Si Frustasi Yang Beruntung 1
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden Bagian 1
Based on true story Joey Si Frustasi Yang Beruntung
Kegilaan Orang yang Menemukan Uang 1 Juta Dolar
MARK BOWDEN Joey: Si Frustasi Yang Beruntung
Diterjemahkan dari FINDERS KEEPERS The Story of a Man Who Found $ 1 million
karya Mark Bowden Copyright ? 2002, Mark Bowden
Hak cipta dilindungi undang-undang
Ali rights reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia
ada pada UFUK Publishing House
Pewajah Sampul & Isi: Ahmad Bisri
Penerjemah: Ing Suharta Penyunting: Mehdy Zidane & Ing Suharta
Cetakan I: November 2007 ISBN: 979-1238-55-7 UFUK PRESS PT. Cahaya Insan Suci Jl. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510, Indonesia
Phone: 62-21 7976587, 79192866
Fax: 62-21 79190995 Homepage: www.ufukpress.com
Blog : http://ufukpress.blogspot.com
Email : info@ufukpress.com
Untuk Rhonda Wyer Ada pepatah lama di Philfy Selatan untuk apa pun yang tidak diketahui asal usul
dan kepemilikannya. Mereka akan mengatakan, "Jatuh dari mobil boks.'"
Artinya: Dilarang bertanya.
HARI PERTAMA Kamis, 26 Februari 1981 1 Joey Coyle tersungkur di tempat tidur. Ia sakau sepanjang malam, sakit yang
dibuat atas ulahnya sendiri, kesemua permasalahannya berawal dari meth cairan
kimia terlarang, yang selalu membuatnya uring-uringan dan bingung. Ketika ia
kembali memompakan cairan itu ke dalam tubuhnya, tenaga hebat serta merta
menjalar memenuhi seluruh aliran darahnya; detak jantung dan putaran pikiran
dalam otaknya seraya berlomba untuk berPatu lebih keras lagi. Itulah yang
dirasakannya malam itu. Ia baru bisa benar-benar memejamkan matanya, tidur lelap
ketika hari menjelang siang.
Hari ini, ia akan mendapat jatah tidur sebentar saja karena ia telah kehabisan
persediaannya. Tidak ada persediaan apa pun yang tersisa, itu menunjukkan bahwa
dirinya sedang bokek, tidak memiliki uang. Sudah hampir satu bulan lamanya,
serikat kerja tempat di mana ia bekerja di pelabuhan, belum menelepon untuk
memintanya kembali bekerja. Ia menghasilkan uang banyak dari kerja serabutan,
kerja kontrak musiman, pekerja kasar sebagai seorang longshoreman (pekerja
pelabuhan) yang biasanya mengerjakan pekerjaan yang berkenaan dengan mekanik,
konstruksi, dan lainnya di seputar pelabuhan. Ayah dan kakak lelakinya pun
bekerja di sana. Joey tidak tamat Sekolah Menengah Atas, namun dirinya berbakat
dalam bidang mesin. Di pelabuhan, ia juga biasanya ditugaskan untuk memperbaiki
lift, Joey memang ahlinya dalam bidang yang satu ini. Ia bangga atas keahliannya
itu. Oli mesin kotor melumuri telapak tangannya yang tebal dan keras. Sudah
lebih dari satu tahun belakangan ini, laju perekonomian di wilayah Philadelphia
sedang lamban dan buruk; dan akibatnya kesempatan kerja semakin terbatas.
Panggilan kerja memang sempat diterimanya untuk mengisi kekosongan pekerja tetap
di pelabuhan, karena mereka pergi berlibur memperingati hari raya Natal. Sejak
itu, Joey belum mendapatkan pekerjaan lain. Menjelang matahari terbit, Joey
uring-uringan seperti orang gila. Di manakah kiranya ia akan menemukan pekerjaan
perbaikan atau renovasi lain"
Jam-jam kosong tanpa kegiatan apa pun, telah membuat Joey merasa seolah dirinya
dihimpit beban yang sangat berat. Dia berusia dua puluh empat tahun dan masih
tinggal di rumah ibunya. Ia sangat menyanyangi ibunya dan berbakti kepadanya.
Ayahnya telah meninggal dunia karena penyakit serangan jantung pada suatu malam
setelah ia dan ayahnya memperdebatkan suatu argumentasi. Lelaki tua itu tidak
pernah menyukai penampilan Joey yang berambut gondrong. Kata-kata terakhir yang
keluar dari mulutnya, disampaikannya kepada Joey dengan penuh kemarahan hebat;
dan Joey merasa bersalah bahwa kematian ayahnya itu telah disebabkan oleh
kelakuannya yang urakan. Delapan tahun telah berlalu, namun rasa bersalah yang
membebani perasaannya tidak pernah sirna dari hatinya. Membantu ibunya memang
telah sedikit menolong, mengurangi beban bersalah yang dipikulnya, oleh
karenanya Joey tinggal bersama ibunya. Namun, ibunya jatuh sakit. Ia menderita
penyakit liver akut dan membutuhkan perawatan. Joey tidak bisa diandalkan.
Ibu Joey pindah rumah ke sebuah apartemen beberapa blok jauhnya dari rumah itu,
tinggal bersama kakak perempuannya, Ellen. Joey menanggapi kenyataan seperti itu
sebagai serangan mental lain bagi dirinya.
Ia merasa dirinya telah mengecewakan ibunya, dan sebaliknya, ia merasa ibunya
telah membuatnya kecewa. Ibunya tidak lagi berada di dekatnya.
Joey merasa terpukul dan gagal, tetapi untuk berbagi cerita dengan orang lain
mengenai perasaannya, tentu tidak mudah baginya. Joey bukanlah tipe orang yang
mau melihat jauh ke dalam sisi dirinya, bagaimana dan mengapa ia ditimpa
permasalahan yang bertubi-tubi. Joey terus menjalani hidup apa adanya sesuai
pembawaan alamiah dirinya sementara meth dengan setia, membantunya. Banyak orang
menjulukinya dengan istilah speed. Joey menyebutnya "blow". Karena menurut Joey,
meth mampu meniup semua setan penyebab keraguan dalam diri, begitu pula dengan
depresi. Beberapa bulan lamanya sejak ibu Joey meninggalkannya sendiri
mengarungi malam seperti sedang menunggang carousel, komedi putar; tekanan
darahnya tinggi, memuncak ke ubun-ubun lalu tiba-tiba ambruk.
Kemudian tekanan darahnya kembali naik dan berPatu keras, untuk mendapatkan uang
banyak dan lebih banyak lagi keperluannya, terutama benda yang satu itu, yang
selalu membuatnya bersemangat.
Rumahnya yang terletak di Front Street, berada di ujung deretan perumahan. Di
bagian barat area itu adalah kawasan utama; gereja, sekolah, pasar, restoran,
dan bar. Kota ini adalah kawasan tertua di Philadelphia; rumah batako yang
beratap rendah, kebanyakan dari rumah-rumah di sana, yang tertinggi hanya
memiliki dua lantai. Sikap kekeluargaan antara warga di sana masih kuat. Para
anak laki-laki, ayah-ibu, keponakan-kemenakan, dan para cucu; semuanya hidup
berdampingan dalam damai.
Setiap warga yang bertemu dengan warga lainnya, mereka akan saling menyapa
hormat. Anak-anak kecil dan cucu-cicit sering terlihat bermain bola di jalanan.
Jika salah seorang warga South Philly ditanya, apakah Anda mengenal si A "dari
lingkungan sekitarnya", artinya sama saja mereka menanyakan saudara atau kerabat
dekat, atau teman akrab. Mayoritas penduduk South Philly memeluk agama Katholik.
Mereka bangga akan kepercayaan yang dipeluk mereka; dan bahkan kadang-kadang
mereka bersikap takhyul, fragmatis; namun hati mereka tulus.
Dunia telah berubah di sekitar wilayah South Philly. Kesempatan kerja yang dulu
melimpah, kini sukar didapat. Yang asalnya terbentang lebar seperti permadani
indah, kini benang-benangnya pun telah rapuh.
Permadani yang semestinya merupakan tempat berpijak menuju masa depan gemilang,
kini tiada lagi. Dari pintu belakang rumah Joey, jika menatap ke arah timur,
terbentang luas dunia yang semrawut, sebuah kawasan tanah yang terbengkalai.
Rumput dan ilalang tumbuh tinggi dan rimbun, tempat yang sekaligus sebagai
pembuangan sampah dan barang bekas. Beberapa rumah gudang terlihat telah rusak,
yang dulunya dikenal sebagai area industri, kini telah mati. Beberapa rongsokan
mobil bekas terlihat berjejer di sana, tidak teratur. Sesekali terlihat mobil
baru atau keluaran baru, yang melintas di antara bangkai-bangkai mobil Itu,
menelusuri sepanjang tepian Sungai Delaware. Langit di atas kawasan ini selalu
terlihat kelabu dan berdebu. Di belakang deretan perumahan di mana Joey tinggal,
terdapat sebuah bangunan jalan tol tinggi dan kokoh Interstate 95, yang
bayangannya saja lebih panjang dan lebih lebar daripada bayangan satu blok
perumahan di sekelilingnya.
Semasa kanak-kanak, Joey sering bermain di areal terbengkalai itu. Ia akan
berteduh di bawah bayangan Interstate itu, sementara suara mesin kendaraan
berderu di atas kepalanya seperti suara dewa yang sedang marah. Ia akan mencari
lubang tikus, menyiramkan bensin ke dalamnya, kemudian membakarnya. Ia akan
duduk menjauh dari lubang itu sembari mengawasi, siap dengan busur dan anak
panah di tangan, yang serta merta melesat menerjang sasarannya; tikus-tikus yang
terpaksa melompat keluar dari lubang persembunyiannya karena kepanasan. Ketika
usianya menginjak remaja, ia dan teman-temannya akan menyelinapkan sebuah
pesawat televisi dari truk atau mobil boks yang dipenuhi muatan barang, yang
melintas lamban di sana, lalu menjual barang haram itu ke pasar gelap.
Uangnya lalu dipakai membeli ganja dan minuman keras. Bagi anak-anak dan
sebagian bocah remaja tanggung, tempat itu dianggap layaknya surga dan sekaligus
tempat pelarian. Tempat yang liar, menggiurkan bagi mereka, sekaligus berbahaya.
Suatu ketika, Joey pernah ditangkap seseorang yang kejam berperawakan tinggi
besar, dan mengangkat tubuhnya menggantung di udara, hanya dengan jempolnya
saja. Cukup lama sebelum bala bantuan dari teman-temannya tiba, sebelum ia mampu
kembali ke pangkuan ibunya.
Dunia luar memang ganas. Kini bagi Joey, semua itu tinggallah kenangan.
Tidak seperti teman-temannya, beberapa tahun belakangan ini, Joey jarang keluar
rumah. Kematian ayahnya, krisis di tempat kerjanya, dan ketergantungannya yang
kian hari semakin meningkat pada narkoba seakan telah memanjangkan masa kanak-
kanaknya. Ia merasa terlahir kembali dalam usia yang berbeda; Joey semestinya
dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia jika tidak salah langkah; bekerja
normal setamat sekolah, menikah, memiliki anak, menjadi kakek,dan pulang ke
tempat peristirahatan terakhir di pemakaman Holy Cross Cemetery. Kini pekerjaan
telah sukar didapat. Kebanyakan dari teman-teman Joey telah menamatkan sekolah
menengah serta studi di sekolah keterampilan lainnya, dan mendapatkan pekerjaan
yang layak di tempat lain. Lain halnya dengan Joey, ia tidak bisa beradaptasi
seperti teman-temannya. Ia tidak sabar, untuk duduk di bangku sekolah,
mendengarkan pelajaran dan guru dan membaca buku. Ia harus terus bergerak,
melangkah, dan melaksanakan kemauannya. Itulah mengapa ia senang bekerja di
pelabuhan atau galangan kapal, ia dapat menghindarkan diri bekerja dengan otak,
melainkan menggunakan kekuatan fisik, tangan dan kakinya. Tanpa pekerjaan
seperti itu, ia stuck, mati kutu.
Di luar sifat buruknya, ia tidak membahayakan orang lain serta sikapnya
penyayang. Banyak orang menyenanginya. Kulit wajah Joey berwarna merah jambu,
rambutnya tipis dan berwarna pirang, bahkan kumisnya yang berwarna sama, hampir
tidak kentara padahal ia telah memelihara kumisnya selama lima tahun. Begitu
pula dengan alisnya, hanya samar-samar terlihat jelas karena warnanya yang juga
pirang; ditambah lagi matanya yang berwarna biru selalu terlihat sayu. Joey
berbicara seperti orang yang berbisik dengan keras, hal itu seringkali membuat
lawan bicara tidak mampu menahan geli, mereka menertawakannya. Ia pemurah, sikap
pemurah yang dimilikinya seperti sikap seorang bocah ingusan yang tidak tahu
nilai sebuah barang. Jika Joey sedang dalam mood baik, ia akan rela memberikan
barang apa pun yang diminta teman-temannya atau orang lain yang dikenalnya;
bahkan jika benda itu pun bukan miliknya. Mudah bagi orang lain untuk menyukai
Joey. Namun orang lain pun akan mudah dibuat frustasi olehnya, Joey tidak dapat
diandalkan, dalam segala hal.
Perkataannya tidak bisa dipegang, seperti halnya helaan nafasnya yang tidak
teratur. Joey kebal terhadap masalah apa pun yang menderanya; masalah itu sendiri seakan
enggan menghampirinya, ketika Joey sedang tidak bermasalah, ia akan mencari
masalah. Seperti halnya yang dilakukan Joey suatu hari, ia memarkir mobilnya di
tengah jalan memblokir laju lalu-lintas kendaraan lain. Memang, sekarang sudah
lazim dilihat, mobil-mobil diparkir di pinggir jalan di South Philly,
menghalangi lalu-lintas. Dengan banyaknya mobil di sebelah kiri dan kanan jalan,
tentu yang tersisa hanyalah satu jalur saja. Sudah menjadi kebiasaan dan
kesenangan tersendiri bagi para penghuni kawasan itu untuk memiliki hanya satu
jalur jalan saja yang melintas di areal perumahan mereka. Jika seorang pengemudi
menghentikan mobilnya, hanya untuk sekadar berbasa-basi dengan penghuni yang
dikenalnya di sana, tentu saja, mobil-mobil di belakangnya harus rela menunggu,
antri untuk sekadar dapat melintas. Begitu pula dengan mereka yang pulang
berbelanja, mobilnya dibiarkan di tengah jalan sementara mengantar belanjaan ke
dalam rumah. Pada hari ketika mobil Joey mogok di tengah jalan, ia membenamkan
wajahnya di bawah kap mesin. Seorang pengemudi lain, tentu saja sedang
terperangkap di dalam mobilnya, di belakang mobil Joey; jelas Joey tidak peduli
akan kemacetan yang diakibatkan mogoknya mobil miliknya. Ia tidak peduli ketika
lelaki itu memintanya untuk mendorong mobilnya ke bahu jalan. Pengemudi yang
marah menorehkan pisaunya ke pelipis Joey bagian kiri. Oleh karenanya, Joey
memiliki codet bekas luka pisau itu, yang memanjang dari ujung mata kirinya
hingga ke bagian bawah daun telinga. Bekas lukanya tidak membuat orang yang
melihatnya lucu, namun cara pembawaan Joey bercerita pengalamannya, itulah yang
membuat orang tertawa geli. Ia bercerita bahwa ketika ia hampir berhasil
mengalahkan penyerangnya itu, polisi datang dan menuduhnya telah melakukan
penyerangan, menuduhnya sebagai biang kerok kerusuhan itu sehingga ia malahan
dipukuli oleh petugas keamanan tersebut. Nasib buruk yangmenimpanya adalah
kenangan tersendiri buat Joey. Ia turut tertawa terpingkal-pingkal walaupun
temannya menertawakan ulah bodohnya. Sebagai ironi, ia menyebutnya sebagai the
luck of Irish keberuntungan Irlandia; Joey bahkan membuat tato
"Irish" di bagian atas lengan kanannya, lengkap dengan tato gambar sebuah pipa
cangklong, shamrock and shillelagh (bentuk ranting dengan tiga daun emblem
Irlandia). Leher, dada, dan bahu Joey; lebar dan berisi. Tangannya terlihat
lebih besar, tidak seimbang dengan tubuhnya; disebabkan kebiasaannya menahan
alat-alat mesin berat dengan dua lengannya karena telapaknya tidak cukup untuk
menggenggam benda-benda berat dan besar tersebut. Ia tampak gagah, terutama
dengan luka bekas codetan di wajahnya. Sebenarnya, Joey lebih berbahaya bagi
dirinya sendiri daripada bagi orang lain. Speed atau blow telah merasuki
otaknya, ia terkadang tidak mampu berkata dengan jelas bahkan untuk mengucapkan
beberapa kalimat saja. Deretan gigi depannya tanggal, Joey kini mengenakan gigi
palsu. Ketika gigi palsunya dilepas, Joey terlihat seperti kakek-kakek ompong. Joey
mungkin saja dalam keadaan seperti itu terlihat seperti seorang gelandangan,
namun pesona tebaran senyumnya, tidak pernah lepas dari bibirnya.
Hari ini, Joey memerlukan daya pegas untuk melawan kelakar humor atas dirinya,
yang kini tengah dihadapinya.
2 Joey bangun segar bugar pada siang menjelang sore hari itu. Ia bangkit dari
peraduannya, dari kasur besar milik ibunya di sebuah kamar tidur yang
pinggirannya dihiasi panel kayu, dalam rumah ibunya di Front Street.
Pengaruh narkoba masih dirasakannya, namun Joey memiliki satu keperluan yang
sangat penting. Joey yang mengenakan celana pendek, berjalan ke lantai bawah untuk menyiapkan
seteko kopi. Joey berjalan ke luar rumah untuk duduk di tangga halaman depan
sembari menikmati secangkir kopi. Sore itu udara sejuk.
Joey menatap jalanan yang agak terhalang deretan mobit yang diparkir di kin dan
kanan jalan. Pandangan matanya menembus hingga ke arah Spite's Bar di ujung
jalan. Di atas kabel telepon yang membentang di antara tiang-tiang, langit di atasnya
terlihat kelabu. Joey sudah tidak sabar menunggu datangnya 'pak pos', cek
pembayaran pekerjaannya di musim liburan yang lalu, belum juga diterimanya.
Semestinya akan tiba hari itu jumlahnya lebih kurang $700.
Uang itu tentu akan sangat berarti baginya, paling tidak untuk bertahan hidup
selama beberapa waktu. Belum terlihat tanda-tanda kemunculan tukang pos, dan
kalaupun cek-nya tiba, tentu akan menyita waktu yang tidak sebentar baginya
mengantri untuk mencairkannya. Desakan candu obat dari dalam tubuhnya kembali
menagih. Doey berpikir untuk meminta bandar obat terlarangnya agar rela
mengutanginya. Selang beberapa rumah di depannya, terlihat John Behlau sedang memperbaiki mobil
ayahnya. Mobil Chevy Malibu '71 berwarna biru maroon.
Johnny sedang mengetok bagian depan mobil dan mengecetnya kembali dengan warna
biru primer. Temannya, Jed Pennock, hanya berdiri mengawasi Johnny yang sedang
sibuk bekerja. Keduanya, John dan Jed, sedang menganggur, sama seperti Joey.
John berusia dua puluh satu tahun, tubuhnya yang tertinggi dari kedua rekannya,
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kurus, berambut pirang dan sedikit congkak, peringainya kasar. Jed bertubuh
pendek dan tambun, rambutnya hitam. Pada usianya menginjak dua puluh tahun,
kumis Jed lebih terlihat jelas daripada kumis Joey. Jed mengenakan kacamata
tebal dan frame-nya lebar. Sikapnya, kontras sekali dengan sikap John, ia
pemalu, tutur katanya lemah lembut dan pesimis. Keduanya stuck seperti halnya
Joey, usia mereka sudah terlalu tua untuk kembali ke Sekolah Menengah Atas,
lagipula mereka tidak berminat untuk melanjutkan ke jenjang kuliah.
Terlalu lama mereka telah menunggu perekonomian di Philadelphia kembali membaik,
agar dapat memperoleh pekerjaan stabil dan menjalani kehidupan normal.
Joey mengenal keduanya karena sama-sama tumbuh dewasa sejak ketiganya masih
kanak-kanak. Joey berniat untuk membuat keduanya senang. Ia berjalan menuju
kedua pria itu sembari tersenyum lebar.
"Aku bisa memperbaiki mobilmu jika kau mau mengajakku ke kota,"
kata Joey. Masalah Johnny segera terselesaikan. Kini ketiganya telah berada di
dalam mobil Chevy yang sedang melesat ke arah kota.
Bandar obat langganan Joey sedang keluar rumah. John dan Jed menunggunya di
dalam mobil, sementara Joey mengetuk pintu, lalu berjalan ke samping rumah dan
mengetuk pintu samping. Bukan masalah besar bagi kedua rekan Joey, namun
baginya, dengan tidak adanya sang bandar di rumah, itu adalah musibah besar. Ia
kelabakan. Joey membantingkan tubuhnya ke jok mobil dengan perasaan kesal dan
penuh kekecewaan. "Kita akan mencobanya lagi nanti," katanya. Dalam perjalanan pulang, John mampir
untuk mengisi bahan bakar di Pom Bensin Shell yang terletak di Oregon Avenue.
Selesai memenuhi tanki Chevy, John pulang dengan memotong jalan melewati Swanson
Street. Jalan menuju kawasan barat tanah terbengkalai itu, di bawah jembatan 1-
95; sedang rusak berat dan bergelombang. Jalan itu dulunya ramai dilintasi
kendaraan, namun sejak pembangunan jalur cepat yang membentang di salah satu
sisi jalan itu tidak diteruskan, Swanson kini sepi. Jalan itu sudah ada semenjak
lebih dari lima puluh tahun yang lalu. Swanson Street sekarang hanya dilintasi
oleh truk-mobil boks barang yang melintas, memotong jalan menuju dermaga dekat
Oregon dan Delaware Avenue. Bagi masyarakat setempat, keberadaan jalan itu telah
dimanfaatkan untuk menghindar dari kemacetan yang sering terjadi seputar Lee
Street. Jauh di depan, terlihat jembatan Walt Whitman yang membentang kaku.
Sementara John sedang sibuk memilih jalan yang agak rata, Joey duduk lemas di
jok belakang, depresi dan merana seperti halnya kawasan terbengkalai yang sedang
dilalui mereka. Di sebelah kin mereka, terlihat tumpukan ban bekas yang
menggunung seperti bukit hitam, juga sampah, pegas springbed, dan busa kasur
bekas, serta serpihan beling. Di sebelah kanan jalan adalah sebuah lahan kosong
milik perusahaan yang bernama Purolator Armored Car Company, perusahaan keamanan
pengiriman uang atau barang berharga lainnya. Sudah menjadi kebiasaan lama Joey,
ia akan menyusuri pinggiran jalan Swanson ini, untuk sekadar menemukan barang
bekas yang masih layak digunakan. Terkadang orang membuang barang bekas yang
masih bisa dijual kembali.
Tentu saja, kesempatannya pada hari itu pun tidak dilewatkan begitu saja;
terlihat sebuah kotak besar metal berwarna kuning, terbalik dengan rodanya
berada di bagian atas. John melambatkan laju mobilnya.
"Berhenti," kata Joey. "Mungkin kotak itu bisa kita pergunakan sebagai kotak
perkakas." John menghentikan mobilnya.
Joey membuka pintu mobil kemudian mendekati untuk memeriksa benda tersebut.
Kotak itu dapat dibuka dua arah dengan sebuah lubang untuk gembok di bagian
tengah. Tidak dilihatnya sebuah gembok pun. Tutup kotak itu terhempas ke samping
ketika Joey membukanya, dua buah kantong kanvas terlempar keluar dari dalam
kotak. Joey mengambil salah satu kantong kanvas itu lalu membawanya ke dalam
mobil untuk diteliti lebih seksama. Bagian atas kantong itu disegel dan
tergantung di segel itu, sebuah tag berwarna kuning. Tulisan warna hitam di tag
kuning itu berbunyi: "Federal Reserve Bank."
Joey berjingkrak kegirangan.
"Wow!" teriaknya. "Milik siapa kotak ini?"
Joey kembali keluar dari mobil untuk mengambil kantong kedua dan segera
menaruhnya di jok belakang. Ia menutup pintu mobil bagian belakang, kemudian
duduk di jok depan bersama salah satu tas kanvas itu.
"Ayo, cepat pergi dari sini!" teriaknya lagi, "Cepat!"
"Ke mana?" Teriak John yang telah menginjak gas.
"Rumahku! Cepat-cepat!"
John tancap gas. Mobil melaju kencang seakan sedang melompat-lompat di atas rel
kereta api, kemudian belok ke kiri di perempatan jalan Wolf Street. Joey meraba-
raba laci mobil, mencari sesuatu alat untuk membuka segel kantong kanvas. Ia
berhasil melubangi tas itu kemudian merobek paksa kain kanvas kantong tersebut.
Joey histeris. John menghentikan mobilnya sejenak di antara dua bangunan gudang tua untuk
melihat isi kantong. Jed, yang kini duduk di jok belakang, segera mendongak ke
depan. Di dalam kantong kanvas yang baru saja dibuka lebar oleh Joey, terlihat
beberapa ikat benda yang terlihat seperti ... Sweet Jesus!
... uang kertas pecahan $100 ...!
"Oh, man!" kata Joey. "Mimpi apa aku semalam."
John dan Jed menelan ludah.
Roda mobil berputar cepat ketika Malibu meluncur kembali menuju bayang-bayang 1-
95 yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. Joey merasa tekanan darahnya
mengalir deras memenuhi nadinya, hampir-hampir terasa seperti ketika cairan
haram bereaksi di tubuhnya. Bocah-bocah dewasa itu berjingkrak-jingkrak riang,
berteriak-teriak sembari menepuk bahu teman-temannya satu sama lain. Joey
terpaku menatap tumpukan uang dalam kantong kanvas itu sambil menggeleng-
gelengkan kepala, tidak percaya apa yang tengah dilihatnya. Ia pun tertawa, dan
tertawa, tak henti-hentinya.
Joey tertawa berlebihan sehingga gigi palsunya copot dan jatuh ke pangkuannya.
3 Detektif Pat Laurenzi yang kalut sedang berpatroli, ketika sekitar pukul 3
sore, ia mendengar sebuah laporan dari radio komunikasi polisi. Sebuah mobil
jasa pengamanan uang secara tidak sengaja telah menjatuhkan kantong uang di
sekitar Front Street dekat properb Purolator Armored Car Company. Tidak
disebutkan berapa jumlah uang yang hilang.
Detektif Pat terlihat seperti anak remaja yang baru menginjak dewasa.
Bola matanya lebar dan kelopak matanya kubil, menandakan ia telah lama mengabdi
di kepolisian. Ia senang membuat orang lain mengira dirinya sepuluh tahun lebih
muda dari usia yang sebenarnya, tiga puluh satu tahun.
Gaya rambutnya dibelah dua tepat di tengah-tengah. Ia telah menjadi detektif
sejak lima tahun yang lalu, dan ia menyenangi pekerjaan tersebut.
Ketika kasus penting mengharuskannya bekerja tanpa istirahat, siang dan malam,
bahkan tanpa sempat pulang ke rumahnya; kapan ia memiliki waktu untuk cukur
rambut" Terkadang Pat terpaksa harus tidur meringkuk di mobilnya, dan ketika ia
terbangun, rambutnya akan terlihat berdiri dan susah diatur. Beberapa detektif
lainnya di South Philly berpenampilan rapi.
Ketika mereka naik pangkat mengenakan opulet kuning emas di pundaknya, pakaian
mereka terlihat jauh lebih bagus, dan mereka akan membeli sepatu kulit asli
buatan Italia. Tidak demikian halnya dengan Pat. Penampilannya seperti seorang
anak SMA yang tergesa-gesa mengenakan seragamnya karena terlambat pergi ke
sekolah. Kaos oblong yang dikenakan Pat dimasukkan ke dalam celana jeansnya yang
berwarna coklat muda yang dikenakan di atas garis pinggang. Ia mengenakan kaos
kaki putih di dalam sepatu-bot polisinya.
Pat merespons berita dari kantor pusat kepolisian tersebut. Ia tidak merasa
kaget atas laporan kasus kehilangan uang perusahaan Purolator.
Kasus serupa pernah terjadi sebelumnya. Hal itu biasanya melibatkan nilai
sekitar dua ribuan dolar saja dan uang yang hilang akan segera ditemukan.
Dengan ditemukannya uang yang hilang, tentu akan terungkap pula siapa pengemudi
kendaraannya yang juga menghilang, yang biasanya akan tertangkap beberapa hari
kemudian setelah kejadian, dalam keadaan mabuk berat dan bangkrut di tempat
perjudian di Atlantic City.
Namun, segera setelah ia menginjakkan kaki di kawasan South Philly (Philadelphia
bagian selatan), di mana terlihat beberapa pilar batu menjulang tinggi di antara
beberapa batang pohon yang tumbuh jarang, Pat barulah sadar bahwa masalah
kehilangan uang Purolator ini jauh lebih serius. Ditemukan dua buah kotak metal
yang terjatuh dari mobil armored (mobil pengangkut uang), yang menurut laporan
satu kotak metal tersebut berisi dua buah kantong kanvas dan kotak satunya
kosong. Kedua kantong uang telah raib. Menurut perusahaan Purolator, jumlah
keseluruhan uang yang hilang adalah sebesar US $1.2 million (satu koma dua juta
dolar Amerika). Uang hasil keuntungan perjudian sebuah perusahaan kasino; yang
artinya bahwa bundel uang tidak urut, baru diambil dari Federal Reserve Bank
dalam nominal US $100 (pecahan seratus dolar Amerika), tidak akan mudah
terlacak, uang yang benar-benar bersih yang siapa pun dapat menggunakannya
dengan aman. Bersama Letnan Jimmy Potocnak dan keempat anak buahnya, Pat pergi menuju kantor
Purolator. Jajaran eksekutif perusahaan sangat senang menyambut kedatangan
mereka dan segera menjelaskan bahwa mereka telah mencurigai pelakunya adalah
sang pengemudi mobil boks.
"Sangat tidak mungkin kotak uang akan terjatuh begitu saja kalau kedua pintu
belakang mobil boks telah dikunci rapat," salah seorang dari eksekutif
perusahaan menjelaskan. "Tidak mungkin sama sekali."
Perusahaan Purolator meminta pihak kepolisian untuk melakukan tes lie detector
(mesin deteksi kebohongan) kepada kedua pengemudi yang bertugas saat itu.
