Pencarian

Song Unbroken Soul 2

Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega Bagian 2


"Baiklah." jawab Adrienne akhirnya.
"Aku akan menjemputmu pukul delapan." balas Javier.
Adrienne menggumam. Tepat sebelum sambungan diputuskan, Javier melanjutkan, "Pakai
sesuatu yang nyaman dan santai, ini bukan kencan. Sampai jumpa,
Adrienne." Javier kembali memasuki ruang konfrensi, namun fokusnya tak
ada di sana. Javier sibuk memikirkan ke mana ia harus membawa
Adrienne untuk makan malam. Javier tidak ingin sesuatu yang
biasa seperti makan malam romantis di restoran mewah. Javier
ingin sesuatu yang berbeda untuk Adrienne.
Javier tersentak ketika menyadarinya. Rambut hitam itu. Tubuh
semampai dengan tatapan teguh namun terkesan rapuh. Sang gadis
bergaun putih, yang telah membuat Javier terpesona. Ternyata
selama ini berada tepat di hadapannya. Sambil menertawai
kebodohannya dalam hati, Javier memutuskan untuk
membuktikannya. Ia tahu ke mana akan membawa Adrienne
malam ini. http://bacabukunovel.blogspot.com
*** "Adrienne, letakkan kaus itu! Kau tidak akan mengenakan pakaian
lain selain gaun! Kau akan makan malam dengan Javier Keane,
bukan pergi ke minimarket!" omel Tasha dari pintu kamar
Adrienne. "Ia mengatakan ini bukan kencan dan aku harus memakai sesuatu
yang nyaman. Jadi aku memilih kaus dan jins. Itu cukup bagus,
bukan?" sahut Adrienne tak peduli.
Tasha menyipitkan mata, "Kau tidak berusaha membuatnya muak
padamu, bukan?" "Untuk apa aku melakukan hal semacam itu?"
"Kalau begitu letakkan kaus itu dan pakai gaun ini."
Adrienne melirik gaun yang diulurkan Tasha. Gaun itu sederhana,
berwarna kuning lembut dan memiliki lengan sebatas siku.
Adrienne mendesah. Tahu bahwa sekali lagi, Tasha berhasil
membuatnya mengalah. Lagi pula Adrienne tidak tahu ke mana
Javier akan membawanya, sehingga meminimalisir 'salah kostum'
tidak ada salahnya dilakukan.
"Baiklah. Sementara aku berganti pakaian, maukah kau
memilihkan sepatunya?" tanya Adrienne.
Tasha bersorak kegirangan.
Dua puluh menit kemudian, Adrienne telah mengenakan gaun
kuning itu dengan sepasang sepatu beralas datar berwarna senada.
Rambutnya tergerai sempurna, sementara wajahnya bersih tanpa
make-up. Adrienne bahkan tidak mau memakai pelembab bibir.
Adrienne tampil sederhana, apa adanya, namun tetap cantik luar
http://bacabukunovel.blogspot.com
biasa. "Javier Keane akan jatuh cinta padamu." desah Tasha dengan
ekspresi penuh mimpi. Adrienne memutar matanya.
Javier menjemputnya tepat pada pukul delapan dan mereka
berkendara dalam keheningan. Setelah Javier memarkirkan
mobilnya di sebuah halaman dengan pagar putih sebatas pinggang,
Adrienne tersenyum. Javier membawa Adrienne ke panti asuhan tempat mereka pertama
kali bertemu. Ketika melihat ekspresi wajah Adrienne, Javier tahu
ia tidak salah. Ia telah menemukan gadis bergaun putihnya.
"Ayo. Mereka sudah menunggu." ajak Javier bersemangat.
Adrienne mengikuti langkah Javier menuju halaman belakang
yang kini telah disulap menjadi tempat makan malam dan
dipenuhi oleh seluruh anak panti asuhan. Anak-anak itu
menyambut dengan pekikan riang, lalu segera menghampiri Javier
dan Adrienne dengan senyum tanpa beban.
Malam berlalu dengan menyenangkan. Canda tawa yang mengisi
halaman belakang itu terasa tanpa akhir. Adrienne terus
tersenyum, sementara Javier sibuk menenangkan anak-anak yang
memintanya bermain piano. Ketika Adrienne menaikkan alisnya
dengan ekspresi menantang, barulah Javier menyanggupinya.
Javier membuka penutup tuts piano. Melemaskan jemarinya, lalu
menatap Adrienne. Dilihatnya gadis itu sibuk melerai anak-anak
yang memperebutkan tempat di sisinya. Pertikaian itu berakhir
dengan keputusan Adrienne untuk meletakkan anak-anak itu di sisi
kanan dan kirinya. Dengan senyum tipis, Javier mulai melarikan
http://bacabukunovel.blogspot.com
jari-jarinya. Lagu ini adalah sebuah alunan nada yang menghantui Javier
selama beberapa hari terakhir. Lagu yang Javier yakin tercipta
untuk Adrienne. Karena gadis itulah sumber inspirasinya. Javier
membiarkan setiap nada menghanyutkannya, tak menyadari
bahwa Adrienne terpana. Begitu nada terakhir terurai oleh angin, tepuk tangan terdengar
serempak. Adrienne bahkan membiarkan senyum kagumnya
terulas manis; ia menyukai lagu itu. Adrienne menyukai Javier
yang bermain piano. Karena pada saat itu, Adrienne dapat melihat
betapa bebasnya jiwa Javier.
Dan pada saat itu pula, Adrienne memutuskan untuk mencoba. Ia
akan memberi dirinya kesempatan. Karena Javier adalah
seseorang yang pantas untuk dikenal, bahkan dengan seluruh
risiko yang membayanginya.
"Permainan pianomu sangat bagus." puji Adrienne saat mereka
berada dalam perjalanan pulang.
Javier hanya membalasnya dengan seulas senyum tipis.
"Kau senang makan malam denganku?" tanya Javier kemudian.
"Mungkin." jawab Adrienne.
Javier menatap Adrienne selama sedetik dengan kening berkerut,
membuat Adrienne tak kuasa menahan tawanya. Untuk pertama
kalinya, Adrienne tertawa untuk Javier.
Mereka berbincang tentang keusilan anak-anak panti asuhan,
diselingi dengan tawa ringan, hingga akhirnya mobil Javier
berhenti di depan apartemen Adrienne.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Terima kasih untuk makan malamnya. Aku senang bisa bertemu
dengan anak-anak lagi." ucap Adrienne setelah mereka mencapai
pintu apartemennya. "Kau bisa membuktikan rasa terima kasihmu dengan menemaniku
ke pesta ulang tahun adikku minggu depan." sahut Javier.
Adrienne mendesah, namun senyum manisnya tidak bisa
disembunyikan. "Asalkan kau bersedia untuk bermain piano setelahnya." balas
Adrienne. Javier membalas senyum Adrienne, lalu mengulurkan tangan,
"Kita sepakat?"
Adrienne menjabat tangan Javier, "Sepakat."
Tiba-tiba Javier menarik Adrienne ke pelukannya. Tatapannya
sangat intens, seolah berusaha menyingkap rahasia dalam hati
Adrienne. Perlahan, kepalanya menunduk disertai seulas senyum,
membuat Adrienne tanpa sadar memejamkan mata.
Namun bibir Adrienne tak kunjung tersentuh. Setelah beberapa
waktu berlalu, Adrienne merasakan napas hangat Javier di
telinganya. Pria itu berbisik lembut.
"Ini bukan kencan, Adrienne Callandrie. Tapi aku akan senang
menganggap acara kita selanjutnya sebagai kencan. Bersabarlah
hingga minggu depan."
Tubuh Adrienne bergetar mendengar kalimat sarat akan janji itu.
Meski enggan untuk mengakuinya, Adrienne merasa dirinya bisa
pingsan saat ini juga jika Javier memutuskan untuk menciumnya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Astaga, Adrienne benar-benar bertingkah seperti gadis perawan
yang baru mengenal lawan jenis! Dan hanya Javier yang bisa
melakukannya. Javier menegakkan kembali tubuhnya. Tersenyum semakin lebar
ketika melihat semburat merah mewarnai wajah cantik di
hadapannya. Nampak amat menggemaskan hingga Javier nyaris
kehilangan kendali dirinya. Ketertarikan di antara mereka terlalu
kuat. Javier melepaskan pelukannya, lalu membalikkan tubuh.
Meninggalkan Adrienne yang berdiri terpaku hingga tubuhnya
menghilang dalam lift. *** "Apa kau berniat meledakkan pesta ulang tahun adikku?" tanya
Javier. Adrienne mengerjap bingung, lalu Javier menunjuk kotak
berbungkus kertas kado magenta yang berada di tangan Adrienne.
Kotak itu berukuran sangat besar, hampir menutupi wajah
Adrienne. Adrienne tertawa pelan, "Aku pikir tidak ada bom di dalamnya."
Javier segera mengambil alih kotak kado itu dan terpana ketika
melihat Adrienne secara keseluruhan. Seperti biasa, gadis itu
tampil sederhana dan cantik. Javier kehilangan kata untuk
menggambarkan betapa memesona gadis di hadapannya yang
malam ini bersedia menjadi pasangannya. Dan mereka benarbenar berkencan.
Sepanjang perjalanan menuju tempat pesta berlangsung, Adrienne
sibuk menanyakan peraturan yang berlaku dalam keluarga Keane.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Sudah menjadi rahasia umum bahwa keluarga Keane merupakan
salah satu keluarga paling berpengaruh di dunia ekonomi.
Keluarga Keane memiliki buku peraturan sendiri yang nyaris
menjadi hukum tak terelakkan bagi setiap anggota yang nama
belakangnya terdaftar sebagai Keane.
"Jadi, pesta ulang tahun adikmu ini tidak resmi?" tanya Adrienne
bingung. "Tidak. Keluarga Keane hanya merayakan ulang tahun dengan
pesta di usia delapan belas tahun. Sisanya merupakan pesta tidak
resmi, jika kau ingin menyebutnya begitu. Namun
menyelenggarakan pesta tidak termasuk pelanggaran, asalkan
tidak terjadi masalah dan semacamnya." jawab Javier.
"Lalu apa yang kau dapatkan di ulang tahunmu yang ke delapan
belas" Selain pesta khas keluarga Keane, maksudku." tanya
Adrienne lagi. "Seharusnya aku mendapat saham, karena aku anak pertama.
Namun saat itu aku telah memutuskan untuk masuk Julliard dan
menjadi pianis, sehingga Kakek murka. Jadi aku tidak mendapat
apa pun." jawab Javier ringan.
"Kau tidak masalah dengan hal itu?"
"Tidak. Melakukan hal yang aku sukai merupakan suatu
kebahagiaan. Aku bahkan tidak menyesal sama sekali."
"Apa saat ini kau menyesal, karena pada akhirnya harus tetap
mengikuti peraturan keluargamu setelah semua kesuksesan yang
kau raih?" Javier menghentikan mobilnya di pintu utama hotel, kemudian
turun dan membukakan pintu untuk Adrienne. Setelah meminta
http://bacabukunovel.blogspot.com
petugas untuk membawakan kotak hadiah, Javier dan Adrienne
melangkah memasuki ballroom hotel.
Mereka melangkah dengan langkah yang beriringan, dengan
tangan yang bertaut. Setiap pasang mata menatap mereka dengan
pandangan penuh tanya juga kekaguman, namun Javier dan
Adrienne tetap hanya memerhatikan satu sama lain.
"Jika kau bertanya saat ini, maka jawabku adalah tidak. Aku tidak
pernah menyesal, bahkan tidak untuk satu detik pun. Karena
peraturan itu membawaku untuk mengenalmu, juga membuatku
mampu menggenggam tangan gadis paling cantik yang pernah
kutemui." bisik Javier tanpa ragu.
Adrienne mendongak menatap Javier, lalu memberikan
senyumnya yang paling manis.
Tepat ketika Adrienne mulai merasa bahwa malam ini adalah
malam yang menyenangkan, masalah itu muncul di permukaan.
Masalah yang sama sekali tidak Adrienne perkiraan. Masalah yang
memaksa Adrienne untuk kembali membangun dinding
pertahanannya. "Menjauh dari kakakku, gadis jalang!"
Hanya berselang satu detik dari jeritan itu, tubuh Adrienne ditarik
paksa hingga genggaman tangannya pada tangan Javier terlepas.
Adrienne kehilangan keseimbangannya sesaat, namun ia
beruntung tidak jatuh terjerembap karenanya. Adrienne
mendongak dan menemukan seorang gadis dengan wajah dipenuhi
amarah. Adrienne mengenal gadis itu. Tentu saja, karena gadis itu adalah
gadis yang ia rusak hubungannya dengan pria yang Adrienne
temui di bar. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Demi Tuhan! Bagaimana mungkin kau datang ke pestaku"
Bersama dengan kakakku" Betapa memalukan dirimu!" seru
Hester berapi-api. "Hester, hentikan. Apa yang terjadi?" tanya Javier tak mengerti.
Hester tetap menatap Adrienne dengan kebencian nyata, sementara
bibirnya menjawab pertanyaan Javier.
"Ia adalah gadis yang bermesraan dengan Max, Javier. Ia yang
menghancurkan hubunganku."
Adrienne berusaha mengendalikan ekspresinya. Mata-mata
penasaran yang menyaksikan mulai berbisik dengan nada
menghakimi. Tentu saja, karena kebanyakan tamu pesta itu adalah
teman Hester. Lagi pula, Adrienne memang bersalah. Tak ada
pembelaan untuknya dan sebutan yang Hester berikan benar
adanya. Seharusnya Adrienne bisa menata kembali ekspresinya, jika saja ia
tidak melihat Javier. Adrienne merasa seperti ditampar keraskeras. Untuk pertama
kalinya, Adrienne merasa sangat sakit.
Bukan karena perkataan kasar yang terus dilontarkan Hester atau
pun tatapan bermusuhan dari seluruh penghuni ballroom, namun
karena Adrienne tahu ia akan kehilangan Javier.
Javier pasti membencinya.
Tanpa menunggu air matanya mengalir, Adrienne segera
membalikkan tubuh dan melangkah menjauh.
*** Javier berjalan cepat menyusul Adrienne, namun belum sempat
http://bacabukunovel.blogspot.com
kakinya melewati pintu, sepasang tangan menahannya.
"Javier, ia bukan gadis baik. Ia menghancurkan hubunganku
dengan mengumpankan tubuhnya! Astaga, apa yang kau lihat
darinya" Kau bisa mendapatkan ribuan gadis yang jauh lebih baik
dan tentunya, lebih terhormat dari gadis jalang itu." ucap Hester.
"Hester, berhenti memanggilnya seperti itu. Adrienne adalah gadis
pilihanku. Aku tidak tahu alasannya melakukan semua yang kau
katakan ia lakukan, namun ia pasti memiliki alasan." sahut Javier.
Javier menyentuh bahu adiknya, memberikan senyum
menenangkan. "Kembali pada pestamu. Ini hari spesialmu. Jangan biarkan aku
mengacaukannya. Lagi pula teman-temanmu sudah datang dari


