Pencarian

Dracula 7

Dracula Karya Bram Stoker Bagian 7


yang tidak disadarinya, pastilah wanita itu memiliki bakat atau kekuatan langka.
Kami bercakap-cakap terus beberapa lama, dan selama itu kulihat bahwa Renfield
kelihatannya cukup waras. Maka, sambil melihat padaku dengan pandangan bertanya,
Mrs. Harker memberanikan 79 diri menuntunnya ke pokok pembicaraan yang melupakan topik kesukaannya. Aku
terkejut lagi, karena ia menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dengan tidak memihak
dan waras sekali. Ia bahkan menjadikan dirinya sebagai contoh, waktu menyebutkan
beberapa hal. "Yah, saya sendiri adalah contoh orang yang punya kepercayaan aneh. Tak
mengherankan kalau teman-teman saya ketakutan, dan mereka memaksa saya supaya
ditempatkan di bawah pengawasan. Dulu saya membayangkan bahwa hidup adalah suatu
wujud yang positif dan kekal, dan bahwa dengan memakan benda hidup banyak-
banyak, betapapun rendahnya nilai makhluk itu, kita bisa memperpanjang hidup.
Kadang-kadang kepercayaan itu demikian kuatnya, hingga saya benar-benar ingin
mencoba memakan manusia hidup. Dokter ini bisa membuktikan kebenaran kata-kata
saya, sebab saya pernah mencoba membunuhnya agar saya mendapat kekuatan dengan
memadukan hidupnya dengan tubuh saya sendiri, melalui perantaraan
darahnya seperti kata-kata dalam Injil, "Karena darali adalah kehidupan."
?Meskipun penjual-penjual obat-obatan tertentu telah mengotori kebenaran itu
hingga menjadi menjijikkan. Benar bukan, Dokter?" Aku hanya bisa mengangguk
membenarkan. Aku begitu keheranan, hingga tak tahu lagi apa yang harus
kupikirkan atau kukatakan. Rasanya sulit membayangkan bahwa aku melihatnya makan
laba-laba dan lalat, kurang dari lima menit yang lalu. Waktu melihat arlojiku,
ku-80 sadari bahwa aku harus pergi ke stasiun untuk menjemput Van Helsing, maka kuajak
Mrs. Harker pergi dari situ. Ia langsung bangkit, sambil berkata dengan ceria
pada Renfield, "Selamat tinggal. Saya harap saya boleh sering-sering bertemu
dengan Anda, dalam keadaan yang lebih menyenangkan tentunya."
Sekali lagi aku dibuat terkejut oleh jawabannya.
"Selamat jalan, nyonya yang manis. Saya berdoa semoga saya takkan pernah melihat
wajah Anda yang manis itu lagi. Semoga Dia memberkati dan melindungi Anda!"
Waktu aku pergi untuk menjemput Van Helsing, kedua sahabatku tidak kuajak. Art
yang malang kelihatannya sudah lebih ceria daripada saat Lucy pertama kali jatuh
sakit, sedangkan Quincey sudah gembira seperti biasa, tidak seperti beberapa
waktu yang lalu. Van Helsing turun dari kereta api dengan langkah-langkah lincah. Ia melihatku
dan cepat-cepat mendatangiku, sambil berkata,
"Oh, John, bagaimana semuanya" Baik-baik saja" Bagus. Aku sibuk, jadi kalau
perlu aku akan menginap. Urusanku di sana sudah beres, banyak yang harus
kuceritakan. Apakah Madam Mina ada di rumahmu" Ya" Dan suaminya yang baik itu
juga" Juga Arthur dan Quincey" Bagus!"
Dalam perjalanan ke rumah, kuceritakan padanya tentang apa yang telah terjadi,
dan bahwa catatan harianku ternyata bermanfaat berkat usul
81 Mrs. Harker yang. telah menyalinnya. Profesor menyela kata-kataku,
"Ah, Madam Mina! Dia memang luar biasa! Dia memiliki otak seorang pria otak ?seorang pria berbakat sedangkan hatinya adalah hati seorang wanita sejati.
?Sampai sekarang kita beruntung karena wanita itu selalu membantu kita, tapi
setelah malam ini, dia harus berhenti melibatkan dirinya dalam peristiwa
mengerikan ini. Tak baik kalau dia harus menanggung risiko yang begitu besar.
Kita kaum pria telah bertekad ya, bahkan berikrar untuk memusnahkan monster
? ?itu, tapi itu bukan pekerjaan untuk seorang wanita. Meskipun dia takkan
disakiti, jantungnya mungkin akan terganggu dalam menghadapi kengerian yang
begitu hebat, dan setelah itu dia akan menderita dalam keadaan bangun karena
?sarafnya, dalam keadaan*** tidur karena gangguan mimpi-mimpinya. Apalagi dia
masih muda dan belum begitu lama menikah, hingga masih banyak hal lain yang
harus dipikirkannya. Kaukatakan dia telah menyalin semuanya, jadi dia harus
membahasnya dengan Jtfta, tapi besok dia harus mengucapkan selamat tinggal pada
pekerjaan ini, dan kita bekerja sendiri."
Aku setuju sekali dengannya, lalu kuceritakan apa yang kami temukan
sepeninggalnya, yaitu bahwa rumah yang telah dibeli oleh Dracula tepat
bersebelahan dengan rumahku sendiri. Ia keheranan, lalu nampak amat cemas.
"Alangkah baiknya sekiranya kita ketahui hal itu sebelumnya!" katanya. "Pasti
kita bisa menemukannya untuk menyelamatkan Lucy. Tapi nasi sudah menjadi bubur.
Tak usah kita pikirkan lagi hal itu, tapi mari kita mulai melangkah dan berjuang
sampai akhir." Lalu ia diam terus sampai kami memasuki pintu gerbang rumahku.
Sebelum kami bersiap-siap makan malam, ia berkata pada Mrs. Harker,
?"Kata teman saya John, Anda dan suami Anda menyusun secara berurutan semua yang
telah terjadi selama ini, Madam Mina."
"Tidak sampai saat ini, Profesor," sahut Mrs. Harker. "Hanya sampai tadi pagi. *
"Mengapa tidak sampai sekarang" Sampai saat ini kita sudah melihat betapa besar
arti hal yang paling kecil sekalipun. Kita sudah menceritakan rahasia-rahasia
kita. Tak ada ruginya bukan?"
Wajah Mrs. Harker memerah. Sambil mengeluarkan secarik kertas dari sakunya, ia
berkata, "Prof. Van Helsing, coba Anda baca ini dan katakan apakah pantas diikutsertakan
atau tidak. Itu catatan kegiatan saya sendiri hari ini. Saya juga menyadari
perlunya mencatat segala-galanya, betapapun remeh kelihatannya. Tapi catatan-
catatan ini tak banyak artinya, dan lebih banyak bersifat "pribadi. Apakah harus
diikutsertakan?" Profesor membacanya dengan cermat, lalu mengembalikannya dan
?berkata, "Tak perlu diikutsertakan kalau Anda tak mau, tapi saya harap boleh dimasukkan.
Itu akan membuat suami Anda lebih mencintai Anda, dan kami, sahabat-sahabat
Anda, lebih menghargai dan me -
83 82 nyayangi Anda." Mendengar itu, wajah Mrs. Harker memerah lagi, dan ia tersenyum
ceria. Jadi, sampai saat ini, semua catatan kegiatan kami lengkap dan rapi. Setelah
makan malam, Profesor mengambil satu copy untuk dipelajarinya, sebelum kami
rapat pada jam sembilan. Kami sendiri sudah membacanya semuanya, hingga bila
masuk ke ruang kerja nanti, semua sudah berbekal ^ informasi tentang seluruh
kejadian, dan bisa langsung mengatur rencana untuk melawan musuh kami yang
misterius dan mengerikan itu.
CATATAN HARIAN MINA HARKER
30 September. Kami makan malam jam enam. Waktu kami berkumpul di ruang kerja ?Dr. Seward, dua jam setelah makan itu, tanpa kami sadari kami membentuk suatu
badan pengurus atau panitia. Waktu Profesor masuk, Dr. Seward menunjuk ke kursi
di ujung meja, dan orang tua itu duduk di situ. Aku disuruhnya duduk di sisi
sebelah kanannya, dan diminta bertindak sebagai sekretaris. Jonathan duduk di
sebelahku. Di seberang kami duduk Lord Godalming, Dr. Seward, dan Mr.
Morris Lord Godalming duduk di sebelah Profesor dan Dr. Seward di tengah.
?Profesor mulai berkata, "Kurasa kita semua sudah tahu apa-apa yang*t tercantum di kertas-kertas ini."
Kami semua membenarkan, dan ia berkata lagi,
"Kalau begitu, sebaiknya kujelaskan pada kalian, musuh macam apa yang harus kita
hadapi. Lalu akan kuceritakan sejarah laki-laki itu, yang sudah
# kuketahui dengan pasti semua. Dengan demikian, kita bisa memperbincangkan
bagaimana harus bertindak dan mengambil langkah-langkah sesuai dengan itu.
'Di antara kita ada yang sudah membuktikan bahwa makhluk vampir itu ada.
Meskipun kita tak punya bukti berdasarkan pengalaman menyedihkan
^ kita sendiri, namun ajaran-ajaran dan catatan-catatan masa lalu telah
memberikan bukti bagi orang-orang yang mau menggunakan akal sehati Kuakui bahwa
mula-mula aku sendiri pun kurang percaya. Kalau saja aku tidak melatih diriku
selama bertahun-tahun untuk berpandangan luas, tak mungkin aku bisa percaya,
sebelum kenyataan itu menyadarkan diriku, 'Lihat! Lihat! Inilah bukti! Inilah
bukti!' Sayang! Kalau saja aku tahu sejak awal
"*apa yang kuketahui sekarang ya, bahkan kalau saja aku menduganya nyawa
? ?seseorang yang begitu kita sayangi dan begitu berharga bagi kita semua akan bisa
diselamatkan. Tapi itu sudah berlalu, dan kita sekarang harus bekerja keras
supaya nyawa lain tidak menjadi korban, selagi kita masih bisa menyelamatkannya.
Makhluk itu tidak seperti lebah, yang mati setelah menyengat sekali. Dia tidak
mati. Dia bahkan akan menjadi lebih kuat, -"*dan karena lebih kuat, dia memiliki
tenaga yang lebih besar untuk melakukan perbuatan-perbuatan jahat Vampir yang
berada di tengah-tengah kita ini berkekuatan sama dengan dua puluh orang.
Kelicikannya luar biasa, karena kelicikan itu tumbuh bersama masa. Dia juga
memiliki kemampuan 85 84 sihir, yang berdasarkan asal-usulnya, merupakan sesembahan bagi si mati. Dan
semua orang mati yang bisa dipengaruhinya berada di bawah perintahnya. Dia lebih
kejam daripada yang terkejam, dia setan terbengis yang. tak punya hati. Dalam
batas-batas tertentu, dia bisa muncul kapan dan di mana saja, dan dalam batas
kemampuannya, dia bisa memerintah keadaan alam, badai, kabut, dan petir. Bisa
pula dia memerintah binatang-binatang rendah seperti tikus, bulbul, kelelawar,
kelekatu, rubah, dan beruang. Dia bisa membesar dan mengecil, dan kadang-kadang
bahkan bisa menghilang dan tak kelihatan. Jadi bagaimana kita bisa memulai
pekerjaan kita untuk memusnahkannya" Bagaimana kita bisa menemukan di mana dia
berada, dan setelah kita. temukan, bagaimana kita memusnahkannya" Teman-teman,
semua itu besar artinya. Tugas yang harus kita laksanakan ini adalah tugas yang
amat berat, dan mungkin ada akibat yang bisa membuat seorang pemberani pun
menggigil. Sebab bila kita gagal dalam perjuangan kita ini, dia tentu menang,
dan apa jadinya kita" Hidup ini jadi tak ada artinya. Aku tak takut mati. Tapi
kegagalan kita dalam hal ini tidak berarti hidup atau mati, melainkan kita lalu
jadi seperti dia tak punya hati, tak punya nurani, suka memangsa tubuh dan jiwa?orang-orang yang paling kita sayangi. Maka pintu surga pun akan tertutup bagi
kita selama-lamanya, karena tak ada lagi yang akan membukakannya untuk kita.
Semua orang akan jijik pada kita. Kita akan merupakan noda
86 pada sinar matahari, merupakan mata panah ke tubuh Dia yang sudah berkorban,
mati untuk kita. Tapi kita berhadapan dengan tugas, jadi haruskah kita mundur"
Aku sendiri mengatakan, Tidak! Tapi aku orang tua, dan kehidupan yang penuh
sinar kebahagiaan, tempat-tempat indah, kicau burung-burung yang merdu, musik
dan lagu lagu nya, sudah jauh kutinggalkan. Kalian semua masih muda. Memang ada
di antara kalian yang sudah menghadapi kesedihan, tapi masih ada hari-hari indah
yang akan kalian nikmati. Apa kata kalian?"
Sementara Profesor berkata-kata, Jonathan terus-menerus menggenggam tanganku.
Aku takut kalau-kalau ia terguncang karena takut akan bahaya mengerikan yang
bakal kami hadapi. Kulihat tangannya terulur. Tapi waktu merasakan sentuhannya,
yang terasa olehku adalah kehidupan-kehidupan yang begitu kuat, penuh percaya
diri, dan penuh tekad. Tangan seorang pemberani terasa lain. Ia bahkan tidak
membutuhkan cinta seorang wanita untuk mendengar musiknya yang indah.
Setelah Profesor selesai berbicara, suamiku menatap mataku, dan aku memandangi
matanya. Kami tak perlu berkata-kata.
"Saya dan Mina siap membantu," kata Jonathan. "Ikut sertakan saya, Profesor,'
kata Quincey Morris dengan santai, seperti biasanya.
"Saya ikut," kata Lord Godalming. "Kalaupun tak ada alasan lain, sekurang-
kurangnya demi Lucy."
Dr. Seward hanya mengangguk. Profesor bangkit, diletakkannya salib emasnya di
atas meja, lalu 87 direntangkannya kedua belah lengannya ke samping. Aku memegang tangan kanannya
dan Lord Godalming mengambil yang sebelah kiri. Jonathan memegang tangan kananku
dengan tangan kirinya, dan mengulurkan lengannya yang sebelah lagi ke arah Mr.
Morris. Begitulah kami menyatakan niat kami untuk bersatu, sambil berpegangan
tangan. Kurasakan hatiku sedingin es, tapi sama sekali tak terpikirkan olehku
akan menarik diri. Kami duduk kembali ke tempat masing-masing. Profesor Van
Helsing berbicara lagi dengan keceriaan yang menunjukkan bahwa pekerjaan serius
itu sudah boleh dimulai. Semua ini harus dihadapi dengan serius dan tegas,
seolah kami menghadapi jual-beli kehidupan.
"Nah, kalian sudah tahu apa yang harus kita hadapi. Tapi kita bukannya tanpa
kekuatan. D pihak kita ada kekuatan terpadu suatu kekuatan yang tak dimiliki ?bangsa vampir. Kita memiliki sumber-sumber pengetahuan, kita bebas berpikir dan
bertindak, dan setiap jam, siang dan malam, adalah milik kita. Pokoknya, semua
itu tak terbatas bagi kita, sejauh batas kekuatan kita, dan kita bebas
menggunakannya. Kita punya alasan pengabdian, dan tujuan kita bukanlah
kepentingan kita sendiri. Semua itu penting. "
"Nah, sekarang mari kita lihat seberapa jauh batas kekuatan yang melawan kita,
dan batas kemampuannya. Jelasnya, mari kita pertimbangkan batas-batas vampir
pada umumnya, khususnya vampir yang ini.
