Pencarian

Naskah Laut Mati 2

Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman Bagian 2


Sejak Nehemia membangun kembali kota Yerusalem dan menarik suku-suku
Yahudi untuk menghuninya, para wali kota dipilih dari kalangan pendeta yang
memimpin ritual peribadatan di kuil baru yang terletak di atas batu.
Hanya saja, sebagian orang Yahudi -terutama jemaat Qumran- menolak
berkuasanya para pendeta, baik pada tatanan politik dan sosial untuk bangsa
Yehuda atau masalah-masalah ibadah dan keyakinan sekalipun.
Teka-teki Harta Karun, dan Ciri-ciri Pangeran Masa
Depan Ketika badui Ta'amirah menemukan gua pertama di kawasan Qumran pada musim
semi tahun 1947 di dekat Laut Mati, Palestina saat itu masih berada di bawah
protektorat Inggris, sedang kota Yerusalem dan Tepi Barat berada di bawah otoritas
Palestina. Tapi, Eliezar Sukenik dan anaknya Yigael Yadin berhasil membeli tujuh naskah yang
ditemukan oleh badui Ta'amirah untuk Hebrew University. Dan mulai saat itu seluruh naskah
gua nomor 1 menjadi hak milik universitas di Jerusalem ini. Tidak lama kemudian
pecah perang Arab-Israel dan disusul pernyataan berdirinya Negara lsrael pada tanggal
15 Mei 1948. Setelah diadakan gencatan senjata, wilayah Qumran yang terletak di Tepi
Barat berada di bawah kekuasaan Kerajaan Hashemit Yordania. Saat itu, orang-orang
Yordan mengorganisir ekspedisi arkeologi untuk mencari naskah-naskah lain.
Pendeta Perancis Roland de Voux ditunjuk sebagai penanggung jawab ekspedisi
berikut penyiapan penerjemahan dan publikasi naskah-naskah yang ditemukan.
Disisi lain, para ahli purba kala menemukan sejumlah naskah baru yang tersebar di sebelas
gereja. Untuk itu, pemerintah Yordania pada tahun 1953 membentuk komite internasional
yang terdiri dari delapan orang peneliti untuk menyiapkan dan mempublikasikan naskah
di bawah pimpinan De Voux sendiri. Semua anggota itu selanjutnya hadir untuk
bekerja di kota Yerusalem. Pada tahun 1967 pecah lagi perang Arab-Israel. Di antara akibatnya adalah
jatuhnya Tepi Barat ke tangan Israel, termasuk museum Quds (Yerusalem). Pada
mulanya, orang Israel tidak bisa menemukan naskah-naskah Qumran di seluruh
ruangan museum Palestina. Mereka menyangka bahwa naskah-naskah itu telah dipindahkan ke
Amman, tetapi mereka segera menemukannya di lemari rahasia yang terletak di
dalam tembok. Setelah diperiksa, ternyata yang ada dalam lemari itu adalah seluruh
naskah Qumran kecuali naskah loyang yang pada saat itu, memang berada di ibu kota
Yordania. Naskah-naskah tersebut ditemukan oleh para ahli purbakala yang bernaung di bawah
pemerintah Yordan di bawah lantai gua no. 2.
Pada tahun 1952 M. mereka menemukan sebuah gua yang berisi beberapa
naskah. Gua ini selanjutnya dinamakan dengan gua nomor 3. Atapnya telah runtuh
sejak dahulu kala. Di sini, mereka juga menemukan beberapa buah potongan kulit dan
sekitar empat puluh buah gentong kosong. Tetapi di samping itu mereka juga menemukan
manuskrip loyang yang panjangnya dua meter empat puluh enam cm, terbagi menjadi
dua bagian dan terpendam di pintu masuk gua. Manuskrip ini selanjutnya dipindahkan
ke museum Palestina di kota Quds (Yerusalem) dan tetap berada di sana selama tiga
tahun. Setelah tiga tahun, masnukrip ini dikirim di lnggris untuk dipotong. Kala itu,
loyang tersebut sudah mengalami proses oksidasi karena pengaruh kelembaban udara sehingga sulit
dibuka. Untuk itu, pemerintah Yordania mengirimnya ke Profesor Rite Becker, guru
besar teknik mekanika di Sekolah Tinggi Sains dan Teknologi Manchester di Inggris.
Profesor inilah yang kemudian memotongnya menjadi 23 bagian berbentuk empat persegi
panjang lalu dia kembalikan kepada pemerintah Yordania pada tahun 1965.
Ternyata manuskrip itu memuat teks Ibrani dafam 12 kolom, juga beberapa simbol
rahasia dan huruf Yunani. Teks ini tidak memuat tulisan-tulisan keagamaan,
tetapi menyebutkan keterangan tentang sejumlah harta karun berupa emas dan perak yang
disembunyikan di enam puluh empat tempat berbeda di Palestina. Dalam hal ini,
John Allegro -salah seorang anggota tim yang ditunjuk oleh pemerintah Yordania untuk
mengkaji dan menerjemahkan manuskrip berhasil mendapatkan salinan
lembaranlembaran manuskrip loyang itu. Dia juga merupakan orang pertama yang
menerjemahkannya ke dalam bahasa Inggris pada tahun 1960.
di Tetapi De Voux segera menugasi Milik -pendeta dan peneliti Polandia yang bekerja
Institut Perancis dan kemudian menjadi anggota tim delapan itu- untuk
menerjemahkannya sekali lagi. Dia pun segera menyelesaikannya dan terjemahan itu
diterbitkan oleh Universitas Oxford pada tahun 1962. Terjemahan Allegro jauh
berbeda dengan terjemahan yang dilakukan oleh Milik ini dalam banyak bagian. Terlepas
dari itu semua, harta karun yang disebutkan dalam manuskrip itu terdiri dari sekitar tiga
ribu timbangan perak, seribu tiga ratus timbangan emas dan enam puluh lima batang
emas dan perak. Jika dikalkulasikan, jumlah semua harta karun itu sekitar 65 ton
perak dan 26 ton emas. Selanjutnya terjadi perselisihan antara John Allegro dan anggota tim lainnya
yang bertugas mengkaji manuskrip-manuskrip itu ketika menyampaikan ceramahnya di
Universitas Manchester -tempat dulu dia bekerja sebagai guru besar bahasabahasa
Semit- mengenai perincian penemuan manuskrip loyang dan makna yang dibawanya.
Dia segera mendapatkan surat dari Yerusalem yang memintanya untuk berhenti membahas
masalah itu. De Voux sendiri sebagai ketua tim ekspedisi mengeluarkan pernyataan
bahwa cerita harta karun ini hanya fiktif. Selanjutnya, karena jumlah besar
logam mulia itu merupakan kekayaan luar biasa yang tidak mungkin dimiliki oleh masyarakat miskin
seperti jemaat Qumran, Pater Millik menyetujui pendapat De Voux bahwa kisah itu
hanya perlambang saja. Mirip seperti cerita Arab Mesir yang terkenal dengan nama "Buku
mutiara-mutiara yang terpendam dan rahasiarahasia yang berharga" yang berisi
beberapa petunjuk untuk menemukan tempat-tempat harta karun perlambang yang mempunyai
makna rohani. Tapi, Allegro tetap bersikeras untuk mengatakan bahwa harta karun yang
disebutkan dalam manuskrip loyang itu benar-benar ada. Selanjutnya, dia
menguatkan pendiriannya dengan ditemukannya tiga buah bejana di bawah pintu ruang utama
Qumran yang di dalamnya terdapat lima ratus keping uang perak. Selain itu, menurut
Alygro, penggunaan lembaranlembaran loyang untuk menulis sebagai ganti dari kulit atau
kertas juga menjadi bukti bahwa naskah itu berisi informasi nyata dan bukan sekadar
mitos. Selanjutnya, peneliti Inggris ini juga meyakini bahwa manuskrip itu tidak ada
hubungannya dengan jemaat Esenes yang mendiami daerah Qumran. Menurutnya, jemaat itu memang
benar-benar miskin dan tidak memiliki kekayaan sebanyak itu. Sebaliknya, harta
kekayaan itu adalah milik para pendeta rumah suci Yerusalem. Mereka sembunyikan saat
tentara Romawi mengepung kota kemudian menghancurkan rumah suci itu.
Lebih jauh lagi, dalam bukunya mengenai Manuskrip Laut Mati yang diterbitkan
oleh Penguin pada tahun 1964, John Alygo menulis demikian:
"Di Yordania kita mendapatkan dukungan hangat dari Yang Mulia Raja Husen beserta
segenap anggota pemerintahan dan angkatan bersenjatanya. Setelah itu, jalan
menuju gudang harta karun di padang gurun itu terbuka lebar seperti belum pernah
terbuka sebelumnya. Di Manchester, Allegro berhasil mengumpulkan sumbangan yang dia rencanakan
untuk biaya pergi ke Palestina dalam ekspedisi arkeologi untuk mencari harta
karun yang hilang itu. Iyang terpendam di bawah Masjid Umar dan Qubbah Ash-Shakhrah. Dalam bukunya "Pencarian
di Padang Pasir" dia mengaku mendapatkan izin dari pelayan Masjid Umar untuk
menggali terowongan di bawah lantai beranda tanpa membahayakan bangunan itu
sendiri. Namun Allegro segera mendapatkan dirinya dikelilingi oleh sepasukan
tentara saat baru saja memulai penggalian di bawah masjid itu, dipaksa menghentikan
penggalian. Demikianlah, ekspedisi Allegro akhirnya tidak menemukan apa-apa
kecuali beberapa keping uang logam dan beberapa potong tembikar.
Kendati begitu, para peneliti lain terus meyakini bahwa kisah harta karun itu
adalah kisah nyata. Orang Perancis Andre Dupont-Sommer menduga bahwa harta itu adalah
milik jemaat Esenes, sementara ada beberapa orang lain yang meyakini bahwa harta
itu adalah milik para pendeta rumah suci Yerusalem yang mereka sembunyikan pada
malam penyerbuan tentara Rowami terhadap kota Yerusalem pada tahun 70 M.
Manuskripmanuskrip itu mereka sembunyikan di dalam gua agar bisa menunjukkan
tempat-tempat harta kekayaan itu seusai penyerbuan tentara Romawi. Di antara alasan yang
membuat mereka meyakini hal ini adalah gaya penuturan realis -bukan fiktif- yang
digunakan untuk menulis manuskrip loyang itu. Misalnya di dalamnya disebutkan: "Di dalam kolam
yang terletak di bawah pagar, di sebelah timur, di tempat yanq digali pada batu
cadas: 600 batang perak" dan "di bawah sudut selatan serambi makam Sadek, di bawah tianq
separoan... bejana perasapan yanq terbuat dari kayu cemara dan bejana perasapan
yang terbuat dari kayu akasia" demikian juga dengan "di lobanq yanq dekat, di sebelah
utara, di dekat makammakam, di lobang terbuka arah utara terdapat salinan dari buku ini
yanq menjelaskan ukuran-ukuran dan semua perincian. "
Lebih lanjut, manuskrip itu menjelaskan tempattempat geografis kuno yang
disebutkan sebagai tempat penyembunyian harta karun. Misalnya disebutkan nama
kolam yang tersebut dalam Injil Yohanes, fasal 5 yang berbunyi: "Di Yerusalem dekat
Pintu Gerbanq Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada
lima serambinya". Dalam manuskrip tersebut, kolam ini disebut sebagai tempat
penyembunyian beberapa batang kayu.
Selanjutnya, manuskrip loyang ini juga merupakan satu-satunya manuskrip yang
berada di tangan pemerintah Arab. Manuskrip ini disimpan di museum Amman dan
tidak disatukan dengan manuskrip-manuskrip lain di museum Yerusalem yang jatuh ke
tangan pemerintahan Israel sejak tahun 1967.
Selain manuskrip loyang ini, masih ada dua naskah lagi di dalam goa nomor 4.
Yang pertama tertulis dalam bahasa Ibrani dan yang lain dalam bahasa Aramaik,
keduanya dari abad pertama sebelum Masehi. Sedang isinya adalah sejumlah tulisan
yang berkaitan dengan astrologi dan psikopati. Di dalamnya disebutkan bahwa
ciri-ciri lahir seseorang tidak hanya berkaitan dengan nasibnya, tetapi juga dengan
derajat kerohaniannya. Juga disebutkan adanya keterkaitan antara tabiat setiap orang
dengan letak bintang-bintang pada saat dilahirkan.
Naskah Ibrani yang diterjemahkan oleh Allegro tertulis dalam bentuk sandi, dari
kiri ke kanan, tidak seperti cara yang lazim dalam bahasa-bahasa Semit, yaitu dari
kanan ke kiri. Di samping itu juga berisi beberapa buah huruf Pinisia dan Yunani.
Naskah ini memaparkan kisah tentang tiga orang dengan karakter masing-masing
berdasarkan unsur cahaya dan kegelapan. Menurutnya dua unsur itu selalu memasuki
struktur setiap orang. i Orang pertama memiliki unsur kejahatan dalam kadar yang tinggi. Kepribadiannya
mengandung delapan bagian kegelapan dan satu bagian saja dari cahaya.
Kepalanya tebal, demikian juga dengan dua pipinya, panjang gigi-giginya tidak
seragam, jarijarinya juga tebal, dua pupunya juga demikian selain juga ditumbuhi
bulu lebat dan jari-jari kakinya tebal dan pendek. Ruh orang ini terdiri dari
delapan bagian dari bintang kegelapan dan satu bagian saja dari bintang cahaya."
i Orang kedua adalah orang baik. Kepribadiannya terdiri dari enam bagian cahaya
dan tiga bagian saja dari kegelapan. Jari-jemari kakinya lancip dan panjang. Dia ini
berasal dari bintang kedua. Ruhnya terdiri dari enam bagian dari bintang cahaya
dan tiga bagian dari lobang kegelapan. Hari kelahirannya di bawah telapak kaki
banteng. Orang ini akan menjadi bijak dan banteng ini akan menjadi hewan yang
melambangkan dirinva."
i Yang ketiga adalah yang paling baik. Kepribadiannya berisi delapan bagian dari
cahaya dan satu bagian saja dari kegelapan. Dua matanya hitam dan bercahaya... suaranya lembut, giginya bagus dan teratur,
tidak tinggi dan tidak pendek.
Sedangkan naskah yang tertulis dalam bahasa Aramaik berbicara mengenai bentuk
seorang laki-laki yang akan muncul di masa mendatang dan akan menjadi pemimpin


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jemaat atau rajanya yang terurapi. Menurutnya, orang itu akan memiliki rambut
berwarna merah memiliki tanda khusus (khatam, pent) di paha dan sudah dewasa pada umur
dua tahun. "Setelah dua tahun, dia akan mampu membedakan antara suatu hal dengan hal
lainnya. Di masa kecil dia akan seperti seorang anak yang tidak mengetahui apa-
apa hingga saat dia mengetahui tiga kitab suci. Setelah menjadi bijak dan belajar
memahami.., akan didatangi penglihatan dan dia menunduk pada sepasang lututnya (ruku'-pent).
Saat itu dia memiliki kebijakan dan mata hati, mengetahui rahasia manusia dan dengan
kebijaksanaannya akan menyeru seluruh manusia, juga mengetahui rahasia segala
makhluk hidup. Segala macam konspirasi yang ditujukan kepadanya akan gagal.
Kekuasaannya atas makhluk hidup amatlah besar dan semua rencananya akan
berhasil. Dia adalah pilihan Tuhan." (al-Mushthafa, salah satu nama Rasulullah yang
berarti "pilihan", pent-).
Tidak diketahui secara pasti apakah jemaat Qumran ini menggunakan ilmu nujum
untuk mengetahui peristiwa masa depan ataukah mereka menggunakan tulisan-tulisan
semacam astrologi sebagai tafsiran perlambang atas keyakinankeyakinan misterius
mereka. Manuskrip Rumah Suci Dan Proyek Yadin
Pertama kali membaca terjemahan Inggris dari manuskrip Rumah Suci, penulis
menilai bahwa naskah itu tidak mungkin berasal dari jemaat Esenes di Qumran.
