Pencarian

Peperangan Raja Raja 7

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin Bagian 7


Gendry mengendus-endus udara. "Ikan busuk?"
"Kau tahu itu bukan ikan busuk."
"Sebaiknya kita hati-hati. Aku akan memutar ke barat,
memastikan apakah ada jalan umum. Pasti ada kalau kau
melihat pedati. Kau ke arah pantai. Kalau butuh bantuan,
menggonggonglah seperti anjing."
"Itu bodoh. Kalau butuh bantuan, aku akan berteriak
tolong." Arya melesat pergi, kaki telanjangnya menapak
rumput tanpa suara. Ketika Arya menoleh ke belakang, Gendry
mengawasi dengan ekspresi kesakitan yang menandakan
dia sedang berpikir. Dia barangkali berpikir seharusnya dia tak
membiarkan m"lady mencuri makanan. Arya tahu sejak saat ini
Gendry akan bertingkah bodoh.
Bau itu semakin tajam selagi dia mendekat ke desa.
Menurut Arya baunya tak seperti ikan busuk. Baunya lebih
amis, lebih bacin. Dia mengerutkan hidung.
Di tempat pepohonan mulai jarang, Arya menggunakan
tumbuh-tumbuhan di dasar hutan, menyelinap dari semak ke
semak sehening bayangan. Setiap beberapa meter dia berhenti
untuk mendengarkan. Pada kali ketiga, dia mendengar bunyi
331 kuda, juga suara seorang lelaki. Dan bau itu semakin menyengat.
Bau orang mati, itu yang diciumnya. Dia sudah pernah mencium
bau ini sebelumnya, pada jasad Yoren dan yang lain.
Semak berduri yang rimbun tumbuh di sebelah selatan
desa. Saat Arya mencapainya, bayang-bayang panjang matahari
terbenam mulai pudar, dan serangga api-api bermunculan.
Dia bisa melihat barisan atap jerami tak jauh dari pagar
semak itu. Dia beringsut maju sampai menemukan sebuah
celah dan merayap memasukinya sambil bertelungkup, tetap
menyembunyikan diri sampai dia melihat sumber bau tersebut.
Di tepi danau Mata Para Dewa yang berdebur pelan,
tiang gantung panjang dari kayu hijau mentah telah didirikan
dengan terburu-buru, dan sosok-sosok yang sebelumnya
adalah manusia hidup terjuntai di sana, kaki mereka dirantai,
sementara kawanan gagak mematuki daging mereka dan
terbang dari mayat ke mayat. Untuk setiap ekor gagak ada
seratus ekor lalat. Ketika angin berembus dari danau, mayat
yang paling dekat berputar pada rantainya, dengan begitu
lambat. Kawanan gagak sudah memakan sebagian besar
wajahnya, dan sesuatu yang lain juga melahapnya, sesuatu yang
jauh lebih besar. Leher dan dadanya terbelah, isi perut yang
hijau mengilap dan carikan-carikan daging hancur bergelayut
dari tempat perutnya terbuka. Satu lengan sudah dicabik lepas
dari bahu; Arya melihat tulang-tulang beberapa meter dari
sana, bekas dikunyah dan dikerkah, tak ada lagi daging yang
menempel. Arya memaksa diri menatap lelaki di sebelah lelaki
pertama, lalu di sebelahnya lagi, dan di sebelahnya lagi,
meyakinkan diri bahwa dia sekeras batu. Semuanya sudah
menjadi mayat, begitu hancur dan busuk sehingga butuh waktu
baginya untuk menyadari bahwa mereka dikuliti dulu sebelum
digantung. Mereka tak terlihat seperti manusia telanjang;
bahkan nyaris tak terlihat seperti manusia. Gagak-gagak sudah
memakan mata mereka, dan sebagian wajah mereka. Pada
tiang keenam di barisan panjang itu, tak ada yang tersisa selain
332 sepotong kaki, masih menggantung di rantainya, berayun
setiap kali diembus angin.
Rasa takut mengiris lebih dalam daripada pedang. Orang
mati tidak bisa menyakitinya, tapi siapa pun yang membunuh
mereka bisa. Jauh dari barisan tiang gantung, dua lelaki
bertunik rantai berdiri bertopang pada tombak mereka di
depan bangunan panjang dan rendah di tepi air, yang beratap
genting. Sepasang tiang tinggi ditancapkan ke tanah berlumpur
di depan bangunan itu, panji-panji terkulai dari setiap tongkat.
Panji yang satu terlihat berwarna merah dan satunya lagi lebih
pucat, putih atau kuning mungkin, tapi keduanya terkulai dan
dengan matahari yang mulai menghilang, dia bahkan tidak
bisa yakin apakah itu warna merah tua Lannister. Aku tidak
perlu melihat singanya, aku bisa melihat semua orang mati ini, siapa
lagi yang mungkin melakukannya selain orang-orang Lannister"
Lalu terdengar teriakan. Kedua penombak menoleh mendengar teriakan itu, dan
lelaki ketiga muncul dalam pandangan, mendorong seorang
tawanan di depannya. Saat itu sudah terlalu gelap untuk
bisa mengenali wajah, tapi si tawanan mengenakan helm
baja mengilap, dan ketika Arya melihat tanduknya dia tahu
itu Gendry. Dasar bodoh bodoh bodoh BODOH! pikirnya. Jika
Gendry ada di sini, Arya pasti menendangnya lagi.
Para penjaga berbicara lantang, tapi dia terlalu jauh
untuk mendengar kata-kata mereka dengan jelas, terutama
di tengah riuhnya kawanan gagak yang berkaok-kaok dan
beterbangan di dekatnya. Salah satu penombak merenggut
helm dari kepala Gendry dan mengajukan pertanyaan, tapi dia
pasti tak menyukai jawabannya, sebab dia menghantam wajah
Gendry dengan gagang tombak dan merubuhkannya. Penjaga
yang menangkap Gendry menendangnya, sementara penombak
kedua mencoba mengenakan helm kepala banteng itu.
Akhirnya mereka menarik Gendry berdiri dan menggiringnya
menuju bangunan gudang. Ketika mereka membuka pintu
kayu yang berat, seorang bocah lelaki melesat ke luar, tapi salah
333 satu penjaga menyambar lengan dan melemparnya kembali
ke dalam. Arya mendengar isak tangis dari dalam bangunan,
disusul jeritan yang begitu keras dan penuh kesakitan sampai
membuatnya menggigit bibir.
Para penjaga mendorong Gendry ke dalam bersama
bocah itu lalu memalang pintu di belakang mereka. Persis
ketika itu, desah angin berembus dari danau, membuat panjipanji bergerak dan terangkat. Panji di tongkat yang tinggi
menampakkan singa emas, seperti yang ditakutkan Arya.
Pada panji satunya, tiga sosok hitam ramping berlari melintasi
padang sekuning mentega. Tiga ekor anjing, pikirnya. Arya
pernah melihat anjing-anjing itu sebelumnya, tapi di mana"
Tidak penting. Satu-satunya yang penting adalah mereka
menangkap Gendry. Meskipun pemuda itu sungguh keras
kepala dan bodoh, Arya mesti membebaskannya. Dia bertanyatanya apakah mereka tahu sang ratu menginginkan Gendry.
Salah seorang penjaga melepas helm dan menggantinya
dengan helm Gendry. Arya sangat gusar melihat lelaki itu
memakainya, tapi dia tahu tak ada yang dapat dia lakukan
untuk menghentikannya. Dia merasa mendengar lebih banyak
jeritan dari dalam gudang tanpa jendela itu, teredam oleh
tembok batu yang kukuh, tapi sulit memastikannya.
Dia tinggal cukup lama untuk melihat pergantian
penjaga serta banyak hal lainnya. Lelaki-lelaki datang dan pergi.
Mereka menuntun kuda mereka ke sungai untuk minum.
Kelompok berburu kembali dari hutan, membawa bangkai
seekor rusa yang digantung di tongkat. Dia mengawasi mereka
membersihkan dan mengeluarkan isi perut binatang itu, lalu
menyalakan api unggun untuk memasak di sisi jauh sungai,
dan aroma daging panggang bercampur tak keruan dengan
bau busuk mayat. Perut kosongnya memberontak dan dia pikir
mungkin dia akan muntah. Aroma makanan memancing para
lelaki lainnya keluar dari rumah-rumah, hampir semuanya
mengenakan potongan zirah rantai atau kulit yang disamak.
Setelah rusa itu matang, bagian terbaiknya dibawa ke salah satu
334 rumah. Arya pikir kegelapan dapat membantunya merayap
mendekat dan membebaskan Gendry, tapi para penjaga
menyalakan obor dari api unggun. Seorang squire membawakan
daging dan roti untuk dua penjaga gudang, lalu belakangan
dua lelaki lagi bergabung dan mereka semua mengedarkan
labu anggur dari tangan ke tangan. Setelah isi labu habis, yang
lain pergi, tapi kedua penjaga tetap di tempat, bertopang pada
tombak mereka. Lengan dan kaki Arya kaku ketika akhirnya dia
menggeliat keluar dari bawah semak berduri dan memasuki
kegelapan hutan. Malam itu gelap gulita, dengan sepotong tipis
bulan timbul-tenggelam setiap kali awan berarak lewat. Sehening
bayangan, dia mengingatkan diri selagi bergerak di antara
pepohonan. Dalam kegelapan ini dia tak berani berlari, takut
tersandung akar tak terlihat atau kehilangan arah. Di sebelah
kirinya, Mata Para Dewa berdebur tenang ke pantai. Di sebelah
kanannya, angin berembus di antara dahan pohon, dedaunan
berdesir dan bergoyang. Di kejauhan, dia mendengar lolongan
serigala. Lommy dan Pai Panas nyaris kencing di celana saat
Arya melangkah keluar dari pepohonan di belakang mereka.
"Diam," perintahnya, memeluk Musang ketika gadis kecil itu
berlari mendatanginya. Pai Panas menatapnya dengan mata membelalak. "Kami
pikir kau meninggalkan kami." Dia memegang pedang pendek,
yang diambil Yoren dari anggota pasukan jubah emas. "Aku
sudah takut kau serigala."
"Mana si Banteng?" tanya Lommy.
"Mereka menangkapnya," Arya berbisik. "Kita harus
membebaskannya. Pai Panas, kau mesti membantu. Kita akan
mendekat diam-diam dan membunuh para penjaga, lalu aku
akan membuka pintu."
Pai Panas dan Lommy bertukar pandang. "Berapa
banyak?" 335 "Aku tak bisa menghitung," Arya mengakui. "Sedikitnya
dua puluh, tapi hanya dua yang menjaga pintu."
Pai Panas terlihat seolah akan menangis. "Kita tak
mungkin melawan dua puluh orang."
"Kau hanya perlu melawan satu. Aku membereskan yang
satu lagi setelah itu kita bebaskan Gendry dan lari."
"Kita harus menyerah," kata Lommy. "Datang saja ke
sana dan menyerah." Arya menggeleng keras kepala.
"Kalau begitu tinggalkan saja dia, Arry," Lommy
memohon. "Mereka tidak tahu tentang kita. Kalau kita
bersembunyi, mereka akan pergi, kau tahu itu. Bukan salah
kita Gendry tertangkap."
"Kau bodoh, Lommy," tukas Arya marah. "Kau akan
mati kalau kita tidak membebaskan Gendry. Siapa yang akan
menggotongmu?" "Kau dan Pai Panas."
"Sepanjang waktu, tanpa bantuan siapa pun" Kami tidak
akan sanggup. Gendry yang paling kuat di antara kita. Lagi
pula, aku tak peduli apa katamu, aku akan kembali untuknya."
Dia menatap Pai Panas. "Mau ikut tidak?"
Pai Panas menatap Lommy, lalu Arya, lalu Lommy lagi.
"Aku ikut," katanya enggan.
"Lommy, jaga Musang di sini."
Lommy menyambar tangan gadis itu dan menariknya
mendekat. "Bagaimana kalau kawanan serigala datang?"
"Menyerahlah," saran Arya.
Mencari jalan kembali ke desa sepertinya memakan
waktu berjam-jam. Pai Panas terus-terusan terantuk dalam gelap
dan kehilangan arah. Arya terpaksa menunggunya dan kembali
lagi. Akhirnya dia menggandeng tangan pemuda itu dan
menuntunnya menembus hutan. "Diam saja dan ikuti aku."
Ketika mereka dapat melihat cahaya temaram pertama dari api
di desa itu, Arya berkata, "Ada orang-orang mati tergantung di
336 balik pagar semak, tapi tak perlu takut pada mereka, ingat saja
rasa takut mengiris lebih dalam daripada pedang. Kita harus
benar-benar diam dan pelan." Pai Panas mengangguk.
Arya yang pertama merayap di bawah semak berduri
lalu menunggu Pai Panas di sisi seberang, berjongkok
rendah-rendah. Pai Panas muncul dengan wajah pucat dan
napas tersengal, wajah dan lengannya berdarah dari lukaluka goresan panjang. Dia hendak mengatakan sesuatu, tapi
Arya meletakkan satu jari pada bibir pemuda itu. Sambil
merangkak, mereka merayap melintasi barisan tiang gantung,
di bawah mayat-mayat yang berayun. Pai Panas tak sekali pun
mengangkat kepala, atau mengeluarkan suara.
Sampai seekor burung gagak mendarat di punggungnya,
dan dia terkesiap pelan. "Siapa di sana?" sebuah suara tiba-tiba
menggelegar dari kegelapan.
Pai Panas melompat berdiri. "Aku menyerah!" Dia
melempar pedang dan puluhan gagak memekik-mekik marah
sambil beterbangan di sekeliling mayat. Arya menyambar kaki
pemuda itu dan berusaha menariknya turun lagi, tapi dia
melepaskan diri dan berlari ke depan, melambaikan tangan.
"Aku menyerah, aku menyerah."
Arya melompat berdiri dan menghunus Needle, tapi
saat itu orang-orang sudah mengepungnya. Arya menebas
orang terdekat, tapi lelaki itu menghentikannya dengan
lengan berlapis baja, lalu lelaki kedua menyeruduk dan
merubuhkannya, dan lelaki ketiga merebut pedang dari
tangannya. Ketika dia mencoba menggigit, giginya hanya
menangkup jalinan rantai yang dingin dan kotor. "Oho,
garang sekali," kata lelaki itu sambil tertawa. Pukulan dari
tinju berlapis besi nyaris membuat kepala Arya copot.
Mereka berbicara di atasnya sementara dia tergeletak
kesakitan, tapi Arya sepertinya tak dapat memahami katakata mereka. Telinganya mendenging. Ketika dia berusaha
merangkak pergi, bumi bergoyang di bawahnya. Mereka
mengambil Needle. Rasa malu akan luka itu lebih buruk dari rasa
337 sakitnya, padahal rasa sakitnya amat menyiksa. Jon memberinya
pedang itu. Syrio mengajarkan cara menggunakannya.
Akhirnya seseorang merenggut bagian depan rompi
Arya, menarik tubuhnya hingga dia berlutut. Pai Panas juga
berlutut, di hadapan lelaki paling tinggi yang pernah dilihat
Arya, monster dari salah satu dongeng Nan Tua. Dia sama sekali
tak melihat kedatangan raksasa itu. Tiga anjing hitam berlari
di baju luarnya yang berwarna kuning pudar, dan wajahnya
terlihat begitu keras seolah dipahat dari batu. Sekonyongkonyong Arya tahu di mana dia melihat anjing-anjing itu
sebelumnya. Pada malam turnamen perang di King"s Landing,
semua kesatria menggantung perisai di luar tenda mereka.
"Yang itu milik kakak si Anjing," Sansa memberitahunya saat
mereka melewati anjing-anjing hitam di ladang kuning. "Dia
bahkan lebih besar daripada Hodor, lihat saja nanti. Mereka
menjulukinya Gunung yang Berkuda."
