Pencarian

Interograsi Maut 1

Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi Bagian 1


The Gas Room Interograsi Maut Stephen Spignesi Voila Books The Gas Room Interograsi Maut Diterjemahkan dari DIALOGUES
Karya Stephen Spignesi Terbitan Bantam Dell, a Division of Random House, Inc., New York Diterjmahkan
dari DIALOUES Karya STEPHEN SPIGNESI Terbitan Bantam Dell, a Division of Random Hous, Inc , New York This translation
is published by arrangement wilh The Bantam Dell Publishing Group, a division of
Random House, Inc Copyright ? 2005 by Stephen Spignesi
All rights reserved Hak terjemahan bahasa Indonesia ada pada Penerbit Hikmah Penerjemah : Reni
Indardini Penyelaras aksara : Firmansyah
Pewajah sampul : windulampan
Penata letak : elcrealive26@yahoo com
Volia Books (Penerbit Hikmah)
Anggola IKAPI Jln Puri Mutiara Raya No 72
Cilandak Barat, Jakarta Selaian 12430
Telp 021-75915762, Fax 021-75915759
E-mail hikmahku@cbn.net.id, hikmah_publisher@yahoo com
http://ww.mizan.com/hikmah
ISBN 978-979-115-003-3 Cetakan I, Desember 2007 Didistribusikan oleh Mizan Media Ulama (MMU)
Jln Cinambo (Cisaranten Wetan) No 146
Ujungberung, Bandung 40294
Telp (022) 7815500 (hunting) Fax (022)7802288
E-mail : mizanmu@bdg.centrin.net.id
JAKARTA (021)7661724,7661725,MAKASSAR (0411)871369, Untuk jiwa perempuan
Trinitasku Istriku, Pam Ibuku, Lee Saudara perempuanku, Janet
Cahaya bagiku di tempat gelap
The Gas Room PROLOG Hari Euthanasia Jumat, 11 Oktober 2002 Pukul 08.00 Hari ini hari Jumat. Hari Euthanasia di Penampungan Hewan Waterbridge-
Waterbridge Animal Shelter.
Penampungan itu berdiri di pojok jalanan di New Haven, di sebuah rumah kuno.
Rumah itu tinggi, beratap segitiga, dan memiliki jendela-jendela besar dengan
banyak panel kaca. Bangunannya bobrok dan beranda di sekelilingnya perlu dicat
ulang. Banyak keluarga telah menyusun lorongnya dan tidur di dalam kamar-
kamarnya sejak rumah itu dibangun.
Seorang perempuan muda cantik berambut cokelat gelap berjalan melalui ruangan-
ruangan dalam penampungan. Wajahnya tanpa ekspresi. Bukan hampa dan tanpa
perasaan-lebih tepatnya ...
netral. Lantai linoleum rumah itu retak dan usang. Polanya cokelat dan hijau, jelek,
tapi gaya tersebut sangat populer pada tahun lima puluhan. Si perempuan kadang
berpikir, alangkah sayangnya, lantai kayu yang indah di rumah itu ditutupi oleh
linoleum yang buruk ..., tapi binatang memang sering membuat kotor.
Sang perempuan muda mengenakan celemek biru muda yang dipasangi tanda pengenal
bertuliskan namanya: Tory. Celemek itu tidak bernoda. Di salah satu saku
celemeknya, tersimpan sekotak permen Tic Tac rasa jeruk- tidak banyak orang yang
suka rasa jeruk-dan buku catatan. Satu set headphone digantungkan di lehernya,
seperti kalung. Di saku celemek yang lain, ada iPod merah muda. Ia selalu
membawa iPod ke tempat kerja, tapi jarang ada kesempatan untuk mendengarkannya.
Tory terkenal sopan dan ramah, baik terhadap rekan kerja maupun para pengunjung
penampungan, tapi kadang ia terlihat dingin. Ia hanya benar-benar tersenyum
untuk para hewan. Meskipun Tory tahu bahwa beberapa tugasnya tidaklah menyenangkan, ia bisa
menghibur diri karena tahu bahwa pekerjaan itu juga penuh belas kasih. Wajahnya
kadang menampakkan konflik ini. Ini keadaan yang, mau tidak mau, harus
diterimanya. Ia terpaksa melakukannya, walaupun sulit, dan akhir-akhir ini tugas
itu terasa makin sulit. Ia bukanlah penggemar Stephen King, tapi kadang ia
teringat kata-kata yang didengarnya dari film Pet Sematary. "Kadang kematian itu
lebih baik." Pekerjaan ini baru bagi Tory. Selepas kuliah, ia bekerja di perusahaan farmasi
sebagai sales representative. Pekerjaan ini tidak ada hubungannya sama sekali
dengan apa yang dipelajarinya saat kuliah sastra Amerika tapi bayarannya lumayan
dan disertai tunjangan. Ia berkeliling New England, mengunjungi dokter serta
memperkenalkan obat baru kepada mereka, dan ia juga menangani permintaan obat
dari rumah sakit besar. Mata kuliah minor yang diambilnya di bidang psikologi
sering berguna saat berbisnis dengan dokter dan rumah sakit pembeli maupun para
staf mereka. Salah satu penjualan terbesar perusahaan adalah bentuk generik
pavulon, pancuronium bromida, yang digunakan untuk melemaskan otot pasien
sebelum operasi. Tory bekerja dengan baik di perusahaan obat itu dan bisa mengumpulkan sejumlah
uang. Ia tinggal di rumah bersama ibunya, Viviana, yang hanya mau menerima
sedikit bantuan keuangan dari Tory untuk membayar pengeluaran bulanan, berkeras
agar Tory menabung sebanyak mungkin. Uang simpanan itu akhirnya berguna saat
posisi Tory dihilangkan setelah perusahaan tersebut meluncurkan laman (website)
yang aman dan interaktif untuk memesan obat.
Ia tidak bekerja selama hampir setahun- setahun yang dihabiskannya untuk
menulis, membaca, dan memutuskan apa yang ingin dilakukannya selama sisa
hidupnya. Ia menyelesaikan beberapa hal yang disukainya- sebuah novelet, sebuah
cerita pendek-tapi ia tidak bisa berhenti bertanya-tanya apakah dia akan pernah
berhasil memenuhi harapan dosen menulisnya di perguruan tinggi. "Jangan kisahkan
sebuah cerita, Tory," Tuan Mundane biasa berkata kepadanya seraya menyeringai
saat mengucapkan kata cerita/Tory-Story/Tory-yang berima. "Tunjukkanlah
kehidupan. Aku tahu kau bisa melakukannya." Ia sendiri masih tidak yakin apakah
ia tahu bagaimana cara melakukannya, tapi beberapa tulisannya tidaklah memalukan
untuk ditunjukkan kepada Gabriel Mundane.
Lalu, suatu hari di saat kesendiriannya, ia melihat dokumentar Animal World di
TV kabel yang sungguh-sungguh menyentuh hatinya dan ia tiba-tiba saja tahu bahwa
ia ingin bekerja bersama binatang.
Malah, saat itu terasa persis seperti yang dikatakan orang-orang yang sudah
memiliki panggilan hidup tentang bagaimana rasanya terpanggil. Ia melamar ke
Waterbridge keesokan harinya. Ketika ia ditawari untuk menjalani pelatihan untuk
teknisi euthanasia, ia menerima dan ia menjadi seorang teknisi euthanasia sejak
saat itu. Pagi ini kebetulan hujan. Deras. Tory tidak memedulikan hujan yang turun, tapi
ia sesekali berjalan ke jendela, memandangi langit yang mendung, dan
memerhatikan curahan air yang meluber dan selokan yang mampet.
Hari ini dingin. Ada lagu yang berkisah sedih tentang hari hujan dan Senin, tapi
Tory selalu merasa bahwa hari Jumat yang dingin dan disertai hujan, apalagi di
bulan Oktober, jauh lebih menyedihkan.
Hari ini hari Jumat. Hari euthanasia. Kamar gas terletak di bagian belakang
gedung, di lantai dasar. Ruangan tersebut dapat menampung beberapa ekor hewan
dan Tory adalah teknisi euthanasia yang mengoperasikannya.
Tory tahu bahwa hari ini anjing labrador hitamlah yang akan masuk ke sana. Dan
mungkin si anjing terrier. Begitu pula si kucing belang hitam putih.
Hari Jumat yang hujan adalah yang terburuk, ia berpikir saat sedang menyiapkan
kopi. Marcy seharusnya tiba sebentar lagi. Jake mungkin akan terlambat.
Tory sudah memeriksa dan memberi makan para hewan. Bagi beberapa hewan, makanan
yang diberikannya akan menjadi yang terakhir.
Para pekerja di penampungan mengatasi kewajiban yang tak terelakkan untuk hewan
yang sakit, tak diinginkan, atau buas, dengan tiga cara. Beberapa orang menarik
diri dan bersikap kaku dan menjauh dari para hewan. Beberapa orang bersikap
sadis. Tory mendengar cerita-cerita tentang pekerja macam ini dan kebenciannya
kepada mereka sangat mendarah daging.
Lalu, ada juga pekerja seperti Tory, yang percaya sepenuh hati bahwa mereka
melakukan yang terbaik, bahwa kematian penuh kasih dan manusiawi jauh lebih baik
daripada ... well, lebih baik daripada alternatif lain ataupun hal mustahil
seperti menemukan rumah bagi setiap hewan.
Penampungan Waterbridge menggunakan karbonmonoksida untuk mengeuthanasia
binatang. Tory Troy adalah teknisi euthanasia hewan yang bersertifikat negara
dan dia tahu bahwa hanya masalah waktu hingga penampungan menggunakan suntikan
mati, cara yang menurut beberapa orang lebih manusiawi. Waterbridge didanai oleh
negara bagian dan kota, serta berubah seiring zaman. Jadi, hingga suatu saat
yang sudah dapat diduga, Tory mengeuthanasia binatang di kamar gas.
Tory mendengar suara-suara, tapi ia terus memandang ke luar jendela, ke arah
hujan yang turun. Suara Marcy dan Jake. Mereka tiba bersama, pikir Tory.
Bayangkan. Jake datang tepat waktu.
Ia menjauhi jendela dan berteriak, "Aku di sini, Teman-teman ...."
Pukul 15.30 Kamar gas sunyi. Tory tahu bahwa gas karbon dioksida yang mematikan telah
menjalankan tugasnya. Kini, saatnya pemindahan dan pembuangan bangkai hewan
serta pembersihan ruangan.
Tory mengeluarkan sarung tangan karet kuning yang berat, mengenakan masker
pelindung wajah, dan menyiapkan diri untuk tugas di hadapannya. Pekerjaan ini
semakin berat, pikirnya. Jauh lebih berat. Jake tidak meninggalkan kantornya
saat Tory mengosongkan kamar gas, dan tak ada satu pun staf front-office yang
mendekati bagian belakang gedung.
Bagian dari tugasnya ini membuat Tory teringat akan kutipan dari puisi
favoritnya, "Stray Birds"-"Burung Pengelana"-karya Tahore:
"Hidup ini bagaikan perjalanan melintasi lautan, tempat kita bertemu di kapal
kecil yang sama. Saat mati, kita mencapai tepian dan pergi ke dunia yang
berlainan." Dia menenangkan diri dengan cara membayangkan semua hewan yang
dieuthanasia tiba di tepi pantai dan menghabiskan keabadian dalam kebahagiaan
dan kecukupan. Kadang, ia mengomeli dirinya yang sentimental, tapi itu tak membuatnya berhenti
berkhayal; pikirannya otomatis melayang ke tempat yang menenangkan.
Tory berhenti sejenak, tangannya yang dibungkus sarung tangan berjuntai di sisi
badannya, headphonenya yang tidak bersuara memeluk lehernya. Ia merasakan
sesuatu membuncah dalam dirinya, tapi ia tak tahu perasaan apa ini. Sedih"
Marah" Panik" Takut" Ia tidak tahu, tapi ia tahu bahwa ia tak pernah merasa
seperti ini. Ya, ada saatnya ia merasakan semua emosi itu, selintas lalu menusuk
nuraninya ... tapi hari ini berbeda.
Dan tiba-tiba, kaleidoskop gambar dan suara membanjiri pikirannya ... anjing dan
kucing yang masuk ke dalam penampungan selama beberapa bulan terakhir ... bagian
dalam kamar gas ... keluarga berjalan melalui kandang, anak-anak mencari hewan peliharaan yang
sempurna .... ekspresi memohon di mata hewan-hewan dalam kurungan saat mereka
memohon secara mental kepada orang asing untuk membawa mereka pulang-dan jauh
dan tempat ini ... obrolan staf kantor di hari kerja, tidak sadar akan kenyataan yang terjadi
di bagian belakang gedung ... gambaran Tory yang duduk sendiri di sofa ruang
keluarga rumah ibunya setiap malam Jumat selama beberapa bulan terakhir, memeluk
bantal, kakinya terlipat di bawah tubuhnya, tak mampu makan apa pun sampai,
paling cepat, malam Sabtu bayangan kabur rumah tua itu saat sinar matahari
menerpanya dengan cara tertentu ... dan kemudian, sekali lagi, para hewan ...
para hewan .... Tory mengulurkan tangan dan meraih pegangan pintu kamar gas.
Ia menutup mata sesaat dan mengambil napas. Kemudian, ia membuka matanya ... dan
ia membuka pintu. TUGAS MENGARANG KELAS SATU
SEKOLAH DASAR ST. FRANCIS
KELAS SUSTER AGNES MARY kucing ku henry oleh victoria troy aku punya kucing, namanya henry. dia adalah punya bullu item dan idungnya putih,
aku sangat sayang kucingku henry. kadang malam-malam dia tidur di bantal ku. dia
mengeong kare kalau dielus. dua Dlapan hari lalu dady ku bikin henry nangis. Dia
nginjek di ekornya, aku nangis juga waktu dady nginjek ekor kucing ku. terus aku
ngelus henry dan bikin dia seneng. dia ngusep hidungnya ke aku dan dia suka
makan camilan. selesai 1 Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Saya berpikir tentang bunuh diri akhir-akhir ini. Sering kali."
"Seberapa seringkah 'sering kali'?"
"Setidak-tidaknya sehari sekali, meskipun kadang saya bisa menjalani beberapa
hari tanpa memikirkannya."
