Pencarian

Dracula 6

Dracula Karya Bram Stoker Bagian 6


Gjj Penerbit PT Gra media Pustaka Utama Jakarta, 1993 \
DRACULA by Bram Stoker All new material copyright " 1988 by Tom Doherty
Associates, Inc. DRACULA 2 Alihbahasa-Ny Suwarni AS. GM 402 93.709 Hak cipta terjemahan Indonesia
oleh: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, Jl Palmerah Selatan 24-26, Jakarta
10270 Gambar sampul oleh David Diterbitkan pertama kali oleh PeflMit PT Gramedia
Pustaka Utama, anggota IKAPI, Jakarta, Maret 1993
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan KDT)
STOKER, Bram ; 1. 1847 - Dracula / Bram Stoker ; alihbahasa, Ny. Suwarni AS. Cet 1. Jakarta : ? ?Gramedia Pustaka Utama, 1993. 2 jil. ; 18 cm.; 360 him
Judul asli: Dracula. ISBN 979-511-707-6 (no. jil. lengkap)
ISBN 979-511-709-2 (j"l-2)
I. Judul. II. Suwarni AS.
828 308 738 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakaa PT Gramedia
Bab 15 CATATAN HARIAN DR. SEWARD (lanjutan)
Sesaat aku dilanda rasa marah yang hebat, seolah-olah Van Helsing telah menampar
wajah Lucy semasa hidupnya. Kupukul meja kuat-kuat, lalu . bangkit dan berkata,
"Prof. Van Helsing, apakah Anda sudah gila?"
Ia mengangkat kepalanya, lalu memandangiku. Kelembutan pada wajahnya langsung
membuatku tenang. "Rasanya lebih baik kalau aku gilai" katanya. "Lebih mudah
menanggung kegilaan daripada harus menghadapi kenyataan seperti ini. Oh, anakku,
kaupikir untuk apa aku berputar-putar begitu lama" Mengapa aku harus berlama-
lama hanya untuk mengatakan sesuatu yang begitu sederhana" * Apakah karena aku
ingin menyakiti hatimu" Apakah begitu caraku membalas jasamu terhadapku
bertahun-tahun yang lalu, ketika itu kau menyelamatkan diriku dari suatu
kematian mengerikan" Tentu tidak!"
"Maafkan saya," kataku. Dan ia berkata lagi,
5 "Anakku, sebabnya tak lain adalah karena aku ingin memberitahukannya padamu
dengan cara halus, karena aku tahu kau mencintai gadis manis itu. Namun
demikian, aku tetap tidak memaksa agar kau percaya. Memang sulit sekali untuk
menerima suatu kebenaran yang abstrak, yang mungkin kita ragukan, kalau kita
selalu yakin bahwa itu tak benar. Lebih sulit lagi menerima kebenaran kongkret
yang begitu menyedihkan, apalagi mengenai seseorang seperti Miss Lucy. Malam ini
aku akan pergi untuk membuktikan kebenarannya. Beranikah kau ikut?"
Aku terperangah. Kita tak suka diajak membuktikan kebenajan semacam itu. Byron
telah menge-cualikan rasa cemburu dari kategori itu dengan berkata,
"Dan beranikanlah dirimu membuktikan kebenaran yang paling kaubenci."
Ia melihat kebimbangan pada diriku, dan berkata,
"Logikanya sederhana, tapi bukan logika seorang gila. Kita memang harus melompat
dari rumpun ke rumpun dalam rawa-rawa berkabut Bila hal itu tidak benar, bukti
itu telah memberikan kelegaan, atau paling-paling hal itu tidak merugikan.
Sekiranya hal itu benar... nah, itulah yang mengerikan! Tapi justru yang
mengerikan itu yang akan menunjang alasanku, karena di situ dibutuhkan
kepercayaan. Mari kuceritakan apa rencanaku. Pertama-tama, sekarang kita melihat
anak 6 itu di rumah sakit. Menurut berita di koran-koran, anak itu berada di North
Hospital. Nah, di situ ada Dr. Vincent Dia temanku, dan kurasa temanmu juga
waktu kau masih kuliah di Amsterdam. Setidaknya dia pasti mau mengizinkan dua
orang ilmuwan melihat kasusnya, kalau kita tak bisa disebut temannya. Kita
takkan mengatakan apa-apa padanya. Kita katakan saja bahwa kita ingin
mempelajarinya. Lalu..." "Lalu?"
Dikeluarkannya sebuah kunci dari sakunya, lalu diangkatnya. "Lalu kita akan
bermalam di pekuburan, tempat Lucy terbaring. Ini kunci ruang penyimpanan peti
mati keluarga. Aku memintanya dari pengurus pekuburan. Kataku untuk diberikan
pada Arthur." Aki ngeri, karena aku merasa kami akan menghadapi suatu cobaan.
Tapi aku tak bisa berbuat lain. Maka kukumpulkan semua keberanianku, dan
kukatakan supaya kami segera melaksanakannya. Soalnya senja sudah berlalu....
Kami temukan anak itu masih bangun. Ia sudah tidur nyenyak sepanjang siang
harinya, dan sudah pula makan. Secara umum, keadaannya baik. Dr. Vincent membuka
pembalut di lehernya dan memperlihatkan luka-luka kecil itu. Tak dapat
dipungkiri persamaannya dengan luka-luka pada leher Lucy. Tapi luka-luka anak
itu lebih kecil, dan pinggirnya masih segar, itu saja bedanya. Kami tanyakan
pada Vincent apa pendapatnya mengenai luka-luka itu. Jawabnya, itu pasti bekas
gigitan binatang tertentu. Mungkin tikus. Tapi ia lebih
7 cenderung menduga itu bekas gigitan kelelawar yang banyak sekali jumlahnya di
dataran tinggi di London.
"Biasanya binatang itu memang tidak berbahaya," katanya, "tapi mungkin ada di
antaranya yang buas, berasal dari daerah selatan. Mungkin ada pelaut yang
membawanya pulang, lalu ada yang berhasil lolos. Atau bahkan mungkin ada A yang
lepas dari kebun binatang waktu masih kecil, atau mungkin ada yang merupakan
keturunan vampir. Hal-hal seperti itu biasa terjadi. Apakah kalian mendengar
bahwa sepuluh hari yang lalu ada seekor serigala lepas, dan jejaknya ditemukan
di daerah ini" Selama seminggu ini anak-anak selalu memainkan sandiwara Si Topi
Merah di padang rumput dan di semua lorong di daerah ini. Lalu muncul pula
peristiwa 'setan perempuan' yang menakutkan itu. Sejak itu, orang-orang sibuk
mengawasi anak-anak mereka. Bahkan si kecil ini EJin, waktu dia terjaga,
dimintanya juru rawat untuk mengizinkannya pergi. Waktu juru rawat bertanya
mengapa dia ingin pergi, katanya dia ingin bermain-main dengan 'setan perempuan'
itu." "Kuharap," kata Van Helsing, "bila anak itu sudah boleh pulang, kauingatkan
orangtuanya untuk mengawasinya dengan ketat Kisah-kisah mengenai kehilangan
anak-anak ini bisa berbahaya. Dan bila anak ini hilang satu malam lagi, mungkin
akibatnya bisa mematikan. Tapi kurasa sebaiknya tak usah diizinkan pulang saja
dulu dalam beberapa hari ini."
8 "Pasti tidak. Sekurang-kurangnya seminggu lagi, atau mungkin lebih lama, kalau
lukanya belum sembuh." !
Kunjungan kami ke rumah sakit itu ternyata lebih lama daripada perhitungan kami,
dan sebelum kami keluar, matahari sudah' terbenam. Waktu Van Helsing melihat
bahwa hari sudah ^ gelap, ia berkata, "Tak usah terburu-buru. Rupanya sudah lebih gelap daripada yang kuduga. Mari
kita mencari tempat makan, setelah itu baru kita pergi."
Kami makan malam di Jack Straw's Castle, bersama suatu rombongan kecil
pengendara sepeda dan beberapa orang lain yang ribut tapi memberikan suasana
ceria. Kira-kira jam sepuluh malam kami berangkat dari penginapan kami. Waktu
% itu hari amat gelap, dan lampu-lampu yang tersebar di sana-sini membuat
keadaan tampak lebih gelap begitu kami keluar dari lingkaran cahayanya. Rupanya
Profesor sudah mencatat jalan yang harus kami tempuh, karena ia berjalan terus
tanpa ragu. Aku sendiri bingung sekali mengenai jalan-jalan di tempat itu. Makin
jauh, makin sedikit orang yang kami jumpai. Akhirnya, waktu bertemu dengan
polisi berkuda yang sedang patroli di daerah
, pinggiran kota pun kami terkejut. Lalu tibalah kami di tembok pekuburan. Kami
harus memanjat temboknya untuk masuk. Keadaan gelap sekali, dan tempat itu asing
bagi kami, hingga kami agak sulit menemukan ruang penyimpanan peti mati keluarga
Westenra. Profesor mengeluarkan kuncinya,
9 dibukanya pintu yang berbunyi berderit itu, lalu dengan sopan tapi tanpa
disadarinya benar, disuruhnya aku mendahuluinya. Ironis rasanya menunjukkan
penghormatan pada seseorang dalam keadaan seperti itu. Profesor cepat-cepat
menyusulku, dan dengan berhati-hati pintu ditutupnya lagi. Lalu ia merogoh-rogoh
tas yang dibawanya, mengeluarkan sebatang lilin dan korek api, lalu menyalakan
lilin itu. Siang hari, waktu masih dihiasi bunga-bunga segar, kuburan itu sudah
kelihatan suram dan mengerikan. Apalagi sekarang, sesudah beberapa hari berlalu,
.setelah bunga-bunga layu dan warna putihnya sudah berubah menjadi kekuningan
dan daun-daunnya menjadi coklat, sedangkan laba-laba dan kumbang sudah pula
melakukan kegiatan mereka yang biasa. Batu-batu nisan kuburan yang sudah lama
sudah berubah warna dimakan waktu, debu sudah menumpuk, besinya lembap dan sudah
mulai berkarat, kuningannya sudah mulai bernoda, dan papan nama yang terbuat
dari perak memberikan kesan yang lebih mengerikan dan jorok dalam cahaya lilin
yang lemah itu. Tempat itu seakan memberikan pesan bahwa bukan hanya yang hidup
yang bisa berlalu. Van Helsing bekerja dengan tertib. Dibacanya papan-papan nama dengan memiringkan
lilinnya, hingga lilin cair yang menetes dan langsung mengeras begitu kena
logam, menjadi kepingan-kepingan putih. Akhirnya ditemukannya peti mati Lucy. Ia
mencari-cari lagi di dalam tasnya, dan mengeluarkan sebuah obeng.
10 "Apa yang akan Anda lakukan?" tanyaku. "Membuka peti mati ini, supaya kau
yakin." Ia langsung mencabut sekrup-sekrupnya, dan akhirnya mengangkat tutup
peti mati itu, hingga yang tampak adalah pelapis timah di bawahnya. Tak tahan
aku melihatnya. Menghadapi orang yang sudah meninggal, rasanya sama dengan
menelanjanginya saat f ia tidur sewaktu masih hidup. Kutahan tangan Van Helsing, supaya ia
menghentikan pekerjaan itu. Tapi ia hanya berkata, "Kau harus melihatnya." Ia
mencari-cari lagi di dalam tasnya, lalu mengeluarkan sebuah gergaji ukir.
Ditusukkannya obeng pada lapisan timah dengan suatu tusukan kuat, hingga aku
merinding melihatnya. Terbentuklah lubang yang cukup besar untuk memasukkan
ujung gergaji. Aku yakin bahwa kami akan terserang bau busuk mayat
yang sudah berumur seminggu itu. Tapi kami para dokter sudah terlatih dalam
menghadapi bahaya-bahaya, dan harus terbiasa pula akan hal-hal semacam itu.
Namun aku mundur juga ke arah pintu. Sang Profesor sedikit pun tidak
menghentikan kegiatannya. Digergajinya satu sisi pelapis timah peti mati itu
sepanjang beberapa sentimeter, lalu melintang dan terus ke sisi yang lain.
Diangkatnya tepi pelapis yang sudah terlepas itu, dilipatnya ke bela
kang, ke arah kaki peti mati. Lalu diangkatnya lilin ke celah yang terbuka, dan
dilambainya aku supaya mendekat.
Aku menghampiri dan melihat. Peti mati itu kosong!
Aku terkejut sekali, tapi Van Helsing tak ber-
geming. Kini ia makin yakin bahwa pendapatnya benar, dan hal itu membuatnya
lebih berani pula melanjutkan pekerjaannya.
"Puaskah kau sekarang, John?" tanyanya.
Sifat argumentatifku langsung bangkit, dan aku pun menjawab,
"Saya puas melihat bahwa mayat Lucy tak ada di dalam peti mati ini. Tapi itu
hanya membuktikan satu hal."
"Apa?" "Bahwa mayat itu tak ada."
"Sebegitu jauh, itu logis," katanya, "Tapi bagaimana, kau menjelaskan-hal itu?"
"Mungkin ada pencuri mayat," kataku, mencoba menerka sekenanya. "Mungkin ada di
antara pengurus mayat yang telah mencurinya." Aku jadi merasa bodoh sendiri
dengan jawabanku, tapi itulah satu-satunya alasan yang bisa kukemukakan.
Profesor mendesah. "Yah," katanya, "kalau begitu, kita harus mencari lebih banyak bukti. Mari ikut"
Tutup peti itu dipasangnya kembali, dikumpulkannya semua barangnya, dan
dimasukkannya ke dalam tasnya. Ditiupnya api lilin, lalu dimasukkannya pula
lilin itu ke dalam tasnya. Kami membuka pintu, lalu keluar. Pintu ditutupnya
kembali, dan dikuncinya. Kuncinya diberikan padaku sambil berkata,
"Kau yang menyimpannya, ya" Jaga baik-ba'ik." Aku tertawa, meskipun aku
cenderung untuk mengatakan bahwa itu bukan tawa ceria. Lalu ku -
12 isyaratkan supaya dia saja yang menyimpannya. Kataku,
"Apalah artinya kunci. Bisa saja orang membukanya dengan kunci duplikat, itu
tidak sulit" Ia tak berkata apa-apa, tapi memasukkan kunci itu ke sakunya. Lalu
disuruhnya aku berjaga-jaga di salah satu sisi pekuburan itu, sementara ia
sendiri berjaga-jaga di sisi yang lain. Aku mengambil tempat di balik sebuah
pohon yew. Kulihat sosoknya berjalan sampai ke batas pekuburan, lalu menghilang
di balik segerombolan pohon.
Sunyi rasanya berjaga sendiri. Baru saja aku menempatkan diri di tempat
penjagaanku, kudengar sebuah jam di tempat jauh berdentang dua belas kali,
kemudian satu kali, lalu dua kali. Aku kedinginan dan ketakutan, juga marah pada
Profesor karena telah mengajakku pergi menjalankan pekerjaan seperti ini, tanpa
teman lain. Aku amat kedinginan dan mengantuk, hingga aku jadi kurang awas. Tapi
aku masih bisa mempercayai penglihatanku. Pokoknya aku merasa bosan dan risau.
