Pencarian

Titik Muslihat 10

Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown Bagian 10


Corky, dan mengejarnya dengan kecepatan penuh.
Corky menjadi lesu. Pisahkan perhatian dan taklukkan. Tam-paknya malam ini bukan
hanya dia satu-satunya orang yang memiliki gagasan cemerlang itu.
KETIKA DELTA-Three berjalan melintasi dek dan mendekati tangga alumunium yang
menuju ke dek bawah, dia mendengar suara seorang perempuan menjerit di suatu tem
pat di bawahnya. Dia berpaling dan memberi isyarat kepada Delta-Two bahwa dia
akan ke dek bawah untuk memeriksa. Rekannya mengangguk, dan tetap berada di
belakangnya untuk mengawasi dek di atas. Kedua orang itu masih tetap dapat
saling berhubungan melalui CrypTalk. Sistem pengacau radar Kiowa masih menyi-
sakan frekuensi terbuka untuk komunikasi di antara mereka. Sambil memegang laras
senapan mesinnya, Delta-Three bergerak tanpa suara ke arah tangga menurun yang
menuju ke dek bawah. Dengan ketangkasan seorang pembunuh terlatih, dia mulai
turun sedikit-sedikit sambil membidikkan senapannya.
Turunan pada tangga tersebut membatasi penglihatan, karena itu Delta-Three
berjongkok supaya dapat melihat dengan lebih baik. Dia terus menuruni tangga
itu. Di tengah tengah tangga, dia dapat melihat liukan jalan ruwet yang
terpasang pada bagian bawah Goya. Suara teriakan itu menjadi lebih keras lagi.
Kemudian dia melihat perempuan itu. Di tengah -tengah jalan sempit yang
melintang, Rachel Sexton sedang melongok ke bawah dari tepian dan memanggil-
manggil Tolland dengan putus asa ke arah air laut.
Apakah Tolland jatuh ke bawah" Mungkin ketika ledakan itu terjadi"
Kalau memang itu yang terjadi, pekerjaan Delta-Three menjadi lebih mudah dari
yang diduganya. Dia hanya harus turun beberapa kaki lagi untuk mendapatkan area
terbuka untuk menembak sasarannya. Semudah menembak ikan di dalam akuarium.
Satu-satunya keraguannya adalah Rachel berdiri di dekat sebuah lemari terbuka,
yang artinya perempuan itu mungkin saja memiliki senjata - sebilah senapan tombak
atau senapan pembunuh hiu - walau itu semua bukan tandingan bagi senapan mesinnya.
Karena Delta-Three yakin dia sudah menguasai keadaan, dia membidikkan senjatanya
dan melangkah ke bawah lagi. Rachel Sexton sekarang hampir tampak dengan
sempurna. Dia mengangkat senjatanya.
Satu langkah lagi. Tiba-tiba sebuah bayangan bergerak di bawah DeltaThree, di bawah tangga. Delta-
Three lebih merasa bingung daripada takut ketika dia melihat ke bawah dan
melihat Michael Tolland menyodokkan tongkat aluminum ke arah kakinya. Walau
DeltaThree merasa telah diperdaya, dia hampir tertawa ketika melihat Tolland
hanya berusaha untuk membuatnya tersandung.
Lalu dia merasakan ujung tongkat itu menyentuh tumitnya.
Sebuah ledakan yang panas, menusuk dan terasa ke seluruh tubuhnya ketika kaki
kanannya meletus karena ledakan di bawahnya yang amat menyakitkan itu. Delta-
Three kehilangan keseimbangan, lalu jatuh berguling-guling menuruni tangga.
Senapan mesinnya berderak-derak jatuh menuruni tangga dan jatuh ke laut ketika
pemiliknya roboh di atas jalan sempit. Dengan kesakitan, dia bangun untuk meraih
kaki kanannya, tetapi kakinya sudah tidak ada lagi.
TOLLAND SEGERA berdiri di atas penyeran gnya dengan tangannya masih menggenggam
sebuah tongkat peledak - Powerhead Shark-Control Device sepanjang lima kaki.
Ujung tongkat aluminum tersebut telah dipasangi dengan alat yang peka terhadap
tekanan, dan peledak untuk senapan ukuran dua belas yang ditujukan untuk
pertahanan diri ketika diserang ikan hiu. Tolland telah mengisi ulang tongkat
peledak itu dengan bahan peledak baru, dan sekarang dia mengarahkan ujung
tongkat yang tajam dan masih berasap itu ke j akun penyerangnya. Tentara itu
terlentang seperti lumpuh. Dia menatap Tolland dengan ekspresi kemarahan dan
penderitaan. Rachel datang berlari untuk mendekati. Rencananya, dia harus merampas senapan
mesin lelaki itu, tetapi celakanya senjata itu terjatuh dari tepian jalan sempit
dan menghilang ke laut. Alat komunikasi lelaki itu berderak. Suara yang keluar dari alat tersebut
terdengar seperti suara robot. "Delta-Three" Masuk. Aku mendengar sebuah
tembakan." Lelaki itu tidak bergerak untuk menjawabnya.
Alat itu berderak lagi. "Delta-Three" Jawab. Kau membutuhkan bantuan?"
Sesaat kemudian, sebuah suara baru berderak di dalam saluran itu. Suaranya juga
terdengar seperti robot tetapi dibedakan dengan adanya bunyi helikopter di
belakangnya. "Ini DeltaOne," kata sang pilot. "Aku sedang mengejar perahu yang
melarikan diri ini. Delta-Three, jawab. Kau terluka" Kau membutuhkan bantuan?"
Tolland menekankan tongkatnya ke tenggorokan lelaki itu "Katakan pada helikopter
itu untuk berhenti mengejar perahu motor temanku. Jika mereka membunuh temanku,
kau mati." Raut muka tentara itu terlihat kesakitan ketika dia mengangkat alat
komunikasinya hingga ke mulutnya. Dia menataF langsung ke arah Tolland ketika
dia menekan tombol dan berbicara. "Delta-Three di sini. Aku tidak apa-apa.
Hancurkar perahu itu."
115 GABRIELLE ASHE kembali ke kamar mandi pribadi Sexton, dan bersiap memanj at
keluar kantor tersebur. Telepon dari Sexton tadi telah membuatnya cemas. Sexton
jelas meragukannya ketika Gabrielle berkata dia sedang berada di kantornya
sendiri, seolah Sexton tahu dia sedang berbohong. Setelah gagal membub komputer
Sexton, sekarang Gabrielle merasa tidak yakin apa langkah berikutnya.
Sexton sedang menungguku.
Ketika memanjat tempat cuci tangan, dan bersiap untuk mengangkat tubuhnya ke
atas langit -langit, Gabrielle mendengar ada sesuatu yang jatuh ke lantai. Dia
melongok ke bawah dan merasa sedikit kesal ketika melihat kakinya tidak sengaja
telah menjatuhkan sepasang kancing manset Sexton yang sepertin ya tadi
diletakkan di tepi tempat cuci tangan.
Tinggalkan semuanya tepat seperti ketika kau masuk. Gabrielle turun lagi dan
memungut kancing manset tersebut lalu meletakkannya kembali di tepi tempat cuci
tangan. Keti mulai memanjat lagi, Gabrielle berhenti, dan memandang kancing
manset itu lagi. Kalau ini terjadi di malam yang berbeda, Gabrielle pasti akan
mengabaikan manset Sexton itu, tetapi malam ini monogram di manset itu menarik
perhatiannya. Seperti semua barang-barang Sexton lainnya yang memili monogram,
pada manset itu juga tertera dua huruf yang saling melilit. SS. Gabrielle
kemudian teringat kata kunci komput Sexton yang terdahulu - SSS. Dia membayangkan
kalender atas meja Sexton ... POTUS ... dan gambar Gedung Putih pada screensaver
komputer dengan pita berjalan dengan tulis yang sangat optimistis di sekelil ing
layar seperti iklan yang tak putus-putusnya.
President of the Unite d States Sedgewick Sexton ... President of the United
States Sedgewick Sexton ... President of the ....
Gabrielle berdiri sesaat dan bertanya-tanya. Mungkinkah dia begitu percaya diri"
Karena dia tahu hanya perlu sesaat untuk memastikannya, dia bergegas kembali ke
kantor Sexton. Lalu Gabrielle duduk di depan komputer dan mengetik kata kunci
yang terdiri dari tujuh huruf.
POTUSSS. Layar itu langsung terbuka.
Gabrielle memandangnya dengan tatapan tidak pcrcaya.
Jangan pernah meremehkan ego seorang politisi.
116 CORKY MARLINSON tidak lagi berada di depan alat pengemudi Cresdine Phantom
ketika dia melesat memasuki malam. Dia tahu perahu itu akan melaju lurus dengan
atau tanpa dirinya memegang kemudi. Jafan yangpalfng mudah ....
Corky sedang berada di bagian belakang perahu yang bergerak naik-turun itu, dan
sedang berusaha memeriksa luka pada kakinya. Sebutir peluru telah menembus
bagian depan betisnya, tanpa mengenai tulang keringnya. Karena tidak ada luka
tembus pada bagian belakang betisnya, dia tahu dengan pasti peluru itu masih
bersarang di dalam kakinya. Dia mencari-cari di sekitarnya, sesuatu untuk
menghentikan pendarahannya. Tetapi dia tidak menemukan apa pun. Dia hanya
menemukan beberapa sirip karet, perlengkapan menye lam, dan sepasang jaket
penyelamat. Tidak ada kotak pertolongan pertama. Dengan ketakutan, Corky membuka
sebuah kotak kecil yang berisi peralatan dan menemukan beberapa peralatan, kain
rombeng, lakban, minyak, dan benda-benda perawatan kapal lainnya. Dia menatap
kakinya yang berdarah dan bertanya-tanya seberapa jauh dia harus menjauh dari
daerah yang dikuasai ikan hiu kejam ini.
Pasti masih jauh sekali dari sini .
DELTA-ONE menjaga Kiowa agar tetap terbang rendah di atas lautan ketika dia
memindai kegelapan untuk mencari perahu Crestline. Dengan memperkirakan bahwa
perahu yang kabur itu akan menuju ke pantai dan berusaha menjauh sejauh mungkin
dari Goya, Delta-One mengikuti jejak lintasan Crestline yang menjauh dari Goya.
Aku pasti sudah melewatinya sekarang ini.
Biasanya mengikuti perahu motor yang melarikan diri akan menjadi hal yang mudah
dengan menggunakan radar, tetapi dengan sistem pengacau radar Kiowa yang
mengirimkan gelombang thermal sejauh beberapa mil, radarnya tidak berfungsi di
sini. Mematikan sistem pengacau radar bukanlah pilihan yang baik hingga dia
mendengar berita bahwa semua target di atas Goya sudah tewas. Dia harus
memastikan tidak akan ada panggilan telepon darurat yang keluar dari Goya malam
ini. Rahasia meteorit itu mati. Di sini. Sekarang.
Untunglah Delta-One memiliki peralatan lainnya untuk melacak. Bahkan di tengah-
tengah hawa panas yang aneh dari lautan seperti ini, tidak sulit untuk menemukan
jejak panas dari sebuah perahu motor. Dia kemudian menyalakan alat pemindai
panas miliknya. Laut di sekitarnya menunjukkan suhu 95 derajat Fahrenheit.
Untunglah, emisi dari mesin perahu dengan 250 tenaga kuda itu memiliki suhu yang
mencapai ratusan derajad lebih panas.
KAKI CORKY Marlinson mati rasa.
Karena dia tidak tahu apa lagi yang dapat dilakukan, dia menyeka betisnya yang
luka dengan kain rombeng itu dan membungkus lukanya lapis demi lapis dengan
selotip. Ketika selotipnya habis, seluruh betisnya, dari pergelangan kaki ke
lutut, telah terbungkus dalam balutan ketat berwarna kepe rakan. Pendarahannya
sudah berhenti, walau pakaian dan tangannya masih berlumuran darah.
Sambil duduk di lantai perahu Crestliner yang melaju tanpa kendali itu, Corky
merasa bingung kenapa helikopter itu belum dapat menemukannya. Dia sekarang
melihat ke luar, mengamati cakrawala di belakangnya sambil berharap dapat
melihat Goya di kej auhan dan helikopter yang mendekat. Tetapi dia tidak melihat
apa pun. Cahaya dari kapal Goya telah menghilang. Dia seharusnya belum pergi
sejauh itu, bukan" Tiba-tiba Corky merasa penuh harapan bahwa dia mungkin telah terbebas. Mungkin
mereka telah kehilangan dirinya di dalam gelap. Mungkin sekarang dia bisa menuju
ke daratan! Pada saat itulah Corky baru mengetahui bahwa jejak arus air yang ditinggalkan
perahu motornya tidak lurus. Tampaknya jejak arus air itu perlahan -lahan
melengkung menjauh dari belakang perahunya, seolah dia sedang berlayar dalam
garis lengkung, dan bukannya lurus. Karena merasa bingung, Corky kemudian
menolehkan kepalanya untuk mengikuti lengkungan jalur ombak di belakang
perahunya, dan meng amati sebuah lengkungan raksasa dari jejak arus air yang
terbentang di lautan. Sesaat kemudian dia melihatnya.
Kapal Goya tepat berada di sebelah kirinya, kurang dari setengah mil jauhnya.
Corky ketakutan karena terlambat menyadari kesalahannya. Tanpa seorang pun
memegang kemudi, haluan Crestliner secara terus-menerus menyesuaikan diri dengan
arah dari arus yang kuat ini - arus air yang melingkar yang dihasilkan oleh
megaplume. Aku hanya berputarputar di dalam lingkaran sial ini!
Corky kembali merenung. Karena dia tahu dia masih berada di area megaplume yang penuh dengan hiu, Corky
ingat kata-kata Tolland. Enhanced telencephalon olfactory lobes ... hiu-hiu
kepala palu dapat mencium bau darah dari jarak satu mil. Corky lalu melihat ke
arah tangan dan kakinya yang berdarah dan terbungkus selotip.
Helikopter itu pasti akan segera menemukannya.
Lalu Corky menanggalkan pakaiannya yang bernoda darah dan bergegas ke arah
buritan. Karena tahu tidak akan ada hiu yang mampu menandingi kecepatan kapal
motor itu, dia membersihkan dirinya sebaik mungkin dengan menggunakan semburan
kuat dari arus air di belakang perahu.
Setetes darah saja .... Ketika Corky berdiri, betul-betul telanjang di malam hari itu, dia tahu masih
ada satu hal lagi yang harus dikerjakannya.