Naskah itu bukan saja tidak menyinggung, tapi lebih tepat jika dikatakan bahwa isi
naskah manuskrip Rumah Suci Yerusalem bertolak belakang dengan ajaran jemaat Qumran.
Kelompok Esenes memboikot segala macam ritual peribadatan yang dilakukan di
dalam Rumah Suci Yerusalem oleh para pendeta, sebagaimana termaktub dalam
tulisantulisan jemaat ini -semisal manuskrip Damaskus dan mansukrip Peperangan antara Putra
Cahaya dengan Putra Kegelapan-. Alih-alih memberikan keterangan lain dalam
masalah ibadah dan waktu-waktu hari raya, manuskrip rumah suci malah memberikan kepada
kita perincian ritual yang diselanggarakan oleh para pendeta berikut waktunya.
Padahal, para pendeta Rumah Suci menggunakan penanggalan qamariah (berdasar perhitungan bulan,
pent.) sedang jemaah Esenes menggunakan penanggalan Syamsia, (berdasar
perhitungan matahari, pent-) seperti sisten penanggalan Mesir kuno. Selanjutnya,
kecurigaan itu segera terungkap setelah mengetahui bahwa manuskrip Rumah Suci
Yerusalem tidak termasuk manuskrip-manuskrip yang ditemukan oleh badui Ta'amirah
dan bukan pula manuskrip yang ditemukan oleh ekspedisi arkeologi Yordania.
Sebaliknya manuskrip-manuskrip itu pertama kali muncul dari tangan seorang jenderal Israel
bernama Yigael Yadin. Dialah yang menyimpan di perpustakaan Qumran setelah Yerusalem
jatuh pada tahun 1967. Kemunculan Naskah Rumah Suci itu tepatnya setelah perang Juni
tahun 1967 serta jatuhnya museum Palestina ke tangan pemerintah lsrael.
Ada satu perayaan yang memiliki arti khusus bagi jemaat Qumran. Mereka
mengatakan bahwa pendeta jahat menyerang quru bijak pada hari raya IMenurut mereka peristiwa ini terjadi pada hari Jumat dan oleh karena itu anggota jemaat
selalu menyadakan pesta pada hari itu setahun sekali. Pesta ini biasa dikenal dengan
jamuan Aimasih. Mirip dengan makan malam terakhir bagi umat Kristen. Tanggal ini
bertepatan dengan waktu diperingatinya keluaran dari Mesir oleh para pendeta. Akibat
pemakaian penanggalan yang berbeda, para pendeta telah mengubah waktu hari raya Kipur ini.
Manuskrip Rumah Suci merupakan manuskrip terpanjang dari antara seluruh
manuskrip yang ditemukan di gua-gua Qumran, dengan panjang mencapai sembilan
meter, berisi naskah berbahasa Ibrani. Naskah aslinya berasal dari abad III SM
dan ditulis lagi pada awal zaman Masehi. Naskah itu terbagi menjadi empat bagian: kaedah-
kaedah bersuci dan najis, tata cara menyelenggarakan perayaan, konstruksi rumah suci,
dan perilaku raja Israel dan tentaranya. Singkatnya, sebagian besar dari tulisan
yang ada dalam manuskrip itu berkaitan dengan urusan rumah suci. Termasuk bentuk
bangunan, perabotan yang ada di dalamnya dan tata cara menyelenggarakan ritual peribadatan
terutama halhal yang berkenaan dengan proses penyembelihan korban pada hari
Sabtu dan hari-hari besar. Dalam naskah itu juga terdapat satu paragraf yang berkaitan
dengan cara menghukum orang yang mengkhianati umat Yahudi dengan cara menggantungnya di
pohon sampai mati: "Jika ada orang yang mengkhianati bangsanya dan menyerahkan mereka kepada bangsa
asing dengan maksud jahat kepada bangsanya, hendaknya kamu sakalian
menggantungnya di dahan sehuah pohon hingga mati. "
Kemungkinan besar, Yigael Yadin yang mengawasi sendiri proses pencarian di
Masada telah menemukan manuskrip rumah suci itu di sana. Hal ini, karena
kelompok Masada adalah kelompok fundamentalis yang membela Rumah Suci dan tatacara
melakukan peribadatan yang berlaku di dalamnya. Saat terjadi pertikaian antara
Romawi dan Yehuda serta mengakibatkan jatuhnya kota Yerusalem pada tahun 70 M. di
tangan orang Romawi, kelompok Yahudi ekstrim itu berlindung di benteng Masada. Benteng
ini sendiri telah dibangun oleh raja Herodus di bagian selatan dari Laut Mati
sebelah barat. Tepatnya di lereng bukit batu, sekitar 25 km arah selatan Ain Jiddi. Sebagian
dari mereka -jumlahnya mencapai 960 orang- ada yang pergi bersembunyi di daerah pegunungan
terjal kemudian menetap di sana selama empat tahun.
Akhirnya, orang Romawi mengirimkan satu regu tentara untuk mengevakuasi
mereka dengan cara mengepung benteng. Setelah merasa tidak ada jalan lain
kecuali menyerah, setiap orang laki-laki membunuh istri dan anak-anaknya... kemudian
memilih sepuluh orang dari mereka untuk membunuh yang lain. Jika hat ini sudah selesai,
sepuluh orang itu memilih satu orang dari mereka untuk membunuh sembilan orang yang
lain. Sedang satu orang yang tersisa ini akhirnya bunuh diri. Tidak ada yang selamat
dari pembunuhan masal Masada ini kecuali dua orang wanita dan empat orang laki-laki.
Mereka sempat bersembunyi untuk menyelamatkan diri.
Ketika itu, orang Yahudi sepertinya berkeyakinan bahwa kedatangan Almasih
sudah dekat. Tapi Almasih yang mereka tunggu-tunggu itu bukan Almasih yang
ditunggu oleh kelompok Esenes. Almasih yang mereka tunggu itu adalah raja yang diurapi
dengan minyak dan -menurut keyakinan mereka- akan datang untuk memenanqkan mereka atas
musuh musuh dan akhirnya menjadikan mereka berkuasa atas segala bangsa dalam
kerajaan abadi yang setara dengan surga menurut keyakinan umat Islam, tetapi
terjadi di dunia ini. Josephus mengatakan pada bagian keenam dari kitab Peranq Yahudi bahwa
yang mendorong umat Yahudi untuk menantang orang Romawi itu adalah sebuah nubuat
kitab suci yang tidak bisa dipahami maksudnya. Nubuat itu mengatakan bahwa pada
saat itu akan muncul seorang laki-laki dari negeri mereka untuk menjadi penguasa bagi
seluruh dunia. Josephus selanjutnya berpendapat bahwa nubuat ini berkenaan dengan
panglima Romawi Fasbasian yang dipilih menjadi kaisar saat berada di Palestina.
Dari sisi lain kita mengetahui bahwa tujuh manuskrip yang ditemukan pada tahun
1947 itu telah dibeli oleh Yadin dan Sukenik kemudia dipublikasikan semuanya.
Sedang manuskrip-manuskrip lain yang diketemukan setelah itu, disimpan oleh pemerintah
Yordania. Dengan demikian tidak masuk akal jika Kando terus menyimpan manuskrip
rumah suci selama tiga puluh tahun tanpa menjualnya atau menyerahkannya ke
pemerintah Yordania. Tapi Yadin menyebutkan bahwa manuskrip ini baru ditemukan
oleh Kando sejak enam tahun saja, yaitu pada tahun 1960. Jika Yadin adalah satu-
satunya sumber bagi cerita ditemukannya manuskrip Rumah Suci, kesaksiannya ini tidak
bisa diterima. Sebelumnya Yadin pernah mengatakan bahwa kota kuno Gezer pernah hancur
dimakan api untuk membuktikan kebenaran kisah Taurat mengenai penaklukan orang
Yahuda atas tanah Kanaan yang terjadi pada abad ke-13 sebelum Masehi. Tetapi
ternyata bekas-bekas abu yang ditemukan oleh Yadin itu ternyata abu mezbah rumah suci.
Jenderal Yadin juga termasuk kelompok orang yang mengatakan bahwa "tujuan
menghalalkan cara". Dalam rangka membuktikan hak historis orang Yahudi atas
tanah Palestina dia siap memalsukan data.
Permasalahannya adalah bahwa di sana ada kelompok Yahudi ortodoks ekstrim
sekte Sikari yang mempunyai karakter berlawanan dengan kelompok Esenes yang
mendiami kawasan lain dari Laut Mati, tepatnya di daerah Ain Jiddi dan Masada di
selatan. Dari gua-gua yang terdapat di daerah itu ditemukan peninggalan-
peninggalan sekte Sikari ini. Karena yang menemukan adalah orang-orang Israel, sudah barang
tentu manuskrip Rumah Suci ini datang dari sana.
Terdapat beberapa alasan yang mendorong peneliti semacam Yadin untuk
melakukan pencampuradukan secara sengaja. Hal ini karena para pemimpin yang
berperang demi membangun negara "Israel baru" selalu mencari dasar sejarah yang
mendukung hak mereka atas tanah Palestina. Sementara tulisan-tulisan kaum Esenes
di Qumran terus menyerang kepemimpinan para pendeta dan negara Yahudi yang
dihancurkan oleh Romawi, tulisantulisan Masada mengungkapkan perjuangan dan
pengorbanan jiwa untuk membela para pendeta dan pemimpin negara Yahudi.
Orang lain yang memegang teori ini adalah Robert Eisenman, guru besar di
Universitas California. Dia bersikeras mengatakan bahwa manuskripmanuskrip
Qumran itu adalah milik kelompok ekstrim dan bukan milik kelompok Esenes. Meski semua
pendapat telah sepakat bahwa manuskrip Qumran itu ditulis pada abad kedua sebelum Masehi
termasuk pendapat yang didasarkan pada hasil tes karbon 14guru besar ini tetap
mengatakan bahwa naskahnaskah ini baru ditulis pada pertengahan abad pertama
Masehi. Pernyataan ini dia buat agar bisa disimpulkan bahwa pendeta jahat yang
menurut kelompok Esenes telah menyerang guru bijak itu adalah Paulus, sedang guru bijak
itu adalah seorang Yahudi bernama James. Dengan demikian, Eisenman menganggap
bahwa jemaat Qumran itu adalah kelompok ortodoks yang melawan Romawi dan bukan
para pendeta. Demikianlah, kita mendapatkan bahwa tujuantujuan politik memainkan peran
penting dalam memalsukan data-data sejarah dan menyesatkan para
peneliti. Menurut hemat penulis, suatu peristiwa apapun di mana saksi satu-
satunya adalah Jend. Yadin tidak bisa dipercaya sebagai kisah nyata, maka bagaimana
dengan manuskrip Rumah Suci yang berisi hari raya-hari raya dan kalender yang dibuat
oleh para pendeta yang jauh berbeda dengan ajaran-ajaran jemaat Qumran itu bisa dianggap
bagian penting dari tulisan-tulisan jemaat Esenes"
Badan Arkeologi Israel Menguasai ManuskripManuskrip Itu
Penemuan manuskrip-manuskrip Ibrani dan Aramik kuno di daerah Qumran sebelah
barat laut Laut Mati- setelah perang dunia kedua merupakan harapan baru untuk
mengetahui peristiwa-peristiwa sejarah kuno di Palestina pada masa yang
membentang antara abad kedua sebelum Masehi hingga akhir abad pertama Masehi. Pada masa
ini, agama Yahudi yang didirikan oleh para pendeta telah habis kemudian mulai muncul
agama Yahudi Rabinik dan Talmud. Pada masa ini juga, gereja Kristen lahir dan
tersebar keyakinan tentang kelahiran dan kebangkitan Yesus.
Setelah naskah-naskah itu diterjemahkan dan dipublikasikan, kerinduan para
peneliti untuk mengetahui jawaban atas banyak pertanyaan yang menjadi teka-teki
selama dua ribu tahun itu pun bertambah. Namun, yang terjadi setelah itu sangatlah
mengecewakan. Setelah kumpulan pertama menyebarbanyak isu dan konspirasi. Tidak
diragukan lagi bahwa komposisi tim pertama yang bertanggung jawab untuk
menyiapkan manuskrip-manuskrip itu telah mendorong terjadinya perkembangan negatif ini.
Ketika kelompok French Dominican l'Ecole Biblique menguasai pekerjaan tim, mereka
menyingkirkar. kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan khusus. Untuk itu
mereka tidak memasukkan para peneliti non-Katolik. Setelah itu juga terjadi pertikaian
tersembuyi antara tim manuskrip dengan lembaga arkeologi Israel sejak hari pertama jatuhnya
museum Quds (Yerusalem) ke tangan pemerintah kolonial Israel pada bulan Juni
tahun 1967. Namun, segala sesuatunya segera berjalan seperti semula lagi dan bertahan
selama lebih dari dua puluh tahun. Kemudian berhenti saat terjadi pertikaian
terangterangan. Pertikaian ini, akhirnya mampu merampas pengawasan Katolik dan
mengalihkannya ke lembaga arkeologi Israel pada tahun 1991.
Pada tahun yang sama, di London terbit buku yang berjudul Tipuan Manuskrip Laut
Mati yang ditulis oleh dua orang penulis, yaitu Michael Begint dan Richard Lee.
Dalam bukunya itu, mereka berdua secara terang-terangan menuduh Vatikan telah ikut
campur dalam proses penerjemahan manuskripmanuskrip Qumran dan berusaha menyembunyikan informasi yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Katolik. Tuduhan
ini mereka dasarkan kepada sangat lambatnya penerbitan manuskrip Qumran dari gua
nomor 4. Manuskrip-manuskrip baru diterbitkan setelah empat puluh tahun sejak
diketemukan. Di antara lima ratus naskah yang ditemukan di gua itu hanya seratus
naskah saja yang diterbitkan. Sementara itu, tim manuskrip juga tidak mengizinkan
seorang pun

Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk melihat manuskrip-manuskrip yang ada di bawah pengawasan mereka. Lebih
lanjut dua orang pengarang itu mengatakan bahwa l'Ecole Biblique yang menguasai
programprogram tim tunduk di bawah pengawasan Paus Vatikan secara langsung.
Suatu hal yang bisa mengancam hilangnya teks yang bertentangan dengan Vatikan secara langsung.
Selanjutnya, di akhir tahun 1990 dan awal tahun 1991 terjadi kampanye informasi
besar-besaran, terutama di koran-koran Amerika seperti News Week, Times dan
Washington Post. Kampanye-kempanye itu menyerang sekelompok peneliti yang
bertanggung jawab atas penerjemahan dan penerbitan manuskripmanuskrip itu,
kemudian menuduh mereka ikut serta dalam konspirasi yang dijalin oleh Vatikan untuk
menghindari penerbitan beberapa hal yang tersebut dalam manuskrip-manuskrip Qumran. Selain
itu, juga tersebar isu tentang adanya konspirasi untuk menghilangkan beberapa
kandungan manuskripmanuskrip Qumran karena akan bepengaruh negatif terhadap beberapa dogma
Yahudi dan Kristen. Dalam waktu yang sama, keanggotaan tim ini juga tidak
mencakup orang Yahudi, Muslim dan Kristen Timur sama sekali.
Di sisi lain, tujuh naskah yang ditemukan di dalam gua nomor 1 pada tahun lima
puluhan telah diterjemahkan dan diterbitkan tidak lama setelah diketemukan.
