Pencarian

Benteng Digital 6

Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown Bagian 6


bank data utama NSA. Tidak ada yang bisa menghentikan virus itu - tidak bisa tanpa
memutuskan tenaga listrik dan menghapus miliaran bit data. Hanya cincin itu yang
bisa menyelamatkan mereka, dan jika sampai sekarang David belum menemukan cincin
itu .... "Saya harus mematikan TRANSLTR!" Susan mengambil kendali. "Saya akan turun ke
lantai bawah tanah dan memutuskan sambungan listriknya."
Strathmore berpaling pelan ke arah Susan. "Aku yang akan melakukannya," katanya
serak. Dia berdiri terhuyung saat hendak beranjak dan belakang mejanya.
Susan membuat sang komandan terduduk kembali. "Tidak," teriak Susan. "Saya yang
akan pergi." Suaranya tegas dan tidak bisa dibantah.
Strathmore meletakkan wajahnya ke dalam kedua belah tangannya. "Baiklah. Lantai
dasar. Di sebelah pompa-pompa freon."
Susan berbahk dan menuju pintu. Baru separuh jalan, dia berbahk lagi dan menatap
ke belakang. "Komandan," teriak Susan. "Ini belum berakhir. Kita belum kalah.
Jika Dauid menemukan cincin tersebut tepat pada waktunya, kita bisa
menyelamatkan bank data."
Strathmore tidak mengatakan apa-apa.
"Hubungi bagian bank data!" perintah Susan. "Peringatkan mereka tentang virus
itu! Kau adalah Wakil DirekturNSA. Kau bisa bertahan!"
Dengan gerakan lambat, Strathmore menengadah. Bagaikan seorang pria yang sedang
membuat keputusan terpenting di dalam hidupnya, Strathmore mengangguk sedih pada
Susan. Dengan tekad yang bulat, Susan melangkah ke dalam kegelapan.
*** 87 VESPA ITU meluncur masuk ke jalur lambat Carreta de Huelva. Saat itu hampir
subuh, tetapi lalu-lintas sudah ramai - muda-mudi Sevilla baru pulang dari pesta
pantai semalam suntuk. Sekelompok remaja di dalam sebuah van berlalu sambil
membunyikan klakson. Sepeda motor Becker tampak bagaikan sebuah mainan di jalan
bebas hambatan itu. Seperempat mil di belakang Becker, sebuah taksi bobrok melaju ke dalam jalan
bebas hambatan yang sama dengan per-cikan api pada bagian rodanya. Taksi itu
mempercepat lajunya dan menyalip sebuah Peugeot 504, membuat mobil itu menerobos
masuk ke dalam jalur hijau.
Becker melewati sebuah petunjuk jalan: SEVILLA CENTRO - 2 KM. Jika dia bias
mencapai pusat kota, dia mungkin masih mempunyai kesempatan. Penunjuk kecepatan
pada motornya menunjukkan angka 60 kilometer per jam. Dua menit dari pintu
keluar. Becker sadar bahwa dia tidak punya waktu sebanyak itu. Dari arah
belakang, taksi itu menyusulnya. Becker melihat ke arah lampu-lampu pusat kota
Sevilla yang semakin mendekat di depannya dan berdoa agar dia bisa mencapai
tempat itu dalam keadaan hidup.
Dauid Becker berada separuh jalan dan pintu keluar ketika dia mendengar suara
gesekan logam dan arah belakang. Becker membungkuk di atas motornya sambil
memutar gas sepenuh mungkin. Dia mendengar suara tembakan yang teredam, dan
sebuah peluru terbang melewatinya. Dia memotong ke km dan berkelit ke sana
kemari di antara jalur lalu-hntas untuk mengulur waktu. Tetapi tidak ada
gunanya. Pintu keluar yang melandai masih tiga puluh yard di depan, sedangkan
taksi itu menderu beberapa mobil jaraknya dan Becker. Ahli bahasa itu sadar,
tinggal masalah waktu sebelum dirinya ditembak atau ditabrak. Dia melihat ke
depan untuk mencari jalan kabur, tetapi kedua sisi jalan raya itu dibatasi oleh
lereng-lereng curam yang berkerikil. Setelah terdengar bunyi tembakan lagi, sang
dosen membuat keputusan. Becker mencondongkan badannya ke kanan dan meluncur
keluar dan jalan. Roda motor itu mendecit dan mengeluarkan percikan api. Ban-
bannya menghantam bagian kaki lereng. Becker berusaha menjaga keseimbangannya
saat Vespanya menghamburkan kerikil ke udara sembari bergerak dengan susah payah
mendaki sisi curam tersebut. Roda-roda Vespa itu berputar hebat sambil berusaha
mencengkeram tanah di bawahnya. Mesin kecil motor itu merengek parah. Becker
memaksa motornya untuk terus sambil berharap mesinnya tidak mogok. Dia tidak
berani menengok ke belakang. Dia yakin sebentar lagi taksi itu akan berhenti dan
peluru akan beterbangan, Tetapi peluru-peluru itu tidak pernah tiba.
Sepeda motor Becker akhirnya mencapai puncak bukit, dan dia melihatnya - centro.
Lampu-lampu pusat kota terhampar di hadapannya bagaikan taburan bintang di
langit. Becker mengebut melewati belukar dan memotong melewati pinggiran jalan.
Mendadak, Vespanya terasa lebih cepat. Auenue Luis Montoto serasa berpacu di
bawah roda-roda motornya. Sebuah stadion sepak bola melesat di sebelah km.
Becker telah terlepas dan bahaya sekarang.
Pada saat itulah Becker mendengar bunyi decitan logam di atas beton. Suara itu
tidak asing baginya. Becker menengadah. Beberapa yard di depannya, taksi itu
menderum turun dan jalan landai pintu keluar dan masuk ke jalan Luis Montoto
serta mempercepat lajunya menuju ke arah Becker.
Becker tahu dia seharusnya merasa panik. Tetapi dia tidak merasakan itu. Dia
tahu apa yang akan dilakukannya. Becker membelok ke Menendez Pelayo dan
melonggarkan genggamannya pada setir. Motornya meluncur melintasi sebuah taman
kecil dan masuk ke lorong berkerikil Mateus Gago - sebuah jalan sempit satu arah
menuju gerbang distrik Santa Cruz.
Tinggal sedikit lagi, pikir Becker.
Taksi itu terus membuntuti Becker dan menderu mendekat. Mobil itu mengikutinya
melewati gerbang Santa Cruz. Kaca spion mobil taksi itu hancur oleh gerbang
sempit yang melengkung. Becker sadar, dia telah menang. Santa Cruz adalah bagian
tertua di Seuilla. Tidak ada jalan di antara bangunan. Hanya ada lorong
berkelok-kelok yang dibuat pada zaman Romawi. Jalan-jalan setapak itu hanya
cukup untuk dilalui oleh pejalan kaki dan sepeda motor yang sesekali lewat.
Becker pernah satu kali tersesat selama berjam-jam di lorong-lorong sempit itu.
Ketika Becker mempercepat motornya di jalan Monto-to Gago, gereja katedral
Sevilla yang bergaya Gotik dan abad kesebelas menjulang bagai gunung di
depannya. Tepat di samping katedral itu, menara Giralda menjulang setinggi 419
kaki ke angkasa dengan matahari yang mulai menyingsing pada bagian latar. Ini
Santa Cruz, tempat katedral terbesar kedua di dunia dan juga tempat tinggal
keluarga-keluarga Katolik paling saleh dan tertua di Sevilla.
Becker mengebut menyeberangi lapangan dan batu di depannya. Terdengar sebuah
tembakan, tetapi terlambat. Becker dan sepeda motornya telah menghilang di dalam
sebuah lorong sempit - Calhta de la Virgen.
*** 88 LAMPU DEPAN Vespa David Becker membuat bayangan-bayangan pada dinding di
sepanjang lorong sempit itu. Becker berjuang dengan pedal gigi motornya dan
menderu di antara bangunan bercat kapur sambil membangunkan para penghuni Santa
Cruz pada hari Minggu pagi itu.
Waktu sudah berlalu hampir tiga puluh menit sejak Becker kabur dari bandara.
Sejak itu Becker terus berlari. Dia bertanya tiada habisnya: Siapa yang berusaha
membunuhku" Apa istimewanya cincin itu" Di manakah pesawat jet NSA" Becker
teringat akan Megan yang tewas di dalam bilik kamar kecil, dan rasa mual kembali
menyerang dirinya. David Becker berharap dapat langsung menyeberangi distrik itu dan keluar di sisi
lainnya, tetapi Santa Cruz adalah sebuah labirin membingungkan yang terdiri atas
banyak gang dan penuh dengan jalan buntu. Becker kehilangan arah. Dia mendongak
untuk mencari menara Giralda sebagai penunjuk arah, tetapi dinding di sekitarnya
begitu tinggi sehingga dia tidak bisa melihat apa pun kecuali sebuah celah tipis
langit subuh di atasnya. Becker bertanya-tanya di rnana pria dengan kacamata berbingkai kawat itu berada.
Dia tahu, penyerangnya itu belum menyerah. Pembunuh itu mungkin sedang
mengejarnya dengan berjalan kaki. Becker berjuang untuk mengendalikan Vespanya
melewati tikungan-tikungan yang sempit. Bunyi mesin motornya bergema di seluruh
lorong. Becker sadar, dirinya adalah sasaran empuk di dalam keheningan Santa
Cruz. Pada saat ini, keuntungan yang dia miliki adalah kecepatan. Aku harus
segera sampai ke sisi satunya!
Setelah serangkaian belokan dan jalan lurus, Becker meluncur ke pertigaan
Esquina de los Reyes. Lelaki itu sadar dirinya dalam masalah - dia pernah berada
di tempat itu sebelumnya. Saat Becker berdiri mengangkangi sepeda motornya yang
diam, sambil memutuskan ke mana harus berbelok, mesin motornya mati. Penunjuk
isi tangki bensin menunjukkan VACIO. Bagai telah diberi aba-aba, sebuah bayangan
muncul dan sebuah lorong di sebelah km Becker. Otak manusia adalah komputer
tercepat. Beberapa detik kemudian, otak Becker mengenali bentuk kacamata pria
itu. Ingatannya mencocokkan bentuk itu dan menemukannya.
Otaknya menyadari bahaya yang mengancam dan meminta sebuah keputusan. Becker
mendapatkannya. Dia menjatuhkan sepeda motor tidak berguna itu dan berlari
cepat. Malang bagi Becker, Hulohot sekarang berjalan kaki, bukannya berada di dalam
taksi yang melaju. Dengan tenang, pembunuh itu mengangkat senjatanya dan
menembak. Peluru itu menyerempet sisi tubuh Becker tepat saat pengajar itu mencapai sebuah
sudut di luar jarak tembak. Setelah enam atau tujuh langkah, Becker mulai
merasakannya. Awalnya seperti keram otot di atas pinggulnya. Kemudian berubah
seperti gatal yang hangat. Ketika Becker melihat darah, dia sadar. Tidak ada
rasa sakit, tidak ada rasa sakit di mana pun. Vang ada hanya berlari masuk ke
dalam lorong Santa Cruz yang berkelok-kelok.
HULOHOT MENGEJAR buruannya. Dia tergoda untuk menembak kepala Becker, tetapi dia
seorang profesional; dia memanfaatkan kesempatan dengan baik. Becker adalah
sasaran yang bergerak, dan membidik bagian tengah tubuhnya akan mempertipis
kemungkinan meleset, baik secara vertikal maupun horizontal. Namun, kesempatan
itu telah hilang. Becker berkelit pada detik terakhir, dan bukannya mengenai
kepala Becker, peluru Hulohot menyerempet bagian sisi tubuhnya. Walaupun Hulohot
sadar pelurunya hanya menggores Becker, tetapi tembakan itu memuaskan. Kontak
telah terjadi. Sang mangsa telah disentuh oleh maut. Ini sebuah permainan baru.
BECKER BERLARI dengan membabi buta. Berbelok. Berkelok. Menghindari jalan-jalan
yang lurus. Pikirannya kosong. Kosong sama sekali - di mana dirinya berada, siapa
yang mengejarnya - yang tinggal hanya naluri, melindungi diri sendiri. Tidak ada
rasa sakit, hanya rasa takut, dan tenaga yang besar.
Sebuah tembakan mengenai ubin azulejo di belakang Becker. Kepingan kaca
berhamburan di belakang lehernya. Becker berbelok ke km, masuk ke lorong lain.
Dia berteriak minta tolong, tetapi kecuali suara langkah kakinya dan napasnya
yang berat, udara pagi tetap sunyi.
Sisi tubuh Becker terasa perih sekarang. Dia khawatir telah meninggalkan jejak
merah di atas jalan berkapur tadi. Becker melihat ke sekelilingnya untuk mencari
pintu yang terbuka, gerbang yang terbuka, atau jalan kabur apa pun untuk keluar
dan ngarai yang menyesakkan itu. Tidak ada. Lorong itu menyempit.
"Socorro!" Suara Becker hampir tidak terdengar. "Tolong!"
Dinding pada kedua sisi Becker semakin merapat. Lorong itu berbelok. Becker
mencari sebuah persimpangan, sebuah cabang, sebuah jalan keluar. Lorong itu
semakin menyempit. Pintu-pintu terkunci. Lorong-lorong bertambah sempit.
Gerbang- gerbang terkunci. Suara langkah kaki semakin mendekat. Becker berada di
jalan yang lurus, dan mendadak lorong itu menanjak serta menjadi lebih curam.
Becker merasa kakinya pegal dan gerakannya menjadi lambat.
Dan kemudian, Becker sampai di sana.
Bagai sebuah jalan tol yang kehabisan dana, lorong itu berhenti mendadak. Di
sana terdapat sebuah tembok tinggi, sebuah bangku kayu, dan tidak ada yang
lainnya. Tidak ada jalan kabur. Becker mendongak ke arah bangunan berlantai tiga
di dekatnya dan kemudian berbahk dan menyusun lorong itu kembali. Tetapi
beberapa langkah kemudian, dia berhenti.
Pada bagian jalan lurus yang mulai menanjak, sesosok tubuh muncul. Pria itu
bergerak ke arah Becker dengan keyakinan penuh. Pada tangannya terdapat sebuah
pistol yang berkilauan karena tertimpa sinar matahari pagi.
Becker mendadak dapat merasakan keadaan badannya ketika dia berbahk ke arah
dinding tadi. Rasa sakit di bagian sisi tubuhnya mulai terasa. Dia menyentuh
daerah itu dan melihatnya. Jemarinya berlumuran darah, dan darah juga menutupi
cincin Ensei Tankado. Becker merasa pusing. Dia menatap cincin berukir itu dan
menjadi bingung. Dia lupa kalau dirinya sedang mengenakan cincin itu. Dia sampai
lupa alasannya datang ke Sevilla. Dia melihat ke arah pria yang mendekatinya,
kemudian dia melihat cincin itu lagi. Apa karena ini Megan mati" Apa karena ini
dirinya akan mati" Bayangan itu maju mendekat di jalan yang menanjak itu. Becker melihat dinding di
segala sisi - sebuah jalan buntu di belakangnya. Di antaranya ada beberapa jalan
dengan gerbang, tetapi sudah terlambat untuk meminta tolong.
Becker menempelkan punggungnya pada jalan buntu itu. Tiba-tiba dia bisa
merasakan setiap kerikil di bawah telapak kakinya, setiap benjolan pada dinding
di punggungnya. Dia teringat masa lalunya, masa kecilnya, orangtuanya ... Susan.
