Pencarian

Juri Pilihan 1

Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham Bagian 1


This document was generated by Trial version of ABC Amber Text Converter program
Di Biloxi, Mississippi, sedang berlangsung sidang gugatan terhadap pabrik rokok.
jutaan dolar dipertaruhkan oleh kedua belah pihak. Sekonyong-konyong, terjadi
perubahan suasana. Para juri mulai bertingkah aneh, dan satu di antaranya yakin
dirinya sedang diawasi. Maka mereka pun dikarantina Lalu muncul seorang wanita
muda tak dikenal yang menyatakan sanggup meramalkan sebab-musabab sikap aneh
para juri tersebut. Apakah mereka dimanipulasi. atau bahkan dikontroi, oleh seseonng" Kalau ya,
oleh. siapa" Dan lebih penting lagi... kenapa"
Sanksi Pelanggaran Pasal 44: Undang undang Nomor 7 Tahun 1987 Ten tang Pcrubahan
atai Undang undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu
ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidand dengan pidana penjara paling lama
7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 100 000.000 - (seratus juta
rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan mengedarkan. atau menjual
kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta sebagaimana
dimaksud dalam ay at (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama S (lima)
tahun dan/atau denda paling banyak Rp 50 000 000 (lima puluh juta rupiah)
John Grisham Juri Pilihan GM Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2003
THF RUNAWAY JURY by John Gri ham Copyright " 1996 by John Gnsham AM rights
reserved JURI PILIHAN Alih bahasa: Hidayat Saleh GM 402 96.440 Hak cipta terjemahan
Indonesia Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama Jl. Palmerah Barat 33 - 37, Jakarta
10270 Diterbitkan pertaina kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama, anggota
IKAPI, Jakarta, Oktober 1996
Cetakan kedua: November 1996 Cetakan ketiga: Desember 1996 Cetakan keempat:
November 2000 Cetakan kelimA April 2003
Perpustakaan Nasional: Katalog Da i am Terbitan (KDT)
GRISHAM, John Juri Pilihan/ John Gnsham: alih bahasa, Hidayat Saleh Jakarta: Gramedia ?Pustaka Utama. 1996
672 him. 18 cm Judul asli: The Runaway Jury ISBN 979 - 605 - 440 - X
I Judul II Saleh Hidayat 813 Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia Jakarta
Isi di luar tanggung jawab Percetakan
Untuk mengenang Tim Hargrove (1953 1995)?Ucapan Terima Kasih
Saya sangat berterima kasih pada teman saya Will Denton, sekarang tinggal di
Biloxi, Mississippi, yang penelitian-penelitiannya dan pengalamannya menjadi
sumber penulisan buku ini; dan pada istrinya yang baik, Lucy, atas keramahannya
pada saya selama saya berada dI Coast.
Terima kasih juga untuk Glenn Hunt dari Oxford, Mark Lee dari Little Rock,
Robert Warren dari Bogue Chitto dan Estelle, yang telah mengoreksi detail-detail
yang terabaikan. Satu Wajah Nicholas Easter sedikit tersembunyi oleh rak peraga berisi telepon-telepon
cordless ramping, dan ia tidak memandang lansung pada kamera tersembunyi itu,
melainkan agak ke kiri, mungkin pada pelanggan, atau ke counter tempat
sekelompok anak sedang mengerumuni permainan elektronik terbaru dari Asia.
Meskipun diambil dari jarak empat puluh meter oleh seseorang yang harus
menghindari lalu lintas pejalan kaki yang cukup padat di mall tersebut, foto itu
jernih dan memperlihatkan seraut wajah yang menyenangkan, tercukur bersih,
dengan garis-garis kuat dan ketampanan remaja. Easter berusia 27 tahun, mereka
tahu pasti hal itu. Tidak berkaca-mata. Tanpa cincin hidung atau potongan rambut
aneh. Tak ada apa pun yang menunjukkan bahwa ia salah satu setan komputer biasa
yang bekerja di toko dengan bayaran lima dolar per jam. Dalam kuesio-nernya
disebutkan bahwa ia sudah empat bulan bekerja di sana, juga bahwa ia mahasiswa
paruh waktu, meskipun tak ada catatan namanya di perguruan tinggi mana pun dalam
radius lima ratus kilometer. Ia berbohong mengenai ini, mereka yakin.
9 Ia pasti bohong. Kecerdasan mereka sangat tinggi. Bila pemuda ini mahasiswa,
mereka akan tahu ia kuliah di mana, berapa lama, bidang studi apa, se-bagus apa
nilainya, atau seburuk apa. Mereka akan tahu. Ia adalah pegawai Computer Hut di
sebuah mall. Tidak lebih tidak kurang. Mungkin ia merencanakan mendaftar ke
perguruan tinggi. Mungkin ia sudah drop out, tapi masih suka menyebut dirinya
mahasiswa paruh waktu. Barangkali itu membuatnya lebih senang, memberinya
kebanggaan, kedengaran bagus.
Namun ia bukan mahasiswa, dulu maupun sekarang. Jadi, bisakah ia dipercaya" Hal
ini sudah dua kali dibahas di ruangan itu. setiap kali mereka sampai ke nama
Easter di daftar induk dan wajahnya terpampang di layar Mereka merasa
kebohongannya tidak berbahaya.
Ia tidak merokok. Toko itu punya peraturan ketat melarang rokok, tapi ia pernah
dilihat (tidak dipotret) makan taco di Food Garden bersama seorang rekan kerja
yang merokok satu-dua batang sambil minum limun. Easter tampaknya tidak
keberatan. Setidaknya ia bukan fanatik antirokok.
Wajah dalam foto itu kurus dan kecokelatan, tersenyum tipis dengan bibir rapat.
Di bawah jas merah toko itu, ia memakai kemeja putih tanpa kancing leher dan
dasi garis-garis. Ia tampak rapi, bugar, dan orang yang memotretnya benar-benar
berbicara dengan Nicholas sewaktu ia pura-pura hendak membeli peralatan lama.
Menurutnya, pemuda itu pintar bicara, suka menolong, berpengetahuan, dan
menyenangkan. Label namanya menyebutkan Easter sebagai co-manager, tapi ada dua
orang lain dengan jabatan yang sama terlihat di toko itu pada saat yang sama.
10 Sehari setelah pemotretan, seorang wanita muda yang menarik bercelana jeans
memasuki toko; dan sementara melihat-lihat barang dekat bagian software, ia
menyalakan sebatang rokok. Nicholas Easter kebetulan berdiri paling dekat;
deHgan sopan ia mendekati wanita itu dan memintanya berhenti merokok. Wanita itu
pura-pura kesal dengan perlakuan ini, bahkan tersinggung, dan mencoba memancing
kemarahannya. Easter mempertahankan sikap cerdik, menjelaskan padanya bahwa toko
itu memiliki kebijaksanaan no-smoking yang ketat. Ia dipersilakan merokok di
tempat lain. "Kau terganggu kalau ada yang merokok?" wanita itu bertanya sambil
menyedot. 'Tidak," jawabnya. 'Tapi pemilik toko ini terganggu." Kemudian sekali
lagi ia meminta wanita itu berhenti. Wanita itu menjelaskan bahwa ia benar-benar
ingin membeli radio digital baru, jadi bisakah Nicholas mengambilkan asbak.
Nicholas mengeluarkan kaleng soft drink ko-song dari bawah counter, mengambil
rokok itu darinya, dan mematikannya. Dua puluh menit mereka bicara tentang
radio, sementara wanita itu berkutat dengan pilihannya. Wanita itu pun main mata
tanpa malu-malu, dan Easter menanggapinya. Sesudah membayar radio itu, si wanita
meninggalkan nomor telepon pada Easter. Easter berjanji akan menelepon.
Episode itu berlangsung selama 24 menit dan direkam dengan recorder kecil yang
tersembunyi dalam dompet wanita itu. Kasetnya dimainkan dua kali, ketika
wajahnya diproyeksikan pada dinding, serta dipelajari oleh para pengacara dan
pakar mereka. Laporan tertulis mengenai kejadian itu ada di dalam berkas, enam
halaman terketik berisi pengamatan si
11 wanita mengenai apa saja, mulai dari sepatunya (Nike tua), bau napasnya (permen
karet aroma kayu manis), perbendaharaan kalanya (tingkat perguruan tinggi),
sampai caranya menangani rokok itu. Menurut pendapatnya, dan ia be^engalaman
dalam urusan seperti itu, Easter tak pernah merokok.
Mereka mendengarkan suaranya yang menyenangkan dan nada bicaranya yang
profesional, dan mereka menyukai Easter, la cerdas dan tidak benci tembakau. Ia
memang bukan sosok juri teladan, namun ia patut diperhitungkan. Masalahnya,
begitu sedikit yang mereka ketahui tentang Easter, calon anggota juri nomor 56.
Rupanya belum setahun yang lalu ia mendarat di Gulf Coast, dan mereka tidak tahu
dari mana ia berasal. Masa lalunya adalah misteri total. Ia menyewa apartemen
berkamar satu yang terpisah delapan blok dari gedung pengadilan Biloxi mereka ?punya foto gedung apartemen tersebut dan pertama kali bekerja sebagai pelayan
?di sebuah kasino di pantai. Dengan cepat kedudukannya menanjak menjadi blackjack
dealer, tapi ia berhenti sesudah dua bulan.
Tak lama sesudah Mississippi mengesahkan perjudian, selusin kasino di sepanjang
Coast muncul dalam semalam, dan gelombang kemakmuran baru melanda dengan hebat.
Pencari kerja berdatangan dari segala penjuru, sehingga amanlah untuk
mengasumsikan bahwa Nicholas Easter datang ke Biloxi karena alasan yang sama
dengan sepuluh ribu orang lainnya. Satu-satunya keanehan dalam langkahnya adalah
begitu cepatnya ia mendaftar untuk pemilu.
Ia mengendarai Volkswagen Beetle 1969. Foto mo-bil itu disorotkan ke dinding,
menggantikan gambar 12 wajahnya. Hebat. Ia berusia 27 tahun, lajang, mengaku mahasiswa paruh
waktu jenis yang tepat untuk mengendarai mobil seperti itu. Tak ada stiker
?bumper. Tak ada apa pun yang menunjukkan aflliasi politik, nurani sosial, atau
tim olahraga favoritnya. Tak ada apa pun kecuali kemiskinan.
Laki-laki yang mengoperasikan proyektor dan paling banyak berbicara itu adalah
Carl Nussman, pengacara dari Chicago yang tidak lagi berpraktek hukum, tetapi
mengelola firma konsultan juri miliknya sendiri. Dengan bayaran cukup mahal,
Carl Nussman dan perusahaannya bisa memilihkan dewan juri yang tepat. Mereka
mengumpulkan data, mengambil foto, merekam suara, mengirim gadis-gadis pirang
hex-jeans ketat dalam situasi tepat. Carl dan rekan-rekannya agak menyerempet
hukum dan etika, namun mustahil menangkap mereka. Apalagi, memotret calon
anggota juri tidak dianggap perbuatan ilegal atau tidak etis. Enam bulan yang
lalu, mereka mengadakan survei telepon yang mendalam di Harrison County,
kemudian satu kali lagi dua bulan yang lalu, lalu satu lagi sebulan yang lalu,
untuk menyaring perasaan masyarakat terhadap masalah tembakau dan merumuskan
model-model untuk anggota juri yang sempurna. Tidak ada foto yang tidak mereka
ambil, tidak ada sampah yang tidak dikumpulkan. Mereka memiliki berkas untuk
setiap calon anggota juri.
Carl menekan tombol, dan gambar VW itu di-ganukan dengan foto gedung apartemen
yang catnya telah mengelupas; di dalam sanalah tempat tinggal Nicholas Easter.
Kemudian satu klik lagi, dan di layar kembali terpampang wajah Easter.
13 "Jadi, kita hanya punya tiga foto dari calon nomor 56," Carl berkata dengan nada
kesal sambil memutar tubuh dan menatap tajam pada sang fotografer, salah satu
penyidik pribadinya, yang telah menjelaskan bahwa ia tak bisa memotret pemuda
itu tanpa tepergok. Si fotografer duduk di kursi dekat dinding belakang,
menghadap meja panjang yang penuh dengan pengacara, paralegal, dan pakar juri.
Fotografer itu sudah bosan dan ingin lekas pergi. Saat itu pukul tujuh malam
Sabtu. Mereka baru sampai pada nomor 56; masih ada 140 lagi. Akhir pekan ini
pasti menyebalkan. Ia perlu minuman.
Setengah lusin pengacara deng"n kemeja kusut dan Iengan tergulung membuat
catatan yang tak ada ha-bisnya, dan sekali-sekali menatap wajah Nicholas Easter
pada dinding di belakang Carl. Pakar-pakiir juri dari segala macam
bidang psikiater, sosiolog, analis tulisan tangan, profesor hukum, dan lain-?lain mengaduk-aduk kertas dan mengetuk-ngetuk printout komputer setebal satu
?inci. Mereka tidak tahu pasti, apa yang hams dilakukan terhadap Easter. Ia
pembohong dan ia menyembunyikan masa lalunya, tapi di atas kertas dan di layar
itu ia kelihatan baik-baik saja.
Mungkin ia tidak berbohong. Mungkin tahun lalu ia memang menjadi mahasiswa di
sebuah college murahan di Arizona Timur, dan mungkin mereka tidak mengetahui hal
ini. Biarkanlah bocah itu, pikir sang fotografer, tapi ia menyimpan ucapan itu untuk
dirinya sendiri. Di dalam ruangan yang dipenuhi pakar-pakar berpendidikan yang
dibayar tinggi ini. pendapatnya adalah yang terakhir
14 didengar. Bukan pekerjaannya untuk memberikan pendapat.
Carl berdeham sambil sekali lagi melirik sang fotografer, lalu berkata, "Nomor
57." Wajah berpeluh seorang ibu muda terpampang di dinding, dan sedikitnya dua
orang dalam ruangan itu tertawa kecil. "Traci Wilkes," kata Carl, seolah-olah
Traci kini sudah menjadi sahabat lama. Dokumen-dokumen bergeser sedikit di meja.
"Usia 33, menikah, ibu dua orang anak, istri dokter, anggota dua country club,
dua health club, dan sederet klub sosial." Carl menjelaskan semua ini
berdasarkan ingatannya sambil memutar-mutar tombol proyektornya. Wajah Traci
yang kemerahan digantikan oleh fotonya sedang berjoging di trotoar, mengenakan
kostum spandex merah jambu dan hitam cerah, serta sepatu Reebok tanpa noda dan
topi putih yang bertengger tepat di atas kacamata olahraga model terbaru,
rambutnya diikat membentuk ekor kuda yang manis. Ia mendorong kereta joging
dengan bayi kecil di dalamnya. Traci hidup untuk berolahraga. KuJitnya
kecokelatan dan tubuhnya bugar, tapi tidak selangsing yang diharapkan. Ia punya
beberapa kebiasaan buruk. Satu lagi foto Traci dalam mobil Mercedes hitamnya
dengan anak anak dan anjing melongok dari setiap jendela. Satu lagi Traci sedang
membawa tas-tas belanjaan ke mobil yang sama, Traci dengan sepatu olahraga dan
celana ketat; penampilannya menyiratkan keinginan untuk kelihatan atletis
selamanya. Ia mudah dikuntit, sebab ia begitu sibuk, hingga nyaris terlalu
letih, dan ia tak pernah berhenti cukup lama untuk melihat sekitarnya.
