Expected One 9
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan Bagian 9
perlu dipertimbangkan dalam diskusi tersebut.
Lukisan ini sangat penting dalam tradisi kami. Bahkan, kemungkinan keduanya
tergolong yang paling penting. Desa itu mewakili Rennesle-Chateau, tegak di atas
bukit, dengan hamparan tanah
membentang kau tahu, siapa ini?"
Maureen tersenyum. "Sang perempuan gembala dan dombanya."
"Benar. Antonius dan Paulus sedang berdebat. Tapi sang gembala yang tampak di
bagian belakang mengingatkan bahwa Dia Yang Dinantikan suatu hari akan
menemukan injil Maria Magdalena yang hilang. Karena itu segala kontroversi
menyangkut kebenaran akan berakhir."
Berenger Sinclair masuk dengan langkah perlahan saat Roland mengatakan, "Aku
ingin menunjukkan benda-benda ini, Mademoiselle Paschal, agar kautahu bahwa
kalanganku tidak menyimpan dendam terhadap pengikut Yohanes, dan tidak pernah
merasa begitu. Kita semua bersaudara, anakanak Maria Magdalena, dan kami
berharap dapat hidup bersamasama dengan damai."
Sinclair bergabung dalam diskusi itu. "Sayangnya, sebagian pengikut Yohanes
adalah orangorang fanatik sedari dulu hingga sekarang. Jumlahnya memang tidak
banyak, tapi mereka berbahaya. Seperti halnya di bagian lain di bumi ini,
kelompok fanatik selalu membayangi kelompok cinta damai yang memiliki keyakinan
sama. Tapi ancaman orangorang ini tetap sangat nyata. Roland bisa
menjelaskannya padamu."
Ekspresi wajah Roland menjadi suram. "Benar. Aku selalu berusaha mengamalkan
keyakinan kami. Mencintai, memaafkan, dan mengasihi seluruh makhluk hidup. Ayahku pun menganut
keyakinan yang sama, tapi mereka membunuhnya."
Maureen merasakan duka mendalam lelaki Occitan itu karena wafatnya sang ayah,
tapi juga karena kerasnya tantangan sang pembunuh terhadap sistem keyakinan ini.
"Mengapa?" tanya Maureen.
"Mengapa mereka membunuh ayahmu?"
"Keluargaku mendiami wilayah ini secara turun-temurun, Mademoiselle Paschal,"
kata Roland. "Di sini, kau hanya mengetahui namaku adalah Roland. Tapi nama
keluargaku adalah Gelis."
"Gelis?" Nama itu tidak asing bagi Maureen. Ia memandang Sinclair. "Ayahku
menulis surat kepada Monsieur Gelis," katanya sambil merenung.
Roland mengangguk. "Ya, surat itu untuk kakekku saat ia menjadi Pimpinan Agung
Perkumpulan." Semuanya mulai menyatu di kepala Maureen. Ia memandang Roland lalu kembali ke
Sinclair. Lelaki Skotlandia itu menjawab tanpa ditanya. "Ya, Sayang, Ro dan
Gelis adalah Pimpinan Agung kami, meskipun ia terlalu rendah hati untuk
mengatakannya sendiri. Dialah pemimpin resmi kalangan kami, seperti juga ayah
dan kakeknya. Ia tidak melayani aku, begitu pun sebaliknya. Kami melayani
bersamasama sebagai saudara karena inilah prinsip JalanNya.
"Keluarga Sinclair dan keluarga Gelis telah berjanji untuk mengabdi kepada
Magdalena sepanjang siapa pun di antara kami bisa melacak garis keturunan ini."
Tammy menyela. "Maureen, ingatkah kau ketika kita melakukan Tur Magdala di
Rennesle-Chateau lalu aku bercerita tentang pendeta tua yang dibunuh pada akhir
abad 18" Namanya Antoine Gelisdia kakek buyut Roland." Maureen menatap Roland untuk
meminta jawaban. "Mengapa banyak kekerasan ditujukan kepada keluargamu?"
"Karena kami terlalu banyak tahu. Kakek buyutku bertugas menjaga sebuah dokumen
berjudul 'Kitab tentang Dia Yang Dinantikan'. Isinya tentang para perempuan
gembala yang berhasil dicatat Perkumpulan selama lebih dari seribu tahun.
Kitab itu menjadi sarana kami yang paling berharga untuk menemukan pusaka
Magdalena. Persekutuan Keadilan membunuh kakek buyutku demi mendapatkan
dokumen itu. Dan dengan alasan yang sama, mereka membunuh ayahku. Saat itu aku belum tahu,
tapi Jean-Claude adalah informan mereka.
Mereka mengirim kepala dan jari kanan ayahku dalam keranjang."
Maureen menggigil mendengar rahasia yang menyeramkan itu. "Apakah sekarang
semuanya akan berakhir" pertumpahan darah ini" Naskah telah ditemukan.
Menurutmu, apa yang akan mereka lakukan?"
"Sulit dipastikan," jawab Roland. "Mereka mengangkat pemimpin baru yang sangat
ekstrem. Dialah yang membunuh ayahku."
Sinclair menambahkan, "Aku telah berbicara dengan para pejabat setempat hari
ini, orangorang yang, bisa dibilang, bersimpati pada keyakinan kami. Maureen,
kami belum menceritakannya secara panjang lebar, tapi masihkah kau ingat
pertemuan dengan Derek Wainwright, orang Amerika itu?"
"Lelaki yang berpakaian seperti Thomas Jefferson," imbuh Tammy. "Teman lamaku,"
katanya menggelenggelengkan kepala, mengingat muslihat Derekdan nasibnya.
Maureen mengangguk dan menunggu Sinclair melanjutkan penjelasannya.
"Derek menghilang secara mengerikan. Kamar hotelnya..."
Ia menatap paras Maureen yang kian pucat dan memutuskan untuk menyimpan dulu
cerita itu. "Katakan saja ada indikasi kuat permainan kotor."
Sinclair melanjutkan. "Hilangnya orang Amerika itu secara tragis membuat pihak
berwenang dan hampir pasti
pembunuhnya merasa bahwa Persekutuan Keadilan harus ditutup untuk sementara.
Jean-Claude sekarang bersembunyi di suatu tempat di Paris, dan pemimpin mereka,
seorang Inggris yang kami curigai, telah kembali ke Inggris, setidaknya untuk
sementara. Kurasa mereka tidak akan mengganggu kita dalam waktu dekat ini.
Setidaknya, semoga saja tidak."
Maureen mendadak mengalihkan tatapannya ke Tammy.
"Sekarang giliranmu," katanya. "Kau belum menceritakan semuanya padaku. Cukup
lama aku mereka-reka, tapi sekarang aku ingin tahu secara lengkap. Dan aku juga ingin
tahu apa yang terjadi antara kalian berdua," katanya, menunjuk Tammy dan Roland,
yang berdiri bersebelahan dengan jarak satu inci.
Tammy tertawa dengan gayanya yang khas. "Yah, kautahu, bukan" Kami senang
menyembunyikan sesuatu di tempat yang mudah terlihat," katanya. "Namaku siapa?"
Maureen mengerutkan dahi. Apakah ada sesuatu yang ia lupakan" "Tammy." Lalu
sesuatu menyentak pikirannya.
"Tamara. Tamar-a. Ya, Tuhan, aku memang goblok."
"Tidak," kata Tammy, masih tertawa. "Namaku mengikuti nama anak perempuan
Magdalena. Dan aku memiliki adik bernama Sarah."
"Tapi katamu, kau lahir di Hollywood! Apa itu bohong juga"
"Bukan, bukan bohong. 'Bohong' itu terlalu kasar. Kita sebut saja dusta putih.
Dan benar, aku lahir dan dibesarkan di California. Nenek ibuku orang Occitan dan
aktif dalam Perkumpulan. Tapi ibuku, yang lahir di Languedoc ini, merantau ke
Los Angeles untuk bekerja di
bagian desain kostum setelah masuk ke dunia film karena pertemanannya dengan
seniman dan sutradara Prancis, Jean Cocteau. Ia juga anggota Perkumpulan kami.
Ia bertemu dengan ayahku yang orang Amerika dan menetap di sana. Ibunya tinggal
bersama kami ketika aku masih kecil. Tak bisa kupungkiri, aku sangat dipengaruhi
nenekku itu." Roland berbalik dan menunjuk ke dua kursi yang berdiri berdampingan tadi. "Dalam
tradisi kami, lelaki dan perempuan sejajar, seperti yang diajarkan Yesus lewat
teladannya bersama Maria Magdalena. Selain Pimpinan Agung, Perkumpulan ini juga
dijalankan oleh seorang Maria Agung. Aku telah memilih Tamara untuk menjadi
Mariaku dan duduk di sampingku di sini. Sekarang aku harus membujuknya untuk
pindah ke Prancis agar aku bisa memintanya untuk mengisi peran yang lebih besar
dalam hidupku." Roland merangkulkan tangannya ke bahu Tammy, yang menyisipkan tubuhnya agar
lebih dekat dengan sang kekasih. "Akan kupikirkan," katanya malu-malu.
Kemesraan mereka terganggu dengan kedatangan dua orang pelayan yang membawa baki
perak berisi cangkircangkir kopi. Ada sebuah meja rapat di ujung ruangan, Roland
memberi isyarat agar mereka meletakkan baki itu di sana. Mereka berempat duduk,
dan Tammy menuangkan kopi yang hitam dan kental. Roland memandang Sinclair di
seberang meja lalu menganggukkan kepala kepadanya untuk memulai.
"Maureen, kami akan menyampaikan sesuatu tentang Bapa Healy dan injil-injil
Magdalena. Tapi kami rasa, kau perlu latar belakang dulu untuk memahami situasi
di sini." Maureen meneguk kopi, merasa bersyukur atas kehangatan dan kepekatan minuman
itu. Ia mendengarkan baikbaik penjelasan Sinclair.
"Sesungguhnya, kami sengaja membiarkan sepupumu mengambil naskah-naskah itu."
Cangir kopi nyaris terlepas dari tangan Maureen. "Membiarkan?"
"Ya. Roland sengaja tidak mengunci ruang kerja. Kami sudah curiga Bapa Healy
akan berusaha mengambil naskah itu untuk diserahkan kepada siapa pun yang
mempekerjakannya." "Tunggu dulu. Apa maksudmu" Peter semacam matamata untuk Gereja?"
"Tidak persis begitu," jawab Sinclair. Maureen melihat Tammy juga mendengarkan
dengan seksama seperti dirinya, Tammy belum mengetahui persoalan ini secara
lengkap. "Kami belum tahu pasti, ia menjadi matamata untuk siapa.
Itulah sebabnya kami membiarkannya mengambil naskah. Dan itu pula sebabnya, kami
tidak terlalu pusing. Setidaknya belum.
Kami memasang alat pelacak di mobil sewaanmu. Kami tahu pasti di mana ia
sekarang dan ke mana ia pergi."
"Yaitu?" tanya Tammy. "Roma?"
"Kami rasa Paris." Jawaban itu datang dari Roland.
"Maureen." Sinclair menyentuh ringan tangan gadis
itu. "Aku menyesal mengatakan ini padamu, tapi sepupumu telah melaporkan segala
tindakanmu ke pejabat Gereja sejak kedatanganmu di Prancis, dan kemungkinan
lebih lama lagi." Maureen membelalakkan mata. Ia merasa ditampar.
"Mustahil. Peter tak akan berbuat seperti itu padaku."
"Selama minggu terakhir ini, selama kami mengawasinya bekerja dan mendapat
kesempatan untuk mengenalnya, kami semakin sulit menyingkirkan rasa curiga.
Awalnya kami yakin ia hanya berusaha melindungimu dari kami. Tapi kami pikir,
ikatannya dengan orangorang yang mempekerjakannya terlalu kuat sehingga sulit
diputus. Bahkan setelah ia menemukan kebenaran dalam naskah itu."
"Kau tidak menjawab pertanyaanku. Apakah menurutmu, Vatikanlah yang
mempekerjakannya" Yesuit" Siapa?"
Sinclair bersandar di kursinya. "Aku belum tahu. Aku hanya bisa mengatakan bahwa
kami memiliki orang di Roma yang sedang mencari informasi. Kau akan terkejut
jika tahu betapa luasnya pengaruh kami. Aku yakin, kita akan memperoleh jawaban
lengkap besok malam, atau selambat-lambatnya lusa. Sekarang, kita harus
bersabar." Maureen meneguk kopinya lagi. Tatapannya lurus ke lukisan di
depannya, potret Maria Magdalena yang melakukan pertobatan. Dua puluh empat jam
lagi, ia akan memperoleh jawaban lengkap.
Paris 3 Juli 2005 Bapa Peter Healy merasa sangat lelah sesampainya di Paris.
Perjalanan dari Langedoc tidak bisa dibilang ringan. Bahkan tanpa kondisi lalu
lintas pagi di kota itu, perjalanan ini memakan waktu delapan jam. Ia juga
berhenti guna mempersiapkan paket untuk Maureen. Urusan ini ternyata memakan
waktu lebih lama dibanding yang ia rencanakan. Tapi energi yang terserap untuk
membuat keputusan ini teramat besar, dan ia merasa seolah kehidupannya tersedot.
Peter memindahkan paket pentingnya dengan hatihati ke dalam tas kulit hitam yang
biasa ia jinjing. Ia menyeberangi sungai dalam perjalanan menujut Notre-Dame. Di
sini, ia disambut Bapa Marcel yang menunggu di pintu masuk. Lelaki Prancis ini
mempersilakan Peter masuk dan memimpinnya menuju bagian belakang katedral. Ada
sebuah pintu kamar yang di samarkan dengan layar paduan suara yang penuh hiasan.
Peter masuk ke ruangan itu, berharap akan bertemu dengan penerima bawaanya,
Uskup Magnus O'Connor. Namun ternyata bukan dia yang Peter temui, melainkan
pejabat Gereja lain yang berwajah Italia, mengenakan jubah merah seorang
kardinal. "Yang Mulia," kata Peter terperangah, "maafkan aku. Aku tidak menduga akan
bertemu dengan Anda."
"Ya, aku tahu kau mengira akan bertemu Uskup Magnus.
Ia tidak datang. Aku yakin, yang ia lakukan sudah cukup." Raut wajah pejabat
Italia itu tetap tanpa ekspresi saat ia mengulurkan tangan untuk menerima tas.
"Naskah itu ada di dalam, benar?"
Peter mengangguk. "Bagus. Sekarang, Putraku," sang Kardinal berbicara sambil mengambil tas dari
tangan Peter, "marilah kita berbicara tentang kejadiankejadian selama beberapa minggu terakhir
ini. Atau barangkali beberapa tahun terakhir" Aku serahkan padamu untuk
memutuskan dari mana kita memulai." Chateau des Pommes Bfeues 3 Juli 2005
Aktivitas di chateau sepanjang hari itu sangat sibuk. Sinclair dan Roland
berjalan mondar-mandir, berbicara dalam bahasa Prancis dan Occitan, satu sama
lain, dengan pelayan dan dengan bermacam-macam orang lewat telepon. Dalam dua
peristiwa, Maureen menduga Roland berbicara dalam bahasa Italia, tapi ia tidak
yakin dan tidak mau bertanya.
Maureen bertemu Tammy sejenak di ruang media. Mereka memeriksa beberapa gambar
untuk dokumentasi garis darah Magdalena yang dibuat Tammy. Mereka berbincang-bincang
tentang bagaimana naskah Maria Magdalena mengubah pandangan Tammy sebagai seorang
pembuat film. Maureen semakin kagum pada temannya ini setelah menyaksikan betapa terampil dan
kreatifnya dia. Selain itu, Tammy mampu berkonsentrasi dalam pekerjaannya saat ia stres, seperti
yang mereka semua rasakan pada saat ini.
Di pihak lain, Maureen merasa dirinya tidak berguna. Ia tidak bisa
berkonsentrasi, sama sekali tidak bisa fokus. Ia merasa harus menggoreskan
catatan cepatcepat, berusaha menangkap sebanyak mungkin materi tentang Magdalena
yang ia ingat. Tapi ia tak mampu melakukannya. Ia terlalu sakit hati dengan
pengkhianatan Peter. Apa pun motifnya, ia pergi tanpa meninggalkan pesan. Dan ia
membawa sesuatu yang bukan haknya. Maureen merasa butuh waktu lama untuk pulih
dari persoalan ini. Makan malam berjalan sepi di antara mereka bertiga
Maureen, Tammy, dan Sinclair. Menurut Sinclair dan Tammy, Roland sedang keluar
tapi akan kembali sebentar lagi. Tammy mengatakan bahwa Roland sedang menjemput
seorang tamu dari bandara pribadi di Carcassonne. Begitu tamu misterius itu sampai, mereka akan
memperoleh informasi lebih banyak lagi. Maureen mengangguk untuk menunjukkan
bahwa ia paham. Sudah lama ia menarik pelajaran bahwa memaksakan kehendak tak
akan membawa hasil. Mereka akan
mengungkapkan rahasia pada waktunya. Itulah bagian budaya di Arques ini. Tapi
Maureen menangkap raut wajah Sinclair lebih tegang dibandingkan biasanya.
Tak lama setelah mereka pindah untuk menikmati kopi di ruang kerja, seorang
pelayan masuk dan berbicara kepada Sinclair dalam bahasa Prancis.
"Bagus. Tamu kita sudah datang," katanya menerjemahkan untuk Tammy dan Maureen.
Roland masuk bersama seorang lelaki yang sama mengesankannya. Ia mengenakan
pakaian hitam, kasual tapi elegan dan terbuat dari bahan Italia berkualitas.
Lelaki ini memancarkan aura seorang bangsawan dan terlihat nyaman dengan
kekuatan dan pengaruhnya. Ia mendominasi energi di ruangan itu sejak
kedatangannya. Roland melangkah maju. "Mademoiselle Paschal, Mademoiselle Wisdom, adalah
kehormatan bagiku untuk mengenalkan teman kita yang terhormat, Kardinal DeCaro."
DeCaro menyalami Maureen, baru kemudian Tammy. Ia tersenyum hangat kepada kedua
perempuan itu. "Dengan senang hati." Ia memberi isyarat ke Maureen dan bertanya
pada Roland, "Inikah Dia Yang Dinantikan kita?" Roland mengangguk.
"Maafkan aku, apakah kau mengatakan 'Kardinal'?"
tanya Maureen. "Jangan biarkan pakaian biasa membodohimu," kata Sinclair dari belakang Maureen.
"Kardinal DeCaro adalah pejabat penting yang berpengaruh di Vatikan. Barangkali
nama lengkapnya akan membantumu. Inilah Tomas Francesco Borgia DeCaro."
"Borgia?" seru Tammy.
Sang Kardinal mengangguk. Jawaban sederhana bagi pertanyaan Tammy yang tak
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terucapkan. Roland mengedipkan mata padanya dari seberang.
"Yang Mulia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Mademoiselle Paschal. Jadi
kami akan pergi sekarang," kata Roland. "Tolong bunyikan bel jika Anda
membutuhkan sesuatu."
Roland membukakan pintu untuk Sinclair dan Tammy sementara Kardinal DeCaro
memberi isyarat agar Maureen duduk di samping meja mahogani. Ia mengambil kursi
yang berhadapan dengan Maureen. "Signorina Paschale, pertamatama aku ingin mengatakan bahwa aku telah
bertemu dengan sepupumu."
Maureen terperangah. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan, tapi bukan ini. "Di
mana Peter?" "Dalam perjalanan menuju Roma. Aku bersamanya di Paris tadi. Ia baikbaik saja,
dan dokumen yang kautemukan aman."
"Aman di mana" Ada di tangan siapa" Bagaimana..."
"Sabarlah, akan kukatakan semuanya. Tapi sebelumnya aku ingin menunjukkan
sesuatu." Kardinal itu mengambi I tas diplomatik yang ia bawa lalu mengeluarkan setumpuk
map berwarna merah. Map-map itu diberi label EDOUARD PAUL PASCHAL.
Maureen merasa sesak napas saat membaca label
itu. "Itu nama ayahku."
"Ya. Dan dalam map-map ini ada foto ayahmu. Tapi aku harus memperingatkan, yang
akan kau lihat ini cukup menganggu, tapi sangat penting untuk kau pahami."
Maureen membuka map paling atas. Map itu terjatuh ke meja karena tangannya yang
gemetar. Kardinal DeCaro kemudian memberi penjelasan sementara Maureen memandang foto-
foto yang menggambarkan luka ayahnya itu satu per satu.
"Ia mengalami stigmatis. Kautahu apa artinya" Ia memiliki luka-luka seperti
Kristus di tubuhnya. Luka itu ada di pergelangan tangan, di kaki, dan titik kelima di sini, di bawah
rusuk. Di situlah Longinus menancapkan tombaknya ke tubuh Yesus."
Maureen memandang foto-foto itu, terkejut. Selama dua puluh lima tahun,
spekulasi tentang "penyakit" ayahnya telah mengotori opininya tentang sang ayah. Sekarang teka-
teki itu menjadi jelas rasa takut yang membuat ibunya menunjukkan sikap
bermusuhan, dan kemarahannya terhadap Gereja.
Hal ini juga menjelaskan surat dari ayahnya kepada keluarga Gelis yang tersimpan
dalam arsip di chateau ini. Ayah Maureen menulis surat karena stigmata di
tubuhnya dan karena ia ingin melindungi putrinya dari nasib yang sama. Maureen
menatap Kardinal di antara air matanya.
"Mereka selalu mengatakan bahwa ia bunuh diri akibat sakit jiwa. Ibuku berkata
ia meninggal dalam kondisi tidak waras. Aku tidak tahu, tak seorang pun
memberitahukan kejadian ini..."
Pejabat gereja itu mengangguk dengan iba. "Sayangnya, banyak orang yang salah
paham terhadap ayahmu," katanya.
"Bahkan orangorang yang seharusnya bisa membantunya. Yaitu kalangan Gerejanya
sendiri. Dan ke sanalah Peter pergi."
Maureen mengangkat pandangannya, ia mendengarkan dengan penuh perhatian. Bisa ia
rasakan, keringat dingin mengucur di punggungnya dan terus ke jari kakinya,
sementara sang Kardinal bercerita.
"Sepupumu lelaki yang baik, Signorina. Aku rasa, janganlah kau menghakiminya
atas perbuatan yang akan aku sampaikan padamu. Tapi, kita harus mundur ke masa
kanak-kanakmu. Saat tubuh ayahmu menunjukkan stigmata, pendeta setempat yang ia
datangi untuk meminta bantuan adalah bagian organisasi dalam Gereja yang
membelot. Seperti yang lainnya, kami hanya manusia biasa. Meski banyak di antara
kami, orangorang gereja, yang mengabdikan diri untuk kebaikan, ada sebagian
orang yang melindungi keyakinan tertentu dengan cara apa pun.
"Kasus ayahmu seharusnya disampaikan langsung ke Roma. Tapi ternyata tidak. Kami
akan membantunya, bekerja sama dengannya untuk menemukan sumber atau memahami
signifikansi suci luka-luka itu. Tapi orang yang mengambil alih kasus ini
membuat keputusan sendiri bahwa ayahmu adalah orang yang berbahaya. Seperti yang
sudah aku katakan, mereka adalah pembelot yang memiliki agenda tersendiri. Aku
baru mengetahuinya belakangan ini."
Kardinal kemudian menjelaskan jaringan luas yang bersumber dari Vatikan.