"Ketika kau mengatakan bahwa kau berpikir tentang bunuh diri, apa maksudnya" Apa
kau membayangkan cara-cara untuk melakukannya" Apakah kau berpikir tentang di
mana kau akan melakukannya?"
"Tidak, saya tahu cara melakukannya."
"Ya?" "Pil." "Pil jenis apa?"
"Penghilang rasa sakit. Saya menyembunyikan 87 tablet hydrocodone. Anda tahu
kan: itu nama generik vicodin. Saya mendapatkannya dari seorang teman. Dokter
meresepkannya seratus tablet, tapi dia hanya menggunakan tiga belas. Tulang
belakangnya sakit, tapi penyakitnya sudah disembuhkan dan dia tidak perlu minum
pil lagi. Jadi, dia memberikannya kepada saya. Saya pikir saya bisa meminum
seluruhnya dalam tiga atau empat tegukan dan, dalam beberapa jam, saya akan
mati." "Bagaimana kalau kau tidak mati?"
"Oh, saya pasti mati."
"Bagaimana mungkin kau begitu yakin?"
"Saya mengerjakan PR saya."
"Maksudnya?" "Saya mencari tahu tentang hydrocodone di internet. Dosis letalnya, bergantung
pada toleransi, berkisar antara lima puluh atau enam puluh miligram ke atas.
Jika saya minum 87 tablet, saya menerima lebih dari 650 miligram-cukup banyak
untuk orang seukuran saya. Berat saya cuma 109 pon. Anak berberat badan 89
pon mati setelah minum hanya sepuluh pil. Setelah minum 87 tablet, saya pasti
mati." "Ya, sepertinya begitu."
"Saya lupa memberitahu Anda-saya akan meminumnya dengan tequila"
"Kau membicarakannya seakan akan masalah ini sudah pasti."
"Tidak, tentu saja tidak. Saya harus keluar dari sini dulu, kan"
Dan melihat peluang yang ada, kemungkinannya kecil. Tapi, Anda bertanya. Jadi,
saya memberitahukannya kepada Anda."
"Bisakah kau beritahukan kepada saya, kenapa kau sering berpikir tentang bunuh
diri?" "Rasanya tidak bisa."
"Apakah kau depresi?"
"Apa maksudnya?"
"Apakah kau merasa bahwa hidup tidak berarti" Apakah kegiatan hidup sehari-hari,
seperti makan, bekerja, membaca, menonton film, melakukan hubungan seks, dan
kegiatan normal lainnya tidak menarik bagimu" Apakah kau menghabiskan banyak
waktu untuk tidur?" "Jawabannya tidak untuk semua di atas. Saya tidak merasa bahwa hidup tak
berarti. Saya suka makan, saya biasanya tidak keberatan pergi bekerja, saya
sering membaca, saya pergi ke Blockbuster setidaknya dua kali seminggu, dan bila
saya tidak sedang menjalin hubungan dengan seseorang, saya sering bermasturbasi.
Soal tidur sepanjang waktu, saya harap saya bisa melakukannya.


Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Hidup saya dulu begitu sibuk sehingga saya hanya punya waktu untuk tidur paling
tidak enam jam semalam."
"Bunuh diri biasanya dipandang sebagai jalan terakhir-sesuatu yang
dipertimbangkan oleh seseorang ketika hidup mereka tidak tertahankan lagi, tak
bisa dijalani. Kau sepertinya sibuk dengan kehidupanmu dan merasa cukup puas."
"Saya memang puas. Setidaknya sampai ..... sampai saya dipenjara, begitulah."
"Saya akan bertanya sekali lagi. Kenapa kau berpikir tentang membunuh dirimu
sendiri?" "Apakah Anda tidak ingin tahu di mana saya akan melakukannya?"
"Maaf?" "Anda tadi bertanya apakah saya berpikir tentang di mana saya akan
melakukannya." "Ya, kau benar. Tadi saya bertanya tentang itu. Jadi, sudahkah kau
memikirkannya." "Ya." "Dan di manakah tempatnya?"
"Saya tidak tahu."
"Apakah kau mempermainkan saya?"
"Tidak, sama sekali tidak. Saya berkata jujur waktu saya mengatakan bahwa saya
sudah memikirkan di mana tempatnya. Saya hanya belum memutuskan."
"Apa yang menghambatmu dalam mengambil keputusan?"
"Banyak hal. Misalnya siapa yang akan menemukan saya.
Kekacauan apa yang akan saya sebabkan. Saya tahu saya akan ...
menyusahkan ketika saya mati dan saya tidak mau orang yang menemukan saya harus
membereskan semuanya. Saya sempat berpikir untuk terjun ke laut. Mungkin di
Taman Fort Hale. Tapi, ada kemungkinan bahwa mayat saya takkan ditemukan orang.
Dan, saya ingin dikremasi. Jadi, mayat saya harus ditemukan."
"Percakapan ini memaksa saya mengambil kesimpulan yang tidak ingin saya buat."
"Oh" Dan, apakah itu?"
"Menurut saya, kau telah memutuskan untuk bunuh diri dan janjimu kepada saya
bahwa kau tidak akan bunuh diri adalah caramu untuk mengalihkan perhatian saya
agar tidak melakukan penyelidikan atau tindakan lebih lanjut. Menurut saya,
kautahu bahwa saya berkewajiban untuk bertindak jika kau mungkin membahayakan
diri sendiri sehingga kau berusaha meyakinkan saya bahwa semua ini hanyalah
latihan intelektual dan bukan rencanamu yang sebenarnya."
"Saya tidak akan bunuh diri. Tapi, saya memang memikirkannya. Apa yang akan Anda
lakukan" Ha, ha, menyerahkan saya ke polisi" Terakhir kali saya lihat, ini masih
Amerika dan saya bebas untuk mengatakan dan memikirkan apa pun yang saya mau."
"Dalam sebagian besar situasi, itu memang benar Tapi, ini bukan situasi pada
umumnya. Kalau iya, kau tidak akan duduk di sini kan"
Saya tidak akan sukarela datang ke sini dan membicarakan masalah ini denganmu
kan" Jadi, aturan normal tidak berlaku dan bila saya merasa kau di ambang bunuh
diri, saya harus mencantumkannya dalam laporan saya dan bertindak."
"Omong kosong perintah pengadilan. Saya sudah diawasi karena kemungkinan bunuh
diri, demi Tuhan." "Mungkin. Bisa kita lanjutkan?"
"Silakan saja."
"Ceritakan kenapa kau ada di sini."
"Anda tahu kenapa saya ada di sini. Saya dipenjara ... apa di lembagakan kata
yang lebih baik" ... dan pengadilan memerintahkan saya untuk bicara kepada
Anda." "Saya ingin kau menceritakan kepada saya, apa yang kau lakukan dan kenapa kau
melakukannya." "Anda tahu apa yang saya lakukan. Tentang alasan saya melakukannya, Anda harus
mencari tahu sendiri. Bukankah Anda dibayar untuk itu?"
"Bisa dibilang begitu."
"Well, kalau begitu "Mari kita kesampingkan alasan kau berada di sini dan mari kita bicara tentang
hal lain yang-dulu-terjadi dalam hidupmu."
"Saya tidak keberatan."
"Bisakah kau bercerita tentang pekerjaanmu?"
"Tentu. Tapi, bukankah semuanya ada dalam catatan saya?"
"Ya, tapi saya ingin mendengarnya langsung darimu. Apa pekerjaanmu?"
"Saya teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat. Saya memperoleh 451,92 dolar
seminggu. Jumlah yang menggiurkan, kira-kira 23.500 dolar setahun."
"Dan, apa itu teknisi euthanasia-hewan yang bersertifikat?"
"Setiap Jumat sore, saya meng-euthanasia semua kucing dan anjing di penampungan
hewan yang belum juga diadopsi pada waktunya."
"Bagaimana kau meng-euthanasia hewan-hewan tersebut?"
"Kami menggunakan kamar gas."
"Apa peranmu dalam proses ini?"
"Proses. Kalian memang lucu. Cuma dokter jiwa yang menyatakan eksekusi massal
sebagai sebuah proses. Apa kalian belajar istilah itu dari Auschwitz" Setahu
saya Nazi dulu suka menggunakan eufemisme."
"Tolong jangan meremehkan atau memperolok olok Holocaust.
Kakek saya meninggal di Auschwitz."
"Maaf." "Jadi, apa peranmu dalam proses tersebut?"
"Saya mengeluarkan binatang dari kandangnya dan membawa mereka ke kamar gas."
"Apakah mereka tidak mencoba kabur?"
"Leher mereka semua dirantai, bahkan kucing juga, dan dalam ruangan itu ada
deretan cincin baja yang ditanamkan di lantai-jaraknya satu sama lain tiga kaki.
Binatang-binatang itu ditempatkan mulai dari pojok kiri ruangan dan setiap
cincin dipasang pada satu binatang. Ruangan itu bisa memuat selusin hewan sekali
jalan, tapi biasanya kami hanya menempatkan lima atau enam binatang di
dalamnya." "Apa yang terjadi setelah mereka diikat ke lantai?"
"Saya menutup pintu dan menguncinya dengan selot. Ruangan itu kedap udara bila
sudah tertutup. Ironisnya, hewan-hewan itu pasti mati karena kehabisan napas
jika kami membiarkan mereka begitu saja. Udara akan habis tidak lama sesudahnya.
Tapi, cara itu kejam dan menimbulkan trauma. Dan butuh waktu lama. Jadi, kami
mencoba untuk menyelesaikannya secepat mungkin."
"Apa yang terjadi setelah kau menyelot ruangan itu?"
"Saya menandatangani formulir."
"Formulir apa?"
"Formulir berisi daftar hewan yang saya masukkan ke dalam kamar gas-Anda tahu,
satu anjing terrier cokelat, satu kucing belang hitam-putih ..."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Saya menyerahkan clipboard pada pengawas saya, Jake. Dia memeriksa ulang
semuanya dan kemudian menandatanganinya.
Salinan formulir itu harus dikirim ke pemerintah negara bagian setiap minggu."
"Apa yang dilakukan oleh Jake setelah dia menandatangani formulir itu?"
"Well, biasanya, dia kembali ke kantornya dan menghabiskan makan siangnya. Dia
lebih suka makan siang agak sore."
"Kautahu maksud pertanyaan saya."
"Kami berdua menuju ke panel komputer di dinding luar kamar gas. Kami lalu
melaksanakan prosedur tertentu yang harus saya pelajari di luar kepala sebelum
saya memperoleh sertifikasi."
"Teruskan." "Jake yang mengumumkan semuanya. 'Sembilan hewan telah dikonfirmasi untuk
euthanasia. Pintu tersegel telah dikonfirmasi.
Jumlah zat letal untuk sembilan binatang telah dikonfirmasi. Mulai.'
Saya kemudian memencet tombol. Tapi, saya lupa memberitahu Anda sesuatu."
"Apakah itu?" "Sebelum kami memulai prosedur tersebut, dia menyetel CD."
"Dia memutar musik" Untuk para hewan?"
"Bukan, mereka tidak bisa mendengarnya. Dia memutarnya untuk kami, meskipun
sebenarnya dia memutarnya untuk dirinya sendiri."
"Apa yang disetelnya?"
"The White Album:' "The Beatles?" "Iya." "Lagu apa?" "Helter Skelter.'"
"Begitu. Apa yang terjadi setelah kau memencet tombol?"
"Termometer menyala."
"Maaf?" "Alat ukur yang mirip termometer menyala di panel utama dan lampu merah mulai
menyala naik ke atas atas tabung."
"Saya mengerti."
"Di sisi tabung tersebut ada angka satu sampai sepuluh.
Seharusnya, saat nyala merah mencapai angka dua, semua binatang tertidur. Tapi,
saya tidak pernah memeriksa apakah hal itu memang benar. Tidak ada jendela di
ruangan itu. Ketika nyala mencapai angka lima, mereka seharusnya tidak bernapas
lagi, dan ketika nyala mencapai angka sepuluh, jantung mereka berhenti berdetak.
Kandungan CO di dalam ruangan kira-kira mencapai enam persen.
Fatal." "Apa yang terjadi setelah nyala mencapai angka sepuluh?"
"Tidak terjadi apa-apa. Jake kembali ke kantornya dan saya melakukan apa pun
yang harus saya lakukan."
"Bagaimana dengan para hewan?"
"Timer mulai menghitung saat alat ukur mencapai angka sepuluh. Bel akan berbunyi
setelah lima belas menit. Kemudian, kami bisa mengeluarkan mereka."
"Siapa yang membuka pintu?"
"Saya. Saya teknisinya."
"Apakah kau bisa membicarakan hal itu?"
"Tidak." "Kenapa tidak?"
"Karena saya tidak mau."
"Saya rasa kau akan terbantu jika saya menuliskan dalam laporan bahwa kau
bersedia bekerja sama. Selain itu, saya yakin membicarakan hal itu akan membantu
dirimu secara pribadi."
"Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Ceritakan tentang apa yang terjadi setelah bel timer berbunyi."
"Hal pertama yang saya lakukan adalah pergi ke gudang belakang dan mengambil
kereta pembuangan." "Dan, apakah itu?"
"Kereta besar beroda yang bisa dilipat. Di dalamnya ada kantong karet tebal yang
bisa ditarik terbuka. Kantong itu punya retsleting di atasnya."
"Binatang-binatang dimasukkan ke dalam tas itu?"
"Iya. Bangkainya."
"Apa semuanya cukup?"
"Kantong itu bisa memuat sekitar selusin kucing atau enam anjing. Kadang kami
perlu dua kantong." "Teruskan." "Saya mendorong kereta ke dalam kamar gas dan meletakkannya di sisi kanan pintu.
Lalu, saya memakai sarung tangan karet tebal dan masker dan kemudian membuka
pintu." "Apa gasnya tidak keluar dan ruangan?"
"Ada sistem pembuangan balik yang mengisap semua gas dan kemudian mengalirkannya
ke tanur pengolah limbah yang membuat gas itu menjadi tidak beracun. OSHA atau
apalah. Saat saya membuka pintu, udara dalam ruangan sangat aman. Malah, saya
cukup yakin bahwa pintu tidak akan terbuka sampai ruangan benar-benar bersih dan
gas. Dan ada detektor CO di seluruh gedung juga."
"Kalau begitu, kenapa kau mengenakan sarung tangan dan masker?"