Memasuki tahun 1956 -ketika itu naskah masih berada di tangan Badan Arkeologi Yordania-
seluruh naskah yang ditemukan di dalam gua nomor satu sudah diterjemahkan dan
dipublikasikan. Setelah itu manuskrip-manuskrip yang ditemukan di dalam gua
nomor 2, 3, 5 dan 10 juga diterbitkan, tepatnya pada tahun 1961 dan 1962, tetapi
kandungannya tidak terlalu penting. Hanya berupa naskah-naskah Perjanjian Lama. Demikian juga yang
ditemukan di dalam goa nomor 11. Manuskrip-manuskrip ini diterjemahkan pada
tahun tujuh puluhan. Tetapi yang menjadi problem sesungguhnya adalah yang berkaitan
dengan manuskrip-manuskrip gua nomor 4 karena berbentuk puluhan ribu potongan kecil.
Pada tahun 1952 orang Inggris G. L. Harding - yang pada saat itu menjabat
direktur lembaga arkeologi Yordania- menunjuk De Voux, pendeta Katolik asal Perancis
untuk menjabat ketua tim yang bertanggung jawab atas penyiapan penerbitan
potonganpotongan naskah gua nomor 4. Untuk maksud ini telah ditunjuk beberapa
orang peneliti kelas dunia yang berkonsentrasi di bidang studi Semit untuk membantu De Voux.
Mereka ini adalah: Jean Starcky dari Perancis, Milik dari Polandia, Frank Moore Cross
dan Patrick Skehan dari Amerika, John Allegro dan John Strugnell dari Inggris dan Claus
Hunno Hunziger dari Jerman. Tetapi yang terakhir ini mengundurkan diri pada tahun
1958, Setelah berhenti jabatannya segera diisi oleh Maurice Baillet dari Perancis.
Dalam teknisnya, naskah-naskah itu dibagi-bagikan kepada anggota tim. Sedang untuk
pembiayaan, Rockefeller telah memberikan sejumlah dana sebagai biaya operasi
pada tahun-tahun pertama. Para anggota tim itu menghadapi tugas berat saat berusaha untuk menertibkan
puluhan ribu potongan kecil dari kulit atau papirus kemudian mengumpulkannya
berdasarkan kemiripan jenis atau tema tulisan. Mereka juga mengalami kesulitan
dalam mengetahui tempatnya dalam manuskrip pada bentuk aslinya sebelum robek. Selain
itu, ini juga bukan satusatunya tugas yang harus mereka lakukan. Ternyata
potonganpotongan itu juga kotor dan bengkok. Maka dari itu mereka juga harus
membersihkannya dengan hati-hati agar tidak merusak tulisan lalu menyimpannya di antara dua
papan kaca untuk meluruskan dan melindunginya.
Para peneliti itu berhasil membagi ribuan potongan itu menjadi lima ratus bagian
lebih. Masingmasing darinya menceminkan naskah asli. Yakni mereka berhasil
mengetahui bahwa jumlah manuskrip yang tersimpan dalam goa nomor 4 itu adalah
lima ratus. Dan sudah barang tentu, pekerjaan ini memerlukan kesabaran, ketelitian
dan waktu yang lama. Apalagi jumlah peneliti yang bekerja dalam proyek ini sangat sedikit.
Tapi, semenjak jatuhnya museum Quds ke tangan pemerintah Israel, hanya sedikit
saja dari manuskrip goa nomor 4 itu yang dipublikasikan.Ketika itu, Allegro
menyiarkan berita yang menyebutkan bahwa kelompok Katolik yang menguasai tim manuskrip itu
dengan sengaja menyembunyikan kandungan beberapa naskah karena bertentangan
dengan ajaranajaran gereja. Hal itu, karena sebagian besar naskah yang ditemukan
di dalam goa-goa lain hanya berupa naskah-naskah Perjanjian Lama. Jadi tidak
mengandung informasi penting mengenai jemaat Qumran dan dogma-dogma khusus
mereka. Sementara itu, goa nomor 4 memuat sejumlah tulisan kelompok ini dan cara
mereka dalam menafsirkan Taurat. Tetapi perilaku Allegro setelah itu sangatlah
aneh. Pada tahun 1970 dia menerbitkan buku dengan judul Sarapan Suci Dan Salib. Di
dalamnya dia berpendapat bahwa Almasih adalah tokoh non-historis dan jemaat
Kristen perdana menggunakan sarapan memabukkan dalam ritual agama mereka. Sebagai akibat
dari perilaku aneh ini, seseorang tidak lagi mau menanggapi pernyataan-
pernyataan Allegro setelah itu secara serius.
Dengan perjalanan waktu, sebagian anggota tim delapan itu meninggal. De Voux,
pemimpin tim meninggal pada tahun 1971 dan digantikan oleh Fr. Pierre Benoit
yang juga menjabat direktur I'Ecole Biblique di Yerusalem seperti pendahulunya. John
Allegro dan Patrick Skehan kemudian menyusul. Akhirnya, John Strugnell menjadi pemimpin tim
setelah Fr. Pierre Benoit meninggal pada tahun 1987. Strugnell ini adalah salah
seorang peneliti barat yang sangat menguasai bahasa-bahasa Semit. Berasal dari Inggris,
tetapi bekerja sebagai guru besar studi Perjanjian Lama di institut Devinity College di
Universitas Harvard Amerika. Tampaknya, sejak menjabat ketua ini dia langsung meninggalkan
gereja Protestan dan berpindah ke Katolik.
Menurut tradisi yang berlaku, apabila salah seorang dari anggota tim ada yang
meninggal akan ada seseorang yang ditunjuk untuk menggantikannya sehingga
jumlahnya tetap delapan. Tapi rupanya John Strugnell mengubah tradisi ini ketika
merekrut beberapa peneliti Yahudi ke dalam tim yang jumlah keseluruhannya
menjadi 20 orang anggota. Ternyata kebijakan ini belum memuaskan badan arkeologi Israel
yang saat itu sudah memiliki kekuasaan penuh atas museum Yerusalem beserta seluruh
isinya, termasuk manuskrip-manuskrip Laut Mati.
Merupakan suatu hal yang sia-sia untuk memisahkan keinginan badan arkeologi
Israel untuk menyingkirkan John Strugnell dengan peristiwaperistiwa yang terjadi
setelah itu. Mula-mula dilancarkan kampanye teratur di bidang proganda pers yang
dipimpin oleh tiga oeng peneliti Yahudi, yaitu: Robert Eisenman, guru besar studi Perjanjian
Lama di Universitas Oxford, Herschel Shanks pimpinan redaksi Biblical Archaeological
Review di Washington. Kampanye itu menuduh Strugnell telah melakukan konspirasi untuk
menyembunyikan rahasia manuskrip kemudian memintanya agar mengizinkan orang lain
untuk membacanya. Pada tahun 1990, Amir Drory, direktur Badan Arkeologi Israel
mengangkat Emanuel Tov, guru besar di University of Hebrew Yerusalem sebagai
direktur tim manuskrip di samping Strugnell, direktur resmi.
Sudah barang tentu, tindakan ini tidak berkenan di hati Strugnell. Dia bahkan
difitnah melalui wawancara dengan wartawan Israel yang bernama Afi Kazman.
Menurut berita yang disiarkan oleh Kazman dalam koran HaAretz, peneliti Inggris ini
menganggap agama Yahudi sebagai agama yang menyeramkan. Agama itu hanyalah penyimpangan
dari agama yang benar yaitu Kristen. Berdasarkan keterangan ini, pemerintah
Israel menganggapnya anti Semit.
Tidak ada seorang pun yang tahu secara pasti apakah Strugnell benar-benar
mengatakan hal itu, juga dalam kesempatan apa wawancara itu berlangsung. Sejauh yang
kita tahu adalah bahwa pernyataan yang dimuat dalam koran itu adalah
pernyataannya yang terakhir, baik di Israel ataupun di tempat lain. Setelah itu, Strugnell
menghilang dari Yerusalem lalu muncul di sebuah rumah sakit dekat Harvard. Dia tidak boleh
dikunjungi. Konon salah seorang anaknya mendapatkan keterangan dokter yang menyebutkan bahwa
ayahnya menderita sakit jiwa yang membahayakan. Karena alasan itu, dokter itu
mendapatkan perintah dari pengadilan untuk mengobatinya secara paksa. Setelah
itu, Universitas Harvard juga memecatnya dari jabatan guru besar. Inilah berita
terakhir yang kita dengar mengenai kepala tim penyiapan manuskrip Qumran untuk diterbitkan.
Dia diangkat oleh pemerintah Yordania pada tahun 1954 dan menghabiskan 35 tahun dari
umurnya untuk bekerja di dalam tim itu.
Pada tahun 1991, Drory juga mengeluarkan keputusan tentang pemecatan
Strugnell dari jabatan ketua tim dan pengukuhan Emanuel Tov dalam jabatannya.
Setelah itu, pemerintah Israel menambahkan beberapa orang peneliti Israel lain ke dalam
jajaran anggota tim manuskrip, hingga jumlah keseluruhan anggota tim itu menjadi lima
puluh orang. Sebagian besarnya dari orang Israel.
Pada bulan September tahun 1991, perpustakaan Huntington di San Marino,
California mengumumkan kepemilikannya atas foto semua manuskrip Qumran dan tidak
lama lagi dia akan membolehkan semua peneliti yang ingin membacanya. Hal yang
sama juga dikatakan oleh Universitas Oxford. Tetapi kita tidak tahu bagaimana dan
kapan, lembagalembaga ini mendapatkan foto-foto tersebut. Sejauh yang diumumkan adalah
bahwa pemerintah Israel mengirimkan salinan-salinan itu untuk disimpan dan tidak
boleh dibaca kecuali dengan izin darinya.
Tidak lama kemudian Eisenman menerbitkan terjemah foto-foto itu di Amerika
Serikat. Vermes juga menerbitkannya di Inggris. Sejak saat itu, semua orang
mengumumkan bahwa permasalahannya sudah selesai, semua manuskrip sudah
diterbitkan. Kemudian setelah melakukan drama yang tidak menarik di mana lembaga
arkeologi Israel berpura-pura tidak menyetujui penerbitannya, bahkan akan
menempuh jalur pengadilan untuk menghentikannya, tiba-tiba saja mengumumkan bahwa mereka
tidak menolak penerbitan itu. Yang aneh, suara-suara yang dulu menuntut agar
para peneliti dibolehkan melihat manuskrip-manuskrip yang tersimpan di museum
Rockefeller di Yerusalem adalah suara-suara yang mengumumkan kepuasannya atas semua yang
telah terjadi dan merasa cukup dengan yang ditebitkan oleh perpustakaan
Huntington dan Universitas Oxford. Apa buktinya bahwa semua naskah yang diterbitkan itu adalah naskah yang datang
dari manuskrip Qumran" Apa pula bukti yang menunjukkan bahwa yang diterbitkan
itu adalah seluruh manuskrip yang ada di museum" Hingga saat ini, belum pernah
terbit suatu penjelasan mengenai isi goa nomor 4 dari institusi yang secara resmi
diserahi tanggung jawab untuk menyiapkan penerbitan manuskrip. Di samping itu juga tidak
ada keterangan terperinci lain yang menekankan atau menafikan kebenaran naskah yang
sudah diterbitkan di Inggris dan Amerika Serikat.
Raibnya Manuskrip Qumran. Apa Sejatinya Misteri
di Balik Itu" Benarkah naskah-naskah kuno tulisan tangan yang berasal dari Qumran itu
menyimpan maklumat yang bertentangan dengan ajaran Kristen"
Naskah-naskah yang berhasil didapatkan di Qumran mengungkapkan akar Jemaat
Kristen abad-abad pertama. Tidak demikian halnya dengan jemaat Yahudi pengkikut
para pendeta "Rumah Suci" Jerusalem yang berkembang antara abad ke-5 S.M hingga
kehancurannya di tangan Romawi pada tahun 70 M.
Pertikaian antara sekte Esenes di Qumran dan kelompok pendeta Seduki di
Jerusalem telah ikut menguatkan keberadaan sekte Farisi yang dipimpin oleh
kelompok rahib. Kelompok inilah yang dianggap sebagai pendiri Agama Yahudi Baru setelah
habisnya era pendeta Rumah Suci pada penghujung abad pertama Masehi. Ajaran-
ajaran mereka didasarkan pada penafsiran-penafsiran atas Taurat, belakangan dikenal
sebagai Talmud. Berkaitan dengan ini, naskahnaskah tulisan tangan Qumran memaparkan
pertikaian yang terjadi dalam komunitas masyarakat Yehuda yang mengindikasikan
bahwa -kalaupun bangsa Romawi urung melakukan pembantaian para pendeta Rumah
Suci tahun 70 M- maka sesungguhnya gerakan Farisi dipastikan tetap akan
melancarkan tekanan-tekanan yang pada akhirnya mampu menggeser konsep peribadatan kurbani
yang menjadi substansi ajaran "Yahudi Pendeta Rumah Suci", dengan "Yahudi baru"
yang berlandaskan pada pengkajian Taurat dan penafsirannya.
Yang menggemparkan Vatikan bukannya sesuai atau tidaknya naskah-naskah
Qumran dengan ajaran Kristen, tetapi kontradiksi naskah-naskah tersebut dengan
ajaranajaran yang dijejalkan oleh Gereja Romawi Timur kepada jemaat-jemaat
Kristiani semenjak abad ke-2 M. Tidak diragukan lagi bahwa komisi yang berwenang atas
naskahnaskah kuno itu telah mendapat tekanan dari pihak Vatikan sehingga tidak
mempublikasikan naskah yang sekiranya berlawanan dengan ajaran Gereja Romawi.
Pun tidak mustahil jika sebagian potongan-potongan naskah Qumran telah menemukan
jalan menuju gudang perpustakaan Vatikan sehingga dengan demikian tidak akan pernah
diharap akan dapat dikeluarkan.
Kita mendapati bahwa ajaran-ajaran yang termaktub di dalam naskah-naskah
tulisan tangan jemaat Qumran, bahwa mereka itu sedang menantikan kedatangan sang
guru bijak dan mereka beriman pada kebangkitannya. Hanya saja kita tidak
menemukan sedikitpun penjelasan dari surat-surat Paulus berkenaan dengan kelahiran Almasih


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

di Betlehem, kepergiannya dari Nazaret ataupun penyaliban Almasih oleh Penguasa
Romawi. Tema-tema seperti itu tidak kita temukan pada surat-surat manapun dalam
Perjanjian Baru, sebab tampaknya peristiwa-peristiwa tersebut tierkembang pada
akhir abad ke-1 M di Roma dan gereja-gereja yang beraliansi kepadanya.
Dalam penafsiran atas Kitab Habakuk, yang ditemukan di Qumran disebutkan,
Pendeta Jahat bertanggung jawab atas kematian Guru Bijak. Berdasarkan keyakinan
Jemaat Qumran, bahwa para pendeta Rumah Suci di Jerusalem itu adalah pewaris
"Pendeta Jahat". Sementara para pendeta Bait Suci mempersembahkan kurban
sembelihan pada "hari pengampunan", dan pada hari yang sama jemaat Qumran cukup
hanya dengan melakukan ritual makan malam tanpa kurban sembelihan, karena dalam
keyakinan mereka justru yang menjadi kurban pada hari itu adalah guru mereka.
Demikian pula bahwa peristiwa penyaliban Yesus oleh penguasa Roma, tidak pernah
disinggung oleh Perjanjian Lama, dan justru naskah tersebut menyatakan tuduhan yang
dialamatkan kepada para pendeta Israel sebagai pihak yang bertanggung jawab atas kematian
Almasih. Injil-injil Koptik yang diketemukan di Nag Hamadi -kawasan Mesir pegunungan- pun
tidak menyebutkan persitiwa kelahiran di Betlehem dan penyaliban Almasih. Tema
kelahiran dan penyaliban untuk pertama kalinya diketengahkan oleh empat Injil
pertama Perjanjian Baru, penulisannya diperkirakan berlangsung sepeninggal Paulus pada
awal tahun ke60 M dan berdekatan dengan tahun kehancuran Rumah Suci Jerusalem tahun
70 M. Dimaklumi bahwa sejarah Jemaat Qumran dan manuskrip-manuskrip mereka kembali
pada masa sebelum lahirnya agama Kristen. Adanya kemiripan antara kepercayaan
jemaat Qumran dengan gerakan kristen yang berkembang sesudahnya, semestinya dan
harus ditafsirkan bahwa yang muncul belakangan dipengaruhi oleh pendahulunya.
