Pencarian

The Devils Dna 2

The Devil's Dna Karya Peter Blauner Bagian 2


alisnya naik.. "K ita ingin mereka ada di pihak kita. Kita tak ingin
mereka menjelek-jelekkan kita di hadapan media saat kita
mengerjakan kasus ini kembali. Kita tak ingin terlihat bodoh."
"Lalu kenapa kau tak melakukan sesuatu saat dengar pendapat?"
"Aku tak menyangka kita akan kalah."
Francis menyimak pandangan Paul yang benar-benar bingung,
heran luar biasa bahwa orang akan mempertimbangkan serangkaian
fakta yang sama dengan yang ia miliki dan mengambil keputusan
berbeda. Dan saat itu juga, ia melihat kekuatan dan kelemahan
seorang pria. Kepastian mutlak akan budinya sendiri yang telah
menjadikan Paul sebagai jaksa sukses dan nyaris tak pernah gagal di
setiap hubungan sosial. "Baiklah, aku akan menemui mereka," kata Francis. "Tapi kau
berutang banyak padaku, Hakim."
"Francis, takakankulupakan kebaikanmu."
"Tolong panggilkan saja pelayan," katanya, setelah yakin bahwa
memang tak ada susu di meja. "Kop i ini terlalu keras."
6 HOOLIAN MENGUSAP matanya yang lelah, mempelajari peta kereta
api, dan akhirnya menemukan rute dari Coney Island menuju kantor
pengacaranya. Kerabatnya sendiri mengusir seolah ia seekor anjing
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
buduk. Ia meraba medali Santo Christopher dari ayahnya.. Berharap
minimal ia sempat mandi dulu sebelum pergi. Rasanya ia masih bisa
mencium bau penjara di kulitnya.
Kereta melintasi sebuah tanah pekuburan, barisan nisan rendah
mengusam seperti gigi- gigi perokok akibat polusi. Tanah orang
mati. Anda berangkat dari tanah orang mati. Tolong siapkan paspor.
Kantor pengacaranya berada di atas K inko's di Astor Place di
Manhattan. Lalu- lintas riuh di sekeliling patung kubus raksasa hitam
yang tampak susah-payah menyeimbangkan dirinya sendiri di satu
sudut. Tergesa-gesa pergi ke mana orang-orang ini" Metabolismenya
masih mengikuti kala di penjara: waspada, menahan diri, peka
terhadap perubahan. Di ruang tunggu, duduk seorang pria yang tampak bingung,
mengenakan topi mandi karet putih wanita. Ia mengangguk ramah,
bak kawan lama Hoolian. Di sebelahnya, seorang perempuan mungil
dan kurus berusaha mengendalikan tiga anak-anaknya yang liar yang
tengah bergoyang-goyang di atas karpet cokelat, dan seorang kakak
dengan kaki sebesar sansak sedang bicara sendiri mengenai
kumpulan CD untuk sebuah pesta. Butuh beberapa saat bagi Hoolian
untuk menyadari bahwa si sulung itu memakai headset di balik topi
bisbolnya. Sang sekretaris sungguh tak peduli pada mereka semua. Ia
seorang gadis kulit putih gemuk dengan cat kuku biru dan rambut
Rastafarian, meminta sejumlah penelepon untuk menunggu. Teka-
teki silang koran New York Times yang baru separo terisi tergeletak
di sebelah keyboard komputernya.
Hoolian berdiri di hadapannya, berusaha menarik perhatian gadis
itu dan menyadari sekali lagi bahwa ia telah menatap terlalu lama -
seperti pada gadis Kawat Duri kemarin malam. Berapa lama
memangnya seseorang boleh menatap" Mungkin ada aturannya. Ia
menahan tatapan selama dua ketukan lalu mulai berbalik.
"Ya?" gadis itu menengadah.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Julian Vega bermaksud bertemu Ibu Aaron."
"Oh, Julian, mari masuk." Deborah Aaron menyembul keluar dari
belakang pintu kayu. "Aku sudah menunggumu."
Hoolian menoleh pada orang-orang yang telah menunggu lebih
lama, setengah berpikir mestinya ia meminta maaf karena
memotong, tetapi lalu berpikir, persetan. Mereka akan melakukan
hal yang sama dengannya. Ia melangkah masuk ke dalam kantor, menutup pintu di
belakangnya selagi No na A mengulurkan tangan. "Selamat."
Sentakan kecil dari pergelangan tangan wanita itu membuatnya
membusung. Ia menyodorkan pipi untuk bercium pipi, tetapi Hoolian
menoleh ke sisi yang salah dan malah menyapu bibir wanita itu.
"Uh, terima kasih." Hoolian menangkap aroma bunga lilac di
kulitnya. "Silakan duduk."
Apakah sebuah ciuman mengandung makna seorang wanita
menyukaimu ataukah itu sikap sopan saja" Dengan hati- hati ia duduk
di kursi di depan meja wanita itu, dengan hati- hati menaruh tas
besarnya di pangkuan. Kawan-kawan penghuni penjara mengganggunya saat pengacara ini berkunjung ke penjara, seorang
wanita New York tangguh berwajah boneka porselen yang bicara
terlalu cepat dan selalu terdengar seperti terengah-engah. Mereka
menceritakan kisah para narapidana yang melakukan hal- hal buruk
kepada pengacara wanitanya di ruang jenguk saat penjaga melihat ke
arah lain dan anak-anak memasukkan koin dua puluh lima sen, satu
persatu ke dalam mesin kudapan.
Tapi Hoolian tak akan mengambil risiko semacam itu saat masih
berada di kurungan. Wanita ini telah mengemudi 150 mil ke utara
dalam hujan deras untuk bertemu dengannya, menangani kasus tanpa
dibayar setelah ia ditolak setengah lusin pengacara lain selama
bertahun-tahun. Wanita itu telah membaca surat-surat yang mati-
matian ia kirimkan - kadang empat atau lima surat sehari - yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
mengungkit isu Amandemen Keempat dan menggarisbawahi
kelalaian dalam catatan pengadilan. Debbie menanggapi perkara itu
dengan serius saat Hoolian mengaku telah dijebak dan menulis pada
Paul Raedo di kantor Jaksa Wilayah secara terus-menerus untuk
meminta DNA-nya diuji tanpa pernah menerima jawaban. Wajar saja
dirinya sedikit jatuh cinta pada wanita itu - ia hampir tak tidur
malam sebelum jadwal kunjungan wanita itu, mencari tahu kutipan
dan aturan barang bukti dari perpustakaan hukum untuk membuat
pengacara tersebut terkesan, dan jantung Hoolian melompat saat
mendengar ketukan sepatunya yang efisien di lantai batu dingin.
Namun kini berbeda. Tak ada petugas yang mengawasi mereka
dari jendela kecil di pintu. Ia merasakan setitik pelembab bibir
wanita itu di sudut mulutnya. Dalam cahaya kantor yang lebih
terang - sedikit lebih sempit dan sesak oleh buku yang lebih dari
dugaannya - ia bisa melihat penampilan Debbie yang menarik
namun letih oleh rasa cemas. Tampak beberapa helai rambut putih di
antara rambut pirangnya, beberapa lingkaran di bawah mata, dan
lesung pipi mulai terlihat makin dalam. Dalam beberapa tahun ke
depan, perempuan ini akan tercebur dalam penuaan dini atau
menjelma menjadi semacam wanita menggairahkan yang selalu
dikelilingi laki- laki belia yang dengan riang membawakan kopi ke
ranjangnya. "Maaf, aku tak bisa menjemput dan mengantarmu dari Rikers
setelah acara dengar pendapat," katanya dengan senyum tertahan.
"Masalahnya, baby sitter-ku harus pulang awal gara- gara anaknya
sakit. Dan aku tak punya orang untuk menggantikannya..."
"Tak apa. Aku bisa pulang sendiri."
"Oh, aku lega." Ia berhenti, mengingatkan dirinya sendiri untuk
bernapas. "Kau tidur nyenyak di tempat sepupumu?"
"Uh, ya. Rasanya enak. Maklum. La familia."
Hoolian mafhum: ia mengawali dengan keliru karena berbohong
pada pengacaranya, tapi apa lagi yang bisa ia ucapkan" Sebagian
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dirinya masih seorang anak N uyo-Rican di sekolah blanco, yang
ingin membuat para gadis terkesan.
"Oh, itu bagus." Ia mengangguk sambil melamun. "Bagaimana
perasaanmu menjadi orang bebas?"
"Lumayan." Hoolian menatap berkeliling, memperhatikan lukisan
jari anak kecil di sebelah ijazah hukum wanita itu di dinding,
ujungnya yang diselotip melambai- lambai akibat angin AC. "Aku
terus berpikir, kau akan mengatakan padaku bahwa ini hanya lelucon
dan aku harus kembali."
"Tidak, ini bukan lelucon. Tapi kita punya masalah serius untuk
didiskusikan." Hoolian memeluk tas besarnya di pangkuan ke dada, mendengar
sejumput ketegangan. "Jadi, apa kata Jaksa Wilayah" Apakah
mereka akan menghentikan tuntutannya?"
"Aku khawatir, tadi pagi aku telah melakukan pembicaraan yang
tak memuaskan dengan Paul Raedo." Kata-kata itu meluncur seperti
rentetan kembang api di telinganya. "Mereka akan mengambil sikap
bahwa hakim membatalkan vonismu karena masalah 'teknis'."
Debbie membengkokkan jarinya membuat tanda kutip. "Tapi,
dakwaan awal masih berlaku."
Hoolian mengempaskan badan kembali ke kursi, menyadari
bahwa semua ini memang terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
"Hadapi saja. Kemarin itu kita beruntung." Wanita itu memajukan
badan, sejajar dengannya. "Empat kasus pengacara lamamu ditolak
beberapa bulan terakhir ini. Hal semacam itu kadang terjadi, tapi
biasanya tak sekaligus. Kita berenang di antara gelombang pasang."
Beruntung" Kemarahan mulai bergolak-dalam dirinya. Jika
beruntung, ia tidak akan dijebak sejak awal. Jika beruntung, ayahnya
tak akan menyewa Ralph Figueroa. Bajingan tua pecandu obat itu
tak pernah mengatakan bahwa ia. punya hak bersaksi atas dirinya
sendiri atau bahwa mereka ditawari pengajuan banding lima hingga
lima belas tahun oleh Jaksa Wilayah. Ia ternyata telah mengacaukan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
kasus-kasusnya selama bertahun-tahun - melewati tenggat, muncul
dalam keadaan tak siap, mengisi berkas yang salah. Dan, mengambil
12 ribu dolar dari tabungan Papi. Pengacara itu kini tinggal di panti
jompo di Florida, mungkin minum dari toilet dan dengan tenang
sama sekali tak tahu bahwa empat hakim negara bagian yang
berbeda terpaksa menyingkirkan putusan juri lama akibat
kelalaiannya yang menjijikkan. "Maaf, Julian. Ini politis."
Mendadak saja ia kembali berada di ruang sidang, berenang
dalam teror adrenalin dan setelan jas kelabu gatal yang dibelikan
ayahnya. Petugas membacakan putusan itu dan ia merasa tubuhnya
mendingin. Bersalah, bersalah, bersalah... tiap kali mereka
mengambil suara anggota juri, ia kehilangan beberapa derajat suhu
tubuhnya. Giginya gemeletuk saat penjaga meraih tangannya dan
memaksa bangkit, begitu bungkuk hingga ia hampir tak bisa
menoleh untuk mengucapkan selamat tinggal pada Papi saat mereka
membawanya kembali ke penjara.
"Oke, tunggu, tunggu." Wanita itu bisa melihat paras memucat
dari wajah pria di hadapannya. "Ini semua hanya persoalan
membentuk citra dan meraih posisi. Semuanya mungkin akan baik-
baik saja." "Mungkin?" geramnya. "No na A., jangan bicara padaku tentang
mungkin. Katakan saja apa yang harus aku lakukan dan biar aku
laksanakan hal itu."
"Dengar. Ini bukan kasus biasa."
Hoolian menyadari bagaimana wanita itu berbicara dengan lebih
perlahan dan berhenti untuk mengambil napas tiap beberapa kalimat,
seolah ia terbiasa berurusan dengan orang-orang yang sulit
mendengar atau sengaja bebal.
"Tak diragukan lagi. Aku menghabiskan hampir dua puluh tahun
untuk sesuatu yang mereka jebakkan..."
"Julian, aku di pihakmu." No na Aaron mengangkat tangan. "Oke"
Aku hanya mencoba menyodorkan fakta-fakta kepadamu. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kenyataannya, ini adalah kasus sulit. Aku ingat kasus ini pada tahun
ketigaku di kantor Jaksa Wilayah. Semua wanita membicarakannya,
karena kami semua seumur dengan korban. Dan, sayangnya, orang
belum melupakan. Jadi, kini Paul Raedo menyiapkan diri untuk
sebuah persidangan. Ia tak ingin terlihat mundur."
"Keparraaaat." Kata-kata itu meluncur keluar. "Jadi aku harus
kembali ke penjara" Itukah yang kau coba katakan?"
"Dengar, kau telah menderita banyak dan aku mengerti betapa
marah dirimu. Jadi aku mengusulkan ini padamu." Ia mengusap
kalung mutiaranya satu persatu dengan kelembutan setengah sadar.
"Aku akan menghubungi Paul kembali dan melihat apakah kita bisa
membuat kesepakatan tanggal minggu depan. Kau akan mengaku
bersalah dan Hakim Bronstein akan memberimu masa pelayanan dan
artinya itu..." "Tidak." Aaron melepaskan mutiaranya dan menatap pintu dengan gugup.
Ia mungkin berpikir telah bersikap sangat bijaksana dan penuh
alasan. Tapi wanita itu tak hadir di rumah sepupunya pagi tadi. Ia tak
mendengar pernyataan kerabatnya itu, aku bahkan tak mengenal
dirimu. Ia tak melihat pandangan gadis kecil itu dari balik kulkas.
Pandangan itu akan terus menghantui Hoolian seperti pisau yang
menancap di punggung. "Tidak, aku tak akan mengaku apa pun," ia mulai bicara, lalu
berhenti, sadar betapa dua dekade hidup di penjara telah menggerus
kesopanannya. "Maaf. Aku tak akan mengaku apa-apa. Aku ingin
namaku pulih." Wanita itu menundukkan kepala. "Julian, mari saling jujur satu
sama lain.," katanya. "Kau telah menghabiskan lebih dari separo
hidupmu di penjara. Apakah kau tak ingin ini semua berakhir?"