Dia pernah belajar bahwa binatang menandai daerah kekuasaannya dengan air seni
karena asam urin merupakan cairan yang memiliki bau paling kuat yang dapat
dibuat manusia. Lebih kuat dari bau darah, dia berharap. Sambil berharap seandainya dia tadi
minum lebih banyak bir lagi malam ini. Corky mengangkat kakinya yang terluka ke
atas bibir perahu dan mencoba untuk buang air kecil di atas lilitan selotip itu.
Ayol Dia menunggu. Tidak ada yang dapat mengalahkan tekanan untuk mengenci ngi
tubuhmu sendiri dengan sebuah helikopter termpur yang sedang mengejarmu.
Akhirnya dia dapat melakukannya. Corky buang air keci l seraya membasahi seluruh
permukaan selotip dengan air seni hingga benar-benar basah kuyup. Dia
menggunakan sisa air seni yang tinggal sedikit di dalam kantung kemihnya untuk
membasahi sepotong kain, yang kemudian dia gunakan untuk mengusap seluruh
tubuhnya. Sangat menyenangkan.
Di langit gelap di atasnya, sebuah sinar laser merah muncul, dan mengarah menuju
Corky seperti pisau gu llotine yang bercahaya. Helikopter itu muncul dari sisi
miring. Sepertinya si pilot bingung karena Corky telah bergerak kembali
mendekati kapal Goya. Dengan cepat Corky mengenakan jaket penyelamat, lalu bergerak ke tepi perahu
yang bergerak dengan cepat itu. Di atas lantai perahu motor yang berlumuran
darah itu, hanya lima kaki dari tempat Corky berdiri tadi, sebuah titik merah
menyala muncul. Saatnya sudah tiba. DI ATAS kapal Goya, Michael Tolland tidak dapat melihat perahu Crestliner
Phantom 2100 miliknya meledak terbakar dan bergulingan di udara dalam gumpalan
api dan asap yang besar. Tetapi dia mendengar ledakan itu.
117 SAYAP BARAT biasanya sunyi pada jam seperti ini, tetapi Presiden yang muncul
secara tidak terduga dengan masih menge nakan jubah mandinya telah membuat para
ajudan dan staff lapangan keluar dari kamar tidur mereka dan dari ruangan mana
mereka tidur seadanya. "Saya tidak dapat menemukannya, Pak Presiden," kata seorang ajudan muda yang
berlari mengejar Presiden memasuki Ruang Oval. Dia telah mencari di mana-mana.
"Ms. Tenc tidak menjawab penyerantanya atau pun ponselnya."
Presiden tampak letih sekali. "Kau sudah mencarinya di -
"Dia meninggalkan gedung, Pak," seorang ajudan lainnya memberi tahu. "Dia pergi
kira-kira satu jam yang lalu. Kami kira dia mungkin pergi ke NRO karena salah
satu dari operator mengatakan Ms. Tench dan Pickering baru saja berbicara
melalui telepon malam ini. "
"William Pickering?" tanya Presiden terdengar tergagap. Tench dan Pickering
tidak pernah bercakap-cakap. "Kau sudah menelepon Pickering?"
"Pickering juga tidak menjawab, Pak. Operator NRO juga tidak dapat menemukannya.
Mereka bilang ponsel Pickering bahkan tidak berdering. Seolah dia hilang ditelan
bumi." Herney menatap para ajudannya sesaat dan kemudian berjalan ke bar dan menuangkan
bourbon untuk dirinya sendiri. Ketika dia mengangkat gelas itu ke mulutnya,
seorang Secret Service bergegas mendekatinya.
"Pak Presiden" Saya tidak ingin membangunkan Anda, tetapi Anda harus tahu bahwa
baru saja ada pengeboman mobil di FDR Memorial."
"Apa!" Herney hampir menjatuhkan gelasnya. "Kapan?"
"Satu jam yang lalu." Wajah petugas Secret Service itu menjadi muram. "Dan FBI
baru saja mengidentifikasi korbannya.
118 KAKI DELTA-THREE terasa sangat sakit. Dia merasa melayang di antara kesadaran
yang campur aduk. Apakah ini kematian" Dia berusaha bergerak tetapi dia merasa
lumpuh, dan hampir tidak dapat bernapas. Dia hanya dapat melihat bentuk-bentuk
buram. Benaknya mengingat kembali ke belakang, kembali pada ledakan Cresdiner di
laut lepas, dan melihat kemurkaan di mata Michael Tolland ketika akhli kelautan
itu berdiri di sampingnya sambil memegang tongkat peledak yang mengarah ke
tenggorokannya. Pasti Tolland sudah membunuhku ...
Tetapi rasa sakit yang terasa pada kakinya membuktikan bahwa dia masih hidup.
Perlahan dia tersadar. Ketika mendengar ledakan Cresdiner, Tolland menjeritkan
kemarahannya karena kematian temannya. Kemudian, sambil mengarahkan matanya yang
berapi-api pada Delta-Three, Tolland mengangkat tangannya seolah bersiap untuk
menghujamkan tongkatnya ke tenggorokan Delta-Three. Tetapi ketika dia bersiap
untuk melakukannya, dia tampak ragu, seolah moralnya sendiri menghalanginya.
Dengan rasa kecewa dan kemarahan yang meluap-luap, Tolland membanting tongkat
nya dan menendang kaki Delta-Three yang sudah putus.


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hal terakhir diingat Delta-Three adalah dia muntah karena kesakitan sebelum
akhirnya dunianya mengalir menuju ketidak sadaran yang gelap. Sekarang dia sudah
sadar lagi, tanpa mengetahui berapa lama dia telah pingsan. Dia dapat merasakan
kedua tangannya diikat di balik punggungnya dengan sangat erat, seerat ikatan
seorang pelaut. Kakinya juga diikat. Kakinya ditekuk ke belakang dan diikat di
pinggangnya. Delta-Three merasakan tubuhnya melengkung ke belakang dan tidak
mampu bergerak lagi. Dia berusaha untuk berteriak, tetapi tidak ada suara yang
keluar. Mulutnya telah disumbat dengan sesuatu.
Delta-Three tidak dapat membayangkan apa yang sedang terjadi. Lalu ketika dia
merasakan embusan angin dingin dan melihat cahaya terang di sekitarnya. Dia
sadar dia sedang berada di dek utama Goya. Dia menoleh untuk mencari
pertolongan, dia terkejut ketika melihat pantulan bayangannya sendiri yang
menakutkan - bulat dan tidak berbentuk di balik pantulan gelembung kaca Plexiglas
dari sebuah kapal selam di atas Goya. Kapal selam kecil itu tergantung tepat di
depannya, dan DeltaThree sadar bahwa dia sedang dibaringkan di atas pintu di
lantai dek tersebut. Walau keadaan ini mencemaskan, DeltaThree memiliki
pertanyaan yang membuatnya jauh lebih cemas lagi.
Jika aku ada di atas dek ... lalu di mana Delta-Two"
DELTA-TWO menjadi semakin tidak tenang.
Walau suara kawannya yang tersiar dari CrypTalk menyat akan bahwa dia tidak apa-
apa, suara tembakan satu kali itu bukan berasal dari senapan mesin seperti yang
dipegangnya. Jelas Tolland atau Rachel Sexton telah menembakkan senjata mereka
sendiri. Delta-Two bergerak dan melongok ke tangga menurun di mana kawannya itu
tadi turun, dan dia melihat ada darah.
Dengan senjata terangkat, dia berjalan turun ke dek di bawahnya sambil mengikuti
jejak darah di sepanjang jalan sempit hingga menuju haluan kapal. Dari sini
jejak darah itu membawanya kembali menaiki tangga lain menuju dek utama. Dek
utama sepi. Dengan kewaspadaan yang meningkat, DeltaTwo mengikuti noda kemerahan
di sepanjang tepian dek yang menuju ke arah belakang kapal, dan melewati celah
terbuka di mana ke tangga pertama yang tadi dituruninya berada.
Apa yang telah terjad i" Noda darah itu tampaknya berput ar dalam sebuah
lingkaran raksasa. Sambil bergerak dengan hati-hati, sementara senjata teracung di depannya, Delta-
Two melewati pintu masuk menuju laboratorium kapal itu. Noda darah terus
terlihat hingga ke dek di buritan. Dengan berhati-hati dia membuka pintu
laboratorium lebar-lebar, sementara tatapannya menge lilingi sudut ruangan.
Matanya mengikuti jejak darah.
Lalu dia melihatnya. Ya Tuhan! Delta-Three terbaring di sana dalam keadaan terikat dan tersumbat mulutnya, dan
digeletakkan dengan tidak layak, tepat di depan kapal selam kecil Goya. Walau
dari kejauhan, Delta-Two dapat melihat bahwa rekannya telah kehilangan sebagian
besar kaki kanannya. Waspada akan adanya jebakan, Delta-Two mengangkat senjatanya dan bergerak maju.
Delta-Three sekarang berusaha bergerak, dan mencoba untuk berbicara. Ironisnya,
cara rekan nya itu diikat - dengan lutut tertekuk ke belakang tubuhnya - mungkin
justru menyelamatkan hidupnya. Pendarahan pada kakinya tampak tidak deras.
Ketika Delta-Two mendekati kapal selam itu, dia merasa senang karena dapat
melihat sisi belakangnya sendiri, sebuah keistimewaan yang jarang terjadi.
Bagaimana tidak, seluruh bagian dek kapal ini terpantul di kubah bulat dari
kokpit kapal selam itu, sehingga dia dapat melihat ke segala arah di ruangan
itu. Delta-Two tiba di dekat kawannya yang sedang meronta ronta. Dia dapat
melihat peringatan di mata kawan nya, tetapi terlambat.
Kilatan keperakan datang dari tempat yang tidak diketahuinya.
Salah satu dari capit kapal selam yang dapat digerakkan itu, tiba-tiba bergerak
ke depan dan mencengkeram paha kiri Delta-Two dengan kekuatan yang
menghancurkan. Dia mencoba menarik tubuhnya, tetapi capit itu semakin dalam
mencengkeramnya. Dia berteriak kesakitan, dan merasa tulang pahanya patah .
Matanya melotot ke arah kokpit kapal selam. Sambil berusaha mengintip melalui
pantulan dek di kubah Plexiglas itu, Delta Two dapat melihat seseorang
bersembunyi di balik bayangan bagian dalam kapal selam Triton.
Michael Tolland berada di dalam kapal selam itu, dan duduk di depan kendali.
Ide buruk, desis Delta-Two sambil melupakan rasa sakitnya dan memanggul senapan
mesinnya. Dia membidik ke atas menuju dada Tolland yang berjarak hanya tiga kaki
di balik kubah Plexiglas. Dia menarik pelatuk, kemudian senjata itu menggelegar.
Karena merasa begitu marah karena diperdaya, Delta-Two kembali menarik
pelatuknya hingga selongsong peluru terakhirnya jatuh di atas dek dan senjatanya
berbunyi klik karena sudah kosong. Karena kehabisan napas, dia menjatuhkan
senjatanya dan melotot ke arah kubah yang kini terkoyak-koyak di depannya.
"Mati kau! " desis tentara itu sambil meluruskan kakinya dan berusaha menariknya
dari jepitan. Ketika dia berputar, jepitan metal itu menggores kulitnya, dan
membuka luka yan g besar. "Sialan!" Delta-Two kemudian meraih CrypTalk di ikat
pinggangnya. Tetapi ketika dia menaikkan alat komunikasinya itu ke mulutnya,
lengan robot kedua terangkat dan terbuka di depannya lalu menyergap ke depan,
kemudian menjepit tangan kanannya. CrypTalk jatuh ke atas dek.
Pada saat itulah Delta-Two melihat hantu di balik jendela di depannya. Seraut
wajah pucat memiringkan kepalanya dan mengintip keluar melalui kaca jendela yang
tidak pecah. Denga tatapan terpaku, Delta-Two menatap bagian tengah kubah dan
menyadari ternyata peluru-pelurunya tidak dapat menembus cangkang tebal itu.
Kubah itu hanya dipenuhi bintik-binti bulat bekas hantaman peluru.
Sesaat kemudian, portal di puncak kapal selam itu terbuka dan Michael Tolland
keluar. Dia tampak gemetar tetapi tidak terluka. Kemudian setelah menuruni pintu
aluminum kapal selam itu, dia melangkah di atas dek sambil menatap jendela kubah
kapal selamnya yang rusak.
"Sepuluh ribu pon per inci persegi," kata Tolland. "Sepertinya kau membutuhkan
senjata yang lebih besar."
DI DALAM lab hidro, Rachel tahu dia tidak memiliki banya waktu. Dia sudah
mendengar suara tembakan di dek dan berdoa semoga segalanya berjalan seperti
yang direncanakan Tolland. Di tidak lagi peduli siapa dalang di belakang
muslihat meteor ini, entah itu Administrator NASA, Marjorie Tench, atau Presiden
sendiri ... tidak ada yang penting lagi.
Mereka tidak dapat lolos beg itu saja. Siapa pun itu, kebenaran akan terungkap.
Luka di lengan Rachel sudah berhenti mengalirkan darah dan adrenalin yang
mengalir di dalam tubuhnya telah meredakan sakit dan menajamkan pikirannya.
Setelah menemukan bolpen dan kertas, Rachel kemudian menuliskan pesan sepan jang
dua baris . Kata-katanya lugas dan agak canggung karena dia tidal punya waktu
untuk memikirkan kata-kata indah saat itu. Rache kemudian menyatukan catatan itu
bersama-sama dengan tum pukan kertas yang terasa berat di tangannya - hasil
cetakan GPR gambar Banthynomous giganteus, foto-foto dan artikel tentan g
chondrules laut, hasil cetakan dari pemindai mikro elektron. Meteorit itu palsu,
dan ini adalah buktinya. Rachel memasukkan semua tumpukan kertas itu ke dalam mesin faks. Karena dia
hanya dapat menghapal sedikit nomor faks di luar kepala, pilihan yang dia miliki
terbatas. Tetapi dia sudah memutuskan siapa yang akan menerima lembaran lembaran
tersebut bersama dengan catatan pesannya. Sambil menahan napas Rachel mengetik
nomor faks orang yang ditujunya deng. berhati-hati.
Dia kemudian menekan tombol "send," dan berdoa dia telah memilih penerima
faksnya ini dengan bijak.
Mesin faks itu berbunyi bip.
ERROR: TIDAK ADA NADA SAMBUNG.
Rachel sudah menduganya. Komunikasi di kapal Goya masih tetap dikacau. Dia
berdiri menunggu dan menatap mesin faks itu sambil berharap mesin itu akan
berfungsi seperti miliknya di rumah.