Oleh sebab itu, sejumlah peneliti semisal Geza Vermes dari Oxford, yang tidak sepaham
dengan Eisenman dalam pemaparan sejarah berkaitan Naskah Qumran, berpendapat
bahwa Yesus merupakan salah satu murid dari Jemaat Qumran.
Sedangkan Jeremis, dan peneliti-peneliti lain yang sebagian besar dari kalangan
Yahudi dengan tegas menyatakan bahwa sebelum itu Yesus adalah pegikut Yahudi
yang patuh dan Yesus bukan Almasih (Kristus), sebab Kristen itu dibangun oleh Paulus.
Agaknya kita sedang berada di antara dua kemungkinan; Apakah Kristen memiliki
akar sejarah masa lalu, jauh sebelum masa Romawi atau apakah gerakan yang
berkembang pada zaman Romawi itu telah mengadopsi ajaran-ajaran dari Jemaat
Yahudi yang ada sebelumnya"
Kalangan penafsir bersandar pada kenyataan bahwa penulisan manuskripmanuskrip
kuno tersebut dilakukan pada zaman sebelum lahirnya agama Kristen, untuk
menafikan adanya hubungan antara Perjanjian Baru dengan kisah-kisah Yesus.
Mengingat bahwa faktor paling mendasar untuk mendefinisikan ada dan tidaknya
hubungan antara Naskah Qumran dengan Kristen, tergantung pada masa penulisan
naskah tersebut. Sementara sebagian besar peneliti sepakat untuk menentukan
kurun waktu antara pertengahan pertama abad ke-2 SM hingga pertengahan kedua abad ke-1
M, sebagai zaman penulisan naskah-naskah kuno tersebut, sebagian lainnya
menentukan masa yang lain, yakni pertengahan abad ke-2 M, sehingga dengan demikian membuka
kesempatan untuk melakukan penafsiran yang berisi informasi tentang Yesus.
Herschel Shanks, Pimpinan Redaksi Biblical Archaeological Review yang terbit di
Washington tahun 1993, menulis sebuah buku berjudul "Memahami Manuskrip-manuskrip Laut Mati",
mengemukakan, Ide dasar penafsiran yang dilakukan atas naskah-naskah yang ada bersandar pada
masa sejarahnya, oleh sebab faktor terpenting dalam memberikan batasan urgensi
naskah, serta ada atau tidak adanya hubungan dengan Kristen, amat bergantung pada penentuan
masa penulisannya. Oleh sebab itu berdasarkan pendapat yang disepakati (yakni
pendapat kelompok yang berwenang melakukan pengawasan naskah) bahwa naskah-naskah Qumran
itu ditulis pada masa sebelum abad Masehi. Apa saja yang kemungkinan dapat
merusak penentuan sejarah yang dapat diandalkan ini, dan mata rantai peristiwa
sebagaimana didefiniskan oleh komisi dunia untuk setiap kelompok naskah, konon telah
disembunyikan. Ketika masa sejarah penulisan naskah itu telah ditentukan jauh sebelum abad
Masehi, sehingga dengan demikian, naskah-naskah kuno itu telah diselamatkan dari
kemungkinan terjadinya pertentangan untara naskah kuno itu dengan Perjanjian Baru dan
tradisinya. Dengan cara ini, komisi yang berkompeten telah melakukan sterilisasi naskah Laut
Mati secara efektif dari materi-materi yang bisa menjadi bom waktu.... Komisi juga
telah berusaha membuat jarak antara Jemaat Esenes di Qumran dengan Jemaat Kristen
pertama, dengan mengesampingkan kepercayaan yang memiliki karakter Kristen yang cukup
kental dalam tulisan-tulisan Jemaat Qumran. "
Barbara Theiring, Profesor di Departemen Kristologi University of Sydney di
Australia berpendapat bahwa "guru bijak" yang tercantum dalam tulisan-tulisan
Qumran tidak lain adalah Yohanes Sang Pembaptis. Pendapat ini dikuatkan oleh peryataan
Otto Bitch, profesor di Universitas Gottingen Jerman, bahwa Sang Pembabtis termasuk
salah seorang anggota Jemaat Qumran. Sementara Jose O'Callaghan, berusaha menetapkan
bahwa ada beberapa bagian Injil Markus demikian pula Kitab Kisah Para Rasul dan
Suratsurat Paulus kepada Jemaat Roma, juga ditemukan pada tulisan-tulisan kuno
di Qumran. Meskipun O'Callaghan ini berasal dari ordo Yesuit di Spanyol, namun dia
berafiliasi kepada Gereja Katolik, sebagaimana yang bertindak mempublikasikan pendapatnya
adalah institusi Katolik seperti Biblica dan Civita Catholica.
Banyak sekali tekanan yang dialamatkan kepada anggota komisi manuskrip
Qumran dan tuduhan telah menyembunyikan segala yang menetapkan adanya
keterkaitan antara Jemaat Qumran dengan Jemaat Kristen abad pertama, bahkan
tuduhan telah melakukan konspirasi bersama Vatikan untuk merahasiakan isi dari
tulisantulisan kuno itu antara lain dari dua orang penulis Inggris, yakni
Michael Bigent dan Richard Lee. Namun, tuduhan dari kedua orang penulis Inggris itu sesungguhnya
adatah ide yang berasal dari Robert Eisenman dari Amerika Serikat, sebab Eisenman-lah
yang menentang kesepakatan yang menetapkan bahwa Jemaat Qumran adalah orang-orang
sekte Esenes yang pernah tersebut dalam tulisan-tulisan Philo, Josephus dan
Pliny. Eisenman berpendapat, mereka itu sejatinya jemaat radikal Yahudi dan Guru Bijak
yang memimpin Jemaat tidak lain adalah James, yang namanya tercantum dalam Perjanjian
Baru sebagai "saudara tuanku". Eisenman mengatakan, James memimpin Jemaat untuk
menentang penguasa Romawi antara tahun 66 dan 70 M, yang berakhir dengan
pembakaran rumah suci Jerusalem.
Dalam pandangan Eisenman, Jemaat Qumran itu bukannya orang-orang sekte
Esenes yang menentang kekuasaan para pendeta, akan tetapi mereka itu adalah
kelompok Yahudi radikal yang berafiliasi kepada Ezra dan Saduki, dari golongan
pendeta yang kembali dari Babel. Berdasarkan pada tesis ini maka Yohanes Sang Pembaptis
dan bisa jadi Isa Almasih sendiri merupakan salah seorang anggota dari kelompok
Yahudi Radikal yang berafiliasi kepada para pendeta Seduki. Lebih jauh Eisenman
mengklaim bahwa Paulus - sebagai diketahui, Paulus telah mendirikan sejumlah gereja di
wilayah imperium Romawi dan dialah yang mengajarkan Injil kepada penduduk Roma- tidak
lain adalah "pendeta jahat" yang mencelakai "Guru Bijak". Akhir dari tesis Eisenman-
yang tidak disetujui oleh seorangpun dari para peneliti naskah Qumran -adalah bahwa
ajaranajaran Paulus itu tidak lebih dari heretik (bid'ah) Yahudi sedangkan agama
yang benar adalah apa yang diajarkan oleh para pendeta Rumah Suci di Jerusalem. Adapun
Yesus hanyalah seorang murid dari jemaat Yahudi dan tidak membawa ajaran yang baru.
Eisenman juga menafsirkan bahwa lahirnya agama Kristen merupakan wujud dari
konspirasi Romawi melawan para pendeta Yahudi, dan dalam konteks ini, Paulus
adalah mata-mata dari pemerintah pendudukan Romawi.
Mencermati tesis yang dilontarkan oleh Profesor di Departement of Oriental
Studies di UCLA ini, ternyata sangat kental dengan sasaran-sasaran politik, lebih-lebih
bahwa ide semacam ini untuk pertama kalinya dikemukakan oleh Jenderal Yigael Yadin. Dia
mengklaim bahwa tulisan-tulisan tangan di Qumran itu -yang merupakan bagian dari
tulisantulisan kaum radikal Yahudi- sesungguhnya diketemukan di gua Qumran
nomor:ll. Dengan demikian, Yigael Yadin merupakan orang pertama yang berusaha merubah
karakter kumpulan manuskrip. Daripada mengikuti pendapat yang disepakati bahwa
mereka adalah orang-orang sekte Esenes yang membelot dari kekuasaan pendeta
rumah suci, Yadin justru menempatkan jemaat Qumran sebagai pembela para pendeta.
Alasan di balik penyelewengan yang disengaja ini cukup jelas, yaitu merubah komposisi
manuskripmanuskrip Qumran sebagai dalil atas kegagalan kepemimpinan pendeta
sehingga berbalik menjadi bukti kepahlawanan para pendeta itu dalam melakukan perlawanan
terhadap kekuatan pendudukan Romawi.
Yang jauh lebih penting adalah, gerakan Kristen yang berkembang di tengah umat
manusia pada zamannya, dianggap tidak lebih dari sebuah bentuk heretik yang
diciptakan oleh Paulus, yang tidak berdasar pada syari'at kependetaan. Proyek kedua yang
dicanangkan oleh Yadin bersama para ilmuwan semisal Eisenman, adalah
mensosialisasikan tesis yang dirumuskannya itu kepada dunia dalam format
akademis sehingga akan dengan mudah tersebar. Di pihak lain, Departemen Arkeologi Israel
berhasil membujuk Pater Milik -salah seorang dari delapan delapan peneliti yang
ditunjuk oleh pemerintah Jordan pada tahun limapuluhan, sedangkan enam anggota yang lain
telah meninggal dunia- untuk tidak memberikan komentar apapun tentang manuskrip
Laut Mati. Salah seorang anggota tim lainnya yakni John Strugnell, telah dilumpuhkan
dengan menggunakan obat penenang. Dengan demikian tidak ada lagi seorang saksi pun yang
dapat memberikan keterangan atau menentang apa saja yang dipublikasikan oleh
pihak berwenang di Israel, yang bermaksud mencampur adukkan antara naskahnaskah Qumran
dengan naskah Masada untuk merubah karakter Jemaat di Qumran. Demikianlah bahwa
impian untuk dapat mengetahui hakikat peristiwa yang berlangsung pada awal
sejarah Kristen telah berubah menjadi proyek manipulasi sejarah terbesar di zaman
modern. Lalu apa sebenarnya yang membuat Vatikan gempar" Jawabnya adalah
kontradiksi seputar zaman kemunculan Yesus. Pasalnya, Gereja Romawi telah
mendapatkan wewenang, berdasarkan pada riwayat yang dipublikasikannya semenjak
abad ke-3 M, yang antara lain dikemukakan bahwa Petrus, murid Yesus, telah
datang ke Roma dan memberikan pelimpahan wewenang untuk mengeluarkan ajaran atas nama
Yesus, kepada para pendeta yang ada disana, yang ia terima langsung dari Yesus
sendiri. Jika benar bahwa Yesus hidup pada masa sebelum itu, maka klaim ini otomatis
runtuh. Posisi dilematis yang dihadapi oleh Gereja Romawi yang berawal dari penemuan
naskah Qumran ini, disadari oleh Eisenman dan Vermes, dan bermaksud mengeksploitasinya
demi memenangkan penafsiran Yahudi atas peristiwa sejarah yang berlangsung.
Orang-orang Yahudi mengingkari bahwa Isa adalah Almasih, dan mereka masih
menantikan kedatangan Almasih yang lain. Berdasarkan pada kepercayaan ini,
berarti orang-orang Yahudi telah mendapatkan "pembenaran" dengan menyebarkan faham ini
melalui mimbar-mimbar Kristen, tanpa ada yang menghalangi. Geza Vermes suatu
saat muncul di sebuah layar televisi stasiun 4 di Inggris, di mana dia sedang berdiri
di belakang pemandangan puing-puing Qumran, untuk mengatakan, "Sejatinya Yesus bukanlah
Almasih. Dia adalah orang Yahudi yang baik yang mempelajari ajaran Yahudi dari
Jemaat Qumran". Bahkan dilaporkan adanya proyek besar untuk menulis ulang Perjanjian
Baru sehingga relevan dengan makna sejati Yesus seperti diinginkan oleh Yahudi, dan
di pihak lain akan dapat mencuci tangan para pendeta Yahudi atas kematian Almasih.
Tak Terduga : Injil-injil Koptik Tak Dikenal,
Ditemukan di Mesir Penemuan sejumlah manuskrip kuno berbahasa Ibrani dan Aramaik di gua-gua
Khirbat Qumran, di tepian Laut Mati antara tahun 1947-1954 telah memancing
perdebatan di kalangan para ahli dan menarik perhatian para pembaca di seluruh dunia. Salah
satu faktor paling penting sehingga menyita perhatian banyak pihak dalam hal ini
adalah kemungkinan adanya penambahanpenambahan historis sehubungan dengan
perkembangan gerakan Kristen pada abad-abad permulaan dan dengan kisah kehidupan
Almasih secara khusus. Kendati adanya kemiripan besar -yang diketahui dari
terjemahan naskah-naskah Qumranantara Jemaat Esenes Yahudi dan kepercayaankepercayaan
Kristen di abad-abad pertama, namun sejauh ini tidak ditemukan sumber yang
menyebut nama Almasih, atau paling tidak nama "guru bijak" berikut masa sejarah kehidupan
sang guru. Meski beberapa kepercayaan jamaat Qumran dekat dengan ajaran Kristen, namun
mereka merupakan bagian dari eksistensi Yahudi secara keseluruhan. Oleh sebab
itu sebagian mengistilahkan mereka dengan sebutan "Judeo-Kristen", atau sekelompok
penganut Yahudi sekaligus Kristen. Terlepas dari itu semua, Jemaat Esenses telah
meninggalkan wilayah Qumran menyusul berkecamuknya revolusi Yahudi melawan


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Romawi kemudian seolah-olah lenyap tanpa bekas setelah peristiwa pembakaran Beit
Suci Yerusalem pada tahun 70 M. Sejauh ini tidak ditemukan adanya indikasi
apapun bahwa mereka itulah yang menyebarkan agama Kristen di wilayah imperium Romawi.
Ramainya opini yang berkembang sehubungan dengan penemuan naskah Laut
Mati ini, nyaris melalaikan adanya penemuan lain yang tidak kalah pentingnya di
wilayah Mesir bagian selatan -dua tahun lebih awal dari penemuan naskah Qumran-.
Manuskrip yang ditemukan ini tertulis dalam bahasa Koptik dan berisi ajaran-ajaran
Kristen. Sejak Kristen memiliki otoritas politik, menyusul kesediaan Kaisar Konstantinopel
untuk memeluk agama Kristen pada pertengahan abad ke-4 M, Gereja Romawi mengeluarkan perintah
membakar seluruh tulisantulisan yang dinilai bertentangan dengan ajaran gereja.
Hal ini menyebabkan hilangnya sebagian besar sumber sejarah perkembangan jemaat-jemaat
Kristen periode awal khususnya di Mesir.
Para petinggi Gereja Romawi sejak semula menilai bahwa ajaran-ajaran Kristen di
Mesir adalah bid'ah (heretik) dan tidak bisa diterima. Jumlah orangorang Koptik
yang tewas oleh kekejaman Gereja Romawi jauh lebih banyak dari jumlah orang yang
tewas di tangan penguasa pagan Romawi pada zaman sebelum itu. Hanya sebagian
pendetapendeta Mesir sempat menyembunyikan sekumpulan tulisan Koptik di salah
satu gua di pinggiran wilayah Mesir. Setelah dilakukan penelitian, ternyata tulisan-tulisan
itu memiliki nilai yang lebih penting dari tulisan-tulisan yang ditemukan di Qumran dalam
konteks pelacakan sejarah gerakan Kristen masa awal.
