Pencarian

Godfather Terakhir 2

Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo Bagian 2


Ocean Security. Kini Pollard membutuhkan segala informasi yang dimiliki Losey
tentang kasus tersebut. "Jim," kata Pollard, "bisa kaukirimkan padaku lembar informasi tentang Boz
Skannet" Aku butuh alamatnya di Los Angeles, dan ingin tahu lebih banyak
tentang dia." "Boleh," kata Losey. "Tapi semua tuntutan terhadap' nya sudah dicabut. Kenapa
kau mengincar dia?" "Untuk keperluan perlindungan terhadap seorang klien,"
sahut Pollard. "Seberapa berbahayanya orang
ini?" "Dia sinting," kata Losey. "Suruh orang-orangmu menembak kalau dia mulai
mendekat." "Bisa-bisa kau menangkapku," kata Pollard sambil tertawa. "Itu tindakan
melanggar hukum." "Memang," sahut Losey. "Aku akan terpaksa menangkapmu. Konyol sekali."
Boz Skannet menginap di sebuah hotel sederhana di Ocean Avenue, Santa
Monica. Andrew Pollard jadi cemas, sebab jarak dari hotel itu ke rumah Athena
di Malibu County hanya lima belas menit naik mobil. Ia memerintahkan empat
orangnya untuk menjaga rumah Athena dan menempatkan dua orang lagi di hotel
Skannet. Lalu ia mengatur pertemuan dengan Skannet sore itu.
Pollard mengajak tiga pengawalnya yang paling besar dan paling tangguh. Orang
seperti Skannet tidak bisa ditebak tindak-tanduknya.
Skannet mempersilakan mereka masuk ke suite-nya. Ia cukup ramah, menyapa
dengan tersenyum, tepi tidak menawarkan minuman. Cukup aneh, ia mengenakan
setelan dan berdasi. Mungkin untuk '"enunjukkan bahwa bagaimanapun, ia
seorang ankir. Pollard memperkenalkan dirinya dan ketiga Pengawalnya -
semuanya memperlihatkan kartu pengenal Pacific Ocean Security mereka.
Skannet ter-senyum lebar dan berkata, "Kalian besar-besar, ya" Tapi berani
taruhan, aku bisa menghabisi kalian dalam perkelahian yang jujur."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Ketiga pengawal yang sudah terlatih itu hanya tersenyum kecil, tapi Pollard
menunjukkan rasa tersinggung. Ini memang disengaja olehnya. "Kami datang
untuk urusan bisnis, Mr. Skannet," katanya, "Bukan untuk menerima ancaman.
LoddStone Studios bersedia membayar Anda lima puluh ribu dolar sebagai uang
muka saat ini juga, dan dua puluh ribu dolar per bulan selama delapan bulan.
Kami hanya meminta Anda meninggalkan Los Angeles," Pollard mengeluarkan
surat-surat perjanjian serta lembar cek besar berwarna hijau-putih dari tas
kerjanya Skannet memeriksa dokumen-dokumen itu. "Kontraknya sangat
sederhana," katanya. "Aku tidak butuh pengacara untuk ini. Tapi uangnya juga
sangat kecil, Aku minta uang muka seratus ribu dan lima pulul ribu tiap bulan."
"Terlalu banyak," kata Pollard. "Kami sudah meminta surat penahanan dari
hakim. Kalau Ani berani mendekati Athena, Anda akan masuk penjara Kami
menempatkan pengawal dua puluh empat jam di sekitar Athena. Dan aku sudah
memasang tin pengawas untuk melacak gerak-gerik Anda. Ja< bisa dikatakan
uang ini diberikan gratis untuk Anda "Mestinya sudah sejak dulu aku ke
California, kata Skannet. "Jalanan-jalanannya berlapis emas. K napa kalian
membayarku?" "Pihak studio ingin memberikan jaminan p? Miss Aquitane," kata Pollard.
"Rupanya dia memang sudah jadi bintang besat kata Skannet sambil berpikir-
pikir. "Sejak dulu dia mang istimewa. Padahal aku dulu biasa bercinta lima kali
sehari dengannya." Ia nyengir lebar pada ketiga pengawal Pollard. "Dan dia juga
cerdas." pollard memandangi laki-laki itu dengan penuh rasa ingin tahu. Wajahnya tampan
dan jantan, seperti Marlboro Man dalam iklan-iklan rokok, hanya saja kulitnya
kemerahan kena sinar matahari dan minuman keras, dan tubuhnya kekar.
Aksennya aksen Selatan yang memikat, mengandung nada humor sekaligus
berbahaya. Banyak wanita jatuh cinta pada laki-laki semacam ini. Di New York
ada beberapa polisi yang setipe dengan Skannet, dan mereka selalu sukses
besar. Kalau dikirim untuk menyelidiki kasus pembunuhan, dalam seminggu
mereka sudah berhasil mendekati janda yang ditinggal mati suaminya. Kalau
dipikir-pikir, Jim Losey juga laki-laki semacam, itu. Sayangnya Pollard sendiri
tidak seberuntung temannya itu.
"Kita bicara bisnis saja," kata Pollard. Ia ingin Skannet menandatangani kontrak
tersebut dan mengambil ceknya di hadapan ketiga saksi ini. Kelak, kalau
terpaksa, mungkin pihak studio bisa menuntut Skannet atas tuduhan pemerasan.
Skannet duduk. "Ada yang punya pena?" tanyanya.
Pollard mengeluarkan pena dan mengisi kolom angka sebesar dua puluh ribu
dolar per bulan. Melihat lm' skannet berkata riang, "Jadi, sebenarnya aku bisa
''^dapatkan lebih banyak." Lalu ia menandatangani tiga lembar salinan surat
perjanjian. "Kapan aku arus meninggalkan Los Angeles?" tanyanya.
Malam ini juga," kata Pollard. "Aku akan meng-antar Anda ke pesawat."
"Tidak usah," kata Skannet. "Aku mau ke Vegas, berjudi menghabiskan uang ini."
"Aku akan mengawasi Anda," kata Pollard, ia merasa sekaranglah saat yang
tepat untuk mengancam sedikit. "Kuingatkan Anda, kalau Anda muncul lagj di
Los Angeles, aku akan minta Anda ditangkap dengan tuduhan pemerasan."
Wajah Skannet merah. "Bagus sekali," katanya, "Aku jadi bisa terkenal seperti
Athena." Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Malam itu tim pengawas melaporkan bahwa Bozl Skannet sudah pergi, tapi ia
hanya pindah ke Beverly! Hills Hotel. Uang lima puluh ribu dolar itu sudahi
dimasukkan ke. rekeningnya di Bank of America! Ini menandakan beberapa hal.
Skannet punya pengal ruh, sebab ia diterima di Beverly Hills Hotel dan ill sama
sekali tidak peduli dengan perjanjian yanJ telah disepakatinya. Pollard
melaporkan hal ini padil Bobby Bantz dan meminta instruksi selanjutnyal Bantz
menyuruh Pollard tutup mulut. Surat perjanjiai itu sudah diperlihatkan pada
Athena, untuk meyakinkan dan membujuknya agar mau melanjutkan syuting.
Bantz tidak memberitahu Pollard bahwa Athena menertawakan usaha itu.
"Anda bisa membatalkan cek itu," kata Pollard. "Tidak," kata Bantz. "Kalau dia
mencairkannya kita seret dia ke pengadilan dengan tuduhan penipuan,
pemerasan, atau apalah. Pokoknya jangan sampI Athena tahu dia masih ada di
kota." "Aku akan melipatgandakan pengawalan," kata Hard. "Tapi itu tidak ada gunanya
kalau orang ini inting dan benar-benar berniat mencelakakannya."
"Dia cuma pembual," kata Bantz. "Waktu itu dia cuma menakut-nakuti. Kenapa
sekarang mesti dikhawatirkan?"
"Sebabnya," kata Pollard, "kami memeriksa kamarnya. Tahu apa yang kami
temukan" Tabung berisi air keras sungguhan."
"Sial," kata Bantz. "Bisa kaulaporkan pada polisi" Jim Losey barangkali?"
"Menyimpan air keras tidak bisa digolongkan tindak kejahatan," kata Pollard.
"Tapi memasuki kamar orang bisa membuatku ditangkap."
"Pokoknya anggap saja percakapan ini tak pernah terjadi," kata Bantz. "Lupakan
apa yang kauketahui."
"Baik, Mr. Bantz," kata Pollard. "Aku bahkan tak akan menarik bayaran atas
informasi ini." "Terima kasih banyak," sahut Bantz sinis. "Laporkan terus perkembangannya."
Claudia sedang diberi pengarahan oleh Skippy Deere tentang peran mereka
sebagai produser dan penulis skenario.
Kau harus mengambil hati Athena," kata Deere. Mesti memohon-mohon,
meratap-ratap, pura-pura putus asa. Ingatkan padanya, apa saja yang pernah
kaulakukan untuknya sebagai teman dekat dan sesama rekan yang profesional.
Kau mesti berhasil membujuk Athena."
Claudia sudah terbiasa menghadapi Skippy. "Ke-naPa justru aku?" tanyanya
tenang. "Kau produser- nya, Dita sutradaranya, dan Bantz presiden LoddStone.
Kalian saja yang memohon-mohon pada nya. Kalian lebih terlatih daripada aku."
"Tapi sejak awal ini adalah proyekmu," kata Deere "Kau yang menulis skenario
aslinya, kau yang menarii aku dan Athena. Kalau proyek ini gagal, namamu akan
selalu dikaitkan dengan kegagalan itu."
Setelah Deere pergi, Claudia hanya sendirian dji kantornya. Ucapan Deere
memang benar. Di tengah kebingungan itu, Claudia teringat kakaknya,
Cross.Hanya Cross yang bisa menolongnya memecahkan persoalan dengan Boz
Skannet. Claudia tak senanjl membayangkan harus memanfaatkan
persahabatannya! dengan Athena. Mungkin saja Athena akan menolak!
permintaannya. Tapi Cross tidak akan menolak. TidaJ akan pernah.
Ia menelepon ke Xanadu Hotel di Vegas, tapi" diberitahu bahwa Cross sedang
pergi ke Quogut. dan baru kembali besok. Ia jadi teringat kembal kenangan-
kenangan masa kecil yang selama ini beri usaha dilupakannya. Ia tidak mau
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir menghubungi Crosl di Quogue. Takkan mau berurusan dengan Keluarjil
Clericuzio lagi. Ia tak mau mengingat-ingat masl kecilnya lagi, atau memikirkan
ayahnya serta selurull Keluarga Clericuzio.
Keluarga Clericuzio dan Pippi De Lena Bab 3 KEBERINGASAN Keluarga Clericuzio sudah terkenal sejak lebih dari seratus
tahun yang lalu di Sisilia. Di kepulauan itu, mereka telah mengobarkan perang
selama dua puluh tahun terhadap rival mereka, memperebutkan kepemilikan
atas sebuah wilayah hutan. Kepala keluarga lawan, Don Pietro Forlenza, sudah
berumur delapan puluh lima tahun dan sedang menjelang ajal akibat serangan
jantung. Dokternya memperkirakan ia akan meninggal dalam seminggu. Suatu
hari, seorang anggota Keluarga Clericuzio memasuki kamar laki-laki tua itu dan
menikamnya sampai mati, sambil meneriakkan bahwa Don Forlenza tidak
selayaknya meninggal dengan tenang.
Don Domenico Clericuzio kerap kali menceritakan kisah pembunuhan ini, untuk
menunjukkan betapa konyolnya cara-cara lama itu. Ia ingin memperlihatkan
bahwa keringasan yang dilakukan tanpa pandang bulu semata mata hanyalah
braggadocio. Keberingasan adalah senjata yang tak boleh disalahgunakan, harus
ada tujuan penting untuk menerapkannya.
Dan keyakinannya ini memang terbukti, sebab sifat beringas itulah yang
akhirnya menghancurkan Keluarga Clericuzio di Sisilia. Ketika Mussolini dan
Partai Fasis-nya merebut kekuasaan penuh di itajj mereka memutuskan untuk
menghancurkan jaring-Mafia, dengan menerapkan proses hukum serta me. I
ngerahkan kekuatan bersenjata yang tangguh. Jaringan Mafia berhasil
dilumpuhkan, tapi akhirnya ribuan I orang tak bersalah masuk penjara atau ikut
diasing kan. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Hanya klan Clericuzio yang berani menentang peraturan-peraturan kaum Fasis
dengan kekerasan, Mereka membunuh pemimpin lokal Fasis di daerah mereka
dan menyerang garnisun-garnisunnya. Yang paling membangkitkan amarah,
ketika Mussolini berpidato di Palermo, mereka mencuri topi dan payung
kesayangannya yang diimpor dari Inggris. Gurauan petani dan pelampiasan rasa
tak senang ini membuat Mussolini menjadi bahan tertawaan di Sisilia, yangj
pada akhirnya menyebabkan keruntuhan Keluarga Clericuzio. Provinsi mereka
didatangi oleh sepasukan besar tentara. Lima ratus anggota Keluarga Clericuziol
dibunuh sekaligus. Lima ratus orang lagi diasingkan ke pulau-pulau gersang di
Mediteranea, yang berfungsi sebagai tempat menjalani hukuman. Hanya
sekelompok kecil Keluarga Clericuzio yang selamat dan mereka mengirim
Domenico Clericuzio yang masih muda ke Amerika. Di sana, sesuai dengan darah
nenek moyangnya, Don Domenico membangun kerajaan sendiri dengan cara yang
jauh lebih mantap dan berwawasan daripada nenek moyangnya di Sisilia. Namun
ia senantiasa ingat, negara tanpa hukum
merupakan musuh berbahaya. Karena itulah ia mencintai Amerika. Sejak dulu ia
sudah diberitahu tentang maksim peradilan di Amerika, bahwa lebih baik
seratus penjahat lepas daripada satu orang tak bersalah dihukum. Begitu
terpesonanya ia oleh konsep tersebut, hingga ia pun menjadi pengikut yang
setia. Amerika adalah tanah airnya. Ia takkan pernah meninggalkan negeri
Maka Don Domenico membangun Kerajaan Clericuzio di Amerika dengan lebih
mantap daripada yang dibangun klannya di Sisilia. Ia mengukuhkan
persahabatannya dengan seluruh instansi politis dan hukum melalui hadiah-
hadiah berupa uang tunai dalam jumlah besar. Ia tidak menggantungkan diri
pada satu atau dua sumber pendapatan saja, melainkan melakukan diversifikasi
menurut tradisi perusahaan di Amerika. Ia berkecimpung dalam industri ba-
ngunan, pembuangan sampah, dan berbagai sarana transportasi. Tapi sumber
uang yang terbesar berasal dari bisnis judi yang merupakan favorit sang Don,
bukan dari bisnis obat bius yang tidak disukainya, meski memberikan untung
paling besar. Maka, pada tahun-tahun belakangan ini, hanya dalam bisnis judi la
mengizinkan Keluarga Clericuzio terlibat secara operasional- Sisanya sekadar
diminta membasahi paru Keluarga Clericuzio dengan setoran lima persen. Dan
telah dua puluh lima tahun lamanya, rencana dan impian sang Don mulai menjadi
kenyataan, sekarang perjudian sudah merupakan bisnis terhormat, Misal yang
lebih Penting lagi, mulai dianggap legalnya lotre yang dikelola oleh pemerintah


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

negara bagian. Sebenarnya itu tipu-tipuan yang dilakukan pemerintah atas
penduduknya. Hadiah lotre itu dibayarkan bertahap selama dua puluh tahun.