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

seluruh penjuru dunia untuk merayakannya denganmu di sini. Kau
tahu, patah hati hanya akan tersembuhkan dengan mencari
pengganti. Siapa tahu akhirnya kau akan menemukan seorang pria
yang pantas untuk kau perjuangkan?" lanjut Javier lembut.
"Kau akan menyusulnya, bukan" Kau akan meninggalkanku. Kau
lebih memilih dirinya dibanding diriku." balas Hester terluka.
"Kau tahu aku menyayangimu lebih dari apa pun, Hester. Aku
akan menemuimu besok. Mengerti?" sahut Javier.
Hester mulai menangis, namun ia mengangguk. Hester tahu bahwa
kakaknya yang tampan itu sangat menyayanginya. Hester sudah
mendapat pembuktiannya seumur hidup. Tak ada alasan untuk
meragukan Javier, karena Javier bahkan rela mengorbankan
segalanya demi Hester. Maka Hester hanya membiarkan tangannya melepaskan tangan
Javier. http://bacabukunovel.blogspot.com
*** Adrienne menghapus air matanya ketika mendengar bel berbunyi.
Tanpa prasangka, Adrienne membuka pintunya. Dan betapa
terkejutnya Adrienne ketika menemukan Javier yang berdiri di
balik pintunya. "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Adrienne.
Javier mengulurkan kotak tisu, menjawab pertanyaan Adrienne
dengan seulas senyum. Air mata Adrienne kembali mengalir. Ketulusan yang terpancar
dari senyum Javier lebih dari yang mampu ditanggungnya. Rasa
bersalah menggerogoti setiap sisi hatinya, membuat Adrienne
menyadari bahwa sejak awal, batasnya sungguh tidak berlaku bagi
Javier. "Tidak apa-apa, Adrienne. Aku tidak datang untuk memarahimu.
Mengapa kau kembali menangis?" ucap Javier seraya membawa
Adrienne ke sofa. Adrienne mengambil tisu dari tangan Javier, menghapus air mata
juga membersit hidungnya dengan cara yang jauh dari kata
anggun. Ketika akhirnya Adrienne berhenti menangis, Javier
mencubit pipinya lembut. Mengembalikan warna pada wajahnya
yang pucat. "Tidakkah kau marah" Aku telah menghancurkan hubungan
adikmu. Dan semua yang kau dengar dari adikmu itu benar. Aku
murahan." bisik Adrienne dengan kepala menunduk.
Javier menyentuh dagu Adrienne, membawa gadis itu untuk
menatapnya. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Jangan pernah mengatakan itu lagi." tegas Javier tak
terbantahkan. Adrienne terdiam. "Aku berterima kasih padamu. Karena berkat kau, Hester akhirnya
sadar bahwa pria itu brengsek. Aku tidak pernah menyukai pria
itu. Kau tahu, perbedaan umur mereka lebih dari sepuluh tahun.
Pria itu gila kontrol. Ia menjadikan Hester seperti yang ia
inginkan. Ia bahkan mengikuti ke mana pun Hester pergi. Namun
melihat Hester begitu bahagia, aku tidak tahu bagaimana caranya
mengatakan pada Hester bahwa kekasihnya itu tidak baik." ujar
Javier dengan nada ringan.
"Dan aku minta maaf atas segala hal yang diucapkan adikku.
Tidak seharusnya ia memperlakukanmu seperti itu. Aku yakin
suatu hari nanti, saat ia menyadari bahwa kau telah
menyelamatkannya dari pria brengsek itu, ia akan meminta maaf
sekaligus berterima kasih padamu. Untuk saat ini, biar aku yang
melakukannya. Maukah kau memaafkannya?" lanjut Javier.
Adrienne menarik napas demi menelan tangisnya, lalu
mengangguk. Kedua tangannya terulur memeluk Javier dan Javier
membalasnya dengan pelukan hangat. Segalanya terasa benar.
Harum yang menguar dari tubuh Javier terasa menghanyutkan
bagi Adrienne, hingga tanpa pikir panjang, Adrienne menanamkan
kecupan manis di lekuk rahang kokoh itu.
Javier membeku, ia mengurai pelukannya dan menatap Adrienne.
Mata cokelat terang yang balas menatapnya tak lagi diselimuti
kesedihan, murni dipenuhi keinginan. Javier membelai pipi
Adrienne, lalu menunduk. Bibir mereka bersentuhan dengan
ringan. Tanpa tekanan. Namun sengatan yang dihasilkan sentuhan
itu membakar mereka. Javier menangkup bibir bawah Adrienne
http://bacabukunovel.blogspot.com
yang terasa lembut, menyesapnya. Mengapresiasi desahan yang
diberikan Adrienne dengan memperdalam ciumannya.
Adrienne membiarkan Javier mengambil alih. Bibir pria itu amat
memabukkan. Setiap kecupan hanya membawa mereka lebih
dekat. Memagut penuh hasrat. Adrienne melarikan tangannya
untuk menyusuri rambut Javier, kembali mendesah merasakan
teksturnya yang pas di antara jemarinya.
Javier melepas bibir Adrienne sesaat. Melarikan bibirnya pada
leher manis gadis itu. Menghirup aromanya dalam-dalam seraya
membelai punggungnya. Javier merasakan pergerakan Adrienne
yang naik ke pangkuannya, namun suara robek yang panjang
menyentak perhatian mereka.
Adrienne yang pertama kali tertawa, diikuti oleh Javier. Gaun
hitam Adrienne yang mengetat di bagian atas lutut tentu saja tidak
dapat mengakomodasi pergerakan kakinya. Gaun yang baru satu
kali dipakainya itu kini terkoyak hingga lekuk paha,
memperlihatkan kemulusan kaki Adrienne yang sempurna. Tangan
kokoh Javier menyentuhnya pelan, lalu mengubah posisi mereka
hingga lebih dekat, meski tetap tidak cukup dekat.
"Aku rasa sofa ini tidak mendukung kita." bisik Adrienne seraya
membuka lehernya, memberi Javier akses yang lebih baik.
"Apa yang kau sarankan?" balas Javier.
Mata Adrienne perlahan tertutup saat bibir Javier menghisap
kulitnya, lalu dengan suara bergetar ia menyahut, "Sesuatu yang
lebih luas?" Javier tertawa pelan seraya menurunkan tali gaun Adrienne.
Bibirnya tetap tak beranjak sedikit pun. Seolah menyentuh
Adrienne adalah kebutuhan dasarnya, lebih daripada udara.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Untuk saat ini sofa sudah cukup bagus." ucap Javier
memutuskan. Protes Adrienne tertelan kembali karena tangan Javier menemukan
payudaranya. Javier meremas dengan hati-hati, lalu sebelah
tangannya yang lain melepas kait bra di punggung Adrienne.
Begitu melihat keindahan payudara Adrienne, tatapan mata Javier
murni dipenuhi gairah. Puting pink pucat yang menegak di
hadapannya begitu menantang. Tanpa membuang waktu bibir
Javier menangkup puting itu. Setelah menjilatnya dengan satu
kibasan kilat, Javier memutarinya dengan perlahan, membuat
kewanitaan Adrienne mengerut dengan menyakitkan.
"Javier." desah Adrienne.
Javier menggumam, masih tetap melumat payudara Adrienne. Ia
melepaskan dengan bunyi yang nyaring, lalu beralih pada
payudara yang lain. Adrienne kini tak bisa menahan erangannya.
Tubuhnya semakin dekat dengan tepi kenikmatan dan ketika
Javier menggigit putingnya, Adrienne menjerit.
Belum selesai gelombang itu menghantam Adrienne, Javier
melarikan ibu jarinya menuju pusat kenikmatan Adrienne. Jeritan
Adrienne berubah menjadi teriakan, sementara tangannya
mencengkram bahu Javier kuat-kuat. Ibu jari yang membelai
kewanitaannya melalui celana dalam sutranya membuat Adrienne
menggila. Adrienne membawa bibirnya pada bibir Javier, larut dalam ciuman
panjang. Sementara tangan Javier yang berada di antara kakinya
menemukan celah menuju klitorisnya. Dengan tekanan ringan,
Javier kembali membuat Adrienne mengerang. Jemarinya yang
lain menjelajahi pintu masuk itu dengan lembut. Mengenalinya.
Perlahan, dengan amat pelan, Javier menyelipkan satu jarinya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Terasa amat basah, ketat, dan hangat. Javier tak bisa menahannya,
ia menambahkan satu jari lainnya dan mendapat penghargaan
berupa erangan penuh kenikmatan dari Adrienne.
"Javier! Oh, astaga. Javier." erang Adrienne.
Javier menusuk celah manis itu beberapa kali, lalu menarik
jemarinya hingga hampir keluar. Adrienne merengek dan
mengikuti jemari Javier dengan menurunkan tubuhnya. Adrienne
tak memberi Javier kesempatan, karena detik berikutnya Adrienne
menaik-turunkan tubuhnya dengan jemari Javier berada di
dalamnya. Gerakan Adrienne memberi gambaran bagi Javier
dengan yang mungkin dilakukan gadis itu pada kejantanannya
yang kini mengeras. Adrienne menaiki jemari Javier diiringi dengan jeritannya. Tak
membutuhkan waktu lama hingga akhirnya Adrienne kembali
mencapai puncak kepuasan. Setelah tubuhnya berhenti bergetar,
Adrienne menyandar sepenuhnya pada Javier. Napasnya masih
berkejaran. Adrienne mengernyit ketika Javier menarik keluar
jemarinya. Namun usapan lembut di punggungnya yang terbuka
membuai Adrienne pada tidur lelap yang nyenyak.
Penuh dengan mimpi indah.
*** Bab 9 Janji Adrienne terbangun dengan harum kopi memenuhi kamarnya.
Kelopak matanya membuka perlahan, menemukan Javier
menyapanya dengan seulas senyum.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Kenangan akan malam sebelumnya terputar ulang dalam benak
Adrienne. Sangat jelas. Setelah memberikan dua orgasme terhebat
dalam hidup Adrienne, Javier membawa Adrienne ke tempat tidur.
Javier bahkan membantu Adrienne berganti pakaian, lalu tidur
dengan tubuh saling berpelukan. Hanya itu. Namun Adrienne
merasa begitu bahagia. "Kau akan pergi?" tanya Adrienne dengan kening berkerut.
Pasalnya, Javier telah berganti pakaian - entah di mana pria itu
membelinya di jam sepagi ini - dan nampak sangat rapi.
"Ya. Denganmu. Aku percaya aku berhutang satu lagu padamu dan
karena kau tidak memiliki piano di sini, maka kita harus ke
rumahku." jawab Javier.
"Apa ini kencan?" tanya Adrienne lagi. Matanya membulat ceria.
Javier tertawa, kemudian menundukkan kepalanya dan mengecup
bibir Adrienne. "Hanya itu?" protes Adrienne begitu Javier menegakkan tubuhnya.
Adrienne bangkit untuk duduk dan merangkulkan kedua
lengannya ke bahu Javier. Bibirnya memagut bibir Javier dengan
keras, lalu membawa tubuh Javier untuk menindihnya di atas
tempat tidur. Lidah mungil Adrienne menyusuri bibir bawah
Javier, menimbulkan geraman di dalam dada bidang Javier yang
kini menindihnya. Sambil terkikik pelan, Adrienne melepaskan
Javier. "Kau mencoba membunuhku, Adrienne." ucap Javier serak.
"Jadilah gadis yang baik. Minum kopimu, mandi, lalu kita akan
pergi." lanjut Javier seraya bangkit berdiri. Pria itu melangkah
menuju pintu kamar Adrienne.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Apa yang ingin kau lakukan?" tanya Adrienne.
"Berkencan kembali dengan showermu." jawab Javier.
Adrienne tertawa. *** Adrienne merasa tak akan pernah puas memandangi Javier yang
bermain piano. Pria itu nampak memesona, tenggelam dengan
nada-nadanya yang sempurna. Adrienne tidak tahu mengapa
jantungnya berdebar keras, namun perasaan itu membuatnya
bahagia. Membuatnya merasa hidup.
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Javier.
Adrienne menggeleng. Sudah hampir satu jam sejak mereka
datang ke rumah Javier dan Adrienne tidak lelah mendengarkan
alunan indah dari jemari kokoh itu. Meski Adrienne tahu keahlian
lain yang bisa dilakukan jemari itu, Adrienne berusaha tetap
menjaga pikirannya untuk tidak kembali memutar ulang kenangan
semalam. Namun usahanya sia-sia. Adrienne tetap memikirkannya.
Parahnya lagi, pipinya menunjukkan bukti dari isi pikirannya;
memerah dengan menggemaskan. Dan Javier mengetahuinya.
Ketika menyadari tatapan intens Javier, Adrienne mengalihkan
pandangan. "Aku akan mengambil air." gumam Adrienne gugup.
Javier mengulum senyumnya seraya menahan tangan Adrienne
yang hampir melangkah. Javier menutup tuts piano dengan
pelindungnya, lalu menarik Adrienne hingga terduduk di atasnya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Gadis itu membelalakkan mata, sementara Javier mengambil alih
bibirnya. Javier mengigit lembut bibir bawah Adrienne sebelum berkata,
"Aku tahu apa yang kau pikirkan. Tidakkah kau ingin
membaginya denganku?"
Adrienne terengah. Jantungnya yang semakin berdebar resah
memperburuk proses berpikirnya. Adrienne hanya tahu bahwa ia
ingin memiliki Javier. Seutuhnya.
Adrienne mengulurkan tangannya, menarik Javier untuk kembali
menciumnya. Berusaha memberitahu Javier keinginannya, namun
tak disangka Javier justru menarik diri kembali. Adrienne
membalas tatapan Javier. Mencoba memahami pikiran pria itu.
"Bukankah kau ingin aku membaginya denganmu?" tanya
Adrienne pelan. Javier mengecup ujung hidungnya, "Aku bertanya apa kau ingin
membaginya denganku" Aku bertanya tentang dirimu, Adrienne."
jawab Javier. Adrienne menatap Javier lekat-lekat. Napasnya tercekat. Javier
menunggu persetujuan Adrienne. Javier menanyakan
kesanggupannya. Seumur hidupnya, Adrienne belum pernah
merasa begitu dihargai sekaligus dilindungi sebesar ini.
Tidak. Adrienne pernah merasakannya, sebelum tragedi itu datang.
Adrienne memejamkan matanya, menolak mengingat hal itu.
Javier berbeda. Javier tidak akan pernah menyakitinya. Dan
Adrienne percaya itu. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Ya. Aku ingin membaginya, Javier." ucap Adrienne lembut.
"Kalau begitu kita harus mencari sesuatu yang lebih luas." sahut
Javier. Adrienne tertawa. Ia membiarkan Javier menggenggam tangannya
dan membawanya ke kamar di lantai dua. Kamar milik Javier.
Adrienne langsung merasa bahwa kamar itu pencerminan
sempurna dari Javier; maskulin, seksi, namun rapi. Anehnya,
Adrienne menyadari bahwa kamar itu tidak memiliki foto atau
lukisan di dalamnya. Dindingnya bersih tanpa hiasan apa pun
selain cat berwarna putih.
"Kau tidak suka menggantung sesuatu di dindingmu?" tanya


