Pencarian

Vertical Run 2

Vertical Run Karya Joseph R. Garber Bagian 2


tangga di depannya, menunggunya terperosok ke dalam penglihatan mereka. Orang-
orang yang siap di balik pintu darurat tentu menegangkan otot mereka, bersiap
melompat. Dua regu itu mengira mereka tahu akan berada di mana sasaran mereka.
Mereka sudah siap untuk itu, berharap, dan bahkan mungkin berpikir bagaimana,
sesudah urusan ini beres, mereka saling
168 menepuk pundak, melontarkan gurauan konyol, menyalakan rokok, dan saling
meyakinkan, bila semuanya sudah diucapkan dan dikerjakan, urusan David Elliot
ternyata bukan tugas yang luar biasa sulit.
Dave menempelkan tangan pada susuran tangga dingin, kosong, bulat.?Satu tarikan napas dalam.
Ia menarik, menendang, mendorong, dan melompat.
Tiga puluh dua tingkat ke lantai dasar. Bila ia meleset, ia meleset, dan
selesailah semuanya. Ia melewati rongga di antara tangga itu, melewati susuran di seberangnya, dan
mendarat dengan tumit. Itu lompatan pendek yang gampang hanya beberapa saat
?berbahaya untuk membawanya dari tangga di atas lantai 32 ke satu tingkat di
bawahnya. "Sialan!" Suara dari atas. Peluru-peluru berperedam memukul beton di tempat ia
mendarat. Dave sudah menghilang.
Ia meraih susuran tangga, mencengkeramnya, dan melemparkan diri ke bawah. Ia
melompati dua atau tiga anak tangga sekaligus. Ia harus melewati platform
berikutnya. Bila ia masih berada di tangga di bawah lantai 32...
Pintu darurat itu terempas membuka. Sepatu berdetak pada beton.
...lalu orang di belakangnya akan melihat jelas punggungnya.
Ia mengayunkan tubuh melewati susuran dan melompat. Hujan peluru mengiris udara
di atas, di belakang, dan di sampingnya.
Pekikan kesal, "Bangsat, bangsat, bangsat!"
David Elliot lari. 169"Di sini Egret! Dia ada di lantai 31, 30, turun ke bawah! Di mana kau" Apa"
Di tangga barat, kau tolol! Kemarilah, cepat!"
Seseorang, mungkin lebih dari satu, mengosongkan satu magasin, mungkin lebih
dari satu, ke lubang tangga. Peluru-peluru itu mengenai dinding, memuncratkan
kepingan-kepingan beton sekeras batu. Dave merasa pundaknya sakit seperti
tersengat lebah. Mereka bergemuruh menuruni tangga, menembak sambil berlari. Peluru-peluru gepeng
memantul simpang siur. Prosedur operasi baku. Kalau kau tak bisa mengenai sasaranmu dengan tembakan
langsung, kenai dia dengan pantulan peluru.
Dave melompati susuran tangga lagi. Satu tembakan, satu pantulan peluru,
berdesing di bawah dagunya. Ia meringis. Jauh di bawah sana berapa tingkat
?tangga lagi" Satu pintu lain terbuka. Orang berlarian ke atas sekarang. Mereka
mencoba menangkapnya di tengah.
Lantai 26. Satu tingkat lagi.
Ia terpeleset, menahan tubuh, tegak kembali. Ia sudah berada tepat di tempat
yang &inginkarinya lantai 25.
?Ia mendongak melihat tangga. Itu dia, berkelok-kelok di atas anak tangga,
panjang dan pipih, sama seperti saat ia meninggalkannya. Ternyata membuka
gulungannya naik hingga ke lantai 29 sungguh pekerjaan yang berat. Ia tidak
mengira akan terpaksa memakainya.
Anak buah Ransome berlarian melewati ujungnya sekarang. Mereka tidak melihatnya,
atau seandainya 170 melihat, mereka tidak memikirkannya. Slang darurat untuk kebakaran.
Dave meraih roda dengan lapisan enamel merah itu dengan dua tangan, dan
memutarnya. Macet. Dave menariknya dengan entakan panik. Roda itu beku di
tempat. Oh, Tuhan, jangan lakukan ini pada kami.
Ia memasang kuda-kuda, dan menarik keras. Roda itu bergerak. Pipa air itu
berdeguk dan mendesis. Air mengalir di dalamnya. Dave menarik lebih keras. Roda
itu berputar dengan leluasa. Bunyi desis itu mengeras jadi gemuruh. Pipa air itu
tidak lagi pipih dan berkerak. Ia terisi, membulat, bergerak. Air menggelegak
lewat di dalamnya, naik satu tingkat tangga, ke tingkat kedua, tekanannya makin
meningkat setiap inci. Berapa besar tekanan airnya" Kalau ingatan ini benar, 150 kilo. Dan itu tekanan
yang besar luar biasa, Sobat.
Slang itu melonjak, berayun ke kiri dan ke kanan, dan mulai bangkit. Ia
kelihatan hidup, seperti ular cokelat raksasa yang terbangun sambil menggoyang
tubuh. Dan slang itu bergoyang di sini, lima tingkat dari ujungnya, maka nozzle-
nya. akan... Jeritan bergema di dalam ruang tangga itu.
...melecut kian kemari tak terkendali. Tekanan 150 kilo dalam gerakan cepat.
Nozzle kuningan pejal seberat tiga atau tiga setengah kilo. Satu pukulan saja
akan menghancurkan kaki seorang laki-laki yang kuat.
Jeritan itu mengeras. Mendatangi lebih dekat, dan dengan kecepatan yang luar
biasa. Dave menengadah - tepat untuk melihat satu tubuh lewat. Laki-laki itu
171meluncur turun di dalam ruang tangga itu, memutar lengannya seperti kincir,
mencoba memegang susuran tangga. Wajahnya pucat pasi oleh keputusasaan dan
kengerian. Sial. Sungguh sial. Ia sebenarnya tidak ingin membunuh mereka. Ia cuma ingin
memperlambat mereka. Dari atas terdengar lebih banyak jeritan, teriakan, dan tidak sedikit umpatan.
Dave tak menghiraukannya. Ada urusan lebih serius yang jadi pemikirannya. Orang-
orang yang naik dari lantai bawah sudah dekat. Seandainya ia menyiasati kunci
dan kabur ke lantai 25, mereka akan tepat berada di belakangnya, dan ia akan
jadi sasaran empuk. la bisa mendengar mereka seberapa dekat dua atau tiga tingkat tangga di ? ?bawahnya. Salah satu di antara mereka hampir kehabisan napas, terengah, "Apa
yang terjadi di atas sana?"
Satu suara lain, tidak begitu tersengal-sengal, menjawab, "Hanya ada satu cara
untuk mengetahuinya." Sol sepatu berderap pada beton. Mereka berlari.
Tembakan peluru, senapan otomatis, melubangi slang kebakaran itu. Air menyembur
dari slang, mengendurkan tekanan pada setiap lubang peluru, memperlambat
gerakannya yang mengombak. Sekarang, orang-orang yang berlari menuruni tangga
bisa melewatinya dengan aman.
Tadi, ketika sedang menggelar jebakan-jebakannya, Dave sudah melilitkan kabel
coaxial tebal rangkap dua pada pipa-pipa tangga. Salah satunya ada di lantai
ini. Kabel itu terikat erat dan takkan lepas. Ia mengambilnya, melingkarkannya
di antara kaki. 172 Katakan padaku kau takkan melakukan ini. Dua lilitan pada kaki kiri, dua pada
kaki kanan. Kau benar-benar sinting.
Naik ke pundak kiri, di bawah selangkangan, silang-menyilang di punggung, dan
lagi pada pundak kanan dan kiri.
Bung, biar kujelaskan setegas mungkin. Aku tak ingin mati.
Satu simpul ganda. Ia pun selesai.
Ia menarik kabel itu. Tertambat kuat. Dan temali yang membungkus dirinya,
meskipun dibuat dengan terburu-buru, toh merupakan imitasi tali parasut yang
cukup bisa diandalkan. Oh, tidak, Bung! Tidak! Sebutir peluru mendesing lewat dekat dadanya. Ia tak memikirkannya. Ia mengambil
satu langkah pendek ke depan, cepat tapi tidak terburu-buru, mengambil ancang-
ancang, dan melompat melewati pegangan tangga. Ia terjun dengan sempurna, hasil
latihan yang lama, dan tak pernah terlupakan. Ia terjun menyelam ke dalam kolam
cokelat berlumpur di masa kecilnya, masuk ke dalam danau hijau di atas gunung.
Sebilah pisau lipat besar, terlipat di pinggang, kini berputar di udara, dengan
tenaga putaran tubuhnya menegak. Perenang dalam lompatan yang sempurna.
Dan rasanya hebat. Dave terjun menerobos ruang kosong di antara tangga-tangga itu. Saat jatuh, ia
sepintas melihat wajah, seorang laki-laki dengan mata terbelalak dan mulut
menganga. "Ya Tuhan!" bisik laki-laki itu.
Sebutir peluru mendesing entah di mana, terlalu jauh untuk dikhawatirkan.
173Ia mencengkeram kabel itu, bersiaga untuk sentakan yang akan datang. Ini
tentu takkan lebih parah daripada lompatannya yang pertama dulu, pikirnya. Tujuh
ratus lima puluh meter di atas Fort Bragg. Satu atau dua laki-laki, badut kompi
itu, melontarkan lelucon lemah. Semua yang lain dengan muram menghindari mata
rekan-rekan mereka. Sersan Kuba keparat itu pelatih terjun. Ia berdiri di
samping pintu terbuka, berteriak-teriak dalam deruan angin, meneriakkan
hitungan, dan meneriakkan umpatan. Siapa nama orang Kuba itu..."
Kabel itu tersentak tegang. Lebih tipis daripada tali kanvas pipih pada parasut,
kabel itu mengiris ke dalam kakinya. Rasa sakit tak terduga memeras udara dari
paru-parunya. Aduh! Ini sakit. Ia berayun ke kiri, melewati susuran tangga lantai 21 dan membentur ke dinding
dengan kekuatan yang meremukkan. Dengan refleks, ia menarik simpul ganda itu,
terjungkal di atas beton, dan menggelinding.
"Sialanr seru seseorang. "Kaulihat keparat itu?"
Seseorang lagi berteriak, "Turun! Turun ke sana! Jangan biarkan bangsat itu
lolos!" Dave mencabut pistol dari balik kemeja. Kakinya mati rasa dan gemetar. Ia
memaksakan diri untuk berdiri tegak. Ia menyeringai, memperlihatkan gigi, dan
menghamburkan dua puluh butir peluru ke atas.
Apakah kita mulai bersenang-senang"
Saat untuk bergerak lebih lanjut. Peluru-peluru lunak berdenting dan terpantul
pada tangga-tangga di atasnya. Dengan tenang, Dave mengkritik bidikan
pengejarnya. Ia tadi terlihat jelas. Seandainya mereka
174 penembak yang lebih jitu, mereka tentu sudah mengenainya. Ia menduga sedikit
atraksi bungee stunt buatan sendiri tadi telah mengejutkan mereka.
Bisakah kita keluar dari sini sekarang"
David Elliot berlari. Ia berlari vertikal seperti yang dilakukannya seharian
ini, dan dengan demikian tak setapak pun maju lebih dekat pada kebebasan. Tapi
bagaimanapun tidak pula selangkah lebih dekat pada penangkapan.
Di lantai 19, ia melompati kawat sandungan. Di lantai 17, ia mendengar
seseorang mungkin dua orang mendatangi jebakan. Sambil tersenyum tipis ? ?mendengar pekik mereka, ia mengosongkan dua ember sabun cair yang licin pada
anak tangga. Pengejar-pengejarnya mengumpat ketika mereka sampai ke tangga itu. Atau lebih
tepatnya, beberapa di antara mereka mengumpat. Yang lain menjerit dan
merintih mereka yang mengalami patah tulang. Dave mendengar jerit kesakitan
?mereka dan menahan tawa.
Sekarang di lantai 15 ia mendengar desis caci maki bercampur kelegaan dari
mereka yang, tinggi di atas sana, kehilangan sepatu dalam cengkeraman lem karet
yang lengket dan mengering dengan cepat. Caci makinya terungkap dari lubuk hati,
Dave tahu, dan lebih bisa dipahami karena kejujurannya.
Sebaliknya, orang yang berada dekat oven microwave pada saat yang salah tidak
mengumpat. Ia hanya merengek. Dave merasa orang itu kedengarannya terkejut.
Mungkin butuh dokter, segera. Sayang. Di samping itu, ia akan hidup. Bukan
urusan besar, hanya oven microwave kecil, model countertop yang dicuri dari
ruang istirahat karyawan. Dave memasuk-175kan sepasang botol diet cola isi dua
liter ke dalamnya, dan menancapkan mesin itu ke soket listrik darurat. Ketika
berlari melewatinya, ia menekan tombol on. Empat puluh tujuh detik kemudian
ledakan cola panas dan serpihan pintu oven menghadang pengejarnya yang lain.
Dave mendengar semua itu semua kegusaran mereka yang terluka, segala makian
?jorok, semua teriakan minta tolong mereka sementara ia berlari, dan ia tertawa.
?Lantai 13 (lantai 14 menurut logika manajer gedung itu), Dave ingat merupakan
tempat ia menaruh sebotol larutan pembersih. Dengan banyak pertimbangan, ia
menempelkan sebungkus korek api ke dalamnya.
Karena orang-orang yang mengejarnya sudah dengan hati-hati memperlambat
langkah tak ada alasan untuk itu, gumpalan-gumpalan kertas fotokopi yang
?tampaknya tidak membahayakan itu lebih daripada yang diperkirakan Dave punya
?banyak waktu untuk mengosongkan botol, menyalakan sebatang korek, dan sambil
turun ke lantai 12 menjentikkannya ke dalam genangan larutan pembersih. Ketika
meledak menyala, ia tidak dapat lagi menahan diri.
Yang terakhir didengar pengejarnya adalah tawanya, tawa dalam dari perut,
gembira, gelak senang tak terhingga, bergema di ruang tangga itu. Mereka
berhenti, saling pandang dengan tatapan bertanya, dan menggeleng.
Dua keping kuningan itu berdering merdu ketika jatuh terpantul di atas meja
Kolonel John James Kreuter. Sang kolonel memungutnya, memegangnya
176 di bawah cahaya, dan memicingkan mata. Ia memutar lidahnya di dalam mulut,
menggaruk pelipis, dan mengernyit. "Baiklah, Letnan, kau mau berdiri di sana
seharian seperti kau baru saja menelan burung kenari atau kau akan menceritakan
apa maksud semua ini."
'Tanda pangkat, Sir. Itu tanda pangkat perwira Rusia." Dave tidak dapat menahan
nada puas diri dalam suaranya. Ia bahkan tidak mencoba menyembunyikannya.
Kreuter menggosokkan tangan pada pipinya. Ia mengangkat muka memandang Dave, dan
kembali memandang dua emblem kuningan itu. "Kemungkinan besar perwira lapangan.
Mayor, mungkin." "Ya, Sir. Begitulah tepatnya." Dave meletakkan sehelai kertas terlipat di atas
meja kerja sang kolonel Kreuter memandangnya seperti melihat tikus mati. "Dan
apa ini, daftar hadiah Natal untuk Sinterklas?"
"Bukan, Sir. Ini nama kapten ARVN, salah satu sekutu kita yang setia. Mayor itu
memberikannya pada saya tak lama sebelum kematiannya." Ia menggigit lidah. Ia
harus melakukannya. Seandainya tidak, ia tentu akan tertawa.