"Ruangannya kotor. Kotoran keluar dari saluran pembuangan hewan saat mereka
mati." "Begitu. Bagaimana dengan baunya?"
"Sistem pembuangan menghilangkan bau-bauan, tapi masih lumayan tengik."
"Apa yang kemudian kau lakukan?"
"Saya mulai dari binatang yang paling dekat dengan pintu. Saya membuka rantai di
lehernya, mengangkatnya, dan membawanya ke luar memasukkannya ke dalam kereta
pembuangan. Semuanya dimasukkan ke dalam kantong. Kalung hewan, rantai. Semua.
Benda-benda itu terbuat dari tembaga atau timah sehingga meleleh di
krematorium." "Apa yang kau pikirkan saat mengosongkan kamar gas?"
"Apa pun kecuali para hewan."
"Kenapa begitu?"
"Saya tidak berpikir tentang para hewan dan saya tidak melihat wajah mereka."
"Apa kau bisa membicarakan itu?"
"Saya kenal hewan-hewan itu. Meskipun kami hanya menampung mereka selama sekitar
seminggu, saya sempat mengenal mereka masing-masing. Mereka semua juga punya
kepribadian sendiri. Dan mereka semua punya rasa percaya. Mereka selalu gembira
melihat saya. Dan mereka sangat berterima kasih atas segala perhatian yang
mereka terima." "Pasti sulit bagimu untuk membicarakan hal ini."
"Berengsek, tentu saja sulit. Hewan-hewan itu adalah teman saya. Dan saya harus
membunuh mereka. Yang paling mengganggu saya adalah bahwa hewan-hewan itu
bersedia ikut dengan saya, gembira bisa bersama saya. Dan kemudian, saya
mengunci mereka dan membunuh mereka. Saya benar-benar mengkhianati kepercayaan
mereka kepada saya."
"Kenapa dulu kau menerima pekerjaan itu?"
"Dulu saya pikir saya bisa melakukan kebaikan."
"Bagaimana?" "Anda tahu ..... membantu mencari rumah untuk para hewan ...
membantu anak-anak memilih hewan peliharaan ... hal-hal semacam itu."
"Tapi, kautahu bahwa kau akan terlibat dengan euthanasia hewan kan?"
"Di akhir wawancara, ya, saya tahu ... tapi itu bukan alasan saya melamar di
penampungan hewan." "Bagaimana kalau kau menceritakannya kepada saya?"
"Saya melamar pekerjaan kantoran di penampungan hewan.
Saya ingin bekerja di meja penerima tamu dan membawa binatang yang ditemukan
orang atau binatang yang tidak terurus lagi. Seperti yang sudah saya bilang-
untuk membantu. Banyak binatang yang datang dulunya dimiliki oleh orang-orang
tua." "Maksudmu?" "Banyak manula yang memiliki hewan peliharaan dan, ketika mereka meninggal,
tidak ada anggota keluarga mereka yang mau mengurus hewan itu. Jadi, mereka
membawa hewan-hewan itu kepada kami."
"Apa yang mereka katakan kepada kalian saat mereka membawa binatang-binatang
itu?" "Biasanya mereka bilang bahwa tidak ada yang mengurus binatang-binatang itu dan
mereka ingin agar kami mencarikan rumah bagi para hewan itu."
"Apa yang kalian katakan kepada mereka?"
"Kami akan berusaha."
"Apakah kalian berusaha?"
"Pasti. Orang-orang datang setiap hari ke penampungan untuk mencari kucing atau
anjing. Dan kami selalu menyediakan waktu bagi mereka dan memastikan bahwa
mereka merasa nyaman dengan hewan yang mereka pilih. Kami tidak ingin ada yang
pulang tanpa membawa hewan peliharaan."
"Lalu, kenapa kalian membunuh ... mengeuthanasia?"
"Karena kami tidak punya cukup uang atau tempat untuk memelihara binatang lebih
dari seminggu. Mereka datang ke tempat kami sepanjang waktu dan tidak mungkin
kami bisa memelihara mereka semua sampai mereka ditempatkan dengan keluarga
baru." "Kalian memelihara mereka selama seminggu?"
"Iya, tapi bukan seminggu di kalender. Tepatnya tujuh hari kerja. Kami mulai
menghitung pada hari setelah mereka tiba, dan kami meng-euthanasia mereka pada
Jumat pertama setelah tujuh hari itu berlalu."
"Jadi, secara teoretis, ada hewan yang hidup lebih lama daripada tujuh hari."
"Anda pintar juga untuk ukuran seorang dokter jiwa. Ya.
Memang betul. Binatang yang tiba pada akhir pekan di penampungan mendapat jatah
hampir dua minggu." "Penampungan itu buka juga pada hari Minggu?"
"Hanya untuk penerimaan hewan. Tommy bekerja seminggu sekali untuk kami. Dia
bekerja pada hari Minggu di penampungan dan menangani hewan yang dibawa oleh
orang-orang." "Jadi, hewan yang datang hari Sabtu dan Minggu cukup beruntung."
"Betul. Kami mulai menghitung pada hari Senin, dan tujuh hari setelah Senin
adalah hari Minggu berikutnya yang berarti bahwa hewan itu bisa hidup sampai


Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jumat. Hampir dua minggu. Binatang yang datang hari Kamis paling sial."
"Kenapa?" "Kami mulai menghitung pada hari Jumat. Arti nya, hari ketujuh adalah Kamis
sehingga mereka dihajar persis sehari setelahnya."
"Jadi, kembali ke tugasmu. Apa yang terjadi setelah kau mengosongkan ruangan dan
kantong sudah penuh?"
"Saya menutup retsletingnya dan kemudian pergi mengambil selang."
"Selang?" "Iya. Saya mengambil selang hitam besar dari gudang dan memasangnya ke keran air
yang terletak di dinding luar kamar gas.
Setelah itu, saya membuka saluran pembuangan air di tengah lantai, dan lalu saya
menyemprotkan air dari selang ke seluruh lantai dan dinding sampai bersih."
"Kemudian apa yang terjadi?"
"Saya membereskan semuanya, menutup ruangan, mengunci panel dengan kata kunci
yang hanya diketahui oleh Jake dan saya, kemudian menelepon krematorium."
"Apa yang kau lakukan setelah menelepon?"
"Saya minum kopi."
"Kopi?" "Iya. Saat itu biasanya sudah hampir jam empat, dan saya suka minum secangkir
kopi di sore hari. Saat saya menyelesaikan semuanya, Evelyn datang naik truk."
"Lalu, apa?" "Dia pergi ke loading dock di bagian belakang gedung dan saya membukakan
tingkap. Dia kemudian menjalankan lift portabel ke tingkap dan
saya membawakan kereta pembuangan. Dia
menyangkutkan sebuah pengait yang berat ke cincin baja di kantong berisi hewan
dan kemudian menyalakan lift untuk membawa kantong ke dalam kotak truk."
"Saya hanya ingin tahu. Ada tulisan apa di sisi truk?"
"Tidak ada tulisan apa-apa. Seluruh truk dicat biru tua dan tak ada huruf apa
pun di sana." "Begitu. Teruskan."
"Tidak banyak lagi yang bisa diceritakan. Dia meletakkan kantong itu di atas
kantong-kantong lain yang sudah diambilnya dan lalu dia pergi."
"Apa yang kau lakukan setelah itu?"
"Saya memberi makan hewan yang baru datang sore itu."
"Bagaimana rasanya?"
"Sejujurnya, rasanya membangkitkan semangat saya. Pendatang baru biasanya takut atau lelah, dan memberi mereka makanan dan air
selalu membuat mereka tenang. Mereka semua bahagia saat memperoleh sedikit saja
perhatian dari manusia."
"Apakah kau pernah bermain dengan mereka?"
"Kadang-kadang. Meskipun seharusnya tidak boleh."
"Kenapa begitu?"
"Well, Jake bilang karena saya tidak dibayar untuk bermain dengan binatang dan
karena saya punya pekerjaan lain. Tapi, Jake kadang bisa jadi orang berengsek
dan, sejujurnya, saya percaya bahwa saya memang dibayar untuk bermain dengan
binatang. Maksud saya, bukan menghabiskan waktu dengan main lempar bola atau
bergulat dengan mereka. Tapi, saya percaya bahwa bagian dari pekerjaan saya
adalah memastikan bahwa hewan yang datang ke penampungan dirawat, dan saya rasa
bermain dengan mereka adalah salah satu cara merawat mereka."
"Kau benar juga. Apa kau pernah dapat masalah karena berpikir seperti itu?"
"Tentu. Jake kesal setengah mati jika dia datang ke kandang dan melihat saya
nongkrong dengan anjing atau bermain dengan salah satu kucing. Tapi, masa bodoh
dengannya." "Kau menyebut-nyebut ... Tommy" Dia orang seperti apa?"
"Entahlah. Saya hanya bertemu dia sebentar saja beberapa kali.
Saya sudah memberi tahu Anda, dia cuma bekerja pada hari Minggu.
Saya tidak pernah datang ke tempat itu pada hari Minggu."
"Siapa lagi yang bekerja denganmu?"
"Ada Jake, tentu saja. Dia penanggung jawab tempat itu. Dan di kantor ada Marcy,
Ann, Philip, dan Teresa. Dan kemudian, ada Renaldo, penjaga kebersihan."
"Apa kau menyukai orang-orang ini?"
"Saya rasa begitu. Terutama Marcy. Dia dan saya akur."
"Apa kau tidak akur dengan yang lainnya?"
"Tidak ... saya bergaul baik dengan mereka ... tapi mereka kadang membuat saya
merasa terganggu." "Kenapa?" "Karena tampaknya tak ada satu pun di antara mereka yang sadar dengan cara apa
mereka mendapat penghasilan."
"Apakah kau tidak berpikir bahwa itu kedengarannya sedikit tidak adil?"
"Kenapa Anda berkata begitu?"
"Kedengarannya kau merasa benar sendiri."
"Saya tidak setuju."
"Apa kau benar-benar percaya bahwa kaulah satu-satunya di penampungan yang
memahami sepenuhnya bahwa salah satu bagian dari pekerjaan kalian adalah
menyingkirkan hewan-hewan yang tak diinginkan?"
"Saya tidak bilang begitu."
"Maafkan bila saya salah memahamimu. Mungkin kau bisa menerangkan lebih jelas
tentang apa yang kau maksud?"
"Saya tahu mereka semua mengerti tentang apa yang kami lakukan. Bagaimana tidak"
Hanya saja, mereka sepertinya tidak terlalu terganggu dengan hal itu. Saya tidak
mengerti dengan hal itu. Mereka semua bilang mereka sayang binatang, tapi mereka bekerja di tempat yang
membunuh kucing dan anjing setiap minggu."
"Tapi, kau bekerja di sana juga."
"Iya, saya tahu."
"Sepertinya tidak masuk akal. Tidak konsisten. Jika tempat tersebut punya fungsi
tersirat yang membuatmu merasa terganggu, kenapa kau tidak berhenti saja"
Sebelum jadi seperti ini."
"Saya punya sepupu yang bekerja sebagai anggota tentara cadangan- Reserve
Officer Training Corps. Dia bertugas selama Krisis Misil Kuba. Dia pernah
memberi tahu saya bahwa dia masuk angkatan laut dengan pemahaman bahwa dia akan
menjadi pembunuh profesional. Dia tahu apa artinya menjadi seorang tentara
cadangan. Tapi, ketika dia harus menyandang senjata kaliber 0,45 dan bersiap-siap dalam
kapal Rusia, bayangan tentang menjadi seorang pembunuh profesional membuatnya
terpukul. Mungkin hal seperti itulah yang melintasi pikiran saya ... saya tidak
tahu. Dia sekarang seorang pasifis. Dia selalu berkata, "Lautan Pasifik
menjadikanku seorang pasifis."
"Bukankah mungkin saja kau sama tidak berperasaan dan sama munafiknya seperti
orang-orang yang kau nilai?"
"Tidak, saya tidak seperti itu."
"Tapi, kau bekerja di tempat itu juga."
"Berapa kali lagi Anda harus mengatakan bahwa saya bekerja di sana juga?"
"Saya hanya sedang berusaha untuk memahamimu. Kau berkata bahwa kau bersimpati
terhadap hewan-hewan dan bahwa kau merasa terpukul karena harus meng-euthanasia
mereka, namun kau tetap melibatkan diri dalam pekerjaan yang mengharuskanmu
untuk berpartisipasi langsung dalam pembunuhan mereka. Kau tidak bekerja di
kantor seperti Philip dan Marcy. Kau tidak cuma menyapu dan mengepel lantai
seperti Renaldo. Kau yang menekan tombol untuk membunuh mereka."
"Anda tidak perlu mengingatkan saya akan hal itu."
"Well, tolong jelaskan kepada saya kenapa kau tidak langsung berhenti."
"Saya tidak tahu."
"Tugas saya adalah menentukan kondisi mentalmu dan membuat rekomendasi kepada
pengadilan. Kau seharusnya lebih membantu dengan cara menyampaikan perasaan dan
pikiranmu sesungguhnya kepada saya. Ini bisa jadi masalah hidup dan mati
bagimu." "Apa saya harus takut mendengarnya?"
"Tidak. Sama sekali tidak. Tapi, pada saat saya telah menandatangani laporan
saya, semuanya berakhir. Jadi, mari mencoba menjalani ini sebaik mungkin. Kau
juga sebaiknya tahu bahwa saya akan bicara kepada orang lain mengenai dirimu."
"Orang lain" Siapa?"
"Saya tidak akan mengatakannya saat ini."
"Ibu saya?" "Mungkin." "Jangan." "Nona Troy-" "Saya tidak akan mengizinkannya."
"Kau tidak punya hak dalam masalah ini. Tapi, saya dapat meyakinkanmu bahwa
semua wawancara yang saya lakukan bertujuan untuk menyampaikan penilaian yang
sejujur mungkin tentang keadaan mentalmu."
"Apakah menurut Anda saya ini gila?"
"Tory, dengar. Saya tidak mau menulis laporan yang membuat juri tidak punya
pilihan lain selain menyarankan agar ... Well, maksudnya,
saya ingin mencapai kesimpulan yang menguntungkanmu." "Menguntungkan saya" Maksudnya, Anda harus mengatakan bahwa saya ini gila kan?"
"Tidak. Hanya tidak cukup kompeten secara mental untuk menghadapi persidangan.