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Adrienne. Kakinya melangkah menuju pintu kaca yang
menghubungkan kamar dengan balkon, terpesona oleh
pemandangannya. Javier memeluk Adrienne dari belakang, "Tidak. Tapi mungkin
aku akan mempertimbangkannya jika kau yang memintaku."
jawabnya lugas. Adrienne tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di bahu tegap
Javier. Membiarkan bibir seksi pria itu menjelajahi lehernya.
"Apa yang harus kulakukan agar kau bersedia menggantung
sesuatu di dinding kamarmu yang tak bercela ini?" tanya Adrienne
lagi. "Mmm...biar kupikirkan. Bagaimana dengan hak untuk
memilikimu selama satu hari penuh" Kau akan melakukan apa
pun yang kuinginkan tanpa protes, misalnya?" balas Javier ringan.
"Dan tepatnya apa yang kau inginkan" Mengikatku di tempat
tidur?" http://bacabukunovel.blogspot.com
"Tidak. Aku ingin penyerahan total. Seluruhnya. Tanpa perlu
kuikat atau semacamnya."
Tubuh Adrienne meremang. Gambaran menyerahkan seluruh
kendali dirinya pada Javier terasa menakutkan, sekaligus
mendebarkan. Dalam cara yang tidak dimengertinya, ucapan
Javier membuat Adrienne benar-benar bergairah.
Adrienne mendongakkan kepalanya, mencium Javier dan
mendesah ketika merasakan satu tangan Javier menyingkap
blusnya. Adrienne meremas rambut Javier, melengkungkan
dadanya hingga tangan Javier lebih leluasa untuk meremas
payudaranya. Sesuatu yang terasa menampar bagian belakang
tubuhnya menyentak kesadaran Adrienne. Napasnya semakin
terengah ketika menyadari tonjolan apa itu.
Sekuat tenaga Adrienne berusaha keluar dari dekapan Javier.
Meski enggan, akhirnya tubuh mereka berpisah. Adrienne
menyentak tirai hingga tertutup seluruhnya, lalu kembali
menghampiri Javier. Bahkan di dalam keremangan, Adrienne
dapat merasakan intensitas tatapan Javier untuknya. Adrienne
berjinjit untuk mengecup rahang Javier, kemudian menjilatnya
dengan ujung lidah. "Sampai di mana kita tadi?" bisik Adrienne menggoda. Dengan
sengaja Adrienne menggesek bukti gairah Javier, mendatangkan
geraman rendah dari Javier.
"Kita baru saja mulai, Sayang." balas Javier serak. Tangannya
bergerak cepat mengangkat tubuh Adrienne, lalu membawa gadis
itu ke tempat tidur berukuran king size-nya.
Adrienne kehilangan napasnya. Ciuman Javier juga tekanan tubuh
tegapnya terhadap Adrienne tak tertahankan. Lidah Javier
http://bacabukunovel.blogspot.com
menguak kelembutan bibir Adrienne, lalu berpadu dengan lidah
Adrienne dalam tarian panjang. Ciuman itu terasa merenggut
seluruh kesadaran dan Adrienne tenggelam di dalamnya, karena
hal berikutnya yang Adrienne sadari adalah dirinya terbaring
hanya dengan bra juga celana dalam.
Javier berusaha mengurangi rasa pening yang menyerangnya.
Menatap Adrienne yang berada di bawahnya, hanya dengan bra
juga celana dalam berwarna putih, hampir meruntuhkan seluruh
kendali diri Javier. Napas Javier memburu ketika gadis itu bangkit
untuk melepas branya, membiarkan keindahan yang begitu ingin
dipuja Javier itu menggantung dengan menggoda. Detik
berikutnya Adrienne mendorong Javier, hingga kini Adrienne yang
mengambil alih. Tanpa membuang waktu Adrienne membuka kancing-kancing
kemeja Javier. Terpesona akan keindahan tubuh di hadapannya,
membuat Adrienne berpikir bahwa ia akan menyusuri setiap inchi
dari tubuh Javier nanti. Ya, nanti. Karena kini ada hal penting yang
lebih mendesak untuk dilakukannya.
Adrienne memundurkan tubuhnya, lalu memusatkan perhatian
pada celana Javier. Ketika akhirnya berhasil menyingkirkan
penghalangnya - termasuk boxer berwarna hitam - Adrienne
terpana. Sedikit rasa takut terbit di hatinya melihat milik Javier
yang sungguh besar. Besar dalam artian benar-benar besar. Entah
bagaimana mereka akan mengusahakan untuk menyatukan tubuh
nantinya. Javier menggulung kondom di atas kejantanannya. Merasakan
keraguan Adrienne, Javier kembali membalik posisi mereka.
Javier menciumi setiap sisi wajah Adrienne, bersamaan dengan
tangannya yang menjelajah bebas. Javier menendang celananya,
lalu membawa bibirnya menuruni tubuh Adrienne. Menikmati
setiap desahan gadis itu.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Dengan cepat tangan Javier menarik celana dalam Adrienne,
memperlihatkan bagian paling sensitif dari tubuh gadis itu.
Melihat untuk pertama kalinya. Tak ada sehelai rambut pun dan
kilau yang menjadi bukti gairah Adrienne menguarkan aroma
manis. Javier menyingkap lipatan basah di hadapannya dengan ibu
jari, lalu membawa kepalanya untuk semakin menunduk dan
mencicipi rasa gadis itu.
Adrienne menjerit. Satu tangannya mencengkram selimut,
sementara tangan lainnya terbenam dalam rambut Javier. Kecupan
lembut itu bagaikan sengatan listrik yang dahsyat. Pun ketika
Javier menyelipkan lidahnya lebih jauh, Adrienne merasa akan
pingsan saat itu juga. Lidah Javier mencecapnya tanpa ampun,
mereguk seluruh cairan yang Adrienne berikan. Namun rupanya
itu tidak cukup, karena Javier semakin giat melancarkan
serangannya. Jeritan Adrienne berubah menjadi tak beraturan,
hingga akhirnya bibir Javier menghisap klitorisnya dan Adrienne
terlepas begitu keras. Javier kembali menegakkan tubuhnya. Menanamkan ciuman
lembut di bibir Adrienne yang terengah-engah, lalu memegang
pinggang Adrienne. Ia menggesekkan kejantanannya perlahan,
berniat membawa Adrienne menuju puncak selanjutnya. Puncak
sesungguhnya. Adrienne mengerang. Tubuhnya masih bergejolak hebat, namun
godaan di pintu masuknya membuat Adrienne menginginkan
lebih. Adrienne bahkan tidak lagi memikirkan betapa besar milik
Javier, yang dapat ia pikirkan saat ini hanyalah memiliki Javier di
dalam tubuhnya. Menyatukan dirinya dengan Javier.
Adrienne mencium Javier lebih dalam. Menyambut setiap gesekan
kejantanan Javier hingga berkali-kali bagian kepalanya melesak
memasuki pintu masuk Adrienne. Erangan Adrienne menjadi
http://bacabukunovel.blogspot.com
semakin keras, diiringi dengan deru napas Javier. Ketika mereka
sudah sama-sama tak sanggup lagi menunggu, akhirnya Javier
menusuk lebih dalam. Cukup untuk menyentak napas Adrienne.
Javier menggeram. Menarik dirinya kembali dari kehangatan yang
akan melingkupinya, berusaha bertahan semampunya. Javier harus
menegaskan satu hal pada Adrienne.
"Adrienne." bisik Javier.
Adrienne membalasnya dengan gumaman.
Javier menahan pinggul Adrienne, lalu tangan kanannya naik
untuk menangkup wajah Adrienne. Setelah mengecup kelopak
matanya, perlahan gadis itu membuka mata. Dengan mata cokelat
terangnya yang nampak berkabut.
"Berjanjilah kau tidak akan pergi dariku." ucap Javier parau.
Kedua mata hijaunya menyiratkan kesungguhan.
Adrienne terdiam. Berusaha mencerna permintaan Javier.
Tangannya yang membelai bahu Javier mengepal. Adrienne
mengerti maksud Javier. Janji itu bukan sekadar janji untuk
mendapatkan kepuasannya, namun janji itu mengikatnya untuk
tetap bersama Javier. Dan Adrienne telah memutuskan.
"Ya, Javier. Aku berjanji."
Javier menenggelamkan erangannya dalam bibir Adrienne.
Merapatkan tubuh mereka. Perlahan, dengan amat sangat pelan,
Javier membawa dirinya memasuki celah manis Adrienne. Napas
mereka berdua tersentak. Adrienne berusaha mengakomodasi
milik Javier di dalam dirinya, sementara Javier mati-matian
menahan diri. Setelah beberapa detik berlalu, Javier menarik
kejantanannya dan menusuk lagi dalam sekali dorongan.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Ah!" pekik Adrienne. Vaginanya mengerut dan Adrienne
merintih. Memiliki Javier di dalam dirinya terasa amat
memabukkan. Setiap dorongan membawanya menuju ambang
yang belum pernah didatanginya.
Setelah beberapa kali tusukan, akhirnya Adrienne mampu
mengimbangi Javier. Mereka bergerak bersamaan, membuat setiap
detiknya lebih mendebarkan dari detik sebelumnya. Adrienne
belum pernah merasa sepenuh ini, sedangkan Javier belum pernah
merasa sesempurna ini dalam tubuh seorang gadis. Milik Adrienne
amat basah dan ketat. Seperti kemarin malam ketika Javier
menenggelamkan jemarinya. Namun kali ini, sensasinya berbeda.
Lebih kuat. "Javier! Ah, Javier! Ah! Ah!"
Teriakan Adrienne seirama dengan gerak menusuk Javier. Setelah
dua kali tusukan kuat, Adrienne merasakan dindingnya mengetat
dengan menyakitkan berbalut kenikmatan. Adrienne
mencengkram bahu Javier kuat-kuat. Dan mereka mencapai
puncak bersamaan. Milik Adrienne meremas kejantanan Javier hingga Javier merasa
dunianya menggelap. Sekuat tenaga Javier menahan tubuhnya
agar tidak menindih Adrienne, namun detik berikutnya Javier
kembali merasakan remasan yang membuat dirinya menggila.
Adrienne orgasme kembali.
"Adrienne." erang Javier dengan napas berat.
Adrienne membalasnya dengan erangan penuh kepuasan, lalu
tubuhnya melemas. Javier berguling ke sisi kanan, membawa Adrienne ke dalam
http://bacabukunovel.blogspot.com
pelukannya. Dengan itu, mereka berdua tertidur.
*** Bab 10 Jatuh Cinta Samar-samar Adrienne merasakan kecupan di sepanjang bahu
kanannya. Perlahan kesadarannya datang, namun Adrienne
memutuskan untuk tetap diam. Ketenangan itu membuainya,
membuat Adrienne semakin larut dalam kecupan lembut di
bahunya. "Kau berarti segalanya untukku, Adrienne. Aku akan menjagamu."
bisik Javier. Lalu ia mencium pipi Adrienne dan turun dari tempat
tidur. Ketika mendengar suara air dinyalakan dari kamar mandi,
Adrienne membuka mata. Jantungnya berdebar keras. Bisikan itu
menggema dalam benaknya, membawa Adrienne ke dalam
perasaan yang belum pernah ia rasakan. Adrienne menghela napas,
ia tidak bisa mengontrol dirinya di sekitar Javier. Namun kali ini,
Adrienne tidak akan pergi. Adrienne akan memberikan dirinya
sendiri kesempatan untuk merasa bahagia.
Adrienne melangkah menuju kamar mandi. Begitu membuka pintu
Adrienne menemukan sosok Javier dengan tubuh sempurnanya
berada di tengah hujan air. Pria itu sangat tampan. Adrienne ingin
dipeluk oleh kedua lengan kokoh itu, ingin bersandar pada
bahunya yang tegap. Maka Adrienne menghampiri Javier,
kemudian memeluknya dari belakang.
"Aku rasa kau butuh bantuanku untuk menggosok punggungmu."
ucap Adrienne. http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier membalikkan tubuhnya, balas memeluk Adrienne.
"Aku membutuhkan bantuanmu di tempat lain." balas Javier.
Adrienne berjinjit mencium Javier. Tak terhitung lagi banyaknya
ciuman yang telah mereka lakukan, namun tetap saja Adrienne
merasakan kupu-kupu berterbangan di perutnya. Adrienne
meremas rambut Javier, mengerang ketika tubuhnya di angkat lalu
punggungnya bersandar rapat di dinding yang dingin.
Ciuman mereka terlepas ketika bagian tubuh mereka yang
mendamba bersentuhan. Erangan Adrienne tenggelam oleh suara
air di sekitarnya. Adrienne dapat merasakan Javier menahan diri,
karena itu Adrienne yang mengambil langkah pertama. Adrienne
menurunkan pinggulnya perlahan, membawa masuk kepala
kejantanan Javier yang tegak dan mengeras.
"Adrienne." desis Javier. Matanya terpejam. Merasakan
kehangatan kulit dengan kulit. Begitu tersadar, Javier membuka
kembali matanya. Ia berusaha menarik kembali dirinya.
Namun Adrienne tidak memberi kesempatan. Adrienne
menempelkan tubuhnya semakin rapat, lalu menciumi rahang
Javier. Tahu bahwa itu adalah titik lemahnya.
"Aku mengkonsumsi pil. Aku aman, Javier. Aku mohon. Aku
membutuhkanmu. Aku mohon, Javier. Aku ingin merasakan
dirimu." desah Adrienne.
Javier menggeram. Tubuhnya mendorong maju hingga Adrienne
kembali rapat pada dinding dan kejantanannya melesak memasuki
celah manis itu. Namun kini segalanya berbeda. Javier dapat
merasakan langsung kehangatan juga kelembutan tempat paling
rahasia dalam tubuh Adrienne. Juga merasakan remasan kuat yang
http://bacabukunovel.blogspot.com
hampir terasa menyakitkan. Javier tidak bisa memaksa dirinya
untuk menunggu. Ia memantapkan posisi tubuh Adrienne, lalu
menghujam masuk dengan keras.
Jeritan penuh kenikmatan Adrienne menggema jelas. Membuat
gerakan mereka semakin cepat. Tak membutuhkan waktu lama,
hingga akhirnya milik Adrienne berkontraksi dan membawa Javier
menuju batasnya. Javier melenguh merasakan kepuasan mendalam
dengan mengeluarkan benihnya di dalam tubuh Adrienne.
Perlahan, Javier menarik dirinya keluar dan menurunkan
Adrienne. Gadis itu begitu lemas, hingga membuat senyum Javier
tak bisa ditahan. Javier membersihkan tubuh mereka, bersama
dengan keheningan yang nyaman. Javier melarikan tangannya di
setiap inchi tubuh indah Adrienne, sementara Adrienne hanya
bersandar padanya. "Kemana perginya suaramu, Sayang?" goda Javier.
"Aku yakin suaraku mengajukan pengunduran diri. Tanyakan
penyebabnya pada jagoanmu di bawah sana." sahut Adrienne
dengan nada mengantuk. Javier tertawa. Setelah mengeringkan tubuh, Javier membawa
Adrienne kembali ke tempat tidur. Ia tidak peduli rambut lembab
Adrienne kembali membuatnya basah, yang Javier inginkan
hanyalah terus memeluk Adrienne.
Adrienne menarik selimut hingga dadanya, lalu bersandar tepat di
atas jantung Javier. Detaknya seiringan dengan detak jantung
Adrienne sendiri. Bagaikan musik paling merdu di dunia ini.
Adrienne tidak ingin saat ini berakhir. Adrienne rela memberikan
segalanya asalkan ia bisa terus berada dalam dekap hangat Javier.
Saat itulah, Adrienne menyadarinya.
http://bacabukunovel.blogspot.com


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Adrienne Callandrie telah jatuh cinta pada Javier Keane.
*** "Aku akan segera kembali." ucap Javier untuk ke dua kalinya
dalam sepuluh menit terakhir.
Adrienne tertawa. Mereka berdiri berhadapan di bingkai pintu
rumah. Javier harus menemui adiknya. Hari ini adalah hari Sabtu,
sehingga meskipun tidak ingin Javier pergi, Adrienne tahu ia
masih memiliki hari esok untuk melakukan segala fantasi dalam
benaknya bersama Javier. "Aku akan menunggumu." sahut Adrienne. Lalu ia berjinjit dan
menanamkan ciuman manis di bibir Javier.
Javier mendesah. Gadis di hadapannya sungguh membuatnya tak
ingin beranjak. Bahkan hanya dengan mengenakan kaus Javier,
gadis itu nampak cantik. Javier masih tidak bisa percaya mereka
sampai di titik ini. Titik di mana mereka bisa saling memiliki.
Setelah Javier pergi, Adrienne beranjak menuju dapur untuk
membuat kopi. Lalu Adrienne kembali ke kamar Javier dan berdiri
di balkonnya. Senja hampir menutupi langit dengan warna jingga
yang sempurna. Adrienne menyesap kopi perlahan, sementara
pikirannya dipenuhi berbagai hal yang sebelumnya tidak pernah
dipikirkannya. Adrienne tahu, cepat atau lambat ia harus memberitahu Javier.
Tentang rahasia kelamnya. Namun untuk saat ini, Adrienne hanya
ingin merasa bahagia. Adrienne akan memberitahu Javier ketika ia
siap. Adrienne tidak tahu bagaimana reaksi Javier nantinya. Apa
pun itu, Adrienne berharap Javier tidak akan pergi darinya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Adrienne mengaktifkan ponselnya. Ada tiga pesan dari Tasha dan
yang mengejutkan Adrienne adalah satu pesan dari Dareson.
Tanpa berpikir dua kali Adrienne menekan tombol panggil.
Dareson menjawabnya pada dering ke empat. Suara Dareson yang
biasanya tegas dan kaku kini sedikit berbeda. Terdengar lebih
bersahabat dan terselip secercah keceriaan.
"Adrienne. Ada hal penting yang harus kukatakan padamu." ucap
Dareson. "Aku mendengarkan." sahut Adrienne tenang.
"Aku tidak bisa melakukan hal yang biasa kita lakukan lagi.
Sesuatu berubah. Aku tahu seharusnya aku mengatakan ini secara
langsung, namun aku tidak bisa menunggu. Maafkan aku untuk
sikapku, aku harap kau mengerti." balas Dareson.
Adrienne tersenyum. Tentu saja ia mengerti. Ia pun ingin
mengatakan hal serupa pada Dareson.
"Aku mengerti, Dareson. Sebenarnya aku ingin mengatakan hal
yang sama. Dan tidak perlu minta maaf, aku tahu kau sangat sibuk
bahkan hanya untuk sekadar berbicara di telepon. Katakan padaku,
apakah hal ini berhubungan dengan seorang gadis" Kau terdengar
berbeda." "Aku tidak tahu kau memiliki bakat meramal."
Adrienne tertawa, tetap memaksa Dareson hingga akhirnya pria
itu menghela napas menyerah.
"Kau benar. Aku bertemu seorang gadis dan entahlah, ia
melakukan hal yang membuatku merasakan sesuatu yang
berbeda." aku Dareson.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Gadis yang beruntung. Aku yakin kau bisa mendapatkannya."
sahut Adrienne tulus. "Aku harap begitu. Dan Adrienne, ini perasaanku atau kau juga
terdengar berbeda" Aku berani bersumpah aku mendengarmu
tertawa tadi. Selama lima tahun mengenalmu belum pernah
sekalipun aku mendengarmu begitu bahagia. Apakah terjadi
sesuatu?" balas Dareson.
"Aku rasa kita kembali menjadi teman senasib. Aku juga bertemu
dengan seorang pria dan ia menjungkir balikkan duniaku.
Entahlah, mungkin ini kesempatan kita untuk berbahagia" Jika
semua yang dikatakan orang-orang benar, maka kita berhak
mendapatkannya." sahut Adrienne dengan senyum simpul
tersungging di bibirnya. "Kau berhak, Adrienne. Dan aku harap kau akan terus berbahagia.
Sangat bagus bisa mendengar tawamu."
Adrienne kembali tertawa. Mendengar Dareson mengemukakan
opininya adalah hal yang langka. Selama lima tahun saling
mengenal, mereka begitu kaku. Nyaris tak bisa dikatakan
berteman, hanya menjalin hubungan yang menguntungkan.
Namun kini, karena kehadiran seseorang di hidup mereka,
segalanya berbeda. Mereka memutuskan untuk berteman, dalam
artian sesungguhnya. "Kau adalah teman yang baik. Aku senang menyirammu dengan
bir malam itu. Terima kasih untuk segalanya, Dareson Logane."
ujar Adrienne. "Dan kau akan menjadi satu dari sedikit orang yang beruntung
untuk kusebut sebagai teman. Aku tidak menyesal mengurungmu
di kamar mandi bersamaku malam itu. Terima kasih, Adrienne
Callandrie." sahut Dareson.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Adrienne memutuskan sambungan, lalu beralih untuk
menghubungi Tasha. Seperti biasa, sahabatnya itu berbicara
dengan nada menggebu-gebu. Apalagi ketika Adrienne
mengatakan sedang berada di rumah Javier, reaksinya sungguh
luar biasa. Mereka terus berbincang hingga langit menggelap
seutuhnya. Adrienne belum pernah merasa sebebas itu.
"Baiklah, sampai jumpa hari Senin. Sampaikan salamku untuk
Javier. Aku menyayangimu, Adrienne." ucap Tasha.
"Tentu. Aku juga menyayangimu." balas Adrienne.
Adrienne kembali ke dapur untuk mencuci gelasnya. Ketika
mengeringkan tangan, sebuah lengan kokoh menenggelamkan
Adrienne dalam pelukan. Adrienne bersandar, tersenyum ketika
mendengar bisikan Javier.
"Aku merindukanmu."
Demi mendengar dua kata itu, Adrienne berdebar. Adrienne
berbalik menghadap Javier, memasang wajah tanpa ekspresi
terbaiknya. Meski tetap saja, senyum di kedua mata cokelat
terangnya tidak bisa disembunyikan.
"Aku tidak merindukanmu. Hanya merindukan jemarimu yang
sangat hebat itu." Javier tersenyum nakal, membuat Adrienne memukul bahunya
dengan sebal. "Untuk bermain piano. Jemarimu hebat ketika memainkan piano.
Berhenti berpikir mesum, Javier Keane." omel Adrienne.
"Aku tahu hal lain yang bisa dilakukan jemari hebatku." balas
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier. Adrienne menaikkan alisnya dengan pandangan bertanya dan
mendapat jawaban berupa gelitikan di pinggang. Sontak pekik
kaget terlepas dari bibir Adrienne, lalu ia berusaha keras menjauh
dari Javier. Adrienne berlari menuju ruang tengah dan tawa
berderainya mewarnai rumah itu. Akhirnya Javier berhasil
menangkap Adrienne, membawa gadis itu ke sofa dan ikut tertawa
bersama. Setelah satu ciuman panjang yang lembut, Adrienne membenarkan
posisi duduknya dan bertanya, "Bagaimana adikmu?"
"Banyak bertanya, seperti biasa. Namun aku berhasil
meyakinkannya bahwa semua yang terjadi hanya bagian dari masa
lalu. Aku tidak ingin ia membencimu. Aku yakin kalian bisa
menjadi teman yang hebat." jawab Javier ringan.
Adrienne hanya mengangguk. Tak yakin bagaimana harus
menanggapi, karena Adrienne merasa Hester tetap berhak untuk
membencinya. Tiba-tiba suatu pertanyaan terbersit di kepala
Adrienne. Namun Adrienne tidak tahu bagaimana menanyakannya
tanpa membuat keadaan menjadi canggung.
"Katakan saja, Adrienne." ucap Javier.
Adrienne menatap Javier, kemudian menarik napas.
"Aku tidak tahu mengapa aku menanyakan ini. Hanya tiba-tiba
saja muncul di kepalaku. Berapa banyak gadis yang sudah
bersamamu?" Javier terdiam sesaat sebelum menjawab, "Empat."
"Apakah itu gadis yang secara resmi bersamamu" Bagaimana
http://bacabukunovel.blogspot.com
dengan, hhmmm..., kau tahu, mereka yang tak bisa kau ingat
namanya?" tanya Adrienne hati-hati.
"Aku tidak melakukan hal semacam itu, Adrienne. Aku menganut
prinsip untuk bersama gadis yang secara resmi berhubungan
denganku. Dan aku tipe pria monogami, karena aku tidak suka
berbagi atau pun dibagi." jawab Javier tegas. Perlahan senyumnya
mengembang dan tangannya membelai pipi Adrienne lembut. "Itu
artinya, kau adalah milikku. Janji yang kau buat semalam juga
berlaku untukku; aku tidak akan pergi darimu."
Adrienne kehilangan kata. Matanya mengerjap, berusaha
memutuskan sihir dari mata berwarna hijau di hadapannya.
"Bagaimana denganmu?" tanya Javier dengan ekspresi wajah
ingin tahu. Adrienne mengangkat bahu, "Kau jauh lebih berpengalaman
dariku. Aku belum pernah terlibat dalam suatu hubungan seperti
ini sebelumnya. Namun aku pernah bersama dengan seseorang. Ia
temanku semasa kuliah dan kami memiliki hubungan saling
menguntungkan, jika kau bisa menyebutnya begitu." jawab
Adrienne. Ketika melihat Javier hanya memandangnya tanpa
merespon, Adrienne menambahkan, "Tenang saja. Kami sudah
menemukan jalan masing-masing. Kau mengerti maksudku" Ia
bertemu dengan seorang gadis dan aku bertemu denganmu."
Javier tetap terdiam. Membuat Adrienne menggigit bibirnya dan
bertanya, "Apa kau marah padaku?"
Javier menggeleng, "Marah" Tidak. Aku hanya sulit
memercayainya. Bagaimana mungkin gadis seluar biasa dirimu
belum pernah memiliki kekasih" Kau sangat cantik, Adrienne. Apa
yang dilakukan para pria itu ketika bertemu denganmu?"
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Kebanyakan dari mereka hanya ingin masuk ke dalam celanaku."
jawab Adrienne ringan. Javier tertawa, lalu mengeluarkan iPod dari saku jaketnya dan
memberikannya pada Adrienne.
"Karena aku lebih berpengalaman, ini adalah pelajaran pertama.
Kau harus mendengarkan lagu-lagu itu. Mereka adalah temanku
yang mewakili perasaanku padamu." ucap Javier.
Adrienne menerima iPod itu, kemudian mengubah posisinya
menghadap Javier. Kedua kakinya berada di sisi kaki Javier.
Adrienne menyusuri rambut Javier, mendaratkan bibirnya di atas
bibir Javier dan membisikkan terima kasih.
*** Senin pagi. Langit masih gelap dan Adrienne terbangun dengan
Javier yang memeluknya dari belakang. Napas lambat Adrienne
berubah cepat ketika merasakan kenikmatan yang berpusat dari
kewanitaannya yang kini menyimpan satu jari kokoh milik Javier.
Merasakan Javier yang tetap menjaga temponya, Adrienne
memutuskan untuk mengikuti. Segalanya berjalan lambat dan
manis. Adrienne membelai lengan kiri Javier yang menjadi bantal
untuknya, lalu mereka saling menggenggam tangan satu sama lain.
Sementara tangan kanan Adrienne ikut berpartisipasi dalam
kegiatan Javier di bagian sensitif tubuhnya. Keheningan yang
menyelimuti mereka terasa begitu khidmat, hingga Adrienne
hanya mendesah begitu Javier menggantikan jarinya dengan
kejantanannya. Javier meremas tangan Adrienne yang berada dalam
genggamannya seraya menanamkan gigitan kecil di bahu gadis
http://bacabukunovel.blogspot.com
itu. Kejantanannya yang terkubur dalam milik gadis itu bergerak
mencari kepuasan dengan pelan. Javier merasa terlena dengan
Adrienne; aromanya, desahnya, juga gerakannya yang
menyempurnakan mereka. Javier tidak akan pernah merasa cukup
dengan Adrienne. Adrienne menggesek klitorisnya semakin cepat. Getaran yang
berasal dari dada Javier memberitahunya bahwa pria itu hampir
sampai. Tangan Adrienne bergerak semakin ke bawah, hingga
menyentuh tempat di mana tubuh mereka bersatu. Merasakan
miliknya meregang sementara kejantanan Javier bergerak keluar
masuk, akhirnya membawa Adrienne pada orgasme. Javier
menyusulnya dan menenggelamkan erangan panjangnya di lekuk
leher Adrienne. Setelah beberapa saat mengatur napas, Adrienne dapat merasakan
senyum Javier. "Selamat pagi, Sayang." sapa Javier parau.
Adrienne tersenyum dengan mata terpejam, lalu membalas,
"Selamat pagi."
"Aku tidak ingin beranjak. Aku suka tempat di mana aku berada
saat ini." bisik Javier menggoda.
"Aku yakin begitu. Namun ini saatnya bekerja. Tunjukkan hal
yang telah kau pelajari dan buatlah aku bangga." sahut Adrienne
ringan. Javier tertawa seraya menarik dirinya keluar dari Adrienne dengan
perlahan. Mereka mandi, membeli kopi dan donat di perjalanan menuju
kantor, lalu bekerja sepanjang hari dengan kesibukan seperti biasa.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Hanya saja kini mereka memiliki satu senyum yang tidak bisa
mereka sembunyikan. Menjelang pukul empat, akhirnya Adrienne dapat sedikit
bersantai. Jadwal meetingnya sudah selesai dan Adrienne hanya
harus memeriksa beberapa proposal sebelum pulang. Javier akan
menjemputnya pukul enam nanti, karena Adrienne tidak
membawa mobil dan pria itu bersikeras mereka harus makan
malam bersama. Adrienne meraih iPod dari dalam tasnya, lalu menekan daftar
putar berjudul Song for Unbroken Soul dan terputarlah lagu With
You dari Chris Brown. Ketika mencapai bagian refrain, ponsel
Adrienne bergetar menandakan pesan masuk.
Javier: Apa kau sudah mendengarkan lagu dari iPodku" Tuliskan
judul lagunya dan aku akan memberitahu lirik yang
menggambarkan perasaanku padamu.
Adrienne: Aku baru saja mendengarnya. Mmm, With You"
Javier: I will never try to deny that you're my whole life.
Adrienne tersenyum. Ia membiarkan lagu terus terputar silih
berganti. Setelah limabelas menit berlalu, Adrienne mengirim
pesan kembali pada Javier. Hal aneh yang mereka lakukan ini
terasa menyenangkan. Dan normal.
Adrienne: Bagaimana dengan Heaven dari Bryan Adams"
Javier: And baby you're all that I want when you're lyin' here in
my arms. Adrienne: Astaga, aku tidak percaya ini. Kau benar-benar
mendengarkan Justin Bieber" One Less Lonely Girl"
http://bacabukunovel.blogspot.com


