Pencarian

Orang Orang Sisilia 4

Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo Bagian 4


menyingkirkan tangannya, dan memasukinya. Graziella mengerang pelan dan meregang
ke atas dengan kekuatan mengejutkan. Aspanu Pisciotta merasakan dirinya sendiri
bergerak naik-turun, naik-turun, dan tiba-tiba Graziella menjerit pelan dan
berbaring tidak bergerak. Sialan, pikir Pisciotta, ia terlalu cepat Tapi tidak
masalah. Tujuan utamanya adalah informasi, kepuasannya sendiri bisa menunggu.
Mereka menyelimuti diri dan berpelukan. Pisciotta bercerita ia bekerja untuk
mendapatkan uang agar bisa kuliah di Universitas Palermo, keluarganya ingin
dirinya menjadi pengacara. Ia ingin Graziella mengira dirinya tangkapan yang
bagus. Lalu ia bertanya tentang Graziella sendiri, bagaimana pendapatnya tentang
pekerjaannya, orang-orang macam apa yang menjadi sesama pelayan di sana"
Perlahan-lahan ia mengarahkan pembicaraan mereka ke majikan Graziella, Duchess.
Graziella mengembalikan tangan Aspanu ke sela-sela kakinya dan bercerita tentang
betapa cantiknya Duchess kalau mengenakan pakaian-pakaiannya yang bagus dan
perhiasannya, bagaimana dirinya Graziella menjadi pelayan kesayangan dan ? ?diizinkan mengenakan gaun ketinggalan mode yang dibuang Duchess. iPf!^
"Aku ingin melihatmu mengenakan barang-barang majikanmu. Apa dia membiarkan kau memakai perhiasannya juga?"
"Well, di Malam Natal dia selalu mengizinkan aku mengenakan kalung." Jadi
seperti terkaan Guiliano, perhiasan itu ada di rumah pada musim liburan. Ada
satu hal lagi yang perlu diketahuinya, tapi tiba-tiba Graziella memeluknya erat-
erat, seraya berusaha mempertahankan selimut di bahunya. Aspanu terangsang
sepenuhnya, selimutnya jatuh, roknya melayang melewati kepala Graziella dan
kekuatan sentakan mereka menyebabkan keduanya bergeser ke dinding anggur.
Setelannya tubuh-tubuh mereka yang kelelahan tertutup cairan lengket anggur dan
keringat mereka sendiri. Aspanu berkata, "Udara segar memang baik, tapi kapan aku bisa masuk ke dalam
rumah dan bercinta denganmu dengan cara yang layak?"
'Tidak selagi Duke di sini. Kalau dia pergi ke Palermo, seisi rumah lebih
santai. Bulan depan, dia akan pergi selama beberapa minggu, tepat sebelum
Natal." Aspanu tersenyum. Dan sekarang sesudah mendapatkan semua informasi yang
dibutuhkannya, ia menaruh perhatian penuh pada tugas di hadapannya. Ia
mengempaskan diri ke tubuh Graziella dan menekannya pada selimut, bercinta
dengan keliaran begitu rupa
sehingga gadis itu tenggelam dalam kenikmatan, dan agak ketakutan. Cukup agar
Graziella menginginkan dirinya lagi sepanjang bulan yang akan datang.
Lima hari sebelum Natal, Guiliano, Passatempo, Pisciotta, dan Terranova berhenti
di depan gerbang Perkebunan Alcamo dalam kereta yang ditarik bagal-bagaL Mereka
mengenakan pakaian-berburu petani tuan tanah yang cukup berhasil, dibeli di
Palermo dari hasil menjarah truk: celana panjang korduroi, kemeja wol merah,
jaket menembak yang tebal dan berisi kotak-kotak peluru. Dua penjaga keamanan
menghalangi jalan mereka. Karena saat itu tengah hari, mereka tidak waspada dan
membiarkan senjata mereka menjuntai dari bahu.
Guiliano melangkah sigap mendekati mereka. Ia tidak bersenjata kecuali sepucuk
pistol yang tersembunyi di balik mantel kasar pemilik penyewaan kereta. Ia
tersenyum lebar. "Tuan-tuan," sapanya. "Namaku Guiliano dan aku datang untuk
menyampaikan selamat Natal kepada Duchess dan memohon sumbangan untuk membantu
kaum miskin." Para penjaga tertegun mendengar nama Guiliano. Lalu mereka hendak mengayunkan
senjata. Tapi pada saat itu Passatempo dan Terranova telah membidik mereka
dengan pistol otomatis. Pisciotta merampas senjata para penjaga dan
melemparkannya ke dalam kereta. Passatempo dan Terranova ditinggalkan untuk
berjaga-jaga di depan gerbang.
Jalan masuk ke rumah mewah itu berupa halaman batu yang sangat luas. Di salah
satu sudut segerombol ayam sibuk mengerumuni wanita tua yang menyebarkan biji-
bijian. Di luar rumah, keempat anak Duchess bermain-main di taman, diawasi
pengasuh anak yang mengenakan gaun katun hitam. Guiliano menyusuri jalan setapak
menuju rumah, Pisciotta berjalan di sampingnya. Informasinya benar, tidak ada
penjaga lain. Di balik taman membentang tanah luas, yang digunakan untuk menanam
sayur-mayur dan sekelompok pohon zaitun. Di ladang ini enam pekerja tengah
bekerja keras. Ia membunyikan bel dan mendorong pintunya saat pelayan
membukakannya. Graziella terkejut melihat kemunculan Pisciotta di pintu depan
dan melangkah ke samping.
Guiliano berkata lembut, "Jangan terkejut. Beritahu majikanmu bahwa kami kemari
atas perintah suaminya untuk masalah bisnis. Aku harus berbicara dengannya."
Masih kebingungan, Graziella mengajak mereka ke ruang duduk tempat Duchess
tengah membaca. Duchess melambai mengusir pelayan, jengkel karena gangguan tanpa
pemberitahuan itu dan berkata tajam, "Suamiku sedang pergi. Ada yang bisa
kubantu?" Guiliano tidak bisa menjawab. Ia tertegun oleh keindahan ruangan itu. Ruangan
paling luas yang pernah dilihatnya dan, yang lebih mengagumkan, bentuknya bundar
dan bukannya persegi. Tirai-tirai keemasan melindungi pintu-pintu kaca-gandanya,
langit-langit di atas berceruk di bawah kubah dan dihiasi patung-patung kerubim.
Di mana-mana terdapat buku di sofa, di meja kopi, dan di rak-rak khusus di ?sepanjang dinding. Lukisan-lukisan besar cat minyak yang kaya warna menggantung
di dmding-dinding dan vas-vas bunga besar bertebaran di berbagai tempat. Kotak-
kotak perak dan emas tersebar di meja-meja yang ada
di depan kursi-kursi dan sofa-sofa empuk. Ruangan itu bisa menampung seratus
orang dengan mudah dan satu-satunya yang menggunakannya" hanyalah wanita yang
mengenakan gaun sutra putih ini. Cahaya matahari dan udara dan teriakan anak-
anak yang bermain di taman menerobos jendela-jendelanya yang terbuka. Untuk
pertama kalinya Guiliano memahami rayuan kekayaan, bahwa uang bisa menciptakan
keindahan seperti ini, dan ia merasa enggan merusak keindahan itu dengan
kekasaran maupun kekejaman. Ia akan melakukan apa yang harus dilakukannya dan
tidak meninggalkan satu goresan pun di tempat yang indah ini.
Duchess, menunggu jawaban dengan sabar, terpana oleh ketampanan jantan pemuda
ini. Ia melihat pemuda ku terpesona oleh keindahan ruangan, dan agak jengkel
karena si pemuda tidak menyadari kecantikan dirinya. Ia menyayangkan si pemuda
yang jelas-jelas petani dan tidak termasuk golongannya, di mana sedikit cumbuan
polos tidak bisa dibilang tidak layak. Semua ku menyebabkan ia berkata dengan
lebih menawan daripada biasanya, "Anak muda, maafkan aku, tapi kalau kau datang
untuk urusan bisnis, kau harus kembali kin kali Suamiku tidak di rumah."
Guiliano memandangnya. Ia merasakan perlawanan yang dirasakan pria miskin
terhadap wanita kaya yang dengan cara tertentu memancarkan keunggulan atas
dirinya karena kekayaan dan posisinya di masyarakat. Guiliano membungkuk sopan,
menyadari cincin spektakuler di jari Duchess, dan berkata dengan kepasrahan yang
konis, "Aku punya urusan denganmu. Namaku Guiliano."
Tapi ironi kepasrahannya tidak berarti bagi Duchess, yang terbiasa menganggap
rendah para pelayannya. Ia menganggap itu sesuatu yang biasa. Ia wanita beradab,
tertarik pada buku-buku dan musik, dan tidak berminat pada kejadian sehari-hari
di Sisilia. Ia jarang membaca koran setempat; ia menganggap koran-koran itu
biadab. Jadi ia hanya berkata sopan, "Senang berkenalan denganmu. Apa kita
pernah bertemu di Palermo" Mungkin di opera?"
Aspanu Pisciotta, yang mengamati adegan tersebut dengan heran bercampur gembka,
tertawa terang-terangan dan melangkah santai ke pintu ganda untuk mencegah
pelayan yang mungkin datang dari arah itu.
Guiliano, agak marah karena tawa Pisciotta tapi terpesona oleh ketidakpedulian
Duchess, berkata tegas, "Duchess yang baik, kita tidak pernah bertemu. Aku
bandit. Nama lengkapku Salvatore Guiliano. Kuanggap diriku Pembela Sisilia, dan
tujuan kedatanganku kemari adalah menemuimu untuk meminta dirimu menyumbangkan
perhiasan kepada kaum miskin agar mereka bisa menikmati dan merayakan kelahkan
Kristus di hari Natal." ,
Duchess tersenyum tidak percaya. Pemuda yang wajah dan tubuhnya membangkitkan
hasrat yang asing dalam dirinya ini tidak mungkin berniat jahat terhadapnya. Dan
sekarang ditambah sedikit sentuhan bahaya, ia justru semakin tergelitik. Ia akan
menceritakan kisah ini pada pesta-pesta di Palermo. Jadi ia berkata sambil
tersenyum polos, "Perhiasaanku ada di lemari besi bank di Palermo. Uang tunai
apa pun yang ada di rumah ini boleh kauambil. Aku rela." Seumur hidupnya, tak
seorang pun pernah meragukan
kata-katanya. Bahkan sewaktu kecil ia tidak pernah
berbohong. Ini untuk pertama kalinya.
Guiliano memandang medalion berlian yang melilit di
tenggorokannya. Ia tahu wanita ini berbohong, tapi ia merasa enggan melakukan
apa yang harus dilakukannya Lalu ia mengangguk kepada Pisciotta, yang
menyelipkan jemari ke sela giginya dan bersiul tiga kali. Dalam waktu beberapa
detik Passatempo muncul di pintu ganda. Sosoknya yang pendek, besar, dan jelek,
wajahnya yang bopeng menakutkan bisa saja berasal dari sandiwara boneka.
Wajahnya lebar seolah hampir tanpa dahi, dan rambut hitamnya yang lebat dan
kusut serta alis matanya yang menggembung menyebabkan ia tampak seperti gorila.
Ia tersenyum kepada Duchess dan menunjukkan gigi-gigi besar berwarna suram.
Kemunculan bandit ketiga ini akhirnya membuat Duchess ketakutan. Ia menanggalkan
kalungnya dan memberikannya kepada Guiliano. "Apa itu cukup?" tanyanya.
"Tidak," jawab Guiliano. "Duchess yang baik, aku orang berhati lembut. Tapi para
kolegaku sama sekali berbeda. Temanku Aspanu, walaupun tampan, sama kejamnya
seperti kumis kecilnya yang telah mematahkan hati begitu banyak orang. Dan pria
di pintu itu, meski anak buahku, membuatku bermimpi buruk. Jangan sampai aku
melepas mereka. Mereka akan melesat ke tamanmu seperti rajawali dan membawa
anak-anakmu jauh ke pegunungan. Sekarang bawa kemari semua berlianmu yang lain."
Duchess melesat ke kamar tidur dan kembali beberapa menit kemudian sambil
membawa sekotak perhiasan. Ia cukup berani menyembunyikan beberapa
perhiasan berharga sebelum membawanya keluar. Ia memberikan kotak itu kepada
Guiliano. Guiliano mengucapkan terima kasih dengan ramah. Lalu ia berpaling
kepada Pisciotta. "Aspanu," katanya, "Duchess mungkin melupakan beberapa barang.
Coba periksa kamar tidur sekadar untuk memastikan." Segera Pisciotta menemukan
perhiasan yang disembunyikan dan membawanya kepada Guiliano.
Sementara itu Guiliano membuka kotak perhiasan dan jantungnya melonjak gembira
melihat permata-permata itu. Ia menyadari isi kotak ini bisa memberi makan
seluruh Montelepre selama berbulan-bulan. Dan yang lebih menggembirakan lagi,
perhiasan-perhiasan itu dibeli Duke dengan uang yang diperolehnya dari keringat
para buruhnya. Lalu saat Duchess meremas-remas tangannya, Guiliano menyadari
cincin zamrud besar di jarinya.
"Duchess yang baik," katanya, "bagaimana kau bisa begitu bodoh mencoba menipuku
dengan menyembunyikan perhiasan-perhiasan lain" Aku bisa menerima bila petani
miskin yang melakukannya, karena mereka harus bersusah payah memperoleh harta.
Tapi bagaimana kau bisa mempertaruhkan keselamatanmu dan anak-anakmu demi dua
perhiasan yang tidak akan kaurindukan sama seperti suamimu Duke merindukan topi
di kepalanya" Sekarang, tanpa perlu ribut, berikan cincin yang ada di jarimu
itu." Duchess menangis. "Anak muda yang baik," katanya, "izinkan aku menyimpannya.
Akan kukirimkan uang senilai cincin ini. Tapi suamiku memberikannya sebagai
hadiah pertunangan. Aku tidak bisa kehilangan cincin ini Hatiku akan hancur
karenanya." Sekali lagi Pisciotta tertawa. Ia sengaja melakukannya. Ia takut Turi akan
membiarkan wanita itu menyimpan cincinnya karena perasaannya yang sentimental.
Padahal zamrud itu jelas paling berharga.
Tap^ Guiliano tidak memiliki sentimentalitas seperti itu. Pisciotta akan selalu
mengingat tatapannya sewaktu Turi meraih lengan Duchess dengan kasar dan
mencabut cincin zamrud itu dari tangannya yang gemetar. Guiliano bergegas mundur
dan mengenakan cincin itu di kelingking kirinya. 1$^/.
Turi melihat wajah Duchess memerah dan air mata menggenang di matanya. Sikap
Guiliano sekali lagi sopan sewaktu berkata, "Untuk menghormati kenanganmu, aku
tidak akan menjual cincin ini aku akan mengenakannya." Duchess mencari-cari ?ironi di wajah Guiliano, tapi tidak menemukannya.
Tapi saat ku merupakan momen-momen ajaib bagi Turi Guiliano. Karena begitu ia
mengenakan cincin itu, ia merasakan perpindahan kekuatan. Dengan cincin itu ia
menikahkan dirinya dengan takdir. Cincin itu merupakan simbol kekuasaan yang
akan dimenangkannya dari dunia orang kaya. Dalam genangan hijau tua ku, terikat
oleh lingkaran emasnya, masih menguarkan harum parfum wanita cantik yang terus
mengenakannya selama bertahun-tahun, ia telah menangkap sepotong inti kehidupan
yang tidak akan pernah dimilikinya.