Arya membiarkan kepalanya terkulai, hanya setengah
sadar akan kejadian yang berlangsung di sekelilingnya. Pai


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Panas masih terus memohon-mohon bahwa dia menyerah. Si
Gunung berkata, "Kau akan mengantar kami ke yang lain," lalu
berjalan pergi. Berikutnya Arya tersandung-sandung melewati
orang-orang mati di tiang gantung, sementara Pai Panas
mengatakan kepada para penangkap mereka bahwa dia akan
membuatkan pai dan kue tar jika mereka tak menyakitinya.
Empat lelaki pergi bersama mereka. Satu membawa obor, satu
membawa pedang panjang; dua menggenggam tombak.
Mereka menemukan Lommy di tempat mereka
meninggalkannya, di bawah pohon ek. "Aku menyerah," dia
langsung berseru begitu melihat mereka. Dia melemparkan
tombak dan mengangkat tangan yang bernoda hijau bekas
cairan pencelup. "Aku menyerah. Tolong."
Lelaki yang membawa obor memeriksa di sekeliling
dasar pohon. "Apa kau yang terakhir" Kata bocah tukang roti
ada anak perempuan."
"Dia lari waktu mendengar kalian datang," jawab
338 Lommy. "Kalian ribut sekali." Dan Arya berpikir, Lari, Musang,
lari sejauh mungkin, lari dan sembunyi, jangan pernah kembali.
"Beritahu di mana kami bisa menemukan Dondarrion
si anak pelacur itu, dan akan ada makanan panas untukmu."
"Siapa?" tanya Lommy tak mengerti.
"Sudah kubilang, gerombolan ini tak lebih tahu daripada
jalang-jalang di desa. Buang-buang waktu saja."
Salah seorang penombak beringsut mendekati Lommy.
"Ada masalah dengan kakimu, Bocah?"
"Kakiku luka." "Kau bisa jalan?" Dia terdengar prihatin.
"Tidak," sahut Lommy. "Kalian mesti menggotongku."
"Menurutmu begitu?" Si prajurit mengangkat tombak
dengan santai lalu menusukkan ujungnya ke leher lembek
pemuda itu. Lommy bahkan tak punya waktu untuk menyerah
lagi. Dia tersentak satu kali, lalu selesai. Ketika lelaki itu
menarik lepas tombaknya, darah menyembur bagai air mancur
gelap. "Menggotongnya, dia bilang," gumam lelaki itu sambil
terkekeh j 339 TYRION M ereka sudah memperingatkannya untuk berpakaian
dengan hangat. Tyrion Lannister memercayai kata-kata
mereka. Dia mengenakan celana quilt tebal serta doublet wol,
dan menyelubungi semuanya dengan jubah kulit shadowcat
yang dia dapatkan di Pegunungan Bulan. Jubah itu luar biasa
panjang, dibuat untuk orang yang tingginya dua kali lipat. Saat
tidak sedang berkuda, satu-satunya cara untuk mengenakan
jubah itu adalah dengan melilitkannya beberapa kali, yang
membuatnya terlihat seperti bola bulu bergaris-garis.
Meski begitu, dia lega sudah menuruti saran mereka.
Udara dingin di ruang penyimpanan yang lembap dan basah
itu menusuk sampai ke tulang. Timett memilih untuk naik lagi
ke gudang bawah tanah setelah sekilas merasakan udara dingin
di bawah. Mereka berada di suatu tempat di bawah Bukit
Rhaenys, di belakang Balai Serikat Alkemis. Dinding batu yang
lembap bebercak noda sodium nitrat, dan satu-satunya cahaya
berasal dari lampu minyak besi-dan-kaca bersegel yang dibawa
Hallyne sang Pawang Api dengan begitu hati-hati.
Tentu saja" seluruh wadah dalam ruangan ini harus
diperlakukan dengan hati-hati. Tyrion mengangkat satu untuk
diperiksa. Wadah itu bundar dan kemerahan, sebentuk jeruk
grapefruit gemuk dari tanah liat. Agak besar untuk tangannya,
340 tapi dia tahu pasti sangat pas dalam genggaman manusia
normal. Tembikar itu tipis, begitu rapuh sampai-sampai dia
diperingatkan untuk tidak meremasnya terlalu kencang, sebab
bisa hancur dalam genggamannya. Tanah liatnya terasa kasar,
berkerikil. Hallyne menjelaskan bahwa itu disengaja. "Wadah
yang halus lebih gampang tergelincir dari genggaman."
Cairan api liar meluncur pelan ke bibir wadah ketika
Tyrion memiringkannya untuk melihat isinya. Warnanya
seharusnya hijau keruh, dia tahu, tapi cahaya remang-remang
membuatnya mustahil terlihat jelas. "Kental," dia mengamati.
"Itu karena udara dingin, my lord," jelas Hallyne, lelaki
pucat dengan tangan lembap yang halus dan pembawaan
senang menjilat. Dia mengenakan jubah bergaris-garis merahhitam berpinggiran bulu musang, tapi bulunya terlihat tidak
begitu berkualitas dan dimakan rayap. "Di udara hangat, zat
ini akan lebih mudah mengalir, seperti minyak lampu."
Zat adalah istilah sang pawang api sendiri untuk api
liar. Mereka juga memanggil satu sama lain dengan sebutan
nan arif, yang menurut Tyrion hampir sama menyebalkannya
dengan kebiasaan mereka mengisyaratkan pengetahuan rahasia
berlimpah. Mereka ingin Tyrion berpikir mereka memilikinya.
Dulu mereka pernah menjadi serikat yang kuat, tapi beberapa
abad terakhir maester-maester Citadel menggantikan peran
alkemis hampir di semua tempat. Sekarang hanya segelintir
ordo lama yang tersisa, dan mereka bahkan tidak lagi berpurapura mengubah logam"?
"tapi mereka bisa membuat api liar. "Setahuku, air tak
bisa memadamkannya."
"Itu benar. Begitu sudah menyambar api, zat ini akan
berkobar hebat sampai tidak tersisa lagi. Terlebih lagi, zat ini
akan meresap ke dalam pakaian, kayu, kulit, bahkan baja, jadi
semuanya juga akan terbakar."
Tyrion ingat sang pendeta merah Thoros dari Myr
dan pedang berapinya. Lapisan tipis api liar sekalipun dapat
terbakar selama satu jam. Thoros selalu membutuhkan pedang
341 baru setelah perkelahian massal, tapi Robert menyukai lelaki
itu dan dengan senang hati menyediakannya. "Kenapa cairan
ini tidak meresap ke tanah liat juga?"
"Oh, sebenarnya meresap," sahut Hallyne. "Ada ruang
penyimpanan di bawah ruangan ini tempat kami menyimpan
botol-botol lama. Dari masa pemerintahan Raja Aerys. Dialah
yang menginginkan botol-botol ini dibuat dalam bentuk buah.
Buah yang amat berbahaya tentunya, my lord, dan, hmmm, saat
ini lebih masak dibandingkan kapan pun, kalau Anda paham
maksud saya. Kami sudah menyegel botol-botol itu dengan lilin
dan memenuhi ruangan bawah dengan air, meski demikian"
seharusnya semua botol itu dihancurkan, tapi begitu banyak
master kami yang dibunuh saat Penyerbuan King"s Landing,
sementara sedikit cantrik yang tersisa tidak cukup andal untuk
tugas tersebut. Dan banyak persediaan yang kami buat untuk
Aerys hilang. Tahun lalu saja, dua ratus botol ditemukan dalam
ruang penyimpanan di bawah Kuil Agung Baelor. Tidak ada
yang ingat bagaimana benda-benda itu bisa sampai di sana, tapi
sudah pasti saya tak perlu memberitahu Anda betapa Septon
Agung dicekam ketakutan. Saya sendiri yang memastikan
semuanya dipindahkan dengan hati-hati. Saya mengisi gerobak
dengan pasir, dan mengutus cantrik kami yang paling cakap.
Kami hanya bekerja saat malam hari, kami?"
?"melaksanakan tugas dengan sangat baik, aku yakin."
Tyrion meletakkan botol yang dia pegang kembali ke tengah
kumpulannya. Botol-botol itu memenuhi meja, disusun dalam
empat barisan rapi dan terus memanjang sampai menghilang
dalam kegelapan bawah tanah. Dan masih ada meja-meja
lainnya, banyak meja lainnya. "Api liar ini, ah, buah-buah dari
zaman mendiang Raja Aerys ini, apa masih bisa digunakan?"
"Oh, ya, tentu saja" tapi dengan hati-hati, my lord, dengan
sangat hati-hati. Semakin tua usianya, zat itu menjadi semakin,
hmmmm, mudah bereaksi, anggap saja begitu. Api sekecil apa
pun akan membuatnya terbakar. Percikan api sekalipun. Jika
udaranya terlalu panas wadah-wadah ini akan meledak sendiri.
342 Tidak bijaksana membiarkannya terkena cahaya matahari,
meskipun hanya sebentar. Begitu api sudah terpicu di dalam,
udara panas menyebabkan zat ini mengembang tak terkendali,
dan wadahnya langsung hancur berantakan. Jika botol-botol
lain kebetulan disimpan berdekatan, semua akan ikut meledak,
sehingga?" "Berapa botol yang kalian miliki saat ini?"
"Pagi ini Munciter nan Arif memberitahu saya bahwa
kami punya 7840 botol. Itu termasuk empat ribu botol dari
masa Raja Aerys, tentunya."
"Buah-buah kita yang terlalu masak?"
Hallyne mengangguk-angguk. "Malliard nan Arif yakin
kami bisa menyediakan tepat sepuluh ribu botol, seperti yang
dijanjikan kepada sang ratu. Saya setuju." Sang Pawang Api
terlihat begitu puas dengan kemungkinan tersebut.
Dengan asumsi musuh-musuh kita memberi kalian waktu.?Para
pawang api merahasiakan resep api liar mereka dengan sangat
rapat, tapi Tyrion tahu bahwa proses pembuatannya panjang,
berbahaya, dan memakan waktu. Dia berasumi bahwa janji
sepuluh ribu botol hanyalah bualan, seperti janji pengikut yang
bersumpah mengerahkan sepuluh ribu prajurit untuk lord-nya
lalu muncul pada hari pertempuran membawa 102 orang.?Jika
mereka benar-benar bisa memberi kami sepuluh ribu"?
Dia tidak tahu mesti senang atau takut.?Barangkali
sedikit keduanya.?"Aku yakin saudara-saudara serikatmu
tidak mengerjakanya dengan terburu-buru, Arif. Kami tidak
menginginkan sepuluh ribu botol api liar yang cacat, satu pun
tidak" dan kami jelas tidak menginginkan kecelakaan apa
pun." "Tidak akan ada kecelakaan, my lord Tangan Kanan Raja.
Zat ini disiapkan oleh para cantrik terlatih dalam serangkaian
sel batu kosong, dan setiap botol diambil oleh seorang magang
lalu dipindahkan ke bawah sini begitu sudah selesai. Di atas
setiap sel kerja terdapat ruangan yang sepenuhnya berisi pasir.
Mantra pelindung telah dilekatkan pada lantai-lantainya,
343 hmmm, sangat kuat. Api sekecil apa pun dalam sel di bawah
ruangan itu akan membuat lantai rubuh, dan pasir langsung
memadamkannya." "Belum lagi jika cantriknya ceroboh." Dia
membayangkan yang dimaksud Hallyne dengan mantra adalah
tipuan cerdik.?Tyrion jadi terpikir untuk memeriksa salah satu
sel dengan langit-langit buatan ini untuk melihat cara kerjanya,
tapi sekarang bukan saat yang tepat. Barangkali setelah perang
berhasil dimenangkan. "Saudara-saudaraku tak pernah ceroboh," Hallyne
menyanggah. "Kalau saya boleh, hmmmm, jujur..."
"Oh, silakan." "Zat ini mengaliri nadi-nadi saya, dan hidup dalam
jantung setiap pawang api. Kami menghormati kekuatannya.
Tapi prajurit biasa, hmmmm, misalnya saja yang mengoperasikan
pelontar api sang ratu, di tengah hiruk pikuk pertempuran...
kesalahan sekecil apa pun dapat menimbulkan bencana. Itu
harus selalu diingatkan sesering mungkin. Ayah saya sering
mengingatkan Raja Aerys, seperti ayahnya mengingatkan Raja
Jaehaerys tua." "Mereka pasti mendengarkan," ujar Tyrion. "Kalau
mereka pernah membumihanguskan kota ini, pasti ada yang
memberitahuku. Jadi nasihatmu adalah kami sebaiknya
berhati-hati?" "Sangat hati-hati," sahut Hallyne. "Amat sangat hati-hati."
"Botol-botol tanah liat ini" apakah persediaan kalian
cukup banyak?" "Ya, my lord, terima kasih sudah menanyakan."
"Kalau begitu kau pasti tidak keberatan kalau aku ambil
sedikit. Beberapa ribu."
"Beberapa ribu?"
"Atau berapa pun yang dapat disisihkan serikatmu,
tanpa mengganggu proses produksi. Yang kuminta adalah botol
kosong, jangan salah. Tolong diantarkan kepada para pemimpin
pasukan di setiap gerbang kota."
344 "Baik, my lord, tapi kenapa?""?
Tyrion tersenyum. "Waktu kau menyuruhku berpakaian
hangat, aku berpakaian hangat. Waktu kau memintaku untuk
berhati-hati, yah..." Dia mengangkat bahu. "Sudah cukup yang
kulihat. Barangkali kau mau berbaik hati mengantarkanku
kembali ke tanduku?"
"Dengan amat senang, hmmm, hati, my lord." Hallyne
mengangkat lampu dan memimpin jalan kembali ke tangga.
"Anda baik sekali mau mengunjungi kami. Suatu kehormatan
besar, hmmm. Sudah begitu lama sejak Tangan Kanan Raja
memberi kami kehormatan dengan kehadirannya. Tidak
pernah lagi sejak Lord Rossart, dan itu karena dia dari ordo
kami. Dulu, pada masa Raja Aerys. Raja Aerys amat tertarik
pada pekerjaan kami."
Raja Aerys senang memanggang daging musuhmusuhnya.?Kakaknya Jaime pernah menceritakan beberapa
kisang tentang sang Raja Gila dan para pawang api
kesayangannya. "Joffrey juga akan tertarik, aku yakin sekali."?Itu
sebabnya aku mesti menjauhkan dia dari kalian.
"Kami sungguh berharap sang raja bersedia mengunjungi
Balai kami dengan kehadirannya yang mulia. Saya sudah
menyinggungnya kepada kakak Anda sang ratu. Pesta besar?"?
Udara bertambah hangat selagi mereka menaiki tangga.
"Yang Mulia melarang semua pesta sampai setelah perang ini
berhasil dimenangkan." Atas paksaanku.?"Menurut sang raja
tidak pantas berpesta pora dengan hidangan lezat sementara
rakyatnya kelaparan."
"Sungguh, hmmm, tindakan yang penuh kasih sayang,
my lord. Barangkali sebagai gantinya beberapa orang dari
kami mungkin bisa menemui sang raja di Benteng Merah.
Demonstrasi kecil-kecilan atas kekuatan kami, begitulah,
untuk mengalihkan Yang Mulia dari begitu banyak urusannya,
semalam saja. Api liar hanya salah satu rahasia menggentarkan
dari ordo kuno kami. Begitu banyak dan menakjubkan hal-hal
yang dapat kami tunjukkan kepada Anda."
345 "Akan kubicarakan dengan kakakku." Tyrion tidak
keberatan menyaksikan beberapa tipuan sulap, tapi kesukaan
Joff mengadu orang sampai mati di arena sudah cukup
merepotkan; dia tak berniat membiarkan bocah itu menikmati
kemungkinan membakar mereka hidup-hidup.