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Javier: When you're mine in the world there's gonna be one less
lonely girl. Adrienne larut dalam tawa. Proposal yang harus diperiksa
Adrienne terabaikan sepenuhnya. Hingga jam menunjukkan pukul
enam, Adrienne masih sibuk dengan iPod juga ponselnya.
Adrienne: Turning Page" Aku menyukai lagu ini. Sangat.
Adrienne meletakkan ponselnya dan memejamkan mata. Meresapi
setiap lirik yang di bawakan oleh Sleeping at Last itu. Adrienne
segera menegakkan tubuhnya saat ponselnya bergetar kembali.
Nama Javier tercantum di layarnya dan Adrienne tidak bisa
menahan senyumnya. Apalagi ketika didengarnya Javier
menyanyikan bagian refrain lagu itu. Senyum Adrienne semakin
melebar, membawa hatinya melayang demi mendengar suara berat
Javier yang merdu. "I surrender who I've been for who you are. For nothing makes
me stronger than your fragile heart. If I had only felt how it feels
to be yours. Well I would have known what I've been living for all
along." Pintu ruangan Adrienne diketuk, membuat Adrienne berdebar.
Adrienne membuka pintunya dan benar saja, ia menemukan sosok
Javier yang masih lengkap berpakaian dalam balutan jasnya. Pria
itu menurunkan ponselnya, lalu membuka kedua lengannya. Tanpa
ragu Adrienne menyambutnya dan mendesah. Ia merasa utuh.
Dan Javier menyanyikan kalimat terakhir dari bagian itu dengan
bisikan lembut, "What I've been living for."
*** http://bacabukunovel.blogspot.com
Bab 11 Dendam New York City, Februari 2014
"Aku tidak percaya kau benar-benar melakukan tiga puluh jam
perjalanan udara hanya untuk sebuah makan malam bersama
keluargaku." ucap Adrienne ketika mobil yang ditumpanginya
berhenti tepat di depan rumahnya.
Javier hanya tersenyum, lalu berbicara pada sopirnya, "Kau bisa
pulang. Aku akan menghubungimu besok."
Adrienne dan Javier melangkah keluar dari mobil, kemudian
melangkah menuju pintu di mana orangtua Adrienne telah
menunggu. Javier memperkenalkan dirinya dengan sopan dan
Adrienne berani bersumpah kedua orangtuanya membelalakkan
mata bersamaan ketika mendengar nama belakang Javier. Lalu
mereka dipersilakan untuk beristirahat dan akan dipanggil untuk
makan malam pukul tujuh nanti.
Adrienne melangkah memasuki kamarnya. Tak ada yang berubah
sejak saat terakhir ia tinggal di sini. Adrienne tidak percaya sudah
hampir tujuh tahun waktu berlalu. Suara pintu yang terbuka lalu
tertutup menyentak Adrienne. Ketika berbalik dan menemukan
Javier yang berada di belakangnya, Adrienne tersenyum.
"Aku rasa ini saatnya untuk mengintip rahasia yang kau simpan di
kamarmu." goda Javier seraya memeluk pinggang Adrienne.
"Aku tidak memiliki rahasia di kamar ini." sahut Adrienne. Karena
aku menyimpannya di dalam diriku, lanjut Adrienne dalam hati.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier menunduk untuk mencium bibir Adrienne, lalu menarik diri
ketika ciuman mereka dengan cepat berubah menjadi menuntut.
"Kita harus bersiap sekarang, Sayang. Aku harus tampil rapi untuk
keluargamu." ucap Javier.
"Kau sudah sempurna. Lagi pula kita bisa melakukan beberapa
selingan dalam kegiatan bersiap yang membosankan itu." balas
Adrienne. Javier mengangkat tubuh Adrienne ke dalam gendongannya, lalu
beranjak memasuki kamar mandi. Adrienne membekap mulutnya
yang mengeluarkan derai tawa.
"Baiklah, Mr. Keane. Kau memiliki shower dan bak mandi yang
besar di sini. Aku memberimu satu kesempatan, kau harus
memilih salah satunya." ucap Adrienne dengan ekspresi tegas di
wajahnya. Javier berpura-pura berpikir selama sesaat. Lalu ia menghampiri
bak mandi dan menyalakan keran airnya. Setelah itu Javier
menarik Adrienne ke bawah shower, menyalakan airnya masih
dengan pakaian lengkap. "Javier!" protes Adrienne.
Javier menelan sisa protes Adrienne dalam mulutnya. Bibirnya tak
memberi Adrienne kesempatan untuk berpikir lagi, sementara
tangannya bergerak cepat membuka pakaian Adrienne. Dalam
waktu singkat mereka berdua berdiri berpelukan tanpa penghalang
apa pun. Adrienne melingkarkan kakinya di pinggang Javier dan
melarikan tangannya untuk meremas rambut Javier. Meningkatkan
tempo gerakan demi kenikmatan yang kini terpusat pada tubuh
mereka yang menyatu. Tak lama kemudian erangan Adrienne
terdengar disusul puncak kepuasan untuk mereka berdua.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier menurunkan Adrienne perlahan, lalu mencium lembut
bibirnya. "Kau siap untuk babak selanjutnya?" goda Javier serak.
Adrienne tertawa, lalu menarik Javier masuk bersamanya ke
dalam bak mandi. "Aku siap kapan pun jagoanmu siap." balas Adrienne.
"Itu berarti selalu." sahut Javier seraya mengedipkan sebelah
matanya. Pukul tujuh Adrienne dan Javier turun ke lantai bawah menuju
ruang makan. Orangtua Adrienne datang tak lama kemudian dan
mereka mulai makan dengan keheningan. Setelah beberapa saat,
ayah Adrienne - Ryan Callandrie - menyuarakan pertanyaan
tentang pekerjaan Javier. Obrolan itu terus mengalir dan perlahan
rasa khawatir Adrienne sirna. Javier dapat menyesuaikan diri,
membuat orangtua Adrienne merasa nyaman dengannya, hingga
percakapan itu semakin lama terasa semakin akrab. Hampir seperti
orang yang telah saling mengenal selama bertahun-tahun.
Setelah makan malam, mereka berkumpul di ruang tengah.
Adrienne duduk meringkuk di sisi ayahnya, sementara Javier
duduk di seberangnya. Mereka sedang menertawakan wajah
Adrienne yang mudah memerah ketika Via masuk dengan tangan
membawa setumpuk album foto. Serta merta Adrienne
menegakkan tubuhnya. Ia berpindah ke sisi Javier sementara Via
duduk di tempat Adrienne sebelumnya.
"Ini adalah foto-foto Adrienne sejak kecil. Karena kau adalah pria
pertama yang berhasil mencuri hati Adrienne, aku rasa kau berhak
melihatnya." ucap Via.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier menerima album foto yang diulurkan Via. Sebesar
keinginan Javier untuk melihatnya, sebesar itu pula Javier
menyadari ketegangan yang berasal dari gadis di sisinya. Javier
melayangkan pandangan bertanya pada Adrienne. Ketika akhirnya
Adrienne mengangguk, barulah Javier membukanya.
Halaman demi halaman itu mampu membuat senyum Javier
mengembang. Berbagai pose sederhana Adrienne terlihat manis
dan semakin memancarkan kecantikannya. Satu hal yang menarik
perhatian Javier adalah hadirnya sosok anak laki-laki yang
menjelma menjadi pria dewasa beriringan dengan pertumbuhan
Adrienne. Mereka berdua ada hampir di setiap foto. Menampilkan
wajah penuh senyum juga mata berbinar bahagia. Javier tahu
tanpa ragu, pria itu adalah saudara Adrienne. Namun mengapa
Adrienne tidak pernah mengatakannya"
Via mendesah dengan tangan terpaut, "Adrienne pasti pernah
memberi tahu tentang almarhum kakaknya, bukan" Hampir tujuh
tahun sejak kepergiannya. Hal itu masih terasa berat untuk kami.
Bahkan hingga hari ini."
Javier hanya mampu menampilkan senyum prihatin. Ia tidak
mungkin mengatakan bahwa Adrienne sama sekali tidak pernah
menyebut soal kakak laki-laki.
Ketika malam semakin larut, akhirnya Adrienne dan Javier
kembali naik ke lantai atas. Javier mengantar Adrienne hingga
pintu kamarnya, lalu mulai melangkah menuju kamar tamu.
Adrienne menahan tangan Javier, membisikkan satu kata.
"Maaf." Javier menyentuh kedua sisi wajah Adrienne, kemudian mengecup
keningnya. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Aku tidak akan memaksamu. Kau bisa mengatakannya nanti
setelah kau siap. Sekarang pergilah tidur. Jangan lupa mimpikan
aku." balas Javier lembut.
Adrienne mengangguk, lalu masuk ke dalam kamarnya. Begitu
menutup pintu, Adrienne menekan tangannya tepat ke tempat di
mana jantungnya berdetak cepat.
*** "Aku pikir kita akan ke Central Park." ucap Adrienne seraya
menatap Javier yang duduk di belakang kemudi.
Javier tersenyum seraya melirik Adrienne. Sekali lagi mengagumi
rambut hitamnya yang tergerai sempurna, juga gaun musim
seminya yang berwarna peach. Javier memutuskan untuk
membiarkan Adrienne bertanya-tanya sedikit lebih lama.
Dua puluh menit kemudian, Adrienne tahu ke mana Javier
membawanya. Rumah keluarga Javier. Rumah itu sangat besar,
dengan pilar-pilar yang menjulang juga halaman dengan air
mancur. Garasi mobilnya pun terisi oleh setidaknya enam mobil
dan semuanya tergolong mobil mewah. Bahkan Adrienne melihat
sebuah Porche berwarna putih yang ia tahu hanya dibuat sebanyak
duapuluh unit di dunia. Javier menggenggam tangan Adrienne, melirik sekilas arah
pandangan Adrienne, lalu melanjutkan langkah untuk
membawanya menuju halaman belakang. Halaman itu memiliki
satu pohon besar di sudut kanannya, sementara sekelilingnya
dipenuhi bunga beraneka warna. Javier sudah mengatur
perlengkapan piknik mereka dan hari ini, ia akan menghabiskan
harinya hanya dengan memandangi Adrienne di bawah cahaya
mentari. http://bacabukunovel.blogspot.com
Setelah mereka duduk di atas selimut yang nyaman, Javier
mengeluarkan jus jeruk dari keranjang piknik dan memberikannya
pada Adrienne. "Baiklah, Tuan Sempurna. Kencan ini benar-benar menyenangkan.
Seperti biasa, kau berhasil membuatku bahagia." ucap Adrienne
dengan senyum manis. Javier mencondongkan tubuhnya, lalu mencium Adrienne.
Mereka melewatkan siang dengan saling menyuapkan makanan,
bahkan berlomba untuk makan roti isi sebanyak-banyaknya. Tentu
saja pemenangnya adalah Javier. Setelah itu Adrienne
membaringkan kepalanya di atas perut Javier sementara Javier
memainkan rambut Adrienne.
"Porche itu hadiah ulang tahunku tahun lalu. Ayah bersikeras aku
harus memilikinya. Jika kau mau, kita bisa menggunakan mobil
itu untuk perjalanan menuju bandara nanti." ujar Javier ringan.
"Tidak. Aku ingin sopirmu yang menyetir sementara kau duduk di
kursi penumpang bersamaku dan aku memiliki akses untuk
menyentuhmu kapan pun aku mau. Aku hanya kagum. Kau tahu,
aku belum pernah bertemu pria sepertimu. Apa yang sebenarnya
membuatmu begitu membumi" Terkadang aku bahkan lupa bahwa
kau adalah anggota keluarga Keane." sahut Adrienne.
"Aku lebih suka kau melupakannya. Aku hanya ingin menjadi
Javier bagimu." balas Javier.
Adrienne tersenyum, kemudian bertanya, "Apakah kau tumbuh
besar di rumah ini?"
"Ya. Bahkan setelah menjadi pianis aku masih sering pulang ke
http://bacabukunovel.blogspot.com
rumah ini. Hester juga. Namun setelah kepergian Ayah, kami
memutuskan untuk meninggalkan rumah. Terlalu banyak
kenangan. Meskipun tidak memiliki Ibu, kami memiliki masa
kecil yang sangat indah di rumah ini. Ayah memastikan bahwa
kami memilikinya." jawab Javier dengan nada menerawang.
Adrienne terdiam. Pikirannya berlari pada keluarganya. Adrienne
juga memiliki kenangan. Terlalu banyak. Namun setidaknya ia
masih bisa menemui kedua orangtuanya. Kini Adrienne benarbenar mengerti mengapa
Javier begitu bahagia ketika Adrienne
mengatakan bahwa Javier diundang makan malam bersama
keluarganya. Javier merindukan keluarga yang utuh.
Adrienne beringsut memeluk Javier. Ia meletakkan kepalanya di
atas jantung Javier dan menghela napas. Adrienne kini tahu tanpa
ragu, Javier adalah bagian terpenting darinya. Javier menarik jiwa
Adrienne menuju cahaya. Merekatkan setiap serpihan hatinya
hingga mengukirkan nama Javier.
Adrienne mencintai Javier dan Adrienne akan mengakuinya.
Berikut rahasia kelam yang disimpannya.
*** Jakarta, Februari 2014 Adrienne melangkah memasuki kantornya dengan senyum ceria.
Meski masih merasa sedikit lelah karena perjalanan yang panjang,
Adrienne tidak bisa meredakan rasa semangatnya. Adrienne
menyapa Tasha yang pagi ini terlihat gusar, lalu masuk ke
ruangannya. Begitu melihat kotak kado cantik dengan pita hitam
yang berada di atas meja kerjanya, senyum Adrienne musnah.
"Aku ingin membuangnya, namun kaulah yang berhak
http://bacabukunovel.blogspot.com
melakukannya. Apa yang ingin kau lakukan, Adrienne?" tanya
Tasha cemas. Adrienne menghampiri kotak itu, lalu menarik pitanya. Adrienne
tidak yakin mengapa ia melakukannya, hanya saja Adrienne
merasa ia harus melihat isinya. Perlahan, dengan jantung yang
berdebar keras hingga terasa mematahkan rusuknya, Adrienne
membuka penutup kotaknya.
Bukan jeritan yang Adrienne dengar, namun napas tercekat yang
menyakitkan. Suara yang dihasilkan oleh dirinya sendiri. Adrienne
berusaha mencari pegangan, namun tubuhnya tak lagi mampu
berdiri. Adrienne jatuh terduduk dengan napas memburu.
Karena isi dari kotak itu adalah sebuah boneka bayi yang
bermandikan darah. Entah berapa lama Adrienne terkurung dalam rasa syoknya.
Ketika sadar, Adrienne segera meraih ponsel dan menghubungi
Javier. Siapa pun orang yang menerornya, pasti mengetahui
rahasia kelamnya. Adrienne harus segera mengatakan rahasia itu
pada Javier, sebelum orang lain mendahuluinya.
Ketika tak juga mendapat jawaban, Adrienne bangkit berdiri dan
bergegas keluar dari ruangannya.
"Tasha, aku harus menemui Javier." ucap Adrienne.
Tasha hanya mengangguk, lalu mulai membereskan meja
Adrienne dan menyingkirkan kotak itu.
Adrienne membawa mobilnya membelah jalan ibukota yang
padat. Satu jam kemudian Adrienne sampai di kantor Javier. Ini
adalah pertama kalinya Adrienne datang ke kantor Javier. Ia
menghampiri resepsionis, lalu berkata, "Aku ingin bertemu