Ayolah! Setelah lima detik, mesin itu berbunyi bip lagi.
PUTAR ULANG .... Ya! Rachel mengamati mesin itu kembali menghubungi nomor yang tadi diketiknya
tanpa henti. ERROR: TIDAK ADA NADA SAMBUNG PUTAR ULANG ...
ERROR: TIDAK ADA NADA SAMBUNG PUTAR ULANG ...
Dia meninggalkan mesin faks yang sedang mencari nada sambung itu, dan keluar
dari lab hidro bersamaan dengan suara gemuruh dari baling-baling helikopter di
atasnya. 119 SERATUS ENAM puluh mil jaraknya dari Goya, Gabrielle Ashe menatap layar komputer
Senator Sexton tanpa mengatakan apa apa karena terkejut. Kecurigaannya terbukti
benar. Tetapi dia tidak pernah membayangkan betapa benarnya kecurigaannya itu.
Dia sedang melihat hasil pindaian digital dari belasan cek bank yang ditulis
perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta untuk Sexton dan disimpan dalam
berbagai rekening bank di Kepulauan Cayman. Nilai cek terkecil yang dilihat
Gabriell adalah 15 ribu dolar. Beberapa cek lainnya melebihi setengah juta
dolar. Uang kecil, kata Sexton padanya. Semua donasi ini di bawah batas dua ribu dolar.
Jelas Sexton telah berbohong selama ini. Gabrielle sedan g melihat pendanaan
kampanye secara tidak sah dalam jumlah yang amat besar. Perasaan sakit karena
pengkhianatan dan kekecewaan sekarang terasa sangat berat di dalam hatinya.
Sexton berbohong. Gabrielle merasa bodoh. Dia merasa kotor. Dan terlebih lagi, dia merasa sangat
marah. Gabrielle duduk sendirian di kegelapan, dan menyadari bahwa dia tidak tahu apa
yang harus dilakukannya setelah ini.
120 DI ATAS kapal Goya, ketika Kiowa membelok dan menghadap dek di buritan, Delta-
One melihat ke bawah, dan dia terpana ketika melihat pemandangan tak terduga
yang sama sekali tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Michael Tolland berdiri di atas dek di sebelah sebuah kapal selam.
Bergelantungan di dua tangan robot, seolah dicengkeram serangga raksasa, Delta-
Two berusaha dengan sia-sia untuk melepaskan diri dari dua cakar besar itu.
Tuhanku! Sama mengejutkannya, Rachel Sexton yang baru saja muncul di dek segera mengambil
posisi di atas seorang lelaki yang terluka dan terikat di kaki kapal selam itu.
Lelaki itu pasti Delta-Three. Rachel menodongkan salah satu senjata mesin Delta
Force ke arah lelaki itu sambil menatap helikopter seolah menantangnya untuk
menyerang. Untuk sesaat Delta-One merasa bingung, dan tidak dapat membayangkan bagaimana
hal ini bisa terjadi. Kesalahan DeltaForce di dataran es sebelum ini mungkin
sesuatu yang langka, tetapi masih dapat dijelaskan. Tetapi yang ini, sulit untuk
di bayangkan. Rasa malu Delta-One ketika menghadapi kejadian ini tentu sudah cukup menyiksa
dirinya dalam keadaan normal. Tetapi malam ini, rasa malunya semakin membesar
karena kehadiran orang lain yang ikut bersamanya di dalam helikopter. Seseorang
yang kehadirannya di sini sangat tidak biasa.
Sang pengendali. Setelah pembunuhan yang dilakukan Delta Force di FDR Memorial, Pengendali
kemudian memerintahkan Delta-One untuk terbang ke taman umum yang lengang dan
tidak jauh dari Gedung Putih. Atas perintah Pengendali, Delta-One mendaratkan
pesawatnya di atas sebuah bukit kecil berumput di antara pepohonan yang lebat.
Sang pengendali yang telah memarkir mobilnya di dekat tempat itu, keluar dari
kegelapan lalu masu ke dalam Kiowa. Mereka semua kemudian segera terbang lagi.
Walau keterlibatan Pengendali secara langsung dalam pelaksanaan sebuah misi
sungguh jarang terjadi, Delta-One tidak dapat membantahnya. Sang pengendali
sudah merasa kecewa dengan cara Delta Force menjalankan pembunuhan di Milne Ice
Shelf dan khawatir akan bertambahnya kecurigaan dan pengamatan dari sejumlah
pihak lain. Oleh karena itulah dia memberi tahu Delta-One bahwa tahap terakhir
dari operasi ini akan diawasinya sendiri.
Sekarang Pengendali sedang menjadi penumpang, dan melihat sendiri sebuah
kegagalan yang tidak pernah dialami Delta-One sebelumnya.
Ini harus berakhir. Sekarang.
SANG PENGENDALI melihat ke bawah dari Kiowa yang di tumpanginya ke arah dek Goya
dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi. Tidak ada yang berjalan
sesuai rencananya - kecurigaan pada meteorit, kegagalan misi pembunuhan Delta
Force di dataran es, dan keharusan untuk membunuh seorang pejabat tinggi negara
di FDR Memorial. "Pengendali," kata Delta-One tergagap. Nada suaranya terdengar terkejut dan malu
ketika dia melihat pemandangan yang terhampar di atas dek Goya. "Aku tidak dapat
membayangkan - " Aku juga tidak , pikir Pengendali. Mereka jelas telah menganggap ringan buruan
mereka. Sang pengendali melihat Rachel Sexton menatap ke atas menuju ke kaca helikopter
Kiowa yang memantulkan bayangan di sekitarnya. Rachel kemudian mengangkat alat
CrypTalk ke mulutnya. Ketika suara robot itu berderak di dalam Kiowa, Pengendali
menduga Rachel akan meminta helikopternya agar pergi atau mematikan sistem
pengacau komunikasi sehingga Tolland dapat meminta pertolongan. Tetapi kata-kata
yang di ucapkan Rachel Sexton ternyata jauh lebih menakutkan.
"Kalian terlambat," kata Rachel. "Kami bukanlah satusatunya pihak yang
mengetahui muslihat kalian."
Kata-katanya menggema sesaat di dalam helikopter tersebut. Walau pernyataan itu
tampak sangat sulit untuk dipercaya, adanya sedikit kemungkinan bah wa Rachel
memang sedang mengatakan yang sebenarnya membuat Pengendali terhenti sejenak.
Keberhasilan dari keseluruhan operasi ini mengharuskannya untuk menyingkirkan
semua orang yang mengetahui kebenaran tersebut. Dan walaupun rencananya ternyata
telah memakan ban yak korban, sang pengendali harus memastikan bahwa ini adalah
korban yang terakhir. Ada orang lain lagi yang tahu ....
Dengan mempertimbangkan reputasi Rachel Sexton yang selalu mengikuti protokol
yang ketat dalam menangani data rahasia, Pengendali sulit memercayai bahwa
Rachel sudah memutuskan untuk berbagi informasi tersebut pada orang luar.
Rachel berbicara lagi dari CrypTalk. "Mundur dan kami akan membiarkan orang-
orangmu hidup. Mendekat sedikit saja mereka akan mati. Apa pun yang kau
putuskan, kebenaran sudah tersebar. Kurangi kekalahanmu. Mundur."
"Kau menggertak," kata Pengendali dan mengetahui bahwa suara yang didengar
Rachel Sexton adalah suara robot yang tidak dapat menunjukkan jenis kelamin
pemiliknya. "Kau belum mengatakannya kepada siapa pun."
"Kau berani mengambil risiko?" balas Rachel. "Aku tidak berhasil menghubungi
William Pickering, jadi aku takut dan mencari jaminan lain."
Sang pengendali mengerutkan keningnya. Itu masuk akal.
"MEREKA TIDAK memercayainya," kata Rachel sambil menatap Tolland.
Tentara yang berada di dalam cengkeraman robot menyeringai kesakitan. "Senjatamu
kosong, dan helikopter itu jelas akan menembak. Kalian berdua akan mati. Satu-
satunya harapan adalah melepaskan kami."
Tidak akan pernah, pikir Rachel sambil memikirkan tindakan berikutnya. Dia
melihat tentara lain yang terikat dan tersumbat yang tergeletak di dekat kakinya
tepat di depan kapal selam. Dia tampak setengah sadar karena kehilangan banyak
darah. Rachel kemudian berjongkok di samping lelaki itu, dan menatap matanya
dengan tajam. "Aku akan membuka sumbatan mulutmu dan memegang CrypTalk untukmu.
Kau harus memastikan helikopter itu mundur. Jelas?"
Lelaki itu mengangguk dengan tulus.
Rachel menarik sumbatan mulut lelaki itu. Prajurit itu langsung meludahinya
dengan air liur berdarah ke wajah Rachel.
"Perempuan jalang," dia mendesis lalu terbatuk. "Aku akan menyaksikanmu mati.
Mereka akan membunuhmu tanpa ampun, dan aku akan menikmati proses itu setiap
menitnya." Rachel mengusap ludah yang terasa panas itu dari wajahnya ketika dia merasa
tangan Tolland menariknya menjauh. Tolland menariknya dan menenangkannya sambil
mengambil senapan mesin itu dari tangannya. Dari sentuhan dari tangan Tolland
yang gemetar, Rachel dapat merasakan ada sesuatu yang meledak dalam diri lelaki
itu. Tolland kemudian berjalan ke arah sebuah panel pengendali yang terletak
beberapa yard jaraknya, lalu meletakkan tangannya pada sebuah tuas pengungkit,
dan menatap tajam pada lelaki yang tergeletak di atas dek itu.
"Kesalahan kedua," kata Tolland. "Dan di atas kapalku, itulah jumlah maksim al
yang bisa kau lakukan."
Dengan kemarahan yang meluap, Tolland menurunkan tuas pengungkit itu. Sebuah
pintu besar di lantai dek yang berada di bawah Triton, terbuka seperti lantai di
bawah tiang gantungan. Prajurit yang terikat itu melolong pendek karena
ketakutan dan kemudian menghilang, tercebur melalui lubang yang menganga. Dia
jatuh tiga puluh kaki ke lautan di bawah nya. Percikan air laut sekarang
berwarna kemerahan. Hiu-hiu segera menyambutnya dengan suka cita.
Sang pengendali gemetar karena marah ketika dia melihat ke bawah dari dalam
Kiowa ke arah sisa-sisa tubuh DeltaThree yang mengambang di bawah Goya dalam


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

arus yang deras itu. Air yang disoroti lampu itu sekarang berwarna merah muda.
Beberapa hiu tengah memperebutkan sesuatu yang tampak seperti sebuah lengan.
Demi Tuhan. Sang pengendali kembali melihat ke atas dek. Delta-Two masih tergantung dalam
cengkeraman Triton, tetapi sekarang kapal selam itu tergantung di atas lubang
menganga. DeltaTwo masih bergelantungan di atas udara. Yang harus dilakukan
Tolland hanyalah melepaskan cengkeraman itu, maka Delta-Two akan menjadi
santapan hiu berikutnya. "Baik," bentak Pengendali melalui CrypTalk. "Tahan. Tahan dulu! "
Rachel berdiri di bawahnya, di atas dek, dan menatap Kiowa dengan tajam. Walau
dari ketinggian, Pengendali dapat merasakan kebulatan tekad di mata Rachel.
Rachel lalu meng angkat CrypTalk ke mulutnya. "Kau masih mengira kami membual?"
tanyanya. "Teleponlah operator utama di NRO. Minta bicara dengan Jim Samiljan.
Dia orang P&A yang sedang jaga malam. Aku sudah menceritakan padanya tentang
meteorit itu. Dia akan meyakinkanmu."
Dia memberikan nama seseorang dengan jelas" Ini bukan pertanda baik. Rachel
Sexton bukan perempuan bodoh, dan kalau ini memang gertakan saja, dia tentu
sadar gertakan seperti ini dapat diperiksa oleh Pengendali dalam waktu beberapa
detik saja. Walau si pengendali tidak mengenal seorang pun yang bernama Jim
Samiljan di NRO, tetapi organisasi itu besar sekali Rachel sangat mungkin
mengatakan yang sesungguhnya. Sebelum memerintahkan pembunuhan terakhir,
Pengendali harus memastikan apakah ini hanya gertakan saja atau bukan.
Delta-One menoleh ke belakang. "Kau ingin aku mematikan sistem pengacau radar
sehingga kau bisa menelepon dan memastikannya?"
Sang pengendali melongok ke bawah ke arah Rachel dan Tolland, dan dapat
melihatnya dengan sangat jelas. Jika salah satu dari mereka bergerak untuk
menyalakan ponsel atau radio, Pengendali tahu Delta-One dapat langsung mengaktif
kan sistem itu lagi dan memotong komunikasi mereka. Risiko dalam langkah ini
cukup kecil. "Matikan sistem pengacau radar," kata Pengendali sambil menarik keluar
ponselnya."Aku akan memastikan kebohongan Rachel. Lalu kita akan mencari cara
untuk melepaskan DeltaTwo dan mengakhiri ini semua."
Di Fairfax, operator pusat NRO sudah habis kesabaran nya. "Seperti yang sudah
kukatakan padamu, aku tidak melihat ada nama Jim Samiljan di divisi Perencanaan
dan Analisis." Penelepon itu bersikeras. "Kau sudah mencoba nama dengan ejaan yang berbeda"
Sudah mencoba di departemen lain?"
Operator itu sudah memeriksanya, tetapi dia tetap memeriksanya lagi. Setelah
beberapa detik, perempuan itu berkata, "Kami tidak memiliki staf yang bernama
Jim Samiljan di bagian mana pun. Dengan ejaan yang bagaiman apun."
Penelepon itu terdengar senang karenanya. "Jadi kau yakin, tidak ada pegawai NRO
bernama Jim Samil - "
Tiba-tiba terdengar aktivitas lain meledak di saluran itu. Seseorang berteriak.
Si penelepon menyumpah keras dan langsung mematikan telponnya.
DI DALAM Kiowa, Delta-One berteriak marah, dan bergegas menyalakan kembali
sistem pengacau radar di helikopternya.
Dia menyadari kesalahannya, tetapi terlambat. Di antara sederetan besar tombol-
tombol pengendali yang menyala di dalam kokpit helikopter, se buah lampu LED
yang kecil menunjukkan bahwa ada sinyal data SATCOM yang dikirimkan dari Goya.
Tetapi bagaimana" Tidak seorang pun meninggalkan dek! Sebelum Delta-One dapat
menyalakan pengacak, sambungan keluar dari Goya sudah berakhir dengan
sendirinya. Di dalam lab hidro, mesin faks mengeluarkan bunyi bip dengan gembira.
