangnya nyeri. Ghost sudah pergi, api sudah padam.
Jon mengulurkan tangan untuk menarik jubah yang dia
gantungkan pada batu, tapi mendapati jubah itu kaku dan
membeku. Dia merayap di bawahnya dan berdiri di tengah
hutan yang berubah menjadi kristal.
Cahaya fajar merah muda pucat berkilauan di dahan,
daun, dan batu. Setiap bilah rumput seakan dipahat dari
zamrud, setiap tetes air berubah menjadi berlian. Bunga dan
jamur sama-sama berselubung kaca. Bahkan genangan lumpur
terlihat cokelat kemilau. Di sepenjuru hutan hijau yang
berkilauan, tenda-tenda hitam para saudaranya terbungkus
422 lapisan es halus. Jadi rupanya memang ada keajaiban di luar Tembok Besar.?Dia
mendapati dirinya memikirkan adik-adik perempuannya,
barangkali karena dia memimpikan mereka tadi malam. Sansa
akan menyebutnya memesona, dengan mata berkaca-kaca
menyaksikan keajaiban ini, tapi Arya pasti akan berlarian dan
berteriak-teriak, ingin menyentuh semuanya.
"Lord Snow?"?dia mendengar. Lembut dan halus. Dia
menoleh. Di puncak batu yang menaunginya sepanjang malam,
si pemilik kelinci berjongkok, terbungkus jubah hitam yang
begitu besar sampai menenggelamkannya. Jubah Sam, Jon
langsung mengenali. Kenapa dia memakai jubah Sam"?"Kata si
gemuk aku bisa menemukanmu di sini, m"lord," dia berkata.
"Kami sudah memakan kelincinya, kalau itu tujuanmu
kemari." Pengakuan itu membuatnya merasa sangat bersalah.
"Tuan Gagak tua, dengan burung yang bisa bicara itu,
dia memberi Craster busur silang yang sama nilainya dengan
seratus kelinci." Lengan si gadis tertangkup menutupi bukit
kecil di perutnya. "Apakah itu benar, m"lord" Kau saudara raja?"
"Saudara tiri," Jon mengakui. "Aku anak haram Ned
Stark. Saudaraku Robb adalah Raja di Utara. Kenapa kau
kemari?" "Si gemuk, Sam itu, dia memintaku menemuimu. Dia
memberiku jubahnya, jadi tidak ada yang bisa bilang aku tak
boleh berada di sini."
"Apa Craster tidak akan marah padamu?"
"Ayahku terlalu banyak minum anggur Tuan Gagak tadi
malam. Dia bakal tidur hampir sepanjang hari." Napas gadis
itu membekukan udara dalam kepulan-kepulan kecil yang
gugup. "Mereka bilang sang raja menegakkan keadilan dan
423 melindungi yang lemah." Dia mulai bergerak menuruni batu,
dengan kikuk, tapi es sudah membuat batu itu licin dan kakinya
terpeleset. Jon menangkapnya sebelum dia sempat jatuh, lalu
membantunya turun dengan selamat. Perempuan itu berlutut
di tanah yang beku. "M"lord, aku mohon padamu?"
"Jangan memohon apa pun padaku. Kembalilah ke
aulamu, kau seharusnya tidak kemari. Kami diperintahkan
untuk tidak berbicara dengan para perempuan Craster."
"Kau tak perlu bicara denganku, m"lord, Bawa saja aku
saat kalian pergi, hanya itu yang kuminta."
Hanya itu yang dia minta, pikir Jon. Seakan-akan itu bukan
masalah. "Aku" aku akan jadi istrimu, kalau kau mau. Ayahku,
dia punya sembilan belas sekarang, kalau berkurang satu dia
tidak akan rugi." "Saudara hitam bersumpah tak akan pernah beristri,
kau tahu itu" Lagi pula kami ini tamu di rumah ayahmu."
"Kau tidak," balasnya. "Aku lihat. Kau tidak menyantap
makanannya, maupun tidur di sekeliling apinya. Dia tidak
pernah memberimu hak seorang tamu, jadi kau tidak terikat
padanya. Aku harus pergi karena bayi ini."
"Aku bahkan tidak tahu namamu."
"Gilly, dia memanggilku. Dari bunga gilly."
"Cantik sekali." Jon ingat Sansa pernah memberitahu
bahwa dia harus mengatakan itu setiap kali seorang wanita
menyebutkan namanya. Dia tidak dapat menolong gadis ini,
tapi barangkali sopan santun akan menyenangkan hatinya.
"Apakah Craster yang membuatmu takut, Gilly?"
"Untuk bayi ini, bukan untukku. Kalau perempuan,
tak terlalu buruk, dia akan tumbuh beberapa tahun lalu
Craster akan menikahinya. Tapi Nella bilang bayiku laki-
424 laki, dan dia sudah punya enam jadi dia tahu hal semacam
ini. Craster menyerahkan bayi-bayi lelaki kepada para dewa.
Dia melakukannya saat datang kabut es, dan belakangan
ini semakin sering datang. Itu sebabnya dia mulai memberi
mereka domba, walaupun dia sangat suka daging domba. Tapi
sekarang domba juga sudah habis. Berikutnya anjing-anjing,
sampai?" Dia menurunkan pandang dan mengusap perutnya.
"Dewa-dewa apa?" Jon ingat mereka tak melihat satu
pun anak lelaki di Kastel Craster, atau lelaki dewasa, kecuali
Craster sendiri. "Dewa-dewa dingin," jawab Gilly. "Yang datang pada
malam hari. Bayangan putih."
Dan sekonyong-konyong Jon kembali berada di Menara
Komandan lagi. Potongan tangan merayapi betisnya dan ketika
dia cungkil dengan ujung pedang panjang, tangan itu tergeletak
menggeliat-geliat, jari-jarinya membuka dan menutup. Si
orang mati bangkit, mata biru bersinar di wajah bengkak yang
tersayat-sayat. Carikan-carikan daging menggantung dari lukaluka besar di perutnya, tapi tidak ada darah.
"Apa warna mata mereka?" tanyanya kepada Gilly.
"Biru. Seterang bintang biru, dan sama dinginnya."
Dia sudah melihat mereka, pikir Jon. Craster berdusta.
"Maukah kau membawaku" Hanya sampai Tembok
Besar?" "Kami tidak menuju Tembok Besar. Kami akan ke utara,
mengejar Mance Rayder dan Makhluk Lain, bayangan putih
dan mayat hidup mereka. Kami mencari mereka, Gilly. Bayimu
tidak akan aman bersama kami."
Ketakutan tampak jelas di wajahnya. "Tapi kalian akan
kembali. Setelah perang kalian selesai, kalian akan lewat sini
lagi." 425 "Barangkali."? Kalau di antara kami ada yang masih
hidup.?"Itu tergantung keputusan Beruang Tua, orang yang
kausebut Tuan Gagak. Aku hanya squire-nya. Aku tidak
memilih jalan yang kutempuh."
"Tidak." Dia bisa mendengar kekalahan dalam suara
gadis itu. "Maaf sudah merepotkan, m"lord. Aku hanya" mereka
bilang sang raja melindungi rakyatnya, dan kupikir?" Dengan
putus asa gadis itu berlari, jubah Sam berkibar di belakangnya
bagaikan sayap hitam besar.
Jon mengawasi gadis itu pergi, kebahagiaannya saat
menyaksikan keindahan pagi nan rapuh kini lenyap. Terkutuklah
dia, pikir Jon penuh sesal, dan terkutuklah Sam dua kali karena
menyuruh gadis itu menemuiku. Dia pikir apa yang bisa kulakukan
untuk gadis itu" Kami kemari untuk memerangi kaum wildling,
bukan menyelamatkan mereka.
Para lelaki lainnya merayap keluar dari tenda, menguap
dan meregangkan tubuh. Sihir itu sudah pudar, kecemerlangan
dunia es kembali berubah menjadi embun biasa dalam
pancaran sinar matahari terbit. Seseorang menyalakan api; dia
dapat mencium asap kayu melayang menembus pepohonan,
dan aroma asap daging bacon. Jon menurunkan jubah dan
menyabetkannya ke batu, menghancurkan lapisan tipis es yang
terbentuk pada malam hari, lalu mengambil Longclaw dan
meloloskan satu lengannya untuk menyampirkan tali bahu.
Beberapa meter dari sana dia buang air ke semak yang beku,
air seninya mengepul di udara dingin dan melelehkan es ke
mana pun air itu mengalir. Sesudah itu dia menalikan celana
wol hitamnya dan mengikuti arah bau tadi.
Grenn dan Dywen termasuk di antara para saudara
yang sudah berkumpul mengelilingi api. Hake memberi
Jon sepotong roti yang bagian tengahnya dikeruk dan diisi
dengan bacon hangus serta ikan asin yang dihangatkan dalam
426 lemak bacon. Dia melahapnya sembari mendengarkan Dywen
membual bahwa dia bersama tiga perempuan Craster tadi
malam. "Itu tidak benar," tukas Grenn sambil membersut. "Aku
pasti melihatnya." Dywen menamparnya di samping telinga dengan
punggung tangan. "Kau" Melihat" Kau sama butanya dengan
Maester Aemon. Kau bahkan tak pernah melihat beruang itu."
"Beruang apa" Memangnya ada beruang?"
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selalu ada beruang," tegas Edd Sengsara dengan nada
murung dan pasrah yang biasa. "Satu membunuh kakak
lelakiku waktu aku kecil. Sesudahnya dia mengalungkan gigi
kakakku di lehernya dengan tali kulit. Dan itu gigi yang bagus,
lebih bagus daripada punyaku. Gigiku ini hanya menyulitkan."
"Apakah Sam tidur di aula tadi malam?" Jon bertanya
kepadanya. "Aku takkan menyebutnya tidur. Lantainya keras,
alas ilalangnya bau, dan saudara-saudaraku mendengkur
tanpa kira-kira. Silakan bicara soal beruang semaumu, tidak
ada yang geramannya seganas Brown Bernarr. Tapi di sana
hangat. Beberapa anjing merayap naik ke tubuhku semalam.
Jubahku sudah hampir kering waktu salah satu dari mereka
mengencinginya. Atau barangkali itu Brown Bernarr. Kalian
sadar tidak, hujan langsung berhenti begitu ada atap yang
menaungiku" Pasti akan hujan lagi sekarang setelah aku keluar.
Para dewa dan anjing sama-sama senang mengencingiku."
"Sebaiknya aku menemui Lord Mormont," kata Jon.
Hujan mungkin sudah berhenti, tapi kompleks itu
masih berwujud hamparan danau dangkal dan lumpur licin.
Para saudara hitam melipat tenda-tenda, memberi makan
kuda-kuda, dan mengunyah potongan daging asin. Regu
pengintai Jarmen Buckwell tengah mengencangkan tali pelana
427 mereka sebelum berangkat. "Jon," Buckwell menyapanya
dari punggung kuda. "Asah terus pedang anak harammu itu.
Sebentar lagi kita akan membutuhkannya."
Aula Craster remang-remang setelah hari terang. Di
dalam, obor-obor sisa semalam menyala redup, dan tidak
terlihat bahwa matahari sudah terbit. Raven Lord Mormont
yang pertama kali melihatnya masuk. Tiga kepakan malas
sayap hitam besarnya, dan burung itu sudah bertengger di
puncak gagang Longclaw.?"Jagung?"?Burung itu menggigit
seutas rambut Jon. "Abaikan saja burung sialan tukang minta-minta itu, Jon,
dia baru saja makan setengah bacon-ku." Si Beruang Tua duduk
di meja makan Craster, sarapan bersama para perwira lainnya
dengan hidangan roti, bacon, dan sosis jeroan domba. Kapak
baru Craster berada di meja, ukiran emasnya bersinar samar
dalam cahaya obor. Pemiliknya tergeletak tak sadar di loteng
tidur, tapi semua istrinya sudah bangun, mondar-mandir dan
melayani. "Hari macam apa yang kita hadapi?"
"Dingin, tapi hujan sudah berhenti."
"Bagus sekali. Pastikan kudaku sudah dipasangi pelana
dan siap. Aku ingin kita berangkat paling lambat satu jam
lagi. Kau sudah makan" Makanan Craster sederhana, tapi
mengenyangkan." Aku takkan menyantap makanan Craster, putusnya tiba-tiba.
"Aku sudah sarapan dengan yang lain, my lord." Jon mengusir
si raven dari Longclaw. Burung itu melompat kembali ke bahu
Mormont, dan langsung membuang kotoran. "Seharusnya
kau bisa melakukan itu pada Snow, bukan menyimpannya
untukku," si Beruang Tua mengomel. Raven-nya berkaok.
Jon menemukan Sam di belakang aula, berdiri bersama
Gilly di dekat kandang kelinci yang hancur. Gadis itu sedang
membantu Sam memakai kembali jubahnya, tapi ketika
428 melihat Jon, dia buru-buru pergi. Sam menatapnya dengan
ekspresi mencela dan terluka. "Kukira kau mau menolongnya."
"Dan bagaimana caraku melakukannya?" Jon menukas.
"Membawa dia bersama kita, membungkusnya dalam jubahmu"
Kita diperintahkan untuk tidak?"
"Aku tahu," kata Sam merasa bersalah, "tapi dia takut.
Aku tahu seperti apa rasanya takut. Aku bilang padanya?" Dia
menelan ludah. "Apa"?Kalau kita akan membawanya bersama kita?"
Wajah gemuk Sam merah padam. "Dalam perjalanan
pulang." Dia tak berani menatap mata Jon. "Dia akan punya
bayi." "Sam, ke mana akal sehatmu" Kita bahkan belum tentu
kembali lewat sini. Dan kalaupun kembali, kaupikir Beruang
Tua akan membiarkanmu mengangkut salah satu istri Craster?"
"Kupikir" mungkin saat itu aku sudah memikirkan
caranya?" "Aku tak punya waktu untuk ini, ada kuda-kuda yang
harus disikat dan dipasangi pelana." Jon berjalan pergi dengan
bingung sekaligus geram. Hati Sam sebesar bagian tubuhnya
yang lain, tapi meskipun sudah banyak membaca, kadangkadang dia bisa sebodoh Grenn. Lagi pula itu mustahil dan
tidak patut.?Lalu mengapa aku merasa sangat malu"
Jon mengambil tempatnya yang biasa di samping
Mormont saat Garda Malam berbaris ke luar melewati
tengkorak-tengkorak di gerbang Craster. Mereka bergerak ke
utara dan barat menyusuri jalur binatang yang berkelok-kelok.
Es yang meleleh menetes-netes di sekeliling mereka, jenis hujan
yang lebih lambat dengan musik lembutnya sendiri. Di sebelah
utara kompleks, sungai banjir besar, penuh dengan dedaunan
dan potongan kayu, tapi regu pengintai menemukan tempat
arungan berada dan barisan itu dapat menyeberang mengarungi
429 sungai. Airnya mengalir setinggi perut kuda. Ghost berenang
dan muncul di seberang sungai dengan bulu putih yang
meneteskan air cokelat. Ketika binatang itu mengguncangkan
tubuh, mencipratkan lumpur dan air ke segala arah, Mormont
diam saja, tapi di bahunya si raven memekik.
"My lord," Jon berkata pelan saat hutan kembali
mengepung rapat di sekeliling mereka. "Craster tidak punya
domba. Juga anak laki-laki."
Mormont tak menjawab. "Di Winterfell ada pelayan perempuan yang selalu
mendongengi kami," Jon melanjutkan. "Dia sering bilang ada
orang-orang wildling yang tidur dengan Makhluk Lain untuk
melahirkan anak-anak setengah manusia."
"Cuma dongeng. Apa menurutmu Craster tidak terlihat
seperti manusia?" Dalam banyak hal.?"Dia meninggalkan putra-putranya di
hutan." Jeda panjang. Kemudian: "Ya." Dan "Ya," si raven
bergumam, menandak-nandak.?"Ya, ya, ya."
"Kau sudah tahu?"
"Smallwood memberitahuku. Dulu sekali. Semua penjelajah tahu, walaupun tak banyak yang mau
membicarakannya." "Apakah pamanku tahu?"
"Semua penjelajah," kata Mormont mengulangi.
"Menurutmu seharusnya aku menghentikan Craster.
Membunuhnya bila perlu." Si Beruang Tua menghela napas.
"Andai dia hanya melakukannya untuk menyingkirkan
beberapa mulut yang membebani, aku akan dengan senang
hati mengirim Yoren atau Conwys untuk menjemput anakanak itu. Kita bisa membesarkan mereka menjadi saudara
430 hitam dan Garda akan menjadi jauh lebih kuat. Tapi kaum
wildling menyembah dewa-dewa yang lebih kejam dibandingkan
kau atau aku. Bayi-bayi lelaki ini adalah persembahannya. Doadoanya, kalau kau lebih suka menyebutnya begitu."
Istri-istrinya harus memanjatkan doa yang berbeda, pikir Jon.
"Bagaimana kau bisa mengetahui soal ini?" tanya si
Beruang Tua. "Dari salah satu istri Craster?"
"Ya, my lord," Jon mengaku. "Lebih baik aku tidak
memberitahu yang mana. Dia ketakutan dan meminta
bantuan." "Seisi dunia ini penuh dengan orang yang membutuhkan
bantuan, Jon. Andai saja sebagian dari mereka bisa menemukan
keberanian untuk menolong diri sendiri. Saat ini pun Craster
tergeletak di lotengnya, berbau busuk dari anggur dan tak
sadarkan diri. Pada meja di bawah loteng ada kapak baru yang
tajam. Kalau jadi mereka, aku akan menyebutnya "Doa yang
Terkabul" dan mengakhiri semuanya."
Ya.?Jon memikirkan Gilly. Dia dan semua saudarinya.
Mereka bersembilan belas dan Craster sendirian, tapi"?
"Tapi akan menjadi hari yang nahas bagi kita jika
Craster mati. Pamanmu bisa menceritakan saat-saat ketika
Kastel Craster membuat perbedaan antara hidup dan mati bagi
para penjelajah kita."
"Ayahku?" Dia ragu-ragu.
"Lanjutkan, Jon. Katakan saja apa yang ingin
kaukatakan." "Ayahku pernah bilang bahwa sebagian orang tidak
berharga untuk dimiliki," pungkas Jon. "Pengikut yang brutal
atau tidak adil mencemari nama baik lord junjungannya selain
nama baiknya sendiri."
"Craster bukan pengikut siapa-siapa. Dia tidak
431 bersumpah setia kepada kita. Dia juga tidak terikat pada hukum
kita. Hatimu mulia, Jon, tapi ada satu pelajaran di sini. Kita
tidak dapat memperbaiki dunia. Bukan itu tujuan kita. Garda
Malam punya peperangan lain yang harus diperjuangkan."
Peperangan lain. Ya. Aku harus ingat.?"Kata Jarmen
Buckwell aku mungkin akan membutuhkan pedangku
sebentar lagi." "Benarkah?" Mormont tidak tampak senang. "Craster
mengatakan lebih banyak lagi tadi malam, dan menegaskan
cukup banyak ketakutanku sehingga akibatnya aku tak bisa tidur
semalaman. Mance Rayder mengumpulkan orang-orangnya di
Taring Beku. Itu sebabnya desa-desa kosong. Ceritanya sama
dengan yang didengar Ser Denys Mallister dari orang wildling
yang ditangkap anak buahnya di Ngarai, tapi Craster sudah
menambahkan lokasinya, dan itu membuat perbedaan besar."
"Apakah dia sedang menyusun kota, atau pasukan
tentara?" "Nah, itu pertanyaannya. Berapa banyak wildling di sana"
Berapa banyak lelaki yang di usia layak bertempur" Tidak ada
yang tahu pasti. Taring Beku sangat kejam dan tak ramah,
belantara batu dan es. Wilayah itu tidak mungkin menopang
sejumlah besar orang dalam waktu lama. Aku hanya bisa
melihat satu tujuan dalam pengumpulan ini. Mance Rayder
bermaksud menyerang ke selatan, memasuki Tujuh Kerajaan."
"Kaum wildling sudah pernah menginvasi kerajaan
sebelumnya." Jon mendengar kisah-kisahnya dari Nan Tua
dan juga Maester Luwin, dulu di Winterfell. "Raymun Janggut
Merah memimpin mereka ke selatan pada masa kakek dari
kakekku, dan sebelum itu ada seorang raja bernama Bael sang
Penyair." "Aye, dan jauh sebelum itu datang Raja Bertanduk
serta raja bersaudara Gendel dan Gorne, lalu pada zaman
432 kuno ada Joramun, yang meniup Sangkakala Musim Dingin
dan membangunkan para raksasa dari tanah. Masing-masing
dari mereka hancur kekuatannya di Tembok Besar, atau
dihancurkan oleh kekuatan Winterfell di sisi yang jauh" tapi
Garda Malam saat ini hanya bayang-bayang dari keperkasaan
kita saat itu, dan siapa yang tersisa untuk menghadapi kaum
wildling selain kita" Lord Winterfell sudah tiada, dan sang
penerus membawa pasukannya ke selatan untuk memerangi
pasukan Lannister. Kaum wildling mungkin takkan pernah lagi
mendapat kesempatan sebaik ini. Aku kenal Mance Rayder,
Jon. Dia pelanggar sumpah, itu benar" tapi dia punya mata
untuk melihat, dan tidak pernah ada yang berani menyebutnya
penakut." "Apa yang mesti kita lakukan?" tanya Jon.
"Temukan dia," jawab Mormont. "Lawan dia. Hentikan
dia." Tiga ratus, pikir Jon, melawan amarah kaum liar. Jarijarinya membuka dan menutup.
j 433 THEON D ia cantik, itu tidak diragukan lagi.?Tapi kapal pertama kita
selalu cantik, Theon Greyjoy membatin.
"Nah, itu cengiran yang manis," suara seorang
perempuan berbicara di belakangnya. "Tuan muda menyukai
penampilannya, bukan?"
Theon menoleh untuk mengamati perempuan itu
dengan pandangan menilai. Dia menyukai apa yang dilihatnya.
Orang kepulauan besi, sekali lihat dia langsung tahu; ramping
dan berkaki panjang, dengan rambut hitam yang dipotong
pendek, kulit yang kasar terpapar angin, tangan yang kuat
dan mantap, serta parang di sabuknya. Hidung perempuan
itu terlalu besar dan terlalu tajam untuk wajah tirusnya, tapi
senyumnya melipur kekurangan tersebut. Dia memperkirakan
perempuan itu beberapa tahun lebih tua daripada dia, tapi
tidak lebih dari 25 tahun. Dia bergerak seakan-akan lebih
terbiasa menapak geladak kapal.
"Ya, dia pemandangan yang indah," Theon berkata
kepadanya, "walaupun tidak seindah dirimu."
"Oho." Perempuan itu tersenyum lebar. "Sebaiknya aku
434 hati-hati. Tuan muda ini punya lidah semanis madu."
"Rasakan saja sendiri."
"Jadi begitu, rupanya?" perempuan itu berkata,
mengamatinya terang-terangan. Ada sejumlah perempuan di
Kepulauan Besi"tidak banyak, tapi ada beberapa"yang menjadi
awak kapal panjang bersama para lelaki, dan kata orang, garam
serta laut telah mengubah mereka, membuat nafsu mereka
sebesar nafsu laki-laki. "Apa kau sudah selama itu di laut, tuan
muda" Atau tidak ada perempuan dari tempatmu berasal?"
"Cukup banyak, tapi tak ada yang sepertimu."
"Dan dari mana kau tahu perempuan seperti apa aku?"
"Mataku bisa melihat wajahmu. Telingaku bisa
mendengar tawamu. Dan kelaminku jadi sekeras tiang kapal
untukmu." Perempuan itu mendekat dan menekankan satu tangan
ke bagian depan celana Theon. "Yah, kau bukan pembohong,"
katanya sambil meremas dari balik kain. "Seberapa parah
sakitnya?" "Sakit sekali."
"Tuan muda yang malang." Dia melepaskan Theon
dan mundur lagi. "Kebetulan, aku perempuan menikah dan
sedang mengandung."
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terpujilah para dewa," sahut Theon. "Aku tidak
mungkin memberimu anak haram, kalau begitu."
"Tetap saja, suamiku tidak akan berterima kasih
padamu." "Tidak, tapi kau mungkin."
"Kenapa bisa begitu" Aku pernah bersama banyak tuan
muda sebelum ini. Mereka sama saja seperti lelaki lain."
"Apa kau pernah bersama pangeran?" tanya Theon.
"Saat kau sudah keriput, beruban, dan dadamu melorot
435 sampai melewati perut, kau bisa bercerita pada cucu-cucumu
kalau dulu kau pernah mencintai seorang raja."
"Oh, jadi sekarang kita bicara cinta" Padahal kupikir ini
hanya soal kelamin perempuan dan laki-laki."
"Apa kau lebih suka cinta?" Theon memutuskan bahwa
dia menyukai perempuan ini, siapa pun dia; ketangkasan
bicaranya menjadi selingan yang menyenangkan dari
kemuraman dan kelembapan Pyke. "Haruskah aku menamai
kapal panjangku dengan namamu, memainkan harpa
untukmu, dan menyimpanmu dalam ruangan menara di
kastelku dengan hanya memakai perhiasan, seperti putri dalam
lagu?" "Kau harus menamai kapalmu dengan namaku,"
perempuan itu berkata, mengabaikan bagian lainnya. "Aku
yang membuatnya." "Sigrin yang membuatnya. Perajin kapal ayahku."