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

http://bacabukunovel.blogspot.com
dengan Javier Keane."
Resepsionis itu menatapnya dengan ekspresi meremehkan,
membuat Adrienne dengan tidak sabar mengatakan, "Katakan
padanya Adrienne Callandrie datang."
Resepsionis itu terbelalak, lalu segera menampilkan senyum
terbaik dan memandu Adrienne menuju lift yang akan membawa
mereka ke lantai tempat ruangan Javier berada. Begitu pintu lift
terbuka, Adrienne segera melangkah menuju pintu ganda di
hadapannya. Meja yang seharusnya diisi oleh sekertaris Javier
kosong. Sejujurnya Adrienne pun belum pernah bertemu
dengannya, hanya pernah mendengar bahwa nama depannya
adalah Katerina melalui percakapan telepon Javier.
Adrienne mendorong salah satu pintu itu, kemudian melangkah
masuk dan menemukan pemandangan yang membuatnya
membeku dalam rasa tidak percaya.
Seorang wanita berambut pirang tanpa busana sedang
mempraktikan sesuatu yang mungkin terlihat seperti tarian erotis,
sementara Javier berdiri di hadapannya. Adrienne tidak tahu
bagaimana seharusnya ia bereaksi, namun rasa sesak yang
menekan dadanya tidak tertahankan. Adrienne melihat mulut
Javier membentuk namanya, membuat si rambut pirang menoleh
kepadanya. Saat itu juga Adrienne terserang rasa sakit yang berkali lipat.
Karena wanita itu adalah Katie. Wanita yang menghancurkan
hidupnya. Adrienne langsung membalikkan tubuh dan berlari memasuki lift.
Tangannya meninju tombol lift sementara isakannya semakin tak
terkendali. Javier meneriakkan namanya, namun terlambat karena
pintu lift sudah tertutup dan membawa Adrienne pergi.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier meremas rambutnya dengan kesal. Suara langkah kaki di
belakangnya mengembalikan kesadaran Javier bahwa orang yang
telah merusak hubungannya dengan Adrienne masih berada di
dekatnya. Javier berbalik, lalu dengan nada tak terbantahkan ia
berkata, "Kau dipecat, Katerina Vaughan. Cepat kemasi barangmu
hari ini juga. Aku tidak sudi melihatmu lagi."
Setelah itu Javier berbalik dan pergi dengan menggunakan tangga
darurat. Ia harus mengejar Adrienne. Meski itu artinya ia akan
menuruni dua puluh lantai dengan ratusan anak tangga.
*** Katerina mengenakan pakaiannya kembali dengan wajah menahan
amarah. Ia membereskan barang-barangnya secara asal, lalu
meninggalkan kantor dengan diiringi tatapan penuh tanya pegawai
lainnya. Begitu masuk ke dalam mobilnya, Katerina berteriak.
Rencananya berantakan. Benar-benar berantakan.
Javier Keane tetap tidak tertarik padanya. Bahkan setelah ia
melepas seluruh pakaiannya di hadapan pria itu!
Dengan geram Katerina mengontak sebuah nama di panggilan
terakhir ponselnya. "Rencanaku berantakan! Adrienne datang dan kini Javier
memecatku!" jerit Katerina geram.
Suara di ujung teleponnya justru menyenandungkan tawa.
"Tenang saja, Katerina. Kita baru mulai. Sekarang adalah saatnya
untuk mempersiapkan rencana selanjutnya. Kau hanya harus
bersabar dan mengikuti instruksiku. Setelah mengetahui
http://bacabukunovel.blogspot.com
semuanya, Javier akan datang padamu dan aku akan mendapatkan
Adrienne. Kau paham?" ucapnya tenang.
Katerina mencengkram ponselnya erat-erat, lalu membalas,
"Rencana itu harus berhasil, Max Tyron. Atau aku akan
membunuh Adrienne Callandrie dengan tanganku sendiri dan kau
tidak akan pernah bisa melihatnya lagi."
*** Bab 12 Rahasia Adrienne menghapus air matanya yang masih saja bisa mengalir
setelah dua hari berlalu. Tubuhnya meringkuk bagai janin di atas
tempat tidur, sementara Tasha yang menemaninya hanya bisa
mendesah. "Setidaknya kau harus mendengarkan penjelasannya, Adrienne.
Aku yakin Javier tidak bersalah. Yang kau lihat itu tidak seperti
yang kau bayangkan. Kau tahu seperti apa Katie: murahan. Kau
juga tahu Javier terlalu memujamu hingga mustahil mampu
melirik wanita lain." ucap Tasha entah untuk berapa ratus kali
dalam dua hari terakhir. Namun Adrienne tetap tidak menggubrisnya.
Suara bel yang berbunyi kembali membuat Tasha mendesah.
Pasalnya, ia sudah hampir lelah melihat wajah tersiksa Javier yang
pastinya berdiri di balik pintu untuk meminta maaf pada Adrienne.
Namun begitu membuka pintu, Tasha tidak melihat siapa pun.
Hanya ada sebuah amplop. Tasha mengambil amplop itu, lalu
menutup pintu dan kembali ke kamar Adrienne.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Seseorang memberimu surat. Namun tidak tertulis apa pun di
bagian depannya." ucap Tasha.
Adrienne segera bangkit untuk duduk dan mengambil surat itu
dari Tasha. Surat ini pasti datang dari orang yang menerornya.
Melihat tipisnya amplop itu, Adrienne yakin isinya tidak akan
berhubungan dengan darah. Maka Adrienne membukanya.
Dan teror ini adalah puncaknya. Karena isi amplop itu merupakan
salinan dari jurnal Antony. Jurnal terakhir yang ditulisnya sebelum
membunuh dirinya. Jurnal yang berisikan penyesalan Antony atas
segala hal yang terjadi. Jurnal yang menjadi saksi bisu seluruh
rahasia kelam Adrienne. "Adrienne, ada sesuatu di bagian belakangnya." ucap Tasha.
Adrienne membalik kertasnya, menemukan sebuah tulisan tangan
yang menuliskan: Kekasihmu mendapatkan salinan yang sama. Semoga beruntung.
"Javier mendapatkan salinanannya, Tasha. Javier sudah
mengetahuinya. Apa yang harus kulakukan?" bisik Adrienne
dengan suara bergetar. "Adrienne, kau harus menenangkan dirimu." sahut Tasha lembut.
Namun Adrienne tidak sempat melakukannya karena bel
apartemennya kembali berbunyi. Kali ini Adrienne ikut melangkah
menuju pintu bersama Tasha. Ketika melihat bahwa orang yang
berada di baliknya adalah Javier, dengan sebuah kertas serupa
dengan yang ada di tangan Adrienne, Adrienne berdiri mematung
seutuhnya. *** http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier menatap Adrienne yang duduk di hadapannya. Membeku
bak patung sungguhan. Tak ada ekspresi apa pun di wajahnya.
Suara terakhir yang terdengar di apartemen itu adalah permintaan
Adrienne pada Tasha untuk meninggalkannya. Meski berat,
akhirnya Tasha pun pergi. Menyisakan Adrienne dan Javier yang
terbalut dalam keheningan selama kurang-lebih setengah jam
lamanya. Javier tidak akan memaksa. Ia akan menunggu hingga Adrienne
bersuara. Berapa lama pun waktu yang dibutuhkan.
Sepuluh menit kemudian, akhirnya Adrienne membuka suara.
"Aku tidak akan pernah siap, Javier. Namun aku akan
mengatakannya sekarang. Karena aku tahu kau berhak
mengetahuinya. Kau berhak mengetahui rahasiaku."
Adrienne menghela napas. Ini dia. Inilah saatnya. Adrienne harus
mengakuinya, juga menghadapi risikonya. Adrienne harus
melakukannya. "Namanya Antony." ucap Adrienne lirih. Rasa sakit menyebar
cepat dari dadanya menuju setiap bagian dari dirinya. Namun
Adrienne tetap melanjutkan, "Ia adalah kakak tiriku. Aku bertemu
dengannya sejak awal Ayah berkencan dengan Ibu. Saat itu
umurku tiga tahun. Dengan cepat ia menjadi bagian penting dalam
hidupku. Aku selalu ingin memiliki seorang kakak laki-laki,
sehingga ketika akhirnya Ibu menikah dengan Ayah, kami menjadi
tak terpisahkan. Ia menjadi apa pun yang kubutuhkan. Ia
menyayangiku lebih dari hidupnya."
Javier menatap wajah Adrienne lekat, memutuskan untuk tetap
diam. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Kala itu hidupku begitu sempurna. Aku memiliki Ayah yang
sangat menyayangiku, Ibu yang sangat memanjakanku, juga
seorang kakak yang bisa menjadi apa pun untukku. Aku tak
pernah takut pada apa pun, karena hidupku begitu utuh. Begitu
bahagia. Aku tidak bisa membayangkan hidup lain yang mampu
menandingi hidupku. Setiap hari, aku bernapas dengan keyakinan
penuh bahwa semua itu abadi. Aku bahkan tidak pernah memiliki
cita-cita pasti, karena segala yang kuinginkan telah kumiliki." ujar
Adrienne dengan senyum sendu.
"Kejadian itu terjadi tujuh tahun yang lalu. Ayah dan Ibu sedang
berlibur. Aku sibuk mengurus segala keperluanku untuk kuliah.
Sementara Antony seperti biasa, sibuk mengurus proyek filmnya.
Aku tahu kondisinya sedang tidak baik karena wanita yang
dicintainya berselingkuh. Kau mengenal wanita itu sebagai
Katerina, namun aku memanggilnya dengan sebutan Katie. Suatu
malam Antony pulang ke rumah dalan keadaan mabuk. Ia salah
mengenaliku sebagai Katie karena secara fisik, aku mirip
dengannya." lanjut Adrienne dengan nada bergetar.
Selama sesaat Adrienne memejamkan mata. Kedua tangannya di
pangkuan saling meremas kuat. Kenangan itu berkelebat cepat
dalam benaknya, menggoreskan kembali sayatan demi sayatan
yang tetap terasa menyakitkan. Ini adalah bagian terburuk.
"Antony menodaiku. Aku tidak bisa memandang dunia dengan
cara yang sama. Segalanya berubah. Setelah itu aku mengalami
stress berat hingga depresi. Seakan semua itu belum cukup buruk,
aku hamil." Adrienne membiarkan setetes air mata menuruni wajahnya, lalu
berkata, "Aku tahu ia melakukan itu di luar kesadarannya, namun
aku tetap tak bisa memaafkannya. Suatu siang kami bertengkar
hebat dan aku mengatakan hal-hal buruk. Aku berkata bahwa aku
ingin ia pergi dari hidupku. Aku melupakan kenyataan bahwa
http://bacabukunovel.blogspot.com
Antony selalu mengabulkan keinginanku. Karena tak lama
setelahnya, Antony meninggal. Ia membunuh dirinya sendiri. Di
atas semua itu, yang paling menyakitiku adalah pilihannya untuk
mengakhiri hidup. Karena ia, orang yang paling kupercayai, orang
yang selalu melindungiku, orang yang mengajarkanku segalanya
tentang hidup, memilih untuk meninggalkanku setelah
menyakitiku dengan cara paling kejam yang mungkin bisa
dilakukannya." "Dan aku memutuskan untuk menggugurkan kandunganku. Aku
tidak bisa membiarkan diriku melahirkan bayi itu. Bayi yang
menjadi pengingat segala hal buruk. Namun aku menyesal. Akulah
yang menjadi begitu buruk. Aku membunuh darah dagingku
sendiri. Sejak awal, aku yang menghancurkan hidupku, bukan
Antony. Kenyataan itu datang begitu terlambat. Amat terlambat
karena semuanya sudah terjadi dan waktu tidak bisa terulang
kembali. Karena itu aku memutuskan untuk menjauh dari segala
hal yang membuatku bahagia; aku tidak berhak merasakannya
lagi." lanjut dengan bisikan yang sarat akan luka.
Tanpa berpikir dua kali, Javier melangkah mendekat dan memeluk
Adrienne erat-erat. Membiarkan gadis itu tersedu-sedu begitu
hebat dalam pelukannya. Merasakan isak tangis Adrienne menjadi
perekat untuk luka yang menganga. Seandainya saja Javier bisa
mengambil alih rasa sakit itu, biarlah Javier yang menanggungnya.
Javier tidak sanggup bahkan untuk sekadar membayangkan bahwa
selama ini Adrienne telah hidup dalam bayang gelap yang selalu
menghantuinya. Lama mereka terdiam sementara tangis Adrienne mulai mereda.
Setelah menghapus jejak-jejak air mata dari wajah cantik
Adrienne, Javier berkata, "Apa yang kau lihat di kantorku waktu
itu adalah sebuah kesalahan. Aku baru saja sampai di sana ketika
melihat wanita itu, yah..., melakukan apa yang ia lakukan. Aku
baru akan mengusirnya ketika kau datang dan melihat semuanya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Maafkan aku karena terlambat untuk melakukannya. Maafkan
aku." Javier menarik napas, menatap Adrienne tepat di kedua mata
cokelat terangnya. Bersiap untuk pengakuannya.
"Aku mencintaimu." ucap Javier sungguh-sungguh.
Adrienne kembali larut dalam tangisnya. Tak menyangka
pengakuan manis itu justru datang setelah pengakuan kelamnya.
"Kau berhak untuk bahagia, Adrienne Callandrie. Dan aku akan
memastikannya. Kau akan bahagia kembali." janji Javier.
Adrienne memeluk Javier dengan sepenuh hatinya. Membiarkan
rasa lega menggantikan beban yang selama ini memberati dirinya.
Perlahan, dengan bisikan selirih angin, Adrienne membalas, "Aku
juga mencintaimu, Javier. Aku mencintaimu."
*** Hari belum menyentuh pagi ketika lagi-lagi bel apartemen
Adrienne berbunyi. Adrienne terbangun, tersenyum geli ketika
menyadari bahwa ia dan Javier tertidur di atas sofa sambil
berpelukan. Adrienne mengecup pipi Javier, lalu melangkah untuk
membuka pintu. Betapa terkejut Adrienne ketika menemukan ibunya berdiri di
hadapannya. "Adrienne, aku harus berbicara denganmu." ucap Via.
Adrienne tidak sempat menyadari keanehan ibunya karena Javier
sudah berada di sisinya dan menyapa ibunya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Lalu ibunya berkata, "Jika kau tidak keberatan, aku harus
berbicara dengan Adrienne. Kami akan pergi sarapan bersama."
"Tentu. Aku akan menunggu kalian di sini." balas Javier.
Adrienne segera masuk ke kamarnya untuk mencuci muka dan
berganti baju. Setelah itu ia kembali menghampiri ibunya yang
masih berdiri di depan apartemennya. Adrienne menyentuh tangan
Javier, lalu mengikuti langkah ibunya.
Ketika melihat sedan berwarna hitam di tempat parkir, Adrienne
mengerutkan kening. Namun ia tidak membantah ketika ibunya
memintanya untuk masuk. Hari ini ibunya nampak berbeda.
Sedikit aneh, mungkin. Terlihat pucat, tidak fokus, dan sangat
diam. "Aku menginap di rumah Katie sejak dua hari yang lalu." ucap Via
memecah keheningan. Adrienne merasa petir menyambarnya. Apa" Mengapa"
Bagaimana" Pertanyaan datang silih berganti di benaknya, namun
tak ada satu pun penjelasan logis yang bisa menjelaskan seluruh
pertanyaan itu. Kecuali seseorang merencakan semuanya.
Kini rasa khawatir Adrienne semakin menjadi. Adrienne meminta
ibunya untuk menepi, lalu bertanya, "Apakah terjadi sesuatu?"
Via menurunkan tangannya dari kemudi. Ia menatap anak


