Pencarian

Eyes Wide Open 4

Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller Bagian 4


menjadi milikku. "Rileks saja. Biarkan aku di dalam sini, dan aku akan membuatnya
terasa begitu nikmat." Dia mulai mengusapkan jari-jarinya dengan
perlahan-lahan, menggerakkan lebih dalam pada setiap dorongan.
"Sayang . . kau begitu ketat. Aku ingin mengklaimnya malam ini."
"Lakukanlah, " aku menarik napas, menengokkan kepalaku ke
samping," Aku ingin kau...akhirnya melakukan hal ini..."
Ethan memegang daguku, memutar kepalaku kembali untuk
menghadap ke arahnya saat dia menekan jari-jarinya lebih jauh ke
dalam diriku dan mengambil alih mulutku dengan mulutnya,
menyodorkan lidahnya memutar kedalam dengan kuat. "Aku
mencintaimu," katanya dengan suara parau. "Begitu banyak hingga
aku tidak tahu apa yang harus kulakukan dengan diriku sendiri pada
sebagian besar waktuku, tapi aku tahu apa yang ingin aku lakukan
disini." Dia menarik jari-jarinya, lalu meluncur lagi masuk ke dalam
lubang pantatku yang masih perawan.
Aku berteriak pada intensitas dorongannya karena rasanya seperti
terbakar di sepanjang jalan tepat ke pusat diriku.
"Aku harus tahu setiap bagian kecil tubuhmu, Brynne. Aku serakah
dan aku harus memiliki semuanya, sayang." Dia mulai menggosok
perlahan-lahan clitku dengan ibu jarinya bersamaan dengan
memasukkan jari-jarinya kedalam. "Aku harus berada di dalam
pantat sempurnamu yang indah ini karena kau dan aku harus tahu
bagaimana rasanya berada di sana."
Aku bergidik di bawah tubuhnya dan sentuhannya, tidak mampu
mengeluarkan lebih dari sebuah kata sederhana ya. Setelah
mengucapkan persetujuanku, ia melepaskan aku dan membalikkan
tubuhku. Perlahan-lahan dia mengaturku seperti yang dia inginkan.
Pinggulku ditarik ke belakang jadi aku bertumpu pada lututku.
Lenganku membentang ke depan dan mencengkeram kepala
ranjang. Lututku tersebar jauh terpisah, kemudian...tidak ada apaapa. Aku bisa
mendengar dia mengambil napas, dan tahu dia
mengamati aku lagi. Ethanku memiliki sentuhan voyeur kink yang
merasa puas saat mengamati tubuhku yang telanjang dan hal itu
hanya membuatku merasa lebih panas karena mengetahui aku
memenuhi fantasinya. Aku siap mengantisipasi disana ketika ia menutupi diriku, dadanya
menekan di atas punggungku, mulutnya di telingaku. "Apa kau
yakin?" Tanyanya dengan sentuhan hangat bibirnya dan kemudian
menjilat tepat di bawah telingaku.
"Yaaaa," Aku bergidik meneriakkan jawabanku dalam napas
panjang. Bibirnya menyentuh di bagian belakang leherku dan menyapu
menuruni tulang belakangku dalam belaian memuja. Semakin dekat
dia bergerak ke arah yang akan dituju, tubuhku semakin menyala
dalam sensasi yang mulai terbangun di bawah perutku. Aku mulai
gemetar. "Tenang, cantikku, aku mengerti." Dia menekankan satu tangannya
ke pantatku kemudian membelai salah satu lelukan pantatku. "Kau
sangat indah seperti ini," gumamnya saat tangannya naik melalui
lekukan yang satunya untuk memegang pinggulku. "Benar-benar
indah dan sempurna."
Aku merasakan dia menggeserkan bobot tubuhnya di belakangku
dan mendengar laci meja samping tempat tidur dibuka. Tetesan
pelumas licin memenuhi kulitku saat ia mengolesinya. "Tariklah
napasmu, oke" Aku akan mempersiapkan dirimu dengan baik."
Aku mengangguk untuk membiarkan dia tahu kalau aku
mendengarnya karena aku tidak bisa berbicara. Yang bisa kulakukan
hanyalah menghirup udara dan mengantisipasi apa yang akan terjadi
setelah aku merasakan dia disana.
Ujung kemaluannya membentur melewati lipatan bibir bawahku dan
meluncur dengan nikmat di sepanjang clitku, mengirimkan percikan
api yang membuatku mendorong kebelakang untuk mendapatkan
sentuhan yang lebih banyak.
"Ya, sayang. Kau akan mendapatkannya." Kepala kemaluannya yang
tumpul mendesak maju ke dalam diriku. Tekanannya begitu intens,
dan aku tidak bisa menahan kontraksi dari otot-ototku. "Rileks dan
ambil napas." Dia mendorong lagi dan ujung kemaluannya masuk ke
dalam, lubang pantatku meregang untuk mengakomodasi ukuran
dirinya. "Sekali lagi, sayang. Hampir sampai. Aku akan masuk
pelan-pelan tapi dengan sangat kuat, oke?" Tangannya memegang
pantatku saat kemaluannya bergerak lebih dalam, didorong oleh
keinginan kedua bagian diri kami untuk menyelesaikan penyatuan
ini. Sedikit terasa sakit, tapi hal itu semacam sensasi yang sangat
erotis seperti adasesuatulepas dalam diriku. Aku ingin
merasakannya. Aku benar-benar ingin. Aku perlu mengenal hal ini,
jadi aku harus menyerahkan diriku kepada Ethan lagi.
Tekanan sangat besar yang mulai meningkat telah mendorong respon
dalam diriku dan membawaku melangkah menuju suatu orgasme.
Aku mendorong ke belakang pada kemaluannya untuk membiarkan
dia tahu bahwa tidak jadi masalah untuk terus melakukannya.
"Ahhhhh...oh, Tuhan," kataku, gemetar ketika dia mendorong lebih
maju lagi, peregangan terasa semakin meningkat ke titik nyeri
hingga rasanya mustahil, tubuhku terbakar. Lalu tiba-tiba aku bisa
merasakan saat ia mengisiku dengan sepenuhnya pada satu dorongan
kuat sepanjang dia memasuki diriku. Aku memejamkan mata
mendengar teriakannya dan membeku pada sensasi itu.
"Siaaall, kau terasa sangat nikmat!" Dia menahan tubuhnya tetap
diam dan membelai kedua sisi pantatku dengan tangannya. "Sayang .
. oh, rasakandiriku...oke?" Dia mengalami kesulitan dengan katakata itu dan aku
jelas mengerti. Aku mengalami kesulitan menahan
tubuhku agar tetap diam, dan bisa merasakan getaran itu kembali
lagi. Goncangannya tidak menyebabkan rasa sakit, tapi bereaksi
dengan spontan akibat serangan luar biasa pada zona sensitif
seksualku. Rasa sakitnya hanya sedikit karena Ethan telah
mempersiapkan aku secara perlahan untuk pengalaman ini,
membawaku dengan sangat hati-hati, sama seperti caranya
memperlakukan aku hampir dalam segala hal. "Lihatlah dirimu,
gemetar." Dia membelai pinggulku dengan penuh hormat. "Aku akan
berhenti jika kau mengatakannya padaku. Aku tidak ingin
menyakitimu, sayang, " katanya dengan jelas tapi aku bisa
mendengar ketegangan dalam kata-katanya. "Kau terasa begitu
sangat nikmat, aku-aku-sial, merasa nikmat sekali!" Aku tahu dia
sama terpengaruhnya seperti aku, menggantung disana dan
menundanya, menunggu yang lain untuk berbagi. Hubunganku
dengan Ethan selalu terbuka dalam hal seks. Aku tidak tahu mengapa
semuanya begitu mudah, tapi itu memang benar dan akan selalu
begitu. "Aku-aku-aku baik-baik saja," kataku dengan gagap, "Aku ingin kau
meneruskannya." "Sial, aku mencintaimu!" Ia mengerang dengan keras.
Ethan menarik dengan perlahan, tarikannya mengirimkan lebih
banyak percikan sensorik ke pusat diriku, kemudian mendorong ke
dalam lagi. Setiap dorongan secara perlahan-lahan dan terkontrol.
Setiap penyatuan sedikit lebih dalam dari yang sebelumnya. Aku
terkejut pada intensitas kenikmatan yang terbangun di dalam diriku
saat ia menambah kecepatan dengan mantap. Tangannya
memegangku supaya aman dan kemaluannya memilikiku dalam cara
terakhirnya yang memungkinkan.
Saat semuanya mulai terbangun di inti tubuhku, berpacu menuju
suatu ledakan, aku tahu Ethan berada dalam kondisi yang sama putus
asanya seperti diriku. Dia mulai berbicara kotor dan napasnya
terengah-engah saat dia menyelipkan tangannya turun ke clitku dan
menggosoknya membentuk lingkaran.
Sentuhannya pada sekumpulan kecil saraf-saraf itu mengirimku ke
tepian. "Aku akan datang!" Aku terisak. Saat aku menundukkan
kepalaku ke seprei untuk menahan serangan hebat itu, aku
merasakan dia membengkak menjadi lebih keras lagi di dalam diriku
saat kemaluannya terus bergerak dalam irama tanpa kenal lelah.
"Oh, SIAAAALL! -aku juga!" Teriaknya melalui hujaman keras
berulang-ulang yang menghubungkan kami.
Aku mengejang di bawahnya dan meledak, benar-benar tanpa sisa,
dan hanya mampu bertahan saat ia terus mendorong untuk mencapai
klimaksnya. Sesaat kemudian aku merasakan dia menarik keluar dari
dalam diriku kemudian membalikkan tubuhku, aku masih belum
pulih dari kenikmatan paling eksplosif yang pernah kualami.
"Bukalah matamu!" Bentaknya.
Aku membuka mataku dan terkunci pada bola mata birunya yang
berapi-api. Pemandangan tubuhnya sangat mengagumkan untuk
dilihat. Dia tampak seperti dewa pagan, licin dengan keringat dan
semua ototnya mengeras saat ia berlutut diantara kakiku,
mencengkeram kemaluannya, dan ejakulasi di seluruh payudara dan
tenggorokanku. Dia amat sangat mempesona pada momen ini.
Beberapa waktu kemudian aku mendengar bunyi air mengalir di
kamar mandi lalu membuka mataku, tubuhku berat karena rasa
kantuk dan kepuasan. Ethan disana mengawasiku, sangat intens dan
serius terlihat dari ekspresinya, jari-jarinya menyisir rambutku.
"Hai." Ekspresi kerasnya melunak saat ia membungkuk untuk
mengecup bibirku. "Kau jadi mengantuk setelah aku membuatmu
klimaks." "Kupikir aku perlu sedikit tidur setelah semua itu."
Wajahnya kembali cemberut. "Terlalu banyak" Aku minta ma-"
Aku membuatnya diam dengan menempatkan tanganku di mulutnya.
"Tidak," Aku menggelengkan kepalaku. "Kalau itu terlalu banyak
aku akan mengatakannya."
"Bagaimana tadi terasa nikmat?" Tanya dia dengan hati-hati, alisnya
berkerut, bentuk muka kekhawatirannya terlihat indah.
"Oh...ya." "Apakah aku menyakitimu?" Nada keprihatinan dalam suaranya
melelehkan aku jauh lebih mendalam.
"Hanya dengan cara yang terbaik," kataku jujur.
Kerutan pada alisnya menghilang dan tampilan perasaan lega
menggantikannya. "Oh, terima kasih holy f*ck!" Dia mengangkat
matanya ke atas seperti sedang memanjatkan sebuah doa dan
kemudian kembali menatapku, sungguh tidak masuk akal -berterima
kasih pada surga untuk anal seks dengan pernyataan rasa syukur
menggunakan kata f- ketika aku memberikan persetujuanku"
"Karena aku benar-benar ingin melakukannya lagi kapan-kapan."
Dia tampak begitu sangat lega, dan bahkan mungkin sedikit puas
tentang diriku. Sekali lagi aku senang telah membuat dirinya bahagia
dan puas yang terlihat dari penampilannya, betapa aku bisa
mempercayai Ethan dengan hati dan tubuhku. Dia sempurna dalam
mengurusku. Aku tidak benar-benar melihat seberapa besar ia
menginginkannya, dan seberapa pedulinya dia dalam melakukan
anal seks tadi. Secara seksual maupun emosional.
Ethan sangat terbuka mengenai seks, terkadang berlebihan yang
membuatku tampak jelas tersipu atas keterusterangannya. Meskipun
dalam hati, aku tahu itu bagian dari alasan dia melakukannya karena
sangat berpengaruh bagiku. Aku tersenyum padanya juga. Hanya
Ethan yang bisa lolos berbicara dengan manis tentang keinginannya
melakukan anal seks lagi untuk kami dan tidak membuatnya
terdengar porno dan kasar.
Bagaimana sih dia melakukan itu"
Kinky-ku, kekasihku yang bermulut kotor dan romantis.
Kombinasi yang sempurna, menurut pendapatku.
"Oke..." Kataku padanya, dan membungkuk ke depan untuk
menciumnya. Dia menciumku selama beberapa saat dengan lembut dan penuh
kasih sayang, seperti biasanya. Aku menantikan sesi berciuman
setelah berhubungan seks. Ethan selalu ingin menciumku setelahnya,
dan selalu terasa seperti dia sedang bercinta denganku lagi, hanya
saja dengan bibir dan mulutnya. Dia menekan diriku dari atas dan
menahanku di bawah tubuhnya yang keras, pinggulnya di tempatkan
diantara kakiku, bibirnya di seluruh tubuhku, di bibirku,
tenggorokanku, payudaraku. Dia tidak berhenti sampai dia merasa
senang dan juga puas. Ethan tahu bagaimana cara meminta dariku. Dan aku sangat yakin
naluri dia hanyalah dasar dari instruksi primitif yang tertanam
didalam dirinya dimana ia tidak bisa menahan dirinya kecuali untuk
memenuhinya. Aku yakin tentang dirinya, karena aku juga
merasakan hal yang sama seperti itu. Aku ingin menerima dia, dan
pasrah selama melakukan hubungan seks dengan cara melakukan
apa yang Ethan minta secara terus terang kepadaku. Hal itu juga
membuatku menjadi panas. Aku suka hal-hal yang dia katakan dan
minta dariku ketika kami sedang panas-panasnya bercinta.
Dia menjauhkan bibirnya dan memandangku dengan mata biru
beningnya. "Aku sangat mencintaimu hingga kadang-kadang hal itu
membuatku takut. Tidak...maksudku membuatku takut pada
sebagian besar waktuku." Dia menggelengkan kepalanya perlahanlahan. "Aku benci
terlalu sering meninggalkanmu sendirian disini.
Ini tidak benar." Dia menghela napas panjang. "Aku sangat
membencinya. Aku menjadi-aku berubah menjadi cerewet seperti
orang gila, dan aku berharap semua itu tidak...terlalu berlebihan.
Bahwa aku tidak terlalu berlebihan." Dia menempelkan dahinya
pada dahiku. "Aku menemuimu dan aku hanya ingin bersamamu
seperti ini." Dia menempatkan satu tangannya di atas payudaraku
dan menangkupkannya di atas efek dari orgasmenya yang sekarang
sudah kering, tampaknya sebagian besar sudah dibersihkan di
beberapa titik. Mungkin dia melakukannya saat aku tertidur. Aku
langsung tertidur begitu selesai mengalami klimaks dahsyat yang dia
berikan padaku, aku tidak menyadarinya.