Oh, Tuhan ... Susan. Untuk pertama kalinya semenjak dia kecil, Becker berdoa. Dia bukan berdoa agar
terbebas dan kematian. Sebaliknya, dia berdoa agar wanita yang ditinggalkannya
mendapat kekuatan, agar wanita itu tahu tanpa ragu bahwa dirinya dicintai.
Becker menutup matanya. Kenangan datang bagaikan hujan badai. Kenangan itu bukan
tentang rapat-rapat antarbagian, urusan kampus, dan sembilan puluh persen hal-
hal lain di dalam kehidupannya. Kenangan itu adalah tentang wanita itu.
Kenangan-kenangan yang sederhana: bagaimana dia mengajari wanita itu memegang
sumpit, pelayaran mereka ke Cape Cod. Aku mencintaimu, pikir Becker.
Ketahuilah ... untuk selamanya.
Seolah segala pertahanan diri, kepura-puraan, sikap berlebihan dalarn hidupnya
sirna. Becker berdiri dalarn keadaan telanjang - telanjang di hadapan Tuhan. Aku
seorang pria, pikirnya. Secara ironis, untuk beberapa saat, Becker berpikir, Aku
seorang pria tanpa lilin. Becker berdiri dengan rnata tertutup ketika pria
dengan kacamata berbingkai kawat itu mendekat. Tidak jauh dan sana, sebuah
lonceng mulai berdentang. Becker menunggu dalam kegelapan, menunggu suara yang
akan mengakhiri hidupnya.
*** 89 MATAHARI PAGI baru saja terbit di atas bangunan-bangunan di Sevilla dan
menyinari ngarai-ngarai di bawahnya. Lonceng-lonceng di atas menara Giralda
berbunyi untuk memanggil para umat agar menghadiri misa pagi. Ini saat yang
ditunggu-tunggu oleh para penduduk di sana. Di bagian mana pun di daerah itu,
gerbanggerbang terbuka dan para keluarga berhamburan ke lorong-lorong. Bagaikan
darah yang mengalir di dalam nadi Santa Cruz yang tua, orang-orang itu pergi
menuju jantung kota kecil mereka, menuju inti dari sejarah mereka, menuju Tuhan,
singgasana mereka, katedral mereka.
Jauh di dalam benak Becker, sebuah lonceng berdentang. Apakah aku telah mati"
Hampir dengan enggan, Becker membuka matanya dan memicing di dalam pancaran
pertama sinar matahari. Dia sadar dengan tepat di mana dirinya berada. Dia
melihat ke depan dan mencari penyerang yang berada di lorong di depannya. Tetapi
pria dengan kacamata berbingkai kawat itu tidak terlihat. Vang terlihat justru
orangorang lain. Keluarga-keluarga Spanyol dengan pakaian terbaik mereka sedang
keluar dan pintu pagar menuju lorong sambil mengobrol dan tertawa.
DI UJUNG lorong, tersembunyi dan pandangan Becker, Hulohot mengutuk dengan
kesal. Awalnya hanya ada sepasang orang yang memisahkan dirinya dengan
buruannya. Hulohot hampir yakin, kedua orang itu akan segera pergi. Tetapi suara
lonceng terus bergema di seluruh lorong dan membuat orangorang keluar dan rumah
mereka. Pasangan kedua muncul bersama dengan anak-anak mereka. Mereka saling
memberi salam. Bercakap-cakap, tertawa, dan mencium pipi sebanyak tiga kali.
Kelompok lain muncul, dan Hulohot tidak bias melihat mangsanya lagi. Sekarang,
dengan rasa marah yang mendidih, Hulohot berlari masuk ke dalam kerumunan orang
yang semakin bertambah banyak. Dia harus mendekati Dauid Becker!
Pembunuh itu mendesak maju sampai di akhir gang. Untuk sejenak dia tersesat di
antara lautan orang - jas dan dasi, gaun-gaun hitam, mantel berenda yang terlampir
di atas pundak wanita-wanita bungkuk. Tampaknya orang-orang tersebut tidak
menyadari kehadiran Hulohot. Mereka melenggang dengan santai dan semua
berpakaian hitam. Mereka bergerombol, bergerak menyatu, dan menghalangi jalan
Hulohot. Hulohot berkelit keluar dan kerumunan itu dan segera menuju ke jalan
buntu. Pistolnya terangkat. Kemudian, dia mengeluarkan sebuah jeritan bisu yang
tidak mirip suara manusia. Dauid Becker sudah kabur.
BECKER TERHUYUNG dan menyelip di antara kerumunan orang itu. Ikuti kerumunan
orang ini, pikirnya. Mereka tahu jalan keluar. Becker memotong ke kanan dia
persimpangan, dan lorong itu melebar. Di mana-mana, gerbang terbuka dan orang-
orang berhamburan keluar. Den-tangan lonceng semakin keras.
Bagian samping badan Becker masih terasa panas membakar, tetapi dia merasakan
darahnya berhenti mengucur. Becker berlari terus. Di belakangnya, seorang pria
dengan senjata semakin mendekat.
Becker bergerak melewati kelompok orang yang hendak pergi ke gereja. Dia
berusaha merendahkan kepalanya. Sudah tidak jauh lagi. Becker bisa merasakannya.
Kerumunan itu menjadi semakin besar. Lorong telah melebar. Mereka tidak berada
di cabang jalan kecil lagi. Mereka berada di jalur utama. Saat berbelok, tiba-


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tiba Becker melihatnya, menjulang di depan mereka - katedral itu dan menara
Giralda. Suara lonceng memekakkan telinga. Gemanya terjebak di antara dinding-dinding
bangunan di tempat itu. Beberapa kerumunan orang menyatu. Setiap orang
mengenakan pakaian hitam, berdesakan ke arah pintu Katedral Sevilla yang terbuka
itu. Becker berusaha memisahkan diri dan menuju Mateus Gago, tetapi dirinya
terjebak. Dia terhimpit oleh kerumunan orang yang saling mendorong. Dibandingkan
dengan orang lain di dunia, orang-orang Spanyol mempunyai pandangan yang berbeda
tentang }afak badan. Becker terjepit di antara dua wanita bertubuh besar. Mata
kedua wanita itu tertutup dan membiarkan kerumunan orang di sekitar mereka
membawa mereka. Wanita-wanita itu menggumamkan doa sambil memegang butiran
rosario. Saat kerumunan itu mendekati bangunan besar dan batu itu, Becker mencoba
memotong ke km lagi, tetapi arus manusia itu lebih kuat sekarang karena
semangat, desakan, dan dorongan dan orang-orang yang berdoa sambil menutup mata.
Becker kembali ke dalam kerumunan sambil berusaha melawan arus gelombang manusia
yang bersemangat itu. Hal itu mustahil, seperti berenang ke hulu sungai dengan
kedalaman satu mil. Becker berbahk. Pintu-pintu katedral tampak di depannya -
bagaikan sebuah jalan masuk ke sebuah parade karnaval yang tidak ingin
diikutinya. Mendadak Dauid Becker sadar, dirinya akan masuk ke gereja.
*** 90 SIRENE CRYPTO berbunyi nyaring. Strathmore tidak tahu berapa lama Susan telah
pergi. Strathmore duduk sendiri di dalam bayangan. Suara dengung TRANSLTR
memanggil dirinya. Kau bisa bertahan ... kau bisa bertahan ....
Ya, pikirnya. Aku bisa bertahan - tetapi bertahan tidak ada artinya tanpa
kehormatan. Lebih baik aku mati daripada hidup dafam bayangan aib.
Dan aib telah menunggunya. Strathmore telah merahasiakan hal itu kepada
Direktur. Dia telah mengirim sebuah virus ke dalam komputer paling aman di negara itu. Tidak
diragukan lagi, dia akan digantung. Tujuannya patriotis, tetapi segalanya
berjalan tidak seperti yang direncanakannya. Telah terjadi kematian dan
pengkhianatan. Akan ada persidangan, tuduhan, kemarahan publik. Dirinya telah
mengabdi pada negaranya dengan rasa hormat dan integritas selama bertahun-tahun.
Strathmore tidak bisa membiarkan hal itu berakhir seperti ini.
Aku bisa bertahan, pikir Strathmore.
Kau pembohong, balas pikirannya sendiri.
Hal itu benar. Dia adalah pembohong. Dia telah tidak jujur kepada beberapa
orang. Susan Fletcher adalah salah satunya. Ada banyak hal yang belum
dikatakannya kepada wanita itu - hal-hal yang sekarang membuatnya sangat malu.
Selama bertahun-tahun, wanita itu merupakan ilusinya, fantasinya yang tak pernah
padam. Strath-more memimpikan Susan setiap malam. Dia memanggil nama wanita itu
dalam tidurnya. Dia tidak bisa tahan. Wanita itu secemerlang dan secantik wanita
idamannya. Istrinya telah berusaha sabar, tetapi ketika dia bertemu Susan, dia
segera kehilangan harapannya. Beu Strath-more tidak menyalahkan suaminya. Dia
berusaha menahan perih yang dideritanya sekuat mungkin, tetapi belakangan hal
itu menjadi semakin tidak tertahankan. Dia mengatakan kepada Strathmore bahwa
pernikahan mereka telah berakhir. Bayangan wanita lain bukanlah tempat bagi Beu
untuk menghabiskan hidupnya.
Secara perlahan, suara sirene menyadarkan Strathmore dan lamunannya. Kemampuan
analisisnya berusaha mencari jalan keluar. Otaknya dengan enggan mengakui apa
yang dirasakan dirinya. Hanya ada satu jalan keluar, hanya ada satu solusi.
Strathmore melihat ke arah keyboard dan mulai mengetik. Dia tidak memutar
monitor untuk melihat apa yang ditulisnya. Jemarinya mengetikkan kata-kata
dengan pelan dan penuh keyakinan.
Teman-teman tersayang, aku mengakhiri hidupku hari ini ....
Dengan cara ini, tidak akan ada yang bertanya-tanya. Tidak akan ada
penyelidikan. Tidak akan ada tuduhan. Dia akan menceritakan pada dunia apa yang
telah terjadi. Banyak yang telah rnati ... tetapi rnasih ada satu nyawa untuk
direnggut. *** 91 DI DALAM katedral, suasana selalu terasa bagaikan malam. Kehangatan siang terasa
sejuk dan lembab di dalamnya. Lalu-lintas orang di luar teredam oleh dinding
granit tebal. Tidak ada lilin yang cukup untuk menerangi langit-langit yang
luas. Bayangan ada di mana-mana. Hanya ada kaca patri berwarna di atas, yang
menyaring keburukan dunia luar menjadi pancaran cahaya merah dan biru.
Katedral Sevilla, seperti semua katedral besar di Eropa, dirancang dengan bentuk
salib. Bagian altar selalu terletak di bagian tengah bentuk salib. Bangku-bangku
kayu berada pada sumbu vertikal, membentang sejauh 113 yard dari altar ke bagian
kaki salib. Di bagian kiri dan kanan pada sisi bentuk salib katedral itu
terdapat tempat pengakuan dosa, makam-makam suci,dan tempat duduk tambahan.
Becker terjepit di bagian tengah sebuah bangku kayu di barisan yang terletak
agak ke belakang. Sebuah tempat dari logam berukuran sebesar lemari es dan
berisi dupa tergantung pada seutas tali di ruang kosong pada bagian atas kepala.
Benda itu mengeluarkan asap dupa. Loncenglonceng Giralda masih tetap berbunyi
dan menggetarkan batu-batu bangunan katedral. Becker menurunkan arah
pandangannya ke arah dinding bersepuh emas di bagian belakang altar. Becker
memiliki banyak hal untuk disyukuri. Dirinya masih bernapas. Ini sebuah
keajaiban. Saat seorang pastor bersiap mengucapkan doa pembukaan, Becker memeriksa sisi
badannya. Ada noda merah pada kemejanya, tetapi pendarahannya sudah berhenti.
Dia kembali memasukkan kemejanya dan menjulurkan lehernya. Di bagian belakang,
pintu-pintu berderik menutup. Becker sadar, jika tadi dia dibuntuti, sekarang
dia terjebak. Katedral Sevilla memiliki jalan masuk tunggal. Ini adalah
rancangan yang populer pada masa-masa ketika gereja digunakan sebagai benteng
pertahanan, sebuah tempat perlindungan yang aman dan serangan bangsa Moor.
Dengan jalan masuk tunggal, berarti hanya ada satu pintu untuk dibankade.
Sekarang jalan masuk tunggal tersebut memiliki fungsi lain - untuk menjamin bahwa
semua turis yang masuk ke dalam katedral telah membeli karcis.
Pintu-pintu bersepuh emas setinggi 22 kaki itu terbanting menutup dengan keras.
Becker terkunci di dalam rumah Tuhan. Dia menutup matanya dan duduk merosot pada
bangku kayu. Becker adalah satu-satunya orang di dalam bangunan itu yang tidak
berpakaian hitam. Di suatu tempat, suara-suara mulai bernyanyi.
DI BAGIAN belakang gereja itu, sesosok tubuh bergerak pelan pada lorong-bangku
samping sambil berusaha untuk berada di dalam daerah yang gelap. Sosok itu telah
menyelip masuk tepat sebelum pintu-pintu menutup. Pria itu tersenyum pada
dirinya sendiri. Perburuan ini semakin bertambah menarik. Becker ada di sini ...
aku bisa merasakannya. Dia bergerak secara metodis, sebaris demi sebaris. Di
bagian atas, tempat dupa berayun perlahan. Ini tempat yang tepat untuk mati,
pikir Hulohot. Semoga aku juga mati seperti ini.
BECKER BERLUTUT di atas lantai katedral yang dingin dan menundukkan kepalanya
agar tidak terlihat. Pria yang duduk di sebelahnya menatapnya - tingkah Becker
sangatlah tidak pantas di rumah Tuhan.
"Enfermo," kata Becker meminta maaf. "Sakit."
Becker sadar dirinya harus merunduk. Dia telah melihat sesosok tubuh yang tidak
asing sedang bergerak di lorongbangku samping. Itu dia! Dia ada di sini!
Walaupun berada di tengah jemaat yang besar, Becker khawatir dirinya tetap
merupakan sasaran empuk - jaketnya yang hijau kekuningan bagaikan rambu lalu-
hntas yang bersinar di antara kerumunan hitam. Dia berpikir untuk melepaskan
jaket tersebut, tetapi kemeja putihnya tidak lebih baik. Sebagai gantinya,
Becker membungkuk lebih rendah lagi.
Pria di samping Becker mengernyit. "Tunsta." Pria itu mendengus dan kemudian
berbisik agak sarkastis, "Llamo un medico" Perlu aku panggilkan dokter?"
Becker mendongak ke arah pria tua berwajah cecurut itu. "No, gracias. Estoy
bien." Pria itu menatap Becker dengan marah. "Pues sientate! Kalau begitu, duduklah!"
Orang-orang di sekitar mendesis pada mereka agar diam. Pria tua itu menggigit
lidahnya sendiri dan menatap ke depan.
Becker menutup matanya dan membungkuk lebih rendah lagi sambil bertanya-tanya
berapa lama misa itu akan berlangsung. Sebagai seorang Protestan, Becker selalu
beranggapan bahwa misa Katolik terlalu panjang. Dia berdoa semoga hal itu benar,
karena segera setelah misa berakhir, dia akan terpaksa berdiri dan memberi jalan
bagi yang lainnya untuk keluar. Dengan pakaian berbahan dril, dia pasti mati.