"Aku Esgred. Putri Ambrode, dan istri Sigrin."
Theon tidak tahu bahwa Ambrode punya anak
perempuan, atau bahwa Sigrin punya istri" tapi dia baru satu
kali bertemu perajin kapal yang lebih muda, sementara yang
lebih tua hanya samar-samar diingatnya. "Kau terlalu bagus
untuk Sigrin." "Oho. Sigrin bilang kapal indah ini terlalu bagus
untukmu." Theon naik pitam. "Kau tahu siapa aku?"
"Pangeran Theon dari Klan Greyjoy. Siapa lagi" Katakan
sejujurnya, my lord, sebesar apa kau mencintainya, gadis barumu
ini" Sigrin pasti ingin tahu."
Kapal panjang itu begitu baru sehingga masih berbau ter
dan resin. Pamannya Aeron akan memberkati kapal ini besok,
tapi Theon sengaja datang dari Pyke untuk menengoknya
436 sebelum diluncurkan. Kapal itu tak sebesar Kraken Agung
milik Lord Balon sendiri atau Kejayaan Besi milik pamannya,
Victarion. Tapi kapal itu tampak gesit dan indah, bahkan saat
diletakkan pada dudukan kayunya di pantai; lambung hitam
ramping sepanjang tiga puluh meter, tiang tunggal yang tinggi,
lima puluh dayung panjang, geladak yang cukup luas untuk
seratus orang" dan di haluan, pelantak besi besar berbentuk
kepala panah. "Sigrin sudah bekerja dengan baik," Theon
mengakui. "Apakah kapal ini secepat penampilannya?"
"Lebih cepat"untuk master yang tahu cara
menanganinya." "Sudah beberapa tahun sejak aku terakhir kali
melayarkan kapal."?Dan aku belum pernah menjadi nakhodanya,
jika mau jujur. "Meski begitu, aku seorang Greyjoy, dan manusia
besi. Laut ada dalam darahku."
"Dan darahmu akan berada di laut, kalau kau berlayar
seperti caramu bicara," tukas perempuan itu.
"Aku takkan pernah memperlakuan dara serupawan ini
dengan buruk." "Dara rupawan?" Esgred tertawa. "Dia jalang laut, yang
satu ini." "Nah, kau sudah memberinya nama.?Jalang Laut."
Itu membuat Esgred geli; Theon dapat melihat binar di
mata gelapnya. "Dan kaubilang kau akan menamainya dengan
namaku," cela perempuan itu dengan nada terluka.
"Memang." Theon meraih tangan Esgred. "Tolong aku,
my lady. Di negeri hijau, mereka percaya bahwa perempuan
beranak membawa nasib baik bagi lelaki mana pun yang tidur
dengannya." "Dan mereka tahu apa soal kapal di negeri hijau" Atau
tentang perempuan, dalam hal ini" Lagi pula, menurutku kau
hanya mengarang." 437 "Kalau aku mengaku, apa kau akan tetap mencintaiku?"
"Tetap" Kapan aku pernah mencintaimu?"
"Tidak pernah," Theon mengakui, "tapi aku berusaha
memperbaiki kekurangan itu, Esgred-ku yang manis.
Angin begitu dingin. Naiklah ke kapalku dan biarkan aku
menghangatkanmu. Besok pamanku Aeron akan menuangkan
air laut ke haluannya dan berkomat-kamit memanjatkan doa
untuk Dewa Terbenam, tapi aku lebih suka memberkatinya
dengan saripatiku, dan saripatimu."
"Dewa Terbenam mungkin takkan menyukainya."
"Persetan dengan Dewa Terbenam. Kalau dia
menyulitkan kita, akan kutenggelamkan lagi dia. Kami akan
pergi berperang dua minggu lagi. Apa kau akan melepasku ke
medan perang dalam keadaan gelisah karena mendamba?"
"Dengan senang hati."
"Gadis kejam. Nama kapalku sangat tepat. Kalau aku
mengemudikannya menabrak karang karena pikiranku kacau,
kaulah yang mesti disalahkan."
"Apa kau bermaksud mengemudi dengan ini?" Esgred
kembali mengusap bagian depan celana Theon, dan tersenyum
saat merasakan kejantanan yang mengeras.
"Kembalilah ke Pyke bersamaku," kata Theon tibatiba, sambil berpikir, Apa yang akan dikatakan Lord Balon"
Dan kenapa aku mesti peduli" Aku lelaki dewasa, kalau aku ingin
membawa perempuan ke tempat tidur, itu bukan urusan siapa pun
selain diriku sendiri. "Dan apa yang akan kulakukan di Pyke?" Tangan Esgred
masih di tempat yang sama.
"Ayahku akan menjamu para nakhodanya malam ini."
Dia menjamu mereka setiap malam, sembari menunggu
gerombolan terakhir tiba, tapi menurut Theon dia tak perlu
438 memberitahu semua itu. "Akankah kau menjadikanku nakhodamu malam ini,
pangeranku yang mulia?" Egred memiliki senyum paling nakal
yang pernah dilihatnya pada seorang perempuan.
"Bisa jadi. Kalau aku tahu kau akan mengemudikanku
dengan selamat memasuki pelabuhan."
"Yah, aku tahu mana ujung dayung yang harus masuk ke
laut, dan tidak ada yang lebih ahli menangani tali dan simpul."
Dengan satu tangan, dia mengurai tali celana Theon, lalu
menyeringai dan beringsut menjauhinya. "Sayang sekali aku
perempuan menikah, dan sedang mengandung."
Dengan linglung, Theon menalikan kembali celananya.
"Aku harus kembali ke kastel. Kalau kau tidak ikut denganku,
aku bisa tersesat karena dukacita, dan seluruh kepulauan akan
lebih menderita." "Kita tak boleh membiarkan itu terjadi" tapi aku tak
punya kuda, my lord."
"Kau bisa pakai kuda squire-ku."
"Dan membiarkan squire?-mu yang malang berjalan kaki
sampai ke Pyke?" "Berbagi saja denganku, kalau begitu."
"Kau pasti akan sangat menyukainya." Senyum itu lagi.
"Nah, aku harus duduk di belakangmu, atau di depanmu?"
"Kau boleh duduk di mana pun yang kau suka."
"Aku senang di atas."
Ke mana saja perempuan ini seumur hidupku"?"Aula ayahku
gelap dan lembap. Ruangan itu butuh Esgred untuk membuat
api menyala." "Tuan muda punya lidah semanis madu."
"Bukankah dari situ kita memulai?"
439 Esgred melontarkan tangan ke atas. "Dan di situ kita
berakhir. Esgred adalah milikmu, pangeran yang baik. Bawa
aku ke kastelmu. Biarkan aku melihat menara kebanggaanmu
menjulang dari laut."
"Aku meninggalkan kudaku di penginapan. Ayo."
Mereka berjalan menyusuri pantai berdua, dan ketika Theon
menggandeng lengan Esgred, dia tidak menepisnya. Theon
menyukai cara perempuan itu berjalan; ada kelancangan
pada cara berjalannya, setengah melangkah dan setengah
melenggang, yang mengisyaratkan bahwa dia akan sama
lancangnya di bawah selimut.
Lordsport riuh rendah seperti biasa, dipenuhi para awak
kapal panjang yang berjajar di pantai berkerikil dan berlabuh
jauh melewati penahan gelombang. Manusia besi tidak sering
dan tidak mudah bertekuk lutut, tapi Theon menyadari bahwa
para pendayung dan penduduk kota sama-sama terdiam
saat mereka melintas, dan menyapanya dengan anggukan
hormat.? Mereka akhirnya menyadari siapa aku, pikirnya.?Dan
memang sudah saatnya. Lord Goodbrother dari Great Wyk sudah datang
tadi malam dengan armada utamanya, hampir empat puluh
kapal panjang. Orang-orangnya ada di mana-mana, tampak
mencolok dengan selempang dari bulu kambing bergarisgaris. Kabar yang beredar di penginapan, pelacur-pelacur
Otter Gimpknee ditiduri sampai pengkar oleh bocah-bocah
berselempang. Menurut pendapat Theon, silakan saja bocahbocah itu melakukannya. Kandang jelek berisi perempuanperempuan jorok yang dia harap takkan pernah dilihatnya.
Pendampingnya saat ini lebih sesuai dengan seleranya. Bahwa
perempuan itu sudah menikah dengan perajin kapal ayahnya
dan sedang hamil hanya membuatnya makin menarik.
"Apakah paduka pangeran sudah mulai memilih awak
440 kapalnya?" Esgred bertanya selagi mereka berjalan menuju
istal. "Ho, Gigi Biru," dia berseru kepada seorang pelaut yang
lewat, lelaki tinggi yang mengenakan rompi kulit beruang dan
helm bersayap raven. "Bagaimana kabar pengantinmu?"
"Sedang hamil, dan katanya kembar."
"Secepat ini?" Esgred menyunggingkan senyum nakal
itu. "Kau cepat sekali mencelupkan dayungmu ke air."
"Aye, dan mengayuh dan mengayuh dan mengayuh,"
raung lelaki itu. "Lelaki besar," Theon mengamati. "Gigi Biru, ya"
Haruskah aku memilihnya untuk Jalang Laut-ku?"
"Hanya kalau kau bermaksud menghinanya. Gigi Biru
punya kapal bagus sendiri."
"Aku sudah pergi terlalu lama untuk mengenali setiap
orang," Theon mengakui. Dia sudah mencari beberapa teman
bermainnya waktu kecil dulu, tapi mereka telah pergi, mati,
atau tumbuh menjadi orang asing. "Pamanku Victarion sudah
meminjamkan juru mudinya sendiri."
"Rymolf Stormdrunk" Dia bagus, asalkan dia sadar."
Esgred melihat wajah-wajah lain yang dikenalnya, dan berseru
kepada tiga orang yang lewat, "Uller, Qarl. Di mana saudara
kalian, Skyte?" "Aku khawatir Dewa Terbenam butuh pendayung
yang kuat," sahut lelaki gempal dengan helai-helai uban di
janggutnya. "Maksudnya, Eldiss minum terlalu banyak anggur dan
perut gendutnya meledak," timpal pemuda berpipi merah
jambu di sampingnya. "Yang gugur takkan pernah mati," Esgred berkata.
"Yang gugur takkan pernah mati."
Theon menggumamkan kata-kata itu bersama mereka.
441 "Sepertinya kau sangat dikenal," katanya kepada perempuan
itu setelah para lelaki tadi berlalu.
"Semua lelaki menyukai istri perajin kapal. Sebaiknya
begitu, kecuali dia ingin kapalnya tenggelam. Kalau butuh
orang untuk mengayuh dayungmu, mereka bertiga tidak terlalu
buruk." "Lordsport tak kekurangan orang kuat." Theon
memikirkan masalah tersebut dengan serius. Dia menginginkan
petarung, dan orang-orang yang akan setia kepadanya, bukan
kepada ayah atau paman-pamannya. Untuk sementara ini dia
memainkan peran sebagai pangeran muda yang patuh, sambil
menunggu Lord Balon mengungkapkan seluruh rencananya.
Namun jika ternyata dia tidak menyukai rencana itu atau
perannya dalam rencana itu, yah"?
"Kekuatan tidak cukup. Dayung-dayung kapal panjang
harus bergerak seirama jika kau ingin mendapatkan kecepatan
terbaiknya. Pilih orang-orang yang sudah pernah mendayung
bersama, kalau kau bijaksana."
"Saran yang bijaksana. Barangkali kau bisa membantuku
memilih mereka."?Biarkan dia percaya aku menginginkan
kecerdasannya, perempuan suka itu.
"Barangkali. Kalau kau memperlakukanku dengan
baik." "Bagaimana lagi aku akan memperlakukanmu?"
Theon mempercepat langkah saat mereka mendekati
Myraham, yang berayun tinggi dan kosong dekat dermaga.
Nakhodanya berusaha berlayar dua minggu lalu, tapi Lord
Balon tidak mengizinkan. Tak satu pun saudagar yang
berlabuh di Lordsport diperbolehkan pergi lagi; ayahnya tidak
ingin kabar mengenai berkumpulnya armada kapal tersebar di
daratan sebelum dia siap untuk menyerang.
442 "Milord," suara sedih memanggil dari anjungan kapal
dagang itu. Putri sang nakhoda bersandar melewati pagar,
menatapnya lekat-lekat. Ayahnya melarang gadis itu turun ke
darat, tapi setiap kali Theon datang ke Lordsport dia mengamati
gadis itu mondar-mandir dengan muram di geladak. "Milord,
sebentar," dia memanggilnya. "Jika milord berkenan?"?
"Apa benar?" Esgred bertanya saat Theon menggegasnya
melewati kapal itu. "Dia sudah membuat milord berkenan?"
Theon merasa tak ada gunanya membohongi perempuan
ini. "Selama beberapa waktu. Sekarang dia ingin menjadi istri
garamku." "Oho. Yah, garam akan baik untuknya, tidak salah lagi.
Terlalu lembut dan lunak, yang satu itu. Atau aku salah?"
"Kau tidak salah."?Lembut dan lunak. Tepat sekali.
Bagaimana dia bisa tahu"
Theon sudah meminta Wex untuk menunggu di
penginapan. Ruang bersama begitu penuh sesak sehingga
Theon harus mendorong-dorong untuk melewati pintu. Tidak
ada tempat kosong di bangku maupun di meja makan. Dia
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga tidak melihat squire-nya.?"Wex," dia berseru mengalahkan
keriuhan dan kebisingan.?Kalau dia di atas dengan salah satu
pelacur jorok itu, akan kukuliti dia, Theon sedang berpikir
ketika akhirnya dia melihat bocah itu, bermain dadu di dekat
perapian... dan menang juga, bila melihat tumpukan koin di
depannya. "Waktunya pergi," Theon mengumumkan. Ketika bocah
itu tidak mengacuhkannya, Theon merenggut telinganya dan
menariknya menjauhi permainan. Wex menyambar segenggam
koin tembaga dan mengikutinya tanpa bicara. Itu salah satu
hal yang paling disukai Theon pada diri Wex. Kebanyakan
squire tak bisa menjaga lidah, tapi Wex terlahir dungu" yang
sepertinya tidak menghalanginya berlagak pintar seperti yang
443 berhak dilakukan bocah dua belas tahun mana pun. Dia anak
haram dari salah satu saudara tiri Lord Botley. Mengambil
bocah itu sebagai squire merupakan bagian dari harga yang
dibayar Theon untuk kudanya.
Ketika Wex melihat Esgred, matanya membelalak.?Kau
bakal mengira dia belum pernah melihat perempuan, pikir Theon.
"Esgred akan berkuda denganku kembali ke Pyke. Pasang
pelana pada kuda-kuda, dan cepatlah."
Bocah itu menunggangi kuda garron kecil yang kurus
dari istal Lord Balon, tapi tunggangan Theon benar-benar
jenis binatang yang berbeda. "Di mana kau menemukan kuda
terkutuk itu?" Esgred bertanya ketika melihat kuda itu, tapi
dari caranya tertawa Theon tahu dia terkesan.
"Lord Botley membelinya di Lannisport setahun
lalu, tapi ternyata kuda itu terlalu merepotkan baginya, jadi
Botley dengan senang hati menjualnya." Kepulauan Besi
terlalu tandus dan berbatu untuk membiakkan kuda yang
bagus. Sebagian besar penduduk pulau paling-paling hanya
penunggang kuda yang biasa-biasa saja, lebih nyaman berada
di geladak kapal panjang daripada di pelana. Bahkan para
bangsawan menunggangi kuda garron atau kuda poni Harlaw
yang berbulu kasar, dan gerobak yang ditarik lembu lebih lazim
dibandingkan pedati yang ditarik kuda. Rakyat jelata yang
terlalu miskin untuk memiliki salah satunya menarik bajak
mereka sendiri untuk mengolah tanah berbatu yang keras.
Tapi Theon melewatkan sepuluh tahun di Winterfell,
dan tidak berniat maju perang tanpa menunggangi kuda yang
bagus. Kekeliruan Lord Botley menjadi keberuntungannya:
kuda jantan dengan watak sehitam bulunya, lebih besar
dibandingkan kuda courser meskipun tidak sebesar kebanyakan
kuda destrier. Karena Theon tidak sebesar kebanyakan kesatria,
itu sangat sesuai untuknya. Mata binatang itu berapi-api. Saat
444 pertama kali bertemu pemilik barunya, dia membuka mulut
lebar-lebar dan berusaha menggigit wajah Theon.
"Apa dia punya nama?" Esgred bertanya kepada Theon
selagi dia menaikinya. "Smiler. Murah senyum." Theon mengulurkan tangan,
dan menarik Esgred untuk duduk di depannya, tempat dia
bisa menggerayangi tubuh perempuan itu selama mereka
berkuda. "Aku pernah kenal laki-laki yang mengatakan kalau
aku tersenyum untuk hal-hal yang salah."
"Apakah itu benar?"
"Hanya dari sudut pandang mereka yang tak pernah
tersenyum untuk apa pun." Theon teringat ayahnya dan
pamannya Aeron. "Apakah kau tersenyum sekarang, paduka pangeran?"
"Oh, ya." Theon mengulurkan tangan melingkari tubuh
Esgred untuk mengambil tali kekang. Perempuan itu hampir
sama tinggi dengannya. Rambut Esgred butuh dicuci dan ada
bekas luka merah muda yang samar di leher indahnya, tapi
Theon menyukai aroma tubuhnya, garam dan keringat dan
perempuan. Perjalanan kembali ke Pyke menjanjikan pengalaman
yang jauh lebih menarik dibandingkan perjalanan turun tadi.
Ketika mereka sudah jauh meninggalkan Lordsport,
Theon meletakkan tangan di dada Esgred. Esgred meraih dan
menepisnya. "Sebaiknya kedua tanganmu tetap memegang
kendali, atau monster hitammu ini bakal melemparkan kita
berdua dan menendangi kita sampai mati."
"Aku sudah menjinakkannya." Dengan geli, Theon
bersikap sopan selama beberapa waktu, mengobrol riang
tentang cuaca (kelabu dan mendung, yang tidak pernah
berubah sejak hari kedatangannya, disertai hujan tiada
445 henti) dan bercerita kepada Esgred tentang orang-orang yang
dibunuhnya di Hutan Berbisik. Ketika sampai di bagian tentang
berada sedekat itu dengan sang Pembantai Raja sendiri, Theon
kembali menyusupkan tangannya ke tempat tadi. Payudara
Esgred kecil, tapi dia menyukai kekencangannya.
"Kau tidak ingin melakukan itu, paduka pangeran."
"Oh, tapi aku ingin." Theon meremasnya.
"Squire-mu melihat."
"Biar saja. Dia tidak akan pernah membicarakannya,
aku bersumpah." Esgred menarik paksa jari-jari Theon dari payudaranya.
Kali ini dia mencengkeram jemari Theon kuat-kuat. Dia punya
tangan yang kukuh. "Aku senang perempuan yang cengkeramannya kuat."
Esgred mendengus. "Aku takkan menduganya, melihat
gadis di pantai tadi."
"Kau tidak boleh menilaiku berdasarkan dia. Dia satusatunya perempuan di kapal."
"Ceritakan tentang ayahmu. Apakah dia akan
menyambutku dengan baik di kastelnya?"
"Kenapa harus begitu" Dia bahkan hampir-hampir tak
menyambut aku, darah dagingnya sendiri, ahli waris Pyke dan
Kepulauan Besi." "Kau ahli warisnya?" tanya Esgred santai. "Kabarnya
kau punya beberapa paman, kakak laki-laki, dan satu kakak
perempuan." "Kakak-kakak lelakiku sudah lama mati, dan kakak
perempuanku" yah, mereka bilang gaun favorit Asha adalah
tunik rantai yang menjuntai melewati lututnya, dengan pakaian
dalam dari kulit samakan di baliknya. Tapi pakaian laki-laki
takkan membuatnya menjadi laki-laki. Aku akan membuat
446 persekutuan pernikahan yang bagus untuknya begitu kami
sudah menang perang, kalau aku bisa menemukan lelaki yang
mau menikahinya. Seingatku, hidung kakakku seperti paruh
burung hering, wajahnya penuh jerawat, dan dadanya serata
bocah lelaki." "Kau bisa menyingkirkan kakakmu dengan
menikahkannya," Esgred berkomentar, "tapi tidak pamanpamanmu."
"Paman-pamanku?" Klaim Theon lebih kuat daripada
klaim ketiga saudara ayahnya, tapi perempuan itu memang
sudah mengungkit hal yang sensitif. Di kepulauan kerap
terdengar kisah tentang paman yang kuat dan ambisius merebut
hak keponakannya yang lemah, dan biasanya diselesaikan
dengan membunuh si keponakan. Tapi aku tidak lemah, Theon
mengingatkan diri, dan sudah akan semakin kuat saat ayahku
meninggal. "Paman-pamanku bukan ancaman bagiku," tegasnya.
"Aeron mabuk air laut dan kesalehan. Dia hidup hanya untuk
dewanya?" "Dewanya" Bukan dewamu"
"Dewaku juga. Yang gugur takkan pernah mati." Dia
tersenyum kecil. "Kalau aku mengocehkan kesalehan seperti
yang diminta, Rambut Lepek tidak akan menyulitkanku. Dan
pamanku Victarion?" "Nakhoda Armada Besi, dan pejuang yang menakutkan.
Aku mendengar mereka menyanyikannya di kedai-kedai
minum." "Saat pemberontakan ayahku, dia berlayar ke Lannisport
bersama pamanku Euron dan membakar armada Lannister di
tempatnya berlabuh," Theon mengingat. "Tapi itu rencana
Euron. Victarion itu seperti banteng tua yang hebat. Kuat,
tak kenal lelah, dan patuh, tapi tidak bakal memenangkan
lomba apa pun. Sudah pasti dia akan mengabdi padaku sesetia
447 pengabdiannya kepada ayahku. Dia tidak punya kecerdasan
maupun ambisi untuk merencanakan pengkhianatan."
"Tapi Euron Mata Gagak sangat licik. Aku sering dengar
orang mengatakan hal-hal yang mengerikan tentangnya."
Theon beringsut di pelana. "Pamanku Euron hampir
dua tahun tidak terlihat di kepulauan. Dia mungkin sudah
mati. Jika benar, barangkali itu yang terbaik. Kakak tertua Lord
Balon tidak pernah meninggalkan Cara Lama barang sehari
pun. Kata orang, kapal Hening miliknya, dengan layar hitam
dan lambung merah gelap, memiliki reputasi buruk di setiap
pelabuhan dari Ibben sampai Ashai."
"Dia mungkin sudah mati," Esgred menyetujui, "dan
seandainya masih hidup, yah, dia sudah begitu lama di laut dan
bakal dianggap separuh orang asing di sini. Orang kepulauan
besi takkan pernah mendudukkan orang asing di Kursi Batu
Laut." "Kurasa tidak," Theon menyahut, sebelum tersadar
bahwa sebagian orang juga akan menganggap dia orang asing.
Pikiran itu membuatnya merengut.?Sepuluh tahun waktu yang
lama, tapi aku sudah kembali sekarang, dan ayahku masih akan
hidup untuk waktu lama. Aku punya waktu untuk membuktikan
diri. Dia mempertimbangkan untuk membelai dada Esgred
lagi, tapi perempuan itu mungkin hanya akan menyampuk
tangannya, dan pembicaraan tentang paman-pamannya
sudah sedikit mengurangi gairahnya. Masih banyak waktu
untuk bermesraan di kastel, dalam kamarnya yang tertutup.
"Aku akan bicara dengan Helya saat kita tiba di Pyke, dan
memastikan kau mendapat tempat terhormat di perjamuan,"
Theon berkata. "Aku harus duduk di panggung, di sebelah
kanan ayahku, tapi aku akan turun dan bergabung denganmu
saat dia meninggalkan aula. Dia jarang tinggal lama-lama.
448 Akhir-akhir ini dia tidak kuat minum."
"Hal yang menyedihkan saat lelaki beranjak tua."
"Lord Balon hanyalah ayah dari seorang lelaki hebat."
"Tuan yang sangat rendah hati."
"Hanya orang bodoh yang merendahkan diri sementara
dunia ini penuh orang yang dengan senang hati melakukan
tugas itu untuknya." Theon mencium sekilas tengkuk Esgred.
"Aku harus pakai apa ke perjamuan besar ini?" Esgred
mengulurkan tangan ke belakang dan mendorong wajah
Theon. "Akan kuminta Helya mendandanimu. Salah satu
gaun ibuku mungkin bisa kaupakai. Dia pergi ke Harlaw, dan
sepertinya tidak akan kembali."
"Angin dingin membuatnya letih, kudengar. Apa kau
tidak berniat menemuinya" Harlaw hanya berjarak satu hari
berlayar, dan tentunya Lady Greyjoy sangat ingin melihat
putranya untuk terakhir kali."