Kreuter membuka lipatan kertas itu dan mengangguk. Ia mengetuk sebatang rokok
Camel tanpa filter dari bungkusnya, menggoreskan jempol ke batang korek api,
mengernyit sambil menyedot. "Dan bagaimana kau, Letnan Elliot, bisa
menyelesaikan tugas luar biasa ini?"
Dave memperlihatkan giginya. "Well, Sir..." Ia merasakan kegelian menggelegak dari
perutnya, "...saya pikir..." Wajahnya merah padam akibat usaha
177mengendalikan diri. "...hidup..." Ia tidak bisa menahannya lagi. "...jauh lebih
menyenangkan..." Tidak ada harapan lagi. "...daripada mati!" Tawa itu meledak.
Mamba Jack menyentakkan kepala ke belakang dan tertawa bersamanya. "Wah, wah,
wah, Letnan, kau memang hebat. Itulah yang bisa kukatakan padamu. Cuma wah, wah,
wah, mungkin kau dan aku bisa memulai persahabatan yang baik."
3. Pukul 19.03. David Elliot melangkah keluar dari lift dan menapaki lantai 45.
Sudah saatnya kau kembali ke tempat kejadian perkara. Bila benar ada jawaban, di
tempat inilah kau akan menemukannya.
Suite eksekutif Senterex terkunci. Resepsionisnya sudah lama pulang, dan semua
sekretaris tentu sudah berlalu sebelum pukul 18.00. Mungkin masih ada satu-dua
eksekutif yang kecanduan kerja tinggal di sana sampai sepetang itu. Biasanya
ada. Dave berharap bisa menghindari mereka, tetapi bila tidak, ia sudah cukup
siap menanganinya. Ia memasukkan kunci kantornya ke lubang, memutarnya, dan mendorong pintu.
Sekarang bukankah kau senang Bernie tidak memasang alat canggih dengan kartu
elektronis di lantai ini" Peralatan keparat itu secara otomatis mencatat nomor
identitas siapa saja yang masuk dan siapa saja yang keluar.
Ia berjalan cepat melintasi ruang penerimaan tamu,
178 belok kiri ke dalam koridor yang menuju ke kantor Bernie Levy. Kemudian,
terdorong impuls, ia berhenti, memutar badan, dan berlari ke timur tempat ia,
dua belas jam lalu, meringkuk ketakutan dihujani peluru Ransome dan Carlucci.
Perbaikan itu tanpa cacat. Lubang-lubang bekas peluru sudah ditambal, bagian-
bagian yang tercungkil sudah dilapisi wallpaper; tak ada goresan, lekukan, atau
guratan sedikit pun. Tak ada bukti. Seandainya kau mencoba menunjukkan pada orang lain bukti mengenai
apa yang terjadi pagi ini, mereka hanya akan memandangmu dan dengan sedih
menggeleng. Dave yang malang, kata mereka, semua itu ada dalam pikirannya.
Ia melihat ke karpet, tempat darah Carlucci tercecer. Tak ada setitik pun noda
yang tersisa, tak ada bukti, tak ada jejak bahwa di sini, di tempat ini, seorang
laki-laki telah mengucurkan darah hingga tewas. Karpet itu sudah diganti dengan
karpet yang berwarna sama, berserabut sama, dan bahkan seolah sudah pernah
dipakai seperti setiap inci karpet lain di koridor itu.
Kerja profesional yang bagus. Tapi apakah kau mengharapkan kurang dari John
Ransome dan kawan-kawan"
Ia berbahk kembali menuju ke kantor Bernie dan, ketika memasuki ruang penerimaan
tamu, ia hampir bertabrakan dengan tubuh Dr. Frederick L.M. Sandberg, Jr. dengan
pakaiannya yang gemilang.
Sandberg mundur selangkah, menengok ke belakang dari atas pundaknya, dan


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menenangkan diri. Dengan sopan santun gaya ningrat ia berkata, "Selamat sore,
David." 179"Hai, Dok." Fred Sandberg anggota tertua Dewan Direktur Senterex. Sudah
beberapa tahun lalu ia pensiun dari kedudukannya sebagai dekan fakultas
kedokteran di Yale, tetapi tetap aktif dalam praktek. Kliennya terbatas pada
eksekutif-eksekutif senior, dan selain mahal ia memang pintar. Bahkan begitu
pintarnya sehingga ia bertindak sebagai dokter pribadi Bernie, Dave, dan
kebanyakan kader eksekutif Senterex.
"Dan bagaimana keadaanmu petang ini, David?" Nada suara Sandberg lembut, halus,
dengan keanggunan yang tak dapat ditiru.
"Pernah lebih baik dari sekarang."
Sandberg tersenyum lembut. "Begitulah yang kudengar."
Dave meringis. "Kau dan semua yang lain, kukira."
"Begitulah. Sore ini Bernie mengadakan rapat Dewan Direksi. Perlu kukatakan,
kaulah satu-satunya pokok bahasan dalam agenda rapat tersebut." Si dokter
membelai pipinya yang tercukur halus, seolah siap bicara lebih jauh. Dave bicara
lebih dulu. "Dok, kau kenal aku, kan" Sedikitnya sudah lima tahun kau memeriksaku. Kau kenal
aku luar-dalam sampai 12,5 senti di ujung usus besar."
Sandberg menatap dari atas kacamatanya yang berbingkai emas. "Benar."
"Jadi kau tahu aku tak sinting."
Sandberg melontarkan senyum yang luar biasa profesional. "Tentu saja aku tahu.
Dan, David, harus kutegaskan, baik aku maupun yang lain tak pernah mengira kau
sebenarnya..." ia mengernyitkan hidungnya yang aristokratis, siap mengucapkan ?istilah yang kurang pantas dari segi medis "...sinting."
?180 "Ceritanya adalah kilas balik akibat pemakaian obat. Benar, kan?"
"Itu lebih dari cerita, David. Aku sudah melihat bukti. Agen Ransome..."
"Agen" Begitukah yang dikatakannya mengenai dirinya?" Mark juga memakai kata
itu. "Bukan sekadar apa yang dikatakannya. Tapi memang begitulah dia, agen federal..."
"Dia bohong. Dia pembunuh bayaran."
Ekspresi pada wajah Sandberg menunjukkan simpati dan kasihan. Di bawah jaket
sport cokelat kekuningan, ia memakai waistcoat kuning kenari. Bukan rompi
melainkan waistcoat. Hanya laki-laki dengan gaya dan penampilan seperti dia bisa
memakai barang aneh seperti itu. Sandberg mengorek-ngorek salah satu sakunya.
"Hati-hati, Dok. Mereka tentunya memperingatkanmu bahwa aku berbahaya."
"Memang benar." Ia mengeluarkan secarik barang empat persegi panjang putih dari
waistcoat. "Ah, ini dia. Kartu nama Agen Ransome. Coba lihat."
David mencabut kartu itu dari jari Sandberg.
John R Ransome SPECIAL INVESTIGATIONS OFFICER Bureau of Veterans Affairs
Di situ tercantum nomor telepon, alamat di Washington, dan logo resmi dengan
huruf timbul. 181Dave mengerutkan bibir. "Barang cetakan yang bagus. Tapi mencetak memang
murah." "Itu bukan pemalsuan, David." Suara Sandberg rendah, dan sedikit sedih.
"Pagi tadi ketika aku menggeledah saku bajingan itu, ia membawa kartu nama lain.
Specialist Consulting Group. Katanya dia..."
"David, percayalah, aku sudah memeriksa surat mandat Agen Ransome dengan cukup
teliti. Kau tahu, tak ada orang yang mencapai umur dan posisi seperti aku tanpa
membangun kalangan sahabat sendiri. Jadi, aku melakukan penyelidikan diam-diam
di antara teman-teman lama. Mereka meyakinkanku bahwa dia seperti yang
disebutkannya." Dave menggeleng. "Orang ini profesional, Fred. Dia mengecohmu dan teman-temanmu.
Itulah yang dilakukan para profesional."
"Baiklah, David, kalau itu yang kauhilang. Tapi coba katakan padaku, kalau bukan
pegawai pemerintah, siapa dia?"
"Coba aku tahu. Yang kuketahui hanyalah sejalc sarapan tadi, dia dan
gerombolannya mencoba membunuhku."
Paras Sandberg menunjukkan pandangan tertarik yang profesional. Itu lebih-kurang
merupakan ekspresi yang mengatakan, Ya, Mr. Elliot, dan apa yang dilakukan
makhluk-makhluk angkasa luar itu sesudah menculikmu ke Planet X" Akibatnya David
tergagap-gagap. "Dok... Fred, jangan pandang aku seperti itu. Kau harus mendengar
cerita dari pihakku."
"Tentu, David. Dengan senang hati. Tapi aku khawatir aku sudah bisa membayangkan
isi ceritamu. 182 Singkatnya, ceritamu tentang orang-orang tanpa nama dari organisasi tanpa wajah
ingin membunuhmu karena alasan-alasan yang tak dapat kaupahami. Kau tak
melakukan apa-apa. Kau tak bersalah dan tak terlibat. Tapi Mereka Mereka dengan?'M' besar ingin kau mati. Apakah itu menggambarkan isi ceritamu, David" Itukah
?cerita yang ingin kausampaikan?"
Perut David serasa luruh. Ia menggosok bibir dan memandang sepatunya. Sandberg
meneruskan, "David, tolonglah aku. Pikirkan cerita yang ingin kausampaikan
padaku. Pertimbangkan kredibilitasnya. Kemudian katakan padaku bila kau merasa
itu tak mencurigakan. Katakan padaku itu bukan... ah... gejala krisis mental
tertentu." Dave mengerutkan dahi, menggeleng. "Sekarang giliranmu untuk berbaik hati
membantui. Pikirkanlah ceritaku. Pikirkanlah apa yang akan terjadi bila itu
benar. Pikirkanlah kebohongan macam apa yang akan mereka ceritakan bila mereka
ingin mempengaruhi semua orang bahwa aku sudah sinting."
Sandberg berbicara seolah sedang menegur bocah yang keras kepala. "Masalahnya
bukan cerita, David, masalahnya catatan. Mereka sudah memperlihatkan dokumen-
dokumennya padaku. Semua dokumen. Seperti kauketahui, aku duduk sebagai anggota
Direksi dua kontraktor hankam dan aku punya hak untuk melihat dokumen-dokumen
yang cukup rahasia. Jadi, orang-orang yang sedang berusaha... hmm... menahanmu,
cukup mudah dibujuk untuk memperlihatkan berkas-berkas mereka padaku. Harus
kukatakan, potret yang mereka lukis tidak indah. Sudah tentu tak ada kesalahan
yang ditimpakan padamu. Kau hanyalah
183korban yang tak berdosa. Rasanya memang mengerikan. Aku khawatir itu bukan
saat-saat terindah dalam sejarah negara kita, dan apa yang mereka lakukan
terhadapmu kau dan rekan-rekanmu sama sekali tak bisa dibenarkan."
? ?Dave berbicara dari sela-sela gigi. "Mereka tak melakukan apa pun terhadapku.
Mereka tak melakukan apa pun terhadap kami. Apa pun yang kami lakukan, kami
lakukan untuk diri sendiri. Dengar, Dok... Fred, berkas-berkas yang mereka
perlihatkan padamu itu palsu. Itu bohong, menipu sempurna, lengkap, simetris,
?kolosal. " " "Masih mengutip Mark Twain, kan, David?"
"Aku takkan melakukannya kalau aku gila."
"Mungkin saja. David, kami sudah bicara tentang sesuatu yang relevan dengan
situasimu sebelum ini. Aku ingat reaksimu atas keprihatinanku, dan karena alasan
itulah aku ragu-ragu mengungkitnya."
"Apa?" David menahan omongannya. "Teruskan, Dok. Katakan saja."
"Apakah kau masih... sort, David, aku benar-benar tak suka mengajukan pertanyaan
ini... apakah kau masih mendengar suara-suara itu?"
"Aduh, Dok! Itu... itu bukan apa-apa. Itu cuma cara untuk... Seperti sudah kukatakan
padamu, itu bukan benar-benar suara, tagi kurang-lebih hanya aku bicara pada
diri sendiri." Sandberg mengulangi perlahan-lahan, "Bicara. Pada. Diri. Sendiri." Ia
mengangguk. Anggukan itu mengatakan segalanya.
"Sialan, aku..."
"Kau ingat ketika kau pertama kali bicara denganku
184 mengenai kita sebut saja idiosyncrasy ini, kukatakan tak ada jeleknya kalau
? ?kau menemui kolegaku, seorang spesialis."
"Dok, kukatakan waktu itu dan akan kukatakan sekarang juga, aku tak perlu
menemui psikater. Aku sewaras kau."
Sandberg menggeleng. "David, David, biar kuulangi, dan penting sekali bagimu
memahami ini tak seorang pun mengatakan kau gila. Kukatakan dengan pasti, kau ?tidak gila, bukan dalam arti biasanya. Apa yang terjadi, dan aku sudah
menyaksikan bukti tak terbantah yang menegaskannya, kau dan banyak orang lain
dalam unitmu di AD diberi zat psikotropik eksperimental. Kemudian timbul
kerumitan yang tak terduga sebelumnya. Aku diberitahu komandan kalian sendiri..."
dinding. "Oh, astaga! Itukah yang mereka katakan" Bahwa segala yang terjadi
karena kami semua terpengaruh obat" Ya Tuhan!"
"David, tenanglah." Sandberg kembali meraih ke dalam saku waistcoat. Dave
mengangkat pistolnya. Sandberg mengeluarkan permen pengharum napas. "Sudahlah,
David, kau tak perlu menodongkan barang itu padaku." Ia mengambil sebutir permen
dari bungkus, memasukkannya ke mulut, dan mengangsurkan bungkusan itu kepada
Dave. Dave menggeleng. Si dokter meneruskan, "David, aku tak menyangsikan bahwa
kau percaya orang-orang mencoba membunuhmu. Tapi kau harus menyadari bahwa semua
bukti..." "Bagaimana dengan ini?" Dave mengacungkan pistolnya.
"Mereka sudah memeperingatkanku tentang itu. Kau merampasnya dari polisi."
185"Dok, ini bukan pistol polisi. Lihatlah. Ini..." "Aku tak tahu apa-apa tentang
senjata kecuali fakta bahwa aku membencinya." Dave menggeram kesal.
Sandberg menurunkan suaranya, mengambil nada yang lebih akrab. "Ada satu hal
lagi, David. Helen meneleponku."
"Oh, persetan."
"Sewajarnyalah dia prihatin terhadap dirimu, terhadap pengaruh obat
eksperimental seperti yang diberikan padamu. Dan karena dia merasa selama jangka
waktu tertentu perkawinan kalian tidak..."
"Hentikan itu, Dok. Aku mungkin perlu bicara dengan penasihat perkawinan, tapi
sekarang itu bukan dalam prioritasku."
"Aku bisa menyanggah bahwa laki-laki yang tak mengutamakan perasaan-perasaannya
terhadap istri sendiri membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekadar nasihat
perkawinan." Sandberg memasukkan kembali permennya ke saku.
Dave mengembuskan desah panjang. "Brengsek, Dok, aku..." Suaranya mengeras ketika
ia melihat apa yang dilakukan si dokter. "Keluarkan tanganmu dari saku rompi
itu, Dok." "Waistcoat." "Benar. Ada apa di dalam sana" Apa lagi yang kausimpan di situ selain sebungkus
permen Ceris?" Dr. Sandberg tersenyum sedih. "Semprotan kecil Mace. Mereka memberikannya pada
kami semua. Maksudnya, David, cuma sekadar membuatmu tak berdaya. Aku janji
hanya itulah maksudnya."
"Dok, kau dan aku kita bersahabat, kan?"
?186 "Aku sungguh berharap demikian."
"Bagus, sebab apa yang akan kulakukan terhadapmu didasari atas persahabatan*
Sandberg mencoba mundur. Ia tidak bisa melakukannya. Tanpa disadarinya, Dave
sudah mendesaknya hingga punggungnya menempel ke dinding.
