Sirkus Pak Galliano 3
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton Bagian 3
Sammy juga tertegun. Dalam benaknya muncul pikiran
mungkin kedua orang itu bisa menolongnya. Ragu-ragu ia
mendekati mereka. Tetapi kedua orang tersebut malah
ketakutan, membuang barang bawaan mereka dan lari
tunggang langgang. Sammy jadi ketakutan karena jerit-jerit kedua orang itu.
Ia tak mengejar mereka tapi segera* menghampiri kantung
yang dibuang orang-orancjl tersebut. Sammy mencium bau
yang enak - bekali makanan orang-orang tadi! Sammy
merobekj kantung bekal hingga terbuka untuk melihat ada
apa di dalam kantung itu Roti lapis berisi daging. Sayur kacang. Apel.' Sammy
mengambil semua makanan itu dan berlari( ke pagar jalan.
Di antara semak-semak ia duduk meringkuk bersembunyi.
Apa saja yang bisa dimakan, dimakannya habis. Apelnya
sungguh sedap! Saat ia makan itu muncul seorang wanita berjalan ke
arah puncak bukit. Bagi Sammy wanita* itu tampak baik
hati. Hampir mirip ibu Lotta yang dikenalnya dengan baik.
Ia keluar dari persembunyian dan menghampiri si wanita,
mulutnya mencereceh lucu. Maksudnya sih minta tolong.
Ial ingin kembali ke Pak Wally. Ia merasa begitui kesepian
tak punya kawan seorang pun.
Wanita itu menjerit keras-keras dan berlari menuruni
bukit dengan kecepatan tinggi. Di tengah jalan ia bertemu
dengan seorang pria yang bertanya mengapa ia tampak
begitu ketakutan "Ada simpanse!" wanita itu berkata, terengah-engah.
"Tak mungkin!" kata orang tadi, menepuk punggung si
wanita untuk menenangkannya. "Tak ada simpanse di sini.
Hanya ada kelinci dan rubah.''
"Tidak, itu tadi simpanse!" si wanita menegaskan, tetapi
pria itu menggelengkan kepala. Dan tepat pada saat itu
Sammy muncul, berlari-lari kecil menuruni bukit. Ia
mengira pria itu mungkin sahabatnya. Tapi begitu si pria
melihat Sammy, ia juga menjerit takut.
"Anda benar! Itu simpanse!" jeritnya. "Cepat. Masuk ke
rumah itu!" Keduanya lari masuk ke dalam rumah yang berada di
dekat tempat tersebut. Kasihan Sammy. Ia begitu kecewa
ketika kedua manusia itu hilang dan menutup pintu rapat-
rapat. Ia tak berteman. Ia ingin sekali kembali ke Pak
Wally. Ia memasuki halaman rumah. Mondar-mandir di kebun,
mencari-cari kalau-kalau di situ ada yang dikenalnya. Si
pria dan wanita, dan dua orang lagi, memperhatikan gerak-
gerik Sammy dari jendela.
"Aku akan menelepon polisi," si pria berkata. "Itu pasti
simpanse yang lari dari kurungan. Ia harus ditembak."
"Kasihan," kata si wanita. "Mungkin ia anggota sirkus.
Kemarin malam aku nonton sirkus, mungkin dia yang
main. Orang-orang sirkus mungkin akan segera mencarinya." "Ya, tetapi ia tak boleh berkeliaran seperti ini," kata si
pria. "Akan kukatakan pada polisi untuk membawa senjata
dan segera memburunya."
Sammy tidak mendengar percakapan ini. Mendengar
pun mungkin tak ada artinya, sebab ia pasti tak mengerti.
Diciuminya semua pintu, dicobanya membuka pintu-pintu
itu, tapi akhirnya ia berpendapat takkan mungkin ia bisa
masuk. Ia kembali ke jalan, dan berjalan ke puncak bukit.
Lewat puncak bukit ia turun ke sebuah desa. Di situ ia
bertemu dengan beberapa anak kecil. Mereka tak tahu
Sammy itu apa, karenanya diam saja mereka memperhatikannya. Sammy sangat menyukai anak-anak.
Dengan mencereceh ia mendekat dan mengulurkan tangan
pada seorang anak lelaki.
Anak itu pun menyambut uluran tangan Sammy,
menjabatnya. Sammy sangat gembira. Akhirnya ia bertemu
dengan seorang kawan! Dibelainya rambut anak itu.
Kemudian ia mulai mempertunjukkan kepandaiannya. Ia
masih memakai celana dan jasnya, walaupun topinya telah
hilang. Ia membuka pakaiannya, berpura-pura mengantuk
dan berbaring di semak-semak. Kemudian ia menguap,
menggeliat, dan bangun. Ia berpakaian, dan berpura-pura
cuci muka serta menggosok gigi dan menyisir rambut.
Anak-anak mengelilinginya, bertepuk tangan riang.
Pandai sekali binatang ini! Sammy juga senang. Dipeluknya
seorang anak kecil, perempuan, dengan lembut. Dan ia pun
mulai bermain dengan anak-anak itu.
Tetapi keadaan seperti itu tidak berlangsung lama.
Seorang wanita menjenguk ke luar jendela melihat Sammy
bermain-main dengan anak-anak itu. Sesaat ia tertegun
ketakutan. Kemudian ia menjerit.
"Johnny! Ellen! Cepat masuk!" pekiknya.
"Oh, Ibu, kami ingin bermain dengan binatang aneh ini,"
kata Johnny. "Masuk! Sekarang juga!" teriak ibunya. "Dan suruh yang
lain pulang!" Beberapa saat kemudian semua anak sudah lenyap.
Tinggal Sammy sendirian. Tahu-tahu muncul sekelompok
orang mendatanginya, membawa tongkat, pipa besi, dan
beberapa alat pemukul lainnya. Sammy tak tahu orang-
orang itu akan memukulnya. Dengan riang ia berlari
menyongsong mereka, mengira orang-orang ini juga akan
bermain dengannya. Salah seorang dari kelompok itu
berhenti dan melemparkan sepotong besi pada Sammy.
Tapi dengan mudah Sammy menghindar serta menangkap
potongan besi itu! Ia kira ini suatu permainan baru. Dan
dengan tangkas dilemparkannya kembali potongan besi
tersebut. Untung tak ada yang terkena. Orang-orang itu semua
tertegun heran. "Jangan lempar dia!" salah seorang berkata.
"Celaka kalau ia membalas melempar kita. Usir dia ke
sudut agar mudah kita tangkap!"
Orang-orang itu pun memencar, mengepung Sammy.
Sesaat Sammy tak memperhatikan mereka. Perhatiannya
tertuju pada sebuah benda yang bersandar ke dinding -
sebuah sepeda! Tiap malam Sammy memang mengendarai
sepeda khususnya di sirkus. Ia tahu ini sepeda, walaupun
bentuknya agak lain. Saat ia memperhatikan sepeda itu
orang-orang tadi semakin mendekat.
Dan tiba-tiba Sammy sadar. Tiba-tiba ia merasa takut
melihat orang-orang itu kini telah mengepungnya tanpa
bersuara sedikit pun. Bagaimana ia bisa meloloskan diri"
Sammy cepat bertindak. Ia melompat ke tempat duduk
sepeda dan langsung berkayuh menghambur ke arah orang-
orang yang mengepungnya! Orang-orang itu begitu terkejut
hingga bubar takut tertubruk.
Dengan cepat Sammy meninggalkan mereka. Bersepeda
meluncur di jalan desa, lepas meninggalkan desa tersebut.
Ia kembali riang lagi, punya permainan baru. Memang
sepeda itu lebih besar dari sepedanya, tetapi dengan mudah
dapat dikuasainya. Terus saja ia menggenjot, sampai ia tiba
di sebuah desa lain. Tetapi di sini seorang polisi bersenjata api telah
menunggunya. Seseorang telah menelepon polisi itu dari
desa yang baru ditinggalkan Sammy. Kini ia siap menunggu
kedatangan simpanse tersebut Sammy tak tahu senjata api
itu apa. Tenang saja ia bersepeda langsung ke arah polisi
berseragam birui itu. Dddorrr! Tembakan meletus. Suaranya bagi Sammy
agak mirip suara lecutan cambuk Pak Galliano. Sammy
sudah terbiasa pada suara seperti itu. Tetapi sesuatu seakan
memperingatkannya bahwa senjata yang dibawa polisi itu
tidak sama dengan cambuk yang dipegang Pak Galliano.
Suaranya pun tak terlalu mirip. Sammy melompat turun
dari sepeda, langsung berlari masuk ke sebuah kebun. Ia
berlari sambil merunduk sebab ia merasa ketakutan.
Menyeberangi kebun ia bertemu dengan sebuah pondok. Ia
langsung masuk ke dalam pondok tadi lewat jendelanya
yang terbuka, dan bersembunyi sebaik mungkin di antara
karung-karung yang ada di situ.
Dan sementara itu, apa yang dilakukan Jimmy" Ah,
Jimmy sedang terengah-engah hampir kehabisan napas. Ia
memegang tali pengikat Lucky, dan Lucky kini berlari cepat
dengan arah tak menentu - menyeberangi padang,
sepanjang jalan setapak, menuju puncak bukit, menuruni
bukit, masuk ke desa. Di desa itu Jimmy bertemu dengan
orang-orang yang anak-anaknya bermain-main dengan
Sammy. Lucky berputar-putar di situ. Dia kehilangan jejak
bau Sammy. "Anjingku tak lagi bisa mencium baunya," kata jimmy
putus asa. "Entah kenapa."
"Simpanse itu pergi dengan naik sepedaku," kata seorang
pesuruh tukang daging. "Mungkin karena itulah anjingmu
tak bisa mencium baunya. Ia meluncur menuju desa
tetangga. Kami telah menelepon pada polisi di desa itu.
Dan pastilah polisi tersebut telah menunggu simpanse itu
dengan senapannya." Pucat seketika muka Jimmy walaupun ia merasa pipinya
bagaikan terbakar. Oh, masakan ada orang yang tega
menembak Sammy yang berhati lembut dan pandai itu!
"Ayo, Lucky! Kita harus cepat-cepat!" seru Jimmy. Dan
ia bertari secepat-cepatnya ke desa berikutnya. Ketika ia
sampai di desa tersebut, Jimmy melihat di jalan orang-orang
telah bergerombol. "Apakah Anda melihat seekor simpanse?" tanya Jimmy
terengah-engah. "Ya," jawab seseorang, dan ia menuding ke kebun di
dekat situ. "Ia masuk ke sana. Bersembunyi di dalam
pondok. Polisi sedang berusaha membuka pondok untuk
bisa menembaknya." "Oh, jangan! Jangan!" teriak Jimmy. "Ia tidak akan
menyakiti siapa pun. Ia baik sekali! Ayo, Lucky, cepat!"
Mereka berdua menerobos kerumunan orang-orang tadi,
mengitari rumah dan masuk ke dalam kebun. Jimmy
melihat lima orang telah mengepung pondok yang ada di
kebun tersebut. Polisi sedang akan membuka pintu untuk
menembaki karung-karung tempat Sammy berlindung.
Orang-orang itu telah menjenguk lewat jendela dan tahu di
mana Sammy bersembunyi. "Jangan tembak simpanse kami!" teriak Jimmy. "Ia tidak
berbahaya. Ia hewan terpandai di dunia! Ia bernilai ratusan
poundl Biarkan aku menemuinya "
Orang-orang itu tercengang. "Apa" Kau ingin masuk
menemui simpanse' itu?" tanya polisi.
"Tentu saja. Aku kenal padanya. Semua orang sirkus
sayang padanya!" kata Jimmy. "Ia mirip manusia!"
Saat itu Lucky berhasil menerobos masuk lewat celah di
bawah pintu pondok. Ia langsung berlari ke tumpukan
karung dan menyalak riang. Ini Sammy, sobatnya! Sammy
menjulurkan kepala, mengambil anjing kecil itu dan
memeluknya dengan menyayang. Orang-orang yang
mengintip masuk lewat jendela ternganga heran melihat itu.
Jimmy membuka pintu dan berkata, "Sammy! Sammy!
Ini Jimmy mencarimu!"
Sammy melompat, dengan gembira menyongsong
Jimmy. Ia mencereceh ria, membelai rambut Jimmy dan
mengusap punggungnya. Dirangkulnya anak itu, dipeluknya erat-erat. Orang-orang yang menonton semakin
heran melihat ini semua. "Lihat," kata Jimmy pada mereka. "Dia sangat lembut
dan jinak. Aku akan membawanya kembali ke sirkus."
"Jangan, lebih baik kau menunggu truk kami," kata
polisi. Tetapi Jimmy tak mau menunggu. Ia yakin tak akan
ada yang berani memisahkan Sammy dari dirinya. Ia pun
berjalan bebas ke jalan, menggandeng tangan Sammy.
Semua orang mengikuti ketiganya, Sammy, Jimmy, dan
Lucky itu, dengan rasa heran yang tak habis-habis.
"Berani betul anak itu," kata polisi. "Belum pemah
kulihat anak seberani dia. Dengan tenang masuk kc pondok
dan menggandeng simpanse itu!"
Lama juga baru Jimmy dan kedua hewannya mencapai
tempat Lotta menunggu. Anak perempuan itu menunggu
dengan sabar di atas punggung si Cantik. Ia begitu gembira
ketika akhirnya Jimmy muncul bersama Sammy dan
Lucky. "Wah, hampir saja terlambat, Lotta," kata Jimmy.
Dalam perjalanan pulang, dengan Sammy duduk di antara
Jimmy dan Lotta, Jimmy menceritakan apa yang terjadi.
Sammy kini tenang dan gembira, ia masih memeluk Lucky.
Sampailah mereka ke tempat pemukiman sirkus. "Apa
nanti kata Pak Galliano?" tanya Jimmy. Di kejauhan ia
melihat pemilik sirkus itu. Topinya tegak lurus di
kepalanya. (Oo-dwkz-syaugy-oO) 20. Jimmy Main di Ring Ketika orang-orang sirkus melihat kedatangan Jimmy
dan Lotta dengan naik si Cantik dengan Sammy berada di
antara keduanya, semuanya sangat tercengang. Pak
Galliano tiba-tiba juga melihat mereka. Tak terasa
cerutunya jatuh dari mulut.
Jimmy langsung mendekati Pak Galliano. "Maafkan
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami, Pak, telah melanggar perintah," katanya. "Anda
berkata tak seorang pun boleh meninggalkan pemukiman.
Tetapi aku, Lotta, dan Lucky telah melanggar perintah itu.
Kami begitu yakin bahwa kami bisa mencari Sammy dan
membawanya kembali."
"Kau anak nakal!" geram Pak Galliano. Wajahnya
berkerut-kerut, tetapi Jimmy melihat bahwa mata pemilik
sirkus itu bersinar ceria. "Bagaimana kau berani melanggar
perintah Galliano yang Agung" Dan kau Lotta ... mestinya
kau mengerti bahwa itu sangat tidak baik. Ya?"
"Guk! Guk!" salak Lucky mencoba melepaskan diri dari
pelukan Sammy. Tetapi Sammy terus memegang erat-erat.
"Turun kalian!" kata Pak Galliano lagi. "Masukkan
Sammy ke kandangnya dan beri dia makan pisang.
Kemudian kalian datang ke karavanku. Ya?"
Jimmy dan Sammy mengerjakan perintah Pak I Galliano
dengan tergesa-gesa. Tak seorang pun menanyai mereka
sebab semua tahu bahwa Galliano-lah yang harus
mendengar apa yan"j terjadi lebih dulu.
Sammy segera duduk lega di kandangnya, makan pisang.
Di sampingnya Lucky mengunyah ngunyah biskuit. Jimmy
bergegas ke karavan Pnk Galliano, dengan diikuti Lotta.
Nyonya Gallianal membukakan pintu, dan ketika keduanya
telali masuk pintu pun ditutupnya kembali.
Jimmy menceritakan pengalamannya. Pak Galliano
mendengarkan dengan teliti.
"Kau agaknya berbakat untuk menyelamatkan binatang
yang laniya' akhirnya Pak Galliano berkata dengan tertawa.
"Dulu gajah. Sekaranyl simpanse. Kau sungguh nakal,
Jimmy, berani beraninya melanggar laranganku. Tapi kau
anak baik karena telah berhasil menolong Sammy. Tapi kita
toh takkan bisa mempertunjukkan Samn? sendiri di ring. Ia
tak ada gunanya tanpa Wally."
Suatu pikiran terkilas di kepala Jimmy. "Pak, bagaimana
kalau aku yang pergi ke dalam rini bersama Sammy?"
tanyanya dengan berdebar debar "Sammy pasti mau
melakukan perintah apffl saja dariku, sepatuh ia mematuhi
Pak Wally. Aku yakin itu. Aku telah bermain dengannya
setiap hari Aku telah berlatih dengannya setiap hari. Dan
aku telah mengajarnya menggosok gigi, padahal Paki
Wally sudah putus asa. Biarkan aku menyertainya ke
dalam ring!" Lama Pak Galliano menatap Jimmy. Kemudian ia
berpaling pada istrinya. Nyonya Galliano mengangguk.
"Jimmy sangat baik dengan binatang," katanya. "Ia seorang
anak yang sangat baik. Biarkan dia mencoba bermain
dengan Sammy, Galliano. Aku dan ibunya akan
menjahitkan baju khusus untuknya."
Ingin rasanya Jimmy memeluk Nyonya Galliano.
Dadanya serasa meledak karena gembira. Akhirnya ia akan
main di ring! Ia akan berpakaian indah, di bawah lampu
cemerlang, ditonton ratusan orang yang gemuruh bertepuk
tangan! Apa lagi yang lebih hebat dari itu"
"Mintalah ibumu datang kemari," Pak Galliano
menyalakan sebatang cerutu lagi "Kau tahu apa yang harus
kaulakukan, Jimmy" Ya" Aku ingin melihatmu berlatih
dengan Sammy. Siaplah di ring sepuluh menit lagi."
Sementara Nyonya Galliano dan ibu Jimmy sibuk
membuat pakaian untuk Jimmy malam nanti: celana
merah, jas lembut kuning, dan jas dalam biru, Jimmy
melatih Sammy untuk pertunjukkan-nya. Dibawanya
Sammy ke dalam ring, dengan membawa semua benda
yang diperlukan: tempat tidur, kursi, meja, baskom berisi
air, sepeda, dan lain-lainnya. Di bawah mata tajam Pak
Galliano, Jimmy menyuruh Sammy melakukan semua yang
biasa dilakukannya dengan Pak Wally.
Sammy senang bermain dengan Jimmy. Ia memang
mencintai majikannya, Pak Wally, tetapi ada sesuatu
kelebihan pada anak kecil bersuara lembut dan bermata
cemerlang ini. Sammy mengerti dan memuja Jimmy
sepenuh hati. Ia mau mengerjakan apa saja untuk Jimmy.
"Bagus, bagus, bagus," kata Pak Galliano ketika urut-
urutan pertunjukan Jimmy dan Sammy selesai. "Kau
memang seorang anak sirkus yang baik, Jimmy, ya."
Ributnya mempersiapkan perlengkapan Jimmy! Tetapi
ketika pakaiannya sudah selesai, tampak gagah sekali anak
itu. Dengan celana merah, jas kuning, jas dalam biru, topi
bundar berwarna emas, dan kaus kaki biru maka Jimmy
tampak agung bahkan menyamai Pak Galliano! Untung
sekali ia menabung uangnya sehingga perlengkapan itu bisa
diadakannya. Ketika Lotta melihatnya dalam pakaian
barunya, anak itu sampai tak bisa berkata sepatah pun.
"Bagaimana" Baguskah?" tanya Jimmy tak sabar.
"Oh, Jimmy, kau begitu megah!" kata Lotta akhirnya.
"Rasanya aku takkan berani mencibir lagi padamu!"
Tetapi karena saat itu juga Lotta mencibir dan
memburukkan mukanya di depan Jimmy, pastilah kata-
katanya tadi tidak bersungguh-sungguh.
Jimmy merasa gugup juga ketika malamnya tiba untuk
membawa Sammy ke ring. Malam itu penonton lebih
banyak dari biasanya, sebab berita tentang lepasnya Sammy
telah tersebar luas. Sammy sendiri merasa senang karena
kini ia memasuki ring dengan ditemani Jimmy. Ia sama
sekali tidak merasa kehilangan Pak Wally.
Pertunjukan berjalan lancar - tetapi di tengah-tengah
acara Sammy, terjadi suatu kejutan. Apakah itu"
Ternyata saat itu Lucky berhasil melepaskan diri dari
kandangnya. Dan ia berlari memasuki tenda besar untuk
mencari tuan kecilnya. Dan ia berlari langsung menuju ke
ring, menyalak-nyalak ribut sekali. Jimmy terkejut, kecewa.
"Kembali, Lucky! Kembali!" perintahnya. Tetapi Lucky
begitu gembira hingga tak mau mendengarkan kata-kata
Jimmy. Ia baru saja memperoleh pengalaman luar biasa,
dan ia ingin terus bermain dengan Jimmy dan Sammy. Ia
tak mau kembali ke kandangnya.
Pak Galliano melecutkan cemetinya. Itu berarti Jimmy
harus melanjutkan pertunjukannya. Ia betul-betul berharap
agar Sammy tidak merusak acaranya. Sungguh mengecewakan kalau pada percobaan pertamanya tampil di
ring ia gagal! Saat itu Sammy sedang berpakaian kembali setelah
bangun. Ia sedang akan duduk dan mencuci muka. Tiba-
tiba Lucky berlari kepadanya. Sammy menunduk memperhatikan teman bermainnya itu. Dengan mudah
diangkatnya Lucky, ditaruhnya di pangkuannya. Dan apa
yang terjadi" Sammy mencuci muka Lucky, menggosokkan giginya
dan menyisir bulu di kepalanya! Ya ampun, tenda besar
bagaikan roboh oleh sorak sorai dan tepuk tangan para
penonton! Lucky tak senang dimandikan oleh Sammy. Ia
mencoba untuk membebaskan diri. Tetapi Sammy
memegangnya erat-erat. Kemudian Sammy membasuh
mukanya sendiri, menggosok gigi, dan menyisir rambut.
Sewaktu tiba saatnya bagi Sammy untuk pergi ke
sekolah, dengan tangkas Sammy melompat ke sepedanya
sambil terus mengepit Lucky! Tepuk tangan menggemuruh
lagi Mereka mengira bahwa memang beginilah acaranya.
Mereka tak tahu ini sesungguhnya di luar acara dan hasil
pikiran Sammy sendiri. Ketika pertunjukan Sammy berakhir, para penonton
terus bersorak-sorak dan bertepuk tangan hingga Jimmy
terpaksa kembali ke ring bersama Sammy dan Lucky untuk
menerima tepuk tangan tersebut. Hebat sekali, Sammy!
Hebat sekali, Lucky! Keduanya telah sangat membantu
Jimmy malam itu. Pak Galliano gembira akan hasil yang dicapai Jimmy. Ia
berkata Jimmy boleh tampil di ring bersama Sammy dan
Lucky tiap malam sampai Pak Wally cukup kuat untuk
kembali bermain. Mungkin juga Pak Wally mau mengambil
Jimmy sebagai pembantu tetap.
Maka malam demi malam Jimmy mengantar Sammy
bermain di ring. Si simpanse itu terus saja menyeringai lebar
mendengar tepuk tangan gemuruh yang lalu menyambutnya. Dan Lucky selalu muiuiil tepat pada
waktunya untuk dimandikan, disikat, cl.ui disisir oleh
Sammy. Inilah puncak acara pertunjukan Sammy. Sorak
sorai selalu paling meriah.
Tiap hari kini Jimmy selalu sibuk. Ia harus terus berlatih
dengan Sammy dan Lucky. Ia harus membantu Lotta
merawat anjing-anjing Lal dan Laddo. Ia harus membantu
Pak Tonks merawat Jumbo. Berlatih naik kuda. Dan kini ia
dapat berjalan di atas tali setangkas Oona si ahli akrobat! Ia
juga memberi pelajaran sebanyak mungkin pada Lucky,
sementara anjing itu masih muda dan sangat bersemangat
untuk belajar. Begitulah. Dari pagi sampai petang Jimmy
selalu sibuk. Ibunya sampai berkata bahwa kini ia sangat
jarang bertemu dengan Jimmy. Jimmy hanya kembali ke
karavan pada waktu-waktu makan saja.
Pak Wally merasa senang mendengar kabar Sammy
telah ditemukan dengan selamat. Tetapi ia tidak suka
mendengar berita bahwa Sammy setiap) malam tampil di
ring dengan Jimmy da* melakukan apa saja yang
diperintahkan anak itu serta mendapat sambutan meriah
dari penonton. Tak seorang pun mengira bahwa Pak Wally akan merasa
iri pada Jimmy. Semua orang yakin bahwa segera setelah
Pak Wally sembuh ia akan menerima Jimmy sebagai
pembantunya dalam pertunjukan, bersama Sammy dan
Lucky. Tetapi ternyata pendapat semua orang itu keliru. Ketika
Pak Wally kembali ke sirkus, dengan kaki terpincang-
pincang, ia ikut menonton pertunjukan, Jimmy, Sammy,
dan Lucky. Selesai pertunjukan malam itu ia menemui Pak
Galliano. "Pak Galliano, besok aku bisa membawa Sammy sendiri
bermain di ring," kata Pak Wally. "Aku sudah cukup kuat
kini." "Itu bagus, ya," kata Pak Galliano. "Mungkin Jimmy
bisa jadi pembantumu di ring, ya" Ia sangat baik."
"Aku tak ingin pembantu," kata Pak Wally. "Jimmy
memang anak baik, tetapi aku tak ingin ia berada di ring
waktu aku bermain dengan Sammy Sammy milikku, aku
yang melatihnya. Tak bolehj ada orang lain memerintahinya jika aku berada di ring dengannya."
Pak Galliano marah. "Jimmy berbuat banyak untuk
Sammy," katanya. "Mestinya kau berterima kasih pada
anak itu. Ya. Anak itu sangat ingin bermain terus di ring."
"Aku sangat berterima kasih pada Jimmy," kata Pak
Wally tegas. "Dan aku akan memberinya upah untuk waktu
yang dihabiskannya di ring bersama Sammy selama aku tak
ada. Tetapi aku tak ingin membagi Sammy dengannya kini.
Jika Anda menyuruh aku membawa Jimmy masuk ring,
maka aku lebih suka meninggalkan sirkus ini bersama
Sammy." Pak Wally meninggalkan karavan Pak Galliano. Ia yakin
Pak Galliano tak akan memaksakan kehendaknya. Pak
Galliano takkan bisa melepaskannya pergi dengan Sammy,
sebab simpanse itulah yang menjadi daya tarik utama
sirkusnya. Pak Galliano duduk berpikir lama sekali.
Kemudian ia berteriak memanggil Jimmy.
Dikatakannya pada anak kecil itu apa yang telah
dikatakan Pak Wally padanya. Jimmy terkejut dan heran.
Ia tak akan bermain lagi di ring padahal ia sudah mulai
terbiasa! Dengan sangat kecewa ia menatap Pak Galliano.
"Jadi... aku takkan muncul lagi di ring?" tanyanya dengan
suara gemetar. "Suatu hari mungkin kau akan bermain di ring," kata Pak
Galliano "Tetapi tidak sekarang. Tak ada yang bisa
kaulakukan tanpa Sammy. Dan Pak Wally tak mau kau
tampil bersama Sammy."
Jimmy kembali ke karavannya. Ia sedih dan kecewa.
Betapa kejinya Pak Wally! Ia duduk di tempat tidur besar,
merenungi nasibnya. Ibunya heran melihat muka Jimmy
yang biasanya ceria itu begitu muram.
"Ada apa, Jimmy?" tanyanya kuatir. Jimmy bercerita apa
yang terjadi. Ibunya merangkul bahunya dan memeluknya
erat-erat. "Jimmy, kau tak perlu terlalu memikirkan kegagalanmu,"
kata ibu Jimmy. "Sampai saat ini kau begitu beruntung di
banyak hal. Kini kau mendapat halangan sehingga kau tak
dapat memperoleh apa yang kauingini. Janganlah kuatir.
Cara terbaik untuk menghadapi suatu halangan adalah
menjadikannya titik tolak untuk mencapai keberhasilan.
Injaklah semua kegagalanmu. Jadikan batu berpijak untuk
meraih yang lebih baik. Dan jangan berpikir buruk tentang
Pak Wally. Ia sangat mencintai Sammy, dan sangat wajar
jika ia ingin Sammy hanya patuh pada dirinya saja. Kau toh
tak akan senang juga jika harus menyerahkan Lucky pada
orang lain?" "Benar, Bu," kata Jimmy. Pikirannya lega sekarang. "Ibu
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sungguh pintar, nasihat Ibu sangat tepat. Aku takkan lagi
memikirkan hal ini. Dan aku takkan benci pada Pak Wally.
Aku akan mengikuti nasihat Ibu, kugunakan halangan ini
sebagai batu berpijak untuk mencapai yang lebih baik."
Apa yang dilakukan Jimmy untuk membuktikan kata-
katanya itu. Ah. Tunggu saja nanti.
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 21. Lucky yang Hebat Jimmy mencari Lotta untuk menceritakan bahwa Pak
Wally tak memperkenankan ia tampil di ring bersama
Sammy. Lotta jadi sangat marah.
"Jahat sekali Pak Wally," dengus marah anak perempuan
itu. "Aku akan menyelinap ke karavannya jika ia sedang
bermain di ring, dan akan kutuangkan mentega di kaleng
lilinnya, kutuangkan teh di kaleng cokelatnya dan ... " '
"Lotta! Jangan bicara seperti itu!" kata Jimmy
tercengang. "Kau ini jauh lebih kejam dari Pak Wally kalau
begitu. Jangan berbuat tolol!"
Giliran Lotta tercengang memandang Jimmy. "Apakah
kau tidak marah pada Pak Wally?"
"Tadinya, ya," kata Jimmy. "Tetapi sekarang tidak. Kata
ibuku, jika kita mendapat halangan maka kita harus
menggunakan halangan tersebut sebagai batu loncatan
untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Aku tak tahu
bagaimana cara melakukannya, tetapi aku akan mencobanya. Jika aku tak bisa bermain di ring dengan
suatu cara, aku akan melakukannya dengan cara lain."
"Bagus kalau begitu," Lotta memeluk Jimmy. "Lihat ...
itu Pak Wally akan memberi makan
Sammy. Ia tak melihat ke arah kita. Aku yakin ia
berpikir kau marah padanya."