Sebenarnya, kalau dihitung-hitung, yang dibayarkan itu hanyalah bunganya, dan
bunga itu dikenai pajak. jadi boleh dikatakan pemerintah sebenarnya tidak perlu
mengeluarkan uang untuk hadiah itu. Konyol sekali. Don Domenico tahu detail-
detailnya, sebab Keluarganya .memiliki salah satu perusahaan yang mengelola
lotre untuk beberapa negara bagian, dengan bayaran yang sangat bagus.
Namun sang Don sedang menanti-nanti hari ketika judi olahraga dianggap sah di
seluruh penjuru Amerika Serikat. Sekarang judi semacam itu baru diakui di
Nevada. Sang Don tahu hal ini dari persentase yang diterimanya atas perjudian
gelap. Keuntungan dari pertandingan football Super Bowl saja bisal mencapai
miliaran dolar dalam sehari, jika judi itu dianggap sah. Belum lagi The World
Series dengan ketujuh permainannya, juga akan memberikan profit yang sama.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Football antar college, hoki, basketBall semuanya merupakan sumber uang. Juga
masih ada lotre-lotre yang menyangkut pertandingan olahraga. Semua itu adalah
tambang emas yang sah. Sang Don tahu, bila saat itu tiba, mungkin ia sudah
tidak ada lagi, tapi coba bayangkan dunia yang akan dinikmati anak-anaknya
kelak. Keluarga Clericuztfi akan hidup seperti pangeran-pangeran pada zaman
Renaissance. Mereka akan menjadi pelindung dunla seni, penasihat dan tokoh-
tokoh pimpinan dalam pemerintahan, dihormati dalam sejarah. Kekayaan
melimpah ruah akan menutupi asal-usul mereka. keturunannya, para pengikutnya,
teman-teman semuanya akan hidup nyaman selamanya. Memang, Sang Don
mempunyai bayangan tentang sebuah masyarakat yang beradab, di dunia ini,
seperti sebatang Sion besar menjatuhkan buah-buahnya untuk memberi
makanan dan melindungi manusia. Namun jauh di dalam akar-akar pohon ini
berdiam Keluarga Clericuzio yang merupakan ular piton yang tak bisa mati,
mengisap sari kehidupan dari sumber yang tak pernah habis.
Don Domenico, pimpinan Keluarga Clericuzio yang merupakan tonggak panutan
bagi banyak kerajaan Mafia yang tersebar di seluruh Amerika Serikat, bukan
saja dikagumi karena kecerdasannya, tapi juga karena kekuatannya.
Don Clericuzio juga dihormati karena ketegasannya dalam menerapkan hukum
moral di kalangan Ke-luarga-nya. Setiap laki-laki, perempuan, dan anak-anak
bertanggung jawab atas tindakannya masing-masing, tak peduli apa pun tekanan,
penyesalan, atau kesulitan-kesulitan berat yang dihadapi. Manusia dinilai
berdasarkan perbuatannya, bukan kata-katanya. Kata-kata cuma omong kosong
yang tak ada artinya, a mencemooh semua ilmu sosial dan psikologi. Ia Malah
penganut Katolik yang taat: dosa-dosa dia mesti dibayar; pengampunan bisa
diperoleh di alam baka. Semua utang mesti dibayar, dan ia sangat keras dalam
menjatuhkan hukuman di dunia ini.
Tapi loyalitasnya Pun sangat tebal. Yang ada di urutan Pertama adalah sanak
keluarganya; kedua, Tuhannya (bukankah ia mempunyai kapel pribadi di
rumahnya"); dan ketiga, tanggung jawabnya atas semua orang yang bernaung di
bawah Keluarga Clericuzio.
Masyarakat dan pemerintah tidak termasuk dalam hitungannya - meski ia pun
seorang patriot, Don Clericuzio dilahirkan di Sisilia. Di sana masyarakat dan
pemerintah dianggap musuh. Konsepnya tentang kebebasan bertindak sangat
jelas. Orang bisa memilih menjadi budak untuk mencari nafkahnya sehari-hari,
tanpa harga diri atau harapan, atau orang bisa memilih untuk mencari nafkah
sebagai manusia yang menuntut untuk dihargai. Keluargamu adalah lingkungan
masyarakatmu, Tuhanmu adalah hakimmu, dan para pengikutmu melindungimu.
Kau punya tugas terhadap orang-orang di bumi: agar mereka punya makanan,
dihormati, dan dilindungi dari hukuman yang dijatuhkan orang-orang lain.
Sang Don membangun kerajaannya agar keturunannya kelak tidak tenggelam
menjadi orang-orang talj berdaya. Ia terus memupuk kekuatan, agar nan?
Keluarga dan kekayaan mereka bisa terus bertahan Tujuan apa yang lebih mulia
di dunia ini, selam untuk mencari nafkah sehari-hari, lalu menyerahkai diri pada
Tuhan yang Maha Pengampun di duni sana" Mengenai manusia lainnya dan
struktur masyarakat mereka yang sakit, biarlah semuanya tenggelam ke dasar
samudra. Don Domenico membimbing Keluarga-nya puncak kekuasaan. Ia melakukannya
dengan kekejaman ala Borgia dan kehalusan seorang Macchiavi plus pengetahuan
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir yang mantap tentang seluk-beluk bisnis di Amerika. Tapi yang utama adalah
cinta kebapakannya terhadap semua pengikutnya. Kebaikan dibalas dengan
kebaikan, kejahatan dengan hukuman, dan kesejahteraan mereka dijaminnya.
Akhirnya, seperti sudah direncanakan sang Don, Keluarga Clericuzio berhasil
mencapai kekuasaan sedemikian rupa, sehingga tak perlu lagi ambil bagian dalam
kegiatan-kegiatan kriminal seperti biasa, kecuali jika sangat terpaksa.
Keluarga- keluarga Mafia lainnya terutama berfungsi sebagai baron-baron eksekutif, atau
bruglione, yang datang pada Keluarga Clericuzio dengan topi di tangan jika
menghadapi kesulitan. Dalam bahasa Itali, kata bruglione dan baron bunyinya
berima. Tapi dalam dialek Itali, bruglione berarti orang yang melaksanakan
tugas-tugas paling kecil. Kata baron itu diubah menjadi bruglione atas gagasan
sang Don, dipicu oleh permohonan-permohonan minta lolong yang terus-menerus
dari para baron itu. Keluarga Clericuzio mendamaikan mereka, mengeluarkan
mereka dari penjara, menyembunyikan kekayaan tidak sah mereka di Eropa,
mengatur cara-cara yang ampuh agar mereka bisa menyelundupkan obat bius ke
Amerika, dan menggunakan pengaruh Keluarga Clericuzio atas hakim-hakim
serta berbagai badan hukum pemerintah, baik federal maupun negara bagian.
Untuk masalah dengan pemerintahan wilayah, jasanya mereka tidak minta
pertolongan. Kalau seorang bruglione lokal tidak punya pengaruh di kota tempat
tinggalnya sendiri,berarti ia tidak layak ditolong.
Kejeniusan putra sulung Don Clericuzio, Giorgio, bidang ekonomi, semakin
memperkokoh ke kuatan Keluarga itu. Secara ajaib ia berhasil mencuci semua
uang tidak sah yang mereka peroleh. Giorgio lah yang selalu berusaha meredam
keganasan ayah nya. Ia terutama berusaha keras menghindarkan Keluarga
Clericuzio dari sorotan publik. Maka keberadaan Keluarga itu jadi seperti
semacam UFO, termasuk bagi pihak-pihak yang berwenang. Sesekali ada
peristiwa tertentu, kabar burung, cerita-cerita mengerikan dan menyenangkan.
Kadang mereka disebut-sebut FBI dan tercantum dalam arsip-arsip kepolisian,
tapi -tak ada berita yang muncul di surat kabar, tidak juga di media-media yang
senang mengeksploitasi berbagai Keluarga Mafia lainnya yang mengalami nasib
sial akibat kecerobohan dan ego mereka.
Tapi Keluarga Clericuzio bukanlah seekor macan ompong. Kedua adik Giorgio -
Vincent dan Petie- memang tidak secerdas Giorgio, tapi mereka mewarisi
kegarangan sang Don. Dan mereka mempunyai banyak tukang pukul yang tinggal
di sebuah Enklavtl Bronx yang sejak dulu merupakan perkampungan! orang Itali.
Enklave yang terdiri atas blok-blok empi puluh meter persegi itu bisa digunakan
sebagai lokan film tentang Italia Lama. Di sana tidak ada orani Yahudi, kulit
hitam, Asia, ataupun unsur-unsur botol mia; mereka tidak mempunyai usaha di
daerah m Tak ada satu pun restoran Cina di dalamnya. Keluari Clericuzio-lah
yang memiliki atau mengontrol selurl real estate di daerah tersebut. Memang
ada kail mudanya yang pemberontak, berambut gondrong, suka bermain gitar,
tapi yang seperti ini langsung dikirim kepada kerabat-kerabat di California.
Setiap tahun didatangkan imigran-imigran baru yang sudah diseleksii ketat dari
Sisilia. Enklave Bronx, yang dikelilingi oleh wilayah-wilayah dengan tingkat
kriminal tertinggi di dunia, merupakan daerah yang sepenuhnya bebas dari
kejahatan. pippi De Lena, yang dahulu merupakan mayor di Enklave Bronx, kini telah naik
pangkat menjadi bniglione di daerah Las Vegas, mewakili Keluarga Clericuzio.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Tapi ia tetap berada di bawah perintah langsung Keluarga Clericuzio yang masih
membutuhkan bakat-bakat khususnya.
Pippi merupakan perwujudan seorang qualificato, yaitu prajurit andalan. Ia
memulai kariernya pada usia muda, mencetak "prestasi" saat berumur tujuh
belas tahun. Yang lebih mengesankan, ia melakukannya dengan menjerat
sasarannya dengan tali; di Amerika, para pemudanya yang angkuh mencemooh
cara menghabisi orang dengan tali. Selain itu, fisik Pippi sangat kuat; tubuhnya
tinggi dan kekar. Ia tentu saja mahir menggunakan senjata api dan bahan
peledak. Tapi di luar itu semua, ia laki-laki yang memikat, karena semangat
hidupnya yang tinggi. Pembawaannya yang ramah dan santai membuat kaum pria
merasa nyaman di dekatnya, dan kaum wanita mengagumi sikap kesatrianya yang
setengah Sisilia dan setengah Amerika. Ia sangat serius dalam bekerja, ,taPi ia
percaya bahwa hidup adalah untuk dinikmati.
Memang, ia juga mempunyai kelemahan. Ia suka minum-minum, berjudi, dan
menjalin hubungan dengan wanita, Ia sekejam yang diharapkan sang Don,
mUngkin karena ia sangat menikmati pergaulan dengan 0rang orang lain- TaPi
semua kelemahan itu membuatnya lebih ampuh sebagai senjata. Ia jenis orang
yang menggunakan segi negatifnya untuk mengeluarkan racun-racun di
tubuhnya, bukan menumpuknya.
Statusnya sebagai keponakan sang Don tentu membantu peningkatan kariernya.
Ia punya hubungj, darah dengan sang Don, dan itu penting, apalagi ketika ia
mendobrak tradisi keluarga.
Tak ada manusia yang selama hidupnya tak pernah berbuat kesalahan. Pippi De
Lena menikah atas dasar cinta, pada usia dua puluh delapan tahun. Dan
kesalahan ini masih ditambah dengan kenyataan bahwa wanita yang dipilihnya
sama sekali tidak cocok menjadi istri seorang prajurit andalan.
Nama wanita itu Nalene Jessup, penari dalam pertunjukan di Las Vegas Xanadu
Hotel. Sejak dulu Pippi selalu membanggakan Nalene sebagai penari yang tidak
mengandalkan keindahan tubuhnya semata mata. Ia benar-benar penari sejati.
Nalene juga cantik menurut standar Vegas. Ia suka membaca, tertarik pada
politik, dan ia memiliki nilai-nilai moral konservatif, karena ia berasal dari
Sacramento, California, yang memiliki budaya Anglo-Saxon.
Kepribadian mereka benar-benar bertolak belaka Pippi sama sekali tidak
mempunyai minat intelektual, ia jarang membaca, mendengarkan musik, pergi
bioskop atau teater. Pippi berwajah seperti banteng, sedangkan Nalene seperti
sekuntum bunga. Pippi sangat terbuka, memikat, namun sosoknya memancarkan
bahaya. Nalene begitu lembut, hingga rekan2 kerjanya tak pernah bisa
memancingnya bertengkar, seperti sering mereka lakukan untuk mengisi waktu.
Satu-satunya hal yang sama-sama disukai Pippi dan Nalene adalah berdansa.
Pippi De Lena, algojo Clericuzio yang ditakuti, bisa melupakan segalanya kalau
sudah berada di lantai dansa. Baginya dansa adalah pUisi yang tak dapat
dipahaminya, mewakili sikap kesatria abad pertengahan, perwujudan dari
kelembutan, seks dalam bentuk yang telah diperhalus; hanya saat berdansalah
jiwanya tersentuh oleh sesuatu yang tak sanggup ia pahami.
Sedangkan bagi Nalene Jessup, saat-saat berdansa memberinya kesempatan
untuk melihat sekilas jiwa Pippi yang paling dalam. Mereka biasa berdansa
berjam-jam sebelum bercinta, hingga akhirnya hubungan fisik mereka terasa
maya, komunikasi sejati antara dua jiwa yang sama-sama bergelora. Sambil
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir berdansa, Pippi berbicara kepadanya, di apartemen Nalene atau di lantai dansa
hotel-hotel di Vegas. Pippi pandai bercerita. Ia menunjukkan rasa cintanya pada Nalene dengan cara
yang lucu dan menggugah. Pembawaannya sangat maskulin, tapi di hadapan
Nalene ia rela mengecilkan dirinya seperti -orang budak, dan ia mau
mendengarkan pembicara-an Nalene. Ia menunjukkan rasa bangga dan penuh
m|nat kalau Nalene bicara tentang buku-buku, teater, kewajiban sistem
demokrasi untuk membela kaum tertindas, hak-hak orang kulit hitam,
pembebasan pin Afrika selatan dan kewajiban untuk memberi bahan pangan bagi
masyarakat miskin di negara-negara
dunia ketiga. Pippi sangat senang dengan topik-topik ini, yang terasa eksotis
baginya. Selain itu mereka Pun cocok secara seksual. Sifat-mereka yang bertolak
belakang justru merupakan daya tarik bagi keduanya. Untunglah bahwa dalam
hubungan cinta itu, Pippi melihat Nalene yang sesungguhnya, sementara Nalene
sendiri tidak mengenal Pippi yang sebenarnya. Yang dilihatnya adalah laki-laki
yang memujanya, menghujaninya dengan hadiah-hadiah, dan mau mendengarkan
mimpi-mimpinya. Mereka menikah seminggu setelah pertama bertemu. Nalene baru berumur
delapan belas tahun dan masih polos; Pippi dua puluh delapan tahun dan sedang
dilanda cinta. Ia pun dibesarkan dengan nilai-nilai lama - meski dari kutub yang
berbeda - dan mereka sama-sama ingin membentuk keluarga. Nalene sudah
yatim-piatu, sedangkan Pippi tak ingin memberitakan kebahagiaannya yang baru
ini pada Keluarga Clericuzio. Sebab ia tahu mereka tidak akan menyetujui
pilihannya. Lebih baik mereka di-beritahu pada saat-saat terakhir. Ia dan
Nalene menikah di sebuah kapel di Vegas.