Waktu aku berbalik, tiba-tiba aku merasa melihat sesuatu berupa suatu kilatan
putih yang bergerak di antara dua batang pohon yew, di tanah pekuburan itu, di
antara batu-batu nisan terjauh. Pada saat yang sama, sosok hitam Profesor tampak
bergerak. Aku memutari batu-batu nisan dan melewati kuburan-kuburan yang sudah
rusak, tersandung-sandung pada batu-batu kuburan orang. Langit mendung, dan di
suatu tempat yang jauh, seekor ayam yang bangun terlalu awal berkokok.
13 Tak jauh dari tempat itu, di dekat sederetan jjohon yew yang berserakan, yang
menandai lorong jalan ke arah gereja, tampak suatu sosok putih raamar-samar,
bergerak ke arah ruang penyimpanan peti-peti mati. Tempat itu sendiri
tersembunyi oleh pohon-pohon, dan aku tak bisa melihat ke mana sosok itu
menghilang. Kudengar bunyi sesuatu bergerak di tempat sosok putih itu mula-mula
terlihat Waktu kudatangi tempat itu, kudapati Profesor sedang menggendong
seorang anak kecil. Waktu dilihatnya aku, diulurkannya anak itu padaku, dan
berkata, "Puaskah kau sekarang?"
"Tidak," sahutku dengan nada menantang.
"Tidakkah kaulihat anak ini?"
"Ya, itu memang seorang anak, tapi siapa yang membawanya kemari" Apakah dia
cedera?" tanyaku. "Coba kita lihat" kata Profesor. Kami serentak berdiri dan keluar dari tanah
pekuburan itu. Profesor tetap menggendong anak yang tidur itu.
Setelah agak jauh, kami menyalakan korek api di dekat sekelompok pohon. Kami
melihat ke leher anak itu. Sama sekali tak ada luka atau bekasnya.
"Saya yang benar, bukan?" kataku dengan nada bersorak, karena merasa menang.
"Kita datang tepat pada waktunya," kata Profesor dengan nada bersyukur.
Kini kami harus memutuskan apa yang harus dilakukan dengan anak ini, maka kami
merundingkannya. Sekiranya ia kami serahkan ke kantor polisi, kami harus
menjelaskan mengenai kegiatan
14 kami pada malam hari di tempat itu. Sekurang-kurangnya kami harus membuat
pernyataan mengenai bagaimana kami menemukannya. Akhirnya kami putuskan untuk
membawanya ke padang gersang, dan bila mendengar polisi datang, akan kami
letakkan dia di suatu tempat di mana polisi itu bisa menemukannya. Setelah itu,
kami akan pulang cepat-cepat. Semuanya berjalan dengan baik. Di ujung Hampstead
Heath, kami dengar derap kaki polisi yang berat Kami letakkan anak itu di tengah
jalan, kami tunggu dan kami perhatikan terus sampai polisi melihat anak itu saat
ia menyorotkan lampu senternya ke sana kemari. Kami dengar ia berseru terkejut,
lalu diam-diam kami pergi. Kami mujur karena ada kereta di dekat kedai kopi
Spaniards, dan kami langsung kembali ke kota.
Aku tak bisa tidur, jadi aku menulis catatan ini. Tapi aku harus mencoba tidur
sebentar, karena Van Helsing akan datang tengah hari nanti. Ia memaksaku untuk
ikut lagi dalam ekspedisi berikutnya.
27 September. Jam dua siang kami baru mendapat kesempatan baik untuk ?melaksanakan usaha kami. Penguburan yang dilakukan orang siang hari itu sudah
usai, dan para pengantar yang terakhir sudah pergi dengan enggan. Dari tempat
persembunyian kami di balik pepohonan, kami lihat penjaga pekuburan mengunci
pintu pagarnya. Tahulah kami bahwa kesempatan yang kami tunggu-tunggu sejak pagi
sudah tiba. Tapi kata Profesor, kami hanya membutuhkan waktu paling lama satu
jam. Lagi-lagi 15 timbul perasaan tak enak karena harus menghadapi kenyataan di mana semua yang
kita bayangkan ternyata salah. Dan kusadari pula pelanggaran hukum yang sedang
kami jalankan dalam pekerjaan kami yang tak terpuji ini. Apalagi aku merasa
semuanya sia-sia. Rasanya jahat sekali kami, harus membuka lapis timah sebuah
peti mati untuk melihat apakah seorang wanita yang sudah meninggal seminggu
lamanya, benar-benar mati. Dan rasanya bodoh sekali kami membuka peti mati itu
sekali lagi, padahal kami sudah melihat dengan mata kepala sendiri bahwa peti
mati itu kosong. Tapi aku mengangkat bahuku dan berdiam diri, tanpa berbuat apa-
apa, sebab Van Helsing selalu punya rencana sendiri, tak peduli siapa pun yang


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

melarangnya. Dikeluarkannya kuncinya, dibukanya ruang penyimpanan peti mati itu,
dan kali ini pun diisyaratkannya dengan sopan supaya aku mendahuluinya. Tempat
itu tidak lagi seangker kemarin malam, tapi alangkah jahat rasanya bila sinar
matahari masuk kelak. Van Helsing berjalan dan langsung' menghampiri peti mati
Lucy. Aku menyusulnya. Ia membungkuk dan membuka dengan paksa pelapis peti dari
timah itu. Saat pelapis itu terbuka, aku serasa mengalami shock, terkejut dan
kecut Lucy terbaring di dalam peti mati itu, dalam keadaan seperti kami melihatnya di
malam sebelum ia dimakamkan. Ia bahkan tampak lebih cantik dan berseri daripada
sebelumnya, dan aku merasa tak percaya bahwa ia benar-benar sudah meninggal.
Bibirnya merah, ya, bahkan lebih me -
16 rah daripada sebelumnya, dan pipinya bersemu dadu.
"Apakah ini suatu permainan sulap?" kataku.
"Yakinkah kau sekarang?" Profesor balik ber-Janya. Sambil berkata begitu,
diulurkannya tangannya. Bergidik aku melihat ia membuka bibir orang #ang sudah
meninggal itu, dan tampaklah gigi-giginya yang putih. .
"Lihatlah," katanya lagi. "Gigi-gigi ini lebih tajam daripada sebelumnya. Dengan
ini dan ini," ditunjuknya salah satu gigi taringnya dan sebuah yang di ?bawahnya "dia menggigit anak-anak itu. Percayakah kau sekarang, John?" Lagi-
?lagi aku merasa benci, dan ingin membantah. Aku tak ingin mendengar gagasan
mengerikan itu diuraikannya lagi. Jadi, meskipun malu, kukemukakan juga
bantahanku, "Mungkin si pencuri sudah mengembalikannya semalam." "
"Begitukah" Siapa?" . "Entahlah. Pokoknya ada orang yang melakukannya."
"Tapi bukankah sudah satu minggu dia meninggal" Orang lain yang sudah meninggal
selama itu, takkan kelihatan seperti ini."
Aku tak bisa membantah pernyataannya, jadi aku diam saja. Van Helsing
kelihatannya tidak menyadari hal ini, sebab ia tidak kelihatan kesal, tapi tidak
pula senang. Dipandanginya dengan tajam wajah wanita yang sudah meninggal itu.
Diangkatnya kelopak mata jenazah itu, dan diperhatikannya pula mata itu, lalu
bibirnya dibukanya 17 sekali lagi, dan diperiksanya gigi-giginya. Kemudian ia menoleh padaku dan
berkata, "Di sini ada satu hal yang berbeda dari semua kejadian yang lain. Di sini
terdapat kehidupan ganda yang tak biasa. Dia telah digigit vampir waktu dalam
keadaan tak sadar, yaitu waktu dia tidur berjalan. Oh, kau terkejut" Aku lupa
kau belum tahu. Tapi kelak kau akan tahu semuanya. Saat orang dalam keadaan tak
sadar adalah saat terbaik bagi vampir untuk mengisap darahnya lebih banyak. Dia
meninggal dalam keadaan tak sadar, dan dalam keadaan itu pula dia bangkit
kembali. Itulah perbedaan antara dia dan semua orang mati lain. Biasanya, bila
vampir tidur di tempatnya diayunkannya tangannya ke arah peti mati itu, untuk
?menunjukkan apa yang dimaksudnya dengan tempat bagi vampir wajahnya menunjukkan
?apa mereka itu. Tapi si manis ini, bila dia tidur, dia akan kembali pada dunia
orang mati yang biasa. Lihatlah, tak ada kejahatan terbayang di wajahnya.
Keadaan ini jadi mempersulitku untuk membunuhnya dalam tidurnya...." Darahku
serasa membeku, dan aku mulai merasa bisa menerima teori-teori Van Helsing. Tapi
kalau Lucy benar-benar sudah meninggal, mengapa harus membuat rencana untuk
membunuhnya" Ia mendongak menatapku. Agaknya ia melihat perubahan pada wajahku,
sebab ia lalu berkata dengan nada yang boleh dikatakan gembira,
"Nah, sekarang kau percaya, ya?"
Jawabku, "Jangan memaksa saya dengan men -
18 dadak. Saya mau menerima. Tapi bagaimana Anda akan menjalankan pekerjaan
berdarah itu?" "Kepalanya akan kupenggal, mulutnya kuisi dengan bawang putih, dan tubuhnya akan
kutusuk dengan sepotong kayu bermata runcing."
Aku bergidik membayangkan perusakan terhadap tubuh orang yang kucintai itu.
Namun perasaan itu tak sekuat yang kuduga. Sebenarnya aku sudah mulai bergidik
sejak adanya makhluk yang oleh Van Helsing disebut vampir itu, dan aku sekaligus
membencinya. Mungkinkah cinta bersifat subjektif atau objektif sepenuhnya"
Cukup lama aku menunggu Van Helsing memulai. Tapi ia berdiri saja, seolah-olah
terbenam dalam pikirannya. Akhirnya ditutupnya katup tasnya kuat-kuat, lalu
berkata, "Sudah kupikirkan dan kuputuskan apa yang terbaik. Jika hanya menuruti rencana,
aku akan melakukannya sekarang juga. Padahal ada hal-hal lain yang harus
dipikirkan, dan hal-hal yang seribu kali lebih sulit dan tidak kita ketahui. Ini
sebenarnya sederhana. Dia belum mengambil nyawa manusia, meskipun hal itu akan
terjadi kelak. Dan t bila kita bertindak sekarang, berarti kita akan menjauhkan
bahaya dari dirinya untuk selama-lamanya. Tapi Arthur perlu hadir. Bagaimana
kita harus mengatakannya padanya" Bila kau saja yang sudah melihat luka-luka di?leher Lucy dan sudah melihat luka-luka yang sama benar pada leher anak di rumah
sakit itu, bila kau, yang telah melihat peti mati kosong semalam, dan hari ini
berisi tubuh seorang wanita meninggal yang dalam seminggu tak berubah, bahkan
makin berscmu dadu dan bertambah cantik setelah dia meninggal bila kau yang
?mengetahui hal-hal itu, dan sudah pula melihat sosok putih yang membawa anak itu
ke pekuburan ini semalam, namun tetap tak mau percaya, bagaimana aku bisa
berharap Arthur akan percaya, padahal dia tak tahu satu pun dari hal-hal yang
kusebutkan tadi. Waktu aku merenggutkan tubuhnya saat dia akan mencium
kekasihnya yang sedang sekarat, dia meragukan iktikad baikku. Aku tahu bahwa
kini dia sudah memaafkan aku. Tapi mungkin nanti dia punya anggapan keliru, dan
menyangka kekasihnya itu telah dikuburkan hidup-hidup. Bahkan mungkin lebih
keliru lagi, dia mengira kita semua telah 'membunuhnya, dan dia akan sedih
selamanya. Pokoknya dia takkan pernah merasa yakin dan percaya sepenuhnya, dan
itulah yang terburuk. Mungkin dia akan menduga bahwa wanita yang dicintainya itu
telah dikuburkan hidup-hidup, dan hal itu akan membawa mimpi buruk baginya,
tentang betapa hebatnya penderitaan gadis itu. Lalu ada pula kemungkinannya dia
menduga bahwa kita mungkin benar, dan percaya bahwa kekasihnya ternyata memang
makhluk yang bangkit itu. Tidak! Aku sudah pernah mengatakan hal itu padanya,
dan aku tak mau lagi melakukannya. Tapi sekarang, karena aku sudah yakin bahwa
semuanya benar, aku jadi merasa bahwa Arthur harus kubawa melalui arus pahit
ini, untuk mencapai hidup yang manis. Anak
20 muda itu harus mau menghadapi satu jam yang akan membuat wajah surga tampak
hitam baginya. Setelah itu, dia akan dikelilingi oleh kebaikan dan dia akan
mendapatkan kedamaian. Tekadku sudah bulat. Mari kita pergi. Malam ini kau
pulang dulu ke sanatoriummu, untuk melihat apakah keadaan di sana baik-baik
saja. Aku sendiri akan tinggal di tanah pekuburan ini, malam ini, dan akan
menghabiskan waktu dengan caraku sendiri. Besok malam temui aku di Berkeley
Hotel, jam'sepuluh. Aku akan meminta supaya Arthur juga datang, juga pemuda
Amerika yang baik itu, yang telah ikut menyumbangkan darahnya. Ada tugas untuk
kita semua. Sekarang aku ikut kau sampai ke Piccadilly, dan makan di sana,
karena aku harus kembali kemari sebelum matahari terbenam."
Kami kunci ruang peti mati itu, lalu pergi. Kami lompati lagi tembok tanah
pekuburan tanpa kesulitan, dan kami kembali ke Piccadilly.
SURAT YANG DITINGGALKAN OLEH VAN HELSING DI DALAM TAS KERJANYA DI BERKELEY
HOTEL, DITUJUKAN PADA DR. SEWARD (belum sempat disampaikan)
John yang baik, 27 September.
Surat ini kutulis kalau kalau sesuatu terjadi atas diriku. Aku pergi seorang
diri untuk jaga malam di tanah pekuburan itu. Aku senang karena Miss Lucy yang
sekarang sudah menjadi makhluk pengisap darah itu takkan keluar malam ini. Jadi
besok malam 21 keinginannya untuk keluar, akan lebih besar. Untuk itu akan kusiapkan beberapa
benda yang tak disukainya, yaitu bawang putih dan salib, dan akan kututup semua
celah pintu dengan benda-benda itu. Sebagai makhluk bangkit, dia masih muda, dan
dia akan berusaha lolos. Benda-benda itu hanya akan mencegahnya keluar, tapi tak
bisa mencegahnya kalau dia ingin masuk, karena makhluk seperti itu nekat, dan
akan mencari jalan yang paling sedikit penghalangnya, apa pun itu. Aku akan
berada di situ sepanjang malam, mulai dari matahari terbenam sampai matahari
terbit. Bila ada kemungkinan untuk mempelajari sesuatu, aku akan mempelajarinya.
