Malaikat Keadilan 2
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon Bagian 2
saja yang datang." "Jadi bagaimana mungkin saya..." kata Jennifer.
Tuan Peabody Jr. menyandarkan tubuhnya ke depan.
"Besar sekali jumlah uang yang dipertaruhkan dalam perkara
ini. Tetapi saya tak bisa membawa Carlisle ke pengadilan,
kalau saya tak bisa menyampaikan surat panggilan ini. Nona
Potter." Jennifer tak lagi berusaha untuk memperbaikinya.
"Apakah Anda rasa Anda bisa menanganinya?"
Jennifer memikirkan tentang apa yang bisa diperbuatnya
dengan uang lima ratus dolar. "'Saya akan mencari jalan."
Pukul dua siang itu, Jennifer berdiri di luar tanah milik
Wil iam Carlisle yang megah. Rumahnya sendiri bergaya
Georgia, terletak di tengah-tengah tanah yang luasnya
sepuluh are, yang terpelihara dengan cermat dan tampak
indah. Suatu jalan masuk untuk mobil yang membelok,
menuju ke depan rumah. Bagian rumah itu dilingkari dengan
penuh gaya oleh pohon-pohon cemara. Jennifer memikirkan
kesulitannya dalam-dalam. Karena tak mungkin memasuki
64 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah itu, maka satu-satunya jalan ke luar adalah mencari
akal untuk memancing Tuan Wil iam Carlisle ke luar.
Setengah blok dari jalan tampak sebuah truk pengusaha
kebun. Jennifer memperhatikan truk itu sebentar, lalu berjalan
mendatanginya, dan mencari tukang-tukang kebunnya. Ada
tiga orang dil antaranya sedang bekerja; mereka adalah
orang-orang Jepang. Jennifer berjalan mendatangi orang-orang itu. "Siapa yang
bertanggung jawab di sini?" tanyanya.
Salah seorang di antaranya tegak. "Saya."
"Saya ada tugas kecil untuk Anda" Jennifer mulai berkata.
"Maaf, Nona. Kami terlalu sibuk."
"Hanya akan makan waktu lima menit."
"Tidak. Tak mungkin...."
"Anda akan saya bayar seratus dolar."
Ketiga orang itu berhenti bekerja dan melihat padanya.
Kepala tukang kebun berkata, "Anda mau membayar kami
seratus dolar hanya untuk bekerja selama lima menit?"
"Benar." "Apa yang harus kami kerjakan...?"
Lima menit kemudian, truk perusahaan kebun itu memasuki
jalan masuk ke tanah milik Wil iam Clarlisle dan Jennifer keluar
dari mobil diikuti oleh ketiga orang tukang kebun. Jennifer
melihat ke sekelilingnya, memilih sebatang pohon yang bagus
di sisi pintu depan, lalu berkata pada tukang-tukang kebun itu,
"Gali pohon itu."
Mereka mengambil sekop dari truk dan mulai menggali.
Belum semenit mereka menggali, pintu depan terkuak lebar,
dan seorang laki-laki yang besar sekali, yang mengenakan
seragam petugas rumah tangga, keluar dengan terburu-buru.
65 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa-apaan ini" Apa yang kalian lakukan?"
"Kami dari Dinas Pemeliharaan Tanaman Long Island," kata
Jennifer dengan tegas. "Kami akan mencabut semua pohon-
pohon ini." Petugas itu memandang Jennifer dengan terbelalak. "Apa
yang akan kalian lakukan?"
Jennifer mengacungkan sehelai kertas. "Saya punya surat
perintah untuk menggali semua pohon-pohon ini."
"Tak mungkin! Tuan Carlisle bisa mendapat serangan
jantung!" Dia berbalik pada tukang-tukang kebun. "Hentikan itu!"
"Dengar, Saudara," kata Jennifer. "saya hanya menjalankan tugas saya." Jennifer menoleh ke tukang-tukang kebun.
"Teruskan menggali, Saudara-saudara."
"Jangan!" teriak petugas rumah tangga. "Pasti ada
kekeliruan! Tuan Carlisle tak pernah memerintahkan untuk
menggali pohon mana pun juga."
Jennifer mengangkat pundaknya. "Bos saya berkata bahwa
ini perintah beliau."
"Di mana saya bisa berhubungan dengan bos Anda itu?"
Jennifer melihat ke arlojinya. "Beliau sedang menjalankan
tugas luar ke Brooklyn sekarang. Kira-kira jam enam beliau
baru akan kembali ke kantor."'
Petugas itu membelalak pada Jennifer dengan marah
sekali. "Tunggu sebentar! Jangan lakukan apa-apa sampai
saya kembali." "Gali terus," perintah Jennifer pada tukang-tukang kebun.
Petugas itu berbalik lalu bergegas masuk ke rumah, sambil
menutup pintu dengan membantingnya. Beberapa saat
66 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian pintu terbuka lagi dan petugas ilu kembali, diikuti
oleh seorang pria setengah bava yang kecil.
"Coba ceritakan apa vang sedang terjadi di sini?"
"Apa urusan Anda?" tanya Jennifer
"Dengarkan apa urusanmu dengan saya," bentak laki-laki
kecil itu. "Sayalah Wil iam Carlisle dan ini adalah tanah milik saya."
"Kalau begitu, Tuan Carlisle," kata Jennifer, "ini ada sesuatu untuk Anda." Dimasukkan tangannya ke dalam saku, lalu
diletakkannya surat panggilan itu ke dalam tangan Tuan
Carlisle. Dia berbalik pada tukang-tukang kebun. "Sekarang
boleh berhenti menggali."
Esok harinya, pagi-pagi benar Adam Warner menelepon.
Jennifer segera mengenali suaranya.
"Saya rasa Anda akan suka mendengar", kata Adam,
"bahwa rencana pembatalan hak Anda sebagai pengacara
telah dihapuskan dengan resmi. Tak ada lagi yang perlu Anda
kuatirkan sekarang."
Jennifer menutup matanya lalu mengucap syukur dalam
hati. "Sa... saya tak bisa mengucapkan betapa besar rasa
terima kasih saya atas jasa Anda".
"Keadilan tak selalu buta."
Adam tidak menyebutkan peristiwa yang dialaminya dalam
menghadapi Stewart Needham dan Robert Di Silva. Needham
kecewa, tetapi bisa mengerti.
Jaksa Di Silva marah-marah bagai banteng mengamuk.
"Kaubiarkan perempuan jahanam itu bebas" Tuhanku, dia itu
mafia, Adam! Tak bisakah kau mengerti" Kau telah
dijebaknya!" Demikianlah dia mengomel terus, sampai Adam merasa
bosan. 67 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua bukti yang memberatkannya hanya kebetulan saja, Robert. Dia berada di tempat yang salah pada waktu yang salah dan dia terjebak. Bagiku hal itu tidak berarti mafia."
Akhirnya Robert Di Silva berkata. "Baiklah, jadi dia tetap seorang pengacara. Aku berdoa saja semoga dia membuka praktek di New York, karena begitu dia menginjakkan kakinya di salah satu ruang sidang, aku akan melalapnya."
Kini, sedang dia berbicara dengan Jennifer, Adam tidak menceritakan tentang hal itu. Jennifer telah menjadikan dirinya sendiri seorang musuh bebuyutan, tetapi tak satu pun yang bisa diperbuat. Robert Silva adalah seorang pendendam, sedang Jennifer adalah sasaran yang empuk. Gadis itu cerdas dan penuh semangat, dan masih sangat muda serta cantik pula.
Adam menyadari bahwa sebaiknya dia tidak menemui gadis itu lagi.
Ada saatnya Jennifer merasa ingin berhenti saja. Papan nama di pintu kantornya masih bertuliskan Jennifer Parker, Penasihat Hukum, namun tak seorang pun bisa dibohongi, terutama Jennifer sendiri. Di tak pernah menangani hukum.
Hari-harinya dihabiskan dengan pergi kian kemari dalam segala cuaca dalam hujan biasa maupun hujan salju, untuk menyampaikan surat-surat panggilan ke pengadilan pada orang-orang yang membencinya karena menyampaikan surat-surat itu. Kadang-kadang dia menerima perkara yang remeh, seperti membantu orang-orang tua untuk mendapatkan kupon makanan, menyelesaikan beberapa masalah dari orang-orang Negro, orang-orang dari Puerto Rico, dan para penduduk lain yang tak beruntung. Jennifer merasa terperangkap.
Malam hari lebih buruk lagi keadaannya daripada siang.
Malam bagai tak kunjung berakhir karena Jennifer tak bisa tidur, dan bila dia tertidur, dia bermimpi tentang hantu. Hal itu bermula sejak malam hari ketika ibunya lari dari Jennifer dan 68
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahnya, dan dia tak pernah bisa menemukan apa yang
menyebabkan mimpi-mimpi buruknya itu.
Dia dilanda kesepian. Sekali-sekali dia keluar juga, kencan
dengan pengacara-pengacara muda. Tetapi mau tak mau dia
lalu membandingkan mereka dengan Adam Warner, dan
mereka semua banyak kekurangannya. Mereka makan malam
lalu nonton film atau sandiwara, yang disusul dengan usaha
anak-anak muda itu untuk ikut masuk ke apartemennya.
Jennifer tak tahu pasti, apakah keinginan mereka itu
disebabkan karena mereka telah merasa menjamunya makan
malam, ataukah karena mereka letih, berhubung untuk
mengantar Jennifer sampai ke pintu kamarnya mereka harus
naik ke lantai empat. Ada kalanya Jennifer terdorong untuk
membolehkan mereka, hanya sekedar supaya ada yang
menemaninya malam itu. Tetapi dia tidak hanya
membutuhkan seorang teman bicara; dia perlu seseorang
yang menyayanginya, dan seseorang yang bisa pula
disayanginya. Semua laki-laki yang menarik yang mengajak Jennifer,
sudah menikah, dan dia tegas-tegas menolak untuk keluar
dengan mereka. Dia ingat satu kalimat dari film berjudul The
Apartment, yang disutradarai oleh Bil y Wilder, yang berbunyi:
"Sebaiknya kita menjauhkan diri dari pria yang sudah
menikah." Ibu Jennifer telah menghancurkan suatu perkawinan dan
telah menyebabkan kematian ayahnya. Dia tak pernah bisa
melupakan peristiwa itu. Natal tiba dan disusul oleh malam Tahun Baru. Jennifer
menghabiskan waktunya seorang diri. Menjelang malam, salju
turun dengan lebat dan kota kelihatan seperti sehelai kartu
Natal yang besar sekali. Jennifer berjalan saja di sepanjang
jalan memperhatikan para pejalan kaki yang bergerak untuk
pulang mencari kehangatan di rumah dan keluarga mereka,
dan Jennifer merasa tersiksa oleh rasa kekosongan. Dia
69 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa sangat kehilang ayahnya. Dia senang setelah hari-hari
libur berlalu, Tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh keadaan
akan lebih baik, pikir Jennifer menghibur dirinya.
Bila Jennifer kelihatan murung, Ken Bailey akan
menghiburnya. Diajaknya Jennifer ke Madison Square Garden
untuk nonton permainan Rangers, klub disko, dan sekali-sekali
nonton film atau sandiwara. Jennifer tahu bahwa Ken tertarik
pada dirinya, tetapi pria itu tetap memelihara jarak.
Dalam bulan Maret, Otto Wenzel memutuskan untuk pindah
ke Florida dengan istrinya.
"Tulang-belulangku tak kuat lagi menahan udara musim
salju di New York ini," katanya pada Jennifer.
"Saya akan merasa kehilangan Anda," kata Jennifer dengan
setulusnya. Dia benar-benar telah merasa dekat dengan pria
tua itu. "Jagalah Ken baik-baik."
Jennifer melihat padanya dengan pandangan bertanya.
"Dia tak pernah menceritakannya padamu bukan?"
"Menceritakan apa?"
Otto tampak ragu sebentar, lalu berkata, "Istrinya telah
bunuh diri. Ken mempersalahkan dirinya."
Jennifer terperanjat. "Mengerikan sekali! Mengapa.... dia
berbuat senekat itu?"
"Dia menangkap basah Ken di tempat tidur bersama
seorang laki-laki muda berambut pirang".
"Aduh, Tuhanku!"
'Ditembaknya dulu Ken, lalu mengacungkan pistol itu ke
arah dirinya sendiri. Ken selamat, tetapi istrinya tewas."
"Mengerikan sekali! Saya tak tahu bahwa... bahwa...."
70 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya maklum. Dia memang tersenyum terus, tapi hatinya
menanggung beban berat."
"Terima kasih. Anda telah menceritakannya pada saya".
Waktu Jennifer kembali ke kantor, Ken berkata, "Jadi Pak
Tua Otto akan meninggalkan kita."
"Ya." Ken Bailey tertawa kecil. "Jadi sekarang tinggal kita berdua
menghadapi tantangan dunia."
"Kurasa begitulah."
Memang ada benarnya juga, pikir Jennifer.
Kini Jennifer memandang Ken dengan mata yang lain.
Mereka makan siang dan makan malam bersama, tetapi
Jennifer tetap tak bisa melihat tanda-tanda homoseks pada
diri laki-laki itu. Namun dia yakin bahwa apa yang diceritakan
Otto Wenzel padanya adalah benar: Ken Bailey hidup dengan
siksaan batin. Beberapa klien dari golongan rendah mulai berdatangan.
Mereka biasanya berpakaian lusuh, kebingungan, dan dalam
beberapa hal perkara-perkaranya sama sekali tak ada artinya.
Pelacur-pelacur datang untuk meminta Jennifer mengurus
uang tebusannya, dan Jennifer sering merasa keheranan
melihat betapa muda dan cantiknya beberapa orang di antara
mereka itu. Mereka menjadi sumber uang masuk yang tetap,
meskipun kecil. Jennifer tak tahu siapa yang menyuruh
mereka datang padanya. Waktu hal itu dinyatakannya pada
Ken Bailey, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya
menyatakan ketidak-tahunya dan langsung pergi.
Setiap kali seorang klien datang untuk menemui Jennifer,
Ken Bailey tahu diri dan pergi. Dia tak ubahnya seorang ayah
yang bangga, yang mendorong Jennifer supaya berhasil.
71 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang minta diselesaikan perkara perceraian
mereka, tetapi Jennifer menolaknya. Dia tak bisa melupakan
apa yang pernah diajarkan oleh salah seorang profesor ilmu
hukum: Dalam praktek penasihat hukum, perceraian itu sama
dengan penanganan penyakit dubur dalam praktek
kedokteran, yaitu hal sama-sama tak disukai. Kebanyakan ahli
hukum yang menangani perkara perceraian, punya nama yang
kurang baik. Ada pemeo yang berbunyi, bila penglihatan
suatu pasangan suami-istri merah maka para penasihat
hukum melihatnya hijau. Seorang pengacara dengan bayaran
tinggi, terkenal dengan sebutan bomber, karena dia biasa
memakai cara-cara keras untuk memenangkan perkara bagi
kliennya, dan dalam prosesnya sering menghancurkan sang
suami, istri, dan anak-anak mereka.
Beberapa di antara klien-klien yang datang kantor Jennifer,
lain dari yang lain hingga menimbulkan rasa heran Jennifer.
Mereka berpakaian bagus dan berpembawaan anggun sedang
perkara yang mereka hadapkan pada Jennifer bukan perkara
picisan yang biasa ditanganinya. Ia harus membereskan soal
tanah milik yang bernilai tinggi. Juga pengaduan-pengaduan
yang sebenarnya perusahaan-perusahaan pengacara besar
pun akan suka menanganinya.
"'Dari mana Anda mendengar tentang saya" tanya Jennifer.
Jawab yang diterimanya selalu bersifat mengelak. "Dari
seorang sahabat...." atau "Saya membaca tentang Anda,"
atau... "Nama Anda disebut oleh seseorang dalam suatu
pesta". Ketika seorang Kliennya, menjelaskan tentang masalahnya,
dan menyebutkan nama Adam Warner, barulah Jennifer tiba-
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiba mengerti. "Tuan Warner yang menasihatkan supaya Anda datang
pada saya, bukan?" Klien itu jadi kemalu-maluan. "Yah, sebenarnya beliau
mengatakan sebaiknya tidak menyebutkan nama beliau."