"Tentu saja." "Lalu mengapa kau tak tutup saja kasusnya" Aku tahu bagaimana
inginnya Paul Raedo dan Francis Loughlin membalas dendam."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Dan jika aku mengaku bersalah atas apa yang mereka jebakkan,
bagaimana aku akan mengangkat wajah" Heh" Apakah aku akan
bisa menjadi pengacara sepertimu dengan tuduhan kejahatan"
Apakah aku akan mampu membayar sewa rumah dan membeli
tempat layak untuk kutinggali?"
Raut wajahnya berubah saat berbicara. Ada sepasang gunting di
belakang matanya kini. "Julian, saatnya kita bertindak praktis," ujar Debbie. "Aku tahu
betapa keras kau berusaha agar kasus ini tetap berlanjut. Tetapi ada
batas seberapa jauh angan-angan akan terkabul."
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, setelah bertahun-tahun, kau dapat meyakinkan diri
bahwa dirimu tak bersalah dan bahwa kau dikhianati sistem. Tapi
jika kita terus berada di jalur ini, kita akhirnya akan kembali di
persidangan dan fakta- fakta akan muncul. Dan mereka tak selalu
seperti yang kau inginkan."
Amarah membuat wajahnya pucat. "Kau menuduh aku
pembohong?" "Aku hanya berkata aku tak ingin kau terluka lebih dari yang


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sudah kau tanggung." Ia menepuk dadanya menekankan. "Dan,
sejujurnya, aku tak mampu menginvestasikan lebih banyak lagi dana
untuk tuntutan publik yang tak punya harapan." Ia bangkit dan duduk
di ujung mejanya. "Kesalahan penahanan adalah kasus yang sangat
sulit dibuktikan. Kau harus menunjukkan bahwa polisi dan jaksa
sengaja mengabaikan atau merusak bukti yang dapat membebaskanmu." Hoolian terdiam beberapa saat, beban tas besarnya menekan di
pangkuan. Semua barang yang ia kumpulkan dan simpan saat ia
dipaksa pergi. Sikat gigi berhelai tumpul yang sudah harus diganti;
kaleng sup yang dibeli di toko kelontong yang tak tega ia buang; jam
alarm kecil yang ia perbaiki di toko perbaikan mesin kecil; kaus kaki
yang ia pakai rangkap saat lututnya terbenam salju di halaman
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
penjara di dekat perbatasan Kanada, berusaha menonton laporan
pertanian di TV; buku Childhood 's End yang ia simpan di tas
Jansport di hari ketika Detektif Loughlin memintanya mampir di
kantor polisi. Amplop tempat ia bersandar. Pengingat dari kehidupan
yang ia pikir ada di genggaman. Tahun-tahun itu. Yang dicuri
darinya, tercabik seolah seorang perampok mengambil dompetnya
untuk memperoleh segepok uang, dan melemparkannya ke selokan.
Itu yang terus terasa menyakitkan. Bahwa tak ada seorang pun yang
peduli. Tak ada yang memperhatikan. Tak ada yang mencoba
berlaku adil. Mereka menghempaskan wajahnya ke tanah dan
melanjutkan kehidupan yang sentosa. Ia berusaha bangkit dan
menerima segalanya; tersenyum dan mengangkat bahu, Hoolian
yang tak ambil pusing dan jalan terus, tetapi perasaan itu terus
tumbuh dalam dirinya seperti makhluk dalam film Alien. Hingga
suatu hari makhluk itu meledak keluar dengan rahang mengerikan
dan gigi- gigi yang menetes-netes, meninggalkan onggokan kulit tak
berguna di belakangnya. "No na Aaron, orang-orang itu berbohong," katanya dengan
dingin. "Mereka berbohong dan mengambil semua yang aku miliki
dan semua yang seharusnya kumiliki. Aku melewatkan pemakaman
ayahku dengan berada di kurungan isolasi. Dan, sekarang kau
mencoba bilang padaku bahwa tak ada seorang pun yang harus
membayarnya" Oh. Aku tak bisa hidup jika begitu. Kalau kau tak
ingin membawa kasus ini ke tingkat lebih tinggi dan terus
membelaku, aku akan mencari pengacara yang bersedia melakukannya." Dilihatnya wajah wanita itu turun dan tangannya menutup di
dekat mutiaranya. O, iya, Hoolian berhasil mencengkeram
perhatiannya. Sejak di penjara, ia telah belajar melihat dengan cepat
titik terendah manusia, menilai tingkat kebutuhan dan dahaga
mereka dalam sekilas. Ia telah mengenali lukisan di sebelah ijazah
sarjana hukum itu, dan kini mengetahui bahwa wanita itu
menyimpan foto kedua anaknya di lemari, seorang anak lelaki dan
perempuan, tanpa foto seorang suami. Jadi, ia adalah orang tua
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
tunggal yang membutuhkan keberhasilan dari kasus ini, hampir
sebesar yarig Hoolian butuhkan.
"Kau tahu, kita menjalankan operasi sulit di kantor ini," ia
memperingatkan Hoolian. "Aku tak punya banyak sumber yang bisa
kugunakan, untuk menyewa detektif swasta atau hal semacam itu.
Jika ingin aku tetap meneruskan kasus ini, kau harus ikut membantu
mendanai dan melakukan kerja nyata untukmu sendiri."
"Tak apa," ujar Hoolian. "Aku menghabiskan dua puluh tahun
dalam sistem hukuman negara. Aku tak keberatan mengotori
tanganku." "Ya, baiklah kalau begitu." Wanita itu mendesah. "Sepertinya aku
harus menyiapkan berkas-berkas dan memberi tahu Jaksa Wilayah
bahwa kita tak akan mempertimbangkan tawaran apa pun."
7 FRANCIS MENDENGAR gemeresik suara daun yang gugur di bawah
sepatunya saat berjalan menyusuri West 89th Street menuju rumah
merah kecokelatan milik keluarga Wallis. Beginilah perubahan
musim dalam beberapa tahun ke depan. Udara mendingin selama
beberapa minggu, beberapa keping salju meleleh di wajah, lalu -
bum - sebongkah es di trotoar membuatnya terpeleset. Bagaimana
dengan menyaksikan pohon mapel gula tumbuh di depan sebuah
tanda jalan di Rego Park, begitu cerah dan elok seperti penari Moulin
Rouge yang mengapung-apungkan rok dalamnya" Bagaimana
dengan pohon sycamore di Riverside Park yang berganti warna,
seperti dewa matahari yang menetes-neteskan api ke dalam daun-
daunnya" Ia seharusnya pergi ke pedesaan bersama Patti malam ini,
hanya untuk mengamati bintang-bintang sebelum mereka tergelincir.
Ia melihat Tom Wallis dari separo blok, rambut yang merah dan
kulitnya yang cerah, menyapu di depan rumah, memakai pantalon
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ketat dan kemeja putih dengan kerah terkancing, seolah-olah baru
pulang kerja tengah hari.
"Hai." "Apa kabar, Francis?" Tom menaruh sapunya ke samping dan
mengulurkan tangan. "Senang bertemu denganmu, Kawan." Francis melewatkan jabat
tangan itu dan memberinya pelukan hangat. "Kau tampak sehat."
Memang benar. Kebanyakan keluarga korban menua sebelum
waktunya. Orang bisa melihat sepuluh tahun berlalu di wajah mereka
segera setelah kabar buruk itu disampaikan, mata mereka surut ke
dalam tengkorak saat Anda mengucapkan "Saya turut berduka atas
wafatnya anggota keluarga Anda." Dan melihat mereka di
persidangan bahkan lebih buruk lagi: kulit semakin kelabu, rambut
menipis, postur merosot saat mereka menyadari bahwa ini bukan
masalah keadilan, melainkan integritas proses itu sendiri. Bahwa
kompromi-kompromi sunyi pengacara dan saksi-saksi setengah hati
yang kebingungan adalah satu-satunya ya'ng mereka miliki untuk
meredakan kepedihan. Tapi Tom, yang lahir lima tahun sebelum Allison, tak tampak
jauh berbeda dari sejak terakhir kali Francis melihatnya, di
Landmark Tavern pada 1986, berbincang tenang sambil menikmati
ginger ale dan roti soda. Ia masih menyimpan penampilan petani
muda yang takjub melihat puting beliung pertamanya di kejauhan,
rahangnya mulai mengendur, kening yang tinggi sedikit berkerut di
atas sepasang alis ya^ng hampir tak terlihat dan kulit putihnya yang
kontras dengan rambut merah, seperti wanita-wanita di keluarganya.
"Senang sekali kau ada di rumah saat kuhubungi."
"Kehidupan seorang salesman." Tom menyentuh ruang di antara
kedua alisnya dengan gaya malu- malu yang sama, sedikit gugup,
yang masih Francis ingat. "Pergi hampir setiap waktu lalu pulang ke
rumah siang hari di hari kerja. Sudah lama sekali, Francis."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Memang. Aku kehilangan jejak kalian. Dulu aku selalu
mengirimi ibumu kartu setiap Natal dan Paskah."
"Yah, kami memang sering pindah." Tom mengangguk, hanya
kilasan singkat bibirnya yang menipis yang menunjukkan bahwa ia
tak nyaman dengan kunjungan ini. "Kami tinggal di rumah ibuku di
Sag Harbor selama beberapa waktu. Lalu kami mencoba pergi ke
Connecticut. Tapi kau tahu bagaimana rasanya. Tak bisa tinggal di
sana, tak ada tempat lain senyaman rumah sendiri."
"Sering kudengar. Memang sulit menetap."
"Itulah kami, Wallis para Pengembara."
"Ibumu tinggal denganmu sekarang?"
"Ya. Harganya cocok, maka kami menjual tempat tinggal kami di
Danbury dan pergi." Tom mengedip cepat, tak ada tanda-tanda
mengajak Francis masuk. "Ternyata cukup lumayan. Kami
membayar cicilan rumah dengan menyewakan lantai atas, dan ibu
memiliki tempat sendiri di dekat kebun. Jadi ia bisa menemui cucu-
cucunya setiap waktu dan masih memiliki kamar mandinya sendiri."
"Wah, aku tak tahu kau telah menikah, Tom."
"Kami baru merayakan ulang tahun pernikahan yang kesepuluh."
Ia meraba cincin emas di jarinya, tercenung. "Ia wanita hebat dari
Indiana. Kami punya dua gadis kecil, tiga dan enam tahun..."
Tom membungkuk untuk mengambil bungkus permen karet
Swedish Fish yang tertiup ke atas tangga depan.
"Nah, ada apa, Francis" Di telepon, kau bilang ada sesuatu yang
penting yang perlu didiskusikan."
"Aku tak tahu apakah kau telah mendengar hal ini atau tidak.
Mereka membebaskan Julian Vega."
Tom bangkit perlahan- lahan, bungkusan itu membuat suara
gemeresik di tangannya. "Apa yang kau bicarakan?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Percayalah padaku. Aku tahu ini kacau. Aku juga baru saja
mengetahuinya." "Mereka-membebaskan-nya?" Tom mengulang kata-kata itu,
seolah ia siswa yang sedang belajar bahasa Inggris. "Bagaimana bisa
terjadi?" "Ini masalah teknis. Mereka mengabaikan dakwaan jaksa karena
ia mengklaim pengacaranya tak pernah memberi tahu bahwa ia
mempunyai hak untuk bersaksi. Itu omong kosong. Jangan khawatir
akan hal itu. Kita akan menjebloskannya kembali ke penjara."
Tom mulai menggosok-gosok ruang halus di antara kedua alisnya,
seakan-akan berusaha mencerna informasi itu ke dalam kepalanya.
"Maksudmu kita harus mengulangi lagi segalanya?"
"Tom, aku minta maaf. Tak semestinya hal ini terjadi."
"Wow...maksudku, wow." Semburat merah muda mulai menyala
di rautnya yang halus. "Mengapa tak seorang pun memberi tahu
kami tentang hal ini?"
"Semuanya terjadi begitu mendadak. Tak ada yang menduga hal
ini." Oh, Paul Raedo, betapa kau berutang banyak padaku.
"Ya Tuhan. Aku tak tahu apakah ibuku sanggup menanggung
kejadian ini." "Kau ingin aku yang mengabarkan padanya?"
Tom menggeleng, warna alami pucat wajahnya berangsur-angsur
kembali perlahan. "K urasa itu bukan ide yang baik."
"Mengapa tidak?"
Tom mengambil napas dalam, seakan dirinya baru saja
mengendarai sepeda anak-anak di jalan setapak yang curam dan
panjang. "Ia tak lagi menjadi dirinya sendiri. Sudah sejak lama."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, ya?" Francis mengutuk dirinya sendiri karena tak mengikuti
perkembangan. Tetap berhubungan dengan keluarga korban
sebenarnya menjadi bagian dari pekerjaannya Tentu saja, beberapa
telepon merupakan siksaan, para ibu yang menangis, "Mengapa
Tuhan mengambil anakku yang tampan?" meski kau tahu betul
bahwa si Anak Tampan itu sebenarnya bajingan kecil pengedar
narkotika-penganiaya pelacur, dengan pisau belati di mulut saat
ditemukan. Tapi kau harus melakukannya. Bukan hanya karena
menghibur keluarga yang ditinggalkan adalah hal yang baik tetapi
karena kau tak pernah tahu. Bisa saja dua-tiga tahun dari sebuah
kebuntuan, kau menganggap kasus itu tak akan pernah terpecahkan,
ketika si Nenek tiba-tiba menghubungi, bersaksi bahwa dirinya
menonton As the World Turns saat No na Itu melenggak- lenggok
dengan pantat besarnya dan perhiasan berkilauan yang mengingatkannya pada gadis pacar si Anak Tampan yang terlihat
sebelum pembunuhan, yang kemudian diketahui ternyata memiliki
suami pencemburu yang baru saja tiba dari Ekuador.
"Aku tahu ibu terlihat seolah kuat selama persidangan." Tom
mencengkeram sapunya. "Tapi lalu ia seolah-olah hancur berkeping-
keping. Kau tahu sendiri, ia terus-menerus berusaha menulis buku
yang sama selama dua puluh tahun."
"Ya." Tidak aneh. Mereka yang paling lama mampu mengendalikan diri
kadang jatuh paling keras. Ia ingat Eileen duduk di baris kedua di
ruang sidang tiap hari, wanita kuat berambut merah ini yang tak
pernah memakai rias wajah dan membesarkan dua anak di kota ini
setelah suaminya, pelukis ekspresionis abstrak gagal, mendadak
pergi ke Paris bersama penari Meredith Monk berusia delapan belas
tahun. "Apa yang terjadi" Ia kedengaran baik-baik saja saat terakhir kali
aku bicara dengannya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Awalnya ia kelihatan memburuk perlahan- lahan tetapi makin
lama makin cepat." Mulut Tom mengeras. "Tepat setelah
persidangan, ia mulai pergi ke acara makan bersama bermacam-
macam support group bagi para orang tua yang anaknya dibunuh. Itu
dapat dimengerti. Tapi ia kemudian mulai berselisih tentang masalah
sepele dengan mereka. Mengeluh bahwa orang-orang hanya datang
ke pertemuan ketika orang yang membunuh buah hati mereka akan
disidangkan dan mereka butuh banyak orang untuk menghadiri
persidangan." "Tentu," Francis menggerutu dengan simpatik, mengerti hal itu
tak pernah bisa diabaikan.