TUJUAN DITEMUKAN ... FAKS TERKIRIM.
121 MEMBUNUH ATAU dibunuh. Rachel telah menemukan satu sisi dalam dirinya yang tidak
pernah dia ketahui keberadaannya. Cara untuk bertahan hidup - sebuah kekuatan buas
yang dipicu oleh ketakutan.
"Apa yang kaukirimkan melalui faks ihu?" tanya suara di dalam CrypTalk.
Rachel lega ketika mendengar pernyataan yang memastikan bahwa faksnya telah
terkirim sesuai rencana. "Tinggalkan tempat ini," kata Rachel melaui CrypTalk
dan melotot ke arah helikopter yang melayang di atasnya. "Sudah selesai.
Rahasiamu sudah terkirim keluar." Lalu Rachel memberi tahu apa saja yang
dikirimnya. Enam lembar gambar dan tulisan. Bukti memberatkan bahwa meteorit itu
palsu. "Melukai kami hanya akan memperburuk keadaan kalian."
Ada kesunyian yang agak lama. "Siapa yang kau kirimi faks itu?"
Rachel tidak berniat menjawab pertanyaan itu. Dia dan Tolland harus mengulur
waktu sebanyak mungkin. Mereka telal menempatkan diri di dek terbuka, tepat
sejajar dengan Triton sehingga menghalangi helikopter untuk menembak mereka
tanpa melukai seorang tentara Delta Force yang bergelantungan d cengkeraman
kapal selam itu. "William Pickering," suara itu menerka, dan anehnya terdengar penuh harap. "Kau
mengirim faks kepada Pickering."
Salah, pikir Rachel. Pickering memang menjadi pilihan pertamanya, tetapi dia
terpaksa memilih orang lain karena khawatir penyerang-penyerangnya telah
melenyapkan Pickering juga - sebuah tindakan yang berani dan merupakan bukti nyata
yang menakutkan akan kebulatan tekad musuhnya. Pada saat harus memutuskan dalam
rasa putus asa, Rachel telah mengirimkan faks kepada satu-satunya nomor faks
lain yang diingatnya. Kantor ayahnya. Setelah kematian ibunya, nomor faks kantor ayahnya aneh nya telah terpatri dalam
ingatannya ketika ayahnya memilih untuk menjual tanah -tanah warisan ibunya
tanpa harus bertemu muka dengan Rachel sendiri. Rachel tidak pernah mengira dia
akan berpaling pada ayahnya saat memerlukan pertolongan tetapi malam ini ayahnya
memenuhi dua persyaratan penting - memiliki motivasi politis yang tepat untuk
mengeluarkan data meteorit itu tanpa ragu, dan kekuasaan untuk menelepon Gedunj
Putih dan memeras mereka supaya mereka menarik mundur pasukan pembunuh itu.
Walau ayahnya hampir pasti tidak sedang berada di kan tornya pada jam seperti
ini, Rachel tahu ayahnya selalu mengunci kantornya seperti lemari besi. Jadi,
Rachel telah mengirim faks ke dalam sebuah lemari besi yang aman. Meskipun
penyerangnya tahu ke mana Rachel mengirimkannya, kecil kemungkinannya mereka
dapat menembus keamanan federal yang ketat di Philip A. Hart Senate Office
Building dan menerobos masuk ke kantor Senator tanpa diketahui.
"Ke mana pun kau mengirimkan faks itu," kata Pengendali, "kau sudah membahayakan
orang itu." Rachel tahu dia harus berbicara dalam posisi sebagai pihak yang berkuasa
walaupun dia sekarang sedang merasa ketakutan. Dia menunjuk ke arah tentara yang
terjepit dalam cengkeraman Triton. Kaki lelaki itu bergantungan di atas lubang
menganga, dan meneteskan darah ke laut yang berjarak tiga puluh kaki di
bawahnya. "Satu-satunya orang yang dalam bahaya adalah agenmu," katanya melalui
CrypTalk. "Ini sudah selesai. Mundur. Data itu sudah terkirim. Kau sudah kalah.
Tinggalkan tempat ini, atau orang ini mati."
Suara dari dalam CrypTalk itu balas menyerang. "Ms. Sexton, kau tidak mengerti
pentingnya - " "Mengerti?" Rachel meledak. "Aku mengerti kau telah membunuh orang-orang tidak
bersalah! Aku mengerti kau berbohong tentang meteorit itu! Dan aku mengerti kau
tidak akan terbebas dari ini semua! Bahkan jika kau membunuh kami semua sekali
pun, ini sudah selesai!"
Ada kesunyian yang panjang. Akhirnya suara itu berkata, "Aku akan turun."
Rachel merasa otot-ototnya menegang. Turun"
"Aku tidak bersenjata," tambah suara itu. "Jangan melakukan apa pun dengan
gegabah. Kau dan aku harus berbicara secara langsung."
Sebelum Rachel dapat bereaksi, helikopter itu mendarat di atas dek Goya. Pintu
penumpang pada lambung helikopter itu terbuka dan seseorang melangkah keluar.
Lelaki itu tampak biasa saja Dia hanya mengenakan jas hitam dan dasi. Untuk
sesaat, pikiran Rachel menjadi kosong sama sekali.
Dia sedang menatap William Pickering.
WILLIAM PICKERING berdiri di atas dek kapal Goya dan menatap dengan tatapan
penuh penyesalan ke arah Rachel Sexton. Dia tidak pernah membayangkan hari ini
akan men jadi seperti ini. Ketika dia bergerak mendekati Rachel, dia dapat
melihat kombinasi emosi yang berbahaya di dalam mata pegawainya itu.
Keterkejutan, perasaan dikhianati, kebingungan, dan amarah.
Semuanya dapat dirmengerti, pikirnya. Ada banyak hal yang tidak diketahui
perermpuan i ni. Untuk sesaat, Pickering teringat pada anak perempuannya, Diana. Dia bertanya-
tanya bagaimana perasaan putrinya itu sebelum dia meninggal. Baik Diana maupun
Rachel merupakan korban dari perang yang sama, sebuah perang di mana Pickering
sudah bersumpah untuk melawan selamanya. Terkadang korban yang jatuh dalam
peperangan ini dapat terlihat begitu kejam.
"Rachel," kata Pickering. "Kita masih dapat mengatasi ini. Ada banyak hal yang
harus kujelaskan padamu."
Rachel Sexton tampak terperanjat. Dia hampir merasa mual. Tolland membawa
senapan mesin itu sekarang dan membidikannya ke arah dada Pickering. Dia juga
tampak bingung. "Jangan mendekat! " teriak Tolland.
Pickering berhenti sejauh lima yard, dan tetap menat ap Rachel. "Ayahmu menerima
suap, Rachel. Dia dibayar perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta. Sexton
berencana melucuti NASA dan membuka ruang angkasa bagi pihak swasta. Dia harus
dihentikan demi keamanan nasional."
Rachel cuma bisa melongo.
Pickering mendesah. "NASA, dengan semua kesalahann ya harus tetap menjadi
lembaga milik negara." Tentu dia dapat mengerti bahayanya. Privatisasi akan
mendorong para ilmuw an dan pemikiran terbaik NASA berpindah ke perusahaan
swasta. Para penasihat akan berasal dari berbagai perusahaan yang berbeda.
Militer akan kehilangan akses. Perusahaan ruang angkasa swasta yang ingin
menambah modal akan mulai menjual hak-hak paten dan gagasan-gagasan NASA itu
kepada penawar tertinggi di seluruh dunia!
Suara Rachel terdengar gemetar. "Kau memalsukan meteorit dan membunuh orang-
orang tidak berdosa ... atas nama keamanan nasional?"
"Sebenarnya tidak seharusnya terjadi seperti ini," sahut Pickering. "Rencananya
adalah untuk menyelamatkan lembaga penting negara. Membunuh bukan bagian dari
rencana tersebut." Pickering tahu, muslihat meteorit ini, seperti umumnya operasi intelijen
lainnya, adalah hasil dari rasa takut. Tiga tahun yang lalu, dalam usahanya
untuk memperpanjang hydrophone NRO ke lautan yang sangat dalam sehingga tidak
dapat disentuh oleh usaha sabotase musuh, Pickering meme lopori sebuah program
yang menggunakan bahan material buatan NASA yang baru dikembangkan dan merancang
secara diam-diam sebuah kapal selam yang mampu bertahan lama dan mampu membawa
manusia ke bagian terdalam dari lautan - termasuk ke dasar Marina Trench.
Kapal berawak dua yang dibuat dengan menggunakan bahan keramik yang revolusioner
ini dirancang dari sebuah cetak biru yang dibajak dari komputer milik seorang
insinyur dari California bernama Graham Hawkes. Dia adalah seorang perancang
kapal selam jenius yang bercita-cita membuat sebuah kapal selam yang dapat
beroperasi di laut yang sangat dalam dan diberi nama Deep Flight II. Hawkes
kesulitan mencari dana untuk membuatnya. Sementara, Pickering memiliki dana yang
melimpah. Dengan menggunakan kapal selam keramik rahasia tersebut, Pickering mengirim regu
rahasia bawah air untuk memasang hydrophone baru di dinding Marina Trench, yaitu
di tempat yang lebih dalam daripada yang bisa dilihat musuh. Dalam proses
pengeboran, mereka menemukan struktur geologi yang tidak sama dengan seluruh
struktur yang pernah dilihat ilmuwa mana pun. Penemuan itu termasuk chondrules
dan fosil dari beberapa spesies tidak dikenal. Tentu saja, karena kemampuan
menyelam NRO sedalam ini masih dirahasiakan, maka informasi tersebut tidak
terdengar orang lain. Baru akhir-akhir ini, disebabkan juga oleh rasa takut, Picke ring dan regu
rahasia NRO-nya yang terdiri atas para ilmuwan penasihat memutuskan untuk
menggunakan penge tahuan mereka tentang keunikan geologi di daerah Marina Trench
untuk membantu menyelamatkan NASA. Mengubah batu di daerah Marina Trench agar
menjadi sebuah meteorit, terbukti merupakan tugas muslihat yang mudah.
Menggunakan mesin ECE berbahan bakar hidrogen cair, tim NRO berhasil
menghanguskan batu tersebut hingga terbentuk kulit fusi yang meyakinkan. Setelah itu, dengan menggunakan kapal selam pengangkut berukuran
kecil, mereka turun ke bawah Milne Ice Shelf dan menyisipkan batu tersebut ke
dalam es dari bawah. Begitu lorong penyisipan itu membeku kembali, batu tersebut
tampak seperti sudah terkubur di sana selama tiga ratus tahun.
Celakanya, seperti yang sering terjadi dalam dunia operasi terselubung lainnya,
rencana paling hebat itu akhirnya dapat terbongkar oleh masalah yang paling
kecil. Kemarin, keseluruhan ilusi itu hancur berantakan oleh beberapa plankton
bercahaya .... Dari kokpit helikopter Kiowa yang lengang, Delta-One menyaksikan drama yang
terjadi di depannya. Rachel dan Tolland tampak jelas mengendalikan keadaan,
walau DeltaOne ham pir tertawa karena tipuan mereka itu. Senapan mesin yang
berat di tangan Tolland sama sekali tidak ada gunanya. Bahkan dari atas sini,
Delta-One dapat melihat baris pengokang senapan itu sudah terpental ke belakang,
sehingga me nunjukkan bahwa tempat pelurunya sudah kosong.
Ketika Delta-One melihat kawannya yang sedang berjuang dalam jepitan cakar
Triton, dia tahu dia harus bergerak cepat. Fokus di atas dek telah beralih
sepenuhnya pada Pickering, dan sekarang Delta-One dapat bertindak. Dia
membiarkan mesin helikopternya tetap menyala, lalu membuka pintu belakang
pesawatnya. Kemudian dengan menggunakan tubuh helikopter itu untuk bersembunyi,
dia keluar diam-diam menuju jalan sempit di sisi kanan kapal itu. Sambil
menggenggam senapan mesinnya sendiri, dia bergerak ke arah haluan kapal.
Pickering sudah memberinya perintah khusus sebelum mereka mendarat di dek tadi,
dan Delta-One tidak berniat untuk gagal lagi dalam tugas sederhana ini.
Dalam beberapa menit saja segalanya akan berakhir.
122 SAMBIL MASIH mengenakan jubah mandinya, Zach Hern ey duduk di belakang mejanya
di Ruang Oval. Kepalanya be denyut-denyut. Kepingan -kepingan teka-teki terbaru
baru saja ditemukan. Marjorie Te nch tewas. Para ajudan Herney berkata, mereka memiliki informasi yang mengatakan bahwa
Tench mengendarai mobilnya ke FDR Memorial untuk pertemuan rahasia dengan
William Pickering. Sekarang setelah Pickering menghilang, para staf nya khawat
ir Pickering mungkin juga sudah tewas.
Belakangan ini, Presiden dan Pickering sedang berselisih. Beberapa bulan lalu
Herney mengetahui bahwa Pickering telah terlibat dalam aktivitas tidak sah atas
nama Herney dalam usaha untuk menyelamatkan kampanye Herney yang sedang
mengalami kesulitan serius.
Dengan menggunakan aset-aset NRO, Pickering diamdiam telah mendapatkan cukup
banyak data tentang keburukan Senator Sexton untuk menghancurkan kampanyenya,
seperti foto-fol skandal seks Senator dengan asistennya Gabrielle Ashe, dan
dokumen-dokumen keuangan yang memberatkan dan menunjukkan Sexton telah terlibat
dalam penerimaan suap dari perusahaan-perusahaan ruang angkasa swasta. Secara
anonim, Pickering mengirimkan bukti-bukti tersebut kepada Marjorie Tench dengan
harapan Gedung Putih akan menggunakannya denga bijak. Tetapi Herney, setelah
melihat data tersebut, melarang Tench untuk menggunakannya. Skandal seks dan
penyuapan merupakan kanker bagi Washington, dan mengabarkan skandal seperti itu
lagi di depan umum hanya akan menambah ketidakpercayaan rakyat terhadap
pemerintahan. Kesinisan membunuh negeri ini.
Walau Herney tahu dia dapat menghancurkan Sexton dengan skandal, akibatnya akan
mengotori kehormatan Senat Amerik Serikat, sesuatu yang Herney tidak mau
lakukan. Jangan ada kampanye negatif lagi. Herney akan mengalahkan Senator Sexton tepat
pada pokok permasalahannya.