72 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer memutuskan untuk menelepon Adam. Sudah jelas
dia berhutang budi pada laki-laki itu. Jennifer menetapkan hati
untuk bersikap sopan, namun tetap berjarak dalam
pembicaraannya. Dia tentu tidak akan memberikan kesan
pada Adam, bahwa dia menelepon dengan alasan yang lain
daripada untuk mengucapkan terima kasih. Percakapan yang
akan diucapkannya itu diulang-ulangnya beberapa kali. Ketika
akhirnya Jennifer sudah merasa cukup berani untuk
menelepon, seorang sekretaris memberitahukan padanya
bahwa Adam Warner sedang berada di Eropa dan beberapa
minggu lagi baru akan kembali. Keadaan yang berlawanan itu
menimbulkan tekanan batin pada Jennifer.
Jennifer memergoki dirinya makin lama makin sering
memikirkan Adam Warner. Dia ingat terus dan malam hari
ketika Adam datang ke apartemennya dan betapa buruknya
dia memperlakukan pria i n. Adam baik sekali karena dia telah
menerima saja kelakuannya yang kekanak-kanakan itu. yaitu
waktu Jennifer melampiaskan kemarahannya padanya.
Tambahan lagi. sekarang dia bahkan mengirimkan klien-klien
padanya. Jennifer menunggu tiga minggu lagi sebelum menelepon
Adam. Kali ini dia berada di Amerika Selatan.
"Apakah ada pesan?" tanya sekretarisnya.
Jennifer ragu sebentar. "Tidak, tak ada pesan".
Dia mencoba menghilangkan Adam dari pikiran nya, tetapi
itu tak mungkin. Dia ingin tahu apakah laki-laki itu sudah
menikah atau bertunangan. Ingin dia tahu bagaimana rasanya
menjadi Nyonya Adam Warner. Dia jadi penasaran dan kuatir
kalau kalau dia lelah gila.
Kadang-kadang Jennifer melihat nama Michael Moretti
tercantum dalam surat kabar atau majalah. Dalam majalah
New Yorker, terdapat cerita yang mendalam mengenai
Antonio Granel i dan keluarga mafia di sebelah timur Amerika.
73 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dilaporkan, bahwa keadaan kesehatan Antonio Granel i sudah
sangat menurun dan Michael Moretti, menantunya, sedang
bersiap-siap untuk mengambil alih kekuasaannya. Majalah Life
menurunkan cerita tentang gaya hidup Michael Moretti, dan
pada akhir cerita itu disinggung tentang sidang perkara
Moretti yang lalu. Kini Camil o Stela sedang menjalani
hukuman penjara Leavenworth, sedang Michael Moretti bebas.
Majalah itu juga mengingatkan bagaimana Jennifer Parker
telah menghancurkan perkara yang sebenarnva bisa membuat
Morel i masuk penjara atau hahkan dihukum di kursi listrik.
Jennifer merasa mual waktu membaca cerita itu. Kursi listrik"
Dia akan dengan senang hati menekan tombol listrik untuk
menghukum Michael Moretti itu.
*** Kebanyakan klien Jennifer tak berarti, tetapi pelajaran yang
didapatkannya tak ternilai. Jennifer jadi tahu ruangan-ruangan
dalam Gedung Pengadilan Kriminal di Centre Street 100. juga
orang-orang yang ada di dalamnya.
Bila ada kliennya yang ditangkap gara-gara mencuri di
toko, memukul orang, pelacuran, atau minuman keras.
Jennifer akan pergi ke pusat kota itu untuk mengatur uang
tebusan, dan tawar-menawar di pengadilan sudah menjadi
kebiasaan hidupnya. "Uang tebusan diputuskan lima ratus dolar".
"Yang Mulia, Terdakwa tidak mempunyai uang sebanyak
itu. Bila Pengadilan bersedia menurunkan uang tebusan
menjadi dua ratus dolar, dia akan bisa bekerja kembali dan
membiayai keluarganya terus."
"Baik. Dua ratus dolar."
"Terima kasih. Yang Mulia."
74 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer jadi kenal pada pengawas dari bagian pengaduan,
di mana dokumen laporan penangkapan dikirimkan.
"Anda lagi. Parker! Demi Tuhan, tak pernahkah Anda
beristirahat?" "Halo, Letnan. Seorang klien saya telah ditangkap atas
tuduhan menjadi gelandangan. Bolehkah saya melihat laporan
penangkapannya" Namanya Connery. Clarence Connery."
"Coba katakan, Anak manis. Untuk apa Anda mau datang
kemari jam tiga subuh untuk membela seorang gelandangan?"
Jennifer tertawa kecil. "Supaya saya jadi aman di jalan."
Dia jadi terbiasa akan pengadilan malam, yang diadakan di
kamar nomor dua ratus delapan belas di Gedung Pengadilan
Centre Street. Tempat itu merupakan dunia yang penuh sesak
dan berbau busuk, dengan bahasa prokemnya tersendiri.
Jennifer mula-mula terpana melihat keadaan itu.
"Parker, klien Anda ditangkap atas tuduhan aneka ragam."
"Atas tuduhan aneka ragam" Apa maksudnya?"
"Mencuri dengan mendongkel, menggagahi si pemilik
rumah, mempunyai senjata, dan berencana untuk membunuh.
Mengerti?" "Mengerti." "Saya datang untuk mewakili Nona Luna Tarner."
"Ya, Tuhan!" "Dapatkah Anda katakan atas tuduhan apa?"
"Tunggu. Saya carikan kartu Luna Tarner. Dialah orang
hebat... nah, ini dia. Dia penipu besar ditangkap oleh Sahko.
di daerah hitam." "Apa artinya itu semua?"
75 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda orang baru di daerah ini. ya" Sahko itu singkatan
dari Satuan Anti huru-hara Kota. Daerah hitam di sini adalah
42nd Street. Jelas?"
"Jelas." Pengadilan malam membuat Jennifer murung Tempat itu
dipenuhi pasang-surut manusia yang datang dan pergi tanpa
berhenti, terdampar di pantai pengadilan.
Setiap malam, lebih dari seratus lima puluh perkara vang
didengar. Ada pelacur, ada pencopet, pemabuk yang berbau
dan babak-belur, dan orang yang ketagihan obat bius. Ada
orang Puerto Rico dan orang Meksiko, ada orang Yahudi dan
orang Irlandia, ada pula orang Yunani dan orang Itali, dan
mereka ditangkap atas tuduhan perkosaan, pencurian,
memiliki senjata gelap, pemakaian obat bius, menyerang
orang, atau pelacuran. Dan ada satu persamaan pada mereka
itu: mereka miskin. Mereka miskin, mereka sesat, dan mereka
ditolak oleh masyarakat. Mereka orang-orang yang hina-dina,
yang tak pada tempatnya berada di tengah-tengah
masyarakat dan tak pula mendapat perhatian masyarakat
ramai. Sebagian besar dari mereka berasal dari Harlem Pusat,
dan karena dalam penjara sudah tak ada tempat lagi, hanya
tertuduh yang bersalah berat saja yang ditahan, yang lain
dibebaskan atau didenda saja. Mereka itu lalu kembali ke St.
Nicholas Avenue atau Morningside dan Manhattan Avenues, di
mana daerah yang luasnya tiga setengah mil persegi itu
didiami oleh dua ratus tiga puluh tiga ribu orang berkulit
hitam, delapan ribu orang Puerto Rico, dan kira-kira satu
jutaan ekor tikus. Sebagian besar dari klien yang datang ke kantor Jennifer
adalah orang-orang yang telah digilas oleh kemiskinan, oleh
susunan masyarakat, dan oleh dirinya sendiri. Ada orang-
orang yang sudah lama menyerah. Jennifer merasa bahwa
rasa takut mereka inilah yang menimbulkan kepercayaan pada
dirinya sendiri. Dia tidak merasa dirinya lebih tinggi daripada
76 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Dia sama sekali tak bisa menjadikan dirinya contoh
keberhasilan yang gemilang, namun dia pun tahu adanya satu
perbedaan besar antara dirinya dan para kliennya: dia tak
pernah mau menyerah. Ken Bailev memperkenalkan Jennifer pada Pastor Louis
Joseph Ryan. Pastor Ryan berumur hampir enam puluh tahun,
seorang pria penuh semangat yang selalu berseri-seri,
berambut berwarna hitam yang sudah bercampur uban,
namun selalu rapi dan mengikal di sekitar telinganya.
Rambutnya itu kelihatan seolah-olah selalu perlu dipangkas.
Jennifer langsung merasa suka padanya.
Kadang-kadang, bila ada anggota jemaatnya yang
menghilang, Pastor Ryan mendatangi Ken untuk meminta
bantuannya. Biasanya Ken bisa menemukan kembali suami,
istri, anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, yang hilang
itu. Ken tak pernah menagih bayaran.
"Bayarannya nanti saja di surga,*' kata Ken selalu bila Pater
Ryan menanyakan berapa bayarannya.
Pada suatu petang waktu Jennifer sedang seorang diri,
Pater Ryan mampir ke kantor mereka.
"Ken sedang keluar, Pater Ryan. Dan dia tidak akan
kembali hari ini." "Kamulah yang ingin saya jumpai, Jennifer," kata Pater
Rvan. Dia duduk di kursi kayu yang tak nyaman di depan meja
tulis Jennifer. "Ada seorang teman saya yang sedang
menghadapi suatu masalah."
Begitulah selalu cara dia mulai berbicara dengan Ken.
"Ya, Pater?" "Dia adalah seorang jemaat wanita yang sudah berumur,
dan wanita malang itu telah mengalami kesulitan dalam
mendapatkan bayaran jaminan sosialnya. Dia pindah ke
77 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daerah saya beberapa bulan yang lalu, dan suatu komputer
terkutuk tidak mencatat tentang dirinya lagi."
"Saya mengerti."
"Saya rasa kamu mau menolongnya," kata Pater Ryan,
sambil bangkit. "Tapi terus terang, tidak akan ada
bayarannya." Jennifer tersenyum. "Tak usah kuatir. Saya akan berusaha
menyelesaikannya." Pada sangkanya, pekerjaan itu akan sederhana, tetapi
ternyata makan waktu tiga hari dia baru berhasil membuat
komputer itu mencatat lagi.
Pada suatu pagi, sebulan kemudian, Pater Ryan masuk ke
kantor Jennifer dan bekata, "Sebenarnya aku tak suka
mengganggumu, Anak manis, tapi ada seorang temanku yang
mengalami kesulitan. Tapi dia tak punya...." Pater itu terdiam ragu.
"Uang," terka Jennifer.
"Yah! Begitulah. Tepat sekali. Tapi orang malang itu sangat
membutuhkan bantuan."
"Baiklah. Ceritakanlah tentang dia."
"Namanya Abraham. Abraham Wilson. Dia putra dari salah
seorang jemaatku. Abraham sedang menjalani hukuman
seumur hidup di penjara Sing Sing karena telah membunuh
seorang pemilik toko minuman keras dalam suatu
perampokan." "Bila dia telah terbukti bersalah dan sedang menjalani
hukumannya, maka saya tak melihat jalan untuk
membantunya, Pater."
Pater Ryan memandangi Jennifer, lalu mendesah, bukan itu
masalahnya." 78 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan?" "Bukan. Beberapa minggu yang lalu, Abraham membunuh
seseorang lagi " sesama narapidana yang bernama Raymond
Thorpe. Dia akan diadili karena pembunuhan, dan akan
dijatuhi hukuman mati."
Jennifer telah membaca berita tentang perkara itu. "Kalau
saya tak salah ingat, dia telah menghantam orang itu sampai
mati." "Begitulah kata mereka"
Jennifer mengambil sebuah buku catatan dan sebuah pena.
"Apakah ada saksi-saksi?"
"Ada." "Berapa orang?"
"Yah. Kira-kira seratus orang. Karena hal itu terjadi di
halaman penjara." "Luar biasa. Lalu apa yang harus saya lakukan?"
Pater Ryan hanya berkata, "Bantulah Abraham."
Jennifer meletakkan penanya. "Pater, saya rasa hanya
Tuhanlah yang bisa membantunya."
Dia. duduk bersandar di kursinya. "Dia menghadapi tigaj
pukulan. Dia berkulit hitam, dia sudah diadili karena
pembunuhan, dan dia membunuh seseorang lagi di hadapan
seratus orang saksi. Kalau dia memang melakukannya, maka
sama sekali tak ada dasar pembelaan terhadap dirinya. Bila
seorang narapidana lain mengancamnya, bukankah ada para
pengawal yang bisa dimintainya bantuan. Dia malah main
hakim sendiri. Tak akan ada seorang pun juri di dunia ini yang
tidak akan mendakwanya."
"Bagaimanapun juga, dia adalah sesama manusia. Maukah
kau sekedar berbicara saja dengannya?"
79 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer mendesah. "Yah, kalau Pater memang ingin saya
berbicara dengan dia, tapi saya tidak akan memberikan
pembelaan apa-apa." Pater Ryan mengangguk. "Aku mengerti. Hal itu mungkin
akan tersiar luas." Keduanya rupanya sama pikirannya. Abraham Wilson
bukanlah satu-satunya orang yang telah mendapatkan
pukulan-pukulan. Penjara Sing Sing terletak di kota Ossining, tiga puluh mil di
sebelah utara Manhattan, di tebing sebelah timur Sungai
Hudson. Dari sana orang dapat melihat ke Tappan Zee dan
Teluk Haverstraw. Jennifer pergi ke sana naik bus. Dia telah terlebih dahulu
menelepon wakil kepala penjara, dan pria itu telah mengatur
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertemuan antara Jennifer dan Abraham Wilson yang sedang
dikurung di tempat yang terpisah.
Selama dalam perjalanan, Jennifer dilanda suatu perasaan
yang telah lama tak dirasakannya. Dia sedang dalam
perjalanan ke Sing Sing untuk menemui seseorang yang
mungkin akan menjadi kliennya, klien yang telah didakwa
melakukan pembunuhan. Perkara semacam inilah yang telah
dipelajarinya, untuk perkara macam inilah dia telah
mempersiapkan dirinya. Setelah setahun baru sekaranglah dia
merasa sebagai seorang pengacara sesungguhnya, namun dia
pun insaf bahwa dia tak realistis. Dia bukan sedang dalam
perjalanan untuk menjumpai seorang calon klien. Dia sedang
dalam perjalanan untuk mengatakan pada seseorang bahwa ia
tak dapat membelanya. Dia tak bisa melibatkan diri dalam
suatu perkara yang sudah tersebar begitu luas dan yang tidak
akan mungkin dimenangkannya.
Abraham Wilson harus mencari orang lain untuk membela
dirinya. 80 Tiraikasih Website http://kangzusi. com/
Sebuah taksi yang buruk membawa Jennifer dari perhentian bus ke lembaga pemasyarakatan, yang terletak di tanah seluas tujuh puluh are di dekat sungai. Jennifer membunyikan bel dijalan masuk, di samping, dan seorang pengawal membukakannya pintu. Pengawal itu mencocokkan nama Jennifer dengan daftarnya, lalu mengantarnya ke kantor wakil kepala penjara.
Wakil kepala penjara itu adalah seorang laki-laki yang bertubuh besar dan tak berbentuk, mukanya berjerawat dan rambutnya dipotong pendek seperti anggota tentara.
Namanya Howard Patterson.
"Saya akan berterima kasih sekali, bila Anda bisa menceritakan sesuatu tentang Abraham Wilson", Jennifer mulai berbicara.
"Bila Anda mencari kesenangan, Anda tidak akan menemuinya di sini." Patterson melayangkan! pandangannya ke dokumen di meja tulis di hadapannya. "Wilson itu sepanjang hidupnya keluar-masuk penjara. Waktu berumur sebelas tahun dia sudah tertangkap karena mencuri mobil, pada umur tiga belas ditangkap lagi dengan tuduhan menyakiti orang, ditangkap karena memperkosa pada umur lima belas tahun, menyerang orang waktu berumur delapan belas, dipenjarakan karena menyebabkan salah seorang gadisnya masuk rumah sakit". Pria itu membalik-balik dokumen itu terus. "Segala macam kejahatan sudah dilakukannya "menikam, merampok dengan senjata, dan akhirnya kejahatan terbesar" membunuh."
Mendengarkan dia membacanya, lemah semangat Jennifer.
Jennifer bertanya, "Adakah kemungkinannya bahwa Abraham Wilson tidak membunuh Raymond Thorpe?"
"Lupakan saja kemungkinan itu. Wilson sendiri orang yang pertama-tama akan mengakuinya, tapi biar dia 81
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantahnya sekalipun, soalnya tidak akan berubah. Ada
seratus dua puluh orang saksinya."
"Bolehkah saya bertemu dengan Saudara Wilson?"
