Vertical Run 1
Vertical Run Karya Joseph R. Garber Bagian 1
TERJEBAK Setiap pagi Dave Elliot berjoging menyusuri jalanan Manhattan menuju ke
kantornya di lantai 45 gedung pencakar langit. Lalu ia mandi, sarapan, dan siap
menjalankan tugasnya sebagai eksekutif.
Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Semua orang ingin membunuhnya, mulai dari
direkturnya. Semua orang, bahkan keluarganya, menginginkan kematiannya.
la terjebak, sendirian, dan tanpa teman di dunia. Orang-orang bersenjata menjaga
seluruh pintu keluar gedung berlantai 50 itu. Seregu tentara bayaran profesional
mencarinya dari lantai ke lantai. Ransome, sang komandan yang berdarah dingin,
menargetkan kematiannya sebelum saat makan siang.
Nalurinya sebagai tentara seperempat abad lalu muncul kembali, la bukanlah
mangsa yang sudi mati konyol.;
Penerbit \PT Gramedia Pustaka Utama
X Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6 Jakarta 10270 ISBIM.979 - 605 - 971 1-Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000- (seratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).
Salam buat dimhad pangcu, suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syauqy_arr dengan lianaold.wordpress.com nya, grafity, dan semua
dimhader Dilarang meng komersil kan atau kesialan menimpa anda.
JOSEPH R. GARBER VERTICAL RUN < TERJEBAK Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1998VERTICAL RUN
by Joseph R. Garber Copyright " 1995 by Joseph R. Garber Indonesian translation
rights arranged with Joseph R. Garber c/o Ellen Levine Literary Agency, Inc.,
New York through Tuttle-Mori Agency, Inc., Tokyo. All rights reserved.
TERJEBAK Alih bahasa: Hidayat Saleh GM 402 98.971 Hak cipta terjemahan Indonesia: PT
Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Selatan 24 26, Jakarta 10270 Diterbitkan
?pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta,
1998 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
GARBER, Joseph R. Terjebak/Joseph R. Garber; alih bahasa. Hidayat Saleh Jakarta: Gramedia Pustaka?Utama, 1998.
432 him.; 18 cm. Judul asli: Vertical Run ISBN 979 - 605 - 971 -1
I. Judul . U. Saleh, Hidayat
813 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Untuk Steve Oresman, terkenal sebagai Magpie, jenis burung yang lebih bagus
daripada yang ditemukan di dalam buku ini.
Dilarang meng komersil-kan atau kesialan menimpa anda. Pertikaian, kekacauan,
perselisihan, pertengkaran, pembunuhan, kekecewaan, ketakutan... kemunafikan...
penjarahan, pencurian, perampokan, kebohongan, keributan besar, huru-hara,
keributan... perseteruan, kebencian dan kemurkaan... penipuan, pengkhianatan,
penghasutan, perzinahan... perang, kecemburuan, kebencian, dendam... dan akhirnya
semua kejahatan. Almanak dan Ramalan 1559 oleh Vaughan
?Manusia, secara biologis, dan ditinjau dari segi apa pun, benar-benar mangsa
yang tak tertaklukkan... William James ?PROLOG Lalu kita pergi bersama. Jiwaku Gulungan tegang yang tiada habisnya, menjadi
tenang Dalam embusan angin yang menyejukkan dan mendebarkan.
Robert Browning, "Perjalanan Bersama yang Terakhir"
?DUA orang laki-laki di atas punggung kuda.
Yang jangkung, Dave Elliot, berperawakan langsing dan berkulit gelap, dengan
kaki dan tangan panjang. Matanya yang cokelat tampak serius, namun ia
menyunggingkan senyum samar. Yang lebih pendek, Taffy Weiler, bertubuh kekar bak
buldog; rambutnya yang seperti kawat berwarna merah manyala, seperti T-shirt
celupan yang dikenakannya, dan matanya yang biru berkilau dengan kenekatan luar
biasa. Dave berasal dari Indiana. Taffy lahir dan besar di New York. Mereka berjumpa di
San Francisco, yang pada musim panas ini satu-satunya tempat untuk ditinggali.
Kini mereka bersahabat karib.
Di bulan September, Taffy akan mulai bekerja di perusahaan elektronik berukuran
menengah dekat San Jose, perusahaan yang disebut Hewlett-Packard. Tidak banyak orang di NYU pernah
mendengar nama ini. Dave, yang telah lulus dari program R.O.T.C. Indiana State,
akan masuk Angkatan Darat; ia akan melapor untuk bertugas pada minggu ketiga
bulan Agustus. Sudah pasti ia akan dikirim ke Vietnam.
Perjalanan berkuda ini merupakan perjalanan bersama mereka yang terakhir.
Kehidupan sebagai orang dewasa menunggu mereka di penghujung musim panas.
Hari ini mereka berada di ketinggian Sierra, lebih dari tiga ratus kilometer
sebelah timur San Francisco. Kemarin mereka melintasi kaki lereng, mengambil
kuda dan bagal pengangkut dari seorang laki-laki dengan kulit bak disamak, yang
menunggu mereka dalam truk pikap, dan mulai menunggang kuda ke barat, menuju ke
lereng gunung. Di sini, di lereng berbatu-batu dengan ketinggian lebih dari 2.700 meter, kuda
mereka jadi terengah-engah. Tidak ada jalan; lereng itu curam. Tanahnya batu
granit; gundukan-gundukan kelabu bercampur hitam. Butiran batu kuarsa putih
kecil menggelinding di bawah pijakan kuku kaki binatang-binatang itu, dan begitu
menyilaukan dalam cahaya siang, sehingga tak dapat dipandang.
Sesekali Dave mengelus kumis lebat yang dibiarkannya tumbuh sepanjang musim
panas ini. Ia bangga dengannya, merasa kumis itu membuatnya kelihatan lebih tua.
Padahal tidak. Taffy meliriknya. "Kau harus berjanji padaku, compadre. Kau harus berjanji pada
hari kau muncul untuk disumpah, kau masih memakai kumis itu."
"Kumis ini akan lenyap. Aku akan kelimis, rambut tentara, gaya all American
boy." 8 "Ah, sayang!"Kolam Dave sempurna, tanpa tanding. Terletak di balik deretan bukit
rendah sekadar cukup curam untuk tidak dibajak dan ditanami dan di lembah ? ?datar. Ia bersepeda sejauh lima kilo di antara tanaman jagung yang tinggi dan
gandum yang bergoyang-goyang nyaman menuju ke perbukitan itu. Setelah lima belas
menit terengah-engah mendorong sepedanya maju setiap langkah, ia pun sampai di
tepi kolam itu. Kolam tersebut panjangnya 1.200 meter dan lebarnya 800 meter. Sebagian besar
tepiannya tertutup ilalang hijau-cokelat dan pussy willow. Sebuah rakit ringkih
yang dibuat asal-asalan tak lebih dari papan-papan dan drum lima puluh galon
?yang sudah berkarat terapung-apung di tengahnya. Tak ada orang lain kecuali
?anak laki-laki berusia tertentu pernah ke tempat ini.
Sempurna! Dave pertama kali diundang ke daerah keramat ini ketika ia mencapai usia sepuluh
tahun. Disepakati bahwa mereka yang berusia lebih muda tidak diterima di kolam
tersebut. Dan disepakati pula bahwa yang lebih tua dari lima belas tahun, dalam
usia menjelang kematangan, diharapkan mencari rekreasi musim panas lainnya. Ini
tempat untuk anak laki-laki, dan dimaksudkan agar tetap demikian selamanya.
Bukan berarti orang-orang dewasa tidak mengetahuinya. Sama sekali tidak. Mereka
semua tahu adanya kolam itu, dan semuanya, laki-laki dan perempuan, melarang
anak mereka pergi ke sana. "Kau akan kena tetanus kalau berenang di kolam itu:
Lagi pula, kolam itu penuh ular cottonmouth, dan di dasarnya ada pasir apung."
98 Hebat! Pasir apung! Dan ular! Wah!
Meskipun demikian, dalam kenyataannya, Dave dan semua temannya tak pernah
menemukan yang lebih hebat daripada ular rumput di dalam ceruk. Dan mengenai
pasir apung itu... ah, anak-anak itu tahu bahwa bila ada di antara mereka yang
pernah hilang tertelan pasir apung, kisahnya akan bergaung dalam radius 160
kilo, dan bertahan selama seratus tahun. Karena tidak ada kisah semacam itu,
teori pasir apung bisa diabaikan.
Kecuali... Kecuali bahwa satu dari daya pikat terbesar dari kolam itu adalah kedalamannya,
yang memang sangat dalam. Meskipun mereka telah mencoba sekuat tenaga, tak
seorang pun pernah menyelam cukup dalam untuk mencapai dasarnya. Jadi, ada atau
tidak adanya pasir apung tidak bisa dikonfirmasikan. Mungkin bahaya itu memang
benar ada. Mungkin dasar kolam itu lumpur berbahaya yang akan mencengkeram
kakimu bak gurita raksasa berlendir dan menyedotmu sampai menjerit-jerit dan
meronta-ronta ke bawah dan ke bawah.
Atau, mungkin ada yang lain di dasar kolam itu. Sesuatu yang hidup. Sesuatu yang
akan menelanmu dan tak meninggalkan jejak. Sesuatu yang bergigi dan kelaparan
yang membangkitkan desas-desus tentang pasir apung, tapi ternyata adalah...
...belut raksasa, bertaring...
...gurita besar seperti dalam film itu...
...kerang raksasa seperti dalam film lain...
...dinosaurus, czrvo-entahapanamanya...
...penyu penggigit, yang sudah berusia lima ratus tahun dan sangat besarnya...
99Nah, mereka harus menyelam, bukan" Itu penting. Harus dilakukan. Tak satu pun
anak bisa menahan godaannya. Salah satu dari mereka akan berhasil. Pasti. Suatu
hari, seseorang akan berhasil. Dan bila melakukannya, ia akan jadi pahlawan dan
prestasi keberaniannya akan bergema hingga berabad-abad.
Dave menyelam. Anak-anak lain bermain meriam-meriaman dari rakit, atau
mendorongnya, atau terjun dengan gaya batu. Dave menyelam. Ia berlatih,
menyempurnakan lompatannya, caranya menukik, meluruskan terjunnya seperti pisau
lipat yang menusuk ke dalam air, dalam, dan makin dalam lagi.
Suatu hari dengan penuh kemenangan ia berhasil mencapai dasar.
Air kolam itu cokelat, keruh, berlumpur. Kau tidak bisa melihat tangan sendiri
di depan wajahmu. Makin dalam kau menyelam, makin gelaplah keadaannya. Akhirnya,
tidak ada apa-apa, tidak ada cahaya sama sekali kecuali sinar pudar seperti
kilau tembaga jauh di atasmu.
Pada hari ia mencapai dasar kolam itu, bahkan sinar pudar itu pun tidak ada.
Dave telah melewati batas tempat sinar tidak bisa menerobos lagi. Ia menggapai-
gapai ke bawah dengan membabi buta, tahu bahwa ia berhasil menyelam lebih jauh
daripada siapa pun, ke dunia yang belum pernah dicapai oleh anak lain. Puas
dengan keberhasilannya, ia mengayuh sekali lagi, lurus ke bawah, mengayun
lengannya ke depan. Tangannya menyentuh sesuatu.
Lendir. Licin. Jantungnya serasa naik ke mulut. Gurita itu! Bukan, seutas
sesuatu. Apa" Rumput liar. Rumput liar di dasar. Aku berhasil! Ia mencengkeram
- 100 rumput itu dan menarik tubuhnya ke bawah lagi. Hati-hati sekarang, bisa jadi itu
benar-benar pasir apung. Bukan, cuma lumpur biasa. Dientakkannya rumput air itu.
Ia ingin bukti bahwa ia, David Elliot, akhirnya melakukan sesuatu yang dicita-
citakan oleh semuanya. Rumput air itu tercabut dengan mudah.
Saatnya pergi sekarang. Sudah terlalu lama di sini. Butuh udara.
Kakinya menendang. Begitu jauh ia mencoba keberuntungannya, begitu lama ia di
bawah permukaan air. Wajahnya terasa merah karena perjuangan itu. Air liur
mengisi mulutnya. Ia benar-benar butuh udara. Permukaan tak mungkin terlalu
jauh, kan" Ia berenang lebih keras, mengayuh sepenuh tenaga. Rasanya makin payah. Rasa
sakit menusuk tajam sekitar pangkal hidungnya. Paru-parunya sakit.
Ia bisa melihat kilau warna tembaga itu. Lebih terang sekarang. Tak jauh lagi.
Semua di atas rakit itu akan jadi gila saat mereka melihat apa yang ada di
tanganku. Titik-titik merah, nyala api dalam kegelapan, menari-nari di depan
matanya. Terang. Sangat terang. Udara sesaat lagi...
Tangannya membentur sesuatu. Seandainya tangannya tidak sedang terulur untuk
mengayuh, kepalanya tentu retak terbentur benda itu. Tapi ia mengayuh. Tidak
keras. Tak jadi soal. Yang penting dia butuh udara sekarang. Sekarang, Tuhan,
sekarang! Dan ada sesuatu yang menahannya ke bawah, mencegahnya menghirup udara,
menjebaknya dalam air yang dingin dan gelap itu, membunuhnya, menenggelamkannya.
Lilitan rantai membelit erat dadanya. Ia tidak pernah tahu apa yang demikian
menyakitkan. Setiap saat 101sekarang mulutnya akan terbuka, air akan membanjir masuk, paru-parunya akan
terisi, ia akan tenggelam dan mati. Ia mendorong dan bergulat dengan benda yang
menahannya dalam air, dalam kegelapan, jauh dari kehidupan dan udara. Benda itu
kejam dan aktif dan jahat dan personifikasi kebencian dan ingin dia mati dan ia
tidak bisa melewatinya dan ia akan membuka mulut dan berteriak dan...
Rakit itu. Ia ada di bawah rakit. Ia mendorong, dengan wajah biru dan tangan
hampa ia terengah mencari udara.
Hingga ia mencapai usia 47 tahun, saat terperangkap di bawah permukaan air itu
menandai keputusasaan terhebat yang pernah dikenalnya, dan ketakutan terhebat.
Ia tidak bisa membayangkan apa pun yang lebih mengerikan atau lebih menyakitkan
daripada kehabisan napas, dan terperangkap dalam air di bawah suatu benda entah?apa. Dekatnya kematian terasa ringan dibandingkan dengan kengerian dingin yang
timbul karena mengetahui bahwa takdir sudah menjatuhkan tangan padamu dan tidak
ada jalan keluar. Namun, pada usia 47 tahun, usia yang tidak bagus untuk pelajaran seperti itu,
Dave menemukan ada semacam rasa putus asa yang bahkan lebih parah lagi. Ia
menemukan hal ini ketika melihat Helen, istrinya, wanita yang dengan tulus ia
coba cintai, menuding padanya dan berteriak, "Itu dia! Di sana! Itu dia! Tangkap
dia!" 102 BAB 3 BAWANG BUKAN UNTUK DIMAKAN
1. Nanti, suara dalam benak Dave yang pemarah tentu akan memakinya karena
bertingkah tepat seperti yang diharapkan Ransome.
Guncangan atas pengkhianatan Helen membuatnya lumpuh. Ia tidak bisa menerimanya,
tidak bisa bergerak. Dilihatnya Helen berdiri dekat jendela tinggi lobi itu,
dikelilingi penembak-penembak berwajah muram, dan ia tidak bisa mempercayai
bukti yang diberikan matanya. Helen memandangnya, menunjuk padanya, mengarahkan
pembunuh-pembunuh terlatih anak buah Ransome ke arahnya. Itu tak terpikirkan.
Pikirannya menolak kenyataan itu. Helen takkan pernah melakukan sesuatu seperti
itu". Dave terhipnotis, kelinci yang mematung di hadapan ular.
Ia hanya ingat samar-samar mengenai apa yang
103terjadi selanjutnya. Pundak-pundak mendorongnya dari belakang. Sebuah suara
sengau menggeram, "Maju, kau." Begundal Ransome mendesak ke tengah kerumunan
orang, menerobos gelombang orang-orang New York yang marah. Seseorang menepuk
punggungnya. "Ayo, Sobat, kita harus keluar dari sini."
Tubuhnya menyelamatkan nyawanya. Pikirannya tidak berhubungan dengan hal itu.
Sekat rongga badannya terasa kejang. Ia terengah mengambil napas. Di tengah
impitan orang banyak ia tidak bisa membungkuk atau berbalik. Isi perutnya mulai
naik. Ia muntah dan tersedak serta mengeluarkan bunyi basah yang panjang.
"Ada apa, Sir?"
Muntahan itu menyembur d*ri mulut dan menerobos lubang hidungnya. Seseorang
berteriak, "Oh, sialan!" Kerumunan orang itu tersentak menjauh darinya. Ketika
orang-orang yang berada paling dekat dengannya berteriak dan mendesak untuk
menghindari muntahan, mereka yang lebih dekat dengan pintu keluar terdorong ke
depan. Seseorang berteriak. Orang New York tahu bahwa begitu teriakan mulai, tibalah
saat bergerak. Cepat-cepat.
Kerumunan manusia di lobi itu mendesak ke arah pintu keluar yang terhalang.
Sebuah jendela dengan pelat kaca tinggi di samping salah satu pintu putar pecah
berantakan ke luar. Suara seorang laki-laki memekik kesakitan. Satu jendela lagi
pecah. Orang-orang berlari cepat-cepat di bawah hujan pecahan kaca, berlari ke
jalan. Anak buah Ransome tersapu mundur; seorang terjatuh, menjerit, jeritan itu
berubah jadi rengekan; tak lama kemudian diam.
104 Dave terhuyung menjauh dari orang banyak itu, masuk ke koridor lift.
Beberapa saat kemudian ia mendapati dirinya berkunang-kunang dan gemetar, dan
tidak lagi berada di lantai dasar. Ia tidak tahu pasti di mana atau bagaimana ia
sampai ke sana. Lift-lift itu dalam keadaan terbuka, tak berfungsi sampai
diaktifkan kembali oleh pihak yang berwenang. Setiap lift, sesuai peraturan
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pendirian bangunan, punya pintu darurat di langit-langitnya. Yang dibutuhkan
untuk membukanya hanyalah memutar empat baut. Ia pernah menurutnya ia ?pernah ia tidak yakin ia pernah apa..."
? ?Seperti film, Sobat. Kau dan Tarzan.
Aku tak melakukannya. Oh ya, lihat pelumas dan kotoran pada pakai-anmu.
Perasaan kebas itu mulai surut. Ia membungkuk, meletakkan tangannya pada lutut,
dan memaksakan diri untuk menarik napas dalam, melahap udara. Ya Tuhan! Tadi itu
sungguh mengerikan. Yang terburuk. Ia tidak pernah lumpuh seperti itu sejak...
Jangan memikirkannya. Helen! Mengapa" Bagaimana" Apa yang mungkin...
Jangan pula pikirkan hal itu. Pikirkan urusan lain. Seperti bagaimana rasa masam
dalam mulutmu. Ia ingin minum air. Sangat ingin. Sedikit sabun dan kain penyeka tentu tidak ada
bahayanya. Ia memandang berkeliling dengan dungu. Rasanya ia... di mana" ...tampaknya tidak
dikenal, tapi... Lantai dua. Pasti di sana.
Ada apa di lantai dua" Apa gerangan yang mengisi
105lantai dua gedung perkantoran New York" Kebanyakan pencakar langit di Park
Avenue bahkan tidak punya lantai dua. Lobi untuk lift mereka, semuanya dari
marmer dan karya seni pahat modern, terbentang dua atau tiga tingkat. Dan, untuk
beberapa gedung yang memang memanfaatkan lantai dua mereka, tempat itu merupakan
ruang kantor yang paling tak diinginkan di tempat tersebut sejajar dengan atap-?atap bus, bertengger di atas bisingnya kehidupan jalanan New York, mengumpat
dengan jendela-jendela yang kotor terus dan tidak punya pemandangan. Lantai dua
merupakan tempat yang tak bisa disewakan dan membebani setiap pemilik gedung.
Dalam pengalaman Dave, orang-orang bisnis sejati tidak punya kantor di lantai
dua. Mereka selalu lebih tinggi jauh di angkasa tempat rajawali-rajawali
?perusahaan bersarang. Tak seorang pun akan dipergoki dengan alamat di lantai
dua setidaknya tak seorang pun yang tidak terlibat dalam bisnis aneh dan
?misterius, yang sepenuhnya di luar praktek bisnis normal di New York. KERJAKAN-
kerjakan-KERJAKAN-ker-jakan. Kau melantur ke dimensi yang berbeda....
Sekonyong-konyong pikiran itu terlintas kembali dalam benaknya. Ia pernah ke
lantai ini. Pemilik-pemilik gedung di New York memakai lantai dua mereka untuk
tempat sementara, menyewakan kantor seperti menyewakan kamar di motel transit
bagi orang-orang yang membutuhkan kanior (jangan tanya apa alasannya) selama
satu-dua jam atau satu-dua hari. Atau sebagai alternatif, mereka menempatkan
klub makan siang di lantai dua mereka restoran-restoran pribadi yang hanya bisa
?dinikmati para anggota, para
106 penghuni elite di tingkat yang lebih tinggi. Makanan yang biasa-biasa, anggur
yang terlalu mahal, tetapi pelayanan yang baik dan privasi yang nyaman bila kau
ingin mengesankan pelanggan dari luar kota. ("Saya sudah minta Suzy memesan meja
untuk makan siang di klub itu....")
Seperti semua eksekutif Senterex, Dave juga memiliki kartu anggota klub di
gedung itu. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah memakainya. Ia bahkan tidak yakin
apakah ia ingat nama yang dipakai pemilik gedung untuk menyebut tempat itu. Nama
yang berbau Inggris. Selalu bau Inggris. The Churchill Club" The Windsor Club"
The Parliament Club"
Tak jadi soal. Di klub itu tentu ada air, dan kamar kecil. Dave sangat ingin
memakai kamar kecil. Yang dilengkapi dengan sabun dan pancuran air panas.
Ia melangkah keluar dari koridor lift lantai dua dan belok ke kiri. Lorong itu
dilapisi dengan wallpaper berdesain merah tua dan dihiasi dengan lukisan cat
minyak para perdana menteri yang sudah almarhum.
Benar, the Prime Ministers Club.
Pintu masuknya tampak tebal, berat, dipernis untuk memberikan penampilan kayu ek
Tudor yang mahal. Sebuah pelat kecil dari kuningan dipaku sejajar dengan mata:
KHUSUS UNTUK ANGGOTA DAN TAMU.
Pintu itu terbuka ke serambi berlapis beledu dan dihiasi lebih banyak lagi
gambar politikus-politikus yang sudah almarhum. Podium untuk sang maitre d',
dengan buku reservasi bersampul kulit dan tempat tinta dari kuningan astaga,
?malahan dilengkapi dengan pena bulu berada di sebelah kiri. Gorden-gorden mewah
?tebal dan jumbai-jumbai emas yang
107seronok memisahkan ruang depan itu dari ruang tengah restoran.
Toiletnya jauh di bagian belakang restoran itu.
Ruang makannya luas, dan terang benderang. Meja-mejanya dilapisi kain linen
seputih salju, dilengkapi dengan peralatan makan perak berkilauan. Di meja
tengah, menghadap ke pintu, dengan gelas air jeruk setengah kosong di dekat
tangan kirinya, duduklah Ransome. Tangan kanannya mengacungkan pistolnya dan
membidikkannya ke arah dada Dave. Ekspresi wajahnya tetap netral seperti biasa.
Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya menarik picu.
2. Pelatuk berdetak. Asap mengepul dari moncong pistol otomatis berperedam itu.
Memar di bawah mata Ransome kenang-kenangan dari sepatu Dave memerah. Samar-? ?samar terlintas ekspresi kesal pada wajahnya. Ia mengangkat tangan kiri untuk
menarik pengokang dan memasukkan peluru ke laras. Saat itu Dave sudah mencabut
senjatanya sendiri. Ransome menjatuhkan kembali tangannya ke atas meja.
Dua laki-laki itu saling pandang tanpa bicara. Dave merasakan seulas senyum
tipis mereka di wajahnya. Ekspresi Ransome tidak berubah.
Ransome memecahkan keheningan itu. "Mr. Elliot, kau benar-benar burung berbulu
langka. Aku mulai merasa sayang padamu."
"Tanpa bermaksud kasar, tapi aku merasakan yang sebaliknya."
"Mr. Elliot, aku benar-benar simpati padamu."
108 "Terima kasih." Dave memberi isyarat kecil dengan pistolnya. "Omong-omong, aku
akan berterima kasih kalau kau mau menjatuhkan pistolmu. Biarkan saja lepas dari
jarimu. Dan lalu..."
Senjata itu, saudara kembar pistol di tangan Dave, berdebam di karpet. Ransome
berbicara sebelum Dave bisa menyelesaikan pikirannya, "Tendang menjauh, Mr.
Elliot" Itu tradisional, dan aku memang tradisional, penganut nilai-nilai
tradisional." Ia menendang dengan ujung sepatunya. Pistol itu meluncur tiga
meter ke depan. Ransome meneruskan, "Sekadar ingin tahu, kau tak keberatan
mengatakan apakah semua peluru dalam magasin itu kaukutak-katik?"
"Cuma yang pertama. Bila kau tak punya peralatan yang tepat, butuh waktu banyak
untuk mengeluarkan mata peluru dari selongsong dan mengosongkan mesiunya."
"Aku tahu." Ransome seperti sangat santai, laki-laki pendiam sedang bercakap-
cakap dengan kenalan jauh. "Tapi, mengingat arah hubungan kita pagi ini, aku
yakin aku akan memeriksa semua sisa peluru bila punya kesempatan.".
Kendali dirinya sungguh mencengangkan. Laki-laki ini pasti orang paling tenang
di planet ini. "Apa yang membuatmu beranggapan kau bakal punya kesempatan?"
Ransome mengangkat sebelah alisnya ke arah moncong pistol Dave, yang kini
tertuju ke tengah dadanya. Ia menggeleng. "Kau tak punya keteguhan itu. Oh,
memang, dalam panasnya pertempuran kau bisa membunuh orang. Aku sudah melihat
kau melakukannya. Tapi dengan darah dingin" Kurasa tidak."
109Tepat sesuai jadwal, iseng-iseng Ransome mulai memain-mainkan sebilah pisau
meja. Ekspresinya tetap datar, tetapi pupil matanya melebar. Otot-otot lehernya
menegang. Ia siap bergerak. "Tidak, Mr. Elliot, kau takkan menembakku."
Dave menembaknya. Pistol berperedam itu menimbulkan bunyi pelan, terdengar seperti tinju memukul
bantal. Ransome melolong. Ia mencengkeram pahanya, tepat di bawah selangkangan,
tempat darah mengucur. "BANGSAT KEPARAT KAU MENEMBAKKU BAJINGAN TENGIK!"
Dave tak menghiraukannya. Ia ada di lantai, menjatuhkan diri ketika melepaskan
tembakan. Ia berguling ke kiri, satu kali, dua kali, tiga kali, sambil matanya
mencari di mana seharusnya anak buah pendukung Ransome berada.
Dan memang ada. Dave membidik, menghela napas, menarik picu. Bunyi tinju memukul bantal satu
kali. Dua kali. Tiga kali. Bunyi itu lembut. Anak buah Ransome itu menghilang
dalam hujan merah. Ia tak pernah mengangkat senjatanya.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU BANGSAT BAJINGAN KAU MENEMBAKKU!"
'Tutup mulutmu, kau bertingkah seperti bayi." Dave berguling sekali lagi sambil
membidikkan pistol ke arah Ransome.
"KEPARAT KAU ITULAH YANG HARUS KUKATAKAN KAU BANGSAT!" Ransome membungkuk,
menekankan kedua belah tangan pada lukanya. Wajahnya terangkat, dan bibirnya
tertarik ke 110 dalam. Matanya berputar, dan ia tampak seperti anjing Doberman mengamuk.
Dave mengembuskan udara lewat bibir dengan muak. "Sudahlah, Ransome. Itu luka
daging. Aku tak percaya kalau aku menoreh dagingmu lebih dari satu milimeter.
Seandainya aku ingin kau benar-benar terluka, kau tahu aku bisa melakukannya."
"BAJINGAN BANGSAT KEPARAT BERANI-BERANINYA KAU MENEMBAKKU!"
Tiga meja empat, termasuk meja Ransome sudah diatur untuk sarapan. Seseorang ? ?sedang rapat pagi sambil sarapan ketika Dave menelepon dengan ancaman ledakan
bom itu. Dave meraih segelas air es dari salah satu meja dan mengguyurkan isinya
ke wajah Ransome. "Ransome, ambil lap meja, tempelkan ke pahamu, dan tutup
mulutmu. Dengan caramu bertingkah seperti ini, kau akan mati karena serangan
jantung sebelum mati karena luka itu."
Air es itu membuat rambut Ransome lengket. Sungai kecil mengalir turun di
pipinya. Ekspresi wajahnya membuat Dave bergidik. Itulah wajah Sersan Satu
Mullin, tepat sebelum tamat riwayatnya. Dengan suara rendah dan amat sangat
dingin, Ransome mendesis, "Elliot, kau bajingan tengik, kau tadi bisa saja
meledakkan bolaku." "Itu risiko permainan, temanku. Di samping itu, kau bilang kau sudah membaca
berkas 201-ku. Seharusnya kau ingat nilaiku dalam ketepatan menembak." "Aku akan
membunuhmu karena ini." Dave mengembuskan napas dengan kesal. "Jadi apa lagi
yang baru?" "Bagaimana aku melakukannya, bangsat. Bagaimana sakit dan lama waktunya. Itulah
yang baru." 111"Terima kasih karena kaujelaskan hubungan kita. Sementara ini, jangan duduk
di situ seperti orang tolol meneteskan darah ke mana-mana. Tempelkan sekeping es
pada lukamu. Itu akan mengurangi rasa sakit dan mengurangi perdarahan."
Ransome menggeram, merapatkan bibir, dan berputar untuk mengambil sekeping es
dari gelas -air. Ketika ia berbalik, Dave mengayunkan pistol ke belakang
kepalanya. Ransome tersungkur ke meja dan tergelincir pelan ke lantai.
Satu penggalan pada jam. Waktu sepenuhnya terhenti. Ia punya (halo, sobat lama)
sepucuk pistol berisi peluru di tangannya. Musuhnya tak sadarkan diri di
kakinya. Sekadar terdorong rasa ingin tahu, bukan karena kekejaman dalam hati,
Dave membidikkan moncong pistol itu ke bawah tengkorak Ransome. Gerakan itu
terasa enak, terasa benar. Ibu jarinya menarik pelatuk ke belakang. Rasanya
lebih enak lagi. Itu tentu akan mudah sekali dilakukan. Persoalan mudahlah yang mengutukmu, bukan
yang sulit. Dua puluh lima tahun sebelumnya. David Elliot, tidak sepenuhnya waras waktu itu,
berdiri di jantung kengerian dan berjanji kepada Tuhan bahwa ia takkan pernah,
untuk selamanya, menembakkan senjata karena kemarahan. Aku takkan melukai siapa
pun, demikian ia berdoa, tak pernah lagi, tak ada tindakan kemarahan, tak ada
lagi tindak kekerasan oh, Tuhan, aku takkan berperang lagi....?Kini, hanya dalam sepagian ini, ia sudah membunuh
112 dua orang. Mudah semudah dulu dan otomatis, la tidak merasakan apa pun.