Don Croce mendengarkan tanpa berkata-kata.
Duke of Alcamo tengah menyampaikan keluhannya kepada Don Croce. Bukankah ia
sudah membayar "sewa" kepada Friends of the Friends" Bukankah mereka menjamin
kekebalan dirinya terhadap segala bentuk
pencurian" Apa yang akhknya terjadi" Di masa lalu tidak ada seorang pun yang
berani. Dan apa yang akan dilakukan Don Croce untuk mendapatkan kembali
perhiasannya" Duke melaporkan pencurian itu kepada pihak berwenang, meski tahu
usaha ini sia-sia dan mungkin tidak menyenangkan Don Croce. Tapi ada asuransi
yang harus diambil; mungkin pemerintah di Roma akan menganggap serius si bandit
Guiliano ini. Don Croce merasa sudah waktunya menganggap serius Guiliano. Ia berkata kepada
Duke, "Kalau aku bisa mendapatkan kembali perhiasanmu, kau mau membayar
seperempat nilainya?"
Duke murka. "Mula-mula aku membayar sewa kepadamu agar aku dan harta milikku
aman. Lalu, sewaktu kau gagal melakukan tugasmu, kau memintaku membayar uang
tebusan. Bagaimana kau bisa berharap mempertahankan penghormatan dari para
klienmu kalau begini caramu berbisnis?"
Don Croce mengangguk. "Harus kuakui pendapatmu benar. Tapi anggaplah Salvatore
Guiliano sebagai kekuatan alam, seperti kemarahan Tuhan. Jelas kau tidak bisa
mengharapkan Friends of the Friends melindungimu dari gempa bumi, gunung
meletus, banjir" Pada waktunya Guiliano akan terkendali, kujamin. Tapi coba
pikir: Kaubayar tebusan yang akan kuatur. Kau akan mendapatkan perlindungan
tanpa membayar sewa seperti biasa selama lima tahun mendatang, dan berdasarkan
perjanjian Guiliano tidak akan menyerang lagi. Untuk apa dia menyerang lagi, toh
aku dan dirinya menganggap kau pasti punya akal sehat untuk menyimpan barang-
barang berhargamu di lemari besi bank di Palermo" Wanita terlalu polos mereka ?tidak
mengetahui nafsu dan keserakahan pria dalam memburu barang-barang materi dunia
ini." Ia diam sejenak agar senyum tipis yang muncul di wajah Duke menghilang.
Lalu ia melanjutkan, "Kalau kau menghitung sewa yang harus dibayar untuk
melindungi seluruh lahanmu selama lima tahun masa sulit yang akan datang, kau
akan melihat kerugianmu sangat sedikit akibat kesialan ini"
Duke memang memikirkannya. Don Croce benar mengenai masa sulit yang menanti di
depan mereka. Menebus perhiasan itu akan membuat jumlah kerugiannya lumayan
besar, kendati ada pengurangan "sewa" selama lima tahun; siapa yang bisa
memastikan Don Croce tetap hidup selama itu atau sanggup menahan Guiliano" Tapi
tetap saja itu penawaran terbaik yang bisa diperolehnya. Dengan begitu Duchess
tidak bisa merengek-rengek meminta perhiasan baru darinya selama bertahun-tahun
mendatang dan itu merupakan penghematan luar biasa. Ia terpaksa menjual sepetak
tanahnya, tapi para leluhurnya telah melakukannya selama beberapa generasi untuk
membayar kebodohan mereka, dan ia masih memiliki ribuan are tanah. Duke setuju.
Don Croce memanggil Hector Adonis, Keesokan harinya Adonis mengadakan perjalanan
untuk menemui putra baptisnya. Ia menjelaskan misinya. Ia bersikap Hferus
terang. "Kau tidak akan mendapat harga yang lebih baik walaupun kau menjual
perhiasan-perhiasan itu kepada para pencuri di Palermo," katanya. "Dan ahkan
kalau bisa, itu butuh waktu dan kau jelas tidak 'an mendapatkan uangnya sebelum
Natal, aku tahu lah harapanmu. Lebih dari itu kau akan mendapat
niat baik Don Croce, dan itu penting bagimu. Bagaimanapun, kau menyebabkan dia
kehilangan kehormatan, yang akan dimaafkannya kalau kau bersedia membantunya."
Guiliano tersenyum kepada bapak baptisnya. Ia tidak memedulikan niat baik Don
Croce; bagaimanapun salah satu impiannya adalah membantai naga Mafia di Sisilia.
Tapi ia telah mengirim utusan ke Palermo untuk menemui pembeli perhiasan curian
itu, dan jelas prosesnya akan memakan waktu lama dan menyiksa. Jadi ia
menyetujui penawaran itu. Tapi ia menolak menyerahkan cincin zamrudnya.
Sebelum berlalu Adonis akhirnya menanggalkan perannya sebagai guru roman bagi
Guiliano. Untuk pertama kalinya ia membicarakan realita kehidupan orang Sisilia.
"Putra baptisku yang baik," katanya, "tak seorang pun mengagumi kualitas dirimu
lebih daripada aku. Aku menyukai tmgginya cita-citamu, aku berharap turut
berperan membangunnya. Tapi sekarang kita harus membicarakan soal bertahan
hidup. Kau tak bisa berharap menang menghadapi Friends of the Friends. Selama
seribu tahun terakhir, seperti sejuta labah-labah, mereka sudah merajut jaring-
jaring raksasa di seluruh kehidupan di Sisilia. Don Croce sekarang berdiri di
tengah-tengah jaring itu. Ia mengagumi dirimu, menginginkan persahabatanmu, ia
ingin kau menjadi kaya bersamanya. Tapi kau terkadang harus mengikuti
keinginannya. Kau bisa memperoleh kekaisaran, tapi kekaisaranmu harus ada dalam
jaring-jaringnya. Satu hal yang pasti kau tidak bisa menentangnya terang-?terangan. Kalau kaulakukan, sejarah sendiri akan membantu Don Croce
menghancurkan curimu."
Jadi perhiasan itu kembali ke tangan Duke. Guiliano menyimpan separo uang
penjualan perhiasan itu untuk dibagikan pada Pisciotta, Passatempo, dan
Terranova. Mereka mengincar cincin zamrud di jari Guiliano tapi tidak mengatakan
apa-apa, karena Guiliano menolak menerima uang hasil penjualan perhiasan.
Separo uang sisanya dibagikan Guiliano kepada para penggembala miskin yang
menjaga kawanan domba dan ternak milik orang kaya, janda-janda tua dan anak-anak


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yatim piatu, semua orang miskin di sekitarnya. S%^":
Ia memberikan sebagian besar uang itu melalui perantara, tapi pada suatu hari
yang cerah ia mengisi saku-saku jaket kulit dombanya dengan tumpukan lira. Ia
juga mengisi karung kanvas dengan uang dan memutuskan berjalan melintasi desa-
desa antara Montelepre dan Piani dei Greci, didampingi Terranova.
Di satu desa ada tiga wanita tua yang hampir kelaparan. Ia memberi mereka
masing-masing seikat Bra. Mereka menangis dan menciumi tangannya. Di desa lain
ada pria yang akan kehilangan ladang dan tanahnya karena tidak mampu membayar
cicilan pinjaman. Guiliano meninggalkan cukup uang baginya untuk melunasi utang-
utangnya. Di desa lain ia memborong habis toko roti dan bahan-bahan pokok, membayar
pemiliknya, dan membagi-bagikan roti dan keju dan pasta kepada seluruh penduduk
desa. Di kota berikutnya ia memberikan uang kepada
orangtua seorang anak yang sakit agar mereka bisa membawanya ke rumah sakit di
Palermo dan membayar biaya dokter setempat. Ia juga menghadiri pernikahan
pasangan muda dan memberi mereka banyak hadiah perkawinan.
Tapi yang paling disukainya adalah memberikan uang kepada anak-anak kecil
berpakaian lusuh, yang memenuhi jalan-jalan kota-kota kecil di Sisilia. Banyak
di antara mereka mengenal Guiliano. Mereka mengerumuninya sewaktu ia membagi-
bagikan uang sambil memberitahu mereka agar memberikannya kepada orangtua
masing-masing. Guiliano mengawasi saat mereka berlari-lari pulang dengan
sukacita. Ia hanya tinggal memiliki beberapa ikat lira sewaktu memutuskan untuk
mengunjungi ibunya sebelum malam turun. Sewaktu melintasi padang di belakang
rumahnya, ia bertemu anak laki-laki dan gadis kecil yang menangis. Mereka
kehilangan uang yang dipercayakan orangtua mereka kepada mereka dan mengatakan
carabinieri merampasnya. Guiliano merasa geli melihat tragedi kecil itu dan
memberi mereka salah satu dari dua ikat lira yang tersisa. Kemudian, karena
gadis kecil itu begitu cantik dan Guiliano tidak tahan membayangkannya dihukum,
ia memberinya sehelai surat untuk orangtuanya.
Orangtua gadis kecil itu bukan satu-satunya orang yang berterima kasih. Penduduk
di Borgetto, Corleone, Partinico, Monreale, dan Piani dei Greci mulai menyebut
dirinya "Raja Montelepre" untuk menunjukkan kesetiaan mereka.
Don Croce gembira walaupun kehilangan uang "sewa"
dari Duke selama lima tahun. Karena meski Don Croce memberitahu Adonis bahwa
Duke hanya bersedia membayar dua puluh persen dari nilai perhiasan itu, ia
menarik 25 persen dari Duke, dan mengantongi lima persen selisihnya.
Yang lebih menggembirakan lagi adalah kepuasan bahwa ia menemukan Guiliano lebih
awal dan menilainya dengan begitu tepat. Benar-benar pemuda luar biasa. Siapa
yang percaya orang semuda itu bisa melihat begitu jelas, bertindak begitu
bijaksana, mendengarkan dengan begitu sabar pendapat orang yang lebih tua dan
lebih bijaksana" Dan semua ini dilakukan dengan kecerdasan yang menjaga
kepentingannya sendiri, yang tentu saja dikagumi Don Croce, karena siapa yang
mau berhubungan dengan orang bodoh" Ya, Don merasa Turi Guiliano akan menjadi
tangan kanan yang hebat Dan seiring berlalunya waktu, menjadi putra angkat
terkasih. Turi Guiliano melihat semuanya dengan jelas, menembus segala sesuatu yang
berlangsung di sekitarnya. Ia tahu bapak baptisnya benar-benar mengkhawatirkan
kesejahteraan (iirinya. Tapi itu tidak berarti ia memercayai penilaian pria yang
lebih tua itu. Guiliano tahu dirinya belum cukup kuat menghadapi Friends of the
Friends; bahkan ia masih membutuhkan bantuan mereka. Tapi ia sama sekali tidak
berilusi tentang jangka panjang. Pada akhirnya, kalau ia mendengarkan nasihat
bapak baptisnya, ia akan terpaksa menjadi pelayan Don Croce. Ia membulatkan
tekad untuk tidak membiarkan hal itu terjadi. Untuk saat ini, ia harus mengulur
waktu. Bab 11 KELOMPOK Guiliano sekarang berjumlah tiga puluh orang. Beberapa di antaranya
mantan anggota kelompok Passatempo dan Terranova.. Juga beberapa penduduk
Montelepre yang dibebaskan dari penjara sewaktu Guiliano menyerbu ke sana.
Mereka mendapati tidak ada pengampunan dari pihak berwenang walaupun mereka
tidak bersalah; mereka masih tetap diburu. Mereka memutuskan untuk diburu
bersama Guiliano dan bukannya dilacak seorang diri dan tanpa teman.
Pada suatu pagi di bulan April yang cerah, para mata-mata Guiliano di
MontelerJre mengirim kabar bahwa seorang pria bertampang berbahaya, mungkin
mata-mata polisi, bertanya-tanya tentang cara bergabung dengan kelompok. Pria
itu tengah menunggu di alun-alun utama. Guiliano mengirim Terranova dan empat
anak buahnya ke Montelepre untuk menyelidiki. Kalau pria itu memang mata-mata,
mereka akan membunuhnya; kalau ia berguna, mereka akan merekrutnya.
Menjelang sore, Terranova kembali dan memberitahu Guiliano, "Kami berhasil
menangkap orang itu dan sebelum kami menembaknya, kami merasa kau mungkin ingin
mengenalnya terlebih dulu."
Guiliano tertawa sewaktu melihat sosok tinggi besar yang mengenakan pakaian
tradisional kaum buruh Sisilia itu, "Well, teman lama, kaupikir aku akan
melupakan wajahmu. Apa kali ini kau datang membawa peluru yang lebih baik?"
Pria itu kopral carabinieri, Canio Silvestro, yang menembakkan pistolnya ke
kepala Guiliano sewaktu penyerbuan-penjara yang terkenal itu.
Wajah Silvestro yang kokoh dan berbekas luka tampak serius. Wajahnya menarik
perhatian Guiliano, entah kenapa-Hatinya mudah tersentuh orang yang telah
membantu membuktikan keabadiannya ini.
Silvestro berkata, "Aku datang untuk bergabung Aku bisa berguna bagimu." Ia
mengatakannya dengan bangga seperti orang yang hendak memberi hadiah. Ini juga
menyenangkan Guiliano. Ia membiarkan Silvestro menceritakan kisahnya.
Sesudah penyerbuan-penjara, Kopral Silvestro diltirim ke Palermo untuk
menghadiri mahkamah tnihter dengan tuduhan melalaikan tugas. Maresciallo murka
kepadanya dan menginterogasinya habis-habisan sebelum merekomendasikan hukuman.
Anehnya situasi yang memicu kecurigaan Maresciallo adalah upayanya menembak
Guiliano. Penyebab luputnya tembakan ditemukan, yakni peluru yang rusak.
Maresciallo menuduh Kopral sengaja mengisi pistolnya dengan peluru yang tidak
berbahaya, bahwa Kopral tahu peluru itu rusak. Bahwa seluruh upaya perlawanannya
hanyalah pura-pura dan Kopral Silvestro telah membantu Guiliano merencanakan
penyerbuan-penjara dan sengaja menempatkan para penjaganya untuk membantu
keberhasilan penyerbuan itu.
Guiliano menyela, "Bagaimana mereka bisa beranggapan kau tahu pelurunya rusak?"
Silvestro tampak malu-malu. "Aku seharusnya tahu. Aku bekerja di bagian
persenjataan di infanteri, seorang pakar." Wajahnya berubah muram dan ia
mengangkat bahu. "Aku memang lalai, itu benar. Mereka menempatkan diriku di
belakang meja dan tidak menaruh banyak perhatian pada bakatku yang sebenarnya.
Tapi aku bisa berharga bagimu. Aku bisa mengurus persenjataanmu. Aku bisa
memeriksa semua senjatamu dan memperbaikinya. Aku bisa memastikan amunisimu
ditangani dengan benar sehingga tempat penyimpanannya tidak akan meledak. Aku
bisa memodifikasi senjatamu agar sesuai dengan penggunaan yang kauinginkan, di
sini di pegunungan ini."
