Pencarian

Omerta 4

Omerta Karya Mario Puzo Bagian 4


Tapi satu hal terus-menerus bertahan dalam benaknya. Rosie tetap tinggal di
rumahnya bersama mayat itu selama lebih dari dua puluh empat jam, hingga Astorre
datang. Itu sebuah misteri, dan kalau ada satu misteri, bisa jadi ada yang lain.
Tapi Astorre menyapu air mata Rosie dan mencium pipi gadis itu untuk
menghiburnya. "Kau mau bertemu denganku lagi?" tanya Rosie
204 OMERTA - Mario Puzo padanya, menyurukkan wajahnya ke bahu Astorre, hingga Astorre merasakan
kelembutan tubuhnya. "Tentu saja," kata Astorre. Tapi dalam hatinya ia
tidak yakin. Keesokan paginya Mr. Pryor muncul kembali dan
memberitahukan bahwa Rosie sudah bisa kembali ke
apartemennya. Rosie memeluknya erat-erat, yang mana
diterimanya dengan hangat. la telah menyediakan sebuah mobil untuk Rosie.
Setelah kepergian Rosie. Mr. Pryor, yang tampak
rapi dengan topi bulat dan payungnya, mengajak Astorre ke bandara. "Jangan
mengkhawatirkan dia," kata Mr.
Pryor. "Kami akan menangani segala sesuatunya."
"Beri aku kabar," kata Astorre.
"Tentu saja. Dia gadis yang mengagumkan, seorang
wanita Mafioso. Kau harus memaafkan pelanggaran
kecilnya." 205 OMERTA - Mario Puzo BAB 8 SELAMA tahun-tahunnya di Sisilia, Astorre dilatih untuk menjadi Qualified Man -
algojo pelaksana. Ia bahkan memimpin pasukan yang terdiri atas enam orang
anggota cosca Bianco ke kawasan Corleone sendiri untuk mengeksekusi sasaran
bombardir utama, seorang pria
yang meledakkan seorang jenderal Angkatan Darat Italia dan dua hakim anti-Mafia
yang paling kompeten di Sisilia.
Penyerbuan tersebut sangat berani, sehingga
mengokohkan reputasinya di kalangan cosca Palermo pimpinan Bianco.
Astorre juga menjalani kehidupan sosial yang aktif
dan sering mengunjungi caf?- caf? dan kelab malam di Palermo - sebagian besar
untuk menemui wanita-wanita
cantik. Palermo penuh dengan picciotti, atau prajurit lapangan, Mafia muda dari
berbagai cosca, semuanya bersikeras untuk memamerkan kejantanan, semuanya
berhati-hati untuk menimbulkan kesan yang baik dengan setelan buatan penjahit,
kuku-kuku terawat, dan rambut yang disisir ke belakang dan mengilat bagai kulit.
Semuanya berusaha mendapatkan ketenaran - untuk
ditakuti dan disayangi. Yang paling muda di antara
mereka berusia belasan, dengan kumis rapi dan bibir
semerah koral. Mereka tidak pernah mengalah sedikit pun kepada pria-pria
lainnya, dan Astorre menghindari
206 OMERTA - Mario Puzo mereka. Mereka serampangan, membunuh bahkan orang-
orang yang lebih tinggi jabatannya dalam dunia mereka, dan oleh karena itu boleh
dikatakan memastikan kematian mereka sendiri dalam waktu singkat. Karena
membunuh sesama anggota Mafia sama seperti tidur dengan istrinya, dan hukumannya mati.
Untuk menenangkan kebanggaan
mereka, Astorre selalu menunjukkan penghormatan yang ceria kepada mereka. Dan ia
populer di kalangan mereka.
Hal ini membantunya sewaktu ia jatuh cinta pada seorang penari kelab bernama
Buji, dan dengan begitu menghindari ketidaksenangan karena masalah perasaan.
Astorre menghabiskan beberapa tahun sebagai
tangan kanan Bianco dalam menghadapi cosca Corleonesi.
Sesekali ia menerima instruksi dari Don Aprile yang tidak lagi mengunjungi
Sisilia secara teratur. Perselisihan utama antara cosca Corleonesi dan cosca Bianco adalah masalah
strategi jangka panjang. Cosca Corleonesi telah memutuskan untuk meneror pihak berwenang. Mereka membunuh
para hakim yang menyelidiki dan meledakkan para jenderal yang dikirim untuk menekan Mafia di
Sisilia. Bianco percaya bahwa dalam jangka panjang tindakan ini merugikan,
sekalipun untuk jangka pendek menguntungkan. Tapi keberatannya menyebabkan
teman-temannya sendiri mulai terbunuh.
Bianco membalas, dan pertempuran tersebut berlangsung demikian hebatnya,
sehingga kedua beach pihak kembali berusaha berdamai.
Selama tahun-tahunnya di Sisilia, Astorre memilih
seorang teman dekat. Nello Sparra berusia lima tahun lebih tua daripada Astorre
dan anggota band di kelab malam Palermo di mana para hostesnya sangat cantik,
dan sebagian juga berfungsi sebagai pelacur kelas atas.
207 OMERTA - Mario Puzo Nello tidak pernah kekurangan uang - ia tampaknya
memiliki berbagai sumber penghasilan. la mengenakan
pakaian dengan gaya Mafioso Palermo yang indah. Ia
selalu bersemangat tinggi dan siap menjalani
petualangan, dan gadis-gadis di kelab mencintainya
karena ia memberi mereka hadiah-hadiah kecil pada hari ulang tahun mereka atau
pada hari libur. Dan juga karena mereka menduga ia adalah salah satu pemilik
rahasia kelab, yang merupakan tempat aman dan nyaman untuk
bekerja berkat perlindungan ketat dari cosca Palermo yang mengendalikan seluruh
hiburan di provinsi tersebut.
Gadis-gadis itu dengan gembira bersedia menemani Nello dan Astorre dalam pesta-
pesta pribadi dan perjalanan wisata singkat ke pedalaman.
Buji bertubuh jangkung, sangat menarik, dan
berambut pirang kemerahan. Ia menari di kelab ma-lam Nello Sparra. la terkenal
karena temperamennya dan kemerdekaannya dalam memilih kekasih. Ia tidak pernah mendekati seorang
picciotto: orang-orang yang merayunya harus memiliki uang dan kekuasaan. Ia
punya reputasi sebagai serdadu bayaran dengan cara yang terus terang dan
terbuka, sehingga dianggap Mafioso. la
menuntut hadiah-hadiah mahal, tapi kecantikannya
menyebabkan pria-pria kaya di Palermo bersemangat
untuk memuaskan kebutuhannya.
Selama bertahun-tahun Buji dan Astorre
mengembangkan hubungan yang hampir mirip cinta
sejati. Astorre merupakan kesayangan Buji, sekalipun ia tidak ragu-ragu
meninggalkan Astorre kalau ada
pengusaha Palermo yang mengajaknya melewati akhir
pekan dengan bayaran memuaskan.
Sewaktu pertama kali ia berbuat begitu, Astorre
mencelanya, tapi Buji mengalahkannya dalam perdebatan.
"Aku sudah dua puluh satu tahun," kata Buji.
208 OMERTA - Mario Puzo Kecantikan ini modalku. Saat berumur tiga puluh tahun, aku bisa menjadi ibu
rumah tangga dengan setumpuk
anak, atau kaya raya dan mandiri serta memiliki sebuah toko kecil. Tentu saja,
kita bersenang-senang bersama, tapi kau akan kembali ke Amerika, sedangkan aku
tidak ingin ke sana - dan kau juga tidak bakal membawaku. Kita nikmati saja
kehidupan ini sebagai manusia bebas. Kau akan mendapatkan yang terbaik dariku
sebelum aku bosan denganmu. Jadi, hentikan omong kosong ini. Aku harus menjalani
kehidupanku." Lalu ia menambahkan
dengan agak nakal, "Lagi pula, kehidupanmu agak terlalu berbahaya untuk bisa
kuandalkan." Nello memiliki sebuah vila besar di luar Palermo, di tepi pantai. Bangunan
tersebut memiliki sepuluh kamar, dengan mudah bisa menampung mereka untuk
berpesta. Di lantai dasar terdapat kolam renang berbentuk Pulau Sisilia dan dua lapangan
tenis tanah liat yang jarang dipergunakan.
Di akhir pekan, vila tersebut biasanya penuh oleh
kerabat jauh Nello, yang datang berkunjung dari
pedalaman. Anak-anak yang tidak berenang terpaku di
lapangan tenis dengan mainan dan raket tua mereka,
serta bola tenis kuning kecil yang mereka tendang ke sana kemari bagai bola
sepak, hingga berhamburan di
atas tanah liat, seperti burung-burung kuning kecil.
Astorre terlibat dalam kehidupan keluarga ini dan
diterima sebagai keponakan kesayangan. Nello menjadi bagai saudara baginya. Di
malam hari Nello bahkan mengundangnya ke panggung kelab, dan mereka
menyanyikan lagu-lagu balada cinta Italia untuk para hadirin, yang menyoraki
mereka dengan penuh semangat dan menyebabkan para gadis terpesona.
209 OMERTA - Mario Puzo Singa Palermo, hakim yang terang-terangan melakukan korupsi tersebut, sekali
lagi menawarkan rumahnya dan dirinya untuk pertemuan antara Bianco dan Limona.
Sekali lagi, mereka masing-masing diizinkan membawa empat
orang pengawal. Pada saat itu, Bianco bahkan bersedia memberikan
sebagian kecil kerajaan konstruksi Palermo-nya untuk memastikan perdamaian.
Astorre tidak bersedia mengambil risiko. Ia dan
ketiga pengawal lainnya bersenjata lengkap untuk
menghadiri pertemuan tersebut.
Limona dan anak buahnya tengah menunggu di
rumah sang hakim, ketika Bianco, Astorre, dan para
pengawalnya datang. Hidangan makan berbagai jenis
telah disiapkan. Tidak satu pun pengawal duduk untuk makan, hanya sang hakim -
rambut putihnya diikat dengan sehelai pita merah muda agar tidak
mengganggu - dan Bianco serta Limona.
Limona makan sangat sedikit, tapi ia luar biasa
ramah dan peka terhadap ekspresi hangat Bianco. Ia
berjanji tidak akan ada lagi pembunuhan terhadap para pejabat, terutama mereka
yang menerima suap dari Bianco. Di akhir makan malam, saat mereka bersiap-siap
menuju ruang duduk untuk diskusi terakhir, si Singa
meminta izin dan berkata akan kembali dalam lima menit.
Saat mengatakannya ia melontarkan senyum kikuk
dengan cara yang menyebabkan mereka memahami
bahwa ia ingin ke toilet.
Limona membuka sebotol anggur lagi dan mengisi
gelas Bianco. Astorre menuju jendela dan melirik ke jalur masuk
210 OMERTA - Mario Puzo lebar di bawahnya. Sebuah mobil tengah menunggu, dan saat ia mengawasi, kepala
putih besar Singa Palermo
muncul di jalur masuk. Hakim tersebut masuk ke dalam mobil, yang bergegas
melesat pergi. Astorre tidak ragu-raga sedikit pun. Benaknya
seketika menyatukan berbagai pemikiran. Pistolnya telah berada di tangan bahkan
sebelum ia menyadarinya. Limona dan Bianco tengah minum dari gelas
masing-masing. Astorre melangkah mendekati mereka,
mengangkat pistolnya, dan menembak wajah Limona.
Pelurunya mengenai gelasnya lebih dulu sebelum
memasuki mulut Limona, dan serpihan gelas
berhamburan ke meja bagaikan berlian.
Astorre bergegas mengarahkan pistolnya ke ke-
empat pengawal Limona dan mulai menembak. Orang-
orangnya sendiri telah mencabut pistol masing-masing dan menembak. Mayat-mayat
pun berjatuhan ke lantai.
Bianco ternganga memandang mereka.
Astorre berkata, "Singa sudah meninggalkan vila,"
dan Bianco seketika mengerti bahwa ini jebakan.
"Kau harus berhati-hati," kata Bianco kepada
Astorre, sambil memberi isyarat ke arah mayat. "Teman-temannya akan memburumu."
Tidak mustahil bagi orang yang keras kepala untuk
bersikap loyal, tapi tidak mudah baginya untuk tidak terlibat masalah. Dan hal
ini terbukti pada Pietro Fissolini.
Setelah diampuni oleh Don Raymonde, tindakan yang
jarang terjadi, Fissolini tidak pernah mengkhianati sang Don.
Tapi ia mengkhianati keluarganya sendiri.
Ia berselingkuh dengan istri keponakannya, Aldo
211 OMERTA - Mario Puzo Monza. Dan hal ini terjadi bertahun-tahun setelah janjinya kepada sang Don,
yaitu sewaktu ia telah berusia enam puluh tahun.
Tindakannya benar-benar bodoh. Sewaktu Fissolini
berselingkuh dengan istri keponakannya, ia
menghancurkan kepemimpinannya dalam cosca. Karena dalam kelompok-kelompok kecil
Mafia yang terpisah ini, untuk mempertahankan kekuasaan, seseorang harus
meletakkan keluarga di atas segalanya.
Yang menjadikan situasinya lebih berbahaya lagi
adalah si istri tersebut merupakan keponakan Bianco.
Bianco tidak akan mentolerir pembalasan apa pun dari si suami terhadap
keponakannya. Si suami akhirnya harus membunuh Fissolini, paman kesayangannya
dan pemimpin cosca. Kedua provinsi tersebut akan
bermandikan darah, dan mengurai jumlah populasi di
pedalaman. Astorre mengirim kabar kepada sang Don, meminta
petunjuknya. Jawabannya, "Kau pernah menyelamatkannya; kau
yang harus memutuskannya sekarang."
Aldo Monza adalah salah seorang anggota paling
berharga di cosca-nya dan di antara para kerabat jauh. Ia termasuk salah seorang
yang diampuni oleh sang Don
bertahun-tahun yang lalu. Jadi, sewaktu Astorre
memanggilnya ke vila sang Don, ia bersedia datang.
Astorre melarang Bianco ikut pertemuan tersebut,
dengan jaminan ia akan melindungi keponakan Bianco.
Monza bertubuh terlalu jangkung untuk ukuran
Sisilia, hampir enam kaki. Ia kekar, tubuhnya terbentuk karena kerja keras yang
dilakukannya sejak masih kecil.
Tapi matanya sangat cekung dan wajahnya yang hampir
tidak tertutup daging tertarik begitu erat, hingga
212 OMERTA - Mario Puzo kepalanya lebih mirip tengkorak. Hal ini menyebabkan ia tampak tidak menarik dan
berbahaya - dan, dalam hal-hal tertentu, tragis.
Monza adalah anggota paling cerdas dan
berpendidikan dalam cosca Fissolini. Ia belajar di Palermo untuk menjadi dokter
hewan, dan ia selalu membawa tas kerjanya. Ia memiliki simpati terhadap hewan
dan jasanya banyak dibutuhkan. Sekalipun begitu, ia berpegang teguh pada kode
kehormatan Sisilia, sebagaimana para petani.


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Selain Fissolini, ia adalah orang terkuat di cosca.
Astorre telah mengambil keputusan. "Aku tidak
kemari untuk meminta pengampunan terhadap Fissolini.
Aku mengerti bahwa cosca-mu sudah setuju akan pembalasanmu. Aku mengerti
kedukaanmu. Tapi aku kemari untuk meminta pengampunan terhadap ibu anak-
anakmu." Monza menatapnya. "Dia pengkhianat, kepadaku
dan anak-anakku. Aku tidak bisa membiarkannya hidup."
"Dengarkan aku," kata Astorre. "Tidak ada yang
membalas dendam untuk Fissolini. Tapi istrimu keponakan Bianco. Bianco akan
membalas kematiannya. Cosca-nya lebih kuat dari cosca-mu. Akan terlalu banyak
korban kalau kalian berperang. Pikirkan anak-anakmu."