"Andai aku bisa. Aku terlalu sibuk di sini. Ayahku
mengandalkanku, sekarang setelah aku kembali. Kalau sudah
damai, mungkin?"? "Kedatanganmu bisa membawa kedamaian untuk
ibumu." "Sekarang kau terdengar seperti perempuan," protes
Theon. "Kuakui, aku memang perempuan" dan sedang
mengandung." Entah bagaimana pikiran itu menggugah Theon. "Kau
bilang begitu, tapi tubuhmu tak menunjukkannya. Bagaimana
cara membuktikannya" Sebelum memercayaimu, aku harus
melihat payudaramu yang membesar, dan mencicipi air
susumu." 449 "Dan suamiku bakal bilang apa nanti" Anak buah dan
pelayan ayahmu sendiri?"
"Kami akan memberinya begitu banyak pesanan kapal
sampai dia tidak akan sadar kau sudah meninggalkannya."
Esgred tertawa. "Sungguh kejam tuan muda yang
menangkapku. Kalau aku berjanji suatu hari nanti kau boleh
menonton bayiku menyusu, maukah kau bercerita lebih
banyak tentang perangmu, Theon dari Klan Greyjoy" Masih
ada berkilo-kilometer dan gunung-gunung di hadapan kita,
aku ingin mendengar tentang raja serigala junjunganmu ini,
dan singa-singa emas yang diperanginya."
Karena begitu ingin menyenangkannya, Theon
menurut. Sisa perjalanan panjang itu berlalu dengan cepat
selagi Theon mengisi kepala cantik Esgred dengan kisahkisah tentang Winterfell dan perang. Beberapa hal yang dia
ceritakan membuatnya terkesan sendiri.?Esgred teman bicara
yang menyenangkan, semoga para dewa memberkatinya, renung
Theon.? Aku merasa seperti sudah mengenalnya bertahun-tahun.
Kalau permainan ranjang perempuan ini setengah saja bagusnya dari
kecerdasannya, aku harus memiliki dia" Theon membayangkan
Sigrin si Perajin Kapal, bertubuh gemuk, berotak tumpul,
rambut kuning pucat yang sudah menipis dari dahi berjerawat,
dan menggeleng-geleng. Kesia-siaan. Kesia-siaan yang paling tragis.
Sepertinya waktu berlalu begitu cepat sebelum tembok
luar Pyke yang kukuh menjulang di hadapan mereka.
Gerbangnya terbuka. Theon menyentuhkan tumit
pada Smiler dan berderap lewat dengan cepat. Anjing-anjing
menggonggong liar saat dia membantu Esgred turun dari kuda.
Beberapa anjing berlari mendekat, ekor mereka bergoyanggoyang. Mereka melesat melewati Theon dan nyaris menabrak
jatuh perempuan itu, melompat-lompat di sekelilingnya,
menyalak dan menjilat-jilat.?"Pergi," Theon berteriak,
450 menyarangkan tendangan yang tak berguna ke seekor anjing
cokelat besar, tapi Esgred tertawa dan bergumul dengan
mereka. Seorang pengurus kuda bergegas datang menyusul
anjing-anjing itu. "Bawa kudanya," Theon memerintah lelaki
itu, "dan singkirkan anjing-anjing terkutuk ini?"
Orang dusun itu mengabaikannya. Wajahnya
menyunggingkan senyum ompong lebar, dia berkata, "Lady
Asha. Anda sudah kembali."
"Tadi malam," sahut si perempuan. "Aku berlayar dari
Great Wyk bersama Lord Goodbrother, dan bermalam di
penginapan. Adikku cukup baik hati untuk mengizinkanku
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkuda dengannya dari Lordsport." Dia mencium hidung
salah satu anjing dan menyeringai kepada Theon.
Theon hanya mampu berdiri dan melongo menatap
perempuan itu. ?Asha. Tidak. Dia tidak mungkin Asha.?Tiba-tiba
dia sadar ada dua Asha di benaknya. Yang pertama adalah
gadis kecil yang pernah dikenalnya. Yang satu lagi, lebih samar
dalam ingatannya, agak mirip dengan ibunya. Keduanya sama
sekali tidak seperti... seperti... seperti...
"Jerawatnya hilang waktu dadaku tumbuh," perempuan
itu menjelaskan sambil bermain-main dengan seekor anjing,
"tapi paruh burung heringnya masih ada."
Theon akhirnya bisa bersuara.?"Kenapa kau tidak bilang?"
Asha melepaskan anjing itu dan menegakkan tubuh.
"Aku ingin melihat dulu di mana posisimu. Dan aku sudah
tahu." Dia pura-pura membungkuk hormat kepada Theon.
"Dan sekarang, Dik, aku mohon undur diri. Aku perlu mandi
dan berdandan untuk perjamuan. Mungkinkah aku masih
menyimpan gaun rantai yang biasa kupakai dengan pakaian
dalam dari kulit samakan?" Asha menyunggingkan senyum
451 nakal itu lagi, dan menyeberangi jembatan dengan cara
berjalan yang begitu disukai Theon, setengah melangkah dan
setengah melenggang. Ketika Theon menoleh, Wex sedang menyeringai
kepadanya. Dia menampar telinga bocah itu. "Itu karena
sudah bersenang-senang menertawakanku." Lalu sekali lagi,
lebih keras. "Dan itu karena tidak memperingatkanku. Lain
kali, buka mulutmu."
Kamar Theon di Menara Tamu tak pernah terasa
sedingin ini, walaupun para pelayan sudah meninggalkan
satu tungku menyala. Theon menendang lepas sepatu botnya,
membiarkan jubahnya jatuh ke lantai, dan menuang secawan
anggur untuk diri sendiri, mengingat gadis kikuk dengan lutut
mencuat dan jerawat.?Perempuan itu membuka tali celanaku,
pikirnya marah, dan dia berkata" oh, para dewa, dan aku berkata"
Theon mengerang. Dia tidak mungkin mempermalukan
dirinya dengan lebih buruk lagi.
Tidak, pikirnya kemudian.?Perempuan itu yang sudah
mempermalukanku. Perempuan jalang terkutuk itu pasti menikmati
setiap momen. Dan cara dia terus-terusan menyentuhku"?
Theon mengambil cawannya dan beranjak ke kursi
jendela, tempat dia duduk sambil minum dan mengamati laut
sementara matahari menggelap di atas Pyke.?Aku tak punya
tempat di sini, pikirnya, dan itu gara-gara Asha, semoga Makhluk
Lain mengambilnya!?Air di bawah sana berganti warna dari
hijau, abu-abu, lalu hitam. Saat itu dia bisa mendengar musik
di kejauhan, dan dia tahu sudah waktunya berganti pakaian
untuk perjamuan. Theon memilih sepatu bot yang sederhana dan pakaian
yang lebih sederhana lagi, warna-warna suram hitam dan
abu-abu untuk menyesuaikan dengan suasana hatinya. Tidak
pakai perhiasan; dia tidak punya perhiasan yang dibeli dengan
452 besi.?Mungkin seharusnya dia mengambil sesuatu dari wildling yang
dibunuhnya untuk menyelamatkan Bran Stark, tapi lelaki itu tak
punya barang berharga untuk diambil. Nasibku sungguh buruk, aku
membunuh orang miskin. Aula panjang yang berasap dipenuhi para bangsawan
dan nakhoda pengikut ayahnya ketika Theon masuk, hampir
empat ratus orang jumlahnya. Dagmer Dagu Belah belum
kembali dari Old Wyk bersama Klan Stonehouse dan Drumm,
tapi semua yang lain ada di sana"Klan Harlaw dari Harlaw,
Klan Blacktyde dari Blacktyde, Klan Sparr, Klan Merlyn, dan
Klan Goodbrother dari Great Wyk, Klan Saltcliffe dan Klan
Sunderly dari Saltcliffe, serta Klan Botley dan Wynch dari
sisi lain Pyke. Para pelayan menuangkan ale, dan ada musik.
Biola, gendang, dan drum. Tiga lelaki bertubuh tegap sedang
melakukan tarian jari, memutar kapak bergagang pendek
kepada satu sama lain. Triknya adalah menangkap kapak itu
atau melompatinya tanpa salah langkah. Disebut tarian jari
karena biasanya akan berakhir setelah salah seorang penari
kehilangan satu" atau dua, atau lima jari.
Baik para penari maupun para peminum tidak menaruh
perhatian kepada Theon Greyjoy sewaktu dia berjalan ke
panggung. Lord Balon menempati Kursi Batu Laut, diukir
dalam bentuk kraken agung dari sebongkah besar batu hitam
berminyak. Menurut legenda, Kaum Pertama menemukan
batu itu berdiri di pantai Old Wyk ketika mereka datang ke
Kepulauan Besi. Di sebelah kiri kursi tinggi duduk pamanpaman Theon. Asha duduk nyaman di sebelah kanannya, di
tempat kehormatan. "Kau terlambat, Theon," Lord Balon
menegur. "Aku minta maaf." Theon menduduki tempat kosong
di samping Asha. Dia mencondongkan tubuh mendekat dan
berbisik di telinga kakaknya, "Kau menduduki tempatku."
453 Asha menoleh kepadanya dengan mata polos. "Dik, kau
pasti keliru. Tempatmu di Winterfell." Senyumnya sinis. "Dan
di mana semua pakaian indahmu" Kudengar kau menyukai
sutra dan beledu di kulitmu." Asha sendiri mengenakan gaun
wol hijau lembut berpotongan sederhana, kainnya membalut
erat tubuh langsingnya. "Tunik rantaimu pasti sudah berkarat, Kak," balas
Theon. "Sayang sekali. Aku ingin melihatmu berpakaian besi."
Asha hanya tertawa. "Kau mungkin akan melihatnya,
adik kecil" kalau menurutmu Jalang Laut milikmu bisa
menyamai Angin Hitam-ku." Salah satu pelayan ayah mereka
mendekat, membawa seteko anggur. "Kau minum ale atau
anggur malam ini, Theon?" Asha mencondongkan tubuh
mendekat. "Atau kau masih mendambakan air susuku?"
Theon merona. "Anggur," dia memberitahu si pelayan.
Asha berpaling dan menggebrak meja, berseru meminta ale.
Theon membelah sepotong roti, mengeruknya menjadi
piring, dan menyuruh seorang tukang masak mengisinya
dengan rebusan ikan. Aroma krim kental membuatnya agak
mual, tapi dia memaksakan diri untuk makan. Dia minum
cukup banyak anggur untuk membuatnya melayang setelah
menyantap dua hidangan.?Kalau aku muntah, dia yang akan
kena. "Apa Ayah tahu kau menikahi perajin kapalnya?" dia
bertanya kepada sang kakak.
"Sama tak tahunya dengan Sigrin." Asha mengedikkan
bahu. "Esgred adalah kapal pertama yang dia buat. Dia
mengambil nama ibunya. Sulit bagiku mengatakan mana yang
lebih dia sayangi." "Setiap kata yang kausampaikan padaku bohong
belaka." "Tidak setiap kata. Ingat waktu kubilang aku suka berada
454 di atas?" Asha tersenyum lebar.
Itu hanya membuat Theon semakin marah. "Semua
omonganmu tentang perempuan menikah dan sedang
mengandung?"? "Oh, bagian itu cukup benar." Asha melompat berdiri.
"Rolfe, kemari," dia berteriak kepada salah seorang penari
jari sambil mengangkat satu tangan. Si penari melihatnya,
membalikkan badan, dan tiba-tiba saja sebuah kapak melayang
dari tangannya, bilahnya berkilat selagi kapak itu berputar-putar
melintasi cahaya obor. Theon sempat terkesiap kaget sebelum
Asha menyambar kapak itu dari udara dan membantingnya ke
meja, membelah piring Theon menjadi dua dan menciprati
mantelnya dengan kaldu. "Itu suamiku." Kakaknya meraih ke
dalam gaun dan mengeluarkan parang dari belahan payudara.
"Dan ini bayi manisku yang masih menyusu."
Dia tak tahu seperti apa rupanya saat itu, tapi sekonyongkonyong Theon Greyjoy sadar bahwa Aula Besar membahana
dengan suara tawa, semua ditujukan kepadanya. Bahkan
ayahnya pun tertawa, terkutuklah para dewa, sementara
pamannya Victarion terkekeh keras. Tanggapan terbaik yang
dapat dia berikan hanyalah cengiran mual.?Kita lihat saja siapa
yang tertawa setelah semua ini berakhir, jalang.
Asha mencabut kapak dari meja dan melemparkannya
kembali kepada para penari, disambut siulan dan sorak sorai.
"Sebaiknya kau menuruti saranku tentang memilih awak
kapal." Seorang pelayan menawari mereka hidangan. Asha
menusuk sepotong ikan asin dan memakannya dari ujung
parang. "Kalau kau mau repot-repot mengenal Sigrin, aku pasti
takkan bisa mengelabuimu. Sepuluh tahun menjadi serigala,
lalu kau mendarat di sini dan berpikir untuk berkeliaran di
pulau seperti pangeran, tapi kau tak tahu apa-apa dan tak
kenal siapa-siapa. Kenapa orang-orang harus bertarung dan
455 mati untukmu?" "Aku pangeran mereka yang sah," kata Theon kaku.
"Berdasarkan hukum negeri hijau mungkin benar. Tapi
kita membuat hukum kita sendiri di sini, atau kau sudah lupa?"
Theon membersut dan berpaling untuk menekuri piring
yang bocor di depannya. Sebentar lagi pangkuannya bakal basah
kuyup dengan kaldu. Dia meneriaki seorang pelayan untuk
membersihkannya.?Separuh hidupku aku menantikan kepulangan
ini, dan untuk apa" Olok-olok dan ketidakpedulian"?Ini bukan Pyke
yang diingatnya. Atau benarkah dia ingat" Dia masih sangat
kecil waktu mereka membawanya pergi sebagai tawanan.
Perjamuan itu ala kadarnya saja, rangkaian rebusan
ikan, roti hitam, dan daging kambing hambar. Hidangan yang
menurut Theon paling sedap dimakan adalah pai bawang
bombai. Ale dan anggur terus mengalir lama setelah hidangan
terakhir sudah dibereskan.
Lord Balon Greyjoy berdiri dari Kursi Batu Laut.
"Habiskan minuman kalian dan datanglah ke ruanganku,"
dia memerintah orang-orang yang duduk di panggung. "Ada
rencana yang mesti kita susun." Dia meninggalkan mereka
tanpa berkata-kata lagi, diapit dua pengawal. Saudarasaudaranya menyusul sesaat kemudian. Theon bangkit untuk
mengikuti mereka. "Adikku buru-buru sekali mau pergi." Asha mengangkat
tanduk minumnya dan memberi tanda untuk tambah ale.
"Ayah kita menunggu."
"Dan sudah menunggu, selama bertahun-tahun. Tak ada
ruginya kalau dia menunggu sedikit lebih lama lagi" tapi kalau
kau takut dia marah, silakan susul dia secepatnya. Kau pasti
tidak kesulitan mengejar paman-paman kita." Asha tersenyum.
"Toh yang satu mabuk air laut, dan satunya lagi banteng tua
456 yang begitu bodoh sampai bisa tersesat."
Theon duduk lagi dengan jengkel. "Aku tak mau
mengejar siapa pun."
"Hanya mengejar perempuan?"
"Bukan aku yang menggerayangi penismu."
"Aku tidak punya, ingat" Kau kan langsung
menggerayangi seluruh bagian tubuhku."
Theon dapat merasakan pipinya memerah. "Aku lelaki
dengan rasa lapar seorang lelaki. Kau sendiri makhluk tak
wajar macam apa?" "Hanya dara pemalu." Tangan Asha bergerak cepat
di bawah meja dan meremas Theon. Theon nyaris terlonjak
dari kursi. "Kenapa, bukankah kau ingin mengemudikanku
memasuki pelabuhan, Dik?"
"Perkawinan tidak cocok untukmu," Theon
memutuskan. "Saat aku berkuasa, kurasa aku akan
membungkus dan mengirimmu ke para saudari sunyi." Theon
berdiri dengan limbung dan terhuyung-huyung pergi menyusul
ayahnya. Hujan turun saat dia tiba di jembatan ayun yang
mengarah ke Menara Laut. Perutnya teraduk-aduk dan
bergejolak seperti gelombang di bawah sama, sementara anggur
membuat langkahnya goyah. Theon mengertakkan gigi dan
mencengkeram tali kuat-kuat selagi dia berjalan menyeberang,
membayangkan leher Asa yang sedang dicekiknya.
Ruang kerja ayahnya masih selembap dan seberangin
dulu. Terbungkus dalam jubah kulit anjing laut, ayahnya
duduk di depan tungku diapit kedua saudaranya. Victarion
sedang membicarakan pasang dan angin ketika Theon masuk,
tapi Lord Balon menyuruhnya diam. "Aku sudah membuat
beberapa rencana. Sekarang saatnya kau mendengarkan."
457 "Aku punya beberapa usulan?"
"Kalau butuh saranmu aku akan memintanya," ayah
Theon berkata. "Ada burung datang dari Old Wyk. Dagmer
membawa Klan Drumm dan Klan Stonehouse. Jika sang dewa
menganugerahkan angin yang bagus, kita akan berlayar saat
mereka tiba" atau kau yang akan pergi. Aku ingin kau yang
melakukan serangan pertama, Theon. Kau akan membawa
delapan kapal panjang ke utara?"
"Delapan?"?Wajah Theon memerah. "Hasil apa yang bisa
kuharapkan dengan hanya delapan kapal panjang?"
"Kau akan menyerbu Pantai Berbatu, menghancurkan
desa-desa nelayan dan menenggelamkan semua kapal yang
kautemui. Barangkali kau akan memancing beberapa penguasa
utara keluar dari balik tembok batu mereka. Aeron akan
mendampingimu, juga Dagmer Dagu Belah."
"Semoga Dewa Terbenam memberkati pedang-pedang
kita," sang pendeta berkata.
Theon merasa seperti ditampar. Dia dikirim untuk
melakukan pekerjaan penjarah, memaksa para nelayan keluar
dari gubuk mereka dengan membakarnya dan memerkosa
putri-putri mereka yang jelek, tapi sepertinya Lord Balon tidak
cukup memercayainya bahkan untuk pekerjaan semacam
itu. Sudah cukup buruk harus menanggung omelan dan
celaan si Rambut Lepek. Jika Dagmer Dagu Belah juga ikut,
kepemimpinan Theon hanya sekadar nama.
"Asha putriku," Lord Balon melanjutkan. Theon
menoleh dan melihat kakaknya sudah menyelinap masuk
tanpa suara, "kau akan membawa tiga puluh kapal panjang
dengan awak terpilih memutari Titik Naga Laut. Mendaratlah
di dataran pasang surut di sebelah utara Deepwood Motte.
Serang dengan cepat, dan kastel itu akan jatuh bahkan sebelum
mereka sadar kau sedang menyerbu mereka."
458 Asha tersenyum seperti kucing mendapat krim. "Aku
selalu ingin punya kastel," katanya manis.
"Kalau begitu ambil satu."
Theon mesti menggigit lidah agar tak bersuara.
Deepwood Motte adalah benteng Klan Glover. Dengan Robett
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan Galbart yang sedang beperang di selatan, penjagaannya
takkan ketat, dan begitu kastel jatuh para manusia besi akan
punya pangkalan yang kuat di jantung wilayah utara. Seharusnya
aku yang dikirim untuk merebut Deepwood.?Dia mengenal Deepwood
Motte, dia pernah mengunjungi Klan Glover beberapa kali
bersama Eddard Stark. "Victarion," Lord Balon berkata kepada adiknya,
"pukulan pertama akan jatuh kepadamu. Saat kedua putraku
sudah menyerang, Winterfell pasti membalas. Kau harus
menghadapi perlawanan kecil saat melayari teluk Tombak
Garam dan Sungai Demam. Di daerah hulu, jarakmu tak
sampai 35 kilometer dari Moat Cailin. Neck adalah kunci
menuju kerajaan itu. Kita sudah menguasai lautan barat.
Begitu kita menduduki Moat Cailin, anak serigala itu takkan
bisa memenangkan kembali wilayah utara" dan kalau dia
cukup bodoh untuk mencoba, musuh-musuhnya akan
memblokir ujung selatan jalan lintasan di belakangnya, dan
Robb si bocah akan mendapati dirinya terperangkap seperti
tikus dalam botol." Theon tak dapat lagi berdiam diri. "Rencana yang
berani, Ayah, tapi para lord di kastel mereka?"
Lord Balon menyelanya. "Para lord sudah pergi ke
selatan bersama si anak serigala. Mereka yang tinggal hanya
para pengecut, lelaki tua, dan bocah bau kencur. Mereka akan
menyerah atau kalah, satu demi satu. Winterfell mungkin
menentang kita setahun, tapi apalah artinya" Bagian lain akan
menjadi milik kita. Hutan, ladang, dan bangunan. Kita jadikan
459 rakyat mereka pelayan dan istri garam kita."
Aeron Rambut Lepek mengangkat kedua lengan. "Air
kemurkaan akan melambung tinggi, dan Dewa Terbenam akan
melebarkan kekuasaannya ke seluruh negeri hijau!"
"Yang gugur takkan pernah mati," Victarion berlagu.
Lord Balon dan Asha mengikuti kata-katanya, dan Theon tak
punya pilihan selain bergumam bersama mereka. Setelah itu
selesai. Di luar hujan turun lebih deras daripada kapan pun.
Jembatan tali terpuntir dan bergoyang-goyang di bawah kakinya.
Theon Greyjoy berhenti di tengah-tengah jembatan dan
merenungi karang di bawah sana. Ombak meraung dahsyat,
dan dia dapat merasakan semburan garam di bibirnya. Tiupan
angin mendadak membuatnya kehilangan keseimbangan, dan
dia jatuh berlutut. Asha membantunya berdiri. "Kau juga tidak kuat
minum anggur, Dik." Theon bersandar pada bahu Asha dan membiarkan
sang kakak menuntunnya menyeberangi papan-papan yang
licin karena hujan. "Aku lebih suka saat kau jadi Esgred," kata
Theon dengan nada menuduh.
Asha tertawa. "Itu adil. Aku lebih suka saat kau sembilan
tahun." j 460 TYRION D ari balik pintu terdengar suara lembut harpa kayu,
berbaur dengan getar suara seruling. Suara si penyanyi
teredam dinding yang tebal, namun Tyrion hafal liriknya.?Aku
mencintai seorang dara secantik musim panas, dia mengingat,
dengan rambut bercahaya"
Ser Meryn Trant menjaga pintu sang ratu malam ini.
Gumaman "My lord" yang dia lontarkan menurut Tyrion
hanya setengah hati, tapi dia tetap membukakan pintu. Lagu
itu berhenti mendadak saat dia melangkah memasuki kamar
kakaknya. Cersei tengah berbaring ditopang tumpukan bantal.
Kakinya telanjang, rambut emasnya ditata dengan gaya kusut,
jubahnya dari sutra mewah berwarna hijau dan emas yang
memantulkan cahaya lilin dan berkilauan saat dia menengadah.
"Kakak yang manis," Tyrion berkata, "betapa cantiknya dirimu
malam ini." Dia berpaling kepada si penyanyi. "Dan kau juga,
Sepupu. Aku tak tahu kau punya suara yang amat indah."
Pujian itu membuat Ser Lancel merajuk; barangkali
dia mengira sedang diledek. Bagi Tyrion sepertinya pemuda
461 itu sudah tumbuh tujuh senti lebih tinggi sejak dinobatkan
Kisah Sepasang Rajawali 5 Raja Naga 10 Misteri Labah-labah Perak Ksatria Puteri Dan Bintang 2
dugaan Catelyn. Andai tidak berkaca-kaca, matanya begitu
hidup dan jeli, rambut cokelatnya yang ikal tergerai lebat dan
bisa membuat banyak gadis iri. Dia sudah mengganti jubah
bertarungnya yang robek dengan jubah baru; sutra bergarisgaris cerah seragam Garda Pelangi Renly, dikencangkan dengan
bros mawar emas Highgarden.
Dari waktu ke waktu, Raja Renly menyuapi Margaery
394 potongan hidangan pilihan dari ujung belatinya, atau
mencondongkan tubuh untuk mendaratkan ciuman-ciuman
ringan di pipi gadis itu, tapi Ser Loras yang lebih sering dia
ajak bercanda dan berbicara. Sang raja menikmati makanan
dan minumannya, itu jelas terlihat, namun sepertinya dia
bukan orang yang rakus dan bukan pula pemabuk. Dia banyak
tertawa, tawa yang riang, dan sama ramahnya terhadap para
bangsawan maupun gadis-gadis pelayan.
Sebagian tamunya tak semoderat itu. Mereka minum
terlalu banyak dan membual terlalu lantang, menurut Catelyn.