? ?Namun sekarang, tepat pada saat ini, sepucuk pistol di tangan dan sasaran yang
pantas dalam penglihatannya, ia merasakan sesuatu perasaan telah menyelesaikan
?sesuatu, emosi nyaman seorang terlatih yang sudah melatih keterampilannya hingga
sempurna. Dengan dua nyawa baru saja melayang di tangannya dan bau mesiu di
jarinya, ia .tahu bahwa bukan kecil risiko baginya untuk merasa enak, cukup
enak, dan merasa makin lega setiap saat.
Tak pernah lagi, pikirnya. Tak pernah. Ia hampir sesat. Mereka hampir menang.
Kini itu terjadi lagi. Bila ia membiarkannya. Namun ia takkan, tak bisa
membiarkan dirinya berubah menjadi manusia yang dulu mereka harapkan.
Ransome menduga sebaliknya. Ransome dan orang-orangnya. Mereka pikir mereka tahu
apa yang akan dilakukannya. Ambil satu-dua orang sipil sebagai sandera. Siapkan
sergapan. Tumpuk mayat yang roboh. Mulai tembak-menembak. Mencoba dengan tembak-
menembak keluar dari gedung itu.
Dave tersenyum muram. Ia mengangkat laras pistol itu dari kepala Ransome,
menekan pengaman, melepaskan kokangan, dan menyelipkan senjata itu ke bawah
sabuknya. Meskipun tahu musuhnya tidak dapat mendengarnya, ia tetap berbicara
kepada Ransome: "Berapa orang yang kaupasang untuk mengawasi pintu keluar,
Sobat" Dua puluh" Tiga puluh" Lebih banyak lagi" Berapa pun jumlahnya, aku
takkan bisa melewati mereka, kan?" Dave melihat ke celananya, robek dan ternoda
minyak. 'Tidak. Aku sungguh mencolok mata.
113Persetan, melihat bagaimana keadaanku, mereka akan menembakku. Tapi aku akan
keluar, Ransome. Percayalah. Juga percayalah aku akan melakukannya dengan caraku
sendiri, bukan caramu. Aku lebih baik menembakkan pistol ke kepala sendiri
daripada berbuat seperti itu.
3. Tempat itu gelap, hangat, nyaman, dan aman. Di dekatnya, peralatan menimbulkan
bunyi mendengung. Udaranya agak apak, tapi tidak terlalu jelek. Dave berbaring
miring, meringkuk nyaman. Perutnya penuh dan rasanya ia ingin tidur siang. Ia
suka di sini. Selalu ingin merangkak kembali ke dalam rahim, kan, Sobat"
Tempat persembunyian yang sempurna. Dave senang menemukan tempat ini, dan
sedikit terkejut. Senterex sudah sejak lama memindahkan bagian Management
Information System-nya ke pinggiran New Jersey. Tadinya ia pikir setiap
perusahaan lain di New York, termasuk pialang-pialang Wall Street, sudah
melakukan hal yang sama. Ruang kantor di Manhattan terlalu mahal untuk disia-
siakan menampung perangkat keras komputer. Di samping itu, programer adalah
jenis manusia yang sulit, dan lebih produktif bila disisihkan dari tekanan
kehidupan kota besar. Bagaimanapun, setidaknya ada satu perusahaan New York yang belum merelokasi
komputer-komputernya. Perusahaan itu adalah anak perusahaan American lnterdyne
Worldwide. American Interdyne, penerbit saham palsu kamikaze yang diberantas
pada tahun 114 1980-an, beroperasi di bawah perlindungan undang-undang kebangkrutan dan hakim
federal yang sudah pikun. Mungkin itulah sebabnya mengapa perusahaan itu masih
menempatkan komputer-komputernya di lantai dua belas menara perkantoran yang
sangat mahal di Park Avenue.
Berapa sewa ruang di sini" Sekitar empat puluh dolar per kaki persegi.
Ruang komputer American Interdyne luas dan bergaya kuno penuh dengan komputer ?mainframe besar, perangkat periferal yang menderu-deru, dan konsol yang
berkedip-kedip. Perusahaan-perusahaan lain sedang membongkar sistem besar mereka
yang tersentralisasi, mengganti perangkat raksasa dari IBM seharga $15 juta
dengan stasiun-stasiun kerja yang ramping dan client/server network berkecepatan
tinggi. American Interdyne belum melakukannya. Bagian sistem komputernya lintang
pukang di seluruh lantai itu, seperempatnya dipergunakan untuk komputer
mainframe raksasa yang oleh kebanyakan eksekutif, Dave salah satunya, dianggap
seperti dinosaurus. Namun, ia senang melihatnya sekarang. Yang paling menyenangkan mengenai monster-
monster itu, pikirnya, adalah kerumitannya. Raksasa-raksasa manja yang menuntut
perawatan dan makanan tak habis-habisnya. Berbatalion-batalion teknisi
berbayaran tinggi memanjakan mereka. Sistem catu daya yang dibuat khusus.
Pendingin udara yang besar dan berdaya tinggi. Deretan periferal yang tak ada
habisnya. Peralatan pemantau dan pengendali khusus.
Dan kabel. Banyak kabel. Kabel dalam jumlah lebih besar
115daripada yang kaubayangkan. Instalasi komputer mainframe besar membutuhkan
bertumpuk-tumpuk kabel. Dan kau tak sekadar menempelkan kabel-kabel itu sekali
dan kemudian melupakannya. Tak bisa. Kau selalu harus mengutak-atik kabel-kabel,
menghubungkan kembali berbagai port, soket, dan interface. Oh, DASD itu
dihubungkan ke mainframe, dan mainframe itu dihubungkan ke frontend, dan
frontend dihubungkan ke multiplexer, sekarang dengar de word of de lawd!
Yang berarti lantai yang dinaikkan. Ruang komputer American Interdyne, seperti
semua pemakai mainframe lain, dibangun pada lantai yang dinaikkan. Kabel-kabel
dan kawat-kawat berkelok-kelok di bawahnya. Lantai itu dipasangi panel sehingga,
seperti yang begitu sering diperlukan, staf komputer bisa membukanya dan menata
kembali konfigurasi kabel-kabel tersebut.
Gelap, hangat, dan nyaman. Sungguh cukup nyaman di bawah lantai itu.
Dave butuh kedamaian. Dua kali sesudah meninggalkan Prime Minister's Club ia
nyaris bertumbukan dengan anggota-anggota Pasukan Penjinak Bom Kepolisian New
York. Seandainya mereka melihatnya... compang-camping, kotor, bau muntahan,
tangannya penuh dengan makanan curian, dan dengan pistol-pistol tidak sah
terselip di sabuknya... Pasti agak sulit mencari alasan meloloskan diri, Sobat. Terutama menjelaskan
baja penembak itu. Pistol itu semuanya otomatis. Satu milik Carlucci, dan satu milik anak buah
pendukung Ransome. Keduanya berbentuk dan bermodel sama, apa bentuk
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
116 dan modelnya, Dave tidak tahu. Tak satu pun mencantumkan cap pembuatnya atau
nomor serinya. Keduanya memiliki rangka dari serat polimer ringan, peredam suara
buatan pabrik, pembidik laser, dan rangka penyimpan magasin yang menampung 21
peluru. Peluru-peluru itu jadi bahan renungan namanya TUG, singkatan dari Torpedo ?Universal Geschoss. Dave tak pernah tahu ada peluru semacam itu untuk pistol.
Mata pelurunya untuk berburu, dirancang untuk menembus dalam, menjadi jamur di
dalam tubuh, merobek jantung sasaran. Orang yang tertembak tubuhnya dengan salah
satu peluru itu akan mati seketika di tempatnya berdiri; bahkan luka terserempet
sekalipun akan membuatnya lumpuh.
Di atas tuas pengamannya, ada batang pengokang yang sedikit melekuk. Dave
menduga dengan mendorong pengokang ini ke depan akan mengubah pistol itu menjadi
otomatis penuh, mengubah pistol tersebut menjadi senapan mesin yang bisa
dipegang tangan. Perkakas bagus. Tak sehebat pistol Ingram MAC lamamu yang dilengkapi dengan
WerBell Sionics suppressor, tapi cukup jahat. Otomatis .38, 130 grain untuk
kecepatan dari laras hanya setitik di bawah kecepatan suara. Seperti itu
suaranya akan teredam optimal. Menghantam sasaranmu dengan energi sebesar 150
kilo per kaki persegi. Aduh.
Aduh juga bila pihak yang berwajib sampai menangkap orang sipil membawa pistol
semacam itu. Dave merasa bahwa memikirkan untuk memiliki senjata macam itu saja
sudah melanggar Undang-Undang Sullivan.
117Dan itu menimbulkan beberapa pertanyaan dari mana asal senjata-senjata
itu orang-orang yang membawanya. *
?Aman di bawah lantai, kepala berbantal kabel AWG 22 yang terbungkus karet,
nyaman, Dave mencoba tidur. Malaikat pelindungnya yang suka berdebat itu tidak
membiarkannya. Masalahnya tentu saja Helen. Mengapa dia muncul di samping anak
buah Ransome" Bagaimana mereka membujuknya agar memusuhi suami sendiri"
Dave ragu-ragu Helen memang berniat mengkhianatinya. Anak buah Ransome mungkin
sudah menceritakan kebohongan yang mengerikan kepada Helen {atau lebih parah
lagi, suara dalam benaknya memperingatkan, kebenaran yang mengerikan) agar mau
mengidentifikasikannya. Kebohongan apa" ia bertanya pada diri sendiri. Kebenaran apa" balas malaikat
itu. Ia tidak bisa menemukan jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut. Tidak pula ia
bisa membiarkan dirinya memeriksa penjelasan alternatif atas perilaku
Helen belum bisa. Mungkin dia ada di pihak mereka. Mungkin dia ingin kau mati
?sama seperti semua orang lain.
Tidak masuk akal. Sudah lima tahun dicurahkannya untuk bekerja sekuat tenaga
mengubah perkawinan itu menjadi keberhasilan.
Seberapa keras Helen bekerja"
Diam! Aku tak butuh ini! Kau tahu apa kata mereka tentang orang yang berdebat dengan diri sendiri, dan
kemudian kalah... " 118 Dave menggeram dan berguling, berusaha menemukan posisi yang yang lebih nyaman.
Saat ia membalik^ radio yang diambilnya, bersama uang 67 dolar, dari mayat anak
buah Ransome, terlepas. Diambilnya radio itu dan ditempelkannya ke telinga.
Volumenya kecil. Cepat atau lambat staf teknik American Interdyne akan datang
kembali ke ruang komputer. Dave tidak ingin mereka bertanya-tanya heran dari
mana bunyi aneh itu kedengarannya seperti walkie-talkie, Frank berasal.? ?Suatu percakapan sedang berlangsung: "...seperti ada orang menjatuhkan sandwich
dengan saus tomat dan melaburkannya ke lantai. Setengah penduduk New York City
pasti telah menginjak wajah bangsat malang itu."
Suara lain menjawab, "Aduh, mengerikan. Itu cara mati yang mengerikan. Seseorang
harus memanggil Don... Robin dan memberi kita perintah lebih lanjut."
"Negatif. Robin tak mau dihubungi dengan radio. Kita tak bisa bicara padanya
sampai dia bicara pada kita."
"Aww, man. Polisi mulai membiarkan orang-orang kembali ke dalam gedung. Aku tak
tahu apa yang harus kita kerjakan, tapi kupikir kita harus keluar dari sini."
"Tidak tanpa perintah."
"Persetan dengan perintah itu, man. Dan satu hal lagi, cuma Robin dan Partridge
yang tahu apa sebenarnya maksud segala kerusuhan ini. Maksudku, kita harus
membunuh orang ini, kan" Bukan urusan * besar, kata mereka. Cuma satu hari kerja
dengan gaji biasa, kan" Ya, bukan masalah besar. Nah, kalau bukan masalah besar,
mengapa mereka tak menjelas-119kan apa maksud semua ini" Astaga, seperti kita
tak dapat izin atau entah apa. Tapi, uh-uh, tak ada pertanyaan, kata Robin. Tak
ada jawaban, kata Robin. Jadi, persetan dengan semua ini. Kau tahu apa
pendapatku" Menurutku laki-laki ini, sasaran kita, bikin orang ketakutan.
Maksudku dia tahu rahasia busuk salah satu bocah besar itu. Dan siapa pun bocah
besar itu..." "Hentikan itu!" Dave kenal suara tersebut. Suara itu milik Partridge.
'Tidak, man, dengarkan..."
"Tenang, Warbler. Dan jangan panggil aku 'man." Suara Warbler menitikkan
sarkasme. "Wah, maafkan saya, Sir."
"Warbler, kalau kau ada masalah dengan rantai komando, akulah yang akan
memecahkannya untukmu. Dan bila ada di antara kalian ada masalah dengan tugas
kalian, dengan senang hati aku akan membicarakannya satu per satu. Kalau tidak,
kalian tahu apa tugas kalian, dan itu sajalah yang perlu kalian ketahui.
Mengerti, Saudara-saudara?"
Orang kedua dalam garis komando. Partridge adalah orang kedua Ransome.
Seseorang menggumam, "Ya, Sir."
"Aku tak mendengarnya, prajurit."
"Maaf, Sir. Saya bilang ya, Sir."
"Bersihkan saluran." Itu suara Ransome, cukup tenang, tetapi tidak setenang
sebelumnya. "Di sini Robin. Teman kita mendapat radio lain "
"Baji..." "Aku bilang bersihkan saluran. Kalau kalian sudah lupa, itu berarti tutup mulut
kalian." 120 Kedengaran gampang tersinggung, kan"
"Poin nomor satu: Sementara ini, aku akan memberikan kode perubahan. Kita akan
beralih ke Xylophone Delta Niner. Poin nomor dua: aku ingin semua kembali ke
stasiun masing-masing secepatnya. Poin nomor tiga: aku perlu perlengkapan medis
untuk penggunaan pribadi. Poin nomor empat: Kita perlu regu pembersih di lantai
dua, di dalam restoran. Juga perlu tas mayat."
"Kau mendapatkan dia, Robin?"
"Negatif. Tas itu untuk Oriole."
"Aww, man..." 'Tutup mulutmu!" Dave mendengar bentakan. Ransome menarik napas dalam dan
mengembuskannya keras. Ia baru saja menyalakan sebatang rokok. Ah, kita semua
punya kelemahan kecil. "Mr. Elliot, aku yakin kau mendengarkan ini. Aku segera menyatakan gencatan
senjata unilateral."
Mengutip Mftrk Twain, aku curiga teman kita ini agak hemat dengan kebenaran.
"Kuulangi, sekarang saat genjatan senjata, Mr. Elliot. Kami semua akan kembali
ke pos masing-masing dan istirahat sebentar. Seperti yang kujanjikan, aku akan
mengkomunikasikan keadaan saat ini pada atasanku dan mendesak mereka agar
memberikan kuasa melakukan negosiasi. Untuk sementara, orang-orangku akan tetap
berjaga di tempat mereka. Kuang' gap kau akan berbuat sama. Mengingat penjagaan
yang kami lakukan di pintu keluar, itulah satu-satunya tindakan yang rasional."
Ransome berhenti, menunggu jawaban. "Konfirmasimu akan berguna, Mr. Elliot."
121Dave menekan tombol bicara di radionya dan berbisik, "Aku copy, Robin."
"Terima kasih. Ada satu hal lagi untukmu. Kami akan minta manajemen restoran ini
menginventarisasi barang mereka. Bila ada merica yang hilang, aku akan mengubah
perintah-perintah sebelumnya sesuai dengan keadaan."
Tiga kantong merica tergeletak dekat kaki Dave. Ia selalu ragu-ragu bila pelayan
dengan sopan bertanya, "Merica yang baru digiling, Sir?" Di tempat seperti New
York ini, ia tidak benar-benar yakin bahwa gilingan merica dari kayu itu benar-
benar berisi butiran biji merica. Menurut perkiraannya, benda itu hanyalah
tabung penyimpan merica yang dirancang agar pelanggan percaya bahwa mereka
benar-benar mendapatkan apa yang mereka bayar. Di dapur Prime Minister's Club,
Dave menemukan sederet penggiling merica dalam keadaan terbuka, satu corong, dan
tiga kantong merica halus. Selamat datang di New York.
"Itu berarti, Mr. Elliot, kau tak perlu menyia-nyiakan waktu menyebarkannya
untuk menghindari anjing."
Jahat sekali. Kalau cukup banyak merica yang-kaupakai, anjing-anjing itu akan
mengamuk dan berbalik menyerang tuan mereka. ^ "Baiklah, semuanya, reset ke
Xylophone Delta Niner. Kerjakan sekarang."
Dave mengira radio itu akan diam saat Ransome dan anak buahnya mengaktifkan
penggantian kode. Tapi, sesaat kemudian, suara Ransome meneruskan, "Ada satu hal
lagi yang perlu kusampaikan, Mr. -Elliot. Sekarang pasukan tak lagi
mendengarkan, aku 122 bisa mengatakannya dengan mantap. Kau mantan perwira. Kau tahu apa yang bisa dan
tak bisa diucapkan komandan di depan anak buahnya." -"Aku copy, Robin."
Ransome menyedot, lalu mengembuskan desis panjang dan lamban. Dave berani
bertaruh, Ransome tentu mengisap rokoknya. "Oke. Beginilah. Di sana tadi aku
kehilangan kendali, Mr. Elliot, maka aku patut minta maaf. Aku tak gampang
kehilangan kendali. Tapi ketika melihat darah di antara kakiku, kupikir kau
telah menembak alatku. Itulah sebabnya aku bersikap seperti tadi'. Sekarang
kuakui aku menyesal. Aku tahu aku keluar garis, dan aku tahu kau hanya mengambil
tindakan yang tepat. Kau salah satu anak buah Koloriel Kreuter. Dia mengajarkan
padamu peraturan-peraturannya, sama seperti yang diajarkan padaku. Tak ada
pasukan dengan satu prajurit dan tak ada pilot solo. Bahkan Lone Ranger
sekalipun punya teman Indian yang setia. Kau tahu itu. Kau tahu aku tadi
membawa* pendukung. Dan kau menanganinya tepat seperti yang harus kaukerjakan.
Aku menghargainya. Kuharap kau memaafkan tingkah dan omonganku. Aku sungguh-
sungguh. Kau boleh pegang janjiku bahwa episode itu takkan terulang."
Boleh juga. Persis seperti dalam buku-buku perang urat saraf. Dapat dipercaya,
tulus, terus terang kau tahu. untuk orang sinting macam Ransome, dia ?kedengaran seperti orang baik hati.
"Mr. Elliot" Apakah kau mendengarkan. Mr. Elliot?"
"Aku copy, Robin."
"Over and out." Radio itu mati. Ransome sudah mengganti kode.
123Dave menyandarkan kepalanya ke kabel-kabel itu, mencari posisi nyaman. Ia
bersendawa. Makanan yang diambilnya dari Prime Minister's .Club terasa selezat
makanan yang pernah ia makan. Namun itu tidak mengejutkan. Apalagi, peraturan
pertama dalam keprajuritan adalah: makanan curian terasa paling lezat.
"Selalu ambil ayam bila kau punya kesempatan, sebab bila kau sendiri tak
menginginkannya, kau bisa dengan mudah menemukan orang lain yang mau, dan
perbuatan baik takkan pernah dilupakan." Begitu kata Huck Finn.
Dan peraturan kedua dalam keprajuritan adalah ini: begitu tembak-menembak
berhenti, tibalah saat tidur.
Tak lama kemudian, David Elliot tertidur. 4.
Jaket wol instruktur itu memberikan penampilan yang pantas sebagai pengajar.
Tingginya rata-rata, tapi serasa lebih tinggi. Caranya menegakkan kepala, dengan
hidung terangkat sedikit, menambah ilusi tingginya. Rambutnya agak panjang, tapi
terpangkas rapi dan bergaya untuk akhir tahun enam puluhan. Tapi bagaimanapun
juga, potongan itu terasa agak ganjil di dalam ruangan yang penuh dengan
potongan gaya militer. Ia bicara dengan aksen New England yang tegas bukan dengan logat Irlandia
?keluarga Kennedy, tapi lebih aristokratis. "Selamat siang, Saudara-saudara."
Letnan Elliot dan rekan-rekannya sesama siswa yang hanya berjumlah selusin sudah
menghabiskan pagi itu 124 dengan melihat-lihat fasilitas tersebut. Fasilitas itu merupakan perbaikan besar
di Fort Bragg. "Namaku Robert. Kalian bisa memanggilku Rob bila mau. Seperti
semua orang yang akan kalian jumpai di sini, aku lebih suka dipanggil dengan
nama pertama. Sedangkan nama keluarga kami, ah, aku khawatir kami sudah
mengalami sedikit amnesia." Kelas itu tertawa senang.
"Pelatihan yang kalian terima di Kamp P ini mungkin akan kalian terima sebagai
kejutan. Lembaga ini bukan bertujuan memperdalam pelajaran-pelajaran yang sudah
kalian pelajari. Kami anggap kalian sudah menguasai seni keprajuritan dengan
baik. Dan bila tidak, kalian takkan ada di sini. Kurikulum kita diarahkan pada
keahlian yang lain. Keahlian ini memiliki dua dimensi. Dimensi yang tak pelak
lagi ingin kalian dengar adalah manifestasi luar keahlian kita senjata-senjata ?luar biasa, alat-alat berbahaya, tipu muslihat keji, dan keterampilan-
keterampilan mematikan lainnya yang dituntut dari pelaku sabotase, subversi, dan
pembunuh. Sudah tentu kami akan mengajarkan pada kalian hal-hal tersebut. Tapi
bukan segera. Pertama, kita akan memusatkan perhatian pada dimensi kedua
keahlian ini, dimensi psikologis, dimensi dalam, dimensi pikiran. Pada akhirnya,
Saudara-saudara, dalam pikiranlah permainan ini dimainkan, dan dalam pikiranlah
permainan ini dimenangkan atau tidak. Apakah kalian memahami maksudku?"
Beberapa orang mengangguk. Seorang perwira Marinir di belakang Dave berseru
keras, "Ya, Sir!"
"Coba lupakan kata 'sir. Kita di sini kolega yang sederajat. Sekarang, sebagai
permulaan, kalian sebagai
125warga Amerika yang baik tentulah tumbuh dewasa dalam budaya yang menjunjung
tinggi olahraga beregu. Aku yakin kalian semua pernah menyaksikan berbagai
pertandingan dan dengan penuh semangat mendukung regu daerah kalian. Kemungkinan
besar, kalian sendiri pernah bermain di berbagai lapangan, kalian masing-masing
adalah pemain beregu yang baik. Bahkan mungkin kalian pernah meraih satu-dua
prestasi besar dalam olahraga. Bila demikian halnya, kalian berhak merasa
bangga, karena olahraga beregu memang merupakan permainan terhormat. Namun
sayangnya, permainan tersebut juga merupakan penyederhanaan struktur yang"
primitif. Coba renungkan: lapangan itu memiliki dua gawang. Hanya ada dua regu
yang bertanding. Permainan itu dimainkan selama periode waktu tertentu yang
sudah ditentukan, diatur oleh buku peraturan sederhana yang sudah dikenal dan
ditaati oleh wasit serta para pemain. Beberapa orang mengatakan olahraga adalah
metafora untuk perang, dan perang adalah metafora untuk olahraga. Aku khawatir
bukan begitu, meskipun sudah jadi kesalahan yang lazim diyakini oleh orang
Amerika. Selama beberapa minggu mendatang, aku berharap akan membebaskan kalian
dari kesalahan menyedihkan ini, sebab kalian lihat, perang, dan terutama jenis
perang di mana kalian dipersiapkan, punya lebih dari dua pihak dan lebih dari
dua regu. Selain itu tak ada perangkat peraturan yang mengaturnya. Permainan
yang akan kalian pelajari ini berlapis-lapis seperti bawang. Kupaslah selapis,
dan selapis lagi sudah menunggu kalian. Dan satu lagi, dan satu lagi. Orang yang
bermaksud mencari inti tersembunyi sesiung bawang, Saudara-126
saudara, adalah orang yang akan sangat kecewa. Karena begitu ia mengupas bawang
itu sampai ke jantungnya, ia takkan mendapatkan apa-apa. Psikologi dari
kebenaran seperti ini bisa sangat meresahkan. Misiku adalah mempersiapkan kalian
menghadapinya. Semoga aku mengajari kalian bagaimana melihat di balik permukaan
segala hal, bagaimana merasakan berapa banyak lapisan yang dimiliki bawang itu,
dan bagaimana mengenali bahwa lapisan-lapisan itulah yang menjadi jiwa bawang
tersebut. Ini masalah yang mendesak, Saudara-saudara, sebab begitu kalian keluar
dari ruang kelas dan masuk ke neraka tempat kami akan mengirim kalian, dengan
cepat kalian akan menemukan bahwa di bawah permukaan permainan ini ada permainan
lain sedang dimainkan, dan di bawahnya masih ada permainan lain. Dan
peraturannya. Saudara-saudara, ahh, semua peraturannya akan sangat jauh
berbeda." Mamba Jack Kreuter terlalu cerdik untuk mengirim letnan yang masih hijau, baru
tiga minggu di negara itu, sebagai perwira yang bertanggung jawab atas misi
pembunuhan di seberang Garis DMZ. Dave Elliot memikirkan hal ini ketika ia masih
berada di dalam tenda sang kolonel. Fakta menunjukkan bahwa sang kolonel
memandang Dave tak lebih sebagai domba korban.
Bukan berarti Jack tidak adil. Dia sudah memberikan cukup informasi kepada
Dave sekadar cukup untuk bernalar mendapatkan kebenaran.
? ? Kreuter sengaja membocorkan fakta bahwa orang Rusia yang harus dibunuh Dave
adalah seorang mayor 127KGB. Kreuter juga menegaskan bahwa persoalan dengan mayor itu bukanlah
bantuannya kepada VC, tetapi lebih karena nasihat yang ia berikan kepada mereka.
Pertanyaan: Nasihat apa yang diberikan seorang mayor KGB kepada Vietcong"
Jawab: Nasihat berdasarkan data intelijen KGB, sebab data intelijen inilah yang
selalu jadi modal Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti.
Pertanyaan: Dari mana KGB mendapatkan data intelijennya"
Jawab: Dari agen dan informan.
Dave duduk di dalam tendanya sendiri, minum bir hangat sambil merenung-
renungkannya. Mayor Rusia itu mendapat pasokan informasi dari informan mungkin ?salah satu perwira Vietnam di bawah komando Kreuter, atau mungkin orang lain.
Siapa pun orangnya, ia tentulah berkedudukan tinggi dan memberi informasi
bermutu. Baik Mamba Jack Kreuter maupun komandan lain tidak akan mengambil
risiko melakukan penyerbuan melewati garis DMZ, kecuali kehilangan data
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
intelijen itu serius. Pertanyaan: Bagaimana caramu menangkap pengkhianat ini"
Jawab: Pasang perangkap untuk membunuh perwira senior Vietcong atau lebih baik
?lagi, orang Rusia itu sendiri.
Pertanyaan: Apa umpannya"
Jawab: Seregu prajurit yang bisa dikorbankan di bawah pimpinan letnan yang juga
boleh dikorbankan. Dave dikirim ke utara untuk memancing musuh keluar dari sarangnya. Kreuter
berharap ia akan 128 melakukan kesalahan masuk perangkap, maju cukup dekat ke markas orang Rusia itu
untuk menarik perhatian, dan memancing tembak-menembak sehingga menimbulkan
kebingungan. Sementara itu, regu kedua pasukan Amerika dengan pimpinan-pimpinan
?yang lebih berpengalaman akan menjepit pangkalan operasi Rusia itu Begitu
?tembak-menembak mulai, mereka akan menyerbu dan menerkam mangsa mereka. Inilah
tujuan misi tersebut. "Di balik permukaan permainan, ada permainan lain yang
dimainkan...." Pertanyaan: Mereka sebut apa umpan yang dipakai untuk memikat harimau"
Jawab: Domba Yudas. Pertanyaan: Berapa banyak domba Yudas yang dibutuhkan untuk mendapatkan harimau
itu" Jawab: Selalu ada yang pertama.
5. Meskipun ia tidak memimpikan bawang, David Elliot terbangun memikirkannya. Atau
lebih tepatnya bagian tertentu. Lapisannya yang teratas, katanya pada diri
sendiri, bernama Bernie Levy.
Coba ceritakan lebih banyak padaku.
Orang seperti Ransome tidak mengirim orang\ macam Bernie untuk melaksanakan
pekerjaan kotor mereka. Mereka melaksanakannya sendiri. Untuk itulah mereka
dibayar. Satu-satunya kemungkinan Ransome membiarkan Bernie pergi membunuhku
adalah bila Bernie bersikeras, meyakinkannya, mendebatnya. Ia dan Ransome
mungkin berkutat keras hingga hal itu terjadi. Bernie Levy keras kepala. Tuhan
tahu dia 129keras kepala. Sekali ia memutuskan bahwa sesuatu benar, ia akan berpegang
teguh pada keputusan itu.
Itu hanya sebagian dari jawaban.
Bagian lainnya adalah apa yang diucapkannya. "Bernie Levy menyalahkan diri
sendiri, dan Tuhan takkan mengampuni."
Jadi" Entah bagaimana Bernie merasa dirinya bertanggung jawab atas niat Ransome untuk
membunuhku. Bila ia yakin bahwa mimpi buruk ini kesalahannya, ia tentu yakin
bahwa membunuhku adalah tugasnya. Lebih dari sekadar tugasnya. Kewajibannya.
Bernie mantan anggota Marinir. Semper Fidelis. Kewajiban selalu ia junjung
tinggi. Kaupikir Bernie-lah yang ada di balik semua kekusutan ini"
Mungkin tidak. Mungkin dia cuma salah satu kor-^ban, sama seperti aku. Menurut
dugaanku dia cuma korban. Ia hanya punya pilihan membiarkan Ransome membunuhku
atau menembakku sendiri. Ketika masuk ke kantorku, dia menggumam dan bicara
tergagap-gagap bahwa ia tidak punya alternatif. Itulah yang dimaksudkannya.
Dipikirnya ia wajib memberitahuku. Aku harus dibunuh karena kesalahan yang ia
lakukan. Ia merasa wajib menjadi orang yang menarik picu. Ia tidak bisa
membiarkan seseorang yang tak dikenal melakukannya.