Pickering, karena marah pada penolakan Gedung Putih untuk menggunakan bukti-
bukti yang diberikan olehnya,mencoba dengan cara baru. Dia menyebarkan isu bahwa
Sexton sudah tidur bersama Gabrielle Ashe. Celakanya, Sexton mengumumkan
ketidak-bersalahannya dan menunjukkan ketersinggungannya dengan am at meyakinkan
sehingga Presiden akhirnya harus meminta maaf secara pribadi karena bocornya isu
tersebut. Pada akhirnya, Pickering lebih banyak membawa kerusakan dari pada
manfaat. Herney mengatakan kepada Pickering kalau di mencampuri kampanyenya
lagi, dia akan dituntut. Hal yang ironi di sini adalah, sesungguhnya Picke ring
tidak menyukai Presiden Herney. Tujuan direktur NRO ini untuk membantu kampanye
Herney sebenarnya hanya didasarkan pada ketakutannya akan nasib NASA. Zach
Herney adalah yang pilihan yang tidak terlalu buruk dibandingkan dengan Sexton
yang jelas lebih buruk. Sekarang, apakah Pickering sudah dibunuh orang" Herney tidak dapat
membayangkannya. "Pak Presiden?" seorang ajudannya berkata. "Seperti yang Anda minta, saya sudah
menelepon Lawrence Ekstrom dan mengatakan padanya tentang Marjorie Tench."


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Terima kasih."
"Administrator ingin berbicara dengan Anda, Pak." Herney masih marah pada
Esktrom karena berbohong soal PODS tadi. "Katakan padanya aku akan bicara
dengannya beso pagi."
"Mr. Ekstrom ingin berbicara dengan Anda sekarang, Pak. Sang ajudan tam pak
tidak tenang."Adm inistrator terlihat sangat marah."
DIA yang marah" Herney dapat merasakan kemarahannya sudah di ubun-ubun. Ketika
dia akhirnya memutuskan untuk menerima telepon Ekstrom, Presiden bertanya-tanya,
apalagi yang mungkin salah malam ini.
123 DI ATAS Goya, Rachel merasa pusing. Kebingungan yang telah menyelimuti dirinya
seperti kabut tebal sekarang mulai terangkat. Kenyataan yang sesungguhnya sudah
menjadi lebih jelas sehingga membuatnya merasa telanjang dan jijik. Dia melihat
ke arah orang yang tidak dikenalinya lagi di hadapan nya dan hampir tidak dapat
mendengar suaranya. "Kita harus membangun citra NASA lagi," kata Pickering. "Popularitas mereka
menurun dan pendanaan mereka terancam." Pickering berhenti. Mata kelabunya
memandang dengan sorot mata tajam ke arah Rachel. "Rachel, NASA sangat
membutuhkan kemenangan. Seseorang harus membuat hal itu terjadi."
* * * HARUS ADA yang dilakukan, pikir Pickering.
Meteorit itu sudah menjadi sebuah tindakan akhir karena rasa putus asa yang
begitu memuncak. Pickering dan yang lainnya sudah berusaha menyelamatkan NASA
dengan melobi agar memasukkan lembaga antariksa itu ke dalam komunitas intelijen
sehingga NASA dapat menikmati tambahan dana dan mendapatkan keamanan yang lebih
baik. Tetapi Gedung Putih terus-menerus menolak gagasan tersebut dan
menganggapnya sebagai penghinaan bagi ilmu pengetahuan murni. Idealisni picik.
Dengan semakin populernya pidato anti-NASA yang di lontarkan Sexton, Pickering
dan sekelompok tokoh penting dan kalangan militer tahu, waktu mereka tinggal
sedikit. Mereka kemudian beranggapan, mewujudkan imajinasi para pembayar pajak
dan Kongres merupakan satu-satunya cara yang tersisa untuk menyelamatkan citra
NASA dan menyelamatkannya dari privatisasi. Jika lembaga ruang angkasa itu ingin
bertahan hidup NASA membutuhkan kemegahannya - sesuatu yang mengingatkan kembali
para pembayar pajak akan masa-masa kejayaan Apolo NASA di masa lalu. Dan kalau
Zach Herney ingi mengalahkan Senator Sexton, dia membutuhkan bantuan.
Aku berusaha untuk menolongnya, kata Pickering pada dirinya sendiri sambil
mengingat-ingat semua bukti yang dapat memberatkan Sexton yang dikirimkannya
kepada Marjorie Tench. Sayangnya, Herney melarang penggunaan bukti-bukti
tersebut sehingga Pickering tidak memiliki pilihan lain selain melakuka langkah-
langkah drastis. "Rachel," kata Pickering, "informasi yang baru saja kau kirim keluar dari kapal
ini adalah informasi yang berbahaya. Kau harus mengerti itu. Jika informasi itu
keluar, Gedung Putih dan NASA akan terlihat bersekongkol. Serangan terha-dap
Presiden akan menjadi besar. Presiden dan NASA tidak tahu apa-apa, Rachel.
Mereka tidak bersalah. Mereka percaya meteor itu asli."
Pickering bahkan tidak melibatkan Herney dan Ekstrom dalam usahanya ini karena
kedua orang tersebut terlalu idealis untuk menggunakan muslihat, walau cara
tersebut berpoten si untuk menyelamatkan kursi kepresidenan maupun lembaga ruang
angkasa itu. Kejahatan Administrator Ekstrom hanyalah menyuruh pengawas misi
PODS untuk berbohong tentang piranti lunak pendeteksi anomali di satelit itu,
sebuah langkah yang pasti akan disesalinya ketika dia menyadari betapa masalah
meteorit ini bisa menjadi begitu rumit.
Marjorie Tench, yang kecewa karena Herney bersikeras untuk menjalankan kampanye
yang bersih, berkonspirasi dengan Ekstrom tentang kebohongan PODS, dan berharap
keberhasilan PODS tersebut mungkin dapat membantu Presiden menahan pamor Sexton
yang semakin populer. Kalau saja Tench menggunakan foto-foto dan data penyuapan yang kuberikan
padanya, semua ini tidak akan terjadi!
Pembunuhan terhadap Tench, walau sangat disesalinya, sudah ditetapkan begitu
Rachel menelepon Tench dan melan carkan tuduhan tentang adanya kecurangan.
Pickering tahu, Tench akan menyelidiki tanpa ampun hingga dia tahu motif dasar
Rachel ketika mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang luar biasa mengejutkan
itu. Pickering tidak akan mem biarkan penyelidikan itu terjadi. Ironisnya,
pengabdian Tench yang terbaik kepada Presidennya adalah pada saat kematian nya.
Kematiannya yang tragis akan menambah jumlah suara pemilih yang bersimpati
kepada Gedung Putih dan juga akan menimbulkan kecurigaan masyarakat tentang
kecurangan kampanye Sexton yang merasa putus asa setelah dipermalukan Marjorie
Tench di depan umum saat acara debat di CNN.
Rachel berdiri tegap, dan melotot kepada pimpinannya. "Mengertilah," kata
Pickering lagi, "begitu berita tentang kepalsuan meteorit itu tersebar, kau akan
menghancurkan Presiden dan sebuah lembaga ruang angkasa yang tidak bersalah. Kau
juga akan menempatkan seseorang yang sangat berbahaya di Ruang Oval setelah itu.
Aku harus tahu ke mana kau mengirirmkan data itu lewat faks."
Ketika Pickering mengucapkan kata-katanya, terlintas ekspresi aneh di wajah
Rachel. Ekspresi terluka dan ketakutan dari seseorang yang baru saja menyadari
dirinya mungkin telah berbuat kesalahan fatal.
SETELAH MENGITARI haluan dan menuruni tangga di sisi kiri kapal, Delta-One
sekarang berdiri di dalam lab hidro di mana dia tadi melihat Rachel keluar
ketika helikopternya masih melayang di udara. Sebuah komputer di lab
memperlihatkan sebuah gambar yang mencemaskan - gambar hitam putih yan
menggambarkan pusaran air di kedalaman laut yang sepertinya melayang-layang di
atas dasar lautan di suatu tempat di bawa Goya.
Satu alasan lagi untuk segera keluar dali sini, pikir DeltaOne sambil sekarang
bergerak ke arah sasarannya.
Mesin faks itu terletak di atas meja di seberang ruangan. Nampannya dipenuhi
kertas-kertas, persis seperti yang diduga Pickering. Delta-One mengumpulkan
kertas-kertas tersebut. Sebuah catatan dari Rachel terletak di atasnya. Hanya
dua baris. Dia membacanya.
Langsung menuju intinya, pikirnya.
Ketika membalik-balik lembaran-lembaran kertas tersebut dia kagum sekaligus
tidak senang dengan kemampuan Rachel dan Tolland membuka muslihat meteorit
tersebut. Siapa pun yang melihat hasil cetakan ini pasti tidak akan meragukan
apa maksud dari kertas-kertas itu. Untunglah, Delta-One tidak harus menekan
tombol "redial" untuk mengetahui ke mana dokumen dokumen ini dikirimkan. Nomor
faks terakhir masih terliha pada layar LCD.
Nomor kode wilayah untuk Washi ngton D.C.
Dengan hati-hati dia menyalin nomor faks tersebut, lalu meraup kertas-kertas
tersebut, dan keluar dari lab.
TANGAN TOLLAND terasa berkeringat ketika memegan g senapan mesin itu, dan
mengarahkan larasnya ke dada William Pickering. Direktur NRO itu masih mendesak
Rachel untuk mengatakan ke mana dia mengirimkan data itu, sementara Tolland
mulai merasa cemas karena dia merasa bahwa Pickering hanya mengulur-ulur waktu
saja. Tetapi u ntuk apa"
"Gedung Putih dan NASA tidak be rsalah,"ulang Pickering. "Bekerja samalah
denganku. Jangan biarkan kesalahanku ini merusak kredibilitas NASA yang tinggal
sedikit itu. NASA akan tampak bersalah jika data itu terungkap. Kau dan aku
dapat mencari kesepakatan. Negara ini membutuhkan meteorit itu. Katakan
kepadaku, ke mana kau memfaks data tersebut sebelum semuanya terlambat."
"Sehingga kau dapat membunuh orang lain lagi?" tanya Rachel. "Kau membuatku
muak." Tolland kagum dengan keberanian yang dipancarkan Rachel. Dia membenci Senator
Sexton, tetapi Rachel jelas tidak berniat untuk membahayakan ayahnya apa pun
alasan nya. Celakanya, tindakan Rachel dengan mengirimkan data itu kepada
ayahnya telah berbalik menyerangnya. Bahkan jika Senator datang ke kantornya,
dan melihat faks itu, lalu menelepon Presiden dan mengungkapkan meteorit akal-
akalan itu dan memintanya untuk menarik mundur pasukan yang menyerang putrinya
ini, tidak seorang pun di Gedung Putih akan mengerti apa yang dikataka Sexton,
atau bahkan tahu di mana orang-orang yang harus diselamatkan itu berada.
"Aku hanya akan mengatakan ini satu kali lagi," kata Pickering sambil menatap
Rachel dengan tatapan tajam dan mengancam. "Keadaan ini terlalu rumit untuk kau
pahami sepenuhnya. Kau telah bertindak sangat salah dengan me ngirimkan data itu
keluar dari kapal ini. Kau telah membahayakan negara ini."
William Pickering memang meng ulur waktu, Tolland sekarang tahu itu. Dan
alasannya berjalan pelan-pelan ke arah mereka dari sisi kanan kapal. Tolland
merasa ketakutan menderanya lagi ketika dia melihat seorang tentara keluar dari
tangga dan berjalan dengan santai menuju ke arah mereka sambil membawa setumpuk
kertas dan sepucuk senapan mesin.
Tolland bereaksi dengan tegas sehingga dia sendiri pun terkejut. Sambil
mencengkeram senapan mesinnya, dia berputar dan membidik ke arah tentara it u,
kemudian menarik pelatuknya.
Senjata itu hanya mengeluarkan suara klik yang tidak berbahaya.
"Aku telah menemukan nomor faks itu," kata si tentara sambil menyerahkan secarik
kertas pada Pickering. "Dan Mr. Tolland sedang kehabisan peluru."
124 SEDGEWICK SEXTON bergegas memasuki koridor Philip A. Hart Senate Office
Building. Dia tidak tahu bagaimana Gabrielle dapat melakukannya, tetapi dia
yakin perempuan itu telah memasuki kantornya. Ketika mereka berbicara di telepon
tadi, Sexton dapat mendengar dengan jelas bunyi detik yang khas dari jam besar
Jourdain-nya di latar belakang. Yang dapat dibayangkannya adalah Gabrielle telah
mencuri dengar percakapannya dengan SFF dan tidak memercayai Sexton lagi
sehingga dia berusaha untuk mencari buktinya.
Tetapi bagaimana dia dapat memasuki kantorku!
Tetapi, paling tidak Sexton merasa lega karena dia sudah mengubah kata kunci di
komputernya. Ketika Sexton tiba di kantor pribadinya, dia mengetikkan kode khusus untuk
mematikan alarm . Kemudian dia mencari cari kuncinya, dan membuka kunci pintu
yang berat itu, lalu membuka pintunya, dan bergegas masuk dengan maksud untuk
menangkap basah Gabrielle.
Tetapi kantornya kosong dan gelap, dan hanya diterangi kilau screen saver dari
komputernya. Dia menyalakan lampu, lalu matanya mencari-cari. Semuanya terlihat
pada tempatnya. Ruangan itu sangat sunyi kecuali bunyi detik dari jam besarnya.
Di mana dia" Dia mendengar suara gemerisik di kamar mandi pribadinya. Sexton segera berlari
ke sana, dan menyalakan lampunya. Tetapi ternyata kamar mandi itu kosong. Dia
kemudian mencari balik pintu. Tidak ada apa-apa.
Dengan perasaan bingung, Sexton menatap dirinya di cermin sambil bertanya-tanya
apakah dia sudah minum terlalu banyak malam ini. Aku mendengar sesuatu. Dengan
perasaan bingung, dia kembali ke kantornya.
"Gabrielle?" dia memanggil. Sexton kemudian keluar ke gang dan menuju ke kantor
Gabrielle. Dia tidak ada di sana. Kantornya gelap.
Sexton kemudian mendengar suara siraman di kamar kecil perempuan, dan dia pun
berputar, lalu bergegas kembali ke arah kamar kecil. Dia tiba di sana tepat
ketika Gabrielle sedang keluar dari pintu kamar kecil sambil mengeringkan
tangannya. Gabrielle terlonjak ketika melihat Sexton.
"Ya, ampun! Kau membuatku takut!" katanya Perempuan itu terlihat benar-benar
takut. "Sedang apa kau di sini?"