Putra-putra Lord Willum, Josua dan Elyas, berdebat sengit
tentang siapa yang akan menjadi orang pertama yang memasuki
tembok King"s Landing. Lord Varner menimang seorang
pelayan di pangkuannya, menyundul-nyundul leher gadis itu
sementara satu tangan menggerayangi korsetnya. Guyard si
Hijau, yang menganggap dirinya penyanyi, memetik harpa dan
mendendangkan syair tentang mengikat ekor singa agar jera,
beberapa bagiannya berima. Ser Mark Mullendore membawa
kera berbulu hitam-putih dan menyuapinya potonganpotongan dari piringnya sendiri, sementara Ser Tanton dari
Klan Fossoway apel merah naik ke meja dan bersumpah akan
membantai Sandor Clegane dalam pertarungan satu lawan
satu. Sumpah itu mungkin akan ditanggapi dengan lebih
khidmat andai Ser Tanton tidak mencelupkan satu kaki ke
dalam mangkuk saus ketika mengucapkannya.
Puncak kekonyolan terjadi ketika pelawak bertubuh
montok datang meloncat-loncat dalam balutan kaleng bercat
emas dengan kepala singa dari kain, dan mengejar seorang
cebol berkeliling meja, memukuli kepalanya dengan kandung
kemih. Akhirnya Raja Renly menuntut jawaban mengapa dia
395 memukuli adiknya. "Tentu saja, Yang Mulia, saya ini Pembantai
Saudara," si pelawak menjawab.
"Yang benar Pembantai Raja, pelawak bodoh," Renly
menyahut, dan seisi aula meledak tertawa.
Lord Rowan di samping Catelyn tidak ikut tertawa.
"Mereka semua begitu muda," katanya.
Memang benar. Sang Kesatria Bunga pasti belum
melewati hari penamaan keduanya ketika Robert menewaskan
Pangeran Rhaegar di sungai Trident. Tidak banyak di antara
mereka yang usianya jauh lebih tua. Mereka masih bayi saat
peristiwa Penyerbuan King"s Landing, dan masih anak-anak
ketika Balon Greyjoy memimpin pemberontakan Kepulauan
Besi.? Mereka belum pernah terluka dalam perang, Catelyn
membatin sewaktu mengawasi Lord Bryce menghasut Ser
Robar untuk berakrobat melemparkan beberapa belati. Semua
ini masih seperti permainan bagi mereka, turnamen perang berskala
besar, dan yang mereka lihat hanya kesempatan untuk meraih
kejayaan, kehormatan, dan kekayaan. Mereka bocah-bocah yang
mabuk terbuai lagu dan dongeng, dan seperti semua bocah, mereka
mengira diri mereka abadi.
"Perang akan membuat mereka tua," Catelyn berkata,
"seperti yang terjadi pada kita." Dia masih remaja ketika
Robert, Ned, dan Jon Arryn mengibarkan panji-panji mereka
melawan Aerys Targaryen, dan sudah menjadi perempuan
dewasa saat peperangan berakhir. "Aku iba pada mereka."
"Kenapa?" tanya Lord Rowan. "Coba lihat mereka.
Mereka muda dan kuat, penuh kehidupan dan tawa. Juga
gairah, aye, lebih banyak gairah daripada yang sanggup mereka
tangani. Akan ada banyak anak haram yang dibuahkan malam
ini, percayalah. Kenapa iba?"
396 "Karena ini takkan bertahan lama," jawab Catelyn
sedih. "Karena mereka adalah kesatria-kesatria musim panas,
sedangkan musim dingin akan datang."
"Lady Catelyn, kau salah." Brienne menatap dengan
matanya yang sebiru baju zirahnya. "Musim dingin takkan
pernah datang untuk orang-orang seperti kami. Jika kami mati
dalam pertempuran, mereka pasti akan bernyanyi tentang
kami, dan menyanyikannya dalam lagu-lagu musim panas.
Dalam lagu-lagu tentang semua kesatria gagah berani, semua
gadis cantik, dan matahari selalu bersinar."
Musim dingin datang untuk kita semua, pikir
Catelyn.?Untukku, musim dingin datang ketika Ned tiada. Musim
dingin juga akan datang untukmu, Nak, dan lebih cepat daripada
yang kauinginkan.?Dia tidak tega mengatakannya.
Sang raja menyelamatkannya. "Lady Catelyn," Renly
memanggil. "Rasanya aku butuh udara segar. Maukah kau
berjalan bersamaku?"
Catelyn langsung berdiri. "Suatu kehormatan bagiku."
Brienne juga berdiri. "Yang Mulia, saya minta waktu
sebentar untuk memakai zirah. Anda tidak boleh keluar tanpa
pengawalan." Raja Renly tersenyum. "Kalau aku tidak aman di jantung
kastel Lord Caswell, dikelilingi pasukanku sendiri, satu pedang
pelindung tidak akan ada bedanya" bahkan pedangmu,
Brienne. Duduklah dan makan. Kalau membutuhkanmu, aku
pasti akan memanggilmu."
Kata-kata Renly sepertinya memukul gadis itu lebih keras
dibandingkan semua hantaman yang diterimanya sore tadi.
"Daulat, Yang Mulia." Brienne duduk, sorot matanya muram.
Renly menggandeng lengan Catelyn dan menuntunnya ke
397 luar aula, melewati seorang penjaga bersikap santai yang
menegakkan tubuh dengan begitu terburu-buru sampai dia
nyaris menjatuhkan tombaknya. Renly menepuk pundak lelaki
itu dan membuat lelucon tentangnya.
"Lewat sini, my lady." Sang raja membawanya melewati
pintu rendah dan memasuki menara tangga. Selagi mereka
menaikinya, sang raja berkata, "Apakah kiranya Ser Barristan
Selmy bersama putramu di Riverrun?"
"Tidak," jawab Catelyn bingung. "Apa dia tak lagi
bersama Joffrey" Dia Komandan Pengawal Raja."
Renly menggeleng. "Lannister mengatakan kepadanya
dia terlalu tua dan memberikan jubahnya kepada si Anjing.
Aku diberitahu dia meninggalkan King"s Landing sambil
bersumpah akan melayani raja yang sesungguhnya. Jubah yang
diterima Brienne hari ini adalah jubah yang kusimpan untuk
Selmy, dengan harapan dia mungkin akan mempersembahkan
pedangnya padaku. Waktu dia tak muncul di Highgarden,
kupikir dia mungkin memilih pergi ke Riverrun."
"Kami belum melihatnya."
"Dia memang sudah tua, tapi tetap lelaki yang baik.
Kuharap dia baik-baik saja. Para Lannister benar-benar bodoh."
Mereka menaiki beberapa anak tangga lagi. "Pada malam
kematian Robert, aku menawari suamimu seratus prajurit
dan mendesaknya untuk mengambil Joffrey dalam kendalinya.
Andai suamimu mendengarkan, dialah yang akan menjadi
pemangku saat ini, dan aku tidak perlu mengklaim takhta."
"Ned diberitahu. menolak tawaranmu." Catelyn tak perlu "Dia sudah bersumpah untuk melindungi anak-anak
Robert," ujar Renly. "Aku tak punya kekuatan untuk bertindak
398 sendirian, jadi saat Lord Eddard menolakku, aku tak punya
pilihan selain melarikan diri. Andai tetap tinggal, aku yakin
sang ratu akan memastikan aku tidak hidup jauh lebih lama
daripada kakakku." Andai kau tetap tinggal, dan memberikan dukungan kepada
Ned, dia mungkin masih hidup, pikir Catelyn getir.
"Aku cukup menyukai suamimu, my lady. Dia
teman Robert yang setia, aku tahu" tapi dia tidak mau
mendengarkan dan tidak mau berkompromi. Kemarilah, aku
ingin menunjukkan sesuatu padamu." Mereka sudah tiba di
puncak tangga. Renly mendorong pintu kayu hingga terbuka,
dan mereka melangkah keluar ke atap.
Bagian kastel Lord Caswell ini hampir tak cukup tinggi
untuk disebut menara, tapi wilayah ini berdataran rendah
dan rata sehingga Catelyn dapat melihat sampai berliga-liga ke
segala arah. Ke mana pun memandang, dia melihat api. Apiapi itu terserak di tanah laksana bintang-bintang berjatuhan,
dan seperti bintang, kumpulan api itu seolah tak berujung.
"Silakan hitung kalau kau mau, my lady," kata Renly lirih. "Kau
masih akan menghitungnya saat fajar terbit di timur. Berapa
banyak api yang menyala di sekeliling Riverrun malam ini, aku
ingin tahu?" Catelyn dapat mendengar musik sayup-sayup mengalun
dari Aula Besar, menyusupi gelapnya malam. Dia tidak berani
menghitung bintang. "Aku diberitahu putramu menyeberangi Neck dengan
dua puluh ribu prajurit di belakangnya," Renly melanjutkan.
"Sekarang setelah para lord Trident bersamanya, barangkali dia
memimpin empat puluh ribu orang."
Tidak, pikir Catelyn, jauh dari angka itu, kami kehilangan
399 banyak orang dalam pertempuran, dan yang lain pergi mengurus
panen. "Aku punya dua kali lipat jumlah itu di sini," kata
Renly, "dan ini hanya sebagian dari kekuatanku. Mace Tyrell
tetap berada di Highgarden dengan sepuluh ribu orang lagi,
aku punya garnisun kuat yang menduduki Storm"s End, dan
sebentar lagi bangsa Dorne akan bergabung denganku beserta
seluruh kekuatan mereka. Dan jangan pernah melupakan
kakakku Stannis, yang menduduki Dragonstone dan
memimpin para lord laut sempit."
"Sepertinya kau sendiri yang melupakan Stannis,"
Catelyn menyahut, lebih tajam daripada yang diniatkannya.
"Klaimnya, maksudmu?" Renly tertawa. "Kita terangterangan saja, my lady. Stannis akan menjadi raja yang
mengerikan. Dan kecil kemungkinannya dia akan menjadi
raja. Orang menghormati Stannis, bahkan takut padanya, tapi
sedikit sekali yang pernah mencintainya."
"Dia tetap kakakmu. Jika salah satu dari kalian dianggap
berhak menduduki Takhta Besi, seharusnya itu Lord Stannis."
Renly mengangkat bahu. "Katakan padaku, hak apa
yang pernah dimiliki kakakku Robert untuk menduduki
Takhta Besi?" Dia tidak menunggu jawaban. "Oh, ada cerita
tentang ikatan darah antara Baratheon dan Targaryen, tentang
sejumlah pernikahan beratus tahun yang lalu, tentang putraputra kedua dan putri-putri sulung. Tak seorang pun selain
para maester yang peduli tentang hal itu. Robert memenangkan
takhta dengan godamnya." Dia menyapukan tangan menunjuk
deretan api unggun yang menyala dari cakrawala ke cakrawala.
"Yah, ini klaimku, sama kuatnya dengan klaim yang pernah
diajukan Robert. Jika putramu mendukungku seperti
400 ayahnya mendukung Robert, dia takkan mendapatiku sebagai
penguasa yang zalim. Aku dengan senang hati akan mengakui
kekuasaannya atas seluruh tanah, gelar, dan kehormatan yang
dia miliki. Dia boleh memerintah Winterfell. Dia bahkan
boleh tetap menyebut dirinya Raja di Utara jika mau, asalkan
dia berlutut dan memberi penghormatan kepadaku sebagai
pemimpinnya.? Raja hanyalah sepotong kata, tapi kesetiaan,
loyalitas, pengabdian" itulah yang harus kudapatkan."
"Dan kalau dia tak bersedia memberikannya, my lord?"
"Aku bermaksud menjadi raja, my lady, dan bukan dari
kerajaan yang hancur. Aku tak dapat mengatakannya lebih
gamblang daripada itu. Tiga ratus tahun lalu, seorang raja
Stark berlutut kepada Aegon sang Naga, ketika menyadari dia
tak punya harapan untuk menang. Itu sikap yang bijaksana.
Putramu pasti juga bijaksana. Begitu dia bergabung denganku,
perang ini bisa dianggap selesai. Kita?" Renly terdiam tibatiba, perhatiannya teralihkan. "Apa lagi sekarang?"
Derak rantai menandakan diangkatnya pintu besi.
Di halaman di bawah sana, penunggang kuda dengan helm
bersayap mengendalikan kudanya yang kelelahan melintas di
bawah pasak-pasak besi. "Panggil sang raja!" dia berseru.
Renly melompat naik ke celah pada tembok bergerigi.
"Aku di sini, Ser."
"Yang Mulia." Si penunggang kuda memacu kudanya
mendekat. "Saya datang secepat mungkin. Dari Storm"s End.
Kita dikepung, Yang Mulia, Ser Cortnay menentang mereka,
tapi?"? "Tapi" itu tidak mungkin. Aku pasti diberitahu jika
Lord Tywin meninggalkan Harrenhal."
"Ini bukan pasukan Lannister, Paduka. Lord Stannis
401 yang ada di gerbang Anda.?Raja Stannis, dia menyebut dirinya
saat ini." j 402 JON H ujan lebat memecut wajah Jon selagi dia memacu
kudanya menyeberangi sungai yang airnya meluber. Di
sampingnya, Komandan Mormont menarik tudung jubah ke
bawah, menggerutu mengumpat cuaca. Si raven bertengger di
bahu, bulu-bulunya kusut, sekuyup dan sejengkel Beruang Tua
sendiri. Embusan angin membuat dedaunan basah beterbangan
di sekeliling mereka bagai kawanan burung mati.?Hutan angker,
pikir Jon penuh sesal.?Hutan terbenam, lebih tepatnya.
Dia berharap Sam tetap bertahan, di bagian belakang
barisan. Sam bukan penunggang kuda yang baik bahkan dalam
cuaca yang bagus, dan hujan enam hari menjadikan tanah yang
mereka lewati amat berbahaya, hamparan lumpur lembek dan
batu-batu tersembunyi. Ketika angin bertiup, air terdorong
masuk ke matanya. Tembok Besar akan meleleh ke selatan,
es yang mencair bercampur dengan hujan yang hangat, lalu
bergulir deras mengaliri sungai-sungai. Pyp dan Kodok pasti
sedang duduk dekat api di ruang bersama, minum bercangkircangkir anggur berempah sebelum makan malam. Jon iri pada
mereka. Pakaian wolnya yang basah menempel ke tubuh dan
terasa gatal, leher dan bahunya nyeri bukan main menanggung
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
403 beban zirah rantai dan pedang, dan dia sudah muak dengan
ikan cod yang diasinkan, daging yang diasinkan, serta keju
keras. Di depan sana sangkakala berburu memperdengarkan
nada gemetar, setengah teredam dikalahkan derai hujan
yang konstan. "Sangkakala Buckwell," si Beruang Tua
mengumumkan. "Terpujilah para dewa; Craster masih di
sana." Si raven mengepakkan sayap besarnya satu kali, berkaok
"Jagung," lalu mengguncangkan bulu-bulunya lagi.
Jon sudah sering mendengar para saudara hitam
bercerita tentang Craster dan kastelnya. Sekarang dia akan
melihatnya sendiri. Setelah tujuh desa kosong, mereka semua
cemas akan mendapati desa Craster semati dan sekosong yang
lain, tapi sepertinya kecemasan mereka tak terbukti.?Barangkali
si Beruang Tua akhirnya akan mendapatkan jawaban, pikir
Jon.?Yang jelas, kami akan terbebas dari hujan.
Thoren Smallwood bersumpah bahwa Craster adalah
teman Garda Malam, terlepas dari reputasinya yang buruk.
"Lelaki itu setengah sinting, aku tidak menyangkalnya," dia
memberitahu Beruang Tua, "tapi kau juga bakal sinting kalau
menghabiskan hidupmu di hutan terkutuk ini. Meski begitu,
dia tak pernah menolak penjelajah yang hendak menumpang,
dan dia juga tidak menyukai Mance Rayder. Dia akan memberi
saran yang bagus untuk kita."
Selama dia memberi kami makanan panas dan kesempatan
untuk mengeringkan pakaian, aku sudah senang.?Dywen bilang
Craster membunuh saudaranya sendiri, pembohong,
pemerkosa, pengecut, dan mengisyaratkan bahwa lelaki
itu bertransaksi dengan pedagang budak dan iblis. "Yang
lebih buruk lagi," rimbawan tua itu menambahkan sambil
mengetuk-ngetukkan gigi kayunya. "Ada bau dingin pada orang
itu, sungguh." 404 "Jon," Lord Mormont memerintah, "berkudalah sampai
ke belakang dan sebarkan kabar ini. Ingatkan para perwira aku
tidak mau ada masalah tentang istri-istri Craster. Semua orang
harus menjaga tangan mereka dan bicara sesedikit mungkin
dengan para perempuan ini."
"Aye, my lord." Jon memutar kuda kembali ke arah
mereka datang. Sungguh menyenangkan bisa membebaskan
wajahnya dari terpaan hujan, meski hanya untuk sementara.
Semua orang yang dia lewati seperti sedang menangis. Barisan
ini terbentang sampai hampir satu kilometer menembus hutan.
Di antara rombongan pembawa barang, Jon melewati
Samwell Tarly, duduk merosot di pelananya di bawah topi
lebar. Dia menunggangi kuda besar penarik barang dan
memandu kuda-kuda barang lainnya. Derai hujan di atap
sangkar membuat raven-raven memekik dan beterbangan kian
kemari. "Kau menaruh rubah di dalam situ?" Jon berseru.
Air menetes dari pinggir topi Sam saat dia mengangkat
kepala. "Oh, halo, Jon. Tidak, mereka hanya benci hujan, sama
seperti kita." "Bagaimana keadaanmu, Sam?"
"Basah kuyup." Pemuda gemuk itu memaksakan
senyuman. "Tapi belum ada yang membunuhku."
"Bagus. Kastel Craster tak jauh di depan. Jika dewadewa bermurah hati, dia akan mengizinkan kita tidur di depan
perapiannya." Sam tampak ragu. "Kata Edd Sengsara, Craster lelaki
biadab yang mengerikan. Dia mengawini putri-putrinya dan
tidak mematuhi hukum apa pun kecuali yang dibuatnya sendiri.
Dan Dywen memberitahu Grenn nadi lelaki itu dialiri darah
hitam. Ibunya perempuan wildling yang tidur dengan seorang
penjelajah, jadi dia anak ha?" Tiba-tiba Sam menyadari apa
405 yang hendak dikatakannya.
"Anak haram," kata Jon sambil tertawa. "Kau boleh
mengatakannya, Sam. Aku sudah pernah mendengar istilah
itu." Dia memacu kuda garron kecilnya yang berpijakan mantap.
"Aku harus mengejar Ser Ottyn. Berhati-hatilah di dekat para
istri Craster." Seakan-akan Samwell Tarly perlu diperingatkan
soal itu. "Nanti kita bicara lagi, setelah tiba di sana."
Jon menyampaikan kabar tersebut kepada Ser Ottyn
Wythers, yang bergerak dengan susah payah bersama pasukan
penjaga di barisan paling belakang. Lelaki kecil berwajah
keriput yang seusia dengan Mormont, Ser Ottyn selalu tampak
lelah, bahkan di Kastel Hitam, dan hujan menerpanya tanpa
ampun. "Kabar yang melegakan," dia berkata. "Hujan ini
sudah membuat tulangku basah kuyup, dan bahkan tubuh
nyeriku mengeluhkan tubuh yang nyeri."
Dalam perjalanan kembali, Jon memutar jauh dari
barisan dan mengambil rute yang lebih pendek menembus
hutan lebat. Suara-suara manusia dan kuda menghilang,
ditelan belantara hijau yang basah, dan tak lama kemudian dia
hanya dapat mendengar cucuran hujan menimpa daun, pohon,
dan batu. Saat itu pertengahan sore, namun hutan tampak
segelap petang hari. Jon mencari jalan di antara bebatuan dan
genangan air, melewati pohon-pohon ek besar, pohon-pohon
sentinel berwarna kelabu-hijau, dan pohon ulin yang batangnya
berkulit hitam. Di sana-sini dahan-dahan membentuk kanopi
di atas kepala dan dia bisa menikmati jeda sesaat dari terpaan
air hujan di kepalanya. Saat berderap melewati pohon berangan
yang tersambar petir dan kini ditumbuhi tanaman mawar
putih liar, dia mendengar bunyi berdesir di semak. "Ghost,"
panggilnya. "Ghost, kemari."
Tapi ternyata Dywen yang muncul dari sela pepohonan,
menunggangi garron berbulu abu-abu kusut dengan
406 Grenn yang berkuda di sampingnya. Beruang Tua sudah
menugaskan pasukan pengawal di kedua sisi barisan utama,
untuk melindungi perjalanan mereka dan memperingatkan
kedatangan musuh mana pun. Itu pun dia tetap tidak mau
mengambil risiko, maka dia menugaskan mereka berpasangan.
"Ah, kau rupanya, Lord Snow." Dywen menyunggingkan
senyum kayu ek; giginya dipahat dari kayu, dan tidak pas.
"Kupikir aku dan bocah ini akan bertemu Makhluk Lain
untuk dibereskan. Serigalamu hilang?"
"Dia pergi berburu." Ghost tidak suka bepergian bersama
rombongan besar, tapi dia pasti tidak jauh. Saat mereka sudah
mendirikan perkemahan malam ini, Ghost akan mencari jalan
untuk menemui Jon di tenda Komandan.
"Memancing, aku menyebutnya, dalam cuaca seperti
ini," Dywen berkata.
"Ibuku selalu bilang hujan bagus untuk menumbuhkan
tanaman pangan," Grenn menimbrung penuh harap.
"Aye, jamur bakal berlimpah," sahut Dywen. "Hal
terbaik tentang hujan seperti ini, kita jadi tidak perlu mandi."
Dia membuat suara berdetak-detak dengan gigi kayunya.
"Buckwell menemukan Craster," Jon memberitahu
mereka. "Apa tadinya dia hilang?" Dywen terkekeh. "Pastikan
kalian anak-anak muda tidak merecoki istri-istri Craster,
kaudengar?" Jon tersenyum. "Kau mau mereka semua untukmu
sendiri, Dywen?" Dywen mengetuk-ngetukkan giginya lagi. "Barangkali
begitu. Craster punya sepuluh jari dan satu burung, jadi dia
hanya bisa menghitung sampai sebelas. Kalau hilang beberapa
dia tidak bakal tahu."
407 "Berapa sebenarnya jumlah istrinya?" tanya Grenn.
"Lebih banyak daripada yang akan pernah kaumiliki,
saudaraku. Yah, tidak sesulit itu kalau kau membiakkan istrimu
sendiri. Itu binatangmu, Snow."
Ghost berlari kecil di samping kuda Jon dengan ekor
terangkat tinggi, bulu putihnya kaku dan berat tersiram hujan.
Dia bergerak dengan begitu hening sampai-sampai Jon tidak
pernah tahu kapan dia muncul. Kuda Grenn panik saat
mencium aroma Ghost; bahkan sekarang, setelah setahun
lebih, kuda-kuda tetap gelisah bila berada di dekat direwolf itu.
"Ikut aku, Ghost." Jon memacu kudanya ke Kastel Craster.
Dia tidak pernah berharap akan menemukan kastel batu
di sisi jauh Tembok Besar, tapi dia memang membayangkan
semacam susunan bukit-dan-lembah dengan pagar pancang
dan kastel bermenara kayu. Tetapi yang mereka temukan
adalah timbunan sampah, kandang babi, kandang domba
kosong, serta aula dari anyaman ranting berplester tanah, yang
tak layak menyandang namanya. Aula itu panjang dan rendah,
disusun dari batang-batang kayu dan beratap lempeng rumput.
Kompleks tersebut berdiri di puncak gundukan tanah yang
terlalu kecil untuk disebut bukit, dikelilingi tanggul dari tanah.
Anak sungai cokelat mengalir menuruni lereng tempat hujan
melahap lubang-lubang menganga di tanggul tersebut, untuk
bergabung dengan sungai berarus deras yang meliuk ke utara,
airnya yang banyak berubah menjadi semburan keruh tertimpa
hujan. Di sebelah barat daya, dia menemukan gerbang
terbuka yang diapit sepasang tengkorak binatang pada tiang
tinggi: beruang di satu sisi, biri-biri jantan di sisi satunya.
Serpihan daging masih menempel di tengkorak beruang
itu, Jon menyadari saat dia bergabung dengan barisan yang
bergerak lewat. Di dalam, regu pengintai Jarmen Buckwell dan
408 orang-orang dari barisan depan Thoren Smallwood sedang
menyiapkan tambatan kuda dan berjuang mendirikan tenda.
Gerombolan anak babi berkeliaran di sekitar tiga babi betina
yang sangat besar dalam kandang. Tak jauh dari situ, seorang
gadis kecil mencabuti wortel dari kebun, telanjang di tengah
hujan, sementara dua perempuan mengikat seekor babi untuk
dijagal. Pekikan binatang itu melengking dan mengerikan,
nyaris manusiawi dalam penderitaannya. Anjing-anjing
milik Chett menyalak liar sebagai jawaban, mendengking
dan menggonggong meskipun dia sudah mengutuk mereka,
sementara sepasang anjing milik Craster balas menyalak.
Ketika melihat Ghost, sebagian anjing melepaskan diri dan
kabur, sementara yang lain mulai melolong dan menggeram.
Direwolf itu mengabaikan mereka, begitu pula Jon.