Howard Patterson bangkit. "Tentu, tapi Anda membuang-
buang waktu saja." Abraham Wilson adalah seorang manusia yang paling jelek
yang pernah dilihat Jennifer. Kulitnya hitam legam, hidungnya
patah-patah di beberapa tempat, gigi depannya sudah tak
ada, matanya liar, dan di wajahnya ada bekas luka pisau.
Tingginya kira-kira satu meter sembilan puluh sentimeter dan
tubuhnya besar. Kakinya besar sekali dan bertapak datar
hingga waktu dia berjalan, hantaman kakinya hebat sekali.
Bila Jennifer ingin menggunakan satu perkataan untuk
melukiskan Abraham Wilson, maka perkataan itu adalah
mengerikan. Bisa dibayangkannya pengaruh manusia ini pada
para anggota juri. Abraham Wilson dan Jennifer duduk dalam sebuah kamar
berkunjung yang pengamanannya sempurna, di antara
keduanya terdapat sekat dari kawat tebal, dan seorang
pengawal berdiri di pintu. Wilson baru saja dikeluarkan dari
kurungannya yang terpisah, dan matanya yang menonjol
berkedip-kedip terus karena silau. Bila Jennifer datang ke
pertemuan ini dengan perasaan bahwa dia mungkin tidak akan
mau menangani perkara orang ini, maka setelah melihat
Abraham Wilson sendiri, dia menjadi yakin. Baru duduk saja di
hadapan laki-laki itu, dia sudah bisa merasakan kebencian
yang terpancar dari manusia itu.
Jennifer membuka percakapan itu dengan berkata, "Nama
saya Jennifer Parker. Saya seorang pengacara. Pater Ryan
telah meminta saya untuk menemui anda."
Abraham meludah melalui sekat, hingga Jennifer terperciki
air ludahnya. "Laki-laki sial brengsek itu".
82 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh suatu awal yang hebat, pikir Jennifer. Dia
menahan dirinya supaya tidak menyeka air ludah itu dari
mukanya. "Adakah sesuatu yang Anda butuhkan di sini,
Saudara Wilson?" Laki-laki itu tersenyum hingga gusinya yang tak bergigi itu
kelihatan. "Aku butuh perempuan, Anak manis. Mengerti?"
Jennifer tidak mempedulikan kata-kata itu. "Maukah Anda
menceritakan apa yang telah terjadi?"
"Hei, kalau mau mengorek riwayat hidupku, kau harus
membayarnya. Aku akan menjual riwayat hidupku itu pada
perusahaan film. Mungkin aku sendiri yang akan menjadi
bintang utamanya." Kemarahan yang diperlihatkannya, menakutkan. Jennifer
hanya ingin keluar saja dari tempat itu. Wakil kepala penjara
tadi memang benar. Dia membuang-buang waktunya saja.
"Kurasa benar-benar tak ada yang bisa kulakukan untuk
membantumu, jika Anda tak mau membantuku, Saudara
Wilson. Aku sudah berjanji pada Pater Ryan untuk sekurang-
kurangnya datang dan berbicara denganmu."
Abraham Wilson tertawa dan memperlihatkan giginya yang
ompong lagi. "Kau benar-benar baik, Sayang. Yakin benarkah
kau tidak akan mengubah pikiranmu tentang perempuan yang
kuminta itu?" Jennifer bangkit. Dia merasa dia sudah cukup sabar.
"Apakah kau benci pada semua orang?"
"Dengar, Gadis cantik, mari sini supaya kau kudekap, lalu
baru kita bahas tentang kebencian."
Jennifer berdiri terpana, menatap wajah yang jelek itu.
sambil mencernakan apa yang dikatakan laki-laki itu,
kemudian dia duduk perlahan-lahan. "Maukah kau
menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi. Abraham?"
83 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu menatap mata Jennifer, tanpa berkata apa-apa.
Jennifer menunggu sambil memperhatikannya, sambil berpikir
pula, bagaimana gerangan rasanya berkulit hitam yang
berbekas luka-luka itu. Jennifer ingin pula tahu berapa banyak
bekas luka yang tersembunyi dalam hatinya.
Keduanya duduk saja berdiam diri. Akhirnya, Abraham
Wilson berkata, "Aku telah membunuh jahanam itu."
"Mengapa kau membunuhnya?"
Abraham mengangkat pundaknya. "Setan itu mendatangi
aku dengan sebuah pisau jagal yang besar, lalu..."
"Jangan membohongi aku. Para narapidana tidak boleh
berkeliaran dengan membawa pisau jagal."
Wajah Wilson menegang lalu berkata, "Keluar dari sini. Aku
tidak memintamu datang." Dia bangkit. "Dan jangan datang-
datang lagi mengganggu aku, dengar" Aku sibuk."
Dia berbalik lalu berjalan ke arah pengawal. Sesaat
kemudian, kedua laki-laki itu telah pergi. Apa boleh buat.
Paling tidak, Jennifer bisa mengatakan pada Pater Ryan bahwa
dia sudah berbicara dengan laki-laki itu. Selanjutnya tak ada
lagi yang bisa dilakukannya.
Seorang pengawal mengantar Jennifer keluar dari
bangunan itu. Dia menyeberangi halaman penjara, berjalan ke
arah pintu masuk utama sambil memikirkan tentang Abraham
Wilson dan perasaannya sendiri terhadap laki-laki itu. Dia tak
suka pada laki-laki itu dan oleh karenanya, dia telah
melakukan apa yang sebenarnya tak boleh dilakukannya. Dia
sudah berprasangka terhadap laki-laki itu. Dia telah mencap
laki-laki itu bersalah, padahal dia belum lagi diadili. Mungkin
memang ada seseorang yang menyerangnya, bukan dengan
pisau tentu, melainkan dengan batu besar atau batu bata.
Jennifer berhenti lalu berdiri tanpa mengambil keputusan apa-
apa. Nalurinya menyuruh kembali saja ke Manhattan dan
melupakan Abraham Wilson.
84 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer membelok lalu berjalan ke arah kantor wakil kepala
penjara. "Perkara Abraham Wilson itu memang berat", kata Howard
Patterson. "Bila mungkin, kami mencoba memberikan
rehabilitasi dan bukan hukuman, tapi perbuatan Abraham
sudah terlalu jauh. Satu-satunya jalan untuk menenangkannya
adalah mengirimnya ke kursi listrik."
Mengerikan benar logika itu, pikir Jennifer. "Dia berkata
pada saya bahwa laki-laki yang dibunuhnya itu telah
menyerangnya dengan pisau jagal."
"Saya rasa itu mungkin saja." Jawaban itu mengejutkan
Jennifer. "Apa maksud Anda bahwa itu mungkin" Apakah Anda
ingin berkata bahwa seorang narapidana dalam penjara ini
bisa memiliki pisau" Pisau jagal?"
Howard Patterson mengangkat bahunya. "Nona Parker, di
sini ada seribu dua ratus empat puluh orang narapidana, dan
beberapa di antaranya benar-benar cerdik. Mari saya
tunjukkan sesuatu pada Anda."
Patterson mengantarkan Jennifer berjalan melalui sebuah
lorong panjang, ke sebuah kamar yang terkunci. Dipilihnya
sebuah kunci dari suatu kumpulan, dibukanya pintu kamar itu,
lalu dinyalakannya lampu. Jennifer mengikutinya memasuki
sebuah kamar tanpa perabot. Pada dinding kamar itu terdapat
rak-rak. "Di sinilah kami menyimpan kotak tetek-bengek kotak
bengek narapidana." Dia berjalan ke sebuah kotak besar, lalu
mengangkat tutupnya. Jennifer terbelalak memandangi isi kotak itu dengan rasa
tak percaya. Dia mengangkat mukanya melihat Howard Pettterson dan
berkata, "Saya ingin bertemu lagi dengan klien saya."
85 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
6 Jennifer menyiapkan diri untuk sidang perkara Abraham Wilson dengan sebaik-baiknya, tak pernah dia menyiapkan diri untuk apa pun juga sebaik itu selama hidupnya. Berjam-jam dia menghabiskan waktunya dalam perpustakaan hukum, memeriksa prosedur-prosedur dan pembelaan-pembelaan Berjam-jam pula dia berbicara dengan kliennya, untuk memeras setiap informasi yang sekecil apa pun, yang bisa didapatkannya. Sungguh tak mudah tugasnya itu. Wilson sejak awal selalu galak dan penuh cemooh.
"Kau ingin tahu tentang diriku, Manis" Waktu berumur sepuluh tahun, aku sudah ditangkap untuk pertama kalinya.
Umur berapa kau waktu itu?"
Jennifer memaksakan dirinya untuk tidak memperdulikan sikap benci dan penghinaannya itu, karena dia tahu bahwa sikap-sikap itu menutupi rasa takut yang mendalam. Maka Jennifer pun terus bertahan, mencari tahu bagaimana kehidupan Wilson waktu masih kecil, bagaimana orang tuanya, apa yang telah memberinya bentuk hingga menjadi laki-laki yang demikian. Setelah berminggu-minggu, keengganan Abraham Wilson berubah menjadi minat, dan akhirnya minat itu berubah pula menjadi rasa terpesona. Sebelum itu tak pernah terpikir olehnya, manusia macam apa dia itu, atau mengapa dia sampai jadi begitu.
Pertanyaan-pertanyaan Jennifer yang mendesak, mulai menimbulkan kenangan masa lalunya, ada yang tak menyenangkan, ada pula yang benar-benar menyakitkan.
Beberapa kali sedang Jennifer menanyai Abraham Wilson mengenai ayahnya, yang sering memukulinya dengan kejam.
Wilson menyuruh Jennifer pergi meninggalkannya. Jennifer pergi dengan patuh, tetapi dia selalu kembali.
86 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau sebelum itu Jennifer masih ada waktu untuk hidup
pribadinya, maka kini dia sama sekali tak punya waktu lagi.
Bila dia tidak berada bersama Abraham Wilson, dia berada di
kantornya, tujuh hari dalam seminggu, mulai pagi-pagi sekali
sampai lewat tengah malam, membaca apa saja yang
ditemukannya yang berhubungan dengan pembunuhan, baik
dengan sengaja maupun tidak. Dipelajarinya beratus-ratus
keputusan pengadilan banding, ikhtisar-ikhtisar acara
persidangan, surat-surat sumpah, barang-barang bukti, mosi-
mosi, dokumen-dokumen. Dipelajarinya secara mendalam
dokumen-dokumen tentang maksud dan perencanaan,
tentang pembelaan diri, bahaya ganda, serta kehilangan akal
untuk sementara. Dipelajarinya cara-cara untuk memohon agar suatu
tuduhan dikurangi menjadi tuduhan pembunuhan biasa.
Abraham tidak berencana untuk membunuh orang itu.
Tetapi apakah dewan juri akan percaya hal itu" Apalagi dewan
juri setempat. Orang-orang kota benci adanya narapidana di
tengah-tengah mereka. Jennifer meminta perubahan daerah
persidangan, lalu permintaan itu dikabulkan. Sidangnya akan
diadakan di Manhattan. Jennifer harus mengambil keputusan penting: Apakah akan
dihadapkannya Abraham untuk memberikan kesaksiannya"
Penampilannya begitu mengerikan, tetapi bila anggota-
anggota juri bisa mendengar kisah dari mulutnya sendiri,
mungkin mereka lalu menaruh simpati padanya. Masalahnya,
bila Abraham Wilson ditampilkan ke mimbar, maka penuntut
umum akan bisa membukakan masa lalu Wilson, juga
kesalahan-kesalahannya di masa lalunya, termasuk
pembunuhan yang telah dilakukannya.
Jennifer ingin tahu, asisten jaksa mana yang akan
ditugaskan oleh Di Silva untuk melawannya. Ada enam orang
yang pandai-pandai yang sudah biasa mengadili sidang-sidang
87 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuhan, dan Jennifer telah membiasakan dirinya dengan
teknik-teknik mereka. Dia menghabiskan waktunya di Sing Sing sebanyak
mungkin. Meninjau kembali peristiwa pembunuhan di halaman
rekreasi penjara itu, bercakap-cakap dengan para pengawal
dan dengan Abraham sendiri, dan dia mewawancarai belasan
narapidana yang telah menyaksikan pembunuhan itu.
"Raymond Thorpe telah menyerang Abraham Wilson
dengan sebuah pisau," kata Jennifer. "Sebuah pisau jagal
yang besar. Anda tentu melihatnya."
"Saya" Saya tidak melihat pisau."
"Pasti Anda melihatnya. Anda ada di sana."
"Nyonya, saya tidak melihat apa-apa."
Tak seorang pun mau terlibat.
Kadang-kadang Jennifer perlu untuk pergi makan seperti
biasa, tetapi biasanya dia hanya sempat makan roti dengan
terburu-buru di kedai kopi, di lantai utama gedung pengadilan.
Berat badannya mulai menurun dan dia sering mendapat
serangan pusing kepala. Ken Bailey kuatir melihat keadaannya. Diajaknya Jennifer
ke Restoran Forlini di seberang gedung pengadilan, dan
dipesannya makanan banyak-banyak untuknya.
"Apakah kau sedang mencoba membunuh dirimu sendiri?"
tanya Ken. "Tentu saja tidak."
"Adakah kau berkaca akhir-akhir ini?"
"Tidak." Ken memandanginya lalu berkata, "Kalau kau mau
memakai otakmu, kaulepas saja perkara ini."
88 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa?" "Kau menjadikan dirimu bulan-bulanan. Jennifer, aku
mendengar berita-berita burung. Pers sudah mulai
mengincermu lagi, mereka ingin sekali menghancurkan kau
lagi." "Aku seorang pengacara," kata Jennifer keras kepala.
"Abraham Wilson berhak diadili dengan wajar. Aku sedang
mencoba supaya dia mendapatkan keadilan dalam sidang
nanti." Jennifer melihat kekuatiran di wajah Ken Bailey. "Jangan
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuatir. Perkara ini tidak akan tersebar seluas yang kausangka."
"Oh, tidak ya" Tahukah kau siapa yang akan menjadi
penuntut umum?" "Tidak." "Robert Di Silva."
Jennifer tiba di Gedung Pengadilan Kriminal melalui jalan
masuknya yang di Leonard Street. Dia harus mendesak-desak
di antara orang-orang yang memenuhi lobby, melewati polisi-
polisi yang berseragam, para detektif yang berpakaian seperti
kaum hippi, para ahli hukum yang dapat dibedakan dari
orang-orang lain karena tas kantor yang mereka jinjing.
Jennifer berjalan ke arah meja informasi yang bulat, di mana
tak pernah ditempatkan seorang petugas, lalu dia pergi ke
lantai enam naik lift. Dia akan menemui Pak Jaksa. Hampir
setahun yang lalu terakhir Jennifer bertemu dengan Robert Di
Silva, dan Jennifer tak ingin bertemu sekarang ini. Dia akan
memberitahukan pada jaksa bahwa dia akan menarik diri dari
pembelaan Abraham Wilson.
Tiga malam Jennifer tak bisa tidur untuk mengambil
keputusan itu. Akhirnya dia memutuskan bahwa yang menjadi
pertimbangannya yang utama itu adalah kepentingan klien.
Perkara Wilson itu sebenarnya tak cukup penting bagi Di Silva
89 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menanganinya sendiri. Jadi, satu-satunya alasan
mengapa jaksa memberikan perhatian pribadinya, adalah
karena Jennifer yang terlibat dalam perkara itu. Di Silva ingin
membalas dendam. Dia akan menghajar Jennifer. Maka
akhirnya Jennifer memutuskan bahwa dia tak punya pilihan
lain, selain menarik diri dari pembelaan Wilson dalam perkara
itu. Dia-tak mau laki-laki itu sampai dihukum mati gara-gara
kesalahan yang pernah dibuat Jennifer! Bila dia menarik
dirinya dari perkara itu, mungkin Robert Di Silva akan
memperlakukan Wilson dengan lebih lunak. Jennifer sedang
dalam perjalanan untuk menyelamatkan nyawa Wilson.
Dia mengalami suatu perasaan aneh seolah-olah dia
menghayati lagi masa lalunya, waktu dia keluar dari lantai
enam dan berjalan ke arah pintu yang dikenalnya sejak dulu
dengan tulisan Jaksa Negeri Wilayah New York yang
dicantumkan pada pintunya. Di dalamnya, sekretaris yang
dulu juga yang duduk di meja yang sama.
"Saya Jennifer Parker. Saya ada janji
dengan..." "Masuk saja segera," kata sekretaris itu. "Pak Jaksa sudah menunggu Anda."