"Kau tadi bilang kau sedang mengambil dokumen NASA dari kantormu," kata Sexton
sambil melihat ke arah tangan Gabrielle yang kosong. "Mana dokumen itu?"
"Aku tidak dapat menem ukannya. Aku sudah mencarinya di mana-mana. Karena itulah
aku lama." Sexton menatap langsung ke mata Gabrielle. "Kau tadi masuk ke kantorku?"
AKU BERUTANG nyawa pada mesin faks itu, pikir Gabrielle.
Hanya beberapa menit yang lalu, dia masih duduk di depan komputer Sexton, dan
berusaha untuk mencetak cekcek yang menunjukkan donasi ilegal dari komputer
Sexton. File-file itu di-protect, dan itu berarti dia membutuhkan waktu yang
lebih lama untuk mengetahui bagaimana cara mencetaknya. Dia mungkin saja masih
terus mencoba-coba seandainya mesin faks Sexton tadi tidak berdering dan membuat
Gabrielle terkejut sehingga tersadar. Gabrielle menganggap suara mesin f aks itu
sebagai tanda untuk meninggalkan ruangan itu. Tanpa sempat melihat faks yang
datang, dia mematikan komputer Sexton, merapikan kembali semuanya, kemudian
beranjak ke tempat dia masuk tadi. Dia baru saja memanjat keluar dari kamar
mandi pribadi Sexton ketika dia mendengar Sexton memasuki kantornya.
Sekarang, dengan Sexton berdiri di depannya dengan tatapan tajam, Gabrielle
merasa mata Sexton sedang mencaricari kebohongan. Sedgewick Sexton dapat
mengendus kebohongan tidak seperti orang-orang lain yang pernah ditemui
Gabrielle. Bila dia berbohong padanya, Sexton akan mengetahuinya.
"Kau mabuk," kata Gabrielle sambil berpaling. Bagaimana dia tahu aku tadi ada di
kantornya" Sexton meletakkan tangannya di bahu Gabrielle dengan kasar dan memutarnya
kembali dengan cepat agar perempuan itu menghadap ke arahnya. "Kau tadi berada
di dalam kantorku?" Ketakutan Gabrielle meningkat. Sexton benar-benar mabuk. Sentuhannya terasa
kasar. "Di dalam kantormu?" Gabrielle bertanya, dan memaksakan tawa dengan
ekspresi bingung. "Bagaimana bisa" Dan untuk apa?"
"Aku mendengar detik jam Jourdain -ku ketika aku meneleponmu tadi."
Gabrielle merasa nyalinya ciut. Jamnya" Dia bahkan tidak menyadarinya. "Kau tahu
betapa konyol ini kedengarannya?"
"Aku berada di dalam kantor itu sepanjang hari. Aku tahu bagaimana bunyi jamku."
Gabrielle merasa dia harus segera menyelesaikan ini. Pertahanan terbaik adalah
dengan menyerang dengan kuat. Paling tidak itulah yang selalu dikatakan Yolanda
Cole. Sambil berkacak pinggang, Gabrielle mendekati Sexton dengan seluruh
keberanian yang dimilikinya. Dia melangkah ke arah sang senator, menatap
wajahnya, dan melotot. "Biar aku luruskan, Senator. Ini pukul empat pagi, dan
kau mabuk. Kau mendengar bunyi detik jam di teleponmu, dan karena itulah kau
datang ke sini?" Gabrielle mengacungkan jarinya dengan marah ke arah lorong di
depan pintu kantor Sexton. "Apakah kau menuduhku mampu melumpuhkan sistem alarm
federal, membuka dua set kunci, dan memasuki kantormu, lalu berbuat bodoh dengan
menjawab teleponmu ketika aku sedang melakukan tindak kejahatan, menyalakan
kembali sistem alarm sambil keluar, dan kemudian dengan tenang menggunakan kamar
kecil perempuan sebelum aku melarikan diri dan tidak membawa apa-apa di
tanganku" Itukah yang terjadi di sini?"
Sexton mengejap-ngejapkan matanya dan kemudian membelalakkan matanya.
"Ada alasan kenapa orang tidak seharusnya minum sendirian," kata Gabrielle lagi.
"Sekarang kau mau membicarakan tentang NASA atau tidak?"
Sexton merasa kebingungan ketika mereka berjalan ke kantorn ya lagi. Dia
langsung menuiu ke bar dan menuangkan Pepsi untuk dirinya sendiri. Dia yakin
sekali dia tidak merasa mabuk. Apakah dia salah tentang itu" Di seberang ruangan
nya, jam Jourdain berdetik dengan keras seperti mengejeknya. Sexton menghabiskan
Pepsinya dan menuang segelas lagi untuknya, lalu satu gelas lagi untuk
Gabrielle. "Mau min um, Gabrielle?" tanyanya sambil berputar dan menghadap ke ruangan
kantornya. Gabrielle tidak mengikutinya masuk ke kantor. Dia masih berdiri di
ambang pintu untuk menunjukkan dirinya masih kesal kepada Sexton. "Ya ampun!
Masuklah. Katakan padaku apa yang kau ketahui tentang NASA."
"Kukira, aku sudah letih malam ini," katanya dengan ekspresi menjaga jarak.
"Kita bicarakan besok saja."
Sexton tidak sedang ingin bermain-main saat ini. Dia membutuhkan informasi itu
sekarang, dan dia tidak ingin mengemis untuk itu. Dia mendesah berat. Perluas
ikatan kepercayaan. Ini semua masalah kepercayaan. "Malam ini aku hancur,"
katanya. "Maafkan aku. Ini hari yang sungguh kacau balau. Aku tidak tahu apa
yang kupikirkan." Gabrielle tetap berdiri di ambang pintu.
Sexton berjalan ke mejanya dan meletakkan Pepsi untuk Gabrielie di atas alat
pengering tintanya. Dia kemudian menunjuk ke kursi kulitnya - posisi kekuasaan.
"Duduklah. Nikmati sodamu. Aku akan membasuh wajahku dengan air." Dia kemudian beranjak ke
kamar mandi. Gabrielle masih tidak bergerak.
"Sepertinya aku melihat ada faks masuk," Sexton menoleh ke belakang ketika dia
memasuki pintu kamar mandi. Tunjukkan padanya kalau kau memercayainya. "Apakah
kau mau menolongku untuk melihatnya?"
Sexton menutup pintu kamar mandi dan mengisi wastafel dengan air dingin. Dia
lalu memercikkan air ke wajahnya, tetapi dia tidak merasa lebih segar. Ini belum
pernah terjadi padanya - menjadi begitu yakin, dan begitu salah. Sexton adalah
orang yang memercayai nalurinya, dan nalurinya berkata Gabrielie Ashe berada di
kantornya tadi. Tetapi bagaimana" Itu tidak mungkin.
Sexton berkata pada dirinya sendiri untuk melupakannya dan memusatkan
perhatiannya pada masalah yang ada sekarang ini. NASA. Dia membutuhkan Gabrielie
sekarang. Se karang bukan waktunya untuk membuat perempuan itu menjadi musuh.


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dia harus mengetahui apa yang diketahui Gabrielie. Lupakan instignitu. Kau
salah. Ketika Sexton mengeringkan wajahnya, dia mendongak dan menarik napas dalam.
Tenang, katanya pada dirinya. Jangan terlalu sok berkuasa. Sexton kemudian
memejamkan matanya dan menarik napas dalam lagi. Sekarang dia merasa lebih baik.
Ketika Sexton keluar dari kamar mandi, dia merasa lega ketika melihat Gabrielie
telah mematuhi permintaannya dan masuk ke kantornya. Bagus, pikir Sexton.
Sekarang kita bisa kembali ke urusan kita lagi. Gabrielle sedang berdiri di
depan mesin faks dan membalik-balik kertas faks yang baru masuk itu. Tetapi
kemudian, Sexton menjadi bingung ketika melihat wajah asisten pribadinya itu.
Gabrielle terlihat kebingungan dan ketakutan.
"Ada apa?" tanya Sexton sambil bergerak ke arahnya. Gabrielle gemetar, seolah
dia akan pingsan. "Apa?" "Meteorit itu ...." Gabrielle tercekat. Suaranya terdengar lemah ketika
tangannya mengulurkan tumpukan kertas itu kepada Sexton. "Dan putrimu ... dia
dalam bahaya." Dengan bingung Sexton berjalan mendekatinya, lalu mengambil kertas faks dari
tangan Gabrielle. Di lembaran teratas terlihat catatan berupa tulisan tangan.
Sexton segera mengenali tulisan tangan itu. Pesan yang dikirimkan itu bernada
canggung dan sangat mengejutkan walau sederhana.
Meteorit itu palsu. Ini buktinya.
NASA/Gedung Putih mencoba membunuhku. Tolong!/ - RS.
Senator jarang merasa betul-betul bingung karena tidak mengerti, tetapi ketika
dia membaca lagi tulisan tangan Rachel, dia tidak tahu apa yang harus
dilakukannya. Meteorit itu palsu" NASA dan Gedung Putih mencoba membunuhnya"
Di dalam keremangan ruang kantornya, Sexton mulai membalik-balik enam lembar
kertas faks itu. Lembar pertama merupakan gambar dari komputer yang berjudul
"Ground Penetrating Radar (GPR)."Gambar itu terlihat seperti gambar tentang
pengujian es. Sexton melihat sumur penarikan yang mereka bicarakan di televisi.
Lalu matanya tertarik pada gambar yang tidak jelas dari tubuh yang mengambang di
terowongan itu. Setelah itu dia melihat sesuatu yang lebih menakutkan: gambar
yang jelas dari terowongan kedua yang berada tepat di bawa tempat meteorit tadi
ditemukan, seolah batu itu telah disisipkan dari bawah es.
Apa ini" Ketika membalik lembar berikutnya, Sexton melihat sebuah foto sejenis makhluk
laut yang disebut Bathynomous giganteus.
Dia menatapnya dengan kagum. Ini adalah hewan dari fosil meteorit itu!
Dengan cepat dia membalik lembar lainnya, dan melihat sebuah grafik yang
menunjukkan kandungan ion hidrogen dalam lapisan kulit meteorit. Di halaman ini
terdapat tulisan tangan Rachel lagi: pembakaran dengan hidrogen cair" Menggu
nakan mesin Expander Cycle Engine NASA"
Sexton tidak dapat memercayai matanya. Ketika ruangan kantornya mulai terasa
berputar di sekitarnya, dia melihat pada lembaran terakhir - selembar foto dari
sebuah batu yang mengan dung gelembung-gelembung metalik yang tampak mirip
sekali gelembung pada meteorit itu. Yang mengejutkan, penjelasan yang menyertai
foto itu mengatakan bahwa batu tersebut adalah hasil dari aktivitas gunung
berapi di laut. Sebongkah batu lautan" Sexton bertanya-tanya. Tetapi NASA
mengatakan bahwa chondrules hanya terbentuk di luar angkasa!
Sexton meletakkan lembaran kertas-kertas itu di atas mejanya dan menjatuhkan
diri di atas kursinya. Dia hanya membutuhkan waktu lima belas detik untuk
memahami semua yang tadi dilihatnya. Implikasi dari gambar-gambar tadi sangat
jelas. Sese-orang yang tidak terlalu pandai pun dapat mengerti apa yang
dibuktikan foto-foto tersebut.
Meteorit NASA palsu! Dalam karier Sexton selama ini, tidak pernah ada satu hari pun yang dipenuhi
dengan gejolak naik dan turun secara ekstrem seperti ini. Tetapi hari ini dia
seperti menaiki rollercoaster harapan dan keputusasaan. Keheranan yang dirasakan
Sexton tentang bagaimana mungkin penipuan besar-besaran ini bisa dilaksanakan,
segera teralihkan ketika dia menyadari arti pe-nipuan itu baginya secara
politis. Ketika aku menyebarkan informasi ini kepada publik, kursi kepresidenan itu akan
menjadi milikku! Dengan perasaan gembira yang meluap-luap, untuk sesaat Senator Sedgewick Sexton
lupa tentang putrinya yang sedang berada dalam bahaya.
"Rachel dalam bahaya," kata Gabrielle. "Pesannya mengatakan NASA dan Gedung Put
ih mencoba untuk - "
Mesin faks Sexton tiba-tiba berdering lagi. Gabrielle berputar dan menatap mesin
tersebut. Sexton juga menatapnya. Dia tidak dapat membayangkan apa lagi yang
akan dikirimkan Rachel untuknya. Bukti lagi" Ada berapa lagi" Ini sudah banyak
sekali! Ketika mesin faks menjawab sambungan itu, tidak ada kertas yang keluar. Mesin
faks itu, yang tidak mendeteksi adanya sinyal data, lalu beralih menjadi mesin
penjawab. "Halo," terdengar suara Sexton dari mesin penjawab. "Ini kantor Senator
Sedgewick Sexton. Jika Anda ingin mengirim faks, Anda boleh mengirimkannya kapan
saja. Jika tidak, Anda bisa meninggalkan pesan setelah mendengar bunyi ini."
Sebelum Sexton dapat mengangkat teleponnya, mesin itu berbunyi bip.
"Senator Sexton?" suara lelaki itu terdengar agak serak. "Ini William Pickering,
Direktur National Reconnaissance Office. Kau mungkin tidak ada di kantor pada
jam seperti ini, tetapi aku harus berbicara segera." Dia berhenti seolah
menunggu seseorang untuk mengangkat telepon.
Gabrielle mengulurkan tangannya untuk mengangkat telepon.
Sexton mencengkeram tangan Gabrielle, lalu dengan kasar menepiskannya.
Gabrielle tampak terpaku. "Tetapi itu direktur - "
"Senator," Pickering melanjutkan. Suaranya terdengar agak lega karena tidak ada
yang mengangkat telepon. Aku menelepon dengan membawa berita yang tidak
menyenangkan. Aku baru saja menerima kabar bahwa putrimu, Rachel sedang berada
dalam bahaya besar. Aku memiliki sebuah regu yang sedang berusaha untuk
menyelamatkannya saat kita sedang berbicara sekarang. Aku tidak dapat berbicara
secara rinci tentang keadaan ini melalui telepon, tetapi aku baru saja
mendapatkan informasi bahwa mungkin putrimu baru saja mengirim faks untukmu
berupa beberapa data yang berhubungan dengan meteorit NASA. Aku belum melihat
data itu, dan aku juga tidak tahu data apa itu, tetapi orang yang mengancam
putrimu itu memeringatkan aku, jika kau atau siapa saja menyebarkan informasi
itu kepada umum, maka putrimu akan mati. Maafkan aku karena begitu terus terang,
Pak. Aku melakukan ini agar semuanya jelas. Hidup putrimu terancam. Jika dia
memang telah mengirimkanmu faks, jangan perlihatkan kepada siapa pun. Jangan
dulu. Hidup putrimu tergantung padanya. Tetaplah di tempatmu. Aku akan ke sana
segera." Dia berhenti. "Dengan nasib baik, Senator, semua ini dapat diselesaikan
sebelum kau bangun dari tidur. Jika, secara kebetulan kau menerima pesan ini
sebelum aku tiba di kantormu, tetaplah di sana dan jangan menelepon siapa pun.