Jaringan ini melibatkan puluhan ribu orang di seluruh dunia untuk menjaga
keimanan. Dengan jumlah sebesar itu, dan penyebarannya yang sangat luas,
mustahil melacak motif pribadi individu,
bahkan kelompok. Organisasi bayangan yang ekstrem berkembang setelah Vatikan II,
terdiri dari kader pendeta muda yang menentang keras reformasi Gereja. Seorang
pendeta Irlandia, Magnus O'Connor, direkrut untuk bergabung dengan organisasi
ini, selain sejumlah pemuda Irlandia. Ketika Edouard Paschal meminta bantuan
Gereja, O'Connor bekerja di wilayah kependetaan di luar New Orleans.
O'Connor merasa takut dengan stigmata yang dialami Paschal.
Lebih jauh lagi, ia terganggu dengan visi Yesus yang didampingi seorang wanita,
dan Yesus sebagai ayah yang memiliki anak. Pendeta Irlandia ini mengevaluasi
kasus Paschal dalam organisasinya sendiri, bukan melalui saluran Gereja yang
resmi. Setelah Edouard Paschal bunuh diri karena putus asa dan bingung dengan
stigmata yang ia alami, organisasi bayangan ini melanjutkan operasinya dengan
mengawasi kehidupan istri dan putrinya. Maureen Paschal kecil mengalami visi
seperti ayahnya sejak masih balita. O'Connor meyakinkan ibunda Maureen,
Bernadette, untuk menjauhkan putrinya dari keluarga Paschal. Karena itulah sang
ibu kemudian memboyongnya kembali ke Irlandia dan mengubah namanya ke nama
gadisnya, Healy. Bernadette juga berusaha mengubah nama putrinya.
Namun di usia yang hampir delapan tahun, Maureen sudah berkemauan keras. Ia
berkeras mempertahankan nama Paschal dan tak akan mengubahnya dengan alasan apa pun.
Sikap ini menjadi bukti yang lebih dari cukup bagi Magnus O'Connor, sekarang
telah menjadi uskup, bahwa anak perempuan Paschal ini memiliki hubungan erat
dengan panggilan ketuhanan. Ketika Peter Healy masuk seminari, O'Connor
mengerahkan pendekatan Irlandianya untuk menarik Peter, seperti yang telah ia
lakukan terhadap Bernadette. Peter dicekoki sejarah Edouard Paschal dan diminta
untuk mengawasi sepupunya dan memberikan laporan secara berkala.
Maureen memotong penjelasan Kardinal. "Apakah menurutmu Peter telah mengawasi
dan melaporkan tindakanku sejak aku masih kecil?"
"Ya, Signorina, itu benar. Tapi Bapa Healy melakukannya karena cinta. Orangorang
itu menipunya, membuatnya yakin bahwa semua itu demi melindungimu. Ia tidak tahu
bahwa dulu mereka menolak membantu ayahmu atau, yang lebih buruk, bahwa
barangkali merekalah yang bertanggung jawab atas kematian yang menyedihkan itu."
Kardinal menatap Maureen dengan penuh kasih. "Aku yakin, motif Peter terhadapmu
bersih dan patut dihargai. Dengan alasan yang sama, ia memilih menyerahkan
naskah itu ke Gereja."
"Tapi mengapa ia tega melakukannya" Ia tahu isi naskah itu. Mengapa ia ingin
menutup-nutupinya?" "Memang, dengan informasi terbatas akan mudah untuk salah menilainya. Tapi aku
tidak percaya Bapa Peter Healy bermaksud menutupnutupi sesuatu. Kami memiliki
kecurigaan yang beralasan bahwa Uskup O'Connor dan organisasinya menekan Peter
dengan mengancam keselamatanmu. Harap maklum, semua ini terjadi di luar lingkup
Gereja dan Roma tidak bisa memberi sanksi. Tapi sepupumu menyerahkan naskah itu
kepada O'Connor untuk ditukar dengan keselamatanmu."
Maureen berusaha menyerap semua ini. Ia belum yakin apakah harus senang atau
sedih. Yang pasti, ada rasa lega karena Peter, satusatunya teman sejati yang ia
percayai, tidak berkhianat dalam arti sesungguhnya. Tapi ada banyak informasi
yang harus ia cerna. "Dan bagaimana kau mengetahui semua ini?" Maureen ingin tahu.
"Ambisi O'Connor telah mencelakakan dirinya sendiri. Ia berharap penemuan injil
Magdalena bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan karirnya di Gereja. Dengan
begitu, ia akan semakin berkuasa dan memiliki akses ke informasi tingkat tinggi
demi organisasi bayangannya dan agenda mereka yang tidak bisa diterima." Senyum
DeCaro terkesan agak sombong. "Tapi jangan khawatir. O'Connor dan rekan-rekannya
dalam proses pemecatan. Keputusan ini kami ambil setelah mengetahui siapa mereka
sesungguhnya. Intelijen kami tergolong yang tak ada bandingnya."
Ini tidak mengherankan karena Maureen selalu menganggap Gereja Katolik sebagai
organisasi yang sangat luas dengan tangan-tangan yang menyebar ke seluruh dunia.
Ia tahu, organisasi ini adalah yang terkaya di bumi dan memiliki sumber daya
terbaik. "Apa yang akan terjadi dengan naskah Maria?" tanya Maureen, bersiap mendapat
jawaban yang tidak mengenakkan.
"Jika boleh berterus terang, aku belum tahu. Aku yakin kau paham bahwa penemuan
ini tergolong yang paling penting di masa ini, jika bukan sepanjang sejarah
Gereja. Begitu dinyatakan otentik, penemuan naskah ini harus dibahas pada level
tertinggi." "Peter telah menceritakan isi naskah itu?"
Kardinal itu mengangguk. "Ya. Aku telah membaca
sebagian catatannya. Ini mungkin mengejutkanmu, Signorina Paschale, tapi kami
tidak duduk seharian di singgasana perak Vatikan sambil merencanakan
konspirasi." Maureen tertawa bersama Kardinal lalu bertanya dengan sangat serius, "Apakah
Gereja akan berusaha menghentikan jika aku menuliskan pengalamanku ini dan yang
lebih penting, jika aku menuliskan isi naskah Maria?"
"Kau bebas melakukan apa pun sesuai pilihanmu dan pergi ke mana pun hati dan
akalmu membimbing. Jika Tuhan bekerja lewat dirimu untuk mengungkapkan tulisan Maria,
maka siapa pun tak pantas menahan langkahmu menjalankan tugas suci itu. Gereja
tidak dibentuk untuk menutupnutupi informasi, seperti yang diyakini banyak orang. Gereja menaruh
perhatian pada keberlangsungan dan pengembangan iman. Aku sendiri yakin penemuan
injil Maria Magdalena ini memberi peluang baru bagi kami untuk menarik generasi
muda. Tapi" Kardinal mengangkat tangan saat mengatakan ini-"aku hanya seorang
manusia. Aku tidak bisa berbicara untuk orang lain, tidak pula untuk Bapa Suci
sendiri. Waktulah yang akan berbicara."
"Dan sebelum waktunya tiba, apa yang terjadi?"
"Sebelum waktunya tiba, Injil Arques Maria Magdalena akan disimpan di
perpustakaan Vatikan, di bawah pengawasan Bapa Peter Healy."
"Peter akan tinggal di Roma?"
"Ya, Signorina Paschale. Ia akan memimpin tim penerjemah resmi. Itu suatu
kehormatan besar, tapi kami rasa ia layak menerimanya. Dan jangan berpikir kami
lupa pada kontribusimu," katanya sambil menyerahkan kartu nama dari tas
diplomatiknya. "Ini saluran telepon pribadiku
di Kota Vatikan. Jika kau sudah siap, kami ingin mengundangmu menjadi tamu kami.
Aku ingin mendengar langsung seluruh kisah perjalanan yang telah membawamu ke
tempat ini. Oh ya, kau bisa menghubungi sepupumu melalui nomor ini sampai ia
memiliki nomor sendiri. Ia bekerja langsung untukku."
Maureen menatap nama yang tertera di kartu itu. "Tomas Francesco Borgia DeCaro,"
bacanya keraskeras. "Jika boleh aku bertanya..."
Kardinal itu tertawa. Senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Ya, Signorina, aku dari garis darah itu, sebagaimana juga dirimu. Kau pasti
akan terkejut jika tahu berapa banyak jumlah kita dan kau akan bertemu dengan
orang seperti kita jika kautahu ke mana menoleh."
f "Malam ini sangat indah, diterangi bulan purnama. Maukah kau menemaniku
jalanjalan di taman sebelum tidur?" usul Berenger Sinclair kepada Maureen
setelah Kardinal pamit. Maureen menerima tawaran itu. Sekarang ia merasa sepenuhnya nyaman bersama
lelaki itu. Kenyamanan unik yang dirasakan orangorang yang melewati situasi besar
bersamasama. Dan ada beberapa hal lain yang lebih indah di bandingkan malam musim panas di
Prancis barat daya. Dengan lampulampu sorot menerangi chateau yang megah dan cahaya rembulan
memantul di jalan setapak terbuat dari marmer, menyulap Taman Trinitas menjadi
tempat yang terkesan sangat magis.
Maureen menceritakan seluruh hasil perbincangannya
dengan Kardinal. Sinclair mendengarkan dengan penuh minat dan perhatian. Setelah
selesai, ia bertanya, "Apa yang akan kau lakukan sekarang" Apakah kau akan
menuliskan pengalaman ini"
Bagaimana kau akan mengungkapkan isi injil Maria ke dunia?"
Maureen berjalan mengelilingi pagar yang membatasi air mancur Magdalena. Ia
menelusurkan jarinya di atas marmer yang dingin dan halus sambil merenungkan
pertanyaan Sinclair. "Aku belum memutuskan bagaimana bentuknya nanti." Ia mengangkat wajah, memandang
patung itu. "Aku berharap dia akan memberikan bimbingan. Apa pun bentuknya, aku hanya
berharap bisa memperlakukan Magdalena dengan adil."
Sinclair tersenyum pada gadis itu. "Kau akan mendapatkannya. Tentu saja. Ia
tidak sembarang memilihmu."
Maureen membalas ekspresi kehangatan itu. "Ia memilihmu juga."
"Aku pikir kita semua dipilih untuk menjalankan peran masingmasing. Kau, aku,
Roland, dan Tammy. Dan tentu saja Bapa Healy."
"Jadi kau tidak membencinya karena perbuatan yang telah ia lakukan?"
Sinclair menjawab dengan cepat. "Tidak. Sama sekali
tidak. Bahkan seandainya ia melakukan sesuatu kesalahan, ia melakukannya demi alasan
yang benar. Lagi pula, betapa munafiknya aku jika membenci seorang hamba Tuhan
setelah penemuan ini" Pesan Magdalena adalah pesan kasih dan pengampunan. Jika
semua orang di bumi ini mengamalkan dua sifat itu, bumi akan menjadi tempat
tinggal yang lebih indah, bukankah begitu?"
Maureen menatapnya kagum. Dalam hatinya, tumbuh perasaan yang masih baru
baginya. Untuk pertama kalinya, Maureen merasa aman. "Aku tidak tahu bagai mana mesti berterima
kasih padamu, Lord Sinclair."
Aksen Skotlandia keluar dengan jelas dari mulut lelaki itu saat ia mengucapkan
nama Maureen dengan tekanan pada huruf "r". "Terima kasih untuk apa, Maureen?"
"Untuk semua ini." Maureen menunjuk ke sekeliling taman yang rimbun. "Untuk
mengenalkan aku pada dunia yang bahkan kebanyakan orang tak pernah
memimpikannya. Untuk menunjukkan tempat ini dan segala isinya. Untuk membuatku
merasa bahwa aku tidak sendirian."
"Kau tak akan pernah sendirian lagi." Sinclair meraih tangan Maureen dan
mengajaknya semakin jauh ke rerimbunan beraroma mawar. "Tapi kau harus berhenti
memanggilku Lord Sinclair."
Maureen tersenyum dan memanggilnya "Berry" untuk kali pertama, tepat sebelum
lelaki itu mengecupnya. f Esok paginya, sebuah paket untuk Maureen tiba. Paket itu dikirim dari Paris
kemarin. Tak ada alamat pengirim, tapi Maureen tak perlu penjelasan siapa
pengirimnya. Ia sangat kenal tulisan Peter.
Maureen merobek bungkus kotak, ingin segera tahu apa isinya. Meskipun ia tidak
marah dengan perbuatan Peter, tapi sepupunya itu belum tahu. Mereka mesti
melewati masa memaafkan yang canggung dan melakukan pembicaraan serius tentang
sejarah mereka bersama. Tapi Maureen merasa yakin, mereka akan akrab kembali
seperti sebelumnya. Maureen menjerit kaget bercampur senang setelah melihat isi kotak itu. Ada
fotokopi tiap halaman catatan Peter dari ketiga kitab injil Maria Magdalena.
Semua catatannya ada di sana, mulai dari transkripsi awal hingga terjemahan
akhir. Di bagian atas halaman yang disobek dari salah satu kertas catatannya
yang berwarna kuning, Peter menulis:
Maureen tersayang: Sampai aku bisa menjelaskan segalanya padamu secara langsung, aku percayakan
semua ini padamu. Pada akhirnya, kaulah orang yang paling pantas menyimpan warisan ini, jauh lebih
pantas dibandingkan orangorang yang memaksaku menyerahkan versi aslinya kepada mereka.
Tolong sampaikan juga permohonan maaf dan terima kasihku kepada yang lain. Aku
berharap bisa melakukannya secara langsung secepatnya. Aku akan menghubungimu
dalam waktu dekat. Peter
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
...Bertahuntahun kemudian, barulah aku memiliki kesenpatan untuk berterima kasih
secara langsung kepada Claudb Procula atas risiko yang ia tempuh demi Easa.
Tragedi Pontius Pilatus dm
keputusannya memilih Rona sebagai pemimpinnya.
pada akhirnya tidak berhasil menyekutukan k,iris dan ambisinya. Herod berangkat
ke Roma sehari setelah kematian Easa. tapi ia tidak memberi laporan yang baik
berkaitan dengan Pilatus kepada kaisar. Pribadi Herod tidak pernah berubah, la
nrmih'ki agenda ffrsendiri: menempatkan sepupunya di posisi penguasa. Ucapannya
kepada Tiberius penuh racun, dan Pdatus dipanggil ke Rona untuk menghadiri
sidang atas perbuatan bwuknya saat ia menjabat sebagai gubernur Judea.
Dalam pengadilan itu. ucapan-ucapan Pontius Pilatus sendiri digunakan untuk
menyerangnya. Ia telah mengirim surat kepada Tiberius, yang bercerita tentang
mukjizat Easa dan peristiwa-peristiwa di Masa Kegelapan. Romawi menggunakan
katakata itu untuk menyerangnya, bukan han ya untuk
mencabut gelar dan kedudukannya, tetapi juga untuk mengusir dan mengasingkannya.
Seandainya Pilatus melepaskan Easa dan melawan Herod serta para imam. nasibnya tak akan berbeda.
Claudia Procula tetap setia kepada suaminya di masa-masa penuh penderitaan itu.
laberctrita padakubahwa putra kecilmereka. Pilo. meninggal beberapa hari setelah
Easa dihukum mati. Tak ada peiuelasan di balik musibah itu. Sang anak pergi
begitu saja di hadapan mereka. Claudia mengatakan bahwa pada awahya ia mesti
mengerahkan seluruh usahanya agar tidak menyalahkan suaminya atas kematian putra
mereka. Namun ia tahu. Easa tidak menyukai sikap itu. Ia hanya perhi memejamkan
mata, lalu tampaklah wajah Easa di malam ketika ia menyembuhkan putranya
begitulah Claudia Procula menemukan Kerajaan Tuhan. Perempuan Romawiyangberdarah
bangsawan bu memiliki pemahaman yang luar biasa tentang Jalan Nasrani, la
1 tertanam V V Y " w dalam liatinya. Claudia dan Pilatus pindah ke Gaul tempattinggalnya semasa kedi Ia mengatakan
bahwa Pdatusmenghabiskan sisa hidupnya dengan berusaha memahami Easasiapa dia, apa
yang ia inginkan, apa yang ia ajaikan. Selama bertahuntahun. Claudia kerap
berkata pada suaminya bahwa ia tidak bisa menerapkan logika Romawi terhadap
Jalan Easa. Orang harus menjadi anak kuil untuk mf-mahami kebenaran. Anakanak
itu mumi. terbuka, dan jujur. Mereka dapat menerima kebaikan dan keyakinan tanpa
ragu. MeskiPdatusberpikirbahwa cara meyakini JalanNya seperti yang dialami
Claudia bukanlah caranya, tapi Claudia merasa bahwa ia telah berpindali
keyakinan, dengan caranya sendiri Claudia menyampaikan kisah yang luar biasa
tentangkejaian sehari sebelum ia dan sang penguasa meninggalkan Judea untuk
sehinanya. Ponthis Pilatus pergi ke Rumah Tuhan untuk mencari Jonathan Annas dan
Caiaphas. Ia berk eras bertemu dengan mereka. Pilatus meminta keduanya menatap
matanya di tempat yang paling sakralbagikalangan mereka dan menjawab: apakah
kita telah membunuh Piara Tuhan"
Aku tidak tahu yang mana yang lebih /uar biasa. Apakah Pilatus yang nwncari
kedua imam itu untuk bertanya, atau pengakuan kedua imam itu bahwa mereka telah
melakukan kesalahan besar.
Setelah kebangkitan Easa kepada Bapa di Surga, sejumlah orang datang untuk
menyampaikan bahwa para pengikut kami telah memmdahkanjasadEasa. Orangorang
inimendapatbayaran dari Rumah
Tuhan. yar% kini takut akan mendapat getah akibat
perbuatan metrka jika orangorang mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Annas
dan Caiaphas telah mengaku. Pilatus mengatakan pada istrinya bahwa ia percaya
kedua orang itu benarbenar"menyesal, bahwa mereka akan sengsara setiap hari
sepanjang sisa usia menka di bumi karena hidup mereka dibayang-bayangi perbuatan
buruk yang telali dilakukan.
Seandainya sap mereka datang kepadaku dan nrnceritakan semua ini. Aku akan
mengabarkan ajaran JalanNya. dan meyakinkan mereka bahwa Easa menganipmii
mereka. Karena, pada hari Kerajaan Tuhan bangkit di hati kita. maka kita tak
akan nrnderita lagi. INJIL ARQUF.S MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Dua Puluh Satu New Orleans 1 Agustus 2005
Maureen mengemudikan mobil sewaannya menembus jamjarn senja musim panas di
wilayah selatan. Saat ia menepikan mobilnya di lapangan parkir pemakaman pinggiran kota, cahaya
pudar menyinari sebuah gereja kecil yang terletak di dalam area pemakaman itu.
Kali ini ia tidak berbalik. Putri Edouard Paschal ini masuk dengan kepala tegak.
Tak seorang pun, jika orang yang dikasihinya dikebumikan di sini, mendapati
tempat peristirahatan mereka dalam pusara yang tidak terurus dan penuh semak
belukar. Gerbang kuburan itu telah dipindahkan agar menyatu dengan area
sebelumnya yang menyedihkan. Ini berkat pengaruh dan jaminan dari kardinal
Italia. Marmer putih di pusara baru ayahnya tampak bersinar saat Maureen berjalan
mendekatinya. Rangkaian mawar dan lili yang indah menghiasi tepi marmer, tepat di bawah
fleurdelis besar bersepuh emas dan tulisan yang berbunyi:
EDOUARD PAUL PASCHAL AYAH TERCINTA MAUREEN
Ia berjongkok di depan pusara itu dan menjalin percapan panjang dengan sang
ayah. Perasaan damai yang membasuh jiwanya adalah sesuatu yang sepenuhnya baru,
dan ia menyambutnya dengan
sukacita. Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi secara keseluruhan, ia
lebih merasa bersemangat alih-alih takut. Besok, di New Orleans, ia akan bertemu
anggota klan Paschal para bibi, paman, dan sepupu yang belum ia kenal untuk
makan siang bersama. Setelah itu, ia akan terbang ke Bandara Shannon di Irlandia lalu berkendara
menuju Galway, desa kecil di sebelah barat, dan menginap di tanah pertanian
Healy. Peter akan menemuinya di sana.
Pertemuan itu akan menjadi yang pertama sejak sang sepupu meninggalkan Chateau
des Pommes Bleues. Mereka telah berbicara lewat telepon beberapa kali, tapi
belum saling berjumpa. Peterlah yang meminta agar mereka bertemu di Irlandia,
tempat yang sunyi dan jauh dari sorotan mata. Di sana, mereka bisa berbicara
panjang lebar dan Peter akan meluangkan waktu untuk menceritakan status resmi
Injil Arques. Maureen memikirkan semua itu saat melewati French Quarter yang tampak hidup di
Jumat senja yang indah itu.
Saat ia berjalan, suara saksofon melayang dari kejauhan, dibawa angin selatan.
Di belokan jalan, dalam kondisi terhanyut dalam musik, mata Maureen menangkap
sang musisi untuk kali pertama.
Rambutnya hitam panjang, mempertegas penampilannya yang kurus dan sendu. Saat
Maureen telah dekat denganya, lelaki itu mengangkat pandangan, mata mereka
saling bertemu selama beberapa saat.
James St. Clair, musisi jalanan dari New Orleans itu,
mengedipkan mata. Maureen tersenyum padanya sambil terus berjalan. Alunan
"Amazing Grace" dari saksofonnya melayang di belakang Maureen, terbawa angin
French Quarter. Dua Puluh Dua County Galway, Irlandia Oktober 2005
Ada keheningan di jantung daerah pedesaan Irlandia.
Kesunyian yang menyapu seluruh wilayah itu tatkala matahari terbenam. Seolah-
olah malam sendirilah yang menuntut keheningan. Ia menundukkan tiap yang mencoba melawan
hingga menjadi tenang, tanpa kecuali.
Bagi Maureen, kedamaian ini adalah sesuatu yang begitu ia dambakan setelah
terbebas dari kericuhan bulan-bulan lalu. Di sini ia aman dalam kesendiriannya
kesendirian yang mengikutsertakan hati dan pikirannya sendiri. Ia tak
memperkenankan dirinya memproses kejadiankejadian terakhir dengan perspektif
pribadinya. Itu bisa dilakukan nanti. Atau barangkali tak akan terjadi sama
sekali. Pemikiran itu terlalu besar, terlalu jauh dari jangkauan...dan terlalu absurd. Ia
telah menunaikan perannya sebagai Dia Yang Dinantikan, untuk lompatan nasib,
atau takdir, atau bahkan bimbingan ilahiah apa pun yang telah ia pilih.
Tugasnya telah selesai. Dia Yang Dinantikan adalah sosok ilusional, terikat
dengan waktu dan ruang di alam
Langedoc dan telah menjadi kenangan manis di Prancis sana. Tapi Maureen Paschal
adalah sosok yang nyata, dan merasa kelelahan dengan semua itu. Sambil menghirup
udara tenang di kampung halamannya, Maureen beranjak ke kamar tidur untuk menikmati istirahat yang telah
ia rindukan. Tidurnya pasti tak akan tanpa mimpi.
f Maureen telah melihat pemandangan ini sebelumnya suatu sosok dalam bayangan,
membungkuk ke sebuah meja kuno.
Ujung pena menggores kertas seiring mengalirnya kata kata sang pengarang. Ketika
Maureen melongok dari bahu sang penulis, cahaya biru langit mencuat dari halaman
kertas. Pada mulanya Maureen tidak melihat sang penulis bergerak.
Saat sosok itu berpaling dan melangkah ke bawah cahaya lampu, Maureen menahan
napas. Ia telah melihat wajah ini dalam mimpi sebelumnya.
Suatu momen pengenalan yang berlangsung sekilas.