"Ceritakan kisahmu sampai selesai," perintah Guiliano. Ia mengamatinya dengan
saksama. Bisa jadi orang ini mata-mata yang hendak menyusupi kelompoknya. Ia
bisa melihat Pisciotta, Passatempo, dan Terranova sama sekali tidak percaya..
Silvestro melanjutkan. "Mereka semua bodoh dan mereka cuma segerombol wanita
yang ketakutan. Maresciallo sadar membawa sebagian besar anak buahnya ke
pegunungan, meninggalkan barak, yang penuh tahanan, merupakan tindakan bodoh.
Carabinieri menganggap Sisilia negara asing yang terjajah. Aku dulu memprotes
anggapan itu, dan aku masuk daftar hitam mereka karenanya. Dan pihak berwenang
di Palermo ingin melindungi Maresciallo bagaimanapun juga mereka bertanggung ?jawab atas dirinya. Akan lebih baik kalau Barak Bellampo dikhianati dari dalam
daripada diambil alih orang yang lebih berani dan lebih cer v
Mereka tidak mengadiliku. Mereka memerintahkan aku mengundurkan diri. Kata
mereka pengunduran diriku akan diterima tanpa prasangka, tapi aku mengenal
mereka dengan baik. Aku tidak akan pernah mendapatkan pekerjaan di pemerintahan
lagi. Aku tidak cocok untuk pekerjaan apa pun, padahal aku patriot Sisilia. Jadi
kupikir apa yang bisa kulakukan dengan hidupku" Jadi aku berkata sendiri aku
? ?akan menemui Guiliano."
Guiliano mengajak anak buahnya ke dapur untuk bersantap dan mmum-minum, lalu
bercakap-cakap dengan para pemimpin bawahannya.
Passatempo menggerutu tapi yakin. "Mereka pikir kita ini bodoh, ya" Tembak dia
dan buang mayatnya ke jurang. Kita tidak butuh carabinieri dalam kelompok kita."
Pisciotta melihat Guiliano sekali lagi terpesona oleh si kopral Ia mengetahui
emosi sahabatnya yang impulsif, jadi ia berkata hati-hati, "Kemungkinan besar
ini tipuan. Tapi kalau bukan, kenapa mengambil risiko" Kita jadi khawatir
.sepanjang waktu. Selalu ada keraguan. Kenapa tidak Idta suruh kembali saja?"
Terranova mengingatkan, "Dia tahu kamp kita. Dia sudah melihat berapa orang kita
dan mengetahui jumlahnya. Itu informasi berharga,"
Guiliano berkata, "Dia Sisilia sejati Dia bertindak berdasarkan martabatnya. Aku
tidak percaya dia mau melakukan kegiatan mata-mata." Ia melihat mereka semua
tersenyum mendengar kepolosannya.
Pisciotta berkata, "Ingat, dia pernah mencoba membunuhmu. Dia menyembunyikan
senjata, dia tahanan, dan dia mencoba membunuhmu karena marah padahal tanpa
harapan untuk melarikan diri."
Guiliano berpikir, Dan itulah yang membuatnya berharga bagiku. Ia menjelaskan,
"Bukankah itu membuktikan dia pria terhormat" Dia sudah kalah tapi merasa harus
membalas dendam bagi dirinya sendiri sebelum mati. Dan bahaya apa yang bisa
ditimbulkannya" Dia bisa menjadi anggota kelompok biasa kita tidak akan ?memercayainya. Dan kita akan mengawasinya dengan ketat. Aku sendiri akan khusus
memperhatikan dirinya. Pada saatnya nanti kita memberinya ujian yang pasti akan
ditolaknya kalau dia carabinieri. Serahkan dia padaku."
Malam itu ketika Guiliano memberitahu Silvestro bahwa sekarang ia sudah jadi
anggota kelompok, pria itu hanya berkata, "Kau bisa mengandalkan diriku untuk
apa pun." Ia memahami Guiliano sekali lagi menyelamatkan nyawanya.
Pada hari Paskah Guiliano mengunjungi keluarganya. Pisciotta menentang
keinginannya itu, mengatakan polisi mungkin memasang jebakan. Paskah di Sisilia
selalu menjadi hari kematian tradisional para bandit. Polisi mengandalkan
eratnya ikatan kekeluargaan untuk' memancing para bandit menyusup turun dari
pegunungan dan mengunjungi orang-orang yang mereka cintai. Tapi mata-mata
Guiliano menyampaikan kabar bahwa Maresciallo akan mengunjungi keluarganya di
daratan dan separo garnisun di Barak Belampo mendapat cuti untuk merayakan
liburan di Palermo. Guiliano memutuskan membawa cukup banyak anak buah
bersamanya supaya aman. Ia menyelinap ke Montelepre pada hari Minggu Suci.
Ia mengirim kabar kunjungannya beberapa hari sebelumnya dan ibunya menyiapkan
pesta. Malam itu ia tidur di ranjang masa kanak-kanaknya, dan keesokan hatinya,
sewaktu ibunya menghadiri Misa pagi, Guiliano menemaninya ke gereja. Ia mengajak
enam pengawal yang juga mengunjungi keluarga mereka di kota tapi mendapat
perintah untuk menemani Guiliano ke mana pun ia pergi
Sewaktu ia keluar dari gereja bersama ibunya, keenam pengawalnya telah menunggu
bersama Pisciotta. Wajah Aspanu pucat karena murka sewaktu berkata, "Kau
dikhianati, Turi. Maresciallo kembali dari Palermo membawa dua puluh orang
tambahan untuk menangkapmu. Mereka sudah mengepung rumah ibumu. Mereka mengira
kau di sana." Sejenak Guiliano merasakan kemarahan atas ke-tergesa-gesaan dan kebodohannya
sendiri, dan membulatkan tekad untuk tidak bertindak seceroboh itu lagi. Bukan
berarti Maresciallo dan kedua puluh anak buahnya bisa menangkap dirinya di rumah
ibunya. Para pengawalnya pasti sudah menyergap mereka, dan akan terjadi
pertempuran berdarah. Tapi hal itu akan merusak semangat kepulangan Paskah-nya.
Hari Kristus bangkit bukanlah hari pertempuran.
Ia mencium ibunya sebagai salam perpisahan dan memberitahunya agar pulang serta
mengaku kepada polisi bahwa ia meninggalkan Guiliano di gereja. De-an cara
begitu ibunya takkan bisa dituduh bersekongkol Ia meminta ibunya agar jangan
khawatir, dirinya dan anak buahnya bersenjata lengkap dan bisa melarikan diri
dengan mudah; bahkan tidak akan terjadi pertempuran. Carabinieri tidak akan
berani mengikuti mereka ke pegunungan.
Guiliano dan anak buahnya berlalu bahkan tanpa sepengetahuan polisi Malam itu di
kamp di pegunungan, Guiliano menanyai Pisciotta. Bagaimana Maresciallo bisa
mengetahui kunjungan itu" Siapa mata-matanya" Harus dilakukan sesuatu untuk
menemukannya. "Itu tugas khususmu, Aspanu," katanya. "Dan kalau ada mata-mata
yang kautemukan, mungkin ada mata-mata yang lain. Aku tidak peduli berapa lama
yang dibutuhkan atau berapa banyak uang yang kita habiskan, kau harus
menyelidiki." Bahkan sewaktu kecil, Pisciotta tidak pernah menyukai tukang cukur Montelepre
yang sok itu. Frisella salah satu tukang cukur yang memotong rambut sesuai
suasana hatinya hari itu, sekali waktu trendi, lain kali serampangan, lain waktu
amat kuno seperti petani. Dengan mengubah-ubah gayanya ia membanggakan dirinya
seorang artis. Ia juga terlalu akrab dengan para pejabat dan sombong terhadap
sesamanya. Terhadap anak-anak ia suka bermain-main dengan gaya kejam ala
Sisilia, yang merupakan salah satu sisi kurang menyenangkan karakter penduduk
pulau itu; ia menggunting sedikit telinga mereka dan terkadang memotong rambut
mereka begitu pendek sehingga kepala mereka tampak seperti bola biliar. Jadi
Pisciotta merasa puas sewaktu melapor kepada Guiliano bahwa Frisella si tukang
cukur yang menjadi mata-mata polisi dan telah melanggar aturan suci omerta.
Jelas Maresciallo tidak melakukan penyerangan secara acak pada hari Paskah itu.
Ia pasti sudah mendapat informasi bahwa Turi akan ada di sana. Dan bagaimana ia
bisa mendapatkan informasi itu padahal Turi
memberitahu keluarganya hanya 24 jam sebelumnya"
Pisciotta memanfaatkan para informannya sendiri di desa untuk memeriksa setiap
langkah yang dilakukan Maresciallo selama 24 jam itu. Dan karena hanya ibu dan
ayah Guiliano yang mengetahui kunjungan itu, ia menanyai mereka dengan santai
untuk memastikan apakah mereka secara tidak sengaja menyebarkan informasi.
Maria Lombardo segera mencium maksudnya. Ia berkata kepadanya, "Aku tidak
berbicara pada siapa pun, bahkan pada para tetanggaku. Aku tinggal di rumah dan
memasak agar Turi bisa menikmati pesta Paskah."
Tapi ayah Guiliano pergi ke Frisella si tukang cukur pada pagi hari kunjungan
itu. Pria tua itu agak putus asa, dan ingin tampil hebat untuk menyambut
kesempatan langka putranya berkunjung ke rumah di Montelepre. Frisella yang
mencukur dan memotong rambut pria tua itu dan melontarkan leluconnya seperti
biasa. "Apa Signor mau pergi ke Palermo mengunjungi wanita-wanita muda khusus di
sana" Apa dia menerima tamu penting dari Roma?" Ia, Frisella, akan menjadikan
Signor Guiliano cukup tampan untuk menerima "raja". Dan Pisciotta membayangkan
adegannya. Ayah Guiliano, sambil tersenyum misterius menggumam bahwa pria boleh
saja tampil rapi demi kepuasannya sendiri, tanpa perlu alasan lain. Ia pun
merasa dirinya penting mengetahui putranya cukup terkenal untuk disebut "Raja
Montelepre". Mungkin sebelumnya ayah Guiliano pernah bercukur pada hari Guiliano
berkunjung, dan si tukang cukur menebak kali ini pun ia
pasti bercukur untuk menyambut kedatangan putranya.
Maresciallo Roccofino singgah ke salon Frisella setiap pagi untuk cukur
hariannya. Tampaknya tidak ada percakapan apa pun yang bisa menyampaikan
informasi dari si tukang cukur ke polisi itu. Tapi Pisciotta merasa yakin. Ia
mengirim mata-mata ke salon untuk berkeliaran di sekitarnya sepanjang hari dan
bermain kartu bersama Frisella di meja kecil yang diletakkan di jalan di luar.
Mereka minum anggur, membicarakan masalah-masalah politik, dan meneriakkan
hinaan kepada teman-teman yang melintas.
Selama berminggu-minggu mata-mata Pisciotta mengumpulkan lebih banyak informasi.
Frisella selalu menyiulkan lagu salah satu opera kesukaannya sewaktu mencukur
dan memotong rambut; terkadang radio besar berbentuk oval melantunkan rekaman-
rekaman dari Roma. Selalu begitu situasinya setiap kali ia menangani
Maresciallo. Dan selalu ada saat ia membungkuk ke arah petugas polisi itu dan
membisikkan sesuatu. Kalau kau tidak sedang curiga, adegan itu tampak seperti
tukang cukur yang penuh perhatian terhadap keinginan pelanggannya, sekadar ingin
menyenangkan si pelanggan. Tapi lalu salah seorang mata-mata Pisciotta melihat
lembaran lira yang digunakan Maresciallo membayar layanan si tukang cukur.
Mereka memerhatikan lembaran itu dilipat, dan si tukang cukur menyimpannya dalam
saku-j am khusus di rompinya, di balik mantel putihnya. Sewaktu mata-mata dan
salah satu pembantunya mengkonfrontasi Frisella dan memaksanya menunjukkan uang
itu, ternyata itu lembaran sepuluh ribu lira. Si tukang cukur bersumpah
uang itu untuk membayar layanannya selama beberapa bulan terakhir, dan mata-mata
Pisciotta berpura-pura memercayai ucapannya.
Pisciotta menyajikan bukti kepada Guiliano di hadapan Terranova, Passatempo, dan
Kopral Silvestro. Mereka berada di kamp di pegunungan, dan Guiliano menuju salah
satu tepi karang yang membentang ke arah Montelepre dan memandangi kota itu.
Frisella, si tukang cukur, telah menjadi bagian kota itu sepanjang ingatan
Guiliano. Sewaktu kecil ia pernah mengunjungi Frisella untuk memotong rambutnya
untuk acara Konfirmasi Suci, dan Frisella memberinya sekeping koin perak kecil
sebagai hadiah. Ia mengenal istri dan putra Frisella. Frisella sering
meneriakkan lelucon kepadanya di jalan dan selalu menanyakan keadaan ibu dan
ayahnya. Tapi sekarang Frisella melanggar hukum suci omerta. Ia menjual rahasia kepada
musuh; ia mata-mata bayaran polisi. Bagaimana ia bisa sebodoh itu" Dan apa yang


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

harus dilakukannya terhadap Frisella" Membunuh polisi dalam pertempuran hebat
mungkin biasa saja, tapi mengeksekusi dengan darah dingin pria lebih tua yang ? ?bagaikan pamannya sendiri jelas berbeda. Turi Guiliano baru berusia 21 tahun dan
ini pertama kalinya ia harus menggunakan kekejaman luar biasa yang -begitu
penting bagi kelangsungan hidupnya.
Ia berbalik memandang yang lain. "Frisella sudah mengenalku seumur hidupku. Dia
memberiku es jeruk sewaktu aku kecil, kau ingat, Aspanu" -Dan mungkin dia
?hanya bergosip dengan Maresciallo, tidak benar-benar memberinya informasi. Bukan
seperti kita memberitahunya bahwa aku akan mengunjungi kota dan
lalu dia melaporkannya ke polisi. Mungkin dia hanya berteori dan menerima uang
karena ditawarkan. Siapa yang akan menolak?"
Passatempo memandang Guiliano dengan mata menyipit, seperti yang dilakukan hiena
kala memandang singa sekarat, berpikk-pikir apakah sudah tiba waktunya, apakah
situasi aman, untuk melesat maju dan mencabik sepotong dagingnya. Terranova
menggeleng pelan, ia tersenyum seakan tengah mendengarkan anak kecil memaparkan
kisah konyol. Tapi hanya Pisciotta yang menjawab.
"Dia sama bersalahnya seperti pendeta di rumah bordil," ujar Pisciotta.
"Kita bisa memperingatkannya," sahut Guiliano. "Kita bisa menariknya ke pihak
kita dan memanfaatkan dirinya untuk memberikan informasi palsu kepada pihak
berwenang, sesuai tujuan kita." Bahkan sementara bicara, ia tahu dirinya keliru.
Ia tidak lagi bisa mengambil risiko dengan tindakan-tindakan seperti itu.
Pisciotta berkata berang, "Sekalian saja beri dia hadiah, sekarung padi atau
seekor ayam! Turi, keselamatan kita dan keselamatan semua orang di luar sana di
pegunungan ini bergantung pada keberanian-mu, kemauanmu, kepemimpinanmu.