Ketika akhirnya mereka tiba di puncak tangga, Tyrion
melepas jubah bulu shadowcat dan melipatnya di lengan. Balai
Serikat Alkemis adalah bangunan rumit dari batu hitam yang
mengesankan, tapi Hallyne memandunya melewati berbagai


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelokan dan tikungan sampai mereka tiba di Galeri Obor Besi,
ruangan panjang bergaung tempat tiang-tiang api hijau menarinari di sekeliling tiang-tiang logam hitam setinggi enam meter.
Api yang pucat berkilauan pada marmer hitam mengilap di
dinding dan lantai serta menyirami ruangan itu dalam pancaran
cahaya sewarna zamrud. Tyrion pasti akan lebih terkesan
seandainya dia tidak tahu bahwa obor-obor besi nan hebat itu
baru dinyalakan pagi ini untuk menghormati kunjungannya,
dan akan langsung dipadamkan begitu pintu menutup di
belakangn. Api liar terlalu mahal untuk dihamburkan.
Mereka muncul di puncak tangga lebar melingkar yang
menghadap ke Jalan Para Saudari di dekat kaki Bukit Visenya.
Dia berpamitan kepada Hallyne dan terkedek-kedek ke tempat
Timett putra Timett menunggu dengan kawalan suku Manusia
Hangus. Mengingat tujuan Tyrion hari ini, sepertinya itu
pilihan yang tepat untuk pasukan pengawalnya. Lagi pula, lukaluka mereka membangkitkan kengerian di hati para perusuh
di kota ini. Akhir-akhir ini, itu yang paling penting. Baru tiga
malam lalu, massa kembali berkumpul di gerbang Benteng
Merah, berteriak-teriak minta makan. Joff menghujani mereka
dengan panah, menewaskan empat orang, lalu menyerukan
bahwa mereka mendapatkan izinnya untuk memakan mayat
orang-orang itu.?Menambah panjang daftar teman kami.
Tyrion terkejut melihat Bronn juga berdiri di samping
tandu. "Sedang apa kau di sini?"
"Mengantarkan pesanmu," jawab Bronn. "Tangan Besi
346 menunggu kedatanganmu sekarang juga di Gerbang Para
Dewa. Dia tidak mau mengatakan alasannya. Dan kau juga
diminta menghadap ke Maegor."
"Diminta menghadap?"?Tyrion hanya kenal satu orang
yang mungkin menggunakan istilah itu. "Dan apa yang
diinginkan Cersei dariku?"
Bronn mengangkat bahu. "Sang ratu memerintahkanmu
kembali ke kastel sekarang juga dan menemuinya di ruangannya.
Sepupu beliamu itu yang mengantarkan pesan. Empat helai
rambut di bibir dan dia menganggap dirinya lelaki dewasa."
"Empat helai rambut dan gelar kesatria. Dia Ser Lancel
sekarang, jangan pernah lupa." Tyrion tahu Ser Jacelyn tidak
mungkin memanggil kecuali masalahnya benar-benar penting.
"Sebaiknya aku lihat apa yang diinginkan Bywater. Beritahu
kakakku aku akan menemuinya setelah kembali."
"Dia tidak akan suka," Bronn memperingatkan.
"Bagus. Semakin lama Cersei menunggu, semakin
marah dia, dan kemarahan membuatnya bodoh. Aku lebih
suka marah dan bodoh daripada tenang dan licik." Tyrion
melemparkan jubahnya yang terlipat ke dalam tandu, dan
Timett membantunya naik menyusul jubah itu.
Alun-alun pasar di dalam Gerbang Para Dewa, yang
pada masa-masa normal dipenuhi para petani yang menjual
sayur-mayur, nyaris kosong saat Tyrion melewatinya. Ser Jacelyn
menemuinya di gerbang dan mengangkat tangan besinya
sebagai salam hormat. "My lord. Sepupu Anda Cleos Frey
tadi kemari, datang dari Riverrun di bawah panji perdamaian
membawa surat dari Robb Stark."
"Syarat-syarat perdamaian?"
"Itulah yang dia katakan."
"Sepupu yang baik. Antarkan aku kepadanya."
Pasukan jubah emas sudah mengamankan Ser Cleos
dalam ruang penjaga tanpa jendela di kubu gerbang. Dia
berdiri ketika mereka masuk. "Tyrion, betapa senangnya aku
melihatmu." 347 "Itu bukan komentar yang sering kudengar, Sepupu."
"Apakah Cersei datang bersamamu?"
"Kakakku sedang sibuk. Ini surat dari Stark?" Dia
memungutnya dari meja. "Ser Jacelyn, silakan meninggalkan
kami." Bywater membungkuk lalu pergi. "Aku diminta
menyampaikan tawaran ini kepada Ratu Pemangku," Ser Cleos
berkata setelah pintu ditutup.
"Akan kusampaikan." Tyrion menatap peta yang
dikirimkan Robb Stark bersama suratnya. "Semua ada
waktunya, Sepupu. Duduklah. Istirahat. Kau tampak kurus
dan pucat." Sebenarnya dia tampak lebih buruk daripada itu.
"Ya." Ser Cleos duduk di bangku. "Keadaan di dataran
sungai sangat buruk, Tyrion. Terutama di sekitar Mata Para
Dewa dan di sepanjang jalan raja. Para lord sungai membakar
hasil panen mereka sendiri dalam upaya membuat kami
kelaparan, dan tim pencari makanan dari pasukan ayahmu
membakar setiap desa yang mereka jarah sekaligus menghabisi
penduduknya." Seperti itulah perang. Rakyat jelata dibantai, sementara
para bangsawan ditawan untuk tebusan. Ingatkan aku untuk
bersyukur kepada para dewa karena dilahirkan sebagai seorang
Lannister. Ser Cleos menyugar rambut cokelatnya yang tipis.
"Bahkan dengan panji perdamaian pun, kami diserang dua
kali. Serigala-serigala berzirah, begitu bernafsu mengganyang
siapa pun yang lebih lemah daripada mereka. Hanya para dewa
yang tahu awalnya mereka berada di pihak siapa, tapi sekarang
jelas di pihak mereka sendiri. Tiga orang gugur, dan dua kali
lipatnya terluka." "Ada kabar apa dari musuh kita?" Tyrion kembali
mengalihkan perhatiannya ke syarat-syarat yang diajukan
Stark.?Bocah itu tidak meminta banyak. Hanya setengah kerajaan,
pembebasan tawanan kami, pedang ayahnya" oh, ya, dan adik-adik
perempuannya. 348 "Bocah itu duduk menunggu di Riverrun," Ser Cleos
berkata. "Aku rasa dia takut menghadapi ayahmu di medan
perang. Kekuatannya berkurang setiap hari. Para lord sungai
telah pergi, masing-masing ingin mempertahankan wilayahnya
sendiri." Inikah yang diinginkan Ayah"?Tyrion menggulung peta
Stark. "Syarat-syarat ini tidak dapat diterima."
"Maukah kau setidaknya setuju untuk menukar gadisgadis Stark dengan Tion dan Willem?" tanya Ser Cleos sedih.
Tion Frey adalah adiknya, Tyrion ingat. "Tidak," sahut
Tyrion lembut, "tapi kami akan mengajukan usul kami sendiri
mengenai pertukaran tawanan. Aku akan membicarakannya
dengan Cersei dan majelis. Kami akan mengirimmu kembali
ke Riverrun membawa syarat-syarat kami."
Jelas sekali rencana itu tidak membuat Ser Cleos gembira.
"My lord, aku tak yakin Robb Stark akan menyerah dengan
mudah. Lady Catelyn-lah yang menginginkan perdamaian,
bukan bocah itu." "Lady Catelyn menginginkan putri-putrinya." Tyrion
menghela tubuh turun dari bangku, membawa surat dan peta
itu. "Ser Jacelyn akan memastikan kau mendapat makanan
dan api untuk menghangatkan tubuh. Kelihatannya kau sangat
butuh tidur, Sepupu. Aku akan memanggilmu jika sudah ada
perkembangan." Tyrion mendapati Ser Jacelyn di dinding pertahanan,
mengawasi beberapa ratus prajurit baru berlatih di lapangan.
Dengan begitu banyaknya rakyat yang mencari perlindungan di
King"s Landing, tidak sulit mencari orang yang mau bergabung
dengan Garda Kota demi perut penuh dan kasur jerami di
barak, tapi Tyrion tak berharap banyak pada kemampuan para
pejuang compang-camping ini jika mereka harus bertempur.
"Keputusanmu tepat untuk memanggilku," Tyrion
berkata. "Akan kutinggalkan Ser Cleos dalam penjagaanmu.
Dia harus dijamu dengan baik."
"Dan para pengawalnya?" sang komandan bertanya.
349 "Beri mereka makanan dan pakaian bersih, lalu cari
seorang maester untuk memeriksa luka-luka mereka. Mereka
tidak boleh menginjakkan kaki di dalam kota, kau mengerti?"
Jangan sampai kondisi King"s Landing yang sesungguhnya
terdengar oleh Robb Stark di Riverrun.
"Sangat paham, my lord."
"Oh, dan satu hal lagi. Para alkemis akan mengirim
sejumlah besar botol tanah liat untuk setiap gerbang kota.
Kau diminta menggunakannya untuk melatih orang-orang
yang nanti akan mengoperasikan pelontar api. Isi botolbotol itu dengan cat hijau lalu perintahkan mereka berlatih
memuat dan menembak. Siapa pun yang menumpahkannya
harus diganti. Saat mereka sudah menguasai botol cat, ganti
dengan minyak lampu lalu perintahkan mereka untuk berlatih
menyalakan botol itu dan menembakkannya selagi terbakar.
Begitu sudah bisa melakukannya tanpa membakar diri sendiri,
mereka mungkin sudah siap untuk api liar."
Ser Jacelyn menggaruk pipi dengan tangan besinya.
"Tindakan yang bijaksana. Walaupun aku tidak menyukai air
seni alkemis itu." "Aku juga, tapi aku memanfaatkan apa yang kumiliki."
Begitu sudah kembali di dalam tandu, Tyrion Lannister
menurunkan tirai-tirai dan meletakkan bantal di bawah
sikunya. Cersei tidak akan senang mengetahui dia sudah
mencegat surat Stark, tapi ayah mereka mengirimnya kemari
untuk memerintah, bukan menyenangkan Cersei.
Menurut Tyrion sepertinya Robb Stark sudah memberi
mereka kesempatan emas. Biar saja bocah itu menunggu di
Riverrun, memimpikan perdamaian yang mudah. Tyrion
akan membalas dengan syarat-syaratnya sendiri, memenuhi
keinginan sang Raja di Utara secukupnya saja, sekadar
membuatnya tetap menyimpan harapan. Biar saja Ser Cleos
menyiksa bokong Frey kurusnya dengan berkuda mondarmandir membawa tawaran dan balasannya. Sementara itu,
sepupu mereka Ser Stafford akan melatih dan mempersenjatai
350 pasukan baru yang dia kumpulkan di Casterly Rock. Begitu
sudah siap, dia dan Lord Tywin bisa menghancurkan Klan
Tully dan Klan Stark bersama-sama.
Seandainya saja adik-adik Robert bisa seakomodatif
itu.?Meskipun kemajuannya sangat lambat, Renly Baratheon
tetap merambat ke utara dan timur dengan pasukan Orang
Selatan yang sangat besar, dan hampir setiap malam Tyrion
dicekam ketakutan akan dibangunkan dengan kabar bahwa
armada Lord Stannis sedang berlayar di Sungai Air Hitam. ?Yah,
sepertinya aku punya persediaan api liar yang berlimpah, tapi tetap
saja"? Suara keributan di jalan mengusik pikiran-pikiran
cemasnya. Tyrion mengintip dengan waspada dari sela
tirai. Mereka tengah melewati Alun-Alun Cobbler, tempat
kerumunan yang cukup besar berkumpul di bawah kanopi
kulit untuk mendengarkan celoteh seorang pengabar. Jubah
wol tak dicelup yang dikencangkan dengan sabuk tali rami
menandainya sebagai salah satu saudara pengemis.
"Korupsi!"?lelaki itu memekik nyaring. "Itu adalah
peringatan! Lihatlah malapetaka sang Bapa!" Dia menunjuk
guratan merah buram di langit. Dari sudut pandang ini, kastel
Bukit Tinggi Aegon di kejauhan berada tepat di belakang lelaki
itu, dengan komet yang menggantung bagai pertanda di atas
menara-menaranya. Pilihan panggung yang cerdas, renung Tyrion.
"Kita sudah menjadi bengkak, kembung, busuk. Saudara lelaki
bergaul dengan saudara perempuan di ranjang para raja, dan
buah dari hubungan inses mereka melonjak-lonjak di istananya
mengikuti iringan musik dari iblis kera kecil yang aneh.
Perempuan-perempuan bangsawan berzina dengan pelawak
dan melahirkan monster. Bahkan sang Septon Agung telah
melupakan para dewa! Dia berendam air wangi dan bertambah
gemuk dari hidangan burung lark dan ikan lamprey sementara
jemaatnya kelaparan! Kebanggaan mengalahkan doa, belatungbelatung menguasai kastel kita, dan emas di mana-mana" tapi
tidak lagi!?Musim Panas Bejat akan berakhir, dan Raja Pezina
351 sudah dihinakan! Ketika babi hutan membelahnya, bau busuk
yang sangat tajam membubung ke langit dan seribu ular melata
dari perutnya, mendesis dan menggigit!" Dia menudingkan
jari kurusnya ke belakang, pada komet dan kastel. "Pertanda
telah datang! Para dewa berseru, bersihkan diri kalian sebelum
kalian dibersihkan! Berendamlah dalam anggur kebajikan,
atau kalian akan berendam dalam api!?Api!"
"Api!"?suara-suara lain menyahut, tapi teriakan
mencemooh nyaris menenggelamkan semuanya. Tyrion
menjadikannya sebagai pelipur lara. Dia memberi perintah
untuk melanjutkan perjalanan, dan tandu itu berayun seperti
kapal di laut yang ganas selagi para Manusia Hangus membuka
jalan.?Iblis kera kecil yang aneh, tak salah lagi.?Tapi bedebah itu jelas
ada benarnya tentang Septon Agung. Apa kata si Bocah Bulan
tentang lelaki itu kapan hari"?Orang saleh yang memuja Tujuh
Wajah dengan begitu tekun sehingga dia bersantap untuk masingmasing dari mereka setiap kali dia duduk di meja makan.?Ingatan
tentang lelucon si pelawak membuat Tyrion tersenyum.
Dia lega dapat kembali ke Benteng Merah tanpa insiden
lebih jauh. Selagi menaiki tangga ke ruangannya, Tyrion
merasa jauh lebih optimistis daripada yang dirasakannya saat
fajar. Waktu, hanya itu yang benar-benar kubutuhkan, waktu untuk
menyatukan semuanya. Begitu rantai sudah selesai" Dia membuka
pintu ruang kerjanya. Cersei berpaling dari jendela, roknya berputar pada
pinggul nan ramping. "Berani-beraninya kau mengabaikan
panggilanku!" "Siapa yang mengizinkanmu masuk ke menaraku?"
"Menaramu" Ini kastel kerajaan putraku."
"Itulah yang mereka katakan padaku." Tyrion tidak
senang. Crawn pasti lebih tidak senang lagi; Saudara Bulan-nya
yang bertugas jaga hari ini. "Kebetulan aku memang hendak
menemuimu." "Benarkah?" Tyrion mengayunkan pintu hingga tertutup di
352 belakangnya. "Kau meragukanku?"
"Selalu, dan dengan alasan yang bagus."
"Aku terluka." Tyrion terkedek-kedek ke bufet untuk
mengambil secawan anggur. Dia tidak tahu cara yang lebih
baik untuk memancing rasa haus daripada berbicara dengan
Cersei. "Kalau aku sudah membuatmu tersinggung, aku ingin
tahu apa alasannya."