Isyarat kebaikan hati. Boleh kukatakan mulia. Bernie menanggung dosa itu dalam jiwanya sendiri. Masalah
ini pasti mengusik hati nuraninya.
Oke, jadi dalam neraka jahanam apa Bernie terlibat dan bagaimana kau terlibat"
130 Aku tak tahu. Aku bahkan tak bisa menebak.
Kau yakin tidak menyaksikan pembunuhan oleh mafia atau entah apa saat aku tidak
waspada9 Apa yang kulihat" Apa yang kudengar" Apa yang kuketahui"
6. Seseorang berjalan di atas, melintasi lantai yang dinaikkan di ruang komputer
itu. Suara laki-laki, tenor dan tanpa aksen, berseru, "Sekarang sudah pukul
15.30. El Supremo ingin semua staf operasi berada di ruang rapat. Ada dekrit
baru yang datang dari atas."
Seseorang mengeluh. "Pemotongan gaji lagi."
"Ya," yang lain menambahkan. "Untuk menutup kerugian karena makin bengkaknya
bonus bagi manajemen top."
"Dengar, Saudara-saudara," suara tenor itu berkata, "saya tahu memang berat
keadaan di sini, tapi setidaknya kita masih punya pekerjaan."
"Setidaknya hingga pukul 15.30."
Suara tenor itu tak menghiraukan cemooh tersebut. "El Supremo mengatakan butuh
waktu sejam bersama kalian. Apakah kita menjadwalkan urusan penting antara
sekarang sampai waktu itu?"
Seorang wanita menjawab, "Tak ada yang besar, tapi ada pemeriksaan RJE pada
piutang yang mestinya dilaksanakan pukul 16.00. Itu untuk' Fort Fumble, kantor
pusat kita yang terhorniat."
"Oke, Marge, kau yang menangani urusan itu. Kau tak perlu ikut rapat dan
menyelesaikannya. Aku akan
131tetap di sini kalau-kalau kau membutuhkan bantuan. Aku dan El Supremo biasa
pulang naik kereta api bersama. Dia bisa memberitahuku mengenai rapat itu nanti.
Yang lain, segera ke sana. Kalian tahu betapa benci bos kita pada orang-orang
yang terlambat dalam rapatnya."
Paduan tiga atau empat suara mulai melagukan pembukaan Showboat, "Semua negro
bekerja..." "Hentikan!"
Tumit dan sol sepatu beradu dengan ubin. Dave mendengar pintu terbuka dan
terbanting menutup. Sesaat suasana hening. Kemudian bunyi langkah kaki
mendatangi ke arahnya. Ringan, berdetak-detak sepatu perempuan, yang bernama ?Marge itu. Wanita itu berhenti tepat di atas kepalanya.
Suara tenor itu bicara, "Apakah kau mengerjakan-" nya dari konsol itu?"
"Em, ya." Langkah kaki yang lebih berat dari laki-laki itu berdebam di atas kepala Dave.
"Itu 3178, kan?" " "Ya."
"Aku tak tahu mereka masih membuatnya. Sama sekali bukan terminal yang tepat
untuk pekerjaan ini, kan?"
"Kerjakan dengan perangkat itu atau tidak sama sekali. Begitulah cara American
Interdyne." - "Well, bagaimana kau..."
"Dengar, Greg, sudah tujuh bulan aku menangani ini sendirian. Kau tak perlu
tinggal di sini. Mengapa kau tak ikut rapat itu ^saja" Menyenangkan hati El
Supremo?" Dave mendengar Greg menggoreskan ujung se -
132 patunya pada lantai. "Ah... Marge, masalahnya aku tak benar-benar tinggal di sini
untuk membantumu dengan pekerjaan itu."
"Oh?" Menurut Dave nada suara Marge berubah sedikit menajam.
"Uh, ya. Ah, masalahnya, Marge, aku... Dengar, aku sudah pernah mengatakan hal
ini. Kau gadis yang cantik, dan kupikir aku bukan laki-laki yang jelek."
"Begitu juga Ken dan Barbie, tapi mereka tidak dibungkus dalam kotak yang sama."
Dave menduga ini ucapan wanita yang sudah pernah membicarakan urusan ini.
"Ayolah, Marge. Aku laki-laki yang cocok untukmu, dan kau tahu itu."
"Laki-laki pilihanku tak punya istri dan anak di Great Neck."
"Sudah kukatakan padamu itu sudah berakhir. Kau ingin bukti" Baiklah. Aku bisa
menunjukkan bukti tagihan pengacaranya!"
"Terima kasih, tak perlu."
"Yang kuminta hanyalah kita keluar bersama-sama sekali atau dua kali. Bersantai
dan bersenang-senang. Minum satu-dua gelas, menikmati makan malam lezat. Mungkin
rionton film. Sekadar untuk saling kenal lebih dalam. Apa salahnya dengan itu"
Mengapa kau sama sekali tak mau mempertimbangkannya?"
"Greg, biar kutegaskan padamu. Aku sudah memikirkannya. Panjang-panjang."
"Bagus. Aku tahu itu tak bisa..."
"Dan aku memutuskan tidak."
"Apa" Mengapa?" Suara Greg jadi lebih keras daripada ukuran sopan santun.
133"Tak ada 'mengapa'-nya, Greg. Hanya tidak saja."
"Kau tak menanggapiku dengan serius. Dengar, Marge, aku serius mengenai ini.
Sangat serius. Kau sudah jadi penting bagiku, dan kau takkan... Hei! Jangan pergi
begitu saja selagi aku bicara!"
Terdengar pertengkaran. Suara Marge juga naik, lebih tinggi daripada suara Greg.
"Lepaskan aku, Greg. Lepaskan aku sekarang juga!"
"Tidak sampai kau diam dan mendengarkan! Menurutmu siapa yang kauhadapi di sini"
Aku bosmu, Marge. Apa kau sudah lupa itu" Akulah yang mengisi formulir
penilaianmu dan memutuskan kenaikan apa yang akan kaudapatkan. Akulah yang
menyelamatkanmu dari penyempitan pegawai terakhir kemarin. Dan bila kau tak
ingin mendapatkan giliran berikutnya, lady, kau sebaiknya meluruskan sikapmu!"
"Apa! Greg..." "Lupakan apa kata Gedung Putih tentang perekonomian, babe. Di luar sana itu
adalah dunia yang dingin dan keras, dan pekerjaan bagus tak mudah didapatkan."
"Tidak, Greg. Ada..."
'Terutama bila kau punya noda hitam dalam catatanmu. Di lain pihak, Marge, bila
kau tetap bekerja di American Interdyne, masih ada pefuang. Kau bahkan mungkin
mendapatkan kenaikan pangkat bila memainkan kartumu dengan benar."
"Ada orang lain, Greg..."
"Peduli amat dengannya! Tinggalkan pacarmu itu, Sayang."
'Tidak. Maksudku di belakangmu." Greg yang sedang memilin tangan Marge ke
punggung, menengok ke belakang.
134 David Elliot tersenyum kepadanya, meskipun tidak dengan ramah
7. Dave mendorong Greg dengan ujung kakinya, memastikan bahwa laki-laki perayu itu
sudah pingsan. Ia menggoyang-goyangkan pergelangan tangan, mencoba membuang rasa sakit itu.
Buku-buku tangan kirinya memar, dan darah menetes dari lukanya yang tak
terbalut. Tanganmu kotor. Dengan semua yang lainnya kau akan mendapat gangrene.
Sesudah menengok terakhir kalinya pada Greg yang sedang tak sadarkan diri, Dave
memandang Marge. Pikiran pertamanya: tulang pipi yang indah. Pikiran keduanya:
perempuan ini akan berteriak setiap saat sekarang. Tanpa pikir ia berkata, "Hai,
aku Dave Elliot dan kau baru saja melewatkan hari yang menyebalkan."
Rahang Marge persegi, kuat, menarik mengendur. Matanya yang hijau (hijau ? ?pekat, hijau zamrud, hijau seperti danau kecil di atas gunung), tampak lebar di
balik kacamata berbingkai merah, persegi, besar. Ia membuka dan menutup mulutnya
dua kali. Tak ada suara yang keluar.
"Sebenarnya, hari yang sangat menyebalkan."
Buat dia tertawa. Bertindaklah sedikit kekanak-kanakan, sedikit kecewa.
Marge melangkah mundur. Dengan lemas ia memberikan isyarat dengan tangan
kanannya, seolah mencoba mendorong sesuatu.'
135"Kurasa aku tampak berantakan."
Marge akhirnya berhasil bergumam, "Setengahnya saja kau tak tahu."
"Hari yang amat sangat menyebalkan."
"Dan kau bau." Ia mengerutkan cuping hidungnya. Dave menyukai itu.
"Sebenarnya, ini hari paling menyebalkan dalam hidupku. Dengar, Marge Itu
?namamu, kan" Marge, kalau mundur lagi kau akan menabrak dinding. Yang akan
?kulakukan adalah bergeser ke Sini, menjauh dari pintu. Jadi kalau kau mau jalan
pelan-pelan ke pintu dan keluar, aku akan mengerti."
Marge memonyongkan bibirnya, sambil menyipitkan mata memandangnya. "Sungguh?"
"Ya, sungguh." Ia perempuan yang menarik. Dalam hal itu Greg benar. Agak pendek,
mungkin 158 senti, tapi proporsinya bagus. Rambut hitam, berkilauan seperti batu
bara, dipotong poni. Usianya pertengahan dua puluhan. Mata hijau ceria dan bibir
yang dirancang untuk tersenyum. Hidung model Yahudi yang manis dan menarik
serta... Bukankah sebaiknya kauhentikan alur pikiran itu, Sobat" Perempuan itu sudah
repot menghadapi satu laki-laki hidung belang hari ini.
Marge tetap menempelkan punggungnya ke dinding dan matanya terpaku pada Dave. Ia
beringsut di garis tepi ruangan itu hingga sampai ke pintu. Begitu memegang erat
pegangan pintu ia berbicara kembali, "Kurasa aku harus mengucapkan terima kasih
atau entah apa padamu. Maksudku mengenai si gila Greg itu. Jadi terima kasih."
"Kembali," Dave memandang kemejanya yang
136 semula putih. Ia menggosok lapisan kotorannya. Tidak ada perbaikan.
Marge memandangnya, mengangguk, dan menempelkan telapak tangan ke samping
tubuhnya. "Itu saja" Kau bilang, 'Kembali,' dan selesai begitu saja?"
"Begitulah, kurasa." Hati-hati, hati-hati.
"Kau muncul begitu saja dari lantai seperti makhluk ciptaan Stephen King, jadi
kung-fu lover boy, dan kemudian selesai begitu saja tak peduli siapa laki-laki
bertopeng itu, itukah yang kaukatakan?"
Saat untuk melontarkan senyum kekanak-kanakan. Ayolah, Sobat, buat dia
mempercayaimu. Dave menghela napas dan memandang ke bawah. "Kedengarannya seperti kau butuh
bantuan. Mengenai Greg, maksudku. Dan..." Ia mengangkat muka dan tersenyum lebar,
"...lagi pula, aku perlu melakukan sesuatu untuk... entahlah... menyenangkan hati atau
membuktikan bahwa aku orang baik atau entah apa. Jadi... mungkin alasanku
memukulnya adalah... aku mungkin melakukannya lebih untuk kepentingan diri
sendiri." "Apa?" Marge menggerutu. "Kau selalu memecahkan masalah citra dirimu dengan
memukul orang?" "Tidak. Aku tak pernah punya masalah dengan citra diri sampai hari ini."
Marge mengamatinya. Caranya memandang nyaris seperti cara dokter memeriksa, inci
demi inci, dari atas ke bawah. Dave menduga Marge sedang mencoba memutuskan
bagaimana tampangnya di balik lapisan kotoran itu. Akhirnya wanita itu bicara,
"Apakah kau... entahlah... dalam masalah atau apa?"
Dave kembali menghela napas. "Terlalu ringan untuk mengatakan aku ada masalah."
137Marge menempelkan tangan pada paha, menggembungkan pipi, dan mengangguk. Dave
merasa ekspresi itu sangat menarik. "Oke. Aku tahu akan menyesali ini, tapi
baiklah. Kurasa aku berutang budi..." Ia mengibaskan tangan dengan muak pada Greg
yang tergeletak. Sempurna. Sekarang beri dia yang terakhir.
"Marge, aku butuh pertolongan. Aku mau minta bantuanmu. Tapi aku tak ingin kau
merasa kau berutang budi padaku."
Marge mengembuskan napas. "Oke, Mr.... siapa namamu tadi?"
"Elliot. Dave Elliot."
"Baiklah, Mr. Dave Elliot. Kau punya waktu lima menit, sesuai jam dinding. Coba
kudengar apa yang hendak kaukatakan."
Marge mengetuk-ngetukkan kaki pada lantai dan menempelkan jari pada bibir
bawahnya. Akhirnya ia bicara, "Aku harus mempercayai semua ini, hah?"
Dave mengangkat pundak. "Ada telepon di dinding sana. Teleponlah Senterex. Nomor
pesawatku 4412 dan nama sekretarisku Jo Courtner. Nomor pesawatnya
4411. Bilang padanya kau asisten dokter gigiku dan kau menelepon untuk menjadwal
ulang janji pertemuanku untuk besok. Omong-omong, dokter gigi itu bernama
Schweber. Coba lihat apa yang terjadi."
"Berapa nomor utamanya?"
Dave memberikan nomor itu kepada Marge. Marge menekan nomor itu, minta
dihubungkan ke pesawat 4412, dan berbicara, "Selamat siang. Di sini Marge dari kantor Dr. Schweber. Mr.
Elliot ada janji per - 138 temuan untuk besok yang harus kami ubah." Ia berhenti, mendengarkan. "Oh. Kalau
begitu, apakah Anda tahu kapan dia akan kembali?" Diam lagi. "Beberapa minggu.
Baiklah, akan saya telepon kembali pertengahan bulan depan. Oke. Bagus. Terima
kasih dan selamat bekerja."
Ia meletakkan gagang telepon. "Kau pergi ke luar kota. Urusan keluarga mendesak.
Tak seorang pun tahu berapa lama kau pergi."
"Sekarang teleponlah adikku. Kalau benar ada urusan keluarga yang mendesak, dia
tentu juga akan kembali ke Indiana. Katakan kau menelepon dari kantor
pengacaraku namanya Harry Halliwell dan kau perlu bicara dengannya mengenai ? ?surat perwalian yang kubuat."
Marge menelepon. Alisnya melengkung ketika mendengar jawabannya. Sesudah
meletakkan gagang telepon ia berkata, "Adikmu bilang kau sedang dalam perjalanan
bisnis ke Tokyo. Katanya kau takkan kembali selama sebulan."
Dave memajang senyumnya yang paling hangat, paling ramah. "Aku sungguh butuh
pertolongan, Marge."
Marge menggeleng dan menatap ke lantai. "Dengar, aku cuma karyawati biasa.
Orang-orang dengan senjata... Mafia atau entah apa... dan di samping itu, kau sudah...
maksudku... kau sudah melukai orang."
Marge berhenti bicara, menjilat lidah, dan menatap Greg yang terbujur tak
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sadarkan diri. Hati-hati, Sobat, kau akan kehilangan dia.
Dave menyisirkan jari ke rambutnya. "Hanya untuk menahan mereka agar tak
menyakitiku." Mata Marge masih menatap Greg.
139"Apakah kau tahu tentang senjata, Marge?"
Bibir wanita itu menipis. "Ketika aku delapan tahun, keluargaku pindah ke Idaho.
NRA country. Tiap orang adalah pemburu. Aku sudah melihat segala macam senapan
yang ada." "Bagus. Lihatlah ini." Dave mengulurkan tangan ke punggung dan mencabut salah
satu pistol yang tersembunyi di balik kemejanya. Ia berjongkok, meletakkannya di
lantai, dan mendorongnya berputar ke arah Marge. "Kuambil dari salah satu anak
buah Ransome." Marge membungkuk dan mengambil senjata itu. Dipegangnya pistol itu dengan sikap
hormat penembak berpengalaman. Sesudah sesaat mengamatinya, ia mengangguk.
"Pistol hightech, kan" Aku belum pernah melihat yang seperti ini."
Dave tidak mengucapkan apa-apa. Ia hanya menunggu Marge mengambil keputusan.
Akhirnya ia melakukannya. Ia memeriksa kunci pengaman pistol itu, membalik
gagangnya lebih dulu, dan berjalan menjauh dari pintu. Ia mengangsurkan pistol
itu kepada Dave. "Kupikir kau benar-benar dalam masalah, Mister."
Dave mengambil pistol itu dan menyisipkannya ke balik kemeja. "Aku butuh
bantuan. Cuma sedikit. Takkan melibatkanmu. Aku janji. Sumpah."
Pembohong! "Tidak, aku..."
'Tiga hal. Itu saja yang kuminta. Pertama: carikan aku pita isolasi atau entah
apa apa saja yang kalian pakai untuk membungkus kabel di bawah lantai. Dua: ?carikan aku tape recorder atau mesin dikte. Tiga:
140 awasi lorong sementara aku pergi ke kamar kecil untuk ganti pakaian dan cuci
muka." "Pakailah kamar kecil wanita."
"Maaf." "Hanya di bagian ini ada karyawati yang bekerja di lantai ini. Mereka semua
sedang rapat sekarang. Kamar kecil wanita lebih aman."
8. Dave sudah membersihkan diri, tidak begitu bau, serta memakai celana dan kemeja
?Greg si perayu kembali ke dalam ruang komputer.
?Marge memandangnya memberikan persetujuan. "Kau kelihatan seperti pecandu
komputer. Kacamata tebal, celana terlalu pendek, kemeja tidak dimasukkan. Yang
kaubutuhkan cuma salah satu protektor plastik itu."
"Terima kasih. Seandainya aku punya kaus kaki putih dan sepatu olahraga,
penyamaranku akan sempurna."
Meskipun Greg lima senti lebih pendek daripada Dave dan pinggangnya satu nomor
lebih besar, pakaiannya cukup nyaman dipakai. Kemeja yang longgar itu jelas satu
nilai plus. Membuat pistol mudah disembunyikan. Sayangnya sepatu Greg jadi
masalah. Sepatu itu terlalu kecil. Dave masih memakai pantofel Bally yang jelas
kelihatan mahal itu. Ia ingin membuangnya.
Marge menimang-nimang mesin dikte yang diberikan Dave. "Kau yakin ini akan
berhasil?" "Kuharap begitu. Ini pilihanku yang terbaik."
"Dan kau yakin sudah menyetel radio ini dengan benar?"
141Dave mengambil dua radio yang pertama dari Carlucci dan yang kedua dari
?laki-laki yang ditembaknya di Prime Minister's Club. Sewaktu bersembunyi di
bawah lantai ruang komputer, ia memeriksanya. Di bagian belakang kedua radio itu
ada panel kecil yang bisa dicabut. Ketika panel itu dicabut, Dave menemukan
sederet lampu LED mini berwarna merah yang tak disangsikan lagi menunjukan kode
sandi radio itu. Sederet tombol geser terletak di bawah deretan LED itu. Hanya
butuh waktu sebentar baginya untuk menyetel radio kedua dengan kode yang sama
seperti pada radio Carlucci radio yang kata -Ransome akan dipakainya untuk
?menghubungi Dave. "Ya, Marge, radio itu sudah disetel semestinya."
"Jadi yang harus kukerjakan hanyalah menekan tombol transmit dan memutar
rekamanmu?" Ia menunjuk dengan jari yang panjang, langsing. Dave suka jari
panjang. Ia benci yang gemuk pendek. Menurutnya Marge benar-benar memiliki
jemari sempurna. Hal-hal lain juga. Menurutnya wanita itu antitesis dari
istrinya montok menarik, sedangkan Helen kurus model New York; kecil mungil, ?sedangkan Helen... ah, terus terang, terlalu tinggi; lugas, sedangkan Helen dingin
canggih; dan berdaya tarik seksual, sedangkan Helen...
Hei, Bung! Ya, kau! Ia memaksa pikirannya kembali ke urusan di depan mata. "Baiklah. Begitu kau
mendengar suara suara apa saja mainkan rekaman itu. Tapi hanya bila kau berada
? ?di luar gedung ini. Kalau kau mendengar suara saat di dalam gedung, abaikan
saja. Bila 142 Ransome menghubungi sebelum kau keluar dari sini, aku harus menyusun rencana
lain." Marge menghela napas dalam dan melontarkan seulas senyum. "Bagaimana dengan
Greg9" Senyum yang menarik! "Cepat atau lambat tentu ada yang akan mendengarnya. Kalau tidak begitu, tentu
pembersih gedung akan menemukannya saat mereka berbenah. Sampai saat itu dia
takkan pergi ke mana-mana."
Marge mengamati sepatu. "Omong-omong, aku berniat tanya padamu mengapa
?kaulilitkan begitu banyak pita isolasi itu pada... ah, kau tahu... pada barangnya?"
"Bila tiba saatnya ada orang melepaskan pita isolasi itu, aku ingin dia
berteriak 'aduh'." Marge tertawa. "Kau jahat, Mr. David Elliot." Senyumnya membuat ruangan itu
cerah. Dan sorot matanya mengungkapkan suatu arti. Atau setidaknya Dave berpikir
demikian. Atau, mungkin ia berharap perempuan itu memandang dengan sorot penuh
arti. "Ya," ia menyeringai, "itulah aku, jahat seperti anjing kampung."
Marge mengangkat dagunya. Pipinya makin merona. "Tapi tidak jahat pada semua
orang?" Suara Marge melembut. Sebaliknya, suara Dave parau kasar. "Tidak, tidak terhadap
semua orang." Dave maju selangkah. Itu sepenuhnya gerak refleks. Marge mengambil
tindakan yang sama. Tak ada yang refleks mengenai hal ini. Dave memperhatikan
bahwa ruang komputer ber-AC itu jadi lebih hangat. Bukan kehangatan yang tak
menyenangkan. Lebih seperti tiupan angin musim panas yang lesu.
143Marge berdiri lebih dekat padanya. Matanya berbinar-binar. Hanya jarak tiga
puluh senti yang memisahkan mereka. Kalau Dave tidak keliru membaca tanda-tanda
itu, tentu Marge suka berada lebih dekat dengannya. Dave tertarik padanya, dan
sebaliknya. Ada suatu daya magnetis nyata, seketika, tak terhindarkan. Langka, tapi
?terjadi. Beberapa orang menyebutnya cinta pada pandangan pertama, meskipun
memang bukan. Pikiran yang tolol luar biasa berkelebat dalam benak Dave. Ia menyukai pikiran
itu, dan ia menyukai ketololannya, dan yang terutama ia menyukai Marge, maka...
Ia menahan diri sentakan kendali pikirannya yang demikan mendadak hingga terasa
?menyakitkan. Bahkan memikirkan apa yang tadi ia pikirkan sebenarnya sangat salah
dan gila, kalau bukan bunuh diri. Dan melibatkan perempuan ini, yang sudah demikian
dalam terlibat... Sungguh menyenangkan mengetahui kau sedikitnya masih punya sisa moral, Bung.
Dave menggenggam tangan Marge, menjabatnya seperti yang dilakukannya terhadap
rekan kerja. "Terima kasih atas segala bantuanmu, Marge. Beribu-ribu terima
kasih. Tapi sebaiknya aku pergi sekarang. Teman-temanmu orang-orang lain di ?bagian ini kurasa sebentar lagi akan kembali dari rapat itu."*.
?Kilau dalam mata Marge makin cemerlang. "Oke, tapi dengar, nama lengkapku
Marigold Fields Cohen jangan pandang aku seperti itu, aku lahir tahun 1968 dan
?orangtuaku tinggal di San Francisco. Bukan salahku kalau mereka memberiku nama
konyol. Omong-omong, namaku tercantum dalam buku telepon. West
144 Ninety-fourth Street, di pinggir Amsterdam. Bila kau terbebas dari kekusutan
ini, kau akan meneleponku, oke" Atau kau malahan bisa mampir."
Dave balas tersenyum kepadanya. Marge merasa sangat senang. Dave sepenuhnya
mendapat kepercayaan. Ia tergoda untuk mengucapkan sesuatu yang gegabah. Sesuatu
yang amat sangat gegabah.
Sayang kau laki-laki yang sudah menikah dengan bahagia. Atau, kalau dipikir-
pikir, mungkin sudah tidak lagi.
Atau memang ia tak pernah demikian.
"Tentu, Marigold." Ia mencoba bicara dengan suara tulus. Mungkin memang demikian
sikapnya. "Jangan sekali-kali memanggilku Marigold lagi."
"Tak pernah lagi. Aku janji. Sumpah mati. Sekarang ada satu hal terakhir."
Marge mengangguk dengan bersemangat.
"Hal terakhir adalah aku tak ingin kau terlibat dalam kesulitan ini. Aku tak
ingin siapa pun curiga kau membantuku. Tapi saat mereka menemukan Greg, akan ada
banyak pertanyaan. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah memberimu alibi.
Gagasanku ini akan jadi alibi yang amat sempurna. Tak ada yang akan
mempertanyakannya. Kau mengerti alibimu harus tahan peluru, kan?"
"Ya. Apa itu?" "Ini." Dave mengayunkan pukulan uppercut ke rahang Marge. Ia menangkap tubuh
Marge ketika terkulai tak sadarkan diri, dan perlahan-lahan menurunkannya ke
lantai. Kemudian ia mengambil semua uang tunai dari dompetnya. Hanya 23 dolar,
gadis malang. Namun Dave meninggalkan uang receh supaya gadis itu bisa pulang
naik kereta bawah tanah. 145BAB 4 SEMUA ADA DALAM PIKIRAN 1. Karena tunduk pada takhayul yang paling konyol, organisasi yang mendirikan dan
mengelola gedung Dave telah memutuskan di situ tidak ada lantai tiga belas.
Sebagai gantinya, lantai-lantai itu diberi nomor 11, 12, 14, 15 seolah-olah ?dewa-dewa atau iblis yang membagikan nasib buruk itu demikian bodohnya sehingga
tidak bisa menghitung. American Interdyne hanya menempati dua lantai 12 dan 14. Ruang penerimaan
?tamunya ada di lantai 14.
Resepsionisnya sedang merangkak-rangkak, memicingkan mata ke karpet, dan
hidungnya seperti pilek. Dave ternganga memandangnya.
Wanita itu karikatur yuppie tahun 1980-an. Keliman rok dari serat alami,
bermotif herringbone itu terjuntai
146 hingga ke bawah lutut. Pemain tackle NFL bisa iri dengan bantalan bahu blasernya
yang serasi. Blus katun putihnya terkanji begitu banyak sehingga serasa
bergemeresik ketika ia membungkuk, dan pita warna merah anggur di lehernya
tampak seperti sejenis unggas mati dari spesies yang hampir punah. Penampilan
perempuan itu hampir meneriakkan bahwa pakaian tersebut dibeli di Alcott &
Andrews dan Alcott & Andrews sudah bangkrut beberapa tahun lalu.
?"Permisi." Dave bicara dengan nada paling sopan yang bisa dikerahkannya dalam
keadaan seperti itu. "Saya dari perusahaan telepon."
Perempuan itu mengangkat kepala, menyipitkan mata memandang kira-kira ke
arahnya. "Jangan bergerak (srot). Berdiri saja di situ dan jangan bergerak."
"Kehilangan lensa kontak?"
"Dua-duanya (srot), percaya tidak?"
"Bisa saya bantu?"
"Hanya kalau kau hati-hati (srot)"
"Saya akan hati-hati."
Sambil berjongkok, Dave mulai meneliti karpet itu. Ia melihat kilau pantulan
cahaya dekat perempuan itu merangkak. "Sedikit di sebelah kiri Anda, arah pukul
sebelas dari tangan Anda. Lihat?"
"Ya, terima kasih (srot). Satu ketemu, tinggal satu lagi."
"Yang satunya tepat di sebelah utaranya."
"Oh. Bagus. Aku lihat (srot)"
Perempuan itu melakukan ritualnya, menjilat satu jari, mengangkat kelopak mata,
mengarahkan hidung ke langit-langit, dan kemudian menempelkan lensa kontak itu
ke mata. Dave merasa tingkah pemakai
147lensa kontak hanya sedikit lebih lumayan daripada orang yang membersihkan
hidung di depan umum. Perempuan itu menarik sehelai tisu dari kotak di meja kerja dan menyeka matanya.
Kertas itu jadi ungu karena maskara.
"Ada yang masuk ke mata?" Bahkan saat bertanya Dave tahu tak seharusnya ia
melakukannya. "Tidak." Perempuan itu menelan ludah, menyedot ingus, dan menyeka air mata.
"Aku... aku..."
Dave tidak suka dijadikan sasaran berbagi beban oleh orang yang tak dikenalnya.
"...menangis." Di lain pihak, ia butuh bantuan perempuan ini. Mencoba sebisa mungkin agar
terdengar bersimpati, Dave menghela napas. "Oh. Apakah ada masalah?"
Dua menit kemudian, Dave tahu lebih banyak daripada yang diinginkannya mengenai
sejarah hidup resepsionis itu. Di akhir delapan puluhan, ia meraih gelar MBA
dari salah satu universitas ternama, terjun ke Wall Street sebagai bankir
investasi, di-PHK dalam gelombang penyempitan industri finansial terakhir ini,
dan tetap menganggur sampai, dalam keputusasaan, ia melamar dan mendapatkan
pekerjaan sebagai resepsionis di American Interdyne Worldwide. Dave bersuara
menghibur. "Maka satu-satunya tempat aku bisa mendapatkan pekerjaan adalah tong sampah
seperti ini (srot), dan aku masih harus membayar pinjaman mahasiswaku (srot),
dan aku hampir tak bisa memberi makan kucingku (srot), dan mantan suamiku juga
keluar dari pekerjaan dan tak bisa membayar tunjangan anak
148 (srot) dan induk semangku menggugat (srot), dandan..."
Dave menyentuh tangannya. "Apa" Kau boleh menceritakannya padaku."
"Pantatku diremas-remas lagi."
"Siapa, Greg?" Dave menelan ludah. Itu tadi salah. Untunglah perempuan itu tak
memperhatikannya. "Dia juga. Mereka semua! Mulai.dari dirut keparat perusahaan busuk ini kapan
saja dia ada di sini sampai manajer kantor keparat itu!"
Dave melipat tangan dan memejamkan mata.
Pertama Marge, sekarang perempuan ini. Rasanya ada budaya perusahaan yang
istimewa di American Interdyne.
"Perempuan itu juga busuk."
"Maaf?" "Manajer kantor."
Sesudah menenangkan perempuan itu, Dave meminta apa yang ia inginkan. Wanita itu
tersenyum percaya, dan memberikannya. Dave tadi begitu penuh pengertian, begitu
membantu, sehingga wanita itu sama sekali tak memikirkannya. Di samping itu,
Dave masih memakai sabuk peralatan tukang reparasi telepon di pinggangnya. Yang
diminta wanita itu hanyalah janji bahwa Dave akan mengembalikannya sesudah
selesai. Sebuah kunci. Dave berjanji, walaupun hanya janji kosong. Perempuan itu melihat jam tangannya.