15 Carl memperlihatkan foto-foto rumah keluarga WUkes, bangunan suburban besar
berlantai tiga dengan cap "Dokter" di segala penjuru. Ia tidak berlama-lama
menampilkannya. Yang terbaik adalah foto terakhir. Traci, sekali fagi bersimbah
peluh, dengan sepeda desainer di rumput di dekatnya, duduk di bawah sebatang
pohon di taman umum, jauh dari semua orang, setengah tersembunyi dan... merokok!
Si fotografer menyeringai tolol. Ini adalah karya terbaiknya foto istri dokter ?yang sedang sembunyi-sembunyi merokok itu dijepret dari jarak seratus meter. Ia
tidak tahu bahwa Traci merokok; ia sendiri kebetulan sedang merokok di dekat
kaki jembatan ketika wanita itu lewat. Ia berkeliaran di taman umum itu selama
setengah jam, hingga dilihatnya wanita itu berhenti dan merogoh ke dalam kantong
sepedanya. Sesaat suasana di dalam ruangan jadi sedikit ceria ketika mereka melihat foto
itu. Kemudian Carl berkata, "Kurasa cukup aman untuk mengambil nomor 57 " la
membuat catatan pada sehelai kertas, lalu menghirup seteguk kopi lama dari
cangkir kertas. Tentu saja ia akan mengambil Traci Wilkes! Siapa yang tidak
menginginkan istri dokter dalam dewan juri saat pengacara penggugat meminta
ganti rugi berjuta-juta dolar" Carl memang ingin menampilkan istri-istri dokter,
tapi rasanya mustahil mendapatkan mereka. Fakta bahwa wanita itu menikmati rokok
hanyalah bonus kecil. Nomor 58 adalah seorang pekerja galangan kapal di Ingalls, Pascagoula lima
?puluh tahun, laki-laki kulit putih, cerai, pengurus serikat buruh. Carl
memperlihatkan foto pickup Ford milik laki-laki itu pada
16 dinding, dan hendak memberikan ulasan tentang hidupnya, ketika pintu terbuka dan
Mr. Rankin Fitch melangkah ke dalam ruangan. Carl berhenti. Para pengacara
melonjak tegak di tempat duduk mereka dan seketika langsung terpesona oteh Ford
tersebut. Mereka sibuk menulis pada buku tulis, seolah-olah mereka takkan pernah
lagi melihat kendaraan seperti itu. Para konsultan juri juga ikut beraksi,
semuanya mulai membuat catatan dengan asyik, masing-masing berhati-hati untuk
tidak memandang laki-laki itu.
Fitch sudah kembali. Fitch ada di dalam ruangan. Perlahan-lahan ia menutup pintu
di belakangnya, maju beberapa langkah ke tepi meja, dan menatap tajam pada
setiap orang yang duduk di sekelilingnya. Sebenarnya lebih tepat disebut tatapan
berapi-api daripada sekadar tatapan tajam. Daging gemuk di sekitar matanya yang
hitam terlipat ke dalam. Kerut-merut dalam yang melintang pada keningnya
merapat. Dadanya yang tebal naik-turun perlahan-lahan, dan selama satu-dua detik
hanya Fitch-lah yang bernapas. Bibirnya terbuka untuk makan dan minum, sekali-
sekali untuk bicara, tapi tak pernah untuk tersenyum.
Fitch marah, seperti biasa; itu bukan hal baru, sebab dalam keadaan tidur ia
beringas. Tapi apakah ia akan mengumpat dan mengancam, mungkin melempar barang-
barang, atau sekadar mendidih di balik permukaan" Dengan Fitch, mereka tak
pernah tahu. Ia berhenti di pinggir meja di antara dua pengacara muda yang
merupakan partner junior dan karena itu meraup gaji enam angka yang nyaman;
mereka anggota biro hukum ini dan di sinilah ruang kerja mereka. Di lain pi hak,
Fitch adalah orang asing dari Washing-17
ton, pengacau yang sudah sebulan ini menggeram dan menyalak di koridor-koridor
mereka. Dua pengacara muda itu tak berani mengarahkan pandang padanya.
"Nomor berapa?" Fitch bertanya pada Carl
"Lima puluh delapan," jawab Carl cepat, berusaha menyenangkan hati.
"Kembali ke 56," Fitch memerintahkan, dan Carl menekan tombol dengan cepat,
hingga wajah Nicholas Easter sekali lagi terpampang pada dinding. Kertas-kertas
bergemeresik di sekitar meja.
"Apa yang kalian ketahui?" tanya Fitch.
"Masih sama," kata Carl, memalingkan wajah.


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus sekali. Dari 196, berapa yang masih jadi misteri?"
"Delapan." Fitch mendengus dan menggelengkan kepala perlahan-lahan, semua orang menunggu
terjadinya ledakan. Akan tetapi, ia perlahan-lahan mengelus jenggotnya yang
hitam kelabu dan terpangkas rapi selama beberapa detik, memandang Carl,
membiarkan saat genting itu mengendap, lalu berkata, "Kalian akan bekerja sampai
tengah malam, lalu kembali pukul tujuh pagi. Sama untuk hari Minggu." Setelah
itu ia memutar badannya yang gemuk dan meninggalkan ruangan.
Pintu terbanting. Udara terasa jauh lebih ringan, kemudian, secara bersamaan,
para pengacara, konsultan juri, Carl, dan yang lainnya melihat arloji masing-
masing. Mereka baru saja diperintahkan untuk menghabiskan 39 dari 43 jam
mendatang di dalam ruangan ini, memandangi foto wajah-wajah yang sudah mereka
lihat, mengingat nama-nama tanggal lahir, dan statistik vital dari hampir dua
ratus orang. Tapi tak ada sedikit pun keraguan di dalam ruangan itu bahwa mereka semua akan
melakukan tepat seperti yang diperintahkan. Tidak sedikit pun.
Fitch memakai tangga menuju lantai satu gedung itu, dan di sana disongsong oleh
sopirnya, laki-laki besar bernama Jose. Jose memakai setelan hitam dengan sepatu
lars hitam model western dan kacamata hitam yang hanya dibuka saat ia mandi dan
tidur. Fitch membuka pintu tanpa mengetuk, dan menyela rapat yang sudah
berlangsung berjam-jam. Empat orang pengacara dan para staf pendukung mereka
sedang menyaksikan deposisi yang direkam dari saksi-saksi pertama penggugat.
Video itu berhenti tepat beberapa detik sesudah Fitch menerobos masuk. la
berbicara singkat kepada salah satu pengacara, lalu meninggalkan ruangan. Jose
mengikutinya melewati perpustakaan sempit, menuju lorong lain. Di situ Fitch
menerobos ke ruangan lain dan lagi-lagi membuat takut segerombolan pengacara di
dalam. Dengan delapan puluh pengacara, biro hukum Whitney & Cable & White adalah yang
terbesar di Gulf Coast. Biro hukum itu dipilih sendiri oleh Fitch, dan akan
mendapat berjuta-juta dolar uang jasa karena pilihan ini. Sebagai imbalannya,
biro hukum itu harus menderita di bawah tirani dan kekejaman Rankin Fitch.
Setelah puas .seluruh gedung itu menyadari kehadirannya dan ngeri pada tindak-
tanduknya, Fitch pergi. Ia berdiri di trotoar dalam udara Oktober yang hangat,
menunggu JoseV Tiga blok dari sana, di bagian tertinggi sebuah bank tua, ia
melihat suite perkantoran
18 19 yang terang oleh sinar lampu. Pihak musuh masih bekerja. Pengacara-pengacara si
penggugat ada di sana, semuanya berkerumun dalam berbagai ruangan, berunding
dengan para pakar, melihat foto-foto buram dan mengerjakan hal-hal yang Iebih-
kurang sama seperti yang dikerjakan oleh orang-orangnya. Sidang akan dimulai
hari Senin dengan pemilihan dewan juri, dan ia tahu mereka juga bekerja keras
meneliti nama-nama dan wajah-wajah, serta bertanya-tanya siapa gerangan Nicholas
Easter dan dari mana ia berasal. Dan Ramon Caro, Lucas Miller, Andrew Lamb,
Barbara Furroe, dan Delores DeBoe" Siapakah orang-orang ini" Hanya di tempat
terpencil seperti Mississippi bisa ditemukan daftar calon anggota juri yang
begitu ketinggalan zaman. Fitch sudah pernah mengatur pembelaan dalam delapan
kasus gugatan di delapan negara bagian yang berlainan; mereka menggunakan sistem
komputer dan daftar namanya sudah diteliti, sehingga saat panitera menyerahkan
daftar calon anggota juri, tidak perlu repot mencari siapa yang sudah mati dan
siapa yang belum. Ia menatap kosong pada cahaya-cahaya di kejauhan, dan berpikir betapa rakusnya
hiu-hiu itu kelak membagi-bagi uang, seandainya mereka menang. Bagaimana mungkin
mereka bisa sepakat membagi bangkai berlumuran darah" Sidang pengadilan itu
sendiri hanya akan menjadi pertempuran kecil dibandingkan saline gorok yang akan
terjadi bila mereka mendapatkan vonis menang, dan memperoleh uang mereka
la benci mereka, dan ia meludah ke trotoar. Ia menyalakan sebatang rokok,
menjepitnya kuat-kuat di antara jemarinya yang gemuk.
20 Jose" berhenti di tepi trotoar, dalam mobil Suburban sewaan mengilat dengan
jendela-jendela gelap. Fitch duduk di jok depan, seperi biasa. Jose juga melihat
ke kantor pengacara lawan ketika mereka melewatinya, tapi ia tidak mengucapkan
apa pun, sebab bosnya tidak suka obrolan kecil. Mereka melewati gedung
pengadilan Biloxi dan sebuah toko murah yang agak tak terurus, tempat Fitch dan
rekan-rekannya menempati suite perkantoran tersembunyi yang dilengkapi perabot
sewaan murah an, dengan serbuk gergajian plywood baru di lantainya.
Mereka berbelok ke barat di Highway 90 di tepi pantai dan beringsut di tengah
lalu lintas yang padat. Saat itu malam Sabtu, dan kasino-kasino dipenuhi orang-
orang yang berjudi mempertaruhkan uang belanja dengan rencana besar untuk
memenangkannya kembali besok. Mereka perlahan-lahan keluar dari Biloxi, melewati
Gulfport, Long Beach, dan Pass Christian. Kemudian mereka meninggalkan garis
pantai, dan tak lama kemudian melewati pos keamanan dekat sebuah laguna.
21 Dua Rumah pantai itu modern dan modelnya lintang pukang, dibangun tanpa memedulikan
keindahan pantai. Sebuah dermaga kayu bercat putih menjorok ke air yang tenang
dan berganggang di teluk, tiga kilometer dari hamparan pasir terdekat. Sebuah
perahu pancing ukuran enam meter ditambatkan pada dermaga. Rumah itu disewa dari
seorang pekerja tambang minyak di New Orleans tiga bulan, kontan, tanpa ?pertanyaan. Untuk sementara, tempat itu dipakai sebagai persembunyian,
penginapan beberapa orang yang sangat penting.
Di dek, jauh di atas air, empat orang laki-laki sedang menikmati minuman dan
terlibat dalam percakapan kecil sambil menunggu seorang tamu. Biasanya mereka
musuh bebuyutan dalam berbinis, tapi sore ini mereka sudah bermain golf delapan
belas hole bersama-sama, lalu makan udang dan kerang panggang. Kini mereka minum
dan memandangi air hitam di bawah. Mereka tak senang berada di Gulf Coast pada
malam Sabtu. jauh dari rumah.
Namun bisnis penting di depan mata menuntut mereka untuk melakukan gencatan
senjata. Permainan 22 golf bersama itu boleh dikatakan cukup menyenangkan. Empat orang itu masing-
masing adalah CEO atau direktur pelaksana perusahaan raksasa. Nama setiap
perusahaan itu tercantum dalam Fortune 500, masing-masing diperdagangkan di NYSE
(Bursa Efek New York). Yang paling kecil memiliki nilai penjualan sebesar 600
juta dolar tahun lalu, yang terbesar empat miliar dolar. Masing-masing memiliki
laba luar biasa, dividen besar, pemegang saham yang puas, dan CEO yang
mendapatkan jutaan dolar untuk pekerjaan mereka.
Masing-masing adalah konglomerat dengan beragam divisi dan produk yang tak
terhingga banyaknya, anggaran iklan yang gemuk, serta nama tak bermutu seperti
Trellco dan Smith Greer, yang dirancang untuk mengalihkan perhatian dari fakta
bahwa sebenarnya mereka tidak lebih dari perusahaan tembakau. Mereka berempat,
yang dikenal sebagai The Big Four di kalangan keuangan, bisa dengan mudah
menelusun akarnya ke pialang tembakau abad kesembilan belas di Carolina dan
Virginia. Mereka memproduksi rokok bersama-sama, 98 persen dari semua rokok ?yang dijual di Amerika Serikat dan Kanada. Mereka juga memproduksi barang-barang
Iain seperti linggis, keripik jagung, dan cat rambut, tapi keuntungan utama
mereka berasal dari rokok. Pernah terjadi beberapa kali merger, perubahan nama,
dan berbagai upaya bersolek untuk mengelabui publik, namun The Big Four telah
dikucilkan dan dituding oleh berbagai kelompok kon sumen, dokter, bahkan
politisi. Dan kini para pengacara memburu mereka. Ahli waris orang-orang mati di luar sana
itu benar-benar 23 menggugat dan meminta uang dalam jumlah besar, sebab rokok menyebabkan kanker
paru-paru, kata mereka. Sudah enam belas sidang sejauh ini, dan Big Tobacco
telah memenangkan seluruhnya, namun tekanan terhadap mereka kian meningkat. Dan
begitu satu dewan juri memberikan beberapa juta dolar pada seorang janda,
habislah mereka. Pengacara-pengacara itu akan mengamuk dengan iklan nonstop,
membujuk para perokok dan ahli warisnya untuk mengajukan gugatan secepatnya,
sementara mereka sedang di atas angin.
Biasanya keempat orang itu bicara tentang berbagai hal lain kalau sedang bersama
namun di bawah pengaruh minuman keras, mereka tak bisa mengontrol lidah. Mereka
bersandar pada pagar dek, menatap air, dan mulai mengutuki para pengacara dan
sistem pemberian ganti rugi di Amerika. Masing-masing perusahaan telah
menghabiskan berjuta-juta dolar di Washington untuk berbagai kelompok yang
mencoba mengubah undang-undang ganti rugi, agar perusahaan-perusahaan yang
bertanggung jawab seperti mereka bisa dilindungi dari tuntutan hukum. Mereka
butuh tameng menghadapi serangan-serangan tak masuk akal oleh orang-orang yang
mengaku sebagai korban. Namun usaha mereka sia-sia. Sekarang mereka berada di
pedalaman Mississippi, resah memikirkan sidang Iain.