Tapi ternyata dugaannya keliru. Don Clericuzio senang sekali mendengar Pippi
akan menikah. Seperti sering dikatakannya, "Kewajiban utama seorang laki-laki


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam hidupnya adalah mencari nafkah untuk dirinya." Tapi apa gunanya mencari
nafkah kalau ia tidak mempunyai istri dan anak-anak" Sang Don sangat
tersinggung karena ia tidak diberitahu lebih awal, dan bahwa perkawinan itu
tidak dirayakan di tengah Keluarga Clericuzio. Biar bagaimanapun, Pippi memiliki
darah Clericuzio. Dengan kesal sang Don berkomentar, "Biar mereka berdansa bersama-sama
sampai ke dasar lautan.' Tapi dengan royalnya ia tetap mengirimkan hadiah-
hadiah perkawinan - sebuah mobil Buick yang besar; kepemilikan atas sebuah
agen penagih uang yang pada waktu itu memberikan penghasilan seratus ribu
dolar setahun; dan kenaikan pangkat. Pippi De Lena akan tetap melayani
Keluarga Clericuzio sebagai salah satu bruglione mereka di daerah Barat, tapi ia
dikeluarkan dari Enklave Bronx, sebab bagaimana mungkin istrinya yang asing
dengan lingkungan tersebut bisa berbaur dengan para penghuni enklave itu" Ia
sama asingnya dengan bangsa-bangsa lain yang tidak diizinkan tinggal di wilayah
tersebut. Jadi, meski Pippi tetap menjadi algojo Clericuzio dan baron lokal, ia
kehilangan sejumlah pengaruh di istana Clericuzio di Quogue.
Pendamping pengantin pria dalam upacara pernikahan resmi adalah Alfred
Gronevelt, pemilik Xanadu Hotel. Sesudah upacara, ia mengadakan pesta makan
malam kecil, di mana pasangan pengantin itu berdansa semalaman. Pada tahun-
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir tahun selanjutnya, Gronevelt dan Pippi De Lena menjalin hubungan persahabatan
yang erat dan setia. Perkawinan Pippi dan Nalene menghasilkan dua orang anak; satu laki-laki dan
satu perempuan. Yang tertua dinamakan Croccifixio, dengan panggilan Cross.
Pada usia sepuluh tahun, Cross amat mirip dengan ibunya, bertubuh lentur dan
luwes, dengan wajah tampan yang nyaris kewanitaan. Tapi ia juga mewarisi
kekuatan dan koordinasi prima ayahnya. Adiknya, Claudia, yang setahun lebih
muda, mirip dengan Pippi. Wajahnya tidak cantik, namun tertolong oleh
kesegaran dan kepolosan anak-anak. Ia tidak mewarisi bakat-bakat ayahnya,
tapi seperti ibunya, Claudia mencintai buku, musik, dan teater, dan ia memiliki
jiwa yang lembut. Maka wajarlah jika Cross dekat dengan Pippi, sementara
Claudia dengan ibunya, Nalene.
Dalam masa sebelas tahun sebelum keluarga De Lena berpisah, semuanya
berjalan dengan sangat menyenangkan. Pippi memantapkan diri di Vegas sebagai
bruglione, kolektor Xanadu Hotel, dan ia masih tetap menjadi algojo bagi
Keluarga Clericuzio. Ia menjadi kaya raya, menjalani hidup mewah, tapi tidak
mencolok. Ia suka minum-minum, berjudi, berdansa dengan istrinya, bermain
dengan anak-anaknya, dan mencoba mempersiapkan mereka menuju kedewasaan.
Berdasarkan pengalamannya menjalani kehidupan yang berbahaya, Pippi belajar
untuk melihat jauh ke depan. Itulah salah satu faktor pendukung kesukses-
annya. Sejak dini ia sudah membayangkan Cross sebagai laki-laki dewasa. Ia
ingin anak itu berpihak kepadanya kelak. Mungkin ia ingin setidaknya ada
seseorang yang bisa ia percayai sepenuhnya.
Maka ia pun melatih Cross, mengajarinya segala taktik berjudi, mengajaknya
serta dalam acara makan malam bersama Gronevelt, agar anak itu bisa men-
dengar cerita-cerita tentang berbagai cara orang yang mencoba menipu di
kasino. Gronevelt selalu mengawali ceritanya dengan kalimat, "Setiap malam,
jutaan orang tak bisa tidur memikirkan bagaimana supaya bisa mencurangi
kasinoku." Pippi juga membawa Cross berburu, mengajarinya cara menguliti dan
membersihkan isi perut binatang, membaui dan melumuri tangannya dengan
darah. Ia menyuruh Cross mengikuti kursus bertinju, agar anak itu belajar
mengenal rasa sakit, melatihnya menggunakan dan merawat senjata api, tapi
tidak mengajarinya cara membunuh dengan tali; bagaimanapun, hal yang satu itu
adalah kesukaan pribadinya dan tidak terlalu bermanfaat pada zaman modern
ini. Selain itu, ia tak mungkin bisa memberi penjelasan yang masuk akal pada ibu
anaknya. Keluarga Clericuzio mempunyai pondok berburu yang sangat luas di Pegunungan
Nevada, dan Pippi sering mengajak keluarganya berlibur di sana. Ia membawa
anak-anaknya berburu, sementara Nalene asyik membaca buku-buku di pondok
yang hangat itu. Dalam perburuan, Cross bisa dengan mudah menembak serigala,
kijang, bahkan beberapa ekor singa dan beruang gunung. Ini menunjukkan bahwa
ia berbakat dalam menggunakan senjata api; ia selalu hati-hati, selalu tenang
saat menghadapi bahaya, dan tak pernah merasa ngeri saat membersihkan isi
perut binatang yang licin dan penuh darah. Singkatnya, ia tidak mudah merasa
mual. Claudia justru sebaliknya. Ia takut mendengar suara letusan senapan dan
merasa mual saat menguliti kijang. Setelah beberapa kali berburu, ia menolak
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir ikut lagi dan memilih menghabiskan waktu bersama ibunya, membaca atau
berjalan-jalan di tepi sungai yang tidak jauh dari pondok. Claudia bahkan
menolak !kut memancing. Ia tidak sampai hati menusukkan mata kail yang keras
ke perut cacing yang lunak.
Maka Pippi memusatkan perhatian pada putranya. Ia memberikan brifing pada
anaknya tentang perilaku dasar. Jangan marah hanya karena masalah kecil.
Jangan memberikan informasi apa pun tentang dirimu. Buatlah agar orang-orang
menaruh hormat padamu lewat perbuatan, bukan perkataan. Hormati semua
kerabat keluargamu. Berjudi adalah untuk rekreasi, bukan untuk mencari
nafkah. Cintailah ayahmu, ibumu, dan saudara perempuanmu, tapi hati-hati,
jangan mencintai wanita mana pun selain istrimu. Dan yang disebut istri adalah
wanita yang melahirkan anak-anakmu. Begitu kau berkeluarga, kau bertanggung
jawab untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Cross murid yang baik, sehingga ayahnya makin menyayanginya. Pippi sangat
senang bahwa secara fisik Cross begitu mirip dengan Nalene, namun tanpa
bakat-bakat intelektual yang sekarang mulai merusak kehidupan perkawinan
mereka. Pippi tak pernah percaya akan impian sang Don bahwa generasi selanjutnya akan
bisa hidup dalam kalangan masyarakat baik-baik. Ia bahkan menganggap
keinginan itu belum tentu yang terbaik. Memang, ia mengakui kejeniusan sang
Don, tapi mimpi itu menunjukkan sisi romantis dari orang tua tersebut.
Bagaimanapun, para ayah tentunya ingin putra-putra mereka mendampingi dalam
bekerja, ingin anak-anak itu menjadi seperti mereka. Pertalian darah tetap
pertalian darah dan takkan berubah.
Dalam hal ini, pendapat Pippi terbukti tepat. Meski Don Clericuzio sudah
membuat rencana besar, cucunya sendiri, Dante, sulit diarahkan untuk
memenuhi semua rencana tersebut. Dante merupakan batu sandungan bagi
mereka. Ia haus kekuasaan dan keras kepala. Ia tak pernah takut melanggar
hukum masyarakat maupun hukum Tuhan.
Ketika Cross berumur tujuh tahun dan Claudia enam tahun, Cross yang pada
dasarnya bersifat agresif sering kali meninju Claudia di perutnya. Ia bahkan
berani melakukannya di hadapan ayah mereka. Se-gai orangtua, Pippi punya dua
cara untuk menyesalkan masalah ini. Ia bisa menyuruh Cross berhenti, _n kalau
Cross tidak patuh, ia akan mencengkeram ngkuk anak itu, lalu mengangkatnya
tergantung-^ntung di udara. Atau ia menyuruh Claudia untuk elawan. Sekali dua
kali ia memerintahkan Cross erdiri menghadap tembok. Tapi suatu kali, mungkin
arena ia sedang malas sehabis makan malam, atau barangkali karena Nalene
selalu keberatan kalau ia agak kasar pada ,anak-anak, ia hanya menyalakan
cerutunya dengan tenang dan berkata pada Cross, "Setiap kali kau memukul
adikmu, dia akan kuberi satu dolar." Ketika Cross masih terus memukul adiknya,
Pippi menghujani Claudia dengan uang dolar. Akhirnya Cross berhenti karena
kesal. Pippi juga menimbuni istrinya dengan berbagai hadiah, tapi pemberiannya adalah
pemberian seorang majikan pada budaknya. Hadiah-hadiah itu merupakan
imbalan atas sikap patuh Nalene. Cincin berlian, mantel bulu, liburan-liburan ke
Eropa. Pippi bahkan membelikan Nalene rumah untuk berlibur di Sacramento,
karena Nalene benci Vegas. Ketika membelikan sebuah Bentley untuk istrinya, ia
sendiri yang mengantarkan mobil itu dengan mengenakan seragam sopir. Tak
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir lama sebelum perkawinan mereka berakhir, ia menghadiahi Nalene sebuah cincin
antik yang dinyatakan sebagai bagian dari koleksi keluarga Borgia. Satu-satunya
hal yang tidak boleh dilakukan Nalene adalah menggunakan kartu kredit. Kalau
berbelanja, ia harus membayar dengan uang bulanannya. Pippi sendiri tidak
pernah menggunakan kartu kredit.
Dalam hal-hal lain, ia termasuk liberal. Nalene diberi kebebasan sepenuhnya.
Pippi bukan jenis suami Itali yang pencemburu. Meski ia sendiri hanya bepergian
ke luar negeri untuk urusan bisnis, ia mengizinkan Nalene pergi ke Eropa
bersama teman-teman wanitanya, sebab Nalene sangat ingin melihat-lihat
museum di London, menonton balet di Paris, dan opera di Itali.
Dulu Nalene pernah merasa heran, mengapa suaminya tak pernah merasa
cemburu. Tapi lama-kelamaan ia menyadari, takkan ada laki-laki di lingkungan
mereka yang berani mendekatinya.
Don Clericuzio pernah mengeluarkan komentar sarkastis tentang perkawinan
mereka, "Apa mereka pikir mereka bisa berdansa seumur hidup?"
Ternyata memang tidak. Nalene bukan penari yang sangat hebat hingga bisa
mencapai puncak. Kakinya terlalu panjang. Selain itu, temperamennya terlalu
serius dan tidak memungkinkan ia menjadi gadis pesta. Itulah sebabnya ia
memilih untuk menikah. Dan ia bahagia selama empat tahun pertama per-
kawinannya. Ia mengurus anak-anak, mengikuti kuliah di University of Nevada,
dan banyak sekali membaca.
Tapi Pippi tidak lagi berminat pada hal-hal yang intelektual - tentang keadaan
lingkungan, mengatasi masalah orang kulit hitam yang tak pernah belajar untuk
mencuri tanpa tertangkap, dan mengenai penduduk asli Amerika, siapa pun
mereka, semuanya silakan tenggelam saja ke dasar samudra; ia tak peduli.
Diskusi tentang buku atau musik sama sekali di luar kemampuannya. Dan
tuntutan Nalene agar ia tidak memukul anak-anak mereka membuatnya bingung.
Anak-anak baginya adalah seperti makhluk kecil yang liar. Bagaimana mungkin
mengajar mereka bersopan santun kalau tidak dengan keras" Tapi ia selalu hati-
hati agar tidak menyakiti mereka.
Maka, saat perkawinan mereka memasuki tahun keempat, Pippi mulai mempunyai
kekasih gelap. Satu di Las Vegas, satu di Los Angeles, dan satu di New York.
Nalene membalas dengan meraih gelar dalam mengajar.
Mereka berusaha keras untuk bertahan. Keduanya mencintai anak-anak mereka
dan berusaha memberikan kehidupan yang menyenangkan pada anak-anak itu.
Nalene sering menghabiskan waktu berjam-jam bersama Cross dan Claudia,
membaca, menyanyi, dan berdansa. Rasa humor Pippi juga membantu
mempertahankan perkawinan itu. Vitalitas dan semangatnya yang menggelora
berhasil melicinkan kesulitan-kesulitan dalam hubungan mereka. Kedua anak itu
pun mencintai ibu mereka yang sangat lembut dan halus, cantik dan penuh kasih
sayang; dan mereka mengagumi ayah mereka yang kuat.
Pippi dan Nalene sama-sama orangtua yang hebat. Dari sang ibu, anak-anak itu
belajar tata cara pergaulan, sopan santun, berdansa, berpakaian, dan ber-
dandan. Sang ayah mengajari mereka pedoman-pedoman hidup, cara melindungi
diri dari serangan fisik, cara berjudi,' dan melatih kebugaran tubuh. Mereka
tak pernah benci pada si ayah yang kadang memperlakukan mereka dengan
kasar, sebab hal itu dilakukannya untuk menanamkan disiplin, tanpa rasa marah
dan dendam sesudahnya. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Cross tidak mengenal rasa takut, tapi ia masih bisa dibujuk. Claudia tidak
seberani kakaknya secara fisik, tapi ia punya sifat keras kepala. Mereka hidup
senang dan tak pernah kekurangan uang.
Setelah beberapa tahun, Nalene mulai melihat beberapa hal, mulanya sangat
kecil. Kalau sedang mengajari anak-anak bermain kartu - entah poker, blackjack,
atau gin - Pippi akan mengalahkan mereka habis-habisan dan menguras uang saku
kedua anak itu, tapi pada akhirnya ia akan memberikan keberuntungan besar
pada mereka, hingga keduanya bisa tidur nyenyak dengan perasaan penuh
kemenangan. Anehnya, untuk ukuran anak kecil, Claudia ternyata sangat senang
berjudi, melebihi Cross. Kelak Pippi menunjukkan cara ia menipu mereka dalam
permainan. Melihat ini, Nalene marah. Ia merasa Pippi mempermainkan hidup
kedua anak itu, seperti halnya ia mempermainkan hidup Nalene. Pippi
menjelaskan bahwa hal itu adalah bagian dari pendidikan. Kata Nalene, itu bukan
pendidikan, tapi perusakan. Pippi berkata bahwa ia ingin mempersiapkan anak-
anak itu untuk menghadapi kenyataan hidup. Tapi Nalene ingin mempersiapkan
mereka untuk menerima keindahan dalam hidup.
Pippi selalu menyimpan uang banyak di dompetnya. Ini sangat mencurigakan di
mata istrinya, juga bagi petugas pemungut pajak. Memang benar, Pippi
mempunyai usaha yang sukses, Agen Penagihan Uang, tapi kehidupan mereka
terlalu mewah untuk ukuran penghasilan dari usaha sekecil itu.