4. Tata ruang kantor direktur mengungkapkan lebih banyak mengenai perusahaan itu
daripada laporan tahunannya. Sebagai contoh, seperti diketahui oleh semua analis
pasar saham, bijaksanalah kiranya mewaspadai perusahaan yang presiden
direkturnya menghias kantor pribadinya dengan model-model pesawat jet terutama ?pesawat Gulfstream, Learjet, dan pesawat pribadi lain berharga tinggi. Tak pelak
lagi kehadiran model miniatur semacam itu berarti bahwa perusahaan itu memiliki
armada jet yang sangat mahal, kemewahan yang dibeli atas beban pemegang saham
sebab sang bos percaya bahwa tidaklah sesuai dengan martabatnya bila bepergian
dengan menumpang United, American, atau Delta, seperti orang biasa.
Dengan pertimbangan sama, investor yang berpengalaman boleh mencurigai pimpinan
perusahaan yang memberikan kontrak dekorasi ruangan-ruangannya kepada
"perusahaan arsitek interior" yang dikelola oleh istrinya (istri kedua, yang
lebih muda, yang berambut pirang). Hasilnya biasanya antara lain berupa kain-
kain pelapis mewah tapi dengan perabot yang secara geometris ganjil, hiasan-
hiasan keramik dengan warna-warna primer oleh seniman rakyat
187pemilik Mercedes, dan litograf seperti gaya lukisan Jim Dine, Frank Stella,
Sean Scully, atau Bruce Nauman, tapi harganya lebih mahal daripada karya ash
para empu modern itu. Di ujung seberang spektrum itu lebih jarang ditemukan di New York City daripada
?di lingkungan high tech Silicon Valley California dan Route 128
Massachusetts adalah para direktur yang kantornya memamerkan sikap egaliter:
?meja kerja logam, kursi berlapis vinil, lantai tanpa karpet, tak ada hiasan apa
pun pada dinding kecuali whiteboard, dan mungkin beberapa diagram. Orang-orang
dalam tahu bahwa bijaksana juga mewaspadai direktur macam ini. Pada hakikatnya,
presiden direktur suatu perusahaan merupakan kekuasaan pengambil keputusan utama
dari perusahaan tersebut. Namun sejumlah CEO atau presdir merasa bahwa tanggung
jawab seperti itu meresahkan. Untuk menghindarinya, mereka mengelilingi diri
dengan hiasan-hiasan bergaya rakyat jelata, bersembunyi di balik kedok pimpinan
perusahaan yang demokratis. Tata ruang sederhana adalah tanda pertama dan paling
nyata dari eksekutif yang terlalu takut mengambil keputusan.
Kantor Bernie tidak memperlihatkan apa pun seperti itu. Seperti orang yang
menempatinya, kantor itu teduh dan mewakili nilai-nilai tradisional. Hanya
sedikit lebih besar daripada kantor eksekutif lain di Senterex, ruang kerja
Bernie menempati sudut timur laut lantai 45. Jendela-jendelanya terbuka
menghadap panorama yang mencakup Central Park di utara (pada siang hari yang
cerah ia bisa melihat ke seberang Hudson hingga Westchester County dan lebih
jauh 188 lagi), dan gedung PBB di timur, East River, Queens, Long Island, dan kemilau
Samudra Atlantik di kejauhan. Meja kerja Bernie terbuat dari kayu mahoni
berwarna gelap yang diukir gaya klasik dengan penuh curahan hati; kursi
bersandaran tinggi dengan jok Jculit itu dibeli dari tukang-tukang yang membuat
perabotan Mahkamah Agung Amerika Serikat; sofa-sofanya berasal dari satu sumber,
empuk dan nyaman. Hanya ada sedikit barang-barang kecil, suvenir, ini-itu: satu
set pen Mont Blanc pada tempat dari batu granit, sipoa antik hadiah dari mitra
joint venture-nya di Cina, foto istri dan anak-anaknya yang berbingkai perak,
serta penindih kertas dari kristal yang dipotong berbentuk heksahedron sebagai
kenangan atas salah satu kegiatan amalnya, dan sebutir peluru besar ukuran
14,5^milimeter untuk senapan antitank PTRD Soviet yang jelek. Peluru dengan
panjang 17,5 senti dan garis tengah 2,5 senti itu dipahat dengan nama Bernie dan
pesan, "Kompi B, Batalion Ke-3: Inchon ke Sasaran dan kembali, 1950 1952. ?Semper Fidelis."
Untuk seni Bernie menggantung beberapa lukisan karya keluarga Wyeth N.C. sampai
?Andrew dan semuanya dibayar dari saku Bernie sendiri, bukan dari kantong
?Senterex. Dave menduga kehadiran karya seni itu karena selera Bernie yang luas
serta fakta bahwa salah satu anggota Direksi Senterex, Scott Thatcher, adalah
kolektor seni dengan reputasi besar dan sangat gemar dengan Brandywine school.
Dekor kantor Bernie hanya memperlihatkan dua keeksentrikan: buku-buku dan mesin
kopinya. Buku-buku itu sudah berusia satu dekade dan merupakan
189setengah dari kumpulan aliran yang dianggap Dave sebagai "penyembuhan
kepercayaan eksekutif segala jenis mulai dari In Search of Excellence sampai
?Reengineering the Corporation. Presiden direktur Senterex tidak bisa melewatkan
satu buku yang menjanjikan akan mengungkapkan rahasia-rahasia untuk meningkatkan
efektivitas manajerial. Ia membeli semuanya, membaca semuanya, percaya pada
semuanya setidaknya sampai muncul-yang baru.
?Dengan satu jari Dave menyusuri kulit sampul buku-buku itu dan tersenyum
mengingat kenangan yang ditimbulkannya.
Kemudian ada mesin kopi Bernie. Itu pun membuat Dave tersenyum. Suatu saat,
mungkin karena pengaruh salah satu guru motivasi yang berpangkalan di
California, Bernie memutuskan bahwa sekretaris eksekutif Senterex tidak
seharusnya ditugaskan membuat kopi. Tamu-tamu ke suite eksekutif itu tidak lagi
disapa dengan sopan oleh sekretaris anggun yang menawari kopi, teh, atau
cokelat. Melainkan menjadi tanggung jawab masing-masing eksekutif untuk memiliki
mesin kopi, teh celup, dan termos cokelat panas sendiri.
Tak seorang pun bisa memahami mengapa Bernie menganggap penting bahwa para
eksekutif berbayaran enam angka harus menghamburkan waktu untuk merepotkan diri
dengan poci, penyaring, dan gilingan, tetapi ia tetap bergeming. Dapur kecil di
lantai 45 diubah menjadi ruang fotokopi, dan seluruh kantor eksekutif diberi
mesin kopi Toshiba. Hasilnya adalah bencana: noda pada karpet, bubuk kopi bertaburan pada dokumen-
dokumen penting, dan lemari-lemari arsip yang mahal kehilangan pelitur -
190 nya belum lagi tamu-tamu yang jengah, tercekik minuman yang disajikan kepada
?mereka, diam-diam mengeringkan cangkir mereka ke pot tanaman.
Sesudah sebulan bencana yang makin menghebat, staf sekretaris berontak. Mereka
mulai datang lebih pagi, menyelinap ke dalam kantor bos mereka, dan membuat kopi
sendiri. Tak lama kemudian perdamaian pulih di lantai 45, dan semua orang, mulai
dari Bernie ke bawah, tampaknya mendapatkan yang mereka inginkan.
Bernie, yang pelupa dalam urusan-urusan seperti itu dan lebih tergantung pada
sekretarisnya daripada yang mau diakuinya, rupanya kembali meninggalkan mesin
pembuat kopinya menyala. Dave menekan tombol off. "Terima kasih, Bernie,"


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gumamnya. Poci itu separo penuh dengan campuran pribadi Bernie, sumber kecemburuan semua
orang di lantai itu. Dave menuang secangkir, meneguk, dan tersenyum. Bernie
bersikeras bahwa San Francisco satu-satunya kota besar di Amerika tempat semua
kantor membanggakan diri karena menawarkan kopi dengan rasa paling sedap kepada
para tamu. Karena itu, ia memesan campuran kopi istimewa arabika, Kona, dan
?sesuatu lainnya untuk diterbangkkan dari San Francisco ke Senterex tiap bulan.
? Tetapi ia tak mau mengungkapkan nama pemasok tempat ia membelinya, atau
menyediakan biji kopi itu untuk eksekutif Senterex yang lain. "Aku ingin,"
Bernie tersenyum dibuat-buat, "orang ingat bahwa kopi tersedap di New York
disajikan oleh Bernie Levy. Dengan demikian, mungkin mereka akan kembali untuk
minum kopi lagi dan kita 191bisa berbisnis. Kalau kaii mau berbuat sama, pergilah cari kopimu sendiri."
Bernie. Dia punya sudut pemikiran sendiri pada segala hal. Deal maker terbesar.
Dave menikmati kopi itu. Benar-benar sempurna. Dalam hati ia bertanya-tanya
apakah ia bisa menemukan nama pemasoknya dalam berkas-berkas Bernie.
Penentuan prioritasmu keliru, Sobat. Kalau mau memeriksa berkas-berkas Bernie,
kau seharusnya mencari sesuatu yang lain.
Dave meletakkan cangkir kopinya dengan hati-hati di atas alas kuningan. Ia
memutar kursi sehingga menghadap lemari arsip Bernie, dan mengungkitnya hingga
terbuka. Laci paling atas berisi berkas-berkas pribadi dan rahasia dari pimpinan
Senterex dua deret map Pen-daflex Esselte kuning kehijauan, masing-masing ?mencantumkan label yang mengidentifikasi isinya. Label kuning untuk notulen
rapat Direksi. Label hijau menandai lembaga-lembaga amal yang terdekat di hati
Bernie: Bala Keselamatan, Children's Hospital, United Jewish Appeal, Lighthouse
for the Blind, ASPCA. Label putih pada delapan map mencantumkan nama masing-
masing divisi operasi Senterex. Satu label biru bertuliskan "Lockyear
Laboratories". Label oranye untuk rencana dan prakiraan bisnis. Ungu untuk
analisis penanaman modal bagi sasaran akuisisi yang potensial. Selusin map
dengan label merah mencantumkan nama masing-masing eksekutif paling senior di
Senterex. Dave mengambil map yang mencantumkan namanya.
192 Berkas itu sungguh tipis. Isinya dimulai dengan fotokopi dari surat lamaran
aslinya ke Senterex. Foto yang tertempel dengan stapler memperlihatkan laki-laki
muda penuh semangat dengan potongan rambut dua dolar. Lamaran itu diikuti dengan
sejumlah memo untuk dan dari Bagian Personalia sebelum namanya diganti dengan
"Sumber Daya Manusia". Isinya berkaitan dengan promosi, kenaikan gaji, dan
pergantian tugas. Ada beberapa formulir asuransi, satu-dua penilaian dari orang-
orang yang pernah membimbingnya waktu permulaan ia bekerja di Senterex, serta
kopi dari berbagai perjanjian dan komitmen yang ditandatanganinya saat ia
menaiki tangga jabatan di perusahaan itu. Hampir di akhir berkas itu ia
menemukan sejumlah korespondensi antara pengacara Senterex dan Komisi Saham dan
Surat Berharga. Segera setelah Dave diangkat menjadi eksekutif dalam perusahaan,
transaksi saham apa pun yang dilakukannya akan bersangkutan dengan lembaga itu.
Helaian kertas terakhir dalam map itu adalah sepucuk surat dengan kop FBI.
Perut Dave berjungkir balik.
"Mr. Levy yang terhormat," demikian bunyinya. "Mengenai Mr. David P. Elliot,
orang yang sudah Anda kenal dan bekerja pada perusahaan Anda, dengan surat ini
kami memberitahukan bahwa kami ditugaskan untuk melakukan penyelidikan latar
belakang terhadap orang tersebut di atas, penyelidikan tersebut dianggap perlu
dan memadai menurut peraturan-peraturan dalam Undang-Undang Kontraktor dan
Pemasok Hankam tahun 1953, seperti pada amandemen, dan menyinggung pemberian
security clearance 1$bagi para eksekutif dan direktur yang terlibat dalam operasi bisnis rahasia,
terbatas, tertutup, dan/atau masalah keamanan lainnya. Pemohon pemeriksaan
tersebut memerintahkan yang bertanda tangan di bawah ini untuk mengadakan
koordinasi dengan Anda membahas perinciannya secepat mungkin. Terima kasih atas
kerja sama Anda dalam hal ini." Uh-oh.
Undang-Undang Kontraktor dan Pemasok Hankam" Tapi Senterex tidak pernah bekerja
untuk Hankam. Bahkan, sebenarnya ia sama sekali tidak pernah mengerjakan proyek
pemerintah. Atau mungkinkah"
Dave membaca surat itu dua kali. Tidak banyak isinya.
Bagaimana dengan tanggalnya"
Tiga hari yang lalu. Surat itu bertanggal tiga hari yang lalu. Nah, apa arti
semua itu" Dan mengapa mengapa, mengapa, mengapa sesudah bertahun-tahun ini ? ?ada orang mencoba memperbarui security clearance yang sudah dibatalkan pada hari
ia dibebastugaskan dari Angkatan Bersenjata"
Lebih parah lagi... Lebih parah lagi, kecuali surat itu palsu, Dave adalah sasaran pemeriksaan
pemerintah federal. Dan Ransome memberitahu semua orang bahwa ia agen pemerintah
federal. Seandainya saja Dr. Sandberg benar: Ransome benar-benar agen FBI!
Tidak masuk akal. Pemerintah tidak memberikan kontrak untuk membunuh warga sipil
yang tak berdosa. Pemerintah tidak akan mengirim kelompok pembunuh
194 bayaran yang hebat untuk menghabisi businessman berusia 47 tahun. Itu cerita
untuk film, fiksi murahan, teori konspirasi. Oliver Stone, Geraldo Rivera, Rush
Limbaugh. Sudah pernah ada dugaan tanpa bukti Lee Harvey Oswald, Jack Ruby, Bill Casey,
?Martha Mitchell... Hanya orang-orang sinting yang mengemukakan pernyataan seperti itu, bahkan
seandainya dugaan tentang teori konspirasi itu benar, orang-orang yang tewas itu
dibunuh karena suatu alasan. Mereka tahu sesuatu. Mereka terlibat dalam sesuatu.
Mereka memiliki rahasia. Apa yang telah kausaksikan, apa yang telah kaudengar, apa yang kauketahui"
Tidak ada apa-apa. Dave tidak punya rahasia tidak tahu rahasia negara. Tidak
?ada... Mahkamah Militer itu rahasia. Mereka merahasiakan catatannya. Mereka mendesakmu
menandatangani janji untuk tidak pernah mengungkapkan apa yang terjadi.
Tidak, tidak, tidak. Itu sudah terlalu lama. Di samping itu, Dave bukanlah satu-
satunya yang tahu. Masih ada beberapa saksi lain. Dan semua orang, semua orang,
yang terlibat dalam sidang-sidang itu tahu anggota dewan, jaksa penuntut,
?pembela, notulis. Rasanya gila sekadar memikirkan bahwa...
Gila. Sekali lagi ia melihat surat FBI itu. Apakah ini asli" Apakah palsu" Apakah ada
cara untuk mencari tahu mengapa surat ini dikirimkan"
Ia mengangkat telepon Bernie dan menekan nomor yang tercetak di bawah nama orang
yang menanda - 195tangani surat tersebut. Telepon itu dijawab pada deringan pertama. "Anda
telah menelepon Federal Bureau of Investigation. New York City. Jam kantor kami
pukul 08.30 pagi sampai 17.30. Bila Anda tahu nomor pesawat orang yang hendak
Anda hubungi, harap tekan nomor itu sekarang. Bila tidak, harap tekan tombol
bintang sekarang." Dave tidak menyukai sistem telepon robot terkutuk ini. Ia menekan tombol
bintang. "Bila Anda hendak meninggalkan pesan untuk operator, harap tekan tombol
pagar. Bila Anda hendak mengakses sistem voice mail, harap tekan tombol '0'
sekarang." Ia menekan "0".