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gadisnya yang merupakan replika dirinya dalam versi lebih muda
dengan tatapan nanar. Ketika akhirnya mampu membuka suara,
Via berkata, "Katie memintaku datang ke Jakarta dengan
membawa jurnal Antony. Pada awalnya aku bingung, namun Katie
meyakinkanku bahwa ia akan mengatakan kebenaran di balik
kematian Antony. Dan akhirnya, tadi malam ia menunjukkan
halaman terakhir jurnal Antony."
http://bacabukunovel.blogspot.com
Adrienne mematung. Jantungnya berdebar keras. Ketika melihat
air mata mulai mengalir menuruni wajah ibunya, Adrienne tahu
harapannya sia-sia. Ibunya sudah mengetahui semuanya.
"Apakah itu benar, Adrienne" Antony menodaimu dan
membuatmu hamil" Itukah alasannya bunuh diri" Karena kalian
bertengkar dan kau memintanya untuk pergi?" tanya Via lirih.
Ketika melihat wajah pucat Adrienne juga tangannya yang
bergetar, Via tahu jawabannya. Via terlampau mengenal Adrienne.
Via tahu semua yang dikatakannya benar. Tangisan Via semakin
keras dan Adrienne berusaha menenangkannya.
"Kau menyembunyikannya selama tujuh tahun, Adrienne. Tujuh
tahun! Kau membiarkan aku dan Ryan berpikir bahwa kematian
Antony karena patah hati hingga kami menyalahkan Katie!
Namun ternyata kau menyimpan masalah sesungguhnya. Antony
bunuh diri karena kau yang memintanya! Oh Tuhan, bagaimana
kau bisa berdiam diri selama ini" Kau tidak hanya menghancurkan
hidupmu, kau menghancurkan keluargamu!" jerit Via.
"Ibu, kau harus mendengarkanku..."
"Tidak. Aku sudah menunggumu selama tujuh tahun. Aku selalu
bertanya-tanya, mengapa kau berubah" Mengapa keluarga kita
yang penuh cinta bisa hancur sampai titik ini" Dan kau tidak
pernah menjawabnya! Kau tidak pernah bersedia menjawabnya!
Kau hanya terus berlari, menghindari semua orang yang peduli
padamu! Aku tidak percaya ini. Aku hidup dalam kebohongan
selama bertahun-tahun dan anakku mengetahuinya."
Adrienne menangis. Semua yang dikatakan ibunya benar dan
melihat luka yang begitu dalam di mata ibunya terasa amat
menyakitkan untuk Adrienne.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Maafkan aku. Maafkan aku, Ibu." bisik Adrienne menyesal.
"Kita harus memberitahu Ryan. Ia berhak mengetahui alasan
sesungguhnya Antony bunuh diri. Ia harus mengetahui segalanya."
balas Via seraya kembali menjalankan mobilnya.
"Ibu, aku mohon tenangkan dirimu. Jangan menyetir dengan
kondisi seperti ini." pinta Adrienne.
Namun rasa sakit yang melingkupi Via terlalu pekat. Ia tidak bisa
berpikir jernih. Seluruh perkataannya berhamburan keluar dengan
nada histeris. Jeritannya menggema jelas dalam mobil yang
diiringi isak tangis itu. Pegangannya di kemudi semakin tak
terarah. Pandangan matanya mengabur dan sebelum ia sempat
berpikir, mobilnya melaju cepat menuju pohon besar di sisi jalan.
Tabrakan itu tak terelakkan. Segalanya berjalan begitu cepat.
Dan hal terakhir yang Adrienne ingat hanyalah kegelapan tanpa
dasar. *** Bab 13 Kembali Hester melangkah menapaki rumah sakit yang amat dibencinya.
Rumah sakit ini adalah tempat di mana ayahnya dirawat setelah
terkena serangan jantung yang membuatnya pergi meninggalkan
dunia. Namun kali ini Hester harus membuat pengecualian, karena
kakaknya membutuhkannya. Hester memasuki kamar rawat dan melihat Javier tengah
membisikkan sesuatu di telinga gadis berwajah pucat yang
http://bacabukunovel.blogspot.com
mengenakan alat bantu pernapasan di atas tempat tidur. Selama
sesaat Javier hanya menatap gadis yang telah koma selama tiga
hari itu, lalu Javier mengecup dahinya dan berbalik menuju pintu.
Langkah Javier tertahan ketika melihat Hester telah berdiri di
hadapannya. Hester memeluk Javier, meminta maaf karena baru datang. Namun
seperti biasa, Javier menampilkan sosok kakak yang baik hati.
Javier justru berterima kasih karena Hester bersedia untuk datang.
"Bisakah kau menjaganya sebentar" Aku harus menemui dokter."
ujar Javier. "Tentu. Kau harus makan, Javier. Belilah sesuatu di kantin. Kau
nampak sangat mengerikan. Biar aku menjaganya. Kau tenang
saja, aku sudah tahu bawa ia adalah orang baik. Aku akan
meminta maaf juga berterima kasih begitu ia membuka mata
nanti." sahut Hester.
Javier tersenyum, meski senyum itu tak mencapai matanya, lalu
melangkah pergi. Hester duduk di kursi samping ranjang, kemudian mendesah. Ia
tidak tahu apa yang telah dilakukan gadis di hadapannya ini
hingga mampu membuat Javier mencintainya dengan begitu
dalam. Namun apa pun itu, Hester hanya berharap agar Javier
bahagia. Juga agar Adrienne segera sadar, karena kebahagiaan
Javier hanya ada pada Adrienne.
Hester tersentak ketika melihat pergerakan pada tangan Adrienne.
Tuhan ternyata menjawab doanya, karena kini Adrienne telah
membuka mata. Dengan hati mengucap beribu syukur, Hester
menekan tombol di sisi tempat tidur untuk memanggil dokter.
Tak lama kemudian Javier bersama dokter dan suster memasuki
http://bacabukunovel.blogspot.com
kamar rawat Adrienne dan memeriksanya. Hester melangkah ke
sudut, hanya memperhatikan. Nampaknya semua baik-baik saja
karena Javier terlihat begitu lega. Seolah dunianya urung menemui
kiamat. Hester kembali ditinggal bersama Adrienne ketika Javier
keluar untuk menghubungi keluarga Adrienne.
"Hei. Aku senang melihatmu baik-baik saja. Aku ingin meminta
maf atas sikapku sebelumnya. Aku sekarang tahu bahwa pria itu
benar-benar jahat. Terima kasih, Adrienne." ucap Hester tulus.
Adrienne hanya membalasnya dengan senyum.
Hester mendesah, "Javier sangat mencintaimu, entah atas alasan
apa, karena jujur saja aku tidak bisa melihat hal dalam dirimu
yang bisa disandingkan dengannya. Jangan salah paham, hanya
saja aku sedikit terlalu berlebihan jika menyangkut dirinya. Aku
harap kau mengerti. Javier rela mengorbankan segalanya demi
diriku. Ia bahkan berhenti menjadi pianis karena aku memilih
Julliard juga. Kau tahu peraturan di keluargaku. Seandainya saja
aku yang mengambil alih perusahaan, Javier tidak harus berhenti.
Namun ia tidak mau melakukannya. Ia meyakinkanku untuk terus
memperjuangkan mimpiku. Javier Keane adalah orang paling
tidak egois di dunia. Dan aku berharap kau tidak akan pernah
menyia-nyiakannya." ujar Hester.
Adrienne hanya terdiam. Ia sungguh mengerti maksud Hester,
karena Adrienne pernah melakukan hal serupa. Tujuh tahun yang
lalu. Hester pamit undur diri. Ia mengucapkan semoga cepat sembuh,
kemudian melangkah pergi. Javier kembali masuk dan tersenyum
pada Adrienne. Tangannya membelai pipi Adrienne lembut.
Adrienne menangkup tangan Javier dan menautkan tangan
mereka. http://bacabukunovel.blogspot.com
"Adrienne. Maaf karena aku harus mengatakan ini. Namun kau
harus tahu." ucap Javier.
Adrienne menatap Javier, menunggu.
"Ibumu meninggal dalam kecelakaan itu. Pemakamannya akan
dilaksanakan besok. Maafkan aku, Adrienne. Aku sungguh
menyesal." lanjut Javier.
Adrienne memejamkan mata dan membiarkan tangis kehilangan
kembali menenggelamkannya.
*** Iring-iringan berpakaian hitam itu mulai meninggalkan
pemakaman, hingga akhirnya hanya menyisakan tiga orang di sisi
makam yang penuh bertaburan bunga.
Adrienne menatap nanar makam ibunya. Adrienne tidak ingin
mempercayai penglihatannya, namun kenyataan berteriak keras
hingga mustahil untuk menyangkal; dua orang yang Adrienne
cintai dalam hidupnya telah pergi dan tak kan kembali.
Dan semua itu adalah kesalahannya.
Adrienne masih membeku dalam dukanya, sehingga ketika
ayahnya menghampirinya dan mengatakan hal-hal menyakitkan
itu, Adrienne tak merasa sakit.
"Kau adalah bencana dalam hidupku. Kau merenggut semua orang
yang paling berharga bagiku. Kau membuatku terpaksa
membencimu, Adrienne. Karena kau menghancurkan segala hal
yang kau sentuh." ucap Ryandengan duka yang tersirat jelas.
Javier menggenggam tangan Adrienne, mencoba memberikan
http://bacabukunovel.blogspot.com
kekuatan. Javier tahu Adrienne sudah cukup menderita tanpa perlu
mendengar kalimat tambahan terkutuk itu. Namun Javier mengerti
kondisi kejiwaan Ryan yang saat ini amat terguncang, sehingga
meskipun ingin melayangkan tinju, Javier menahan dirinya dan
memilih untuk diam. Hanya berdoa sepenuh hati kalimat itu tidak
akan meninggalkan luka berkepanjangan bagi Adrienne. Gadis itu
sudah memiliki cukup banyak luka.
Ryan pergi dari pemakaman tanpa memandang Adrienne lagi.
Meninggalkan Adrienne dan Javier berdiri berteman keheningan
di sisi makam. *** Kau menghancurkan segala hal yang kau sentuh.
Adrienne berbaring menatap langit-langit kamarnya dengan satu
kalimat itu terputar ulang terus-menerus dalam benaknya. Kalimat
itu merekat kuat. Seakan mempertegas fakta yang selama ini
Adrienne sangkal. Adrienne menatap Javier yang tertidur di sampingnya. Wajah pria
itu terlihat lelah, namun napasnya yang teratur menenangkan
Adrienne. Tanpa sadar air mata Adrienne mengalir. Tuhan tahu
betapa menakjubkan pria itu. Betapa sempurna pria itu untuknya.
Pria yang selalu tegar untuk menjadi sandarannya. Pria yang
bahkan tetap bertahan setelah mengetahui segala keburukannya.
Adrienne bersumpah demi jiwanya, ia tidak akan pernah mampu
mencintai pria lain selain Javier Keane.
Adrienne tidak bisa membiarkan dirinya menghancurkan Javier.
Adrienne tidak akan membawa Javier ke dalam hidupnya yang
kelam. Adrienne tidak mampu menanggung luka lebih dari ini.
Dan karena itu, Adrienne harus merelakan Javier.
http://bacabukunovel.blogspot.com
*** Javier: Baru saja selesai meeting. Aku akan ke apartemenmu
sebentar lagi. Aku merindukanmu. Sampai jumpa.
Javier menyandarkan tubuhnya dengan helaan napas berat. Bulan
ini terasa bagaikan neraka baginya. Kecelakaan yang menimpa
Adrienne, tiga hari tergelap dalam hidupnya saat Adrienne koma,
pemakaman ibu Adrienne, dan kini sikap Adrienne yang
mengkhawatirkan. Adrienne kembali melakukan aktivitas seperti biasa setelah satu
minggu masa pemulihan intensif. Namun Javier tahu dengan jelas
Adrienne berubah. Gadis itu sangat diam. Sering kali tidak fokus
pada kehidupan di sekitarnya. Adrienne seperti membangun dunia
lain di dalam benaknya. Javier sudah melakukan berbagai cara demi menghapus kesedihan
Adrienne, karena mungkin dengan itu Adrienne bisa kembali
seperti biasa. Bukannya memperlihatkan kemajuan, Javier justru
melihat kemunduran. Namun Javier tidak akan menyerah. Javier
akan membuat Adrienne bahagia. Javier tidak akan pergi dari
Adrienne. Javier meraih ponselnya dan menghubungi Adrienne, karena gadis
itu belum membalas pesannya. Ketika tak juga mendapat jawaban,
Javier memutuskan untuk segera datang ke apartemen Adrienne.
Kota Jakarta telah gelap seutuhnya, menghadirkan suasana malam
yang semarak dengan cahaya lampu sementara Javier larut dalam
pikirannya. Ketika sampai, Javier menemukan apartemen Adrienne tidak
terkunci. Tanpa prasangka, Javier melangkah masuk. Dan
pemandangan yang menyambutnya seakan menusuk tepat di
jantungnya. Adrienne tidak sendirian. Adrienne sedang bersama
http://bacabukunovel.blogspot.com
dengan seorang pria dan mereka berciuman. Tepat di bibir.
Javier tidak bisa menahan dirinya. Tangannya bergerak cepat
menarik pria itu, lalu memukulinya hingga tangannya terasa
kebas. Pria yang dipukuli Javier mencoba melawan, namun apalah
dayanya menghadapi Javier yang bahkan lebih tinggi juga lebih
kekar darinya. Perlawanan itu sia-sia hingga akhirnya setelah
meneriakkan berbagai makian, pria itu meninggalkan apartemen
Adrienne dengan kondisi babak-belur.
Javier berusaha mengatur napasnya yang berkejaran. Tangannya
masih mengepal erat, namun Javier menolak menghempaskannya
ke dinding. Javier justru melarikan tangannya ke rambut, lalu
meremasnya dengan mata terpejam.
Keheningan yang membalut apartemen itu terasa tajam; menyakiti
mereka berdua dengan berlarinya setiap detik hingga menjelma
menit. Sayatan demi sayatan yang mengambang di udara
membelah jiwa mereka hingga serpihan. Cinta sungguh tak pernah
mudah, namun haruskah cinta menuai luka"
Javier menghampiri Adrienne dengan langkah pelan. Matanya tak
lepas dari sosok gadis di hadapannya, yang nampak begitu
kosong. Javier tahu apa yang dilakukan Adrienne; mengkristalkan
tangis, menelan jerit, juga membekukan luka. Ini bukan sebuah
penyangkalan, ini adalah kepercayaan. Harapan.
Seiring dengan kakinya yang menekuk hingga membawa
tubuhnya berlutut, Javier mengucapkan kalimat itu. Kalimat yang
bukan saja menyiratkan permintaan, karena ketika
mengucapkannya, Javier tahu kalimat itu lebih menyerupai
permohonan. Kalimat yang ia harap, membawa penyembuhan.
"Aku mohon, berhenti menyakiti dirimu sendiri."
http://bacabukunovel.blogspot.com
Perlahan, keheningan itu terurai oleh isak tangis. Javier tetap
berada di tempatnya, tak beranjak sedikit pun. Javier sadar
Adrienne membutuhkan ruang untuk dirinya sendiri. Untuk
menyesali juga menangisi segala hal.
Sementara Adrienne menempatkan tangan di atas jantungnya.
Sakit. Sungguh sakit. Adrienne menyadari dengan kesadaran
memilukan bahwa ia telah menyia-nyiakan segalanya. Ia hampir
melakukan kesalahan yang sama. Adrienne menyesali keputusan
egoisnya. Adrienne menangisi ketidakmampuannya untuk
bertahan, kelemahannya yang menyerah untuk memperjuangkan.
"Maafkan aku." isak Adrienne. Ia terus mengulang kalimat itu di
antara tangisnya. Adrienne mencoba mengatur napas, lalu
melanjutkan dengan terbata, "Apa yang harus kulakukan?"
Javier menyentuh kedua sisi wajah Adrienne. Melarikan ibu