"Ia akan segera tahu keadaan sebenarnya," kata Jimmy,
menghampiri Pak Wally dan menyapanya "Halo, Pak
Wally, bisa kubantu memberi mak.m Sammy" Aku punya
waktu luang sepuluh menit
Pak Wally berpaling, heran. Jimmy tampah berwajah
ceria, tidak murung seperti yang diduganya. Sesaat ia tak
tahu harus berbicara apa "Baiklah, Sammy boleh kauberi makan," akhirnya ia
berkata "Terima kasih. Aku memain sedang sibuk, dan
perlu bantuan." "Aku akan membersihkan kandangnya pula," kata
Jimmy, berlari riang untuk mengambil ember dan sapu. Pak
Wally lama merenunginya. Tak pernah ia bertemu dengan
anak yang bersikap seperti Jimmy itu yang seolah-olah tak
punya rasa dendam. "Bagaimanapun, ia tak boleh tampil di-
ring bersama Sammy dan aku," pikir Pak Wally kemudian.
Suatu hari, ketika Jimmy sedang berlatih jalan di atas
tambang terentang di bawah mata tajam Oona, Lucky
muncul mendekat. Anjing kecil itu memperhatikan baik-
baik tuannya yang sedang menjaga keseimbangan di atas
tali. "Guk!" salak Lucky yang berarti ia ingin mencoba apa
yang dilakukan Jimmy. Sebelum Jimmy sempat menjawab,
Lucky telah melompat. Ia berhasil mendarat dengan tiga
kaki di tali, berdiri sesaat dan jatuh terguling. Tetapi ia tak
putus asa. Ia melompat lagi. Kali ini ia berhasil, keempat
kakinya menempel di tali. Betapa lucunya dia. Ia berdiri
diam, terayun ke kiri dan kekanan, kemudian ia melompat
turun. Oona dan Jimmy sampai membelalakkan mata. Apa
ada batas kepandaian Lucky"
"Jimmy," kata Oona tiba-tiba. "Aku yakin kau bisa
mengajar anjing itu berjalan di atas tali. Ia lebih pandai dari
sepuluh ekor anjing lain dijadikan satu! Hei, Lucky, coba ke
marilah. Lihat kakimu!"
Lucky menghampiri Oona, menjulurkan kaki depannya.
Ia memang tampak seolah-olah mengerti apa yang
diucapkan padanya. Bahkan Lal sendiri berkata belum
pernah ia melihat anjing sepintar Lucky. Sementara itu
Oona memperhatikan kaki Lucky.
"Lihat, Jimmy," katanya pada si anak kecil. "Telapak
kaki seekor anjing yang keras dan kuat serta terbagi menjadi
beberapa bagian. Jika aku bisa membuatkan sarung kaki
dari karet yang tepat untuk kaki-kaki Lucky, maka ia akan
bisa menjepit tambang terentangnya dan akan mudah
baginya untuk berjalan di atas tambang! Pertunjukan seperti
itu belum pernah terjadi."
Jimmy mendengarkan dengan pipi memerah. Dibelainya
kepala Lucky. Sungguh gembira ia dulu memilih Lucky di
antara anjing-anjing lainnya.
"Aku akan membuat sarung kaki karet untuk Lucky
sekarang," kata Oona yang sama berdebar-nya seperti
Jimmy. "Kita lihat bagaimana hasilnya. Yang pasti Lucky
harus memakai sesuatu. Kalau tidak ia takkan bisa berdiri
di talL" Oona menepat janjinya. Ia berhasil menemukan
selembar karet putih tipis. Dengan lem yang kuat berhasil
membentuk semacam sarung kaki untull kaki-kaki kecil
Lucky. Ketika Lucky diharuskan! memakai sarung kaki
tersebut, Lucky tampaknya tidak keberatan. Tadinya Oona
takut kalau-kalaii Lucky akan menggigiti sarung kaki
tersebut. "Sekarang bawa tambang itu ke ring," kata Oona pada
Jimmy. "Saat ini tak ada orang di sana Kita bisa berlatih
sendiri." Oona dan Jimmy membawa Lucky ke ring Jimmy
memasang tambang akrobatik tadi, merern tang melintasi
ring. Kemudian ia berlarian di at tambang tadi dan bersiul
pada Lucky. "Lucky, ayo naik!" teriaknya. Tak usah
diulang, LuckJ meloncat. Dan ia berhasil berdiri dengan
keempat kakinya di atas tambang! Sarung kaki karet itu!
membuat ia seolah bisa mencengkam tali. Lucky mencoba
berjalan selangkah. Kakinya terpeleset dan ia jatuh! Tetapi
kembali ia meloncat ke tali.| Berkali-kali Lucky terjatuh,
berkali-kali pula ial melompat kembali ke atas tali. Lucky
memang senang mencoba hal-hal yang baru. Lebih-lebih
lagi mencoba sesuatu yang sedang dilakukan tuarr ciliknya!
Dan sekitar dua puluh menit kemudian Lucky telah berhasil
menjaga keseimbangan serta, berjalan di tambang sejauh
tiga langkah! Oona dan Jimmy begitu gempar pikirannya sehingga tak
mampu berbicara. Mereka hanya saling pandang dan
menyeringai. "Guk!" kata Lucky, menjilat tangan Jimmy. Dan Jimmy
kemudian sadar dari rasa herannya. Dicurahkannya semua
rancangannya pada Oona. Ia bermaksud mengajari Lucky
melakukan hal-hal yang sangat menakjubkan penonton.
Anjing kecil itu kelak pasti terkenal, dan ia, Jimmy, akan
selalu membawa Lucky ke ring tiap malam untuk
menunjukkan betapa hebatnya anjing kecil tersebut. Oona
mendengarkan itu semua dan kemudian menganggukkan
kepala. Oona memang seorang sahabat yang baik.
Betapa rajinnya Jimmy mengajari Lucky Tak lama
Lucky telah dapat berlari di tali, secepat lari Jimmy! Kini
Jimmy mengajak ibunya ikut komplotan rahasia itu. Ia
minta ibunya membuatkan gaun merah kecil untuk Lucky.
Ia juga membeli sebuah payung kecil untuk dibawa-bawa
Lucky - sebab kini Lucky sudah biasa berjalan di atas tali
hanya dengan menggunakan kedua kaki belakangnya saja.
Ia bisa berjalan di tali sambil membawa payung! Hebat
sekali Lucky. Lucky sendiri juga bangga akan kepandaiannya, dan ingin cepat memamerkannya.
Jimmy juga mengajari Lucky gerakan-gerakan yang lain.
Mendorong kereta bayi sudah terlalu mudah bagi Lucky.
Begitu juga menyelimuti boneka di dalam kereta bayi tadi.
Ia juga sanggup meloncat tinggi, berputaran di tiang untuk
senam dengan menggigit palang melintangnya. Ia juga
dapat berdansa dengan Jimmy dengan diiringi musik. Dan
kemudian Jimmy memperhatikan bahwa agaknya Lucky
mengerti ketika Sammy berhitung. Tiap kali Pak Wally
menanyakan pada simpansenya, "Mana angka 4?" Lucky
biasanya langsung mengambil angka tersebut sebelum
Sammy sempat mengambilnya.
"Aku yakin Lucky bisa berhitung. Dan mungkin juga
mengeja," pikir Jimmy. Maka ia pun membuat beberapa
angka dan huruf besar-besar. Dan dengan sabar ia mulai
mengajar Lucky berhitung dan mengeja.
Ternyata Lucky dengan cepat menguasai pelajaran ini. Ia
cepat menguasai angka-angka sampai lima seperti Sammy.
Kemudian ia belajar mengeja namanya. Beginilah cara
Jimmy mengajar Lucky mengeja. Ia meletakkan semua
huruf di depan Lucky. Pada huruf L ia menggosokkan
sepotong daging. Lucky segera menciumnya dan mengambil keping huruf dengan huruf L. Kemudian Jimmy
mengusapkan dagingnya pada huruf U. Lucky tentu saja
berhasil mencari kartu tadi. Demikianlah yang dilakukan
Jimmy pada huruf-huruf C, K, dan Y. Jimmy terus
mengulang-ulang pelajaran ini, dan tak lama Lucky
mengerti bahwa ia diminta Jimmy mengambil kelima huruf
tersebut. "Guk! Guk!" salak Lucky dengan kepala kecilnya miring.
Itu berarti, 'Aku mengerti, Tuan!" Dan aku juga mengerti
bahwa Anda ingin aku mengambilkan beberapa huruf
khusus. Walaupun sesungguhnya aku tak mengerti untuk
apa huruf-huruf itu."
Dalam waktu seminggu Lucky telah belajar untuk
mengambil huruf-huruf namanya dan meletakkan di depan
Jimmy dengan urutan yang benar : L-U-C-K-Y. Ketika
pertama kalinya Oona melihat Lucky, ia tak percaya akan
matanya. "Kini Lucky sudah tahu apa yang kuinginkan untuk
huruf-huruf ini," kata Jimmy. "Dan aku akan mengajarinya
berhitung, Oona. Dengar, Lucky. Satu tulang di tambah
dengan dua tulang, hasilnya berapa?"
Lucky menelengkan kepalanya. Matanya yang cemerlang bersinar-sinar. Kemudian ia mencakar tanah tiga
kali. Dan menyalak tiga kali.
"Nah, benar bukan?" kata Jimmy, "Ia bisa menjawab
dengan cakaran atau pun salakan. Satu tambah dua sama
dengan tiga!" "Ia sungguh anjing yang hebat," kata Oona. "Akan
kubuatkan sepatu kecil untuk kaki kanan depannya, Jimmy.
Jadi jika ia ingin menjawab ia bisa mengetuk pada sebuah
kotak. Penonton dengan demikian bisa mendengar ketukan
itu." Lotta tahu tentang kepandaian baru Lucky. Tetapi ia tak
cerita pada siapa pun. Hanya kalau Lucky sudah pandai
betul baru mereka akan memberi tahu Pak Galliano.
Mungkin kemudian Pak Galliano akan mengizinkan Lucky
dan Jimmy berlatih di ring. Jimmy dan Lotta sangat
memperhatikan Lucky. Mereka memberinya makan baik-
baik, menyikatnya, memandikannya, hingga bulu Lucky
berkilauan. Ia pun begitu disayang hingga ia menjadi anjing
yang paling bahagia di sirkus itu.
Jimmy tak pernah menyuruh Lucky berlatih terlalu lama.
Menurut Lal, latihan yang terbaik adalah singkat-singkat
tetapi sering. Jika dilatih terlalu lama maka seekor binatang
akan rewel dan* bosan. Binatang memang banyak miripnya
dengan anak-anak. Tetapi sebenarnya Jimmy tak perlu
diberi tahu tentang ini semua. Ia sudah tahu apa yang baik
dan apa yang buruk untuk seekor binatang.
Betapapun ia selalu mendengarkan baik-baik, berbagai
nasihat Lal, sebab Lal sangat luas pengalamannya. Kini
pengetahuan Jimmy tentang kehidupan sirkus semakin
banyak. Ia tahu cara menggosok punggung kuda dengan
damar sewaktu akan bermain di ring agar punggung itu
tidak terlalu licin untuk tempat berdiri Lotta. Ia tahu cara
mencoba dan menguji setiap tali, simpul, pasak, dan sekrup
peralatan main Oona atau Stanley si Badut. Ia tahu gejala-
gejala bagaimana kalau seekor binatang sedang 'tak enak
badan' atau akan rewel di ring.
Kini bahkan para perawat kuda sering minta bantuan
Jimmy jika salah seekor dari kuda-kuda gagah tampan
mereka tampak gelisah atau gugup. Jimmy kemudian
menghibur kuda itu dengan suaranya yang lembut perlahan,
yang selalu digunakannya untuk berbicara dengan hewan-
hewan. Orang-orang sirkus itu mulai berkata bahwa Jimmy
sudah sama baik dengan Pak
Galliano dalam menghadapi kuda-kuda - namun tentu
saja sesungguhnya Pak Galliano jauh lebih hebat sebab
pernah terjadi keributan di kandang harimau, binatang-
binatang buas itu berkelahi ramai, dan dengan beberapa
perkataan saja Pak Galliano yang memasuki kandang
mereka berhasil menenangkan hewan-hewan buas itu.
Akhirnya Jimmy merasa bahwa kepandaian Lucky
sudah sempurna. Semua kepandaiannya bisa
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditunjukkannya dengan lancar dan tepat. Bahkan Jimmy
tak bisa mengharapkan Lucky berbuat lebih baik lagi. Kini
ia akan minta izin pada Pak Galliano agar dapat bermain di
ring. Tetapi betapa kecewanya Jimmy! Hari itu Pak Galliano
sedang marah-marah. Tadinya ia telah memesan agar
seorang pelatih harimau bergabung dengannya dengan
membawa lima ekor harimaunya. Tetapi ternyata pelatih
itu mengirim berita bahwa ia tak jadi bergabung. Ini betul-
betul membuat Pak Galliano murka!
Maka ketika dengan takut-takut Jimmy muncul di
karavan Pak Galliano, ia disambut dengan muka masam
dan suara membentak. "Mau apa, kau?" tanya Pak Galliano.
"Aku ... aku minta izin untuk ... mempertunjukkan
Lucky di ring," kata Jimmy gugup. Seperti semua orang, ia
sangat takut jika Pak Galliano marah.
"Kau dan anjingmu di ring!" raung Pak Galliano. "Tidak!
Kau membuang waktu saja. Ya" Pergi kau.
Jangan meminta yang tidak-tidak lagi. Bisa kuusir kau!
Ya?" Tentu saja sesungguhnya bukan itu maksud Pak
Galliano. Tetapi ini membuat Jimmy sangat sedih dan
kecewa. Menyesal ia telah salah memilih waktu untuk
menghadap Pak Galliano. Jika Pak Galliano tidak sedang
marah, mungkin ia mau mendengar lebih dulu permintaannya. Kasihan Jimmy. Padahal ia sudah bekerja
begitu keras. Seseorang ikut mendengar apa yang diucapkan Pak
Galliano. Dan orang itu adalah Pak Wally. la ingat betapa
baiknya sikap Jimmy ketika ia menolak anak itu bermain
dengannya di ring bersama Sammy. Ia segera menyusul
anak itu yang sedang berlari putus asa pulang ke
karavannya. "Tunggu, Jimmy," kata Pak Wally. "Tak usah bersedih.
Aku akan menemui Pak Galliano besok. Dan akan kuminta
agar ia mengizinkan kau dan Lucky bermain di ring. Jangan
kuatir, pasti berhasil!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 22. Lucky Memperoleh Kesempatan
Jimmy lega sekali Pak Wally berbicara begitu baik
padanya. Kalau Pak Wally mau menemui Pak Galliano,
mungkin Lucky bisa memperoleh kesempatan.
"Anda baik sekali, Pak Wally, terima kasih," kata
Jimmy. "Jimmy, aku pernah berbuat buruk padamu," kata Pak
Wally. "Dan kau bukannya membenciku, kau malah tetap
baik terhadapku, membantu merawat Sammy dan apa saja
yang bisa kaulakukan. Kalau aku punya kesempatan untuk
membalas budimu, akan kulakukan kesempatan itu. Kau
tak bisa bermain di ring karena aku tak memperbolehkan
kau bermain dengan Sammy. Tetapi aku akan berusaha
agar kau dan Lucky bisa bermain di ring. Kalau itu tidak
terlaksana, namaku bukan Wally lagi."
Mau rasanya Jimmy menangis karena begjtu gembira.
Apa yang dikatakan ibunya benar. Jika kita tak terlalu
memikirkan halangan, dan malah menggunakannya sebagai
batu loncatan, maka keadaan pasti akan membaik. Kan
lebih baik jika ia main di ring bersama Lucky daripada
hanya sekadar menjadi pembantu Pak Wally dengan
simpansenya" Pak Wally memenuhi janjinya. Hari berikutnya, ketika
Pak Galliano sudah mulai mereda marahJ nya, dan Nyonya
Galliano telah menghadiahkan kepiting dalam kaleng pada
semua anggota' rombongan sirkus untuk minta maaf atas
sikap kasar suaminya kemarin, Pak Wally minta izin*!
untuk bertemu dengan Pak Galliano sendiri.
Pak Wally masuk ke dalam karavan Pak Galliano.
Jimmy menunggu di luar dengan dada berdebar-debar.
"Berilah kesempatan pada Jimmy," kata Pak Wally pada
Pak Galliano. "Aku tak tahu ia telah melatih anjingnya
sehingga sangat patuh bagaikan seorang anak saja. Ia sangat
ingin bermain di ring^ Galliano."
"Tetapi kau dulu melarangnya masuk ke ring. Ya?" kata
Pak Galliano. "Mengapa sekarang kail membela anak itu?"
"Aku membelanya karena ia seorang anak yang baik,
salah seorang di antara sedikit sekal" orang-orang yang
membalas kejahatan dengan kebaikan," kata Pak Wally,
mukanya jadi merah. Pak Galliano bersiul lembut. Nyonya Galliano berbicara
padanya dengan suaranya yang lembut.
"Lihat dulu permainannya, Galliano, Pak Wally benar,
Jimmy seorang anak yang baik," kata Nyonya Galliano.
"Baiklah, ia boleh mencoba permainannya," kata Pak
Galliano. "Tetapi aku yakin aku hanya membuang waktu
saja. Ya" Sunah dia datang ke ring dengan Lucky satu jam
lagi, Wally." Jimmy begitu girang ketika Pak Wally menyampaikan
berita tadi padanya. Untung dulu ia mengikuti nasihat
ibunya, untung ia tetap berbaik pada Pak Wally saat Pak
Wally membuatnya kecewa. Kalau dulu ia tidak mengikuti
nasihat ibunya, mungkin sekarang Pak Wally tak akan
sebaik ini. Ia berlari untuk segera mengatur segala
perlengkapan Lucky. Dalam waktu satu jam Jimmy telah berada di ring
dengan Lucky. Jimmy berpakaian seperti saat ia muncul di
ring bersama Sammy. Lucky juga memakai gaun
pendeknya yang mungil itu. Ia berlarian dengan kaki
belakangnya, menyalak-nyalak kegirangan. Ia tahu benar
sesuatu yang penting akan terjadi.
"Berbuatlah sebaik mungkin, Lucky," bisik Jimmy.
"Sebaik mungkin!" Lucky menjilat kuping Jimmy.
Kemudian Pak Galliano masuk. Dan Nyonya Galliano
juga! Hanya mereka berdua yang akan menyaksikan
pertunjukan Jimmy. Orang lain dilarang keras masuk atau
mengintip ke dalam tenda besar itu.
"Mulai!" kata Pak Galliano. Dan Jimmy mulai. Ia sedikit
sekali berbicara dengan Lucky. Hanya sepatah dua patah
kata saja. Sebab Lucky mengerti betul setiap isyarat gerakan
kepala, jentikan jari, atau pun bisik?" limmy jauh lebih baik
daripada perintah yang diteriakkan.
Mula-mula beberapa kepandaian biasa. Meminta-minta.
Mematuhi berbagai perintah. Melompat. Berjalan di kaki
belakang membawa payung, keranjang. Mendorong kereta
bayi dan menaruh boneka di dalamnya. Kemudian ia
berjalan di atas tambang terentang bersama Jimmy,
berlarian di atas tali itu memakai sarung kaki tipis dari
karet. Pak Galliano belum pernah melihat anjing berbuat
seperti itu. Nyonya Galliano juga tak pernah. Keduanya
duduk mematung, terpikat - benarkah Lucky yang hanya
seekor anak anjing telah berhasil i belajar begitu banyak
hanya dalam waktuj beberapa bulan saja"
Kemudian sampailah giliran berhitung. Jimmyi memakaikan sebuah sepatu kayu kecil di kaki kanan depan
Lucky. Dan ditaruhnya Lucky di atas sebuah kotak kayu.
Kini Jimmy berbicara keras agar Pak Galliano dan istrinya
bisa mendengar. "Lucky, coba dengarkan. Jika kuberi kau
dua buah] tulang dan tiga buah tulang, berapa buah tulangj
kau dapat?" Lucky mendengarkan, dengan kepala miring. Ia^
berpikir. Kemudian ia mengetuk kotak tempatnyaJ berdiri.
Lima kali. "Betul sekali!" seru Jimmy, melemparkan sekeping
biskuit pada Lucky. "Sekarang dengar lagi, Lucky. Jika
kuberi kau tiga buah tulang dan kuambil satu, berapa
sisanya?" Lucky mengetukkan kaki sebagai jawaban. Dua ketukan!
Dan kemudian ia menyabkdua kali untuk menyatakan
bahwa ia benar-benar tahu jawabannya! Tak terasa Pak
Galliano mendengus Ia betul-betul heran!
Setelah itu Jimmy mengeluarkan setumpukan huruf dan
menebarkan di ring di depan Lucky.
"Ambillah huruf-huruf yang membentuk namamu,
Lucky," teriak Jimmy. Dan Lucky mengambil huruf-huruf
itu, satu per satu dan berurutan, serta memberikannya pada
Jimmy. L-U-C-K-Y. Nyonya Galliano tak terasa bertepuk
tangan tertawa. Dan kini nomor pertunjukan terakhir Lucky. "Lucky,"
kata Jimmy keras-keras. "Siapakah nama orang yang
memiliki sirkus keliling terbaik di dunia?"
Lucky menggoyangkan ekor dan berlari mengambil
huruf-huruf seperti yang diajarkan Jimmy. Dan apakah
huruf-huruf yang diambilnya" Ia mengambil G-A-L-L-I-A-
N-O! Galliano! Jimmy telah menambahkan satu huruf A
dan satu huruf L pada abjad sebab nama Pak Galliano
membutuhkan 2 A dan 2 L. Cukup panjang bukan nama
itu" Dan Lucky bisa mengingatnya!
Pak Galliano melompat berdiri. "Hebat! Mengagumkan!"
teriaknya. "Ini sungguh anjing ajaib! Ya. Dan ia akan boleh
mempertunjukkan kepandaiannya di ring malam ini dengan
kamu, Jimmy. Ya. Ya. Ya.!"
Merah muka Jimmy. Ia berterima kasih pada Pak
Galliano. "Aku yakin anjing itu akan membawa banyak
keuntungan bagimu. Ya," kata pemilik sirkus itu lagi, dan ia
melecutkan cemetinya yang memang selalu dibawanya ke
manapun. Sementara itu Jimmy berlari keluar untuk bercerita pada
ibunya, pada Lotta, pada Laddo, pada Lal, pada Oona, dan
Pak Wally. Mereka semua juga begitu gembira mendengar
bahwa Jimmy akan beraksi di ring!
"Kau harus memakai pakaian yang jauh lebih bagus,"
kata Oona. "Ya, pakaianmu mestinya cemerlang berkilauan
seperti punyaku. Ya. Kau akan kubawa ke kota. Ada
seorang penjahit kenalanku di sana. Ia pasti bisa membuat
pakaian indah untukmu."
"Tetapi aku tak punya uang banyak," kata Jimmy.
"Tak lama lagi kau pasti bergelimang uang," kata Oona
tertawa. "Anjingmu itu akan bisa mengumpulkan uang
lebih banyak dalam sebulan daripada yang bisa dihasilkan
oleh kau dan aku bersama-sama dalam setahun."
Dari awal mula ia muncul di ring, Lucky memang
meraih sukses gemilang. Pak Galliano belum mencantumkan nama Jimmy dan Lucky pada poster-poster
pengumuman pertunjukan sirkusnya, maka para penonton
di malam pertama Lucky muncul tak mengira akan ada
pertunjukan anjing ajaib itu.
Tetapi ketika Lucky dan Jimmy mengakhiri pertunjukannya, semua penonton berdiri dan bersorak-sorai
bertepuk tangan begitu riuh rendah! Jimmy terpaksa keluar
berkali-kali guna menyambut tepuk tangan tersebut
sementara Lucky berlarian berkeliling kakinya. Para
penonton sudah cukup heran ketika Lucky bisa berlarian di
tali di belakang Jimmy, tetapi ketika mereka tahu bahwa
anjing itu bisa berhitung dan mengeja mereka begitu
terpesona! Pak Galliano belum pernah melihat para
penonton memberi sambutan begitu meriah.
Semua gembira akan keberhasilan Jimmy dan anjingnya.
Semua memang menyukai Jimmy. Oona sendiri yang pergi
ke kota untuk mengambil pakaian baru Jimmy dari tukang
jahit. Dan ketika Jimmy mencobanya, wah! Bagaikan
pakaian tukang sihir! Pakaian itu lekat tepat di tubuh
Jimmy, dari kepala sampai ke kaki. Dan seluruh tubuhnya
jadi memancarkan gemerlap cahaya, bahkan jari-jari
kakinya juga gemerlapan! Kemudian ia memakai mantel
beludru merah di atas pakaian serba perak tadi. Bahkan
ibunya sendiri hampir tak bisa mengenali Jimmy!
Pertunjukan tinggal beberapa hari lagi di tempat itu.
Setiap malam Jimmy dan Lucky disambut dengan sangat
meriah. Dan Pak Galliano, melihat betapa tendanya selalu
penuh sesak serta uang mengalir di penjual karcis, memakai
topinya makin lama makin miring. Suatu saat topi itu
bahkan terjatuh dan langsung disambar oleh Jemima yang
membawanya lari. Lotta jadi tertawa terpingkal-pingkal
melihat itu. "Pastilah kini kau merasa terlalu tinggi untuk bermain
denganku, Jimmy," kata Lotta suatu hari saat mereka
duduk di tangga karavan Lotta sambil makan roti mentega.
"Kalau kau berkata seperti itu lagi, Lotta, akan kudorong
kau hingga terjatuh dari sini," kata Jimmy. "Kau lebih tahu
sifatku. Lagi pula, sesungguhnya yang ditepuktangani para
penonton bukannya aku, melainkan Lucky."
"Toh kau yang mengajarinya," kata Lotta. "Tak akan ada
orang lain yang dapat mengajari Lucky begitu kecuali kau.
Ibuku sendiri yang mengatakan itu."
"Betulkah?" tanya Jimmy senang. "Oh, Lotta, aku begitu
bahagia. Mula-mula aku hanya ingin sekadar ikut
rombongan sirkus. Dan tahu-tahu seperti ini jadinya. Aku
ingin bermain di ring dan ternyata keinginanku terkabul."
"Ya, kau sungguh beruntung," kata Lotta. "Dan aku
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yakin Lucky akan membuatmu makin beruntung."
Lotta benar. Lucky membawa banyak keberuntungan
pada Jimmy. Di malam terakhir sirkus Pak Galliano
bermain di tempat itu, seseorang berbadan sangat besar
duduk di kursi terdepan. Ketika Jimmy masuk dengan
pakaiannya yang serba gemerlap menuntun anjing yang
masuk sambil menari-nari, orang bertubuh besar itu tampak
menegakkan duduknya, memperhatikan lebih teliti. Inilah
sesungguhnya yang ingin ia tonton.
Ia memperhatikan dengan teliti setiap? gerakan Lucky. Ia
bersiul lambat ketika LucRy mulai menghitung dan
mengeja. Dan ketika pertunjukan sudah berakhir ia pergi ke
karavan Jimmy. Ibu Jimmy sedang memasak daging dan telur untuk
makan malam. Orang bertubuh besar itu mengajaknya
berbicara. "Apakah Anda ibu Jimmy?" tanyanya. "Nah, ibu yang
baik, namaku Alfred Cyrano, pemilik sirkus terbesar di
dunia. Aku ingin agar anakmu meninggalkan sirkus ini dan
ikut dengan sirkusku. Aku akan membayarnya tinggi.
Anjingnya sangat cocok untuk bermain di sirkusku."
Saat itu Jimmy tiba. Pak Alfred Cyrano menepuk
bahunya. "Hei, Nak. Anjingmu sungguh hebat," katanya.
"Akan kubeli dia dan kusewa kau untuk bermain di sirkusku
dengan upah sepuluh pound seminggu. Anjingmu akan
kubeli seratus pound."
Beberapa saat Jimmy tak bisa bicara. Begitu juga ibunya.
Seratus pound untuk Lucky - sepuluh pound seminggu
untuknya - menjadi anggota sirkus terbesar di dunia!
Rasanya seperti hanya mimpi. Tetapi kemudian Jimmy
berpikir lain. "Jika Anda membeli Lucky, maka anjing itu bukan
milikku lagi," katanya. "Dan misalkan setelah sal u dua
minggu Anda tak senang padaku, maka Anda akan
mengusirku, dan Lucky tak boleh ikut denganku Begitu,
bukan?" "Yah. . kalau anjing itu kubeli, jelas anjing itu jadi
milikku," kata Pak Alfred Cyrano menyulut cerutu dua kali
l-'bih besar daripada cerutu Pak Galliano. Jimmy
mengambil keputusan saat itu juga.
"Kalau begitu, terima kasih, tidak usah saja," katanya.
"Aku tak bisa berpisah dengan Lucky, walaupun untuk
uang seribu pound! Nilainya tak bisa diukur dengan uang
bagiku, sebab aku mencintainya, dan ia mencintaiku. Lagi
pulft alangkah kejinya jika aku meninggalkan Pak Galliano
dan semua sahabatku di sini. Mereka bersedia menerimaku
dan menyayangiku pada waktu aku hanyalah seorang
murid sekolah yang tak tahu apa pun tentang sirkus."
"Puih!" kata Pak Alfred Cyrano. "Kau sungguh tolol.
Suatu hari kau akan menyesal tidak mau ikut dengan
Cyrano Yang Agung." Dengan geram orang bertubuh besar itu meninggalkan
Jimmy. Berita pun tersiar di antara anggota rombongan
sirkus itu bahwa Jimmy telah menolak mentah-mentah
tawaran Pak Cyrano. Ini membuat semuanya tercengang!
Kemudian seseorang datang pada Jimmy mengatakan
bahwa Pak Galliano ingin bertemu dengannya. Apa yang
akan dikatakan pemilik sirkus itu"
Suatu kejutan telah menunggu Jimmy!
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 23. Karavan yang Indah - dan Kejutan dari Jumbo
Jimmy pergi ke karavan Pak Galliano. Hari telah larut
malam, dan anak itu sudah sangat lelah. Mengapa Pak
Galliano memanggilnya"
Ia menaiki tangga karavan Pak Galliano. Nyonya
Galliano yang membukakan pintu, dan Jimmy masuk.
Sungguh menyenangkan karavan ini. Indah, luas, nyaman - jauh lebih baik dari karavan Jimmy. Pak
Galliano sedang memakan tart kismis dan krim. Ia memberi
sepotong besar tart tadi pada Jimmy dan menuangkan
krimnya banyak-banyak. Jimmy semakin heran.