"Kau benar-benar cacing kecil menjijikkan. Myrcella
putriku satu-satunya. Apa kau benar-benar mengira aku akan
membiarkanmu menjualnya seperti sekarung gandum?"
Myrcella, pikir Tyrion.?Yah, telur itu sudah menetas.
Kita lihat saja apa warna si anak ayam. "Sama sekali bukan
sekarung gandum. Myrcella putri raja. Sebagian orang akan
mengatakan ini memang jalan hidupnya. Atau kau berencana


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menikahkannya dengan Tommen?"
Tangan Cersei menepis, menjatuhkan cawan anggur
dari genggaman Tyrion dan membuat isinya berhamburan
di lantai. "Adik atau bukan, seharusnya aku memberimu
hukuman potong lidah karena omongan itu.?Aku pemangku
Joffrey, bukan kau, dan aku memutuskan bahwa Myrcella
takkan dikirim kepada lelaki Dorne ini seperti aku dikirimkan
untuk Robert Baratheon."
Tyrion mengguncangkan tetesan anggur dari jemarinya
dan mendesah. "Kenapa tidak" Dia jauh lebih aman di Dorne
daripada di sini." "Apa kau benar-benar dungu atau hanya jahat" Kau
sama tahunya denganku bahwa Klan Martell tak punya alasan
untuk mencintai kita."
"Klan Martell sangat berhak untuk membenci kita.
Meski demikian, aku berharap mereka akan setuju. Kebencian
Pangeran Doran terhadap Klan Lannister hanya berumur satu
generasi, tapi bangsa Dorne sudah berperang melawan Storm"s
End dan Highgarden selama seribu tahun, sementara Renly
menganggap remeh kesetiaan Dorne. Myrcella sembilan tahun,
Trystane Martell sebelas. Aku mengusulkan agar mereka
353 menikah saat Myrcella berusia empat belas tahun. Sampai
saat itu tiba, dia akan menjadi tamu kehormatan di Sunspear,
dalam perlindungan Pangeran Doran."
"Tawanan," tukas Cersei dengan mulut terkatup rapat.
"Tamu kehormatan," Tyrion berkeras, "dan aku
menduga Martell akan memperlakukan Myrcella dengan lebih
baik dibandingkan perlakuan Joffrey terhadap Sansa Stark.
Aku terpikir untuk mengirim Ser Arys Oakheart bersama
Myrcella. Dengan kesatria dari pasukan Pengawal Raja sebagai
pengawal setianya, tidak akan ada yang lupa siapa Myrcella atau
apa kedudukannya." "Ser Arys tidak banyak berguna untuknya jika Doran
Martell memutuskan bahwa kematian putriku akan membalas
kematian adiknya." "Martell terlalu terhormat untuk membunuh gadis
sembilan tahun, terutama yang semanis dan selugu Myrcella.
Selama masih memiliki Myrcella, dia bisa merasa yakin bahwa
kita akan tetap menjaga kesetiaan, dan syarat-syaratnya terlalu
menarik untuk ditolak. Myrcella hanya bagian terkecil. Aku
juga menawarkan pembunuh adiknya, kursi majelis, beberapa
kastel di Perbatasan?"?
"Terlalu banyak." Cersei berjalan mondar-mandir
menjauhinya, gelisah seperti singa betina, rok berayun-ayun.
"Kau menawarkan terlalu banyak, dan tanpa meminta izin
atau persetujuanku."
"Kita sedang membicarakan Pangeran Dorne. Kalau
kutawarkan kurang dari itu, kemungkinan dia akan meludahi
wajahku." "Terlalu banyak!"?Cersei bersikeras, berputar kembali.
"Apa yang akan kautawarkan padanya" Lubang di antara
kakimu itu?" sergah Tyrion, kemarahannya sendiri memuncak.
Kali ini dia melihat kedatangan tamparan itu. Kepalanya
tersentak keras disertai bunyi krak.?"Kakak yang sangat sangat
manis," dia berkata, "aku bersumpah, itu terakhir kalinya kau
bisa memukulku." 354 Kakaknya tertawa. "Jangan mengancamku, orang kecil.
Kaupikir surat Ayah bisa melindungimu" Selembar kertas.
Eddard Stark juga punya selembar kertas, dan ternyata itu
tidak bisa menyelamatkannya."
Eddard Stark tidak punya Garda Kota, pikir Tyrion, maupun
gerombolan suku liar, maupun prajurit bayaran yang disewa Bronn.
Aku punya.?Atau begitulah yang diharapkannya. Memercayai
Varys, memercayai Ser Jacelyn Bywater, memercayai Bronn.
Lord Stark barangkali juga mengkhayalkan hal yang sama.
Tetapi dia diam saja. Orang bijak tidak menuangkan
api liar ke tungku. Sebagai gantinya dia menuangkan secawan
anggur baru. "Menurutmu seberapa aman Myrcella jika King"s
Landing jatuh" Renly dan Stannis akan memancang kepalanya
di samping kepalamu."
Dan Cersei mulai menangis.
Tyrion Lannister tak mungkin lebih tercengang lagi
seandainya Aegon sang Penakluk sendiri menerobos masuk ke
ruangan, menunggangi naga dan melempar-lempar pai lemon.
Dia tidak pernah melihat kakaknya menangis sejak di Casterly
Rock ketika mereka masih anak-anak. Dengan canggung,
dia maju satu langkah ke arahnya. Ketika kakak perempuan
kita menangis, kita seharusnya menghiburnya" tapi ini
Cersei!?Tyrion mengulurkan tangan dengan ragu-ragu ke bahu
sang kakak. "Jangan sentuh aku," cetus Cersei sambil buru-buru
menjauh. Seharusnya itu tidak menyakitkan, tapi ternyata
sebaliknya, melebihi tamparan mana pun. Dengan wajah
merah, murka sekaligus berduka, Cersei menarik napas dengan
susah payah. "Jangan melihatku, jangan" jangan seperti ini"
jangan kau." Dengan sopan, Tyrion membalikkan badan. "Aku tidak
bermaksud menakutimu. Aku berjanji, takkan ada yang terjadi
pada Myrcella." "Pembohong," sergah Cersei di belakangnya. "Aku
bukan anak kecil yang bisa dihibur dengan janji-janji kosong.
355 Kau juga bilang kau akan membebaskan Jaime. Nah, di mana
dia?" "Di Riverrun, kuduga. Aman dan dijaga, sampai aku
menemukan cara untuk membebaskannya."
Cersei menyedot ingus. "Seharusnya aku lahir sebagai
laki-laki. Dengan begitu aku tidak membutuhkan kalian. Semua
ini tidak akan mungkin terjadi. Bisa-bisanya Jaime membiarkan
dirinya ditangkap bocah itu" Dan Ayah, aku memercayainya,
betapa bodoh diriku, tapi di mana dia sekarang saat sedang
dibutuhkan" Apa yang dia lakukan?"
"Berperang." "Dari balik tembok Harrenhal?" cemoohnya.
"Cara bertempur yang menarik. Kelihatannya lebih mirip
bersembunyi." "Coba lihat lagi."
"Bagaimana lagi kau menyebutnya" Ayah menduduki
satu kastel, Robb Stark menduduki kastel satunya, dan tidak
ada yang melakukan apa pun."
"Ada yang namanya duduk dan ada yang namanya
duduk," Tyrion menjelaskan. "Masing-masing menunggu
pihak satunya bergerak, tapi sang singa bergeming, tenang,
ekornya berkedut, sementara si anak rusa terpaku ketakutan,
isi perutnya bagai melembek. Tak peduli ke mana pun dia
menuju, sang singa akan menerkamnya, dan dia tahu itu."
"Dan kau benar-benar yakin Ayah adalah singa itu?"
Tyrion menyeringai. "Terpampang di semua panji kita."
Cersei mengabaikan lelucon itu. "Seandainya Ayah yang
ditawan, Jaime tidak mungkin hanya duduk diam, percayalah."
Jaime akan menghancurkan pasukannya menjadi kepingan
berdarah saat berusaha menembus dinding Riverrun, dan merusak
kesempatan mereka. Dia tidak pernah punya kesabaran, sama
sepertimu, kakak yang manis. "Tidak semua dari kita bisa
seberani Jaime, tapi ada cara-cara lain untuk memenangi
perang. Harrenhal kuat dan lokasinya sangat bagus."
356 "Sedangkan King"s Landing tidak, seperti yang diketahui
dengan baik oleh kita berdua. Sementara Ayah bermain singa
lawan anak rusa dengan bocah Stark, Renly berderap menyusuri
jalan mawar. Dia bisa tiba di gerbang kita sewaktu-waktu!"
"Kota ini tidak akan jatuh dalam sehari. Dari Harrenhal
dapat ditempuh dengan cepat dan dalam jalur lurus
menyusuri jalan raja. Renly tidak akan sempat mempersiapkan
pengepungannya sebelum Ayah menyerang dari belakang.
Pasukan Ayah akan menjadi palu, dinding kota menjadi
paronnya. Gambaran yang sangat indah."
Mata hijau Cersei menatapnya dengan tajam, waspada,
namun mendambakan keyakinan yang ditanamkan Tyrion.
"Dan kalau Robb Stark maju?"
"Harrenhal cukup dekat dengan arungan sungai Trident
sehingga Roose Bolton tidak dapat membawa pasukan utaranya
yang berjalan kaki untuk menyeberang dan bergabung dengan
pasukan berkuda Serigala Muda. Stark tak dapat menyerang
King"s Landing tanpa melumpuhkan Harrenhal lebih dulu,
dan bahkan bersama Bolton dia tidak cukup kuat untuk
melakukannya." Tyrion berusaha menyunggingkan senyum
kemenangan paling cemerlang. "Saat ini Ayah hidup dari
kekayaan alam dataran sungai, sementara paman kita Stafford
mengumpulkan pasukan baru di Rock."
Cersei menatapnya curiga. "Dari mana kau bisa tahu
semua ini" Apa Ayah memberitahu taktiknya ketika dia
mengirimmu kemari?" "Tidak. Aku membaca peta."
Ekspresi Cersei berubah kecewa. "Kau menyusun setiap
kata tentang hal ini dalam kepalamu yang mengerikan itu,
bukan, Setan Kecil?"
Tyrion berdecak. "Kakak yang manis, aku tanya
padamu, kalau kita tidak menang, mungkinkah pasukan
Stark mengajukan perdamaian?" Dia mengeluarkan surat
yang dibawa Ser Cleos Frey. "Serigala Muda mengirimkan
syarat-syarat perdamaian, lihatlah. Syarat-syarat yang tak dapat
357 diterima, tentu saja, tapi tetap sebuah permulaan. Apa kau
bersedia melihatnya?"
"Ya." Secepat kilat, Cersei kembali bersikap seperti ratu.
"Bagaimana kau bisa mendapatkannya" Seharusnya surat ini
langsung diserahkan kepadaku."
"Apa lagi gunanya Tangan Kanan, kalau bukan untuk
menyerahkan berbagai hal kepadamu?" Tyrion menyerahkan
surat itu. Pipinya masih berdenyut di tempat tangan Cersei
meninggalkan bekas.?Silakan saja dia menguliti separuh
wajahku, itu akan menjadi harga yang murah untuk mendapatkan
persetujuannya atas pernikahan Dorne.?Tyrion punya firasat dia
akan mendapatkan persetujuan itu sekarang.
Ditambah pengetahuan khusus seorang informan" yah,
itu hadiah tambahan untuknya.
j 358 BRAN D ancer diselubungi kain wol seputih salju berhias serigala
kelabu Klan Stark, sementara Bran mengenakan celana
abu-abu dan doublet putih, lengan dan kerahnya berpinggiran
bulu tupai. Di dadanya tersemat bros kepala serigala dari perak
dan batu jet mengilap. Dia lebih suka membawa Summer
daripada menyematkan serigala perak di dadanya, tapi Ser
Rodrik tidak dapat digoyahkan.
Undakan batu rendah itu hanya menghentikan Dancer
sesaat. Ketika Bran mendesaknya maju, Dancer menapaki
undakan itu dengan mudah. Di luar pintu-pintu lebar dari
ek-dan-besi, delapan barisan panjang meja kayu memenuhi
Aula Besar Winterfell, empat meja di setiap sisi lorong tengah.
Para lelaki duduk berdesakan pada bangku-bangku. "Stark!
mereka berseru selagi Bran berderap lewat, sambil berdiri.
"Winterfell!?Winterfell!
Bran sudah cukup besar untuk tahu bahwa mereka
bukan benar-benar bersorak untuknya"tapi untuk panenan,
untuk Robb dan kemenangan-kemenangannya, untuk
ayahnya, kakeknya, dan semua Stark yang sudah berkuasa
359 sejak delapan ribu tahun silam. Tetap saja, itu membuatnya
membusung bangga. Selama waktu yang dibutuhkannya untuk
melintasi aula, dia lupa bahwa dia cacat. Namun ketika dia
tiba di mimbar, dengan semua mata tertuju kepadanya, Osha
dan Hodor melepaskan tali-tali pengikat dan gesper-gespernya,
mengangkatnya dari punggung Dancer, lalu membawanya ke
kursi tinggi milik para pendahulunya.
Ser Rodrik duduk di sebelah kiri Bran, putrinya Beth
di sampingnya. Rickon di sebelah kanan, rambut tebalnya
yang kusut dan berwarna cokelat kemerahan tumbuh begitu
panjang sampai menyentuh mantel cerpelai yang dia kenakan.
Dia melarang siapa pun memotongnya sejak ibu mereka pergi.
Gadis terakhir yang mencoba melakukannya diganjar gigitan.
"Aku juga ingin berkuda," katanya selagi Hodor menuntun
Dancer pergi. "Aku lebih pandai berkuda daripada dia."
"Itu tidak benar, jadi diamlah," Bran memerintah
adiknya. Ser Rodrik berteriak meminta semua tenang. Bran
mengeraskan suara. Dia menyampaikan selamat datang kepada
mereka atas nama kakaknya, Raja di Utara, dan meminta
mereka untuk bersyukur kepada para dewa lama dan baru untuk
kemenangan Robb serta melimpahnya hasil panen. "Semoga
akan ada seratus panen lagi," pungkasnya, mengangkat piala
minum ayahnya yang terbuat dari perak.
"Seratus lagi!"?Mok timah campuran, cangkir tanah liat,
dan tanduk minum bergelang besi saling beradu. Anggur Bran
dipermanis dengan madu serta diwangikan dengan kayu manis
dan cengkih, tapi lebih kuat daripada yang biasa diminumnya.
Dia dapat merasakan jari-jari panas nan panjang menggeliat
mengaliri dadanya selagi dia meneguk. Saat dia meletakkan
piala itu, kepalanya bagai berputar.
360 "Bagus sekali, Bran," Ser Rodrik berkata. "Lord Eddard
pasti akan sangat bangga." Di ujung meja Maester Luwin
menganggukan persetujuan sewaktu para pelayan mulai
membawa masuk makanan. Jenis makanan yang belum pernah dilihat Bran;
hidangan demi hidangan, begitu banyak sampai-sampai dia
tak mampu menghabiskan lebih dari satu atau dua suap untuk
setiap hidangan. Ada potongan-potongan besar daging urus
yang dipanggang dengan bawang perai, pai daging rusa yang
padat dengan wortel, daging babi asap, dan jamur, daging
domba cincang bersaus madu dan cengkih, bebek gurih, babi
hutan bumbu merica, angsa, sate burung dara dan ayam kebiri,
semur daging sapi dan jelai, sup buah dingin. Lord Wyman
membawakan dua puluh tong produk laut dari White Harbor
yang dikemas dalam garam dan rumput laut; ikan daging putih
dan siput laut, kepiting dan remis, kijing, ikan haring, cod,


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salmon, lobster, dan lamprey. Ada roti hitam dan kue madu
serta biskuit gandum; ada lobak dan kacang polong dan buah
bit; buncis dan labu dan bawang bombai merah besar; ada apel
panggang dan tar beri dan pir yang direbus dalam anggur. Rodaroda keju putih disiapkan di setiap meja, di samping kanan
dan kiri garam, sementara teko-teko anggur rempah yang panas
dan ale musim gugur yang dingin diedarkan ke seluruh meja.