"Well, aku tidak mengeluh." Aku memegang wajahnya. "Aku suka
versimu yang seperti orang gila, seperti apa yang kau sebutkan tadi,
asal kau tahu, aku kesepian malam ini, merindukanmu dan aku
merasa khawatir tentang semuanya, tapi kemudian kau pulang
terlihat seperti akan mati jika kau tidak memiliki diriku, dan...well,
hal itu hanyalah apa yang aku butuhkan untuk membuatku merasa
lebih baik. Saat aku sendirian dengan pikiranku, aku cenderung
mulai mengkhawatirkan sesuatuyang seharusnya tidak perlu.
Perasaan ragu-ragu merasuki diriku. Kaulah orang pertama yang
benar-benar membantuku dengan semua keraguan itu. Kau
menghapus semua itu ketika kau menyentuhku dan menunjukkan
bagaimana besarnya kau menginginkan aku."
Dia hanya menatap, matanya melebar. "Apakah kamu benar-benar
nyata?" Bisiknya, menyentuh wajahku dengan punggung jari-jarinya
dalam sebuah belaian tanda menghargai. "Karena aku
menginginkanmu untuk selamanya."
Ethan telah menanyakan pertanyaan itu sebelumnya dan aku
menyukainya. "Ketika kau mengatakan hal-hal seperti itu jantungku
berdetak lebih cepat."
Dia menaruh tangannya di atas payudara kiriku dan menahannya
disana. "Aku bisa merasakan jantungmu. Ini jantungku juga."
Aku mengangguk. "Ini jantungmu, dan aku sangat nyata, Ethan. Aku
menginginkan semua yang pernah kita lakukan bersama-sama, dan
kau memiliki jantungku sekarang." Aku menyentuh wajahnya
dengan cara yang sama, hanya terpisah beberapa inci, tenggelam ke
dalam matanya. Ethan menghela napas panjang, tapi terdengar lega dan bukan


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

khawatir. "Ayo, cantikku, mandilah denganku. Aku ingin
membasuhmu dan memelukmu untuk sementara waktu." Dia
mengangkatku dan membawaku masuk ke dalam sebuah kamar
mandinya karya besar travertine, dan membantuku masuk ke dalam
bathtub. Setelah ia menempatkan diri di belakangku, aku
meregangkan diriku ke belakang dan bersandar ke dadanya yang
kokoh. Lengannya melingkariku untuk mengalirkan air di atas
payudara dan bahuku. "Aku menelepon Benny malam ini," kataku setelah beberapa saat.
Ethan menyabuniku dengan spons dan menarik spons ke atas ke
lenganku. "Bagaimana Clarkson" Apakah ia ingin mengambil
gambarmu lagi?" "Kami tidak membicarakan hal itu."
"Tapi dia akan membicarakannya." Respon Ethan bukan hal yang
baru. Dia tidak menyukai aku di dunia modeling, dan dia benarbenar tidak
mengerti bagaimana aku sangat membutuhkan yang satu
itu. Aku tidak memiliki kebiasaan suka menanggapi sesuatu yang
tidak logis karena aku tidak ingin dia menjadi marah dan tidak
masuk akal lagi. Setiap kali aku pergi untuk pemotretan ia menjadi
irasional, jadi lebih baik menghindari mengingatkan itu padanya.
"Kupikir Ben mulai curiga, dan aku yakin Gaby juga jika dia melihat
bentuk tubuhku, tapi kita hanya berbicara di telepon."
Ethan menarik spons ke atas leherku. "Sudah waktunya untuk
memberitahu mereka, sayang. Aku ingin mengumumkannya dan hal
itu akan menjadi berita besar. Aku sangat tahu itu."
"Besar bagaimana" "
"Pers London" Tamu-tamu selebriti" Perencanaan pernikahan yang
mewah?" Aku menegang dalam pelukannya. Dia mengencangkan
pelukannya di sekelilingku dan berbisik, "Sekarang, jangan panik,
oke" Pernikahan kita harus menjadi...acara yang layak untuk berita
sehingga semua orang tahu tentang kita."
"Seperti senator itu?"
"Ya," ia berhenti sejenak, "kami berpikir bahwa Fielding juga tewas.
Dia hilang sejak akhir Mei. "
"Oh, Tuhan! Ethan, kenapa kau tidak memberitahuku?" Aku
tersentak ke depan dan setengah membalikkan tubuhku untuk
melihat ke arahnya dengan pandangan menuduh.
Dia mengencangkan pelukannya di sekelilingku dan menekan
bibirnya ke bagian belakang leherku. Kurasa dia sedang berusaha
untuk menenangkan aku, dan beruntung taktiknya biasanya berhasil.
Ethan mampu menenangkan aku hanya dengan sebuah sentuhan
yang lembut. "Aku baru saja mendapatkan konfirmasi, dan ketika pertama kali aku
menduganya kita sedang berada di Hallborough, dan kau begitu
kesakitan sekali ... Jangan marah. Aku harus memberitahu Neil
tentang kita juga. Dia tahu kau hamil. Dan sebelum kau marah
tentang hal itu, kau harus tahu dia sangat bahagia untuk kita. Kau
tahu semua yang perlu diketahui, Brynne." Dia mencium bahuku.
"Tidak ada rahasia."
Otakku mulai menempatkan semua itu bersama-sama dan
memikirkan semua itu yang membuatku sangat merinding. "Kau
khawatir mereka mencoba untuk mendapatkan aku juga, tapi jika
hubungan dan pernikahan kita dibuat menjadi berita selebriti maka
mereka tidak akan berani?" Aku bisa mendengar ketakutan dalam
nada suaraku dan membencinya. Aku tidak bisa membayangkan
bahwa Senator Oakley menginginkan aku mati. Apa yang kulakukan
salah kecuali kencan dengan anaknya" Lance Oakley lah yang
membuat masalah, bukan aku! Mengapa aku harus hidup dalam
ketakutan karena sesuatu yang bukan aku buat" Aku adalah korban
disini, dan aku sangat membencinya, itulah kebenarannya.
"Aku tidak bisa mengambil risiko denganmu dan aku tidak akan,
tidak akan pernah membiarkannya." Ethan mencium leherku dan
memutar spons turun ke bawah perutku. "Aku selalu bilang kau
orang yang cerdas karena kau memang begitu. Kau harus mengerti
hal itu." "Ya, aku mengerti. Aku memahami bahwa kekuatan sebuah partai
politik mungkin ingin menyingkirkan aku, tapi bukan berarti aku
harus menyukai pernikahan dibuat untuk kedok." Aku bisa
merasakan Ethan menegang di belakangku dan berpikir bahwa dia
tidak senang dengan apa yang kukatakan.
"Sudah kubilang aku akan melakukan apapun untuk mengamankan
keselamatanmu, Brynne, dan aku akan melakukannya. Aku berjanji
padamu, tempat dan daftar tamu tidak akan mengubah sedikitpun
tentang makna dari pernikahannya. Tidak untukku, mereka tidak
akan melakukannya," tegasnya. "Dan aku menginginkan fakta
bahwa kita menantikan seorang bayi untuk menjadi bagian dari
pengumuman itu juga. Itu akan membuatmu lebih dari sekedar
sebuah komoditas yang sangat berharga." Dia mengguncangku
pelan-pelan. "Yang mana kau memang seperti itu."
Ya, kekasihku sama sekali tidak merasa senang. Ia juga terdengar
sedikit terluka, dan aku merasa bersalah lagi karena tidak begitu
menghargainya. Aku kira itu menjadi satu hal lagi untuk
didiskusikan dengan terapisku. Sementara aku bersyukur Ethan ingin
menikah dan bersedia membuat komitmen untuk anak kami, aku
benci bahwa ancaman dari siapapun itu merupakan pendorongan
dibalik lamarannya. "Maafkan aku. Aku tahu aku tidak membuat hal ini menjadi mudah
untukmu, Ethan. Aku berharap aku bisa memiliki pandangan
berbeda tentang hal ini." Kuharap dalam banyak hal. "Tapi kau
harus tahu, hal itu bukan impian sesungguhnya setiap gadis untuk
memiliki pernikahan layaknya selebriti karena seseorang yang
mungkin akan mencoba untuk membunuhnya."
"Banyak sekali yang memotivasiku daripada hal itu," geramnya,
"dan kau tahu itu." Ethan menarik penutup saluran dan mengangkat
tubuhnya keluar dari bathtub. Dia mengulurkan tangan untuk
membantuku, ekspresinya sedikit marah, sedikit tersinggung, dan
banyak keindahan terlihat di seluruh tubuh megah telanjangnya yang
basah itu. Yeah, seorang bayi yang kami buat bersama-sama karena
kecerobohan kami ikut mendorongnya juga.
Aku menerima tangannya dan membiarkan dia menarikku keluar
dari bathtub. Dia menarik sebuah handuk dan mulai mengeringkan
aku dari kepala hingga kaki. Ketika ia sampai di perutku ia
membungkuk dan mencium lembut tepat di atasnya dimana bayi
kami akan tumbuh. Aku tersentak dan mulai merasakan air mata keluar lagi, sepenuhnya
tidak mampu mengatasi emosiku, dan bertanya-tanya bagaimana aku
sebelumnya pernah berhasil melewati semuanya dengan utuh.
Mengapa aku sekarang begitu lemah"
Dia mengangkat matanya ke atas. "Tapi aku mencintaimu, Brynne,
dan aku ingin selalu bersamamu. Apakah itu tidak cukup?"
Aku meledak. Benar-benar lengkap, untuk yang kesekian kalinya.
Air mata, isak tangis, cegukan - dan lain sebagainya sampai panjang.
Ethan mendapatkan paket emosional yang mewah dari aku malam
ini. Pria malang. Meskipun ledakan tangisanku tampaknya tidak mengganggunya,
karena itu ia segera mengambil kendali, menempatkan aku kembali
di tempat tidur, bergeser di sampingku dan menarikku mendekat. Dia
menjalankan jari-jarinya disela-sela rambutku dan hanya memelukku
untuk waktu yang lama tanpa banyak permintaan, tidak ada
pertanyaan atau rasa ingin tahu. Dia hanya membiarkan aku,
menawarkan kenyamanan dan kekuatannya dengan murah hati tanpa
minta imbalan apapun. Dia sedang berpikir. Aku bisa mendengar roda gigi berputar di dalam
kepalanya saat ia memikirkan aku. Sebenarnya Ethan kadang
melakukan hal seperti itu, berpikir tanpa mengatakan apapun.
Meskipun aku juga begitu. Aku teringat sesuatu yang Dr Roswell
katakan padaku lebih dari sekali. Setiap kali aku menyatakan
kekhawatiranku tentang masa depan, dia berkata: "Kau akan bisa
melewati selangkah demi selangkah setiap kalinya, suatu hari,
Brynne." Klise yang lain, ya, tapi yang satu itu memang benar, seperti yang
Ethan suka katakan kadang-kadang. Kata-kata yang tepat.
Aku akan melewati selangkah demi selangkah setiap saat, dan Ethan
akan berada di sini untuk membantuku.
"Cukup, Ethan," bisikku. Jari-jarinya terhenti di rambutku. "Itu
sudah cukup bagiku. Kau lebih dari cukup."
Ethan menciumku, lembut dan perlahan, lidahnya menyelinap ke
dalam untuk menjalin lidahku dengan pelan-pelan seperti tidak ada
yang kami pedulikan di dunia ini sekarang. Aku merasakan usapan
dari telapak tangannya turun ke bawah dan beristirahat di perutku
dan ia memegang disana, hangat dan melindungi.
"Kita akan baik-baik saja, sayang. Aku tahu itu. Kita bertiga."
Aku membenamkan wajahku di dadanya dan menciuminya. "Ketika
kau mengatakan itu, aku percaya padamu."
"Kita akan baik-baik saja. Aku tahu itu." Dia mengangkat wajahku
dan menepuk kepalanya dengan jarinya. "Aku punya penglihatan,
sama seperti kau punya kekuatan super dalam mengambil
kesimpulan yang kau katakan pada waktu itu." Dia mengedipkan
matanya. "Sungguh." kataku dengan sinis, supaya dia tahu aku sudah
melupakan kemarahanku tentang pernikahan dan bisa menerimanya
kembali. "Yup. Kau, aku dan blueberry kecil kita akan hidup bahagia
selamanya." Aku menggelengkan kepalaku ke arahnya. "Kita tidak punya
blueberry lagi." Dia pura-pura kaget. "Apa yang terjadi dengan blueberry" Jangan
bilang kau sudah memakannya."
"Dasar bodoh." Aku menyikut rusuknya. "Blueberry sekarang sudah
menjadi jadi raspberry."
"Dari mana kau mendapatkan informasi ini?" Tanyanya, satu alisnya
ditarik keatas. "Situs yang menyebutkan Bumped dot com. Kau harus
memeriksanya. Situs itu akan memberitahumu semua yang ingin
kamu ketahui tentang buah-buahan dan sayuran."
Dia tertawa. "Aku suka ketika kau bermain-main denganku,"
katanya, mengambil daguku. "Terutama ketika aku bisa melihat
cahaya di matamu dan kau terlihat bahagia. Inilah semua yang
kuinginkan. Kau bahagia denganku, tentang kita, kehidupan kita
bersama." "Kau membuatku bahagia, Ethan. Aku minta maaf tentang
bagaimana aku akhir-akhir ini. Kekacauan hormonal yang
membuatku menangis hanya karena sesuatu, menjadi murung,
menjadi sulit, ugh...Aku bahkan benci suaraku sendiri saat meminta
maaf padamu sekarang."
Dia menggelengkan kepalanya. "Tidak. Tidak sama sekali. Kau tidak
perlu meminta maaf, sayang. Yang perlu kau lakukan hanyalah
menyetujui pengumuman pertunangan kita. Aku sudah menulisnya
hari ini. Sudah siap untuk diumumkan."
Dia tampak begitu sungguh-sungguh dalam permintaannya, dan aku
menyadari saat itu juga bahwa sudah waktunya menyingkirkan rasa
kekhawatiranku tentang pernikahan, bayi, penguntit, semuanya yang
membuatku takut, benar-benar, sudah berakhir. Melangkah ke depan
adalah satu-satunya pilihan itu sekarang.
"Oke. Aku siap."
"Benarkah" " Ethan tampak agak terkejut. "Hanya seperti itu,
sekarang kau siap?" "Ya. Aku siap. Aku tahu kau mencintaiku dan aku tahu kau akan
mengurus kami. Akhirnya aku mengakui sendiri pada Dr Roswell
bahwa aku menginginkanmu. Aku mencintaimu dan aku
membutuhkanmu." Aku menangkup satu sisi wajahnya dengan
tanganku. "Ayo kita lakukan."
Aku mendapatkan salah satu dari senyuman Ethan yang spektakuler
dan langka yang membuat semua itu menjadi sangat berharga. Aku
memang suka membuat pria ini bahagia. Seakan mengisi sesuatu
dalam diriku, membuatku merasa ada kehangatan mengalir di dalam
diriku. "Kita harus memberitahu orang tua dan keluarga kita. Bagaimana
kau ingin menyampaikan beritanya?" Tanyanya lembut.
"Hmmm... usulan yang bagus." Aku melihat jam di samping tempat
tidur yang menunjukkan pukul satu pagi. "Bagaimana kalau
sekarang?" Kataku. "Sekarang?" Sesaat dia tampak tidak yakin sebelum dia menemukan
jawabannya. "Kau ingin memberitahu ayahmu dulu." Aku tahu dia
menghitung dalam hati. "Di sana jam 05:00 hari Jumat, apa kau pikir
kau bisa menghubunginya?"