Monza mengibaskan tangan dengan jijik. "Siapa
yang tahu apakah mereka benar-benar anakku atau
bukan" Dia pelacur." Ia diam sejenak. "Dan dia akan mati selayaknya seorang
pelacur." Wajahnya memancarkan
kematian. Ia sudah lebih dari murka. Ia bersedia
menghancurkan dunia. Astorre mencoba membayangkan kehidupan orang
ini di desa, kehilangan istrinya, kehormatannya dikhianati oleh paman dan
istrinya. "Dengarkan baik-baik," kata Astorre. "Bertahun-
213 OMERTA - Mario Puzo tahun yang lalu sang Don mengampuni dirimu. Sekarang dia mengajukan permintaan
ini padamu. Balaslah dendammu pada Fissolini, karena sudah seharusnya. Tapi bebaskan istrimu, dan
Bianco akan mengatur agar dia dan anak-anakmu dikirim ke keluarga di Brasilia.
Sedangkan untukmu pribadi, ku ajukan penawaran ini dengan
persetujuan sang Don. Ikutlah denganku sebagai asisten pribadiku. Kau akan
menjalani kehidupan yang kaya dan menarik. Dan kau tidak akan dipermalukan di
desamu. Kau juga akan aman dari pembalasan teman-teman
Fissolini." Astorre senang melihat Aldo Monza tidak
menunjukkan tanda-tanda marah atau terkejut. Selama
lima menit Monza membisu, berpikir dengan hati-hati.
Lalu Monza berkata, "Apa kau akan terus memberi
upah kepada cosca keluargaku" Saudaraku yang akan
memimpin kalau aku ikut denganmu."
"Tentu saja," kata Astorre. "Mereka berharga bagi
kami." "Kalau begitu, sesudah membunuh Fissolini, aku
akan ikut denganmu. Baik kau maupun Bianco tidak boleh ikut campur sama sekali.
Istriku tidak boleh pergi ke Brasilia sebelum melihat mayat pamanku."
"Setuju," kata Astorre. Dan ketika teringat wajah
riang dan senyum nakal Fissolini, ia merasakan sengatan penyesalan. "Kapan kau
akan melakukannya?" "Hari Minggu," kata Monza. "Aku akan
mendampingimu hari Senin. Dan semoga Tuhan
membakar Sisilia dan istriku dalam seribu neraka abadi."
"Akan ku temani kau kembali ke desa," kata Astorre.
"Akan ku lindungi istrimu. Aku khawatir kau terbawa
emosi." Monza mengangkat bahu. "Aku tidak bisa
214 OMERTA - Mario Puzo membiarkan nasibku ditentukan oleh apa yang
dimasukkan wanita ke dalam vaginanya."
Cosca Fissolini bertemu hari Minggu pagi itu. Para keponakan dan menantu harus
memutuskan, apakah perlu membunuh adik laki-laki Fissolini juga, agar tidak membalas dendam. Sudah
tentu adiknya itu mengetahui
perselingkuhan kakaknya, dan dengan tidak
mengungkapkannya, berarti ia telah menutupinya.
Astorre tidak terlibat dalam diskusi ini sedikit pun. la hanya menjelaskan bahwa
istri dan anak-anak Monza
tidak boleh diusik. Tapi ia merasa ngeri melihat
kekejaman orang-orang ini terhadap apa yang
menurutnya bukanlah kesalahan fatal. Ia sekarang
menyadari betapa pengampunannya sang Don pada
dirinya selama ini. Ia memahami bahwa masalahnya bukan sekadar
masalah seksual. Bila seorang istri mengkhianati
suaminya, berarti ia telah membiarkan kemungkinan
masuknya kuda Troya ke dalam struktur politik cosca. Si istri ini bisa
membocorkan rahasia dan melemahkan
pertahanan; ia memberikan kekuasaan atas Keluarga
suaminya kepada kekasih gelapnya. Ia sama seperti
mata-mata dalam perang. Cinta bukan alasan untuk
pengkhianatan seperti itu.
Jadi, anggota cosca berkumpul pada hari Minggu pagi itu untuk sarapan di rumah
Aldo Monza, dan sewaktu para wanita pergi mengikuti misa bersama anak-anak,
tiga orang anggota cosca mengajak adik laki-laki Fissolini ke padang - dan
membunuhnya. Yang lain mendengarkan,
sementara Fissolini berusaha mendekati anggota cosca-
nya yang berkumpul di sekelilingnya. Hanya Aldo Monza yang tidak tertawa
mendengar lelucon-leluconnya.
215 OMERTA - Mario Puzo Astorre, sebagai tamu kehormatan, duduk di
samping Fissolini. "Aldo," kata Fissolini pada keponakannya sambil
tersenyum, "kau masam sekali."
Monza balas menatap pamannya, "Aku tidak bisa
segembira dirimu, Paman. Bagaimanapun, aku tidak
selingkuh dengan istrimu, bukan?"
Pada saat yang sama, tiga orang anggota cosca
menyambar Fissolini dan menahannya di kursi.
Monza pergi ke dapur dan kembali membawa tas
berisi peralatan dokter hewannya. "Paman," katanya,
"akan ku ajarkan apa yang sudah kau lupakan."
Astorre memalingkan wajah.
Di bawah siraman cahaya terang matahari pagi, di jalan tanah yang menuju Gereja
Bunda Maria yang Diberkati, seekor kuda putih besar melangkah perlahan-lahan. Di
atas kuda tersebut tampak sosok Fissolini. Ia diikat ke pelana dengan kawat, dan
punggungnya ditopang oleh
kayu salib besar. Ia hampir-hampir tampak hidup. Tapi di atas kepalanya, bagai
mahkota duri, bertengger sarang dari ranting-ranting berisi rerumputan hijau,
membentuk sebuah gundukan, dan di atas sarang tersebut terdapat penis dan buah
zakarnya. Dari situ darah mengalir
membentuk jala-jala tipis menutupi wajahnya.
Aldo Monza dan istrinya yang cantik dan masih
muda mengawasi dari tangga gereja. Istrinya hendak
membuat tanda salib, tapi Monza memukul lengannya dan memegangi kepalanya agar
tetap melihat. Lalu ia mendorong istrinya ke jalan untuk mengikuti mayat
tersebut. Astorre mengikuti wanita itu dan membimbingnya ke
mobil untuk membawanya ke Palermo dan
216 OMERTA - Mario Puzo mengamankannya. Monza bergerak hendak mendekati Astorre dan
istrinya, wajahnya memancarkan kebencian yang amat
sangat. Astorre menatapnya tanpa bicara dan
mengacungkan jari sebagai peringatan. Monza
membiarkan mereka pergi. Enam bulan setelah pembunuhan Limona, Nello
mengundang Astorre berakhir pekan di vilanya. Mereka akan bermain tenis dan
mandi di laut. Mereka akan
berpesta pora dengan ikan tangkapan lokal yang lezat sekali, dan mereka akan
ditemani oleh dua orang hostess yang paling cantik di kelab, Buji dan Stella.
Dan tidak ada kerabat yang datang ke vila, karena harus menghadiri pesta
pernikahan keluarga besar-besaran di pedalaman.
Cuaca Sisilia saat itu sedang indah, matahari agak
tertutup, sehingga panasnya masih tertahankan dan
menyebabkan langit bagaikan berkanopi raksasa. Astorre dan Nello bermain tenis
bersama gadis-gadis tersebut, yang belum pernah melihat raket tapi memukul
dengan penuh semangat, sehingga bolanya melayang keluar
pagar berulang-ulang. Akhirnya Nello menyarankan agar mereka berjalan-jalan di
pantai dan berenang. Keempat pengawal tengah menikmati suasana dari
beranda yang teduh, para pelayan membawakan mereka
hidangan dan minuman. Tapi ini tidak mengurangi
kewaspadaan mereka. Satu hal, para pengawal itu senang mengawasi tubuh-tubuh
langsing kedua wanita yang
tertutup pakaian renang, berspekulasi mana yang lebih hebat di ranjang. Semua
setuju Buji pastilah yang lebih hebat, dilihat dari cara bicara dan tawanya yang
penuh semangat, menunjukkan bahwa ia memiliki potensi lebih besar untuk
terangsang. Sekarang para pengawal bersiap-217
OMERTA - Mario Puzo siap untuk ikut berjalan-jalan di pantai dengan hati gembira bahkan telah
menggulung kaki celana panjang.
Tapi, Astorre memberi isyarat pada mereka. "Kami
tidak akan terlalu jauh," katanya. "Nikmati saja minuman kalian."
Mereka berempat berjalan-jalan menyusuri pantai,
tepat di luar batas air, Astorre dan Nello di depan dan kedua wanita di belakang
mereka. Sewaktu para wanita tersebut telah berjalan sejauh lima puluh yard,
mereka mulai menanggalkan pakaian renang mereka.
Buji menurunkan tali bh-nya untuk menampilkan
payudaranya dan menangkupnya untuk menerima cahaya
matahari. Mereka semua terjun ke air yang berombak kecil.
Nello seorang perenang kelas satu, dan ia menyelam ke bawah air serta muncul di
sela-sela kaki Stella, sehingga sewaktu ia berdiri Stella duduk di bahunya.
Ia berteriak pada Astorre, "Ayo kemari!" dan Astorre melangkah ke tempat ia bisa
berenang. Buji berpegangan padanya dari belakang. Astorre
mendorongnya ke bawah air, tenggelam ke bawah
permukaan bersamanya. Tapi, bukannya ketakutan, Buji justru menarik-narik celana
pendeknya, hingga pantat Astorre terlihat.
Di dalam air, Astorre merasa telinganya berdenyut-
denyut. Pada saat yang sama ia melihat payudara putih Buji yang terpampang
menjuntai dalam air hijau di bawah laut, wajahnya yang ceria dekat dengan
wajahnya. Lalu denyutan di telinganya berubah menjadi raungan, dan ia muncul ke
permukaan. Buji berpegangan pada pinggulnya yang telanjang.
Benda pertama yang dilihat Astorre adalah sebuah
speedboat yang tengah meraung-raung ke arahnya. Nello 218
OMERTA - Mario Puzo dan Stella ada di pantai. Bagaimana mereka bisa berada di sana secepat itu"
Di kejauhan, Astorre bisa melihat para pengawalnya
mulai berlari dari vila ke laut, dengan kaki celana
tergulung. Astorre mendorong Buji ke bawah air dan
menjauhinya, dan berusaha berlari ke pantai. Tapi
terlambat. Speedboat tersebut sudah terlalu dekat, dan ia melihat seorang pria tengah
membidikkan senapannya dengan hati-hati ke arahnya. Suara letusannya tertutup oleh raungan mesin
speedboat. Peluru pertama menyebabkan Astorre terpuntir,
sehingga menjadi sasaran yang mudah untuk si
penembak. Tubuhnya bagai melompat keluar dari air, lalu tenggelam ke bawah
permukaan. Ia bisa mendengar
suara perahu tersebut menjauh, lalu merasakan Buji
menarik-narik dirinya, menyeretnya, dan berusaha
mengangkatnya dari air. Sewaktu para pengawal tiba, mereka menemukan
Astorre tertelungkup di air, sebutir peluru bersarang di lehernya, sementara
Buji terisak-isak di sebelahnya.
Astorre memerlukan waktu empat bulan untuk pulih
dari luka-lukanya. Bianco menyembunyikannya di sebuah rumah sakit swasta kecil
di Palermo, di mana ia bisa dijaga dan mendapat perawatan terbaik. Bianco
mengunjunginya setiap hari, dan Buji datang pada hari-hari liburnya dari kelab.
Pada akhirnya masa perawatannya inilah Buji
membawakan ikat leher dari emas selebar dua inci,
dimana tergantung sekeping emas berukir Bunda Maria.
Buji melilitkannya di leher Astorre, bagai sebuah kerah, dan mengatur
medalionnya sehingga menutupi luka di
219 OMERTA - Mario Puzo leher Astorre. Medalion tersebut telah diolesi lem, sehingga
melekat di kulit. Benda tersebut tidak lebih besar dari sekeping dolar perak,
tapi menutupi luka Astorre dan mirip seperti jimat. Sekalipun begitu, sama
sekali tidak ada kesan feminin pada benda tersebut.
"Bagus," kata Buji dengan sayang. "Aku tidak tahan
melihat bekas lukamu." Ia mencium Astorre dengan
lembut. "Kau cuma perlu mencuci lemnya setiap hari," kata
Bianco. "Aku bisa digorok oleh orang yang menginginkan
emas," kata Astorre. "Apa ini benar-benar perlu?"
"Ya," kata Bianco. "Seorang pria terhormat tidak
bisa memamerkan luka yang disebabkan musuhnya.
Selain itu, Buji benar. Tidak ada yang tahan melihat bekas lukamu."
Satu-satunya yang terekam dalam benak Astorre
hanyalah bahwa Bianco menyebutnya pria terhormat.
Octavius Bianco, Mafioso terbaik, telah menghormatinya.
la terkejut sekaligus tersanjung.
Setelah Buji berlalu - untuk berakhir pekan dengan
pedagang anggur terkaya di Palermo - Bianco
menyodorkan cermin untuk Astorre. Ikat leher dari emas tersebut bagus buatannya.
Bunda Maria-nya, pikir Astorre; Bunda Maria ada di mana-mana di seluruh Sisilia,
di tempat-tempat pemujaan di sisi jalan, di mobil-mobil dan rumah-rumah,. di
mainan-mainan anak-anak. la berkata kepada Bianco, "Kenapa orang Sisilia
memuja Bunda Maria dan bukannya Kristus?"
Bianco mengangkat bahu. "Yesus, bagaimanapun,
seorang laki-laki, dan oleh karena itu tidak bisa dipercaya sepenuhnya.
Sudahlah, lupakan saja. Sudah berlalu.
220 OMERTA - Mario Puzo Sebelum kembali ke Amerika, kau harus tinggal satu
tahun dulu di London bernama Mr. Pryor, untuk belajar bisnis perbankan. Perintah
pamanmu. Ada satu hal lagi.
Nello harus dibunuh."


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Astorre telah berulang-ulang memikirkan seluruh
kejadian tersebut, dan ia tahu bahwa Nello bersalah. Tapi untuk alasan apa"
Mereka sudah lama berteman baik, dan persahabatan mereka murni. Tapi kemudian
pembunuhan atas orang Corleonesi terjadi. Nello pasti berkaitan dengan cosca Corleonesi dan
tidak memiliki pilihan lain.
Juga fakta bahwa Nello tidak pernah berusaha
mengunjunginya di rumah sakit. Malahan Nello telah
menghilang dari Palermo. Ia tidak lagi bermain di kelab.
Sekalipun begitu, Astorre masih berharap ia keliru.
"Kau yakin Nello pelakunya?" tanya Astorre. "Dia
teman terbaikku." "Siapa lagi yang bisa mereka pergunakan?" kata
Bianco. "Musuh bebuyutanmu" Tentu saja temanmu.
Pokoknya kau harus menghukumnya, karena kau seorang
pria terhormat. Jadi, cepatlah sembuh."
Pada kunjungan Bianco yang berikutnya, Astorre
berkata kepadanya, "Kita tidak punya bukti terhadap
Nello. Lupakan saja masalah itu, dan berdamailah dengan Corleonesi. Sebarkan
berita bahwa aku tewas akibat luka-lukaku."
Mula-mula Bianco menentangnya mati-matian, tapi
lalu menerima sisi baik nasihat Astorre, dan ia
memandang Astorre sebagai orang yang cerdas. Ia bisa berdamai dengan Corleonesi,
dan angka mereka seri. Sedangkan mengenai Nello, ia cuma pion dan tidak layak dibunuh. Hingga
kesempatan berikutnya. *** 221 OMERTA - Mario Puzo Perlu waktu seminggu untuk mengatur semuanya.