Bill Proctor dan Ralph Saracino yang malang telah mengetahui keduanya berada
dalam masalah serius. Ketika keduanya digiring memasuki ruangan oleh anak buah
Letnan Potocnak, Pat dapat melihat dengan jelas tubuh Proctor gemetar hebat. Ia
seorang pria berusia lima puluh tahuan yang rambutnya telah memutih dan kumisnya
tebal, seorang veteran perang yang kemudian dipekerjakan oleh Purolator.
Ia sepertinya sudah menyadan bahwa kecerobohannya akan mengakibatkan dirinya
kehilangan pekerjaan, dan ia yakin benar bahwa semua orang tentunya akan
mencurigai pria inilah yang telah merampok uang sebesar itu; bekerja sama dengan
pihak lain. Ia telah menceritakan detil kejadiannya berulangkali selama dua jam
terakhir ini. Proctor bahkan bersumpah bahwa dirinya telah mengunci kedua pintu
belakang mobil boks dengan aman sore itu. Kedua kantong uang telah disimpan
dalam salah satu dari kedua kotak yang dikuncinya dengan rapat untuk dikirim ke
Ventnor, New Jersey, pada keesokan harinya. Saracino, kawan Proctor yang usianya
lebih muda, menambahkan bahwa dia melihat sendiri Proctor mengunci pintu mobil
boks. Keduanya telah mengemudikan mobil boks melewati Delaware Avenue dan belok kanan
di Wolf Street kemudian berbelok ke kiri menelusuri kawasan Swanson untuk menuju
pintu gerbang belakang Purolator.
Perjalanan mereka lancar dan hanya berkisar enam menit saja dari tempat asal
hingga tiba di tujuan. Tentunya jalanan memang bergelombang, tetapi dengan pintu
mobil boks terkunci rapat, tentu mustahil jika kedua kotak metal berisi uang itu
akan jatuh terpental! Seorang petugas keamanan pintu gerbang adalah orang pertama yang melihat pintu
belakang mobil boks terbuka. Proctor menghenbkan laju mobil boks dan segera
memeriksanya. Gembok baja masih dalam keadaan terkunci, namun pintu telah
terbuka lebar. Setelah diperiksa dengan seksama, diketahui kemudian bahwa kedua
kotak metal telah lenyap! Ia pun berlari kembali ke depan mobil boks.
"Putar haluan," Proctor bertenak pada Saracino. "Kita harus kembali dan mencari
dua kotak uang yang terjatuh!"
Proctor berlari untuk meminta penjaga membuka kembali gerbang pertama. Saracino
telah memutar kendaraan dan Proctor segera melompat kembali ke atas mobil boks.
Kepanikan mereka reda seketika melihat salah satu kotak metal berwarna kuning
berada di tepi jalan. Tidak terlihat kotak metal yang kedua. Keduanya lalu
berdiri dekat kotak tersebut dan membuka penutupnya sembari berkata, "Apa kau
yakin uang sudah dimasukkan ke kotak ini?"
"Tentu saja," jawab Proctor, harapannya pupus.
Di dalam kotak, mereka menemukan kertas kuning kopian tanda terima pengiriman
uang, pada satu salinannya tertera nominal $800,000; dan di kertas satunya
tertulis $400,000. Kedua pria itu tidak dapat mengucap sepatah kata pun. Mereka
baru saja lewat di sana kurang dari tiga menit yang lalu! Namun demikian, selama
kurun waktu yang tak lama itu untuk melewati gerbang pertama, supir tersebut
menyadari bahwa pintu belakang mobil boks telah terbuka, dan ia kembali keluar
dari gerbang, lalu menelusuri jalan itu. Seseorang pastilah telah mengambil
kedua kantong kanvas dari dalam kotak metal. Proctor merasa sangat terpukul
hebat karena telah kecolongan. Ia sedih dan gugup serta sangat ketakutan.
Semua orang telah, dengan sabar, mendengarkan penjelasannya, namun tentu saja
dengan penuh kecurigaan padanya. Pat sendiri tidak yakin sang pengemudi berkata
jujur. Eksekutif perusahaan berbicara empat mata dengan detektif yang serta
merta menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin," katanya. Mereka mencoba menipu mesin lie detector. Pat sendiri
tidak percaya pada hasil tes mesin pendeteksi kebohongan itu, tetapi ia
menyetujui untuk melakukan tes kebohongan bagi mereka. Kedua pengemudi
diperingatkan atas konsekuensi logis yang akan timbul.
Sementara itu, FBI muncul di lokasi. Mereka memperkenalkan diri kemudian ...
diam. Para agen FBI yang mengenakan jas bagus berdiri tidak jauh dari para
polisi, mengamati tanpa memberikan komentar apa pun atau melibatkan diri. Sikap
mereka membuat kesal para detektif Philadelphia. Pat percaya mereka adalah para
agen hebat, dan dengan diploma yang mereka raih Cardinal Dougherty Higb
School/Philadelphia Police Academy; ia tentunya tidak ingin membuat dirinya
terlihat seolah tidak menghormati kedatangan mereka dalam rangka kunjungan
profesionalisme tetapi melihat mereka hanya berdiri dan mengawasi saja, itu
tentu menyebalkan. Akhirnya, Letnan Potocnak menyarankan pada FBI jika mereka ingin melibatkan
diri, sebaiknya segera mendatangkan para ahli laboratorium kriminal untuk
memeriksa mobil boks pengangkut uang. Para agen Federal berdiskusi lalu
memutuskan untuk menolak dengan dalih tertentu.
"Kasus ini di luar jurisdiksi kami," salah seorang dari mereka angkat bicara.
"Dengar," kata Potocnak yang mulai merasa kesal, "jika tidak berbuat apa-apa,
aku sarankan agar kalian segera angkat kaki dari sini."
Mereka pun pergi. Pat menyukainya. Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka
dirinya dianggap rendah oleh orang lain.
Setelah para agen FBI lenyap dari pandangan, Pat meneruskan investigasinya. Ia
melakukan interview dengan para saksi mata yang telah dikumpulkan di bangunan
kantor Purolator, kemudian berjalan menuju Swanson Street. Perusahaan juga telah
mencatat nama kedua orang yang menurut Proctor dan Saracino telah bertemu mereka
ketika keduanya mendapati kotak metal kosong itu. Salah satu dari saksi mata
bernama Thomas Piacentino, yang pada saat itu sedang bekerja di tempat
pengumpulan barang bekas milik ayahnya, tidak jauh dari tempat kotak metal
terjatuh. Ia menjelaskan kesaksiannya.
Kotak warna kuning terjatuh dari sebuah mobil boks. Satu atau dua menit
kemudian, satu atau dua mobil melintas di Swanson, menyingkirkan ke tepi, kotak
yang menghalangi jalan tersebut. Lalu tiba-bba, sebuah mobil berhenti mendadak,
terdengar seorang pria tertawa cukup kencang untuk dapat terdengar dari jarak
empat puluh yard, menarik dua benda berwarna putih sepertinya karung goni keluar
dari kotak, melempar salah satu kantong itu ke jok depan, dan kantong kedua
dilemparnya ke jok belakang.
Mobil melaju kencang lalu berbelok di perempatan jalan. Piacentino dan
saudaranya, Charles, berjalan mendekati tempat itu untuk melihat isi kontainer,
dan ketika mereka baru tiba di sana, sebuah mobil boks securitcor (armored
truck) mendekat, datang dari arah Purolator; kemudian keluarlah seorang petugas
berseragam, yang terlihat begitu gugup.
"Apakah kau masih ingat mobil itu?" Tanya Pat.
"Sebuah mobil Chevy Malibu marun yang bemper depan bagian kanannya dicat warna
biru," jawab Piacenbno. Orang ini benar-benar hebat.
"Bagaimana dengan pria yang mengambil kantong uang itu?"
"Sepertinya ia berusia akhir dua puluh tahunan, mendekati usia tiga puluh
tahun," kata Piacentino.
"Rambutnya tipis, berwarna pirang atau coklat muda." Penjelasannya sama dengan
versi yang dijelaskan pengemudi mobil boks. Ketika Pat kembali ke properti
Purolator ia mengadakan briefing dengan Potocnak, dan letnan meminta eksekutif
perusahaan untuk mengurungnya di dalam mobil armor tersebut. Permintaan aneh.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh para eksekutif itu adalah
mendemonstrasikan mekanisme penguncian pintu mobil boks, untuk menunjukkan
betapa tidak masuk akalnya cerita yang dipaparkan oleh Proctor dan Saracino.
Terdapat dua daun pintu di belakang mobil boks. Daun pintu sebelah kiri harus
ditutup terlebih dahulu dan dikunci gembok sebelum daun pintu yang sebelah kanan
bisa ditutup rapat, agar salah satu pintu selalu tertutup rapat. Bagian atas dan
bawah daun pintu sebelah kanan harus benar-benar dirapatkan dengan menggunakan
plat baja yang masuk dengan pas di selotnya. Plat baja bergerak sesuai dengan
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rotasi gagang pintu yang digerakkan pertama ke kanan lalu ke kiri. Setelah
benar-benar pas, sebuah knob (bagian yang terdapat pada lubang kunci, biasanya
berbentuk bulat) yang terdapat di tengah-tengah, harus ditekan agar kunci benar-
benar aman. "Kelakar apa lagi," kata letnan.
Kemudian mereka pun mengurung pria itu di dalamnya lalu mengunci pintu sesuai
prosedur di atas. Dari dalam mobil boks, Potocnak menendang daun pintu sebelah kanan mobil boks
tadi menggunakan ujung sepatu botnya. Terdengar suara dentuman keras di daun
pintu dan serta merta pintu tersebut, terbuka lebar.
Hari sudah gelap ketika Pat meninggalkan area properb Purolator petang itu. Ia
dan para detektif lainnya yakin benar bahwa sang pengemudi tidak mengada-ada
dengan penjelasannya atas kejadian yang sesungguhnya. tidak terdengar seperti
kebohongan sama sekali. Detil cerita mendekati kesempurnaan. Begitu cocok dengan
urutan kejadian. Demonstrasi penguncian pintu yang dilakukan Jimmy, yang telah mempermalukan
jajaran eksekutif purolator, telah membuktikannya.
Tentunya asyik juga untuk ditonton. Tetapi jika pengemudi mengatakan yang
sebenarnya, jika uang benar-benar terjatuh dari mobil boks, maka kasus ini akan
menjadi rutinitas yang sukar dilacak.
Pat kembali menelusuri jalan di jalur yang dilalui oleh mobil boks armor, mulai
dari halaman parkir gedung bank Federal Reserve hingga Swanson Street. Jika
seseorang baru saja lewat di Swanson dan memungut uang tersebut dan itulah yang
sepertinya terjadi bagaimana kita akan menemukan orang tersebut jika ia tidak
berniat mengembalikan uang temuannya itu" Purolator telah siap untuk memberikan
hadiah $50,000 bagi siapa pun yang menemukan dan mau mengembalikan uang yang
hilang. Namun tentunya dibutuhkan kelapangan dada dari siapa pun yang menemukan uang
tersebut, untuk mau menukar uang sebesar $1.2 juta dengan hadiah yang hanya
sebesar $50,000. Detektif memikirkan tentang apa kira-kira yang akan dilakukan orang pintar, yang
menemukan uang tersebut agar dirinya aman menggunakan uang hasil temuannya.
Pertama, ia akan menyembunyikan uang tersebut di tempat aman dan tidak akan
berbicara kepada siapa pun. Itulah kuncinya.
Tidak memberitahu siapa pun. Yang kedua, tidak kalah pentingnya dari yang
pertama adalah kesabaran.
Jika penemu uang mau bersabar untuk beberapa bulan saja, pada saat itulah orang
akan berhenti mencari uang yang hilang. Penemu uang sudah boleh mulai
membelanjakan uangnya, secara bertahap, pergi ke tempat wisata, jalan-jalan dan
bersenang-senang, membuka beberapa rekening baru di bank, secara acak, di
beberapa lokasi yang berbeda. Jangan pemah menyetor terlalu banyak, cukup
beberapa ribu dolar saja untuk setiap rekening yang berbeda, tetapi pikir
matang-matang betapa repotnya jika harus membuka rekening baru yang berbeda
sebap harinya di beberapa tempat yang juga berbeda" Kebanyakan anggota
masyarakat menghabiskan waktunya seharian untuk mendapatkan uang; penemu uang
punya waktu seharian, setiap harinya, untuk memikirkan cara terbaik memanfaatkan
uang itu. Ada lagi pekerjaan yang lebih rumit dan membutuhkan keteliban yaitu
memindahkan dan mengkonsolidasikan uangnya. Jika pandai dalam konsolidasi uang
temuan tersebut, tidak seorang pun akan bisa melacak dan menangkap penemu uang
itu. Philadelphia adalah sebuah kota yang berpenduduk enam juta orang.
Satu-satunya kesalahan yang harus dihindari adalah: jangan sekali-kali mulai
membicarakan temuan uang, walaupun perasaan tentu saja menggebu-gebu, karena
berita itu akan segera menyebar. Tidak seorang pun mungkin akan berbuat sebodoh
itu, akan tetapi Pat tahu kebodohan seperti itulah, satu-satunya harapan baginya
untuk dapat mengungkap misteri ini.
Lagipula, Swanson Street bukanlah jalan raya utama, melainkan hanyalah jalan
pintas. Orang yang lewat di jalan itu adalah mereka yang bekerja sepanjang jalur
sungai yang membentang searah jalur jalan ... dan, mereka yang tinggal di
sekitarnya. Pat kini mencari pria yang berambut pirang atau coklat muda.
Dan, sebuah Chevy Malibu dengan warna bumper depan yang menyolok, kini teriihat.
4 Sepertinya kita harus mulai memercayai keberuntungan yang berjalan sebagai
berikut. Joey dan teman-temannya sudah tidak sabar lagi untuk segera merasakan
bagaimana memegang bundelan uang sebanyak itu, menyobek ikatan pengamannya,
merabai, dan mencium wanginya bau uang kertas baru dan hangatnya lembaran
tersebut. John Behlau belok kanan menuju Front Street dan menghentikan mobil
ayahnya di depan rumah Coyle. Joey membawa kantong kanvas yang lebih besar,
masuk rumah dan segera berlari menuju lantai dua. Jed membawa tas kedua yang
lebih kecil. Jed dan John mengikuti Joey ke lantai atas.
Mereka masuk ke ruangan kamar Joey, segera merobek kantong kanvas yang lebih
kecil, dan menumpahkan isinya di atas tempat tidur.
Ketiganya berdiri melongo menatap tumpukan uang harta karun sebanyak itu. Satu
tas plastik cellophane terdiri dari sepuluh bundel kecil uang cash, semuanya
pecahan $100. Sungguh jumlah uang yang sangat banyak dan terbanyak yang belum
pernah dilihat mereka selama ini. Setiap bundel kecil diikat dengan kertas
bertuliskan $10,000! Semuanya, nominal uang adalah pecahan seratus dolar
Amerika. Joey histeria dalam kegembiraan. Ia memekik, melompat-lompat, dan tertawa
terbahak-bahak. Ia terus menerus merangkul dan menciumi kedua temannya, John dan
Jed; saking bahagianya, yang keduanya pun tidak keberatan diciumi; mungkin
kebganya tidak sadar atas apa yang diperbuatnya. Joey terus menerus berkata
'seperti cerita film', 'seperti cerita dalam film action'. Setiap kali ia
menatap tumpukan uang di atas kasur, ia tidak percaya dengan pandangan matanya
sendiri, mimpikah atau kenyataan"
Tentu saja, seseorang akan segera mencari keberadaan uang tersebut.
Setelah pesta kegembiraan mereka tercurah, realitas mulai muncul mengganggu
pikiran. Joey, John, dan Jed berdiri, tertegun di tepian tempat tidur besar
bergaya kolonial itu dan, segera mendiskusikan langkah yang akan ditempuh
mereka. Menurut mereka, uang itu pastilah milik pemerintah, yang jatuh dari
mobil pengaman kiriman uang Purolator dan telah tergeletak di pinggir jalan
dekat gudang tua dan properti perusahaan Purolator, berjam-jam lamanya, siang
dan malam. Polisi akan segera mencari tahu siapa yang menemukan uang sebanyak
itu. John dan Jed bertanya-tanya, sebesar apa gerangan hadiah yang akan
diberikan jika mereka mengembalikan uang tersebut. Pikiran seperti itu segera
ditepis jauh-jauh sebelum sempat menemukan jawabannya. Finders Keepers, man!
"Uang ini milikku," kata Joey pada kedua temannya.
"Aku telah bekerja keras sepanjang hidupku. Tanganku kasar dan rusak karenanya.
Dan aku tidak mendapat hasil apa-apa."
Joey bukanlah tipe seorang pria yang pandai berkata-kata, apalagi dengan
ungkapan kata yang tepat bahkan puitis. Akan tetapi Joey merasa pada saat itu
seperti telah tersentuh oleh suratan takdir, oleh tangan Tuhan.
Ia merasa ayahnya tengah tersenyum menatapnya dari surga, atas semua
permasalahannya. Inilah saatnya. Joey memang tidak pernah yakin atas segala
sesuatu dalam hidupnya. Sempurna! Dan ia tidak pernah berbuat salah sebelumnya.
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Tidak pernah menyakiti perasaan orang
lain. Finders Keeper (itulah istilah yang tepat bagi seseorang yang ketiban
untung menemukan uang sebanyak itu dan tidak mengembalikannya, melainkan
menggunakannya untuk kepentingannya sendiri dan aman), jika saja ia tahu
bagaimana cara memanfaatkan uang tersebut.
Joey menghela nafas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia harus
berpikir jernih. "Tidak seorang pun boleh memberitahu orang lain," Joey berkata seakan memberi
perintah pada kedua temannya.
"Kepada ayahku sekalipun?" Tanya Jed.
"Tidak," kata Joey. Tidak kepada siapa pun. Bahkan kepada kedua orangtua ataupun
Patar. John dan Jed begitu terkejut melihat Joey yang santai, tiba-tiba menjadi
seseorang yang begitu serius. Dengan semangat yang menggebu-gebu seperti itu,
bagaimanakah ia dapat mengontrol situasi"
"Aku akan mengurus segalanya," katanya. "Aku tidak ingin mendengar lagi
pembicaraan tentang uang hadiah pengembalian uang ini. Uang ini adalah milikku
milik kita,' Joey mengoreksi pernyataannya. Jika berjalan lancar, mereka berbga
akan mendapatkan jatah masing-masing, tentunya, kata Joey. Jika gagal, tanggung
jawab akan dipikulnya sendiri.
"Percayakan saja semuanya padaku," kata Joey. Joey mungkin saja tampak
sepertinya memiliki kehebatan mengaturan uang tersebut, namun jauh di dalam
dirinya, ia gugup, dan otaknya terus berputar memikirkan cara terbaik
mengamankan uang temuan itu. Masalah ini sepertinya tidak bisa dianggap sepele
sama sekali. Joey harus mencari tahu bagaimana memecah uang nominal seratus
dolar ke dalam nominal yang lebih kecil.
Bagaimana" Ke mana" Joey tahu persis dirinya sedang membutuhkan bantuan. Dan
orang yang pertama muncul dalam benaknya adalah seorang teman pria bernama Carl
Masi. 5 Carl Masi dulunya seorang petinju. Setelah masa Perang Dunia II usai, Masi
menjadi seorang petinju kelas ringan untuk beberapa tahun lamanya sebelum ia
kembali ke Philadelphia dan bekerja sebagai ahli setting. Usianya kini lima
puluh empat tahun, namun masih terlihat gagah dan ototnya kekar, tegap, walau
rambut ikalnya telah memutih. Masi memiliki kekurangan. Ia gagal cangkok
jantung, sudah dua kali bagian depan tubuhnya dibedah; operasi yang dilakukan
dari ujung leher hingga ke bagian perutnya. Doktor selalu memberinya semangat
dan bersikap optimis, tetapi Masi menganggap seolah kematian akan segera
menjemputnya. Keadaan fisiknya yang seperti itu telah membuat perangainya
sedikit lunak, memang sebenarnya ia seorang pria yang berhati mulia. Baginya,
yang kini lebih banyak diam, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang mampu
memberinya kejutan, dan bahkan kemarahan atau rasa takut; atau sesuatu yang
dapat membuatnya bersemangat dan lebih bergairah lagi dalam menjalani sisa
hidupnya. Dua anak gadisnya telah tumbuh dewasa, yang tertua sudah menikah.
Istri Cari, yang bernama Dee, bekerja di bank Fidelity. Karena ia tidak memiliki
pekerjaan tetap, Masi bekerja shift malam sebagai tukang pukul untuk perusahaan
jasa hiburan yang bernama Purgatory Club di Second Street. Perusahaan itu milik
temannya, ia dipekerjakan juga walaupun kondisinya sudah tidak layak lagi untuk
bergelut dengan kekerasan di sana.
Masi mengenal Joey dan keluarganya dari para tetangga yang tinggal di
sekitarnya. Sudah bertahun-tahun lamanya lelaki itu menyukai Joey. Anak yang
tidak memiliki ayah maupun keturunan. Joey memang terkadang bermasalah, ia
pecandu obat terlarang dan sering mabuk-mabukan sehingga kesehatannya mungkin
tidak lebih baik dari kesehatan ibunya, namun Masi menganggap Joey sebagai
seorang anak yang baik hati. Carl akan marah besar jika mengetahui orang lain
memanfaatkan bocah itu. Teman-temannya tahu Joey mendapatkan uang banyak dari
hasil bekerja di pelabuhan, dan mereka pun tahu Joey tidak bisa berpikir
rasional. Ia gampang dibodohi. Jika Joey disuruh pergi dengan segepok uang di
sakunya, maka ia akan pulang dalam keadaan sakau, nyinyir dan luka-luka, bahkan
uang di sakunya pun sudah ludes. Namun Masi sayang pada anak muda ini. Ia tidak
pernah gusar apa pun anggapan orang terhadapnya. Ia tetap menyukai Joey dan
mengharapkan lelaki itu mau memperbaiki perilakunya. Sekali waktu, Cari pernah
mencarikan pekerjaan bagi Joey sebagai seorang penjaga pintu di Purgatory Club.
Di sanalah Joey mulai memahami bahwa Masi memiliki masa lalu yang kelam, dan
pria itu ternyata, adalah salah seorang anggota mafia yang terselubung rapat di
Philadelphia dan Atlantic City.
Sekali nama Carl Masi muncul di benaknya, maka akan terdiam di sana selama
hidupnya. Joey meninggalkan Jed untuk menjaga uang temuannya, ia beserta John
kembali ke mobil Chevy untuk pergi menuju Sunoco station di Oregon Avenue. Dari
sebuah telepon umum koin, Joey menelepon rumah Masi. Anak perempuan Masi
menjawab teleponnya. "Ini Joey. Penting."
"Dia tidak di rumah, Joey," kata anak perempuan Masi. "Coba telepon ke ibu ...
di tempat kerjanya!"
Joey pun memutar nomor telepon bank tempat Dee Masi bekerja.
"Di mana lelaki tua bangka itu berada?" Tanya Joey.
"Ia pastinya akan segera menjemputku," jawab Dee.
"Ada apa, Joey?"
"Apa kau akan segera pulang?"
"Ya." "Bagus kalau begitu. Aku akan menunggu di rumahmu," kata Joey, sembari sedikit
menggoda wanita itu. "Aku punya sesuatu buatmu ..."
Sebelum pergi ke rumah Cari, John mengantar Joey pergi ke rumah salah seorang
pengedar, dan berhasil mendapatkan benda haram yang dibutuhkannya, lalu Joey
menyuruh John memacu terbang mobilnya. Mereka terlebih dulu mampir ke rumah Joey
yang sudah tidak sabar dan mulai mengorek kantong plastik berisi bubuk pubh di
dalam saku jaketnya. Setibanya di rumah, Joey segera meracik bubuk putih untuk disuntikkan ke
tubuhnya. Ia melakukannya di dapur. Prosedur seperti itu bukanlah sesuatu yang
aneh bagi Joey. Ia menaruh sejumput kecil di sendok, lalu menambahkan beberapa
tetes air, dan memanaskan sendok di atas api kompor gas. Setelah tercampur
merata, Joey segera mengambil jarum suntik. Tentu saja kini semakin sukar bagi
Joey untuk mencari nadi yang tepat, karena tangannya telah tumbuh besar dan
kekar serta kuat. Namun Joey sangat memerlukannya dalam kepanikan ini, ia pun melakukannya setiap
setengah jam. Joey kembali ke kamarnya untuk memeriksa kembali uang yang berserakan di atas
kasur. Ia duduk sekian lamanya menatap tanpa kedip tumpukan uang di depan
matanya. Semangatnya kini bertambah menggebu-gebu. Joey mengambil dua buah tas
sekolah Bishop Newman dan sebuah koper persegi empat kecil yang terbuat dari
bahan karbord, dari lemarinya. Ia menyusun rapi bundel uang tersebut, kemudian
menutupinya dengan kantong kanvas putih. Joey dan John kemudian pergi menuju
rumah Masi di South 29th Street.
"Ia punya koneksi hebat," Joey menjelaskan pada John, yang maksudnya adalah Masi
memiliki koneksi dengan kelompok mafia rahasia.
"Carl pasti tahu apa yang akan dilakukannya dengan uang sebanyak ini,"
kata Joey. Anak perempuan Masi mempersilahkan kedua anak muda itu masuk. Mereka
membawa koper dan kedua tas itu ke dalam sebuah kamar tamu di lantai dua. Joey
menyimpan barang bawaannya di atas kasur ruang tamu tersebut.
Joey mengeluarkan uang dari koper dan tas. Setiap bundel kecil ($10.000)
diberinya tanda tiga buah inisial huruf sesuai dengan teller di antara keduanya
yang telah selesai menghitungnya. Joey kagum pada keindahan dan rapinya paket
sebap bundel uang tersebut. Lalu uang ditumpuk berdasarkan inisial. Kini Joey
mulai melepas pembungkus plastik dan tag uang. Setelah Joey berhasil
mengumpulkan semua plastik dan kertas bekas pembungkus uang, ia memasukkannya ke
dalam kantong kanvas, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik belanjaan yang
telah dilapis rangkap dua. Ia meminta sekaleng cairan minyak dari anak perempuan
Masi, lalu pergi ke serambi kecil di belakang rumah. Joey memasukkan benda tadi
ke dalam tong sampah, menyiramnya dengan cairan isi lighter kemudian
membakarnya. John berdiri menunggu barang-barang itu hancur terbakar dan
menambahkan lebih banyak cairan lighter.
Kertas, kain, dan plastik hancur, dan kini yang tersisa tinggallah lempengan
logam tag kantong uang yang telah mencair dan menggumpal, terlihat bulat seperti
disc kecil. Setelah dingin, ia memasukkan disc tadi ke dalam sakunya. Joey tidak
ingin meninggalkan jejak.
Sementara Joey sibuk dengan tugasnya, John pergi untuk menjemput Jed. Joey
kembali ke ruang tamu dan kembali mengatur uang, setiap tumpukan terdiri dari
$50,000, ia pun memasukkannya ke dalam laci meja samping. Joey pergi ke dapur
untuk menunggu Carl dan Dee pulang. John dan Jed telah kembali kemudian
menghempaskan tubuh mereka di atas sofa ruang tamu Masi.
Carl dan Masi tiba di rumah sekitar pukul empat sore. Joey menyambut keduanya di
ambang pintu. "Ayo ke lantai atas" ajak Joey. "Aku punya sesuatu." Masi pikir Joey tengah
mabuk berat. Masi juga melihat selidik pada kedua orang pria yang duduk di ruang
tamu, yang belum dikenalnya. Joey menyuruh kedua temannya untuk menunggu di
ruang tamu, sementara ia dan Masi serta Dee segera bersama-sama menaiki tangga.
Di kamar tamu, Joey menarik laci yang telah penuh uang. Carl dan Masi memandangi
uang sebanyak itu tanpa mampu berucap.
"Joey, apa kau telah membunuh seseorang?" Tanya Masi yang akhirnya dapat
mengeluarkan suara. "Tidak," jawab Joey sambil tertawa.
"Apa kau melukai seseorang?"
"Tidak!" Joey sudah tidak sabar dengan respons dingin dari kedua orang kenalannya itu. Ia
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengeluarkan uang dari dalam laci kemudian menumpuknya di atas kasur. Joey
mengangkat tubuh Dee dan menidurkannya di atas tumpukan uang tersebut. Dee
tertawa. Masi hanya diam menatap keduanya. Ia masih bingung dari mana Joey
mendapatkan uang sebanyak itu, namun Masi tahu uang itu bukanlah mutlak milik
Joey Coyle. Lalu ia ingat. Dari berita di radio yang didengar di mobilnya, Masi
mendengarkan berita tentang hilangnya uang satu juta dolar yang terjatuh dari
sebuah mobil boks armor. "Aku telah mendengar berita kehilangan uang ini," katanya. "Ini uang yang jatuh
dari sebuah mobil boks, bukan?"
"Ya...," jawab Joey.
"Joey, kau harus segera menghubungi pengacara untuk mengatur pengembaliannya
pada Purolator dan kau akan mendapat hadiah dari mereka."
"Tidak bisa, Carl. Uang ini milikku. Aku yang menemukannya."
"Joey, aku tidak bisa membiarkanmu menahan uang itu."
"Lalu bagaimana bisa mereka tahu bahwa aku yang menyimpannya?"
Masi tahu Joey, dan ia juga tahu tidak mungkin Joey dan kedua temannya yang
sedang duduk di lantai bawah, akan dapat menyimpan rahasia seperti itu. Mereka
terlalu bersemangat, terlalu muda, dan terlalu ceroboh. Masi juga tahu bagaimana
sikap Joey ketika ia sedang dalam pengaruh narkoba.
Dalam dua hari saja kabar itu akan tersebar luas di seantero South Philly, sukar
untuk dicegah lagi. "Mereka telah mengetahui ciri-ciri mobil yang kalian pergunakan ketika mengambil
uang itu,' kata Masi. "Aku mendengarnya di radio berulangkali. Sebuah Chevy
marun dengan bumper warna biru. Yang sekarang sedang diparkir di depan rumahku.
Kau gila, Joey." Joey sejenak merasa panik. Tidak terpikir olehnya sebelum itu bahwa seseorang
telah melihat mereka ketika mengambil uang tersebut.
"Aku datang menemuimu untuk meminta bantuan," kata Joey. Joey menjelaskan bahwa
dirinya menelepon Masi karena ia tahu pria yang dipercayanya itu memiliki
koneksi khusus. Joey ingin seseorang yang kuat dari kelompok mafia menolongnya
menukarkan uang pecahan seratus dolar menjadi pecahan yang lebih kecil. Ia juga
rela berbagi, katanya. "Bisakah kau menghubungi kenalanmu" Untuk memecahkan nominal seratus dolaran
menjadi pecahan yang lebih kecil?"