"Yang harus kita perhatikan adalah tradisi dan
takhayul. Hal-hal itu kelihatannya tak penting bila berhubungan dengan hidup dan
mati, padahal lebih besar artinya daripada hanya hidup atau mati. Tapi bisakah
kita semua merasa puas" Karena, pertama-tama, tak ada satu pun yang kita kuasai,
dan kedua, karena yang bisa kita jadikan dasar hanyalah tradisi dan takhayul
itu. Padahal bukankah banyak orang yang percaya pada kekuatan vampir meskipun
?kita tidak. Setahun yang lalu, siapa di antara kita yang mau menerima
kemungkinan itu, di tengah-tengah kesibukan ilmiah kita yang lugas dan bersifat
tak mudah percaya, dalam abad kesembilan belas ini" Kita baru percaya setelah
hal itu terjadi di hadapan mata kita sendiri. Jadi anggaplah bahwa vampir juga
memiliki keterbatasan dan bisa diatasi. Ketahuilah, dia dikenal manusia di mana
pun juga. Di Yunani kuno, di Roma kuno, dia berkembang di seluruh Jerman,
Prancis, India, bahkan di Cina, yang semuanya begitu jauh dari kita. Dia bahkan
berada di tempat-tempat itu, dan bangsa-bangsa itu takut padanya sampai saat
ini. Dia mengikuti jejak pendekar dari Islandia, bangsa Hun yang kemasukan
setan, bangsa Slavia, Saxon, dan Magyar. Jadi, sebegitu jauh kita punya dasar
untuk bertindak. Dan ketahuilah bahwa banyak di antara kepercayaan-kepercayaan
itu sudah kita buktikan kebenarannya, berdasarkan pengalaman sedih kita. Vampir
itu hidup terus, dan takkan mati dengan sendirinya dengan berlalunya waktu. Dia
bisa berkembang dan menjadi subur dengan darah makhluk hidup. Kita bahkan sudah
89 88 menyaksikan bahwa dia bisa menjadi lebih muda, dan bahwa vitalitas hidupnya bisa
bertambah dan seolah menjadi lebih segar bila banyak makanan untuknya. Tapi dia
tak bisa berkembang tanpa makanan khususnya. Dia tidak makan seperti makhluk
yang lain. Bahkan Saudara Jonathan yang pernah tinggal bersamanya selama
berminggu-minggu sekali pun tak pemab melihatnya makan. Ya, tak pernah! Dia tak
punya bayang-bayang, di cermin tak ada pantulan dirinya, seperti sudah
disaksikan pula oleh Jonathan. Kekuatannya luar biasa yang lagi-lagi disaksikan
?oleh Jonathan waktu dia menutup pintu terhadap serigala-serigala, dan waktu dia
membantu Jonathan turun dari kereta kuda. Dia bahkan mengubah dirinya menjadi
anjing, seperti yang kita saksikan pada saat kedatangan kapal di Whitby, dan
waktu dia mengoyak leher anjing yang besar. Dia bisa berupa kelelawar,
sebagaimana yang dilihat Quincey di jendela kamar Lucy. Dia bisa datang dalam
kabut yang diciptakannya sendiri nakhoda kapal yang berbudi luhur itu telah
?membuktikannya. Tapi dari apa yang telah kita ketahui, dia hanya bisa membuat
kabut itu dalam jarak terbatas, dan hanya di sekeliling dirinya. Dia datang
bersamaan dengan cahaya bulan, dalam bentuk debu sebagaimana tiga bersaudara
?wanita yang lagi-lagi dilihat Jonathan di Puri Dracula. Dia bisa menjadi kecil
sekali, sebagaimana kita melihat Miss Lucy sebelum dia kita amankan, hingga dia
bisa menyelinap lewat celah yang hanya sebesar utas rambut
90 di pintu ruang penyimpanan peti mati. Dan begitu menemukan jalannya, dia bisa
keluar dari mana pun atau masuk ke mana pun, betapapun kuatnya suatu benda
diikat atau disolder. Dia bisa melihat dalam gelap kemampuan itu besar artinya
? dalam dunia yang setengahnya tertutup dari cahaya. Tapi... coba dengar! Dia bisa
melakukan semua itu, tapi dia tidak bebas. Ya, dia bahkan lebih terkungkung
daripada seorang budak, atau seorang gila di dalam selnya. Dia tak bisa pergi ke
mana dia ingin. Dia, yang tidak merupakan bagian dari alam, harus mematuhi
hukum-hukum alam kita tak tahu mengapa. Dia tak boleh masuk dengan bebas ke ?mana pun juga, kecuali bila ada seseorang di dalam rumah itu yang mengizinkannya
masuk. Maka kemudian dia bisa masuk ke dalam rumah itu semaunya. Kekuatannya
berakhir dengan terbitnya matahari, sebagaimana semua kekuatan jahat Hanya pada
waktu-waktu tertentu dia bisa memiliki kebebasan terbatas. Bila dia tidak berada
di tempat yang diingininya, dia hanya bisa mengubah dirinya pada tengah hari
atau tepat pada waktu matahari terbit atau saat matahari terbenam. Hal-hal itu
kita ketahui karena diceritakan orang pada kita, dan laporan kita ini didasarkan
atas "r kesimpulan kita. Jadi, dia bisa berbuat semaunya dalam batas-batas
tertentu. Dia tinggal di bumi, di dalam peti mati, di neraka, dan di tempat lain
yang tak disucikan, sebagaimana kita melihatnya masuk ke kubur orang yang bunuh
diri di Whitby. Namun pada saat lain dia hanya bisa berubah bila


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

91 saatnya tiba. Dikatakan pula bahwa dia hanya bisa melalui air mengalir yang
sedang surut atau pasang naik. Lalu ada pula barang-barang yang di pantanginya,
sebab membuatnya tak berdaya, seperti bawang putih, dan benda-benda suci seperti
salibku ini, yang kini berada di tengah-tengah kita sementara kita
memperbincangkan monster itu. Terhadap benda-benda itu, dia tak berdaya, dan
bila benda-benda itu ada, dia akan menghindar dan menjauhkan diri.
Ada pula hal-hal lain yang akan kuceritakan pada kalian, yang mungkin kita
butuhkan kelak dalam pengejaran kita. Dahan bunga mawar liar di atas petinya
bisa menjaga supaya dia tak dapat keluar dari situ, sebuah peluru yang disucikan
dan ditembakkan ke peti matinya, bisa membunuhnya sampai dia benar-benar mati,
sedangkan tongkat runcing yang ditusukkan ke tubuhnya sudah kita ketahui apa
manfaatnya, juga kepala yang dipenggal, yang bisa memberikan kedamaian. Kita
sudah menyaksikannya sendiri.
"Jadi, bila sudah tahu sifat-sifat makhluk itu, kita bisa membuatnya tetap
berada di dalam peti matinya, dan kita bisa memusnahkannya bila kita mematuhi
petunjuk-petunjuk yang telah kita ketahui. Tapi dia cerdik. Sudah kuminta
temanku Arminius dari Universitas Budapest untuk membuatkan catatan, dan dari
semua bahan yang ada, diceritakannya bagaimana asal-usul makhluk itu. Adalah
Voivode Dracula yang menjadi masyhur dalam pertempuran melawan bangsa Turki. Dia
92 telah menyeberangi sungai lebar dan berjuang di batas terdepan negara Turki.
Kalau itu memang benar, dia bukanlah orang biasa, karena pada zaman itu, dan
selama berabad-abad sesudahnya, dia menjadi buah bibir orang karena kepintaran
dan kecerdikannya, juga karena dialah yang paling berani di antara putra-putra
dari 'Negara di Balik Belantara'. Otaknya yang cemerlang dan tekadnya yang
sekuat baja itu dibawanya ke kuburnya, dan kini bahkan menjadi ancaman bagi
kita. Menurut Arminius, warga Dracula sebenarnya warga yang besar dan terhormat.
Tapi ada di antara keturunannya yang oleh orang-orang semasanya dianggap punya
hubungan dengan setan Mereka mempelajari rahasia rahas nya di pegunungan di atas
Danau Hermanstadt tempat setan menuntut pengikut kesepuluh sebagai haknya. Dalam
catatan-catatan terdapat kata-kata seperti stregoica yang berarti ahli sihir,
ordog dan pokol yang masing-masing berarti setan dan neraka, dan dalam satu
naskah, Dracula itu bahkan disebut wampyr, yang sudah kita ketahui artinya. Dari
warga itu terlahir pula pria dan wanita baik-baik dan yang kuburan-kuburannya
menyucikan bumi, tapi bisa pula ditempati oleh kejahatan. Karena dalam semua
yang baik pun kejahatan-kejahatan itu bisa menanamkan akarnya sedalam-dalamnya.
Di bumi yang tak ada kenangan sucinya, dia tak bisa beristirahat."
Sementara mereka berbicara, Mr. Morris terus-menerus melihat ke jendela. Lalu ia
bangkit per lahan-lahan, dan keluar dari kamar itu. Keadaan sepi sebentar, lalu Profesor
melanjutkan, "Sekarang kita harus memastikan apa yang akan kita lakukan. Kita sudah memiliki
banyak data, dan kita harus mulai mengemukakan rencana-rencana kita. Dari
keterangan yang diperoleh Jonathan, kita tahu bahwa dari purinya telah tiba lima
puluh peti tanah di Whitby, yang semuanya harus diteruskan ke Carfax. Kita juga
tahu bahwa sekurang-kurangnya beberapa dari peti-peti itu sudah dipindahkan.
Menurutku, langkah pertama kita seharusnya adalah meyakinkan diri apakah semua
sisa peti itu masih ada di rumah di balik tembok yang tadi kita lihat, ataukah
masih ada lagi yang dipindahkan. Kalau begitu keadaannya, kita harus
melacaknya...." Pada saat itu, kami diganggu oleh sesuatu yang sangat mengejutkan. Di luar rumah
terdengar bunyi ledakan pistol, kaca jendela berserakan kena peluru yang
memantul dari bagian atas bingkai jendela, mengenai dinding kamar terjauh.
Kurasa aku memang pengecut, karena aku langsung memekik. Teman-teman priaku
semua terlompat Lord Godalming berlari ke jendela, dan mengangkat daunnya. Lalu
kami dengar suara Mr. Morris dari luar,
"Sorry*Aku telah mengejutkan kalian. Aku akan masuk dan menjelaskan kepada
kalian." Sebentar kemudian ia masuk dan berkata,
"Gila benar perbuatanku itu. Maaf sebesar-besarnya, terutama pada Mrs. Harker.
Pasti saya 94 telah membuat Anda ketakutan sekali. Begini soalnya, waktu Profesor berbicara
tadi, ada seekor kelelawar besar bertengger di ambang jendela. Gara-gara
peristiwa-peristiwa akhir-akhir ini, saya jadi benci sekali pada binatang-
binatang setan terkutuk itu, hingga saya tak tahan melihatnya. Lalu saya keluar
untuk menembaknya. Akhir-akhir ini, setiap kali melihat binatang itu, pasti saya
menembaknya. Kau selalu menertawakan perbuatanku itu, Art"
"Kenakah tembakanmu tadi?" tanya Prof. Van Helsing.
"Entahlah, saya rasa tidak, karena saya lihat dia terbang ke hutan." Tanpa
berkata apa-apa lagi, ia duduk kembali, dan Profesor pun melanjutkan keterangan-
keterangannya. "Kita harus meneliti peti mati itu satu demi satu, dan bila sudah selesai,
monster itu harus kita tangkap atau kita bunuh di dalam tempat persembunyiannya,
lalu tanah di dalam peti-peti itu harus kita sterilkan supaya dia tak bisa
mengamankan dirinya di situ. Dengan demikian, akhirnya kita akan bisa
menemukannya dalam bentuk manusia, antara tengah hari sampai saat matahari
terbenam, dan kita menanganinya pada saat dia paling lemah.
"Nah, sekarang, Madam Mina, malam ini adalah yang terakhir bagi Anda, sampai
semuanya berakhir dengan baik. Terlalu besar arti diri Anda bagi kami, hingga
kami tak mau menanggung risiko apa-apa terhadap diri Anda. Setelah kita berpisah
malam ini, Anda tak boleh bertanya-tanya lagi.
95 Pada saatnya, kami akan menceritakannya pada Anda. Kami laki-laki, dan bisa
menanggungnya, tapi Anda harus merupakan bintang dan harapan kami, dan kami akan
melakukan segala-galanya supaya Anda tidak terancam bahaya seperti yang kami
hadapi." Semua pria, bahkan Jonathan, tampak lega. Padahal aku tak suka mereka menantang
bahaya, dan dengan demikian mungkin mengabaikan keamanan mereka sendiri gara-
gara memikirkan diriku. Tapi tekad mereka sudah bulat, dan meskipun itu
merupakan pil pahit yang harus kutclan, aku tak bisa berkata apa-apa kecuali
menerima baik perhatian mereka yang besar terhadapku.
Mr. Morris melanjutkan pembahasan tadi.
"Karena kita tak boleh membuang waktu, saya usulkan supaya kita memeriksa rumah
itu sekarang juga. Waktu adalah segala-galanya bagi dia, dan tindakan cepat dari
pihak kita mungkin bisa mencegah jatuhnya korban lagi."
Kuakui bahwa aku merasa ngeri dengan mendekatnya saat itu, tapi aku tak berkata
apa-apa, karena aku lebih takut lagi bila ternyata aku memperlambat atau
merupakan penghalang pekerjaan mereka, hingga mungkin mereka takkan
mengikutsertakan aku lagi dalam perundingan-perundingan mereka. Kini mereka
sudah pergi ke Carfax, yang berarti mereka masuk ke rumah itu.
Dengan tegas mereka menyuruhku tidur, seolah-olah seorang wanita bisa tidur bila
orang-orang yang disayanginya dalam bahaya! Aku akan ber -
96 baring dan pura-pura tidur. Kalau tidak, nanti Jonathan mencemaskan diriku bila
ia kembali. CATATAN HARIAN DR. SEWARD
1 Oktober, jam 4 dini hari. Tepat saat kami akan berangkat, aku menerima pesan ?mendesak dari Renfield, yang meminta agar aku segera menemuinya, karena ada
sesuatu yang penting yang akan diceritakannya padaku. Kukatakan pada si pembawa
pesan bahwa aku akan memenuhi permintaannya besok pagi, karena sekarang aku
sedang sibuk. Petugas itu menyahut,
"Kelihatannya dia mendesak sekali, Dok. Tak pernah saya melihatnya begitu
menggebu-gebu. Saya tak tahu, tapi saya khawatir kalau Anda tidak segera
menemuinya, dia akan mengamuk lagi." Aku tahu orang itu takkan berkata begitu
tanpa alasan. Jadi aku berkata,
"Baiklah, aku pergi sekarang." Kuminta teman-temanku menunggu beberapa menit,
sebab aku harus melihat pasienku.
"Boleh aku ikut, John?" tanya Profesor. "Kasusnya, seperti tercantum dalam
catatan harianmu, sangat menarik minatku, dan di sana-sini ada pula hubungannya
dengan kasus kita. Aku ingin sekali menemuinya, terutama saat pikirannya sedang
terganggu." "Bolehkah aku ikut juga?" tanya Lord Godalming.