"Harap masukkan nama terakhir orang yang voice mail box-nya hendak Anda hubungi,
pakailah tombol pada telepon Anda. Pakailah '0' sebagai ganti huruf 'Q'."
Dave melihat tanda tangan pada surat itu. Ia memasukkan nama tersebut.
'Tidak ada orang dengan nama yang baru saja Anda masukkan yang bisa dihubungi
melalui sistem voice mail ini. Bila Anda salah memasukkan nama tersebut atau
hendak mengulang lagi, harap tekan tombol bintang sekarang."
Ia menutup telepon. Mungkin orang yang mengirim surat ini tidak bekerja untuk FBI. Mungkin ada di
sana, tapi namanya tidak dimasukkan ke database sistem telepon terkutuk itu.
Mungkin, mungkin, mungkin. Dave tidak tahu. Ia tidak punya jawaban. Tak ada
jawaban di mana pun. Ataukah ada" Ia perlu berpikir. Ada sesuatu yang ia lupakan
196 atau ia singkirkan dari pikirannya. Itulah kunci dari apa yang tengah terjadi.
Tapi mula-mula... Ia mempelajari berkas-berkas dalam lemari arsip Bernie. Personalia, Amal,
Prakiraan, Rapat Direksi, Kandidat Akuisisi, Operasi Divisi. Salah satu di
antara mereka mungkin menyimpan petunjuk. Ia meraih yang pertama dalam laci itu.
Saat ia melakukannya, Bernie kembali ke dalam ruangan.
Bernie tidak masuk dari ruang sekretarisnya, tetapi dari pintu di barat. Pintu
itu menghubungkan kantornya dengan ruang rapat direksi Senterex. Sambil berjalan
mundur, ia berbicara dengan seseorang yang masih berada di ruang rapat. "...
Bukankah kau mengetahuinya?"
Dave terlonjak, menahan napas, yakin jantungnya telah berhenti.
Bernie meneruskan, "Tunggu sebentar. Itu milikmu, kan, berkas surat di sana
itu?" Ia melangkah kembali ke dalam ruang rapat.
Dave melesat dari kursi Bernie, tergopoh-gopoh ke dalam lemari. Lemari itu
seperti yang ada di kantornya sendiri, model walk in yang luas. Bernie
memakainya untuk menyimpan segala macam keperluan rapat kuda-kuda besar, ?spidol, kaset, dan setengah lusin kuda-kuda untuk dipasang pada tripod. Direktur
Senterex tidak bisa memimpin rapat kerja tanpa menulis pada papan tulis.
Dave merapat pada dinding yang jauh, menarik pintu lemari itu sampai hampir
tertutup tapi tidak benar-benar tertutup.
Bernie masuk kembali ke kantor itu. "...seperti pisau menusuk jantungku,
begitulah." 197Suara lain menjawab, "ftau tak sendirian. Aku dan Olivia juga menyukai
David." Dave kenal suara itu. Logat sengau New England yang khas itu milik Scott C.
Thatcher, salah satu anggota Dewan Direksi Senterex, direktur perusahaannya
sendiri, dan salah satu sahabat dekat Dave.
"Jadi semuanya ini akhirnya mungkin akan beres," kata Bernie. "Si Ransome ini,
dia bukan orang sembarangan."
"Emmm." Dave bisa membayangkan Thatcher. Ia tentu sedang mengelus kumisnya yang
lebat model Mark Twain atau menyisirkan jari pada rambutnya yang putih, panjang,
dan acak-acakan. "Bernard, mengenai Mr. Ransome, menurutku apakah kau tak
berharap terlalu banyak?"
Keluar. Keluar sana sekarang juga. Thatcher akan mempercayaimu. Dialah satu-
satunya di dunia ini yang akan mempercayaimu.
"Aku" Apa maksudmu?"
"Hari ini bukan pertama kalinya aku menemui orang itu. Aku tak melupakan wajah
orang. Aku sudah pernah melihatnya sebelum ini, dan aku sudah pernah melihatnya
di gedung ini." Sekarang. Lakukanlah sekarang. Thatcher akan berada di pihakmu.
"Uh..." "Menurutku sekitar empat atau lima minggu lalu, di ruang rapat. Ia baru hendak
berlalu ketika aku masuk. Bahkan aku ingat jelas aku menanyaimu tentang dia."
Keluarlah saja dari lemari, Sobat. "Hai, Scotty! Wah, senang sekali berjumpa ?denganmu!"
198 Ia tak dapat melakukannya. Itu akan menyeret Thatcher ke dalam persoalan.
Membawa hidup Thatcher ke dalam bencana seperti hidupnya sendiri sekarang.
Tolol! Thatcher CEO perusahaan komputer terbesar nomor dua di dunia. Mereka
memajang fotonya pada sampul majalah Forbes, Fortune, Business Week. Tak ada
yang akan mengusiknya. "Omong kosong. Mishegaas."
"Sama sekali tidak. Dia memandangku dengan sikap yang sombong luar biasa. Aku
berkomentar tentang hal itu padamu. Kaujawab dia eksekutif dari perusahaan yang
rencananya akan kaubeli. Menilik sikap laki-laki itu, kupikir jawabanmu itu
mustahil." Dave meletakkan tangan pada kenop pintu lemari.
Lakukan! Lakukan! "Bukan aku. Tentu orang lain yang kauingat."
"Bernard, meskipun sudah tua dan lemah dan jauh dari musim semi masa mudaku, aku
belum lagi pikun. Laki-laki itu pernah ke sini," dan kaulah tuan rumahnya."
Dave memutar pegangan pintu perlahan-lahan, mendorong pintunya dengan lembut.
"Bernie Levy tak bohong."
"Kalimat keliru. Lebih tepatnya, orang akan berkata, 'Bernard Levy jarang bohong
sebab ia tahu dirinya canggung dalam melakukannya.'"
"Scotty, sahabatku..."
Melalui celah yang makin lebar Dave melihat Bernie merentangkan tangan
mengungkapkan isyarat keterbukaan yang palsu.
"Kita sahabat, Bernard, dan sudah empat puluh
199tahun lebih kita bersahabat. Aku salah satu anggota dalam dewan direksimu,
dan kau salah satu anggota dalam dewan direksiku. Di antara kita ada
kepercayaan. Kalau benar dalam masalah David ini ada lebih banyak daripada yang
mau kauungkapkan, aku harus menghormati hal itu karena alasan-alasanmu itu ?pasti baik."
Sekarang atau tak pernah lagi, Sobat.
Dave menekankan telapak tangannya pada pintu. Radio dalam sakunya berdesis
bangun. Thatcher berkata, "Kalau perlu bantuan, kau bisa meneleponku kapan
saja." Dave mendorong. Bernie berkata, "Urusan ini lebih berat dari yang
kauketahui." Suara Ransome muncul di radio, memanggil, "Mr. Elliot" Apakah kau
copyT Thatcher berkata, "Tapi ingatlah selalu bahwa David sahabatku juga."
Ransome berkata, "Aku punya wewenang untuk menawarkan pemecahan kompromi yang
bisa diterima kedua belah pihak, Mr. Elliot." Dave menarik tangannya dari pintu.
Bernie berkata, "Dia seperti anakku sendiri." Thatcher menjawab, "Kalau begitu,
kuucapkan selamat malam. Olivia menungguku di rumah." Ransome berkata, "Mr.
Elliot, aku sungguh berterima kasih bila kau menjawab." Bernie berkata, "Selamat
malam." Suara Dave berkata, "Lupakan, konyol. Sekarang kau tentu sudah memasang
alat pelacak dan triangulation di seluruh gedung, kan, Ransome" Jadi suruh
mereka mencariku. Suruh mereka menemukan di lantai berapa aku sekarang. Coba
terka, Sobat. Aku tak ada di lantai berapa pun. Aku di luar, dan aku takkan
kembali. Hei, Ransome, kau boleh lari dan lari secepat mungkin, tapi kau tak
bisa menang-200 kapku!" Suara Ransome sedatar dan sedingin es. "Mr. Elliot, ini benar-benar
perilaku kekanak-kanakan yang tak dapat diterima." Bernie berbicara dari dekat
pintu, "Kau akan hadir dalam rapat komite audit minggu depan?" Suara kedua,
suara Partridge, muncul di radio. "Benar yang dikatakannya. Dia ada di Upper
West Side." Thatcher, kini sudah di luar kantor Bernie, menjawab, "Maaf. Aku
harus berada di Singapura. Ada yang harus dibicarakan dengan pemasok terbesar
kita." Di suatu tempat di Manhattan, Marge Cohen mematikan tape recorder.
Partridge berbisik, "Dia Jiilang. Mampuslah kita."
Dave berdiri tak bergerak, memikirkan komentar terakhir itu dalam benaknya.
5. Ia melangkah keluar dari lemari, pistolnya tergenggam ringan sejajar pinggang.
"Kalau kau bergerak, Bernie, aku akan menembakmu." Ia berusaha agar terdengar
sungguh-sungguh. Bernie sedang duduk di balik meja kerjanya, membalik-balik dokumen. Ia
mengangkat muka dengan ekspresi letih. "Halo, Davy. Senang berjumpa denganmu."
Ia terdengar seperti laki-laki yang sudah berusia sejuta tahun.
"Bernie, aku ingin tanganmu tetap di atas meja. Aku tak ingiti kau mencabut
pistol lain..." "Tak ada pistol lagi." Bernie melontarkan senyum samar.
"...atau sebotol Mace."
201Bernie mengangguk. "Kau tahu tentang itu?"
"Aku tahu." Dave berjalan lebih dekat. "Aku juga tahu tentang beberapa hal lain.
Tapi aku ingin tahu lebih banyak."
Wajah Bernie adalah model kesedihan. Ia memutar tangan hingga telapaknya
menghadap ke meja. Ketika ia berbicara Dave merasakan kata-katanya lebih
ditujukan untuk diri sendiri daripada untuk orang lain. "Ya. Begitulah. Kau
menghabiskan seluruh hidupmu mencoba jadi mensch sejati, manusia utama. Bekerja
keras, bermain jujur, mengatakan kebenaran, mengerjakan hal yang benar, jadi
patriot. Ketika semua itu selesai, tahukah kau apa selanjutnya" Akan kukatakan
apa. Bagi mereka kau tetaplah bukan apa-apa selain Yahudi kecil busuk. Hai,
Yahudi, kerjakan ini. Hai, Yahudi, kerjakan itu. Terima kasih, kau warga Amerika
yang baik. Sebagai orang Yahudi, cukuplah."
Ia menggeleng perlahan, sedih, beban seluruh dunia terpikul di pundaknya.
"Mereka memberiku Bintang Perak. Aku. Bernie Levy. Kau tahu itu, Davy?"
Dave menjawab dengan segenap kelembutan yang bisa ia kerahkan, 'Tidak, Bernie,
aku tak tahu." "Scotty, dia juga mendapatkannya. Aku, juga mendapatkannya. Hal paling
menyebalkan yang pernah kaulihat. Dua prajurit gila, benar-benar sinting, Letnan


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Thatcher dan Kopral Levy. Menyerang tank Korea Utara, itulah yang kami lakukan.
Dia dengan senapan .45 dan granat tangan, aku dengan senapan M-l. Sungguh
sinting. Seharusnya kami sudah mati. Tapi sebaliknya kami berdua mendapatkan
Bintang Perak. MacArthur, dialah yang menyematkannya. Oh, kau seharusnya
menyaksikannya, Dave, seharusnya me-202
nyaksikannya. Scotty tergeletak di ranjang dengan satu kaki terangkat. Bernie
Levy berdiri di sampingnya. Laki-laki tua itu masuk. Ada fotografer dari majalah
Life memotret. Itu benar-benar peristiwa besar, Davy, mungkin saat terindah yang
pernah kualami. Dan MacArthur mulai menyematkan medali, dan tahukah kau" Scotty,
dia cuma letnan rendahan, Scotty mulai mengutuki sang jenderal. Sang jenderal!
Bisakah kau mempercayainya" Luar biasa. Itu mukjizat. Tak seorang pun pernah
menyaksikan hal seperti itu. Aku aku tertegun. Apakah dia, Scotty maksudku, ?pernah menceritakan hal itu padamu?" Dave menggeleng.
"Tercengang. Bernie Levy tercengang. Ayah Scotty adalah dokter dalam staf
MacArthur. Maksudku, di Jepang tak lama sesudah perang usai. Dia dan orang Rusia
ini dan seorang OSS sedang memeriksa penjahat-penjahat perang. Lalu mereka
menemukan sesuatu dan mereka menyampaikannya pada Jenderal dan sang jenderal
memerintahkan tutup itu rapat-rapat. Tapi mereka menolak, maka sang jenderal
memecat semuanya dan mencari dokter baru untuknya. Maka kau harus membayangkan
?ini maka lima atau enam tahun kemudian, seorang letnan yang sedang terbaring di
?ranjang dengan jenderal paling penting di dunia di dunia! yang sedang
? ?menyematkan Bintang Perak pada piamanya, dan ada fotografer memotret, dan
sekonyong-konyong sang letnan memarahi sang jenderal karena memecat ayahnya. Oh,
Davy, kau seharusnya ikut menyaksikannya. Sungguh chutzpahl Bernie Levy tak
pernah menyaksikan yang seperti ini!"
Dave tersenyum lebar. "Itu cerita bagus, Bernie."
203Seulas senyum kecil terlintas pada bibir Bernie. "Aku tahu," katanya, sambil
memandang lurus ke mata Dave dan mengangguk. Tiba-tiba senyum itu lenyap. Bernie
kembali tampak letih. "Oke, oke. Jadi kau mau bicara, Dave, kita akan bicara.
Mungkin aku akan mengatakan sesuatu padamu, mungkin tidak. Seorang laki-laki
masih tetap memiliki kehormatan. Itu tak dapat mereka rampas dariku. Jadi
duduklah, yang nyaman."
"Aku akan berdiri."
"Duduk, berdiri, apa bedanya?" Dengan tangan gemuknya Bernie menggenggam
secangkir kopi, mengangkatnya ke bibir, dan menghirup seteguk. "Kau mau aku
menuangkan secangkir kopi untukmu, Davy?"
"Yang kauminum tadi kopiku, Bernie."
Paras Bernie berubah. "Kopimu?"
"Ya. Aku menuangnya ketika melihat-lihat berkas arsipmu." -
"Kau minum kopiku?" Bernie tiba-tiba bersandar di kursinya. Ekspresi letih pada
wajahnya digantikan dengan senyum ironis. Senyum itu melebar. Bernie tertawa.
"Sungguh luar biasa. Kau minum kopiku. Sekarang, aku minum kopimu. Bukankah itu
luar biasa" Davy, ini begitu luar biasa, kau tak tahu."
Ia tertawa lebih keras, gelaknya jadi terbahak-bahak.
Dave mengernyit. "Aku tak menangkap leluconnya."
"Leluconnya" Ini lelucon yang luar biasa, Davy! Luar biasa! Dan yang paling
bagus dari semuanya, lelucon itu tertuju pada Bernie Levy!" Masih terguncang-
guncang tawa, Bernie bangkit berdiri dan, dengan cangkir kopi di tangan,
berjalan melintasi kantor itu.