"Apakah kau akan selesai sebelum pukul 17.00" Aku pulang pukul 17.00."
Dave tersenyum kepadanya untuk terakhir kali, sambil berkata, "Mungkin belum.
Tapi kunci ini akan 149saya sisipkan ke bawah kertas isap di meja Anda. Tak apa-apa, kan?"
"Oh, tentu. Atau masukkan ke laci tengah."
"Beres. Oh, satu hal lagi, apakah Anda kenal wanita bernama Marge Cohen" Dia
bekerja di bagian komputer."
Resepsionis itu mengangguk.
"Anda mungkin perlu meneleponnya. Dia baik, dan saya pikir dia tahu banyak
bagaimana menghadapi pelecehan."
"Aku akan menelepon ke rumahnya petang ini." la mengacungkan buku petunjuk
telepon American Interdyne.
Dave berbalik untuk pergi. "Anda bilang ruang telepon ada di lantai ini?"
"Tepat di ujung gang di sebelah kiri." "Terima kasih. Sampai jumpa nanti."
"Sampai jumpa nanti."
Perempuan itu memberinya kunci master untuk ruangan-ruangan telepon dan
peralatan. Bila beruntung, kunci itu bisa dipakai untuk seluruh ruang peralatan
di seluruh gedung ini. Ruang telepon. Lemari peralatan pembersih. Ceruk-ceruk
kecil dan bilik-bilik sempit tempat manajer gedung, perusahaan listrik, dan
beberapa organisasi lain menyimpan peralatan ini-itu. Kunci itulah yang ia
butuhkan. 2. Dave sedang menghitung isi ruang peralatan AIW ketika Ransome akhirnya melakukan
sesuatu yang tak termaafkan.
150 Radio di saku kemeja Dave mendesis hidup. Logat Appalachian Ransome muncul dari
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
speaker. "Mr. Elliot, di sini aku bersama seseorang yang ingin bicara denganmu."
Rahang Dave mengeras. Apa lagi sekarang" Tipuan murahan lain. Sedikit perang
urat saraf untuk menggoyahkan keseimbangan mangsamu. Sesuatu untuk menghancurkan
rasa percaya dirinya dan membuatnya bertanya-tanya...
"Aku tahu dari catatanmu bahwa loyalitas bukanlah salah satu nilai pribadimu.
Tidak terhadap kesatuanmu. Tidak terhadap rekan-rekanmu. Tapi aku tetap berharap
kau merasakan ikatan tertentu dengan darah dagingmu sendiri."
Apa! "Dad?" Tidak! "Dad, kau di sana?"
Mark, anaknya. Putra tunggalnya. Anaknya dari istri pertama. Anaknya dari Annie.
"Dad, ini aku, Mark."
Dia mahasiswa junior di Columbia, tinggal di asrama di West 110th Street, datang
untuk bersantap malam bersama ayahnya paling sedikit sekali seminggu. Helen yang
cemburu tak pernah bergabung dengan mereka. Ia tahu Mark orang terpenting dalam
hidup Dave. "Dad, dengarkan aku."
Anak itu ingin jadi filsuf. Di tahun pertama kuliah ia mengambil mata kuliah
pengantar. Sesuatu dalam kuliah itu menyentuh jiwanya. Ia menemukan makna pada
Plato, relevansi pada Kant, dan kegembiraan
151pada Hegel. Atas kehendak sendiri, tanpa desakan dari profesor-profesornya,
di tahun kedua ia membaca karya Martin Heidegger Being and Time dan menulis
artikel kritis yang, mirabile dictu, diterima untuk dipublikasikan.
"Ayolah, Dad. Ini penting."
Oh, Ransome, kau bajingan kotor, sungguh berani kau menyeret anakku dalam urusan
ini" Akan kulihat kau membayar ini. Kau akan membayarnya tuntas.
"Kau harus mendengarkan, Dad."
Dave, yang meragukan apakah ia sendiri pernah memakai kata "filsafat" sejak
kuliah prasarjana, dengan antusias mendorong Maik dalam bidang studinya. Bila
para ayah lain mungkin akan memandang dengan curiga pada keinginan putranya
untuk menginvestasikan tahun-tahun kuliahnya dalam bidang yang dikenal tak ada
relevansinya dengan pekerjaan komersial nah, bodohlah mereka.?"Aku ada di bawah. Mom sedang naik pesawat. Dia akan tiba di sini satu-dua jam
lagi." Aku akan membunuhmu, Ransome. Aku akan membunuhmu dan mencuci tanganku dalam
darahmu. "Dad, kau harus mendengarkan. Agen Ransome sudah menceritakan segalanya padaku.
Dia sudah memperlihatkan catatannya, Dad."
Kebohongan menyeramkan apa lagi ini"
"Itu terjadi pada yang lain, Dad. Dad bukanlah satu-satunya. Ada 20 atau 25 di
antara kalian. Mereka memberimu obat. Di Vietnam, Dad, sebelum aku lahir, mereka
memberimu obat." Aku akan mengirismu dengan pisau. Aku akan membakarmu. Oh, Ransome, Ransome, kau
setan 152 jahat, siksa yang akan kutimpakan padamu takkan berakhir.
"Itu eksperimen, Dad. Mereka tak tahu apa yang akan terjadi. Tapi obat itu, Dad,
punya pengaruh jangka panjang. Bahkan sesudah bertahun-tahun ini, orang masih
mendapat kilas balik. Mereka bisa jadi gila, Dad. Bahkan sesudah bertahun-tahun
ini mereka bisa gila. Angkatan Bersenjata berusaha meredam kehebohan. Mereka
mencoba mencari semua orang yang mendapatkan obat itu. Katanya mereka bisa
mengobatinya. Kata mereka..."
Apa" Apa kata mereka" Ini bakal jadi lebih parah. Inilah yang diharapkan Ransome
akan membuatku hilang kendali.
"Dad, kata mereka ada efek genetisnya. Katanya mereka harus mengetesku juga.
Kata mereka mungkin itulah sebabnya Mom... itulah yang membuat Mom menghadapi
berbagai masalah itu."
Angela. Bunga kampus. Pengantin di bulan Juni. Satu putra. Dua kali keguguran
spontan. Depresi berat. Pertarungan dengan alkohol. Perceraian. Lalu perawatan
psikiater, perkawinan kembali, dua putri cantik, serta kehidupan baik-baik dan
nyaman bersama laki-laki lain.
"Dad, Dad melihat bayang-bayang, tapi itu bukan salah Dad. Itu karena obat, Dad.
Obat jahat yang tinggal di dalam sistem tubuh selama bertahun-tahun ini. Mereka
memperlihatkan catatannya padaku. Mereka memperlihatkan catatan orang lain juga.
Ini terjadi pada kalian semua. Ada perubahan dalam tubuh Dad saat Dad mendekati
usia lima puluh tahun. Zat itu memicunya. Dad mulai membayang-bayangkan
153berbagai hal, melihat orang memburu Dad dengan pistol dan pisau dan segala
macam. Dad mulai percaya semua orang keluar untuk memburu' Dad. Jadi Dad mulai
melawan mereka sebelum mereka mendekati Dad. Dad mulai mencoba menyerang semua
orang. Semua itu hanya ada dalam pikiran Dad, tapi mereka bisa menyembuhkannya.
Kalau Dad mau menyerahkan diri, mereka bisa menyembuhkannya. Kalau tidak,
masalahnya akan jadi makin parah. Dan sangat cepat, Dad, sangat cepat. Dad harus
membiarkan mereka mengobati. Zat itu membuat Dad melihat hal-hal yang tak ada.
Membuat Dad ingin menyakiti orang. Dad, demi Tuhan, biarkan Agen Ransome
menolong Dad. Untuk itulah ia datang ke sini, Dad. Dia teman Dad. Dia ke sini
untuk menolong." Pistol itu terasa enak dalam genggaman tangannya. Permukaan pegangannya
menimbulkan perasaan aman. Jarinya membelai picu. Picu itu terasa halus dalam
sentuhan. Ia menggeser ibu jari pada kunci pengaman dan menekannya. Ia menggeser
tuas pemilih dari semiotomatis menjadi otomatis. Ia merasa makin nyaman dengan
lewatnya setiap detik. "Tak bisakah Dad merasakannya" Kegusaran itu" Tak bisakah Dad melihat bahwa yang
Dad rasakan adalah kegusaran tak terkendali?" 'Benar sekali.
3. Ia ingin membunuh dan membunuh dan membunuh.
"Pada akhirnya, Saudara-saudara, jauh lebih berguna menghancurkan semangat musuh
daripada menghancurkan tubuhnya."
154 Rasanya ia tak sabar lagi menunggu tembak-menembak mulai.
Profesor Robert yang minta dipanggil Rob mengucapkan kata-kata itu.
Ia ada di lantai tiga. Hal lain yang ia katakan adalah, "Kerjakan yang satu itu, dan lainnya akan jadi
tugas yang jauh lebih sederhana."
Ia pergi ke safla menerobos kabut merah tua.
/tulah yang diinginkan Ransome, Sobat.
Kabut itu menipis. Kau mengikatnya dengan pita dan mempersembahkannya padanya dalam kotak.
Tak lama kemudian segalanya terlihat, bermandikan cahaya murni kejelasan.
Ya Tuhan! Tak bisakah kau melihat apa yang ia lakukan terhadapmu"
Dave mengeluarkan magasin dari pistol, dan memeriksanya. Penuh.
Ransome membohongi istrimu, dia membohongi anakmu, dia membohongimu. Ini umpan!
Ini perangkap! Ia memasukkan kembali magasin itu ke dalam gagang, menarik kokang, dan
memasukkan sebutir peluru ke laras. Membunuh orang-orang ini tentu melegakan.
Kau berjalan langsung ke sana. Mereka tentu sedang menunggu!
Dave ingin mereka menunggu. Ia berharap demikian.
"Musuh yang pikirannya tertekan adalah musuh yang lemah luar biasa. Mereka yang
mengalami 155demoralisasi adalah yang paling mudah dikalahkan, yang gentar adalah yang
paling siap dihancurkan. Demikianlah prinsip pertama dalam perang psikologis,
dan perintah pertama dalam profesi kita yang terhormat."
Profesi terhormat" Profesi terhormat siapakah itu". Ransome" Mamba Jack" Sersan
Mullin" Aku" Tangannya mencengkeram pegangan tangga. Susuran tangga itu terbuat dari logam,
dicat kelabu warna kapal perang, dan dingin.
Dingin. Pusatkan pikiran pada dingin. Jangan pikirkan hal lain. Hanya dingin
itu. . Dave berhenti. Ia berdiri diam tak bergerak.
Bagus. Sekarang napas. Tarik napas panjang dan pelan.
Ia memaksa diri menarik napas sedalam mungkin, begitu dalam sehingga terasa
sakit. Ia menahannya hingga melihat kunang-kunang di depan matanya, lalu
mengembuskannya perlahan-lahan. Dengan ujung kemeja disekanya keringat dari
alis. Itu lebih baik, Bung. Ia mengulurkan tangan kanannya. Tangan itu gemetar.
Itulah maksudnya. Orang dengan tangan gemetar bukanlah jago tembak terbaik di
dunia. Sudah begitu dekat ia menghampiri perangkap. Ransome nyaris mendapatkannya.
"Ia yang mengalahkan musuh dengan strategi, layak dipuji seperti ia yang
mengalahkannya dengan kekuatan." Machiavelli mengatakan itu. Ingat" Ingat
Profesor Rob dulu suka terus-menerus menyitirnya"
Ia menggeser kunci pengaman dan menyetel kembali
156 pistol itu menjadi semiotomatis. Ia mencoba menyelipkan kembali pistol itu ke
sabuk. Ia perlu tiga kali mencoba sebelum berhasil.
Ia akan melakukannya lagi. Ia akan melakukan apa saja untuk mengacau pikiranmu.
Lutut Dave jadi lemas. Ia tersungkur di tangga, tak bergerak dan menggigil,
Sampai rasa geramnya surut.
Itu tadi tentu upaya terbaik Ransome. Tak ada tipu daya lebih keji yang bisa
dilakukan laki-laki itu selain memanggil Mark, membujuknya agar berusaha merayu
ayahnya masuk ke perangkap kematian, membohonginya...
Kau yakin itu dusta"
Tidak, ia tidak yakin. Itulah keistimewaannya. Seseorang salah satu rekannya ?sendiri mungkin pernah memberinya sejenis obat eksperimental. Bukan pertama
? kalinya kalangan intelijen melakukan cara itu. Setidaknya salah satu kontraktor
pernah secara sembunyi-sembunyi diberi LSD dan sebagai akibatnya melakukan bunuh
diri. Butuh waktu 25 tahun sebelum CIA mengakui episode itu dan dengan enggan
memberikan tunjangan kepada keluarga laki-laki itu.
Pernah ada kejadian lain juga. Pada tahun 1950-an, Angkatan Bersenjata diam-diam
menyemprot udara di atas San Francisco dengan mikroba yang menyebar lewat udara,
Serratia marcescens. Satu dasawarsa kemudian sekelompok peneliti senjata perang
rahasia mengisi tabung-tabung penuh dengan bibit penyakit yang cukup ganas,
menjatuhkannya di lintasan sistem kereta bawah tanah New York, kemudian memantau
157penyebaran pilek dan hidung mampet yang diakibatkannya. Sekitar waktu yang
sama, di luar Utah, sekawanan biri-biri mati ketika ada sesuatu yang tak jelas
lepas dari laboratorium rahasia. Di tempat lain ada desas-desus mengenai para
ahli rekayasa biologi, imunologi, dan genetika yang menaruh minat tak sehat pada
hasil-hasil eksperimen dalam penjara yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan Poros
selama Perang Dunia II. Kemudian ada juga narapidana Amerika yang diinjeksi
dengan virus menular, obat-obatan yang belum diuji, dan yang paling terkenal,
syphilis spirochetes. Tambahkan itu dengan pengujian mengerikan yang dilakukan
Angkatan Bersenjata terhadap sesama anggotanya dengan memakai zat-zat
radioaktif, dan tidaklah sulit untuk percaya bahwa ada spesialis berpikiran keji
yang merasa termotivasi untuk memberikan obat-obatan perusak pikiran kepada
beberapa rekannya. Dinas intelijen yang sejak dulu menerapkan hukum sendiri, memang memiliki
kemampuan untuk melakukan eksperimen-eksperimen membahayakan terhadap prajurit
maupun warga sipil dengan dalih demi kepentingan keamanan nasional Amerika, dan
hal iju merupakan keharusan bila kau percaya, seperti semua orang lain, Soviet
juga melakukan hal yang persis sama. Bila ada beberapa tikus laboratorium,
penjahat-penjahat penghuni penjara,*atau laki-laki berseragam menderita nah, ?apakah itu harga yang terlalu mahal untuk menjamin kelestarian demokrasi"
Bahkan, ketika pada dasawarsa 1970-an para penyelidik Senat pertama kali
mengetahui operasi itu dan menyuarakan kengerian mereka, tidak sedikit orang
yang bertanggung jawab merasa gusar. Untuk apa segala keributan
158 itu" Kalian membayar kami untuk melaksanakan tugas ini. Kalian tidak bisa
menyalahkan kami kami orang baik!
?Ransome telah menyusun kebohongan yang sangat membahayakan, lebih dari sekadar
membahayakan karena kebohongan itu dapat dipercaya. Itu menjamin semua
orang semua yang kenal dengan Dave dan mungkin mau menolongnya kini akan
? ?berbalik ke pihak Ransome. Lebih parah lagi, itu menyebabkan Dave meragukan diri
sendiri. Itu bisa jadi benar, tahu. *
Aku tahu. Semoga Tuhan menolongku.
Ia menggigil di lubang tangga yang remang-remang, tangannya memeluk lutut, putus
asa mengetahui kini ia benar-benar sendiri.. Tak ada orang untuk diajak bicara,
tak ada orang yang akan mendengarkan. Istri, anak, teman-teman semua orang yang
?seharusnya percaya padanya ternyata percaya kebohongan. Setiap tangan akan
tertuding ke arahnya, dan tak ada orang yang dapat ia percaya.
Demikianlah mimpi buruk di siang bolong ini, kegilaan yang baru dimulai, pikiran
yang kini bingung tetapi tak lama lagi akan berubah menjadi kesintingan yang
membuat orang berpikiran waras mengintip ke bawah ranjang mereka di waktu malam,
curiga bahwa telepon mereka disadap, dan akhirnya menjadi yakin ada kekuatan
jahat yang memantau seluruh gerakan mereka. Mungkin pemerintah, mungkin
Trilateral Commission, mungkin makhluk dari piring terbang. Kau tidak bisa
mempercayai siapa pun dan setiap orang mungkin salah satu di antara Mereka atau
Agen Mereka. Dan tak lama kemudian kau mulai menulis
159surat-surat panjang kepada editor majalah Scientific American, atau mungkin
tidak karena editor-editor itu juga merupakan bagian dari konspirasi tersebut.
Dan kau berniat melapisi kamarmu dengan aluminium foil untuk mencegah masuknya
gelombang radio, dan malam hari kau berkeliaran di jalanan menyemprot dinding-
dinding dengan cat menggambarkan simbol-simbol mistik untuk mengusir kekuatan-
kekuatan aneh, dan sementara itu kau berceloteh kepada diri sendiri dan apa yang
kauucapkan itu, bila tidak masuk akal orang lain tentulah masuk akalmu sendiri,
dan kau mencari-cari tempat gelap untuk bersembunyi siang hari, sebab Mereka ada
di luar sana, dan Mereka sedang mencari, dan Mereka menginginkanmu masuk ke
lubang bidik.... Para psikiater menyebutnya paranoia, dan bila gejala ini makin parah mereka
menyingkirkanmu. Sebab, bagaimanapun, orang yang mengira semua orang di dunia ingin membunuhnya
bisa menjadi bahaya. Salambii.it limliad-pangcu, siilm bbsc, kang jrtisi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syanqy arr dengan lianaoki.wordpress.com -nya grafity dan semua
dimhader. Dilarang nieng-koniersil-kanatan kesialan menimpa anda.
160 BAB 5 LELUCON HALUS 1. Dengan keberuntungan maka Marge Marigold Fields Cohen, yang mungkin dikandung ?pada musim panas ketika Dave mendaki Pegunungan Sierra dan tidur di tepi danau
yang indah, hijau, dan tak pernah terlupakan masih tak sadarkan diri. Bila
?demikian, gadis itu tidak akan mendengar suara Mark. Bila demikian, ia masih
tetap akan memakai tape recorder itu ketika tiba saat Dave meloloskan diri.
Bagaimanapun lebih baik punya rencana alternatif Baik. Dave tidak menginginkan
apa pun lebih dari menghindari Ransome dan anak buahnya. Namun bila terjadi
sesuatu yang tidak beres sebelum Marge menyalakan tape itu, ia akan memerlukan
bidang yang bisa diterobosnya dengan cepat, dan yang tidak bisa diterobos
musuhnya. Sampai sejauh ini ia berhasil
161mendului musuh-musuhnya selangkah pendek, dan kebanyakan memainkan permainan
bertahan. Sudah tiba saat untuk mengubahnya. Di samping itu, ia berutang pada
Ransome karena telah membawa putra-' nya dalam persoalan ini. Sebenarnya, ia
berutang cukup banyak kepada Ransome.
1, 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47.
Bilangan prima. Bilangan prima dibagi oleh bilangan berapa pun kecuali satu atau
bilangan itu sendiri akan menghasilkan angka pecahan. Bilangan prima merupakan
sumber kekaguman yang tak habis-habisnya bagi para ahli matematika, dan mudah
dihitung atau, lebih tepatnya, mudah dihitung bila kau hanya tertarik pada
?bilangan yang lebih kecil daripada 50.
Profesor Rob berbicara, "Saudara-saudara, bisakah kalian bayangkan betapa
memalukannya bila pelaku sabotase melakukan kesalahan hingga terperangkap
ranjaunya sendiri" Coba pikirkan. Bayangkan diri kalian sendiri, tergeletak di
tengah puing-puing membara, mungkin satu kaki putus, atau mungkin dengan
kepingan tubuh berhamburan di depan mata kalian. Pikirkan betapa kecewa perasaan
kalian bila tahu alat penghancur yang menimbulkan kerusakan itu yang kalian
pasang sendiri. Ya ampun, tapi bukankah wajah kalian akan jadi merah padam"
Menurutku itu merupakan pengalaman hidup yang lebih membingungkan. Agar kalian
bisa menghindari saat konyol dan memalukan seperti itu; sudah jadi misiku hari
ini untuk mengajar kalian sedikit aritmetika. Yang akan
162 kubahas, dan akan kalian pelajari, adalah deret matematis sederhana. Rumus
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti itu cukup berguna untuk mengingat kembali tempat-tempat di mana kalian
sudah menyiapkan lelucon kecil untuk memberi pelajaran pada lawan kalian."
Semua ada enam belas bilangan prima yang lebih kecil dari 50. Dave memasang
perangkap pada tangga darurat di enam belas lantai. Enam belas di tangga timur,
enam belas di barat, dan enam belas di selatan.
Para instrukturnya di Kamp P selalu menekankan pentingnya kesederhanaan.
Perangkap yang baik adalah perangkap yang sederhana, dirancang untuk
menghasilkan efek maksimum dengan bahan minimal. Seperti halnya dalam hampir
semua bidang usaha, demikian pula dalam seni tipuan kotor K.I.S.S. adalah ?kebijaksanaan yang lebih besar.
Dave menghargai K.I.S.S. Perangkap-perangkap-nya para instruktur itu
?menyebutnya "lelucon" terdiri atas kabel telepon hijau yang direntangkan
?sebagai sandungan dekat anak tangga teratas; berember-em-ber sabun cair yang
licin (semacam yang dipakai dalam dispenser kamar mandi) disiapkan di sudut-
sudut tempat ember-ember itu bisa dengan mudah diambil oleh orang yang sedang
berlari, berbotol-botol lem karet yang lengket siap untuk dituangkan; kaleng-
kaleng berisi cairan pembersih yang mudah terbakar ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah diraih; kabel yang berukuran jauh lebih besar, kali ini
dililitkan dengan hati-hati pada pipa air dan bisa dengan mudah dibongkar;
beberapa pembuka surat murahan ditempel tiga-tiga, isi stapler ditinggalkan di
berbagai posisi yang strategis di tangga itu, slang
163pemadam kebakaran yang sudah dilepas dari gulungannya dan dibentangkan lima
tingkat tangga; tiga kaleng kecil toner mesin fotokopi yang siap memuntahkan
serbuk hitam membutakan mata; dan berbagai benda lain.
Guru-gurunya tentu akan bangga dengannya. K.I.S.S.: Keep It Simple, Stupid.
(Buat tetap sederhana, tolol.)
Dave sangsi semua perangkapnya itu akan efektif. Banyak yang takkan terkait
kakinya. Dan untuk yang terpeleset, paling parah mereka hanya akan patah tangan
atau kaki dan luka tergores. Kebanyakan hanya menimbulkan ketidakenakan dan tak
satu pun terjamin sebagai alat pembunuh. Tidak perlu demikian. Yang perlu
dilakukan hanyalah memperlambat Ransome dan orang-orangnya.
Di lain pihak, Bung, kalau kau benar-benar ingin melukai...
Dalam lemari penyimpan alat pembersih ia menemukan lima karton besar amonia
?pembersih. Amonia adalah barang lumrah. Semua orang memakainya untuk membersihkan jendela,
menyucihamakan toilet, dan membersihkan porselin. Zat itu adalah bagian dari
perlengkapan rumah tangga biasa.
Di Kamp P mereka mengajarinya tentang perabot rumah tangga biasa. Mereka
mengajarkan kepadanya bahwa, bagi orang yang tahu, sepen dapur biasa sebenarnya
merupakan gudang racun, pembakar, dan peledak. Bila dicampur dengan perbandingan
yang tepat, tidak sedikit barang rumah tangga biasa bisa menjadi senjata
mematikan. Di antaranya adalah amonia.
164 Bila dicampur dengan yodium yang biasa ditemukan di dalam kotak peralatan P3K ?biasa amonia menghasilkan endapan kristal nitrogen triiodida. Sesudah diolah
?dengan baik dan dikeringkan, nitrogen triiodida menjadi zat yang memiliki nilai
komersial. Bahkan sebenarnya DuPont menjualnya dengan merek yang terkenal dalam
industri pertambangan terkenal sebagai alat yang sempurna untuk meledakkan
?simpanan bahan tambang hingga terbuka. Satu-satunya masalah dengan benda itu
adalah sifatnya yang tidak stabil. Bila-sejumlah kristal triiodida menerima
tekanan sebesar tiga puluh kilo saja, maka...
Malaikat pelindung Dave menyeringai. Bum!
2. Tak lama sesudah pukul 18.00, David Elliot melangkah ke dalam penyergapan.
Sambil menggelar perangkapnya, ia menyimpulkan anak buah Ransome tentu
menyingkir dari tangga darurat. Dengan menjaga pintu keluar lantai dasar kiranya
sudah cukup untuk memastikan mangsa mereka tidak akan lolos. Di samping itu,
kadang-kadang ada perokok terasing dari kantor mereka, bak penderita lepra di
?akhir abad kedua puluh ini menyelinap ke tangga untuk menikmati rokok diam-
?diam. Sementara kehadiran tukang telepon membawa gulungan kabel^ naik-turun
tangga tidaklah menarik perhatian para pecandu nikotin itu, namun kehadiran
orang-orang bersenjata yang melakukan patroli tentu memancing kecurigaan
'mereka. Seandainya jadi Ransome, Dave tidak akan
165memerintahkan anak buahnya memeriksa tangga darurat sampai lama sesudah jam
kerja berakhir. Sayangnya, kini jam kerja itu sudah berakhir, dan beberapa anak
buah Ransome jadi usil. Dalam hati Dave bertanya-tanya apakah bos mereka tahu
apa yang mereka lakukan. Mungkin tidak. Orang seperti Ransome takkan pernah
menyetujui jebakan yang disiapkan dengan sembarangan seperti itu. Tidak
konsisten dengan standar profesional Ransome. Dave sendiri merasa tindakan itu
amatiran. Kau tak bisa mendapat bantuan bagus lagi.
Dua anak buah Ransome mengambil posisi di tangga barat. Mereka merunduk di sudut
di lantai 33 dekat pintu darurat. Salah satu di antara mereka, tak disangsikan
merasa dirinya cerdik, mencopot lampu neon di atas pintu itu. Platform beton,
dinding kelabu dingin, dan pintu itu sendiri jadi bertabir bayangan.
Bayang-bayang itulah yang jadi petunjuk. Seandainya mereka membiarkan lampu itu
menyala, Dave mungkin tidak memperhatikan mereka sampai segalanya terlambat.
Cara kuno mematikan lampu. Orang-orang ini terlalu banyak membaca novel Robert
Ludlum. Mereka tak mungkin lama di sana. Sewaktu memberikan sentuhan akhir pada ranjau-
ranjaunya, dalam lima belas menit terakhir ini Dave sudah dua kali melewati
?lantai 33. Kalau mereka pernah mendapat latihan, tentu ada sepasang lagi di lantai 32,
menunggu di balik pintu darurat. Taktik penyergapan baku, langsung dari buku
pedoman. Gagasannya adalah menjebaknya antara lantai 32
166 dan 33. Dua orang menembak dari atas, dan dua dari bawah. Istilah teknisnya
"flanking crossfire". Cara ini membuat sasaran jadi daging cincang.
Ini berarti keramaian takkan mulai sampai kau sudah berada di tengah tangga
berikutnya. Dave menaiki beberapa anak tangga terakhir ke lantai 32. Tumit sepatunya
bergaung pada tangga beton. Dua laki-laki dalam kegelapan itu tahu ia
mendatangi. Mereka tentu mendengarnya, mengikuti gerakannya, dan berbisik penuh
harap ke radio mereka. Sudah berapa lama mereka di sana" Sudah berapa lama mereka mendengarkan" Apakah
mereka punya waktu untuk memanggil lebih banyak orang"
Ruang kosong di antara tangga tersebut, sumur kosong yang menukik dari atap
gedung sampai ke tanah itu, cukup lebar sehingga ia bisa melihat musuhnya yang
sedang menunggu. Keduanya menempelkan badan ke dinding. Keduanya menyandang
senapan sergap yang gemuk, jelek di pundak.
AR-15" Bukan, yang lain. Magasinnya lebih besar dan pelurunya lebih banyak.
Dave berhenti dan terengah-engah dengan keras, seolah mencari napas. Ia menarik
keluar ujung kemejanya dari dalam celana dan menyekakannya ke wajah. Ia
mengembuskan napas dengan keras. "Aku benci tangga terkutuk ini," gumamnya
dengan suara # sekadar cukup keras untuk didengar. Salah satu laki-laki di
atasnya itu merapatkan radio lebih dekat ke mulut.
Idiot. Kau tak bisa berceloteh di radio sambil membidikkan senapan sekaligus.
Apakah mereka tak mengajarimu apa-apa"
167Jdve memutar pundak dan kembali mendaki. Dua laki-laki di lantai berikutnya
tidak akan menembak. Tidak sekarang. Mereka ingin memastikan bahwa mereka
mengenainya, dan satu-satunya cara untuk itu adalah memancingnya hingga terjepit
tembakan dari dua arah. Mereka tidak akan menembak sampai ia mencapai platform
di tengah antara lantai 32 dan 33. Ia pasti akan hal ini.
Kepastian itu tidak menolong. Jantungnya tetap berdebar-debar keras, dan
sekarang, dengan seketika, ia benar-benar kehabisan napas. Butir-butir keringat
menyembul di keningnya. Otot kecil di bawah mata kirinya berkedut-kedut tak
terkendali. Lututnya terasa lemas. Ia ingin sebatang rokok.
Ada saatnya kau sengaja melangkah ke dalam jebakan. Kadang-kadang kau
melakukannya sebab itulah satu-satunya cara untuk menghabisi musuh. Kadang-
kadang kau melakukannya sebab satu-satunya cara untuk mencapai tujuanmu adalah
dengan melompat ke dalam jebakan itu. Namun kebanyakan kau melakukannya sebagai
umpan untuk perangkapmu sendiri. Dave mendaki. Satu undak. Dua. Tiga. Empat...
Hanya saat itu saja ia tak terlihat. Orang-orang di lantai 33 tidak lagi bisa
melihatnya. Mereka tentunya menggeser bidikan mereka ke platform delapan anak
Godfather Terakhir 7 Pendekar Rajawali Sakti 70 Kembang Bukit Lontar Gelang Kemala 9
TERJEBAK Setiap pagi Dave Elliot berjoging menyusuri jalanan Manhattan menuju ke
kantornya di lantai 45 gedung pencakar langit. Lalu ia mandi, sarapan, dan siap
menjalankan tugasnya sebagai eksekutif.