"Aku juga?" tanya Quincey Morris.
97 "Bolehkah saya ikut?" tanya Harker. Aku mengangguk, dan kami semua keluar.
Kami dapati dia dalam keadaan agak kacau, tapi baik sikap maupun kata-katanya
jauh lebih masuk akal daripada yang biasa kulihat. Ada sikap pengertian pada
dirinya, suatu hal yang luar biasa, yang tak pernah pula kulihat pada orang
gila. Ia bahkan menganggap biasa kalau pikiran-pikirannya berbeda sekali dari
pikiran orang-orang waras. Kami berempat masuk ke kamarnya, tapi mula-mula tak
ada di antara kami yang membuka suara. Ia minta aku segera membebaskannya dari
sanatorium itu, dan mengizinkannya pulang. Permintaan itu didasarkan pada alasan
bahwa ia sudah sembuh sama sekali, dan menyatakan dirinya sudah waras.
"Saya mohon pada teman-teman Anda," katanya, "mungkin mereka tidak keberatan
mempertimbangkan kasus saya. Ngomong-ngomong, Anda tidak memperkenalkan saya
pada mereka." Aku terkejut sekali, hingga pada saat itu tidak kusadari betapa
anehnya memperkenalkan seorang gila di sanatorium, apalagi sikap orang gila itu
kelihatan waras benar, sama dengan sikap orang yang tidak gila. Aku langsung
memperkenalkan mereka. "Lord Godalming, Profesor Van Helsing, Mr. Quincey Morris
dari Texas. Ini Mr. Renfield. Ia berjabatan tangan dengan mereka bergantian,
sambil berkata pada mereka masing-masing,
"Lord Godalming, saya pernah mendapat kehormatan membantu ayah Anda di Windham.
Men - 98 dengar bahwa sekarang Anda yang menyandang gelarnya, saya sedih sekali, karena
itu berarti beliau sudah tak ada. Beliau adalah orang yang dihormati dan
dicintai oleh semua orang yang mengenalnya. Dan saya dengar, di masa remajanya
dia adalah penemu semacam minuman yang dinamakan burnt rum punch, yang sangat
digemari pada pesta-pesta malam setelah pacuan kuda Derby.
"Mr. Morris, Anda harus bangga akan negara Anda yang besar itu. Diterimanya
Texas menjadi bagian dari Amerika Serikat merupakan pendahuluan yang mungkin
mempunyai efek bermanfaat di masa depan bila kutub-kutub daerah-daerah
khatulistiwa sudah menyatu dengan negara Amerika Serikat Kekuatan Treaty mungkin
masih harus membuktikan diri sebagai suatu motor yang besar untuk perkembangan,
sedangkan Doktrin Monroe Anda sudah menempatkan diri sebagai suatu dongeng
politik. "Setiap orang akan senang dan bangga sekali bertemu dengan seorang Van Helsing.
Saya takkan meminta maaf karena tidak menggunakan sebutan pendahuluan yang
konvensional terhadap Anda, Profesor. Bila seseorang telah memajukan dunia
kedokteran dengan penemuannya tentang adanya perkembangan yang berkelanjutan
dalam otak manusia, maka bentuk-bentuk konvensional tak lagi cocok, karena
pemakaian itu malah akan membatasinya, membuatnya termasuk dalam kelompok
tertentu. 99 "Anda semua, bapak-bapak yang baik dari beberapa kebangsaan dan asal-usul, Anda
semua yang memiliki bakat alami, sepatutnya Anda tinggal di dunia Anda masing-
masing. Tapi kini saya minta Anda menyaksikan bahwa saya sama warasnya dengan
kebanyakan orang yang memiliki kebebasan penuh. Dan saya yakin bahwa Anda, Dr.
Seward, seorang ahli kemanusiaan dan dokter yang merangkap ahli hukum dan juga
ilmuwan, akan menganggap suatu kewajiban moral untuk memperlakukan saya sebagai
orang yang patut dianggap berada dalam keadaan luar biasa."
Permohonan terakhir itu diucapkannya dengan sikap anggun penuh percaya diri,
yang memiliki daya tarik pula. Kurasa kami semua terpana. Aku sendiri, meskipun
aku tahu sifat dan latar belakangnya, jadi berkeyakinan bahwa pikirannya sudah
waras. Aku pun terdorong untuk mengatakan padanya bahwa aku puas melihatnya
sudah waras, dan bahkan aku akan mengurus semua formalitas mengenai
pembebasannya keesokan paginya. Tapi kupikir lebih baik menunggu dulu sebelum
mengeluarkan pernyataan penting itu. Karena dari pengalaman-pengalaman yang
lalu, aku ingat akan perubahan-perubahan mendadak yang terjadi atas diri pasien
ini. Maka aku hanya mengatakan bahwa aku merasa puas karena ia kelihatannya
sudah mengalami banyak kemajuan, dan bahwa aku akan berbicara lebih banyak lagi
pada pagi harinya, dan kemudian aku akan memikirkan langkah-langkah apa yang
akan kuambil untuk memenuhi permin
100 taannya itu. Janjiku sama sekali tidak memuaskannya, dan ia cepat-cepat berkata,
"Tapi, Dr. Seward, saya rasa Anda kurang memahami permintaan saya. Saya ingin
keluar dengan segera dari sini. Saat ini, jam ini juga, kalau boleh. Waktunya
sudah sangat mendesak Saya yakin, bagi seorang dokter yang begitu mengagumkan
seperti Anda, tidak sulit mengabulkan permohonan yang begitu sederhana tapi
sekaligus penting." Dipandanginya aku dengan tajam. Waktu melihat tanda-tanda jawaban negatif di
wajahku, ia berpaling pada teman-temanku, dan memandangi mereka dengan tajam
pula. Karena tak melihat reaksi memuaskan, ia berkata lagi,
"Atau apakah anggapan itu keliru?"
"Ya," sahutku berterus terang, tapi dengan kesadaran bahwa aku kejam. Sunyi
sejenak, lalu ia berkata lambat-lambat,
"Kalau begitu, saya rasa saya harus mengubah dasar permohonan saya. Izinkanlah
saya meminta keringanan, atau bonus, atau hak istimewa, atau entah apa Anda
menyebutnya. Dalam hal itu, saya ingin memohon bukan atas dasar kepentingan ?pribadi, tapi demi yang lain-lain. Saya tak punya kebebasan untuk menyatakan
semua buah pikiran saya, tapi saya yakin Anda bisa mempercayai saya, bahwa
mereka itu orang-orang baik, sehat, tidak egois, serta memiliki rasa tanggung
jawab yang besar. Seandainya Anda bisa melihat ke dalam hati saya, Dok, Anda
akan membenarkan keyakinan saya itu. Ya, Anda bahkan bisa menganggap saya
sebagai 101 sahabat Anda yang terbaik dan paling setia." Lagi-lagi ia memandangi kami dengan
tajam. Aku makin yakin bahwa perubahan mendadak pada cara berpikirnya merupakan
bentuk-bentuk atau fase kegilaan yang baru lagi. Jadi aku bertekad untuk
menahannya lebih lama, karena berdasarkan pengalamanku, akhirnya ia akan kalah,
sebagaimana semua orang gila. Van Helsing memandanginya dengan penuh minat,
alisnya yang tebal hampir bertaut." Lalu dengan tatapan tajam, ia berbicara.
Nadanya waktu itu tidak membuatku heran. Baru kemudian setelah berpikir-pikir
aku heran mendengar cara bicaranya yang seolah ditujukan pada orang yang
sederajat dengan dirinya. Katanya,
"Tak bisakah Anda mengatakan dengan terus terang apa alasan Anda menginginkan
kebebasan malam ini juga" Saya menjamin, bila Anda memberikan keterangan yang
memuaskan pada saya seorang asing yang tak punya praduga dan punya pikiran
?yang terbuka Dr. Seward akan mau memberikan kebebasan yang Anda minta, atas
?risiko dan tanggung jawabnya sendiri." Tapi Renfield menggeleng dengan sedih,
air mukanya penuh penyesalan. Lalu Profesor berkata lagi,
"Ayo, pikirkanlah baik-baik. Anda telah meminta hak istimewa dengan alasan yang
hebat sekali. Anda ingin mempengaruhi kami dengan alasan-alasan yang sangat
masuk akal itu. Anda lakukan itu, padahal kewarasan Anda masih sangat kami
ragukan, karena Anda belum bebas dari pengobatan penyakit Anda itu. Bila Anda
tak mau mem - 102 bantu kami memilih jalan terbaik, bagaimana kami bisa membantu tugas yang Anda
bebankan pada kami" Bijaksanalah dan bantulah kami, dan bila memungkinkan, kami
akan membantu Anda memenuhi keinginan Anda itu." Renfield tetap menggeleng,
sambil berkata, "Profesor Van Helsing, saya tak bisa berkata apa-apa. Alasan Anda sempurna, dan
kalau saja saya bebas berbicara, saya takkan bimbang sedikit pun untuk
mengatakannya. Tapi saya tak punya hak apa-apa dalam hal ini. Saya hanya bisa
meminta Anda untuk mempercayai saya. Bila saya ditolak, tanggung jawabnya bukan
pada saya lagi." Kupikir kini sudah waktunya mengakhiri pertemuan yang jadi
berbelit-belit itu. Maka aku berjalan ke pintu dan berkata,
"Mari, Teman-teman, ada tugas penting yang harus kita selesaikan. Selamat tidur,
Renfield." Tapi waktu kami sudah mendekati pintu, pasien itu mengalami perubahan
baru. Ia bergerak mendekati diriku sedemikian cepatnya, hingga sesaat aku takut
kalau-kalau ia akan menyerang lagi untuk membunuhku. Tapi rasa takutku tak
berdasar. Ia mengangkat kedua belah tangannya dengan sikap memohon, lalu
mengajukan permohonan dengan cara yang mengesankan. Waktu melihat bahwa emosinya
yang berlebihan justru merugikannya, ia jadi lebih demonstratif lagi. Aku
memandang Van Helsing, dan kulihat di matanya bahwa ia berpendapat sama
denganku. Aku menjadi lebih tegas dalam sikapku, kalau tak bisa dikatakan lebih
ke-103 ras. Kuisyaratkan pada Renfield bahwa usahanya itu takkan berhasil. Aku sudah
pernah melihat kekacauan semacam itu pada dirinya, kekacauan yang makin lama
makin meningkat Yaitu bila ia punya permintaan tertentu pada suatu saat seperti
umpamanya waktu ia menginginkan seekor kucing. Aku sudah siap melihatnya


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengambil sikap merajuk. Tapi dugaanku tidak menjadi kenyataan, sebab ketika ia
tahu bahwa permohonannya tak berhasil, ia makin kalap. Dia menjatuhkan diri,
berlutut lalu mengangkat tangannya dan meremas remasnya dengan cara memohon, dan
memuntahkan kata-kata permohonan dengan air mata mengalir di pipinya, sementara
wajah dan seluruh sikapnya membayangkan emosi yang amat dalam.
"Saya mohon, Dr. Seward, oh, saya mohon Anda mengeluarkan saya dari rumah ini
dengan segera. Suruhlah saya pergi dalam keadaan yang bagaimanapun juga. Suruh
para penjaga Anda menggiring saya dengan rantai, dengan cemeti, suruh mereka
memakaikan pada saya pakaian pasien yang ketat itu, lengkap dengan belenggu kaki
dan tangan, bahkan bawa saya ke penjara. Pokoknya keluarkan saya dari tempat
ini. Anda tak tahu apa akibat tindakan Anda dengan mengurung saya di sini. Saya
berbicara dari lubuk hati saya dari dalam jiwa saya. Anda tak tahu siapa yang ?Anda kurung, tapi saya tak boleh mengatakannya. Saya diancam! Saya tak boleh
mengatakannya. Demi semua yang Anda sucikan, demi semua yang Anda sayangi, demi
kekasih Anda yang sudah tiada,
104 demi harapan-harapan Anda yang hidup, demi Yang Mahakuasa, keluarkanlah saya
dari sini, dan bebaskan saya dari rasa bersalah ini! Tak bisakah Anda mendengar
saya, Dokter" Tak mengertikah Anda" Tidakkah Anda jera" Tidakkah Anda tahu bahwa
saya waras dan bersungguh-sungguh sekarang, bahwa saya bukan orang gila yang
sedang mendapat serangan" Bahwa saya orang waras yang berjuang demi jiwanya"
?Oh, dengarkanlah! Dengarkanlah saya! Lepaskanlah saya! Lepaskan!"
Kupikir, makin lama keadaan begini berlangsung, ia akan jadi makin menggila.
Bisa-bisa ia mendapat serangan nanti. Jadi kupegang tangannya, dan kuangkat dia.
"Mari," kataku dengan tegas, "hentikan itu semua, sudah cukup banyak kami
mendengar. Pergilah tidur, dan lain kali berlakulah dengan lebih hati-hati."
Tiba-tiba ia berhenti, lalu menatapku lekat-lekat beberapa lamanya. Setelah itu,
tanpa sepatah kata pun ia bangkit, lalu duduk di tepi tempat tidurnya. Serangan
diamnya muncul, seperti pada kesempatan terdahulu, tepat seperti yang telah
kuduga. 1 Kami meninggalkan kamarnya. Aku keluar paling akhir. Tiba-tiba ia
berkata padaku dengan suara tenang dan budi bahasa yang baik, ** "Saya percaya
Anda mau berbaik hati pada saya, Dr. Seward. Ingatlah bahwa saya telah melakukan
segala-galanya untuk meyakinkan Anda malam ini."
105 Bab 19 CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER
1 Oktober, jam 5 dini hari. Aku mengikuti rombongan pelacakan itu dengan
? pikiran tenang, karena kulihat keadaan Mina begitu kuat dan baik. Aku senang
sekali ia bersedia menahan diri, dan mau membiarkan kami yang pria menjalankan
pe-^ kerjaan ini. Soalnya aku takut sekali ia terlibat dalam urusan ini. Berkat
tenaga dan pikiran serta pandangannyalah kisah ini tersusun dan semua bagian
diceritakan. Tapi kini, setelah tugasnya selesai, ia harus mau menyerahkan sisa
pekerjaan ini pada kami. Kurasa kami semua agak terganggu gara-gara peristiwa
dengan Renfield tadi. Waktu kami keluar dari kamarnya, tak ada di antara kami yang berbicara, sampai kami tiba di
ruang kerja Dr. Seward. Lalu Mr. Morris berkata pada Dr> Seward,
"Sekiranya laki-laki itu tidak berusaha membohongi kita tadi, dialah orang gila
paling waras yang pernah kutemui, Jack. Aku tak yakin, tapi kurasa dia punya
tujuan tertentu. Dan sekiranya
106 memang begitu, pasti dia kecewa sekali tidak mendapat kesempatan." Aku dan Lord
Godalming diam saja. Tapi Prof. Van Helsing menambahkan,
"John, kau tahu lebih banyak tentang orang gila daripada aku, dan aku senang.
Karena aku takut bahwa bila aku yang harus memberikan keputusan, aku akan segera
membebaskannya sebelum ledak-
annya yang histeris tadi. Tapi kita hidup dan kita belajar, dan dalam tugas ?kita sekarang, kita tak boleh untung-untungan, seperti kata teman kita Quincey.
