Pencarian

Beauty Honey 2

Beauty Honey Karya Phoebe Bagian 2


masuk ke tempat yang sama. Ia dan Ivea duduk di meja yang berbeda,
sedangkan Nathan dan Matsuri tampak sedang ngobrol-ngobrol di meja
lainnya. Sesekali Kay memandangi Matsuri, lalu kembali memandang
Ivea. "Kau kelihatan sangat bahagia. Dia calon istrimu?" tanya Ivea
dengan suara parau. Kay gugup dan ia sangat benci begini. Apakah ia bahagia bersama
Matsuri" Tentu saja, tapi tidak akan sama dengan kebahagiaan bila Kay
bersama Ivea. "Aku dan dia sudah resmi secara hukum. Dia sudah
menjadi istriku sekarang."
"Kau tidak memberi tau kami sama sekali."
"Aku baru akan mengirim undangan akhir minggu ini."
Ivea memandangi Matsuri sejenak. "Dia cantik, dewasa, dan
kelihatannya baik!" Kay tidak menjawab apa-apa. Semuanya terasa sangat kaku, dia
bahkan merasa gugup dengan pembicaraan hari ini. Ivea datang ke
Tokyo sesuai harapannya, tapi gadis itu terlambat. Kay seharusnya
tidak terlalu percaya diri, Ivea datang hanya untuk mempertanyakan
kebenaran pernikahannya dan ia datang bersama Nathan. Kay
berdehem sebelum memulai ucapannya "Maaf karena tidak memberi
tau sebelumnya." "Seharusnya aku yang bilang begitu. Aku benar-benar payah,
mengejarmu ke Tokyo berharap kau membatalkan pernikahanmu dan
kembali ke Indonesia bersamaku!"
Kay hampir saja berteriak. Ivea mencintainya" Benarkah" Ivea
hanya takut, takut karena Kay akan pergi bersama orang lain dan tidak
akan kembali kepadanya dengan perasaan yang sama. Entahlah, Kay
tidak yakin. "Aku sangat menyayangimu Eve. Rasa sayang yang tidak
pernah ku rasakan kepada orang lain sebelumnya. Semula aku ragu
karena ku fikir perasaan kali ini ada karena kau sudah menyerupai
perempuan yang pernah aku cintai. Tapi ternyata perasaan seperti ini
pada akhirnya hanya kepadamu saja. Tapi rasa sayangku sendiri tidak
cukup!" Ivea memandang Kay dengan tatapan terkejut. "apa alasanmu
mengatakan itu" Apa kau mengerti perasaanku bagaimana?"
"Perasaan yang bagaimana?"
"Meskipun aku tidak ingat apa-apa, Aku sudah mendengar
ceritanya dari Mbak Tara! Cukup banyak untuk tahu orang seperti apa
aku ini sebenarnya."
Kay diam sejenak lalu berbicara lagi. "Semula aku mengira juga
begitu. Kita berciuman, itu awal dari semuanya. Kau pergi lalu
meninggalkanku dalam rasa bersalah yang tak berujung. Kemudian kita
dipertemukan lagi dalam keadaan berbeda. Kau menepati janjimu
untuk melupakan semuanya dan aku tertekan karena kau juga
melupakan perasaanmu kepadaku. Semua yang terjadi antara kita
sangat membuatku stress. Aku kira aku bisa merampasmu dari Nathan.
Tapi melihatmu menangis histeris saat Nathan meninggalkanmu
membuat aku sadar kalau aku cuma merasakan cinta ini sendiri"
Ivea memijat kepalanya yang terasa sakit sebulir air mata mengalir
dipipinya dengan anggun. Ivea yang sama persis dengan Bianca Karta.
Menjadi putri Bian membuat Ivea benar-benar meniru segala tindak
tanduknya. Tapi Kay meyakini perasaanya kepada Ivea dan perasaanya
kepada Bian adalah perasaan yang sama. Ia mungkin mencintai Ivea
karena Bian, tapi dia tidak pernah berfikir menjadikan Ivea sebagai
pengganti Bian karena perasaanya kepada Bian sendiri juga sudah
sangat lama lenyap dan menghilang. Kay tersenyum getir untuk dirinya
sendiri, tapi Ia berusaha setegar mungkin untuk menghadapinya.
Lagipula saat ini sudah ada Matsuri disisinya, Matsuri memang tidak
akan keberatan bila Kay membatalkan pernikahan, tapi Kay tidak akan
melakukannya. Apapun yang dilakukannya sudah melewati banyak
pertimbangan. Semua kata-kata yang diucapkannya pun juga sudah di
fikirkan masak-masak. Perasaan Ivea ini hanya sementara dan akan
segera menghilag secepatnya. Ivea hanya merasa bimbang karena ia
merasa Kay masih mencintainya, dan akan yakin kepada cintanya yang
sesungguhnya setelah ia tau Kay sudah menjadi milik orang lain.
"Apa kau baik-baik saja?" Kay bertanya lagi. Wajah Ivea telihat
sangat pucat, ia menunduk dalam dan kemudian jatuh begitu saja.
Bab. 16 Semuanya begitu cepat. Yang diketahuinya, disaat yang sama
Natahan dan Matsuri segera mendekat dan membantunya membawa
Ivea kerumah sakit. Gadis itu membuatnya khawatir. Selama berjamjam Kay terlihat
sangat cemas karena terus mondar-mandir di depan
pintu ruang ICU. Setelah melihat wajah Nathan, Kay berusaha untuk
lebih tenang dan duduk di samping Matsuri. Ia tidak pantas
menunjukkan ekspresi yang seperti itu di hadapan Nathan dan istrinya
meskipun Matsuri akan mengerti.
"Kau ingin membatalkan pernikahan kita?" Matsuri bersuara, ia
memandang Kay yang juga memandangnya dengan sangat terkejut.
"Bukankah dia datang untukmu" Dia sudah memenuhi harapanmu!"
"Bagaimana bisa dirimu berkata begitu?" Jawab Kay dingin. "Kau
sudah menjadi istriku dan itu tidak bisa di batalkan lagi kecuali jika kita
bercerai!" "Aku tidak keberatan, demi kebahagiaanmu.."
"Berhentilah bicara! Aku tidak akan melakukannya." Kay
menggeram, ia memandang Nathan yang berdiri di hadapannya. "Dia
tidak mencintaiku dengan sepenuh hati, dia hanya mencintaimu dan itu
tidak harus kau ragukan lagi. Perasaannya yang sekarang ini semu, Dia
memiliki perasaan seperti itu karena aku pergi dengan meninggalkan
harapan. Jadi genggamlah dia serat yang kau bisa!"
Nathan tidak menjawab apa-apa. Kay juga tidak membutuhkan
jawaban apa-apa karena ia menggenggam tangan Matsuri dan
membawa istrinya pergi. Bagaimana mungkin ia akan melepaskan
kenyamanan yang di dapatnya sekarang" Bagaimana mungkin Kay bisa
menyingkirkan Matsuri yang selalu menemaninya selama ini begitu saja
hanya karena kedatangan Ivea yang terlambat" Kay tidak bisa
menghancurkan harapan banyak orang pada dirinya dan Matsuri
sekarang disaat hari pernikahan semakin dekat. Kay tidak akan pernah
menghancurkan harapan ibunya, Yoshi, Sachi, dan juga seluruh
keluarga besar Matsuri. Dia tidak akan pernah bisa melakukannya demi
dirinya sendiri. Bab. 17 Fitting gaun pernikahan yang terakhir, Kay benar-benar sedang
mengerjakannya dengan sepenuh hati. Sore ini akan ada pengambilan
foto Preewedding sederhana di studio dan gaun itu harus selesai sebelum
jam makan siang. Sejak pertemuannya dengan Ivea, Kay benar-benar
kehilangan semangat. Matsuri nyaris saja menangis melihat ini, ia
merasa menjadi penghalang, merasa merusak hubungan orang lain,
merasa mengikat Kay yang tidak mencintainya. Matsuri tidak terlalu
membutuhkan Kay, ia bisa menjalani kehidupannya semula jika Kay
tidak ada. Tapi gadis itu, entah bagaimana keadaannya. Apakah ia bisa
menerima semua ini" "Indahnya kalau gaun pernikahan di buatkan oleh mempelai pria,
pasangan hidup kita untuk selamanya!" Sachi bergumam sambil
memandangi Matsuri dengan iri. Gadis itu duduk di sofa ruang tengah
apartemen keluarganya sambil menopang dagu dengan kedua
tangannya. Di sebelahnya ada Natsuki, baru saja datang kemarin sore
dan wajahnya masih terlihat mengantuk. Seharusnya Natsuki
beristirahat, tapi ia menolak. Anak itu malah sibuk memotret Matsuri
dan Kay dengan kamera ponselnya dengan alasan Matsuri adalah kakak
satu-satunya dan dia tidak bisa melewatkan detik-detik bahagianya,
Natsuki tidak ingin menyesal.
"Kalau begitu suruh Kenji belajar membuat gaun!" Gumam
Natsuki. "Dia mana bisa! Juga tidak akan mau!"
"Membelikan gaun yang di inginkan sudah cukup! Kenapa harus
di buat sendiri?" "Tentu saja berbeda!" Suara Sachi terdengar agak sengit. Ia dan
Natsuki mulai cek-cok lagi. "Sesuatu yang di buat sendiri tidak sama
dengan yang di beli, Bodoh!"
Natsuki berhenti memotret lalu memandang Sachi dengan wajah
yang sama sengitnya. "Bodoh" Kau masih harus memanggilku Senpai.
Sejak kapan aku mengizinkanmu berhenti memanggilku dengan
sebutan Senpai?" "Sudah!" Matsuri berteriak sambil memperbesar bola matanya.
"Kalian ini bukan siswa Sekolah lagi. Kenapa masih bertengkar setiap
kali bertemu" Masalah yang kecil selalu jadi besar. Kapan akan
berubah?" Sachi dan Natsuki tidak berkata-kata lagi keduanya benar-benar
bubar masuk kekamar masing-masing. Tiba-tiba tawa Kay terdengar
meskipun samar dan sebentar. Ia mendangi Matsuri dan Matsuri juga
menolehkan pandangannya kepada Kay.
"Apanya yang lucu?" Tanya Matsuri tegas.
"Sensei, ini bukan sekolah lalu kenapa harus marah-marah"
Mereka berdua hanya saling melepas rindu dan cara yang mereka pilih
seperti itu. Seharusnya di biarkan saja!"
Matsuri menghela nafas. "Suasana hatiku sedang buruk, jadi tidak
bisa mengerti dengan hal yang seperti itu!"
"Kenapa" Ada masalah?"
"Sudah selesai fittingnya?"
Kay memandang Matsuri dalam lalu mengangguk.
"kalau begitu aku mau istirahat dulu. Nanti bangunkan aku kalau
sudah saatnya ke studio!" Matsuri mengangkat gaunnya yang menyapu
lantai dan melangah selebar yang dia bisa. Kay segera menarik
lengannya, mengalihkan tujuan Matsuri dari kamar Sachi ke kamarnya.
Natsuki sudah berbaring di atas ranjang Kay, tapi begitu melihat
Matsuri dan Kay, ia langsung bangun dari posisi santainya dan keluar
dari kamar tanpa ada seorangpun yang memintanya. Bunyi pintu di
tutup menyadarkan Matsuri dengan keadaan yang aneh diantara
mereka. Ia duduk di atas ranjang Kay dengan perasaan yang lebih
tenang. "Kau kesal karena apa?" Kay bertanya sambil duduk di sebelah
Matsuri. "Kalau masih berharap, temui gadis itu. Aku tau kau tidak bisa
membatalkan pernikahan ini karena takut menyinggung perasaanku
dan keluargaku. Mintalah dia menunggu sampai waktu yang tepat
untuk kita berpisah. Aku tidak suka melihat wajah sedihmu itu!"
"Karena itu" Karena tidak mau melihat wajah sedihku" Baiklah.
Aku akan berusaha tersenyum. Aku tidak mungkin meminta hal itu
sekarang. Dia sudah memiliki orang lain, kau sudah dengar sendiri apa
yang kukatakan pada laki-laki itu di rumah sakit. Neechan, Kau jangan
khawatir. Istirahatlah disini karena setelah pernikahan, kita akan
langsung terbang ke Paris."
Matsuri hanya memandangnya heran. Kay cukup keras kepala
tentang hal yang satu itu. Ia berkeras mengatakan kalau Ivea tidak
benar-benar mencintainya. Matsuri juga sudah banyak mendengar
ceritanya dari Nathan. Beberapa kali ia datang menjenguk Ivea di
rumah sakit dan gadis itu terlihat sangat terpukul. Matsuri berbaring
masih dengan menggunakan gaun pernikahannya di atas ranjang. Ia
tidak harus mengatakan apa-apa karena ia sedang tidak ingin berkelahi.
Perkelahiannya dengan Kay selalu dapat di atasi dengan mudah, selalu
membuatnya merasa lebih lega. Tapi perkelahian tentang topik yang
satu ini bisa membuat suasana di antara mereka semakin memburuk
dan Matsuri tidak suka merasakan hal-hal yang buruk di dalam hatinya.