Tapi hari ini tidak seperti biasanya. Semua orang ingin membunuhnya, mulai dari
direkturnya. Semua orang, bahkan keluarganya, menginginkan kematiannya.
la terjebak, sendirian, dan tanpa teman di dunia. Orang-orang bersenjata menjaga
seluruh pintu keluar gedung berlantai 50 itu. Seregu tentara bayaran profesional
mencarinya dari lantai ke lantai. Ransome, sang komandan yang berdarah dingin,
menargetkan kematiannya sebelum saat makan siang.
Nalurinya sebagai tentara seperempat abad lalu muncul kembali, la bukanlah
mangsa yang sudi mati konyol.;
Penerbit \PT Gramedia Pustaka Utama
X Palmerah Selatan 24-26, Lt. 6 Jakarta 10270 ISBIM.979 - 605 - 971 1-Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Tentang Perubahan
atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100.000.000- (seratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).
Salam buat dimhad pangcu, suhu bbsc, kang zusi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syauqy_arr dengan lianaold.wordpress.com nya, grafity, dan semua
dimhader Dilarang meng komersil kan atau kesialan menimpa anda.
JOSEPH R. GARBER VERTICAL RUN < TERJEBAK Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 1998VERTICAL RUN
by Joseph R. Garber Copyright " 1995 by Joseph R. Garber Indonesian translation
rights arranged with Joseph R. Garber c/o Ellen Levine Literary Agency, Inc.,
New York through Tuttle-Mori Agency, Inc., Tokyo. All rights reserved.
TERJEBAK Alih bahasa: Hidayat Saleh GM 402 98.971 Hak cipta terjemahan Indonesia: PT
Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Selatan 24 26, Jakarta 10270 Diterbitkan
?pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta,
1998 Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
GARBER, Joseph R. Terjebak/Joseph R. Garber; alih bahasa. Hidayat Saleh Jakarta: Gramedia Pustaka?Utama, 1998.
432 him.; 18 cm. Judul asli: Vertical Run ISBN 979 - 605 - 971 -1
I. Judul . U. Saleh, Hidayat
813 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab percetakan
Untuk Steve Oresman, terkenal sebagai Magpie, jenis burung yang lebih bagus
daripada yang ditemukan di dalam buku ini.
Dilarang meng komersil-kan atau kesialan menimpa anda. Pertikaian, kekacauan,
perselisihan, pertengkaran, pembunuhan, kekecewaan, ketakutan... kemunafikan...
penjarahan, pencurian, perampokan, kebohongan, keributan besar, huru-hara,
keributan... perseteruan, kebencian dan kemurkaan... penipuan, pengkhianatan,
penghasutan, perzinahan... perang, kecemburuan, kebencian, dendam... dan akhirnya
semua kejahatan. Almanak dan Ramalan 1559 oleh Vaughan
?Manusia, secara biologis, dan ditinjau dari segi apa pun, benar-benar mangsa
yang tak tertaklukkan... William James ?PROLOG Lalu kita pergi bersama. Jiwaku Gulungan tegang yang tiada habisnya, menjadi
tenang Dalam embusan angin yang menyejukkan dan mendebarkan.
Robert Browning, "Perjalanan Bersama yang Terakhir"
?DUA orang laki-laki di atas punggung kuda.
Yang jangkung, Dave Elliot, berperawakan langsing dan berkulit gelap, dengan
kaki dan tangan panjang. Matanya yang cokelat tampak serius, namun ia
menyunggingkan senyum samar. Yang lebih pendek, Taffy Weiler, bertubuh kekar bak
buldog; rambutnya yang seperti kawat berwarna merah manyala, seperti T-shirt
celupan yang dikenakannya, dan matanya yang biru berkilau dengan kenekatan luar
biasa. Dave berasal dari Indiana. Taffy lahir dan besar di New York. Mereka berjumpa di
San Francisco, yang pada musim panas ini satu-satunya tempat untuk ditinggali.
Kini mereka bersahabat karib.
Di bulan September, Taffy akan mulai bekerja di perusahaan elektronik berukuran
menengah dekat San Jose, perusahaan yang disebut Hewlett-Packard. Tidak banyak orang di NYU pernah
mendengar nama ini. Dave, yang telah lulus dari program R.O.T.C. Indiana State,
akan masuk Angkatan Darat; ia akan melapor untuk bertugas pada minggu ketiga
bulan Agustus. Sudah pasti ia akan dikirim ke Vietnam.
Perjalanan berkuda ini merupakan perjalanan bersama mereka yang terakhir.
Kehidupan sebagai orang dewasa menunggu mereka di penghujung musim panas.
Hari ini mereka berada di ketinggian Sierra, lebih dari tiga ratus kilometer
sebelah timur San Francisco. Kemarin mereka melintasi kaki lereng, mengambil
kuda dan bagal pengangkut dari seorang laki-laki dengan kulit bak disamak, yang
menunggu mereka dalam truk pikap, dan mulai menunggang kuda ke barat, menuju ke
lereng gunung. Di sini, di lereng berbatu-batu dengan ketinggian lebih dari 2.700 meter, kuda
mereka jadi terengah-engah. Tidak ada jalan; lereng itu curam. Tanahnya batu
granit; gundukan-gundukan kelabu bercampur hitam. Butiran batu kuarsa putih
kecil menggelinding di bawah pijakan kuku kaki binatang-binatang itu, dan begitu
menyilaukan dalam cahaya siang, sehingga tak dapat dipandang.
Sesekali Dave mengelus kumis lebat yang dibiarkannya tumbuh sepanjang musim
panas ini. Ia bangga dengannya, merasa kumis itu membuatnya kelihatan lebih tua.
Padahal tidak. Taffy meliriknya. "Kau harus berjanji padaku, compadre. Kau harus berjanji pada
hari kau muncul untuk disumpah, kau masih memakai kumis itu."
"Kumis ini akan lenyap. Aku akan kelimis, rambut tentara, gaya all American
boy." 8 "Ah, sayang!"Kolam Dave sempurna, tanpa tanding. Terletak di balik deretan bukit
rendah sekadar cukup curam untuk tidak dibajak dan ditanami dan di lembah ? ?datar. Ia bersepeda sejauh lima kilo di antara tanaman jagung yang tinggi dan
gandum yang bergoyang-goyang nyaman menuju ke perbukitan itu. Setelah lima belas
menit terengah-engah mendorong sepedanya maju setiap langkah, ia pun sampai di
tepi kolam itu. Kolam tersebut panjangnya 1.200 meter dan lebarnya 800 meter. Sebagian besar
tepiannya tertutup ilalang hijau-cokelat dan pussy willow. Sebuah rakit ringkih
yang dibuat asal-asalan tak lebih dari papan-papan dan drum lima puluh galon
?yang sudah berkarat terapung-apung di tengahnya. Tak ada orang lain kecuali
?anak laki-laki berusia tertentu pernah ke tempat ini.
Sempurna! Dave pertama kali diundang ke daerah keramat ini ketika ia mencapai usia sepuluh
tahun. Disepakati bahwa mereka yang berusia lebih muda tidak diterima di kolam
tersebut. Dan disepakati pula bahwa yang lebih tua dari lima belas tahun, dalam
usia menjelang kematangan, diharapkan mencari rekreasi musim panas lainnya. Ini
tempat untuk anak laki-laki, dan dimaksudkan agar tetap demikian selamanya.
Bukan berarti orang-orang dewasa tidak mengetahuinya. Sama sekali tidak. Mereka
semua tahu adanya kolam itu, dan semuanya, laki-laki dan perempuan, melarang
anak mereka pergi ke sana. "Kau akan kena tetanus kalau berenang di kolam itu:
Lagi pula, kolam itu penuh ular cottonmouth, dan di dasarnya ada pasir apung."
98 Hebat! Pasir apung! Dan ular! Wah!
Meskipun demikian, dalam kenyataannya, Dave dan semua temannya tak pernah
menemukan yang lebih hebat daripada ular rumput di dalam ceruk. Dan mengenai
pasir apung itu... ah, anak-anak itu tahu bahwa bila ada di antara mereka yang
pernah hilang tertelan pasir apung, kisahnya akan bergaung dalam radius 160
kilo, dan bertahan selama seratus tahun. Karena tidak ada kisah semacam itu,
teori pasir apung bisa diabaikan.
Kecuali... Kecuali bahwa satu dari daya pikat terbesar dari kolam itu adalah kedalamannya,
yang memang sangat dalam. Meskipun mereka telah mencoba sekuat tenaga, tak
seorang pun pernah menyelam cukup dalam untuk mencapai dasarnya. Jadi, ada atau
tidak adanya pasir apung tidak bisa dikonfirmasikan. Mungkin bahaya itu memang
benar ada. Mungkin dasar kolam itu lumpur berbahaya yang akan mencengkeram
kakimu bak gurita raksasa berlendir dan menyedotmu sampai menjerit-jerit dan
meronta-ronta ke bawah dan ke bawah.
Atau, mungkin ada yang lain di dasar kolam itu. Sesuatu yang hidup. Sesuatu yang
akan menelanmu dan tak meninggalkan jejak. Sesuatu yang bergigi dan kelaparan
yang membangkitkan desas-desus tentang pasir apung, tapi ternyata adalah...
...belut raksasa, bertaring...
...gurita besar seperti dalam film itu...
...kerang raksasa seperti dalam film lain...
...dinosaurus, czrvo-entahapanamanya...
...penyu penggigit, yang sudah berusia lima ratus tahun dan sangat besarnya...
99Nah, mereka harus menyelam, bukan" Itu penting. Harus dilakukan. Tak satu pun
anak bisa menahan godaannya. Salah satu dari mereka akan berhasil. Pasti. Suatu
hari, seseorang akan berhasil. Dan bila melakukannya, ia akan jadi pahlawan dan
prestasi keberaniannya akan bergema hingga berabad-abad.
Dave menyelam. Anak-anak lain bermain meriam-meriaman dari rakit, atau
mendorongnya, atau terjun dengan gaya batu. Dave menyelam. Ia berlatih,
menyempurnakan lompatannya, caranya menukik, meluruskan terjunnya seperti pisau
lipat yang menusuk ke dalam air, dalam, dan makin dalam lagi.
Suatu hari dengan penuh kemenangan ia berhasil mencapai dasar.
Air kolam itu cokelat, keruh, berlumpur. Kau tidak bisa melihat tangan sendiri
di depan wajahmu. Makin dalam kau menyelam, makin gelaplah keadaannya. Akhirnya,
tidak ada apa-apa, tidak ada cahaya sama sekali kecuali sinar pudar seperti
kilau tembaga jauh di atasmu.
Pada hari ia mencapai dasar kolam itu, bahkan sinar pudar itu pun tidak ada.
Dave telah melewati batas tempat sinar tidak bisa menerobos lagi. Ia menggapai-
gapai ke bawah dengan membabi buta, tahu bahwa ia berhasil menyelam lebih jauh
daripada siapa pun, ke dunia yang belum pernah dicapai oleh anak lain. Puas
dengan keberhasilannya, ia mengayuh sekali lagi, lurus ke bawah, mengayun
lengannya ke depan. Tangannya menyentuh sesuatu.
Lendir. Licin. Jantungnya serasa naik ke mulut. Gurita itu! Bukan, seutas
sesuatu. Apa" Rumput liar. Rumput liar di dasar. Aku berhasil! Ia mencengkeram
- 100 rumput itu dan menarik tubuhnya ke bawah lagi. Hati-hati sekarang, bisa jadi itu
benar-benar pasir apung. Bukan, cuma lumpur biasa. Dientakkannya rumput air itu.
Ia ingin bukti bahwa ia, David Elliot, akhirnya melakukan sesuatu yang dicita-
citakan oleh semuanya. Rumput air itu tercabut dengan mudah.
Saatnya pergi sekarang. Sudah terlalu lama di sini. Butuh udara.
Kakinya menendang. Begitu jauh ia mencoba keberuntungannya, begitu lama ia di
bawah permukaan air. Wajahnya terasa merah karena perjuangan itu. Air liur
mengisi mulutnya. Ia benar-benar butuh udara. Permukaan tak mungkin terlalu
jauh, kan" Ia berenang lebih keras, mengayuh sepenuh tenaga. Rasanya makin payah. Rasa
sakit menusuk tajam sekitar pangkal hidungnya. Paru-parunya sakit.
Ia bisa melihat kilau warna tembaga itu. Lebih terang sekarang. Tak jauh lagi.
Semua di atas rakit itu akan jadi gila saat mereka melihat apa yang ada di
tanganku. Titik-titik merah, nyala api dalam kegelapan, menari-nari di depan
matanya. Terang. Sangat terang. Udara sesaat lagi...
Tangannya membentur sesuatu. Seandainya tangannya tidak sedang terulur untuk
mengayuh, kepalanya tentu retak terbentur benda itu. Tapi ia mengayuh. Tidak
keras. Tak jadi soal. Yang penting dia butuh udara sekarang. Sekarang, Tuhan,
sekarang! Dan ada sesuatu yang menahannya ke bawah, mencegahnya menghirup udara,
menjebaknya dalam air yang dingin dan gelap itu, membunuhnya, menenggelamkannya.
Lilitan rantai membelit erat dadanya. Ia tidak pernah tahu apa yang demikian
menyakitkan. Setiap saat 101sekarang mulutnya akan terbuka, air akan membanjir masuk, paru-parunya akan
terisi, ia akan tenggelam dan mati. Ia mendorong dan bergulat dengan benda yang
menahannya dalam air, dalam kegelapan, jauh dari kehidupan dan udara. Benda itu
kejam dan aktif dan jahat dan personifikasi kebencian dan ingin dia mati dan ia
tidak bisa melewatinya dan ia akan membuka mulut dan berteriak dan...
Rakit itu. Ia ada di bawah rakit. Ia mendorong, dengan wajah biru dan tangan
hampa ia terengah mencari udara.
Hingga ia mencapai usia 47 tahun, saat terperangkap di bawah permukaan air itu
menandai keputusasaan terhebat yang pernah dikenalnya, dan ketakutan terhebat.
Ia tidak bisa membayangkan apa pun yang lebih mengerikan atau lebih menyakitkan
daripada kehabisan napas, dan terperangkap dalam air di bawah suatu benda entah?apa. Dekatnya kematian terasa ringan dibandingkan dengan kengerian dingin yang
timbul karena mengetahui bahwa takdir sudah menjatuhkan tangan padamu dan tidak
ada jalan keluar. Namun, pada usia 47 tahun, usia yang tidak bagus untuk pelajaran seperti itu,
Dave menemukan ada semacam rasa putus asa yang bahkan lebih parah lagi. Ia
menemukan hal ini ketika melihat Helen, istrinya, wanita yang dengan tulus ia
coba cintai, menuding padanya dan berteriak, "Itu dia! Di sana! Itu dia! Tangkap
dia!" 102 BAB 3 BAWANG BUKAN UNTUK DIMAKAN
1. Nanti, suara dalam benak Dave yang pemarah tentu akan memakinya karena
bertingkah tepat seperti yang diharapkan Ransome.
Guncangan atas pengkhianatan Helen membuatnya lumpuh. Ia tidak bisa menerimanya,
tidak bisa bergerak. Dilihatnya Helen berdiri dekat jendela tinggi lobi itu,
dikelilingi penembak-penembak berwajah muram, dan ia tidak bisa mempercayai
bukti yang diberikan matanya. Helen memandangnya, menunjuk padanya, mengarahkan
pembunuh-pembunuh terlatih anak buah Ransome ke arahnya. Itu tak terpikirkan.
Pikirannya menolak kenyataan itu. Helen takkan pernah melakukan sesuatu seperti
itu". Dave terhipnotis, kelinci yang mematung di hadapan ular.
Ia hanya ingat samar-samar mengenai apa yang
103terjadi selanjutnya. Pundak-pundak mendorongnya dari belakang. Sebuah suara
sengau menggeram, "Maju, kau." Begundal Ransome mendesak ke tengah kerumunan
orang, menerobos gelombang orang-orang New York yang marah. Seseorang menepuk
punggungnya. "Ayo, Sobat, kita harus keluar dari sini."
Tubuhnya menyelamatkan nyawanya. Pikirannya tidak berhubungan dengan hal itu.
Sekat rongga badannya terasa kejang. Ia terengah mengambil napas. Di tengah
impitan orang banyak ia tidak bisa membungkuk atau berbalik. Isi perutnya mulai
naik. Ia muntah dan tersedak serta mengeluarkan bunyi basah yang panjang.
"Ada apa, Sir?"
Muntahan itu menyembur d*ri mulut dan menerobos lubang hidungnya. Seseorang
berteriak, "Oh, sialan!" Kerumunan orang itu tersentak menjauh darinya. Ketika
orang-orang yang berada paling dekat dengannya berteriak dan mendesak untuk
menghindari muntahan, mereka yang lebih dekat dengan pintu keluar terdorong ke
depan. Seseorang berteriak. Orang New York tahu bahwa begitu teriakan mulai, tibalah
saat bergerak. Cepat-cepat.
Kerumunan manusia di lobi itu mendesak ke arah pintu keluar yang terhalang.
Sebuah jendela dengan pelat kaca tinggi di samping salah satu pintu putar pecah
berantakan ke luar. Suara seorang laki-laki memekik kesakitan. Satu jendela lagi
pecah. Orang-orang berlari cepat-cepat di bawah hujan pecahan kaca, berlari ke
jalan. Anak buah Ransome tersapu mundur; seorang terjatuh, menjerit, jeritan itu
berubah jadi rengekan; tak lama kemudian diam.
104 Dave terhuyung menjauh dari orang banyak itu, masuk ke koridor lift.
Beberapa saat kemudian ia mendapati dirinya berkunang-kunang dan gemetar, dan
tidak lagi berada di lantai dasar. Ia tidak tahu pasti di mana atau bagaimana ia
sampai ke sana. Lift-lift itu dalam keadaan terbuka, tak berfungsi sampai
diaktifkan kembali oleh pihak yang berwenang. Setiap lift, sesuai peraturan
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pendirian bangunan, punya pintu darurat di langit-langitnya. Yang dibutuhkan
untuk membukanya hanyalah memutar empat baut. Ia pernah menurutnya ia ?pernah ia tidak yakin ia pernah apa..."
? ?Seperti film, Sobat. Kau dan Tarzan.
Aku tak melakukannya. Oh ya, lihat pelumas dan kotoran pada pakai-anmu.
Perasaan kebas itu mulai surut. Ia membungkuk, meletakkan tangannya pada lutut,
dan memaksakan diri untuk menarik napas dalam, melahap udara. Ya Tuhan! Tadi itu
sungguh mengerikan. Yang terburuk. Ia tidak pernah lumpuh seperti itu sejak...
Jangan memikirkannya. Helen! Mengapa" Bagaimana" Apa yang mungkin...
Jangan pula pikirkan hal itu. Pikirkan urusan lain. Seperti bagaimana rasa masam
dalam mulutmu. Ia ingin minum air. Sangat ingin. Sedikit sabun dan kain penyeka tentu tidak ada
bahayanya. Ia memandang berkeliling dengan dungu. Rasanya ia... di mana" ...tampaknya tidak
dikenal, tapi... Lantai dua. Pasti di sana.
Ada apa di lantai dua" Apa gerangan yang mengisi
105lantai dua gedung perkantoran New York" Kebanyakan pencakar langit di Park
Avenue bahkan tidak punya lantai dua. Lobi untuk lift mereka, semuanya dari
marmer dan karya seni pahat modern, terbentang dua atau tiga tingkat. Dan, untuk
beberapa gedung yang memang memanfaatkan lantai dua mereka, tempat itu merupakan
ruang kantor yang paling tak diinginkan di tempat tersebut sejajar dengan atap-?atap bus, bertengger di atas bisingnya kehidupan jalanan New York, mengumpat
dengan jendela-jendela yang kotor terus dan tidak punya pemandangan. Lantai dua
merupakan tempat yang tak bisa disewakan dan membebani setiap pemilik gedung.
Dalam pengalaman Dave, orang-orang bisnis sejati tidak punya kantor di lantai
dua. Mereka selalu lebih tinggi jauh di angkasa tempat rajawali-rajawali
?perusahaan bersarang. Tak seorang pun akan dipergoki dengan alamat di lantai
dua setidaknya tak seorang pun yang tidak terlibat dalam bisnis aneh dan
?misterius, yang sepenuhnya di luar praktek bisnis normal di New York. KERJAKAN-
kerjakan-KERJAKAN-ker-jakan. Kau melantur ke dimensi yang berbeda....
Sekonyong-konyong pikiran itu terlintas kembali dalam benaknya. Ia pernah ke
lantai ini. Pemilik-pemilik gedung di New York memakai lantai dua mereka untuk
tempat sementara, menyewakan kantor seperti menyewakan kamar di motel transit
bagi orang-orang yang membutuhkan kanior (jangan tanya apa alasannya) selama
satu-dua jam atau satu-dua hari. Atau sebagai alternatif, mereka menempatkan
klub makan siang di lantai dua mereka restoran-restoran pribadi yang hanya bisa
?dinikmati para anggota, para
106 penghuni elite di tingkat yang lebih tinggi. Makanan yang biasa-biasa, anggur
yang terlalu mahal, tetapi pelayanan yang baik dan privasi yang nyaman bila kau
ingin mengesankan pelanggan dari luar kota. ("Saya sudah minta Suzy memesan meja
untuk makan siang di klub itu....")
Seperti semua eksekutif Senterex, Dave juga memiliki kartu anggota klub di
gedung itu. Sudah bertahun-tahun ia tak pernah memakainya. Ia bahkan tidak yakin
apakah ia ingat nama yang dipakai pemilik gedung untuk menyebut tempat itu. Nama
yang berbau Inggris. Selalu bau Inggris. The Churchill Club" The Windsor Club"
The Parliament Club"
Tak jadi soal. Di klub itu tentu ada air, dan kamar kecil. Dave sangat ingin
memakai kamar kecil. Yang dilengkapi dengan sabun dan pancuran air panas.
Ia melangkah keluar dari koridor lift lantai dua dan belok ke kiri. Lorong itu
dilapisi dengan wallpaper berdesain merah tua dan dihiasi dengan lukisan cat
minyak para perdana menteri yang sudah almarhum.
Benar, the Prime Ministers Club.
Pintu masuknya tampak tebal, berat, dipernis untuk memberikan penampilan kayu ek
Tudor yang mahal. Sebuah pelat kecil dari kuningan dipaku sejajar dengan mata:
KHUSUS UNTUK ANGGOTA DAN TAMU.
Pintu itu terbuka ke serambi berlapis beledu dan dihiasi lebih banyak lagi
gambar politikus-politikus yang sudah almarhum. Podium untuk sang maitre d',
dengan buku reservasi bersampul kulit dan tempat tinta dari kuningan astaga,
?malahan dilengkapi dengan pena bulu berada di sebelah kiri. Gorden-gorden mewah
?tebal dan jumbai-jumbai emas yang
107seronok memisahkan ruang depan itu dari ruang tengah restoran.
Toiletnya jauh di bagian belakang restoran itu.
Ruang makannya luas, dan terang benderang. Meja-mejanya dilapisi kain linen
seputih salju, dilengkapi dengan peralatan makan perak berkilauan. Di meja
tengah, menghadap ke pintu, dengan gelas air jeruk setengah kosong di dekat
tangan kirinya, duduklah Ransome. Tangan kanannya mengacungkan pistolnya dan
membidikkannya ke arah dada Dave. Ekspresi wajahnya tetap netral seperti biasa.
Ia tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya menarik picu.
2. Pelatuk berdetak. Asap mengepul dari moncong pistol otomatis berperedam itu.
Memar di bawah mata Ransome kenang-kenangan dari sepatu Dave memerah. Samar-? ?samar terlintas ekspresi kesal pada wajahnya. Ia mengangkat tangan kiri untuk
menarik pengokang dan memasukkan peluru ke laras. Saat itu Dave sudah mencabut
senjatanya sendiri. Ransome menjatuhkan kembali tangannya ke atas meja.
Dua laki-laki itu saling pandang tanpa bicara. Dave merasakan seulas senyum
tipis mereka di wajahnya. Ekspresi Ransome tidak berubah.
Ransome memecahkan keheningan itu. "Mr. Elliot, kau benar-benar burung berbulu
langka. Aku mulai merasa sayang padamu."
"Tanpa bermaksud kasar, tapi aku merasakan yang sebaliknya."
"Mr. Elliot, aku benar-benar simpati padamu."
108 "Terima kasih." Dave memberi isyarat kecil dengan pistolnya. "Omong-omong, aku
akan berterima kasih kalau kau mau menjatuhkan pistolmu. Biarkan saja lepas dari
jarimu. Dan lalu..."
Senjata itu, saudara kembar pistol di tangan Dave, berdebam di karpet. Ransome
berbicara sebelum Dave bisa menyelesaikan pikirannya, "Tendang menjauh, Mr.
Elliot" Itu tradisional, dan aku memang tradisional, penganut nilai-nilai
tradisional." Ia menendang dengan ujung sepatunya. Pistol itu meluncur tiga
meter ke depan. Ransome meneruskan, "Sekadar ingin tahu, kau tak keberatan
mengatakan apakah semua peluru dalam magasin itu kaukutak-katik?"
"Cuma yang pertama. Bila kau tak punya peralatan yang tepat, butuh waktu banyak
untuk mengeluarkan mata peluru dari selongsong dan mengosongkan mesiunya."
"Aku tahu." Ransome seperti sangat santai, laki-laki pendiam sedang bercakap-
cakap dengan kenalan jauh. "Tapi, mengingat arah hubungan kita pagi ini, aku
yakin aku akan memeriksa semua sisa peluru bila punya kesempatan.".
Kendali dirinya sungguh mencengangkan. Laki-laki ini pasti orang paling tenang
di planet ini. "Apa yang membuatmu beranggapan kau bakal punya kesempatan?"
Ransome mengangkat sebelah alisnya ke arah moncong pistol Dave, yang kini
tertuju ke tengah dadanya. Ia menggeleng. "Kau tak punya keteguhan itu. Oh,
memang, dalam panasnya pertempuran kau bisa membunuh orang. Aku sudah melihat
kau melakukannya. Tapi dengan darah dingin" Kurasa tidak."
109Tepat sesuai jadwal, iseng-iseng Ransome mulai memain-mainkan sebilah pisau
meja. Ekspresinya tetap datar, tetapi pupil matanya melebar. Otot-otot lehernya
menegang. Ia siap bergerak. "Tidak, Mr. Elliot, kau takkan menembakku."
Dave menembaknya. Pistol berperedam itu menimbulkan bunyi pelan, terdengar seperti tinju memukul
bantal. Ransome melolong. Ia mencengkeram pahanya, tepat di bawah selangkangan,
tempat darah mengucur. "BANGSAT KEPARAT KAU MENEMBAKKU BAJINGAN TENGIK!"
Dave tak menghiraukannya. Ia ada di lantai, menjatuhkan diri ketika melepaskan
tembakan. Ia berguling ke kiri, satu kali, dua kali, tiga kali, sambil matanya
mencari di mana seharusnya anak buah pendukung Ransome berada.
Dan memang ada. Dave membidik, menghela napas, menarik picu. Bunyi tinju memukul bantal satu
kali. Dua kali. Tiga kali. Bunyi itu lembut. Anak buah Ransome itu menghilang
dalam hujan merah. Ia tak pernah mengangkat senjatanya.
"AKU AKAN MEMBUNUHMU BANGSAT BAJINGAN KAU MENEMBAKKU!"
'Tutup mulutmu, kau bertingkah seperti bayi." Dave berguling sekali lagi sambil
membidikkan pistol ke arah Ransome.
"KEPARAT KAU ITULAH YANG HARUS KUKATAKAN KAU BANGSAT!" Ransome membungkuk,
menekankan kedua belah tangan pada lukanya. Wajahnya terangkat, dan bibirnya
tertarik ke 110 dalam. Matanya berputar, dan ia tampak seperti anjing Doberman mengamuk.
Dave mengembuskan udara lewat bibir dengan muak. "Sudahlah, Ransome. Itu luka
daging. Aku tak percaya kalau aku menoreh dagingmu lebih dari satu milimeter.
Seandainya aku ingin kau benar-benar terluka, kau tahu aku bisa melakukannya."
"BAJINGAN BANGSAT KEPARAT BERANI-BERANINYA KAU MENEMBAKKU!"
Tiga meja empat, termasuk meja Ransome sudah diatur untuk sarapan. Seseorang ? ?sedang rapat pagi sambil sarapan ketika Dave menelepon dengan ancaman ledakan
bom itu. Dave meraih segelas air es dari salah satu meja dan mengguyurkan isinya
ke wajah Ransome. "Ransome, ambil lap meja, tempelkan ke pahamu, dan tutup
mulutmu. Dengan caramu bertingkah seperti ini, kau akan mati karena serangan
jantung sebelum mati karena luka itu."
Air es itu membuat rambut Ransome lengket. Sungai kecil mengalir turun di
pipinya. Ekspresi wajahnya membuat Dave bergidik. Itulah wajah Sersan Satu
Mullin, tepat sebelum tamat riwayatnya. Dengan suara rendah dan amat sangat
dingin, Ransome mendesis, "Elliot, kau bajingan tengik, kau tadi bisa saja
meledakkan bolaku." "Itu risiko permainan, temanku. Di samping itu, kau bilang kau sudah membaca
berkas 201-ku. Seharusnya kau ingat nilaiku dalam ketepatan menembak." "Aku akan
membunuhmu karena ini." Dave mengembuskan napas dengan kesal. "Jadi apa lagi
yang baru?" "Bagaimana aku melakukannya, bangsat. Bagaimana sakit dan lama waktunya. Itulah
yang baru." 111"Terima kasih karena kaujelaskan hubungan kita. Sementara ini, jangan duduk
di situ seperti orang tolol meneteskan darah ke mana-mana. Tempelkan sekeping es
pada lukamu. Itu akan mengurangi rasa sakit dan mengurangi perdarahan."
Ransome menggeram, merapatkan bibir, dan berputar untuk mengambil sekeping es
dari gelas -air. Ketika ia berbalik, Dave mengayunkan pistol ke belakang
kepalanya. Ransome tersungkur ke meja dan tergelincir pelan ke lantai.
Satu penggalan pada jam. Waktu sepenuhnya terhenti. Ia punya (halo, sobat lama)
sepucuk pistol berisi peluru di tangannya. Musuhnya tak sadarkan diri di
kakinya. Sekadar terdorong rasa ingin tahu, bukan karena kekejaman dalam hati,
Dave membidikkan moncong pistol itu ke bawah tengkorak Ransome. Gerakan itu
terasa enak, terasa benar. Ibu jarinya menarik pelatuk ke belakang. Rasanya
lebih enak lagi. Itu tentu akan mudah sekali dilakukan. Persoalan mudahlah yang mengutukmu, bukan
yang sulit. Dua puluh lima tahun sebelumnya. David Elliot, tidak sepenuhnya waras waktu itu,
berdiri di jantung kengerian dan berjanji kepada Tuhan bahwa ia takkan pernah,
untuk selamanya, menembakkan senjata karena kemarahan. Aku takkan melukai siapa
pun, demikian ia berdoa, tak pernah lagi, tak ada tindakan kemarahan, tak ada
lagi tindak kekerasan oh, Tuhan, aku takkan berperang lagi....?Kini, hanya dalam sepagian ini, ia sudah membunuh
112 dua orang. Mudah semudah dulu dan otomatis, la tidak merasakan apa pun.