"Aku cukup yakin aku bisa. Berpakaianlah."
"Hah?" Aku menyelinap keluar dari tempat tidur dan mulai memakai celana
yoga dan T-shirt. "Aku ingin menghubunginya lewat Skype dan
mengatakan itu dengan bertatap muka dengannya." Aku
menyeringai, merasa senang dengan ideku. "Aku ragu dia akan
senang mendengar dia akan menjadi seorang kakek dengan kau
telanjang di depan Skype seperti penampilanmu sekarang," kataku
sambil menatap lama ke arahnya, menimbang-nimbang saat melihat
kulit telanjangnya yang berotot itu, "jadi berpakaianlah, please. Aku
bisa menjamin dia pasti ingin berbicara denganmu setelah aku
mengatakan padanya apa yang telah kau lakukan padaku."
?"" ?"Princess, kau terlihat begitu cantik. Aku suka melihat wajahmu
disini. Untuk apa aku sampai berhutang kehormatan ini, dan apa sih
yang kau lakukan pada jam 1:00 pagi?"
Aku tersenyum pada ayahku dan benar-benar seperti ada kupu-kupu
di dalam perutku saat memikirkan kemungkanan apa bila aku
menceritakan berita kami. Tapi entah bagaimana aku tahu dia akan
turut bahagia untukku. Dia tidak pernah menghakimiku waktu dulu
itu, dan sekarang ia juga tidak akan melakukannya. "Ya Tuhan, aku
rindu padamu. Aku akan memberikan apapun untuk membuatmu
bisa berada tepat di depanku, Daddy." Ayahku yang tampan
menyampirkan handuk kolam renang di sekitar lehernya dan
rambutnya basah. "Aku baru melakukan empat puluh putaran, dan rasanya hebat. Libur
akhir pekanku adalah awal yang baik. Cuaca begitu bagus untuk
berenang. Aku berharap kau ada disini untuk menikmatinya
denganku." "Aku juga. Apa kau meminum pil tekanan darahmu seperti yang
seharusnya kau lakukan?"
"Tentu saja. Aku dalam kondisi bagus untuk seukuran pria tua yang
aneh." "Oh, please, kau sangat jauh dari kata aneh, Dad. Ketika aku
membayangkan seorang pria tua, kau sudah pasti bukan seperti itu.
Aku bahkan mendapat pesan dari Jess di Facebook yang
menceritakan bagaimana dia bertemu denganmu di gym dan
bagaimana mempesonanya dirimu. Kau pasti membuat para wanita
histeris ketika kau berlatih."
Dia tertawa dan mengabaikan komentarku. Aku selalu bertanyatanya tentang wanita
dalam hidupnya. Dia tidak pernah berbicara
tentang kencan atau teman wanitanya, jadi aku benar-benar tidak
tahu banyak. Terkadang dia pasti kesepian. Manusia tidak


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ditakdirkan untuk sendirian. Aku berharap dia bisa menemukan
seseorang yang membuatnya bahagia.
"Jess adalah gadis yang manis. Kami mengobrol kebanyakan tentang
kamu, Brynnie. Kau tidak menjawab pertanyaanku. Mengapa kau
terjaga selarut ini?"
"Well, Ethan dan aku memiliki sesuatu yang penting untuk
disampaikan dan aku tidak ingin waktu berlalu sebelum bicara
denganmu." "Oke...Kau tersenyum, jadi kupikir harusnya ini menjadi berita
gembira?" Dia mengangkat dagunya dan tampak sedikit terlalu
berpuas diri. Keyakinanku menjadi sedikit goyah, sampai aku
merasakan Ethan muncul di belakangku dan duduk. Dia meletakkan
tangannya di bahuku dan membungkuk ke depan sehingga ayahku
bisa melihat dia di monitor. "Hei, Ethan, jadi kau akan menikah
dengan putriku" Apakah pengumuman besar ini tentang semua itu?"
"Ahhh...Well-um...Sebenarnya kami ingin memberitahumu beberapa
hal, Tom." "Well, aku ingin sekali mendengarnya," kata Dad, jelas menyukai
bahwa ia membuat Ethan menggeliat di Skype, seringai mengerikan
tampak di wajahnya yang tampan. Ya Tuhan, aku berharap dia
bahagia setelah ia mendengar kata-kata ini.
Aku akan melakukannya. Perut buncit yang membesar gagal masuk
ke bagian yang terdalam dari kolam renang merupakan gambaran
dari hidupku. "Daddy, kau akan menjadi seorang kakek."
Aku merasakan jari Ethan meremas bahuku sedikit lebih erat, dan
melihat seringai lebar di wajah ayahku berubah menjadi ekspresi
yang benar-benar kaget. ?"" Bab 14 " Aku menghentikan mobil di depan rumah yang terbuat dari bata
merah dimana aku dibesarkan di Hampstead dan memarkirkan
mobilku disana. "Ini rumah ayahku."
"Sangat indah, Ethan. Rumah khas Inggris yang elegan, seperti yang
kubayangkan. Halamannya indah."
"Dad selalu merawat sendiri halamannya."
"Aku selalu mengagumi orang-orang yang suka berkebun. Suatu hari
nanti aku ingin memiliki taman tapi aku tidak tahu banyak tentang
tanaman. Aku harus banyak belajar," katanya penuh harap dari
dalam mobil . "Apa kau baik-baik saja datang kemari " Apakah
rumah ini masih terasa seperti tempat tinggalmu?" Kedengarannya
Brynne sedikit merindukan rumahnya yang di Amerika.
"Well, ya, begitulah. Ini adalah satu-satunya rumah yang pernah
kumiliki sampai aku bisa membelinya sendiri. Dan aku tahu ayahku
akan senang mengajari kamu apa saja. Taman Ibuku ada di belakang
rumah. Aku benar-benar ingin kau melihatnya." Aku menyapukan
tatapanku pada Brynne, dia tampak cantik seperti biasanya dengan
gaun bercorak bunga dan sepasang sepatu bot ungu. Ya Tuhan, aku
sangat suka saat dia mengenakan sepatu botnya. Pakaiannya bisa
ditanggalkan tapi botnya bisa tetap dipakai . . . setiap saat. "Apa kau
gugup?" Dia mengangguk. "Ya . . . sangat."
"Tidak perlu, sayang. Semua orang mencintaimu dan berpikir kau
gadis terbaik yang pernah ada untukku." Aku memberinya ciuman
perlahan-lahan di bibirnya, merasakan manisnya sebelum kami
keluar di depan orang banyak, dan tanganku yang selalu ingin
menyentuh dirinya harus segera dihentikan untuk beberapa jam
kedepan. Memang menyebalkan menjadi orang seperti aku. "Dan
kau jadilah seperti dirimu sendiri," tambahku.
"Oh, ayolah; aku ingat bagaimana saat ayahku menginterogasi-mu . .
. dan bagaimana paraunya suaramu." Dia terkikik. "Ekspresi
wajahnya sangat lucu, kan?"
"Ahh , aku rasa begitu. Aku tidak begitu ingat wajahnya. Semua
yang bisa kupikirkan adalah betapa bersyukurnya aku karena ada
jarak ribuan mil diantara kita, kau tahu, hal ini untuk menyelamatkan
penisku dari pukulannya."
"Kasihan sekali," dia tertawa, tangannya memegang perutnya.
"Apakah kau baik-baik saja" Bagaimana perilaku raspberry kita
malam ini?" Brynne mengulurkan tangan lalu memegang pipiku. "Sejauh ini
Raspberry kecil kita masih mau diajak kerjasama, tapi aku tidak
pernah tahu apa yang harus kulakukan. Malam hari seakan menjadi
musuhku, setiap kali ingin muntah. Hanya butuh waktu untuk
menyesuaikan diri." "Kau terlihat sangat cantik malam ini. Dad akan senang." Aku
meraih tangannya dan mencium telapak tangannya, kemudian
meletakkannya kembali di atas perutnya.
"Kau akan membuatku menangis jika kamu terus seperti itu." Dia
menutupi tanganku dengan tangannya.
"Tidak. Tidak ada air mata malam ini. Saat ini waktunya berbahagia.
Pikirkan tentang betapa bahagianya ayahmu tadi malam ketika kita
memberitahunya. Well, setidaknya setelah dia menyadari kalau dia
terlalu jauh untuk mengebiri aku, benar kan." Aku mengedipkan
mata dengan cepat. "Aku mencintaimu, Blackstone. Kau membuatku tertawa, dan itu
sangat berarti buatku. Ayo kita lakukan semua ini."
"Ya, bos." Aku keluar memutari mobil dan membantu gadisku turun
dari mobil dan menaiki tangga menuju pintu. Aku membunyikan bel
dan menunggu. Gesekan lembut dari tubuh yang hangat menyelinap
di kakiku. Kucing itu bertambah besar sejak terakhir kali aku datang
kesini. "Soot, my man. Bagaimana kabarmu?" Aku mengangkatnya dan
memperkenalkannya pada Brynne. "Ini Soot, yang
memproklamirkan dirinya sendiri sebagai pemilik ayahku. Bisa
dibilang dad sudah mengadopsinya."
"Aww...kucing yang tampan. Matanya hijau." Brynne mengulurkan
tangan untuk membelainya saat Soot menunduk ke tangannya minta
dibelai. " Dia benar-benar ramah, ya?"
"Oh, ya." Pintu terbuka menyela kami. Bibi Marienya Brynne, dengan senyum
ramah di wajahnya, berdiri tepat di teras depan ayahku. "Surprise,"
kata Marie. "Aku yakin kalian berdua tidak berharap melihatku di
sini, kan?" Aku tertawa canggung, benar-benar tertangkap basah tapi aku
memulihkan keterkejutanku dengan baik . "Marie , jika ini bukan
kejutan yang menyenangkan, aku tidak tahu lagi apa itu. Apakah kau
membantu Dad menyiapkan makan malam?"
"Ya." katanya. "kalian berdua silahkan masuk." Dia menyambut
kami berdua dengan ciuman dan pelukan. Brynne dan aku saling
melirik dengan cepat. Aku berani bertaruh Brynne sama terkejutnya
dengan aku karena melihat Marie disini.
Begitu aku bertemu Dad, aku tahu ada sesuatu. Dia menyeka
tangannya pada lap dapur dan menyambut kami. Sebuah pelukan
hangat dan ciuman di tangan untuk gadisku, dan dengan tatapan
agak dingin mengangguk padaku. Soot melompat keluar dari
lenganku lalu berlari entah kemana.
"Marie dan aku sudah janjian makan malam disini malam ini ketika
kau menelepon dan ingin datang kemari," kata Dad.
Benarkah " Aku melirik lagi dengan cepat ke arah Brynne dan usaha
keras kami berdua supaya tetap bersikap tenang disini sangat jelas
sekali. Jadi Ayah dan Marie . . . " Bagus. Aku masih berpikir Marie
cukup seksi untuk ukuran wanita dewasa. Sebuah pemikiran
menyadarkan aku, mungkin ayahku kesal karena aku merusak
malam romantisnya. Well, sialan. "Lalu mengapa kau tidak
mengatakannya?" Tanyaku. "Kami tidak harus melakukannya malam
ini." Ayahku menggelengkan kepalanya padaku dan tetap bersikap hatihati. Jika aku
tidak mengenalnya dengan baik, aku akan mengatakan
dia bersikap tidak ramah padaku. Hanya kepadaku saja, bukan
Brynne. Dia memberikan senyum hangat pada Brynne dan berkata,
"Oh , aku pikir Kau harus melakukannya malam ini, Nak."
Apa- apaan ini" Apakah dia sudah tahu" Aku akan meretakkan
kepala adikku atau Fred jika mereka sudah membuka rahasia. Aku
menyipitkan mata ke arah Dad. Wajahnya mengeras kembali ke
arahku. Marie mencairkan ketegangan. Terima kasih. "Brynne, sayangku,
bantu aku menyiapkan makanan penutup. Raspberry trifle (nama kue
yang terbuat dari raspberi dan krim keju), dan itu akan menjadi kue
yang istimewa." Aku merasa terdorong untuk tersenyum ketika dia
mengatakan raspberry, mataku mengedip ke arah Brynne. Dia
memberiku senyuman dengan kedipan mata dan mengikuti Marie ke
dapur. "Ada apa dengan penolakan itu, Dad" Apakah kami mengganggu
malammu atau apa" Kau bisa mengatakan kalau malam ini bukan
waktu yang tepat untuk datang, kau tahu."
Ayah mengeraskan rahangnya dan mengangkat kedua alisnya,
membiarkan aku tahu siapa yang memimpin perdebatan kecil ini.
Menakjubkan bagaimana orang tua bisa memiliki kekuasaan seperti
itu. Ingatanku kembali ke masa remajaku ketika aku menggeliat di
kursi panas karena aku melakukan beberapa kesalahan.
"Sebenarnya, Kau mengganggu malamku, tapi itu tidak penting. Aku
selalu senang bertemu dengan anakku. Tidak, aku lebih tidak
percaya kalau aku harus menunggu telepon darimu, Ethan."
Tatapannya seakan menusukku sambil mencari-cari.
"Bisakah kita disini berhenti berbicara dengan menggunakan kode"
Kau tampak jelas ingin mengatakan tentang sesuatu."
"Oh, ya, sesuatu," katanya singkat.
"Apa yang kau maksud dengan itu?" Suaraku parau. Persetan! Aku
berada dalam kesulitan sekarang. Dad tahu" Bagaimana bisa"
"Kurasa kau sudah tahu, Nak. Bahkan, aku tahu kalau kamu sudah
tahu apa itu." "Kau tahu?" Yeah, suaraku masih parau seperti penyanyi opera di
atas panggung. "Bagaimana mungkin?"
Sebenarnya ekspresinya sudah sedikit melunak. "Tampaknya banyak
hal yang mungkin terjadi, Nak. Bayangkan betapa terkejutnya aku
saat menelepon Hannah dan cucuku mengatakan dengan gembira
bahwa Paman Ethan dan Bibi Brynne sedang mengandung."
Oh boy! Aku langsung menyentuh janggutku dan mengerakgerakkan satu tanganku naik
turun diatasnya. "Jadi monster kecil itu
yang mengatakannya padamu ya?"
"Benar sekali." Ekspresi Ayahku masih tetap mengeras. "Zara hanya
sedikit bicara mengenai hal itu."
Aku mengangkat kedua tanganku keatas tanda menyerah. "Apa yang
kau ingin aku katakan, Dad" Kami sudah tertangkap basah, benar
kan" Hal itu bukannya disengaja, dan aku bisa menegaskan kami
juga sangat terkejut mengenai hal itu seperti yang lainnya!"
Dia melipat tangannya di depan dada, tampaknya tidak terpengaruh
dengan kecerobohanku itu. "Kapan pernikahannya?"
Aku menatap lantai, mendadak merasa malu karena tidak memiliki
jawaban untuknya. "Aku akan segera mengurusnya." gumamku.
"Tolong beritahu aku, kau akan segera menikah." Suara Dad
semakin keras. "Kau tidak bisa menunggu sampai bayi lahir seperti
yang dilakukan beberapa selebriti!"
"Bisakah kau merendahkan suaramu?" pintaku. "Brynne . . . well,
dia sangat hati-hati dalam berkomitmen. Hal seperti ini menakutkan
bagi dirinya . . . karena masa lalunya."