Bab. 18 Terlelap untuk waktu yang lama dan tidak ada yang mengganggu
membuat Matsuri merasa lebih baik. Tapi begitu ia membuka mata
suasana sama sekali tidak seperti yang di duganya, Suasana kamar
sudah benar-benar gelap gulita tanpa cahaya, hanya ada seberkas
cahaya yang tetap memaksa masuk dari bawah pintu kamar yang
tertutup. Cahaya yang berasal dari ruang tengah. Matsuri bergerak dan
merasakan ada sesuatu yang berbeda dengan tempatnya berbaring,
landasan tubuhnya sudah berada di atas sesuatu yang lebih keras
meskipun yang sebagian lagi masih merasakan empuknya kasur yang
berisi air. Sebuah gerakan kecil saja benar-benar membuat ranjang
bergoyang hebat. Matsuri mengerutkan dahinya karena seharusnya sore
ini ia dan Kay pergi ke studio" Kenapa tidak ada yang
membangunkannya" Tangan Matsuri bahkan masih bisa merasakan
kalau gaun pernikan masih di kenakannya sampai sekarang. Gadis itu
mengangkat kepalanya dan berharap bisa melihat di mana ia sedang
berbaring sekarang, tapi sia-sia karena selimut gelap lebih dahsyat di
bandingkan kemampuan matanya untuk beradaptasi dalam gelap.
Sebuah cahaya kecil menyala tidak jauh dari wajahnya dan Matsuri
melihat sesuatu yang mengejutkan disana. Sebuah foto dari ponsel
terang benderang menampilkan sebuah gambar dirinya dan Kay yang
sedang tertidur. Tapi posisi yang indah itu membuat foto terlihat
dramatis, Matsuri dan Kay meringkuk dalam posisi enam sembilan
dimana wajah mereka saling bertemu dan tidak ada satupun anggota
tubuh mereka bersentuhan. Matsuri mengenakan gaun pernikahannya,
rambutnya terurai lembut dan wajahnya benar-benar polos tanpa make
Up. Sedangkan Kay menggunakan setelan kemeja putih dengan mata
yanag juga terpejam. Sangat kontras dengan sutra hitam yang menjadi
alas dimana mereka berdua berbaring. Matsuri mengenali tempat itu,
kamar Kay. Cahaya itu bergeser menerangi sesuatu dan Matsuri terkejut saat
menyadari kalau dirinya sedang berbaring di atas tubuh seseorang.
Wajah Kay mulai terlihat di terangi cahaya dari ponselnya. Laki-laki itu
tersenyum padanya lalu berbisik. "Bagaimana" Bagus tidak" Kita tidak
perlu ke studio lagi!"
Matsuri masih memandangi Kay dengan tatapan yang penuh tanda
tanya. Tidak ada satu katapun yang mampu keluar dari bibirnya.
"Ini Foto prewedding kita, Neechan!" Ujar Kay menjelaskan. "Aku
memanggil fotografer kemari karena kau tidur dengan sangat nyenyak.
Dengan bantuan Sachi dan Natsuki semuanya jadi sebagus ini. Kita lihat
kejutan lainnya di pernikahan nanti!"
"Kenapa aku tidak di bangunkan saja?" Akhirnya Matsuri bersuara
juga. "Sudah. Tapi kau tidak mau bangun seolah-olah kau sudah
meminum banyak obat tidur sebelumnya. Kau bisa bayangkan
bagaimana ributnya saat kamar ini di rubah jadi studio dadakan tadi"
Lighting yang terangpun sama sekali tidak mengganggumu. Bisa kau
bayangkan sendiri bagaimana kan" Bagaimana fotonya?"
Matsuri mengibaskan tangannya yang tanpa sengaja menyentuh
flap ponsel sehingga cahaya satu-satunya yang menerangi mereka mati.
Ia menjauhkan tubuhnya dari Kay dan berbaring menghadap langitlangit yang sama
sekali tidak tampak. Selanjutnya hanya suara yang
terdengar. "Aku benar-benar polos disana, Tanpa Make Up apanya
yang bagus?" "Kenapa" Tidak terlalu jelek, fotografernya juga seorang fotografer
hebat dari Korea. Namanya Ahn Jang Seok. Namanya sudah bergema di
negaranya sana dan sengaja datang ke Jepang karena Pernikahan kita.
Jadi hargai karyanya ya, Neechan! Foto-foto itu nanti akan di pajang di
pintu masuk. Kalau kau didandani saat di foto, mereka tidak akan
terkejut lagi waktu melihatmu berjalan menuju suamimu di Altar!"
"Bodoh! Apa kau benar-benar yakin akan melakukan ini semua"
Kau akan menyesal karena meninggalkan orang yang kau cintai hanya
untuk pernikahan yang bertujuan main-main ini!"
"Meskipun tujuan pernikahan ini untuk main-main, tapi
pernikahan ini bukan main-main. Aku yang selalu kesepian ini
merasakan bagaimana punya teman yang membuatku merasa nyaman


Beauty Honey Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk pertama kalinya di dalam hidupku. Kau yang bodoh, karena
setelah ini kau hanya akan terus menemaniku kemanapun aku pergi."
Suara tawa Matsuri tiba-tiba meramaikan suasana. Iya, dia memang
bodoh karena memilih untuk setuju menjalani ide gila Kay tanpa
berfikir panjang. Tapi mungkin ia juga sudah memiliki perasaan
nyaman yang Kay katakan, dia sudah menyadari seperti apa perasaan
itu dan mengapa Alasan kenyamanan itu bisa membuatnya setuju
untuk menyerahkan hidup bukan kepada orang yang di cintainya.
Menikah tidak harus dengan cinta, merasa nyaman untuk berbagi dan
bercerita lebih penting dari itu. Cinta bisa membuat kita menyimpan
banyak rahasia,tapi kenyamanan bisa membuat kita membuka semua
rahasia yang tersimpan tanpa beban. Pintu kamar terbuka dan lampu
menyala. Natsuki masuk kekamar dan menghampiri mereka berdua di
ranjang dengan warna yang dominan hitam itu. Ia bertolak pinggang
sambil memandang Kay dan Matsuri secara bergantian.
"Neechan!" Kata Natsuki garang. "Kalau sudah bangun cepat ganti
baju dan makan malam. Kami semua sudah makan, tinggal kalian
berdua yang belum. Ini kan malam Natal, seharusnya berkumpul
dengan keluarga. Jangan mentang-mentang pengantin baru malah lebih
memilih di kamar berdua gelap-gelapan."
"Kau cemburu?" Tanya Kay. Wajar kalau saudara laki-laki merasa
cemburu saat ia merasa saudara perempuannya akan pergi
meninggalkannya bersama orang lain. Dan ekspresi Natsuki sama sekali
tidak menentang pertanyaan Kay barusan. "Kalau cemburu segera
menikahlah!" Medengar ucapan terakhir Kay, Natsuki mendengus. Ia segerak
keluar dari kamar setelah meminta Kay dan Matsuri mengganti pakaian
mereka karena keluarga besar sudah berkumpul untuk merayakan
Natal bersama. "Sudah pernah ku bilang, Kan" Natsuki dan dirimu sangat mirip.
Masih kekanak-kanakan padahal kalian sama sekali jauh dari usia
remaja!" "Neechan! Hanya bersamamu aku seperti itu karena hanya padamu
aku bisa bermanja-manja. Bahkan pada ibuku tidak begitu. Sekarang
Mari kita jadikan pernikahan ini sebagaimana pernikahan yang
sebenarnya meskipun belum ada cinta disana!"
Matsuri tertawa. "Mana ada adik yang mengatakan hal seperti itu
kepada Neechan-nya sendiri!"
Bab. 19 Bukan Kay namanya jika tidak bisa menjadikan seorang perempuan
seperti putri di hari pernikahannya. Selama ini , di tangan Kay sangat
banyak wanita yang menjelma menjadi cantik jelita di hari penting
dalam hidupnya. Jika ia menjadikan mempelai orang lain seperti putri,
Maka mempelainya sendiri adalah bidadari. Gaun pernikahan yang
sangat mewah itu benar-benar membuat Matsuri menjelma menjadi
sangat luar biasa sehingga Kay tersenyum tanpa henti melihatnya.
Gedung yang penuh dengan bunga Lili menjadikan pernikahan mereka
terkesan sangat sakral dan suci. Dengan wajah penuh binar Kay menanti
wanita tercantik untuk menggenggam tangannya dan mengucapkan
janji setia bersama selamanya. Teriakan sachi yang tidak henti-hentinya
mengucapkan selamat di tengah deraian tepuk tangan membuat
suasana benar-benar riuh, tapi semuanya menjadi Hening saaat Matsuri
memasuki ruangan, Cadar yang menutupi wajahnya itu membuat
semua orang penasaran dengan wajahnya. Langkah demi langkah
Matsuri menjadi detik-detik yang membuat jantung semua orang
berusaha menyamakan nada dengan langkahnya. Semuanya merasa
tegang, tapi Kay tidak begitu. Ia tidak pernah merasakan ketegangan
ataupun ketakutan seperti apapun saat bersama Matsuri. Hanya
kenyamanan yang menjadi alasannya berdiri disini dan menyambut
tangannya dengan senyum merekah.
Tidak ada gangguan, tidak ada kekacauan, ataupun kegugupan.
Semuanya berjalan dengan sangat lancar tanpa halangan, bahkan Kay
mencium Matsuri tanpa ada beban. Decak kagum banyak orang memuji
Kay yang menjadikan pasangannya sendiri menjadi sangat luar biasa
dan Kay yakin pujian akan semakin membanjirinya bila upacara
pernikahan selesai dan bersambung ke Pesta yang akan di laksanakan di
tempat itu juga. Pesta akan di adakan sampai malam tiba, tapi
menjelang sore, Kay dan Matsuri sudah berganti pakaian karena harus
mengejar pesawat ke Paris yang di jadwalkan berangkat malam ini.
Ruang ganti menjadi sangat gaduh membantu pasangan itu mengganti
pakaiannya tapi tiba-tiba pintu di ketuk, Begitu Natsuki membuka pintu
kegaduhan yang tadi benar-benar berubah menjadi sunyi. Beberapa
Asisten Kay yang memenuhi ruangan memilih untuk pergi
meninggalkan mereka disana. Natsuki mundur dan mendekat kepada
Kenji dan Sachi yang berdiri di sisi lain ruangan. Gadis bergaun merah
darah itu mendekati Matsuri secara perlahan sambil menggandeng lakilaki yang
tampak prima dengan tuxedonya. Ivea dan Nathan, Keduanya
berdiri di hadapan Matsuri lalu tersenyum. Melihat itu, Kay yang
tadinya berada dalam jarak yang cukup jauh mendekati Matsuri dan
berdiri di sebelahnya, begitu juga dengan Sachi. Ivea memberikan
sebuah buket besar buga lili kepada Matsuri.
"Selamat atas pernikahannya!"
Matsuri juga berusaha mengusahakan sebuah senyum. "Terima
kasih." Desisnya pelan. Ia berusaha mengambil buket bunga lili itu dan
memeluknya erat-erat. Tapi Kay segera mengambil alih dan
memberikannya kepada Sachi untuk di letakkan di sudut ruangan di
antara kado-kado yang lain. Matsuri menoleh kepada Kay dengan
perasaan aneh, Tapi sesegera mungkin ia memandang Ivea dan Nathan
kembali. "Kalian sudah lama datang?"
"Kami tepat waktu saat melihat kalian di Altar. Nyaris terlambat
memang karena harus membeli bunga dulu. Tidak ku sangka gedung
ini di penuhi bunga yang sama." Jawab Ivea, dia berusaha
menghilangkan rasa kikuknya dan memandangi bunga bawaannya
yang sudah di letakkan Sachi di sudut ruangan. Mungkin ia merasa
kalau hadiah darinya sama sekali tidak berarti.
Kay menggenggam tangan Matsuri kuat-kuat lalu mengucapkan
terimakasih atas kehadiran Ivea dan Nathan. Sesekali ia tampak
mengusahakan sebuah senyum untuk mencairkan suasana yang sangat
kaku. "Kami tidak bisa berlama-lama karena harus segera check in.
Malam ini juga kami akan berangkat menuju Paris." Ujar Kay.
"Tapi Mom sama sekali belum datang. Mungkin pesawatnya
terlambat!" "Dia akan ke Paris juga kan" Sampaikan maafku kepada Bian
karena tidak bisa menunggunya. Katakan padanya sampai jumpa di
Paris." Kay kemudian menoleh kepada Natsuki yang baru saja
memasuki ruangan. "Bagaimana mobilnya?"
"Sudah siap, tinggal berangkat!" Jawab Natsuki.