Robert Di Silva sedang berdiri di balik meja tulisnya,
mengunyah cerutu yang basah, sambil memberikan perintah-
perintah pada dua orang asisten. Dia berhenti waktu Jennifer
masuk. "Saya sangka Anda tidak akan muncul."
"Ini, saya sudah di sini."
"Saya sangka Anda sudah lari terbirit-birit ke luar kota
sekarang ini. Mau apa Anda?"
Di seberang meja Robert Di Silva ada dua bua meja, tetapi
laki-laki itu tidak mempersilakan Jennifer duduk.
"Saya datang untuk membicarakan klien saya Abraham
Wilson." 90 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Robert Di Silva duduk, dia bersandar di kursinya dan pura-pura berpikir. "Abraham Wilson... Oh Pembunuh Negro yang memukul orang sampai mati dalam penjara itu. Sebenarnya Anda tak perlu bersusah payah membela dia." Dia menoleh pada kedua asistennya dan mereka meninggalkan kamar itu.
"Nah, bagaimana Saudara Pembela?"
"Saya ingin membicarakan tentang pertimbangan bagi Terdakwa."
Robert Di Silva memandanginya dengan terheran-heran.
"Maksud Anda, Anda kemari akan meminta pertimbangan"
Anda benar-benar membuat saya tercengang. Saya sangka orang yang begitu berbakat. Pasti Anda akan bisa membebaskannya dengan mudah."
"Tuan Di Silva, saya tahu bahwa perkara ini kelihatannya sudah jelas," Jennifer mulai, "tapi ada hal-hal yang meringankan Abraham Wilson..."
Jaksa Di Silva memotong. "Baik saya katakan dengan bahasa yang jelas supaya Anda mengerti, Saudara Pembela, Ambil ah hal-hal yang meringankan itu dan perbuatlah sesuka hati Anda dengan itu!"
Dia bangkit dan ketika dia berbicara lagi suaranya gemetar menahan marahnya. "Memberikan pertimbangan pada Anda"
Anda telah menggagalkan hidupku! Sudah jelas ada mayatnya dan orangmu itu akan dihukum mati karena perbuatannya itu.
Anda dengar itu" Saya sudah menjadikannya urusan pribadi saya dan bertekad supaya dia dikirim ke kursi listrik"
"Saya datang untuk menarik diri dari perkara ini. Anda bisa mengurangi tuduhan menjadi percobaan pembunuhan biasa.
Bagaimanapun juga, Wilson memang sudah dipenjarakan seumur hidup. Anda bisa.. .."
"Tidak bisa! Dia bersalah karena membunuh habis perkara!"
91 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer berusaha menahan amarahnya. "Saya pikir dewan juri yang seharusnya memutuskan itu
Robert Di Silva tersenyum mengejek pada Jennifer. "Anda tak bisa membayangkan betapa menyenangkannya, seorang ahli seperti Anda masuk ke dalam kantor saya dan menjelaskan tentang hukum pada saya."
"Tak bisakah kita melupakan masalah pribadi kita" Saya...."
"Selama hidupku, tidak akan! Sampaikan salamku pada temanmu Michael Moretti."
Setengah jam kemudian Jennifer minum kopi dengan Ken Bailey.
"Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat", Jennifer mengaku. "Kusangka bahwa bila aku melepaskan perkara itu, Abraham Wilson akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Tapi Silva tak mau mempertimbangkannya. Bukan Wilson yang akan dihukumnya, melainkan aku".
Ken Bailey memandanginya dengan merenung "Mungkin dia mencoba menggertak kau. Dia ingin membuat kau ketakutan."
"Aku memang ketakutan." Jennifer menghirup kopinya seteguk. Pahit rasanya. "Rumit betul perkara ini. Maunya kau melihat si Abraham Wilson itu. Dengan hanya melihatnya saja pun, para anggota juri sudah akan menyatakan dia bersalah."
"Kapan sidangnya?"
"Sebulan lagi."
"Adakah yang bisa kubantu?"
"Ada. Membuat perjanjian dengan Di Silva."
"Apakah dengan begitu kau merasa akan ada kemungkinan kau akan bisa membebaskan Abraham Wilson" " '
92 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau ditinjau secara pesimis, aku sedang sedang
mencoba menangani perkaraku yang pertama melawan jaksa
penuntut yang paling hebat, yang punya rasa dendam
terhadapku " sedang klienku nilalah seorang narapidana
Negro yang membunuh untuk kedua kalinya di hadapan
seratus dua puluh orang saksi mata."
"Hebat. Bagaimana segi optimisnya?"
"Aku akan ditabrak truk nanti sore.'"
Kini tinggal tiga minggu lagi sidang itu akan
diselenggarakan. Jennifer mengusahakan supaya Abraham
Wilson dipindahkan ke penjara di Riker's Island. Dia
ditempatkan di rumah tahanan untuk laki-laki, yaitu penjara
yang terbesar dan tertua di pulau itu. Sembilan puluh lima
persen dari orang-orang tahanan di situ sedang menunggu
saat akan disidangkan karena kejahatan-kejahatan besar telah
mereka lakukan: pembunuhan, pembakaran, perkosaan,
perampokan bersenjata, dan perkosaan dengan kekejaman.
Mobil-mobil pribadi tak diizinkan dibawa ke pulau itu. jadi
Jennifer diantar naik bus hijau yang kecil, ke gedung
pemeriksaan dari batu bata yang berwarna abu-abu. Dia
memperlihatkan tanda pengenalnya. Di sebelah kiri bangunan
itu, dalam sebuah rumah monyet berwarna hijau, ada dua
orang pengawal yang bersenjata, dan lebih jauh lagi ada
sebuah pintu gerbang di mana semua tamu yang tak bersurat
izin ditahan. Dari gedung pemeriksaan, Jennifer dibawa
dengan mobil yang sama melalui Hazen Street, jalan kecil
yang memotong lahan penjara itu, ke arah Gedung Pusat
Anna M. Kross. Abraham Wilson dibawa ke situ untuk
menemuinya di dalam sebuah ruang bicara yang terdiri dari
delapan buah kamar-kamar kecil bersekat-sekat, yang khusus
disediakan untuk pertemuan antara pembela dengan kliennya.
Sambil berjalan di lorong yang panjang untuk pergi
menemui Abraham Wilson, Jennifer berpikir tempat ini tak
ubahnya seperti ruang tunggu untuk ke neraka. Di sana
93 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar suara-suara aneh sekali. Penjara itu terbuat dari
batu bata, besi baja, batu, dan genting. Pintu-pintu yang dari
besi baja itu terus-menerus terbuka dan tertutup terhantam
lagi. Ada lebih dari seratus orang dalam setiap sel yang
berblok-blok. Mereka berbicara dengan berteriak-teriak,
sedang dua buah pesawat tv distel pada saluran-saluran yang
berlainan, lalu ada pula pesawat tape yang
mengumandangkan lagu-lagu Country Rock. Tiga ratus
pengawal ditugaskan dalam bangunan itu, dan suara bentakan
mereka berbaur dengan aneka bunyi lainnya dalam penjara
itu. Seorang pengawal pernah mengatakan pada Jennifer,
"Masyarakat dalam penjara adalah masyarakat yang paling
sopan di dunia. Bila seorang narapidana bersenggolan dengan
yang lain, segera berkata, 'Maaf.' Para narapidana pun paling
banyak beban pikiran, tetapi paling sedikit barang...."
Jennifer duduk berhadapan dengan Abraham Wilson dan
dia berpikir: Hidup-mati laki-laki ini ada dalam tanganku. Bila
dia sampai mati, maka itu adalah karena aku gagal
membelanya. Jennifer memandang mata laki-laki itu dan
melihat keputus-asaannya.
"Aku akan berbuat sebisa-bisanya," Jennifer berjanji.
Tiga hari sebelum sidang perkara Abraham Wilson dimulai,
Jennifer mendengar bahwa yang akan menjadi hakim ketua
adalah Yang Mulia Laurence Waldman, yang dulu mengetuai
sidang perkara Michael Moretti, yang telah mencoba untuk
mencabut izin praktek Jennifer.
7 Pukul empat subuh hari Senin, di akhir bulan Desember
seribu sembilan ratus tujuh puluh, pada hari akan dimulainya
sidang Abraham Wilson. 94 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer terbangun dengan perasaan letih dan mata berat.
Tidurnya tak nyenyak karena pikirannya dipenuhi mimpi-mimpi
tentang sidang itu. Salah satu mimpinya adalah, Robert Di
Silva menyuruhnya ke mimbar saksi dan menanyainya tentang
Michael Moretti. Setiap kali mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaannya, para anggota juri menyela dengan serentak :
Pembohong! Pembohong! Pembohong!
Semua mimpinya berlainan, tetapi semua ada
kesamaannya. Dalam mimpinya yang terakhir tampak
Abraham Wilson yang terikat di kursi listrik. Waktu Jennifer
mendekatinya untuk menghiburnya, laki-laki itu meludahi
mukanya. Jennifer terbangun gemetar, dan dia tak bisa tidur
lagi. Dia duduk saja di kursi dan memperhatikan matahari
terbit. Dia tak bisa makan karena gugupnya. Dia ingin bisa
tidur malam sebelumnya. Dia ingin tidak begitu tegang Dia
ingin hari itu berlalu. Sedang dia mandi dan berpakaian, dia merasakan firasat
kegagalan. Dia ingin mengenakan baju hitam, tetapi dia
memilih baju tiruan dari Chanel yang berwarna hijau, yang
dibelinya pada waktu Toko Lochmann mengadakan penjualan
obral. Pukul setengah sembilan, Jennifer Parker tiba di Gedung
Pengadilan Kriminal untuk memulai pembelaan dalam perkara
rakyat dari negara bagian New York melawan Abraham
Wilson. Di depan jalani masuk, tampak sekumpulan orang dan
mula-mula Jennifer menyangka ada kecelakaan. Dia melihat
sederetan kamera tv dan alat pengeras suara, dan sebelum
Jennifer menyadari apa yang terjadi, dia sudah dikerumuni
para wartawan. Seorang wartawan berkata, "Nona Parker, inilah sidang
Anda yang pertama kali sejak Anda menggagalkan perkara
Michael Moretti terhadapi Jaksa, bukan?"
Peringatan Ken Bailey ternyata benar. Dialah daya tarik
yang terbesar, bukan kliennya. Para wartawan itu
95 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdatangan, bukan sebagai peninjau yang obyektif; mereka
adalah burung elang pencari mangsa dan Jennifer-lah
bangkainya. Seorang wanita muda yang mengenakan celana jeans
menyodorkan sebuah mikrofon ke muka Jennifer. "Benarkah
Jaksa Di Silva bertekad untuk menjatuhkan Anda?"
"No comment." Jennifer menyikut-nyikut mencari jalan
masuk ke gedung. "Pak Jaksa mengeluarkan pernyataan kemarin malam,
bahwa dia berpendapat Anda tak pantas di zinkan membuka
praktek pengacara di daerah pengadilan New York. Apakah
Anda ingin mengatakan sesuatu sehubungan dengan
pernyataan itu?" "No comment." Jennifer sudah hampir tiba dijalan masuk.
"Tahun yang lalu Hakim Waldman berusaha untuk
mencabut hak Anda sebagai pengacara. Apakah Anda akan
memintanya untuk membatalkan...?"
Jennifer sudah berada dalam gedung pengadilan.
Direncanakan sidang akan diadakan di Ruang Tiga Puluh
Tujuh. Lorong di luar dipenuhi orang-orang banyak yang
mencoba masuk, tetapi ruang sidang sudah penuh. Bunyi
suara terdengar mendengung dan terasa adanya suasana
keramaian. Ada sederetan bangku-bangku khusus yang
disediakan untuk para wartawan. Di Silva yang mengatur
semuanya, pikir Jennifer.
Abraham Wilson duduk di meja terdakwa, dia menjulang
lebih tinggi daripada semua orang di sekelilingnya, serupa
benar dengan gunung yang mengerikan. Dia mengenakan
setelan biru tua yang kekecilan, dan kemeja putih serta dasi
biru yang dibelikan Jennifer untuknya. Pakaian itu tidak
mengubah keadaannya. Abraham Wilson tetap kelihatan
seperti seorang pembunuh jelek yang mengenakan setelan
96 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biru tua. Akan sama saja halnya bila dia mengenakan pakaian
penjaranya, pikir Jennifer dengan semangat lemah.
Wilson memandang ke segala pelosok ruang sidang dengan
menantang, dia membelalak pada siapa saja yang bertemu
pandang dengannya. Jennifer kini sudah cukup mengenal
kliennya dan mengerti bahwa sikap permusuhannya itu adalah
untuk menutupi rasa takutnya; tetapi yang didapatkan oleh
setiap orang " termasuk hakim dan juri " adalah kesan
permusuhan dan kebencian. Laki-laki besar itu merupakan
ancaman. Mereka akan menganggapnya sebagai seseorang
yang harus ditakuti dan dimusnahkan.
Tak ada sedikit pun dalam kepribadian Wilson yang bisa
menimbulkan rasa suka. Tak sedikit punl pada penampilannya
yang bisa menimbulkan simpati. Yang tampak adalah wajah
cacat yang jelek-itu, dengan hidung yang patah dan gigi
ompong, serta tubuh besar yang menimbulkan ketakutan
orang. Jennifer berjalan ke arah meja tertuduh di mana Abraham
Wilson duduk, lalu duduk di samping laki-laki itu. "Selamat
pagi, Abraham." Abraham menoleh padanya lalu berkata, "Tak kusangka
kau akan datang."
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jennifer teringat akan mimpinya. Dia memandang ke mata
Abraham yang kecil dan sipit. "Kau tahu betul aku pasti
datang." Abraham mengangkat bahunya tanpa acuh. "Tidak akan
ada pengaruhnya. Mereka pasti akan menghukumku. Mereka
pasti akan menuduhku telah membunuh dan kalau perlu
mereka akan mensahkan sebuah undang-undang baru yang
memungkinkan mereka merebusku dalam minyak. Ini tidak
akan merupakan sidang. Ini hanya suatu show saja. Adakah
kau membawa jagung goreng?"
97 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di meja penuntut umum terdengar keributan kecil, dan
waktu Jennifer mengangkat mukanya tampak Jaksa Di Silva
mengambil tempat di meja, di sebelah sederetan asistennya.
Pria itu melihat ke arah Jennifer, lalu tersenyum. Jennifer
makin merasa panik. Seorang petugas pengadilan berseru, "Hadirin harap
berdiri," dan Hakim Lawrence Waldman masuk dari kamar
pakaian hakim. "Perhatian. Perhatian. Semua orang yang berurusan
dengan Bagian Tiga Puluh Tujuh dari pengadilan ini,
mendekatlah, berikan perhatian Anda dan Anda pun akan
mendapat perhatian. Ketua sidang Yang Mulia Hakim
Lawrence Waldman." Satu-satunya orang yang tak mau berdiri adalah Abraham
Wilson. "Berdiri!" bisik Jennifer dari sudut mulutnya.
"Jangan pedulikan mereka itu. Mereka harus datang dan
mencoba menarikku untuk berdiri."
Jennifer mengangkat tangannya yang sebesar tangan
raksasa itu. "Berdiri, Abraham. Akan kita kalahkan mereka."
Lama Abraham memandanginya, lalu perlahan-lahan dia
bangkit, menjulang tinggi di atas Jennifer.
Hakim Waldman mengambil tempat di meja hakim. Para
penonton duduk kembali. Petugas pengadilan menyerahkan
sehelai kalender pengadilan kepada hakim.
"Rakyat Negara Bagian New York melawan Abraham
Wilson, dituduh membunuh Raymond Thorpe."
Dalam keadaan biasa Jennifer sebenarnya akan menunjuk
orang-orang Negro sebagai anggota-anggota juri, tetapi
karena Abraham Wilson, dia jadi tak yakin. Wilson tidak
dianggap sebagai salah seorang dari mereka. Dia seorang
98 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjahat, seorang pembunuh, 'seorang yang mencorengkan
arang ke dahi sukunya'. Mereka akan lebih bersemangat
menjatuhkan hukuman atas dirinya daripada orang-orang
yang berkulit putih. Yang bisa diusahakan Jennifer hanyalah
mencoba menjauhkan penantang-penantang keras dari
keanggotaan juri. Tetapi para penantang keras itu tidak
berkeliaran mempertontonkan diri mereka. Mereka akan diam-
diam menyembunyikan pendirian mereka, menunggu
kesempatan untuk bertindak membalas dendam.