Menanggapi semakin gencarnya serangan dari berbagai pengadilan, The Big Four
mengumpulkan dana yang disebut The Fund. Pengumpulan uang ini tanpa batas, tidak
meninggalkan jejak. Tidak kelihatan. Dana itu dipakai untuk membiayai taktik
taktik keras dalam 24 perkara pengadilan; untuk menyewa pengacara terbaik dan paling tangguh, pakar-
pakar paling licin. konsultan juri paling canggih. Tak ada pembatasan pada apa
pun. Sesudah enam belas kemenangan, mereka kadang-kadang bertanya, di antara
mereka sendiri, adakah sesuatu yang tidak dapat dilakukan dengan The Fund.
Masing-masing perusahaan mengalirkan tiga juta dolar setahun dan memutar-mutar
uang itu hingga mendarat di The Fund. Tidak ada akuntan, tidak ada auditor,
tidak ada penegak hukum yang mencium adanya dana untuk tujuan-tujuan tersebut.
The Fund dikelola oleh Rankin Fitch, orang yang dipandang rendah oleh mereka
semua, didengarkan dan bahkan dipatuhi bila perlu. Dan sekarang mereka
menunggunya. Mereka berkumpul dan bubar sesuai perintahnya. Mereka bersedia
datang dan pergi sesuai kemauannya, selama ia bisa memenangkan mereka. Fitch
sudah mengatur delapan persidangan tanpa kalah. Ia juga merekayasa dua
pembatalan sidang, tapi tentu saja tak ada bukti apa pun mengenai hal ini.
Seorang asisten melangkah ke dek dengan nampan berisi minuman segar, masing-
masing dicampur dengan saksama. Baru saja mereka hendak minum, seseorang
berkata, "Fitch sudah datang." Serentak keempat orang itu mengurungkan niat
minum. Mereka cepat-cepat melangkah ke ruang duduk, sementara Fitch menyuruh Jose
parkir tepat di luar pintu depan. Seorang asisten mengangsurkan segelas air
mineral tanpa es padanya. Ia tidak pernah minum minuman keras, meskipun semasa
mudanya ia banyak minum. Ia tidak mengucapkan terima kasih kepada asisten itu,
tidak memedulikan kehadirannya, melainkan
25 langsung pindah ke peripian dan menunggu empat orang itu berkumpul di sofa. Satu
asisten lain maju dengan sepiring udang dan kerang sisa, tapi Fitch mengibaskan
tangan mengusirnya. Ada desas-desus bahwa ia kadang-kadang makan, tapi ia tak
pernah tepergok dalam proses itu. Tapi buktinya ada, dari dadanya yang tebal dan
garis pinggangnya yang besar juga gelambir daging di bawah janggotnya, serta
perawakannya yang gemuk. Tapi ia selalu memakai setelan warna gelap dengan jas
terkancing, dan ia bisa menampilkan kesan berwibawa.
"Laporan perkembangan nngkas," katanya, ketika ia merasa sudah cukup lama
menunggu orang-orang itu siap. "Pada saat ini, seluruh tim pengacara sedang
bekerja nonstop, dan ini akan terus berlanjut sepanjang akhir pekan. Riset juri
sesuai dengan jadwal. Pengacara sudah siap. Semua saksi sudah disiapkan, semua
pakar sudah ada di kota. Belum ada apa pun yang luar biasa."
Hening sesaat, saat mereka menunggu cukup lama untuk memastikan Fitch sudah
selesai bicara. "Bagaimana dengan juri-juri itu?" tanya D. Martin Jankle, yang paling
penggelisah di antara mereka. Ia memimpin perusahaan yang dulu dikenal sebagai
U-Tab, singkatan nama perusahaan lama yang selama bertahun-tahun disebut sebagai
Union Tobacco, tapi setelah pembersihan marketing kini diganti dengan nama
Pynex. Perkara pengadilan saat ini adalah Wood v. Pynex, maka roda roulette
telah menempatkan Jankle di kursi panas. Pynex menduduki urutan ketiga dengan
penjualan hampir mencapai dua miliar dolar tahun lalu. Selain itu, selama
kuartal terakhir, Pynex 26 juga memiliki cadangan uang tunai terbesar di antara mereka berempat. Waktu yang
ditetapkan untuk sidang ini memang menyebalkan. Kalau sedang sial, dewan juri
mungkin akan melihat laporan keuangan Pynex, kolom-kolom rapi yang menunjukkan
lebih dari 800 juta dolar tunai.
"Kami sedang menggarap mereka," kata Fitch. "Kami tidak memiliki data jelas
mengenai delapan orang. Empat di antaranya mungkin sudah mati atau pindah. Empat
lainnya masih hidup dan diharapkan hadir di pengadilan pada hari Senin."
"Satu saja anggota juri yang nakal, bisa jadi racun," kata Jankle. Ia dulu
pengacara perusahaan di Louisville sebelum bergabung dengan U-Tab, dan ia selalu
ingin menunjukkan pada Fitch bahwa ia tahu lebih banyak tentang hukum daripada
ketiga rekannya. "Aku tahu itu," bentak Fitch.
"Kita harus tahu tentang orang-orang ini."
"Kami sudah bekerja sebaik mungkin. Kami tidak bisa apa-apa bila daftar juri di
sini tidak seaktual seperti di negara bagian Iain."
Jankle meneguk minumannya lama-lama dan menatap Fitch. Fitch toh pada hakikatnya
adalah tukang pukul dengan bayaran mahal, sama sekali tidak ,se-derajat dengan
CEO dari sebuah perusahaan besar. Apa pun sebutan untuk jabatannya konsultan, ?agen, kontraktor faktanya adalah ia bekerja untuk mereka. Memang saat ini ia
?punya kekuasaan, suka bersikap angkuh dan membentak-bentak, sebab dialah yang
sedang memegang kendali, tapi sebenarnya ia hanyalah tukang pukul mahal. Tapi
pikiran-pikiran ini disimpan Jankle dalam hati.
27 "Ada yang lainnya?" tanya Fitch pada Jankle, seolah-olah pertanyaannya tadi
tidak berarti, seolah-olah bila tidak ada yang produktif untuk diucapkan, lebih
baik ia tutup mulut "Kau percaya pada pengacara-pengacara ini?" Jankle bertanya, bukan untuk pertama
kalinya. "Kita sudah pernah membahas ini," jawab Fitch.
"Kita bisa membahasnya lagi bila aku mau."
"Mengapa kau khawatir dengan pengacara-pengacara kita?" tanya Fitch.
"Sebab, ah, sebab mereka berasal dari sekitar sini."
"Begitu. Dan kaupikir lebih bijaksana mendatangkan pengacara-pengacara New York
untuk bicara dengan juri kita" Mungkin beberapa dari Boston?"
'Tidak, bukan begitu. Hanya saja... mereka tidak pernah melakukan pembelaan dalam
kasus tembakau." "Belum pernah ada kasus seperti ini di Coast. Apa kau mengeluh?"
"Mereka membuatku khawatir, itu saja."
"Kita menyewa yang terbaik di daerah ini," kata Fitch.
"Mengapa bayaran mereka begitu murah?"
"Murah" Minggu lalu kau khawatir dengan biaya pembelaan. Sekarang kaubilang
tarif pengacara kita tidak cukup mahal. Apa maumu sebenarnya?"
'Tahun lalu kita membayar empat ratus dolar per jam untuk pengacara-pengacara
Pittsburgh. Orang-orang ini bekerja dengan bayaran dua ratus. Aku jadi
khawatir." Fitch mengernyit pada Luther Vandemeer, CEO dari Trellco. "Apa aku salah tangkap
di sini?" ia bertanya "Apa dia serius" Untuk kasus ini, kita
28 menyediakan lima juta dolar, dan dia khawatir aku menggelapkan uang receh."
Fitch mengibaskan tangan ke arah Jankle. Vandemeer tersenyum dan meneguk
minuman. "Kau menghabiskan enam juta di Oklahoma," kata Jankle.
"Dan kita menang. Tidak pernah ada keluhan sesudah vonis diumumkan."
"Sekarang pun aku tidak mengeluh. Aku hanya mengutarakan kekhawatiran."
"Bagus! Aku akan kembali ke kantor, mengumpulkan semua pengacara itu, dan
mengatakan pada mereka bahwa klienku tidak puas dengan tagihannya. Akan
kukatakan, 'Dengar, sobat-sobat, aku tahu kalian akan kaya karena kami, tapi itu
saja tidak cukup. Klienku ingin kalian mengajukan tagihan lebih besar, oke.
Sodorkan itu pada kami. Kalian bekerja terlaiu murah.' Gagasan bagus?"
'Tenang, Martin," kata Vandemeer. "Sidang ini belum lagi dimulai. Aku yakin kita
akan bosan dengan pengacara-pengacara kita sebelum kita meninggalkan tempat
ini." "Yeah, tapi sidang ini lain. Kita semua tahu itu." Kata-kata^ Jankle makin pelan
sementara ia mengangkat gelas. Ia peminum, satu-satunya di antara mereka
berempat. Perusahaannya diam-diam member-sihkannya dari minuman keras enam bulan
yang lalu, tapi tekanan perkara ini memang terlaiu besar. Fitch, yang dulu juga
pemabuk.. tahu Jankle punya masalah Dalam beberapa minggu lagi ia akan dipaksa
memberikan kesaksian. Fitch benci pada kelemahan Jankle. Bebannya saat
29 ini sudah cukup berat, dan masih ditambah dengan tanggung jawab untuk menjaga
agar D. Martin Jankle bebas dari minuman keras sampai saat persidangan.


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kuperkirakan pengacara pihak penggugat sudah siap," kata CEO lainnya.
"Bisa dikatakan begitu" kata Fitch sambil angkat bahu. "Jumlah mereka cukup
banyak." Delapan, pada hitungan terakhir. Delapan dari antara biro-biro hukum terbesar
untuk kasus tuntutan ganti rugi di negara bagian itu mengaku bahwa masing-masing
telah mencurahkan satu juta dolar untuk mendanai pertempuran melawan industri
tembakau. Mereka sudah memilih penggugatnya, janda seorang laki-laki bernama
Jacob L. Wood. Mereka sudah memilih forumnya, Gulf Coast di Mississippi, sebab
negara bagian ini memiliki undang-undang ganti rugi yang bagus, dan karena para
juri di Biloxi kadang-kadang bisa sangat murah hati. Mereka tidak memilih
hakimnya, tapi mereka sangat beruntung. Dulu Hakim Frederick Harkin adalah
pengacara penggugat, sebelum serangan jantung mengirimnya ke jabatan ini.
Ini bukanlah kasus tembakau biasa, dan semua orang dalam ruangan itu tahu.
"Berapa banyak yang sudah mereka keluarkan?" "Aku tidak tahu informasi itu,"
kata Fitch. "Kami mendengar desas-desus bahwa dana perang mereka mungkin tidak
sebanyak yang digembar-gemborkan, mungkin ada sedikit masalah untuk mengumpulkan
uang dari beberapa pengacara itu. Tapi mereka sudah menghabiskan berjuta-juta.
Dan mereka punya selusin lembaga konsumen yang siap memberikan saran." Jankle
menggoyang-goyangkan es dalam gelas, lalu
30 menghabiskan tetes terakhir minumannya. Sudah gelas keempat. Ruangan itu hening
sejenak ketika Fitch berdiri dan menunggu, dan para CEO itu memandangi karpet.
"Berapa lama sidang ini akan berlangsung?" Jankle akhirnya bertanya.
"Empat sampai enam minggu. Pemilihan juri berlangsung cepat di sini. Han Rabu
kita mungkin sudah menentukan anggota dewan juri."
"Sidang di Allentown berlangsung tiga bulan," kata Jankle.
"Ini bukan Kansas, Toto. Kau mau sidang selama tiga bulan?"
'Tidak, aku cuma... ah..." Kata-kata Jankle menghilang dengan menyedihkan.
"Berapa lama kita harus tinggal di kota?" tanya Vandemeer, sambil secara
naluriah melirik arlojinya.
"Aku tidak peduli. Kau boleh pergi sekarang, atau kau bisa menunggu sampai juri
sudah terpilih. Kalian semua punya jet-jet besar. Bila aku membutuhkan kalian,
aku bisa mencari kalian." Fitch meletakkan air minumnya di atas perapian dan
memandang sekeliling ruangan. Ia tiba-tiba siap untuk berlalu. "Ada yang
lainnya?" Tak sepatah kata pun. "Bagus." Ia mengucapkan sesuatu pada Jose ketika membuka pintu depan, lalu menghilang.
Mereka menatap karpet mewah itu tanpa bicara, cemas menghadapi hari Senin, cemas
dengan banyak hal. Jankle akhirnya menyalakan sebatang rokok, tangannya gemetar sedikit.
31 *** Wendall rohr pertama kali menangguk kekayaan dalam permainan gugat-menggugat
ketika dua pekerja pengeboran minyak lepas pantai terbakar di sebuah pengeboran
milik Shell di Gulf. Bagiannya hampir mencapai dua juta dolar, dan ia cepat-
cepat menganggap dirinya pengacara yang harus diperhitungkan. Ia menebar
uangnya, mengambil lebih banyak kasus, dan pada umur empat puluh tahun memiliki
kantor hukum yang agresif dan reputasi baik sebagai tukang debat tangguh dalam
ruang sidang. Kemudian obat bius, perceraian, dan beberapa kekeliruan investasi
menghancurkan hidupnya beberapa lama, dan pada usia lima puluh tahun ia
memeriksa daftar perkara dan membela pencopet-pencopet toko seperti sejuta
pengacara lain. Ketika gelombang perkara gugatan asbes menyapu Gulf Coast.
Wendall sekali lagi berada di tempat yang tepat. Untuk kedua kalinya ia
menangguk kekayaan, dan bersumpah takkan pernah lagi melepaskannya. Ia membangun
sebuah biro hukum. memperbaharui kantor-kantor bagus, bahkan mendapatkan seorang
istri yang masih muda. Bebas dari alkohol dan pil, Rohr mengarahkan energinya
yang luar biasa untuk memperkarakan perusahaan-perusahaan Amerika, mewakili
orang-orang yang dirugikan. Dalam perjalanannya yang kedua. ia bahkan bangkit
lebih cepat di kalangan pengacara. Ia memelihara jenggot, meminyaki rambut,
menjadi seorang radikal dan disukai di kalangan perguruan tmggi.
Rohr berjumpa dengan Celeste Wood, janda Jacob wood,lewat pengacara muda yang
menyiapkan surat 32 wasiat Jacob menjelang kematiannya. Jacob Wood meninggal dunia pada usia 51
tahun sesudah merokok tiga bungkus sehari selama hampir tiga puluh tahun Pada
saat meninggal dunia, ia adalah supervisor produksi di sebuah pabrik kapal,
berpenghasilan 40.000 dolar setahun.
Di tangan pengacara yang kurang ambisius, kasus itu kelihatan tidak lebih
sebagai matinya seorang perokok, satu dari berjuta lainnya. Akan tetapi Rohr
sudah membentuk jaringan rekan yang memimpikan impian terbesar yang pernah
dikenal oleh pengacara pengadilan. Semuanya adalah spesialis dalam product
liabdity masalah tanggung jawab produk; semuanya telah mengumpulkan berjuta-?juta dolar dalam kasus-kasus operasi ganjal payudara, Dalkon Shields, dan asbes.