Bagaimana kami bisa mengikutimu kalau kau mengampuni pengkhianat seperti
Frisella" Orang yang melanggar hukum omerta. Friends of the Friends pasti sudah
menggantung hati dan jantungnya pada tiang salonnya sekarang ini bahkan
seandainya bukti yang mereka miliki lebih sedikit daripada bukti yang kita
punya. Kalau kau membiarkan dia lolos, maka setiap pengkhianat serakah akan tahu
dia bisa membocorkan rahasia sekali tanpa
hukuman. Salah satu dari 'sekali' itu bisa berarti kematian kita."
Terranova berbicara hati-hati. "Frisella orang sok yang bodoh, serakah, dan
pengkhianat. Di waktu-waktu biasa dia sekadar pengganggu. Sekarang dia
berbahaya. Membiarkan dirinya lolos merupakan kebodohan dia tidak cukup cerdas
?untuk memperbaiki kesalahan. Dia akan menganggap kita bukan orang-orang serius.
Dan banyak orang lainnya juga akan berpikir begitu. Turi, kau sudah menekan
kegiatan Friends of the Friends di Montelepre. Orang mereka, Quintana, bergerak
sangat hati-hati, walaupun dia sempat melontarkan beberapa pernyataan ceroboh.
Kalau kau membiarkan Frisella lolos dengan hukuman apa pun selain kematian,
Friends of the Friends akan menganggap kau lemah dan mengujimu lebih jauh.
Carabinieri akan semakin berani, tidak setakut sekarang, dan lebih berbahaya.
Bahkan penduduk Montelepre akan memandang rendah dirimu. Frisella tidak bisa
dibiarkan hidup." Ia mengatakan kalimat terakhir hampir-hampir bernada
penyesalan. Guiliano mendengarkan pendapat mereka sambil berpikir. Mereka benar. Ia
menyadari pandangan Passatempo dan memahami pikirannya. Passatempo takkan pernah
bisa dipercaya kalau Frisella dibiarkan hidup. Guiliano takkan bisa lagi
membayangkan dirinya menjadi kesatria Charlemagne, takkan bisa lagi
mengkhayalkan dirinya membereskan masalah melalui pertempuran terhormat di
tengah Fields of the Cloths of Gold. Frisella harus dieksekusi dan dengan cara
sedemikian rupa sehingga menciptakan ketakutan maksimal.
Guiliano mendapat gagasan. Ia berpaling kepada
Kopral Silvestro dan bertanya, "Apa pendapatmu" Jelas Maresciallo pernah
memberitahumu tentang para mata-matanya. Apa tukang cukur itu bersalah?"
Silvestro mengangkat bahu, wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Ia tidak
membuka mulut. Mereka semua menyadari ini masalah kehormatan baginya, untuk
tidak bicara, untuk tidak mengkhianati kepercayaan yang pernah diperolehnya.
Bahwa ia tidak menjawab merupakan caranya menyatakan tukang cukur itu jelas
mengadakan kontak dengan Maresciallo. Meskipun demikian, Guiliano harus merasa
yakin. Ia tersenyum kepada Kopral dan berkata, "Sekarang tiba saatnya bagimu
untuk membuktikan kesetiaanmu kepada kami. Kita semua akan menuju Montelepre dan
kau akan mengeksekusi tukang cukur itu di alun-alun."
Aspanu Pisciotta terheran-heran akan kelicikan sahabatnya. Guiliano selalu
mengejutkan dirinya. Ia selalu bertindak mulia, tapi bisa memasang jebakan yang
layak disejajarkan dengan Iago tokoh cerdas dan licik dalam drama Othello karya?William Shakespeare. Mereka semua mulai mengenal si kopral sebagai orang jujur
dan bisa dipercaya, serta adil. Ia tidak akan mau melakukan eksekusi apa pun
kalau ia tidak yakin si tukang cukur bersalah, tidak peduli apa pun risikonya
bagi dirinya sendiri. Pisciotta melihat Guiliano tersenyum kalau Kopral
?menolak, tukang cukur akan dianggap tidak bersalah dan bebas.
Tapi si kopral mengelus-elus kumisnya yang lebat dan memandang lurus ke arah
mereka. Katanya, "Frisella memotong rambut begitu buruk sehingga untuk itu saja
dia pantas mati. Aku akan siap besok pagi."
Pada saat fajar Guiliano dan Pisciotta serta mantan Kopral Silvestro menyusuri
jalan menuju Montelepre. Satu jam sebelumnya Passatempo berangkat bersama
sepuluh orang untuk memblokir seluruh jalan yang menuju alun-alun kota.
Terranova bertanggung jawab atas kamp dan bersiap-siap memimpin penyerbuan ke
kota bila rekan-rekan mereka menemui masalah serius.
Hari masih pagi ketika Guiliano dan Pisciotta memasuki alun-alun. Jalan-jalan
yang terbuat dari batu-batu bulat dan trotoar telah disiram air dan beberapa
anak tengah bermain-main di panggung tempat keledai dan bagal "bercinta" pada
hari yang menentukan beberapa waktu silam. Guiliano memerintahkan Silvestro
mengusir anak-anak ku dari alun-alun agar mereka tidak menyaksikan apa yang akan
terjadi. Silvestro melakukannya begitu keras sehingga anak-anak itu berhamburan
bagai anak ayam. Sewaktu Guiliano dan Pisciotta memasuki salon dengan pistol otomatis siap
ditembakkan, Frisella tengah memotong rambut man tanah kaya di provinsi itu.
Tukang cukur itu menganggap mereka datang untuk menculik pelanggannya dan ia
mengibaskan kainnya sambil tersenyum seakan-akan menyajikan hadiah. Tuan tanah
itu, petani tua Sisilia yang menjadi kaya selama masa perang berkat menjual
ternak kepada Angkatan Darat Italia, bangkit berdiri dengan bangga. Tapi
Pisciotta memberi isyarat agar ia menyingkir dan berkata sambil tersenyum, "Kau
tidak memiliki cukup uang untuk membayar kami dan kerja keras yang kami
lakukan." Guiliano sangat waspada dan tetap memandang Frisella. Tukang cukur itu masih
menggenggam gun - ringnya. "Letakkan," perintah Guiliano. "Kau tidak perlu memotong rambut di
tempat kau akan pergi. Sekarang keluarlah."
Frisella menjatuhkan guntingnya dan wajahnya yang lebar menyeringai seperti
badut sewaktu ia mencoba tersenyum. "Turi," katanya, "aku tidak memiliki uang,
aku cuma membuka usaha. Aku orang miskin."
Pisciotta menyambar rambutnya yang lebat dan menyeretnya keluar salon ke jalan
berbatu-batu bulat, Silvestro telah menanti di sana. Frisella jatuh berlutut dan
mulai menjerit-jerit. "Turi, Turi, aku memotong rambutmu sewaktu kau kecil. Kau
ingat" Istriku akan kelaparan. Putraku tolol."
Pisciotta bisa melihat Guiliano goyah. Ia menendang tukang cukur itu dan
berkata, "Kau seharusnya memikirkan hal-hal itu sewaktu kau membocorkan
rahasia." Frisella mulai menangis. "Aku tidak pernah mengkhianat Turi. Aku bercerita
tentang pencuri domba kepada Maresciallo. Aku bersumpah demi istri dan anakku."
Guiliano menunduk memandangnya. Pada saat itu ia merasa hatinya akan hancur,
bahwa apa yang akan dilakukannya akan menghancurkan dirinya selama-lamanya. Tapi
ia berkata lembut, "Kau punya waktu satu menit untuk berdamai dengan Tuhan."
Frisella menengadah memandang ketiga pria yang mengepungnya dan tidak melihat
tanda-tanda pengampunan. Ia menundukkan kepala dan menggumamkan doa. Lalu ia
mendongak dan berkata kepada Guiliano, "Jangan biarkan istri dan anakku
kelaparan." "Aku berjanji mereka akan mendapat roti," kata
941 Guiliano. Ia berpaling kepada Silvestro. "Bunuh dia," perintahnya.
Kopral tertegun mengawasi adegan itu. Tapi begitu mendengar perintah, ia menarik
picu pistol otomatisnya. Pelurunya mengangkat tubuh Frisella dan mendorongnya
sepanjang batu-batu bulat yang basah. Darah menggelapkan genangan-genangan air
kecil di sela-sela bebatuan. Darah mengalir kehitaman di retakan-retakan yang
tidak tercapai air dan mengusir keluar kadal-kadal kecil. Kesunyian berlangsung
cukup lama di alun-alun. Lalu Pisciotta. bedutut di atas mayat dan menjepitkan
kertas putih persegi pada dada pria yang tewas itu.
Saat Maresciallo tiba, hanya kertas itu yang ia temukan sebagai bukti. Para
penjaga toko tidak melihat apa-apa, menurut pengakuan mereka. Mereka tengah
bekerja di belakang toko. Atau mengamati awan-awan yang indah di atas Monte
d'Ora. Pelanggan Frisella mengaku tengah mencuci muka di baskom sewaktu
mendengar tembakan, ia tidak pernah melihat para pembunuhnya. Meskipun demikian,
siapa yang bersalah sudah jelas. Kertas persegi di dada Frisella bertuliskan,
KEMATIAN BAGI SEMUA YANG MENGKHIANATI GUILIANO.
Bab 12 PERANG telah berakhir, tapi perang Guiliano baru saja dimulai. Selama dua tahun,
Salvatore Guiliano telah menjadi orang paling terkenal di Sisilia. Ia membangun
dominasinya di sudut barat laut pulau. Jantung kerajaannya adalah Montelepre. Ia
mengendalikan kota-kota Piani dei Greci, Borgetto, dan Partinico. Dan kota para
pembunuh, Corleone, yang penduduknya begitu buas sehingga mereka terkenal buruk
bahkan di Sisilia. Jangkauannya nyaris mencapai Trapani, dan ia mengancam
Monreale serta ibukota Sisilia sendiri, Palermo. Sewaktu pemerintah demokrasi
yang baru di Roma memasang harga sepuluh juta lira atas. kepalanya, Guiliano
tertawa dan terus berkeliaran penuh percaya diri di banyak kota. Ia bahkan
sesekali bersantap malam di restoran-restoran di Palermo. Setelah makan ia
selalu meninggalkan surat di bawah piringnya yang berbunyi, "Ini untuk
menunjukkan Turi Guiliano bisa pergi ke mana pun dia mau."
Benteng Guiliano yang tidak tertembus adalah kawasan Pegunungan Cammarata. Ia
mengenal semua gua dan jalan setapak rahasianya. Ia merasa tidak terkalahkan di
sini. Ia menyukai pemandangan Montelepre di bawahnya, dataran Partinico yang
membentang hingga ke Trapani dan Laut Mediterania. Saat rembang senja berubah biru,
memantulkan laut di kejauhan, ia bisa melihat reruntuhan kuil-kuil Yunani,
pepohonan jeruk, perkebunan zaitun, dan ladang biji-bijian yang merupakan
Sisilia Barat. Dengan teropongnya ia bisa melihat akar-akar bergembok di tepi
jalan yang berisi patung-patung orang suci yang berdebu.
Dari pegunungan ini ia memimpin anak buahnya ke jalan-jalan putih berdebu untuk
merampok iringking-an kendaraan pemerintah, meledakkan rel kereta, dan
meringankan beban para wanita kaya dari perhiasan mereka. Para petani yang lewat
dengan kereta-kereta warna-warni mereka di festival-festival suci memberikan
hormat kepadanya dan anak buahnya, mula-mula dengan ketakutan, lalu hormat dan
sayang. Tak satu pun dari mereka, tak satu gembala atau buruh pun yang tidak
mendapat keuntungan dari pembagian harta rampasannya.
Seluruh pedalaman menjadi mata-matanya. Di malam hari sewaktu anak-anak
mengucapkan doa, mereka mengikutsertakan permohonan kepada Bunda Maria "untuk
menyelamatkan Guiliano dari carabinieri".
Pedalamanlah yang memberi makan Guiliano dan anak buahnya. Ada perkebunan zaitun
dan jeruk, serta kebun anggur. Ada kawanan domba yang gembalanya menutup mata
saat para bandit datang untuk mengambil beberapa ekor. Di kawasan inilah
Guiliano ber-eliaran bagai hantu, menghilang dalam keremangan ahaya kebkuan
Sisilia yang merupakan pantulan warna ngit di Laut Mediterania. Musim dingin
sangat panjang di pegunungan, dan tgat dingin. Kendati demikian kelompok
Guiliano bertambah besar. Di malam hari puluhan api unggun bermunculan di lereng-lereng
dan lembah-lembah Cammarata. Orang-orang memanfaatkan cahaya api unggun untuk
membersihkan senjata-senjata mereka, memperbaiki pakaian, mencuci pakaian di
sungai pegunungan di dekat perkemahan. Menyiapkan makan malam bersama terkadang
menyebabkan perdebatan. Setiap desa di Sisilia memiliki resep berbeda untuk
cumi-cumi dan belut, mereka berdebat soal bumbu-bumbu apa yang tidak boleh
dicampurkan dalam saus tomat. Dan apakah sosisnya harus dipanggang atau tidak
Orang-orang yang cenderung gampang membunuh memilih mencuci pakaian; para
penculik lebih suka memasak dan menjahit. Para perampok bank dan kereta bertahan
membersihkan senjata mereka.
Guiliano memerintahkan mereka semua menggali parit-parit pertahanan dan
mendirikan pos pengamatan yang cukup jauh agar mereka tidak bisa dikejutkan
pasukan pemerintah. Suatu hari sewaktu orang-orang tengah menggali, mereka
menemukan kerangka hewan raksasa, lebih besar daripada yang bisa mereka
bayangkan. Hector Adonis tiba hari itu membawa buku-buku untuk dipelajari
Guikano,. karena Guiliano sekarang sangat ingin mengetahui segala sesuatu yang
terjadi di dunia. Ia mempelajari buku-buku tentang ilmu pengetahuan, obat-
obatan, poktik, filsafat, dan teknik militer. Hector Adonis membawa sekarung
penuh buku setiap beberapa minggu sekali. Guikano mengajaknya ke tempat anak
buahnya menemukan kerangka hewan itu. Adonis tersenyum melihat kebingungan
mereka. "Apa aku belum memberimu cukup banyak buku sejarah?" tanyanya kepada
Guiliano. "Orang yang tidak mengetahui sejarah umat manusia selama dua ribu
tahun terakhir adalah orang yang hidup dalam kegelapan." Ia diam selama beberapa
saat. Suara Adonis yang lunak adalah suara dosen yang tengah mengajar.
"Ini tulang-belulang mesin perang yang digunakan Hannibal dari Kartagena, yang
dua ribu tahun silam melewati pegunungan ini untuk menghancurkan kekaisaran
Romawi Ini tulang-belulang salah seekor gajah perangnya, terlatih bertempur dan
tidak pernah terlihat di benua ini sebelumnya. Gajah-gajah itu pasti sangat
menakutkan bagi para prajurit Romawi. Tapi mereka tidak memberi Hannibal
keuntungan apa pun; Roma mengalahkannya dan menghancurkan Kartagena. Pegunungan
ini dihuni begitu banyak hantu, dan kau menemukan salah satu di antaranya.
Pikir, Turi, suatu hari kau akan menjadi salah satu dari hantu-hantu itu."