Aku tak takut pada Miss Lucy, melainkan pada makhluk yang satunya, yang telah
menjadikan Lucy seperti dirinya. Ada kemungkinan dia mendatangi kubur Lucy dan
beristirahat di situ. Dia licik. Itu diketahui oleh Mr. Jonathan dan dari
kenyataan selama ini bahwa dia telah mempermainkan kita waktu kita
memperjuangkan hidup Miss Lucy, dan ternyata kita kalah. Ya, makhluk itu kuat
dalam banyak hal. Tangannya saja mempunyai kekuatan yang sama dengan tenaga dua
puluh orang. Meskipun kita berempat sudah memberikan seluruh kekuatan kita pada
Miss Lucy, itu tak berarti apa-apa baginya. Apalagi dia bisa memanggil serigala
serigalanya dan entah apa lagi. Maka sekiranya dia datang kemari malam ini, dia
akan menemukan aku. Tak ada orang lain yang bisa menemukan aku, kecuali kalau
sudah terlambat Tapi mungkin pula dia takkan datang ke tempat ini. Tak ada
alasan untuk memastikannya
22 datang, karena wilayah perburuannya lebih luas, bukan hanya daerah pekuburan itu
saja, di mana hanya ada makhluk wanita yang tidur, dan seorang laki-laki tua
yang sedang berjaga-jaga.
Oleh karenanya kutulis surat ini, kalau kalau , Ambillah surat-surat yang
menyertai surat ini, juga catatan harian Harker dan yang lain-lain. Bacalah,
lalu cari makhluk pengisap darah yang utama itu. Penggal kepalanya dan bakar
jantungnya, atau tusuk jantung itu dengan kayu berujung runcing, supaya dunia
dapat diselamatkan darinya.
Jika terjadi sesuatu yang tidak kita kehendaki... Selamat tinggal.
Van Helsing. CATATAN HARIAN DR. SEWARD
28 September. Sungguh menyegarkan rasanya setelah tidur nyenyak semalaman. ?Kemarin aku hampir mau menerima gagasan Van Helsing yang kejam itu, tapi setelah
kini kupikirkan dengan akal sehat, rasanya mengerikan dan jahat sekali. Tapi aku
yakin bahwa ia percaya sepenuhnya akan kebenaran gagasannya itu. Aku jadi ingin
tahu apakah pikirannya sudah kacau. Pasti ada penjelasan yang masuk akal
mengenai semua hal misterius ini. Mungkinkah ini merupakan rekaan sang Profesor
sendiri" Ia pintar luar biasa, hingga bila akalnya sudah berubah, bisa saja ia
menjalankan rencananya dengan cara yang luar biasa pula, untuk mencapai gagasan
tertentu. Muak rasanya aku memikirkannya, meskipun gagasan itu boleh pula
23 dikatakan hebat Tapi ada orang yang menganggap Van Helsing gila. Pokoknya aku
akan mengawasinya dengan ketat Mungkin aku bisa mendapatkan cahaya untuk
menerangi misteri ini. 29 September, pagi.... Semalam, jam sepuluh kurang sedikit Arthur dan Quincey
masuk ke kamar Van Helsing. Dijelaskannya apa yang harus kami lakukan.
Pembicaraannya terutama ditujukan pada Arthur, seolah semua kepentingan kami
terpusat pada dirinya. Ia mulai dengan berharap kami semua mau ikut "Karena,"
katanya, "ada suatu tugas besar yang harus diselesaikan di sana. Kau pasti
terkejut menerima suratku, ya?" Pertanyaan itu masih ditujukannya pada Lord
Godalming. "Saya memang terkejut dan bingung. Akhir-akhir ini banyak sekali kesulitan
mengelilingi saya, hingga saya tak ingin kesulitan bertambah lagi. Tapi saya
juga ingin tahu apa maksud Anda. Saya membicarakannya dengan Quincey, tapi makin
lama kami membicarakannya, makin tak mengerti kami. Sampai sekarang pun saya
masih belum mengerti."
"Demikian pula saya," sela Quincey singkat.
"Oh," kata Profesor, "kalau begitu, kalian sudah berada lebih dekat pada awalnya
daripada J bn. Dia masih harus membolak-balik persoalan itu beberapa kali, baru
dia bisa tiba pada titik awalnya."
Rupanya dia sudah bisa membaca pikiranku yang ragu-ragu, meskipun aku tak
berkata apa-apa. 24 Lalu, sambil berpaling pada mereka berdua, ia berkata dengan sungguh-sungguh,
"Aku akan minta izin untuk melakukan apa yang kurasa paling baik, malam ini.
Kusadari bahwa banyak yang kupinta, tapi bila kalian sudah mendengar usulku,
kalian akan mengerti Tapi sebelum itu kita kerjakan, kalian takkan mengerti.
Sebab itu kuminta kalian mau berjanji tanpa mengerti dulu, supaya kelak,
meskipun untuk sementara kau akan marah padaku dan kemungkinanmu untuk marah ?itu pasti ada kau takkan mempersalahkan dirimu sendiri."
?"Anda jujur sekali," sela Quincey. "Teman-teman, aku ingin membantu Profesor
memberikan penjelasan. Aku memang tak mengerti jalan pikirannya, tapi aku berani
bersumpah bahwa dia jujur, dan itu sudah cukup baik."
"Terima kasih, Nak," kata Van Helsing dengan bangga. "Aku telah melakukan
sesuatu yang bijak dengan mengikutsertakan kau sebagai seorang sahabat yang mau
percaya. Pengakuanmu sangat kuhargai." Diulurkannya tangannya, dan Quincey
menjabatnya. Lalu Arthur berbicara,
"Dr. Van Helsing, saya tak ingin membeli kucing dalam karung seperti kata
peribahasa. Dan kalaupun itu akan meningkatkan kehormatan dan kepercayaan saya
sebagai seorang Kristen, saya tak bisa memberikan janji itu. Bila Anda bisa
meyakinkan saya bahwa rencana Anda tidak berlawanan dengan keduanya atau salah
satu di antaranya, saya akan segera menyetujuinya, meski -
25 pun, demi Tuhan, saya tak mengerti apa maksud Anda."
"Kuterima persyaratanmu," kata Van Helsing. "Aku hanya minta agar, bila kau
merasa perlu menghentikan perbuatanku, kau lebih dulu harus mempertimbangkannya
baik-baik, dan merasa puas bahwa hal itu tidak berlawanan dengan persyaratanmu
itu." "Saya setuju," kata Arthur. "Itu cukup adil. Nah, sekarang kalau kata pembukaan
Anda sudah selesai, tolong katakan pada kami apa yang harus kami lakukan."
"Kuminta kalian semua dengan diam-diam ikut aku ke tanah pekuburan di
Kingstead." Arthur tampak kecewa, dan berkata dengan bingung, "Ke tempat Lucy dimakamkan?"
Profesor mengangguk. "Lalu setelah sampai di sana?" tanya Arthur lagi.
"Kita masuk ke ruang penyimpanan peti mati." Arthur bangkit.
"Profesor, apakah Anda bersungguh-sungguh, ataukah ini suatu lelucon yang
menjijikkan" Tapi maafkan saya, saya lihat Anda bersungguh-sungguh." Ia duduk
lagi. Sikapnya kokoh, dan bangga, seperti orang yang menyadari kedudukannya.
Keadaan sunyi beberapa saat, sebelum ia bertanya lagi,
"Lalu apa lagi yang kita lakukan setelah masuk ke dalam tempat penyimpanan peti
mati?" "Kita buka peti mati itu." "Itu keterlaluan!" katanya dengan marah, lalu
26 bangkit lagi. "Saya mau bersabar dalam semua hal yang masuk akal. Tapi kalau
harus... harus menodai makam orang yang..." Ia tersedak karena marah. Profesor
memandangnya dengan rasa iba.
"Kalau saja aku bisa menghindarkanmu dari sesuatu yang menyakitkan, sahabatku
yang malang," katanya, "demi Tuhan, itu akan kulakukan. Tapi malam ini kaki kita
harus berani menginjak jalan berduri. Kalau tidak, kelak orang yang Anda sayangi
harus melewati jalan membara sepanjang masa!"
Arthur mendongak dengan wajah kaku yang pucat, dan berkata,
"Hati-hati, Prof, berhati-hatilah!"
"Tidakkah sebaiknya kaudengar dulu apa yang akan kukatakan?" kata Van Helsing.
"Maka setidaknya kau tahu batas tujuanku. Bolehkah ku-teruskan?"
"Sebaiknya begitu," sela Morris.
Setelah berdiam diri sebentar, Van Helsing berkata lagi dengan susah payah,
"Miss Lucy sudah meninggal, bukan" Maka, apa pun yang kita lakukan padanya,
tidak menjadi masalah. Tapi bila dia tidak mati..."
Arthur terlompat bangkit.
"Ya, Tuhan!" serunya. "Apa maksud Anda" Apa maksud Anda" Apakah telah terjadi
kesalahan" Apakah dia telah dikuburkan hidup-hidup?" Ia menggeram sedih, dan
harapan pun tak bisa mengurangi kesedihannya itu.
"Tidak mati! Tidak hidup! Apa maksud Anda" Apakah semua ini mimpi buruk" Atau
apa?" "Ada misteri-misteri yang hanya bisa diduga oleh manusia. Misteri-misteri yang
selama berabad-abad hanya bisa diselesaikan sebagian. Percayalah, kita sekarang
sudah hampir mencapainya. Tapi aku belum melakukannya. Bolehkah aku memenggal
kepala Miss Lucy?" "Demi langit dan bumi, tidak!" teriak Arthur dengan kemarahan yang amat sangat
"Bagaimanapun juga, saya takkan mengizinkan pemotongan atas tubuh Lucy. Prof.
Van Helsing, Anda menguji saya terlalu jauh. Apa yang telah saya lakukan
terhadap Anda, hingga Anda ingin menyiksa saya begitu" Apa pula yang telah
dilakukan gadis manis yang malang itu, hingga Anda berniat menghina makamnya
sedemikian rupa" Sudah gilakah Anda, hingga Anda berbicara begitu, atau sayakah
yang gila, hingga mau mendengarkan kata-kata Anda yang sudah gila" Jangan
berani-berani punya rencana semacam itu! Saya takkan memberikan izin untuk
melakukan apa pun juga. Saya berkewajiban melindungi kuburnya dari perusakan,
dan sungguh, saya akan melakukannya!"
Van Helsing bangkit dari tempat duduknya selama itu, lalu berkata dengan
sungguh-sungguh dan tegas,


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lord Godalming, aku juga punya kewajiban yang harus kulaksanakan. Kewajiban
terhadapmu sendiri, terhadap orang-orang lain, bahkan kewajiban terhadap yang
meninggal, dan demi Tuhan,
28 aku juga akan melaksanakannya dengan baik! Sekarang aku hanya minta kalian ikut
aku, melihat dan mendengarkan saja. Dan sekiranya kelak aku mengulangi
permintaan yang sama, pasti kau akan lebih berhasrat memenuhinya dan setelah ?itu, aku akan menjalankan tugasku. Semua yang kuanggap baik. Dan kemudian, untuk
memenuhi keinginan-r mu, aku bersedia memberikan pertanggungjawabanku padamu,
kapan dan di mana pun kau suka."
Suaranya agak terputus, dan ia berkata lagi dengan nada mengibakan,
"Tapi kumohon jangan marah terus padaku. Sepanjang masa kerjaku yang sering tak
menyenangkan, dan yang kadang-kadang menusuk hatiku, tak1 pernah aku harus
menjalankan tugas seberat ini. Percayalah, bila kelak waktunya tiba kau meng-
* ubah pikiranmu terhadapku, sekali saja aku memandangmu, akan terhapuslah semua
kenangan tentang saat yang sangat menyedihkan ini, karena yang akan kulakukan
ini adalah sesuatu yang dapat membebaskanmu dari kesedihan. Pikirkanlah itu.
Untuk apa aku berkorban, bekerja begini berat dan ikut bersedih hati" Aku datang
kemari dari negeriku sendiri untuk berbuat baik sebisaku. Pertama-tama untuk
menyenangkan hati sahabatku
* John, lalu untuk menolong seorang gadis manis yang kusayangi. Sebenarnya aku
malu mengatakannya, tapi demi kebaikan dan dengan maksud baik akan kukatakan
juga, bahwa aku telah memberikan padanya apa yang telah kauberikan, yaitu
darahku. Kuberikan itu, meskipun aku bukan ke -
29 kasihnya seperti kau, melainkan hanya dokternya dan temannya. Aku telah
mengorbankan hari-hari maupun malamku, sejak sebelum dan sampai sesudah
kematiannya. Dan sekiranya kematianku ada manfaatnya baginya sekarang ini,
setelah dia meninggal dan bangkit kembali, aku bersedia mengorbankan nyawaku."
Kata-kata itu diucapkannya dengan sangat bersungguh-sungguh dan dengan
kebanggaan yang tidak menusuk hati, hingga Arthur jadi terkesan. Dijabatnya
tangan orang tua itu, lalu ia berkata dengan suara terputus-putus,
"Aduh, susah sekali saya memikirkannya. Tak bisa saya memahaminya. Tapi
sekurang-kurangnya, saya akan ikut Anda dan menunggu."
30 Bab 16 CATATAN HARIAN DR. SEWARD (lanjutan)
tepat jam dua belas kurang seperempat, kami memasuki tanah pekuburan dengan
melompati temboknya yang rendah. Malam itu gelap, hanya sekali-sekali tampak
sinar bulan di celah-celah awan tebal yang menutupi langit. Kami selalu berusaha
untuk tetap berdekatan, dengan Van Helsing agak di depan sebagai penunjuk jalan.
Waktu kami sudah dekat dengan ruang penyimpanan peti mati, kuperhatikan Arthur
benar-benar. Aku takut bahwa dengan semakin dekatnya kami ke tempat yang begitu
sarat dengan kenangan menyedihkan itu, luka hatinya akan terbuka lagi. Tapi
ternyata ia tabah. Kurasa misteri dari apa yang kami lakukan itu justru
merupakan penangkal kesedihannya. Profesor membuka kunci pintu, dan melihat
bahwa kami semua bimbang, dengan alasan masing-masing. Ia mengatasi kesulitan
itu dengan masuk mendahului kami. Lalu kami menyusul, dan menutup pintu.
Profesor menyalakan sebuah lentera hitam, dan menunjuk ke
31 peti mati itu. Dengan ragu-ragu Arthur melangkah maju. Van Helsing berkata
padaku, "Kemarin kau berada di sini bersamaku. Adakah mayat Miss Lucy di dalam peti
matinya waktu itu?" "Ada." Profesor berpaling pada yang lain-lain, dan berkata,
"Kalian dengar itu, dan aku yakin tak ada orang yang tak percaya padaku."
Diambilnya obengnya, lalu dibukanya lagi tutup peti mati itu. Arthur
memandanginya baik-baik. Ia pucat, tapi diam saja. Waktu tutup peti terbuka, ia
lebih mendekat lagi. Rupanya ia tidak tahu bahwa masih ada pelapis timah, atau
setidaknya mungkin ia tak mengira. Waktu melihat sobekan pada timah itu,
wajahnya memerah sebentar, tapi segera pucat lagi, dan ia tetap diam. Van
Helsing menarik timah pelapis itu. Kami semua melihat ke dalam peti mati, dan
terlompat ke belakang. Peti mati itu kosong! Beberapa menit lamanya tak seorang pun berkata apa-apa. Keheningan itu
dipecahkan oleh Quincey Morris.