Tanpa banyak bicara lagi Kay membawa Matsuri menjauh, keluar
dari ruangan itu dengan gerakan suer cepat dan meninggalkan Ivea dan
Nathan. Ada perasaan kasihan di hati Matsuri melihat keduanya, baik
Ivea maupun Kay benar-benar malang karena semua ini. Semua yang
berjalan di kehidupan mereka membuat keduanya ragu dengan
perasaannya sendiri. Berkali-kali Matsuri memandangi Kay tapi tidak
sepatah katapun keluar dari mulutnya. Sedangkan Kay sibuk berceloteh
tentang Paris, tentang dia yang sudah menyewa sebuah flat disana
untuk satu bulan, juga tentang mengapa mereka harus pergi beberapa
hari lebih cepat. Kay juga sudah menyusun banyak rencana yang di
katakannya satu persatu secara detail dengan cermat dan baik. Laki-laki
itu sedang menyembunyikan kesedihannya dan Matsuri sama sekali
tidak ingin merusak suasana hatinya. Meskipun Kay berpura-pura, ia
akan menerimanya. Bertanya tentang perasaan Kay yang sebenarnya
malah akan membuat Kay merasa kehilangan kenyamanan itu dan
Matsuri akan tetap tersenyum untuk Kay, juga untuk semua rencana
bulan madu cemerlang yang terucap dari mulutnya.
Bab. 20 Begitu memasuki pesawat, Kay mulai berhenti berbicara. Semula
Matsuri kira Kay mulai bosan dan lelah tapi kemudian Kay menangis
dan memeluknya. Dengan manja ia menceritakan semuanya,
menceritakan penyesalannya yang terlalu cepat mengambil keputusan
pernikahan dan penyesalan atas semua sikapnya kepada Ivea. Dia selalu
menyalahkan dirinya sendiri atas semua yang terjadi dan lagi-lagi
Matsuri merasa di butuhkan. Kay benar-benar membutuhkannya seperti
yang selalu laki-laki itu ucapkan. Hanya Matsuri yang membuatnya
merasa nyaman. Kata Neechan yang selalu Kay ucapkan membuat
Matsuri berusaha memikirkan jalan keluar yang terbaik, tapi tidak ada
yang bisa di temukan. Yang bisa di lakukannya sebagai seseorang yang
di anggap sebagai kakak, hanyalah menepuk-nepuk bahu Kay dan
berkata. "Menangislah, Tapi setelah pesawat Take Off hapus air matamu ya?"
Kay semakin menenggelamkan wajahnya ke bahu Matsuri,
beberapa bulir air matanya menembus pakaian yang Matsuri kenakan
sehingga sebersit perasaan hangat timbul. Dia tidak bisa mengatakan
apa-apa karena Kay tidak akan memperdulikannya. Kay hanya peduli
dengan pendapatnya sendiri dan berkeras untuk itu lalu apa yang bisa
di lakukannya selain ini"
"Seandainya masih bisa di perbaiki..."Kay mengeluh.
Matsuri menghela nafas dalam-dalam. "Kalau begitu bila suatu saat
nanti ada kesempatan, bicaralah baik-baik dengannya. Jangan sampai
timbul rasa bersalah lagi seperti ini. Kalau masih ingin bersamanya
bawa dia kesisimu. Kalau memang serius untuk melupakannya jangan
menjauh darinya. Jauh malah akan membuatmu semakin teringat-ingat,
semakin benci dengan keadaan!"
Kay melepas pelukannya dan memandang Matsuri dengan
matanya yang mulai memerah. Pipinya tidak basah karena semua air
matanya tumpah di bahu Matsuri. "Kalau melihatnya terus aku merasa
mau mati!" "Buat dirimu terbiasa dengan dia, pelan-pelan semuanya akan jadi
biasa. Jadikan dia teman, adik, atau apapun sampai kau tidak memiliki
perasaan apa-apa lagi setiap kali melihatnya. Jangan pernah berrfikir
untuk membuatnya cemburu, Balas dendam, sakit hati. Selama ini kau
selalu berusaha membalasnya. Sikapmu bisa menjadikan siapapun
merasa semakin buruk, kau tidak ada bedanya dengan Arata kalau
begini!" Sebuah rengutan terlukis di wajah Kay, tentu saja Kay tidak suka
disama-samakan dengan arata karena Arata adalah topik terburuk yang
pernah di bicarakan Kay dengan kata-kata yang selalu menunjukkan
betapa besar ketidak sukaannya kepada laki-laki itu. Tapi kata-kata
seperti itu bisa membuat Kay merasa lebih tenang dan bersantai hingga
akhirnya mereka memutuskan untuk tidur selama perjalanan ke Paris.
Bab. 21 Setibanya di Prancis, yang terlihat adalah langit yang gelap. Pergi
malam dan tiba menjelang malam seharusnya membuat mereka meras
lelah, tapi rasa lapar lebih dominan. Kay selalu menolak untuk mampir
dan makan malam selama di perjalanan menuju flat yang mereka sewa.
Ia malah lebih memilih untuk berhenti di supermarket terdekat dan
mebeli beberapa bahan dasar untuk membuat Omlet.
Flat yang Kay pilih bukanlah sebuah flat besar, hanya flat tiga lantai
dan mereka menghuni lantai tiga selama sebulan penuh. Lampu
menyala dengan cukup terang dan menyinari semua ruangan dengan
baik. Semuanya lengkap, satu kamar dengan sebuah ruang tengah
sekaligus ruang tamu dan dapur, terdapat sebuah kamar mandi di dekat
dapur dan sama sekali tidak ada kamar mandi di kamar. Matsuri
meletakkan Koper yang di bawanya di atas satu-satunya ranjang yang
berada di flat itu setelah menyalakan lampu sebelumnya. Ia mulai
memasukkan satu persatu pakaian kedalam lemari dengan telaten, di
mulai dari pakaiannya di bilik kiri lemari dan pakaian Kay di bilik yang
satunya. Kay menyusul masuk kekamar dan berbaring di ranjang tanpa
membuka sepatu. "Neechan, cepat masakkan sesuatu. Aku hampir mati kelaparan"
Keluhnya. Matsuri sama sekali belum menghentikan kegiatannya
memindahkan pakaian kedalam lemari. "Salahmu sendiri, kenapa
menyewa flat. Kalau di hotel sekarang kita tiggal pesan makanan."
"Kita ini kan pengantin baru, aku cuma mau makan masakan
istriku. Lagipula kita di Paris sebulan, sekalian bulan madu. Flat lebih
murah di bandingkan Hotel karena Hotel di hitung permalam
sedangkan disini perbulan. Kalau di hotel tidak akan terasa seperti
hidup berumah tangga. Boros uang untuk memesan makan malam
romantis, laundry juga. Kalau di flat kita tidak perlu laundry lagi karena
kau akan mencucikan pakaianku!"
Matsuri berdesis. "Kalau begitu lanjutkan pekerjaanku
memindahkan semua pakaian ini kelemari. Aku mau mandi dulu lalu
masak untuk makan malam." Ia kemudian meninggalkan koper-koper
yang masih berisi pakaian yang tersisa lalu mengambil handuk di dalam
koper miliknya. Saat hendak beranjak pergi Matsuri mendapati Kay
menyodorkan sesuatu kepadanya, sebuah pakaian yang dilipat rapi
dengan warna merah hati terdapat motif huruf M&K berwarna merah
jambu yang menonjol di lipatan paling atas.
"Apa ini?" tanya Matsuri.
"Ini hadiah pernikahan, aku tau Neechan tidak suka gaun tidur.
Jadi ku buatkan ini sebagai ganti gaun tidur, lihat sulaman M&K-nya,
Matsuri dan Kay. Aku juga punya!"
"Kenapa tidak N&K" Neechan dan Kay!"
Kay berdecak. "Neechan pakai ini saja sehabis mandi, Oke!
Sekarang pergilah mandi sana. Pergi, pergi!"
Tubuh Matsuri di dorong-dorong oleh Kay untuk keluar dari kamar.
Dengan perasaan menggelikan Matsuri melangkah kekamar mandi dan
menggantung semua pakaiannya di belakang pintu. Dengan semangat
Matsuri menyalakan shower dan mandi beberapa lama. Setidaknya
mandi kali ini akan membuat tidurnya semakin nyenyak, dia tidak akan
bisa tidur seandainya sisa Make Up dan beberapa Spray yang membuat
rambutnya mengeras masih belum di bersihkan. Sebenarnya Matsuri
benar-benar ingin berlama-lama di sirami air, tapi mengingat Kay
menunggu makan malam buatannya, ia segera menyelesaikan
mandinya secepat mungkin dan mengenakan pakaian yang Kay berikan.
Sebuah long blouse berlengan pendek terbuat dari katun asli terlihat
sangat pas dengan ukurannya. Pengganti gaun tidur yang lumayan
nyaman. Semula Matsuri mengira Kay memberikan piama kepadanya
karena kerah shanghai dan kancingnya mengingatkan Matsuri pada
piama. Tapi blouse ini tidak di sertai piama. Kancing yang berbaris
bebeberapa butir di bawah kerahnya hanya aksen yang melengkapi saja
karena di bagian punggung, ada sebuah resleting panjang sampai ke
pinggul untuk memudahkannya memakai blouse itu.. Sulaman M&K
yang besar itu menghiasi bagian dada membuat Matsuri tersenyum
setiap kali melihatnya. Kay bilang dia juga punya" Punya Gaun yang
seperti ini" Matsuri tertawa.
"Neechaan sudah selesai belum" Kalau sudah giliranku!"
Suara Kay di depan pintu lantang diiringi ketukan brutalnya.
Matsuri mendengus. "Iya sebentar!" Ia lalu membungkus rambutnya
dengan handuk dan melemparkan pakaian kotor ke dalam keranjang di
sudut ruangan. Dengan suasaana hati yang lebih baik, Matsuri keluar
dari kamar mandi dan mempersilahkan Kay masuk. Ia lalu berusaha
sepenuh hati membuatkan Omlet yang enak dengan bahan-bahan yang
sudah Kay beli lalu menyajikannya di atas meja. Matsuri kemudian
duduk sambil memandangi dua piring omlet yang sudah membuat
perutnya bernyanyi-nyanyi. Kay ternyata juga punya perasaan, dia
sama sekali tidak berlama-lama di kamar mandi seperti dugaannya.
Anak itu keluar dalam keadaan lebih segar, rambut panjangnya di ikat
dengan baik, selain itu Kay menggunakan t-shirt hitam dengan celana
yang memiliki warna dan motif yang sama dengan blouse yang Matsuri


Beauty Honey Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pakai. Sebelum Kay duduk, Matsuri memandanginya dengan seksama.
Sulaman M&K di celananya ada di bagian lutut sebelah kanan.
"Jadi ini yang kau punya" Kenapa cuma buat celana?"
"Aku mau buat piama, tapi aku tidak suka tidur pakai piama. Tshirt lebih
nyaman." Kay duduk menghadap piringnya dan bersiap
memegang garpu dengan senyum mengembang. "Ayo Makan!"
Katanya dengan riang. Makan malam pertama sebagai pengantin baru, Kay terus
mengomentari banyak hal sambil terus mengisi mulutnya dengan
suapan-suapan besar omelet. Dalam waktu singkat Kay sudah
menghabiskan Omelet di piringnya dan pindah menyantap omlet di
piring Matsuri. Semula Matsuri merasa kesal karena makannya di
ganggu, tapi lama-lama dia bisa menerima sikap Kay dengan perasaan
terbuka. "Masih lapar?" Tanya Matsuri, ia sudah berhenti makan dan
membiarkan Kay menghabiskan semua omlet yang masih tersisa di
piringnya. "Ini sudah cukup!"
"Kalau begitu cepat habiskan. Aku mau mencuci peringnya!"
Kay bergerak semakin cepat sampai omletnya benar-benar habis
lalu mendorong piringnya menjauh, Matsuri mengemasi semuanya dan
memindahkannya ke tempat cuci piring yang ada di sebelah meja
makan. Sebagai perempuan satu-satunya dan anak yang tertua, soal
urusan dapur bukanlah masalah yang besar bagi Matsuri, ia terbiasa
melakukannya dengan hati-hati.
"Bagaimana rasanya" Pakaiannya nyaman?" Tanya Kay.
Matsuri tidak menoleh, tapi dia tau Kay mendekat. "Nyaman sekali
untuk tidur. Terima kasih!"
"Tapi, Neechan malam ini kau tidak boleh memakainya untuk
tidur!" Matsuri mematung, Kedua tangan Kay memeluk tubuhnya dari
belakang. Kata-kata yang di bisikkan Kay tadi benar-benar berhasil
membuatnya merinding. Bab. 22 "Kau mau apa?" "Ini malam pertama kita kan" Aku sudah bilang pernikahan kita ini
serius, jadi aku boleh meminta hak ku kan?"
Nyaris saja Matsuri tidak bisa berkata-kata, tapi ia berusaha
menyelesaikan pekerjaannya secepat mungkin sambil berdehem dan
terus bicara meskipun ia merasakan resleting yang berada di
punggungnya di buka perlahan-lahan. "Kau yakin dengan ini?"
"Kau mengerti, kan" Untuk apa aku menyewa flat dengan satu
kamar dan satu ranjang" Untuk apa aku menghabiskan waktu di Paris
selama sebulan. Aku nyaman bersamamu dan serius untuk
menjadikanmu pendampingku selamanya."