"Kemudian setelah beberapa lama, ia mulai bergaul dengan
lingkungan lain. Semacam New Age begitulah. Orang-orang yang
tertarik dengan kristal penyembuh dan aromaterapi. Kau mengerti,
kan, semua omong kosong itu."
"Kau tak tampak terkesan."
"Bagaimana aku bisa terkesan?" Tom mengambil bola kertas
timah. "Aku menjual peralatan medis profesional. Orang-orang ini
adalah musuh kami. Tetapi ibu kemudian mulai tergaet oleh orang-
orang yang benar-benar sinting. Yang mengira mereka bisa bicara
dengan orang-orang mati."
"Kau bergurau. Ibumu?"
Francis tak dapat membayangkannya. Yang tengah mereka
bicarakan adalah seorang wanita New York yang bijak dan keras
kepala, wanita yang mengerti jati dirinya. Seorang gadis yang pernah
memerankan Ophelia dalam sandiwara Hamlet versi Richard Burton
di Julliard. Seorang aktris yang pernah bekerja sama dengan
Cassavetes dan meninggalkan semua itu untuk membesarkan anak-


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

anaknya. Seorang wanita yang menemukan kembali jati dirinya
sebagai penulis buku cerita anak-anak setelah suaminya minggat.
Francis ingat pernah membacakan salah satu ceritanya, Hello, Walls,
pada putrinya, Kayleigh, beberapa tahun setelah kasus tersebut
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
berakhir dan terpesona oleh betapa matang, lucu, dan mengerikan
sekaligus - seolah-olah penulisnya memiliki semacam pemahaman
subversif dengan para pembaca mungilnya tanpa sama sekali tak
melibatkan orang tua. "Ya, ibu selalu sedikit. ..maniak.'" Tom melemparkan kertas timah
itu ke dalam keranjang sampah dengan jijik. "Tetapi setelah adikku
meninggal, ia semakin depresi hingga sama sekali tak dapat bangkit
dari tempat tidur saat pagi. Ia mengira orang-orang ini - para
salesman minyak ular ini - dapat membantunya. Mereka berkata
padanya bahwa Allison tak benar-benar mati."
"Apa?" Francis merasa tulang rahangnya retak.
"Salah satu 'pemandu arwah' mengatakan bahwa orang lainlah
yang dikubur di makamnya." Tom menatap kakinya, terlihat malu.
"Menurutnya telah terjadi kekeliruan. Mayat yang tertukar. Gadis
lain dibunuh dan wajahnya dirusak, sehingga tak ada yang
mengenalinya..." "Dengar, Tom, bukannya apa-apa, ibumu wanita hebat, tapi ia itu
adikmu. Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri." Berhati- hati
menyebutnya dengan ia, bukan hanya mayat itu.
"Kau tak perlu meyakinkanku. Aku melihatnya juga di kamar
mayat. Tapi penyangkalan terus berlanjut."
"Ya, aku paham."
Francis mengangguk, menyadari dirinya belum menuliskan
tanggal pertemuan berikutnya bersama Dr. Friedan.
"Kemudian ia mulai menemui detektif swasta. Burung-burung
bangkai yang berjanji akan menemukan adikku." Tom menyapu
bungkus permen karet Wrigley's di tangga. "Seratus lima puluh dolar
sejam untuk mencari jejak setumpuk tanda bukti ATM. Seakan-akan
mereka akan menemukan adikku duduk di Taco Bell di Kenosha
bersama Amelia Earhart."
"Tak ada yang bercerita tentang hal ini padaku."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Masalahnya, ia kelihatan lebih baik dua tahun belakangan ini."
Tom terus berusaha menyapu bungkus permen karet itu, semakin
frustrasi melihat benda itu tak mau berpindah juga. "Terutama sejak
gadis-gadisku bertambah besar. Mereka membawanya keluar dari
kabut. Terutama Michelle, anak bungsuku. Mereka bagai kacang
dalam kulit, ia dan ibuku. Ia bahkan mirip Allison saat seumurnya."
Francis berpaling ke arah jendela di kebun, mengira baru saja
melihat seseorang dari sudut matanya.
"Aku benar-benar mengira matahari mulai bersinar lagi," ujar
Tom. "Satu hari kami sedang berada di taman bersama anak-anakku
di dekat patung Alice in Wonderland dan ibu tiba-tiba berpaling
padaku dan berkata, 'Aku merasa seakan dianugerahi kesempatan
kedua.' Dan untuk sesaat, rasanya ia kembali menjadi dirinya yang
dulu. Aku seakan merasa ia akhirnya kembali. Tetapi sekarang kau
mengatakan bahwa kami harus memulai lagi segalanya..." Ia
terkulai. "Aku tak tahu lagi."
"Dengar, tak seorang pun menginginkan hal ini terjadi."
"Kau tahu apa yang luar biasa aneh?" Mendadak Tom berkata. "Ia
menyukai anak itu. Julian. Percayakah kau" Ia bertemu dengannya di
gedung itu, saat berkunjung. Ia menganggap hal itu menyenangkan,
ketika anak itu selalu menguntit Allison. Seakan ia punya
kesempatan untuk bersama dengannya."
"Mungkin saat itu tampaknya cukup lugu."
"Mereka berdua seharusnya dapat menduga."
Tom mengambil bungkus permen karet itu dari tangga dan
melemparnya ke keranjang sampah, sebuah kilatan api tampak di
bawah kedua alisnya yang pucat.
"Ya, baiklah, aku tak akan berbantahan." Francis mengangkat
kedua tangannya. "Aku hanya bilang bahwa siapa pun dapat
melewatkan tanda-tandanya. Saat aku menahan Julian, ia tampak
seperti anak umur dua belas tahun."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tentu saja. Aku tak bermaksud bertengkar. Aku hanya tak bisa"
"Aku mengerti."
" - mengulangi semua siksaan ini sekali lagi." Tom menunduk
dan melihat coreng kelabu permen karet itu tetap tinggal di tangga.
"K urasa kita harus bersiap menerima telepon dari pers mulai
sekarang." "Kau tak perlu bicara pada mereka. Hubungkan saja langsung ke
kantor Jaksa Wilayah."
"Kau tahu, sebagian dari diriku ingin semua dihentikan," katanya,
menendang onggokan permen karet.
"Apa maksudmu?"
"Maksudku, sudah cukup semua ini. Aku.... hanya.... ingin....
semua ini... diakhiri."
"Apa?" Tom memaksa ujung sepatunya mencungkil permen karet itu.
"Maksudku, kita sudah menghadapi masalah ini selama dua puluh
tahun. Kami seolah korban profesional. Itu saja yang membuat kami
dikenal. Dan aku muak akan hal itu."
Francis menatapnya, sesaat terkejut oleh kata itu, diakhiri: Itu
bukan sesuatu yang ingin direnungkan oleh seorang lelaki yang
kehilangan penglihatannya.
"Kalau begitu, apa yang akan dikatakan ibumu?"
"Maaf?" "Bagaimana kelak perasaannya jika ia membaca koran minggu
depan dan melihat bahwa kasus itu sama sekali ditutup?"
Tom mengangkat kakinya dan melihat sebuah sulur elastis
menempel di sol sepatunya. "Sejujurnya, Francis, ia bahkan hampir
tak pernah membaca koran lagi. Ia lebih sering tenggelam dalam
dunianya sendiri." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis menggelengkan kepala. "Aku telah berjanji padanya,
Tom. Aku berkata padanya bahwa seseorang harus mendapatkan
balasan atas apa yang terjadi."
"Aku mengerti, tetapi - ah, brengsek." Tom berusaha menggesekkan kakinya pada tepi tangga.
Francis mengamati, berpikir betapa beberapa hal terus-menerus
melekat. "Kau tahu, aku seperti menabrak tembok dalam kasus ini,"
katanya. "Maksudku, aku benar-benar menabrak tembok, Tommy.
Beberapa orang mungkin bilang aku sedikit berlebihan. Dan aku tak
akan melakukan itu pada sembarang orang. Tapi aku punya perasaan
khusus tentang keluargamu."
"Aku tahu itu, Francis. Aku tahu ibuku mempercayaimu."
"Ya, kami punya beberapa persamaan."
"Apa itu?" "Kau tahu, kematian dalam keluarga. Ibuku ditabrak mobil saat
aku berumur sembilan tahun."
"Ya, ampun, aku tak tahu itu." Tom tampak tertegun, semburat
merah muda itu mengabur di balik alis.
"Ya, ia mengalami koma sebelum wafat, tapi..." Francis sadar
dirinya tengah memainkan antena ponsel, menarik ulurnya keluar.
"Pokoknya, ibumu agak mengingatkanku padanya." Ia berhenti.
"Jadi ketika aku mengambil kasus ini, ia membuatku berjanji untuk
melakukan hal terbaik."
"Oh, aku ingat."
"Karena itu aku merasa tidak seharusnya jika kita melupakannya
begitu saja. Aku ingin bicara dengannya tentang apa yang terjadi."
"Ia sedang tak ada di rumah saat ini."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Francis melihat ke jendela bawah tangga lagi, hampir yakin
seseorang baru saja berada di sana semenit yang lalu.
"Kalau begitu, tolong minta belia? menghubungiku jika ia setuju.
Ia percaya padaku untuk tetap menangani kasus ini. Kami memiliki
perasaan yang sama."
"Itu bagus, Francis. Cuma ada satu hal."
"Apa itu?" Tom meringis kesal melihat permen karet menempel di ujung
sepatunya dan menggelengkan kepala. "Ibuku sudah gila."
8 DAHULU KALA ada seorang perempuan yang berharap
memperoleh anak, namun ia tak dapat menggapai keinginan itu.
Eileen menjauh dari tirai dan kembali ke mejanya. Perempuan gila
itu berceloteh pada novelnya. Dari kamar-sebelah-kebun yang
sebenarnya dapat menghasilkan 1.900 dolar per bulan untuk
putranya. Ia membuka buku dongeng itu lagi, mengaduk teh, dan
menggosok-gosok kaki yang dibungkus stoking hangat di lantai
kayu. Akhirnya wanita itu menemui tukang sihir, dan berkata, "Aku
sangat ingin memiliki seorang anak; dapatkah kau memberitahuku
di mana aku bisa mendapatkannya" " Ya, tentu saja, dari situlah
masalah berawal. Percaloan bayi lewat seorang tukang sihir.
"Oh, itu mudah diatur," kata penyihir itu. "Ini ada sejumlah biji
untuk kau semaikan di ladang...."
"Pemakaian awal obat penyubur - dan oleh wanita lajang!"
Pikirannya memerintahkan untuk menuliskan hal itu besar-besar,
tetapi huruf- huruf yang muncul hanya tulisan kecil di buku catatan,
efek samping aneh terbaru dari obat yang dikonsumsinya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Lalu apa yang terjadi" Ia kembali membaca Hans Christian
Andersen Treasury yang tergeletak di meja untuk mencari ilham.
Wanita mandul itu membayar sejumlah uang dan menanam biji-
bijian itu, lalu, lihat, dan perhatikan! - sebuah tulip elok menyembul.
Hmm. Kemudian ia mencium kelopak bunga merah dan emas yang
menguncup - ya, ini adalah dongeng - kelopak itu purt membuka,
dan di atas benang sari beledu hijau itu - betapa jelas
penggambarannya! - tampak seorang gadis yang mungil sekali.
Tetapi apakah ia berwujud wanita muda sempurna atau masih
berupa anak-anak" Eileen menatap tulip asli yang dipajangnya di
atas meja, seolah-olah rahasia itu tersimpan di balik daun-daun
hijaunya yang mengerut. Tidak, ia tak bisa menegaskan pikirannya.
Buntu lagi. Disobeknya halaman buku catatan yang tengah ia kerjakan,
meremas, dan melemparnya ke keranjang sampah di bawah meja
yang telah penuh oleh benda-benda buangan sepanjang pagi.
Ditaruhnya pena, jari-jarinya yang penuh noda tinta kaku akibat obat
baru itu. Tak bisa konsentrasi sama sekali. Tak sedikit pun. Ia
berjalan pelan kembali menuju jendela dan bersembunyi di balik
tirai, mengamati dua pria yang ngobrol di trotoar. Bukan simbolisme
seksual yang nyata yang terus- menerus mengganggu pekerjaannya,
ia berkesimpulan. Semua kisah besar memiliki sifat erotis kuat di
baliknya: Rapunzel, Rumpelstiltkin, Sleeping Beauty. Namun yang
mengganggu adalah, tiadanya perasaan. Ini mestilah salah satu kisah
tersedih yang pernah disusun. Seekor katak besar buruk menculik
Thumbelina untuk menikahi anaknya, membawanya ke atas bunga
lili di tengah-tengah sungai, dan ia tak lagi pernah melihat sang ibu.
Tapi, Anderson tak pernah menyebut-nyebut tentang kepedihan
hati si ibu. Tak pernah ia mempertimbangkannya!
la terus berceloteh tentang si katak dan tikus buta dan burung
walet yang ternyata mati.
Perempuan itu kembali ke mejanya dan sekali lagi menghadapi
sehelai kertas kosong. Bagaimana mungkin ia pernah mengira
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dirinya dapat menceritakan perasaan kehilangan seorang anak" Ia
pasti sudah terlalu dicekoki obat saat menyetujui kontrak ini, jauh di
masa-masa awal pemerintahan Ronald Reagan. Garis-garis biru
halus di halaman itu tampak mengabur di depan matanya, tak
meninggalkan apa pun untuk ditulisi. Bagaimana kau melukiskan
perasaan sekarat akibat kedukaan" Bagaimana kau menulis tentang
hati yang direnggut ke satu sudut gelap" Darah yang mengering di
nadi. Abu yang tak pernah dapat kau ludahkan dari mulut. Hilangnya
kecapan dengan perlahan- lahan. Tawa orang lain yang terasa
menjijikkan. Ibu yang malang itu duduk di samping jendelanya setiap malam,
menaburkan kelopak tulip di kakinya, menunggu si anak kembali,
kepedihan hebat menyelimuti seperti awan. Mungkin ia menjadi
begitu gemuk, memamah keripik kentang dan es krim; mengamati
garis warna-warni siaran percobaan TV. Mungkin ia mabuk tiap
malam dan bangun tiap pagi dikelilingi botol-botol pinot dan
chardonnay yang kosong, bertanya-tanya bagaimana semua botol itu
ada di sana. Mungkin yang membuatnya tetap bertahan hidup adalah
potongan-potongan kecil harapan yang terus melekat. Benda-benda
kecil yang nyaris tak terlihat. Gerakan di rerumputan, perubahan
angin, suara samar di malam hari, kabar burung bahwa seseorang
pernah melihat Thumbelina mengapung di atas bunga lili atau duduk
di atas meja judi di Vegas. Bahkan, mungkin dua pria yang tepat
berada di luar jendelanya, menyebut namanya keras-keras.