Astorre akan ke Amerika Serikat melalui London, untuk mendapat pengarahan
singkat dari Mr. Pryor. Bianco
memberitahu Astorre bahwa Aldo Monza akan dikirim ke Amerika secara langsung
untuk tinggal bersama Don
Aprile dan menunggu kedatangannya di New York.
Astorre menghabiskan waktu selama setahun
bersama Mr. Pryor di London. Pengalaman yang membuka mata.
Di ruang kerja Mr.Pryor, sambil minum seguci
anggur dan jeruk, ia mendapat penjelasan bahwa ada
rencana-rencana yang luar biasa untuk dirinya. Bahwa ia menetap di Sisilia
sebagai bagian dari rencana spesifik sang Don untuk menyiapkan dirinya menjalani
peran penting tertentu. Astorre menanyakan tentang Rosie. Ia tidak pernah
melupakan gadis itu - keanggunannya, kegembiraannya
yang murni dalam menikmati hidup, kedermawanannya
dalam segala hal, termasuk bercinta. Ia merindukan
Rosie. Mr. Pryor mengangkat alisnya. "Gadis Mafioso itu,"
katanya. "Aku tahu kau tidak akan lupa padanya."
"Kau tahu di mana dia sekarang?" tanya Astorre.
"Tentu saja," kata Mr. Pryor. "Di New York."
Astorre berkata dengan ragu-ragu, "Aku sudah
memikirkan dia. Bagaimanapun, aku pergi cukup lam dan masih muda. Apa yang dulu
terjadi memang normal. Aku berharap bisa bertemu lagi dengannya."
"Tentu saja," kata Mr.Pryor. "Kenapa tidak" Setelah
makan malam akan ku beritahukan semua informasi yang kau perlukan."
222 OMERTA - Mario Puzo Jadi, larut malam itu di ruang kerja Mr.Pryor,
Astorre mendengar kisah selengkapnya tentang Rosie.
Mr.Pryor memutar kaset rekaman pembicaraan telepon
Rosie yang mengungkap pertemuan gadis itu dengan pria-pria di apartemennya.
Rekaman-rekaman ini menjelaskan bahwa Rosie berhubungan intim dengan mereka,
bahwa mereka memberinya hadiah-hadiah mahal dan uang.
Astorre merasa shock mendengar suara Rosie,
dengan nada yang semula ia kira hanya diperuntukkan
bagi dirinya - tawa yang jernih, agak nakal, bernada
sayang. Rosie sangat memesona dan tidak pernah vulgar.
Ia kedengaran seperti seorang murid SMA yang siap
menghadiri pesta dansa sekolah. Kepolosannya
merupakan sebuah karya kejeniusan.
Mr.Pryor mengenakan topinya cukup rendah, hingga
menutupi mata, tapi ia mengawasi Astorre.
Astorre berkata, "Dia sangat pandai, bukan?"
"Dia punya bakat alami," kata Mr.Pryor.
"Apa rekaman ini dibuat sewaktu aku masih
berpacaran dengannya?" tanya Astorre.
Mr.Pryor memberi isyarat yang meremehkan.
"Sudah tugasku untuk melindungi dirimu. Ya."
"Dan kau tidak pernah mengatakan apa-apa?" kata
Astorre. "Kau benar-benar tergila-gila padanya," kata
Mr.Pryor. "Untuk apa aku merusak kegembiraanmu" Rosie tidak serakah, dia
memperlakukan dirimu dengan baik.
Aku sendiri pernah muda, dan percayalah, dalam cinta kebenaran tidak penting.
Dan terlepas dari segalanya, dia seorang gadis yang hebat."
"Gadis panggilan kelas atas," kata Astorre, hampir-
hampir dengan nada pahit.
223 OMERTA - Mario Puzo "Tidak juga," kata Mr.Pryor, "Dia harus hidup
sendiri. Dia lari dari rumah sewaktu berusia empat belas tahun, tapi dia sangat
cerdas dan ingin mendapat
pendidikan. Dia juga ingin menjalani kehidupan yang
bahagia. Semuanya normal. Dia bisa membahagiakan
pria-pria; bakat yang langka. Adil kalau para pria itu harus membayar harganya."
Astorre tertawa. "Kau benar-benar orang Sisilia yang sudah mendapat pencerahan.
Tapi bagaimana tentang menghabiskan dua puluh empat jam bersama mayat
seorang kekasih?" Mr. Pryor tertawa gembira. "Itu bagian terbaik dari
dirinya. Benar-benar Mafioso. Dia memiliki hati yang hangat, tapi kepala yang
dingin. Benar-benar kombinasi yang hebat. Luar biasa. Tapi kau harus selalu
waspada dengannya. Orang seperti itu selalu berbahaya."
"Dan tentang amyl nitrate-nya?" tanya Astorre.
"Dalam hal ini Rosie tidak bersalah.
Perselingkuhannya dengan profesor itu telah berlangsung sebelum dia bertemu
denganmu, dan profesor itu
bersikeras menggunakan obat-obatan. Tidak, yang kita hadapi ini adalah seorang
gadis yang hanya memikirkan kebahagiaannya semata, tanpa peduli yang lainnya.
Dia tidak memiliki keberatan-keberatan sosial. Saranku,
sebaiknya kau tetap berhubungan dengannya. Mungkin
kau membutuhkan jasanya suatu hari nanti."
"Setuju," kata Astorre. la terkejut karena tidak lagi merasa marah terhadap
Rosie. Satu-satunya yang perlu dimaafkan dari diri Rosie adalah pesonanya.
Astorre mengatakan pada Mr.Pryor bahwa ia akan melupakan
masalah itu. "Bagus," kata Mr. Pryor. "Sesudah setahun di sini,
kau harus menemui Don Aprile."
224 OMERTA - Mario Puzo "Apa yang akan terjadi dengan Bianco?" tanya
Astorre. Mr. Pryor menggeleng dan mendesah. "Bianco harus
mengalah. Cosca Corleonesi terlalu kuat. Mereka tidak memburumu. Sang Don sudah
mengadakan perdamaian. Sebenarnya keberhasilan Bianco sudah membuatnya
terlalu beradab." Astorre tetap mengikuti perkembangan Rosie. Sebagian karena ia perlu hati-hati,
sebagian karena kenangan manis tentang cinta yang hebat itu. Ia tahu Rosie telah kembali ke sekolah dan
tengah mengejar gelar Ph.D. di bidang psikologi di Universitas New York, dan
bahwa gadis itu tinggal di sebuah gedung apartemen yang aman di
dekat Universitas, di mana ia akhirnya menjadi lebih profesional dengan pria-
pria yang lebih tua dan lebih kaya.
Rosie sangat pintar. Ia menjalin tiga hubungan pada
saat yang sama dan membagi hadiahnya antara uang,
perhiasan, dan liburan ke spa-spa untuk orang kaya - di mana ia mendapat kenalan-
kenalan baru lagi. Tidak ada yang bisa menyebutnya gadis panggilan profesional,
karena ia tidak pernah minta apa pun, tapi ia tidak pernah menolak hadiah.
Kalau para pria ini jatuh cinta padanya, itu salah
mereka sendiri. Tapi ia tidak pernah menerima tawaran mereka untuk menikah. la
bersikeras bahwa mereka hanyalah teman yang saling mencintai, bahwa pernikahan tidaklah cocok bagi
dirinya maupun mereka. Sebagian
besar pria tersebut menerima keputusan ini dengan
kelegaan besar. Rosie bukanlah pemburu harta; ia tidak mendesak meminta uang dan
tidak menunjukkan tanda-tanda keserakahan. Tapi ia memiliki naluri untuk
225 OMERTA - Mario Puzo menyimpan uang untuk masa-masa sulit. Ia memiliki lima rekening bank dan dua
lemari besi di bank. Beberapa bulan setelah kematian sang Don, Astorre
memutuskan untuk menemui Rosie lagi. Ia merasa yakin bahwa pertemuan ini hanya
untuk meminta bantuan Rosie dalam melaksanakan rencananya. Ia meyakinkan dirinya
bahwa ia sudah tahu rahasia Rosie dan bahwa Rosie tidak bisa memesonanya lagi.
Dan Rosie berutang padanya,
karena ia tahu rahasia paling fatal gadis tersebut.
Ia juga tahu bahwa dari satu segi, Rosie bisa
dianggap tidak bermoral, sebab gadis itu terlalu memuja dirinya sendiri dan
kesenangannya, hingga melebihi batas.
Rosie percaya dengan sepenuh hati bahwa ia berhak
untuk bahagia, dan bahwa hal ini lebih penting, daripada segala sesuatu lainnya.
Tapi lebih dari itu, Astorre memang ingin bertemu
lagi dengannya. Seperti kebanyakan pria, berlalunya
waktu telah mengurangi bobot pengkhianatan Rosie dan meningkatkan pesonanya.
Sekarang dosa-dosa Rosie tampak lebih mirip kecerobohan masa muda, bukan bukti bahwa Rosie tidak
mencintai dirinya. Astorre teringat pada payudara gadis itu, bagaimana
keduanya memerah pada saat mereka bercinta; cara
Rosie menunduk kemalu-maluan; semangatnya yang
tinggi dan menular; selera humornya yang bagus dan
lembut. Caranya berjalan yang hampir-hampir tanpa
tenaga, dengan kaki-kaki panjang langsing, dan panasnya bibir gadis tersebut di
bibirnya. Tapi Astorre meyakinkan diri bahwa kunjungan ini hanyalah bisnis
semata. Ada pekerjaan yang harus dilakukan Rosie untuknya.
Rosie hendak memasuki gedung apartemennya
sewaktu Astorre berhenti di depannya, tersenyum dan
mengatakan halo. 226 OMERTA - Mario Puzo Rosie tengah membawa buku-buku dalam pelukan
tangan kanannya dan ia membuangnya ke trotoar.
Wajahnya memerah karena gembira; matanya berkilau-
kilau. Ia memeluk Astorre dan mencium bibirnya.
"Aku tahu akan bertemu lagi denganmu," katanya.
"Aku tahu kau akan memaafkan diriku." Lalu ia menarik Astorre ke dalam gedung
dan mengajaknya menaiki tangga ke apartemennya di lantai dua.
Di sana ia menuangkan minuman bagi mereka,
anggur untuk dirinya, brendi untuk Astorre. Rosie duduk di sebelah Astorre di
sofa. Perabotan dalam kamar
tersebut sangat mewah, dan Astorre tahu dari mana
uangnya berasal. "Kenapa kau menunggu begitu lama?" tanya Rosie.
Sambil bicara, ia menanggalkan cincin-cincin dari
jemarinya, anting-anting dari telinganya. Ia
menanggalkan tiga buah gelang dari lengan kirinya,
semuanya dari emas dan dipenuhi berlian.
"Aku sibuk," kata Astorre. "Dan aku perlu
waktu lama untuk menemukan dirimu."
Rosie menatapnya dengan pandangan lembut yang
memancarkan sayang. "Kau masih menyanyi" Kau masih
menunggang kuda dengan seragam merah konyol itu?" Ia mencium Astorre lagi.
Astorre merasakan kehangatan dalam otaknya,
respons yang tak mampu dihentikannya.
"Tidak," katanya. "Rosie, kita tidak bisa kembali."
Rosie menariknya berdiri. "Itu saat yang paling
membahagiakan dalam hidupku," katanya.
Tahu-tahu mereka telah berada di kamar tidur, dan
dalam beberapa detik mereka sudah telanjang.
Rosie mengambil sebotol parfum dari meja samping
227 OMERTA - Mario Puzo ranjang dan menyemprotkannya ke tubuhnya, lalu ke
tubuh Astorre. "Tidak sempat mandi," katanya sambil tertawa.
Lalu mereka telah berada di ranjang bersama-sama,
dan Astorre melihat noda-noda kemerahan mulai mekar di payudara Rosie.
Bagi Astorre pengalaman ini rasanya seperti mimpi.
Ia menikmati seksnya, tapi tidak bisa menikmati Rosie.
Benaknya dipenuhi bayangan Rosie yang menemani
mayat sang profesor selama satu hari satu malam.
Seandainya profesor itu masih hidup, apa ia dibantu agar tetap hidup" Apa yang
dilakukan Rosie seorang diri
bersama mayat itu" Sambil berbaring telentang, Rosie mengulurkan
tangan menyentuh pipi Astorre. Ia menunduk dan
bergumam lembut. "Ilmu hitam tua itu sudah tidak
bekerja lagi." Ia memain-mainkan medalion emas di leher Astorre, melihat bekas
luka keunguan yang mengerikan tersebut, dan menciumnya.
Astorre berkata, "Tidak apa-apa."
Rosie duduk, dada dan payudaranya yang telanjang
menggantung di atas Astorre. "Kau tidak bisa memaafkan diriku karena kejadian
dengan profesor itu, karena aku membiarkan dia tewas dan tetap menemaninya.
Benar, bukan?" Astorre tidak menjawab. Ia tidak akan pernah
memberitahu Rosie apa yang telah diketahuinya tentang gadis tersebut sekarang.
Bahwa Rosie tidak pernah berubah. Rosie turun dari ranjang dan mengenakan
pakaiannya. Astorre juga.
"Kau orang yang jauh lebih mengerikan," kata Rosie.
228

Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

OMERTA - Mario Puzo "Keponakan angkat Don Aprile. Dan temanmu di London
yang membantu membereskan kekacauanku. Untuk
ukuran seorang bankir Inggris, dia bertindak sangat
profesional, tapi tidak juga kalau kau tahu bahwa dia imigran dari Italia. Tidak
sulit untuk menebaknya."
Mereka pindah ke ruang duduk, dan Rosie kembali
menuangkan minuman bagi mereka. Ia menatap tulus ke
mata Astorre. "Aku tahu siapa dirimu. Dan aku tidak
keberatan, sungguh. Kita benar-benar teman sejiwa.
Sempurna, bukan?" Astorre tertawa. "Aku justru paling tidak ingin
menemukan teman sejiwa," katanya. "Tapi aku memang
menemuimu untuk urusan bisnis."
Rosie sekarang bersikap impasif. Semua pesona
menghilang dari wajahnya. Ia kembali mengenakan
cincin-cincinnya. "Hargaku untuk layanan singkat lima ratus dolar." katanya.
"Aku bisa menerima cek." la
tersenyum nakal kepada Astorre - ini cuma lelucon.
Astorre tahu Rosie hanya menerima hadiah pada
hari-hari libur atau ulang tahun, dan nilainya jauh lebih tinggi. Malahan
apartemen ini merupakan hadiah ulang tahun dari seorang pengagum.
"Tidak, serius," kata Astorre. Lalu ia menceritakan
tentang Sturzo bersaudara dan bantuan yang ia inginkan dari Rosie. Dan ia
melontarkan penutupnya. "Kuberi kau dua puluh ribu dolar sekarang untuk
pengeluaran," katanya, "dan seratus ribu dolar lagi sesudah selesai."
Rosie memandangnya sambil berpikir. "Sesudah itu
apa yang terjadi?" tanyanya.
"Kau tidak perlu khawatir," kata Astorre.
"Aku mengerti," kata Rosie. "Dan kalau aku
menolak?" 229 OMERTA - Mario Puzo Astorre mengangkat bahu. Ia tidak ingin memikirkan
kemungkinan itu. "Tidak ada apa-apa," katanya.
"Kau tidak akan menyerahkan diriku ke pihak
berwajib Inggris?" kata Rosie.
"Aku tidak mungkin berbuat begitu padamu," kata
Astorre, dan Rosie tidak bisa meragukan ketulusan dalam suaranya.
Rosie mendesah. "OK." Lalu Astorre melihat
matanya berkilau. Rosie menyeringai padanya.
"Petualangan lain," katanya.