Dad memelototiku seakan mengatakan padaku sudah cukup banyak
yang ada dalam pikirkannya saat mendengar penjelasanku itu.
"Sudah terlambat untuk itu, Nak." Dia mendengus. "Kau sudah
berkomitmen saat ini terjadi. Tidak ada manfaatnya melakukan
pernikahan yang sah jika sudah memiliki anak bahkan itu sangat
memalukan, aku bisa menjamin kau akan merasa seperti itu. Untuk
Kamu dan untuk Brynne." Dia menggelengkan kepalanya padaku.
"Lupakan masa lalu, kau harus berpikir tentang masa depan." Dia
terus mengejarku seperti anjing setelah mengendus adanya steak.
"Apakah kau sudah melamarnya" Aku tidak melihat cincin di
jarinya." "Aku bilang aku sedang mengusahakannya," bentakku. Dan aku
benar-benar sedang berusaha, Dad!
"Waktu tidak akan berhenti, Ethan."
"Benarkah, Dad" Terima kasih untuk nasehatmu itu." Saat masih
muda sarkasmeku itu mengakibatkan aku mendapat pukulan sampai
membekas di sepanjang rahang. Sekarang aku hanya ditanggapi
dengan menyipitkan matanya dan sikap yang tidak ramah lagi.
Sebuah pemikiran mendatangiku, ia mungkin telah menceritakan
kabar ini. "Apa Marie juga tahu?" Tanyaku dengan angkuh.
"Dia belum tahu." Dad menatapku dengan tidak bersahabat sambil
memutar matanya sebelum mendatangi Brynne dan Marie di dapur.
Aku menatap punggungnya yang semakin jauh dengan perasaan
jengkel, dan memutuskan untuk saat ini akan lebih baik kalau aku
menjaga jarak. Tidak ada gunanya berada di dekat deretan keluarga
dan membuat jengkel semua orang. Lebih baik aku saja yang
menderita. Sebagai gantinya aku malah menenggelamkan pantatku
di sofa dan berharap bisa menghisap sebatang rokok. Atau bahkan
satu pak. Lucu bagaimana reaksi semua orangtua begitu berbeda terhadap
berita kami ini. Tom Bennett ikutberbahagia untuk kami, kurasa
setelah ia pulih dari syok pada awalnya. Dia tidak pernah mendesak
tanggal pernikahan kami, tetapi hanya ingin melihat kami bahagia
dan aku mencintai putrinya dan berkomitmen untuk merawat Brynne
dan anak kami. Dia bahkan membuat rencana untuk datang
berkunjung menjelang akhir musim gugur, yang membuat Brynne
sangat senang. Ibu Brynne pun juga tidak bertanya tentang tanggal pernikahan. Lain
ceritanya dengan Mrs. Exley, benar, dia memang tidak menyukaiku,
dan aku yakin dia juga tidak menyukai fakta kalau dia akan menjadi
seorang nenek. Memang terlalu sialan buruk bagi dirinya. Lebih
banyak diam dan bersikap dingin pada percakapan kami diujung
telepon saat kami ingin menceritakan semuanya. Brynne tidak ingin
memberitahu ibunya di Skype seperti yang kami lakukan dengan
ayahnya, dan sekarang aku mengerti itu kenapa. Wajah Mum pasti
menunjukkan rasa ketidaksukaannya ketika ia mendengar berita
kami ini dan gadis manisku jelas tidak ingin melihatnya. Sudah
cukup buruk aku mencoba untuk menghiburnya setelah dia
meletakkan telepon. Ya, sepertinya garis sudah ditarik di atas pasir
jadi kami tahu batasan itu, jelas tidak akan mendapat dukungan dari
ibunya dan opiniku sudah terbentuk. Ibu Brynne adalah orang yang
suka menghakimi dan jelas lebih peduli terhadap status sosialnya
daripada mempedulikan putrinya. Semoga hubungan kami tidak
terlalu dekat. Jadi, ya, permusuhan-tiba-tiba dari ayahku karena belum
ditetapkannya tanggal pernikahan kami sedikit mengejutkan aku.
Butuh sedikit kesabaran untuk bisa mengakhiri kekhawatiran dari
sikap fanatiknya itu. Beberapa saat kemudian, Soot naik ke pangkuanku dan membuat
dirinya nyaman. Dia menatapku dengan mata hijau beningnya saat
aku mengelus bulu mengkilapnya yang halus, membayangkan
betapa indahnya malam ini telah berevolusi dimana mahkota raja


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

idiot yang ditempatkan di atas bantal beludru diserahan kepadaku.
"Aku sudah punya rencana," kataku pada kucing . "Ya. Aku hanya
belum menceritakannya dengan siapapun."
Soot mengerjapkan mata hijau beningnya padaku penuh pengertian,
dan mengeong. ?"" " Ethan menarik mundur kursiku dari meja makan dan membantuku
berdiri. "Aku ingin menunjukkan taman pada Brynne," katanya.
"Tapi bukankah kita seharusnya membantu membersihkan makan
malam?" Tanyaku. " Tidak usah, please, sayangku, biarkan Ethan menunjukkan taman
yang indah milik ibunya. Aku ingin kau melihatnya juga." Nada
bicara Jonathan seperti memohon mengenai hal ini. Aku bahkan
tidak berpikir untuk mendebatnya.
Aku menatap Ethan dan meraih tangan yang ditawarkannya
kepadaku. "Well, oke, jika kau tidak keberatan. Salmon dan
b?arnaisenya benar-benar enak. Aku terkesan dengan keterampilan
memasakmu, Jonathan." Aku mengedipkan mata pada Marie. "Aku
tahu tentang bibiku yang pandai memasak, tapi kau mengejutkan
aku." Jonathan mengangkat bahu. "Aku belajar memasak." Seketika itu
juga aku merasa tidak enak karena mengingatkan mereka bahwa Ibu
ethan yang telah meninggal. Ethan masih bocah saat kehilangan
ibunya, tapi Jonathan kehilangan istri dan belahan jiwanya. sesuatu
yang begitu menyedihkan, namun Jonathan sudah siap karena telah
menjalani selama bertahun-tahun untuk menangani saat-saat
canggung seperti ini, dan dia menganggap yang satu ini seperti
bukan apa-apa. "Meskipun begitu, Marie dan aku cukup kompak
malam ini. Aku memasak nasi dan ikan, dia membuat salad dan
makanan penutup." Jonathan mengedipkan mata dengan mempesona
pada bibiku yang tersenyum. Aku bertanya-tanya apakah mereka . . .
berkencan; pikiran aneh saat membayangkan mereka bersama
terlibat dalam hubungan romantis, tapi aku bahagia jika hal itu benar
terjadi. Mungkin mereka hanya berteman, tapi mereka pasti terlihat
manis jika bersama-sama. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam
pikiran Ethan saat melihat ayahnya dengan seorang wanita.
Ethan menekan tangannya di punggungku dan membawaku ke luar.
Soot terpental di depan kami sebelum melompat ke lantai yang
terbuat dari bata, ada sepasang guci di taman besar yang mengapit
bangku di tempat terpencil dan dikelilingi oleh bunga larkspur ungu
tua dan lavender biru muda.
"Ini sangat cantik, seperti gambar taman Inggris di kartu pos." Aku
mengangkat bahu pada Ethan, dia tampak sangat intens saat
menunjukkan aku melihat-lihat taman yang sebenarnya perlakuan ini
sangat simple. Rahang Ethan menegang dan ekspresi penuh tekad
terlihat di wajahnya . "Apakah sulit bagimu melihat kebersamaan
ayahmu dengan Marie?" Tanyaku hati-hati.
Dia menggeleng . "Tidak sama sekali. Marie seksi." Dia
menyeringai. "Lakukan Dad, aku mengatakan itu."
"Well, Aku lega mendengarnya. Aku agak khawatir sesaat tadi
disana. Kau tampak . . . tegang selama makan malam."
Dia menarikku duduk di bangku taman dan membungkusku dalam
pelukannya, mengubur kepalanya di leherku. "Apa aku tampak
tegang sekarang?" Gumamnya diantara rambutku.
"Tidak sebesar tadi," jawabku dengan menggosok jari-jariku di
pangkal lehernya, "Tapi otot-ototmu di sini sangat tegang. Kapan
kita akan memberitahu mereka" Kupikir kita sudah siap
melakukannya." "Kita akan membuat pengumuman itu saat kembali ke dalam. Aku
perlu waktu sendirian denganmu dulu."
"Aku akan meluangkan waktu sendirian denganmu." Aku tersenyum
pada wajahnya yang tampan tampak begitu penuh perhatian padaku,
penerangan dari lampu taman yang membayang di mata birunya
tampak seperti bunga api kecil. Ia membungkuk untuk menciumku
dan melumat bibirku dengan caranya yang ahli. Perutku sedikit
berputar saat melihat bayangannya, sampai sekarang masih
terpengaruh oleh dirinya seperti yang terjadi saat pertama kali kami
bertatap mata pada malam itu di belakang Galeri Andersen pada
awal Mei. Ethan menciumku di kebun ayahnya lebih dari sesaat, tapi aku bisa
melakukannya sepanjang malam. Bibir dan lidahnya yang ajaib sejak
awal masih tetap sama rasanya. Ethan membuatku merasa berharga
ketika dia menciumku. Tidak ada orang lain yang pernah
membuatku merasa begitu dicintai.
Dia akhirnya menarik kebelakang dan memegang wajahku dengan
tangannya. Ibu jarinya membelai lembut bibirku sambilmengusapusap diatas bibir
bawahku, cukup untuk menyampaikan pesan.
Sebuah pesan "kau milikku" gerakan itu membuat yang ada di dalam
tubuhku menjadi aneh. Bagaimanapun juga sentuhan sederhana dari
Ethan yang bisa melakukan hal itu, dan aku sudah akrab dengan
perasaan itu sekarang. Yang hanya membuatku lebih mencintainya
lagi, bahkan jika hal itu memungkinkan.
"Aku membeli sesuatu ketika kita berada di Hallborough. Aku
menemukannya di sebuah toko barang antik ketika aku pergi ke desa
dan tahu bahwa itu cocok untukmu. Aku sudah menunggu saat yang
tepat untuk memberikannya kepadamu." Dia mengeluarkan paket
persegi panjang kecil dari saku jaketnya dan meletakkannya di
pangkuanku. "Oh . . . Aku mendapat hadiah?" Aku mengangkat paketnya dan
membuka bungkusnya yang lembut berwarna biru. Sebuah buku.
Buku yang sangat tua dan begitu spesial. Jantungku mulai berdebar
keras saat aku menyadari apa tepatnya yang diberikan Ethan
kepadaku. "Lamia, Isabella, The Eve of S.t Agne, and Other Poems
oleh John Keats?" Aku tersedak karena benar-benar syok.
"Apa kau menyukainya?" Ekspresi Ethan ragu-ragu dan aku
menyadari ia mungkin telah berjuang untuk memberikan hadiah ini,
merasa tidak yakin tentang apakah aku menyukainya atau tidak.
Edisi pertama Keats pasti sangat mahal, dan yang satu ini adalah
edisi pertamanya. Bersampul kulit hijau dan lagi bertuliskan huruf
emas samar yang dicetak timbul pada punggung buku, itu
merupakan sebuah karya seni bagiku.
"Oh my god! Ya, Kau bisa bilang seperti itu, sayang. Buku ini sangat
indah, hadiah yang luar biasa. Aku akan selalu mengaguminya."
Dengan hati-hati aku membuka cover-nya dan mengangkatnya ke
salah satu lampu taman untuk membacanya. "Dipersembahkan.
'Untuk Marianne ku. Selalu, Darius-mu. Juni 1837.' " Aku
mengangkat tangan sampai ke leherku dan memandang Ethan. "Ini
hadiah seorang kekasih. Darius mencintai Marianne, dan
memberinya buku ini."
"Seperti aku mencintaimu," katanya lembut .
"Oh , Ethan . Kau akan membuatku menangis lagi jika kau terus
melakukan hal-hal seperti ini."
"Well, aku tidak keberatan dengan air matamu, sungguh. Tidak
pernah sekalipun. Dan terutama itu bukan airmata kesedihan. Kau
bisa menangis bahagia kapan saja kau mau, sayang." Dia
membungkuk menyentuhkan dahinya ke dahiku. "Aku menyukai
rasa air matamu," katanya sebelum menegakkan tubuhnya lagi.
Aku menyentuh pipinya dan berbisik, "Aku juga mencintaimu. Dan
Kau memberiku hadiah yang terlalu mahal."
"Tidak, sayang. Aku akan memberimu dunia jika aku bisa. Kau tidak
pernah meminta apa-apa. Kau sendiri sangat murah hati dan kau
begitu rendah hati dihadapanku dengan semangatmu. Aku kagum
padamu setiap waktu. Dan itu memang benar." Dia mengangguk
untuk menekankan kata-katanya . "Aku tidak bohong."
"Sekarang giliranku untuk bertanya padamu apakah kau benar-benar
nyata." Matanya menjelajahi tubuhku saat ia mengangguk lagi. "Kupikir aku
sudah menjadi begitu nyata saat aku bertemu denganmu."
Jantungku melompat jatuh ke jalanan berbatu di bawah kakiku
ketika Ethan bangkit dari bangku dan berlutut di depanku. Dia
meraih tanganku. "Aku tahu aku tidak sempurna dan aku tahu aku sudah menginjakinjakkan jalanku ke
dalam hidupmu, tapi aku mencintaimu dengan
sepenuh hatiku. Jangan pernah meragukan itu. Kau gadisku, dan aku
menginginkanmu dan aku ingin kau bersamaku selamanya. Aku
ingin memiliki masa depan bersamamu tanpa ragu. Kedatangan bayi
ini hanya merupakan sebuah tanda bahwa yang kulakukan saat ini
adalah benar. Kita melakukan hal yang benar, cantikku. Kita begitu
tepat bersama." Aku tidak bisa berbicara, tapi aku setuju dengannya. Kami sangat
tepat bersama-sama. Yang bisa aku lakukan adalah melihat ke dalam matanya yang indah
dan jatuh cinta lebih dalam dengan segala yang dimiliki Ethan
Blackstone. Lelakiku yang luar biasa.
Jalan yang kita ambil dalam kehidupan ini tidak pernah mulus, dan
tidak ada yang bisa memprediksi masa depan, tapi malam itu sejak
aku melihat Ethan pertama kalinya aku langsung jatuh cinta
padanya, aku tahu ada sesuatu yang istimewa tentang dirinya. Saat
aku pertama kali datang kerumahnya untuk bisa bersamanya, aku
tahu itu. Aku tahu keputusan itu akan mengubah hidupku juga.
Bagiku itu sudah terjadi. Dia adalah segalanya yang pernah aku
mimpikan sebagai seorang pasangan, dan bahkan lebih banyak
tentang dirinya yang tidak pernah mungkin bisa aku bayangkan.
Waktu selalu berjalan. Kau menghadapi apa yang akan terjadi, ketika
hal itu mendatangi kehidupanmu.
Ethan orang yang simple. . . satu-satunya untukku. Aku meremas
tangannya dengan tanganku. Itulah satu-satunya respon yang bisa
kuberikan, mengingat jantungku berdetak begitu cepat dan aku
merasa yakin aku akan melayang jika ia tidak menggenggam
tanganku. "Brynne Elizabeth Bennett , maukah kau membuatku menjadi pria
paling berbahagia yang pernah hidup dan menikah denganku"
Menjadi istri dan ibu dari anak-anak kita." Dia memiringkan
kepalanya dan membisikkan kalimat berikutnya. "Buat aku nyata .