Kedua tangan Kay menelusup masuk melalui bagian yang di buka
nya dan mulai membelai apapun yang bisa di sentuhnya. Ia bisa
merasakan Nafas Matsuri yang mulai tidak teratur, tapi gadis itu tidak
menolak. Matsuri tau benar kalau melayani Kay adalah kewajibannya
dan Kay tidak pernah mengatakan kalau pernikahan ini hanya berpurapura. Ini
pernikahan sebenarnya dan kesepakatannya sejak awal adalah
begitu. Mereka menikah karena saling merasa nyaman dan akan
berusaha mempertahankan kenyamanan itu selamanya. Walaupun tadi,
Kay baru saja melampiaskan semua kesedihannya di pesawat, Kay akan
tetap melakukannya kepada Matsuri karena ia tidak sedang bercanda
dengan pernikahan ini. Pernikahan ini sama sekali bukan permainan
meskipun tujuannya terdengar sangat tidak serius.
"Bagaimana" Neechan akan melakukannya untuk pernikahan ini?"
Matsuri terlihat kikuk. Tapi sejurus kemudian ia mengangguk. Kay
mengeluarkan tangannya dan membalik tubuh istrinya agar
menghadap kepadanya, tapi Matsuri benar-benar menunduk dalam dan
tidak sanggup memandang wajah Kay. Kay tau Matsuri sedang shock
dengan setiap sentuhannya. "Neechan. Kita coba untuk bahagia melalui
pernikahan ini. Kita lupakan semua masalah kita, karena kita bersamasama untuk
membuat kenangan baru dan melupakan nasib buruk yang
menyelubungi kita." "Iya, Aku tau!" Jawab Matsuri parau, ia masih menunduk.
Kay kemudian menggandeng tangan Matsuri menuju kamar, mau
tidak mau Matsuri harus siap dengan ini karena dia sendiri juga sudah
menduga cepat atau lambat ini semua akan terjadi. Mustahil bisa
menghindari ini bila harus hidup bersama dalam waktu yang lama.
Kamar ternyata sudah memiliki cahaya lain, bukan cahaya lampu
seperti saat pertama kali mereka memasukinya. Suasana romantis
menyeruak dari wangi-wangian lilin Aromatherapy beraroma rose.
Matsuri harus juga siap saat Kay menanggalkan semua pakaiannya,
menyentuh seluruh tubunya lalu membawanya ke tempat tidur.
Ada perasaan yang tidak bisa di mengerti saat ia dan Kay
berciuman, saat Kay meremas pinggulnya, menggigit payudaranya.
Matsuri benar-benar berusaha menahan airmatanya untuk tidak
mengalir, berusaha mengalihkan isakannya menjadi desahan dan
berusaha agar Kay tidak mengetahui ketidak siapannya. Semuanya
berlangsung begitu saja tanpa perasaan yang mendalam dan dengan ini
Matsuri mengerti arti dari pengabdian. Melayani seorang laki-laki yang
tidak di cintai baginya benar-benar menyedihkan meskipun Kay selalu
berusaha untuk tidak menyakitinya dan bertindak sehati-hati mungkin.
Setidaknya ia masih bersyukur karena Kay tidak memaksanya untuk
melakukannya berkali-kali, laki-laki itu kini berbaring di sebelahnya
sambil menggenggam tangannya erat-erat.
"Neechan, "Bisiknya. "Apa aku terlalu memaksa?"
"Bagaimana dengan perasaanmu sendiri" Kau juga sedang
memaksakan diri." "Apa aku menyebut nama orang lain?"
Matsuri menggeleng, Kay menyebut-nyebut Neechan beberapa kali.
Hanya Matsuri yang di panggilnya Neechan dalam hal ini. "Tidak!"
"Tapi kau menyebut nama orang lain!"
Matsuri terbelalak, ia sempat memikirkan Arata, memikirkan
kekecewaannya, memikirkan rasa sakit hatinya. Semua tentang Arata
memang sengaja di hadirkannya kembali dengan harapan ingataningatan tentang
laki-laki itu bisa menguap pada saat bercinta tadi dan
itu cukup berhasil meskipun tidak sepenuhnya. Matsuri melepaskan
tangannya dari genggaman Kay dan berbalik membelakanginya. "Maaf,
aku hanya..." Matsuri tidak tau harus mengatakan apa, ia sedang
memikirkan kata-kata lain yang sekiranya bisa Kay terima. Tapi
seharusnya tidak ada yang perlu di sembunyikan dari Kay karena lakilaki itu
pasti mengerti bagaimana perasaannya. "Aku berusaha
menggantinya denganmu, mengubah Arata menjadi Kay. Aku
mengucapkan namanya sama sekali diluar kesadaran." Matsuri
menghela nafas berat, buliran airmata penyesalan jatuh begitu saja dan
membuat dadanya semakin sesak. Tapi kehangatan tubuh Kay
menjalarinya, laki-laki itu memeluknya, membelai punggungnya,
mencumbu bahu dan lehernya, Ia benar-benar berusaha menyatukan
tubuhnya dan tubuh Matsuri sehingga benar-benar rapat, Punggung
bertemu dada, paha bertemu paha, Kay benar-benar mengikuti lekuk
tubuh Matsuri yang agak meringkuk. Kedua lengannya menekan perut
dan dada gadis itu agar Matsuri tidak bergerak dan terus berada di
dekatnya. "Apa itu berhasil?" Bisiknya.
Matsuri menelan ludah, berusaha menenangkan dirinya. "Sedikit!"
"Kalau begitu kita akan sama-sama berusaha. Sekarang tenanglah,
Kau tidak perlu merasa gugup lagi. Aku harap malam ini benar-benar
bisa menghancurkan lapisan-lapisan yang masih menghalangi kita.
Tidurlah, Neechan!" Nafas Kay bagaikan detak jarum jam yang sama teratur dengan
debaran jantungnya. Semuanya bisa memberi ketenangan yang lebih
sehingga Matsuri mampu memejamkan matanya dengan damai. Walau
bagaimanapun, baik hatinya dan hati Kay sedang sama-sama terluka
dan mereka bersepakat untuk berusaha menyembuhkannya bersamasama. Meskipun ada
sebuah perasaan buruk merasuk, tapi kenyamanan
itu sudah berhasil menanganinya dengan baik hingga sekarang,
keduanya bisa terlelap dengan tenang bersama-sama.
Bab. 23 Hampir setiap pagi Matsuri harus melayani permintaan Kay
tentang secangkir kopi buatan rumah. Ternyata Kay sengaja membawa
kopi sendiri dari Jepang demi menikmati minuman yang katanya sudah
menjadi pavorit semenjak ia kembali dari Fukuoka waktu itu. Khusus
untuk pagi ini, Matsuri bukan hanya harus meracik secangkir kopi
buatan rumah dan membuat sarapan pagi saja, tapi juga harus
mendengar Kay mengomel-ngomel karena ia menolak untuk di ajak
keluar. Matsuri hanya ingin istirahat di flat karena semenjak tiba di
Paris ia selalu mengikuti Kay pergi kemana-mana dan hanya berada di
Flat saat malam sampai pagi hari, dan pada waktu seperti itupun di
sama sekali tidak bisa istirahat karena Kay selalu mmbujuknya untuk
bercinta. Jam di dinding sudah menunjukkan pukul tiga sore waktu
setempat, seharusnya Kay sudah berangkat karena ia janji bertemu
teman Italianya pada jam segini. Tapi laki-laki itu masih mengikuti
Matsuri kemanapun ia melangkah, kekamar mandi, mesin cuci, dapur,
kamar, akhirnya Matsuri berhenti bergerak lalu memandang Kay
dengan perasaan putus asa.
"Aku sedang ingin di rumah hari ini. Ingin istirahat, apa kau tidak
bisa mengerti?" "Ya, aku mengerti. Sejak datang ke Paris aku selalu membuatmu
lelah kan" Tapi temanku kali ini adalah orang yang punya andil penting
untuk acara puncak nanti malam. Kau tidak akan menolak untuk datang
nanti malam juga kan" Aku sudah menyiapkan gaun untukmu karena
kau akan ku bawa naik kepanggung bersamaku. Semua orang harus tau
kalau aku sudah menikah!"
Matsuri mendesah. Ia jadi ingin segera pulang ke Tokyo karena
waktu-waktu di Paris sangat melelahkan. Jalan-jalan d Tokyo lebih
menyenangkan daripada di Paris meskipun tempat ini sangat indah.
Semua tempat wisata sudah di datanginya dan sangat mudah
membuatnya bosan. Matsuri meragukan kalau ia akan bisa bertahan
beberapa minggu kedepan untuk terus berlama-lama di Paris.
"Neechan, ayolah!" Kali ini Kay merengek.
Setiap kali Kay memanggilnya dengan sebutan itu, Matsuri selalu
luluh. Semenjak seks yang pertama Kay tidak pernah memanggilnya
Neechan lagi karena menurutnya ia tidak akan nyaman bila harus
bercinta dengan perempuan yang selalu di panggilnya kakak. Mungkin
ini yang pertama kali semenjak itu. "Baiklah!"
Kay mendekat lalu mencium bibirnya, dan setiap Kay melakukan
itu Matsuri harus merasa Shock. Sudah terlalu sering dalam beberapa
hari ini Kay bertidak seperti itu dan Matsuri tidak punya alasan untuk
menolak. Kay selalu membantah dengan alasan yang tidak bisa di
patahkan. "Malam ini pulang jam berapa?"
"Tidak akan terlalu malam, aku pastikan! Setelah semua busana
karyaku keluar, kita akan pulang karena aku tidak akan membiarkanmu
lelah." Dia tersenyum, dan Matsuri selalu berusaha untuk memahami
semua tingkah lakunya. Tapi meskipun lelah Matsuri tidak pernah
sekalipun merasa menyesal menuruti semua permintaan Kay. Laki-laki
itu tidak memberikannya kesempatan untuk mengganti pakaian, Kay
hanya memberikannya sebuah mantel hitam untuk melapisi blouse rajut
berlengan pendek yang selalu di kenakannya di rumah. Mantel yang
Kay beli di Paris untuknya dan senada dengan Jas yang di kenakannya
sekarang. Begitu keluar dari bangunan itu, Matsuri bisa merasakan
udara dingin menerpa pahanya sehingga ia merapatkan mantelnya.
Beruntung Kay membelikannya Mantel yang panjang sampai lutut
sehingga rasa dingin itu sedikit banyak bisa di atasi. Kay mengajaknya
menuju suatu tempat dengan taksi, dan begitu sampai Matsuri baru
mengetahui bahwa lokasi yang di tuju adalah sebuah Hotel mewah
dimana semua acara malam ini akan di adakan. Kay mengajaknya
menuju kesebuah ruangan dimana banyak orang berkumpul lalu duduk
di kursi kosong yang tersisa. Matsuri mendengarkan Kay berbicara
dengan beberapa orang dalam bahasa Prancis, bisa di pastikan kalau ia
sedang memperkenalkan Matsuri kepada teman-temannya karena di
sela-sela obrolannya mereka menyapa Matsuri dalam bahasa Jepang
yang pas-pasan. Walau bagaimanapun Matsuri berusaha bersikap sopan
dengan tersenyum, membalas jabatan tangan, bahkan sampai
menundukkan badan sebisanya kepada semua teman-teman Kay.
"Mereka semua desainer juga?" Tanya Matsuri setelah Kay terlihat
lebih tenang dan tidak sedang berbicara dengan siapapun, mereka
hanya memperhatikan banyak orang yang mondar-mandir mengurusi
perlengkapan di panggung yang ada di hadapan mereka. Catwalk
benar-benar sedang di dandani semewah mungkin.
"Ada beberapa yang bukan. Kebanyakan desainer menyiapkan
karya yang mau mereka tampilkan malam ini!"
"Lalu kau" Tidak bersiap-siap juga" Teman yang yang akan kau
temui siapa?" "Lukav, dia orang penting yang membantuku menyiapkan
semuanya. Jadi aku hanya perlu mempersiapkan istriku.
Khe...khe..khe..." Kay terkekeh membanggakan kecurangannya
membuat Matsuri berdesis. Kay lalu kembali diam karena Matsuri sama
sekali tidak bertanya lagi. Ia memperhatikan orang-orang yang berlalu
lalang dengan teliti dan melupakan kalau Kay ada di sampingnya.
Mungkin di kepalanya Matsuri sedang berusaha menerka kepribadian
orang-orang yang menarik hatinya. Hati Kay mendadak kecut karena ia
tahu Matsuri tidak bersikap seperti biasa disebabkan oleh pemaksaan
yang di lakukan olehnya seharian ini. Matsuri tidak mau mengobrol
banyak dan lebih memilih untuk memperhatikan orang lain.
Bab. 24 Lukav juga membuatnya menunggu terlalu lama. Laki-laki Italia
yang juga merupakan orang kepercayaan ibunya itu sudah mengirim
pesan kalau ia akan terlambat menemui Kay karena masih sangat
banyak yang harus di urus. Tapi sedikitpun Kay tidak mau memberi tau
Matsuri keadaan yang sebenarnya. Kay terus memandangi istrinya yang
kelihatannya mulai merasa bosan dan hal ini cukup menambah
kekhawatirannya. "Honey, Apa kau tidak merasa panas?" Kay bertanya sambil
mendekatkan kepalanya kebahu Matsuri.