Semuanya sudah baik dalam keadaannya sekarang." Kelihatannya Dr. Seward sedang
dalam keadaan menerawang waktu menjawab,
"Entahlah, tapi saya sependapat dengan Anda. Sekiranya dia orang gila biasa,
pasti saya sudah memberanikan diri mempercayainya. Tapi dia
^jelas-jelas terlibat dengan Count, hingga saya takut salah kalau membantunya
dalam perilakunya yang aneh-aneh. Saya tak bisa lupa bagaimana dia memohon
dengan menyembah-nyembah, mirip dengan yang dilakukannya tadi waktu dia
? ?meminta seekor kucing. Lalu dia mencoba merobek leher saya dengan giginya.
Apalagi dia menyebut Count 'pangeran dan majikannya', dan mungkin dia ingin
keluar untuk membantunya dalam suatu perbuatan
-x6etan. Monster itu bisa memerintah serigala, tikus, dan bahkan sesama manusia
untuk membantunya. Jadi saya rasa bisa saja dia memanfaatkan seorang gila yang
terhormat. Padahal dia kelihatannya bersungguh-sungguh sekali. Saya hanya
berharap kita telah melakukan yang terbaik. Hal-hal yang ber -
107 hubungan dengan pekerjaan gila-gilaan yang sedang kita hadapi sekarang ini bisa
melemahkan orang." Profesor mendekatinya. Sambil meletakkan tangannya ke bahu Dr. Seward, ia
berkata dengan bersungguh-sungguh tapi ramah,
"John, tak usah khawatir. Kita sedang menjalankan pekerjaan yang berhubungan
dengan su- ^ atu perkara yang sangat menyedihkan dan sangat mengerikan. Kita
hanya bisa melakukan hal yang menurut kita terbaik. Tak ada lagi yang bisa kita
harapkan, kecuali belas kasihan Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang."
Lord Godalming pergi beberapa menit, tapi kini sudah kembali. Ia mengangkat
sebuah peluit kecil dari perak, lalu berkata,
"Rumah tua itu mungkin penuh dengan tikus,-" dan kalau memang begitu, saya punya
penangkal yang bisa dipanggil."
Setelah melompati temboknya, kami berjalan ke rumah itu. Kami berusaha untuk
selalu berjalan di bawah bayang-bayang pepohonan, selama matahari masih
bersinar. Setiba di serambi rumah itu, Profesor membuka tasnya dan mengeluarkan
banyak benda yang diaturnya di tangga. Benda-benda itu ditumpuknya menjadi empat
kelompok kecil. Ke-*, lihatannya setiap kelompok disiapkan untuk kami masing-
masing. Lalu ia berbicara,
"Teman-temanku, kita akan menghadapi bahaya mengerikan, dan kita membutuhkan
bermacam-macam senjata. Musuh kita tidak cuma memiliki
108 kekuatan batin. Ingat bahwa dia memiliki kekuatan yang sama dengan dua puluh
orang, dan bahwa sebaliknya, leher dan tenggorokan kita ini biasa-biasa
saja bisa dipatahkan dan diremukkannya dengan mudah sedangkan anggota tubuhnya? ?tak mempan terhadap kekuatan biasa. Seseorang atau sekelompok orang yang lebih
kuat daripada dia, -.pada saat tertentu bisa menahannya, tapi mereka tak bisa menyakitinya
sebagaimana dia bisa menyakiti kita. Oleh karenanya, kita harus menjaga diri
kita terhadap sentuhannya. Simpan ini di tempat terdekat dengan jantung
kalian," sambil berkata begitu, diambilnya sebuah salib perak kecil, lalu
?diulurkannya padaku, karena aku yang terdekat padanya "dan kalungkan bunga-
?bunga ini ke leher kalian." Lalu diberikannya seuntai bunga
?"bawang putih yang sudah layu. "Pistol dan pisau ini untuk musuh-musuh lain
yang duniawi, sedangkan untuk bantuan secara umum, ada lampu-lampu senter kecil
yang bisa kita gantungkan di dada kita. Lalu, dalam segala hal, dan di atas
segala-galanya, ini yang tak boleh kita nodai." Yang diberikannya adalah
sepotong Hosti Suci yang sudah dimasukkannya ke dalam amplop-amplop, dan kami
masing-masing diberi sebuah. "Nah," katanya
-: lagi, "John, mana kunci-kunci palsu itu, supaya kita bisa membuka pintu ini
tanpa perlu merusak jendela untuk memaksa masuk ke rumah seperti yang kita
lakukan di rumah Miss Lucy dulu."
Dr. Seward mencoba beberapa kunci palsu dengan memanfaatkan kecekatannya sebagai
seorang 109 ahli bedah. Tak lama kemudian, ditemukannya sebuah yang cocok. Setelah
diguncang-guncang, ditarik, dan didorong sebentar, palang pintu itu lepas dan
terbuka dengan berdegum. Kami dorong pintu itu, engsel-engselnya yang berkarat
berderak dan pintunya terbuka perlahan-lahan. Rasanya keadaannya sama benar
dengan apa yang kubayangkan waktu membaca catatan harian Dr. Seward saat membuka
batu nisan Miss Westenra. Kurasa ** teman-temanku yang lain pun mendapat kesan
yang sama, karena kami mundur serentak. Profesor lah yang pertama-tama maju dan
memasuki pintu yang terbuka itu.
"In manus tuas, Dominef katanya sambil membuat tanda salib, lalu melangkahi
ambang pintu. Kami tutup kembali pintu itu, supaya kalau kami menyalakan lampu-
lampu senter, kami tidak akan menarik perhatian orang di jalan. Profesor1
mencoba kuncinya sekali lagi dengan berhati-hati, karena takut kalau-kalau kami
tak bisa membuka kunci itu dari dalam bila kami harus keluar dengan terburu-
buru. Lalu kami semua menyalakan lampu kecil kami, dan mulai mencari.
Cahaya dari lampu-lampu kecil itu menimbulkan berbagai bentuk waktu mereka
saling bersilangan. Dan tubuh kami pun membuat bayang-bayang besar. Aku tak bisa
menghilangkan perasaan bahwa*, masih ada orang lain kecuali kami. Kurasa itu
"Aku pasrah kepadamu. Tutaaul
110 akibat kenanganku tentang pengalaman mengerikan di Transylvania, yang muncul
kembali gara-gara lingkungan menyeramkan itu. Kurasa yang lain-lain pun merasa
demikian, sebab mereka sering melihat ke belakang setiap kali mendengar bunyi
dan melihat bayang-bayang baru.
Debu di tempat itu tebal sekali. Kaki kami .serasa terbenam beberapa sentimeter
ke dalamnya, kecuali di tempat-tempat di mana terdapat bekas-bekas jejak kaki
baru. Waktu bekas-bekas kaki itu kusoroti, yang terlihat adalah bekas paku
sepatu lars. Dinding-dinding tampak berbulu dan kelihatan sarat oleh debu,
sedangkan di sudut-sudutnya banyak sekali sarang laba-laba yang digantungi debu
pula, hingga kelihatannya seperti serat-serat perca yang robek akibat beban debu
itu. Di atas sebuah meja di ruang depan ada seonggok besar kunci yang masing-
masing ditempeli kertas tanda yang sudah menguning warnanya. Agaknya kunci-kunci
itu telah beberapa kali dipakai, karena di meja pun tampak beberapa goresan pada
debu yang menyelimutinya. Hal yang serupa terjadi saat Profesor mengangkat
kunci-kunci itu. Profesor menoleh padaku, dan berkata,
"Kau tentu tahu tempat ini, Jonathan. Kau telah menyalin petanya, dan sekurang-
kurangnya kau lebih tahu daripada kami. Mana jalan ke arah kapel?" Aku memang
punya bayangan mengenai tempat itu, meskipun pada kunjunganku terdahulu aku tak
berhasil masuk ke situ. Jadi aku pun berjalan di depan. Setelah beberapa kali
salah membelok, kutemukan
111 diriku berdiri di hadapan sebuah pintu yang rendah dan melengkung, terbuat dari
kayu ek dan berhiaskan garis-garis dari besi yang berbentuk rusuk. "Ini
tempatnya," kata Profesor, sambil menyorotkan lampu senternya pada peta kecil
rumah, yang telah disalin dari arsip surat-menyuratku yang pertama mengenai
jual-bcli rumah tersebut. Kami agak sulit menemukan kunci dari kumpulannya, tapi
akhirnya berhasil juga. Kami buka pintu itu. Kami sudah siap menghadapi hal yang
tak menyenangkan, karena waktu kami membuka pintu, dari celahnya tercium bau tak
enak. Tapi tak ada di antara kami yang tahu bau apa itu. Tak ada di antara
teman-temanku yang pernah bertemu dengan Count dalam jarak dekat. Sedangkan aku,
bila aku bertemu dengannya, ia berada di kamarnya dalam keadaan berpuasa, atau
bila ia dalam keadaan berlumuran darah segar, ia. berada di sebuah bangunan
runtuh di alam terbuka. Padahal di sini tempatnya kecil dan tertutup, dan karena
lama tak terpakai, udaranya sesak dan pengap. Tercium oleh kami bau tanah yang
kering dan busuk. Tapi bau apa itu sebenarnya" Aku tak bisa melukiskannya. Bau
itu bukan hanya bau busuk sesuatu yang mati, yang merupakan campuran bau darah
yang tajam dan asam, tapi rasanya lebih busuk daripada yang terbusuk. Cis! Mual
aku mengingat-v nya. Setiap embusan napas monster itu serasa melekat di tempat
itu membuatnya makin menjijikkan.
Dalam keadaan biasa, bau busuk semacam itu bisa membuat kami menghentikan
kegiatan. Tapi ini bukan keadaan biasa, dan tujuan luhur sekaligus
112 mengerikan ini memberi kami kekuatan yang mampu mengalahkan pertimbangan fisik.
Mula-mula kami mundur gara-gara bau memuakkan itu, tapi kemudian kami pun
serentak mulai bekerja, seolah tempat menjijikkan itu adalah sebuah kebun mawar.
Kami memeriksa dengan teliti. Sebelum kami mulai, Profesor berkata,
"Pertama-tama harus kita hitung ada berapa-peti yang tersisa. Lalu kita periksa
dari setiap lubang, sudut, dan setiap celah, kita lihat apakah kita bisa
menemukan petunjuk tentang apa yang terjadi dengan yang hilang itu." Melihat
sekilas saja sudah cukup bagi kami untuk mengetahui berapa buah yang tertinggal,
karena peti-peti tanah yang besar-besar itu tampak menonjol dan jelas.
Dari jumlah lima puluh buah, tinggal dua puluh sembilan buah! Suatu saat aku
ketakutan. Kulihat Lord Godalming tiba-tiba membalik dan melihat ke luar pintu
kamar, ke lorong rumah. Aku ikut melihat, dan sesaat jantungku serasa terhenti.
Di suatu tempat yang gelap, aku seperti melihat wajah Count yang jahat, dengan
hidungnya yang bengkok, bibirnya yang merah, yang berlawanan dengan wajahnya
yang pucat. Ia memandangi kami dengan matanya yang merah. Penglihatan itu hanya
sesaat. Lord Godalming berkata, "Kupikir aku melihat wajah seseorang, tapi
rupanya hanya bayangan," lalu ia melanjutkan pekerjaannya. Aku menyorotkan
lampuku ke arah bayangan itu, sambil melangkah ke lorong. Tak ada tanda-tanda
adanya seseorang. Dan karena tak ada sudut-sudut, tak ada pintu, tidak ada
113 pula celah, kecuali dinding-dinding lorong yang kokoh, berarti tak ada pula
tempat bersembunyi untuk dia. Kuanggap rasa takut telah mempengaruhi bayanganku,
jadi aku diam saja. Beberapa menit kemudian, kulihat Morris tiba-tiba mundur dari suatu sudut yang
sedang diperiksanya. Kami semua mengikuti geraknya dengan mata kami, dan kami
jadi gugup. Yang kami lihat adalah sekelompok benda yang mengeluarkan cahaya
seperti fosfor, berkelap-kelip seperti bintang-bintang. Kami mundur serentak.
Seluruh tempat itu tiba-tiba jadi hidup karena tikus.
Sesaat lamanya kami hanya berdiri terpaku, kecuali Lord Godalming yang agaknya
sudah siap menghadapi keadaan darurat seperti itu. Ia cepat-cepat berlari ke
arah pintu besar dari kayu ek yang berhiaskan bilah-bilah besi, yang telah
digambarkan oleh Dr. Seward dari luar tadi dan yang telah kulihat pula sendiri.
Dibukanya kunci pintu itu, diangkatnya palangnya yang besar, lalu dibukanya
pintu itu lebar-lebar. Kemudian dikeluarkannya peluit perak kecil tadi dari
sakunya, lalu ditiupnya kuat-kuat hingga mengeluarkan bunyi melengking. Bunyi
itu mendapat reaksi dari bagian belakang rumah Dr. Seward, dengan terdengarnya
bunyi salak anjing yang ramai. Kira-kira tiga menit kemudian, tiga ekor anjing
terrier datang menyerbu dari sudut rumah. Tanpa sadar, kami semua berjalan ke
arah pintu, dan sementara kami berjalan, kulihat debu di lantai berserakan.
Rupanya peti-peti yang dibawa keluar diseret lewat
114 jalan ini. Tapi pada saat yang sama, jumlah tikus pun bertambah menjadi amat
banyak. Tiba-tiba binatang-binatang itu seakan-akan menggerumut di lantai di
seluruh tempat itu, hingga di bawah sinar lampu-lampu senter kami yang menyinari
tubuh mereka yang gelap berkilat dan bergerak dengan mata jahat, tempat itu jadi
kelihatan seperti permukaan bumi yang dipenuhi kunang-kunang. Anjing-anjing
datang dan terus menerjang. Tapi begitu tiba di ambang pintu, mereka tiba-tiba
berhenti dan menggeram, dan setelah m ndengus deng dengan mengangkat hidung,
mereka mulai melolong menyedihkan. Jumlah tikus berlipat ganda menjadi beribu-
ribu, dan kami terpaksa keluar.
Tapi Lord Godalming mengangkat salah seekor anjing itu, dibawanya masuk, lalu
diletakkannya di lantai. Begitu kakinya menyentuh tanah, anjing itu agaknya
mendapatkan keberaniannya kembali, lalu mengejar dan menyerang musuh-musuhnya.
Tikus-tikus cepat-cepat melarikan diri dan anjing itu hanya sempat memangsa
sedikit. Anjing-anjing lain yang juga diangkat dan ditaruh dengan cara sama,
hanya kebagian mangsa sedikit, karena binatang-binatang itu menghilang serentak.
Dengan hilangnya binatang-binatang itu, serasa hilang pula suatu kejahatan,
karena kini anjing-anjing itu melompat kian-kemari, menyalak riang sambil
mempermainkan musuh-musuh mereka yang sudah tak bergerak lagi. Binatang-binatang
itu mereka bolak balikkan dan mereka lempar lemparkan ke udara kuat-kuat
Semangat kami pun serasa .