Ketika mereka berlibur ke daerah Timur dan berbaur di tengah kaum kerabat
Keluarga Clericuzio, mau tak mau Nalene melihat betapa Pippi diperlakukan
dengan penuh hormat. Kaum pria bersikap hati-hati terhadapnya dan sering


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menemuinya berjam-jam secara pribadi.
Juga ada hal-hal kecil lainnya. Pippi selalu mengadakan perjalanan bisnis
sedikitnya sekali sebulan. Nalene tak pernah tahu detail-detail perjalanan
suaminya, dan Pippi juga tidak pernah menceritakan apa-apa padanya. Pippi
memiliki surat izin untuk membawa senjata api, dan ini wajar saja, mengingat ia
bergerak dalam bisnis penagihan uang dalam jumlah besar. Ia sangat hati-hati.
Nalene dan anak-anaknya tak boleh menyentuh senjata itu. Peluru-pelurunya
disimpan di kotak-kotak terpisah.
Setelah hidup bersama selama bertahun-tahun, tak mungkin orang bisa terus-
menerus menyembunyikan sifat aslinya dari orang yang dekat dengannya. Akhir-
nya Nalene melihat bahwa Pippi senang mengikuti keinginan hatinya sendiri dan
bahwa ia sebenarnya bersifat kasar, meski pada Nalene ia tak pernah demikian.
Pippi juga suka menyimpan rahasia, walaupun ia pura-pura bersikap terbuka. Dan
meski kelihatan ramah, sebenarnya ia berbahaya.
Ia juga mempunyai kekonyolan-kekonyolan kecil yang terkadang menggelikan.
Misalnya orang lain harus ikut menikmati apa yang disukainya. Pernah suatu kali
mereka mengundang sepasang suami-istri makan di restoran Itali. Rupanya
pasangan itu tidak menyukai makanan Italia. Melihat ini, Pippi jadi tak bisa
menghabiskan makanannya. Kadang-kadang ia mau bicara tentang pekerjaannya di Agen Penagihan Uang.
Hampir semua hotel penting di Vegas adalah kliennya. Ia menagih surat utang
yang sudah jatuh tempo dari para pelanggan yang menolak membayar. Ia
meyakinkan Nalene bahwa ia tak pernah menggunakan kekerasan, melainkan
memakai teknik bujukan khusus. Orang mesti membayar utangnya, demi harga
diri yang bersangkutan. Semua orang bertanggung jawab atas tindakannya
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir masing-masing, dan ia tersinggung karena orang-orang terpelajar tidak selalu
memenuhi kewajiban mereka. Dokter, pengacara, kepala-kepala perusahaan -
orang-orang ini mau menerima pelayanan bagus dari hotel, tapi berkelit ketika
dimintai pertanggungjawaban. Namun tidak sulit menagih dari mereka. Datangi
saja kantornya, lalu buat keributan yang bisa terdengar oleh para klien dan
kolega mereka. Tapi jangan pernah mengancam. Katakan bahwa mereka
pembohong, penjudi kelas teri yang mengabaikan profesi mereka untuk berfoya-
foya. Para pengusaha kecil lebih susah ditagih; mereka suka berusaha membayar lebih
kecil dari jumlah pinjaman. Lalu ada golongan yang lebih pintar, yang
memberikan cek kosong, kemudian pura-pura mengatakan pasti ada kesalahan.
Ini taktik yang paling mereka sukai. Mereka menuliskan cek senilai sepuluh ribu
dolar, padahal uang di rekening mereka hanya delapan ribu dolar. Tapi Pippi
mempunyai akses untuk informasi bank. Jadi, ia tinggal menambahkan ekstra
dua ribu dolar ke rekening orang yang bersangkutan, lalu mengambil keseluruhan
sepuluh ribu dolar itu. Pippi suka tertawa-tawa senang kalau menceritakan hal
seperti itu pada Nalene. Tapi, kata Pippi, bagian terpenting dalam pekerjaannya adalah membujuk para
penjudi - bukan hanya agar mereka mau membayar utang, tapi juga untuk terus
berjudi. Bahkan penjudi yang sudah bangkrut pun masih mempunyai nilai. Ia
bekerja dan ia mem-I peroleh uang. Jadi, tunda saja pembayaran utangnya, i
desak dia untuk berjudi di kasinomu tanpa berutang; ia bisa membayar
pinjamannya kapan saja ia menang. I Suatu malam, Pippi menceritakan pada
Nalene i kisah yang menurut pendapatnya sangat lucu. Hari itu ia sedang berada
di kantornya, yang terletak di i sebuah mail kecil di dekat Xanadu Hotel. Tiba-
tiba 'terdengar suara letusan senjata api di jalan. Ia lari ke luar dan melihat
dua laki-laki bertopeng dan .bersenjata melarikan diri dari toko permata di
sebelah. iTanpa pikir panjang Pippi mencabut pistolnya dan menembak kedua
orang itu. Mereka melompat ke sebuah mobil yang sudah menunggu dan
meloloskan diri. Beberapa menit kemudian, polisi datang. Setelah
menginterogasi orang-orang, mereka menangkap Pippi. Mereka tahu bahwa
pistolnya terdaftar, tapi dengan menembakkannya, ia telah melakukan
"kesalahan ceroboh yang membahayakan". Alfred Gronevelt-lah yang pergi ke
kantor polisi dan membebaskannya dengan uang jaminan. "Coba pikir, untuk apa
aku berbuat begitu?" kata Pippi. "Alfred bilang, itu karena insting pemburu di
dalam diriku. Tapi aku sendiri tidak mengerti. Masa aku menembaki perampok"
Masa aku melindungi masyarakat" Akhirnya malah aku yang dipenjara. Aku yang
dipenjara." Tapi sebenarnya cerita-cerita kecil semacam ini merupakan taktik licin Pippi
agar Nalene dapat melihat sedikit sebagian dari karakternya, tanpa bisa
menembus rahasia yang sebenarnya. Yang akhirnya membuat Nalene
memutuskan untuk minta cerai adalah ketika Pippi De Lena ditangkap dengan
tuduhan pembunuhan. Danny Fuberta memiliki biro perjalanan di New York, yang dibelinya dari uang
hasil usaha sebagai lintah darat di bawah perlindungan Keluarga Santadio yang
sekarang telah musnah. Tapi penghasilan utamanya ia peroleh dari pekerjaan
sebagai makelar judi di Vegas.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Seorang makelar judi biasa membuat kontrak eksklusif dengan sebuah hotel di
Vegas untuk mendatangkan para penjudi yang sedang berlibur ke dalam
cengkeraman mereka. Setiap bulan, Danny Fuberta menyewa pesawat jet 747
dan mengumpulkan sekitar dua ratus penumpang untuk diterbangkan ke Xanadu
Hotel. Dengan harga borongan seribu dolar, masing-masing penumpang
mendapatkan tiket pulang-pergi dari New York ke Nevada, makanan dan
minuman gratis di pesawat, kamar hotel, serta makan-minum gratis di hotel.
Banyak orang menunggu giliran untuk ikut dalam rombongan ini, dan Fuberta
memilih para pelanggannya dengan hati-hati. Mereka haruslah orang-orang yang
bergaji besar - meski pekerjaannya belum tentu halal - dan mereka harus
berjudi di kasino sedikitnya empat jam setiap hari. Dan jika mungkin, mereka
harus dibuat berutang di loket kasir di Xanadu Hotel.
Salah satu aset terbesar Fuberta adalah persahabatannya dengan para penipu,
perampok bank, penjual obat bius, penyelundup rokok, pemilik pusat-pusat
garmen, dan para bajingan lainnya yang hidup mewah di daerah-daerah kumuh
New- York. Mereka inilah yang merupakan pelanggan-pelanggan utamanya. Se-
bab bukankah orang-orang itu menjalani kehidupan yang penuh tekanan dan
memerlukan liburan yang santai" Mereka mempunyai banyak uang tunai tidak
halal dan mereka senang berjudi.
Setiap kali mengirimkan pesawat berpenumpang dua ratus orang ke Xanadu,
Danny Fuberta mendapat bayaran dua puluh ribu dolar. Kadang-kadang ia diberi
bonus jika para penjudi itu banyak kalah di Xanadu. Semua itu, ditambah biaya
paket awal, memberikan penghasilan bulanan yang besar baginya. Sayangnya
Fuberta sendiri senang berjudi dan suatu ketika utang-utangnya melebihi
penghasilannya. Fuberta, yang memang cerdik, dengan segera mendapatkan cara untuk membuat
dirinya kembali kaya. Sebagai makelar judi, salah satu tugasnya adalah
merekomendasikan pinjaman di muka dari kasino untuk pelanggan.
Fuberta merekrut sejumlah perampok bersenjata yang sangat kompeten.
Bersama mereka, ia membuat rencana untuk mencuri delapan ratus ribu dolar
dari Xanadu Hotel. Fuberta memberikan identitas palsu pada keempat kawanannya, yang
menyatakan bahwa mereka adalah pemilik pusat garmen dengan tingkat kredit
tinggi. Detail-detail data ia peroleh dari arsip kantornya. Berdasarkan
identitas palsu itu, ia merekomendasikan batas pinjaman dua ratus ribu dolar untuk
mereka, lalu ia mengirimkan orang-orang itu naik pesawat.
"Oh, mereka semua bersenang-senang," kata Gronevelt kelak.
Selama dua hari tinggal di hotel, Fuberta dan kawanannya menumpuk tagihan
room service dalam jumlah besar, mentraktir gadis-gadis penyanyi yang cantik
makan malam, dan membeli hadiah-hadiah di gift shop. Tapi itu belum seberapa.
Mereka meminta keping-keping hitam dari kasino dan menandatangani surat
pinjaman. Mereka memisahkan diri menjadi dua kelompok. Kelompok yang satu bertaruh
melawan dadu, sementara kelompok satunya memihak dadu. Dengan cara itu,
mereka hanya kalah di persentase atau seri. Maka mereka menarik keping
senilai satu juta dolar dari loket, yang kelak diuangkan oleh Fuberta. Ke-
lihatannya mereka seperti berjudi dengan asyik, tapi sebenarnya mereka hanya
pura-pura. Mereka sengaja bertingkah mencolok, membayangkan diri sebagai
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir aktor, komat-kamit saat akan melempar dadu, mengumpat-umpat kalau kalah,
dan bersorak gembira jika menang. Setelah permainan berakhir, mereka mem-
berikan keping-keping itu pada Fuberta untuk diuangkan, lalu menandatangani
surat pinjaman lagi untuk meminta keping baru dari loket. Ketika komedi ini
berakhir dua hari kemudian, mereka sudah mengantungi uang delapan ratus ribu
dolar, membuat pengeluaran sebesar dua puluh ribu dolar, dan mempunyai surat
utang senilai satu juta dolar di kasir.
Danny Fuberta, sebagai otak penipuan, memperoleh bagian empat ratus ribu
dolar, sementara keempat kawanannya merasa puas dengan bagian masing-
masing, apalagi ketika Fuberta menjanjikan akan mengajak mereka untuk
operasi berikutnya. Kurang apa lagi, menghabiskan akhir minggu yang panjang di
hotel mewah, makan-minum gratis, didampingi gadis-gadis cantik. Dan
memperoleh hasil seratus ribu dolar seorang. Jelas ini jauh lebih baik daripada
merampok bank dengan taruhan nyawa.
Tapi Gronevelt berhasil membongkar penipuan ini keesokan harinya.
Berdasarkan catatan laporan harian, surat utang yang masuk tergolong tinggi,
meski untuk pelanggan dari Fuberta. Pemasukan di meja itu, dan jumlah uang
yang diperoleh setelah permainan malam tersebut, agak terlalu rendah
dibandingkan jumlah uang yang dipertaruhkan. Gronevelt minta dibawakan
videotape dari kamera pengawas. Baru menonton sepuluh menit ia sudah tahu
apa yang tidak beres. Surat utang senilai satu juta dolar itu sama sekali tidak
ada harganya dan identitas keempat orang itu palsu semuanya.
Ia merasa tak sabar menghadapi kasus ini. Selama bertahun-tahun, entah sudah
berapa kali ia mengalami percobaan penipuan, tapi yang satu ini begitu tolol.
Dan ia menyukai Danny Fuberta; orang itu sudah banyak menghasilkan uang bagi
Xanadu. Ia tahu apa yang akan dikatakan Fuberta: bahwa ia pun tertipu oleh
identitas-identitas palsu itu; bahwa ia pun seorang korban yang tidak tahu apa-
apa. Gronevelt merasa kesal dengan kelalaian para pegawai kasinonya. Petugas di
meja dadu mestinya melihat ketidakberesan ini, dan petugas di loket kasir
mestinya menyadari taruhan silang itu. Trik yang mereka gunakan toh tidak
terlalu istimewa. Tapi kadang-kadang manusia menjadi lalai kalau sudah merasa
nyaman, tidak terkecuali di Vegas. Dengan menyesal Gronevelt memutuskan
untuk memecat petugas meja dadu dan loket, atau setidaknya menurunkan
jabatan mereka menjadi pemutar roda rulet kembali. Tapi satu hal tak dapat ia
lepaskan begitu saja. Ia harus menyerahkan urusan dengan Danny Fuberta pada
Keluarga Clericuzio. Mula-mula ia memanggil Pippi De Lena ke hotel, untuk menunjukkan dokumen-
dokumen dan film dari kamera pengawas. Pippi kenal pada Fuberta, tapi tidak
tahu-menahu tentang keempat kawanannya, maka Gronevelt minta dibuatkan
snapshot dari film video dan memberikannya pada Pippi.
Pippi menggeleng-gelengkan kepala. "Kenapa Danny mengira dia bisa lolos begitu
saja dari perbuatannya ini" Kukira dia makelar yang cerdik."
"Dia penjudi," kata Gronevelt. "Penjudi percaya bahwa mereka selalu memegang
kartu yang menguntungkan." Ia diam sejenak. "Danny akan berusaha
meyakinkanmu bahwa dia tidak terlibat dalam penipuan ini. Tapi ingat, dialah
yang waktu itu menjamin bahwa orang-orang itu layak diberi pinjaman. Dia akan
mengatakan bahwa rekomendasi itu diberikannya atas dasar identitas mereka.
Tapi seorang makelar judi harus memastikan bahwa identitas itu asli. Dia harus
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir tahu." Pippi tersenyum dan menepuk-nepuk punggung Gronevelt. "Jangan
khawatir, aku tidak akan percaya pada omongannya." Mereka berdua tertawa.
Tidak masalah, apakah Danny Fuberta bersalah atau tidak. Ia harus
bertanggung jawab atas kesalahannya.
Keesokan harinya Pippi terbang ke New York untuk memaparkan kasus tersebut
pada Keluarga Clericuzio di Quogue.
Setelah melewati gerbang-gerbang berpengawal, Pippi melajukan mobilnya di
jalan berbatu yang melintasi pekarangan berumput yang panjang, dengan
tembok-tembok berpagar kawat duri dan sensor elektronis. Ada seorang
penjaga di pintu mansion, padahal saat itu adalah saat-saat tenang.
Giorgio menyambutnya, lalu mengajaknya ke kebun belakang. Kebun itu ditanami
tomat, ketimun, selada, dan melon, dan dikelilingi pohon-pohon ara berdaun
lebar. Sang Don tidak suka menanam bunga.