Hanya kau yang bisa melakukan itu, sayang. Hanya kamu . . ."
"Ya." Aku mengangguk cepat.
Aku tidak tahu bagaimana aku berhasil bahkan merespon dengan
mengucapkan satu kata itu. Aku hanya mendengarkan sendiri saat
aku mengucapkan kata itu dengan keras, tapi yang bisa aku lakukan
hanya menatapnya. Melihat dirinya yang sedang berlutut
dihadapanku dan merasakan cinta yang dia curahkan untukku. Ada
begitu banyak lagi yang ingin aku katakan, tapi tidak. Aku hanya
ingin berada di momen ini dan mengingat bagaimana rasanya saat
Ethan memintaku untuk membuat hidupnya menjadi nyata.
Aku mengerti apa yang ia maksudkan saat ia mengatakan itu padaku.
Aku mengerti karena aku mengungkapkan perasaan yang sama
terhadapnya. Dia membawaku keluar dari kegelapan lalu menuju
cahaya. Ethan telah mengembalikan hidupku lagi.
Sesuatu yang dingin dan berat dimasukkan ke jariku. Ketika aku
melihat ke bawah dan ingin tahu apa itu, cincin paling cantik
bertengger di jari manis tangan kiriku. Ornamen antik dan besar -
berbentuk heksagonal, batu kecubung ungu tua, menempel di
platinum bertabur berlian, berkilauan ke arahku. Aku mendekatkan
ke cahaya lampu taman sehingga aku benar-benar bisa melihat
dengan jelas. Cincin yang luar biasa, indah dan terlalu mahal
untukku, tapi aku menyukainya terutama karena Ethan yang
memilihnya. Tanganku bergetar dan air mata mulai turun. Aku tidak
bisa menghentikan mereka apapun itu alasannya. Ini adalah sesuatu
yang baik karena baru saja ia mengatakan bahwa ia tidak keberatan
dengan air mataku, mereka akan menetes di seluruh tubuhnya pada
momen yang lain. Bagaimanapun juga hal ini jelas merupakan salah satu dari airmata
kebahagiaan yang lain. "A-aku mau m-menikah denganmu. Aku ber- bersedia. Aku sangat
mencintaimu, Ethan." Kata-kataku keluar di sela isak tangis. Aku
begitu tak berdaya karena dirinya, aku hampir tidak bisa menyerap
semuanya, dan aku yakin hormonku yang sangat berlebihan ini tidak
cukup membantuku. Ethan mengambil tanganku dan menciumnya, gesekan akrab
jenggotnya berpadu dengan bibirnya yang hangat menenangkan aku
dengan cara yang tidak bisa aku gambarkan dengan kata-kata. Dia
hanya membuat aku merasa dihargai, dan ia selalu begitu. Aku
miliknya sekarang, dan aku menerima kenyataan ini dengan tangan
terbuka. Butuh sedikit waktu agar aku bisa melakukannya, tapi aku
sudah sampai disana. Aku sudah menerima cinta Ethan dan
menawarkan padanya seluruh hidupku sebagai balasannya.
Akhirnya. Aku tidak pernah tahu kalau hal ini bisa menjadi begitu bahagia
dalam kehidupan ini. ?"" " Kumisnya menggoda kulitku. Lidah panasnya menjentik putingku,
berputar-putar semakin cepat, membuatku merasa geli. Tubuhku
melengkung kearah mulutnya dan mengerang dengan suara indah
karena kenikmatan, yang hanya membuatnya semakin bernafsu.
Seseorang yang tengah terjaga sedang asyik membuatku datang
sebelum sarapan. Cara terbaik untuk memulai hariku.
Mataku bergetar terbuka dan mengunci matanya, bangunku seperti
lampu sinyal berwarna hijau yang sedang menyala agar pengendara
terus melaju. Aku suka dibangunkan Ethan seperti ini. Bobot
tubuhnya menekanku, pinggulnya menempel erat di antara kakiku,
tangannya menjepit tubuhku ke tempat tidur. Matanya berkobar saat
kemaluannya mengisi diriku dengan gerakan yang penuh tekad. Aku
menyuarakan kenikmatanku dan melengkung keatas untuk
bersentuhan dengan tubuhnya sedekat mungkin. Dia hanya
menyentuh mulutku dengan lidahnya dan menemukan bagian lain
dari tubuhku untuk diklaim.
Nikmat sekali saat tubuhku diklaim oleh Ethan. Terasa begitu
nikmat. Dia bergerak lambat dan mantap, membangun irama dengan
dorongan begitu dalam dan berakhir dengan sedikit menggiling
setiap kali ia memutar pinggulnya. Aku meremas dengan kuat otot
bagian dalamku di sekeliling kemaluannya, aku tahu itu akan
membantu dia juga untuk mendapatkan pelepasanku yang lebih
cepat. Aku serakah untuk itu hari ini.
"Belum, sayang. Kau harus menunggu kali ini," katanya pelan
dengan suara serak padaku, "Aku akan datang bersamamu, dan aku
akan memberitahumu kapan."
Aku merasakan dia menggulingkan kami berdua dengan cepat,
menempatkan aku diatas, tetapi ia tidak puas jika aku menaikinya
seperti itu. Ethan mengangkat dirinya ke posisi duduk dan
mencengkeramku dengan keras di bagian pinggul sehingga dia bisa
bermanuver dengan diriku diatas organ seksnya, membawa aku
turun semakin dalam pada setiap dorongannya, wajah kami hanya
berjarak satu inci saat tubuh kami terhubung. Dia bisa melihat semua
yang tertulis di mataku; bagaimana aku begitu mencintainya,
bagaimana aku membutuhkannya, bagaimana aku menginginkan dia.
"Ooooh,Tuhan . . ." Aku bergetar, berusaha mati-matian untuk
mengontrol ledakan yang akan merasuki diriku, aku tahu itu tidak
mungkin sebab Ethan seorang master yang memperbolehkan aku
melepaskan ini. Dia adalah master dalam mengarahkan seks juga.


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sifat dominan alaminya keluar dengan kekuatan penuh,
mengendalikan saat aku akan orgasme. Kadang-kadang dia akan
membuatku menunggu. Hari ini adalah salah satu waktu untuk
menunggu. Meskipun begitu aku tidak khawatir tentang
kemungkinan kemana dia akan membawaku. Menunggu hanya
membuat sesuatu yang bakal terjadi, ujung-ujungnya akan jauh
terasa lebih nikmat. "Kau terasa seperti surga di penisku," katanya , bibirnya melumat
bibirku lagi, membungkam kata-kataku untuk saat ini. "Begitu basah
untukku . . . dan vaginamu begitu ketat meremasku. Aku menyukai
vaginamu, sayang. Aku menunggu bagian ritual ini - pembicaraan
kotor darinya. Tidak ada yang bisa membuatku lebih panas daripada
saat mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya. Well, mungkin
apa yang sebenarnya ia lakukan dengan mulutnya. Dan
kemaluannya. Ethan bisa mengatakan "vagina" dan tidak
membuatnya terdengar buruk. Kata itu tidak memiliki arti yang sama
dikalangan orang Inggris. Dan bukan merupakan kata cercaan
mengerikan disini dibandingkandengan tempat asalku. Ocehan erotis
Ethan membuatku gila akan nafsu.
Aku membawanya masuk dan membiarkan dia memiliki diriku,
penggabungan lidah kami hanya membuat semakin intens saat ia
menghujam ke dalam tubuhku dengan kemaluannya dari bawah,
gerakanku dikendalikan oleh dirinya, mengangkat dan menjatuhkan
aku lagi dan lagi turun ke dalam porosnya yang membengkak. Aku
merasa dia lebih keras dan berdoa karena ujungnya yang semakin
dalam memasuki diriku. "Please . . ." Aku memohon sambil merengek saat ia melumatku
dengan mulut dan lidahnya.
"Apa cantikku ingin datang?"
"Ya, aku sangat menginginkannya!"
Aku merasakan tangannya meninggalkan pantatku dimana ia tadi
sudah mengarahkan aku dan pindah ke atas untuk menjentik
putingku. "Sebut namaku saat kau datang."
Sengatan tajam menerpaku, memecahkan gelombang besar sensasi
yang telah kutahan, yang menyebabkan terjadi ledakan. "Ethan,
Ethan, Ethan..." teriakku, lalu ambruk dihadapannya, tidak lagi
mampu mengendalikan tubuhku. Semuanya menjadi tidakterkontrol
setelah itu, tapi aku menyadari klimaks pada dirinya. Aku
mendengar dia mengerang dengan keras dan aku merasakan cairan
panas kental menyembur di dalam diriku, mengingatkan aku
bagaimana bayi kami mulai terbentuk. Sama seperti ini. Tubuh kami
terhubung dalam kegilaan yang hebat sampai muncul ke nirwana dan
tidak ada lagi yang lebih penting.
Ia mengangkatku, pinggulnya bergerak perlahan untuk
menyelesaikan akhir dari sisa-sisa kenikmatan dalam pertempuran
ini. Aku mendengkur di dadanya dan tidak pernah ingin bergerak.
Samasekali. "Well, selamat pagi untukmu, Mrs. Blackstone," ujarnya dengan
tertawa lembut. "Mmmmm...memang sudah pagi, kan?" Aku bergerak di atas
pinggulnya, dan melentur di sekitar kemaluannya, masih semi-keras
di dalam diriku. "Aku belum menjadi Mrs Blackstone."
Dia menahan napas, "Tenang, cantikku, jangan bunuh aku sebelum
aku bisa mendengar kejujuranmu sebagai seorang wanita."
Aku tertawa . "Aku pikir aku lebih berbahaya daripada kamu. Ya
Tuhan, kau melakukan hal-hal gila padaku." Aku menciumi bibir dan
hidungnya, menyukai waktu kebersamaan kami dan mengetahui
bahwa Ethan seluruhnya milikku untuk sementara waktu sampai
berikutnya ia harus berangkat kerja.
Dia begitu tegang dengan urusan Olimpiade dan bekerja begitu
keras, aku bertekad untuk membantunya dengan cara apapun yang
aku bisa. Salah satu cara adalah memberinya beberapa seks yang
luar biasa untuk memulai harinya, dan aku mendapat manfaat dari
hal itu pula. "Aku suka melakukan hal-hal gila padamu. Aku mencintaimu." Dia
menciumku dengan manis dan perlahan. "Dan kamu akan segera
menjadi Mrs. Blackstone, jadi sebaiknya kau segera menggunakan
namaku juga." "Oke . Aku pikir aku bisa melakukannya untukmu." Aku
merentangkan tangan kiriku dan melihat cincin yang kupakai, batu
ungu tua terlihat hampir berwarna hitam dalam sinar cahaya pagi
yang masih redup. "Dan aku juga mencintaimu." Cincin ini masih
membuatku sedikit terkejut saat melihatnya ada di tanganku. Aku
bertunangan dengan Ethan , dan kami benar-benar akan segera
menikah. Dan aku benar-benar sedang mengandung bayinya. Sejak
kapan aku menjadi kurang percaya diri" Aku harus terus mengatakan
pada diriku sendiri bahwa ini bukan mimpi.
"Apa kau sangat menyukai cincin itu?" Tanyanya lembut . "Aku tahu
kau menyukai barang antik dan cincin itu sangat tidak umum, aku
berharap kau mungkin menyukai itu daripada sesuatu yang modern."
Dia memegang wajahku untuk menatapnya dan membelai rahangku
dengan ibu jarinya. "Tapi jika kau menginginkan satu yang berbeda,
katakan saja. Aku tahu itu bukan cincin pertunangan yang
konvensional dan aku ingin kau bahagia dalam segala hal."
Aku mencengkeram tangan kiriku dengan tangan kananku secara
protektif. "Aku menyukai cincinku dan kau tidak boleh
mengambilnya lagi," godaku. "Kau tahu, dalam cahaya tertentu batu
ini kadang-kadang warnanya hampir terlihat hitam. Sebuah batu
hitam (Blackstone, seperti nama Ethan -red.)." Aku tersenyum lebar
padanya. Dia paham dan tersenyum padaku. "Bagus?"
"Sangat bagus, Mr. Blackstone . Kau punya selera yang luar biasa
dengan hadiahmu, walaupun terlalu mewah tapi aku menyukainya.
Kau sangat memanjakan aku."
Dia memutar pinggulnya di bawah sana, mengingatkan aku tubuh
kami masih saling terhubung. "Hak prerogatifku, dan aku baru saja
memulainya, sayang. Tunggu saja." Dia mengedipkan mata.
"Aku tidak memberimu hadiah apapun," kataku, menarik-narik sprei
yang menumpuk di bawah lututku.
"Lihat aku." Suaranya berubah menjadi serius, godaannya pun
menghilang. Aku menaikkan mataku untuk bertemu matanya yang biru.
"Jangan katakan itu. Itu tidak benar. Kau telah memberiku ini." Dia
meraih tanganku dan meletakkannya di atas jantungnya. "Dan ini."
Dia menaruh tangannya di atas jantungku. "Dan ini." Dia
meletakkan kedua tangan kami di atas perutku dan membiarkan
kedua tangan kami disana. "Tidak ada hadiah yang lebih besar dari
semua itu, Brynne." ?"" Bab 15 "Perjalanan belanja ini membuktikan teoriku benar bahwa hal
seperti ini akan menjadi latihan untuk menjadi gila.
"Apa maksudmu kau tidak mengenakan sepatu ini?" Benny
mengangkat Stiletto Louboutin yang berhiaskan kristal dengan
hak paling tidak setinggi enam inci. "Sepatu ini seksi. Kau pasti bisa
melakukannya, sayang. Akan membuat kakimu bertambah panjang."
Aku memutar mataku padanya. "Dan apa gunanya?"
"Untuk terlihat seksi?"
Aku menggelengkan kepalaku pada Ben. "Tidak, sayang. Tujuan
pada hari itu adalah menikah, bukannya terlihat seperti pekerja jasa
untuk pendamping." Aku menunjuk ke arah perutku. "Hamil, ingat?"
"Yeah," kata Gaby sinis di sebelah kiriku. "Aku masih tak percaya
kau merahasiakannya dari aku hampir selama dua minggu!"
"Maaf, aku tidak bermaksud begitu, dan apakah aku sudah
memberitahu kalau hal ini benar-benar kejutan besar bagiku" Itu
lebih dari satu makna." Aku juga membalas bersikap sinis. "Aku
baru saja mulai merasa sebagai manusia." Aku mengerutkan kening.
"Kutekankan pada kata baru saja."
Gaby menggelengkan kepalanya. "Aku berani bertaruh," katanya,
melihat gaun di rak atas dengan harapan akan menemukan sesuatu
yang bisa dipakainya sebagai pendamping pengantinku. "Tujuh
minggu, Bree. Kita memiliki tujuh minggu
untuk mempersiapkan pernikahan ini. Benar-benar gila."
"Aku tahu. aku berharap kita bisa memiliki sedikit lebih banyak
waktu untuk merencanakan ini, tapi Ethan menginginkan ini
dilakukan secepat mungkin. Kami mendapatkan waktu luang sekitar
dua minggu setelah Olimpiade selesai."
Aku merendahkan suaraku menjadi bisikan. "Dia pikir menikah
dengan pesta publik megah dan mengumumkan bahwa kami
menantikan kehadiran anak kami ini akan menghalangi siapapun
yang mengawasiku jika ingin melakukan suatu tindakan. Aku hanya
bisa berharap dia benar."