9 Di BAWAH KANTOR pengacaranya, Hoolian melihat sebuah kedai
minum kopi berwarna karamel elegan bernama Starbucks, di sebelah
pintu masuk menuju kereta bawah tanah. Para mahasiswi bermata
kuyu dan rambut acak-acakan duduk di meja- meja bulat, mengetik di
laptop dan membaca novel abad sembilan belas di dekat jendela.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Lapar dan lelah, ia masuk dan memesan chicken Caesar salad, seiris
pai ubi, dan satu venti decaf vanilla latte, sambil berpikir bahwa
suaranya terdengar begitu anggun ketika gadis di depannya memesan
minuman. Ia terkejut saat meniup cangkir dan ternyata isinya separo
saja. Tetap saja, ia merasa seperti mengalami kemunduran status sosial
dengan membayar untuk makan. Ia makan dengan cepat dan
sembunyi-sembunyi dengan tangan
melengkung melindungi santapannya. Seorang gadis cantik yang duduk di meja sebelah
menarik leher turtleneck-nya sampai dagu dan membalik halaman
novel Les Miserables. Ketika berjalan keluar, Hoolian menganggukkan kepala kepadanya lalu tersadar ia masih membawa
peralatan makan, seolah-olah ada petugas jaga menunggu di pintu
untuk menerima benda-benda itu. Bagaimanapun juga, ia
memutuskan bahwa ini tempat yang menyenangkan dan ia akan
kembali lagi dalam waktu dekat, sambil membawa novel klasik


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

miliknya sendiri. Beberapa blok kemudian, ia melihat sebuah tempat yang hampir
sama di Union Square, juga bernama Starbucks, wanita-wanita di
dalamnya terlihat lebih tergesa-gesa dan mendesak.
Ia berjalan ke arah barat melewati taman itu, kadang merasa ragu-
ragu, antara mengetahui dirinya punya pekerjaan yang harus
dilakukan, dengan keinginan berhenti dan melihat-lihat. Pada orang-
orang Meksiko yang sedang membongkar krat-krat buah di depan
toko bodega Korea, angka-angka yang muncul di papan digital, iklan
film seri Sex and the City di bus. Wanita-wanita dengan sepatu yang
terlihat seperti sepatu uji coba. Pria dengan ponsel yang ditaruh ke
telinga melihat padanya dengan tatapan kesal, seolah-olah berdiri di
sana dengan pakaian usang yang dekil, menatap langit, ia telah
mengganggu fantasi tentang kehidupan glamor yang tengah mereka
tuju. "Berhenti bertingkah seolah kau dalam lagu Country-nya. Stevie
Wonder." Seorang pengendara sepeda dengan celana ketat kuning
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
terang dan kaca mata goggle membelok cepat, hampir menggilas
ujung sepatu bot Hoolian.
Tentu saja, tingkahnya begitu mencolok. Ia pasti tampak seperti
makhluk K lingon atau Manusia yang Jatuh ke Bumi. Masalahnya
adalah, ia tak bisa berhenti mengamati. Kota ini tetap sama, tapi
berbeda. Lebih bersih, lebih sulit ditembus. Orang tak lagi dengan
mudah menggoreskan nama di jantung kota ini dengan sekaleng
semprotan cat pada dinding kosong. Ciri khas kota yang lama sudah
sirna, digantikan yang baru. Dulu kata-kata "Met Life" terpampang di
gedung Pan Am. Tempat itu seperti layar mainan Etch-A-Skecth
setengah rubuh, dengan beberapa garis tebal terhapus dan jutaan pola
samar yang hanya terlihat kalau kau melihat cukup dekat.
Ia berhenti di Rite Aid untuk membeli sikat gigi baru dan
sepasang gunting kuku agar tubuhnya tetap terawat. Kemudian ia
pergi ke kantor Administrasi Tenaga Kerja di 14th Street dan
berusaha mencari cara agar dirinya memenuhi syarat untuk
mengerjakan layanan publik. Morales, wanita berambut menjulang
di belakang sebuah meja kecil, mengatakan ia punya pilihan untuk
tinggal di rumah penampungan atau mencoba bergabung dengan
program penanganan rehabilitasi penyalahgunaan obat. Ketika ia
menjelaskan dirinya tak pernah terlibat dalam obat-obatan, wanita itu
terlihat tak percaya. Hoolian lalu sadar, lebih mudah untuk
berbohong dan menyebut dirinya seorang pecandu daripada
meyakinkan wanita di hadapannya bahwa ia telah dipenjara tanpa
alasan yang jelas. Wanita itu memintanya untuk menelepon kembali
kalau-kalau ada tempat lowong di rumah penampungan mantan
penghuni penjara. Ooo)dw(ooO Pukul satu ia tiba di lingkungan bekas tempat tinggalnya,
bertanya-tanya apakah ia bertindak terlalu jauh bila berusaha
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
meyakinkan Nona A bahwa masih ada orang-orang di sana yang
bersedia menolong. Setidaknya beberapa ciri khas lingkungan ini
masih ada. Toko sepeda di 88th Street, toko alat tulis yang menjual
Irish Echo dan tiket lotre, bengkel perbaikan sepatu Gus, tempat
potong rambut Romeo dengan tiang garis-garis permen di depan. Ia
berdiri diam beberapa saat di luar halaman sekolah St. Crispin's,
mencermati gadis-gadis dengan rok pendek kotak-kotak bertarung
dengan anak laki- laki yang memakai blazer marun dan pantalon abu-
abu. Jendela kantor kepala sekolah terlihat berdebu, dan ia bertanya-
tanya dengan rasa nyeri menohok tajam apakah Pastor Flaferty
masih hidup. Rohaniwan tua itu telah menulis surat rekomendasi
pada Universitas Columbia dan meyakinkan Papi bahwa anaknya
memiliki masa depan cerah. Semacam cekikan rasa malu
menyelimuti Hoolian saat ia membayangkan dirinya berlari menuju
pendeta itu dan menyaksikan kekecewaannya dalam diam.
Ia meneruskan berjalan menuju kota, dan tak lama menyadari
dirinya tengah memperhatikan kanopi hijau terang yang familier di
seberang lalu lintas yang merayap pelan, dengan angka putih 1347
berdesir halus dalam angin sepoi.
Ia berkata pada diri sendiri, ia punya hak berada di sana seperti
siapa pun juga. Ini rumahnya. Ini adalah blok tempatnya tumbuh
besar. Ini adalah bagian kota yang paling diakrabinya. Di trotoar ini,
ia pertama kali belajar naik sepeda. Julian, putra pengelola gedung.
Sekali lagi, ia merasakan rindu yang menyakitkan, teringat pada Bu
Lunning dari 5E yang memberinya sebuah Combat GI Joe pada
suatu Natal. Tentu saja, kini ia mengerti ayahnya tentu lebih
menyukai empat lembar dua puluh dolaran dalam amplop putih
bersih. Meski begitu, saat itu hadiah tersebut membuat Hoolian
merasa dirinya pangeran kecil di gedung ini, berlari ke sana-kemari
dengan topi penjaga pintu yang terlalu besar tercangklong di kepala
dan peluit taksi terkalung di leher, semua orang tersenyum dan
mencari-carinya. Semua itu kini lenyap. Ia menelan ludah, bertanya-tanya apa yang
sedang kawannya, T-Wolf, kerjakan saat ini. Mungkin kembali ke
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Carpenter Avenue di Broruc, berpesta untuk kedua kalinya dalam
dua hari, mengisap ganja, keluarganya membawakan berpiring-
piring penuh ayam goreng dan pacar lamanya mampir untuk
menengok. Satu rasa marah yang asing menyelimuti dirinya selama
beberapa saat: mengapa Papi tak membesarkannya di kota, yang
lebih dekat dengan para kerabat dan kawan-kawan yang akan
menyambut kedatangannya kembali" Seorang putra pengelola
gedung bukan siapa-siapa. Ia bukan anggota kelas atas maupun kelas
rendah. Ia bukan kalangan atas tapi juga bukan orang jalanan, bukan
orang Amerika maupun Puerto Rico. Ia bukan sampanye atau
minuman soda. Ia tak berada di atas atau di bawah. Ia terperangkap
di antara lantai- lantai gedung.
Dengan tangan merogoh dalam-dalam ke saku, ia berjalan tanpa
tergesa-gesa menuju kanopi itu, bermaksud melihat-lihat sebentar,
kalau-kalau masih ada orang lama di sana. Papi bekerja di gedung ini
selama dua puluh dua tahun. Salah satu pengelola Puerto Rico di
daerah ini. Artinya, kita harus dua kali lebih bersih dan bekerja dua
kali lebih keras, Bung Kecil. Selalulah mulai bekerja pukul enam
pagi, pakai kemeja putih dan dasi, pantalon hitam, rambut disisir ke
belakang tapi jangan terlalu berminyak. Mudah dicari tapi tak boleh
terlihat. Sembunyi-sembunyi tapi dapat diandalkan. Meniup peluit
untuk menyediakan taksi. Menjaga asbak lobi tetap bersih.
Menggosok lantai marmer di lorong. Menyapu trotoar. Memeriksa
asuransi para pengontrak. Memastikan lift servis bekerja. Ya, Bu.
Tidak, Bu. Saya akan membawa hasil cucian ke atas. Akan saya
panggilkan pelayan. Akan saya bawq resep ini ke apotek. Akan saya
sediakan mobilnya. Dua puluh dua tahun ia melatih matanya agar selalu terbuka dan
menutup mulut, menyimpan ambisi di ruang paket bersama
bungkusan-bungkusan UPS dan kiriman toko minuman anggur
Sherry-Lehmann. Dan, ketika putra tunggalnya dikurung, mereka
memperlakukannya bak imigran ilegal bau apak yang baru turun dari
kapal, yang akhirnya memaksanya untuk berhenti. Tentu saja, saat
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
itu perhatian Papi begitu tersita oleh kasus itu sehingga ia berhenti
membuang debu dari asbak dan bergantung pada Valium.
Tiang kuningan kanopi itu berkilau di bawah cahaya matahari.
Penjaga pintu bertubuh kecil dan berwajah seperti tikus dengan
seragam hijau hutan dengan kepang emas pada bahu menatap
padanya dengan curiga saat melintas. Jadi, akhirnya orang-orang
Irlandia kembali mengendalikan tempat ini.
Hoolian memperhatikan dengan kepuasan sembunyi-sembunyi,
keset karet hitam yang diinjak si penjaga pintu itu sedikit usang, dan
bagian bercap 1347 di atasnya telah terhapus oleh sol-sol keras dan
hak sepatu. Seandainya Papi ada, ia pasti akan segera menggantinya.
Ia berjalan ke ujung blok dan berbalik untuk melewati gedung itu
lagi, jantungnya mulai berdebar. Ayolah. Jangan jadi pengecut. Kau
tahu apa tujuanmu ke sini. Mengapa orang lain harus menolongmu
jika kau sendiri tak dapat menolong diri sendiri" Penjaga pintu itu
memperhatikannya dengan mata seperti celah pistol. Yeah, kau tahu
aku tak bermaksud baik, kan" Untuk apa lagi orang sepertiku
berkeliaran di lingkungan ini"
Atau, mungkin lebih buruk lagi, ia tahu. Mungkin ia sudah
mendengar putra pengawas lama baru saja keluar dari penjara dan
kemungkinan besar akan kembali ke tempat kejadian. Salah satu
mitos polisi lama yang kadang memang benar.
Hoolian pasti sudah ngobrol dengan puluhan orang di penjara
yang tertangkap gara-gara mereka terus-terusan berkubang dalam
kotorannya sendiri seperti lalat. "Osvaldo?"
Ia membeku, mendengar nama ayahnya dipanggil jelas untuk
pertama kalinya setelah bertahun-tahun. Ia terus berjalan, mengira
suara itu pasti muncul dari kepalanya sendiri.
"Osvaldo, kaukah itu?"
Seorang wanita tua duduk menjemur diri di tabung pemadam
kebakaran tepat di sebelah pintu masuk. Entah bagaimana Hoolian
merindukan wanita ini, dengan jaket bolero merah, rok yang serasi,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
dan sepatu hak tinggi dari kulit yang berkilauan. Rambutnya dicat
hitam kebiruan, dan ketika ia mengedip, bulu matanya mengibas
kelopak mata seperti sikat penabuh drum di atas kulit drum yang
telah terlalu sering dipukul.
"Ya Tuhan," katanya. "Sudah lama sekali!"
Hoolian memandangnya bingung hingga ia teringat pada nama
dan nomor apartemen itu. Nona Powell, 14A. Dengan lukisan repro
Degas di foyer, piano besar Steinway di ruang keluarga, dan tempat
lilin kristal di ruang makan. Peralatan asli kuningan di wastafel
kamar mandi yang selalu bocor.
"Coba kulihat dirimu sekarang." Ia mengangkat lengannya yang
gemetar, mengajak masuk. "Ke mana saja kau?"
Hoolian melangkah perlahan, tak yakin apa yang mesti ia
ucapkan. Usia tua telah merayapinya bak hujan asam, menodai gigi
dan mengotori tangannya dengan bintik-bintik. Tapi matanya masih
menyiratkan pandangan seorang gadis yang menunggu diajak
berdansa. Ia memalingkan pipi, mengharapkan ciuman. Aroma bunga mati
dari parfumnya membuat Hoolian sedikit tercekik. Tapi sebuah
insting memaksanya menahan napas. Ia mungkin dapat menolong. Ia
mungkin masih punya uang, setidaknya. Ia pasti punya perhiasan
yang cocok dengan Degas dan Steinway itu. Hoolian menaruh
bibirnya pada pipi wanita tua itu, dan rasanya seolah ia mencium
prasasti Magna Carta. Wanita itu menyentuh kedua bahunya perlahan, mendorongnya ke
belakang agar dapat melihat dengan jelas.
"Kau kelihatan sehat," katanya. "Tak menua sedikit pun.