Kini mereka bertemu beberapa kali setahun dan menyusun cara-cara untuk menambang
dari sum-ber utama gugatan ganti rugi di Amerika. Tidak ada produk legal dalam
sejarah dunia yang telah membunuh begitu banyak orang seperti rokok. Dan
pembuatnya telah mengantongi uang demikian banyak, sampai berjamur.
Rohr menyediakan satu juta pertama, dan akhirnya diikuti oleh tujuh lainnya.
Tanpa susah payah, kelompok itu dengan cepat merekrut bantuan dari Tobacco Task
Force, Coalition for a Smoke Free World, dan Tobacco Liability Fund, plus
beberapa lembaga konsumen dan anjing pengawas industri lainnya. Kemudian
dibentuklah dewan penggugat tidak mengejutkan bahwa Wendall Rohr menjadi
ketuanya dan ditunjuk sebagai wakil utama dalam persidangan. Di tengah
kegemparan yang bisa ditimbulkan. kelompok
33 Rohr sudah memasukkan gugatan empat tahun sebelumnya di Circuit Court Harrison
County, Mississippi. Menurut riset Fitch, kasus Wood v. Pynex adalah yang ke-55 dari kasus sejenis.
Tiga puluh enam ditolak karena segala macam alasan Enam belas sampai ke sidang
dan berakhir dengan vonis untuk kemenangan perusahaan tembakau. Dua berakhir
dalam pembatalan sidang. Tak satu pun pernah dimenangkan. Tak satu sen pun
pernah dibayarkan kepada penggugat dalam kasus rokok.
Menurut teori Rohr, tak satu pun dari 54 kasus itu didorong oleh kelompok
penggugat yang demikian hebat. Tak pernah ada satu pun penggugat yang diwakili
oleh pengacara yang punya cukup uang untuk mengimbangi permainan lawan.
Fitch akan mengakui hal ini.
Strategi jangka panjang Rohr sederhana dan cemerlang. Ada seratus juta perokok
di luar sana, tidak semuanya menderita kanker paru-paru, tapi jumlahnya cukup
banyak untuk membuat mereka sibuk hingga tiba masa pensiun. Menangkan yang
pertama, lalu duduk dan nantikanlah serbuan permintaan. Setiap pengacara jalanan
dengan janda yang sedang berkabung akan menelepon dengan kasus kanker paru-paru.
Rohr dan kelompoknya bisa memilih dan menentukan
Ia beroperasi dari suite perkantoran yang menempati tiga lantai teratas sebuah
gedung bank tua, tidak jauh dari gedung pengadilan. Jumat larut malam, ia
membuka pintu ke sebuah ruangan gelap dan berdiri dekat dinding belakang,
sementara Jonathan Kotlack dari San Diego mengoperasikan proyektor. Kotlack
34 adalah orang yang bertanggung jawab dalam melaksanakan riset dan seleksi juri,
meskipun Rohr-Iah yang kebanyakan mengajukan pertanyaan. Meja panjang di tengah
ruangan itu dikotori oleh cangkir kopi dan gumpalan-gumpalan kertas. Orang-orang
di sekeliling meja memandang nanar ketika satu wajah lain ter-proyeksi ke
dinding. Nelle Robert (diucapkan Roh-bair), 46 tahun, cerai, pernah diperkosa, bekerja
sebagai teller bank, tidak merokok, sangat gemuk, dan karenanya tidak memenuhi
syarat sesuai filsafat seleksi juri yang dianut Rohr. Jangan pernah memilih
perempuan gemuk. Ia tak peduli apa kata pakar juri kepadanya. Ia tak peduli apa
pendapat Kotlack. Rohr tak pernah memilih perempuan gemuk. Terutama yang tidak
bersuami. Mereka cenderung kikir dan tidak simpatik.
Ia sudah mengingat nama-nama dan wajah-wajah itu, dan ia tak bisa menelan lebih
banyak. Ia sudah mempelajari orang-orang ini sampai muak terhadap mereka. Ia
keluar dari ruangan, menggosok mata di gang, dan berjalan menuruni tangga
kantornya yang mewah, menuju ruang rapat, tempat Komite Dokumen di "bawah
supervisi Andre Durond sedang sibuk mengatur ribuan dokumen. Pada saat ini,
hampir pukul sepuluh malam Sabtu, lebih dari empat puluh orang sedang bekerja
keras di kantor hukum Wendall H. Rohr.
Ia berbicara dengan Durond sambil mengawasi beberapa paralegal itu selama
beberapa menit. Lalu meninggalkan ruangan dan beranjak ke yang berikutnya dengan
langkah lebih cepat. Adrenalin mengalir keras dalam tubuhnya.
35 Pengacara-pengacara industri tembakau di jalan yang sama itu tentu sedang
bekerja sama kerasnya. Tak ada apa pun yang bisa menandingi gairah yang timbul dalam mengantisipasi
sidang pengadilan suatu kasus besar.
36 Tiga Ruang sidang utama dari gedung pengadilan Biloxi terletak di lantai dua, sesudah
tangga berlapis keramik ke atrium tempat sinar matahari membanjir masuk. Satu
lapisan cat putih baru saja disaputkan pada dinding, dan lantainya berkilau
sehabis digosok. Senin pukul delapan, serombongan orang sudah berkumpul dalam atrium, di luar
pintu-pintu kayu besar yang menuju ruang sidang. Satu kelompok kecil bergerombol
di sudut. Kelompok itu terdiri atas laki-laki muda dalam setelan jas hitam,
semuanya tampak sangat mirip. Mereka berpakaian bagus, dengan rambut pendek
berminyak, dan kebanyakan memakai kacamata berbingkai tanduk atau bretel yang
mengintip dari balik jas bagus mereka. Mereka adalah para analis keuangan dari
Wall Street, para spesialis saham perusahaan tembakau yang dikirim ke Selatan
untuk mengikuti perkembangan awal sidang Wood v. Pynex.
Satu kelompok lain, lebih besar dan makin lama makin membengkak, bergerombol
renggang di tengah atrium. Masing-masing anggotanya memegang sehelai kertas
dengan sikap canggung surat panggilan sebagai?37
juri. Hanya sedikit yang saling kenal, tapi mereka memakai kertas tanda pengenal
dan percakapan pun terjadi dengan mudah. Omongan gelisah merebak perlahan di
luar ruang sidang itu. Orang-orang berjas gelap dari kelompok pertama jadi
terdiam dan mengawasi para calon juri itu.
Kelompok ketiga menunjukkan wajah serius, memakai seragam, dan menjaga pintu.
Tak kurang dari tujuh deputi ditugaskan untuk menjaga keamanan hari pembukaan
sidang. Dua orang mengotak-atik detektor logam di pintu depan Dua lagi
menyibukkan diri dengan dokumen-dokumen di belakang meja kerja sementara. Mereka
memperkirakan akan terjadi ledakan penonton. Tiga lainnya meneguk kopi dari
cangkir kertas dan mengamati kerumunan orang banyak yang makin membengkak.
Para penjaga membuka pintu-pintu ruang sidang tepat pada pukul setengah
sembilan, memeriksa sural panggilan setiap anggota juri, mempersilakan mereka
masuk satu per satu melewati detektor logam, dan memberitahu penonton lainnya
bahwa mereka harus menunggu beberapa lama. Sama untuk para analis tadi dan sama
untuk para reporter. Dengan kursi lipat yang disusun melingkar di gang sekeliling bangku-bangku
berjok, ruang sidang itu bisa menampung tiga ratus orang. Di balik pagar jerjak,
sekitar tiga puluhan lagi akan mengerumuni meja jaksa dan pembela. Panitera
Circuit Court, yang dipilih oleh rakyat, memeriksa masing-masing surat
panggilan, tersenyum, bahkan memeluk beberapa calon juri yang dikenalnya, dan
dengan cara yang sangat berpengalaman menggiring mereka ke bangku panjang.
38 Namanya Gloria Lane, panitera Circuit Court untuk Harrison County selama sebelas
tahun terakhir. la tidak akan melepaskan kesempatan baik ini untuk menunjuk-
nunjuk dan mengarahkan, menempatkan wajah-wajah dengan nama-nama, untuk berjabat
ta-ngan, berpolitik, atau menikmati saat-saat singkat di bawah sorotan perhatian
dalam sidang paling terkenal ini. Ia dibantu oleh tiga perempuan lain-yang lebih
muda dari kantornya, dan pada pukul sembilan para calon juri sudah didudukkan
sesuai nomor, dan sedang sibuk mengisi kuesioner lain.
Hanya dua orang yang tidak hadir. Ernest Duly didesas-desuskan telah pindah ke
Florida, tempat ia dikabarkan meninggal dunia, dan tak ada petunjuk apa pun
mengenai keberadaan Mrs. Telia Gail Ride-houser, yang mendaftarkan diri untuk
pemilu sejak 1959 tapi tak pernah mendatangi tempat pemungutan suara sejak
Carter mengalahkan Ford. Gloria Lane menyatakan bahwa dua orang itu tidak ada.
Di sebelah kirinya, deretan pertama sampai dua belas menampung 144 calon juri,
dan di sebelah kanan, deretan tiga belas sampai enam belas menampung 50 sisanya.
Gloria berbicara dengan seorang deputi bersenjata, dan sesuai perintah tertulis
Hakim Harkin, empat puluh penonton dipersilakan masuk dan didudukkan di bagian
belakang ruang sidang. Kuesioner itu diselesaikan dengan cepat, dikumpulkan oleh asisten panitera, dan
pada pukul sepuluh, rombongan pertama para pengacara mulai memasuki ruang
sidang. Mereka tidak masuk dari pintu depan, tapi dari belakang, dari dua pintu
di belakang meja hakim yang menuju labirin ruangan-ruangan dan
39 kantor-kantor. Tanpa perkecualian, mereka semua memakai setelan jas gelap dan
ekspresi serius, dan semua berusaha sia-sia mengamati calon juri sambil mencoba
menunjukkan sikap tidak tertarik. Masing-masing pura-pura tampak asyik dengan
masalah-ma-salah yang lebih berat, sementara berkas-berkas diperiksa dan rapat
bisik-bisik berlangsung. Mereka masuk sedikit demi sedikit dan mengambil tempat
di sekililing meja. Di sebelah kanan adalah meja penggugat. Meja pengacara
tergugat ada di sebelahnya. Kursi-kursi dijejalkan rapat ke setiap inci yang ada
antara meja-meja dan jerjak kayu yang memisahkan mereka dari penonton.
Deretan ketujuh belas kosong, sekali lagi atas perintah Harkin, dan delapan
belas bocah dari Wall Street itu duduk dengan kaku serta mengamati punggung para
calon juri. Di belakang mereka ada beberapa wartawan, lalu sederet pengacara
lokal" dan orang-orang yang ingin tahu. Rankin Fitch pura-pura membaca koran di
deretan belakang. Lebih banyak lagi pengacara mengalir masuk. Kemudian para konsultan juri dari
kedua belah pihak mengambil posisi di tempat duduk yang berjejalan antara jerjak
dan meja pengacara. Mereka mulai dengan tugas yang tidak nyaman, memandangi
wajah-wajah yang bertanya-tanya dari 194 orang tak dikenal. Para konsultan itu
mengamati para calon juri sebab, pertama. untuk itulah mereka dibayar mahal, dan
kedua, sebab mereka menyatakan mampu menganalisis seseorang secara mendalam dari
ungkapan bahasa tubuhnya. Mereka mengawasi dan menunggu dengan resah kalau kalau
ada tangan terlipat di dada, jan
40 yang dipakai mengorek gigi dengan gelisah, kepala miring ke satu sisi dengan
sikap mencurigakan, serta seratus gerak-gerik lain yang diharapkan akan
menelanjangi seseorang dan memperlihatkan perasaan-pe-rasaannya yang paling
pribadi. Mereka menuli* catatan dan diam-diam mempelajari wajah-wajah itu. Juri nomor 56,
Nicholas Easter, menerima lebih rjanyak tatapan serius daripada semestinya. Ia
duduk di tengah deretan kelima, memakai celana khaki dan kemeja button-down
tersetrika rapi pemuda yang tampan. Sekali-sekali ia melihat sekelilingnya. ?tapi perhatiannya diarahkan pada buku paperback yang dibawanya untuk hari itu.
Tak terpikir oleh calon juri lainnya untuk membawa buku.
Lebih banyak lagi kursi yang terisi dekat jerjak. Pihak pengacara tergugat punya
tak kurang dari enam pakar juri yang sedang memeriksa gerakan wajah dan gerakan
tegang seperti menderita sembelit. Pihak penggugat hanya memakai empat orang.
Hampir semua calon juri itu tidak suka diteliti dengan cara demikian, dan selama
lima belas menit yang canggung, mereka membalas tatapan itu dengan pandangan
marah. Seorang pengacara menceritakan lelucon pribadi di dekat meja hakim, dan
suara tawanya mengendurkan kelegangan. Para pengacara itu bergosip dan berbisik-
bisik, tapi para calon juri itu takut untuk mengucapkan apa-apa.
Pengacara terakhir yang memasuki ruang sidang itu, sudah tentu, adalah Wendall
Rohr, dan seperti biasa, ia bisa didengar sebelum terlihat. Karena tidak punya
setelan jas hitam, ia memakai setelan favoritnya untuk hari pembukaan jas abu-
?abu kotak-kotak, ce - 41 lana abu-abu yang tidak sewarna dengan jasnya, vest putih, dan kemeja biru
dengan dasi paisley merah dan kuning. Ia berbicara keras dengan seorang
paralegal sementara mereka melangkah di depan para pengacara tergugat, tidak
menghiraukan mereka, se-olah-olah mereka baru saja menyelesaikan pertempuran
seru di belakang sana. Ia mengucapkan sesuatu dengan keras pada seorang
pengacara penggugat, dan begitu mendapatkan perhatian seisi ruang sidang, ia
menatap para calon juri potensialnya. Ini adalah orang-orang-nya. Kasusnya.
Perkara yang ia ajukan di kampung halamannya sendiri, agar suatu hari kelak ia
bisa berdiri di sini, dalam ruang sidangnya, mencan kea dilan dari khalayaknya
sendiri. Ia mengangguk pada beberapa orang, mengedipkan mata pada yang lain. Ia
kenal orang-orang ini. Bersama-sama, mereka akan mencari kebenaran.