115 bangkit kembali. Entah karena dengan terbukanya pintu kapel suasana kematian
jadi terasa pupus, atau karena kami berada di luar, maka kami jadi merasa lega,
aku tak tahu. Tapi yang jelas, bayangan rasa takut sepertinya lepas dari kami,
bagaikan mantel yang ditanggalkan. Dan tujuan kedatangan kami pun jadi serasa
kurang mengerikan, meskipun tekad kami tidak berkurang. Kami tutup pintu depan,
kami pasang palangnya dan kami kunci, lalu kami bawa anjing-anjing menyelidiki
rumah itu. Di seluruh rumah tidak kami temukan apa-apa, kecuali debu dalam
jumlah yang amat besar. Semua debu itu tak tersentuh, kecuali bekas telapak
kakiku sendiri waktu aku datang pertama kali. Tak sekali pun anjing-anjing itu
memperlihatkan gejala-gejala kegelisahan, bahkan waktu kami kembali ke kapel,
mereka melompat-lompat kian-kemari, seolah-olah mereka sedang berburu kelinci di
hutan dalam musim panas. Di sebelah timur, fajar dengan cepat menyingsing waktu kami keluar dari depan
rumah. Prof. Van Helsing telah mengambil kunci pintu ruang depan dari


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kumpulannya, lalu mengunci pintu itu dan memasukkan kembali kunci-kunci itu ke
sakunya. "Sejauh ini, malam ini kita berhasil dengan baik," katanya. "Tak ada di antara
kita yang mengalami kesulitan sebagaimana yang kucemaskan, dan kita sudah tahu
pula berapa peti yang hilang. Tapi yang paling menyenangkan hatiku adalah bahwa
langkah pertama dan mungkin yang paling sulit dan paling berbahaya yang kita ? ?ambil ini, telah kita lak -
116 sanakan tanpa melibatkan Madam Mina yang manis itu, dan tanpa menyusahkan
pikirannya, baik dalam keadaan bangun ataupun tidur. Tak ada pemandangan dan
pendengaran serta bau mengerikan yang mungkin takkan pernah terlupakan olehnya.
Lalu satu pelajaran lagi kita dapatkan, yaitu bahwa binatang-binatang jahat yang
berada di bawah kekuasaan Count tetap saja tak mempan terhadap kekuatan
batinnya. Lihat saja tadi, tikus-tikus yang mau datang begitu mereka
dipanggilnya sebagaimana dia memanggil serigala dari puncak purinya untuk
?menakut-nakutimu waktu kau akan pergi dulu, dan untuk memangsa ibu malang yang
menangisi anaknya itu memang datang saat dipanggilnya, tapi mereka lari
?tunggang langgang hanya gara-gara anjing-anjing Arthur yang kecil-kecil itu.
Kita masih harus menghadapi banyak hal, bahaya-bahaya lain, ketakutan-ketakutan
lain, dan monster itu baru kali inilah atau inilah yang terakhir kali dia tidak
?menggunakan kekuatannya. Jadi mungkin dia sudah pergi ke tempat lain. Bagus!
Kita jadi mendapat kesempatan untuk beberapa kali mengucapkan 'skak* dalam
permainan catur yang kita mainkan dengan mempertaruhkan nyawa. Sekarang mari
kita pulang. Matahari sudah mulai terbit, dan kita bisa merasa puas dengan kerja
kita pada malam pertama ini. Bisa dipastikan bahwa kita masih harus menghadapi
hari-hari dan malam-malam penuh bahaya. Tapi kita harus jalan terus, dan kita
takkan mundur." Rumah sepi waktu kami kembali. Hanya terdengar suara, seorang pasien yang
berteriak nyaring di salah satu bangsal yang jauh, dan suara erangan rendah dari kamar Renfield.
Pasien malang itu pasti sedang menyiksa dirinya dengan cara orang gila, dan
dengan pikiran putus asa. Dengan berjinjit aku masuk ke kamar, dan kutemukan
Mina sedang tidur. Napasnya sedemikian halusnya, hingga aku harus mendekatkan
telingaku padanya untuk mendengarnya. Ia kelihatan lebih pucat daripada
biasanya. Mudah-mudahan pertemuan semalam tidak membuatnya risau. Aku bersyukur
ia tidak diikutsertakan dalam tugas-tugas kami yang akan datang, dan bahkan juga
dalam rencana-rencana kami. Semua itu terlalu menegangkan bagi seorang wanita.
Mula-mula aku tidak beranggapan begitu, tapi sekarang aku sudah lebih tahu. Oleh
karenanya aku senang semua itu sudah diatur. Ada hal-hal yang akan membuatnya
takut bila ia mendengarnya. Tapi akibatnya akan lebih buruk kalau aku
menyembunyikannya dari dia, apalagi bila ia curiga ada sesuatu yang
disembunyikan darinya. Maka mulai sekarang, kegiatan kami harus benar-benar
dirahasiakan dari Mina, sampai tiba saatnya kami bisa menceritakan padanya bahwa
semuanya sudah selesai, dan bahwa bumi ini sudah bebas dari monster dan dari
dunia kegelapan. Aku yakin, akan sulit sekali bagiku untuk menutup mulut, karena
selama ini kami selalu saling terbuka. Tapi tekadku harus kuat, dan besok aku
harus tutup mulut mengenai kegiatan-kegiatan kami malam ini, dan harus menolak
berbicara tentang apa-apa yang
118 telah terjadi. Aku berbaring di sofa supaya tidak mengganggunya.
1 Oktober, kemudian. Kurasa wajarlah bila kami semua kesiangan bangun, karena
?kemarin sehari semalam kami sibuk sekali, bahkan malam harinya sama sekali tidak
beristirahat. Mina pun pasti keletihan, karena meskipun aku tidur sampai
matahari tinggi, aku bangun lebih dulu darinya. Aku harus membangunkannya dua-
tiga kali sebelum ia bangun. Tidurnya sedemikian nyenyaknya, hingga waktu
bangun, beberapa saat lamaoya ia tidak mengenaliku. Ia memandangi diriku dengan
ketakutan, seperti seseorang yang baru bangun dari mimpi buruk. Ia mengeluh agak
keletihan, jadi kubiarkan ia beristirahat sepanjang siang.
Kami sudah tahu bahwa dua puluh satu peti sudah dipindahkan, dan seandainya ada
beberapa buah yang telah diambil dari yang sudah dipindahkan itu, kami pasti
bisa menelusuri semuanya. Hal itu pasti akan sangat menyederhanakan pekerjaan
kami, dan makin cepat hal itu ditangani, makin baik. Aku akan mencari Thomas
Snelling hari ini. CATATAN HARIAN DR. SEWARD
1 Oktober. Menjelang tengah hari, aku terbangun karena Profesor masuk ke ?kamarku. Ia tampak lebih gembira dan ceria daripada biasanya, dan jelas
kelihatan bahwa kegiatan kami semalam telah membantu membebaskannya dari pikiran
119 yang menjadi bebannya. Setelah membahas petualangan kami semalam, ia tiba-
tiba berkata, "Pasienmu itu sangat menarik minatku. Bolehkah aku ikut mengunjunginya pagi ini"
Atau kalau kau terlalu sibuk, aku akan pergi sendiri, kalau boleh. Adalah suatu
pengalaman barii bagiku, menemukan seorang gila yang berbicara dengan
berfilsafat dan punya akal begitu sehat." Ada pekerjaan mendesak yang harus
kuselesaikan, jadi kukatakan bahwa aku senang kalau ia mau pergi sen-, diri,
supaya aku tak perlu menyuruhnya menunggu. Maka kupanggil seorang petugas dan
kuberikan beberapa instruksi yang diperlukan. Sebelum Profesor meninggalkan
kamar, kuperingat-kan dia supaya jangan sampai mendapat kesan salah mengenai
pasienku itu. "Tapi," katanya, "aku ingin dia berbicara tentang dirinya sendiri,
me- * ngenai kebiasaannya yang aneh, makan binatang-binatang hidup itu. Kubaca
dalam catatan harianmu kemarin bahwa dia berkata pada Madam Mina, bahwa dia
punya kepercayaan tertentu. Mengapa kau tersenyum, John?"
"Maafkan saya," kataku, "jawaban tentang hal itu ada di sini." Kuletakkan
tanganku di atas bahan yang sudah diketik. "Waktu orang gila kita yang waras dan
terpelajar itu sedang memberikan pernyataan bahwa dia biasa makan binatang-
binatang hidup, dia sebenarnya sedang merasa mual gara-gara lalat-lalat dan
laba-laba yang baru saja dimakannya sebelum Mrs..Harker masuk ke kamarnya."
Kini Van Helsing yang tersenyum. "Bagus!"
120 katanya. "Ingatanmu kuat, John. Seharusnya aku ingat itu! Memang kelainan
pikiran dan ingatanlah yang menjadikan penyakit jiwa itu suatu bahan studi yang
begitu memukau. Mungkin aku bisa mendapat pengetahuan lebih banyak dari kegilaan
orang gila ini, daripada belajar dari orang paling pandai sekalipun. Siapa
tahu!" g-Lalu aku mengerjakan pekerjaanku, dan tak lama kemudian tugasku
selesai. Waktu terasa amat singkat. Tahu-tahu Van Helsing sudah kembali ke kamar
kerjaku. "Mengganggukah aku?" tanyanya dengan sopan, sambil berdiri di pintu.
"Sama sekali tidak," sahutku. "Silakan masuk. Pekerjaan saya sudah selesai, dan
saya sudah bebas. Sekarang saya bisa ikut dengan Anda, kalau Anda mau."
"Tak perlu. Aku sudah menjumpainya!"
"Jadi?" "Kurasa dia tidak begitu menghargai diriku. Percakapan kami singkat sekali.
Waktu aku masuk, dia sedang duduk di sebuah bangku kecil di tengah-tengah kamar,
dengan menekankan sikunya di atas lutut. Wajahnya membayangkan rasa tak puas.
Aku berbicara padanya seceria mungkin, dan dengan menjaga sopan santun. Tapi dia
sama sekali tidak menjawab. 'Tak kenal lagikah Anda pada saya"' tanyaku.
Jawabannya tak meyakinkan. Katanya, 'Saya cukup kenal pada Anda. Anda adalah si
goblok tua Van Helsing. Bawa saja badan dan otak Anda yang idiot itu ke tempat
lain. Persetan semua orang Belanda yang bebal!'
121 Lalu dia tak mau bicara lagi sepatah pun. Dia duduk saja dengan cemberut dan tak
acuh, seolah-olah aku sama sekali tak ada di kamar itu. Maka hilanglah
kesempatanku untuk belajar banyak dari orang gila yang pintar itu. Jadi kalau
boleh, aku ingin pergi menghibur diriku, mengobrol sebentar dengan Madam Mina
yang manis itu. Aku senang sekali, John, bahwa dia tak perlu kita sakiti dan^_
tak perlu kita susahkan dengan urusan kita yang mengerikan ini. Memang sebaiknya
begitu, meskipun kita memang akan kehilangan bantuannya."
"Saya sependapat dengan Anda," sahutku dengan bersungguh-sungguh, karena aku tak
ingin semangatnya jadi lemah dalam hal ini. "Memang sebaiknya Mrs. Harker tidak
ikut serta dalam urusan kita ini. Keadaan saat ini sudah cukup buruk bagi kita,
kaum pria yang sudah banyak peng^ alaman, dan yang sudah sering menghadapi
kesulitan di masa lalu. Tempat itu memang tak baik bagi seorang wanita, dan
kalau dia sampai terlibat dalam urusan ini, pasti akan merugikannya kelak."
Maka pergilah Van Helsing untuk berbincang-bincang dengan Mrs. Harker dan
suaminya. Sedangkan Arthur pergi untuk mencari petunjuk-petunjuk mengenai peti-
peti tanah itu. Aku akan menyelesaikan tugasku be; keliling melihat keadaan
pasien-pasienku, dan nanti malam kami akan rapat.v
CATATAN HARIAN MINA HARKER
1 Oktober. Rasanya aneh aku tak diikutsertakan seperti hari ini, karena sudah ?bertahun-tahun
122 Jonathan selalu mempercayakan segalanya padaku. Rasanya tak biasa ia terang-
terangan menyembunyikan beberapa hal dariku, padahal semua itu justru hal-hal
yang amat penting. Pagi ini aku bangun siang, setelah keletihan kemarin.
Meskipun Jonathan juga kesiangan, ia bangun lebih dulu daripadaku. Sebelum pergi
lagi, ia berbicara padaku dengan lebih manis dan lebih lemah lembut. Tapi tak
sekali pun ia menyebutkan apa yang terjadi pada kunjungan mereka di rumah Count.
Padahal ia pasti tahu betapa ingin aku mendengarnya. Kasihan kekasihku itu!
Kurasa ia lebih tersiksa daripada diriku sendiri. Mereka semua sudah sepakat
bahwa sebaiknya aku tidak diikutsertakan lebih jauh dalam pekerjaan mengerikan
itu, dan aku setuju! Aku juga senang ia merahasiakannya dariku! Tapi sekarang
aku menangis seperti anak bodoh, padahal aku tahu bahwa semua itu disebabkan
oleh cinta kasih suamiku yang sangat besar, dan niat yang baik sekali dari para
pria kuat, teman-temannya itu.
Hal itu membuatku senang. Yah, Jonathan kelak pasti menceritakan semuanya
padaku. Aku masih tetap mengisi catatan-catatan harianku seperti biasa. Lalu,
bila ia ragu-ragu akan kejujuranku, akan kutunjukkan catatan ini padanya, di
mana kutuliskan semua pikiran dan isi hatiku, supaya dibacanya.
Hari ini aku merasa sedih dan semangatku lemah. Kurasa itu adalah reaksi dari
pengalaman hebat yang mengerikan itu.
123 Semalam aku tidur setelah teman-teman priaku pergi, sesuai dengan permintaan
mereka. Aku tidak mengantuk, dan aku cemas khawatir. Aku terus-menerus ingat
akan kejadian-kejadian sejak Jonathan mendatangiku di London. Semua itu terasa
bagai suatu tragedi mengerikan, dengan nasib buruk yang mendesak terus sampai
akhir. Segala sesuatu yang dilakukan orang, betapapun benarnya, ^ agaknya selalu
mengakibatkan sesuatu yang menyedihkan. Sekiranya aku tidak pergi ke Whitby dulu
itu, mungkin Lucy tersayang masih berada di tengah-tengah kami sekarang. Soalnya
ia tak pernah ingin pergi ke kuburan itu, sebelum aku datang ke sana. Dan
sekiranya ia tidak ikut aku pergi ke tempat tersebut siang itu, ia takkan
berjalan ke sana dalam tidurnya. Dan kalau saja ia tak pergi ke sana malam itu
dalam keadaan tidur,-*, monster itu tak mungkin bisa merusak hidupnya,
sebagaimana yang telah dilakukannya. Ah, mengapa aku pergi ke Whitby dulu itu"
Nah, aku menangis lagi! Aku tak tahu ada apa dengan diriku hari ini. Aku harus
menyembunyikannya dari Jonathan, sebab bila ia tahu bahwa dalam satu pagi saja
aku sudah dua kali menangis padahal aku tak pernah menangisi diriku sendiri, ?dan ia tak pernah menjadi penyebab aku menangis kekasih-c ku itu pasti akan
?cemas. Aku akan mencerahkan wajahku, supaya ia tak melihat, meskipun rasanya akn
ingin menangis terus. Kurasa itulah salah satu pelajaran yang harus diambil oleh
kami, kaum wanita yang malang....
124 Aku tak ingat benar bagaimana aku tertidur semalam Yang kuingat, aku mendengar
anjing-anjing tiba-tiba menyalak, dan ada bunyi-bunyian aneh seperti orang
bersembahyang ramai sekali di kamar Mr. Renfield yang berada di atas kamar ini.