Para musisi Lord Wyman bermain dengan gagah berani
dan sangat baik, namun bunyi harpa, biola, dan seruling
dengan segera tertelan oleh riuhnya obrolan dan tawa,
benturan cangkir dan piring, serta salak anjing-anjing yang
berebut remah-remah makanan. Si penyanyi mendendangkan
lagu-lagu bagus, "Lembing Besi", "Terbakarnya Kapal-Kapal",
serta "Beruang dan Perawan Cantik", tapi sepertinya hanya
361 Hodor yang mendengarkan. Dia berdiri di samping peniup
seruling, melompat dari satu kaki ke kaki lainnya.
Keriuhan itu berkembang menjadi raungan bergemuruh
yang tak berkesudahan, suara-suara yang bercampur aduk
memekakkan. Ser Rodrik berbicara dengan Maester Luwin
di atas kepala Beth yang berambut ikal, sementara Rickon
menjerit-jerit riang kepada bocah-bocah Walder. Bran tidak
menginginkan kedua Frey di meja tinggi, tapi sang maester
mengingatkan bahwa sebentar lagi mereka akan bersaudara.
Robb akan menikah dengan salah satu bibi mereka, dan Arya
dengan salah satu paman mereka. "Dia tidak akan mau,"
cetus Bran, "Arya tidak mungkin mau," tapi Maester Luwin
bergeming, maka mereka duduk di samping Rickon.
Para pelayan laki-laki menyajikan setiap hidangan untuk
Bran lebih dulu, dan dia bisa mengambil porsi penguasa jika
mau. Saat mereka sampai ke hidangan bebek, dia tidak sanggup
makan lagi. Sesudah itu, dia menganggukkan persetujuan
untuk setiap hidangan yang disajikan, dan melambai agar
hidangan tersebut dibawa pergi. Jika hidangannya beraroma
sangat lezat, dia akan mengirimkannya ke salah satu lord
di mimbar, isyarat pertemanan dan kemurahan hati yang
menurut Maester Luwin harus dia lakukan. Dia mengirim
hidangan ikan salmon untuk Lady Hornwood malang yang
berduka, babi hutan untuk keluarga Umber yang berisik, sajian
angsa saus beri untuk Cley Cerwyn, dan lobster berukuran
besar untuk Joseth sang master kuda, yang tidak termasuk lord
maupun tamu, tapi bertanggung jawab atas pelatihan Dancer
dan membuat Bran jadi bisa berkuda. Dia juga mengirim gulagula untuk Hodor dan Nan Tua, tanpa alasan tertentu selain
bahwa dia menyayangi mereka. Ser Rodrik mengingatkan agar
362 Bran mengirimkan sesuatu untuk saudara-saudara asuhnya,
maka dia mengirim buah bit rebus untuk Walder Kecil dan
lobak tumis mentega untuk Walder Besar.
Pada bangku-bangku di bawah, para penghuni Winterfell
berbaur dengan penduduk kota musim dingin, teman-teman
dari kubu-kubu pertahanan terdekat, serta para pengawal
tamu-tamu agung mereka. Sebagian wajah belum pernah
dilihat Bran, sebagian lagi dikenalnya sebaik dia mengenal
orang-orangnya sendiri, namun mereka semua terlihat sama
asingnya bagi anak itu. Dia mengawasi mereka seolah dari
kejauhan, seakan-akan dia masih duduk di jendela kamarnya,
mengamati halaman di bawah sana, melihat segalanya namun
bukan bagian dari apa pun.
Osha mondar-mandir di antara meja-meja, menuangkan
ale. Salah satu orang Leobald Tallhart menyelipkan tangan ke
balik rok Osha dan dia memecahkan teko ke kepala lelaki itu,
disambut raungan tawa. Tetapi Mikken menyusupkan tangan
ke korset perempuan lain, dan perempuan itu sepertinya tidak
keberatan. Bran mengawasi Farlen membuat anjing berbulu
merahnya memohon agar diberi tulang, dan tersenyum kepada
Nan Tua yang memunguti kulit garing pai panas dengan jarijari keriput. Di mimbar, Lord Wyman menyerbu sepiring
ikan lamprey mengepul seakan-akan mereka pasukan musuh.
Dia begitu gemuk sampai-sampai Ser Rodrik memerintahkan
agar kursi khusus yang lebar dibuat untuk tempat duduknya,
tapi dia tertawa dengan lantang dan sering, dan Bran merasa
dia menyukai lelaki itu. Lady Hornwood yang malang duduk
di samping Lord Wyman, wajahnya bagaikan topeng batu
saat dia menusuk-nusuk makanannya tanpa selera. Di ujung
yang berlawanan dari meja tinggi, Hothen dan Mors bermain
363 permainan minum, menghantamkan tanduk-tanduk minum
mereka sekeras para kesatria yang berduel dari punggung kuda.
Di sini terlalu panas, dan terlalu berisik, dan mereka semua
mulai mabuk.?Bran merasa gatal di balik pakaian wol abu-abu
dan putih yang dikenakannya, dan tiba-tiba saja dia berharap
bisa berada di mana pun selain di sini.?Saat ini di hutan sakral
pasti sejuk. Uap mengepul dari kolam-kolam panas, dan dedaunan
merah pohon weirwood berdesir. Baunya lebih harum daripada
di sini, dan sebentar lagi bulan akan terbit dan saudaraku akan
bernyanyi menyambutnya. "Bran?" Ser Rodrik memanggil. "Kau tidak makan."
Mimpi terjaganya begitu hidup, untuk sesaat Bran tidak
tahu di mana dia berada. "Nanti saja aku makan lagi," dia
berkata. "Perutku penuh sampai mau meledak."
Kumis putih sang kesatria tua kini merah muda terkena
anggur. "Kau sudah berlaku dengan sangat baik, Bran. Di sini,
dan saat audiensi. Kau akan menjadi penguasa yang sangat
hebat suatu hari nanti, menurutku."
Aku ingin menjadi kesatria.?Bran meneguk lagi anggur
madu berempah dari piala minum ayahnya, bersyukur ada
sesuatu yang bisa dia pegang. Gambar kepala direwolf menggeram
yang tampak hidup diukir timbul di sisi cawan. Dia merasakan
moncong perak itu menekan telapak tangannya, dan teringat
kali terakhir dia melihat ayahnya minum dari piala ini.
Saat itu malam pesta penyambutan, ketika Raja Robert
membawa seisi istananya ke Winterfell. Ketika itu musim
panas masih merajai. Orangtua Bran berbagi panggung dengan
Robert dan ratunya, didampingi kedua saudara lelaki sang ratu.
Paman Benjen juga hadir, berpakaian hitam-hitam. Bran dan
saudara-saudaranya duduk bersama anak-anak Raja, Joffrey,
364 Tommen, dan Putri Myrcella, yang menghabiskan sepanjang
waktu makan menatap Robb dengan pandangan memuja.
Arya menjulurkan lidah ke seberang meja ketika tidak ada yang
melihat; Sansa mendengarkan dengan tekun selagi pemain
harpa sang raja menyanyikan lagu-lagu kepahlawanan, dan
Rickon terus-menerus bertanya mengapa Jon tidak bersama
mereka. "Karena dia anak haram," Bran akhirnya terpaksa
membisikkan jawaban. Dan sekarang mereka semua menghilang.?Rasanya seakanakan ada dewa kejam yang mengulurkan tangan raksasa dan
menyingkirkan mereka semua, gadis-gadis ke tempat mereka
ditawan, Jon ke Tembok Besar, Robb dan Ibu ke medan
perang, Raja Robert dan Ayah ke kubur mereka, barangkali
Paman Benjen juga" Bahkan di bangku-bangku sana, banyak orang baru
yang bersantap di meja. Jory sudah mati, juga Tom Gendut,
dan Porther, Alyn, Desmond, Hullen yang merupakan master
kuda, Harwin putranya" semua orang yang pergi ke selatan
bersama ayahnya, bahkan Septa Mordane dan Vayon Poole.
Sisanya pergi berperang bersama Robb, dan mungkin sudah
mati juga tanpa sepengetahuan Bran. Dia cukup suka pada
Hayhead, Poxy Tym, Skittrick, dan orang-orang baru yang lain,
tapi dia merindukan teman-teman lamanya.
Dia mengedarkan pandang ke bangku-bangku,
mengamati wajah-wajah yang gembira maupun sedih, dan
bertanya-tanya siapa yang akan menghilang tahun depan dan
tahun depannya lagi. Dia bisa saja menangis saat itu, tapi tidak
mungkin. Dia adalah sang Stark di Winterfell, putra ayahnya
serta penerus kakaknya, dan hampir menjadi lelaki dewasa. Di
ujung aula, pintu-pintu terbuka dan embusan udara dingin
365 membuat deretan obor sesaat menyala lebih terang. Perut
Ale mengantarkan dua tamu baru memasuki pesta. "Lady
Meera dari Klan Reed," penjaga bertubuh bulat itu berteriak
mengalahkan keramaian. "Bersama adiknya, Jojen, dari
Greywater Watch." Orang-orang menengadah dari cawan dan piring kayu
mereka untuk mengamati kedua pendatang baru itu. Bran
mendengar Walder Kecil bergumam, "Pemakan Katak,"
kepada Walder Besar di sampingnya. Ser Rodrik bangkit
berdiri. "Selamat datang, teman-teman, mari menikmati hasil
panen ini bersama kami." Para pelayan bergegas menambahkan
tempat di panggung, mengambil meja-meja dan kursi-kursi.
"Siapa mereka?" Rickon bertanya.
"Manusia lumpur," jawab Walder Kecil menghina.
"Mereka pencuri dan pengecut, gigi mereka hijau karena
makan katak." Maester Luwin membungkuk di samping kursi Bran
untuk membisikkan nasihat di telinganya. "Kau harus
menyambut tamu-tamu ini dengan hangat. Aku tidak mengira
akan melihat mereka di sini, tapi" kau tahu siapa mereka?"
Bran mengangguk. "Orang rawa. Dari Neck."
"Howland Reed adalah teman akrab ayahmu," Ser Rodrik
memberitahu. "Mereka berdua anak-anaknya, sepertinya."
Selagi kedua pendatang baru itu menyeberangi aula,
Bran menyadari bahwa salah satunya memang perempuan,
walaupun dia tidak akan mengira jika melihat pakaiannya.
Gadis itu mengenakan celana dari kulit biri-biri yang sudah
halus karena sering digunakan, serta rompi tanpa lengan
berlapis zirah sisik dari perunggu. Meskipun mendekati usia
Robb, gadis itu seramping anak lelaki, dengan rambut cokelat
366 panjang yang diikat di belakang kepala dan hanya gundukan
kecil payudara. Jaring tenun menggantung dari satu pinggul
ramping, pisau perunggu panjang dari pinggul satunya; di
bawah lengan dia mengepit helm besar tua dari besi yang
bebercak karat; tombak katak dan perisai kulit bundar terikat
di punggungnya. Adik lelakinya beberapa tahun lebih muda
dan tidak membawa senjata. Dia berpakaian hijau-hijau,
bahkan sampai ke kulit sepatu botnya, dan ketika dia semakin
dekat Bran melihat matanya sewarna lumut, walaupun giginya
tampak seputih gigi semua orang lain. Kedua Reed bertubuh
kurus, seramping pedang, dan hanya sedikit lebih tinggi
dibandingkan Bran. Mereka berlutut pada satu kaki di depan
panggung. "Tuan-tuan Stark," si gadis berkata. "Tahun-tahun telah
berlalu dalam hitungan ratusan dan ribuan sejak bangsaku
pertama kali bersumpah setia kepada Raja di Utara. Ayahku
mengirim kami kemari untuk mengulangi sumpah tersebut,
mewakili seluruh rakyat kami."
Gadis itu menatapku, Bran tersadar. Dia harus
memberikan jawaban. "Kakakku Robb sedang berperang di
selatan," dia berkata, "tapi kalian bisa mengucapkan sumpah
kalian kepadaku, bila berkenan."
"Kepada Winterfell kami mengikrarkan kesetiaan
Greywater," mereka mengucapkan bersama-sama. "Rumah,
hati, dan hasil panen kami serahkan kepadamu, my lord. Pedang,
tombak, dan panah kami adalah milikmu untuk diperintah.
Bermurah hatilah pada mereka yang lemah, bantu mereka
yang tak berdaya, dan tegakkan keadilan bagi semuanya, maka
kami tidak akan pernah mengecewakanmu."
"Aku bersumpah demi tanah dan air," kata bocah
367 berpakaian hijau. "Aku bersumpah demi perunggu dan besi," kakaknya
menimpali. "Kami bersumpah demi
menyelesaikannya bersama-sama.
es dan api," mereka Bran berjuang mencari kata-kata. Apakah dia harus
membalas sumpah mereka" Ikrar mereka belum pernah
diajarkan kepadanya. "Semoga musim dingin kalian pendek
dan musim panas kalian berlimpah," dia berkata. Biasanya
itu ucapan yang bagus untuk disampaikan. "Bangunlah. Aku
Brandon Stark." Si gadis, Meera, bangkit dan membantu adiknya berdiri.
Selama itu adiknya terus menatap Bran. "Kami membawakan
hadiah ikan, katak, dan unggas," dia berkata.
"Aku berterima kasih pada kalian." Bran bertanya-tanya
apakah dia nanti harus memakan katak demi kesopanan. "Aku
menawarkan makanan dan minuman Winterfell pada kalian."
Dia berusaha mengingat semua yang diajarkan kepadanya
tentang orang rawa, yang mendiami wilayah tanah berlumpur
di Neck dan jarang meninggalkan lahan basah mereka.
Mereka bangsa yang miskin, nelayan dan pemburu katak yang
hidup dalam rumah-rumah dari rumbia dan anyaman ilalang
di pulau-pulau mengambang yang tersembunyi di pedalaman
rawa. Kabarnya mereka adalah bangsa pengecut yang bertarung
dengan senjata beracun dan memilih bersembunyi dari musuh
ketimbang menghadapinya di medan perang. Namun Howland
Reed merupakan salah satu pendamping ayahnya yang paling
setia selama perang perebutan takhta Raja Robert, sebelum
Bran lahir. Bocah itu, Jojen, mengedarkan pandangan ingin tahu
368 ke seluruh aula selagi menempati kursinya. "Di mana direwolfdirewolf itu?"
"Di hutan sakral," Rickon menjawab. "Shaggy nakal."
"Adikku ingin melihat mereka," si gadis berkata.
Walder Kecil berbicara lantang. "Dia sebaiknya berharap
binatang-binatang itu tidak melihatnya, atau dia bakal digigit."
"Mereka tidak akan menggigit kalau ada aku." Bran
senang mereka ingin melihat serigala-serigala itu. "Setidaknya
Summer takkan menggigit, dan dia akan menjauhkan
Shaggydog." Dia penasaran pada manusia-manusia lumpur
ini. Seingatnya, dia belum pernah melihat satu pun. Ayahnya
mengirim banyak surat kepada Lord Greywater selama
bertahun-tahun, tapi tak satu pun orang lumpur yang pernah
datang ke Winterfell. Dia ingin sekali mengobrol lebih banyak
dengan mereka, tapi Aula Besar begitu berisik sehingga sulit
mendengar siapa pun yang tidak berada di sampingnya.
Ser Rodrik berada tepat di samping Bran. "Apa mereka
benar-benar makan katak?" dia bertanya kepada kepada sang
kesatria tua.

Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aye," Ser Rodrik menjawab. "Katak, ikan, dan kadalsinga, juga segala jenis burung."
Barangkali mereka tidak punya domba dan sapi, pikir Bran.
Dia memerintahkan para pelayan menyajikan domba cincang
dan daging urus kepada mereka, serta mengisi piring kayu
mereka dengan semur daging dan jelai. Mereka sepertinya
cukup menyukai hidangan itu. Si gadis memergoki Bran
menatapnya dan tersenyum. Bran merona dan memalingkan
wajah. Lama sesudahnya, setelah semua hidangan manis
disajikan dan dibilas dengan bergalon-galon anggur musim
369 panas, makanan pun dibersihkan dan meja-meja didorong
merapat ke dinding untuk menyediakan tempat menari.
Musik semakin liar, para pemain drum bergabung, dan
Hother Umber mengeluarkan sangkakala perang melengkung
berukuran besar yang diikat ban perak. Ketika si penyanyi
sampai di bagian "Malam yang Berakhir", mengisahkan tentang
Garda Malam yang berderap maju menghadapi Makhluk Lain
dalam Pertempuran Fajar, dia meniupkan nada lantang yang
membuat semua anjing menyalak.
Dua orang Glover mulai memainkan alat musik bladder
dan harpa kayu. Mors Umber yang pertama-tama berdiri.
Dia menyambar lengan gadis pelayan yang tengah melintas,
menjatuhkan teko anggur dari tangannya hingga pecah di
lantai. Di antara tebaran ilalang, tulang-tulang, dan remahremah roti yang berserakan di lantai batu, dia mengangkat gadis
itu, memutarnya, dan melemparnya ke udara. Si gadis tertawa
nyaring dan tersipu saat roknya berputar dan tersingkap.
Yang lain dengan segera ikut bergabung. Hodor menari
sendirian, sementara Lord Wyman meminta Beth Cassel cilik
untuk mendampinginya. Meskipun bertubuh besar, Lord
Wyman menari dengan anggun. Saat dia kelelahan, Cley
Cerwyn menari dengan Beth menggantikannya. Ser Rodrik
menghampiri Lady Hornwood, tapi dia menolak dan mohon
diri dari aula. Bran menonton cukup lama demi kesopanan,
lalu meminta agar Hodor dipanggil. Dia letih dan kepanasan,
bersemangat gara-gara minum anggur, dan tarian mereka
membuatnya sedih. Itu satu hal lagi yang takkan pernah bisa
dia lakukan. "Aku ingin pergi."
"Hodor," Hodor balas berseru, lalu berlutut. Maester
Luwin dan Hayhead mengangkatnya ke dalam keranjang.
370 Penghuni Winterfell sudah ratusan kali melihat pemandangan
ini, tapi tak diragukan lagi pasti tampak aneh bagi para
tamu, sebagian di antaranya melupakan sopan santun karena
penasaran. Bran merasakan tatapan mereka.
Mereka keluar dari pintu belakang alih-alih melintasi
aula, Bran menundukkan kepala sewaktu mereka melewati
pintu sang lord. Dalam serambi remang-remang di luar Aula
Besar, mereka melihat Joseth sang master kuda sedang sibuk
dengan jenis tungganggan yang berbeda. Dia menekan seorang
perempuan yang tidak dikenal Bran ke dinding, roknya
terangkat ke pinggang. Perempuan itu cekikikan sampai Hodor
berhenti untuk menonton. Lalu perempuan itu menjerit.
"Jangan ganggu mereka, Hodor," Bran terpaksa menegurnya.
"Bawa aku ke kamar."
Hodor menggendong Bran menaiki tangga yang
melingkar ke menaranya lalu berlutut di samping salah
satu palang besi yang dipasang Mikken di dinding. Bran
menggunakan palang-palang itu untuk memindahkan
tubuhnya ke tempat tidur, dan Hodor melepaskan sepatu bot
serta celananya. "Kau boleh kembali ke pesta sekarang, tapi
jangan ganggu Joseth dan perempuan itu," Bran berkata.
"Hodor," Hodor menyahut sambil mengangguk-angguk.
Ketika Bran meniup lilin di samping tempat tidur,
kegelapan melingkupi bagaikan selimut lembut yang familier.
Suara musik samar-samar mengalun menerobos jendela yang
tertutup. Dia tiba-tiba ingat sesuatu yang dikatakan ayahnya
waktu dia masih kecil. Ketika itu dia bertanya kepada Lord
Eddard apakah Pengawal Raja benar-benar kumpulan kesatria
terbaik di Tujuh Kerajaan. "Tidak lagi," sang ayah menjawab,
371 "tapi dulu mereka sungguh mengagumkan, teladan bagi seisi
dunia." "Apakah ada kesatria yang paling hebat di antara mereka
semua?" "Kesatria terhebat yang pernah kukenal adalah Ser
Arthur Dayne. Dia bertarung dengan pedang bernama Dawn"
dini hari. Mereka menjulukinya Pedang Fajar, dan dia pasti
sudah membunuhku jika bukan karena Howland Reed." Ayah
menjadi sedih, dan dia tidak mau melanjutkan ceritanya. Bran
berharap dia sempat menanyakan maksud ayahnya.
Dia tertidur dengan pikiran dipenuhi para kesatria
berzirah mengilap, bertarung dengan pedang yang bersinar
bagai bintang terang, tapi ketika mimpi itu datang, dia kembali
berada di hutan sakral. Aroma dari dapur dan Aula Besar begitu
tajam, rasanya seakan-akan dia tak pernah meninggalkan pesta.
Dia mengendap-endap di bawah pepohonan, saudaranya dekat
di belakangnya. Malam ini begitu hidup, penuh lolongan
kawanan manusia yang sedang bermain. Suara-suara itu
membuatnya gelisah. Dia ingin berlari, berburu, dia ingin"
Bunyi derak besi membuat telinganya tegak. Saudaranya
juga mendengar. Mereka berlari menerobos semak-semak ke
arah bunyi tersebut. Di seberang air tenang di kaki pohon
putih tua, dia mencium bau makhluk asing, aroma manusia
yang bercampur dengan aroma kulit binatang, tanah, dan besi.
Para penyusup itu sudah bergerak beberapa meter memasuki
hutan ketika dia mengadang mereka; makhluk betina dan
makhluk jantan muda, tanpa tanda-tanda ketakutan terhadap
mereka, bahkan ketika dia memamerkan gigi putihnya.
Saudaranya menggeram dengan suara berat, namun mereka
tetap bergeming. 372 "Mereka datang," si betina berkata.?Meera, sebagian diri
Bran berbisik, sekelumit bagian dari bocah tidur yang terhanyut
dalam mimpi serigala. "Kau sudah tahu mereka bakal sebesar
ini?" "Mereka masih akan membesar lagi sebelum dewasa,"
si jantan muda berkata, mengawasi mereka dengan mata
hijau yang membelalak, dan tidak gentar. "Yang hitam penuh
ketakutan dan kemarahan, tapi yang abu-abu kuat" lebih kuat
daripada yang dia tahu" bisakah kau merasakannya, Kak?"
"Tidak," sang kakak menyahut, tangannya menyentuh
gagang pisau cokelat panjang yang dibawanya. "Berhati-hatilah,
Jojen." "Dia tidak akan menyakitiku. Ini bukan hari
kematianku." Si betina berjalan menghampiri mereka, tidak
gentar, lalu mengulurkan tangan ke moncongnya, sentuhan
sehalus embusan angin musim panas. Namun seiring sentuhan
jari-jari itu, hutan meluluh dan tanah yang diinjaknya berubah
menjadi asap lalu berpusar pergi sambil tertawa, kemudian dia
berputar-putar dan jatuh, jatuh, jatuh"
j 373 CATELYN S aat dia tidur di antara padang rumput berbukit-bukit,
Catelyn bermimpi bahwa Bran utuh lagi, bahwa Arya dan
Sansa bergandengan tangan, bahwa Rickon masih bayi yang
menyusu di dadanya. Robb, tanpa mahkota, bermain dengan
pedang kayu, dan ketika semua sudah tidur dengan aman, dia
mendapati Ned di tempat tidurnya, tersenyum.
Begitu manis, manis dan pergi terlalu cepat. Fajar
datang dengan kejam, belati cahaya. Dia terbangun dengan
perih, sendirian, dan letih; letih karena berkuda, letih merasa
terluka, letih dengan tugas. Aku ingin menangis, pikirnya.?Aku
ingin dihibur. Aku capek sekali bersikap kuat. Aku ingin bersikap
konyol dan ketakutan sekali-sekali. Sebentar saja, hanya sebentar"
sehari" sejam" Di luar tendanya, orang-orang terbangun. Dia
mendengar ringkik pelan kuda-kuda, Shadd mengeluhkan
punggungnya yang kaku, Ser Wendel berseru meminta busur.
Catelyn berharap mereka semua bisa pergi. Mereka orangorang yang baik, setia, tapi dia lelah menghadapi mereka.
374 Anak-anaklah yang begitu dia rindukan. Suatu hari, dia berjanji
pada diri sendiri saat terbaring di ranjang, suatu hari dia akan
mengizinkan diri untuk tidak sekuat ini.
Tapi tidak hari ini. Tidak boleh hari ini.
Jari-jarinya terasa lebih kikuk ketimbang biasanya saat
dia berjuang mengenakan pakaian. Seharusnya dia bersyukur
karena masih bisa menggunakan tangan. Belati itu dari baja
Valyria, dan baja Valyria menusuk dalam serta tajam. Dia
hanya perlu melihat bekas lukanya untuk mengingat.
Di luar, Shadd tengah mengaduk gandum dalam periuk,
sementara Ser Wendel Manderly duduk memasang tali pada
busurnya. "My lady," dia berkata ketika Catelyn keluar. "Ada
burung-burung di padang ini. Apakah kau ingin menikmati
burung puyuh panggang untuk sarapan pagi ini?"
"Bubur gandum dan roti sudah cukup" untuk kita
semua, kurasa. Kita masih harus menempuh jarak berliga-liga,
Ser Wendel." "Baiklah, my lady." Wajah bulan sang kesatria tampak
penuh sesal, ujung-ujung kumis walrusnya yang lebat berkedut
kecewa. "Gandum dan roti, apa lagi yang lebih baik?" Dia
salah satu lelaki paling gemuk yang pernah dikenal Catelyn,
tapi sebesar apa pun dia menyukai makanannya, dia lebih
menyukai kehormatannya. "Saya menemukan jelatang dan menjerang teh," Shadd
mengumumkan. "Apakah m"lady mau secangkir?"
"Ya, terima kasih."
Catelyn menggenggam cangkir teh di tangan yang terluka
dan meniupnya untuk mengurangi panas. Shadd termasuk
pasukan Winterfell. Robb mengutus dua puluh prajurit
375 terbaiknya untuk mengawal Catelyn dengan selamat menemui
Renly. Dia juga mengirim lima bangsawan, sebab nama dan
darah biru mereka akan menambah kehormatan pada misi
Catelyn. Selagi bergerak ke selatan, selalu menjauhi kota-kota
dan kubu-kubu pertahanan, mereka melihat kelompok lelaki
berzirah lebih dari satu kali, dan menampak asap di cakrawala
timur, tapi tidak ada yang berani mengganggu mereka. Mereka
terlalu lemah untuk menjadi ancaman, terlalu banyak untuk
menjadi mangsa yang mudah. Begitu mereka menyeberangi
Sungai Air Hitam, bagian terburuk sudah terlewati. Selama
empat hari terakhir, mereka tidak melihat tanda-tanda perang.
Catelyn tak pernah menginginkan ini. Dia sudah
mengatakannya kepada Robb di Riverrun. "Saat aku terakhir
kali bertemu Renly, dia masih bocah seusia Bran. Aku tak
mengenalnya. Kirim saja orang lain. Tempatku di sini bersama
ayahku, selama entah berapa banyak waktu yang tersisa
untuknya." Putra Catelyn menatapnya dengan sedih. "Tidak ada
orang lain. Tak mungkin aku sendiri yang pergi. Ayahmu
terlalu sakit. Ikan Hitam adalah mata dan telingaku, aku tidak
berani kehilangan dia. Adikmu kubutuhkan untuk menjaga
Riverrun saat kami menyerang?"
"Menyerang?" Tak ada yang memberitahunya tentang
rencana semacam itu. "Aku tidak mungkin duduk diam di Riverrun menunggu
perdamaian. Aku jadi terlihat seakan-akan takut bertempur
lagi. Ketika tidak ada pertempuran yang menunggu, orangorang mulai berpikir tentang rumah dan panenan, Ayah bilang
begitu. Bahkan rakyatku orang-orang utara semakin gelisah."
Rakyatku orang-orang utara, pikir Catelyn.?Dia bahkan
376 mulai bicara seperti raja. "Tidak pernah ada yang mati karena
kegelisahan, tapi kecerobohan lain lagi. Kita sudah menanam
benih, biarkan benih-benih itu tumbuh."
Robb menggeleng keras kepala. "Kita hanya melemparkan
benih di udara. Jika adikmu Lysa memang datang untuk
membantu, kita pasti sudah mendengar kabarnya sekarang.
Berapa banyak burung yang kita kirim ke Eyrie, empat" Aku
juga menginginkan perdamaian, tapi mana mungkin Lannister
memberiku apa pun kalau yang kulakukan hanya duduk di sini
sementara pasukanku menyusut secepat salju musim panas?"
"Jadi daripada dianggap pengecut, kau akan menari
mengikuti iringan musik Lord Tywin?" balas Catelyn tajam.
"Dia ingin kau bergerak menyerbu Harrenhal, tanya saja
pamanmu Brynden kalau?"
"Aku tidak bilang apa-apa soal Harrenhal," Robb
berkata. "Jadi, maukah kau menemui Renly untukku, atau aku
mesti mengutus Greatjon?"
Ingatan itu membuat Catelyn tersenyum lemah. Itu
benar-benar taktik yang licik, namun sangat cerdik untuk
bocah lima belas tahun. Robb tahu betapa tidak cocoknya
lelaki seperti Greatjon Umber untuk bernegosiasi dengan lelaki
seperti Renly Baratheon, dan dia tahu bahwa Catelyn juga
mengetahuinya. Apa lagi yang dapat dilakukan Catelyn selain
menyetujuinya, berdoa agar sang ayah masih hidup sampai
dia kembali" Seandainya Lord Hoster sehat, pasti dia sendiri
yang akan pergi, Catelyn yakin. Meski demikian, perpisahan
itu amat berat, berat. Lord Hoster bahkan tak mengenali
Catelyn saat dia datang untuk berpamitan. "Minisa," ayahnya
memanggil, "di mana anak-anak" Cat kecilku, Lysa-ku yang
manis?" Catelyn mengecup dahi sang ayah dan mengatakan
377 semuanya baik-baik saja. "Tunggu aku, my lord," katanya saat
mata ayahnya terpejam. "Aku dulu menunggumu, oh, begitu
sering. Sekarang kau mesti menungguku."
Takdir membawaku ke selatan dan ke selatan lagi, pikir
Catelyn sembari menyesap teh yang pahit, padahal seharusnya
aku pergi ke utara, ke rumahku. Dia sudah menulis surat untuk
Bran dan Rickon, pada malam terakhir di Riverrun.?Aku tidak
melupakan kalian, anak-anakku tersayang, kalian harus percaya itu.
Hanya, kakak kalian lebih membutuhkanku.
"Kita seharusnya tiba di Mander atas hari ini, my lady,"
Ser Wendel mengumumkan sementara Shadd menyendokkan
bubur. "Lord Renly tidak jauh dari sana, jika kabar itu benar."