Sekarang, saat melintasi Westchester, Astorre terjaga dari kenangannya oleh Aldo
Monza yang menekan kakinya. "Setengah jam lagi," kata Monza. "Kau harus
bersiap-siap menemui Sturzo bersaudara"
Astorre menatap ke luar jendela mobil, ke salju
segar yang berjatuhan. Mereka berada di pedalaman yang hanya berisi pepohonan
gundul besar-besar, dengan
cabang-cabang kemilau yang menjulur keluar bagai
tongkat ajaib. Selimut salju yang kemilau menyebabkan bebatuan yang tertutup
tampak bagai bintang-bintang, yang cemerlang.
Pada saat itu Astorre merasakan kesunyian yang
amat sangat dalam hatinya. Setelah malam ini, dunianya akan berubah, ia akan
berubah, dan dengan cara tertentu kehidupannya yang sejati dimulai.
Pukul tiga pagi, Astorre tiba di rumah persembunyian yang berada di tengah-
tengah pemandangan putih bagai hantu dan tumpukan-tumpukan salju tebal.
230 OMERTA - Mario Puzo Di dalam, si kembar Sturzo telah diborgol, kaki
mereka diikat dan jaket penahan khusus telah dikenakan pada mereka. Mereka
tergeletak di lantai salah satu
kamar, dijaga oleh dua orang bersenjata.
Astorre menyapa mereka dengan simpati.
"Perlakuan ini merupakan tanda hormat kami pada
kalian," katanya pada mereka. "Kami menghargai betapa berbahayanya kalian."
Kedua bersaudara tersebut menyambut dengan
sikap yang sama sekali berbeda. Stace tampak tenang, menutup diri, tapi Franky
memelototi mereka sehingga wajahnya berubah, keceriaan yang biasanya ada di sana
menghilang, dan wajahnya tampak bagai makhluk
mengerikan. Astorre duduk di ranjang. "Kurasa kalian sudah bisa
menebaknya," katanya.
Stace berkata pelan, "Rosie hanya umpan. Dia
sangat bagus. Benar, bukan, Franky?"
"Luar biasa," kata Franky. la tengah berusaha agar
suaranya tidak melengking histeris.
"Itu karena dia benar-benar menyukai kalian
berdua," kata Astorre. "Dia tergila-gila pada kalian, terutama Franky. Sulit
baginya untuk melakukan tugasnya. Sangat berat."
Franky berkata dengan jijik, "Kalau begitu, kenapa
dia melakukannya?" "Karena aku sudah memberinya banyak uang," kata
Astorre. "Benar-benar banyak. Kau tahu bagaimana
pengaruh uang, Franky."
"Tidak, aku tidak tahu," kata Franky.
"Kupikir bayarannya pasti sangat besar, sehingga
dua orang secerdas kalian bersedia menerima kontrak
231 OMERTA - Mario Puzo atas sang Don," kata Astorre. "Satu juta" Dua juta?"
Stace berkata, "Kau keliru. Kami tidak terlibat apa
pun dalam masalah itu. Kami tidak sebodoh itu."
Astorre berkata, "Aku tahu kalian yang menembak.
Kalian punya reputasi sebagai orang-orang bernyali besar.
Dan aku sudah memeriksa kalian. Nah, aku ingin tahu
siapa perantaranya."
"Kau keliru," kata Stace. "Kau tidak bisa menuduh
kami berbuat seperti itu. Lagi pula, kau ini siapa?"
"Aku keponakan sang Don," kata Astorre. "Bagian
kebersihannya. Dan aku sudah memeriksa kalian berdua selama hampir enam bulan.
Pada waktu pembunuhan, kalian tidak ada di L.A. Kalian tidak muncul selama lebih dan seminggu. Franky,
kau dua kali tidak melatih anak-anak. Stace, kau tidak pernah mampir untuk
melihat kondisi toko. Kau bahkan tidak pernah menelepon. Jadi, katakan saja kalian ada
di mana pada waktu itu."
"Aku sedang berjudi di Vegas," kata Franky. "Dan
kita bisa bercakap-cakap dengan lebih enak kalau kau melepaskan semua ikatan
ini. Kami bukan Houdini."
Astorre melontarkan senyum simpati. "Sebentar
lagi," katanya. "Stace, bagaimana denganmu?"
"Aku ada di Tahoe dengan kekasihku," kata Stace.
"Tapi siapa yang bisa mengingatnya?"
Astorre berkata, "Mungkin aku lebih beruntung kalau
berbicara dengan kalian secara terpisah."
Ia meninggalkan mereka dan turun ke dapur, di man
Monza telah menyiapkan kopi baginya. Ia memberitahu
Monza untuk memisahkan kedua bersaudara tersebut,
menempatkan mereka di kamar tidur yang berbeda, dan
menempatkan dua orang untuk menjaga salah satunya.
Aldo bekerja dengan regu beranggotakan enam orang.
232 OMERTA - Mario Puzo "Kau yakin sudah mendapatkan orang yang benar?"
tanya Monza. "Kurasa begitu," kata Astorre. "Kalau bukan mereka,
berarti mereka sedang sial. Aku tidak akan suka
memintanya, Aldo, tapi mungkin kau terpaksa membantu agar mereka mau bicara."
"Well, mereka tidak selalu mau bicara," kata Monza.
"Sulit untuk dipercaya, tapi orang-orang ini biasanya keras kepala. Dan kedua
orang ini rasanya sangat keras bagiku."
"Aku tidak suka bertindak serendah itu," kata
Astorre. Ia menunggu satu jam sebelum naik ke kamar
tempat Franky berada. Malam telah turun, tapi berkat cahaya lampu di luar rumah,
ia bisa melihat butiran-butiran salju terus turun perlahan-lahan. Ia mendapati
Franky di lantai, dalam keadaan terikat erat.
"Sederhana sekali," kata Astorre padanya.
"Beritahukan nama perantaramu, dan kau mungkin bisa
keluar dari sini dalam keadaan hidup."
Franky menatapnya dengan pandangan benci. "Aku
tidak akan pernah menceritakan apa pun padamu,
keparat. Kalian sudah menangkap orang yang salah. Dan aku ingat wajahmu dan
wajah Rosie." "Salah besar kau berkata begitu," kata Astorre
padanya. "Kau juga tidur dengannya?" tanya Franky. "Kau
mucikari?" Astorre mengerti. Franky tidak akan pernah
memaafkan pengkhianatan yang sudah dilakukan Rosie.
Benar-benar respons yang konyol dalam situasi seperti ini.
Kupikir kau sudah bersikap bodoh," kata Astorre.
233 OMERTA - Mario Puzo "Padahal kalian berdua punya reputasi sebagai orang-
orang cerdas." "Aku tidak peduli apa pikiranmu," kata Franky. "Kau
tidak bisa berbuat apa-apa kalau tidak punya bukti."
"Sungguh" Jadi, aku hanya membuang-buang waktu
denganmu," kata Astorre. "Aku bicara dengan Stace saja."
Astorre turun ke dapur untuk minum kopi lagi
sebelum naik ke atas untuk menemui Stace. Ia
mempertimbangkan fakta bahwa Franky bisa tampak
begitu percaya diri dan berbicara begitu berani sementara terikat erat. Well, ia
harus lebih berhasil dengan Stace. la mendapati pria tersebut didudukkan dengan
tidak nyaman di ranjang. "Tanggalkan jaketnya," kata Astorre. "Tapi periksa
borgol dan ikatannya."
"Sudah ku duga," kata Stace padanya dengan
tenang. "Kau tahu kami memiliki simpanan. Aku bisa
mengatur supaya kau bisa mengambilnya dan mengakhiri omong kosong ini."
"Aku baru saja bicara dengan Franky," kata Astorre.
"Aku kecewa dengannya. Kau dan adikmu seharusnya
orang-orang yang sangat cerdas. Sekarang kau bicara
soal uang denganku, padahal kau tahu ini tentang
pembunuhan atas diri sang Don."
"Kau keliru," kata Stace.
Astorre berkata, "Aku tahu kau tidak ada di San
Francisco dan Franky tidak ada di Vegas pada waktu itu.
Kalian satu-satunya tenaga lepas yang punya keberanian untuk melakukan pekerjaan
itu. Dan para penembak itu kidal seperti kau dan Franky. Jadi, aku hanya ingin
tahu, siapa perantara kalian?"
"Untuk apa kuberitahukan padamu?" kata Stace.
"Aku tahu riwayat kami sudah berakhir. Kalian tidak
234 OMERTA - Mario Puzo mengenakan topeng, kalian mengungkap soal Rosie, jadi kalian tidak akan
membiarkan kami keluar dari sini dalam keadaan hidup. Tidak peduli apa pun yang
kau janjikan." Astorre mendesah. "Aku tidak akan berusaha
menipumu. Kurang-lebih begitu. Tapi ada satu hal yang bisa kau negosiasikan. Mau
cara yang mudah atau sulit.
Aku membawa seorang Qualified Man, dan aku akan
memintanya menangani Franky."
Saat mengatakan hal ini, Astorre merasa perutnya
mual. Ia teringat saat Aldo Monza menangani Fissolini.
"Kau membuang-buang waktumu," kata Stace.
"Franky tidak akan bicara."
"Mungkin tidak," kata Astorre. "Tapi dia akan
dipotong-potong, dan setiap potong akan dibawa kemari untuk kau periksa. Kurasa
kau akan bicara agar dia tidak perlu mengalaminya. Tapi untuk apa kita
melakukannya" Dan, Stace, untuk apa kau melindungi perantaramu"
Seharusnya dia yang melindungimu, dan dia tidak
melakukannya. Stace tidak menjawab. Lalu ia berkata, "Kenapa
tidak kau bebaskan saja Franky?"
Astorre berkata, "Kau lebih tahu dari itu."
"Dari mana kau tahu aku tidak akan berbohong
padamu?" kata Stace.
"Untuk apa kau berbohong?" kata Astorre. "Apa
untungnya" Stace, kau bisa mencegah agar Franky tidak mengalami nasib yang
sangat buruk. Kau harus mengerti dengan jelas."
"Kami cuma penembak, menerima pekerjaan besar,"
kata Stace. "Kau menginginkan orang yang lebih tinggi.
Kenapa kau tidak membebaskan kami saja?"
Astorre bersabar. "Stace, kau dan adikmu menerima
235 OMERTA - Mario Puzo pekerjaan untuk membunuh seseorang yang besar.
Bayarannya tinggi, egonya juga. Ayolah. Pekerjaan ini mendongkrak nama kalian.
Kalian mengambil kesempatan dan kalah, dan sekarang kalian harus membayar, atau
dunia ini akan terjungkir balik. Harus. Sekarang, kau cuma punya pilihan ini,
mudah atau sulit. Dalam satu jam lagi kau mungkin akan melihat potongan paling
penting tubuh Franky di meja itu. Percayalah, aku tidak ingin melakukannya,
sungguh." Stace berkata, "Dari mana aku tahu kau tidak
bohong?" Astorre berkata, "Pikirkan, Stace. Pikirkan
bagaimana aku menjebak kalian dengan Rosie. Perlu
banyak waktu dan kesabaran. Pikirkan, aku berhasil
memancingmu kemari dan menyediakan delapan orang
bersenjata untuk menangkap kalian. Banyak biaya dan
banyak kesulitan. Dan tepat sebelum Malam Natal. Aku orang yang sangat serius,
Stace, kau bisa melihatnya.
Kau kuberi waktu satu jam untuk memikirkannya. Aku
berjanji kalau kau bicara, Franky tidak akan menyadarinya sama sekali."
Astorre kembali turun ke dapur, Monza tengah
menunggunya. "Jadi?" kata Monza.
"Entahlah," kata Astorre. "Tapi aku harus
menghadiri pesta Natal di rumah Nicole besok, jadi kita harus menyelesaikannya
malam ini." "Tidak akan makan waktu lebih dari satu jam," kata
Monza. "Entah dia bicara atau mati."
236

Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

OMERTA - Mario Puzo Astorre bersantai sejenak di dekat perapian yang berkobar-kobar, lalu naik ke
atas lagi untuk menemui Stace.
Pria tersebut tampak lelah dan pasrah. Ia telah
mempertimbangkannya. Ia tahu Franky tidak akan pernah bicara - Franky menganggap
mereka masih punya harapan. Stace percaya Astorre telah meletakkan semua kartunya di meja. Dan
sekarang Stace memahami ketakutan yang dirasakan semua orang yang telah
dibunuhnya, bagaimana mereka berharap masih ada
kesempatan untuk selamat. Tidak peduli situasinya.
Dan ia tidak ingin Franky mati seperti itu, sepotong demi sepotong. Ia
mempelajari wajah Astorre. Ekspresi Astorre tegas, kaku, sekalipun masih muda.
Astorre memancarkan karisma seorang hakim agung.
Salju turun semakin deras, melapisi kusen jendela
bagai bulu-bulu putih. Franky, di kamarnya, tengah
melamun berada di Eropa bersama Rosie, salju menutupi jalan-jalan raya Paris,
jatuh ke kanal-kanal Venezia. Salju yang seperti sihir. Roma yang bagaikan
keajaiban. Stace berbaring di ranjang sambil mengkhawatirkan
Franky. Mereka telah mengambil kesempatan dan kalah.
Dan inilah akhir ceritanya. Tapi ia bisa membantu Franky berpikir bahwa mereka
hanya kalah dua puluh poin.
"Aku setuju sekarang," kata Stace, "Pastikan Franky
tidak merasakan apa pun, OK?"
"Aku berjanji," kata Astorre. "Tapi aku akan tahu
kalau kau berbohong."
"Tidak," kata Stace. ?"Apa gunanya" Perantaraku bernama Heskow, dan dia tinggal
di kota Brightwaters, tepat di luar Babylon. Dia sudah bercerai, tinggal
sendirian, dan memiliki anak laki-laki bertubuh jangkung 237
OMERTA - Mario Puzo yang berusia enam belas tahun dan jago basket. Heskow sudah sering menyewa kami
untuk melakukan pekerjaan
ini selama bertahun-tahun. Kami bersahabat sejak masih kecil. Harganya satu
juta, tapi kami masih ragu-ragu untuk menerimanya. Risikonya terlalu besar. Kami
menerimanya karena katanya kami tidak perlu khawatir tentang FBI dan polisi. Itu
yang memancing kami menerima pekerjaan ini. Dia juga mengatakan bahwa
sang Don tidak lagi punya koneksi yang ampuh. Tapi jelas dia sudah keliru dalam
hal ini. Kau ada di sini. Hanya saja bayarannya terlalu besar untuk ditolak."
"Kau memberikan informasi yang sangat banyak
pada orang yang menurutmu hanya bisa beromong
kosong," kata Astorre.
Aku ingin meyakinkanmu bahwa aku sudah bicara
sejujurnya," kata Stace. "Aku sudah menebaknya.
Ceritanya sudah berakhir. Aku tidak ingin Franky
mengetahuinya." "Jangan khawatir," kata Astorre. "Aku
mempercayaimu." Ia meninggalkan kamar dan turun ke dapur untuk
memberikan instruksinya kepada Monza. La menginginkan kartu identitas, SIM,
kartu kredit, dan tanda pengenal mereka. Ia memenuhi janjinya kepada Stace:
Franky harus ditembak dari belakang kepalanya, tanpa
peringatan. Dan Stace juga harus dieksekusi tanpa
disakiti. Astorre meninggalkan rumah untuk kembali ke New
York. Salju telah berubah menjadi hujan yang -
membersihkan salju di pedalaman.
Jarang sekali Monza tidak mengacuhkan sebuah perintah, 238
OMERTA - Mario Puzo tapi sebagai algojo ia merasa berhak melindungi dirinya dan anak buahnya. la
tidak akan menggunakan pistol. Ia akan menggunakan tali.
Pertama-tama ia mengajak empat orang untuk
membantunya mencekik Stace. Pria itu bahkan tidak
berusaha melawan. Tapi dengan Franky berbeda. Selama dua puluh menit Franky
berusaha membebaskan diri dari jeratan talinya. Selama dua puluh menit yang
mengerikan Franky Sturzo tahu bahwa ia tengah dibunuh.