Apa pun rencana yang akan mereka lakukan, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menghilangkan jejak, menghancurkan mobil itu.
Mobil marun yang kini berada di depan rumah, berlagak dengan gagah seperti
bendera yang berkibar. Saat itu jam telah menunjukkan pukul empat tiga puluh
menit. Berita sore media masa lokal akan disiarkan pada jam enam sore. Saat
itulah, setiap orang di kawasan Philadelphia akan mulai mencari-cari mobil Chevy
yang bumpernya warna biru.
Joey dan Carl turun ke lantai bawah untuk menjelaskan pada John bahwa mobil
ayahnya harus dimusnahkan. John histeris ketakutan.
"Mobil itu punya ayahku!" kata John. "Apa yang harus aku katakan kepada ayahku"
Apa yang akan kalian lakukan pada mobilnya?"
"Dengar, kami hanya akan membawa mobil itu melewati jembatan dan meninggalkannya
di Jersey untuk beberapa waktu saja," jawab Joey. "Jika kita tidak menyingkirkan
mobil itu, tentu akan mudah bagi pihak yang berwajib dalam melacak keberadaan
kita." John menurut, ia segera pergi menuju mobilnya, mengambil beberapa surat penting
dan mencopot identitas mobil, kemudian menyerahkan kuncinya kepada Joey. Joey
segera mengemudikan mobil Chevy, dan Masi mengikutinya dari belakang mengendarai
mobilnya. Joey menahan nafas ketika menyeberangi jembatan Walt Whitman.
Pandangan matanya tidak pernah berhenti melihat ke depan, lalu ke spion kiri,
kanan, dan kaca spion di atas kepalanya, untuk memastikan situasi di belakangnya
aman. Ia telah memperkirakan tempat untuknya segera menepi. Joey mengemudikan
mobil itu hingga 200 blok arah Mercer Street di Gloucester, dekat sebuah
galangan kapal laut, di mana kakaknya, Billy, bekerja di situ sebagai
supervisor. Joey kemudian memarkirnya di sana. Usai memarkir mobil ayah John,
Joey dan Masi pergi ke bar untuk minum dan sekadar menghilangkan stres. Mereka
tiba di bar menjelang berita sore disiarkan. Apa yang telah terjadi dengan
peristiwa hilangnya uang itu, kini menjadi berita utama. Uang Raib, itulah judul
berita yang terpampang di monitor televisi di depan mereka. Reporter menunjukkan
foto mobil boks armor yang menjatuhkan kotak uang metal serta kawasan seputar
properti Purolator. Pihak eksekutif perusahaan tersebut, juga diwawancarai. Ia
terlihat gugup. Joey menonton dengan perasaan bangga dan seolah berkuasa,
mungkin itulah saat kali pertama dalam sejarah hidupnya, Joey merasakan
kebanggaan sebuah kekuasaan.
Joey adalah orangnya! Joey punya uang banyak! Ia bangga akan dirinya yang baru
saja melenyapkan bukti, mobil Chevy Malibu itu. Kerja bagus.
Banyak kaum pria yang dirinya merasa yakin akan dapat bertahan dalam masa
krisis, namun berapa banyakkah dari mereka yang benar-benar telah diuji dalam
kasus nyata" John dan Jed menunggu di rumah Masi bersama Dee dan anak gadisnya. Dua jam
kemudian, Joey dan Masi muncul. Mereka juga telah menonton berita heboh itu di
televisi, kedua pria teman Joey sempat gusar dibuatnya. Sementara Joey tidak
bersama keduanya, kaki mereka berkeringat dingin.
"Apa yang kau lakukan pada mobil ayahku?" Tanya John.
"Jangan khawatir," jawab Masi. "Kita seharusnya telah menghancurkan mobil itu,"
kata Joey menimpali. John bertambah ketakutan. "Itu mobil ayahku!"
"Oke, oke, Jesus!" kata Joey. "Kita akan membelikannya sebuah mobil baru. Bahkan
tiga buah mobil baru sekaligus! Katakan kepadanya saat ini kau sedang mengecat
ulang mobil ayahmu. Dia akan mendapatkan mobilnya kembali dua hari lagi."
Keenam orang itu lalu duduk bersama di ruang tamu rumah Masi yang sempit,
sembari menonton televisi serta mendiskusikan pendapat atas apa yang baru saja
didengarnya dari berita tadi. Mereka memang agak terkejut betapa berita
kehilangan uang itu telah menjadi sebuah berita yang menggemparkan. Semua yang
hadir di sana menyarankan pada Joey agar segera mengembalikan uang temuannya
itu. "Jangan cemas, kalian semua tidak perlu khawatir," kata Joey, dengan nada suara
tinggi karena hampir kehilangan kesabarannya. "Kita tidak pernah tercatat
sebagai warga yang pernah melakukan kejahatan. Jika sesuatu yang tidak
diharapkan terjadi saat ini, itu kesalahan mereka sendiri, bukan kesalahan kita!
Misalnya, atas kecerobohan mereka sendiri uang itu telah jatuh dan kini raib.
Lagipula tidak seorang pun menyebut Purolator akan memberikan imbalan. Kita
tenang saja, tidak perlu ribut. Kita kaya.
Mereka tahu uang itu telah hilang, tetapi mereka tidak akan pernah tahu uang
mereka ada pada kita."
6 Apa yang terjadi selanjutnya sore itu adalah sebuah bagian cerita yang menjadi
bias. Salah satu kelompok bisnis yang berpengaruh di Philly selatan ini adalah
kelompok mafia yang cara kerjanya begitu rapi, terselubung, dan kuat; telah
berjalan untuk waktu yang cukup lama, hirarkis, organisasi kejahatan wilayah
setempat. Anggotanya terdiri dari siapa pun yang akan tersenyum dan
menggelengkan kepala, menyangkal keberadaan mereka, atau bahkan bersumpah bahwa
isu tentang mereka hanyalah kabar burung semata. Sudah beberapa kali terjadi
dalam satu tahun saja, telah ditemukan seorang pria yang segar bugar, sehat wal
afiat, penduduk South Philly sendiri; ditemukan tengah duduk di jok dalam
mobilnya atau bahkan sedang meringkuk di bagasi, dengan perutnya kembung penuh
pasta dan terlihat sebuah lubang bekas peluru panas di jidatnya. Para korban
adalah orang baik-baik, kebanyakannya; rata-rata dari mereka taat beribadah,
rajin pergi ke gereja sebap hari minggu, dan biasanya mereka membersihkan mulut
anak-anaknya dengan sabun karena bersumpah tidak tahu menahu bentuk kejahatan
apa pun yang terjadi di seputar kawasan tempat tinggal mereka.
Bayangan akan dunia kejahatan yang terselubung di South Philly ini, hanya
disimpan rapat di dalam hati saja; bahkan untuk membicarakan kejelekan orang
tertentu pun sudah dianggap dosa. Segala sesuatu rahasia tentang kebohongan dan
kejahatan tertutup rapat. Bahkan mereka yang sebenarnya ingin menceritakannya,
sudah kadung merasa takut. Banyak hal yang terlihat janggal akan segera menjadi
rahasia; dan kebenaran seolah tertutup untuk diungkap, bahkan serum hukum,
persidangan, sumpah seperti apa pun, tidak akan mampu menembusnya.
Malam itu, seorang pria dari bayangan kelompok rahasia itu datang ke rumah Masi.
Namanya Sonny. Berusia lima puluh tahunan, bertubuh pendek dan gemuk, mengenakan
kacamata dan jidatnya lebar. Suaranya berat dan parau. Joey mengetahui orang itu
bernama lengkap Mario "Sonny"
Riccobene, adik seorang pria bercambang lebat dan bungkuk bernama Harry
Riccobene. Kedua orang itu namanya sudah dikenal masyarakat sebagai dua orang
pemimpin yang kuat di Philadelphia, dan sepertinya, seakan kebal dari hukum apa
pun yang berlaku di sana. Joey merasa sedikit ketakutan sekaligus merasa senang
duduk bersama orang itu dalam satu ruangan. Ia, Masi, dan Sonny kemudian pergi
ke lantai dua, ke kamar di mana uang masih ditumpuk di atas kasur, sementara
yang lainnya menunggu di lantai bawah.
"Ada apa" Apa kau punya masalah?" Tanya Sonny.
Joey menunjukkan setumpuk uang cash padanya. Ia menjelaskan uang itu milik
Purolator. Uang yang terjatuh dari mobil boks sebanyak satu koma dua juta dolar.
"Apa kau akan mengembalikannya?"
"Aku pikir kelihatannya, sepertinya, bu...bu... bukanlah kejahatan apa yang aku
lakukan ini," jawab Joey terbata-bata. Ia berbicara gagap karena gugup dan
terobsesi bayangan kesenangan memiliki uang sebanyak itu.
"Apakah mereka menjanjikan hadiah bagi siapa pun yang mengembalikannya" "
"Sepertinya, uang ini sedang dicari pihak kepolisian beritanya gempar disiarkan
di televisi dan radio namun belum terdengar pernyataan dari pihak pemilik uang
tentang kesediaan mereka memberikan imbalan maupun berapa jumlah hadiah yang
akan diberikan," jawab Joey.
"Jadi kupikir, orang-orang ini telah kehilangan satu poin dua juta dolar dan
bodohnya tidak mau mengumumkan pemberian imbalan bagi yang mengembalikannya! Dan
uang itu sedang ada di hadapanku, uang asli, dan mereka, tidak sedikit pun, sama
sekali tidak peduli, nol besar, untuk menawarkan hadiah atau imbalan apa pun,
kau paham apa maksudku..., kan" Hey, aku tidak serakah, tapi tolong tunjukkan
padaku suatu bukti niat yang baik itu."
"Apa yang akan kau lakukan dengan uang sebanyak ini?" Tanya Sonny.
Joey telah sempat berpikir sewaktu menunggu kedatangan Sonny, dan kini ia
mengungkapkan rencananya pada lelaki itu.
"Dengar, kupikir akan bijaksana jika kita menyimpan uang ini dan memisahkannya
ke dalam tiga bagian. Empat ratus buatmu, empat ratus buatku, dan empat ratus
lagi buat Carl. Tiga arah yang berbeda, bukan"
Dengan begitu, jika aku tertangkap, kita masih memiliki delapan ratus ribu dolar
ketika aku dibebaskan dari tahanan. Kau bawa empat ratus dan kembalikan tiga
ratus dalam pecahan uang kertas dengan nominal yang lebih kecil. Ambillah
seratus ribu dolar untukmu pribadi. Apa pun itu istilahnya. Kau tahu maksudku,
bukan" Jadi, kau pecahkan uangku yang tiga ratus ribu dolar ke dalam nominal
yang lebih kecil, sesegera mungkin, dan yang seratus ribu dolar adalah upahmu,
karena telah melakukannya untukku."
Sonny mengangguk. Joey duduk sendiri di kasur di antara tumpukan uang sementara
Carl dan Sonny keluar untuk berdiskusi. Mereka kini kembali ke ruangan tadi.
"Aku rasa aku bisa melakukannya, " kata Sonny. "Kami bisa membawanya ke kasino
dan memainkan uang ini. Menang sekian dan kalah sekian, namun cara memutar uang
akan secepat mungkin sebisa kami. Dan kami ahli dalam hal itu. Nomor seri uang
tidak berurut, tentu itu memudahkan kami. Mungkin dalam satu dua hari saja akan
beres." Joey sangat bahagia mendengarnya. Lebih cepat dari sekadar bantuan yang pernah
dibayangkannya. Mungkin ini salah satu cara pengenalan dan penerimaan diri dari
seorang pria yang berpengaruh dalam organisasi besar dan kuat itu. Mereka
ternyata menyukai rencana Joey! Joey merasa ... ya ...
tersanjung, terhormat. Joey lalu memisahkan uang menjadi tiga tumpuk, lalu
memisahkan bagiannya sendiri, kembali dimasukkan ke dalam koper berwarna hitam.
Sonny dan Masi menaruh tumpukan uangnya ke dalam kantong kertas besar warna
coklat. Keduanya kembali ke lantai bawah.
Sebelum meninggalkan rumah, Sonny melirik pada John dan Jed kemudian menempelkan
telunjuk di bibirnya. Kemudian ia mengangkat ibu jarinya ke atas, menunjuk ke
arah mereka, lalu serta merta membalikkannya menunjukkan ibu jarinya ke bawah,
ke lantai. Sonny berlalu meninggalkan mereka yang sedang melamun. Keduanya
mengerti maksud isyarat jari yang diberikan Sonny tadi.
Nyawa Carl Masi ternyata masih bertahan di raganya jauh lebih lama dari yang
diperkirakan dirinya. Bahkan mungkin di tahun-tahun berikutnya, ia masih akan
sempat membeberkan kisah Joey Coyle dan uangnya. Ia tentu saja akan
menghilangkan bagian cerita tentang seorang pria yang datang ke rumahnya malam
itu. "Bukankah ada seorang pria lain yang datang ke rumahmu malam itu?" Tanya Joey
pada Masi setelah cerita tentang kisah temuan uangnya menjadi terkenal.
"Ke sini?" "Ya. Orang lainnya yang sedang berada di sini saat itu, mengatakan bahwa Sonny
Riccobene telah datang menemuimu malam itu."
"Tidak mungkin. Mana mau Sonny Riccobene menginjakkan kakinya di rumahku."
"Joey telah menyuruh seseorang datang ke rumahku tapi dia bukanlah Sonny
Riccobene. Anak-anak muda itu memang brengsek. Aku kenal Sonny Riccobene. Mereka
pastilah telah salah menduga. Aku bertaruh jika saja kuajak mereka untuk bertemu
dengan Sonny Riccobene yang asli, face to face, tentu saja mereka tidak akan
mengenal pria itu." "Apa kau tahu siapa yang datang ke rumahmu malam itu?"
"Seseorang ... ya. Tapi bukanlah Sonny Riccobene. Kuharap anak-anak itu berada
di sini sekarang, bertatap mata denganku, ketika mengatakan padamu tentang
kunjungan pria itu ke rumahku. Karena mereka salah. Mereka tetap bersikeras pria
itu adalah Sonny Riccobene.
Namanya memang 'Sonny'. Menurut mereka pria itu Sonny Riccobene.
Bohong besar. Seratus persen salah. Apa kau pikir seorang pria seperti Sonny
Riccobene akan rela membiarkan seorang pemuda kampungan seperti Joey Coyle
mendapatkan jatah dua pertiga dari uang temuan tersebut" Mungkin mereka sudah
gila, menyebarkan gosip seperti itu. Sonny Riccobene tidak pernah datang ke
rumahku malam itu. Dan itulah yang sebenarnya terjadi."
7 Rencana Joey sudah mulai berjalan, ia merasa bagaikan ksatria yang baru saja
berhasil melumpuhkan raksasa ke tanah. Walaupun Joey tahu pertandingan belum
usai, ia kembali dapat menarik nafas lega untuk kali pertamanya sejak ia dan
kedua temannya menemukan uang itu siang tadi.
Segera setelah Sonny pergi, Masi mengantar Joey, John, dan Jed, kembali ke Front
Street. Mereka meninggalkan sisa uang $800,000, jatah Joey; di dalam laci meja
kamar tamu di rumah Masi. Dengan demikian Joey dan kedua temannya merasa bebas
dari beban perasaan seakan sedang dikejar-kejar oleh pihak kepolisian.
Masi telah mengatur agar seorang temannya menyewakan mobil sesuai dengan impian
Joey jika ia menjadi kaya. Sebuah mobil Caddilac El Dorado warna hijau mutiara
dengan atap convertible, dapat dibuka tutup, warna putih serta interior yang
juga bernuansa putih. Sungguh sempurna.
Seorang gadis kurus, kecil, berambut pirang bernama Linda Rutter, sedang
menunggu di rumah Joey. Linda baru berusia delapan belas tahun.
Joey adalah pacar gelap Linda karena gadis ibu telah mempunyai seorang pacar
resmi, dari kalangan yang lebih terhormat, yang mana Joey tidak mengetahuinya.
Hubungan keduanya telah berjalan satu tahun. Di rumah Joey, Linda menemukan
selembar cek senilai tujuh ratus dolar, dalam sebuah amplop surat yang
tergeletak di atas lantai di bawah pintu. Linda telah membawanya ke tempat
pencairan cek yang letaknya tidak jauh dari area perumahan Joey. Mereka telah
mengenal Linda dan Joey yang sering mencairkan ceknya di sana. Linda telah
berhasil menguangkan cek tersebut.
Ia tahu Joey sedang haus akan uang itu, lagipula Linda sudah tidak sabar untuk
bersama-sama fly dengan Joey malam itu. Ketika Joey pulang, Linda melihat
pacarnya sudah berada dalam pengaruh obat terlarang. Tanpa ragu, Joey serta
merta membocorkan rahasianya pada gadis itu.
"Akulah orangnya!" Kata Joey.
"Orang apa?" "Orang yang menemukan uang itu!"
"Uang apa?" Tanya Linda sembari menatap Joey yang sedang menyeringai.
"Uang milik Purolator."
Keduanya berjingkrak-jingkrak saking gembira. Joey menyiapkan jarum suntik untuk
Linda dan untuknya. Mereka bergumul di tempat tidur sepuasnya sore itu. Petang
hari, mereka pergi untuk berbelanja keperluan sehari-hari di Pathmark
Supermarket yang berlokasi di Oregon Avenue.
Ketika keduanya kembali ke rumah Joey dengan tangan penuh kantong plastik
belanja, didapati John dan Jed sedang menunggunya.
Joey tidak sedang bergairah untuk bercengkrama dengan mereka. Ia tahu Sonny
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah membuat kedua temannya ketakutan dengan menyuruh keduanya untuk tidak
mengatakan pada siapa pun mengenai uang yang mereka temukan. Oleh karenanya Joey
berkata bahwa ia tidak ingin membicarakan urusan mereka di depan pacarnya
melainkan untuk bertemu kemudian di sudut jalan tempat biasa mereka nongkrong.
John dan Jed berlalu. Keduanya menunggu di tempat yang telah ditetapkan Joey.
Namun ketika melihat Joey dan Linda keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil
Cadillac lalu tancap gas; keduanya hanya bisa diam sembari menatap Joey dengan
penuh amarah. Joey pergi ke rumah kakak perempuannya, Ellen, yang letaknya hanya beberapa blok
dari rumah ibunya. Ellen sedang menyeterika. Tubuhnya gemuk, berambut pirang,
pintar, pandai bergaul yang usianya tertaut enam tahun lebih tua dari Joey,
serta berusaha memberi perhatian pada Joey dengan perlakuannya seperti kepada
anaknya sendiri. Ellen melihat Joey sebagai seorang pria lemah, mudah rapuh
namun artistik dan memiliki suatu kekurangan di mana Ellen tidak dapat
menjelaskan apakah sebenarnya itu.
Mungkin kedewasaan atau rasa percaya diri Joey, bahkan untuk mengurusi hidupnya
sendiri pun, belum bisa diandalkan. Bukan hanya karena kehidupan Joey
berantakan; Joey juga menolak untuk memanfaatkan keahlian dan peluang yang
dimilikinya. Seperti hampir sama dengan keadaan di mana ia akan takut untuk
mencoba, takut akan suatu komitmen apa pun. Karena menurut Joey, kesuksesan
tentu saja akan meminta pertanggung jawaban, dan Joey tidak memiliki cukup rasa
percaya diri untuk dapat memikul suatu tanggung jawab. Seperti ketika Joey
menciptakan sebuah alat, untuk menghindarkan para pengemudi yang keluar masuk
lokasi pelabuhan di mana gerakan lift bisa saja membahayakan mereka.
Sebenarnya ide yang ia berikan cukup cemerlang memang berasal dari buah
pemikirannya, serta semua orang menyetujuinya. Metode yang diterapkan Joey cukup
praktis dan dapat diterapkan di sana. Ellen menyankan agar ia membuat detil cara
kerja dan aturan mainnnya, serta segera menemui pengacara untuk mempatenkan
prakarsanya. Dengan demikian, tentu Joey akan mendapatkan keuntungan, semacam royalti dari
perusahaan perkapalan. Joey melakukannya dan segera pergi menemui seorang
pengacara, namun ketika pengacara menelepon dan meninggalkan pesan untuknya,
Joey tidak pernah kembali menemuinya. Orang akan dibuat pusing olehnya
memikirkan apa sebenarnya kemauan Joey yang menghindar dari suatu urusan yang
tengah mendekati kenyataan seperti itu. Itulah Joey. Orang menyenangi Joey.
Dengan kualitas kekanak-kanakannya itulah mereka senang padanya, dan akibatnya
bagi Joey, ia lamban untuk dapat berpikir dewasa. Ellen, sebaliknya, adalah
seorang wanita tangguh. Ellen telah merasa jauh lebih cemas pada Joey setelah
ibunya sering terbaring karena sakit, di tempat tidur, yang akhirnya pindah dari
rumah lamanya ke apartemen Ellen. Ellen tahu ia seorang pemakai, pecandu berat
obat terlarang dan sedang menganggur. Ellen sangat mencemaskannya. Ellen hanya
mampu mendoakan adiknya agar perilakunya menjadi lebih baik dan itulah hal
terbaik yang dapat dilakukannya saat ini.
Joey meninggalkan Linda sendiri di dalam mobilnya. Ia pergi ke lantai dua untuk
menemuinya ibunya yang sedang duduk menonton televisi bersama anak perempuan
Ellen yang berusia delapan tahun, Katie. Ibunya sedang duduk di atas kasur.
Penyakitnya terlihat semakin parah. Katie duduk di lantai sambil menonton
televisi. Joey menghabiskan waktu sekitar lima belas menit berbicara dengan
mereka. Ia tidak bisa menahan diri menceritakan rahasia besarnya pada gadis
kecil itu. Joey memintanya untuk bersumpah bahwa Katie tidak akan memberitahu
siapa pun. Dengan kedua matanya terbelalak, Katie mengacungkan dua jarinya,
bersumpah. Joey menceritakan tentang dirinya yang telah menemukan uang dalam
jumlah yang sangat banyak dan menyatakan pada Katie bahwa mereka sekarang kaya
raya. "Kau adalah anak kesayanganku, tidak perlu khawatir akan masalah apa pun," kata
Joey kepada Katie, "Aku akan pergi untuk sementara waktu, tetapi tidak lama lagi
aku akan segera mengirimkan uang untuk kalian. Kita akan membawa mama keluar
dari kota ini, dan mencarikan dokter terbaik untuk menyembuhkan penyakitnya."
Ketika Joey kembali ke ruang bawah, Ellen melihat wajah adiknya sedang kesal.
Oleh karena itu ia segera menawarkan secangkir kopi pada Joey.
"Tidak usah, terima kasih," jawab Joey. "Aku harus segera pergi."
Katanya semban mengitari ruangan, pergi mendekati jendela lalu menatap ke luar,
ke jalan di mana ia memarkir mobilnya.
"Ada apa, Joey?" Tanya Ellen.
"Tidak ada apa-apa. Semua baik-baik saja. "
Joey lalu berpamitan dan bergegas pergi.
HARI KEDUA Jum'at 27 Februari 1981 1 Siapakah orangnya yang tidak pernah bermimpi atau mengharapkan memiliki uang
banyak senilai jutaan dolar; baik dengan cara menemukannya di suatu tempat,
memenangkan lotere, maupun dari warisan leluhur"
Mungkin sudah diperdebatkan banyak orang, di antara para penduduk Philladelphia
khususnya, bahwa berita tentang nasib buruk yang dialami oleh Purolator Armored
Car Co., walaupun tidak seheboh berita kunjungan Presiden Ronald Reagen ke
Perdana Menteri Inggris untuk mendiskusikan wacana perdagangan internasional;
atau berita teror pembunuhan anak-anak yang menggemparkan kota Atlanta korban
pembunuhan berantai; maupun tentang debat pengiriman pasukan militer ke Amerika
Tengah. Akan tetapi pada headline berita koran terpampang dengan tulisan besar
di halaman muka berjudul: $1,2 JUTA DOLAR JATUH DARI MOBIL BOKS DUA KANTONG UANG
RAIB. Para penduduk kota itu tengah sibuk mencari berita paling panas tersebut. Lalu
beragam komentar terdengar di seputar jalanan Broad Street dan Market Street, di
dalam kereta bawah tanah dan di tengah desakan para penumpang yang memadati bus.
Kondisi seperti itulah yang saat ini sedang terjadi.
Seorang penulis, kolumnis Philadelphia Daily News telah mempersiapkannya dengan
matang dan ulasannya muncul di halaman muka surat kabar tersebut.
"Aku telah berfantasi tentang langkah apa yang akan aku lakukan jika aku
menemukan uang sebesar $1,2 juta...," Greg Walker mengawali ulasannya. "Yang
mana kami semua belum pernah mengalaminya..."
Kalaupun hal itu terjadi, walau mustahil, aku telah sempat berkhayal, aku akan
segera mengamankan sebagian besar uang itu, lalu pergi ke Key West, Florida.
Pada saatnya semua orang menyadari akan uang yang hilang itu, maka saat itu aku
telah berada di pantai yang lautnya berwarna hijau dan indah, dengan ratusan
dolar berada dalam saku, dan duduk santai layaknya seorang cowboy kokain.
Perjalananku ke wilayah paling ujung selatan benua Amerika itu tentu dengan
didasari kesadaran penuh bahwa di sana beredar jauh lebih banyak pecahan seratus
dolar daripada jumlah yang telah lenyap dari tangan Purolator."
Seorang penulis lainnya yang tidak mau disebutkan namanya, memberikan
pendapatnya bahwa ia akan menyembunyikan uang tersebut di suatu tempat yang
paling aman, lalu segera pergi jauh ke luar negeri untuk waktu yang lama, dengan
tetap menggunakan kartu kredit dan uang cash dari tabungan yang dimilikinya,
walau harus dihabiskannya hingga bokek, yang pada akhirnya satu atau dua tahun
kemudian, ia akan pulang dan menemukan harta karun yang telah dipendamnya
sendiri, dan pada saat itulah situasi telah benar-benar aman. Elizbeth Delaney
seorang warga South Philly berkomentar bahwa kemungkinan besar ia akan
mengembalikan uang temuan itu, namun temannya tentu saja menyarankan agar segera
pergi berlibur ke tempat jauh, dengan menggunakan semua fasilitas mewah,
membayar lunas semua tagihan dan utang-utangnya, serta berjudi dengan taruhan
besar di Atlantic City. Steven Farmer, seorang butcher yang telah berpengalaman di kota besar,
cosmopolitan; menyatakan pada wartawan bahwa uang tebusan atau hadiah yang
diberikan terlalu kecil: "Di Eropa, jika seseorang mengembalikan uang milik
orang lain yang ditemukannya, pihak pemilik uang akan memberinya 20% dari nilai
keseluruhan uang yang hilang tersebut. Jika aku sendiri menemukan uang tersebut,
aku akan sangat ketakutan untuk mempergunakannya, dan tentunya aku takut
dipenjara. Aku punya teman yang bekerja di Federal Reserve Bank dan ia menyebutkan setiap
lembar uang kertas memiliki nomor seri tersendiri yang berbeda satu sama lain,
serta nomor kode dan referensi lainnya, terutama untuk jumlah uang yang sangat
besar." Tentu saja jalan terbaik dalam kasus seperti ini adalah dengan mengembalikan
uang tersebut kepada pemiliknya. Tidak perlu dipertanyakan lagi. Semua ulasan
berita itu tidak lain untuk memberikan pemahaman pada masyarakat, karena di
negara bagian Pennsylvannia, sebagai contoh, dengan menyimpan uang milik orang
lain sebesar minimal $250 saja, sudah merupakan sebuah kejahatan, apalagi jika
penemu uang tidak berusaha mencari tahu siapa pemilik uang tersebut yang
sebenarnya. Namun demikian tentu di salah sudut pikiran setiap orang pun akan terbersit
suatu niat untuk menyimpan uang temuannya. Orang masih saling bertanya: Apa yang
akan kau lakukan" Terdapat sebuah berita lain yang menarik perhatian masyarakat
South Philly saat itu. Pihak kepolisian telah menemukan jasad Frank Stillitano,
berusia tiga puluh tahun, mati di sebuah tempat parkir Philadelphia Intemational
Airport. Stillitano, yang tengah dicari polisi untuk diinterogasi berkenaan
dengan sebuah pembunuhan yang dilakukan geng mafia, telah terbunuh dengan dua
buah peluru bersarang, satu di kakinya dan satu lagi di dekat telinganya. Dia
ditemukan di dalam sebuah bagasi mobil yang telah diparkir di sana untuk waktu
yang cukup lama, Berita itu merupakan salah satu berita terkini tentang
pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh mafia terdapat selusin laporan kejadian serupa di tahun 1981 yang telah tersulut oleh usaha
pembunuhan pada boss mafia Philadelphia mereka, Angelo Bruno. Berita tentang
pembunuhan terbaru ini telah menyebar di lingkungan sekitarnya, bahkan tanpa
diberitakan media massa modern sekalipun.
Masih pada surat kabar yang sama, Letnan Jimmy Potocnak, kepala investigator
yang beranggotakan dua belas orang detektif di South Detective Division, telah
ditugasi untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia dibuat geram oleh reporter
lantaran mewawancarainya ketika ia sedang melakukan penyelidikan.
"Kupikir orang atau sekelompok orang yang menemukan uang tersebut, terlalu takut
untuk mengembalikannya, " katanya. "Walaupun kami sebenarnya tidak akan menahan
dan memenjarakannya."
Sang letnan ingin memastikan sang reporter untuk menuliskan nomor telepon
pribadinya di kantor kepolisian jika seseorang ingin melapor padanya dengan aman
tentang temuan uang tersebut: MU-6-7640 dan MU-6-3013. Pastikan agar nomor
telepon terpampang jelas di surat kabar.
Begitulah, Letnan Potocnak menjelaskannya pada wartawan.