Lalu keadaan hening di mana-mana, sepi sekali, hingga aku terkejut. Aku bangkit
dan melihat ke luar jendela. Segala-galanya gelap dan sepi, bayang-bayang gelap
yang ditimbulkan oleh sinar bulan terasa penuh misteri. Agaknya tak ada satu pun
yang bergerak, semuanya diam dan murung seperti kematian atau nasib buruk,
hingga waktu seberkas kecil kabut putih merayap lambat ke arah rumah lewat
rumput, kabut itu seolah-olah hidup dan bernyawa. Kurasa penyimpangan pikiran
itu baik bagiku, karena waktu aku kembali ke tempat tidur, aku merasa mengantuk.
Kubaringkan tubuhku, tapi tak bisa benar-benar tidur. Jadi aku bangun dan
melihat ke luar jendela lagi. Kabut tadi mulai menyebar, dan kini makin dekat ke
rumah. Kulihat kabut itu menebal di dinding, seolah merayap naik ke jendela.
Kini suara orang gila itu makin bertambah nyaring, dan meskipun aku tak bisa
mendengar kata-katanya dengan jelas, dari nadanya dapat kukenali bahwa itu
merupakan permohonan yang merayu-rayu. Kemudian terdengar suara pergelutan, dan
tahulah aku bahwa para petugas sedang menanganinya. Aku ketakutan, lalu aku naik
ke tempat tidur, kuangkat baju tidurku ke mukaku dan kututup telingaku dengan
jari. Waktu itu aku sama sekali tidak mengantuk, setidaknya
125 v\ H J\,\^i ?begitulah perasaanku. Tapi aku pasti tertidur, karena aku bermimpi dan tak ingat
apa-apa, sampai Jonathan membangunkanku. Kurasa dengan susah payah dan agak lama
baru aku sadar di mana aku berada, dan bahwa Jonathan-lah yang membungkuk di
atas rubuhku. Mimpiku aneh sekali, dan kurasa itu gara-gara pikiran-pikiranku
saat bangun, yang terbawa atau berlanjut menjadi mimpi.
Kupikir aku sedang tidur, dan menunggu Jonathan kembali. Aku khawatir memikirkan
dia, padahal aku tak berdaya untuk bertindak. Kakiku, pikiranku, otakku dibebani
sedemikian rupa hingga tak ada satu pun yang bisa bergerak dengan kecepatan
lazim. Maka tidurku pun gelisah, dan aku berpikir terus. Lalu udara terasa
berat, lembap, dan dingin. Kulepaskan pakaian yang menutupi mukaku, dan kudapati
segala-galanya di sekelilingku temaram. Aku heran. Api gas yang kubiarkan
menyala untuk Jonathan, tapi kukecilkan nyalanya, tampak hanya merupakan bunga
api kecil dalam kabut yang rupanya telah merembes masuk ke dalam kamar dan
menjadi lebih tebal. Aku ingat benar bahwa jendela telah kututup sebelum aku
masuk ke tempat tidur. Aku ingin turun untuk meyakinkan hal itu, tapi anggota
tubuhku, bahkan juga kemauanku, serasa dirantai oleh semacam rasa mengantuk. Aku
berbaring diam-diam, me-nahankan keadaan itu. Hanya itu yang bisa kulakukan.
Kututup mataku, tapi aku masih bisa melihat lewat bulu mataku. (Hebat sekali,
bagaimana mimpi bisa mempermainkan kita). Dan sekarang
126 aku bisa melihat bagaimana kabut itu masuk, karena kelihatannya benda itu
terpusat menjadi semacam pilar awan di dalam kamar, di bagian atasnya ada cahaya
gas yang nampak bersinar seperti mata merah. Semuanya mulai terasa berputar-
putar dalam otakku, seperti juga pilar-pilar awan yang berputar-putar di dalam
kamar. Lewat pusaran itu serasa terdengar kata-kata dari Injil, Tiang awan di
siang hari yang menjadi api di malam hari. Apakah memang ada semacam petunjuk
batin yang datang padaku dalam tidurku" Tapi pilar itu terdiri atas tuntunan
siang dan malam, karena di mata merah itu tampak ada api yang kini memikatku.
Waktu kupandangi terus, api itu terbagi dan serasa menyinari diriku lewat kabut
itu seperti dua buah mata merah, seperti yang dikatakan Lucy saat pikirannya
melayang sesaat di tebing karang dulu, kala sinar matahari yang sedang meluncur
turun memantulkan cahaya-cahaya-nya dari jendela Gereja St Mary. Tiba-tiba
meledaklah rasa takutku yang hebat, karena aku ingat bahwa begitulah Jonathan
melihat perempuan-perempuan setan itu berwujud, yaitu lewat pusaran-pusaran
kabut di cahaya bulan. Lalu mungkin aku pingsan dalam mimpiku, karena semuanya
menjadi hitam dan gelap. Usaha terakhir dari kesadaranku menunjukkan seraut
wajah putih kebiru-biruan yang membungkuk di atas tubuhku, yang muncul dari
kabut itu. Aku harus waspada terhadap mimpi-mimpi serupa itu, karena kalau
terlalu sering, kewarasanku bisa terganggu.
127 Akan kuminta Profesor Van Helsing atau Dr. Seward memberiku resep obat tidur,
tapi aku takut mereka nanti merasa khawatir. Mimpi semacam itu pada saat seperti
ini, akan menambah rasa cemas mereka terhadapku. Malam ini aku akan berusaha
keras untuk bisa tidur dengan wajar. Kalau tak berhasil, besok malam akan
kuminta mereka memberiku satu dosis kecil obat tidur. Sekali ini saja! Aku yakin
itu takkan merugikan diriku, dan aku akan bisa tidur nyenyak. Semalam aku merasa
lebih letih daripada bila aku tidak tidur sama sekali.
2 Oktober, jam 10 malam. Semalam aku tidur tanpa bermimpi. Pasti tidurku ?nyenyak sekali, karena aku tidak terbangun waktu Jonathan masuk ke tempat tidur.
Tapi tidur itu tidak menyegarkan tubuhku, bahkan sekarang aku merasa amat lemah
dan tak bersemangat. Kemarin, sepanjang hari aku membaca-baca saja atau
berbaring dan tidur-tiduran. Petang harinya Mr. Ren field bertanya apakah ia
boleh bertemu denganku. Kasihan dia. Sikapnya lemah lembut, dan waktu aku akan
pulang, diciumnya tanganku dan didoakannya agar Tuhan mem-berkatiku. Entah
mengapa hatiku amat tersentuh. Aku menangis kalau teringat dirinya. Ini suatu
kelemahan baru bagiku, aku harus waspada. Jonathan akan risau kalau ia tahu
bahwa aku habis menangis. Ia dan teman-temannya sedang keluar, dan baru akan
kembali pada waktu makan malam. Mereka kembali dalam keadaan amat letih. Aku
128 berusaha sebisaku untuk membuat mereka ceria. Kurasa usahaku itu akan baik pula
bagi diriku sendiri, karena aku jadi lupa betapa letihnya aku. Setelah makan
malam, mereka menyuruhku tidur, dan mereka semua pergi untuk merokok. Tapi aku
tahu bahwa mereka akan bertukar pengalaman hari itu. Dari gerak-gerik Jonathan,
aku tahu ada sesuatu -c-yang penting yang harus disampaikannya. Aku tak begitu
mengantuk, jadi sebelum mereka pergi, kuminta obat tidur sedikit dari Dr.
Seward, karena malam sebelumnya aku tak bisa tidur. Aku diberinya semacam


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

larutan yang katanya tidak berbahaya, karena ringan. Obat itu telah kuminum, dan
aku menunggu rasa mengantuk yang masih saja terasa jauh. Kuharap aku tidak
melakukan sesuatu yang salah, karena waktu rasa mengantuk mulai datang, suatu
rasa takut yang baru muncul kembali. Aku takut kalau-kalau telah bertindak
bodoh, karena dengan demikian aku bisa kehilangan ketahanan untuk bangun.
Padahal mungkin aku membutuhkannya. Nah, sekarang aku mengantuk. Selamat tidur.
129 Bab 20 CATATAN HARIAN JONATHAN HARKER
/ Oktober, malam hari. Kudapati Thomas Snelling ada di rumahnya di Bethnal ?Green. Tapi sayang sekali ia tak ingat apa-apa. Ia berharap aku membelikan bir
untuknya, dan ini berakibat buruk sekali atas dirinya. Ia jadi terlalu cepat
meracau. Tapi kudengar dari istrinya yang kelihatan sopan dan sederhana, bahwa
suaminya hanya asisten dari seseorang bernama Smollet, yang lebih bertanggung
jawab di antara mereka berdua. Maka aku pun pergi ke Walworth. Mr. Joseph
Smollet kudapati sedang di rumah. Ia hanya mengenakan kemeja dan sedang
menghirup teh dari tatakannya. Ia seorang pria yang sopan dan cerdas. Jelas
bahwa ia adalah seorang pekerja yang baik dan bisa diandalkan, serta memiliki
pendirian sendiri. Ia ingat semua peristiwa sehubungan dengan peti-peti >itu.
?Dari sebuah saku misterius di bagian belakang celananya, dikeluarkannya sebuah
catatan yang terlipat-lipat dan bertuliskan huruf tebal dengan pensil yang
hampir tak terbaca. Dari catatan itu di-130
bacakannya tempat tujuan peti-peti itu. Katanya ada enam buah yang diangkutnya
dengan keretanya dari Carfax dan dibawanya ke Chicksand Street Nomor 197, Mile
End,.Newton. Dan enam buah lagi diantarkannya ke Jamaica Lane, Bermondsey. Jadi
kalau Count memang bermaksud menyebar tempat persembunyiannya yang mengerikan
itu ke seluruh kota London, tempat-tempat itu dipilihnya sebagai tempat
penyimpanan pertama, supaya kemudian ia bisa menyebarkannya lebih luas lagi.
Caranya yang sistematis dalam melakukan hal itu membuatku berpikir bahwa ia
pasti tak bermaksud membatasi dirinya hanya di dua sisi kota London saja. Ia
kini sudah menetap di ujung timur pantai utara, di sebelah timur pantai selatan,
dan di sebelah selatan. Ia pasti tak bermaksud mengabaikan daerah utara dan
daerah barat dalam rencana setannya itu apalagi bagian City* sendiri, serta
?jantung kota London yang merupakan pusat mode di daerah barat daya dan di
sebelah barat. Kutanyakan pada Smollet kalau-kalau ia bisa menceritakan apakah
ada di antara peti-peti itu yang diambil dari Carfax.
. Sahutnya, "Yah, Mister, Anda baik sekali pada saya," aku memang telah
?memberinya uang "jadi akan saya ceritakan semua yang saya ketahui. Empat malam
?yang lalu, saya mendengar seseorang bernama Bloxam bercerita di kedai mi -
bagian kota London yang paling tua
131 num di Pincher's Alley, bahwa dia dan temannya baru saja selesai bekerja
mengangkut barang-barang berdebu ke sebuah rumah tua di Purfect Tak banyak lagi
pekerjaan semacam itu di sini, jadi saya pikir mungkin Sam Bloxam bisa
menceritakannya pada Anda." Kutanyakan apakah ia bisa mengatakan di mana aku
bisa menemukan Sam Bloxam. Kukatakan bila ia bisa memberikan alamatnya padaku,
ia akan kuberi imbalan lagi. Diteguknya sisa tehnya sekaligus, lalu ia bangkit
sambil berkata bahwa ia akan langsung pergi mencari orang itu. Di pintu, ia
berhenti dan berkata, "Begini, Pak. Tak ada gunanya saya menyuruh Anda menunggu di sini. Mungkin cepat
mungkin lambat saya baru bisa menemukan Sam, lagi pula dia tak bisa bercerita
banyak pada Anda malam ini. Sam jadi lupa daratan kalau dia sudah minum.
Sebaiknya Anda beri saya sebuah amplop berprangko, dan Anda tuliskan alamat Anda
di situ. Akan saya cari di mana Sam bisa ditemukan dan akan saya kirimkan
alamatnya pada Anda malam ini juga. Lalu sebaiknya Anda cepat-cepat
mendatanginya pagi-pagi. Kalau tidak, Anda takkan bisa lagi bertemu dengannya,
karena Sam selalu berangkat lagi pagi-pagi benar, meskipun habis minum-minum
malam sebelumnya." Semuanya itu masuk akal sekali. Jadi kusuruh seorang anak membeli amplop dan
sehelai kertas, dan kusuruh ambil sisa uangnya. Setelah ia kembali, kutuliskan
alamatku di situ dan kutempeli prangko. Dan setelah Smollet berjanji dengan ber -
132 sungguh-sungguh untuk mengirimkan alamat itu begitu Sam diketemukannya, aku
pulang. Kami sudah mulai menemukan jejaknya. Aku letih sekali malam ini, dan aku
butuh tidur. Mina sedang tidur nyenyak, dan kelihatannya agak terlalu pucat
Matanya seperti bekas menangis. Kasihan sayangku ini, dia tentu jengkel sekali
tak boleh tahu akan ?""keadaan, dan pasti jadi khawatir akan keadaanku dan
teman-temanku. Tapi itulah yang terbaik. Lebih baik ia kecewa dan khawatir
seperti sekarang, daripada putus urat sarafnya. Kedua dokter itu memang benar
sekali, telah memaksa supaya ia tak terlibat dalam urusan mengerikan ini.
Bagaimanapun juga, aku takkan pernah membicarakan soal itu dengannya. Tapi
kurasa itu bukan tugas ^berat, karena ia pun bersikap tufttp mulut dan tak
pernah berbicara tentang Count dan perbuatan per buatannya sejak kami katakan
padanya tentang keputusan kami itu.
2 Oktober, malam. Hari terasa panjang, penuh cobaan dan ketegangan. Lewat pos ?pertama kuterima amplop yang telah dijanjikan, berisi secarik kertas kotor.
Kertas itu ditulisi dengan huruf besar-besar, dengan menggunakan pensil tukang
kayu: Sam *Bloxam, Korkrans 4, Poters Cort, Bartel Street, Walworth. Temuilah
depite. Surat itu kuterima waktu aku masih di tempat tidur. Aku pun bangun tanpa
membangunkan Mina. Kelihatannya ia sulit bangun dan masih mengantuk serta pucat,
dan sama sekali tak sehat
Aku bertekad untuk tidak membangunkannya. Setelah aku kembali dari perjalanan
penyelidikanku yang baru ini, akan kuatur agar ia kembali ke Exeter. Kurasa ia
akan lebih senang di rumah kami sendiri, dengan tugas-tugas yang disukainya,
daripada di sini di tengah-tengah kami dan tak tahu apa-apa. Aku hanya bertemu
sebentar dengan Dr. Seward untuk menceritakan ke mana aku akan _ pergi. Aku
berjanji akan segera kembali, dan begitu kembali akan kuceritakan apa-apa yang
kutemukan pada yang lainnya. Aku pergi ke Walworth, dan dengan, susah payah
kutemukan Potter's Court. Gara-gara tulisan Mr. Smollet yang salah, aku hampir
tersesat. Aku bukan menanyakan Potter's Court, melainkan Poters Cort, seperti
yang tercantum pada kertas itu. Tapi begitu berhasil menemukan lapangan itu, tak
sulit bagiku", menemukan penginapan Corcoran. Waktu aku menanyakan depite pada
orang yang membukakan pintu, ia menggeleng dan berkata, "Saya tak kenal dia. Tak
ada orang bernama itu di sini, tak pernah saya mendengarnya selama ini. Saya
rasa tak ada orang seperti itu di sini atau di sekitar tempat ini." Kukeluarkan
surat Smollet, dan waktu kubaca surat itu, kupikir dalam hal ini pun soal salah
tulis merupakan masalahnya lagi. "Apa tugas Anda di^ sini?" tanyaku.