Dalam pandangan pribadi penulis, bukti-bukti sesungguhnya dari tulisan-tulisan
di Nag Hamadi itu akan mengantarkan pada pengetahuan bahwa gerakan Kristen yang
tersebar di penjuru imperium Romawi bukan bersumber dari Yehuda, tetapi dari
Aleksandria. Pada bulan Desember, lima puluh tahun yang lalu -beberapa bulan menyusul
berakhirnya Perang Dunia II- salah seorang petani secara tidak sengaja menemukan
sebuah perpustakaan Kristen kuno di guagua gunung Taref, yang dipergunakan oleh
orangorang Mesir kuno sebagai kuburan. Kemudian guagua yang jumlahnya mencapai
150 buah itu dipergunakan oleh para pendeta Bakhumiets pada abad-abad
pertengahan sebagai tempat persembunyian.
Konon, Muhammad Ali As-Samman dan saudaranya Khalifah, sedang
mengumpulkan pupuk di dekat gunung Taref, 10 km timur laut kota Nag Hamadi, di
Mesir bagian selatan. Kerika tengah melakukan penggalian, Muhammad mendapati sebuah
sebuah gentong tertimbun tanah yang sedang digalinya. Ketika diangkat ke
permukaan, tampak bahwa gentong itu cukup besar, tingginya hampir satu meter.
Tutup gentongpun segera dibuka dengan hatihati oleh keluarga petani miskin itu
dengan harapan akan menemukan harta karun di dalamnya. Lantaran tidak sabar,
Samman mengambil sebuah kapak untuk memecahkan gentong, bukannya emas yang
tersimpan, tetapi gulungan-gulungan kulit kuno. Dengan rasa kecewa kedua orang
bersaudara itu mengangkut harta karun yang mereka dapat itu di atas punggung
unta untuk dibawa pulang ke rumah mereka di dusun Hamra Dum. Gulungan-gulungan kulit
itu dicampakkan begitu saja dekat perapian kalau-kalau bisa dimanfaatkan sebagai
kayu bakar. Kedua orang yang memang tidak kenal baca tulis itu jelas tidak mengetahui
pentingnya kitab-kitab kuno. Namun takdir yang sebelumnya telah menyelamatkan
tulisan kuno itu selama lebih dari 15 abad di bawah timbunan tanah pekuburan, tidak
membiarkan nasib benda bersejarah itu musnah di perapian keluarga petani miskin. Sebulan
menyusul penemuan tulisan kuno itu, kedua bersaudara Samman terpaksa meninggalkan rumah
untuk melarikan diri dari kejaran pihak berwenang karena tuduhan melakukan balas
dendam atas pembunuhan ayah mereka. Khawatir polisi akan mengetahui temuan
mereka, kedua bersaudara Samman menitipkannya pada salah seorang pendeta Koptik
di kota. Ketika Ragheb Andraus, adik ipar pendeta - yang bekerja sebagai gurumenyaksikan
jilidan-jilidan tulisan kuno itu, segera dia mengerti bahwa itu adalah
tulisantulisan Koptik kuno yang tentu saja memiliki nilai arkeologis yang
tinggi. Diambilnya satu lembar untuk dibawa ke Kairo dan ditunjukkan pada temannya, George Subhi yang
memahami bahasa Koptik. Selanjutnya Subhi membawa lembaran itu ke Museum Mesir
untuk diperlihatkan kepada direktur Etian Dreytonx, yang berkebangsaan Perancis.
Mengetahui nilai sejarah tulisan kuno itu Etian membelinya dengan harga 250
pound Mesir. Bagian lain dari manuskrip kuno itu dalam waktu singkat telah berada di
tangan pedagang barang antik di Kairo. Namun, secepat itu pula Kementerian Arkeologi
Mesir dapat melacak seluruh peninggalan bersejarah itu dan mengambilnya untuk
ditempatkan di Museum Koptik, sembari menjanjikan ganti rugi kepada pemiliknya.
Pada saat itu Kementerian Ilmu Pengetahun Mesir yang membawahi Departeman
Arkeologi pada masa pemerintahan An-Nahhas Basya, dijabat oleh Dr. Toha Husein,
yang meminta anggaran khusus dari pemerintah guna membeli semua naskah yang ada. Yang
perlu dicatat adalah kebijakan yang diambil oleh Kementerian Pengetahun Mesir
yang saat itu pula mengeluarkan izin bagi setiap peneliti untuk menelaah naskah-
naskah kuno itu. Akan tetapi menyusul terjadinya Revolusi bulan Juli 1952, Pemerintahan
Mesir yang baru menguasai semua naskah yang ada tanpa ganti rugi, dengan alasan sebagai
kekayaan negara. Demikianlah bahwa Departemen Arkeologi Mesir berhasil menyelamatkan semua
naskah kuno yang ditemukan di Nag Hamadi itu dan menyimpannya di Museum Koptik
Kuno di Kairo. Kecuali ada satu jilid yang terdiri dari 15 lembar, telah dijual
di luar Mesir dan dibeli oleh Institut Young pada bulan Mei 1952 untuk selanjutnya dihadiahkan
kepada llmuwan terkenal dalam Ilmu Jiwa yang tidak lain adalah Gustavo Young, karib
Sigmund Frued, bertepatan dengan hari ulang-tahunnya. Setelah Young wafat, naskah itu
lantas dikembalikan ke Museum Koptik.
Berdasarkan hasil penelitian, apa yang diketemukan di Nag Hamadi merupakan
sebuah perpustakaan besar yang menyimpan 52 buah naskah dalam 1152 halaman yang
terbagi menjadi 13 jilid yang sebagaian besar tertulis dalam bahasa Koptik.
Konon, para penulis Mesir semenjak zaman Ptolomeus telah menggunakan huruf-huruf Yunani
untuk mengungkapkan bahasa asli Mesir yang merupakan gabungan dari kalimat dan kaidah
Mesir-Yunani. Inilah bahasa yang dipergunakan oleh para penulis Mesir untuk
menyusun tulisan-tulisan Kristen. Bahasa ini pulalah yang menjadi bahasa resmi Gereja
Koptik Mesir hingga tahun lima puluhan dan kemudian digantikan dengan Bahasa Arab.
Pada tahun 1956, pemerintah Mesir menyelenggarakan muktamar dengan
mendatangkan para peneliti di sejumlah museum dunia dalam rangka menyusun proyek
penterjemahan dan pengkajian naskah-naskah, tetapi rencana tersebut gagal. Pada
tahun 1961 di bawah sponsor Unesco, dibentuk sebuah komisi dunia untuk tujuan yang
sama. Agenda pertama yang dapat diselesaikan oleh komisi adalah melakukan pemotretan
seluruh naskah kemudian mempublikasikan hasil pemotretan itu dalam satu jilid di
kota Leiden, Belanda, untuk memberikan kesempatan seluas mungkian kepada para
peneliti untuk melakukan peninjauan. Menyusul sesudah itu pembentukan komisi di Amerika
Serikat di bawah pengawasan Pakar Teologi James Robinson dan berhasil
merampungkan terjemahan naskah dalam bahasa Inggris tahun 1975, menyusul
kemudian terjemahan dalam bahasa Jerman dan Perancis.
Naskah-naskah Koptik yang berhasil ditemukan di Nag Hamadi itu sesungguhnya
berisi tulisan-tulisan Kristen yang dibuat oleh Jemaat-jemaat yang muncul pada
awal abad pertama Masehi, yang dikenat dengan sebutan "Al-Arifin", yang memiliki kemiripan
besar dengan Tarikat Sufi pada zaman sekarang. Jemaat Arifin menganut paham "dualisme
wujud", jasad dan ruh, kenihilan dan wujud, yang keduanya senantiasa dalam
pergulatan sepanjang masa. Jemaat Arifin bercita-cita untuk sampai kepada makrifat yang
hakiki yang -dalam pandangan mereka- bukan makrifat yang dicapai melalui eksperimen dan
indera karena bersifat jasadi. Namun makrifat yang sesungguhnya adalah mencapai
pengetahuan tentang ruh ilahi yang tinggi. Dan tidak akan mampu mencapai derajat
ini kecuali melalui makrifat manusia pada diri sendiri. Jemaat Arifin-lah yang mula-
mula merumuskan dasar-dasar Ilmu Jiwa, dan inilah alasan Gustaf Young menaruh minat
sangat besar pada tulisan-tulisan mereka.
Hingga bisa mencapai makrifat hakikat diri, orang-orang Jemaat Arifin tidak
seganseyan meninggalkan kekayaan dan profesi mereka untuk hidup menyendiri dan
hidup sebagai ahli ibadah. Mereka hanya makan sepotong roti kering dan seteguk air.
Menurut kepercayaan mereka, makrifat ruhiyah menuntut adanya penundukan jasad dan hawa
nafsu hingga mampu mencapai derajat kebeningan jiwa. Sebagian besar waktu
dipergunakan untuk beribadah, mambaca tulisan-tulisan Jemaat, atau menulis hal-
hal baru dan membacakannya pada pertemuan reguler setiap pekan.
Kendati adanya kesulitan besar untuk mengetahui awal sejarah kemunculan
Jemaat Arifin, namun di sana terdapat beberapa petunjuk yang mengarah pada
penentuan zaman keberadaan mereka yakni semenjak awal pemerintahan Romawi di
Mesir atau akhir abad pertama Masehi. Nama Jemaat Arifin pernah disebut dalam
tulisan filosof Yahudi Philo Judaeus, yang menamakan mereka dengan sebutan "Serabite"
atau "manusia-manusia fatamorgana". Mereka terkenal mahir mengobati penyakit-penyakit
serius dan penyakit-penyakit jiwa dengan mempergunakan ramuan tumbuhan yang
mereka tanam di padang pasir.
Dipastikan bahwa kehadiran agama Kristen di Mesir untuk pertama kalinya adalah
melalui orangorang Jemaat Arifin ini. Josephus, orang yang pertama kali menulis
tentang Sejarah Gereja menyebutkan, orang-orang anggota Jemaat Arifin itulah yang
sesungguhnya mewakili Gereja Mesir.
Perpustakaan Jemaat Arfin yang berhasil diketemukan di Nag Hamadi menyimpan
Kitab-Kitab Injil yang tidak dikenal sebelumnya, di samping tulisan-tulisan
sastera dan filsafat. Sebagaimana dimaklumi bahwa Perjanjian Baru terdiri dari empat Injil
yang dinisbatkan kepada Matius, Markus, Lukas dan Yohanes. Injil-Injil inilah yang
dinyatakan absah dan diakui oleh Gereja. Namun, berdasarkan pada temuan di Nag Hamadi,
dengan jelas dinyatakan bahwa di sana terdapat lnjil-injil lain yang beredar semenjak
abad ke-1 hingga abad ke-4 M, di antaranya Injll Thomas -atau Thoma- yang berisi sabda-
sabda Almasih, yang sebagian tercantum dalam empat Injil Perjanjian Baru. Ada lagi
Injil Maria Magdalena, Injil Orang-orang Mesir, Injil Philip dan Injil-injil yang lain.
Sementara penulisan Injil-Injil Perjanjian Baru berasal dari tahun 70 M, kita
mendapati bahwa Injil Thomas ditulis pada dua puluh tahun sebelumnya.
Berdasarkan perhitungan waktu ini maka Injil Tomas merupakan Iniil paling tua di antara
Iniil-injil yang ada saat ini. Jemaat-jemaat Kristen awal -khususnya yang berada di Mesir- menganut ajaran
yang berbeda dengan ajaran Gereja Romawi semenjak abad ke-2 M. Ketika para Uskup
mulai melakukan pembenahan gerakan Kristen berdasarkan ajaran-ajaran kependetaan
pada awal abad ke-3 M, mereka mulai - khususnya para uskup Roma- memaksakan
ajaran mereka kepada gereja-gereja lain yang jika menolak, mereka akan dianggap
melakukan bid'ah dan kesesatan (terkena anathema-pent.).
Nasib gereja-gereja Mesir dalam hal ini, sungguh sangat mengenaskan karena
mereka tidak mau tunduk kepada kekuasaan Roma. Pada saat Kaisar Konstantin
menyatakan diri sebagai penganut Kristen pada abad ke-4 M, dan Kristen menjadi
agama resmi Kekasisaran Romawi, wibawa Gereja menjadi semakin besar dan selanjutnya
mengeluarkan maklumat untuk membakar semua tulisan yang bertentangan dengan
ajaran Gereja. Pada zaman inilah terjadi tragedi pembakaran rumah ibadah
Sarabium di Aleksandria dan sebagian besar manuskrip yang ada di perpustakaan agung
Aleksandria ikut terbakar. Inilah barangkali di antara sebab yang mendorong pendeta-pendeta
Bachumiyyin di Nag Hamadi untuk menyelamatkan tulisan-tulisan kuno itu,
memasukkannya di dalam gentong lalu menyembunyikannya ditempat terpencil.
Perpustakaan Koptik Naga Hamady Meralat
Sejarah Jemaat-jemaat Kristen Perdana
Tidak diragukan bahwa kita tidak memperhatikan sejarah negeri kita (Mesir)1)
dalam kadar yang cukup. Kita juga tidak ingin mengetahui hal-hal yang
ditinggalkan oleh para pendahulu terukir di dinding-dinding atau tertulis dalam manuskri-
manuskrip. Oleh karena itu, pada saat diketemukannya perpustakaan lengkap di goagoa Qumran di
tepian barat sungai Yordan, kita tidak memberikan kesempatan kepada peneliti-peneliti
kita untuk ambil bagian dalam pengkajiannya. Sebaliknya, semua hal itu kita serahkah kepada
peneliti-peneliti asing. Alasan yang diberikan untuk melegitimasi tindakan aneh
ini bahwasanya sebagian besar manuskrip itu tertulis dalam bahasa Ibrani atau
Aramaik, dengan demikian bukan milik kita. Padahal bahasa Aramaik sebenarnya adalah
bahasa Suriah kuno sedang bahasa Ibrani adalah dialek Kana'an Palestina yang ditulis
dengan huruf Aramaik. Jadi bukan produk Yahudi meskipun merekalah yang terus
menggunakannya. Hari ini, telah berlalu setengah abad sejak diketemukannya perpustakaan lain
yang akan mengubah semua yang kita tahu tentang sejarah jemaat-jemaat Kristen
perdana. Meski begitu, tidak ada satu orangpun yang memperhatikan peristiwa ini. Juga


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tidak ada seorangpun yang mengetahui isi perpustakaan yang ternyata berada di tanah kita.
Perpustakaan ini ditinggalkan oleh para pendahulu agar kita temukan dan
selanjutnya kita bisa mengetahui misi mereka.
Pada bulan Desember lima puluh tahun yang lalu, para petani Mesir secara
kebetulan menemukan beberapa jilidan Injil Koptik yang sejak saat itu menjadi
perhatian penuh ratusan peneliti diseluruh dunia kecuali kita.
Telah berlalu beberapa tahun sejak dua orang anak Pak Saman menemukan
jilidan-jilidan Nag Hamady hingga pejabat purbakala Mesir mengetahuinya. Setelah
mengetahui nilai kepurbakalaannya, para petani menyembunyikan manuskrip-
manuskrip itu dari pemerintah Mesir dengan harapan bisa menjualnya dan mendapatkan
keuntungan materi yang lebih besar. Lalu, ketika manuskrip-manuskrip itu dijajakan dipasar
barang antik di Kairo, para petugas badan purbakala Mesir -yang pada saat itu berada
dibawah Departemen Pengetahuan- mendengar tentang masalah itu. Untuk itu, mereka membeli
jilid pertama yang muncul di pasar dan mereka simpan di museum Ihingga saat itu, mereka belum mengetahui nilai yang sebenarnya dari jilidan-jilidan
itu, melihat tidak adanya seorang ahli yang menyingkapkan hakikatnya.