Becker sadar dirinya tidak memiliki pilihan saat itu. Dia hanya bisa berlutut di
atas lantai dingin katedral besar itu. Akhirnya, pria tua di sampingnya tidak
tertarik lagi padanya. Para jemaat berdiri sekarang untuk menyanyikan sebuah
himne. Becker tetap berlutut. Kakinya mulai terasa kram. Tidak ada ruang untuk
berselonjor. Sabar, pikir Becker. Sabar. Dia menutup matanya dan menarik napas
dalam-dalam. Kira-kira satu menit kemudian, Becker merasa ada yang menendangnya. Dia
mendongak. Pria berwajah ce-curut itu sedang berdiri di sisi kanannya. Dia
dengan gelisah sedang menunggu Becker untuk meninggalkan bangku.
Becker panik. Dia sudah mau pergi" Berarti aku harus berdiri tegak! Becker
mengisyaratkan kepada pria itu untuk melangkahi saja dirinya. Pria itu hampir
tidak bisa menahan amarahnya. Dia menarik dan menyingsingkan ujung jaket
hitamnya, serta berdiri menyamping untuk menunjukkan bahwa orang-orang pada
baris itu menunggu untuk keluar. Becker menengok ke km dan melihat bahwa wanita
yang duduk di sana telah pergi. Sisi km bangku itu kosong sampai ke lorong
tengah. Tidak mungkin misanya sudah selesai! Mustahil! Kita baru saja sampai!
Tetapi ketika Becker melihat putera altar di bagian akhir baris itu dan dua
lajur antnan orang di lorong tengah menuju altar, dia sadar apa yang sedang
terjadi. Komum. Becker mengerang. Orang-orang Spanyol sialan melakukannya di awal misa.
*** 92 SUSAN MENURUNI tangga menuju lantai bawah tanah. Uap tebal sekarang mulai
mengepul di sekeliling lambung TRANSLTR. Jalanjalan sempit mulai menjadi basah
karena kondensasi. Susan hampir terjatuh karena sepatunya licin. Dia bertanya-
tanya berapa lama TRANSLTR bisa bertahan. Sirene terus memberikan bunyi
peringatan. Lampu-lampu darurat berkedip setiap dua detik. Tiga lantai di bawah,
pembangkit tenaga listrik cadangan mulai berguncang dan mengeluarkan suara
rengekan. Susan tahu bahwa di suatu tempat di bagian dasar yang berkabut asap
itu ada sebuah pemutus sambungan listrik. Susan merasa waktu semakin sempit.
DI LANTAI atas, Strathmore meraih Beret-tanya. Dia membaca ulang catatan yang
baru saja dibuatnya dan meletakkan catatan tersebut di atas lantai ruangan di
tempat dirinya berdiri. Apa yang hendak dilakukannya adalah sebuah tindakan
pengecut. Hal itu tidak diragukan lagi. Aku bisa bertahan, pikirnya. Strathmore
teringat akan virus di bank data NSA; dia teringat David Becker di Spanyol; dia
teringat akan rencananya untuk menambahkan sebuah celah. Dia telah mengatakan
begitu banyak kebohongan. Dia telah bersalah atas banyak hal. Dia sadar, dengan
cara inilah dia bisa berkelit dan tanggung jawab ... satusatunya cara untuk
terhindar dan rasa malu. Dengan berhatihati, dia membidik pistolnya. Kemudian,
dia menutup matanya dan menarik pelatuk pistol itu.
SUSAN BARU saja menuruni enam buah tangga ketika dia mendengar bunyi tembakan
yang teredam. Bunyi itu terdengar jauh dan hampir tidak terdengar karena deruman
pembangkitpembangkit tenaga listrik. Susan belum pernah mendengar bunyi tembakan
senjata kecuali di televisi, tetapi dia tidak ragu akan apa yang baru saja
didengarnya. Susan berhenti dan suara itu bergema di telinganya. Dengan rasa ngeri, wanita
itu mengkhawatirkan yang terburuk. Dia membayangkan impian sang komandan - sebuah
celah pada Benteng Digital, yang seharusnya merupakan sebuah prestasi luar
biasa. Dia membayangkan virus di dalam bank data, pernikahan Strathmore yang
gagal, anggukan kepala Strathmore yang mengerikan. Kakinya terasa lemas. Dia
merasa bergoyang dan segera mencengkeram pegangan tangga. Komandan! Tidak!
Untuk beberapa saat, Susan diam tidak bergerak. Pikirannya kosong. Gema suara
tembakan seolah menelan semua keriuhan di sekitarnya. Pikirannya menyuruh
dirinya untuk terus, tetapi kakinya menolak. Komandan! Sesaat kemudian, Susan
berlari menaiki tangga. Dia sama sekali lupa akan bahaya di sekitarnya.
Dia berlari dengan membabi buta sambil tergelincir. Di atasnya, kelembapan
memancar bagaikan hujan. Ketika dia mencapai tangga panjat dan mulai memanjat,
dia merasa dirinya terangkat dan bawah oleh embusan uap yang kuat hingga hampir
terlontar keluar dan pintu kolong itu. Susan berguling di atas lantai Crypto dan
merasakan tiupan angin sejuk di sekujur tubuhnya. Blus putihnya basah dan
menempel pada badannya. Suasana di dalam Crypto gelap. Susan terdiam sambil berusaha mereka-reka keadaan
sekelilingnya. Suara tembakan itu terus berdengung di dalam kepalanya. Uap panas
memancar keluar dan pintu kolong bagaikan gas yang keluar dan sebuah gunung
berapi yang siap meletus.
Susan mengutuki dirinya sendiri karena telah meninggalkan pistol Beretta itu
bersama Strathmore. Dia telah meninggalkan benda itu pada sang komandan, bukan"
Atau pistol itu berada di Node 3" Saat matanya mulai terbiasa dengan kegelapan,
Susan melihat ke arah lubang menganga pada dinding Node 3. Cahaya monitor
komputer di ruangan itu redup, tetapi dan kejauhan Susan bisa melihat Hale yang
tergeletak tidak bergerak di atas lantai tempat dia meninggalkannya tadi. Tidak
ada tanda-tanda Strathmore. Sambil tetap merasa khawatir akan apa yang akan
ditemukannya, Susan pergi menuju ruang kantor sang komandan.
Tetapi saat dirinya mulai bergerak, Susan merasa ada yang aneh. Dia berbahk
beberapa langkah dan mengintip ke dalam Node 3. Dalam cahaya yang remang-remang,
dia bias melihat lengan Hale. Lengan itu tidak berada di sisi tubuhnya. Hale
tidak lagi terikat bagaikan mumi. Lengannya berada di atas kepalanya. Dia
tergeletak di atas lantai. Apakah dia berhasil membebaskan diri" Tetapi tidak
ada gerakan. Hale diam tidak bergerak.
Susan mendongak ke arah ruang kerja Strathmore yang di lantai atas. "Komandan?"
Sunyi. Dengan hati-hati, Susan bergerak ke dalam Node 3. Ada sebuah benda di tangan
Hale. Benda itu berkilau terkena cahaya monitor. Susan bergerak mendekat ...
lebih dekat lagi. Tiba-tiba dia bisa melihat apa yang sedang digenggam Hale.
Benda itu adalah sebuah Beretta.
Susan terengah. Sambil mengikuti garis lengkung lengan Hale, matanya bergerak ke
arah wajah Hale. Apa yang dilihatnya sungguh mengerikan. Separuh dan kepala Hale
berlumuran darah. Noda gelap telah menyebar ke atas karpet.
My God! Susan terhuyung mundur. Bukannya tembakan sang komandan yang didengarnya
tadi, tetapi tembakan Hale!
Seolah tersihir, Susan bergerak mendekati tubuh Hale. Tampaknya Hale telah
berhasil membebaskan dirinya sendiri. Kabel mesin cetak tergeletak di
sampingnya. Aku pasti telah meninggalkan pistol itu di sofa, pikir Susan. Darah
yang mengalir dan lubang di tengkorak Hale tampak hitam dalam cahaya kebiruan.
Pada lantai di samping Hale terdapat selembar kertas. Susan maju dengan ragu-
ragu dan mengambil kertas itu. Kertas itu adalah sebuah surat.
Teman-teman tersayang. Aku mengakhiri hidupku hari mi
sebagai penebusan atas dosa-dosa berikut ....
Dengan rasa tidak percaya, Susan menatap catatan bunuh diri di tangannya. Susan
membaca pelan. Hal ini seperti tidak nyata - sangat tidak seperti Hale - sebuah
daftar penyucian dosa. Hale mengakui segalanya - menyadari bahwa NDAKOTA hanya
sebuah tipuan, menyewa seorang pembunuh untuk menghabisi Ensei Tankado dan
mengambil cincin itu, mendorong Phil Chartrukian, dan berencana menjual Benteng
Digital. Susan mencapai baris terakhir. Dia tidak siap menghadapi apa yang sedang
dibacanya. Kata-kata terakhir surat itu merupakan sebuah pukulan yang
melumpuhkannya. Di atas segalanya, aku benar-benar menyesal tentang David
Becker. Maafkan aku. Aku telah dibutakan oleh ambisi.
Saat Susan berdiri dengan gemetar di atas tubuh Hale, dia mendengar suara
langkah kaki yang berlari mendekat dan arah belakang. Dengan gerakan lambat,
Susan berbahk. Strathmore muncul dan jendela yang pecah dengan tampang pucat dan kehabisan
napas. Sang komandan menatap tubuh Hale dengan tampang terpukul.
"Ya Tuhan!" kata Strathmore. "Apa yang terjadi?"
*** 93 KOMUNI. Hulohot segera melihat Becker. Jaket berwarna hijau kekuningan itu tidak mungkin
tidak kelihatan, terutama karena ada sebuah noda darah kecil di sisinya. Jaket
itu bergerak di lorong tengah di antara lautan yang berwarna hitam. Pasti dia
tidak tahu aku ada di sini. Hulohot tersenyum. Matilah dia.
Hulohot memainkan alat penghubung dari logam pada jemarinya. Dia ingin segera
mengabari kontaknya di Amerika tentang kabar baik itu. Segera, pikirnya, tidak
iama lagi. Bagaikan seekor predator yang bergerak merunduk di bawah angin, Hulohot


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melangkah ke arah belakang gereja. Kemudian, dia mulai mendekat - langsung ke
lorong tengah. Hulohot tidak ingin mengikuti Becker bersama orangorang yang
sedang berbaris pelan itu. Buruannya terjebak; nasib baik untuk Hulohot. Dia
hanya memerlukan sebuah cara untuk menyingkirkan Becker tanpa ribut-ribut.
Peredam-nya merupakan pilihan yang baik. Peredam itu memiliki kualitas terbaik
dan hanya mengeluarkan sedikit suara.
Saat mendekati jaket berwarna hijau kekuningan itu, Hulohot tidak sadar akan
gumaman lembut dan orang-orang yang dilewatinya. Para jemaat bisa mengerti
semangat Hulohot untuk menyambut berkat Tuhan, tetapi ada peraturan yang ketat -
dua lajur, masing-masing satu baris. Hulohot tetap bergerak. Dengan cepat dia
semakin mendekati Becker. Dia mencari pistol di dalam kantong jaketnya. Saatnya
telah tiba. Sebelumnya Dauid Becker beruntung; sekarang tidak mungkin lagi.
Jaket berwarna hijau kekuningan itu hanya berjarak sepuluh orang di depan.
Becker menghadap ke depan dengan kepala tertunduk. Hulohot membayangkan
pembunuhan itu di dalam benaknya. Sosok Becker terlihat jelas. Hulohot akan
memotong ke belakang pria itu, menjaga agar pistolnya tetap rendah dan tidak
terlihat, dan menembak dua kali ke arah punggung orang itu. Becker akan
tersungkur, Hulohot akan memapahnya dan membantunya duduk di bangku bagaikan
seorang teman yang penuh perhatian. Kemudian, dia akan bergerak cepat ke
belakang gereja seolah mencari bantuan. Di dalam kekacauan, Hulohot akan
menghilang sebelum ada yang menyadari apa yang sudah terjadi.
Lima orang. Empat. Tiga. Hulohot menyentuh pistol di dalam kantongnya sambil merendahkan senjata itu. Dia
akan menembak dan ketinggian pinggul ke arah atas menembus tulang belakang
Becker. Dengan cara seperti itu, peluru akan menghantam tulang belakang atau
paru-paru sebelum akhirnya bersarang di jantung. Bahkan jika peluru itu meleset
dan jantung, Becker tetap akan tewas. Paru-paru yang ter-luka sangat mematikan.
Mungkin tidak mematikan di negara-negara dengan ilmu kedokteran yang maju,
tetapi tidak di Spanyol. Di sini, hal tersebut mematikan.
Dua orang ... satu. Dan Hulohot pun sampai di sana. Bagaikan seorang penari yang
sedang memeragakan gerakan yang terlatih baik, dirinya berbelok ke kanan. Dia
meletakkan tangan pada bahu jaket berwarna hijau kekuningan itu, membidikkan
pistolnya, dan ... menembak. Terdengar dua tembakan yang teredam.
Segera tubuh di depan Hulohot menjadi kaku dan kemudian terjatuh. Hulohot
memopong korbannya pada bagian ketiak. Dengan sebuah gerakan perlahan, Hulohot
mengayunkan tubuh itu ke bangku terdekat sebelum noda darah menyebar di bagian
punggung si korban. Orang-orang di dekat Hulohot berbahk. Dia tidak peduli - dia
akan segera menghilang. Hulohot meraba jemari pria yang tidak bernyawa itu untuk mencari cincin
tersebut. Tidak ada. Hulohot meraba lagi. Namun, jemari pria itu telanjang.
Dengan marah, dia membalikkan tubuh korbannya. Hulohot langsung panik. Itu bukan
wajah David Becker. Rafael de la Maza, seorang bankir dan daerah pinggiran Sevilla, langsung tewas.
Dia masih menggenggam S0.000 peseta yang dibayarkan oleh seorang Amerika yang
aneh untuk jaket hitam miliknya.
*** 94 MIDGE MILKEN berdiri dengan marah di depan mesin pendingin air di dekat pintu
masuk ruang konferensi. Apa yang sedang dilakukan Fontaine" Midge meremas gelas
kertas dan melemparkannya dengan keras ke tempat sampah. Ada yang tidak beres di
dalam Crypto! Aku bias merasakannya! Midge tahu bahwa hanya ada satu cara untuk
membuktikan bahwa dirinya benar. Dia sendiri harus pergi untuk memeriksa Crypto -
melacak di mana Jabba berada jika perlu. Midge berbalik dan menuju pintu.
Brinkerhoff mendadak muncul dan menghalanginya. "Kau hendak ke mana?"
"Pulang!" jawab Midge berbohong.
Brinkerhoff tidak mengizinkannya lewat.
Midge melotot. "Fontaine menyuruhmu untuk tidak membiarkan aku keluar, bukan?"
Breinkerhoff membuang muka.
"Chad, kuberi tahu kau, ada yang sedang terjadi di Crypto - sesuatu yang besar.
Aku tidak tahu kenapa Fontaine berpura-pura bodoh, tetapi TRANSLTR sedang dalam
masalah. Ada yang tidak beres di tempat itu malam ini!"
"Midge," kata Brinkerhoff untuk menenangkan sambil berjalan melewati perempuan
itu menuju jendela-jendela ruang konferensi yang bertirai, "biarkan Direktur
yang menanganinya." Tatapan Midge menjadi tajam. "Kau tahu apa yang akan terjadi pada TRANSLTR jika
sistem pendinginnya rusak?"
Bnnkerhoff mengangkat bahu dan mendekati jendela. "Mungkin tenaga listriknya
sudah kembali tersambung sekarang." Bnnkerhoff menyibak tirai dan melihat.
"Masih gelap?" tanya Midge.