Matsuri menoleh. "Ruangan ini pakai AC, mana mungkin bisa
kepanasan. Aku saja masih merasa dingin"
"Tapi disini banyak orang. Wajar kalau aku merasa panas. Kau
punya ikat rambut tidak" Mudah-mudahan panasnya bisa berkurang
kalau aku mengikat rambut."
"Matsuri menggelengkan kepalanya lalu kembali memperhatikan
orang-orang. Beberapa saat kemudian ia melepaskan ikat rambut yang
membebat rambutnya dan menyodorkannya kepada Kay. "Pakai ini ini
saja!" "Kalau begitu bantu aku mengikat rambutku!"
Kay mendengar Matsuri mendesah, meskipun begitu Matsuri tetap
berdiri dari tempat duduknya dan berpindah ke belakang Kay untuk
membantunya mengikat rambut. Matsuri sangat memanjakannya dan
Kay sangat suka menikmati itu. Ia tidak bisa membayangkan bila tadi
Matsuri tetap berkeras untuk tidak ikut, mungkin dirinya akan sebatang
kara disini. Tidak, akan banyak orang yang menghampirinya tapi tidak
akan sama karena hanya Matsuri yang membuatnya merasa nyaman.
Setiap sentuhan Matsuri di kepalanya memberikan kehangatan dan itu
juga merupakan bentuk kenyamanan. Kay tersenyum menikmati kasih
sayang istrinya. Matsuri menyudahi pekerjaannya dengan menepuk bahu Kay
menggunakan kedua telapak tangannya. Tapi begitu ia akan kembali


Beauty Honey Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

duduk, tampat duduknya di isi oleh orang lain. Matsuri lagi-lagi
mendesah kesal, karena Kay membuatnya kehilangan tempat duduk. Ia
memandang berkeliling mencari tempat dimana dia bisa duduk, tapi
pandangannya berakhir pada wajah Kay yang menengadah
menatapnya. "Aku tunggu di luar saja!" Kata Matsuri.
Kata-kata itu membuat Kay kecewa, ia tidak mau di tinggal
sendirian disini. Kay berusaha menyelipkan tangannya di pinggang
Matsuri dan membiarkannya duduk di pangkuannya, tiba-tiba saja
fikirannya melayang kepada Ivea yang pernah di pangku Nathan,
kenangan yang membuatnya merasakan lagi kesedihan yang sudah di
lupakannya belakangan ini. Suara Matsuri membuat Kay kembali
terbangun dari kenangan buruknya, ia berusaha mengumpulkan
kembali indranya dan memberikan senyuman kepada Matsuri.
"Duduk disini lebih baik, Honey!"
"Apa kau tidak malu, semua orang melihat kita!"
"Memangnya kenapa?" Tanya Kay sengit. "Semua orang disini tau
kau adalah istriku. Dilarang menolak Neechanku!"
Matsuri lagi-lagi menyerah. Ia membiarkan Kay melakukan semua
yang di inginkannya, hanya di pangku dan seharusnya tidak jadi
masalah. Kay bahkan melakukan hal yang lebih dari ini hampir setiap
malam. Perhatiannya teralih saat mendengar seseorang berdehem lalu
berbicara dalam bahasa Prancis. Orang itu adalah orang yang sangat
Kay kenal, Bianca Karta dan di belakangnya putri kesayangannya
menyertainya, Ivea. Kay terperangah dan Matsuri memandang Kay
sejenak sebelum mengembalikan pandangannya kepada Ivea dan Bian
secara bergantian. Matsuri tidak mengerti bahasa Prancis, tapi ia
mengerti saat Bian menyapanya dalam bahasa Jepang yang fasih.
Wanita itu bukan hanya cantik, tapi juga cerdas karena sepertinya tidak
hanya menguasai satu jenis bahasa.
"Kau rupanya wanita yang sial menikah dengan laki-laki ini!" Bian
berbicara sambil memandang Kay dengan tatapan pura-pura sinis.
"Apa yang kau katakan?" Desis Kay. "Dia adalah wanita paling
beruntung di dunia karena menikah denganku!"
Bian tertawa terbahak-bahak sambil menutupi mulutnya dalam
jarak yang tidak begitu dekat dengan telapak tangannya. "Ya, Baiklah.
Tapi siapa nama istrimu ini" Dia sepertinya orang yang cerdas. Ada apa
di kepalanya sehingga ia mau menikah denganmu!"Bian lalu
memandang Matsuri sambil menyentuh kepalanya. "Sayang, kepalamu
tidak sedang terbentur, kan?"
Matsuri lalu tersenyum tidak mengerti sambil menoleh kepada Kay
minta penjelasan. Spontan tawa Bian terdengar lagi. "Kau bingung
dengan perbincangan ini ya" Aku da Kay bersahabat sudah sangat lama,
jadi kau jangan heran kalau aku selalu mengatainya dengan berbagai
cara. Tapi walau bagaimanapun kau adalah orang yang beruntung
diantara sekian banyak wanita yang dekat dengannya. Karena kau satusatunya yang
di nikahinya." "Terima kasih!" Hanya itu yang bisa Matsuri katakan. Ia tidak tau
harus berkata apa selanjutunya.
Bian kembali berbicara. "Kau jahat sekali pergi sebelum aku datang.
Aku sangat kecewa karena begitu tiba di Tokyo kalian sudah tidak ada.
Sekarang kau harus membayar semuanya. Kalian tinggal dimana?"
"Kami menyewa sebelah flat..."
"Aha!" Bian berseru. "Kau memilih flat" Sejak kapan begini"
Biasanya kau selalu memilih hotel mewah kalau ke Paris!"
"Hotel bisa membuatku banyak kehilangan kesempatan, Aku tidak
bisa tidur kalau belum makan masakan istriku. Aku tidak bisa
membersihkan rumah bersama, tidak bisa bercinta di dapur..." Kay
berusaha menahan teriakannya saat merasakan cubitan Matsuri yang
panas di pahanya. Matsuri mulai bisa merasakan kalau Kay berusaha
menyakiti Ivea lagi dengan kata-katanya. Gadis itu memandang Kay
seolah-olah sedang mengatai Kay yang sangat kekanak-kanakan. Kay
menutupi ekspresi Matsuri itu dengan sebuah ciuman lembut di pipinya.
Matsuri semakin terperangah dan Kay semakin senang. Entah senang
karena apa, karena bisa melakukan itu di depan Ivea dan membuat Ivea
menyesal karena membuatnya terlalu lama menunggu atau karena
Matsuri. "Kenapa?" Bian melanjutkan pembicaraan mereka yang terputus
sambil memadang Matsuri dengan serius, ia lalu tertawa dengan
anggunnya. "Aku mengerti, soal kata-kata yang seharusnya jadi rahasia
itu" Aku mengerti karena pengantin baru selalu memiliki hasrat dimana
saja! Jadi sayang, kau pandai memasak?"
"Aku bisa, tidak pandai!"
"Kalau begitu besok malam kami bisa datang ke flatmu" Undang
kami makan malam." Matsuri memandang Kay meminta izin, "Kalau aku sama sekali
tidak keberatan..." "Tapi aku yang keberatan!" Kay menyela. "Kenapa harus malam"
Siang atau pagi saja tidak bisa?"
Bab. 25 "Kau seharusnya tidak mengatakan itu kepadanya!" Matsuri
menggeram saat ia dan Kay berada di salah satu Kamar hotel. Lukav
baru saja pergi beberapa saat yang lalu setelah mengantarkan beberapa
potong gaun yang mungkin akan di pakainya untuk mendampingi Kay
di atas catwalk nanti. Memangnya kapan ia dan Kay pernah bercinta di
dapur dan Kapan ritual masak besama itu terjadi" Kay selalu nonton
televisi setiap kali Matsuri memasak untuknya dan baru kedapur saat
ingin minum atau makan. Semua kata-kata bohong Kay itu sama sekali
bukan masalah besar baginya, tapi pasti sudah jadi masalah besar bagi
Ivea. Gadis itu bukanlah orang yang bisa menyembunyikan
perasaannya karena apapun yang di rasakan oleh hati akan tergambar
jelas di wajahnya. Tidak bisa di pungkiri kalau Matsuri merasa bersalah setiap kali
melihat kekecewaan di wajah Ivea. Satu bulan lalu, gadis itu jatuh
pingsan dan di bawa ke rumah sakit karena kecewa saat mengetahui
Kay akan segera menikah dengannya, saat hari pernikahan Ivea juga
hampir saja menangis karena melihat perlakuan Kay kepadanya dan
hari ini juga sama. Perasaan cinta tidak bisa hilang begitu saja dalam
sebulan, apalagi bila sering bertemu. Matsuri saja masih belum bisa
melupakan rasa cintanya kepada Arata meskipun mereka sudah
berbulan-bulan tidak bertemu dan selama itu juga tidak pernah
mendengar kabarnya. "Aku sudah bilang, kan" Berhentilah berfikir
untuk membalas dendam. Kau selalu berusaha untuk menyakitinya
setiap kali bertemu!"
Kay yang berbaring di ranjang mendesah halus. "Aku juga tidak
bermaksud begitu. Semuanya keluar begitu saja. Setiap kali melihatnya
aku merasa kesal dan selalu ingin marah!"
"Karena dia datang terlambat sedangkan kau sudah terlanjur
memilihku" Aku sudah bertanya padamu waktu itu, apakah kau yakin
dengan pernikahan kita ini" Aku juga sudah bilang, belum terlambat
kalau kau ingin bersamanya sebelum pernikahan kita di langsungkan!"
"Neechan, kenapa kau selalu mengatakan itu" Aku merasa kesal
bukan karena menyesal sudah memilihmu. Lebih dari itu, aku bertepuk
sebelah tangan dalam waktu yang sangat lama. Aku harus melihatnya
bersama orang lain dan tetap tersenyum. Aku harus mendengar semua
ceritanya tentang Nathan dan menahan perasaan marah. Mau tidak mau
aku harus mengubah semua kebiasaan, merasakan suasana hati yang
buruk karena merasa bersalah terhadapnya, aku bakan tidak bisa
mengerjakan semua pekerjaanku secara professional setiap kali
bersamanya, aku melalaikan banyak hal hanya untuk melakukan
sesuatu yang terbaik untuknya. Aku sudah mengorbankan semuanya
dan dia masih harus berfikir panjang untuk memilihku" Itu yang
membuatku kesal, bukan dirimu, Neechan!"
Matsuri melepaskan nafasnya perlahan, dadanya mulai terasa
sangat sesak karena untuk pertama kalinya Kay berbicara dengan penuh
amarah di hadapannya. Tapi sampai kapanpun Matsuri cukup dewasa
dan bijaksana untuk tidak mengeluarkan air mata karena ini. Tidak ada
sepatah katapun yang keluar lagi dari mulutnya karena diam selalu bisa
jadi jalan keluar yang terbaik. Ia tidak mau bertengkar dan tidak akan
pernah membalas semua kata-kata Kay. Meskipun ia sangat ingin
mengatakan kalau Kay keterlaluan karena memandang semua hal itu
hanya dari sisinya sendiri. Ivea pasti juga punya alasan tentang semua
itu. Pasti ia punya alasan. Mengapa Matsuri selalu perduli dengan
perasaan Ivea" Karena ia sudah terlanjur menempatkan diri sebagai Ivea
sejak bertemu dengan gadis itu pertama kali, seperti yang selalu di
fikirkannya kalau ia sebenarnya tidak membutuhkan Kay, tidak juga
merasakan perasaan apa-apa. Tapi gadis itu pasti sebaliknya,
membutuhkannya dan mencintainya. Laki-laki bodoh ini sudah
menerbangkan kesempatannya untuk bersama dengan orang yang
dicintainya demi hidup bersama seorang perempuan yang punya luka,
yang tidak mencintainya dan mencintai orang lain. Semula Matsuri fikir
ia dan Kay memang sama, tapi ternyata Kay masih memiliki banyak
kesempatan sedangkan dirinya tidak. Matsuri memejamkan mata. Ia
berusaha untuk tidur dan berharap perasaan galaunya menghilang
begitu ia terbangun nanti.
Bab. 26 Matsuri benar-benar kehilangan kesadaran dan baru terbangun saat
alarm ponselnya bordering. Dengan masih memejamkan mata, ia
berusaha meraba-raba sumber bunyi dan menyentuhnya, tapi ada
sesuatu yang menempel di ponsel itu. Matsuri membuka matanya lebarlebar dan
menonaktifkan alarm ponsel dan tanpa sengaja mmandang
wallpaper ponsel yang sudah berganti dengan foto preweddingnya
bersama Kay. Ia segera menghentikan lamunannya lalu duduk dan
membaca Note yang menempel di ponselnya, memo dari Kay.
Honey, Maaf mengganggu tidurmu dengan alrm. Ini sudah saatnya
kau bangun dan bersiap-Siap. Aku menunggumu di ruang ganti
yang ada di belakang catwalk karena aku tidak bisa membiarkan
Lukav mengerjakan semuanya sendiri.