Yah, tiga puluh orang dari kami akan hangat dan kering,
pikir Jon begitu dia bisa mengamati aula dengan lebih
saksama.?Barangkali sampai lima puluh orang.?Tempat itu terlalu
kecil untuk tidur dua ratus orang, jadi sebagian besar harus
tetap berada di luar. Dan di mana harus menempatkan mereka"
Hujan telah mengubah setengah halaman kompleks menjadi
genangan-genangan semata kaki dan sisanya hamparan lumpur.
Satu lagi malam yang nahas sudah terbayang.
Sang Komandan sudah menyerahkan kudanya kepada
Edd Sengsara. Dia sedang membersihkan lumpur dari kuku
kuda itu sewaktu Jon turun dari kuda. "Lord Mormont di aula,"
dia mengumumkan. "Dia menyuruhmu bergabung dengannya.
Sebaiknya tinggalkan serigala itu di luar, kelihatannya dia
cukup lapar untuk memakan salah satu anak Craster. Yah,
jujur saja, aku pun cukup lapar untuk memakan salah satu
anak Craster, asal disajikan panas-panas. Cepat sana, biar
kuurus kudamu. Kalau di dalam hangat dan kering, jangan
beritahu aku, aku tidak diajak masuk." Dia menjentik keluar
409 segumpal lumpur basah dari bawah tapal kuda. "Menurutmu
lumpur ini kelihatan seperti kotoran" Mungkinkah seluruh
bukit ini terbuat dari kotoran Craster?"
Jon tersenyum. "Yah, kudengar dia sudah lama sekali
tinggal di sini." "Kau tidak menghiburku. Sana temui Beruang Tua."
"Ghost, di sini," Jon memerintah. Pintu ke Kastel Craster
terbuat dari dua lembar kulit rusa. Jon menyusup melewatinya,
membungkuk untuk melewati ambang pintu yang rendah.
Dua lusin penjelajah utama sudah lebih dulu masuk, dan kini
berdiri mengelilingi perapian di tengah-tengah lantai tanah
sementara genangan air terkumpul di sekitar bot mereka. Aula
itu berbau busuk jelaga, kotoran hewan, dan anjing basah.
Udaranya pekat dengan asap, namun entah bagaimana tetap
lembap. Hujan menerobos masuk dari lubang asap di atap.
Tempat itu hanya terdiri atas satu ruangan, dengan loteng tidur
di atas yang dapat dicapai dengan sepasang tangga kayu serpih.
Jon ingat bagaimana perasaannya pada hari mereka
meninggalkan Tembok Besar: segugup perawan, tapi tak sabar
menyaksikan misteri dan keajaiban di luar setiap cakrawala
baru.? Yah, ini salah satu keajaibannya, dia membatin seraya
mengedarkan pandangan ke aula yang jorok dan berbau busuk
itu. Asap yang pedas membuat matanya berair.?Sayang sekali Pyp
dan Kodok tak dapat melihat semua hal yang mereka lewatkan ini.
Craster duduk di atas api, satu-satunya orang yang
menikmati kursinya sendiri. Bahkan Komandan Mormont
harus duduk di bangku bersama yang lain, dengan si raven yang
menggerutu di bahunya. Jarmen Buckwell berdiri di belakang,
air menetes-netes dari zirah dan pakaian kulit yang basah, di
samping Thoren Smallwood yang mengenakan pelat dada
tebal serta jubah berpinggiran bulu tebal milik mendiang Ser
Jaremy. 410 Pakaian sederhana Craster berupa rompi kulit domba
dan jubah tambalan kulit jadi terlihat sangat kontras, namun
di salah satu tangan gemuknya melingkar cincin besar yang
kelihatannya terbuat dari emas. Craster sepertinya lelaki yang
kuat, walaupun sudah jauh memasuki musim dingin hidupnya,
rambut kelabu tebal lelaki itu mulai memutih. Hidung rata
dan mulut merengut membuatnya terlihat kejam, dan salah
satu telinganya hilang.?Jadi seperti inilah seorang wildling.?Jon
ingat kisah-kisah Nan Tua tentang bangsa biadab yang minum
darah dari tengkorak manusia. Craster sepertinya minum bir
kuning encer dari cangkir batu yang gempil. Barangkali dia
tidak pernah mendengar kisah-kisah itu.
"Sudah tiga tahun aku tidak bertemu Benjen Stark," dia
sedang bicara kepada Mormont. "Dan kalau mau jujur, aku
sama sekali tak merindukannya." Setengah lusin anak anjing
hitam dan satu atau dua babi mengendap-endap di antara
bangku, sementara para perempuan berpakaian kulit rusa
compang-camping mengedarkan tanduk minum berisi bir,
menyodok-nyodok api, memotong-motong wortel dan bawang
bombai ke dalam periuk. "Dia seharusnya lewat di sini tahun lalu," ujar Thoren
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Smallwood. Seekor anjing mengendus-endus kakinya. Dia
menendang binatang itu, yang langsung pergi terkaing-kaing.
Lord Mormont berkata, "Ben sedang mencari Ser
Waymar Royce, yang menghilang bersama Gared dan Will
muda." "Aye, aku ingat mereka bertiga. Si bangsawan tidak lebih
tua daripada anak-anak anjing ini. Terlalu angkuh untuk tidur
di bawah atapku, dia dengan jubah bulu dan pedang hitamnya.
Istri-istriku juga terpesona melihatnya." Dia menyipitkan mata
kepada perempuan terdekat. "Kata Gared mereka mengejar
penjarah. Aku bilang padanya, dengan komandan sehijau itu,
411 sebaiknya tidak usah mencoba menangkap mereka. Gared
tidak terlalu buruk, untuk seorang gagak. Telinganya lebih
sedikit dibanding aku, dia itu. Gara-gara udara dingin, sama
seperti aku." Craster tertawa. "Sekarang kudengar dia juga tak
punya kepala. Apa gara-gara udara dingin juga?"
Jon teringat percikan darah merah di salju yang
putih, dan cara Theon Greyjoy menendang kepala si orang
mati.?Orang itu desertir. Dalam perjalanan pulang ke Winterfell,
Jon dan Robb berbalapan, dan menemukan enam anak direwolf
di tengah salju. Seribu tahun yang lalu.
"Waktu Ser Waymar meninggalkanmu, arah mana yang
dia tuju?" Craster mengedikkan bahu. "Kebetulan aku punya
kegiatan yang lebih penting daripada mengurusi kedatangan
dan kepergian para gagak." Dia menenggak bir dan meletakkan
cangkirnya. "Sudah lama tidak ada anggur selatan yang
enak di sini. Aku butuh pasokan anggur, dan kapak baru.
Kapakku sudah tumpul, itu berbahaya, aku harus melindungi
perempuan-perempuanku." Dia mengamati istri-istrinya yang
mondar-mandir. "Kalian hanya sedikit di sini, dan terpencil," Mormont
berkata. "Kalau kau mau, aku akan menugaskan beberapa
orang untuk mengawalmu ke selatan ke Tembok Besar."
Si raven sepertinya menyukai gagasan itu.?"Tembok Besar,"
jeritnya, membentangkan sayap hitam bagai kerah tinggi di
belakang kepala Mormont. Tuan rumah mereka tersenyum bengis, memperlihatkan
gigi-gigi cokelat yang rusak. "Dan apa yang akan kami lakukan
di sana, melayani kalian saat makan malam" Kami hidup
merdeka di sini. Craster tidak melayani siapa pun."
"Ini masa-masa yang buruk untuk tinggal sendirian di
412 dalam hutan. Angin dingin mulai bertiup."
"Biar saja mereka bertiup. Akar-akarku tertanam dalam."
Craster menyambar pergelangan tangan seorang perempuan
yang lewat. "Katakan padanya, istriku. Katakan pada Tuan
Gagak betapa bahagianya kita."
Perempuan itu menjilat bibir tipisnya. "Ini tempat kami.
Craster menjaga kami tetap aman. Lebih baik mati sebagai
orang merdeka daripada hidup sebagai budak."
"Budak," sungut si raven.
Mormont memajukan tubuh. "Semua desa yang kami
lewati telah ditinggalkan. Kalian adalah wajah-wajah hidup
pertama yang kami lihat sejak meninggalkan Tembok Besar.
Orang-orang menghilang" entah mati, melarikan diri, atau
dibawa pergi, aku tidak tahu. Binatang-binatang juga. Tidak
ada yang tersisa. Dan sebelumnya, kami menemukan mayat dua
penjelajah Ben Stark hanya beberapa liga dari Tembok Besar.
Mayat mereka pucat dan dingin, dengan tangan dan kaki hitam
serta luka-luka yang tidak berdarah. Tapi waktu kami bawa
kembali ke Kastel Hitam, mereka bangkit pada malam hari dan
membunuh. Satu orang menewaskan Ser Jaremy Rykker dan
satu lagi mendatangiku, suatu petunjuk bahwa mereka masih
menyimpan ingatan tentang kehidupan mereka, tapi tidak ada
kemanusiaan yang tersisa pada diri mereka."
Mulut si perempuan melongo, gua merah muda yang
basah, tapi Craster hanya mendengus. "Kami tidak punya
masalah seperti itu di sini" dan aku berterima kasih kalau kau
tidak menceritakan kisah-kisah jahat seperti itu di rumahku.
Aku orang yang saleh, dan para dewa melindungiku. Kalau
ada orang mati yang datang, aku tahu cara mengirim mereka
kembali ke kuburan mereka. Walaupun tak ada salahnya kalau
aku punya kapak baru yang tajam." Dia menghalau istrinya
pergi dengan tamparan di kaki disertai teriakan "Tambah
413 birnya, dan cepatlah."
"Tidak ada masalah dari orang mati," Jarmen Buckwell
berkata, "tapi bagaimana dengan orang hidup, my lord"
Bagaimana dengan rajamu?"
"Raja!"?jerit raven Mormont.?"Raja, raja, raja."
"Mance Rayder itu?" Craster meludah ke api. "Raja-diluar-tembok. Apa urusannya orang merdeka dengan raja-raja?"
Dia menyipitkan mata kepada Mormont. "Banyak yang bisa
kukatakan padamu tentang Rayder dan perbuatannya, kalau
aku mau. Desa-desa kosong yang kalian lihat, itu perbuatannya.
Kalian pasti akan menemukan aula ini ditinggalkan juga,
kalau aku gampang menyerah seperti mereka. Dia mengirim
penunggang kuda, menyampaikan kalau aku harus
meninggalkan kastelku sendiri untuk menyembah di kakinya.
Kukirim kembali orang itu, tapi lidahnya kusimpan. Dipaku
ke dinding di sana itu." Dia menunjuk. "Barangkali aku bisa
memberitahu ke mana kalian harus mencari Mance Rayder.
Kalau aku mau." Senyum cokelat itu lagi. "Tapi masih ada
banyak waktu untuk itu. Kalian pasti ingin tidur di bawah
atapku, barangkali, dan memakan babiku."
"Atap akan kami sambut dengan senang hati, my lord,"
Mormont berkata. "Perjalanan kami berat, dan basah kuyup."
"Kalau begitu kalian akan bertamu di sini satu malam.
Tidak lebih lama, aku tak terlalu suka pada rombongan gagak.
Loteng itu untukku dan kepunyaanku, tapi seluruh lantai
ini boleh kalian tempati. Aku punya daging dan bir untuk
dua puluh orang, tidak lebih. Gagak hitam lainnya silakan
mematuki jagung mereka sendiri."
"Kami sudah membawa perbekalan sendiri, my lord,"
sahut Beruang Tua. "Kami akan senang berbagi makanan dan
anggur kami." 414 Craster menyeka mulut merengutnya dengan punggung
tangan yang berbulu. "Aku bersedia mencicipi anggurmu,
Tuan Gagak, itu pasti. Satu hal lagi. Kalau ada yang menyentuh
istriku, dia bakal kehilangan tangan."
"Rumahmu, peraturanmu," kata Thoren Smallwood,
dan Lord Mormont mengangguk kaku, walaupun dia tidak
terlihat senang. "Beres kalau begitu." gerutu Craster pada mereka.
"Kalian punya orang yang bisa menggambar peta?"
"Sam Tarly bisa." Jon mendesak maju. "Sam suka peta."
Mormont memberi isyarat agar dia mendekat. "Panggil
dia kemari setelah selesai makan. Suruh dia membawa pena
dan perkamen. Cari Tollett juga. Minta dia mengambilkan
kapakku. Hadiah dari tamu untuk tuan rumah kita."
"Siapa lagi dia?" Craster berkata sebelum Jon sempat
pergi. "Wajahnya seperti seorang Stark."
"Pengurus rumah tangga dan squire-ku, Jon Snow."
"Anak haram, ya?" Craster mengamati Jon dari atas ke
bawah. "Kalau laki-laki ingin meniduri perempuan, seharusnya
dia menikahinya. Itu yang kulakukan." Dia menyuruh Jon
pergi dengan lambaian tangan. "Yah, kerjakan tugasmu, anak
haram, pastikan kapak itu bagus dan tajam, aku tak butuh
senjata tumpul." Jon Snow membungkuk kaku dan beranjak pergi. Ser
Ottyn Wythers berjalan masuk selagi dia keluar, dan mereka
hampir bertabrakan di pintu kulit rusa. Di luar, hujan
sepertinya sudah mereda. Tenda-tenda sudah didirikan di
sepenjuru kompleks. Jon dapat melihat puncak-puncak tenda
lainnya di bawah pepohonan.
Edd Sengsara sedang memberi makan kuda-kuda.
"Memberi kapak pada wildling, kenapa tidak?" Dia menunjuk
415 senjata Mormont, kapak perang bergagang pendek dengan
hiasan berpola melingkar dari emas terukir pada baja hitamnya.
"Dia akan mengembalikannya, percayalah. Kemungkinan
dibenamkan ke tengkorak Beruang Tua. Kenapa tidak
memberinya semua kapak kita, dan pedang-pedang kita juga"
Aku tak suka mendengar senjata-senjata itu berdentang dan
berkelotak saat kita berkuda. Kita bisa bergerak dengan lebih
cepat tanpa membawanya, langsung ke pintu neraka. Aku
ingin tahu apakah di neraka ada hujan. Mungkin Craster lebih
suka topi bagus sebagai gantinya?"
Jon tersenyum. "Dia ingin kapak. Dan anggur juga."
"Benar kan, si Beruang Tua cerdik. Kalau kita membuat
wildling itu benar-benar mabuk, barangkali dia hanya akan
memotong satu telinga saat berusaha membantai kita dengan
kapak itu. Aku punya dua telinga tapi hanya satu kepala."
"Smallwood bilang Craster teman Garda."
"Kau tahu perbedaan antara wildling yang berteman
dengan Garda dan yang tidak berteman?" tanya squire yang
masam itu. "Musuh meninggalkan mayat kita untuk dimakan
gagak dan serigala. Teman mengubur kita di makam rahasia.
Aku ingin tahu sudah berapa lama beruang itu tertancap di
gerbang, dan apa yang ditaruh Craster di sana sebelum kita
datang memanggil-manggil?" Edd menatap kapak dengan ragu,
hujan mengaliri wajah muramnya. "Apakah di dalam sana
kering?" "Lebih kering daripada di luar sini."
"Kalau nanti aku masuk diam-diam, tidak terlalu dekat
ke api, barangkali mereka tidak akan menyadari kehadiranku
sampai besok pagi. Mereka yang tidur di bawah atapnya akan
menjadi orang pertama yang dia bunuh, tapi setidaknya kita
mati dalam keadaan kering."
Jon mau tak mau tertawa. "Craster cuma satu orang.
416 Kita dua ratus. Aku ragu dia akan membunuh siapa pun."
"Kau membuatku terhibur," cetus Edd, terdengar sangat
murung. "Lagi pula, banyak yang bisa dikatakan tentang kapak
bagus yang tajam. Aku takkan suka dibunuh dengan gandin.
Aku pernah melihat orang dipukul di dahi dengan gandin.
Kulitnya bahkan nyaris tidak robek, tapi kepalanya jadi
lembek dan bengkak sebesar labu, hanya saja warnanya merah
keunguan. Orang itu tampan, tapi dia mati dalam keadaan
jelek. Untunglah kita tidak memberi mereka gandin." Edd
berjalan pergi sambil menggeleng-geleng, jubah hitamnya yang
kuyup mengucurkan air di belakangnya.
Jon memberi makan kuda-kuda sebelum dia memikirkan
makan malamnya sendiri. Dia sedang bertanya-tanya di
mana bisa menemukan Sam ketika dia mendengar teriakan
ketakutan.?"Serigala!"?Dia berlari kencang mengitari aula ke arah
jeritan itu, tanah berlumpur mengisap sepatu botnya. Salah
seorang perempuan Craster menempel ke tembok kastel yang
bernoda lumpur. "Pergi sana," dia meneriaki Ghost. "Jangan
mendekat!" Direwolf itu membawa seekor kelinci di mulutnya
dan satu lagi kelinci mati yang berdarah-darah tergeletak di
depannya. "Suruh dia pergi, m"lord," dia memohon ketika
melihat Jon. "Dia tidak akan menyakitimu." Jon langsung tahu
apa yang terjadi; sebuah kandang kayu, atapnya hancur dan
tergeletak miring di rumput yang basah. "Dia pasti kelaparan.
Kami tidak bertemu banyak binatang buruan." Jon bersiul.
Si direwolf melahap kelinci itu, mengerkah tulang-tulang kecil
dengan giginya, lalu berjalan menghampiri Jon.
Perempuan itu mengamati mereka dengan tatapan
gelisah. Dia lebih muda daripada perkiraan Jon sebelumnya.
Gadis itu berusia lima belas atau enam belas tahun, duganya,
rambut gelap melekat basah di wajah yang tirus, kaki
417 telanjangnya berlumpur sampai ke pergelangan kaki. Tubuh di
balik pakaian kulit itu menampakkan tanda-tanda kehamilan
awal. "Kau salah satu putri Craster?" tanyanya.
Gadis itu meletakkan tangan di perut. "Istri sekarang."
Dia beringsut menjauhi serigala itu, lalu berlutut dengan sedih
di samping kandang yang rusak. "Aku bermaksud membiakkan
kelinci-kelinci ini. Tak ada domba yang tersisa."
"Garda akan membantu rencanamu." Jon tidak memiliki
koin, kalau ada pasti dia menawarkannya kepada gadis itu...
walaupun dia tak yakin apakah beberapa keping tembaga atau
bahkan perak ada gunanya di luar Tembok Besar. "Aku akan
bicara dengan Lord Mormont besok."
Gadis itu menyeka tangannya di rok. "M"lord?"
"Aku bukan lord."
Tapi yang lain sudah datang berkerumun, karena
mendengar jeritan perempuan itu dan ambruknya kandang
kelinci. "Jangan percaya padanya, Non," seru Lark si Orang
Pulau, penjelajah berhati keji dari Kepulauan Tiga Saudari.
"Itu Lord Snow sendiri."
"Anak haram Winterfell dan saudara para raja," ejek
Chett, yang meninggalkan anjing-anjingnya untuk melihat ada
keributan apa. "Serigala itu menatapmu dengan lapar, Non," Lark
berkata. "Barangkali dia tertarik pada daging lembut di
perutmu itu." Jon sama sekali tidak senang. "Kau menakutinya."
"Lebih tepat memperingatkannya." Seringai Chett
seburuk bisul yang menutupi sebagian besar wajahnya.
"Kami tidak boleh bicara dengan kalian," gadis itu tibatiba ingat.
"Tunggu," kata Jon, tapi terlambat. Gadis itu melesat
418 pergi. Lark hendak menyambar kelinci kedua, tapi Ghost
lebih cepat. Ketika dia memampangkan giginya, si Orang
Pulau terpeleset di lumpur dan jatuh terduduk pada bokong
kurusnya. Yang lain tertawa. Si direwolf meraup kelinci dengan
mulutnya dan membawanya kepada Jon.
"Tidak perlu menakut-nakuti gadis itu," dia menegur
mereka. "Kau tidak berhak menegur kami, anak haram." Chett
menyalahkan Jon atas hilangnya kedudukan nyaman yang
dia miliki dengan Maester Aemon, dan bukannya tanpa
alasan. Andai Jon tidak membicarakan Sam Tarly kepada
Aemon, Chett pasti masih mengurus lelaki tua buta itu,
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bukan sekawanan anjing berburu yang ganas. "Kau mungkin
kesayangan Komandan, tapi kau bukan Komandan" dan kau
tidak mungkin bicara seberani itu kalau tidak ada monstermu."
"Aku tidak akan berkelahi dengan sesama saudara selagi
kita di luar Tembok Besar," Jon menyahut, suaranya lebih
tenang daripada yang dia rasakan.
Lark berlutut pada satu kaki. "Dia takut padamu, Chett.
Di Kepulauan Tiga Saudari, kami punya julukan untuk orang
seperti dia." "Aku tahu semua julukan. Simpan saja napasmu." Jon
berjalan pergi, Ghost di sisinya. Hujan sudah reda menjadi
gerimis tipis ketika dia tiba di gerbang. Petang akan segera
tiba, diikuti satu lagi malam suram yang gelap dan basah.
Awan-awan akan menyembunyikan bulan, bintang, dan Suluh
Mormont, menjadikan hutan hitam kelam. Kegiatan buang air
akan menjadi petualangan, mungkin bahkan jenis petualangan
yang tak pernah dibayangkan Jon Snow.
Dalam naungan pepohonan di luar, beberapa penjelajah
419 sudah mengumpulkan cukup banyak dedaunan busuk dan kayu
kering untuk menyalakan api di bawah atap yang menganjur
miring. Yang lain sudah mendirikan tenda atau membuat
naungan darurat dengan membentangkan jubah mereka di
atas dahan-dahan yang rendah. Raksasa sudah menjejalkan
tubuh ke dalam pohon ek mati yang batangnya berlubang.
"Bagaimana pendapatmu tentang kastelku, Lord Snow?"
"Kelihatannya nyaman. Kau tahu di mana Sam?"
"Terus saja ke arah yang kautuju. Kalau bertemu tenda
Ser Ottyn, kau sudah terlalu jauh." Raksasa tersenyum.
"Kecuali Sam menemukan pohon kosong juga. Bayangkan
seperti apa pohonnya."
Pada akhirnya Ghost yang menemukan Sam. Direwolf
itu melesat ke depan seperti tupai yang dilepaskan dari busur
silang. Di bawah singkapan batu yang menyediakan sedikit
perlindungan dari hujan, Sam sedang memberi makan
burung-burung raven. Sepatu botnya melecup saat dia bergerak.
"Kakiku basah kuyup," katanya sengsara. "Waktu turun dari
kuda, aku menginjak lubang dan tergenang sampai ke lutut."
"Lepas sepatumu dan keringkan kaus kakimu. Akan
kucarikan kayu kering. Kalau tanah di bawah batu itu tidak
basah, kita mungkin bisa menyalakan api." Jon menunjukkan
kelinci itu kepada Sam. "Dan kita akan berpesta."
"Bukankah kau harus mendampingi Lord Mormont di
aula?" "Tidak, tapi kau harus ke sana. Beruang Tua
memintamu menggambar peta untuknya. Craster bilang dia
akan menunjukkan tempat Mance Rayder pada kita.
"Oh." Sam tidak tampak senang harus bertemu Craster,
walaupun itu berarti api hangat.
"Tapi dia bilang makan dulu. Keringkan kakimu." Jon
420 pergi mengumpulkan bahan bakar, menggali tumpukan pohon
tumbang dan sesemakan untuk mencari kayu yang lebih kering
di bawahnya, menyingkap berlapis-lapis daun pinus basah
sampai dia menemukan ranting yang dapat digunakan untuk
menyalakan api. Meski begitu, sepertinya butuh waktu yang
sangat lama sampai percikan api muncul. Dia menggantung
jubahnya dari batu untuk menghalau air hujan dari api kecil
yang berasap, menciptakan ceruk kecil nyaman untuk mereka.
Selagi dia berlutut untuk menguliti kelinci, Sam
mencopot sepatu botnya. "Sepertinya ada lumut tumbuh di
antara jari kakiku," katanya muram, menggerak-gerakkan
jari kaki yang dimaksud. "Kelinci ini pasti enak sekali. Aku
bahkan tidak keberatan dengan darah dan sebagainya." Dia
memalingkan wajah. "Yah, hanya sedikit?"?
Jon menusuk karkas itu, mengapit api dengan sepasang
batu, lalu menyeimbangkan makanan mereka di atasnya.
Kelinci itu kurus, tapi saat dimasak aromanya bagaikan pesta
seorang raja. Penjelajah yang lain menatap mereka dengan iri.
Bahkan Ghost juga menatap dengan sorot lapar, api berpendar
di mata merahnya selagi dia mengendus. "Kau sudah makan
jatahmu tadi," Jon mengingatkan.
"Apakah Craster sebiadab yang dikatakan para
penjelajah?" tanya Sam. Kelinci itu agak kurang matang, tapi
rasanya luar biasa. "Seperti apa kastelnya?"
"Timbunan sampah dengan atap dan perapian." Jon
memberitahu Sam semua yang dia lihat dan dengar di Kastel
Craster. Saat ceritanya selesai, hari sudah gelap dan Sam menjilati
jari-jarinya. "Enak sekali, tapi sekarang aku jadi ingin paha
anak domba. Satu paha utuh, hanya untukku, dengan saus
mint, madu, dan cengkih. Kau melihat domba di dalam sana?"