"Makan!" kata Pak Galliano. "Aku ingin bicara
denganmu, Jimmy. Kudengar Pak Alfred Cyrano datang
untuk membeli Lucky dan mengajakmu masuk ke
sirkusnya. Ya?" "Benar, Pak Galliano," kata Jimmy, sambil terus makan
dengan lahap. "Tetapi kutolak."
"Mengapa kau tolak?" Pak Galliano memandang tajam
pada Jimmy. "Begini, Pak Galliano, ada dua alasan," kata Jimmy,
tiba-tiba merasa bahwa mukanya memerah. "Aku tak mau
menjual Lucky pada siapa pun di dunia ini. Dan aku tak
mau meninggalkan Anda, karena Anda-lah yang memberiku kesempatan pertama untuk main."
Nyonya Galliano membuat suara lembut yang mirip
suara gumaman kucing. Pak Galliano tiba-tiba merasa
kerongkongannya tersumbat. Ia melompat berdiri dan
menepuk punggung Jimmy begitu keras hingga anak itu
hampir jatuh ke kue yang sedang dimakannya.
"Dia tak ingin meninggalkan Galliano, ya?" seru Pak
Galliano gembira. "Dia tak mau menjual anjingnya, ya" Ia
tak ingin uang, tidak" Ia lebih mencintai anjingnya dan
sahabat-sahabatnya daripada mencintai uang, ya?"
"Begini, Pak Galliano, aku sih suka pada uang, tetapi jika
aku harus meninggalkan Anda atau menjual Lucky... aku
pasti menolak," kata Jimmy.
"Dan kalau kau dapat uang, Jimmy, akan kaugunakan
untuk apa?" tanya Nyonya Galliano dengan suaranya yang
lembut, sambil menaruh secangkir kopi di depan anak itu.
' 'Ada satu yang sangat kuinginkan,'' kata Jimmy. "Aku
ingin ibuku memiliki sebuah karavan seindah karavan Anda
ini, Nyonya Galliano. Ia sebetulnya bukanlah orang sirkus
tulen, ia terbiasa tinggal di rumah di mana ia bisa bergerak
leluasa. Karavan kami kecil, sempit, dan buruk walaupun
kami telah berusaha untuk membuatnya indah, telah
mengecatnya menjadi seperti baru."
"Dengar, Jimmy," Pak Galliano kembali duduk,
memiringkan tubuhnya ke arah Jimmy. "Kau sangat setia
dan tahu berterima kasih. Dan kedua sifat itulah yang
sangat sulit dicari. Yah. Aku juga bisa setia dan tahu terima
kasih pula, ya" Galliano bisa menjadi sahabat baik dari
siapa pun yang setia padanya. Kau akan memperoleh
karavan yang kaukehendaki, Jimmy. Ya. Dan apa saja yang
kaukehendaki! Kau telah berkata kau akan tetap tinggal
denganku. Dan aku tahu kau dan anjingmu akan membawa
banyak sekali uang untuk sirkus kita. Baiklah. Sebagai
imbalan, aku takkan keberatan membelanjakan uang
untukmu. Ya?" Jimmy ternganga. Ia akan memperoleh karavan seperti
milik Pak Galliano" Besar, luas, dan indah" Apa kata
ibunya nanti" "Oh, Pak Galliano, terima kasih!" kata Jimmy tergagap.
"Tak kuharapkan ini semua. Mudah-mudahan kebaikan
Anda tidak sia-sia."
"Anak seperti Jimmy tidak tumbuh begitu saja di semak-
semak, ya kan, Tessa?" kata Pak Galliano tersenyum pada
istrinya. "Kau boleh tinggal terus di sirkusku sampai kau
agak besar untuk sirkus kecil ini. Ya?"
Jimmy berpamitan dan hampir terjatuh di tangga karena
ia begitu terburu-buru. Sungguh beruntung ia memilih
Lucky. Sungguh tepat nama yang diberikan Lotta. Ia
menubruk Pak Tonks di kegelapan.
"Hei, hei, ini gajah baru ataukah kereta api lepas?" tanya
Pak Tonks yang jatuh terduduk. "Ada apa, Jimmy" Kau
sedang lomba lari?" "Tidak," kata Jimmy. Dan ia bercerita tentang janji Pak
Galliano sambil duduk juga di rumput yang mulai
berembun itu. "Wah, sungguh beruntung kau menolak permintaan Pak
Cyrano," kata Pak Tonks. "Ia tidak menginginkanmu. Ia
hanya menginginkan anjingmu. Dua minggu setelah
bergabung dengannya mungkin kau akan diusirnya. Ia
bukanlah orang yang bisa dipercaya."
"Tidak seperti Pak Galliano," tukas Jimmy. "Aku akan
terus tinggal bersamanya sampai ia tak menginginkanku
lagi." Ia lari kembali, menuju karavannya. Ayah dan ibunya
telah menunggu, ingin tahu apa yang terjadi.
Jimmy segera bercerita, dan mereka bercakap-cakap
sampai lewat tengah malam. "Oh, kalau saja aku bisa
memiliki sebuah karavan yang cukup luas untuk apa saja ...
ah, aku akan merasa sangat bahagia!" kata Bu Brown. Ayah
Jimmy memandang bangga pada anaknya. Siapa mengira
Jimmy bisa berbuat begitu banyak"
Jimmy hampir tak bisa tidur malam itu. Pikirannya
penuh dengan Lucky, Oona, Lotta, Pak Cyrario, dan apa
saja. Tetapi yang terus terbayang adalah karavan barunya.
Apakah ia sendiri yang akan memilihnya untuk memberi
kejutan pada ibunya" Ataukah biar ibunya saja yang
memilih" Mungkin lebih baik ibunya saja yang memilih.
Akhirnya Jimmy tertidur juga. Tetapi ia begitu terlambat
tidur hingga ketika ia terbangun rombongan sirkus sudah
hampir berangkat ke tempat berikutnya. Lotta telah
memberi makan Lucky dan anjing-anjing lainnya. Bu
Brown minta agar Jimmy tidak dibangunkan.
"Kita nanti akan melewati sebuah tempat penjualan
karavan," kata Pak Tonks. "Cukup dekat dengan tempat
kita bermalam nanti."
"Aku akan minta agar bisa mengambilnya hari ini juga,"
kata Jimmy. Maka di hari berikutnya, dengan membawa
surat dari Pak Galliano, Jimmy, ibunya, dan ayahnya pergi
ke tempat penjualan karavan. Karavan-karavan itu ditaruh
di sebuah padang besar, siap untuk diambil. Banyak sekali
macamnya. Ada yang disewakan untuk dua atau tiga
minggu, ada yang untuk tinggal selamanya, ada yang besar,
ada yang kecil, biru, kuning, ditarik kuda, atau pun mobil.
"Wah banyak sekali!" seru Jimmy. "Yang mana yang
akan kita pilih, Bu?"
Orang yang mengelola penjualan karavan itu mengantar
mereka melihat-lihat. Akhirnya Bu Brown berhenti di dekat
sebuah karavan bercat kuning dengan roda biru dan
cerobong asap biru. "Apakah ini sangat mahal?" tanyanya.
"Ini begitu besar dan luas. Dan segala peralatan di
dalamnya lengkap. Lihat, Jimmy, bahkan ada kran untuk
air serta tempat air besar. Jadi kau tak akan selalu harus
berlarian ke anak sungai terdekat dalam perjalanan. Kita isi
saja tempat air ini penuh-penuh, maka cukup untuk waktu
lama." Pengurus penjualan karavan itu melihat surat yang
diberikan Pak Galliano "Anda bisa mengambil yang ini jika
Anda suka," katanya. "Uang yang dijanjikan Pak Galliano
masih bisa meliputi harganya."
Mereka pun memilih karavan kuning itu. Memang bagus
sekali. Semua keperluan tersedia di dalamnya. Ada tempat
tidur susun yang bisa dilipat merapat ke dinding di siang
hari. Pak Brown berkata hal itu mengingatkannya pada
tempat tidur di kapal. Ada empat tempat tidur di situ, jadi
lebih satu. Tetapi kata Bu Brown tak apa, tempat tidur yang
berlebih itu bisa dilipat saja.
Kompor merapat khusus di salah satu sudut. Dan di
sepanjang dinding ada lemari. Begitu juga di bawah bangku
yang melekat di salah satu sisi. Di bawah karavan terdapat
pula laci-laci tempat penyimpanan berbagai barang. Dan
bahkan ada pula sebuah meja lipat yang juga dicat kuning!
"Rasanya kita tak perlu menambahkan apa pun," kata
ibu Jimmy riang. "Mungkin hanya tirai jendela, jam, dan
permadani." Mereka pun pergi ke kota untuk membeli barang-barang
yang diinginkan ibu Jimmy itu. Wah. Karavan mereka
pastilah jauh lebih indah dari karavan siapa pun. Kecuali
milik Pak Galliano tentunya.
"Malam nanti akan kami ambil karavan ini," kata Pak
Brown setelah barang-barang pembelian mereka dimasukkan ke dalam karavan itu. "Kami akan membawa
seekor kuda " Tetapi ternyata mereka tidak membawa kuda. Pak Tonks
berkata ia bisa meminjamkan gajahnya untuk mengambil
karavan baru itu sebab kuda-kuda rombongan itu telah
lelah. Maka pada jam tujuh Jimmy berangkat dengan
Jumbo untuk mengambil karavannya. Bu Brown sibuk
mengeluarkan barang-barang dari karavan yang lama, Pak
Brown sibuk dengan pekerjaannya. Jadi Jimmy dan Jumbo
sendiri yang akan mengambil karavan itu.
Jimmy berjalan di samping Jumbo. Gajah itu senang
sekali berjalan-jalan dengan anak yang dicintainya itu.
Mereka harus melewati bagian kota yang cukup ramai, dan
orang-orang bergerombol untuk melihat gajah tadi lewat.
Jumbo berjalan dengan tenang saja ketika tiba-tiba ia
berhenti, mengangkat belalainya tinggi-tinggi dan mejerit
keras-keras. "Ada apa, Jumbo?" tanya Jimmy terkejut. Tetapi ia
semakin terkejut ketika Jumbo meninggalkannya dan
berjalan ke arah orang-orang yang bergerombol menonton.
Orang-orang tadi berhamburan bercerai-berai. Jumbo
bergegas menuju seseorang yang sedang berdiri di ambang
pintu. Belalainya terjulur dan langsung menangkap orang
itu. "Jumbo! Jumbo! Lepaskan!" teriak Jimmy ketakutan.
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang tadi pun meronta-ronta. Tetapi tak ada gunanya.
Pegangan Jumbo begitu kuat.
Dan tiba-tiba Jimmy mengenal orang itu. Harry! Orang
yang dulu mencuri uang milik sirkus, tukang yang
kemudian pekerjaannya digantikan oleh Pak Brown!
Seorang polisi berlari mendatangi. "Ada apa ini" Ada apa
ini?" ia bertanya. "Apa yang dilakukan gajahmu?"
"Ia menangkap orang yang dulu mencuri uang sirkus
kami," kata Jimmy. "Orang itu namanya Harry, dan Jumbo
tak akan menyakitinya. Ia hanya ingin memegang Harry
dan membawanya kembali ke sirkus. Gajah memang tak
pernah melupakan perbuatan apa pun, baik atau buruk.
Orang ini dulu berbuat kejam pada Jumbo. Jumbo masih
ingat, dan ia menangkap Harry!"
Maka Jumbo pun berbalik kembali ke sirkus. Di
belakangnya orang-orang bergerombol mengikuti. Juga
polisi tadi. Harry masih dibelit belalai Jumbo. Ia tak merasa
sakit, tetapi ia merasa sangat takut karena harus menghadap
Pak Galliano. Baru setelah berada di hadapan Pak Galliano Jumbo
mau menaruh Harry di tanah dan melepaskannya. Polisi
segera memegang tangannya. Pak Galliano begitu heran,
dan ia membenarkan cerita Jimmy. Polisi mencatat
kejahatan Harry kemudian membawa orang itu pergi.
"Apa kataku," kata.Pak Tonks pada Jimmy dan Lotta.
"Seekor gajah tak pernah lupa! Kalau saja dulu Harry tak
pernah mengganggu Jumbo, mungkin Jumbo tak akan
memperhatikannya saat ia melewati Harry. Tetapi karena ia
per- nah mengganggu, Jumbo tak lupa dan menangkapnya!"
"Hari yang menggemparkan!" keluh Jimmy, sekali lagi
membawa Jumbo untuk mengambil karavannya. Akhirnya
sampai juga ia di padang karavan itu. Disambungkannya
tali Jumbo pada karavan kuning yang indah itu dan
berangkatlah ia pulang ke pemukiman. Hari sudah gelap
ketika ia sampai, tetapi semua anggota rombongan telah
menunggunya. Mereka bersorak-sorai ketika karavan baru
Jimmy muncul. "Wah, alangkah indahnya!" seru Lotta. Semua orang
juga kagum melihat karavan itu. Mereka memeriksa
karavan baru tadi dengan teliti walaupun malam semakin
larut. Tapi akhirnya keluarga Jimmy bisa bebas menyiapkan
tempat tidur, pintu ditutup, dan tidurlah keluarga itu di
karavan mereka yang begitu indah. Lucky tidur di
keranjang khusus, dan ia tidur dengan bangga memakai
selimut kuning, sesuai dengan wama karavan.
"Selamat malam, Lucky, selamat tidur," kata Jimmy
setengah tertidur. "Kau memang beruntung seperti
namamu. Selamat tidur anjing terpandai di dunia!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 24. Dua Bersaudara Ajaib Ketika Jimmy terbangun pagi harinya di karavannya
yang baru, ia melihat berkeliling penuh rasa bahagia. Sinar
matahari masuk lewat jendela, membuat semua benda
bersinar-sinar. Semuanya serba baru! Pasti ibunya kini
merasa bahagia punya tempat tinggal seperti ini. Jimmy
juga sangat senang tinggal di rumah beroda. Sungguh asyik!
Rombongan akan berangkat lagi. Keluarga Brown cepat-
cepat bangun dan membasuh diri. Ibu Jimmy melipat
semua tempat tidur. Dan mejanya pun disiapkan untuk
sarapan yang telah dimasa ibu Jimmy dengan kompor baru
di sudut. "Kini aku akan merasa lebih tenang mengikuti
rombongan sirkus," kata Bu Brown. "Tadinya aku merasa
tertekan juga harus tinggal di tempat yang begitu sempit dan
kotor. Dan kini aku juga lebih mengerti orang-orang sirkus.
Mereka sesungguhnya baik-baik dan pemurah ... walaupun
kebanyakan kotor dan tak pernah rapi."
"Mungkin kalau mereka melihat karavan kita yang selalu
bersih cemerlang mereka akan ikut-ikut rapi dan bersih,"
kata Jimmy. Tetapi Pak Brown berkata itu tidak mungkin.
Orang-orang sirkus sudah begitu tua untuk mengubah
kebiasaan mereka. "Lotta toh masih anak-anak," kata ibu Jimmy. "Ia akan
melihat karavan kita dan mungkin mengubah sedikit
kebiasaannya." Jimmy tertawa. Lotta memang selalu kotor dalam
kehidupan sehari-hari walaupun setiap muncul di ring ia
cantik bagaikan peri. Tetapi ia tidak yakin apakah ibunya
bisa memaksa Lotta membersihkan belakang kupingnya
setiap pagi. Rombongan pun berangkat. Semua orang membicarakan
tentang bagaimana Jumbo menangkap Harry Jumbo
menjadi pahlawan hari itu. Pak Tonks jadi sangat bangga
dibuatnya. Pastilah Harry akan memperoleh hukuman
setimpal. Mungkin ia akan jera berbuat kejam pada
binatang lagi. Mereka pun sampai di tempat tujuan. Sekali lagi
pertunjukan diadakan tiap malam Setiap orang bekerja
keras, dan sekali lagi sirkus Galliano mencapai sukses
gemilang. Jimmy dan Lucky kini menjadi bintang utama
sirkus itu. Para penonton selalu berdiri bertepuk tangan saat
Lucky mengikuti Jimmy berjalan di atas tambang, berjalan
dengan kedua kaki belakang membawa payung. Jimmy dan
Lucky bahkan dimuat di koran Potret mereka dipasang, dan
Bu Brown menggunting potret tersebut untuk ditempelkan
di dinding karavan. Dan kemudian tibalah waktunya untuk berpindah
tempat. Selalu berpindah. Kadang-kadang mereka tinggal di
suatu tempat hanya untuk tiga hari. Kadang-kadang sampai
dua atau tiga minggu. Hari Natal telah dekat. Pak Galliano
merencanakan mengadakan pertunjukan besar di luar kota
besar. Ia membuat rencana acara dengan hati-hati.
"Aku akan menambah pertunjukannya," kata Pak
Galliano kepada istrinya. "Aku akan mengundang Ajaib
Bersaudara. Mereka ahli ayunan tinggi. Berayun sangat
tinggi dan saling tangkap di udara. Aku yakin mereka akan
menjadi daya tarik besar."
Maka Ajaib Bersaudara pun dipanggil untuk bergabung.
Mereka dua orang, pria, pendek tapi kekar dan bertubuh
indah, dengan mata cemerlang. Mereka membawa seekor
anjing kecil, seekor spaniel hitam yang mata cokelatnya
selalu tampak sedih, dan telinganya selalu terkulai.
Jimmy langsung bersahabat dengan anjing itu. Namanya
Lulu, dan ia langsung merapat ke Jimmy seolah-olah anak
itu sudah dikenalnya sejak lama.
"Lotta, anjing ini kurus sekali, ya?" kata Jimmy meraba-
raba Lulu. "Mungkin ia sakit."
"Mungkin kedua bersaudara itu tidak memberinya cukup
makanan," kata Lotta. "Biar nanti ia kuberi makan bersama-
sama anjing kita. Aku tak begitu senang pada kedua
bersaudara itu, Jimmy. Mereka terlalu sering tersenyum."
"Apa maksudmu?" tanya Jimmy heran.
"Perhatikan saja nanti kalau kau bertemu dengan
mereka," kata Lotta. "Mereka tersenyum dengan bibir saja,
memperlihatkan gigi mereka yang putih indah. Tetapi mata
mereka tidak tersenyum, tidak seperti kau atau orang lain."
Lotta benar. Jan dan Yol, kedua pemain ayunan tinggi
itu, tak pemah tersenyum dengan mata mereka. Tetapi bibir
mereka tersenyum ratusan kali sehari, selalu siap
mengucapkan pujian pada siapa pun, mencoba meyakinkan
orang-orang bahwa mereka sungguh-sungguh orang-orang
luar biasa. Dalam satu hal mereka memang luar biasa. Pertama kali
Jimmy melihat mereka berayun dari palang sejajar sampai
berayun tinggi mencapai langit-langit tenda besar, melesat
ke sana kemari, saling berpegangan di udara, ia sampai
ternganga keheranan. Ia begitu takut kalau-kalau mereka
terjatuh. "Jatuh?" kata Jan suatu hari saat Jimmy menyatakan
kekuatirannya itu. "Kau tak tahu apa yang kaukatakan,
Nak. Aku telah berayun-ayun sejak berumur dua tahun.
Ayahku, ibuku, kakekku ... semua ahli ayunan tinggi."
Lulu saat itu mendekat, menidurkan diri di kaki Jan.
Dengan tak sabar Jan menendangnya. Jimmy jadi marah
karenanya. "Jangan lakukan itu," kata Jimmy. "Kau menyakiti
anjingmu." "Apa urusanmu" Toh dia anjingku, bukan?" kata Jan.
Dan ia mungkin akan menendang lagi Lulu, tetapi anjing
itu sudah menjauh. Jimmy tak berkata apa pun lagi. Ia pergi
menemui Lotta menceritakan apa yang baru terjadi. Lotta
mengangguk "Mereka memang pandai, tetapi buruk tabiatnya," kata
Lotta. "Jangan sampai Lucky mendekat pada mereka,
Jimmy." Jimmy memang dengan hati-hati menjaga agar Lucky
tak mendekat kedua bersaudara itu, sebab setelah ia
menegur Jan tampaknya mereka juga sangat membencinya.
Kemudian ada lagi yang terjadi, yang membuat Jimmy
semakin hati-hati. Ayahnya telah memasang dan kemudian
menguji tiang baja yang digunakan sebagai tiang ayunan
untuk Jan dan Yol. Pak Brown sangat teliti kerjanya, dan
hati-hati melakukan pekerjaan itu sebab ia tahu sedikit saja
ada kekeliruan Jan atau Yol bisa mendapat kecelakaan.
Suatu malam Jan tak bisa menangkap saudaranya, saat
Yol melesat di udara setelah meninggalkan ayunannya. Yol
jatuh ke jala keselamatan di bawahnya, dan meloncat-loncat
di sana. Ia segera naik lagi dan kembali berayun. Tetapi Pak
Galliano marah sekali. "Kalau ada yang terjatuh lagi, aku tak akan membayar
kalian," katanya pada kedua bersaudara yang kini berwajah
muram itu. "Kalian tahu mengapa kekeliruan itu terjadi"
Kalian tidak pernah berlatih! Mulai sekarang setiap hari
kalian berlatih, ya?"
"Ini bukan kesalahan kami," kata Jan. "Tiang ayunan
kurang kuat tegaknya. Tergoyang sedikit. Brown telah
bekerja serampangan!"
Maka dipanggillah ayah Jimmy kc karavan Pak
Galliano. Tetapi ia berkata segalanya telah dipasang dengan
baik, dan telah diperiksanya sekali lagi dengan teliti setiap
palang, setiap sekrup. Pak Galliano percaya akan kata-kata
Pak Brown sebab selama ini terbukti Pak Brown rajin dan
jujur. Ini membuat Jimmy semakin dibenci oleh Jan dan Yol.
Sekali mereka menjebak Jimmy di belakang sebuah karavan
sehingga Jimmy jatuh tunggang langgang. Jimmy jadi
sangat sedih. Belum pernah ada orang yang memusuhinya.
Lagi pula ia takut kalau kedua orang itu mencelakai Lucky.
Maka mulai saat itu Lucky tak pernah berpisah dengannya.
Lulu, si spaniel, sebenarnya juga ingin ikut Jimmy selalu.
Jimmy memberinya makan, sebab ia tahu anjing itu tak
cukup diberi makan oleh Jan dan Yol. Lulu sering tidur di
tangga karavan Jimmy sepanjang hari. Ia sangat menyukai
Jimmy dan Lotta. Tetapi Jan dan Yol sangat marah ketika
mereka tahu anjing mereka sering mengikuti kedua anak
itu. Mereka mencambuki Lulu dan menguncinya di dalam
karavan mereka. Lulu meraung-raung dan mencakar-cakar
pintu karavan sampai berjam-jam.
Jimmy dan Lotta tak berani melepaskan Lulu, tetapi
mereka sangat bersedih karenanya. Karavan kedua
bersaudara itu berada di ujung lapangan hingga orang lain
tak bisa mendengar raungan Lulu. Kedua anak itu tak tahu
harus berbuat apa. "Alangkah baiknya kalau mereka tidak bergabung
dengan sirkus ini," kata Jimmy muram. "Merekalah orang-
orang yang pertama kali tak kusenangi."
"Tidak semua orang sirkus baik hati," kata Lotta yang
tertawa melihat muka muram Jimmy. "Tetapi sangat jarang
untuk menemukan seorang sirkus yang tak suka pada
hewan. Jahat macam apa pun, seorang anggota sirkus
menyayangi binatang."
"Mereka juga mengatakan pada semua orang ayahku
tidak bekerja dengan baik," kata Jimmy. "Aku tak peduli
mereka berkata apa tentang diriku, tetapi aku tak mau
mereka memburukkan ayahku."
"Brownie orang yang baik," kata Lotta yang menyukai
ayah Jimmy. "Sudahlah, Jimmy. Ayo kita bawa anjing-
anjing berjalan-jalan."
"Ingin sekali aku membawa Lulu berjalan-jalan juga,"
kata Jimmy. Tetapi tentu saja hal itu tidak mungkin.
Malam itu, ketika Ajaib Bersaudara menaik-tangga
karavan mereka dan membuka pintunya,' Lulu kegirangan
menubruk mereka. Tetapi itu* menyebabkan Jan dan Yol
terguling jatuh. Yol' jatuh menubruk kursi, ia jadi marah
besar karenanya. Diambilnya cambuk, dicambukinya Lulu kuat-kuat.
Kemudian dilemparkannya anjing itu ke luar, ke udara
malam yang dingin menggigil. Dan pintu ditutupnya rapat-
rapat! Anjing kecil itu berbaring di bawah karavan,
menggigil, menggeletar. Setelah beberapa lama, ia
merangkak ke karavan Lotta yang terdekat dengan karavan
majikannya. Di bawah karavan gadis cilik itu ia meratap,
melengking. Lotta yang selalu terbangun oleh suara salakan
anjing atau lengkingan tangis mereka, langsung bangkit,
memasang telinga. Lulu mendengking lagi.
Cepat Lotta melompat turun dari tempat tidur,
menyalakan lilin. Dibukanya pintu dan dilihatnya Lulu,
darah mengalir dari mata Lulu terkena cambukan Yol.
Lotta cepat memakai jaket dan bergegas membangunkan
Jimmy. Kedua anak itu mencuci luka Lulu, sambil tak
henti-hentinya bergumam marah kepada Yol dan Jan.
Kemudian Jimmy menaruh Lucky di bagian kaki di tempat
tidurnya, sedang Lulu ditempatkannya di keranjang Lucky.
Lulu masih menggeletar kedinginan. Jimmy menghangatkan susu dan menyelimutinya baik-baik.
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pagi harinya Lotta dan Jimmy pergi ke Pak Galliano
sambil membawa Lulu. Mereka bercerita bagaimana Lulu
sampai berada di tangan mereka, dalam malam yang dingin
dan dalam keadaan luka. Pak Galliano mendengarkan itu
semua. Mukanya jadi sangat muram.
"Tak seorang anggota sirkus-ku pun yang boleh berlaku
kejam pada binatang," katanya. "Hei, Wally. Panggilkan
Jan dan Yol!" Jan dan Yol datang. Mereka tersenyum memperlihatkan
gigi mereka yang putih bersih. Jimmy dan Lotta telah pergi
membawa Lulu. Pak Galliano berdiri di samping karavannya, membawa
cemeti dan topi tingginya tegak lurus di kepalanya.
"Ini uang kalian," katanya pada kedua bersaudara yang
jadi sangat tercengang karenanya. "Ambil dan pergilah.
Aku tak mau ada orang yang memperlakukan anjingnya
seperti kalian memperlakukan anjing kalian bekerja padaku.
Kalian harus meninggalkan anjing itu. Ya."
"Tetapi Pak Galliano," tukas Jan, lupa untuk tersenyum.
"Anda tak bisa melakukan kami seperti ini. Kami menarik
ratusan penonton setiap malamnya. Kami terkenal!"
"Aku tak peduli jika penonton tak ada yang datang," kata
Pak Galliano, melecutkan cemetinya. "Kalian memang
pandai, tetapi pandai saja tidak cukup. Pergilah pagi ini
juga." Kedua bersaudara itu tak berani berbicara lagi. Dengan
wajah muram geram keduanya menjalankan karavan
mereka meninggalkan pemukiman sirkus. Lulu mereka
tinggal. Jimmy dan Lotta memperhatikan kepergian
keduanya. Semua bergembira.
"Hebat Galliano!" kata Lilliput yang seperti biasanya
menaruh Jemima di lehernya. "Ia tetap tegas mengusir
kedua orang itu walaupun itu berarti ia mungkin akan
kehilangan uang." "Lebih hebat lagi Pak Galliano menyuruh mereka
meninggalkan Lulu dan mereka tak berani membantah!"
kata Jimmy. "Lotta dan aku akan memeliharanya. Lulu
sama sekali tidak cerdas, tetapi ia begitu lembut dan
menyayang. Lucky juga suka padanya."
"Jan dan Yol takkan berani membantah Galliano," kata
Lilliput. "Galliano bisa mengirimkan berita ke semua sirkus
di negeri ini tentang mereka, dan tak akan ada sirkus yang
mau menerima Ajaib Bersaudara lagi. Kudengar keduanya
juga pernah diusir dari dua buah sirkus lain sebelum ini."
"Guk!" kata Lulu, mengunyah-ngunyah tali sepatu
Jimmy. "Aku gembira karena kini aku jadi anjingmu!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 25. Lotta Bersedih Hati Natal telah lewat. Januari pun berlalu. Sepanjang libur
Natal sirkus Pak Galliano memperoleh keuntungan besar.
Dan kini sirkus itu pun bergerak lagi. Kali ini perjalanannya
sangat jauh. Jimmy gembira karena kini ibunya tinggal di
karavan yang besar dan nyaman, Jimmy bangga dapat
memberikan rumah di atas roda yang selalu rapi dan bersih
untuk ibunya. Ibu Jimmy juga merawat karavan tadi sebaik-baiknya.
Tidak seperti karavan lainnya. Orang-orang sirkus memang
baik hati dan pemberani tetapi mereka kurang memperhatikan kebersihan dan kerapian. Lotta sudah agak
berubah. Dia kini lebih bersih dan rapi, setiap hari
rambutnya disikat dan diikat rapi. Wajahnya paling tidak
boleh dikatakan bersih. Dan dalam pelajaran ia pun cukup
maju. Ia kini bisa membaca dengan lancar.
Lal tentu saja sangat girang. Suatu hari ia menemui Bu
Brown untuk menyatakan terima kasihnya.
"Sejak Anda dan Jimmy datang, banyak sekali
perubahan pada diri Lotta," katanya. "Tadinya ia begitu liar
dan sulit sekali kuatur. Sekarang aku cukup bangga
padanya." "Anda juga memberi banyak pada Jimmy," kata Bu
Brown. "Anda dan Laddo telah membuatnya pandai
berkuda dan membantunya banyak untuk menghadapi
hewan-hewan. Dan jangan lupa, Anda-lah yang membelikan Jimmy si Lucky itu."
Jimmy dan Lotta hampir selalu berdua. Kadang-kadang
mereka bertengkar, kadang-kadang Lotta mengejek dan
mencubit Jimmy keras-keras tanpa alasan apa pun. Tetapi
mereka selalu berbaik kembali dan saling mengagumi.
"Jika musim semi tiba pastilah sangat menyenangkan
untuk berjalan-jalan di pagi hari," kata Lotta yang paling
suka pada suasana fajar di pedesaan. "Di hari Paskah kita
akan berada di Laut Barat. Tempat itu sungguh indah.