Yar Husband! ^_^ Cih, Matsuri berusaha menahan tawanya. Kay masih berusaha
menjadi suami yang baik sampai dengan saat ini dan sepertinya ia harus
menghargainya. Tiga buah gaun yang tergeletak di atas sofa yang
berada di dekat Jendela ditatapnya berlama-lama. Matsuri akan memilih
yang paling di sukainya. Ia turun dari ranjang dan mendekati semua
gaun yang di antarkan oleh Lukav dan pilihannya jauh kepada gaun
berlengan ? dengan efek semi balon. Gaun berbahan polyester
berwarna krem itu di hiasi dengan detail lace berwarna gun silver pada
placket leher dan bagian bawah dada sehingga Matsuri seolah-olah
sedang menggunakan Obi. Dia seorang wanita Jepang dan sangat
tertarik dengan gaun yang menggambarkan ciri bangsanya meskipun
gaun dengan panjang badan 83 cm itu masih jauh dari kimono. Saat
mengenakannya tiba-tiba saja Matsuri merasa ragu, Gaun dengan
potongan pensil itu membuat tubuhnya kelihatan lebih berlekuklekuk.Tapi Matsuri
tidak akan menanggalkannya karena hanya gaun itu
yang cocok dengan kacamatanya. Ia tidak akan melepaskan
kacamatanya kecuali saat mandi ataupun tidur. Sebuah sepatu model
lancip dengan slingback dan di hiasi detail anyam pada bagian Upper
menjadi pilihannya karena itu adalah sepatu yang memiliki Hak paling
rendah. Matsuri tidak akan mengambil resiko bila ia harus terjatuh dan
membuat Kay malu di atas catwalk nanti.
Lalu bagaimana dengan rambutnya" Mungkin Matsuri akan
membiarkan rambutnya yang mulai memanjang itu di urai saja karena
ikat rambutnya sedang di pakai Kay. Sebelum keluar dari kamar,
Matsuri memasukkan ponsel dan dompetnya kedalam sebuah tas pesta
berwarna senada dengan sepatunya lalu kembali mematut dirinya di
cermin. Ia sudah kelihatan lebih baik, tidak terlalu berlebihan dan
elegan. Meskipun Kay sangat menyukai kemewahan ia tidak akan
membuat penampilannya kelihatan memalukan hanya karena berusaha
menyesuaikan diri dengan Kay. Inilah dirinya dan dia siap untuk
beranjak menuju Suaminya. Langkah demi langkahnya yang memang
sudah teratur menelusuri koridor dengan iringan tatapan beberapa
orang, begitu juga saat ia menaiki lift menuju Aula. Tiba-tiba saja
Matsuri merasa dandanannya mungkin aneh bagi banyak orang.
Kepalanya berputar mencari Kay yang mungkin sedang sibuk tapi ia
tidak perlu bersusah payah karena tiba-tiba saja Kay mendekatinya.
"kau hampir terlambat. Sebentar lagi kita akan berjalan bersama di
atas catwalk !" "Dandananku aneh tidak?"
Kay mengamati Matsuri dari ujung kaki hingga kepala dengan gaya
khasnya. Tidak hanya itu, ia memutar-mutar tubuh istrinya beberapa
kali dan baru berhenti saat Matsuri protes.
"Aku jadi pusing!"
"Oke, Ini dirimu yang sebenarnya Neechan" Kau terlihat sangat
sederhana!" Kata Kay setelah ia berusaha mencari celah dari
penampilan istrinya. "Tapi ku rasa aku tidak salah memilih istri! Kau
tetap cantik dan apa adanya dan aku tidak akan mengedit apa-apa."
Bab. 27 Bian berjalan cepat di ikuti oleh Ivea dengan membawa beberap
barang-barang dalam kantong plastik. Pagi ini ia memang datang tanpa
izin ke flat yang Kay sewa bersama istrinya. Dia tidak merasa sedang
melakukan kesalahan karena saat itu Matsuri mengatakan Bian boleh
datang kapan saja dan Kay tidak setuju bila ia datang pada malam hari.
Ia berdiri di depan gedung berlantai tiga itu, lokasi yang Kay pilih
sangat sepi, sangat jarang terlihat orang yang berlalu lalang di jalan ini.
"Mom, kita pulang saja!" Ivea mengeluh.
"Kenapa" Kau mau terus-terusan begini" Kau harus membiasakan
diri karena suatu saat nanti kau pasti akan sering bertemu dengan Kay.
Kay tidak akan pernah berhenti dari pekerjaannya dan kau juga tetap
harus menjadi desainerkan" Kalau kau terus berusaha menghindarinya
hatimu tidak akan sembuh!"
Kata-kata Bian kali ini cukup tegas. Ia tidak akan melakukan semua
ini jika bukan karena Ivea yang terus-terusan bersedih. Ivea harus bisa
berbesar hati dengan pernikahan Kay, harus bisa menerima Matsuri
sebagai seorang teman dan harus mampu bertemu dengan Kay tanpa
menggunakan perasaan apa-apa. Semenjak hari pernikahan Kay, Ivea
semakin sering murung dan berkali-kali kepergok menangis. Ia memang
bisa menyembunyikannya dari Nathan tapi tidak dari Bian. Percuma
saja Bian menyebut dirinya sebagai seorang ibu jika tidak bisa
memahami perasaan putrinya.
Bian dan Kay dulu juga pernah begini, tapi Bian selalu berusaha
untuk tidak melibatkan kebenciannya setiap kali bertemu dengan Kay
meskipun pada awalnya ia selalu mengeluarkan kata-kata yang
menyakiti laki-laki itu. Walau bagaimanapun kebersamaan yang berarti
selama sepuluh tahun tidak boleh hancur begitu saja karena satu
masalah yang sama sekali tidak sebanding dan ia berhasil. Maka jika
Ivea adalah putri seorang Biaca Karta dia juga harus mampu untuk
melakukan hal yang sama. Dengan tangkas Bian naik ke lantai tiga dan mengetuk pintu flat
untuk beberapa waktu. Ia tidak harus menunggu lama karena Kay
membuka pintu dengan tampang kusut, kelihatannya baru bangun
tidur. Dengan tatapan kesal ia memandang Bian yang berusaha
memberikan senyum termanisnya pagi ini.
"Tidak usah senyum." Kata Kay. "Kau datang sepagi ini?"
"Kau bilang aku tidak boleh datang malam! Matsuri mana?" Bian
menerobos masuk. Sesuatu yang sudah menjadi kebiasaannya. Ia
menarik tangan Ivea untuk menjelajahi flat yang sederhana itu dan
harus menyesal karena sudah melakukannya. Dari pintu kamar yang
terbuka lebar ia melihat Matsuri sedang tidur nyenyak membelakangi
mereka. Sebuah selimut sutra berwarna merah membungkus


Beauty Honey Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pinggulnya dan memamerkan punggung, lutut juga paha, Bian
memandang putrinya sesaat.
Kay melewati mereka masuk kedalam kamarnya dan
membangunkan istrinya dengan sentuhan-sentuhan lembut. Ia berbisik
dan Bian bisa mendengarkan Kay memanggilnya sayang. Tubuh
Matsuri bergerak menelentang memperlihatkan tubuh bagian atas yang
tidak terbungkus. Tangan Kay menutupi kedua payudaranya dengan
telapak tangan, kedua mata Matsuri berusaha terbuka selebar mungkin
dan bertanya ada apa, ia masih lelah, dan seterusnya.
Ivea menggenggam lengan Bian erat-erat. Bian tau kalau Ivea ingin
keluar dan menangis sepuasnya, tapi tidak boleh. Ia harus mampu
menahan semua rasa sakit apapun bentuknya, dengan sering melihat,
Ivea akan jadi terbiasa. "Bian datang. "Kata Kay. Lalu membisikkan sesuatu dengan nada
yang lebih samar. Bian sama sekali tidak bisa mendengar apa-apa. Yang pasti Matsuri
langsung menoleh kearahnya dan berusaha menepis tangan Kay yang
menyentuhnya. Ia menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut dan
berusaha untuk duduk, masih di atas ranjangnya.
"Astaga, aku tidak menyangka kau datang pagi ini. Aku kira kau
datang kemarin lusa jadi aku menunggumu hari itu."
Bian berusaha tersenyum. "Aku baru sempat mengunjungi kalian
hari ini, Aku juga membawakan croissant. Eve, kau letakkan bahanbahannya di
dapur ya?" katanya kepada putrinya lalu kembali
memandang Matsuri lagi. "Aku juga kedapur, tidak apa-apa kan?"
"Ya, silahkan!"
Bian berusaha menyembunyikan perasaan kikuknya. Ia menyusul
putrinya kedapur dan melihat Ivea bersandar ke kulkas. Gadis itu
hampir menangis, tapi sedang berusaha menahannya. Ivea sangat
cengeng dan saat ini adalah saat dimana ia terlihat sangat kuat.
"kau masih bisa tahan?" Tanya Bian lembut.
"Aku tidak tau, Mom. Tapi aku akan berusaha untuk terbiasa."
Bagus, Karena Ivea tidak terisak kali ini. Bian akan terus
melanjutkan semuanya, ia sudah berusaha membuat Ivea sama seperti
dirinya dan itu belum lengkap jika Ivea masih berusaha
menyembunyikan perasaan sedihnya. Bian tidak pernah menyembunyikan perasaan apapun yang membuatnya menjadi bodoh
dan Ivea harus bisa seperti dirinya. Dengan begitu barulah ia akan
menjadi lebih kuat. Mengatasi perasaan adalah permulaannya untuk
bisa menghadapi hal-hal yang lebih besar.
"Aku tidak menyangka kalau kau datang sepagi ini!" Suara Matsuri
terdengar lantang, ia kemudian keluar dari kamarnya dan sudah
memakai sebuah blouse cotton print rumahan yang panjang sampai ke
lutut. Rambutnya sudah di ikat rapi dan ia sudah mengenakan
kacamata seperti yang biasa Bian lihat. Matsuri mendekati mereka dan
tersenyum kepada semuanya. Tidak lama kemudian Kay menyusul dan
langsung masuk ke kamar mandi tanpa berkata apa-apa.
Bian tidak memberi komentar apa-apa, ia meminta Ivea mengambil
sesuatu di mobil sehingga gadis itu lebih leluasa untuk memperbaiki
perasaannya. Setelah Ivea keluar, Bian kembali mengeluarkan semua
barang yang di bawanya dari dalam kantong plastik. "aku fikir, aku
harus membantumu menyiapkan sarapan!" jawab Bian. Ia mendekati
Matsuri yang kelihatannya sedang membuat sesuatu. "Kau membuat
kopi?" "Kau mau" Kay selalu minum kopi setiap pagi!"
"Boleh, kopi buatanmu pasti enak." Bian lalu tersenyum.
"Ivea juga mau?"
"Panggil dia Eve. Kau tidak usah buatkan dia kopi karena putriku
sedang diet! Dia harus menjauhi caffeine."
Matsuri membuat dua cangkir kopi. Kelihatannya dia sendiri juga
tidak minum kopi. Setelah meletakkan kopi racikannya di atas meja
makan ia kembali kedapur dan menyiapkan banyak hal. "Kita harus
masak apa?" "kau bisa buat bubur gandum" Aku membawa semua bahanbahannya. Kau juga makan
bubur gandum kan?" "Aku makan apa saja!" jawab Matsuri dia memberikan sebuah
senyum. "Tapi Kay selau minta di buatkan Omlet setiap pagi."
"Kali ini tidak makan omlet juga tidak apa-apa, kan?"
Matsuri mengangguk, mana mungkin ia membedakan makanan
suaminya dengan makanan tamu-tamunya. Matsuri menerima semua
bahan makanan bawaan Bian dan mulai membuat bubur gandum di
bantu oleh wanita itu. "Ivea benar-bena putrimu?" Matsuri tiba-tiba bersuara setelah
mereka saling diam untuk beberapa saat. "Maksudku, kau terlihat
masih sangat muda!" "Aku senang kalau orang mengatakan aku terlihat muda. Tapi jika
Ivea memang putri kandungku, maka aku melahirkannya pada usia
tujuh tahun!" Bian lalu tertawa. "Dia adalah putri yang ku adopsi. Tapi
aku menyayanginya seperti menyayangi diriku sendiri."
Bab. 28 Bianca menghembuskan nafas, ia memandangi Matsuri dengan
cermat. Matsuri bukanlah wanita yang masuk kedalam kriteria idaman
Kay. Tubuhnya agak lebih berisi dari wanita manapun yang berdekatan
dengan Kay selama ini. Matsuri juga terlalu sederhanadan terlalu
bersahaja, tapi melihat tubuhnya tadi, melihat cara Kay menyentuhnya,
cara Kay memandangnya, ada sesuatu yang berbeda dengan semua
perlakukan Kay kepada wanita-wanita sebelumnya. Selama ini Bian
fikir hanya dialah satu-satunya wanita idaman Kay sehingga Kay
mencintai Ivea karena Ivea sangat mirip dengannya. Tapi setiap kali
melihat Matsuri, Bian rasa dirinya sudah melakukan kesalahan.