Sekarang, lelaki itu menujukan perhatian penuh kepada Maureen. Dalam kondisi
kaku, Maureen menatap lelaki di hadapannya. Lelaki paling tampan yang pernah ia
lihat. Easa. Ia tersenyum kepada Maureen. Suatu ekspresi yang sarat keilahiahan dan
kehangatan hingga Maureen mabuk karenanya. Seolah matahari itu sendiri yang
terpancar dari ekspresi nan sederhana tadi.
Maureen tetap tak kuasa bergerak, tak mampu melakukan apa pun selain memandang keindahan dan
keagungannya. "Kau adalah putriku, aku merasa senang denganmu."
Suaranya mengalun merdu, suatu nyanyian kesatuan dan cinta yang bergetar di
udara sekelilingnya. Ia melayang dalam musik itu dalam momen yang abadi, sebelum
dikagetkan dengan bunyi ucapan
berikutnya. "Tapi tugasmu belum selesai."
Sambil tersenyum kembali, Easa dari Nazaret, Anak Manusia, berbalik ke meja
tempat tulisannya berada. Cahaya halaman kertas itu semakin terang, huruf-
hurufnya berkilau dengan cahaya indigo, perpaduan biru dan ungu, pada kertas
tebal yang seperti linen.
Maureen mencoba bicara, tapi kata-katanya tidak keluar. Ia tidak seperti manusia
biasa. Ia hanya bisa mengawasi sosok ilahiah di hadapannya yang memberi isyarat
untuk melihat kertas itu. Easa kembali menatap Maureen dan tetap menatapnya
dalam momen yang abadi. Meluncur dengan luwesnya melintasi ruang yang memisahkan mereka, Easa berdiri
langsung di hadapan Maureen. Ia tidak berkata-kata lagi, namun melangkah maju
dan memberi ciuman seorang ayah di kepala Maureen.
f Maureen terbangun dalam keadaan bersimbah keringat. Kulit kepalanya terbakar
seolah diberi tanda, dan ia merasa pusing dan agak bingung.
Ia melihat ke jam di samping tempat tidur dan mengibaskan kepala agar
pandangannya jernih. Sinar pagi pertama merayap lewat tirai tebal, tapi masih
terlalu pagi untuk menelepon ke Prancis. Ia akan membiarkan Berry tidur beberapa jam lagi.
Setelah itu, ia akan meneleponnya dan memintanya mengungkapkan setiap detail
informasi tentang keberadaan terakhir Kitab Cinta, injil Yesus Kristus yang
sejati. Penutup Apakah Kebenaran" PONTIUS PILATUS, YOHANES 18:38
Perjalanan saya menelusuri Garis Magdalena untuk mencari jawaban pertanyaan
Pilatus berawal dengan Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan ratu pejuang
Celtic abad pertama. Dikenal dalam sejarah sebagai Boudicca, tokoh terakhir ini
memiliki semboyan "Y gwir erbyn y biyd", kalimat Welsh yang artinya "Kebenaran
yang menantang dunia". Saya menjadikan kalimat ini sebagai mantra dalam jalan
pencarian yang berlangsung sejak saya dewasa. Kalimat itu menuntun saya melewati
jalur sejarah yang berlikuliku yang terentang sepanjang 2.ODD tahun.
Telah lama saya merasakan dorongan untuk menguak kisahkisah besar yang tidak
diungkapkan. Lapisan-lapisan pengalaman manusia yang terkubur membisu dan sering kali
diabaikan dalam tulisan-tulisan akademis. Seperti yang diingatkan tokoh
protagonis saya, Maureen, "Sejarah bukanlah sesuatu yang telah terjadi. Sejarah
adalah sesuatu yang dituliskan." Lebih sering, sesuatu yang kita ketahui dan
kita terima sebagai sejarah adalah hasil ciptaan seorang penulis yang memiliki
agenda politik tertentu. Pemahaman inilah yang membuat saya mendalami cerita-
cerita rakyat sejak remaja. Saya merasakan kepuasan yang tidak terhingga ketika
menggali kebudayaan dari sumber aslinya, menemui sejarawan atau sahibul hikayat
lokal untuk mengungkapkan kronik manusia sesungguhnya yang tidak tersedia di
perpustakaan atau buku daras. Darah Irlandia membuat saya sangat menghargai
kekuatan riwayat yang disampaikan secara lisan dan tradisi yang hidup di tengah-
tengah masyarakat. Darah Irlandia juga mendorong saya menjadi seorang penulis dan aktivis. Karena
itulah saya larut dalam gejolak politik Irlandia Utara pada tahun 1980-an. Dalam
periode itu saya semakin skeptis terhadap sejarah tertulis, yang karenanya
diterima luas. Sebagai saksi mata peristiwa bersejarah, saya sadar bahwa laporan
kejadian jarang sekali mendekati peristiwa aslinya yang saya saksikan secara
langsung. Dalam banyak kasus, saya bahkan nyaris tidak mengenali kejadian itu
ketika diulas dalam surat kabar dan stasiun televisi, juga buku "sejarah". Versi
dokumentasi ini semuanya ditulis dengan lapisan bias politik, sosial, dan
pribadi. Kebenaran menjadi hilang selamanya kecuali, barangkali, bagi orangorang
yang menyaksikannya secara langsung. Umumnya, saksi-saksi ini adalah kelas buruh
yang hidupnya sulit. Mereka tidak akan menuliskan peristiwa yang mereka saksikan
ke surat kabar nasional atau mencari penerbit yang mau mencetak kisahnya demi
mendapatkan uang. Mereka hanya
menguburkan mayat, berdoa untuk kedamaian, lalu berusaha sekuat tenaga agar
hidup terus berputar. Tapi tetap saja, mereka menyimpan pengalaman dengan cara mereka sendiri sebagai
saksi sejarah, yaitu dengan menyampaikan kisah itu kembali kepada keluarga dan
komunitas. Pengalaman di Irlandia meyakinkan saya kembali akan pentingnya tradisi lisan dan
budaya, dan mengapa semua itu biasanya adalah sumber yang paling kuat untuk
memahami pengalaman manusia.
Kejadiankejadian di sekitar jalanjalan di Belfast menjadi mikrokosmos saya. Jika
peristiwa-peristiwa di sana dipandang cukup penting untuk disusun kembali dan
diubah oleh surat kabar besar dan media elektronik, lalu apa artinya ketika
konsep yang sama diterapkan ke dalam skala makrokosmos, ke sejarah dunia"
Tidakkah kecenderungan untuk memelintir kebenaran menjadi semakin besar dan
semakin absolut ketika kita menengok ke belakang, ke masa lalu ketika hanya
orangorang yang kaya, berpendidikan tinggi, dan memiliki kedudukan politik yang
mampu mencatat peristiwa"
Saya semakin merasa berkewajiban untuk mempertanyakan sejarah. Sebagai seorang
perempuan, saya ingin membawa gagasan ini satu langkah lebih jauh. Dengan
semaraknya dunia tulisan, berbagai materi dalam jumlah tak terhitung yang
dianggap cendekiawan dapat diterima secara akademis diciptakan oleh orangorang
dari strata sosial dan politik tertentu. Kita percaya, biasanya dengan begitu
saja, bahwa dokumendokumen itu benar hanya karena dokumen itu bisa "diabsahkan"
ke dalam periode waktu tertentu. Jarang kita memperhitungkan fakta bahwa dokumen
itu ditulis pada masa kegelapan, ketika status perempuan lebih rendah ketimbang
bahan pokok, bahkan dikatakan tidak memiliki jiwa! Berapa banyak kisahkisah
agung lenyap begitu saja karena perempuan yang menjadi tokoh utamanya dianggap
tidak cukup penting, bahkan tidak dianggap sebagai manusia,
untuk disebutkan" Berapa banyak perempuan yang dihilangkan sepenuhnya dari sejarah" Dan bukankah
inilah kenyataan bagi perempuanperempuan abad pertama"
Kemudian ada perempuan yang sangat kuat dan mumpuni dalam dunia pemerintahan,
perempuan yang tidak bisa diabaikan. Banyak di antara mereka yang mendapat
tempat dalam buku sejarah sebagai penjahat busuk pezina, penjilat, penipu,
bahkan pembunuh. Apakah pencitraan itu adil" Ataukah ada propaganda politik
untuk mendiskreditkan perempuan yang berani menunjukkan kekuatan dan
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecerdasannya" Berbekal pertanyaanpertanyaan ini dan rasa tidak percaya yang
menjadijadi terhadap sesuatu yang diterima secara akademis sebagai bukti
bersejarah, saya melakukan riset dan menulis buku tentang perempuanperempuan
yang dibenci, perempuanperempuan yang disalahpahami dan
diperlakukan secara buruk. Saya memulai riset ini dengan para perempuan luar
biasa yang telah disebutkan di atas Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan
Boudicca. Pada awalnya, Maria Magdalena hanyalah satu dari sekian banyak topik dalam riset
saya. Saya berangkat dengan suatu kewaspadaan yang lebih besar terhadap teka-
teki dalam Perjanjian Baru, yang menyangkut peran Magdalena sebagai pengikut
Kristus. Saya tahu, gambaran Magdalena sebagai seorang pelacur cukup dominan
dalam masyarakat Kristen. Saya juga tahu, Vatikan telah perupaya mengoreksi
ketidakadilan tersebut. Inilah titik tolak saya. Niat saya adalah menyatukan
kisah Maria Magdalena sebagai satu topik dari sekian banyak topik, dalam satu
tubuh tulisan yang mencakup periode dua puluh abad.
Tapi Maria Magdalena mempunyai rencana lain terhadap saya.
Saya mulai mengalami serangkaian mimpi yang menghantui dan berulangulang. Mimpi
itu terpusat pada berbagai peristiwa dan karakter dalam Kesengsaraan dan
Kematian Kristus. Sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan, seperti yang dialami Maureen,
mengarahkan saya untuk menginvestigasi riset seputar legenda-legenda Maria
Magdalena dari berbagai lokasi, mulai dari Mc Lean, Virginia, hingga Gurun
Sahara. Saya melakukan perjalanan mulai dari gunung Masada hingga jalanjalan
kuno Assisi, mulai dari katedral Gotik di Prancis hingga bukit berbatu Inggris
selatan dan melintasi pulau-pulau Skotlandia yang berbatu.
Saya berjuang keras menyeimbangkan unsur-unsur dalam hidup saya yang semakin di
luar jangkauan akal, berjalan melewati tali ala Dali, antara kehidupan ibu rumah
tangga di wilayah pinggiran dengan petualang dalam film Indiana Jones.
Akhirnya saya paham, saya telah menjalani sebagian besar kehidupan saya sebagai
persiapan untuk pencarian ini.
Tampaknya pengalaman-pengalaman pribadi dan profesional saya yang tidak
beraturan mulai membentuk suatu pola yang menawan. Pola ini menuntun saya untuk menguak
serangkaian rahasia keluarga yang sebelumnya tidak terbayangkan. Saya bahkan
harus terkejut karena gambaran tentang beberapa anggota keluarga saya ternyata
berbeda jauh dari gambaran yang disampaikan untuk saya yakini. Hampir dua
dasawarsa setelah kematian mereka, saya baru tahu bahwa kakek-nenek
saya dari pihak ayah yang konservatif dan sangat tradisional nenek yang sangat
saya cintai dan suaminya, seorang Pembaptis yang sangat taat ternyata terlibat
jauh dalam gerakan Freemasonryi dan aktivitas perkumpulan rahasia. Saya akhirnya
tahu bahwa nenek saya memiliki hubungan darah dengan sejumlah keluarga yang
terbilang paling tua di Prancis. Kenyataan ini tidak hanya mengubah arah riset
saya, tetapi juga kehidupan saya.
Keterkejutan yang paling dahsyat terjadi setelah saya diberitahu bahwa tanggal
kelahiran saya adalah bagian dari nubuat yang berkaitan dengan Maria Magdalena
dan keturunannya. Yaitu Nubuat Orval seperti yang diucapkan Berenger Sinclair.
"Kebetulan-kebetulan" pribadi inilah yang menjadi kunci untuk membuka pintu yang
tidak disentuh oleh para peneliti sebelum saya.
Minat saya terhadap cerita daerah tentang Magdalena berubah menjadi obsesi
setelah saya merasakan betapa menakjubkannya tradisi budaya kuno yang selama ini
dijaga dengan penuh cinta dan semangat yang tak kunjung padam di seantero Eropa
barat. Saya diundang untuk mengenal bagian terdalam dari berbagai perkumpulan
rahasia, juga untuk berkenalan dengan para penjaga informasi keramat yang
membuat saya takjub hingga kini karena mereka, dan informasi yang mereka jaga,
benarbenar ada dan telah berjalan selama 2.000 tahun.
Saya tidak bermaksud menggali isu-isu yang akan
1 Pertukangan Batuan yang Bebas: persaudaraan yang memiliki rite-rite rahasia
dan yang didirikan pada abad ke-12 oleh sejumlah tukang batu di Inggris.
membuat orang meragukan sistem keyakinan yang telah dianut miliaran umat.
Bukanlah tujuan saya untuk menulis buku yang menggoyang suatu topik mahabesar
seperti kesejatian Yesus Kristus atau hubungannya dengan orangorang terdekat
dalam kehidupannya. Namun, seperti tokoh protagonis dalam buku ini, saya merasa
kadang jalan hidup kita telah dipilihkan. Begitu saya mengenal Kisah Teragung
yang Pernah Diungkapkan dari perspektif Magdalena, saya tahu bahwa saya tidak
bisa mundur. Kisah itu menguasai pikiran saya hingga hari ini. Bahkan saya yakin, selamanya.
Kontroversi yang memakan waktu dua milenia menjadikan Maria Magdalena sebagai
karakter Perjanjian Baru yang paling sulit dipahami. Dalam pencarian saya terhadap
perempuan sejati di balik legenda, saya sadar bahwa saya tidak mempunyai hasrat
untuk mengolah kembali sumbersumber tradisional seperti yang telah ditafsirkan
dengan caracara biasa. Saya malah membungkus diri dalam jubah hangat seorang
pendongeng lalu masuk lebih jauh ke dalam misteri. Ternyata berbagai cerita
tradisional dan mitologi tentang Maria Magdalena begitu kaya dan tua. The
Expected One dan bukubuku kelanjutannya mengupas teoriteori tentang identitas
dan dampak kontroversial Maria yang diilhami subkultur Prancis selatan dan
tempattempat lainnya di Eropa.
Cerita daerah dan tradisi Eropa juga memberikan wawasan baru bagi misteri Maria.
Wawasan-wawasan ini belum pernah diungkapkan secara memuaskan berdasarkan jalur
tradisional. Selama berabadabad, sebuah ayat dalam injil Mar-kus (16:9) digunakan untuk
menyerang Maria: "Kini, setelah Yesus bangkit di awal hari pertama dalam seminggu, ia muncul pertama
kali di hadapan Maria Magdalena, yang darinya Yesus telah mengeluarkan tujuh
iblis." Satu ayat ini memicu berbagai klaim ekstrem menyangkut kondisi mental
Maria. Di antaranya bukubuku yang mengabdikan diri pada pandangan bahwa Maria
dikuasai setan atau ia sakit jiwa. Setelah saya akrab dengan perspektif Arques
seperti yang dituangkan di sini bahwa Yesus menyembuhkan Maria setelah ia diberi
racun yang mematikan yang disebut racun tujuh setan barulah saya memahami ayat
Markus ini. Pada masa ketika status perempuan diukur melalui hubungan mereka, Perjanjian
Baru tidak memperkenalkan Maria Magdalena sebagai istri siapa pun, apalagi pasangan Yesus.
Fakta ini saja telah mendorong para cendekiawan menyatakan dengan pasti bahwa
ide Maria dan Yesus diikat dalam hubungan pernikahan sebagai ide yang mustahil.
Tapi fakta yang sama juga menimbulkan teka-teki lain karena Maria Magdalena juga
perempuan satusatunya dalam keempat Injil yang digambarkan sebagai dirinya
sendiri. Bahwa ia sebuah karakter terpisah menunjukkan namanya sudah dikenal
oleh masyarakat di masanya dan sesudahnya. Saya percaya, hubungan Maria kompleks
statusnya sebagai wanita bangsawan yang menjadi janda kemudian menjadi istri
kembali memang problematis.
Rasanya canggung, bahkan kurang pantas jika meng gambarkanvMaria berdasarkan
hubungannya dengan lelaki. Akibatnya, iavdikenal dengan namanya sendiri dan
julukannya: MariavMagdalena.
Tambahan lagi, bagi saya ikonografi Magdalena selalu membingungkan. Di luar
karakter legendanya yang penuh
teka teki, ia menjadi salah seorang tokoh yang paling sering diangkat dalam
karya seni sejumlah seniman besar Abad Pertengahan dan periode Renaisans dan
Barok. Lukisan Maria Magdalena
berjumlah ratusan, mulai dari buah cipta maestro seumpama Caravaggio dan
Botticelli hingga seniman Eropa modern semisal Salvador Dali dan Jean Cocteau.
Ada seutas benang merah yang menghubungkan beraneka ragam lukisan potret Maria
Magdalena. Yakni, ia senantiasa digambarkan dengan pelengkap yang sama:
tengkorak kepala yang konon melambangkan pertobatan, sebuah buku yang dipercaya
adalah simbol Injilnya, dan toples putih yang ia gunakan untuk mengurapi Yesus.
Satu hal lagi, Magdalena selalu mengenakan selubung merah. Ini adalah tradisi
pada zaman dahulu dan umumnya diyakini berhubungan dengan pandangan bahwa ia
seorang pelacur. Tapi sekarang saya percaya bahwa ikonografi ini ter kait dengan versi kisahnya
yang dirahasiakan dan dijaga oleh kelompok bawah tanah Eropa. Bagi saya,
tengkorak kepala itu jelas melambangkan Yohanes, yang kepadanya Maria selalu
melakukan pertobatan. Sedangkan buku, bisa mengacu pada injilnya sendiri atau
karya Easa, Kitab Cinta. Sedangkan jubah dan selubung merah adalah simbol
seorang ratu dalam tradisi Nazaret. Saya yakin sepenuh hati, banyak seniman dan
penulis besar Eropa larut dalam "bidah" Maria Magdalena dan warisan yang begitu
kaya yang ia tinggalkan di Amerika.
Seiring perjalanan, kisahkisah yang belum terungkap tentang pahlawan dan
antipahlawan lain dalam Perjanjian Baru menampakkan diri dalam detail yang
mencengangkan. Pembaca akan menemukan sosok Salome yang dibenci, dalam buku ini
digambarkan secara jauh berbeda, dan saya harap sangat manusiawi. Sedangkan Yohanes Pembaptis
menjadi sosok yang lain dari kacamata Maria Magdalena, juga orangorang yang
mengaguminya. Saya sangat berharap pembaca tidak merasa saya telah bersikap
kejam terhadap Yohanes. Baik Maria maupun Easa
berulang kali menyebut Yohanes Pembaptis sebagai rasul besar. Saya juga percaya
bahwa ia adalah tokoh pada masa dan tempatnya. Ia adalah lelaki yang berkomitmen
pada hukum secara tegas, seseorang yang penentangannya terhadap reformasi tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Meski saya bukan penulis pertama yang menggambarkan
permusuhan antara pengikut Yohanes dan Yesus dan juga bukan yang terakhir saya
sadar bahwa ide Yohanes sebagai suami pertama Maria mengejutkan banyak orang.
Butuh waktu bertahuntahun untuk memproses pengungkapan itu sebelum saya siap
menuliskannya. Warisan Yohanes, lewat putranya bersama Maria Magdalena, akan
terus menampakkan diri dalam bukubuku saya selanjutnya.
Selama proses penulisan, saya menjadi jatuh cinta kepada rasul Filipus dan
Bartolomeus. Seperti yang terlihat lewat mata Maria, mereka adalah pahlawan yang
luar biasa. Petrus menjadi hidup dalam hati saya karena sesuatu yang jauh
melebihi "lelaki yang membantah Yesus". Dengan cara yang sama, saya membentuk
perspektif baru tentang Yudas dan peran tragis dan abadinya dalam peristiwa
penyaliban. Barangkali yang membuat saya paling tergugah adalah informasi menyejukkan
menyangkut Pontius Pilatus dan istrinya yang heroik dan menawan, seorang putri
Romawi bernama Claudia Procula.
Dokumen yang tersimpan dalam arsip Vatikan dan tradisi Prancis yang
memesona mendukung kisah luar biasa keterlibatan Yesus dengan keluarga Pilatus.
Riwayat ini mengotentikkan mukjizatnya dan menjelaskan tindakan Pilatus, yang
agak misterius dalam injil Yohanes. Saya percaya, uraian tentang Pilatus sangat
penting untuk mendapat pemahaman baru tentang kejadian di sekitar jalan
penyaliban. Dan saya sangat terpesona setelah tahu bahwa Claudia adalah seorang
santa dalam tradisi Ortodoks, begitu juga Pontius Pilatus dalam gereja
Abysinia/Ethiopia. Saya bekerja untuk meneguhkan materi tentang Magdalena baru dari berbagai sudut.
Saya memanfaatkan surat-menyurat yang dilakukan Claudia pada abad pertama yang telah
diterbitkan Issana Press. Selain itu, saya juga memanfaatkan berbagai versi
kitab apokrifs, tulisan awal para pendeta Gereja, sejumlah sumber Gnostik yang
sangat berharga, dan bahkan Naskah Laut Mati. Saya paham, versi kejadian yang
saya ungkapkan barangkali mengejutkan hingga membuat pembaca
terkesima. Setulus hati, saya berharap pembaca akan terinspirasi untuk menggali
pemahaman masingmasing tentang misteri ini.
Harta karun informasi telah tersedia, kebanyakan berasal dari abad dua hingga
empat, yang tidak disertakan dalam kanon Gereja tradisional. Ada pula ribuan
halaman materi yang menanti untuk diketahui i n j i Ii n j i I alternatif,
tambahan untuk kitab Kisah Para Rasul, dan tulisan lain yang mengungkapkan
detail dan wawasan untuk memahami kehidupan dan masa Yesus yang sepenuhnya baru
bagi pembaca yang belum pernah
2 Istilah yang dipakai untuk menunjukkan kitab yang termasuk Septuaginta
(terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani), tetapi tidak termasuk kanon
Ibrani. Bagi orang Katolik sama dengan detiterokanonika.
melihat selain yang ditulis oleh keempat pewarta injil. Saya percaya, jika
materi-materi ini digali dengan pikiran dan hati terbuka maka akan tercipta
sebuah jembatan cahaya dan pemahaman antara berbagai divisi dalam Kristiani, dan
di luar itu. Selama bertahuntahun melakukan riset, saya telah berdiskusi, bertanya, berdebat,
bahkan mengakui berbagai poin dengan para pendeta dan kaum beriman dari sejumlah
keyakinan. Saya bersyukur karena memiliki teman dan rekan dari dunia spiritual,
termasuk pendeta Katolik, pendeta Luteran, praktisi Gnostik, dan imam wanita
pagan. Di Israel, saya berjumpa dengan para cendekiawan dan mistikus Yahudi,
juga wali situs-situs Kristiani yang sakral dari golongan Ortodoks.
Ayah saya seorang Pembaptis, suami saya penganut Katolik yang taat. Individu-
individu inilah yang menjadi bagian dalam mosaik sistem keimanan saya, dan pada
hakikatnya bagian kisah ini.
Di luar berbagai perbedaan filsafat mereka, orangorang ini menganugerahkan
berkat yang sama kemampuan untuk bertukar pikiran dan terlibat dalam dialog
dengan bebas, tanpa kemarahan.