Dan Guiliano memang berpikir sepanjang malam itu. Gagasan suatu hari dirinya
akan menjadi salah satu hantu sejarah-membuatnya senang. Kalau ia terbunuh, ia
berharap terbunuh di pegunungan; ia berfantasi dalam keadaan terluka ia ? ?merangkak ke salah satu dari ribuan gua yang ada dan hanya akan ditemukan secara
kebetulan, .seperti yang terjadi pada gajah Hannibal
Mereka berpindah tempat berkemah berulang kali selama musim dingin. Dan
terkadang selama berminggu-minggu kelompoknya bubar dan tidur di rumah kerabat,
gembala sahabat, atau gudang kosong luas milik kaum bangsawan. Guiliano
menghabiskan sebagian besar musim dingin dengan mempelajari buku-bukunya dan
menyusun rencana. Ia berbicara panjang-lebar dengan Hector Adonis.
Di awal musim semi ia pergi bersama Pisciotta menyusuri jalan yang menuju
Trapani. Di jalan itu mereka melihat kereta dengan legenda yang baru dilukiskan
di sisinya. Untuk pertama kalinya mereka melihat panel yang menunjukkan legenda
Guiliano. Adegan itu digambarkan dengan cat merah manyala, Guiliano tengah
merampas cincin zamrud dari jari Duchess sambil membungkuk di hadapannya. Di
latar belakang, Pisciotta berdiri menyandang pistol otomatis dan mengancam
sekelompok pria bersenjata yang gemetar ketakutan.
Pada hari itu juga untuk pertama kali mereka mengenakan gesper bergambar elang
dan singa yang diukirkan pada sepotong emas. Gesper-gesper itu buatan Silvestro,
yang sekarang" bertugas di bagian persenjataan, dan ia memberikannya pada
Guiliano dan Pisciotta. Gesper-gesper itu merupakan lencana kepemimpinan mereka
atas kelompok. Guiliano selalu mengenakannya; Pisciotta mengenakannya hanya bila
sedang bersama Guiliano. Karena Pisciotta sering masuk ke kota-kota dan desa-
desa sambil menyamar, bahkan ke Palermo.
Di malam hari di pegunungan, Guiliano sewaktu menanggalkan sabuknya mengamati
? ?gesper emas persegi itu. Di sisi kiri terdapat ukiran burung elang yang tampak
seperti pria berbulu. Sisi kanan berukirkan singa, cakar-cakarnya seperti
?sayap-sayap elangnya mendukung lingkaran di antara keduanya. Tampaknya seolah
?keduanya bersama-sama memutar roda dunia. Guiliano terutama terpesona pada
ukiran singanya, dengan tubuh manusia di bawah kepalanya. Raja udara, raja
tanah, diukir di atas emas kuning yang lunak.
Guiliano menganggap dirinya elang, Pisciotta singanya, dan lingkaran itu
Sisilia. Selama berabad-abad, penculikan orang kaya merupakan salah satu industri rumah
tangga di Sisilia. Biasanya penculiknya Mafiosi atau anggota Mafia yang paling
ditakuti, yang hanya perlu mengirim surat sebelum menculik. Ini cara sopan,
untuk menghindarkan kerepotan, uang tebusan dikirim terlebih dulu. Seperti
mendapat diskon kalau membayar tunai, tebusan jadi jauh lebih kecil karena
segala macam perincian yang menjengkelkan seperti penculikan itu sendiri tidak
? ?perlu dilakukan. Karena sejujurnya, aksi semacam penculikan orang terkenal
tidaklah semudah anggapan orang. Penculikan bukanlah bisnis yang cocok bagi
amatir serakah atau pemalas tolol yang menolak bekerja mencari penghidupan.
Penculikan juga tidak sesuai bagi orang tak berakal, yang menyebabkan aksi bunuh
diri seperti yang terjadi di Amerika, di mana para pelakunya membuat penculikan
mendapat reputasi buruk. Bahkan kata "kidnapping" atau penculikan tidak
digunakan di Sisilia, karena "kid" atau anak-anak tidak ditahan guna mendapat
tebusan kecuali ditemani orang dewasa. Terserah apa katamu tentang orang
Sisilia: mereka penjahat sejak lahir, mereka membunuh semudah wanita memetik"


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bunga, mereka sama liciknya seperti orang Turki, mereka ketinggalan zaman tiga
ratus tahun; tapi tak seorang pun bisa memperdebatkan bahwa orang Sisilia
mencintai oh, tidak mereka me-muja anak-anak. Jadi tidak ada yang namanya ? ?penculikan di Sisilia. Mereka "mengundang" orang kaya menjadi tamu mereka, dan
ia tidak akan dibebaskan sebelum menfbayar uang kamar dan pelayanan, sebagaimana di hotel mewah.
Industri ini telah mengembangkan peraturan-peraturan tertentu selama ratusan
tahun. Harganya selalu bisa dinegosiasikan melalui perantara seperti Mafia.
"Tamu" tidak akan diperlakukan kasar selama ia mau bekerja sama. "Tamu" akan
diperlakukan amat hormat, selalu dipanggil sesuai kedudukannya, seperti Pangeran
atau Duke atau Don atau bahkan Uskup Agung, kalau ada bandit yang mentilih
membahayakan jiwanya dengan menangkap anggota gereja. Bahkan Anggota Parlemen
pun dipanggil Yang Mulia meskipun semua orang tahu mereka itu mencuri lebih
banyak daripada siapa pun.
Ini dilakukan semata-mata karena kehati-hatian. Sejarah menunjukkan ini
kebijakan yang berguna. Begitu tahanan dibebaskan, ia tidak menunjukkan
keinginan membalas dendam selama harga dirinya dipertahankan. Ada cerita klasik
tentang seorang Duke yang sesudah dibebaskan memimpin carabinieri ke tempat
? ?para bandit bersembunyi, lalu membayar pengacara bagi para bandit itu. Meski
mereka terbukti bersalah, Duke itu campur tangan untuk mengurangi setengah masa
hukuman mereka. Ini karena para bandit memperlakukan dirinya begitu ramah dan
sopan sehingga Duke itu menyatakan clirinya belum pernah mendapati sikap begitu
hebat bahkan di kalangan teratas Palermo.
Sebaliknya tahanan yang diperlakukan buruk, begitu dibebaskan, akan menghabiskan
hartanya untuk memburu para penangkapnya, terkadang menawarkan hadiah lebih
besar daripada uang tebusan yang dibayarkan.
Tapi bila segala sesuatu berjalan lancar, kalau kedua belah pihak bersikap
beradab, harganya dinegosiasikan
dan tahanan dilepaskan. Kaum kaya Sisilia akhirnya menganggap "penculikan" ini
semacam pajak tidak resmi atas kehidupan mereka di tanah yang mereka cintai, dan
karena mereka membayar pajak begitu sedikit kepada pemerintah resmi, mereka
menanggung beban ini dengan kepasrahan Kristiani.
Penolakan keras atau negosiasi berkepanjangan, diselesaikan melalui hukuman
ringan. Mungkin salah satu telinga dipotong, atau jari. Biasanya ini sudah cukup
untuk menyadarkan semua orang Kecuali dalam kasus-kasus menyedihkan yang sangat
jarang terjadi di mana mayat si korban harus dikirimkan, dicincang dan dipenuhi
peluru, atau, di masa lalu, ditusuk puluhan kali dalam pola salib.
Tetap "Mengundang Tamu" selalu merepotkan. Korban harus diamati selama beberapa
waktu agar bisa "diambil" tanpa banyak kekerasan, Bahkan sebelumnya, lima atau
enam tempat persembunyian harus disiapkan, diisi pasokan bahan makanan, dan
dijaga, karena mereka memahami bahwa selama negosiasi, pihak berwenang akan
berusaha mencari korban. Bisnis rumit ini bukan untuk amatiran.
Sewaktu Guiliano memutuskan menerjuni bisnis penculikan, ia membulatkan tekad
untuk hanya melayani klien-klien terkaya di Sisilia. Malah korban pertamanya
adalah bangsawan paling kaya dan paling berkuasa di pulau itu. Ia Pangeran
Ollorto, yang bukan saja memiliki lahan terluas di Sisilia tapi juga kekaisaran
virtual di Brasilia. Ia man tanah bagi sebagian besar penduduk
Montelepre pemilik ladang-ladang dan rumah-rumah mereka. Secara politis ia
?orang paling berkuasa di balik layar; Menteri Kehakiman di Roma
teman dekatnya, dan mantan Raja Italia menjadi bapak permandian anaknya. Di
Sisilia, pengawas atas seluruh lahannya adalah Don Croce sendiri. Tidak perlu
dikatakan lagi besarnya gaji yang diterima Don Croce, termasuk perlindungan,
terhadap Pangeran Ollorto dari penculikan dan pembunuhan, serta perlindungan
terhadap perhiasan dan ternaknya dari pencurian.
Aman di purinya, dmdmg-dindingnya dijaga anak buah Don Croce, penjaga gerbang,
dan para pengawal pribadinya, Pangeran Ollorto bersiap-siap menikmati malam yang
damai dengan mengamati bintang-bintang di langit melalui teleskop besar yang
lebih dicintainya dari apa pun di dunia ini. Tiba-tiba terdengar suara langkah-
langkah berat menaiki tangga putar yang menuju menara pengamatan. Pintunya
didobrak dan empat orang yang berpakaian kasar dan menyandang senjata menyesaki
ruangan mungil itu. Pangeran menutupi teleskopnya dengan tangan, melindunginya,
dan berpaling dari bintang-bintang yang tak berdosa untuk menghadapi mereka.
Begitu Pangeran melihat wajah Terranova yang bagai musang, ia seketika berdoa
kepada Tuhan. Tap Terranova berkata ramah kepadanya, "Yang Mulia, aku diperintahkan membawamu
ke pegunungan untuk berlibur bersama Turi Guiliano. Kau akan dikenai biaya kamar
dan akomodasi selama kunjunganmu, itu kebiasaan kami. Tapi kau akan dijaga
seperti bayi yang baru lahir."
Pangeran mencoba menyembunyikan ketakutannya. Ia membungkuk dan bertanya serius,
"Boleh aku membawa obat-obatan dan beberapa pakaian?"
Terranova menjawab, "Kami akan mengirim orang untuk mengambilnya. Sekarang ini
kecepatan yang penting. Carabinieri akan tiba sebentar lagi dan mereka tidak
diundang -ke pesta kecil kita. Sekarang silakan turun terlebih dulu. Dan jangan
coba-coba melarikan diri. Orang-orang kami ada di mana-mana dan bahkan seorang
pangeran tidak bisa mengalahkan kecepatan peluru." l|p|s
Di gerbang samping, jauh di bagian bawah dinding, menunggu Alfa Romeo dan jip.
Pangeran Ollorto didorong masuk ke Alfa Romeo bersama Terranova, yang lainnya
melompat naik ke jip, dan kedua kendaraan itu melesat menyusuri jalan
pegunungan. Setelah mereka melaju selama setengah jam dari Palermo dan tidak
jauh lagi dari Montelepre, mobil-mobil itu berhenti dan semua penumpangnya
turun. Ada altar tepi jalan berisi patung Bunda Maria, dan Terranova berlutut di
depannya dan membuat tanda salib. Pangeran, yang religius, menekan dorongan hati
untuk berbuat begitu, takut tindakannya dianggap sebagai tanda kelemahan atau
permohonan kepada orang-orang ini agar tidak menyakitinya. Kelima orang lainnya
berdiri menyebar dalam formasi bintang, Pangeran berdiri di tengah. Lalu mereka
mulai berjalan menuruni lereng curam sampai tiba di jalan setapak sempit yang
menuju hutan luas di Pegunungan Cammarata.
Mereka berjalan berjam-jam, dan sering kali Pangeran meminta istirahat, yang
dengan sopan dipenuhi para ptia yang menemaninya. Mereka duduk di bawah batu
granit raksasa dan menyantap makan malam. Ada roti, sepotong besar keju, dan
sebotol anggur. Terranova membagikannya sama rata kepada semua orang, termasuk
Pangeran, dan bahkan sambil meminta maaf. "Maaf karena tidak bisa menawarkan
yang lebih baik," ucapnya. "Setelah tiba di kamp kami nanti, Guiliano akan
menghidangkan makanan panas bagimu, mungkin sup kelinci yang lezat. Koki kami
pernah bekerja di restoran-restoran di Palermo." .^^|
Pangeran mengucapkan terima kasih dengan sopan dan makan dengan lahap. Malah
selera makannya lebih baik dibandingkan saat ia menyantap makan malam mewah yang
biasa dinikmatinya. Olahraga menyebabkan ia kelaparan, sudah bertahun-tahun ia
tidak pernah merasakan lapar seperti itu. Ia mengeluarkan sekotak rokok Inggris
dari sakunya, dan menawarkannya kepada semua orang. Terranova dan anak buahnya
masing-masing mengambil sebatang dengan penuh terima kasih dan mengisapnya.
Pangeran diam-diam mencatat fakta bahwa mereka tidak menyita sisa rokoknya. Jadi
ia memberanikan diri berkata, "Aku harus minum obat-obatan tertentu. Aku
menderita diabetes dan harus mendapat insulin setiap hari."
Ia terkejut melihat keprmatinan Terranova. "Kenapa kau tidak mengatakannya sejak
tadi?" tanyanya. "Kami bisa menunggu sebentar. Tapi tidak perlu khawatir.
Guiliano akan mengirim orang untuk mengambilkan obatmu dan kau akan menerimanya
besok pagi. Aku berjanji padamu."
'Terima kasih," ujar Pangeran. Tubuh Terranova yang kurus tampaknya selalu
membungkuk hormat dan penuh perhatian. Wajahnya yang bagai musang selalu
tersenyum dan ramah. Tapi ia bagaikan silet; berguna tapi bisa berubah menjadi
sesuatu yang mematikan. Kemudian mereka melanjutkan. perjalanan.
Terranova berjalan paling depan dalam formasi bintang itu. Sering kali ia mundur
untuk bercakap-cakap dengan Pangeran dan meyakinkannya bahwa ia tidak akan
disakiti. Mereka mendaki cukup lama dan akhirnya tiba di dataran di puncak pegunungan.
Tiga perapian telah dinyalakan dan meja piknik dilengkapi-kursi-kursi bambu
diletakkan di dekat tepi tebing. Di salah satu meja duduk Guiliano yang membaca
buku dengan bantuan cahaya lampu baterai Angkatan Darat Amerika. Tas kanvas
berisi buku-buku lain berada di dekat kakinya. Tas itu tertutup tokek dan memang
terdengar dengungan mantap yang keras mengisi udara pegunungan, yang dikenali
Pangeran sebagai suara jutaan serangga. Suara itu tampaknya tidak mengganggu
Guiliano. Guiliano beranjak bangkit dari meja dan menyapa Pangeran dengan sopan. Ia sama
sekali tidak menunjukkan sikap penahan terhadap tahanannya. Tapi ia melontarkan
senyum yang membangkitkan penasaran, karena Guiliano tengah memikirkan seberapa
jauh perubahan dirinya. Dua tahun lalu ia hanyalah petani miskinj sekarang ia
menguasai orang berdarah paling biru dan berdompet paling tebal di seluruh
Sisilia. "Kau sudah makan?" tanya Guiliano. "Apa ada yang kaubutuhkan agar kunjunganmu ke
tempat kami lebih menyenangkan" Kau akan bersama kami selama beberapa waktu."