Bila saya merasa bahwa kau mampu untuk menghadapi persidangan, jurilah yang akan
menentukan apakah kau waras ketika ... ketika insiden berdarah terjadi."
"Baiklah. Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Bagaimana kalau kita mulai dari alasanmu memutuskan untuk bekerja di
penampungan hewan." 2 Dr. Baraku Bexley Jaksa Wilayah Brawley Loren
"Apakah Anda bisa memberi kami laporan pendahuluan?"
"Tidak. Saya belum siap untuk menunjukkan apa pun kepada Anda."
"Dokter, apakah saya perlu mengingatkan Anda bahwa Anda dibayar oleh uang dari
para pembayar pajak, dan setiap hari yang Anda lalui tanpa menyerahkan laporan
adalah hari lain saat keadilan tidaklah ditegakkan?"
"Tidak, Pak Jaksa Wilayah. Anda tidak perlu mengingatkan saya bahwa saya dibayar
oleh negara. Saya menyadarinya setiap kali menguangkan cek dua-mingguan saya dan
melihat lambang negara bagian di atas nama saya. Saya harap saya tidak perlu
mengingatkan Anda bahwa saya adalah dokter yang berkewajiban untuk memperlakukan
perempuan muda ini sebagai pasien, bukan tersangka."
"Dia memang seorang tersangka."
"Itu bukan masalah saya. Saya ditugaskan oleh pengadilan untuk memeriksa
perempuan ini dan menentukan apakah ia kompeten secara mental untuk menghadapi
persidangan. Kesimpulan saya akan memengaruhi semua yang terjadi sejak saat saya
menandatangani laporan, dan juga akan berpengaruh besar terhadap masa depan
perempuan muda ini."
"Ya, Dokter. Ini bukan pertama kalinya kami harus berurusan dengan pemeriksaan
psikiatri yang diperintahkan oleh pengadilan."
"Anda tidak perlu sok pamer begitu."
"Well, maaf kalau saya terdengar sedikit kesal. Saya berharap Anda akan
memaafkan nada bicara saya dan memaafkan saya atas penghinaan terhadap harga
diri Anda yang mungkin akan terjadi di masa depan."
"Sekarang Anda jadi sarkastis."
"Dokter, tolong dengarkan saya baik-baik. Gadis muda ini-
'pasien' Anda-dituntut atas enam pembunuhan. Enam pembunuhan berencana Tingkat
Satu. Sekarang, saya memahami sepenuhnya bahwa bila Anda menyatakan dia tidak
kompeten secara mental, dia akan menghindari persidangan dan menghabiskan sisa
hidupnya dalam rumah sakit jiwa, makan tiga kali sehari, menikmati perawatan
kesehatan dan perawatan gigi yang lengkap, dan TV kabel. Saya rasa mereka bahkan
punya sambungan ke saluran HBO. Ini membuat saya kesal, Sir. Enam jenazah
terbaring di kamar mayat karena tindakan-maaf-tindakan yang dituduhkan kepada
gadis ini. Dan Anda mungkin satu-satunya orang yang mencegah keadilan
ditegakkan. Itulah sebabnya saya menjadi sarkastis dan menunjukkan
ketidaksabaran terhadap Anda dan 'profesi' Anda."
"Saya tidak akan melakukan pemeriksaan yang terburu-buru maupun membuat
pernyataan tentang sesuatu yang tidak benar-benar saya percayai. Saya tahu
maksud Anda, Pak Jaksa Wilayah. Terlepas dan apa yang saya percayai sebagai
kenyataan, Anda ingin saya menyatakan bahwa ia sepenuhnya kompeten dan bahwa ia
mampu memahami hal yang dituduhkan kepadanya sehingga mampu berperan serta dalam
pembelaan dirinya. Anda kemudian akan bisa menuntutnya sepenuhnya sesuai
jangkauan hukum dan bekerja dengan rajin untuk memastikan agar ia memperoleh
suntikan mati. Tapi, bagaimana bila juri lalu memutuskan bahwa dia tidak waras saat melakukan
pembunuhan, Sir?" "Saya tidak peduli, Dokter. Kami punya cukup bukti untuk menuntutnya dan saya
akan menuntutnya. Tidak peduli dia sinting atau tidak, orang-orang malang itu
tidak akan hidup kembali bukan?"
"Tidak, tentu tidak. Tapi, kecuali Anda bisa menulis ulang hukum sendirian, dia
tidak bisa dimintai pertanggungjawaban secara hukum untuk kejahatan tersebut
bila dia tidak kompeten secara mental. Dan, sekali lagi, tugas saya adalah
menentukan apakah dia bisa memahami hal tersebut dan menghadapi persidangan."
"Saya tidak menyukai arah pembicaraan kita. Saya bisa mengusahakan agar Anda
ditarik keluar dan kasus ini, Anda tahu."
"Silakan saja. Anda menyediakan dasar pembelaan untuk naik banding dan semua ini
harus dimulai dari awal lagi. Dan, apa yang membuat Anda yakin bahwa dokter
berikutnya yang ditunjuk oleh pengadilan untuk menangani kasus ini akan membuat
Anda senang" Dan juga, ngomong ngomong, apa yang membuat Anda begitu yakin bahwa saya akan
menulis laporan yang menyatakan bahwa dia tidak kompeten?"
"Saya punya firasat tentang Anda. Anda sepertinya penganut liberal anti-hukuman
mati. Ada getaran yang saya rasakan dari diri Anda, tapi saya rasa Anda akan
mencari segala kemungkinan, tak peduli selemah apa pun, untuk menyandangkan
label tidak kompeten kepada dirinya."
"Penganut liberal anti-hukuman mati', kata Anda" Wah, terima kasih banyak,
Penasihat. Saya tersanjung. Saya selalu senang bila dihakimi. Tapi, kenapa Anda
tidak menunggu laporan saya sebelum menyimpulkan apa pun tentang diri saya" Apa
permintaan saya terlalu berat?"
"Tidak, Dokter, tidak. Dan saya tidak punya pilihan dalam masalah ini, benar
kan" Tapi, saya akan mengatakan sesuatu kepada Anda. Bila Anda kembali ke sini
dengan keyakinan bahwa dia tidak kompeten secara mental, saya akan mendatangi
hakim dan menuntut pemeriksaan ulang, tidak peduli berapa biaya dan waktu yang
diperlukan." "Tidak masalah bagi saya, Tuan Loren. Anda jelas tidak keberatan menghabiskan
uang pajak dan masyarakat jika masalahnya menyangkut keinginan Anda sendiri,
ya?" "Pembicaraan kita selesai, Dokter."
"Saya selalu senang bisa membantu, Penasihat."
3 Dr. Baraku Bexley Nyonya Viviana Troy "Sudah berapa lama Anda dan ayah Tory bercerai?"
"Sekitar lima belas tahun. Apakah dia akan dihukum mati, Dokter?"
"Saya pikir terlalu dini untuk memikirkan tentang hal itu, Ma'am.
Kenapa Anda tidak jawab saja pertanyaan saya dan kita tinggalkan saja masalah
itu untuk nanti, oke?"
"Ya, baiklah. Hanya saja saya menyayanginya dan sangat mengkhawatirkannya."
"Saya mengerti. Bagaimana mungkin Anda tidak khawatir" Anda ibunya."
"Ya." "Jadi, Anda dan ayahnya bercerai lima belas tahun lalu, betul"
Apakah Anda bisa memberitahu saya tentang alasan Anda berdua bercerai?"
"Dia peminum. Dia memukuli saya. Dan dia berselingkuh."
"Begitu. Tiga-tiganya, ya" Sejak kapan tingkah lakunya itu bermula?"
"Sejak kami berkencan."
"Dan Anda tetap menikah dengannya?"
"Saya mencintainya."
"Apakah putri Anda menyaksikan kekerasan fisik apa pun yang dilakukan suami
kepada Anda?"

Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh, iya. Ayahnya dan saya bersama sampai umurnya awal remaja. Jadi, dia melihat
semuanya." "Apakah dia pernah menyakiti putri Anda?"
"Apa saya harus menjawabnya?"
"Tidak, tentu saja tidak. Anda tidak sedang berada di pengadilan atau di bawah
sumpah. Dan ini juga bukan deposisi-pengambilan kesaksian secara resmi di luar
pengadilan." "Kenapa ingin tahu soal itu?"
"Nyonya Troy, saya seorang dokter yang telah ditugasi untuk menentukan apakah
putri Anda siap secara mental untuk menghadapi persidangan. Yang saya bisa
beritahukan kepada Anda adalah semakin banyak yang saya ketahui tentang putri
Anda, penilaian saya akan semakin akurat sehingga menghasilkan yang terbaik bagi
semua orang dalam jangka panjang."
"Saya mengerti. Kalau begitu, ya. Jawaban atas pertanyaan Anda, maksud saya, ya.
Suami saya menyakiti putri kami."
"Secara fisik?"
"Ya." "Bagaimana?" "Dengan ikat pinggangnya. Dan tinjunya. Dan..."
"Teruskan." "Dengan rokoknya."
"Dia membakarnya dengan puntung rokoknya?"
"Ya." "Apakah dulu Anda pernah memberitahukan kepada siapa pun tentang kekerasan yang
dilakukan oleh suami Anda terhadap Anda dan putri Anda?"
"Tidak." "Kenapa tidak?"
"Saya takut kami terusir ke jalanan, tanpa uang dan tempat tinggal."
"Bagaimana reaksi putri Anda saat disiksa oleh Ayahnya?"
"Dia melawan." "Begitu. Apakah suami Anda pernah melakukan pelecehan seksual terhadap putri
Anda?" "Ya." "Bagaimana?" "
Dengan tangannya." "Apa Anda mengetahuinya saat peristiwa ini terjadi?"
"Ya." "Apakah putri Anda melawan ketika dia dilecehkan?"
"Awalnya tidak, tapi ketika dia semakin besar, dia melawan."
"Bagaimana?" "Dia mengunci diri dalam kamarnya saat dia tahu ayahnya akan mendatanginya.
Kadang, dia berkelahi dengan ayahnya. Dan akhirnya, dia menusuk mata ayahnya
dengan kikir kuku." "Apa yang kemudian terjadi?"
"Saya membawanya ke rumah sakit. Tapi, dia kehilangan penglihatannya."
"Baiklah. Mari kita menuju ke tahun-tahun setelah Anda dan suami Anda bercerai.
Bagaimana sikap putri Anda setelah suami Anda keluar dari rumah?"
"Dia menjadi gadis yang benar-benar berbeda."
"Berbeda bagaimana?"
"Dia lebih gembira. Dia lebih sering tersenyum. Dia makan lebih banyak."
"Anda tahu tuduhan yang didakwakan kepada putri Anda, bukan?"
"Ya." "Enam pembunuhan berencana."
"Ya." "Dan Anda paham bahwa dia menghadapi tuntutan hukuman mati jika dia dinyatakan
mampu untuk menghadapi sidang dan bila juri menyatakannya bersalah?"
"Ya." "Kalau begitu, Ma'am, biarkan saya menanyakan hal ini. Apakah Anda merasa ada
sesuatu yang perlu saya ketahui yang dapat membantu putri Anda?"
"Dia selalu menyayangi bintang."
"Begitu." "Dia selalu menyayangi binatang."
4 Tory Troy Dr. Baraku Baxley "Terakhir kali kita bertemu, kau menceritakan tentang keputusanmu untuk melamar
pekerjaan di penampungan hewan."
"Apa Anda bicara dengan ibu saya?"
"Ya." "Apa saja yang dia ceritakan pada Anda?"
"Saya tidak boleh membicarakannya."
"Kenapa tidak?"
"Karena tidak etis dan tidak pantas."
"Meskipun dia menceritakan berbagai hal tentang diri saya?"
"Justru karena dia menceritakan 'berbagai hal' tentangmu, Tory.
Sekarang, apa kita bisa lanjut" Apa yang membuatmu memutuskan untuk melamar
pekerjaan di penampungan hewan?"
"Animal World."
"Saluran TV kabel?"
"Ya." "Bagaimana caranya Animal World mendorongmu untuk melamar pekerjaan di
penampungan hewan?" "Apa Anda tidak bisa menebaknya?"
"Tolong, aku ingin mendengarnya darimu."
"Karena acara dokumenter. Tentang leopard."
"Teruskan." "Acara dokumenter itu menunjukkan sekelompok bangsat berkamera, membawa senjata
dan truk yang menyerbu alam bebas tempat keluarga kawanan atau leap-leopard
tinggal. Begitulah mereka menyebut kelompok leopard. Anda tahu tidak" Sekawanan
leopard. Lucu kan?" "Ya, Tory. Memang kedengarannya konyol. Silakan teruskan."
"Saya di luar sedang hujan saat saya menonton acara tersebut.
Saya di rumah sendirian dan saya sedang memasak makaroni keju dalam oven
microwave. Saya suka memakannya dengan saus, percaya tidak. Tapi, masuk akal
juga kalau dipikir - pikir. Saus kan cuma tomat yang dijadikan bubur, betul kan"
Anda tidak akan merasa aneh jika saya memotong tomat segar dan mencampurnya ke
dalam makaroni keju atau mungkin jika saya membeli blok tomat Contadina yang
sering digunakan ibu saya dan kemudian mencampurnya dalam makaroni dan keju,
betul kan?" "Tory..." "Maaf. Jadi, seperti saya bilang, saya baru saja makan dan saya sedang sendirian
menonton Animal World. Saya berada di ruang keluarga. Kalau tidak salah. Saya
mungkin juga sedang tidur-tiduran di kasur. Saya tidak yakin."
"Kau tidak ingat tempatmu berada dalam rumah saat menonton acara TV yang punya
pengaruh begitu besar pada dirimu?"
"Gila kan" Oh. Saya sebaiknya tidak mengatakannya. Tidak, saya benar-benar tidak
ingat. Mari kita misalkan bahwa saya berada di ruang keluarga karena saya
kemungkinan menggelepar di sana setelah makan."
"Oke. Kau berada di ruang keluarga."
"Ya. Acaranya mulai pukul delapan."
"Apa yang kauingat tentang acara itu?"
"Saya ingat semuanya."
"Bagaimana pembukaannya?"
"Matahari terbit di veld."
"Veld?" "Padang gembala luas di Afrika."
"Saya kira namanya veldt."
"Sama saja." "Baiklah. Teruskan."