? ?Namun sekarang, tepat pada saat ini, sepucuk pistol di tangan dan sasaran yang
pantas dalam penglihatannya, ia merasakan sesuatu perasaan telah menyelesaikan
?sesuatu, emosi nyaman seorang terlatih yang sudah melatih keterampilannya hingga
sempurna. Dengan dua nyawa baru saja melayang di tangannya dan bau mesiu di
jarinya, ia .tahu bahwa bukan kecil risiko baginya untuk merasa enak, cukup
enak, dan merasa makin lega setiap saat.
Tak pernah lagi, pikirnya. Tak pernah. Ia hampir sesat. Mereka hampir menang.
Kini itu terjadi lagi. Bila ia membiarkannya. Namun ia takkan, tak bisa
membiarkan dirinya berubah menjadi manusia yang dulu mereka harapkan.
Ransome menduga sebaliknya. Ransome dan orang-orangnya. Mereka pikir mereka tahu
apa yang akan dilakukannya. Ambil satu-dua orang sipil sebagai sandera. Siapkan
sergapan. Tumpuk mayat yang roboh. Mulai tembak-menembak. Mencoba dengan tembak-
menembak keluar dari gedung itu.
Dave tersenyum muram. Ia mengangkat laras pistol itu dari kepala Ransome,
menekan pengaman, melepaskan kokangan, dan menyelipkan senjata itu ke bawah
sabuknya. Meskipun tahu musuhnya tidak dapat mendengarnya, ia tetap berbicara
kepada Ransome: "Berapa orang yang kaupasang untuk mengawasi pintu keluar,
Sobat" Dua puluh" Tiga puluh" Lebih banyak lagi" Berapa pun jumlahnya, aku
takkan bisa melewati mereka, kan?" Dave melihat ke celananya, robek dan ternoda
minyak. 'Tidak. Aku sungguh mencolok mata.
113Persetan, melihat bagaimana keadaanku, mereka akan menembakku. Tapi aku akan
keluar, Ransome. Percayalah. Juga percayalah aku akan melakukannya dengan caraku
sendiri, bukan caramu. Aku lebih baik menembakkan pistol ke kepala sendiri
daripada berbuat seperti itu.
3. Tempat itu gelap, hangat, nyaman, dan aman. Di dekatnya, peralatan menimbulkan
bunyi mendengung. Udaranya agak apak, tapi tidak terlalu jelek. Dave berbaring
miring, meringkuk nyaman. Perutnya penuh dan rasanya ia ingin tidur siang. Ia
suka di sini. Selalu ingin merangkak kembali ke dalam rahim, kan, Sobat"
Tempat persembunyian yang sempurna. Dave senang menemukan tempat ini, dan
sedikit terkejut. Senterex sudah sejak lama memindahkan bagian Management
Information System-nya ke pinggiran New Jersey. Tadinya ia pikir setiap
perusahaan lain di New York, termasuk pialang-pialang Wall Street, sudah
melakukan hal yang sama. Ruang kantor di Manhattan terlalu mahal untuk disia-
siakan menampung perangkat keras komputer. Di samping itu, programer adalah
jenis manusia yang sulit, dan lebih produktif bila disisihkan dari tekanan
kehidupan kota besar. Bagaimanapun, setidaknya ada satu perusahaan New York yang belum merelokasi
komputer-komputernya. Perusahaan itu adalah anak perusahaan American lnterdyne
Worldwide. American Interdyne, penerbit saham palsu kamikaze yang diberantas
pada tahun 114 1980-an, beroperasi di bawah perlindungan undang-undang kebangkrutan dan hakim
federal yang sudah pikun. Mungkin itulah sebabnya mengapa perusahaan itu masih
menempatkan komputer-komputernya di lantai dua belas menara perkantoran yang
sangat mahal di Park Avenue.
Berapa sewa ruang di sini" Sekitar empat puluh dolar per kaki persegi.
Ruang komputer American Interdyne luas dan bergaya kuno penuh dengan komputer ?mainframe besar, perangkat periferal yang menderu-deru, dan konsol yang
berkedip-kedip. Perusahaan-perusahaan lain sedang membongkar sistem besar mereka
yang tersentralisasi, mengganti perangkat raksasa dari IBM seharga $15 juta
dengan stasiun-stasiun kerja yang ramping dan client/server network berkecepatan
tinggi. American Interdyne belum melakukannya. Bagian sistem komputernya lintang
pukang di seluruh lantai itu, seperempatnya dipergunakan untuk komputer
mainframe raksasa yang oleh kebanyakan eksekutif, Dave salah satunya, dianggap
seperti dinosaurus. Namun, ia senang melihatnya sekarang. Yang paling menyenangkan mengenai monster-
monster itu, pikirnya, adalah kerumitannya. Raksasa-raksasa manja yang menuntut
perawatan dan makanan tak habis-habisnya. Berbatalion-batalion teknisi
berbayaran tinggi memanjakan mereka. Sistem catu daya yang dibuat khusus.
Pendingin udara yang besar dan berdaya tinggi. Deretan periferal yang tak ada
habisnya. Peralatan pemantau dan pengendali khusus.
Dan kabel. Banyak kabel. Kabel dalam jumlah lebih besar
115daripada yang kaubayangkan. Instalasi komputer mainframe besar membutuhkan
bertumpuk-tumpuk kabel. Dan kau tak sekadar menempelkan kabel-kabel itu sekali
dan kemudian melupakannya. Tak bisa. Kau selalu harus mengutak-atik kabel-kabel,
menghubungkan kembali berbagai port, soket, dan interface. Oh, DASD itu
dihubungkan ke mainframe, dan mainframe itu dihubungkan ke frontend, dan
frontend dihubungkan ke multiplexer, sekarang dengar de word of de lawd!
Yang berarti lantai yang dinaikkan. Ruang komputer American Interdyne, seperti
semua pemakai mainframe lain, dibangun pada lantai yang dinaikkan. Kabel-kabel
dan kawat-kawat berkelok-kelok di bawahnya. Lantai itu dipasangi panel sehingga,
seperti yang begitu sering diperlukan, staf komputer bisa membukanya dan menata
kembali konfigurasi kabel-kabel tersebut.
Gelap, hangat, dan nyaman. Sungguh cukup nyaman di bawah lantai itu.
Dave butuh kedamaian. Dua kali sesudah meninggalkan Prime Minister's Club ia
nyaris bertumbukan dengan anggota-anggota Pasukan Penjinak Bom Kepolisian New
York. Seandainya mereka melihatnya... compang-camping, kotor, bau muntahan,
tangannya penuh dengan makanan curian, dan dengan pistol-pistol tidak sah
terselip di sabuknya... Pasti agak sulit mencari alasan meloloskan diri, Sobat. Terutama menjelaskan
baja penembak itu. Pistol itu semuanya otomatis. Satu milik Carlucci, dan satu milik anak buah
pendukung Ransome. Keduanya berbentuk dan bermodel sama, apa bentuk
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
116 dan modelnya, Dave tidak tahu. Tak satu pun mencantumkan cap pembuatnya atau
nomor serinya. Keduanya memiliki rangka dari serat polimer ringan, peredam suara
buatan pabrik, pembidik laser, dan rangka penyimpan magasin yang menampung 21
peluru. Peluru-peluru itu jadi bahan renungan namanya TUG, singkatan dari Torpedo ?Universal Geschoss. Dave tak pernah tahu ada peluru semacam itu untuk pistol.
Mata pelurunya untuk berburu, dirancang untuk menembus dalam, menjadi jamur di
dalam tubuh, merobek jantung sasaran. Orang yang tertembak tubuhnya dengan salah
satu peluru itu akan mati seketika di tempatnya berdiri; bahkan luka terserempet
sekalipun akan membuatnya lumpuh.
Di atas tuas pengamannya, ada batang pengokang yang sedikit melekuk. Dave
menduga dengan mendorong pengokang ini ke depan akan mengubah pistol itu menjadi
otomatis penuh, mengubah pistol tersebut menjadi senapan mesin yang bisa
dipegang tangan. Perkakas bagus. Tak sehebat pistol Ingram MAC lamamu yang dilengkapi dengan
WerBell Sionics suppressor, tapi cukup jahat. Otomatis .38, 130 grain untuk
kecepatan dari laras hanya setitik di bawah kecepatan suara. Seperti itu
suaranya akan teredam optimal. Menghantam sasaranmu dengan energi sebesar 150
kilo per kaki persegi. Aduh.
Aduh juga bila pihak yang berwajib sampai menangkap orang sipil membawa pistol
semacam itu. Dave merasa bahwa memikirkan untuk memiliki senjata macam itu saja
sudah melanggar Undang-Undang Sullivan.
117Dan itu menimbulkan beberapa pertanyaan dari mana asal senjata-senjata
itu orang-orang yang membawanya. *
?Aman di bawah lantai, kepala berbantal kabel AWG 22 yang terbungkus karet,
nyaman, Dave mencoba tidur. Malaikat pelindungnya yang suka berdebat itu tidak
membiarkannya. Masalahnya tentu saja Helen. Mengapa dia muncul di samping anak
buah Ransome" Bagaimana mereka membujuknya agar memusuhi suami sendiri"
Dave ragu-ragu Helen memang berniat mengkhianatinya. Anak buah Ransome mungkin
sudah menceritakan kebohongan yang mengerikan kepada Helen {atau lebih parah
lagi, suara dalam benaknya memperingatkan, kebenaran yang mengerikan) agar mau
mengidentifikasikannya. Kebohongan apa" ia bertanya pada diri sendiri. Kebenaran apa" balas malaikat
itu. Ia tidak bisa menemukan jawaban untuk kedua pertanyaan tersebut. Tidak pula ia
bisa membiarkan dirinya memeriksa penjelasan alternatif atas perilaku
Helen belum bisa. Mungkin dia ada di pihak mereka. Mungkin dia ingin kau mati
?sama seperti semua orang lain.
Tidak masuk akal. Sudah lima tahun dicurahkannya untuk bekerja sekuat tenaga
mengubah perkawinan itu menjadi keberhasilan.
Seberapa keras Helen bekerja"
Diam! Aku tak butuh ini! Kau tahu apa kata mereka tentang orang yang berdebat dengan diri sendiri, dan
kemudian kalah... " 118 Dave menggeram dan berguling, berusaha menemukan posisi yang yang lebih nyaman.
Saat ia membalik^ radio yang diambilnya, bersama uang 67 dolar, dari mayat anak
buah Ransome, terlepas. Diambilnya radio itu dan ditempelkannya ke telinga.
Volumenya kecil. Cepat atau lambat staf teknik American Interdyne akan datang
kembali ke ruang komputer. Dave tidak ingin mereka bertanya-tanya heran dari
mana bunyi aneh itu kedengarannya seperti walkie-talkie, Frank berasal.? ?Suatu percakapan sedang berlangsung: "...seperti ada orang menjatuhkan sandwich
dengan saus tomat dan melaburkannya ke lantai. Setengah penduduk New York City
pasti telah menginjak wajah bangsat malang itu."
Suara lain menjawab, "Aduh, mengerikan. Itu cara mati yang mengerikan. Seseorang
harus memanggil Don... Robin dan memberi kita perintah lebih lanjut."
"Negatif. Robin tak mau dihubungi dengan radio. Kita tak bisa bicara padanya
sampai dia bicara pada kita."
"Aww, man. Polisi mulai membiarkan orang-orang kembali ke dalam gedung. Aku tak
tahu apa yang harus kita kerjakan, tapi kupikir kita harus keluar dari sini."
"Tidak tanpa perintah."
"Persetan dengan perintah itu, man. Dan satu hal lagi, cuma Robin dan Partridge
yang tahu apa sebenarnya maksud segala kerusuhan ini. Maksudku, kita harus
membunuh orang ini, kan" Bukan urusan * besar, kata mereka. Cuma satu hari kerja
dengan gaji biasa, kan" Ya, bukan masalah besar. Nah, kalau bukan masalah besar,
mengapa mereka tak menjelas-119kan apa maksud semua ini" Astaga, seperti kita
tak dapat izin atau entah apa. Tapi, uh-uh, tak ada pertanyaan, kata Robin. Tak
ada jawaban, kata Robin. Jadi, persetan dengan semua ini. Kau tahu apa
pendapatku" Menurutku laki-laki ini, sasaran kita, bikin orang ketakutan.
Maksudku dia tahu rahasia busuk salah satu bocah besar itu. Dan siapa pun bocah
besar itu..." "Hentikan itu!" Dave kenal suara tersebut. Suara itu milik Partridge.
'Tidak, man, dengarkan..."
"Tenang, Warbler. Dan jangan panggil aku 'man." Suara Warbler menitikkan
sarkasme. "Wah, maafkan saya, Sir."
"Warbler, kalau kau ada masalah dengan rantai komando, akulah yang akan
memecahkannya untukmu. Dan bila ada di antara kalian ada masalah dengan tugas
kalian, dengan senang hati aku akan membicarakannya satu per satu. Kalau tidak,
kalian tahu apa tugas kalian, dan itu sajalah yang perlu kalian ketahui.
Mengerti, Saudara-saudara?"
Orang kedua dalam garis komando. Partridge adalah orang kedua Ransome.
Seseorang menggumam, "Ya, Sir."
"Aku tak mendengarnya, prajurit."
"Maaf, Sir. Saya bilang ya, Sir."
"Bersihkan saluran." Itu suara Ransome, cukup tenang, tetapi tidak setenang
sebelumnya. "Di sini Robin. Teman kita mendapat radio lain "
"Baji..." "Aku bilang bersihkan saluran. Kalau kalian sudah lupa, itu berarti tutup mulut
kalian." 120 Kedengaran gampang tersinggung, kan"
"Poin nomor satu: Sementara ini, aku akan memberikan kode perubahan. Kita akan
beralih ke Xylophone Delta Niner. Poin nomor dua: aku ingin semua kembali ke
stasiun masing-masing secepatnya. Poin nomor tiga: aku perlu perlengkapan medis
untuk penggunaan pribadi. Poin nomor empat: Kita perlu regu pembersih di lantai
dua, di dalam restoran. Juga perlu tas mayat."
"Kau mendapatkan dia, Robin?"
"Negatif. Tas itu untuk Oriole."
"Aww, man..." 'Tutup mulutmu!" Dave mendengar bentakan. Ransome menarik napas dalam dan
mengembuskannya keras. Ia baru saja menyalakan sebatang rokok. Ah, kita semua
punya kelemahan kecil. "Mr. Elliot, aku yakin kau mendengarkan ini. Aku segera menyatakan gencatan
senjata unilateral."
Mengutip Mftrk Twain, aku curiga teman kita ini agak hemat dengan kebenaran.
"Kuulangi, sekarang saat genjatan senjata, Mr. Elliot. Kami semua akan kembali
ke pos masing-masing dan istirahat sebentar. Seperti yang kujanjikan, aku akan
mengkomunikasikan keadaan saat ini pada atasanku dan mendesak mereka agar
memberikan kuasa melakukan negosiasi. Untuk sementara, orang-orangku akan tetap
berjaga di tempat mereka. Kuang' gap kau akan berbuat sama. Mengingat penjagaan
yang kami lakukan di pintu keluar, itulah satu-satunya tindakan yang rasional."
Ransome berhenti, menunggu jawaban. "Konfirmasimu akan berguna, Mr. Elliot."
121Dave menekan tombol bicara di radionya dan berbisik, "Aku copy, Robin."
"Terima kasih. Ada satu hal lagi untukmu. Kami akan minta manajemen restoran ini
menginventarisasi barang mereka. Bila ada merica yang hilang, aku akan mengubah
perintah-perintah sebelumnya sesuai dengan keadaan."
Tiga kantong merica tergeletak dekat kaki Dave. Ia selalu ragu-ragu bila pelayan
dengan sopan bertanya, "Merica yang baru digiling, Sir?" Di tempat seperti New
York ini, ia tidak benar-benar yakin bahwa gilingan merica dari kayu itu benar-
benar berisi butiran biji merica. Menurut perkiraannya, benda itu hanyalah
tabung penyimpan merica yang dirancang agar pelanggan percaya bahwa mereka
benar-benar mendapatkan apa yang mereka bayar. Di dapur Prime Minister's Club,
Dave menemukan sederet penggiling merica dalam keadaan terbuka, satu corong, dan
tiga kantong merica halus. Selamat datang di New York.
"Itu berarti, Mr. Elliot, kau tak perlu menyia-nyiakan waktu menyebarkannya
untuk menghindari anjing."
Jahat sekali. Kalau cukup banyak merica yang-kaupakai, anjing-anjing itu akan
mengamuk dan berbalik menyerang tuan mereka. ^ "Baiklah, semuanya, reset ke
Xylophone Delta Niner. Kerjakan sekarang."
Dave mengira radio itu akan diam saat Ransome dan anak buahnya mengaktifkan
penggantian kode. Tapi, sesaat kemudian, suara Ransome meneruskan, "Ada satu hal
lagi yang perlu kusampaikan, Mr. -Elliot. Sekarang pasukan tak lagi
mendengarkan, aku 122 bisa mengatakannya dengan mantap. Kau mantan perwira. Kau tahu apa yang bisa dan
tak bisa diucapkan komandan di depan anak buahnya." -"Aku copy, Robin."
Ransome menyedot, lalu mengembuskan desis panjang dan lamban. Dave berani
bertaruh, Ransome tentu mengisap rokoknya. "Oke. Beginilah. Di sana tadi aku
kehilangan kendali, Mr. Elliot, maka aku patut minta maaf. Aku tak gampang
kehilangan kendali. Tapi ketika melihat darah di antara kakiku, kupikir kau
telah menembak alatku. Itulah sebabnya aku bersikap seperti tadi'. Sekarang
kuakui aku menyesal. Aku tahu aku keluar garis, dan aku tahu kau hanya mengambil
tindakan yang tepat. Kau salah satu anak buah Koloriel Kreuter. Dia mengajarkan
padamu peraturan-peraturannya, sama seperti yang diajarkan padaku. Tak ada
pasukan dengan satu prajurit dan tak ada pilot solo. Bahkan Lone Ranger
sekalipun punya teman Indian yang setia. Kau tahu itu. Kau tahu aku tadi
membawa* pendukung. Dan kau menanganinya tepat seperti yang harus kaukerjakan.
Aku menghargainya. Kuharap kau memaafkan tingkah dan omonganku. Aku sungguh-
sungguh. Kau boleh pegang janjiku bahwa episode itu takkan terulang."
Boleh juga. Persis seperti dalam buku-buku perang urat saraf. Dapat dipercaya,
tulus, terus terang kau tahu. untuk orang sinting macam Ransome, dia ?kedengaran seperti orang baik hati.
"Mr. Elliot" Apakah kau mendengarkan. Mr. Elliot?"
"Aku copy, Robin."
"Over and out." Radio itu mati. Ransome sudah mengganti kode.
123Dave menyandarkan kepalanya ke kabel-kabel itu, mencari posisi nyaman. Ia
bersendawa. Makanan yang diambilnya dari Prime Minister's .Club terasa selezat
makanan yang pernah ia makan. Namun itu tidak mengejutkan. Apalagi, peraturan
pertama dalam keprajuritan adalah: makanan curian terasa paling lezat.
"Selalu ambil ayam bila kau punya kesempatan, sebab bila kau sendiri tak
menginginkannya, kau bisa dengan mudah menemukan orang lain yang mau, dan
perbuatan baik takkan pernah dilupakan." Begitu kata Huck Finn.
Dan peraturan kedua dalam keprajuritan adalah ini: begitu tembak-menembak
berhenti, tibalah saat tidur.
Tak lama kemudian, David Elliot tertidur. 4.
Jaket wol instruktur itu memberikan penampilan yang pantas sebagai pengajar.
Tingginya rata-rata, tapi serasa lebih tinggi. Caranya menegakkan kepala, dengan
hidung terangkat sedikit, menambah ilusi tingginya. Rambutnya agak panjang, tapi
terpangkas rapi dan bergaya untuk akhir tahun enam puluhan. Tapi bagaimanapun
juga, potongan itu terasa agak ganjil di dalam ruangan yang penuh dengan
potongan gaya militer. Ia bicara dengan aksen New England yang tegas bukan dengan logat Irlandia
?keluarga Kennedy, tapi lebih aristokratis. "Selamat siang, Saudara-saudara."
Letnan Elliot dan rekan-rekannya sesama siswa yang hanya berjumlah selusin sudah
menghabiskan pagi itu 124 dengan melihat-lihat fasilitas tersebut. Fasilitas itu merupakan perbaikan besar
di Fort Bragg. "Namaku Robert. Kalian bisa memanggilku Rob bila mau. Seperti
semua orang yang akan kalian jumpai di sini, aku lebih suka dipanggil dengan
nama pertama. Sedangkan nama keluarga kami, ah, aku khawatir kami sudah
mengalami sedikit amnesia." Kelas itu tertawa senang.
"Pelatihan yang kalian terima di Kamp P ini mungkin akan kalian terima sebagai
kejutan. Lembaga ini bukan bertujuan memperdalam pelajaran-pelajaran yang sudah
kalian pelajari. Kami anggap kalian sudah menguasai seni keprajuritan dengan
baik. Dan bila tidak, kalian takkan ada di sini. Kurikulum kita diarahkan pada
keahlian yang lain. Keahlian ini memiliki dua dimensi. Dimensi yang tak pelak
lagi ingin kalian dengar adalah manifestasi luar keahlian kita senjata-senjata ?luar biasa, alat-alat berbahaya, tipu muslihat keji, dan keterampilan-
keterampilan mematikan lainnya yang dituntut dari pelaku sabotase, subversi, dan
pembunuh. Sudah tentu kami akan mengajarkan pada kalian hal-hal tersebut. Tapi
bukan segera. Pertama, kita akan memusatkan perhatian pada dimensi kedua
keahlian ini, dimensi psikologis, dimensi dalam, dimensi pikiran. Pada akhirnya,
Saudara-saudara, dalam pikiranlah permainan ini dimainkan, dan dalam pikiranlah
permainan ini dimenangkan atau tidak. Apakah kalian memahami maksudku?"
Beberapa orang mengangguk. Seorang perwira Marinir di belakang Dave berseru
keras, "Ya, Sir!"
"Coba lupakan kata 'sir. Kita di sini kolega yang sederajat. Sekarang, sebagai
permulaan, kalian sebagai
125warga Amerika yang baik tentulah tumbuh dewasa dalam budaya yang menjunjung
tinggi olahraga beregu. Aku yakin kalian semua pernah menyaksikan berbagai
pertandingan dan dengan penuh semangat mendukung regu daerah kalian. Kemungkinan
besar, kalian sendiri pernah bermain di berbagai lapangan, kalian masing-masing
adalah pemain beregu yang baik. Bahkan mungkin kalian pernah meraih satu-dua
prestasi besar dalam olahraga. Bila demikian halnya, kalian berhak merasa
bangga, karena olahraga beregu memang merupakan permainan terhormat. Namun
sayangnya, permainan tersebut juga merupakan penyederhanaan struktur yang"
primitif. Coba renungkan: lapangan itu memiliki dua gawang. Hanya ada dua regu
yang bertanding. Permainan itu dimainkan selama periode waktu tertentu yang
sudah ditentukan, diatur oleh buku peraturan sederhana yang sudah dikenal dan
ditaati oleh wasit serta para pemain. Beberapa orang mengatakan olahraga adalah
metafora untuk perang, dan perang adalah metafora untuk olahraga. Aku khawatir
bukan begitu, meskipun sudah jadi kesalahan yang lazim diyakini oleh orang
Amerika. Selama beberapa minggu mendatang, aku berharap akan membebaskan kalian
dari kesalahan menyedihkan ini, sebab kalian lihat, perang, dan terutama jenis
perang di mana kalian dipersiapkan, punya lebih dari dua pihak dan lebih dari
dua regu. Selain itu tak ada perangkat peraturan yang mengaturnya. Permainan
yang akan kalian pelajari ini berlapis-lapis seperti bawang. Kupaslah selapis,
dan selapis lagi sudah menunggu kalian. Dan satu lagi, dan satu lagi. Orang yang
bermaksud mencari inti tersembunyi sesiung bawang, Saudara-126
saudara, adalah orang yang akan sangat kecewa. Karena begitu ia mengupas bawang
itu sampai ke jantungnya, ia takkan mendapatkan apa-apa. Psikologi dari
kebenaran seperti ini bisa sangat meresahkan. Misiku adalah mempersiapkan kalian
menghadapinya. Semoga aku mengajari kalian bagaimana melihat di balik permukaan
segala hal, bagaimana merasakan berapa banyak lapisan yang dimiliki bawang itu,
dan bagaimana mengenali bahwa lapisan-lapisan itulah yang menjadi jiwa bawang
tersebut. Ini masalah yang mendesak, Saudara-saudara, sebab begitu kalian keluar
dari ruang kelas dan masuk ke neraka tempat kami akan mengirim kalian, dengan
cepat kalian akan menemukan bahwa di bawah permukaan permainan ini ada permainan
lain sedang dimainkan, dan di bawahnya masih ada permainan lain. Dan
peraturannya. Saudara-saudara, ahh, semua peraturannya akan sangat jauh
berbeda." Mamba Jack Kreuter terlalu cerdik untuk mengirim letnan yang masih hijau, baru
tiga minggu di negara itu, sebagai perwira yang bertanggung jawab atas misi
pembunuhan di seberang Garis DMZ. Dave Elliot memikirkan hal ini ketika ia masih
berada di dalam tenda sang kolonel. Fakta menunjukkan bahwa sang kolonel
memandang Dave tak lebih sebagai domba korban.
Bukan berarti Jack tidak adil. Dia sudah memberikan cukup informasi kepada
Dave sekadar cukup untuk bernalar mendapatkan kebenaran.
? ? Kreuter sengaja membocorkan fakta bahwa orang Rusia yang harus dibunuh Dave
adalah seorang mayor 127KGB. Kreuter juga menegaskan bahwa persoalan dengan mayor itu bukanlah
bantuannya kepada VC, tetapi lebih karena nasihat yang ia berikan kepada mereka.
Pertanyaan: Nasihat apa yang diberikan seorang mayor KGB kepada Vietcong"
Jawab: Nasihat berdasarkan data intelijen KGB, sebab data intelijen inilah yang
selalu jadi modal Komitet Gosudarstvennoy Bezopasnosti.
Pertanyaan: Dari mana KGB mendapatkan data intelijennya"
Jawab: Dari agen dan informan.
Dave duduk di dalam tendanya sendiri, minum bir hangat sambil merenung-
renungkannya. Mayor Rusia itu mendapat pasokan informasi dari informan mungkin ?salah satu perwira Vietnam di bawah komando Kreuter, atau mungkin orang lain.
Siapa pun orangnya, ia tentulah berkedudukan tinggi dan memberi informasi
bermutu. Baik Mamba Jack Kreuter maupun komandan lain tidak akan mengambil
risiko melakukan penyerbuan melewati garis DMZ, kecuali kehilangan data
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
intelijen itu serius. Pertanyaan: Bagaimana caramu menangkap pengkhianat ini"
Jawab: Pasang perangkap untuk membunuh perwira senior Vietcong atau lebih baik
?lagi, orang Rusia itu sendiri.
Pertanyaan: Apa umpannya"
Jawab: Seregu prajurit yang bisa dikorbankan di bawah pimpinan letnan yang juga
boleh dikorbankan. Dave dikirim ke utara untuk memancing musuh keluar dari sarangnya. Kreuter
berharap ia akan 128 melakukan kesalahan masuk perangkap, maju cukup dekat ke markas orang Rusia itu
untuk menarik perhatian, dan memancing tembak-menembak sehingga menimbulkan
kebingungan. Sementara itu, regu kedua pasukan Amerika dengan pimpinan-pimpinan
?yang lebih berpengalaman akan menjepit pangkalan operasi Rusia itu Begitu
?tembak-menembak mulai, mereka akan menyerbu dan menerkam mangsa mereka. Inilah
tujuan misi tersebut. "Di balik permukaan permainan, ada permainan lain yang
dimainkan...." Pertanyaan: Mereka sebut apa umpan yang dipakai untuk memikat harimau"
Jawab: Domba Yudas. Pertanyaan: Berapa banyak domba Yudas yang dibutuhkan untuk mendapatkan harimau
itu" Jawab: Selalu ada yang pertama.
5. Meskipun ia tidak memimpikan bawang, David Elliot terbangun memikirkannya. Atau
lebih tepatnya bagian tertentu. Lapisannya yang teratas, katanya pada diri
sendiri, bernama Bernie Levy.
Coba ceritakan lebih banyak padaku.
Orang seperti Ransome tidak mengirim orang\ macam Bernie untuk melaksanakan
pekerjaan kotor mereka. Mereka melaksanakannya sendiri. Untuk itulah mereka
dibayar. Satu-satunya kemungkinan Ransome membiarkan Bernie pergi membunuhku
adalah bila Bernie bersikeras, meyakinkannya, mendebatnya. Ia dan Ransome
mungkin berkutat keras hingga hal itu terjadi. Bernie Levy keras kepala. Tuhan
tahu dia 129keras kepala. Sekali ia memutuskan bahwa sesuatu benar, ia akan berpegang
teguh pada keputusan itu.
Itu hanya sebagian dari jawaban.
Bagian lainnya adalah apa yang diucapkannya. "Bernie Levy menyalahkan diri
sendiri, dan Tuhan takkan mengampuni."
Jadi" Entah bagaimana Bernie merasa dirinya bertanggung jawab atas niat Ransome untuk
membunuhku. Bila ia yakin bahwa mimpi buruk ini kesalahannya, ia tentu yakin
bahwa membunuhku adalah tugasnya. Lebih dari sekadar tugasnya. Kewajibannya.
Bernie mantan anggota Marinir. Semper Fidelis. Kewajiban selalu ia junjung
tinggi. Kaupikir Bernie-lah yang ada di balik semua kekusutan ini"
Mungkin tidak. Mungkin dia cuma salah satu kor-^ban, sama seperti aku. Menurut
dugaanku dia cuma korban. Ia hanya punya pilihan membiarkan Ransome membunuhku
atau menembakku sendiri. Ketika masuk ke kantorku, dia menggumam dan bicara
tergagap-gagap bahwa ia tidak punya alternatif. Itulah yang dimaksudkannya.
Dipikirnya ia wajib memberitahuku. Aku harus dibunuh karena kesalahan yang ia
lakukan. Ia merasa wajib menjadi orang yang menarik picu. Ia tidak bisa
membiarkan seseorang yang tak dikenal melakukannya.