Anjing-anjing bisa berlarian di pantai sebelum sarapan pagi
tiap hari." "Aku lebih menyukai musim panas," kata Jimmy.
"Segarnya udara, merdunya nyanyi burung-burung, birunya
langit, dan bunga-bunga liar ... begitu indah!"
Keduanya sedang duduk-duduk di dalam karavan
Jimmy. Ibu Jimmy sedang menjahit. Kini terlalu cjingin
untuk duduk di tangga karavan pada saat karavan sedang
bergerak. Tangan dan kaki mereka bagaikan digigit oleh
angin dingin dan Bu Brown tak mau anak-anak itu sakit
selesma. Keduanya terpaksa berada di dalam karavan terus,
bercakap-cakap, dan bermain pun di dalam.
Sungguh menyenangkan melihat pemandangan yang
selalu berubah di jendela sisi yang besar. Jika melewati
sebuah kota Jimmy merasa iba pada orang-orang yang
sudah puas untuk tinggal di rumah yang berhenti. Rumah
beroda adalah yang terenak di dunia: kita akan selalu bisa
bertukar pemandangan, bertemu dengan kenalan baru,
berhenti di mana saja kita mau.
Seminggu mereka dalam perjalanan, dan sampailah
mereka ke tempat tujuan. Saat itu telah bulan Februari,
siang hari semakin panjang. Di pagi hari burung-burung
berkicau riuh rendah. Jimmy senang berbaring di tempat
tidur sambil mendengarkan mereka. Ia mencoba bersiul
menirukan suara burung-burung itu. Kadang-kadang
tiruannya begitu bagus sehingga ada kalanya burung-burung
menjawab siulannya. Bahkan ada seekor burung yang
kebingungan menjenguk ke dalam cerobong asap, mengira
ada seekor burung juga di dalam cerobong asap itu.
Jimmy sangat bahagia. Begitu juga Lotta. Sampai suatu
hari Lotta bersedih hati.
Jimmy memperhatikan bahwa akhir-akhir ini Lal dan
Laddo, orang tua Lotta, tak seperiang biasanya. Baik ia
maupun Lotta tak tahu apa sebabnya. Kadang-kadang Lotta
disuruh pergi dari karavan karena Lal dan Laddo akan
membicarakan sesuatu. Sungguh aneh.
Jimmy tak habis pikir, apa yang sedang terjadi. Suatu
pagi ia tak bisa menemukan Lotta. Ke sana kemari ia
mencari tak bertemu. Ia bertanya pada Oona, Lilliput, dan
Pak Tonks. Tak ada yang tahu ke mana Lotta. Anak itu
agaknya lenyap begitu saja.
"Ke mana dia?" pikir Jimmy. Ia mulai kuatir. Tetapi
akhirnya ia bisa menemukan anak itu.
Lotta ternyata bersembunyi di antara barang-barang di
bawah karavannya sendiri. Ia tampak baru saja menangis.
Lulu menjilati mukanya mencoba untuk menghiburnya.
"Lotta, ada apa" Keluarlah dan katakan ada apa!" pinta
Jimmy, merangkak masuk ke bawah karavan. Heran. Lotta
tak pernah menangis. Apa sebabnya"
Lotta tak mau keluar. Dan ia mulai menangis lagi.
Mukanya kotor kena air mata, matanya membengkak.
Jimmy merangkak masuk ke dekatnya, duduk di samping
Lotta, merangkulnya. Anak kecil itu merapatkan dirinya
pada Jimmy, air mata hangat membasahi jaket Jimmy.
"Lotta, katakan saja apa yang terjadi," kata Jimmy.
"Apakah kau sakit" Apakah kau dihukum?"
Mula-mula Lotta tidak menjawab. Tetapi lama-lama
sedu-sedannya berkurang dan ia mulai berbicara
"Oh, Jimmy, Lal dan Laddo akan meninggalkan sirkus
ini ... dan aku tak akan mereka ajak! Aku harus tinggal
dengan Paman Benjy sampai mereka kembali!"
Runtuh hati Jimmy. Sungguh menyedihkan bahwa Lal
dan Laddo akan pergi, tetapi jika Lotta juga harus pergi ...
wah, betapa sedihnya! "Aku pasti akan kesepian dan sedih," kata Lotta, air
matanya mulai mengalir lagi. "Aku suka pada Pa ... paman
Ben ... Benjy ... tapi aku takkan betah tinggal di rumah...
aku ingin terus ikut sirkus... dan berteman dengamu ..."
"Mengapa Lal dan Laddo tidak membawamu?" tanya
Jimmy heran. Ia tahu kedua orang itu sangat mencintai
anak mereka yang pandai ini.
"Sebab mereka berdua akan pergi ke Austria selama
enam bulan. Mereka akan bergabung dengan saudara Lal di
sana," kata Lotta. "Kata Lal saudaranya itu mempunyai
sirkus di Budapest. Ia akan membayar Lal dan Laddo
dengan gaji yang tinggi asal mereka tak membawa aku.
Kebetulan Lal dan Laddo ingin membeli kuda-kuda baru di
sana ...." Lotta mulai menangis lagi. Jimmy memeluknya erat-erat.
Kasihan Lotta. Ia seorang anak sirkus tulen. Ia tak pernah
tinggal di dalam rumah. Ia pasti merana tinggal di rumah
Paman Benjy. Ia pasti harus sekolah, dan di sekolah ia akan
tak mengerti apa pun, Ia pasti akan merasa kehilangan
kuda-kudanya, dan Lal, juga Laddo, dan terutama Jimmy.
"Kapan mereka akan pergi?" tanya Jimmy.
"Jika pertunjukan di sini telah selesai," kata Lotta,
mengusap mukanya dengan tangannya yang kotor. "Mereka
telah berkata pada Pak Galliano. Pak Galliano telah
mengundang orang-orang ahli kuda untuk menggantikan
Lal dan Laddo. Mereka akan membawa kuda-kuda mereka
sendiri sebab Lal dan Laddo akan membawa kuda.-kuda
mereka." Jimmy jadi sangat kuatir. Itu berarti tak lama lagi,
mungkin beberapa minggu ini, Lotta akan telah
meninggalkannya. Jimmy tak tahu bagaimana harus
menghibur Lotta. Dan tiba-tiba terdengar suara Pak
Galliano memanggilnya. "Jimmy! Jimmy! Di mana kau?"
"Di sini, Pak!" Jimmy merangkak ke luar dari bawah
karavan. Ia lari ke tempat Pak Galliano dan terkejut ketika
melihat topi pemilik sirkus itu tegak lurus di kepalanya. Apa
yang terjadi" "Jimmy, cepat pulang ke ibumu," kata Pak Galliano. "Ia
baru saja jatuh dan kakinya sangat sakit. Ayahmu sedang
memanggil dokter." Jimmy pucat seketika. Ia paling mencintai ibunya ini.
Cepat ia berlari ke karavannya, sama sekali lupa akan
Lotta. Ditemuinya ibunya berbaring di tempat tidur. Tampak
kesakitan. Tapi ia tersenyum ketika Jimmy muncul.
"Jangan kuatir, Nak," katanya. "Hanya terkilir. Sebentar
pasti sudah sembuh."
"Alangkah buruknya pagi ini," pikir Jimmy sambil
menuangkan susu ke panci untuk dihangati-nya. "Mula-
mula Lotta ... sekarang Ibu."
Dokter datang. Ia memeriksa kaki Bu Brown. Terkilirnya
berat, mata kaki ibu Jimmy itu membengkak.
"Tak terlalu parah," kata dokter akhirnya. "Tapi Anda
harus beristirahat, berbaring terus, selama dua tiga minggu
ini, Nyonya Brown." "Ya ampun! Tak mungkin kulakukan itu!" Bu Brown kini
tampak ketakutan. Wah. Siapa yang akan mengurus Jimmy
dan suamiku" Siapa yang akan memasak dan merapikan
karavan ini" Tak mungkin!"
"Harus," kata Dokter, bersungguh-sungguh kini. "Jika
tidak, kaki Anda ini bisa jadi sangat berbahaya."
"Aku akan menjaga agar Ibu beristirahat, Dokter," kata
Jimmy. "Aku bisa melakukan segala tugasnya."
"Tidak, Jimmy, kau tak bisa," tukas Bu Brown. "Kau dan
ayahmu selalu sibuk sepanjang hari. Kau takkan bisa
mendapatkan waktu guna mengurus pekerjaanku pula.
Besok aku pasti sudah bisa berjalan-jalan."
Dokter tak berkata apa-apa lagi. Ia keluar dari karavan.
Jimmy dan Pak Brown berterima kasih serta membayar
ongkos pemeriksaan. Di kejauhan Lotta memperhatikan itu
dengan wajah masih kotor oleh air mata. Kemudian ia
mendekat. "Jimmy," ia berkata. "Kenapa ibumu" Luka berat?"
"Tidak," jawab Jimmy. "Hanya kakinya. Ia harus
beristirahat dua atau tiga minggu. Ibuku kuatir karena itu
berarti ia tak bisa masak dan mengurus karavannya.
Sungguh buruk hari ini, Lotta."
Lotta memperhatikan wajah Jimmy dan lupa akan
persoalannya sendiri. "Jimmy, jangan lupa akan kata-kata
ibumu yang pernah kaukatakan padaku dulu," katanya
kemudian. "Injaklah kesulitan yang datang, jadikan batu
pijakan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Jangan
kuatir. Aku akan datang ke karavanmu dan membantumu
apa saja." "Aku tak yakin ... apa yang bisa kita capai dari peristiwa
seperti ini, Lotta" Kita jadikan batu berpijak untuk
mencapai apa" Dan persoalanmu sendiri bagaimana?" kata
Jimmy. "Jangan memandangku seperti itu, Jimmy," kata Lotta
yang mencoba untuk tampak bisa menguasai kesedihannya.
"Aku akan berjanji untuk melupakan kesedihanku jika kau
juga melupakan kesedihanmu serta memperbolehkan aku
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membantumu." "Kau s* orang sahabat yang sangat baik, Lotta," kata
Jimmy. Aku tak melihat apa yang baik yang bisa keluar dari
kejadian seperti ini. Aku tak tahu bagaimana kita bisa
mengambil keuntungan dari kejadian ini, bagaimana kita
bisa menggunakan peristiwa ini sebagai batu pijakan untuk
mencapai sesuatu yang baik! Oh, sungguh mengecewakan
hari ini!" Lotta naik ke karavan Jimmy dan berkata pada Bu
Brown bahwa ia akan datang untuk membantu-setiap hari.
Bu Brown senang harinya Ia mencintai anak perempuan
kecil itu - dan saat itu Lotta sudah hafal bagaimana Bu
Brown melakukan apa pun. Ia tahu Bu Brown selalu ingin
agar kompor selalu bersih. Ia tahu Bu Brown setiap hari
mengepel lantai karavan. Ia tahu cara bagaimana Bu Brown
memasak. Oh, akhir-akhir ini semakin banyak yang
diketahui Lotta, hal-hal yang dulu tak
diketahuinya. Jimmy berangkat untuk melihat anjing-anjing mereka.
Lotta tak diajaknya agar anak itu bisa membantu ibunya.
Lucky menyambut Jimmy, berlompatan menari ria di
sekeliling kakinya, ingin membuat majikan kecilnya itu
tertawa. Tetapi hari itu sulit bagi Jimmy untuk tersenyum.
Ia tak bisa lupa bahwa tak lama lagi ia akan kehilangan
sahabat terbaiknya - si nakal bandel Lotta yang
disayanginya itu. Dalam kesibukannya membantu ibu Jimmy, Lotta mulai
melupakan kesedihannya. Ia mengatur agar Bu Brown bisa
tidur dengan nyaman. Ia merawat kaki ibu Jimmy itu. Ia
lari untuk membeli bahan makanan guna makan nanti. Ia
mempersiapkan peralatan masak sambil terus berbicara
gembira dengan Bu Brown. Ia mengatur meja untuk makan
serapi mungkin. Mau tak mau Bu Brown harus mengakui
Lotta kini memang sudah sangat pandai dan lebih cekatan
dalam perkara mengatur rumah.
Di hadapan ibunya, Jimmy juga bersikap riang. Kedua
anak itu tidak bercerita pada Bu Brown tentang kepergian
Lal dan Laddo. Walaupun mereka tidak bahagia, tetapi
mereka tetap tersenyum dan bercanda dengan Bu Brown
pada saat makan malam, agar Bu Brown bahagia dan
senang. Nyatanya memang dia bahagia.
"Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan tanpa kamu,
Lotta!" kata Bu Brown.
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 26. Jimmy dan Lotta Akhirnya Berbahagia
Hari-hari berlalu. Kaki Bu Brown ternyata lama juga
sembuhnya. Ia masih terpaksa berbaring di tempat tidur, tak
bisa berjalan. Tetapi kini ia tak terlalu keberatan akan hal
itu, sebab Lotta selalu datang untuk membantunya jika ia
sendiri sudah senggang. Lotta bisa membersihkan karavan
itu, mencuci apa saja yang dikehendaki Bu Brown,
memasak dan menemani ibu Jimmy itu dengan celotehnya
yang ria. Jimmy bangga pada Lotta. Ia tahu sebenarnya anak itu
sedang bersedih hati. Makin hari makin dekat waktu
baginya untuk meninggalkan sirkus dan tinggal bersama
Paman Benjy di tempat yang begitu jauh. Alangkah
senangnya kalau Lotta bisa lebih pandai menulis - Jimmy
takut kalau Lotta akan tidak pernah menulis surat padanya.
Enam bulan rasanya bertahun-tahun, dan masih ada
kemungkinan Lal dan Laddo tidak akan kembali.
Suatu hari tiga orang datang untuk menemui Pak
Galliano. Mereka adalah para ahli menunggang kuda yang
dipanggil Pak Galliano untuk menggantikan Lal dan
Laddo. Ada dua orang wanita dan seorang pria, ketiganya
gagah dan tampan, berwajah baik hati, dan tersenyum
manis. Kuda-kuda mereka dibawa dalam sebuah karavan
khusus berbentuk kotak. Jimmy melihat kuda-kuda itu juga
gagah, terawat baik, serta bersikap manis.
Ketiga orang itu - Juanita, Pepita, dan Lou - kembali
ke kuda-kuda mereka setelah pembicaraan dengan Pak
Galliano selesai. Mereka tersenyum pada Jimmy. Juanita
menuding pada Lucky yang menari-nari di sekeliling
kakinya. "Ini anjing yang terkenal itu, Lucky?" tanyanya dengan
suara lembut sedikit serak. "Dan kau, Jimmy" Kami sudah
sering mendengar namamu."
Merah muka Jimmy karena bangga. Ia telah menjadi
terkenal! Ia tak tahu harus berkata apa. Stanley si Badut
yang kebetulan berada di dekat itu menyeringai dan
berkata: "Oh, Jimmy kami ini suatu hari akan memiliki
sebuah sirkus sendiri. *> Bukankah begitu, Jimmy" Ia akan
menjadi Tuan Jimmiano dan memakai topi dua kali lebih
besar daripada topi Galliano."
Jimmy tertawa. Ia membelai kuda yang terdekat
dengannya. "Kuda-kuda ini sungguh tampan," katanya.
"Jika Anda ingin bantuan untuk merawat - mereka, panggil
saja aku. Aku biasanya merawat kuda-kuda Laddo dan Lal.
Begitu juga Lotta." "Kalau begitu kau boleh membantu merawatkan kuda
kami," kata Lou, tersenyum pada anak kecil itu. "Dan Lotta
juga, walaupun aku belum tahu siapa dia."
"Ia seorang penunggang kuda yang hebat," kata Jimmy
kemalu-maluan. "Anda harus menyaksikan sendiri kehebatannya di atas punggung kuda."
Jimmy senang karena ketiga orang baru itu tampaknya
baik hati. Tetapi alangkah lebih senangnya ia kalau Laddo
dan Lal tak usah pergi. Tapi Lal dan Laddo jelas akan pergi.
Kuda-kuda dan anjing-anjing mereka sudah dimasukkan ke
kandang-kandang khusus untuk bepergian jauh. Tak lama
lagi mereka akan berangkat. Tak lama lagi Lotta akan naik
kereta api menuju rumah Paman Benjy.
Bu Brown sudah mendengar bahwa Lal dan Laddo akan
pergi. Tetapi ia mengira bahwa Lotta akan ikut kedua orang
tuanya itu. Bu Brown sedih juga memikirkan bahwa Jimmy
akan kehilangan seorang sahabat. Tetapi karena Jimmy tak
pernah mengatakan tentang itu, ia mengira anaknya tak
terlalu memikirkan kepergian Lotta.
"Aku akan sangat kehilangan kau, Lotta," kata Bu Brown
pada gadis cilik itu. "Kau begitu baik padaku dua tiga
minggu ini. Alangkah senangnya kalau kau tak usah pergi
dengan Lal dan Laddo."
"Aku tak akan pergi dengan Lal dan Laddo," kata Lotta
dengan air mata berlinang. "Mereka tak bisa membawaku.
Aku terpaksa harus tinggal di Paman Benjy ... di sebuah
rumah ... dan aku tak senang tinggal di rumah!"
Ibu Jimmy memandangnya tercengang. "Jangan menangis, Nak," katanya. "Mendekatlah, katakan apa yang
terjadi. Kau dan Jimmy tidak pernah mengatakan hal ini
padaku." "Memang," kata Lotta. "Kami tak ingin Anda terlalu
memikirkan kami padahal Anda sedang sakit. Kami pikir
kalau kami tabah menghadapi persoalan ini, mungkin
sesuatu yang menyenangkan akan terjadi. Tetapi... yah,
sampai saat ini hal itu tak terjadi. Padahal Sabtu ini aku
sudah berangkat." Bu Brown membelai rambut anak yang sedang bersedih
itu, dan ia berpikir. "Anak-anak yang tabah," pikirnya.
"Lotta begitu riang setiap hari membantu aku padahal
sesungguhnya ia bersedih. Dan Jimmy tak mengatakan apa
pun padaku." Kemudian ia punya suatu pikiran. Ada tempat tidur ke
empat di karavannya. Bagaimana kalau Lotta tinggal di sini
dengan Jimmy sampai Laddo dan Lal kembali" Kasihan
sekali anak ini kalau harus tinggal dengan Paman Benjy
dirumah yang tak disukainya. Dan jika ia sekolah pastilah
ia jadi * " olok-olokan teman-temannya. Bu Brown
memeluk s Lotta erat-erat. Ia kini semakin mencintai anak
ini. "Mintalah agar ayah dan ibumu datang kemari,"
katanya pada Lotta kemudian. Lotta mengusap air matanya
dan berlari ke luar. Tak lama Lal dan Laddo datang.
"Bermainlah dengan Jimmy dulu, Lotta," kata Bu
Brown, tersenyum pada Lal dan Laddo.
"Aku baru saja mendengar bahwa Anda berdua tidak
membawa Lotta nanti," kata Bu Brown setelah Lotta pergi.
"Begini. Aku sangat menyukai anak itu. Dan agaknya ia
juga senang pada kami sekeluarga. Jangan kirimkan ia pada
pamannya. Biar dia tinggal bersama kami sampai Anda
berdua kembali. Ia pasti bahagia tinggal di sini bersama
Jimmy, Brownie, dan aku."
Wajah Lal berseri-seri seketika. "Oh, Bu Brown!
Benarkah Anda bersedia' menerima Lotta selama kami
pergi" Kami memang berat untuk mengirimkannya ke
pamannya, tetapi rasanya hanya itu satu-satunya cara ...
kami tak ingin ia sendirian di sirkus ini. Aku yakin ia akan
senang tinggal bersama Anda dan Anda akan dapat
menjaganya dengan baik."
"Ia akan bisa berlaku sebagai seorang anak kandung bagi
Anda," kata Laddo. "Aku yakin ia mau melakukan lebih
banyak terhadap Anda daripada terhadap kami. Kami tak
keberatan ia tinggal bersama Anda."
"Kalau begitu beres sudah," kata Bu Brown, senang.
"Kini tolong panggilkan Jimmy dan Lotta. Mereka patut
menerima hadiah kegembiraan ini. begitu tabah mereka
menghadapi kesedihan. Biar aku sendiri yang mengatakan
pada mereka tentang keputusan ini."
Kedua anak itu pun muncul, bertanya-tanya dalam hati
mengapa mereka dipanggil. Bu Brown tersenyum pada
mereka. "Aku hanya ingin berkata bahwa akhirnya sesuatu yang
menyenangkan muncul akibat ketabahan kalian," katanya.
"Lotta akan tinggal bersama kita, Jimmy. Ia tak akan pergi
ke rumah pamannya. Ia akan tinggal di karavan kita. Tidur
di tempat tidur yang kosong itu."
Kedua anak itu ternganga. Mereka tak percaya apa yang
baru saja mereka dengar. Dan tiba-tiba mereka melonjak
gembira. Mereka memeluk Bu Brown. Mereka saling peluk.
Mereka berlompatan menari-nari berputar-putar, menjatuhkan dua buah piring kecil, tempat duduk, dan
sebuah tempat lilin. Mereka melompat ke atas tempat tidur
dan turun lagi. Bu Brown tertawa tergelak-gelak melihat
tingkah gila-gilaan mereka.
Tetapi tiba-tiba Lotta menangis. Namun menangisnya
diseling dengan tertawa juga! "Aku ... aku tttidak me ..
menangis ..." katanya. "Ak ... aku begitu ... begitu bahagia!"
"Lucu sekali caramu menunjukkan hal itu," kata Bu
Brown. "Tetapi kalian berdua memang patut mendapat
kejutan gembira ini. Kalian tabah, baik, dan aku tak pernah
mendengar keluhan sedikit pun dan kalian."
"Nyonya Galliano berkata bahwa mengeluh itu hanya
mendatangkan sial," Jimmy menyeringai. "Maka aku tak
akan mengeluh, Ibu. Wah, Lotta, mungkin kau akan
mendapat kesempatan untuk menaiki kuda-kuda yang
dibawa oleh Juanita, Pepita, dan Lou. Bahkan jika kau
sabar dan baik, mungkin mereka akan mengajakmu
bermain bersamaa di ring."
"Oh aku lebih suka bermain di ring bersama kau dan
Lucky," kata Lotta, melompat lagi ke atas tempat tidur
"Kita akan bisa memberi pertunjukan yang hebat"
"Enam bulan ini kita akan bergembira ria Lotta!" seru
Jimmy, menari ribut sekali di lantai karavan. "Oh, tadinya
aku sudah merasakan roboh rata dengan tanah... kini aku
bagaikan awan di angkasa raya!"
"Kedengarannya sih kau tidak seperti awan," kata Bu
Brown. "Awan tidak akan seribut itu. Hentikan, Jimmy.
Dan pergilah dengan Lotta membeli sesuatu untuk makan
nanti." Kedua anak itu melompat turun ke tanah, bahagia
bagaikan burung-burung di musim semi. Jimmy mengambil
kotak tabungan rahasianya. Diambilnya uangnya banyak-
banyak sehingga Lotta membelalakkan mata. "Tak pernah
kukira kau sekaya ini, Jimmy. Untuk apa uang sebanyak itu
kau ambil?" "Tunggu saja nanti," kata Jimmy, mencibir pada (\
Lotta. Lotta langsung membalas dan mereka berdua
tertawa. Mereka begitu bahagia hingga tak menghiraukan
apa pun. Mereka pergi ke kota, membeli bahan-bahan makanan.
Kemudian Jimmy pergi ke toko kain. Apa ternyata yang
dibelinya" Ia membeli selimut, seprai, kasur, dan selimut
bulu angsa! "Ini untuk tempat tidur kecilmu, Lotta," katanya.
"Sebagai hadiah dariku untukmu. Kau akan nyaman dan
hangat di karavan kami."
Bagaikan pecah dada Lotta karena gembira. Ia belum
pernah memiliki tempat tidur seindah itu. Ia bahkan belum
pernah tidur dengan seprai dan selimut yang sesungguhnya.
Kebanyakan orang sirkus tidur di permadani dan selimut
kasar. Jarang sekali mereka punya seprai. Betapa megahnya
tempat tidur Lotta terasa!
Bu Brown tertawa melihat kedatangan kedua anak yang
membawa begitu banyak bawaan. Lucky membawa
keranjang makanan di moncongnya. Besar juga bantuannya
jika diajak berbelanja. Semua masuk ke dalam karavan
besar Bu Brown dan semua bungkusan dibuka untuk
dipamerkan pada Bu Brown.
Saat itu datanglah Pak Brown. Dan ia segera diberi tahu
apa yang terjadi. Ia juga gembira sebab ia pun menyayangi
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lotta. Ia sangat berterima kasih pada gadis cilik yang
dengan tekun merawat Bu Brown, serta memasak dan
mengurus karavan untuk mereka semua selama ini.
"Mulai sekarang anggota keluarga kita empat," kata Pak
Brown, bersiap untuk makan.
"Lima, Ayah," kata Jimmy saat Lucky melompat ke
pangkuannya. "Jangan lupa pada Lucky Kau yang
membawa keberuntungan bagi kami bukan, anjing kecil?"
"Guk!" seru Lucky dan dengan cepat menyambar
sepotong sosis dari piring Jimmy. .
Makan kali itu sungguh membahagiakan. Lotta melihat
berkeliling. Semuanya bersih, teratur, luas, dan nyaman. Ia
gembira bahwa ia tak akan meninggalkan sirkus, dan lebih
penting lagi ia tak akan meninggalkan Jimmy. Mereka
semua kemudian berbicara penuh semangat. "Aku akan
membantu Jimmy dengan Lucky."
Dan Lotta akan menanyakan apakah dapat ikut bermain
di ring bersama ketiga orang pengendara kuda yang baru
datang itu," kata Jimmy. "Mereka tampaknya baik-baik.
Aku yakin mereka akan menerima Lotta."
"Dan kakiku rasanya sudah sembuh kini sehingga aku
akan bisa merawat keluarga besarku ini," kata Bu Brown.
"Dan aku akan menjaga agar kalian tidak menjadi terlalu
terkenal," Pak Brown tertawa.
"Guk! Guk! Guk!" salak Lucky ikut-ikut berbicara.
Begitulah. Lal dan Laddo berangkat dengan kuda dan
anjing mereka. Mereka gembira bahwa Lotta akan dirawat
oleh keluarga yang baik hatj, Sirkus berkemas lagi. Kini
tujuannya adalah suatu tempat di mana pertunjukan Paskah
akan diadakan. Hiruk pikuk dan kesibukan terjadi, Pak
Galliano tak henti-hentinya melecutkan cemeti serta
meneriakkan perintah-perintah. Lotta dan Jimmy menyukai
semua itu. Begitu semarak rasanya.
Dan ... tibalah saatnya untuk berangkat! Tampil paling
depan barisan kuda-kuda hitam gagah tampan, dengan
seorang tukang kuda berpakaian gagah sekali serba merah,
meniup terompet. Betapa agungnya dia!
Kemudian muncul sebuah kereta yang bagaikan terbuat
dari emas. Dan siapa pria sedikit gemuk yang tampan serta
wanita berambut hitam yang selalu tersenyum di
sampingnya itu" Hei, itulah
Pak Galliano yang terkenal itu, bersama istrinya! Lihat
betapa ia mengangkat topi dan membungkuk hormat ke
sana sini, kepada para penonton dan anak-anak di pinggir
jalan. Gayanya bagaikan seorang raja! Lihat betapa
kumisnya yang tipis dipilin tajam ke atas dan topi tingginya
begitu kemilau! Kini muncul kuda-kuda putih. Mereka dibawa oleh
Juanita, Pepita, dan Lou sebab memang kuda-kuda ini
bawaan mereka. Pepita menaiki kuda pertama, cantik bagai
bidadari dengan gaun pendek yang berkilauan. Di belakang
kuda-kuda ini muncul Stanley si Badut, berpakaian merah
dan hitam, memakai topi runcing, dan berjungkir balik
sepanjang jalan. Riuh rendah sambutan anak-anak.
Setelah itu karavan-karavan berbaris panjang. Warna-
warnanya cemerlang dan ceria. Ada yang merah. Ada yang
biru. Ada yang hijau. Dan yang terakhir sebuah karavan
besar berwarna kuning, dengan tirai jendela yang indah
melambai-lambai ditiup angin. Di tangga di depan pintu
karavan ini duduk dua orang anak, Jimmy dan Lotta,
memangku seekor anjing spaniel hitam. Betapa iri hati
semua anak-anak yang menonton. Mereka pun ingin
menjadi anak sirkus! Dan itu si gajah, Jumbo! Sabar seperti biasanya, Jumbo
menarik tiga buah kandang yang berat-berat. Pak Tonks
berjalan di samping gajahnya. Kadang-kadang Jumbo
menaruh belalainya di bahu Pak Tonks seolah-olah belalai
itu [angan. Para penonton pun tertawa olehnya.
Itu ada dua buah kandang terbuka. Satu dij antaranya
membawa Sammy si simpanse sedang makan pisang dan
melemparkan kulitnya padi para penonton. Pak Wally
duduk disebelahnyJ Kandang berikutnya berisi tiga ekor
monyel bertengger di sebatang kayu. Mereka memakai! baju
tebal berwarna merah. Dan pada tangga kandang itu duduk
seorang bertubuh kecil. Lilliput tentu saja. Dan seperti biasa
Jemima, monyet kesayangannya, memeluk rapat lehernya.
Ah. Kita telah mengenal semua anggota sirkus ini!
Tapi tunggu, siapa itu yang berjalan di kaki belakangnya
dan membawa sebuah bendera dengan gagah bagaikan
seorang jenderal" Oh, itu Lucky. Lucky anjing kecil sahabat
kita yang tahu {benar jika ia berlaku seperti ini ia nanti akan
unemperoleh biskuit. Ya. Banyak sekali!
Jimmy bersuit Lucky menurunkan kaki depan dan berlari
dengan empat kaki, menggigit benderanya tadi. Bagus
sekali, Lucky! Kau sangat mencintai majikan kecilmu,
bukan" "Selamat jalan, selamat jalan!" seru anak-anak. "Cepatlah
kembali kemari lagi! Selamat jalan, sirkus Galliano!"
Kita pun harus mengucapkan selamat berpisah. Tetapi
jika kalian mendengar bahwa sirkus Galliano akan datang
ke kotamu, coba lihat dan carilah kabar tentang Jimmy,
Lotta, dan Lucky. Semoga berhasil dengan baik, Galliano!