204 Di samping jendela utara ada meja kerja bundar dan empat kursi bersandaran
tegak. Bernie meletakkan tangannya pada sandaran salah satu kursi itu,
mencengkeramnya dengan erat, dan berpaling pada Dave. "Ini lelucon paling hebat
di dunia!" Tiba-tiba, dengan kekuatan yang mencengangkan, Bernie mengangkat kursi itu dan
melemparkannya ke jendela. Kaca pecah berantakan ke luar, berpusar-pusar dalam
udara malam, dilecut angin dan sesaat tampak seperti badai permata, badai es,
cahaya putih terpantul dan terurai dan berkeredapan di antara kepingan-kepingan
intan. Embusan angin bercampur serpihan kaca menerjang kembali ke dalam kantor.
Satu kepingan menggoreskan garis lurus merah pada pipi kiri Bernie. Dave maju
selangkah dengan ragu-ragu. Bernie mengangkat sebelah tangannya, seolah
mengatakan padanya agar jangan mendekat. Semua kesedihan dalam wajahnya sudah
lenyap, dan ia kelihatan gembira seperti anak kecil. "Bernie Levy hanya bisa
menyalahkan Bernie Levy. Berbalik adalah permainan yang adil. Ini lelucon bagus,
Davy, terbagus di antara semuanya. Coba kukatakan padamu, hanya Tuhan sendirilah
yang bisa menciptakan lelucon seperti ini."
Bernie menghirup satu tegukan terakhir dari kopi itu, dan, sambil masih
memegangi cangkirnya, ia melangkah ke udara kosong.
6. Butuh waktu enam detik bagi sebuah*' objek untuk jatuh sejauh tiga ratus meter.
Dave punya cukup banyak waktu untuk mencapai jendela dan menyaksi -
205kan Bernie Levy tewas. Di Vietnam ia sudah tentu menyaksikan cukup banyak
kematian. Ia butuh waktu lebih panjang daripada kebanyakan orang untuk jadi
keras terhadap hal itu, tetapi begitu ia jadi keras, tetap keraslah ia. Namun,
menyaksikan akhir riwayat Bernie, bahkan dari ketinggian, tetaplah mengerikan.
Sangat mengerikan. Bernie malang yang tambun itu meledak.
Tangan dan kaki tanpa tubuh, kepingan-kepingan daging merah, organ tubuh kelabu
meledak ke jalan. Darah, yang tampak hitam di bawah kilauan lampu jalan,
mengalir jadi sungai-sungai kecil. Sebuah mobil yang sedang melaju pesat ke
timur di Fiftieth Street menikung naik ke trotoar, memercikkan bunga api ketika
miring menyerempet gedung, dan terguling ke samping sambil mengepulkan asap.
Seorang wanita yang tersiram darah langsung pingsan. Teman laki-lakinya berlutut
muntah-muntah di tempat perempuan itu tergeletak. Orang-orang yang lebih jauh
menjerit. Sepotong dari Bernie Levy sebesar bola sepak menggelinding ke
persimpangan Park Avenue, mengakibatkan rem mendecit dan spatbor penyok. Seekor
anjing menarik lepas tali kekang dari genggaman kendur tuannya dan berlari penuh
semangat menuju bau memikat dari kotoran segar.
Empat puluh lima tingkat dari tanah, David Elliot mencondongkan badan ke luar
melalui jendela yang pecah, memalingkan muka, merasakan angin dingin dan tajam,
dan bersyukur bahwa udaranya begitu segar. Bicara ke angkasa, ia berbisik, "Ya
Tuhan, Bernie, mengapa kaulakukan ini" Tuhan, tak mungkin masalahnya seburuk
itu. Apa pun persoalannya, aku
206 tentu akan memaafkanmu. Kita seharusnya bisa mencari penyelesaiannya. Kau tak
perlu..." Suara berisik.
Bukan hanya di jalan di bawah, tetapi juga di koridor-koridor di luar kantor
Bernie. Kaki berlarian di karpet. Bunyi logam beradu dari senapan memasukkan
sebutir peluru ke pangkal laras. Sebuah suara tenang berlogat Appalachian:
"Hati-hati di atas sana."
Astaga! Ternyata selama ini selalu berada di lantai ini!
Dave mundur dari jendela, dan bergegas menyeberangi kantor itu, melemparkan diri
ke dalam lemari, meringkuk ngeri dalam kegelapan. Pintu ke kantor Bernie
membuka. Dave mendengar bunyi berdebam dan langkah diseret. Mata pikirannya
membayangkan pjemandangan itu taktik penyergapan baku: satu orang bertiarap di ?ambang pintu, jari yang menempel pada picu menegang; satu lagi berlutut,
membidikkan senapan otomatis membentuk lengkungan lebar saat mencari sasaran;
orang ketiga merunduk di belakang dan di atasnya, melakukan tindakan sama.
"Bersih?" Ransome berbicara dari luar kantor.
"Bersih. Tapi kita ada masalah."
"Apa?" "Yahudi itu bunuh diri. Terjun."
Raungan sirene dari jalan meredam separo bagian pertama jawaban Ransome. Yang
Dave dengar hanyalah, "...seharusnya sudah tahu dia takkan bisa menanggung beban
itu." "Kita punya beberapa memt sebelum polisi setempat tiba." Ransome ada di dalam
kantor sekarang, memegang kendali, memberikan perintah-perintah dengan
207suara lembut tenang. "Wren, bawa tiga orang dan pindahkan peralatan kita ke
pangkalan. Pakai tangga."
Pangkalan" Apakah mereka sudah mendirikan pangkalan operasi di lantai lain"
"Bluejay, telepon pakailah alat pengacak katakan pada bagian patologi bahwa ? ?aku butuh sampel darah subjek. Secepatnya. Perintahkan mereka membawanya dengan
ambulans dan antarkan ke sini."
Sampel darah" Dari mana gerangan mereka mendapatkan sampel darah" Sudah
berbulan-bulan darahmu tak pernah diambil, tidak sejak Dr. Sandberg... uh-oh. Oh
ya, sampel darahmu pernah...
"Sir?" "Pelacakan sidik DNA, Bluejay. Aku akan memercikkan sedikit darah subjek pada
kaca pecah itu." "Mengerti, Sir. Bagus sekali." m
"Kerjakan." "Siap, Sir."
Satu suara lain, lebih lemah, lebih tua. "Aku tak mengerti, Komandan."
"Aku dan Bluejay akan tiba di sini beberapa menit sesudah polisi datang. Kita
berikan kesan bahwa ini bukan sekadar bunuh diri biasa. Siapa tersangka utamanya
akan disiratkan juga. Bagian forensik akan menemukan dua golongan darah di
tempat kejadian. Bingo, ini pembunuhan. Dan ketika mereka mengautopsi subjek,
semuanya akan cocok."
Autopsi" Sekarang kita tahu kesepakatan apa yang hendak ditawarkan padamu.
. Ransome meneruskan, "Greylag, aku ingin kau membuka keran ke media. Pemaparan
maksimum. Radio, televisi, surat kabar. Orang gila melempar
208 bosnya ke luar jendela. Pembunuh maniak berkeliaran. Anjing gila. Tembak mati.
Pada pukul 20.30 semua aparat penegak hukum di New York akan mencarinya."
"Bagaimana bila dia memutuskan meninggalkan kota?"
"Berlawanan dengan gambaran psikologisnya. Dia salah satu di antara kita. Dia
takkan berhenti begitu saja dan kabur."
'Tapi..." "Usul diterima. Kita sudah menghubungi semua orang yang dikenalnya atau mungkin
akan dihubunginya, kan?"
"Ya, Sir. Dua regu."
Astaga! Berapa resimen yang ada di bawah perintah orang ini"
"Oke. Ada berapa jalan keluar dari pulau ini?"
Greylag diam untuk berpikir: "Empat lorong mobil. Enam belas atau tujuh belas
jembatan, saya kira. Tiga heliport. Empat atau lima rute kereta bawah tanah,
mungkin lebih banyak lagi. Feri. Empat bandara termasuk Newark dan Westchester.
Tiga jalur kereta api. Oh ya, dia bisa pakai cable car ke Roosevelt Island
lalu..." 'Terlalu banyak. Kita tak punya cukup sumber daya untuk meliput semuanya."
"Saya bisa telepon Washington."
Washington" Oh, Tuhan, apakah bajingan-bajingan ini benar dari pemerintah"
"Untuk sekarang, itu bukan pilihan yang diinginkan." Ada nada baru dalam suara
Ransome sedikit murung, agak resah. "Sama sekali tak diinginkan. Tempatkan saja?beberapa orang pada arteri utama
209dan di bandara. Itulah pilihan terbaik yang bisa kita ambil. Kalian sisanya,
sampaikan pesan bila ada yang bertemu dengan polisi setempat, tetaplah tenang.
?Mereka polisi New York, bukan model jago tembak Speedy Gonzales yang biasa
kalian hadapi. Mereka tak bisa disuap dengan murah. Tutup mulut rapat-rapat dan
hindari konfrontasi. Oke, ayo kita kerjakan."
"Radio, Sir. Berita untuk Anda. Mendesak."
"Beri... Robin di sini... Dia apa" ...Bagus, bagus.... Diterima. Robin selesai. Oke,
kalian, dengarkan. Wren ada di lantai 17 dengan tusukan menembus nadi lehernya."
Suaranya tanpa emosi seperti robot.
Dave, sambil merunduk di dalam lemari, menggigit bibir. Kaupikir pembuka surat
itu tak mematikan, kan, Sobat"
Suara Ransome yang dingin monoton meneruskan, "Saudara-saudara. Ini keteledoran.
Aku minta pembersihan di ruang tangga itu sesudah percobaan tak kompeten untuk
memikat subjek dalam baku tembak. Aku kecewa dengan hasilnya. Mulai sekarang
mari kita usahakan bertindak sedikit lebih profesional. Mengingat sikap subjek
yang tidak kooperatif, harap hati-hati."
"Sir, apakah kita akan menangkapnya?"
"Afirmatif, Greylag. Bila kita tak menangkapnya di jalan, kita akan menangkapnya
saat dia kembali ke sini. Dia akan kembali, kau tahu."
Persetan! "Bagus. Saya mau sedikit waktu pribadi dengan Mr. Elliot."
"Negatif. Akulah yang pertama dalam antrean. Takkan ada sisa."
210 "T 2. DEJA VU "...ia tidak merasa bahwa perang terdiri atas pembunuhan para musuhmu. Ada
kontradiksi di sini."
Patrick O'Brian, KM.S. Surprise
?r di-scan dan di-djvu-kan untuk ^ dimhader dimhad.co.cc oleh:
OBI Salam buat diinhad-pangcu, suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syauqy_arr dengan hanaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua
dimhader. Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.Salam buat dimliad-pangcu,
suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan kameranya, syauqy_arr dengan
lianaold.wordpress.com -nya, grafity, dan semua dimhader.
Dilarang meng-komersil-kan atau kesialan menimpa anda.
BAB 6 DAVE BERJALAN-JALAN 1. Akuilah, Bung, kau selalu ingin melakukan ini. Benar.
Lebih menyenangkan dari yang pernah kaulakukan selama hidup.
Dekat. Sangat dekat. Orang di BMW itu tak menanggapimu dengan serius. Beri lampu.
Dave mengangkat tuas lampu jauhnya. Pengemudi BMW itu sedang menempelkan ponsel
ke telinganya. Ia tidak mau bergeser, mengangkangi dua jalur, dan menghalangi
jalan Dave. Dave mengangkat mikrofon dari dasbor, menjentikkan tombol, dan
dengan marah menggeram. "Anda yang di dalam BMW, ini keadaan darurat kepolisian.
Minggir dari jalan atau Anda ditahan."
*213Suaranya yang diperkeras itu menggema di jalan yang penuh sesak. Pengemudi
BMW itu menoleh, memandang dengan muak, dan menepikan mobilnya. Dave menginjak
pedal gas. Hanya ditemani malaikat pelindungnya yang suka mengejek, ia melesat
membelah udara malam Manhattan dengan mobil polisi curian.
Ya! Kunci-kuncinya ada di dalam saku polisi itu. Ditempeli label yang mencantumkan
nomot-pelat kendaraannya. Dave meliriknya dengan cemas, dan sudah siap
menjatuhkannya di lantai keramik WC pria ketika suara dalam dirinya berbisik,
Hei, Sobat, kau baru saja merobohkan polisi berseragam saat dia sedang
bertugas atau setidaknya saat dia sedang kencing dan mengikatnya dengan ? ?selotip di dalam WC untuk orang cacat. Ditambah lagi kau telah mencuri pakaian,
lencana, senjata, dan topinya. Tapi sepatunya tidak.
Hanya karena sepatu itu tidak cocok. Ditambah lagi kau telah membunuh lima,
mungkin enam orang yang barangkali agen federal, mencuri - uang dari semua orang
yang kaujumpai, menelepon dengan ancaman pengeboman, memasang perangkap yang
membahayakan nyawa di tangga kebakaran salah satu gedung pencakar langit Park
Avenue, melakukan penyerangan-penyerangan berbahaya serta membongkar dan
menyelinap masuk, meracik peledak buatan sendiri, dan mencuri milik perusahaan
telepon. Oh ya, kau juga dicari karena pembunuhan terhadap Bernie Levy. Jadi apa
yang akan mereka lakukan 214 padamu kalau kau mencuri mobil polisi juga" Paling parah, mereka mungkin akan
menambahkan beberapa abad lagi pada hukuman yang pasti sudah berjumlah sepuluh
ribu tahun di Sing Sing. Dave mengangkat pundak dan mengantongi kunci itu. Ia keluar dari WC lantai 45
tepat saat seorang polisi lain masuk. Dave mengangguk padanya.
"Astaga," omel polisi itu. "Orang itu punya WC pribadi dan dia bunuh diri.
Percaya tidak?" Dave menjawab, "Tadi aku juga bilang pada letnan bahwa aku mau kencing, sekali
saja seumur hidup, di WC pribadi Park Avenue, dan dia melarangku, mungkin ada
bukti di sana." "Sama seperti yang dikatakannya padaku. Percaya tidak?"
Lima menit kemudian Dave sudah sampai di lantai dasar, menerobos di antara
kerumunan polisi dan kru kamera di lobi. Tak seorang pun memedulikannya. Seperti
sudah diduganya, seragam biru polisi itu membuatnya lebih tak kasatmata daripada
penyamarannya sebagai tukang reparasi telepon.
Mobil patroli itu tepat berada di pinggir jalan. Dave menyelinap ke dalamnya,
memutar kunci kontak, tersenyum lebar, dan mengendarainya menuju kegelapan
malam. Di persimpangan Eighty-seventh Street dan Broadway, Dave membelok ke kiri,
dengan gembira memacu mobil polisi itu, dan mengebut ke barat. Di tengah blok
berikutnya ia mematikan sirene dan lampu kedip. Ia mengurangi kecepatan, menepi
ke kanan, dan merapat ke trotoar. Di sana ada cukup tempat parkir di samping


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

hidran. 215Mungkin tak ada peraturan dalam kitab undang-undang yang tidak kaulanggar
hari ini. Marge Cohen mengatakan dia tinggal di Ninety-fourth Street. Dave berniat
menempuh jarak yang tersisa dengan berjalan kaki. Polisi berjalan kaki memang
merupakan pemandangan yang kurang lazim sehingga beberapa orang meliriknya.
Kebanyakan tak peduli. Ia membelok ke utara di Broadway. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah ke bagian
kota ini. Hunian yuppie sudah memenuhi daerah ini. Bar-bar yang dilewatinya
memajang pakis dalam pot dan nama-nama yang bergaya. Toko yang dulu menjual
barang bekas kini menjual barang antik. Manekin-manekin di toko pakaian
kelihatan seperti Cher di malam yang payah. Tapi jalanannya masih tetap kotor,
ditaburi puing-puing yang sangat khas dan hanya terkumpul di Upper West Side
Manhattan. Jalanlah seperti polisi, Bung, jangan seperti turis.