Pangeran mengaku lapar dan menjelaskan kebutuhannya akan insulin dan obat-obatan
lainnya. Guiliano memanggil ke sisi tebing dan tak lama kemudian anak buahnya
bergegas mendaki jalan setapak sambil membawa sepanci setup panas. Guiliano
meminta Pangeran menuliskan secara terinci obat-obatan apa yang dibutuhkannya.
"Aku punya teman seorang ahli kimia di Monreale yang bersedia membuka tokonya
bagi kami, tidak peduli pukul berapa," Guiliano" menjelaskan. "Kau akan
mendapatkan obatmu tengah hari besok."
Setelah Pangeran selesai bersantap, Guiliano mengajaknya menuruni lereng menuju
gua kecil berisi ranjang jerami dan kasur. Dua bandit mengikuti mereka sambil
membawa selimut, dan Pangeran terpesona melihat mereka bahkan menyediakan seprai
putih dan bantal besar empuk. Guiliano menyadari kekagetannya dan berkata, "Kau
tamu terhormat dan aku akan melakukan apa saja agar kau bisa menikmati liburan
singkat ini. Kalau ada anak buahku yang bersikap kurang hormat kepadamu, harap
melaporkannya padaku. Mereka telah menerima perintah tegas untuk memperlakukan
dirimu sesuai kedudukanmu, dan reputasimu sebagai patriot Sisilia. Sekarang
tidurlah yang nyenyak, kau akan membutuhkan semua kekuatanmu, karena besok kita
akan menempuh perjalanan panjang berjalan kaki. Surat permintaan tebusan sudah
dikirim dan carabinieri akan datang kemari dengan kekuatan besar untuk mencari
dirimu. Jadi kita harus meninggalkan tempat ini sejauh-jauhnya."
Pangeran mengucapkan terima kasih atas keramahannya dan menanyakan berapa
tebusannya. Guiliano tertawa dan Pangeran terpesona pada tawanya, pada ketampanan Guiliano
yang kekanak-kanakan. Tapi saat Guiliano menjawab pesona itu lenyap.
"Pemerintahmu menetapkan harga sepuluh juta lira untuk
kepakku. Aku sama saja menghina Yang Mulia kalau
menuntut tebusan kurang dari sepuluh kali lipat." Pangeran terkesima lalu
berkata ironis, "Kuharap
keluargaku menganggap cliriku sama berharganya seperti
anggapanmu." "Harga itu bisa dinegosiasikan," sahut Guiliano. Sesudah ia pergi, kedua bandit
tadi menyiapkan ranjang lalu duduk di luar gua. Sekalipun dengung serangga
terdengar sangat keras, Pangeran Ollorto tidur lebih nyenyak daripada yang
didaminya selama bertahun-tahun.
Guiliano sibuk sepanjang malam. Ia mengirim orang-orang ke Montelepre untuk
mengambilkan obat; ia membohongi Pangeran sewaktu mengatakan tentang Monreale.
Lalu ia mengirim Terranova menemui Kepala Biara Manfredi di biaranya. Ia ingin
Kepala Biara menangani negosiasi tebusannya, walaupun ia tahu Kepala Biara
terpaksa bekerja melalui Don Croce. Tapi Kepala Biara perantara yang sempurna,
dan Don Croce akan mendapatkan komisinya.
Negosiasinya akan berjalan panjang, dan ia sadar jumlah seratus juta lira tidak
bisa dibayarkan semuanya Pangeran Ollorto sangat kaya, tapi, berdasarkan
sejarah, tuntutan pertama bukanlah harga yang sebenarnya.
Hari kedua penculikan Pangeran Ollorto merupakan hari yang sangat menyenangkan
baginya. Ia berjalan kaki menempuh perjalanan panjang tapi tidak menguras tenaga
menuju rumah pertanian kosong jauh di pegunungan. Guiliano benar-benar berusaha
keras menyenangkan dirinya, seolah ia orang dusun kaya raya yang
merasa terhormat akan kunjungan tiba-tiba rajanya. Dengan matanya yang tajam
Guiliano melihat Pangeran Ollorto tertekan karena kondisi pakaiannya. Ia menatap
penuh sesal setelan mahal buatan Inggris-nya, takut pakaian itu rusak.
Guiliano bertanya padanya tanpa maksud menghina, melainkan sekadar ingin tahu,
"Kau benar-benar memedulikan apa yang kaukenakan di luar kulitmu?"
Pangeran selalu memiliki kecenderungan mengajar. Dan jelas dalam kondisi
sekarang mereka berdua memiliki banyak waktu. Jadi ia menceramahi Guiliano
mengenai bagaimana pakaian yang tepat, yang dijahit begitu indahnya dan terbuat
dari bahan terbaik, bisa memperkaya orang seperti dirinya. Ia menjabarkan
tentang para penjahit di London yang begitu sombong sehingga, kalau
dibandingkan, para Duke Italia jadi tampak seperti kaum Komunis. Ia bercerita
tentang segala macam jenis kain, keahlian luar biasa, waktu yang dihabiskan
untuk mengepas. "Guiliano yang baik," kata Pangeran Ollorto, "bukan masalah
uang, kendati Santa Rosalie pun tahu harga yang kubayar untuk setelan ini bisa
menghidupi satu keluarga Sisilia selama setahun, ditambah membayar mas kawin
putri mereka. Tapi aku harus pergi ke London. Aku harus menghabiskan berhari-
hari bersama para penjahit yang mendorongku ke sana kemari. Pengalaman yang
menjengkelkan. Jadi aku menyesal kalau pakaian ini rusak. Pakaian ini tidak akan
pernah tergantikan."
Guiliano menatap Pangeran dengan simpatik dan ia bertanya, "Kenapa begitu
penting bagimu dan golonganmu untuk mengenakan pakaian mewah, atau, maafkan aku,
setepat itu" Bahkan sekarang kau masih
mengenakan dasi meski kita berada di pegunungan. Sewaktu memasuki rumah ini,
kulihat kau mengancingkan jas seolah seorang Duchess tengah menunggu di sini
untuk menyapamu." Walaupun Pangeran Ollorto sangat reaksioner dalam hal politik, dan seperti
sebagian besar bangsawan Sisilia, tidak memedulikan keadilan ekonomi, namun ia
selalu memiliki perasaan keterkaitan dengan golongan yang lebih rendah. Ia
merasa mereka manusia, sama seperti dirinya, dan ia tidak membiarkan orang-orang
yang bekerja padanya, menghormatinya, dan menyadari posisinya, mengalami
kesusahan. Para pelayan di purinya memuja dirinya. Ia memperlakukan mereka
layaknya anggota keluarga. Selalu ada hadiah saat mereka berulang tahun dan
sedikit keistimewaan bagi mereka di hari-hari libur. Saat makan malam keluarga,
bila tidak ada tamu yang hadir, para pelayan yang menunggu di sisi meja akan
turut serta dalam diskusi dan menyampaikan pendapat mereka mengenai masalah yang
dihadapi keluarga bangsawan itu. Dan ini bukanlah sesuatu yang tidak umum di
Italia. Kelas-kelas bawah diperlakukan kejam hanya apabila mereka berjuang untuk
mendapatkan hak-hak ekonomi mereka.
Dan sekarang Pangeran mengambil sikap sama terhadap Guiliano. Seakan-akan
penangkapnya hanyalah pelayannya yang ingin berbagi pengetahuan tentang
kehidupannya, kehidupannya yang glamor dan penuh kekuasaan yang menimbulkan iri
hati. Pangeran tiba-tiba menyadari ia bisa mengubah penangkapan dirinya menjadi
keuntungan yang mungkin menjadikan pembayaran tebusan memang layak dilakukan.
Tapi ia tahu ia harus sangat hati-hati. Ia harus mengerahkan
pesonanya habis-habisan tanpa sikap merendahkan sedikit pun. Ia harus terus
terang dan tulus dan sejujur mungkin. Dan menunjukkan ia tidak mencoba
mendapatkan keuntungan besar dari situasi ini. Karena secepat kilat Guiliano
dapat beralih dari kelemahan menjadi kekuatan.
Jadi sekarang ia menjawab pertanyaan Guiliano dengan serius dan tulus. Ia
berkata sambil tersenyum, "Kenapa kau mengenakan cincin zamrud itu, gesper emas
itu?" Ia menunggu jawaban, tapi Guiliano hanya tersenyum. Pangeran melanjutkan.
"Aku menikahi wanita yang bahkan lebih kaya daripada diriku. Aku memiliki
tanggung jawab kekuasaan dan politik. Aku memiliki lahan di Sisilia ini dan
lahan yang bahkan lebih luas lagi di Brasilia berkat istriku. Orang-orang di
Sisilia mencium tanganku begitu aku mengeluarkannya dari saku, dan bahkan di
Roma aku mendapat penghormatan besar. Karena di kota itu uang berkuasa.
Pandangan semua orang terarah kepadaku. Aku merasa konyol aku tidak melakukan ?apa-apa untuk mendapatkan semua ini. Tapi kehormatan itu lnimiliki dan aku harus
menjaganya, aku tidak bisa mempermalukan pribadi milik publik ini. Bahkan
sewaktu pergi berburu dengan mengenakan apa yang tampaknya pakaian kasar
penduduk pedalaman, aku harus tampil sempurna. Sebagai orang kaya dan terkemuka
yang pergi berburu. Betapa terkadang aku iri pada orang seperti dirimu dan Don
Croce, yang memegang kekuasaan dalam kepala dan dalam hati. Yang mendapatkan
kekuasaan melalui keberanian dan kepandaian. Konyol bukan, bahwa aku melakukan
tindakan yang hampir sama seperti tindakan kalian, hanya saja
dalam bentuk mengunjungi penjahit terbaik di London?"
Ia menyampaikan ceramah ini dengan begitu indahnya sehingga Guiliano tertawa
terbahak-bahak. Malahan Guiliano begitu senang sehingga keduanya bersantap malam
dan berbicara panjang-lebar mengenai kesengsaraan Sisilia dan kepengecutan Roma.
Pangeran mengetahui harapan Don Croce untuk merekrut Guiliano dan berusaha
membantunya. "Guiliano yang baik," katanya, "kenapa kau dan Don Croce tidak
menyatukan kekuatan untuk memerintah Sisilia" Dia memiliki kebijakan karena
usianya, kau memiliki idealisme orang muda. Tidak diragukan lagi kalian berdua
mencintai Sisilia. Kenapa kalian tidak bersatu menghadapi masa-masa sulit yang
akan datang, yang berbahaya bagi' kita semua" Sekarang sesudah perang berakhir,


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

situasi berubah. Komunis dan Sosialis berharap bisa merendahkan Gereja,
menghancurkan ikatan darah. Mereka berani mengatakan tugas partai politik lebih
penting daripada cinta kepada ibumu, pengabdian kepada saudara-saudarimu.
Bagaimana kaku mereka memenangkan pemilihan dan melaksanakan kebijakan politik
ini?" "Mereka tidak akan pernah menang" kilah Guiliano. "Orang Sisilia tidak akan
pernah memilih Komunis,"
"Jangan seyakin itu," desak Pangeran. "Kau ingat Silvio Ferra, dia teman masa
kanak-kanakmu. Bocah-bocah yang baik seperti Silvio pergi berperang dan pulang
dalam keadaan terinfeksi gagasan-gagasan radikal. Provokator mereka menjanjikan
roti gratis, tanah gratis. Petani yang naif bagaikan keledai yang
mengikuti sebatang wortel. Mereka sangat mungkin memilih Sosialis."
"Aku tidak menyukai Demokrat Kristen, tapi aku akan berusaha sekuat tenaga
mencegah kemunculan pemerintah Sosialis," tegas Guiliano.
"Hanya kau dan Don Croce yang bisa memastikan kemerdekaan Sisilia," kata
Pangeran. "Kalian harus bergabung. Don Croce selalu berbicara seakan-akan kau
putranya dia sayang kepadamu. Dan hanya dia yang bisa mencegah perang besar ?antara dirimu dan Friends of the Friends. Dia mengerti kau harus melakukan apa
yang harus kaulakukan; aku juga memahaminya. Tapi bahkan sekarang kita bertiga
bisa bekerja sama dan mempertahankan takdir kita. Kalau tidak, kita semua akan
hancur." Turi Guiliano tidak bisa menahan amarahnya. Orang kaya ini benar-benar keras
kepala. Ia berkata dengan ketenangan mematikan, 'Tebusanmu sendiri belum
disepakati dan kau sudah menawarkan persekutuan. Kau bisa mati."
Malam itu Pangeran tidur sangat gelisah. Tapi Guiliano tidak menunjukkan
kemarahan lebih jauh, dan Pangeran menghabiskan dua minggu berikutnya dalam
kondisi sangat baik. Kesehatannya meningkat dan tubuhnya mengencang karena
olahraga setiap hari dan udara segar. Kendati sejak dulu tubuhnya langsing, ia
mulai menumpuk lemak di sekitar pinggang dan sekarang lemak itu lenyap. Secara
fisik ia tidak pernah merasa lebih baik.
Dan secara mental ia juga gembira. Terkadang sewaktu pindah dari satu tempat ke
tempat lain, Guiliano tidak turut dalam rombongan yang menjaga dirinyay
dan ia harus bercakap-cakap dengan orang-orang buta aksara dan tidak memahami
kebudayaan apa pun Tapi ia terkejut melihat karakter mereka. Sebagian besar
bandit ini memang ramah, memiliki martabat penduduk asli, dan sama sekali tidak
bodoh. Mereka selalu memanggil obinya sesuai kedudukannya dan mencoba memenuhi
setiap permintaannya. Ia belum pernah berhubungan sedekat ini dengan sesama
orang Sisilia, dan ia terkejut merasakan timbulnya rasa cinta baru terhadap
tanah dan rakyatnya. Tebusannya, akhirnya dicapai kesepakatan sebesar enam puluh
juta lira dalam bentuk emas, dibayar melalui Don Croce dan Kepala Biara
Manfredi. Pada malam sebelum pembebasannya, Pangeran Ollorto menghadiri pesta
yang diselenggarakan Guiliano dan para wakilnya serta dua puluh anggota kelompok
yang paling penting. Sampanye dibawa dari Palermo untuk merayakan kesempatan ini
dan mereka semua bersulang atas kebebasannya, karena mereka menyukai (lirinya.
Pangeran yang terakhir bersulang. "Aku pernah menjadi tamu di sebagian besar
keluarga bangsawan di Sisilia," katanya. 'Tapi aku tidak pernah menerima
perlakuan sebaik ini, keramahan sebaik ini, atau orang-orang dengan sikap
sehalus seperti yang kudapati di pegunungan ini. Aku tidak pernah tidur begitu
nyenyak dan bersantap senikmat ini." Ia diam sejenak dan berkata sambil
tersenyum, "Tagihannya memang agak tinggi, tapi segala yang baik memang mahal."
Kata-kata itu memicu raungan tawa, Guiliano yang tertawa paling keras. Tapi
Pangeran menyadari Pisciotta bahkan tidak tersenyum.
Mereka semua minum demi kesehatannya dan bersorak. Pangeran akan mengingat malam
itu sepanjang sisa hidupnya, dan dengan perasaan senang.
Keesokan paginya, hari Minggu, Pangeran diantar ke depan Katedral Palermo. Ia
masuk ke gereja untuk mengikuti Misa pertama dan mengucapkan doa syukur. Ia
mengenakan pakaian yang sama seperti pada hari ia diculik. Guiliano, sebagai
kejutan dan tanda kehormatannya, telah memperbaiki dan membersihkan setelan
buatan Inggris-nya di penjahit terbaik di Roma.