"Matsuri, Atau aku harus memanggilmu nyonya Fujisawa
sekarang?" Matsuri tertawa."Kau boleh memanggilku dengan panggilan apa
saja yang kau suka!"
"Baiklah, Matsuri saja kalau begitu!" Ya, Seharusnya memanggil
nama bisa membuat mereka lebih akrab. "Kau tidak merasa kesal
padaku kan" Aku selalu berkata hal yang buruk tentang Kay, maksudku.
Aku dan Kay memang begitu jadi kau tidak mungkin merasa kalau aku
sedang menjelek-jelekkan suamimu, kan?"
"Tentu saja tidak. Kay sudah bilang kalau kau adalah sahabatnya!"
"Yang tadi itu, aku juga minta maaf. Aku tidak bermaksud
melihatmu dalam keadaan seperti itu. Sepertinya aku harus mengubah
kebiasaan sewenang-wenangku yang satu itu."
Matsuri tidak menjawab, ia hanya tersenyum.
Bian mulai merasa nyaman dan berniat melanjutkan ucapannya.
"Kau dan Kay sering melakukannya" Di dapur juga pernah" Seharusnya
aku tidak bertanya, kalian pengantin baru tentu saja begitu. Tapi apakah
kau tau kalau Kay terlalu sering melakukannya dengan banyak wanita?"
Tentu saja Matsuri tau, Kay tidak pernah ragu menyentuhnya
meskipun hatinya sedang memikirkan orang lain. "Aku juga pernah
melakukannya dengan orang lain!" Jawab Matsuri, ia kemudian tertawa
saat melihat Bian terperangah "Kau percaya" Aku tumbuh di asrama,
kehidupanku sebelum bertemu dengan Kay juga selalu berkutat di
asrama, saat kuliah juga tinggal di asrama. mana mungkin aku punya
kesempatan untuk itu!"
"kau hampir membuat Jantungku melompat!" Bian mengurut
dadanya lega. "Kau tidak sedang berfikir kalau aku sedang berusaha
memisahkan kalian, kan" Kay pernah bercerita tentang dia dan Ivea"
Aku tidak bermaksud begitu. Sungguh! Aku hanya ingin putriku
terbiasa melihat kalian bersama supaya dia bisa menyembuhkan luka di
hatinya. Dia selalu bersedih dan aku tidak sanggup melihatnya!"
"Aku juga berfikir begitu. Menurut..."
Matsuri diam saat mendengar pintu kamar mandi terbuka.
Bab. 29 Kay keluar dari kamar mandi lalu melangkah mendekati Matsuri
dan Bian yang sedang sangat sibuk menyusun makanan di atas meja
makan berujuran kecil itu. Ia menatap bubur gandum yang di
hidangkan di atas meja bersama croissant dengan tidak bersemangat
lalu memandang Matsuri dengan tatapan manja.
"Buatkan aku omlet!" Kay lalu menyeruput kopinya dengan
semangat. Dengan patuh Matsuri kembali mendekati kompor dan
membuatkan Omlet untuk Kay. Bian benar-benar tidak habis pikir
dengan Kay, sejak kapan dia minum kopi setiap pagi dan sejak kapan
omlet jadi menu wajib sarapannya" Dan Matsuri, sangat patuh kepada
Kay. Wanita itu mengerjakan permintaan Kay tanpa membantah"
Benar-benar tipikal seorang istri yang baik. Bian sama sekali tidak akan
melakukan hal seperti itu dengan laki-laki manapun, pilihannya untuk
tidak menikah adalah pilihan yang tepat.
"memangnya kalau makan bubur dan croissant kenapa?" Protes
Bian pada Kay yang membuat Matsuri kembali sibuk.
"Aku harus makan masakan istriku sebelum makan yang lain!"
"kalau begitu tidak ada bubur gandum untukmu!" Bian menarik
kembali mangkuk bubur yang ada di hadapan Kay dan membuangnya
di westafel. Tapi kelihatannya itu tidak menjadi masalah yang besar
untuk Kay meskipun ia dapan merasakan kemarahan Bian disana.
Ivea akhirnya datang dan memberikan tas Bian kepada pemiliknya.
Bian mengambilnya dan duduk berhadapan dengan Kay sedangkan
Ivea harus merasa beruntung karena di hadapannya adalah Matsuri.
Meskipun Matsuri adalah wanita yang menyebabkan kesakit hatiannya,
Matsuri sama sekali tidak pernah bertindak buruk kepadanya. Tapi Ivea
masih merasa canggung untuk mengangkat wajahnya dan menatap
wajah ramah Matsuri. Bian menyadari hal itu dan masih berusaha
mencairkan suasana. Ia menggantikan tuan rumah untuk
mempersilahkan makan dan mulai mengobrol lagi.
"Matsuri, pekerjaanmu apa?"
"Aku dulu mengajar di sekolah koshintai, Osaka. Tapi sekarang
tidak lagi!" "Kenapa" Koshintai itu sekolahnya sachi, kan?"
"Iya," Jawab Kay. "Dia pengawas asrama sachi, kami bertemu
disana sekitar empat atau lima tahun lalu!"
"Jadi kenapa kau tidak mengajar lagi, Matsuri?"
"karena aku yang minta!" Kay menyerobot obrolan sekali lagi. "Dia
harus menemaniku setiap saat karena aku tidak suka di biarkan
sendirian!" Kay lalu memandang Matsuri yang mulai melotot lagi.
Kakinya sudah di senggol berkali-kali oleh istrinya. Dengan kesal Kay
menyendok omletnya dengan suapan-suapan besar dan makan dengan
lahap. "Terimakasih atas sarapan hari ini!" Bian masih berusaha bersopan
santun. "Aku harus membalasnya dalam waktu dekat!"
"Kenapa harus berterimakasih" Kalian juga sudah banyak
membantu, semua bahannya kalian bawa sendiri!" Matsuri lalu kembali
menyendok buburnya dengan anggun dan perlahan.
"Aku membawa bahan sendiri karena kedatanganku sangat
mendadak dan tidak memberitahu sebelumnya. Jadi ku kira kalian
mungkin saja tidak punya bahan makanan yang cukup. Kalian disini
untuk berapa lama?" "Sebulan, Karena itu Kay menyewa flat, di hotel bisa menghabiskan
banyak uang karena biaya menginap di hitung permalam, belum lagi
biaya laundry dan makanan yang bisa di pesan seenaknya." Matsuri
mengulangi kata-kata Kay dulu. Kay memandangnya dan mulai ikut
menyendok bubur dalam mangkok Matsuri karena omlet di piringnya
sudah habis. Bian memandangi Kay masih dengan perasaan kesal, tapi Matsuri
kelihatannya tidak menganggap itu sebagai masalah dan membiarkan
Kay mengambil alih makanaannya. "Bukannya ku bilang tidak ada
bubur gandum untukmu?"
"Aku tidak minta darimu! Aku minta dari istriku, aku melakukan
ini setiap hari dan dia tidak pernah marah. Lalu kenapa kau harus
marah-marah?" Matsuri lagi-lagi menegur Kay dengan bahasa tubuh, mungkin kali
ini ia mencubit Kay, Bian bisa membaca semua itu. Wanita itu lalu
tersenyum dan mengajak Ivea bicara, setidaknya Matsuri menanggapi
keberadaan putrinya, Bian merasa lega.
"Laki-laki yang bersamamu waktu itu, siapa namanya Eve?"
Ivea mengangkat kepalanya dan memandang Matsuri lalu
menjawab pertanyaannya dengan suara pelan dan agak malu-malu.
"Nathan." "Iya, dia tidak ikut kemari" Aku sangat suka berbicara dengannya.
Bahasa Jepangnya sangat bagus, dia bahkan bisa menggunakan logat
Fukuoka daerah kelahiranku!"
"Dia sedang banyak pekerjaan, itu katanya!"
Matsuri mendesah, mungkin ia merasa kalau Ivea sedang tidak
ingin banyak bicara. Tapi Matsuri masih terus berusaha. "Katakan
padaku, Eve. Kau sudah bekerja" Apakah kau seorang model" Kau
cantik sekali seperti ibumu!"
Ivea berusaha tersenyum lalu menggeleng. "Aku masih kuliah,
hanya membantu mom dan bekerja di galeri milik..." ia berhenti bicara
sebentar lalu memandang Kay yang juga menatapnya. "Milik monsieur
Kay!" Sejenak berikutnya suasana kembali kaku, Bian benar-benar
kewalahan tentang Ivea dan Kay. Kedua-duanya bersikap sama
dinginnya dan itu adalah sesuatu yang tidak menyenangkan untuk saat
ini. Sejenak Bian dan Matsuri saling pandang.
"Besok kalian mau kemana?"
"Besok aku dan Istriku mau ke Village beberapa hari. Selama disini
aku sudah mengajaknya berjalan-jalan di Paris dan dia kelihatannya
sudah bosan. Jadi sekarang saatnya melihat pedesaan untuk dua atau
tiga hari. Akhir minggu ini kami harus pulang. Jadi kami hanya punya
waktu kurang dari seminggu untuk menikmati liburan!" Kay yang
menjawab, karena hanya Kay yang tau rencana mereka setiap harinya.
"Village" Kalau begitu kalian menginap di villaku saja. Aku dan
Eve juga mau kesana sore ini. Kami akan senang kalau kau mau
bergabung!" "Tidak perlu, kami bisa mencari tempat menginap..."
"Kay, tidak masalahkan?" Matsuri memotong ucapan Kay barusan.
"Kita bisa lebih hemat uang. Lagi pula akan sangat menyenangkan
sekali bila liburan tidak hanya berisi kita berdua saja. Apalagi jika Bian
dan Eve ikut serta, pasti menyenangkan!"
Kay berdehem, Matsuri tau kalau Kay tidak setuju. Tapi Kay tidak
menolaknya ia menjawab dengan kata-kata yang baik. "Kalau istriku
menginginkan itu, aku sama sekali tidak bisa menolak!"
Bab. 30 Village sudah bukan tempat yang asing lagi bagi Kay. Dia terlalu
sering datang ke tempat ini bersama Bian pada masa-masa liburan
sekolah dulu dan setelah sekian lama Kay harus kembali kemari dengan
Bian lagi. Pada mulanya Kay sengaja mengajak Matsuri kemari, ia ingin
mengganti semua kenangan buruk bersama Bian dengan Kenangan
baru. Tapi sepertinya semua rencananya gagal total karena sepertinya
Bian dan istrinya memiliki kesepakatan rahasia yang tidak Kay ketahui.
Di sepanjang jalan menuju Villa milik keluarga Bian, Kay tidak bisa
menghindarkan dirinya dari semua kenangan-kenangan itu, Saat
dimana dia dan Bian pernah bergandengan tangan, berlarian di
sepanjang jalan, semuanya. Dan disaat cinta itu benar-benar tumbuh,
Bian menolaknya mentah-mentah dengan kata-kata yang sangat


Beauty Honey Karya Phoebe di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengejek. Lalu semua itu menjadi sebab dan permulaan dimana Kay
mengencani banyak perempuan untuk melupakan Bian hingga akhirnya
saudara Bian sendiri ikut menjadi korban. Kay tidak terluka karena di
tolak, Dirinya dan Bian masih bisa bersahabat sampai saat ini, ia terluka
karena Bian sempat membencinya dan selalu menjadikan Kay sebagai
Bahan olok-olok. Kesengitan persahabatan yang mungkin hanya
berlangsung beberapa bulan itu benar-benar membekas karena saat itu
di hatinya masih ada Bian. Sekarang hatinya mengalami luka yang lebih
berat lagi karena Ivea yang juga merupakan bagian dalam hidup Bian
dan pada akhirnya Kay menyadari ia akan terus terluka bila selalu
berada di sekitar wanita itu.
Bianca Karta menyetir mobilnya dengan sangat hati-hati, sesekali ia
mengobrol dengan Ivea yang duduk di sebelahnya meskipun gadis itu
tidak merespon banyak. Ia juga berbicara dengan Matsuri beberapa kali
dan Matsuri memberikan jawaban dengan senang hati. Satu hal yang
paling Kay suka adalah Matsuri selalu berusaha melibatkannya dalam
pembicaraan seolah-olah semua kata-katanya tidak akan keluar tanpa
izin Kay. Matsuri cukup ahli untuk tidak membuat suaminya malu dan
juga cukup hati-hati untuk tidak mempermalukan dirinya. Wanita yang
kelihatannya sangat terhormat ini, Bagaimana bisa Kay melepaskannya
begitu saja sedangkan Matsuri bukan hanya mampu menjaga dirinya
sendiri tapi juga mampu menjaga Kay. Ia benar-benar bertindak sebagai
Neechan yang baik meskipun dalam posisi ini dirinya adalah seorang
istri, istri yang sesungguhnya.