Dave memperlambat langkahnya, memaksa diri berjalan dengan gaya John Wayne, dan
menunjukkan sikap waspada.
Itu lebih mirip. Ia sampai di bagian utara Ninety-first Street sebelum menemukan yang
diinginkannya. Neon hijau di atas pintu masuk itu berbunyi "McAnn's Bar and
Grill." Bila kau tak bisa mempercayai pub Irlandia, apa yang bisa kaupercayai"
Ia mendorong pintu hingga terbuka. Tempat itu remang-remang. Baunya campuran
busa bir, serbuk gergajian, dan corned beef panas. Pengunjung tempat
216 itu bukan kaum yuppie, tak pernah dan takkan terjadi. Mereka kelihatan seperti
sudah lama duduk di depan meja mereka. Satu atau dua orang meliriknya, kemudian
kembali mengurusi bir mereka.
Ia berjalan ke bar. Bartender sudah mengambilkan Ballantine untuknya. Dave tidak
suka merek itu. Tapi toh ia menerimanya juga.
"Ada yang bisa kubantu?"
Dave mengangkat gelasnya. "Ini sudah cukup membantu." Ia minum seteguk. Sedikit
rasa metalik itu mengingatkannya pada... kejadian yang sudah begitu lama...
mengingatkannya pada... Ballantine adalah bir favorit Taffy Weiler. Pengungsi berambut merah dari New
York itu sudah mengirim entah berapa kotak bir tersebut ke Pegunungan Sierra.
Sesudahnya, tepat sebelum mereka pergi, Dave memaksanya mengumpulkan kaleng
kosongnya. Taffy ingin meninggalkannya di tempat itu. Dave merasa gusar
mengingat kotoran yang akan mencemari keindahan...
"Mau dicampur minuman lain?"
"Maaf?" Bartender itu memutuskan rantai pikiran Dave.
"Aku tanya apakah kau mau minuman lain untuk dicampur dengan birmu." "Tidak saat
bertugas." Bartender itu mendengus. "Itu tak mencegah rekan-rekanmu. Kau masih baru di
sini, kan?" "Tugas sementara. Biasanya aku bertugas di Astoria."
"Namaku Dunne. Panggil aku Jack." Uh... benar, Bung, jadi apa nama yang tertera
pada pelat nama yang kaupakui" Jangan mengintip.
217"Hutchinson. Semua orang memanggilku Hutch." "Cocok."
"jKau punya buku telepon, Jack?" "Tentu." Bartender itu meraih ke bawah bar dan
mengangkat Halaman Putih Manhattan yang tebal. Ia mengawasi sementara Dave
membalik-balik ke bagian C. Cogan, Coggin, Cohan, Cohee, Cohen... Banyak Cohen.
Cari. Cohen, Marge" Tidak terdaftar. Cohen, Marigold" Sama saja. Cohen, M." Ada
beberapa lusin. Tapi hanya ada satu di Ninety-fourth Street. Tepat di pinggir
Amsterdam. Itu pasti dia.
Ia mengembalikan buku petunjuk telepon itu kepada si bartender. "Terima kasih.
Apakah di sini ada telepon telepon pribadi yang bisa kupakai?" "Di belakang. ?Kurasa telepon lokal." "Tentu." "Silakan saja."
Bukan Marge Cohen yang diteleponnya, dan bukan pula nomor lokal. Melainkan nomor
bagian informasi AT&T International. Dave menginginkan sebuah nomor telepon di
Switzerland. 2. Apartemen Marge terletak di bangunan empat tingkat dari batu cokelat, yang oleh
penduduk New York dianggap menarik, tetapi mengingatkan orang pada apartemen-
apertemen pinggiran kota pada zaman Depresi. Tidak ada cahaya yang memancar dari
jendela-jendelanya yang kotor. Sebuah tangga beton berlubang-lubang menuju ke
pintu depannya yang 218 tertutup terali. Dave mendengar dengkuran. Sepertinya ada orang sedang tidur di
antara tong-tong sampah di bawah tangga.
Menurut deretan kotak surat kotor di serambi, apartemen M.F. Cohen terletak di
lantai dasar di bagian belakang. Apartemen IB.
Dave mencari-cari bel dan interkom. Ada yang telah mencabut peralatan itu dari
tempatnya. Ia mengangkat pundak, dan mengakali kunci pintu itu dengan kartu
kredit. Dinding-dinding di dalam berwarna kelabu akibat kurangnya perhatian. Karpetnya
sudah aus dan bernoda, lampu lorongnya remang-remang. Bangunan itu berbau jamur,
ketuaan, dan ketidakpedulian. Pemiliknya tidak mengeluarkan banyak biaya untuk
memeliharanya, dan mungkin takkan melakukannya sampai para penghuninya mengancam
akan mogok membayar uang sewa.
Dave mengetuk pintu ke apartemen IB.
Cahaya berkelip melalui lubang pengintai pintu. Ada yang mengintip ke luar.
Pintu berdetak, gerendel diputar, pintu terempas membuka, Marge Cohen melompat
ke arahnya sambil mendesis seperti kucing. "Kau bajingan!"
Ada apa gerangan" Tangan Marge tertekuk membentuk cakar; kuku jarinya yang tidak panjang dan ?tidak dicat diarahkan ke mata. Dave mundur ke belakang. Serangan itu meleset,
?tapi tidak jauh. Dave mengangkat sebelah tangannya, "Tunggu sebentar..."
Marge merunduk, siap menerjang. "Kau keparat busuk!" Ia melompat. Kukunya
kembali terarah ke 219mata. Dave menangkap pergelangan tangannya, dan memeganginya. Sambutan
semacam ini sama sekali tak diduganya.
"Bajingan, bajingan, bajingan!" Gadis itu meronta dalam pegangan Dave, dan
mendaratkan tendangan keras ke tulang keringnya. Dave tahu kakinya pasti memar.
Dengan tubuh sekecil .ini dia kuat, kan"
Marge menjerit, "Beraninya kau! Bajingan!" Dave mengangkatnya, mendorongnya ke
belakang, memaksanya masuk ke apartemen. Ia menendang Dave lagi.
Dengan pinggulnya Dave mendorong pintu hingga menutup. "Kalian pikir kalian
siapa, kalian pikir kalian siapa!" Sambil memutar dengan marah, Marge berusaha
melepaskan diri dari Dave. Dave mempererat pegangannya, menariknya mendekat.
Marge meludah ke wajah Dave.
"Marge" Hei, dengar* aku tidak..." Api putih, halilintar musim panas di Indiana,
rasa sakit membakar. Paru-paru Dave mengembus hingga kosong. Ia merosot
berlutut, berusaha keras menjaga kesadaran.
Marge telah mengayunkan lutut ke selangkangannya.
Ransome dan begundal-begundalnya memang masalah, Sobat, tapi perempuan New York
berbobot 55 kilo adalah masalah lain yang sama sekali berbeda.
Dave menopangkan satu tangan ke lantai untuk menjaga keseimbangan, dan
menggeleng untuk menjernihkan pandangannya. Tidak berhasil. Ia mengangkat
kepala, menarik napas dalam sambil gemetar. Marge mendatanginya dengan jambangan
bunga yang cukup besar untuk membunuh. Ketika ia mengayunkannya
220 ke bawah, Dave jatuh ke kiri, menyapu kaki Marge. Perempuan itu terguling di
sampingnya, mengumpat. Dave menggulingkan tubuh ke atasnya, memanfaatkan berat
badan untuk menahannya. Marge berteriak dan mengumpat serta bersumpah akan
membunuhnya. Tak seharusnya kau menguras uangnya seperti itu, Sobat.
"Marfpf akh mnntmffT..." Dave memaksa pikirannya meninggalkan rasa sakit di antara
kakinya, memusat-kannya pada napas, memusatkan pikiran agar bisa berbicara
jelas. "Marge, aku minta maaf telah mengambil uangmu. Kupikir akan membuat
kejadian itu lebih tak mencurigakan dan..."
"Uang?" jerit gadis itu. "Uang! Kau bajingan gila, aku sudah lupa semua itu, kau
dan teman-teman terkutukmu yang sinting, akan kurobek bolamu, kau..."
Dave butuh waktu sepuluh menit untuk menenangkannya. Sesudah tenang Marge
menangis, sedih sekali, gemetar seperti burung yang ketakutan.
Empat laki-laki, berperawakan besar, sudah menunggu di pintunya. Salah satu di
antara mereka menunjukkan lencana. Lima belas menit sebelumnya ia sudah membuang
radio yang diberikan Dave kepadanya, meninggalkannya di dalam kotak sampah di
sekitar D'Agostino's. Ia pikir tak ada yang perlu dikhawatirkannya.
"Bisakah kami masuk dan bicara dengan Anda, Miz Cohen" Kami ingin mengusut
perampokan di kantor Anda hari ini."
"Silakan. Berapa lama yang diperlukan?"
"Tak lama. Mari saya bawakan tas belanjaan Anda."
221Sewaktu ia membuka pintu apartemen, hanya tiga orang yang masuk. Orang
keempat berdiri di lorong di luar. Salah satu dari tiga laki-laki itu berbalik,
mengunci pintu, dan menyandarkan punggungnya ke sana.
Pintu itu satu-satunya jalan keluar. Marge mundur, ke belakang sofa yang
memisahkan tubuh mungilnya dengan dua laki-laki lainnya. Salah satu dari mereka
membawa tas kulit hitam. Ia meletakkannya di atas meja kopi.
Laki-laki kedua, yang tadi menunjukkan lencana, berbicara, "Saya Officer Canady.
Ini Dokter Pierce." "Dokter?"
"Spesialis ginekologi."
"Kami punya alasan untuk yakin bahwa laki-laki yang menyerang Anda sore tadi
mungkin telah memerkosa Anda saat Anda tak sadarkan diri."
'Tidak. Jangan konyol. Saya akan tahu..."
"Kami ke sini untuk memastikannya. Sekarang dokter akan memeriksa Anda."
Dokter itu mengenakan sepasang sarung tangan lateks.
Wajah Marge bersih, ia sudah membasuh makeup-nya. Air matanya mengalir jernih,
setiap tetesnya transparan dan terang. "Kapas pengoles," ia tersedak. "Botol-
botol spesimen. Jarum. Dua yang lainnya mengawasi. Wajah mereka tak berubah.
Yang bertubuh besar..." Ia bergidik dan tersedu di lengan Dave.
"Tenang, Marge." Dave tidak bisa memikirkan kata lain untuk diucapkan. "Itu
sudah berakhir. Coba tarik napas dalam dan..."
.222 "Dia memegangiku ke lantai. Tangannya menutup mulutku. Ia melepaskan pakaianku.
Yang satunya lagi, yang katanya dokter, oh, Tuhan, itu lebih parah daripada..."
Seluruh tubuhnya berguncang, tersiksa oleh sedu sedan dan penghinaan.
Dave memelukkan lengannya, menyandarkan kepala Marge ke dadanya. Rupanya itu
melegakan Marge. Di samping itu, lebih baik bila Marge tak melihat wajahnya yang
putih karena kemarahan dan menunjukkan ekspresi laki-laki yang merencanakan
pembalasan. Pukul 21.23. Dave bersama Marge lebih dari sejam. Ia menemukan sebotol brendi, merek murahan,
Christian Brothers. Minuman itu menenangkan Marge. Selain lingkaran memar di
bawah matanya yang hijau zamrud, ia kembali menjadi perempuan menarik yang
dijumpai Dave sore tadi. Mereka tidak lagi bicara tentang orang-orang yang telah menganiayanya. Ia tidak
bisa bicara tentang hal itu. Mungkin butuh waktu berbulan-bulan sebelum ia bisa
membicarakannya. Sekarang mereka bicara tentang Dave, mencoba menemukan jawaban
yang masuk akal atas kejadian yang telah menimpanya.
"Aku tak tahu," kata Dave. "Aku punya beberapa dugaan, tapi itu semua cuma
dugaan." Marge memakai semacam blus luar berwarna biru. Dave tidak tahu tepat
modelnya mungkin gaun malam, atau lebih tepat blus longgar yang dipakai di atas?celana panjang. Namun Marge tidak memakai celana panjang. Dan kakinya indah.
Dave memaksa matanya agar terfokus pada wajah Marge.
223"Apa" Coba beri contoh." Marge menjepit sebatang rokok Salem Ultra Light 100
dengan jari. Asap biru bergulung ke langit-langit. Dave hampir saja minta
sebatang. Ia benar-benar ingin merokok.
"Oke, poin pertama. Ini pemerintah, atau sesuatu yang berkaitan dengan
pemerintah." "Itu hal paling sinting yang pernah kudengar. Hei, bulan lalu aku melihat film
seperti ini di HBO. Lembaga rahasia di bawah Pentagon, orang-orang berseragam
yang tak jelas asal-usulnya, organisasi tanpa nama yang berkatian dengan
Odessa.* Film konyol. Aku matikan HBO."
"Tapi ini pasti..."
"Jangan tolol. Hal semacam itu tak terjadi rencana rahasia, persekongkolan
?keji..." "Persekongkolan gelap itu ada. Kalau kau tak percaya, tanyalah pada Julius
Caesar." "Oh, sudahlah! Itu kejadian dua ribu tahun lalu."
"Bagaimana dengan Iran-Contra atau Whitewater atau Watergate" Ya, Watergate.
Ingat Gordon Liddy?"
Marge memandangi Dave. Matanya besar dan cerah, bibirnya dirapatkan. Dave suka
bibir itu. Ia pikir... Ia menggeleng. Ia tidak tahu apa yang ia pikir.
Oh ya, kau tahu. "Siapa" Watergate" Hei, kaupikir berapa umurku" Skandal itu sudah berakhir
sebelum aku masuk sekolah dasar." Gadis itu mengibaskan tangan. Gulungan asap
tergantung di udara. "Liddy salah satu anggota persekongkolan Watergate. Ia menulis buku setelah
keluar dari penjara. Dalam buku itu dikatakannya bahwa selama beberapa
224 waktu ia yakin dirinya akan dibungkam. Katanya ia sudah siap untuk itu. Dan
Liddy anggota FBI. Ia orang dalam. Ia tahu bagaimana hal seperti ini terjadi."
"Bagiku kedengarannya seperti cerita sinting."
Dave mengembuskan napas. Ketika menarik napas ia merasakan asap rokok Marge.
"Orang juga terlibat dalam operasi-operasi rahasia lainnya. Bahkan pengadilan
dan para hakim menyebut Watergate sebagai persekongkolan rahasia. Persekongkolan
itu nyata." Marge menggeleng. "Satu hal lain..." Dave menelan ludah. "...Aw, persetan, orang-orang yang melakukan
semua ini, Gordon Liddy dan Oliver North dan semua yang lainnya, percaya, benar-
benar dan sungguh-sungguh percaya, bahwa mereka berada di pihak yang benar. Sama
seperti mereka percaya bahwa orang-orang yang menentang,mereka adalah musuh
kebenaran, keadilan, dan jalan hidup Amerika. Aku berani bertaruh, bila kau
menanyai Ransome, ia akan mengatakan padamu dialah yang baik dan akulah si
jahat. Dan dia sungguh-sungguh. Ah, aku tahu aku dulu..." Dave terdiam.
Marge memiringkan kepala, matanya terbuka sedikit lebih lebar. Namun ia terlalu
tanggap untuk berbicara. "Dengar, Marge, dulu, hampir sebelum kau lahir, aku salah satu dari mereka.
Mereka membawaku pergi dari Angkatan Bersenjata... Bukan, itu bohong. Mereka tak
membawaku. Yang sebenarnya, aku mengajukan diri secara sukarela. Kupikir itulah
tindakan yang benar. Waktu itu aku menganggap banyak hal sebagai kebenaran."