Ada bagianbagian dalam kisah ini yang tidak bisa saya kuatkan dengan sumber
akademis manapun yang "bisa diterima". Bagian tersebut hadir sebagai tradisi
lisan dan dijaga selama berabadabad dalam lingkungan yang sangat terlindungi,
oleh orangorang yang takut pada reaksi yang mungkin akan muncul. Saat menulis
buku ini, saya mengambil pendekatan dengan membentuk kasus bagi teori saya via
bukti situasional sepanjang 2.000 tahun. Meski tidak mampu menciptakan bukti
telak, saya memiliki banyak saksi yang menarik dan serangkaian
lukisan agung yang menguatkan kasus saya, yang kebanyakan diciptakan oleh
maestro Renaisans dan Barok. Saya mengajukan kasus saya dengan konteks bukti-
bukti ini dan mempersilakan dewan juri, yakni para pembaca, untuk mengambil
keputusan sendiri. Saya harus berhati-hati dalam memperlakukan sumber primer informasi baru yang
saya sajikan di sini karena alasan keamanan. Tapi ingatlah: Isi injil Maria
Magdalena sebagaimana yang saya terjemahkan dalam buku ini diambil dari sumber
materi terdahulu yang tidak diungkapkan. Materi ini belum pernah diungkapkan
kepada masyarakat. Saya melakukan penerjemahan bebas agar isinya lebih sesuai
dengan pembaca abad 21, tapi saya percaya bahwa kisah yang disampaikan
benarbenar orisinil, bukan hasil rekayasa.
Demi melindungi kesakralan informasi ini dan orang orang yang menjaganya, saya
tidak memiliki pilihan selain menuliskan buku ini, juga bukubuku kelanjutannya,
sebagai karya fiksi. Namun, banyak petualangan tokoh protagonis saya, juga
seluruh pengalaman supra natural nya, dilandasi pengalaman saya sendiri. Dalam
banyak kasus, Maureen menerima informasi dengan cara yang sama persis dengan
saya saat melakukan riset juga Tammy. Meski karakter-karakter dalam buku ini
yang disesuaikan dengan era modern semuanya fiktif, saya telah berusaha sebisa
mungkin menyajikan pengalaman otentik kepada pembaca. Tentu saja ada
bagianbagian yang saya ciptakan secara bebas. Pembaca tentu bisa mengenalinya
sendiri ketika membaca karya ini. Kuburan Arques seperti yang dilukiskan Poussin
sekarang tidak ada lagi dihancurkan dengan dinamit oleh pemilik tanah setempat
yang lelah melihat banyaknya orang yang
mendatangi tempat itu! Dan ada bagianbagian yang saya kira membutuhkan
kecermatan pembaca. Penerjemahan Injil Arques yang dilakukan Peter dalam buku ini selesai dalam
tempo yang relatif singkat. Dalam kenyataannya, penerjemahan dokumen semacam itu
memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun.
Pembuatan buku ini menghabiskan waktu nyaris dua dasawarsa, dan ketika
menghadapi rintangan, saya mendapat bimbingan berharga dari orangorang yang
berani. Saya sangat bersyukur atas pengetahuan yang dibagikan dan dipercayakan
kepada saya oleh individu-individu yang paling fenomenal.
Sebagian di antara mereka bahkan mengambil risiko besar saat menolong saya.
Tidak jarang saya bertanya-tanya, apakah saya layak mengungkapkan kisah ini.
Saya rasa, saya tidak cukup tidur selama lebih dari sepuluh tahun karena terlalu
memikirkan detail buku ini dan kemungkinan reaksi yang ditimbulkannya.
Saat kami menyiapkan buku ini untuk kalangan pers, Injil Yudas yang
kontroversial diluncurkan ke publik untuk pertama kalinya. Segera saja saya
menerima surat dari para pembaca yang menyadari adanya bagianbagian dalam
penemuan baru yang menghebohkan ini, yang menegaskan dan
mendukung pernyataan saya sendiri bahwa Yudas tidak "mengkhianati" Yesus. Bahwa
Yudas sebenarnya mengemban perintah yang sulit dan menyakitkan dari teman sekaligus
gurunya. Ketidakadilan terhadap Yudas dan reputasinya barangkali lebih besar dibandingkan
yang diterima Maria Magdalena selama dua puluh abad. Saya percaya, sekarang
sudah waktunya, bahkan seharusnya sejak dulu, memulihkan posisi
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orangorang yang dekat dengan Yesus sesuai dengan posisi sebenarnya dalam
sejarah. Seperti pertanyaan Bapa Peter Healy, "Bagaimana seandainya selama dua
ribu tahun ini kita menolak wasiat terakhir Yesus?" Dalam usaha saya membahas
kemungkinan itu, saya menawarkan gambaran saya sendiri tentang Yudas sebagai
teman setia, bahkan seorang pahlawan; tentang Maria Magdalena sebagai istri,
ibu, belahan jiwa, dan pasangan hidup; tentang Petrus sebagai seorang yang
membantah teman dan gurunya hanya karena ia diperintahkan untuk bersikap seperti
itu. Saya juga percaya, penemuan arkeologis di waktu yang lalu dan yang akan
datang akan semakin bersinar dan
membuktikan bahwa penggambaran ini benar dan adil.
Saya hanya bisa berharap karya saya ini layak di mata para penjaga kebenaran
Maria Magdalena yang mengandalkan saya untuk mengungkapkan kisahnya. Lebih dari
itu, saya harap karya ini menyuarakan pesan cinta, toleransi, pengampunan, dan
kelayakan pribadi Maria dalam suatu cara yang barangkali membuat pembaca
terinspirasi. Tulisan ini adalah pesan kesatuan dan sikap tidak menghakimi
terhadap semua orang dengan segala sistem keyakinan. Sepanjang proses penulisan,
saya tetap taat pada ajaran damai dan keyakinan bahwa kita bisa menciptakan
surga di bumi seperti yang
disampaikan Kristus. Iman saya kepadaNya dan kepada Magdalena membuat saya bertahan menghadapi
rintangan jiwa. Saya sadar, saya akan mendapat kecaman dari para cendekiawan dan akademikus, dan
banyak di antara mereka yang akan menyebut saya tidak bertanggung jawab karena
menyampaikan versi yang tidak bisa
dikuatkan dengan sumbersumber yang menurut mereka bisa diterima. Tapi saya tidak
hendak meminta maaf atas fakta bahwa saya melawan praktik akademis dalam
menyampaikan kisah ini. Pendekatan saya dilandasi keyakinan pribadi, yang
barangkali radikal, bahwa menerima sesuatu yang dituliskan adalah tidak
bertanggung jawab. Saya akan dengan bangga mengenakan label "anti akademik"
dengan tulisan mencolok, berbekal semboyan Boudicca. Para pembaca tentu akan
mengambil keputusan menyangkut versi kisah Maria yang sesuai dengan jiwa mereka.
Tapi bagi semua penulis dan pencari yang telah membuat teori dan postulasi,
mendebat, berspekulasi, dan dengan berani menelusuri petunjuk dan jebakan
sejarah sepanjang 2.000 tahun untuk memahami kesejatian Maria Magdalena dan
putraputrinya, saya menghaturkan salam persahabatan. Semangat menentang peran
Magdalena juga para penulis dan seniman yang mengabadikannya pada dasarnya
barangkali adalah pencarian kebenaran. Saya berharap mereka akan melihat saya
sebagai seorang yang layak dijadikan saudara jika semuanya telah selesai.
Dua ribu tahun berselang, dan tetap saja sebuah kebenaran yang menantang dunia.
KATHLEEN McGOWAN 22 MARET 2006 KOTA MALAIKAT
Persembahan Menghaturkan terima kasih kepada satu per satu orang yang telah membantu saya
selama dua puluh tahun ini adalah sesuatu yang patut dilakukan. Sama patutnya
dengan pembuatan buku ini sendiri.
Sayangnya, hal itu tidak mungkin karena keterbatasan ruang. Tapi saya berusaha
sebisa-bisanya untuk menyebut sebanyak mungkin orang yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Untuk agen dan teman saya, Larry Kirshbaum, yang menjadi malaikat agung saya
selama proses ini, saya berterima kasih sebesar-besarnya. Semangatnya terhadap
kisah Maria dan keteguhannya membantu saya mempersembahkan karya ini kepada
dunia adalah dorongan yang telah membuat
segalanya menjadi mungkin.
Penghargaan saya atas dorongan, bimbingan profesional, dan nasihat yang
bersahabat dari editor saya, Trish Todd, tidak bisa diungkapkan dengan katakata.
Apresiasi yang tidak terbatas saya tujukan kepadanya dan kepada tim profesional
yang luar biasa di Simon & Schuster/Touchstone Fireside.
Keluarga saya juga berkorban banyak untuk mendukung saya selama tahuntahun
penelitian. Selama proses ini, suami saya, Peter McGowan, menanamkan keyakinan.
Ia mendukung saya secara finansial dan emosional, mem pertahankan benteng, dan
menjaga keutuhan keluarga selama saya bepergian. Ia tidak pernah meragukan
pengalaman saya atau kehilangan keyakinan dalam pencarian saya, meski pengalaman
dan pencarian itu tampak sangat tidak masuk akal pada awalnya lebih dibandingkan
yang bisa saya katakan. Anak tercinta saya, Patrick, Conor, dan Shane, yang
dapat memaklumi ibu mereka yang sering kali tidak mendampingi mereka dan
melewatkan begitu banyak pertandingan baseball mereka. Meski begitu, suami dan
anakanak saya telah menyaksikan begitu banyak mukjizat bersama saya selama
proses pencarian ini, yang mau tidak mau harus kami ikuti hingga akhir, meski
sering kali cukup berisiko. Saya harap buku ini terbukti layak mengingat segala
pengorbanan mereka. Pengerjaan buku ini tidak diragukan lagi adalah urusan keluarga. Segala yang
saya lakukan dan segala yang ada pada diri saya adalah milik kedua orangtua
saya, Donna dan Joe. Cinta dan dukungan mereka menjadi pilar kehidupan saya dan mereka telah melewati
masa-masa yang sangat sulit akibat semangat gipsi putri mereka. Saya berterima
kasih kepada mereka atas segalanya, terutama atas cinta tanpa syarat yang mereka
limpahkan kepada cucu-cucu.
Saya berbagi buku ini dan karya mendatang saya dengan kedua saudara saya, Kelly
dan Kevin, beserta keluarga mereka.
Saya harap pengungkapan dalam buku ini suatu hari akan mengilhami keponakan-
keponakan saya yang luar biasa, Sean, Kristen, Logan dan Rhiannon, dalam
menempuh takdir masingmasing.
Pada hari ketika draf final naskah ini selesai, keponakan saya bertambah dengan
lahirnya Brigit Erin pada tanggal 22 Maret 2006. Saya akan menyaksikan dengan
penuh cinta saat kaki mungilnya tumbuh hingga dapat mengisi sepatu Dia Yang
Dinantikan, yang datang sebelum kelahirannya.
Seluruh kebahagiaan keluarga kami tidak lepas dari pertolongan seluruh staf
bagian Perawatan Intensif Bayi UCLA karena telah menyelamatkan bayi Shane.
Mereka telah menyelamatkan kami semua. Saya menganjurkan siapa saja yang
meragukan mukjizat untuk melewatkan beberapa hari di bagian perawatan ini. Di
sana, bisa kita saksikan bahwa malaikat benarbenar ada. Mereka mengenakan jubah
laboratorium dan menyamar sebagai dokter, perawat, dan ahli terapi pernapasan.
Mukjizat yang dialami Shane mendorong saya untuk mempercepat proses penyelesaian
buku ini. Saya bepergian sangat jauh bersama Stacey K, yang telah menjadi saudara, mitra
penelitian, dan teman yang menyenangkan. Ia berhak disebut secara khusus karena
telah menerima tugas-tugas yang sangat berat tanpa gentar seperti mengikuti
suara yang memanggil "Sandro" di museum Louvre dan mengejar lelaki kecil di
Basilika Makam Suci. Buku ini tidak dapat diselesaikan tanpa keyakinan dan
kesetiaannya. Saya menghaturkan penghargaan tak terhingga dan berutang budi kepada "Tante
Dawn" atas kemurahan hati dan peranannya sebagai tambatan persahabatan dan kesetiaan.
Terima kasih sepanjang masa dengan tulus saya persembahkan kepada Olivia Peyton,
saudari spiritual saya dan ahli penelitian. Saya salut terhadap
kejeniusannya sebagai wanita dan rahib dunia maya, dan angkat topi atas novelnya
yang brilian, Bijoux, kunci untuk membuka berbagai misteri.
Terima kasih khusus kepada Marta Collier atas segala kontribusi dan
kepercayaannya terhadap musik Finn MacCool, juga atas dukungannya terhadap
keluarga McGowan dalam melewati susah dan senang.
Penghargaan tulus kepada teman baik dan ksatria saya, Ted Grau. Saya rasa, dia
tidak tahu betapa pentingya kontribusi yang telah ia berikan selama ini. Tapi
saya tahu. Terima kasih kepada Stephen Gaghan atas komentarnya yang berwawasan meski
menjengkelkan terhadap draf awal kisah ini. Keterusterangannya mendorong saya untuk melakukan
perbaikan penting. Go raibh miie math agat untuk Michael Quirke, pemahat kayu mistik dari Sligo,
yang juga seorang pendongeng ulung.
Sejak saya menjejakkan kaki di tokonya secara "tidak sengaja" saat tersesat di
musim panas 1983, saya hidup di sisi lain cermin.
Lebih dari siapa pun, Michael membuat saya mengerti bahwa sejarah bukanlah yang
tertulis di bukubuku, namun yang terpahat di dalam hati dan jiwa manusia dan
terpatri di tempat mereka merasakan kebahagiaan tertinggi dan kesedihan
terdalam. Ribuan terima kasih kepadanya karena telah memberi saya mata untuk
melihat dan telinga untuk mendengar.
Terima kasih juga kepada:
Patrick Ruffino, yang telah mengajarkan arti persahabatan dan membuat saya tidak
tersesat di Zsx Avenue; Linda G, yang menyulap arketip Martha dan Vivienne dengan begitu anggun;
Verdena, yang mewujudkan semangat Magdalena dan mengajarkan banyak tentang
keyakinan, mukjizat dan keberanian; R.C Welch, atas peranannya sebagai penerjemah di museum Moreau dan atas
percakapan yang hebat tentang kehidupan dan tulisan di bangku gereja Saint
Sulpice; Branimir Zorjan, atas persahabatannya, cahaya, dan kesembuhan dalam rumah kami;
Jim McDonough, konglomerat media yang paling menyenangkan di planet ini dan
teman baik kami; Carolyn dan David, yang baru menyadari peranan mereka dalam
semua ini; Joyce dan Dave, teman lama yang kembali baru;
Joel Gotler, yang berjuang dan bekerja keras agar kisah Maria bisa
dipersembahkan kepada khalayak yang lebih luas;
Larry Weinberg, pengacara dan teman yang percaya pada saya, juga pada buku ini;
Don Schneider, yang membuat saya tertawa;
Dev Chatillon, atas profesionalismenya yang luar biasa;
Glenn Sobel, atas kesabarannya yang tak terbatas dan dukungannya di masa lalu;
Cory dan Annie yang paling awal membeli buku ini.
Saya juga berutang budi pada ratu ilustrasi, Linda Goodman, astrologis dan
pengarang yang pertama membisikkan rahasia ini ke telinga saya, jauh sebelum
saya siap menerimanya. Ia mengubah hidup saya dengan sepotong informasi
dan dengan terjemahannya, Emerald Tablets (yang sangat penting untuk buku saya
selanjutnya). Takdir saya selalu jalin-menjalin secara aneh dengan Linda. Kenyataan ini
menimbulkan kepahitan yang mengejutkan, juga kebahagiaan yang luar biasa.
Seandainya saja ia tinggal bersama kami lebih lama, ia bisa membuktikan bahwa
saya telah menyibakkan hubungan garis darahnya.
Saya juga sangat bersyukur karena jalan hidup Linda membawa saya ke seorang
astrologis dan penulis hebat lainnya, Carolyn Reynolds. Dialah kekuatan saya
dalam melewati hari-hari paling sulit dengan semboyannya "tidak seorang pun
dapat mencuri takdimu". Dengan sepenuh hati, saya berterima kasih kepadanya.
Terima kasih khusus kepada wanitawanita bijaksana di Emerald Tablets Forum atas
dukungan dan cinta mereka selama bertahuntahun.
Kadang-kadang perlu waktu seumur hidup untuk mengerti mengapa kejadian tertentu
membentuk takdir kita. Jackson Browne telah mengubah karakter saya yang mudah
terpengaruh, di balik panggung pesta ulangtahun saya yang ketujuh belas, di
Teater Pantages. Saya yakin, jika tidak, buku ini tak akan ada. Sebagai aktivis
remaja, saya adalah pendengar ceramah-ceramahnya yang bersemangat tentang
kekuatan individu untuk membuat perubahan di dunia dan saya mencamkan pujiannya
terhadap sikap saya yang kerap mempertanyakan kondisi status quo yang tidak
adil. Sambil merangkul pundak saya, ia mengingatkan, "Jangan pernah berhenti
melakukannya. Jangan pernah". Saya berterima kasih atas dorongannya (meskipun
orangtua saya barangkali tidak), dan atas musiknya yang mengilhami saya seumur
hidup, terutama "The Rebel
Jesus". Saya yakin, Easa akan setuju.
Terima kasih sepenuh hati saya tujukan kepada Ted Neely dan atas kenangan paling
indah dari almarhum Cari Anderson.
Mereka berdua menggugah saya, juga orang lain yang tak terhitung jumlahnya,
lewat lukisan Easa dan Yudas yang tercipta berkat ilham dari ilahi. (Apakah
tanggal lahir Andrew Lloyd Webber pada 22
Maret adalah kebetulan") Siapa saja yang beruntung bisa melewatkan waktu bersama
Ted akan paham, betapa kuatnya semangat Nasrani yang ia ungkapkan lewat lukisan.
Anggota Screenwriter Refuge yang berbakat telah memberikan terapi kelompok dan
dukungan yang sangat besar kepada saya selama beberapa tahun belakangan ini.
Maka kepada Cindy, Robert, James, Mel, Kathy, Fitchy, Teddy, Chris dan Wenonah
untuk kalian semua penghargaan dan terima kasih saya yang tulus. Sangat
menyenangkan jika kita menjalin kebersamaaan dengan temanteman yang dapat
dipercaya. Hati saya berada di Irlandia, dan rasa syukur saya khususnya berada di County
Cavan. Di sana, ipar-ipar saya, John dan Mary, memperlakukan saya seperti
saudara mereka sendiri. Cinta dan terima kasih saya kepada seluruh keluarga
besar saya di Irlandia: Brian, Bridie dan Pat, Susan, Philomena, Pam dan Paul,
Geraldine dan Eugene dan Peter dan Laura dan Noeleen dan David dan Daniel.
Terima kasih kepada seluruh kelompok di Drogeda yang telah menunjukkan hakikat
kota ini dan bertahan di Cromwell.
Mereka sangat istimewa dan temanteman yang sangat baik.
Dan pasti ada alasan tertentu mengapa landmark itu dinamakan Menara Magdalen,
benar 'kan" Selama penelitian ini, Los Angeles adalah rumah saya, Irlandia adalah pelabuhan
saya, dan Prancis adalah inspirasi saya. Saya sangat berterima kasih kepada staf
hotel Place du Louvre, yang selalu membuat saya merasa diterima di Paris dan
yang telah mengenalkan saya cerita Caveau du
Mousquetaires. Ada begitu banyak orang di Prancis yang telah memberikan sebagian hati dan jiwa
mereka untuk saya. Dan saya tidak melewatkan satu hari pun tanpa merasa kagum dengan keindahan
Languedoc, Camargue, Midi, dan Provence dan orangorang luar biasa yang menempati kawasan
itu. Hakikat Magdalena adalah kasih sayang dan pengampunan.
Dengan semangat itu, saya menawarkan buku ini sebagai cabang pohon zaitun kepada
mereka yang barangkali merasa tersinggung karena saya selama pembuatan buku ini.
Khususnya kepada paman saya, Ronald Paschal. Semangatnya terhadap warisan
Prancis kami pada mulanya tidak saya pahami.
Saya juga mempersembahkan buku ini kepada Mic-hele- Malana. Persahabatan kami
tidak bertahan karena jalan yang kami tempuh, namun kemurahan hati dan
inspirasinya tidak akan terlupakan. Jika ia membaca tulisan ini dan cintanya
kepada Magdalena menunjukkan bahwa dia mungkin membaca
buku ini saya berharap ia dapat menemukan saya.
Saya harus menyebutkan orangorang baik di Issana Press yang telah berjasa
menerbitkan terjemahan surat-surat Claudia Procula. Saya sangat
merekomendasikan buklet "Relics of Repentance" mereka. Buklet itu sangat kecil,
tapi kekuatannya sangat besar. Saya berterima kasih kepada mereka karena telah
mengonfirmasikan bawah Pilo benar nama anak lelaki Pilatus.
Dan karena telah menantang otak saya dengan pandangan bahwa Pilatus kemungkinan
memiliki beberapa orang anak.
Saya rasa, seorang penulis perlu menghargai para pendahulu yang telah membuka
pintu untuk kita sehingga bisa melangkah maju. Untuk itu, saya harus menyebutkan
sejumlah penulis yang sering disebut kontroversial: Michael Baigent, Henry
Lincoln, dan Richard Leigh, yang telah
mempersembahkan Holy Blood, Holy Grail kepada dunia pada tahun 1980-an. Buku itu
memaksa publik membuka mata kepada ide bahwa ada kejadian penting yang
berlangsung di ujung barat laut Prancis. Terlihat jelas, kesimpulan yang saya
ambil berbeda dan saya menemukan fokus lain untuk riset saya sendiri. Namun saya
menghormati keberanian, ketangguhan, semangat pendobrak, dan prestasi yang
mereka capai selain karena mereka telah mengenalkan dunia esoterik kepada
Berenger Sauniere yang cerdas dan penuh teka-teki.
Akhirnya, kepada seluruh seniman brilian yang menantikan informasi ini ditemukan
dalam kehidupan mereka sendiri, saya berterima kasih atas peta dan petunjuk yang
diperlukan untuk menemukannya.
Khususnya kepada Alessandro Filipepi yang benarbenar "anak kesayangan para dewa"
dan senantiasa menghibur saya sepanjang ruang dan waktu.
Kita akan segera berjumpa di gerbang labirin Chartres Cathedral, saat memulai
pencarian Kitab Cinta. Kalian telah memiliki peta. Tapi barangkali kalian juga harus membawa kumpulan
karya lawas Alexander Dumas dan membungkus diri kalian dalam kain bergambar kuda
sembrani... Lux e t Veritas, KDM Et in Arcadia Ego
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di jalan menuju Sion aku berjumpa seorang perempuan
Perempuan gembala nan rupawan
Dia mengucapkan katakata ini dalam bisikan
Et in Arcadia ego Aku berkelana ke timur, melintasi pegunungan merah Di samping salib dan kuda
Tuhan Santo Antonius sang pertapa berkata, "Pergilah, pergilah" Kusimpan rahasia
Tuhan Di waktu panen aku beristirahat
mencari buah anggur di bawah mentari siang kulihat semuanya
apel biru, apel biru Et in Arcadia ego Dalam bayang Maria Kutemukan rahasia Tuhan
Dari album Music of The Expected One, produksi Finn MacCool, lirik dan musik
oleh Peter McGowan dan Kathleen McGowan.
Kunjungi situs www.theexpectedone.com untuk ndengarkan musik ini.
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 3 Pendekar Pulau Neraka 38 Iblis Pulau Hitam Bayangan Berdarah 8
perlu dipertimbangkan dalam diskusi tersebut.
Lukisan ini sangat penting dalam tradisi kami. Bahkan, kemungkinan keduanya
tergolong yang paling penting. Desa itu mewakili Rennesle-Chateau, tegak di atas
bukit, dengan hamparan tanah
membentang kau tahu, siapa ini?"