"Profesor, tadi saya telah memberikan jawaban untuk Anda. Sekarang saya hanya
menginginkan ucapan Anda yang sebenarnya. Dalam keadaan biasa, saya takkan
menanyakannya pada Anda. Saya tidak pula ingin merendahkan martabat Anda dengan
meragukan kebenaran kata-kata Anda. Tapi
32 misteri ini sudah melewati batas rasa terhormat atau tak terhormat Apakah ini
ulah Anda?" "Aku bersumpah atas nama semua yang kuanggap suci, bahwa jangankan
memindahkannya, menyentuhnya pun aku tidak. Begini kejadiannya. Dua malam yang
lalu, aku dan Seward datang kemari dengan niat yang baik. Percayalah. Aku-
membuka peti mati ini, yang waktu itu dalam keadaan terpaku. Dan seperti
sekarang, kami menemukannya dalam keadaan kosong. Lalu kami menunggu, dan
melihat sesuatu yang putih datang melalui pohon-pohon. Keesokan harinya kami
datang lagi, siang hari, dan dia terbaring di situ. Begitu, bukan, John?"
"Ya." "Malam itu kami berada di sini tepat pada waktunya. Seorang lagi anak kecil
telah hilang, dan puji Tuhan, kami menemukannya di antara kuburan-kuburan ini,
tanpa cedera. Kemarin aku datang kemari sebelum matahari terbenam, karena
makhluk kegelapan baru bisa bergerak setelah matahari terbenam. Aku menunggu di
sini sepanjang malam sampai matahari terbit, tapi tidak melihat apa-apa. Mungkin
karena di pintu-pintu itu telah kutaruh bawang putih. Makhluk itu tak tahan
bawang putih, dan ada pula beberapa macam benda yang mereka tak tahan Kemarin
malam tak ada yang keluar, jadi tadi, sebelum matahari terbenam, kuambil bawang
putih dan barang-barangku itu. Itulah sebabnya sekarang kita temukan peti mati
ini kosong. Tapi marilah kita bersabar. Selama ini sudah banyak kita
melihat yang aneh-aneh. Mari kita menunggu di luar, jangan sampai terlihat atau
terdengar, dan kita akan melihat hal-hal yang lebih aneh lagi." Lalu ditutupnya
katup lenteranya. "Nah, sekarang kita keluar." Dibukanya pintu. Kami keluar,
satu demi satu. Ia di belakang sekali, dan mengunci pintu.
Udara malam terasa segar dan bersih, setelah merasakan kengerian di ruang
penyimpanan peti mati tadi. Manis rasanya melihat awan-awan berarak, serta
cahaya bulan yang menembus celah-celah awan yang bergerak hilir mudik seperti ?kesenangan dan kesedihan dalam hidup manusia. Manis rasanya menghirup udara
segar yang tidak mengandung noda kematian dan kebusukan. Sangat manusiawi
rasanya melihat warna merah di langit, di balik bukit, dan mendengar samar-samar
di kejauhan suara-suara tanda kehidupan sebuah kota besar. Semua terdiam dan
terpana. Arthur juga terdiam. Kulihat ia berjuang untuk memahami maksud dan
tujuan misteri itu. Aku juga bersabar, dan mulai lagi memutuskan untuk
mengesampingkan keraguanku dan menerima serta membenarkan pendapat Van Helsing.
Quincey Morris tampak murung. Kelihatannya ia menerima segala-galanya dengan
sikap dingin dan berani, siap menanggung semua risikonya. Karena tak bisa
merokok, diambilnya sejumput besar tembakau, lalu dikunyahnya. Van Helsing
sendiri bekerja dengan sikap tegas. Mula-mula dikeluarkannya dari tasnya
segenggam barang yang kelihatannya seperti biskuit wafer tipis yang terbungkus
rapi dalam sehelai serbet, lalu
34 dikeluarkannya dua genggam benda keputih-putihan seperti adonan. Adonan wafer
tadi diremukkannya sampai halus, lalu digumpal gumpalkannya. Kemudian gumpalan-
gumpalan itu dipilin-pilinnya menjadi helaian-helaian tipis, dan helaian-helaian
itu diletakkannya di semua celah pintu ruang penyimpanan peti mati. Aku heran
melihatnya, dan karena aku dekat dengannya, kutanyakan apa yang sedang
dilakukannya itu. Arthur dan Quincey juga mendekat, karena mereka juga ingin
tahu jawabannya. "Aku menutup jalan masuk ke ruang penyimpanan peti mati ini, supaya makhluk itu
tak bisa masuk." "Apakah benda yang akan Anda pasangkan di situ akan menghalanginya?" tanya
Quincey. "Astaga! Permainan apa lagi ini?"
"Memang ini suatu permainan."
"Apa yang Anda pakai itu?" Kali ini Arthur yang bertanya. Sambil membuka topinya
dengan sopan, Profesor menjawab,
"Itu hosti, roti untuk misa. Kubawa dari Amsterdam. Aku ini orang yang beriman."
Jawab* an itu mengejutkan kami, bahkan yang paling tak percaya sekalipun. Kami
jadi mengakui kesungguhan niat sang Profesor, karena ia sampai-sampai mau
menggunakan apa-apa yang dianggapnya suci. Dengan kesadaran itu, kami merasa tak
mungkin lagi untuk tak percaya. Dalam keheningan yang khidmat, kami mengambil
tempat yang sudah ditunjuknya, yaitu rapat-rapat di sekeliling
35 ruang penyimpanan peti mati, tapi tersembunyi dari pandangan setiap orang yang
datang. Aku merasa kasihan melihat yang lain-lain, terutama Arthur. Aku sendiri
sudah terlatih dengan kunjung an-kunjunganku terdahulu ke tempat yang mengerikan
ini. Meskipun demikian, aku yang sampai satu jam yang lalu masih menyangkal hal-
hal itu, kini merasa kecut. Tak pernah ruang-ruang penyimpanan peti mati tampak
begitu putih dan me- ^ ngerikan, tak pernah pohon-pohon tampak seolah-olah
melambangkan kemurungan suatu pemakaman, tak pernah rerumputan berayun-ayun atau
berdesir dengan begitu jahatnya, tak pernah cabang pohon berderak misterius
seperti saat itu, dan tak pernah pula lolong anjing di kejauhan memberikan
firasat buruk seperti malam itu.
Lama keadaan hening. Keheningan yang me- ^ nekan dan menyakitkan. Lalu terdengar
isyarat Profesor, "S-s-s-s!" Ia menunjuk. Jauh di jalan yang diapit oleh pohon-
pohon yew, kami melihat suatu sosok putih mendekat suatu sosok putih samar yang?mendekap sesuatu di dadanya. Sosok itu berhenti. Tepat pada saat itu seberkas
cahaya bulan menerangi segumpal awan yang sedang berjalan, dan tampak jelas
seorang wanita berambut hitam yang mengenakan jubah orang mati. Kami tak bisa
melihat wajahnya, karena ia sedang menunduk ke arah anak kecil berambut pirang
yang didekapnya. Sebentar kemudian terdengar suatu tangisan pendek melengking,
seperti suara tangis anak yang terbangun sebentar dari tidurnya, atau
36 suara seekor anjing yang berbaring di depan perapian dan mengigau. Kami sudah
akan maju, tapi kami lihat Profesor mengangkat tangannya, memberi peringatan
dari balik pohon yew, maka kami membatalkan niat itu. Kami lihat sosok putih itu
bergerak maju lagi. Kini sosok itu demikian dekat hingga kami bisa melihatnya
dengan jelas, sementara bulan tetap menyinarinya. Hatiku sendiri serasa membeku,
dan kudengar pula Arthur tersedak waktu kami mengenali ciri-ciri Lucy Westenra
pada makhluk itu. Tapi betapa jauhnya bedanya kini. Wajahnya yang manis telah
berubah menjadi kekejaman yang beku dan tak berperikemanusiaan, dan kesuciannya
telah berubah menjadi keburukan tak terperi. Van Helsing keluar dari
persembunyiannya. Atas isyaratnya, kami semua ikut keluar. " Kami berempat
berdiri berbaris di depan pintu ruang penyimpanan peti mati. Van Helsing
mengangkat lenteranya dan menarik katupnya, dan cahaya lampu terpusat ke arah
wajah itu. Terlihat bibirnya berwarna merah cerah karena darah segar, dan darah
itu menetes ke dagunya, menodai baju kematiannya yang putih bersih.
Kami menggigil ngeri. Dalam cahaya yang bergoyang-goyang, kami lihat saraf baja
Van Helsing . pun agak goyah. Arthur berdiri di sampingku, dan sekiranya aku
tidak merangkul lengannya dan menyangganya, ia pasti sudah jatuh.
Waktu Lucy makhluk di hadapan kami itu kusebut saja Lucy, karena ia berbentuk
?Lucy melihat kami, langkahnya tertahan dan ia menggeram
?37 marah seperti seekor kucing yang dikejutkan. Lalu ditatapnya kami satu demi
satu. Bentuk dan warna matanya memang persis mata Lucy, tapi sorotnya tak lagi
bersih, melainkan penuh dengan nyala api neraka, bukan bola mata yang lembut dan
murni seperti yang kami kenal. Pada saat itu, rasa cintaku yang masih tersisa
berubah menjadi kebencian dan rasa jijik. Seandainya saat itu ia harus dibunuh,
aku mau melakukannya dengan segala senang hati. Waktu makhluk itu memandang
kami, matanya memancarkan cahaya mengerikan, dan wajahnya dihiasi senyum
memuakkan. Aku benar-benar menggigil melihatnya! Anak yang sejak tadi didekapnya
kuat-kuat di dadanya, dicam akkanny begitu saja, lalu ia membungkukkan tubuh ke
arah anak itu sambil meraung, seperti seekor anjing yang melolong saat melihat
sepotong tulang. Anak kecil itu memekik, lalu berbaring sambil mengerang.
Perbuatan makhluk itu begitu jahat, hingga Arthur pun mengerang. Kemudian Lucy
mendatanginya dengan tangan terulur dan wajah menyunggingkan senyuman setan,
tapi Arthur mundur sambil menutupi mukanya dengan kedua belah tangan.
Tapi Lucy terus saja mendekat dengan gaya menjijikkan, lambat-lambat dan
bernafsu. "Mari ikut aku, Arthur. Tinggalkan orang-orang ini, dan ikut aku. Aku ingin
memelukmu. Mari, supaya kita bisa beristirahat berdua. Mari, suamiku, marilah!"
Terdengar sesuatu seperti suara setan dalam nada
38 bicaranya yang manis itu seperti suara kaca bersentuhan bergema sampai ke otak? ?kami yang ikut mendengarkan kata-kata yang ditujukannya pada Arthur. Arthur
sendiri seperti sudah tersihir. Diangkatnya tangannya dari wajahnya, lalu
direntangkannya kedua belah lengannya lebar-lebar. Lucy melompat ke arahnya,
tapi Van Helsing cepat-cepat maju sambil mengacungkan salib emasnya yang kecil.
Lucy mundur melihat itu, wajahnya tiba-tiba menyeringai penuh kemarahan. Ia
menerjang melewati sang Profesor, seolah-olah akan masuk ke ruang penyimpanan
peti mati itu. Tapi satu-dua langkah dari pintu, ia berhenti, seolah tertahan oleh suatu
kekuatan yang tak terlawan. Lalu ia berbalik, dan tampaklah wajahnya yang
disoroti cahaya bulan dan lampu yang kini tidak lagi bergetar, karena tangan Van
Helsing yang memegangnya kini sudah kokoh kembali. Belum pernah kulihat wajah
dengan ekspresi begitu jahat, dan aku yakin takkan ada lagi yang seperti itu.
Rona wajahnya yang indah telah berubah menjadi kebiru-biruan, matanya memancar
kan kilatan kil tan api neraka, dahinya berkerut menit seperti gelungan ular,
sedangkan mulutnya -yang cantik tapi berlumuran darah kini jadi seperti sebuah
?lapangan yang terbuka lebar, seperti pada topeng-topeng Yunani dan Jepang, yang
melambangkan nafsu. Bila wajah bisa berarti kematian bila pandangan mata bisa
?membunuh pada saat itulah kami melihatnya.
?Begitulah selama setengah menit penuh, yang
terasa seperti seabad. Makhluk itu berdiri menghadapi salib yang terangkat,
menghalangi jalan masuk, yang kini tertutup. Van Helsing memecah kesunyian
dengan berkata, "Jawablah aku, Arthur! Bolehkah aku melanjutkan pekerjaanku?"
Arthur menjatuhkan dirinya dalam keadaan berlutut, dan menutup mukanya dengan
tangan waktu menjawab. "Lakukanlah sekehendak Anda, Profesor, lakukanlah sekehendak Anda! Tak boleh ada
kengerian seperti itu lagi selama-lamanya." Lalu ia mengerang. Aku dan Quincey
serentak bergerak ke arahnya, masing-masing memegang sebelah lengannya. Kami
mendengar katup lentera yang ditutup oleh Van Helsing, lalu diletakkan. Kemudian
ia mendekati ruang penyimpanan peti mati, dan menanggalkan semua lambang yang
disucikan dari semua celah pintunya. Heran dan ngeri kami menyaksikan sosok
orang mati yang saat itu tak berbeda dari tubuh kita sendiri itu, masuk melalui
celah yang rasanya mata pisau pun sulit menembusnya. Kami semua merasa lega
melihat Profesor dengan tenang mengembalikan dempul ke tepi-tepi pintu.
Setelah itu dilakukannya, diangkatnya anak kecil itu, lalu ia berkata,
"Mari, Teman-teman, kita tak bisa berbuat apa-apa lagi sampai besok. Tengah hari
besok akan ada pemakaman, jadi kita semua harus berada di sini tak lama
sesudahnya. Sanak saudara dan teman-teman
40 orang yang meninggal itu akan pulang semua menjelang jam dua, dan bila penjaga
pekuburan mengunci pintu gerbang, kita tinggal. Setelah itu, banyak yang harus
kita lakukan, tapi tidak lagi seperti malam ini. Mengenai anak ini, dia tidak
cedera hebat Besok malam dia sudah akan sembuh. Kita tinggalkan dia di tempat
polisi akan menemukannya, seperti beberapa malam yang lalu, dan sesudah itu kita
pulang." Kemudian ia mendekati Arthur dan berkata, "Sahabatku, Arthur, kau telah
menjalani suatu cobaan yang menyakitkan. Tapi kelak bila kau menoleh ke saat
itu, kau akan mengerti bahwa itu memang perlu. Sekarang kau sedang bergelimang
di air yang getir, anakku. Tapi besok malam, dengan bantuan Tuhan, kau akan
melewatinya, dan kau akan minum air yang manis. Jadi janganlah kau terlalu
bersedih. Sebelum itu, aku takkan memintamu memaafkan aku."
Arthur dan Quincey ikut pulang bersamaku. Sepanjang jalan kami mencoba untuk
saling menghibur. Anak kecil itu telah kami tinggalkan dalam keadaan aman. Kami
letih sekali, jadi boleh dikatakan kami tidur nyenyak malam itu.
29 September, malam hari Siang tadi, jam dua belas kurang sedikit kami ?bertiga Arthur, Quincey Morris, dan aku sendiri mendatangi Profesor. Rasanya
? ?aneh, kami semua seolah sudah saling berjanji akan mengenakan pakaian hitam
seluruhnya. Arthur memang pada tempatnya mengenakan pakaian hi -
41 tam, sebab ia masih dalam keadaan berkabung, tapi kami memakainya secara


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

naluriah saja. Kami tiba di tanah pekuburan menjelang jam setengah satu. Kami
berjalan-jalan kian-kemari, berusaha tidak menarik perhatian petugas, supaya
bila para penggali liang kubur sudah menyelesaikan tugas mereka mengunci pintu
gerbang, dan penjaga tanah pekuburan mengira bahwa semua orang sudah pergi, kami
pun bisa bebas di tempat itu. Selain membawa tas kecilnya yang hitam, Van
Helsing juga membawa sebuah Jcantong kulit panjang, mirip sarung pedang. Benda
itu nampaknya cukup berat
Setelah kami tinggal berempat dan kami dengar langkah orang terakhir sudah
menghilang di jalan, tanpa berkata apa-apa dan seolah-olah dikomando, kami
mengikuti Profesor ke ruang penyimpanan peti mati. Dibukanya kunci pintunya.