"Ada kandang domba, tapi tak ada isinya."
421 "Bagaimana dia memberi makan semua pekerja lelaki
di kastelnya?" "Aku tidak melihat ada lelaki. Hanya Craster, istriistrinya, dan beberapa anak perempuan. Aku heran dia bisa
mempertahankan tempat ini. Dinding pertahanannya benarbenar tidak layak, hanya tanggul berlumpur. Sebaiknya kau
segera pergi ke aula dan menggambar peta itu. Kau bisa
mencari jalannya?" "Kalau aku tidak jatuh ke lumpur." Sam memakai
kembali sepatu botnya dengan susah payah, mengambil pena
dan perkamen, lalu menguatkan diri memasuki udara malam,
hujan berderai membasahi jubah dan topi lebarnya.
Ghost merebahkan kepala di cakarnya dan tidur di
samping api. Jon berbaring di sampingnya, bersyukur untuk
kehangatan itu. Dia kedinginan dan basah, tapi tidak sedingin
dan sebasah beberapa saat lalu. Barangkali malam ini Beruang
Tua bisa mengetahui sesuatu yang akan menuntun mereka kepada
Paman Benjen. Dia terbangun dan melihat napasnya sendiri menjadi
kabut di udara pagi yang dingin. Ketika dia bergerak, tulangtulangnya nyeri. Ghost sudah pergi, api sudah padam.
Jon mengulurkan tangan untuk menarik jubah yang dia
gantungkan pada batu, tapi mendapati jubah itu kaku dan
membeku. Dia merayap di bawahnya dan berdiri di tengah
hutan yang berubah menjadi kristal.
Cahaya fajar merah muda pucat berkilauan di dahan,
daun, dan batu. Setiap bilah rumput seakan dipahat dari
zamrud, setiap tetes air berubah menjadi berlian. Bunga dan
jamur sama-sama berselubung kaca. Bahkan genangan lumpur
terlihat cokelat kemilau. Di sepenjuru hutan hijau yang
berkilauan, tenda-tenda hitam para saudaranya terbungkus
422 lapisan es halus. Jadi rupanya memang ada keajaiban di luar Tembok Besar.?Dia
mendapati dirinya memikirkan adik-adik perempuannya,
barangkali karena dia memimpikan mereka tadi malam. Sansa
akan menyebutnya memesona, dengan mata berkaca-kaca
menyaksikan keajaiban ini, tapi Arya pasti akan berlarian dan
berteriak-teriak, ingin menyentuh semuanya.
"Lord Snow?"?dia mendengar. Lembut dan halus. Dia
menoleh. Di puncak batu yang menaunginya sepanjang malam,
si pemilik kelinci berjongkok, terbungkus jubah hitam yang
begitu besar sampai menenggelamkannya. Jubah Sam, Jon
langsung mengenali. Kenapa dia memakai jubah Sam"?"Kata si
gemuk aku bisa menemukanmu di sini, m"lord," dia berkata.
"Kami sudah memakan kelincinya, kalau itu tujuanmu
kemari." Pengakuan itu membuatnya merasa sangat bersalah.
"Tuan Gagak tua, dengan burung yang bisa bicara itu,
dia memberi Craster busur silang yang sama nilainya dengan
seratus kelinci." Lengan si gadis tertangkup menutupi bukit
kecil di perutnya. "Apakah itu benar, m"lord" Kau saudara raja?"
"Saudara tiri," Jon mengakui. "Aku anak haram Ned
Stark. Saudaraku Robb adalah Raja di Utara. Kenapa kau
kemari?" "Si gemuk, Sam itu, dia memintaku menemuimu. Dia
memberiku jubahnya, jadi tidak ada yang bisa bilang aku tak
boleh berada di sini."
"Apa Craster tidak akan marah padamu?"
"Ayahku terlalu banyak minum anggur Tuan Gagak tadi
malam. Dia bakal tidur hampir sepanjang hari." Napas gadis
itu membekukan udara dalam kepulan-kepulan kecil yang
gugup. "Mereka bilang sang raja menegakkan keadilan dan
423 melindungi yang lemah." Dia mulai bergerak menuruni batu,
dengan kikuk, tapi es sudah membuat batu itu licin dan kakinya
terpeleset. Jon menangkapnya sebelum dia sempat jatuh, lalu
membantunya turun dengan selamat. Perempuan itu berlutut
di tanah yang beku. "M"lord, aku mohon padamu?"
"Jangan memohon apa pun padaku. Kembalilah ke
aulamu, kau seharusnya tidak kemari. Kami diperintahkan
untuk tidak berbicara dengan para perempuan Craster."
"Kau tak perlu bicara denganku, m"lord, Bawa saja aku
saat kalian pergi, hanya itu yang kuminta."
Hanya itu yang dia minta, pikir Jon. Seakan-akan itu bukan
masalah. "Aku" aku akan jadi istrimu, kalau kau mau. Ayahku,
dia punya sembilan belas sekarang, kalau berkurang satu dia
tidak akan rugi." "Saudara hitam bersumpah tak akan pernah beristri,
kau tahu itu" Lagi pula kami ini tamu di rumah ayahmu."
"Kau tidak," balasnya. "Aku lihat. Kau tidak menyantap
makanannya, maupun tidur di sekeliling apinya. Dia tidak
pernah memberimu hak seorang tamu, jadi kau tidak terikat
padanya. Aku harus pergi karena bayi ini."
"Aku bahkan tidak tahu namamu."
"Gilly, dia memanggilku. Dari bunga gilly."
"Cantik sekali." Jon ingat Sansa pernah memberitahu
bahwa dia harus mengatakan itu setiap kali seorang wanita
menyebutkan namanya. Dia tidak dapat menolong gadis ini,
tapi barangkali sopan santun akan menyenangkan hatinya.
"Apakah Craster yang membuatmu takut, Gilly?"
"Untuk bayi ini, bukan untukku. Kalau perempuan,
tak terlalu buruk, dia akan tumbuh beberapa tahun lalu
Craster akan menikahinya. Tapi Nella bilang bayiku laki-
424 laki, dan dia sudah punya enam jadi dia tahu hal semacam
ini. Craster menyerahkan bayi-bayi lelaki kepada para dewa.
Dia melakukannya saat datang kabut es, dan belakangan
ini semakin sering datang. Itu sebabnya dia mulai memberi
mereka domba, walaupun dia sangat suka daging domba. Tapi
sekarang domba juga sudah habis. Berikutnya anjing-anjing,
sampai?" Dia menurunkan pandang dan mengusap perutnya.
"Dewa-dewa apa?" Jon ingat mereka tak melihat satu
pun anak lelaki di Kastel Craster, atau lelaki dewasa, kecuali
Craster sendiri. "Dewa-dewa dingin," jawab Gilly. "Yang datang pada
malam hari. Bayangan putih."
Dan sekonyong-konyong Jon kembali berada di Menara
Komandan lagi. Potongan tangan merayapi betisnya dan ketika
dia cungkil dengan ujung pedang panjang, tangan itu tergeletak
menggeliat-geliat, jari-jarinya membuka dan menutup. Si
orang mati bangkit, mata biru bersinar di wajah bengkak yang
tersayat-sayat. Carikan-carikan daging menggantung dari lukaluka besar di perutnya, tapi tidak ada darah.
"Apa warna mata mereka?" tanyanya kepada Gilly.
"Biru. Seterang bintang biru, dan sama dinginnya."
Dia sudah melihat mereka, pikir Jon. Craster berdusta.
"Maukah kau membawaku" Hanya sampai Tembok
Besar?" "Kami tidak menuju Tembok Besar. Kami akan ke utara,
mengejar Mance Rayder dan Makhluk Lain, bayangan putih
dan mayat hidup mereka. Kami mencari mereka, Gilly. Bayimu
tidak akan aman bersama kami."
Ketakutan tampak jelas di wajahnya. "Tapi kalian akan
kembali. Setelah perang kalian selesai, kalian akan lewat sini
lagi." 425 "Barangkali."? Kalau di antara kami ada yang masih
hidup.?"Itu tergantung keputusan Beruang Tua, orang yang
kausebut Tuan Gagak. Aku hanya squire-nya. Aku tidak
memilih jalan yang kutempuh."
"Tidak." Dia bisa mendengar kekalahan dalam suara
gadis itu. "Maaf sudah merepotkan, m"lord. Aku hanya" mereka
bilang sang raja melindungi rakyatnya, dan kupikir?" Dengan
putus asa gadis itu berlari, jubah Sam berkibar di belakangnya
bagaikan sayap hitam besar.
Jon mengawasi gadis itu pergi, kebahagiaannya saat
menyaksikan keindahan pagi nan rapuh kini lenyap. Terkutuklah
dia, pikir Jon penuh sesal, dan terkutuklah Sam dua kali karena
menyuruh gadis itu menemuiku. Dia pikir apa yang bisa kulakukan
untuk gadis itu" Kami kemari untuk memerangi kaum wildling,
bukan menyelamatkan mereka.
Para lelaki lainnya merayap keluar dari tenda, menguap
dan meregangkan tubuh. Sihir itu sudah pudar, kecemerlangan
dunia es kembali berubah menjadi embun biasa dalam
pancaran sinar matahari terbit. Seseorang menyalakan api; dia
dapat mencium asap kayu melayang menembus pepohonan,
dan aroma asap daging bacon. Jon menurunkan jubah dan
menyabetkannya ke batu, menghancurkan lapisan tipis es yang
terbentuk pada malam hari, lalu mengambil Longclaw dan
meloloskan satu lengannya untuk menyampirkan tali bahu.
Beberapa meter dari sana dia buang air ke semak yang beku,
air seninya mengepul di udara dingin dan melelehkan es ke
mana pun air itu mengalir. Sesudah itu dia menalikan celana
wol hitamnya dan mengikuti arah bau tadi.
Grenn dan Dywen termasuk di antara para saudara
yang sudah berkumpul mengelilingi api. Hake memberi
Jon sepotong roti yang bagian tengahnya dikeruk dan diisi
dengan bacon hangus serta ikan asin yang dihangatkan dalam
426 lemak bacon. Dia melahapnya sembari mendengarkan Dywen
membual bahwa dia bersama tiga perempuan Craster tadi
malam. "Itu tidak benar," tukas Grenn sambil membersut. "Aku
pasti melihatnya." Dywen menamparnya di samping telinga dengan
punggung tangan. "Kau" Melihat" Kau sama butanya dengan
Maester Aemon. Kau bahkan tak pernah melihat beruang itu."
"Beruang apa" Memangnya ada beruang?"
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Selalu ada beruang," tegas Edd Sengsara dengan nada
murung dan pasrah yang biasa. "Satu membunuh kakak
lelakiku waktu aku kecil. Sesudahnya dia mengalungkan gigi
kakakku di lehernya dengan tali kulit. Dan itu gigi yang bagus,
lebih bagus daripada punyaku. Gigiku ini hanya menyulitkan."
"Apakah Sam tidur di aula tadi malam?" Jon bertanya
kepadanya. "Aku takkan menyebutnya tidur. Lantainya keras,
alas ilalangnya bau, dan saudara-saudaraku mendengkur
tanpa kira-kira. Silakan bicara soal beruang semaumu, tidak
ada yang geramannya seganas Brown Bernarr. Tapi di sana
hangat. Beberapa anjing merayap naik ke tubuhku semalam.
Jubahku sudah hampir kering waktu salah satu dari mereka
mengencinginya. Atau barangkali itu Brown Bernarr. Kalian
sadar tidak, hujan langsung berhenti begitu ada atap yang
menaungiku" Pasti akan hujan lagi sekarang setelah aku keluar.
Para dewa dan anjing sama-sama senang mengencingiku."
"Sebaiknya aku menemui Lord Mormont," kata Jon.
Hujan mungkin sudah berhenti, tapi kompleks itu
masih berwujud hamparan danau dangkal dan lumpur licin.
Para saudara hitam melipat tenda-tenda, memberi makan
kuda-kuda, dan mengunyah potongan daging asin. Regu
pengintai Jarmen Buckwell tengah mengencangkan tali pelana
427 mereka sebelum berangkat. "Jon," Buckwell menyapanya
dari punggung kuda. "Asah terus pedang anak harammu itu.
Sebentar lagi kita akan membutuhkannya."
Aula Craster remang-remang setelah hari terang. Di
dalam, obor-obor sisa semalam menyala redup, dan tidak
terlihat bahwa matahari sudah terbit. Raven Lord Mormont
yang pertama kali melihatnya masuk. Tiga kepakan malas
sayap hitam besarnya, dan burung itu sudah bertengger di
puncak gagang Longclaw.?"Jagung?"?Burung itu menggigit
seutas rambut Jon. "Abaikan saja burung sialan tukang minta-minta itu, Jon,
dia baru saja makan setengah bacon-ku." Si Beruang Tua duduk
di meja makan Craster, sarapan bersama para perwira lainnya
dengan hidangan roti, bacon, dan sosis jeroan domba. Kapak
baru Craster berada di meja, ukiran emasnya bersinar samar
dalam cahaya obor. Pemiliknya tergeletak tak sadar di loteng
tidur, tapi semua istrinya sudah bangun, mondar-mandir dan
melayani. "Hari macam apa yang kita hadapi?"
"Dingin, tapi hujan sudah berhenti."
"Bagus sekali. Pastikan kudaku sudah dipasangi pelana
dan siap. Aku ingin kita berangkat paling lambat satu jam
lagi. Kau sudah makan" Makanan Craster sederhana, tapi
mengenyangkan." Aku takkan menyantap makanan Craster, putusnya tiba-tiba.
"Aku sudah sarapan dengan yang lain, my lord." Jon mengusir
si raven dari Longclaw. Burung itu melompat kembali ke bahu
Mormont, dan langsung membuang kotoran. "Seharusnya
kau bisa melakukan itu pada Snow, bukan menyimpannya
untukku," si Beruang Tua mengomel. Raven-nya berkaok.
Jon menemukan Sam di belakang aula, berdiri bersama
Gilly di dekat kandang kelinci yang hancur. Gadis itu sedang
membantu Sam memakai kembali jubahnya, tapi ketika
428 melihat Jon, dia buru-buru pergi. Sam menatapnya dengan
ekspresi mencela dan terluka. "Kukira kau mau menolongnya."
"Dan bagaimana caraku melakukannya?" Jon menukas.
"Membawa dia bersama kita, membungkusnya dalam jubahmu"
Kita diperintahkan untuk tidak?"
"Aku tahu," kata Sam merasa bersalah, "tapi dia takut.
Aku tahu seperti apa rasanya takut. Aku bilang padanya?" Dia
menelan ludah. "Apa"?Kalau kita akan membawanya bersama kita?"
Wajah gemuk Sam merah padam. "Dalam perjalanan
pulang." Dia tak berani menatap mata Jon. "Dia akan punya
bayi." "Sam, ke mana akal sehatmu" Kita bahkan belum tentu
kembali lewat sini. Dan kalaupun kembali, kaupikir Beruang
Tua akan membiarkanmu mengangkut salah satu istri Craster?"
"Kupikir" mungkin saat itu aku sudah memikirkan
caranya?" "Aku tak punya waktu untuk ini, ada kuda-kuda yang
harus disikat dan dipasangi pelana." Jon berjalan pergi dengan
bingung sekaligus geram. Hati Sam sebesar bagian tubuhnya
yang lain, tapi meskipun sudah banyak membaca, kadangkadang dia bisa sebodoh Grenn. Lagi pula itu mustahil dan
tidak patut.?Lalu mengapa aku merasa sangat malu"
Jon mengambil tempatnya yang biasa di samping
Mormont saat Garda Malam berbaris ke luar melewati
tengkorak-tengkorak di gerbang Craster. Mereka bergerak ke
utara dan barat menyusuri jalur binatang yang berkelok-kelok.
Es yang meleleh menetes-netes di sekeliling mereka, jenis hujan
yang lebih lambat dengan musik lembutnya sendiri. Di sebelah
utara kompleks, sungai banjir besar, penuh dengan dedaunan
dan potongan kayu, tapi regu pengintai menemukan tempat
arungan berada dan barisan itu dapat menyeberang mengarungi
429 sungai. Airnya mengalir setinggi perut kuda. Ghost berenang
dan muncul di seberang sungai dengan bulu putih yang
meneteskan air cokelat. Ketika binatang itu mengguncangkan
tubuh, mencipratkan lumpur dan air ke segala arah, Mormont
diam saja, tapi di bahunya si raven memekik.
"My lord," Jon berkata pelan saat hutan kembali
mengepung rapat di sekeliling mereka. "Craster tidak punya
domba. Juga anak laki-laki."
Mormont tak menjawab. "Di Winterfell ada pelayan perempuan yang selalu
mendongengi kami," Jon melanjutkan. "Dia sering bilang ada
orang-orang wildling yang tidur dengan Makhluk Lain untuk
melahirkan anak-anak setengah manusia."
"Cuma dongeng. Apa menurutmu Craster tidak terlihat
seperti manusia?" Dalam banyak hal.?"Dia meninggalkan putra-putranya di
hutan." Jeda panjang. Kemudian: "Ya." Dan "Ya," si raven
bergumam, menandak-nandak.?"Ya, ya, ya."
"Kau sudah tahu?"
"Smallwood memberitahuku. Dulu sekali. Semua penjelajah tahu, walaupun tak banyak yang mau
membicarakannya." "Apakah pamanku tahu?"
"Semua penjelajah," kata Mormont mengulangi.
"Menurutmu seharusnya aku menghentikan Craster.
Membunuhnya bila perlu." Si Beruang Tua menghela napas.
"Andai dia hanya melakukannya untuk menyingkirkan
beberapa mulut yang membebani, aku akan dengan senang
hati mengirim Yoren atau Conwys untuk menjemput anakanak itu. Kita bisa membesarkan mereka menjadi saudara
430 hitam dan Garda akan menjadi jauh lebih kuat. Tapi kaum
wildling menyembah dewa-dewa yang lebih kejam dibandingkan
kau atau aku. Bayi-bayi lelaki ini adalah persembahannya. Doadoanya, kalau kau lebih suka menyebutnya begitu."
Istri-istrinya harus memanjatkan doa yang berbeda, pikir Jon.
"Bagaimana kau bisa mengetahui soal ini?" tanya si
Beruang Tua. "Dari salah satu istri Craster?"
"Ya, my lord," Jon mengaku. "Lebih baik aku tidak
memberitahu yang mana. Dia ketakutan dan meminta
bantuan." "Seisi dunia ini penuh dengan orang yang membutuhkan
bantuan, Jon. Andai saja sebagian dari mereka bisa menemukan
keberanian untuk menolong diri sendiri. Saat ini pun Craster
tergeletak di lotengnya, berbau busuk dari anggur dan tak
sadarkan diri. Pada meja di bawah loteng ada kapak baru yang
tajam. Kalau jadi mereka, aku akan menyebutnya "Doa yang
Terkabul" dan mengakhiri semuanya."
Ya.?Jon memikirkan Gilly. Dia dan semua saudarinya.
Mereka bersembilan belas dan Craster sendirian, tapi"?
"Tapi akan menjadi hari yang nahas bagi kita jika
Craster mati. Pamanmu bisa menceritakan saat-saat ketika
Kastel Craster membuat perbedaan antara hidup dan mati bagi
para penjelajah kita."
"Ayahku?" Dia ragu-ragu.
"Lanjutkan, Jon. Katakan saja apa yang ingin
kaukatakan." "Ayahku pernah bilang bahwa sebagian orang tidak
berharga untuk dimiliki," pungkas Jon. "Pengikut yang brutal
atau tidak adil mencemari nama baik lord junjungannya selain
nama baiknya sendiri."
"Craster bukan pengikut siapa-siapa. Dia tidak
431 bersumpah setia kepada kita. Dia juga tidak terikat pada hukum
kita. Hatimu mulia, Jon, tapi ada satu pelajaran di sini. Kita
tidak dapat memperbaiki dunia. Bukan itu tujuan kita. Garda
Malam punya peperangan lain yang harus diperjuangkan."
Peperangan lain. Ya. Aku harus ingat.?"Kata Jarmen
Buckwell aku mungkin akan membutuhkan pedangku
sebentar lagi." "Benarkah?" Mormont tidak tampak senang. "Craster
mengatakan lebih banyak lagi tadi malam, dan menegaskan
cukup banyak ketakutanku sehingga akibatnya aku tak bisa tidur
semalaman. Mance Rayder mengumpulkan orang-orangnya di
Taring Beku. Itu sebabnya desa-desa kosong. Ceritanya sama
dengan yang didengar Ser Denys Mallister dari orang wildling
yang ditangkap anak buahnya di Ngarai, tapi Craster sudah
menambahkan lokasinya, dan itu membuat perbedaan besar."
"Apakah dia sedang menyusun kota, atau pasukan
tentara?" "Nah, itu pertanyaannya. Berapa banyak wildling di sana"
Berapa banyak lelaki yang di usia layak bertempur" Tidak ada
yang tahu pasti. Taring Beku sangat kejam dan tak ramah,
belantara batu dan es. Wilayah itu tidak mungkin menopang
sejumlah besar orang dalam waktu lama. Aku hanya bisa
melihat satu tujuan dalam pengumpulan ini. Mance Rayder
bermaksud menyerang ke selatan, memasuki Tujuh Kerajaan."
"Kaum wildling sudah pernah menginvasi kerajaan
sebelumnya." Jon mendengar kisah-kisahnya dari Nan Tua
dan juga Maester Luwin, dulu di Winterfell. "Raymun Janggut
Merah memimpin mereka ke selatan pada masa kakek dari
kakekku, dan sebelum itu ada seorang raja bernama Bael sang
Penyair." "Aye, dan jauh sebelum itu datang Raja Bertanduk
serta raja bersaudara Gendel dan Gorne, lalu pada zaman
432 kuno ada Joramun, yang meniup Sangkakala Musim Dingin
dan membangunkan para raksasa dari tanah. Masing-masing
dari mereka hancur kekuatannya di Tembok Besar, atau
dihancurkan oleh kekuatan Winterfell di sisi yang jauh" tapi
Garda Malam saat ini hanya bayang-bayang dari keperkasaan
kita saat itu, dan siapa yang tersisa untuk menghadapi kaum
wildling selain kita" Lord Winterfell sudah tiada, dan sang
penerus membawa pasukannya ke selatan untuk memerangi
pasukan Lannister. Kaum wildling mungkin takkan pernah lagi
mendapat kesempatan sebaik ini. Aku kenal Mance Rayder,
Jon. Dia pelanggar sumpah, itu benar" tapi dia punya mata
untuk melihat, dan tidak pernah ada yang berani menyebutnya
penakut." "Apa yang mesti kita lakukan?" tanya Jon.
"Temukan dia," jawab Mormont. "Lawan dia. Hentikan
dia." Tiga ratus, pikir Jon, melawan amarah kaum liar. Jarijarinya membuka dan menutup.
j 433 THEON D ia cantik, itu tidak diragukan lagi.?Tapi kapal pertama kita
selalu cantik, Theon Greyjoy membatin.
"Nah, itu cengiran yang manis," suara seorang
perempuan berbicara di belakangnya. "Tuan muda menyukai
penampilannya, bukan?"
Theon menoleh untuk mengamati perempuan itu
dengan pandangan menilai. Dia menyukai apa yang dilihatnya.
Orang kepulauan besi, sekali lihat dia langsung tahu; ramping
dan berkaki panjang, dengan rambut hitam yang dipotong
pendek, kulit yang kasar terpapar angin, tangan yang kuat
dan mantap, serta parang di sabuknya. Hidung perempuan
itu terlalu besar dan terlalu tajam untuk wajah tirusnya, tapi
senyumnya melipur kekurangan tersebut. Dia memperkirakan
perempuan itu beberapa tahun lebih tua daripada dia, tapi
tidak lebih dari 25 tahun. Dia bergerak seakan-akan lebih
terbiasa menapak geladak kapal.
"Ya, dia pemandangan yang indah," Theon berkata
kepadanya, "walaupun tidak seindah dirimu."
"Oho." Perempuan itu tersenyum lebar. "Sebaiknya aku
434 hati-hati. Tuan muda ini punya lidah semanis madu."
"Rasakan saja sendiri."
"Jadi begitu, rupanya?" perempuan itu berkata,
mengamatinya terang-terangan. Ada sejumlah perempuan di
Kepulauan Besi"tidak banyak, tapi ada beberapa"yang menjadi
awak kapal panjang bersama para lelaki, dan kata orang, garam
serta laut telah mengubah mereka, membuat nafsu mereka
sebesar nafsu laki-laki. "Apa kau sudah selama itu di laut, tuan
muda" Atau tidak ada perempuan dari tempatmu berasal?"
"Cukup banyak, tapi tak ada yang sepertimu."
"Dan dari mana kau tahu perempuan seperti apa aku?"