2 Joey Coyle dan pacarnya, Linda Rutter, tidak sempat membaca surat kabar.
Kala itu masih dini hari di seputar area Franklin Birdge. Joey mengemudikan El
Dorado mengitari sebuh gedung berstruktur baja perusahaan Alexander Calder milik
Pak Ben tua, lalu bergabung dengan ramainya lalu lintas pagi itu. Berita tentang
uang satu juta dolar yang hilang, yang kini berada padanya, memenuhi berita pagi
di semua siaran radio. Linda tidak henti-hentinya menekan tombol radio untuk
mengganti frekuensi. Joey tidak benar-benar menyimaknya. Ia sudah terlalu payah
karena pengaruh efek narkoba dan tubuhnya menggigil hebat. Sejak kemarin, sudah
berapa banyak racun yang menjalar dalam tubuhnya akibat ia menyuntikkannya
dengan interval waktu yang begitu singkat. Hal terbaik yang dapat dilakukannya
sekarang hanyalah duduk, diam dan berusaha konsentrasi di depan stir. Ia dan
Linda telah menghabiskan waktu semalaman bersenang-senang di dalam kamar Admiral
wilson Motel, di mana nama mereka terdaftar sebagai Tuan dan Nyonya Joseph
Coyle. Joey tidak bisa tinggal di motel itu terlalu lama. Luapan kegembiraan
kedua insan tersebut, dipacu oleh kesenangan akan bayangan memiliki uang
melimpah dan pengaruh obat terlarang. Keduanya tidak bisa tidur. Seks, alkohol,
dan obat bius; selalu seperti itu ... Joey tidak pernah merasa puas. Ia tidak
merasa lapar dan tidak pernah mengantuk. Mereka meninggalkan dari motel karena
desakan Linda yang ingin melihat uang temuannya.
Sejujurnya, Joey merasa cemas. Ia mulai khawatir temannya. Carl Masi dan rekan-
rekannya dari geng mafia, tidak akan tinggal diam menatap tumpukan uangnya. Joey
mulai berpikir mungkin mereka akan mengkhianatinya.
Kecemasan Joey semakin meningkat ketika ia dan Linda tiba di rumah Masi,
mendapab kedua orang yang telah dikenalnya sedang berduaan di dapur. Sonny serta
merta berdiri ketika mereka memasuki ruangan itu dan segera berlalu tanpa
berbicara sepatah kata pun.
"Kami ingin memastikan keberadaan uangku," kata Joey.
Masi membawa pasangan anak muda itu ke lantai dua rumahnya. Ia menunjukkan pada
Joey sebuah koper berwarna hitam penuh dengan sepertiga jumlah keseluruhan uang
temuan, yang merupakan bagian Joey.
Dua tas lainnya tidak lagi berada di sana. Joey meminta Linda untuk mempertebal
bungkusan uang dan kembali menyimpannya ke dalam laci.
Sementara itu, ia dan Masi berunding di koridor.
"Di mana uang sisanya berada?" Tanya Joey.
Lelaki tua itu menjelaskan bahwa ia telah mengamankan bagiannya, dan Sonny telah
berangkat ke Las Vegas pagi itu membawa sepertiga bagiannya. Masi dapat melihat
betapa cemas Joey saat itu.
"Jangan khawatir," kata Masi menjelaskan bahwa rencana dilaksanakan sesuai
kehendak. Tentunya, akan memerlukan waktu lebih lama untuk memecah uang sebanyak
itu. Masi dan Sonny memang sempat mendapat masalah, namun ia pastikan semuanya
akan baik-baik saja. Joey percaya pada temannya, Masi. Namun kecemasannya tetap
saja menyelimub perasaannya. Perasaan yang muncul pagi ini dan terus bertambah
kuat seiring dengan beranjaknya pagi menuju siang. Selain itu, pengaruh obat
menambah kecemasannya semakin buruk.
"Aku akan membawa sepertiga bagianku," kata Carl.
Lalu ketika Masi pergi mengantar Dee berangkat kerja di bank, Joey dan Linda
mengemasi sepertiga bagian uang tersebut dan segera memasukkannya ke dalam koper
hitam kemudian menghampiri El Dorado untuk pulang ke rumah Joey.
3 Di kamarnya yang terletak di lantai dua, Joey membuka kemasan uang. Ia
memisahkan uang pecahan seratus dolar tersebut menjadi empat puluh tumpuk,
masing-masing bundel bernilai seratus lembar, lalu mengikatnya dengan karet
gelang. Ia memberi Linda sebuah kaleng bekas kopi, memintanya untuk memasukkan
kertas pengikat uang dan membakarnya di kamar mandi, lalu membuang abunya ke
dalam toilet. Joey kemudian mengantar Linda ke rumah saudara perempuannya di Roseberry Street.
Joey bermaksud menghabiskan waktunya seharian, hari itu, di rumah saja tanpa
melakukan apa pun, sendirian. Ia berkata kepada Linda bahwa ia akan menjemputnya
nanti malam. Ketika tiba di rumahnya di Front Street, Joey, lagi-lagi memompakan barang haram
ke tubuhnya. Telah bertahun-tahun lamanya Joey mengandalkan cairan itu sebagai
pelipur lara yang memberinya kesenangan tersendiri. Kecanduannya telah berlipat
ganda, bahkan tiga kali lipat merasuki dirinya. Pada awalnya ia merasakan
kesenangan yang didapat dari obat terlarang itu membuatnya sangat bergairah,
kekuatannya seakan bertambah hebat, begitu juga dengan kemampuan seksualnya, dan
ia benar-benar bahagia dibuatnya. Namun ternyata, lama kelamaan desakan candu
narkoba tersebut terasa semakin keras menghimpit dirinya, ia merasa dirinya
tersesat di tengah hutan belantara, bahkan kalaupun ia tidak sedang menyuntik
dirinya, otot dan pembuluh darahnya akan kejang dan berdenyut hebat, lebih
kencang dua hingga tiga kali lipat dan aliran darah normalnya, seperti mesin
yang terus dipaksa berputar, siang dan malam, campuran antara rasa sakit dan
kesenangan sementara. Ia terkadang merasa dipermainkan ulahnya sendiri. Dan efek
negatif dari obat terlarang itu memainkan sisi jahatnya yang paling keji.
Bukannya memberikan Joey energi dan potensi tambahan bagi tubuhnya, ia malahan
semakin ketergantungan akan hadirnya cairan mematikan dalam aliran darahnya
secara terus-menerus. Hanya berselang beberapa jam saja tanpa cairan itu, mesin
dalam tubuhnya akan segera menagihnya, di luar kendali, sensasinya teramat
menggebu-gebu, otaknya menjadi bebal dan terus dihantui bayangan teror yang
menakutkan, tubuhnya akan menggigil, bergetar hebat dan seluruh persendiannya
terasa sakit. Dalam keadaan seperti itulah, Joey akan kelabakan mencari-cari
jarum suntiknya. Kali ini, selain kecemasannya sedikit terobati, Joey merasakan desakan rasa
takut yang muncul dari dalam dirinya. Sembari menatap tumpukan uang yang
berwarna hijau itu, Joey tiba-tiba merasa takut kehilangan benda yang sedang
berada di depannya. Ide untuk mendapatkan uang sebanyak itu ternyata lebih
mendebarkan dari kenyataan dirinya yang kini memilikinya. Namun perasaan
takutnya jauh lebih mendominasi, saat ini, daripada ketika ia mengharapkan untuk
mendapatkan uang sebanyak itu. Kenyataan pahit tentang hidup adalah yang mana
orang lain telah berhasil mengambil pelajaran darinya, sementara Joey tidak
sedikit pun mau peduli bahwa suatu kesuksesan, apa pun, harus diraih dengan
kerja keras agar dapat dinikmati dengan tenang. Sukses, pencapaian diri,
penghargaan dunia itu semua adalah sesuatu yang dapat dipalsukan, atau dapat
dibeli, pun didapati jika keberuntungan berpihak pada orang tersebut. Ketika
kali pertama Joey menemukan uang tersebut, sekilas ia dapat membayangkan dirinya
akan bahagia bergelimang uang banyak. Uang menjanjikan kemakmuran, status sosial
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tinggi, serta kebahagiaan. Dengan uang, ia akan dapat membeli atau
memperoleh apa pun yang diinginkannya di dunia ini. Namun sebaliknya, semuanya
hanya semu belaka, paling tidak itulah yang dirasakan nurani Joey saat itu;
uanglah yang kini menguasai dirinya, sama seperti obat terlarang yang terus-
menerus mengatur hidupnya.
Bagaimana ia akan mampu mengatur uang" Bagaimana ia dapat menyembunyikannya
dengan aman" Bagaimana ia dapat membelanjakan uang tersebut dengan tenang" Apa
langkah tepat yang harus dilakukannya"
Kini Joey merasa jika saja polisi tiba-tiba datang dan mendobrak pintu rumahnya
serta menangkapnya. Mungkin sebaiknya ia telah menitipkan uangnya di rumah Masi
dan tidak membawanya kembali ke rumahnya. Ia berdiri dan menghampiri jendela,
melihat ke bawah, ke luar rumah, hanya untuk memastikan keadaan. Agak jauh di
jalanan itu, terlihat John dan Jed sedang memperbaiki sebuah mobil pick-up. Dari
arah berlawanan, terlihat sebuah mobil polisi. Sedang melaju dengan lambat
menelusuri jalan komplek perumahan, kemudian lewat di depan rumah Joey, terus
melaju dan berbelok ke kanan menuju Wolf Street, dekat sebuah rumah di deretan
paling ujung. Para penghuni perumahan hanya berdiri sambil menatap, seolah
sedang menonton mobil polisi yang baru saja berlalu.
Joey berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya. Ia harus segera menemukan tempat
aman untuk menyembunyikan uang senilai $400,000
dolar tersebut. Tapi, di mana" Ia segera memasukkan uangnya ke dalam kantong
kertas berwarna coklat dan membawanya ke dapur. Di bawah lantai dapur, dulu ia
sempat membuat lubang untuk menyembunyikan obat-obatan terlarang. Sudah dua kali
polisi datang untuk menggeledah rumahnya, namun mereka tidak berhasil menemukan
tempat persembunyian rahasianya itu. Joey memasukkan sekantong uang ke dalam
lubang tersebut, lalu menutup kembali dengan lantai kayu, rapi, di atasnya.
Akhirnya ia dapat menenangkan diri.
Perasaan Tenang hanya bertahan satu menit. Rasa cemas kembali menghantui. Hanya
karena lubang itu telah berhasil menjadi tempat persembunyian yang sempurna bagi
obat-obatan terlarang miliknya, bukan berarti, tempat tersebut akan cukup aman
untuk menyembunyikan uang sebanyak itu. Polisi tentu saja akan menggeledah lebih
seksama dan berusaha lebih keras lagi untuk dapat menemukan tempat di mana Joey
menyembunyikan uang daripada ketika mereka mencari-cari kalau-kalau Joey
menyembunyikan narkoba di rumahnya. Sebuah tempat persembunyian di bawah lantai"
Tidak. Pihak kepolisian tentu tidak bodoh, mereka akan membawa serta anjing
pelacak yang mungkin dapat mengendus bau uang. Joey paranoid dan merasa dirinya
sedang mencium bau anjing di rumahnya. Ia kembali memeriksa jendela, kemudian
pergi ke dapur, dan kembali mengangkat penutup lubang tempat persembunyian uang
cash itu, lalu mengangkat kantong yang penuh berisi uang.
Pasti ada tempat lain yang lebih aman. Joey melangkahkan kakinya di anak tangga
menuju basement, mencari-cari tempat yang cocok. Ia berada di bawah sana selama
lebih kurang sepuluh menit, lalu terbersit dalam benaknya untuk menyembunyikan
uang tersebut di dalam pipa saluran air panas. Joey meletakkan kantong uang dan
mengambil perkakas. Setelah ia berhasil melepas pipa, Joey membuka bagian atas
water heater dan menarik insulasi fiberglass bagian luar, juga bagian dalamnya.
Joey menyimpan uang di dalam ruang yang kini terbuka di bagian dalam, memasang
kembali fiberglass dan membetulkan pipa. Tubuhnya bermandikan keringat. Joey
kembali ke dapur dan membuat untuk dirinya, secangkir kopi instan.
Dinamo tetap berputar. Pemanas air bertenaga gas. Dan memiliki lampu indikator
di dalamnya. Bagaimana jika uang menjadi panas dan terbakar" Semua uang akan
terlalap habis! Secangkir penuh kopinya belum tersentuh, Joey segera berlari ke
basemen dengan terlebih dahulu menyambar kotak perkakas. Ia melalukan hal sama
seperti yang dilakukannya tadi ketika membuka pemanas air, kemudian menarik uang
keluar dari sana. Ia berlalu setelah membetulkan pemanas air tersebut.
Dua jam telah berlalu, uang dalam koper hitam masih tergeletak dekat kakinya.
Dengan sebelah tangan memegangi perkakas dan sebelas lagi memegangi koper uang,
Joey kembali ke lantai dua, langsung menuju toilet.
Ia memiliki ide lain. Sambil merangkak, ia membuka toilet. Ia memang ahlinya dan
senang bekerja dengan menggunakan tangan. Setelah Joey berhasil mengangkat WC
duduk, ia menyimpan koper uang di dalamnya.
Ruangan ini, pikirnya, sempurna. Joey teringat seorang bandar narkotika yang
menyembunyikan obat-obatan terlarang di bawah toilet. Aroma dari toilet akan
mengaburkan bau obat-obatan terlarang di dalamnya dari endusan anjing pelacak.
Joey lalu membetulkan kembali toiletnya.
Akhirnya, Joey merasa tenang dan sekarang ia bisa mandi dan berganti pakaian. Ia
membuat secangkir kopi baru, karena kopi yang dibuat sebelumnya sudah dingin dan
tidak terminum. Joey duduk di ruang tamu. Ia merasakan betapa sulitnya untuk
menenangkan diri. Setiap beberapa menit, ia akan berdiri untuk melihat situasi
di luar rumah dari balik gorden jendela ibunya yang telah usang. Joey melihat ke
samping kiri dan kanan jalan. Ia melangkah mondar-mandir di ruang tamu. Ketika
efek obat mulai berkurang, Joey segera menancapkan speednya kembali. Joey buang
air kecil di toliet kamarnya di lantai dua. Ia merasa tidak nyaman dan
sepertinya toliet mampet. Tidak benar, pikirnya. Ia sendiri tidak mengerti
mengapa terlintas pikiran seperti itu. Joey mengambil perkakas lalu membongkar
toilet. Bahkan sebelum ia selesai membongkarnya, sudah terlintas dalam benak Joey akan
satu tempat untuk menyembunyikan uangnya, yang lebih baik. Terdapat ruang kosong
di antara dinding luar dan dinding bagian dalam rumahnya yang terbuat dari kayu.
Dari sebuah lemari yang berada dalam kamar ibunya, dengan mudah dia dapat
mencapai satu ruang terbuka antara atap dan rusuk rumah. Memang agak sempit,
namun Joey berhasil merayap hingga ke bagian depan rumah di antara celah-celah
tersebut. Joey kemudian memasukkan kopernya ke dalam ruangan kosong antara kedua
dinding pemisah di bagian depan rumah. Agak sukar, tetapi koper masuk dengan pas
di antara kedua celah itu.
Masalahnya sekarang, Joey tidak dapat memutar badannya untuk kembali ke lubang
masuk tadi. Ia harus merangkak mundur sebelum bisa turun. Sungguh sukar baginya.
Ia melakukannya dengan perlahan-lahan, sesekali berhenti untuk menghela nafas,
lalu mundur satu langkah, perlahan, sedikit demi sedikit. Ia sudah setengah
jalan menuju lubang turun ketika, tiba-tiba, sebuah hentakan melemparkan
badannya. Tubuhnya terpental dan ambruk sehingga, entah bagaimana caranya, ia
kini terkapar di lantai kamar. Ia terlalu parah dalam pengaruh obat untuk
merasakan sakit. Beberapa saat Joey terdiam memikirkan kembali apa yang baru
saja dialaminya. Ia sempat pingsan, entah untuk berapa lama. Di sekelilingnya
terlihat beberapa lempengan alumunium dan beberapa keping plafon yang telah
hancur dan terjatuh dari langitlangit rumah. Di atasnya terlihat sebuah lubang
besar dan menganga. Rupanya ketika ia merangkak mundur tadi, dirinya telah salah
menginjak, bukannya melangkahkan kaki mundur mengenai tulang rusuk langit-
langit, melainkan menginjak tepat di atas plafon tadi. Joey kehilangan
keseimbangan, dan tubuhnya seberat seratus tujuh puluh lima pon, terhempas jatuh
ke lantai yang jaraknya delapan feet setelah menabrak dan menghancurkan plafon
dan tulang rangka langitlangit. Joey duduk dan masih merasa kaget sembari
menatap lubang yang menganga di langit-langit rumah.
Joey menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk membetulkan plafon. Ia
meluruskan lempengan alumunium penyangga dan kembali memasangnya lalu
menempelkan plafon cadangan. Selesai melakukannya, Joey kembali menyuntik cairan
haram dan memutuskan bahwa tempat itu tidak aman untuk menyembunyikan uang.
4 Detektif Pat Laurenzi telah pulang ke rumahnya di Roxborough, Philadelphia
utara, pada hari Kamis tengah malam. Sebelum meninggalkan kantor, ia sempat
membuat laporan hasil penyelidikannya dan menulis pesan untuk dikirim kepada
pihak kepolisian: Buronan: Pencurian, RSP, tgl. 26-2-81 sktr 2:30 sore ant jl Swanson & Wolf oleh
2 K.putih/L = l.usia 20 sd 30 th rambut coklat muda tipis NFD =2. L mobil Chevy
Malibu '69-72. bemper biru. L ambil dr Hwy. 2 tas kanvas dr kotak kuning jatuh
dr Mobil boks Purolator isi + $1,2 jt dolar cash nom $100 Ser# tdk urut, uang dr
Federal Reserve Bank 6th Arch St. 26-2-81. Tag di tas. Putih dg tulisan Atlantic
National Bank of Ventnor, N.J. Diikat dan segel. Info Ibh lanjut kontak FBI atau
South Det Special Invest Unit. Det.Laurenzi.
Ketika Detetif Pat kembali ke kantor keesokan harinya pada pukul delapan pagi,
banyak sekali pesan masuk di mesin penjawab teleponnya.
Telepon sudah mulai berdering di kantornya sejak disiarkannya berita malam pada
hari Kamis dan setelah ia meninggalkan kantor, tanggapan masyarakat untuk
membantunya semakin besar. Setiap uang kertas nominal seratus dolar di negara
bagian itu dicurigai. Masyarakat telah melihat mobil dengan ciri-ciri yang
disebutkan dalam berita, di tiga negara bagian yang berbeda, sedang melaju
menuju lima arah yang berbeda. Seorang penelepon melaporkan bahwa ia melihatnya
di Philadelphia Barat dekat Drexel University, oleh karenanya Pat segela
melompat ke jok mobilnya untuk mengamati kawasan seputar kota tersebut. Nihil.
Ia kembali ke markas untuk mencatat berita telepon lainnya.
Ia meminta surat tugas untuk menggeledah sebuah area pembuangan rongsokan
kendaraan, berjaga-jaga siapa tahu Piacentino bersaudara tidak menyambut
kedatangannya dengan ramah, namun setibanya di sana, Pat berpikir bahwa mungkin
akan menyita waktu berminggu-minggu hanya untuk meneliti satu persatu rongsokan
mobil yang menumpuk di sana dan, selain itu ia teringat cerita orang mengenai
watak bengis sang kedua bersaudara.
Pat menyadari kendala yang dihadapinya. Ia tidak dapat berbuat lebih jauh
kecuali menunggu suatu keadaan yang lebih baik atau suatu kejadian lain yang
dapat dijadikannya petunjuk. Di atas meja metalnya, dengan menggunakan
penggaris, sang detektif merekareka peta sederhana Swanson Street, antara Oregon
dan Wolf. Ia memberi tanda letak kantor Purolator dan tempat pembuangan barang
bekas, kemudian menggambarkan sebuah kotak kecil tepat di bagian tengah-kanan
jalan itu dan memberinya tanda dengan tulisan "Tub." Ia lalu membubuhkan detil
lainnya. Beberapa yard dari tempat kotak metal (tub) terjatuh, terdapat sebuah
tiang kabel telepon, Pat memberinya tanda "Pole."
Selesai ia menggambar, Pat tertawa sendiri. Begitu kocak kelakuannya dan begitu
sedikit informasi yang dapat digunakannya demi kelancaran penyelidikannya.
Akhirnya Pat memutuskan untuk mengemudi di seputar kawasan menghilangnya uang,
untuk lebih mengenal situasi di area tersebut, tentang tata letak jalan yang
membentang hingga ke ujung sebelah timur. Unit investigator berseragam telah
disebar acak ke beberapa wilayah ini, dengan berjalan kaki, mengendarai mobil,
maupun menggunakan helikopter. Mereka semua sedang mencari jika saja terlihat
mobil Chevy Malibu seperti yang dideskripsikan dalam laporannya. Namun tempat
itu terlalu lengang serta tanda-tanda keberadaan mobil tersebut tidak terlihat
sama sekali. Mungkin saja kedua bersaudara Piacentino telah salah melihat, baik
jenis mobil, maupun warnanya. Sejauh ini, penyisiran lokasi tidak membuahkan
hasil apa pun. Semakin lama Detektif Pat menunggu datangnya petunjuk, semakin tidak sabar ia
dibuatnya; ia merasa hari berjalan lambat dan waktu terasa lebih panjang. Akan
tetapi Pat bukanlah tipe seorang pria yang mudah menyerah. Di luar pesan telepon
yang terus masuk terkadang, deskripsinya tidak masuk akal ia merasa bahwa siapa
pun yang telah mengambil uang tersebut, pastilah tinggal tidak jauh dari tempat
terjatuhnya. Jika perkiraannya benar, harapannya untuk segera mengungkap kasus
itu semakin besar. Ini adalah South Philly. Sesuai tradisi masyarakat yang
terlalu akrab satu sama lain, di tempat ini tidak mungkin jika seseorang anggota
kelompok masyarakat di sana menemukan uang sebesar itu, beritanya tidak akan
bocor pada seseorang lainnya. Jika seseorang itu dikabari tentang temuan uang,
orang itu dalam kurun waktu yang relatif singkat tentu akan segera mengabari
orang lainnya, lalu pada orang lainnya lagi, dan seterusnya, secara berantai.
Lagipula, keadaan seperti itu tentu sifatnya alamiah, bagi manusia yang selalu
tidak sabar untuk menunjukkan kegembiraannya di mata orang lain. Naluri Pat
mengatakan bahwa ia harus terus berjalan-jalan di seputar kawasan tersebut dan
bersiap siaga untuk beraksi jika dugaannya menjadi kenyataan.
Ia mengemudi perlahan, memutar dan mengitari kawasan perumahan hingga sepuluh
blok jauhnya dari Wolf dan Swanson Street, kemudian berbalik arah, bolak-balik
hingga lingkaran arah yang dilaluinya semakin kecil. Setelah selesai, Detektif
Pat mengulanginya kembali.
5 Joey meninggalkan rumahnya dengan membawa uangnya yang dikemas di dalam sebuah
tas ransel sekolah. Hari menjelang petang. Di sebelas atas atap rumahnya
terlihat bayangan besar 1-95 yang tersorot sinar matahari berwarna ungu. Di
seberang kota, pantulan sinar matahari itu terlihat berkemilau warna oranye dan
pink, dan di jalanan depan rumahnya, suasana sudah terlihat gelap. Banyak
terdapat polisi berkeliaran di mana-mana. Joey merasa seolah-olah tas ransel
yang dipikul di pundaknya mengeluarkan cahaya lampu neon kerlap-kerlip di bagian
luarnya, sama seperti perasaan bersalahnya yang terlihat menyala dalam
kegelapan. Detak jantungnya terasa memukuli genderang telinganya. Apalagi ketika
sebuah helikopter terbang rendah di atas kepala, ia merasa pastilah polisi yang
sedang mengawasi gerak-geriknya. Joey merasa ingin lari, namun ia melihat betapa
banyak polisi dan anjing pelacak yang besar-besar di seputar kawasan perumahan
itu. Pemandangan itulah yang membuatnya mengurungkan niat berlari. Ia berjalan
santai menuju mobil El Dorado. Ia lemparkan tas dari punggungnya ke jok depan di
samping kemudi. Joey mulai mengemudi, perlahan dan dengan penuh kehati-hatian,
ia menuju Wolf Street yang berjarak sekitar tujuh blok dari rumahnya, menuju
rumah salah seorang teman bernama Mike DiCriscio.
Setelah ia mengemudi beberapa blok, Joey menghentikan kendaraannya sesaat,
memindahkan tas uang ke bagasi, kemudian melanjutkan perjalanan.
Mike berusia enam tahun lebih tua dari Joey. Tubuhnya tinggi dan kulitnya agak
gelap, berkumis tebal dan rambutnya ikal berwarna hitam.
Mike seorang pria yang pandai bicara, lelaki yang sikapnya serius dan kurang
rasa humor. Ia menafkahi istrinya dengan usaha jual-beli; membeli rumah yang
sudah agak rusak, merenovasinya, lalu menjualnya kembali dengan harga tinggi.
Joey melihat potensi lelaki itu sebagai seorang yang senang membeli uang dengan
uang. Joey menaruh hormat padanya. Ia melirik Mike karena mulai merasa
kehilangan kepercayaan kepada Carl Masi.
Oleh karena ia berpikir mungkin lebih baik membawa uang bagiannya itu kepada
Mike untuk meminta bantuan. Mungkin saja Mike dapat memberikan ide cemerlang.
Malam tiba dan hari sudah gelap ketika Mike mempersilahkan Joey masuk ke dalam
ruang tamunya. Ia terlihat tegang, dan senyumannya dilihat Joey seperti senyuman
seorang lelaki tolol. Mike dan istrinya, Marion, mengajak Joey untuk minum kopi
bersama di dapur. Mereka duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Mike mengeluh karena lambannya
bisnis penjualan kembali rumah yang telah direnovasinya. Keduanya mengeluh atas
pembayaran tagihan pajak rumah yang sudah jatuh tempo dan tagihan lainnya.
"Tidak perlu cemas, " kata Joey yang tiba-tiba merasa seolah ditarik medan
magnet. "Aku akan mengurus semua itu. Aku bahkan akan memberimu apa pun yang
kalian minta." Sepasang suami istri hanya tersenyum mendengarnya. Pikirnya, bagaimana mungkin
anak muda ini mampu membereskan kesusahan mereka"
"Apa kalian pernah mendengar berita tentang sebuah mobil boks armored Purolator
yang menjatuhkan uang jutaan dolar yang kini telah lenyap karena diambil
seseorang?" Joey bertanya pada Mike dan Marion.
"Yeah." "Akulah orangnya." Mike tidak merespons.
"Aku-lah orangnya," Joey mengulangi perkataanya dengan berbisik namun cukup
keras untuk bisa didengar oleh siapa saja, jika saja ruangan dapur penuh
disesaki orang. "Aku telah menemukan uang mereka."
Mike sudah pernah melihat Joey berbicara ngawur sebelumnya. Kali ini pun, ia
berpikir bahwa Joey tengah setengah mati berada dalam pengaruh obat terlarang.
Joey mengajak Mike keluar menuju mobilnya untuk membuka bagasi dan menunjukkan
uangnya. Ia hampir-hampir tidak percaya atas apa yang sedang dilihatnya. Tas
yang terlihat padat itu, sepertinya berisi lebih dari sepertiga jumlah
keseluruhan uang jutaan dolar yang hilang.
Joey mengakui bahwa beban pikirannya terlalu berat. Ia membutuhkan bantuan Mike.
Langkah pertama, katanya, mereka harus berbicara pada seorang pria bernama Carl
Masi untuk mengembalikan dua pertiga bagian uang yang telah dititipkannya kepada
Carl dan Sonny. Selanjutnya Joey akan menyerahkan uang tersebut kepaada temannya yang satu ini
untuk mengelolanya. Sudah seharian Joey berpikir keras, dan apa yang dipikirkannya tidak lain
hanyalah prasangka bahwa Masi dan temannya dari geng mafia, Sonny, tidak
sepenuhnya jujur. Semakin lama Joey memikirkannya, semakin berat membebani
pikiran, menganggap bahwa ia akan kehilangan bagian terbesar dari uang temuannya
yaitu senilai $800,000. Joey semakin merasa cemas.
Pikirnya, ia telah salah langkah. Ia ingin pergi menemui Masi dan bicara baik-
baik padanya dengan didukung orang yang lebih hebat dalam bicara seperti halnya
Mike. Ketika Joey menelepon dari rumah Mike, anak perempuan Masi-lah yang mengangkat
teleponnya. Ia menjawab bahwa ayahnya sedang tidak di rumah dan mengatakan bahwa
kedua teman Joey yang pernah diajaknya ke sana, saat itu sedang berada di rumah
Masi.
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seolah ia kekurangan masalah, kini Joey harus juga berurusan dengan John dan
Jed. Ia telah memarkir mobil ayah John di suatu tempat di Jersey.
Mereka tentu saja menginginkan mobil itu kembali. John dan Jed pastilah
menginginkan bagian mereka atau sebaliknya, berniat mengembalikan uang temuan
kepada pemilik aslinya. Malam sebelumnya, keduanya pernah menyarankan demikian.
Joey meminta anak perempuan Masi untuk berbicara kepada pada John.
"Jangan keluar dari rumah itu," kata Joey kepada John. "Aku akan segera ke
sana." Kedua pria yang usianya lebih muda dari Joey itu, masih marah dengan kelakuan
Joey yang memberitahukan rahasia mereka pada Pacarnya. Pada kenyataannya, John
pun telah memberitahukan ayahnya akan rahasia temuan uang tersebut. Ia merasa
tidak punya pilihan lain.
Bagaimana ia akan memberikan penjelasan pada ayahnya tentang mobilnya yang
hilang" Ayahnya tentu saja marah besar. John akhirnya mengakuinya.
Lagipula deskripsi mobil yang digunakan penemu uang cocok sekali dengan apa yang
diberitakan media massa. Semua kacau. Jed, sementara itu, telah juga membocorkan
rahasia mereka kepada ibunya. Orang tua keduanya tentu saja bersikeras. Mereka
menginginkan mobil tuan Behlau kembali, dan meminta ketiga pria itu segera
mengembalikan uang milik Purolator sebelum masalahnya menjadi lebih rumit!
Joey menaruh koper hitamnya di dalam lemari kamar tamu di rumah Mike. Keduanya
lalu pergi ke rumah Masi. Ketika mereka tiba di sana, John meminta untuk
mengembalikan mobil ayahnya. Keduanya juga menyatakan bahwa mereka bersikeras
meminta Joey untuk segera mengembalikan uang tersebut kepada pemiliknya. Suasana
semakin panas. Kedua teman Joey terlalu takut untuk mengambil risiko. Mereka
ingin mengakhiri petualangan, dan cukup dengan hanya menerima imbalan atas
pengembalian uang jutaan dolar tersebut.