"Saya depity," sahutnya. Aku segera tahu bahwa aku sudah menemukan tempat yang
kucari. 'maksudnya deputy = wakil penguasa
134 Salah tulis lagi-lagi hampir menyesatkanku. Setelah kuberi uang rokok, ia
bersedia memberikan keterangan-keterangan. Katanya Mr. Bloxam yang tidur terus
sepanjang malam kemarin gara-gara mabuk, di Corcoran, telah berangkat bekerja ke
Polpar jam lima pagi. Ia tak bisa mengatakan letak tempat bekerjanya itu. Tapi
samar-samar ia tahu bahwa itu semacam gudang modern dari sebuah gedung
pendingin. Jadi aku pun berangkat ke Polpar dengan petunjuk yang sedikit itu.
Jam dua belas barulah kudapatkan petunjuk memuaskan tentang bangunan itu, di
sebuah warung kopi di mana beberapa orang pekerja sedang makan. Salah seorang di
antara mereka berkata bahwa di Cross Angel Street sedang dibangun sebuah
bangunan pendingin, dan aku pun segera pergi ke sana. Yang kutemui adalah
seorang penjaga gerbang yang cemberut, dan seorang mandor yang lebih cemberut
lagi. Setelah masing-masing kuberi uang rokok, barulah aku bisa mendapat
penjelasan, di mana Bloxam berada. Kutawarkan pada mandornya kesediaanku untuk
membayar upahnya hari itu. Bloxam dipanggil, lalu kutanyai dia mengenai beberapa
persoalan pribadi. Ia cukup cerdas, meskipun cara bicara dan tingkah lakunya
kasar. Waktu kujanjikan bahwa aku akan memberinya imbalan tambahan bila ia mau
memberi aku informasi, diceritakannya bahwa ia harus pulang-pergi dua kali
antara Carfax dan Piccadilly, dengan setiap kali membawa sembilan buah peti
besar yang berat sekali dengan kereta kuda yang disewanya.
135 Kutanyakan apakah ia bisa memberitahukan nomor rumah di Piccadilly itu.
"Wah, Pak, saya lupa nomornya, tapi kalau saya tak salah ingat, hanya berjarak
beberapa rumah dari sebuah gereja besar berwarna putih yang belum lama dibangun.
Rumah itu rumah tua dan berdebu, tapi peti-peti yang kami angkut itu lebih
berdebu lagi." "Bagaimana Anda bisa masuk ke rumah-rumah itu kalau keduanya kosong?"
"Seorang pria tua membayar saya. Dialah yang menunggu saya di rumah di Purfleet
itu. Dia yang membantu saya mengangkat peti-peti itu dan menaruhnya di gerobak
kuda kami. Demi Tuhan, dialah laki-laki terkuat yang pernah saya lihat Padahal
dia sudah tua. Berkumis putih dan kurus sekali hingga kelihatannya melemparkan
sehelai' bulu pun dia takkan kuat"
Kata-katanya membuatku tegang.
"Wah, dia mengangkat tepi peti-peti itu seperti mengangkat daun teh saja,
sedangkan saya sendiri tersengal-sengal dan terengah-engah waktu mengangkatnya,
padahal saya bukan orang lemah."
"Bagaimana Anda masuk ke rumah di Piccadilly?" tanyaku.
"Dia sudah ada pula di sana. Pasti dia sudah berangkat lebih dulu dan tiba di
sana sebelum kami berangkat sebab waktu saya menekan bel, dia sendiri yang
membukakan pintu, dan dia pula yang membantu saya mengangkat peti-peti itu masuk
ke ruang depan." 136 "Semuanya yang sembilan buah itu?"
"Ya, lima pada pengangkutan pertama dan empat pada pengangkutan kedua. Berat
sekali peker-i jaan itu, sampai saya tak ingat betul bagaimana saya tiba di
rumah...." "Apakah peti-peti itu ditinggalkan di ruang depan saja?" selaku.
"Ya, ruang depan itu luas, dan tak ada barang-barang lain di dalamnya." Untuk
memperpanjang percakapan, aku bertanya lagi,
"Anda tak punya kunci?"
"Sekali pun saya tidak memakai kunci Orang tua itu sendiri yang membuka pintu
dan menutupnya kembali sebelum saya berangkat pulang. Saya tak ingat yang
terakhir oh, ya, kami lalu minum-minum bir."?"Dan Anda tetap tak ingat nomor rumah itu?"
"Tidak, Pak. Tapi Anda tak perlu khawatir. Rumah itu tinggi, bagian depannya
dari batu dan melengkung, dan tangganya tinggi. Saya ingat benar tangga-tangga
itu, Pak, soalnya saya harus mengangkat peti-peti itu naik, dengan bantuan tiga
orang penganggur yang datang untuk mencari upah. Orang tua itu memberi mereka
masing-masing satu shilling. Waktu melihat mereka diberi begitu banyak, mereka
minta lebih banyak. Tapi orang tua itu mencengkeram pundak salah seorang di
antaranya, dan seolah-olah akan dilemparkannya ke bawah tangga. Ketiga orang itu
lalu lari sambil mengumpat."
Kupikir, dengan penjelasan demikian, aku pasti
137 bisa menemukan rumah itu. Jadi kubayar temanku atas informasi yang telah
diberikannya, lalu aku berangkat ke Piccadilly. Aku telah mendapat pengalaman
baru yang mengerikan, yaitu bahwa Count mampu mengangkat peti-peti tanah itu
seorang diri. Kalau begitu, waktu sudah mendesak, karena setelah ia berhasil
membagi-bagikan peti-peti itu ke tempat-tempat tertentu, maka dengan sesuka hati
ia akan bisa pula menyelesaikan pekerjaannya tanpa dilihat orang. Di Piccadilly
Circus aku turun dari taksi, lalu berjalan saja ke arah barat Agak lebih jauh
dari gedung Junior Constitutional, aku tiba di rumah yang dilukiskan itu, dan
aku puas karena rumah itu memang bersebelahan dengan tempat persembunyian yang
telah diatur oleh Dracula. Rumah itu kelihatannya sudah lama tak dihuni. Debu di
jendela-jendelanya tebal sekali, dan penutup jendelanya terpasang. Semua
bingkainya berwarna hitam karena tuanya, dan cat pada besinya sudah hampir habis
terkikis. Kelihatannya, sampai belum lama yang lalu, ada sebuah papan pengumuman
di depan serambi loteng, tapi rupanya sudah dilepaskan dengan kasar. Tiang-tiang
yang menyangganya masih ada. Di balik jeruji serambi loteng kulihat ada beberapa
keping kayu yang sudah lepas, karena tampak tepinya yang putih. Sebenarnya ingin
sekali aku melihat papan pengumuman itu dalam keadaan utuh, karena mungkin ada
petunjuk-petunjuk di situ mengenai kepemilikan rumah itu. Aku ingat pengalamanku
waktu mengadakan penyelidikan sebelum membeli
138 rumah Carfax, dan mau tak mau aku merasa, kalau saja aku bisa menemukan
pemiliknya yang semula, pasti ada jalan untuk mendapatkan izin masuk ke rumah
itu. Kini tak ada lagi yang bisa dipelajari tentang Piccadilly di sebelah sini, jadi
tak ada yang bisa kulakukan. Aku pergi ke bagian belakang rumah, untuk melihat-
lihat kalau-k lau ada yang bisa didapat di bagian ini. Burung-burung camar ribut
di situ, karena rumah-rumah di Piccadilly ini memang banyak dihuni mereka.
Kutanyai satu dua orang pengurus hewan dan para pekerja lainnya yang kulihat
berada di tempat itu, kalau-kalau mereka bisa menceritakan sesuatu tentang rumah
kosong itu. Salah seorang di antaranya berkata bahwa ia mendengar rumah itu
baru-baru ini sudah dibeli orang, tapi ia tak bisa mengatakan siapa pembelinya.
Tapi diceritakannya bahwa sampai baru-baru ini, di situ ada papan pengumuman
yang berbunyi "Dijual", dan bahwa mungkin agen-agen penjual rumah Mitchell, Sons
& Candy bisa menceritakan sesuatu padaku, karena ia ingat pernah melihat nama
perusahaan itu di papan tersebut. Aku tak mau kelihatan terlalu berhasrat, dan
aku tak mau si pemberi informasi sampai tahu atau menduga terlalu banyak. Maka
setelah mengucapkan terima kasih, aku pergi. Kini hari sudah senja, dan malam
musim gugur sudah mulai membayang, jadi aku tak mau kehilangan waktu. Setelah
mendapatkan alamat perusahaan Mitchell, Sons &
139 Candy dari buku petunjuk di Berkeley, aku segera pergi ke kantor itu di
Sackville Street Pria yang menerimaku bersikap amat ramah, tapi sulit sekali diajak berbicara.
Setelah mengatakan bahwa rumah di Piccadilly itu yang selama percakapan kami ?disebutnya "rumah besar" sudah dijual, dianggapnya bahwa urusanku sudah
?selesai. Waktu kutanyakan siapa yang telah membelinya, dibukanya matanya lebar-
lebar, dan ia diam beberapa detik sebelum menjawab,
"Rumah itu sudah dijual, Pak."
"Maaf," kataku, tak kalah sopan, "tapi saya punya alasan khusus untuk mengetahui
siapa yang membelinya."
Lagi-lagi ia terdiam lebih lama, dan mengangkat alisnya lebih tinggi. "Pokoknya
sudah dijual, Pak," sahutnya lagi dengan singkat
"Masa Anda keberatan memberitahu saya?"
"Saya memang keberatan," jawabnya. "Urusan para nasabah kami benar-benar
dirahasiakan di tangan Mitchell, Sons & Candy." Memang benar-benar kaku orang
ini, dan tak ada gunanya bertengkar dengannya. Kupikir sebaiknya aku membahas
tentang bidangnya sendiri, jadi aku berkata,
"Para nasabah Anda pasti senang sekali karena punya pelindung yang begitu tegar
terhadap apa yang mereka percayakan pada Anda. Saya sendiri juga menyadari
kedudukan saya/ kataku sambil memberikan kartu namaku. "Pada saat ini pun
sebenarnya saya tidak bertindak atas dasar rasa ingin tahu saya sendiri. Saya
bertindak atas nama T A*.* V ** ' C A AN " ?">
Lord Godalming, yang ingin tahu tentang taSiah dan rumah itu, karena dia
mendengar bahwa rumah itu akan dijual." Kata-kataku itu memberikan pengaruh lain
rupanya. "Saya ingin membantu Anda kalau bisa, Mr. Harker," katanya, "apalagi kalau itu
adalah demi Lord. Kami pernah mengurus soal kecil untuknya, yaitu soal penyewaan
beberapa buah kamar waktu beliau belum bergelar Lord. Kalau Anda mau memberi
saya alamat beliau, akan saya bicarakan soal itu dan akan saya hubungi beliau
dengan pos, malam ini juga. Dengan senang hati saya akan menyimpang dari
peraturan-peraturan kami, dengan memberikan informasi yang diperlukan Lord."
Aku ingin menambah teman, bukan menjadikannya musuh, maka aku mengucapkan terima
kasih. Kuberikan alamat Dr. Seward, lalu aku pergi. Hari sudah gelap, aku letih
dan lapar. Aku minum teh di kedai Bread Company, lalu kembali ke Purfleet naik
kereta api berikutnya. Kudapati semuanya ada di rumah. Mina kelihatan letih dan pucat, tapi ia berusaha
untuk bersikap ceria dan gembira. Hatiku pedih karena kusadari bahwa aku harus
merahasiakan sesuatu darinya, hingga menyebabkan ia tak tenang. Syukurlah, malam
ini merupakan malam terakhirnya menghadiri pertemuan kami dengan perasaan getir
karena kami tidak menceritakan rahasia kami padanya. Aku harus menguat nguatkan
hati untuk berpegang pada keputusan bersama, yaitu untuk tidak
mengikutsertakannya dalam tugas kami yang
141 140 sangat berat ini. Kelihatannya ia sudah bisa menerima keadaan. Kalau tidak,
menyinggung soal itu saja tentu akan membuatnya kesal sekali. Waktu aku tanpa
sengaja menyinggung soal itu, ia benar-benar bergidik. Aku senang kami cepat
mengambil keputusan, karena pengetahuan kami yang makin banyak, yang berhubungan


Dracula Karya Bram Stoker di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dengan hal itu, pasti akan menyiksanya.
Setelah tinggal berempat saja nanti, barulah aku akan menceritakan tentang
penemuanku. Jadi setelah makan malam yang disusul dengan acara mendengarkan ?musik, untuk menutupi keadaan sebenarnya kuajak Mina ke kamar kami, dan
?kutinggalkan dia dengan pesan supaya ia tidur. Kekasihku itu makin sayang
padaku. Lama ia memelukku erat-erat, seolah-olah tak mau melepaskan diriku. Tapi
banyak yang harus kami urus, jadi aku tetap pergi. Puji Tuhan, meskipun kami tak
bisa saling menceritakan pengalaman, cinta kami berdua tak berubah.
Waktu aku turun lagi, kudapati yang lain-lain sudah berkumpul mengelilingi
perapian di kamar kerja. Di kereta api tadi kutulis catatan harianku sampai hari
ini, dan untuk menyampaikan laporan-ku sendiri, aku tinggal membacakannya.
Setelah aku selesai, Van Helsing berkata,
"Itu pasti hasil kerja kerasmu, Jonathan. Sekarang jelas bahwa kita sudah tahu
di mana peti-peti yang hilang itu. Bila kita temukan semua peti itu di dalam
rumah itu, berarti pekerjaan kita sudah hampir berakhir. Tapi kalau masih ada
lagi 142 yang hilang, kita harus mencarinya sampai kita temukan. Setelah itu, baru kita
bisa mengadakan serangan akhir, dan memburu setan itu sampai dia benar-benar
mati." Beberapa lamanya kami semua berdiam diri, lalu tiba-tiba Mr. Morris
berbicara, "Bagaimana kita bisa masuk ke rumah itu?"
"Bukankah kita sudah berhasil masuk ke rumah yang satu lagi?" sahut Lord
Godalming cepat-cepat "Tapi, Art, itu. lain. Kita memang masuk dengan paksa di Carfax. Tapi waktu itu
malam hari, dan taman yang dikelilingi tembok melindungi kita. Akan berbeda
sekali halnya masuk dengan paksa ke sebuah rumah di Piccadilly, baik siang
maupun malam. Kuakui bahwa aku tak melihat jalan untuk masuk, kecuali kalau agen
perumahan itu bisa memberi kita kunci cadangan. Mungkin hal itu bisa kita
ketahui nanti, bila kau menerima surat darinya besok pagi."
Alis Lord Godalming bertaut Ia bangkit, lalu berjalan hilir mudik Sebentar
kemudian ia berhenti, lalu berkata sambil memandang kami satu demi satu,
"Quincey memang berakal sehat. Memasuki rumah dengan paksa ini menjadi serius.