Perutku sedikit berontak, tapi aku mendorong rasa takut itu untuk
menjauh. Aku benar-benar tidak punya waktu untuk memikirkan
siapa yang mungkin mengincarku lagi. Aku akan memiliki bayiseseorang yang juga
perlu dilindungi sekarang. Ini mengejutkanku
betapa mudahnya aku jatuh ke dalam peran itu juga. Hal biologis
yang selalu tertanam ke dalam diri kita, aku menyadarinya.
Melindungi bayiku yang belum lahir hanyalah naluri alami yang
harus kuikuti. Aku mengambil napas dalam-dalam dan mengingatkan diriku sendiri
bahwa Ethan telah menjagaku dengan baik, dan aku tidak mau
mengambil risiko. Tidak lagi. Tidak, pesan aneh pada teleponku
yang lama itu secara keseluruhan telah menakutiku, serta
memikirkan dua penyerangku pada video itu hampir dipastikan
sudah meninggal. Aku menoleh ke tempat Len secara harfiah
bertindak sebagai pengawal, toko baju pengantin tidak menghalangi
dia bahkan sedikitpun. Dia terus membayangiku hari ini, karena
Ethan dan Neil begitu sibuk dengan Olimpiade. Aku tersenyum
padanya dan melihat ekspresinya melembut walau hanya sesaat
sebelum ia kembali bertugas untuk mengawasi, melihat sekeliling
ruangan dan menghalau orang-orang gila sampai mereka pergi.
Terima kasih Tuhan. Gaby pasti merasakan kekhawatiranku, karena dia melingkarkan
lengannya di sekelilingku. "Kau sudah melalui begitu banyak hal.
Bagaimana bisa kau tidak marah-marah sekarang, sis?"
Dia hanya berhenti sebentar mengambil napas. "Warnanya" Kau
ingin kami dalam nuansa warna ungu atau lavender?"
"Pertanyaan yang sangat bagus. Satu-satunya yang tidak kumiliki
untuk jawaban itu." Aku mengangkat bahu. "Aku mengacu pada
pertayaan mengapa aku tidak marah-marah," kataku sambil
menghela napas, "dan aku akan menyukai kau memakai ungu jika
kau menemukan sesuatu yang menurutmu menarik. Aku ingin kau
dan Elaina merasa nyaman dengan apapun yang kau pilih, Gab. Dan
gaunmu tidak harus sama persis, atau bahkan warna yang sama
persis atau bahannya. Aku ingin kalian mengenakan apapun yang
kalian sukai. Kau akan selalu cantik memakai apa saja-"
"Oke, cukup ocehan yang tidak berguna ini, nona-nona. Kita harus
menemukan gaun pengantin, dan waktu terus berjalan," Ben
mengumumkan dengan sedikit angkuh sambil melihat jam
tangannya dengan gaya yang dibuat-buat. "Bisakah kau
memberitahuku seperti apa gaun yang kau butuhan, sayang" Jika aku
tahu apa yang kau inginkan, aku bisa mencarikannya." Dia
menjentikkan dua jari tangannya dengan penuh gaya.
Gaby memutar matanya saat mendengar penawaran Ben. "Kau
sedikit berani, Ben. Kau seorang pria. Apa yang membuatmu
berpikir kau bisa menemukan gaun pengantin Bree diantara
banyaknya toko-toko di London?"
Ben menatap Gaby dan berdecak kepadanya. "Aku gay.
Cukup, nona. Kapan aku pernah salah mengarahkanmu?"
Ben menatap penampilana Gaby secara menyeluruh dari atas sampai
ke bawah. Sudah bukan rahasia ia memilihkan pakaian Gaby selama
ini, dan Gaby selalu mengambil sarannya dengan senang hati.
Pilihan Ben dalam fashion dan desain sangat bagus. Oh Tuhan, aku
sangat mencintai mereka berdua.
"Aku suka saranmu yang sebelumnya, Benny. Sesuatu yang
terinspirasi gaya vintage, sangat sederhana-renda yang cantik, dan
aku ingin memakai lengan. Bisa pendek, tetapi aku tidak mau gaun
tanpa lengan." Aku menunjuk dengan tangan di atas perutku.
"Mungkin lebih baik ukuran pinggangnya lebih tinggi, berjaga-jaga
kalau perutku membesar. Mungkin sedikit semburat ungu?"
Ben memutar matanya. "Kau tidak terlihat hamil sama sekali,
sayang." Dia memiringkan kepalanya dengan penasaran. "Apakah
perutmu akan membuncit pada tanggal dua puluh empat Agustus?"
"Aku tidak tahu dan jangan mulai, please. Semua tamu sudah tahu
aku hamil jadi jangan seperti kita seakan-akan sedang berusaha
untuk menyembunyikan fakta ini. Percayalah, aku sudah mendengar
semua tentang hal itu dari ibuku. Sepertinya dia berpikir berpurapura kami belum
memiliki bayi entah kenapa akan lebih terhormat.
Ugh, aku benci drama yang dia ciptakan. Mengapa dia tidak bisa
hanya ikut berbahagia untukku" Demi Tuhan dia akan memiliki
cucu!" Gaby menaruh tangannya di bahuku. "Membuncit atau tidak, kau
akan terlihat cantik, dan ibumu hanya perlu melupakannya. Kita
akan membuatnya takjub dengan pernikahan yang indah dan kau
akan menjadi pengantin yang sangat cantik, dia tidak akan punya
pilihan lain selain hanya menyukai semuanya."
Mereka begitu manis mengatakan begitu, tapi aku tidak berharap
banyak untuk bisa mengubah ibuku. Dia tidak ingin mendengar
tentang Ethan dan hubungan kami. Dia bahkan benar-benar berani
mengatakan bahwa aku menyia-nyiakan hidupku pada Ethan dan
bayi kami. Dia bertanya untuk apa semua empat tahun yang telah
berlalu jika yang aku lakukan adalah hamil lagi. Kata-katanya
menyakitkan. Dia benar-benar berpikiran picik terhadapku. Pertama
kali itu bukan salahku, dan kali ini. . . well, aku tidak berniat untuk
hamil. Aku tahu Ethan dan aku sudah bertindak tidak bertanggung
jawab, tapi aku tidak akan menyesali akibat dari semua ini. Aku
tidak mungkin menyesalinya. Aku menyentuh perutku dan
mengusap bolak-balik diatasnya.
Bayi dalam kandungan ini hasil dari cinta kami tidak peduli apa kata
ibuku, atau apa yang aku pikirkan tentang diriku sendiri. Aku sudah
tahu itu benar. Aku mencintai Ethan dan dia mencintaiku. Tidak ada
pilihan lain yang bisa kubuat, entah ibuku memahami konsep ini
atau tidak, tidak ada pilihan lain di dunia ini bagiku.
"Terima kasih, untuk kalian berdua. Sungguh. . . aku tidak tahu
bagaimana aku akan mempersiapkan ini semua tanpa kalian berdua
dalam waktu yang singkat," kataku sambil menghela napas. "Bahkan
Elaina dan Hannah ikut bekerja keras. Aku harap kita dapat benar-
benar melakukan ini."
"Seolah-olah kita tidak bisa," Ben mendengus. "Kau harus
menahanku dibawah todongan senjata untuk menjauhkan aku untuk
membantumu membuat pesta pernikahan mewah di pedesaan dengan
daftar tamu selebriti kelas A, dengan Yang Mulia Ratu telah
diundang untuk menghadiri pernikahan ini!"
"Yeah, well, mari kita berdoa supaya dia tidak bisa datang. Terima
kasih Tuhan untuk Elaina yang telah mengarahkan pada Perencana
Pernikahan - si mungil Victoria entah siapa. Dia sudah meyakinkan
aku akan mengurus apapun yang berkaitan dengan para Ratu
dan Pangeran. Aku tidak tahu apa-apa yang melibatkan protokoler
untuk mengundang keluarga kerajaan di pernikahan seseorang." Aku


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menatap Ben dan Gaby sambil mengayunkan tanganku ke atas dan
menelan ludah dengan susah payah saat kesadaran telah memukulku.
"Kurasa aku akan sakit."
"Jangan. Tidak ada lagi sakit, gadisku sayang," kata Ben dengan
tegas, lengan panjangnya memeluk di atas bahuku. "Kita akan duduk
untuk makan siang yang enak untuk memperkuat tubuhmu lebih
dulu, kemudian baru mencari lagi gaun yang sempurna untuk
pernikahan mewahmu yang penuh dengan selebriti. Yang
mana itu akan terjadi dalam waktu tujuh minggu yang tak lama lagi."
Ben menengadah ke atas dan membuat tanda salib di depan dadanya.
"Kita bisa melakukan ini."
" Aku tidak bisa menahan diri mengirimi Ethan pesan teks
singkat sambil makan siang. Dia tampak menikmati olok-olok kami
dan biasanya ia menjawab jika tidak sedang meeting, kadang-kadang
ketika dia sedang meeting juga. Teks nakal juga. Aku tersenyum saat
aku mengetik: Aku mungkin akan telanjang saat menikah denganmu. Belum
beruntung mendapatkan gaun. Apa kau makan siang sekarang"
"U Aku tidak perlu menunggu lama sebelum teleponku bergetar.
Tidak sayang. Kau salah. OK, Untuk menjadi telanjang HANYA
bulan madu! Berpakaian sangat penting pada saat pernikahan.xx
Aku tertawa keras dan mendapat perhatian yang tidak diinginkan
dari teman-temanku. Aku mencoba untuk menutupi kesalahanku
dengan mengaduk saladku. Meskipun tidak berhasil.
"Pesan seks lagi?" Tanya Ben sambil menyeringai.
"Maaf. Ini terjadi secara spontan." Aku memiringkan kepalaku dan
mengangkat bahu. "Salahkah hormonnya?" Itu layak dilontarkan
dengan alasan menggunakan hormon setidaknya sekali dalam
pembelaanku. "Gotcha, sayang," kata Ben sambil tersenyum, radar keusilannya
telah siaga penuh. Aku bersumpah dia bisa mempesona seorang
biarawati sampai melepas celana dalamnya kalau dia mau. Sesuatu
yang menakutkan, dengan caranya dia bisa tahu semuanya.
"Mereka hanya perlu saling memandang dan orang-orang di dalam
ruangan spontan bisa terbakar saat menonton mereka." Suara Gaby
bercampur dengan sarkasme lagi sambil meneguk banyak
anggurnya. Aku cemberut karena tidak bisa bergabung dengannya meski hanya
segelas, memutuskan tidak apa-apa menjadi sangat iri pada dia
sekarang. "Jangan menyebalkan, Gab, kau sudah menggodaku
dengan anggur. Aku tidak bisa menahannya jika Ethan dengan
spontan membuatku terbakar."
Gaby tertawa dan mengisi Chardonnay ke gelasnya. "Tidaklah
mengherankan jika Ethan membuatmu hamil. Aku bisa
membayangkan pasti sulit bagi kalian berdua
mendapatkan cukup makanan dan minuman untuk membuatmu tetap
bisa bergerak di pagi hari. Semua
yang kalian lakukan hanyalah bercinta sepanjang waktu seperti
kelinci." Aku menampilkan wajahku tanpa emosi dengan sempurna. Ini
berlangsung selama sepuluh detik sebelum aku mulai cekikikan. "Itu
benar, memang benar."
Kami saling berkelakar, menjadi idiot ketika teleponku berbunyi.
Mom" Pada jam segini" Dia tidak pernah meneleponku pada pagi
hari. "Sial! Ini telepon dari ibuku. Apakah kau pikir dia bisa merasakan
aku berkata buruk mengenai dia?" Aku memutuskan untuk
membiarkannya masuk ke pesan suara.
"Tema musik dari Psycho itu nada dering untuk ibumu?" Tanya
Gaby, kentang gorengnya berhenti tidak jadi masuk ke mulutnya.
Aku mengangkat bahu. "Ethan memasangnya untukku." Keheningan
ini rasanya tidak nyaman. "Dia selalu bermain-main dengan aplikasi
dan gadget." Keheningan ini semakin terasa. "Maksudku,
jika memang cocok. . ." Dengan berani aku mencoba untuk
mengkaitkan pada sesuatu yang ringan dan lucu.
Benny menyelamatkan aku ketika dia mulai tertawa
dan kemudian menular. Sial, jika aku ini bertahan
dengan permusuhan yang menyebalkan ini dengan ibuku, sebaiknya
aku mencoba menemukan sedikit humor disana juga. Ben sudah
pernah bertemu dengannya dan selalu membicarakannya. Ibuku
mentolerir Ben, tapi dia menyukai Gabrielle, jadi aku yakin Gaby
berpikir aku sudah menjadi anak kurang ajar. Aku tidak begitu. Ben
bisa membuktikan faktanya.
Satu menit kemudian, teleponku mengisyaratkan ada pesan suara
baru masuk, yang tidak mengejutkan aku. Ibuku meninggalkan
pesan suara sepanjang waktu. Dia tahu aku melihat panggilannya,
dan hal itu membuatnya marah lebih dari saat dia bersamaku. Aku
tiba-tiba merasa lelah. Sangat melelahkan dengan pertengkaran yang
terus menerus diantara kami. Aku hanya berharap adanya
perdamaian. Ini akan membunuhku seandainya aku memiliki
hubungan yang kacau dengan putriku, atau bahkan putraku nanti.
Sambil menyeruput limun, aku sedikit merenung, siap
mendengarkan obrolan Gaby dan Ben tentang bentuk berbeda
dari tudung kepala serta pro dan kontranya warna putih dengan krim
untuk pengantin yang sudah hamil. Sebelum rasa bersalah mulai
merayap masuk kedalam. Apa yang dikatakan tentang bagaimana aku menangani masalah ini"
Bagaimana jika suatu hari nanti anak perempuanku tidak mau bicara
denganku" Tidak tahan berada di sekitarku" Berpikir bahwa aku
seperti seorang jalang yang munafik"
Aku akan merasa hancur. Aku mengangkat teleponku dan membuka pesan suara.
"Brynne, aku perlu bicara denganmu. Ini-ini. . .
darurat. Aku mencoba menghubungi Ethan dan melihat
apakah aku bisa berbicara dengannya."
Rasa takut langsung melandaku. Jika ibuku mau merendahkan
dirinya untuk menelepon Ethan, maka itu adalah sesuatu yang sangat
buruk. Tidak! Jangan biarkan itu mengenai Daddy. Jangan biarkan
itu tentang dia. Aku bahkan tidak mau berpikir kesana. Aku
membeku di telepon. Suaranya tidak normal. Dia terdengar seperti
sedang menangis. Ibuku tidak pernah menangis.
Tanganku bergetar saat aku menekan nomor teleponnya di speed
dial. Aku melihat ada notifikasi pesan teks baru saja datang dari
Ethan, tapi aku mengabaikannya. Kemudian telepon Ben menyala
seperti pohon Natal. "Ada apa, Bree?" Gaby mengulurkan tangan untuk menyentuh
lenganku. "Aku tidak tahu. Ibuku. . . mengatakan ini darurat. . . dia menangis-"
Dinding-dinding terasa mulai mendekat dengan cepat, jantungku
berdebar begitu keras, aku bisa merasakan tubuhku berguncang. Ben
menjawab teleponnya. Matanya menyala padaku, dan ia berbicara:
"Dia ada di sini. Sedang menelepon ibunya sekarang."......