"Acara itu menunjukkan bentangan rumput yang melambai ditiup angin dan kamera
bergerak untuk menunjukkan leopard yang berjalan melintasi veld."
"Apa yang kauingat tentang binatang itu?"
"Mereka begitu indah sampai-sampai jantung saya berhenti berdetak. Itulah yang
saya ingat tentang mereka. Bulu mereka indah, badan mereka berotot, dan
bentuknya sempurna. Mata mereka jernih, terpicing, dan serius. Mereka
mengendalikan lingkungan mereka sepenuhnya. Mereka tidak perlu kita, itu sudah
jelas." "Apa maksudnya?"
"Maksudnya, manusia benar-benar tidak penting bagi hewan-hewan luar biasa ini.
Setiap manusia di muka bumi bisa saja mati besok akibat virus eksotik yang aneh
dan hewan-hewan spektakuler ini tidak akan terpengaruh."
"Bagaimana kesadaran akan hal itu mempengaruhimu?"
"Malu. Saya merasa malu."
"Kenapa?" "Meskipun saya puluhan ribu mil jauhnya dari Afrika dan saya menonton acara yang
mungkin sudah direkam berbulan-bulan sebelumnya, saya merasa seperti pengganggu.
Saya merasa bahwa itu bukan tempat kita dan bahwa saya sedang melihat sesuatu
yang bukan urusan saya."
"Semua ini melintasi pikiranmu saat menonton bagian pembukaan?"
"Ya." "Bagaimana rasanya ketika juru kamera dan semua yang terlibat dalam acara
tersebut muncul?" "Saya ketakutan. Saya mendapat semacam firman, Dr Bexley ...
pencerahan, mungkin Anda bisa menyebutnya begitu ... dan kemudian mereka ...
pria-pria berpakaian khaki dan berkacamata hitam, mengendarai jip dan truk yang
kautahu menyemburkan asap knalpot
... berderu menginjak rumput seakan-akan padang itu milik mereka.
Menjijikkan." "Lalu, apa yang kau lakukan?"
"Saya duduk memeluk bantal dan menangis tersedu-sedu."
"Apakah kau menonton keseluruhan acara?"
"Tidak, saya tidak bisa."
"Berapa banyak yang kautonton?"
"Saya mematikan TV setelah melihat induk leopard menggeram dan mengaum ketika
juru kamera menyorot bayinya terlalu dekat.
Cukup sampai di situ. Tapi, saya beritahu Anda, Dr. B. Saat saya memencet
pengendali jarak jauh untuk mengganti saluran, saya berdoa semoga mama leopard
menggigit bagian tubuh orang itu sampai putus."
"Kau berdoa supaya seseorang terluka?"
"Ya. Dan saya tidak malu mengakuinya."
"Kenapa kau mengharapkan agar bencana menimpa seseorang yang tidak kaukenal dan
tidak pernah menyakitimu?"
"Karena dia dan pengikutnya membuat saya kesal. Mereka seharusnya tidak
mengganggu induk leopard dan mereka pantas dihukum untuk itu."
"Baiklah." "Wah, Anda rupanya membuat banyak catatan. Saya pasti mengatakan sesuatu yang
mengena." "Hanya pembuatan catatan rutin, Tory. Tipe pencatatan yang selalu saya lakukan
pada setiap wawancara saya."
"Terserah deh."
"Mari kita lanjutkan. Apa ada hal lain dalam dokumenter Animal World yang
memengaruhimu dengan cara apa pun?"
"Tidak, masalah tentang leopard itu yang benar-benar menganggu saya. Baraku. Apa
itu bahasa Afrika?" "Bahasa Bantu, mungkin, tapi saya tidak yakin."
"Bantu?" "Bahasa resmi Tanzania."
"Dari sanakah keluarga Anda berasal?"
"Ya, ayah saya beremigrasi ke Amerika Serikat. Tolong, bisakah kita kembali ke
malam saat dokumenter itu diputar?"
"Berapa umur Anda saat dia datang ke sini?"
"Saya dilahirkan di sini. Dokumenternya?"
"Oh, baiklah." "Kau mematikan TV setelah acara dokumenter itu membuatmu menangis. Apa yang
kemudian mendorongmu untuk memutuskan melamar kerja di penampungan hewan?"
"Saya memutuskan bahwa saya ingin membantu binatang."
"Berapa lama setelah malam itu ketika kau melamar?"
"Besok paginya."
"Kaupergi ke penampungan hewan tepat esok paginya untuk melamar pekerjaan?"
"Ya. Tepat setelah dibuka."
"Bisakah kau menceritakannya kepada saya?"
"Tidak ada apa pun untuk diceritakan. Jaraknya beberapa mil setelah Q-Bridge dan
rumah saya. Saya sudah tahu tentang tempat itu sejak lama. Saya masuk ke dalam
dan menuju meja penerimaan.
Saya memberitahu seorang gadis, sekarang saya tahu bahwa namanya Marcy, bahwa
saya sedang mencari kerja, dan selanjutnya saya duduk di ruangan Jake."
"Ceritakan kepada saya tentang wawancara itu."
"Saya duduk di kursi di depan mejanya dan melihat ke sekeliling. Jake belum ada
di sana. Di dinding ada poster hewan dan berbagai hal tentang prosedur dan
pemerintahan. Ada poster konyol bergambar kucing juga."
"Yang mana?" "Yang bergambar seekor kucing yang bergantung di dahan pohon dengan tulisan
'Bertalianlah'." "Ya, saya sudah melihatnya."
"Well, saya duduk di sana dan memerhatikan bahwa dia menyimpan pemutar CD di
lemari, di belakang mejanya. White Album dari Beatles bersandar di situ. Anda
ingat cerita saya sebelumnya?"
"Ya, Jake memainkan 'Helter Skelter' saat binatang-binatang sedang sekarat."
"Ya. Dasar sakit. Saat saya sedang mempertimbangkan untuk berdiri dan melihat-
lihat koleksi CD-nya atau tidak, pintu terbuka dan Jake pun masuk. Jake pun
berlari masuk, lebih tepatnya."
"Kenapa?" "Tipe A. Serba buru-buru, selalu gugup. Membuat saya gila."
"Apa yang dikatakannya?"
"Awalnya tidak ada. Dia cuma duduk di kursinya dan mengambil surat lamaran saya
dan mulai membacanya. Kemudian, dia memandang saya dan berkata, "Anda Victoria
Troy." Itu bahkan bukan suatu pertanyaan, tapi pernyataan. Jadi, sayamengangguk,
dan lalu berkata, 'Tory'."
"Bagaimana perasaanmu saat itu?"
"Agak gugup, saya rasa. Saya merasa bahwa saya mengganggunya, dan dia tidak
ingin berurusan dengan saya pada saat itu."
"Tidakkah kau berpikir bahwa kau hanya membayangkannya saja" Dan ceritamu, dia
tampaknya tidak ingin cepat-cepat menyingkirkanmu dan hadapannya, dia hanya
merasa perhatiannya sedikit teralih dan dia sedang sibuk."
"Saya rasa mungkin saja. Hanya saja, dia bahkan tidak mengucapkan halo ketika
dia masuk ke ruangan, dan itu sedikit mengejutkan saya."
"Saya mengerti. Teruskan."
"Well, setelah dia selesai membaca surat lamaran saya, dia berkata kepada saya,
'Tidak ada lowongan untuk staf kantor'. Begitu saja. Terus terang. Dingin. Jadi,
saya berdiri karena saya pikir wawancaranya sudah selesai, dan dia berkata,
'Tapi, ada lowongan untuk pekerjaan lain, kalau Anda berminat'. Saya duduk
kembali dan berkata, 'Saya berminat'."
"Apa yang terlintas dalam pikiranmu?"
"Sebenarnya, saya kira dia akan menawan saya pekerjaan sebagai penjaga
kebersihan atau pembersih kandang."
"Apakah kau terkejut waktu dia memberitahumu tentang pekerjaan yang ditawarkan?"
"Terkejut terlalu lunak untuk menggambarkan perasaan saya."
"Kenapa?" "Awalnya, saya tidak percaya kepadanya. Saya tidak punya banyak pengetahuan
tentang tetek-bengek penampungan hewan, Anda tahu" Saya pikir itu cuma
karangannya untuk menipu saya."
"Untuk apa dia melakukannya?"
"Dia tidak akan melakukannya. Makanya, saya memang agak idiot."
"Ceritakan apa yang dia katakan dan apa yang dilakukannya setelah itu."
"Dia langsung mulai menjabarkan semuanya. 'Pekerjaannya adalah teknisi
euthanasia hewan'. Saya tidak mampu berkata-kata."
"Kenapa?" "Karena saya langsung mengerti yang dia maksud. Dia bicara tentang pekerjaan
untuk membunuh hewan."


Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Ya." "Apa Anda tahu bagaimana rasanya" Saya merasa persis seperti ketika saya
menyadari kekacauan yang dibuat kru Animal World di veld Afrika. Berbagai
pikiran berkecamuk dalam benak saya, dan yang paling utama adalah kengerian."
"Kau bilang kau ketakutan pada waktu menonton dokumenter itu. Bagaimana kau
membandingkan perasaan itu dengan perasaan Anda ketika duduk di seberang Jake?"
"Rasanya sangat mirip. Tidak nyata. Di situlah saya, manusia dewasa, duduk
berhadapan dengan manusia dewasa lain yang punya meja sendiri, berkas-berkas,
clipboard, dan alat tulis ... dan kami membicarakan tentang pekerjaan sebagai
pembunuh. Saya akan dibayar untuk membunuh makhluk hidup."
"Kedengarannya kau merasa amat sangat jijik atas gelar teknisi euthanasia."
"Tul, Dok." "Well, lalu Tory, saya harus bertanya. Kenapa kau tidak langsung berdiri,
berkata 'tidak, terima kasih', dan keluar ruangan?"
"Karena saya tidak bisa."
"Kenapa tidak?"
"Karena saya harus tahu."
"Seperti apa pekerjaan itu?"
"Ya." "Kenapa?" "Kenapa orang-orang senang membaca tentang kekejaman"
Kenapa kita mengatakan, 'Oh, buruk sekali' ketika melihat foto korban siksaan
kamp konsentrasi, tapi kita tidak berpaling?"
"Kau harus tahu?"
"Ya. Saya harus tahu."
"Baiklah. Teruskan."
"Jadi, setelah saya duduk di sana tanpa berkata apa pun selama beberapa menit,
Jake akhirnya berkata kepada saya, 'Apakah Anda mengerti apa yang saya katakan"'
Saya mengangguk dan berkata,
'Anda membicarakan tentang membunuh binatang'. Dia menjawab,
'Kami menggunakan istilah euthanasta, tapi, ya."
"Lalu, apa yang terjadi?"
"Dia bertanya apakah saya tertarik dan saya mengangguk."
"Bagaimana tanggapannya?"
"Dia bilang, 'Bagus', dan kemudian dia bangun dan berkata,
'Ikuti saya'." "Apa yang terlintas dalam pikiranmu?"
"Saya bertanya-tanya apakah dia akan menyuruh saya membunuh binatang. Anda tahu
seperti semacam tes?"
"Nah, Tory. Hal seperti itu sudah jelas tidak diizinkan secara hukum. Apakah kau
benar-benar berpikir bahwa dia akan memintamu untuk meng-euthanasia hewan?"
"Tidak, saya rasa tidak. Dalam hati, saya yakin dia tidak boleh menyuruh saya
melakukannya dan jika ya, saya sudah pasti menolak."
"Dan meskipun begitu, kau menjalani pelatihan dan menerima pekerjaan itu."
"Ya, memang." "Jadi, ke mana Jake mengajakmu?"
"Ke kamar maut."
5 Dr. Baraku Bexley Gabriel Mundane "Terima kasih karena sudah mau bertemu saya, Tuan Mundane."
"Mun-daah-ne-ada aksen kuat pada huruf a."
"Saya mohon maaf."
"Oh, tidak apa-apa. Saya hanya mengoreksi Anda."
"Terima kasih. Orang-orang sensitif terhadap pengucapan nama mereka."
"Saya rasa begitu. Tapi, untuk saya, itu masalah teknis ...
masalah bahasa, bukan kebanggaan keluarga."
"Bisakah Anda memberi tahu saya berapa lama Anda mengajar Tory Troy?"
"Saya mengajar dia pada mata kuliah di tahun keempatnya-selama dua semester.
Menulis Kreatif. Lamanya satu tahun ajaran penuh."
"Begitu. Apa yang Anda ingat tentang dirinya?"
"Oh, saya ingat lumayan banyak tentangnya, Dokter. Dia murid yang cemerlang, dan
kami mengenal satu sama lain dengan cukup baik."
"Kenapa begitu?"
"Terutama karena dia selalu menyerahkan lebih daripada yang diminta dalam
pelajaran. Saya selalu mempersilakan para mahasiswa untuk menulis lebih daripada
yang saya minta bilamana mereka mendapat ilham. Saya berjanji untuk membaca apa
pun yang mereka tulis dan juga memberikan komentar. Tidak banyak mahasiswa,
sayangnya, yang menerima tawaran itu. Tapi, Tory berbeda. Dia tampaknya menulis
secara rutin, dan dia membuat saya sibuk."
"Apakah Anda tahu kenapa saya ada di sini?"
"Ya. Tory dalam masalah. Saya melihatnya di koran-koran."
"Dia dituduh melakukan enam pembunuhan berencana dan saya diperintahkan untuk
menentukan apakah dia mampu secara mental untuk menghadapi persidangan."
"Anda akan menentukan apakah dia gila atau tidak?"
"Tidak. Saya akan menentukan apakah dia kompeten secara mental untuk memahami
tuntutan yang dituduhkan kepadanya sehingga bisa berperan serta dalam pembelaan
dirinya. Jika menurut saya dia mampu, terserah juri untuk memutuskan apakah dia
waras atau tidak di saat melakukan pembunuhan yang dituduhkan kepadanya."
"Begitu. Sepertinya tidak sulit untuk diputuskan."
"Dan kenapa begitu?"
"Well, bukankah kau pasti gila jika membunuh enam orang dengan cara seperti yang
kata orang dilakukannya?"
"Itu masih perlu dicari tahu. Apakah Anda dapat memberitahu saya kalau-kalau ada
sesuatu dalam tingkah laku Tory, atau tulisannya, yang berhubungan dengan
binatang atau euthanasia?"