(Oo-dwkz-syaugy-oO) Pendekar Negeri Tayli 14 Pendekar Rajawali Sakti 181 Lima Golok Setan Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 11
Sammy juga tertegun. Dalam benaknya muncul pikiran
mungkin kedua orang itu bisa menolongnya. Ragu-ragu ia
mendekati mereka. Tetapi kedua orang tersebut malah
ketakutan, membuang barang bawaan mereka dan lari
tunggang langgang. Sammy jadi ketakutan karena jerit-jerit kedua orang itu.
Ia tak mengejar mereka tapi segera* menghampiri kantung
yang dibuang orang-orancjl tersebut. Sammy mencium bau
yang enak - bekali makanan orang-orang tadi! Sammy
merobekj kantung bekal hingga terbuka untuk melihat ada
apa di dalam kantung itu Roti lapis berisi daging. Sayur kacang. Apel.' Sammy
mengambil semua makanan itu dan berlari( ke pagar jalan.
Di antara semak-semak ia duduk meringkuk bersembunyi.
Apa saja yang bisa dimakan, dimakannya habis. Apelnya
sungguh sedap! Saat ia makan itu muncul seorang wanita berjalan ke
arah puncak bukit. Bagi Sammy wanita* itu tampak baik
hati. Hampir mirip ibu Lotta yang dikenalnya dengan baik.
Ia keluar dari persembunyian dan menghampiri si wanita,
mulutnya mencereceh lucu. Maksudnya sih minta tolong.
Ial ingin kembali ke Pak Wally. Ia merasa begitui kesepian
tak punya kawan seorang pun.
Wanita itu menjerit keras-keras dan berlari menuruni
bukit dengan kecepatan tinggi. Di tengah jalan ia bertemu
dengan seorang pria yang bertanya mengapa ia tampak
begitu ketakutan "Ada simpanse!" wanita itu berkata, terengah-engah.
"Tak mungkin!" kata orang tadi, menepuk punggung si
wanita untuk menenangkannya. "Tak ada simpanse di sini.
Hanya ada kelinci dan rubah.''
"Tidak, itu tadi simpanse!" si wanita menegaskan, tetapi
pria itu menggelengkan kepala. Dan tepat pada saat itu
Sammy muncul, berlari-lari kecil menuruni bukit. Ia
mengira pria itu mungkin sahabatnya. Tapi begitu si pria
melihat Sammy, ia juga menjerit takut.
"Anda benar! Itu simpanse!" jeritnya. "Cepat. Masuk ke
rumah itu!" Keduanya lari masuk ke dalam rumah yang berada di
dekat tempat tersebut. Kasihan Sammy. Ia begitu kecewa
ketika kedua manusia itu hilang dan menutup pintu rapat-
rapat. Ia tak berteman. Ia ingin sekali kembali ke Pak
Wally. Ia memasuki halaman rumah. Mondar-mandir di kebun,
mencari-cari kalau-kalau di situ ada yang dikenalnya. Si
pria dan wanita, dan dua orang lagi, memperhatikan gerak-
gerik Sammy dari jendela.
"Aku akan menelepon polisi," si pria berkata. "Itu pasti
simpanse yang lari dari kurungan. Ia harus ditembak."
"Kasihan," kata si wanita. "Mungkin ia anggota sirkus.
Kemarin malam aku nonton sirkus, mungkin dia yang
main. Orang-orang sirkus mungkin akan segera mencarinya." "Ya, tetapi ia tak boleh berkeliaran seperti ini," kata si
pria. "Akan kukatakan pada polisi untuk membawa senjata
dan segera memburunya."
Sammy tidak mendengar percakapan ini. Mendengar
pun mungkin tak ada artinya, sebab ia pasti tak mengerti.
Diciuminya semua pintu, dicobanya membuka pintu-pintu
itu, tapi akhirnya ia berpendapat takkan mungkin ia bisa
masuk. Ia kembali ke jalan, dan berjalan ke puncak bukit.
Lewat puncak bukit ia turun ke sebuah desa. Di situ ia
bertemu dengan beberapa anak kecil. Mereka tak tahu
Sammy itu apa, karenanya diam saja mereka memperhatikannya. Sammy sangat menyukai anak-anak.
Dengan mencereceh ia mendekat dan mengulurkan tangan
pada seorang anak lelaki.
Anak itu pun menyambut uluran tangan Sammy,
menjabatnya. Sammy sangat gembira. Akhirnya ia bertemu
dengan seorang kawan! Dibelainya rambut anak itu.
Kemudian ia mulai mempertunjukkan kepandaiannya. Ia
masih memakai celana dan jasnya, walaupun topinya telah
hilang. Ia membuka pakaiannya, berpura-pura mengantuk
dan berbaring di semak-semak. Kemudian ia menguap,
menggeliat, dan bangun. Ia berpakaian, dan berpura-pura
cuci muka serta menggosok gigi dan menyisir rambut.
Anak-anak mengelilinginya, bertepuk tangan riang.
Pandai sekali binatang ini! Sammy juga senang. Dipeluknya
seorang anak kecil, perempuan, dengan lembut. Dan ia pun
mulai bermain dengan anak-anak itu.
Tetapi keadaan seperti itu tidak berlangsung lama.
Seorang wanita menjenguk ke luar jendela melihat Sammy
bermain-main dengan anak-anak itu. Sesaat ia tertegun
ketakutan. Kemudian ia menjerit.
"Johnny! Ellen! Cepat masuk!" pekiknya.
"Oh, Ibu, kami ingin bermain dengan binatang aneh ini,"
kata Johnny. "Masuk! Sekarang juga!" teriak ibunya. "Dan suruh yang
lain pulang!" Beberapa saat kemudian semua anak sudah lenyap.
Tinggal Sammy sendirian. Tahu-tahu muncul sekelompok
orang mendatanginya, membawa tongkat, pipa besi, dan
beberapa alat pemukul lainnya. Sammy tak tahu orang-
orang itu akan memukulnya. Dengan riang ia berlari
menyongsong mereka, mengira orang-orang ini juga akan
bermain dengannya. Salah seorang dari kelompok itu
berhenti dan melemparkan sepotong besi pada Sammy.
Tapi dengan mudah Sammy menghindar serta menangkap
potongan besi itu! Ia kira ini suatu permainan baru. Dan
dengan tangkas dilemparkannya kembali potongan besi
tersebut. Untung tak ada yang terkena. Orang-orang itu semua
tertegun heran. "Jangan lempar dia!" salah seorang berkata.
"Celaka kalau ia membalas melempar kita. Usir dia ke
sudut agar mudah kita tangkap!"
Orang-orang itu pun memencar, mengepung Sammy.
Sesaat Sammy tak memperhatikan mereka. Perhatiannya
tertuju pada sebuah benda yang bersandar ke dinding -
sebuah sepeda! Tiap malam Sammy memang mengendarai
sepeda khususnya di sirkus. Ia tahu ini sepeda, walaupun
bentuknya agak lain. Saat ia memperhatikan sepeda itu
orang-orang tadi semakin mendekat.
Dan tiba-tiba Sammy sadar. Tiba-tiba ia merasa takut
melihat orang-orang itu kini telah mengepungnya tanpa
bersuara sedikit pun. Bagaimana ia bisa meloloskan diri"
Sammy cepat bertindak. Ia melompat ke tempat duduk
sepeda dan langsung berkayuh menghambur ke arah orang-
orang yang mengepungnya! Orang-orang itu begitu terkejut
hingga bubar takut tertubruk.
Dengan cepat Sammy meninggalkan mereka. Bersepeda
meluncur di jalan desa, lepas meninggalkan desa tersebut.
Ia kembali riang lagi, punya permainan baru. Memang
sepeda itu lebih besar dari sepedanya, tetapi dengan mudah
dapat dikuasainya. Terus saja ia menggenjot, sampai ia tiba
di sebuah desa lain. Tetapi di sini seorang polisi bersenjata api telah
menunggunya. Seseorang telah menelepon polisi itu dari
desa yang baru ditinggalkan Sammy. Kini ia siap menunggu
kedatangan simpanse tersebut Sammy tak tahu senjata api
itu apa. Tenang saja ia bersepeda langsung ke arah polisi
berseragam birui itu. Dddorrr! Tembakan meletus. Suaranya bagi Sammy
agak mirip suara lecutan cambuk Pak Galliano. Sammy
sudah terbiasa pada suara seperti itu. Tetapi sesuatu seakan
memperingatkannya bahwa senjata yang dibawa polisi itu
tidak sama dengan cambuk yang dipegang Pak Galliano.
Suaranya pun tak terlalu mirip. Sammy melompat turun
dari sepeda, langsung berlari masuk ke sebuah kebun. Ia
berlari sambil merunduk sebab ia merasa ketakutan.
Menyeberangi kebun ia bertemu dengan sebuah pondok. Ia
langsung masuk ke dalam pondok tadi lewat jendelanya
yang terbuka, dan bersembunyi sebaik mungkin di antara
karung-karung yang ada di situ.
Dan sementara itu, apa yang dilakukan Jimmy" Ah,
Jimmy sedang terengah-engah hampir kehabisan napas. Ia
memegang tali pengikat Lucky, dan Lucky kini berlari cepat
dengan arah tak menentu - menyeberangi padang,
sepanjang jalan setapak, menuju puncak bukit, menuruni
bukit, masuk ke desa. Di desa itu Jimmy bertemu dengan
orang-orang yang anak-anaknya bermain-main dengan
Sammy. Lucky berputar-putar di situ. Dia kehilangan jejak
bau Sammy. "Anjingku tak lagi bisa mencium baunya," kata jimmy
putus asa. "Entah kenapa."
"Simpanse itu pergi dengan naik sepedaku," kata seorang
pesuruh tukang daging. "Mungkin karena itulah anjingmu
tak bisa mencium baunya. Ia meluncur menuju desa
tetangga. Kami telah menelepon pada polisi di desa itu.
Dan pastilah polisi tersebut telah menunggu simpanse itu
dengan senapannya." Pucat seketika muka Jimmy walaupun ia merasa pipinya
bagaikan terbakar. Oh, masakan ada orang yang tega
menembak Sammy yang berhati lembut dan pandai itu!
"Ayo, Lucky! Kita harus cepat-cepat!" seru Jimmy. Dan
ia bertari secepat-cepatnya ke desa berikutnya. Ketika ia
sampai di desa tersebut, Jimmy melihat di jalan orang-orang
telah bergerombol. "Apakah Anda melihat seekor simpanse?" tanya Jimmy
terengah-engah. "Ya," jawab seseorang, dan ia menuding ke kebun di
dekat situ. "Ia masuk ke sana. Bersembunyi di dalam
pondok. Polisi sedang berusaha membuka pondok untuk
bisa menembaknya." "Oh, jangan! Jangan!" teriak Jimmy. "Ia tidak akan
menyakiti siapa pun. Ia baik sekali! Ayo, Lucky, cepat!"
Mereka berdua menerobos kerumunan orang-orang tadi,
mengitari rumah dan masuk ke dalam kebun. Jimmy
melihat lima orang telah mengepung pondok yang ada di
kebun tersebut. Polisi sedang akan membuka pintu untuk
menembaki karung-karung tempat Sammy berlindung.
Orang-orang itu telah menjenguk lewat jendela dan tahu di
mana Sammy bersembunyi. "Jangan tembak simpanse kami!" teriak Jimmy. "Ia tidak
berbahaya. Ia hewan terpandai di dunia! Ia bernilai ratusan
poundl Biarkan aku menemuinya "
Orang-orang itu tercengang. "Apa" Kau ingin masuk
menemui simpanse' itu?" tanya polisi.
"Tentu saja. Aku kenal padanya. Semua orang sirkus
sayang padanya!" kata Jimmy. "Ia mirip manusia!"
Saat itu Lucky berhasil menerobos masuk lewat celah di
bawah pintu pondok. Ia langsung berlari ke tumpukan
karung dan menyalak riang. Ini Sammy, sobatnya! Sammy
menjulurkan kepala, mengambil anjing kecil itu dan
memeluknya dengan menyayang. Orang-orang yang
mengintip masuk lewat jendela ternganga heran melihat itu.
Jimmy membuka pintu dan berkata, "Sammy! Sammy!
Ini Jimmy mencarimu!"
Sammy melompat, dengan gembira menyongsong
Jimmy. Ia mencereceh ria, membelai rambut Jimmy dan
mengusap punggungnya. Dirangkulnya anak itu, dipeluknya erat-erat. Orang-orang yang menonton semakin
heran melihat ini semua. "Lihat," kata Jimmy pada mereka. "Dia sangat lembut
dan jinak. Aku akan membawanya kembali ke sirkus."
"Jangan, lebih baik kau menunggu truk kami," kata
polisi. Tetapi Jimmy tak mau menunggu. Ia yakin tak akan
ada yang berani memisahkan Sammy dari dirinya. Ia pun
berjalan bebas ke jalan, menggandeng tangan Sammy.
Semua orang mengikuti ketiganya, Sammy, Jimmy, dan
Lucky itu, dengan rasa heran yang tak habis-habis.
"Berani betul anak itu," kata polisi. "Belum pemah
kulihat anak seberani dia. Dengan tenang masuk kc pondok
dan menggandeng simpanse itu!"
Lama juga baru Jimmy dan kedua hewannya mencapai
tempat Lotta menunggu. Anak perempuan itu menunggu
dengan sabar di atas punggung si Cantik. Ia begitu gembira
ketika akhirnya Jimmy muncul bersama Sammy dan
Lucky. "Wah, hampir saja terlambat, Lotta," kata Jimmy.
Dalam perjalanan pulang, dengan Sammy duduk di antara
Jimmy dan Lotta, Jimmy menceritakan apa yang terjadi.
Sammy kini tenang dan gembira, ia masih memeluk Lucky.
Sampailah mereka ke tempat pemukiman sirkus. "Apa
nanti kata Pak Galliano?" tanya Jimmy. Di kejauhan ia
melihat pemilik sirkus itu. Topinya tegak lurus di
kepalanya. (Oo-dwkz-syaugy-oO) 20. Jimmy Main di Ring Ketika orang-orang sirkus melihat kedatangan Jimmy
dan Lotta dengan naik si Cantik dengan Sammy berada di
antara keduanya, semuanya sangat tercengang. Pak
Galliano tiba-tiba juga melihat mereka. Tak terasa
cerutunya jatuh dari mulut.
Jimmy langsung mendekati Pak Galliano. "Maafkan
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kami, Pak, telah melanggar perintah," katanya. "Anda
berkata tak seorang pun boleh meninggalkan pemukiman.
Tetapi aku, Lotta, dan Lucky telah melanggar perintah itu.
Kami begitu yakin bahwa kami bisa mencari Sammy dan
membawanya kembali."
"Kau anak nakal!" geram Pak Galliano. Wajahnya
berkerut-kerut, tetapi Jimmy melihat bahwa mata pemilik
sirkus itu bersinar ceria. "Bagaimana kau berani melanggar
perintah Galliano yang Agung" Dan kau Lotta ... mestinya
kau mengerti bahwa itu sangat tidak baik. Ya?"
"Guk! Guk!" salak Lucky mencoba melepaskan diri dari
pelukan Sammy. Tetapi Sammy terus memegang erat-erat.
"Turun kalian!" kata Pak Galliano lagi. "Masukkan
Sammy ke kandangnya dan beri dia makan pisang.
Kemudian kalian datang ke karavanku. Ya?"
Jimmy dan Sammy mengerjakan perintah Pak I Galliano
dengan tergesa-gesa. Tak seorang pun menanyai mereka
sebab semua tahu bahwa Galliano-lah yang harus
mendengar apa yan"j terjadi lebih dulu.
Sammy segera duduk lega di kandangnya, makan pisang.
Di sampingnya Lucky mengunyah ngunyah biskuit. Jimmy
bergegas ke karavan Pnk Galliano, dengan diikuti Lotta.
Nyonya Gallianal membukakan pintu, dan ketika keduanya
telali masuk pintu pun ditutupnya kembali.
Jimmy menceritakan pengalamannya. Pak Galliano
mendengarkan dengan teliti.
"Kau agaknya berbakat untuk menyelamatkan binatang
yang laniya' akhirnya Pak Galliano berkata dengan tertawa.
"Dulu gajah. Sekaranyl simpanse. Kau sungguh nakal,
Jimmy, berani beraninya melanggar laranganku. Tapi kau
anak baik karena telah berhasil menolong Sammy. Tapi kita
toh takkan bisa mempertunjukkan Samn? sendiri di ring. Ia
tak ada gunanya tanpa Wally."
Suatu pikiran terkilas di kepala Jimmy. "Pak, bagaimana
kalau aku yang pergi ke dalam rini bersama Sammy?"
tanyanya dengan berdebar debar "Sammy pasti mau
melakukan perintah apffl saja dariku, sepatuh ia mematuhi
Pak Wally. Aku yakin itu. Aku telah bermain dengannya
setiap hari Aku telah berlatih dengannya setiap hari. Dan
aku telah mengajarnya menggosok gigi, padahal Paki
Wally sudah putus asa. Biarkan aku menyertainya ke
dalam ring!" Lama Pak Galliano menatap Jimmy. Kemudian ia
berpaling pada istrinya. Nyonya Galliano mengangguk.
"Jimmy sangat baik dengan binatang," katanya. "Ia seorang
anak yang sangat baik. Biarkan dia mencoba bermain
dengan Sammy, Galliano. Aku dan ibunya akan
menjahitkan baju khusus untuknya."
Ingin rasanya Jimmy memeluk Nyonya Galliano.
Dadanya serasa meledak karena gembira. Akhirnya ia akan
main di ring! Ia akan berpakaian indah, di bawah lampu
cemerlang, ditonton ratusan orang yang gemuruh bertepuk
tangan! Apa lagi yang lebih hebat dari itu"
"Mintalah ibumu datang kemari," Pak Galliano
menyalakan sebatang cerutu lagi "Kau tahu apa yang harus
kaulakukan, Jimmy" Ya" Aku ingin melihatmu berlatih
dengan Sammy. Siaplah di ring sepuluh menit lagi."
Sementara Nyonya Galliano dan ibu Jimmy sibuk
membuat pakaian untuk Jimmy malam nanti: celana
merah, jas lembut kuning, dan jas dalam biru, Jimmy
melatih Sammy untuk pertunjukkan-nya. Dibawanya
Sammy ke dalam ring, dengan membawa semua benda
yang diperlukan: tempat tidur, kursi, meja, baskom berisi
air, sepeda, dan lain-lainnya. Di bawah mata tajam Pak
Galliano, Jimmy menyuruh Sammy melakukan semua yang
biasa dilakukannya dengan Pak Wally.
Sammy senang bermain dengan Jimmy. Ia memang
mencintai majikannya, Pak Wally, tetapi ada sesuatu
kelebihan pada anak kecil bersuara lembut dan bermata
cemerlang ini. Sammy mengerti dan memuja Jimmy
sepenuh hati. Ia mau mengerjakan apa saja untuk Jimmy.
"Bagus, bagus, bagus," kata Pak Galliano ketika urut-
urutan pertunjukan Jimmy dan Sammy selesai. "Kau
memang seorang anak sirkus yang baik, Jimmy, ya."
Ributnya mempersiapkan perlengkapan Jimmy! Tetapi
ketika pakaiannya sudah selesai, tampak gagah sekali anak
itu. Dengan celana merah, jas kuning, jas dalam biru, topi
bundar berwarna emas, dan kaus kaki biru maka Jimmy
tampak agung bahkan menyamai Pak Galliano! Untung
sekali ia menabung uangnya sehingga perlengkapan itu bisa
diadakannya. Ketika Lotta melihatnya dalam pakaian
barunya, anak itu sampai tak bisa berkata sepatah pun.
"Bagaimana" Baguskah?" tanya Jimmy tak sabar.
"Oh, Jimmy, kau begitu megah!" kata Lotta akhirnya.
"Rasanya aku takkan berani mencibir lagi padamu!"
Tetapi karena saat itu juga Lotta mencibir dan
memburukkan mukanya di depan Jimmy, pastilah kata-
katanya tadi tidak bersungguh-sungguh.
Jimmy merasa gugup juga ketika malamnya tiba untuk
membawa Sammy ke ring. Malam itu penonton lebih
banyak dari biasanya, sebab berita tentang lepasnya Sammy
telah tersebar luas. Sammy sendiri merasa senang karena
kini ia memasuki ring dengan ditemani Jimmy. Ia sama
sekali tidak merasa kehilangan Pak Wally.
Pertunjukan berjalan lancar - tetapi di tengah-tengah
acara Sammy, terjadi suatu kejutan. Apakah itu"
Ternyata saat itu Lucky berhasil melepaskan diri dari
kandangnya. Dan ia berlari memasuki tenda besar untuk
mencari tuan kecilnya. Dan ia berlari langsung menuju ke
ring, menyalak-nyalak ribut sekali. Jimmy terkejut, kecewa.
"Kembali, Lucky! Kembali!" perintahnya. Tetapi Lucky
begitu gembira hingga tak mau mendengarkan kata-kata
Jimmy. Ia baru saja memperoleh pengalaman luar biasa,
dan ia ingin terus bermain dengan Jimmy dan Sammy. Ia
tak mau kembali ke kandangnya.
Pak Galliano melecutkan cemetinya. Itu berarti Jimmy
harus melanjutkan pertunjukannya. Ia betul-betul berharap
agar Sammy tidak merusak acaranya. Sungguh mengecewakan kalau pada percobaan pertamanya tampil di
ring ia gagal! Saat itu Sammy sedang berpakaian kembali setelah
bangun. Ia sedang akan duduk dan mencuci muka. Tiba-
tiba Lucky berlari kepadanya. Sammy menunduk memperhatikan teman bermainnya itu. Dengan mudah
diangkatnya Lucky, ditaruhnya di pangkuannya. Dan apa
yang terjadi" Sammy mencuci muka Lucky, menggosokkan giginya
dan menyisir bulu di kepalanya! Ya ampun, tenda besar
bagaikan roboh oleh sorak sorai dan tepuk tangan para
penonton! Lucky tak senang dimandikan oleh Sammy. Ia
mencoba untuk membebaskan diri. Tetapi Sammy
memegangnya erat-erat. Kemudian Sammy membasuh
mukanya sendiri, menggosok gigi, dan menyisir rambut.
Sewaktu tiba saatnya bagi Sammy untuk pergi ke
sekolah, dengan tangkas Sammy melompat ke sepedanya
sambil terus mengepit Lucky! Tepuk tangan menggemuruh
lagi Mereka mengira bahwa memang beginilah acaranya.
Mereka tak tahu ini sesungguhnya di luar acara dan hasil
pikiran Sammy sendiri. Ketika pertunjukan Sammy berakhir, para penonton
terus bersorak-sorak dan bertepuk tangan hingga Jimmy
terpaksa kembali ke ring bersama Sammy dan Lucky untuk
menerima tepuk tangan tersebut. Hebat sekali, Sammy!
Hebat sekali, Lucky! Keduanya telah sangat membantu
Jimmy malam itu. Pak Galliano gembira akan hasil yang dicapai Jimmy. Ia
berkata Jimmy boleh tampil di ring bersama Sammy dan
Lucky tiap malam sampai Pak Wally cukup kuat untuk
kembali bermain. Mungkin juga Pak Wally mau mengambil
Jimmy sebagai pembantu tetap.
Maka malam demi malam Jimmy mengantar Sammy
bermain di ring. Si simpanse itu terus saja menyeringai lebar
mendengar tepuk tangan gemuruh yang lalu menyambutnya. Dan Lucky selalu muiuiil tepat pada
waktunya untuk dimandikan, disikat, cl.ui disisir oleh
Sammy. Inilah puncak acara pertunjukan Sammy. Sorak
sorai selalu paling meriah.
Tiap hari kini Jimmy selalu sibuk. Ia harus terus berlatih
dengan Sammy dan Lucky. Ia harus membantu Lotta
merawat anjing-anjing Lal dan Laddo. Ia harus membantu
Pak Tonks merawat Jumbo. Berlatih naik kuda. Dan kini ia
dapat berjalan di atas tali setangkas Oona si ahli akrobat! Ia
juga memberi pelajaran sebanyak mungkin pada Lucky,
sementara anjing itu masih muda dan sangat bersemangat
untuk belajar. Begitulah. Dari pagi sampai petang Jimmy
selalu sibuk. Ibunya sampai berkata bahwa kini ia sangat
jarang bertemu dengan Jimmy. Jimmy hanya kembali ke
karavan pada waktu-waktu makan saja.
Pak Wally merasa senang mendengar kabar Sammy
telah ditemukan dengan selamat. Tetapi ia tidak suka
mendengar berita bahwa Sammy setiap) malam tampil di
ring dengan Jimmy da* melakukan apa saja yang
diperintahkan anak itu serta mendapat sambutan meriah
dari penonton. Tak seorang pun mengira bahwa Pak Wally akan merasa
iri pada Jimmy. Semua orang yakin bahwa segera setelah
Pak Wally sembuh ia akan menerima Jimmy sebagai
pembantunya dalam pertunjukan, bersama Sammy dan
Lucky. Tetapi ternyata pendapat semua orang itu keliru. Ketika
Pak Wally kembali ke sirkus, dengan kaki terpincang-
pincang, ia ikut menonton pertunjukan, Jimmy, Sammy,
dan Lucky. Selesai pertunjukan malam itu ia menemui Pak
Galliano. "Pak Galliano, besok aku bisa membawa Sammy sendiri
bermain di ring," kata Pak Wally. "Aku sudah cukup kuat
kini." "Itu bagus, ya," kata Pak Galliano. "Mungkin Jimmy
bisa jadi pembantumu di ring, ya" Ia sangat baik."
"Aku tak ingin pembantu," kata Pak Wally. "Jimmy
memang anak baik, tetapi aku tak ingin ia berada di ring
waktu aku bermain dengan Sammy Sammy milikku, aku
yang melatihnya. Tak bolehj ada orang lain memerintahinya jika aku berada di ring dengannya."
Pak Galliano marah. "Jimmy berbuat banyak untuk
Sammy," katanya. "Mestinya kau berterima kasih pada
anak itu. Ya. Anak itu sangat ingin bermain terus di ring."
"Aku sangat berterima kasih pada Jimmy," kata Pak
Wally tegas. "Dan aku akan memberinya upah untuk waktu
yang dihabiskannya di ring bersama Sammy selama aku tak
ada. Tetapi aku tak ingin membagi Sammy dengannya kini.
Jika Anda menyuruh aku membawa Jimmy masuk ring,
maka aku lebih suka meninggalkan sirkus ini bersama
Sammy." Pak Wally meninggalkan karavan Pak Galliano. Ia yakin
Pak Galliano tak akan memaksakan kehendaknya. Pak
Galliano takkan bisa melepaskannya pergi dengan Sammy,
sebab simpanse itulah yang menjadi daya tarik utama
sirkusnya. Pak Galliano duduk berpikir lama sekali.
Kemudian ia berteriak memanggil Jimmy.
Dikatakannya pada anak kecil itu apa yang telah
dikatakan Pak Wally padanya. Jimmy terkejut dan heran.
Ia tak akan bermain lagi di ring padahal ia sudah mulai
terbiasa! Dengan sangat kecewa ia menatap Pak Galliano.
"Jadi... aku takkan muncul lagi di ring?" tanyanya dengan
suara gemetar. "Suatu hari mungkin kau akan bermain di ring," kata Pak
Galliano "Tetapi tidak sekarang. Tak ada yang bisa
kaulakukan tanpa Sammy. Dan Pak Wally tak mau kau
tampil bersama Sammy."
Jimmy kembali ke karavannya. Ia sedih dan kecewa.
Betapa kejinya Pak Wally! Ia duduk di tempat tidur besar,
merenungi nasibnya. Ibunya heran melihat muka Jimmy
yang biasanya ceria itu begitu muram.
"Ada apa, Jimmy?" tanyanya kuatir. Jimmy bercerita apa
yang terjadi. Ibunya merangkul bahunya dan memeluknya
erat-erat. "Jimmy, kau tak perlu terlalu memikirkan kegagalanmu,"
kata ibu Jimmy. "Sampai saat ini kau begitu beruntung di
banyak hal. Kini kau mendapat halangan sehingga kau tak
dapat memperoleh apa yang kauingini. Janganlah kuatir.
Cara terbaik untuk menghadapi suatu halangan adalah
menjadikannya titik tolak untuk mencapai keberhasilan.
Injaklah semua kegagalanmu. Jadikan batu berpijak untuk
meraih yang lebih baik. Dan jangan berpikir buruk tentang
Pak Wally. Ia sangat mencintai Sammy, dan sangat wajar
jika ia ingin Sammy hanya patuh pada dirinya saja. Kau toh
tak akan senang juga jika harus menyerahkan Lucky pada
orang lain?" "Benar, Bu," kata Jimmy. Pikirannya lega sekarang. "Ibu
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sungguh pintar, nasihat Ibu sangat tepat. Aku takkan lagi
memikirkan hal ini. Dan aku takkan benci pada Pak Wally.
Aku akan mengikuti nasihat Ibu, kugunakan halangan ini
sebagai batu berpijak untuk mencapai yang lebih baik."
Apa yang dilakukan Jimmy untuk membuktikan kata-
katanya itu. Ah. Tunggu saja nanti.
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 21. Lucky yang Hebat Jimmy mencari Lotta untuk menceritakan bahwa Pak
Wally tak memperkenankan ia tampil di ring bersama
Sammy. Lotta jadi sangat marah.
"Jahat sekali Pak Wally," dengus marah anak perempuan
itu. "Aku akan menyelinap ke karavannya jika ia sedang
bermain di ring, dan akan kutuangkan mentega di kaleng
lilinnya, kutuangkan teh di kaleng cokelatnya dan ... " '
"Lotta! Jangan bicara seperti itu!" kata Jimmy
tercengang. "Kau ini jauh lebih kejam dari Pak Wally kalau
begitu. Jangan berbuat tolol!"
Giliran Lotta tercengang memandang Jimmy. "Apakah
kau tidak marah pada Pak Wally?"
"Tadinya, ya," kata Jimmy. "Tetapi sekarang tidak. Kata
ibuku, jika kita mendapat halangan maka kita harus
menggunakan halangan tersebut sebagai batu loncatan
untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Aku tak tahu
bagaimana cara melakukannya, tetapi aku akan mencobanya. Jika aku tak bisa bermain di ring dengan
suatu cara, aku akan melakukannya dengan cara lain."
"Bagus kalau begitu," Lotta memeluk Jimmy. "Lihat ...
itu Pak Wally akan memberi makan
Sammy. Ia tak melihat ke arah kita. Aku yakin ia
berpikir kau marah padanya."