Maureen tersenyum. "Sang perempuan gembala dan dombanya."
"Benar. Antonius dan Paulus sedang berdebat. Tapi sang gembala yang tampak di
bagian belakang mengingatkan bahwa Dia Yang Dinantikan suatu hari akan
menemukan injil Maria Magdalena yang hilang. Karena itu segala kontroversi
menyangkut kebenaran akan berakhir."
Berenger Sinclair masuk dengan langkah perlahan saat Roland mengatakan, "Aku
ingin menunjukkan benda-benda ini, Mademoiselle Paschal, agar kautahu bahwa
kalanganku tidak menyimpan dendam terhadap pengikut Yohanes, dan tidak pernah
merasa begitu. Kita semua bersaudara, anakanak Maria Magdalena, dan kami
berharap dapat hidup bersamasama dengan damai."
Sinclair bergabung dalam diskusi itu. "Sayangnya, sebagian pengikut Yohanes
adalah orangorang fanatik sedari dulu hingga sekarang. Jumlahnya memang tidak
banyak, tapi mereka berbahaya. Seperti halnya di bagian lain di bumi ini,
kelompok fanatik selalu membayangi kelompok cinta damai yang memiliki keyakinan
sama. Tapi ancaman orangorang ini tetap sangat nyata. Roland bisa
menjelaskannya padamu."
Ekspresi wajah Roland menjadi suram. "Benar. Aku selalu berusaha mengamalkan
keyakinan kami. Mencintai, memaafkan, dan mengasihi seluruh makhluk hidup. Ayahku pun menganut
keyakinan yang sama, tapi mereka membunuhnya."
Maureen merasakan duka mendalam lelaki Occitan itu karena wafatnya sang ayah,
tapi juga karena kerasnya tantangan sang pembunuh terhadap sistem keyakinan ini.
"Mengapa?" tanya Maureen.
"Mengapa mereka membunuh ayahmu?"
"Keluargaku mendiami wilayah ini secara turun-temurun, Mademoiselle Paschal,"
kata Roland. "Di sini, kau hanya mengetahui namaku adalah Roland. Tapi nama
keluargaku adalah Gelis."
"Gelis?" Nama itu tidak asing bagi Maureen. Ia memandang Sinclair. "Ayahku
menulis surat kepada Monsieur Gelis," katanya sambil merenung.
Roland mengangguk. "Ya, surat itu untuk kakekku saat ia menjadi Pimpinan Agung
Perkumpulan." Semuanya mulai menyatu di kepala Maureen. Ia memandang Roland lalu kembali ke
Sinclair. Lelaki Skotlandia itu menjawab tanpa ditanya. "Ya, Sayang, Ro dan
Gelis adalah Pimpinan Agung kami, meskipun ia terlalu rendah hati untuk
mengatakannya sendiri. Dialah pemimpin resmi kalangan kami, seperti juga ayah
dan kakeknya. Ia tidak melayani aku, begitu pun sebaliknya. Kami melayani
bersamasama sebagai saudara karena inilah prinsip JalanNya.
"Keluarga Sinclair dan keluarga Gelis telah berjanji untuk mengabdi kepada
Magdalena sepanjang siapa pun di antara kami bisa melacak garis keturunan ini."
Tammy menyela. "Maureen, ingatkah kau ketika kita melakukan Tur Magdala di
Rennesle-Chateau lalu aku bercerita tentang pendeta tua yang dibunuh pada akhir
abad 18" Namanya Antoine Gelisdia kakek buyut Roland." Maureen menatap Roland untuk
meminta jawaban. "Mengapa banyak kekerasan ditujukan kepada keluargamu?"
"Karena kami terlalu banyak tahu. Kakek buyutku bertugas menjaga sebuah dokumen
berjudul 'Kitab tentang Dia Yang Dinantikan'. Isinya tentang para perempuan
gembala yang berhasil dicatat Perkumpulan selama lebih dari seribu tahun.
Kitab itu menjadi sarana kami yang paling berharga untuk menemukan pusaka
Magdalena. Persekutuan Keadilan membunuh kakek buyutku demi mendapatkan
dokumen itu. Dan dengan alasan yang sama, mereka membunuh ayahku. Saat itu aku belum tahu,
tapi Jean-Claude adalah informan mereka.
Mereka mengirim kepala dan jari kanan ayahku dalam keranjang."
Maureen menggigil mendengar rahasia yang menyeramkan itu. "Apakah sekarang
semuanya akan berakhir" pertumpahan darah ini" Naskah telah ditemukan.
Menurutmu, apa yang akan mereka lakukan?"
"Sulit dipastikan," jawab Roland. "Mereka mengangkat pemimpin baru yang sangat
ekstrem. Dialah yang membunuh ayahku."
Sinclair menambahkan, "Aku telah berbicara dengan para pejabat setempat hari
ini, orangorang yang, bisa dibilang, bersimpati pada keyakinan kami. Maureen,
kami belum menceritakannya secara panjang lebar, tapi masihkah kau ingat
pertemuan dengan Derek Wainwright, orang Amerika itu?"
"Lelaki yang berpakaian seperti Thomas Jefferson," imbuh Tammy. "Teman lamaku,"
katanya menggelenggelengkan kepala, mengingat muslihat Derekdan nasibnya.
Maureen mengangguk dan menunggu Sinclair melanjutkan penjelasannya.
"Derek menghilang secara mengerikan. Kamar hotelnya..."
Ia menatap paras Maureen yang kian pucat dan memutuskan untuk menyimpan dulu
cerita itu. "Katakan saja ada indikasi kuat permainan kotor."
Sinclair melanjutkan. "Hilangnya orang Amerika itu secara tragis membuat pihak
berwenang dan hampir pasti
pembunuhnya merasa bahwa Persekutuan Keadilan harus ditutup untuk sementara.
Jean-Claude sekarang bersembunyi di suatu tempat di Paris, dan pemimpin mereka,
seorang Inggris yang kami curigai, telah kembali ke Inggris, setidaknya untuk
sementara. Kurasa mereka tidak akan mengganggu kita dalam waktu dekat ini.
Setidaknya, semoga saja tidak."
Maureen mendadak mengalihkan tatapannya ke Tammy.
"Sekarang giliranmu," katanya. "Kau belum menceritakan semuanya padaku. Cukup
lama aku mereka-reka, tapi sekarang aku ingin tahu secara lengkap. Dan aku juga ingin
tahu apa yang terjadi antara kalian berdua," katanya, menunjuk Tammy dan Roland,
yang berdiri bersebelahan dengan jarak satu inci.
Tammy tertawa dengan gayanya yang khas. "Yah, kautahu, bukan" Kami senang
menyembunyikan sesuatu di tempat yang mudah terlihat," katanya. "Namaku siapa?"
Maureen mengerutkan dahi. Apakah ada sesuatu yang ia lupakan" "Tammy." Lalu
sesuatu menyentak pikirannya.
"Tamara. Tamar-a. Ya, Tuhan, aku memang goblok."
"Tidak," kata Tammy, masih tertawa. "Namaku mengikuti nama anak perempuan
Magdalena. Dan aku memiliki adik bernama Sarah."
"Tapi katamu, kau lahir di Hollywood! Apa itu bohong juga"
"Bukan, bukan bohong. 'Bohong' itu terlalu kasar. Kita sebut saja dusta putih.
Dan benar, aku lahir dan dibesarkan di California. Nenek ibuku orang Occitan dan
aktif dalam Perkumpulan. Tapi ibuku, yang lahir di Languedoc ini, merantau ke
Los Angeles untuk bekerja di
bagian desain kostum setelah masuk ke dunia film karena pertemanannya dengan
seniman dan sutradara Prancis, Jean Cocteau. Ia juga anggota Perkumpulan kami.
Ia bertemu dengan ayahku yang orang Amerika dan menetap di sana. Ibunya tinggal
bersama kami ketika aku masih kecil. Tak bisa kupungkiri, aku sangat dipengaruhi
nenekku itu." Roland berbalik dan menunjuk ke dua kursi yang berdiri berdampingan tadi. "Dalam
tradisi kami, lelaki dan perempuan sejajar, seperti yang diajarkan Yesus lewat
teladannya bersama Maria Magdalena. Selain Pimpinan Agung, Perkumpulan ini juga
dijalankan oleh seorang Maria Agung. Aku telah memilih Tamara untuk menjadi
Mariaku dan duduk di sampingku di sini. Sekarang aku harus membujuknya untuk
pindah ke Prancis agar aku bisa memintanya untuk mengisi peran yang lebih besar
dalam hidupku." Roland merangkulkan tangannya ke bahu Tammy, yang menyisipkan tubuhnya agar
lebih dekat dengan sang kekasih. "Akan kupikirkan," katanya malu-malu.
Kemesraan mereka terganggu dengan kedatangan dua orang pelayan yang membawa baki
perak berisi cangkircangkir kopi. Ada sebuah meja rapat di ujung ruangan, Roland
memberi isyarat agar mereka meletakkan baki itu di sana. Mereka berempat duduk,
dan Tammy menuangkan kopi yang hitam dan kental. Roland memandang Sinclair di
seberang meja lalu menganggukkan kepala kepadanya untuk memulai.
"Maureen, kami akan menyampaikan sesuatu tentang Bapa Healy dan injil-injil
Magdalena. Tapi kami rasa, kau perlu latar belakang dulu untuk memahami situasi
di sini." Maureen meneguk kopi, merasa bersyukur atas kehangatan dan kepekatan minuman
itu. Ia mendengarkan baikbaik penjelasan Sinclair.
"Sesungguhnya, kami sengaja membiarkan sepupumu mengambil naskah-naskah itu."
Cangir kopi nyaris terlepas dari tangan Maureen. "Membiarkan?"
"Ya. Roland sengaja tidak mengunci ruang kerja. Kami sudah curiga Bapa Healy
akan berusaha mengambil naskah itu untuk diserahkan kepada siapa pun yang
mempekerjakannya." "Tunggu dulu. Apa maksudmu" Peter semacam matamata untuk Gereja?"
"Tidak persis begitu," jawab Sinclair. Maureen melihat Tammy juga mendengarkan
dengan seksama seperti dirinya, Tammy belum mengetahui persoalan ini secara
lengkap. "Kami belum tahu pasti, ia menjadi matamata untuk siapa.
Itulah sebabnya kami membiarkannya mengambil naskah. Dan itu pula sebabnya, kami
tidak terlalu pusing. Setidaknya belum.
Kami memasang alat pelacak di mobil sewaanmu. Kami tahu pasti di mana ia
sekarang dan ke mana ia pergi."
"Yaitu?" tanya Tammy. "Roma?"
"Kami rasa Paris." Jawaban itu datang dari Roland.
"Maureen." Sinclair menyentuh ringan tangan gadis
itu. "Aku menyesal mengatakan ini padamu, tapi sepupumu telah melaporkan segala
tindakanmu ke pejabat Gereja sejak kedatanganmu di Prancis, dan kemungkinan
lebih lama lagi." Maureen membelalakkan mata. Ia merasa ditampar.
"Mustahil. Peter tak akan berbuat seperti itu padaku."
"Selama minggu terakhir ini, selama kami mengawasinya bekerja dan mendapat
kesempatan untuk mengenalnya, kami semakin sulit menyingkirkan rasa curiga.
Awalnya kami yakin ia hanya berusaha melindungimu dari kami. Tapi kami pikir,
ikatannya dengan orangorang yang mempekerjakannya terlalu kuat sehingga sulit
diputus. Bahkan setelah ia menemukan kebenaran dalam naskah itu."
"Kau tidak menjawab pertanyaanku. Apakah menurutmu, Vatikanlah yang
mempekerjakannya" Yesuit" Siapa?"
Sinclair bersandar di kursinya. "Aku belum tahu. Aku hanya bisa mengatakan bahwa
kami memiliki orang di Roma yang sedang mencari informasi. Kau akan terkejut
jika tahu betapa luasnya pengaruh kami. Aku yakin, kita akan memperoleh jawaban
lengkap besok malam, atau selambat-lambatnya lusa. Sekarang, kita harus
bersabar." Maureen meneguk kopinya lagi. Tatapannya lurus ke lukisan di
depannya, potret Maria Magdalena yang melakukan pertobatan. Dua puluh empat jam
lagi, ia akan memperoleh jawaban lengkap.
Paris 3 Juli 2005 Bapa Peter Healy merasa sangat lelah sesampainya di Paris.
Perjalanan dari Langedoc tidak bisa dibilang ringan. Bahkan tanpa kondisi lalu
lintas pagi di kota itu, perjalanan ini memakan waktu delapan jam. Ia juga
berhenti guna mempersiapkan paket untuk Maureen. Urusan ini ternyata memakan
waktu lebih lama dibanding yang ia rencanakan. Tapi energi yang terserap untuk
membuat keputusan ini teramat besar, dan ia merasa seolah kehidupannya tersedot.
Peter memindahkan paket pentingnya dengan hatihati ke dalam tas kulit hitam yang
biasa ia jinjing. Ia menyeberangi sungai dalam perjalanan menujut Notre-Dame. Di
sini, ia disambut Bapa Marcel yang menunggu di pintu masuk. Lelaki Prancis ini
mempersilakan Peter masuk dan memimpinnya menuju bagian belakang katedral. Ada
sebuah pintu kamar yang di samarkan dengan layar paduan suara yang penuh hiasan.
Peter masuk ke ruangan itu, berharap akan bertemu dengan penerima bawaanya,
Uskup Magnus O'Connor. Namun ternyata bukan dia yang Peter temui, melainkan
pejabat Gereja lain yang berwajah Italia, mengenakan jubah merah seorang
kardinal. "Yang Mulia," kata Peter terperangah, "maafkan aku. Aku tidak menduga akan
bertemu dengan Anda."
"Ya, aku tahu kau mengira akan bertemu Uskup Magnus.
Ia tidak datang. Aku yakin, yang ia lakukan sudah cukup." Raut wajah pejabat
Italia itu tetap tanpa ekspresi saat ia mengulurkan tangan untuk menerima tas.
"Naskah itu ada di dalam, benar?"
Peter mengangguk. "Bagus. Sekarang, Putraku," sang Kardinal berbicara sambil mengambil tas dari
tangan Peter, "marilah kita berbicara tentang kejadiankejadian selama beberapa minggu terakhir
ini. Atau barangkali beberapa tahun terakhir" Aku serahkan padamu untuk
memutuskan dari mana kita memulai." Chateau des Pommes Bfeues 3 Juli 2005
Aktivitas di chateau sepanjang hari itu sangat sibuk. Sinclair dan Roland
berjalan mondar-mandir, berbicara dalam bahasa Prancis dan Occitan, satu sama
lain, dengan pelayan dan dengan bermacam-macam orang lewat telepon. Dalam dua
peristiwa, Maureen menduga Roland berbicara dalam bahasa Italia, tapi ia tidak
yakin dan tidak mau bertanya.
Maureen bertemu Tammy sejenak di ruang media. Mereka memeriksa beberapa gambar
untuk dokumentasi garis darah Magdalena yang dibuat Tammy. Mereka berbincang-bincang
tentang bagaimana naskah Maria Magdalena mengubah pandangan Tammy sebagai seorang
pembuat film. Maureen semakin kagum pada temannya ini setelah menyaksikan betapa terampil dan
kreatifnya dia. Selain itu, Tammy mampu berkonsentrasi dalam pekerjaannya saat ia stres, seperti
yang mereka semua rasakan pada saat ini.
Di pihak lain, Maureen merasa dirinya tidak berguna. Ia tidak bisa
berkonsentrasi, sama sekali tidak bisa fokus. Ia merasa harus menggoreskan
catatan cepatcepat, berusaha menangkap sebanyak mungkin materi tentang Magdalena
yang ia ingat. Tapi ia tak mampu melakukannya. Ia terlalu sakit hati dengan
pengkhianatan Peter. Apa pun motifnya, ia pergi tanpa meninggalkan pesan. Dan ia
membawa sesuatu yang bukan haknya. Maureen merasa butuh waktu lama untuk pulih
dari persoalan ini. Makan malam berjalan sepi di antara mereka bertiga
Maureen, Tammy, dan Sinclair. Menurut Sinclair dan Tammy, Roland sedang keluar
tapi akan kembali sebentar lagi. Tammy mengatakan bahwa Roland sedang menjemput
seorang tamu dari bandara pribadi di Carcassonne. Begitu tamu misterius itu sampai, mereka akan
memperoleh informasi lebih banyak lagi. Maureen mengangguk untuk menunjukkan
bahwa ia paham. Sudah lama ia menarik pelajaran bahwa memaksakan kehendak tak
akan membawa hasil. Mereka akan
mengungkapkan rahasia pada waktunya. Itulah bagian budaya di Arques ini. Tapi
Maureen menangkap raut wajah Sinclair lebih tegang dibandingkan biasanya.
Tak lama setelah mereka pindah untuk menikmati kopi di ruang kerja, seorang
pelayan masuk dan berbicara kepada Sinclair dalam bahasa Prancis.
"Bagus. Tamu kita sudah datang," katanya menerjemahkan untuk Tammy dan Maureen.
Roland masuk bersama seorang lelaki yang sama mengesankannya. Ia mengenakan
pakaian hitam, kasual tapi elegan dan terbuat dari bahan Italia berkualitas.
Lelaki ini memancarkan aura seorang bangsawan dan terlihat nyaman dengan
kekuatan dan pengaruhnya. Ia mendominasi energi di ruangan itu sejak
kedatangannya. Roland melangkah maju. "Mademoiselle Paschal, Mademoiselle Wisdom, adalah
kehormatan bagiku untuk mengenalkan teman kita yang terhormat, Kardinal DeCaro."
DeCaro menyalami Maureen, baru kemudian Tammy. Ia tersenyum hangat kepada kedua
perempuan itu. "Dengan senang hati." Ia memberi isyarat ke Maureen dan bertanya
pada Roland, "Inikah Dia Yang Dinantikan kita?" Roland mengangguk.
"Maafkan aku, apakah kau mengatakan 'Kardinal'?"
tanya Maureen. "Jangan biarkan pakaian biasa membodohimu," kata Sinclair dari belakang Maureen.
"Kardinal DeCaro adalah pejabat penting yang berpengaruh di Vatikan. Barangkali
nama lengkapnya akan membantumu. Inilah Tomas Francesco Borgia DeCaro."
"Borgia?" seru Tammy.
Sang Kardinal mengangguk. Jawaban sederhana bagi pertanyaan Tammy yang tak
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
terucapkan. Roland mengedipkan mata padanya dari seberang.
"Yang Mulia ingin menghabiskan waktu berdua dengan Mademoiselle Paschal. Jadi
kami akan pergi sekarang," kata Roland. "Tolong bunyikan bel jika Anda
membutuhkan sesuatu."
Roland membukakan pintu untuk Sinclair dan Tammy sementara Kardinal DeCaro
memberi isyarat agar Maureen duduk di samping meja mahogani. Ia mengambil kursi
yang berhadapan dengan Maureen. "Signorina Paschale, pertamatama aku ingin mengatakan bahwa aku telah
bertemu dengan sepupumu."
Maureen terperangah. Ia tidak tahu apa yang ia harapkan, tapi bukan ini. "Di
mana Peter?" "Dalam perjalanan menuju Roma. Aku bersamanya di Paris tadi. Ia baikbaik saja,
dan dokumen yang kautemukan aman."
"Aman di mana" Ada di tangan siapa" Bagaimana..."
"Sabarlah, akan kukatakan semuanya. Tapi sebelumnya aku ingin menunjukkan
sesuatu." Kardinal itu mengambi I tas diplomatik yang ia bawa lalu mengeluarkan setumpuk
map berwarna merah. Map-map itu diberi label EDOUARD PAUL PASCHAL.
Maureen merasa sesak napas saat membaca label
itu. "Itu nama ayahku."
"Ya. Dan dalam map-map ini ada foto ayahmu. Tapi aku harus memperingatkan, yang
akan kau lihat ini cukup menganggu, tapi sangat penting untuk kau pahami."
Maureen membuka map paling atas. Map itu terjatuh ke meja karena tangannya yang
gemetar. Kardinal DeCaro kemudian memberi penjelasan sementara Maureen memandang foto-
foto yang menggambarkan luka ayahnya itu satu per satu.
"Ia mengalami stigmatis. Kautahu apa artinya" Ia memiliki luka-luka seperti
Kristus di tubuhnya. Luka itu ada di pergelangan tangan, di kaki, dan titik kelima di sini, di bawah
rusuk. Di situlah Longinus menancapkan tombaknya ke tubuh Yesus."
Maureen memandang foto-foto itu, terkejut. Selama dua puluh lima tahun,
spekulasi tentang "penyakit" ayahnya telah mengotori opininya tentang sang ayah. Sekarang teka-
teki itu menjadi jelas rasa takut yang membuat ibunya menunjukkan sikap
bermusuhan, dan kemarahannya terhadap Gereja.
Hal ini juga menjelaskan surat dari ayahnya kepada keluarga Gelis yang tersimpan
dalam arsip di chateau ini. Ayah Maureen menulis surat karena stigmata di
tubuhnya dan karena ia ingin melindungi putrinya dari nasib yang sama. Maureen
menatap Kardinal di antara air matanya.
"Mereka selalu mengatakan bahwa ia bunuh diri akibat sakit jiwa. Ibuku berkata
ia meninggal dalam kondisi tidak waras. Aku tidak tahu, tak seorang pun
memberitahukan kejadian ini..."
Pejabat gereja itu mengangguk dengan iba. "Sayangnya, banyak orang yang salah
paham terhadap ayahmu," katanya.
"Bahkan orangorang yang seharusnya bisa membantunya. Yaitu kalangan Gerejanya
sendiri. Dan ke sanalah Peter pergi."
Maureen mengangkat pandangannya, ia mendengarkan dengan penuh perhatian. Bisa ia
rasakan, keringat dingin mengucur di punggungnya dan terus ke jari kakinya,
sementara sang Kardinal bercerita.
"Sepupumu lelaki yang baik, Signorina. Aku rasa, janganlah kau menghakiminya
atas perbuatan yang akan aku sampaikan padamu. Tapi, kita harus mundur ke masa
kanak-kanakmu. Saat tubuh ayahmu menunjukkan stigmata, pendeta setempat yang ia
datangi untuk meminta bantuan adalah bagian organisasi dalam Gereja yang
membelot. Seperti yang lainnya, kami hanya manusia biasa. Meski banyak di antara
kami, orangorang gereja, yang mengabdikan diri untuk kebaikan, ada sebagian
orang yang melindungi keyakinan tertentu dengan cara apa pun.
"Kasus ayahmu seharusnya disampaikan langsung ke Roma. Tapi ternyata tidak. Kami
akan membantunya, bekerja sama dengannya untuk menemukan sumber atau memahami
signifikansi suci luka-luka itu. Tapi orang yang mengambil alih kasus ini
membuat keputusan sendiri bahwa ayahmu adalah orang yang berbahaya. Seperti yang
sudah aku katakan, mereka adalah pembelot yang memiliki agenda tersendiri. Aku
baru mengetahuinya belakangan ini."
Kardinal kemudian menjelaskan jaringan luas yang bersumber dari Vatikan.
Jaringan ini melibatkan puluhan ribu orang di seluruh dunia untuk menjaga
keimanan. Dengan jumlah sebesar itu, dan penyebarannya yang sangat luas,
mustahil melacak motif pribadi individu,
bahkan kelompok. Organisasi bayangan yang ekstrem berkembang setelah Vatikan II,
terdiri dari kader pendeta muda yang menentang keras reformasi Gereja. Seorang
pendeta Irlandia, Magnus O'Connor, direkrut untuk bergabung dengan organisasi
ini, selain sejumlah pemuda Irlandia. Ketika Edouard Paschal meminta bantuan
Gereja, O'Connor bekerja di wilayah kependetaan di luar New Orleans.