"Dua-duanya." "Maaf?" "Dua-duanya. Dia menulis cerita pendek untuk tentang binatang-merpati-yang di-
euthanasia untuk mata kuliah saya."
"Apa Anda kebetulan punya salinan cerita itu?"
"Ya, saya punya. Saya tidak pernah membuang karya murid-murid saya. Anda tidak
pernah tahu siapa yang akan jadi Salinger-atau Stephen King-berikutnya. Dan
ketika Tory membuat berita, saya melihat catatannya."
"Sungguh. Cerpennya?"
"Tentu saja. Ada di sini, di lemari berkas. Tolong bersabar selama saya
mencarinya." "Tidak apa-apa, tidak usah buru-buru."
"Bukan ... bukan juga ... bukan ... ah, ini dia. 'Skyline Pigeon'-
'Merpati di Angkasa'."
"Apakah saya boleh membuat salinannya untuk berkas saya?"
"Tentu saja. Ada karya lain yang boleh Anda kopi juga. Ini novelet berjudul The
Baby's Poom Kamar Bayi yang sangat saya sukai."
"Terima kasih banyak atas bantuan Anda, Tuan Mundane."
"Sama-sama. Dan tolong sampaikan salam saya kepada Tory dan katakan padanya
bahwa saya akan selalu mendoakannya. Saya selalu menyukai Tory. Malah, kami
menghabiskan waktu istirahat bersama beberapa kali, membahas tentang buku dan
menulis." "Akan saya sampaikan. Dan sekali lagi terima kasih."
6 Dr. Baraku Bexley Catatan Medis: Tory Troy Saya sertakan bersama berkas-berkas ini teks lengkap berupa cerita pendek, yang
ditulis oleh Tory Troy berjudul, "Merpati di Angkasa".
Saya percaya bahwa subjek, cerita dapat terbukti relevan terhadap penentuan
akhir saya dalam kasus ini.
"Merpati di Angkasa"
oleh Victoria Troy Lepaskan aku dari genggamanmu
Biarkan aku terbang ke negeri jauh
"MERPATI DI ANGKASA"
ELTON JOHN Pekan itu pekan yang buruk bagi Caleb. Malah, tahun itu sejauh ini berjalan
buruk sampai sekarang, dan liburan Hari Buruh mendatang tampaknya tidaklah lebih
baik. Caleb mengunci pintu belakang rumah ibunya dan berjalan pelan menuju mobilnya
yang diparkir di jalan masuk rumah. Semalam turun hujan, rumput menjadi basah,
dan jalan masuk rumah tampak bernoda karena terendam air dan belum dikeringkan
oleh cahaya matahari. Mam masih tidur dan Caleb ingin melakukan tugasnya lebih awal sebelum ibunya
bangun. Dia sudah membuatkan sarapan yang siap disantap untuk ibunya, tapi dia
tahu ibunya akan marah jika dia tak ada di sana untuk melayaninya saat ibunya
bangun tidur. Sayang sekali, Mam, pikir Caleb. Jika dia menunggu sampai ibunya
bangun dan selesai makan sebelum keluar rumah ("Tidak ada piring kotor dalam bak
cuci di rumahku," Mam berbisik kepadanya), dia akan berada dalam mobil seharian,
dan dia sungguh-sungguh ingin pergi tidur lebih cepat malam ini. Caleb sangat
lelah secara fisik dan dia menanti-nantikan waktu istirahat.
Ibu Caleb sakit leukemia akut sejak Natal dan tak satu pun perawatan yang
diterimanya membuat keadaannya membaik. Mam semakin lama semakin lemah sepanjang
musim semi dan musim panas, dan para dokter sekarang berkata bahwa dia mungkin
tak akan bertahan untuk bertemu Natal berikutnya.
Karena Caleb adalah yang tertua dan tiga bersaudara, dan satu-satunya yang belum
menikah, seluruh perawatan untuk Mam menjadi tanggung jawabnya.
Caleb tidak bekerja dan hidup cukup nyaman dan laba besar-besaran yang
diperolehnya dari internet sebelum dot-com crash pada awal 2000. Fakta ini pas
bagi saudara-saudaranya untuk memberitahunya dengan jelas bahwa mereka sibuk,
dan mereka mengharapkannya untuk menjaga Mam, karena, bagaimanapun, kau ada di
rumah, dan apa yang harus kami lakukan, meninggalkan pekerjaan" Kami harus
mencari penghasilan, tahu kan. Dan siapa yang akan menjaga anak anak kami kalau
kami yang mengurus Mam" Maaf, Caleb, kau satu-satunya yang bisa melakukan
pekerjaan itu. Caleb tidak membantah mereka dan malah menempuh langkah lebih jauh dengan cara
kembali menempati kamar lamanya di rumah sehingga dia bisa berada dekat ibunya,
membawanya ke dokter, memasak untuknya, dan secara umum melakukan apa pun yang
perlu ia lakukan untuk ibunya.
Caleb cukup kaya untuk membayar biaya perawatan 24 jam di rumah bagi ibunya,
tapi saudara-saudaranya tak mau mendengarnya.
Membiarkan orang asing merawat Mam ketika kau ada di rumah sepanjang hari" Nggak
mungkin, Mas. Tidak masuk hitungan.
Jadi, Caleb mengemasi pakaiannya, CD dan pemutar CD-nya, komputernya, buku-buku,
TV berwarna portabel, VCR-nya, dan dia pindah kembali ke rumah-pengembara
berumur 42 tahun kembali ke desa tempat ia dilahirkan.
Mam masih bisa bekerja dan bergerak dan ia masih banyak akal.
Caleb sama sekali tidak perlu khawatir meninggalkannya sendirian, tapi
kemoterapi, radiasi, penghilang rasa sakit, dan emfisema membuatnya sangat
lemah. Dia tidak bisa pergi berbelanja, tidak bisa naik tangga untuk mengambil
cucian, dan yang pasti, dia tidak bisa memotong rumput atau membuang sampah. Dia
masih bisa pergi ke kamar mandi sendiri, puji Tuhan, dan dia masih bisa mandi
sendiri (meskipun perlu waktu berjam-jam untuk melakukannya), tapi Caleb
melakukan hampir semua hal lainnya.
Pekan terakhir ini ia telah luar biasa diuji. Hari ini, Jumat pagi, dan Caleb
luar biasa lelah. Dia mengulang kejadian minggu ini dalam benaknya.
Senin; Mam bertemu dengan onkologisnya, dan kemudian Caleb pergi belanja
kebutuhan sehari hari, pulang, membersihkan seluruh rumah dengan pengisap debu,
dan membayar tagihan ibunya.
Selasa pagi; tiga jam terapi intravena untuk menguatkan tulang di klinik, di
Guilford. Sorenya; pergi ke bank, dry-cleaner, dan Wal-Mart.
Rabu; kemoterapi yang tidak berjalan terlalu baik. Mam muntah di mobil dalam
perjalanan pulang dan setelah membaringkannya di tempat tidur dengan segelas
limun jahe, roti kabin, serta remote controi, Caleb harus membersihkan pelapis
kursi depan mobil Accord barunya dan lalu pergi ke tempat cuci mobil.
Setelah itu, perjalanan ke, pertama-tama, Rite Aid karena mereka satu-satunya
yang menyediakan sikat gulung pembersih bulu Kieen-Rite yang disukai Mam dan
kemudian mampir ke apotek CVS
untuk mengambil pil penurun tekanan darah dan penghilang rasa sakit untuk Mam
karena harga di CVS lebih murah dan Mam lebih menyukai apoteker yang bekerja di
sana. Kamis; Mam merasa baikan, cukup baik untuk menjalankan kunjungan mingguannya ke
salon kecantikan (Caleb mengantar dan menjemputnya) dan sorenya, dia pergi ke
Stop & Shop dan toko perkakas untuk membeli penyaring AC dan pembasmi rumput.
Selain tugas-tugas tersebut, Caleb juga harus membuat sarapan, makan siang, dan
makan malam untuk Mam setiap hari.
Apakah sarapan hanya terdiri dan bagel dan secangkir kopi yang sederhana" Tentu
tidak. Mam berkeras ingin makan setengah potong jeruk manis, dua telur rebus,
dua potong roti bakar yang terbuat dari seratus persen gandum-diolesi mentega
asli-dan dua cangkir Sank setiap pagi. Caleb harus memperhitungkan waktu
belanjanya agar paruhan jeruk manis yang ketujuh tidak terlalu matang atau
mentah. Oh ya, Mam akan memakannya meskipun sedikit terlalu matang, tapi dia pasti kesal
dan Caleb pada akhirnya akan membayar untuk itu.
Makan siang; yang harus disantap tepat pada tengah hari saat berita pukul dua
belas, selalu terdiri dari ham rebus atau bologna sandwich yang terbuat dari
roti putih, atau seporsi kecil salad tuna yang dibuat segar, atau omelet keju
putih Amerika dengan tomat yang dipotong dadu. Tak peduli apa pun "menu utama"-
nya, makan siang harus disertai dengan segenggam keripik kentang Wise rasa asin
sedang dan segelas limun jahe Canada Dry.
Makan malam adalah mimpi buruk bagi Caleb karena Mam tidak mau menyantap makanan
restoran (kecuali pizza) dan memaksa agar semuanya dibuat segar. Caleb kadang
merenungkan ironi ini; orang yang menolak makan hidangan olahan karena zat kimia
di dalamnya dapat menyebabkan kanker darah.
Senin; Mam ingin makan pasta. Selasa; ayam panggang. Rabu; paprika isi. Kamis;
ikan kod yang dibroiler. Dan sekarang, Jumat, dan Caleb sudah memusingkan ikan jenis apa yang akan
dibelinya untuk makan malam, mengingat bahwa Mam berkeras untuk makan ikan kod
kemarin malam dan pastinya akan luar biasa rewel tentang jenis ikan yang akan
mereka santap malam ini. Seluruh keluarga Caleb menganut Katolik dan meskipun
Gereja Katolik sudah menghapuskan aturan "tidak boleh makan daging merah di hari
Jumat" beberapa dekade lalu, Mam tetap hanya makan ikan pada hari Jumat demi
menghormati Yesus. "Kalau Yesus rela mati di kayu salib dan mengorbankan nyawa-
Nya demi kita, belum lagi kesempatan untuk mempunyai istri dan anak," Mam
menyatakan kepada siapa pun yang mau mendengarnya (dan bahkan juga kepada orang-
orang yang tidak mau mendengarnya), "aku rasa aku bisa melewatkan daging merah
sekali seminggu sebagai penghargaan untuk anak Tuhan."
Caleb ingat suatu saat dia pernah secara sarkastis mengucapkan komentar cerdik
kepada ibunya bahwa dia yakin Yesus pasti senang karena ibunya memakan salah
satu ikan-Nya dan bukan sapi-Nya pada hari Jumat. Untuk kecerdikannya, Caleb
dihadiahi lemparan segelas penuh limun jahe Canada Dry dari seberang dapur.
Setelah itu, Caleb menyimpan renungan teologisnya untuk dirinya sendiri.
Meskipun Mam lemah dan rapuh, Caleb bertaruh ibunya masih sanggup melempar
segelas limun jahe Canada Dry dari dapur kapanpun dia mau.
Caleb memasukkan kuncinya ke gembok pintu mobil dan terdiam sesaat. Dia
memandang ke sekeliling lingkungan tempat dia dibesarkan dan melihat bahwa,
selain perubahan yang berupa polesan, semuanya kurang lebih sama saja.
Caleb memutar kunci dan membuka pintu. Apa yang akan terjadi bila Mam meninggal"
dia bertanya-tanya. Tidak ada tetangga baru di lingkungannya sejauh yang bisa
diingat oleh Caleb. Apakah saudara-saudaranya akan menjual rumah ini" Apakah
mereka berharap agar dia membeli rumah itu dan tinggal di sana" Apakah mereka
mempertimbangkan untuk menyewakan rumah itu kepada keluarga"
Caleb tidak ingin memikirkan masa depan. Jika terserah padanya, mereka boleh
memberikan rumah itu kepada orang lain. Dia jelas tidak mau tinggal di situ, dan
dia yakin saudara-saudaranya memikirkan uang yang bisa mereka peroleh jika
mereka menjualnya. Caleb masuk ke dalam Accord-nya dan menutup pintu pelan-pelan agar tidak
membangunkan Mam, yang jendela kamar tidurnya hanya berjarak beberapa kaki dari
jalan masuk. Tepat saat dia sedang bersiap-siap menyalakan mesin, dia mendadak
ingat bahwa dia telah melupakan Daftar.
Daftar adalah selembar kertas kuning bergaris yang bertuliskan semua hal yang
dibutuhkan oleh Mam dan segala tugas yang perlu dilakukan oleh Caleb untuknya.
Mam membuat Daftar baru setiap hari dalam setiap minggu.


Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Menggeleng-gelengkan kepalanya dengan frustrasi, tapi tidak heran bahwa dirinya
bisa begitu pelupa, Caleb mencabut kunci dan stop kontak, keluar dan mobil, dan
berjalan ke halaman belakang.
Jalur yang ditapakinya membawanya ke sisi barat garasi.
Mungkin karena dia harus menghadap bagian kanan gerbang untuk membuka palang
pintulah sehingga dia kini melihat bola abu-abu di atas rumput di samping
garasi. Bola abu-abu ini pasti sudah ada di sana ketika dia meninggalkan rumah,
tetapi terelakkan dari pandangannya.
Caleb berhenti. Dia membungkuk sedikit dan menyadari bahwa bola abu-abu itu
adalah seekor merpati. Dia membungkukkan tubuhnya lebih dekat dan melihat luka
menganga di badan merpati itu dan bagaimana dada si merpati bergerak naik turun
dengan susah payah seakan-akan ia sedang berusaha untuk menghirup udara ke dalam
paru parunya yang hancur. Bagi Caleb tampaknya si burung telah jatuh dari tempat
tinggi dan terjerembab ke dalam selokan atau pagar, atau digigit oleh binatang
lain. Caleb bertaruh bahwa yang terakhir yang benar dan dia cukup yakin bahwa
anjinglah yang telah mencederai makhluk malang ini. Secara lebih spesifik,
anjing husky besar dengan satu mata cokelat dan satu mata biru bernama Kilo
milik keluarga Beahm yang tinggal tiga rumah dan situ. Caleb sering melihat
anjing itu mengejar-ngejar merpati di sekeliling lingkungan, dan sepertinya Kilo
akhirnya berhasil menangkap salah satu-setidaknya cukup lama sehingga
mengakibatkan luka parah tersebut sebelum si burung kabur dan terbang sejauh ia
mampu, kemudian terjerembab ke tanah dan mendarat di sini, di sebelah garasi
rumah ibu Caleb. Sebuah adegan dari acara lama Andy Griffith Show muncul dalam benak Caleb.