Keluarga Clericuzio sedang duduk di meja bundar dari kayu, makan siang lebih
awal. Sang Don tampak sehat, meski usianya hampir tujuh puluh tahun. Ia
tampak sangat menikmati kebunnya yang beraroma pohon ara, sambil menyuapi


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dante, cucunya yang berumur sepuluh tahun. Dante berwajah tampan, tapi
terlalu sombong untuk ukuran anak seusianya. Pippi sering kali ingin
menamparnya. Tapi sang Don seperti tanah liat di tangan anak itu; ia
membersihkan mulut Dante dan menghujaninya dengan ucapan-ucapan sayang.
Vincent dan Petie tampak masam. Rapat tidak bisa dimulai sebelum anak itu
selesai makan, lalu dibawa pergi oleh ibunya, Rose Marie. Don Domenico menatap
dengan wajah berseri-seri ketika Dante berlalu. Kemudian ia menoleh pada
Pippi. "Ah, martello-ku," sapanya. "Bagaimana pendapat-mu tentang Fuberta si
bajingan itu" Kita memberi nafkah padanya dan dia jadi rakus, lalu ingin me-
rampok kita." Giorgio berkata menenangkan, "Kalau dia membayar utangnya, dia masih bisa
menghasilkan uang untuk kita." Hanya itu cara yang bisa digunakan untuk
memohon keringanan. "Uang yang diambilnya tidak sedikit," kata sang Don. "Kita mesti
memperolehnya kembali. Pippi, bagaimana menurutmu?"
Pippi angkat bahu. "Bisa kucoba, tapi mereka bukan jenis orang yang suka
menabung untuk masa-masa paceklik."
Vincent, yang tidak suka pembicaraan bertele-tele, berkata, "Coba kita lihat
foto mereka." Pippi mengeluarkan foto-foto itu; Vincent dan Petie memperhati-
kan wajah keempat perampok bank tersebut, lalu Vincent berkata, "Aku dan
Petie kenal mereka."
"Bagus," kata Pippi. "Kalau begitu, kau bisa membereskan keempat orang itu.
Bagaimana dengan Fuberta?"
Sang Don berkata, "Mereka telah menghina kita. Mereka pikir kita siapa"
Orang-orang tolol tak berdaya yang hanya bisa melapor pada polisi" Vincent,
Petie, kalian bantu Pippi. Aku ingin uang itu kembali dan semua mascalzoni ini
diberi ganjaran." Mereka paham. Pippi-lah yang akan memimpin operasi ini-
Kelima orang itu mesti dihukum mati.
Sang Don meninggalkan mereka untuk berjalan-jalan di taman.
Giorgio mendesah. "Ayah kita terlalu keras untuk zaman kita ini. Risiko yang
mesti kita ambil tidak sepadan dengan kasusnya."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Tidak juga, kalau Vinnie dan Pete menangani keempat bajingan itu," kata Pippi.
"Kau oke tidak, Vince?"
Vincent berkata, "Giorgio, kau harus bicara pada ayah kita. Keempat orang itu
pasti tidak punya uang. Kita mesti membuat kesepakatan. Kalau mereka bisa
membayar, mereka boleh dibebaskan. Kalau mereka mati, kita tidak
mendapatkan bayaran."
Vincent adalah orang yang realistis; ia tidak terlalu menuruti nafsu membunuh,
hingga mengabaikan penyelesaian yang lebih praktis.
"Oke, itu bisa kukatakan pada Pop," kata Giorgio. "Mereka toh hanya membantu.
Tapi dia tidak akan mau melepaskan Fuberta."
"Ini sebagai peringatan bagi para makelar judi yang lain," kata Pippi.
"Sepupu Pippi," kata Giorgio sambil tersenyum, "kau menginginkan bonus apa
untuk pekerjaan ini?"
Pippi tak suka dipanggil "sepupu" oleh Giorgio. Vincent dan Petie memanggilnya
demikian untuk menunjukkan rasa sayang, tapi Giorgio mengatakannya hanya
jika sedang bernegosiasi.
Untuk membereskan Fuberta, itu sudah tugasku," kata Pippi. "Kalian sudah
memberikan Agen Penagihan Uang itu padaku, dan aku juga mendapat gaji dari
Xanadu. Tapi mengusahakan agar uang itu kembali bukan pekerjaan mudah, jadi
aku mesti mendapatkan persentase. Sama seperti Vince dan Petie kalau mereka
berhasil menagih dari keempat orang itu."
"Cukup adil," kata Giorgio. "Tapi ini tidak sama dengan menagih surat utang. Kau
tak mungkin mendapatkan lima puluh persen."
"Tidak, tidak," kata Pippi. "Sekadarnya saja, untuk membasahi paruhku."
Mereka semua tertawa mendengar idiom Sisilia kuno itu. Petie berkata,
"Giorgio, jangan pelit. Masa kau sampai hati menguras aku dan Vincent." Se-
karang Petie-lah yang mengelola Enklave Bronx dan menjadi kepala para
pelaksana. Ia sering menyuarakan bahwa para pelaksana itu mestinya dibayar
lebih tinggi. Ia bersedia membagi bagian uangnya dengan para anak buahnya.
"Kalian memang serakah," kata Giorgio sambil tersenyum. "Tapi aku akan
merekomendasikan dua puluh persen pada ayahku." Pippi tahu bahwa itu berarti
ia akan mendapat sekitar lima belas atau sepuluh persen. Cerita lama jika
berurusan dengan Giorgio.
"Bagaimana kalau uangnya kita gabung?" kata Vincent pada Pippi. Artinya,
mereka bertiga akan membagi rata uang yang mereka peroleh, berapa pun
jumlahnya. Ini dimaksudkan sebagai sikap bersahabat. Kesempatan untuk
mendapatkan uang dan orang yang hidup jauh lebih besar daripada dan orang
yang harus mati. Vincent memahami nilai kecakapan Pippi.
"Bagus, Vince," kata Pippi. "Aku setuju."
Ia melihat Dante berjalan bergandengan tangan dengan sang Don di ujung
kebun. Ia mendengar Giorgio berkata, "Sungguh mengherankan, Dante dan
ayahku bisa begitu akrab, bukan" Padahal padaku sendiri ayahku tidak begitu
ramah. Mereka selalu berbisik-bisik berdua. Ayahku sangat pandai; anak itu
pasti akan belajar darinya."
Pippi melihat Dante menengadah pada sang Don. Keduanya seperti menyimpan
rahasia besar yang bisa membuat mereka menguasai Bumi dan Langit. Kelak
Pippi percaya bahwa visi ini membuat ia menjadi sasaran kuasa jahat dan
memicu kemalangannya. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Pippi De Lena mempertahankan reputasinya selama bertahun-tahun melalui
perencanaan yang matang. Ia bukan sekadar pembunuh yang ceroboh, tapi
seorang ahli yang cakap. Ia berpegang pada strategi psikologis untuk
mendukung pelaksanaan tugasnya. Untuk urusan dengan Danny Fuberta, ia
menghadapi tiga masalah. Pertama, ia harus memperoleh kembali uang yang
dicuri Fuberta. Kedua, ia harus mengkoordinasi-kan tindakannya dengan
saksama dengan Vincent dan Petie Clericuzio. (Bagian ini mudah. Vincent dan
Petie sangat efisien dalam bekerja. Dalam dua hari mereka berhasil melacak
empat kawan Fuberta, memaksa mereka mengaku, dan membuat kesepakatan)-
Ketiga, ia harus membunuh Danny Fuberta.
Mudah saja bagi Pippi untuk pura-pura bertemu Secara kebetulan dengan
Fuberta. Dengan pesonanya, 'a berhasil mendesak Fuberta untuk makan siang
bersamanya di sebuah restoran Cina di East Side. Fuberta tahu bahwa Pippi
adalah kolektor untuk Xanadu. Sudah bertahun-tahun mereka bekerja sama.
Tapi Pippi tampaknya benar-benar gembira bertemu dengannya di New York,
sehingga Fuberta tak bisa menolak ajakannya.
Pippi menunggu waktu yang tepat. Setelah mereka memesan makanan, barulah ia
berkata, "Gronevelt sudah menceritakan padaku tentang penipuanmu. Kau tahu,
kau bertanggung jawab, karena kaulah yang merekomendasikan pinjaman untuk
orang-orang itu." Fuberta bersumpah bahwa ia tidak tahu apa-apa. Pippi tersenyum lebar dan
menepuk punggungnya dengan bersahabat. "Ayolah, Danny," katanya, "Gronevelt
sudah melihat tape-tape itu dan keempat kawanmu sudah mengaku. Kau dalam
kesulitan besar, tapi aku bisa meluruskan masalah kalau kau mau mengembalikan
uang itu. Malah aku mungkin bisa mempertahankan posisimu sebagai makelar
judi." Untuk menguatkan ucapannya, Pippi mengeluarkan foto kawanan Fuberta. "Ini
orang-orangmu," katanya, "dan saat ini mereka sedang mengaku habis-habisan.
Semuanya menyalahkanmu. Mereka juga menceritakan tentang pembagian hasil
itu. Jadi, kalau kau mau membayar yang empat ratus ribu dolar itu, kau bebas."
Fuberta berkata, "Aku memang kenal orang-orang itu, tapi mereka tangguh dan
tidak akan mau buka mulut."
"Mereka mau, sebab yang bertanya adalah Keluarga Clericuzio," kata Pippi.
"Oh, sial," kata Fuberta. "Aku tidak tahu hotel itu milik mereka." "Sekarang kau
tahu," kata Pippi. "Kalau mereka tidak mengembalikan uangnya, kau dalam
kesulitan besar." "Aku mau keluar saja dari sini," kata Fuberta.
"Tidak, tidak," balas Pippi. "Duduk sajalah. Bebek Peking-nya enak sekali.
Begini, urusan ini bisa diselesaikan, tidak sulit. Semua orang pernah mencoba menipu
sekali waktu, benar kan" Pokoknya usahakan saja mengembalikan uang itu."
"Aku tidak punya sepeser pun," kata Fuberta.
Untuk pertama kalinya, Pippi tampak kesal. "Kau mesti punya respek sedikit,"
katanya. ?"Bayar saja seratus ribu, dan sisa utangmu akan kami anggap lunas."
Fuberta berpikir-pikir sambil mengunyah bebek goreng. "Aku bisa bayar lima
puluh ribu," katanya.
"Bagus, bagus sekali," sahut Pippi. "Kau bisa membayar sisanya dengan tidak
mengambil upahmu sebagai makelar untuk hotel. Adil, bukan?"
"Begitulah," kata Fuberta.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Sudahlah, tidak perlu khawatir lagi, nikmati makananmu," kata Pippi. Ia
menggulung sepotong daging bebek ke dalam pancake, mengolesinya dengan saus
hitam manis, lalu mengulurkannya pada Fuberta. "Hebat, Danny," katanya.
"Makanlah, lalu kita berbisnis."
Mereka makan es krim cokelat sebagai hidangan Penutup dan menyusun rencana.
Pippi akan mengambil uang lima puluh ribu dolar itu di kantor Fuberta setelah
jam kerja usai. Lalu Pippi mengambil bon makanan mereka dan membayar dengan
uang tunai. Danny," katanya, "kau memperhatikan tidak, bahwa es krim cokelat
di restoran Cina banyak diberi kakao" Yang terbaik malah. Kau mau tahu
pendapatku" Restoran Cina yang pertama di Amerika mendapatkan resep yang
salah, dan restoran-restoran yang muncul kemudian justru meniru resep yang
salah itu. Tapi es krim cokelatnya malah enak sekali. Sangat enak."
Tapi Danny Fuberta sudah empat puluh delapan tahun menjadi makelar, dan ia
sanggup membaca gelagat. Begitu berpisah dari Pippi, ia langsung masuk ke
dunia bawah tanah, dan mengirimkan pesan bahwa ia akan bepergian untuk
mengumpulkan uang yang mesti dibayarkannya ke Xanadu Hotel. Pippi tidak
terkejut mendengar ini. Taktik yang digunakan Fuberta sudah umum dalam
kasus semacam ini. Ia menghilang agar bisa bernegosiasi dengan aman. Itu
berarti ia tak punya uang dan tidak akan ada bonus bagi Pippi, kecuali kalau
Vincent dan Petie berhasil mendapatkan bayaran dari keempat orang lainnya.
Pippi merekrut beberapa orang dari Enklave Bronx untuk menyisir seisi kota.
Disebarkan berita bahwa Danny Fuberta sedang dicari-cari oleh Keluarga
Clericuzio. Satu minggu berlalu dan makin lama Pippi makin kesal. Mestinya ia
tahu bahwa Fuberta akan langsung waspada begitu dituntut untuk membayar,
dan bahwa Fuberta telah menduga lima puluh ribu dolar tidak akan cukup
sebagai pelunasan, meski seandainya ia memilikinya.
Setelah minggu kedua, Pippi kehilangan kesabarannya. Jadi, ketika ada
kesempatan, ia mengambil tindakan yang lebih berani daripada semestinya.
Danny Fuberta muncul di sebuah restoran kecil di Upper West Side. Pemilik
restoran itu seorang prajurit Keluarga Clericuzio, dan dengan cepat ia meng-
hubungi Pippi. Pippi tiba tepat saat Fuberta meninggalkan restoran. Pippi
terkejut ketika Fuberta ternyata mengeluarkan pistol. Fuberta seorang
makelar dan tidak berpengalaman menggunakan senjata api, jadi tembakannya
meleset. Pippi balas menembakkan lima peluru kepadanya.
Ada beberapa faktor yang tidak menguntungkan dalam peristiwa ini. Pertama,
banyak saksi mata. Kedua, mobil polisi datang sebelum Pippi sempat menyingkir.
Ketiga, Pippi sebenarnya tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi
penembakan. Tadi ia bermaksud membujuk Fuberta untuk pindah ke lokasi yang
aman. Keempat, meskipun ia bisa mengajukan alasan menembak untuk membela
diri, sejumlah saksi mata mengatakan Pippi menembak lebih dulu. Seperti biasa,
hukum terasa lebih menyulitkan bagi orang yang tidak bersalah daripada orang
yang bersalah. Selain itu, pistol Pippi dipasangi peredam, sebagai persiapan
untuk obrolan akrab terakhir bersama Fuberta.
Untunglah Pippi mengambil tindakan yang tepat saat mobil polisi datang. Ia
tidak menembak membabi buta untuk kabur, tapi mengikuti peraturan. Keluarga
Clericuzio telah memberikan perintah keras: Jangan pernah menembak polisi.
Maka Pippi tidak menembak. Ia menjatuhkan pistolnya ke trotoar, lalu
menendangnya jauh-jauh. Ia tidak melawan ketika ditangkap dan menyangkal
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir sepenuhnya bahwa ia memiliki sangkut-paut dengan laki-laki yang tergeletak
mati beberapa meter darinya itu.
Hal-hal semacam ini memang sudah diperhitungkan. Bagaimanapun hati-hatinya
seseorang bertindak, faktor nasib masih memegang peranan. Saat itu
tampaknya Pippi sedang mengalami nasib siat" beruntun, namun ia tetap santai,
sebab ia yakin Keluarga Clericuzio akan menolongnya.
Mereka akan membayar mahal pada pembela-pem-bela yang bisa
mengeluarkannya dengan uang jaminan. Lalu para hakim dan jaksa penuntut bisa
dibujuk untuk menerima pembelaannya, bahwa ia menembak untuk membela diri;


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

para saksi mata bisa dibungkam, dan dewan juri bisa diusahakan untuk
menjatuhkan vonis tidak bersalah. Seorang prajurit Keluarga Clericuzio tak
perlu menembak membabi buta seperti anjing gila untuk melepaskan diri.