Bangau Sakti 18 Darah Ksatria Harkat Pendekar Karya Khu Lung Pendekar Misterius 2
Based on true story Joey Si Frustasi Yang Beruntung
Kegilaan Orang yang Menemukan Uang 1 Juta Dolar
MARK BOWDEN Joey: Si Frustasi Yang Beruntung
Diterjemahkan dari FINDERS KEEPERS The Story of a Man Who Found $ 1 million
karya Mark Bowden Copyright ? 2002, Mark Bowden
Hak cipta dilindungi undang-undang
Ali rights reserved Hak terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia
ada pada UFUK Publishing House
Pewajah Sampul & Isi: Ahmad Bisri
Penerjemah: Ing Suharta Penyunting: Mehdy Zidane & Ing Suharta
Cetakan I: November 2007 ISBN: 979-1238-55-7 UFUK PRESS PT. Cahaya Insan Suci Jl. Warga 23A, Pejaten Barat, Pasar Minggu
Jakarta Selatan 12510, Indonesia
Phone: 62-21 7976587, 79192866
Fax: 62-21 79190995 Homepage: www.ufukpress.com
Blog : http://ufukpress.blogspot.com
Email : info@ufukpress.com
Untuk Rhonda Wyer Ada pepatah lama di Philfy Selatan untuk apa pun yang tidak diketahui asal usul
dan kepemilikannya. Mereka akan mengatakan, "Jatuh dari mobil boks.'"
Artinya: Dilarang bertanya.
HARI PERTAMA Kamis, 26 Februari 1981 1 Joey Coyle tersungkur di tempat tidur. Ia sakau sepanjang malam, sakit yang
dibuat atas ulahnya sendiri, kesemua permasalahannya berawal dari meth cairan
kimia terlarang, yang selalu membuatnya uring-uringan dan bingung. Ketika ia
kembali memompakan cairan itu ke dalam tubuhnya, tenaga hebat serta merta
menjalar memenuhi seluruh aliran darahnya; detak jantung dan putaran pikiran
dalam otaknya seraya berlomba untuk berPatu lebih keras lagi. Itulah yang
dirasakannya malam itu. Ia baru bisa benar-benar memejamkan matanya, tidur lelap
ketika hari menjelang siang.
Hari ini, ia akan mendapat jatah tidur sebentar saja karena ia telah kehabisan
persediaannya. Tidak ada persediaan apa pun yang tersisa, itu menunjukkan bahwa
dirinya sedang bokek, tidak memiliki uang. Sudah hampir satu bulan lamanya,
serikat kerja tempat di mana ia bekerja di pelabuhan, belum menelepon untuk
memintanya kembali bekerja. Ia menghasilkan uang banyak dari kerja serabutan,
kerja kontrak musiman, pekerja kasar sebagai seorang longshoreman (pekerja
pelabuhan) yang biasanya mengerjakan pekerjaan yang berkenaan dengan mekanik,
konstruksi, dan lainnya di seputar pelabuhan. Ayah dan kakak lelakinya pun
bekerja di sana. Joey tidak tamat Sekolah Menengah Atas, namun dirinya berbakat
dalam bidang mesin. Di pelabuhan, ia juga biasanya ditugaskan untuk memperbaiki
lift, Joey memang ahlinya dalam bidang yang satu ini. Ia bangga atas keahliannya
itu. Oli mesin kotor melumuri telapak tangannya yang tebal dan keras. Sudah
lebih dari satu tahun belakangan ini, laju perekonomian di wilayah Philadelphia
sedang lamban dan buruk; dan akibatnya kesempatan kerja semakin terbatas.
Panggilan kerja memang sempat diterimanya untuk mengisi kekosongan pekerja tetap
di pelabuhan, karena mereka pergi berlibur memperingati hari raya Natal. Sejak
itu, Joey belum mendapatkan pekerjaan lain. Menjelang matahari terbit, Joey
uring-uringan seperti orang gila. Di manakah kiranya ia akan menemukan pekerjaan
perbaikan atau renovasi lain"
Jam-jam kosong tanpa kegiatan apa pun, telah membuat Joey merasa seolah dirinya
dihimpit beban yang sangat berat. Dia berusia dua puluh empat tahun dan masih
tinggal di rumah ibunya. Ia sangat menyanyangi ibunya dan berbakti kepadanya.
Ayahnya telah meninggal dunia karena penyakit serangan jantung pada suatu malam
setelah ia dan ayahnya memperdebatkan suatu argumentasi. Lelaki tua itu tidak
pernah menyukai penampilan Joey yang berambut gondrong. Kata-kata terakhir yang
keluar dari mulutnya, disampaikannya kepada Joey dengan penuh kemarahan hebat;
dan Joey merasa bersalah bahwa kematian ayahnya itu telah disebabkan oleh
kelakuannya yang urakan. Delapan tahun telah berlalu, namun rasa bersalah yang
membebani perasaannya tidak pernah sirna dari hatinya. Membantu ibunya memang
telah sedikit menolong, mengurangi beban bersalah yang dipikulnya, oleh
karenanya Joey tinggal bersama ibunya. Namun, ibunya jatuh sakit. Ia menderita
penyakit liver akut dan membutuhkan perawatan. Joey tidak bisa diandalkan.
Ibu Joey pindah rumah ke sebuah apartemen beberapa blok jauhnya dari rumah itu,
tinggal bersama kakak perempuannya, Ellen. Joey menanggapi kenyataan seperti itu
sebagai serangan mental lain bagi dirinya.
Ia merasa dirinya telah mengecewakan ibunya, dan sebaliknya, ia merasa ibunya
telah membuatnya kecewa. Ibunya tidak lagi berada di dekatnya.
Joey merasa terpukul dan gagal, tetapi untuk berbagi cerita dengan orang lain
mengenai perasaannya, tentu tidak mudah baginya. Joey bukanlah tipe orang yang
mau melihat jauh ke dalam sisi dirinya, bagaimana dan mengapa ia ditimpa
permasalahan yang bertubi-tubi. Joey terus menjalani hidup apa adanya sesuai
pembawaan alamiah dirinya sementara meth dengan setia, membantunya. Banyak orang
menjulukinya dengan istilah speed. Joey menyebutnya "blow". Karena menurut Joey,
meth mampu meniup semua setan penyebab keraguan dalam diri, begitu pula dengan
depresi. Beberapa bulan lamanya sejak ibu Joey meninggalkannya sendiri
mengarungi malam seperti sedang menunggang carousel, komedi putar; tekanan
darahnya tinggi, memuncak ke ubun-ubun lalu tiba-tiba ambruk.
Kemudian tekanan darahnya kembali naik dan berPatu keras, untuk mendapatkan uang
banyak dan lebih banyak lagi keperluannya, terutama benda yang satu itu, yang
selalu membuatnya bersemangat.
Rumahnya yang terletak di Front Street, berada di ujung deretan perumahan. Di
bagian barat area itu adalah kawasan utama; gereja, sekolah, pasar, restoran,
dan bar. Kota ini adalah kawasan tertua di Philadelphia; rumah batako yang
beratap rendah, kebanyakan dari rumah-rumah di sana, yang tertinggi hanya
memiliki dua lantai. Sikap kekeluargaan antara warga di sana masih kuat. Para
anak laki-laki, ayah-ibu, keponakan-kemenakan, dan para cucu; semuanya hidup
berdampingan dalam damai.
Setiap warga yang bertemu dengan warga lainnya, mereka akan saling menyapa
hormat. Anak-anak kecil dan cucu-cicit sering terlihat bermain bola di jalanan.
Jika salah seorang warga South Philly ditanya, apakah Anda mengenal si A "dari
lingkungan sekitarnya", artinya sama saja mereka menanyakan saudara atau kerabat
dekat, atau teman akrab. Mayoritas penduduk South Philly memeluk agama Katholik.
Mereka bangga akan kepercayaan yang dipeluk mereka; dan bahkan kadang-kadang
mereka bersikap takhyul, fragmatis; namun hati mereka tulus.
Dunia telah berubah di sekitar wilayah South Philly. Kesempatan kerja yang dulu
melimpah, kini sukar didapat. Yang asalnya terbentang lebar seperti permadani
indah, kini benang-benangnya pun telah rapuh.
Permadani yang semestinya merupakan tempat berpijak menuju masa depan gemilang,
kini tiada lagi. Dari pintu belakang rumah Joey, jika menatap ke arah timur,
terbentang luas dunia yang semrawut, sebuah kawasan tanah yang terbengkalai.
Rumput dan ilalang tumbuh tinggi dan rimbun, tempat yang sekaligus sebagai
pembuangan sampah dan barang bekas. Beberapa rumah gudang terlihat telah rusak,
yang dulunya dikenal sebagai area industri, kini telah mati. Beberapa rongsokan
mobil bekas terlihat berjejer di sana, tidak teratur. Sesekali terlihat mobil
baru atau keluaran baru, yang melintas di antara bangkai-bangkai mobil Itu,
menelusuri sepanjang tepian Sungai Delaware. Langit di atas kawasan ini selalu
terlihat kelabu dan berdebu. Di belakang deretan perumahan di mana Joey tinggal,
terdapat sebuah bangunan jalan tol tinggi dan kokoh Interstate 95, yang
bayangannya saja lebih panjang dan lebih lebar daripada bayangan satu blok
perumahan di sekelilingnya.
Semasa kanak-kanak, Joey sering bermain di areal terbengkalai itu. Ia akan
berteduh di bawah bayangan Interstate itu, sementara suara mesin kendaraan
berderu di atas kepalanya seperti suara dewa yang sedang marah. Ia akan mencari
lubang tikus, menyiramkan bensin ke dalamnya, kemudian membakarnya. Ia akan
duduk menjauh dari lubang itu sembari mengawasi, siap dengan busur dan anak
panah di tangan, yang serta merta melesat menerjang sasarannya; tikus-tikus yang
terpaksa melompat keluar dari lubang persembunyiannya karena kepanasan. Ketika
usianya menginjak remaja, ia dan teman-temannya akan menyelinapkan sebuah
pesawat televisi dari truk atau mobil boks yang dipenuhi muatan barang, yang
melintas lamban di sana, lalu menjual barang haram itu ke pasar gelap.
Uangnya lalu dipakai membeli ganja dan minuman keras. Bagi anak-anak dan
sebagian bocah remaja tanggung, tempat itu dianggap layaknya surga dan sekaligus
tempat pelarian. Tempat yang liar, menggiurkan bagi mereka, sekaligus berbahaya.
Suatu ketika, Joey pernah ditangkap seseorang yang kejam berperawakan tinggi
besar, dan mengangkat tubuhnya menggantung di udara, hanya dengan jempolnya
saja. Cukup lama sebelum bala bantuan dari teman-temannya tiba, sebelum ia mampu
kembali ke pangkuan ibunya.
Dunia luar memang ganas. Kini bagi Joey, semua itu tinggallah kenangan.
Tidak seperti teman-temannya, beberapa tahun belakangan ini, Joey jarang keluar
rumah. Kematian ayahnya, krisis di tempat kerjanya, dan ketergantungannya yang
kian hari semakin meningkat pada narkoba seakan telah memanjangkan masa kanak-
kanaknya. Ia merasa terlahir kembali dalam usia yang berbeda; Joey semestinya
dapat menjalani kehidupannya dengan bahagia jika tidak salah langkah; bekerja
normal setamat sekolah, menikah, memiliki anak, menjadi kakek,dan pulang ke
tempat peristirahatan terakhir di pemakaman Holy Cross Cemetery. Kini pekerjaan
telah sukar didapat. Kebanyakan dari teman-teman Joey telah menamatkan sekolah
menengah serta studi di sekolah keterampilan lainnya, dan mendapatkan pekerjaan
yang layak di tempat lain. Lain halnya dengan Joey, ia tidak bisa beradaptasi
seperti teman-temannya. Ia tidak sabar, untuk duduk di bangku sekolah,
mendengarkan pelajaran dan guru dan membaca buku. Ia harus terus bergerak,
melangkah, dan melaksanakan kemauannya. Itulah mengapa ia senang bekerja di
pelabuhan atau galangan kapal, ia dapat menghindarkan diri bekerja dengan otak,
melainkan menggunakan kekuatan fisik, tangan dan kakinya. Tanpa pekerjaan
seperti itu, ia stuck, mati kutu.
Di luar sifat buruknya, ia tidak membahayakan orang lain serta sikapnya
penyayang. Banyak orang menyenanginya. Kulit wajah Joey berwarna merah jambu,
rambutnya tipis dan berwarna pirang, bahkan kumisnya yang berwarna sama, hampir
tidak kentara padahal ia telah memelihara kumisnya selama lima tahun. Begitu
pula dengan alisnya, hanya samar-samar terlihat jelas karena warnanya yang juga
pirang; ditambah lagi matanya yang berwarna biru selalu terlihat sayu. Joey
berbicara seperti orang yang berbisik dengan keras, hal itu seringkali membuat
lawan bicara tidak mampu menahan geli, mereka menertawakannya. Ia pemurah, sikap
pemurah yang dimilikinya seperti sikap seorang bocah ingusan yang tidak tahu
nilai sebuah barang. Jika Joey sedang dalam mood baik, ia akan rela memberikan
barang apa pun yang diminta teman-temannya atau orang lain yang dikenalnya;
bahkan jika benda itu pun bukan miliknya. Mudah bagi orang lain untuk menyukai
Joey. Namun orang lain pun akan mudah dibuat frustasi olehnya, Joey tidak dapat
diandalkan, dalam segala hal.
Perkataannya tidak bisa dipegang, seperti halnya helaan nafasnya yang tidak
teratur. Joey kebal terhadap masalah apa pun yang menderanya; masalah itu sendiri seakan
enggan menghampirinya, ketika Joey sedang tidak bermasalah, ia akan mencari
masalah. Seperti halnya yang dilakukan Joey suatu hari, ia memarkir mobilnya di
tengah jalan memblokir laju lalu-lintas kendaraan lain. Memang, sekarang sudah
lazim dilihat, mobil-mobil diparkir di pinggir jalan di South Philly,
menghalangi lalu-lintas. Dengan banyaknya mobil di sebelah kiri dan kanan jalan,
tentu yang tersisa hanyalah satu jalur saja. Sudah menjadi kebiasaan dan
kesenangan tersendiri bagi para penghuni kawasan itu untuk memiliki hanya satu
jalur jalan saja yang melintas di areal perumahan mereka. Jika seorang pengemudi
menghentikan mobilnya, hanya untuk sekadar berbasa-basi dengan penghuni yang
dikenalnya di sana, tentu saja, mobil-mobil di belakangnya harus rela menunggu,
antri untuk sekadar dapat melintas. Begitu pula dengan mereka yang pulang
berbelanja, mobilnya dibiarkan di tengah jalan sementara mengantar belanjaan ke
dalam rumah. Pada hari ketika mobil Joey mogok di tengah jalan, ia membenamkan
wajahnya di bawah kap mesin. Seorang pengemudi lain, tentu saja sedang
terperangkap di dalam mobilnya, di belakang mobil Joey; jelas Joey tidak peduli
akan kemacetan yang diakibatkan mogoknya mobil miliknya. Ia tidak peduli ketika
lelaki itu memintanya untuk mendorong mobilnya ke bahu jalan. Pengemudi yang
marah menorehkan pisaunya ke pelipis Joey bagian kiri. Oleh karenanya, Joey
memiliki codet bekas luka pisau itu, yang memanjang dari ujung mata kirinya
hingga ke bagian bawah daun telinga. Bekas lukanya tidak membuat orang yang
melihatnya lucu, namun cara pembawaan Joey bercerita pengalamannya, itulah yang
membuat orang tertawa geli. Ia bercerita bahwa ketika ia hampir berhasil
mengalahkan penyerangnya itu, polisi datang dan menuduhnya telah melakukan
penyerangan, menuduhnya sebagai biang kerok kerusuhan itu sehingga ia malahan
dipukuli oleh petugas keamanan tersebut. Nasib buruk yangmenimpanya adalah
kenangan tersendiri buat Joey. Ia turut tertawa terpingkal-pingkal walaupun
temannya menertawakan ulah bodohnya. Sebagai ironi, ia menyebutnya sebagai the
luck of Irish keberuntungan Irlandia; Joey bahkan membuat tato
"Irish" di bagian atas lengan kanannya, lengkap dengan tato gambar sebuah pipa
cangklong, shamrock and shillelagh (bentuk ranting dengan tiga daun emblem
Irlandia). Leher, dada, dan bahu Joey; lebar dan berisi. Tangannya terlihat
lebih besar, tidak seimbang dengan tubuhnya; disebabkan kebiasaannya menahan
alat-alat mesin berat dengan dua lengannya karena telapaknya tidak cukup untuk
menggenggam benda-benda berat dan besar tersebut. Ia tampak gagah, terutama
dengan luka bekas codetan di wajahnya. Sebenarnya, Joey lebih berbahaya bagi
dirinya sendiri daripada bagi orang lain. Speed atau blow telah merasuki
otaknya, ia terkadang tidak mampu berkata dengan jelas bahkan untuk mengucapkan
beberapa kalimat saja. Deretan gigi depannya tanggal, Joey kini mengenakan gigi
palsu. Ketika gigi palsunya dilepas, Joey terlihat seperti kakek-kakek ompong. Joey
mungkin saja dalam keadaan seperti itu terlihat seperti seorang gelandangan,
namun pesona tebaran senyumnya, tidak pernah lepas dari bibirnya.
Hari ini, Joey memerlukan daya pegas untuk melawan kelakar humor atas dirinya,
yang kini tengah dihadapinya.
2 Joey bangun segar bugar pada siang menjelang sore hari itu. Ia bangkit dari
peraduannya, dari kasur besar milik ibunya di sebuah kamar tidur yang
pinggirannya dihiasi panel kayu, dalam rumah ibunya di Front Street.
Pengaruh narkoba masih dirasakannya, namun Joey memiliki satu keperluan yang
sangat penting. Joey yang mengenakan celana pendek, berjalan ke lantai bawah untuk menyiapkan
seteko kopi. Joey berjalan ke luar rumah untuk duduk di tangga halaman depan
sembari menikmati secangkir kopi. Sore itu udara sejuk.
Joey menatap jalanan yang agak terhalang deretan mobit yang diparkir di kin dan
kanan jalan. Pandangan matanya menembus hingga ke arah Spite's Bar di ujung
jalan. Di atas kabel telepon yang membentang di antara tiang-tiang, langit di atasnya
terlihat kelabu. Joey sudah tidak sabar menunggu datangnya 'pak pos', cek
pembayaran pekerjaannya di musim liburan yang lalu, belum juga diterimanya.
Semestinya akan tiba hari itu jumlahnya lebih kurang $700.
Uang itu tentu akan sangat berarti baginya, paling tidak untuk bertahan hidup
selama beberapa waktu. Belum terlihat tanda-tanda kemunculan tukang pos, dan
kalaupun cek-nya tiba, tentu akan menyita waktu yang tidak sebentar baginya
mengantri untuk mencairkannya. Desakan candu obat dari dalam tubuhnya kembali
menagih. Doey berpikir untuk meminta bandar obat terlarangnya agar rela
mengutanginya. Selang beberapa rumah di depannya, terlihat John Behlau sedang memperbaiki mobil
ayahnya. Mobil Chevy Malibu '71 berwarna biru maroon.
Johnny sedang mengetok bagian depan mobil dan mengecetnya kembali dengan warna
biru primer. Temannya, Jed Pennock, hanya berdiri mengawasi Johnny yang sedang
sibuk bekerja. Keduanya, John dan Jed, sedang menganggur, sama seperti Joey.
John berusia dua puluh satu tahun, tubuhnya yang tertinggi dari kedua rekannya,
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kurus, berambut pirang dan sedikit congkak, peringainya kasar. Jed bertubuh
pendek dan tambun, rambutnya hitam. Pada usianya menginjak dua puluh tahun,
kumis Jed lebih terlihat jelas daripada kumis Joey. Jed mengenakan kacamata
tebal dan frame-nya lebar. Sikapnya, kontras sekali dengan sikap John, ia
pemalu, tutur katanya lemah lembut dan pesimis. Keduanya stuck seperti halnya
Joey, usia mereka sudah terlalu tua untuk kembali ke Sekolah Menengah Atas,
lagipula mereka tidak berminat untuk melanjutkan ke jenjang kuliah.
Terlalu lama mereka telah menunggu perekonomian di Philadelphia kembali membaik,
agar dapat memperoleh pekerjaan stabil dan menjalani kehidupan normal.
Joey mengenal keduanya karena sama-sama tumbuh dewasa sejak ketiganya masih
kanak-kanak. Joey berniat untuk membuat keduanya senang. Ia berjalan menuju
kedua pria itu sembari tersenyum lebar.
"Aku bisa memperbaiki mobilmu jika kau mau mengajakku ke kota,"
kata Joey. Masalah Johnny segera terselesaikan. Kini ketiganya telah berada di
dalam mobil Chevy yang sedang melesat ke arah kota.
Bandar obat langganan Joey sedang keluar rumah. John dan Jed menunggunya di
dalam mobil, sementara Joey mengetuk pintu, lalu berjalan ke samping rumah dan
mengetuk pintu samping. Bukan masalah besar bagi kedua rekan Joey, namun
baginya, dengan tidak adanya sang bandar di rumah, itu adalah musibah besar. Ia
kelabakan. Joey membantingkan tubuhnya ke jok mobil dengan perasaan kesal dan
penuh kekecewaan. "Kita akan mencobanya lagi nanti," katanya. Dalam perjalanan pulang, John mampir
untuk mengisi bahan bakar di Pom Bensin Shell yang terletak di Oregon Avenue.
Selesai memenuhi tanki Chevy, John pulang dengan memotong jalan melewati Swanson
Street. Jalan menuju kawasan barat tanah terbengkalai itu, di bawah jembatan 1-
95; sedang rusak berat dan bergelombang. Jalan itu dulunya ramai dilintasi
kendaraan, namun sejak pembangunan jalur cepat yang membentang di salah satu
sisi jalan itu tidak diteruskan, Swanson kini sepi. Jalan itu sudah ada semenjak
lebih dari lima puluh tahun yang lalu. Swanson Street sekarang hanya dilintasi
oleh truk-mobil boks barang yang melintas, memotong jalan menuju dermaga dekat
Oregon dan Delaware Avenue. Bagi masyarakat setempat, keberadaan jalan itu telah
dimanfaatkan untuk menghindar dari kemacetan yang sering terjadi seputar Lee
Street. Jauh di depan, terlihat jembatan Walt Whitman yang membentang kaku.
Sementara John sedang sibuk memilih jalan yang agak rata, Joey duduk lemas di
jok belakang, depresi dan merana seperti halnya kawasan terbengkalai yang sedang
dilalui mereka. Di sebelah kin mereka, terlihat tumpukan ban bekas yang
menggunung seperti bukit hitam, juga sampah, pegas springbed, dan busa kasur
bekas, serta serpihan beling. Di sebelah kanan jalan adalah sebuah lahan kosong
milik perusahaan yang bernama Purolator Armored Car Company, perusahaan keamanan
pengiriman uang atau barang berharga lainnya. Sudah menjadi kebiasaan lama Joey,
ia akan menyusuri pinggiran jalan Swanson ini, untuk sekadar menemukan barang
bekas yang masih layak digunakan. Terkadang orang membuang barang bekas yang
masih bisa dijual kembali.
Tentu saja, kesempatannya pada hari itu pun tidak dilewatkan begitu saja;
terlihat sebuah kotak besar metal berwarna kuning, terbalik dengan rodanya
berada di bagian atas. John melambatkan laju mobilnya.
"Berhenti," kata Joey. "Mungkin kotak itu bisa kita pergunakan sebagai kotak
perkakas." John menghentikan mobilnya.
Joey membuka pintu mobil kemudian mendekati untuk memeriksa benda tersebut.
Kotak itu dapat dibuka dua arah dengan sebuah lubang untuk gembok di bagian
tengah. Tidak dilihatnya sebuah gembok pun. Tutup kotak itu terhempas ke samping
ketika Joey membukanya, dua buah kantong kanvas terlempar keluar dari dalam
kotak. Joey mengambil salah satu kantong kanvas itu lalu membawanya ke dalam
mobil untuk diteliti lebih seksama. Bagian atas kantong itu disegel dan
tergantung di segel itu, sebuah tag berwarna kuning. Tulisan warna hitam di tag
kuning itu berbunyi: "Federal Reserve Bank."
Joey berjingkrak kegirangan.
"Wow!" teriaknya. "Milik siapa kotak ini?"
Joey kembali keluar dari mobil untuk mengambil kantong kedua dan segera
menaruhnya di jok belakang. Ia menutup pintu mobil bagian belakang, kemudian
duduk di jok depan bersama salah satu tas kanvas itu.
"Ayo, cepat pergi dari sini!" teriaknya lagi, "Cepat!"
"Ke mana?" Teriak John yang telah menginjak gas.
"Rumahku! Cepat-cepat!"
John tancap gas. Mobil melaju kencang seakan sedang melompat-lompat di atas rel
kereta api, kemudian belok ke kiri di perempatan jalan Wolf Street. Joey meraba-
raba laci mobil, mencari sesuatu alat untuk membuka segel kantong kanvas. Ia
berhasil melubangi tas itu kemudian merobek paksa kain kanvas kantong tersebut.
Joey histeris. John menghentikan mobilnya sejenak di antara dua bangunan gudang tua untuk
melihat isi kantong. Jed, yang kini duduk di jok belakang, segera mendongak ke
depan. Di dalam kantong kanvas yang baru saja dibuka lebar oleh Joey, terlihat
beberapa ikat benda yang terlihat seperti ... Sweet Jesus!
... uang kertas pecahan $100 ...!
"Oh, man!" kata Joey. "Mimpi apa aku semalam."
John dan Jed menelan ludah.
Roda mobil berputar cepat ketika Malibu meluncur kembali menuju bayang-bayang 1-
95 yang sudah tidak asing lagi bagi mereka. Joey merasa tekanan darahnya
mengalir deras memenuhi nadinya, hampir-hampir terasa seperti ketika cairan
haram bereaksi di tubuhnya. Bocah-bocah dewasa itu berjingkrak-jingkrak riang,
berteriak-teriak sembari menepuk bahu teman-temannya satu sama lain. Joey
terpaku menatap tumpukan uang dalam kantong kanvas itu sambil menggeleng-
gelengkan kepala, tidak percaya apa yang tengah dilihatnya. Ia pun tertawa, dan
tertawa, tak henti-hentinya.
Joey tertawa berlebihan sehingga gigi palsunya copot dan jatuh ke pangkuannya.
3 Detektif Pat Laurenzi yang kalut sedang berpatroli, ketika sekitar pukul 3
sore, ia mendengar sebuah laporan dari radio komunikasi polisi. Sebuah mobil
jasa pengamanan uang secara tidak sengaja telah menjatuhkan kantong uang di
sekitar Front Street dekat properb Purolator Armored Car Company. Tidak
disebutkan berapa jumlah uang yang hilang.
Detektif Pat terlihat seperti anak remaja yang baru menginjak dewasa.
Bola matanya lebar dan kelopak matanya kubil, menandakan ia telah lama mengabdi
di kepolisian. Ia senang membuat orang lain mengira dirinya sepuluh tahun lebih
muda dari usia yang sebenarnya, tiga puluh satu tahun.
Gaya rambutnya dibelah dua tepat di tengah-tengah. Ia telah menjadi detektif
sejak lima tahun yang lalu, dan ia menyenangi pekerjaan tersebut.
Ketika kasus penting mengharuskannya bekerja tanpa istirahat, siang dan malam,
bahkan tanpa sempat pulang ke rumahnya; kapan ia memiliki waktu untuk cukur
rambut" Terkadang Pat terpaksa harus tidur meringkuk di mobilnya, dan ketika ia
terbangun, rambutnya akan terlihat berdiri dan susah diatur. Beberapa detektif
lainnya di South Philly berpenampilan rapi.
Ketika mereka naik pangkat mengenakan opulet kuning emas di pundaknya, pakaian
mereka terlihat jauh lebih bagus, dan mereka akan membeli sepatu kulit asli
buatan Italia. Tidak demikian halnya dengan Pat. Penampilannya seperti seorang
anak SMA yang tergesa-gesa mengenakan seragamnya karena terlambat pergi ke
sekolah. Kaos oblong yang dikenakan Pat dimasukkan ke dalam celana jeansnya yang
berwarna coklat muda yang dikenakan di atas garis pinggang. Ia mengenakan kaos
kaki putih di dalam sepatu-bot polisinya.
Pat merespons berita dari kantor pusat kepolisian tersebut. Ia tidak merasa
kaget atas laporan kasus kehilangan uang perusahaan Purolator.
Kasus serupa pernah terjadi sebelumnya. Hal itu biasanya melibatkan nilai
sekitar dua ribuan dolar saja dan uang yang hilang akan segera ditemukan.
Dengan ditemukannya uang yang hilang, tentu akan terungkap pula siapa pengemudi
kendaraannya yang juga menghilang, yang biasanya akan tertangkap beberapa hari
kemudian setelah kejadian, dalam keadaan mabuk berat dan bangkrut di tempat
perjudian di Atlantic City.
Namun, segera setelah ia menginjakkan kaki di kawasan South Philly (Philadelphia
bagian selatan), di mana terlihat beberapa pilar batu menjulang tinggi di antara
beberapa batang pohon yang tumbuh jarang, Pat barulah sadar bahwa masalah
kehilangan uang Purolator ini jauh lebih serius. Ditemukan dua buah kotak metal
yang terjatuh dari mobil armored (mobil pengangkut uang), yang menurut laporan
satu kotak metal tersebut berisi dua buah kantong kanvas dan kotak satunya
kosong. Kedua kantong uang telah raib. Menurut perusahaan Purolator, jumlah
keseluruhan uang yang hilang adalah sebesar US $1.2 million (satu koma dua juta
dolar Amerika). Uang hasil keuntungan perjudian sebuah perusahaan kasino; yang
artinya bahwa bundel uang tidak urut, baru diambil dari Federal Reserve Bank
dalam nominal US $100 (pecahan seratus dolar Amerika), tidak akan mudah
terlacak, uang yang benar-benar bersih yang siapa pun dapat menggunakannya
dengan aman. Bersama Letnan Jimmy Potocnak dan keempat anak buahnya, Pat pergi menuju kantor
Purolator. Jajaran eksekutif perusahaan sangat senang menyambut kedatangan
mereka dan segera menjelaskan bahwa mereka telah mencurigai pelakunya adalah
sang pengemudi mobil boks.
"Sangat tidak mungkin kotak uang akan terjatuh begitu saja kalau kedua pintu
belakang mobil boks telah dikunci rapat," salah seorang dari eksekutif
perusahaan menjelaskan. "Tidak mungkin sama sekali."
Perusahaan Purolator meminta pihak kepolisian untuk melakukan tes lie detector
(mesin deteksi kebohongan) kepada kedua pengemudi yang bertugas saat itu.
Bill Proctor dan Ralph Saracino yang malang telah mengetahui keduanya berada
dalam masalah serius. Ketika keduanya digiring memasuki ruangan oleh anak buah
Letnan Potocnak, Pat dapat melihat dengan jelas tubuh Proctor gemetar hebat. Ia
seorang pria berusia lima puluh tahuan yang rambutnya telah memutih dan kumisnya
tebal, seorang veteran perang yang kemudian dipekerjakan oleh Purolator.