Kami masuk, lalu menutupnya kembali. Profesor mengeluarkan lentera dari tasnya,
menyalakannya berikut dua batang lilin. Setelah dinyalakan, dicairkannya
dasarnya, lalu ditempelkannya di atas tutup peti-peti mati yang lain, agar ada
cukup penerangan untuk bekerja. Waktu tutup peti mati Lucy dibuka, Arthur
gemetar. Kami lihat tubuh Lucy terbaring tenang, dan ia tampak amat cantik. Tapi
dalam hatiku sendiri tak ada lagi rasa cinta, tak ada apa-apa, kecuali rasa
benci terhadap sesuatu yang jahat, yang telah memanfaatkan raga Lucy. Bahkan
wajah Arthur pun nampak keras waktu melihat itu. Lalu ia berkata pada Van
Helsing, 42 "Apakah ini benar-benar tubuh Lucy, atau hantu yang bertubuh Lucy?"
"Ini tubuhnya, tapi sekaligus juga bukan. Tapi tunggu sebentar, dan kalian akan
melihat apa dan bagaimana dia sebenarnya."
Tubuh itu kelihatan seperti tiruan sosok Lucy yang terbaring dalam keadaan
mengerikan. Gigi-giginya tajam, dan mulutnya yang jahat berlumuran darah,
membuat orang bergidik melihatnya. Seluruh penampilan fisiknya merupakan ejekan
setan terhadap kemurnian Lucy yang manis. Seperti biasa, secara teratur Van
Helsing mulai mengeluarkan beberapa barang dari dalam tasnya, dan meletakkannya,
siap untuk dipakai. Mula-mula dikeluarkannya besi solder dan alat-alatnya, lalu
sebuah lampu minyak, yang waktu dinyalakan mengeluarkan gas yang menyala terang
dan berwarna biru. Kemudian menyusul pisau-pisau bedahnya yang diletakkan dekat-
dekat pada dirinya, dan terakhir sepotong kayu bulat yang tebalnya kira-kira dua
setengah sampai tiga inci, dan panjangnya kira-kira satu meter. Salah satu
ujungnya dikeraskan dengan cara menghanguskannya, lalu diruncingkannya sampai
tajam sekali. Bersamaan dengan kayu itu dikeluarkannya pula sebuah palu yang
berat yang biasa dipakai di gudang batu bara untuk menghancurkan gumpalan-
gumpalan batu bara. Bagiku, persiapan-persiapan kerja seorang dokter, dalam
bentuk apa pun, menimbulkan semangat dan terasa memberikan angin segar. Tapi
bagi Arthur dan Quincey, barang-barang itu memberikan efek mengacaukan. Tapi
43 mereka menguatkan hati masing-masing dan tetap tenang dan diam.
Setelah semuanya siap, Van Helsing berkata, "Sebelum kita memulai, sebaiknya
kukatakan sesuatu pada kalian. Apa yang kita lakukan ini lain dari kebiasaan dan
pengalaman lama, juga lain dari apa yang biasa dikerjakan oleh semua orang yang
telah mempelajari kekuatan makhluk kegelapan. Bila orang berubah menjadi makhluk
demikian, dia mendapat kutukan kekal, tak bisa mati, hidup terus selama berabad-
abad dan menambahkan korban-korban baru, serta melipatgandakan kejahatan-
kejahatan di dunia, karena barang siapa mati sebagai vampir, akan menjadi vampir
pula dan akan mencari korban lagi. Begitulah lingkaran itu meluas terus, seperti
riak-riak yang ditimbulkan oleh batu yang dilemparkan ke air. Arthur, anakku,
kalau kau memberikan ciuman yang diinginkan Lucy sebelum dia meninggal, dan juga
kemarin malam waktu kau merentangkan lenganmu ke arahnya, kelak bila kau
meninggal, kau akan menjadi apa yang disebut orang Eropa Timur, nosferatu, dan
dengan demikian menambah jumlah makhluk mengerikan itu. Apa yang dilakukan oleh
gadis manis yang kita cintai ini masih berada pada tahap awal. Anak-anak yang
darahnya diisapnya masih belum bisa menjadi seperti dirinya. Tapi bila dia hidup
terus sebagai makhluk vampir itu, makin lama mereka akan makin banyak kehilangan
darah, dan dengan kekuatan tenaga dalamnya, mereka akan mendatanginya, dan makin
banyak dia mengisap darah mereka dengan mulutnya yang
44 jahat itu. Tapi bila Lucy benar-benar mati, semuanya akan berakhir, luka-luka
kecil di leher anak-anak itu akan sembuh, dan mereka akan kembali seperti
semula, tanpa menyadari apa yang telah terjadi. Tapi yang paling menguntungkan
adalah, bila makhluk yang sekarang ini kita hentikan langkahnya, dan kita buat
dia benar-benar mati, roh gadis malang yang kita cintai ini akan bebas lagi. Dia
takkan melakukan kejahatan lagi di malam hari dan menjadi makin hina karena
perbuatan itu, dan dia akan mengambil tempatnya di antara bidadari-bidadari yang
lain. Jadi, anak-anakku, berjasalah orang yang akan turun tangan untuk
membebaskannya, dan aku bersedia melakukannya. Tapi tak adakah di antara kita
yang lebih berhak" Apakah tidak menyenangkan bila kita mengenangnya pada malam
hari bila kita tak bisa tidur" Kita akan berhak berucap, 'Akulah yang telah
membantunya memasuki alam bintang-bintang, aku yang paling mencintainya, dan aku
yang akan menjadi pilihannya bila dia bisa memilih.' Siapakah orang itu" Coba
katakan padaku." Kami semua menoleh pada Arthur. Rupanya bukan hanya kami saja, ia sendiri pun
menyadari usul yang baik itu, dan bahwa dialah yang harus memulihkan dan
mengembalikan pada kami kenangan suci tentang Lucy. Ia melangkah maju dan
berkata dengan berani, meskipun tangannya gemetar dan wajahnya sepucat kertas.
"Profesor yang baik, saya mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang
hancur. Katakanlah apa yang harus saya lakukan, dan saya akan
melakukannya tanpa ragu!" Van Helsing meletakkan tangannya di bahu Arthur, dan
berkata, "Anak pemberani! Sebentar saja lagi, dan %ita -pun selesai. Tongkat kayu ini
harus ditusukkan ke tubuhnya. Memang sangat mengerikan jangan kautipu ?dirimu tapi hanya sebentar saja. Maka kebahagiaanmu kelak akan lebih besar
?daripada penderitaanmu sekarang. Kau akan keluar dari ruang penyimpanan peti
mati ini dan merasa seolah berada di awang-awang. Tapi kalau kau sudah mulai,
kau tak boleh ragu. Ingatlah bahwa kami, sahabat-sahabat setiamu, ada di
sekelilingmu, dan bahwa kami selalu berdoa untukmu."
"Silakan," kata Arthur dengan suara serak. "Katakan apa yang harus saya
lakukan." "Pegang tongkat kayu ini di tangan kirimu, arahkan ujungnya ke jantungnya, dan
pegang palu di tangan kananmu. Lalu, begitu kami mulai membaca doa bagi orang
mati aku yang akan membacanya, karena aku punya bukunya, dan yang lain-lain ?harus mengikutiku sebutlah nama Tuhan, dan tusukkanlah. Dengan begitu, bereslah
?orang tersayang yang kita cintai dan sudah meninggal itu, dan supaya makhluk
kegelapan itu benar-benar mati."
Arthur mengambil tongkat kayu dan palu, dan begitu tekadnya sudah bulat,
tangannya tidak gemetar lagi. Van Helsing membuka buku doanya dan mulai membaca,
sedangkan aku dan Quincey mengikutinya dengan khidmat. Arthur mengarah
46 kan ujung kayu itu ke jantung Lucy, lalu menusukkannya sekuat tenaga.
Makhluk di peti mati itu menggeliat, lalu terdengar pekik melengking dari
mulutnya yang ternganga dan berlumuran darah. Tubuhnya terguncang, menggigil,
dan mengejang dengan liar, gigi-giginya yang tajam terkatup rapat, hingga
bibirnya luka dan mulutnya berbuih merah. Namun Arthur tak bergeming. Ia nampak
seperti tokoh Thor saat tangannya yang tidak gemetar naik-turun, hingga tongkat
kayu itu terhunjam makin dalam. Darah dari jantung yang tertusuk itu keluar dan
memancur ke atas dan ke sekelilingnya. Wajah Arthur tampak teguh dan
membayangkan betapa berat tugas yang sedang dijalankannya. Melihat hal itu, kami
makin bersemangat berdoa. Suara kami bergema di seluruh ruang penyimpanan peti
mati itu. Lalu tubuh itu tidak lagi terlalu menggeliat dan menggigil, gigi-giginya makin
terkatup, dan wajahnya bergetar. Akhirnya seluruh tubuh itu diam, tak bergerak.
Tugas yang mengerikan itu selesai sudah.
Palu terjatuh dari tangan Arthur. Ia terhuyung, dan pasti sudah jatuh sekiranya
kami tidak cepat menangkapnya. Dahinya berkeringat, sedangkan napasnya
tersengal-sengal dan terputus-putus. Peristiwa itu memang merupakan suatu
ketegangan hebat, dan sekiranya ia tidak terpaksa menjalankan tugas itu dengan
pertimbangan-pertimbangan yang lebih daripada manusiawi sifatnya, tak mungkin ia
bisa melalui saat itu. Beberapa menit lamanya
47 kami asyik memperhatikan Arthur, hingga kami tak melihat ke arah peti mati.
Waktu kemudian kami melihat ke sana, dari mulut kami masing-masing keluar gumam
keterkejutan.. Kami menatap dengan penuh ketegangan, hingga Arthur yang terduduk
pun bangkit, mendekat, dan ikut melihat Di wajahnya terpancar cahaya kemurungan,
kengerian yang semula terbayang di situ lenyap sama sekali.
Di dalam peti mati itu tak ada lagi tubuh jahat yang begitu kami takuti dan kami
benci gara-gara perbuatannya yang menghancurkan, yang memang pantas dibenci. Di
tempat itu kini terbaring Lucy seperti yang telah kami kenal semasa hidupnya,
lengkap dengan bekas-bekas rasa sakit dan kesengsaraannya, namun itu semua
sangat kami sayangi, karena itu menandai ketulusan yang kami ketahui
dimilikinya. Kami semua yakin bahwa ketenangan suci yang terbaring bagaikan
sinar matahari pada wajah dan tubuh rusak itu hanya merupakan tanda dan lambang
dari ketenangan yang akan berlangsung selamanya.
Van Helsing mendekat dan meletakkan tangannya di pundak Arthur, lalu berkata
kepadanya, "Nah, sekarang belum jugakah kau memaafkan aku, Arthur anakku?"
Reaksi dari ketegangan mengerikan itu tampak ketika Arthur mengambil tangan
orang tua itu, mengangkatnya ke bibirnya, menekankannya di situ, dan berkata,
"Jangankan memaafkan! Diberkati Tuhan Anda hendaknya, yang telah mengembalikan
roh keka - 48 sihku dan memberikan kedamaian padaku." Kemudian dirangkulnya pundak Profesor,
disandarkannya kepalanya ke dada orang tua itu, dan ia menangis di situ beberapa
lamanya, sedangkan kami berdiri saja tanpa bergerak. Setelah Arthur mengangkat
kepalanya, Van Helsing berkata,
"Nah, sekarang kau boleh menciumnya, anakku. Ciumlah bibirnya, karena dia
sekarang bukan lagi setan yang menyeringai, dan bukan lagi makhluk jahat yang
berjiwa setan. Kini dia jenazah Tuhan sejati, yang rohnya ada bersamaNya!"
Arthur membungkuk dan menciumnya. Setelah itu, ia dan Quincey kami suruh keluar
dari ruang penyimpanan itu. Aku dan Profesor menggergaji bagian atas tongkat
kayu itu, tapi ujungnya yang tertancap di tubuh makhluk itu kami biarkan.
Kepalanya kami penggal, dan mulutnya kami isi dengan bawang putih. Kami solder
kembali lapisan peti dari timah itu, kami sekrup lagi tutup peti mati itu, dan
setelah mengumpulkan semua barang kami, kami pun keluar. Profesor mengunci
pintunya, lalu diberikannya kunci itu pada Arthur.
Di luar, udara nyaman, matahari bersinar dan burung-burung bernyanyi, dan
rasanya seluruh alam ikut ceria dengan nyanyian-nyanyian itu. Terasa ada
kegembiraan dan kedamaian, dan kami semua senang, meskipun ada batasnya.
Sebelum kami pergi, Van Helsing berkata,
"Nah, anak-anakku, satu langkah dari pekerjaan kita sudah selesai, yaitu langkah
yang paling menyakitkan. Tapi masih ada tugas yang lebih besar,
49 yaitu menemukan penyebab semua kesedihan ini, dan menghancurkannya. Aku memiliki
petunjuk-petunjuk yang bisa ditelusuri. Tapi ini akan merupakan tugas yang lama
dan sulit, yang mengandung bahaya dan kesengsaraan. Maukah kalian semua
membantuku" Kita semua sudah belajar untuk percaya, bukan" Dan oleh karenanya
kita merasa bahwa itu menjadi kewajiban kita pula, bukan" Tentu! Dan tidakkah
sepantasnya kita berjanji untuk melangkah terus, sampai akhir yang getir
sekalipun?" Secara bergiliran kami menjabat tangannya, dan berjanji. Lalu, sambil bergerak
akan pergi, Profesor berkata, ,
"Dua malam dari sekarang, kalian harus menemuiku lagi. Kita akan makan malam
bersama jam tujuh di rumah John. Aku akan mengikutsertakan dua orang lagi, yang
belum kalian kenal. Dan pada saat itulah aku mengemukakan rencana-rencana kita.
John, mari ikut pulang bersamaku. Banyak yang harus dirundingkan, dan kau bisa
membantuku. Malam ini aku akan berangkat ke Amsterdam, tapi aku akan kembali
besok malam. Setelah itu pekerjaan besar kita akan dimulai. Tapi terlebih dahulu
aku akan banyak berbicara, supaya kalian tahu apa yang akan dan harus dilakukan,
dan apa yang patut ditakuti. Dan kita h"rus mengulangi janji kita kembali,
karena di hadapan kita ada suatu tugas mengerikan, dan begitu kaki kita menjejak
titik awal, kita tak boleh mundur."
50 Bab 17 CATATAN HARIAN DR. SEWARD (lanjutan)
WAKTU kami tiba di Berkeley Hotel, Van Helsing menemukan sepucuk telegram
untuknya. Isinya, Akan datang dengan kereta apu Jonathan di Whitby. Ada berita penting.