Tetapi Bnnkerhoff tidak menjawab. Dia terpana. Pemandangan di bawah, di dalam
kubah Crypto, tidak bisa terbayangkan. Seluruh kubah kaca dipenuhi oleh sinar
yang berputar, cahaya yang berkedip-kedip, dan asap yang bergulung. Bnnkerhoff
berdiri terpana sambil terhuyung dengan bingung ke arah kaca. Kemudian, dengan
rasa panik yang hebat, pria itu berlari keluar. "Direktur! Direktur!"
*** 95 DARAH KRISTUS ... cawan keselamatan ....
Orang-orang berkerumun di sekeliling tubuh yang tergeletak di atas bangku itu.
Di langitlangit, tempat dupa berayun dengan damai. Hulohot berbalik dengan
tergesa-gesa di sepanjang lorong-bangku tengah dan mencari-cari ke sekeliling
gereja. Dia pasti ada di sini. Hulohot berbalik ke arah altar.
Tiga puluh baris di depannya, komuni suci berlangsung tanpa ada gangguan. Bapa
Gustaphes Herrera, kepala pembawa cawan, memerhatikan keributan yang terjadi di
deretan bangku tengah dengan rasa ingin tahu, tetapi dia tidak khawatir.
Terkadang beberapa umat yang sudah tua begitu terpengaruh oleh Roh Kudus dan
menjadi pingsan. Sedikit udara segar biasanya bisa membantu mereka.
Sementara itu, Hulohot masih terus mencari-cari dengan panik. Becker tidak
kelihatan di mana-mana. Kira-kira seratus orang sedang berlutut di depan altar
panjang untuk menerima komuni. Hulohot bertanya-tanya apakah Becker berada di
antara mereka. Dia memerhatikan punggung orang-orang itu. Dia bersiap untuk
menembak dan }arak lima puluh yard dan kemudian kabur. EL CUERPO de Jesus, el
pan de cielo. Pastor muda yang memberikan komuni kepada Becker menatap pria itu dengan
pandangan mencela. Pastor itu bias mengerti semangat orang asing ini untuk
menerima komuni, tetapi tidak ada alasan untuk memotong antnan.
David Becker menundukkan kepalanya dan mengunyah roti komuni sebaik mungkin. Dia
merasa ada yang sedang terjadi di belakangnya, sebuah gangguan. Becker teringat
pada pria dan siapa dia membeli jas hitam itu. Dia berharap pria itu
mendengarkan peringatannya untuk tidak memakai jasnya sebagai gantinya. Becker
mulai berbahk dan melihat, tetapi dia takut pria dengan kacamata berbingkai
kawat itu akan menatapnya. Becker membengkokkan lututnya agar jasnya bisa
menutupi bagian belakang celana drilnya. Tetapi tidak berhasil.
Cawan anggur datang dan sebelah kanan Becker dengan cepat. Orang-orang sudah
menelan anggur mereka, membuat tanda salib, dan berdiri untuk pergi. Pelan-
pelan! Becker tidak ingin terburu-buru meninggalkan altar. Tetapi dengan dua
ribu umat yang sedang menanti dan hanya delapan pastor yang melayani, dia akan
dianggap tidak sopan untuk berlamalama setelah mencicipi anggur.
CAWAN ITU berada di sebelah kanan Becker ketika Hulohot melihat celana dril
Becker yang tidak serasi itu. "Estas ya muerto," Hulohot mendesis perlahan. "Kau
sudah mati." Hulohot bergerak maju di lorong tengah. Waktu untuk bertindak diam-
diam sudah lewat. Dua tembakan di punggung, dan dia akan merampas cincin itu dan
kabur. Tempat pangDI kalan taksi terbesar di Sevilla berada setengah blok dan
Mateus Gago. Hulohot meraih senjatanya.
Adios, Senor Becker .... LA SANGRE de Cnsto, la copa de la saluacion.
Bau keras dan anggur merah memenuhi lubang hidung Becker saat Padre Hererra
merendahkan cawan perak itu. Terlalu pagi untuk minum, pikir Becker saat dia
rnen-codongkan badannya ke depan. Tetapi saat cawan perak itu berada sejajar
dengan matanya, dia melihat sebuah gerakan yang kabur. Sesosok tubuh bergerak
dengan cepat dan bentuk badannya terpelintir dalam bayangan pada cawan.
Becker melihat kilatan bahan logam dan senjata yang dikeluarkan Hulohot. Dengan
cepat dan tanpa sadar, bagaikan atlet lari yang mendengarkan suara tembakan,
Becker melesat maju. Sang pastor terhuyung ke belakang dengan ngeri ketika cawan
peraknya melayang di udara dan anggur merahnya mengguyur marmer putih. Para
pastor dan putra altar berhamburan saat Becker meloncat melewati pembatas
komuni. Peredam Hulohot memuntahkan sebuah tembakan. Beckerjatuh dengan keras ke
lantai, dan tembakan itu meledak di atas lantai marmer di belakang dirinya.
Tidak lama kemudian, Becker terhuyung-huyung menuruni tiga buah tangga menuju
lorong sempit tempat petugas gereja keluar masuk. Para petugas gereja biasa
muncul ke atas altar dengan keanggunan surgawi melalui lorong sempit itu.
Pada bagian ujung bawah tangga, Becker tersandung dan terjatuh. Dia merasa
dirinya tergelincir tanpa kendali di atas batu yang terpoles licin. Sebuah rasa
nyeri seperti teriris belati menghunjam perutnya saat dia terjatuh miring.
Sesaat kemudian, Becker berlari tergopoh-gopoh di sepanjang lorong bertirai dan
menuruni sebuah tangga kayu.
Perih. Becker berlari melintasi ruang ganti pakaian. Tempat itu gelap. Dia
mendengar jeritan dan altar. Langkah-langkah kaki yang terdengar keras
mengikutinya. Becker mendobrak pintu rangkap dan masuk ke sebuah ruang baca.
Tempat itu gelap dan dilengkapi dengan karpet-karpet dan Timur dan perabot
mahogani yang terpoles indah. Pada bagian dinding di ujung ada sebuah salib
dengan ukuran sebesar manusia dewasa. Becker berhenti. Buntu. Dia berada di
ujung bentuk salib katedral itu. Dia dapat mendengar Hulohot mendekat dengan
cepat. Dia menatap salib itu dan mengutuki nasib buruknya.
"Sialan I" jerit Becker.
Tiba-tiba terdengar bunyi kaca pecah di sebelah km Becker. Dia berbahk. Seorang
pria dengan jubah merah terengah dan melihat Becker dengan ngeri. Bagaikan
seekor kucing yang terpergok sedang memangsa burung kenari, pria berjubah itu
mengelap mulutnya dan berusaha menyembunyikan botol anggur untuk komuni itu
dengan kakinya. "Salida!" kata Becker. "Sahda! Biarkan aku keluar!"
Kardinal Guerra bertindak secara naluriah. Setan telah memasuki ruang-ruang suci
sambil berteriak agar dibebaskan dan rumah Tuhan. Guerra ingin mengabulkan
permintaan Becker - secepatnya. Setan itu telah masuk pada saat yang sangat tidak
tepat. Dengan pucat, kardinal itu menunjuk ke sebuah tirai pada dinding di bagian
kirinya. Ada sebuah pintu yang tersembunyi di balik tirai itu. Guerra memasang
pintu tersebut di sana tiga tahun yang lalu karena sang kardinal merasa lelah
keluar masuk gereja melalui pintu depan bagaikan seorang pendosa biasa. Pintu
itu langsung menuju halaman belakang di luar.
*** 96 TUBUH SUSAN yang basah dan gemetar terhenyak di atas sofa di dalam Node 3.
Strathmore menyampirkan jas miliknya di atas pundak Susan. Tubuh Hale tergeletak
beberapa yard di depan mereka. Suara sirene masih berbunyi. Bagaikan es yang
mencair di sebuah kolam yang beku, lambung TRANSLTR mengeluarkan sebuah suara
berderak yang keras. "Aku akan turun untuk memutuskan sambungan listriknya," kata Strathmore sambil
meletakkan tangan pada pundak Susan untuk menenangkannya. "Aku akan segera
kembali." Susan menatap kosong pada Strathmore saat pria itu bergegas melintasi lantai
Crypto. Strathmore bukan lagi seorang pria tidak berdaya yang dilihat Susan
sepuluh menit yang lalu. Sang komandan telah kembali - penuh logika, terkendali,
dan melakukan apa pun yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
Kata-kata terakhir dari catatan bunuh diri Hale melintas di dalam benak Susan
bagaikan sebuah kereta yang lepas kendali: Di atas segalanya, aku benar-benar
menyesal tenteng David Becker. Maafkan aku. Aku telah dibutakan oleh ambisi.
Mimpi buruk Susan baru saja dikonfirmasikan. David berada dalam bahaya ... atau
lebih buruk lagi. Mungkin sudah terlambat. Aku benar-benar menyesal tentang
David Becker. Susan menatap catatan itu. Hale bahkan tidak menandatanganinya - dia hanya
mengetik namanya pada bagian akhir: Greg Hale. Greg mengerahkan seluruh
nyalinya, menekan CETAK, dan kemudian menembak dirinya sendiri - hanya seperti
itu. Hale pernah bersumpah untuk tidak kembali ke penjara. Dia menepati janjinya
- tetapi sebagai gantinya, dia memilih kematian. "David Susan terisak. David!
SAAT ITU, sepuluh kaki di bawah lantai Crypto, Komandan Strathmore menuruni
tangga panjat menuju bagian landai pertama. Hari itu penuh dengan bencana. Apa
yang dimulai olehnya sebagai sebuah tindakan patnotis telah berubah secara tidak
terkendali. Sang komandan terpaksa harus membuat beberapa keputusan yang tidak
masuk akal, melakukan tindakan-tindakan yang mengerikan - tindakan-tindakan yang
tidak disangka bisa dilakukannya.
Itu sebuah jalan keluar! Itu satu-satunya jalan keluar!
Ada pekerjaan yang harus dipikirkan oleh Strathmore: negara dan kehormatan. Dia
tahu masih ada waktu. Dia bisa mematikan TRANSLTR. Dia bisa menggunakan cincin
itu untuk menyelamatkan bank data yang paling penting milik negara. Va,
pikirnya, masih ada waktu.
Strathmore melihat semua bencana di sekelilingnya. Penyemprot air telah
memancar. TRANSLTR sedang mengerang. Sirene terus berbunyi. Larnpu-larnpu yang
berkedip terlihat bagaikan helikopter yang menembus kabut tebal. Pada setiap
langkah, yang bisa dilihat Strathmore adalah Greg Hale - knptografer muda itu
mendongak padanya, matanya memohon, dan kemudian, tembakan itu. Hale mati untuk
Negara ... untuk kehormatan. NSA tidak sanggup menanggung sebuah skandal lagi.
Strathmore memerlukan seorang kambing hitam. Lagi pula, nantinya Greg Hale akan
menjadi sebuah bencanajuga.
PIKIRAN STRATHMORE terganggu oleh suara telepon selulernya. Deringnya nyaris tak
terdengar di antara bunyi sirene dan desis asap. Strathmore meraih telepon itu
tanpa berhenti melangkah. "Bicaralah."
"Di mana kunci sandi milikku?" tanya sebuah suara yang tidak asing.
"Siapa ini?" teriak Strathmore mengalahkan suara bising.
"Ini Numataka!" suara marah itu balik berteriak. "Kau menjanjikan aku kunci
sandi itu!" Strathmore terus melangkah.
"Aku menginginkan Benteng Digital!" desis Numataka. "Tidak ada Benteng Digital!"
balas Strathmore. "Apa?"
"Tidak ada alogaritma yang tidak bisa dipecahkan!"
"Tentu saja ada! Aku telah melihatnya di internet! Orangorangku sudah berusaha
membukanya selama berhari-hari!"
"Itu adalah virus berbentuk sandi, tolol - dan kau beruntung tidak bisa
membukanya!" "Tetapi-"
"Kesepakatannya batal!" teriak Strathmore. "Aku
bukan North Dakota. Tidak ada North Dakota! Lupakan bahwa aku pernah
menyebutnya!" Strathmore menutup dan mematikan teleponnya serta memasukkannya
kembali ke ikat pinggangnya. Tidak akan ada lagi gangguan.
DUA BELAS ribu mil dan sana, Tokugen Numataka berdiri terpana di depan kaca
jendelanya. Cerutu Umaminya tergantung lemas pada mulutnya. Kesepakatan terbesar
dalam hidupnya baru saja menguap di depan hidungnya.
STRATHMORE TURUN terus. Kesepakatannya batal. Numatech Corps. tidak akan
mendapatkan alogantma yang tak terpecahkan itu ... dan NSA tidak akan
mendapatkan celahnya. Strathmore telah lama merencanakan impiannya itu - dia dengan hati-hati telah
memilih Numatech. Numatech yang kaya adalah calon yang baik untuk mendapatkan
kunci sandi itu. Tidak ada perusahaan yang akan menolak untuk mendapatkan kunci
sandi tersebut. Untungnya, Numatech adalah yang paling tidak dicurigai telah
memiliki hubungan dengan pemerintahan A.S. Tokugen Numataka adalah orang Jepang
yang kolot - lebih baik mati daripada malu. Dia membenci orang Amerika. Dia
membenci makanan serta budaya Amerika. Di atas segalanya, dia membenci kuasa
Amerika atas pasar peranti lunak dunia.
RENCANA STRATHMORE sudah mantap - sebuah standar pembuatan sandi dunia dengan
sebuah celah untuk NSA. Dia ingin membagi impiannya itu bersama Susan,
melaksanakan impian itu bersama Susan, tetapi dia sadar dirinya tidak bisa.
Walaupun kematian Ensei Tankado akan bisa menyelamatkan ribuan nyawa di masa
depan, Susan tidak akan pernah setuju. Susan cinta damai. Aku juga cinta damai,
piker Strathmore. Aku hanya tidak mampu bertindak seperti itu.
Tidak ada keraguan dalam benak sang komandan tentang siapa yang akan membunuh
Tankado. Tankado ada di Spanyol - dan Spanyol berarti Hulohot. Pembunuh bayaran
Portugis berusia 42 tahun itu adalah salah seorang tenaga ahli favorit sang
komandan. Dia telah bekerja untuk NSA selama bertahun-tahun. Lahir dan
dibesarkan di Lisabon, Hulohot telah bekerja untuk NSA di seluruh Eropa. Tidak
ada satu pun pembunuhan yang dilakukan Hulohot yang pernah disangkutpautkan
dengan Fort Meade. Satu-satunya kekurangan Hulohot adalah dia tuh sehingga
hubungan melalui telepon menjadi tidak mungkin. Belakangan ini Strathmore telah


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengatur agar Hulohot mendapatkan mainan terbaru NSA, sebuah komputer Monocle.
Strathmore membeli sebuah Skypager dan memprogramnya pada frekuensi yang sama.
Sejak saat itu, komunikasi dengan Hulohot tidak hanya cepat tetapi juga tidak
bisa dilacak. Pesan pertama yang dikirimkan Strathmore pada Hulohot sangatlah jelas. Mereka
telah mendiskusikannya. Bunuh Tankado. Dapatkan kunci sandi itu.
Strathmore tidak pernah bertanya bagaimana Hulohot bekerja, tetapi tampaknya
Hulohot berhasil lagi. Ensei Tankado mati, dan pihak yang berwajib merasa yakin
bahwa hal itu karena serangan jantung. Sebuah pembunuhan yang mudah - kecuali satu
hal. Hulohot salah memperhitungkan tempat kejadiannya. Tampaknya, sekaratnya
Tankado di tempat umum adalah bagian yang penting dan semua permainan ini.