O'Connor merasa takut dengan stigmata yang dialami Paschal.
Lebih jauh lagi, ia terganggu dengan visi Yesus yang didampingi seorang wanita,
dan Yesus sebagai ayah yang memiliki anak. Pendeta Irlandia ini mengevaluasi
kasus Paschal dalam organisasinya sendiri, bukan melalui saluran Gereja yang
resmi. Setelah Edouard Paschal bunuh diri karena putus asa dan bingung dengan
stigmata yang ia alami, organisasi bayangan ini melanjutkan operasinya dengan
mengawasi kehidupan istri dan putrinya. Maureen Paschal kecil mengalami visi
seperti ayahnya sejak masih balita. O'Connor meyakinkan ibunda Maureen,
Bernadette, untuk menjauhkan putrinya dari keluarga Paschal. Karena itulah sang
ibu kemudian memboyongnya kembali ke Irlandia dan mengubah namanya ke nama
gadisnya, Healy. Bernadette juga berusaha mengubah nama putrinya.
Namun di usia yang hampir delapan tahun, Maureen sudah berkemauan keras. Ia
berkeras mempertahankan nama Paschal dan tak akan mengubahnya dengan alasan apa pun.
Sikap ini menjadi bukti yang lebih dari cukup bagi Magnus O'Connor, sekarang
telah menjadi uskup, bahwa anak perempuan Paschal ini memiliki hubungan erat
dengan panggilan ketuhanan. Ketika Peter Healy masuk seminari, O'Connor
mengerahkan pendekatan Irlandianya untuk menarik Peter, seperti yang telah ia
lakukan terhadap Bernadette. Peter dicekoki sejarah Edouard Paschal dan diminta
untuk mengawasi sepupunya dan memberikan laporan secara berkala.
Maureen memotong penjelasan Kardinal. "Apakah menurutmu Peter telah mengawasi
dan melaporkan tindakanku sejak aku masih kecil?"
"Ya, Signorina, itu benar. Tapi Bapa Healy melakukannya karena cinta. Orangorang
itu menipunya, membuatnya yakin bahwa semua itu demi melindungimu. Ia tidak tahu
bahwa dulu mereka menolak membantu ayahmu atau, yang lebih buruk, bahwa
barangkali merekalah yang bertanggung jawab atas kematian yang menyedihkan itu."
Kardinal menatap Maureen dengan penuh kasih. "Aku yakin, motif Peter terhadapmu
bersih dan patut dihargai. Dengan alasan yang sama, ia memilih menyerahkan
naskah itu ke Gereja."
"Tapi mengapa ia tega melakukannya" Ia tahu isi naskah itu. Mengapa ia ingin
menutup-nutupinya?" "Memang, dengan informasi terbatas akan mudah untuk salah menilainya. Tapi aku
tidak percaya Bapa Peter Healy bermaksud menutupnutupi sesuatu. Kami memiliki
kecurigaan yang beralasan bahwa Uskup O'Connor dan organisasinya menekan Peter
dengan mengancam keselamatanmu. Harap maklum, semua ini terjadi di luar lingkup
Gereja dan Roma tidak bisa memberi sanksi. Tapi sepupumu menyerahkan naskah itu
kepada O'Connor untuk ditukar dengan keselamatanmu."
Maureen berusaha menyerap semua ini. Ia belum yakin apakah harus senang atau
sedih. Yang pasti, ada rasa lega karena Peter, satusatunya teman sejati yang ia
percayai, tidak berkhianat dalam arti sesungguhnya. Tapi ada banyak informasi
yang harus ia cerna. "Dan bagaimana kau mengetahui semua ini?" Maureen ingin tahu.
"Ambisi O'Connor telah mencelakakan dirinya sendiri. Ia berharap penemuan injil
Magdalena bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan karirnya di Gereja. Dengan
begitu, ia akan semakin berkuasa dan memiliki akses ke informasi tingkat tinggi
demi organisasi bayangannya dan agenda mereka yang tidak bisa diterima." Senyum
DeCaro terkesan agak sombong. "Tapi jangan khawatir. O'Connor dan rekan-rekannya
dalam proses pemecatan. Keputusan ini kami ambil setelah mengetahui siapa mereka
sesungguhnya. Intelijen kami tergolong yang tak ada bandingnya."
Ini tidak mengherankan karena Maureen selalu menganggap Gereja Katolik sebagai
organisasi yang sangat luas dengan tangan-tangan yang menyebar ke seluruh dunia.
Ia tahu, organisasi ini adalah yang terkaya di bumi dan memiliki sumber daya
terbaik. "Apa yang akan terjadi dengan naskah Maria?" tanya Maureen, bersiap mendapat
jawaban yang tidak mengenakkan.
"Jika boleh berterus terang, aku belum tahu. Aku yakin kau paham bahwa penemuan
ini tergolong yang paling penting di masa ini, jika bukan sepanjang sejarah
Gereja. Begitu dinyatakan otentik, penemuan naskah ini harus dibahas pada level
tertinggi." "Peter telah menceritakan isi naskah itu?"
Kardinal itu mengangguk. "Ya. Aku telah membaca
sebagian catatannya. Ini mungkin mengejutkanmu, Signorina Paschale, tapi kami
tidak duduk seharian di singgasana perak Vatikan sambil merencanakan
konspirasi." Maureen tertawa bersama Kardinal lalu bertanya dengan sangat serius, "Apakah
Gereja akan berusaha menghentikan jika aku menuliskan pengalamanku ini dan yang
lebih penting, jika aku menuliskan isi naskah Maria?"
"Kau bebas melakukan apa pun sesuai pilihanmu dan pergi ke mana pun hati dan
akalmu membimbing. Jika Tuhan bekerja lewat dirimu untuk mengungkapkan tulisan Maria,
maka siapa pun tak pantas menahan langkahmu menjalankan tugas suci itu. Gereja
tidak dibentuk untuk menutupnutupi informasi, seperti yang diyakini banyak orang. Gereja menaruh
perhatian pada keberlangsungan dan pengembangan iman. Aku sendiri yakin penemuan
injil Maria Magdalena ini memberi peluang baru bagi kami untuk menarik generasi
muda. Tapi" Kardinal mengangkat tangan saat mengatakan ini-"aku hanya seorang
manusia. Aku tidak bisa berbicara untuk orang lain, tidak pula untuk Bapa Suci
sendiri. Waktulah yang akan berbicara."
"Dan sebelum waktunya tiba, apa yang terjadi?"
"Sebelum waktunya tiba, Injil Arques Maria Magdalena akan disimpan di
perpustakaan Vatikan, di bawah pengawasan Bapa Peter Healy."
"Peter akan tinggal di Roma?"
"Ya, Signorina Paschale. Ia akan memimpin tim penerjemah resmi. Itu suatu
kehormatan besar, tapi kami rasa ia layak menerimanya. Dan jangan berpikir kami
lupa pada kontribusimu," katanya sambil menyerahkan kartu nama dari tas
diplomatiknya. "Ini saluran telepon pribadiku
di Kota Vatikan. Jika kau sudah siap, kami ingin mengundangmu menjadi tamu kami.
Aku ingin mendengar langsung seluruh kisah perjalanan yang telah membawamu ke
tempat ini. Oh ya, kau bisa menghubungi sepupumu melalui nomor ini sampai ia
memiliki nomor sendiri. Ia bekerja langsung untukku."
Maureen menatap nama yang tertera di kartu itu. "Tomas Francesco Borgia DeCaro,"
bacanya keraskeras. "Jika boleh aku bertanya..."
Kardinal itu tertawa. Senyum lebar menghiasi wajahnya.
"Ya, Signorina, aku dari garis darah itu, sebagaimana juga dirimu. Kau pasti
akan terkejut jika tahu berapa banyak jumlah kita dan kau akan bertemu dengan
orang seperti kita jika kautahu ke mana menoleh."
f "Malam ini sangat indah, diterangi bulan purnama. Maukah kau menemaniku
jalanjalan di taman sebelum tidur?" usul Berenger Sinclair kepada Maureen
setelah Kardinal pamit. Maureen menerima tawaran itu. Sekarang ia merasa sepenuhnya nyaman bersama
lelaki itu. Kenyamanan unik yang dirasakan orangorang yang melewati situasi besar
bersamasama. Dan ada beberapa hal lain yang lebih indah di bandingkan malam musim panas di
Prancis barat daya. Dengan lampulampu sorot menerangi chateau yang megah dan cahaya rembulan
memantul di jalan setapak terbuat dari marmer, menyulap Taman Trinitas menjadi
tempat yang terkesan sangat magis.
Maureen menceritakan seluruh hasil perbincangannya
dengan Kardinal. Sinclair mendengarkan dengan penuh minat dan perhatian. Setelah
selesai, ia bertanya, "Apa yang akan kau lakukan sekarang" Apakah kau akan
menuliskan pengalaman ini"
Bagaimana kau akan mengungkapkan isi injil Maria ke dunia?"
Maureen berjalan mengelilingi pagar yang membatasi air mancur Magdalena. Ia
menelusurkan jarinya di atas marmer yang dingin dan halus sambil merenungkan
pertanyaan Sinclair. "Aku belum memutuskan bagaimana bentuknya nanti." Ia mengangkat wajah, memandang
patung itu. "Aku berharap dia akan memberikan bimbingan. Apa pun bentuknya, aku hanya
berharap bisa memperlakukan Magdalena dengan adil."
Sinclair tersenyum pada gadis itu. "Kau akan mendapatkannya. Tentu saja. Ia
tidak sembarang memilihmu."
Maureen membalas ekspresi kehangatan itu. "Ia memilihmu juga."
"Aku pikir kita semua dipilih untuk menjalankan peran masingmasing. Kau, aku,
Roland, dan Tammy. Dan tentu saja Bapa Healy."
"Jadi kau tidak membencinya karena perbuatan yang telah ia lakukan?"
Sinclair menjawab dengan cepat. "Tidak. Sama sekali
tidak. Bahkan seandainya ia melakukan sesuatu kesalahan, ia melakukannya demi alasan
yang benar. Lagi pula, betapa munafiknya aku jika membenci seorang hamba Tuhan
setelah penemuan ini" Pesan Magdalena adalah pesan kasih dan pengampunan. Jika
semua orang di bumi ini mengamalkan dua sifat itu, bumi akan menjadi tempat
tinggal yang lebih indah, bukankah begitu?"
Maureen menatapnya kagum. Dalam hatinya, tumbuh perasaan yang masih baru
baginya. Untuk pertama kalinya, Maureen merasa aman. "Aku tidak tahu bagai mana mesti berterima
kasih padamu, Lord Sinclair."
Aksen Skotlandia keluar dengan jelas dari mulut lelaki itu saat ia mengucapkan
nama Maureen dengan tekanan pada huruf "r". "Terima kasih untuk apa, Maureen?"
"Untuk semua ini." Maureen menunjuk ke sekeliling taman yang rimbun. "Untuk
mengenalkan aku pada dunia yang bahkan kebanyakan orang tak pernah
memimpikannya. Untuk menunjukkan tempat ini dan segala isinya. Untuk membuatku
merasa bahwa aku tidak sendirian."
"Kau tak akan pernah sendirian lagi." Sinclair meraih tangan Maureen dan
mengajaknya semakin jauh ke rerimbunan beraroma mawar. "Tapi kau harus berhenti
memanggilku Lord Sinclair."
Maureen tersenyum dan memanggilnya "Berry" untuk kali pertama, tepat sebelum
lelaki itu mengecupnya. f Esok paginya, sebuah paket untuk Maureen tiba. Paket itu dikirim dari Paris
kemarin. Tak ada alamat pengirim, tapi Maureen tak perlu penjelasan siapa
pengirimnya. Ia sangat kenal tulisan Peter.
Maureen merobek bungkus kotak, ingin segera tahu apa isinya. Meskipun ia tidak
marah dengan perbuatan Peter, tapi sepupunya itu belum tahu. Mereka mesti
melewati masa memaafkan yang canggung dan melakukan pembicaraan serius tentang
sejarah mereka bersama. Tapi Maureen merasa yakin, mereka akan akrab kembali
seperti sebelumnya. Maureen menjerit kaget bercampur senang setelah melihat isi kotak itu. Ada
fotokopi tiap halaman catatan Peter dari ketiga kitab injil Maria Magdalena.
Semua catatannya ada di sana, mulai dari transkripsi awal hingga terjemahan
akhir. Di bagian atas halaman yang disobek dari salah satu kertas catatannya
yang berwarna kuning, Peter menulis:
Maureen tersayang: Sampai aku bisa menjelaskan segalanya padamu secara langsung, aku percayakan
semua ini padamu. Pada akhirnya, kaulah orang yang paling pantas menyimpan warisan ini, jauh lebih
pantas dibandingkan orangorang yang memaksaku menyerahkan versi aslinya kepada mereka.
Tolong sampaikan juga permohonan maaf dan terima kasihku kepada yang lain. Aku
berharap bisa melakukannya secara langsung secepatnya. Aku akan menghubungimu
dalam waktu dekat. Peter
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
...Bertahuntahun kemudian, barulah aku memiliki kesenpatan untuk berterima kasih
secara langsung kepada Claudb Procula atas risiko yang ia tempuh demi Easa.
Tragedi Pontius Pilatus dm
keputusannya memilih Rona sebagai pemimpinnya.
pada akhirnya tidak berhasil menyekutukan k,iris dan ambisinya. Herod berangkat
ke Roma sehari setelah kematian Easa. tapi ia tidak memberi laporan yang baik
berkaitan dengan Pilatus kepada kaisar. Pribadi Herod tidak pernah berubah, la
nrmih'ki agenda ffrsendiri: menempatkan sepupunya di posisi penguasa. Ucapannya
kepada Tiberius penuh racun, dan Pdatus dipanggil ke Rona untuk menghadiri
sidang atas perbuatan bwuknya saat ia menjabat sebagai gubernur Judea.
Dalam pengadilan itu. ucapan-ucapan Pontius Pilatus sendiri digunakan untuk
menyerangnya. Ia telah mengirim surat kepada Tiberius, yang bercerita tentang
mukjizat Easa dan peristiwa-peristiwa di Masa Kegelapan. Romawi menggunakan
katakata itu untuk menyerangnya, bukan han ya untuk
mencabut gelar dan kedudukannya, tetapi juga untuk mengusir dan mengasingkannya.
Seandainya Pilatus melepaskan Easa dan melawan Herod serta para imam. nasibnya tak akan berbeda.
Claudia Procula tetap setia kepada suaminya di masa-masa penuh penderitaan itu.
laberctrita padakubahwa putra kecilmereka. Pilo. meninggal beberapa hari setelah
Easa dihukum mati. Tak ada peiuelasan di balik musibah itu. Sang anak pergi
begitu saja di hadapan mereka. Claudia mengatakan bahwa pada awahya ia mesti
mengerahkan seluruh usahanya agar tidak menyalahkan suaminya atas kematian putra
mereka. Namun ia tahu. Easa tidak menyukai sikap itu. Ia hanya perhi memejamkan
mata, lalu tampaklah wajah Easa di malam ketika ia menyembuhkan putranya
begitulah Claudia Procula menemukan Kerajaan Tuhan. Perempuan Romawiyangberdarah
bangsawan bu memiliki pemahaman yang luar biasa tentang Jalan Nasrani, la
1 tertanam V V Y " w dalam liatinya. Claudia dan Pilatus pindah ke Gaul tempattinggalnya semasa kedi Ia mengatakan
bahwa Pdatusmenghabiskan sisa hidupnya dengan berusaha memahami Easasiapa dia, apa
yang ia inginkan, apa yang ia ajaikan. Selama bertahuntahun. Claudia kerap
berkata pada suaminya bahwa ia tidak bisa menerapkan logika Romawi terhadap
Jalan Easa. Orang harus menjadi anak kuil untuk mf-mahami kebenaran. Anakanak
itu mumi. terbuka, dan jujur. Mereka dapat menerima kebaikan dan keyakinan tanpa
ragu. MeskiPdatusberpikirbahwa cara meyakini JalanNya seperti yang dialami
Claudia bukanlah caranya, tapi Claudia merasa bahwa ia telah berpindali
keyakinan, dengan caranya sendiri Claudia menyampaikan kisah yang luar biasa
tentangkejaian sehari sebelum ia dan sang penguasa meninggalkan Judea untuk
sehinanya. Ponthis Pilatus pergi ke Rumah Tuhan untuk mencari Jonathan Annas dan
Caiaphas. Ia berk eras bertemu dengan mereka. Pilatus meminta keduanya menatap
matanya di tempat yang paling sakralbagikalangan mereka dan menjawab: apakah
kita telah membunuh Piara Tuhan"
Aku tidak tahu yang mana yang lebih /uar biasa. Apakah Pilatus yang nwncari
kedua imam itu untuk bertanya, atau pengakuan kedua imam itu bahwa mereka telah
melakukan kesalahan besar.
Setelah kebangkitan Easa kepada Bapa di Surga, sejumlah orang datang untuk
menyampaikan bahwa para pengikut kami telah memmdahkanjasadEasa. Orangorang
inimendapatbayaran dari Rumah
Tuhan. yar% kini takut akan mendapat getah akibat
perbuatan metrka jika orangorang mengetahui kejadian yang sesungguhnya. Annas
dan Caiaphas telah mengaku. Pilatus mengatakan pada istrinya bahwa ia percaya
kedua orang itu benarbenar"menyesal, bahwa mereka akan sengsara setiap hari
sepanjang sisa usia menka di bumi karena hidup mereka dibayang-bayangi perbuatan
buruk yang telali dilakukan.
Seandainya sap mereka datang kepadaku dan nrnceritakan semua ini. Aku akan
mengabarkan ajaran JalanNya. dan meyakinkan mereka bahwa Easa menganipmii
mereka. Karena, pada hari Kerajaan Tuhan bangkit di hati kita. maka kita tak
akan nrnderita lagi. INJIL ARQUF.S MARIA MAGDALENA KITAB PARA MURID
Dua Puluh Satu New Orleans 1 Agustus 2005
Maureen mengemudikan mobil sewaannya menembus jamjarn senja musim panas di
wilayah selatan. Saat ia menepikan mobilnya di lapangan parkir pemakaman pinggiran kota, cahaya
pudar menyinari sebuah gereja kecil yang terletak di dalam area pemakaman itu.
Kali ini ia tidak berbalik. Putri Edouard Paschal ini masuk dengan kepala tegak.
Tak seorang pun, jika orang yang dikasihinya dikebumikan di sini, mendapati
tempat peristirahatan mereka dalam pusara yang tidak terurus dan penuh semak
belukar. Gerbang kuburan itu telah dipindahkan agar menyatu dengan area
sebelumnya yang menyedihkan. Ini berkat pengaruh dan jaminan dari kardinal
Italia. Marmer putih di pusara baru ayahnya tampak bersinar saat Maureen berjalan
mendekatinya. Rangkaian mawar dan lili yang indah menghiasi tepi marmer, tepat di bawah
fleurdelis besar bersepuh emas dan tulisan yang berbunyi:
EDOUARD PAUL PASCHAL AYAH TERCINTA MAUREEN
Ia berjongkok di depan pusara itu dan menjalin percapan panjang dengan sang
ayah. Perasaan damai yang membasuh jiwanya adalah sesuatu yang sepenuhnya baru,
dan ia menyambutnya dengan
sukacita. Ia tak tahu apa yang akan terjadi esok. Tapi secara keseluruhan, ia
lebih merasa bersemangat alih-alih takut. Besok, di New Orleans, ia akan bertemu
anggota klan Paschal para bibi, paman, dan sepupu yang belum ia kenal untuk
makan siang bersama. Setelah itu, ia akan terbang ke Bandara Shannon di Irlandia lalu berkendara
menuju Galway, desa kecil di sebelah barat, dan menginap di tanah pertanian
Healy. Peter akan menemuinya di sana.
Pertemuan itu akan menjadi yang pertama sejak sang sepupu meninggalkan Chateau
des Pommes Bleues. Mereka telah berbicara lewat telepon beberapa kali, tapi
belum saling berjumpa. Peterlah yang meminta agar mereka bertemu di Irlandia,
tempat yang sunyi dan jauh dari sorotan mata. Di sana, mereka bisa berbicara
panjang lebar dan Peter akan meluangkan waktu untuk menceritakan status resmi
Injil Arques. Maureen memikirkan semua itu saat melewati French Quarter yang tampak hidup di
Jumat senja yang indah itu.
Saat ia berjalan, suara saksofon melayang dari kejauhan, dibawa angin selatan.
Di belokan jalan, dalam kondisi terhanyut dalam musik, mata Maureen menangkap
sang musisi untuk kali pertama.
Rambutnya hitam panjang, mempertegas penampilannya yang kurus dan sendu. Saat
Maureen telah dekat denganya, lelaki itu mengangkat pandangan, mata mereka
saling bertemu selama beberapa saat.
James St. Clair, musisi jalanan dari New Orleans itu,
mengedipkan mata. Maureen tersenyum padanya sambil terus berjalan. Alunan
"Amazing Grace" dari saksofonnya melayang di belakang Maureen, terbawa angin
French Quarter. Dua Puluh Dua County Galway, Irlandia Oktober 2005
Ada keheningan di jantung daerah pedesaan Irlandia.
Kesunyian yang menyapu seluruh wilayah itu tatkala matahari terbenam. Seolah-
olah malam sendirilah yang menuntut keheningan. Ia menundukkan tiap yang mencoba melawan
hingga menjadi tenang, tanpa kecuali.
Bagi Maureen, kedamaian ini adalah sesuatu yang begitu ia dambakan setelah
terbebas dari kericuhan bulan-bulan lalu. Di sini ia aman dalam kesendiriannya
kesendirian yang mengikutsertakan hati dan pikirannya sendiri. Ia tak
memperkenankan dirinya memproses kejadiankejadian terakhir dengan perspektif
pribadinya. Itu bisa dilakukan nanti. Atau barangkali tak akan terjadi sama
sekali. Pemikiran itu terlalu besar, terlalu jauh dari jangkauan...dan terlalu absurd. Ia
telah menunaikan perannya sebagai Dia Yang Dinantikan, untuk lompatan nasib,
atau takdir, atau bahkan bimbingan ilahiah apa pun yang telah ia pilih.
Tugasnya telah selesai. Dia Yang Dinantikan adalah sosok ilusional, terikat
dengan waktu dan ruang di alam
Langedoc dan telah menjadi kenangan manis di Prancis sana. Tapi Maureen Paschal
adalah sosok yang nyata, dan merasa kelelahan dengan semua itu. Sambil menghirup
udara tenang di kampung halamannya, Maureen beranjak ke kamar tidur untuk menikmati istirahat yang telah
ia rindukan. Tidurnya pasti tak akan tanpa mimpi.
f Maureen telah melihat pemandangan ini sebelumnya suatu sosok dalam bayangan,
membungkuk ke sebuah meja kuno.
Ujung pena menggores kertas seiring mengalirnya kata kata sang pengarang. Ketika
Maureen melongok dari bahu sang penulis, cahaya biru langit mencuat dari halaman
kertas. Pada mulanya Maureen tidak melihat sang penulis bergerak.
Saat sosok itu berpaling dan melangkah ke bawah cahaya lampu, Maureen menahan
napas. Ia telah melihat wajah ini dalam mimpi sebelumnya.
Suatu momen pengenalan yang berlangsung sekilas.
Sekarang, lelaki itu menujukan perhatian penuh kepada Maureen. Dalam kondisi
kaku, Maureen menatap lelaki di hadapannya. Lelaki paling tampan yang pernah ia
lihat. Easa. Ia tersenyum kepada Maureen. Suatu ekspresi yang sarat keilahiahan dan
kehangatan hingga Maureen mabuk karenanya. Seolah matahari itu sendiri yang
terpancar dari ekspresi nan sederhana tadi.