Dan apa yang mesti kukatakan kepadanya saat bertemu
dengannya" Bahwa putraku tidak menganggapnya sebagai
raja"?Catelyn tidak menantikan pertemuan ini. Mereka butuh


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

teman, bukan lebih banyak musuh, namun Robb takkan
pernah mau berlutut menyembah orang yang menurutnya
tidak berhak menduduki takhta.
Mangkuknya kosong, walaupun Catelyn nyaris tidak
ingat dia menyantap bubur itu. Dia meletakkan mangkuk.
"Sudah waktunya kita berangkat." Semakin cepat dia berbicara
kepada Renly, semakin cepat dia bisa kembali ke rumah.
Catelyn yang pertama kali menaiki kuda, dan dia menetapkan
kecepatan untuk rombongannya. Hal Mollen berkuda di
sampingnya, membawa panji Klan Stark, direwolf kelabu
dengan latar seputih es. Mereka masih setengah hari perjalanan dari perkemahan
Renly ketika mereka ditangkap. Robin Flint sudah mendahului
mereka untuk mengintai, dan dia kembali dengan tergesa-gesa
membawa kabar mengenai teropong yang mengawasi dari atap
378 bangunan kincir angin di kejauhan. Ketika rombongan Catelyn
tiba di bangunan tersebut, si pengintai sudah lama pergi.
Mereka melanjutkan perjalanan, belum sampai menempuh
satu setengah kilometer ketika pasukan pengawal Renly datang
menyerbu mereka, dua puluh lelaki berzirah dan berkuda,
dipimpin kesatria berjanggut kelabu dengan baju luar bermotif
burung-burung bluejay. Ketika melihat panji-panji Catelyn, dia berderap
mendekat sendirian. "My lady," sapanya, "Aku Ser Colen
dari Greenpools, bila kau berkenan. Wilayah yang kaulintasi
sungguh berbahaya." "Urusan kami mendesak," Catelyn menjawab. "Aku
datang sebagai utusan putraku, Robb Stark, Raja di Utara,
untuk bernegosiasi dengan Renly Baratheon, Raja di Selatan."
"Raja Renly adalah penguasa seluruh Tujuh Kerajaan
yang telah dinobatkan dan diurapi, my lady," Ser Colen
menjawab, walaupun dengan cukup sopan. "Yang Mulia
berkemah dengan pasukannya di dekat Bitterbridge, tempat
jalan mawar melintasi Mander. Adalah kehormatan besar
bagiku untuk mengantarmu menemuinya." Sang kesatria
mengangkat satu tangan bersarung rantai, dan anak buahnya
membentuk dua barisan yang mengapit Catelyn beserta
pengawalnya. ?Mengantar atau menangkap" dia membatin. Tidak
ada yang dapat dilakukan selain memercayai kehormatan Ser
Colen, dan Lord Renly. Mereka melihat asap dari api perkemahan ketika mereka
masih satu jam jauhnya dari sungai. Kemudian suaranya
terdengar melintasi ladang dan perbukitan, sayup-sayup
bagai gumam laut di kejauhan, namun bertambah riuh selagi
mereka mendekat. Saat akhirnya melihat sungai Mander yang
379 berlumpur berkilauan di bawah sinar matahari, mereka dapat
mendengar suara orang-orang, dentang baja, ringkik kudakuda. Namun baik suara maupun asap tidak membuat mereka
siap menghadapi pasukan itu sendiri.
Ribuan api unggun untuk memasak memenuhi udara
dengan kabut asap pucat. Barisan kudanya saja membentang
sampai berliga-liga. Seisi hutan pasti sudah ditebang untuk
membuat tongkat-tongkat tinggi yang menopang panji-panji.
Alat-alat pengepungan berukuran besar berjajar di pinggir
jalan mawar yang berumput, pelontar mangonel, pelontar
trebuchet dengan beban penyeimbang, dan pelantak beroda
yang tingginya melebihi manusia di punggung kuda. Ujung
baja dari deretan seligi berpendar merah tertimpa sinar
matahari, seakan-akan sudah berdarah, sementara tenda-tenda
para kesatria dan bangsawan bertebaran di rumput seperti
jamur-jamur sutra. Catelyn melihat banyak lelaki bertombak
dan berpedang, lelaki-lelaki bertopi baja dan bertunik rantai,
perempuan-perempuan penghibur menebarkan pesona, para
pemanah memasang bulu pada anak panah, para pemandu
menggiring pedati-pedati, pengurus babi menggiring kawanan
babi, para pesuruh mengantarkan pesan-pesan, para squire
mengasah pedang, para kesatria menunggangi kuda-kuda
palfrey, pengurus kuda menangani kuda-kuda perang destrier
yang galak. "Sungguh menakutkan banyaknya," Ser Wendel
Manderly berkomentar saat mereka melintasi bentangan batu
kuno yang menjadi asal nama Bitterbridge.
"Benar sekali," Catelyn setuju.
Sepertinya hampir semua kesatria dari selatan datang
untuk mendukung Renly. Mawar emas Highgarden terlihat di
380 mana-mana: tersulam di dada kanan para prajurit dan pelayan,
berkibar dan mengepak dari panji-panji sutra hijau yang
menghiasi lembing dan seligi, terpampang pada perisai-perisai
yang digantung di luar tenda-tenda para putra, kakak-adik,
sepupu, dan paman dari Klan Tyrell. Catelyn juga melihat
lambang rubah-dan-bunga milik Klan Florent, apel merah dan
hijau milik Klan Fossoway, pemburu melangkah milik Lord
Tarly, daun-daun ek dari Klan Oakheart, burung bangau dari
Klan Crane, dan kerumunan kupu-kupu hitam-dan-jingga
milik Klan Mullendores. Di seberang sungai Mander, para lord badai sudah
mengibarkan bendera mereka"pengikut-pengikut Renly
sendiri, bersumpah setia pada Klan Baratheon dan Storm"s
End. Catelyn mengenali burung bulbul milik Bryce Caron, bulu
ayam Penrose, dan penyu milik Lord Estermont, hijau berlatar
hijau. Namun untuk setiap perisai yang dia kenal, ada selusin
yang asing baginya, milik lord-lord rendah yang bersumpah setia
kepada para pengikut, juga para kesatria merdeka dan prajurit
bayaran yang datang berduyun-duyun untuk menjadikan Renly
Baratheon raja dalam kenyataan, bukan sekadar nama.
Bendera Renly sendiri berkibar tinggi di atas yang lain.
Dari puncak menara pengepungan tertinggi, struktur masif
beroda dari kayu ek yang dilapisi kulit mentah, terhampar
panji perang terbesar yang pernah dilihat Catelyn"kain yang
cukup luas untuk mengalasi lantai banyak aula, berwarna emas
berkilau, dengan rusa bermahkota lambang Klan Baratheon
terpampang hitam di sana, berjingkrak tinggi dan angkuh.
"My lady, kaudengar keramaian itu?" tanya Hallis
Mollen, berderap mendekat. "Apa itu?"
Catelyn menyimak. Teriakan-teriakan, jeritan kuda381
kuda, dentang baja, dan... "Sorak sorai," katanya. Mereka baru
saja mendaki lereng landai menuju barisan tenda berwarna
cerah di puncaknya. Selagi mereka melewati tenda-tenda itu,
kerumunan orang bertambah padat, suara-suara bertambah
lantang. Kemudian dia melihat.
Di bawah sana, dalam naungan dinding sebuah
kastel kecil dari batu dan kayu, perkelahian massal tengah
berlangsung. Sebidang tanah telah dibersihkan, pagar, panggung
tempat duduk, dan rintangan miring didirikan secara darurat.
Ratusan orang berkumpul untuk menonton, mungkin
ribuan. Melihat kondisi arena perkelahian yang tercabikcabik, berlumpur, dan dipenuhi serpihan zirah rompal dan
lembing patah, mereka sudah melakukannya selama satu
hari atau lebih, tapi sekarang sudah hampir berakhir. Tak
sampai dua puluh kesatria yang masih bertahan di punggung
kuda, menyerbu dan menebas satu sama lain sementara para
penonton dan petarung yang sudah gugur menyoraki mereka.
Catelyn melihat dua kuda perang destrier yang diselubungi
zirah bertubrukan, ambruk dalam belitan baja dan daging
kuda. "Turnamen perang," Hal Mollen mengumumkan. Dia
punya kebiasaan mengumumkan sesuatu yang sudah jelas.
"Oh, luar biasa," Ser Wendel Manderly berkata saat
seorang kesatria dalam balutan jubah bergaris-garis warna
pelangi berbalik dan menyarangkan pukulan ke belakang
dengan kapak bergagang panjang, menghancurkan perisai
lelaki yang mengejarnya dan membuat lelaki itu terhuyung di
sanggurdinya. Kerumunan di depan mereka membuat mereka
sulit bergerak lebih jauh. "Lady Stark," Ser Colen berkata,
382 "jika orang-orangmu bersedia menunggu di sini, aku akan
membawamu menghadap sang raja."
"Baiklah kalau begitu." Catelyn memberi perintah,
walaupun dia harus mengeraskan suara agar terdengar di antara
keriuhan turnamen perang. Ser Colen menuntun kudanya
perlahan-lahan menembus kerumunan, Catelyn berkuda di
belakangnya. Raungan terdengar dari kerumunan ketika lelaki
berjanggut merah tanpa helm, dengan lambang makhluk
griffin di perisainya ambruk di hadapan kesatria besar berzirah
biru. Bajanya berwarna biru kobalt, bahkan pada gada berduri
yang dia ayunkan dengan efek sangat mematikan, kudanya
diselubungi kain bergambar matahari-dan-bulan dalam perisai
empat kotak, lambang Klan Tarth.
"Ronnet Merah kalah, terkutuklah para dewa," seorang
lelaki mengumpat. "Untuk si biru itu Loras bakal?" temannya menyahut
sebelum raungan menenggelamkan kata-kata selanjutnya.
Satu orang lagi jatuh, terperangkap di bawah kuda yang
terluka, keduanya menjerit kesakitan. Para squire berlari untuk
menolong mereka. Ini gila, pikir Catelyn.?Musuh-musuh yang sebenarnya
mengepung dari semua sisi dan setengah kerajaan terbakar, tapi Renly
malah duduk di sini bermain perang-perangan seperti anak kecil yang
baru mendapat pedang kayu pertamanya.
Para lord dan lady di panggung penonton sama
terpukaunya pada perkelahian itu seperti para lelaki di arena.
Catelyn sangat mengenal mereka. Ayahnya kerap membuat
kesepakatan dengan para penguasa selatan, dan tidak sedikit
yang pernah menjadi tamu di Riverrun. Dia melihat Lord Mathis
Rowan, lebih gemuk dan lebih kemerahan dibandingkan dulu,
383 pohon emas lambang Klan-nya terpampang pada doublet putih.
Di bawahnya duduk Lady Oakheart, mungil dan halus, di
sebelah kiri sang lady duduk Lord Randyll Tarly dari Horn Hill,
pedang besarnya Heartsbane tersandar pada bagian belakang
kursi. Yang lain hanya dia kenali dari simbol-simbol mereka,
dan sebagian sama sekali tidak dikenalnya.
Di tengah-tengah mereka, menonton dan tertawa
didampingi ratu mudanya, duduk sesosok hantu bermahkota
emas. Pantas saja para lord begitu bersemangat mengelilinginya,
pikir Catelyn, dia seperti Robert yang terlahir kembali.?Renly
tampan seperti halnya Robert dulu; bertungkai dan berlengan
panjang dengah bahu yang lebar, rambut sehitam arang yang
sama, halus dan lurus, mata biru pekat yang sama, senyum
ramah yang sama. Mahkota kecil yang melingkar di dahinya
tampak sangat cocok dia kenakan. Terbuat dari emas lunak,
jalinan bunga mawar yang ditempa dengan sangat halus; di
bagian depan terdapat kepala rusa dari batu giok hijau gelap,
bertatahkan mata emas dan tanduk emas.
Rusa bermahkota juga menghiasi tunik beledu hijau sang
raja, disulam dengan benang emas di bagian dada; lambang
Baratheon dalam warna-warna Highgarden. Gadis yang
berbagi kursi tinggi bersamanya juga berasal dari Highgarden:
ratu mudanya, Margaery, putri Lord Mace Tyrell. Catelyn
tahu, pernikahan mereka adalah mortar yang merekatkan
persekutuan selatan nan agung ini. Renly berusia 21 tahun,
istrinya tak lebih tua dibandingkan Robb, sangat cantik,
dengan mata selembut kijang dan rambut cokelat tebal yang
terurai ke bahu dalam ikal-ikal longgar. Senyumnya malu-malu
dan manis. 384 Di arena, satu orang lagi berhasil ditundukkan kesatria
berjubah garis-garis pelangi, dan sang raja meneriakkan
persetujuan bersama yang lain.?"Loras!"?dia mendengarnya
berseru. "Loras! Highgarden!"?Sang ratu bertepuk tangan riang.
Catelyn berpaling untuk melihat akhir pertarungan.
Hanya empat lelaki yang tersisa di arena sekarang, dan tidak
diragukan lagi siapa yang difavoritkan oleh sang raja dan
rakyatnya. Dia belum pernah bertemu Ser Loras Tyrell, tapi
bahkan di utara yang jauh orang mendengar kisah-kisah tentang
kehebatan sang Kesatria Bunga. Ser Loras menunggangi
kuda jantan putih dan tinggi dalam balutan zirah perak, dan
bertarung dengan kapak bergagang panjang. Lambang mawarmawar emas menghiasi bagian tengah helmnya.
Dua petarung lain yang masih bertahan memutuskan
untuk bekerja sama. Mereka memacu kuda mereka ke arah
sang kesatria berzirah kobalt. Selagi mereka mengepung dari
kedua sisi, sang kesatria biru merangsek maju, menghantam
satu orang tepat di wajah dengan perisai pecah sementara kuda
destrier hitam yang dia tunggangi melecut orang satunya dengan
kuku berladam baja. Dalam sekejap, satu petarung jatuh dari
kudanya, yang satu lagi terhuyung-huyung. Sang kesatria biru
membiarkan perisai yang pecah jatuh ke tanah agar lengannya
bebas, kemudian Kesatria Bunga menyerangnya. Berat
senjatanya seolah sama sekali tak mengurangi keanggunan dan
kegesitan gerakan Ser Loras, jubah pelanginya berkibar-kibar.
Kuda putih dan hitam itu saling memutari bagai pasangan
kekasih di pesta panen, penunggangnya mengayunkan senjata
alih-alih melemparkan ciuman. Kapak panjang berkelebat dan
gada berduri berpusing. Kedua senjata itu tumpul, namun
tetap memperdengarkan bunyi berdentang-dentang yang
385 mengerikan. Tanpa perisai, sang kesatria biru yang paling
merasakan dampaknya. Ser Loras menghujani pukulan ke
kepala dan bahunya, diiringi seruan-seruan "Highgarden!" dari
kerumunan penonton. Lawannya membalas dengan gada
berduri, tapi setiap kali bola itu datang menerjang, Ser Loras
menangkisnya dengan perisai hijau penyok, berlambang tiga
mawar emas. Ketika kapak panjang menghantam tangan sang
kesatria biru dalam ayunan ke belakang dan membuat gada
berduri terlempar dari genggamannya, massa memekik seperti
binatang kawin. Sang Kesatria Bunga mengangkat kapaknya
untuk pukulan terakhir. Sang kesatria biru maju menyambutnya. Kedua
kuda jantan bertubrukan, kepala kapak yang ditumpulkan
menghantam pelat dada biru yang tergores-gores" namun
entah bagaimana sang kesatria biru berhasil mengunci gagang
kapak di antara jari-jari bersarung baja. Dia merenggutnya dari
tangan Ser Loras, dan tiba-tiba saja keduanya bergulat dari
punggung kuda, lalu sesaat kemudian keduanya jatuh. Saat
kuda-kuda mereka memisahkan diri, mereka terpelanting
ke tanah dengan kekuatan yang membuat ngilu. Loras
Tyrell, yang berada di bawah, menanggung akibat tubrukan
itu. Sang kesatria biru mengeluarkan parang panjang dan


Peperangan Raja Raja A Game Of Thrones 2 Karya George R.r. Martin di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuka pelindung wajah Tyrell. Raungan penonton terlalu
keras bagi Catelyn untuk mendengar ucapan Ser Loras, tapi
dia melihat kata itu terbentuk di bibirnya yang pecah dan
berdarah. ?Menyerah. Sang kesatria biru bangkit dengan limbung, lalu
mengangkat parang ke arah Renly Baratheon, salam hormat sang
juara untuk rajanya. Para squire berlari memasuki arena untuk
membantu kesatria yang kalah berdiri. Ketika mereka melepas
386 helmnya, Catelyn terperangah melihat betapa mudanya sang
kesatria. Dia pasti hanya dua tahun lebih tua daripada Robb.