Satu kali kita memang berhasil, tapi sekarang pekerjaan kita sulit
sekali kecuali kalau kita bisa menemukan tempat penyimpanan kunci Count"?Karena tak ada yang bisa dilakukan sampai esok harinya, dan karena kami rasa
sebaiknya menunggu sampai Lord Godalming mendapat berita
143 dari perusahaan Mitchell, Sons & Candy itu, maka kami memutuskan untuk tidak
mengambil langkah aktif apa-apa sebelum sarapan besok. Masih lama kami duduk dan
merokok, sambil membahas persoalan itu dari beberapa segi. Kumanfaatkan
kesempatan itu untuk mengisi catatan harian ini sampai saat ini. Sesudahnya aku
mengantuk sekali, jadi aku pergi tidur.
Tambahan sedikit. Mina tidur nyenyak, dan napasnya teratur. Dahinya berkerut
kecil-kecil, seolah-olah dalam tidurnya pun ia berpikir. Ia masih pucat, tapi
tidak sepucat tadi pagi. Kuharap besok semuanya akan membaik, dan ia akan
menjadi dirinya sendiri lagi di rumah kami di Exeter. Aduh, aku mengantuk
sekali! CATATAN HARIAN DR. SEWARD
1 Oktober. Aku dibuat heran oleh Renfield. Suasana hatinya berubah-ubah terus
?dengan cepat, hingga aku merasa sulit mengikutinya. Dan karena keadaan-keadaan
itu selalu punya arti yang lebih besar daripada dirinya sendiri, maka keadaan-
keadaan itu merupakan bahan studi yang penting sekali. Pagi ini, waktu aku
mengunjunginya setelah ia menolak Van Helsing, sikapnya seperti seseorang yang
menguasai nasib. Ia memang menguasai nasib nasibnya sendiri. Ia tidak terlalu
?peduli akan hal-hal duniawi, ia merasa dirinya berada di awan, dan memandang
rendah terhadap semua kelemahan dan kebutuhan kita, manusia hidup yang malang.
144 Aku ingin memperbaiki keadaan dan mempelajari sesuatu, jadi aku bertanya,
"Bagaimana dengan lalat-lalat sekarang?" Ia tersenyum dengan sikap melecehkan
waktu menjawab, "Lalat itu, dokter yang baik, punya bentuk khas. Sayapnya pun khas, dan dia
memiliki tenaga dalam Tepat sekali kalau orang-orang purba menyamakan nyawa
dengan kupu-kupu!" Aku bertekad mendorong pikirannya ke arah yang logis, jadi aku cepat-cepat
berkata, "Oh, jadi kau menginginkan nyawa sekarang, ya?" Kegilaannya mengalahkan akal
sehatnya, dan wajahnya membayangkan keheranan. Sambil menggeleng dengan
ketegasan yang jarang kulihat pada dirinya, ia berkata,
"Oh, tidak, tidak! Saya tidak menginginkan nyawa. Saya menginginkan kehidupan."
Waktu itu wajahnya menjadi cerah. "Pada saat ini saya sama sekali tak peduli.
Hidup ini baik. Saya mendapatkan semua yang saya ingini. Anda harus mencari
pasien baru, Dokter, kalau Anda ingin mempelajari manusia hewan!"
Aku agak heran mendengarnya, jadi ia kukorek terus.
"Kalau kau begitu ingin menguasai hidup, kau Tuhan, ya?" Ia tersenyum dengan
sikap bangga. "Oh, tidak! Saya sama sekali tak ingin menye-jajarkan diri dengan Yang
Mahakuasa. Saya bahkan tidak terlalu menaruh perhatian pada kegiatan-kegiatan
kerohanian Nya yang khusus. Bila saya
145 boleh menyatakan kedudukan intelektual saya, sejauh yang berhubungan dengan hal-
hal yang benar-benar bersifat duniawi, keadaan saya mirip dengan kedudukan
rohaniah Enoch!" Sulit aku memahami kata-katanya. Pada saat itu aku tak bisa
membayangkan persamaannya dengari Enoch. Maka aku harus mengajukan suatu
pertanyaan sederhana, meskipun dengan demikian aku jadi rendah di mata orang
gila itu. - "Mengapa sama dengan Enoch?"
- "Karena dia sejalan dengan Tuhan." Aku masih tetap tak bisa memahami jalan
pikirannya, tapi aku tak mau mengakuinya, jadi kukorek kembali apa yang tadi
dibantahnya, "Jadi kau tak peduli akan kehidupan, dan kau tidak menginginkan nyawa. Mengapa
tidak?" Pertanyaan itu kutanyakan dengan cepat dan tegas, dengan tujuan untuk
menyudutkannya. Usahaku berhasil, karena sesaat lamanya, tanpa disadarinya, ia
kembali bersikap merendahkan diri. Dibungkuk-kannya tubuhnya dalam-dalam di
hadapanku, dan ia benar-benar menyembahku waktu menjawab,
"Saya memang tidak menginginkan nyawa, sungguh tidak. Saya tak bisa
memanfaatkannya, . kalaupun memilikinya. Semua itu tak ada gunanya bagi saya.
Saya tak bisa memakannya, atau...!"' Tiba-tiba ia berhenti, dan di wajahnya
terbayang pandangan licik, seperti sapuan angin pada permukaan air. "Lagi pula,
Dok, apalah artinya hidup" Bila semua kebutuhan kita sudah kita miliki, dan kita
tahu bahwa kita takkan kekurangan, itu
sudah cukup. Saya punya teman-teman sahabat-sahabat baik seperti Anda, Dr. ?Seward." Kata-kata itu diucapkan dengan kelicikan terselubung "Saya tahu bahwa
saya takkan pernah kekurangan apa-apa!"
Kurasa, melalui kegilaannya yang berkabut itu, dilihatnya pertentangan pada
diriku, dan ia pun kembali pada taktik perlindungan dirinya yaitu menutup ?mulut. Setelah beberapa lama, kusadari bahwa untuk sementara sia-sia saja
berbicara dengannya. Ia cemberut saja, jadi aku pergi.
Siang harinya ia memintaku datang. Biasanya, tanpa alasan khusus aku tak mau
datang. Tapi sekarang aku sedang menaruh minat padanya, hingga aku bersedia
datang dengan segala senang hati. Aku juga senang karena dengan demikian ada
"^sesuatu untuk pelengah waktu. Harker sedang keluar, mencari jejak berdasarkan
petunjuk-petunjuk, demikian pula Lord Godalming dan Quincey. Van Helsing sedang
duduk di ruang kerjaku, menekuni catatan-catatan yang telah disiapkan suami istn
Harker. Agaknya ia berpikir bahwa dengan persiapan cermat mengenai segala
sesuatu sampai hal yang sekecil-kecilnya, ia akan bisa menemukan petunjuk.
Katanya kalau tak perlu benar ia tak "Snau diganggu. Sebenarnya aku ingin
mengajaknya menemui pasienku itu. Tapi kupikir, setelah ia ditolak waktu itu, ia
takkan mau lagi pergi. Ada satu alasan lain. Renfield takkan mau berbicara
dengan bebas di hadapan orang ketiga.
Kudapati ia sedang duduk di bangku, di tengah
147 tengah kamarnya. Sikap seperti itu biasanya menunjukkan adanya kekuatan mental
dalam dirinya" Waktu aku masuk, ia langsung berkata, seolah-olah pertanyaan itu
memang sudah menunggu di bibirnya,
"Bagaimana dengan nyawa-nyawa?"
Ternyata dugaanku benar. Kegiatan otak bawah sadar kita rupanya memang bekerja,
bahkan pada orang gila sekalipun. Aku bertekad untuk mengoreknya.
"Bagaimana pendapatmu sendiri mengenai "yawa-nyawa itu?" tanyaku. Sejenak ia tak
menjawab, tapi melihat ke sekelilingnya, ke atas, dan ke bawah, seolah mencari
ilham untuk menjawab. "Saya tak ingin nyawa!" katanya lemah dan dengan semacam rasa sesal. Agaknya hal
itu menggerogoti pikirannya, dan aku bertekad untuk^ memanfaatkannya. Maka aku
berkata, "Kau suka kehidupan dan kau menginginkan kehidupan, bukan?"
"Ya, memang. Tapi tak lebih dari itu. Anda tak perlu mengkhawatirkannya!"
"Tapi," kataku lagi, "bagaimana kita bisa mendapatkan kehidupan tanpa
mendapatkan nyawanya pula?" Kelihatannya ia tak mengerti, maka kulanjutkan lagi,
"Kau akan senang bila kau terbang di luar sana, bersama roh dan nyawa beribu-
ribu lalat, laba-laba, burung, dan kucing, dengan suara-suara mengaung,
berkicau, dan mengeong di sekelilingmu. Bukankah kau sudah mendapatkan hidup
dari binatang - 148 binatang itu" Jadi kau harus menyesuaikan dirimu dengan roh mereka." Kini
kelihatan imajinasinya tersentuh oleh sesuatu. Ditutupnya telinganya dengan
jarinya, dan dipejamkannya matanya rapat-rapat seperti anak kecil yang takut
matanya ke* masukan sabun. Ada sesuatu yang mengibakan dan menyentuh hatiku
melihatnya. Hal itu juga mem **berikan pelajaran, karena rasanya yang berada TJi
hadapanku ini seperti anak kecil tak lebih dari seorang anak kecil, meskipun
?penampilannya sudah tua dan janggutnya yang pendek pada dagunya sudah memutih.
Kelihatannya ia sedang mengalami suatu proses gangguan mental. Dan karena aku
tahu bagaimana jiwanya menafsirkan hal-hal yang asing baginya, kupikir sebaiknya
kumasuki pikirannya .'"engan sebaik mungkin, dan mengikutinya terus. Langkah
pertama adalah mengembalikan kepercayaannya. Maka dengan suara nyaring, supaya
ia bisa mendengarku meskipun telinganya ditutup, aku bertanya,
"Apakah kau mau gula, supaya lalat-lalatmu datang lagi?" Agaknya ia segera
sadar, dan ia menggeleng. Sambil tertawa ia menjawab,
"Tidak, apalah artinya lalat. Lalat itu tak berar "%i!" Setelah berdiam diri
sebentar, ditambahkannya, "Dan saya juga tak ingin roh mereka mengganggu saya
terus." "Begitu pulakah dengan laba-laba?" lanjutku.
"Persetan dengan laba-laba! Apa gunanya laba-laba" Tak ada apa-apanya yang bisa
dimakan 149 atau..." Ia berhenti mendadak, seolah-olah diingatkan oleh suatu hal yang
terlarang. "Oh, begitu!" pikirku. "Ini sudah kedua kalinya ia berhenti mendadak sebelum
telanjur mengucapkan kata 'mengisap*. Apa artinya ini?" Agaknya Renfield sadar
bahwa ia terhenti, jadi ia cepat-cepat melanjutkan, seolah-olah akan membelokkan
perhatianku dari soal itu,
"Saya sama sekali tak memikirkan soal-soal itu. Tikus, baik yang besar maupun
yang kecil, dan hewan-hewan kecil semacamnya, sama saja dengan makanan kecil.
Saya sudah melewati omong kosong semacam itu. Anda sama saja dengan menyuruh
orang makan benda-benda sebesar molekul dengan menggunakan sumpit, kalau Anda
mencoba menimbulkan minat saya terhadap hewan pemakan daging yang lebih kecil,
sedangkan saya tahu apa* yang ada di hadapan saya."
"Oh, begitu," kataku. "Kau menginginkan benda-benda yang lebih besar, agar kau
bisa menanamkan gigimu, begitu" Bagaimana kalau kau sarapan seekor gajah?"
"Menggelikan sekali omongan Anda!" Ia sedang dalam keadaan sadar penuh, jadi aku
akan terus menekannya. "Bagaimana roh seekor gajah itu, ya?"
Aku mendapatkan reaksi yang kuinginkan, karena tiba-tiba ia seperti terjatuh
dari penempatan dirinya yang tinggi, dan ia kembali menjadi anak kecil.
"Saya tak ingin roh gajah atau roh apa pun juga!" katanya. Beberapa saat lamanya
ia murung. 150 Tiba-tiba ia melompat berdiri, matanya nyalang dan tampak semua tanda adanya
kekacauan otak. "Persetan Anda dan roh-roh Anda itu!" teriaknya. "Mengapa Anda
mengganggu saya dengan roh-roh itu" Sudah terlalu banyak yang menyusahkan dan
menyakiti saya serta membelokkan pikiran saya. Sekarang ditambah lagi dengan
roh-roh itu!" i Pandangannya sedemikian buasnya, hingga kupikir ia akan mendapat
serangan nafsu membunuh lagi. Jadi kutiup peluitku. Tapi begitu aku meniup, ia
jadi tenang kembali dan berkata dengan nada meminta maaf,
"Maafkan saya, Dok. Saya khilaf. Anda tak memerlukan bantuan. Pikiran saya
sedang susah, hingga saya jadi mudah merasa jengkel. Kalau saja Anda tahu
masalah yang harus saya hadapi dan apa ^yang harus saya selesaikan, Anda pasti
akan mengasihani saya, Anda pasti mau memahami saya dan mau memaafkan saya.
Tolong jangan pakaikan baju pasien yang ketat itu. Saya ingin berpikir, dan saya
tak bisa berpikir dengan bebas kalau badan saya terbelenggu. Saya yakin Anda mau
mengerti!" Kelihatannya ia bisa menguasai dirinya, jadi waktu para petugas
datang, kukatakan tak ada apa-apa, dan mereka pergi. Renfield memperhatikan
mereka peragi. Setelah pintu tertutup, ia berkata dengan anggun dan manis,
"Dr. Seward, selama ini Anda penuh perhatian terhadap saya. Percayalah, saya
amat sangat berterima kasih pada Anda!" Kupikir sebaiknya kutinggalkan dia dalam
keadaan itu, jadi aku pergi.
151 Jelas ada sesuatu yang harus dipikirkan mengenai keadaan orang ini. Ada beberapa
pokok yang bisa kucatat secara berurutan:
Tak mau menyebutkan kata "mengisap".
Takut memikirkan dirinya dibebani oleh "nyawa" suatu makhluk.
Tidak ngeri menginginkan kehidupan masa depan.
Sangat membenci bentuk-bentuk kehidupan yang lebih rendah, meskipun takut pula
dikejar-kejar oleh nyawanya.
Secara logis, semua hal itu menunjuk ke satu hal! Yaitu, ia punya keyakinan
bahwa ia akan mencapai kehidupan yang lebih tinggi. Tapi ia takut akan
akibatnya yaitu beban jiwa. Kalau begitu, hidup manusialah yang diinginkannya!?Kalau begitu..."
Tuhan Maha Pengasih! Pengaruh. Count sudah-ada padanya, dan ia sudah punya suatu
rencana mengerikan! Kemudian. Setelah berkeliling* aku mendatangi Van Helsing, dan kukemukakan
?kecurigaanku itu. Ia menanggapi dengan serius. Setelah memikirkan hal itu
sebentar, dimintanya aku mengantarnya ke kamar Renfield. Aku memenuhi
keinginannya. Waktu tiba di pintu, kami dengar orang gila itu bersenandung^
Rahasia Pengkhianatan Baladewa 3 Pendekar Rajawali Sakti 159 Neraka Kematian Cinta Orang Orang Gagah 2
^