Setelah, secara kebetulan ada seorang ahli kemesiran dengan konsentrasi di
bidang bahasa Koptik yang datang ke Mesir. Ketika itu, Jean Dorice yang berasal
dari Perancis mengunjungi museum Koptik. Kesempatan itu digunakan oleh Togo Mina,
direktur museum untuk menunjukkan satu jilid yang ada padanya dengan maksud agar
dia periksa. Semangat Mina kemudian bertambah ketika diberitahu oleh ahli dari
Perancis itu bahwa penemuan jilidan semacam ini akan mengubah segala sesuatu yang biasa
diketahui mengenai asal mula gerakan Kristen.
Setelah itu, Togo Mina mendesak instansi purbakala Mesir agar membeli semua
jilidan yang telah ditemukan dan tidak memperkenankan jilidanjiidan itu untuk
keluar dari Mesir. Untuk itu, dia segera melapor kepada atasan-atasannya dan akhirnya
masalah itu sampai ke menteri pengetahuan. Setelah mendengar hal itu dia langsung memutuskan
untuk membeli semua jilidan yang telah ditemukan untuk disimpan di museum
Koptik. Kemudian, karena menteri pengetahuan tidak bisa menyediakan dana yang cukup
untuk membeli seluruh jilidan itu, para petugas purbakala Mesir merampas seluruh
jilidan yang ada di tangan para pedagang. Akhirnya bisa dikumpulkan sebanyak 13 jilid
yang berisi 52 naskah. Selanjutnya, para petugas purbakala Mesir menyimpan jilidan-jilidan yang ada di
tangan mereka di museum Koptik. Tetapi para pedagang berhasil melarikan banyak
bagian dari jilid 13 yang berisi 5 naskah ke luar negeri. Tidak lama kemudian
bagianbagian yang dilarikan itu telah dijajakan di Amerika Serikat. Ketika
Djails Kesbel, guru besar sejarah agama di Universitas Otris Belanda mengetahui beberapa naskah yang
dijajakan itu, segera meyakinkan Yayasan Gustave Yong yang terletak di kota
Zurich Swiss untuk membeli bagian-bagian yang dijajakan itu.
Setelah melihat naskah-naskah yang telah dibeli, Kesbel mengetahui ternyata ada
bagian yang hilang dari naskah-naskah itu. Untuk itu, dia segera pergi ke Kairo
untuk mencarinya. Sesampainya di Kairo dia langsung pergi ke museum Koptik dan
mendapatkan foto dari jilidan-jiidan yang tersisa. Setelah itu dia kembali ke
hotel. Setelah sampai, dia berusaha menyingkapkan simbol-simbol bahasa Koptik kuno dan
mengenali kandungan foto-foto itu. Kemudian terjadilah suatu kejutan besar, ketika
peneliti Belanda itu mendapatkan naskah itu dibuka dengan kata-kata berikut ini: "Ini adalah
sabda-sabda rahasia yang disampaikan oleh Yesus yang hidup dan dibukukan oleh Dimidius Yudas
Thomas." Setengah abad sebelumnya -di Mesir juga- juga telah ditemukan potongan papirus
yang memuat bagian dari Injil Tomas, tetapi tertulis dalam bahasa Yunani. Jadi
inilah mula pertama ditemukannya Injil itu dalam wujudnya yang lengkap. Selain itu setelah
memeriksa foto-foto yang lain, Kesbel yakin bahwa manuskrip-manuskrip itu
terdiri dari 52 naskah yang kesemuanya berasal dari abad-abad pertama Masehi. Di antaranya ada
Injil yang belum dikenal sebelumnya, seperti Injil Tomas -atau Tuhutmus dalam bahasa
Mesir kuno-, Injil Filip, Injil Kebenaran dan Injil orang Mesir. Di samping itu juga
ada beberapa tulisan yang disandangkan kepada para hawary, seperti James - atau Yihmis dalam
bahasa Mesir kuno-, Penglihatan Paulus dan surat Petrus kepada Filip.
Selanjutnya, tidak ada perselisihan di kalangan para peneliti mengenai waktu
disembunyikannya jilidan-jilidan ini. Yaitu pada pertengahan abad keempat
Masehi. Penentuan waktu bisa disimpulkan dari model tulisan yang terdapat di permukaan
kertas papirus yang digunakan untuk melapisi bagian dalam sampul kulit berasal dari
masa itu. Kemudian pada masa ini pulalah gereja Roma -karena memeluk agama baru- membakari
semua perpustakaan yang menyimpan informasi-informasi yang bertentangan dengan
ajaran-ajarannya. Di antara yang dibakar itu adalah perpustakaan Iskandariah
-termasuk institut teologi Kristennya- yang terletak di kuil Serabium.
Sumber-sumber Koptik mengatakan bahwa Santo Markus yang menulis Injil kedua
dari Perjanjian Baru datang ke Iskandariah pada pertengahan abad pertama Masehi.
Selanjutnya dia hidup di sana hingga meninggal pada tahun 74 Masehi dan dikubur
di kota ini. Sepanjang abad pertama dan kedua, Iskandariah dan perpustakaannya menjadi
pusat utama pemikiran Kristen. Ada beberapa sumber sejarah yang mengatakan bahwa pada
zaman Masehi, perpustakaan Iskandariah selain menjadi pusat pengkajian Yunani
juga menjadi pusat pengkajian filsafat Kristen dan teologi pada masa itu.
Hanya saja, ajaran-ajaran Kristen Mesir tidak sejalan dengan ajaran-ajaran
Kristen dalam banyak hal. Bahkan bisa dikatakan bahwa di sana terdapat persaingan
pemikiran antara Roma dan Iskandariah demi mendapatkan kepemimpinan dunia Kristen.
Persaingan ini bisa dimenangkan oleh pihak Roma hanya karena dominasi politis
Roma atas sebagian besar negeri-negeri peradaban kuno.
Hanya saja, telah terjadi perselisihan sengit antarpara peneliti mengenai
penentuan waktu penulisan naskah asli dari naskah-naskah yang ditemukan di Nag Hamady itu.
Sebagian mereka menyatakan bahwa naskah-naskah itu ditulis sebelum tahun 180 M.
Pernyataan ini mereka dasarkan pada pernyataan Uskup Iraneaus, uskup kota Lyon
yang menyebutkan bahwa kelompok-kelompok Heretik - demikian pendeta-pendeta Eropa
menamakan semua gerakan Kristen yang datang dari Mesir- memiliki sejumlah injil
yang pada saat itu sudah menyebar di seluruh wilayah imperium Romawi. Karena buku itu
ditulis pada tahun 180 M. maka sudah semestinya injil injil yang dia ceritakan
itu sudah ada sebelum waktu ini. Tetapi ada kelompok lain dari para pengkaji lnjil yang menolak waktu penulisan
naskah-naskah Nag Hamadi yang sangat dini itu. Jika tulisan-tulisan ini termasuk
tulisantulisan heretik dan menyesatkan -sebagaimana dinyatakan oleh gereja Roma-
sudah semestinya timbul setelah tulisan-tulisan lain yang dianggap murni dan lurus
oleh gereja Roma. Karena injil-injil Perjanjian Baru berdasarkan pendapat yang berlaku saat
ini muncul pada waktu yang membentang antara tahun 75 M. hingga pertengahan abad
kedua Masehi maka para pengkaji itu menentukan waktu yang lebih kemudian -yaitu
sekitar abad ketiga Masehibagi kemunculan tulisan-tulisan Koptik Nag Hamadi. Dan
untuk menekankan waktu ini, mereka juga menentukan waktu yang kemudian bagi kemunculan
tulisan Koptik itu sendiri.
Hal ini karena ide yang berlaku di kalangan para pengkaji barat bahwa meskipun
ajaran Kristen sudah masuk ke Mesir pada abad pertama Masehi
tetapi mereka baru berpindah agama pada abad ketiga. Kelompok pengkaji ini
bersikeras mengatakan bahwa kelompok-kelompok Kristen yang ada di Mesir pada
abad pertama itu adalah orang Yahudi atau Yunani yang bermukim di Mesir. Dengan
demikian tidak akan ada tulisan-tulisan Kristen yang berasal dari waktu yang sangat dini
ini dan memakai bahasa Koptik yang merupakan bahasa keseluruhan masyarakat Mesir.
Oleh karena itu -tanpa bukti objektif- para pengkaji barat menentukan waktu
penulisan naskah-naskah Nag Hamady itu pada abad ketiga Masehi. Yakni waktu
masuknya orang Mesir ke dalam agama Kristen. Nanti kita akan bahas masalah ini
sekali lagi untuk mengetahui waktu munculnya tulisan Koptik. Sedang di sini kita cukup
menjelaskan alasan-alasan yang dipakai oleh para pengkaji untuk menentukan waktu
yang lebih kemudian bagian munculnya tulisantulisan asli jilidan-jilidan Nag
Hamady. Hanya saja, para pengkaji itu menghadapi problem yang serius saat berusaha
untuk menentukan waktu penulisan naskah terpenting yang ditemukan di Nag Hamady
itu, yakni Injil Thomas. Injil ini berbeda dengan injil-injil lain yang dikenal pada
saat ini. Dia tidak memuat cerita atau penuturan peristiwa. Sebaliknya hanya terdiri dari 114
sabda yang disandangkan kepada Isa Almasih. Selain itu, juga sulit menganggap injil
ini heretik karena memuat jumlah besar sabda Almasih yang tersebut dalam injil-injil
Perjanjian Baru di samping sabda-sabda lain yang tidak tersebut di sana.
Selanjutnya, sabda-sabda Almasih ini juga disebutkan secara langsung, bukan
dalam cerita. Jadi bisa ditarik kesimpulan bahwa Injil ini lebih lama daripada
injil-injil lain. Dengan demikian, ketika pengkaji Belanda Kesbel mengusulkan tahun 140 untuk
kemunculan naskah asli dari Injil Thomas, Helmot Cuister -guru besar sejarah
Kristen di Universitas Harvard dan pengkaji mutakhir terpenting dalam masalah ini-
mengejutkan semua orang ketika menyatakan bahwa naskah asli dari Inji Thomas berasal abad
pertama Masehi. Yakni mendahului kemunculan kitab apa pun dari Perjanjian Baru,
termasuk suratsurat Paulus dan kitab Kisah Para Rasul.
Selanjutnya, ketika jabatan direktur museum Koptik diduduki oleh Dr. Bahur Labib
pada tahun 1952, dia tidak bersemangat untuk cepat-cepat menerbitkan
naskah-naskah Nag Hamady. Hanya saja karena mengetahui ketenaran yang akan
dicapai oleh pengkaji yang menerbitkan naskah-naskah ini, memutuskan tidak
membolehkan siapa pun untuk melakukannya tanpa seizinnya. Maka penerbitan
kandungan perpustakaan Nag Hamady itu terlambat beberapa tahun lagi.
Tapi pada tahun 1961, badan dunia UNESCO meminta diterbitkannya jilidan-jiidan
Koptik itu. Dia mengusulkan agar dibentuk panitia internasional yang
akan berkumpul di Kairo untuk melakukan pekerjaan ini. Selanjutnya, panitia yang
dibentuk ini memutuskan bahwa langkah pertama untuk menerbitkan naskahnaskah ini
adalah mengambil foto-fotonya sehingga bisa digapai oleh setiap pengkaji yang
ingin mempelajarinya. Demikianlah yang terjadi, proses pengambilan foto itu segera
dimulai dan berlangsung selama beberapa tahun. Antara tahun 1972 hingga tahun 1977 berhasil
diterbitkan foto naskah-naskah itu dalam sepuluh jilid. Setelah itu, James
Robinson, direktur institut studi sejarah Kristen membentuk panitia internasional untuk
mengkaji dan menerjemahkan naskah-naskah perpustakaan Koptik Nag Hamady, suatu hal yang
mendorong para mahasiswa sejarah Kristen untuk mempelajari bahasa Koptik,
terutama di Universitas Harvard di Amerika.
Perpustakaan Nag Hamady ini pun bukan tulisan-tulisan Kristen kuno yang
ditemukan di Mesir dan berbahasa Koptik. Sebaliknya, menjelang habisnya abad
kedelapan belas, seorang pelancong Skotlandia membeli manuskrip Koptik di kota
Luxor, sebagaimana juga salah seorang penggemar barang antik menemukan manuskrip Koptik
pada seorang penjual buku-buku kuno di London. Dari terjemahan tulisan-tulisan
itu diketahui berisi dialog antara lsa Almasih dan sekelompok muridnya, di antaranya
ada perempuan. Lalu, menjelang akhir abad lalu, salah seorang ahli kemesiran asal
Jerman menemukan manuskrip Koptik dijajakan di pasar barang-barang antik di Kairo.
Manuskrip ini berisi tulisan yang disebut Injil Maria Magdalena. Di samping tiga naskah
lain yang ditemukan dalam kumpulan perpustakaan Nag Hamady setelah itu. Para ahli arkeolog
juga menemukan ribuan kertas papirus di berbagai tempat di Mesir sepanjang abad
ini (20). Kertas-kertas itu memuat tulisan-tulisan Kristen kuno, meskipun sebagian
besarnya ditulisa dalam bahasa Yunani.
Yang tidak bisa diragukan lagi bahwa semua tulisan Kristen tertua yang ada di
dunia pada saat ini, termasuk naskah-naskah Perjanjian Baru ada di Mesir. Tidak
ada satu naskah pun yang berasal dari tiga abad pertama dan ditemukan di luar Mesir.
(Catatan) 1). Penulis buku ini adalah seorang Mesir.
Injil-Injil Koptik Tidak Memuat Pengadilan Pilatus
Dan Tidak Mengakui Penyaliban
Injil Perjanjian Baru yang empat sepakat bahwasanya Yesus mati disalib atas
perintah gubernur Romawi untuk Palestina yang bernama Pontias Pilatus pada tahun
tiga puluhan dari abad pertama. Hanya saja, peristiwa ini bukan hanya tidak
disebutkan dalam Injil Nag Hamady, tetapi lebih dari itu sebagian darinya malah menyebutnya
secara terus terang kemudian mencela orang yang mengatakannya. Dalam injil-injil Koptik yang
tidak menyebutkan kisah penyaliban, nama Pilatus tidak disebutkan sama sekali.
Disebutkan dalam Injil Petrus melalui mulut Petrus sendiri:
"Saya melihatnya seolah orang-orang manangkapnya. Aku bertanya, "Apa yang saya
Iihat ini tuan" Engkaukah yang diambil oleh mereka itu" , Ataukah mereka memukuli dua


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

telapak dan dua tangan orang lain"' Sang penyelamat berkata kepadaku, '... orang yang
mereka paku dua tangan dan telapak kakinya itu adalah pengganti. Mereka meletakkan
orang yang menjadi perupanya di dalam kehinaan. lihatlah kepadanya! Lihat juga kepadaku!"
Disebutkan juga dalam buku Set Terbesar melalui mulut Yesus:
"Orang lain... yang merasakan empedu dan cuka.... bukan aku... orang lainlah
yang memikul salib di atas pundaknya, juga orang lain yang dipakaikan mahkota duri di atas
kepalanya . Aku sendiri beriang gembira di tempat tinggi..... aku menertawakan kehodohan
mereka. " Disebutkan dalam Kisah Yohanes yang ditemukan di Nag Hamady dikisahkan
bahwa Yesus pernah bersabda:
"Tidak terjadi pada diriku semua yang dikatakan oleh orang-orang itu. "
Menurut informasi yang tersebut dalam naskah lain dari perpustakaan Nag Hamady
yang berjudul Risalah Kiamat, Almasih meninggal seperti layaknya manusia, tetapi
ruhnya yang suci tidak mungkin mati.