Tetapi tidak disangka, orang-orang muncul terlalu cepat. Hulohot terpaksa
bersembunyi sebelum sempat menggerayangi mayat Tan-kado untuk mencari kunci
sandi tersebut. Ketika keadaan sudah tenang, jasad Tankado telah berada di
tangan koroner Sevilla. Strathmore marah besar. Untuk pertama kalinya, Hulohot menggagalkan sebuah
rencana - dan Hulohot telah memilih saat yang tidak tepat untuk melakukannya.
Sangatlah penting untuk mendapatkan kunci sandi Tankado, tetapi Strathmore sadar
bahwa mengirim seorang pembunuh bayaran ke kamar mayat Sevilla sama saja dengan
bunuh diri. Strathmore telah memikirkan pilihan-pilihan lainnya. Sebuah rencana
terbentuk. Tiba-tiba Strathmore melihat kesempatan untuk memenangkan dua hal
sekaligus - kesempatan untuk mewujudkan dua impiannya. Pada pukul 6.30 pagi itu,
Strathmore menghubungi David Becker.
*** 97 FONTAINE MENGHAMBUR masuk ke ruangan konferensi dengan kecepatan penuh.
Brinkerhoff dan Midge berjalan di dekatnya.
"Lihat!" kata Midge tercekat sambil menunjuk ke arah jendela dengan panik
Fontaine melihat ke luar jendela, ke arah kubah Crypto yang dipenuhi oleh
kilatan cahaya. Matanya membelalak. Vang pasti hal itu bukan bagian dari
rencananya. Brinkerhoff tergagap. "Di bawah sana sepertitempat disko!"
Fontaine menatap keluar sambil berusaha menerima kenyataan. Dalam beberapa tahun
sejak TRANSLTR beroperasi, hal seperti itu tidak pernah terjadi. Mesin itu
menjadi tertaiu panas, pikir Fontaine. Dia bertanya-tanya kenapa Strathmore
belum mematikan mesin itu. Dalam sekejap, Fontaine membuat sebuah keputusan.
Fontaine meraih telepon antarbagian dari atas meja konferensi dan menekan
sambungan ke Crypto. Telepon itu berbunyi seolah-olah ekstensi tersebut rusak.
Fontaine membanting gagang telepon itu. "Sial!" Dengan segera Fontaine
mengangkat gagang telepon itu lagi dan menekan saluran pribadi Strathmore. Kali
ini tersambung. Enam dering telah berlalu.
Brinkerhoff dan Midge memerhatikan sang direktur yang mondar-mandir sejauh yang
diizinkan oleh kabel telepon itu. Fontaine bagaikan seekor harimau yang
dirantai. Fontaine membanting gagang telepon itu lagi. "Tidak bisa dipercaya!" teriaknya.
"Crypto hampir meledak, dan Strathmore tidak menjawab teleponnya!"
*** 98 HULOHOT MENGHAMBUR keluar dari ruang Kardinal Guerra ke sinar matahari yang
menyilaukan. Dia meletakkan tangan di atas matanya dan mengutuk. Dia sedang
berdiri di teras kecil katedral itu. Teras itu dikelilingi oleh sebuah dinding
batu yang tinggi, sisi barat menara Giralda, dan dua buah pagar besi tempa.
Gerbang pagarnya terbuka. Di luar gerbang ada sebuah lapangan. Lapangan itu
kosong. Di kejauhan tampak dinding-dinding Santa Cruz. Tidak mungkin Becker
telah mencapai tempat itu. Terlalu cepat. Hulohot berbalik dan melihat ke
sekeliling teras. Becker ada di sini. Pasti ada di sini!
Teras itu, Jardin de los Naranjos, terkenal di Sevilla karena di dalamnya
terdapat dua puluh pohon jeruk yang berbunga. Pohon-pohon itu terkenal di
Sevilla sebagai tempat lahirnya selai jeruk khas Inggris. Seorang pedagang
Inggris pada abad kedelapan belas telah membeli tiga lusin keranjang berisi
jeruk dari gereja di Sevilla dan kemudian membawa jeruk-jeruk itu kembali ke
London. Tetapi sampai di London, jeruk-jeruk tersebut tidak bisa dimakan lagi
karena pahit. Pedagang itu berusaha membuat selai dan kulit jeruk-jeruk itu dan
menambahkan berpon-pon gula agar selai itu layak dimakan. Dan lahirlah selai
jeruk. Dengan senjata teracung, Hulohot bergerak maju di antara kumpulan pepohonan
jeruk tersebut. Pohon-pohon itu sudah tua dan daun-daunnya tumbuh di bagian atas
pohonnya. Cabang-cabang terendahnya tidak bisa dijangkau dan bagian bawah batang
pohon itu tidak bisa dipakai untuk bersembunyi. Hulohot segera sadar bahwa teras
itu kosong. Dia menengadah. Menara Giralda.
Jalan masuk menuju tangga putar Giralda terhalang oleh seutas tali dan sebuah
papan pengumuman dan kayu. Tali itu tidak bergerak. Mata Hulohot menaiki menara
setinggi 419 kaki itu dan dia sadar pikirannya itu konyol. Tidak mungkin Becker
akan bertindak sebodoh itu. Tangga tunggal itu berakhir di atas sebuah ruang
batu kecil. Di dalamnya ada celah-celah sempit untuk melihat keluar, tetapi
tidak ada jalan keluar. DAVID BECKER menaiki anak tangga terakhir dan melangkah ke atas ruang kecil itu
dengan terengah-engah. Di sekelilingnya terdapat dinding-dinding yang tinggi
dengan celah-celah sempit. Tidak ada jalan keluar.
Nasib tidak memihak pada Becker pagi ini. Saat dia berlari keluar dan katedral
ke halaman terbuka tadi, jasnya tersangkut pintu. Kain jas itu telah menghambat
geraknya dan membantingnya dengan keras ke km sebelum akhirnya robek. Setelah
itu dia tiba-tiba terhuyung dan kehilangan keseimbangan di bawah sinar matahari
yang silau. Saat dia mendongak, dia langsung menuju tangga itu. Becker melomDI
pati tali itu dan berlari naik. Ketika dia sadar ke rnana tangga itu menuju,
sudah terlambat. Sekarang Becker terkurung di dalam sel ini dan tersengalsengal. Sisi badannya
terasa terbakar. Sinar matahari tipis menembus masuk melalui celah-celah di
dinding. Becker melihat keluar. Pria dengan kacamata berbingkai kawat ada di
bawah dengan punggung menghadapnya. Lelaki itu sedang melihat ke arah lapangan.
Becker mencondongkan dirinya lebih ke depan agar bisa melihat dengan baik.
Seberangi lapangan itu, Becker memohon.
BAVANGAN GIRALDA yang ada di atas lapangan tampak bagaikan sebuah pohon pinus
yang tumbang. Hulohot menatap bayangan itu. Pada ujung bayangan itu ada tiga
buah garis sinar, pantulan sinar yang menembus celah pada menara itu. Pantulan
sinar melalui celah intip itu berbentuk persegi panjang di atas permukaan
lapangan yang berbatu. Salah satu cahaya persegi panjang itu terhalangi oleh
bayangan seorang pria. Tanpa melihat ke atas menara, Hulohot berbahk dan berlari
menuju tangga Giralda. *** 99 FONTAINE MENINJU telapak tangannya. Dia berjalan mondar-mandir di dalam ruangan
konferensi dan melihat ke luar ke arah lampulampu di dalam Crypto yang berkedip-
kedip. "Gugurkan! Sialan! Gugurkan!"
Midge muncul dekat pintu masuk sambil melambaikan setumpuk kertas. "Direktur!
Strathmore tidak bisa menggugurkannya!"
"Apa!" Brinkerhoff dan Fontaine terengah secara bersamaan.
"Dia telah mencobanya, Pak!" Midge mengacungkan laporan itu. "Sudah empat kali!
TRANSLTR terjebak dalam sebuah perputaran yang tidak berakhir."
Fontaine berbalik dan kembali menatap keluar jendela. "Astaga!"
Telepon di ruang konferensi berdering keras. Sang direktur mengayunkan kedua
lengannya. "Pasti Strathmore! Sudah saatnya!"
Brinkerhoff meraih telepon itu. "Kantor Direktur."
Fontaine mengulurkan tangannya untuk meminta telepon itu.
Brinkerhoff kelihatan gelisah dan berbalik ke arah Midge. "Ini dan Jabba. Dia
ingin bicara dengan-mu."
Sang direktur menatap Midge yang melintasi ruangan itu. Midge menghidupkan
pengeras suara telepon itu. "Bicaralah, Jabba."
Suara metalik Jabba menggema di ruang itu. "Midge, aku sedang berada di bank
data utama. Ada hal yang aneh di sini. Aku bertanya-tanya apakah-"
"Sialan, Jabba!" bentak Midge kesal. "Itulah yang dan tadi kukatakan padamu!"
"Mungkin saja tidak ada apa-apa," sela Jabba, "tetapi-"
"Berhenti mengatakan hal itu! Ini bukannya tidak apaapa! Apa pun yang terjadi di
bawah sana, tanganilah dengan serius, dengan sangat serius. Dataku tidak salah -
tidak pernah, tidak akan." Midge sudah akan menutup telepon, tetapi kemudian
menambahkan, "Oh, Jabba, supaya kau tidak kaget ... Strathmore telah memotong
jalan Gauntlet." *** 100 HULOHOT MENAIKI tiga anak tangga sekaligus. Satu-satunya cahaya di dalam tangga
putar itu berasal dari jendela terbuka pada setiap sudut 180 derajat. Becker
terjebak,' David Becker akan mati! Hulohot naik memutar dengan pistol teracung.
Punggungnya menempel pada dinding sebelah luar untuk berjaga-jaga jika Becker
memutuskan untuk menyerang dari arah atas. Tempat lilin dari besi pada setiap
bagian landai bisa menjadi senjata yang ampuh jika Becker memutuskan untuk
menggunakannya. Tetapi dengan bersandar pada dinding bagian luar, Hulohot bisa
segera melihat Becker. Senjatanya memiliki jangkauan yang lebih baik daripada
sebuah tempat lilin sepanjang lima kaki.
Hulohot bergerak dengan cepat dan berhati-hati. Tangga itu curam. Turis-turis
pernah ada yang tewas di sini. Ini bukan Amerika - tidak ada tanda peringatan
keamanan, tidak ada pegangan tangan, tidak ada peringatan tentang asuransi. Ini
Spanyol. Jika kau cukup bodoh untuk jatuh, itu kesalahanmu sendiri, tidak peduli
siapa yang membangun tangga itu.
Hulohot berhenti pada sebuah jendela setinggi bahu dan melihat keluar. Dia
sedang berada di sisi utara dan, dan pemandangan yang terlihat, di tengah
menara. Jalan menuju lantai atas terlihat di sebuah sudut. Tangga itu terlihat kosong.
David Becker tidak menantang Hulohot. Hulohot sadar, mungkin Becker tidak
melihat dirinya memasuki menara itu. Ini berarti Hulohot bisa mengejutkan
Becker. Tetapi Hulohot tidak membutuhkan itu. Dia memegang semua kartu dalam
permainan ini. Bahkan bentuk menara ini pun menguntungkan Hulohot. Tangga ini
menuju lantai untuk melihat-lihat di bagian pojok barat daya - dia bisa menembak
dengan bebas ke setiap arah di dalam sel itu dan Becker tidak bisa mendekatinya
dan belakang. Dan di atas semua itu, Hulohot akan muncul dan kegelapan menuju
daerah yang terang. Sebuah kotak maut, pikir Hulohot.
Hulohot memperhitungkan }afak ke pintu itu. Tujuh anak tangga. Dia merencanakan
pembunuhan itu di dalam benaknya. Jika dia berada di sisi kanan saat mendekati
lantai atas, dia bisa melihat sisi km terjauh dan lantai atas sebelum dia
sampai. Jika Becker berada di sana, dia akan menembak. Jika tidak, dia akan naik
dan bergerak ke timur, menghadap ke kanan, satu-satunya tempat tersisa di mana
Becker berada. Hulohot tersenyum.
SUBJEK: DAVID BECKER - SUDAH DISINGKIRKAN
Saatnya telah tiba. Hulohot memeriksa senjatanya. Dengan gerakan cepat, Hulohot
berlari menaiki tangga. Lantai atas mulai terlihat. Sudut sebelah km terlihat
kosong. Sebagaimana yang telah direncanakannya, Hulohot bergerak masuk dan
menghadap ke kanan. Dia menembaki sudut di depannya. Pelurunya memantul di atas
dinding dan hamper mengenai dirinya sendiri. Hulohot berkelit dengan cepat dan
mengeluarkan jeritan tertahan. Tidak ada siapa-siapa di sana. Dauid Becker telah
menghilang. TIGA TANGGA di bawahnya, tergantung 325 kaki di atas Jardin de los Naranjos,
Dauid Becker bergelayutan di sisi luar Giralda bagaikan seseorang yang sedang
berolahraga angkat badan di bingkai jendela. Saat Hulohot berlari naik ke atas,
Becker telah turun tiga tangga dan keluar dan salah satu jendela yang terbuka.
Becker merunduk tepat pada saatnya. Pembunuh itu berlari di sebelah kanannya.
Pembunuh itu terlalu tergesa-gesa untuk memerhatikan buku-buku jari putih yang
sedang mencengkeram bingkai jendela.
Sambil bergantung di luar jendela, Becker berterima kasih kepada Tuhan bahwa
latihan squash-nya setiap hari meliputi latihan dengan mesin Nautilus selama dua
puluh menit untuk membentuk otot lengan agar pukulan ouer-head-nya lebih baik.
Malangnya, walaupun lengannya kuat, Becker sekarang kesulitan menarik tubuhnya
kembali ke atas. Pundaknya seolah terbakar. Sisi kirinya seolah robek terbuka.
Bingkai jendela berbatu tajam itu tidak memberikan pegangan yang memadai tetapi
malah memarut jemarinya bagaikan beling.
Becker sadar bahwa tinggal sebentar lagi sebelum penyerangnya berlari turun dan
atas. Dan arah atas, sang pembunuh pasti akan melihat jemarinya pada bingkai
jendela. Dauid Becker memejamkan matanya dan mendorong ke atas. Dia sadar dia butuh
mukjizat untuk tetap hidup. Jemarinya kehilangan kekuatan. Dia melihat ke bawah
melewati kakinya yang terjuntai. Jarak ke pohon-pohon jeruk di bawah sama dengan
panjang lapangan sepak bola. Benar-benar mematikan. Rasa sakit di bagian sisinya
bertambah parah. Langkah-langkah kaki yang menuruni tangga bergemuruh dan bagian
atas. Becker menutup matanya. Sekarang atau tidak sama sekali. Dia
menggemeretakkan giginya dan mendorong ke atas.
Batu-batu tajam merobek kulit pergelangan tangannya saat dia menyentakkan
dirinya ke atas. Suara langkah-langkah kaki mendekat dengan cepat. Becker meraih
bagian dalam jendela itu sambil berusaha memantapkan pegangannya. Dia
menjejakkan kakinya. Dia mengangkat badannya dengan sokongan sikutnya. Sekarang
dia bisa melihat ke dalam. Kepalanya masuk separuh melewati jendela bagaikan
seseorang di bawah mesin guilotin. Becker menyepakkan kakinya sambil berusaha
melontarkan badannya masuk. Separuh badannya Becker sudah masuk. Tubuh bagian
atasnya tergantung di atas anak tangga. Langkah-langkah kaki semakin mendekat.
Becker menggapai bagian dalam di bawah tangga itu dan, dengan satu lontaran,
tubuhnya meluncur masuk. Becker menghantam tangga dengan keras.
HULOHOT MERASAKAN badan Becker menghantam lantai di bawahnya. Dia meloncat maju
dengan pistol teracung. Dia melihat sebuah jendela. Itu dia! Hulohot bergerak ke
sisi luar jendela itu dan membidik ke arah bawah tangga. Kaki-kaki Becker
terlihat menghilang di sisi yang melengkung. Hulohot menembak dengan putus asa.