Tapi untuk pertama kali selama bekerja untuk Keluarga Clericuzio, Pippi De Lena
terpaksa dihadapkan ke muka hakim. Istri dan kedua anaknya harus hadir - ini
strategi biasa dalam persidangan. Dewan juri harus tahu bahwa keputusan
mereka akan menentukan nasib keluarga yang tidak bersalah ini. Dua belas pria
dan wanita yang sudah disaring ketat terpaksa mengeraskan hati mereka.
Sungguh hebat kalau ada juri yang berbelas kasihan dan memberikan keputusan
reasonable doubt - keraguan atas dasar yang beralasan.
Selama persidangan, para polisi bersaksi bahwa mereka tidak melihat Pippi
membawa senjata atau menendangnya. Tiga di antara saksi mata menyatakan
tak bisa mengidentifikasikan terdakwa; dua lainnya begitu yakin saat
mengidentifikasikan Pippi, hingga mereka tidak mendapat simpati dari dewan
juri dan hakim. Prajurit Keluarga Clericuzio yang memiliki restoran itu bersaksi
bahwa ia mengikuti Danny Fuberta keluar dari restoran, karena orang itu belum
membayar bonnya; katanya ia menyaksikan tembak-menembak itu, dan si
penembak jelas-jelas bukan Pippi De Lena, sang terdakwa.
Pippi mengenakan sarung tangan saat menembak; itu sebabnya tak ada sidik jari
di pistolnya. Maka diserahkan bukti medis bahwa Pippi De Lena mengidap
penyakit kulit yang misterius dan tak bisa disembuhkan, sehingga ia harus
mengenakan sarung tangan.
Untuk menjamin hasil persidangan secara maksimum, seorang juri telah disuap.
Bagaimanapun, Pippi adalah eksekutif berpangkat tinggi dalam Keluarga. Tapi
tindakan berjaga-jaga ini terbukti tidak diperlukan. Pippi dibebaskan dan
dianggap tidak bersalah di mata hukum.
Tapi tidak demikian halnya di mata istrinya, Nalene De Lena. Enam bulan
sesudah persidangan tersebut, Nalene mengajukan cerai pada Pippi.
Orang-orang yang menjalani kehidupan bertekanan tinggi mesti membayar
mahal. Tubuh jadi cepat rapuh. Lambung dan jantung rusak akibat makan dan
minum-minum berlebihan. Tidur sulit, pikiran tidak tergugah oleh keindahan, dan
sukar menaruh rasa percaya. Pippi dan Nalene sama-sama mengalami hal ini.
Nalene tidak tahan lagi menghadapi Pippi di tempat tidur, dan Pippi tak senang
jika pasangannya tidak bisa berbagi kenikmatan dengannya. Nalene tak dapat
menyembunyikan kengeriannya setelah mengetahui bahwa suaminya seorang
pembunuh; sebaliknya, Pippi merasa lega karena tak perlu lagi menyembunyikan
dirinya yang sebenarnya dari istrinya.
"Baiklah, kita akan bercerai," kata Pippi pada Nalene. "Tapi aku tidak mau
kehilangan anak-anakku."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Sekarang aku sudah tahu kau yang sebenarnya," kata Nalene. "Aku tidak mau
bertemu lagi denganmu dan tidak mengizinkan anak-anakku tinggal bersamamu."
Pippi terkejut. Selama ini Nalene tak pernah bicara keras atau terus terang.
Dan ia lebih terkejut lagi karena istrinya berani bicara seperti itu padanya,
pada Pippi De Lena. Tapi perempuan memang selalu ceroboh. Maka ia pun
menimbang-nimbang posisinya sendiri. Ia tidak siap untuk membesarkan anak-
anak. Cross berumur sebelas tahun dan Claudia sepuluh tahun. Ia juga
menyadari bahwa meskipun ia dekat dengan Cross, kedua anak itu lebih
mencintai ibu mereka daripada dirinya.
Ia ingin bersikap adil pada istrinya. Bagaimanapun, bukankah Nalene sudah
memberikan apa yang didambakannya - keluarga, anak-anak, landasan bagi
kehidupannya, yang dibutuhkan setiap laki-laki. Entah apa yang akan terjadi
padanya kalau tidak ada Nalene.
"Begini saja," kata Pippi. "Kita berpisah tanpa rasa dendam." Ia mencoba
menampilkan pesonanya. "Selama dua belas tahun kita menjalani kehidupan yang
menyenangkan. Kita menikmati saat-saat bahagia. Dan kita punya dua anak yang
hebat, berkat kau." Ia diam sejenak, lagi-lagi terkejut melihat wajah Nalene
yang keras. "Ayolah, Nalene, selama ini aku sudah menjadi ayah yang baik, anak-
anak menyukaiku. Aku akan membantumu, apa pun yang ingin kaulakukan. Kau
bisa memiliki rumah di Vegas ini, dan aku bisa mencarikanmu toko di Xanadu.
Entah toko pakaian, permata, atau barang antik. Kau bisa memperoleh dua ratus
ribu dolar setahun. Dan anak-anak bisa bergantian mengunjungi kita."
Nalene berkata, "Aku benci Las Vegas. Sejak dulu. Aku sudah meraih gelar
untuk mengajar dan aku punya pekerjaah di Sacramento. Aku sudah
mendaftarkan anak-anak sekolah di sana."
Pippi benar-benar terperanjat. Baru pada saat itulah ia menyadari bahwa
Nalene adalah musuhnya yang berbahaya. Ini benar-benar hal baru baginya.
Dalam pikirannya, perempuan bukanlah makhluk berbahaya. Entah istri, kekasih
gelap, bibi, istri teman, atau bahkan putri sang Don sendiri, Rose Marie. Selama
ini dalam dunia Pippi, perempuan tidak pernah menjadi musuh. Sekonyong-
konyong ia terbakar oleh amarah, seperti yang biasa dirasakannya terhadap
laki-laki. Karena amarahnya itulah ia berkata, "Aku tidak mau pergi ke Sacramento untuk
menjenguk anak-anakku." Ia selalu marah kalau orang menolak pesonanya dan
tawaran persahabatannya. Siapa pun yang tidak mau bersikap rasional terhadap
Pippi De Lena berarti mencari masalah. Kalau sudah memutuskan untuk
menerima tantangan, Pippi tidak akan bertindak setengah-setengah. Selain itu,
ia kaget istrinya sudah membuat rencana.
"Katamu kau sudah tahu aku yang sebenarnya," kata Pippi. "Karena itu, hati-
hatilah. Kau boleh pindah ke Sacramento, atau ke dasar lautan, aku tak peduli.
Tapi kau hanya boleh membawa satu anak. Yang satunya tinggal bersamaku." -
Nalene menatapnya dengan dingin. "Pengadilan yang akan memutuskan," katanya.
"Kurasa kau mesti mencari pengacara untuk bicara dengan pengacaraku." Ia
hampir-hampir tertawa melihat keterkejutan Pippi.
"Kau punya pengacara?" tanya Pippi. "Kau mau menyeretku ke pengadilan?" Lalu
ia tertawa terbahak-bahak, hampir-hampir histeris.
Sungguh aneh rasanya, melihat laki-laki yang selama dua belas tahun ini menjadi
kekasih yang lembut, pelindung dari kekejaman dunia luar, mendadak berubah
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir menjadi binatang yang berbahaya dan penuh ancaman. Pada saat itulah Nalene
akhirnya mengerti, mengapa orang-orang selalu memperlakukan Pippi dengan
penuh hormat, mengapa mereka takut padanya. Sekarang wajahnya yang jelek,
yang biasanya memesona, sama sekali tidak tampak ramah dan menyenangkan.
Anehnya, Nalene tidak merasa takut; ia lebih merasa pedih karena ternyata
cinta Pippi padanya begitu cepat sirna. Padahal bukankah selama dua belas
tahun mereka sudah begitu dekat, tertawa bersama, berdansa bersama, dan
membesarkan anak-anak bersama-sama; sekarang rasa terima kasihnya atas
segala yang pernah diberikan Nalene padanya lenyap tak berbekas.
Pippi berkata dengan dingin padanya, "Aku tidak peduli, apa' keputusanmu. Aku
tidak peduli pada keputusan hakim. Kalau kau mau menggunakan akal sehat, aku
pun akan memakai akal sehat. Kalau kau main kasar, kau tidak akan memperoleh
apa-apa." Untuk pertama kalinya, Nalene merasa takut akan apa-apa yang pernah
dicintainya dalam diri Pippi - tubuhnya yang kuat, tangannya yang besar dan
kekar, serta wajahnya yang di matanya tampak jantan, meski orang-orang lain
menganggapnya jelek. Selama perkawinan mereka, Pippi selalu bersikap baik
padanya, tak pernah meninggikan suara, tak pernah sekali pun membuat lelucon
yang menertawakannya, dan tak pernah marah kalau Nalene terlalu boros. Dan
memang benar, ia ayah yang baik, hanya kasar sesekali kalau anak-anak tidak
menunjukkan sikap hormat pada ibu mereka.
Nalene merasa pening, tapi wajah Pippi jadi lebih jelas di matanya, seperti
dibingkai bayang-bayang. Pipinya tampak lebih gemuk, belahan di dagunya
seperti dipenuhi titik-titik hitam kecil, alisnya yang tebal sudah bersaput
warna putih, tapi rambut di kepalanya masih hitam, kasar seperti surai kuda. Matanya
yang biasanya berbinar-binar cerah kini tampak keras dan kejam.
"Kukira kau mencintaiku," kata Nalene. "Kenapa kau menakut-nakuti aku seperti
itu?" Ia mulai menangis.
Pippi jadi lebih lunak. "Dengarkan aku," katanya. "Jangan dengarkan
pengacaramu. Kalau kau ke pengadilan, anggap saja aku kalah total. Tapi kau
tetap tidak akan bisa mendapatkan kedua anak kita sekaligus. Nalene, jangan
memaksaku untuk main kasar. Aku tak ingin. Aku mengerti kau tidak mau lagi
tinggal bersamaku. Selama ini aku merasa sangat beruntung didampingi olehmu.
Aku ingin kau bahagia. Kau bisa memperoleh jauh lebih banyak dari aku daripada
dari pengadilan mana pun. Tapi aku mulai tua, dan aku tidak mau hidup tanpa
keluarga." Nalene tidak tahan untuk menyindir. "Kau punya Keluarga Clericuzio."
"Memang," kata Pippi. "Kau harus ingat itu. Tapi yang penting, aku tidak mau
menjalani masa tuaku sendirian."
"Banyak laki-laki yang demikian," kata Nalene. "Juga wanita."
"Itu karena mereka tak berdaya," kata Pippi. "Hidup mereka ditentukan oleh
orang-orang lain. Begitu pula keberadaan mereka diveto oleh orang-orang lain.
Aku tidak membiarkan itu terjadi pada diriku."
"Jadi, kau yang memveto mereka," kata Nalene dengan muak.
"Benar," kata Pippi, tersenyum padanya. "Benar sekali."
"Kau bisa mengunjungi anak-anak kapan saja," kata Nalene. "Tapi mereka harus
tinggal bersamaku." Pippi membalikkan, badan dan berkata pelan, "Terserah kau."
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir "Tunggu!" Nalene menahannya. Pippi berbalik lagi. Wajahnya yang garang tampak
begitu mengerikan, hingga Nalene bergumam, "Kalau salah satu dari mereka mau
ikut denganmu, baiklah."
Sekonyong-konyong Pippi tampak sangat gembira, seolah-olah persoalan itu
sudah berhasil diselesaikan. "Bagus sekali," katanya. "Anakmu bisa mengunjungi-
ku di Vegas, dan anakku bisa mengunjungimu di Sacramento. Sempurna. Mari
kita bereskan malam ini juga."
Nalene mencoba untuk terakhir kali. "Empat puluh belum tua," katanya. "Kau
bisa menikah lagi." Pippi menggeleng. "Tidak akan," katanya. "Kau satu-satunya
wanita yang berhasil menggugah hatiku. Aku terlambat menikah dan aku tahu
aku takkan pernah menikah lagi. Kau beruntung karena aku cukup cerdas untuk
menyadari bahwa aku tak mungkin mempertahankanmu, dan juga cukup cerdas
untuk tahu bahwa aku tak bisa memulai dari awal lagi."
"Benar," kata Nalene. "Kau tak bisa membuatku kembali mencintaimu."
"Tapi aku bisa membunuhmu," kata Pippi. Ia tersenyum pada Nalene, seolah-olah
ucapannya hanya bercanda.
Nalene menatap matanya dan mempercayai kata-katanya. Ia sadar, inilah
sumber kekuatan Pippi, yaitu bahwa orang percaya akan ancamannya. Ia
mencoba mengumpulkan sisa-sisa keberaniannya.
"Ingat," katanya, "kalau mereka berdua ingin tinggal bersamaku, kau harus
merelakannya." "Mereka sayang pada ayah mereka," kata Pippi. "Salah satu dari mereka akan
memilih tinggal bersamaku."
Malam itu, setelah makan malam, di rumah yang diberi pendingin ruangan untuk
mengusir hawa panas Padang pasir di luar, mereka menjelaskan situasinya Pada
Cross yang berusia sebelas tahun dan Claudia yang berusia sepuluh tahun.
Keduanya tidak terkejut. Cross yang tampan mewarisi kekerasan hati ayahnya,
Juga kewaspadaannya. Dan ia tidak mengenal rasa
takut. Ia langsung mengambil keputusan. "Aku ikut Mom saja," katanya.
Claudia ketakutan disuruh membuat pilihan. Dengan cerdik ia berkata, "Aku ikut
Cross." Pippi terkejut. Cross lebih dekat dengannya daripada dengan Nalene. Cross suka
pergi berburu bersamanya, main kartu, golf, dan bertinju. Cross tidak tertarik
pada minat ibunya tentang buku-buku dan musik. Cross-lah yang datang ke
kantor untuk menemaninya kalau ia harus menyelesaikan urusan administrasi
pada hari Sabtu. Ia sudah begitu yakin bahwa Cross akan memilih ikut
bersamanya. Cross-lah yang diharapkannya.
Tapi ia tergelitik dengan jawaban Claudia. Anak itu cerdik. Tapi Claudia terlalu
mirip dengannya, dan ia tak mau melihat wajah jelek yang sama dengan wajahnya
setiap hari. Lebih logis kalau Claudia ikut ibunya. Mereka punya kesukaan yang
sama. Apa yang akan dilakukannya bersama Claudia"
Pippi mengamati kedua anaknya. Ia bangga pada mereka. Mereka tahu sang ibu
lebih lemah, jadi mereka membelanya. Ia juga memperhatikan bahwa Nalene,
yang punya insting teater, telah mempersiapkan diri dengan baik untuk
peristiwa ini. Ia mengenakan celana panjang hitam dan pullover hitam;
rambutnya yang keemasan diikat erat dengan pita hitam tipis, hingga wajahnya
yang bulat telur tampak kecil dan mengibakan. Pippi menyadari bahwa
penampilannya sendiri pasti tampak brutal di mata kedua anaknya.
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Maka ia mengeluarkan pesonanya. "Aku cuma minta salah satu dari kalian
menemaniku," katanya. "Kalian boleh saling berkunjung sesering mungkin.


Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

genar kan, Nalene" Kalian tentunya tidak akan membiarkan aku tinggal sendirian
di Vegas ini." Kedua anak itu memandanginya dengan tajam, pippi beralih kepada Nalene. "Kau
mesti membantu," katanya. "Kau harus memilih." Lalu ia berpikir dengan marah:
Persetan, kenapa aku harus peduli"
Nalene berkata, "Kau sudah berjanji akan mengizinkan aku membawa mereka
kalau mereka memilih ikut bersamaku."