Dave memejamkan mata. Ini bukan kenangan indah, rasanya menyakitkan untuk
225mengingatnya kembali. "Mereka mengirimku ke suatu tempat di Virginia.
Pelatihan khusus. Senjata khusus. Intelijen khusus. Cara perang khusus. Untuk
beberapa lama kami mengira kami dilatih untuk bekerja sama dengan ARVN, tentara
Vietnam Selatan..." "Vietnam?" Ekspresi pada wajah Marge berubah. Dave tak dapat membacanya.
"Perangku, Marge. Aku terlibat di dalamnya." -
"Apakah itu seburuk..."
"Ya. Bahkan sebenarnya lebih buruk." Dave memutuskan bahwa ekspresi yang
diperlihatkan Marge adalah keprihatinan sejati. Ia bersyukur. Marge terlalu muda
untuk mengingat perang itu, dan terlalu muda untuk masuk ke dalam golongan yang
membenci segala orang dan segala hal yang berkaitan dengan perang itu.
Begitu juga, terlalu muda untukmu.
Ia mengosongkan gelas brendi, dan mengisinya lagi. Dulu ada begitu banyak
manusia pembenci. Pergi berperang memang buruk. Namun dari beberapa segi,
kembali adalah lebih buruk lagi.
"Dave?" Marge mencondongkan badan ke depan. Dave bisa melihat payudaranya
bergeser di bawah blusnya. Ia tidak memakai BH dan...
Singkirkan itu dari pikiranmu, Bung.
"Maaf. Kenangan lama." Dave tersenyum samar. "Nah, aku bilang mereka melatih
kami untuk segala macam pekerjaan kotor beratus-ratus orang. Kamp P sudah ?sepuluh atau dua puluh tahun dipakai untuk urusan ini ketika aku di sana.
Mungkin sekarang pun masih. Ribuan orang pernah melewatinya, sepasukan penuh
beranggotakan prajurit-prajurit rahasia. Dan
226 kini mereka ada di luar sana entah di mana. Mungkin mereka tak bekerja untuk
pemerintah. Mungkin mereka tak bekerja untuk lembaga yang bekerja untuk lembaga
lain yang bekerja untuk pemerintah. Tapi bila kau tahu orang yang tepat, kau
bisa menemykan mereka, dan mereka akan melakukan pekerjaan apa pun yang
ditugaskan pada mereka dengan bayaran."
Marge mengernyit. "Tak mungkin. Pemerintah tidak membunuh pembayar pajak.


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Defisitnya terlalu besar. Di samping itu, aku tak bisa percaya ada orang yang
mau memberikan perintah terang-terangan..."
Dave meludah. "Mereka tidak memberikan perintah. Mereka hanya memberikan
isyarat. Ingat Becket" Sang raja berkata, 'Siapakah yang akan membebaskanku dari
pendeta pengacau ini"' dan berikutnya yang kautemukan adalah seorang uskup
tergeletak mati di lantai."
Marge mengangguk, tapi tidak mempercayainya. "Oke. Misalkan saja itu mungkin.
Apa buktimu?" "Tak ada. Tak ada bukti nyata. Semuanya bukti tak langsung cara mereka bicara, ?peralatan hightech yang mereka bawa-bawa, betapa mudahnya mereka memerintahkan
agar telepon disadap, fakta bahwa Ransome membaca berkas personaliaku di
ketentaraan, fakta bahwa semua orang di pihaknya seakan punya alamat
tersembunyi. Dan satu hal lain adalah Harry Halliwell. Temanku Harry, yang
mencoba meremukkan otakku dengan poci kopi. Dia dukun hebat, pembuat mukjizat
sejati dalam dunia politik. Bila dia di pihak Ransome, pasti berarti ada orang-
orang penting yang terlibat."
"Aku masih tetap tak percaya... kecuali...
227Menurutmu mungkinkah ini ada kaitannya dengan Vietnam?"
"Ya. Tidak. Sialan, aku tak tahu. Ada sesuatu yang terjadi di sana. Aku ada di
tengahnya. Tapi aku bukan satu-satunya yang terlibat. Seandainya mereka ingin
membungkam kami, mereka harus memburu kami semua. Di samping itu, mereka
menutup-nutupinya suatu persekongkolan lain, persekongkolan tutup mulut. Dan
?lagi pula, kejadiannya sudah terlalu lama. Tak ada yang tersisa, tak ada yang
peduli. Tak ada Siapa pun yang benar-benar peduli."
"Bisakah kau... maukah kau cerita padaku" Maksudku, mungkin ada yang kaulupakan."
Suara Dave merendah. Ia nyaris menggeram. "Lupa" Tak mungkin. Belum ada yang
kulupakan. Coba seandainya aku bisa."
"Tapi..." "Tidak, Marge. Kau tak ingin tahu, dan aku tak ingin menceritakannya padamu.
Percayalah pada kata-kataku. Itu tak ada kaitannya dengan apa yang terjadi hari
ini. Tak mungkin." "Terserahlah kalau begitu katamu. Tapi mengapa orang-orang ini, mengapa ada
orang ingin membunuhmu?"
Dave melempar tangannya ke langit-langit. "Itulah pertanyaannya. Menurut
dugaanku aku telah melihat atau mendengar sesuatu yang tak semestinya kulihat
atau kudengar. Kalau saja aku tahu. Tapi apa pun itu, gagasan bahwa aku
mengetahuinya membuat beberapa orang yang sangat berkuasa jadi sangat
ketakutan." "Ketakutan?" Ia menyedot rokoknya dalam-dalam. Dave menghela napas.
228 "Tepat. Takut aku akan go public. Takut sesudah aku tahu apa itu, aku akan
meniup peluit. Aku dulu pernah melakukannya meniup peluit. Mereka tak pernah
?melupakanmu bila kau melakukan itu. Mereka juga tak pernah melupakanmu."
"Itukah yang kaukatakan" Mereka takut kau akan memaparkan... memaparkan apa yang
mereka lakukan" Mereka berniat membunuhmu sebab kau tukang tiup peluit?"
"Mungkin, cuma mereka memakai kata-kata yang lebih keras daripada 'tukang tiup
peluit'. Tapi ya, itu mungkin. Di Angkatan Bersenjata dulu, kami memakai istilah
'plausible deniability'. Artinya, perwira-perwira senior bisa menyangkal mereka
tahu apa yang kami lakukan. Itu berarti apa pun permainan gila yang kami
lakukan, kami harus memastikan bos kami punya pilihan untuk mengatakan, 'Hei,
ini operasi gila. Sama sekali tanpa izin. Berlawanan dengan perintah. Jangan
salahkan kami. Kami tak tahu apa-apa tentang itu.'"
'"Misimu, Jim, bila kau memihh menerimanya...'"
"Sesuatu seperti itulah. Akan kuceritakan padamu satu hal lain. Apa pun hal itu,
pastilah sesuatu yang tak boleh diketahui orang lain. Jenis rahasia yang
mengakibatkan anggota Kongres marah dan mengadakan pemeriksaan terbuka serta
para reporter The Washington Post melolong ke bulan."
"Iran-Contra." "Misalnya." Matanya kabur meninggalkan wajah Marge. Seolah mata itu punya kehendak sendiri,
mata itu... Kau melihat kakinya lagi, Bung. Seharusnya itu tak kaulakukan.
229"Jadi alasan mereka memburumu dan alasan mereka ketakutan adalah karena kau
bisa menghancurkan kedok mereka, menghancurkan kemampuan mereka untuk
mengingkari segala pengetahuan akan... akan... apa pun persoalan itu."
Dave kembali minum seteguk brendi. Ia merasa lebih hangat sekarang, dan agak
lebih santai. Ia meletakkan gelas itu. Mabuk itu tidak baik. "Kau tahu apa yang
aneh" Yang aneh, mereka hendak menjadikanku bagian dari itu. Maksudku kalau
benar surat itu asli, bukan hasil pemalsuan, maka FBI sedang memeriksaku karena
ada yang hendak mengaktifkan kembali security clearence-ku."
"Tapi kalau itu yang mereka lakukan, mengapa mereka berusaha membunuhmu
sekarang?" Marge mengubah sikap tubuhnya, melipat satu tungkainya di bawah yang
lain. Sepintas Dave melihat celana dalam pink pucat.
Omong-omong secara pribadi, mungkin ada baiknya bolamu sedang biru lebam.
"Itu pertanyaan rumit lainnya. Mungkin mereka menemukan sesuatu dalam
pemeriksaan latar belakangku yang membuat mereka berpikir aku merupakan risiko
jelek. Mungkin saat mereka menemukannya, seseorang mengatakan sesuatu yang
seharusnya tak kudengar. Entahlah. Yang bisa kukatakan hanyalah bahwa itu pasti
terjadi dalam beberapa hari terakhir. Mungkin dalam 24 jam terakhir. Bernie
kelelahan. Ia tak tidur. Ransome dan Carlucci tak bercukur. Mereka tak tidur
sepanjang malam. Dan segala yang mereka lakukan untuk menangkapku sudah
tersedia operasi yang gampang. Mereka merancangnya sambil jalan.?230
Tanpa rencana. Itulah satu-satunya alasan mengapa aku masih hidup. Ransome bukan
keroco. Seandainya dia punya waktu untuk menggelar rencana operasi yang
terperinci, aku tentu sudah masuk tas mayat dan diberi label sebelum makan
pagi." Marge menunjukkan pandangan bersimpati, dan menudingkan satu jari ke gelas Dave
yang kosong. "Kau mau minum lagi?"
Dave berpikir, Ya! Kau pun minum lagi!
'Tidak." "Jadi apa yang telah kaulakukan beberapa hari terakhir ini" Apa yang kaulihat"
Dengan siapa kau bicara?"
"Marge, aku sudah memeras otak. Tak ada apa-apa. Sama sekali tak ada apa-apa.
Aku melewatkan akhir pekan di Long Island bersama Scotty dan Olivia Thatcher.
Minggu malam aku menjemput Helen di bandara. Dia..."
"Helen?" "Istriku." "Istrimu." Suaranya senetral ekspresi yang ditunjukkannya. Ia memasukkan dua
kakinya ke bawah selimut.
Kau menanggalkan cincin kawinmu, Sobat. Ingat" * Perempuan ini bertindak
berdasarkan anggapan yang salah.
"Ahh... dia pergi ke California menghadiri pernikahan seorang sahabat di college.
Senin, Selasa, Rabu, aku pergi ke kantor. Kerja seperti biasa. Rapat-rapat,
pertemuan-pertemuan, laporan yang harus diperiksa, keputusan yang harus dibuat,
telepon yang harus dibalas. Semuanya rutin kecuali aku harus
231kembali ke Long Island hari Rabu untuk rapat, dan Senin malam aku harus
memainkan peran sebagai tuan rumah untuk beberapa pengunjung dari Jepang."
"Permisi sebentar." Marge berdiri dan keluar dari ruang duduk. Ia meninggalkan
rokoknya menyala di asbak. Dave memandangnya dengan lapar. Ia mengulurkan
tangan, merasa bersalah, menahan diri, mengulurkan tangan lagi, dan merasa lebih
bersalah lagi. Ayo kita coba menahan godaan, Sobat. Maksudku segala cobaan yang dikehendaki
daging. Asap rokok mengambang di udara. Dave berliur dan menderita hingga Marge kembali.
Ia memakai blue jeans, dan menggendong kucing betina berbulu panjang. Tadi Marge
duduk meringkuk di sofa bersamanya. Kini ia bertengger di kursi malas, dengan
hati-hati memisahkan diri dari Dave dibatasi meja kopi murahan berlapis kaca.
"Kucing bagus," kata Dave, mendadak merasa tidak enak. "Siapa namanya?"
"Dia jantan. Namanya Tito. Berasal dari Colorado."
"Tito?" "Kakakku menikah dengan laki-laki yang punya keluarga besar. Musim panas ini aku
pergi ke ranch mereka. Kepala keluarga mereka bertempur bersama partisan
Yugoslavia selama Perang Dunia II. Dia memberiku kucing ini dan memilihkan nama
untukku." Ia menurunkan binatang itu ke lantai.
Dave mengulurkan sebelah tangan untuk membelainya. Kucing itu mendesis,
memperlihatkan taringnya, dan melangkah gontai menjauh dari jangkauannya.
"Hati-hati aku baru membawanya ke dokter?232
hewan," kata Marge. "Suasana hatinya masih murung karena operasi."
"Oh. Benar. Itu menjelaskan..."
Ya, itu menjelaskan persoalan, kan"
Es serasa muncul di dalam pembuluh darah Dave.
Itu dia. Tepat di depan hidungmu. Pasti itu, Bung. Tak mungkin karena hal lain.
Tidak, itu tak mungkin. "Kau tak apa-apa?" Suara Marge terdengar khawatir.
Dave memandang ragu-ragu ke gelas brendi di tangannya. Ia menuang sisanya ke
dalam tenggorokan, berdiri, dan dengan cukup hati-hati menjatuhkan gelas itu
sehingga hancur berkeping-keping di lantai.
3. David Elliot melaju kencang di Long Island Expressway. Ia melewati gerbang
keluar Great Neck, rumah si Greg yang suka jatuh cinta, yang pakaiannya ia
kenakan. Dave menduga Greg kini mungkin memandang kehidupan keluarga monogami
sebagai alternatif yang lebih baik atau setidaknya kurang berisiko dibanding ? ?dengan peran sebagai Casanova kantor.
Ia mengelus bagian atas kepalanya yang baru dilicinkan. Ketika Marge, yang tidak
seperti kebanyakan penduduk punya SIM, pergi untuk mengambil mobil sewaan, Dave
menggunting rambut dan membuat garis rambut baru. Kemudian ia merendam rambut
yang tersisa dalam peroksida. Efeknya mencengangkan. Kini ia pirang dan mulai
membotak, menurutnya ia tampak seperti orang yang
233sama sekali lain, meskipun tidak seperti orang dengan penampilan yang ia
sukai. Potongan rambutnya agak seperti banci. Seandainya ada anak buah Ransome
yang ditempatkan untuk berjaga di Triborough Bridge, mereka tentu tak
menghiraukannya. Dalam hati ia bertanya-tanya apakah Marge sudah pergi. Ia berharap demikian. Dan
ia berharap mudah-mudahan Marge memaafkannya karena telah mencuri kunci mobil
sewaan dan isi dompetnya ketika ia sedang berada di kamar mandi. Dave memutuskan
harus mengkhianatinya sekali lagi ketika Marge pergi ke kantor persewaan mobil
Herz. Waktu menunggunya kembali, dengan tergesa-gesa Dave menulis penjelasan
dengan mesin tik elektronik tua milik Marge:
Marge yang baik: Aku menyesal bertindak seperti ini, tapi aku terpaksa. Aku datang ke sini sebab
aku perlu tempat bersembunyi, dan kupikir kau akan membiarkanku tidur denganmu
di sofamu beberapa hari sampai sudah aman bagiku untuk pergi. Tapi sekarang
kupikir aku telah membawa hidupmu dalam bahaya.
Kutinggalkan jam tanganku. Rolex emas pejal. Harga ecerannya $15.000 atau
$20.000. Jual atau gadaikanlah. Ambil uangnya. Pergilah ke luar kota. Bawa
kucingmu dan naiklah ke pesawat terbang pertama yang bisa kaudapatkan. Bila
tidak, mereka mungkin akan menyakitimu. Pergilah ke ranch sanakmu di Colorado.
Aku melihatnya di buku alamatmu. Bila
234 selamat melewati semua ini, aku akan menghubungimu di sana.
Sekarang tolong kemasi barangmu dan keluarlah dari apartemenmu. Jangan pakai
kartu kredit, sebab mereka bisa melacaknya. Kau harus melakukannya, Marge.