Bab 13 PARA kepala Mafia seluruh Sisilia menuntut pertemuan dengan Don Croce. Walaupun
Don Croce diakui sebagai pemimpin tertinggi, ia tidak memerintah mereka secara
langsung. Mereka memiliki kekaisarannya sendiri. Mafia bagaikan salah satu
kerajaan abad pertengahan, para bangsawan yang berkuasa bersatu padu untuk
mendukung peperangan anggota mereka yang paling kuat, yang mereka akui sebagai
pemimpin utama. Tapi seperti para bangsawan kuno, mereka harus didorong oleh
raja mereka, mereka 'harus mendapat bagian pampasan perang. Don Croce memimpin
mereka bukan dengan kekerasan melainkan kecerdasan, karisma, "kehormatan" yang
dikumpulkannya seumur hidup. Ia memerintah dengan menggabungkan kepentingan
mereka yang berbeda-beda menjadi satu kepentingan bersama, yang menguntungkan
mereka semua. Don Croce harus berhati-hati menghadapi mereka. Mereka semua memiliki pasukan
pribadi, pembunuh, pencekik, peracun, pencabut nyawa secara langsung dengan
menggunakan lupara yang menakutkan. Di bidang ini kekuatan mereka sejajar dengan
kekuatannya; itu sebabnya Don ingin merekrut Turi Guiliano sebagai
kepala pasukan pribadinya. Orang-orang ini juga pandai, dengan caranya sendiri.
Beberapa bahkan orang-orang paling licik yang pernah tinggal di Sisilia. Mereka
tidak menyimpan kejengkelan karena Don membangun kekuasaan; mereka
memercayainya. Tapi bahkan orang yang paling cerdas di dunia terkadang keliru.
Dan mereka percaya perasaan Don terhadap Guiliano merupakan satu-satunya
kegagalan yang muncul dari labirin benaknya.
Don Croce menyelenggarakan makan siang mewah bagi keenam kepala Mafia di kebun
Hotel Umberto di Palermo, di sana kerahasiaan dan keamanannya terjamin.
Orang yang paling menakutkan dan vokal di antara para pemimpin ini adalah Don
Siano, yang menguasai kota Bisacquino. Ia telah setuju berbicara atas nama yang
lain dan ia melakukannya dengan kesopanan kasar yang merupakan peraturan Friends
of the Friends di tingkat tertinggi.
"Don Croce yang baik," kata Don Siano, "kau tahu kami semua menghormati clirimu.
Kau " yang mengangkat kami dan keluarga kami. Kami sangat berutang budi
kepadamu. Jadi kami Derbicara terus terang sekarang semata-mata demi
keuntunganmu. Si bandit Turi Guiliano sudah terlalu kuat. Kita terlalu
meremehkannya. Dia hanya bocah kecil namun dia sudah menantang wewenangmu dan
wewenang kami. Dia merampok perhiasan klien-klien kita yang paling kaya. Dia
merampas zaitun, anggur, jagung dari man-man tanah kita yang paling kaya. Dan
sekarang dia menunjukkan kekurangajaran terbesar yang tidak bisa kita abaikan.
Dia menculik Pangeran Ollorto yang dia tahu
berada dalam perlindungan kita. Tapi, meskipun begitu, kau terus berbaik hati
padanya, kau terus menawarkan persahabatan dengannya. Aku tahu dia kuat, tapi
apa kita tidak lebih kuat" Dan kalau kita membiarkan dia bertindak semaunya, apa
dia tidak jadi lebih kuat lagi" Kami, semua setuju sekaranglah saatnya
memecahkan masalah ini. Kita harus mengambil semua langkah yang mungkin untuk
meruntuhkan kekuatannya. Kalau kita tak memedulikan penculikan Pangeran Ollorto,
kita semua akan menjadi bahan tertawaan di seluruh Sisilia."
Don Croce mengangguk-angguk seakan-akan menyetujui semua ucapannya. Tapi ia
tidak berbicara. Guido Quintana, yang kedudukannya paling rendah di antara yang
hadir, berkata dengan nada hampir-hampir sedih, "Aku Wali Kota Montelepre dan
semua orang tahu aku salah satu Friends. Tapi tidak ada yang datang kepadaku
meminta pendapat, ganti rugi, atau hadiah. Guiliano memimpin kota dan
mengizinkan diriku tinggal di sana agar tidak memprovokasi pertengkaran dengan
kalian. Tapi aku tidak bisa mencari nafkah. Aku tidak punya wewenang. Aku hanya
boneka. Selama Guiliano masih hidup, Friends tidak eksis di Montelepre. Aku
tidak takut terhadap bocah ini. Aku pernah mengalahkannya sekali. Sebelum dia
menjadi bandit Kurasa dia tidak pedu ditakuti. Kalau dewan setuju, aku akan
berusaha menyingkirkannya. Aku sudah menyusun rencana dan hanya menunggu
persetujuan kalian untuk melaksanakannya."
Don Piddu dari Caltanissetta dan Don Arzana dari Piani dei Greci mengangguk. Don
Piddu berkata, "Di mana kesulitannya" Dengan sumber daya yang kita
miliki, kita bisa mengirimkan mayatnya ke Katedral Palermo dan menghadiri
pemakamannya seperti kalau kita menghadiri pernikahan."
Pemimpin-pemimpin lain, Don Marcuzzi dari Villamura, Don Buccilla dari
Partinico, dan Don Arzana menyuarakan persetujuan mereka. Lalu mereka menunggu.
Don Croce mengangkat kepalanya yang besar. Hidungnya yang tinggi seolah menusuk
mereka bergantian sewaktu ia bicara. "Teman-temanku, aku menyetujui semua yang
kalian rasakan," katanya. "Tapi kupikir kalian merendahkan pemuda ini. Dia lihai
melebihi usianya dan mungkin sama beraninya dengan siapa pun di antara kita di
sini. Dia tak akan bisa dibunuh semudah itu. Aku juga melihat kegunaan dirinya
di masa depan, bukan hanya bagi diriku sendiri tapi bagi kita semua. Para
provokator Komunis menghajar orang-orang Sisilia sampai jadi gila sehingga
mereka mengharapkan kehadiran Garibaldi yang lain, dan kita harus memastikan
Guiliano tidak dipuja sebagai juru selamat mereka. Aku tidak perlu memberitahu
kalian apa konsekuensinya kalau orang-orang biadab itu sampai memerintah
Sisilia. Kita harus membujuknya agar berjuang di pihak kita. Posisi kita belum
lagi aman sehingga kita tidak bisa menyia-nyiakan kekuatannya dengan
membunuhnya." Don mendesah, melahap sebongkah roti dan melancarkan jalannya
dengan segelas anggur, lalu membersihkan mulut dengan serbet. "Bantu aku. Biar
aku membujuknya, terakhir lcalinya. Kalau dia menolak, lakukan apa yang menurut
kalian harus kalian lakukan. Akan kuberikan jawabannya dalam waktu tiga hari
Hanya saja beri aku kesempatan terakhir untuk mencapai kesepakatan logis."
Don Siano yang pertama mengangguk setuju. Bagaimanapun, orang bijak mana yang
begitu tidak sabar melakukan pembunuhan sehingga tidak bisa menunggu tiga hari"
Setelah mereka berlalu, Don Croce memanggil Hector Adonis ke rumahnya di
Villaba. Don bersikap terus terang terhadap Adonis. "Batas kesabaranku terhadap putra
baptismu sudah habis," katanya kepada pria kecil itu. "Kini dia harus bergabung
dengan kami atau menentang kami. Penculikan Pangeran Ollorto merupakan
penghinaan langsung terhadapku, tapi aku bersedia memaafkan dan melupakannya.
Bagaimanapun dia masih muda, dan aku ingat sewaktu masih seusianya aku juga sama
bersemangatnya. Seperti yang selalu kukatakan, aku mengaguminya karena itu. Dan
percayalah, aku menghargai kemampuannya. Aku akan sangat senang kalau dia
bersedia menjadi tangan kananku. Tapi dia harus menyadari tempatnya di lingkup
kbih luas. Ada pemimpm-pemimpin lain yang tidak sekagum diriku, tidak penuh
pengertian seperti aku. Aku tidak akan bisa menahan mereka. Jadi temui putra
baptismu dan sampaikan apa yang kukatakan kepadamu. Dan beritahu aku jawabannya
paling lambat besok. Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi"
Hector Adonis ketakutan. "Don Croce, kusadari kedermawananmu dalam hati dan
perbuatan. Tapi Turi penuh tekad dan seperti semua anak muda, terlalu yakin akan
kekuatannya sendiri. Dan memang benar dia tidak bisa dibilang tidak berdaya.
Kalau dia berperang melawan Friends of the Friends, aku tahu dia tidak akan
menang. Tapi kerusakan yang timbul bisa menakutkan. Apa ada hadiah yang bisa
kujanjikan kepadanya?"
Don berkata, "Janjikan ini padanya. Dia akan mendapat kedudukan tinggi di
Friends, dan dia akan mendapat kesetiaan dan kasih pribadiku. Lagi pula dia
tidak bisa tinggal di pegunungan selamanya. Akan ada waktunya dia ingin
mengambil tempat di masyarakat, hidup dalam perlindungan hukum di tengah
keluarganya. Pada saat hari itu tiba, aku satu-satunya orang di Sisilia yang
bisa menjamin pengampunannya. Dan aku sangat senang kalau bisa melakukannya. Aku
benar-benar tulus dalam hal ini." Dan memang sewaktu Don berbicara dengan gaya
seperti itu, ia tidak bisa tidak dipercayai, ia tidak bisa ditolak.
Sewaktu Hector Adonis naik ke gunung untuk menemui Guiliano, ia sangat bingung
dan takut akan nasib putra baptisnya dan membulatkan tekad untuk berbicara terus
terang. Ia ingin Guiliano memahami bahwa kasih di antara mereka merupakan yang
paling utama, bahkan lebih daripada kesetiaannya kepada Don Croce. Saat ia tiba,
kursi-kursi dan meja' lipat telah ditata di tepi tebing. Turi dan Aspanu duduk
berdua di sana. Adonis berkata kepada Guiliano, "Aku harus berbicara empat mata denganmu."
Pisciotta berkata marah, "Orang kecil, Turi tidak merahasiakan apa pun dariku."
Adonis tak mengacuhkan penghinaan itu. Ia berkata tenang, "Turi bisa
menceritakan padamu apa yang kukatakan, kalau dia mau. Itu urusannya. Tapi aku
tidak bisa memberitahumu. Aku tidak bisa menerima tanggung jawab itu."
Guiliano menepuk bahu Pisciotta. "Aspanu, tinggalkan kami berdua. Kalau kau
harus mengetahuinya, aku akan memberitahumu nanti" Pisciotta bangkit berdiri
dengan tiba-tiba, menatap tajam ke arah Adonis, dan berlalu.
Hector Adonis menunggu cukup lama. Lalu ia mulai bicara. 'Turi, kau putra
baptisku. Aku menyayangimu sejak kau masih bayi. Aku yang mengajarimu, memberimu
buku-buku untuk dibaca, membantumu sewaktu kau menjadi pelanggar hukum. Kau
salah satu dari sedikit orang di dunia yang menjadikan hidupku ada gunanya. Tapi
sepupumu Aspanu menghinaku tanpa sepatah kata teguran pun darimu."
Guiliano -berkata, "Aku memercayai dirimu lebih daripada aku memercayai siapa
pun kecuali ibu dan ayahku."
"Dan Aspanu," lanjut Hector Adonis menegur. "Tidakkah dia terlalu haus darah
untuk bisa dipercaya?"
Guiliano menatapnya lurus-lurus dan Adonis terpaksa mengagumi ketulusan damai di
wajahnya. "Ya, harus kuakui, aku lebih memercayai Aspanu daripada dirimu. Tapi
-aku menyayangimu sejak aku kecil. Kau membebaskan pemikiranku melalui buku-
bukumu dan kecerdasanmu. Aku tahu kau membantu ibu dan ayahku dengan uangmu. Dan
kau menjadi teman sejati dalam kesulitanku. Tapi kulihat kau terlibat Friends of
the Friends, dan firasatku mengatakan itu alasan kedatanganmu kemari hari ini." -
Sekali lagi, Adonis terpesona akan naluri putra
baptisnya. Ia menyampaikan masalahnya kepada Turi. "Kau harus mengadakan
kesepakatan dengan Don Croce," ujarnya. "Bukan dengan Raja Prancis, bukan dengan
Raja Dua Sisilia, bukan dengan Garibaldi, bahkan bukan dengan Mussolini yang
pernah menghancurkan Friends of the Friends. Kau tidak bisa berharap memenangkan
perang melawan Don Croce. Kumohon buadah kesepakatan. Mulanya kau memang harus
tunduk padanya, tapi siapa yang tahu posisimu di masa depan. Kuberitahukan ini
demi kehormatan-mu dan demi ibumu yang sama-sama kita puja: Don Croce percaya
pada kejeniusanmu dan menyayangimu. Kau akan menjadi pewarisnya, putra
kesayangan. Tapi untuk kali ini, kau harus tunduk pada peraturannya."
Ia bisa melihat Turi tergerak oleh penjelasannya dan menanggapinya sangat
serius. Hector Adonis berkata penuh semangat, "Turi, pikirkanlah ibumu. Kau
tidak bisa tinggal di pegunungan selamanya, mempertaruhkan keselamatanmu agar
bisa menemuinya beberapa hari setiap tahun. Bersama Don Croce, kau punya harapan
mendapat pengampunan."
Pemuda itu membutuhkan beberapa lama untuk berpikir, lalu berbicara kepada ayah
baptisnya dengan nada lambat dan serius. "Pertama-tama aku berterima kasih atas
kejujuranmu," ujarnya. 'Tawaran itu sangat menarik. Tapi aku sekarang terikat
untuk memerdekakan kaum miskin di Sisilia, dan aku tidak percaya Friends
memiliki tujuan sama. Mereka pelayan orang kaya.dan politisi di Roma, dan
merekalah musuh bebuyutanku. Kita tunggu dan lihat saja. Jelas aku sudah
menculik Pangeran Ollorto dan menyakiti mereka. Tapi aku membiarkan Quintana
tetap hidup padahal aku sangat membencinya. Aku menahan diri karena rasa hormatku kepada Don Croce.
Katakan itu padanya. Sampaikan itu dan beritahukan padanya aku berdoa untuk hari
ketika kami bisa menjadi mitra sejajar. Pada saat kepentingan-kepentingan kami
tidak berselisih jalan. Sedangkan mengenai para pemimpinnya, biarkan mereka
melakukan apa yang mereka inginkan. Aku tidak takut terhadap mereka."
Dengan berat hati Hector Adonis membawa jawaban itu kepada Don Croce, yang
menganggukkan kepalanya yang bagai singa, seakan telah menduga jawaban itu.
Dalam bulan berikutnya tiga upaya dilakukan untuk menghabisi Guiliano. Guido
Quintana diizinkan melakukan upaya pertama. Ia merencanakannya begitu rumit
sehingga layak disejajarkan dengan keluarga Borgia keluarga terkenal di zaman ?Renaissance yang para anggotanya sangat berbakat, cerdas, namun licik, jahat dan
keji Ada jalan yang sering digunakan Guiliano bila ia turun gunung. Di sepanjang
tepi jalan terdapat padang-padang subur yang dipenuhi Quintana dengan sekawanan
besar domba. Tiga penggembala yang tampaknya tidak berbahaya menjaga kawanan
itu, ketiganya penduduk asli kota Corleone dan teman-teman lama Quintana.