Aku tahu Ben berbicara dengan Ethan, dan aku tahu itu berita buruk.
Kepalaku terasa berkabut saat telepon terhubung dan aku mendengar
suara ibuku di sana. Semuanya bergerak begitu cepat, aku tidak bisa
berbuat apa-apa untuk menghentikannya. Aku ingin menghentikan
waktu. Hentikan. Tolong hentikan ini. . . Aku tidak ingin tahu apa
yang ingin dia katakan kepadaku.
"Brynne" Sayang, apakah kau dengan seseorang?" Ibuku tidak
pernah memanggilku sayang dan dia tidak pernah terdengar seperti
yang dia lakukan sekarang.
"Mom! Ada apa" Aku bersama Ben dan Gaby. Kami sedang
berbelanja untuk gaun pengantinku. . ." Aku bisa mendengar suaraku
mulai pecah. "Mengapa kau menelepon Ethan?" Keheningan dari
ibuku seperti sebilah pisau menusuk ke dalam jantungku. Aku tahu
dia tidak diam karena komentar gaun pengantinku. Aku ingin
percaya itu alasannya, tapi aku sangat tahu itu.
"Brynne. . . ayahmu."
"Ada apa dengan Daddy" Apakah dia. . . baik-baik saja?" Aku
hampir tidak bisa mengeluarkan pertanyaan itu. Aku melihat kembali
ke arah Benny dan melihat ekspresi berubah menjadi rasa sakit di
wajahnya. Lalu ia mulai berbicara pelan ke teleponnya sendiri. Dia
tidak menatapku, terus melihat ke bawah. Aku tahu apa yang dia
lakukan. Ben sedang berbicara dengan Ethan dan mengatakan
kepadanya restoran tempat kami makan jadi ia bisa
datang menjemputku. Tidaaaaaaak! Itu berarti sesuatu yang sangat buruk telah terjadi.
"Brynne, sayang, ayahmu-dia tenggelam di kolam renangnyabagian servis
pemeliharaan telah menemukannya-"
Telingaku mendengar kata-kata itu tapi otakku memberontak. Aku
tidak bisa menerimanya. Aku tidak akan. "Tidak!" Aku
memotongnya. "Brynne. . . itu benar. Aku berharap itu tidak. . . tapi itu benar."
"Tapi dia tidak bisa-Mom. Dia tidak bisa. . . tidak! Tidak, jangan
katakan itu padaku! Mom. . . Mom?"
"Sayang, ia sudah lama berada di dalam air. Mungkin itu serangan
jantung." "T-t-tidak. . . ." Aku merintih. "Tidak mungkin itu benar. Daddy akan
datang ke London untuk mengunjungi aku. Dia datang untuk
pernikahanku. . . dia akan menyerahkan aku pada Ethan. Dia bilang
begitu. Dia bilang dia akan berada di sini. . ."
"Brynne. . . dia sudah meninggal, sayang. Aku sangat menyesal."
Dia menangis. Ibuku terisak-isak di ujung telepon sana dan aku
tersentak menyadari aku belum pernah melihat atau mendengar dia
menangis sebelum ini. Aku menjatuhkan teleponku dan masuk ke dalam mangkuk supku
yang menyebabkan percikan air besar menyebar luas di depanku.
Aku hanya menatapnya dan meninggalkannya tergeletak di
dasar mangkuk sup ayam tortillaku. Ethan akan membelikanku yang
baru. Telepon itu kotor bagiku sekarang. Aku tidak pernah mau
menyentuhnya lagi. Entah bagaimana aku bisa berdiri diatas kakiku, tapi aku tidak punya
tempat kemana akan pergi. Tidak ada tempat yang baik untuk ditujuaku
terperangkap. Aku mulai merasa melayang seperti sebelumnya. Hanya aku
menyadari apa yang terjadi padaku kali ini. Aku menyambut sensasi
itu. Cahaya terasa menyenangkan ketika jantungmu begitu
berat sehingga menyeretmu turun ke dalam lubang neraka. Ya,
berada di luar tubuhku terasa jauh lebih baik.
Aku melayang lebih tinggi sampai aku bisa melihat ke bawah, ke
tubuhku sendiri. Aku melihat Ben menguatkan diriku di
pangkuannya. Dia duduk di lantai restoran sambil memelukku. Gaby
di sampingnya sedang berbicara di telepon dengan seseorang.
Pelayan bergegas turut membantu.
Tapi itu semua terlihat begitu konyol.
Mengapa kami semua duduk di lantai restoran mewah di London
ketika kami seharusnya menghabiskan makan siang kami" Kami
harus keluar dari sana. Aku harus mencari gaun dan melaksanakan
rencana pernikahan. Ayahku akan datang untuk menyerahkan aku
pada upacaranya tujuh minggu lagi. Ratu Inggris sudah menerima
undangan, demi Tuhan. Kami tidak punya waktu untuk main-main
seperti ini! Akhirnya aku menemukan jawabannya. Cahaya yang kurasakan
begitu indahnya telah pergi dan beratnya rasa sakit serta kesedihan
telah kembali mengambil tempatnya.
Aku tidak ingin kembali ke Bumi. Aku ingin tinggal tepat di mana
aku berada. Itu tidak benar. Aku ingin tetap melayang ke atas sampai aku lenyap.
Itu terdengar sangat baik untukku. Lenyap. . .
Tidak hal lain yang aku rasakan selain kemarahan dengan penuh
kebencian kepada dinding. Dinding brengsek
sialan yang menahanku agar melayang jauh.
Biarkan aku pergi! Biarkan aku melayang menjauh . . .
?"" Bab 16 "Aku bangun dan duduk lalu memandang Brynne. Dia masih
tertidur. Di tempat tidur kamar tamu yang nyaman, di rumah modern
ayahnya, di pinggiran kota San Francisco yang tampak sangat indah,
gadiskusedang tidur. Hatinya hancur, tapi untuk saat ini ia sedang
beristirahat. Untuk sementara ini dia tidak dibebani oleh kesedihan.
Aku tidak akan membiarkan dia lepas dari pandanganku selama
lebih dari beberapa jam, jadi meninggalkan London dan pergi ke
Amerika untuk pemakaman ayahnya tanpa diriku tidak akan
mungkin terjadi. Bagaimana jika mereka mencoba menculiknya di
wilayah Amerika ini" Tidak, aku tidak mau mengambil risiko untuk
kemungkinan itu. Sekarangsaatnya melakukan operasi pengamanan
penuh, dari jam ke jam setiap harinya. Menjaga Brynne supaya tetap
aman adalah prioritas terbesarku sekarang, Olimpiade tidak aku
pedulikan lagi. Neil sudah kembali ke London untuk mengantikan
posisiku dan menyelesaikan tugas-tugasku, antara dia dan Frances,
yang akan menjaga mesin bisnis tetap berjalan. Aku sama sekali
tidak mau diganggu tentang pekerjaanku. Kekhawatirankulah yang
jauh, jauh lebih besar dan jauh lebih menakutkan.
Aku berharap mendapatkan titik terang tentang apa yang terjadi pada
Tom di kunjungan ini tapi tidak berharap terlalu banyak. Walaupun
begitu, aku tidak akanmenyerah tanpa perlawanan. Mereka mungkin
mencoba untuk mendapatkan Brynne, tapi mereka harus menghadapi
aku lebih dulu. Mrs Exley menginginkan kami untuk tinggal bersamanya di rumah
yang ia tinggalidengan suaminya Frankseorang yang pendiam, tapi
Brynnemenolaknya. Dia bilang dia ingin berada di rumah ayahnya, dengan barangbarang milik ayahnya,
di tempat dimana dia terakhir melihat
ayahnya saat berbicara dengan kami di Skype. Dia merasa bersyukur
bahwa terakhir kali mereka berbicara telah menjadi waktu yang
menyenangkan. Dia terus mengatakan itu padaku. "Ayah turut
bahagia dengan hubungan kita. Dia tahu segalanya dan dia merasa
bahagia." "Ya sayang, dia bahagia. . ."Bisikku diatastubuhnya yang sedang
tidur. Putri cantikkutertidur di malam hari dengan rambutnya yang panjang
tersangkut di bantal, selimut ditarik keatas sampai tenggorokannya
sepertinya dia mencari kenyamanan dari kain yang membebani
tubuhnya. Dia masih mengalami shock dan nyaris tidak mau makan.
Aku khawatir terhadap kesehatannya dan bayi kami. Aku takut
bahwa hal ini akan mengubah hubungan kami. Mengubah
perasaannya terhadap diriku. Mendorong dia kehilangan kontrol
emosinya. Aku sangat menyadari masa lalunya, dan memahami tentang hal itu
aku mempersiapkan diri atas beban berat yang harus kutanggung
sekarang. Gadisku pernah menderita depresi. Bahkan dia pernah
mencoba bunuh diri pada satu titik yang sangat rendah dan tragis
dalam hidupnya. Yah, aku pernah mengatakannya. Tapi tidak memberiku sesuatu yang
layak diakui sebagai hal yang baik untuk mengetahuinya juga. Ya,
hal itu sudah lama terjadi, dan sekarang dia sudah bisa
mengendalikan diri dan lebih rasional sekarang. . . tapi tidak ada
jaminan dia tidak akan kembali melakukan bunuh diri lagi, atau


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

menyuruhku pergi darinya dan meninggalkan aku selamanyaketika
semua menjadi terlalu banyak untuk dihadapi.
Aku menarik napas dan menoleh ke arah cermin di pintu lemari
untuk melihat bayanganku. Siapa sih orang brengsek yang aku ajak
becanda" Brynne tidak sendirian. Depresi seperti seorang harsh
mistress, tapiBrynne dan aku sudahcukuplamasaling mengenal
dengan baik. Aku menahan diri untuk menyentuhnya. Dia butuh istirahat dan aku
butuh merokok. Aku memeriksa jam di meja samping tempat tidur
dan turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Aku mengenakan
celana lari dan kemeja, menuju ke luar dan duduk di samping kolam
renang lalu menyalurkan kebiasaanku akan nikotin. Aku ingin
menelepon Neil juga. Aku menatap air yang gelap sementara aku menunggu panggilanku
tersambung. Air gelap yang samadi mana Tom Bennett telah
menghabiskan saat-saat terakhir dalam hidupnya.
Aku meninggalkan pintu terbuka sedikit sehingga aku bisa
mendengar Brynne jika ia membutuhkan aku. Dia mulai mengalami
mimpi buruk lagi, dan karena dia hamil, obat penenang bukan
pilihan terbaik. Terlalu banyak risiko untuk perkembangan bayi. Dia
juga akan menolak untuk meminumnya. Jadi sekarang dia begitu
menderita. Dan aku mengkhawatirkannya.
Bulan pada musim panas terpantul di permukaan air, dan aku
berpikir tentang Tom yang meninggal di dalam kolam renang ini.
Aku bukan detektif pembunuhan, tetapi beberapa urutan
kejadiansudah pasti mengalirdi dalambenakku. Membuat dirikuingin
berteriak keras-keras,sesuatu yang tidak mungkin terjadi. Jika aku
melakukan hal itu, maka aku akanmencelakakan gadisku dengan
nasib yang sama. Aku tidak akan melakukannya. Tidak mungkin.
"Hei sobat." "Bisa mengatasi semuanya?" Aku menjawab sapaan kasar Neil.
"Sesuatu yang memang biasanya kacau di sini, jadi kau tidak perlu
khawatir. Bisnis ini berjalan seperti biasanya, E."
"Benar. Dan aku percaya padamujuga. Tolong beritahu pada orangorang tolol itu
seperti yang aku katakan."
"Dengan senang hati, bos, tapi kau harus tahu bahwa semua klien
sangat memahaminya. Kebanyakan dari mereka memiliki
sisikemanusiaan juga."
Aku menghisap dalam-dalam asap aroma cengkeh dan menahannya
untuk mendapatkan hasil pembakaran yang maksimal. Neil
menungguku dengan sabar. Tampaknya dia tidak ingin terburu-buru.
Cowok paling sabaryang pernah kutemui. "Event seperti ini menjadi
satu-satunyaprioritas yang harus cepat ditangani, kau tahuitu kan?"
"Ya. Aku yakin mereka bisa melakukannya. Bagaimana dengan
Brynne apa dia masih bisa bertahan?"
"Dia. . . berusaha keras untuk menjadi tegar, tapi sepertinya dia
kesulitan. Aku belum menyinggung kemungkinan yang terjadi pada
ayahnya dengan dia lagi, dan aku tidak yakin kami akan melakukan
pembicaraan tentang hal itu. Sepertinya serangan jantung saat
berenang, mungkin sajakarena itu, tapi aku ingin melihat laporan
hasil otopsinya."Aku mendesah. "Kau tahu berapa lama mereka bisa
mengeluarkan hasilnya. Laboratorium forensik di Amerika ini sama
kacaunyadengan negara kita."
"Apakah ada petunjuk yang tiba-tiba muncul di rumahnya?"
"Belum. Tom menghubungi seorang pengacara untuk mengesahkan
surat wasiatnya, isinya mengenai warisan, dana asuransi dan lain
sebagainya yang berhubungan dengan hal itu, semua di orderseperti
yang bisa kau bayangkan, tapi ada sesuatu yang tampaknya sedikit
terlalu rapi tentang hal ini. Sepertinya mungkin dia sudah
merasahidupnya tidak lama lagi. Dan itu sangat mungkin karena
penyakit jantungnya. Brynne tahu ayahnyaminum obat tekanan
darah dan dia mengkhawatirkannya. Kau tidak akanmenyadari kalau
dia sakit saat melihatnya. Pria itu terlihat sehat sekali."
"Hmmmm. Satu-satunya orang yang akan mendapat keuntungan dari
kematiannya adalah tim sukses Senator Oakley."
"Aku tahu. Aku benci mengetahui hal itu, tapi memang benar.
Semuanya diwariskan ke Brynne-rumah, mobil-mobil, investasi.
Tidak ada yang mengejutkan disana, tapi aku bertanya-tanya apakah
Tom meninggalkan sesuatu yang memberatkan Oakley."
"Seperti kesaksiannya yang direkam dengan video?"
"Ya. . . persis seperti itu. Mungkin kita akan tahu besok. Kami akan
melakukan pertemuan dengan rekan bisnisnya pagi ini untuk
mengecek asuransi, kemudian upacara pemakaman dan menerima
tamu. Besok akan menjadi hari yang sialan panjang."
"Kapan kamu pulang?"
"Setelah kami bisa membereskan semuanya, penerbangan tengah
malam besok malam. Aku ingin Brynne keluar dari sini. Berada
disini membuatku sialan gugup. Aku merasa tidak cocok disini."
"Benar. Tolong sampaikan rasa belasungkawa kami.Hubungi aku
jika kau membutuhkan aku. Aku selalu siap disini."
"Terima kasih. . . sampai jumpa lagi dalam dua puluh empat jam."
Aku mengakhiri panggilan telponkudan menyalakan rokok
kretekyang kedua, asapnya bergulung lambat naik ke atas udara
malam. Aku merokok dan berpikir, ingatanku kembali ke tempat
dimana aku tidak pernah mendatanginya lagi sejak lama. Hal ini
membuatku takut, dan dengan alasan yang tepat.