Kehadirannya menggemparkan para pakar juri di pihak pengacara tergugat, yang tak


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seorang pun pernah bertemu dengan Wendall Rohr, tapi semuanya pernah mendapat
penjelasan panjang-lebar mengenai reputasinya. Mereka melihat senyum pada wajah
beberapa calon juri, orang-orang yang memang mengenai Rohr. Mereka membaca
bahasa tubuh ini, sementara seluruh panel tampak santai dan senang melihat wajah
yang sudah dikenal. Rohr adalah tokoh legenda setempat. Fitch mengutukinya dan
deretan belakang. Akhirnya, pada pukul setengah sebelas, seorang deputi muncul dari balik tempat
hakim dan berteriak, "Semua harap berdiri!" Tiga ratus orang melonjak berdiri
ketika Yang Mulia Frederick Harkin melangkah ke mejanya dan memerintahkan semua
orang untuk duduk. 42 Untuk seorang hakim, ia masih terhitung muda, lima puluh tahun, seorang Demokrat
yang ditunjuk oleh Gubernur untuk menyelesaikan masa jabatan pendahulunya yang
belum habis, kemudian dipilih oleh rakyat. Karena dulu ia jaksa, ada desas-desus
bahwa sebagai hakim ia cenderung memihak penggugat. Tapi ini tidak benar. Cuma
gosip yang disebarkan oleh anggota ikataij pembela. Dalam kenyataannya, ia dulu
pengacara umum di biro hukum kecil yang tidak terkenal dengan kemenangan-
kemenangan-nya di ruang sidang. Ia bekerja keras, tapi cintanya ada dalam bidang
politik lokal, permainan yang ia kuasai dengan terampil. Keberuntungannya datang
dengan penunjukannya sebagai hakim. Kini ia mendapat penghasilan sebesar 80.000
dolar per tahun, lebih daripada yang ia peroleh sebagai pengacara
Melihat ruang sidang yang penuh sesak dengan pemberi suara yang berkualitas akan
menghangatkan hati pejabat terpilih mana pun, dan Yang Mulia tak dapat
menyembunyikan senyum lebarnya ketika menyambut panel calon juri itu di
sarangnya, seolah-olah mereka adalah sukarelawan. Senyum itu perlahan-lahan
lenyap ketika ja menyelesaikan pidato sambutan pendek yang menekankan pentingnya
kehadiran mereka. Harkin bukan orang yang hangat atau humoris. dan ia dengan
cepat berubah serius. Tapi sikapnya beralasan. Para pengacara yang duduk di hadapannya jumlahnya lebih
banyak danpada kapasitas di sekitar meja. Arsip pengadilan mencatat delapan
orang sebagai penasihat hukum resmi untuk penggugat, dan sembilan untuk
tergugat. Empat hari sebelumnya, dalam sidang tertutup, Harkin sudah me -
43 netapkan tata tempat duduk untuk kedua belah pihak. Begitu dewan juri terpihh
dan sidang dimulai, hanya enam pengacara untuk masing-masing pihak yang bisa
duduk dengan kaki di bawah meja. Lainnya ditempatkan pada sederet kursi tempat
para konsultan juri kini sedang berkerumun dan mengawasi. Ia juga menetapkan
tempat duduk untuk pihak-pihak yang berperkara Celeste Wood, sijanda, dan wakil?Pynex. Pengaturan tempat duduk itu sudah dirangkum dalam catatan tertulis dan
dicanrumkan dalam booklet kecil bensi peraturan-peraturan yang ditulis oleh Yang
Mulia Hakim untuk peristiwa ini.
Gugatan ini diajukan empat tahun yang lalu, dan secara aktif diperjuangkan dan
dipertahankan sejak permulaan. Kini berkas kasus itu sudah mengisi sebelas kotak
penyimpanan. Masing-masing pihak sudah menghabiskan berjuta-juta dolar untuk
sampai ke titik ini. Sidang tersebut akan berlangsung paling cepat selama satu
bulan. Sekarang di dalam ruang sidang ini berkumpul beberapa ahli hukum paling
cemerlang dan ego-ego terbesar di negeri ini. Fred Harkin bertekad memimpin
sidang dengan tangan besi.
Bicara ke mikrofon di meja hakim, ia menguraikan sinopsis ringkas sidang ini,
sekadar untuk memberikan informasi. Rasanya menyenangkan memberitahu orang-orang
ini mengapa mereka ada di sini. Ia mengatakan sidang ini dijadwalkan berlangsung
selama beberapa minggu, dan para anggota juri tidak akan diasingkan. Ia
menjelaskan bahwa ada beberapa alasan tertentu yang secara hukum memperbolehkan
orang menolak menjadi juri, dan ia bertanya apakah ada yang berusia di atas 65
tahun lolos dalam catatan komputer. Enam
44 tangan terangkat ke atas. Ia tampak terkejut dan memandang kosong pada Gloria
Lane, yang mengangkat pundak seolah-olah hal ini sudah biasa. Enam orang itu
punya pilihan untuk langsung meninggalkan ruang sidang, dan lima orang memilih
demikian. Jum-lah calon turun menjadi 189. Para konsultan juri itu menulis dan
menyilang nama-nama. Para pengacara membuat catatan dengan serius.
"Sekarang, apakah di sini ada orang buta?" sang hakim bertanya. "Maksud saya,
buta menurut hukum?" Pertanyaan ringan itu memancing beberapa senyum. Untuk apa
orang buta muncul di sana untuk bertugas sebagai juri" Belum pernah terdengar
yang demikian. Perlahan-lahan, satu tangan diacungkan dari tengah orang banyak itu, deretan
nomor tujuh, kira-kira di tengah. Calon anggota juri nomor 63, Mr. Herman
Grimes, umur 59, programmer komputer, kulit putih, menikah, tanpa anak.
Bagaimana ini" Apakah ada yang tahu bahwa laki-laki ini buta" Para pakar juri
berkerumun merapat di kedua belah pihak. Foto-foto mengenai Herman Grimes
hanyalah potret rumahnya dan satu atau dua potretnya sendiri di beranda depan.
Ia sudah tinggal di daerah itu sekitar tiga tahun. Kuesionemya tidak menunjukkan
adanya cacat tertentu. "Silakan berdiri, Sir," kata Hakim.
Mr. Herman Grimes berdiri perlahan-lahan, tangannya disisipkan ke dalam saku,
pakaiannya santai, kacamatanya tampak normal. Ia tidak kelihatan buta.
"Nomor Anda?" tanya Hakim. Tidak seperti para pengacara dan konsultan mereka, ia
tidak dituntut untuk mengingat setiap keping informasi yang ada tentang masing-
masing anggota juri. 45 "Uh, 63." "Dan nama Anda?" Ia membalik-balik halaman printout komputernya. "Herman
Grimes." Harkin menemukan nama itu, lalu menatap lautan wajah tersebut. "Dan Anda buta
menurut hukum?" "Ya, Sir."
"Nah, Mr. Grimes, menurut undang undang kita, Anda dibebaskan dari tugas sebagai
juri. Anda bebas pergi."
Herman Grimes tidak bergerak, bahkan tidak gentar Ia cuma memandang apa yang
bisa ia lihat dan berkata, "Mengapa?"
"Maaf?" "Mengapa saya harus pergi?" "Sebab Anda buta." "Saya tahu itu."
"Dan... ah, orang buta tidak bisa bertugas sebagai juri," kata Harkin sambil
melirik ke kanan dan kemudian ke kiri, sementara kata-katanya surut menghilang.
"Anda bebas pergi, Mr. Grimes."
Herman Grimes ragu-ragu sementara memikirkan jawaban itu. Ruang sidang itu
hening. Akhirnya,-"Siapa yang mengatakan bahwa orang buta tidak bisa bertugas
sebagai juri?" Harkin sudah meraih sebuah buku undang-undang. Ia sudah mempersiapkan diri
dengan cermat untuk menghadapi sidang ini. Sejak sebulan yang lalu, ia berhenti
menyidangkan urusan-urusan lain dan mengu-cilkan diri dalam ruang kerjanya,
meneliti segala dalih pembelaan,' sanggahan, undang-undang yang bisa diterapkan,
dan peraturan-peraturan prosedur peradilan
46 terbaru. Selama masa jabatannya sebagai hakim, ia sudah memilih puluhan dewan
juri, segala macam juri untuk segala macam kasus, dan ia pikir ia sudah
menyaksikan segalanya. Ia sudah tahu akan diserang dalam sepuluh menit pertama
dalam pemilihan juri ini. Dan tentu saja ruang sidang akan penuh sesak
"Anda mau bertugas, Mr. Grimes?" tanyanya. berusaha memaksakan suasana riang,
sementara ia membalik-balik halaman dan memandang para pakar hukum yang
berkumpul di dekatnya. Mr. Grimes makin jengkel. "Coba Anda katakan, mengapa orang buta tidak bisa
duduk sebagai juri" Bila itu tertulis dalam undang-undang, berarti undang-undang
itu mendiskriminasi, dan saya akan menggugat. Bila tidak tertulis, dan bila itu
hanya praktek yang lazim, saya akan menggugat lebih cepat lagi."
Rupanya Mr. Grimes tidak asing dalam urusan gugat-menggugat.
Di satu pihak, ada dua ratus orang biasa, yang diseret ke pengadilan dengan
kekuatan hukum. Di lain pihak, ada hukum itu sendiri sang hakim yang duduk ?lebih tinggi daripada lainnya, gerombolan pengacara kaicu yang angkuh, panitera,
deputi, bailiff. Mewakili orang-orang yang dipanggil sebagai calon juri, Mr.
Herman Grimes telah memberikan pukulan keras pada tatanan itu, dan ia dihadiahi
senyum dan tawa kecil dari rekan-rekannya. Ia tak peduli.
Di seberang jerjak, para pengacara tersenyum; sebab para calon juri itu
tersenyum; mereka bergeser di tempat duduk dan menggaruk kepala, sebab tak
seorang pun tahu apa yang harus dilakukan. "Aku belum pernah melihat yang
seperti ini," mereka berbisik.
47 Undang-undang mengatakan bahwa orang buta bo-leh dibebaskan dari tugas sebagai
juri. dan ketika sang hakim melihat kata boleh, ia segera memutuskan untuk
menenteramkan Mr. Grimes dan berurusan dengannya nanti. Tidak lucu digugat di
ruang sidang sendiri. Ada cara lain untuk menyingkirkannya dari tugas sebagai
juri. Ia akan membahasnya dengan para penasihat hukum. "Sesudah ditimbang lagi,
Mr. Grimes, saya rasa Anda akan menjadi juri yang baik. Silakan duduk."
Herman Grimes mengangguk dan tersenyum, dengan sopan berkata, "Terima kasih.
Sir." Bagaimana cara memperhitungkan seorang juri buta" Para pakar itu memikirkan
pertanyaan ini, sementara mereka mengawasinya membungkuk perlahan-lahan dan
duduk. Apakah prasangka-prasangka yang dimilikinya" Pihak manakah yang ia bela"
Dalam suatu permainan tanpa peraturan, orang-orang cacat dianggap akan menjadi
juri yang bagus di pihak penggugat, sebab mereka lebih memahami arti
penderitaan. Namun ada perkecualian yang tak terhingga jumlahnya.
Dari deretan belakang, Rankin Fitch menatap tajam ke kanan, berusaha mengadakan
kontak mata dengan Carl Nussman, orang yang'sudah dibayar $1,200,000 untuk
memilih dewan juri yang sempurna. Nussman duduk di tengah para konsultan
jurinya, memegangi buku tulis dan mempelajari wajah-wajah itu. seolah olah ia
tahu benar bahwa Herman Grimes buta. Sebenarnya ia tidak tahu, dan Fitch tahu
bahwa ia tidak tahu. Fakta kecil itu lolos dari jaringan penyelidik mereka yang
luas. Apa lagi yang lolos dari
48 pengamatan mereka" tanya Fitch pada diri sendiri. Ia akan menguliti Nussman saat
reses nanti. "Sekarang, Bapak dan Ibu sekalian," Hakim meneruskan, suaranya mendadak jadi
lebih tajam dan tak sabtr setelah gugatan diskriminasi mendadak tadi berhasil
dihindari. "Kita memasuki fase pemilihan dewan juri yang mungkin agak memakan
waktu. Ini berkaitan dengan masalah halangan fisik yang mungkin membuat Anda tak
bisa bertugas sebagai juri. Kami tidak akan mempermalukan Anda sekalian, tapi
bila ada yang punya masalah fisik, kita harus membicarakannya. Kita akan mulai
dengan deretan pertama."
Saat Gloria Lane berdiri di gang deretan pertama, seorang laki-laki sekitar enam
puluh tahun meTigangkat tangan, lalu berdiri dan berjalan melewati pintu ayun
pada jerjak. Seorang bailiff membawanya ke kursi saksi dan menyingkirkan
mikrofon. Sang Hakim bergeser ke ujung meja dan membungkuk ke bawah sehingga
bisa berbisik pada laki-laki itu. Dua orang pengacara, satu dari masing-masing
pihak, mengambil tempat tepat di depan tempat saksi, menghalangi pandangan
penonton. Panitera melengkapi kerumunan rapat itu, dan ketika semua orang sudah
di tempatnya, Hakim dengan suara pelan bertanya tentang halangan laki-laki
tersebut. Saraf tulang belakangnya terjepit, dan ia punya surat dari dokter. la
dibebastugaskan dan buru-buru meninggalkan ruang sidang.
Ketika Harkin istirahat untuk makan siang, ia sudah membebaskan tiga belas orang
karena alasan kesehatan. Kebosanan merasuk. Mereka akan kembali pukul setengah
satu, dengan acara yang hampir sama.
*** 49 Nicholas easter meninggalkan gedung pengadilan seorang diri, dan berjalan enam
blok ke restoran Burger King* di sana ia memesan sebuah Whopper dan Coke. Ia
duduk di meja dekat jendela, menyaksikan anak-anak bermain ayunan di arena
bermain kecil, melihat-lihat majalah USA Today, makan perlahan-lahan, sebab ia
punya waktu satu setengah jam.
Si rambut pirang yang dulu menemuinya di Computer Hut ber-jeans ketat kini
memakai Umbro baggy, T-shirt longgar, sepatu Nike baru, dan menyandang tas
olahraga di pundaknya. Wanita itu melewatinya untuk kedua kali ketika ia
berjalan sambil membawa nampan. lalu berhenti, seolah mengenali Nicholas.
"Nicholas," katanya, pura-pura tidak yakin.
Nicholas Easter memandangnya, dan selama satu detik yang canggung itu tahu bahwa
mereka pernah bertemu entah di mana. Namun ia tak ingat nama perempuan itu.
"Kau tidak ingat padaku," kata si pirang dengan senyum menyenangkan. "Aku mampir
ke Computer Hut dua minggu yang lalu, mencari..."
"Yeah, aku ingat," kata Nicholas sambil melirik sekilas ke kakinya yang indah
kecokelatan. "Kau beli radio digital."
"Benar. Namaku Amanda. Seingatku, aku meninggalkan nomor telepon untukmu. Kurasa
sudah hilang, ya?" "Silakan duduk."
'Terima kasih." Ia duduk cepat-cepat dan mengambil kentang goreng.
"Aku masih menyimpan nomor teleponmu." kata Nicholas. "Bahkan sebenarnya..."
50 "Sudahlah. Aku yakin kau sudah beberapa kali menelepon. Mesin penjawabku rusak."
'Tidak. Aku belum menelepon. Tapi aku sudah berniat melakukannya."
'Tentu," katanya, tertawa kecil. Ia memiliki gigi sempurna, yang dengan senang
hati diperlihatkannya kepada Nicholas. Rambutnya diikat ekor kuda Ia terlaiu
manis dan terlaiu rapi untuk pelari. Dan tidak ada bekas keringat pada wajahnya.
"Jadi, apa yang kaukerjakan di sini?" tanya Nicholas.
"Aku dalam perjalanan ke latihan aerobik." "Kau makan kentang goreng sebelum
latihan aerobik?" "Kenapa tidak?"
"Entahlah. Cuma rasanya tidak cocok." "Aku butuh karbohidrat." "Benar. Apakah
ka-merokok sebelum aerobik?" "Kadang-kadang. Itukah sebabnya kau belum
menelepon" Karena aku merokok?" "Sama sekali bukan."