Lalu kedua mayat tersebut dibungkus dengan
selimut dan dibawa menerobos hujan lebat yang telah
kembali berubah menjadi salju. Mereka dikubur dalam
hutan di belakang rumah. Sebuah lubang di tengah
sesemakan yang sangat lebat dijadikan tempat mengubur mayat-mayat itu, dan
keduanya tidak akan ditemukan
sebelum musim semi, kalaupun pernah ditemukan. Pada
saat musim semi, kedua mayat itu akan begitu hancur
oleh alam, hingga penyebab kematiannya tidak bisa
ditentukan. Begitulah yang diharapkan Monza.
Tapi bukan hanya untuk alasan praktis ini Monza
tidak mematuhi atasannya. Karena, seperti Don Aprile, ia sangat yakin bahwa
pengampunan hanya berasal dari
Tuhan. Ia membenci gagasan pengampunan apa pun
terhadap manusia yang telah menyewakan diri sebagai
pembunuh manusia-manusia lain.
Baginya, benar-benar tidak masuk akal kalau
seseorang mengampuni orang lain. Itu tugas Tuhan.
Manusia yang berpura-pura mengampuni seperti itu telah melakukan tindakan yang
tidak menghormati. Monza sendiri tidak menginginkan pengampunan atas dirinya.
239 OMERTA - Mario Puzo BAB 9 KURT CILKE percaya akan hukum, peraturan ciptaan manusia agar mereka bisa
menjalani kehidupan damai. Ia selalu berusaha menghindari kompromi-kompromi yang
akan menurunkan derajat masyarakat yang adil, dan ia berjuang tanpa ampun untuk
melawan musuh-musuh negara. Tapi, setelah dua puluh tahun berjuang, ia telah kehilangan sebagian
besar keyakinannya. Hanya istrinya yang memenuhi harapannya. Para
politisi baginya hanya merupakan sekumpulan
pembohong, orang-orang kaya tidak mengenal ampun
dalam keserakahan mereka terhadap kekuasaan,
sementara orang-orang miskin bersikap kejam. Dan masih ada orang-orang yang suka
menipu sejak lahir, para pengacau, pencari keributan, dan pembunuh. Para
penegak hukum hanya sedikit lebih baik, tapi ia dulu percaya dengan sepenuh hati
bahwa Biro adalah yang terbaik di antara semuanya.
Selama setahun terakhir ia telah mengalami mimpi
yang sama. Dalam mimpi itu ia kembali berusia dua belas tahun, dan ia harus
melewati ujian penting sekolah yang akan berlangsung sepanjang hari. Sewaktu ia
meninggalkan rumah, ibunya berurai air mata, dan dalam mimpinya ia mengerti
alasannya. Kalau tidak lulus ujian ini, ia tidak akan pernah bertemu dengan
ibunya lagi. 240 OMERTA - Mario Puzo Dalam mimpi itu ia memahami bahwa pembunuhan
telah begitu merajalela, hingga hukum disusun dengan bantuan kalangan psikiatri
untuk mengembangkan protokol uji kesehatan mental yang bisa memperkirakan bocah berusia dua belas
tahun mana akan tumbuh menjadi pembunuh. Mereka yang gagal dalam ujian ini
menghilang begitu saja. Sebab ilmu pengetahuan medis telah membuktikan bahwa
para pembunuh membunuh hanya karena senang melakukannya. Kejahatan politik, pemberontakan, terorisme,
kecemburuan, dan pencurian hanyalah alasan-alasan di permukaan. Jadi, penting
sekali untuk melenyapkan para calon pembunuh ini saat masih muda.
Mimpinya melompat ke saat ia pulang ke rumah
setelah ujian tersebut, dan ibunya memeluknya serta
menciumnya. Paman-paman dan sepupu-sepupunya telah
menyiapkan perayaan besar. Lalu ia sendirian di kamar tidurnya dan gemetar
ketakutan. Sepanjang pengetahuannya telah terjadi kekeliruan. Ia seharusnya tidak lulus dari ujian
tersebut, dan sekarang ia akan tumbuh dewasa menjadi seorang pembunuh.
Mimpi tersebut muncul dua kali, dan ia tidak
menyinggung-nyinggungnya kepada istrinya, karena ia
tahu arti mimpi tersebut, atau merasa mengetahuinya.
Hubungan Cilke dengan Timmona Portella sekarang
telah berlangsung lebih dari enam tahun. Dimulai saat Portella membunuh salah
seorang anak buahnya dalam
kemarahan. Cilke seketika menyadari kemungkinannya. la mengatur sehingga
Portella percaya bahwa dirinya bisa disuap dan mau menerima suap dari Portella
untuk menghapus tuntutan pembunuhan tersebut, sementara
tanpa sadar ia justru memeras informasi tentang Mafia dari Portella.
241 OMERTA - Mario Puzo Direktur FBI menyetujui rencana tersebut, dan cerita selanjutnya pun kini telah
menjadi sejarah. Dengan bantuan Portella, Cilke berhasil menghancurkan Mafia New York. Tapi ia terpaksa
menutup mata terhadap operasi Portella, termasuk kegiatan Portella dalam
perdagangan obat bius. Tapi Cilke, dengan persetujuan Direktur, sekarang
telah merencanakan untuk menangkap Portella. Portella telah membulatkan tekad
untuk mengakuisisi penggunaan bank-bank Aprile untuk mencuci uang obat bius.
Tapi Don Aprile terbukti keras kepala. Dalam suatu pertemuan yang menentukan,
Portella menanyakan pada Cilke, "Apa FBI akan mengintai Don Aprile sewaktu dia
menghadiri penerimaan Sakramen Penguatan cucunya?"
Cilke seketika memahami, tapi ia ragu-ragu sebelum
menjawab. Lalu ia berkata perlahan-lahan, "Kujamin tidak akan ada pengintaian.
Tapi bagaimana dengan NYPD?"
"Itu sudah dibereskan," kata Portella.
Dan Cilke tahu bahwa dengan mengambil sikap ini,
dirinya telah ikut ambil bagian dalam rencana
pembunuhan tersebut. Tapi bukankah sang Don layak
mendapatkannya" Sang Don adalah seorang penjahat
brutal selama sebagian besar hidupnya. Ia pensiun
dengan kekayaan melimpah, tidak tersentuh oleh hukum.
Dan pikirkan hasilnya. Portella akan masuk ke dalam
jebakan dengan mengakuisisi bank-ban Aprile. Dan tentu saja, Inzio selalu ada di
latar belakang, dengan mimpinya untuk memiliki persenjataan nuklir pribadi.
Tapi Georgette akan membenci ini, jadi istrinya tidak boleh tahu. Bagaimanapun,
istrinya tersebut hidup di dunia yang berbeda.
Tapi sekarang ia harus bertemu dengan Portella lagi.
Mengenai masalah penjagalan terhadap anjing-anjing
242 OMERTA - Mario Puzo gembala Jerman-nya dan pelaku di belakangnya. Ia akan memulai dengan Portella.
Timmona Portella merupakan pria Italia yang jarang ada, dipandang dari
prestasinya : ia masih bujangan di usianya yang sudah lima puluhan. Tapi ia
tidak menjalani hidup selibat. Setiap Jumat ia menghabiskan sebagian besar
malamnya dengan seorang wanita cantik dari salah satu usaha layanan pendamping
yang dikendalikan anak buahnya. Ia meminta gadis yang masih muda, belum terlalu
lama menerjuni bidang ini, dan harus cantik serta anggun.
Wanita tersebut harus periang dan pandai bicara, tapi tidak sok pintar. Dan
bukan jenis yang jalang. Timmona seorang pria penggemar seks lurus. Ia punya
sedikit kelainan, tapi tidak berbahaya. Salah satunya adalah gadis-gadis tersebut harus
memiliki nama Anglo-Saxon sederhana seperti Jane atau Susan; ia masih mau
menemui wanita bernama seperti Tiffany atau bahkan
Merle, tapi tidak boleh wanita dengan nama yang
menunjukkan keetnisan. Ia jarang sekali meminta wanita yang sama dua kali.
Kegiatannya ini selalu diselenggarakan di sebuah
hotel yang relatif kecil di East Side, milik salah satu perusahaannya, di mana
ia menggunakan seluruh lantai, yang terdiri atas dua buah suite yang saling
berhubungan. Yang satu dengan dapur lengkap, karena Portella seorang koki amatir yang
berbakat, justru untuk hidangan-hidangan Italia Utara, sekalipun orangtuanya
dilahirkan di Sisilia. Dan ia sangat senang memasak.
Malam ini gadis yang diminta telah dibawa ke suite-
nya oleh pemilik layanan pendamping sendiri, yang
tinggal sejenak untuk minum, lalu menghilang.
243 OMERTA - Mario Puzo Portella menyiapkan makan malam untuk dua orang,
sambil bercakap-cakap dan saling mengenal. Gadis
tersebut bernama Janet. Portella memasak dengan cepat dan efisien. Malam ini ia
menyajikan menu istimewanya: daging domba Milan, spageti saus dengan keju
Gruyere, terung mini panggang di sampingnya, dan salad hijau dengan tomat.
Hidangan penutup berupa berbagai kue
dari toko kue terkenal Prancis di dekat gedung.
Ia melayani Janet dengan keramahan yang tidak
sesuai dengan penampilannya; ia bertubuh besar, penuh rambut, kepalanya besar
dan kulitnya kasar, tapi ia selalu bersantap dengan kemeja, dasi, dan jas.
Sepanjang makan malam, ia menanyai Janet
tentang kehidupan wanita itu, dengan perhatian yang
begitu tidak terduga dari seorang sebrutal dirinya. Ia gembira mendengar kisah-
kisah Janet, bagaimana gadis tersebut telah dikhianati oleh ayahnya, saudaranya,
kekasihnya, dan orang-orang berkuasa yang
menyebabkan ia menerjuni dunia dosa akibat tekanan
ekonomi dan kehamilan yang tidak diharapkan agar bisa menyelamatkan keluarganya
yang miskin. Portella terpesona mengetahui banyaknya tingkah
laku tidak terhormat yang ditunjukkan oleh sesamanya pria, dan ia mengagumi
kebaikannya sendiri terhadap
wanita. Karena ia sangat dermawan terhadap mereka,
bukan saja dengan memberikan uang dalam jumlah
besar. Sesudah makan malam, ia membawa anggurnya ke
ruang duduk dan menunjukkan enam kotak perhiasan
kepada Janet: sebuah arloji emas, cincin batu rubi,
anting-anting berlian, kalung zamrud, pengikat lengan dihiasi permata, dan
seuntai kalung mutiara yang
sempurna. Ia memberitahu Janet bahwa gadis tersebut
bisa memilih salah satunya sebagai hadiah. Semuanya
244 OMERTA - Mario Puzo bernilai beberapa ribu dolar - gadis-gadis seperti Janet biasanya memeriksa
harganya. Bertahun-tahun yang lalu, salah seorang anak buah
Portella membajak sebuah truk perhiasan, dan Portella memilih untuk menyimpan
hasilnya daripada menjualnya.
Jadi, ia bisa memberikan hadiah-hadiah tersebut tanpa mengeluarkan biaya.
Sementara Janet memikirkan apa yang
diinginkannya, dan akhirnya memilih arloji, Portella menyiapkan air mandi


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuknya, menguji suhunya
dengan hati-hati, dan menyediakan parfum serta bedak kesukaannya. Baru setelah
itu, setelah Janet merasa
santai, mereka beristirahat di ranjang dan berhubungan intim, sebagaimana yang
dilakukan pasangan suami istri yang bahagia.
Kalau ia sangat suka, biasanya ia menahan seorang
wanita hingga pukul empat atau lima pagi, tapi Portella tidak pernah tidur kalau
ada seseorang wanita di suite-
nya. Malam ini ia mengusir Janet lebih awal.
Ia melakukan ini untuk kesehatannya. Ia tahu
dirinya mudah marah, sehingga bisa menemui masalah.
Hubungan seks mingguan ini menenangkannya. Para
wanita umumnya punya pengaruh menenangkan pada
dirinya, dan ia membuktikan kebenaran strateginya
dengan menemui dokternya setiap hari Sabtu dan
mendengar dengan perasaan puas bahwa tekanan
darahnya telah kembali normal.
Sewaktu ia memberitahukan hal ini kepada
dokternya, sang dokter hanya bergumam, "Sangat
menarik." Portella sangat kecewa terhadapnya.
Ada keuntungan lain dari pengaturan ini. Para
pengawal Portella terisolir di depan suite. Tapi pintu belakang suite menuju
suite di sebelahnya yang memiliki 245
OMERTA - Mario Puzo pintu masuk ke koridor lain. Dan di sanalah Portella menyelenggarakan pertemuan
yang tidak boleh diketahui para penasihat terdekatnya. Karena berbahaya sekali
bagi seorang kepada Mafia untuk menemui seorang agen
khusus FBI secara pribadi. Ia akan dianggap sebagai
informan, dan Cilke mungkin akan dicurigai Biro sebagai penerima suap.
Portella-lah yang memberikan nomor-nomor telepon
untuk disadap, nama-nama anggota lemah yang
menyerah kalau ditekan, memberikan petunjuk-petunjuk dalam kasus pembunuhan
organisasi, dan menjelaskan
cara kerja persekongkolan tertentu. Dan Portella juga yang melakukan pekerjaan-
pekerjaan kotor yang tidak
bisa dilakukan FBI secara sah.
Selama bertahun-tahun mereka telah
mengembangkan sandi untuk mengatur pertemuan. Cilke
memiliki kunci pintu suite di koridor seberang, sehingga ia bisa masuk tanpa
diketahui oleh para pengawal Portella dan menunggu di suite yang lebih kecil.
Portella akan mengusir gadis-gadis yang menemaninya, dan pertemuan mereka pun
dimulai. Malam ini Portella yang menunggu kehadiran Cilke.
Cilke selalu merasa agak gugup dalam menghadiri
pertemuan-pertemuan seperti ini. Ia tahu bahwa bahkan Portella pun tidak akan
berani mengusik seorang agen FBI. Tapi ia tahu temperamen Portella sudah
mendekati kesintingan. Cilke bersenjata, tapi untuk
menyembunyikan identitas informannya, ia tidak bisa
membawa pengawal. Portella membawa segelas anggur, dan kata-kata
pertama sambutannya adalah, "Apa lagi yang salah
sekarang?" Tapi ia tersenyum riang dan memeluk Cilke sekilas. Perut Portella
yang menggunung tersembunyi di balik mantel anggun yang menutupi piama putihnya.
246 OMERTA - Mario Puzo Cilke menolak minum, duduk di sofa, dan berkata
dengan tenang, "Beberapa minggu yang lalu aku pulang ke rumah sesudah bekerja
dan mendapati kedua ekor anjingku dicabut jantungnya. Kupikir tahu sesuatu tentang itu." Ia mengamati
Portella dengan teliti. Keterkejutan Portella tampak asli. Ia tadinya duduk
di sebuah kursi berlengan, dan ketika mendengar berita dari Cilke, ia seperti
terlompat keluar dari kursinya.
Ekspresi wajahnya memancarkan kemurkaan.
Cilke tidak terkesan; berdasarkan pengalaman, ia
tahu bahkan mereka yang bersalah bisa bereaksi dengan kepolosan yang paling
murni. Ia berkata, "Kalau kau mau memperingatkan diriku tentang sesuatu, kenapa
tidak mengatakannya langsung padaku?"
Mendengar ini, Portella berkata, hampir-hampir
sambil menangis, "Kurt, kau datang kemari dengan
membawa senjata; aku bisa merasakan pistolmu. Aku
tidak membawa senjata. Kau bisa membunuhku dan
mengklaim bahwa aku menolak penangkapan. Aku
percaya padamu. Aku sudah memasukkan lebih dari satu juta dolar ke dalam
rekeningmu di Cayman Island. Kita partner. Untuk apa aku melakukan tipuan lama
Sisilia seperti itu" Ada yang mencoba memecah belah kita.
Mengertilah." "Siapa?" kata Cilke.