Pada hari kedua menjelang petang, Jennifer sudah
kehabisan sepuluh tantangannya yang tak terlawan. Dia
merasakan sendiri bahwa kata-katanya yang ditujukan pada
juri, kaku dan tak lancar, sedang pidato Di Silva lancar serta
penuh keyakinan. Pria itu tahu teknik untuk menenangkan hati
para juri, menarik hati mereka supaya memihak padanya,
mengajak mereka bersahabat.
Mengapa aku sampai lupa betapa pandainya Di Silva
berperan sebagai aktor" tanya Jennifer pada dirinya sendiri.
Di Silva belum menggunakan tantangan-tantangannya yang
tak terkalahkan sampai Jennifer kehabisan tantangannya, dan
Jennifer tak mengerti mengapa demikian. Sesudah terlambat
dia baru tahu alasannya. Di Silva lebih cerdik daripadanya. Di
antara para juri yang akan ditanyai terakhir adalah seorang
detektif swasta, seorang manajer bank, dan ibu dari seorang
dokter "semuanya orang kuat" dan kini tak ada lagi yang
dapat diperbuat Jennifer untuk mencegah keanggotaan
mereka dalam dewan juri. Jaksa telah mengalahkannya.
Robert Di Silva bangkit lalu memulai pidato pembukaannya.
"Sidang yang terhormat," "Dia lalu berpaling pada juri"
"dan Anda sekalian Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya anggota
juri, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih
karena Anda telah mengorbankan waktu Anda yang begitu
berharga untuk menghadiri pengadilan perkara ini."
99 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia tersenyum menarik. "Saya maklum bahwa duduk
sebagai anggota juri ini bisa sangat membuang waktu. Anda
punya pekerjaan utama serta keluarga yang memerlukan
perhatian Anda." Seolah-olah dia sendiri juga salah seorang anggota, pikir
Jennifer, anggota juri yang ketiga belas.
"Saya berjanji akan menyita waktu Anda sesedikit mungkin.
Ini sebenarnya suatu perkara yang sangat sederhana. Itulah
tertuduhnya, yang duduk di sana itu.... Abraham Wilson.
Tertuduh telah dipersalahkan oleh Negara Bagian New York,
membunuh Raymond Thorpe, sesama narapidana di Penjara
Sing Sing. Tak ada keraguan lagi bahwa dia telah
melakukannya. Dia telah mengakuinya sendiri. Pembela
Saudara Wilson akan menekankan bahwa pembunuhan itu
dilakukannya karena membela diri."
Jaksa berbalik untuk melihat ke tubuh besar Abraham
Wilson, dan secara otomatis mata para juri pun mengikutinya
pula. Jennifer dapat melihat reaksi pada wajah-wajah mereka.
Dia memaksa dirinya untuk memusatkan perhatiannya pada
kata-kata Jaksa Di Silva.
"Beberapa tahun yang lalu, dua belas orang warga negara
yang saya yakin sama benar dengan Anda sekalian, telah
memberikan suara mereka untuk memasukkannya ke penjara.
Karena peraturan-peraturan yang berlaku, saya tidak
diperbolehkan untuk membicarakan dengan Anda kesalahan
yang telah dibuat Abraham Wilson waktu itu. Namun saya bisa
mengatakan, juri pada waktu itu yakin benar bahwa dengan
mengurung Abraham Wilson, dia tidak akan bisa lagi
melakukan tindak-tindak kriminal lainnya. Sayangnya, mereka
itu keliru. Karena dalam keadaan terkurung pun, Abraham
Wilson masih bisa bertindak, membunuh, untuk memuaskan
napsu berdarahnya. Kini akhirnya kita tahu bahwa hanya ada
satu jalan yang akan mencegah Wilson dari perbuatan
pembunuhan lagi. Dan jalan itu adalah menjatuhinya hukuman
100 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati. Tindakan itu memang tidak akan mengembalikan nyawa
Raymond Thorpe, tapi bisa menyelamatkan hidup orang-orang
lain yang akan terhindar menjadi korban berikutnya dari
tertuduh." Di Silva berjalan di sepanjang meja para juri, sambil
menatap mata para juri itu satu demi satu. "Sudah saya
katakan bahwa perkara ini tidak akan mengambil banyak
waktu Anda. Akan saya katakan mengapa saya berkata begitu.
Tertuduh yang duduk di situ itu " Abraham Wilson " telah
membunuh seseorang dengan darah dingin. Dia telah
mengakui perbuatannya itu. Tapi meski dia tak mengakuinya
sekalipun, ada saksi-saksi mata yang melihat Abraham Wilson
melakukan pembunuhan itu. Bahkan lebih dari seratus orang
banyaknya saksi mata. Mari kita teliti istilah 'dengan darah
dingin' itu. Pembunuhan dengan alasan apa pun juga, adalah
jahat, baik bagi saya maupun, saya yakin, bagi Anda juga.
Tapi kadang-kadang suatu pembunuhan dilakukan dengan
alasan yang sekurang-kurangnya bisa dipahami. Umpama saja
bila seseorang yang, bersenjata mengancam seseorang yang
Anda cintai.... anak, suami, atau istri. Nah, bila Anda
mempunyai sebuah pistol, mungkin Anda akanj menarik
pelatuknya untuk menyelamatkan nyawa orang yang Anda
cintai itu. Baik Anda maupun saya, mungkin tidak akan mau
memaafkan hal semacam itu, tapi saya yakin kita sekurang-
kurangnya bisa memahaminya. Atau mari kita ambil contoh
lain. Bila Anda tiba-tiba terbangun tengah malam oleh seorang
penyerang yang mengancam nyawa Anda, dan Anda punya
kesempatan untuk membunuhnya demi menyelamatkan
nyawa Anda sendiri, lalu Anda membunuhnya.... yah, saya
pikir kita semua bisa mengerti mengapa hal itu sampai terjadi.
Dan hal itu tidak akan menjadikan kita penjahat yang berputus
asa atau orang jahat, bukan" Hal itu adalah sesuatu yang kita
lakukan dalam keadaan mendesak." Suara Di Silva menjadi
keras. "Tetapi pembunuhan dengan darah dingin itu lain lagi.
Mencabut nyawa seseorang manusia lain, tanpa ada alasan
101 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdasarkan perasaan, dan melakukannya karena uang dan
obat-obat terlarang, atau karena memang hanya suka
membunuh...." Dia jelas-jelas menanamkan dugaan pada para juri, tetapi
tidak melewati batas, hingga tak mungkin bisa mengatakan
bahwa pernyataannya salah, untuk membatalkan sidang atau
untuk pengembalian hak terdakwa.
Jennifer memperhatikan wajah para juri; tak meragukan
lagi, mereka semua sudah berada dalam tangan Robert Di
Silva. Mereka sependapat dengan setiap perkataan yang
diucapkan jaksa itu. Mereka menggeleng dan mengangguk
serta mengernyitkan dahi mereka. Semuanya mereka lakukan,
hanya bertepuk tangan saja yang tidak. Di Silva tak ubahnya
pemimpin suatu orkes, sedang para juri itu adalah pemain-
pemain orkes tersebut. Tak pernah Jennifer melihat hal serupa
itu. Setiap kali jaksa menyebut nama Abraham Wilson, para
anggota juri otomatis menoleh pada tertuduh, padahal Di Silva
menyebutkan nama itu hampir dalam setiap kalimat. Jennifer
telah mengingatkan Wilson agar tidak melihat pada para juri.
Ditekankannya berulang kali supaya dia melihat ke mana saja
dia mau dalam ruang sidang itu, asal tidak ke tempat duduk
para juri, karena air mukanya yang menantang itu akan
menimbulkan rasa geram hati orang. Kini dengan rasa ngeri
Jennifer melihat bahwa mata Wilson melekat ke meja para
juri, berpandangan lekat dengan para juri. Sikap menyerang
bagai tertumpah dari dirinya.
"Abraham...." bisik Jennifer.
Laki-laki itu tak bergeming.
Jaksa sedang mengakhiri pidato pembukaannya. "Dalam
Injil ada disebutkan, 'Kejahatan dibalas dengan kejahatan.' Itu
dendam namanya. Negara tidak ingin membalas dendam.
Yang dikehendakinya adalah keadilan. Keadilan bagi laki-laki
malang yang telah dibunuh oleh Abraham Wilson dengan
darah dingin.... dengan darah dingin. Terima kasih."
102 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaksa kembali ke tempat duduknya.
Waktu Jennifer bangkit untuk berbicara pada para juri, dia
melanjutkan rasa benci dan tak sabar pada orang-orang itu.
Dia telah membaca buku-buku yang menuliskan bagaimana
pengacara mampu membaca pikiran para juri, dan waktu
membaca itu dia tak percaya. Tetapi sekarang dia percaya.
Apa yang terkandung dalam hati para juri itu jelas benar
tampak olehnya. Mereka sudah mengambil keputusan:
kliennya bersalah, dan mereka tak sabar karena Jennifer
membuang-buang waktu mereka saja, menahan mereka
dalam gedung pengadilan ini.
Padahal mereka bisa keluar mengerjakan hal-hal yang lebih
penting, sebagaimana yang telah dikatakan oleh sahabat
mereka, jaksa tadi. Jennifer dan Abraham Wilson adalah
musuh-musuh mereka. Jennifer menarik napas panjang. "Yang Mulia Bapak Ketua."
Lalu dia berbalik ke para juri, "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya.
Mengapa kita mempunyai gedung-gedung pengadilan" Untuk
apa kita semua berada di sini" Tiada lain karena hukum yang
bijaksana itu tahu bahwa dalam setiap perkara ada dua
seginya. Tetapi bila kita mendengar serangan Bapak Jaksa
atas diri klien saya, mendengarkan dia mengatakan klien saya
itu bersalah tanpa menunggu keputusan juri " keputusan
Anda " kita tidak lagi percaya bahwa dalam setiap kejadian
itu ada dua seginya."
Jennifer memandangi wajah-wajah mereka, mencuri rasa
simpatik atau dukungan. Namun tak ditemukannya.
Dipaksakan dirinya untuk berbicara urus. "Berulang kali Jaksa
Di Silva mengucapkan kata-kata, 'Abraham Wilson bersalah!'
Itu tak benar. Hakim Waldman akan mengatakan pada Anda,
bahwa tak seorang tertuduh pun bersalah sebelum dia
dinyatakan bersalah oleh Bapak Hakim atau oleh juri. Itulah
gunanya kita berada di sini, yaitu untuk mendapatkan
jawabnya. Abraham Wilson didakwa telah membunuh
103 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang, sesama narapidana di Sing Sing. Tapi Abraham
Wilson tidak membunuh demi uang atau demi obat terlarang.
Dia membunuh untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Anda
tentu ingat contoh yang bagus yang diberikan oleh Bapak
Jaksa waktu dia menerangkan perbedaan antara membunuh
dengan darah dingin dan membunuh dengan hati panas.
Membunuh dengan hati panas ialah bila kita membunuh demi
melindungi seseorang yang kita cintai, atau bila kita membela
diri kita sendiri. Abraham telah membunuh karena membelai
dirinya sendiri, dan saya berani memastikan, bahwa dalam
keadaan yang sama, siapa pun di antara kita dalam ruang
sidang ini akan melakukan yang sama benar.
Bapak Jaksa dan saya sependirian dalam satu hal bahwa
setiap orang punya hak untuk melindungi dirinya sendiri. Bila
Abraham Wilson tidak bertindak sebagaimana yang telah
dilakukannya, dia pasti sudah mati." Suara Jennifer lantang
mengandung ketulusan hati. Lupa dia akan kegugupannya
karena semangatnya yang berapi-api dalam pembelaannya
"Saya minta agar Anda masing-masing mengingat satu hal: di
bawah undang-undang negara ini tuduhan harus terbukti
bebas dari segala keraguan bahwa pembunuhan itu benar-
benar tidak dilakukan karena membela diri. Dan sebelum
sidang ini usai kami akan mengemukakan bukti yang kuat,
yang akan menunjukkan pada Anda semua bahwa
Raymond Thorpe telah dibunuh untuk mencegah agar dia
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak membunuh klien saya. Terima kasih"
Saksi-saksi untuk Negara Bagian secara bergantian mulai
diajukan. Robert Di Silva tidak melewatkan setiap kesempatan.
Saksi-saksinya untuk orang yang menjadi korban, Raymond
Thorpe, adalah antara lain seorang pendeta, para pengawal
penjara, dan sesama narapidana. Seorang demi seorang
berdiri di mimbar dan memberikan kesaksian tentang
sempurnanya watak korban, dan betapa cinta damainya dia.
104 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap kali jaksa selesai menanyai seorang saksi, dia
menoleh pada Jennifer dan berkata, "Silakan menanyai Saksi."
Dan setiap kali Jennifer menyahut, "Tidak ada tanya-
jawab." Jennifer menyadari bahwa tak ada gunanya dia mencoba
membatalkan kesaksian-kesaksian mengenai korban. Sebab
bila sudah selesai nanti orang akan berpikir bahwa dia telah
menghalang-halangi orang menyanjung Raymond Thorpe
sebagai orang suci. Para pengawal yang telah dilatih oleh
Robert Di Silva dengan berhati-hati, memberikan kesaksian
bahwa Thorpe adalah seorang narapidana teladan yang
berkeliling di Sing Sing untuk berbuat baik, hanya dengan niat
untuk berbuat baik sesama manusia. Kenyataan bahwa
Raymond Thorpe dipenjara karena perampokan bank dan
pemerkosaan, hanya merupakan kelemahan kecil dalam watak
yang sempurna. Yang benar-benar menghancurkan pertahanan Jennifer
yang memang sudah lemah adalah gambaran bentuk tubuh
Raymond Thorpe. Dia seseorang vang bertubuh kecil,
tingginya hanya satu meter tujuh puluh dua sentimeter.
Robert Di Silva mengingatkan hal itu terus, dan para juri
dibuatnya supaya tidak melupakan hal itu. Dilukiskannya
dengan sebuah gambar bagaimana Abraham Wilson
menyerang dengan bengisnya orang yang lebih kecil
daripadanya, dan menghantamkan kepala Thorpe pada
dinding tembok bangunan itu di halaman olahraga, dan
dengan demikian membunuhnya seketika. Sedang Di Silva
berbicara, mata para juri menatap lekat pada bobot raksasa
dari si tertuduh yang menjadikan semua orang lain yang
berada dekatnya tampak seperti orang-orang kerdil saja.
Jaksa sedang berkata, "Kita mungkin tidak akan pernah
tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson menyerang laki-
laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah mengganggu orang
itu....." 105 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Jennifer tiba-tiba rasa terloncat. Ada satu perkataan dalam ucapan Di Silva itu yang memberikan peluang yang dibutuhkannya.
"..... Mungkin kita tidak akan pernah tahu alasan mengapa tertuduh menyerang dengan bengisnya, tapi satu hal kita tahu, Tuan dan Nyonya-nyonya.... hal itu dilakukannya bukanlah karena orang yang dibunuhnya itu merupakan ancaman bagi Abraham Wilson".
"Pembelaan diri?" Dia menoleh pada Hakim Waldman.
"Yang Mulia, sudikah Anda memerintah kan tertuduh untuk berdiri?"
Hakim Waldman melihat pada Jennifer. "Apakah Saudara Pembela berkeberatan?"
Jennifer sudah maklum apa yang akan terjadi tetapi dia tahu pula bahwa bila dia menyatakan keberatannya, keadaannya akan makin hancur "Tidak keberatan, Yang Mulia."
"Tertuduh harap berdiri," kata Hakim Waldman.
Abraham Wilson tetap saja duduk, wajahnya menantang; kemudian dia baru bangkit dari tampaklah tingginya yang satu meter sembilan puluh sentimeter itu.
Di Silva lalu berkata, "Di sini ada seorang pegawai pengadilan, Saudara Galin, yang tingginya satu meter tujuh puluh dua sentimeter, sama benar dengan tinggi orang yang terbunuh, Raymon Thorpe. Saudara Galin, harap berdiri di samping tertuduh."
Pegawai pengadilan itu berjalan ke arah Abraham Wilson, lalu berdiri di sampingnya. Jauh benar perbedaan tinggi antara kedua laki-laki itu. Jennifer sadar bahwa dia telah mendapatkan serangan baru lagi, dan tak dapat melakukan pembalasan apa-apa. Suatu kesan penglihatan tak pernah bisa dihapuskan. Jaksa berdiri memperhatikan kedua laki-laki itu 106
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar, lalu berkata pada juri dengan suara hampir berbisik,
"Pembelaan diri?"