Aku akan melakukan apa pun dengan seluruh kewenanganku untuk menyelamatkan
putrimu." Pickering menutup teleponnya.
Gabrielle gemetar. "Rachel dijadikan sandera?"
Sexton tahu walau penasihat kampanyenya itu merasa kecewa dengannya, Gabrielle
justru lebih memikirkan nasib seorang perempuan muda lain yang sedang dalam
bahaya. Anehnya, Sexton mengalami kesulitan untuk merasakan perasaan yang sama.
Pada saat ini sebagian besar dari dirinya merasa seperti seorang anak kecil yang
sedang menerima hadiah Natal yang paling diinginkannya, dan dia tidak akan
membiarkan orang-orang merampas hadiah itu dari tangan nya.
Pickering ingin aku tidak mengatakan apa-apa tentang hal ini"
Sexton berdiri sesaat sambil berusaha memutuskan apa arti semua ini. Di sisi
pikirannya yang dingin dan kejam, dia mulai memperhitungkan segalanya. Ini
adalah komputer politik yang sedang memainkan semua skenario dan mengevaluasi
berbagai hasil yang akan didapatkannya. Dia melirik setumpuk kertas faks di
tangan nya dan mulai melihat gambaran bagaimana kalau nanti dia berkuasa.
Meteorit NASA ini telah menghancurkan mimpinya untuk menjadi presiden. Tetapi
itu semua adalah kebohongan belaka. Tidak dapat dibantah lagi. Sekarang, mereka
yang melakukan kebohongan ini harus membayarnya. Meteorit yang diciptakan musuh
-musuhnya untuk menghancurkannya sekarang justru membuatnya jauh lebih kuat.
Putrinya sudah melapangkan jalannya.
Hanya ada satu hasil yang dapat diterima, katanya dalam hati. Hanya satu
tindakan yang harus dilakukan seorang pemimpin scjati.
Serasa seperti dihipnotis oleh imajinasinya sendiri tentang bagaimana dia akan
kembali ke medan laga pemilu dengan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya,
Sexton seperti mengambang di dalam kabut ketika dia berjalan melintasi ruangan
kantornya. Dia melangkah ke mesin fotokopi dan menyala-kannya, bersiap menyalin
kertas-kertas yang telah difaks Rachel untuknya.
"Apa yang kaulakukan?" tanya Gabrielle, suaranya terdengar bingung.
"Mereka tidak akan membun uh Rachel," jelas Sexton. Kalaupun ada yang tidak
berjalan dengan semestinya, Sexton tahu, kehilangan seorang putri di tangan
musuhnya justru akan membuatnya lebih berkuasa. Apa pun yang terjadi dia akan
tetap menang. Risiko it u dapat diterimanya.
"Untuk siapa fotokopi itu?" tanya Gabrielle. "William Pickering bilang kau tidak
boleh mengatakannya pada siapa pun!"
Sexton berpaling dari mesin fotokopinya dan menatap Gabrielle. Dia merasa heran
betapa tidak menariknya perempuan itu baginya sekarang. Saat ini, Senator Sexton
adalah sebuah pulau di tengah lautan. Dia tidak dapat disentuh. Semua yang
dibutuhkannya untuk mewujudkan mimpinya sekarang sudah berada di tangannya.
Tidak ada yang dapat menghentikannya sekarang. Tidak tuduhan suap. Tidak gosip
seks. Tidak apa pun. "Pulanglah, Gabrielle. Aku tidak membutuhkanmu lagi."
125 HABISLAH SUDAH, pikir Rachel.
Dia dan Tolland duduk bersebelahan sambil menatap laras senapan mesin Delta-One
yang terarah kepadanya. Celakanya, Pickering sekarang tahu ke mana Rachel
mengirimkan faksnya. Kantor Senator Sedgewick Sexton.
Rachel merasa ragu ayahnya akan menerima pesan tele pon yang baru saja
ditinggalkan Pickering untuknya. Pickering mungkin dapat tiba di kantor Senator
sebelum ada orang lain yang datang pagi ini. Jika Pickering dapat masuk dan
diam-diam mengambil faks itu, lalu menghapus pesan teleponnya sebelum Sexton
tiba, artinya dia tidak harus melukai Senator lagi. William Pickering mungkin
merupakan salah satu dari sedikit orang di Washington yang dapat dengan licik
memasuki kantor Senator Amerika Serikat tanpa menimbulkan kehebohan. Rachel
selalu kagum dengan apa yang dapat dicapai hanya dengan meng gunakan alasan
"atas nama keamanan nasional."
Tentu saja jika itu gagal, pikir Rachel, Pickering dapat saja terbang dan
mengirimkan rudal Hellfire menembus jendela dan meledakkan mesin faks di kantor
ayahnya. Tetapi dia memiliki firasat Pickering tidak perlu melakukan itu.
Sekarang ketika Rachel duduk dekat dengan Tolland, dia merasa terkejut saat
merasakan tangan lelaki itu menggenggam tangannya dengan lembut. Sentuhannya
memiliki kekuat an yang lembut, dan jemari mereka menyatu dengan mudahnya
sehingga Rachel merasa seolah mereka sudah melakukan nya sepanjang hidup mereka.
Yang diinginkannya sekarang adalah berbaring di dalam dekapannya, dan
terlindungi dari raungan ombak lautan yang dengan ganas bergelora di sekitar
mereka. Tidak akan pernah, Rachel menyadarinya. Itu tidak akan terjadi.
MICHAEL TOLLAND merasa seperti seorang lelaki yang baru saja menemukan harapan
ketika sebentar lagi menghadapi kematian.
Hidup sedang mempermainkanku.
Selama bertahun -tahun sejak kematian Celia, Tolland sudah melewati malam-malam
saat dia ingin mati saja, jamjam penderitaan dan kesepian yang tampaknya hanya
dapat dihindari dengan cara mengakhirinya begitu saja. Tetapi dia memilih untuk
tetap hidup sambil mengatakan pada dirinya sendiri, dia mampu hidup sendirian.
Hari ini, untuk pertama kalinya, Tolland mulai memahami apa yang dikatakan teman
temannya sejak lama. Mike, kau tidak harus sendirian. Kau akan menemukan cinta yang lain.
Tangan Rachel yang berada di dalam genggamannya sekarang membuat ironi ini
menjadi lebih sulit untuk diterima. Takdir memilih waktu yang kejam. Dia m erasa
seolah benteng yang melindungi hatinya mulai luruh lapis demi lapis. Untuk
sesaat, di atas dek Goya yang porak-poranda, Tolland merasakan arwah Celia
menatapnya seperti yang dulu selalu dilakukannya. Suaranya terdengar di antara
deru air ... mengucapkan kata-kata terakhirnya untuk Tolland.
"Kau seorang pejuang," suara Celia berbisik. "Berjanjilah padaku, kau akan
menemukan cinta yang lain."
"Aku tidak akan menginginkan cinta yang lain," sahut Tolland padanya.
Senyuman Celia penuh dengan kebijaksanaan. "Kau harus belajar."
Sekarang, di atas dek Goya, Tolland baru menyadari, dia sedang belajar. Sebuah
perasaan yang mendalam tiba-tiba bergelora di dalam jiwanya. Dia tahu itu adalah
kebahagiaan. Dan bersamaan dengan itu, muncullah keinginan hidup yang sangat kuat.
PICKERING MERASA heran dengan dirinya sendiri ketika dengan ringan bergerak ke
arah kedua tawanannya itu. Dia berhenti di depan Rachel, dan agak terkejut
ketika merasa ini tidak sesulit yang diduganya.
"Kadang-kadang," katanya, "situasi tertentu mendorong kita untuk mengambil
keputusan yang amat sulk."
Mata Rachel menatap atasannya dengan pandangan tidak mau menyerah. "Kau yang
menciptakan situasi ini."
"Perang selalu menyeret korban," sahut Pickering. Suaranya terdengar lebih tegas
sekarang. Tanyalah Diana Pickering, atau siapa saja yang mati setiap tahunnya
saat membela negara ini. "Di antara orang-orang lain, kau seharusnya lebih
mengerti itu, Rachel." Mata Pickering terpusat padanya. "lactura paucourm serva
multos." Pickering tahu Rachel mengerti arti kata-kata itu. Pepatah tersebut hampir
menjadi ungkapan klise di lingkungan keamanan nasional. Korbankan sedikit orang
untuk menyelamatkan banyak orang Rachel menatapnya dengan perasaan jijik yang
jelas terlihat. "Dan sekarang Michael dan aku harus menjadi bagian yang sedikit
itu?" Pickering mempertimbangkannya. Tidak ada cara lain. Dia berpaling ke arah Delta-
One. "Bebaskan kawanmu dan akhiri ini."
Delta-One mengangguk. Pickering memandang Rachel untuk terakhir kalinya dalam tatapan yang cukup lama
dan kemudian berjalan menuju bagian kiri kapal sambil menatap laut yang bergolak
di bawahnya. Ini adalah sesuatu yang Pickering lebih suka untuk tidak
menyaksikannya. DELTA-ONE merasa semakin kuat ketika dia mencengkeram senapannya dan melirik ke
arah kawannya yang masih terjepit. Yang harus dilakukannya hanyalah menutup
pintu di bawah kaki Delta-Two, membebaskannya dari jepitan, lalu menghabisi
Rachel Sexton dan Michael Tolland dengan mudah.
Sayangnya, Delta-One melihat kerumitan panel pengendali di dekat pintu di lantai
dek itu. Di sana terdapat serangkaian tuas dan tombol tanpa keterangan tertentu
yang tampaknya untuk mengendalikan pintu itu, motor derek, dan sejumlah
peralatan lainnya. Dia tidak berniat untuk menggunakan tuas yang salah, dan
mempertaruhkan nyawa rekannya seandainya dia secara tidak sengaja menjatuhkan
kapal selam itu ke laut. Hilangkan semua risiko. Jangan terburu -buru.
Dia akan memaksa Tolland untuk melakukannya. Dan untuk memastikan Tolland tidak
akan melakukan tipuan, Delta-One akan menggunakan jaminan yang dalam dunianya
dikenal se-bagai "jaminan biologis."
Gunakan teman dari lawanmu untuk memaksanya melakukan sesuatu.
Delta-One mengayunkan laras senapannya tepat di depan wajah Rachel, dan berhenti
hanya beberapa inci dari keningnya. Rachel memejamkan matanya, dan Delta-One
dapat melihat Tolland mengepalkan tin junya karena marah dan ingin melindungi.
"Ms. Sexton, berdiri," perintah Delta-One. Rachel mematuhinya.
Dengan senjata menyentuh punggung Rachel, Delta-One menggiringnya ke arah tangga
aluminum portabel yang digunakan untuk naik ke puncak kapal selam Triton dari
belakang. "Naik ke atas dan berdiri di atas kapal selam ini."
Rachel tampak takut dan kebingungan. "Lakukan saja," desak Delta-One.
RACHEL MERASA seperti sedang berjalan memasuki mimpi buruk ketika dia memanjat
tangga aluminum di belakang Triton. Dia berhenti di puncak tangga, dan tidak mau
melangkah melintasi celah kosong di antara tangga dan Triton yang ter-gantung
itu. "Naik ke atas kapal selam," perintah Delta-One kepada Rachel sambil bergerak
mendekati Tolland dan mendorongkan senjatanya ke arah kepala ahli kelautan itu.
Di depan Rachel, Delta-Two yang masih terjepit itu menatapnya, dan bergerak-
gerak kesakitan. Jelas dia sangat ingin melepaskan diri. Rachel menatap Tolland
yang sekarang sedang ditodong dengan senapan mesin di kepalanya. Naik ke atas


Titik Muslihat Deception Point Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kapal selam itu. Rachel tidak punya pilihan lain.
Sambil merasa seperti berjalan di tepi tebing terjal di atas jurang, Rachel
melangkah ke atas kap mesin Triton yang merupakan sebuah bagian sempit dan rata
di belakang jendela kubah yang berbentuk bulat. Keseluruhan kapal selam itu
tergantung seperti bandulan berat di atas pintu di lantai dek yang terbuka.
Walau han ya tergantung oleh kabel kerekan, kapal selam seberat sembilan ton itu
tidak terpengaruh saat menerima pijakan kaki Rachel. Kapal itu hanya bergoyang
beberapa milimeter ketika Rachel berusaha menyeimbangkan diri. "
"Baik, ayo bergerak," perintah prajurit itu pada Tolland. "Pergi ke panel
pengendali dan tutup pintu itu."
Di bawah todongan senjata, Tolland mulai bergerak ke arah panel kendali bersama
Delta-One di belakangnya. Ketika Tolland bergerak melewati Rachel, dia bergerak
sangat lambat, dan Rachel dapat merasakan tatapan Tolland yang sangat tajam
padanya seolah dia berusaha mengirimkan pesan baginya. Tolland menatap langsung
ke matanya dan kemudian ke bawah ke arah lubang palka yang berdiri terbuka di
atas Triton. Rachel menatap ke bawah. Lubang palka di dekat kakinya itu mengaga, dan tutupnya
yang berat dan berbentuk bundar itu berdiri terbuka di hadapannya. Dia dapat
melihat ke bawah ke dalam kokpit yang hanya memiliki satu tempat duduk. Dia
ingin aku masuk ke dalam sini" Karena dia mengira salah mengerti, Rachel menatap
Tolland lagi. Tolland hampir tiba di panel kendali. Mata Tolland masih
menatapnya, walau kali ini tidak setajam tadi.
Bibir Tolland bergerak tanpa suara, "Meloncatlah ke dalam! Sekarang!"
DELTA-ONE melihat gerakan Rachel dari sudut matanya dan secara naluriah dia
berputar, dan menembak tepat ketika Rachel meloncat masuk ke dalam lubang palka.
Peluru itu berdesing tepat di atas kepalanya. Tutup palka yang berdiri itu
menerima terjangan peluru sehingga menghasilkan percikanpercikan mematikan, dan
kemudian membuatnya tertutup di atas Rachel.