Mina Harker. Profesor amat gembira. "Ah, Madam Mina yang hebat itu," katanya. "Dia adalah
mutiara di antara wanita! Dia akan tiba, tapi aku tak bisa menjemputnya. Dia
harus pergi ke rumahmu, John. Kau harus menjemputnya ke stasiun. Segera kirim
telegram padanya supaya dia siap."
Setelah telegram itu dikirimkan, ia minum teh. Sambil minum, diceritakannya
padaku tentang catatan harian yang ditulis Jonathan Harker selama berada di luar
negeri. Diberikannya salinan dari
51 catatan yang telah ditik itu, sekaligus dengan catatan Mrs. Harker waktu ia
berada di Whitby. "Ambil ini," katanya, "dan pelajari baik-baik. Kalau aku
kembali nanti, kau sudah harus menguasai semua fakta yang tercantum di situ,
supaya kita bisa memulai perundingan kita dengan baik. Simpan baik-baik, karena
di dalamnya terdapat banyak harta terpendam. Kau akan membutuhkan rasa percaya
diri yang besar, meskipun kau sudah banyak pengalaman." Sambil berbicara,
diletakkannya tandannya dengan berat dan bersungguh-sungguh di atas tumpukan
kertas itu, lalu katanya lagi, "Apa yang diceritakan di sini mungkin akan
merupakan awal dari berakhirnya sesuatu terhadapmu, terhadapku, dan orang
banyak, atau bisa kita katakan bahwa tindakan itu akan merupakan lonceng
kematian bagi makhluk kegelapan, yang gentayangan di muka bumi ini. Kuharap kau
membacanya dengan pikiran terbuka, dan kalau bisa tambahi cerita yang tertulis
di sini, karena semuanya sangat penting. Kau juga punya catatan harian tentang
hal-hal aneh ini, bukan" Nah, kita akan membahas semua "ini bersama-sama, pada
pertemuan kita nanti." Kemudian ia bersiap-siap untuk berangkat, dan tak lama
kemudian ia sudah pergi ke Liverpool Street Aku sendiri pergi ke Stasiun
Paddington, dan tiba di sana kira-kira lima belas menit sebelum kereta api tiba.
Seperti biasa, di ruang kedatangan banyak orang berdesak-desakan. Aku mulai
gelisah, karena takut tidak bertemu dengan tamuku. Tiba-tiba aku dide -
52 kati oleh seorang wanita manis, yang setelah melihat sekilas padaku, berkata,
"Anda Dr. Seward, bukan"'
"Dan Anda Mrs. Harker?" sahutku. Ia langsung , mengulurkan tangannya.
"Saya mengenali Anda, berkat gambaran yang I telah diberikan Lucy tentang diri
Anda, tapi..." Ia . mendadak berhenti, dan wajahnya merona merah. Wajahku yang
pasti juga memerah agaknya menyebabkan kami berdua merasa tenang, karena itu* i
merupakan jawaban yang tak diucapkan. Aku mengambil barang-barang bawaannya,
yang di antaranya juga terdapat sebuah mesin tik, lalu kami ! naik kereta api
bawah tanah ke Fenchurch Street ) Aku sudah mengirim telegram kepada pelayan ru-
* mah tanggaku untuk menyiapkan sebuah kamar tidur dan kamar duduk untuk Mrs.
Harker. Kami tiba pada waktunya. Ia sudah tahu bahwa tempat itu adalah sebuah sanatorium
sakit jiwa. i Meskipun demikian, masih juga kulihat bahwa ia I tak dapat
menguasai dirinya, dan bergidik waktu , kami masuk.
Katanya, kalau boleh ia ingin secepatnya datang' ke ruang kerjaku, karena banyak
yang harus dikatakannya. Aku pun mengakhiri catatan harianku . pada alat
perekam, sambil menunggunya. Aku masih belum sempat membaca catatan-catatan yang
diberikan Van Helsing padaku. Catatan-catatan itu l masih tergeletak saja di
hadapanku. Aku harus I mencarikan sesuatu yang menarik baginya, supaya L aku ada
kesempatan untuk membacanya. Ia tak
53 tahu betapa berharganya waktu, dan tak tahu pula tugas apa yang kami hadapi. Aku
menjaga supaya ia tidak ketakutan. Nah, ini dia datang.
CATATAN HARIAN MINA HARKER
29 September. Setelah merapikan diri, aku pergi ke ruang kerja Dr. Seward. ?Setiba di pintunya aku berhenti sebentar, karena kupikir ia sedang berbicara
dengan seseorang. Tapi karena sudah ditekankannya supaya aku cepat datang,
kuketuk saja pintunya, dan setelah ia berseru, "Silakan masuk," aku pun masuk.
Aku terkejut sekali karena ternyata tak ada orang lain bersamanya. Ia seorang
diri, dan di atas meja di hadapannya ada benda, yang berdasarkan gambarannya,
segera kuketahui adalah sebuah alat perekam. Aku belum pernah melihatnya, jadi
aku sangat berminat. "Mudah-mudahan Anda tidak terlalu lama menunggu saya tadi," kataku, "sebab saya berdiri di pintu beberapa
lamanya tadi, karena saya mendengar Anda berbicara, dan saya kira Anda berbicara
dengan seseorang."

Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Oh," sahutnya dengan tersenyum, "saya sedang merekam catatan harian saya."
"Catatan harian?" tanyaku terkejut
"Ya," jawabnya. "Saya merekamnya di sini." Sambil berbicara, diletakkannya
tangannya di atas alat perekam itu. Aku jadi bersemangat, dan berseru,
"Wah, ini lebih hebat daripada huruf steno! Bolehkah saya mendengarnya
sebentar?" 54 "Tentu," sahutnya gembira, lalu bangkit dan mengaturnya supaya bisa bersuara.
Tapi gerakannya tiba-tiba berhenti, dan wajahnya diliputi rasa bimbang.
"Sebenarnya," katanya dengan sikap serba salah, "ini hanya catatan harian saya,
dan karena catatan mi hampir seluruhnya tentang perihal diri saya, mungkin tak
enak, maksud saya..." Ia berhenti, dan aku berusaha membebaskannya dari rasa serba
salahnya. "Anda telah membantu merawat Lucy tersayang sampai akhir. Izinkanlah saya
mendengar bagaimana dia meninggal. Karena saya mengenal dan sangat
menyayanginya, saya akan berterima kasih sekali kalau saya diizinkan."
Aku terkejut karena ia menjawab dengan wajah yang membayangkan rasa ngeri,
"Menceritakan tentang kematiannya" Tak bisa!"
"Mengapa tidak?" tanyaku. Aku pun dilanda rasa ngeri. Ia masih diam, dan kulihat
ia mencoba mencari alasan. Akhirnya ia berkata dengan gugup,
"Begini. Sulit sekali mencari bagian tertentu dari catatan itu." Sementara
berbicara, agaknya ia mendapat suatu gagasan, lalu ia berbicara lagi dengan
suara yang berbeda, dan seolah-olah berada dalam keadaan setengah sadar.
Suaranya lugu seperti suara anak kecil. "Sungguh, saya tidak bohong. Saya berani
bersumpah!" katanya. Mau tak mau aku tersenyum, dan melihatku tersenyum, ia
menyeringai. "Dulu saya hanya mengikuti kata .hati saja," katanya. "Padahal
tahukah Anda, meskipun sudah berbulan-bulan menyimpan catatan ini, tak pernah
terpikir oleh saya bagaimana saya bisa menemukan bagian tertentu dari catatan
ini bila saya memerlukannya." Pada saat itu aku sudah yakin bahwa catatan
seorang dokter yang telah merawat Lucy mungkin mengandung sesuatu untuk menambah
pengetahuan yang kami miliki mengenai makhluk mengerikan itu. Jadi aku berkata
terus terang, "Kalau begitu, Dr. Seward, sebaiknya izinkanlah saya menyalinnya dengan mesin
tik saya." Wajahnya menjadi pucat pasi waktu ia berkata,
"Tidak! Tidak! Tidak! Tak bisa. Saya tak mau memberitahukan pada Anda cerita
mengerikan itu!" Kalau begitu memang mengerikan rupanya. Jadi naluriku benar. Aku berpikir
sebentar, dan melihat ke sekitarku, mencari sesuatu atau kemungkinan yang bisa
membantuku. Terlihat olehku setumpuk kertas di atas meja. Ia mengikuti arah
pandanganku tanpa berpikir. Waktu mengetahui bahwa aku melihat tumpukan kertas
itu, ia pun mengerti apa maksudku.
"Anda tidak mengenal saya," kataku. "Kalau Anda sudah membaca kertas-kertas
itu maksud saya catatan-catatan saya dan suami saya yang sudah saya tik ?itu Anda akan mengenal saya lebih baik. Saya tak pernah ragu dalam mengeluarkan
?apa yang ada dalam hati saya mengenai soal ini. Tapi saya maklum, sebab Anda
belum mengenal saya, dan saya tak boleh berharap Anda mau mempercayai saya."
56 Ia benar-benar orang yang berbudi luhur. Lucy tersayang memang tepat dalam
menilainya. Ia bangkit, lalu membuka sebuah laci besar di mana tersusun rapi
sejumlah tabung besar berlapis lilin hitam. Lalu ia berkata,
"Benar kata Anda. Saya tidak mempercayai Anda karena saya tidak mengenal Anda.
Tapi sekarang saya mengenal Anda, dan terus terang saya katakan, seharusnya saya
mengenal Anda sejak dulu. Saya tahu, Lucy telah menceritakan tentang diri saya
pada Anda. Dia juga bercerita tentang Anda pada saya. Bolehkah saya menebus dosa
saya pada Anda" Ambillah tabung-tabung ini, dan dengarkanlah enam buah yang ?pertama bersifat pribadi, dan takkan membuat Anda takut, melainkan akan membuat
Anda mengenal saya lebih baik. Sementara Anda membaca, makan malam disiapkan,
dan sementara itu pula saya membaca catatan-catatan harian Anda dan suami Anda,
supaya saya lebih bisa memahami beberapa hal."
Dibawakannya fonograf itu ke ruang dudukku, dan dipasangkannya. Aku yakin bahwa
aku akan mendengar suatu hal yang menyenangkan, karena catatan itu akan
menceritakan tentang sisi lain suatu episode cinta murni yang baru kuketahui
dari satu sisi.... CATATAN HARIAN DR. SEWARD
29 September. Aku asyik sekali membaca catatan harian Jonathan Harker dan
?istrinya yang sangat menarik itu, hingga kubiarkan saja waktu berlalu
57 tanpa menyadarinya. Mrs. Harker belum turun. Waktu pelayan memberitahukan bahwa
makanan sudah siap, aku berkata,
"Mungkin dia letih. Biarlah, tunggu satu jam lagi." Dan aku bekerja terus. Baru
saja aku selesai membaca catatannya, Mrs. Harker masuk. Ia cantik dan manis,
tapi kelihatan sedih sekali, matanya merah bekas menangis. Hal itu menyentuh
hatiku. Akhir-akhir ini aku sendiri punya banyak alasan untuk menangis, hanya
Tuhan yang tahu! Tapi aku tak punya kesempatan untuk melampiaskannya, hingga
kini, melihat mata manis yang masih basah oleh air mata yang baru keluar itu,
hatiku langsung tersentuh. Maka aku pun berkata selembut mungkin,
"Saya khawatir, telah membuat Anda sedih."
"Oh, tidak, Anda tidak menyusahkan," sahutnya, "tapi hati saya lebih tersentuh
daripada yang bisa saya katakan, mendengar kesedihan Anda. Kisah itu nyata,
benar-benar nyata, meskipun kejam. Saya jadi bisa merasakan kesedihan Anda.
Pengakuan itu bagaikan tangisan batin kepada Tuhan. Tak ada orang lain yang
boleh mendengarnya! Lihatlah ini, saya telah mencoba menjadikan diri saya
berguna. Kata-kata Anda telah saya salin dengan mesin tik, dan sekarang tak ada
orang lain yang perlu mendengar rintihan hati Anda lagi, seperti yang telah saya
dengar." "Tak seorang pun perlu tahu, dan tak seorang pun akan tahu," kataku dengan suara
rendah. Diletakkannya tangannya di atas tanganku, dan ia berkata dengan serius
sekali, 58 "Orang malah harus tahu!"
"Harus" Mengapa?" tanyaku.
"Karena itu merupakan bagian dari cerita mengerikan itu, bagian dari kematian
Lucy yang malang, yang kita cintai, juga segala sesuatu yang menyebabkan
kematian itu. Karena dalam perjuangan yang akan kita hadapi untuk membebaskan
bumi ini dari monster mengerikan itu, kita harus tahu semuanya, dan mendapatkan
bantuan yang bisa kita peroleh dari cerita itu. Saya rasa, tabung-tabung yang
Anda berikan pada saya berisi lebih daripada yang Anda inginkan untuk saya
ketahui. Tapi dalam rekaman Anda saya juga bisa melihat banyak titik terang
dalam misteri gelap ini. Anda mau mengizinkan saya membantu, bukan" Sampai titik
tertentu, saya tahu semua, dan meskipun saya baru mendengarkan catatan Anda
sampai tanggal 7 September, saya sudah tahu betapa kuatnya Lucy tersihir, dan
betapa buruk nasibnya. Saya dan Jonathan telah bekerja siang-malam, sejak kami
bertemu dengan Profesor Van Helsing. Jonathan sedang pergi ke Whitby untuk
mencari informasi lebih banyak, dan besok dia akan berada di sini untuk membantu
kita. Kita tak perlu saling menyimpan rahasia. Dengan bekerja sama dan saling
mempercayai sepenuhnya, kita pasti bisa lebih kuat daripada bila ada di antara
kita yang masih dalam keadaan gelap." Ia menatapku dengan pandangan memohon,
tapi sikapnya membayangkan keberanian dan tekad bulat. Maka aku pun memenuhi
keinginannya. "Anda boleh melakukan apa pun dalam hal ini.
59 Semoga Tuhan mengampuni saya bila ada perbuatan saya yang salah! Masih ada hal-
hal mengerikan yang harus dipelajari, tapi begitu kita sudah mulai mengetahui
tentang kematian Lucy, saya yakin kita takkan puas sebelum mengetahui semuanya.
Ya, akhir dari semua ini akan memberi kita harapan akan kedamaian. Mari, makan
malam sudah siap. Kita harus menjaga kekuatan masing-masing dalam menghadapi
tugas kita yang kejam dan mengerikan ini. Setelah makan, Anda akan mendengar
selebihnya, dan saya akan menjawab setiap pertanyaan Anda bila ada yang tidak ?Anda pahami, meskipun sudah jelas siapa-siapa yang hadir dalam cerita itu."
CATATAN HARIAN MINA HARKER
29 September. Setelah makan malam, aku dan Dr. Seward masuk ke ruang kerjanya.
?Diambilnya kembali fonografnya dari kamarku, dan aku membawa mesin tikku. Aku
disuruhnya duduk di kursi yang nyaman, dan fonograf itu diletakkannya sedemikian
rupa supaya aku bisa mencapainya tanpa perlu berdiri, dan diperlihatkannya
padaku bagaimana cara menghentikannya bila aku ingin berhenti. Lalu dengan
bijaknya ia duduk membelakangiku, supaya aku benar-benar bebas, dan ia mulai
membaca. Kupasang logam berbentuk garpu itu ke telingaku, dan aku mulai
mendengarkan. 'Setelah kisah tentang kematian Lucy dan semua kejadian yang menyusulnya
selesai, aku bersandar di kursiku tanpa daya. Untung aku bukan orang
yang mudah pingsan. Waktu Dr. Seward melihat keadaanku, ia melompat bangkit
sambil berseru kaget, lalu cepat-cepat mengeluarkan botol minuman dari lemari.