Selama hampir seminggu, setiap kali Guiliano terlihat menyusuri jalan itu, para
penggembala menyapanya penuh hormat dan, sesuai tradisi lama, mencium tangannya.
Guiliano mengajak mereka bercakap-cakap ramah; para penggembala sering kali
menjadi anggota paro waktu kelompoknya dan ia selalu mencari orang yang bisa
direkrut Ia tidak merasakan bahaya apa pun
274 karena ia hampir selalu bepergian bersama pengawal dan sering kali bersama
Pisciotta, yang kekuatannya setidaknya sama dengan dua orang. Para penggembala
itu tidak bersenjata dan mengenakan pakaian tipis yang tidak bisa digunakan
untuk menyembunyikan senjata.
Tapi para penggembala itu menyembunyikan lupara dan sabuk peluru di perut
beberapa ekor domba di tengah kawanan. Mereka menunggu kesempatan saat Guiliano
sendirian atau tidak dikawal seketat itu. Tapi Pisciotta sudah mencurigai
keramahan para penggembala itu, kemunculan kawanan domba yang tiba-tiba, dan ia
menyelidikinya melalui jaringan mata-mata. Para penggembala itu teridentifikasi
sebagai para pembunuh yang dipekerjakan oleh Quintana.
Pisciotta tidak membuang-buang waktu. Ia mengajak sepuluh anggota kelompoknya


Orang Orang Sisilia The Sicilian Karya Mario Puzo di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sendiri dan mengepung ketiga penggembala itu. Ia menanyai mereka mengenai
pemilik domba, sudah berapa lama mereka menjadi gembala, di mana mereka
dilahirkan, nama-nama ibu dan ayah mereka, istri dan anak-anak mereka. Para'
penggembala tampaknya menjawab dengan jujur, tapi Pisciotta mendapat bukti
mereka berbohong. Penggeledahan menemukan senjata-senjata yang disembunyikan di sela-sela bulu
domba. Pisciotta pasti akan membunuh para penipu itu kalau Guiliano tidak
melarang. Bagaimanapun tidak ada kerugian yang terjadi dan penjahat yang
sebenarnya adalah Quintana.
Jadi para penggembala dipaksa membawa kawanan domba ke Montelepre. Dan di alun-
alun kota mereka harus menyanyi, "Datang dan ambillah hadiah dari Turi GuiHano.
Seekor domba untuk setiap rumah,
275 anugerah dari Turi GuiJiano." Lalu para penggembala itu akan menjagal dan
menguliti domba bagi siapa pun yang meminta layanan itu.
"Ingat," tegas Pisciotta kepada mereka, "kuminta kalian sepatuh gadis penjaga
toko di Palermo, seakan-akan kalian mendapat komisi untuk itu. Dan sampaikan
salam serta ucapan terima kasihku kepada Guido Quintana."
Don Siano tidak serumit itu. Ia mengirim dua utusan untuk membujuk Passatempo
dan Terranova agar menentang Guiliano. Tapi Don Siano tidak bisa memahami
kesetiaan yang dibangkitkan Guiliano bahkan dalam diri orang sekasar
Pas*satempo. Sekali lagi Guiliano menolak membunuh, tapi Passatempo sendiri
mengirim kedua utusan itu kembali dengan bekas-bekas bastinado.
Upaya ketiga dilakukan Quintana lagi. Dan ini menghabiskan kesabaran Guiliano.
Seorang pastor datang ke Montelepre, pastor pengelana yang menyandang berbagai
bekas luka Kristus di tabuhnya. Ia memimpin Misa di gereja setempat pada suatu
Minggu pagi dan menunjukkan-luka-luka sucinya.
Namanya Pater Dodana, dan ia pria jangkung atletis yang berjalan begitu sigap
sehingga jubah hitamnya berkibar-kibar di udara di atas sepatu kulitnya yang
pecah-pecah. Rambutnya pirang kusut, wajahnya keriput dan secokelat kacang
walaupun usianya masih muda. Dalam waktu sebulan ia telah menjadi legenda di
Montelepre, karena ia tidak takut bekerja keras; ia membantu para petani menuai
ladang, ia memarahi anak-anak nakal di jalanan, ia mengunjungi wanita-wanita tua
yang sakit di rumah mereka untuk mendengarkan pengakuan dosa mereka. Dan suatu
hari Minggu sewaktu ia berdiri di luar gereja sesudah memimpin Misa, Maria
Lombardo Guiliano tidak terkejut sewaktu sang pater menghentikan dirinya dan
menanyakan kalau-kalau ada yang bisa dilakukan untuk putranya.
"Jelas-kau menglmawatirkan jiwanya," kata Pater Dodana. "Lain kali kalau dia
datang mengunjungimu, panggil aku dan akan kudengarkan pengakuan dosanya."
Maria Lombardo^ tidak menyukai pastor meskipun ia religius. Tapi pria ini
membuatnya terkesan. Ia tahu" Turi tidak akan pernah melakukan pengakuan dosa,
tapi mungkin ia bisa memanfaatkan orang suci yang bersimpati terhadap tujuan
perjuangannya. Ia memberitahu sang pastor ia akan meneruskan tawaran itu kepada
putranya. Pater Dodana berkata, "Aku bahkan bersedia ke pegunungan untuk membantunya. Beri
tahukan padanya. Satu-satunya urusanku adalah menyelamatkan jiwa yang terancam
bahaya neraka. Apa yang dilakukan orang adalah urusannya sendiri."
Turi Guiliano mengunjungi ibunya seminggu kemudian. Maria Lombardo mendesaknya
menemui pastor dan mengaku dosa. Mungkin Pater Dodana bersedia memberikan Komuni
baginya. Maria Lombardo akan merasa lebih enak kalau dosa-dosa Guiliano ber-
-kurang. Turi Guiliano sangat tertarik, dan ini mengejutkan ibunya. Ia setuju menemui
pastor itu dan mengirim Aspanu Pisciotta ke gereja untuk menjemputnya dan
mengajaknya ke rumah Guiliano. Seperti dugaan Guiliano, sewaktu Pater Dodana
muncul, pria itu bergerak jauh lebih mirip orang yang biasa beraksi; ia terlalu
bersemangat dan terlalu bersimpati terhadap tujuan Guiliano
Pater Dodana berkata, "Anakku, aku akan mendengarkan pengakuan dosa di kamar
tidurmu. Dan sesudah itu aku akan memberimu Jamuan Kudus. Aku membawa semua
keperluanku di sini." Ia menepuk kotak kayu di ketiaknya. "Jiwamu akan semurni
jiwa ibumu, dan kalau kejahatan menimpamu, kau akan langsung ke surga."
Maria Lombardo menyela, "Kubuatkan kopi dan makanan untukmu dan bapa suci." Ia
pergi ke dapur. "Kau bisa mendengar pengakuan dosaku di sini," ujar Turi Guiliano sambil
tersenyum. Pater Dodana melirik Aspanu Pisciotta. "Temanmu harus keluar" sarannya.
Turi tertawa "Dosaku sudah diketahui umum. Dosaku dipublikasikan di setiap
koran. Selain itu jiwaku murni, kecuali satu hal. Harus kuakui aku memiliki
sifat curiga. Jadi aku ingin melihat apa isi kotak di ketiakmu itu."
"Roti untuk Komuni," jawab Pater Dodana. "Akan kutunjukkan." Ia hendak membuka
kotak itu, tapi pada saat itu Pisciotta menekankan sepucuk pistol ke belakang
lehernya. Guiliano mengambil kotak itu dari tangan Pater. Pada saat itu mereka
bertukar pandang. Guiliano membukanya. Sepucuk pistol otomatis biru kehitaman
yang ditempatkan di atas beludru bersinar ke arahnya.
Pisciotta melihat wajah Guiliano memucat, matanya yang bertepi keperakan
menggelap karena kemarahan yang ditekan.
Guiliano menutup kotak dan memandang sang pastor. "Kupikir sebaiknya kita ke
gereja dan berdoa bersama-sama," ajaknya. "Kita akan mendoakan dirimu dan
Quintana. Kita akan berdoa agar Tuhan yang baik mau mengambil kejahatan dari
dalam hati Quintana dan keserakahan dari dalam hatimu. Berapa banyak bayaran
yang dijanjikannya padamu?"
Pater Dodana tidak khawatir. Calon-calon pembunuh lainnya dibebaskan begitu
mudah. Ia mengangkat bahu dan tersenyum. "Hadiah dari pemerintah dan tambahan
lima juta lira." "Harga yang bagus," puji Guiliano. "Aku tidak menyalahkan dirimu karena berusaha
mendapatkan kekayaan. Tapi kau sudah menipu ibuku dan itu tidak bisa kumaafkan.
Kau benar-benar pastor?"
"Aku?" tanya Pater Dodana menghina. 'Tidak pernah. Tapi kukira takkan ada yang
mencurigaiku." Mereka bertiga menyusuri jalanan bersama-sama, Guiliano membawa kotaknya,
Pisciotta mengikuti di belakang. Mereka memasuki gereja. Guiliano memaksa Pater
Dodana berlutut di depan altar, lalu mengambil pistol otomatis itu dari dalam
kotak. "Kau punya waktu semenit untuk berdoa," kata Guiliano.
Keesokan paginya Guido Quintana bangun dan berniat ke kafe untuk menikmati kopi
paginya. Sewaktu membuka pintu rumahnya, ia terkejut oleh bayangan besar yang
menghalangi sinar matahari pagi. Detik berikutnya salib kayu besar yang kasar
buatannya jatuh ke dalam,
hampir-hampir menimpa dirinya. Di salib itu terpaku mayat Pater Dodana yang
dipenuhi peluru. Don Croce mempertimbangkan kegagalan-kegagalan ini. Quintana mendapat
peringatan. Ia harus mengabdikan diri pada tugas-tugasnya sebagai wali kota atau
Montelepre terpaksa mengatur diri sendiri. Jelas kesabaran Guiliano sudah habis
dan mungkin akan melancarkan perang habis-habisan terhadap Friends. Don Croce
menyadari keyakinan seorang pakar dalam pembalasan Guiliano. Hanya satu serangan
lagi yang bisa dilakukan dan tidak boleh gagal. Don Croce tahu ia harus,
aldiirnya, berpihak. Dan kendati bertentangan dengan pendapat dan kemauannya, ia
mengirim pembunuhnya yang paling bisa diandalkan, seseorang bernama Stefan
Andolini, yang juga dikenal dengan julukan Fra Diavalo.
Bab 14 GARNISUN di Montelepre ditingkatkan menjadi lebih dari seratus carabinieri, dan
saat Guiliano diam-diam turun ke kota untuk menghabiskan malam bersama
keluarganya, yang jarang dilakukannya, ia selalu merasa takut kalau-kalau
carabinieri menyergap mereka. Pada suatu malam seperti itu, saat mendengarkan
ayahnya membicarakan masa lalu di Amerika, gagasan itu melintas dalam benaknya.
Salvatore Senior tengah menikmati anggur dan membahas masa lalu dengan teman
lama dan tepercaya yang juga pernah ke Amerika dan kembali ke Sisilia
bersamanya, dan mereka saling memarahi karena bertindak begitu bodoh. Pria yang
satu lagi, tukang kayu bernama Alfio Dorio, mengingatkan ayah Guiliano akan
tahun-tahun pertama mereka di Amerika sebelum bekerja pada Godfather, Don
Corleone. Mereka dipekerjakan untuk membangun terowongan raksasa di bawah
sungai, entah ke New Jersey atau ke Long Island, mereka memperdebatkannya.
Mereka mengenang betapa mengerikannya bekerja di bawah sungai yang mengalir,
mereka takut tabung penahan airnya runtuh dan mereka semua akan tenggelam bagai
tikus. Dan tiba-tiba gagasan itu melintas dalam benak Guiliano. Kedua orang ini,
dibantu beberapa orang yang bisa dipercaya, mampu membangun terowongan dari
rumah orangtuanya ke kaki pegunungan yang hanya berjarak seratus meter. Pintu .
keluarnya akan disembunyikan di balik bebatuan granit raksasa dan mulut
terowongan di rumah bisa disembunyikan di salah satu lemari pakaian atau di
bawah tungku di dapur. Kalau rencana itu terlaksana, Guiliano bisa datang dan
pergi sesuka hati. Kedua pria yang lebih tua mengatakan rencana itu mustahil, tapi ibunya begitu
gembira membayangkan putranya bisa datang dan tidur di ranjangnya diam-diam
selama musim dingin. Alfio Dorio mengatakan bahwa mengingat pentingnya
kerahasiaan, jumlah orang yang bisa dipekerjakan terbatas, dan karena pekerjaan
itu hanya bisa dilakukan malam hari, butuh waktu sangat lama menyelesaikan
terowongan seperti itu. Lalu masih ada masalah-masalah lainnya. Bagaimana
membuang tanah galian tanpa terlihat" Padahal tanah di sini penuh batu.
Bagaimana kalau mereka membentur sederet batu granit di bawah tanah" Dan
bagaimana kalau salah satu penggali terowongan membocorkan keberadaannya" Tapi
keberatan paling utama kedua pria lebih tua itu adalah pembangunannya
membutuhkan waktu sedikitnya satu tahun. Dan Guiliano menyadari mereka
mengajukan keberatan ini karena jauh di lubuk hati mereka percaya dirinya tidak
akan hidup selama itu. Ibunya juga menyadarinya.
Ia berkata kepada kedua pria yang lebih tua: "Putraku meminta kalian berdua
melakukan sesuatu yang mungkin membantu menyelamatkan dirinya. Kalau kalian
terlalu malas melakukannya, aku akan turun tangan. Setidaknya kita bisa mencoba.
Apa ruginya kecuali tenaga kita" Dan apa yang bisa dilakukan pihak berwenang kalau mereka menemukan
terowongan itu" Kita berhak sepenuhnya menggali tanah kita sendiri. Kita katakan
saja kita membuat gudang bawah tanah untuk sayur-mayur dan anggur. Coba pikir.
Mungkin suatu hari kelak terowongan ini akan menyelamatkan nyawa Turi. Apa itu
tidak layak dilakukan?"
Hector Adonis juga hadir. Adonis mengatakan ia akan mencari buku-buku tentang
penggalian dan perlengkapan yang diperlukan. Ia juga mengusulkan variasi yang
menyenangkan mereka semua: mereka akan membangun cabang menuju rumah lain di Via
Belia, jalan lain seandainya pintu keluar terowongan diketahui atau dikhianati
mata-mata. Terowongan cabang ini akan digali terlebih dulu, dan hanya oleh kedua
pria tua dan Maria Lombardo. Tidak boleh ada orang lain yang mengetahuinya. Dan
menggali terowongan cabang ini tidak memerlukan waktu lama.
Mereka berdiskusi panjang-lebar mengenai rumah mana yang layak. Ayah Guiliano
menyarankan rumah orangtua Aspanu Pisciotta. Tapi usul itu segera ditolak
Pendekar Bloon 17 Pedang Siluman Darah 12 Pembalasan Surti Kanti Di Balik Caping Bambu 1
^