Isyarat kebaikan hati. Boleh kukatakan mulia. Bernie menanggung dosa itu dalam jiwanya sendiri. Masalah
ini pasti mengusik hati nuraninya.
Oke, jadi dalam neraka jahanam apa Bernie terlibat dan bagaimana kau terlibat"
130 Aku tak tahu. Aku bahkan tak bisa menebak.
Kau yakin tidak menyaksikan pembunuhan oleh mafia atau entah apa saat aku tidak
waspada9 Apa yang kulihat" Apa yang kudengar" Apa yang kuketahui"
6. Seseorang berjalan di atas, melintasi lantai yang dinaikkan di ruang komputer
itu. Suara laki-laki, tenor dan tanpa aksen, berseru, "Sekarang sudah pukul
15.30. El Supremo ingin semua staf operasi berada di ruang rapat. Ada dekrit
baru yang datang dari atas."
Seseorang mengeluh. "Pemotongan gaji lagi."
"Ya," yang lain menambahkan. "Untuk menutup kerugian karena makin bengkaknya
bonus bagi manajemen top."
"Dengar, Saudara-saudara," suara tenor itu berkata, "saya tahu memang berat
keadaan di sini, tapi setidaknya kita masih punya pekerjaan."
"Setidaknya hingga pukul 15.30."
Suara tenor itu tak menghiraukan cemooh tersebut. "El Supremo mengatakan butuh
waktu sejam bersama kalian. Apakah kita menjadwalkan urusan penting antara
sekarang sampai waktu itu?"
Seorang wanita menjawab, "Tak ada yang besar, tapi ada pemeriksaan RJE pada
piutang yang mestinya dilaksanakan pukul 16.00. Itu untuk' Fort Fumble, kantor
pusat kita yang terhorniat."
"Oke, Marge, kau yang menangani urusan itu. Kau tak perlu ikut rapat dan
menyelesaikannya. Aku akan
131tetap di sini kalau-kalau kau membutuhkan bantuan. Aku dan El Supremo biasa
pulang naik kereta api bersama. Dia bisa memberitahuku mengenai rapat itu nanti.
Yang lain, segera ke sana. Kalian tahu betapa benci bos kita pada orang-orang
yang terlambat dalam rapatnya."
Paduan tiga atau empat suara mulai melagukan pembukaan Showboat, "Semua negro
bekerja..." "Hentikan!"
Tumit dan sol sepatu beradu dengan ubin. Dave mendengar pintu terbuka dan
terbanting menutup. Sesaat suasana hening. Kemudian bunyi langkah kaki
mendatangi ke arahnya. Ringan, berdetak-detak sepatu perempuan, yang bernama ?Marge itu. Wanita itu berhenti tepat di atas kepalanya.
Suara tenor itu bicara, "Apakah kau mengerjakan-" nya dari konsol itu?"
"Em, ya." Langkah kaki yang lebih berat dari laki-laki itu berdebam di atas kepala Dave.
"Itu 3178, kan?" " "Ya."
"Aku tak tahu mereka masih membuatnya. Sama sekali bukan terminal yang tepat
untuk pekerjaan ini, kan?"
"Kerjakan dengan perangkat itu atau tidak sama sekali. Begitulah cara American
Interdyne." - "Well, bagaimana kau..."
"Dengar, Greg, sudah tujuh bulan aku menangani ini sendirian. Kau tak perlu
tinggal di sini. Mengapa kau tak ikut rapat itu ^saja" Menyenangkan hati El
Supremo?" Dave mendengar Greg menggoreskan ujung se -
132 patunya pada lantai. "Ah... Marge, masalahnya aku tak benar-benar tinggal di sini
untuk membantumu dengan pekerjaan itu."
"Oh?" Menurut Dave nada suara Marge berubah sedikit menajam.
"Uh, ya. Ah, masalahnya, Marge, aku... Dengar, aku sudah pernah mengatakan hal
ini. Kau gadis yang cantik, dan kupikir aku bukan laki-laki yang jelek."
"Begitu juga Ken dan Barbie, tapi mereka tidak dibungkus dalam kotak yang sama."
Dave menduga ini ucapan wanita yang sudah pernah membicarakan urusan ini.
"Ayolah, Marge. Aku laki-laki yang cocok untukmu, dan kau tahu itu."
"Laki-laki pilihanku tak punya istri dan anak di Great Neck."
"Sudah kukatakan padamu itu sudah berakhir. Kau ingin bukti" Baiklah. Aku bisa
menunjukkan bukti tagihan pengacaranya!"
"Terima kasih, tak perlu."
"Yang kuminta hanyalah kita keluar bersama-sama sekali atau dua kali. Bersantai
dan bersenang-senang. Minum satu-dua gelas, menikmati makan malam lezat. Mungkin
rionton film. Sekadar untuk saling kenal lebih dalam. Apa salahnya dengan itu"
Mengapa kau sama sekali tak mau mempertimbangkannya?"
"Greg, biar kutegaskan padamu. Aku sudah memikirkannya. Panjang-panjang."
"Bagus. Aku tahu itu tak bisa..."
"Dan aku memutuskan tidak."
"Apa" Mengapa?" Suara Greg jadi lebih keras daripada ukuran sopan santun.
133"Tak ada 'mengapa'-nya, Greg. Hanya tidak saja."
"Kau tak menanggapiku dengan serius. Dengar, Marge, aku serius mengenai ini.
Sangat serius. Kau sudah jadi penting bagiku, dan kau takkan... Hei! Jangan pergi
begitu saja selagi aku bicara!"
Terdengar pertengkaran. Suara Marge juga naik, lebih tinggi daripada suara Greg.
"Lepaskan aku, Greg. Lepaskan aku sekarang juga!"
"Tidak sampai kau diam dan mendengarkan! Menurutmu siapa yang kauhadapi di sini"
Aku bosmu, Marge. Apa kau sudah lupa itu" Akulah yang mengisi formulir
penilaianmu dan memutuskan kenaikan apa yang akan kaudapatkan. Akulah yang
menyelamatkanmu dari penyempitan pegawai terakhir kemarin. Dan bila kau tak
ingin mendapatkan giliran berikutnya, lady, kau sebaiknya meluruskan sikapmu!"
"Apa! Greg..." "Lupakan apa kata Gedung Putih tentang perekonomian, babe. Di luar sana itu
adalah dunia yang dingin dan keras, dan pekerjaan bagus tak mudah didapatkan."
"Tidak, Greg. Ada..."
'Terutama bila kau punya noda hitam dalam catatanmu. Di lain pihak, Marge, bila
kau tetap bekerja di American Interdyne, masih ada pefuang. Kau bahkan mungkin
mendapatkan kenaikan pangkat bila memainkan kartumu dengan benar."
"Ada orang lain, Greg..."
"Peduli amat dengannya! Tinggalkan pacarmu itu, Sayang."
'Tidak. Maksudku di belakangmu." Greg yang sedang memilin tangan Marge ke
punggung, menengok ke belakang.
134 David Elliot tersenyum kepadanya, meskipun tidak dengan ramah
7. Dave mendorong Greg dengan ujung kakinya, memastikan bahwa laki-laki perayu itu
sudah pingsan. Ia menggoyang-goyangkan pergelangan tangan, mencoba membuang rasa sakit itu.
Buku-buku tangan kirinya memar, dan darah menetes dari lukanya yang tak
terbalut. Tanganmu kotor. Dengan semua yang lainnya kau akan mendapat gangrene.
Sesudah menengok terakhir kalinya pada Greg yang sedang tak sadarkan diri, Dave
memandang Marge. Pikiran pertamanya: tulang pipi yang indah. Pikiran keduanya:
perempuan ini akan berteriak setiap saat sekarang. Tanpa pikir ia berkata, "Hai,
aku Dave Elliot dan kau baru saja melewatkan hari yang menyebalkan."
Rahang Marge persegi, kuat, menarik mengendur. Matanya yang hijau (hijau ? ?pekat, hijau zamrud, hijau seperti danau kecil di atas gunung), tampak lebar di
balik kacamata berbingkai merah, persegi, besar. Ia membuka dan menutup mulutnya
dua kali. Tak ada suara yang keluar.
"Sebenarnya, hari yang sangat menyebalkan."
Buat dia tertawa. Bertindaklah sedikit kekanak-kanakan, sedikit kecewa.
Marge melangkah mundur. Dengan lemas ia memberikan isyarat dengan tangan
kanannya, seolah mencoba mendorong sesuatu.'
135"Kurasa aku tampak berantakan."
Marge akhirnya berhasil bergumam, "Setengahnya saja kau tak tahu."
"Hari yang amat sangat menyebalkan."
"Dan kau bau." Ia mengerutkan cuping hidungnya. Dave menyukai itu.
"Sebenarnya, ini hari paling menyebalkan dalam hidupku. Dengar, Marge Itu
?namamu, kan" Marge, kalau mundur lagi kau akan menabrak dinding. Yang akan
?kulakukan adalah bergeser ke Sini, menjauh dari pintu. Jadi kalau kau mau jalan
pelan-pelan ke pintu dan keluar, aku akan mengerti."
Marge memonyongkan bibirnya, sambil menyipitkan mata memandangnya. "Sungguh?"
"Ya, sungguh." Ia perempuan yang menarik. Dalam hal itu Greg benar. Agak pendek,
mungkin 158 senti, tapi proporsinya bagus. Rambut hitam, berkilauan seperti batu
bara, dipotong poni. Usianya pertengahan dua puluhan. Mata hijau ceria dan bibir
yang dirancang untuk tersenyum. Hidung model Yahudi yang manis dan menarik
serta... Bukankah sebaiknya kauhentikan alur pikiran itu, Sobat" Perempuan itu sudah
repot menghadapi satu laki-laki hidung belang hari ini.
Marge tetap menempelkan punggungnya ke dinding dan matanya terpaku pada Dave. Ia
beringsut di garis tepi ruangan itu hingga sampai ke pintu. Begitu memegang erat
pegangan pintu ia berbicara kembali, "Kurasa aku harus mengucapkan terima kasih
atau entah apa padamu. Maksudku mengenai si gila Greg itu. Jadi terima kasih."
"Kembali," Dave memandang kemejanya yang
136 semula putih. Ia menggosok lapisan kotorannya. Tidak ada perbaikan.
Marge memandangnya, mengangguk, dan menempelkan telapak tangan ke samping
tubuhnya. "Itu saja" Kau bilang, 'Kembali,' dan selesai begitu saja?"
"Begitulah, kurasa." Hati-hati, hati-hati.
"Kau muncul begitu saja dari lantai seperti makhluk ciptaan Stephen King, jadi
kung-fu lover boy, dan kemudian selesai begitu saja tak peduli siapa laki-laki
bertopeng itu, itukah yang kaukatakan?"
Saat untuk melontarkan senyum kekanak-kanakan. Ayolah, Sobat, buat dia
mempercayaimu. Dave menghela napas dan memandang ke bawah. "Kedengarannya seperti kau butuh
bantuan. Mengenai Greg, maksudku. Dan..." Ia mengangkat muka dan tersenyum lebar,
"...lagi pula, aku perlu melakukan sesuatu untuk... entahlah... menyenangkan hati atau
membuktikan bahwa aku orang baik atau entah apa. Jadi... mungkin alasanku
memukulnya adalah... aku mungkin melakukannya lebih untuk kepentingan diri
sendiri." "Apa?" Marge menggerutu. "Kau selalu memecahkan masalah citra dirimu dengan
memukul orang?" "Tidak. Aku tak pernah punya masalah dengan citra diri sampai hari ini."
Marge mengamatinya. Caranya memandang nyaris seperti cara dokter memeriksa, inci
demi inci, dari atas ke bawah. Dave menduga Marge sedang mencoba memutuskan
bagaimana tampangnya di balik lapisan kotoran itu. Akhirnya wanita itu bicara,
"Apakah kau... entahlah... dalam masalah atau apa?"
Dave kembali menghela napas. "Terlalu ringan untuk mengatakan aku ada masalah."
137Marge menempelkan tangan pada paha, menggembungkan pipi, dan mengangguk. Dave
merasa ekspresi itu sangat menarik. "Oke. Aku tahu akan menyesali ini, tapi
baiklah. Kurasa aku berutang budi..." Ia mengibaskan tangan dengan muak pada Greg
yang tergeletak. Sempurna. Sekarang beri dia yang terakhir.
"Marge, aku butuh pertolongan. Aku mau minta bantuanmu. Tapi aku tak ingin kau
merasa kau berutang budi padaku."
Marge mengembuskan napas. "Oke, Mr.... siapa namamu tadi?"
"Elliot. Dave Elliot."
"Baiklah, Mr. Dave Elliot. Kau punya waktu lima menit, sesuai jam dinding. Coba
kudengar apa yang hendak kaukatakan."
Marge mengetuk-ngetukkan kaki pada lantai dan menempelkan jari pada bibir
bawahnya. Akhirnya ia bicara, "Aku harus mempercayai semua ini, hah?"
Dave mengangkat pundak. "Ada telepon di dinding sana. Teleponlah Senterex. Nomor
pesawatku 4412 dan nama sekretarisku Jo Courtner. Nomor pesawatnya
4411. Bilang padanya kau asisten dokter gigiku dan kau menelepon untuk menjadwal
ulang janji pertemuanku untuk besok. Omong-omong, dokter gigi itu bernama
Schweber. Coba lihat apa yang terjadi."
"Berapa nomor utamanya?"
Dave memberikan nomor itu kepada Marge. Marge menekan nomor itu, minta
dihubungkan ke pesawat 4412, dan berbicara, "Selamat siang. Di sini Marge dari kantor Dr. Schweber. Mr.
Elliot ada janji per - 138 temuan untuk besok yang harus kami ubah." Ia berhenti, mendengarkan. "Oh. Kalau
begitu, apakah Anda tahu kapan dia akan kembali?" Diam lagi. "Beberapa minggu.
Baiklah, akan saya telepon kembali pertengahan bulan depan. Oke. Bagus. Terima
kasih dan selamat bekerja."
Ia meletakkan gagang telepon. "Kau pergi ke luar kota. Urusan keluarga mendesak.
Tak seorang pun tahu berapa lama kau pergi."
"Sekarang teleponlah adikku. Kalau benar ada urusan keluarga yang mendesak, dia
tentu juga akan kembali ke Indiana. Katakan kau menelepon dari kantor
pengacaraku namanya Harry Halliwell dan kau perlu bicara dengannya mengenai ? ?surat perwalian yang kubuat."
Marge menelepon. Alisnya melengkung ketika mendengar jawabannya. Sesudah
meletakkan gagang telepon ia berkata, "Adikmu bilang kau sedang dalam perjalanan
bisnis ke Tokyo. Katanya kau takkan kembali selama sebulan."
Dave memajang senyumnya yang paling hangat, paling ramah. "Aku sungguh butuh
pertolongan, Marge."
Marge menggeleng dan menatap ke lantai. "Dengar, aku cuma karyawati biasa.
Orang-orang dengan senjata... Mafia atau entah apa... dan di samping itu, kau sudah...
maksudku... kau sudah melukai orang."
Marge berhenti bicara, menjilat lidah, dan menatap Greg yang terbujur tak
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sadarkan diri. Hati-hati, Sobat, kau akan kehilangan dia.
Dave menyisirkan jari ke rambutnya. "Hanya untuk menahan mereka agar tak
menyakitiku." Mata Marge masih menatap Greg.
139"Apakah kau tahu tentang senjata, Marge?"
Bibir wanita itu menipis. "Ketika aku delapan tahun, keluargaku pindah ke Idaho.
NRA country. Tiap orang adalah pemburu. Aku sudah melihat segala macam senapan
yang ada." "Bagus. Lihatlah ini." Dave mengulurkan tangan ke punggung dan mencabut salah
satu pistol yang tersembunyi di balik kemejanya. Ia berjongkok, meletakkannya di
lantai, dan mendorongnya berputar ke arah Marge. "Kuambil dari salah satu anak
buah Ransome." Marge membungkuk dan mengambil senjata itu. Dipegangnya pistol itu dengan sikap
hormat penembak berpengalaman. Sesudah sesaat mengamatinya, ia mengangguk.
"Pistol hightech, kan" Aku belum pernah melihat yang seperti ini."
Dave tidak mengucapkan apa-apa. Ia hanya menunggu Marge mengambil keputusan.
Akhirnya ia melakukannya. Ia memeriksa kunci pengaman pistol itu, membalik
gagangnya lebih dulu, dan berjalan menjauh dari pintu. Ia mengangsurkan pistol
itu kepada Dave. "Kupikir kau benar-benar dalam masalah, Mister."
Dave mengambil pistol itu dan menyisipkannya ke balik kemeja. "Aku butuh
bantuan. Cuma sedikit. Takkan melibatkanmu. Aku janji. Sumpah."
Pembohong! "Tidak, aku..."
'Tiga hal. Itu saja yang kuminta. Pertama: carikan aku pita isolasi atau entah
apa apa saja yang kalian pakai untuk membungkus kabel di bawah lantai. Dua: ?carikan aku tape recorder atau mesin dikte. Tiga:
140 awasi lorong sementara aku pergi ke kamar kecil untuk ganti pakaian dan cuci
muka." "Pakailah kamar kecil wanita."
"Maaf." "Hanya di bagian ini ada karyawati yang bekerja di lantai ini. Mereka semua
sedang rapat sekarang. Kamar kecil wanita lebih aman."
8. Dave sudah membersihkan diri, tidak begitu bau, serta memakai celana dan kemeja
?Greg si perayu kembali ke dalam ruang komputer.
?Marge memandangnya memberikan persetujuan. "Kau kelihatan seperti pecandu
komputer. Kacamata tebal, celana terlalu pendek, kemeja tidak dimasukkan. Yang
kaubutuhkan cuma salah satu protektor plastik itu."
"Terima kasih. Seandainya aku punya kaus kaki putih dan sepatu olahraga,
penyamaranku akan sempurna."
Meskipun Greg lima senti lebih pendek daripada Dave dan pinggangnya satu nomor
lebih besar, pakaiannya cukup nyaman dipakai. Kemeja yang longgar itu jelas satu
nilai plus. Membuat pistol mudah disembunyikan. Sayangnya sepatu Greg jadi
masalah. Sepatu itu terlalu kecil. Dave masih memakai pantofel Bally yang jelas
kelihatan mahal itu. Ia ingin membuangnya.
Marge menimang-nimang mesin dikte yang diberikan Dave. "Kau yakin ini akan
berhasil?" "Kuharap begitu. Ini pilihanku yang terbaik."
"Dan kau yakin sudah menyetel radio ini dengan benar?"
141Dave mengambil dua radio yang pertama dari Carlucci dan yang kedua dari
?laki-laki yang ditembaknya di Prime Minister's Club. Sewaktu bersembunyi di
bawah lantai ruang komputer, ia memeriksanya. Di bagian belakang kedua radio itu
ada panel kecil yang bisa dicabut. Ketika panel itu dicabut, Dave menemukan
sederet lampu LED mini berwarna merah yang tak disangsikan lagi menunjukan kode
sandi radio itu. Sederet tombol geser terletak di bawah deretan LED itu. Hanya
butuh waktu sebentar baginya untuk menyetel radio kedua dengan kode yang sama
seperti pada radio Carlucci radio yang kata -Ransome akan dipakainya untuk
?menghubungi Dave. "Ya, Marge, radio itu sudah disetel semestinya."
"Jadi yang harus kukerjakan hanyalah menekan tombol transmit dan memutar
rekamanmu?" Ia menunjuk dengan jari yang panjang, langsing. Dave suka jari
panjang. Ia benci yang gemuk pendek. Menurutnya Marge benar-benar memiliki
jemari sempurna. Hal-hal lain juga. Menurutnya wanita itu antitesis dari
istrinya montok menarik, sedangkan Helen kurus model New York; kecil mungil, ?sedangkan Helen... ah, terus terang, terlalu tinggi; lugas, sedangkan Helen dingin
canggih; dan berdaya tarik seksual, sedangkan Helen...
Hei, Bung! Ya, kau! Ia memaksa pikirannya kembali ke urusan di depan mata. "Baiklah. Begitu kau
mendengar suara suara apa saja mainkan rekaman itu. Tapi hanya bila kau berada
? ?di luar gedung ini. Kalau kau mendengar suara saat di dalam gedung, abaikan
saja. Bila 142 Ransome menghubungi sebelum kau keluar dari sini, aku harus menyusun rencana
lain." Marge menghela napas dalam dan melontarkan seulas senyum. "Bagaimana dengan
Greg9" Senyum yang menarik! "Cepat atau lambat tentu ada yang akan mendengarnya. Kalau tidak begitu, tentu
pembersih gedung akan menemukannya saat mereka berbenah. Sampai saat itu dia
takkan pergi ke mana-mana."
Marge mengamati sepatu. "Omong-omong, aku berniat tanya padamu mengapa
?kaulilitkan begitu banyak pita isolasi itu pada... ah, kau tahu... pada barangnya?"
"Bila tiba saatnya ada orang melepaskan pita isolasi itu, aku ingin dia
berteriak 'aduh'." Marge tertawa. "Kau jahat, Mr. David Elliot." Senyumnya membuat ruangan itu
cerah. Dan sorot matanya mengungkapkan suatu arti. Atau setidaknya Dave berpikir
demikian. Atau, mungkin ia berharap perempuan itu memandang dengan sorot penuh
arti. "Ya," ia menyeringai, "itulah aku, jahat seperti anjing kampung."
Marge mengangkat dagunya. Pipinya makin merona. "Tapi tidak jahat pada semua
orang?" Suara Marge melembut. Sebaliknya, suara Dave parau kasar. "Tidak, tidak terhadap
semua orang." Dave maju selangkah. Itu sepenuhnya gerak refleks. Marge mengambil
tindakan yang sama. Tak ada yang refleks mengenai hal ini. Dave memperhatikan
bahwa ruang komputer ber-AC itu jadi lebih hangat. Bukan kehangatan yang tak
menyenangkan. Lebih seperti tiupan angin musim panas yang lesu.
143Marge berdiri lebih dekat padanya. Matanya berbinar-binar. Hanya jarak tiga
puluh senti yang memisahkan mereka. Kalau Dave tidak keliru membaca tanda-tanda
itu, tentu Marge suka berada lebih dekat dengannya. Dave tertarik padanya, dan
sebaliknya. Ada suatu daya magnetis nyata, seketika, tak terhindarkan. Langka, tapi
?terjadi. Beberapa orang menyebutnya cinta pada pandangan pertama, meskipun
memang bukan. Pikiran yang tolol luar biasa berkelebat dalam benak Dave. Ia menyukai pikiran
itu, dan ia menyukai ketololannya, dan yang terutama ia menyukai Marge, maka...
Ia menahan diri sentakan kendali pikirannya yang demikan mendadak hingga terasa
?menyakitkan. Bahkan memikirkan apa yang tadi ia pikirkan sebenarnya sangat salah
dan gila, kalau bukan bunuh diri. Dan melibatkan perempuan ini, yang sudah demikian
dalam terlibat... Sungguh menyenangkan mengetahui kau sedikitnya masih punya sisa moral, Bung.
Dave menggenggam tangan Marge, menjabatnya seperti yang dilakukannya terhadap
rekan kerja. "Terima kasih atas segala bantuanmu, Marge. Beribu-ribu terima
kasih. Tapi sebaiknya aku pergi sekarang. Teman-temanmu orang-orang lain di ?bagian ini kurasa sebentar lagi akan kembali dari rapat itu."*.
?Kilau dalam mata Marge makin cemerlang. "Oke, tapi dengar, nama lengkapku
Marigold Fields Cohen jangan pandang aku seperti itu, aku lahir tahun 1968 dan
?orangtuaku tinggal di San Francisco. Bukan salahku kalau mereka memberiku nama
konyol. Omong-omong, namaku tercantum dalam buku telepon. West
144 Ninety-fourth Street, di pinggir Amsterdam. Bila kau terbebas dari kekusutan
ini, kau akan meneleponku, oke" Atau kau malahan bisa mampir."
Dave balas tersenyum kepadanya. Marge merasa sangat senang. Dave sepenuhnya
mendapat kepercayaan. Ia tergoda untuk mengucapkan sesuatu yang gegabah. Sesuatu
yang amat sangat gegabah.
Sayang kau laki-laki yang sudah menikah dengan bahagia. Atau, kalau dipikir-
pikir, mungkin sudah tidak lagi.
Atau memang ia tak pernah demikian.
"Tentu, Marigold." Ia mencoba bicara dengan suara tulus. Mungkin memang demikian
sikapnya. "Jangan sekali-kali memanggilku Marigold lagi."
"Tak pernah lagi. Aku janji. Sumpah mati. Sekarang ada satu hal terakhir."
Marge mengangguk dengan bersemangat.
"Hal terakhir adalah aku tak ingin kau terlibat dalam kesulitan ini. Aku tak
ingin siapa pun curiga kau membantuku. Tapi saat mereka menemukan Greg, akan ada
banyak pertanyaan. Jadi, yang perlu kita lakukan adalah memberimu alibi.
Gagasanku ini akan jadi alibi yang amat sempurna. Tak ada yang akan
mempertanyakannya. Kau mengerti alibimu harus tahan peluru, kan?"
"Ya. Apa itu?" "Ini." Dave mengayunkan pukulan uppercut ke rahang Marge. Ia menangkap tubuh
Marge ketika terkulai tak sadarkan diri, dan perlahan-lahan menurunkannya ke
lantai. Kemudian ia mengambil semua uang tunai dari dompetnya. Hanya 23 dolar,
gadis malang. Namun Dave meninggalkan uang receh supaya gadis itu bisa pulang
naik kereta bawah tanah. 145BAB 4 SEMUA ADA DALAM PIKIRAN 1. Karena tunduk pada takhayul yang paling konyol, organisasi yang mendirikan dan
mengelola gedung Dave telah memutuskan di situ tidak ada lantai tiga belas.
Sebagai gantinya, lantai-lantai itu diberi nomor 11, 12, 14, 15 seolah-olah ?dewa-dewa atau iblis yang membagikan nasib buruk itu demikian bodohnya sehingga
tidak bisa menghitung. American Interdyne hanya menempati dua lantai 12 dan 14. Ruang penerimaan
?tamunya ada di lantai 14.
Resepsionisnya sedang merangkak-rangkak, memicingkan mata ke karpet, dan
hidungnya seperti pilek. Dave ternganga memandangnya.
Wanita itu karikatur yuppie tahun 1980-an. Keliman rok dari serat alami,
bermotif herringbone itu terjuntai
146 hingga ke bawah lutut. Pemain tackle NFL bisa iri dengan bantalan bahu blasernya
yang serasi. Blus katun putihnya terkanji begitu banyak sehingga serasa
bergemeresik ketika ia membungkuk, dan pita warna merah anggur di lehernya
tampak seperti sejenis unggas mati dari spesies yang hampir punah. Penampilan
perempuan itu hampir meneriakkan bahwa pakaian tersebut dibeli di Alcott &
Andrews dan Alcott & Andrews sudah bangkrut beberapa tahun lalu.
?"Permisi." Dave bicara dengan nada paling sopan yang bisa dikerahkannya dalam
keadaan seperti itu. "Saya dari perusahaan telepon."
Perempuan itu mengangkat kepala, menyipitkan mata memandang kira-kira ke
arahnya. "Jangan bergerak (srot). Berdiri saja di situ dan jangan bergerak."
"Kehilangan lensa kontak?"
"Dua-duanya (srot), percaya tidak?"
"Bisa saya bantu?"
"Hanya kalau kau hati-hati (srot)"
"Saya akan hati-hati."
Sambil berjongkok, Dave mulai meneliti karpet itu. Ia melihat kilau pantulan
cahaya dekat perempuan itu merangkak. "Sedikit di sebelah kiri Anda, arah pukul
sebelas dari tangan Anda. Lihat?"
"Ya, terima kasih (srot). Satu ketemu, tinggal satu lagi."
"Yang satunya tepat di sebelah utaranya."
"Oh. Bagus. Aku lihat (srot)"
Perempuan itu melakukan ritualnya, menjilat satu jari, mengangkat kelopak mata,
mengarahkan hidung ke langit-langit, dan kemudian menempelkan lensa kontak itu
ke mata. Dave merasa tingkah pemakai
147lensa kontak hanya sedikit lebih lumayan daripada orang yang membersihkan
hidung di depan umum. Perempuan itu menarik sehelai tisu dari kotak di meja kerja dan menyeka matanya.
Kertas itu jadi ungu karena maskara.
"Ada yang masuk ke mata?" Bahkan saat bertanya Dave tahu tak seharusnya ia
melakukannya. "Tidak." Perempuan itu menelan ludah, menyedot ingus, dan menyeka air mata.
"Aku... aku..."
Dave tidak suka dijadikan sasaran berbagi beban oleh orang yang tak dikenalnya.
"...menangis." Di lain pihak, ia butuh bantuan perempuan ini. Mencoba sebisa mungkin agar
terdengar bersimpati, Dave menghela napas. "Oh. Apakah ada masalah?"
Dua menit kemudian, Dave tahu lebih banyak daripada yang diinginkannya mengenai
sejarah hidup resepsionis itu. Di akhir delapan puluhan, ia meraih gelar MBA
dari salah satu universitas ternama, terjun ke Wall Street sebagai bankir
investasi, di-PHK dalam gelombang penyempitan industri finansial terakhir ini,
dan tetap menganggur sampai, dalam keputusasaan, ia melamar dan mendapatkan
pekerjaan sebagai resepsionis di American Interdyne Worldwide. Dave bersuara
menghibur. "Maka satu-satunya tempat aku bisa mendapatkan pekerjaan adalah tong sampah
seperti ini (srot), dan aku masih harus membayar pinjaman mahasiswaku (srot),
dan aku hampir tak bisa memberi makan kucingku (srot), dan mantan suamiku juga
keluar dari pekerjaan dan tak bisa membayar tunjangan anak
148 (srot) dan induk semangku menggugat (srot), dandan..."
Dave menyentuh tangannya. "Apa" Kau boleh menceritakannya padaku."
"Pantatku diremas-remas lagi."
"Siapa, Greg?" Dave menelan ludah. Itu tadi salah. Untunglah perempuan itu tak
memperhatikannya. "Dia juga. Mereka semua! Mulai.dari dirut keparat perusahaan busuk ini kapan
saja dia ada di sini sampai manajer kantor keparat itu!"
Dave melipat tangan dan memejamkan mata.
Pertama Marge, sekarang perempuan ini. Rasanya ada budaya perusahaan yang
istimewa di American Interdyne.
"Perempuan itu juga busuk."
"Maaf?" "Manajer kantor."
Sesudah menenangkan perempuan itu, Dave meminta apa yang ia inginkan. Wanita itu
tersenyum percaya, dan memberikannya. Dave tadi begitu penuh pengertian, begitu
membantu, sehingga wanita itu sama sekali tak memikirkannya. Di samping itu,
Dave masih memakai sabuk peralatan tukang reparasi telepon di pinggangnya. Yang
diminta wanita itu hanyalah janji bahwa Dave akan mengembalikannya sesudah
selesai. Sebuah kunci. Dave berjanji, walaupun hanya janji kosong. Perempuan itu melihat jam tangannya.