Peluru itu terbang ke bawah tangga.
Saat Hulohot berlari turun tangga untuk mengejar buruannya, dia menempel pada
dinding luar menara agar bias mendapatkan arah pandangan terluas. Ketika anak
tangga berputar itu terlihat di hadapannya, si buron tampaknya selalu berada ISO
derajat di depan, selalu terhalang. Becker mengambil jalan dekat dinding dalam,
memotong setiap sudut dan melompati empat sampai lima anak tangga sekali turun.
Hulohot membuntuti dan belakang. Tinggal sekali tembak. Hulohot berada di atas
angin. Dia tahu, bahkan saat mencapai dasar tangga, Becker tidak bisa lari ke
mana-mana. Dia bisa menembak punggung Becker saat pria itu melintasi teras
terbuka. Pengejaran seru itu berputar menuruni tangga.
Hulohot bergerak ke sisi dalam agar lebih cepat. Dia bisa melihat bayangan
Becker setiap kali mereka melewati sebuah jendela. Turun. Turun. Berputar.
Kelihatannya jaraknya dengan Becker tinggal sedikit lagi. Hulohot mengawasi
bayangan Becker dengan sebelah mata dan yang sebelah lagi mengawasi anak tangga.
Mendadak, Hulohot melihat bayangan Becker terjengkang. Bayangan itu dengan kacau
terhuyung ke km dan kelihatan seperti berputar di udara dan meluncur ke tengah
lorong tangga. Hulohot meloncat maju. Aku mendapatkannya!
Pada anak tangga di depan Hulohot terdapat sebatang besi. Besi itu mendadak
muncul di udara dan sebuah sudut, terhunus ke depan bagaikan pedang anggar pada
ketinggian mata kaki. Hulohot berusaha berkelit ke km, tetapi terlambat. Benda
itu berada di antara pergelangan kakinya. Kaki belakang Hulohot bergerak maju
dan mengenai besi itu dengan keras. Besi itu menghantam tulang kering Hulohot.
Tangannya terbentang untuk berpegangan tetapi dia hanya mendapati udara kosong.
Mendadak Hulohot melayang, dan berputar di udara. Saat dia melayang turun,
dirinya melewati Becker yang tertelungkup. Lengan Becker terjulur. Batang besi
tempat lilin di tangannya terjebak di antara kaki Hulohot saat pembunuh itu
berputar turun. Hulohot menabrak dinding luar dan kemudian menghantam anak tangga. Ketika
akhirnya mencapai lantai bawah, badannya terguling. Senjatanya terjatuh di
lantai. Badannya tetap berguling 360 derajat selama lima kali sebelum akhirnya
berhenti. *** 101 DAVID BECKER belum pernah memegang pistol sebelumnya, tetapi sekarang dirinya
sedang melakukannya. Badan Hulohot terpelintir di dalam kegelapan di dekat
tangga Giralda. Becker menekan laras pistol itu pada pelipis penyerangnya dan,
dengan hati-hati, dirinya berjongkok. Jika ada satu gerakan saja, Becker akan
menembak. Tetapi tidak ada gerakan. Hulohot telah tewas.
Becker menjatuhkan pistol itu dan terpuruk di atas tangga. Untuk pertama kalinya
setelah sekian lama, Becker merasakan air matanya menggenang. Dia berusaha
menahannya. Dia sadar bahwa waktu untuk menumpahkan emosinya bukan sekarang.
Sekarang adalah waktunya pulang. Becker berusaha berdiri, tetapi badannya
terlalu lelah untuk bergerak. Becker duduk beberapa saat di atas tangga batu


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

itu. Secara tidak sadar, Becker memerhatikan badan yang terpelintir di depannya. Mata
sang pembunuh tidak menunjukkan ekspresi apaapa. Tatapannya kosong. Entah
bagaimana, kacamatanya masih berada pada tempatnya. Kacamata itu berbentuk aneh,
pikir Becker. Ada sebuah kawat yang menonjol dari gagang di belakang telinganya
dan kawat tipis itu terhubung pada sebuah kotak kecil di bagian ikat
pinggangnya. Becker terlalu lelah untuk merasa penasaran.
Sambil terduduk di tangga dan mengingat apa yang telah terjadi, dia mengalihkan
perhatiannya pada cincin yang melingkar di jarinya. Penglihatannya telah kembali
jernih dan dia akhirnya bisa membaca ukiran pada cincin itu. Seperti yang telah
diduga, ukiran itu bukan dalam bahasa Inggris. Becker menatap ukiran itu untuk
beberapa saat dan kemudian mengernyit. Pantaskah karena benda ini orang
melakukan pembunuhan"
MATAHARI PAGI sangat menyilaukan ketika akhirnya Becker melangkah keluar dari
Giralda menuju teras luar itu. Rasa sakit pada bagian sisinya mulai mereda, dan
pandangannya telah kembali berfungsi normal. Karena bingung, Becker berdiri
sesaat sambil menikmati wanginya bunga-bunga jeruk. Kemudian, dia bergerak
dengan pelan menyeberangi teras itu.
Saat Becker melangkah pergi, sebuah van berhenti tak jauh dari sana. Dua pria
meloncat keluar dari kendaraan itu. Mereka masih muda dan berpakaian gaya
militer. Mereka mendekati Becker dengan mantap.
"David Becker?" tanya salah satu dari kedua pria itu.
Becker berhenti mendadak. Dia heran bagaimana mereka bisa tahu namanya.
"Siapa ... siapa kalian?" "Tolong ikut dengan kami. Segera."
Ada sesuatu yang tidak beres dari pertemuan itu - sesuatu yang membuat bulu kuduk
Becker berdiri kembali. Becker mundur menjauh dari kedua pria itu.
Pria yang lebih pendek menatap Becker dengan dingin. "Lewat sini, Mr. Becker.
Sekarang." Becker berpaling dan hendak berlari. Tetapi dia hanya sempat bergerak satu
langkah. Seorang dari kedua lelaki itu mengeluarkan senjata, kemudian terdengar
sebuah tembakan. Sebuah perasan sakit luar biasa meledak di dalam dada Becker. Rasa sakit itu
merayap dengan cepat ke bagian batok kepalanya. Jemari Becker menjadi kaku dan
dia terjatuh. Tidak lama kemudian, Becker tidak merasakan apa-apa kecuali
kegelapan. *** 102 STRATHMORE MENCAPAI lantai tempat TRANSLTR. Dia turun dari tangga ke dalam
genangan air setinggi satu inci. Komputer raksasa itu bergetar di sampingnya.
Tetesan air berukuran besar jatuh bagaikan hujan di antara kabut yang berputar.
Suara sirene terdengar bagaikan guruh.
Sang komandan menatap ke arah pembangkit tenaga listrik yang rusak di
seberangnya. Phil Chartrukian ada di sana. Badannya yang gosong tergeletak di
atas sirip-sirip pendingin. Pemandangan itu tampak bagaikan hiasan Halloween
yang menjijikkan. Walaupun Strathmore menyesali kema-tian Phil, tetapi "kematiannya itu
beralasan." Phil Chartrukian tidak memberikan pilihan apa pun bagi Strathmore.
Ketika petugas Sys-Sec itu berlari ke atas dari bagian bawah sambil berteriak
tentang virus, Strathmore berpapasan dengannya di bagian tangga yang datar.
Strathmore berusaha menjelaskan semuanya pada petugas Sys- Sec itu. Tetapi
Chartrukian tidak mau mengerti. Kita terserang virus! Saya akan menghubungi
Jabba! Ketika pria muda itu berusaha mendorong maju, sang komandan menghalangi
jalannya. Bagian datar itu sempit. Kedua pria itu bergumul. Besi pembatasnya
rendah. Sungguh ironis, pikir Strathmore, seiama ini Chartrukian benar memang
bahwa ada virus. Pria muda itu terjatuh dengan mengerikan - dia berteriak ketakutan sebentar dan
kemudian sunyi senyap. Tetapi hal itu tidak lebih mengerikan dari apa yang
dilihat Komandan Strathmore berikutnya. Greg Hale sedang menatapnya dari bawah.
Pada wajahnya tergambar sebuah ekspresi takut. Pada saat itulah Strathmore sadar
bahwa Greg Hale harus mati.
TRANSLTR berderak dan Strathmore mengalihkan perhatiannya kembali kepada tugas
yang harus dikerjakannya. Matikan aliran listrik. Alat pemutus hubungan itu
berada di sisi lain dari pompa-pompa freon, di sebelah kiri mayat Chartrukian.
Strathmore bisa melihat alat itu dengan jelas. Yang harus dilakukannya adalah
menarik sebuah tuas, dan sisa tenaga listrik yang ada di Crypto akan padam.
Kemudian setelah beberapa detik, Strathmore akan menyalakan kembali pembangkit
tenaga listrik utama. Semua pintu dan fungsifungsi lain akan kembali menyala.
Freon akan kembali mengalir, dan TRANSLTR akan selamat.
Tetapi saat Strathmore berjuang dengan susah payah menuju ke arah alat pemutus
hubungan listrik itu, dia menyadari ada sebuah penghalang terakhir. Mayat
Chartrukian masih berada di atas sirip-sirip pendingin dari pembangkit tenaga
utama. Mematikan dan menghidupkan kembali pembangkit tenaga utama hanya akan
mengakibatkan terputusnya lagi sambungan listrik. Mayat itu harus dipindahkan.
Strathmore melirik ke arah mayat gosong yang mengerikan itu dan menghampirinya.
Dia menjulurkan tangan dan meraih pergelangan tangan mayat tersebut. Daging
mayat itu terasa bagaikan gabus. Jaringan-jaringan badannya hangus terpanggang.
Seluruh tubuh mayat itu kehabisan cairan. Sang komandan menutup matanya,
mempererat cengkeramannya pada pergelangan tangan mayat itu, dan menarik sekuat
tenaga. Mayat itu bergeser beberapa inci. Strathmore menarik lebih keras lagi.
Mayat itu bergeser lagi. Sang komandan mengambil ancang-ancang dan menarik
sekuat tenaga. Tibatiba dirinya terjungkal ke belakang. Dia terjatuh keras
dengan bagian punggung menghantam sebuah penutup mesin. Sambil berusaha bangun
dan duduk di dalam genangan air yang makin tinggi, Strathmore menatap benda
dalam genggamannya dengan ngeri. Benda itu adalah lengan bawah Chartrukian.
Lengan itu lepas dari sikut Chartrukian.
DI LANTAI atas, Susan terus menanti. Wanita itu duduk di atas sofa di dalam Node
3. Dia merasa lumpuh. Hale tergeletak di dekat kakinya. Susan tidak bisa
membayangkan apa yang membuat sang komandan begitu lama. Waktu terus berlalu.
Susan berusaha menyingkirkan David dari dalam pikirannya, tetapi tidak ada
gunanya. Bersama setiap bunyi sirene, kata-kata Hale menggema dalam kepala
wanita itu: Aku benar-benar menyesal tentang David Becker. Susan merasa dirinya
akan menjadi gila. Wanita itu hampir saja terloncat berdiri dan berlari melintasi lantai Crypto
saat hal itu terjadi. Strathmore telah menggunakan alat pemutus sambungan
listrik itu dan mematikan semua tenaga listrik.
Kesunyian yang menyelubungi Crypto sangat mendadak. Sirene berhenti berbunyi,
dan monitor-monitor di dalam Node berubah menjadi hitam. Mayat Greg Hale
menghilang di dalam kegelapan, dan secara naluriah Susan menyentakkan kakinya ke
atas sofa. Dia membungkus dirinya dengan jaket Strathmore.
Gelap. Sunyi. Susan belum pernah mengalami kesunyian seperti ini di dalam Crypto. Selalu ada
deruman lembut dari mesin pembangkit tenaga listrik. Tetapi sekarang tidak
terdengar apaapa. Hanya ada suara mesin komputer raksasa yang melemah, seolah
bernapas lega. Berderak, berdesis, dan kemudian menjadi dingin secara perlahan.
Susan menutup matanya dan berdoa bagi David. Doanya sederhana saja - agar Tuhan
melindungi pria yang dicintainya itu.
Karena dirinya bukan orang yang taat beribadah, Susan tidak pernah berharap
mendengar jawaban atas doanya. Tetapi ketika mendadak ada sebuah getaran di
dalam dadanya, Susan tersentak tegak. Dia mencengkeram dadanya. Sesaat kemudian,
dia mengerti. Getaran yang dirasakannya itu sama sekali bukan tangan Tuhan -
getaran itu berasal dari kantong jas sang komandan. Strathmore telah mengatur
agar pagernya tidak berbunyi tetapi bergetar. Seseorang telah mengirimkan sebuah
pesan kepada sang komandan.
ENAM LANTAI di bawah, Strathmore berdiri di dekat alat pemutus sambungan listrik
itu. Lantai bawah tanah Crypto sekarang menjadi segelap malam. Strathmore
berdiri sesaat sambil menikmati kegelapan. Air mengucur dari atas. Saat itu
bagaikan badai di tengah malam. Strathmore menengadahkan kepalanya ke belakang
dan membiarkan tetesan air yang hangat membasuh semua dosanya. Aku dapat
bertahan. Dia berlutut dan membersihkan sisa daging Chartrukian dari tangannya.
Impian Strathmore tentang Benteng Digital sudah hancur. Dia bisa menerima hal
itu. Yang terpenting sekarang adalah Susan. Untuk pertama kalinya selama
berpuluh-puluh tahun, Strathmore mengerti dengan benar bahwa ada hal lain di
dalam hidup ini, di samping negara dan kehormatan. Aku telah mengorbankan tahun-
tahun terbaik di dalam hidupku untuk negara dan kehormatan. Tetapi bagaimana
dengan cinta" Strathmore telah mengingkari dirinya terhadap cinta untuk waktu
yang lama. Dan untuk apa" Menyaksikan seorang professor muda mencuri impiannya"
Strathmore telah membina Susan. Dia telah melindungi wanita itu. Dia telah
berjuang untuk mendapatkan wanita itu. Dan sekarang, dia akhirnya akan memiliki
wanita itu. Susan akan mencari perlindungan dalam pelukannya bila tidak ada
tempat lain bagi wanita itu untuk berpaling. Susan akan datang kepadanya dengan
sedih, terluka oleh rasa kehilangan. Dan pada saat itu, Strathmore akan
menunjukkan kepada wanita itu bahwa cinta akan mengobati segalanya.
Kehormatan. Negara. Cinta. David Becker akan mati demi ketiga hal tersebut.
*** 103 SANG KOMANDAN muncul dari pintu kolong bagaikan tokoh Lazarus yang hidup
kembali. Walaupun pakaiannya basah kuyup, langkah pria itu tetap ringan.
Strathmore melangkah ke arah Node 3 - menuju ke tempat Susan. Menuju masa
depannya. Lantai Crypto kembali disinari oleh lampu-lampu yang terang. Freon mulai
mengalir turun melewati TRANSLTR yang panas itu. Strathmore tahu bahwa perlu
beberapa menit bagi zat pendingin itu untuk mencapai bagian dasar lambung dan
mencegah prosesor di bagian paling bawah terbakar. Tetapi Strathmore yakin
dirinya telah bertindak tepat pada waktunya. Dia membuang napas dengan gaya
penuh kemenangan tanpa pernah mencurigai hal yang sebenarnya - bahwa segalanya
sudah terlambat. Aku dapat bertahan, pikir Strathmore. Tanpa menghiraukan lubang menganga pada
dinding Node 3, Strathmore berjalan menuju pintu elektronik. Kedua belah daun
pintu itu berdesis terbuka. Strathmore melangkah ke dalam.