"Ayolah, Nicholas. Aku bisa menerimanya." Ia masih tersenyum dan pura-pura
jengah. "Oke. itu terlintas dalam pikiranku."
"Bisa dipahami. Pernahkah kau berkencan dengan perokok?"
"Seingatku tidak."
"Mengapa tidak?"
"Mungkin aku tidak ingin menyedot asap yang sudah lebih dulu disedot orang.
Entahlah. Aku tidak banyak memikirkannya."
"Kau pernah merokok?" Ia kembali mengambil
51 kentang goreng dan mengamati Nicholas dengan penuh perhatian.
'Tentu. Setiap bocah mencobanya. Ketika umur sepuluh tahun, aku mencuri
sebungkus Camel dari tukang leding yang bekerja dekat rumah kami. Dua hari aku
mengisapnya. lalu mabuk, dan kukira aku akan mati karena kanker." Ia menggigit
sepotong burgernya. "Setelah itu tidak pernali lagi?"
Nicholas mengunyah dan memikirkannya sebelum berkata, "Kurasa begitu. Aku tidak
ingat pernah merokok lagi. Kau sendiri kapan mulai?"
'Tolol. Aku mencoba berhenti."
"Bagus Kau terlaiu muda."
'Terima kasih. Dan coba kutebak. Bila aku berhenti, kau akan meneleponku,
benar?" "Bagaimanapun, aku mungkin akan meneleponmu."
"Bohong," katanya, tersenyum lebar dan menggoda. Ia minum berlama-lama dengan
sedotannya, lalu berkata, "Boleh aku tanya apa yang kaukerjakan di sini?"
"Makan Whopper. Dan kau?" "Sudah kukatakan padamu Aku akan ke tempat latihan."
"Hmm. Aku cuma lewat, ada urusan di tengah kota, lapar."
"Mengapa kau bekerja di Computer Hut"'
"Maksudmu, mengapa aku menyia-nyiakan hidupku untuk bekerja dengan upah minimum
di main" "Bukan begitu, tapi kurang-lebih."
"Aku mahasiswa."
"Di mana?" 52 'Tidak di mana-mana. Aku baru lulus dan sedang cari sekolah lain."
"Di mana sekolahmu yang terakhir"'
"North Texas State."
"Di mana yang berikutnya?"
"Mungkin Southern Mississippi."
"Apa yang kaupelajari?"
"Komputer. Kau banyak bertanya."
'Tapi pertanyaan-pertanyaannya gampang, bukan?"
"Kurasa begitu. Di mana kau bekerja?"
"Aku tidak bekerja. Aku baru saja bercerai dari seorang laki-laki kaya. Tanpa
anak. Aku umur 28, single, dan ingin tetap demikian, tapi sekali sekali
berkencah tentu menyenangkan. Mengapa kau tidak meneleponku?"


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Seberapa kaya?"
Ia tertawa mendengar pertanyaan ini, kemudian melihat arlojinya. "Aku harus
pergi. Latihanku akan mulai sepuluh menit lagi." Ia sudah berdiri, membawa
tasnya, tapi meninggalkan nampannya. "Sampai jumpa."
Ia pergi mengendarai sebuah BMW kecil.
Enam orang sakit lainnya bergegas meninggalkan panel calon juri, dan pada pukul
tiga sore, jumlah calon sudah berkurang menjadi 159. Hakim Harkin memerintahkan
reses selama lima belas menit, dan ketika kembali ke tempatnya, ia mengumumkan
bahwa mereka akan memasuki fase lain dalam pemilihan juri. Ia memberikan kuliah
keras mengenai tanggung jawab warga negara, dan praktis menantang siapa saja
yang mengajukan halangan nonmedis. Usaha pertama di-53
lakukan oleh seorang eksekutif perusahaan yang duduk di kursi saksi serta dengan
lembut menjelaskan kepada Hakim, dua pengacara itu, dan Panitera bahwa ia
bekerja delapan puluh jam seminggu pada sebuah perusahaan besar yang sedang
merugi, dan minta izin meninggalkan kantor berarti bencana. Hakim
menginstruksikan agar ia kembali ke tempat duduknya dan menunggu pengarahan
lebih lanjut. Percobaan kedua dilakukan oleh seorang wanita setengah baya yang mengelola
tempat penitipan anak tanpa izin di rumahnya. "Saya merawat anak-anak, Yang
Mulia," bisiknya, berusaha menahan air mata. "Itu saja yang bisa saya kerjakan.
Saya mengumpulkan dua ratus dolar seminggu, dan saya hidup pas-pasan. Kalau saya
harus bertugas sebagai juri, saya harus membayar orang baru untuk menjaga anak-
anak itu. Orangtua mereka takkan suka, lagi pula saya tidak kuat membayar siapa
pun. Saya akan bangkrut."
Para calon juri itu mengawasi dengan penuh minat ketika perempuan itu berjalan
menyusuri gang, melewati deretannya, dan keluar dari ruang sidang. Ceritanya
pasti bagus. Eksekutif perusahaan yang tadi ditolak bersungut-sungut.
Pukul setengah enam, sebelas orang-sudah dibebaskan, dan enam belas lainnya
dikirim kembali ke tempat duduk mereka sesudah gagal mengundang kasihan. Hakim
menginstruksikan Gloria Lane untuk membagikan kuesioner lain yang lebih panjang,
dan memerintahkan agar calon juri yang tersisa memberikan jawabannya pada pukul
sembilan pagi besok. Ia membubarkan mereka, dengan peringatan keras untuk tidak
membicarakan kasus ini dengan orang lain.
54 Rankin Fitch tidak berada di ruang sidang ketika sidang itu ditunda pada sore
hari Senin. Ia ada di kantornya di jalan itu. Tidak ada catatan nama Nicholas
Easter di Universitas North Texas State. Si pirang telah merekam percakapan
mereka di Burger King, dan Fitch sudah dua kali mendengarkannya. Keputus-
annyalah untuk mengirim perempuan itu agar melakukan pertemuan kebetulan dengan
Easter. Pertemuan itu riskan, tapi berhasil. Si pirang kini sudah berada dalam
pesawat, kembali ke Washington. Mesin pen-jawabnya di Biloxi dihidupkan dan akan
tetap demikian hingga dewan juri terpilih. Seandainya Easter memutuskan untuk
menelepon tapi Fitch meragukannya ia takkan bisa menghubungi perempuan itu.? ?55
Empat Kuesioner itu mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti berikut: Apakah Anda
sekarang merokok" Bila demikian, berapa bungkus sehari" Bila ya, berapa lama
Anda sudah merokok" Apakah Anda ingin berhenti" Apakah merokok pernah menjadi
kebiasaan Anda" Apakah ada anggota keluarga Anda, atau seseorang yang Anda kenal
baik, yang menderita penyakit yang berkaitan langsung dengan kebiasaan merokok"
Bila ya, siapa" (Tempat kosong disediakan di bawah. Harap tuliskan namanya.
uraian penyakit-nya, dan sebutkan apakah orang itu berhasil diobati.) Anda
percaya bahwa merokok menyebabkan (a) kanker paru-paru; (b) penyakit jantung;
(c) tekanan darah tinggi; (d) tak satu pun dari semua di atas.
Halaman tiga berisi hal-hal yang lebih berat: Apa pendapat Anda tentang uang
pajak yang dipakai untuk mendarau perawatan medis bagi masalah-masalah kesehatan
yang berkaitan dengan merokok9 Apa pendapat Anda mengenai pendapatan pajak yang
dipakai untuk mensubsidi petani tembakau" Apa pendapat Anda mengenai larangan
merokok di gedung-gedung umum" Hak-hak apa yang menurut Anda harus dimiliki oleh
56 perokok" Bagian-bagian kosong tersedia untuk jawaban ini.
Halaman empat berisi daftar nama tujuh belas pengacara yang secara resmi menjadi
penasihat hukum, lalu mencantumkan nama delapan puluh lagi yang prakteknya
berkaitan dengan tujuh belas orang pertama. Apakah Anda kenal secara pribadi
dengan pengacara-pengacara ini" Pernahkah Anda diwakili oleh pengacara-pengacara
ini" Pernahkah Anda terlibat dalam urusan hukum apa pun dengan pengacara-
pengacara ini" Tidak. Tidak. Tidak. Nicholas denqan cepat mencoretkan jawaban.
Halaman lima berisi daftar nama para calon saksi, 62 orang, termasuk Celeste
Wood, sang janda dan penggugat. Apakah Anda kenal dengan orang-orang ini" Tidak.
Ia kembali membuat secangkir kopi instan dan menambahkan dua bungkus gula. Tadi
malam ia telah menghabiskan waktu satu jam dengan pertanyaan-pertanyaan ini, dan
satu jam lagi pagi ini. Matahan belum lagi naik. Sarapannya hanyalah sebuah
pisang dan roti bagel sisa. Ia mengigit sepotong kecil bagel, memikirkan
pertanyaan terakhir, kemudian menjawabnya dengan pensil dalam tulisan tangan yang rapi,
nyaris terlaiu hati-hati semua tertulis dalam huruf balok, sebab tulisannya ?dalam huruf Latin buruk dan hampir tak terbaca. Dan ia tahu bahwa sebelum petang
hari ini, seluruh komite pakar tulisan tangan di kedua belah pihak akan meneliti
tulisannya habis-habisan, tanpa terlaiu memedulikan apa yang ia katakan, tapi
lebih memperhatikan bagaimana ia menulis-57
kan huruf-huruf itu. Ia ingin tampil rapi dan penuh pengertian, cerdas dan
berpikiran terbuka, mampu mendengarkan dengan dua telinga dan mengambil
keputusan dengan adil, seorang wasit yang sangat mereka minati.
Ia sudah membaca tiga buku mengenai seluk-beluk analisis tulisan tangan.
la membalik kembali halaman berisi pertanyaan mengenai subsidi tembakau, sebab
pertanyaan itu memang sulit. Ia telah lama merenungkan persoalan itu dan sudah
siap dengan jawaban. Ia ingin menuliskan-nya dengan jelas, atau mungkin samar-
samar. Mungkin sedemikian rupa, sehingga ia tidak mengkhianati perasaannya
sendiri, tapi juga tidak membuat masing-masing pihak takut
Banyak pertanyaan yang sama dengan yang sudah dipakai dalam kasus Cimmino tahun
lalu di Allentown, Pennsylvania. Waktu itu Nicholas mengaku bernama David, David
Lancaster, mahasiswa perfilman paruh waktu dengan jenggot hitam asli dan
kacamata berbingkai tanduk palsu yang bekerja di toko video. Ia membuat kopi
kuesioner itu sebelum mengembalikannya pada hari kedua pemilihan juri. Kasus itu
hampir sama, tapi dengan janda yang berbeda dan perusahaan tfcm-bakau yang
berbeda, dan meskipun ada seratus pengacara yang terlibat, mereka semua
berlainan dengan gerombolan ini. Hanya Fitch yang tetap sama.
Waktu itu Nicholas/David berhasil lolos dari dua penyisihan pertama, namun ia
ada pada deretan keempat ketika panel itu dibentuk. Ia mencukur jenggot.
membuang kacamatanya, dan meninggalkan kota sebulan kemudian.
58 Meja lipat itu bergetar sedikit ketika ia menulis.. Inilah perabot ruang
makannya meja itu dan tiga kursi yang tidak seragam. Ruang duduk kecil di
?sebelah kanannya diisi dengan kursi malas reyot, TV di meja dorong kayu, dan
sofa berdebu yang dibelinya di pasar loak seharga lima belas dolar. Sebenarnya
ia bisa menyewa perabot yang lebih bagus, tapi menyewa berarti mengisi formulir-
formulir dan meninggalkan jejak. Di luar sana ada orang yang benar-benar akan
membongkar tong sampahnya untuk mengetahui siapa dirinya.
Ia memikirkan si pirang dan bertanya-tanya dalam hati, di mana perempuan itu
akan muncul hari ini, pasti dengan sebatang rokok di tangan dan berusaha
menariknya ke dalam percakapan dangkal mengenai rokok. Tak pernah terlintas
dalam pikirannya untuk menelepon, namun ia cukup penasaran, untuk pihak mana
perempuan itu bekerja. Mungkin untuk perusahaan rokok itu, sebab seperti itulah
tipe agen yang sering dipakai Fitch.
Dari studi hukumnya, Nicholas tahu bahwa sangat tidak etis bagi si pirang itu,
atau orang bayaran lainnya, untuk secara langsung mendekati calon juri. Ia juga
tahu bahwa Fitch punya cukup uang untuk membuat si pirang itu menghilang dari
sini, tanpa jejak, lalu muncul lagi ke permukaan pada sidang berikutnya sebagai
si rambut merah dengan merek baru dan minat di bidang hortikultura. Ada beberapa
hal yang mustahil untuk diungkapkan
Satu-satunya kamar tidur di situ hampir seluruhnya terisi oleh kasur king size
yang digelar langsung di lantai, tanpa alas; kasur itu juga dibeli di pasar
loak. 59 Beberapa peti kayu berfungsi sebagai lemari dan laci-laci. Pakaian bertebaran di
lantai. Tempat ini adalah rumah sementara, jenis yang cuma dipakai satu-dua bulan, lalu
ditinggalkan peng-huninya di tengah malam buta; dan memang itulah rencana
Nicholas. Sudah enam bulan ia tinggal di sana, dan apartemen itulah alamat
resminya, setidaknya ketika ia mendaftar sebagai pemilih dan meminta SIM
Mississippi. Ia punya tempat yang lebih nyaman enim setengah kilo dari sana,
tapi tidak mau mengambil risiko terlihat di sana.
Jadi, ia hidup dengan gembira dalam kemelaratan, berperan sebagai mahasiswa
miskin tanpa aset dan dengan sedikit tanggung jawab. Ia cukup yakin bahwa para
pelacak sewaan Fitch belum memasuki apartemennya, tapi ia tidak mau ambil
risiko. Tempat itu murah, tapi diatur dengan hati-hati. Tak ada apa pun yang
mencolok dan bisa mengungkapkan dirinya yang sebenarnya.
Pada pukul delapan, ia menyelesaikan kuesioner itu dan memeriksanya lagi untuk
terakhir kali. Jawaban kuesioner untuk kasus Cimmino dulu ditulisnya dengan
tulisan biasa, dengan gaya yang sama sekali berbeda. Sesudah berbulan-bulan
melatih tulisannya, ia yakin ia takkan bisa terlacak. Waktu itu ada tiga ratus
calon juri, dan sekarang hampir dua ratus orang. Untuk apakah orang cunga bahwa
ia ikut dalam kedua panel tersebut"
Dari balik sarung bantal yang direntangkan menutupi jendela dapur, ia memeriksa
halaman parkir di bawah, kalau-kalau ada fotografer atau pengganggu lain. Tiga
minggu lalu ia melihat satu orang sedang duduk rendah di belakang kemudi pickup.
60 Tidak ada pengintai hari ini. Ia mengunci pintu apartemen dan pergi dengan
berjalan kaki. Di hari kedua. Gloria Lane jauh lebih efisien dalam menangani para calon juri.
Ke-148 orang yang tersisa didudukkan di sebelah kanan, berdesakan rapat dua
belas orang di satu deret, dua belas deret dengan empat orang duduk di gang.