"Apakah kau akan selesai sebelum pukul 17.00" Aku pulang pukul 17.00."
Dave tersenyum kepadanya untuk terakhir kali, sambil berkata, "Mungkin belum.
Tapi kunci ini akan 149saya sisipkan ke bawah kertas isap di meja Anda. Tak apa-apa, kan?"
"Oh, tentu. Atau masukkan ke laci tengah."
"Beres. Oh, satu hal lagi, apakah Anda kenal wanita bernama Marge Cohen" Dia
bekerja di bagian komputer."
Resepsionis itu mengangguk.
"Anda mungkin perlu meneleponnya. Dia baik, dan saya pikir dia tahu banyak
bagaimana menghadapi pelecehan."
"Aku akan menelepon ke rumahnya petang ini." la mengacungkan buku petunjuk
telepon American Interdyne.
Dave berbalik untuk pergi. "Anda bilang ruang telepon ada di lantai ini?"
"Tepat di ujung gang di sebelah kiri." "Terima kasih. Sampai jumpa nanti."
"Sampai jumpa nanti."
Perempuan itu memberinya kunci master untuk ruangan-ruangan telepon dan
peralatan. Bila beruntung, kunci itu bisa dipakai untuk seluruh ruang peralatan
di seluruh gedung ini. Ruang telepon. Lemari peralatan pembersih. Ceruk-ceruk
kecil dan bilik-bilik sempit tempat manajer gedung, perusahaan listrik, dan
beberapa organisasi lain menyimpan peralatan ini-itu. Kunci itulah yang ia
butuhkan. 2. Dave sedang menghitung isi ruang peralatan AIW ketika Ransome akhirnya melakukan
sesuatu yang tak termaafkan.
150 Radio di saku kemeja Dave mendesis hidup. Logat Appalachian Ransome muncul dari
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
speaker. "Mr. Elliot, di sini aku bersama seseorang yang ingin bicara denganmu."
Rahang Dave mengeras. Apa lagi sekarang" Tipuan murahan lain. Sedikit perang
urat saraf untuk menggoyahkan keseimbangan mangsamu. Sesuatu untuk menghancurkan
rasa percaya dirinya dan membuatnya bertanya-tanya...
"Aku tahu dari catatanmu bahwa loyalitas bukanlah salah satu nilai pribadimu.
Tidak terhadap kesatuanmu. Tidak terhadap rekan-rekanmu. Tapi aku tetap berharap
kau merasakan ikatan tertentu dengan darah dagingmu sendiri."
Apa! "Dad?" Tidak! "Dad, kau di sana?"
Mark, anaknya. Putra tunggalnya. Anaknya dari istri pertama. Anaknya dari Annie.
"Dad, ini aku, Mark."
Dia mahasiswa junior di Columbia, tinggal di asrama di West 110th Street, datang
untuk bersantap malam bersama ayahnya paling sedikit sekali seminggu. Helen yang
cemburu tak pernah bergabung dengan mereka. Ia tahu Mark orang terpenting dalam
hidup Dave. "Dad, dengarkan aku."
Anak itu ingin jadi filsuf. Di tahun pertama kuliah ia mengambil mata kuliah
pengantar. Sesuatu dalam kuliah itu menyentuh jiwanya. Ia menemukan makna pada
Plato, relevansi pada Kant, dan kegembiraan
151pada Hegel. Atas kehendak sendiri, tanpa desakan dari profesor-profesornya,
di tahun kedua ia membaca karya Martin Heidegger Being and Time dan menulis
artikel kritis yang, mirabile dictu, diterima untuk dipublikasikan.
"Ayolah, Dad. Ini penting."
Oh, Ransome, kau bajingan kotor, sungguh berani kau menyeret anakku dalam urusan
ini" Akan kulihat kau membayar ini. Kau akan membayarnya tuntas.
"Kau harus mendengarkan, Dad."
Dave, yang meragukan apakah ia sendiri pernah memakai kata "filsafat" sejak
kuliah prasarjana, dengan antusias mendorong Maik dalam bidang studinya. Bila
para ayah lain mungkin akan memandang dengan curiga pada keinginan putranya
untuk menginvestasikan tahun-tahun kuliahnya dalam bidang yang dikenal tak ada
relevansinya dengan pekerjaan komersial nah, bodohlah mereka.?"Aku ada di bawah. Mom sedang naik pesawat. Dia akan tiba di sini satu-dua jam
lagi." Aku akan membunuhmu, Ransome. Aku akan membunuhmu dan mencuci tanganku dalam
darahmu. "Dad, kau harus mendengarkan. Agen Ransome sudah menceritakan segalanya padaku.
Dia sudah memperlihatkan catatannya, Dad."
Kebohongan menyeramkan apa lagi ini"
"Itu terjadi pada yang lain, Dad. Dad bukanlah satu-satunya. Ada 20 atau 25 di
antara kalian. Mereka memberimu obat. Di Vietnam, Dad, sebelum aku lahir, mereka
memberimu obat." Aku akan mengirismu dengan pisau. Aku akan membakarmu. Oh, Ransome, Ransome, kau
setan 152 jahat, siksa yang akan kutimpakan padamu takkan berakhir.
"Itu eksperimen, Dad. Mereka tak tahu apa yang akan terjadi. Tapi obat itu, Dad,
punya pengaruh jangka panjang. Bahkan sesudah bertahun-tahun ini, orang masih
mendapat kilas balik. Mereka bisa jadi gila, Dad. Bahkan sesudah bertahun-tahun
ini mereka bisa gila. Angkatan Bersenjata berusaha meredam kehebohan. Mereka
mencoba mencari semua orang yang mendapatkan obat itu. Katanya mereka bisa
mengobatinya. Kata mereka..."
Apa" Apa kata mereka" Ini bakal jadi lebih parah. Inilah yang diharapkan Ransome
akan membuatku hilang kendali.
"Dad, kata mereka ada efek genetisnya. Katanya mereka harus mengetesku juga.
Kata mereka mungkin itulah sebabnya Mom... itulah yang membuat Mom menghadapi
berbagai masalah itu."
Angela. Bunga kampus. Pengantin di bulan Juni. Satu putra. Dua kali keguguran
spontan. Depresi berat. Pertarungan dengan alkohol. Perceraian. Lalu perawatan
psikiater, perkawinan kembali, dua putri cantik, serta kehidupan baik-baik dan
nyaman bersama laki-laki lain.
"Dad, Dad melihat bayang-bayang, tapi itu bukan salah Dad. Itu karena obat, Dad.
Obat jahat yang tinggal di dalam sistem tubuh selama bertahun-tahun ini. Mereka
memperlihatkan catatannya padaku. Mereka memperlihatkan catatan orang lain juga.
Ini terjadi pada kalian semua. Ada perubahan dalam tubuh Dad saat Dad mendekati
usia lima puluh tahun. Zat itu memicunya. Dad mulai membayang-bayangkan
153berbagai hal, melihat orang memburu Dad dengan pistol dan pisau dan segala
macam. Dad mulai percaya semua orang keluar untuk memburu' Dad. Jadi Dad mulai
melawan mereka sebelum mereka mendekati Dad. Dad mulai mencoba menyerang semua
orang. Semua itu hanya ada dalam pikiran Dad, tapi mereka bisa menyembuhkannya.
Kalau Dad mau menyerahkan diri, mereka bisa menyembuhkannya. Kalau tidak,
masalahnya akan jadi makin parah. Dan sangat cepat, Dad, sangat cepat. Dad harus
membiarkan mereka mengobati. Zat itu membuat Dad melihat hal-hal yang tak ada.
Membuat Dad ingin menyakiti orang. Dad, demi Tuhan, biarkan Agen Ransome
menolong Dad. Untuk itulah ia datang ke sini, Dad. Dia teman Dad. Dia ke sini
untuk menolong." Pistol itu terasa enak dalam genggaman tangannya. Permukaan pegangannya
menimbulkan perasaan aman. Jarinya membelai picu. Picu itu terasa halus dalam
sentuhan. Ia menggeser ibu jari pada kunci pengaman dan menekannya. Ia menggeser
tuas pemilih dari semiotomatis menjadi otomatis. Ia merasa makin nyaman dengan
lewatnya setiap detik. "Tak bisakah Dad merasakannya" Kegusaran itu" Tak bisakah Dad melihat bahwa yang
Dad rasakan adalah kegusaran tak terkendali?" 'Benar sekali.
3. Ia ingin membunuh dan membunuh dan membunuh.
"Pada akhirnya, Saudara-saudara, jauh lebih berguna menghancurkan semangat musuh
daripada menghancurkan tubuhnya."
154 Rasanya ia tak sabar lagi menunggu tembak-menembak mulai.
Profesor Robert yang minta dipanggil Rob mengucapkan kata-kata itu.
Ia ada di lantai tiga. Hal lain yang ia katakan adalah, "Kerjakan yang satu itu, dan lainnya akan jadi
tugas yang jauh lebih sederhana."
Ia pergi ke safla menerobos kabut merah tua.
/tulah yang diinginkan Ransome, Sobat.
Kabut itu menipis. Kau mengikatnya dengan pita dan mempersembahkannya padanya dalam kotak.
Tak lama kemudian segalanya terlihat, bermandikan cahaya murni kejelasan.
Ya Tuhan! Tak bisakah kau melihat apa yang ia lakukan terhadapmu"
Dave mengeluarkan magasin dari pistol, dan memeriksanya. Penuh.
Ransome membohongi istrimu, dia membohongi anakmu, dia membohongimu. Ini umpan!
Ini perangkap! Ia memasukkan kembali magasin itu ke dalam gagang, menarik kokang, dan
memasukkan sebutir peluru ke laras. Membunuh orang-orang ini tentu melegakan.
Kau berjalan langsung ke sana. Mereka tentu sedang menunggu!
Dave ingin mereka menunggu. Ia berharap demikian.
"Musuh yang pikirannya tertekan adalah musuh yang lemah luar biasa. Mereka yang
mengalami 155demoralisasi adalah yang paling mudah dikalahkan, yang gentar adalah yang
paling siap dihancurkan. Demikianlah prinsip pertama dalam perang psikologis,
dan perintah pertama dalam profesi kita yang terhormat."
Profesi terhormat" Profesi terhormat siapakah itu". Ransome" Mamba Jack" Sersan
Mullin" Aku" Tangannya mencengkeram pegangan tangga. Susuran tangga itu terbuat dari logam,
dicat kelabu warna kapal perang, dan dingin.
Dingin. Pusatkan pikiran pada dingin. Jangan pikirkan hal lain. Hanya dingin
itu. . Dave berhenti. Ia berdiri diam tak bergerak.
Bagus. Sekarang napas. Tarik napas panjang dan pelan.
Ia memaksa diri menarik napas sedalam mungkin, begitu dalam sehingga terasa
sakit. Ia menahannya hingga melihat kunang-kunang di depan matanya, lalu
mengembuskannya perlahan-lahan. Dengan ujung kemeja disekanya keringat dari
alis. Itu lebih baik, Bung. Ia mengulurkan tangan kanannya. Tangan itu gemetar.
Itulah maksudnya. Orang dengan tangan gemetar bukanlah jago tembak terbaik di
dunia. Sudah begitu dekat ia menghampiri perangkap. Ransome nyaris mendapatkannya.
"Ia yang mengalahkan musuh dengan strategi, layak dipuji seperti ia yang
mengalahkannya dengan kekuatan." Machiavelli mengatakan itu. Ingat" Ingat
Profesor Rob dulu suka terus-menerus menyitirnya"
Ia menggeser kunci pengaman dan menyetel kembali
156 pistol itu menjadi semiotomatis. Ia mencoba menyelipkan kembali pistol itu ke
sabuk. Ia perlu tiga kali mencoba sebelum berhasil.
Ia akan melakukannya lagi. Ia akan melakukan apa saja untuk mengacau pikiranmu.
Lutut Dave jadi lemas. Ia tersungkur di tangga, tak bergerak dan menggigil,
Sampai rasa geramnya surut.
Itu tadi tentu upaya terbaik Ransome. Tak ada tipu daya lebih keji yang bisa
dilakukan laki-laki itu selain memanggil Mark, membujuknya agar berusaha merayu
ayahnya masuk ke perangkap kematian, membohonginya...
Kau yakin itu dusta"
Tidak, ia tidak yakin. Itulah keistimewaannya. Seseorang salah satu rekannya ?sendiri mungkin pernah memberinya sejenis obat eksperimental. Bukan pertama
? kalinya kalangan intelijen melakukan cara itu. Setidaknya salah satu kontraktor
pernah secara sembunyi-sembunyi diberi LSD dan sebagai akibatnya melakukan bunuh
diri. Butuh waktu 25 tahun sebelum CIA mengakui episode itu dan dengan enggan
memberikan tunjangan kepada keluarga laki-laki itu.
Pernah ada kejadian lain juga. Pada tahun 1950-an, Angkatan Bersenjata diam-diam
menyemprot udara di atas San Francisco dengan mikroba yang menyebar lewat udara,
Serratia marcescens. Satu dasawarsa kemudian sekelompok peneliti senjata perang
rahasia mengisi tabung-tabung penuh dengan bibit penyakit yang cukup ganas,
menjatuhkannya di lintasan sistem kereta bawah tanah New York, kemudian memantau
157penyebaran pilek dan hidung mampet yang diakibatkannya. Sekitar waktu yang
sama, di luar Utah, sekawanan biri-biri mati ketika ada sesuatu yang tak jelas
lepas dari laboratorium rahasia. Di tempat lain ada desas-desus mengenai para
ahli rekayasa biologi, imunologi, dan genetika yang menaruh minat tak sehat pada
hasil-hasil eksperimen dalam penjara yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan Poros
selama Perang Dunia II. Kemudian ada juga narapidana Amerika yang diinjeksi
dengan virus menular, obat-obatan yang belum diuji, dan yang paling terkenal,
syphilis spirochetes. Tambahkan itu dengan pengujian mengerikan yang dilakukan
Angkatan Bersenjata terhadap sesama anggotanya dengan memakai zat-zat
radioaktif, dan tidaklah sulit untuk percaya bahwa ada spesialis berpikiran keji
yang merasa termotivasi untuk memberikan obat-obatan perusak pikiran kepada
beberapa rekannya. Dinas intelijen yang sejak dulu menerapkan hukum sendiri, memang memiliki
kemampuan untuk melakukan eksperimen-eksperimen membahayakan terhadap prajurit
maupun warga sipil dengan dalih demi kepentingan keamanan nasional Amerika, dan
hal iju merupakan keharusan bila kau percaya, seperti semua orang lain, Soviet
juga melakukan hal yang persis sama. Bila ada beberapa tikus laboratorium,
penjahat-penjahat penghuni penjara,*atau laki-laki berseragam menderita nah, ?apakah itu harga yang terlalu mahal untuk menjamin kelestarian demokrasi"
Bahkan, ketika pada dasawarsa 1970-an para penyelidik Senat pertama kali
mengetahui operasi itu dan menyuarakan kengerian mereka, tidak sedikit orang
yang bertanggung jawab merasa gusar. Untuk apa segala keributan
158 itu" Kalian membayar kami untuk melaksanakan tugas ini. Kalian tidak bisa
menyalahkan kami kami orang baik!
?Ransome telah menyusun kebohongan yang sangat membahayakan, lebih dari sekadar
membahayakan karena kebohongan itu dapat dipercaya. Itu menjamin semua
orang semua yang kenal dengan Dave dan mungkin mau menolongnya kini akan
? ?berbalik ke pihak Ransome. Lebih parah lagi, itu menyebabkan Dave meragukan diri
sendiri. Itu bisa jadi benar, tahu. *
Aku tahu. Semoga Tuhan menolongku.
Ia menggigil di lubang tangga yang remang-remang, tangannya memeluk lutut, putus
asa mengetahui kini ia benar-benar sendiri.. Tak ada orang untuk diajak bicara,
tak ada orang yang akan mendengarkan. Istri, anak, teman-teman semua orang yang
?seharusnya percaya padanya ternyata percaya kebohongan. Setiap tangan akan
tertuding ke arahnya, dan tak ada orang yang dapat ia percaya.
Demikianlah mimpi buruk di siang bolong ini, kegilaan yang baru dimulai, pikiran
yang kini bingung tetapi tak lama lagi akan berubah menjadi kesintingan yang
membuat orang berpikiran waras mengintip ke bawah ranjang mereka di waktu malam,
curiga bahwa telepon mereka disadap, dan akhirnya menjadi yakin ada kekuatan
jahat yang memantau seluruh gerakan mereka. Mungkin pemerintah, mungkin
Trilateral Commission, mungkin makhluk dari piring terbang. Kau tidak bisa
mempercayai siapa pun dan setiap orang mungkin salah satu di antara Mereka atau
Agen Mereka. Dan tak lama kemudian kau mulai menulis
159surat-surat panjang kepada editor majalah Scientific American, atau mungkin
tidak karena editor-editor itu juga merupakan bagian dari konspirasi tersebut.
Dan kau berniat melapisi kamarmu dengan aluminium foil untuk mencegah masuknya
gelombang radio, dan malam hari kau berkeliaran di jalanan menyemprot dinding-
dinding dengan cat menggambarkan simbol-simbol mistik untuk mengusir kekuatan-
kekuatan aneh, dan sementara itu kau berceloteh kepada diri sendiri dan apa yang
kauucapkan itu, bila tidak masuk akal orang lain tentulah masuk akalmu sendiri,
dan kau mencari-cari tempat gelap untuk bersembunyi siang hari, sebab Mereka ada
di luar sana, dan Mereka sedang mencari, dan Mereka menginginkanmu masuk ke
lubang bidik.... Para psikiater menyebutnya paranoia, dan bila gejala ini makin parah mereka
menyingkirkanmu. Sebab, bagaimanapun, orang yang mengira semua orang di dunia ingin membunuhnya
bisa menjadi bahaya. Salambii.it limliad-pangcu, siilm bbsc, kang jrtisi sekeluarga, otoy dengan
kameranya, syanqy arr dengan lianaoki.wordpress.com -nya grafity dan semua
dimhader. Dilarang nieng-koniersil-kanatan kesialan menimpa anda.
160 BAB 5 LELUCON HALUS 1. Dengan keberuntungan maka Marge Marigold Fields Cohen, yang mungkin dikandung ?pada musim panas ketika Dave mendaki Pegunungan Sierra dan tidur di tepi danau
yang indah, hijau, dan tak pernah terlupakan masih tak sadarkan diri. Bila
?demikian, gadis itu tidak akan mendengar suara Mark. Bila demikian, ia masih
tetap akan memakai tape recorder itu ketika tiba saat Dave meloloskan diri.
Bagaimanapun lebih baik punya rencana alternatif Baik. Dave tidak menginginkan
apa pun lebih dari menghindari Ransome dan anak buahnya. Namun bila terjadi
sesuatu yang tidak beres sebelum Marge menyalakan tape itu, ia akan memerlukan
bidang yang bisa diterobosnya dengan cepat, dan yang tidak bisa diterobos
musuhnya. Sampai sejauh ini ia berhasil
161mendului musuh-musuhnya selangkah pendek, dan kebanyakan memainkan permainan
bertahan. Sudah tiba saat untuk mengubahnya. Di samping itu, ia berutang pada
Ransome karena telah membawa putra-' nya dalam persoalan ini. Sebenarnya, ia
berutang cukup banyak kepada Ransome.
1, 2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47.
Bilangan prima. Bilangan prima dibagi oleh bilangan berapa pun kecuali satu atau
bilangan itu sendiri akan menghasilkan angka pecahan. Bilangan prima merupakan
sumber kekaguman yang tak habis-habisnya bagi para ahli matematika, dan mudah
dihitung atau, lebih tepatnya, mudah dihitung bila kau hanya tertarik pada
?bilangan yang lebih kecil daripada 50.
Profesor Rob berbicara, "Saudara-saudara, bisakah kalian bayangkan betapa
memalukannya bila pelaku sabotase melakukan kesalahan hingga terperangkap
ranjaunya sendiri" Coba pikirkan. Bayangkan diri kalian sendiri, tergeletak di
tengah puing-puing membara, mungkin satu kaki putus, atau mungkin dengan
kepingan tubuh berhamburan di depan mata kalian. Pikirkan betapa kecewa perasaan
kalian bila tahu alat penghancur yang menimbulkan kerusakan itu yang kalian
pasang sendiri. Ya ampun, tapi bukankah wajah kalian akan jadi merah padam"
Menurutku itu merupakan pengalaman hidup yang lebih membingungkan. Agar kalian
bisa menghindari saat konyol dan memalukan seperti itu; sudah jadi misiku hari
ini untuk mengajar kalian sedikit aritmetika. Yang akan
162 kubahas, dan akan kalian pelajari, adalah deret matematis sederhana. Rumus
Vertical Run Karya Joseph R. Garber di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
seperti itu cukup berguna untuk mengingat kembali tempat-tempat di mana kalian
sudah menyiapkan lelucon kecil untuk memberi pelajaran pada lawan kalian."
Semua ada enam belas bilangan prima yang lebih kecil dari 50. Dave memasang
perangkap pada tangga darurat di enam belas lantai. Enam belas di tangga timur,
enam belas di barat, dan enam belas di selatan.
Para instrukturnya di Kamp P selalu menekankan pentingnya kesederhanaan.
Perangkap yang baik adalah perangkap yang sederhana, dirancang untuk
menghasilkan efek maksimum dengan bahan minimal. Seperti halnya dalam hampir
semua bidang usaha, demikian pula dalam seni tipuan kotor K.I.S.S. adalah ?kebijaksanaan yang lebih besar.
Dave menghargai K.I.S.S. Perangkap-perangkap-nya para instruktur itu
?menyebutnya "lelucon" terdiri atas kabel telepon hijau yang direntangkan
?sebagai sandungan dekat anak tangga teratas; berember-em-ber sabun cair yang
licin (semacam yang dipakai dalam dispenser kamar mandi) disiapkan di sudut-
sudut tempat ember-ember itu bisa dengan mudah diambil oleh orang yang sedang
berlari, berbotol-botol lem karet yang lengket siap untuk dituangkan; kaleng-
kaleng berisi cairan pembersih yang mudah terbakar ditempatkan sedemikian rupa
sehingga mudah diraih; kabel yang berukuran jauh lebih besar, kali ini
dililitkan dengan hati-hati pada pipa air dan bisa dengan mudah dibongkar;
beberapa pembuka surat murahan ditempel tiga-tiga, isi stapler ditinggalkan di
berbagai posisi yang strategis di tangga itu, slang
163pemadam kebakaran yang sudah dilepas dari gulungannya dan dibentangkan lima
tingkat tangga; tiga kaleng kecil toner mesin fotokopi yang siap memuntahkan
serbuk hitam membutakan mata; dan berbagai benda lain.
Guru-gurunya tentu akan bangga dengannya. K.I.S.S.: Keep It Simple, Stupid.
(Buat tetap sederhana, tolol.)
Dave sangsi semua perangkapnya itu akan efektif. Banyak yang takkan terkait
kakinya. Dan untuk yang terpeleset, paling parah mereka hanya akan patah tangan
atau kaki dan luka tergores. Kebanyakan hanya menimbulkan ketidakenakan dan tak
satu pun terjamin sebagai alat pembunuh. Tidak perlu demikian. Yang perlu
dilakukan hanyalah memperlambat Ransome dan orang-orangnya.
Di lain pihak, Bung, kalau kau benar-benar ingin melukai...
Dalam lemari penyimpan alat pembersih ia menemukan lima karton besar amonia
?pembersih. Amonia adalah barang lumrah. Semua orang memakainya untuk membersihkan jendela,
menyucihamakan toilet, dan membersihkan porselin. Zat itu adalah bagian dari
perlengkapan rumah tangga biasa.
Di Kamp P mereka mengajarinya tentang perabot rumah tangga biasa. Mereka
mengajarkan kepadanya bahwa, bagi orang yang tahu, sepen dapur biasa sebenarnya
merupakan gudang racun, pembakar, dan peledak. Bila dicampur dengan perbandingan
yang tepat, tidak sedikit barang rumah tangga biasa bisa menjadi senjata
mematikan. Di antaranya adalah amonia.
164 Bila dicampur dengan yodium yang biasa ditemukan di dalam kotak peralatan P3K ?biasa amonia menghasilkan endapan kristal nitrogen triiodida. Sesudah diolah
?dengan baik dan dikeringkan, nitrogen triiodida menjadi zat yang memiliki nilai
komersial. Bahkan sebenarnya DuPont menjualnya dengan merek yang terkenal dalam
industri pertambangan terkenal sebagai alat yang sempurna untuk meledakkan
?simpanan bahan tambang hingga terbuka. Satu-satunya masalah dengan benda itu
adalah sifatnya yang tidak stabil. Bila-sejumlah kristal triiodida menerima
tekanan sebesar tiga puluh kilo saja, maka...
Malaikat pelindung Dave menyeringai. Bum!
2. Tak lama sesudah pukul 18.00, David Elliot melangkah ke dalam penyergapan.
Sambil menggelar perangkapnya, ia menyimpulkan anak buah Ransome tentu
menyingkir dari tangga darurat. Dengan menjaga pintu keluar lantai dasar kiranya
sudah cukup untuk memastikan mangsa mereka tidak akan lolos. Di samping itu,
kadang-kadang ada perokok terasing dari kantor mereka, bak penderita lepra di
?akhir abad kedua puluh ini menyelinap ke tangga untuk menikmati rokok diam-
?diam. Sementara kehadiran tukang telepon membawa gulungan kabel^ naik-turun
tangga tidaklah menarik perhatian para pecandu nikotin itu, namun kehadiran
orang-orang bersenjata yang melakukan patroli tentu memancing kecurigaan
'mereka. Seandainya jadi Ransome, Dave tidak akan
165memerintahkan anak buahnya memeriksa tangga darurat sampai lama sesudah jam
kerja berakhir. Sayangnya, kini jam kerja itu sudah berakhir, dan beberapa anak
buah Ransome jadi usil. Dalam hati Dave bertanya-tanya apakah bos mereka tahu
apa yang mereka lakukan. Mungkin tidak. Orang seperti Ransome takkan pernah
menyetujui jebakan yang disiapkan dengan sembarangan seperti itu. Tidak
konsisten dengan standar profesional Ransome. Dave sendiri merasa tindakan itu
amatiran. Kau tak bisa mendapat bantuan bagus lagi.
Dua anak buah Ransome mengambil posisi di tangga barat. Mereka merunduk di sudut
di lantai 33 dekat pintu darurat. Salah satu di antara mereka, tak disangsikan
merasa dirinya cerdik, mencopot lampu neon di atas pintu itu. Platform beton,
dinding kelabu dingin, dan pintu itu sendiri jadi bertabir bayangan.
Bayang-bayang itulah yang jadi petunjuk. Seandainya mereka membiarkan lampu itu
menyala, Dave mungkin tidak memperhatikan mereka sampai segalanya terlambat.
Cara kuno mematikan lampu. Orang-orang ini terlalu banyak membaca novel Robert
Ludlum. Mereka tak mungkin lama di sana. Sewaktu memberikan sentuhan akhir pada ranjau-
ranjaunya, dalam lima belas menit terakhir ini Dave sudah dua kali melewati
?lantai 33. Kalau mereka pernah mendapat latihan, tentu ada sepasang lagi di lantai 32,
menunggu di balik pintu darurat. Taktik penyergapan baku, langsung dari buku
pedoman. Gagasannya adalah menjebaknya antara lantai 32
166 dan 33. Dua orang menembak dari atas, dan dua dari bawah. Istilah teknisnya
"flanking crossfire". Cara ini membuat sasaran jadi daging cincang.
Ini berarti keramaian takkan mulai sampai kau sudah berada di tengah tangga
berikutnya. Dave menaiki beberapa anak tangga terakhir ke lantai 32. Tumit sepatunya
bergaung pada tangga beton. Dua laki-laki dalam kegelapan itu tahu ia
mendatangi. Mereka tentu mendengarnya, mengikuti gerakannya, dan berbisik penuh
harap ke radio mereka. Sudah berapa lama mereka di sana" Sudah berapa lama mereka mendengarkan" Apakah
mereka punya waktu untuk memanggil lebih banyak orang"
Ruang kosong di antara tangga tersebut, sumur kosong yang menukik dari atap
gedung sampai ke tanah itu, cukup lebar sehingga ia bisa melihat musuhnya yang
sedang menunggu. Keduanya menempelkan badan ke dinding. Keduanya menyandang
senapan sergap yang gemuk, jelek di pundak.
AR-15" Bukan, yang lain. Magasinnya lebih besar dan pelurunya lebih banyak.
Dave berhenti dan terengah-engah dengan keras, seolah mencari napas. Ia menarik
keluar ujung kemejanya dari dalam celana dan menyekakannya ke wajah. Ia
mengembuskan napas dengan keras. "Aku benci tangga terkutuk ini," gumamnya
dengan suara # sekadar cukup keras untuk didengar. Salah satu laki-laki di
atasnya itu merapatkan radio lebih dekat ke mulut.
Idiot. Kau tak bisa berceloteh di radio sambil membidikkan senapan sekaligus.
Apakah mereka tak mengajarimu apa-apa"
167Jdve memutar pundak dan kembali mendaki. Dua laki-laki di lantai berikutnya
tidak akan menembak. Tidak sekarang. Mereka ingin memastikan bahwa mereka
mengenainya, dan satu-satunya cara untuk itu adalah memancingnya hingga terjepit
tembakan dari dua arah. Mereka tidak akan menembak sampai ia mencapai platform
di tengah antara lantai 32 dan 33. Ia pasti akan hal ini.
Kepastian itu tidak menolong. Jantungnya tetap berdebar-debar keras, dan
sekarang, dengan seketika, ia benar-benar kehabisan napas. Butir-butir keringat
menyembul di keningnya. Otot kecil di bawah mata kirinya berkedut-kedut tak
terkendali. Lututnya terasa lemas. Ia ingin sebatang rokok.
Ada saatnya kau sengaja melangkah ke dalam jebakan. Kadang-kadang kau
melakukannya sebab itulah satu-satunya cara untuk menghabisi musuh. Kadang-
kadang kau melakukannya sebab satu-satunya cara untuk mencapai tujuanmu adalah
dengan melompat ke dalam jebakan itu. Namun kebanyakan kau melakukannya sebagai
umpan untuk perangkapmu sendiri. Dave mendaki. Satu undak. Dua. Tiga. Empat...
Hanya saat itu saja ia tak terlihat. Orang-orang di lantai 33 tidak lagi bisa
melihatnya. Mereka tentunya menggeser bidikan mereka ke platform delapan anak
Godfather Terakhir 7 Pendekar Rajawali Sakti 70 Kembang Bukit Lontar Gelang Kemala 9