"Mataku bisa melihat wajahmu. Telingaku bisa
mendengar tawamu. Dan kelaminku jadi sekeras tiang kapal
untukmu." Perempuan itu mendekat dan menekankan satu tangan
ke bagian depan celana Theon. "Yah, kau bukan pembohong,"
katanya sambil meremas dari balik kain. "Seberapa parah
sakitnya?" "Sakit sekali."
"Tuan muda yang malang." Dia melepaskan Theon
dan mundur lagi. "Kebetulan, aku perempuan menikah dan
sedang mengandung."
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Terpujilah para dewa," sahut Theon. "Aku tidak
mungkin memberimu anak haram, kalau begitu."
"Tetap saja, suamiku tidak akan berterima kasih
padamu." "Tidak, tapi kau mungkin."
"Kenapa bisa begitu" Aku pernah bersama banyak tuan
muda sebelum ini. Mereka sama saja seperti lelaki lain."
"Apa kau pernah bersama pangeran?" tanya Theon.
"Saat kau sudah keriput, beruban, dan dadamu melorot
435 sampai melewati perut, kau bisa bercerita pada cucu-cucumu
kalau dulu kau pernah mencintai seorang raja."
"Oh, jadi sekarang kita bicara cinta" Padahal kupikir ini
hanya soal kelamin perempuan dan laki-laki."
"Apa kau lebih suka cinta?" Theon memutuskan bahwa
dia menyukai perempuan ini, siapa pun dia; ketangkasan
bicaranya menjadi selingan yang menyenangkan dari
kemuraman dan kelembapan Pyke. "Haruskah aku menamai
kapal panjangku dengan namamu, memainkan harpa
untukmu, dan menyimpanmu dalam ruangan menara di
kastelku dengan hanya memakai perhiasan, seperti putri dalam
lagu?" "Kau harus menamai kapalmu dengan namaku,"
perempuan itu berkata, mengabaikan bagian lainnya. "Aku
yang membuatnya." "Sigrin yang membuatnya. Perajin kapal ayahku."
"Aku Esgred. Putri Ambrode, dan istri Sigrin."
Theon tidak tahu bahwa Ambrode punya anak
perempuan, atau bahwa Sigrin punya istri" tapi dia baru satu
kali bertemu perajin kapal yang lebih muda, sementara yang
lebih tua hanya samar-samar diingatnya. "Kau terlalu bagus
untuk Sigrin." "Oho. Sigrin bilang kapal indah ini terlalu bagus
untukmu." Theon naik pitam. "Kau tahu siapa aku?"
"Pangeran Theon dari Klan Greyjoy. Siapa lagi" Katakan
sejujurnya, my lord, sebesar apa kau mencintainya, gadis barumu
ini" Sigrin pasti ingin tahu."
Kapal panjang itu begitu baru sehingga masih berbau ter
dan resin. Pamannya Aeron akan memberkati kapal ini besok,
tapi Theon sengaja datang dari Pyke untuk menengoknya
436 sebelum diluncurkan. Kapal itu tak sebesar Kraken Agung
milik Lord Balon sendiri atau Kejayaan Besi milik pamannya,
Victarion. Tapi kapal itu tampak gesit dan indah, bahkan saat
diletakkan pada dudukan kayunya di pantai; lambung hitam
ramping sepanjang tiga puluh meter, tiang tunggal yang tinggi,
lima puluh dayung panjang, geladak yang cukup luas untuk
seratus orang" dan di haluan, pelantak besi besar berbentuk
kepala panah. "Sigrin sudah bekerja dengan baik," Theon
mengakui. "Apakah kapal ini secepat penampilannya?"
"Lebih cepat"untuk master yang tahu cara
menanganinya." "Sudah beberapa tahun sejak aku terakhir kali
melayarkan kapal."?Dan aku belum pernah menjadi nakhodanya,
jika mau jujur. "Meski begitu, aku seorang Greyjoy, dan manusia
besi. Laut ada dalam darahku."
"Dan darahmu akan berada di laut, kalau kau berlayar
seperti caramu bicara," tukas perempuan itu.
"Aku takkan pernah memperlakuan dara serupawan ini
dengan buruk." "Dara rupawan?" Esgred tertawa. "Dia jalang laut, yang
satu ini." "Nah, kau sudah memberinya nama.?Jalang Laut."
Itu membuat Esgred geli; Theon dapat melihat binar di
mata gelapnya. "Dan kaubilang kau akan menamainya dengan
namaku," cela perempuan itu dengan nada terluka.
"Memang." Theon meraih tangan Esgred. "Tolong aku,
my lady. Di negeri hijau, mereka percaya bahwa perempuan
beranak membawa nasib baik bagi lelaki mana pun yang tidur
dengannya." "Dan mereka tahu apa soal kapal di negeri hijau" Atau
tentang perempuan, dalam hal ini" Lagi pula, menurutku kau
hanya mengarang." 437 "Kalau aku mengaku, apa kau akan tetap mencintaiku?"
"Tetap" Kapan aku pernah mencintaimu?"
"Tidak pernah," Theon mengakui, "tapi aku berusaha
memperbaiki kekurangan itu, Esgred-ku yang manis.
Angin begitu dingin. Naiklah ke kapalku dan biarkan aku
menghangatkanmu. Besok pamanku Aeron akan menuangkan
air laut ke haluannya dan berkomat-kamit memanjatkan doa
untuk Dewa Terbenam, tapi aku lebih suka memberkatinya
dengan saripatiku, dan saripatimu."
"Dewa Terbenam mungkin takkan menyukainya."
"Persetan dengan Dewa Terbenam. Kalau dia
menyulitkan kita, akan kutenggelamkan lagi dia. Kami akan
pergi berperang dua minggu lagi. Apa kau akan melepasku ke
medan perang dalam keadaan gelisah karena mendamba?"
"Dengan senang hati."
"Gadis kejam. Nama kapalku sangat tepat. Kalau aku
mengemudikannya menabrak karang karena pikiranku kacau,
kaulah yang mesti disalahkan."
"Apa kau bermaksud mengemudi dengan ini?" Esgred
kembali mengusap bagian depan celana Theon, dan tersenyum
saat merasakan kejantanan yang mengeras.
"Kembalilah ke Pyke bersamaku," kata Theon tibatiba, sambil berpikir, Apa yang akan dikatakan Lord Balon"
Dan kenapa aku mesti peduli" Aku lelaki dewasa, kalau aku ingin
membawa perempuan ke tempat tidur, itu bukan urusan siapa pun
selain diriku sendiri. "Dan apa yang akan kulakukan di Pyke?" Tangan Esgred
masih di tempat yang sama.
"Ayahku akan menjamu para nakhodanya malam ini."
Dia menjamu mereka setiap malam, sembari menunggu
gerombolan terakhir tiba, tapi menurut Theon dia tak perlu
438 memberitahu semua itu. "Akankah kau menjadikanku nakhodamu malam ini,
pangeranku yang mulia?" Egred memiliki senyum paling nakal
yang pernah dilihatnya pada seorang perempuan.
"Bisa jadi. Kalau aku tahu kau akan mengemudikanku
dengan selamat memasuki pelabuhan."
"Yah, aku tahu mana ujung dayung yang harus masuk ke
laut, dan tidak ada yang lebih ahli menangani tali dan simpul."
Dengan satu tangan, dia mengurai tali celana Theon, lalu
menyeringai dan beringsut menjauhinya. "Sayang sekali aku
perempuan menikah, dan sedang mengandung."
Dengan linglung, Theon menalikan kembali celananya.
"Aku harus kembali ke kastel. Kalau kau tidak ikut denganku,
aku bisa tersesat karena dukacita, dan seluruh kepulauan akan
lebih menderita." "Kita tak boleh membiarkan itu terjadi" tapi aku tak
punya kuda, my lord."
"Kau bisa pakai kuda squire-ku."
"Dan membiarkan squire?-mu yang malang berjalan kaki
sampai ke Pyke?" "Berbagi saja denganku, kalau begitu."
"Kau pasti akan sangat menyukainya." Senyum itu lagi.
"Nah, aku harus duduk di belakangmu, atau di depanmu?"
"Kau boleh duduk di mana pun yang kau suka."
"Aku senang di atas."
Ke mana saja perempuan ini seumur hidupku"?"Aula ayahku
gelap dan lembap. Ruangan itu butuh Esgred untuk membuat
api menyala." "Tuan muda punya lidah semanis madu."
"Bukankah dari situ kita memulai?"
439 Esgred melontarkan tangan ke atas. "Dan di situ kita
berakhir. Esgred adalah milikmu, pangeran yang baik. Bawa
aku ke kastelmu. Biarkan aku melihat menara kebanggaanmu
menjulang dari laut."
"Aku meninggalkan kudaku di penginapan. Ayo."
Mereka berjalan menyusuri pantai berdua, dan ketika Theon
menggandeng lengan Esgred, dia tidak menepisnya. Theon
menyukai cara perempuan itu berjalan; ada kelancangan
pada cara berjalannya, setengah melangkah dan setengah
melenggang, yang mengisyaratkan bahwa dia akan sama
lancangnya di bawah selimut.
Lordsport riuh rendah seperti biasa, dipenuhi para awak
kapal panjang yang berjajar di pantai berkerikil dan berlabuh
jauh melewati penahan gelombang. Manusia besi tidak sering
dan tidak mudah bertekuk lutut, tapi Theon menyadari bahwa
para pendayung dan penduduk kota sama-sama terdiam
saat mereka melintas, dan menyapanya dengan anggukan
hormat.? Mereka akhirnya menyadari siapa aku, pikirnya.?Dan
memang sudah saatnya. Lord Goodbrother dari Great Wyk sudah datang
tadi malam dengan armada utamanya, hampir empat puluh
kapal panjang. Orang-orangnya ada di mana-mana, tampak
mencolok dengan selempang dari bulu kambing bergarisgaris. Kabar yang beredar di penginapan, pelacur-pelacur
Otter Gimpknee ditiduri sampai pengkar oleh bocah-bocah
berselempang. Menurut pendapat Theon, silakan saja bocahbocah itu melakukannya. Kandang jelek berisi perempuanperempuan jorok yang dia harap takkan pernah dilihatnya.
Pendampingnya saat ini lebih sesuai dengan seleranya. Bahwa
perempuan itu sudah menikah dengan perajin kapal ayahnya
dan sedang hamil hanya membuatnya makin menarik.
"Apakah paduka pangeran sudah mulai memilih awak
440 kapalnya?" Esgred bertanya selagi mereka berjalan menuju
istal. "Ho, Gigi Biru," dia berseru kepada seorang pelaut yang
lewat, lelaki tinggi yang mengenakan rompi kulit beruang dan
helm bersayap raven. "Bagaimana kabar pengantinmu?"
"Sedang hamil, dan katanya kembar."
"Secepat ini?" Esgred menyunggingkan senyum nakal
itu. "Kau cepat sekali mencelupkan dayungmu ke air."
"Aye, dan mengayuh dan mengayuh dan mengayuh,"
raung lelaki itu. "Lelaki besar," Theon mengamati. "Gigi Biru, ya"
Haruskah aku memilihnya untuk Jalang Laut-ku?"
"Hanya kalau kau bermaksud menghinanya. Gigi Biru
punya kapal bagus sendiri."
"Aku sudah pergi terlalu lama untuk mengenali setiap
orang," Theon mengakui. Dia sudah mencari beberapa teman
bermainnya waktu kecil dulu, tapi mereka telah pergi, mati,
atau tumbuh menjadi orang asing. "Pamanku Victarion sudah
meminjamkan juru mudinya sendiri."
"Rymolf Stormdrunk" Dia bagus, asalkan dia sadar."
Esgred melihat wajah-wajah lain yang dikenalnya, dan berseru
kepada tiga orang yang lewat, "Uller, Qarl. Di mana saudara
kalian, Skyte?" "Aku khawatir Dewa Terbenam butuh pendayung
yang kuat," sahut lelaki gempal dengan helai-helai uban di
janggutnya. "Maksudnya, Eldiss minum terlalu banyak anggur dan
perut gendutnya meledak," timpal pemuda berpipi merah
jambu di sampingnya. "Yang gugur takkan pernah mati," Esgred berkata.
"Yang gugur takkan pernah mati."
Theon menggumamkan kata-kata itu bersama mereka.
441 "Sepertinya kau sangat dikenal," katanya kepada perempuan
itu setelah para lelaki tadi berlalu.
"Semua lelaki menyukai istri perajin kapal. Sebaiknya
begitu, kecuali dia ingin kapalnya tenggelam. Kalau butuh
orang untuk mengayuh dayungmu, mereka bertiga tidak terlalu
buruk." "Lordsport tak kekurangan orang kuat." Theon
memikirkan masalah tersebut dengan serius. Dia menginginkan
petarung, dan orang-orang yang akan setia kepadanya, bukan
kepada ayah atau paman-pamannya. Untuk sementara ini dia
memainkan peran sebagai pangeran muda yang patuh, sambil
menunggu Lord Balon mengungkapkan seluruh rencananya.
Namun jika ternyata dia tidak menyukai rencana itu atau
perannya dalam rencana itu, yah"?
"Kekuatan tidak cukup. Dayung-dayung kapal panjang
harus bergerak seirama jika kau ingin mendapatkan kecepatan
terbaiknya. Pilih orang-orang yang sudah pernah mendayung
bersama, kalau kau bijaksana."
"Saran yang bijaksana. Barangkali kau bisa membantuku
memilih mereka."?Biarkan dia percaya aku menginginkan
kecerdasannya, perempuan suka itu.
"Barangkali. Kalau kau memperlakukanku dengan
baik." "Bagaimana lagi aku akan memperlakukanmu?"
Theon mempercepat langkah saat mereka mendekati
Myraham, yang berayun tinggi dan kosong dekat dermaga.
Nakhodanya berusaha berlayar dua minggu lalu, tapi Lord
Balon tidak mengizinkan. Tak satu pun saudagar yang
berlabuh di Lordsport diperbolehkan pergi lagi; ayahnya tidak
ingin kabar mengenai berkumpulnya armada kapal tersebar di
daratan sebelum dia siap untuk menyerang.
442 "Milord," suara sedih memanggil dari anjungan kapal
dagang itu. Putri sang nakhoda bersandar melewati pagar,
menatapnya lekat-lekat. Ayahnya melarang gadis itu turun ke
darat, tapi setiap kali Theon datang ke Lordsport dia mengamati
gadis itu mondar-mandir dengan muram di geladak. "Milord,
sebentar," dia memanggilnya. "Jika milord berkenan?"?
"Apa benar?" Esgred bertanya saat Theon menggegasnya
melewati kapal itu. "Dia sudah membuat milord berkenan?"
Theon merasa tak ada gunanya membohongi perempuan
ini. "Selama beberapa waktu. Sekarang dia ingin menjadi istri
garamku." "Oho. Yah, garam akan baik untuknya, tidak salah lagi.
Terlalu lembut dan lunak, yang satu itu. Atau aku salah?"
"Kau tidak salah."?Lembut dan lunak. Tepat sekali.
Bagaimana dia bisa tahu"
Theon sudah meminta Wex untuk menunggu di
penginapan. Ruang bersama begitu penuh sesak sehingga
Theon harus mendorong-dorong untuk melewati pintu. Tidak
ada tempat kosong di bangku maupun di meja makan. Dia
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
juga tidak melihat squire-nya.?"Wex," dia berseru mengalahkan
keriuhan dan kebisingan.?Kalau dia di atas dengan salah satu
pelacur jorok itu, akan kukuliti dia, Theon sedang berpikir
ketika akhirnya dia melihat bocah itu, bermain dadu di dekat
perapian... dan menang juga, bila melihat tumpukan koin di
depannya. "Waktunya pergi," Theon mengumumkan. Ketika bocah
itu tidak mengacuhkannya, Theon merenggut telinganya dan
menariknya menjauhi permainan. Wex menyambar segenggam
koin tembaga dan mengikutinya tanpa bicara. Itu salah satu
hal yang paling disukai Theon pada diri Wex. Kebanyakan
squire tak bisa menjaga lidah, tapi Wex terlahir dungu" yang
sepertinya tidak menghalanginya berlagak pintar seperti yang
443 berhak dilakukan bocah dua belas tahun mana pun. Dia anak
haram dari salah satu saudara tiri Lord Botley. Mengambil
bocah itu sebagai squire merupakan bagian dari harga yang
dibayar Theon untuk kudanya.
Ketika Wex melihat Esgred, matanya membelalak.?Kau
bakal mengira dia belum pernah melihat perempuan, pikir Theon.
"Esgred akan berkuda denganku kembali ke Pyke. Pasang
pelana pada kuda-kuda, dan cepatlah."
Bocah itu menunggangi kuda garron kecil yang kurus
dari istal Lord Balon, tapi tunggangan Theon benar-benar
jenis binatang yang berbeda. "Di mana kau menemukan kuda
terkutuk itu?" Esgred bertanya ketika melihat kuda itu, tapi
dari caranya tertawa Theon tahu dia terkesan.
"Lord Botley membelinya di Lannisport setahun
lalu, tapi ternyata kuda itu terlalu merepotkan baginya, jadi
Botley dengan senang hati menjualnya." Kepulauan Besi
terlalu tandus dan berbatu untuk membiakkan kuda yang
bagus. Sebagian besar penduduk pulau paling-paling hanya
penunggang kuda yang biasa-biasa saja, lebih nyaman berada
di geladak kapal panjang daripada di pelana. Bahkan para
bangsawan menunggangi kuda garron atau kuda poni Harlaw
yang berbulu kasar, dan gerobak yang ditarik lembu lebih lazim
dibandingkan pedati yang ditarik kuda. Rakyat jelata yang
terlalu miskin untuk memiliki salah satunya menarik bajak
mereka sendiri untuk mengolah tanah berbatu yang keras.
Tapi Theon melewatkan sepuluh tahun di Winterfell,
dan tidak berniat maju perang tanpa menunggangi kuda yang
bagus. Kekeliruan Lord Botley menjadi keberuntungannya:
kuda jantan dengan watak sehitam bulunya, lebih besar
dibandingkan kuda courser meskipun tidak sebesar kebanyakan
kuda destrier. Karena Theon tidak sebesar kebanyakan kesatria,
itu sangat sesuai untuknya. Mata binatang itu berapi-api. Saat
444 pertama kali bertemu pemilik barunya, dia membuka mulut
lebar-lebar dan berusaha menggigit wajah Theon.
"Apa dia punya nama?" Esgred bertanya kepada Theon
selagi dia menaikinya. "Smiler. Murah senyum." Theon mengulurkan tangan,
dan menarik Esgred untuk duduk di depannya, tempat dia
bisa menggerayangi tubuh perempuan itu selama mereka
berkuda. "Aku pernah kenal laki-laki yang mengatakan kalau
aku tersenyum untuk hal-hal yang salah."
"Apakah itu benar?"
"Hanya dari sudut pandang mereka yang tak pernah
tersenyum untuk apa pun." Theon teringat ayahnya dan
pamannya Aeron. "Apakah kau tersenyum sekarang, paduka pangeran?"
"Oh, ya." Theon mengulurkan tangan melingkari tubuh
Esgred untuk mengambil tali kekang. Perempuan itu hampir
sama tinggi dengannya. Rambut Esgred butuh dicuci dan ada
bekas luka merah muda yang samar di leher indahnya, tapi
Theon menyukai aroma tubuhnya, garam dan keringat dan
perempuan. Perjalanan kembali ke Pyke menjanjikan pengalaman
yang jauh lebih menarik dibandingkan perjalanan turun tadi.
Ketika mereka sudah jauh meninggalkan Lordsport,
Theon meletakkan tangan di dada Esgred. Esgred meraih dan
menepisnya. "Sebaiknya kedua tanganmu tetap memegang
kendali, atau monster hitammu ini bakal melemparkan kita
berdua dan menendangi kita sampai mati."
"Aku sudah menjinakkannya." Dengan geli, Theon
bersikap sopan selama beberapa waktu, mengobrol riang
tentang cuaca (kelabu dan mendung, yang tidak pernah
berubah sejak hari kedatangannya, disertai hujan tiada
445 henti) dan bercerita kepada Esgred tentang orang-orang yang
dibunuhnya di Hutan Berbisik. Ketika sampai di bagian tentang
berada sedekat itu dengan sang Pembantai Raja sendiri, Theon
kembali menyusupkan tangannya ke tempat tadi. Payudara
Esgred kecil, tapi dia menyukai kekencangannya.
"Kau tidak ingin melakukan itu, paduka pangeran."
"Oh, tapi aku ingin." Theon meremasnya.
"Squire-mu melihat."
"Biar saja. Dia tidak akan pernah membicarakannya,
aku bersumpah." Esgred menarik paksa jari-jari Theon dari payudaranya.
Kali ini dia mencengkeram jemari Theon kuat-kuat. Dia punya
tangan yang kukuh. "Aku senang perempuan yang cengkeramannya kuat."
Esgred mendengus. "Aku takkan menduganya, melihat
gadis di pantai tadi."
"Kau tidak boleh menilaiku berdasarkan dia. Dia satusatunya perempuan di kapal."
"Ceritakan tentang ayahmu. Apakah dia akan
menyambutku dengan baik di kastelnya?"
"Kenapa harus begitu" Dia bahkan hampir-hampir tak
menyambut aku, darah dagingnya sendiri, ahli waris Pyke dan
Kepulauan Besi." "Kau ahli warisnya?" tanya Esgred santai. "Kabarnya
kau punya beberapa paman, kakak laki-laki, dan satu kakak
perempuan." "Kakak-kakak lelakiku sudah lama mati, dan kakak
perempuanku" yah, mereka bilang gaun favorit Asha adalah
tunik rantai yang menjuntai melewati lututnya, dengan pakaian
dalam dari kulit samakan di baliknya. Tapi pakaian laki-laki
takkan membuatnya menjadi laki-laki. Aku akan membuat
446 persekutuan pernikahan yang bagus untuknya begitu kami
sudah menang perang, kalau aku bisa menemukan lelaki yang
mau menikahinya. Seingatku, hidung kakakku seperti paruh
burung hering, wajahnya penuh jerawat, dan dadanya serata
bocah lelaki." "Kau bisa menyingkirkan kakakmu dengan
menikahkannya," Esgred berkomentar, "tapi tidak pamanpamanmu."
"Paman-pamanku?" Klaim Theon lebih kuat daripada
klaim ketiga saudara ayahnya, tapi perempuan itu memang
sudah mengungkit hal yang sensitif. Di kepulauan kerap
terdengar kisah tentang paman yang kuat dan ambisius merebut
hak keponakannya yang lemah, dan biasanya diselesaikan
dengan membunuh si keponakan. Tapi aku tidak lemah, Theon
mengingatkan diri, dan sudah akan semakin kuat saat ayahku
meninggal. "Paman-pamanku bukan ancaman bagiku," tegasnya.
"Aeron mabuk air laut dan kesalehan. Dia hidup hanya untuk
dewanya?" "Dewanya" Bukan dewamu"
"Dewaku juga. Yang gugur takkan pernah mati." Dia
tersenyum kecil. "Kalau aku mengocehkan kesalehan seperti
yang diminta, Rambut Lepek tidak akan menyulitkanku. Dan
pamanku Victarion?" "Nakhoda Armada Besi, dan pejuang yang menakutkan.
Aku mendengar mereka menyanyikannya di kedai-kedai
minum." "Saat pemberontakan ayahku, dia berlayar ke Lannisport
bersama pamanku Euron dan membakar armada Lannister di
tempatnya berlabuh," Theon mengingat. "Tapi itu rencana
Euron. Victarion itu seperti banteng tua yang hebat. Kuat,
tak kenal lelah, dan patuh, tapi tidak bakal memenangkan
lomba apa pun. Sudah pasti dia akan mengabdi padaku sesetia
447 pengabdiannya kepada ayahku. Dia tidak punya kecerdasan
maupun ambisi untuk merencanakan pengkhianatan."
"Tapi Euron Mata Gagak sangat licik. Aku sering dengar
orang mengatakan hal-hal yang mengerikan tentangnya."
Theon beringsut di pelana. "Pamanku Euron hampir
dua tahun tidak terlihat di kepulauan. Dia mungkin sudah
mati. Jika benar, barangkali itu yang terbaik. Kakak tertua Lord
Balon tidak pernah meninggalkan Cara Lama barang sehari
pun. Kata orang, kapal Hening miliknya, dengan layar hitam
dan lambung merah gelap, memiliki reputasi buruk di setiap
pelabuhan dari Ibben sampai Ashai."
"Dia mungkin sudah mati," Esgred menyetujui, "dan
seandainya masih hidup, yah, dia sudah begitu lama di laut dan
bakal dianggap separuh orang asing di sini. Orang kepulauan
besi takkan pernah mendudukkan orang asing di Kursi Batu
Laut." "Kurasa tidak," Theon menyahut, sebelum tersadar
bahwa sebagian orang juga akan menganggap dia orang asing.
Pikiran itu membuatnya merengut.?Sepuluh tahun waktu yang
lama, tapi aku sudah kembali sekarang, dan ayahku masih akan
hidup untuk waktu lama. Aku punya waktu untuk membuktikan
diri. Dia mempertimbangkan untuk membelai dada Esgred
lagi, tapi perempuan itu mungkin hanya akan menyampuk
tangannya, dan pembicaraan tentang paman-pamannya
sudah sedikit mengurangi gairahnya. Masih banyak waktu
untuk bermesraan di kastel, dalam kamarnya yang tertutup.