"Mari kita bicarakan," kata Pippi. Ia tidak sakit hati - ia tahu anak-anak itu
menyayanginya, tapi mereka lebih menyayangi sang ibu. Ini wajar, menurut
pendapatnya. Tapi itu tidak berarti pilihan mereka sudah benar.
Nalene berkata dengan ketus, "Tak ada yang perlu dibicarakan. Kau sudah
berjanji." Pippi tidak menyadari, betapa mengerikan penampilannya bagi anak dan istrinya,
betapa dingin sorot matanya. Ia merasa telah mengendalikan suaranya ketika
berbicara, dan ia menganggap ucapannya masuk akal.
"Kau harus membuat pilihan. Aku janji kalau ini tidak berhasil, kau boleh
membawa mereka. Tapi kau harus memberiku kesempatan."
Nalene menggelengkan kepala. "Kau menggelikan," katanya. "Kami akan maju ke
pengadilan." Maka Pippi pun membuat keputusan, tentang apa yang mesti dilakukan. "Tak apa.
Kau boleh mengambil jalanmu. Tapi coba pikirkan. Pikirkan kehidupan kita
bersama-sama selama ini. Tentang siapa kau dan siapa aku. Kuminta kau
menggunakan akal sehatmu. Cross mirip aku, dan Claudia mirip kau. Cross.
ebih baik ikut denganku dan Claudia ikut denganmu. Begitulah seharusnya." Ia
diam sejenak. "Tidak cukupkah bagimu bahwa mereka lebih menyayangimu
daripada aku" Dan bahwa mereka akan lebih kehilangan kau daripada aku?"
Kalimat terakhir itu menggantung di udara. Ia tak ingin anak-anaknya memahami
maksud ucapannya itu. Tapi Nalene mengerti. Karena ketakutan, ia mengulurkan tangan dan menarik
Claudia ke dekatnya. Pada saat yang sama, Claudia menatap kakaknya dengan
pandangan memohon dan berkata, "Cross...."
Wajah Cross yang tampan tidak menampakkan ekspresi apa pun. Tubuhnya yang
lentur bergerak anggun, dan sekonyong-konyong ia sudah berdiri di samping
ayahnya. "Aku ikut Dad saja," katanya. Pippi meraih tangannya dengan lega.
Nalene menangis. "Cross, kau harus sering mengunjungi aku. Aku akan
menyediakan kamar khusus untukmu di Sacramento. Tak ada orang lain yang
boleh menggunakannya." Akhirnya ia terpaksa mengecewakan anaknya.
Pippi serasa ingin melompat-lompat kesenangan. Beban berat itu lepas dari
bahunya, sebab ia tak perlu melakukan apa yang tadi terlintas dalam pikirannya.
"Kita harus merayakan ini," katanya. "Meski kita berpisah, kita akan menjadi
dua keluarga bahagia, bukan lagi satu. Dan kita akan hidup bahagia selamanya."
Yang lain memandanginya dengan wajah beku. "Ah, peduli apa, kita akan
mencoba," katanya. Setelah dua tahun pertama, Claudia tak pernah lagi mengunjungi ayah dan
kakaknya di Vegas. Cross datang setiap tahun ke Sacramento untuk me-
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir ngunjungi Nalene dan Claudia, tapi ketika usianya mencapai lima belas tahun,
kunjungan-kunjungannya berkurang hanya pada liburan Natal.
Kedua orangtua itu bagaikan dua kutub yang berbeda. Claudia dan ibunya makin
lama makin mirip. Claudia senang bersekolah, menyukai buku, teater, film; ia
juga menikmati curahan kasih sayang ibunya. Dan dalam diri Claudia, Nalene
menemukan semangat yang diwarisi anak itu dari ayahnya, juga pesonanya. Ia
mencintai wajah putrinya yang tidak cantik namun tidak diwarnai kebrutalan
penampilan ayahnya. Mereka bahagia hidup bersama.
Setelah menyelesaikan college, Claudia pergi ke Los Angeles untuk mengadu
nasib dalam dunia perfilman. Nalene sedih ditinggal putrinya, tapi ia sendiri
telah membangun kehidupan yang memuaskan dengan teman-temannya di
Sacramento, dan telah menjadi asisten kepala sekolah di salah satu S MA
negeri. Cross dan Pippi juga hidup bahagia, tapi dengan cara yang jauh berbeda. Pippi
menimbang-nimbang kenyataan yang ada. Cross adalah atlet yang hebat di
sekolahnya, tapi ia bukan murid yang rajin. Ia tidak berminat masuk college, dan
meskipun berwajah tampan, ia bukan pengejar wanita.
Cross menikmati hidup bersama ayahnya. Meski dulu itu terasa menyakitkan,
sekarang terbukti bahwa keputusan yang mereka ambil tidak salah. Mereka
menjadi dua keluarga bahagia, meski tidak bersama-sama. Pippi merupakan ayah
yang baik bagi Cross, seperti halnya Nalene ibu yang baik bagi Claudia.
Dalam hal Pippi, ia membentuk Cross menjadi seperti dirinya.
Cross menyukai pengelolaan Xanadu Hotel, manipulasi atas para pengunjung, dan
perang terhadap para penipu. Ia juga cukup berminat terhadap gadis-gadis
penari di sana. Bagaimanapun, Pippi tak bisa menilai Cross atas ukuran dirinya
sendiri. Pippi memutuskan bahwa Cross harus bergabung dengan Keluarga. Pippi
sangat setuju dengan kata-kata yang sering diucapkan sang Don, "Yang paling
penting dalam hidup adalah mencari nafkahmu."
Maka Pippi mengangkat Cross sebagai partnernya di Agen Penagihan Uang. Ia
juga sering mengajak Cross ke Xanadu Hotel untuk makan malam bersama
Gronevelt, dan ia mengatur agar Gronevelt menaruh perhatian pada
kesejahteraan putranya. Ia menjadikan Cross pendamping dalam permainan golf
melawan penjudi-penjudi kelas kakap di Xanadu, dan selalu memasang Cross
sebagai lawannya. Pada usia tujuh belas tahun, Cross sudah menjadi pemain golf
judi yang hebat. Ia bisa bermain jauh lebih baik di hole yang taruhannya tinggi.
Biasanya Cross dan partner mainnya menang. Pippi menerima kekalahannya de-
ngan lapang dada. Meski terpaksa keluar uang, putranya bisa memperoleh
manfaat dari kekalahan ayahnya.
Ia juga mengajak Cross ke New York untuk menghadiri acara-acara bersama
Keluarga Clericuzio: semua acara - terutama tanggal Empat Juli yang dirayakan
dengan semangat patriotis oleh Keluarga Clericuzio - termasuk pesta
perkawinan dan pemakaman. Bukankah Cross adalah sepupu pertama mereka
yang juga memiliki darah Don Clericuzio"
Seminggu sekali, saat Pippi mendatangi meja-meja di Xanadu untuk memperoleh
jatah mingguannya sebesar delapan ribu dolar, Cross duduk mengawasi. Pippi
sudah mengajarinya berbagai seluk-beluk berjudi: manajemen pemasukan uang
hasil judi, jangan berjudi kalau merasa tidak sehat, jangan bermain lebih dari
dua jam, jangan bermain lebih dari tiga kali seminggu, jangan bertaruh dalam
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir jumlah besar kalau sudah beberapa kali kalah, dan manfaatkan kesempatan
menang dengan sangat hati-hati.
Pippi merasa wajar saja memaparkan keburukan dunia nyata pada putranya.
Sebagai partner junior di kantor, Cross perlu memiliki pengetahuan semacam
itu. Sebab kadang-kadang pekerjaan menagih uang tidak semudah yang
digambarkan Pippi pada Nalene.
Pada beberapa penagihan yang sulit, Cross tidak menunjukkan tanda-tanda tak
suka. Ia masih terlalu muda dan tampan untuk membangkitkan rasa takut, tapi
tubuhnya tampak cukup kuat untuk menjalankan perintah apa pun yang mungkin
diberikan Pippi. Suatu kali, untuk menguji putranya, Pippi mengirimnya untuk menangani suatu
kasus yang sangat sulit dan hanya bisa diselesaikan lewat bujukan, bukan
kekerasan. Tindakannya mengirim Cross sudah merupakan tanda bahwa ia tidak
akan menekan si peminjam, dan bahwa ia ingin menunjukkan iktikad baiknya. Si
peminjam adalah seorang bruglione Mafia yang sangat kecil, di sudut utara
California. Ia berutang seratus ribu dolar pada Xanadu. Jumlah itu hdak cukup
besar untuk melibatkan nama Keluarga Clericuzio, jadi harus ditangani di level
yang lebih rendah, dengan halus, bukan dengan tangan besi.
Cross menemui baron Mafia itu pada saat yang tidak tepat. Orang itu, Falco,
mendengarkan pendekatan masuk akal yang dipaparkan Cross, lalu mengambil
pistol dan menempelkannya di leher pemuda itu. "Kalau kau berani buka suara
lagi, akan ku-tembak tenggorokanmu," katanya.
Cross heran karena ia ternyata tidak merasa takut. "Bayar saja lima puluh
ribu," katanya. "Kau tentunya tidak akan membunuhku hanya karena lima puiuh
ribu dolar, bukan" Ayahku tidak akan senang mendengarnya."
"Siapa ayahmu?" tanya Falco, masih menodongkan pistol.
"Pippi De Lena," kata Cross. "Dan dia pasti akan menembakku karena hanya
membawa lima puluh ribu."
Falco tertawa dan menyimpan pistolnya. "Oke, bilang pada mereka aku akan
bayar kalau nanti datang lagi ke Vegas."
"Hubungi aku kalau kau datang lagi," kata Cross. "Nanti aku akan menyiapkan
servis seperti biasa."
Falco mengenali nama Pippi, tapi ada sesuatu dalam ekspresi wajah Cross yang
membuat ia tertegun - tidak adanya rasa takut, responsnya yang tenang, dan
gurauan kecilnya. Sepertinya pemuda ini jenis orang yang teman-temannya akan
membalas dendam jika terjadi sesuatu padanya. Tapi sejak peristiwa itu, Cross
diharuskan membawa senjata dan didampingi seorang pengawal pada kegiatan-
kegiatan penagihan selanjutnya.
Pippi merayakan keberanian anaknya dengan mengajaknya berlibur di Xanadu.
Gronevelt memberikan Jua kamar suite yang bagus untuk mereka dan sekantong
keping hitam untuk Cross.
Saat itu Gronevelt sudah berusia delapan puluh tahun; rambutnya telah putih,
tapi tubuhnya yang jangkung masih kuat dan lentur. Ia senang membagi
pengetahuannya dan suka menasihati Cross. Saat memberikan keping-keping
hitam itu, ia berkata, "Kau tidak mungkin menang, jadi keping-keping ini akan
kembali padaku. Coba dengar, kau punya satu kesempatan. Hotelku juga
menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lain. Aku punya, lapangan golf yang sangat
bagus. Penjudi-penjudi dari Jepang sering datang untuk bermain. Kami juga
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir punya restoran-restoran gourmet dan pertunjukan-pertunjukan hebat di
teater, yang menampilkan bintang-bintang besar dari dunia film dan musik. Juga
ada lapangan tenis dan kolam renang, serta pesawat terbang khusus untuk
berwisata, yang bisa membawamu melintasi Grand Canyon. Semuanya gratis.
Jadi, tak ada alasan bagimu untuk menggunakan keping-keping di kantong ini.
Jangan berjudi." Maka selama liburan tiga hari itu, Cross mengikuti nasihat Gronevelt. Setiap
pagi ia bermain golf bersama Gronevelt, ayahnya, dan seorang penjudi kelas
kakap yang menginap di Xanadu. Taruhan yang dibuat selalu besar, tapi tak
pernah berlebihan. Gronevelt senang melihat Cross justru tampil paling baik
dalam taruhan-taruhan paling tinggi. "Sarafnya sekuat baja," katanya memuji,
pada Pippi. Tapi yang paling dikagumi Gronevelt adalah kemampuan Cross dalam menilai
situasi; ia tahu apa yang mesti dilakukan, tanpa perlu diberi instruksi.
Pada hari terakhir liburan, penjudi yang main golf bersama mereka sedang
dalam suasana hati yang buruk, karena sebab-sebab yang beralasan. Ia penjudi
yang cakap dan bersemangat, sangat kaya dari usahanya membuka rumah-rumah
porno. Pada malam sebelumnya, ia kalah berjudi hampir lima ratus ribu dolar.
Bukan jumlah kekalahan itu yang membuatnya kesal, melainkan karena ia
kehilangan kontrol di tengah-tengah kekalahannya, namun masih mencoba
memaksakan diri untuk terus main; ini kesalahan penjudi yang masih hijau.
Pagi itu, ketika Gronevelt mengusulkan memasang taruhan lima puluh dolar untuk
setiap hole, ia berkata mencemooh, "Alfred, kau sudah banyak meraup uangku
semalam. Mestinya kau mampu menawarkan taruhan seratus dolar setiap hole."
Gronevelt merasa tersinggung. Baginya, permainan golf pagi-pagi ini merupakan
acara untuk beramah-tamah; sangat tidak pantas mengaitkannya dengan bisnis
di Xanadu. Tapi seperti biasa, ia berkata dengan sopan, "Benar sekali. Aku juga
akan memberikan Pippi sebagai partner main Anda. Biar aku berpasangan dengan
Cross." Mereka pun bermain. Si raja rumah porno memukul bola dengan bagus, begitu
pula Pippi dan Gronevelt. Hanya Cross yang pukulannya jelek. Belum pernah ia
bermain seburuk itu. Pada akhir permainan, si raja rumah porno berhasil
mengantongi lima ribu dolar, harga dirinya pulih, dan ia bersikeras mengajak
mereka sarapan bersama. Cross berkata, "Maafkan aku telah mengecewakan Anda, Mr. Gronevelt."
Gronevelt menatapnya dengan sungguh-sungguh dan berkata, "Suatu hari nanti,
dengan seizin ayahmu, kau harus bekerja untukku."
Selama bertahun-tahun, Cross telah memperhatikan dengan saksama hubungan
ayahnya dengan Gronevelt. Mereka berteman akrab, suka makan malam bersama
seminggu sekali, dan Pippi sangat menghormati Gronevelt, dengan cara yang
tidak pernah diperlihatkannya pada Keluarga Clericuzio. Sebaliknya, Gronevelt
tidak tampak takut pada Pippi, namun ia selalu memberikan segala fasilitas
terbaik yang ada di Xanadu, kecuali Vila. Selain itu, Cross memperhatikan bahwa
setiap minggu Pippi memenangkan uang delapan ribu dolar di hotel. Maka tahulah
Cross bahwa Keluarga Clericuzio dan Alfred Gronevelt adalah partner dalam
kepemilikan Xanadu Hotel.
Cross juga menyadari bahwa Gronevelt menaruh minat khusus padanya dan
menunjukkan perhatian ekstra untuknya. Misalnya dengan memberikan keping-
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T

Godfather Terakhir The Last Don Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

erak a h k ir keping hitam itu. Masih banyak kebaikan-kebaikan lainnya yang ditunjukkan
Gronevelt. Cross bebas memakai fasilitas di Xanadu untuk dirinya dan teman-
temannya. Ketika Cross lulus SMA, Gronevelt menghadiahkan sebuah mobil
Convertible untuknya. Sejak Cross berusia tujuh belas tahun, Gronevelt sudah
memperkenalkannya pada gadis-gadis penari di hotel, sengaja menunjukkan rasa
sayangnya, agar mereka lebih menghargai pemuda itu. Dan Cross, setelah
bertahun-tahun mengenal Gronevelt, akhirnya tahu bahwa meski sudah tua,
Gronevelt sering kali mengundang wanita ke penthouse-nya untuk makan malam.