Sidang itu telah berjalan lebih buruk lagi daripada yang
pernah diimpikan Jennifer dalam mimpinya yang terburuk
sekalipun. Dirasakannya betapa para juri itu ingin agar sidang
cepat berakhir supaya mereka bisa menyampaikan keputusan
bersalah. Ken Bailey duduk di antara para penonton, dan dalam
waktu jeda, Jennifer sempat bercakap-cakap sebentar dengan
dia. "Perkaranya memang tak mudah," kata Ken penuh
pengertian. "Sebenarnya aku berharap bukan si King Kong itu
yang menjadi klienmu. Demi Tuhan, baru melihatnya saja,
semua orang sudah akan ketakutan."
"Itu kan bukan maunya!"
"Sebenarnya dia jangan membuat ulah. Bagaimana kau
dengan Pak Jaksa yang terhormat itu?"
Jennifer tersenyum kecut. "Tuan Di Silva tadi pagi sudah
memberikan pesannya. Dia berniat untuk melemparkan aku
dari usaha pengacara ini."
Setelah deretan saksi penuntut umum selesai ditanyai, dan
Di Silva menghentikan kegiatannya sebentar, Jennifer bangkit
dan berkata, "Saya minta Saudara Howard Patterson
mengambil tempat di mimbar."
Wakil Kepala Penjara Sirig Sing bangkit dengan enggan,
lalu berjalan ke arah mimbar saksi, semua mata terarah
padanya. Robert Di Silva menatap dengan penuh perhatian
waktu Patterson mengucapkan sumpahnya. Di Silva memutar
otaknya, dia membayangkan semua kemungkinan. Dia tahu
bahwa dia telah memenangkan perkara itu. Dia telah
menyiapkan baik-baik pidato kemenangannya.
107 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer sedang berbicara pada saksi. "Tolong ceritakan
masa lalu Anda pada juri, Saudara Patterson."
Jaksa Di Silva bangkit. "Negara tidak memerlukan masa lalu
itu untuk menghemat waktu. Yang penting kita ketahui adalah
bahwa Saudara Patterson adalah Wakil Kepala Penjara Sing
Sing." "Terima kasih," kata Jennifer. "Saya rasa, para juri perlu diberi tahu bahwa Saudara Patterson perlu diberi surat
perintah pengadilan untuk datang kemari hari ini. Dia berada
di sini sebagai saksi yang enggan." Jennifer berpaling pada
Patterson. "Waktu saya meminta Anda untuk datang kemari
secara sukarela dan memberikan kesaksian Anda untuk
meringankan klien saya, Anda menolak. Benarkah itu?"
"Ya." "Tolong katakan pada juri mengapa Anda harus diberi surat
perintah pengadilan untuk datang kemari."
"Dengan senang hati. Sepanjang hidup saya, saya sudah
berurusan dengan orang-orang seperti Abraham Wilson.
Mereka itu benar-benar pengacau."
Robert Di Silva duduk di kursinya dengan membungkukkan
dirinya, sambil tertawa kecil, matanya memandang lekat pada
para anggota juri. "Lihat pembela itu menggantung dirinya sendiri". bisiknya
pada salah seorang asistennya.
Jennifer berkala. "Saudara Patterson. Abraham Wilson
sedang diadili di sini hari ini, bukan sebagai seorang
pengacau. Dia diadili demi hidupnya. Tak maukah Anda
menolong sesama manusia yang telah dituduh secara tak adil
telah melakukan tindak kriminal utama?"
"Bila dia memang dituduh secara tak adil, saya bersedia."
Tekanan pada kata-kata tak adil menyebabkan air muka para
anggota juri berubah. 108 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelum kejadian ini, memang sudah sering terjadi
pembunuhan dalam penjara, bukan?"
"Bila beratus-ratus orang-orang kasar dikurung hersama-
sama dalam satu lingkungan tiruan, maka akan terkumpul ah
sejumlah besar rasa benci, lagi pula...."
"Jawab saja ya atau tidak, Saudara Patterson."
"Ya." "Mengenai pembunuhan-pembunuhan yang telah terjadi
selama pengalaman Anda, dapatkah Anda mengatakan bahwa
alasan-alasannya berbeda?"
"Ya. saya rasa begitulah. Kadang-kadang...."
"Ya atau tidak."
"Ya." "Pernahkah pembelaan diri merupakan salah satu alasan
dari pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Yah, kadang-kadang...." Dia melihat air muka Jennifer, lalu menjawab, "Ya."
"Jadi berdasarkan pengalaman Anda yang luas itu,
sangatlah mungkin bahwa Abraham Wilson sebenarnya
sedang membela dirinya sendiri waktu dia membunuh
Raymond Thorpe, bukan?"
"Saya rasa tidak....."
"Saya tanya apakah itu mungkin" Ya atau tidak."
"Sangat tak mungkin," sahut Patterson dengan keras
kepala. Jennifer berpaling pada Hakim Waldman. "Yang Mulia,
dapatkah Anda memerintahkan Saksi supaya menjawab
pertanyaan itu?" 109 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman memandang Howard Patterson. "Harap
Saksi menjawab pertanyaan itu."
"Ya." Tetapi juri sudah melihat dari sikapnya bahwa sebenarnya
ia ingin mengatakan tidak.
Jennifer berkata lagi, "Dengan izin pengadilan, saya telah
memerintahkan pada Saksi untuk membawa beberapa barang
untuk diperlihatkan sebagai bukti."
Jaksa Di Silva bangkit. "Barang-barang apa?".
"Barang-barang bukti yang membuktikan benar atau
tidaknya alasan pembelaan diri itu."
"Keberatan, Yang Mulia."
"Terhadap apa Anda berkeberatan?" tanya Jennifer. "Anda belum lagi melihatnya."
Hakim Waldman berkata, "Pengadilan tidak akan
mengambil keputusan apa-apa sebelum barang bukti itu
diperlihatkan. Hidup seseorang sedang dipertaruhkan di sini.
Tertuduh berhak mendapatkan pertimbangan."
"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer berpaling pada
Howard Patterson lagi. "Adakah Anda bawa barang-barang
itu?" tanyanya. Laki-laki itu mengangguk dengan bibir terkatup rapat. "Ya,
tapi saya lakukan ini dengan protes."
"Saya rasa Anda sudah cukup menjelaskan hal itu, Saudara
Patterson. Boleh kami melihatnya?"
Howard Patterson menoleh ke tempat para penonton ke
tempat duduk seorang laki-laki yang mengenakan seragam
pengawal penjara. Patterson mengangguk padanya. Pengawal
itu bangkit lalu berjalan ke depan, sambil membawa sebuah
kotak kayu yang bertutup.
110 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer mengambilnya dari orang itu. "Pihak pembela ingin
menempatkan barang-barang ini sebagai barang bukti
Kelompok A, Yang Mulia."
"Apa itu?" Jaksa Di Silva ingin tahu.
"Barang ini disebut kotak tetek-bengek."
Terdengar desah dari para hadirin.
Hakim Waldman memandang Jennifer lalu berkata
perlahan-lahan, "Kotak tetek bengek kata Anda" Apa isi kotak
itu, Nona Parker?" "Senjata-senjata. Senjata-senjata yang dibuat di Penjara
Sing Sing oleh para narapidana dengan tujuan...."
"Keberatan!" Jaksa penuntut melompat berdiri, suaranya
menggelegar. Dia berjalan cepat-cepat ke meja majelis hakim.
"Saya bersedia bertenggang rasa terhadap rekan saya yang
tak berpengalaman ini, Yang Mulia, tapi kalau dia berniat
membuka praktek yang berhubungan dengan hukum kriminal,
maka saya anjurkan agar dia mempelajari lagi peraturan-
peraturan dasar dari pembuktian. Tak ada pembuktian yang
menghubungkan antara apa yang disebut kotak tetek-bengek
ini dengan perkara yang sedang diadili di pengadilan ini."
"Kotak ini membuktikan...."
"Kotak ini tidak membuktikan apa-apa." Suara Jaksa
melemah. Dia berpaling pada Hakim Waldman. "Negara
keberatan diajukannya barang-barang bukti ini karena niskala
dan tak ada hubungannya!".
"Keberatan diterima."
Dan berdirilah Jennifer di tempat itu, dengan menyadari
bahwa perkaranya hancur. Segala-galanya menentangnya:
hakim, juri, Di Silva, pembuktian. Kliennya akan dikirim ke
kursi listrik, kecuali kalau....
111 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer menarik napas dalam. "Yang Mulia, barang bukti
ini benar-benar penting dalam pembelaan kami. Saya
merasa...." "Nona Parker," Hakim Waldman menyela, "pengadilan ini tak punya waktu atau niat untuk memberi Anda kuliah
mengenai hukum, tapi Jaksa memang benar. Sebelum
memasuki ruang sidang ini, Anda sebenarnya sudah harus
tahu benar akan peraturan-peraturan dasar dari pembuktian.
Peraturan pertama adalah bahwa Anda tak dapat mengajukan
bukti-bukti yang belum dipersiapkan. Sama sekali belum ada
pernyataan apa-apa apakah korban bersenjata atau tidak.
Oleh karenanya, soal senjata-senjata ini tak ada hubungannya
dengan perkara ini. Anda ditolak."
Jennifer berdiri dengan muka merah. "Maaf," katanya
berkeras, "tapi barang-barang ini bukannya tak ada
hubungannya...." "Cukup! Anda boleh mengajukan bantahan tertulis."
"Saya tak mau mengajukan bantahan tertulis, Yang Mulia.
Apakah Anda tak mau mengakui hak klien saya?"
"Nona Parker, bila Anda teruskan, Anda akan saya tahan
karena menghina pengadilan."
"Saya tak peduli apa yang akan Anda perbuat atas diri
saya," kata Jennifer. "Dasarnya sudah dipersiapkan untuk
mengajukan pembuktian ini. Jaksa sendiri yang
menyiapkannya." "Apa" Tak mungkin...." kata Di Silva.
Jennifer berpaling pada pencatat steno pengadilan. Harap
Anda bacakan pernyataan Tuan Di Silva yang dimulai dengan,
"Mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan
Abraham Wilson menyerang...."
Jaksa melihat pada Hakim Waldman, "Apakah akan Anda
izinkan, Yang Mulia?"
112 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman mengangkat tangannya. Dia berpaling
pada Jennifer. "Pengadilan ini tak perlu menerangkan undang-
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
undang pada Anda mengenai hal itu, Nona Parker. Bila sidang
ini sudah selesai, anda akan ditahan karena telah menghina
pengadilan. Karena ini adalah perkara besar, saya sendiri yang
akan menanyai Anda." Dia berpaling pada pencatat steno
pengadilan. "Silakan."
Pencatat steno pengadilan membalik-balik beberapa
halaman lalu mulai membaca. "Mungkin kita tak akan pernah
tahu, apa yang menyebabkan Abraham Wilson menyerang
laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah mengganggu
orang itu...." "Cukup," potong Jennifer. "Terima kasih." Dia menoleh pada Robert Di Silva dan berkata lambat-lambat, "Itu adalah
kata-kata Anda sendiri, Tuan Di Silva. Mungkin kita tidak akan
pernah tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson
menyerang laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah
mengganggu orang itu..."
Dia berpaling pada Hakim Waldman. "Perkataan yang
merupakan kunci di sini, Yang Mulia, adalah tak berdaya.
Karena Jaksa sendiri yang menyatakan bahwa korban tak
berdaya, beliau membukakan peluang bagi kami untuk
mengejar kenyataan bahwa korban bukannya tak berdaya,
bahwa dia sebenarnya mungkin mempunyai senjata. Apa pun
yang diajukan sebagai petunjuk, dapat diajukan dalam tanya-
jawab." Lama orang diam. Hakim Waldman berpaling pada Robert Di Silva. "Nona
Parker telah menunjukkan titik yang sah. Anda memang telah
membukakan peluang."
Robert Di Silva melihat padanya dengan pandangan tak
percaya, "Tapi saya hanya...."
113 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengadilan memperbolehkan pembuktian diajukan sebagai
Barang Bukti A." Jennifer menarik napas lega dengan rasa syukur. "Terima
kasih, Yang Mulia." Diambilnya kotak bertutup itu, diangkatnya lalu dibawanya menghadap juri. "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, dalam pernyataannya yang terakhir, Jaksa
mengatakan pada Anda bahwa apa yang akan Anda lihat
dalami kotak ini bukan pembuktian langsung. Beliau memang
benar. Beliau mengatakan bahwa tak ada satu pun hubungan
antara senjata-senjata ini dengam korban. Itu pun benar.
Saya mengajukan barang bukti ini dengan alasan lain. Telah
berhari-hari Anda mendengar bahwa tertuduh yang pengacau
dan tak kenal belas kasihan dan tingginya seratus sembilan
puluh sentimeter ini, dengan seenaknya menyerang Raymond
Thorpe, yang tingginya hanya seratus tujuh puluh dua
sentimeter. Gambaran yang dilukiskan bagi Anda dengan
begitu cermat tetapi salah oleh penuntut umum adalah
tentang seorang jagoan pembunuh yang sadis, yang telah
membunuhi sesama narapidana tanpa alasan. Tapi coba Anda
tanyai diri Anda sendiri: Tidakkah selalu ada saja suatu
alasan" keserakahan, kebencian, napsu, pokoknya ada
sesuatu" Saya percaya " dan saya mempertaruhkan nyawa
klien saya demi keyakinannya itu " bahwa pembunuhan itu
memang ada alasannya. Jaksa sendiri telah mengatakan pada
anda bahwa satu-satunya alasan yang mensahkan
pembunuhan atas diri seseorang adalah: pembelaan diri.
Seseorang yang berkelahi untuk melindungi dirinya sendiri.
Anda telah mendengar Howard Patterson memberikan
kesaksiannya bahwa berdasarkan pengalamannya,
pembunuhan memang biasa terjadi dalam penjara, bahwa
para narapidana memang biasa membuat senjata-senjata
yang mematikan. Itu berarti bahwa Raymond Thorpe mungkin
saja bersenjatakan senjata seperti itu, dan bahwa sebenarnya
dialah yang telah menyerang tertuduh, dan bahwa tertuduh
yang mencoba menyelamatkan dirinya, terpaksa
114 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuhnya " untuk membela diri. Bila Anda memastikan
bahwa Abraham Wilson telah membunuh Raymond Thorpe
tanpa belas kasihan " dan tanpa alasan sama sekali " maka
sepatutnyalah anda menyatakan dia bersalah sebagaimana
yang dituduhkan. Tetapi, bila setelah melihat barang-barang
bukti ini, Anda lalu menjadi ragu-ragu, maka kewajiban
Andalah untuk memberikan keputusan tak bersalah." Jennifer
merasakan bertambah beratnya kotak itu dalam tangannya.
"Waktu saya mula-mula melihat ke dalam kotak ini, saya
merasa tak percaya akan penglihatan saya. Anda pun mungkin
akan merasa sulit untuk percaya " tapi
saya minta supaya Anda tak lupa bahwa barang-barang ini
dibawa kemari dengan protes Wakil Kepala Penjara Sing Sing.
Ini, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, adalah kumpulan senjata-
senjata yang dibuat secara sembunyi-sembunyi oleh para
narapidana di Sing Sing, dan yang telah disita."
Waktu Jennifer berjalan ke arah meja tempat para juri, dia
seolah-olah tersandung dan kehilangan keseimbangannya.
Kotak itu terlepas dari tangannya tutupnya terbuka, dan isinya
tumpah di lantai ruang sidang. Terdengar desah orang
banyak. Para juri berdiri satu demi satu supaya bisa melihat
lebih baik. Mereka menatap memandangi kumpulan senjata
yang mengerikan, yang tertumpah dari kotak itu. Hampir
seratus buah banyaknya, dengan berbagai ukuran, bentuk,
dan rupa. Kapak-kapak kecil dan pisau jagal, keris-keris kecil
dan gunting yang tampak mengerikan dengan ujung yang
diasah runcing pistol-pistol berpeluru kait, parang yang
mengerikan yang semuanya hasil buatan sendiri. Ada pula
kawat-kawat halus yang bergagang kayu, yang dipakai untuk
mencekik, alat pemukul dari kuli penjepit es yang ditajamkan,
parang lebar. Kini para penonton dan wartawan ikut berdiri mengulurkan
leher mereka supaya bisa melihat lebih baik ke alat pembunuh
115 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bertaburan di lantai Hakim Waldman menghantamkan
palunya dengan marah untuk mengembalikan ketertiban.
Hakim Waldman melihat pada Jennifer dengan pandangan
yang tak dapat ditafsirkan. Seorang juru sita cepat-cepat maju
untuk memungut isi kotak yang tumpah. Jennifer
menyuruhnya pergi dengan isyarat.