Bagaimana bisa?" "Berkat mengangkat barang berat." Ia menonjolkan lengannya
gugup. "Menjaga darah agar tetap terpompa."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Wanita itu sejak dulu memang agak aneh. Kata ayahnya, ia adalah
kerabat jauh industrialis terkenal Andrew Carnegie. Ia tinggal di sini
sejak sekitar 1923, seorang gadis pemalu dengan lutut menonjol dan
gusi seperti kuda. Konon, orang tuanya dulu pernah membuat pesta
besar-besaran untuk ulang tahunnya yang keenam belas, berharap
agar anaknya itu keluar dari tempurungnya: sebuah band disiapkan
di ruang keluarga, katering nomor satu di dapur, dan undangan
berukir indah yang disebarkan pada semua teman sekelasnya di
Spence dan para pemuda di kota seberang, Collegiate. Saat pukul
delapan berlalu, tak seorang pun yang datang. Hanya ada gaun pesta
merah muda yang tak akan dikagumi siapa pun, berpiring-piring
hidangan mahal yang sia-sia, dan para musisi dengan tuksedo
sewaan yang terus- menerus menengok arloji mereka.
Sejak itu, menurut Papi, No na Powell hampir tak pernah
meninggalkan apartemennya kecuali untuk duduk di luar di samping
hidran selama sekitar satu jam tiap sore. Namun pernah, saat berusia
delapan tahun, ia melihat wanita itu di ayunan di Taman Bermain
Mariner di Central Park, memandang langit sambil melamun, seolah-
olah ia menunggu seseorang untuk datang dan mendorong.
"Bagaimana kabar anakmu?" tanyanya.
"Anakku?" Butuh waktu sesaat bagi Hoolian untuk menyadari bahwa usianya
kini hampir seusia ayahnya saat wanita itu terakhir kali melihat.
Hingga kini, ia tak banyak menyadari kemiripan antara ia dan
ayahnya dari cermin di selnya, masih separo berharap melihat
dirinya yang berusia tujuh belas memandang balik padanya.
"Ia berusaha sebaik-baiknya," ujarnya, ikut bermain sebab
mengoreksi cerita saat ini hanya akan membuat Nona Powell
ketakutan. "Berusaha tetap kuat."
"Ia anak yang begitu baik." Ia mengangguk pada lalu lintas yang
mendesing dan mendesau. "Julian. Nama yang sungguh indah untuk
anak lelaki." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tapi pantatnya ditendangi gara-gara nama itu di sekolah,"
gumamnya kesal. "Dulu ia sering naik ke sini dan menemaniku."
"Ya." Hoolian mengangguk, penjaga pintu itu memandangnya dengan
waswas dari bawah bayangan kanopi, seolah-olah seseorang
bermaksud mengambil alih pekerjaannya yang menyedihkan.
"Dulu aku selalu memakai bermacam- macam alasan agar dia
mampir," kata Nona Powell, merasuk lebih jauh ke dalam lamunan.
"Aku menumpahkan bubuk kopi ke toilet dan menaruh terlalu
banyak kertas toilet, hanya agar ia naik ke atas dengan penyedot
WC." "Kau melakukan itu?"
Hoolian menggelengkan kepala. Putra pengawas. Selalu
bersemangat untuk naik ke atas dengan peralatannya saat Papi terlalu
sibuk. Apakah No na Powell salah satu yang suka mengambil
keuntungan darinya" Ia memikirkannya beberapa saat, berusaha
meyakinkan diri bahwa memang begitulah kejadiannya, agar ia bisa
membenarkan tindakannya naik ke atas dan melakukan perbaikan
atas permintaan tanpa dibayar.
Tetapi ia lalu teringat bagaimana wanita itu kadang membolehkannya duduk di meja makan kayu oak besar dengan buku
kalkulusnya, mengerjakan PR, menghindari apartemennya di bawah
yang suram tanpa kehadiran seorang ibu, sinar matahari siang
menyorot dari tirai tua dan membentuk prisma pada tempat lilin
kaca, menciptakan pelangi kecil di atas kayu saat wanita itu
menyibukkan diri di dapurnya yang besar, membiarkan pintu terbuka
untuk sesekali memperhatikan Hoolian. Sudah lama sekali ia
mengizinkan dirinya sendiri berpikir tentang sore-sore sunyi yang
panjang itu, berdua meredam kesepian hingga pukul enam, ketika ia


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus mulai menyiapkan makan malam untuk Papi.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Aku tak pernah percaya..." Mendadak ia sadar akan ucapannya
yang bakal membuat suasana tak enak. "Ya, menurutku sungguh
menyedihkan apa yang terjadi. Aku sangat kenal gadis itu. Aku
selalu menyapanya di lift. Ia hanya menyewa tapi begitu baik."
"Orang-orang masih membicarakannya?"
Wanita itu menengadah padanya, kabut itu sedikit menghilang.
"Tak begitu sering lagi. Kejadian itu sangat menyedihkan."
"Ya. Akhir hidupku juga." Hoolian melihat matanya yang
dikelilingi warna merah muda membuka lebar. "Atas apa yang
terjadi pada putraku," ia mengoreksi.
"Tentu saja." Penjaga pintu itu menghilang ke dalam gedung, meninggalkan
pintu masuk tak terjaga selama sesaat.
"Jadi," kata Hoolian, tiba-tiba melihat kesempatan untuk
menolong dirinya sendiri dengan jalan berbeda."Orang-orang lama
masih ada?" "Maksudmu?" "Misalnya, Willie dari lift belakang. Nestor, portir..." Bulu mata
itu berkedip-kedip bingung. "O h," ujarnya setelah beberapa lama.
"Lelaki tua yang bekerja di atap?"
"Betul." "Julian kadang membawanya ke sini, untuk membantu menyusun
perabot ruang keluarga. Kecil tapi kuat seperti banteng. Tak banyak
bicara bahasa Inggris."
"Persis." Ia mengangguk kembali, menangkap perasaan tak nyaman wanita
itu. Ia tahu, terlalu dini ia kembali ke sana. Apa yang ia harapkan,
spanduk "selamat datang?" Orang-orang ini ingin melupakan dirinya,
bersikap seakan-akan ia tak pernah ada. Lihatlah dari sudut pandang
mereka: melihatnya tumbuh besar di depan mata mereka sendiri,
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
membiarkannya masuk ke dalam rumah mereka, memperlakukannya
hampir seperti anak sendiri. Ia adalah bukti dari ketulusan mereka,
bukti dari sikap orang yang percaya bahwa semua orang sederajat,
membiarkan si anak Puerto Rico mondar-mandir di dapur mereka.
Dan, bagaimana ia menunjukkan penghargaan atas hal itu" Ia
mengkhianati mereka, menegaskan ketakutan mereka yang terbesar,
menghancurkan kedamaian dan kesucian rumah mereka. Ia
membunuh salah satu dari mereka, anggota kelas mereka, yang
terbaik, si gadis sempurna.
"Ia itu musisi, kan?" kata Nona Powell, masih menggenggam tirai
masa lalu. "Wajahnya kecil agak feminin tapi tangannya besar dan
kuat dengan jari-jari panjang. Ia bisa memainkan piano."
"Memang. Papi bilang ia bergabung dengan salah satu banci
terbaik di Santo Domingo sebelum pindah ke sini."
Kalaupun wanita itu menyadari kelepasan omongnya, ia tak
peduli. "Kau ingat, aku punya Steinway tua besar itu di ruang
keluargaku" Piano itu mungkin belum disetel lagi sejak pesta ulang
tahunku yang keenam belas. Tapi suatu sore ia datang dengan anak
itu dan, ya ampun, seolah-olah George Gershwin tiba-tiba muncul di
apartemenku." Hoolian masih dapat membayangkan portir tua itu merangkak
menuju keyboard setelah mereka memindahkan sofa di belakang
meja kecil. Memeriksa nadanya dengan perlahan, awalnya ragu-ragu,
seperti seseorang naik tangga spiral dalam keadaan gelap. Bolak-
balik hampir tak beraturan, hingga orang baru menyadari bahwa
untaian bunyi acak itu sebenarnya adalah sebuah melodi. Tangan
kirinya merangkai bunyi, lalu perlahan- lahan masuk ke musik yang
indah. Nada pedal yang dalam bergema ke langit- langit dan
gemerlapan di jendela. Jarijari yang panjang dan melengkung
menghujam dan berdansa, memukul dan melecut, menukik dan
bermain tango, meluncur dan bermain mambo.
"Kau ingat kita pernah berdansa?" katanya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Bagaimana mereka bisa seperti itu, ngomong- ngomong" Apakah
wanita itu yang mengajaknya, atau sebaliknya" Selama beberapa saat
Hoolian merasa seperti anak kecil lagi, menari waltz di atas karpet
Persia merah tua saat senja sambil Nestor bermain piano dengan
gegap gempita, Cole Porter di satu tangan, Thelonious Monk di
tangan yang lain, seluruh ruangan terasa mengancamnya terbang
lepas. Mereka bergerak ke sana-kemari satu sama lain dengan
canggung, awalnya. Hoolian, yang biasanya mengidap perasaan
kikuk di pesta-pesta, mengikuti langkahnya, menontonnya melakukan pirouet dan arabesque yang mungkin ia pelajari dari les
balet privat di ruangan itu. Ia ingat wanita itu tersenyum, senang
telah membuatnya gembira, lalu berputar dan menaruh tangan di
pinggangnya. Ia akan memegang erat-erat, tak ingin merusak
tariannya, khawatir terkena masalah. Tapi wanita itu bersikeras ingin
menjatuhkan diri padanya, mengait kaki-kakinya, men-cantel tangan
dan kakinya, seakan-akan menariknya ke dalam kenangan pribadi.
Dan untuk beberapa saat, mereka berdansa seolah ia masih berusia
enam belas dan Hoolian tak bertambah tua sehari pun, seolah-olah
mereka pasangan yang membuat seluruh penduduk East S ide iri dan
ini adalah peristiwa utama musim ini.
"Kurasa yang kau maksud adalah putraku," kata Hoolian lembut,
tahu ia tak bisa menunda waktu lebih lama lagi. "Oh, ya, tentu saja."
Ia memperlihatkan gigi- giginya yang rapat lewat senyum kikuk
malu- malu dan dengan segera Hoolian mengerti bahwa wanita itu
sudah tahu identitas asli dirinya sejak tadi.
"Jadi, portir itu masih bekerja di sini?" tanyanya, agak terlalu
antusias. "Tidak. Kurasa ia pergi sebelum kau. Benar, tidak" Atau mungkin
aku keliru. Maafkan wanita tua yang bingung ini."
Terkutuk. Seharusnya ia tahu tak akan semudah itu. Tentu saja
tidak. Mengapa seluruh dunia harus tetap seperti dulu" Orang-orang
bertambah tua, berganti pekerjaan, beranak-pinak, kehilangan
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
rambut, memakai nama baru. Mereka berubah menjadi noda cahaya
yang berlalu melintasinya.
Penjaga pintu itu muncul kembali dari dalam gedung. "Hey,
Bung," panggilnya. "Tolong ke sini sebentar?"
Hoolian meminta diri dengan mengangguk dan berlalu, sekali lagi
menjawab pada seragam itu alih-alih pada lelaki yang mengenakannya. "Ada apa?"
"Kenapa kau mengganggu wanita tua itu?"
"Tidak. Aku kenal dengannya."
"Kau kenal dengannya...."
"Ayahku dulu bekerja di sini. Ini gedungnya."
Mata seperti tikus itu menyempit, berpikir. Pria kecil ber-seragam
yang mungkin berpikir pita kecil di bahunya itu membuatnya seperti
Napoleon dengan peluit taksi. "Kau anak pengawas lama itukah?"
"Ya," jawab Hoolian, lalu mendadak tersadar mestinya ia tak
menjawab demikian. "Dulu aku tinggal di lantai pertama..."
"Oke, aku tahu siapa kau." Penjaga pintu itu mengangguk, dengan
tingkah seolah ia juara dunia tinju kelas bantam.
"Aku hanya mampir sebentar, untuk memeriksa. Kalau-kalau ada
kawan ayahku yang masih di sini. Willie Hernandez masih bekerja di
sini?" "Aku tak tahu Willie."
"Bagaimana dengan Nestor, portir itu?"
"Tak ada yang bernama Nestor."
"Kau ini ngomong apa, Bung" Ia bekerja untuk ayahku."
"Hey, Sobat, aku ingin bertanya satu hal padamu."
"Apa?" Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Penjaga pintu itu meringis pada Nona Powell, melewati bahu dan
merendahkan suaranya. "Kenapa kau tak pergi saja dari sini?"
"Apa katamu?" "Kau dengar." "Hey, Bung, kau tak mesti kasar seperti itu. Aku hanya datang
untuk melihat apa yang terjadi."
"Yang terjadi adalah aku bukan saudaramu, dan ini bukan lagi
gedung milik ayahmu."
"Ya, tapi pasti masih ada orang-orang di sini yang masih
mengenalnya. Ia bekerja di sini dari tahun 1962 hingga 1984..."
"Ya, aku juga dengar. Tempat ini waktu itu benar-benar payah."
"Heh, itu tidak benar." Hoolian merasa seakan-akan perutnya baru
ditendang. "Tarik kembali ucapanmu."
"Ayahmu hampir membuat gedung ini rubuh. Sekarang kenapa
kau tak pergi keluar saja sebelum aku memanggil polisi?"
Hoolian tersadar dirinya memegang erat-erat gunting kuku dalam
saku dan menatap nadi hijau, tepat di atas kerah penjaga itu.
"Kenapa kau mesti berlaku seperti itu" Aku tak pernah
menyakitimu." "Dengar, aku tak cari masalah denganmu. Pergi saja dari blok
ini." "Oh, jadi sekarang blok ini milikmu" Kupikir aku punya hak
untuk berada di sini."
"Kau punya hak untuk ditendang di pantat. Kau ini kenapa,
Goblok?" "Tidak, Bung, aku tidak goblok. Aku sekolah di St. Crispin's."
"Bagus buatmu." Pandangan penjaga pintu itu menajam, menusuk
dengan rasa bencinya. "K ukira itu membuatmu menjadi paling jago
di antara orang-orang buangan, ya?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Tusuk ia. Pikiran Hoolian berkecamuk amarah. Keluarkan
gunting itu dan tikam segara, sebelum ia sadar apa yang
mengenainya. Ia membayangkan si penjaga pintu jatuh berlutut
dengan tangan menutupi samping lehernya dan darah menyembur
keluar di antara jemari. Tapi kemudian raungan sirene polisi
membuatnya kembali sadar.
"Setidaknya, biarkan aku mengucapkan selamat tinggal pada
wanita tua itu," ujarnya, berusaha menahan diri.
"Melambai saja." Penjaga pintu menghalangi. "Ia akan mengerti."