Menurut gosip para penari, Gronevelt adalah tangkapan besar. Ia tak pernah
menjalin hubungan cinta yang serius, tapi ia terkenal murah hati dalam
memberikan hadiah, hingga wanita-wanita itu terkagum-kagum padanya. Wanita
yang mendampinginya sampai sebulan pasti akan kaya raya.
Suatu kali, ketika Gronevelt sedang mengajarinya tentang cara mengelola hotel
kasino sebesar Xanadu. Cross memberanikan diri bertanya tentang wanita dalam
konteks sebagai pegawai. Gronevelt tersenyum padanya. "Wanita-wanita penari itu kuserahkan
sepenuhnya pada direktur pertunjukan. Yang lainnya kuperlakukan sama seperti
pria. Tapi kalau kau ingin minta nasihat untuk kehidupan cintamu, akan
kuberitahu. Laki-laki yang cerdas dan berakal sehat tidak perlu takut pada
wanita. Tapi kau mesti hati-hati akan dua hal ini. Nomor satu dan yang paling
berbahaya: wanita yang sedang ditimpa kesusahan. Nomor dua: wanita yang
ambisinya lebih besar daripada dirimu. Jangan salah menganggapku tidak punya
belas kasihan. Hal yang sama juga berlaku bagi wanita, tapi bukan itu topik
pembicaraan kita. Aku beruntung karena lebih mencintai Xanadu daripada apa
pun di dunia ini. Tapi aku menyesal tidak mempunyai anak."
"Tampaknya kehidupan Anda sudah sempurna," kata Cross.
"Begitukah anggapanmu?" sahut Gronevelt. "Yah, tapi ada harga yang harus
kubayar." Di mansion di Quogue, Cross menjadi pusat perhatian kaum wanita dalam
Keluarga Clericuzio. Pada usia dua puluh tahun, ia sedang berada pada puncak
kelaki-lakiannya - tampan, luwes, kuat, dan sangat sopan. Dengan setengah
bergurau, Keluarga Clericuzio berkata bahwa untunglah ia mirip dengan ibunya,
bukan ayahnya. Pada hari Minggu Paskah itu, di antara lebik, dari seratus kaum kerabat yang
sedang merayakan kebangkitan Kristus, akhirnya Cross mengetahui teka-teki
terakhir yang menyelubungi ayahnya selama ini. Ia mengetahuinya dari
sepupunya, Dante. Di kebun luas bertembok tinggi yang mengelilingi mansion itu, Cross melihat
seorang gadis cantik sedang dikerumuni oleh sekelompok pemuda Lalu ia melihat
ayahnya berjalan ke meja buffet untuk mengambil sepiring sosis, sambil
menyapa kelomp0k gadis itu. Si gadis jelas-jelas tampak ketakutan melihat
Pippi. Padahal biasanya kaum wanita menyukainya; wajahnya yang jelek, rasa
humornya) dan keceriaannya membuat mereka senang melihatnya.
Dante juga memperhatikan hal itu. "Cantik ya, gadis itu," katanya sambil
tersenyum. "Ay0 kita dekati."
Ia memperkenalkan Cross. "Lila," katanya "ini sepupu kita, Cross."
Lila sebaya dengan mereka, tapi belum sepenuhnya berkembang menjadi wanita
dewasa. Kecantikannya belum sempurna. Rambutnya berwarna madu, kulitnya
Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir bercahaya, seolah-olah disegarkan oleh aliran di dalam tubuhnya, tapi mulutnya
tampak lema,h, seperti belum terbentuk penuh. Ia mengenakan sweafer putih
yang membuat kulitnya tampak keemasan. Cross langsung jatuh cinta padanya.
Tapi ketika ia mencoba mengajak bicara, Lila tidak mengacuhkannya, malah
menghampiri kaum ibu di meja lain.
Cross berkata agak kesal pada Dante, "Rupanya dia tidak suka melihat
tampangku." Dante tersenyum jahat padanya.
Dante sekarang sudah menjadi pemuda yang aneh, dengan vitalitas tinggi dan
wajah licik. Rambutnya hitam dan kasar, khas rambut Keluarga Clericuzio, dan ia
menutupinya dengan topi gaya Renaisans yang berbentuk aneh. Ia sangat
pendek, tidak lebih dari lima kaki dan beberapa inci, tapi rasa percaya dirinya
sangat besar, mungkin karena ia merupakan cucu kesayangan sang Don.
Pembawaannya penuh dengan kedengkian. Ia berkata pada Cross, "Nama
keluarga gadis itu Anacosta."
Cross ingat nama itu. Setahun yang lalu. Keluarga Anacosta mengalami peristiwa
menyedihkan. Kepala keluarga mereka dan putra sulungnya ditembak mati di
sebuah kamar hotel di Miami. Dante terus memandangi Cross, seperti
mengharapkan jawaban. Cross sengaja tidak menunjukkan ekspresi apa pun.
"Lalu kenapa?" tanyanya.
"Kau bekerja untuk ayahmu, bukan?" tanya Dante. "Ya," sahut Cross.
"Dan kau mencoba mengencani Lila" Kau sinting." Dante tertawa.
Cross tahu, pasti ada sesuatu. Tapi ia diam saja. Dante melanjutkan, "Kau tidak
tahu pekerjaan ayahmu?"
"Dia menagih uang," kata Cross. Dante menggeleng. "Kau mesti tahu. Ayahmu
men-adi pembunuh bayaran untuk Keluarga. Dia algojo nomor satu mereka."
Mendengar itu, Cross merasa seluruh misteri kehidupannya selama ini lenyap
bagai diembus angin jahat. Segalanya menjadi sangat jelas - rasa muak ibunya
pada ayahnya, sikap hormat orang-orang dan Keluarga Clericuzio pada Pippi,
perjalanan-perjalanan misterius ayahnya yang kadang sampai berminggu-minggu
lamanya, senjata yang selalu dibawanya ke mana-mana, gurauan-gurauan kecil
yang aneh dan tidak dipahami Cross. Ia ingat peristiwa pengadilan atas ayahnya
yang dituduh membunuh. Anehnya peristiwa itu lenyap dari kenangan masa
kecilnya pada malam ketika ayahnya menggenggam tangannya. Kemudian suatu
perasaan hangat terhadap ayahnya menyelimuti dirinya. Ia merasa harus
melindungi ayahnya yang sekarang telah terbuka rahasianya.
Tapi terutama ia sangat marah pada Dante yang berani menceritakan hal ini
padanya. Ia berkata pada Dante, "Tidak, aku tidak tahu. Kau juga tidak. Dan orang lain
pun tidak." Ia nyaris menambahkan, "Persetan denganmu, bajingan." Tapi ia
tidak mengucapkannya. Sebaliknya, ia tersenyum pada Dante dan berkata, "Dari
mana kaudapat topi konyol itu?"
Virginio Ballazzo sedang mengatur anak-anak yang akan ikut berburu telur
Paskah. Ia menyuruh mereka berkumpul di dekatnya - wajah-wajah mungil
mereka tampak seperti kelopak bunga, kulit mereka begitu halus, dan topi
mereka dihiasi pita merah muda. Wajah mereka merah penuh semangat.
Ballazzo memberikan sebuah keranjang jerami pada masing-masing anak, lalu
mengecup mereka satu per satu dan berseru, "Mulai!" Mereka pun berlarian
berpencar. Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Penampilan Virginio Ballazzo sendiri sangat hebat. Setelannya dibuat di London,
sepatunya di Itali, kemejanya di Prancis, dan rambutnya hasil potongan salon
terkenal di Manhattan. Virginio menikmati hidup senang dan dianugerahi putri
yang cantik jelita. Lucille, yang biasa dipanggil Ceil, berusia delapan belas tahun dan hari ini
bertindak sebagai asisten ayahnya. Saat ia membagi-bagikan keranjang, para
pemuda di lapangan rumput bersiul melihat kecantikannya. Ia mengenakan
celana pendek dan blus putih. Kulitnya gelap, rambut hitamnya dijalin seperti
mahkota di seputar kepalanya. Ia seperti seorang ratu remaja dengan
kesehatan prima, kemudaan, dan kebahagiaan murni yang bersumber dari
semangatnya. Dari sudut matanya, ia melihat Cross dan Dante sedang bertengkar. Sesaat
Cross seperti orang yang kalah; mulutnya cemberut.
Masih ada satu keranjang lagi di tangannya, dan ia pun berjalan ke arah kedua
pemuda itu. "Siapa di antara kalian yang mau ikut mencari telur?" tanyanya
sambil tersenyum cerah. Ia mengulurkan keranjangnya.
Kedua pemuda itu memandanginya dengan terpesona. Cahaya matahari pagi
membuat kulit gadis itu tampak keemasan, dan matanya berbinar-binar ceria.
Payudaranya begitu mengundang di balik blus ^putihnya, dan pahanya putih
mulus. Pada saat itu, salah satu gadis kecil terdengar menjerit. Semua orang menoleh
ke arahnya. Rupanya anak itu menemukan sebutir telur raksasa, hampir-hampir
sebesar bola boling, dicat merah dan biru cerah. Si anak berusaha memasukkan
telur itu ke keranjangnya, topi jeraminya yang indah menjadi miring, matanya
terbelalak heran dan senang. Tapi tiba-tiba telur itu terbuka dan seekor burung
kecil terbang keluar. Karena itulah si anak menjerit.
Petie lari menghampirinya dan memeluknya untuk menghibur. Telur itu adalah
salah satu leluconnya dan orang-orang tertawa melihatnya.
Gadis kecil itu membetulkan letak topinya, lalu berteriak dengan suara gemetar,
"Kau membohongiku!" dan menampar wajah Petie. Orang-orang masih tertawa
saat gadis itu lari dan Petie mengejarnya, masih memohon-mohon maaf. Petie
mengangkat si gadis kecil dan memberinya sebuah telur Paskah berhiaskan per-
mata dengan rantai dari emas. Gadis kecil itu mengambil hadiahnya dan
memberikan ciuman pada Petie.
Ceil menarik tangan Cross dan mengajaknya ke. lapangan tenis yang jauhnya
seratus yard dari mansion. Mereka duduk berdua di pondok tenis yang dikelilingi
tiga tembok. Bagian pondok yang terbuka membelakangi tempat keramaian,
sehingga privasi mereka tidak terganggu.
Dante memandangi kepergian mereka dengan agak kesal. Ia tahu betul bahwa
Cross lebih menarik daripada dirinya. Ia merasa tidak diacuhkan, tapi juga
bangga memiliki sepupu setampan itu. Lalu dengan heran ia mendapati dirinya
sudah memegang keranjang. Akhirnya ia hanya angkat bahu dan ikut berburu
telur Paskah. Di pondok tenis, Ceil memegang wajah Cross dengan kedua tangannya dan
mencium bibirnya dengan lembut. Tapi ketika Cross memasukkan tangan ke balik
blusnya, Ceil mendorongnya. Ia tersenyum cerah. "Sejak umur sepuluh tahun,
aku sudah ingin menciummu," katanya. "Dan tampaknya hari ini hari yang sangat
tepat." Ben99 ebooks collection Mar a i r o o P uzo z o - G o G d o fat a her r T erak a h k ir Cross jadi bergairah mendapatkan ciuman, tapi hanya berkata, "Kenapa?"
"Karena kau begitu tampan dan sempurna," sahut Ceil. "Tak ada yang salah pada
hari cerah seperti ini." Ia menggandeng tangan Cross. "Keluarga kita hebat,
bukan?" katanya. Lalu mendadak ia bertanya, "Kenapa kau tinggal bersama
ayahmu?" "Memang seperti itulah yang terjadi," jawab Cross. "Tadi kau bertengkar
dengan Dante?" tanya Ceil. "Dia memang menyebalkan."
"Dante tidak apa-apa," kata Cross. "Kami cuma bercanda. Dia senang bergurau,
seperti Paman Petie."
"Dante terlalu kasar," kata Ceil, lalu mencium Cross lagi sambil memegangi
tangan pemuda itu erat-erat. "Ayahku mendapatkan banyak uang. Dia membeli
rumah di Kentucky dan Rolls-Royce keluaran tahun 1920. Sekarang dia sudah
punya tiga mobil antik dan akan membeli kuda di Kentucky. Bagaimana kalau
besok kau datang melihat-lihat mobil itu" Kau suka masakan ibuku, kan?"
"Aku harus kembali ke Vegas besok," kata Cross. "Aku bekerja di Xanadu
sekarang." Ceil menyentakkan tangannya. "Aku benci Vegas," katanya. "Kota yang
memuakkan." "Menurutku kota itu menyenangkan," kata Cross sambil tersenyum. "Kenapa kau
benci, padahal kau belum pernah ke sana?"
"Sebab di sana orang-orang menghamburkan uang yang diperoleh dengan susah
payah," kata Ceil dengan nada marah. "Untunglah ayahku tidak suka berjudi. Dan
aku benci perempuan-perempuan penari yang kerempeng-kerempeng itu."
Cross tertawa. "Aku sendiri tidak tahu," katanya. "Aku hanya mengurus padang
golf. Aku belum pernah masuk ke kasino."
Ceil tahu Cross menggodanya, tapi ia hanya berkata, "Kalau aku mengundangmu
datang ke college nanti, kau mau datang?"
"Tentu saja," sahut Cross. Dalam permainan ini, ia jauh lebih mahir daripada
Ceil. Ia merasa tersentuh atas kepolosan gadis itu, cara Ceil memegang tangan-
nya, ketidaktahuan gadis itu tentang ayahnya dan tujuan Keluarga Clericuzio
yang sebenarnya. Ia mengerti bahwa gadis itu terpengaruh oleh udara cerah ini,
dan semangat yang mengalir di dalam tubuhnya yang menjelang dewasa. Ia
terharu oleh ciuman-ciumannya yang manis dan tidak dibuat-buat.
"Sebaiknya kita bergabung dengan yang lain," kata Cross. Mereka bergandengan
tangan ke tempat pesta. Ayah Ceil, Virginio, melihat kedatangan mereka dan ia
menggosok-gosokkan jemarinya sambil berkata senang, "Nah... nah..." Lalu ia
memeluk keduanya. Kelak Cross mengenang hari itu sebagai hari yang indah,
anak-anak berpakaian putih menyambut Paskah, dan karena pada hari itulah ia
akhirnya mengerti siapa ayahnya.
Ketika Pippi dan Cross kembali ke Vegas, terasa ada yang berbeda di antara
mereka. Pippi rupanya tahu bahwa rahasianya sudah terbongkar, dan ia
menunjukkan perhatian serta kasih sayang yang lebih dari biasanya pada Cross.
Cross heran mendapati perasaannya terhadap ayahnya sama sekali tidak ber-
ubah. Ia masih menyayangi ayahnya dan tak bisa membayangkan hidup tanpa
ayahnya, tanpa Keluarga Clericuzio, Gronevelt, dan Xanadu Hotel. Inilah ke-
hidupan yang mesti ia jalani, dan ia tidak merasa sedih. Tapi ia mulai merasa
Pendekar Bayangan Setan 14 Pendekar Rajawali Sakti 52 Mustika Kuburan Tua Warisan Terkutuk 2
^