Percayalah padaku. Aku tak berdusta.
Sekali lagi aku minta maaf karena mengambil uangmu lagi. Jam tangan itu akan
lebih dari cukup untuk menggantinya. Marge, kumohon -kau melakukan yang kuminta.
KABURLAH SEBELUM TERLAMBAT.
Dave Yang tidak disebutkannya dalam surat itu adalah ketakutannya bahwa, seandainya
ia tidak kabur, Marge akan mendesak minta jawaban, atau lebih parah lagi,
berkeras untuk ikut. Lebih baik ia tidak tahu apa-apa. Ketidaktahuan itu adalah
perlindungan terbaik baginya.
Dave melirik odometer. Mobil murah dari Korea itu baru. Baru berjalan 344
kilometer ketika Dave meninggalkan apartemen Marge. Kini tercatat 395 kilo.
Masih ada sekitar 50 kilo lagi yang harus ditempuhnya.
Suara di radio mengumumkan bahwa sudah saatnya berita penting. Dave membesarkan
volume. "Berita paling utama pada jam ini, pencarian terhadap David Perry Elliot
sedang dilaksanakan di seluruh penjuru kota. Ia diduga membunuh usahawan New
York, Bernard J. Levy. Levy, presiden Senterex, perusahaan
235konglomerat dengan kekayaan miliaran dolar, didorong dari jendela kantornya
di lantai 45 sebuah gedung di Park Avenue sore ini. Sumber-sumber kepolisian
melaporkan Elliot sebagai tersangka utama, dan menyatakan bahwa Levy baru-baru
ini mempertanyakan urusan finansial yang menjadi tanggung jawab Elliot." Itu
kejutan baru. "Pihak berwajib juga menduga bahwa Elliot telah menyerang perwira polisi William
Hutchinson serta mencuri seragam dan kendaraannya. Elliot digambarkan sebagai
laki-laki kulit putih, tinggi 183 senti, berat 85 kilo, rambut dan mata cokelat
muda, dan dalam kondisi fisik prima. Ia dikabarkan bersenjata dan sangat
berbahaya. Warga diminta untuk segera memberitahu polisi bila melihat orang yang
sesuai dengan deskripsi itu. Dalam berita lain hari ini..."
Dave mengecilkan volume. Di depan papan tanda bertuliskan PATCHOGUE 38 km. Gerbang keluar yang harus ?diambilnya.
Baru tiga hari lalu ia ke sana. Iajpergi dengan limusin yang dikemudikan sopir,
salah satu dari empat limusin yang disiagakan untuk para eksekutif Senterex.
Dalam lalu lintas siang, ia butuh hampir dua jam dari kantor Senterex ke
Lockyear Laboratories. Kini, larut malam, hanya perlu satu jam kurang.
Pasti Lockyear Laboratories, kan" Hanya dari tempat itulah Ransome bisa
mendapatkan sampel darahmu.
Kunjungan-kunjungan ke berbagai anak perusahaan adalah salah satu beban yang
meletihkan dalam kehidupan seorang eksekutif. Bak pangeran dari istana
236 perusahaan dikirim untuk mengunjungi vasalnya, ia disambut di ruang penerimaan
tamu oleh manajer pabrik yang tersenyum resah. Manajer ini menggembalakan
tamunya yang sudah letih bepergian ke ruang rapat yang sudah dibersihkan. Ia
menawari tamunya segelas kopi yang tak keruan rasanya. Aturan sopan santun
menuntut kopi itu diterima dan diteguk. Tak lama kemudian empat atau lima orang
paling senior dalam pasukan divisi itu memasuki ruangan. Hari ini kemeja mereka
bersih, kerahnya dikancingkan, dan dasi mereka dirapikan. Mereka memakai jas,
yang dalam kesempatan selain ini hanya dibiarkan kusut di balik pintu kantor
mereka. Sang tamu berdiri, bersalaman, dan sia-sia mencoba mengingat nama
mereka. Manajer divisi berjalan ke kepala meja rapat, sibuk dengan layar
proyektor dan menyalakan overhead projector. Ia mengatakan bahwa dengan beberapa
transparansi ia akan menjelaskan operasi divisi itu. Ia jarang bicara dengan
manajemen puncak perusahaan, dan berniat memanfaatkan peluang ini sebaik
mungkin. Sang tamu berusaha tampak tertarik. Padahal tidak. Seseorang mematikan
lampu. Sang tamu tidak perlu lagi memperlihatkan wajah tertarik, sebab kini tak
ada yang bisa melihat wajahnya. Si manajer setempat bicara panjang-lebar dalam
presentasi mengenai operasi divisinya. Didirikan sesudah Perang Dunia II oleh
putra sulung tukang patri emigran; grafik-grafik itu mengilustrasikan sejarah
pertumbuhan yang mantap selama empat puluh tahun; bagan organisasi dengan huruf-
huruf kecil; skema operasi yang mulus dan efisien; daftar pelanggan yang puas;
lebih banyak lagi grafik meramalkan rencana pertumbuhan yang
237ambisius secara ringkas suatu keluarga karyawan yang bahagia, puas karena ?diambil oleh perusahaan induk yang terkemuka, melihat hubungan yang hanya saling
menguntungkan. Sang tamu duduk tanpa bicara sepanjang khotbah ini kalau tidak
?menikmati tidur-tidur ayam santai, tentu bersusah payah mencoba meramu satu-dua
pertanyaan cerdas. "Nah, kecuali Anda ada pertanyaan, mari kita beristirahat sebentar sebelum kita
mulai tur." "Bagaimana dengan pesaing?" demikian tadi Dave bertanya. Sebagian besar
presentasi itu berputar sekitar biologi kekebalan tubuh molekul reseptor,
?antigen, atribut limfosit, sel T, sel B, histocompatibility complex,
polipeptida, CD 8 coreceptor, macrophages, dan hal-hal semacam itu. Pertanyaan
tentang pesaing adalah satu-satunya yang bisa dikemukakan Dave.
Sebagian besar jawabannya tidak ia mengerti. Itu banyak berkaitan dengan
"golongan unik molekul-molekul MHC", "pendekatan baru dalam clonal deletion
hypothesis", "binatang laboratorium transgenic SCID dan TSR", serta "hubungan
istimewa dengan National Istitutes of Health dan organisasi riset lain yang
didanai oleh pemerintah federal".
Dave, yang tidak tahu apa-apa, mengangguk penuh pengertian. Ia tidak suka
penugasan yang diberikan Bernie untuk bertanggung jawab atas Lockyear, dan lebih
dari sekadar kesal karena sekali lagi ia terpaksa mempelajari suatu bahasa dan
industri baru sehingga ia bisa mengawasi akuisisi lain yang dilakukan Bernie.
Ada urusan apa sampai Senterex membeli perusahaan bioteknologi"


Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sesudah kunjungan sampingan ke kamar kecil,
238 mereka mulai tur itu. Kantor-kantor administrasi; pusat komputer dengan stasiun-
stasiun kerja yang mengelola perangkat lunak database Molecular Design
Laboratories; Lab nomor satu dengan berbagai peralatan krom mengilat yang
namanya tak dapat dieja Dave; Lab nomor dua dengan dinding yang tertutup
sangkar-sangkar berisi tikus putih bermata pink, Lab nomor tiga begitu dingin
hingga Dave bisa melihat uap napasnya; Lab empat adalah tempat orang-orang
membedah kucing; Lab lima...
DILARANG MASUK HANYA AKSES CETAK SUARA GUNAKAN PELINDUNG SESUAI PERATURAN
"Dan ini Lab lima. Saya rasa kita tak punya waktu untuk memperlihatkannya pada
Anda hari ini..." Terima kasih, Tuhan!
"...di samping itu, Anda harus memakai..."
Pintu Lab lima terempas membuka. Seseorang dengan "pakaian luar angkasa" putih
salju pakaian pelindung berat yang membungkus pemakainya dari kepala ke ujung
?kaki melangkah keluar, menoleh, dan mengumpat, "Keparat, tutup sangkar itu!"
?Sebuah bola bulu cokelat menggeliat dan melompat **di dadanya. Ia terguling.
Benda cokelat itu melompat ke atas. Dengan gerak refleks, Dave menangkapnya.
Rasa sakit menghunjam tangannya. Itu seekor monyet, monyet kecil berbulu cokelat
kemerahan. Gigi taringnya yang panjang tertanam di tangan kirinya.
Kekacauan berlangsung beberapa detik. Orang-orang
239menggumam, "Maaf. Kecelakaan kecil. Belum pernah terjadi." Kemudian mereka
membawanya ke bagian medis. Seorang perawat membersihkan lukanya, mengoleskan
antiseptik, dan membalut lukanya dengan kain kasa.
"Sekarang akan saya ambil sampel darah Anda, Mr. Elliot. Tidak, tak ada apa-apa,
tak mungkin rabies atau semacam itu. Tapi lebih baik berjaga-jaga daripada
menyesal. Itu peraturan emas kita di Lockyear Laboratories. Lebih baik berjaga-
jaga daripada menyesal. Oh dan satu ons pencegahan lebih berharga daripada satu?pon pengobatan. Itulah kalimat lain yang selalu kami ucapkan."
Sampel darah itu. Ya. Aku tahu. Dari sanalah Ransome mendapatkannya.
Dan lukisan itu. Lukisan apa" Lukisan si tua menyeramkan Lockyear entah siapa, orang yang mendirikan
perusahaan itu. Dave ingat. Ada lukisan cat minyak berbingkai dari Lockyear di ruang rapat itu.
Ia hampir tak meliriknya. Tapi... ada sesuatu mengenai lukisan itu. Lukisan itu
menggambarkan seorang laki-laki tua, mungkin awal enam puluhan. Nah, lantas apa
yang begitu aneh..." Itu adalah... Bukan. Laki-laki dalam lukisan itu... Aha! Ia
memakai seragam, seragam tentara. Mengapa pendiri laboratorium riset
bioteknologi berpose dalam pakaian seragam"
Bukan sekadar seragam. Seragam itu bukan model sekarang, bukan pula model yang dipakai Dave sewaktu
berdinas. Lockyear memakai
240 jas model Eisenhower, dasi hitam pendek yang menggelikan, dan topi tempur model
Perang Dunia II. Apa yang dikatakan Bernie mengenai akuisisi itu"
Lockyear sudah meninggal beberapa tahun lalu. Ada masalah dengan hartanya.
Itulah sebabnya perusahaan itu dijual, itulah sebabnya kata Bernie harganya
? ?murah. Jadi kita tahu seorang laki-laki berusia enam puluh, mungkin tujuh puluh tahun,
dan sebuah perusahaan yang sudah berumur empat dasawarsa. Jadi ketika
mendirikannya mungkin ia berusia tiga puluhan. Tapi ketika dia lebih tua, dan
tiba saatnya membuat lukisan potretnya, apa yang dikerjakannya"
Para eksekutif puncak dan pendiri perusahaan berpose untuk potret resmi mereka
dalam setelan jas biru bergaris-garis lembut. Kemeja putih, dasi warna gelap,
mungkin rompi. Tapi Lockyear tidak. Lockyear berpose dengan seragam militer yang
sudah berumur empat puluh tahun.
Aneh. Memang sangat aneh. 4. Di gerbang keluar Patchogue, Dave belok ke selatan menuju ke pantai. Beberapa
menit kemudian ia kembali membelok ke timur.
Di sana terbentang tanah pertanian, padang rumput yang berombak-ombak, ladang-
ladang kentang, beberapa deret pohon. Jalan aspal sempit itu kosong pada jam
seperti ini. Mobil sewaan Dave satu-satunya yang ada di jalan tersebut, satu-
satunya cahaya yang 241terlihat hanyalah dari lampu depannya. Ia memejamkan mata kanan, dan tetap
menahannya demikian. Kau tahu tentu ada lebih banyak hal daripada sekadar sampel darah.
Dave merasa resah mengemudi malam hari. Ia tidak menyukai penampilan pepohonan
itu. Daun-daun yang hijau dan hangat di bawah sinar matahari itu kini pucat di
bawah sorotan lampu depan.
Ayo, akuilah. Ia benci warna pucat. Mengingatkannya pada mayat. Dan pepohonan seharusnya
disinari dari atas, menjatuhkan bayangannya ke bawah. Mengemudi di waktu malam
membalikkan susunan yang alami itu. Membuatnya pusing.
Kau tak menghiraukanku, Sobat.
Seekor binatang dengan mata berpijar berlari menyeberangi jalan. Jantung Dave
melompat ke tenggorokannya. SebelUm ia bisa menyentuh rem, binatang itu sudah
hilang dari penglihatan. Kau tak ingin menghadapi kenyataan.
Belok kanan. Ke arah lautan lagi. Malam itu tanpa bulan. Itu akan membantu.
Hei, Bung! Dengar aku....
Itu dia. Bentangan pagar dari kawat anyam, di atasnya dililiti dengan kawat
duri. Gerbang dan gardu jaga. Papan petunjuk kecil:
Lockyear Laboratories, Inc. Pegawai Harus Memperlihatkan Tanda Pengenal
Pengunjung harus Melapor Sebelum Masuk
Dave melewatinya, menjaga agar mobilnya melaju
242 dengan kecepatan tetap. Tak seorang pun terlihat. Gardu jaga itu kosong, tak
terlihat ada penjaga. Mungkinkah Ransome melakukan kesalahan, tidak menempatkan beberapa orangnya di
sini" Tak mungkin. Atau Dave yang keliru, dan Lockyear tidak berada di tengah segala persoalan ini"
Sama juga, tak mungkin. Dave mengemudi satu setengah kilo menjauhi batas paling selatan pagar'Lockyear
sebelum mematikan lampu depan. Ketika menepi ia membuka mata kanannya. Satu mata
itu sudah menyesuaikan diri dengan kegelapan. Itu cara kuno prajurit infanteri,
memejamkan sebelah mata sementara nyala api pemberi tanda menyala. Begitu
kegelapan kembali, daya penglihatanmu dalam kegelapan akan lebih baik daripada
musuhmu. Masih berada di belakang kemudi, ia berusaha melepaskan pakaian Greg, dan
memakai seragam polisinya. Celana biru tua, kemeja biru tua, warna malam.
Satu hal terakhir. Lampu dalam.
Dave memakai pistolnya untuk menghancurkan bola lampu itu. Kemudian ia membuka
pintu mobil, membungkuk untuk mengambil segenggam tanah dari samping jalan.
Tanah pertanian yang gembur, subur, tepat untuk menghitamkan wajah, tangan, dan
kulit kepalanya yang baru saja botak.
Ia mundur, berbelok, dan dengan lampu depan dipadamkan, mengemudi pelan-pelan ke
arah Lockyear. Seratus meter dari batas tanah milik laboratorium itu, ia
mematikan mesin, berhenti dekat batas selatan tanah itu.
243Selama mengemudi melintasi Long Island ia memikirkan apa yang telah
disaksikannya sehari sebelumnya, sebisa mungkin merekonstruksi tata letak tanah
Lockyear. Luas tanah itu 1,3 kilometer persegi, dengan kompleks perkantoran
terletak di tengah. Sebagian besar lahan itu datar dan tanpa ciri-ciri tertentu,
meskipun ada sedikit lereng meninggi di selatan bangunan utama. Jajaran pohon,
hampir seperti hutan, mengelilingi bagian terluar, menyembunyikan pagarnya.
Seandainya anak buah Ransome ada di sana, mereka tentu bersembunyi di antara
pepohonan, dalam bayangan, di luar penglihatan.
Dave menanggalkan sepatunya. Sepatu itu tidak bagus untuk rencana dalam
Pangeran Anggadipati 3 Ledakan Dendam Death Comes As The End Karya Agatha Christie Istana Yang Suram 15
^