"Ia akan segera tahu keadaan sebenarnya," kata Jimmy,
menghampiri Pak Wally dan menyapanya "Halo, Pak
Wally, bisa kubantu memberi mak.m Sammy" Aku punya
waktu luang sepuluh menit
Pak Wally berpaling, heran. Jimmy tampah berwajah
ceria, tidak murung seperti yang diduganya. Sesaat ia tak
tahu harus berbicara apa "Baiklah, Sammy boleh kauberi makan," akhirnya ia
berkata "Terima kasih. Aku memain sedang sibuk, dan
perlu bantuan." "Aku akan membersihkan kandangnya pula," kata
Jimmy, berlari riang untuk mengambil ember dan sapu. Pak
Wally lama merenunginya. Tak pernah ia bertemu dengan
anak yang bersikap seperti Jimmy itu yang seolah-olah tak
punya rasa dendam. "Bagaimanapun, ia tak boleh tampil di-
ring bersama Sammy dan aku," pikir Pak Wally kemudian.
Suatu hari, ketika Jimmy sedang berlatih jalan di atas
tambang terentang di bawah mata tajam Oona, Lucky
muncul mendekat. Anjing kecil itu memperhatikan baik-
baik tuannya yang sedang menjaga keseimbangan di atas
tali. "Guk!" salak Lucky yang berarti ia ingin mencoba apa
yang dilakukan Jimmy. Sebelum Jimmy sempat menjawab,
Lucky telah melompat. Ia berhasil mendarat dengan tiga
kaki di tali, berdiri sesaat dan jatuh terguling. Tetapi ia tak
putus asa. Ia melompat lagi. Kali ini ia berhasil, keempat
kakinya menempel di tali. Betapa lucunya dia. Ia berdiri
diam, terayun ke kiri dan kekanan, kemudian ia melompat
turun. Oona dan Jimmy sampai membelalakkan mata. Apa
ada batas kepandaian Lucky"
"Jimmy," kata Oona tiba-tiba. "Aku yakin kau bisa
mengajar anjing itu berjalan di atas tali. Ia lebih pandai dari
sepuluh ekor anjing lain dijadikan satu! Hei, Lucky, coba ke
marilah. Lihat kakimu!"
Lucky menghampiri Oona, menjulurkan kaki depannya.
Ia memang tampak seolah-olah mengerti apa yang
diucapkan padanya. Bahkan Lal sendiri berkata belum
pernah ia melihat anjing sepintar Lucky. Sementara itu
Oona memperhatikan kaki Lucky.
"Lihat, Jimmy," katanya pada si anak kecil. "Telapak
kaki seekor anjing yang keras dan kuat serta terbagi menjadi
beberapa bagian. Jika aku bisa membuatkan sarung kaki
dari karet yang tepat untuk kaki-kaki Lucky, maka ia akan
bisa menjepit tambang terentangnya dan akan mudah
baginya untuk berjalan di atas tambang! Pertunjukan seperti
itu belum pernah terjadi."
Jimmy mendengarkan dengan pipi memerah. Dibelainya
kepala Lucky. Sungguh gembira ia dulu memilih Lucky di
antara anjing-anjing lainnya.
"Aku akan membuat sarung kaki karet untuk Lucky
sekarang," kata Oona yang sama berdebar-nya seperti
Jimmy. "Kita lihat bagaimana hasilnya. Yang pasti Lucky
harus memakai sesuatu. Kalau tidak ia takkan bisa berdiri
di talL" Oona menepat janjinya. Ia berhasil menemukan
selembar karet putih tipis. Dengan lem yang kuat berhasil
membentuk semacam sarung kaki untull kaki-kaki kecil
Lucky. Ketika Lucky diharuskan! memakai sarung kaki
tersebut, Lucky tampaknya tidak keberatan. Tadinya Oona
takut kalau-kalaii Lucky akan menggigiti sarung kaki
tersebut. "Sekarang bawa tambang itu ke ring," kata Oona pada
Jimmy. "Saat ini tak ada orang di sana Kita bisa berlatih
sendiri." Oona dan Jimmy membawa Lucky ke ring Jimmy
memasang tambang akrobatik tadi, merern tang melintasi
ring. Kemudian ia berlarian di at tambang tadi dan bersiul
pada Lucky. "Lucky, ayo naik!" teriaknya. Tak usah
diulang, LuckJ meloncat. Dan ia berhasil berdiri dengan
keempat kakinya di atas tambang! Sarung kaki karet itu!
membuat ia seolah bisa mencengkam tali. Lucky mencoba
berjalan selangkah. Kakinya terpeleset dan ia jatuh! Tetapi
kembali ia meloncat ke tali.| Berkali-kali Lucky terjatuh,
berkali-kali pula ial melompat kembali ke atas tali. Lucky
memang senang mencoba hal-hal yang baru. Lebih-lebih
lagi mencoba sesuatu yang sedang dilakukan tuarr ciliknya!
Dan sekitar dua puluh menit kemudian Lucky telah berhasil
menjaga keseimbangan serta, berjalan di tambang sejauh
tiga langkah! Oona dan Jimmy begitu gempar pikirannya sehingga tak
mampu berbicara. Mereka hanya saling pandang dan
menyeringai. "Guk!" kata Lucky, menjilat tangan Jimmy. Dan Jimmy
kemudian sadar dari rasa herannya. Dicurahkannya semua
rancangannya pada Oona. Ia bermaksud mengajari Lucky
melakukan hal-hal yang sangat menakjubkan penonton.
Anjing kecil itu kelak pasti terkenal, dan ia, Jimmy, akan
selalu membawa Lucky ke ring tiap malam untuk
menunjukkan betapa hebatnya anjing kecil tersebut. Oona
mendengarkan itu semua dan kemudian menganggukkan
kepala. Oona memang seorang sahabat yang baik.
Betapa rajinnya Jimmy mengajari Lucky Tak lama
Lucky telah dapat berlari di tali, secepat lari Jimmy! Kini
Jimmy mengajak ibunya ikut komplotan rahasia itu. Ia
minta ibunya membuatkan gaun merah kecil untuk Lucky.
Ia juga membeli sebuah payung kecil untuk dibawa-bawa
Lucky - sebab kini Lucky sudah biasa berjalan di atas tali
hanya dengan menggunakan kedua kaki belakangnya saja.
Ia bisa berjalan di tali sambil membawa payung! Hebat
sekali Lucky. Lucky sendiri juga bangga akan kepandaiannya, dan ingin cepat memamerkannya.
Jimmy juga mengajari Lucky gerakan-gerakan yang lain.
Mendorong kereta bayi sudah terlalu mudah bagi Lucky.
Begitu juga menyelimuti boneka di dalam kereta bayi tadi.
Ia juga sanggup meloncat tinggi, berputaran di tiang untuk
senam dengan menggigit palang melintangnya. Ia juga
dapat berdansa dengan Jimmy dengan diiringi musik. Dan
kemudian Jimmy memperhatikan bahwa agaknya Lucky
mengerti ketika Sammy berhitung. Tiap kali Pak Wally
menanyakan pada simpansenya, "Mana angka 4?" Lucky
biasanya langsung mengambil angka tersebut sebelum
Sammy sempat mengambilnya.
"Aku yakin Lucky bisa berhitung. Dan mungkin juga
mengeja," pikir Jimmy. Maka ia pun membuat beberapa
angka dan huruf besar-besar. Dan dengan sabar ia mulai
mengajar Lucky berhitung dan mengeja.
Ternyata Lucky dengan cepat menguasai pelajaran ini. Ia
cepat menguasai angka-angka sampai lima seperti Sammy.
Kemudian ia belajar mengeja namanya. Beginilah cara
Jimmy mengajar Lucky mengeja. Ia meletakkan semua
huruf di depan Lucky. Pada huruf L ia menggosokkan
sepotong daging. Lucky segera menciumnya dan mengambil keping huruf dengan huruf L. Kemudian Jimmy
mengusapkan dagingnya pada huruf U. Lucky tentu saja
berhasil mencari kartu tadi. Demikianlah yang dilakukan
Jimmy pada huruf-huruf C, K, dan Y. Jimmy terus
mengulang-ulang pelajaran ini, dan tak lama Lucky
mengerti bahwa ia diminta Jimmy mengambil kelima huruf
tersebut. "Guk! Guk!" salak Lucky dengan kepala kecilnya miring.
Itu berarti, 'Aku mengerti, Tuan!" Dan aku juga mengerti
bahwa Anda ingin aku mengambilkan beberapa huruf
khusus. Walaupun sesungguhnya aku tak mengerti untuk
apa huruf-huruf itu."
Dalam waktu seminggu Lucky telah belajar untuk
mengambil huruf-huruf namanya dan meletakkan di depan
Jimmy dengan urutan yang benar : L-U-C-K-Y. Ketika
pertama kalinya Oona melihat Lucky, ia tak percaya akan
matanya. "Kini Lucky sudah tahu apa yang kuinginkan untuk
huruf-huruf ini," kata Jimmy. "Dan aku akan mengajarinya
berhitung, Oona. Dengar, Lucky. Satu tulang di tambah
dengan dua tulang, hasilnya berapa?"
Lucky menelengkan kepalanya. Matanya yang cemerlang bersinar-sinar. Kemudian ia mencakar tanah tiga
kali. Dan menyalak tiga kali.
"Nah, benar bukan?" kata Jimmy, "Ia bisa menjawab
dengan cakaran atau pun salakan. Satu tambah dua sama
dengan tiga!" "Ia sungguh anjing yang hebat," kata Oona. "Akan
kubuatkan sepatu kecil untuk kaki kanan depannya, Jimmy.
Jadi jika ia ingin menjawab ia bisa mengetuk pada sebuah
kotak. Penonton dengan demikian bisa mendengar ketukan
itu." Lotta tahu tentang kepandaian baru Lucky. Tetapi ia tak
cerita pada siapa pun. Hanya kalau Lucky sudah pandai
betul baru mereka akan memberi tahu Pak Galliano.
Mungkin kemudian Pak Galliano akan mengizinkan Lucky
dan Jimmy berlatih di ring. Jimmy dan Lotta sangat
memperhatikan Lucky. Mereka memberinya makan baik-
baik, menyikatnya, memandikannya, hingga bulu Lucky
berkilauan. Ia pun begitu disayang hingga ia menjadi anjing
yang paling bahagia di sirkus itu.
Jimmy tak pernah menyuruh Lucky berlatih terlalu lama.
Menurut Lal, latihan yang terbaik adalah singkat-singkat
tetapi sering. Jika dilatih terlalu lama maka seekor binatang
akan rewel dan* bosan. Binatang memang banyak miripnya
dengan anak-anak. Tetapi sebenarnya Jimmy tak perlu
diberi tahu tentang ini semua. Ia sudah tahu apa yang baik
dan apa yang buruk untuk seekor binatang.
Betapapun ia selalu mendengarkan baik-baik, berbagai
nasihat Lal, sebab Lal sangat luas pengalamannya. Kini
pengetahuan Jimmy tentang kehidupan sirkus semakin
banyak. Ia tahu cara menggosok punggung kuda dengan
damar sewaktu akan bermain di ring agar punggung itu
tidak terlalu licin untuk tempat berdiri Lotta. Ia tahu cara
mencoba dan menguji setiap tali, simpul, pasak, dan sekrup
peralatan main Oona atau Stanley si Badut. Ia tahu gejala-
gejala bagaimana kalau seekor binatang sedang 'tak enak
badan' atau akan rewel di ring.
Kini bahkan para perawat kuda sering minta bantuan
Jimmy jika salah seekor dari kuda-kuda gagah tampan
mereka tampak gelisah atau gugup. Jimmy kemudian
menghibur kuda itu dengan suaranya yang lembut perlahan,
yang selalu digunakannya untuk berbicara dengan hewan-
hewan. Orang-orang sirkus itu mulai berkata bahwa Jimmy
sudah sama baik dengan Pak
Galliano dalam menghadapi kuda-kuda - namun tentu
saja sesungguhnya Pak Galliano jauh lebih hebat sebab
pernah terjadi keributan di kandang harimau, binatang-
binatang buas itu berkelahi ramai, dan dengan beberapa
perkataan saja Pak Galliano yang memasuki kandang
mereka berhasil menenangkan hewan-hewan buas itu.
Akhirnya Jimmy merasa bahwa kepandaian Lucky
sudah sempurna. Semua kepandaiannya bisa
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
ditunjukkannya dengan lancar dan tepat. Bahkan Jimmy
tak bisa mengharapkan Lucky berbuat lebih baik lagi. Kini
ia akan minta izin pada Pak Galliano agar dapat bermain di
ring. Tetapi betapa kecewanya Jimmy! Hari itu Pak Galliano
sedang marah-marah. Tadinya ia telah memesan agar
seorang pelatih harimau bergabung dengannya dengan
membawa lima ekor harimaunya. Tetapi ternyata pelatih
itu mengirim berita bahwa ia tak jadi bergabung. Ini betul-
betul membuat Pak Galliano murka!
Maka ketika dengan takut-takut Jimmy muncul di
karavan Pak Galliano, ia disambut dengan muka masam
dan suara membentak. "Mau apa, kau?" tanya Pak Galliano.
"Aku ... aku minta izin untuk ... mempertunjukkan
Lucky di ring," kata Jimmy gugup. Seperti semua orang, ia
sangat takut jika Pak Galliano marah.
"Kau dan anjingmu di ring!" raung Pak Galliano. "Tidak!
Kau membuang waktu saja. Ya" Pergi kau.
Jangan meminta yang tidak-tidak lagi. Bisa kuusir kau!
Ya?" Tentu saja sesungguhnya bukan itu maksud Pak
Galliano. Tetapi ini membuat Jimmy sangat sedih dan
kecewa. Menyesal ia telah salah memilih waktu untuk
menghadap Pak Galliano. Jika Pak Galliano tidak sedang
marah, mungkin ia mau mendengar lebih dulu permintaannya. Kasihan Jimmy. Padahal ia sudah bekerja
begitu keras. Seseorang ikut mendengar apa yang diucapkan Pak
Galliano. Dan orang itu adalah Pak Wally. la ingat betapa
baiknya sikap Jimmy ketika ia menolak anak itu bermain
dengannya di ring bersama Sammy. Ia segera menyusul
anak itu yang sedang berlari putus asa pulang ke
karavannya. "Tunggu, Jimmy," kata Pak Wally. "Tak usah bersedih.
Aku akan menemui Pak Galliano besok. Dan akan kuminta
agar ia mengizinkan kau dan Lucky bermain di ring. Jangan
kuatir, pasti berhasil!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 22. Lucky Memperoleh Kesempatan
Jimmy lega sekali Pak Wally berbicara begitu baik
padanya. Kalau Pak Wally mau menemui Pak Galliano,
mungkin Lucky bisa memperoleh kesempatan.
"Anda baik sekali, Pak Wally, terima kasih," kata
Jimmy. "Jimmy, aku pernah berbuat buruk padamu," kata Pak
Wally. "Dan kau bukannya membenciku, kau malah tetap
baik terhadapku, membantu merawat Sammy dan apa saja
yang bisa kaulakukan. Kalau aku punya kesempatan untuk
membalas budimu, akan kulakukan kesempatan itu. Kau
tak bisa bermain di ring karena aku tak memperbolehkan
kau bermain dengan Sammy. Tetapi aku akan berusaha
agar kau dan Lucky bisa bermain di ring. Kalau itu tidak
terlaksana, namaku bukan Wally lagi."
Mau rasanya Jimmy menangis karena begjtu gembira.
Apa yang dikatakan ibunya benar. Jika kita tak terlalu
memikirkan halangan, dan malah menggunakannya sebagai
batu loncatan, maka keadaan pasti akan membaik. Kan
lebih baik jika ia main di ring bersama Lucky daripada
hanya sekadar menjadi pembantu Pak Wally dengan
simpansenya" Pak Wally memenuhi janjinya. Hari berikutnya, ketika
Pak Galliano sudah mulai mereda marahJ nya, dan Nyonya
Galliano telah menghadiahkan kepiting dalam kaleng pada
semua anggota' rombongan sirkus untuk minta maaf atas
sikap kasar suaminya kemarin, Pak Wally minta izin*!
untuk bertemu dengan Pak Galliano sendiri.
Pak Wally masuk ke dalam karavan Pak Galliano.
Jimmy menunggu di luar dengan dada berdebar-debar.
"Berilah kesempatan pada Jimmy," kata Pak Wally pada
Pak Galliano. "Aku tak tahu ia telah melatih anjingnya
sehingga sangat patuh bagaikan seorang anak saja. Ia sangat
ingin bermain di ring^ Galliano."
"Tetapi kau dulu melarangnya masuk ke ring. Ya?" kata
Pak Galliano. "Mengapa sekarang kail membela anak itu?"
"Aku membelanya karena ia seorang anak yang baik,
salah seorang di antara sedikit sekal" orang-orang yang
membalas kejahatan dengan kebaikan," kata Pak Wally,
mukanya jadi merah. Pak Galliano bersiul lembut. Nyonya Galliano berbicara
padanya dengan suaranya yang lembut.
"Lihat dulu permainannya, Galliano, Pak Wally benar,
Jimmy seorang anak yang baik," kata Nyonya Galliano.
"Baiklah, ia boleh mencoba permainannya," kata Pak
Galliano. "Tetapi aku yakin aku hanya membuang waktu
saja. Ya" Sunah dia datang ke ring dengan Lucky satu jam
lagi, Wally." Jimmy begitu girang ketika Pak Wally menyampaikan
berita tadi padanya. Untung dulu ia mengikuti nasihat
ibunya, untung ia tetap berbaik pada Pak Wally saat Pak
Wally membuatnya kecewa. Kalau dulu ia tidak mengikuti
nasihat ibunya, mungkin sekarang Pak Wally tak akan
sebaik ini. Ia berlari untuk segera mengatur segala
perlengkapan Lucky. Dalam waktu satu jam Jimmy telah berada di ring
dengan Lucky. Jimmy berpakaian seperti saat ia muncul di
ring bersama Sammy. Lucky juga memakai gaun
pendeknya yang mungil itu. Ia berlarian dengan kaki
belakangnya, menyalak-nyalak kegirangan. Ia tahu benar
sesuatu yang penting akan terjadi.
"Berbuatlah sebaik mungkin, Lucky," bisik Jimmy.
"Sebaik mungkin!" Lucky menjilat kuping Jimmy.
Kemudian Pak Galliano masuk. Dan Nyonya Galliano
juga! Hanya mereka berdua yang akan menyaksikan
pertunjukan Jimmy. Orang lain dilarang keras masuk atau
mengintip ke dalam tenda besar itu.
"Mulai!" kata Pak Galliano. Dan Jimmy mulai. Ia sedikit
sekali berbicara dengan Lucky. Hanya sepatah dua patah
kata saja. Sebab Lucky mengerti betul setiap isyarat gerakan
kepala, jentikan jari, atau pun bisik?" limmy jauh lebih baik
daripada perintah yang diteriakkan.
Mula-mula beberapa kepandaian biasa. Meminta-minta.
Mematuhi berbagai perintah. Melompat. Berjalan di kaki
belakang membawa payung, keranjang. Mendorong kereta
bayi dan menaruh boneka di dalamnya. Kemudian ia
berjalan di atas tambang terentang bersama Jimmy,
berlarian di atas tali itu memakai sarung kaki tipis dari
karet. Pak Galliano belum pernah melihat anjing berbuat
seperti itu. Nyonya Galliano juga tak pernah. Keduanya
duduk mematung, terpikat - benarkah Lucky yang hanya
seekor anak anjing telah berhasil i belajar begitu banyak
hanya dalam waktuj beberapa bulan saja"
Kemudian sampailah giliran berhitung. Jimmyi memakaikan sebuah sepatu kayu kecil di kaki kanan depan
Lucky. Dan ditaruhnya Lucky di atas sebuah kotak kayu.
Kini Jimmy berbicara keras agar Pak Galliano dan istrinya
bisa mendengar. "Lucky, coba dengarkan. Jika kuberi kau
dua buah] tulang dan tiga buah tulang, berapa buah tulangj
kau dapat?" Lucky mendengarkan, dengan kepala miring. Ia^
berpikir. Kemudian ia mengetuk kotak tempatnyaJ berdiri.
Lima kali. "Betul sekali!" seru Jimmy, melemparkan sekeping
biskuit pada Lucky. "Sekarang dengar lagi, Lucky. Jika
kuberi kau tiga buah tulang dan kuambil satu, berapa
sisanya?" Lucky mengetukkan kaki sebagai jawaban. Dua ketukan!
Dan kemudian ia menyabkdua kali untuk menyatakan
bahwa ia benar-benar tahu jawabannya! Tak terasa Pak
Galliano mendengus Ia betul-betul heran!
Setelah itu Jimmy mengeluarkan setumpukan huruf dan
menebarkan di ring di depan Lucky.
"Ambillah huruf-huruf yang membentuk namamu,
Lucky," teriak Jimmy. Dan Lucky mengambil huruf-huruf
itu, satu per satu dan berurutan, serta memberikannya pada
Jimmy. L-U-C-K-Y. Nyonya Galliano tak terasa bertepuk
tangan tertawa. Dan kini nomor pertunjukan terakhir Lucky. "Lucky,"
kata Jimmy keras-keras. "Siapakah nama orang yang
memiliki sirkus keliling terbaik di dunia?"
Lucky menggoyangkan ekor dan berlari mengambil
huruf-huruf seperti yang diajarkan Jimmy. Dan apakah
huruf-huruf yang diambilnya" Ia mengambil G-A-L-L-I-A-
N-O! Galliano! Jimmy telah menambahkan satu huruf A
dan satu huruf L pada abjad sebab nama Pak Galliano
membutuhkan 2 A dan 2 L. Cukup panjang bukan nama
itu" Dan Lucky bisa mengingatnya!
Pak Galliano melompat berdiri. "Hebat! Mengagumkan!"
teriaknya. "Ini sungguh anjing ajaib! Ya. Dan ia akan boleh
mempertunjukkan kepandaiannya di ring malam ini dengan
kamu, Jimmy. Ya. Ya. Ya.!"
Merah muka Jimmy. Ia berterima kasih pada Pak
Galliano. "Aku yakin anjing itu akan membawa banyak
keuntungan bagimu. Ya," kata pemilik sirkus itu lagi, dan ia
melecutkan cemetinya yang memang selalu dibawanya ke
manapun. Sementara itu Jimmy berlari keluar untuk bercerita pada
ibunya, pada Lotta, pada Laddo, pada Lal, pada Oona, dan
Pak Wally. Mereka semua juga begitu gembira mendengar
bahwa Jimmy akan beraksi di ring!
"Kau harus memakai pakaian yang jauh lebih bagus,"
kata Oona. "Ya, pakaianmu mestinya cemerlang berkilauan
seperti punyaku. Ya. Kau akan kubawa ke kota. Ada
seorang penjahit kenalanku di sana. Ia pasti bisa membuat
pakaian indah untukmu."
"Tetapi aku tak punya uang banyak," kata Jimmy.
"Tak lama lagi kau pasti bergelimang uang," kata Oona
tertawa. "Anjingmu itu akan bisa mengumpulkan uang
lebih banyak dalam sebulan daripada yang bisa dihasilkan
oleh kau dan aku bersama-sama dalam setahun."
Dari awal mula ia muncul di ring, Lucky memang
meraih sukses gemilang. Pak Galliano belum mencantumkan nama Jimmy dan Lucky pada poster-poster
pengumuman pertunjukan sirkusnya, maka para penonton
di malam pertama Lucky muncul tak mengira akan ada
pertunjukan anjing ajaib itu.
Tetapi ketika Lucky dan Jimmy mengakhiri pertunjukannya, semua penonton berdiri dan bersorak-sorai
bertepuk tangan begitu riuh rendah! Jimmy terpaksa keluar
berkali-kali guna menyambut tepuk tangan tersebut
sementara Lucky berlarian berkeliling kakinya. Para
penonton sudah cukup heran ketika Lucky bisa berlarian di
tali di belakang Jimmy, tetapi ketika mereka tahu bahwa
anjing itu bisa berhitung dan mengeja mereka begitu
terpesona! Pak Galliano belum pernah melihat para
penonton memberi sambutan begitu meriah.
Semua gembira akan keberhasilan Jimmy dan anjingnya.
Semua memang menyukai Jimmy. Oona sendiri yang pergi
ke kota untuk mengambil pakaian baru Jimmy dari tukang
jahit. Dan ketika Jimmy mencobanya, wah! Bagaikan
pakaian tukang sihir! Pakaian itu lekat tepat di tubuh
Jimmy, dari kepala sampai ke kaki. Dan seluruh tubuhnya
jadi memancarkan gemerlap cahaya, bahkan jari-jari
kakinya juga gemerlapan! Kemudian ia memakai mantel
beludru merah di atas pakaian serba perak tadi. Bahkan
ibunya sendiri hampir tak bisa mengenali Jimmy!
Pertunjukan tinggal beberapa hari lagi di tempat itu.
Setiap malam Jimmy dan Lucky disambut dengan sangat
meriah. Dan Pak Galliano, melihat betapa tendanya selalu
penuh sesak serta uang mengalir di penjual karcis, memakai
topinya makin lama makin miring. Suatu saat topi itu
bahkan terjatuh dan langsung disambar oleh Jemima yang
membawanya lari. Lotta jadi tertawa terpingkal-pingkal
melihat itu. "Pastilah kini kau merasa terlalu tinggi untuk bermain
denganku, Jimmy," kata Lotta suatu hari saat mereka
duduk di tangga karavan Lotta sambil makan roti mentega.
"Kalau kau berkata seperti itu lagi, Lotta, akan kudorong
kau hingga terjatuh dari sini," kata Jimmy. "Kau lebih tahu
sifatku. Lagi pula, sesungguhnya yang ditepuktangani para
penonton bukannya aku, melainkan Lucky."
"Toh kau yang mengajarinya," kata Lotta. "Tak akan ada
orang lain yang dapat mengajari Lucky begitu kecuali kau.
Ibuku sendiri yang mengatakan itu."
"Betulkah?" tanya Jimmy senang. "Oh, Lotta, aku begitu
bahagia. Mula-mula aku hanya ingin sekadar ikut
rombongan sirkus. Dan tahu-tahu seperti ini jadinya. Aku
ingin bermain di ring dan ternyata keinginanku terkabul."
"Ya, kau sungguh beruntung," kata Lotta. "Dan aku
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
yakin Lucky akan membuatmu makin beruntung."
Lotta benar. Lucky membawa banyak keberuntungan
pada Jimmy. Di malam terakhir sirkus Pak Galliano
bermain di tempat itu, seseorang berbadan sangat besar
duduk di kursi terdepan. Ketika Jimmy masuk dengan
pakaiannya yang serba gemerlap menuntun anjing yang
masuk sambil menari-nari, orang bertubuh besar itu tampak
menegakkan duduknya, memperhatikan lebih teliti. Inilah
sesungguhnya yang ingin ia tonton.
Ia memperhatikan dengan teliti setiap? gerakan Lucky. Ia
bersiul lambat ketika LucRy mulai menghitung dan
mengeja. Dan ketika pertunjukan sudah berakhir ia pergi ke
karavan Jimmy. Ibu Jimmy sedang memasak daging dan telur untuk
makan malam. Orang bertubuh besar itu mengajaknya
berbicara. "Apakah Anda ibu Jimmy?" tanyanya. "Nah, ibu yang
baik, namaku Alfred Cyrano, pemilik sirkus terbesar di
dunia. Aku ingin agar anakmu meninggalkan sirkus ini dan
ikut dengan sirkusku. Aku akan membayarnya tinggi.
Anjingnya sangat cocok untuk bermain di sirkusku."
Saat itu Jimmy tiba. Pak Alfred Cyrano menepuk
bahunya. "Hei, Nak. Anjingmu sungguh hebat," katanya.
"Akan kubeli dia dan kusewa kau untuk bermain di sirkusku
dengan upah sepuluh pound seminggu. Anjingmu akan
kubeli seratus pound."
Beberapa saat Jimmy tak bisa bicara. Begitu juga ibunya.
Seratus pound untuk Lucky - sepuluh pound seminggu
untuknya - menjadi anggota sirkus terbesar di dunia!
Rasanya seperti hanya mimpi. Tetapi kemudian Jimmy
berpikir lain. "Jika Anda membeli Lucky, maka anjing itu bukan
milikku lagi," katanya. "Dan misalkan setelah sal u dua
minggu Anda tak senang padaku, maka Anda akan
mengusirku, dan Lucky tak boleh ikut denganku Begitu,
bukan?" "Yah. . kalau anjing itu kubeli, jelas anjing itu jadi
milikku," kata Pak Alfred Cyrano menyulut cerutu dua kali
l-'bih besar daripada cerutu Pak Galliano. Jimmy
mengambil keputusan saat itu juga.
"Kalau begitu, terima kasih, tidak usah saja," katanya.
"Aku tak bisa berpisah dengan Lucky, walaupun untuk
uang seribu pound! Nilainya tak bisa diukur dengan uang
bagiku, sebab aku mencintainya, dan ia mencintaiku. Lagi
pulft alangkah kejinya jika aku meninggalkan Pak Galliano
dan semua sahabatku di sini. Mereka bersedia menerimaku
dan menyayangiku pada waktu aku hanyalah seorang
murid sekolah yang tak tahu apa pun tentang sirkus."
"Puih!" kata Pak Alfred Cyrano. "Kau sungguh tolol.
Suatu hari kau akan menyesal tidak mau ikut dengan
Cyrano Yang Agung." Dengan geram orang bertubuh besar itu meninggalkan
Jimmy. Berita pun tersiar di antara anggota rombongan
sirkus itu bahwa Jimmy telah menolak mentah-mentah
tawaran Pak Cyrano. Ini membuat semuanya tercengang!
Kemudian seseorang datang pada Jimmy mengatakan
bahwa Pak Galliano ingin bertemu dengannya. Apa yang
akan dikatakan pemilik sirkus itu"
Suatu kejutan telah menunggu Jimmy!
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 23. Karavan yang Indah - dan Kejutan dari Jumbo
Jimmy pergi ke karavan Pak Galliano. Hari telah larut
malam, dan anak itu sudah sangat lelah. Mengapa Pak
Galliano memanggilnya"
Ia menaiki tangga karavan Pak Galliano. Nyonya
Galliano yang membukakan pintu, dan Jimmy masuk.
Sungguh menyenangkan karavan ini. Indah, luas, nyaman - jauh lebih baik dari karavan Jimmy. Pak
Galliano sedang memakan tart kismis dan krim. Ia memberi
sepotong besar tart tadi pada Jimmy dan menuangkan
krimnya banyak-banyak. Jimmy semakin heran.