Episode berjudul "Opie the Birdman"-"Opie si Manusia Burung"-berkisah tentang
tiga ekor burung penyanyi yang dirawat oleh Opie setelah ia tak sengaja membunuh
induk mereka dengan ketapel. Di akhir acara, Sheriff Andy, ayah Opie, meyakinkan
putranya bahwa sudah waktunya melepaskan burung-burung itu, membuka sangkar, dan
membiarkan mereka terbang bebas. Setelah Opie melepaskan tiga burung itu, dia
berkata, "Kandangnya jadi kelihatan kosong, benar nggak, Yah?" Andy mengangguk
setuju, tapi kemudian berkata, "Tapi, tidakkah pohon-pohon jadi kelihatan indah
dan penuh?" Seluruh adegan tersebut diputar ulang dalam kesadaran Caleb hanya dalam hitungan
milidetik dan dia menyadari bahwa merpati ini mungkin takkan pernah mengunjungi
langit lagi, takkan pernah bergerak bagaikan siluet di angkasa kecuali dia
melakukan sesuatu untuk membantu.
Caleb dan keluarganya memiliki hewan peliharaan saat mereka tumbuh dewasa, sama
seperti keluarga lain yang memelihara kucing atau anjing, mereka membangun
hubungan baik dengan dokter hewan, khususnya Dr. Wilborne dan Rumah Sakit Hewan
Westwood. Caleb bahkan tidak berpikir dua kali tentang keputusannya. Dia akan membawa temannya yang terluka kepada Dr. Wilborne, dan Dr. W
akan menyembuhkannya sehingga Caleb bisa membiarkannya terbang kembali ke
langit, dan memenuhi pohon mana pun yang ia pilih untuk dihinggapi.
Biaya bukan masalah, dan anehnya, komedi situasi yang lain, Seinfeld, muncul
dalam pikirannya, khususnya episode tentang seorang dokter hewan yang harus
menjalankan "peralatan yang sangat kecil" untuk mengoperasi seekor tupai yang
tak sengaja dilindas oleh George dengan mobil. George lebih mencemaskan biaya
operasi daripada si tupai, hal yang membuat pacarnya sebal, tapi dia akhirnya
menyetujui operasi tersebut dan membayar biayanya.
Caleb berencana memberi tahu Dr. Wilborne bahwa uang bukanlah masalah. Caleb
ingin menyelamatkan merpati ini dan dia akan melakukan apa pun untuk itu.
Caleb lari ke garasi dan menemukan kardus berisi bola-bola styrofoam. Dia ingat
bahwa ibunya telah memesan sebaki keju dari Pabrik Keju Wisconsin sebagai hadiah
Natal untuk Echo, perawat yang memberinya kemoterapi, dan UPS mengantarkannya
dalam kotak ini. Caleb senang dia tidak memotong-motong kotak itu dan membuangnya ke tempat
sampah atau menindihnya sampai gepeng.
Kotak ini sempurna. Sisi-sisinya cukup tinggi sehingga burung itu bisa merasa
aman, sekaligus juga mencegah si burung kabur bila ia merasa panik.
Caleb membawa kotak itu keluar, meletakkannya di samping si burung luka yang
masih tersengal sengal dan mengucurkan darah dari lukanya.
Dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya lebih jauh, Caleb menyelipkan
tangannya dengan lembut ke bawah badan si merpati dan mengayun tubuh kecil si
merpati dengan telapak tangannya. Dia mengangkatnya-si burung terasa hangat dan
si burung mengepakkan sayapnya ketakutan, tapi kemudian tenang kembali ketika
Caleb memasukkannya ke dalam kardus. Caleb mengangkat kotak itu dan membawanya
ke mobil. Dia meletakkannya di kursi belakang dan mengikatnya ke kursi dengan
sabuk pengaman. Dia lalu masuk, menyalakan mobil, dan mundur perlahan-lahan, keluar dari jalan
masuk. "Jangan khawatir," dia berkata lemah lembut kepada si merpati yang sedang
sekarat, "Cuma butuh waktu berkendara sepuluh menit ke tempat dokter hewan dan
kemudian kau akan baik kembali."
Caleb mengemudi seraya melirik berulang-ulang ke dalam kotak dan dia bisa
melihat bahwa burung itu semakin lemah. Caleb mengemudi makin cepat, dan ibunya
dan tugasnya dan saudara-saudaranya dan paruhan jeruk manis dan keripik kentang
Wise rasa asin sedang dan jenis ikan yang bisa disajikan di hari Jumat setelah
Kamis sebelumnya menyantap ikan juga hanyalah sepercik pengalih perhatian yang
melayang-layang dalam pikirannya dan diabaikannya, seperti sebercak debu yang
melapisi lensa kacamatamu dan tak lama kemudian bahkan tak kaulihat lagi.
Caleb tiba di area parkir di depan rumah sakit hewan delapan menit setelah dia
keluar dari jalan masuk rumah ibunya. Dia mematikan mobil, keluar, dan membuka
pintu belakang. Burung itu masih bernapas, tapi ada darah di dasar kotak dan
matanya tampak berkaca-kaca.
Dia membawa kotak itu ke dalam rumah sakit dan berjalan tepat ke depan loket.
"Hai. Keluarga saya sudah sering mengunjungi Dr. Wilborne selama bertahun tahun
dan saya menemukan burung yang terluka ini di halaman dan saya butuh dokter
untuk memeriksanya." Dia mengatakan semuanya dalam satu tarikan napas dan
sebelum dia berhenti bicara, teknisi veteriner di meja penerima tamu berdiri dan
menengok si merpati di dalam kotak. Sang teknisi kemudian mengangkat telepon,
menekan dua tombol, dan berkata, "Dr. W, saya butuh Anda di Ruang Periksa Enam,
ASAP." Dia menutup telepon dan mengangkat kotak itu, "Silakan duduk dan saya akan
membawa burung ini ke Dr. W segera."
Caleb mengangguk dan berkata, "Dengar. Katakan kepadanya bahwa uang bukan
masalah. Saya akan membayar berapa pun biayanya."
Sang teknisi memandang ke bawah, ke arah si merpati, dan menjawab, "Well, saya
rasa tidak akan terlalu mahal, tapi akan saya sampaikan apa yang Anda katakan."
Caleb memandangi sang teknisi dan kardus bernoda darah yang dibawanya saat si
teknisi menuju Ruang Periksa Enam "ASAP" untuk menemui Dr. W, dan kemudian dia
duduk di kursi plastik berwarna Jingga. Tak ada bahan dan kain di perabotan
ruang tunggu dokter hewan, Caleb berkata kepada dirinya sendiri. Tungau kutu dan
bulu hewan tidak bisa menempel pada plastik.
Caleb melirik arlojinya. Sudah lebih dari jam sepuluh dan dia belum melakukan
apa pun yang diperintahkan ibunya dalam Daftar.
Dia harusnya sudah pergi ke bank dan sedang dalam perjalanan menuju toko bahan
makanan, tapi di sinilah dia, ruang tunggu Rumah Sakit Hewan Westwood, menunggu
kabar tentang merpati luka yang ditemukannya di halaman rumah ibunya dan yang
diantarkannya dalam kardus ke sini.
Dia bertanya-tanya apakah dia akan tiba tepat waktu untuk membuatkan makan siang
bagi ibunya. Dia tahu ibunya bisa menyiapkan makan siang sendiri kalau dia
memang mau, tapi ibunya menjadi sangat bergantung pada Caleb. Dia tahu di dalam
hati bahwa ibunya benci ketidakberdayaan dan bahwa dia lebih memilih melakukan
segalanya sendiri, tapi karena dia tidak bisa, Caleb-lah yang melakukannya.
Ibu Caleb sejak dulu sangatlah mandiri. Bahkan, saat ayahnya masih hidup, Mam
selalu menyusun rencana sendiri. Kematian Dad membuatnya terpukul dan sekarang
penyakit membuat ibu Caleb seakan sebagai tawanan di rumahnya sendiri dengan
anaknya sebagai sipir. Caleb tahu bahwa hal tersebut menyiksa ibunya sama
seperti leukemia, tapi tidak ada apa pun yang bisa dilakukan tentang itu.
Sepuluh-tiga puluh. Apa yang terjadi di belakang sana" Mungkin mereka sudah
mengoperasinya, hanya saja mereka belum sempat keluar dan memberiku kabar,
pikirnya. Caleb berharap semoga ibunya sudah sarapan. Dia memutuskan bahwa dia tak bisa
berada di sini lebih lama lagi, dan bahwa dia akan kembali nanti untuk menjemput
si merpati setelah ia sembuh. Dia sudah tahu di mana dia akan melepaskan si
burung. Ada deretan pepohonan di pinggir sungai dekat rumah ibunya tempat dia
dan saudara saudaranya dulu pernah mengikuti perkemahan musim panas.
Dia akan menunggu hingga burungnya benar-benar sembuh (merpati itu sekarang
menjadi burung"nya") dan kemudian membawanya ke sana dan membiarkannya terbang
menuju pepohonan. Bayangan bahwa dia akan berperan dalam membuat pepohonan di
sana "indah dan penuh" membuat Caleb tersenyum.
Tiba-tiba, pintu yang tersambung dengan ruang pemeriksaan terbuka dan Dr.
Wilborne berderap masuk ke ruang tunggu. "Caleb!"
dia berseru seraya mengulurkan tangannya. "Senang melihatmu, Nak!
Bagaimana kabar Mam?"
Caleb menjabat tangan Dr. Wilborne dan tersenyum, "Beliau baik-baik saja, Dok.
Anda tahu beliau seperti apa. Beliau tidak pernah membiarkan apa pun membuatnya
patah semangat." "Bagus sekali. Sampaikan salam sayangku kepadanya, ya?"
"Saya akan menyampaikannya." Caleb mengiyakan. "Jadi, bagaimana burung saya,
Dok?" Keterkejutan muncul di wajah Dr. Wilborne. "Burungmu"
Memangnya merpati itu hewan peliharaan?"
"Bukan, bukan, cuma burung yang saya temukan di halaman rumah kami. Tapi, saya
pikir lebih baik membawanya kemari agar Anda bisa mengobatinya. Bagaimana
kabarnya?" "Maaf, Caleb, tapi kami menidurkannya tak lama setelah Vicki mengantarkannya
kepadaku. Cederanya parah sekali dan tak ada apapun yang bisa kulakukan untuk
menyelamatkannya. Mengeuthanasia hewan liar maupun merpati yang terluka sudah
bagian rutin dari pekerjaan kami, Caleb. Kami bahkan tidak memungut bayaran
untuk itu. Orang-orang selalu membawa rakun atau tupai atau burung yang ditabrak
mobil ke sini. Pernah sekali aku harus pergi ke Jalan Raya Nomor Sembilan untuk
menidurkan rusa yang ketiga kakinya dilindas oleh truk gandeng. Sekali waktu,
seorang gadis cilik malah pernah membawa seekor bajing." Dr. W tersenyum. "Aku
menidurkan hewan yang satu itu di hutan sana. Mereka mengeluarkan cairan tubuh
saat kita menyuntik mereka, kautahu. Untungnya, aku tidak terciprat. Aku tidak
mau sampai rumah sakit diomeli."
Dr. Wilborne terdiam dan meletakkan tangannya di bahu Caleb.
"Jadi, kami menidurkan merpatimu, Caleb, dan ia pergi dengan tenang."
Caleb hanya berdiri diam di sana. Khayalannya tentang melepaskan burung yang
sudah sembuh layu dan beterbangan seperti debu.
Tapi, kurasa sekarang ia bebas, Caleb lalu berkata pada dirinya sendiri. Jenis
kebebasan yang lain, kurasa.
"Trims, Dok. Saya menghargainya. Bisakah saya membalas waktu dan, uh, materi
Anda?" "Nggak usah. Inilah cara kami memberi. Apabila kami bisa menidurkan hewan liar
yang terluka sehingga membebaskannya dari penderitaan, itu pun sudah cukup
sebagai bayaran." Caleb mengangguk dan menjabat tangan Dr. Wilborne lagi.
"Well, kalau begitu, sekali lagi trims. Dan saya akan memberi tahu ibu saya
bahwa Anda menanyakan beliau."
"Bagus. Sampaikanlah. Dan salamku untuk Alan dan Paul, oke?"
Caleb mengangguk dan berbalik untuk pergi. Lalu, dia berhenti dan berbahk
kembali ke arah Dr. Wilborne. "Cuma penasaran, Dok.
Apa yang Anda lakukan dengan ... Anda tahu, bangkainya?"
"Kami akan mengkremasinya."
"Oh, oke." Caleb berjalan keluar gedung dan masuk ke mobilnya. Namun, saat dia memasukkan
kunci dalam stop kontak, benteng pertahanannya terbuka dan dia mulai tensak-isak
seperti seseorang yang baru saja kehilangan sahabat karibnya. Caleb perlu
beberapa menit untuk menenangkan diri sebelum dia dapat mengemudi. Ketika dia
cukup tenang, dia menuju rumah. Dia pikir lebih baik dia mampir dulu di rumah
untuk mengecek keadaan ibunya dan menjelaskan apa yang terjadi. Ibunya mungkin
cemas dan Caleb tidak ingin membuatnya kesal. Stres tidak baik bagi sistem
kekebalan tubuh ibunya, kata para dokter.
Caleb mengemudi lebih lambat dalam perjalanan pulang daripada saat berangkat
menuju dokter hewan, dan butuh sekitar lima belas menit sampai akhirnya dia tiba
di belokan dekat rumahnya.
Jantung Caleb serasa berhenti. Ada ambulans di jalan masuk rumah ibunya dan
mobil saudaranya Alan diparkir di belakangnya.
Caleb mengebut sepanjang jalan itu dan lari ke rumah. Alan berdiri di dapur
dengan dua orang EMT-Emergency Medical Technician atau Teknisi Medis Darurat.