Portella berpikir keras. "Satu-satunya yang mungkin
hanyalah bocah Astorre itu. Dia menganggap dirinya
hebat karena berhasil lolos dariku satu kali. Periksalah dia, dan sementara itu,
akan kuatur kontrak untuknya."
Akhirnya Cilke merasa yakin. "OK," katanya, "tapi
kurasa kita harus sangat berhati-hati. Jangan
meremehkan orang ini."
"Jangan khawatir," kata Portella."Hei, kau sudah
247 OMERTA - Mario Puzo makan" Aku ada daging domba dan spageti, salad dan
anggur yang enak." Cilke tertawa. "Aku percaya. Tapi aku tidak sempat
makan malam." Sebenarnya ia tidak ingin bersantap bersama orang
yang sebentar lagi akan dikirimnya ke penjara.
Astorre sekarang telah memiliki cukup informasi untuk menyusun rencana
perangnya. la yakin FBI terlibat dalam kematian sang Don. Dan bahwa Cilke
bertanggung jawab memimpin operasi tersebut. la sekarang tahu siapa
perantaranya. Ia tahu Timmona Portella yang membuka
kontrak tersebut. Namun masih ada sejumlah misteri.
Duta besar, melalui Nicole, telah menawarkan untuk
membeli bank-banknya kepada investor-investor asing.
Cilke menawarkan perjanjian untuk mengkhianati Portella dan menjebaknya ke dalam
situasi kriminal. Ini variasi yang sangat mengganggu dan berbahaya. Astorre
memutuskan untuk berkonsultasi dengan Craxxi di
Chicago dan mengajak Mr. Pryor bersamanya.
Astorre telah meminta Mr. Pryor untuk datang ke
Amerika dan mengelola bank-bank Aprile. Mr. Pryor telah menerima tawarannya, dan
dengan kecepatan luar biasa ia mengubah penampilannya dari seorang pria Inggris
menjadi eksekutif papan atas Amerika.
la tidak lagi mengenakan topi bulatnya' ia
membuang payungnya dan membawa koran terlipat
sebagai gantinya. Dan ia tiba bersama istri dan dua
keponakannya. Istrinya telah mengubah pakaiannya yang khas ibu rumah tangga
Inggris dengan gaun yang lebih langsing dan lebih mengikuti mode.
Kedua keponakannya orang-orang Sisilia yang
248 OMERTA - Mario Puzo berbicara bahasa Inggris dengan sempurna dan memiliki gelar di bidang akunting.
Keduanya sangat gemar berburu dan menyimpan peralatan berburu mereka di bagasi
limousine, yang dikemudikan salah satu keponakan tersebut. Malahan mereka berdua
merupakan para pengawal Mr. Pryor. Keluarga Pryor menginap di sebuah townhouse di kawasan Upper West Side yang
dijaga patroli keamanan dari sebuah perusahaan swasta.
Nicole, yang menentang penunjukan tersebut
dengan segera terpesona oleh Mr. Pryor terutama setelah Mr.Pryor memberitahunya
bahwa mereka sebenarnya kerabat jauh. Tidak ragu lagi bahwa Mr. Pryor punya
pesona kebapakan terhadap wanita; bahkan Rosie pun
memujanya. Dan tidak ragu lagi bahwa ia bisa mengelola bank-bank tersebut - bahkan
Nicole pun terkesan oleh pengetahuannya akan perbankan internasional. Hanya
dengan mengadakan transaksi mata uang saja ia bisa
meningkatkan margin laba. Dan Astorre tahu bahwa
Mr.Pryor adalah teman dekat Don Aprile. Sebenarnya
Pryor-lah yang membujuk sang Don untuk mengakuisisi
bank-bank dengan anak cabang di Inggris dan Italia yang dikelola oleh Mr. Pryor.
Mr. Pryor telah menjelaskan hubungan mereka.
"Kuberitahukan pada pamanmu," kata Mr. Pryor,
"bahwa bank bisa meraup lebih banyak kekayaan dengan risiko lebih kecil daripada
bisnis yang dijalaninya. Perusahaan-perusahaan lama itu pass?; pemerintah terlalu kuat, dan mereka
memusatkan perhatian kepada orang-orang kita. Sudah waktunya untuk keluar. Bank-
bank merupakan gerbang untuk mendapatkan uang kalau
kau punya pengalaman, personel, dan kontak-kontak
politik. Tanpa membesar-besarkan, bisa kukatakan aku bisa mempengaruhi pendapat
para politisi Italia dengan 249
OMERTA - Mario Puzo uang. Semua orang menjadi kaya, dan tidak ada yang
disakiti atau dipenjara. Aku bisa menjadi dosen dan
mengajarkan cara menjadi kaya tanpa melanggar hukum
dan mengandalkan kekerasan. Kau hanya perlu
memastikan hukum tertentu disahkan. Bagaimanapun,
pendidikan adalah kunci menuju peradaban yang lebih
tinggi." Mr. Pryor tidak bersikap serius sewaktu
mengatakannya, tapi entah bagaimana ia cukup jujur.
Astorre merasakan kedekatan yang mendalam dengannya
dan mempercayainya sepenuhnya. Don Craxxi dan
Mr.Pryor adalah orang-orang yang bisa diandalkannya.
Bukan saja dari persahabatan mereka: Mereka berdua
juga mendapatkan uang dari kesepuluh bank yang dimiliki sang Don.
Sewaktu Astorre dan Mr. Pryor tiba di rumah Don Craxxi di Chicago, Astorre
terkejut melihat Pryor dan Craxxi berpelukan dengan amat hangat. Jelas sekali
mereka telah saling mengenal. Craxxi menyediakan hidangan berupa buah-buahan
dan keju. la bercakap-cakap dengan Mr. Pryor sementara mereka bersantap. Astorre
mendengarkan dengan keingintahuan besar; ia senang mendengar orang tua
menceritakan kisah-kisah lama. Craxxi dan Mr. Pryor
setuju bahwa cara lama dalam melakukan bisnis sudah
terlalu berisiko. "Semua orang menderita tekanan darah tinggi, semua orang
mendapat masalah jantung," kata Craxxi. "Benar-benar cara yang tidak enak untuk
hidup. Dan elemen baru itu tidak memiliki rasa hormat sama
sekali. Senang juga melihat mereka disapu bersih."
"Ah," kata Mr. Pryor. "Tapi kita semua harus
memulai dari satu tempat. Lihat keadaan kita sekarang."
250 OMERTA - Mario Puzo Semua pembicaraan ini menyebabkan Astorre ragu-
ragu untuk memulai membicarakan bisnis yang harus
ditanganinya. Memang menurut dua orang tua ini apa
yang tengah mereka lakukan sekarang" Mr.Pryor tergelak melihat ekspresi Astorre.
"Jangan khawatir, kami berdua belum lagi menjadi orang baik sepenuhnya. Dan
situasi ini menantang minat kami. Jadi, katakan apa yang kau
butuhkan. Kami siap untuk berbisnis."
"Aku perlu nasihat kalian, bukan sesuatu yang
operasional," kata Astorre. "Itu tugasku."
Craxxi berkata, "Kalau ini semata-mata untuk balas
dendam, ku sarankan sebaiknya kau kembali ke
menyanyi. Tapi kulihat, sebagaimana harapanku
terhadapmu, bahwa ini masalah melindungi keluargamu
dari bahaya." "Keduanya," kata Astorre. "Salah satunya sudah
cukup. Tapi pamanku melatihku untuk menghadapi situasi seperti ini. Aku tidak
boleh mengecewakannya."
"Bagus," kata Mr. Pryor. "Tapi ingat faktanya: Apa
yang kaulakukan memang sudah merupakan sifatmu.
Hati-hatilah dengan risiko yang kau ambil. Jangan sampai hanyut."
Don Craxxi berkata dengan ringan, "Bagaimana aku
bisa membantumu?" "Kau benar tentang Sturzo bersaudara itu," kata
Astorre. "Mereka mengakui bahwa merekalah yang
membunuh sang Don, dan memberitahuku perantaranya
bernama John Heskow, entah siapa dia. Jadi, sekarang aku harus mengejarnya."
"Dan Sturzo bersaudara?" tanya Craxxi.
"Mereka sudah tidak ikut campur lagi."
Kedua pria tua tersebut terdiam.
251 OMERTA - Mario Puzo Lalu Craxxi berkata, "Aku kenal Heskow. Dia sudah
dua puluh tahun menjadi perantara. Ada isu-isu ngawur bahwa dia sudah menjadi
perantara beberapa pembunuhan politik, tapi aku tidak mempercayainya.
Sekarang, taktik apa pun yang kau gunakan untuk
membuat Sturzo bersaudara buka mulut, tidak akan
berhasil dengan Heskow. Dia negosiator yang hebat, dan dia akan tahu seketika
bahwa dia harus bernegosiasi
untuk menyelamatkan nyawanya. Dia akan tahu bahwa
kau harus mendapatkan informasi yang hanya bisa
diberikan olehnya." "Dia punya seorang putra yang sangat
disayanginya," kata Astorre. "Seorang pemain basket, dan anak itu segalanya bagi
Heskow." "Itu kartu lama dan dia akan bisa mengatasinya.,"
kata Mr. Pryor, "dengan menahan informasi yang penting dan memberikan informasi
yang tidak penting padamu.
Kau harus memahami Heskow. Dia sudah tawar-menawar
dengan maut seumur hidupnya. Cari pendekatan lain."
"Ada banyak hal yang ingin ku ketahui sebelum bisa
melangkah lebih jauh," kata Astorre. "Siapa yang ada di balik pembunuhan itu,
dan yang paling penting, untuk apa" Nah, pemikiranku begini. Pasti ada
hubungannya dengan bank-bank itu. Ada yang memerlukan bank-hank
kita" "Heskow mungkin tahu sesuatu tentang hal itu,"
kata Craxxi. "Yang menggangguku," kata Astorre, "adalah tidak
adanya pengintaian polisi atau FBI di katedral selama acara penerimaan Sakramen
penguatan. Dan Sturzo bersaudara memberitahuku bahwa mereka mendapat
jaminan tidak akan ada pengintaian. Apa aku bisa percaya bahwa polisi dan FBI
tahu lebih dulu tentang pembunuhan itu" Apa mungkin?"
252 OMERTA - Mario Puzo "Mungkin saja," kata Don Craxxi. "Dan kalau benar
begitu, kau harus sangat berhati-hati. Terutama dengan Heskow."
Mr. Pryor berkata dengan dingin, "Astorre, tujuan


Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

utamamu adalah menyelamatkan bank dan melindungi
anak-anak Don Aprile. Balas dendam hanya tujuan kecil yang bisa ditinggalkan."
"Entahlah," kata Astorre, tanpa ekspresi. "Harus
kupikirkan kembali." Ia melontarkan senyum tulus pada kedua pria tersebut. "Tapi
sebaiknya kita lihat saja bagaimana jadinya."
Kedua pria tua tersebut tidak mempercayainya
sedikit pun. Sepanjang hidup mereka telah mengenal para pemuda seperti Astorre.
Mereka memandangnya sebagai
pemuda yang memiliki ciri-ciri para pemimpin besar Mafia pada periode awal,
orang-orang dengan kepribadian yang tidak mereka miliki, karena mereka kurang
berkharisma dan kurang memiliki tekad: orang-orang terhormat yang menguasai
provinsi-provinsi, menentang peraturan
negara, dan menang. Mereka melihat kemauan, pesona,
dan kebulatan tekad tersebut dalam diri Astorre, yang tidak menyadarinya. Bahkan
kekonyolan Astorre, nyanyiannya, dan kegemarannya menunggang kuda
merupakan kelemahan yang tidak akan mempengaruhi
nasibnya. Kegiatan-kegiatan itu hanyalah kegembiraan masa muda dan menunjukkan
kebaikan hatinya. Astorre menceritakan tentang si konsul jenderal,
Marriano Rubio, pada mereka. Dan juga Inzio Tulippa
yang bermaksud membeli bank-bank mereka. Tentang
Cilke yang hendak menggunakan dirinya untuk menjebak Portella. Kedua pria tua
tersebut mendengarkan dengan teliti.
"Suruh mereka menemuiku lain kali," kata Mr.Pryor.
253 OMERTA - Mario Puzo "Menurut informasi yang kuterima, Rubio itu manajer
keuangan kalangan pedagang obat bius."
"Aku tidak akan menjual bank-bank itu," kata
Astorre. "Sang Don sudah memerintahkan begitu."
"Tentu saja," kata Craxxi. "Bank-bank itu adalah
masa depan kalian dan bisa menjadi perlindunganmu." Ia diam sejenak, lalu
melanjutkan, "Aku ingin menceritakan sesuatu padamu. Sebelum pensiun, aku punya
seorang rekan, seorang pengusaha yang sangat lurus, kebanggaan masyarakat. Dia
mengundangku makan siang di gedung
perkantorannya, di ruang makan pribadinya. Sesudah itu dia mengajakku
berkeliling dan menunjukkan ruangan-ruangan besar berisi seribu komputer yang
dijalankan pria-pria dan wanita-wanita muda."
"Dia berkata padaku, 'Ruangan itu menghasilkan
satu miliar dolar setahun. Ada kurang-lebih tiga ratus juta orang di negara ini,
dan kami membulatkan tekad agar mereka membeli produk-produk kami. Kami
merencanakan lotere-lotere, hadiah-hadiah, dan bonus-bonus khusus, kami
memberikan janji besar, semuanya
sah secara hukum, agar mereka menghamburkan uang
kepada kami. Dan kau tahu apa yang penting" Kita harus memiliki bank-bank yang
akan memasok kredit pada ketiga ratus juta orang tadi agar bisa membelanjakan uang yang tidak mereka
miliki." Bank adalah kuncinya, kau harus berusaha agar bank-bank berada di
pihakmu." "Itu benar," kata Mr. Pryor. "Dan kedua belah pihak
diuntungkan. Sekalipun tingkat suku bunganya tinggi, utang-utang itu memicu
orang-orang, merangsang mereka untuk mendapatkan lebih banyak lagi."
Astorre tertawa. "Aku senang tindakanku
mempertahankan bank-bank itu ternyata tidak keliru. Tapi itu tidak penting. Sang
Don sudah memintaku untuk tidak menjualnya. Itu sudah cukup bagiku. Dan fakta
bahwa 254 OMERTA - Mario Puzo mereka membunuhnya sudah mengubah segalanya."
Craxxi berkata dengan nada sangat tegas kepada
Astorre, "Kau tidak boleh mengusik si Cilke itu.
Pemerintah sekarang sudah terlalu kuat untuk mengambil tindakan menentang
sehebat itu. Tapi aku setuju bahwa dia bisa dikatakan berbahaya. Kau harus
pandai." "Langkahmu yang berikutnya adalah Heskow," kata
Pryor. "Dia penting, tapi sekali lagi kau harus berhati-hati.
Ingat, kau bisa menghubungi Don Craxxi untuk meminta bantuan, dan aku sendiri
punya kekuatan. Kami tidak
pensiun sepenuhnya. Dan kami punya saham di bank-
bank itu - belum lagi perasaan kami terhadap Don Aprile -
semoga dia beristirahat dengan tenang."
"OK," kata Astorre. "Sesudah aku menemui Heskow,
kita bisa bertemu lagi."