"Makan!" kata Pak Galliano. "Aku ingin bicara
denganmu, Jimmy. Kudengar Pak Alfred Cyrano datang
untuk membeli Lucky dan mengajakmu masuk ke
sirkusnya. Ya?" "Benar, Pak Galliano," kata Jimmy, sambil terus makan
dengan lahap. "Tetapi kutolak."
"Mengapa kau tolak?" Pak Galliano memandang tajam
pada Jimmy. "Begini, Pak Galliano, ada dua alasan," kata Jimmy,
tiba-tiba merasa bahwa mukanya memerah. "Aku tak mau
menjual Lucky pada siapa pun di dunia ini. Dan aku tak
mau meninggalkan Anda, karena Anda-lah yang memberiku kesempatan pertama untuk main."
Nyonya Galliano membuat suara lembut yang mirip
suara gumaman kucing. Pak Galliano tiba-tiba merasa
kerongkongannya tersumbat. Ia melompat berdiri dan
menepuk punggung Jimmy begitu keras hingga anak itu
hampir jatuh ke kue yang sedang dimakannya.
"Dia tak ingin meninggalkan Galliano, ya?" seru Pak
Galliano gembira. "Dia tak mau menjual anjingnya, ya" Ia
tak ingin uang, tidak" Ia lebih mencintai anjingnya dan
sahabat-sahabatnya daripada mencintai uang, ya?"
"Begini, Pak Galliano, aku sih suka pada uang, tetapi jika
aku harus meninggalkan Anda atau menjual Lucky... aku
pasti menolak," kata Jimmy.
"Dan kalau kau dapat uang, Jimmy, akan kaugunakan
untuk apa?" tanya Nyonya Galliano dengan suaranya yang
lembut, sambil menaruh secangkir kopi di depan anak itu.
' 'Ada satu yang sangat kuinginkan,'' kata Jimmy. "Aku
ingin ibuku memiliki sebuah karavan seindah karavan Anda
ini, Nyonya Galliano. Ia sebetulnya bukanlah orang sirkus
tulen, ia terbiasa tinggal di rumah di mana ia bisa bergerak
leluasa. Karavan kami kecil, sempit, dan buruk walaupun
kami telah berusaha untuk membuatnya indah, telah
mengecatnya menjadi seperti baru."
"Dengar, Jimmy," Pak Galliano kembali duduk,
memiringkan tubuhnya ke arah Jimmy. "Kau sangat setia
dan tahu berterima kasih. Dan kedua sifat itulah yang
sangat sulit dicari. Yah. Aku juga bisa setia dan tahu terima
kasih pula, ya" Galliano bisa menjadi sahabat baik dari
siapa pun yang setia padanya. Kau akan memperoleh
karavan yang kaukehendaki, Jimmy. Ya. Dan apa saja yang
kaukehendaki! Kau telah berkata kau akan tetap tinggal
denganku. Dan aku tahu kau dan anjingmu akan membawa
banyak sekali uang untuk sirkus kita. Baiklah. Sebagai
imbalan, aku takkan keberatan membelanjakan uang
untukmu. Ya?" Jimmy ternganga. Ia akan memperoleh karavan seperti
milik Pak Galliano" Besar, luas, dan indah" Apa kata
ibunya nanti" "Oh, Pak Galliano, terima kasih!" kata Jimmy tergagap.
"Tak kuharapkan ini semua. Mudah-mudahan kebaikan
Anda tidak sia-sia."
"Anak seperti Jimmy tidak tumbuh begitu saja di semak-
semak, ya kan, Tessa?" kata Pak Galliano tersenyum pada
istrinya. "Kau boleh tinggal terus di sirkusku sampai kau
agak besar untuk sirkus kecil ini. Ya?"
Jimmy berpamitan dan hampir terjatuh di tangga karena
ia begitu terburu-buru. Sungguh beruntung ia memilih
Lucky. Sungguh tepat nama yang diberikan Lotta. Ia
menubruk Pak Tonks di kegelapan.
"Hei, hei, ini gajah baru ataukah kereta api lepas?" tanya
Pak Tonks yang jatuh terduduk. "Ada apa, Jimmy" Kau
sedang lomba lari?" "Tidak," kata Jimmy. Dan ia bercerita tentang janji Pak
Galliano sambil duduk juga di rumput yang mulai
berembun itu. "Wah, sungguh beruntung kau menolak permintaan Pak
Cyrano," kata Pak Tonks. "Ia tidak menginginkanmu. Ia
hanya menginginkan anjingmu. Dua minggu setelah
bergabung dengannya mungkin kau akan diusirnya. Ia
bukanlah orang yang bisa dipercaya."
"Tidak seperti Pak Galliano," tukas Jimmy. "Aku akan
terus tinggal bersamanya sampai ia tak menginginkanku
lagi." Ia lari kembali, menuju karavannya. Ayah dan ibunya
telah menunggu, ingin tahu apa yang terjadi.
Jimmy segera bercerita, dan mereka bercakap-cakap
sampai lewat tengah malam. "Oh, kalau saja aku bisa
memiliki sebuah karavan yang cukup luas untuk apa saja ...
ah, aku akan merasa sangat bahagia!" kata Bu Brown. Ayah
Jimmy memandang bangga pada anaknya. Siapa mengira
Jimmy bisa berbuat begitu banyak"
Jimmy hampir tak bisa tidur malam itu. Pikirannya
penuh dengan Lucky, Oona, Lotta, Pak Cyrario, dan apa
saja. Tetapi yang terus terbayang adalah karavan barunya.
Apakah ia sendiri yang akan memilihnya untuk memberi
kejutan pada ibunya" Ataukah biar ibunya saja yang
memilih" Mungkin lebih baik ibunya saja yang memilih.
Akhirnya Jimmy tertidur juga. Tetapi ia begitu terlambat
tidur hingga ketika ia terbangun rombongan sirkus sudah
hampir berangkat ke tempat berikutnya. Lotta telah
memberi makan Lucky dan anjing-anjing lainnya. Bu
Brown minta agar Jimmy tidak dibangunkan.
"Kita nanti akan melewati sebuah tempat penjualan
karavan," kata Pak Tonks. "Cukup dekat dengan tempat
kita bermalam nanti."
"Aku akan minta agar bisa mengambilnya hari ini juga,"
kata Jimmy. Maka di hari berikutnya, dengan membawa
surat dari Pak Galliano, Jimmy, ibunya, dan ayahnya pergi
ke tempat penjualan karavan. Karavan-karavan itu ditaruh
di sebuah padang besar, siap untuk diambil. Banyak sekali
macamnya. Ada yang disewakan untuk dua atau tiga
minggu, ada yang untuk tinggal selamanya, ada yang besar,
ada yang kecil, biru, kuning, ditarik kuda, atau pun mobil.
"Wah banyak sekali!" seru Jimmy. "Yang mana yang
akan kita pilih, Bu?"
Orang yang mengelola penjualan karavan itu mengantar
mereka melihat-lihat. Akhirnya Bu Brown berhenti di dekat
sebuah karavan bercat kuning dengan roda biru dan
cerobong asap biru. "Apakah ini sangat mahal?" tanyanya.
"Ini begitu besar dan luas. Dan segala peralatan di
dalamnya lengkap. Lihat, Jimmy, bahkan ada kran untuk
air serta tempat air besar. Jadi kau tak akan selalu harus
berlarian ke anak sungai terdekat dalam perjalanan. Kita isi
saja tempat air ini penuh-penuh, maka cukup untuk waktu
lama." Pengurus penjualan karavan itu melihat surat yang
diberikan Pak Galliano "Anda bisa mengambil yang ini jika
Anda suka," katanya. "Uang yang dijanjikan Pak Galliano
masih bisa meliputi harganya."
Mereka pun memilih karavan kuning itu. Memang bagus
sekali. Semua keperluan tersedia di dalamnya. Ada tempat
tidur susun yang bisa dilipat merapat ke dinding di siang
hari. Pak Brown berkata hal itu mengingatkannya pada
tempat tidur di kapal. Ada empat tempat tidur di situ, jadi
lebih satu. Tetapi kata Bu Brown tak apa, tempat tidur yang
berlebih itu bisa dilipat saja.
Kompor merapat khusus di salah satu sudut. Dan di
sepanjang dinding ada lemari. Begitu juga di bawah bangku
yang melekat di salah satu sisi. Di bawah karavan terdapat
pula laci-laci tempat penyimpanan berbagai barang. Dan
bahkan ada pula sebuah meja lipat yang juga dicat kuning!
"Rasanya kita tak perlu menambahkan apa pun," kata
ibu Jimmy riang. "Mungkin hanya tirai jendela, jam, dan
permadani." Mereka pun pergi ke kota untuk membeli barang-barang
yang diinginkan ibu Jimmy itu. Wah. Karavan mereka
pastilah jauh lebih indah dari karavan siapa pun. Kecuali
milik Pak Galliano tentunya.
"Malam nanti akan kami ambil karavan ini," kata Pak
Brown setelah barang-barang pembelian mereka dimasukkan ke dalam karavan itu. "Kami akan membawa
seekor kuda " Tetapi ternyata mereka tidak membawa kuda. Pak Tonks
berkata ia bisa meminjamkan gajahnya untuk mengambil
karavan baru itu sebab kuda-kuda rombongan itu telah
lelah. Maka pada jam tujuh Jimmy berangkat dengan
Jumbo untuk mengambil karavannya. Bu Brown sibuk
mengeluarkan barang-barang dari karavan yang lama, Pak
Brown sibuk dengan pekerjaannya. Jadi Jimmy dan Jumbo
sendiri yang akan mengambil karavan itu.
Jimmy berjalan di samping Jumbo. Gajah itu senang
sekali berjalan-jalan dengan anak yang dicintainya itu.
Mereka harus melewati bagian kota yang cukup ramai, dan
orang-orang bergerombol untuk melihat gajah tadi lewat.
Jumbo berjalan dengan tenang saja ketika tiba-tiba ia
berhenti, mengangkat belalainya tinggi-tinggi dan mejerit
keras-keras. "Ada apa, Jumbo?" tanya Jimmy terkejut. Tetapi ia
semakin terkejut ketika Jumbo meninggalkannya dan
berjalan ke arah orang-orang yang bergerombol menonton.
Orang-orang tadi berhamburan bercerai-berai. Jumbo
bergegas menuju seseorang yang sedang berdiri di ambang
pintu. Belalainya terjulur dan langsung menangkap orang
itu. "Jumbo! Jumbo! Lepaskan!" teriak Jimmy ketakutan.
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Orang tadi pun meronta-ronta. Tetapi tak ada gunanya.
Pegangan Jumbo begitu kuat.
Dan tiba-tiba Jimmy mengenal orang itu. Harry! Orang
yang dulu mencuri uang milik sirkus, tukang yang
kemudian pekerjaannya digantikan oleh Pak Brown!
Seorang polisi berlari mendatangi. "Ada apa ini" Ada apa
ini?" ia bertanya. "Apa yang dilakukan gajahmu?"
"Ia menangkap orang yang dulu mencuri uang sirkus
kami," kata Jimmy. "Orang itu namanya Harry, dan Jumbo
tak akan menyakitinya. Ia hanya ingin memegang Harry
dan membawanya kembali ke sirkus. Gajah memang tak
pernah melupakan perbuatan apa pun, baik atau buruk.
Orang ini dulu berbuat kejam pada Jumbo. Jumbo masih
ingat, dan ia menangkap Harry!"
Maka Jumbo pun berbalik kembali ke sirkus. Di
belakangnya orang-orang bergerombol mengikuti. Juga
polisi tadi. Harry masih dibelit belalai Jumbo. Ia tak merasa
sakit, tetapi ia merasa sangat takut karena harus menghadap
Pak Galliano. Baru setelah berada di hadapan Pak Galliano Jumbo
mau menaruh Harry di tanah dan melepaskannya. Polisi
segera memegang tangannya. Pak Galliano begitu heran,
dan ia membenarkan cerita Jimmy. Polisi mencatat
kejahatan Harry kemudian membawa orang itu pergi.
"Apa kataku," kata.Pak Tonks pada Jimmy dan Lotta.
"Seekor gajah tak pernah lupa! Kalau saja dulu Harry tak
pernah mengganggu Jumbo, mungkin Jumbo tak akan
memperhatikannya saat ia melewati Harry. Tetapi karena ia
per- nah mengganggu, Jumbo tak lupa dan menangkapnya!"
"Hari yang menggemparkan!" keluh Jimmy, sekali lagi
membawa Jumbo untuk mengambil karavannya. Akhirnya
sampai juga ia di padang karavan itu. Disambungkannya
tali Jumbo pada karavan kuning yang indah itu dan
berangkatlah ia pulang ke pemukiman. Hari sudah gelap
ketika ia sampai, tetapi semua anggota rombongan telah
menunggunya. Mereka bersorak-sorai ketika karavan baru
Jimmy muncul. "Wah, alangkah indahnya!" seru Lotta. Semua orang
juga kagum melihat karavan itu. Mereka memeriksa
karavan baru tadi dengan teliti walaupun malam semakin
larut. Tapi akhirnya keluarga Jimmy bisa bebas menyiapkan
tempat tidur, pintu ditutup, dan tidurlah keluarga itu di
karavan mereka yang begitu indah. Lucky tidur di
keranjang khusus, dan ia tidur dengan bangga memakai
selimut kuning, sesuai dengan wama karavan.
"Selamat malam, Lucky, selamat tidur," kata Jimmy
setengah tertidur. "Kau memang beruntung seperti
namamu. Selamat tidur anjing terpandai di dunia!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 24. Dua Bersaudara Ajaib Ketika Jimmy terbangun pagi harinya di karavannya
yang baru, ia melihat berkeliling penuh rasa bahagia. Sinar
matahari masuk lewat jendela, membuat semua benda
bersinar-sinar. Semuanya serba baru! Pasti ibunya kini
merasa bahagia punya tempat tinggal seperti ini. Jimmy
juga sangat senang tinggal di rumah beroda. Sungguh asyik!
Rombongan akan berangkat lagi. Keluarga Brown cepat-
cepat bangun dan membasuh diri. Ibu Jimmy melipat
semua tempat tidur. Dan mejanya pun disiapkan untuk
sarapan yang telah dimasa ibu Jimmy dengan kompor baru
di sudut. "Kini aku akan merasa lebih tenang mengikuti
rombongan sirkus," kata Bu Brown. "Tadinya aku merasa
tertekan juga harus tinggal di tempat yang begitu sempit dan
kotor. Dan kini aku juga lebih mengerti orang-orang sirkus.
Mereka sesungguhnya baik-baik dan pemurah ... walaupun
kebanyakan kotor dan tak pernah rapi."
"Mungkin kalau mereka melihat karavan kita yang selalu
bersih cemerlang mereka akan ikut-ikut rapi dan bersih,"
kata Jimmy. Tetapi Pak Brown berkata itu tidak mungkin.
Orang-orang sirkus sudah begitu tua untuk mengubah
kebiasaan mereka. "Lotta toh masih anak-anak," kata ibu Jimmy. "Ia akan
melihat karavan kita dan mungkin mengubah sedikit
kebiasaannya." Jimmy tertawa. Lotta memang selalu kotor dalam
kehidupan sehari-hari walaupun setiap muncul di ring ia
cantik bagaikan peri. Tetapi ia tidak yakin apakah ibunya
bisa memaksa Lotta membersihkan belakang kupingnya
setiap pagi. Rombongan pun berangkat. Semua orang membicarakan
tentang bagaimana Jumbo menangkap Harry Jumbo
menjadi pahlawan hari itu. Pak Tonks jadi sangat bangga
dibuatnya. Pastilah Harry akan memperoleh hukuman
setimpal. Mungkin ia akan jera berbuat kejam pada
binatang lagi. Mereka pun sampai di tempat tujuan. Sekali lagi
pertunjukan diadakan tiap malam Setiap orang bekerja
keras, dan sekali lagi sirkus Galliano mencapai sukses
gemilang. Jimmy dan Lucky kini menjadi bintang utama
sirkus itu. Para penonton selalu berdiri bertepuk tangan saat
Lucky mengikuti Jimmy berjalan di atas tambang, berjalan
dengan kedua kaki belakang membawa payung. Jimmy dan
Lucky bahkan dimuat di koran Potret mereka dipasang, dan
Bu Brown menggunting potret tersebut untuk ditempelkan
di dinding karavan. Dan kemudian tibalah waktunya untuk berpindah
tempat. Selalu berpindah. Kadang-kadang mereka tinggal di
suatu tempat hanya untuk tiga hari. Kadang-kadang sampai
dua atau tiga minggu. Hari Natal telah dekat. Pak Galliano
merencanakan mengadakan pertunjukan besar di luar kota
besar. Ia membuat rencana acara dengan hati-hati.
"Aku akan menambah pertunjukannya," kata Pak
Galliano kepada istrinya. "Aku akan mengundang Ajaib
Bersaudara. Mereka ahli ayunan tinggi. Berayun sangat
tinggi dan saling tangkap di udara. Aku yakin mereka akan
menjadi daya tarik besar."
Maka Ajaib Bersaudara pun dipanggil untuk bergabung.
Mereka dua orang, pria, pendek tapi kekar dan bertubuh
indah, dengan mata cemerlang. Mereka membawa seekor
anjing kecil, seekor spaniel hitam yang mata cokelatnya
selalu tampak sedih, dan telinganya selalu terkulai.
Jimmy langsung bersahabat dengan anjing itu. Namanya
Lulu, dan ia langsung merapat ke Jimmy seolah-olah anak
itu sudah dikenalnya sejak lama.
"Lotta, anjing ini kurus sekali, ya?" kata Jimmy meraba-
raba Lulu. "Mungkin ia sakit."
"Mungkin kedua bersaudara itu tidak memberinya cukup
makanan," kata Lotta. "Biar nanti ia kuberi makan bersama-
sama anjing kita. Aku tak begitu senang pada kedua
bersaudara itu, Jimmy. Mereka terlalu sering tersenyum."
"Apa maksudmu?" tanya Jimmy heran.
"Perhatikan saja nanti kalau kau bertemu dengan
mereka," kata Lotta. "Mereka tersenyum dengan bibir saja,
memperlihatkan gigi mereka yang putih indah. Tetapi mata
mereka tidak tersenyum, tidak seperti kau atau orang lain."
Lotta benar. Jan dan Yol, kedua pemain ayunan tinggi
itu, tak pemah tersenyum dengan mata mereka. Tetapi bibir
mereka tersenyum ratusan kali sehari, selalu siap
mengucapkan pujian pada siapa pun, mencoba meyakinkan
orang-orang bahwa mereka sungguh-sungguh orang-orang
luar biasa. Dalam satu hal mereka memang luar biasa. Pertama kali
Jimmy melihat mereka berayun dari palang sejajar sampai
berayun tinggi mencapai langit-langit tenda besar, melesat
ke sana kemari, saling berpegangan di udara, ia sampai
ternganga keheranan. Ia begitu takut kalau-kalau mereka
terjatuh. "Jatuh?" kata Jan suatu hari saat Jimmy menyatakan
kekuatirannya itu. "Kau tak tahu apa yang kaukatakan,
Nak. Aku telah berayun-ayun sejak berumur dua tahun.
Ayahku, ibuku, kakekku ... semua ahli ayunan tinggi."
Lulu saat itu mendekat, menidurkan diri di kaki Jan.
Dengan tak sabar Jan menendangnya. Jimmy jadi marah
karenanya. "Jangan lakukan itu," kata Jimmy. "Kau menyakiti
anjingmu." "Apa urusanmu" Toh dia anjingku, bukan?" kata Jan.
Dan ia mungkin akan menendang lagi Lulu, tetapi anjing
itu sudah menjauh. Jimmy tak berkata apa pun lagi. Ia pergi
menemui Lotta menceritakan apa yang baru terjadi. Lotta
mengangguk "Mereka memang pandai, tetapi buruk tabiatnya," kata
Lotta. "Jangan sampai Lucky mendekat pada mereka,
Jimmy." Jimmy memang dengan hati-hati menjaga agar Lucky
tak mendekat kedua bersaudara itu, sebab setelah ia
menegur Jan tampaknya mereka juga sangat membencinya.
Kemudian ada lagi yang terjadi, yang membuat Jimmy
semakin hati-hati. Ayahnya telah memasang dan kemudian
menguji tiang baja yang digunakan sebagai tiang ayunan
untuk Jan dan Yol. Pak Brown sangat teliti kerjanya, dan
hati-hati melakukan pekerjaan itu sebab ia tahu sedikit saja
ada kekeliruan Jan atau Yol bisa mendapat kecelakaan.
Suatu malam Jan tak bisa menangkap saudaranya, saat
Yol melesat di udara setelah meninggalkan ayunannya. Yol
jatuh ke jala keselamatan di bawahnya, dan meloncat-loncat
di sana. Ia segera naik lagi dan kembali berayun. Tetapi Pak
Galliano marah sekali. "Kalau ada yang terjatuh lagi, aku tak akan membayar
kalian," katanya pada kedua bersaudara yang kini berwajah
muram itu. "Kalian tahu mengapa kekeliruan itu terjadi"
Kalian tidak pernah berlatih! Mulai sekarang setiap hari
kalian berlatih, ya?"
"Ini bukan kesalahan kami," kata Jan. "Tiang ayunan
kurang kuat tegaknya. Tergoyang sedikit. Brown telah
bekerja serampangan!"
Maka dipanggillah ayah Jimmy kc karavan Pak
Galliano. Tetapi ia berkata segalanya telah dipasang dengan
baik, dan telah diperiksanya sekali lagi dengan teliti setiap
palang, setiap sekrup. Pak Galliano percaya akan kata-kata
Pak Brown sebab selama ini terbukti Pak Brown rajin dan
jujur. Ini membuat Jimmy semakin dibenci oleh Jan dan Yol.
Sekali mereka menjebak Jimmy di belakang sebuah karavan
sehingga Jimmy jatuh tunggang langgang. Jimmy jadi
sangat sedih. Belum pernah ada orang yang memusuhinya.
Lagi pula ia takut kalau kedua orang itu mencelakai Lucky.
Maka mulai saat itu Lucky tak pernah berpisah dengannya.
Lulu, si spaniel, sebenarnya juga ingin ikut Jimmy selalu.
Jimmy memberinya makan, sebab ia tahu anjing itu tak
cukup diberi makan oleh Jan dan Yol. Lulu sering tidur di
tangga karavan Jimmy sepanjang hari. Ia sangat menyukai
Jimmy dan Lotta. Tetapi Jan dan Yol sangat marah ketika
mereka tahu anjing mereka sering mengikuti kedua anak
itu. Mereka mencambuki Lulu dan menguncinya di dalam
karavan mereka. Lulu meraung-raung dan mencakar-cakar
pintu karavan sampai berjam-jam.
Jimmy dan Lotta tak berani melepaskan Lulu, tetapi
mereka sangat bersedih karenanya. Karavan kedua
bersaudara itu berada di ujung lapangan hingga orang lain
tak bisa mendengar raungan Lulu. Kedua anak itu tak tahu
harus berbuat apa. "Alangkah baiknya kalau mereka tidak bergabung
dengan sirkus ini," kata Jimmy muram. "Merekalah orang-
orang yang pertama kali tak kusenangi."
"Tidak semua orang sirkus baik hati," kata Lotta yang
tertawa melihat muka muram Jimmy. "Tetapi sangat jarang
untuk menemukan seorang sirkus yang tak suka pada
hewan. Jahat macam apa pun, seorang anggota sirkus
menyayangi binatang."
"Mereka juga mengatakan pada semua orang ayahku
tidak bekerja dengan baik," kata Jimmy. "Aku tak peduli
mereka berkata apa tentang diriku, tetapi aku tak mau
mereka memburukkan ayahku."
"Brownie orang yang baik," kata Lotta yang menyukai
ayah Jimmy. "Sudahlah, Jimmy. Ayo kita bawa anjing-
anjing berjalan-jalan."
"Ingin sekali aku membawa Lulu berjalan-jalan juga,"
kata Jimmy. Tetapi tentu saja hal itu tidak mungkin.
Malam itu, ketika Ajaib Bersaudara menaik-tangga
karavan mereka dan membuka pintunya,' Lulu kegirangan
menubruk mereka. Tetapi itu* menyebabkan Jan dan Yol
terguling jatuh. Yol' jatuh menubruk kursi, ia jadi marah
besar karenanya. Diambilnya cambuk, dicambukinya Lulu kuat-kuat.
Kemudian dilemparkannya anjing itu ke luar, ke udara
malam yang dingin menggigil. Dan pintu ditutupnya rapat-
rapat! Anjing kecil itu berbaring di bawah karavan,
menggigil, menggeletar. Setelah beberapa lama, ia
merangkak ke karavan Lotta yang terdekat dengan karavan
majikannya. Di bawah karavan gadis cilik itu ia meratap,
melengking. Lotta yang selalu terbangun oleh suara salakan
anjing atau lengkingan tangis mereka, langsung bangkit,
memasang telinga. Lulu mendengking lagi.
Cepat Lotta melompat turun dari tempat tidur,
menyalakan lilin. Dibukanya pintu dan dilihatnya Lulu,
darah mengalir dari mata Lulu terkena cambukan Yol.
Lotta cepat memakai jaket dan bergegas membangunkan
Jimmy. Kedua anak itu mencuci luka Lulu, sambil tak
henti-hentinya bergumam marah kepada Yol dan Jan.
Kemudian Jimmy menaruh Lucky di bagian kaki di tempat
tidurnya, sedang Lulu ditempatkannya di keranjang Lucky.
Lulu masih menggeletar kedinginan. Jimmy menghangatkan susu dan menyelimutinya baik-baik.
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Pagi harinya Lotta dan Jimmy pergi ke Pak Galliano
sambil membawa Lulu. Mereka bercerita bagaimana Lulu
sampai berada di tangan mereka, dalam malam yang dingin
dan dalam keadaan luka. Pak Galliano mendengarkan itu
semua. Mukanya jadi sangat muram.
"Tak seorang anggota sirkus-ku pun yang boleh berlaku
kejam pada binatang," katanya. "Hei, Wally. Panggilkan
Jan dan Yol!" Jan dan Yol datang. Mereka tersenyum memperlihatkan
gigi mereka yang putih bersih. Jimmy dan Lotta telah pergi
membawa Lulu. Pak Galliano berdiri di samping karavannya, membawa
cemeti dan topi tingginya tegak lurus di kepalanya.
"Ini uang kalian," katanya pada kedua bersaudara yang
jadi sangat tercengang karenanya. "Ambil dan pergilah.
Aku tak mau ada orang yang memperlakukan anjingnya
seperti kalian memperlakukan anjing kalian bekerja padaku.
Kalian harus meninggalkan anjing itu. Ya."
"Tetapi Pak Galliano," tukas Jan, lupa untuk tersenyum.
"Anda tak bisa melakukan kami seperti ini. Kami menarik
ratusan penonton setiap malamnya. Kami terkenal!"
"Aku tak peduli jika penonton tak ada yang datang," kata
Pak Galliano, melecutkan cemetinya. "Kalian memang
pandai, tetapi pandai saja tidak cukup. Pergilah pagi ini
juga." Kedua bersaudara itu tak berani berbicara lagi. Dengan
wajah muram geram keduanya menjalankan karavan
mereka meninggalkan pemukiman sirkus. Lulu mereka
tinggal. Jimmy dan Lotta memperhatikan kepergian
keduanya. Semua bergembira.
"Hebat Galliano!" kata Lilliput yang seperti biasanya
menaruh Jemima di lehernya. "Ia tetap tegas mengusir
kedua orang itu walaupun itu berarti ia mungkin akan
kehilangan uang." "Lebih hebat lagi Pak Galliano menyuruh mereka
meninggalkan Lulu dan mereka tak berani membantah!"
kata Jimmy. "Lotta dan aku akan memeliharanya. Lulu
sama sekali tidak cerdas, tetapi ia begitu lembut dan
menyayang. Lucky juga suka padanya."
"Jan dan Yol takkan berani membantah Galliano," kata
Lilliput. "Galliano bisa mengirimkan berita ke semua sirkus
di negeri ini tentang mereka, dan tak akan ada sirkus yang
mau menerima Ajaib Bersaudara lagi. Kudengar keduanya
juga pernah diusir dari dua buah sirkus lain sebelum ini."
"Guk!" kata Lulu, mengunyah-ngunyah tali sepatu
Jimmy. "Aku gembira karena kini aku jadi anjingmu!"
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 25. Lotta Bersedih Hati Natal telah lewat. Januari pun berlalu. Sepanjang libur
Natal sirkus Pak Galliano memperoleh keuntungan besar.
Dan kini sirkus itu pun bergerak lagi. Kali ini perjalanannya
sangat jauh. Jimmy gembira karena kini ibunya tinggal di
karavan yang besar dan nyaman, Jimmy bangga dapat
memberikan rumah di atas roda yang selalu rapi dan bersih
untuk ibunya. Ibu Jimmy juga merawat karavan tadi sebaik-baiknya.
Tidak seperti karavan lainnya. Orang-orang sirkus memang
baik hati dan pemberani tetapi mereka kurang memperhatikan kebersihan dan kerapian. Lotta sudah agak
berubah. Dia kini lebih bersih dan rapi, setiap hari
rambutnya disikat dan diikat rapi. Wajahnya paling tidak
boleh dikatakan bersih. Dan dalam pelajaran ia pun cukup
maju. Ia kini bisa membaca dengan lancar.
Lal tentu saja sangat girang. Suatu hari ia menemui Bu
Brown untuk menyatakan terima kasihnya.
"Sejak Anda dan Jimmy datang, banyak sekali
perubahan pada diri Lotta," katanya. "Tadinya ia begitu liar
dan sulit sekali kuatur. Sekarang aku cukup bangga
padanya." "Anda juga memberi banyak pada Jimmy," kata Bu
Brown. "Anda dan Laddo telah membuatnya pandai
berkuda dan membantunya banyak untuk menghadapi
hewan-hewan. Dan jangan lupa, Anda-lah yang membelikan Jimmy si Lucky itu."
Jimmy dan Lotta hampir selalu berdua. Kadang-kadang
mereka bertengkar, kadang-kadang Lotta mengejek dan
mencubit Jimmy keras-keras tanpa alasan apa pun. Tetapi
mereka selalu berbaik kembali dan saling mengagumi.
"Jika musim semi tiba pastilah sangat menyenangkan
untuk berjalan-jalan di pagi hari," kata Lotta yang paling
suka pada suasana fajar di pedesaan. "Di hari Paskah kita
akan berada di Laut Barat. Tempat itu sungguh indah.
Anjing-anjing bisa berlarian di pantai sebelum sarapan pagi
tiap hari." "Aku lebih menyukai musim panas," kata Jimmy.