Ketika Alan melihat Caleb, matanya melebar dan ekspresi murka meledak di
wajahnya. "Ke mana saja kau?" Alan berteriak.
Caleb tidak terpancing. Tetap tenang, dia berkata, "Apa yang terjadi?"
"Mam kena stroke dan jatuh dan kepalanya terbentur di bak mandi. Dia memencet
tombol darurat yang dikenakannya di leher, tapi kami pikir bantuan datang
terlalu lama. Pada saat ambulans tiba di sini
..." Suara Alan sekarang bergetar dan matanya berair. "Pada saat ambulans tiba
di sini ... sudah terlambat." Alan berhenti dan memandangi sesuatu di belakang
Caleb. Atau, mungkin dia sedang memandang ke dalam diri Caleb.
"Mam meninggal, Caleb."
Kaki Caleb tertekuk lemas dan dia jatuh. Untungnya, dua orang EMT menangkapnya
sebelum membentur lantai. Mereka membawanya ke kursi dan mendudukkannya,
wajahnya pucat dan keningnya dipenuhi keringat.
"Aku cuma pergi beberapa jam. Aku harus ..." Caleb berhenti.
Dia tahu dia tak bisa memberi tahu Alan tentang merpati itu.
"Aku harus melakukan sesuatu."
Alan tidak menanyai Caleb tentang hal yang dilakukannya, dan Caleb hanya duduk
di kursi dapur ibunya dengan kepala tertunduk.
"Aku harus melakukan sesuatu," bisiknya.
Sudah sore saat semuanya pergi dan Caleb sendirian di rumah.
Koroner harus mengambil jenazah ibunya, dan Caleb serta saudara saudaranya telah
menemui direktur rumah pemakaman untuk mengatur upacara pemakaman dan penguburan
Mam. Tidak ada yang terang-terangan menyalahkan Caleb atas kematian ibunya, tapi dia
tahu apa yang mereka pikirkan. Jika dia ada di rumah, mungkin mereka akan bisa
menyelamatkannya. Tapi, dia sedang mengerjakan sesuatu, dan mereka tahu bahwa
dia meninggalkan ibunya beberapa jam dalam sehari tiap hari, dan sejujurnya hal
ini hanyalah peristiwa biasa. Kenyataan bahwa dia sedang berada di dokter hewan
untuk menyelamatkan merpati liar dan bukannya di bank atau toko bahan makanan
atau apotek tidak berarti apa-apa. Benar-benar tidak berarti apa-apa.
Caleb bangkit dan berjalan ke bak cuci piring dapur, kemudian membuka keran
untuk mengambil segelas air. Saat dia minum, dia sadar bahwa air ini adalah
benda pertama yang mengisi perutnya sepanjang hari. Bukannya memulihkannya, air
itu membuatnya mual. Caleb pergi ke halaman belakang dan berdiri dekat pagar belakang sambil
memasukkan tangannya dalam saku, memandangi langit yang mulai gelap. Caleb
selalu menyukai saat petang, waktu-antara ketika cahaya tampak luar biasa aneh
dan indah. Mam sudah tiada, pikirnya. Begitu pula merpatiku. Dia menyadari bahwa
dia harus menghadapi dua kematian dalam sehari, meskipun dia tahu bahwa dia akan
diledek (dan mungkin dikecam) jika dia membandingkan tentang kematian merpati
jelek dengan kematian ibunya.
Tapi, memang benar, Caleb sungguh kehilangan keduanya, merasakannya dalam
hatinya, dan merasakannya dalam relung terdalam jiwanya.
Caleb mendesah dan memutuskan untuk masuk ke dalam dan mencoba makan sesuatu.
Namun, saat dia berbalik, dia merasakan tiupan angin sepoi-sepoi di wajahnya.
Caleb menoleh ke belakang, ke arah pagar, dan melihat anak burung berwarna
kelabu di atas palang yang terkelupas. Kepala si anak merpati ditelengkan dan ia
memandang tepat ke arah Caleb. Caleb tidak bergerak, dan si unggas diam di sana,
tak kenal takut, dan melihatnya dengan pandangan tertarik.
Lalu, terjadilah hal yang sangat aneh.
Si anak merpati terbang dan pagar (melompat pendek sebetulnya lebih tepat) dan
mendarat tepat di bahu kanan Caleb, diam di sana selama sesaat, dan memandang
tepat ke mata Caleb. Setelah puas, si anak merpati berciap-ciap dan terbang ke
pepohonan. Caleb memandang ke atas, dan di antara cahaya senja dia bisa membedakan badan
bulat si anak merpati, bertengger di dahan pohon yang begitu tipis, melompat-
lompat pelan untuk menyeimbangkan diri setelah mendarat.
Si merpati kecil adalah satu-satunya burung yang terlihat oleh Caleb, tapi entah


Interograsi Maut The Gas Room Karya Stephen Spignesi di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kenapa dia tak pernah melihat pepohonan tampak begitu penuh. Seakan-akan bisa
membaca pikiran Caleb, dan merasa perlu untuk mengekspresikan persetujuannya
dengan Caleb, si anak burung tiba-tiba mengeluarkan serangkaian siulan dan
ciapan yang Caleb tahu, dalam hatinya, merupakan ungkapan kemenangan.
Caleb tersenyum dan kembali ke dalam rumah, minum air dan memikirkan tentang
limun jahe Canada Dry serta daftar yang tertulis di lembaran panjang kertas
kuning. 7 Tory Troy Dr. Baraku Bexley "Saya membaca cerpenmu."
"Apa" Apa maksud Anda?"
"Saya membaca 'Burung di Angkasa'."
"Oh, benarkah" Dan bagaimana Anda bisa mendapatkannya, kalau saya boleh
bertanya?" "Saya bertemu dengan Tuan Mundane."
"Bagaimana Anda menemukannya?"
"Apa maksudmu?"
"Bagaimana Anda tahu bahwa dia adalah guru saya?"
"Tory, apakah kau tidak memerhatikan tas kantor besar yang selalu saya bawa" Di
dalam tas saya ada arsip Tory Troy. Isinya lumayan berlimpah."
"Apa maksudnya?"
"Maksudnya, saya punya salinan semua transkrip akademikmu, sejarah pekerjaan dan
pendapatanmu, dan tempat tinggalmu ketiga tiganya-tagihan, rekening bank,
catatan medis ... intinya, saya menyimpan seluruh catatan hidupmu dalam tas
saya. Saya bahkan punya catatan hukuman yang kau jalani di kelas enam karena
menunjukkan jari tengah ke arah gurumu. Juga tilang yang kau terima saat umur
enam belas dan mengendarai mobil ibumu tanpa izin.
Bahkan, juga resep-resepmu, dan setiap panggilan telepon jafak jauh yang kau
lakukan." "Anda bercanda kan" Tidak mungkin legal bagi Anda untuk mengumpulkan semua itu,
benar kan?" "Bukan saja legal, bahkan perlu. Jika aku tidak meninjau ulang seluruh catatanmu
dengan saksama dan sesuatu mengemuka dalam persidanganmu-jika kau akhirnya
diadili, tentu saja-dan kau lolos karena hal teknis, sayalah yang akan kena
masalah, bukan kau."
"Sepertinya terlalu turut campur."
"Memang. Tapi, ada tujuannya."
"Jadi, Anda sudah membaca cerita saya."
"Ya." "Well?" "Apakah kau menginginkan tinjauan sastra saya atau pemikiran saya mengenai
bagaimana pengaruhnya terhadap tinjauan saya dalam kasusmu?"
"Dua-duanya. Mulailah dengan pendapat Anda tentang tulisan itu."
"Kompeten." "Kompeten" Apa itu?"
"Sebetulnya, lebih dari kompeten. Mutunya di atas rata-rata."
"Ya, Tuhan. 'Di atas rata-rata'. Dr. B, Anda ini penuh dengan sopan santun dan
pertimbangan." "Apakah kau tersinggung?"
"Tidak juga. Anda mungkin benar. Apa lagi" Bagaimana dengan tokoh-tokohnya?"
"Saya pikir tokoh Caleb adalah dirimu."
"Oh, Anda pikir begitu ya" Kenapa begitu?"
"Menurut pendapatmu kenapa" Kenapa saya merasa seperti itu?"
"Mungkin karena dalam cerita itu Caleb membawa seekor burung yang terluka ke
dokter hewan dan kemudian merasa menyesal saat burung itu harus ditidurkan. Di-
euthanasia." "Apakah kau seperti Caleb?"
"Tidak. Peristiwa dalam cerita itu sebenarnya terjadi pada seorang teman saya,
dan setelah dia mengisahkannya kepada saya, saya menulis cerita itu."
"Peristiwa itu terjadi pada temanmu."
"Ya." "Dan dia menceritakannya kepadamu."
"Anda terdengar curiga. Apa Anda tidak memercayai saya?"
"Tentu saja saya percaya kepadamu. Kenapa kita tidak melanjutkan diskusi tentang
orang-orang yang bekerja denganmu di penampungan hewan. Kita telah membicarakan
Jake dan nanti kita bisa kembali kepadanya. Bagaimana kalau kau bercerita kepada
saya tentang ... Marcy?"
"Apa yang ingin Anda ketahui?"
"Apa pun yang terpikirkan tentangnya."
"Dia suka kacang mede."
"Teruskan." "Setiap sore sekitar pukul tiga, dia akan mengeluarkan kantong Ziploc berisi
kacang mede yang digarami. Utuh. Dia tidak pernah membeli yang dipotong-potong."
"Dia memberitahumu?"
"Tidak. Saya bertanya padanya."
"Begitu. Apa lagi yang bisa kau ceritakan kepada saya tentangnya?"
"Dia lajang, tapi dia pernah berkencan dengan pria bernama Mike yang sepertinya
benar-benar aneh. Marcy masih tinggal bersama ibunya. Seperti saya. Dia pernah
bercerita kepada saya bahwa suatu hari ibunya menangkap basah dirinya saat
sedang, uh, memuaskan diri sendiri. Marcy bilang dia tidak pernah semalu itu
seumur hidupnya. Butuh seminggu sampai dia bisa bertemu pandang dengan ibunya lagi."
"Bagaimana kejadian ini akhirnya muncul dalam percakapan?"
"Oh, Anda tahu kan ... obrolan perempuan. Kami sedang duduk-duduk di kantor
suatu sore dan tidak ada siapa-siapa di sekitar situ dan dia memberi tahu saya."
"Teruskan." "Lebih jauh tentang Marcy" Well, saya tahu dia mengumpulkan dispenser permen
PEZ. Koleksinya banyak. Dia juga anggota Flash Crowd."
"Apa itu Flash Crowd?"
"Hobi baru yang aneh orang-orang di daerah tertentu, misalnya dalam wilayah
kota, kabupaten, atau kampus, mendaftar sebagai anggota Flash Crowd. Dan
kemudian mereka menerima e-mail berisi instruksi yang harus diikuti. Aneh."
"Saya tidak mengerti."
"Well, Marcy memberi tahu saya tentang salah satu kegiatan yang diikutinya. Dia
menerima e-mail yang menyuruhnya untuk datang ke lantai dua Crystal Mall di
depan toko Sharper Image pada pukul dua sore hari Minggu. Ketika semua orang
sudah berada di sana, mereka harus menunggu sampai terdengar lagu dari Carpenter
yang dimainkan di sound system mal. Kemudian, semua harus berpencar. Kalau tidak
salah dia bilang judul lagunya 'Rainy Days and Mondays'".
"Jadi, itu yang namanya Flash Crowd."
"Sebenarnya, itu kegiatan Flash Crowd. Marcy berada dalam Flash Crowd di sana."
"Begitu. Jadi, Marcy adalah peserta. Apa lagi yang kauingat tentangnya?"
"Dia mengecat kuku jarinya dengan warna yang berbeda-beda."
"Maaf?" "Setiap kuku dicat dengan warna yang berbeda."
"Baiklah. Ada lagi?"
"Dia selalu bilang bahwa dia ingin dikremasi. Dia takut dikubur.
Dia tidak suka tempat tertutup."
"Begitu. Ada lagi?"
"Tidak." "Kau yakin?" "Saya tidak mau bicara lagi."
8 Dr. Baraku Bexley Dr. Gwyneth June "Hai, Gwyn." "Bex, bandot tua. Apa kabar?"
"Well, aku bangun pagi ini. Jadi, anggaplah hari ini aku menang."
"Tidak ada keberatan. Kau di sini untuk kasus penampungan hewan?"
"Ya." "Kasus yang sulit."
"Ya. Apakah mereka masih di sini?"
"Iya. Meskipun para keluarga telah mengajukan keberatan dan minta agar jenazah
mereka diserahkan kepada keluarga."
"Berapa lama lagi kau bisa menyimpan mereka di sini?"
"Well, aku harus menyimpan mereka sampai semua otopsi medis/hukum selesai dan
semua pihak yang berkepentingan-kau dan Brawley dan mungkin Yang Mahabaik pada
tahap ini-telah memutuskan bahwa jenazah tidak perlu ditahan di sini lagi."
"Dan sekarang kau ada di tahap mana?"
"Otopsi sudah selesai. Aku mungkin akan menyerahkan mereka besok ke rumah
pemakaman." "Oke, kalau begitu mari kita selesaikan."
"Apakah kauingin melihat laporanku atau melihat jenazah lebih dulu?"
"Laporanmu." "Sebelum kita mulai, boleh kan aku menanyakan sesuatu?"
"Gwyn-" "Oh, ayolah, Bex. Siapa di sini sih?"
"Kautahu aku tidak bisa-"
"Apakah aku pernah mengkhianatimu" Kautahu aku rela tertusuk pedang daripada
membiarkanmu terkena masalah karena memberitahuku sesuatu."
"Kau membuatku malu."
"Apa aku berbohong?"
"Oh, baiklah. Silakan. Bertanyalah."
"Kenapa dia melakukannya?"
"Aku tak tahu."
"Apa yang kaupikir?"
"Masalahnya rumit...."
"Apa dia gila?"
"Itulah yang kucoba cari tahu. Aku tidak bisa berkata dengan yakin bahwa dia
tidak waras saat kejadian perkara. Jurilah yang akan menentukannya. Tapi, apakah
kasus ini akan sampai ke tangan juri atau tidak intinya terserah padaku."
Memanah Burung Rajawali 10 Pengemis Binal 06 Malaikat Bangau Sakti Bangau Sakti 47
^