Pemuda itu bisa jadi seelok adik perempuannya, tapi bibir
pecah, mata tak fokus, dan darah yang menetes membasahi
rambut lepeknya membuat hal tersebut sulit dipastikan.
"Mendekatlah," Raja Renly memanggil sang juara.
Lelaki itu terpincang-pincang menuju panggung
penonton. Dari jarak dekat, zirah biru cemerlang itu tampak
tidak terlalu menakjubkan; di mana-mana ada goresan, penyokpenyok dihantam gada dan godam, garit-garit dalam yang
ditinggalkan pedang, gempil-gempil pada pelat dada dan helm.
Jubahnya menjuntai compang-camping. Dari caranya bergerak,
lelaki di balik jubah itu juga sama remuknya. Beberapa suara
mengelu-elukannya dengan seruan "Tarth!" dan, anehnya,
"Cantik! Cantik!"?tapi sebagian besar tidak bersuara. Sang
kesatria biru berlutut di hadapan sang raja. "Yang Mulia," dia
berkata, suaranya teredam helm besar yang penyok.
"Kau memang persis seperti yang dikatakan ayahmu."
Suara Renly terdengar ke seluruh arena. "Aku pernah melihat
Ser Loras ditumbangkan dari kudanya satu atau dua kali" tapi
tidak pernah dengan cara seperti itu."
"Itu bukan cara yang pantas," protes seorang pemanah
mabuk di dekat situ, sekuntum mawar Tyrell tersulam pada
rompinya. "Muslihat yang hina, menyeret pemuda itu ke
tanah." Kerumunan penonton mulai bersuara. "Ser Colen,"
Catelyn berkata kepada pengantarnya, "siapa lelaki ini, dan
kenapa mereka tidak menyukainya?"
Ser Colen merengut. "Karena dia bukan laki-laki,
my lady. Itu Brienne dari Tarth, putri dari Lord Selwyn sang
387 Bintang Senja." "Putri?"?Catelyn tersentak ngeri.
"Brienne si Cantik, mereka menjulukinya"
walaupun tidak di depan wajahnya, kecuali mereka mau
mempertanggungjawabkan kata-kata itu dengan tubuh babak
belur." Catelyn mendengar Raja Renly menyatakan Lady
Brienne dari Tarth sebagai pemenang perkelahian massal di
Bitterbridge, yang terakhir bertahan di punggung kuda dari
116 kesatria. "Sebagai juara, kau boleh meminta anugerah
apa pun yang kaukehendaki. Jika berada dalam kuasaku, akan
kuberikan kepadamu."
"Yang Mulia," Brienne menjawb, "saya meminta
kehormatan untuk ditempatkan di antara Garda Pelangi
Anda. Saya akan menjadi salah satu dari tujuh pengawal Anda,
mempersembahkan hidup saya kepada Anda, pergi ke mana
pun Anda pergi, berkuda di samping Anda, serta melindungi
Anda dari segala luka dan petaka."
"Diterima," kata Renly. "Bangunlah, dan buka helmmu."
Lady Brienne melakukan apa yang diperintahkan. Dan
ketika helm besar itu dilepas, Catelyn memahami ucapan Ser
Colen. Cantik, mereka menjulukinya" sebagai ejekan. Rambut
di bawah pelindung wajah itu bagaikan jerami kotor sarang
tupai, dan wajahnya" mata Brienne besar dan sangat biru,
mata seorang gadis muda, lugu dan jujur, tapi bagian lainnya"
raut mukanya lebar dan kasar, giginya menonjol dan bengkok,
mulutnya terlalu lebar, bibirnya begitu penuh sampai terlihat
bengkak. Ribuan bintik membercaki pipi serta dahi, dan
hidungnya sudah pernah patah lebih dari satu kali. Rasa iba
388 menyesaki dada Catelyn.?Adakah makhluk yang lebih sial di dunia
ketimbang perempuan buruk rupa"
Meski demikian, ketika Renly menyingkirkan jubah
yang robek dan memasangkan jubah pelangi sebagai gantinya,
Brienne dari Tarth tidak terlihat sial. Senyum mencerahkan
wajahnya, dan suaranya lantang serta bangga saat dia berkata,
"Hidup saya milik Anda, Yang Mulia. Mulai hari ini, saya
adalah perisai Anda, saya bersumpah demi dewa-dewa lama
dan baru." Cara gadis itu menatap sang raja"menunduk
menatapnya, karena dia sejengkal lebih tinggi, walaupun Renly
hampir setinggi mendiang kakaknya"sungguh menyakitkan
untuk dilihat. "Yang Mulia!" Ser Colen dari Greenpools berayun turun
dari kudanya untuk mendekat ke panggung. "Saya memohon
izin." Dia berlutut pada satu kaki. "Saya mendapat kehormatan
untuk mengantarkan kepada Anda Lady Catelyn Stark, dikirim
sebagai utusan oleh putranya Robb, Lord Winterfell."
"Lord Winterfell dan Raja di Utara, Ser," Catelyn
meralat. Dia turun dari kudanya dan beranjak ke samping Ser
Colen. Raja Renly tampak terkejut. "Lady Catelyn" Kami
sangat senang." Dia menoleh kepada ratu mudanya. "Margaery
manisku, ini Lady Catelyn Stark dari Winterfell."
"Kau disambut dengan sepenuh hati di sini, Lady Stark,"
gadis itu berkata, penuh sopan santun. "Aku ikut berduka atas
kehilanganmu." "Kau baik sekali," sahut Catelyn.
"My lady, aku bersumpah kepadamu, akan kupastikan
Klan Lannister bertanggung jawab atas pembunuhan
suamimu," sang raja bertitah. "Saat aku menduduki King"s
389 Landing, akan kukirimkan kepala Cersei kepadamu."
Dan apakah itu akan mengembalikan Ned kepadaku" pikir
Catelyn. "Sudah cukup jika aku tahu bahwa keadilan telah
ditegakkan, my lord."
"Yang Mulia," Brienne si Biru meralat dengan galak.
"Dan kau harus berlutut saat menghadap sang raja."
"Jarak antara seorang lord dan seorang mulia amat
pendek, my lady," Catelyn berkata. "Lord Renly memakai
mahkota, begitu pula putraku. Kalau kau mau, kita bisa berdiri
di sini di tengah lumpur dan berdebat tentang kehormatan dan
gelar apa yang berhak disandang masing-masing, tapi setahuku
kita punya masalah lain yang lebih penting untuk dibicarakan."
Sebagian bangsawan pengikut Renly bersungut marah,
tapi sang raja hanya tertawa. "Tepat sekali, my lady. Masih banyak
waktu untuk kemuliaan setelah perang ini berakhir. Katakan
padaku, kapan putramu berencana menyerbu Harrenhal?"
Sampai Catelyn tahu apakah raja ini kawan atau lawan,
dia sama sekali tidak berniat mengungkapkan rencana Robb.
"Aku tak ikut dalam majelis perang putraku, my lord."
"Asalkan dia menyisakan beberapa Lannister untukku,
aku tidak keberatan. Apa yang sudah dia lakukan dengan
Pembantai Raja?" "Jaime Lannister menjadi tawanan di Riverrun."
"Masih hidup?" Lord Mathis Rowan tampak kecewa.
Renly berkata keheranan, "Rupanya direwolf lebih
lembut dibandingkan singa."
"Lebih lembut dibandingkan Lannister," gumam Lady
Oakheart sambil tersenyum pahit, "sama artinya dengan lebih
kering dibandingkan laut."
390 "Aku menyebutnya lemah." Lord Randyll Tarly memiliki
janggut abu-abu pendek dan kaku serta reputasi berbicara
blakblakan. "Bukan bermaksud meremehkanmu, Lady Stark,
tapi akan lebih pantas jika Lord Robb sendiri yang datang
untuk memberi penghormatan kepada sang raja, bukan malah
bersembunyi di balik rok ibunya."
"Raja Robb sedang berperang, my lord," sahut Catelyn
dengan kesopanan sedingin es, "bukan bermain-main dengan
turnamen perang." Renly tersenyum lebar. "Tahan, Lord Randyll, aku
khawatir lawanmu lebih jago." Dia memanggil pengurus
rumah tangga berseragam Storm"s End. "Carikan tempat
untuk rombongan sang lady, dan pastikan kenyamanan mereka
terjamin. Lady Catelyn akan menempati tendaku sendiri.
Karena Lord Caswell sudah berbaik hati mengizinkanku
menggunakan kastelnya, aku tidak membutuhkan tenda
itu. My lady, setelah cukup beristirahat, aku merasa sangat
terhormat jika kau bersedia berbagi makanan dan minuman di
jamuan yang diselenggarakan Lord Caswell untuk kami malam
ini. Jamuan perpisahan. Sepertinya Lord Caswell tidak sabar
melihat kepergian gerombolan laparku."
"Tidak benar, Yang Mulia," protes lelaki muda bertubuh
pendek dan kurus yang pastinya adalah Caswell. "Semua milik
saya adalah milik Anda."
"Setiap kali seseorang berkata begitu pada kakakku
Robert, dia mengartikannya secara harfiah," cetus Renly. "Apa
kau punya anak perempuan?"
"Punya, Yang Mulia. Dua."
"Maka bersyukurlah kepada para dewa bahwa aku bukan
Robert. Ratu manisku adalah satu-satunya perempuan yang
391 kuinginkan." Renly mengulurkan tangan untuk membantu
Margaery berdiri. "Kita akan berbicara lagi setelah kau sudah
sempat menyegarkan diri, Lady Catelyn."
Renly menuntun istrinya kembali menuju kastel
sementara si pengurus rumah tangga mengantar Catelyn ke
tenda sutra hijau milik sang raja. "Kalau Anda butuh apa pun,
katakan saja pada saya, my lady."
Catelyn nyaris tak dapat membayangkan apa yang
mungkin dia butuhkan dan belum disediakan. Tenda itu lebih
luas dibandingkan ruang bersama di banyak penginapan dan
dilengkapi dengan semua kenyamanan: kasur bulu unggas
dan alas tidur dari bulu binatang, bak mandi dari kayu-dantembaga yang cukup untuk menampung dua orang, tungkutungku untuk menghalau dingin pada malam hari, kursi-kursi
lipat dari kulit, meja tulis dengan pena-pena bulu dan botol
tinta, bermangkuk-mangkuk buah persik, prem, dan pir, seteko
anggur dengan satu set cawan perak yang serasi, peti kayu cedar
yang penuh dengan pakaian Renly, buku-buku, peta-peta,
papan-papan permainan, harpa, busur tinggi dan setarkas
anak panah, sepasang elang berburu berekor merah, koleksi
persenjataan yang bagus.?Dia sama sekali tidak mengekang diri,
Renly ini, pikir Catelyn sembari melihat berkeliling. Tidak heran
pasukannya bergerak begitu lamban.
Di samping pintu masuk, zirah sang raja berdiri siaga;
zirah pelat hijau hutan, ornamen-ornamennya berukir emas,
helmnya dipuncaki tanduk rusa emas berukuran besar. Baja
zirah itu dipoles begitu kemilau sampai-sampai dia dapat
melihat pantulan dirinya di pelat dada, menatap balik
kepadanya seakan dari dasar kolam hijau yang dalam.?Wajah
perempuan yang tenggelam, pikir Catelyn.?Bisakah kita tenggelam
392 dalam dukacita"?Dia buru-buru berpaling, marah dengan
kelemahannya sendiri. Dia tidak punya waktu untuk bermanjamanja mengasihani diri sendiri. Dia harus membersihkan
debu dari rambutnya dan bersalin dengan gaun yang lebih
sesuai untuk jamuan seorang raja.
Ser Wendel Manderly, Lucas Blackwood, Ser Perwyn
Frey, dan bangsawan lain dalam rombongannya mendampingi
Catelyn ke kastel. Aula besar di kastel Lord Caswell hanya
disebut besar demi sopan santun, tapi masih ada ruang di
bangku-bangku yang padat untuk rombongan Catelyn, di antara
para kesatria Renly sendiri. Catelyn diberi tempat di panggung,
di antara Lord Mathis Rowan yang berwajah merah dan Ser
Jon Fossoway yang ramah dari Klan Fossoway berlambang apel
hijau. Ser Jon melontarkan lelucon, sementara Lord Mathis
dengan sopan menanyakan kesehatan ayah, adik, dan anakanak Catelyn.
Brienne dari Tarth ditempatkan di ujung jauh meja
tinggi. Dia tak berdandan layaknya seorang lady, tapi memilih
pakaian seorang kesatria, doublet beledu dengan lambang
perisai berisi empat kotak merah-dan-biru langit, celana
panjang, sepatu bot, dan sabuk pedang berperalatan lengkap,
jubah pelanginya yang baru terhampar di punggung. Namun
tak ada pakaian yang dapat menyembunyikan keburukan
rupanya; tangan besar berbintik-bintik, wajah lebar datar,
gigi menonjol. Tanpa zirah, tubuhnya terlihat tak seimbang,
pinggul lebar dan tungkai serta lengan yang tebal, dengan
bahu bungkuk berotot namun dadanya benar-benar rata. Dan
tampak jelas dari gerak-geriknya bahwa Brienne menyadari
hal itu, dan menderita karenanya. Dia hanya berbicara jika
ditanya, dan jarang mengangkat pandangan dari makanannya.
393 Makanannya sendiri berlimpah. Perang tidak menyentuh
kemakmuran Highgarden yang termasyhur. Sementara para
biduan bernyanyi dan pemain akrobat berakrobat, mereka
memulai dengan buah pir yang direbus dalam anggur,
dilanjutkan dengan ikan mungil gurih yang dilumuri garam
dan dimasak sampai garing, kemudian ayam kebiri yang diisi
bawang bombai dan jamur. Berbongkah-bongkah roti cokelat,
bertumpuk-tumpuk lobak, jagung manis, dan kacang polong,
daging ham berukuran besar, angsa panggang, dan piringpiring saji berisi daging rusa yang disemur dengan bir dan jelai.
Untuk hidangan manis, para pelayan Lord Caswell menyajikan
nampan-nampan pastry dari dapur kastel, angsa dari krim dan
unicorn dari gula pintal, kue lemon berbentuk mawar, biskuit
madu berempah dan tar beri hitam, apel panggang dengan
remah-remah garing, dan roda-roda keju bermentega.
Makanan berlimpah itu membuat Catelyn mual, tapi
untuk apa menunjukkan kelemahan saat begitu banyak hal
bergantung pada kekuatannya" Dia makan secukupnya, sambil
mengamati lelaki ini yang akan menjadi raja. Renly duduk
diapit pengantin mudanya di sebelah kiri dan kakak iparnya
di sebelah kanan. Selain perban linen putih yang membalut
dahinya, Ser Loras sama sekali tak tampak buruk untuk kesialan
yang menimpanya hari itu. Ternyata dia memang seelok
Maryamah Karpov 2 Playboy Dari Nanking Karya Batara Pendekar Aneh Naga Langit 15
^