Ia sepertinya sudah menyadan bahwa kecerobohannya akan mengakibatkan dirinya
kehilangan pekerjaan, dan ia yakin benar bahwa semua orang tentunya akan
mencurigai pria inilah yang telah merampok uang sebesar itu; bekerja sama dengan
pihak lain. Ia telah menceritakan detil kejadiannya berulangkali selama dua jam
terakhir ini. Proctor bahkan bersumpah bahwa dirinya telah mengunci kedua pintu
belakang mobil boks dengan aman sore itu. Kedua kantong uang telah disimpan
dalam salah satu dari kedua kotak yang dikuncinya dengan rapat untuk dikirim ke
Ventnor, New Jersey, pada keesokan harinya. Saracino, kawan Proctor yang usianya
lebih muda, menambahkan bahwa dia melihat sendiri Proctor mengunci pintu mobil
boks. Keduanya telah mengemudikan mobil boks melewati Delaware Avenue dan belok kanan
di Wolf Street kemudian berbelok ke kiri menelusuri kawasan Swanson untuk menuju
pintu gerbang belakang Purolator.
Perjalanan mereka lancar dan hanya berkisar enam menit saja dari tempat asal
hingga tiba di tujuan. Tentunya jalanan memang bergelombang, tetapi dengan pintu
mobil boks terkunci rapat, tentu mustahil jika kedua kotak metal berisi uang itu
akan jatuh terpental! Seorang petugas keamanan pintu gerbang adalah orang pertama yang melihat pintu
belakang mobil boks terbuka. Proctor menghenbkan laju mobil boks dan segera
memeriksanya. Gembok baja masih dalam keadaan terkunci, namun pintu telah
terbuka lebar. Setelah diperiksa dengan seksama, diketahui kemudian bahwa kedua
kotak metal telah lenyap! Ia pun berlari kembali ke depan mobil boks.
"Putar haluan," Proctor bertenak pada Saracino. "Kita harus kembali dan mencari
dua kotak uang yang terjatuh!"
Proctor berlari untuk meminta penjaga membuka kembali gerbang pertama. Saracino
telah memutar kendaraan dan Proctor segera melompat kembali ke atas mobil boks.
Kepanikan mereka reda seketika melihat salah satu kotak metal berwarna kuning
berada di tepi jalan. Tidak terlihat kotak metal yang kedua. Keduanya lalu
berdiri dekat kotak tersebut dan membuka penutupnya sembari berkata, "Apa kau
yakin uang sudah dimasukkan ke kotak ini?"
"Tentu saja," jawab Proctor, harapannya pupus.
Di dalam kotak, mereka menemukan kertas kuning kopian tanda terima pengiriman
uang, pada satu salinannya tertera nominal $800,000; dan di kertas satunya
tertulis $400,000. Kedua pria itu tidak dapat mengucap sepatah kata pun. Mereka
baru saja lewat di sana kurang dari tiga menit yang lalu! Namun demikian, selama
kurun waktu yang tak lama itu untuk melewati gerbang pertama, supir tersebut
menyadari bahwa pintu belakang mobil boks telah terbuka, dan ia kembali keluar
dari gerbang, lalu menelusuri jalan itu. Seseorang pastilah telah mengambil
kedua kantong kanvas dari dalam kotak metal. Proctor merasa sangat terpukul
hebat karena telah kecolongan. Ia sedih dan gugup serta sangat ketakutan.
Semua orang telah, dengan sabar, mendengarkan penjelasannya, namun tentu saja
dengan penuh kecurigaan padanya. Pat sendiri tidak yakin sang pengemudi berkata
jujur. Eksekutif perusahaan berbicara empat mata dengan detektif yang serta
merta menggelengkan kepalanya.
"Tidak mungkin," katanya. Mereka mencoba menipu mesin lie detector. Pat sendiri
tidak percaya pada hasil tes mesin pendeteksi kebohongan itu, tetapi ia
menyetujui untuk melakukan tes kebohongan bagi mereka. Kedua pengemudi
diperingatkan atas konsekuensi logis yang akan timbul.
Sementara itu, FBI muncul di lokasi. Mereka memperkenalkan diri kemudian ...
diam. Para agen FBI yang mengenakan jas bagus berdiri tidak jauh dari para
polisi, mengamati tanpa memberikan komentar apa pun atau melibatkan diri. Sikap
mereka membuat kesal para detektif Philadelphia. Pat percaya mereka adalah para
agen hebat, dan dengan diploma yang mereka raih Cardinal Dougherty Higb
School/Philadelphia Police Academy; ia tentunya tidak ingin membuat dirinya
terlihat seolah tidak menghormati kedatangan mereka dalam rangka kunjungan
profesionalisme tetapi melihat mereka hanya berdiri dan mengawasi saja, itu
tentu menyebalkan. Akhirnya, Letnan Potocnak menyarankan pada FBI jika mereka ingin melibatkan
diri, sebaiknya segera mendatangkan para ahli laboratorium kriminal untuk
memeriksa mobil boks pengangkut uang. Para agen Federal berdiskusi lalu
memutuskan untuk menolak dengan dalih tertentu.
"Kasus ini di luar jurisdiksi kami," salah seorang dari mereka angkat bicara.
"Dengar," kata Potocnak yang mulai merasa kesal, "jika tidak berbuat apa-apa,
aku sarankan agar kalian segera angkat kaki dari sini."
Mereka pun pergi. Pat menyukainya. Jimmy adalah tipe orang yang tidak suka
dirinya dianggap rendah oleh orang lain.
Setelah para agen FBI lenyap dari pandangan, Pat meneruskan investigasinya. Ia
melakukan interview dengan para saksi mata yang telah dikumpulkan di bangunan
kantor Purolator, kemudian berjalan menuju Swanson Street. Perusahaan juga telah
mencatat nama kedua orang yang menurut Proctor dan Saracino telah bertemu mereka
ketika keduanya mendapati kotak metal kosong itu. Salah satu dari saksi mata
bernama Thomas Piacentino, yang pada saat itu sedang bekerja di tempat
pengumpulan barang bekas milik ayahnya, tidak jauh dari tempat kotak metal
terjatuh. Ia menjelaskan kesaksiannya.
Kotak warna kuning terjatuh dari sebuah mobil boks. Satu atau dua menit
kemudian, satu atau dua mobil melintas di Swanson, menyingkirkan ke tepi, kotak
yang menghalangi jalan tersebut. Lalu tiba-bba, sebuah mobil berhenti mendadak,
terdengar seorang pria tertawa cukup kencang untuk dapat terdengar dari jarak
empat puluh yard, menarik dua benda berwarna putih sepertinya karung goni keluar
dari kotak, melempar salah satu kantong itu ke jok depan, dan kantong kedua
dilemparnya ke jok belakang.
Mobil melaju kencang lalu berbelok di perempatan jalan. Piacentino dan
saudaranya, Charles, berjalan mendekati tempat itu untuk melihat isi kontainer,
dan ketika mereka baru tiba di sana, sebuah mobil boks securitcor (armored
truck) mendekat, datang dari arah Purolator; kemudian keluarlah seorang petugas
berseragam, yang terlihat begitu gugup.
"Apakah kau masih ingat mobil itu?" Tanya Pat.
"Sebuah mobil Chevy Malibu marun yang bemper depan bagian kanannya dicat warna
biru," jawab Piacenbno. Orang ini benar-benar hebat.
"Bagaimana dengan pria yang mengambil kantong uang itu?"
"Sepertinya ia berusia akhir dua puluh tahunan, mendekati usia tiga puluh
tahun," kata Piacentino.
"Rambutnya tipis, berwarna pirang atau coklat muda." Penjelasannya sama dengan
versi yang dijelaskan pengemudi mobil boks. Ketika Pat kembali ke properti
Purolator ia mengadakan briefing dengan Potocnak, dan letnan meminta eksekutif
perusahaan untuk mengurungnya di dalam mobil armor tersebut. Permintaan aneh.
Hal pertama yang harus dilakukan oleh para eksekutif itu adalah
mendemonstrasikan mekanisme penguncian pintu mobil boks, untuk menunjukkan
betapa tidak masuk akalnya cerita yang dipaparkan oleh Proctor dan Saracino.
Terdapat dua daun pintu di belakang mobil boks. Daun pintu sebelah kiri harus
ditutup terlebih dahulu dan dikunci gembok sebelum daun pintu yang sebelah kanan
bisa ditutup rapat, agar salah satu pintu selalu tertutup rapat. Bagian atas dan
bawah daun pintu sebelah kanan harus benar-benar dirapatkan dengan menggunakan
plat baja yang masuk dengan pas di selotnya. Plat baja bergerak sesuai dengan
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
rotasi gagang pintu yang digerakkan pertama ke kanan lalu ke kiri. Setelah
benar-benar pas, sebuah knob (bagian yang terdapat pada lubang kunci, biasanya
berbentuk bulat) yang terdapat di tengah-tengah, harus ditekan agar kunci benar-
benar aman. "Kelakar apa lagi," kata letnan.
Kemudian mereka pun mengurung pria itu di dalamnya lalu mengunci pintu sesuai
prosedur di atas. Dari dalam mobil boks, Potocnak menendang daun pintu sebelah kanan mobil boks
tadi menggunakan ujung sepatu botnya. Terdengar suara dentuman keras di daun
pintu dan serta merta pintu tersebut, terbuka lebar.
Hari sudah gelap ketika Pat meninggalkan area properb Purolator petang itu. Ia
dan para detektif lainnya yakin benar bahwa sang pengemudi tidak mengada-ada
dengan penjelasannya atas kejadian yang sesungguhnya. tidak terdengar seperti
kebohongan sama sekali. Detil cerita mendekati kesempurnaan. Begitu cocok dengan
urutan kejadian. Demonstrasi penguncian pintu yang dilakukan Jimmy, yang telah mempermalukan
jajaran eksekutif purolator, telah membuktikannya.
Tentunya asyik juga untuk ditonton. Tetapi jika pengemudi mengatakan yang
sebenarnya, jika uang benar-benar terjatuh dari mobil boks, maka kasus ini akan
menjadi rutinitas yang sukar dilacak.
Pat kembali menelusuri jalan di jalur yang dilalui oleh mobil boks armor, mulai
dari halaman parkir gedung bank Federal Reserve hingga Swanson Street. Jika
seseorang baru saja lewat di Swanson dan memungut uang tersebut dan itulah yang
sepertinya terjadi bagaimana kita akan menemukan orang tersebut jika ia tidak
berniat mengembalikan uang temuannya itu" Purolator telah siap untuk memberikan
hadiah $50,000 bagi siapa pun yang menemukan dan mau mengembalikan uang yang
hilang. Namun tentunya dibutuhkan kelapangan dada dari siapa pun yang menemukan uang
tersebut, untuk mau menukar uang sebesar $1.2 juta dengan hadiah yang hanya
sebesar $50,000. Detektif memikirkan tentang apa kira-kira yang akan dilakukan orang pintar, yang
menemukan uang tersebut agar dirinya aman menggunakan uang hasil temuannya.
Pertama, ia akan menyembunyikan uang tersebut di tempat aman dan tidak akan
berbicara kepada siapa pun. Itulah kuncinya.
Tidak memberitahu siapa pun. Yang kedua, tidak kalah pentingnya dari yang
pertama adalah kesabaran.
Jika penemu uang mau bersabar untuk beberapa bulan saja, pada saat itulah orang
akan berhenti mencari uang yang hilang. Penemu uang sudah boleh mulai
membelanjakan uangnya, secara bertahap, pergi ke tempat wisata, jalan-jalan dan
bersenang-senang, membuka beberapa rekening baru di bank, secara acak, di
beberapa lokasi yang berbeda. Jangan pemah menyetor terlalu banyak, cukup
beberapa ribu dolar saja untuk setiap rekening yang berbeda, tetapi pikir
matang-matang betapa repotnya jika harus membuka rekening baru yang berbeda
sebap harinya di beberapa tempat yang juga berbeda" Kebanyakan anggota
masyarakat menghabiskan waktunya seharian untuk mendapatkan uang; penemu uang
punya waktu seharian, setiap harinya, untuk memikirkan cara terbaik memanfaatkan
uang itu. Ada lagi pekerjaan yang lebih rumit dan membutuhkan keteliban yaitu
memindahkan dan mengkonsolidasikan uangnya. Jika pandai dalam konsolidasi uang
temuan tersebut, tidak seorang pun akan bisa melacak dan menangkap penemu uang
itu. Philadelphia adalah sebuah kota yang berpenduduk enam juta orang.
Satu-satunya kesalahan yang harus dihindari adalah: jangan sekali-kali mulai
membicarakan temuan uang, walaupun perasaan tentu saja menggebu-gebu, karena
berita itu akan segera menyebar. Tidak seorang pun mungkin akan berbuat sebodoh
itu, akan tetapi Pat tahu kebodohan seperti itulah, satu-satunya harapan baginya
untuk dapat mengungkap misteri ini.
Lagipula, Swanson Street bukanlah jalan raya utama, melainkan hanyalah jalan
pintas. Orang yang lewat di jalan itu adalah mereka yang bekerja sepanjang jalur
sungai yang membentang searah jalur jalan ... dan, mereka yang tinggal di
sekitarnya. Pat kini mencari pria yang berambut pirang atau coklat muda.
Dan, sebuah Chevy Malibu dengan warna bumper depan yang menyolok, kini teriihat.
4 Sepertinya kita harus mulai memercayai keberuntungan yang berjalan sebagai
berikut. Joey dan teman-temannya sudah tidak sabar lagi untuk segera merasakan
bagaimana memegang bundelan uang sebanyak itu, menyobek ikatan pengamannya,
merabai, dan mencium wanginya bau uang kertas baru dan hangatnya lembaran
tersebut. John Behlau belok kanan menuju Front Street dan menghentikan mobil
ayahnya di depan rumah Coyle. Joey membawa kantong kanvas yang lebih besar,
masuk rumah dan segera berlari menuju lantai dua. Jed membawa tas kedua yang
lebih kecil. Jed dan John mengikuti Joey ke lantai atas.
Mereka masuk ke ruangan kamar Joey, segera merobek kantong kanvas yang lebih
kecil, dan menumpahkan isinya di atas tempat tidur.
Ketiganya berdiri melongo menatap tumpukan uang harta karun sebanyak itu. Satu
tas plastik cellophane terdiri dari sepuluh bundel kecil uang cash, semuanya
pecahan $100. Sungguh jumlah uang yang sangat banyak dan terbanyak yang belum
pernah dilihat mereka selama ini. Setiap bundel kecil diikat dengan kertas
bertuliskan $10,000! Semuanya, nominal uang adalah pecahan seratus dolar
Amerika. Joey histeria dalam kegembiraan. Ia memekik, melompat-lompat, dan tertawa
terbahak-bahak. Ia terus menerus merangkul dan menciumi kedua temannya, John dan
Jed; saking bahagianya, yang keduanya pun tidak keberatan diciumi; mungkin
kebganya tidak sadar atas apa yang diperbuatnya. Joey terus menerus berkata
'seperti cerita film', 'seperti cerita dalam film action'. Setiap kali ia
menatap tumpukan uang di atas kasur, ia tidak percaya dengan pandangan matanya
sendiri, mimpikah atau kenyataan"
Tentu saja, seseorang akan segera mencari keberadaan uang tersebut.
Setelah pesta kegembiraan mereka tercurah, realitas mulai muncul mengganggu
pikiran. Joey, John, dan Jed berdiri, tertegun di tepian tempat tidur besar
bergaya kolonial itu dan, segera mendiskusikan langkah yang akan ditempuh
mereka. Menurut mereka, uang itu pastilah milik pemerintah, yang jatuh dari
mobil pengaman kiriman uang Purolator dan telah tergeletak di pinggir jalan
dekat gudang tua dan properti perusahaan Purolator, berjam-jam lamanya, siang
dan malam. Polisi akan segera mencari tahu siapa yang menemukan uang sebanyak
itu. John dan Jed bertanya-tanya, sebesar apa gerangan hadiah yang akan
diberikan jika mereka mengembalikan uang tersebut. Pikiran seperti itu segera
ditepis jauh-jauh sebelum sempat menemukan jawabannya. Finders Keepers, man!
"Uang ini milikku," kata Joey pada kedua temannya.
"Aku telah bekerja keras sepanjang hidupku. Tanganku kasar dan rusak karenanya.
Dan aku tidak mendapat hasil apa-apa."
Joey bukanlah tipe seorang pria yang pandai berkata-kata, apalagi dengan
ungkapan kata yang tepat bahkan puitis. Akan tetapi Joey merasa pada saat itu
seperti telah tersentuh oleh suratan takdir, oleh tangan Tuhan.
Ia merasa ayahnya tengah tersenyum menatapnya dari surga, atas semua
permasalahannya. Inilah saatnya. Joey memang tidak pernah yakin atas segala
sesuatu dalam hidupnya. Sempurna! Dan ia tidak pernah berbuat salah sebelumnya.
Tidak pernah melakukan tindakan kriminal. Tidak pernah menyakiti perasaan orang
lain. Finders Keeper (itulah istilah yang tepat bagi seseorang yang ketiban
untung menemukan uang sebanyak itu dan tidak mengembalikannya, melainkan
menggunakannya untuk kepentingannya sendiri dan aman), jika saja ia tahu
bagaimana cara memanfaatkan uang tersebut.
Joey menghela nafas dalam-dalam dan berusaha untuk menenangkan diri. Ia harus
berpikir jernih. "Tidak seorang pun boleh memberitahu orang lain," Joey berkata seakan memberi
perintah pada kedua temannya.
"Kepada ayahku sekalipun?" Tanya Jed.
"Tidak," kata Joey. Tidak kepada siapa pun. Bahkan kepada kedua orangtua ataupun
Patar. John dan Jed begitu terkejut melihat Joey yang santai, tiba-tiba menjadi
seseorang yang begitu serius. Dengan semangat yang menggebu-gebu seperti itu,
bagaimanakah ia dapat mengontrol situasi"
"Aku akan mengurus segalanya," katanya. "Aku tidak ingin mendengar lagi
pembicaraan tentang uang hadiah pengembalian uang ini. Uang ini adalah milikku
milik kita,' Joey mengoreksi pernyataannya. Jika berjalan lancar, mereka berbga
akan mendapatkan jatah masing-masing, tentunya, kata Joey. Jika gagal, tanggung
jawab akan dipikulnya sendiri.
"Percayakan saja semuanya padaku," kata Joey. Joey mungkin saja tampak
sepertinya memiliki kehebatan mengaturan uang tersebut, namun jauh di dalam
dirinya, ia gugup, dan otaknya terus berputar memikirkan cara terbaik
mengamankan uang temuan itu. Masalah ini sepertinya tidak bisa dianggap sepele
sama sekali. Joey harus mencari tahu bagaimana memecah uang nominal seratus
dolar ke dalam nominal yang lebih kecil.
Bagaimana" Ke mana" Joey tahu persis dirinya sedang membutuhkan bantuan. Dan
orang yang pertama muncul dalam benaknya adalah seorang teman pria bernama Carl
Masi. 5 Carl Masi dulunya seorang petinju. Setelah masa Perang Dunia II usai, Masi
menjadi seorang petinju kelas ringan untuk beberapa tahun lamanya sebelum ia
kembali ke Philadelphia dan bekerja sebagai ahli setting. Usianya kini lima
puluh empat tahun, namun masih terlihat gagah dan ototnya kekar, tegap, walau
rambut ikalnya telah memutih. Masi memiliki kekurangan. Ia gagal cangkok
jantung, sudah dua kali bagian depan tubuhnya dibedah; operasi yang dilakukan
dari ujung leher hingga ke bagian perutnya. Doktor selalu memberinya semangat
dan bersikap optimis, tetapi Masi menganggap seolah kematian akan segera
menjemputnya. Keadaan fisiknya yang seperti itu telah membuat perangainya
sedikit lunak, memang sebenarnya ia seorang pria yang berhati mulia. Baginya,
yang kini lebih banyak diam, tidak ada sesuatu pun di dunia ini yang mampu
memberinya kejutan, dan bahkan kemarahan atau rasa takut; atau sesuatu yang
dapat membuatnya bersemangat dan lebih bergairah lagi dalam menjalani sisa
hidupnya. Dua anak gadisnya telah tumbuh dewasa, yang tertua sudah menikah.
Istri Cari, yang bernama Dee, bekerja di bank Fidelity. Karena ia tidak memiliki
pekerjaan tetap, Masi bekerja shift malam sebagai tukang pukul untuk perusahaan
jasa hiburan yang bernama Purgatory Club di Second Street. Perusahaan itu milik
temannya, ia dipekerjakan juga walaupun kondisinya sudah tidak layak lagi untuk
bergelut dengan kekerasan di sana.
Masi mengenal Joey dan keluarganya dari para tetangga yang tinggal di
sekitarnya. Sudah bertahun-tahun lamanya lelaki itu menyukai Joey. Anak yang
tidak memiliki ayah maupun keturunan. Joey memang terkadang bermasalah, ia
pecandu obat terlarang dan sering mabuk-mabukan sehingga kesehatannya mungkin
tidak lebih baik dari kesehatan ibunya, namun Masi menganggap Joey sebagai
seorang anak yang baik hati. Carl akan marah besar jika mengetahui orang lain
memanfaatkan bocah itu. Teman-temannya tahu Joey mendapatkan uang banyak dari
hasil bekerja di pelabuhan, dan mereka pun tahu Joey tidak bisa berpikir
rasional. Ia gampang dibodohi. Jika Joey disuruh pergi dengan segepok uang di
sakunya, maka ia akan pulang dalam keadaan sakau, nyinyir dan luka-luka, bahkan
uang di sakunya pun sudah ludes. Namun Masi sayang pada anak muda ini. Ia tidak
pernah gusar apa pun anggapan orang terhadapnya. Ia tetap menyukai Joey dan
mengharapkan lelaki itu mau memperbaiki perilakunya. Sekali waktu, Cari pernah
mencarikan pekerjaan bagi Joey sebagai seorang penjaga pintu di Purgatory Club.
Di sanalah Joey mulai memahami bahwa Masi memiliki masa lalu yang kelam, dan
pria itu ternyata, adalah salah seorang anggota mafia yang terselubung rapat di
Philadelphia dan Atlantic City.
Sekali nama Carl Masi muncul di benaknya, maka akan terdiam di sana selama
hidupnya. Joey meninggalkan Jed untuk menjaga uang temuannya, ia beserta John
kembali ke mobil Chevy untuk pergi menuju Sunoco station di Oregon Avenue. Dari
sebuah telepon umum koin, Joey menelepon rumah Masi. Anak perempuan Masi
menjawab teleponnya. "Ini Joey. Penting."
"Dia tidak di rumah, Joey," kata anak perempuan Masi. "Coba telepon ke ibu ...
di tempat kerjanya!"
Joey pun memutar nomor telepon bank tempat Dee Masi bekerja.
"Di mana lelaki tua bangka itu berada?" Tanya Joey.
"Ia pastinya akan segera menjemputku," jawab Dee.
"Ada apa, Joey?"
"Apa kau akan segera pulang?"
"Ya." "Bagus kalau begitu. Aku akan menunggu di rumahmu," kata Joey, sembari sedikit
menggoda wanita itu. "Aku punya sesuatu buatmu ..."
Sebelum pergi ke rumah Cari, John mengantar Joey pergi ke rumah salah seorang
pengedar, dan berhasil mendapatkan benda haram yang dibutuhkannya, lalu Joey
menyuruh John memacu terbang mobilnya. Mereka terlebih dulu mampir ke rumah Joey
yang sudah tidak sabar dan mulai mengorek kantong plastik berisi bubuk pubh di
dalam saku jaketnya. Setibanya di rumah, Joey segera meracik bubuk putih untuk disuntikkan ke
tubuhnya. Ia melakukannya di dapur. Prosedur seperti itu bukanlah sesuatu yang
aneh bagi Joey. Ia menaruh sejumput kecil di sendok, lalu menambahkan beberapa
tetes air, dan memanaskan sendok di atas api kompor gas. Setelah tercampur
merata, Joey segera mengambil jarum suntik. Tentu saja kini semakin sukar bagi
Joey untuk mencari nadi yang tepat, karena tangannya telah tumbuh besar dan
kekar serta kuat. Namun Joey sangat memerlukannya dalam kepanikan ini, ia pun melakukannya setiap
setengah jam. Joey kembali ke kamarnya untuk memeriksa kembali uang yang berserakan di atas
kasur. Ia duduk sekian lamanya menatap tanpa kedip tumpukan uang di depan
matanya. Semangatnya kini bertambah menggebu-gebu. Joey mengambil dua buah tas
sekolah Bishop Newman dan sebuah koper persegi empat kecil yang terbuat dari
bahan karbord, dari lemarinya. Ia menyusun rapi bundel uang tersebut, kemudian
menutupinya dengan kantong kanvas putih. Joey dan John kemudian pergi menuju
rumah Masi di South 29th Street.
"Ia punya koneksi hebat," Joey menjelaskan pada John, yang maksudnya adalah Masi
memiliki koneksi dengan kelompok mafia rahasia.
"Carl pasti tahu apa yang akan dilakukannya dengan uang sebanyak ini,"
kata Joey. Anak perempuan Masi mempersilahkan kedua anak muda itu masuk. Mereka
membawa koper dan kedua tas itu ke dalam sebuah kamar tamu di lantai dua. Joey
menyimpan barang bawaannya di atas kasur ruang tamu tersebut.
Joey mengeluarkan uang dari koper dan tas. Setiap bundel kecil ($10.000)
diberinya tanda tiga buah inisial huruf sesuai dengan teller di antara keduanya
yang telah selesai menghitungnya. Joey kagum pada keindahan dan rapinya paket
sebap bundel uang tersebut. Lalu uang ditumpuk berdasarkan inisial. Kini Joey
mulai melepas pembungkus plastik dan tag uang. Setelah Joey berhasil
mengumpulkan semua plastik dan kertas bekas pembungkus uang, ia memasukkannya ke
dalam kantong kanvas, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik belanjaan yang
telah dilapis rangkap dua. Ia meminta sekaleng cairan minyak dari anak perempuan
Masi, lalu pergi ke serambi kecil di belakang rumah. Joey memasukkan benda tadi
ke dalam tong sampah, menyiramnya dengan cairan isi lighter kemudian
membakarnya. John berdiri menunggu barang-barang itu hancur terbakar dan
menambahkan lebih banyak cairan lighter.
Kertas, kain, dan plastik hancur, dan kini yang tersisa tinggallah lempengan
logam tag kantong uang yang telah mencair dan menggumpal, terlihat bulat seperti
disc kecil. Setelah dingin, ia memasukkan disc tadi ke dalam sakunya. Joey tidak
ingin meninggalkan jejak.
Sementara Joey sibuk dengan tugasnya, John pergi untuk menjemput Jed. Joey
kembali ke ruang tamu dan kembali mengatur uang, setiap tumpukan terdiri dari
$50,000, ia pun memasukkannya ke dalam laci meja samping. Joey pergi ke dapur
untuk menunggu Carl dan Dee pulang. John dan Jed telah kembali kemudian
menghempaskan tubuh mereka di atas sofa ruang tamu Masi.
Carl dan Masi tiba di rumah sekitar pukul empat sore. Joey menyambut keduanya di
ambang pintu. "Ayo ke lantai atas" ajak Joey. "Aku punya sesuatu." Masi pikir Joey tengah
mabuk berat. Masi juga melihat selidik pada kedua orang pria yang duduk di ruang
tamu, yang belum dikenalnya. Joey menyuruh kedua temannya untuk menunggu di
ruang tamu, sementara ia dan Masi serta Dee segera bersama-sama menaiki tangga.
Di kamar tamu, Joey menarik laci yang telah penuh uang. Carl dan Masi memandangi
uang sebanyak itu tanpa mampu berucap.
"Joey, apa kau telah membunuh seseorang?" Tanya Masi yang akhirnya dapat
mengeluarkan suara. "Tidak," jawab Joey sambil tertawa.
"Apa kau melukai seseorang?"
"Tidak!" Joey sudah tidak sabar dengan respons dingin dari kedua orang kenalannya itu. Ia
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
mengeluarkan uang dari dalam laci kemudian menumpuknya di atas kasur. Joey
mengangkat tubuh Dee dan menidurkannya di atas tumpukan uang tersebut. Dee
tertawa. Masi hanya diam menatap keduanya. Ia masih bingung dari mana Joey
mendapatkan uang sebanyak itu, namun Masi tahu uang itu bukanlah mutlak milik
Joey Coyle. Lalu ia ingat. Dari berita di radio yang didengar di mobilnya, Masi
mendengarkan berita tentang hilangnya uang satu juta dolar yang terjatuh dari
sebuah mobil boks armor. "Aku telah mendengar berita kehilangan uang ini," katanya. "Ini uang yang jatuh
dari sebuah mobil boks, bukan?"
"Ya...," jawab Joey.
"Joey, kau harus segera menghubungi pengacara untuk mengatur pengembaliannya
pada Purolator dan kau akan mendapat hadiah dari mereka."
"Tidak bisa, Carl. Uang ini milikku. Aku yang menemukannya."
"Joey, aku tidak bisa membiarkanmu menahan uang itu."
"Lalu bagaimana bisa mereka tahu bahwa aku yang menyimpannya?"
Masi tahu Joey, dan ia juga tahu tidak mungkin Joey dan kedua temannya yang
sedang duduk di lantai bawah, akan dapat menyimpan rahasia seperti itu. Mereka
terlalu bersemangat, terlalu muda, dan terlalu ceroboh. Masi juga tahu bagaimana
sikap Joey ketika ia sedang dalam pengaruh narkoba.
Dalam dua hari saja kabar itu akan tersebar luas di seantero South Philly, sukar
untuk dicegah lagi. "Mereka telah mengetahui ciri-ciri mobil yang kalian pergunakan ketika mengambil
uang itu,' kata Masi. "Aku mendengarnya di radio berulangkali. Sebuah Chevy
marun dengan bumper warna biru. Yang sekarang sedang diparkir di depan rumahku.
Kau gila, Joey." Joey sejenak merasa panik. Tidak terpikir olehnya sebelum itu bahwa seseorang
telah melihat mereka ketika mengambil uang tersebut.
"Aku datang menemuimu untuk meminta bantuan," kata Joey. Joey menjelaskan bahwa
dirinya menelepon Masi karena ia tahu pria yang dipercayanya itu memiliki
koneksi khusus. Joey ingin seseorang yang kuat dari kelompok mafia menolongnya
menukarkan uang pecahan seratus dolar menjadi pecahan yang lebih kecil. Ia juga
rela berbagi, katanya. "Bisakah kau menghubungi kenalanmu" Untuk memecahkan nominal seratus dolaran
menjadi pecahan yang lebih kecil?"