Hoolian mengangkat tangan untuk melambai. Tapi Nona Powell
sudah memejamkan mata dan wajahnya kembali ke arah cahaya,
melamunkan kembali mimpi ulang tahunnya keenam belas tentang
patung-patung es berbentuk angsa, band memainkan "Rhapsody in
Blue" di ruang keluarga, dan pemuda-pemuda dengan jas makan
malam putih dan rambut berminyak yang menyukai gerakan
arabesque. 10 "JAM MENUNJUKKAN pukul sepuluh. Tahukah Anda di mana anak-
anak Anda?" Tepat saat berita lokal dimulai, Patti D'Angelo dari Brooklyn
berjalan ke ruang tamu rumahnya di Carroll Garden dan menemukan
suaminya, Francis X., telentang di kursi malas dengan kantung es di
lutut. "Apa yang terjadi padamu?"
"Meja pendek brengsek," gerutunya. "Kakiku terantuk, hendak
mengambil telepon." "Siapa yang menelepon?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Tak ada siapa-siapa. Kuangkat dan tak ada suara apa-apa."
"Hmm. Mungkin salah satu mantan pacarmu menguntit."
Patti memperhatikan kantung es itu dan duduk di lengan kursi.
Mungkin berpikir suaminya itu jatuh dari mobil, dilihat dari
tingkahnya yang sering menabrak- nabrak barang akhir-akhir ini.
Francis tahu pada akhirnya ia harus bercerita tentang keadaan ini
pada Patti, tapi pikirannya buyar tiap kali berusaha membayangkan
percakapan itu. Istrinya akan mengerti. Ia pasti peduli. Ia akan pergi ke
perpustakaan dan mencari-cari di Internet. Ia akan berburu informasi.
Ia akan mulai menghubungi tempat-tempat untuk mengikutkan
Francis dalam program dan klinik yang sesuai bagi orang-orang
dengan kondisi seperti itu. Ia akan tahu tongkat jenis terbaik dan di
mana kelompok pendukung saling bertemu. Dan, Francis benci itu.
Karena itu berarti awal dari rasa kasihan.
"Bagaimana harimu?" tanya istrinya, memijat otot-otot yang
menonjol di punggung lehernya. "Sulit."
"O h?" Wajar, Francis merasa bersalah. Mereka telah berusaha untuk
lebih sering ngobrol belakangan ini. Mereka berdua tak lagi
menginginkan perkawinan tradisional khas polisi yang berprinsip
"jangan tanya, jangan bilang-bilang", dengan
tak pernah membicarakan apa yang ia lakukan seharian. Istrinya juga sedikit
bersinggungan dengan dunianya, dengan lima tahun bekerja sebagai
jaksa, sehingga tak begitu ketakutan jika suaminya kebetulan
menyebut, misalnya, percikan darah, noda, atau septisemia. Dua
puluh dua tahun mereka bersama, dua anak, melintasi sungai dan
menerobos hutan, menuju Lembah Bayangan dan kembali
menyongsong matahari, kadang bahkan berlibur, di Cancun. Dan
kini ia berada di sini, duduk terlalu dekat ke layar TV, benjolan
sebesar bola pingpong menghujam lututnya, tak mengatakan pada
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
istrinya tentang hal terpenting yang terjadi pada mereka sejak anak-
anak lahir. "Kasus brengsek lama muncul lagi ke permukaan," ujarnya.
"Mereka mengizinkan Julian Vega bebas lebih awal."
"Yang benar?" "N ih, lihat. Kau pikir aku bohong?"
Dipakainya remote untuk mengeraskan suara TV. Roseanna
Scotto tengah menyampaikan siaran langsung kepada Lisa Evers
yang berdiri di seberang jalan 1347 Lexington.
"Roseanna, pepatah bilang semua yang lama kini baru kembali,
dan di sini di Upper East Side, kenangan akan kasus pembunuhan
mengerikan kembali hidup..."
"Sungguh menggelikan," kata Francis, tanpa berpaling. "Mereka
menghapus dakwaan karena pengacaranya tak memberi tahu bahwa
ia punya hak untuk bersaksi. Seakan-akan itu masalah orang lain
juga." "Jadi kau kecewa."
"Tentu saja. Aku bekerja keras untuk kasus itu."
Tampak potongan adegan singkat dan wajah Debbie Aaron
mengisi layar, terlihat letih dan menderita dengan latar belakang
tumpukan miring buku-buku hukum di rak yang melengkung.
"Ini adalah contoh klasik polisi yang menyalahgunakan
kewenangan mereka," ujar Debbie. "Detektif yang bertanggung
jawab atas investigasi menetapkan klien saya sebagai tersangka


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sebelum mereka menyelidiki petunjuk lainnya..."
"Lihat" Itulah yang membuatku kesal." Francis melambaikan
tangan, senang ada kesempatan untuk melampiaskan kekesalan. "Ia
tahu dirinya tak punya kasus sungguhan. Jadi ia hanya asal bunyi..."
"Ia terlihat baik, si Deb itu." Patti menegakkan punggung.
"Terlihat wajar."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Kau lebih cantik."
"Hmm." Istrinya menyusurkan jemari di sepanjang garis cahaya
tubuhnya dan menatap tajam suaminya.
"Mereka membuat fakta-faktanya sesuai untuk melawan klien
saya," kata Deb pada kamera. "O mong kosong," kata Francis.
"Ia tak bisa mendengarmu." Patti meremas belakang leher
suaminya. "Dan beberapa hal teramat janggal yang terjadi dalam investigasi
ini perlu dicermati ulang," ujar Deb tepat sebelum layar berganti
pada cuplikan kasus dua puluh tahun lalu. "Terjadi kegagalan
persidangan yang nyata."
Francis melihat pintu Seksi 19 mengayun terbuka dan menatap
dirinya di usia dua puluh sembilan, Hoolian, si pelaku kejahatan,
berjalan melewati sekumpulan kamera dan mikrofon.
Semua tampak begitu berbeda dari sudut ini. Saat itu, peristiwa
ini nyata sekali merupakan saat-saat kejayaan: keluar dari maraton
meletihkan di kamar sempit dengan pernyataan mengguncangkan.
Menebus noda- nodanya di kepolisian dengan memecahkan kasus
terbesar tahun itu. Ayahnya sendiri, yang bertahun-tahun
dicengkeram Alzheimer, menggelinding di sampingnya, menyeringai
pada si Turki seolah berkata 'kubilang juga apa'. Jadi mengapa
kelihatannya seakan akulah si papa" Francis bertanya pada dirinya
sendiri. Aku mengerjakan tugas dengan baik. Aku menabrak tembok
tapi berhasil membuatnya kembali utuh. Pekerjaan kutunaikan. Aku
membuat seseorang membayar atas perbuatannya. Tetapi kini ia di
layar, dasi miring, ujung kemeja keluar, berwajah seperti anjing dan
kusut, seolah-olah punya sesuatu yang disembunyikan. Bukankah ia
pernah menyaksikan cuplikan yang sama dua puluh tahun lalu,
dalam layar yang lebih kecil, bersama Patti yang sedang hamil
delapan bulan dan Francis Jr. tertidur di ranjang bayi" Dan,
bukankah waktu itu Patti bersandar padanya, mencium, dan
mengucapkan betapa bangga ia padanya"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Dan, di sana kembali muncul Hoolian, dengan tangan terborgol di
belakang dan blazer St. Crispin's menyampir di pundak. Dalam mata
pikirannya, Francis ingat anak itu menampakkan senyum musang
sekilas, seolah yakin akan memenangi kasus ini dengan suatu cara.
Tapi, menonton tayangan itu kembali sekarang, Francis melihat
kumis tipis itu menyentak naik, menampakkan sepasang gigi depan
yang besar, dan ia sadar anak itu ternyata ketakutan belaka.
"Ia begitu belia," kata Patti. "Aku lupa hal itu."
"Tidak membuatnya urung meremukkan wajah gadis itu."
"Aku hanya bilang itu mengejutkan. Ia tampak begitu manis."
Francis meremas paha istrinya. Tak seperti Debbie A. dan Paul
Raedo, Patti bukan pembenci yang baik. Ia tak punya bakat untuk
itu, tak seperti jaksa penuntut lain. Sebab dalam hatinya, ia adalah
orang baik, mantan gadis gemuk yang hanya menginginkan orang
lain menyukainya. Alih-alih menyelidiki tiga pembunuhan mengerikan di East 125th Street pukul empat pagi, Patti
menghabiskan sebagian besar waktunya dua puluh tahun ini dengan
mempelajari seni memaafkan, menerjunkan diri membesarkan anak,
memupuk persahabatan, makanan sehat, perbaikan rumah, dan
akhirnya karier kecil untuk dirinya sendiri sebagai personal trainer
untuk para CEO di Manhattan. Pendeknya, menjalani hal yang
disebut orang normal sebagai kehidupan.
Di layar, tampak potongan gambar Paul Raedo, kulit kepalanya
mengendur penuh perhatian, memberikan pernyataan resmi dari
kantor Jaksa Wilayah. "Ko mentar kami saat ini hanya bahwa para
juri membuat keputusan berdasarkan bukti-bukti dan kami merasa
yakin hal itu akan mendukung."
"Jadi, apakah mereka akan mencabut dakwaannya?" Patti bicara
padanya, tak pernah merasa simpatik pada Paul Raedo.
"Tentu saja tidak. Ia dihukum dua puluh lima tahun. Ia harus
menyelesaikan masa hukumannya."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Memangnya kau siapa, Ayatullah Khomeini" Kau telah
mendapatkan dua puluh tahun dari anak ini. 1 idakkah itu cukup?"
"Hey, bukan aku yang menentukan vonis. Hakim dan juri melihat
fakta- fakta yang sama dengan yang kulihat. Aku hanya memastikan
tak ada yang melupakan si korban."
"Jadi, apa kau akan mengulang keseluruhan kasus ini sekali lagi?"
"Ya..." Perhatian Francis beralih, menyaksikan Debbie A. memberikan
pernyataan terakhir. "Tragedinya adalah seorang pemuda kehilangan
kebebasan untuk sesuatu yang tak pernah ia lakukan."
Francis mengecilkan volume TV dengan remote. "Apa yang harus
kulakukan" Berdiri di sana, tersenyum, saat seseorang menyebutku
bajingan pembohong?"
"Apa pedulimu" Kukira kau akan pensiun segera setelah promosi
jabatan menjadi Detektif Kelas Satu pada April ini."
Francis ragu-ragu, tak ingin membicarakan ancaman mencemaskan tentang pertanggungjawaban yang disinggung Paul
pagi tadi. "Aku hanya ingin memastikan bahwa kasus ini benar-
benar berakhir." "Kenapa" Kau akan pergi ke suatu tempat tanpa memberitahuku?"
"Tidak, aku hanya..." Ia mulai menggosok-gosok mata sebelum
kemudian menghentikan dirinya sendiri. "Lupakan saja, Patti. Oke"
Tak usah dipikirkan."
Patti bangkit. "Kalau kau mengerjakan kembali kasus ini, kuharap
aku tak harus membatalkan acara Thanksgiving di Florida. Aku
sudah menyerahkan deposit untuk kondominium itu, dan Kayleigh
akan datang dari Smith bersama seorang kawan."
"Aku yakin kasus itu sudah selesai nanti."
Wanita itu berjalan menuju kamar. "Frankie menelepon sebelum
kau pulang." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h ya?" Francis memutar tubuh. "Bagaimana keadaannya?"
"Ia bercerita tentang segala hal kecuali yang aku ingin tahu. Persis
seperti ayahnya. Meski sejauh yang aku tahu, belum ada omong-
omong tentang pemindahtugasan."
"Anak brengsek itu akan membuatku mati. K uharap ia puas."
"Aku mau tidur," desah istrinya, tak ingin bertengkar. "Mungkin
aku akan ketemu kau di sana. Aku pakai gaun tidur tipis."
"Ya, aku akan menyusul sebentar lagi." Ia memperhatikan Patti
menjauh dan mengubah posisi kantong es di lututnya.
Beginilah ia sekarang. Ia mengambil remote dan mengubah
saluran ke pertandingan Yankee. Mariano Rivera mengalahkan Red
Sox, perseteruan lama bergulir kembali. Kutukan Bambino. Ia
menonton separo inning namun tak dapat berkonsentrasi dari satu
pitch ke pitch berikutnya. Diubahnya saluran TV dan menemukan
liputan tentang Irak di Fox News Live. "America at War" dan
bendera tampak di sudut kanan bawah. Jejeran tank di jalanan
Baghdad, satu lagi konvoi diserang di gurun, dan tetap tak ditemukan
senjata pemusnah massal. Dan, ke sinilah mereka mengirimkan
putraku. Tak banyak yang bisa meringankan pikiran kusut. Ia beralih ke
Star Trek beberapa saat. Kapten K irk mondar-mandir di planet
Styrofoam yang sama, berkasih-asmara dengan wanita berkulit hijau
di masa-masa sebelum ia mulai bermain sebagai polisi dalam film
T.J. Hooker. "The Cage." Bukankah film itu yang ia bicarakan
dengan Hoolian, jauh di masa itu" Hanya, anak itu berkata bahwa
Jeffery Hunter bermain sebagai kapten di Enterprise. Bukankah ia
orang yang sama dari The Searchers yang membantu John Wayne
menelusuri gadis yang diculik orang Indian"
Oke, kini kau menyimpang terlalu jauh dari usaha menghibur
diri, Loughlin. Ia mematikan TV dan duduk di sana, merenung
dalam kesunyian. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Matanya berkelana ke rak-rak buku yang ia buat beberapa tahun
lalu, memindai tulang-tulang buku yang belum rusak, yang ia koleksi
untuk bacaan senggang di masa pensiun. Kini terpikir olehnya bahwa
suatu hari kelak, dalam waktu yang tak begitu lama, lagi ia harus
memutuskan buku mana yang akan menjadi buku terakhir yang ia
baca. Ia mencari-cari kandidat yang paling mungkin. Shelby Foote,
Gettysburg. Stephen Ambrose, D-Day. Atau pengarang favoritnya
yang baru, Ernest Shackleton dengan Endurance. Bajingan keras
kepala yang mengejar hasratnya sendiri. Berusaha memimpin sebuah
kru ke Antartika namun kemudian kapalnya hancur oleh jarum-jarum
es yang tajam. Ia membuat putusan yang berani, terjun ke dalam
sekoci bersama lima orang lain, untuk mencari pertolongan dari
delapan ratus mil sungai es dan air yang tersapu badai. Bagi Francis,
keajaibannya bukan hanya karena ia menyelamatkan setiap orang
tapi karena entah bagaimana ia berhasil melintasi semua ruang
kosong itu tanpa kehilangan akal sehat.
Ya, Tuhan, rasanya ia butuh minum.
Ia mendengarkan detak jarum jam di dapur. Pikirannya retak-
retak namun menyatukan diri kembali. Ia harus menyerahkan
laporan besok. Ia harus terus bertingkah seakan tak ada masalah. Ia
harus menemui dokter lain dan mencari pendapat kedua. Detik jam
itu berubah menjadi ketukan tongkat di trotoar. Suatu hari nanti
menyeberangi Union Street akan menjadi sesukar melintasi
Antartika, rianya, ia mungkin hanya tertabrak mobil seperti ibunya di
Grand Concourse. Tidakkah itu pikiran yang menyenangkan!