Vila yang Bian Maksud bukanlah sebuah rumah yang besar, hanya
sebuah rumah peristirahatan yang berdinding batu di lapisi Kayu di
bagian dalam. Cukup luas untuk mengumpulkan satu keluarga karena
Kay tau, meskipun bukan bangunan bertingkat Villa itu memiliki
banyak ruangan. Ini bukan tempat yang asing bagi Kay, tapi bukan juga
tempat yang sangat dia sukai. Kay keluar dari mobil lebih dulu karena
ia duduk di dekat pintu diikuti oleh Matsuri. Melihat Bian berjalan
menuju rumah itu bersama Ivea membuatnya mengalami Dejavu yang
menyakitkan. Kay mendekatkan dirinya ke Matsuri dan berbisik.
"Honey, jangan jauh-jauh dariku."
Matsuri mengangguk pelan lalu memeluk lengan Kay yang sebelah
kanan dengan kedua tangannya. Seharusnya ia tau kalau Kay tidak
menyukai ini, tapi sentuhannya membuat Kay lebih nyaman dan tenang.
Untuk selanjutnya, masuk ke rumah itu bukan lagi hal yang begitu
mengganggu karena Matsuri ada di sisinya. Kay merasa memilih
Matsuri adalah pilihan tepat karena wanita itu selalu bisa membuat
perasaannya menjadi semakin membaik. Berbeda dengan wanita yang
di cintainya, yang berjalan tepat di depan mereka. Semenjak hatinya
jatuh kepada Ivea, Kay tidak pernah merasa nyaman karena semua
perasaannya hanya berisi penyesalan dan rasa bersalah.
"Kau tau rumah ini, Kay!" Kata Bian tegas. "Silahkan kau pilih
kamar sendiri, asalkan jangan kamarku! Kau tau yang mana kan?"
"Ya, tentu saja. Bagiku ini adalah rumahku juga!"
"Eve akan tidur di kamar yang mana?" Matsuri berbicara dengan
bahasa yang sopan. Ivea memandang Bian, membuat perasaan Matsuri
menjadi tidak enak. "Dia bersamaku!" Jawab Bian sambil tersenyum.
"Kalau begitu kami kekamar dulu. Aku mau istirahat!" Kay
kemudian memegangi tangan Matsuri yang ada di lengannya agar tidak
terlepas lalu membawanya menuju sebuah kamar yang tersambung
dengan ruang tengah. Ia menutup pintu rapat-rapat dan membiarkan
Matsuri melepaskan tangannya. Sesaat kemudian Kay sudah berbaring
di ranjang sambil memeluk guling erat-erat.
Bab. 31 Matsuri membuka pakaiannya selapis demi selapis sampai hanya
tinggal memakai camisole ungu yag terbuat dari bahan Viscose spandex
yang sangat pas dengan tubuhnya. Camisole berwarna ungu itu cukup
panjang sehingga ia bisa membuka celana panjang skinny fit-nya yang
terbuat dari satin. Matsuri sudah terbiasa berpenampialn seperti itu
didepan Kay karena Kay adalah suaminya, suami yang sesungguhnya
yang sudah berkali-kali menyentuh tubuhnya, ia tidak lagi merasa malu.
"Kau sering kemari?" Matsuri memulai pembicaraan setelah ia
duduk di ranjang dan bersandar ke dinding.
Kay memindahkan kepalanya ke pangkuan istrinya. "Sudah lama
sekali, lebih dari lima tahun aku tidak pernah kesini. Aku lebih suka ke
Tokyo dan sangat jarang ke Paris."
"Dulu kau selalu menempati kamar ini" Berapa perempuan yang
pernah kau ajak kekamar ini?"
"Ke kamar ini cuma dirimu seorang, tapi di kamar sebelah cukup
banyak." Kay lalu terkekeh. "Aku memilih kamar ini karena ada kamar
mandi di dalam, jadi kau tidak perlu membangunkanku saat mau ke
kamar kecil jika aku sedang tidur. Tapi kalau kau mau ke kamar mandi
sekarang akan aku temani!"
Matsuri mencubit dada Kay sehingga Kay berteriak kesakitan.
"Bisa-bisanya bicara seperti itu. Kita baru sampai, apakah kau tidak
lelah?" "Aku punya banyak kenangan buruk di Village, aku mengajakmu
kemari karena ingin menciptakan kenangan baru bersamamu. Tapi kau
malah menyetujui rencana Bian untuk menginap di Villanya. Kau punya
kesepakatan apa dengan Bian?"
Matsuri diam sejenak. Ia dan Bian tidak punya kesepakatan apa-apa,
tidak sama sekali. "Aku cuma berfikir kalau bersama dengan mereka,
siapa tau kau dan Eve bisa jadi lebih baik. Tapi sepertinya aku menyesal
dengan itu. Jujur begitu sampai di tempat ini aku merasa ada yang aneh
dengan Bian dan Eve, itu membuatku tidak nyaman. Bagaimana
caranya kita bisa pulang besok?"
"Besok" Kau bilang dua malam..."
"Baiklah, kalau kau masih mau disini dua malam lagi, kau boleh
tinggal. Aku akan pulang ke flat!"
"Ada apa ini" Pokoknya kita tidak akan pulang besok." Kata Kay, ia
melihat tatapan Matsuri yang penuh dengan keterkejutan. "Sayang,
besok kita akan tetap keluar dari rumah ini dan menyewa kamar di
penginapan terdekat. Bulan madu kita masih tersisa beberapa hari lagi!"
"Penginapan yang mana?" Matsuri mencoba mengingat-ingat.
Sepanjang perjalanan kemari yang terlihat hanya rumah dan rumah.
Tapi pelan-pelan ia mulai mengingat sebuah papan Nama yang
menamai sebuah rumah sebagai Motel beberapa blok dari Villa ini.
"Candance Motel tadi?"
Kay mengangguk. "Tapi sebelum pergi bicaralah dengan Ivea!"
"Bagaimana kalau aku malah berfikir untuk meninggalkanmu
setelah bicara dengannya?"
"Aku tidak masalah kalau harus hidup tanpamu!"
Sebuah decakan keluar dari bibir Kay. Terlalu kejam rasanya
mendengar istri sendiri mengatakan hal-hal seperti itu. Tapi mengingat
mereka berdua menikah bukan karena cinta, Kay tidak bisa berbuat apaapa untuk
menentang kata-kata Matsuri barusan. Saat ini menjadi istri
yang baik dan menjadi suami yang baik adalah usaha mereka berdua
untuk membangun kehidupan baru yang bahagia dan sampai saat ini,
meskipun tidak dengan maksimal Kay bisa mengatakan kalau
pernikahannya adalah pernikahan yang bahagia.
" Kau tidak lelah" Tidak ingin mandi" Sebentar lagi waktunya
makan malam!" "Tentu saja," jawab Matsuri. "Air disini bagus,kan?"
"Tenang saja, disini bahkan ada Bathub dan air hangat. Kau serius
tidak mau ku temani?"
"Katakan saja kalau kau ingin melakukan yang lebih dari sekedar
menemani!" Kay tertawa lalu duduk di sebelah istrinya. "Tinggal satu
minggu lagi kita disini, hampir satu bulan dan kita tidak pernah mandi
bersama karena di flat hanya ada shower. Sekarang ada bathub, kan"
Kau masih menolak untuk itu?"
Matsuri menghela nafas, Ia memikirkan saran suaminya sebentar
lalu menjawab. "baiklah, tapi kau masuk ke kamar mandi setelah aku
berada di dalam Bathub!"
Kay tersenyum senang lalu mengangguk. Dia tau kalau Matsuri
tidak akan menolak, Matsuri hampir tidak pernah menolak
keinginannya karena wanita itu sangat patuh. Matsuri hanya protes
dengan ucapannya tapi tidak dengan perbuatannya. Seks bagi Kay
bukan pelarian, ia menikmati semua sentuhannya pada tubuh Matsuri
tapi ia tau Matsuri tidak, Kay sedang berusaha membuat istrinya
menikmatinya dan berusaha menjadikan pernikahan ini sebagaimana
keinginannya semula, pernikahan bahagia, bukan hanya untuk dirinya
tapi juga untuk Matsuri. Kay tau bagi wanita seks juga menyangkut
perasaan dan dia berusaha memaklumi kalau sampai saat ini perasaan
Matsuri belum sepenuhnya tertuju untuknya. Suatu saat nanti ia akan
membuat istrinya melupakan Arata Kujou dan hanya mengingat dirinya.
Bab. 32 Kay mengetuk pintu kamar mandi beberapa kali dan tidak perlu
mengatakan apa-apa karena Matsuri langsung memberi jawaban.
"Masuklah!" Dia sudah siap. Kay menanggalkan semua pakaiannya dan
mengenakan handuk lalu masuk ke kamar mandi dengan tidak terburuburu. Matsuri
sudah berada di dalam Bathub. Rambutnya di sanggul ke
atas dengan beberapa helai yang terlepas dari ikatannya. Ia duduk di
dalam Bathub dengan kedua tangan menyilang di depan dadanya
untuk menutupi sebagian tubuhnya yang tidak terendam air. Kay
memandanginya lama dan ia sangat tertarik, ia tidak akan membohongi
dirinya sendiri kalau dirinya sangat tertarik dengan Matsuri kali ini
melebihi ketertarikan-ketertarikannya yang sebelumnya. Itulah yang
menyebabkannya memandangi wanita di dalam bathub berlama-lama
sehingga wajah Matsuri merona.
"Sampai kapan kau akan berdiri disitu" Sebentar lagi waktunya
makan malam!" Gumam Matsuri, ia sedang berusaha menyembunyikan
kegugupannya dengan mengulangi kata-kata yang tadi Kay ucapkan.
Bukan pemandangan baru lagi bagi Kay karena Matsuri selalu
gugup setiap kali Kay memandanginya saat ia sedang tidak memakai
pakaian. Tapi rona itu, ini adalah pertama kalinya Kay melihat pipi
Matsuri memerah dan pertama kalinya sikap malu-malu itu terlihat
begitu nyata. Kay mendekat dan Matsuri membuang wajahnya kearah
lain saat Kay menanggalkan handuknya.
Bunyi kecipak air menandakan kalau Kay sudah masuk kedalam
Bathub, hal yang membuat bulu kuduk Matsuri meremang. Terlebih
saat menyadari kalau Kay duduk di belakangnya dan mulai membasahi
tubuhnya dengan air hangat. Laki-laki itu menggosok punggungnya
lembut, kemudian tangannya berpindah ke leher lalu kembali lagi ke
pinggang. Telapak tangan Kay menangkup untuk mengambil air di
dalam Bathub dan membasahi bahu Matsuri dan menggosoknya
dengan ritme yang sama. "Apa lagi yang kau tutupi?" Desah Kay kesal, sangat dekat dengan
telinga istrinya. "Mana Tanganmu?"
Matsuri melepaskan sebelah tangan dan memperihatkannya
kepada Kay sedangkan yang sebelah lagi masih menyilang di depan
dada. Ia dapat merasakan gerakan lembut yang sama melingkupi
seluruh lengannya lalu menghangatkan jari-jarinya. Kay menyentuh
tangan yang satu lagi dan membuat Matsuri pada akhirnya terlena saat
jari-jari Kay menelusup kesela-sela jarinya lalu kedua tangan mereka
saling menggenggam. Kay memeluknya masih dengan menggenggam
tangannya erat-erat. Matsuri menghembuskan nafasnya perlahan, terasa
sangat hangat. "Kenapa kau tidak mau melihatku?" Kay bersuara lagi.
Matsuri melepaskan genggaman tangannya. "Apa harus begitu"
Bagaimana kalau kau menciumku?"
"Tentu saja aku akan melakukannya, kau sudah bisa menebak tapi
kenapa kau tidak membiarkannya?" Kedua tangan Kay mulai
menyentuh seluruh tubuhnya, membelai perut lalu meremas payudara.
Matsuri masih berusaha menormalkan pernafasannya. Ia
menyentuh tangan Kay yang menangkupi dadanya. "Apa yang sedang
kau lakukan?" "Kebanyakan perempuan memijat bagian ini saat mandi, kan?"
"Ini bukan pijatan, sayang! Tentu saja sepertinya kau punya
maksud lain selain mandi bersama."
"Kau gugup. Biasanya memang selalu gugup, tapi kali ini aku
merasa kau lebih gugup dari biasanya. Kenapa kali ini berbeda dari
biasanya?" "Entahlah," Suara Matsuri terdengar parau, ia berdehem pelan
berusaha menormalkan suaranya. "Aku rasa karena kali ini tidak sama
seperti biasanya, suasananya begitu terang, tidak ada lilin, aroma rose..."
"Lalu?" "Lalu, sepertinya aku kali ini benar-benar sadar kalau Kay yang
sedang menyentuhku. Aku tidak bisa membayangkan orang lain."
Cincin pernikahan mereka bergesekan dengan intents bersamaan
dengan semakin kuatnya genggaman Matsuri pada tangan Kay yang
masih menangkup di dadanya. Dia benar-benar tidak bertenaga dan
hanya bisa mengerang saat salah satu tangan Kay bergerak ke bagian
tubuhnya yang paling sensitif. Matsuri berusaha menarik nafas dalamdalam lau
menghembuskannya lewat mulut. "Kau fikir apa yang
Gerhana 7 Pendekar Rajawali Sakti 55 Siluman Ular Merah Pembunuhan Di Lorong 1
^