Aku diberinya minum brendi sedikit, untuk memulihkan keadaanku. Otakku serasa
berputar-putar. Untunglah di antara begitu banyak kengerian, ada pula seberkas
cahaya, seberkas sinar suci, bahwa Lucy-ku yang begitu kusayangi kini sudah
berada dalam keadaan damai. Kurasa aku takkan kuat menanggung semuanya itu,
tanpa reaksi macam-macam. Semuanya begitu kejam, misterius, dan aneh, hingga
sekiranya aku belum membaca kisah pengalaman Jonathan di Transylvania, aku pasti
takkan percaya. Kini aku tak tahu apa yang harus kupercayai, dan aku pun
membebaskan diri dari kesulitanku dengan cara mengalihkan perhatian pada sesuatu
yang lain. Kubuka tutup mesin tikku, lalu berkata pada Dr. Seward,
"Sebaiknya saya ketik semuanya sekarang. Kita harus sudah siap bila Dr. Van
Helsing datang. Saya sudah mengirim telegram pada Jonathan, supaya langsung
datang kemari begitu dia tiba di London dari Whitby. Dalam soal begini, waktu
besar sekali artinya, dan saya rasa, bila kita persiapkan semua peralatan kita,
dan semua persoalan disusun menurut aturan kronologis, itu sudah besar artinya.
Kata Anda tadi, Lord Godalming dan Mr. Morris akan datang juga. Marilah kita
siapkan diri kita supaya bisa menceritakannya pada Jonathan bila mereka datang."
Dia pun lalu menyetel fonograf dengan kecepatan rendah, dan aku mulai mengetik
dari awal tabung ketujuh. Aku mengetiknya dalam beberapa lampiran, seperti yang sudah
kulakukan dengan yang lain. Malam sudah larut waktu aku selesai, tapi Dr. Seward
masih menjalankan tugas kelilingnya menjenguk pasien-pasiennya. Waktu-sudah
selesai, ia kembali duduk membaca di dekatku, hingga aku tidak terlalu kesepian
sementara aku bekerja. Ia amat baik dan penuh pengertian. Ah, dunia serasa penuh
dengan laki-laki yang baik meskipun di antara mereka memang ada monster. ?Sebelum kembali ke kamarku, aku teringat akan apa yang tertulis dalam catatan
Jonathan mengenai betapa kacaunya Profesor waktu membaca sesuatu dalam surat
kabar petang di Stasiun Exeter. Maka, waktu kulihat bahwa Dr. Seward menyimpan
surat-surat kabar lamanya, kupinjam harian-harian Westminister Gazette dan Pall
Mall Gazette, untuk kubawa ke kamarku. Aku ingat bahwa harian-harian The
Dailygraph dan Whitby Gazette yang kusimpan guntingan-guntingannya, telah
membantu kami untuk memahami peristiwa-peristiwa mengerikan di Whitby, saat
?Count Dracula mendarat Jadi aku akan membaca koran-koran petang sejak kejadian
itu. Mungkin aku bisa mendapatkan titik terang. Aku tidak mengantuk, dan dengan
membaca, aku akan merasa tenang.
CATATAN HARIAN DR. SEWARD
. 30 September. Mr. Harker tiba jam sembilan. Ia menerima telegram dari
?istrinya tepat sebelum ia berangkat. Kalau kita bisa menilai seseorang dari
62 wajahnya, kita langsung bisa mengatakan bahwa ia orang yang luar biasa pintar,
juga penuh semangat. Bila catatan hariannya memang benar, ia juga seorang yang
punya keberanian dan jika dibandingkan dengan pengalaman-pengalaman kami
?sendiri, catatannya itu memang benar. Sungguh luar biasa keberaniannya, sampai
dua kali mendatangi ruang penyimpanan peti mati itu. Setelah membaca catatan
hariannya, aku bersiap-siap untuk bertemu dengan seseorang yang berpenampilan
jantan. Aku sama sekali tak menyangka bahwa ia sebenarnya seorang pria yang
tenang dan lugas. Kemudian. Setelah makan siang, Harker dan istrinya kembali ke kamar mereka, dan
?waktu aku lewat di sana beberapa waktu yang lalu, kudengar suara mesin tik,
Rupanya mereka sedang bekerja keras. Kata Mrs. Harker, mereka sedang
menggabungkan setiap potong bukti yang ada pada mereka secara berurutan. Harker
menyimpan surat 'menyurat antara orang-orang yang menerima peti-peti di Whitby
dengan perusahaan pengangkutan di London yang mengurusnya. Kini ia sedang
membaca catatan harianku yang sudah disalin oleh istrinya pada mesin tik. Aku
ingin tahu bagaimana hasil pekerjaan mereka. Inilah kelanjutannya....
Aneh! Aku tak pernah menyadari bahwa rumah yang berada tepat di sebelah
sanatoriumku adalah tempat persembunyian Count! Padahal sudah banyak petunjuk
dari kelakuan-kelakuan Renfield, pasien kami itu. Berkas surat-surat yang
berhubungan de - 63 ngan pembelian rumah itu ada bersama salinan-salinan catatan yang sudah diketik.
Ah, kalau saja salinan-salinan itu ada pada kami dulu, pasti kami bisa
menyelamatkan Lucy yang malang! Stop, di situlah letak kegilaan! Harker sudah
kembali dan sedang membandingkan bahan-bahannya lagi. Katanya, menjelang makan
malam nanti, bahan-bahan itu sudah akan merupakan suatu kisah utuh yang saling
berkaitan. Dianjurkannya supaya sementara itu aku menengok Renfield, karena
selama ini, sikapnya bisa dijadikan petunjuk mengenai datang dan perginya Count.
Aku masih belum melihat kebenaran hal itu, tapi kalau sudah melihat tanggal-
tanggalnya, kurasa aku akan bisa memastikannya. Untung sekali Mrs. Harker sudah
menyalin tabung-tabung rekamanku dengan mesin tiknya! Kalau tidak, kami takkan
pernah menemukan tanggal-tanggalnya?Kudapati Renfield sedang duduk tenang di kamarnya, dengan tangan terlipat. Ia
tersenyum jinak. Pada saat itu ia kelihatan benar-benar waras. Aku duduk, dan
kami bercakap-cakap tentang banyak hal. Semuanya ditanggapinya dengan wajar.
Lalu ia mulai berbicara soal pulang. Padahal selama tinggal di sanatorium ini
tak pernah ia menyinggung soal itu. Ia bahkan dengan yakin membicarakan mengenai
pembebasannya. Sekiranya aku belum berbicara dengan Harker dan membaca surat-
surat serta tanggal-tanggal peristiwa amukannya, kurasa setelah
mempertimbangkannya sebentar, pasti aku sudah menandatangani surat
pembebasannya. Tapi kini aku lebih curiga. Semua
64 amukannya boleh dikatakan selalu berkaitan dengan datangnya Count. Lalu apa arti
ketenangan ini" Mungkinkah nalurinya telah puas karena kemenangan yang telah
dicapai vampir itu" Padahal ia sendiri adalah manusia yang bersifat hewan, dan
dalam amukannya yang buas ia selalu menyebut-nyebut, "Tuanku!" Semua itu agaknya
membenarkan gagasan kami.
Sebentar kemudian, aku pergi. Renfield agak terlalu waras saat ini, hingga tak
aman untuk mengoreknya terlalu dalam dengan pertanyaan-pertanyaan. Bisa-bisa ia
lalu berpikir, dan...! Jadi sebaiknya aku pergi. Aku tak percaya akan keadaannya
yang tenang itu, jadi kuisyaratkan pada petugas untuk mengawasinya dengan
cermat, dan menyiapkan baju pasien yang panjang dan ketat itu, untuk keadaan
darurat CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER
29 September, dalam kereta api. Waktu menerima surat dari Mr. Billington yang
?menyatakan kesediaannya memberikan informasi yang ada padanya, kupikir jalan
terbaik adalah kalau aku pergi ke Whitby dan mengadakan penelitian-penelitian di
tempat kejadian. Tujuanku kini adalah menelusuri barang kiriman Count yang
mengerikan itu, ke tempa! tujuannya di London. Kelak hal itu bisa kami bahas.
Putra Mr. Billington, seorang anak muda yang baik, menjemputku di stasiun dan
mengantarku ke rumah Mr. Billington. Mereka bahkan mengajakku bermalam di situ.
Mereka adalah tuan rumah 65 yang baik, dan dengan keramah-tamahan khas -Yorkshire, mereka berikan segala-
galanya pada tamu, dan mereka berikan kebebasan untuk berbuat sekehendakku.
Mereka semua tahu bahwa aku sibuk, dan bahwa aku takkan lama tinggal di situ.
Sedang di kantornya, Mr. Billington sudah menyiapkan semua surat yang
berhubungan dengan pengiriman peti-peti itu. Agak terguncang juga hatiku melihat
lagi surat-surat yang pernah kulihat di meja kerja Count dulu, saat aku belum
mengetahui rencana-rencana setannya. Rupanya semua sudah dipikirkannya baik-baik
dan dikerjakannya dengan teratur dan amat rapi. Agaknya ia sudah siap menghadapi
setiap rintangan yang muncul tanpa disengaja saat ia melaksanakan niat jahatnya.
Dan ketelitian orang menjalankan instruksi instruksinya adalah semata-mata
karena kecermatannya itu. Kulihat fakturnya, lalu kucatat. Lima puluh peti
berisi tanah biasa, yang akan digunakan untuk bahan eksperimen. Kucatat pula
suratnya pada Carter & Faterson dan jawabannya, yang salinannya sudah ada
padaku. Hanya itulah informasi yang bisa diberikan Mr. Billington padaku. Maka
aku pergi ke pelabuhan untuk menjumpai pengawal-pengawal pantai, petugas-petugas
bea cukai, dan syahbandar. Mereka semua bisa menceritakan sesuatu tentang
kejadian aneh waktu kapal itu masuk, dan tak seorang pun bisa menambahkan
gambaran tentang muatannya yang sederhana, yaitu lima puluh peti berisi tanah
biasa. Lalu kutemui kepala stasiun, yang dengan ramah mem pertemukanku dengan
petugas-petugas yang telah
66 menerima peti-peti itu. Penjelasan mereka sesuai benar dengan apa yang tercantum


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dalam daftar, dan mereka tak bisa menambahkan apa-apa, kecuali bahwa peti itu
berat sekali, dan mereka harus bekerja keras untuk menggesernya. Salah seorang
menambahkan bahwa pekerjaan itu benar-benar berat, karena tak ada seorang pun
yang berbaik hati memberikan minuman barang sedikit pun, hingga sambung yang ?lain rasa haus yang harus mereka tanggung saat itu takkan terlupakan. Sebelum
?pergi, kuberikan imbalan lebih dari cukup pada mereka.
30 September. Kepala stasiun telah berbaik hati memberikan surat singkat untuk
?rekannya, kepala stasiun di King's Cross, sehingga begitu tiba di sana, aku
langsung bisa bertanya tentang datangnya peti-peti itu. Ia pun segera
menghubungkan aku dengan petugas-petugas yang sebenarnya. Kulihat bahwa catatan
mereka sesuai dengan faktur aslinya. Tapi peristiwa kehausan luar biasa di sini
tidak sehebat di tempat pertama. Namun kesempatan itu mereka manfaatkan dengan
baik pula, hingga lagi-lagi aku terpaksa menanganinya dengan memberikan uang
rokok. Dari situ aku pergi ke kantor pusat Carter & Paterson, di mana aku disambut
baik. Mereka mencari catatan transaksi itu, dan langsung menelepon kantor mereka
di King's Cross untuk mendapatkan hal-hal yang lebih terperinci. Untunglah
orang-orang yang mengurus penerimaan itu sedang tidak ada pekerjaan, dan
petugasnya langsung mengirimkan -
67 nya, lengkap dengan catatan biaya pengiriman dan semua surat yang berhubungan
dengan penyerahan peti-peti itu di Carfax. Di sini pun kulihat bahwa catatannya
cocok sekali, sedangkan para pengangkutnya bisa menambahkan kekurangan pada
keterangan-keterangan yang tertulis dengan beberapa soal kecil. Kudapati bahwa
hal itu terutama berhubungan dengan banyaknya debu dalam menjalankan pekerjaan
itu, dan betapa hebatnya rasa haus yang harus mereka tanggung saat bekerja.
Waktu aku kemudian memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menanyakan keadaan
rumah itu, salah seorang pekerja berkata,
"Tak pernah saya melihat rumah seaneh ini, Pak. Kelihatannya sudah beratus-ratus
tahun tak pernah disentuh. Debunya demikian tebal hingga kita bisa menidurinya
tanpa merasa tulang-tulang kita sakit. Dan tempat itu demikian tak terurusnya,
hingga baunya seperti bau dari zaman purba. Tapi kapel tua itu itu yang luar
?biasa! Saya dan teman saya lari tunggang-langgang keluar dari situ. Saya tak mau
berada di situ barang sebentar pun juga, di malam hari."
Karena sudah pernah berada di rumah seperti itu, aku percaya padanya. Tapi
sekiranya ia tahu apa yang kuketahui, kurasa ia pasti lebih kacau lagi.
Dalam satu hal aku merasa puas, yaitu bahwa semua peti yang tiba di Whitby dari
Varna dengan kapal Demeter telah disimpan dengan aman di kapel tua di Carfax.
Harus ada lima puluh jumlah -
68 nya. Kalau tidak, berarti ada yang sudah dipindahkan dan aku khawatir hal itu
?telah terjadi, kalau membaca catatan harian Dr. Seward.
Akan kucoba menemui kusir pedati yang diserang Renfield waktu mereka mengangkut
peti-peti itu dari Carfax. Dengan menelusuri petunjuk-petunjuk itu, mungkin kami
bisa mengetahui ba-nyak hal.
Kemudian. Aku dan Mina sudah bekerja seharian, dan kami sudah menyusun semua
? surat CATATAN HARIAN MINA HARKER
30 September. Aku senang sekali, hingga tak tahu bagaimana menahan perasaan ?ini. Mungkin ini
merupakan reaksi dari rasa takut yang menghantuiku kalau kalau peristiwa-
peristiwa mengerikan ini akan
menyebabkan luka-luka lama pada diri Jonathan terbuka kembali, hingga sangat
merugikannya. Aku mengantarnya berangkat ke Whitby dengan air muka
setabah mungkin, padahal aku takut sekali. Tapi
usahaku berpengaruh baik padanya. Tak pernah tekadnya sebulat sekarang, tak
pernah ia sekuat sekarang, dan sekarang semangatnya meledak-ledak bagaikan gunung berapi. Benar
sekali yang dikatakan Profesor Van Helsing yang baik itu bahwa ia sama kuatnya
dengan batu karang, bahwa keadaan
nya sudah membaik, padahal ia berada di bawah tekanan yang sebenarnya bisa
membunuh seseorang yang berpembawaan lemah. Ia kembali dalam keadaan penuh
semangat penuh harapan dan tekad.