Mereka lebih mudah ditangani bila didudukkan di satu sisi ruang sidang Kuesioner
dikumpulkan saat mereka masuk, kemudian cepat-cepat dikopi dan diberikan kepada
masing-masing pihak. Pukul sepuluh, jawaban-jawaban itu dianalisis oleh para
konsultan juri yang terkurung dalam ruangan-ruangan tak berjendela.
Di seberang gang, serombongan pengamat keuangan, wartawan, orang-orang yang
ingin tahu, dan ber-macam-macam penonton lain duduk dengan sopan, menatap
rombongan pengacara yang duduk mempelajari wajah para calon anggota juri. Fitch
diam-diam sudah pindah ke deretan degan, lebih dekat ke tim pengacaranya; dua
pesuruh berpakaian bagus menga-pitnya, siap melaksanakan perintah.
Hakim Harkin bekerja cepat pada hari Selasa itu, tak lebih dari satu jam, ia
sudah membereskan dalih halangan nonmedis yang diajukan calon juri. Enam orang
lagi dibebaskan, menyisakan 142 orang dalam panel.
Akhirnya tibalah saat pertunjukan. Wendall Rohr, mengenakan jas kotak-kotak
kelabu yang sama, vest putih, dan dasi kuning-merah, berdiri dan berjalan ke
pagar untuk berbicara dengan pemirsanya. Ia membunyikan buku-buku jarinya dengan
keras, membuka 61 telapak tangan, dan memperlihatkan senyum lebar. "Selamat datang," katanya
dengan dramatis, seolah-olah peristiwa hari itu akan selamanya terukir dalam
kenangan mereka. Ia memperkenalkan dirinya, anggota-anggota timnya yang akan
berperan serta dalam sidang, dan kemudian ia minta si penggugat, Celeste Wood,
untuk berdiri. Dua kali ia memakai kata "janda" sewaktu memperkenalkan sang
penggugat kepada para calon juri. Celeste Wood seorang wanita mungi! berusia 55
tahun. Ia memakai gaun hitam polos, kaus kaki hitam, sepatu hitam yang tidak
terlihat di bawah jerjak, dan ia melontarkan seulas senyum sedih, seolah-olah
belum lepas berkabung, meskipun suaminya sudah empat tahun meninggal dunia.
Bahkan sebenarnya ia hampir menikah kembali; begitu mengetahui hal ini, Wendall
menyuruh ia me-nundan a Tidak apa-apa mencintai laki-laki itu, ia menjelaskan,
tapi lakukanlah dengan diam-diam dan jangan menikah dengannya sebelum sidang
berakhir. Faktor simpati. Kau seharusnya sedang menderita, ia menjelaskan.
Fitch tahu tentang pembatalan perkawinan itu, dan ia juga tahu bahwa hanya ada
sedikit peluang untuk mengemukakan hal ini kepada juri.
Sesudah semua orang di pihaknya diperkenalkan secara resmi, Rohr memberikan
ringkasan singkat mengenai kasus tersebut. Ini menarik minat luar biasa dari
para pengacara pihak tergugat dan Hakim. Mereka sepertinya siap menerkam bila
Rohr melangkah melewati batas tak kasatmata antara fakta dan pendapat. Tapi ia
tidak melakukannya. Ia cuma senang menyiksa mereka.
62 Kemudian imbauan panjang-lebar bagi para calon juri untuk jujur, terbuka, dan
tidak takut mengangkat tangan bila ada yang mengusik hati mereka. Bagaimana para
pengacara bisa mengetahui pikiran dan perasaan kalau para calon juri tidak
berbicara" "Sudah tentu kami tidak bisa melakukannya hanya dengan melihat Anda
sekalian," katanya sambil memamerkan gigi. Pada saat yang sama, tak kurang dari
delapan orang di dalam ruang sidang itu berusaha mati-matian membaca setiap
gerakan alis terangkat dan bibir yang dikerutkan.
Untuk meneruskan, Rohr mengambil buku tulis, melihatnya, lalu berkata,
"Sekarang, ada beberapa dari Anda yang pernah bertugas sebagai juri sebelum ini.
Harap acungkan tangan." Selusin tangan terangkat dengan patuh. Rohr memandang
pemirsanya dan menghentikan pandangan pada yang terdekat, seorang wanita di
deretan depan. "Mrs. Millwood, benar?" Pipi perempuan itu memerah ketika ia
mengangguk. Setiap orang dalam ruang sidang itu menatap Mrs. Millwood atau
berusaha menjulurkan leher melihatnya.
"Anda menjadi anggota juri dalam kasus perdata beberapa tahun yang lalu, saya
rasa." kata Rohr hangat.
"Ya," kata Mrs. Millwood, berdeham dan mencoba bersuara keras.
"Kasus apakah itu?" tanya Rohr, meski sebenarnya ia sudah mengetahui setiap
detail tujuh tahun yang lalu, di ruang sidang ini juga, dengan hakim yang Iain,?nol untuk pihak penggugat. Berkas itu sudah dikopi berminggu-minggu yang lalu.
Rohr bahkan berbicara dengan pengacara si penggugat, seorang
63 temannya. Ia mulai dengan pertanyaan ini dan juri ini sebab ini merupakan
pemanasan yang mudah, lem paran ringan untuk menunjukkan kepada yang lain bahwa
tidak ada bahaya apa pun untuk mengangkat tangan dan mengutarakan pendapat.
Kasus kecelakaan lalu lintas," kata Mrs. Millwood.
"Di manakah sidang itu berlangsug?" Rohr bertanya sungguh-sungguh.
"Di sini." "Oh, di ruang sidang ini." Ia kedengaran agak terperanjat, tapi pengacara pihak
tergugat tahu bahwa ia pura-pura.
"Apakah dalam kasus itu dewan juri sampai pada suatu keputusan?" "Ya."
"Dan apakah keputusannya?"
"Kami tidak memberi dia apa-apa."
"Dia di sini adalah pihak penggugat?"
"Ya. Menurut kami, dia tidak benar-benar terluka "
"Begitu. Apakah memberikan pelayanan sebagai juri merupakan pengalaman
menyenangkan bagi Anda?"
Wanita itu berpikir sejenak, lalu, "Lumayan. Tapi banyak waktu yang terbuang,
Anda tahu, saat pengacara-pengacara saling bertengkar tentang ini dan itu."
Senyum lebar. "Ya, kami cenderung melakukan hal itu. Tidak ada apa pun mengenai
kasus itu yang akan mempengaruhi kemampuan Anda untuk memeriksa yang ini?"
"Saya rasa tidak."
'Terima kasih, Mrs. Millwood." Dulu suaminya akuntan sebuah rumah sakit kecil
yang terpaksa ditutup sesudah dinyatakan bersalah dengan tuduhan melaku -
64 kan malapraktek kedokteran Diam-diam ia benci pada vonis besar, karena alasan
bagus. Jonathan Kotlack, pengacara pihak penggugat yang bertanggung jawab dalam
seleksi juri terakhir, sudah sejak lama menyisihkan namanya dari pertimbangan.
Akan tetapi, di meja lain tidak sampai dua meter dan Kotlack, pengacara tergugat
sangat menghargainya. JoAnn Millwood akan menjadi buruan yang sangat berharga.
Rohr mengajukan pertanyaan yang sama kepada para veteran lain yang pernah duduk
sebagai juri, dan dengan cepat segalanya jadi monoton Ia kemudian menggarap
masalah pelik mengenai penggantian undang-undang pemberian ganti kerugian, serta
mengajukan serangkaian pertanyaan panjang-lebar mengenai hak-hak korban,
gugatan-gugatan sembarangan, dan harga asuransi. Beberapa pertanyaannya diajukan
secara tak langsung dalam argumen-argumen singkat, tapi ia tidak membuat
masalah. Sudah hampir jam makan siang, dan panel itu sudah kehilangan minat.
Hakim Harkin memberikan reses selama satu jam, dan para deputi membubarkan
orang-orang dari ruang sidang.
Akan tetapi para pengacara tetap tinggal. Kotak makan siang berisi sandwich
tipis dan apel merah dibogikan oleh Gloria Lane dan stafnya. Ini makan siang
sambil kerja. Berbagai mosi mengenai puluhan hal perlu ditegaskan, dan Yang
Mulia Hakim sudah siap untuk mendengarkan argumen. Kopi dan es teh dituang.


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pimakaian kuesioner sangat memudahkan pemilihan
65 juri. Sementara Rohr mengajukan pertanyaan di dalam ruang sidang, puluhan orang
di tempat Iain memeriksa jawaban tertulis dan nama-nama dari daftar mereka. Satu
orang punya saudara perempuan yang meninggal karena kanker paru-paru. Tujuh
lainnya punya sahabat dekat atau anggota keluarga dengan masalah kesehatan
serius, semuanya mereka hubungkan dengan kebiasaan merokok. Paling sedikit,
setengah dari panel itu sekarang masih merokok atau pernah menjadi perokok di
waktu lampau. Sebagian besar yang merokok mengaku ingin berhenti.
Data tersebut dianalisis. lalu dimasukkan ke komputer, dan pada tengah hari
kedua printout-nya dibagikan dan disunting. Setelah memberikan reses pada pukul
setengah lima pada hari Selasa, Hakim Harkin kembali ke ruang sidang dan
melanjutkan pemeriksaan data. Selama hampir tiga jam, jawaban tertulis itu
didiskusikan dan diperdebatkan, dan akhirnya 31 nama lagi disisihkan dari
pertimbangan. Gloria Lane diperintahkan menelepon mengenai penyisihan ini dan
mengabarkan kabar baik ini pada mereka.
Harkin bertekad menyelesaikan pemilihan dewan juri ini pada hari Rabu.
Penyampaian perayataan pembukaan dijadwalkan untuk Kamis pagi. Ia bahkan sudah
memberi isyarat untuk bekerja pada hari Sabtu.
Pada pukul delapan malam hari Selasa, ia memeriksa satu mosi terakhir secara
kilat. lalu membubarkan para pengacara itu. Para pengacara Pynex menemui Fitch
di kantor Whitney & Cat)Ie & White; sandwich dingin dan kentang goreng berminyak
sudah menunggu di sana. Fitch ingin bekerja, dan ketika para pengacara yang
kecapekan itu perlahan-lahan mengisi piring
66 kertas mereka, dua paralegal membagikan kopi dari analisis tulisan tangan
terbaru. Makanlah dengan cepat, Fitch mendesak, seolah-olah makanan itu bisa
langsung ditelan. Panel tersebut tinggal 111 orang, dan pemilih-annya akan
dimulai besok. Pagi itu milik Durwood Cable, atau Durr seperti dikenal orang di seluruh penjuru
Coast, tempat yang tak pernah benar-benar ia tinggalkan selama 61 tahun. Sebagai
partner senior pada Whitney & Cable & White, Sir Durr telah dipilih dengan hati-
hati oleh Fitch untuk menangani pekerjaan dalam ruang sidang untuk Pynex.
Sebagai pengacara, kemudian hakim, dan kini pengacara lagi, Durr sudah
menghabiskan sebagian besar dari tiga puluh tahun terakhir berhadapan dan
berbicara dengan dewan juri. Ruang sidang adalah tempat yang menyegarkan
baginya, sebab ruang sidang merupakan panggung tak ada telepon. tak ada lalu ?lintas pejalan kaki, tak ada sekretaris hilir-mudik setiap orang punya peran,
?setiap orang mengikuti skenario dengan para pengacara sebagai bintang-nya. Ia
bergerak dan berbicara dengan sangat hati-hati, namun di antara langkah dan
ucapannya, matanya yang kelabu tidak melewatkan apa pun. Lawannya, Wendall Rohr,
adalah orang yang ribut, mudah bergaul, dan mencolok, sedangkan Durr tenang dan
konservatif. Setelan jas hitam, dasi keemasan yang agak berani, kemeja putih
standar yang kontras dengan wajahnya yang kecokelatan. Durr sangat gemar
memancing di laut, dan suka melewatkan waktu berjam-jam dalam perahunya, di
bawah tenk matahari. Bagian atas kepalanya sudah botak dan sangat cokelat.
67 Pernah selama enam tahun ia tidak mengalami satu kekalahan pun, kemudian Rohr,
lawan dan kadang-kadang temannya, menantangnya dengan kasus gugatan kecelakaan
truk senilai dua juta dolar.
Ia melangkah ke pagar pembatas dan memandang serius wajah ke-111 orang tersebut.
Ia tahu di mana mereka masing-masing tinggal serta berapa anak dan cucu mereka,
bila ada. Ia melipat tangan, mencubit dagu bak profesor yang sedang asyik
berpikir, dan berkata dengan suara enak didengar, "Nama saya Durwood Cable, dan
saya mewakili Pynex, perusahaan yang sudah sembilan puluh tahun membuat rokok."
Ia sama sekali tidak malu mengucapkannya! Ia bicara tentang Pynex selama sepuluh
menit, dengan sangat cerdik melembutkan citra perusahaan itu, membuat kliennya
sebagai pihak yang hangat dan ramah, ham-pir-hampir menyenangkan.
Setelah selesai, tanpa kenal takut ia langsung masuk ke masalah pilihan.
Sementara Rohr menitikberatkan pada masalah kecanduan, Cable menghabiskan
waktunya pada masalah kebebasan memilih. "Bisakah kita semua setuju bahwa rokok
secara potensial bisa membahayakan bila disalahgunakan?" ia bertanya. lalu
menyaksikan sebagian besar kepala itu mengangguk setuju. Siapa bisa mendebat
ini" "Nah, baiklah. Sekarang, karena hal ini sudah diketahui umum, bisakah kita
semua setuju bahwa orang yang merokok seharusnya tahu akan bahaya tersebut?"
Lebih banyak lagi anggukan, tapi belum ada tangan terangkat. Ia mengamati wajah-
wajah itu, terutama wajah kosong Nicholas Easter yang kini duduk di deretan
ketiga, urutan kedelapan dan lorong Karena penyisihan-penyisihan
68 terdahulu, kini Easter bukan lagi calon juri nomor 56, melainkan nomor 32, dan
semakin maju bersama setiap acara. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa-apa,
hanya perhatian penuh "Sekarang, satu pertanyaan yang sangat penting," kata Cable perlahan-lahan,
kata-katanya bergenia dalam keheningan. Jarinya yang menunjuk lembut diarahkan
pada mereka sambil berkata, "Apakah dalam panel mi ada yang tidak setuju bahwa
orang yang memilih untuk merokok seharusnya tahu akan bahayanya?"
Ia menunggu, mengawasi dan menarik tali pan-cingnya sedikit, dan akhirnya
menangkap satu orang. Satu tangan terangkat perlahan-lahan dari deretan keempat.
Cable tersenyum dan maju selangkah lebih dekat, sambil berkata, "Ya, saya rasa
Anda Mrs. Tulwiler. Silakan berdiri." Seandainya ia benar-benar berharap
mendapatkan sukarelawan, kegembiraannya hanya berlangsung sangat singkat. Mrs.
Tutwiler adalah seorang wanita kecil rapuh berusia enam puluh tahun dengan wajah
marah la berdiri tegak, mengangkat dagu, dan berkata, "Saya ada satu pertanyaan
untuk Anda, Mr. Cable."