Meskipun salib juga menjadi lambang Almasih dalam injil-injil Koptik tetapi
tidak menunjukkan cara kematiannya. Sebaliknya salib itu melambangkan Almasih yang
hidup dengan ruhnya yang tidak akan mati. Maka dari itu, kita mendapatkan salib yang
tergambar pada sampul-sampul jilidan-jilidan Nag Hamady bukan salib Roma
melainkan "Ankh" kunci kehidupan bagi bangsa Mesir kuno. Dapat dipastikan bahwa salib
Mesir ini terus digunakan dalam kalangan jemaat-jemaat Kristen perdana. Bukan di Mesir
saja tetapi juga di seluruh wilayah imperium Romawi.
Barang siapa mengunjungi museum Koptik di Kairo akan mendapatkan kunci
kehidupanlah yang melambangkan kebangkitan Almasih pada tiga abad pertama.
Gerejagereja Kristen baru menggunakan salib Romawi sejak pertengahan kedua dari
abad keempat. Yaitu ketika gereja Roma menguasai gerakan Kristen. Kendati begitu,
salib itu baru diterima oleh khalayak Kristen setelah gereja Roma mengumumkan penemuan
kayu salib yang diyakini sebagai salib tempat matinya Yesus. Permasalahn ini
selanjutnya berkembang pada abad kelima ketika gereja Roma memasang gambar jasad Almasih
yang tengah berada di kayu salib.
Buku Perkembangan Injil-Injil karya politikus Inggris, Enock Paul yang terbit
akhirakhir ini menimbulkan goncangan dahsyat saat menyebutkan bahwa kisah
penyaliban Romawi itu tidak tersebut dalam naskah asli injil. Saat itu, Paul menerjemahkan
ulang Injil Matius dari bahasa Yunani. Kemudian mendapatkan bagian-bagian yang terulang. Hal
ini mengisyaratkan bahwa Injil ini telah ditulis kembali pada masa berikutnya."
Peristiwa terpenting yang diulang-ulang itu adalah bagian akhir dari lnjil
Matius yang berkaitan dengan pengadilan dan penyaliban Almasih. Si penulis mengamati
bahwa kisah pengadilan yang selesai di depan pendeta besar itu segera terulang lagi
dengan ungkapan yang sama. Perbedaannya hanyalah bahwa pengadilan yang kedua itu
berakhir dengan vonis hukuman mati dengan cara disalib. Dari bagian ini, pengkaji tadi
menarik kesimpulan bahwa pemakaian kata-kata yang digunakan dalam pengadilan pertama
untuk menuturkan pengadilan kedua, padahal kondisinya telah berubah menandakan bahwa
terjadinya pengulangan yang disengaja dan bukan penuturan kejadian baru. Penulis
buku tadi selanjutnya mengatakan bahwa keputusan yang pantas dari pengadilan di depan
majlis pendeta itu jika benarbenar terbukti bersalah adalah dilempari batu
sampai mati (rajam) dan bukan salib. E. Paul selanjutnya mengatakan bahwa kisah penyaliban yang tersebut dalam
injilinjil lain itu berasal dari nukilan yang dilakukan oleh penulispenulis
generasi kemudian dari Injil Matius setelah diubah. Kisah ini tidak terdapat dalam sumber lain.
Menurutnya, Injil Matius bukan saja Injil pertama tetapi lebih dari itu juga merupakan satu-
satunya sumber dari injil-injil yang lain.
Problem yang dihadapi oleh pengkaji adalah bahwa empat injil itu adalah
satusatunya sumber dari peristiwa penyaliban Almasih yang dilakukan oleh orang
Romawi. Jika terbukti bahwa riwayat Injil-injil ini ternyata sekadar tambahan dan tidak
menggambarkan kejadian historis yang sebenarnya, maka harus dilakukan peninjauan
ulang terhadap kisah-kisah yang tersebut di dalamnya.
Hingga saat ini, hampir saja kita tidak memiliki informasi historis yang
meyakinkan mengenai kehidupan Almasih sendiri. Sedang keyakinan yang berlaku di masa lalu
adalah bahwa para penulis injilinjil itu mencatat kejadian-kejadian dan berita-berita
yang mereka saksikan sendiri. Tetapi saat ini terbukti bahwa keyakinan itu tidak betul.
Injil pertama yang ada pada kita saat ini baru ditulis sekitar setengah abad setelah terjadinya
peristiwa- peristiwa yang ditulisnya. Itu pun belum final. Sebaliknya masih dilakukan
perubahanperubahan selama dua puluh tahun berikutnya.
Kisah penyaliban itu sebagaimana disebutkan dalam injil-injil Perjanjian Baru
mengatakan bahwa Yesus dilahirkan di Betlehem pada masa pemerintahan Herodus
yang memerintah Palestina selama empat puluh tahun. Berakhir dengan kematiannya pada
tahun keempat sebelum Masehi. Setelah kelahirannya, Maria (Maryam) lari ke Mesir
untuk menghindari murka sang raja. Melalui ramalan dia mengetahui bahwa Almasih
nantinya akan menuntut singgasana Daud.
Sang ibu baru pulang dari Mesir dengan mambawa putranya setelah kematian
HerodusMereka pun pulang dan menetap di desa Nazaret di Galilea Palestina Utara.
Riwayat itu selanjutnya mengatakan bahwa setelah bayi itu menjadi besar dan
mencapai umur tiga puluh tahun pergi ke lembah Yordan. Di sana dia bertemu dengan Yohanes
Pembaptis yang kemudian membaptisnya dengan air di tengah sungai.
Setelah itu, Yesus menyepi dan puasa di tengah padang gurun selama empat
puluh hari. Di sana dia berperang dengan setan yang merayunya akan diberi
kerajaan alam semesta. Tetapi setan gagal dalam misinya, sedang Yesus kembali ke Galilea
untuk memilih pengikut setianya yang berjumlah dua belas orang dan memulai dakwahnya.
Hal ini menimbulkan rasa iri pendeta-pendeta Saduki dan Farisi terhadap dirinya.
Dalam riwayat selanjutnya, para pendeta marah kepada Yesus saat pergi ke kota
Yerusalem pada hari Paskah, masuk rumah suci dan menyerukan ajarannya di sana.
Seketika itu juga mereka menyusun konspirasi dan mengirimkan pasukan untuk
menangkapnya. Akhirnya dia pun berhasil ditangkap atas bantuan Yudas Iskariot,
pengikutnya yang berkhianat. Yesus ditangkap saat sedang beristirahat bersama
muridmuridnya di gunung Zaitun yang terletak di sebelah utara kota.
Selanjutnya, interogasi dan pengadilan terus berlangsung sepanjang malam di
depan pendeta besar Kayafas. Setelah pengadilan selesai di pagi berikutnya, para
pendeta membawa Yesus ke hadapan Pilatus, wali Romawi untuk Palestina. Di situ
Almasih diadili lagi. Pilatus bertanya, "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab
Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam
kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apa pun. "Tidakkah Engkau
dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak
menjawab suatu kata pun, sehingga wali negeri itu sangat heran."
Seperti dijelaskan dalam riwayat setelah itu Pilatus berusaha membebaskan Yesus
dalam rangka hari raya Paskah karena tidak menemukan alasan untuk menghukumnya.
Tapi pendeta-pendeta kepala menghasut massa agar menuntut disalibnya Almasih.
Dan akhirnya wali negeri pun memenuhi keinginan mereka.
Setelah itu, Almasih diambil oleh tentara. Ketika sampai di sebuah tempat yang
bernama Golgotta, mereka memberinya anggur bercampur empedu agar diminumnya.
Setelah disalib, mereka mengoyakngoyak pakiannya. Sejak jam enam bumi bumi gelap
gulita. Yesus berteriak dengan suara menggema dan akhirnya menyerahkan ruhnya.
Kisah Injil berakhir dengan bangkitnya Yesus dari antara orang-orang mati pada
hari ketiga. Jasadnya raib dari kuburnya, tetapi segera muncul kembali dihadapan
muridmuridnya. Saat itu dia menyuruh mereka untuk menyebarkan ajaran-ajaran
Kristen ke seluruh bangsa. Inilah kisah Yesus seperti tersebut dalam empat injil Perjanjian Baru. Tapi
anehnya kejadian ini sama sekali tidak disebut dalam sumber-sumber sejarah yang sezaman
dengan kejadian itu. Baik sumber dari Romawi, Yunani atau Yahudi. Satu-satunya
sumber yang menyebutkan Isa Almasih adalah tulisan-tulisan Josephus. Tapi sejak abad
keenam belas para peneliti mulai tahu bahwa cerita yang tidak lebih dari beberapa baris
ini adalah tambahan kemudian dan tidak terdapat di dalam naskah-naskah asli. Dengang
demikian tidak diragukan lagi bahwa sebagian juru tulis Kristen telah menambahkannya pada
masamasa yang lebih kemudian.
Para Pastur Berubah Menjadi Uskup dan
Menentukan Mana Ajaran yg Benar dan Ajaran yg
Heretik Sejarah fase pertama gerakan Kristen terbagi ke dalam empat bagian. Yang
pertama adalah masa para apostel (hawariyun) -mereka adalah murid-murid urid
terdekat Almasih- yang menyebar ke seluruh penjuru dunia untuk menyebarkan ajaran
Almasih. Fase ini habis bersamaan dengan kematian Paulus di Roma pada awal tahun enam
puluhan abad pertama. Paulus termasuk orang-orang yang meninggal di tangan
kaisar Nero yang membakar kota Roma kemudian menuduhkannya kepada orang-orang Kristen.
Fase kedua yang disebut dengan fase para pastur bermula ketika jemaat-jemaat
Kristen menyebar dengan cepat di seluruh wilayah imperium Romawi. Tetapi
penyebaran itu tidak teratur. Fase ketiga bermula sejak akhir abad kedua ketika jemaat-jemaat Kristen terbagi
ke dalam pendeta dan anggota. Bahkan jemaat Kristen ini pecah dari dalam, ada
beberapa golongan yang memisahkan diri karena menolak institusi para pendeta
kemudian membentuk gerakan-gerakan balik, terutama di Mesir, Syam dan Anatolia.
Adapun fase keempat dimulai sejak paroh kedua abad keempat, yaitu ketika agama
Kristen telah menjadi agama resmi bagi imperium Romawi. Saat itu kekuasaan
gereja Roma meluas hingga mencakup seluruh wilayahnya. Di sini gereja berubah menjadi
lembaga yang teratur dan menggunakan kekuasaan negara untuk menghabisi
jemaatjemaat yang tidak sepaham. Di samping juga bisa mempengaruhi kehidupan
politik bahkan mengendalikannya. Sekarang tampak jelas bagi kita dari penemuanpenemuan arkeologi terkahir
terutama di Nag Hamady- bahwa di sana terdapat tulisan-tulisan yang tersebar
dari kalangan umat Kristen pada permulaan zaman Masehi, tapi kemudian hilang sama
sekali. Jemaat-jemaat Kristen perdana itu tidak terorganisir secara rapi. Mereka tidak
memiliki pemimpin atau pendeta yang memimpin kebaktian atau menentukan cara menafsiran
teks suci dan mengamalkannya. Sebaliknya, tiap orang dari mereka, baik laki-laki
maupun perempuan- berhak menyampaikan khutbah di depan jemaat saat berkumpul dan berhak
juga untuk menafsirkan berbagai sisi dogma Kristen. Dari sini timbullah banyak
golongan pada masa itu. Pada fase pertama gerakan Kristen, yaitu fase di mana para murid Almasih
menyebarkan dakwah, jemaat-jemaat Kristen baru terbentuk dari kelompok campuran. Semuanya ikut
serta dalam ritual peribadatan tanpa perbedaan. Pada fase ini, juga tidak ada
pendeta. Tapi karena ada beberapa ritual peribadatan yang memerlukan seorang
pembimbing atau pemimpin seperti prosesi pembaptisan dengan air, perayaan paskah
dan perayaan hari kebangkitan biasanya halhal semacam ini dilakukan oleh anggota
jemaat yang paling tua. Lalu bersamaan dengan perjalanan waktu, para pastor
mengubah peran mereka dalam jemaat Kristen menjadi peran pemimpin. Di samping itu mereka
juga menegaskan wewenang mereka dalam menafsirkan teks suci -bahkan menambahinyadan
akhirnya mengharamkan seluruh anggota jemaat untuk keluar dari ajaran-ajaran
mereka atau berbeda dalam menafsirkannya. Kemudian, mulai pertengahan abad kedua
Masehi para pastor mulai melancarkan kritikan-kritikan mereka kepada orang-orang
yang memiliki pendapat beda. Mereka ini diberi pilihan: mematuhi ajaran-ajaran itu
atau meninggalkan gereja. Dari sini timbul perpecahan besar di dalam tubuh jemaat-jemaat Kristen yang
ditindas oleh orang Romawi pada masa itu. Para pastor ini segera menentukan apa
saja yang harus diterima oleh para anggota dan mengumumkan dekret kesaksian yang
harus diumumkan oleh setiap orang Kristen agar diterima ke dalam jemaat ortodoks
(mengikuti jalan yang benar) dan Katolik (yakni universal). Hanya saja, ada beberapa jemaat
Kristen yang menolak redaksi kesaksian itu, terutama jemaat-jemaat yang ada di Mesir.
Bahkan jemaat-jemaat ini tidak mengakui wewenang para pastor. Wewenang itu menurut
mereka didapat dengan cara merampas. Ketika itu, para pastor mengumumkan bahwa semua
orang yang menolak kekuasan mereka adalam kelompok heretik dan menyimpang dari
jalan ortodoks yang benar.
Dalam hal ini, Uskup Irenaeus, pendeta kota Lyon adalah orang pertama yang
menerbitkan buku yang terdiri dari lima jilid pada tahun 189 M. Dalam buku itu
dia menyerang kelompok-kelompok penolak kekuasaan para pendeta. Setelah itu dia
menyeru untuk melenyapkan segala sesuatu yang bernama ma'rifat (pengetahuan).
Dalam mukadimahnya dia mennyebutkan bahwa alasan penulisannya ini adalah: "untuk


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menjelaskan pendapat-pendapat orang-orang yanq pada saat ini mengajarkan
bid'ah... juga untuk memperlihatkan bahwa pernyataan-pernyataan mereka kontradiktif denqan
fakta, selain tidak masuk akal... saya melakukan ini aqar kalian semua mau
menganjurkan orang-oranq yang kalian gauli agar menghindari kekafiran dan kegilaam semacam
ini. " Irenaeus selanjutnya menyebutkan bahwa di antara kitab-kitab palsu itu adalah
lnjil Hakikat yang ditemukan salah satu naskahnya di perpustakaan Nag Hamady. Lima
puluh tahun kemudian Hypholitus - seorang guru di Roma- menerbitkan sebuah buku yang
berjudul Penyalahan Kelompok Heretik untuk menyingkapkan- kepalsuan kaum heretik
(pembuat bidah). Untuk menjelaskan mana yang dianggap benar dan mana yang
dianggap heretik, pertama-tama mereka menentukan dogma-dogma yang mereka anggap
palsu lalu membuat kaedah-kaedah berpikir yang benar.
Sejak saat nama Arifin (orang-orang yang mengerti) dipakai untuk menyatakan
orang-orang yang keluar dari ajaran-ajaran para pastor akibat mencari
pengetahuan. Hanya saja, pengetahuan yang dimaksud di sini bukanlah pengetahuan rasio atau
inderawi, tetapi yang dimaksud adalah sejenis penglihatan rohani yang bertujuan
untuk mengetahui ruh ilahi dengan cara mengenali diri. Pengetahuan terhadap diri
sendiri bagi kaum Arifin adalah jalan untuk mengetahui Tuhan, di mana jiwa manusia menurut
mereka adalah bagian dari ruh ilahi.