Maureen tetap tak kuasa bergerak, tak mampu melakukan apa pun selain memandang keindahan dan
keagungannya. "Kau adalah putriku, aku merasa senang denganmu."
Suaranya mengalun merdu, suatu nyanyian kesatuan dan cinta yang bergetar di
udara sekelilingnya. Ia melayang dalam musik itu dalam momen yang abadi, sebelum
dikagetkan dengan bunyi ucapan
berikutnya. "Tapi tugasmu belum selesai."
Sambil tersenyum kembali, Easa dari Nazaret, Anak Manusia, berbalik ke meja
tempat tulisannya berada. Cahaya halaman kertas itu semakin terang, huruf-
hurufnya berkilau dengan cahaya indigo, perpaduan biru dan ungu, pada kertas
tebal yang seperti linen.
Maureen mencoba bicara, tapi kata-katanya tidak keluar. Ia tidak seperti manusia
biasa. Ia hanya bisa mengawasi sosok ilahiah di hadapannya yang memberi isyarat
untuk melihat kertas itu. Easa kembali menatap Maureen dan tetap menatapnya
dalam momen yang abadi. Meluncur dengan luwesnya melintasi ruang yang memisahkan mereka, Easa berdiri
langsung di hadapan Maureen. Ia tidak berkata-kata lagi, namun melangkah maju
dan memberi ciuman seorang ayah di kepala Maureen.
f Maureen terbangun dalam keadaan bersimbah keringat. Kulit kepalanya terbakar
seolah diberi tanda, dan ia merasa pusing dan agak bingung.
Ia melihat ke jam di samping tempat tidur dan mengibaskan kepala agar
pandangannya jernih. Sinar pagi pertama merayap lewat tirai tebal, tapi masih
terlalu pagi untuk menelepon ke Prancis. Ia akan membiarkan Berry tidur beberapa jam lagi.
Setelah itu, ia akan meneleponnya dan memintanya mengungkapkan setiap detail
informasi tentang keberadaan terakhir Kitab Cinta, injil Yesus Kristus yang
sejati. Penutup Apakah Kebenaran" PONTIUS PILATUS, YOHANES 18:38
Perjalanan saya menelusuri Garis Magdalena untuk mencari jawaban pertanyaan
Pilatus berawal dengan Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan ratu pejuang
Celtic abad pertama. Dikenal dalam sejarah sebagai Boudicca, tokoh terakhir ini
memiliki semboyan "Y gwir erbyn y biyd", kalimat Welsh yang artinya "Kebenaran
yang menantang dunia". Saya menjadikan kalimat ini sebagai mantra dalam jalan
pencarian yang berlangsung sejak saya dewasa. Kalimat itu menuntun saya melewati
jalur sejarah yang berlikuliku yang terentang sepanjang 2.ODD tahun.
Telah lama saya merasakan dorongan untuk menguak kisahkisah besar yang tidak
diungkapkan. Lapisan-lapisan pengalaman manusia yang terkubur membisu dan sering kali
diabaikan dalam tulisan-tulisan akademis. Seperti yang diingatkan tokoh
protagonis saya, Maureen, "Sejarah bukanlah sesuatu yang telah terjadi. Sejarah
adalah sesuatu yang dituliskan." Lebih sering, sesuatu yang kita ketahui dan
kita terima sebagai sejarah adalah hasil ciptaan seorang penulis yang memiliki
agenda politik tertentu. Pemahaman inilah yang membuat saya mendalami cerita-
cerita rakyat sejak remaja. Saya merasakan kepuasan yang tidak terhingga ketika
menggali kebudayaan dari sumber aslinya, menemui sejarawan atau sahibul hikayat
lokal untuk mengungkapkan kronik manusia sesungguhnya yang tidak tersedia di
perpustakaan atau buku daras. Darah Irlandia membuat saya sangat menghargai
kekuatan riwayat yang disampaikan secara lisan dan tradisi yang hidup di tengah-
tengah masyarakat. Darah Irlandia juga mendorong saya menjadi seorang penulis dan aktivis. Karena
itulah saya larut dalam gejolak politik Irlandia Utara pada tahun 1980-an. Dalam
periode itu saya semakin skeptis terhadap sejarah tertulis, yang karenanya
diterima luas. Sebagai saksi mata peristiwa bersejarah, saya sadar bahwa laporan
kejadian jarang sekali mendekati peristiwa aslinya yang saya saksikan secara
langsung. Dalam banyak kasus, saya bahkan nyaris tidak mengenali kejadian itu
ketika diulas dalam surat kabar dan stasiun televisi, juga buku "sejarah". Versi
dokumentasi ini semuanya ditulis dengan lapisan bias politik, sosial, dan
pribadi. Kebenaran menjadi hilang selamanya kecuali, barangkali, bagi orangorang
yang menyaksikannya secara langsung. Umumnya, saksi-saksi ini adalah kelas buruh
yang hidupnya sulit. Mereka tidak akan menuliskan peristiwa yang mereka saksikan
ke surat kabar nasional atau mencari penerbit yang mau mencetak kisahnya demi
mendapatkan uang. Mereka hanya
menguburkan mayat, berdoa untuk kedamaian, lalu berusaha sekuat tenaga agar
hidup terus berputar. Tapi tetap saja, mereka menyimpan pengalaman dengan cara mereka sendiri sebagai
saksi sejarah, yaitu dengan menyampaikan kisah itu kembali kepada keluarga dan
komunitas. Pengalaman di Irlandia meyakinkan saya kembali akan pentingnya tradisi lisan dan
budaya, dan mengapa semua itu biasanya adalah sumber yang paling kuat untuk
memahami pengalaman manusia.
Kejadiankejadian di sekitar jalanjalan di Belfast menjadi mikrokosmos saya. Jika
peristiwa-peristiwa di sana dipandang cukup penting untuk disusun kembali dan
diubah oleh surat kabar besar dan media elektronik, lalu apa artinya ketika
konsep yang sama diterapkan ke dalam skala makrokosmos, ke sejarah dunia"
Tidakkah kecenderungan untuk memelintir kebenaran menjadi semakin besar dan
semakin absolut ketika kita menengok ke belakang, ke masa lalu ketika hanya
orangorang yang kaya, berpendidikan tinggi, dan memiliki kedudukan politik yang
mampu mencatat peristiwa"
Saya semakin merasa berkewajiban untuk mempertanyakan sejarah. Sebagai seorang
perempuan, saya ingin membawa gagasan ini satu langkah lebih jauh. Dengan
semaraknya dunia tulisan, berbagai materi dalam jumlah tak terhitung yang
dianggap cendekiawan dapat diterima secara akademis diciptakan oleh orangorang
dari strata sosial dan politik tertentu. Kita percaya, biasanya dengan begitu
saja, bahwa dokumendokumen itu benar hanya karena dokumen itu bisa "diabsahkan"
ke dalam periode waktu tertentu. Jarang kita memperhitungkan fakta bahwa dokumen
itu ditulis pada masa kegelapan, ketika status perempuan lebih rendah ketimbang
bahan pokok, bahkan dikatakan tidak memiliki jiwa! Berapa banyak kisahkisah
agung lenyap begitu saja karena perempuan yang menjadi tokoh utamanya dianggap
tidak cukup penting, bahkan tidak dianggap sebagai manusia,
untuk disebutkan" Berapa banyak perempuan yang dihilangkan sepenuhnya dari sejarah" Dan bukankah
inilah kenyataan bagi perempuanperempuan abad pertama"
Kemudian ada perempuan yang sangat kuat dan mumpuni dalam dunia pemerintahan,
perempuan yang tidak bisa diabaikan. Banyak di antara mereka yang mendapat
tempat dalam buku sejarah sebagai penjahat busuk pezina, penjilat, penipu,
bahkan pembunuh. Apakah pencitraan itu adil" Ataukah ada propaganda politik
untuk mendiskreditkan perempuan yang berani menunjukkan kekuatan dan
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kecerdasannya" Berbekal pertanyaanpertanyaan ini dan rasa tidak percaya yang
menjadijadi terhadap sesuatu yang diterima secara akademis sebagai bukti
bersejarah, saya melakukan riset dan menulis buku tentang perempuanperempuan
yang dibenci, perempuanperempuan yang disalahpahami dan
diperlakukan secara buruk. Saya memulai riset ini dengan para perempuan luar
biasa yang telah disebutkan di atas Marie Antoinette, Lucrezia Borgia, dan
Boudicca. Pada awalnya, Maria Magdalena hanyalah satu dari sekian banyak topik dalam riset
saya. Saya berangkat dengan suatu kewaspadaan yang lebih besar terhadap teka-
teki dalam Perjanjian Baru, yang menyangkut peran Magdalena sebagai pengikut
Kristus. Saya tahu, gambaran Magdalena sebagai seorang pelacur cukup dominan
dalam masyarakat Kristen. Saya juga tahu, Vatikan telah perupaya mengoreksi
ketidakadilan tersebut. Inilah titik tolak saya. Niat saya adalah menyatukan
kisah Maria Magdalena sebagai satu topik dari sekian banyak topik, dalam satu
tubuh tulisan yang mencakup periode dua puluh abad.
Tapi Maria Magdalena mempunyai rencana lain terhadap saya.
Saya mulai mengalami serangkaian mimpi yang menghantui dan berulangulang. Mimpi
itu terpusat pada berbagai peristiwa dan karakter dalam Kesengsaraan dan
Kematian Kristus. Sejumlah kejadian yang tidak bisa dijelaskan, seperti yang dialami Maureen,
mengarahkan saya untuk menginvestigasi riset seputar legenda-legenda Maria
Magdalena dari berbagai lokasi, mulai dari Mc Lean, Virginia, hingga Gurun
Sahara. Saya melakukan perjalanan mulai dari gunung Masada hingga jalanjalan
kuno Assisi, mulai dari katedral Gotik di Prancis hingga bukit berbatu Inggris
selatan dan melintasi pulau-pulau Skotlandia yang berbatu.
Saya berjuang keras menyeimbangkan unsur-unsur dalam hidup saya yang semakin di
luar jangkauan akal, berjalan melewati tali ala Dali, antara kehidupan ibu rumah
tangga di wilayah pinggiran dengan petualang dalam film Indiana Jones.
Akhirnya saya paham, saya telah menjalani sebagian besar kehidupan saya sebagai
persiapan untuk pencarian ini.
Tampaknya pengalaman-pengalaman pribadi dan profesional saya yang tidak
beraturan mulai membentuk suatu pola yang menawan. Pola ini menuntun saya untuk menguak
serangkaian rahasia keluarga yang sebelumnya tidak terbayangkan. Saya bahkan
harus terkejut karena gambaran tentang beberapa anggota keluarga saya ternyata
berbeda jauh dari gambaran yang disampaikan untuk saya yakini. Hampir dua
dasawarsa setelah kematian mereka, saya baru tahu bahwa kakek-nenek
saya dari pihak ayah yang konservatif dan sangat tradisional nenek yang sangat
saya cintai dan suaminya, seorang Pembaptis yang sangat taat ternyata terlibat
jauh dalam gerakan Freemasonryi dan aktivitas perkumpulan rahasia. Saya akhirnya
tahu bahwa nenek saya memiliki hubungan darah dengan sejumlah keluarga yang
terbilang paling tua di Prancis. Kenyataan ini tidak hanya mengubah arah riset
saya, tetapi juga kehidupan saya.
Keterkejutan yang paling dahsyat terjadi setelah saya diberitahu bahwa tanggal
kelahiran saya adalah bagian dari nubuat yang berkaitan dengan Maria Magdalena
dan keturunannya. Yaitu Nubuat Orval seperti yang diucapkan Berenger Sinclair.
"Kebetulan-kebetulan" pribadi inilah yang menjadi kunci untuk membuka pintu yang
tidak disentuh oleh para peneliti sebelum saya.
Minat saya terhadap cerita daerah tentang Magdalena berubah menjadi obsesi
setelah saya merasakan betapa menakjubkannya tradisi budaya kuno yang selama ini
dijaga dengan penuh cinta dan semangat yang tak kunjung padam di seantero Eropa
barat. Saya diundang untuk mengenal bagian terdalam dari berbagai perkumpulan
rahasia, juga untuk berkenalan dengan para penjaga informasi keramat yang
membuat saya takjub hingga kini karena mereka, dan informasi yang mereka jaga,
benarbenar ada dan telah berjalan selama 2.000 tahun.
Saya tidak bermaksud menggali isu-isu yang akan
1 Pertukangan Batuan yang Bebas: persaudaraan yang memiliki rite-rite rahasia
dan yang didirikan pada abad ke-12 oleh sejumlah tukang batu di Inggris.
membuat orang meragukan sistem keyakinan yang telah dianut miliaran umat.
Bukanlah tujuan saya untuk menulis buku yang menggoyang suatu topik mahabesar
seperti kesejatian Yesus Kristus atau hubungannya dengan orangorang terdekat
dalam kehidupannya. Namun, seperti tokoh protagonis dalam buku ini, saya merasa
kadang jalan hidup kita telah dipilihkan. Begitu saya mengenal Kisah Teragung
yang Pernah Diungkapkan dari perspektif Magdalena, saya tahu bahwa saya tidak
bisa mundur. Kisah itu menguasai pikiran saya hingga hari ini. Bahkan saya yakin, selamanya.
Kontroversi yang memakan waktu dua milenia menjadikan Maria Magdalena sebagai
karakter Perjanjian Baru yang paling sulit dipahami. Dalam pencarian saya terhadap
perempuan sejati di balik legenda, saya sadar bahwa saya tidak mempunyai hasrat
untuk mengolah kembali sumbersumber tradisional seperti yang telah ditafsirkan
dengan caracara biasa. Saya malah membungkus diri dalam jubah hangat seorang
pendongeng lalu masuk lebih jauh ke dalam misteri. Ternyata berbagai cerita
tradisional dan mitologi tentang Maria Magdalena begitu kaya dan tua. The
Expected One dan bukubuku kelanjutannya mengupas teoriteori tentang identitas
dan dampak kontroversial Maria yang diilhami subkultur Prancis selatan dan
tempattempat lainnya di Eropa.
Cerita daerah dan tradisi Eropa juga memberikan wawasan baru bagi misteri Maria.
Wawasan-wawasan ini belum pernah diungkapkan secara memuaskan berdasarkan jalur
tradisional. Selama berabadabad, sebuah ayat dalam injil Mar-kus (16:9) digunakan untuk
menyerang Maria: "Kini, setelah Yesus bangkit di awal hari pertama dalam seminggu, ia muncul pertama
kali di hadapan Maria Magdalena, yang darinya Yesus telah mengeluarkan tujuh
iblis." Satu ayat ini memicu berbagai klaim ekstrem menyangkut kondisi mental
Maria. Di antaranya bukubuku yang mengabdikan diri pada pandangan bahwa Maria
dikuasai setan atau ia sakit jiwa. Setelah saya akrab dengan perspektif Arques
seperti yang dituangkan di sini bahwa Yesus menyembuhkan Maria setelah ia diberi
racun yang mematikan yang disebut racun tujuh setan barulah saya memahami ayat
Markus ini. Pada masa ketika status perempuan diukur melalui hubungan mereka, Perjanjian
Baru tidak memperkenalkan Maria Magdalena sebagai istri siapa pun, apalagi pasangan Yesus.
Fakta ini saja telah mendorong para cendekiawan menyatakan dengan pasti bahwa
ide Maria dan Yesus diikat dalam hubungan pernikahan sebagai ide yang mustahil.
Tapi fakta yang sama juga menimbulkan teka-teki lain karena Maria Magdalena juga
perempuan satusatunya dalam keempat Injil yang digambarkan sebagai dirinya
sendiri. Bahwa ia sebuah karakter terpisah menunjukkan namanya sudah dikenal
oleh masyarakat di masanya dan sesudahnya. Saya percaya, hubungan Maria kompleks
statusnya sebagai wanita bangsawan yang menjadi janda kemudian menjadi istri
kembali memang problematis.
Rasanya canggung, bahkan kurang pantas jika meng gambarkanvMaria berdasarkan
hubungannya dengan lelaki. Akibatnya, iavdikenal dengan namanya sendiri dan
julukannya: MariavMagdalena.
Tambahan lagi, bagi saya ikonografi Magdalena selalu membingungkan. Di luar
karakter legendanya yang penuh
teka teki, ia menjadi salah seorang tokoh yang paling sering diangkat dalam
karya seni sejumlah seniman besar Abad Pertengahan dan periode Renaisans dan
Barok. Lukisan Maria Magdalena
berjumlah ratusan, mulai dari buah cipta maestro seumpama Caravaggio dan
Botticelli hingga seniman Eropa modern semisal Salvador Dali dan Jean Cocteau.
Ada seutas benang merah yang menghubungkan beraneka ragam lukisan potret Maria
Magdalena. Yakni, ia senantiasa digambarkan dengan pelengkap yang sama:
tengkorak kepala yang konon melambangkan pertobatan, sebuah buku yang dipercaya
adalah simbol Injilnya, dan toples putih yang ia gunakan untuk mengurapi Yesus.
Satu hal lagi, Magdalena selalu mengenakan selubung merah. Ini adalah tradisi
pada zaman dahulu dan umumnya diyakini berhubungan dengan pandangan bahwa ia
seorang pelacur. Tapi sekarang saya percaya bahwa ikonografi ini ter kait dengan versi kisahnya
yang dirahasiakan dan dijaga oleh kelompok bawah tanah Eropa. Bagi saya,
tengkorak kepala itu jelas melambangkan Yohanes, yang kepadanya Maria selalu
melakukan pertobatan. Sedangkan buku, bisa mengacu pada injilnya sendiri atau
karya Easa, Kitab Cinta. Sedangkan jubah dan selubung merah adalah simbol
seorang ratu dalam tradisi Nazaret. Saya yakin sepenuh hati, banyak seniman dan
penulis besar Eropa larut dalam "bidah" Maria Magdalena dan warisan yang begitu
kaya yang ia tinggalkan di Amerika.
Seiring perjalanan, kisahkisah yang belum terungkap tentang pahlawan dan
antipahlawan lain dalam Perjanjian Baru menampakkan diri dalam detail yang
mencengangkan. Pembaca akan menemukan sosok Salome yang dibenci, dalam buku ini
digambarkan secara jauh berbeda, dan saya harap sangat manusiawi. Sedangkan Yohanes Pembaptis
menjadi sosok yang lain dari kacamata Maria Magdalena, juga orangorang yang
mengaguminya. Saya sangat berharap pembaca tidak merasa saya telah bersikap
kejam terhadap Yohanes. Baik Maria maupun Easa
berulang kali menyebut Yohanes Pembaptis sebagai rasul besar. Saya juga percaya
bahwa ia adalah tokoh pada masa dan tempatnya. Ia adalah lelaki yang berkomitmen
pada hukum secara tegas, seseorang yang penentangannya terhadap reformasi tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Meski saya bukan penulis pertama yang menggambarkan
permusuhan antara pengikut Yohanes dan Yesus dan juga bukan yang terakhir saya
sadar bahwa ide Yohanes sebagai suami pertama Maria mengejutkan banyak orang.
Butuh waktu bertahuntahun untuk memproses pengungkapan itu sebelum saya siap
menuliskannya. Warisan Yohanes, lewat putranya bersama Maria Magdalena, akan
terus menampakkan diri dalam bukubuku saya selanjutnya.
Selama proses penulisan, saya menjadi jatuh cinta kepada rasul Filipus dan
Bartolomeus. Seperti yang terlihat lewat mata Maria, mereka adalah pahlawan yang
luar biasa. Petrus menjadi hidup dalam hati saya karena sesuatu yang jauh
melebihi "lelaki yang membantah Yesus". Dengan cara yang sama, saya membentuk
perspektif baru tentang Yudas dan peran tragis dan abadinya dalam peristiwa
penyaliban. Barangkali yang membuat saya paling tergugah adalah informasi menyejukkan
menyangkut Pontius Pilatus dan istrinya yang heroik dan menawan, seorang putri
Romawi bernama Claudia Procula.
Dokumen yang tersimpan dalam arsip Vatikan dan tradisi Prancis yang
memesona mendukung kisah luar biasa keterlibatan Yesus dengan keluarga Pilatus.
Riwayat ini mengotentikkan mukjizatnya dan menjelaskan tindakan Pilatus, yang
agak misterius dalam injil Yohanes. Saya percaya, uraian tentang Pilatus sangat
penting untuk mendapat pemahaman baru tentang kejadian di sekitar jalan
penyaliban. Dan saya sangat terpesona setelah tahu bahwa Claudia adalah seorang
santa dalam tradisi Ortodoks, begitu juga Pontius Pilatus dalam gereja
Abysinia/Ethiopia. Saya bekerja untuk meneguhkan materi tentang Magdalena baru dari berbagai sudut.
Saya memanfaatkan surat-menyurat yang dilakukan Claudia pada abad pertama yang telah
diterbitkan Issana Press. Selain itu, saya juga memanfaatkan berbagai versi
kitab apokrifs, tulisan awal para pendeta Gereja, sejumlah sumber Gnostik yang
sangat berharga, dan bahkan Naskah Laut Mati. Saya paham, versi kejadian yang
saya ungkapkan barangkali mengejutkan hingga membuat pembaca
terkesima. Setulus hati, saya berharap pembaca akan terinspirasi untuk menggali
pemahaman masingmasing tentang misteri ini.
Harta karun informasi telah tersedia, kebanyakan berasal dari abad dua hingga
empat, yang tidak disertakan dalam kanon Gereja tradisional. Ada pula ribuan
halaman materi yang menanti untuk diketahui i n j i Ii n j i I alternatif,
tambahan untuk kitab Kisah Para Rasul, dan tulisan lain yang mengungkapkan
detail dan wawasan untuk memahami kehidupan dan masa Yesus yang sepenuhnya baru
bagi pembaca yang belum pernah
2 Istilah yang dipakai untuk menunjukkan kitab yang termasuk Septuaginta
(terjemahan Perjanjian Lama ke dalam bahasa Yunani), tetapi tidak termasuk kanon
Ibrani. Bagi orang Katolik sama dengan detiterokanonika.
melihat selain yang ditulis oleh keempat pewarta injil. Saya percaya, jika
materi-materi ini digali dengan pikiran dan hati terbuka maka akan tercipta
sebuah jembatan cahaya dan pemahaman antara berbagai divisi dalam Kristiani, dan
di luar itu. Selama bertahuntahun melakukan riset, saya telah berdiskusi, bertanya, berdebat,
bahkan mengakui berbagai poin dengan para pendeta dan kaum beriman dari sejumlah
keyakinan. Saya bersyukur karena memiliki teman dan rekan dari dunia spiritual,
termasuk pendeta Katolik, pendeta Luteran, praktisi Gnostik, dan imam wanita
pagan. Di Israel, saya berjumpa dengan para cendekiawan dan mistikus Yahudi,
juga wali situs-situs Kristiani yang sakral dari golongan Ortodoks.
Ayah saya seorang Pembaptis, suami saya penganut Katolik yang taat. Individu-
individu inilah yang menjadi bagian dalam mosaik sistem keimanan saya, dan pada
hakikatnya bagian kisah ini.
Di luar berbagai perbedaan filsafat mereka, orangorang ini menganugerahkan
berkat yang sama kemampuan untuk bertukar pikiran dan terlibat dalam dialog
dengan bebas, tanpa kemarahan.