"Silakan." "Bila semua orang tahu bahwa rokok berbahaya, mengapa klien Anda terus
membuatnya?" Beberapa rekannya tersenyum lebar. Semua mata tertuju pada Durwood Cable yang
terus tersenyum, tak sedikit pun berubah ekspresinya. "Pertanyaan bagus,"
katanya keras. Ia tidak bermaksud menjawabnya. "Apakah Anda berpendapat bahwa
pembuatan rokok harus dilarang, Mrs. Tutwiler?"
69 "Benar." "
"Bahkan bila orang yang bersangkutan memilih untuk merokok?"
"Rokok bisa menimbulkan kecanduan, Mr. Cable, Anda tahu itu."
"Terima kasih, Mrs. Tutwiler."
"Pabrik-pabrik menumpuk nikotin, menjerat orang, lalu mengiklankannya gila-
gilaan agar produk mereka terus terjual."
"Terima kasih, Mrs. Tutwiler."
"Saya belum selesai," katanya keras, sambil mencengkeram sandaran bangku di
depannya dan berdiri lebih tinggi lagi. "Pabrik rokok selalu menyangkal bahwa
merokok mengakibatkan kecanduan. Itu bohong, dan Anda mengetahuinya. Mengapa
mereka tidak me-nuliskannya pada label mereka?"
Wajah Durr tidak sedikit pun menunjukkan perubahan ekspresi. Ia menunggu dengan
sabar, lalu bertanya dengan cukup ramah, "Apakah Anda sudah selesai, Mrs.
Tutwiler?" Ada beberapa hal Iain yang ingin diucapkan wanita itu, tapi ia tiba-
tiba tersadar bahwa mungkin ini bukan tempat yang tepat. "Ya," sahutnya, nyaris
berbisik. "Tenma kasih. Tanggapan-tanggapan yang Anda kemukakan tadi merupakan hal vital
dalam proses pemilihan juri. Terima kasih banyak. Anda boleh duduk sekarang."
Ia melihat berkeliling, seolah-olah mengajak beberapa orang Iain untuk berdiri
dan bertempur bersamanya, tapi karena tak ada pendukungnya, ia pun duduk kembali
di kursinya. Tak ada bedanya seandainya ia langsung meninggalkan ruang sidang
tersebut. 70 Cable menyambung cepat dengan masalah-masalah yang tidak terlaiu sensitif. Ia
mengajukan banyak pertanyaan, memancing beberapa tanggapan, dan memberikan
masukan kepada para pakar bahasa tubuh itu untuk dikunyah. Ia selesai pada
tengah hari, tepat saat makan siang. Harkin minta panel itu agar kembali pukul
tiga, tapi memerintahkan para pengacara untuk makan cepat-cepat dan kembali
dalam waktu 45 meniL Pada pukul satu, di ruang sidang yang kosong dan terkunci, para pengacara
bergerombol rapat mengelilingi meja-meja mereka. Jonathan Kotlack berdiri dan
memberitahu sidang bahwa penggugat menerima juri nomor 1. Tak ada yang terkejut.
Semua orang menuliskan sesuatu pada printout, termasuk Yang Mulia Hakim, yang
sesudah berselang sesaat bertanya, "Pembela?"
"Pembela menerima nomor 1." Tidak banyak kejutan. Nomor 1 adalah Rikki Coleman,
seorang istri dan ibu muda dengan dua anak. Tak pernah merokok dan bekerja
sebagai administrator di sebuah rumah sakit. Kotlack dan krunya memberi nilai 7
dari 10 angka berdasarkan jawaban tertulisnya, latar belakangnya dalam perawatan
kesehatan, gelar kesarjana-annya, dan minatnya yang mendalam pada segala yang
telah diucapkan sejauh ini. Pihak pembela memberinya nilai 6, dan hendak
menolaknya bila tidak mempertimbangkan calon-calon lain yang lebih tidak
menguntungkan di deretan pertama.
"Mudah sekali," gumam Harkin tertahan. 'Teruskan. Juri nomor 2, Raymond C.
LaMonette." Mr. LaMonette merupakan sasaran pertempuran strategis pertama dalam
pemilihan-juri. Tak satu pihak pun meng -
71 hendakinya kedua belah pihak memberinya angka 4,5. Ia seorang perokok berat, ?tapi mati-matian ingin berhenti. Jawaban-jawaban tertulisnya sama sekali tak
dapat diuraikan dan tak berguna. Para pakar bahasa tubuh dari kedua belah pihak
melaporkan bahwa Mr. LaMonette benci semua pengacara dan segala hal yang
berkaitan dengan mereka. Beberapa tahun lalu, ia nyaris tewas tertabrak oleh
seorang sopir mabuk. Gugatannya tidak menghasilkan ganti rugi apa pun.
Menurut pcraturan pemilihan juri, masing-masing pihak diberi beberapa peremptory
challenge, atau lebih dikenal sebagai pencoretan, yang bisa digunakan untuk
menolak calon juri tanpa alasan apa pun. Karena pentingnya kasus ini. Hakim
Harkin telah memberikan sepuluh hak pencoretan kepada masing-masing pihak. jauh
lebih banyak dari lazimnya yang hanya empat. Kedua pihak ingin menyisihkan
LaMonette, tapi mereka perlu menghemat hak pencoretan itu untuk wajah-wajah lain
yang lebih tak diinginkan.
Pihak penggugat diharuskan menentukan lebih dulu, dan sesudah selang beberapa
saat, Kotlack berkata, "Penggugat mencoret nomor 2."
Peremptory challenge pertama bagi penggugat," kata Harkin sambil membuat
catatan. Satu kemenangan kecil bagi pembela. Berdasarkan keputusan detik
terakhir, Durr Cable sudah siap untuk mencoretnya juga -
Pihak penggugat memakai hak pencoretan itu pada nomor 3, istri seorang eksekutif
perusahaan, juga untuk nomor 4. Pencoretan strategis ini berlanjut, dan praktis
menghabiskan deretan pertama. Hanya dua
72 orang juri yang di terima. Pada deretan kedua, pembantaian ini berkurang dan
lima dari dua belas calon berhasil selamat dari berbagai keberatan, dua oleh
pihak pengadilan sendiri. Tujuh orang juri sudah dipilih ketika proses itu
bergeser ke deretan ketiga. Delapan orang dari sana duduklah si teka-teki besar,
Nicholas Easter, calon anggota juri nomor 32, yang sejauh ini selalu menaruh
perhatian dan tampaknya cukup bisa diterima, meskipun ia membuat kedua belah
pihak cemas. Wendall Rohr sekarang bicara di pihak penggugat, karena Kotlack sedang terlibat
perundingan bisik-bisik dengan seorang pakar mengenai dua wajah pada deretan
keempat. Rohr memakai peremptory strike pada nomor 25. Itu adalah pencoretan
keenam oleh pihak penggugat. Yang terakhir dicadangkan untuk orang partai
Republik yang punya reputasi jelek di deretan keempat, bila mereka sampai sejauh
itu. Pembela mencoret nomor 26, memakai hak peremptory yang kedelapan. Juri
nomor 27, 28, dan 29 diterima. Juri nomor 30 ditolak oleh pembela karena suatu
alasan pengadilan dimohon membebaskan juri itu karena alasan bersama, tanpa ?perlu memakai hak peremptory masing-masing. Durr Cable meminta sidang untuk off
the record, sebab ada sesuatu yang ingin ia bicarakan secara pribadi. Rohr
sedikit kebingungan. tapi tidak keberatan. Notulis pengadilan berhenti mencatat.
Cable mengangsurkan sebuah ber-kas tipis kepada Rohr, juga kepada Hakim. Ia
menurunkan suaranya dan berkata, "Yang Mulia, melalui beberapa sumber, kami
mengetahui bahwa juri nomor 30, Bonnie Tyus, sebenarnya kecanduan obat Ativan.
73 Dia tidak pernah menjalani perawatan, tidak pernah ditahan, tidak pernah
mengakui masalahnya. Sudah tentu dia tidak mengungkapkan hal ini dalam kuesioner
atau pada acara tanya-jawab. Dia bisa hidup tanpa menimbulkan kehebohan, punya
pekerjaan dan suami, meskipun itu suami ketiga."
"Bagaimana Anda mendapatkan informasi mengenai hal ini?" Harkin bertanya.
"Melalui penyelidikan yang sangat ekstensif terhadap semua calon anggota juri.
Saya berani jamin, Yang Mulia, tidak pernah ada kontak tidak sah dengan Mrs.
Tyus." Fitch-lah yang menemukan hal ini. Suami kedua perempuan itu berhasil ditemukan
di Nashville, bekerja sebagai pencuci traktor trailer di pangkalan truk 24 jam.
Dengan seratus dolar kontan, dengan senang hati ia menceritakan segala yang
diingatnya mengenai mantan istrinya.
"Bagaimana, Mr. Rohr?" tanya Yang Mulia.
Tanpa sangsi sedetik pun, Rohr berkata bohong, "Kami mendapatkan informasi yang
sama, Yang Mulia." Ia melontarkan lirikan menyenangkan pada Jonathan Kotlack,
yang pada gilirannya menatap ber-api-api pada seorang pengacara lain yang
bertanggung jawab menyelidiki kelompok Bonnie Tyus. Sampai sejauh ini, mereka
sudah menghabiskan lebih dari satu juta dolar untuk pemilihan juri, dan mereka
tidak mendapatkan fakta penting ini!
"Baiklah. Juri nomor 30 dibebaskan dari tugas. Kembali on the record. Juri nomor
31?" "Bisakah kita bicara sebentar, Yang Mulia?" tanya Rohr.
74 "Ya. Tapi cepatlah."
Sesudah tiga puluh nama, sepuluh sudah terpilih; sembilan ditolak oleh pihak
penggugat, delapan oleh pembela, dan tiga dibebastugaskan oleh pengadilan. Kecil
sekali kemungkinan pemilihan itu akan sampai ke deretan keempat, maka Rohr,
dengan satu hak peremptory tersisa, memandang ke juri nomor 31 sampai 36, dan
berbisik pada kelompoknya, "Mana yang paling busuk?" Semua jari sepakat menunjuk
ke nomor 34, seorang wanita kulit putih berperawakan besar, bertampang jahat,
yang sudah menakutkan mereka sejak hari pertama. Namanya Wilda Haney, dan sudah
sebulan ini mereka bersumpah untuk menghindari Wide Wilda. Mereka mengamati
master sheet beberapa menit lebih lama, dan sepakat untuk mengambil nomor 31,
32, 33, dan 35, meskipun tidak semuanya sangat menarik, tapi lebih lumayan
daripada Wide Wilda. Dalam kerumunan lawan yang hanya terpisah beberapa meter dari sana, Cable dan
pasukannya sepakat untuk mencoret nomor 31, mengambil nomor 32, menyanggah nomor
33 sebab 33 adalah Mr. Herman Grimes, laki-laki buta itu, kemudian menerima
nomor 34, Wilda Haney, dan mencoret nomor 35, bila diperlukan.
Dengan demikian, Nicholas Easter menjadi juri kesebelas yang dipilih untuk
mendengarkan sidang Wood v. Pynex. Ketika ruang sidang dibuka pada pukul tiga
dan panel,itu didudukkan, Hakim Harkin mulai memanggil nama dua belas orang yang
terpilih. Mereka berjalan melewati gerbang jerjak dan duduk
75 di tempat yang sudah ditentukan di boks juri. Nicholas menempati kursi nomor 2
pada deretan depan. Pada usia 27 tahun, ia merupakan anggota juri kedua termuda.
Ada sembilan orang kulit putih, tiga kulit hitam, tujuh wanita, lima laki-laki,
dan satu orang buta. Tiga orang cadangan didudukkan pada kursi lipat berjok yang
dibariskan rapat di salah satu sudut boks juri. Kemudian selama setengah jam
mereka mendengarkan Hakim Harkin memberikan serangkaian peringatan keras kepada
mereka, para pengacara, dan pihak-pihak yang terlibat. Kontak dengan anggota
juri dalam bentuk apa pun akan diganjar dengan sanksi keras, denda, mungkin
pembatalan sidang, mungkin pencabutan izin praktek, dan ancaman hukuman mati.
Ia melarang anggota juri membicarakan kasus ini dengan siapa pun, bahkan dengan
pasangan mereka, dan dengan senyum ramah mengucapkan selamat berpisah, selamat
menikmati malam yang menyenangkan, sampai jumpa besok pagi pukul sembilan tepat.
Para pengacara itu mengawasi dan berangan-angan seandainya mereka pun bisa
pulang. Namun masih ada yang harus dikerjakan. Ketika ruang sidang sudah
ditinggalkan oleh semua orang, kecuali para pengacara dan Panitera, Yang Mulia
Hakim berkata, "Saudara-saudara, kalian mengajukan inosi-mosi ini. Sekarang kita
harus membahasnya." 76 Lima Sebagian karena campuran rasa ingin tahu dan bosan, serta sebagian karena
firasat bahwa seseorang sudah menunggu, Nicholas Easter menyelinap lewat pintu
belakang gedung pengadilan yang tidak terkunci pada pukul setengah sembilan,
menaiki tangga belakang yang jarang dipakai, dan memasuki lorong sempit di
belakang ruang sidang. Kebanyakan kantor di situ buka pukul delapan, jadi
gerakan dan suara terdengar di lantai satu. Tapi di lantai dua tidak terdengar
apa-apa. Ia mengintip ke dalam ruang sidang, dan mendapatinya kosong tanpa
manusia. Tas-tas kerja sudah tiba dan diparkir sembarangan di meja-meja. Para


Juri Pilihan The Runaway Jury Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pengacara itu mungkin ada di belakang, dekat mesin kopi, saling menceritakan
lelucon dan bersiap menghadapi pertempuran.
Ia kenal baik tempat itu. Tiga minggu sebelumnya, sehari sesudah menerima surat
panggilan yang berharga untuk bertugas sebagai juri, ia datang untuk melihat-
lihat sekitar ruang sidang itu. Mendapati bahwa saat itu tempat tersebut tidak
dipakai dan kosong, ia menjelajahi lorong-lorong dan ruangan sekitarnya ruang
kerja hakim yang penuh sesak; ruang minum
77 kopi tempat pengacara-pengacara bertukar gosip sambil duduk-duduk pada meja kuno
yang ditebari majalah-majalah lama dan surat kabar baru: ruangan ruangan untuk
saksi dengan kursi lipat dan tanpa jendela; ruang penahanan tempat orang-orang
berbahaya dan terborgol menunggu hukuman; dan, tentu saja, ruang juri.
Pagi ini firasatnya benar. Namanya Lou Dell, seorang wanita pendek gemuk sekitar
enam puluh tahunan mengenakan celana poliester, sepatu olahraga tua, dan poni
kelabu sampai ke mata. Ia sedang duduk di lorong di samping pintu ke ruang juri,
membaca buku roman kumal, dan menunggu seseorang memasuki wilayahnya la melompat
berdiri, mengambil sehelai kertas dari bawah, dan berkata, "Selamat pagi. Ada
yang bisa saya bantu?" Seluruh wajahnya membentuk senyum. Matanya bersinar-sinar
Legenda Kematian 2 Pendekar Mabuk 044 Pusaka Bernyawa Pendekar Mata Keranjang 13
^