Susan berdiri di depan Starthmore, lembap dan berantakan dalam balutan jas yang
dipinjamkan lelaki itu. Susan terlihat bagai seorang mahasiswi tingkat pertama
yang tertangkap sedang bermain hujan. Strathmore merasa dirinya bagaikan
mahasiswa tingkat terakhir yang meminjamkan jas almamaternya. Untuk pertama
kalinya selama bertahun-tahun, Strathmore merasa muda. Impiannya terwujud.
Tetapi saat dirinya melangkah mendekat, dia merasa sedang melihat sepasang mata
milik wanita yang tidak dikenalnya. Tatapan wanita itu dingin. Kelembutannya
hilang. Susan Fletcher berdiri dengan kaku, bagaikan sebuah patung yang tidak
bisa digeser. Satu-satunya gerakan yang tampak adalah air mata yang menggenangi
matanya. "Susan?" Setetes air mata mengalir turun ke pipi Susan yang bergetar.
"Ada apa?" tanya sang komandan.
Genangan darah di bawah tubuh Hale telah menyebar ke atas karpet bagaikan
tumpahan minyak. Strathmore memandang mayat itu dengan perasaan gundah, kemudian
kembali menatap Susan. Apakah mungkin dia tahu" Tidak mungkin. Strathmore tahu
dirinya telah merencanakan segalanya dengan baik.
"Susan?" kata Strathmore sambil melangkah mendekat. "Ada apa?"
Susan tidak bergerak. "Apakah kau khawatir tentang David?"
Bibir bagian atas Susan bergetar sedikit.
Strathmore melangkah lebih dekat lagi. Dia sudah hendak meraih wanita itu,
tetapi kemudian dia ragu. Disebutnya nama David tampaknya telah membuat
bendungan kesedihan Susan menjadi retak. Pada mulanya perlahan - sebuah kedutan,
sebuah getaran. Dan kemudian, gelombang kesedihan yang bergemuruh tampaknya
mengalir ke seluruh nadi Susan. Perempuan itu hampir tidak bisa menahan bibirnya
yang gemetar. Dia membuka mulutnya untuk berbicara. Tetapi tidak ada yang
keluar. Tanpa mengalihkan pandangannya yang dingin dari Strathmore, Susan mengeluarkan
tangannya dari kantong jas Strathmore. Di tangannya ada sebuah benda. Dengan
gemetar, dia mengulurkan benda itu pada Strathmore.
Strathmore melihat ke bawah, setengah memperkirakan akan melihat pistol Beretta
teracung ke bagian perutnya. Tetapi pistol itu masih berada di atas lantai,
tergenggam erat dalam tangan Hale. Benda yang dipegang Susan berukuran lebih
kecil. Strathmore melihat benda itu, dan tidak lama kemudian, dia mengerti.
Saat Strathmore menatap benda tersebut, kenyataan memerdayainya, dan waktu
berjalan lambat seolah merangkak. Strathmore bisa mendengar degup jantungnya
sendiri. Pria yang telah mengalahkan banyak orang hebat selama bertahuntahun itu
telah terkalahkan dalam seketika. Dibunuh oleh cinta - oleh kebodohannya sendiri.
Dengan sebuah tindakan ksatria, Strathmore telah memberikan jasnya kepada Susan.
Berikut dengan Sky-pagernya.
Sekarang giliran Strathmore yang menjadi kaku. Tangan Susan bergetar. Pager itu
jatuh di dekat kaki Hale. Dengan pandangan terkejut dan penuh luka karena
pengkhianatan, pandangan yang tidak akan pernah dilupakan oleh Strathmore, Susan
Fletcher berlari melewati sang komandan dan keluar dari Node 3.
Sang komandan membiarkan Susan pergi. Dengan gerakan lambat, Strathmore
membungkuk dan mengambil pager itu. Tidak ada pesan baru - Susan telah membaca
semuanya. Dengan putus asa, Strathmore memeriksa daftar pesan yang masuk.
SUBJEK: ENSEI TANKADO - SUDAH DISINGKIRKAN
SUBJEK: PIERRE CLOUCHARDE - SUDAH DISINGKIRKAN
SUBJEK: HANS HUBER - SUDAH DISINGKIRKAN
SUBJEK: ROCIO EVA GRANADA - SUDAH DISINGKIRKAN
Daftar itu masih panjang. Strathmore merasakan gelombang kengerian. Aku bisa
menjelaskannya. Susan akan mengerti! Kehormatan! Negara! Tetapi ada satu pesan
yang belum dibaca Strathmore - sebuah pesan yang tidak akan bias dijelaskannya.
Dengan bergetar, Strathmore membuka pesan terakhir itu.
SUBJEK: DAVID BECKER - SUDAH DISINGKIRKAN
Kepala Strathmore tertunduk. Impiannya sudah berlalu.
*** 104 SUSAN TERHUYUNG keluar dari Node 3.
SUBJEK: DAVID BECKER - SUDAH DISINGKIRKAN
Bagaikan dalam mimpi, Susan bergerak menuju pintu keluar utama Crypto. Suara
Greg Hale bergema di dalam pikirannya: Susan, Strathmore akan membunuhku! Susan,
Komandan mencintaimu! Susan mencapai pintu bulat besar itu dan mulai memencet keypad dengan panik.
Pintu itu bergeming. Susan mencoba lagi, tetapi daun pintu yang besar itu
menolak untuk berputar. Susan mengeluarkan jeritan tertahan - tampaknya gangguan
listrik tadi telah menghapus kode untuk keluar. Dia masih terperangkap.
Tanpa peringatan, dua buah lengan merangkul Susan dari belakang, merengkuh
badannya yang separuh mati rasa. Sentuhan itu terasa tidak asing tetapi juga
menjijikkan. Sentuhan itu tidak memiliki kekuatan brutal Greg Hale, tetapi ada
sedikit kekasaran yang putus asa, sebuah tekad baja dari dalam.
Susan berbalik. Pria yang sedang merangkulnya itu tampak sedih dan ketakutan.
Wajah itu seperti tidak pernah dilihat Susan.
"Susan," Strathmore memohon sambil memegang wanita itu. "Aku bisa
menjelaskannya." Susan berusaha membebaskan dirinya.
Sang komandan memegang Susan dengan erat.
Susan berusaha menjerit, tetapi dia tidak memiliki suara. Dia berusaha lari,
tetapi tangan-tangan kuat itu menahannya dan menariknya kembali.
"Aku mencintaimu," bisik suara itu. "Aku akan mencintaimu selamanya."
Perut Susan bergolak. "Tinggallah bersamaku."
Gambar-gambar mengerikan berputar di dalam pikiran Susan - mata David yang
berwarna hijau terang, perlahan menutup untuk selama-lamanya; mayat Greg Hale
yang membasahi karpet dengan darahnya; Phil Chartrukian yang gosong dan remuk di
atas mesin pembangkit tenaga listrik.
"Perasaan sakit ini akan berlalu," kata suara itu. "Kau akan bisa mencintai
lagi." Susan tidak mendengarkan apa-apa. "Tinggallah bersamaku," suara itu memohon.
"Aku akan menyembuhkan luka-lukamu."
Susan meronta tanpa daya.
"Aku melakukannya demi kita. Kita diciptakan untuk satu sama lain. Susan, aku
mencintaimu." Kata-kata itu mengalir seolah Strathmore telah menunggu bertahun-
tahun untuk mengungkapkannya. "Aku mencintaimu! Aku mencintaimu,'"
Pada saat itu juga, tiga puluh yard dari tempat mereka berdiri, seolah hendak
menyangkal semua pengakuan Strathmore yang sia-sia, TRANSLTR mengeluarkan desi-
san ganas yang mengerikan. Suara itu benar-benar baru - sebuah desisan yang jauh
dan dalam yang muncul bagaikan seekor ular di dalam lumbung. Tampaknya freon


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak mencapai sasaran tepat pada waktunya.
Sang komandan melepaskan Susan dan berbalik ke arah komputer seharga dua miliar
dolar itu. Matanya membelalak dengan ngeri. "Tidak!" Strathmore memegangi
kepalanya sendiri. "Tidak!"
Roket setinggi enam tingkat itu mulai bergetar. Strathmore melangkah maju dengan
terhuyung ke arah lambung mesin yang bergetar itu. Kemudian, dia terjatuh pada
lututnya, bagaikan seorang pendosa di depan dewa yang marah. Tidak ada gunanya.
Pada bagian dasar mesin itu, prosesor TRANSLTR yang terbuat dari bahan tita-
nium-strontium baru saja menyala terbakar.
*** 105 SEBUAH BOLA api melaju ke atas melalui tiga juta cip silikon dan menimbulkan
suara yang unik. Seolah semua suara - suara derak hutan yang terbakar, suara deru
angin putting beliung, dan suara semburan uap geiser - terperangkap di dalam
lambung yang bergema itu, bagaikan napas setan yang berembus mencari jalan
keluar di gua yang tertutup. Strathmore berlutut terpaku karena bunyi mengerikan
yang mengalir naik ke arah mereka. Komputer termahal di dunia tersebut sebentar
lagi akan menjadi sebuah neraka setinggi delapan lantai.
DENGAN GERAKAN lambat, Strathmore ber-balik ke arah Susan. Wanita itu berdiri
tidak berdaya di samping pintu Crypto. Strathmore melihat ke wajah Susan yang
berlinang air mata. Dia terlihat berkilau di dalam cahaya. Dia malaikat, pikir
Strathmore. Strathmore mencari ketenangan di dalam mata kepala-kriptografer itu,
tetapi yang bisa dilihatnya hanyalah kematian. Impian yang selama ini membuat
Strathmore bertahan selama bertahun-tahun, sekarang sudah sirna. Dia tidak akan
pernah memiliki Susan Fletcher. Tidak akan pernah. Kehampaan yang secara
mendadak menyerang Strathmore itu terasa sangat menyesakkan.
Susan melirik sekilas ke arah TRANSLTR. Dia tahu bahwa sebuah bola api yang
terperangkap di dalam cangkang keramikkomputer itu sedang bergolak ke arah
mereka. Susan merasa bola api itu bergerak semakin cepat sambil melahap oksigen
yang dilepaskan oleh cip yang terbakar. Dalam sekejap, kubah Crypto akan menjadi
sebuah neraka yang membara.
Akalnya menyuruh dirinya untuk berlari, tetapi ke-matian David menekan dirinya.
Susan merasa mendengar suara David memanggil namanya, menyuruhnya untuk kabur,
tetapi tidak ada tempat baginya untuk pergi. Crypto adalah sebuah makam yang
terkunci. Tak masalah. Bayangan kematian tidak membuat Susan takut. Kematian
akan menghilangkan rasa sakit. Dia akan bersama David lagi.
Lantai Crypto mulai bergetar, seolah seekor monster laut akan keluar dari
kedalaman di bawahnya. Suara David terdengar berteriak. Lari, Susan! Lari!
Strathmore sekarang bergerak ke arah Susan. Wajahnya seolah terkenang masa lalu.
Matanya yang kelabu tampak mati. Seorang patriot yang pernah hidup di dalam
pikiran Susan kini telah mati - yang ada hanyalah seorang pembunuh. Lengan
Strathmore tiba-tiba merangkul Susan lagi, memeluknya dengan putus asa.
Strathmore mencium pipi Susan. "Maafkan aku," pinta Strathmore. Susan berusaha
menarik dirinya, tetapi Strathmore menahannya.
TRANSLTR mulai bergetar keras bagaikan peluru yang siap meluncur. Lantai Crypto
mulai bergoyang. Strathmore memeluk Susan lebih erat lagi. "Peluk aku, Susan.
Aku membutuhkanmu." Rasa marah yang hebat menggelora di sekujur tubuh Susan. Suara David memanggil
lagi. Aku mencintaimu. Larilah! Dengan sekuat tenaga, Susan membebaskan dirinya.
Raungan TRANSLTR semakin memekakkan telinga. Api sudah mencapai puncak komputer
itu. TRANSLTR mengerang. Setiap sambungannya meretas.
Suara David bagaikan mengangkat dan membimbing Susan. Dia berlari melintasi
lantai Crypto dan menaiki tangga ke arah ruang kantor Strathmore. Di
belakangnya, TRANSLTR mengeluarkan sebuah raungan yang sangat keras.
Saat cip silikon terakhir hancur, sebuah gelombang panas yang hebat mendobrak
bagian atas penutup TRANSLTR dan mengakibatkan kepingan keramik berhamburan di
udara. Serentak, udara Crypto yang kaya akan oksigen tersedot masuk ke dalam
tabung TRANSLTR yang hampa udara.
Susan mencapai tempat landai pada tangga dan meraih pegangan ketika terpaan
angin kencang menghantam badannya. Angin itu memutar badannya tepat pada
waktunya sehingga dia bisa melihat sang wakil direktur operasional jauh di
lantai bawah. Strathmore sedang berada di sebelah TRANSLTR, menatapnya dari
bawah. Badai sedang berkecamuk di sekeliling Strathmore, tetapi pada mata pria
itu terlihat kedamaian. Bibirnya terbuka, dan dia mengucapkan sebuah kata
terakhir. "Susan."
Udara yang mengalir masuk ke dalam TRANSLTR bergesekan dengan Strathmore dan
terbakar. Dengan sebuah kobaran api yang besar, Komandan Strathmore berubah
wujud, dari seorang pria, menjadi sebuah bayangan, dan akhirnya sebuah legenda.
Saat ledakan itu menghantam Susan, badannya terlontar ke belakang sejauh lima
belas kaki dan masuk ke dalam ruang kantor Strathmore. Yang bisa diingatnya
hanyalah rasa panas yang membakar.
*** 106 PADA JENDELA di dalam ruang konferensi direktur, jauh di atas kubah Crypto,
tampak tiga wajah yang menahan napas. Ledakan itu telah menggetarkan seluruh
komplek NSA. Leland Fontaine, Chad Brinkerhoff, dan Midge Milken menatap dalam
kesunyian yang mencekam. Tujuh puluh kaki di bawah, kubah Crypto berkobar. Atap kubahnya yang terbuat
dari bahan polikarbonat masih utuh, tetapi di bawah cangkang yang tembus pandang
itu, api bergolak hebat. Asap hitam berputar seperti kabut di dalam kubah.
Ketiga orang itu menatap ke bawah tanpa sepatah kata pun. Pemandangan itu luar
biasa dan mengerikan. Fontaine berdiri terpekur cukup lama. Akhirnya, dia berbicara. Suaranya pelan
tetapi mantap. "Midge, kirimkan kru ke sana ... sekarang."
Di seberang ruangan, telepon Fontaine berdering.
Dari Jabba. 107 SUSAN TIDAK tahu sudah berapa lama waktu berlalu. Rasa terbakar di
tenggorokannya membuat dirinya tersadar. Dengan bingung, Susan melihat keadaan
sekelilingnya. Dia berada di atas karpet di belakang sebuah meja. Satu-satunya
cahaya di ruangan itu adalah kilatan berwarna oranye yang aneh. Udara berbau
plastic terbakar. Tempat dirinya berada sama sekali tidak berbentuk ruangan
lagi. Tempat itu adalah sebuah cangkang yang hancur. Tirai-tirai terbakar, dan
dinding dari bahan kaca plexi hangus.
Kemudian, Susan teringat semuanya. David.
Dengan rasa panik yang meningkat, perempuan itu berusaha bangkit berdiri. Udara
terasa membakar saluran pernapasannya. Sambil berusaha mencari jalan keluar,
Susan terhuyung ke arah pintu. Ketika dia melintasi ambang pintu, kakinya
berayun di atas jurang dalam yang menganga. Dia meraih bingkai pintu tepat pada
waktunya. Jalan sempit di depan pintu telah hilang. Jalan yang terbuat dari besi
itu rubuh, terpelintir, masih membara, dan teronggok lima puluh kaki di bawah.