"Terima kasih," katanya, "biar saya saja yang
memungutnya." Dengan diperhatikan oleh para juri dan penonton Jennifer
berlutut dan mulai memunguti senjata-senjata itu lalu
mengembalikannya ke dalam kotak.
Dia bekerja lambat-lambat, dengan memegang senjata-
senjata itu lama-lama, sambil memandanginya tanpa
perubahan air muka, sebelum memasukkannya. Para juri telah
duduk kembali, tetapi mereka tetap memperhatikan setiap
gerak Jennifer. Lima menit lamanya Jennifer baru selesai
mengembalikan senjata-senjata itu ke dalam kotak, sedang
Jaksa Di Silva duduk, dengan darah mendidih.
Setelah Jennifer selesai mengembalikan alat-alat pembunuh
itu ke dalam kotaknya, dia bangkit, melihat pada Patterson,
kemudian berbalik dan berkata pada Di Silva, "Silakan
menanyai." Kini sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahan yang
telah dibuatnya. "Tak ada pertanyaan," kata jaksa.
"Kalau begitu, saya ingin memanggil Abraham Wilson ke
mimbar." 8 "Nama Anda?" "Abraham Wilson."
116 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harap berbicara nyaring."
"Abraham Wilson."
"Saudara Wilson, apakah Anda membunuh Kaymond
Thorpe?" "Ya." "Tolong katakan pada sidang, apa sebabnya."
"Dia akan membunuh saya."
"Raymond Thorpe jauh lebih kecil daripada Anda. Apakah
Anda percaya bahwa dia akan bisa membunuh Anda?"
"Dia menyerang saya dengan pisau besar terhunus hingga
dia kelihatan tinggi sekali."
Jennifer telah meninggalkan dua buah benda luar kotak
tetek-bengek tadi. Yang sebuah adalah pisau jagal yang
ujungnya diasah tajam, dan sebuah lagi tang logam yang
besar. Jennifer mengangkat tangannya sambil mengangkat
pisau itu. "Apakah dengan pisau ini Raymond Thorpe
menganca Anda?" "Keberatan! Tertuduh tak mungkin tahu...."
"Pertanyaan akan saya ubah. Apakah pisau ini serupa
dengan pisau yang dipakai Raymond Thorpe untuk
mengancam Anda?" "Ya." "Dan tang ini?"
"Ya." "Apakah Anda pernah bertengkar dengan Thorpe?"
"Pernah." "Dan waktu dia mendatangi Anda denga bersenjatakan
kedua benda itu, Anda terpaksa membunuhnya untuk
menyelamatkan jiwa Anda"'
117 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya." "Terima kasih."
Jennifer berpaling pada Di Silva. "Silakan."
Robert Di Silva bangkit lalu berjalan perlahan lahan ke meja
saksi. "Saudara Wilson, Anda sudah pernah membunuh
sebelumnya, bukan" Maksud saya pembunuhan dalam penjara
itu bukan yang pertama kalinya Anda lakukan?"
"Saya membuat kesalahan dan saya sedang menjalani
hukumannya. Saya...."
"Tak usah berkhotbah pada kami. Jawab saja ya atau
tidak." "Ya." "Jadi nyawa manusia tidak terlalu berharga di mata Anda."
"Itu tidak benar. Saya...."
"Apakah melakukan dua kali pembunuhan itu Anda sebut
menghargai nyawa manusia" berapa orang akan Anda bunuh
bila nyawa manusia tidak Anda hargai" Lima" Sepuluh" Dua
puluh.'" Dia sedang mengumpan Abraham Wilson dan Wilson
terpancing. Rahangnya terkatup rapat dan wajahnya penuh
kemarahan. Hati-hati. "Saya hanya membunuh dua orang."
"Hanya! Anda hanya membunuh dua orang!" Jaksa
menggeleng berpura-pura murung. Dia berjalan mendekati
meja saksi dan menengadah memandang tertuduh. "Saya
yakin Anda merasa diri Anda hebat karena Anda begitu besar.
118 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anda merasa diri Anda seperti Tuhan. Kapan saja Anda mau
Anda bisa membunuh di mana pun juga...."
Abraham Wilson melompat berdiri tegak. "Keparat!"
"Jangan!" Jennifer berdoa. Jangan!
"Duduk!" bentak Di Silva. "Dalam keadaan naik darah
seperti itukah Anda waktu Anda membunuh Raymond
Thorpe?" "Thorpe telah mencoba membunuh saya".
"Dengan ini?" Di Silva mengangkat pisau jagal dan tang.
"Saya yakin Anda bisa saja merampas pisau itu dari dia." Dia mengangkat tangannya sambil memutar-mutarkan kedua
benda itu. "Dan Anda takut akan benda-benda ini?" Dia
berpaling lagi pada juri dan mengangkat tang itu untuk
memperlihatkannya. "Barang ini kelihatannya bukan benda
pembawa maut. Kalaupun korban mampu memukul kepala
Anda dengan ini, paling-paling hanya akan menyebabkan
benjol kecil. Apalah arti tang ini, Tuan Wilson?"
"Itu dipakai untuk menghantam kemaluan," kata Abraham
Wilson dengan suara halus.
Juri meninggalkan ruangan selama delapan jam.
Robert Di Silva dan para asistennya meninggalkan ruangan
untuk beristirahat, tetapi Jennifer tetap duduk di kursinya,
seolah-olah tak bisa melepaskan dirinya.
Setelah juri meninggalkan ruangan beriring-iringan, Ken
Bailey mendatangi Jennifer. "Mau minum kopi?"
"Aku tak bisa menelan apa-apa."
Jennifer tetap duduk di ruang sidang, dia takut bergerak,
dan hanya samar-samar saja dia menyadari orang-orang di
sekelilingnya. Semuanya berlalu sudah. Dia telah cukup
berusaha. Ditutupnya matanya dan mencoba berdoa, tetapi
rasa takutnya terlalu kuat. Dia merasa seolah-olah dia sendiri
119 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun akan ikut dijatuhi hukuman mati bersama Abraham
Wilson. Para juri beriring-iringan masuk kembali ke ruangan, wajah
mereka serius dan tak dapat dibaca. Hati Jennifer mulai
berdebar kencang. Dari wajah mereka, Jennifer dapat melihat
bahwa mereka akan menjatuhkan hukuman. Akan pingsan
rasanya dia. Gara-gara dia, seseorang akan dihukum mati.
Sebenarnya sejak semula dia harus menolak membela
perkara itu. Apa haknya untuk mempertaruhkan nyawa orang
dalam tangannya" Sungguh gila dia dulu menyangka bahwa
dia akan bisa menang melawan seseorang seperti Robert Di
Silva yang telah begitu berpengalaman. Ingin dia rasanya
berlari mendapatkan para juri, sebelum mereka sempat
mengatakan keputusan mereka dan berkata. "Tunggu! Sidang
perkara Abraham Wilson ini tak adil. Tolong carikan seorang
pengacara lain untuk membelanya. Seseorang yang lebih
pandai daripada saya".
Tetapi itu sudah terlambat. Jennifer mencuri pandang ke
wajah Abraham Wilson. Dia duduk saja tanpa bergerak, sama
benar dengan patung. Kini dia tidak lagi merasakan kebencian
dari laki-laki itu, hanya putus asa. Ingin Jennifer mengatakan
sesuatu untuk menghiburnya, tetapi dia tak punya kata-kata.
"Apakah Dewan Juri sudah mengambil keputusan?" tanya
Hakim Waldman. "Sudah, Yang Mulia."
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hakim mengangguk dan petugasnya berjalan ke arah ketua
dewan juri, menerima secarik kertas dari orang itu, lalu
menyampaikannya kepada hakim. Jennifer merasa seolah-olah
jantungnya akan melompat ke luar dari rongga dadanya. Dia
tidak bisa bernapas. Dia ingin menahan saat ini,
membekukannya untuk selamanya, sebelum keputusan itu
dibaca. 120 Tiraikasih Website http://kangzusi. com/
Hakim Waldman mempelajari kertas yang ada dalam tangannya itu, lalu lambat-lambat dia melihat ke sekeliling ruang sidang itu. Matanya tertuju pada para anggota juri, pada Robert Di Silva, pada Jennifer, dan akhirnya pada Abraham Wilson.
"Harap Tertuduh berdiri."
Abraham Wilson bangkit, geraknya lamban dan tampak letih, seolah-olah semua tenaganya sudah diserap dari dirinya.
Hakim Waldman membaca kertas tadi. "Juri memutuskan bahwa tertuduh Abraham Wilson tidak bersalah sebagaimana yang dituduhkan."
Keadaan sunyi sepi sejenak, kemudian kata-kata selanjutnya dari Hakim Waldman tenggelam dalam suara gemuruh para hadirin. Jennifer berdiri, terpana, tak mampu mempercayai apa yang didengarnya. Dia menoleh pada Abraham Wilson tanpa bisa berkata apa-apa. Laki-laki itu menatapnya sebentar dengan matanya yang kecil dan keji itu.
Kemudian terkembang senyum di wajah itu, senyum yang paling lebar yang pernah dilihat Jennifer. Dia membungkuk lalu merangkul Jennifer, dan Jennifer mencoba menahan air matanya.
Para wartawan pun mengerumuni Jennifer, memintanya memberikan pernyataan, memberondongnya dengan pertanyaan.
"Bagaimana perasaan Anda setelah mengalahkan Pak Jaksa?"
"Apakah Anda sudah punya perasaan bahwa Anda akan menang?"
"Apa yang akan Anda lakukan bila mereka mengirim Wilson ke kursi listrik?"
Jennifer menjawab setiap pertanyaan itu dengan
menggelengkan kepalanya. Dia tak dapat memaksakan dirinya
121 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk berbicara dengan mereka. Mereka telah datang kemari
untuk menonton suatu pertunjukan, melihat seseorang yang
dikejar-kejar ke arah kematiannya. Seandainya keputusan tadi
berbunyi sebaliknya... tak tahan dia membayangkan hal itu.
Jennifer mulai membenahi surat-suratnya lalu
memasukkannya ke dalam tas kantornya.
Seorang petugas pengadilan mendekatinya. "Hakim
Waldman ingin bertemu Anda di kamar kerja beliau, Nona
Parker." Jennifer lupa bahwa ada tanya-jawab mengenai
penghinaan pengadilan, yang masih menunggu, tapi hal itu
tak penting. Satu-satunya hal yang berarti sekarang adalah
bahwa dia telah berhasil menyelamatkan nyawa Abraham
Wilson. Jennifer memandang ke arah meja jaksa penuntut. Jaksa Di
Silva sedang menjejal-jejalkan kertas-kertas ke dalam sebuah
tas kantornya dengan geram, sambil memarahi salah seorang
asistennya. Dia menangkap pandangan Jennifer. Mata kedua
orang itu berpautan dan dia tidak memerlukan kata-kata.
Hakim Waldman sedang duduk di meja kerjanya waktu
Jennifer masuk. "Silakan duduk, Nona Parker," katanya
singkat. Jennifer mengambil tempat. "Saya tidak akan membiarkan
Anda atau siapa pun juga, menjadikan ruang sidang saya
menjadi tempat tontonan."
Merah muka Jennifer. "Saya terselip lidah. Saya tak
sengaja...." Hakim Waldman mengangkat tangannya. "Jangan
menyela." Jennifer mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
122 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman duduk dengan membungkukkan tubuhnya.
"Ada satu hal lagi yang saya tak mau terjadi dalam ruang
sidang saya, yaitu kekurang ajaran."
Jennifer memperhatikannya dengan waspada tanpa berkata
apa-apa. "Anda telah melewati batas petang ini. Saya
menyadari bahwa semangat Anda yang berlebihan itu adalah
demi hidup seseorang. Oleh karenanya saya telah
memutuskan untuk tidak menuntut Anda karena penghinaan."
"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer harus memaksakan diri untuk mengucapkan kata-kata itu.
Wajah hakim itu tak dapat ditafsirkan waktu dia
melanjutkan, "Hampir selamanya, bila sidang suatu perkara
usai, saya bisa menilai apakah keadilan sudah dilaksanakan
atau tidak. Pada saat ini, terus terang, saya tak yakin."
Jennifer menunggu kalau-kalau hakim itu akan
melanjutkan. "Itu saja, Nona Parker."
Malam itu, baik dalam surat-surat kabar, maupun dalam
berita tv malam, kembali Jennifer Parker menjadi berita pokok,
tetapi kali ini dialah pahlawannya. Dialah yang disamakan
dengan tokoh David yang berhasil mengalahkan Goliath. Foto-
foto dia, Abraham Wilson dan Jaksa Di Silva terpampang di
semua halaman depan. Jennifer dengan bernapsu melahap
setiap perkataan dari cerita-cerita itu dan menikmatinya.
Benar-benar merupakan kemenangan manis, setelah semua
pukulan yang telah dideritanya sebelum itu.
Ken Bailey mengajaknya makan malam di Restoran
Luchow, merayakan hal itu dan Jennifer dikenali oleh kepala
pelayan dan beberapa pengunjung yang lain. Orang-orang
yang tak dikenalnya memanggil namanya dan mengucapkan
selamat padanya. Sungguh suatu pengalaman yang
memabukkan. 123 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang diagung-
agungkan?" Ken menggoda dengan tertawa kecil.
"Aku merasa lumpuh."
Seseorang mengirim sebotol anggur ke meja mereka.
"Aku merasa tak perlu minum apa-apa," kala Jennifer. "Aku sudah merasa mabuk."
Tetapi dia haus dan dia minum tiga gelas anggur sambil
bercakap-cakap tentang sidang itu kembali dengan Ken.
"Aku ketakutan sekali saat itu. Tahukah kau bagaimana
rasanya menggenggam nyawa manusia dalam tangan kita"
Rasanya seolah-olah kita berperan seperti Tuhan. Dapatkah
kaubayangkan sesuatu yang lebih menakutkan daripada itu"
Maksudku, aku ini hanya berasal dari Kelso... bisakah kita
memesan sebotol anggur lagi, Ken?"
"Apa saja yang kauingini."
Ken memesan makanan lengkap untuk mereka berdua,
tetapi perasaan Jennifer terlalu kacau untuk makan.
"Tahukah kau apa kata Abraham Wilson padaku waktu aku
menemuinya pertama kali" Katanya, "Mari sini kupeluk kau,
baru kita mendendangkan tentang kebencian bersama-sama.'
Ken, aku benar-benar merasa menyatu dengan dia saat itu,
dan tahukah kau" Aku merasa seolah-olah juri akan
menjatuhkan hukuman atas diriku. Aku merasa seolah-olah
akulah yang akan dihukum mati. Aku suka pada Abraham
Wilson. Bisakah aku minta anggur lagi?"
"Kau tak makan sedikit pun."
"Aku haus." Sedang Jennifer mengisi dan mengosongkan gelasnya
terus, Ken memperhatikannya dengan kuatir. "Hati-hati
Jennifer." 124 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer melambaikan tangannya untuk menenangkan Ken.
"Ini kan anggur California. Rasanya seperti minum air biasa saja." Dia meneguk lagi.
"Kau sahabatku yang terbaik. Tahukah kau siapa temanku yang paling tak baik" Robert Di Silva yang Agung. Ya, Di Silva."
"Di Silva." "Dia pun begitu pula. Dia benci setengah mati padaku. Kau
" lihatkan wajahnya tadi itu" Aduh, betapa marahnya dia padaku! Katanya dia ingin melemparkan aku ke luar dari ruang sidang. Tapi dia tak berhasil, kan?"
"Tidak. Dia...."
"Tahukah kau apa yang sedang kupikirkan. Tahukah kau apa sebenarnya yang kupikirkan?"
"Aku...." "Di Silva menyamakan diriku dengan Ahab si pemburu ikan paus putih, yang kemudian berhasil membuat pemburunya pincang."
"Kurasa kau memang masih punya beberapa kekurangan."
"Terima kasih, Ken. Aku memang selalu bisa mengandalkan kau. Minta sebotol anggur lagi, Ken."
"Tidakkah kau merasa sudah cukup banyak minum?"
"Bukankah ikan paus selalu haus?" kata Jennifer sambil cekikikan. "Itulah aku. Si ikan paus putih yang besar.
Sudahkah kukatakan padamu bahwa aku suka pada Abraham Wilson" Dialah laki-laki paling tampan yang pernah kutemui.
Aku melihat matanya, Ken, Sahabatku, dan dia benar-benar cantik. Pernahkah kau melihat mata Di Silva" Aduuuh! Dingin sekali! Dia itu gunung es. Tapi dia bukan orang jahat.