Apa pun rencana yang akan mereka lakukan, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah menghilangkan jejak, menghancurkan mobil itu.
Mobil marun yang kini berada di depan rumah, berlagak dengan gagah seperti
bendera yang berkibar. Saat itu jam telah menunjukkan pukul empat tiga puluh
menit. Berita sore media masa lokal akan disiarkan pada jam enam sore. Saat
itulah, setiap orang di kawasan Philadelphia akan mulai mencari-cari mobil Chevy
yang bumpernya warna biru.
Joey dan Carl turun ke lantai bawah untuk menjelaskan pada John bahwa mobil
ayahnya harus dimusnahkan. John histeris ketakutan.
"Mobil itu punya ayahku!" kata John. "Apa yang harus aku katakan kepada ayahku"
Apa yang akan kalian lakukan pada mobilnya?"
"Dengar, kami hanya akan membawa mobil itu melewati jembatan dan meninggalkannya
di Jersey untuk beberapa waktu saja," jawab Joey. "Jika kita tidak menyingkirkan
mobil itu, tentu akan mudah bagi pihak yang berwajib dalam melacak keberadaan
kita." John menurut, ia segera pergi menuju mobilnya, mengambil beberapa surat penting
dan mencopot identitas mobil, kemudian menyerahkan kuncinya kepada Joey. Joey
segera mengemudikan mobil Chevy, dan Masi mengikutinya dari belakang mengendarai
mobilnya. Joey menahan nafas ketika menyeberangi jembatan Walt Whitman.
Pandangan matanya tidak pernah berhenti melihat ke depan, lalu ke spion kiri,
kanan, dan kaca spion di atas kepalanya, untuk memastikan situasi di belakangnya
aman. Ia telah memperkirakan tempat untuknya segera menepi. Joey mengemudikan
mobil itu hingga 200 blok arah Mercer Street di Gloucester, dekat sebuah
galangan kapal laut, di mana kakaknya, Billy, bekerja di situ sebagai
supervisor. Joey kemudian memarkirnya di sana. Usai memarkir mobil ayah John,
Joey dan Masi pergi ke bar untuk minum dan sekadar menghilangkan stres. Mereka
tiba di bar menjelang berita sore disiarkan. Apa yang telah terjadi dengan
peristiwa hilangnya uang itu, kini menjadi berita utama. Uang Raib, itulah judul
berita yang terpampang di monitor televisi di depan mereka. Reporter menunjukkan
foto mobil boks armor yang menjatuhkan kotak uang metal serta kawasan seputar
properti Purolator. Pihak eksekutif perusahaan tersebut, juga diwawancarai. Ia
terlihat gugup. Joey menonton dengan perasaan bangga dan seolah berkuasa,
mungkin itulah saat kali pertama dalam sejarah hidupnya, Joey merasakan
kebanggaan sebuah kekuasaan.
Joey adalah orangnya! Joey punya uang banyak! Ia bangga akan dirinya yang baru
saja melenyapkan bukti, mobil Chevy Malibu itu. Kerja bagus.
Banyak kaum pria yang dirinya merasa yakin akan dapat bertahan dalam masa
krisis, namun berapa banyakkah dari mereka yang benar-benar telah diuji dalam
kasus nyata" John dan Jed menunggu di rumah Masi bersama Dee dan anak gadisnya. Dua jam
kemudian, Joey dan Masi muncul. Mereka juga telah menonton berita heboh itu di
televisi, kedua pria teman Joey sempat gusar dibuatnya. Sementara Joey tidak
bersama keduanya, kaki mereka berkeringat dingin.
"Apa yang kau lakukan pada mobil ayahku?" Tanya John.
"Jangan khawatir," jawab Masi. "Kita seharusnya telah menghancurkan mobil itu,"
kata Joey menimpali. John bertambah ketakutan. "Itu mobil ayahku!"
"Oke, oke, Jesus!" kata Joey. "Kita akan membelikannya sebuah mobil baru. Bahkan
tiga buah mobil baru sekaligus! Katakan kepadanya saat ini kau sedang mengecat
ulang mobil ayahmu. Dia akan mendapatkan mobilnya kembali dua hari lagi."
Keenam orang itu lalu duduk bersama di ruang tamu rumah Masi yang sempit,
sembari menonton televisi serta mendiskusikan pendapat atas apa yang baru saja
didengarnya dari berita tadi. Mereka memang agak terkejut betapa berita
kehilangan uang itu telah menjadi sebuah berita yang menggemparkan. Semua yang
hadir di sana menyarankan pada Joey agar segera mengembalikan uang temuannya
itu. "Jangan cemas, kalian semua tidak perlu khawatir," kata Joey, dengan nada suara
tinggi karena hampir kehilangan kesabarannya. "Kita tidak pernah tercatat
sebagai warga yang pernah melakukan kejahatan. Jika sesuatu yang tidak
diharapkan terjadi saat ini, itu kesalahan mereka sendiri, bukan kesalahan kita!
Misalnya, atas kecerobohan mereka sendiri uang itu telah jatuh dan kini raib.
Lagipula tidak seorang pun menyebut Purolator akan memberikan imbalan. Kita
tenang saja, tidak perlu ribut. Kita kaya.
Mereka tahu uang itu telah hilang, tetapi mereka tidak akan pernah tahu uang
mereka ada pada kita."
6 Apa yang terjadi selanjutnya sore itu adalah sebuah bagian cerita yang menjadi
bias. Salah satu kelompok bisnis yang berpengaruh di Philly selatan ini adalah
kelompok mafia yang cara kerjanya begitu rapi, terselubung, dan kuat; telah
berjalan untuk waktu yang cukup lama, hirarkis, organisasi kejahatan wilayah
setempat. Anggotanya terdiri dari siapa pun yang akan tersenyum dan
menggelengkan kepala, menyangkal keberadaan mereka, atau bahkan bersumpah bahwa
isu tentang mereka hanyalah kabar burung semata. Sudah beberapa kali terjadi
dalam satu tahun saja, telah ditemukan seorang pria yang segar bugar, sehat wal
afiat, penduduk South Philly sendiri; ditemukan tengah duduk di jok dalam
mobilnya atau bahkan sedang meringkuk di bagasi, dengan perutnya kembung penuh
pasta dan terlihat sebuah lubang bekas peluru panas di jidatnya. Para korban
adalah orang baik-baik, kebanyakannya; rata-rata dari mereka taat beribadah,
rajin pergi ke gereja sebap hari minggu, dan biasanya mereka membersihkan mulut
anak-anaknya dengan sabun karena bersumpah tidak tahu menahu bentuk kejahatan
apa pun yang terjadi di seputar kawasan tempat tinggal mereka.
Bayangan akan dunia kejahatan yang terselubung di South Philly ini, hanya
disimpan rapat di dalam hati saja; bahkan untuk membicarakan kejelekan orang
tertentu pun sudah dianggap dosa. Segala sesuatu rahasia tentang kebohongan dan
kejahatan tertutup rapat. Bahkan mereka yang sebenarnya ingin menceritakannya,
sudah kadung merasa takut. Banyak hal yang terlihat janggal akan segera menjadi
rahasia; dan kebenaran seolah tertutup untuk diungkap, bahkan serum hukum,
persidangan, sumpah seperti apa pun, tidak akan mampu menembusnya.
Malam itu, seorang pria dari bayangan kelompok rahasia itu datang ke rumah Masi.
Namanya Sonny. Berusia lima puluh tahunan, bertubuh pendek dan gemuk, mengenakan
kacamata dan jidatnya lebar. Suaranya berat dan parau. Joey mengetahui orang itu
bernama lengkap Mario "Sonny"
Riccobene, adik seorang pria bercambang lebat dan bungkuk bernama Harry
Riccobene. Kedua orang itu namanya sudah dikenal masyarakat sebagai dua orang
pemimpin yang kuat di Philadelphia, dan sepertinya, seakan kebal dari hukum apa
pun yang berlaku di sana. Joey merasa sedikit ketakutan sekaligus merasa senang
duduk bersama orang itu dalam satu ruangan. Ia, Masi, dan Sonny kemudian pergi
ke lantai dua, ke kamar di mana uang masih ditumpuk di atas kasur, sementara
yang lainnya menunggu di lantai bawah.
"Ada apa" Apa kau punya masalah?" Tanya Sonny.
Joey menunjukkan setumpuk uang cash padanya. Ia menjelaskan uang itu milik
Purolator. Uang yang terjatuh dari mobil boks sebanyak satu koma dua juta dolar.
"Apa kau akan mengembalikannya?"
"Aku pikir kelihatannya, sepertinya, bu...bu... bukanlah kejahatan apa yang aku
lakukan ini," jawab Joey terbata-bata. Ia berbicara gagap karena gugup dan
terobsesi bayangan kesenangan memiliki uang sebanyak itu.
"Apakah mereka menjanjikan hadiah bagi siapa pun yang mengembalikannya" "
"Sepertinya, uang ini sedang dicari pihak kepolisian beritanya gempar disiarkan
di televisi dan radio namun belum terdengar pernyataan dari pihak pemilik uang
tentang kesediaan mereka memberikan imbalan maupun berapa jumlah hadiah yang
akan diberikan," jawab Joey.
"Jadi kupikir, orang-orang ini telah kehilangan satu poin dua juta dolar dan
bodohnya tidak mau mengumumkan pemberian imbalan bagi yang mengembalikannya! Dan
uang itu sedang ada di hadapanku, uang asli, dan mereka, tidak sedikit pun, sama
sekali tidak peduli, nol besar, untuk menawarkan hadiah atau imbalan apa pun,
kau paham apa maksudku..., kan" Hey, aku tidak serakah, tapi tolong tunjukkan
padaku suatu bukti niat yang baik itu."
"Apa yang akan kau lakukan dengan uang sebanyak ini?" Tanya Sonny.
Joey telah sempat berpikir sewaktu menunggu kedatangan Sonny, dan kini ia
mengungkapkan rencananya pada lelaki itu.
"Dengar, kupikir akan bijaksana jika kita menyimpan uang ini dan memisahkannya
ke dalam tiga bagian. Empat ratus buatmu, empat ratus buatku, dan empat ratus
lagi buat Carl. Tiga arah yang berbeda, bukan"
Dengan begitu, jika aku tertangkap, kita masih memiliki delapan ratus ribu dolar
ketika aku dibebaskan dari tahanan. Kau bawa empat ratus dan kembalikan tiga
ratus dalam pecahan uang kertas dengan nominal yang lebih kecil. Ambillah
seratus ribu dolar untukmu pribadi. Apa pun itu istilahnya. Kau tahu maksudku,
bukan" Jadi, kau pecahkan uangku yang tiga ratus ribu dolar ke dalam nominal
yang lebih kecil, sesegera mungkin, dan yang seratus ribu dolar adalah upahmu,
karena telah melakukannya untukku."
Sonny mengangguk. Joey duduk sendiri di kasur di antara tumpukan uang sementara
Carl dan Sonny keluar untuk berdiskusi. Mereka kini kembali ke ruangan tadi.
"Aku rasa aku bisa melakukannya, " kata Sonny. "Kami bisa membawanya ke kasino
dan memainkan uang ini. Menang sekian dan kalah sekian, namun cara memutar uang
akan secepat mungkin sebisa kami. Dan kami ahli dalam hal itu. Nomor seri uang
tidak berurut, tentu itu memudahkan kami. Mungkin dalam satu dua hari saja akan
beres." Joey sangat bahagia mendengarnya. Lebih cepat dari sekadar bantuan yang pernah
dibayangkannya. Mungkin ini salah satu cara pengenalan dan penerimaan diri dari
seorang pria yang berpengaruh dalam organisasi besar dan kuat itu. Mereka
ternyata menyukai rencana Joey! Joey merasa ... ya ...
tersanjung, terhormat. Joey lalu memisahkan uang menjadi tiga tumpuk, lalu
memisahkan bagiannya sendiri, kembali dimasukkan ke dalam koper berwarna hitam.
Sonny dan Masi menaruh tumpukan uangnya ke dalam kantong kertas besar warna
coklat. Keduanya kembali ke lantai bawah.
Sebelum meninggalkan rumah, Sonny melirik pada John dan Jed kemudian menempelkan
telunjuk di bibirnya. Kemudian ia mengangkat ibu jarinya ke atas, menunjuk ke
arah mereka, lalu serta merta membalikkannya menunjukkan ibu jarinya ke bawah,
ke lantai. Sonny berlalu meninggalkan mereka yang sedang melamun. Keduanya
mengerti maksud isyarat jari yang diberikan Sonny tadi.
Nyawa Carl Masi ternyata masih bertahan di raganya jauh lebih lama dari yang
diperkirakan dirinya. Bahkan mungkin di tahun-tahun berikutnya, ia masih akan
sempat membeberkan kisah Joey Coyle dan uangnya. Ia tentu saja akan
menghilangkan bagian cerita tentang seorang pria yang datang ke rumahnya malam
itu. "Bukankah ada seorang pria lain yang datang ke rumahmu malam itu?" Tanya Joey
pada Masi setelah cerita tentang kisah temuan uangnya menjadi terkenal.
"Ke sini?" "Ya. Orang lainnya yang sedang berada di sini saat itu, mengatakan bahwa Sonny
Riccobene telah datang menemuimu malam itu."
"Tidak mungkin. Mana mau Sonny Riccobene menginjakkan kakinya di rumahku."
"Joey telah menyuruh seseorang datang ke rumahku tapi dia bukanlah Sonny
Riccobene. Anak-anak muda itu memang brengsek. Aku kenal Sonny Riccobene. Mereka
pastilah telah salah menduga. Aku bertaruh jika saja kuajak mereka untuk bertemu
dengan Sonny Riccobene yang asli, face to face, tentu saja mereka tidak akan
mengenal pria itu." "Apa kau tahu siapa yang datang ke rumahmu malam itu?"
"Seseorang ... ya. Tapi bukanlah Sonny Riccobene. Kuharap anak-anak itu berada
di sini sekarang, bertatap mata denganku, ketika mengatakan padamu tentang
kunjungan pria itu ke rumahku. Karena mereka salah. Mereka tetap bersikeras pria
itu adalah Sonny Riccobene.
Namanya memang 'Sonny'. Menurut mereka pria itu Sonny Riccobene.
Bohong besar. Seratus persen salah. Apa kau pikir seorang pria seperti Sonny
Riccobene akan rela membiarkan seorang pemuda kampungan seperti Joey Coyle
mendapatkan jatah dua pertiga dari uang temuan tersebut" Mungkin mereka sudah
gila, menyebarkan gosip seperti itu. Sonny Riccobene tidak pernah datang ke
rumahku malam itu. Dan itulah yang sebenarnya terjadi."
7 Rencana Joey sudah mulai berjalan, ia merasa bagaikan ksatria yang baru saja
berhasil melumpuhkan raksasa ke tanah. Walaupun Joey tahu pertandingan belum
usai, ia kembali dapat menarik nafas lega untuk kali pertamanya sejak ia dan
kedua temannya menemukan uang itu siang tadi.
Segera setelah Sonny pergi, Masi mengantar Joey, John, dan Jed, kembali ke Front
Street. Mereka meninggalkan sisa uang $800,000, jatah Joey; di dalam laci meja
kamar tamu di rumah Masi. Dengan demikian Joey dan kedua temannya merasa bebas
dari beban perasaan seakan sedang dikejar-kejar oleh pihak kepolisian.
Masi telah mengatur agar seorang temannya menyewakan mobil sesuai dengan impian
Joey jika ia menjadi kaya. Sebuah mobil Caddilac El Dorado warna hijau mutiara
dengan atap convertible, dapat dibuka tutup, warna putih serta interior yang
juga bernuansa putih. Sungguh sempurna.
Seorang gadis kurus, kecil, berambut pirang bernama Linda Rutter, sedang
menunggu di rumah Joey. Linda baru berusia delapan belas tahun.
Joey adalah pacar gelap Linda karena gadis ibu telah mempunyai seorang pacar
resmi, dari kalangan yang lebih terhormat, yang mana Joey tidak mengetahuinya.
Hubungan keduanya telah berjalan satu tahun. Di rumah Joey, Linda menemukan
selembar cek senilai tujuh ratus dolar, dalam sebuah amplop surat yang
tergeletak di atas lantai di bawah pintu. Linda telah membawanya ke tempat
pencairan cek yang letaknya tidak jauh dari area perumahan Joey. Mereka telah
mengenal Linda dan Joey yang sering mencairkan ceknya di sana. Linda telah
berhasil menguangkan cek tersebut.
Ia tahu Joey sedang haus akan uang itu, lagipula Linda sudah tidak sabar untuk
bersama-sama fly dengan Joey malam itu. Ketika Joey pulang, Linda melihat
pacarnya sudah berada dalam pengaruh obat terlarang. Tanpa ragu, Joey serta
merta membocorkan rahasianya pada gadis itu.
"Akulah orangnya!" Kata Joey.
"Orang apa?" "Orang yang menemukan uang itu!"
"Uang apa?" Tanya Linda sembari menatap Joey yang sedang menyeringai.
"Uang milik Purolator."
Keduanya berjingkrak-jingkrak saking gembira. Joey menyiapkan jarum suntik untuk
Linda dan untuknya. Mereka bergumul di tempat tidur sepuasnya sore itu. Petang
hari, mereka pergi untuk berbelanja keperluan sehari-hari di Pathmark
Supermarket yang berlokasi di Oregon Avenue.
Ketika keduanya kembali ke rumah Joey dengan tangan penuh kantong plastik
belanja, didapati John dan Jed sedang menunggunya.
Joey tidak sedang bergairah untuk bercengkrama dengan mereka. Ia tahu Sonny
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
telah membuat kedua temannya ketakutan dengan menyuruh keduanya untuk tidak
mengatakan pada siapa pun mengenai uang yang mereka temukan. Oleh karenanya Joey
berkata bahwa ia tidak ingin membicarakan urusan mereka di depan pacarnya
melainkan untuk bertemu kemudian di sudut jalan tempat biasa mereka nongkrong.
John dan Jed berlalu. Keduanya menunggu di tempat yang telah ditetapkan Joey.
Namun ketika melihat Joey dan Linda keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil
Cadillac lalu tancap gas; keduanya hanya bisa diam sembari menatap Joey dengan
penuh amarah. Joey pergi ke rumah kakak perempuannya, Ellen, yang letaknya hanya beberapa blok
dari rumah ibunya. Ellen sedang menyeterika. Tubuhnya gemuk, berambut pirang,
pintar, pandai bergaul yang usianya tertaut enam tahun lebih tua dari Joey,
serta berusaha memberi perhatian pada Joey dengan perlakuannya seperti kepada
anaknya sendiri. Ellen melihat Joey sebagai seorang pria lemah, mudah rapuh
namun artistik dan memiliki suatu kekurangan di mana Ellen tidak dapat
menjelaskan apakah sebenarnya itu.
Mungkin kedewasaan atau rasa percaya diri Joey, bahkan untuk mengurusi hidupnya
sendiri pun, belum bisa diandalkan. Bukan hanya karena kehidupan Joey
berantakan; Joey juga menolak untuk memanfaatkan keahlian dan peluang yang
dimilikinya. Seperti hampir sama dengan keadaan di mana ia akan takut untuk
mencoba, takut akan suatu komitmen apa pun. Karena menurut Joey, kesuksesan
tentu saja akan meminta pertanggung jawaban, dan Joey tidak memiliki cukup rasa
percaya diri untuk dapat memikul suatu tanggung jawab. Seperti ketika Joey
menciptakan sebuah alat, untuk menghindarkan para pengemudi yang keluar masuk
lokasi pelabuhan di mana gerakan lift bisa saja membahayakan mereka.
Sebenarnya ide yang ia berikan cukup cemerlang memang berasal dari buah
pemikirannya, serta semua orang menyetujuinya. Metode yang diterapkan Joey cukup
praktis dan dapat diterapkan di sana. Ellen menyankan agar ia membuat detil cara
kerja dan aturan mainnnya, serta segera menemui pengacara untuk mempatenkan
prakarsanya. Dengan demikian, tentu Joey akan mendapatkan keuntungan, semacam royalti dari
perusahaan perkapalan. Joey melakukannya dan segera pergi menemui seorang
pengacara, namun ketika pengacara menelepon dan meninggalkan pesan untuknya,
Joey tidak pernah kembali menemuinya. Orang akan dibuat pusing olehnya
memikirkan apa sebenarnya kemauan Joey yang menghindar dari suatu urusan yang
tengah mendekati kenyataan seperti itu. Itulah Joey. Orang menyenangi Joey.
Dengan kualitas kekanak-kanakannya itulah mereka senang padanya, dan akibatnya
bagi Joey, ia lamban untuk dapat berpikir dewasa. Ellen, sebaliknya, adalah
seorang wanita tangguh. Ellen telah merasa jauh lebih cemas pada Joey setelah
ibunya sering terbaring karena sakit, di tempat tidur, yang akhirnya pindah dari
rumah lamanya ke apartemen Ellen. Ellen tahu ia seorang pemakai, pecandu berat
obat terlarang dan sedang menganggur. Ellen sangat mencemaskannya. Ellen hanya
mampu mendoakan adiknya agar perilakunya menjadi lebih baik dan itulah hal
terbaik yang dapat dilakukannya saat ini.
Joey meninggalkan Linda sendiri di dalam mobilnya. Ia pergi ke lantai dua untuk
menemuinya ibunya yang sedang duduk menonton televisi bersama anak perempuan
Ellen yang berusia delapan tahun, Katie. Ibunya sedang duduk di atas kasur.
Penyakitnya terlihat semakin parah. Katie duduk di lantai sambil menonton
televisi. Joey menghabiskan waktu sekitar lima belas menit berbicara dengan
mereka. Ia tidak bisa menahan diri menceritakan rahasia besarnya pada gadis
kecil itu. Joey memintanya untuk bersumpah bahwa Katie tidak akan memberitahu
siapa pun. Dengan kedua matanya terbelalak, Katie mengacungkan dua jarinya,
bersumpah. Joey menceritakan tentang dirinya yang telah menemukan uang dalam
jumlah yang sangat banyak dan menyatakan pada Katie bahwa mereka sekarang kaya
raya. "Kau adalah anak kesayanganku, tidak perlu khawatir akan masalah apa pun," kata
Joey kepada Katie, "Aku akan pergi untuk sementara waktu, tetapi tidak lama lagi
aku akan segera mengirimkan uang untuk kalian. Kita akan membawa mama keluar
dari kota ini, dan mencarikan dokter terbaik untuk menyembuhkan penyakitnya."
Ketika Joey kembali ke ruang bawah, Ellen melihat wajah adiknya sedang kesal.
Oleh karena itu ia segera menawarkan secangkir kopi pada Joey.
"Tidak usah, terima kasih," jawab Joey. "Aku harus segera pergi."
Katanya semban mengitari ruangan, pergi mendekati jendela lalu menatap ke luar,
ke jalan di mana ia memarkir mobilnya.
"Ada apa, Joey?" Tanya Ellen.
"Tidak ada apa-apa. Semua baik-baik saja. "
Joey lalu berpamitan dan bergegas pergi.
HARI KEDUA Jum'at 27 Februari 1981 1 Siapakah orangnya yang tidak pernah bermimpi atau mengharapkan memiliki uang
banyak senilai jutaan dolar; baik dengan cara menemukannya di suatu tempat,
memenangkan lotere, maupun dari warisan leluhur"
Mungkin sudah diperdebatkan banyak orang, di antara para penduduk Philladelphia
khususnya, bahwa berita tentang nasib buruk yang dialami oleh Purolator Armored
Car Co., walaupun tidak seheboh berita kunjungan Presiden Ronald Reagen ke
Perdana Menteri Inggris untuk mendiskusikan wacana perdagangan internasional;
atau berita teror pembunuhan anak-anak yang menggemparkan kota Atlanta korban
pembunuhan berantai; maupun tentang debat pengiriman pasukan militer ke Amerika
Tengah. Akan tetapi pada headline berita koran terpampang dengan tulisan besar
di halaman muka berjudul: $1,2 JUTA DOLAR JATUH DARI MOBIL BOKS DUA KANTONG UANG
RAIB. Para penduduk kota itu tengah sibuk mencari berita paling panas tersebut. Lalu
beragam komentar terdengar di seputar jalanan Broad Street dan Market Street, di
dalam kereta bawah tanah dan di tengah desakan para penumpang yang memadati bus.
Kondisi seperti itulah yang saat ini sedang terjadi.
Seorang penulis, kolumnis Philadelphia Daily News telah mempersiapkannya dengan
matang dan ulasannya muncul di halaman muka surat kabar tersebut.
"Aku telah berfantasi tentang langkah apa yang akan aku lakukan jika aku
menemukan uang sebesar $1,2 juta...," Greg Walker mengawali ulasannya. "Yang
mana kami semua belum pernah mengalaminya..."
Kalaupun hal itu terjadi, walau mustahil, aku telah sempat berkhayal, aku akan
segera mengamankan sebagian besar uang itu, lalu pergi ke Key West, Florida.
Pada saatnya semua orang menyadari akan uang yang hilang itu, maka saat itu aku
telah berada di pantai yang lautnya berwarna hijau dan indah, dengan ratusan
dolar berada dalam saku, dan duduk santai layaknya seorang cowboy kokain.
Perjalananku ke wilayah paling ujung selatan benua Amerika itu tentu dengan
didasari kesadaran penuh bahwa di sana beredar jauh lebih banyak pecahan seratus
dolar daripada jumlah yang telah lenyap dari tangan Purolator."
Seorang penulis lainnya yang tidak mau disebutkan namanya, memberikan
pendapatnya bahwa ia akan menyembunyikan uang tersebut di suatu tempat yang
paling aman, lalu segera pergi jauh ke luar negeri untuk waktu yang lama, dengan
tetap menggunakan kartu kredit dan uang cash dari tabungan yang dimilikinya,
walau harus dihabiskannya hingga bokek, yang pada akhirnya satu atau dua tahun
kemudian, ia akan pulang dan menemukan harta karun yang telah dipendamnya
sendiri, dan pada saat itulah situasi telah benar-benar aman. Elizbeth Delaney
seorang warga South Philly berkomentar bahwa kemungkinan besar ia akan
mengembalikan uang temuan itu, namun temannya tentu saja menyarankan agar segera
pergi berlibur ke tempat jauh, dengan menggunakan semua fasilitas mewah,
membayar lunas semua tagihan dan utang-utangnya, serta berjudi dengan taruhan
besar di Atlantic City. Steven Farmer, seorang butcher yang telah berpengalaman di kota besar,
cosmopolitan; menyatakan pada wartawan bahwa uang tebusan atau hadiah yang
diberikan terlalu kecil: "Di Eropa, jika seseorang mengembalikan uang milik
orang lain yang ditemukannya, pihak pemilik uang akan memberinya 20% dari nilai
keseluruhan uang yang hilang tersebut. Jika aku sendiri menemukan uang tersebut,
aku akan sangat ketakutan untuk mempergunakannya, dan tentunya aku takut
dipenjara. Aku punya teman yang bekerja di Federal Reserve Bank dan ia menyebutkan setiap
lembar uang kertas memiliki nomor seri tersendiri yang berbeda satu sama lain,
serta nomor kode dan referensi lainnya, terutama untuk jumlah uang yang sangat
besar." Tentu saja jalan terbaik dalam kasus seperti ini adalah dengan mengembalikan
uang tersebut kepada pemiliknya. Tidak perlu dipertanyakan lagi. Semua ulasan
berita itu tidak lain untuk memberikan pemahaman pada masyarakat, karena di
negara bagian Pennsylvannia, sebagai contoh, dengan menyimpan uang milik orang
lain sebesar minimal $250 saja, sudah merupakan sebuah kejahatan, apalagi jika
penemu uang tidak berusaha mencari tahu siapa pemilik uang tersebut yang
sebenarnya. Namun demikian tentu di salah sudut pikiran setiap orang pun akan terbersit
suatu niat untuk menyimpan uang temuannya. Orang masih saling bertanya: Apa yang
akan kau lakukan" Terdapat sebuah berita lain yang menarik perhatian masyarakat
South Philly saat itu. Pihak kepolisian telah menemukan jasad Frank Stillitano,
berusia tiga puluh tahun, mati di sebuah tempat parkir Philadelphia Intemational
Airport. Stillitano, yang tengah dicari polisi untuk diinterogasi berkenaan
dengan sebuah pembunuhan yang dilakukan geng mafia, telah terbunuh dengan dua
buah peluru bersarang, satu di kakinya dan satu lagi di dekat telinganya. Dia
ditemukan di dalam sebuah bagasi mobil yang telah diparkir di sana untuk waktu
yang cukup lama, Berita itu merupakan salah satu berita terkini tentang
pembunuhan berantai yang diduga dilakukan oleh mafia terdapat selusin laporan kejadian serupa di tahun 1981 yang telah tersulut oleh usaha
pembunuhan pada boss mafia Philadelphia mereka, Angelo Bruno. Berita tentang
pembunuhan terbaru ini telah menyebar di lingkungan sekitarnya, bahkan tanpa
diberitakan media massa modern sekalipun.
Masih pada surat kabar yang sama, Letnan Jimmy Potocnak, kepala investigator
yang beranggotakan dua belas orang detektif di South Detective Division, telah
ditugasi untuk menyelesaikan kasus tersebut. Dia dibuat geram oleh reporter
lantaran mewawancarainya ketika ia sedang melakukan penyelidikan.
"Kupikir orang atau sekelompok orang yang menemukan uang tersebut, terlalu takut
untuk mengembalikannya, " katanya. "Walaupun kami sebenarnya tidak akan menahan
dan memenjarakannya."
Sang letnan ingin memastikan sang reporter untuk menuliskan nomor telepon
pribadinya di kantor kepolisian jika seseorang ingin melapor padanya dengan aman
tentang temuan uang tersebut: MU-6-7640 dan MU-6-3013. Pastikan agar nomor
telepon terpampang jelas di surat kabar.
Begitulah, Letnan Potocnak menjelaskannya pada wartawan.