Astorrre sangat menyadari besarnya bahaya yang mengancam akibat posisinya. Ia
tahu bahwa kemungkinan ia berhasil sangat kecil, sekalipun ia telah menghukum
para pembunuh Don Aprile. Kedua pembunuh bayaran itu hanyalah seutas benang dari
misteri pembunuh Don Aprile. Tapi ia mengandalkan paranoia sempurna yang
dijejalkan pada dirinya selama bertahun-tahun masa
pelatihannya dalam dunia penipuan Sisilia yang tanpa akhir. Ia harus lebih
berhati-hati lagi sekarang. Heskow tampaknya sasaran yang mudah, tapi ia juga
bisa merupakan jebakan. Satu hal yang mengejutkan Astorre. Selama jebakan
ia mengira dirinya bahagia menjalani kehidupan sebagai pengusaha kecil dan
penyanyi amatir, tapi sekarang ia merasakan semangat yang belum pernah ia alami
sebelumnya. 255 OMERTA - Mario Puzo Perasaan bahwa ia kembali ke dunia yang
merupakan tempatnya. Dan bahwa ada misi yang harus
dilaksanakannya. Untuk melindungi anak-anak Don Aprile, untuk membalas kematian
orang yang dicintainya. la
hanya perlu mematahkan kemauan musuhnya.
Aldo Monza telah membawa kembali sepuluh pria
yang kompeten dari desanya di Sisilia. Sesuai instruksi Astorre, Monza menjamin
kebutuhan sehari-hari keluarga mereka seumur hidup, tidak peduli apa pun yang
terjadi dengan mereka. "Jangan mengandalkan rasa terima kasih untuk
kebaikan yang kaulakukan pada orang di masa lalu."
Astorre teringat ajaran sang Don padanya. "Kau harus membuat mereka merasa
berterima kasih untuk apa yang akan kaulakukan bagi mereka di masa depan."
Bank-bank tersebut merupakan masa depan
keluarga Aprile, Astorre, dan pasukannya yang semakin besar. Bank-bank itu masa
depan yang layak diperjuangkan, tanpa memperhitungkan biayanya.
Don Craxxi memasok enam orang lagi yang benar-
benar bisa dipercaya. Dan Astorre telah mengubah
rumahnya menjadi sebuah benteng dengan orang-orang
ini serta peralatan pendeteksi keamanan tercanggih. Ia juga menyiapkan sebuah
rumah aman sebagai tempat
persembunyian, kalau pihak berwenang ingin
menangkapnya untuk alasan apa pun.
Ia tidak menggunakan pengawal yang bergerak
rapat dengannya. Sebaliknya, ia mengandalkan
kecepatannya sendiri dan menggunakan para
pengawalnya sebagai pembuka jalan rute-rute yang akan dilaluinya.
Ia akan membiarkan Heskow dulu untuk beberapa
waktu. Astorre penasaran akan reputasi Cilke sebagai pria 256
OMERTA - Mario Puzo terhormat, sebagaimana yang dijabarkan sang Don sendiri padanya.
"Ada orang-orang terhormat yang menghabiskan
seumur hidup mereka untuk melakukan penipuan terbesar seumur hidup," kata Pryor
padanya. Tapi Astorre merasa yakin. Ia hanya perlu bertahan hidup, sementara
potongan-potongan teka-teki ini mulai terkuak.
Ujian yang sebenarnya akan datang dari orang-
orang seperti Heskow, Portella, Tulippa, dan Cilke. Ia terpaksa harus membasuh
tangannya dengan darah sekali lagi.
Astorre memerlukan waktu sebulan untuk menyusun rencana dalam menangani John
Heskow. Orang itu hebat, banyak akal, mudah dibunuh, tapi sulit untuk memperoleh
informasi darinya. Menggunakan putranya sebagai alat pemerasan merupakan langkah
yang terlalu berbahaya - Heskow akan terpaksa melawannya, sementara berpura-
pura bekerja sama. Astorre memutuskan untuk tidak
membiarkan Heskow mengetahui bahwa Sturzo
bersaudara telah memberitahunya bahwa Heskow-lah
yang mengemudikan mobil yang digunakan dalam
penembakan tersebut. Informasi itu mungkin akan
membuat Heskow terlalu ketakutan.
Sementara itu, Astorre berhasil mengumpulkan.
informasi yang diperlukan mengenai kegiatan sehari-hari Heskow. Tampaknya Heskow
seorang pria berkepala dingin yang kesukaan utamanya adalah menanam bunga
dan menjualnya secara grosir kepada tukang bunga, dan bahkan menjualnya sendiri
di kios tepi jalannya di Hamptons. Satu-satunya kegemarannya hanyalah
menyaksikan pertandingan basket regu putranya, dan ia sangat rajin mengikuti
jadwal pertandingan basket
257 OMERTA - Mario Puzo Villanova. Pada suatu malam Sabtu di bulan Januari, Heskow pergi menyaksikan pertandingan
basket antara Villanova melawan Temple di Madison Square Garden di New York.
Sewaktu meninggalkan rumah, ia menguncinya dengan
sistem alarmnya yang canggih. la selalu berhati-hati dalam kehidupan sehari-
harinya, selalu percaya bahwa ia telah menyusun rencana pendukung untuk
kemungkinan apa pun. Dan kepercayaan itukah yang ingin dihancurkan
Astorre di awal wawancara mereka.
John Heskow berangkat ke kota dengan
menggunakan mobil dan makan malam seorang diri di
sebuah restoran Cina di dekat Garden. Ia selalu
menyantap hidangan Cina kalau sedang di luar rumah,
karena itu satu-satunya masakan yang tidak bisa
dibuatnya sendiri dengan lebih lezat.
Ia menyukai penutup perak yang digunakan, yang
mengesankan seakan-akan tiap hidangan berisi kejutan yang menyenangkan. Ia
menyukai orang-orang Cina.
Mereka tidak pernah mencampuri urusan orang lain, tidak berbasa-basi atau
menunjukkan keakraban berlebihan.
Dan tidak pernah ia menemukan satu kesalahan pun
dalam tagihannya, yang selalu ia periksa dengan hati-hati, karena ia memesan
beberapa macam masakan. Malam ini ia makan habis-habisan. Ia terutama
menyukai bebek Peking, udang karang, dan udang saus
Kanton. Ia juga memesan nasi putih khusus, dan tentu saja beberapa kue apel
panggang dan iga babi bumbu. Ia mengakhiri makan malamnya dengan es krim teh
hijau, selera yang tidak biasa, tapi menunjukkan bahwa ia
seorang pakar masakan Timur.
258 OMERTA - Mario Puzo Sewaktu tiba di Garden, arenanya baru separuh
terisi, sekalipun Temple memiliki regu kelas atas. Heskow menempati tempat duduk
pilihannya, yang disediakan
putranya, dekat lantai pertandingan dan di bagian tengah.
Hal ini menyebabkan ia bangga kepada Jocko.
Pertandingannya kurang menarik. Temple
mengalahkan Villanova besar-besaran, tapi Jocko
mencatat angka tertinggi dalam pertandingan. Sesudah pertandingan, Heskow menuju
ruang loker. Putranya menyambutnya dengan pelukan. "Hei,
Dad, senang kau bisa datang. Mau ikut makan bersama
kami?" Heskow merasa sangat bersyukur. Putranya benar-
benar seorang ksatria. Tentu saja anak-anak ini tidak suka orang tua seperti
dirinya menemani mereka berjalan-jalan di kota. Mereka ingin mabuk-mabukan,
bersenang-senang, dan mungkin membawa gadis-gadis.
"Trim," kata Heskow. "Aku sudah makan malam,
dan perjalanan pulang sangat jauh. Permainanmu malam ini hebat. Aku bangga
padamu. Kau pergilah sendiri."
Ia mencium putranya sebagai salam perpisahan, dan
bertanya-tanya bagaimana ia bisa seberuntung ini. Well, putranya memiliki
seorang ibu yang baik, sekalipun wanita itu sangat buruk sebagai istri.
Heskow hanya memerlukan waktu satu jam
bermobil pulang ke Brightwaters - jalan-jalan di samping taman Long Island rata-
rata sudah kosong pada jam
sekian. Ia kelelahan sewaktu tiba di sana, tapi sebelum masuk ke dalam rumah, ia
memeriksa rumah kaca untuk
memastikan suhu udara dan kelembapannya masih
normal. Dalam cahaya bulan yang menembus atap kaca,
bunga-bungaan tersebut memancarkan keindahan liar
259 OMERTA - Mario Puzo yang berbau malam, bunga-bunga yang merah tampak
kehitaman, yang putih bagaikan memancarkan cahaya
hantu. Ia suka sekali memandangnya, terutama tepat
sebelum tidur. la menyusuri jalur masuk dari kerikil ke rumahnya
dan membuka kunci pintu. Begitu berada di dalam, ia
bergegas menekan rangkaian nomor di panel agar
alarmnya tidak meraung-raung, lalu pergi ke ruang
duduk. Jantungnya bagai melompat ke tenggorokan. Dua
pria telah berdiri di dalam, menantinya; ia mengenali Astorre. Ia cukup mengenal
maut untuk bisa mengenalinya seketika. Kedua orang ini merupakan
pembawa pesan. Tapi ia bereaksi dengan mekanisme pertahanan
yang sempurna. "Bagaimana kalian bisa masuk kemari,
dan kalian mau apa?"
"Jangan panik," kata Astorre. Ia memperkenalkan
dirinya, sambil menambahkan bahwa ia adalah keponakan almarhum Don Aprile.
Heskow menenangkan diri. Ia pernah berada dalam
kondisi terdesak seperti ini sebelumnya, dan setelah aliran adrenalin berlalu,
ia selalu baik-baik saja. Ia duduk di sofa, sehingga tangannya berada di
sandaran lengan yang terbuat dari kayu, dan meraih pistolnya yang
tersembunyi. "Jadi, kalian mau apa?"
Senyum heran bercampur gembira merekah di
wajah Astorre, dan ini menyebabkan Heskow jengkel.
Heskow berniat menunggu saat yang tepat. Sekarang ia membuka sandaran lengan
kursi dan mengambil

Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pistolnya. Tempat di bawahnya kosong.
260 OMERTA - Mario Puzo Pada saat itu tiga buah mobil muncul di jalur masuk, sorotan lampu depannya
membanjiri ruangan. Dua orang pria lagi masuk ke dalam.
Astorre berkata dengan nada senang, "Aku tidak
meremehkan dirimu, John. Kami sudah menggeledah
rumahmu. Kami menemukan pistol di poci kopi, yang lain diselotip di bawah
ranjangmu, yang lain lagi di kotak surat palsu, dan satu lagi di kamar mandi,
diselotip di belakang toilet. Ada yang kami lewatkan?"
Heskow tidak menjawab. Jantungnya mulai
berdebar-debar lagi. Ia bisa merasakannya di
tenggorokan. "Memangnya apa yang kau tanam di rumah kaca?"
tanya Astorre sambil tertawa. "Berlian, rami, koka, atau apa" Kupikir tadi kau
tidak akan masuk. Omong-omong, persenjataanmu banyak sekali untuk orang yang
menanam azalea." "Berhentilah mengejekku," kata Heskow pelan.
Astorre duduk di kursi di seberang Heskow, lalu
melemparkan dua buah dompet - Gucci, satu emas, satu
cokelat - ke meja kopi di antara mereka berdua. "Coba
kau lihat," katanya.
Heskow mengulurkan tangan dan mengambilnya.
Benda pertama yang dilihatnya adalah SIM Sturzo
bersaudara, lengkap dengan foto mereka yang
delaminating. Gumpalan di tenggorokannya terasa begitu masam, hingga ia hampir
muntah. "Mereka menyerahkan dirimu," kata Astorre. "Merek
bilang kau lah perantara pembunuhan atas Don Aprile.
Mereka juga menyatakan kau menjamin tidak akan ada
pengintaian NYPD atau FBI dalam upacara gereja itu."
Heskow mempertimbangkan segala sesuatu yang
261 OMERTA - Mario Puzo terjadi. Mereka tidak langsung membunuhnya, sekalipun jelas Sturzo bersaudara
telah tewas. Ia agak kecewa
karena pengkhianatan mereka. Tapi Astorre tampaknya
tidak tahu bahwa dirinyalah yang mengemudi waktu itu.
Ia bisa bernegosiasi, negosiasi paling penting dalam hidupnya.
Heskow mengangkat bahu, "Aku tidak tahu apa
yang kau bicarakan."
Aldo Monza mendengarkan dengan waspada sejak
tadi, dan terus mengawasi Heskow. Sekarang ia pergi ke dapur dan kembali membawa
dua cangkir kopi pahit, memberikan yang satu kepada Astorre dan yang lain
kepada Heskow. Ia berkata, "Hei, kau punya kopi Italia - bagus."
Heskow melontarkan pandangan muak ke arahnya.
Astorre meminum kopinya, lalu berkata pada
Heskow, perlahan-lahan, dengan nada menekan,
"Kudengar kau orang yang sangat cerdas. Itu satu-
satunya alasan kau masih hidup sampai sekarang. Jadi, dengarkan aku dan
berpikirlah baik-baik. Aku petugas pembersih Don Aprile. Aku memiliki semua
sumber daya yang dulu dimilikinya sebelum pensiun. Kau mengenalnya, kau tahu apa
itu artinya. Kau tidak akan pernah berani menjadi perantara kontrak untuk
membunuhnya kalau dia belum pensiun. Benar?"
Heskow tidak mengatakan apa-apa. Ia hanya terus
mengamati Astorre, berusaha menilainya.
"Sturzo bersaudara sudah tewas," lanjut Astorre.
"Kau bisa menggabungkan diri dengan mereka. Tapi aku punya penawaran, dan kau
harus sangat berhati-hati
disini. Dalam tiga puluh menit mendatang, kau harus bisa meyakinkanku bahwa kau
berada di pihakku, dan akan
bertindak sebagai agenku. Kalau tidak, kau akan dikubur 262
OMERTA - Mario Puzo di bawah bunga-bungamu di rumah kaca. Sekarang biar
kuberitahukan kabar baiknya. Aku tidak akan pernah
melibatkan putramu dalam masalah ini. Aku tidak akan berbuat begitu, lagi pula
tindakan seperti itu hanya akan membuatmu memusuhiku dan siap mengkhianatiku.
Tapi kau harus menyadari bahwa karena akulah putramu tetap hidup. Musuh-musuhku
menginginkan kematianku. Kalau
mereka berhasil, teman-temanku tidak akan membiarkan putramu lolos. Nasibnya
tergantung pada nasibku."
"Jadi, apa maumu?" tanya Heskow.
"Aku butuh informasi," kata Astorre. "Jadi, bicaralah.
Kalau aku puas, kita bertransaksi. Kalau tidak, kau mati.
Jadi, masalahmu yang paling mendesak saat ini adalah bertahan hidup. Mulailah."
Heskow tidak mengatakan apa-apa selama paling
tidak lima menit. Pertama-tama ia mengevaluasi Astorre -
seorang pria tampan, tidak brutal maupun meneror. Tapi Sturzo bersaudara tewas.
Lalu masih ada masalah menerobos keamanan rumahnya dan menemukan pistol-
pistolnya. Yang paling mencolok adalah Astorre
menunggunya meraih pistol yang tidak ada. Jadi, ini
bukan gertakan, dan jelas ia tidak bisa balas menggertak.
Akhirnya Heskow menghirup kopinya dan mengambil
keputusan, dengan persyaratan.
"Aku terpaksa bergabung denganmu," katanya pada
Astorre. "Aku harus percaya kau akan mengambil
tindakan yang benar. Orang menyewaku sebagai
perantara untuk melaksanakan tugas itu dan memberiku uangnya adalah Timmona
Portella. Tidak adanya pengintaian NYPD karena aku sudah menyuap mereka.
Aku pengantar uang Timmona dan aku yang membayar
kepala detektif NYPD. Di Benedetto, lima puluh ribu dolar dan deputinya,
Aspinella Washington, dua puluh lima ribu 263
OMERTA - Mario Puzo dolar. Sedangkan untuk jaminan FBI, Portella
menyerahkannya a padaku. Aku bersikeras meminta
jaminan dan dia memberitahuku bahwa orang ini, Cilke, kepala Biro New York,
merupakan orangnya. Cilke-lah
yang memberi izin untuk pembunuhan sang Don."
"Kau pernah bekerja untuk Portella sebelumnya?"