Ada bagianbagian dalam kisah ini yang tidak bisa saya kuatkan dengan sumber
akademis manapun yang "bisa diterima". Bagian tersebut hadir sebagai tradisi
lisan dan dijaga selama berabadabad dalam lingkungan yang sangat terlindungi,
oleh orangorang yang takut pada reaksi yang mungkin akan muncul. Saat menulis
buku ini, saya mengambil pendekatan dengan membentuk kasus bagi teori saya via
bukti situasional sepanjang 2.000 tahun. Meski tidak mampu menciptakan bukti
telak, saya memiliki banyak saksi yang menarik dan serangkaian
lukisan agung yang menguatkan kasus saya, yang kebanyakan diciptakan oleh
maestro Renaisans dan Barok. Saya mengajukan kasus saya dengan konteks bukti-
bukti ini dan mempersilakan dewan juri, yakni para pembaca, untuk mengambil
keputusan sendiri. Saya harus berhati-hati dalam memperlakukan sumber primer informasi baru yang
saya sajikan di sini karena alasan keamanan. Tapi ingatlah: Isi injil Maria
Magdalena sebagaimana yang saya terjemahkan dalam buku ini diambil dari sumber
materi terdahulu yang tidak diungkapkan. Materi ini belum pernah diungkapkan
kepada masyarakat. Saya melakukan penerjemahan bebas agar isinya lebih sesuai
dengan pembaca abad 21, tapi saya percaya bahwa kisah yang disampaikan
benarbenar orisinil, bukan hasil rekayasa.
Demi melindungi kesakralan informasi ini dan orang orang yang menjaganya, saya
tidak memiliki pilihan selain menuliskan buku ini, juga bukubuku kelanjutannya,
sebagai karya fiksi. Namun, banyak petualangan tokoh protagonis saya, juga
seluruh pengalaman supra natural nya, dilandasi pengalaman saya sendiri. Dalam
banyak kasus, Maureen menerima informasi dengan cara yang sama persis dengan
saya saat melakukan riset juga Tammy. Meski karakter-karakter dalam buku ini
yang disesuaikan dengan era modern semuanya fiktif, saya telah berusaha sebisa
mungkin menyajikan pengalaman otentik kepada pembaca. Tentu saja ada
bagianbagian yang saya ciptakan secara bebas. Pembaca tentu bisa mengenalinya
sendiri ketika membaca karya ini. Kuburan Arques seperti yang dilukiskan Poussin
sekarang tidak ada lagi dihancurkan dengan dinamit oleh pemilik tanah setempat
yang lelah melihat banyaknya orang yang
mendatangi tempat itu! Dan ada bagianbagian yang saya kira membutuhkan
kecermatan pembaca. Penerjemahan Injil Arques yang dilakukan Peter dalam buku ini selesai dalam
tempo yang relatif singkat. Dalam kenyataannya, penerjemahan dokumen semacam itu
memakan waktu berbulan-bulan, bahkan bertahuntahun.
Pembuatan buku ini menghabiskan waktu nyaris dua dasawarsa, dan ketika
menghadapi rintangan, saya mendapat bimbingan berharga dari orangorang yang
berani. Saya sangat bersyukur atas pengetahuan yang dibagikan dan dipercayakan
kepada saya oleh individu-individu yang paling fenomenal.
Sebagian di antara mereka bahkan mengambil risiko besar saat menolong saya.
Tidak jarang saya bertanya-tanya, apakah saya layak mengungkapkan kisah ini.
Saya rasa, saya tidak cukup tidur selama lebih dari sepuluh tahun karena terlalu
memikirkan detail buku ini dan kemungkinan reaksi yang ditimbulkannya.
Saat kami menyiapkan buku ini untuk kalangan pers, Injil Yudas yang
kontroversial diluncurkan ke publik untuk pertama kalinya. Segera saja saya
menerima surat dari para pembaca yang menyadari adanya bagianbagian dalam
penemuan baru yang menghebohkan ini, yang menegaskan dan
mendukung pernyataan saya sendiri bahwa Yudas tidak "mengkhianati" Yesus. Bahwa
Yudas sebenarnya mengemban perintah yang sulit dan menyakitkan dari teman sekaligus
gurunya. Ketidakadilan terhadap Yudas dan reputasinya barangkali lebih besar dibandingkan
yang diterima Maria Magdalena selama dua puluh abad. Saya percaya, sekarang
sudah waktunya, bahkan seharusnya sejak dulu, memulihkan posisi
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
orangorang yang dekat dengan Yesus sesuai dengan posisi sebenarnya dalam
sejarah. Seperti pertanyaan Bapa Peter Healy, "Bagaimana seandainya selama dua
ribu tahun ini kita menolak wasiat terakhir Yesus?" Dalam usaha saya membahas
kemungkinan itu, saya menawarkan gambaran saya sendiri tentang Yudas sebagai
teman setia, bahkan seorang pahlawan; tentang Maria Magdalena sebagai istri,
ibu, belahan jiwa, dan pasangan hidup; tentang Petrus sebagai seorang yang
membantah teman dan gurunya hanya karena ia diperintahkan untuk bersikap seperti
itu. Saya juga percaya, penemuan arkeologis di waktu yang lalu dan yang akan
datang akan semakin bersinar dan
membuktikan bahwa penggambaran ini benar dan adil.
Saya hanya bisa berharap karya saya ini layak di mata para penjaga kebenaran
Maria Magdalena yang mengandalkan saya untuk mengungkapkan kisahnya. Lebih dari
itu, saya harap karya ini menyuarakan pesan cinta, toleransi, pengampunan, dan
kelayakan pribadi Maria dalam suatu cara yang barangkali membuat pembaca
terinspirasi. Tulisan ini adalah pesan kesatuan dan sikap tidak menghakimi
terhadap semua orang dengan segala sistem keyakinan. Sepanjang proses penulisan,
saya tetap taat pada ajaran damai dan keyakinan bahwa kita bisa menciptakan
surga di bumi seperti yang
disampaikan Kristus. Iman saya kepadaNya dan kepada Magdalena membuat saya bertahan menghadapi
rintangan jiwa. Saya sadar, saya akan mendapat kecaman dari para cendekiawan dan akademikus, dan
banyak di antara mereka yang akan menyebut saya tidak bertanggung jawab karena
menyampaikan versi yang tidak bisa
dikuatkan dengan sumbersumber yang menurut mereka bisa diterima. Tapi saya tidak
hendak meminta maaf atas fakta bahwa saya melawan praktik akademis dalam
menyampaikan kisah ini. Pendekatan saya dilandasi keyakinan pribadi, yang
barangkali radikal, bahwa menerima sesuatu yang dituliskan adalah tidak
bertanggung jawab. Saya akan dengan bangga mengenakan label "anti akademik"
dengan tulisan mencolok, berbekal semboyan Boudicca. Para pembaca tentu akan
mengambil keputusan menyangkut versi kisah Maria yang sesuai dengan jiwa mereka.
Tapi bagi semua penulis dan pencari yang telah membuat teori dan postulasi,
mendebat, berspekulasi, dan dengan berani menelusuri petunjuk dan jebakan
sejarah sepanjang 2.000 tahun untuk memahami kesejatian Maria Magdalena dan
putraputrinya, saya menghaturkan salam persahabatan. Semangat menentang peran
Magdalena juga para penulis dan seniman yang mengabadikannya pada dasarnya
barangkali adalah pencarian kebenaran. Saya berharap mereka akan melihat saya
sebagai seorang yang layak dijadikan saudara jika semuanya telah selesai.
Dua ribu tahun berselang, dan tetap saja sebuah kebenaran yang menantang dunia.
KATHLEEN McGOWAN 22 MARET 2006 KOTA MALAIKAT
Persembahan Menghaturkan terima kasih kepada satu per satu orang yang telah membantu saya
selama dua puluh tahun ini adalah sesuatu yang patut dilakukan. Sama patutnya
dengan pembuatan buku ini sendiri.
Sayangnya, hal itu tidak mungkin karena keterbatasan ruang. Tapi saya berusaha
sebisa-bisanya untuk menyebut sebanyak mungkin orang yang telah membantu
menyelesaikan buku ini. Untuk agen dan teman saya, Larry Kirshbaum, yang menjadi malaikat agung saya
selama proses ini, saya berterima kasih sebesar-besarnya. Semangatnya terhadap
kisah Maria dan keteguhannya membantu saya mempersembahkan karya ini kepada
dunia adalah dorongan yang telah membuat
segalanya menjadi mungkin.
Penghargaan saya atas dorongan, bimbingan profesional, dan nasihat yang
bersahabat dari editor saya, Trish Todd, tidak bisa diungkapkan dengan katakata.
Apresiasi yang tidak terbatas saya tujukan kepadanya dan kepada tim profesional
yang luar biasa di Simon & Schuster/Touchstone Fireside.
Keluarga saya juga berkorban banyak untuk mendukung saya selama tahuntahun
penelitian. Selama proses ini, suami saya, Peter McGowan, menanamkan keyakinan.
Ia mendukung saya secara finansial dan emosional, mem pertahankan benteng, dan
menjaga keutuhan keluarga selama saya bepergian. Ia tidak pernah meragukan
pengalaman saya atau kehilangan keyakinan dalam pencarian saya, meski pengalaman
dan pencarian itu tampak sangat tidak masuk akal pada awalnya lebih dibandingkan
yang bisa saya katakan. Anak tercinta saya, Patrick, Conor, dan Shane, yang
dapat memaklumi ibu mereka yang sering kali tidak mendampingi mereka dan
melewatkan begitu banyak pertandingan baseball mereka. Meski begitu, suami dan
anakanak saya telah menyaksikan begitu banyak mukjizat bersama saya selama
proses pencarian ini, yang mau tidak mau harus kami ikuti hingga akhir, meski
sering kali cukup berisiko. Saya harap buku ini terbukti layak mengingat segala
pengorbanan mereka. Pengerjaan buku ini tidak diragukan lagi adalah urusan keluarga. Segala yang
saya lakukan dan segala yang ada pada diri saya adalah milik kedua orangtua
saya, Donna dan Joe. Cinta dan dukungan mereka menjadi pilar kehidupan saya dan mereka telah melewati
masa-masa yang sangat sulit akibat semangat gipsi putri mereka. Saya berterima
kasih kepada mereka atas segalanya, terutama atas cinta tanpa syarat yang mereka
limpahkan kepada cucu-cucu.
Saya berbagi buku ini dan karya mendatang saya dengan kedua saudara saya, Kelly
dan Kevin, beserta keluarga mereka.
Saya harap pengungkapan dalam buku ini suatu hari akan mengilhami keponakan-
keponakan saya yang luar biasa, Sean, Kristen, Logan dan Rhiannon, dalam
menempuh takdir masingmasing.
Pada hari ketika draf final naskah ini selesai, keponakan saya bertambah dengan
lahirnya Brigit Erin pada tanggal 22 Maret 2006. Saya akan menyaksikan dengan
penuh cinta saat kaki mungilnya tumbuh hingga dapat mengisi sepatu Dia Yang
Dinantikan, yang datang sebelum kelahirannya.
Seluruh kebahagiaan keluarga kami tidak lepas dari pertolongan seluruh staf
bagian Perawatan Intensif Bayi UCLA karena telah menyelamatkan bayi Shane.
Mereka telah menyelamatkan kami semua. Saya menganjurkan siapa saja yang
meragukan mukjizat untuk melewatkan beberapa hari di bagian perawatan ini. Di
sana, bisa kita saksikan bahwa malaikat benarbenar ada. Mereka mengenakan jubah
laboratorium dan menyamar sebagai dokter, perawat, dan ahli terapi pernapasan.
Mukjizat yang dialami Shane mendorong saya untuk mempercepat proses penyelesaian
buku ini. Saya bepergian sangat jauh bersama Stacey K, yang telah menjadi saudara, mitra
penelitian, dan teman yang menyenangkan. Ia berhak disebut secara khusus karena
telah menerima tugas-tugas yang sangat berat tanpa gentar seperti mengikuti
suara yang memanggil "Sandro" di museum Louvre dan mengejar lelaki kecil di
Basilika Makam Suci. Buku ini tidak dapat diselesaikan tanpa keyakinan dan
kesetiaannya. Saya menghaturkan penghargaan tak terhingga dan berutang budi kepada "Tante
Dawn" atas kemurahan hati dan peranannya sebagai tambatan persahabatan dan kesetiaan.
Terima kasih sepanjang masa dengan tulus saya persembahkan kepada Olivia Peyton,
saudari spiritual saya dan ahli penelitian. Saya salut terhadap
kejeniusannya sebagai wanita dan rahib dunia maya, dan angkat topi atas novelnya
yang brilian, Bijoux, kunci untuk membuka berbagai misteri.
Terima kasih khusus kepada Marta Collier atas segala kontribusi dan
kepercayaannya terhadap musik Finn MacCool, juga atas dukungannya terhadap
keluarga McGowan dalam melewati susah dan senang.
Penghargaan tulus kepada teman baik dan ksatria saya, Ted Grau. Saya rasa, dia
tidak tahu betapa pentingya kontribusi yang telah ia berikan selama ini. Tapi
saya tahu. Terima kasih kepada Stephen Gaghan atas komentarnya yang berwawasan meski
menjengkelkan terhadap draf awal kisah ini. Keterusterangannya mendorong saya untuk melakukan
perbaikan penting. Go raibh miie math agat untuk Michael Quirke, pemahat kayu mistik dari Sligo,
yang juga seorang pendongeng ulung.
Sejak saya menjejakkan kaki di tokonya secara "tidak sengaja" saat tersesat di
musim panas 1983, saya hidup di sisi lain cermin.
Lebih dari siapa pun, Michael membuat saya mengerti bahwa sejarah bukanlah yang
tertulis di bukubuku, namun yang terpahat di dalam hati dan jiwa manusia dan
terpatri di tempat mereka merasakan kebahagiaan tertinggi dan kesedihan
terdalam. Ribuan terima kasih kepadanya karena telah memberi saya mata untuk
melihat dan telinga untuk mendengar.
Terima kasih juga kepada:
Patrick Ruffino, yang telah mengajarkan arti persahabatan dan membuat saya tidak
tersesat di Zsx Avenue; Linda G, yang menyulap arketip Martha dan Vivienne dengan begitu anggun;
Verdena, yang mewujudkan semangat Magdalena dan mengajarkan banyak tentang
keyakinan, mukjizat dan keberanian; R.C Welch, atas peranannya sebagai penerjemah di museum Moreau dan atas
percakapan yang hebat tentang kehidupan dan tulisan di bangku gereja Saint
Sulpice; Branimir Zorjan, atas persahabatannya, cahaya, dan kesembuhan dalam rumah kami;
Jim McDonough, konglomerat media yang paling menyenangkan di planet ini dan
teman baik kami; Carolyn dan David, yang baru menyadari peranan mereka dalam
semua ini; Joyce dan Dave, teman lama yang kembali baru;
Joel Gotler, yang berjuang dan bekerja keras agar kisah Maria bisa
dipersembahkan kepada khalayak yang lebih luas;
Larry Weinberg, pengacara dan teman yang percaya pada saya, juga pada buku ini;
Don Schneider, yang membuat saya tertawa;
Dev Chatillon, atas profesionalismenya yang luar biasa;
Glenn Sobel, atas kesabarannya yang tak terbatas dan dukungannya di masa lalu;
Cory dan Annie yang paling awal membeli buku ini.
Saya juga berutang budi pada ratu ilustrasi, Linda Goodman, astrologis dan
pengarang yang pertama membisikkan rahasia ini ke telinga saya, jauh sebelum
saya siap menerimanya. Ia mengubah hidup saya dengan sepotong informasi
dan dengan terjemahannya, Emerald Tablets (yang sangat penting untuk buku saya
selanjutnya). Takdir saya selalu jalin-menjalin secara aneh dengan Linda. Kenyataan ini
menimbulkan kepahitan yang mengejutkan, juga kebahagiaan yang luar biasa.
Seandainya saja ia tinggal bersama kami lebih lama, ia bisa membuktikan bahwa
saya telah menyibakkan hubungan garis darahnya.
Saya juga sangat bersyukur karena jalan hidup Linda membawa saya ke seorang
astrologis dan penulis hebat lainnya, Carolyn Reynolds. Dialah kekuatan saya
dalam melewati hari-hari paling sulit dengan semboyannya "tidak seorang pun
dapat mencuri takdimu". Dengan sepenuh hati, saya berterima kasih kepadanya.
Terima kasih khusus kepada wanitawanita bijaksana di Emerald Tablets Forum atas
dukungan dan cinta mereka selama bertahuntahun.
Kadang-kadang perlu waktu seumur hidup untuk mengerti mengapa kejadian tertentu
membentuk takdir kita. Jackson Browne telah mengubah karakter saya yang mudah
terpengaruh, di balik panggung pesta ulangtahun saya yang ketujuh belas, di
Teater Pantages. Saya yakin, jika tidak, buku ini tak akan ada. Sebagai aktivis
remaja, saya adalah pendengar ceramah-ceramahnya yang bersemangat tentang
kekuatan individu untuk membuat perubahan di dunia dan saya mencamkan pujiannya
terhadap sikap saya yang kerap mempertanyakan kondisi status quo yang tidak
adil. Sambil merangkul pundak saya, ia mengingatkan, "Jangan pernah berhenti
melakukannya. Jangan pernah". Saya berterima kasih atas dorongannya (meskipun
orangtua saya barangkali tidak), dan atas musiknya yang mengilhami saya seumur
hidup, terutama "The Rebel
Jesus". Saya yakin, Easa akan setuju.
Terima kasih sepenuh hati saya tujukan kepada Ted Neely dan atas kenangan paling
indah dari almarhum Cari Anderson.
Mereka berdua menggugah saya, juga orang lain yang tak terhitung jumlahnya,
lewat lukisan Easa dan Yudas yang tercipta berkat ilham dari ilahi. (Apakah
tanggal lahir Andrew Lloyd Webber pada 22
Maret adalah kebetulan") Siapa saja yang beruntung bisa melewatkan waktu bersama
Ted akan paham, betapa kuatnya semangat Nasrani yang ia ungkapkan lewat lukisan.
Anggota Screenwriter Refuge yang berbakat telah memberikan terapi kelompok dan
dukungan yang sangat besar kepada saya selama beberapa tahun belakangan ini.
Maka kepada Cindy, Robert, James, Mel, Kathy, Fitchy, Teddy, Chris dan Wenonah
untuk kalian semua penghargaan dan terima kasih saya yang tulus. Sangat
menyenangkan jika kita menjalin kebersamaaan dengan temanteman yang dapat
dipercaya. Hati saya berada di Irlandia, dan rasa syukur saya khususnya berada di County
Cavan. Di sana, ipar-ipar saya, John dan Mary, memperlakukan saya seperti
saudara mereka sendiri. Cinta dan terima kasih saya kepada seluruh keluarga
besar saya di Irlandia: Brian, Bridie dan Pat, Susan, Philomena, Pam dan Paul,
Geraldine dan Eugene dan Peter dan Laura dan Noeleen dan David dan Daniel.
Terima kasih kepada seluruh kelompok di Drogeda yang telah menunjukkan hakikat
kota ini dan bertahan di Cromwell.
Mereka sangat istimewa dan temanteman yang sangat baik.
Dan pasti ada alasan tertentu mengapa landmark itu dinamakan Menara Magdalen,
benar 'kan" Selama penelitian ini, Los Angeles adalah rumah saya, Irlandia adalah pelabuhan
saya, dan Prancis adalah inspirasi saya. Saya sangat berterima kasih kepada staf
hotel Place du Louvre, yang selalu membuat saya merasa diterima di Paris dan
yang telah mengenalkan saya cerita Caveau du
Mousquetaires. Ada begitu banyak orang di Prancis yang telah memberikan sebagian hati dan jiwa
mereka untuk saya. Dan saya tidak melewatkan satu hari pun tanpa merasa kagum dengan keindahan
Languedoc, Camargue, Midi, dan Provence dan orangorang luar biasa yang menempati kawasan
itu. Hakikat Magdalena adalah kasih sayang dan pengampunan.
Dengan semangat itu, saya menawarkan buku ini sebagai cabang pohon zaitun kepada
mereka yang barangkali merasa tersinggung karena saya selama pembuatan buku ini.
Khususnya kepada paman saya, Ronald Paschal. Semangatnya terhadap warisan
Prancis kami pada mulanya tidak saya pahami.
Saya juga mempersembahkan buku ini kepada Mic-hele- Malana. Persahabatan kami
tidak bertahan karena jalan yang kami tempuh, namun kemurahan hati dan
inspirasinya tidak akan terlupakan. Jika ia membaca tulisan ini dan cintanya
kepada Magdalena menunjukkan bahwa dia mungkin membaca
buku ini saya berharap ia dapat menemukan saya.
Saya harus menyebutkan orangorang baik di Issana Press yang telah berjasa
menerbitkan terjemahan surat-surat Claudia Procula. Saya sangat
merekomendasikan buklet "Relics of Repentance" mereka. Buklet itu sangat kecil,
tapi kekuatannya sangat besar. Saya berterima kasih kepada mereka karena telah
mengonfirmasikan bawah Pilo benar nama anak lelaki Pilatus.
Dan karena telah menantang otak saya dengan pandangan bahwa Pilatus kemungkinan
memiliki beberapa orang anak.
Saya rasa, seorang penulis perlu menghargai para pendahulu yang telah membuka
pintu untuk kita sehingga bisa melangkah maju. Untuk itu, saya harus menyebutkan
sejumlah penulis yang sering disebut kontroversial: Michael Baigent, Henry
Lincoln, dan Richard Leigh, yang telah
mempersembahkan Holy Blood, Holy Grail kepada dunia pada tahun 1980-an. Buku itu
memaksa publik membuka mata kepada ide bahwa ada kejadian penting yang
berlangsung di ujung barat laut Prancis. Terlihat jelas, kesimpulan yang saya
ambil berbeda dan saya menemukan fokus lain untuk riset saya sendiri. Namun saya
menghormati keberanian, ketangguhan, semangat pendobrak, dan prestasi yang
mereka capai selain karena mereka telah mengenalkan dunia esoterik kepada
Berenger Sauniere yang cerdas dan penuh teka-teki.
Akhirnya, kepada seluruh seniman brilian yang menantikan informasi ini ditemukan
dalam kehidupan mereka sendiri, saya berterima kasih atas peta dan petunjuk yang
diperlukan untuk menemukannya.
Khususnya kepada Alessandro Filipepi yang benarbenar "anak kesayangan para dewa"
dan senantiasa menghibur saya sepanjang ruang dan waktu.
Kita akan segera berjumpa di gerbang labirin Chartres Cathedral, saat memulai
pencarian Kitab Cinta. Kalian telah memiliki peta. Tapi barangkali kalian juga harus membawa kumpulan
karya lawas Alexander Dumas dan membungkus diri kalian dalam kain bergambar kuda
sembrani... Lux e t Veritas, KDM Et in Arcadia Ego
The Expected One Karya Kathleen Mcgowan di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Di jalan menuju Sion aku berjumpa seorang perempuan
Perempuan gembala nan rupawan
Dia mengucapkan katakata ini dalam bisikan
Et in Arcadia ego Aku berkelana ke timur, melintasi pegunungan merah Di samping salib dan kuda
Tuhan Santo Antonius sang pertapa berkata, "Pergilah, pergilah" Kusimpan rahasia
Tuhan Di waktu panen aku beristirahat
mencari buah anggur di bawah mentari siang kulihat semuanya
apel biru, apel biru Et in Arcadia ego Dalam bayang Maria Kutemukan rahasia Tuhan
Dari album Music of The Expected One, produksi Finn MacCool, lirik dan musik
oleh Peter McGowan dan Kathleen McGowan.
Kunjungi situs www.theexpectedone.com untuk ndengarkan musik ini.
Tapak Tapak Jejak Gajahmada 3 Pendekar Pulau Neraka 38 Iblis Pulau Hitam Bayangan Berdarah 8