Tenggelam adalah cara yang mengerikan untuk meninggal.Apalagi
jika kau dalam keadaan sadar.Sesuatu yang pernah
kurasakanberdasarkan pengalaman. Perasaan dingin dan putus asa
saat air masuk kedalam hidung dan mulutmu. Upaya yang tidak
mungkin untuk bersikap tenang dan menahan nafas yang semakin
menipis. Rasa sakit di paru-paru karenabenar-benar kehabisan
oksigen. Aku pikir orang-orang Afghanistan itu melakukan
percobaanterhadap diriku untuk melihat apa yang diributkansemua
orang tentang teknikpenyiksaan dengan
waterboarding(menenggelamkankepala kedalam air). Tapi itu bukan
metode yang disukai mereka, itu sudah pasti. Menyeret tubuhku
dengan lengan terikat dan mengoyakkanpunggungku adalah favorit
mereka.Hal itudilakukan sampai merampas waktu tidurku selama
berminggu-minggu. Pikiran menjadigila bila tidak ada siklus waktu
buat tidur. Aku memandang bintang-bintang di langit dan berpikir tentang
dirinya. Ibuku. Dia menjadi malaikat di atas sana. Aku yakin itu.
Masalah keyakinan adalah hal yang sangat pribadi dan aku tidak
membutuhkan konfirmasi lain dari apa yang aku percayai selain apa
yang benar-benar aku yakini di dalam hatiku. Entah bagaimana, dia
di atas sana sedang mengawasi aku dan bersamaku ketika mereka
akan memenggal keTidak. Jangan memikirkan sesuatu yg mengerikan itu lagi
sekarang. Nanti. . . Aku bangkit dengan cepat dan mematikan rokok keduaku. Aku
menyelipkan puntung rokok itu kembali ke dalam bungkusnyadan
masuk ke dalam rumah modern bergaya Amerika milik ayah
mertuakuyang indah itu. Aku tidak pernah berbicara dengannya lagi,
tapi ironisnya, satu-satunya percakapan paling penting yang pernah
kumiliki, jika dibandingkan dengan semua percakapan lain
sepanjang hidupku, yaitu saat aku berbicaradengannya. Sebuah
email dengan sebuah permohonan untuk meminta bantuanku. . . dan
sebuah foto. Saat aku masuk kembali untuk merangkak kembali ke tempat tidur
dengan Brynne, aku berdoa. Ya. Aku berdoa agar Tom Bennett tidak
sadarkan diri ketika dia meninggalkan dunia ini.
"Dalam balutan setelan baju Chanel hitam dengan rambut digulung
keatas, Brynne tampak cantik. Sangat sedih, tapi tetap cantik. Ibunya
yang membawakan pakaian itu untuk dia kenakan. Tampaknya
ukuran mereka sama, , dan sepertinya Brynne hampir tidak berdaya
untuk berargumentasi menghadapi ibunya pada saat ini. Aku
merasakan dia hanya berupaya untuk melewati semua ini dan benarbenar tidak
membiarkan dirinya terlihat jelaslarutdalam
kesedihannya. Aku berdiri di pinggiran dan sebisa mungkin menghindar dari semua
percakapan. Brynne dalam kondisi tidak mampu menangani
pertengkaran dengan keluarganya, jadi aku menahan lidahku untuk
menjaga kedamaian. Aku dan Mrs Exely melakukan gencatan
senjata- sebisamungkin kami menghindari kontak langsung. Aku
tidak pernah mendengar dia bertanya pada Brynne tentang
bagaimana perasaannyasetelah mengetahuiBrynne hamil.Tidak
sekalipun. Sepertinya ia berpura-pura hal itu tidak terjadi. Ibu
macamapa yang tidak peduli tentang putrinya yang sedang hamil
bahkan menanyakankehamilan itu padanya"
Aku berharap prosesi ini segera berakhir sehingga aku bisa
membawa gadisku keluar dari sini. Aku ingin dia kembali kedaratan
Inggris. Aku merasa waktu masih begitu lama untuk melakukan
penerbangan pulang nanti malam.
Pemakaman berjalan lancar; jika kematian yang dialamibegitu cepat
maka bisa dikenang dalam artian yang baik, benar kan. Aku ingin ini
menjadi sebuah konsekuensi kehidupan yang kurang beruntung,
bukan pembunuhan. Brynne tidak menanyakanhal itu padaku.
Akutidakberpikir gambaran ituterlintas dalam benaknya, dan untuk
itu aku sangat bersyukur.
Aku mengenalinya begitu ia masuk ke pertemuan setelah kebaktian
dipemakaman. Aku sudah pernah melihat foto-foto Bajingan Licik
ini dan langsung mengenalinya begitu melihatnya. Testis Oakley
pasti seukuran buah anggur, seakan dia memiliki hakuntuk berjalanjalan disini,
karena ia terlihat sangat percaya diri. Dia mendatangi
kami dan meletakkan tangannya pada Brynne, memeluknya, dan
pura-pura bersimpati atas kehilangan ayahnya. Aku yakin Brynne
terlalu sedih untuk bereaksi terlalu banyak atas kehadirannya. Ibunya
berdiri di samping dan bergerak mendekati Oakley
denganmemperlihatkan perasaan kasih sayangnya, yang membuatku
sangat murka. Bagaimana dia bisa melakukan itu pada Brynne"
Anak laki-laki pria ini telah memperkosa putrinya, membuat video
lalu disebarkan untuk umum, dan dia menganggapnya
sebagaiseorang teman" Bla, bla, omong kosong. Aku menatap tajam
padaOakley dan memastikan jabatan tanganku sangat keras.
Ya, benar, Senator, kita memang baru saja berkenalan. Kauakan
bertemu dengan kejantananku sebentar lagi.Ukurannya sangat
besar. Aku harus melangkah mundur dan menarik dirikubersamaan
dengannya. Aku mencium kening gadisku dan bilang aku akan
segera kembali. Aku dan senator memiliki waktu untukberkencan.
Aku membuntutinya dan segera mempelajari detail keamanan untuk
Oakley. Maksudku, kami semua telah mengenal dalam bisnis ini.
Semua yang akan kulakukan hanya berbicara dengan Senator. Tak
ada salahnya, kan" Ketika Oakley pergi untuk buang air kecil, aku memastikan aku agak
tertunda di belakangnya. Waktu yang sangat tepat. Pihak keamanan
yang bodoh sedang sibuk mengisi makanan di piringnya. Kamar
kecil pria memiliki kunci, yang merupakan bonus tambahan.
Keberuntunganku tampaknya tidak memiliki batas saat ini.
Aku bersandar pada meja wastafel ketika ia keluar dari bilik sambil
memasang ikat pinggangnya.
"Kita sendirian dan pintu terkunci, Oakley."
Dia terdiam kaku dan menilai situasi. Senator tampaknya telah
dikaruniai sedikit kecerdasan, aku mengakuinya. Dia tidak panik.
"Apakah kau mengancamku, Blackstone?" Ia menjaga suaranya
tetap tenang. "Anda ingat nama saya. Bagus sekali. Dan saya benar-benar belum
bisa menyebutnya seperti itu. . . belum."Aku mengangkat bahu.
"Mengapaandatidak memberitahu saya alasannya anda berada disini,
Senator?" "Aku di sini untuk menghormati kehidupan seorang teman lama, itu
saja." Dia melangkah ke depan menuju wastafel dan menyalakan air.
"Ahh, anda menyebutnyabegitu. Menurut saya itu lebih seperti
kampanye gratis, bukan?"
"Kematian Tom Bennett adalah kejutan yang tragis bagiku, dan
untuk semua orang. Brynne adalah gadis yang sangat manis. Sejak
dulu. Kehilangan ayahnya pasti menjadi beban yang berat bagi dia
untuk menanggungnya. Aku tahu bagaimana Tom sangat
mencintainya. Dia adalah dunianya."
Aku hanya menatapnya, cukup terkesan dengan kata-katanya yang
dramatis. Ia pasti sudah menjalani pelatihan untuk seluruh pidato
politik dia di masa depannya.
"Selamat atas pernikahanmuyang akan datang dan menantikan
kelahiran anakmu," katanya sambil mencuci tangan di wastafel.
"Jadi andasudah membaca pengumuman itu." Aku memiringkan
kepalaku dan berdiri di depan pintu. Keparat ini tidak akan pergi
sampai aku membiarkan dirinya untuk pergi. "Begini, Senator.
Dengarkan, sayaakan berbicara."
Dia menariktisu towel dan mulai mengeringkan tangannya seperti
kebiasaan pada umumnya. "Sayasudah tahu semuanya. Montrose telah tewas. Fielding hilang
pada akhir Mei. Saya berani bertaruh dia juga tewas dan akan tetap
menghilang. Saya tahu putramu masih menjalani wajib militer
sebagai tentara AS. Sayabisaberhubungan dengan titik-titik
informasi ini. Setiap orang yang menghilang. Ketika laporan hasil
otopsiTom selesai, sayaakan membacanya. Ingin tahu apa yang akan
tertulis disitu?"Aku mengangkat bahu secara berlebihan.
"Yang pastibukan aku, Blackstone." Mata coklat terangnya menatap
ke dalam mataku. "Bukan aku."
Aku melangkah lebih dekat. "Senangmendengar hal itu, Oakley.
Pastikan itu benar. Saya punya rekaman kesaksian, dokumen,
catatan. . . semuanya. Tom Bennett juga punya."Aku belum tahu
dengan pasti tentang hal yang satu itu, tapi kedengarannya tepat.
"Dan jika anda berpikir anda bisa menjatuhkan aku untuk
mendapatkan Brynne, anda akan melepaskan badai politik yang
mengerikan dan membuat kasus Watergate terlihat seperti sebuah
episode dari Pengadilan Rakyat." Aku maju selangkah lagi. "Orangorang saya tahu
apa yang harus dilakukan jika saya menghilang."
Bisikku. "Mereka akan memecahkan balon di pesta ini dan
semuanya akan...meletus."Aku menjentikkan jariku sebagai tanda
penekanan. Dia menelan ludah tanpa disadarinya, tapi aku bisa melihatnya. "Apa
yang kau inginkan dariku?"
Aku menggelengkan kepalaku. "Ini bukan apa yang saya inginkan,
Oakley. Ini semua tentang apa yang anda inginkan."Aku
memberinya waktu untuk meresapinya."Anda ingin menjalankan
kantor wakil presiden anda dan tidur di tempat tidur anda yang
nyaman di malam hari atau sebaliknya dari sel penjara dengan teman
sekamar yang ingin mengenal anda dengan lebih baik." Aku sedikit
tersenyum. "Anda ingin melakukan semuanya dengan kekuasaan
anda untuk memastikan bahwa Brynne Bennett, segera menjadi
Brynne Blackstone, akan menuju ke arah kehidupan yang bahagia
dan sangat damai dengan suami dan anaknya di Inggris, dengan
tidak adanya ancaman atau rasa khawatir tentang apapun yang
terjadi di masa lalunya." Aku mengucapkan kata-kataku lebih keras.
"Sebuah peristiwa memalukan dimana dia menjadi
korban.Dari.Sebuah.Kejahatan.Yang sangat keji."
Dia mulai berkeringat. Aku bisa melihat tetesan keringatdi


Eyes Wide Open The Blackstone Affair 3 Karya Raine Miller di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pelipisnya. "Anda ingin memastikan hal itu, Oakley. Apakah anda mengerti?"
Dia tidak menggerakkan wajahnya, tapi matanya menandakan
setuju. Aku tahu tatapan seperti itu, dan dia mengatakan ya padaku
dengan matanya. "Bagus. Aku senang kau mengerti karena inilah satu-satunya
peringatan yang anda dapatkan. Jika terjadi sesuatu pada salah satu
dari kami. . . well. . . semuanya akan meledak. Saya bicara tentang
Parlemen Inggris, Washington Post, London Times, Scotland Yard,
M6, Kongres AS, seluruh Enchilada, seperti yang mungkin anda
katakan."Aku memiringkan kepalaku dan menggeleng dengan
perlahan-lahan. "Dan dengan diadakannya Olimpiade di London,
dan semua itikad baik antara AS dan Inggris?" Aku mengangkat
telapak tanganku ke atas. "Tidak akan ada lubang yang cukup dalam
bagi anda untukmenyembunyikan diri." Aku mencium satu tangan
sebagai tanda penekanan. "Pikirkan...Saddam Hussein. . . jika anda
masih ingin melakukannya."Aku bergerak untuk membuka pintu.
"Saya yakin saya tidak perlu mengingatkan anda tentang omong
kosong yang lebih buruk lagi." Aku pergi meninggalkan kamar kecil
pria dan berbalik untuk terakhir kalinya. "Semoga sukses untuk anda
dalam pemilu mendatang. Semoga karir anda bisa lebih lama dan
sukses, Senator. Selamat tinggal."
Pihak keamanan Oakley mendorong pintu melewati aku dan
memasuki kamar mandi, tampak sedikit bingung setelah tanpa
sengaja mendengar salam perpisahanku.
Aku mengangguk kepadanya dan keluar untuk menemukan Brynne.
Cinta dalam kehidupanku, ibu dari anak kami yang masih dalam
kandungannya, gadis manisku, yang sudah terlalu lama jauh dari
pandanganku, dan aku harus segera kembali ke sisinya.
?"" Bab 17 " Aku merasa lega ketika Ethan kembali padaku entah dari mana
tadi ia berada. Aku membutuhkan dia, dan segala sesuatunya tampak
lebih mudah menanggungnya ketika dia berada di dekatku. Karena
peristiwa ini aku menjadi sangat rapuh, yang membuatku membenci
pada diriku sendiri, tapi aku tidak bisa menahannya, aku terlalu lelah
untuk peduli. Dia adalah satu-satunya tempat aku bersandar di sini.
Aku ingin kembali pulang. London-rumahku.
Dia membawa dua piring makanan ketika ia menghampiri aku.
"Aku membawakanmu sedikit makanan," katanya.
"Oh, terima kasih...tapi aku tidak lapar sama sekali. Aku tidak bisa
makan itu." Aku menatap buah dan sandwich croissant.
Dia mengerutkan kening dan menahan rahangnya. Aku tahu ini akan
menjadi sebuah perdebatan. "Kau harus makan sesuatu. Apa yang
kau makan hari ini selain hanya sedikit teh?" Bisiknya. "Pikirkan
bayinya..." "Kau tidak bisa memaksa seseorang untuk makan. Percayalah, aku
tahu dari pengalaman."
Suara sinis ibuku tiba-tiba masuk dalam perdebatan kami. Tidak ada
kata sentimen "Benar kata Ethan, Brynne, kau harus makan karena
bayimu membutuhkan makanan walaupun kau tidak merasa lapar."
bukan "Kau makan untuk dua orang sekarang, Sayang."
komentarnya. Ya...apa yang bisa kuharapkan"
Aku melihat Ethan memutar kepalanya dan menatap tajam ke arah
ibuku. Aku rasa seperti ada sedikit asap naik dari telinganya juga,
tapi ia menahannya padahal aku berpikir dia bisa melakukannya. Dia
hanya mengubah wajahnya menjadi dingin dan mengabaikannya.
"Ayo duduk denganku dan makanlah sedikit," katanya padaku
dengan suara lembut yang dipadukan dengan keseriusan yang
tampak di wajahnya. Bagaimana aku bisa menolaknya" Aku tidak pernah bisa. Apa yang
dia lakukan, dia sangat peduli padaku. Aku butuh makan, meskipun
nafsu makanku tidak ada. Ethan benar. Aku memiliki orang lain
yang perlu dipertimbangkan selain diriku sendiri. Apalagi sekarang.
Istana Gerbang Merah 2 Pendekar Slebor 06 Bangkitnya Ki Rawa Rontek Mesin Tik Hantu 1
^