Kelompok Arifin ini berbeda dengan para uskup dalam beberapa sisi yang cukup
mendasar. Sementara para pastor mengatakan bahwa Yesus adalah anak Tuhan yang
mempunyai tabiat yang berbeda dengan tabiat manusia lain, lnjil Tomas mengatakan
bahwa setiap orang yang bisa mendapatkan pengetahuan yang sebenarnya akan
menjadi seperi Yesus. Yesus bersabda (kepada Thomas): 'Aku bukan tuanmu, karena engkau telah
minum, ... tiap orang minum dari mulutku akan menjadi mirip denganku, akan
tersingkapkan baginya segala sesuatu yanq tersembunyi. "
Dalam tulisan-tulisan Nag Hamady, Yesus tidak pernah berbicara mengenai
kesalahan dan ampunan kepada murid-muridnya sebagaimana yang dilakukan oleh para
pastor. Sebaliknya, yang dibicarakan oleh Yesus adalah masalah kebodohan dan
pengetahuan. Imengenali tabiat ruhnya, dan mengetahui bahwa yang kekal itu adalah ruh dan
bukan jasad yang mereka anggap sebagai pakaian temporer. Dengan demikian, kebangkitan
Almasih dari antara orang-orang mati tidak bersifat badani tetapi bersifat
rohani. Dalam tulisan-tulisan kelompok Arifin tidak ada suatu hal yang menunjukkan bahwa
Almasih bertemu secara fisik dengan murid-muridnya. Sebaliknya yang mereka jumpai adalah
pengalaman rohani. Ketika kaisar Kostantin memeluk agama Kristen pada pertengahan pertama abad
keempat Masehi, agama baru ini menjadi agama resmi negara. Bersamaan dengan itu,
para pendeta yang sebelumnya dikejar-kejar petuyas berubah menjadi para pemimpin
yang mengeluarkan perintah kepada mereka. Saat itu para pendeta menggunakan
wewenang baru mereka untuk menghabisi kelompok-kelompok yang tidak sejalan
dengan ajaran-ajaran mereka. Untuk itu, mereka mengeluarkan perintah untuk mengharamkan
buku-buku yang menyimpang kemudian membakarnya, sedang kepemilikannya dianggap
sebagai kejahatan yang mendapatkan sanksi hukum. Dalam hal ini perpustakaan
Iskandariah adalah salah satu instansi yang dibakar atas perintah para pendeta
Roma pada paroh kedua abad keempat, yakni waktu disembunyikannya jilidan-jilidan Nag
Hamady di Mesir Selatan. Para biarawan Mesir yang tinggal di biara Santo
Bakhumis di wilayah Nag Hamady mengetahui tingkat bahaya yang mengancam mereka dan bukubuku
ini. Mereka tidak ingin jika buku-buku tersebut dilalap api. Maka buku-buku itu
pun mereka simpan di datam gentong besar yang mereka sembunyikan di antara kuburan-kuburan
leluhur. Ketika para ahli fikih dari kelompok Arifin menolak otoritas para pendeta karena
tidak bersandar pada ajaran Almasih atau murid-murid perdananya, gereja Roma
menyebarkan cerita fiksi yany mengatakan bahwa Santo Petrus setelah menghilang
dari Yerusalem pada pertengahan abad pertama, dia pergi ke Roma dan memberikan mandat
kepada para pasturnya agar menjadi wakil Yesus di atas bumi. Cerita ini muncul
pertama kali pada abad kedua dalam bentuk kisah mitologis. Tapi segera berubah menjadi
bagian utama dari sejarah gereja Roma. Pada zaman modern ini -abad dua puluh- Vatikan
melakukan penggalian di bawah gedung utama di Roma dan tidak lama setelah itu
keluar pengumuman bahwa penggalian itu telah menemukan tulang-belulang Santo Petrus.
Terlepas dari benar dan tidaknya peristiwa ini, para pendeta berhasil
memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka. Pada abad pertengahan mereka bahkan sangat
keterlaluan dalam menggunakan surat izin melalui penerbitan kupon pengampunan
atas nama Yesus. Strategi para uskup Roma berhasil menghabisi seluruh tulisan yang berbeda
dengan ajaran-ajaran mereka. Keadaan ini terus bertahan dalam rentang waktu yang
sangat panjang. Baru berhenti saat diketemukannya perpustakaan Koptik Nag Hamady
di Mesir Selatan setengah abad yang lalu. Jadi selama 19 abad tidak ada informasi
tentang jemaat-jemaat Kristen perdana yang telah punah selain yang berasal dari tulisan-
tulisan para uskup. Tapi penemuan perpustakaan Nag Hamady itu telah membuka jalan untuk
mengetahui keyakinan-keyakinan Kristen yang tersebar sepanjang dua abad pertama
Masehi. Mansukrip Nag Hamady: Kapan Bahasa Koptik Pertama Kali Muncul dan Mengapa Ditutuptutupi"
Heroglif adalah jenis tulisan pertama yang muncul di Mesir sejak sekitar 5300
tahun yang lalu. Jenis tulisan ini didasarkan pada penggunaan sejumlah lambang yang
diambil dari gambar manusia, hewan dan benda mati. Karena jenis tulisan ini memerlukan
kecermatan dan waktu yang lama untuk sekadar menuliskan teks yang pendek saja,
maka hanya digunakan dalam urusan rumah ibadah dan kuburan. Setelah Heroglif, muncul
jenis tulisan yang lebih sederhana, biasa disebut dengan Herotik. Tulisan Herotik
hanya mengambil bagian dari huruf Heroglif untuk melukiskan huruf itu. Cara inilah
yang biasa digunakan dalam lembaran-lembaran papirus untuk mencatat urusan-urusan negara
dan individu. Pada masa-masa akhir dari sejarah Mesir kuno muncul lagi jenis tulisan
yang lebih sederhana lagi, disebut dengan Demotik. Pada masa-masa selanjutnya jenis
ini mampu menggantikan jenis Herotik dalam penulisan lembaran-lembaran papirus.
Hanya saja, sejak berdirinya rezim Ptolemeus pada abad ketiga sebelum Masehi,
bahasa Yunani juga digunakan secara berdampingan dengan bahasa Mesir kuno dalam
penulisan. Hal ini, karena keluarga kerajaan berasal dari Yunani. Selain itu,
bahasa Yunani juga menjadi bahasa Internasional pada masa itu, persis seperti bahasa
Inggris pada zaman kita ini. Hal ini disebabkan dominasi Yunani atas sebagian besar
kerajaankerajaan kuno. Pada masa itu, para penulis Mesir harus belajar bahasa
Yunani di samping bahasa asli mereka. Suatu hal yang memunculkan sebuah kelas masyarakat yang
menguasai dua bahasa itu sekaligus, seperti terlihat pada prasasti Rosetta yang
sangat terkenal. Kemudian muncul lagi jenis tulisan baru pada saat orang Mesir berusaha
menuliskan bahasa mereka dengan huruf Yunani. Jenis inilah yang di kemudian hari
dinamakan dengan huruf Koptik. Huruf-hurufnya adalah huruf-hurufnya Yunani
ditambah tujuh huruf dari abjad Mesir kuno. Meskipun sudah ditemukan ribuan naskah Koptik
dan sekarang sudah tersebar luas di seluruh museum dunia, sejarah munculnya bahasa
ini masih diliputi misteri. Sangat masuk akal jika kita membayangkan bahwa bahasa ini muncul di tengahtengah
bangsa Mesir pada waktu keluarga kerajaan mempunyai darah Yunani sehingga
bahasa ini menjadi bahasa resmi kerajaan. Namun demikian, para peneliti mutakhir
bersikeras mengembalikan sejarah bahasa
Koptik ini ke abad ketiga Masehi. Yakni dua abad setelah rezim Ptelomeus dan
negara Mesir sudah berpindah ke rezim Romawi. Alasan utama untuk menentukan
kemunculan bahasa Koptik pada masa yang cukup akhir ini tidak berlandaskan pada
fakta historis tertentu atau bukti yang mempunyai unsur kesejarahan. Sebaliknya
penentuan itu hanya berdasarkan pada satu alasan yang berkaitan dengan tersebarnya agama
Kristen di kalangan rakyat Mesir. Keyakinan yang berlaku di kalangan para peniliti -
berlandaskan pada sumber-sumber gereja Romawiadalah bahwa orang-orang Mesir baru memeluk
agama Kristen pada abad ketiga. Hal itu karena naskah-naskah Koptik itu hanya
tersebar di kalangan masyarakat Mesir. Dengan demikian, rasanya tidak masuk akal jika
tulisantulisan ini muncul sebelum orang Mesir memeluk agama Kristen. Alih-alih
menerima bukti arkeologis dari naskah-naskah yang ditemukan -lantas mengakui penyebaran lebih
dini ajaran Kristen di Mesir - para peneliti barat malah mengembalikan sejarah
munculnya bahasa Koptik itu sendiri ke masa yang lebih kemudian agar sesuai dengan
keyakinankeyakinan khusus mereka.
Meskipun Joseprus, uskup Kaesarea di Palestina menyebutkan dalam bukunya
tentang sejarah gereja yang dia tulis pada abad keempat bahwa Santo Markus,
penulis Injil kedua dari Perjanjian Baru adalah pendiri gereja pertama di Iskandaria
(Alexandria), para peneliti Barat bersikeras mengatakan bahwa gereja ini hanya untuk orang
Yahudi dan Yunani dan bukan untuk orang Mesir. Sedangkan umat Kristen Mesir Koptik
sendir menganggap Santo Markus sebagai pendiri gereja mereka. Mereka mengatakan bahwa
dirinya mati terbunuh di Iskandaria pada tahun 63 M. Jasadnya dikuburkan di
bawah mezbah Patriarch Iskandaria. Tetapi beberapa abad kemudian, orang-orang Romawi
mengambil tulang-belulangnya lalu dikuburkan lagi di bawah gereja Santo Markus
di kota Venecia. Saya pribadi tidak tahu kenapa orang-orang barat itu ngotot untuk
mengatakan bahwa Markus ini bukan orang Mesir tetapi orang asing yang datang ke Mesir dan
hidup di Iskandaria. Padahal tidak ada informasi mengenai kelahirannya di tempat lain
atau mempunyai hubungan dengan kota lain. Sangat wajar jika seorang manusia di hari-
hari tuanya hidup di kampung halamannya.
Josephus malah menentukan tanggal kedatangannya ke Mesir, yaitu pada awal
pemerintahan kaisar Romawi Claudius. Yakni awai tahun empat puluhan dari abad
pertama. Saat itu, Paulus belum memulai perjalanan-perjalanan pekabarannya. Atas
dasar ini, gereja Mesir berarti lebih tua daripada mayoritas gereja yang muncul
di wilayahwilayah Romawi lain, termasuk gereja Roma. Bahkan kitab Kisah Para
Rasul membahas keberangkatan para pekabar Kristen dari Mesir untuk menyiarkan agama Kristen ke
seluruh wilayah kerajaan Romawi. Disebutkan dalam fasal delapan belas bahwasanya
seseorang yang bernama Apolos tiba di kota Efesus. Dia ini berasal dari
Iskandaria, fasih berbicara, pandai menulis, memahami jalan Tuhan, semangat, berbicara, mengajar
dengan sangat jeli segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Dengan
terangterangan menyatakan dengan tulisan di depan jemaat Yahudi bahwa Yesus ini
adalah Mesiah." Hal pertama yang harus diketahui mengenai asal-usul gereja Mesir dan sampai di
mana penindasan yang mereka derita, pertama dari orang-orang Romawi pagan
kemudian dari tangan gereja Roma. Agar ibu kota imperium Roma juga menjadi ibu
kota agama baru, maka para uskupnya melakukan penindasan terhadap jemaat-jemaat
Kristen di Mesir dan menuduh mereka kelompok heretik (bid'ah). Tidak diragukan lagi
bahwa siksaan yang diderita oleh umat Koptik Mesir di tangan gereja Roma adalah lebih
berat daripada yang mereka terima sebelumnya. Inilah barangkali sebabnya kenapa mereka
menyambut tentara Islam saat tiba di Mesir pada tahun 640 M. di bawah pimpinan
Amr bin `Ash setelah mengusir tentara Romawi dan mengembalikan gereja-gereja Mesir
kepada uskup-uskup Koptik. Hanya saja, di sana terdapat beberapa masalah dalam tulisan-tulisan Nag Hamady
yang memerlukan sedikit waktu untuk memahami maksudnya. Terdapat perbedaan pokok
antara keyakinan-keyakinan jemaatjemaat Arifin Kristen perdana dengan
keyakinankeyakinan yang beredar saat ini. Dalam tulisan-tulisan Nag Hamady tidak
terdapat suatu hal yang menunjukkan bahwa Isa Almasih lahir di Betlehem atau kelahirannya
berkaitan dengan pemerintahan Herodus. Bahkan tidak pernah tersebut dalam tulisan tulisan
Nag Hamady yang berjumlah 52 risalah, bahwa Almasih pernah mengunjungi kota
Yerusalem dan bertemu dengan Yohanes pembaptis di sungai Yordan. Juga tidak ada bukti
bahwa jemat-jemaat Arifin perdana itu mengetahui bahwa Yesus berasal dari Nazaret atau
bahwa dirinya seorang tukang kayu, penangkap ikan atau apa saja. Selanjutnya, menurut
tulisantulisan itu jumlah murid Almasih lebih dari dua belas orang. Yang
menarik, di antara tulisan-tulisan itu ada yang menyebutkan bahwa sebagian murid Yesus itu berasal
dari Mesir dan bukan dari Yahudi Palestina, seperti Thomas atau Tuhutmus, penulis
sabda. Di dalam tulisan-tulisan itu, Maria Magdalena tidak termasuk orang yang berdosa,
tetapi murid kesayangan Yesus yang cintanya kepadanya melebihi cintanya kepada siapa
pun dari murid-muridnya. Dalam perpustakaan Nag Hamady ini, dia bahkan memiliki


Naskah Laut Mati Makhtutat Al Bahri Al Mayit Karya Ahmad Osman di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Injil khusus yang dinamakan dengan namanya.
Lebih penting dari ini, adalah pengingkaran jemaat Arifin terhadap kisah
penyaliban Romawi terhadap Yesus dan pemakaian kunci kehidupan Mesir sebagai lambang
kebangkitannya. Mereka mengatakr. bahwa Yesus tidak menampakkan diri di depan
para murid dalam wujud jasad, tetapi penampakannya itu adalah penampakan rohani.
Di akhir kajian tentang perpustakaan Nag Hamady ini saya mengharapkan para
sarjana dan intelektual Arab agar ikut serta dalam kajian dan penelitian yang
berhubungan dengan sejarah dan warisan budaya mereka dan jangan hanya menjadi sekadar penonton
yang tidak memiliki peran apa-apa dalam penulisan sejarah kita.
Akhirnya, buku ini saya tutup dengan dua sabda Yesus yang tersebut dalam Injil
Thomas, yaitu: Yesus bersabda: "Seorang peneIiti teruslah meneliti hingga menemukan! Dia pasti
menjadi sibuk setelah menemukan. Dan setelah menemukan dia akan kagum Saat itu dia akan
menghukumi semua orang. "
Yesus bersabda: "Lihatlah kerajan di langit, niscaya burung-burung langit akan
mendahuluimu ke sana. Jika mereka mengatakan kepadamu: "Kerajaan itu ada didalam
air; niscaya ikan-ikan akan mendahuluimu ke sana. Kerajaan itu berada di dalam
dirimu.... ketika kalian semua mengenali diri kalian saat itu kalian akan menjadi mengerti
(Arifin) ... Tetapi, jika kalian tidak mengenalinya, kalian akan hidup dalam kefakiran,
bahkan kalian adalah kefakiran itu sendiri. "
Seruling Haus Darah 2 Pendekar Mabuk 057 Misteri Bayangan Ungu Puteri Es 1
^