Segalanya sudah siap untuk malam ini. Aku sendiri merasa senang, bercampur
kacau. Kurasa orang patut merasa iba terhadap seseorang yang begitu dikejar-
kejar seperti Count itu. Itulah soalnya. Makhluk itu bukan manusia, tapi bukan
pula binatang buas. Bila kita membaca catatan Dr. Seward mengenai kematian Lucy
dan kejadian-kejadian yang menyusulnya, cukuplah sudah untuk memupus rasa iba
dari hati kita. Kemudian. Lord Godalming dan Mr. Morris tiba lebih awal daripada yang kami
?harapkan. Dr. Seward sedang ada urusan di luar dan ia mengajak Jonathan. Jadi
akulah yang harus menerima mereka. Pertemuan itu membuatku sedih, karena
mengingatkanku pada semua harapan Lucy, hanya beberapa bulan yang lalu. Mereka
memang sudah mendengar"* tentang diriku dari Lucy, dan kata Mr. Morris, Prof.
Van Helsing pun sudah banyak menyanjung diriku. Kasihan pemuda-pemuda itu, tak
ada di antara mereka yang menyadari bahwa aku tahu semua tentang lamaran lamar n
mereka pada Lucy. Mereka tak begitu tahu apa yang harus mereka katakan atau
lakukan, karena mereka tak tahu sudah berapa banyak yang kuketahui, jadi mereka
hanya membicarakan soal-soal yang umum saja. Tapi aku sudah " memikirkan hal
itu, dan sudah berkesimpulan-bahwa yang terbaik yang bisa kulakukan adalah
menyiagakan mereka di tempat yang benar. Dari catatan Dr. Seward, aku tahu bahwa
mereka hadir pada saat kematian Lucy kematian yang sesungguhnya
? ?70 hingga aku tak perlu takut membuka rahasia sebelum saatnya. Maka kuceritakan
bahwa aku sudah membaca semua catatan dan surat yang berhubungan i dengan
peristiwa itu, dan bahwa aku dan suamiku r sudah menyalinnya dengan mesin tik,
dan bahkan L sudah selesai kami susun. Masing-masing kuberi i satu copy dan
kupersilakan membacanya di ruang i perpustakaan. Waktu Lord Godalming
menerimanya t dan membalik-baliknya semuanya memang berupa tumpukan tebal ia
? ?berkata, "Apakah Anda yang menulis ini semua, Mrs. L Harker?"
Aku mengangguk, dan ia berkata lagi, "Saya kurang mengerti apa tujuannya, tapi
kalian I semua begitu baik, dan bekerja dengan begitu ber-I sungguh-sungguh
serta penuh semangat, hingga saya "tak bisa berbuat lain kecuali menerima
gagasan-| gagasan Anda dengan memejamkan mata, dan men-I coba membantu Anda
semua. Ada satu hal yang I sudah saya pelajari dalam menerima fakta-fakta L yang
pantas membuat seseorang merasa rendah diri k seumur hidupnya. Apalagi saya tahu
bahwa Anda mencintai Lucy yang malang...." Ia memalingkan I tubuh, lalu menutupi
wajahnya dengan kedua belah I tangan. Suaranya bergetar karena tangis. Mr.
Morris ".yang ikut merasakan kesedihan itu, hanya meletak T kan tangannya di
pundak temannya, lalu diam-diam I keluar dari kamar. Kurasa ada sesuatu pada
sifat I wanita yang membuat pria merasa bebas menangis I di hadapan mereka dan
mengeluarkan isi hatinya " yang bersifat lembut dan emosional, tanpa me-71
ngurangi sifat kelaki-lakiannya. Jadi, waktu Lord Godalming tahu bahwa ia
tinggal berduaan saja denganku, ia duduk di sofa dan menangis sepuas-puasnya.
Aku duduk di sebelahnya dan menggenggam tangannya. Kuharap saja ia tak
menganggapku lancang, dan bila kelak ia teringat akan peristiwa ini, semoga ia
tak punya anggapan yang bukan-bukan. Ternyata aku salah menilainya, karena aku
yakin bahwa ia tak punya anggapan semacam itu ia terlalu berbudi untuk ?berpikiran begitu. Karena kulihat hatinya hancur, kukatakan padanya,
1 "Saya sangat mencintai Lucy, dan saya tahu siapa dia bagi Anda, dan siapa pula
Anda baginya. Kami berdua sudah seperti kakak adik, dan sekarang dia sudah
tiada. Tak maukah Anda menjadikan saya saudara dalam kesedihan" Saya tahu
kesedihan-kesedihan yang sedang Anda rasakan,-v meskipun saya tak tahu berapa'
dalamnya. Bila simpati dan rasa iba bisa membantu dalam duka Anda, izinkanlah
saya membantu Anda demi Lucy."
Saat itu, pemuda malang itu tampak dilanda rasa haru. Kulihat bahwa seketika itu
juga semua penderitaan yang disimpannya sendiri akhir-akhir ini, menemukan
salurannya. Ia jadi histeris. Diangkatnya kedua belah tangannya dan dihantam-.
kannya kedua belah telapak tangannya dalam kesedihan yang amat sangat. Ia
bangkit, lalu duduk lagi, dan air mata mengalir terus di pipinya. Aku kasihan
sekali padanya. Tanpa berpikir, kurentang-kan lenganku. Dengan terisak
direbahkannya ke-72 palanya di pundakku, dan ia menangis seperti anak kecil, dengan tubuh
terguncang-guncang karena emosi.
Kami kaum wanita memiliki naluri keibuan yang memungkinkan kami bisa mengatasi
persoalan-persoalan kecil bila semangat keibuan kami tersentuh. Kurasakan kepala
pria yang sedang sedih itu tersandar pada tubuhku, seperti kepala bayi yang
mungkin kulahirkan kelak. Aku membelainya, seolah-olah ia anakku sendiri. Pada
saat itu tak terpikir olehku betapa anehnya hal itu.
Sebentar kemudian isak tangisnya agak mereda, lalu ia mengangkat kepalanya
sambil meminta maaf, tanpa menyembunyikan emosinya. Dikatakannya bahwa dalam
beberapa hari dan malam terakhir ini hari-hari yang melesukan dan malam-malam
?tanpa tidur dia tak bisa berbicara dengan siapa pun juga, sebagaimana seorang
?pria seharusnya berbicara dalam kesedihannya. Tak ada wanita yang bisa
memberikan simpati padanya, atau yang bisa diajaknya berbicara dengan bebas
mengenai kesedihan yang sedang menimpanya. "Sekarang saya tahu penderitaan
saya," katanya sambil mengeringkan air matanya, "dan saya tahu betapa besar
artinya simpati Anda yang manis terhadap saya. Pada waktunya kelak saya akan
makin mengerti, dan percayalah bahwa meskipun sekarang saya bukannya tak merasa
berterima kasih, dengan bertambahnya pengertian saya, rasa terima kasih saya pun
akan bertambah besar pula. Anda mau menganggap saya saudara, bukan" Demi Lucy."
73 "Demi Lucy," sahutku, lalu kami berjabatan ta- ngan.
? "Ya, tapi juga demi Anda sendiri," katanya. "Bila penghargaan dan rasa terima
kasih seorang laki-laki pantas direbut, Anda telah berhasil merebutnya dari
saya. Bila kelak Anda membutuhkan bantuan seorang laki-laki, percayalah, Anda
tidak sia-sia bila memintanya dari saya. Semoga Tuhan tidak memberikan saat
seperti itu pada Anda, hingga membayang-bayangi sinar matahari dalam hidup Anda.
Tapi bila itu datang juga, berjanjilah untuk datang pada saya ' Ia berkata
dengan sungguh-sungguh, dan ia nampak amat sedih, hingga aku merasa harus
menyenangkan hatinya. Maka kataku,
"Saya berjanji."
Waktu aku keluar ke lorong rumah, kulihat Mr. Morris sedang melihat ke luar
jendela. Waktu mendengar langkah-langkahku, ia menoleh, dan bertanya, "Bagaimana
Arthur?" Waktu dilihatnya mataku merah, ia berkata lagi,
"Oh, rupanya Anda baru saja menghiburnya: Kasihan dia! Dia memang perlu dihibur.
Hanya seorang wanita yang bisa menghibur seorang laki-laki bila hatinya dalam
kesulitan, dan dia tak punya siapa-siapa untuk menghiburnya."
Kesulitannya sendiri ditanggungnya dengan tabah, hingga hatiku terasa perih
melihatnya. Kulihat dia sedang memegang naskah yang kuketik, dan tahulah aku
bahwa bila sudah membacanya, ia akan menyadari betapa banyak yang sudah
kuketahui. Jadi kukatakan padanya,
74 "Saya akan senang sekali bila saya bisa menghibur semua orang yang sedih. Maukah
Anda bersahabat dengan saya, dan datang pada saya bila Anda membutuhkan hiburan"
Kelak Anda akan tahu, mengapa saya berkata begitu."
Ia melihat kesungguhanku. Lalu ia membungkuk. Diambilnya tanganku, dan diciumnya
dengan bibirnya. Aku menyadari bahwa hati yang sedang sedih, tapi begitu tabah,
memerlukan hiburan juga, hingga tanpa kusadari benar, aku menciumnya. Matanya
berlinang, dan suaranya agak tercekat waktu ia berkata dengan tenang,
"Mrs. Harker, Anda takkan pernah menyesali kebaikan hati yang sudah Anda
berikan, sepanjang hidup Anda!" Lalu ia pergi, masuk ke ruang perpustakaan,
menemui temannya. Aku yakin bahwa ia juga akan menjadi seorang sahabat bagiku.
Scanned book sbook ini hanya untuk koleksi pribadi. DILARANG MENGKOMERSELKAN
atau hidup anda mengalami ketidakbahagiaan dan ketidakberuntungan
_BB9C 75 Bab 18 CATATAN HARIAN DR. SEWARD
30 September. Aku pulang jam lima. Kudapati Godalming dan Morris bukan hanya ?sudah tiba, tapi juga sudah mempelajari salinan catatan harian dan surat surat
yang sudah disalin dan disusun oleh Harker dan istrinya yang luar biasa itu.
Harker belum kembali dari mengunjungi pekerja-pekerja pengangkutan yang telah
diceritakan Dr. Hennessey padaku dalam suratnya. Mrs. Harker menyuguhkan teh,
dan terus terang kukatakan bahwa sejak aku mendiami rumah ini, baru sekaranglah
rumah ini terasa bagaikan rumah tinggal sesungguhnya. Setelah selesai minum,
Mrs. Harker berkata, "Dr. Seward, bolehkah saya mengajukan satu permintaan" Saya ingin bertemu dengan
Renfield, pasien Anda itu. Izinkanlah saya menemuinya. Apa yang tertulis dalam
catatan Anda tentang dia sangat menarik perhatian saya!"
Pandangannya penuh permohonan, dan ia cantik sekali, hingga aku tak bisa
menolaknya. Maka aku 76 mengajaknya ke tempat itu. Waktu kami masuk ke kamar itu, kukatakan pada
Renfield bahwa seorang wanita ingin bertemu dengannya. Renfield hanya berkata,
"Untuk apa?" "Dia sedang melihat-lihat seluruh tempat ini, dan ingin bertemu dengan
penghuninya," sahutku.
"Oh, baiklah," katanya. "Dia boleh masuk, silakan. Tapi tunggu, saya bereskan
sebentar tempat ini."
Aneh sekali caranya berbenah. Ia hanya menelan lalat-lalat dan laba-laba yang
ada di dalam kotak, sebelum aku sempat mencegahnya. Jelas bahwa ia takut akan
ada gangguan. Setelah selesai dengan pekerjaannya yang menjijikkan itu, ia
berkata dengan ceria, "Persilakan wanita itu masuk." Dan ia duduk di tepi tempat tidurnya dengan
menundukkan kepala, tapi kelopak matanya terangkat, hingga ia bisa melihat Mrs.
Harker masuk. Sesaat kukira ia punya niat untuk membunuh. Aku ingat betapa
tenangnya dia dulu, sebelum ia menyerangku di ruang kerjaku. Maka kuus hakan
untuk berdiri di tempat aku bisa segera menangkapnya bila ia mencoba menyerang.
Mrs. Harker memasuki kamar itu dengan gaya tenang, hingga seorang gila pun
segera menaruh hormat padanya karena sifat tenang memang salah satu sifat yang ?paling dihormati oleh orang-orang gila. Mrs. Harker mendekati Renfield, dan
sambil tersenyum menyenangkan, ia mengulurkan tangannya.
"Selamat malam, Mr. Renfield," katanya. "Saya mengenal Anda, karena Dr. Seward
telah menceritakan tentang Anda."
Renfield tidak langsung menjawab. Ia memandangi Mrs. Harker dengan tajam dari
atas sampai ke bawah, dahinya berkerut Pandangannya mula mula mengandung rasa
ingin tahu, dan kemudian berubah menjadi ragu-ragu. Aku terkejut sekali ketika
ia berkata, "Anda k n bukan gadis yang ingin dinikahi dokter itu" Itu tak mungkin, karena
dia sudah meninggal." Mrs. Harker tersenyum dengan manis waktu menjawab,
"Oh, bukan! Saya sudah punya suami sebelum saya dan Dr. Seward bertemu. Saya
Mrs. Harker." "Lalu untuk apa Anda kemari?"
"Saya dan suami saya sedang mengunjungi Dr. Seward."
"Kalau begitu, jangan bermalam."
"Mengapa tidak?" Kupikir percakapan itu tidak menyenangkan Mrs. Harker, karena
aku sendiri pun tak senang mendengarnya. Oleh karenanya, aku ikut bicara.
"Bagaimana kau tahu bahwa aku ingin mengawini seseorang?" kataku. Mula-mula ia
diam saja, matanya memandangi Mrs. Harker, lalu diriku, lalu Mrs. Harker lagi.
"Bodoh sekali pertanyaan itu!"
"Menurut saya, sama sekali tidak, Mr. Renfield," kata Mrs. Harker, membelaku.
Renfield 78 menjawab dengan sopan dan hormat, sedang terhadapku ia memperlihatkan sikap
merendahkan. "Anda tentu mengerti, Mrs. Harker, bahwa bila seorang pria begitu dicintai dan
dihormati seperti tuan rumah kita ini, segala sesuatu mengenai dirinya tentulah
menarik minat masyarakat kecil kami ini. Dr Seward bukan saja disayangi oleh
staf rumah, tangga dan sahabat-sahabatnya, tapi juga oleh pasien-pasiennya, yang
karena beberapa di antaranya tidak memiliki keseimbangan mental, cenderung
menyalahi faktor sebab dan akibat. Karena saya sendiri adalah penghuni
sanatorium sakit jiwa, mau tak mau saya melihat bahwa kecenderungan yang dibuat-
buat oleh beberapa penghuninya didasarkan pada kesalahan-kesalahan karena tak
mengenal sebab dan akibat itu."
Mataku benar-benar terbuka mendengar perkembangan baru ini. Ia adalah orang gila
yang khusus bagiku karena jenisnya yang khas, yang belum pernah kujumpai ?sebelumnya. Dan kini ia berbicara dengan berfilsafat, dan dengan sikap seorang
pria terhormat. Aku ingin tahu apakah kehadiran Mrs. Harker telah menyentuh tali
kesadarannya. Bila kenyataan ini memang benar, atau akibat pengaruh Mrs. Harker
Pendekar Elang Salju 10 Pedang Siluman Darah 19 Rahasia Suling Kematian Sumpah Palapa 23
^