2 Joey Coyle dan pacarnya, Linda Rutter, tidak sempat membaca surat kabar.
Kala itu masih dini hari di seputar area Franklin Birdge. Joey mengemudikan El
Dorado mengitari sebuh gedung berstruktur baja perusahaan Alexander Calder milik
Pak Ben tua, lalu bergabung dengan ramainya lalu lintas pagi itu. Berita tentang
uang satu juta dolar yang hilang, yang kini berada padanya, memenuhi berita pagi
di semua siaran radio. Linda tidak henti-hentinya menekan tombol radio untuk
mengganti frekuensi. Joey tidak benar-benar menyimaknya. Ia sudah terlalu payah
karena pengaruh efek narkoba dan tubuhnya menggigil hebat. Sejak kemarin, sudah
berapa banyak racun yang menjalar dalam tubuhnya akibat ia menyuntikkannya
dengan interval waktu yang begitu singkat. Hal terbaik yang dapat dilakukannya
sekarang hanyalah duduk, diam dan berusaha konsentrasi di depan stir. Ia dan
Linda telah menghabiskan waktu semalaman bersenang-senang di dalam kamar Admiral
wilson Motel, di mana nama mereka terdaftar sebagai Tuan dan Nyonya Joseph
Coyle. Joey tidak bisa tinggal di motel itu terlalu lama. Luapan kegembiraan
kedua insan tersebut, dipacu oleh kesenangan akan bayangan memiliki uang
melimpah dan pengaruh obat terlarang. Keduanya tidak bisa tidur. Seks, alkohol,
dan obat bius; selalu seperti itu ... Joey tidak pernah merasa puas. Ia tidak
merasa lapar dan tidak pernah mengantuk. Mereka meninggalkan dari motel karena
desakan Linda yang ingin melihat uang temuannya.
Sejujurnya, Joey merasa cemas. Ia mulai khawatir temannya. Carl Masi dan rekan-
rekannya dari geng mafia, tidak akan tinggal diam menatap tumpukan uangnya. Joey
mulai berpikir mungkin mereka akan mengkhianatinya.
Kecemasan Joey semakin meningkat ketika ia dan Linda tiba di rumah Masi,
mendapab kedua orang yang telah dikenalnya sedang berduaan di dapur. Sonny serta
merta berdiri ketika mereka memasuki ruangan itu dan segera berlalu tanpa
berbicara sepatah kata pun.
"Kami ingin memastikan keberadaan uangku," kata Joey.
Masi membawa pasangan anak muda itu ke lantai dua rumahnya. Ia menunjukkan pada
Joey sebuah koper berwarna hitam penuh dengan sepertiga jumlah keseluruhan uang
temuan, yang merupakan bagian Joey.
Dua tas lainnya tidak lagi berada di sana. Joey meminta Linda untuk mempertebal
bungkusan uang dan kembali menyimpannya ke dalam laci.
Sementara itu, ia dan Masi berunding di koridor.
"Di mana uang sisanya berada?" Tanya Joey.
Lelaki tua itu menjelaskan bahwa ia telah mengamankan bagiannya, dan Sonny telah
berangkat ke Las Vegas pagi itu membawa sepertiga bagiannya. Masi dapat melihat
betapa cemas Joey saat itu.
"Jangan khawatir," kata Masi menjelaskan bahwa rencana dilaksanakan sesuai
kehendak. Tentunya, akan memerlukan waktu lebih lama untuk memecah uang sebanyak
itu. Masi dan Sonny memang sempat mendapat masalah, namun ia pastikan semuanya
akan baik-baik saja. Joey percaya pada temannya, Masi. Namun kecemasannya tetap
saja menyelimub perasaannya. Perasaan yang muncul pagi ini dan terus bertambah
kuat seiring dengan beranjaknya pagi menuju siang. Selain itu, pengaruh obat
menambah kecemasannya semakin buruk.
"Aku akan membawa sepertiga bagianku," kata Carl.
Lalu ketika Masi pergi mengantar Dee berangkat kerja di bank, Joey dan Linda
mengemasi sepertiga bagian uang tersebut dan segera memasukkannya ke dalam koper
hitam kemudian menghampiri El Dorado untuk pulang ke rumah Joey.
3 Di kamarnya yang terletak di lantai dua, Joey membuka kemasan uang. Ia
memisahkan uang pecahan seratus dolar tersebut menjadi empat puluh tumpuk,
masing-masing bundel bernilai seratus lembar, lalu mengikatnya dengan karet
gelang. Ia memberi Linda sebuah kaleng bekas kopi, memintanya untuk memasukkan
kertas pengikat uang dan membakarnya di kamar mandi, lalu membuang abunya ke
dalam toilet. Joey kemudian mengantar Linda ke rumah saudara perempuannya di Roseberry Street.
Joey bermaksud menghabiskan waktunya seharian, hari itu, di rumah saja tanpa
melakukan apa pun, sendirian. Ia berkata kepada Linda bahwa ia akan menjemputnya
nanti malam. Ketika tiba di rumahnya di Front Street, Joey, lagi-lagi memompakan barang haram
ke tubuhnya. Telah bertahun-tahun lamanya Joey mengandalkan cairan itu sebagai
pelipur lara yang memberinya kesenangan tersendiri. Kecanduannya telah berlipat
ganda, bahkan tiga kali lipat merasuki dirinya. Pada awalnya ia merasakan
kesenangan yang didapat dari obat terlarang itu membuatnya sangat bergairah,
kekuatannya seakan bertambah hebat, begitu juga dengan kemampuan seksualnya, dan
ia benar-benar bahagia dibuatnya. Namun ternyata, lama kelamaan desakan candu
narkoba tersebut terasa semakin keras menghimpit dirinya, ia merasa dirinya
tersesat di tengah hutan belantara, bahkan kalaupun ia tidak sedang menyuntik
dirinya, otot dan pembuluh darahnya akan kejang dan berdenyut hebat, lebih
kencang dua hingga tiga kali lipat dan aliran darah normalnya, seperti mesin
yang terus dipaksa berputar, siang dan malam, campuran antara rasa sakit dan
kesenangan sementara. Ia terkadang merasa dipermainkan ulahnya sendiri. Dan efek
negatif dari obat terlarang itu memainkan sisi jahatnya yang paling keji.
Bukannya memberikan Joey energi dan potensi tambahan bagi tubuhnya, ia malahan
semakin ketergantungan akan hadirnya cairan mematikan dalam aliran darahnya
secara terus-menerus. Hanya berselang beberapa jam saja tanpa cairan itu, mesin
dalam tubuhnya akan segera menagihnya, di luar kendali, sensasinya teramat
menggebu-gebu, otaknya menjadi bebal dan terus dihantui bayangan teror yang
menakutkan, tubuhnya akan menggigil, bergetar hebat dan seluruh persendiannya
terasa sakit. Dalam keadaan seperti itulah, Joey akan kelabakan mencari-cari
jarum suntiknya. Kali ini, selain kecemasannya sedikit terobati, Joey merasakan desakan rasa
takut yang muncul dari dalam dirinya. Sembari menatap tumpukan uang yang
berwarna hijau itu, Joey tiba-tiba merasa takut kehilangan benda yang sedang
berada di depannya. Ide untuk mendapatkan uang sebanyak itu ternyata lebih
mendebarkan dari kenyataan dirinya yang kini memilikinya. Namun perasaan
takutnya jauh lebih mendominasi, saat ini, daripada ketika ia mengharapkan untuk
mendapatkan uang sebanyak itu. Kenyataan pahit tentang hidup adalah yang mana
orang lain telah berhasil mengambil pelajaran darinya, sementara Joey tidak
sedikit pun mau peduli bahwa suatu kesuksesan, apa pun, harus diraih dengan
kerja keras agar dapat dinikmati dengan tenang. Sukses, pencapaian diri,
penghargaan dunia itu semua adalah sesuatu yang dapat dipalsukan, atau dapat
dibeli, pun didapati jika keberuntungan berpihak pada orang tersebut. Ketika
kali pertama Joey menemukan uang tersebut, sekilas ia dapat membayangkan dirinya
akan bahagia bergelimang uang banyak. Uang menjanjikan kemakmuran, status sosial
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yang tinggi, serta kebahagiaan. Dengan uang, ia akan dapat membeli atau
memperoleh apa pun yang diinginkannya di dunia ini. Namun sebaliknya, semuanya
hanya semu belaka, paling tidak itulah yang dirasakan nurani Joey saat itu;
uanglah yang kini menguasai dirinya, sama seperti obat terlarang yang terus-
menerus mengatur hidupnya.
Bagaimana ia akan mampu mengatur uang" Bagaimana ia dapat menyembunyikannya
dengan aman" Bagaimana ia dapat membelanjakan uang tersebut dengan tenang" Apa
langkah tepat yang harus dilakukannya"
Kini Joey merasa jika saja polisi tiba-tiba datang dan mendobrak pintu rumahnya
serta menangkapnya. Mungkin sebaiknya ia telah menitipkan uangnya di rumah Masi
dan tidak membawanya kembali ke rumahnya. Ia berdiri dan menghampiri jendela,
melihat ke bawah, ke luar rumah, hanya untuk memastikan keadaan. Agak jauh di
jalanan itu, terlihat John dan Jed sedang memperbaiki sebuah mobil pick-up. Dari
arah berlawanan, terlihat sebuah mobil polisi. Sedang melaju dengan lambat
menelusuri jalan komplek perumahan, kemudian lewat di depan rumah Joey, terus
melaju dan berbelok ke kanan menuju Wolf Street, dekat sebuah rumah di deretan
paling ujung. Para penghuni perumahan hanya berdiri sambil menatap, seolah
sedang menonton mobil polisi yang baru saja berlalu.
Joey berjalan mondar-mandir di dalam rumahnya. Ia harus segera menemukan tempat
aman untuk menyembunyikan uang senilai $400,000
dolar tersebut. Tapi, di mana" Ia segera memasukkan uangnya ke dalam kantong
kertas berwarna coklat dan membawanya ke dapur. Di bawah lantai dapur, dulu ia
sempat membuat lubang untuk menyembunyikan obat-obatan terlarang. Sudah dua kali
polisi datang untuk menggeledah rumahnya, namun mereka tidak berhasil menemukan
tempat persembunyian rahasianya itu. Joey memasukkan sekantong uang ke dalam
lubang tersebut, lalu menutup kembali dengan lantai kayu, rapi, di atasnya.
Akhirnya ia dapat menenangkan diri.
Perasaan Tenang hanya bertahan satu menit. Rasa cemas kembali menghantui. Hanya
karena lubang itu telah berhasil menjadi tempat persembunyian yang sempurna bagi
obat-obatan terlarang miliknya, bukan berarti, tempat tersebut akan cukup aman
untuk menyembunyikan uang sebanyak itu. Polisi tentu saja akan menggeledah lebih
seksama dan berusaha lebih keras lagi untuk dapat menemukan tempat di mana Joey
menyembunyikan uang daripada ketika mereka mencari-cari kalau-kalau Joey
menyembunyikan narkoba di rumahnya. Sebuah tempat persembunyian di bawah lantai"
Tidak. Pihak kepolisian tentu tidak bodoh, mereka akan membawa serta anjing
pelacak yang mungkin dapat mengendus bau uang. Joey paranoid dan merasa dirinya
sedang mencium bau anjing di rumahnya. Ia kembali memeriksa jendela, kemudian
pergi ke dapur, dan kembali mengangkat penutup lubang tempat persembunyian uang
cash itu, lalu mengangkat kantong yang penuh berisi uang.
Pasti ada tempat lain yang lebih aman. Joey melangkahkan kakinya di anak tangga
menuju basement, mencari-cari tempat yang cocok. Ia berada di bawah sana selama
lebih kurang sepuluh menit, lalu terbersit dalam benaknya untuk menyembunyikan
uang tersebut di dalam pipa saluran air panas. Joey meletakkan kantong uang dan
mengambil perkakas. Setelah ia berhasil melepas pipa, Joey membuka bagian atas
water heater dan menarik insulasi fiberglass bagian luar, juga bagian dalamnya.
Joey menyimpan uang di dalam ruang yang kini terbuka di bagian dalam, memasang
kembali fiberglass dan membetulkan pipa. Tubuhnya bermandikan keringat. Joey
kembali ke dapur dan membuat untuk dirinya, secangkir kopi instan.
Dinamo tetap berputar. Pemanas air bertenaga gas. Dan memiliki lampu indikator
di dalamnya. Bagaimana jika uang menjadi panas dan terbakar" Semua uang akan
terlalap habis! Secangkir penuh kopinya belum tersentuh, Joey segera berlari ke
basemen dengan terlebih dahulu menyambar kotak perkakas. Ia melalukan hal sama
seperti yang dilakukannya tadi ketika membuka pemanas air, kemudian menarik uang
keluar dari sana. Ia berlalu setelah membetulkan pemanas air tersebut.
Dua jam telah berlalu, uang dalam koper hitam masih tergeletak dekat kakinya.
Dengan sebelah tangan memegangi perkakas dan sebelas lagi memegangi koper uang,
Joey kembali ke lantai dua, langsung menuju toilet.
Ia memiliki ide lain. Sambil merangkak, ia membuka toilet. Ia memang ahlinya dan
senang bekerja dengan menggunakan tangan. Setelah Joey berhasil mengangkat WC
duduk, ia menyimpan koper uang di dalamnya.
Ruangan ini, pikirnya, sempurna. Joey teringat seorang bandar narkotika yang
menyembunyikan obat-obatan terlarang di bawah toilet. Aroma dari toilet akan
mengaburkan bau obat-obatan terlarang di dalamnya dari endusan anjing pelacak.
Joey lalu membetulkan kembali toiletnya.
Akhirnya, Joey merasa tenang dan sekarang ia bisa mandi dan berganti pakaian. Ia
membuat secangkir kopi baru, karena kopi yang dibuat sebelumnya sudah dingin dan
tidak terminum. Joey duduk di ruang tamu. Ia merasakan betapa sulitnya untuk
menenangkan diri. Setiap beberapa menit, ia akan berdiri untuk melihat situasi
di luar rumah dari balik gorden jendela ibunya yang telah usang. Joey melihat ke
samping kiri dan kanan jalan. Ia melangkah mondar-mandir di ruang tamu. Ketika
efek obat mulai berkurang, Joey segera menancapkan speednya kembali. Joey buang
air kecil di toliet kamarnya di lantai dua. Ia merasa tidak nyaman dan
sepertinya toliet mampet. Tidak benar, pikirnya. Ia sendiri tidak mengerti
mengapa terlintas pikiran seperti itu. Joey mengambil perkakas lalu membongkar
toilet. Bahkan sebelum ia selesai membongkarnya, sudah terlintas dalam benak Joey akan
satu tempat untuk menyembunyikan uangnya, yang lebih baik. Terdapat ruang kosong
di antara dinding luar dan dinding bagian dalam rumahnya yang terbuat dari kayu.
Dari sebuah lemari yang berada dalam kamar ibunya, dengan mudah dia dapat
mencapai satu ruang terbuka antara atap dan rusuk rumah. Memang agak sempit,
namun Joey berhasil merayap hingga ke bagian depan rumah di antara celah-celah
tersebut. Joey kemudian memasukkan kopernya ke dalam ruangan kosong antara kedua
dinding pemisah di bagian depan rumah. Agak sukar, tetapi koper masuk dengan pas
di antara kedua celah itu.
Masalahnya sekarang, Joey tidak dapat memutar badannya untuk kembali ke lubang
masuk tadi. Ia harus merangkak mundur sebelum bisa turun. Sungguh sukar baginya.
Ia melakukannya dengan perlahan-lahan, sesekali berhenti untuk menghela nafas,
lalu mundur satu langkah, perlahan, sedikit demi sedikit. Ia sudah setengah
jalan menuju lubang turun ketika, tiba-tiba, sebuah hentakan melemparkan
badannya. Tubuhnya terpental dan ambruk sehingga, entah bagaimana caranya, ia
kini terkapar di lantai kamar. Ia terlalu parah dalam pengaruh obat untuk
merasakan sakit. Beberapa saat Joey terdiam memikirkan kembali apa yang baru
saja dialaminya. Ia sempat pingsan, entah untuk berapa lama. Di sekelilingnya
terlihat beberapa lempengan alumunium dan beberapa keping plafon yang telah
hancur dan terjatuh dari langitlangit rumah. Di atasnya terlihat sebuah lubang
besar dan menganga. Rupanya ketika ia merangkak mundur tadi, dirinya telah salah
menginjak, bukannya melangkahkan kaki mundur mengenai tulang rusuk langit-
langit, melainkan menginjak tepat di atas plafon tadi. Joey kehilangan
keseimbangan, dan tubuhnya seberat seratus tujuh puluh lima pon, terhempas jatuh
ke lantai yang jaraknya delapan feet setelah menabrak dan menghancurkan plafon
dan tulang rangka langitlangit. Joey duduk dan masih merasa kaget sembari
menatap lubang yang menganga di langit-langit rumah.
Joey menghabiskan waktu sekitar setengah jam untuk membetulkan plafon. Ia
meluruskan lempengan alumunium penyangga dan kembali memasangnya lalu
menempelkan plafon cadangan. Selesai melakukannya, Joey kembali menyuntik cairan
haram dan memutuskan bahwa tempat itu tidak aman untuk menyembunyikan uang.
4 Detektif Pat Laurenzi telah pulang ke rumahnya di Roxborough, Philadelphia
utara, pada hari Kamis tengah malam. Sebelum meninggalkan kantor, ia sempat
membuat laporan hasil penyelidikannya dan menulis pesan untuk dikirim kepada
pihak kepolisian: Buronan: Pencurian, RSP, tgl. 26-2-81 sktr 2:30 sore ant jl Swanson & Wolf oleh
2 K.putih/L = l.usia 20 sd 30 th rambut coklat muda tipis NFD =2. L mobil Chevy
Malibu '69-72. bemper biru. L ambil dr Hwy. 2 tas kanvas dr kotak kuning jatuh
dr Mobil boks Purolator isi + $1,2 jt dolar cash nom $100 Ser# tdk urut, uang dr
Federal Reserve Bank 6th Arch St. 26-2-81. Tag di tas. Putih dg tulisan Atlantic
National Bank of Ventnor, N.J. Diikat dan segel. Info Ibh lanjut kontak FBI atau
South Det Special Invest Unit. Det.Laurenzi.
Ketika Detetif Pat kembali ke kantor keesokan harinya pada pukul delapan pagi,
banyak sekali pesan masuk di mesin penjawab teleponnya.
Telepon sudah mulai berdering di kantornya sejak disiarkannya berita malam pada
hari Kamis dan setelah ia meninggalkan kantor, tanggapan masyarakat untuk
membantunya semakin besar. Setiap uang kertas nominal seratus dolar di negara
bagian itu dicurigai. Masyarakat telah melihat mobil dengan ciri-ciri yang
disebutkan dalam berita, di tiga negara bagian yang berbeda, sedang melaju
menuju lima arah yang berbeda. Seorang penelepon melaporkan bahwa ia melihatnya
di Philadelphia Barat dekat Drexel University, oleh karenanya Pat segela
melompat ke jok mobilnya untuk mengamati kawasan seputar kota tersebut. Nihil.
Ia kembali ke markas untuk mencatat berita telepon lainnya.
Ia meminta surat tugas untuk menggeledah sebuah area pembuangan rongsokan
kendaraan, berjaga-jaga siapa tahu Piacentino bersaudara tidak menyambut
kedatangannya dengan ramah, namun setibanya di sana, Pat berpikir bahwa mungkin
akan menyita waktu berminggu-minggu hanya untuk meneliti satu persatu rongsokan
mobil yang menumpuk di sana dan, selain itu ia teringat cerita orang mengenai
watak bengis sang kedua bersaudara.
Pat menyadari kendala yang dihadapinya. Ia tidak dapat berbuat lebih jauh
kecuali menunggu suatu keadaan yang lebih baik atau suatu kejadian lain yang
dapat dijadikannya petunjuk. Di atas meja metalnya, dengan menggunakan
penggaris, sang detektif merekareka peta sederhana Swanson Street, antara Oregon
dan Wolf. Ia memberi tanda letak kantor Purolator dan tempat pembuangan barang
bekas, kemudian menggambarkan sebuah kotak kecil tepat di bagian tengah-kanan
jalan itu dan memberinya tanda dengan tulisan "Tub." Ia lalu membubuhkan detil
lainnya. Beberapa yard dari tempat kotak metal (tub) terjatuh, terdapat sebuah
tiang kabel telepon, Pat memberinya tanda "Pole."
Selesai ia menggambar, Pat tertawa sendiri. Begitu kocak kelakuannya dan begitu
sedikit informasi yang dapat digunakannya demi kelancaran penyelidikannya.
Akhirnya Pat memutuskan untuk mengemudi di seputar kawasan menghilangnya uang,
untuk lebih mengenal situasi di area tersebut, tentang tata letak jalan yang
membentang hingga ke ujung sebelah timur. Unit investigator berseragam telah
disebar acak ke beberapa wilayah ini, dengan berjalan kaki, mengendarai mobil,
maupun menggunakan helikopter. Mereka semua sedang mencari jika saja terlihat
mobil Chevy Malibu seperti yang dideskripsikan dalam laporannya. Namun tempat
itu terlalu lengang serta tanda-tanda keberadaan mobil tersebut tidak terlihat
sama sekali. Mungkin saja kedua bersaudara Piacentino telah salah melihat, baik
jenis mobil, maupun warnanya. Sejauh ini, penyisiran lokasi tidak membuahkan
hasil apa pun. Semakin lama Detektif Pat menunggu datangnya petunjuk, semakin tidak sabar ia
dibuatnya; ia merasa hari berjalan lambat dan waktu terasa lebih panjang. Akan
tetapi Pat bukanlah tipe seorang pria yang mudah menyerah. Di luar pesan telepon
yang terus masuk terkadang, deskripsinya tidak masuk akal ia merasa bahwa siapa
pun yang telah mengambil uang tersebut, pastilah tinggal tidak jauh dari tempat
terjatuhnya. Jika perkiraannya benar, harapannya untuk segera mengungkap kasus
itu semakin besar. Ini adalah South Philly. Sesuai tradisi masyarakat yang
terlalu akrab satu sama lain, di tempat ini tidak mungkin jika seseorang anggota
kelompok masyarakat di sana menemukan uang sebesar itu, beritanya tidak akan
bocor pada seseorang lainnya. Jika seseorang itu dikabari tentang temuan uang,
orang itu dalam kurun waktu yang relatif singkat tentu akan segera mengabari
orang lainnya, lalu pada orang lainnya lagi, dan seterusnya, secara berantai.
Lagipula, keadaan seperti itu tentu sifatnya alamiah, bagi manusia yang selalu
tidak sabar untuk menunjukkan kegembiraannya di mata orang lain. Naluri Pat
mengatakan bahwa ia harus terus berjalan-jalan di seputar kawasan tersebut dan
bersiap siaga untuk beraksi jika dugaannya menjadi kenyataan.
Ia mengemudi perlahan, memutar dan mengitari kawasan perumahan hingga sepuluh
blok jauhnya dari Wolf dan Swanson Street, kemudian berbalik arah, bolak-balik
hingga lingkaran arah yang dilaluinya semakin kecil. Setelah selesai, Detektif
Pat mengulanginya kembali.
5 Joey meninggalkan rumahnya dengan membawa uangnya yang dikemas di dalam sebuah
tas ransel sekolah. Hari menjelang petang. Di sebelas atas atap rumahnya
terlihat bayangan besar 1-95 yang tersorot sinar matahari berwarna ungu. Di
seberang kota, pantulan sinar matahari itu terlihat berkemilau warna oranye dan
pink, dan di jalanan depan rumahnya, suasana sudah terlihat gelap. Banyak
terdapat polisi berkeliaran di mana-mana. Joey merasa seolah-olah tas ransel
yang dipikul di pundaknya mengeluarkan cahaya lampu neon kerlap-kerlip di bagian
luarnya, sama seperti perasaan bersalahnya yang terlihat menyala dalam
kegelapan. Detak jantungnya terasa memukuli genderang telinganya. Apalagi ketika
sebuah helikopter terbang rendah di atas kepala, ia merasa pastilah polisi yang
sedang mengawasi gerak-geriknya. Joey merasa ingin lari, namun ia melihat betapa
banyak polisi dan anjing pelacak yang besar-besar di seputar kawasan perumahan
itu. Pemandangan itulah yang membuatnya mengurungkan niat berlari. Ia berjalan
santai menuju mobil El Dorado. Ia lemparkan tas dari punggungnya ke jok depan di
samping kemudi. Joey mulai mengemudi, perlahan dan dengan penuh kehati-hatian,
ia menuju Wolf Street yang berjarak sekitar tujuh blok dari rumahnya, menuju
rumah salah seorang teman bernama Mike DiCriscio.
Setelah ia mengemudi beberapa blok, Joey menghentikan kendaraannya sesaat,
memindahkan tas uang ke bagasi, kemudian melanjutkan perjalanan.
Mike berusia enam tahun lebih tua dari Joey. Tubuhnya tinggi dan kulitnya agak
gelap, berkumis tebal dan rambutnya ikal berwarna hitam.
Mike seorang pria yang pandai bicara, lelaki yang sikapnya serius dan kurang
rasa humor. Ia menafkahi istrinya dengan usaha jual-beli; membeli rumah yang
sudah agak rusak, merenovasinya, lalu menjualnya kembali dengan harga tinggi.
Joey melihat potensi lelaki itu sebagai seorang yang senang membeli uang dengan
uang. Joey menaruh hormat padanya. Ia melirik Mike karena mulai merasa
kehilangan kepercayaan kepada Carl Masi.
Oleh karena ia berpikir mungkin lebih baik membawa uang bagiannya itu kepada
Mike untuk meminta bantuan. Mungkin saja Mike dapat memberikan ide cemerlang.
Malam tiba dan hari sudah gelap ketika Mike mempersilahkan Joey masuk ke dalam
ruang tamunya. Ia terlihat tegang, dan senyumannya dilihat Joey seperti senyuman
seorang lelaki tolol. Mike dan istrinya, Marion, mengajak Joey untuk minum kopi
bersama di dapur. Mereka duduk-duduk sambil berbincang-bincang. Mike mengeluh karena lambannya
bisnis penjualan kembali rumah yang telah direnovasinya. Keduanya mengeluh atas
pembayaran tagihan pajak rumah yang sudah jatuh tempo dan tagihan lainnya.
"Tidak perlu cemas, " kata Joey yang tiba-tiba merasa seolah ditarik medan
magnet. "Aku akan mengurus semua itu. Aku bahkan akan memberimu apa pun yang
kalian minta." Sepasang suami istri hanya tersenyum mendengarnya. Pikirnya, bagaimana mungkin
anak muda ini mampu membereskan kesusahan mereka"
"Apa kalian pernah mendengar berita tentang sebuah mobil boks armored Purolator
yang menjatuhkan uang jutaan dolar yang kini telah lenyap karena diambil
seseorang?" Joey bertanya pada Mike dan Marion.
"Yeah." "Akulah orangnya." Mike tidak merespons.
"Aku-lah orangnya," Joey mengulangi perkataanya dengan berbisik namun cukup
keras untuk bisa didengar oleh siapa saja, jika saja ruangan dapur penuh
disesaki orang. "Aku telah menemukan uang mereka."
Mike sudah pernah melihat Joey berbicara ngawur sebelumnya. Kali ini pun, ia
berpikir bahwa Joey tengah setengah mati berada dalam pengaruh obat terlarang.
Joey mengajak Mike keluar menuju mobilnya untuk membuka bagasi dan menunjukkan
uangnya. Ia hampir-hampir tidak percaya atas apa yang sedang dilihatnya. Tas
yang terlihat padat itu, sepertinya berisi lebih dari sepertiga jumlah
keseluruhan uang jutaan dolar yang hilang.
Joey mengakui bahwa beban pikirannya terlalu berat. Ia membutuhkan bantuan Mike.
Langkah pertama, katanya, mereka harus berbicara pada seorang pria bernama Carl
Masi untuk mengembalikan dua pertiga bagian uang yang telah dititipkannya kepada
Carl dan Sonny. Selanjutnya Joey akan menyerahkan uang tersebut kepaada temannya yang satu ini
untuk mengelolanya. Sudah seharian Joey berpikir keras, dan apa yang dipikirkannya tidak lain
hanyalah prasangka bahwa Masi dan temannya dari geng mafia, Sonny, tidak
sepenuhnya jujur. Semakin lama Joey memikirkannya, semakin berat membebani
pikiran, menganggap bahwa ia akan kehilangan bagian terbesar dari uang temuannya
yaitu senilai $800,000. Joey semakin merasa cemas.
Pikirnya, ia telah salah langkah. Ia ingin pergi menemui Masi dan bicara baik-
baik padanya dengan didukung orang yang lebih hebat dalam bicara seperti halnya
Mike. Ketika Joey menelepon dari rumah Mike, anak perempuan Masi-lah yang mengangkat
teleponnya. Ia menjawab bahwa ayahnya sedang tidak di rumah dan mengatakan bahwa
kedua teman Joey yang pernah diajaknya ke sana, saat itu sedang berada di rumah
Masi.
Joey Si Frustasi Yang Beruntung Karya Mark Bowden di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Seolah ia kekurangan masalah, kini Joey harus juga berurusan dengan John dan
Jed. Ia telah memarkir mobil ayah John di suatu tempat di Jersey.
Mereka tentu saja menginginkan mobil itu kembali. John dan Jed pastilah
menginginkan bagian mereka atau sebaliknya, berniat mengembalikan uang temuan
kepada pemilik aslinya. Malam sebelumnya, keduanya pernah menyarankan demikian.
Joey meminta anak perempuan Masi untuk berbicara kepada pada John.
"Jangan keluar dari rumah itu," kata Joey kepada John. "Aku akan segera ke
sana." Kedua pria yang usianya lebih muda dari Joey itu, masih marah dengan kelakuan
Joey yang memberitahukan rahasia mereka pada Pacarnya. Pada kenyataannya, John
pun telah memberitahukan ayahnya akan rahasia temuan uang tersebut. Ia merasa
tidak punya pilihan lain.
Bagaimana ia akan memberikan penjelasan pada ayahnya tentang mobilnya yang
hilang" Ayahnya tentu saja marah besar. John akhirnya mengakuinya.
Lagipula deskripsi mobil yang digunakan penemu uang cocok sekali dengan apa yang
diberitakan media massa. Semua kacau. Jed, sementara itu, telah juga membocorkan
rahasia mereka kepada ibunya. Orang tua keduanya tentu saja bersikeras. Mereka
menginginkan mobil tuan Behlau kembali, dan meminta ketiga pria itu segera
mengembalikan uang milik Purolator sebelum masalahnya menjadi lebih rumit!
Joey menaruh koper hitamnya di dalam lemari kamar tamu di rumah Mike. Keduanya
lalu pergi ke rumah Masi. Ketika mereka tiba di sana, John meminta untuk
mengembalikan mobil ayahnya. Keduanya juga menyatakan bahwa mereka bersikeras
meminta Joey untuk segera mengembalikan uang tersebut kepada pemiliknya. Suasana
semakin panas. Kedua teman Joey terlalu takut untuk mengambil risiko. Mereka
ingin mengakhiri petualangan, dan cukup dengan hanya menerima imbalan atas
pengembalian uang jutaan dolar tersebut.
Bangau Sakti 18 Darah Ksatria Harkat Pendekar Karya Khu Lung Pendekar Misterius 2