"Aku akan bicara dengan Helya saat kita tiba di Pyke, dan
memastikan kau mendapat tempat terhormat di perjamuan,"
Theon berkata. "Aku harus duduk di panggung, di sebelah
kanan ayahku, tapi aku akan turun dan bergabung denganmu
saat dia meninggalkan aula. Dia jarang tinggal lama-lama.
448 Akhir-akhir ini dia tidak kuat minum."
"Hal yang menyedihkan saat lelaki beranjak tua."
"Lord Balon hanyalah ayah dari seorang lelaki hebat."
"Tuan yang sangat rendah hati."
"Hanya orang bodoh yang merendahkan diri sementara
dunia ini penuh orang yang dengan senang hati melakukan
tugas itu untuknya." Theon mencium sekilas tengkuk Esgred.
"Aku harus pakai apa ke perjamuan besar ini?" Esgred
mengulurkan tangan ke belakang dan mendorong wajah
Theon. "Akan kuminta Helya mendandanimu. Salah satu
gaun ibuku mungkin bisa kaupakai. Dia pergi ke Harlaw, dan
sepertinya tidak akan kembali."
"Angin dingin membuatnya letih, kudengar. Apa kau
tidak berniat menemuinya" Harlaw hanya berjarak satu hari
berlayar, dan tentunya Lady Greyjoy sangat ingin melihat
putranya untuk terakhir kali."
"Andai aku bisa. Aku terlalu sibuk di sini. Ayahku
mengandalkanku, sekarang setelah aku kembali. Kalau sudah
damai, mungkin?"? "Kedatanganmu bisa membawa kedamaian untuk
ibumu." "Sekarang kau terdengar seperti perempuan," protes
Theon. "Kuakui, aku memang perempuan" dan sedang
mengandung." Entah bagaimana pikiran itu menggugah Theon. "Kau
bilang begitu, tapi tubuhmu tak menunjukkannya. Bagaimana
cara membuktikannya" Sebelum memercayaimu, aku harus
melihat payudaramu yang membesar, dan mencicipi air
susumu." 449 "Dan suamiku bakal bilang apa nanti" Anak buah dan
pelayan ayahmu sendiri?"
"Kami akan memberinya begitu banyak pesanan kapal
sampai dia tidak akan sadar kau sudah meninggalkannya."
Esgred tertawa. "Sungguh kejam tuan muda yang
menangkapku. Kalau aku berjanji suatu hari nanti kau boleh
menonton bayiku menyusu, maukah kau bercerita lebih
banyak tentang perangmu, Theon dari Klan Greyjoy" Masih
ada berkilo-kilometer dan gunung-gunung di hadapan kita,
aku ingin mendengar tentang raja serigala junjunganmu ini,
dan singa-singa emas yang diperanginya."
Karena begitu ingin menyenangkannya, Theon
menurut. Sisa perjalanan panjang itu berlalu dengan cepat
selagi Theon mengisi kepala cantik Esgred dengan kisahkisah tentang Winterfell dan perang. Beberapa hal yang dia
ceritakan membuatnya terkesan sendiri.?Esgred teman bicara
yang menyenangkan, semoga para dewa memberkatinya, renung
Theon.? Aku merasa seperti sudah mengenalnya bertahun-tahun.
Kalau permainan ranjang perempuan ini setengah saja bagusnya dari
kecerdasannya, aku harus memiliki dia" Theon membayangkan
Sigrin si Perajin Kapal, bertubuh gemuk, berotak tumpul,
rambut kuning pucat yang sudah menipis dari dahi berjerawat,
dan menggeleng-geleng. Kesia-siaan. Kesia-siaan yang paling tragis.
Sepertinya waktu berlalu begitu cepat sebelum tembok
luar Pyke yang kukuh menjulang di hadapan mereka.
Gerbangnya terbuka. Theon menyentuhkan tumit
pada Smiler dan berderap lewat dengan cepat. Anjing-anjing
menggonggong liar saat dia membantu Esgred turun dari kuda.
Beberapa anjing berlari mendekat, ekor mereka bergoyanggoyang. Mereka melesat melewati Theon dan nyaris menabrak
jatuh perempuan itu, melompat-lompat di sekelilingnya,
menyalak dan menjilat-jilat.?"Pergi," Theon berteriak,
450 menyarangkan tendangan yang tak berguna ke seekor anjing
cokelat besar, tapi Esgred tertawa dan bergumul dengan
mereka. Seorang pengurus kuda bergegas datang menyusul
anjing-anjing itu. "Bawa kudanya," Theon memerintah lelaki
itu, "dan singkirkan anjing-anjing terkutuk ini?"
Orang dusun itu mengabaikannya. Wajahnya
menyunggingkan senyum ompong lebar, dia berkata, "Lady
Asha. Anda sudah kembali."
"Tadi malam," sahut si perempuan. "Aku berlayar dari
Great Wyk bersama Lord Goodbrother, dan bermalam di
penginapan. Adikku cukup baik hati untuk mengizinkanku
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
berkuda dengannya dari Lordsport." Dia mencium hidung
salah satu anjing dan menyeringai kepada Theon.
Theon hanya mampu berdiri dan melongo menatap
perempuan itu. ?Asha. Tidak. Dia tidak mungkin Asha.?Tiba-tiba
dia sadar ada dua Asha di benaknya. Yang pertama adalah
gadis kecil yang pernah dikenalnya. Yang satu lagi, lebih samar
dalam ingatannya, agak mirip dengan ibunya. Keduanya sama
sekali tidak seperti... seperti... seperti...
"Jerawatnya hilang waktu dadaku tumbuh," perempuan
itu menjelaskan sambil bermain-main dengan seekor anjing,
"tapi paruh burung heringnya masih ada."
Theon akhirnya bisa bersuara.?"Kenapa kau tidak bilang?"
Asha melepaskan anjing itu dan menegakkan tubuh.
"Aku ingin melihat dulu di mana posisimu. Dan aku sudah
tahu." Dia pura-pura membungkuk hormat kepada Theon.
"Dan sekarang, Dik, aku mohon undur diri. Aku perlu mandi
dan berdandan untuk perjamuan. Mungkinkah aku masih
menyimpan gaun rantai yang biasa kupakai dengan pakaian
dalam dari kulit samakan?" Asha menyunggingkan senyum
451 nakal itu lagi, dan menyeberangi jembatan dengan cara
berjalan yang begitu disukai Theon, setengah melangkah dan
setengah melenggang. Ketika Theon menoleh, Wex sedang menyeringai
kepadanya. Dia menampar telinga bocah itu. "Itu karena
sudah bersenang-senang menertawakanku." Lalu sekali lagi,
lebih keras. "Dan itu karena tidak memperingatkanku. Lain
kali, buka mulutmu."
Kamar Theon di Menara Tamu tak pernah terasa
sedingin ini, walaupun para pelayan sudah meninggalkan
satu tungku menyala. Theon menendang lepas sepatu botnya,
membiarkan jubahnya jatuh ke lantai, dan menuang secawan
anggur untuk diri sendiri, mengingat gadis kikuk dengan lutut
mencuat dan jerawat.?Perempuan itu membuka tali celanaku,
pikirnya marah, dan dia berkata" oh, para dewa, dan aku berkata"
Theon mengerang. Dia tidak mungkin mempermalukan
dirinya dengan lebih buruk lagi.
Tidak, pikirnya kemudian.?Perempuan itu yang sudah
mempermalukanku. Perempuan jalang terkutuk itu pasti menikmati
setiap momen. Dan cara dia terus-terusan menyentuhku"?
Theon mengambil cawannya dan beranjak ke kursi
jendela, tempat dia duduk sambil minum dan mengamati laut
sementara matahari menggelap di atas Pyke.?Aku tak punya
tempat di sini, pikirnya, dan itu gara-gara Asha, semoga Makhluk
Lain mengambilnya!?Air di bawah sana berganti warna dari
hijau, abu-abu, lalu hitam. Saat itu dia bisa mendengar musik
di kejauhan, dan dia tahu sudah waktunya berganti pakaian
untuk perjamuan. Theon memilih sepatu bot yang sederhana dan pakaian
yang lebih sederhana lagi, warna-warna suram hitam dan
abu-abu untuk menyesuaikan dengan suasana hatinya. Tidak
pakai perhiasan; dia tidak punya perhiasan yang dibeli dengan
452 besi.?Mungkin seharusnya dia mengambil sesuatu dari wildling yang
dibunuhnya untuk menyelamatkan Bran Stark, tapi lelaki itu tak
punya barang berharga untuk diambil. Nasibku sungguh buruk, aku
membunuh orang miskin. Aula panjang yang berasap dipenuhi para bangsawan
dan nakhoda pengikut ayahnya ketika Theon masuk, hampir
empat ratus orang jumlahnya. Dagmer Dagu Belah belum
kembali dari Old Wyk bersama Klan Stonehouse dan Drumm,
tapi semua yang lain ada di sana"Klan Harlaw dari Harlaw,
Klan Blacktyde dari Blacktyde, Klan Sparr, Klan Merlyn, dan
Klan Goodbrother dari Great Wyk, Klan Saltcliffe dan Klan
Sunderly dari Saltcliffe, serta Klan Botley dan Wynch dari
sisi lain Pyke. Para pelayan menuangkan ale, dan ada musik.
Biola, gendang, dan drum. Tiga lelaki bertubuh tegap sedang
melakukan tarian jari, memutar kapak bergagang pendek
kepada satu sama lain. Triknya adalah menangkap kapak itu
atau melompatinya tanpa salah langkah. Disebut tarian jari
karena biasanya akan berakhir setelah salah seorang penari
kehilangan satu" atau dua, atau lima jari.
Baik para penari maupun para peminum tidak menaruh
perhatian kepada Theon Greyjoy sewaktu dia berjalan ke
panggung. Lord Balon menempati Kursi Batu Laut, diukir
dalam bentuk kraken agung dari sebongkah besar batu hitam
berminyak. Menurut legenda, Kaum Pertama menemukan
batu itu berdiri di pantai Old Wyk ketika mereka datang ke
Kepulauan Besi. Di sebelah kiri kursi tinggi duduk pamanpaman Theon. Asha duduk nyaman di sebelah kanannya, di
tempat kehormatan. "Kau terlambat, Theon," Lord Balon
menegur. "Aku minta maaf." Theon menduduki tempat kosong
di samping Asha. Dia mencondongkan tubuh mendekat dan
berbisik di telinga kakaknya, "Kau menduduki tempatku."
453 Asha menoleh kepadanya dengan mata polos. "Dik, kau
pasti keliru. Tempatmu di Winterfell." Senyumnya sinis. "Dan
di mana semua pakaian indahmu" Kudengar kau menyukai
sutra dan beledu di kulitmu." Asha sendiri mengenakan gaun
wol hijau lembut berpotongan sederhana, kainnya membalut
erat tubuh langsingnya. "Tunik rantaimu pasti sudah berkarat, Kak," balas
Theon. "Sayang sekali. Aku ingin melihatmu berpakaian besi."
Asha hanya tertawa. "Kau mungkin akan melihatnya,
adik kecil" kalau menurutmu Jalang Laut milikmu bisa
menyamai Angin Hitam-ku." Salah satu pelayan ayah mereka
mendekat, membawa seteko anggur. "Kau minum ale atau
anggur malam ini, Theon?" Asha mencondongkan tubuh
mendekat. "Atau kau masih mendambakan air susuku?"
Theon merona. "Anggur," dia memberitahu si pelayan.
Asha berpaling dan menggebrak meja, berseru meminta ale.
Theon membelah sepotong roti, mengeruknya menjadi
piring, dan menyuruh seorang tukang masak mengisinya
dengan rebusan ikan. Aroma krim kental membuatnya agak
mual, tapi dia memaksakan diri untuk makan. Dia minum
cukup banyak anggur untuk membuatnya melayang setelah
menyantap dua hidangan.?Kalau aku muntah, dia yang akan
kena. "Apa Ayah tahu kau menikahi perajin kapalnya?" dia
bertanya kepada sang kakak.
"Sama tak tahunya dengan Sigrin." Asha mengedikkan
bahu. "Esgred adalah kapal pertama yang dia buat. Dia
mengambil nama ibunya. Sulit bagiku mengatakan mana yang
lebih dia sayangi." "Setiap kata yang kausampaikan padaku bohong
belaka." "Tidak setiap kata. Ingat waktu kubilang aku suka berada
454 di atas?" Asha tersenyum lebar.
Itu hanya membuat Theon semakin marah. "Semua
omonganmu tentang perempuan menikah dan sedang
mengandung?"? "Oh, bagian itu cukup benar." Asha melompat berdiri.
"Rolfe, kemari," dia berteriak kepada salah seorang penari
jari sambil mengangkat satu tangan. Si penari melihatnya,
membalikkan badan, dan tiba-tiba saja sebuah kapak melayang
dari tangannya, bilahnya berkilat selagi kapak itu berputar-putar
melintasi cahaya obor. Theon sempat terkesiap kaget sebelum
Asha menyambar kapak itu dari udara dan membantingnya ke
meja, membelah piring Theon menjadi dua dan menciprati
mantelnya dengan kaldu. "Itu suamiku." Kakaknya meraih ke
dalam gaun dan mengeluarkan parang dari belahan payudara.
"Dan ini bayi manisku yang masih menyusu."
Dia tak tahu seperti apa rupanya saat itu, tapi sekonyongkonyong Theon Greyjoy sadar bahwa Aula Besar membahana
dengan suara tawa, semua ditujukan kepadanya. Bahkan
ayahnya pun tertawa, terkutuklah para dewa, sementara
pamannya Victarion terkekeh keras. Tanggapan terbaik yang
dapat dia berikan hanyalah cengiran mual.?Kita lihat saja siapa
yang tertawa setelah semua ini berakhir, jalang.
Asha mencabut kapak dari meja dan melemparkannya
kembali kepada para penari, disambut siulan dan sorak sorai.
"Sebaiknya kau menuruti saranku tentang memilih awak
kapal." Seorang pelayan menawari mereka hidangan. Asha
menusuk sepotong ikan asin dan memakannya dari ujung
parang. "Kalau kau mau repot-repot mengenal Sigrin, aku pasti
takkan bisa mengelabuimu. Sepuluh tahun menjadi serigala,
lalu kau mendarat di sini dan berpikir untuk berkeliaran di
pulau seperti pangeran, tapi kau tak tahu apa-apa dan tak
kenal siapa-siapa. Kenapa orang-orang harus bertarung dan
455 mati untukmu?" "Aku pangeran mereka yang sah," kata Theon kaku.
"Berdasarkan hukum negeri hijau mungkin benar. Tapi
kita membuat hukum kita sendiri di sini, atau kau sudah lupa?"
Theon membersut dan berpaling untuk menekuri piring
yang bocor di depannya. Sebentar lagi pangkuannya bakal basah
kuyup dengan kaldu. Dia meneriaki seorang pelayan untuk
membersihkannya.?Separuh hidupku aku menantikan kepulangan
ini, dan untuk apa" Olok-olok dan ketidakpedulian"?Ini bukan Pyke
yang diingatnya. Atau benarkah dia ingat" Dia masih sangat
kecil waktu mereka membawanya pergi sebagai tawanan.
Perjamuan itu ala kadarnya saja, rangkaian rebusan
ikan, roti hitam, dan daging kambing hambar. Hidangan yang
menurut Theon paling sedap dimakan adalah pai bawang
bombai. Ale dan anggur terus mengalir lama setelah hidangan
terakhir sudah dibereskan.
Lord Balon Greyjoy berdiri dari Kursi Batu Laut.
"Habiskan minuman kalian dan datanglah ke ruanganku,"
dia memerintah orang-orang yang duduk di panggung. "Ada
rencana yang mesti kita susun." Dia meninggalkan mereka
tanpa berkata-kata lagi, diapit dua pengawal. Saudarasaudaranya menyusul sesaat kemudian. Theon bangkit untuk
mengikuti mereka. "Adikku buru-buru sekali mau pergi." Asha mengangkat
tanduk minumnya dan memberi tanda untuk tambah ale.
"Ayah kita menunggu."
"Dan sudah menunggu, selama bertahun-tahun. Tak ada
ruginya kalau dia menunggu sedikit lebih lama lagi" tapi kalau
kau takut dia marah, silakan susul dia secepatnya. Kau pasti
tidak kesulitan mengejar paman-paman kita." Asha tersenyum.
"Toh yang satu mabuk air laut, dan satunya lagi banteng tua
456 yang begitu bodoh sampai bisa tersesat."
Theon duduk lagi dengan jengkel. "Aku tak mau
mengejar siapa pun."
"Hanya mengejar perempuan?"
"Bukan aku yang menggerayangi penismu."
"Aku tidak punya, ingat" Kau kan langsung
menggerayangi seluruh bagian tubuhku."
Theon dapat merasakan pipinya memerah. "Aku lelaki
dengan rasa lapar seorang lelaki. Kau sendiri makhluk tak
wajar macam apa?" "Hanya dara pemalu." Tangan Asha bergerak cepat
di bawah meja dan meremas Theon. Theon nyaris terlonjak
dari kursi. "Kenapa, bukankah kau ingin mengemudikanku
memasuki pelabuhan, Dik?"
"Perkawinan tidak cocok untukmu," Theon
memutuskan. "Saat aku berkuasa, kurasa aku akan
membungkus dan mengirimmu ke para saudari sunyi." Theon
berdiri dengan limbung dan terhuyung-huyung pergi menyusul
ayahnya. Hujan turun saat dia tiba di jembatan ayun yang
mengarah ke Menara Laut. Perutnya teraduk-aduk dan
bergejolak seperti gelombang di bawah sama, sementara anggur
membuat langkahnya goyah. Theon mengertakkan gigi dan
mencengkeram tali kuat-kuat selagi dia berjalan menyeberang,
membayangkan leher Asa yang sedang dicekiknya.
Ruang kerja ayahnya masih selembap dan seberangin
dulu. Terbungkus dalam jubah kulit anjing laut, ayahnya
duduk di depan tungku diapit kedua saudaranya. Victarion
sedang membicarakan pasang dan angin ketika Theon masuk,
tapi Lord Balon menyuruhnya diam. "Aku sudah membuat
beberapa rencana. Sekarang saatnya kau mendengarkan."
457 "Aku punya beberapa usulan?"
"Kalau butuh saranmu aku akan memintanya," ayah
Theon berkata. "Ada burung datang dari Old Wyk. Dagmer
membawa Klan Drumm dan Klan Stonehouse. Jika sang dewa
menganugerahkan angin yang bagus, kita akan berlayar saat
mereka tiba" atau kau yang akan pergi. Aku ingin kau yang
melakukan serangan pertama, Theon. Kau akan membawa
delapan kapal panjang ke utara?"
"Delapan?"?Wajah Theon memerah. "Hasil apa yang bisa
kuharapkan dengan hanya delapan kapal panjang?"
"Kau akan menyerbu Pantai Berbatu, menghancurkan
desa-desa nelayan dan menenggelamkan semua kapal yang
kautemui. Barangkali kau akan memancing beberapa penguasa
utara keluar dari balik tembok batu mereka. Aeron akan
mendampingimu, juga Dagmer Dagu Belah."
"Semoga Dewa Terbenam memberkati pedang-pedang
kita," sang pendeta berkata.
Theon merasa seperti ditampar. Dia dikirim untuk
melakukan pekerjaan penjarah, memaksa para nelayan keluar
dari gubuk mereka dengan membakarnya dan memerkosa
putri-putri mereka yang jelek, tapi sepertinya Lord Balon tidak
cukup memercayainya bahkan untuk pekerjaan semacam
itu. Sudah cukup buruk harus menanggung omelan dan
celaan si Rambut Lepek. Jika Dagmer Dagu Belah juga ikut,
kepemimpinan Theon hanya sekadar nama.
"Asha putriku," Lord Balon melanjutkan. Theon
menoleh dan melihat kakaknya sudah menyelinap masuk
tanpa suara, "kau akan membawa tiga puluh kapal panjang
dengan awak terpilih memutari Titik Naga Laut. Mendaratlah
di dataran pasang surut di sebelah utara Deepwood Motte.
Serang dengan cepat, dan kastel itu akan jatuh bahkan sebelum
mereka sadar kau sedang menyerbu mereka."
458 Asha tersenyum seperti kucing mendapat krim. "Aku
selalu ingin punya kastel," katanya manis.
"Kalau begitu ambil satu."
Theon mesti menggigit lidah agar tak bersuara.
Deepwood Motte adalah benteng Klan Glover. Dengan Robett
Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dan Galbart yang sedang beperang di selatan, penjagaannya
takkan ketat, dan begitu kastel jatuh para manusia besi akan
punya pangkalan yang kuat di jantung wilayah utara. Seharusnya
aku yang dikirim untuk merebut Deepwood.?Dia mengenal Deepwood
Motte, dia pernah mengunjungi Klan Glover beberapa kali
bersama Eddard Stark. "Victarion," Lord Balon berkata kepada adiknya,
"pukulan pertama akan jatuh kepadamu. Saat kedua putraku
sudah menyerang, Winterfell pasti membalas. Kau harus
menghadapi perlawanan kecil saat melayari teluk Tombak
Garam dan Sungai Demam. Di daerah hulu, jarakmu tak
sampai 35 kilometer dari Moat Cailin. Neck adalah kunci
menuju kerajaan itu. Kita sudah menguasai lautan barat.
Begitu kita menduduki Moat Cailin, anak serigala itu takkan
bisa memenangkan kembali wilayah utara" dan kalau dia
cukup bodoh untuk mencoba, musuh-musuhnya akan
memblokir ujung selatan jalan lintasan di belakangnya, dan
Robb si bocah akan mendapati dirinya terperangkap seperti
tikus dalam botol." Theon tak dapat lagi berdiam diri. "Rencana yang
berani, Ayah, tapi para lord di kastel mereka?"
Lord Balon menyelanya. "Para lord sudah pergi ke
selatan bersama si anak serigala. Mereka yang tinggal hanya
para pengecut, lelaki tua, dan bocah bau kencur. Mereka akan
menyerah atau kalah, satu demi satu. Winterfell mungkin
menentang kita setahun, tapi apalah artinya" Bagian lain akan
menjadi milik kita. Hutan, ladang, dan bangunan. Kita jadikan
459 rakyat mereka pelayan dan istri garam kita."
Aeron Rambut Lepek mengangkat kedua lengan. "Air
kemurkaan akan melambung tinggi, dan Dewa Terbenam akan
melebarkan kekuasaannya ke seluruh negeri hijau!"
"Yang gugur takkan pernah mati," Victarion berlagu.
Lord Balon dan Asha mengikuti kata-katanya, dan Theon tak
punya pilihan selain bergumam bersama mereka. Setelah itu
selesai. Di luar hujan turun lebih deras daripada kapan pun.
Jembatan tali terpuntir dan bergoyang-goyang di bawah kakinya.
Theon Greyjoy berhenti di tengah-tengah jembatan dan
merenungi karang di bawah sana. Ombak meraung dahsyat,
dan dia dapat merasakan semburan garam di bibirnya. Tiupan
angin mendadak membuatnya kehilangan keseimbangan, dan
dia jatuh berlutut. Asha membantunya berdiri. "Kau juga tidak kuat
minum anggur, Dik." Theon bersandar pada bahu Asha dan membiarkan
sang kakak menuntunnya menyeberangi papan-papan yang
licin karena hujan. "Aku lebih suka saat kau jadi Esgred," kata
Theon dengan nada menuduh.
Asha tertawa. "Itu adil. Aku lebih suka saat kau sembilan
tahun." j 460 TYRION D ari balik pintu terdengar suara lembut harpa kayu,
berbaur dengan getar suara seruling. Suara si penyanyi
teredam dinding yang tebal, namun Tyrion hafal liriknya.?Aku
mencintai seorang dara secantik musim panas, dia mengingat,
dengan rambut bercahaya"
Ser Meryn Trant menjaga pintu sang ratu malam ini.
Gumaman "My lord" yang dia lontarkan menurut Tyrion
hanya setengah hati, tapi dia tetap membukakan pintu. Lagu
itu berhenti mendadak saat dia melangkah memasuki kamar
kakaknya. Cersei tengah berbaring ditopang tumpukan bantal.
Kakinya telanjang, rambut emasnya ditata dengan gaya kusut,
jubahnya dari sutra mewah berwarna hijau dan emas yang
memantulkan cahaya lilin dan berkilauan saat dia menengadah.
"Kakak yang manis," Tyrion berkata, "betapa cantiknya dirimu
malam ini." Dia berpaling kepada si penyanyi. "Dan kau juga,
Sepupu. Aku tak tahu kau punya suara yang amat indah."
Pujian itu membuat Ser Lancel merajuk; barangkali
dia mengira sedang diledek. Bagi Tyrion sepertinya pemuda
461 itu sudah tumbuh tujuh senti lebih tinggi sejak dinobatkan
Kisah Sepasang Rajawali 5 Raja Naga 10 Misteri Labah-labah Perak Ksatria Puteri Dan Bintang 2