Susan melihat ke arah lantai Crypto dengan ngeri. Tempat itu bagaikan lautan
api. Sisa cip silicon yang meleleh terlontar keluar dari TRANSLTR bagaikan
lahar. Asap tebal berbau tajam membubung ke atas. Susan mengenali bau itu. Asap
silikon. Racun yang mematikan.
Saat dia mundur kembali ke dalam reruntuhan ruang kantor Strathmore, Susan mulai
merasa akan pingsan. Tenggorokannya panas. Seluruh tempat itu dipenuhi oleh
cahaya membara. Crypto sedang sekarat. Demikian juga aku, pikir Susan.
Untuk sejenak, Susan mempertimbangkan untuk menggunakan satu-satunya jalan
keluar yang ada - lift Strathmore. Tetapi dia tahu hal itu sia-sia. Tidak ada alat
elektronik yang bisa bertahan dari ledakan itu.
Tetapi saat dia bergerak di antara asap tebal, dia teringat pada kata-kata Hale.
Lift itu bekerja dengan tenaga listrik dari bangunan utama! Aku sudah melihat
denahnya! Susan tahu bahwa hal itu benar.
Dia juga tahu bahwa seluruh lorong lift itu dibuat dari beton yang dipadatkan.
Asap berputar di sekeliling Susan. Dengan terhuyung dia menembus asap menuju
lift tersebut. Tetapi setelah sampai di depan alat itu, dia melihat tombol untuk
memanggil lift itu gelap. Dia menekan tombol itu dengan sia-sia. Susan terjatuh
di atas lututnya dan menggedor pintu lift itu. Dia kemudian berhenti mendadak.
Sesuatu bergerak di belakang pintu lift. Dengan perasaan terkejut, Susan
menengadah. Kedengarannya, gerbong lift itu ada di situ! Susan menekan tombol
itu lagi. Dan kembali terdengar suara di balik pintu.
Tiba-tiba dia melihatnya.
Tombol untuk memanggil lift itu tidak mati - tombol itu hanya tertutup oleh abu
hitam. Sekarang tombol itu menyala lemah di bawah noda jari Susan yang hitam.
Ternyata ada sambungan listrik!
Dengan harapan yang menggelora, Susan menekan tombol itu dengan keras. Berulang
kali terdengar suara di balik pintu lift itu. Dia bisa mendengar suara kipas
ventilasi di dalam gerbong lift itu. Gerbong itu ada di sini. Kenapa pintu
sialan ini tidak mau terbuka"
Di antara asap, Susan melihat ada sebuah keypad kedua yang berukuran lebih kecil
- dengan tombol-tombol bertuliskan huruf-huruf, dari A sampai Z. Dengan putus
asa, Susan teringat sesuatu. Kata kunci.
ASAP MULAI bergulung masuk melalui bingkai jendela yang meleleh. Susan kembali
menggedor pintu lift. Tetapi pintu itu tidak mau membuka. Kata kunci itu, pikir
Susan. Strathmore tidak pernah memberitahuku kata kunci itu,' Asap silicon mulai
memenuhi ruang kantor itu. Dengan tercekat, Susan terpuruk kalah di depan lift.
Kipas ventilasi berputar beberapa kaki dari dirinya. Dia tergeletak, bingung dan
kehabisan napas. Susan menutup matanya, tetapi suara David kembali membangunkannya. Lari, Susan!
Buka pintunya! Lari! Susan membuka matanya sambil berharap melihat wajah David,
matanya yang hijau liar, dan senyumannya yang nakal. Tetapi yang terlihat cuma
huruf-huruf dari A sampai Z. Kata kunci itu ....
Susan memandang huruf-huruf pada keypad itu. Dirinya hampir tidak bisa melihat
dengan jelas. Pada tampilan layer di bagian bawah keypad terdapat lima garis
kosong yang sedang menanti diisi dengan huruf yang tepat.
Kata kunci itu terdiri atas iima karakter, iima huruf, piker Susan. Dia langsung
menyadari masalahnya: 26 pangkat S. Ada 11.881.376 pilihan. Dengan setiap
terkaan per detik, maka dibutuhkan sembilan belas minggu ....
KETIKA SUSAN tercekat dan terbaring di atas lantai di bawah keypad, dia
mendengar suara sang komandan yang menyedihkan. Aku mencintaimu, Susan! Aku
selalu mencintaimu! Susan! Susan! Susan! ....
Susan tahu bahwa Strathmore telah mati, tetapi suaranya terus menggema. Susan
mendengar namanya sendiri berulang kali:
Susan ... Susan .... Kemudian, Susan tersadar.
Dengan agak gemetar, dia bergerak ke arah keypad dan mengetik sebuah kata kunci.
S...U...S...A...N Pintu lift langsung terbuka.
*** 108 LIFT STRATHMORE melaju turun dengan cepat. Di dalam gerbong lift itu, Susan
menarik napas panjang untuk menghirup udara segar ke dalam paru-parunya. Dalam
keadaan bingung, Susan bersandar pada dinding gerbong saat lift itu memperlambat
gerakannya untuk berhenti. Tidak lama kemudian, terdengar tuas gigi lift itu
berbunyi dan kabel penarik lift bergerak lagi, kali ini secara horizontal. Susan
merasa gerbong itu bergerak semakin cepat saat melaju
ke arah bangunan utama NSA. Akhirnya gerbong itu berhenti dan pintunya terbuka.
Dengan terbatuk, Susan menghambur keluar menuju sebuah lorong semen yang gelap.
Sekarang dia berada di dalam sebuah terowongan - berlangit-langit rendah dan
sempit. Ada sepasang garis kuning yang membentang di depannya. Garis itu
menghilang dalam lubang kosong yang gelap.
Jalan bawah tanah .... Susan berjalan terhuyung ke arah terowongan itu sambil memegang bagian dinding
sebagai acuan. Di belakangnya, pintu lift itu menutup. Sekali lagi, Susan
Fletcher terjebak di dalam kegelapan. Sunyi.
Tidak terdengar apa-apa selain deruman lembut pada dinding.
Deruman itu bertambah keras.
Mendadak, bagaikan matahari yang menyingsing, kegelapan itu berubah menjadi
kabut kelabu. Kemudian, sebuah kendaraan kecil muncul dari balik tikungan. Lampu
depan kendaraan itu membuat mata Susan menjadi silau. Dia terhenyak ke dinding
dan memayungi matanya dengan tangannya. Terasa ada terpaan angin, dan kendaraan
itu pun melintas. Tak lama kemudian terdengar decitan karet di atas semen. Suara deruman itu
mendekat lagi. Kali ini berbalik arah. Beberapa detik kemudian, kendaraan itu
berhenti di samping Susan.
"Ms. Fletcher!" seru sebuah suara penuh rasa kaget.
Susan menatap ke sosok yang secara sekilas terlihat cukup akrab itu. Pria itu
duduk di belakang setir sebuah kereta golf listrik.
"Astaga," kata pria itu terengah. "Anda baik-baik saja" Kami pikir Anda sudah
tewas!" Susan menatap kosong. "Chad Brinkerhoff," seru pria itu sambil memerhatikan tampang kriptografer yang
terpukul itu. "Pembantu Umum Direktur."
Dengan lemah dan bingung, Susan hanya bisa meng-ucapkansepatah kata, "TRANSLTR
Brinkerhoff mengangguk. "Lupakan itu. Ayo naik."
LAMPU DEPAN kereta golf itu menyinari dinding semen di sepanjang lorong itu.
"Ada virus di dalam bank data utama," kata Brinkerhoff.
"Aku tahu," Susan berbisik.
"Kami membutuhkan pertolongan Anda."
Susan berusaha untuk membendung tangisannya. "Strathmore ... dia ....
"Kami tahu," kata Brinkerhoff. "Dia telah memotong jalan Gauntlet."
"Ya ... dan Kata-kata Susan tersangkut di tenggorokannya. Dia telah membunuh
David. Brinkerhoff meletakkan sebelah tangannya di atas pundak Susan. "Hampir sampai,
Ms. Fletcher. Bertahanlah."
KERETA GOLF Kensington berkecepatan tinggi itu berbelok di sebuah sudut dan
berhenti. Di samping mereka, tegak lurus terhadap terowongan itu, terdapat
sebuah lorong dengan lantai yang disinari lampu merah. "Mari," kata Brinkerhoff
sambil membantu tamunya turun dari kendaraan itu.
Brinkerhoff membimbing Susan menuju lorong itu. Susan mengikuti Brinkerhoff
dalam keadaan bingung. Lantai lorong itu turun curam. Susan berpegangan pada
besi di sisi dinding dan membuntuti Brinkerhoff turun. Udara mulai terasa sejuk.
Mereka turun terus. Saat mereka masuk lebih dalam ke perut bumi, lorong itu menyempit. Dari suatu
tempat di belakang mereka terdengar langkah-langkah kaki yang kuat dan mantap.
Suara langkah itu bertambah keras. Brinkerhoff dan Susan berhenti dan berbalik.
Seorang pria hitam besar melangkah mendekat. Susan belum pernah melihat pria itu
sebelumnya. Setelah pria itu mendekat, dia melihat Susan dengan tajam.
"Siapa dia?" tanya pria itu.
"Susan Fletcher," jawab Brinkerhoff.
Pria besar itu mengangkat alisnya. Walaupun tertutup abu dan basah kuyup, Susan
Fletcher lebih menarik dari yang pernah dibayangkannya. "Dan komandan?" tanya
pria hitam itu. Brinkerhoff menggeleng. Pria itu tidak mengatakan apa-apa. Setelah menatap beberapa saat, dia berbalik
kepada Susan. "Leland Fontaine," katanya sambil menyodorkan tangannya. "Aku
senang kau baikbaik saja."
Susan menatapnya. Dia tahu bahwa suatu saat dia akan bertemu dengan sang
direktur, tetapi saat seperti ini bukanlah yang pernah dibayangkannya.
"Mari, Ms. Fletcher," kata Fontaine sambil memimpin jalan. "Kami membutuhkan
bantuan Anda." DI UJUNG lorong yang berkabut merah itu terdapat sebuah dinding besi yang
menghalangi jalan mereka. Fontaine mendekat dan mengetik kode di dalam kotak
sandi yang berada dalam sebuah ceruk. Kemudian, pria itu meletakkan tangan
kanannya di atas sebuah panel kaca kecil. Terlihat sebuah kilatan cahaya. Tak
lama kemudian, dinding lebar itu bergeser ke kiri.
Hanya ada satu ruangan di dalam NSA yang lebih keramat dari Crypto, dan Susan
merasa dirinya akan segera memasuki ruangan tersebut.
*** 108 PUSAT KENDALI bank data utama milik NSA terlihat seperti ruang kendali misi NASA
dalam ukuran yang lebih kecil. Ada selusin computer yang menghadap dinding video
seluas 30 x 40 kaki pada bagian ujung ruang itu. Pada layar, angka-angka dan
diagram bergerak cepat, muncul dan menghilang seolah-olah seseorang sedang
memindahkan saluran televisi. Sekumpulan teknisi, dengan kertas hasil cetakan
yang panjang di tangan, bergerak cepat mondar-mandir dari satu komputer ke
komputer lain dan meneriakkan perintah-perintah. Suasananya hiruk pikuk.
Susan menatap fasilitas yang mencengangkan itu. Dia hampir tidak ingat bahwa 250
ton tanah telah digali untuk menciptakan tempat ini. Ruangan tersebut berada 214
kaki di bawah tanah. Tempat itu aman dari ledakan bom dan nuklir.


Benteng Digital Digital Fortress Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jabba berdiri pada bagian yang lebih tinggi di tempat komputer-komputer itu. Dia
meneriakkan perintah dari tempatnya berada bagai seorang raja yang memberikan
titah kepada para hambanya. Sebuah pesan terpampang pada layar persis dibelakang
Jabba. Pesan itu begitu akrab untuk Susan. Teks seukuran baliho itu menggantung
di atas kepala Jabba. HANYA KEBENARAN YANG BISA MENYELAMATKAN KALIAN SEKARANG
MASUKKAN KUNCI SANDI Seolah terjebak di dalam sebuah mimpi buruk, Susan mengikuti Fontaine ke arah
podium. Dunia di sekitarnya
seolah bergerak dengan lambat dan kabur.
Jabba melihat kedatangan mereka dan berbalik
bagaikan seekor banteng yang mengamuk. "Aku membuat
Gauntlet untuk sebuah tujuan!"
"Gauntlet telah musnah," balas Fontaine dengan tenang.
"Berita basi, Direktur," semprot Jabba. "Di mana Strathmore?"
"Komandan Strathmore telah tewas." "Benar-benar adil!"
"Tenang, Jabba," perintah sang direktur. "Cepat beri tahu kami, seberapa
ganasnya virus ini?"
Jabba menatap sang direktur agak lama, dan tanpa peringatan, tawanya meledak.
"Virus?" Suara tawanya yang serak bergema ke seluruh ruang bawah tanah itu.
"Apakah itu yang Anda anggap sedang terjadi?"
Fontaine tetap tenang. Kekurangajaran Jabba sudah melewati batas, tetapi dia
sadar bukan saat dan tempatnya sekarang untuk menangani masalah itu. Di tempat
ini, Jabba lebih berkuasa daripada Tuhan. Masalah-masalah computer tidak bisa
ditangani dengan serangkaian perintah normal.
"Jadi, bukan virus?" seru Brinkerhoff dengan penuh harap.
Jabba mendengus dengan kesal. "Virus mempunyai rangkaian-rangkaian replika, anak
manis! Yang ini tidak!"
Susan berjalan mendekat. Dia tidak bisa berkonsentrasi.
"Lalu apa yang sedang terjadi?" tanya Fontaine. "Kupikir kita terserang virus."
Jabba menarik napas panjang dan merendahkan suaranya. "Virus katanya sambil
mengelap keringat dari wajahnya. "Virus bisa bereproduksi. Mereka menciptakan
klon. Virus itu congkak dan bodoh - rangkaian biner yang egois. Virus menghasilkan
anak lebih cepat daripada kelinci. Itu kelemahan virus - kau bisa mengawin-
silangkan sebuah virus sampai musnah kalau tahu caranya. Sialnya, program ini
tidak egois dan tidak merasa perlu untuk bereproduksi. Program ini mampu
berpikir jernih dan terfokus. Sebenarnya, kalau program itu sudah menyelesaikan
tugasnya di sini, dia akan membunuh dirinya sendiri secara digital." Jabba
menunjuk ke arah kekacauan yang tampil pada layar besar di belakangnya. "Para
hadirin." Jabba mendesah. "Perkenalkan penyusup komputer yang bisa melakukan
kamikaze ... si cacing."
"Cacing?" Brinkerhoff mengerang. Istilah itu terdengar terlalu biasa untuk
sebuah penyusup yang berbahaya.
"Cacing," kata Jabba dengan marah. "Tidak ada struktur yang rumit. Hanya naluri -
makan, buang air, merangkak. Seperti itu. Sangat sederhana. Sederhana dan
mematikan. Ia melakukan apa yang sudah diprogram untuk dilakukannya dan kemudian
keluar." Fontaine menatap Jabba dengan tajam. "Dan cacing ini diprogram untuk melakukan
apa?" "Tidak tahu," balas Jabba. "Sekarang, ia menyebar dan menempel pada semua data
Istana Pulau Es 9 Animorphs - 9 Senjata Rahasia Cassie Peristiwa Burung Kenari 1
^