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jarinya untuk menghapus air mata dari wajah di hadapannya.
"Mulailah dengan kejujuran." jawab Javier tanpa ragu.
Adrienne membalas tatapan Javier. Tak ia temukan amarah,
apalagi kebencian. Kedua mata hijau itu hanya mencerminkan
penerimaan. Ketulusan. Juga cinta. Dan Adrienne tahu, hanya ada
satu kejujuran yang sangat diyakininya saat ini.
"Aku mencintaimu." bisik Adrienne sepenuh hatinya.
Javier tidak mengatakan apa pun lagi, hanya membawa Adrienne
ke dalam pelukannya. *** Bab 14 http://bacabukunovel.blogspot.com
Kebenaran Javier menghentikan mobilnya di depan rumah sakit. Sore ini
Adrienne memiliki pertemuan dengan terapisnya, seorang dokter
ahli psikologi. Sudah hampir dua minggu lamanya Adrienne
menjalani rutinitas ini dan Javier selalu menemaninya. Namun
hari ini Javier harus menghadiri rapat direksi.
"Kau yakin tidak apa-apa" Kau bisa mengatur ulang jadwal
pertemuanmu sementara aku menyelesaikan rapatku. Setelah itu
kita akan pergi bersama. Seperti biasa." ucap Javier.
"Tidak apa-apa. Aku yakin bisa menanganinya. Lagi pula dokter
Patricia sangat baik. Aku merasa nyaman dengannya. Kau tidak
perlu mengkhawatirkanku. Aku akan meminta Tasha
menjemputku nanti setelah aku selesai." sahut Adrienne yakin.
Javier melangkah keluar dari mobilnya, lalu membukakan pintu
Adrienne. Ia memeluk Adrienne sesaat, lalu mengecup keningnya
lembut. "Aku akan ke apartemenmu setelah rapatnya selesai." bisik Javier.
Adrienne tersenyum, "Aku akan menunggumu."
Javier membalas senyum Adrienne, lalu mencubit ujung
hidungnya dengan gemas. Adrienne tertawa seraya melangkah
memasuki rumah sakit, melambai pada Javier.
Tanpa mereka berdua sadari, dua pasang mata dari tempat berbeda
menyaksikan seluruh kejadian itu dengan bara amarah juga
kebencian terpeta jelas di matanya.
*** http://bacabukunovel.blogspot.com
Adrienne turun dari mobil Tasha, lalu melangkah memasuki
bangunan apartemennya. Senja sudah berganti menjadi malam dan
Adrienne tidak sabar menunggu Javier pulang. Tepat setelah
Adrienne membuka pintu apartemennya, sesuatu yang dingin
terasa di lehernya diikuti suara yang dikenalnya.
"Cepat masuk ke dalam dan jangan bersuara. Atau aku akan
memotong lehermu." Adrienne mengikuti perintah itu. Setelah masuk, orang di
belakang Adrienne mendorongnya untuk duduk di sofa dan
menutup pintunya. Adrienne meringis ketika menyadari bagian
tajam pisau itu mengiris permukaan kulitnya hingga titik-titik
darah mulai keluar di sana.
Adrienne mendongak, menemukan Katie masih menodongkan
pisau ke arahnya. Adrienne mencoba menenangkan dirinya. Ia
mengikuti instruksi dokter Patricia untuk menghitung sampai
sepuluh seraya menyamakan ritme napasnya.
Adrienne memerhatikan Katie yang nampak kacau. Rambut
pirangnya berantakan, sementara tatapan matanya tidak terfokus.
Ada bau alkohol samar yang tercium di udara. Membuat Adrienne
semakin berhati-hati dengan wanita di hadapannya. Tahu bahwa
wanita itu berada di ambang kewarasan. Dan sesuatu yang tidak
pasti, apalagi menyangkut akal sehat, selalu berbahaya.
"Apa yang kau lakukan, Katie?" tanya Adrienne dengan suara
setenang mungkin. "Aku akan membunuhmu!" jawab Katie tanpa ragu.
Adrienne menahan napasnya sesaat. Ia harus tenang. Ia akan
menemukan cara untuk menyelamatkan dirinya.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Untuk apa" Apa yang telah kulakukan padamu?" tanya Adrienne
lagi. Katie meledak dalam tawa, "Kau merebut segalanya dariku! Dulu
kau membunuh Antony dan sekarang kau memiliki Javier yang
kucintai! Kau gadis kecil bodoh yang selalu menghalangiku! Apa
sebenarnya yang kau miliki hingga Javier bertekuk lutut di
hadapanmu" Kau bukanlah siapa-siapa, namun kau memiliki
segalanya!" Sementara Katie terus meneriakkan hal-hal semacam itu, Adrienne
berusaha keras meraih ponsel di saku depan celana jinsnya.
Adrienne menekan angka lima - panggilan cepat untuk Javier -
dengan lama, masih tetap dengan mata tertuju pada Katie.
Adrienne merasakan panggilan itu menunggu jawaban Javier,
namun hingga Katie selesai berteriak, Javier tak juga menjawab.
Perlahan Adrienne mulai merasa takut. Bagaimana caranya pergi
dari wanita gila di hadapannya ini"
Tawa Katie menggema dengan menyeramkan, sementara pisau itu
kini bergerak di pipi Adrienne. Menggoreskan sayatan sepanjang
kurang-lebih empat sentimeter.
"Aku akan membunuhmu, Adrienne Callandrie. Dengan begitu,
aku akan memiliki Javier." bisik Katie dengan senyum bengis di
wajahnya. Adrienne berusaha menelan kepanikannya juga rasa perih yang
menjalar di wajahnya. Katie baru saja menambahkan sayatan tipis
di rahangnya. "Katie, kau tidak harus melakukan ini. Kau masih memiliki
banyak kesempatan dalam hidup ini. Kau bisa mencari pria yang
lebih baik, lalu membangun keluarga dan menjadi seorang ibu.
Tidakkah kau menginginkannya" Hidup tenang bersama orang-
http://bacabukunovel.blogspot.com
orang yang kau cintai juga mencintaimu?" ucap Adrienne pelan.
Tanpa disangka Katie mulai menangis. Ia membalikkan tubuh dan
mulai terisak sambil meracau tentang betapa orang-orang di
sekitarnya selalu mengabaikannya. Katie muak dengan hidupnya.
Kecantikannya berubah menjadi malapetaka karena tidak ada satu
pun pria sungguh-sungguh mencintainya, hanya menyukai
tampilan fisiknya. Adrienne menggunakan kesempatan itu untuk menjauhkan diri.
Perlahan, dengan langkah yang amat ringan, Adrienne berjalan
mundur menuju kamarnya. Namun sial tak dapat
meninggalkannya, karena bahu Adrienne menabrak lukisan di
dindingnya. Katie berbalik menatapnya dan Adrienne segera
berlari memasuki kamarnya. Adrienne menjerit ketika pintunya
ditahan oleh Katie, lalu sekali lagi pisau itu menyayatnya. Kali ini
buku-buku jarinya hingga Adrienne tidak sanggup menahan pintu
dan Katie berhasil masuk.
"Kau ingin kabur" Hahaha...Dasar gadis bodoh! Kau berusaha
menipuku, bukan" Aku tidak akan termakan kata-kata manismu!"
teriak Katie histeris. Adrienne merangkak menjauhi Katie. Air mata mulai mengaliri
wajahnya. Meski adrenalin masih terasa di dalam nadinya,
Adrienne tahu ia sudah tidak memiliki kesempatan. Apalagi ketika
Katie menarik rambutnya dan menempelkan pisau itu ke lehernya.
Adrienne hanya bisa memejamkan mata.
"Aku akan menyayat nadimu, lalu meletakkan pisau ini di
tanganmu. Sehingga orang-orang akan mengatakan bahwa kau
bunuh diri. Lalu aku akan datang ke pemakamanmu. Berpura-pura
sangat menyesal, menangis paling keras, sehingga Javier akan
datang padaku setelahnya. Aku akan memilikinya dan ia akan
melupakanmu dalam hitungan detik." bisik Katie.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Adrienne dapat merasakan bagian tajam pisau itu semakin
menekan lehernya. Napas Adrienne tertahan. Lalu entah mengapa,
tiba-tiba tekanan itu menghilang. Terdengar suara gaduh disusul
jeritan Katie, membuat Adrienne akhirnya memberanikan diri
untuk membuka mata. Max Tyron berdiri dengan tangan mencengkram leher Katie, lalu
ia melempar Katie ke dinding hingga wanita berambut pirang itu
membentur dinding dan jatuh ke lantai dengan luka mengalir dari
pelipisnya. "Halo, Adrienne. Akhirnya aku bisa bertemu denganmu lagi.
Bagaimana dengan hadiah berpita hitam yang selama ini
kukirimkan khusus untukmu" Tidakkah kau menyukainya?" sapa
Max dengan nada ceria. Adrienne berjuang mati-matian untuk menelan jeritannya. Ia
hanya diam, namun melihat Max tidak memegang senjata apa pun
membuat keberanian Adrienne mulai tumbuh. Adrienne akan
melawan. Adrienne tidak akan membiarkan orang lain
menyakitinya lagi. "Sebelum kepala cantikmu itu memikirkan hal-hal yang tidak
sepantasnya kau pikirkan, lebih baik kau melihat ini." ucap Max
seraya menghampiri Adrienne dan menunjukkan sebuah foto dari
ponselnya. Seluruh rencana Adrienne menguap ketika melihat foto itu. Foto
sebuah kecelakaan mobil. Adrienne tidak tahu di mana tepatnya
kecelakaan itu terjadi, satu hal yang Adrienne tahu adalah mobil
itu milik Javier. Max terus menunjukkan foto-foto yang diambil
dari sudut berbeda, hingga akhirnya Adrienne melihat nomor
polisinya dan benar-benar yakin bahwa mobil itu milik Javier.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Air mata Adrienne mengalir deras. Jantungnya terasa ditikam
kuat-kuat. Rentetan pertanyaan mengisi benak Adrienne dan Max
dengan senang hati memberikan jawabannya, seakan bisa
membaca pikiran Adrienne.
"Kau tahu, aku selalu menyusun rencana di dalam rencana. Aku
tidak mengotori tanganku secara langsung. Aku menggunakan
wanita jalang itu sebagai awalnya dan kau tentu tahu segala hal
yang dilakukannya. Namun kau harus tahu aku tidak memintanya
untuk melukaimu. Kau lihat apa yang terjadi karena ia mencoba
menyakitimu, bukan?" ujar Max dengan nada tenang.
Ia menyentuh pipi Adrienne, lalu melanjutkan, "Lalu aku
memutuskan untuk membereskan semuanya dalam satu langkah.
Aku membayar orang untuk menabrak mobil kekasihmu itu
dengan sebuah truk, lalu datang ke sini untuk menjemputmu.
Setelah ini kita akan pergi ke tempat yang jauh. Di mana tidak
akan ada satu orang pun yang mengenalimu. Aku sudah
menyiapkan semuanya. Kau akan menjadi milikku dan tidak akan
ada lagi yang mampu menghalangi, karena Javier Keane sudah
mati." Adrienne tak mampu menyembunyikan isakannya. Kini, ia bahkan
tidak peduli jika Max membunuhnya. Untuk apa tetap hidup"
Adrienne tidak menemukan alasan lain untuk tetap bertahan.
Javier sudah pergi. Javier meninggalkannya.
"Aku tidak mau. Lebih baik aku mati." isak Adrienne.
"Aku tidak memberimu pilihan. Kau akan melakukan seluruh hal
yang kuinginkan. Dan kau tidak akan mati. Kematian terlalu
mudah untukmu, Adrienne. Aku akan menyiksamu dengan
perlahan selama sisa hidupmu." balas Max.
Adrienne menjerit ketika Max menarik tangannya dengan paksa,
http://bacabukunovel.blogspot.com
lalu menghimpitnya ke dinding. Max mengurung tubuhnya dan
berusaha menciumnya, membuat ketakutan Adrienne semakin tak
tertanggungkan. Seluruh perasaan yang tak ingin Adrienne rasakan
lagi menyeruak keluar, membutakan Adrienne hingga otaknya
bahkan memaksa untuk berhenti bekerja.
Tepat pada saat itu, sebuah suara letusan yang memekakkan
telinga terdengar. Disusul dengan letusan lain dan meluruhnya
tubuh Max. Teriakan kesakitan Max terdengar memilukan
sementara tangan juga kaki kanannya mengalirkan darah segar.
Adrienne berteriak. Kengerian menyiramnya begitu pekat hingga
tidak menyadari kehadiran seseorang yang mencoba
menenangkannya. Adrienne larut dalam isak tangis karena rasa
syoknya. Lalu Adrienne merasakannya, sepasang lengan kokoh
yang memeluknya erat. Disusul bisikan-bisikan bernada
menenangkan. Bahwa Adrienne baik-baik saja. Dan semua akan baik-baik saja.
*** Adrienne membuka mata dan langit-langit berwarna putih adalah
yang pertama dilihatnya. Seseorang menggenggam tangannya
yang tidak tertancap jarum infus, memberikan kehangatan yang
Adrienne rindukan. Adrienne menoleh, mengernyit ketika
merasakan perban yang menutupi luka di pipinya bergeser. Namun
begitu melihat wajah yang tertidur di sisinya, rasa sakit itu
langsung terlupakan oleh Adrienne.
Setelah beberapa saat terkurung dalam kejadian-kejadian yang
terputar ulang dalam benaknya, akhirnya Adrienne tahu bahwa ia
tidak berhalusinasi. Seseorang yang tertidur dengan
menggenggam tangannya adalah Javier. Javiernya. Ia tidak
meninggalkan Adrienne dan yang paling penting, ia baik-baik saja.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Javier." bisik Adrienne lemah. Adrienne mencoba menggerakkan
tangannya yang berada dalam genggaman Javier. Air mata
mengalir di wajahnya, sementara Adrienne merasa hatinya
kembali hidup. Kelegaan membanjirinya hingga Adrienne merasa
akan kembali pingsan. Javier membuka matanya. Mengerjap, lalu tersenyum dengan
ekspresi penuh syukur. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Javier cemas.
Adrienne tetap terisak, lalu menjawab, "Aku mencintaimu."
Javier tertawa. Ia melupakan kecemasannya dan mencondongkan
tubuh untuk mengecup puncak kepala Adrienne. Kini ia yakin
Adrienne baik-baik saja. Javier menekan tombol di sisi tempat
tidur dan tak lama kemudian dokter masuk untuk memeriksa
Adrienne. "Kau bisa pulang besok. Hanya mengalami syok. Luka-lukamu
juga akan segera sembuh. Sayatannya tidak dalam dan tidak akan
meninggalkan bekas." ucap dokter wanita itu dengan ramah.
Javier mengucapkan terima kasih, lalu dokter pun keluar. Javier
kembali menatap Adrienne - yang sejak membuka mata sama
sekali tidak mengalihkan pandangannya dari Javier - kemudian
tersenyum lembut. "Aku ada di sini, Adrienne. Aku tidak akan meninggalkanmu.
Bukankah aku sudah berjanji" Kau baik-baik saja. Semua akan
baik-baik saja." ucap Javier.
"Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Adrienne.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Semua yang dikatakan Max padamu benar. Ia membayar
seseorang untuk menabrakku dengan truk. Namun yang Max tidak
tahu, aku tidak pernah ada di dalam mobil itu. Sebelum
meninggalkan kantor, Hester datang menjemputku. Lalu aku
meminta sopir untuk membawa mobilku dan mengikuti kami dari
belakang. Saat melewati perempatan, sebuah truk menabrak
mobilku. Hester tetap mengemudikan mobilnya sementara aku
menghubungi polisi. Aku tidak tahu apa yang sedang terjadi,


Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

namun aku merasa harus secepatnya menemuimu. Lalu aku
sampai di apartemenmu dan kau tahu kelanjutannya." jelas Javier.
Tentu Adrienne tahu. Polisi menembak Max, sementara Javier
memeluknya. Namun karena terlalu syok, Adrienne tidak bisa
menyadari hal itu tepat pada waktunya. Adrienne justru hilang
kesadaran setelahnya. "Katie?" tanya Adrienne.
"Ia baik-baik saja. Begitu juga pria brengsek itu. Polisi sudah
mengurus kasusnya. Begitu keluar dari rumah sakit, mereka akan
diadili dan dihukum sesuai hukum yang berlaku di negara ini."
jawab Javier nyaris tanpa emosi.
Adrienne gemetar ketika kilasan kejadian itu melintasi benaknya.
Terasa amat menakutkan. Masih begitu segar hingga mustahil
untuk dilupakan. "Kau bersamaku, Adrienne. Aku akan melindungimu. Kau sudah
aman sekarang. Aku akan selalu berada di sisimu." bisik Javier
seraya membelai sebelah pipi Adrienne yang tidak tertutup perban.
Adrienne mendesah, "Aku mencintaimu, Javier."
Javier menyentuhkan bibirnya ke bibir Adrienne dengan lembut,
lalu membalas, "Aku selalu mencintaimu, Adrienne. Selalu."
http://bacabukunovel.blogspot.com
*** Bab 15 Masa Depan Jakarta, April, 2014 Adrienne tersenyum memandang Javier yang bermain piano. Ia
tidak akan pernah bosan, apalagi lelah melakukannya. Adrienne
yakin ia bisa menghabiskan sisa hidupnya untuk berada di
samping Javier dan hanya mendengarkan lantunan nada dari
jemari ajaibnya itu. Javier membalas senyum Adrienne, masih tetap melarikan
jemarinya di atas tuts-tuts piano. Perlahan, nada yang dimainkan
Javier bermetamorfosa menjadi nada yang dikenal Adrienne. Nada
penyusun sebuah lagu berjudul sama dengan daftar putar di iPod
Javier; Song for Unbroken Soul.
Adrienne tidak bisa mengungkapkan betapa ia bersyukur karena
memiliki Javier Keane dalam hidupnya. Karena mencintai juga
dicintai oleh Javier Keane. Adrienne tidak tahu apa yang bisa
dilakukannya untuk menghapus seluruh luka, namun Adrienne
tetap mencoba. Adrienne tidak akan pergi dari Javier.
Sudah dua bulan berlalu sejak kejadian itu. Adrienne memutuskan
untuk tetap berusaha menyembuhkan dirinya. Secara mental.
Adrienne menemui dokter Patricia secara rutin demi membasmi
rasa takut yang setiap malam masih saja membayanginya. Kini
Adrienne mendapat banyak kemajuan. Meski tentu saja, penentu
utama dalam proses penyembuhannya adalah Javier Keane. Pria
itu yang begitu gigih untuk membawanya menuju hidup yang
lebih baik. Hidup yang pantas untuk diperjuangkan.
http://bacabukunovel.blogspot.com
"Tidakkah kau ingin memberiku tepuk tangan?" tanya Javier.
Adrienne tertawa, lalu mendongak untuk mengecup bibir Javier.
Adrienne membuka matanya dengan tatapan bingung ketika Javier
tidak membalas ciumannya. Javier justru bangkit berdiri dan
mengulurkan tangan padanya. Adrienne menerima uluran tangan
itu, mengikuti langkah Javier ke kamarnya. Betapa terkejutnya
Adrienne ketika melihat balkon kamar Javier yang telah disulap
menjadi taman bunga penuh lilin-lilin kecil.
Adrienne menyentuh kelopak mawar putih yang begitu indah dan
napasnya tercekat ketika Javier berlutut dengan satu kaki di
hadapannya, dengan tangan memegang sebuah kotak beludru
hitam. Javier membuka kotak itu, memperlihatkan cincin dengan
permata berwarna hijau di dalamnya.
"Menikahlah denganku, Adrienne Callandrie." pinta Javier
bersungguh-sungguh. Adrienne terpeluk oleh ketersimaan. Matanya mulai terlapisi oleh
kilau bening, sementara bibirnya membentuk sebuah senyum.
Dalam mimpi indahnya sekalipun, Adrienne tidak pernah berani
memimpikan saat seperti ini. Saat ketika Javier memintanya untuk
menghabiskan sisa hidupnya dengan pria sempurna itu. Adrienne
tidak pernah meragukan Javier, Adrienne tahu Javier adalah yang
terbaik baginya. Kini Adrienne tahu maksud dari tulisan Faxson Keane di kertas
ujiannya yang bernilai F itu.
Jika kita berhenti, maka kita tidak akan pernah menemukannya.
Tentu saja, karena jika saat itu Adrienne berhenti, maka Adrienne
tidak akan pernah bertemu dengan Javier Keane. Seorang pria
dengan mata sesejuk daun di pagi buta yang mampu membawanya
http://bacabukunovel.blogspot.com
menuju cahaya. Adrienne menatap Javier. Diam-diam tertawa dalam hati melihat
sirat kecemasan dalam mata hijau itu. Bagaimana mungkin Javier
berpikir Adrienne akan menolaknya" Demi Tuhan, Adrienne
mencintai pria itu sepenuh jiwanya. Jiwa yang pernah hancur lalu
tersembuhkan dengan tempaan cinta dan ketulusan dari Javier.
Tepat saat Adrienne akan menjawab, sebuah suara
mengejutkannya. Merusak momen khidmat yang tercipta di
sekelilingnya. "Oh astaga, Adrienne Callandrie! Cepat terima kakakku! Kau tahu
ia sempurna. Kau tidak akan pernah menemukan pria lain yang
lebih baik dari Javier Keane!" seru Hester dari depan pintu kamar
mandi dengan berkacak pinggang.
Adrienne mengerjap, belum sempat ia pulih, sahabatnya juga ikut
bergabung. Tasha mengomeli Hester yang seenaknya muncul di
tengah prosesi lamaran itu. Ternyata mereka berdualah yang
menyalakan lilin, lalu besembunyi di dalam kamar mandi ketika
Javier dan Adrienne masuk ke kamar.
Adrienne tertawa. Sementara Javier mendesah pasrah, mengatakan
seharusnya ia tahu keadaannya akan menjadi seperti ini. Hester
dan Tasha ikut tertawa, menambah semarak suasana mendebarkan
itu menjadi ceria. "Adrienne, jangan tinggalkan seorang pria menggantung." ucap
Javier. Adrienne mengubah tawanya menjadi senyum, lalu membalas,
"Ya, Javier. Jawabanku adalah ya. Aku tidak memiliki jawaban
lain untukmu selain ya."
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier menghela napas lega, lalu memasangkan cincin di jari
manis Adrienne dan bangkit untuk menciumnya. Membisikkan
kata cinta berulang kali dalam prosesnya.
*** Javier tidak tahu gaun pengantin bisa terlihat amat seksi. Atau
mungkin itu hanya berlaku karena gadis yang memakai gaun
pengantin itu adalah Adrienne. Istrinya.
Rasanya Javier ingin segera mengakhiri pesta pernikahannya ini.
Ia tidak sabar untuk memiliki Adrienne, hanya untuk dirinya
sendiri. Namun melihat wajah Adrienne yang begitu bahagia,
penuh dengan tawa, Javier merasa ia tidak keberatan bersabar
sedikit lebih lama. Adrienne menoleh untuk memandang Javier. Senyum manisnya
mengembang, menyadari bahwa Javier kini miliknya seutuhnya.
Suaminya. Perlahan senyum Adrienne memudar demi melihat sesosok pria
yang ia pikir tidak akan pernah dilihatnya lagi; Ryan Callandrie.
Adrienne menunggu dengan jantung berdebar, hingga akhirnya
Ryan berdiri di hadapannya. Adrienne dapat merasakan bisik-bisik
penasaran dari tamu undangan, namun ia tetap hanya
memerhatikan ayahnya. Ketika ayahnya mengulurkan tangan dan membawanya dalam
pelukan, Adrienne membeku. Lalu Adrienne mendengarnya, ia
mendengar bisikan ayahnya.
"Maafkan aku. Maafkan aku, Adrienne. "
Adrienne memejamkan matanya, membiarkan air mata
http://bacabukunovel.blogspot.com
kebahagiaan mengalir di wajahnya. Tangannya bergerak
membalas pelukan ayahnya dan Adrienne merasa kembali
menemukan bagian dari dirinya yang hilang.
Akhirnya, di penghujung malam, Adrienne dan Javier pergi
dengan sorakan ceria pada tamu undangan. Javier membawa
Adrienne menuju mobilnya yang telah menunggu dan Javier
tertawa ketika melihat wajah Adrienne yang terpana. Tentu saja,
karena mobil yang menunggu mereka adalah Porche putih milik
Javier. Bukan karena kemewahannya yang membuat Adrienne
terpana, melainkan kepanikannya untuk bisa masuk ke dalam
mobil itu tanpa merusak gaun pengantinnya.
"Apa kau benar-benar berusaha merusak gaunku?" tanya Adrienne
lirih. "Aku hanya ingin mempermudah pekerjaanku nanti." jawab Javier
polos. Dengan sedikit pengaturan, akhirnya Adrienne bisa duduk tenang
di dalam mobil. Adrienne tidak tahu ke mana Javier akan
membawanya, karena itu dua jam kemudian ketika Javier
menghentikan mobilnya di sebuah rumah yang berada dekat
dengan kaki gunung, Adrienne membelalakkan mata. Udaranya
benar-benar dingin menggigit.
Javier membantu Adrienne turun, lalu membawanya memasuki
rumah sederhana yang sangat luas dengan dinding yang tersusun
dari kayu itu. Javier mengambil alih tubuh Adrienne dengan
mudahnya hingga kini Adrienne berada dalam gendongannya.
"Ini adalah rumah kita." ucap Javier seraya melewati pintu utama.
Adrienne memerhatikan rumah itu sesaat, lalu kembali menatap
Javier dan memberikan ciuman lembut di bibirnya. Mereka
http://bacabukunovel.blogspot.com
berciuman dengan sentuhan seringan kapas, hingga napas mereka
semakin cepat dan Javier memutuskan bahwa tur keliling rumah
harus ditunda hingga besok.
Javier membawa Adrienne menuju kamar mereka, lalu Javier
membaringkan Adrienne di atas tempat tidur. Javier melepas jas
juga kemejanya, lalu menjalankan jemarinya untuk mengurai
kepangan di rambut Adrienne. Mereka saling menatap dengan
dalam, membiarkan waktu membingkai mereka dalam satu
momen panjang. Javier tidak ingin terburu-buru, karena itu ia mencium Adrienne
juga membelainya perlahan. Javier ingin menunjukkan cintanya.
Bibirnya menggigit bibir Adrienne lembut, sementara tubuhnya
melingkupi tubuh mungil Adrienne dengan kehangatan. Tangan
Javier beralih pada ritsleting di sisi tubuh Adrienne, lalu
menyingkap gaun itu hingga berkumpul di pinggang Adrienne.
"Kau sungguh cantik, Adrienne Keane." bisik Javier seraya
menyentuh tubuh Adrienne. Mengagumi betapa sentuhannya
memberi pengaruh pada tubuh Adrienne yang kini bergetar penuh
hasrat. Javier menarik turun gaun Adrienne, memperlihatkan diri
Adrienne seutuhnya. Bra dan celana dalamnya menyusul tak lama
kemudian. Menyisakan Adrienne yang berbaring dengan rambut
tergerai juga tubuh telanjang sempurna. Javier kembali mencium
Adrienne, sementara tangannya menangkup payudara gadis itu.
Erangan yang dipuja Javier terdengar, membuatnya semakin
mengeras. Pun ketika dijentikkannya puting yang menegang itu,
erangan Adrienne semakin jelas.
Adrienne meremas rambut Javier, menahannya di tempat
sementara ciuman mereka semakin dalam. Satu tangan Adrienne
yang lain melepas kancing celana Javier, lalu kakinya yang
http://bacabukunovel.blogspot.com
melingkari pinggang Javier menarik turun celana itu. Javier
membantu Adrienne dengan menendang celananya, hingga kini
mereka berdua lekat tanpa sekat.
Adrienne menempelkan setiap lekuk tubuhnya dengan Javier,
mendesah puas ketika menemukan tekanan di bagian yang paling
diinginkannya. Malam itu, semua berjalan dengan begitu lembut
dan perlahan. Penyatuan tubuh mereka terasa sakral.
Javier menautkan tangan mereka, lalu meletakkannya di sisi
kepala Adrienne. Pelan, dengan penuh kehati-hatian, Javier
menyatukan tubuh mereka. Perasaan tersengat itu kembali terasa,
hingga menahan napas mereka di tenggorokan. Javier mengecup
dahi, mata, hidung, pipi, lalu mulut Adrienne. Merasakan
cengkraman kuat di tubuhnya dengan satu desisan nikmat.
Adrienne membuka mata, menatap mata hijau berkabut di atasnya
dan kembali menemukan ketulusan juga cinta. Adrienne
memasrahkan tubuhnya, membiarkan Javier membawanya menuju
puncak yang ia tahu sudah begitu dekat. Adrienne merasakan
gerakan Javier yang semakin cepat, lalu tenggelam dalam bisikan
suaminya itu. "Aku mencintaimu."
Kalimat itu terus berulang, hingga akhirnya milik Adrienne
mengetat dan desahan puasnya terdengar. Tak lama kehangatan
membasuh milik Adrienne, membuat desahannya kembali.
Adrienne menerima Javier ke dalam pelukannya ketika pria itu
mengatur napas di lekuk bahunya.
"Aku juga mencintaimu." bisik Adrienne serak.
Javier berguling ke sisi kanan, masih dengan tubuh yang
terhubung. Jika saja bisa, Javier tidak ingin memisahkan diri. Ia
http://bacabukunovel.blogspot.com
suka berada begitu dekat dengan Adrienne.
Adrienne menyentuh wajah Javier dengan ujung jemarinya, lalu
bergumam, "Aku memimpikan seorang anak laki-laki bermata
hijau kemarin malam. Kulitnya putih, namun tidak pucat.
Rambutnya berwarna cokelat dan hidungnya mancung sempurna.
Aku menginginkannya."
Javier tersenyum. Matanya terbuka, menatap wajah Adrienne yang
terlihat begitu cantik di pelukannya. Tangannya menangkap
tangan Adrienne, lalu mengecupnya.
"Itu bisa diatur. Kau tahu, aku sedang mengusahakannya di sini.
Tujuan hidupku saat ini adalah membahagiakanmu. Maka aku
akan mewujudkan mimpimu." sahut Javier seraya menggerakkan
pinggulnya menggoda. Miliknya sudah kembali mengeras.
Adrienne tertawa. Ia membawa tubuhnya untuk menaiki tubuh
Javier, lalu menunduk dan mencium Javier.
"Kalau begitu, mari kita lakukan. Persiapkan staminamu, Javier
Keane." balas Adrienne.
Javier membelai pipi Adrienne lembut, lalu bertanya, "Bisakah
kita memiliki lima anak?"
"Javier!" "Aku anggap itu sebagai jawaban ya."
Javier membalik posisi mereka dan Adrienne harus menelan
kembali balasannya. Adrienne tahu, Javier adalah seseorang yang harus ditemukannya.
Adrienne tidak akan pernah menyesal karena sudah memilih
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier. Dan kalimat hidup bahagia selamanya tak lagi terdengar
mustahil.

Song For Unbroken Soul Karya Nureesh Vhalega di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Karena Adrienne akan memilikinya. Bersama Javier Keane.
*** Epilog Javier melingkarkan kedua tangannya di sekeliling tubuh Adrienne
dari belakang, lalu memetakan telapak tangannya di perut yang
mulai terasa menggunduk itu.
"Javier, jika kau terus memelukku seperti ini, maka aku tidak akan
pernah selesai menata meja makan ini." omel Adrienne.
"Aku hanya ingin menyentuhnya sebentar. Tidakkah ia bergerak
lagi" Aku ingin merasakannya. Kau curang karena bisa terus
merasakannya sepanjang waktu." balas Javier.
Adrienne berbalik menatap Javier dengan mata disipitkan, "Kalau
begitu kau saja yang mengandung. Aku tidak keberatan. Mungkin
perut yang membuncit akan semakin menyempurnakan
penampilanmu." Javier tertawa, lalu mencium bibir Adrienne dengan gemas.
"Tidak. Aku lebih suka kau yang mengandung. Karena hal itu
membuatmu terlihat semakin cantik dan seksi. Aku bahkan merasa
diberkati dengan jadwal harian kita yang begitu padat karena
hormonmu itu. Jadi, tidak." sahut Javier menggoda.
"Terus lakukan itu dan kita benar-benar tidak akan menyelesaikan
meja ini. Demi Tuhan, tamu kita akan datang dalam waktu kurang
dari sepuluh menit!" seru Adrienne panik.
http://bacabukunovel.blogspot.com
Javier kembali tertawa, bersamaan dengan bel rumah yang
berbunyi. Javier beranjak untuk membuka pintu dan menyapa
Tasha. Adrienne segera memeluk Tasha dan tak lama ayahnya pun
datang. Javier mengajak Ryan untuk mengobrol di ruang tamu,
sementara Adrienne dan Tasha sibuk bertukar kabar seraya menata
meja makan. "Jadi hasil USG menunjukkan bahwa anakmu laki-laki?" tanya
Tasha senang. "Ya. Javier hampir meledak karena senang ketika mendengarnya.
Aku juga merasakan hal yang sama. Meski bagi kami anak
perempuan pun tidak masalah. Hanya saja kami sepakat ingin
memiliki anak laki-laki untuk yang pertama, lalu anak perempuan
untuk yang ke dua." jawab Adrienne.
"Astaga, aku begitu iri pada kalian. Tuhan, bisakah Kau
memberiku nasib yang sama baiknya seperti sahabatku ini?" desah
Tasha. Adrienne hanya tertawa. "Aku dengar Hester akan membawa pacar barunya. Bagaimana
tanggapan Javier?" tanya Tasha kemudian.
Adrienne mengangkat bahu, "Javier berkata, selama pria itu bukan
berusia di atas tiga puluh tahun dan dapat menghargai juga
memuja Hester, maka semua baik-baik saja." jawab Adrienne.
Tasha mengangguk-angguk. Sungguh khas Javier.
Ketika jam menunjukkan pukul delapan malam, mereka semua
sudah duduk mengelilingi meja makan. Mereka hanya menunggu
Hester juga pacarnya. Maka ketika bel berbunyi, Tasha segera
http://bacabukunovel.blogspot.com
bangkit dan berkata biar ia saja yang membuka pintunya.
Terdengar percakapan samar, lalu langkah kaki mulai mendekat ke
ruang makan. Tasha yang pertama kali masuk ke ruang makan. Adrienne
memerhatikan ekspresi aneh yang dipasang Tasha. Kebingungan
Adrienne terjawab ketika Hester masuk tak lama kemudian,
diikuti sesosok pria tampan yang sangat Adrienne kenal.
Selama sesaat mereka saling bertatapan. Ketika menyadari posisi
masing-masing, kecanggungan merebak. Namun ketika Adrienne
akhirnya tersenyum, pria itu pun membalas senyum Adrienne.
Mereka benar-benar sudah menemukan kebahagiaan. Kini, mereka
bersama orang yang tepat.
Karena pria yang diperkenalkan Hester sebagai kekasihnya, yang
saat ini sedang menatap Hester dengan tatapan memuja, adalah
Dareson Logane. Tamat Pedang Urat Petir 1 Burung Hoo Menggetarkan Kun Lun Karya Wang Du Lu Kisah Sepasang Rajawali 29
^