Di mana ia melihat botol vodka separo kosong waktu itu"
Tidakkah botol itu kian berdebu di suatu tempat dekat mesin
pemanas air di basement, menunggu dibuang" Ia tak perlu sampai
mabuk. Hanya beberapa jari di mug Grateful Dead tua, sekadar
melepas kepenatan sedikit.
Huh, jangan menjadi bajingan murung yang mengasihani diri
sendiri, Francis. Ayahmu menjadi seperti itu dan lihat apa yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
terjadi padanya. Mestinya ia bisa lebih baik dari itu, kan" Setidaknya
untuk hampir dua puluh tahun yang ia punya.
Meninggalkan minum- minum, mengabdikan diri untuk keluarga,
menunaikan pekerjaan tanpa cacat, jenis polisi yang bisa diandalkan
jika sahabat mereka terbunuh. Jadi, mengapa matanya berubah
menjadi sepasang bola tak berguna" Apakah ini pembalasan atas
sesuatu atau hanya noda biasa dari Dosa Asal"
Ia selalu memiliki semacam hubungan timbal balik kasar dengan
Yang Maha Kuasa, mendapat hajaran jika sekali waktu ia tergelincir.
Setelah ibunya meninggal, ia berpikir entah bagaimana itu pasti
salahnya, mungkin karena ia tidak cukup banyak berdoa jika diminta
ibunya, karena itu ia mencoba melakukan penebusan dosa. Lima
tahun sebagai anak altar membuat keluarga selamat, pikirnya. Tetapi
lalu ia mangkir, memutuskan bahwa semua itu hanya omong
kosong - jadi, lebih baik ia menjadi si tolol pengisap ganja. Hingga
sebuah kecelakaan mobil di jalan tol membuat saudara perempuannya memakai penyangga leher dan ketakutannya akan
Tuhan kembali. Ia tak pernah benar-benar menjadi anak berandal yang ingin
membangun reputasi. Hanya, sesuatu sesekali mencambuknya
kembali ke jalan tak benar. Ia akan mulai sedikit membuat masalah
dengan Patti tak lama setelah mereka menikah dan hampir tertembak
peluru dalam sebuah razia narkotika. Atau, ia akan mulai minum-
minum lagi dan Kayleigh kemudian harus dibawa ke ruang ICU
khusus bayi akibat infeksi ginjal.
Tapi waktu pun berlalu, semua berjalan dengan baik, dan kau pun
akan berpikir dirimu telah bersih. Hingga putramu masuk tentara
tanpa memberi tahu dan retinamu mulai memburuk.
Ia meremas lengan kursi dan mulai bangkit, jam di atas tungku
dapur masih berdetik dengan kencang. Diakhiri. Kata yang Tom
Wallis gunakan itu terus mengganggunya. Seolah-olah kata itu
sesuatu yang nyata, sesuatu yang bisa kau tiduri, ia berusaha
bersabar jika orang mengucapkan kata itu, sebab, apa gunanya"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Akhir adalah apa yang mereka ingin percayai bahwa hal itu
mungkin, seperti rahmat Tuhan atau Perlindungan Kesehatan
Universal. Tetapi, lalu kau punya Ellen Wallis yang mulai sinting,
mengatakan pada orang-orang bahwa anak gadisnya masih hidup.
Tidak terdengar seperti ingin 'mengakhiri', bukan"
Mungkin tak akan ada sesuatu yang terjadi dalam waktu dekat
ini. Penglihatan tepimu akan berangsur-angsur menyempit seperti
terowongan. Hentikan. Ia sudah memutuskan tak akan berpikir tentang hal itu.
Bagaimana tentang kasus ini" Ia memikirkan dua belas hal yang
mesti ia katakan pada Paul Raedo.
Penyelidikan ini memang tidak sempurna. Kita harus bersatu,
Francis. Ia sadar dirinya selalu separo khawatir kasus ini akan muncul
kembali. Bukan ia ragu bahwa Hoolian pelakunya. Anak itu sudah
menjalani persidangan, bukan" Pengacaranya punya nyali untuk
memeriksa silang Francis di kursi saksi, menyatakan bahwa Allison
bisa saja menduplikasi kuncinya sendiri dan memberikan pada orang
lain. Tetapi bukti-bukti di lapangan memberatkan Hoolian.
Memangnya kenapa jika ia tak bersaksi atas namanya sendiri"
Segera setelah ia duduk di kursi saksi, ia akan terjebak oleh fakta-
fakta yang dijejalkan ke tenggorokannya. Bukankah ini kasus mutlak
tanpa cacat" Tentu saja tidak. Tapi Francis tak berutang permintaan maaf apa
pun. Juri mampu mengaitkan semua fakta. Total hanya butuh dua
setengah hari sebelum mereka memutuskan bahwa Hoolian bersalah
untuk pembunuhan tingkat dua. Dan jika Hakim Robins
menjatuhkan hukuman dua puluh lima tahun - ya, itu kesialannya,
bukan" Ralph Figueroa telah mengajukan tawaran penurunan masa
hukuman lima hingga lima belas tahun, dan memutuskan untuk
menggulirkan dadu. Karena itu persetan semua, sebagaimana yang
selalu tercantum di kartu Natal sebelum Patti memaksanya untuk
mengubah. Kasus ditutup. Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mematikan lampu di sebelah kursi malas dan menyadari betapa
ruang ini mendadak terlihat begitu gelap. Ketiadaan cahaya sama


The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekali membuatnya mendengar bunyi-bunyian dalam rumah dengan
jelas, decitan halus kayu yang naik turun. Bagaimana Shackleton
melakukannya" Tanpa peta, tanpa jejak kaki untuk dilacak.
Bagaimana ia menemukan posisinya dalam belantara tak terpetakan
itu" Kau akan pergi ke suatu tempat tanpa memberitahuku"
Secara refleks, Francis menarik rantai dan menyalakan lampu
kembali agar ia dapat menemukan jalan menuju tangga.
11 MERASA LAPAR dan lelah, beberapa menit menjelang pukul
sebelas, Hoolian berjalan menuju kafe tua yang dulu bernama Leon's
di Second Avenue. Ayahnya pernah punya kawan seorang pelayan di
sana bernama Nita yang kadang memperbolehkan ia memakai kamar
mandinya. Waktu itu, Leons's adalah tempat kumal yang
menyediakan sup dan burger dengan papan nama neon merah,
dengan permen mint berwarna kusam di mangkuk perak di sebelah
kasir, dan cangkir-cangkir kopi biru murahan dengan hiasan pilar-
pilar gaya Yunani. Restoran baru itu bernama Cafe Florence;
karpetnya hijau mulus, dengan perabotan berpanel kayu kenari, dan
hidangan tuna seharga 8,95 dolar. Ia masuk dengan sepenuh hati,
memergoki permen mint yang sama dalam mangkuk perak di
sebelah meja kasir. Pegawai kafe mulai mengelap meja- meja, tapi N ita tak terlihat.
Sebuah pisau steik berkilauan di meja. Hoolian mengambilnya cepat-
cepat saat bergegas menuju toilet pria. Bagaimana pun, gunting kuku
tak akan cukup untuk melindungi diri, yang ia sadari setelah beradu
mulut dengan si penjaga pintu.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Ia mencuci tangan dua kali dengan sabun merah muda beraroma
harum, mengacak rambut, menyadari rambutnya sudah terlalu
panjang, lalu keluar dari toilet berusaha terlihat biasa-biasa. Seorang
pelayan berwajah seperti tirai merosot tengah mengisi botol saus
yang telah setengah kosong.
"Hoolian?" wanita itu berbalik. "Kaukah itu?"
Hoolian tersenyum dan mengangkat tangan, dengan gugup
menutupi parut di dagunya.
"Coba lihat dirimu! Nino!?" ia memeluknya. "Kau telah dewasa.
Apa yang terjadi pada putra kecilku ini?"
Wanita itu juga telah berubah. Dulu kencang kencang dan kurus,
seperti penari tango, dengan mata berkilat-kilat angkuh dan mulut
mencibir seolah mencari-cari mawar untuk digigiti. Tetapi,
perjalanan waktu telah melembutkan dan membentuknya, menghaluskan tepi- tepi, menambah berat beberapa kilogram, dan
mengimbuhkan sedikit sentuhan sang Perawan Suci pada senyumnya
yang letih. Ia melepaskan pelukan untuk mencermati Hoolian. "K ukira kau
dihukum dua puluh lima tahun."
"Ya, aku keluar sekarang. Setidaknya untuk beberapa saat."
"Bueno! Que gusto!"
Hoolian ragu-ragu, menyadari dirinya kini di luar lingkaran akar
Spanyol- nya. Sejujurnya, ayahnya hanya mengajari bahasa itu
sedikit saja dan ia tak banyak memakainya di penjara, lebih senang
menghabiskan waktu di perpustakaan hukum, alih-alih bergabung
dengan para Raja Latin dan Las Neitas.
"Ayahmu selalu yakin kau akan baik-baik saja. Ia dulu selalu
berkata, 'Nos se ocupe! Anak itu lebih kuat daripada aku."
Hoolian memikirkan ayahnya yang meninggal sendirian di
Rumah Sakit Metropolitan dan merasakan uap beracun mulai
berkumpul di dalam dirinya.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Ayo, duduklah, kau sedang apa?" ia mengisyaratkan Hoolian ke
sebuah kursi kosong. "Di mana kau tinggal?"
"Tinggal?" "Kau punya tempat bermalam?"
Hoolian melipat tangan, menahan gelombang kemarahan dan
keletihan. "Aku sedang mengerjakan beberapa hal."
"Tapi mereka tak akan memasukkanmu kembali ke sana, bukan?"
"Ya..." matanya berkedip dan berusaha tampak riang. "Mereka
belum benar-benar menghapus dakwaannya. Tapi itu hanya omong
kosong teknis. Aku tak punya kaitan sama sekali dengan semua yang
mereka tuduhkan. Gadis itu temanku."
"Aku tahu itu, Sayang."
Hoolian menengok untuk melihat kalau-kalau ada orang lain
mencuri dengar. "Pengacaraku berkata, aku harus berusaha
menolong diriku sendiri jika ingin namaku pulih, tapi, bangsat, aku
tak tahu apa yang mesti kulakukan."
Sudut mulut wanita itu turun dan ia menyadari anak yang ia kenal
dua puluh tahun lalu tak pernah menyumpah.
"Maaf. Aku terlalu lama dikelilingi orang-orang kasar."
"Tak apa. Aku cukup senang berjumpa denganmu."
Hoolian membasahi bibir, berusaha mengabaikan rasa perih di
perutnya. Lembaran dua puluh dolar terpampang bersama sebuah
cek di bawah tempat garam di ujung meja. Ia berpikir, betapa mudah
untuk mengambilnya ketika Nita berpaling.
"Hey, bukankah kau pernah menjaga anak-anak di apartemen
kami?" ia memaksa diri untuk kembali memusatkan perhatian.
"Tentu. Dari situlah aku mengenal ayahmu. Aku pengasuh bayi
paruh waktu di sana. Nyonya Foster di 9B."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Wanita itu bercerai?" ia membayangkan wanita paruh baya
meluncur melewati lobi mengenakan celana j eans pendek dan
sepatu boot sepaha untuk bersenang-senang ke kota.
Mulut Nita menipis membentuk garis tegang. "Terlalu sibuk
bertengkar dengan pengacaranya mengenai tunjangan dan bersenang-senang dengan pria-pria beristri daripada mengurus anak
perempuannya. Aku bersumpah, kadang aku ingin membawa pergi
anaknya ke rumahku."
"Jadi kau kenal semua orang lama di apartemen."
"Tentu saja. Aku adalah Don Corleone dari Mafia Pengasuh
waktu itu. Dan aku pernah berkencan dengan Willie, si tukang itu."
"Si curang yang bekerja di lift belakang itu?"
"Ya, kukira ia waktu itu menarik."
Willie Pembangkang, sebutan ayahnya dulu. Karena orang-orang
tak pernah bisa menghubunginya lewat walkie-talkie saat
dibutuhkan. Ia selalu main- main dengan kawan lain di basement atau
muncul terlambat untuk memasang cincin penutup di bak cuci piring
seseorang ketika pelayan baru yang manis ada di dekatnya.
"Ia akrab dengan si tua Nestor, kan?"
"Siapa?" Hoolian bertanya-tanya apakah ia berani untuk berharap. Ia begitu
lapar dan lelah hingga tak tahu apa yang lebih ia butuhkan: makanan
enak atau uluran bantuan bagi kasusnya.
"Nestor. Portir itu, yang bekerja di lantai bawah. Orang tua yang
bermain piano. Kurasa ia berasal dari Santo Domingo. Lelaki kecil
kuat bungkuk. Yang agaknya kau bisa menjatuhkannya dengan
tembakan polong sampai kau melihatnya mengangkut kulkas di
punggung." "O h, Nestor." Nita menepuk tangan. "Si Cha-Cha Man."
"Ya." Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"O h, tentu saja aku ingat bribon kecil itu. Ia pintar main piano,
bro. Tahukah kau, ia pernah tinggal di K uba beberapa tahun dan
bermain di salah satu band terbaik di Havana sebelum la
Revolucion!" "Tidak, aku tak tahu."
Memalukan baginya untuk mengakui betapa tak perhatian dirinya
waktu itu. Dulu, Nestor hanya lelaki tua yang bekerja pada ayahnya
dan bermain domino dengannya, kadang-kadang. Tak pernah terpikir
oleh Hoolian untuk bertanya apakah Nestor memiliki keluarga di
suatu tempat atau kehidupan lain. Bukan hanya karena bahasa
Inggris Nestor begitu payah. Tetapi ada penghalang lain, semacam
luka dalam dirinya, bak seorang aristokrat yang jatuh dan menolak
bicara tentang kesukaran masa lalu.
"O, iya," tukas N ita. "Kami dulu suka pergi sepulang bekerja ke
La Fuego di H2th Street. Di sana ada mesin pemutar lagu di sudut
dan setelah menenggak beberapa gelas tequila, ia sungguh-sungguh
bisa menari. Tango, mambo, bolero, puchanga, meringue, bugalu,
apa pun. Ia akan mengajak kita berdansa di atas bar. Mengapa kau
ingin tahu tentangnya?"
"Kurasa ia bisa membantuku."