Begitu merasa ujung senapan itu meninggalkan punggungnya, Tolland langsung
bergerak. Dia menunduk dan berlari ke sebelah kiri untuk menjauh dari pintu itu.
Dia kemudian menjatuhkan diri ke atas dek dan berguling tepat ketika Delta-One
berputar ke arahnya dan menembakkan senapannya. Butiran peluru meledak di
belakang Tolland ketika dia berusaha mencari perlindungan di balik kumparan
jangkar di buritan kapal yang berupa silinder besar bermotor yang menggulung
kabel baja ribuan kaki panjangnya dan dihubungkan dengan jangkar kapal.
Tolland memiliki rencana dan dia harus bertindak cepat. Ketika Delta-One berlari
ke arahnya, Tolland mengulurkan tangannya dan meraih kunci jangkar dengan kedua
tangan nya, lalu menariknya ke bawah. Seketika itu juga, kumparan jangkar itu
mulai melepaskan kabelnya yang panjang sehingga Goya meluncur karena arus kuat
yang berputar di bawahnya. Gerakan kapal yang tiba-tiba itu membuat semua yang
berada di atas dek bergoyang. Ketika kapal itu terbawa arus, kumparan kabel
jangkar itu terulur semakin panjang dan semakin cepat.
Ayolah, Sayang, desak Tolland.
Delta-One sudah menemukan keseimbangannya lagi dan bergerak mendekati Tolland.
Setelah menunggu hingga saat terbaik, Tolland bersiap-siap dan menggerakkan tuas
itu kembali ke atas untuk mengunci kumparan kabel jangkar. Kabel jangkar
langsung menegang karena kapal itu berhenti tibatiba dan mengakibatkan getaran
hebat di seluruh Goya. Semua yang berada di atas dek berterbangan. Delta-One
kembali terhuyung-huyung di dekat Tolland, sementara Pickering terjengkang dari
tepian kapal ke tengah dek. Triton terayun kuat pada kabel penggantungnya.
Bunyi menderu yang berasal dari metal yang patah dari bagian bawah kapal
terdengar seperti gempa bumi ketika tiang penopang yang sudah rusak karena
tembakan helikopter tadi akhirnya patah. Sudut kanan di buritan Goya mulai rubuh
karena beratnya. Kapal itu bergoyang, terangkat miring secara diagonal seperti
sebuah meja besar yang kehilangan salah satu dari empat kakinya. Bunyi berisik
dari bawah begitu memekakkan - bunyi dari metal yang terpelintir dan hancur serta
han-taman ombak yang terus-menerus.
Pucat pasi di dalam kokpit Triton, Rachel berpegangan dengan erat ketika mesin
seberat sembilan ton itu berayun di atas pintu lantai dek yang terbuka dan
sekarang mulai miring. Melalui kaca di dasar kubahnya Rachel dapat melihat
lautan bergolak di bawahnya. Ketika dia melihat ke atas, matanya mencari-cari
Tolland di dek sambil melihat drama aneh di atas dek yang terjadi dalam beberapa
detik. Hanya satu yard jaraknya, prajurit Delta yang terjepit pada capit Triton sedang
meraung-raung kesakitan karena terguncang-guncang seperti boneka yang tergantung
pada tongkatnya. Rachel melihat William Pickering berjuang untuk meraih tiang
penam-bat perahu. Di dekat tuas jangkar, Tolland juga berpegangan, dan berusaha
bertahan agar tidak terpeleset ke tepi dan jatuh ke laut. Ketika Rachel melihat
tentara yang membawa senapan mesin itu mulai berdiri dengan seimbang, dia
berteriak dari dalam kapal selam. "Mike, awas!"
Tetapi ternyata Delta-One sama sekali mengabaikan Tolland. Dengan mulut
ternganga ketakutan, dia menoleh ke belakang ke arah helikopternya yang sedang
diparkir. Rachel mengikuti tatapan mata Delta-One. Helikopter tempur Kiowa,
dengan mesin besarnya yang masih menyala, perlahan-lahan mulai tergelincir turun
dari dek yang miring. Kaki metal helikopter itu terlihat seperti sepatu ski yang
meluncur di sebuah lereng. Saat itu Rachel sadar, mesin besar itu sedang
meluncur ke arah Triton. DELTA-ONE berjuang mendaki dek yang miring itu dan berjalan ke arah pesawat yang
sedang menggelincir itu, lalu memanjat masuk ke dalam. Dia tidak ingin
membiarkan satusatunya alat untuk menyelamatkan diri dari kapal jelek ini
tergelincir dari dek. Delta-One mencengkeram tuas pengendali Kiowa dan
menariknya ke belakang. Naik! Dengan bunyi deru yang memekakkan telinga, baling-
baling di atas helikopter berputar semakin cepat dan berusaha mengangkat pesawat
yang dibebani senjata itu dari dek. Ke atas, keparat! Helikopter itu
menggelincir turun ke arah Triton, dan Delta-Two terkesiap dalam cengkeraman
lengan Triton. Dengan bagian hidung terangkat ke depan, baling-baling Kiowa juga teran gkat.
Dan ketika helikopter itu meluncur dari dek, gerakannya justru maju, bukan ke
atas, dan bergerak dengan cepat mendekati Triton seperti gergaji raksasa. Naik!
Delta-One menarik tuasnya lagi sambil berharap dia dapat melepaskan rudal
Hellfire seberat setengah ton yang membebaninya. Baling-baling itu hampir
mengenai kepala DeltaTwo dan bagian atas kapal selam Triton sambil terus
bergerak dengan begitu cepat. Sekarang baling-baling itu tidak akan dapat
menghindar dari kabel yang menggantung Triton.
Ketika baling-baling baja Kiowa yang berputar dengan kecepatan 300 rpm itu
bertemu dengan kabel penderek kapal selam berkapasitas lima belas ton,
ketenangan malam itu terguncang karena bunyi hantaman metal dengan metal. Bunyi
itu seolah menggambarkan peperangan dalam dongengdongeng. Dari kokpit helikopter
tempur Kiowa, Delta-One melihat baling-balingnya menyerang kabel penderek
seperti pemotong rumput raksasa yang sedang membabat kabel baja. Percikan cahaya
yang menyilaukan bercipratan ke atas, dan baling-baling Kiowa pun meledak.
Delta-One merasa helikopter itu rusak parah, kaki pesawatnya menggelincir di
atas dek dengan keras. Dia berusaha mengendalikan pesawat itu, tetapi dia tidak
punya daya angkat lagi. Helikopter itu terpentalpental dua kali menuruni dek
yang miring, lalu tergelincir dan menabrak tepian kapal.
Sesaat, dia mengira pagar itu akan menahannya.
Kemudian Delta-One mendengar bunyi berderak. Helikopter yang dipenuhi muatan
berat itu keluar dari tepian, dan tercebur ke dalam laut.
DI DALAM Triton, Rachel Sexton duduk seperti lumpuh. Tubuhnya bersandar rapat di
sandaran tempat duduk kapal selam Triton. Kapal selam mini itu terayun-ayun
dengan ganas ketika baling-baling helikopter Kiowa menyangkut ke kabel yang
menahan kapal selam itu, tetapi Rachel berusaha untuk menenang kan dirinya.
Untunglah baling-baling itu tidak mengenai tubuh kapal selam, walau dia tahu,
kabel-kabel itu pasti rusak parah. Yang dapat dipikirkan Rachel saat itu
hanyalah menyelamatkan diri dengan keluar dari kapal selam ini secepat mungkin.
Prajurit yang terjepit cakar Triton melo tot ke arahnya. Lelaki itu setengah
sadar, bersimbah darah, dan terluka karena percikan-percikan api yang
berterbangan dari baling-baling helikopter. Jauh dari prajurit itu, Rachel
melihat William Pickering masih berpegangan pada sebuah tiang yang digunakan
untuk mengikat tali di atas dek yang miring.
Di mana Michael" Rachel tidak melihatnya. Kepanikannya hanya sebentar saja
ketika ketakutan yang baru muncul. Di atasnya, kabel Triton yang terkoyak
mengeluarkan bunyi melecut -lecut yang mengerikan ketika jalinannya terlepas.
Kemudian, terdengar bunyi derak keras, lalu Rachel merasa kabel tersebut putus.
Dalam keadaan tanpa beban selama beberapa detik, Rachel melayang di atas
kursinya di dalam kokpit kapal selam Triton dan meluncur ke bawah. Dek di
atasnya menghilang dan jalan sempit di bawah Goya seperti melewatinya dengan
cepat. Prajurit yang tercengkeram lengan, Triton menjadi pucat karena ketakutan
dan menatap Rachel ketika mereka meluncur ke bawah dengan cepat.
Gerakan jatuhnya seperti tidak pernah berakhir.
Ketika akhirnya kapal selam itu jatuh ke laut di bawah Goya, Triton terhempas
keras di bawah arus, dan membenturkan Rachel dengan keras kembali ke kursinya.
Tulang belakangnya tertekan ketika laut yang diterangi lampu kapal itu menyerbu
di atas kubah kapal selamnya. Dia merasa seperti tidak dapat bernapas ketika
kapal selam itu meluncur turun hingga kemu-dian dengan perlahan berhenti dan
kembali naik ke permukaan, mengambang ke atas seperti sumbat botol dari gabus.
Hiu-hiu itu segera mendekat. Dari tempat duduknya, Rachel terpaku ketika
pemandangan itu tersaji di depannya dalam jarak beberapa kaki saja.
DELTA-TWO merasa kepala lonjong seekor ikan hiu menabraknya dengan kekuatan yang
tidak terbayangkan. Kemudian jepitan yang ketat dan setajam silet menjepit
dengan erat lengan atasnya, dan mengiris hingga ke tulang dan menguncinya. Rasa
sakit yang luar biasa itu seperti meledak ketika hiu tersebut memutar tubuhnya
dengan kuat dan kemudian menghentak-hentakkan kepalanya dengan ganas, sehingga
merobek lengan Delta-Two hingga terlepas. Hiu-hiu yang lain langsung bergerak
mendekat. Gigi-gigi ikan yang setajam pisau itu menusuk kedua kakinya. Badannya.
Lehernya. DeltaTwo tidak memiliki napas lagi untuk berteriak kesakitan ketika
hiu-hiu tersebut merobek sebagian besar tubuhnya dan membawanya pergi. Hal
terakhir yang diingatnya, dia melihat mulut berbentuk bulan sabit muncul dari
samping, lalu sederetan gigi yang tajam itu turun dan menjepit wajahnya.
Dunia menjadi hitam. DI DALAM Triton, bunyi benturan dari tulang kepala hiu-hiu yang menghantami
kubah kapal selam itu akhirnya memudar. Rachel membuka matanya. Prajurit itu
sudah menghilang. Air yang menyapu kaca jendela kapal selam itu sekarang
berwarna kemerahan. Dengan perasaan luluh lantak, Rachel meringkuk di tempat duduknya sambil memeluk
lutut di dadanya. Dia dapat merasakan kapal selam itu bergerak. Triton sekarang
hanyut terbawa arus, dan menggesek-gesek di sepanjang dek penyelam di bawah
Goya. Dia juga dapat merasakan Triton bergerak ke arah lain. Ke bawah.
Di luar, bunyi gelegak air yang memasuki tangki pemberat menjadi semakin keras.
Air laut bergerak ke atas inci demi inci di kaca depannya.
Aku tenggelam! Ketakutan yang luar biasa menyergapnya, dan Rachel tiba-tiba berdiri. Tangannya
terulur ke atas, lalu meraih bagian pembuka lubang palka. Jika dia dapat
memanjat ke atas kapal selam itu, dia masih akan punya waktu untuk meloncat ke
atas dek menyelam Goya. Hanya beberapa kaki jaraknya.
Aku harus keluar! Mekanisme pintu lubang palka diberi tanda yang jelas ke mana arah putaran untuk
membuka. Rachel berusaha membukanya. Tetapi tutup palka itu tidak bergerak. Dia
mencoba lagi. Tidak bergerak. Pintu itu seperti terkunci. Pintu itu juga sudah
penyok akibat terjangan peluru tadi. Ketika rasa takut nya mengalir deras dalam
darahnya seperti laut di sekitarnya, Rachel berjuang untuk menggerakkannya
sekali lagi untuk terakhir kalinya.
Tutup itu tidak bergerak.
Triton tenggelam beberapa inci lebih dalam lagi, lalu menyinggung Goya untuk
terakhir kalinya sebelum hanyut menjauh dari tubuh kapal yang rusak itu ... dan
menuju laut lepas. 126 "JANGAN LAKUKAN itu," pinta Gabrielle pada Senator Sexton yang sudah selesai
menyalin kertas-kertas faks tersebut dengan mesin fotokopinya. "Kau membahayakan
hidup putrimu!" Sexton tidak mau mendengar suara Gabrielle. Dia kemudian berjalan kembali ke
mejanya dengan sepuluh tumpuk fotokopi dari dokumen yang sama. Setiap tumpuk
kertas itu terdiri atas lembaran-lembaran kertas faks yang dikirimkan Rachel,
termasuk tulisan tangan Rachel yang menyatakan bahwa meteorit itu palsu serta
menuduh NASA dan Gedung Putih mencoba membunuh -nya.
Ini adalah media kit yang paling mengguncangkan yang pernah dibuat, kata Sexton
dalam hati, ketika dia memulai memasukkan setiap tumpuk kertas itu dengan hati-
hati ke dalam amplop besar berwarna putih. Di setiap amplop tertera namanya,
alamat kantornya, dan cap senator. Tidak diragukan lagi dari mana informasi yang
meyakinkan itu berasal. Skandal politik abad kini, dan akulah orang yang
mengungkapnya! Gabrielle masih memohon demi keselamatan Rachel, tetapi Sexton seperti tidak
mendengar apa-apa. Ketika dia mengumpulkan amplop-amplopnya, dia seperti berada
di dalam dunianya sendiri. Setiap karier politik memiliki saat yang menen tukan.
Kali ini saat tersebut adalah milikku.
Pesan dari William Pickering melalui telepon sudah memeringatkannya. Kalau
Sexton mengumumkan informasi tersebut, maka hidup Rachel akan terancam.
Celakanya bagi Rachel, Sexton juga tahu kalau dia mengumumkan bukti-bukti
kebohongan NASA ini, langkah tersebut akan membawanya ke Gedung Putih secara
lebih mutlak disertai dengan drama politik yang belum pernah disaksikan
Dewi Baju Merah 2 Laron Pengisap Darah Karya Huang Yin The Resistance 2
^