"Segarnya udara, merdunya nyanyi burung-burung, birunya
langit, dan bunga-bunga liar ... begitu indah!"
Keduanya sedang duduk-duduk di dalam karavan
Jimmy. Ibu Jimmy sedang menjahit. Kini terlalu cjingin
untuk duduk di tangga karavan pada saat karavan sedang
bergerak. Tangan dan kaki mereka bagaikan digigit oleh
angin dingin dan Bu Brown tak mau anak-anak itu sakit
selesma. Keduanya terpaksa berada di dalam karavan terus,
bercakap-cakap, dan bermain pun di dalam.
Sungguh menyenangkan melihat pemandangan yang
selalu berubah di jendela sisi yang besar. Jika melewati
sebuah kota Jimmy merasa iba pada orang-orang yang
sudah puas untuk tinggal di rumah yang berhenti. Rumah
beroda adalah yang terenak di dunia: kita akan selalu bisa
bertukar pemandangan, bertemu dengan kenalan baru,
berhenti di mana saja kita mau.
Seminggu mereka dalam perjalanan, dan sampailah
mereka ke tempat tujuan. Saat itu telah bulan Februari,
siang hari semakin panjang. Di pagi hari burung-burung
berkicau riuh rendah. Jimmy senang berbaring di tempat
tidur sambil mendengarkan mereka. Ia mencoba bersiul
menirukan suara burung-burung itu. Kadang-kadang
tiruannya begitu bagus sehingga ada kalanya burung-burung
menjawab siulannya. Bahkan ada seekor burung yang
kebingungan menjenguk ke dalam cerobong asap, mengira
ada seekor burung juga di dalam cerobong asap itu.
Jimmy sangat bahagia. Begitu juga Lotta. Sampai suatu
hari Lotta bersedih hati.
Jimmy memperhatikan bahwa akhir-akhir ini Lal dan
Laddo, orang tua Lotta, tak seperiang biasanya. Baik ia
maupun Lotta tak tahu apa sebabnya. Kadang-kadang Lotta
disuruh pergi dari karavan karena Lal dan Laddo akan
membicarakan sesuatu. Sungguh aneh.
Jimmy tak habis pikir, apa yang sedang terjadi. Suatu
pagi ia tak bisa menemukan Lotta. Ke sana kemari ia
mencari tak bertemu. Ia bertanya pada Oona, Lilliput, dan
Pak Tonks. Tak ada yang tahu ke mana Lotta. Anak itu
agaknya lenyap begitu saja.
"Ke mana dia?" pikir Jimmy. Ia mulai kuatir. Tetapi
akhirnya ia bisa menemukan anak itu.
Lotta ternyata bersembunyi di antara barang-barang di
bawah karavannya sendiri. Ia tampak baru saja menangis.
Lulu menjilati mukanya mencoba untuk menghiburnya.
"Lotta, ada apa" Keluarlah dan katakan ada apa!" pinta
Jimmy, merangkak masuk ke bawah karavan. Heran. Lotta
tak pernah menangis. Apa sebabnya"
Lotta tak mau keluar. Dan ia mulai menangis lagi.
Mukanya kotor kena air mata, matanya membengkak.
Jimmy merangkak masuk ke dekatnya, duduk di samping
Lotta, merangkulnya. Anak kecil itu merapatkan dirinya
pada Jimmy, air mata hangat membasahi jaket Jimmy.
"Lotta, katakan saja apa yang terjadi," kata Jimmy.
"Apakah kau sakit" Apakah kau dihukum?"
Mula-mula Lotta tidak menjawab. Tetapi lama-lama
sedu-sedannya berkurang dan ia mulai berbicara
"Oh, Jimmy, Lal dan Laddo akan meninggalkan sirkus
ini ... dan aku tak akan mereka ajak! Aku harus tinggal
dengan Paman Benjy sampai mereka kembali!"
Runtuh hati Jimmy. Sungguh menyedihkan bahwa Lal
dan Laddo akan pergi, tetapi jika Lotta juga harus pergi ...
wah, betapa sedihnya! "Aku pasti akan kesepian dan sedih," kata Lotta, air
matanya mulai mengalir lagi. "Aku suka pada Pa ... paman
Ben ... Benjy ... tapi aku takkan betah tinggal di rumah...
aku ingin terus ikut sirkus... dan berteman dengamu ..."
"Mengapa Lal dan Laddo tidak membawamu?" tanya
Jimmy heran. Ia tahu kedua orang itu sangat mencintai
anak mereka yang pandai ini.
"Sebab mereka berdua akan pergi ke Austria selama
enam bulan. Mereka akan bergabung dengan saudara Lal di
sana," kata Lotta. "Kata Lal saudaranya itu mempunyai
sirkus di Budapest. Ia akan membayar Lal dan Laddo
dengan gaji yang tinggi asal mereka tak membawa aku.
Kebetulan Lal dan Laddo ingin membeli kuda-kuda baru di
sana ...." Lotta mulai menangis lagi. Jimmy memeluknya erat-erat.
Kasihan Lotta. Ia seorang anak sirkus tulen. Ia tak pernah
tinggal di dalam rumah. Ia pasti merana tinggal di rumah
Paman Benjy. Ia pasti harus sekolah, dan di sekolah ia akan
tak mengerti apa pun, Ia pasti akan merasa kehilangan
kuda-kudanya, dan Lal, juga Laddo, dan terutama Jimmy.
"Kapan mereka akan pergi?" tanya Jimmy.
"Jika pertunjukan di sini telah selesai," kata Lotta,
mengusap mukanya dengan tangannya yang kotor. "Mereka
telah berkata pada Pak Galliano. Pak Galliano telah
mengundang orang-orang ahli kuda untuk menggantikan
Lal dan Laddo. Mereka akan membawa kuda-kuda mereka
sendiri sebab Lal dan Laddo akan membawa kuda.-kuda
mereka." Jimmy jadi sangat kuatir. Itu berarti tak lama lagi,
mungkin beberapa minggu ini, Lotta akan telah
meninggalkannya. Jimmy tak tahu bagaimana harus
menghibur Lotta. Dan tiba-tiba terdengar suara Pak
Galliano memanggilnya. "Jimmy! Jimmy! Di mana kau?"
"Di sini, Pak!" Jimmy merangkak ke luar dari bawah
karavan. Ia lari ke tempat Pak Galliano dan terkejut ketika
melihat topi pemilik sirkus itu tegak lurus di kepalanya. Apa
yang terjadi" "Jimmy, cepat pulang ke ibumu," kata Pak Galliano. "Ia
baru saja jatuh dan kakinya sangat sakit. Ayahmu sedang
memanggil dokter." Jimmy pucat seketika. Ia paling mencintai ibunya ini.
Cepat ia berlari ke karavannya, sama sekali lupa akan
Lotta. Ditemuinya ibunya berbaring di tempat tidur. Tampak
kesakitan. Tapi ia tersenyum ketika Jimmy muncul.
"Jangan kuatir, Nak," katanya. "Hanya terkilir. Sebentar
pasti sudah sembuh."
"Alangkah buruknya pagi ini," pikir Jimmy sambil
menuangkan susu ke panci untuk dihangati-nya. "Mula-
mula Lotta ... sekarang Ibu."
Dokter datang. Ia memeriksa kaki Bu Brown. Terkilirnya
berat, mata kaki ibu Jimmy itu membengkak.
"Tak terlalu parah," kata dokter akhirnya. "Tapi Anda
harus beristirahat, berbaring terus, selama dua tiga minggu
ini, Nyonya Brown." "Ya ampun! Tak mungkin kulakukan itu!" Bu Brown kini
tampak ketakutan. Wah. Siapa yang akan mengurus Jimmy
dan suamiku" Siapa yang akan memasak dan merapikan
karavan ini" Tak mungkin!"
"Harus," kata Dokter, bersungguh-sungguh kini. "Jika
tidak, kaki Anda ini bisa jadi sangat berbahaya."
"Aku akan menjaga agar Ibu beristirahat, Dokter," kata
Jimmy. "Aku bisa melakukan segala tugasnya."
"Tidak, Jimmy, kau tak bisa," tukas Bu Brown. "Kau dan
ayahmu selalu sibuk sepanjang hari. Kau takkan bisa
mendapatkan waktu guna mengurus pekerjaanku pula.
Besok aku pasti sudah bisa berjalan-jalan."
Dokter tak berkata apa-apa lagi. Ia keluar dari karavan.
Jimmy dan Pak Brown berterima kasih serta membayar
ongkos pemeriksaan. Di kejauhan Lotta memperhatikan itu
dengan wajah masih kotor oleh air mata. Kemudian ia
mendekat. "Jimmy," ia berkata. "Kenapa ibumu" Luka berat?"
"Tidak," jawab Jimmy. "Hanya kakinya. Ia harus
beristirahat dua atau tiga minggu. Ibuku kuatir karena itu
berarti ia tak bisa masak dan mengurus karavannya.
Sungguh buruk hari ini, Lotta."
Lotta memperhatikan wajah Jimmy dan lupa akan
persoalannya sendiri. "Jimmy, jangan lupa akan kata-kata
ibumu yang pernah kaukatakan padaku dulu," katanya
kemudian. "Injaklah kesulitan yang datang, jadikan batu
pijakan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Jangan
kuatir. Aku akan datang ke karavanmu dan membantumu
apa saja." "Aku tak yakin ... apa yang bisa kita capai dari peristiwa
seperti ini, Lotta" Kita jadikan batu berpijak untuk
mencapai apa" Dan persoalanmu sendiri bagaimana?" kata
Jimmy. "Jangan memandangku seperti itu, Jimmy," kata Lotta
yang mencoba untuk tampak bisa menguasai kesedihannya.
"Aku akan berjanji untuk melupakan kesedihanku jika kau
juga melupakan kesedihanmu serta memperbolehkan aku
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membantumu." "Kau s* orang sahabat yang sangat baik, Lotta," kata
Jimmy. Aku tak melihat apa yang baik yang bisa keluar dari
kejadian seperti ini. Aku tak tahu bagaimana kita bisa
mengambil keuntungan dari kejadian ini, bagaimana kita
bisa menggunakan peristiwa ini sebagai batu pijakan untuk
mencapai sesuatu yang baik! Oh, sungguh mengecewakan
hari ini!" Lotta naik ke karavan Jimmy dan berkata pada Bu
Brown bahwa ia akan datang untuk membantu-setiap hari.
Bu Brown senang harinya Ia mencintai anak perempuan
kecil itu - dan saat itu Lotta sudah hafal bagaimana Bu
Brown melakukan apa pun. Ia tahu Bu Brown selalu ingin
agar kompor selalu bersih. Ia tahu Bu Brown setiap hari
mengepel lantai karavan. Ia tahu cara bagaimana Bu Brown
memasak. Oh, akhir-akhir ini semakin banyak yang
diketahui Lotta, hal-hal yang dulu tak
diketahuinya. Jimmy berangkat untuk melihat anjing-anjing mereka.
Lotta tak diajaknya agar anak itu bisa membantu ibunya.
Lucky menyambut Jimmy, berlompatan menari ria di
sekeliling kakinya, ingin membuat majikan kecilnya itu
tertawa. Tetapi hari itu sulit bagi Jimmy untuk tersenyum.
Ia tak bisa lupa bahwa tak lama lagi ia akan kehilangan
sahabat terbaiknya - si nakal bandel Lotta yang
disayanginya itu. Dalam kesibukannya membantu ibu Jimmy, Lotta mulai
melupakan kesedihannya. Ia mengatur agar Bu Brown bisa
tidur dengan nyaman. Ia merawat kaki ibu Jimmy itu. Ia
lari untuk membeli bahan makanan guna makan nanti. Ia
mempersiapkan peralatan masak sambil terus berbicara
gembira dengan Bu Brown. Ia mengatur meja untuk makan
serapi mungkin. Mau tak mau Bu Brown harus mengakui
Lotta kini memang sudah sangat pandai dan lebih cekatan
dalam perkara mengatur rumah.
Di hadapan ibunya, Jimmy juga bersikap riang. Kedua
anak itu tidak bercerita pada Bu Brown tentang kepergian
Lal dan Laddo. Walaupun mereka tidak bahagia, tetapi
mereka tetap tersenyum dan bercanda dengan Bu Brown
pada saat makan malam, agar Bu Brown bahagia dan
senang. Nyatanya memang dia bahagia.
"Saya tak tahu apa yang harus saya lakukan tanpa kamu,
Lotta!" kata Bu Brown.
(Oo-dwkz-syaugy-oO) 26. Jimmy dan Lotta Akhirnya Berbahagia
Hari-hari berlalu. Kaki Bu Brown ternyata lama juga
sembuhnya. Ia masih terpaksa berbaring di tempat tidur, tak
bisa berjalan. Tetapi kini ia tak terlalu keberatan akan hal
itu, sebab Lotta selalu datang untuk membantunya jika ia
sendiri sudah senggang. Lotta bisa membersihkan karavan
itu, mencuci apa saja yang dikehendaki Bu Brown,
memasak dan menemani ibu Jimmy itu dengan celotehnya
yang ria. Jimmy bangga pada Lotta. Ia tahu sebenarnya anak itu
sedang bersedih hati. Makin hari makin dekat waktu
baginya untuk meninggalkan sirkus dan tinggal bersama
Paman Benjy di tempat yang begitu jauh. Alangkah
senangnya kalau Lotta bisa lebih pandai menulis - Jimmy
takut kalau Lotta akan tidak pernah menulis surat padanya.
Enam bulan rasanya bertahun-tahun, dan masih ada
kemungkinan Lal dan Laddo tidak akan kembali.
Suatu hari tiga orang datang untuk menemui Pak
Galliano. Mereka adalah para ahli menunggang kuda yang
dipanggil Pak Galliano untuk menggantikan Lal dan
Laddo. Ada dua orang wanita dan seorang pria, ketiganya
gagah dan tampan, berwajah baik hati, dan tersenyum
manis. Kuda-kuda mereka dibawa dalam sebuah karavan
khusus berbentuk kotak. Jimmy melihat kuda-kuda itu juga
gagah, terawat baik, serta bersikap manis.
Ketiga orang itu - Juanita, Pepita, dan Lou - kembali
ke kuda-kuda mereka setelah pembicaraan dengan Pak
Galliano selesai. Mereka tersenyum pada Jimmy. Juanita
menuding pada Lucky yang menari-nari di sekeliling
kakinya. "Ini anjing yang terkenal itu, Lucky?" tanyanya dengan
suara lembut sedikit serak. "Dan kau, Jimmy" Kami sudah
sering mendengar namamu."
Merah muka Jimmy karena bangga. Ia telah menjadi
terkenal! Ia tak tahu harus berkata apa. Stanley si Badut
yang kebetulan berada di dekat itu menyeringai dan
berkata: "Oh, Jimmy kami ini suatu hari akan memiliki
sebuah sirkus sendiri. *> Bukankah begitu, Jimmy" Ia akan
menjadi Tuan Jimmiano dan memakai topi dua kali lebih
besar daripada topi Galliano."
Jimmy tertawa. Ia membelai kuda yang terdekat
dengannya. "Kuda-kuda ini sungguh tampan," katanya.
"Jika Anda ingin bantuan untuk merawat - mereka, panggil
saja aku. Aku biasanya merawat kuda-kuda Laddo dan Lal.
Begitu juga Lotta." "Kalau begitu kau boleh membantu merawatkan kuda
kami," kata Lou, tersenyum pada anak kecil itu. "Dan Lotta
juga, walaupun aku belum tahu siapa dia."
"Ia seorang penunggang kuda yang hebat," kata Jimmy
kemalu-maluan. "Anda harus menyaksikan sendiri kehebatannya di atas punggung kuda."
Jimmy senang karena ketiga orang baru itu tampaknya
baik hati. Tetapi alangkah lebih senangnya ia kalau Laddo
dan Lal tak usah pergi. Tapi Lal dan Laddo jelas akan pergi.
Kuda-kuda dan anjing-anjing mereka sudah dimasukkan ke
kandang-kandang khusus untuk bepergian jauh. Tak lama
lagi mereka akan berangkat. Tak lama lagi Lotta akan naik
kereta api menuju rumah Paman Benjy.
Bu Brown sudah mendengar bahwa Lal dan Laddo akan
pergi. Tetapi ia mengira bahwa Lotta akan ikut kedua orang
tuanya itu. Bu Brown sedih juga memikirkan bahwa Jimmy
akan kehilangan seorang sahabat. Tetapi karena Jimmy tak
pernah mengatakan tentang itu, ia mengira anaknya tak
terlalu memikirkan kepergian Lotta.
"Aku akan sangat kehilangan kau, Lotta," kata Bu Brown
pada gadis cilik itu. "Kau begitu baik padaku dua tiga
minggu ini. Alangkah senangnya kalau kau tak usah pergi
dengan Lal dan Laddo."
"Aku tak akan pergi dengan Lal dan Laddo," kata Lotta
dengan air mata berlinang. "Mereka tak bisa membawaku.
Aku terpaksa harus tinggal di Paman Benjy ... di sebuah
rumah ... dan aku tak senang tinggal di rumah!"
Ibu Jimmy memandangnya tercengang. "Jangan menangis, Nak," katanya. "Mendekatlah, katakan apa yang
terjadi. Kau dan Jimmy tidak pernah mengatakan hal ini
padaku." "Memang," kata Lotta. "Kami tak ingin Anda terlalu
memikirkan kami padahal Anda sedang sakit. Kami pikir
kalau kami tabah menghadapi persoalan ini, mungkin
sesuatu yang menyenangkan akan terjadi. Tetapi... yah,
sampai saat ini hal itu tak terjadi. Padahal Sabtu ini aku
sudah berangkat." Bu Brown membelai rambut anak yang sedang bersedih
itu, dan ia berpikir. "Anak-anak yang tabah," pikirnya.
"Lotta begitu riang setiap hari membantu aku padahal
sesungguhnya ia bersedih. Dan Jimmy tak mengatakan apa
pun padaku." Kemudian ia punya suatu pikiran. Ada tempat tidur ke
empat di karavannya. Bagaimana kalau Lotta tinggal di sini
dengan Jimmy sampai Laddo dan Lal kembali" Kasihan
sekali anak ini kalau harus tinggal dengan Paman Benjy
dirumah yang tak disukainya. Dan jika ia sekolah pastilah
ia jadi * " olok-olokan teman-temannya. Bu Brown
memeluk s Lotta erat-erat. Ia kini semakin mencintai anak
ini. "Mintalah agar ayah dan ibumu datang kemari,"
katanya pada Lotta kemudian. Lotta mengusap air matanya
dan berlari ke luar. Tak lama Lal dan Laddo datang.
"Bermainlah dengan Jimmy dulu, Lotta," kata Bu
Brown, tersenyum pada Lal dan Laddo.
"Aku baru saja mendengar bahwa Anda berdua tidak
membawa Lotta nanti," kata Bu Brown setelah Lotta pergi.
"Begini. Aku sangat menyukai anak itu. Dan agaknya ia
juga senang pada kami sekeluarga. Jangan kirimkan ia pada
pamannya. Biar dia tinggal bersama kami sampai Anda
berdua kembali. Ia pasti bahagia tinggal di sini bersama
Jimmy, Brownie, dan aku."
Wajah Lal berseri-seri seketika. "Oh, Bu Brown!
Benarkah Anda bersedia' menerima Lotta selama kami
pergi" Kami memang berat untuk mengirimkannya ke
pamannya, tetapi rasanya hanya itu satu-satunya cara ...
kami tak ingin ia sendirian di sirkus ini. Aku yakin ia akan
senang tinggal bersama Anda dan Anda akan dapat
menjaganya dengan baik."
"Ia akan bisa berlaku sebagai seorang anak kandung bagi
Anda," kata Laddo. "Aku yakin ia mau melakukan lebih
banyak terhadap Anda daripada terhadap kami. Kami tak
keberatan ia tinggal bersama Anda."
"Kalau begitu beres sudah," kata Bu Brown, senang.
"Kini tolong panggilkan Jimmy dan Lotta. Mereka patut
menerima hadiah kegembiraan ini. begitu tabah mereka
menghadapi kesedihan. Biar aku sendiri yang mengatakan
pada mereka tentang keputusan ini."
Kedua anak itu pun muncul, bertanya-tanya dalam hati
mengapa mereka dipanggil. Bu Brown tersenyum pada
mereka. "Aku hanya ingin berkata bahwa akhirnya sesuatu yang
menyenangkan muncul akibat ketabahan kalian," katanya.
"Lotta akan tinggal bersama kita, Jimmy. Ia tak akan pergi
ke rumah pamannya. Ia akan tinggal di karavan kita. Tidur
di tempat tidur yang kosong itu."
Kedua anak itu ternganga. Mereka tak percaya apa yang
baru saja mereka dengar. Dan tiba-tiba mereka melonjak
gembira. Mereka memeluk Bu Brown. Mereka saling peluk.
Mereka berlompatan menari-nari berputar-putar, menjatuhkan dua buah piring kecil, tempat duduk, dan
sebuah tempat lilin. Mereka melompat ke atas tempat tidur
dan turun lagi. Bu Brown tertawa tergelak-gelak melihat
tingkah gila-gilaan mereka.
Tetapi tiba-tiba Lotta menangis. Namun menangisnya
diseling dengan tertawa juga! "Aku ... aku tttidak me ..
menangis ..." katanya. "Ak ... aku begitu ... begitu bahagia!"
"Lucu sekali caramu menunjukkan hal itu," kata Bu
Brown. "Tetapi kalian berdua memang patut mendapat
kejutan gembira ini. Kalian tabah, baik, dan aku tak pernah
mendengar keluhan sedikit pun dan kalian."
"Nyonya Galliano berkata bahwa mengeluh itu hanya
mendatangkan sial," Jimmy menyeringai. "Maka aku tak
akan mengeluh, Ibu. Wah, Lotta, mungkin kau akan
mendapat kesempatan untuk menaiki kuda-kuda yang
dibawa oleh Juanita, Pepita, dan Lou. Bahkan jika kau
sabar dan baik, mungkin mereka akan mengajakmu
bermain bersamaa di ring."
"Oh aku lebih suka bermain di ring bersama kau dan
Lucky," kata Lotta, melompat lagi ke atas tempat tidur
"Kita akan bisa memberi pertunjukan yang hebat"
"Enam bulan ini kita akan bergembira ria Lotta!" seru
Jimmy, menari ribut sekali di lantai karavan. "Oh, tadinya
aku sudah merasakan roboh rata dengan tanah... kini aku
bagaikan awan di angkasa raya!"
"Kedengarannya sih kau tidak seperti awan," kata Bu
Brown. "Awan tidak akan seribut itu. Hentikan, Jimmy.
Dan pergilah dengan Lotta membeli sesuatu untuk makan
nanti." Kedua anak itu melompat turun ke tanah, bahagia
bagaikan burung-burung di musim semi. Jimmy mengambil
kotak tabungan rahasianya. Diambilnya uangnya banyak-
banyak sehingga Lotta membelalakkan mata. "Tak pernah
kukira kau sekaya ini, Jimmy. Untuk apa uang sebanyak itu
kau ambil?" "Tunggu saja nanti," kata Jimmy, mencibir pada (\
Lotta. Lotta langsung membalas dan mereka berdua
tertawa. Mereka begitu bahagia hingga tak menghiraukan
apa pun. Mereka pergi ke kota, membeli bahan-bahan makanan.
Kemudian Jimmy pergi ke toko kain. Apa ternyata yang
dibelinya" Ia membeli selimut, seprai, kasur, dan selimut
bulu angsa! "Ini untuk tempat tidur kecilmu, Lotta," katanya.
"Sebagai hadiah dariku untukmu. Kau akan nyaman dan
hangat di karavan kami."
Bagaikan pecah dada Lotta karena gembira. Ia belum
pernah memiliki tempat tidur seindah itu. Ia bahkan belum
pernah tidur dengan seprai dan selimut yang sesungguhnya.
Kebanyakan orang sirkus tidur di permadani dan selimut
kasar. Jarang sekali mereka punya seprai. Betapa megahnya
tempat tidur Lotta terasa!
Bu Brown tertawa melihat kedatangan kedua anak yang
membawa begitu banyak bawaan. Lucky membawa
keranjang makanan di moncongnya. Besar juga bantuannya
jika diajak berbelanja. Semua masuk ke dalam karavan
besar Bu Brown dan semua bungkusan dibuka untuk
dipamerkan pada Bu Brown.
Saat itu datanglah Pak Brown. Dan ia segera diberi tahu
apa yang terjadi. Ia juga gembira sebab ia pun menyayangi
Sirkus Pak Galliano Karya Enid Blyton di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Lotta. Ia sangat berterima kasih pada gadis cilik yang
dengan tekun merawat Bu Brown, serta memasak dan
mengurus karavan untuk mereka semua selama ini.
"Mulai sekarang anggota keluarga kita empat," kata Pak
Brown, bersiap untuk makan.
"Lima, Ayah," kata Jimmy saat Lucky melompat ke
pangkuannya. "Jangan lupa pada Lucky Kau yang
membawa keberuntungan bagi kami bukan, anjing kecil?"
"Guk!" seru Lucky dan dengan cepat menyambar
sepotong sosis dari piring Jimmy. .
Makan kali itu sungguh membahagiakan. Lotta melihat
berkeliling. Semuanya bersih, teratur, luas, dan nyaman. Ia
gembira bahwa ia tak akan meninggalkan sirkus, dan lebih
penting lagi ia tak akan meninggalkan Jimmy. Mereka
semua kemudian berbicara penuh semangat. "Aku akan
membantu Jimmy dengan Lucky."
Dan Lotta akan menanyakan apakah dapat ikut bermain
di ring bersama ketiga orang pengendara kuda yang baru
datang itu," kata Jimmy. "Mereka tampaknya baik-baik.
Aku yakin mereka akan menerima Lotta."
"Dan kakiku rasanya sudah sembuh kini sehingga aku
akan bisa merawat keluarga besarku ini," kata Bu Brown.
"Dan aku akan menjaga agar kalian tidak menjadi terlalu
terkenal," Pak Brown tertawa.
"Guk! Guk! Guk!" salak Lucky ikut-ikut berbicara.
Begitulah. Lal dan Laddo berangkat dengan kuda dan
anjing mereka. Mereka gembira bahwa Lotta akan dirawat
oleh keluarga yang baik hatj, Sirkus berkemas lagi. Kini
tujuannya adalah suatu tempat di mana pertunjukan Paskah
akan diadakan. Hiruk pikuk dan kesibukan terjadi, Pak
Galliano tak henti-hentinya melecutkan cemeti serta
meneriakkan perintah-perintah. Lotta dan Jimmy menyukai
semua itu. Begitu semarak rasanya.
Dan ... tibalah saatnya untuk berangkat! Tampil paling
depan barisan kuda-kuda hitam gagah tampan, dengan
seorang tukang kuda berpakaian gagah sekali serba merah,
meniup terompet. Betapa agungnya dia!
Kemudian muncul sebuah kereta yang bagaikan terbuat
dari emas. Dan siapa pria sedikit gemuk yang tampan serta
wanita berambut hitam yang selalu tersenyum di
sampingnya itu" Hei, itulah
Pak Galliano yang terkenal itu, bersama istrinya! Lihat
betapa ia mengangkat topi dan membungkuk hormat ke
sana sini, kepada para penonton dan anak-anak di pinggir
jalan. Gayanya bagaikan seorang raja! Lihat betapa
kumisnya yang tipis dipilin tajam ke atas dan topi tingginya
begitu kemilau! Kini muncul kuda-kuda putih. Mereka dibawa oleh
Juanita, Pepita, dan Lou sebab memang kuda-kuda ini
bawaan mereka. Pepita menaiki kuda pertama, cantik bagai
bidadari dengan gaun pendek yang berkilauan. Di belakang
kuda-kuda ini muncul Stanley si Badut, berpakaian merah
dan hitam, memakai topi runcing, dan berjungkir balik
sepanjang jalan. Riuh rendah sambutan anak-anak.
Setelah itu karavan-karavan berbaris panjang. Warna-
warnanya cemerlang dan ceria. Ada yang merah. Ada yang
biru. Ada yang hijau. Dan yang terakhir sebuah karavan
besar berwarna kuning, dengan tirai jendela yang indah
melambai-lambai ditiup angin. Di tangga di depan pintu
karavan ini duduk dua orang anak, Jimmy dan Lotta,
memangku seekor anjing spaniel hitam. Betapa iri hati
semua anak-anak yang menonton. Mereka pun ingin
menjadi anak sirkus! Dan itu si gajah, Jumbo! Sabar seperti biasanya, Jumbo
menarik tiga buah kandang yang berat-berat. Pak Tonks
berjalan di samping gajahnya. Kadang-kadang Jumbo
menaruh belalainya di bahu Pak Tonks seolah-olah belalai
itu [angan. Para penonton pun tertawa olehnya.
Itu ada dua buah kandang terbuka. Satu dij antaranya
membawa Sammy si simpanse sedang makan pisang dan
melemparkan kulitnya padi para penonton. Pak Wally
duduk disebelahnyJ Kandang berikutnya berisi tiga ekor
monyel bertengger di sebatang kayu. Mereka memakai! baju
tebal berwarna merah. Dan pada tangga kandang itu duduk
seorang bertubuh kecil. Lilliput tentu saja. Dan seperti biasa
Jemima, monyet kesayangannya, memeluk rapat lehernya.
Ah. Kita telah mengenal semua anggota sirkus ini!
Tapi tunggu, siapa itu yang berjalan di kaki belakangnya
dan membawa sebuah bendera dengan gagah bagaikan
seorang jenderal" Oh, itu Lucky. Lucky anjing kecil sahabat
kita yang tahu {benar jika ia berlaku seperti ini ia nanti akan
unemperoleh biskuit. Ya. Banyak sekali!
Jimmy bersuit Lucky menurunkan kaki depan dan berlari
dengan empat kaki, menggigit benderanya tadi. Bagus
sekali, Lucky! Kau sangat mencintai majikan kecilmu,
bukan" "Selamat jalan, selamat jalan!" seru anak-anak. "Cepatlah
kembali kemari lagi! Selamat jalan, sirkus Galliano!"
Kita pun harus mengucapkan selamat berpisah. Tetapi
jika kalian mendengar bahwa sirkus Galliano akan datang
ke kotamu, coba lihat dan carilah kabar tentang Jimmy,
Lotta, dan Lucky. Semoga berhasil dengan baik, Galliano!
(Oo-dwkz-syaugy-oO) Pendekar Negeri Tayli 14 Pendekar Rajawali Sakti 181 Lima Golok Setan Tujuh Pendekar Pedang Gunung Thian San 11