Sepasang kakek-nenek di bilik belakang melambaikan cek pada
Nita, memintanya memutuskan sebuah perselisihan remeh di antara
mereka. "Ayahku menulis surat saat aku di penjara, bercerita ia pernah
menemui Willie suatu malam di bar di Second Avenue." Jelas
Hoolian. "Dan setelah mereka minum- minum beberapa lama, Willie
berkata suatu waktu Nestor pernah memberi semacam isyarat
padanya bahwa ada sesuatu yang tak pernah ia ungkapkan pada
polisi. Tapi Papi tak pernah bisa melacak jejak Nestor dan
mengetahui apa yang ia maksud."
"Dan kau berpikir hal itu akan membuat perbedaan sekarang?"
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Itu yang terbaik yang aku punya." Hoolian tenggelam sesaat
sebelum menegakkan diri kembali. "Pikirkan. Nestor bekerja di
basement malam itu. Dan hanya ada dua jalan keluar dari gedung.
Depan dan belakang..."
Hoolian meraih lap dan pulpen yang tergeletak di meja konter,
dan mulai merancang skenario. Bertahun-tahun
ia begitu terkungkung, berusaha menceritakan kisahnya pada siapa saja yang
mau mendengarkan - sesama narapidana, penjaga penjara, konselor
senior, pendeta - dan kini ia hampir tak bisa menenangkan
tangannya karena bersemangat.
"...dan pintu darurat di basement mengarah ke gang di belakang
gedung apartemen," lanjutnya, melukis garis dan panah. "Setelah
tengah malam, pintu depan dikunci,"
Ia memastikan wanita itu mengikutinya. "Kau harus membangunkan Boodha, si penjaga pintu, di lobi untuk
membukakan pintu. Atau kau harus memiliki kunci sendiri, seperti
para penyewa. Dan jalan lain keluar dari gedung adalah melalui
pintu darurat di belakang, tepat melalui kursi gemuk besar tempat
Nestor tidur." Nita menyentuh pundaknya seolah ingin menyela, namun kini
setelah katup itu terbuka ia tak bisa lagi memotongnya.
"Jadi, jika ia bersaksi melihat sesuatu atau orang lain masuk dan
keluar dari gedung antara tengah malam dan pukul sepuluh pagi
ketika mereka menemukan mayatnya, mereka harus mengakui
bahwa mereka menjebakku."
"Bukankah polisi pernah bicara dengannya, sebelumnya?"
"Ya, benar" Hoolian mengejek, menjawab cepat untuk mencegah
jeratan berbahaya ini berbalik. "Seorang polisi dan jaksa yang tak
bisa berbicara Spanyol. Kau tahu apa yang terjadi" Mereka
mengintimidasinya habis-habisan. Lelaki kecil itu hampir tak bisa
bicara Inggris, dan ia bukan anggota serikat buruh. Bahkan tak punya
paspor resmi. Ia tahu mereka sudah menjebakku. Mereka tak ingin
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
ada sesuatu yang menghalangi tujuan itu. Jadi tentu saja ia
mengatakan pada mereka apa yang ingin mereka dengar. 'Tidak, aku
tak melihat apa-apa.' Jadi, ia membuat pernyataan omong kosong
pada Asisten Jaksa Wilayah, meninggalkan kota sebelum
persidangan karena tak ingin datang ke pengadilan untuk bersaksi
dan dideportasi kembali ke Santo Domingo..."
Makin banyak bicara, makin meyakinkan ia, terdengar oleh
dirinya sendiri. Ya, ketidakadilan besar telah terjadi di sini.
Seseorang harus membayar hal yang telah mereka lakukan padanya.
Yang harus ia lakukan hanya mencengkeram lelaki tua itu dan
memuntir lengannya sedikit untuk membuka mata dunia.
"Aku yakin ia masih hidup," Hoolian bersikeras, menaruh pena
dan menunjukkan sketsanya. "Tak mungkin ia setua itu."
"Sayang, ia mungkin sudah berusia enam puluh saat itu."
Ucapan wanita itu ia anggap sebagai goresan kecil belaka. "Kalau
saja aku bisa menemuinya barang sebentar...."
"Muchacho..." "...Aku yakin ia pasti membelaku. Ia berutang pada ayahku..."
"Sayang." N ita menepuk tangannya, tak ingin susah-susah melihat
gambarannya. "Kurasa ia sudah meninggal dunia."
"Apa?" "Terakhir kudengar, ia sakit. Ia bilang pada Willie bahwa ia
menderita kanker hati dan akan kembali ke Dominika untuk
menengok keluarganya."
"Tapi itu tak berarti ia sudah mati," katanya. "Apakah Willie
punya alamatnya?" "Willie?" wanita itu mendengus. "Sudah bertahun-tahun aku tak
melihat bajingan itu. Ternyata ia punya istri dan anak di Bronx dan
keluarga lain di San Juan. Bagaimana itu" Aku baru tahu semuanya
pada 1986. Kita tak pernah bisa menebak orang."
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
"Mungkin ia sembuh," Hoolian bersikeras, harapannya bagai
korek api diterbangkan angin. "Kanker hati tak selalu membunuh,
kan?" "Sayang, ia bahkan sudah setengah tak waras."
"Benarkah?" "Kau harus makan sesuatu. Kau tampak pucat."
Ia sadar keringat lembab dingin keluar dari pori-porinya, seakan-
akan ia sedang demam. "Tidak, terima kasih, aku tak bisa makan."
"Berapa lama kau berada di luar?"
"Sejak kemarin malam." Ia mengusap alisnya.

The Devil's Dna Karya Peter Blauner di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku mengandalkan orang tua terkutuk itu untuk membelaku."
Ia menatap botol saus kosong yang berbaris seolah mereka bagian
dari bank darah. Mendadak saja, semua hal buruk yang menimpanya
tak lagi berpijak sendiri. Pemakaman ibunya di St. Theresa. Ruang
interogasi. Gedung pengadilan. Halaman penjara di Dannemora. Sel
di Attica. Tempat-tempat itu semua sama. Bahkan kafe ini. Itu semua
hanya ilusi. Ia tak pernah benar-benar keluar dari sarang.
"Kau percaya padaku, kan" Kau tahu kejadiannya tidak seperti
yang mereka katakan."
"Dengar," katanya, menepuk tangan Hoolian. "Kau letih. Kau
terlalu keras berusaha melakukan terlalu banyak hal. Echa un trago.
Echa una siesta." Perlahan- lahan Hoolian bangkit, sebuah tabung uap dari bak cuci
terangkat di dekat pintu dapur. Baginya, semua perjuangan dan kerja
keras untuk memulihkan nama baik hanya buang-buang waktu yang
menyedihkan. Sebuah sisi dalam dirinya bertanya-tanya apakah ia
mesti menyerah dan memikirkan tawaran kantor Jaksa Wilayah
untuk mengaku bersalah. Setidaknya semua ini akan berakhir.
Tetapi tiap kali hampir menetapkan keputusan untuk menerima
tawaran itu, ia kembali membayangkan wajah putri sepupunya yang
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
menatap dari balik kulkas. Anak itu menganggap dirinya sejenis
binatang kotor. Jika pun anak itu mengingat sesuatu tentang dirinya,
ia tak akan ingat apa-apa tentang betapa lembut Hoolian menyikat
rambutnya. Ia akan memilih percaya pada kata-kata ibunya bahwa
lelaki itu berusaha melakukan sesuatu yang buruk padanya. Dan, itu
sama sekali tak bisa ia terima.
"Aku merasa tak enak badan." Hoolian memegang perutnya yang
lemah. "Aku bisa menyuruh koki memasak huevos rancheros untukmu.
Aku ingat dulu kau suka masakan itu."
Hoolian mulai merogoh saku, namun wanita itu memukul
tangannya. "Largo de aqui!" katanya. "K utendang pantatmu jika
kulihat kau mengeluarkan dompet."
Hoolian menyerah, tersentuh dan merasa terintimidasi,. begitu
Nita pergi ke dapur dan memberikan pesanannya pada juru masak.
"Benarkah kau tak punya tempat untuk bermalam?" Nita kembali
duduk. Hoolian menggelengkan kepala, tak ingin membicarakan
peristiwa di rumah sepupunya.
"Ay." Nita memutar mata menatap tas besarnya. "Pasti kau pun
tak punya pekerjaan."
"Aku keluar terlalu cepat sebelum mereka sempat merancang
rencana pembebasan. Mestinya aku masih di sana."
"Ya, tak ada pekerjaan apa-apa di sini untukmu," katanya, seolah-
olah laki- laki di hadapannya itu salah satu dari antrean pria yang
mencoba memanfaatkannya. Mungkin ia sudah terlalu menuntut. N ita adalah wanita berhati
baik yang mungkin sering mencurahkan kebaikan pada hewan-
hewan tersesat yang kemudian berbalik dan menggigitnya. Ia
melahap telur yang disajikan dan bersiap-siap pergi. Mungkin ia bisa
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
naik kereta A dan tidur sepanjang perjalanan jauh bolak-balik ke Far
Rockaway, hingga kondektur mengusirnya keluar.
"Ada sebuah kamar kecil di bawah," ucap Nita diam-diam.
"Apa?" "Ruang penyimpanan kecil. Tukang antar barang kadang-kadang
tidur di sana. Memang tidak bagus. Kau harus tidur di antara rak-rak,
bersama kaleng-kaleng sup dan lemak babi. Tapi tak akan ada yang
mengganggumu di sana."
Hoolian menatap wanita itu, berusaha mengerti. Ia bukan tak
pernah menerima kebaikan di penjara. Seorang penjaga kadang
memberi kelonggaran hukuman dalam sebuah pelanggaran remeh;
narapidana lain kadang membolehkannya memakai pelat panas di
selnya. Tapi kau tak bisa mengandalkan semua itu. Kebaikan identik
dengan kelembutan, identik dengan kelemahan, dan itu adalah
penyakit yang mesti dihilangkan. Lebih baik dianggap pencuri,
pemerkosa, atau bahkan pembunuh, daripada dianggap sebagai lelaki
yang, katakanlah, seperti ayahnya.
"Tapi kau harus diam-diam," ucap N ita sambil bangkit. "Aku tak
ingin pemilik tahu kau ada di sana. Aku butuh pekerjaan ini."
"Terima kasih."
Ia menahan desakan dalam dirinya untuk memeluk wanita itu
sebagai rasa syukur, ia masih belum cukup mempercayai dunia untuk
terlihat menyentuh seorang wanita.
"Dan, taruh kembali pisau steik itu." N ita menunjuk saku Hoolian.
"Aku sudah mempertaruhkan nyawa untukmu."
12 Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
TOM TURUN ke bawah menuju apartemen setelah siaran berita
selesai dan menemukan ibunya tengah memegang segelas anggur
merah setengah kosong dengan filter rokok mengambang di
dalamnya. "Bagus," katanya, sinis. "Bukankah Dr. Spencer bilang Ibu harus
mulai mencampur pinot noir dengan obat antipsikosis dan Prozac?"
"Bukankah sudah kukatakan betapa aku benci obat-obat itu?"
"Dan Ibu mengira minum bersamanya akan membantu?"
"Aku tak suka efek obat-obat itu." Rahangnya mengeras.
"Rasanya kepalaku dipenuhi kapas. Tulisanku jadi kecil-kecil.
Membuatku melihat hal- hal yang sebenarnya tak ada. Apakah aku
sudah menceritakan yang terjadi kemarin malam?"
"Apa?" "Aku bangun, kehausan, dan kukira aku minum sebotol air. Esok
paginya aku menemukan sebotol minyak zaitun di meja."
Tom mengerucutkan bibir, jijik. "Ibu ingin masuk ruang gawat
darurat lagi" Apakah itu yang Ibu coba lakukan?"
Tom menoleh ke arah meja antik dari kayu ek yang diselamatkan
ibunya dari Sag Harbor. Setangkai tulip layu dalam vas, kelopaknya
berjatuhan, dan sisa-sisa sobekan kertas berhamburan dari keranjang
sampah seperti sayap-sayap patah.
"Setidaknya Ibu pergi ke halaman belakang jika ingin merokok."
Tom mengambil gelas anggur dan mengaduk-aduk puntung.
"Michelle menderita asma, siapa tahu ibu lupa."
"Oh, jadi sekarang aku nenek yang buruk juga."
Tom memijit- mijit ruang di antara kedua alisnya seolah-olah
sedang berusaha menyatukan satu retakan. Tom, pria malang yang
lama menderita. Yang mungkin sudah muak menghabiskan enam
tahun untuk menjaga ibunya yang sinting. Disertai rasa malu, wanita
itu ingat saat menonton Tom yang berusaha bermain football di
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Central Park ketika kecil dan menyadari selama beberapa saat bahwa
ia tak menyukai anak lelakinya itu. Tingkah yang kikuk, perawakan
yang tak atletis, kelakuan berpura-pura tahu aturan permainan.
Wajah yang berubah merah muda jika mengeluarkan sedikit saja
tenaga. Tom tak pernah berhasil melakukan hal- hal dengan wajar
seperti saudara perempuannya; Allison bisa mengambil raket tenis
dan mulai melakukan pukulan voli dengan segera. Pada Tom, semua
hal berpotensi mempermalukan dirinya. Eileen terus-menerus
membandingkan Tom dengan anak lain dan kemudian merasa
bersalah sesudahnya. Namun, pada akhirnya, Tom memperlihatkan
kemampuan. Ia berubah menjadi pemimpin keluarga, mengambil
alih keuangan dan menganugerahinya tak hanya satu, tapi dua cucu
perempuan untuk melegitimasi eksistensinya yang goyah akliir-akhir
ini. "Mungkin Ibu tahu, Francis Loughlin mampir ke sini tadi," kata
Tom. "Ia membawa berita yang membuatku kesal."
"Aku menunggu." Ibunya melipat tangan di pangkuan dengan
sikap anggun seorang bangsawan.
"Mereka membebaskan Julian Vega lebih awal. Mereka
melepaskan dakwaannya. Kini ia orang bebas."
Wanita itu mengangguk, berusaha mempertahankan kesunyian
bermartabat. "Aku berkata padanya mungkin lebih baik semua ini dihentikan
saja. Kita sudah terlalu banyak menderita. Tapi ia merasa ia berutang
pada Ibu untuk tetap membuat kasus ini bergulir...."
Ibunya terus mengangguk-angguk, tak dapat berhenti.
"Kubilang aku tak setuju, tapi berjanji menyampaikan pesannya."
Tom sedikit bersemu merah. "Menurut ia, Ibu akan paham
keinginannya." Akhirnya wanita itu berhenti menggerak-gerakkan kepala dan
berpaling pada Tom, perlahan-lahan menampakkan keyakinan diri.
Tiraikasih Website http://dewi-kz.info/
Kau menunggu dan terus menunggu sesuatu, lalu ketika hal itu
terjadi, kau seperti tak pernah mengharapkannya.
Pedang Pelangi 11 Pendekar Gila 22 Kutukan Berdarah Anak Pendekar 3
^