"Oh, yeah," kata Heskow. "Dia yang mengelola
peredaran obat bius di New York, jadi dia banyak
memberiku kontrak. Tidak satu pun yang sekelas dengan sang Don. Aku tidak pernah
mengerti kaitannya. Cuma itu." "Bagus," kata Astorre. Wajahnya memancarkan
ketulusan. "Sekarang ku minta kau berhati-hati. Untuk kebaikanmu sendiri. Apa
ada hal lain lagi yang bisa kau beritahukan padaku?"
Dan tiba-tiba Heskow tahu bahwa ia sangat dekat
dengan kematian. Dan bahwa ia belum berhasil
meyakinkan Astorre. Ia mempercayai nalurinya. Ia
melontarkan senyum lemah kepada Astorre.
"Satu hal lagi," tambahnya, sangat lambat. "Saat ini aku sedang menangani
kontrak lagi dari Portella.
Untukmu. Aku akan membayar setengah juta dolar pada
kedua detektif itu untuk menghabisimu. Mereka akan
datang untuk menangkapmu, kau melawan dan mereka
menembakmu." Astorre tampak agak kebingungan. "Kenapa begitu
rumit dan mahal?" katanya. "Kenapa tidak langsung saja menyewa pembunuh
bayaran?" Heskow menggeleng. "Mereka memandangmu lebih
tinggi dari itu. Dan sesudah sang Don, pembunuhan
langsung akan menarik terlalu banyak perhatian.
Mengingat kau adalah keponakannya. Media akan
berpesta pora. Dengan cara ini tidak."
264 OMERTA - Mario Puzo "Kau sudah membayar mereka?" tanya Astorre.
"Belum," kata Heskow. "Kami harus bertemu."
"OK," kata Astorre. "Siapkan pertemuannya, jauh
dari keramaian. Beritahukan rinciannya padaku
sebelumnya. Satu hal lagi. Sesudah pertemuan itu, kau jangan pergi bersama
mereka." "Oh, shit," kata Heskow. "Begitu caranya" Situasinya akan panas sekali."
Astorre menyandar kembali ke kursi. Begitulah
caranya," katanya. Ia beranjak bangkit dan memeluk
Heskow dengan sikap bersahabat. "Ingat," katanya, "kita harus saling menjaga."
"Boleh ku ambil sebagian uangnya?" tanya Heskow.
Astorre tertawa. "Tidak. Di situlah indahnya.
Bagaimana polisi bisa menjelaskan setengah juta dolar yang ada di tangan
mereka?" "Dua puluh ribu saja," kata Heskow.
"OK," kata Astorre. "Tapi jangan lebih. Sekadar
sedikit pemanis." Sekarang penting bagi Astorre untuk bertemu lagi dengan Don Craxxi dan Mr.
Pryor, untuk mendapatkan nasihat mereka atas rencana operasional besar yang
harus dilaksanakannya. Tapi situasinya telah berubah. Mr. Pryor bersikeras
membawa kedua keponakannya ke Chicago untuk
bertugas sebagai pengawal. Dan sewaktu tiba di tepi kota Chicago, mereka
mendapati rumah sederhana Don Craxxi telah berubah menjadi sebuah benteng.
Jalur masuk menuju rumah dihalangi oleh pondok-
pondok hijau kecil yang dijaga pria-pria muda bertampang 265
OMERTA - Mario Puzo tangguh. Sebuah van komunikasi diparkir di kebun bunga.
Dan ada tiga pria muda yang menjawab dering bel pintu dan telepon serta
memeriksa kartu identitas pengunjung.
Kedua keponakan Mr. Pryor, Erice dan Roberto
bertubuh ramping dan atletis, pakar di bidang senjata api, dan mereka jelas
memuja sang Paman. Mereka juga
tampaknya tahu sejarah Astorre di Sisilia dan
memperlakukan Astorre dengan sangat hormat, melayani kebutuhannya yang kecil-
kecil sekalipun. Mereka membawakan bagasi Astorre ke pesawat,
menuangkan anggurnya saat makan malam,
membersihkannya dengan serbet mereka; membayar
tipnya, dan membukakan pintu, menunjukkan sejelas-
jelasnya bahwa mereka menganggap Astorre sebagai
orang besar. Astorre berusaha membuat mereka santai dengan
selera humornya, tapi sikap mereka tidak berubah sama sekali.
Orang-orang yang mengawal Don Craxxi tidak
sesopan itu. Mereka ramah tapi kaku, orang-orang berusia lima puluhan,
sepenuhnya memusatkan perhatian pada
tugas. Dan mereka semua menyandang senjata.
Malam itu, sewaktu Don Craxxi, Mr. Pryor, dan
Astorre telah selesai makan malam dan tengah
menyantap buah-buahan sebagai pencuci mulut, Astorre berkata pada Don Craxxi,
"Kenapa menyiapkan pengamanan seperti ini?"
"Sekadar berjaga-jaga," jawab tuan rumahnya
dengan tenang. "Aku mendengar kabar yang sangat
mengganggu. Seorang musuh lamaku, Inzio Tulippa,
sudah tiba di Amerika. Dia pria yang sangat pemarah dan sangat serakah, jadi
sebaiknya aku bersiap-siap. Dia datang untuk bertemu dengan Timmona Portella
kita. 266 OMERTA - Mario Puzo Mereka berusaha meningkatkan keuntungan obat bius dan melenyapkan musuh-musuh
mereka. Paling baik bersiap
sedia. Tapi sekarang, apa yang kau pikirkan, Astorre?"
Astorre memberitahu mereka berdua informasi yang
diperolehnya dan bagaimana ia berhasil mengintimidasi Heskow. Ia juga
memberitahu mereka tentang Portella
dan Cilke dan kedua detektif.
"Sekarang aku harus terjun ke operasional,"
katanya. "Aku perlu pakar peledak, dan paling sedikit sepuluh orang lagi. Aku
tahu kalian berdua bisa menyediakannya, dan kalian bisa menghubungi teman-
teman lama sang Don.?" Ia dengan hati-hati menguliti buah pir kuning kehijauan
yang disantapnya. "Kalian
mengerti betapa berbahayanya masalah ini dan tentunya kalian tidak ingin
terlihat terlalu dekat."
"Omong kosong," kata Mr. Pryor dengan tidak sabar.
"Kami berutang budi akan nasib kami kepada Don Aprile.
Tentu saja kami akan membantu. Tapi ingat, ini bukan balas dendam. Ini sekadar
bela diri. Jadi, kau tidak boleh mengusik Cilke. Pemerintah federal akan
menyengsarakan hidup kita."
"Tapi orang itu harus dinetralisir," kata Don Craxxi.
"Dia akan selalu menjadi bahaya. Bagaimanapun,
pertimbangkan ini. Jual bank-bankmu, dan semua orang akan senang."
"Semua orang, kecuali aku dan para sepupuku,"
kata Astorre "Itu layak dipertimbangkan," kata Mr. Pryor. "Aku
dan Don Craxxi bersedia mengorbankan saham-saham
kami di bank, sekalipun aku tahu saham-saham itu kelak akan menjadi tambang
emas. Tapi jelas kita layak
mendapatkan kehidupan damai."
"Aku tidak akan menjual bank-bank itu," kata
267 OMERTA - Mario Puzo Astorre. "Mereka sudah membunuh pamanku dan mereka
harus membayar akibat perbuatan mereka, bukan malah
memperoleh tujuan mereka. Dan aku tidak bisa tinggal di dunia yang dikuasi
orang-orang seperti mereka. Itu yang diajarkan sang Don padaku."
Astorre terkejut melihat Don Craxxi dan Mr. Pryor
tampak lega mendengar keputusannya. Mereka berusaha
untuk tidak tersenyum. Ia menyadari bahwa kedua pria ini menghormati dirinya,
sekalipun mereka berkuasa, sebab dalam dirinya mereka melihat apa yang tidak
akan pernah bisa mereka peroleh dalam diri mereka sendiri.
Craxxi berkata "Kami tahu tugas kami terhadap Don
Aprile; semoga dia beristirahat dengan tenang. Dan kami tahu tugas kami
kepadamu. Tapi satu hal yang harus kau perhatikan: Kalau kau terlalu tergesa-
gesa dan sesuatu terjadi padamu, kami akan terpaksa menjual bank-bank itu."
"Ya," kata Mr. Pryor. "Berhati-hatilah."
Astorre tertawa. "Jangan khawatir. Kalau aku kalah,
tidak akan ada lagi yang tersisa."
Mereka menyantap buah pir dan persik.
Don Craxxi tampaknya berpikir keras. Lalu ia
berkata, "Tulippa itu orang kuat dalam dunia obat bius.
Portella adalah partner Amerika-nya. Mereka pasti
menginginkan bank-bank itu untuk mencuci uang obat
bius."

Omerta Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lalu di mana keterlibatan Cilke?" tanya Astorre.
"Entahlah kata Craxxi, "Tapi kau tetap tidak boleh
menyerang Cilke." "Itu berarti bencana," kata Mr. Pryor.
"Akan ku ingat," kata Astorre.
Tapi kalau Cilke bersalah, apa yang bisa
268 OMERTA - Mario Puzo dilakukannya" Detektif Aspinella Washington memastikan putrinya yang delapan tahun makan malam
dengan benar, menyelesaikan PR-nya, dan berdoa sebelum tidur. Ia
sangat sayang pada gadis kecil itu, dan sudah mengusir ayahnya dari kehidupannya
bertahun-tahun yang lalu. Si baby-sitter, seorang putri polisi yang masih
remaja, tiba pukul delapan malam. Aspinella memberitahukan obat-obatan yang
harus diminum putrinya dan mengatakan aka kembali sebelum tengah malam.
Tidak lama kemudian bel lobi berdering dan
Aspinella berlari-lari menuruni tangga dan turun ke jalan.
la tidak pernah menggunakan lift. Paul Di Benedetto
tengah menunggunya dalam sebuah Chevrolet cokelat
pasir yang tidak bertanda. Aspinella melompat masuk dan mengenakan sabuk
pengaman. Di Benedetto tidak bisa
diandalkan sebagai pengemudi di malam hari.
Di Benedetto tengah mengisap sebatang cerutu
panjang, jadi Aspinella membuka kaca jendelanya.
"Perjalanannya kurang-lebih satu jam," kata Di
Benedetto. "Kita harus mempertimbangkannya kembali."
Ia tahu ini langkah besar bagi mereka berdua. Menerima suap dan uang obat bius
merupakan satu hal : tapi
membunuh merupakan hal yang sama sekali berbeda.
"Apa yang harus dipikirkan?" tanya Aspinella. "Kita
mendapat setengah juta untuk membunuh orang yang
sudah seharusnya dijatuhi hukuman mati. Kau tahu apa yang bisa kulakukan dengan
seperempat juta?" "Tidak," kata Di Benedetto. "Tapi aku tahu apa yang
bisa kulakukan. Membeli sebuah kondominium super di
Miami sesudah pensiun nanti. Ingat, kita harus
269 OMERTA - Mario Puzo menanggung ini seumur hidup."
"Menerima uang obat bius saja sudah melanggar
batas," kata Aspinella. "Persetan dengan mereka semua."
"Yeah," kata Di Benedetto. "Kita pastikan saja si
Heskow membawa uangnya malam ini, dan bahwa dia
bukan sekadar mempermainkan kita."
"Selama ini dia bisa dipercaya," kata Aspinella. "Dia Sinterklas-ku. Dan kalau
dia tidak membawa karung besar untuk kita, dia akan menjadi almarhum
Sinterklas." Di Benedetto tertawa. "Begitu baru gadisku. Kau
sudah mengikuti Astorre ini agar kita bisa segera
menyingkirkannya?" "Yeah. Aku sudah mengintainya. Aku tahu tempat
yang tepat untuk menjemputnya - gudang makaroninya.
Dia sering bekerja lembur hingga larut malam."
"Kau punya pistol gelap yang bisa kita kambing
hitamkan padanya?" tanya Di Benedetto.
"Tentu saja," kata Aspinella. "Kita bisa repot kalau dia tidak ditemukan
membawanya." Mereka bermobil dalam kebisuan selama sepuluh
menit. Lalu Di Benedetto berkata dengan ketenangan
dipaksakan, dengan suara tanpa emosi, "Siapa yang akan menembak?"
Aspinella melontarkan pandangan heran bercampur
geli. "Paul," katanya, "kau sudah di belakang meja selama sepuluh tahun
terakhir. Kau lebih banyak melihat saus tomat daripada darah. Aku yang
menembak." Ia bisa melihat bahwa Di Benedetto merasa lega. Dasar pria -
benar-benar tidak berguna.
Mereka kembali terdiam. tenggelam dalam
pemikiran apa yang telah membawa mereka ke titik ini dalam kehidupan. Di
Benedetto bergabung dengan
270 OMERTA - Mario Puzo kepolisian sewaktu masih muda, lebih dari tiga puluh tahun yang lalu. Korupsi
yang dilakukannya berlangsung setahap demi setahap, tapi terelakkan.
Ia memulai kariernya dengan ilusi kebesaran -
bahwa ia akan dihormati dan dikagumi karena
mempertaruhkan nyawanya untuk melindungi orang lain.
Tapi tahun demi tahun mengikis bayangan ini. Mula-mula hanyalah suap kecil-
kecilan dari para pedagang jalanan dan toko-toko kecil. Lalu memberikan
kesaksian palsu agar seseorang bebas dari tuduhan. Tampaknya tindakan itu
merupakan langkah kecil untuk menerima uang dari para pengedar obat bius kelas
atas. Lalu akhirnya dari Heskow yang, jelas sekali, bertindak atas nama Timmona
Portella, kepala Mafia terbesar yang masih tersisa di New York.
Tentu saja, selalu ada alasan bagus untuk setiap
tindakannya. Benak manusia bisa menerima apa pun. la melihat para pejabat tinggi
memperkaya diri dengan uang suap dari kalangan obat bius, dan kalangan yang
lebih rendah bahkan lebih korup lagi. Dan bagaimanapun, ia harus mengirim tiga
anaknya ke perguruan tinggi. Tapi yang paling mempengaruhinya adalah tidak
adanya rasa terima kasih dari orang-orang yang dilindunginya.
Kelompok-kelompok kebebasan sipil memprotes
kebrutalan polisi kalau kau menghajar seorang penodong kulit hitam. Media massa
meludahi departemen kepolisian setiap mendapat kesempatan. Warga menuntut polisi
di pengadilan. Polisi dipecat setelah mengabdi selama
bertahun-tahun, dicabut hak pensiunnya, bahkan
dipenjara. Ia sendiri pernah diadili untuk tuduhan
indisipliner karena telah mendiskriminasi para penjahat kulit hitam, padahal ia
tahu bahwa dirinya tidak memiliki prasangka rasialis. Apa dirinya yang salah
kalau sebagian besar penjahat di New York adalah dari kalangan kulit 271
OMERTA - Mario Puzo hitam" Apa yang harus kau lakukan - memberikan izin
mencuri pada mereka, sebagai tindakan mendukung"
Ia pernah mempromosikan polisi-polisi kulit hitam.
Ia adalah mentor Aspinella di departemen, memberikan promosi yang layak diterima
wanita itu dengan tindakannya meneror para penjahat kulit hitam yang
sama. Dan orang tidak bisa menuduh Aspinella rasialis.
Singkatnya, masyarakat justru menjepit polisi yang
melindungi mereka. Kecuali tentu saja kalau polisi yang bersangkutan tewas
terbunuh saat bertugas. Sesudah itu gelombang omong kosong menghantam. Kebenaran
akhirnya" Tidak ada gunanya menjadi polisi jujur.
Sekalipun begitu - sekalipun begitu, tidak pernah terlintas dalam benak Di
Benedetto bahwa suatu hari ia harus
membunuh. Tapi bagaimanapun ia bukannya tidak
berdaya; tidak ada risiko; uangnya amat banyak; dan
Jodoh Rajawali 11 Putri Bong Mini 06 Rahasia Pengkhianatan Baladewa Cincin Berlumur Darah 3
^