Sudahkah kukatakan perbandingan seperti Ahab dan ikan paus putih?"
125 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah." "Aku suka pada Ahab. Aku suka pada semua orang!
Tahukah kau mengapa Ken" Karena malam mi Abraham Wilson masih hidup. Ya, dia masih hidup. Mari kita buka sebotol anggur lagi untuk merayakannya...."
Pukul dua subuh baru Ken mengantar Jennifer pulang.
Dibantunya Jennifer menaiki tangga sampai ke tingkat empat ke apartemennya yang kecil. Dia terengah karena harus naik setinggi itu.
"Aku sudah mulai merasakan akibat buruk dari anggur sebanyak itu," kata Ken.
Jennifer memandangnya dengan rasa iba. "Kalau tak biasa jangan minum."
Lalu dia pingsan. Dia terbangun oleh bunyi dering telepon yang nyaring.
Dengan berhati-hati dia menjangkau gagang telepon, dan dengan gerakan yang seringan itu saja pun, setiap urat ototnya serasa akan putus. "Halo...."
"Jennifer" Di sini Ken."
"Halo, Ken." "Kedengarannya kau seperti tak beres. Kau tak apa-apa?"
Jennifer berpikir sebentar. "Aku memang merasa tidak sehat. Jam berapa sekarang ya?"
"Sudah hampir tengah hari. Sebaiknya kau kemari. Kacau sekali di sini."
"Ken.... aku rasanya mau mati."
"Dengarkan. Bangun dari tempat tidurmu " perlahan-lahan
" minum dua butir aspirin dan siramlah badanmu dengan air dingin, kemudian minumlah secangkir kopi pahit, maka kau barangkali masih bisa hidup lagi."
126 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu Jennifer tiba di kantornya sejam kemudian, dia
merasa lebih baik. Tidak baik benar, pikir Jennifer, tapi lebih
baik. Kedua buah telepon sedang berdering waktu dia
memasuki kantor. "Telepon itu semua untukmu," kata Ken sambil tertawa
kecil. "Tak henti-hentinya sejak tadi pagi! Barangkali kau
memerlukan papan penghubung sendiri."
Telepon-telepon itu dari surat-surat kabar dan majalah-
majalah nasional, dari stasiun-stasiun tv dan radio yang
semuanya menginginkan cerita tentang Jennifer secara
terperinci. Dalam waktu semalam saja, dia telah menjadi
berita besar. Adapula telepon-telepon lain, telepon yang telah
menjadi impiannya selama ini. Perusahaan-perusahaan
pengacara yang dulu menolaknya, kini meneleponnya
The Familiar 2 Pendekar Rajawali Sakti 127 Intan Saga Merah Berita Ekslusif 7
saja yang datang." "Jadi bagaimana mungkin saya..." kata Jennifer.
Tuan Peabody Jr. menyandarkan tubuhnya ke depan.
"Besar sekali jumlah uang yang dipertaruhkan dalam perkara
ini. Tetapi saya tak bisa membawa Carlisle ke pengadilan,
kalau saya tak bisa menyampaikan surat panggilan ini. Nona
Potter." Jennifer tak lagi berusaha untuk memperbaikinya.
"Apakah Anda rasa Anda bisa menanganinya?"
Jennifer memikirkan tentang apa yang bisa diperbuatnya
dengan uang lima ratus dolar. "'Saya akan mencari jalan."
Pukul dua siang itu, Jennifer berdiri di luar tanah milik
Wil iam Carlisle yang megah. Rumahnya sendiri bergaya
Georgia, terletak di tengah-tengah tanah yang luasnya
sepuluh are, yang terpelihara dengan cermat dan tampak
indah. Suatu jalan masuk untuk mobil yang membelok,
menuju ke depan rumah. Bagian rumah itu dilingkari dengan
penuh gaya oleh pohon-pohon cemara. Jennifer memikirkan
kesulitannya dalam-dalam. Karena tak mungkin memasuki
64 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
rumah itu, maka satu-satunya jalan ke luar adalah mencari
akal untuk memancing Tuan Wil iam Carlisle ke luar.
Setengah blok dari jalan tampak sebuah truk pengusaha
kebun. Jennifer memperhatikan truk itu sebentar, lalu berjalan
mendatanginya, dan mencari tukang-tukang kebunnya. Ada
tiga orang dil antaranya sedang bekerja; mereka adalah
orang-orang Jepang. Jennifer berjalan mendatangi orang-orang itu. "Siapa yang
bertanggung jawab di sini?" tanyanya.
Salah seorang di antaranya tegak. "Saya."
"Saya ada tugas kecil untuk Anda" Jennifer mulai berkata.
"Maaf, Nona. Kami terlalu sibuk."
"Hanya akan makan waktu lima menit."
"Tidak. Tak mungkin...."
"Anda akan saya bayar seratus dolar."
Ketiga orang itu berhenti bekerja dan melihat padanya.
Kepala tukang kebun berkata, "Anda mau membayar kami
seratus dolar hanya untuk bekerja selama lima menit?"
"Benar." "Apa yang harus kami kerjakan...?"
Lima menit kemudian, truk perusahaan kebun itu memasuki
jalan masuk ke tanah milik Wil iam Clarlisle dan Jennifer keluar
dari mobil diikuti oleh ketiga orang tukang kebun. Jennifer
melihat ke sekelilingnya, memilih sebatang pohon yang bagus
di sisi pintu depan, lalu berkata pada tukang-tukang kebun itu,
"Gali pohon itu."
Mereka mengambil sekop dari truk dan mulai menggali.
Belum semenit mereka menggali, pintu depan terkuak lebar,
dan seorang laki-laki yang besar sekali, yang mengenakan
seragam petugas rumah tangga, keluar dengan terburu-buru.
65 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Apa-apaan ini" Apa yang kalian lakukan?"
"Kami dari Dinas Pemeliharaan Tanaman Long Island," kata
Jennifer dengan tegas. "Kami akan mencabut semua pohon-
pohon ini." Petugas itu memandang Jennifer dengan terbelalak. "Apa
yang akan kalian lakukan?"
Jennifer mengacungkan sehelai kertas. "Saya punya surat
perintah untuk menggali semua pohon-pohon ini."
"Tak mungkin! Tuan Carlisle bisa mendapat serangan
jantung!" Dia berbalik pada tukang-tukang kebun. "Hentikan itu!"
"Dengar, Saudara," kata Jennifer. "saya hanya menjalankan tugas saya." Jennifer menoleh ke tukang-tukang kebun.
"Teruskan menggali, Saudara-saudara."
"Jangan!" teriak petugas rumah tangga. "Pasti ada
kekeliruan! Tuan Carlisle tak pernah memerintahkan untuk
menggali pohon mana pun juga."
Jennifer mengangkat pundaknya. "Bos saya berkata bahwa
ini perintah beliau."
"Di mana saya bisa berhubungan dengan bos Anda itu?"
Jennifer melihat ke arlojinya. "Beliau sedang menjalankan
tugas luar ke Brooklyn sekarang. Kira-kira jam enam beliau
baru akan kembali ke kantor."'
Petugas itu membelalak pada Jennifer dengan marah
sekali. "Tunggu sebentar! Jangan lakukan apa-apa sampai
saya kembali." "Gali terus," perintah Jennifer pada tukang-tukang kebun.
Petugas itu berbalik lalu bergegas masuk ke rumah, sambil
menutup pintu dengan membantingnya. Beberapa saat
66 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
kemudian pintu terbuka lagi dan petugas ilu kembali, diikuti
oleh seorang pria setengah bava yang kecil.
"Coba ceritakan apa vang sedang terjadi di sini?"
"Apa urusan Anda?" tanya Jennifer
"Dengarkan apa urusanmu dengan saya," bentak laki-laki
kecil itu. "Sayalah Wil iam Carlisle dan ini adalah tanah milik saya."
"Kalau begitu, Tuan Carlisle," kata Jennifer, "ini ada sesuatu untuk Anda." Dimasukkan tangannya ke dalam saku, lalu
diletakkannya surat panggilan itu ke dalam tangan Tuan
Carlisle. Dia berbalik pada tukang-tukang kebun. "Sekarang
boleh berhenti menggali."
Esok harinya, pagi-pagi benar Adam Warner menelepon.
Jennifer segera mengenali suaranya.
"Saya rasa Anda akan suka mendengar", kata Adam,
"bahwa rencana pembatalan hak Anda sebagai pengacara
telah dihapuskan dengan resmi. Tak ada lagi yang perlu Anda
kuatirkan sekarang."
Jennifer menutup matanya lalu mengucap syukur dalam
hati. "Sa... saya tak bisa mengucapkan betapa besar rasa
terima kasih saya atas jasa Anda".
"Keadilan tak selalu buta."
Adam tidak menyebutkan peristiwa yang dialaminya dalam
menghadapi Stewart Needham dan Robert Di Silva. Needham
kecewa, tetapi bisa mengerti.
Jaksa Di Silva marah-marah bagai banteng mengamuk.
"Kaubiarkan perempuan jahanam itu bebas" Tuhanku, dia itu
mafia, Adam! Tak bisakah kau mengerti" Kau telah
dijebaknya!" Demikianlah dia mengomel terus, sampai Adam merasa
bosan. 67 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Semua bukti yang memberatkannya hanya kebetulan saja, Robert. Dia berada di tempat yang salah pada waktu yang salah dan dia terjebak. Bagiku hal itu tidak berarti mafia."
Akhirnya Robert Di Silva berkata. "Baiklah, jadi dia tetap seorang pengacara. Aku berdoa saja semoga dia membuka praktek di New York, karena begitu dia menginjakkan kakinya di salah satu ruang sidang, aku akan melalapnya."
Kini, sedang dia berbicara dengan Jennifer, Adam tidak menceritakan tentang hal itu. Jennifer telah menjadikan dirinya sendiri seorang musuh bebuyutan, tetapi tak satu pun yang bisa diperbuat. Robert Silva adalah seorang pendendam, sedang Jennifer adalah sasaran yang empuk. Gadis itu cerdas dan penuh semangat, dan masih sangat muda serta cantik pula.
Adam menyadari bahwa sebaiknya dia tidak menemui gadis itu lagi.
Ada saatnya Jennifer merasa ingin berhenti saja. Papan nama di pintu kantornya masih bertuliskan Jennifer Parker, Penasihat Hukum, namun tak seorang pun bisa dibohongi, terutama Jennifer sendiri. Di tak pernah menangani hukum.
Hari-harinya dihabiskan dengan pergi kian kemari dalam segala cuaca dalam hujan biasa maupun hujan salju, untuk menyampaikan surat-surat panggilan ke pengadilan pada orang-orang yang membencinya karena menyampaikan surat-surat itu. Kadang-kadang dia menerima perkara yang remeh, seperti membantu orang-orang tua untuk mendapatkan kupon makanan, menyelesaikan beberapa masalah dari orang-orang Negro, orang-orang dari Puerto Rico, dan para penduduk lain yang tak beruntung. Jennifer merasa terperangkap.
Malam hari lebih buruk lagi keadaannya daripada siang.
Malam bagai tak kunjung berakhir karena Jennifer tak bisa tidur, dan bila dia tertidur, dia bermimpi tentang hantu. Hal itu bermula sejak malam hari ketika ibunya lari dari Jennifer dan 68
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
ayahnya, dan dia tak pernah bisa menemukan apa yang
menyebabkan mimpi-mimpi buruknya itu.
Dia dilanda kesepian. Sekali-sekali dia keluar juga, kencan
dengan pengacara-pengacara muda. Tetapi mau tak mau dia
lalu membandingkan mereka dengan Adam Warner, dan
mereka semua banyak kekurangannya. Mereka makan malam
lalu nonton film atau sandiwara, yang disusul dengan usaha
anak-anak muda itu untuk ikut masuk ke apartemennya.
Jennifer tak tahu pasti, apakah keinginan mereka itu
disebabkan karena mereka telah merasa menjamunya makan
malam, ataukah karena mereka letih, berhubung untuk
mengantar Jennifer sampai ke pintu kamarnya mereka harus
naik ke lantai empat. Ada kalanya Jennifer terdorong untuk
membolehkan mereka, hanya sekedar supaya ada yang
menemaninya malam itu. Tetapi dia tidak hanya
membutuhkan seorang teman bicara; dia perlu seseorang
yang menyayanginya, dan seseorang yang bisa pula
disayanginya. Semua laki-laki yang menarik yang mengajak Jennifer,
sudah menikah, dan dia tegas-tegas menolak untuk keluar
dengan mereka. Dia ingat satu kalimat dari film berjudul The
Apartment, yang disutradarai oleh Bil y Wilder, yang berbunyi:
"Sebaiknya kita menjauhkan diri dari pria yang sudah
menikah." Ibu Jennifer telah menghancurkan suatu perkawinan dan
telah menyebabkan kematian ayahnya. Dia tak pernah bisa
melupakan peristiwa itu. Natal tiba dan disusul oleh malam Tahun Baru. Jennifer
menghabiskan waktunya seorang diri. Menjelang malam, salju
turun dengan lebat dan kota kelihatan seperti sehelai kartu
Natal yang besar sekali. Jennifer berjalan saja di sepanjang
jalan memperhatikan para pejalan kaki yang bergerak untuk
pulang mencari kehangatan di rumah dan keluarga mereka,
dan Jennifer merasa tersiksa oleh rasa kekosongan. Dia
69 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
merasa sangat kehilang ayahnya. Dia senang setelah hari-hari
libur berlalu, Tahun seribu sembilan ratus tujuh puluh keadaan
akan lebih baik, pikir Jennifer menghibur dirinya.
Bila Jennifer kelihatan murung, Ken Bailey akan
menghiburnya. Diajaknya Jennifer ke Madison Square Garden
untuk nonton permainan Rangers, klub disko, dan sekali-sekali
nonton film atau sandiwara. Jennifer tahu bahwa Ken tertarik
pada dirinya, tetapi pria itu tetap memelihara jarak.
Dalam bulan Maret, Otto Wenzel memutuskan untuk pindah
ke Florida dengan istrinya.
"Tulang-belulangku tak kuat lagi menahan udara musim
salju di New York ini," katanya pada Jennifer.
"Saya akan merasa kehilangan Anda," kata Jennifer dengan
setulusnya. Dia benar-benar telah merasa dekat dengan pria
tua itu. "Jagalah Ken baik-baik."
Jennifer melihat padanya dengan pandangan bertanya.
"Dia tak pernah menceritakannya padamu bukan?"
"Menceritakan apa?"
Otto tampak ragu sebentar, lalu berkata, "Istrinya telah
bunuh diri. Ken mempersalahkan dirinya."
Jennifer terperanjat. "Mengerikan sekali! Mengapa.... dia
berbuat senekat itu?"
"Dia menangkap basah Ken di tempat tidur bersama
seorang laki-laki muda berambut pirang".
"Aduh, Tuhanku!"
'Ditembaknya dulu Ken, lalu mengacungkan pistol itu ke
arah dirinya sendiri. Ken selamat, tetapi istrinya tewas."
"Mengerikan sekali! Saya tak tahu bahwa... bahwa...."
70 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Saya maklum. Dia memang tersenyum terus, tapi hatinya
menanggung beban berat."
"Terima kasih. Anda telah menceritakannya pada saya".
Waktu Jennifer kembali ke kantor, Ken berkata, "Jadi Pak
Tua Otto akan meninggalkan kita."
"Ya." Ken Bailey tertawa kecil. "Jadi sekarang tinggal kita berdua
menghadapi tantangan dunia."
"Kurasa begitulah."
Memang ada benarnya juga, pikir Jennifer.
Kini Jennifer memandang Ken dengan mata yang lain.
Mereka makan siang dan makan malam bersama, tetapi
Jennifer tetap tak bisa melihat tanda-tanda homoseks pada
diri laki-laki itu. Namun dia yakin bahwa apa yang diceritakan
Otto Wenzel padanya adalah benar: Ken Bailey hidup dengan
siksaan batin. Beberapa klien dari golongan rendah mulai berdatangan.
Mereka biasanya berpakaian lusuh, kebingungan, dan dalam
beberapa hal perkara-perkaranya sama sekali tak ada artinya.
Pelacur-pelacur datang untuk meminta Jennifer mengurus
uang tebusannya, dan Jennifer sering merasa keheranan
melihat betapa muda dan cantiknya beberapa orang di antara
mereka itu. Mereka menjadi sumber uang masuk yang tetap,
meskipun kecil. Jennifer tak tahu siapa yang menyuruh
mereka datang padanya. Waktu hal itu dinyatakannya pada
Ken Bailey, laki-laki itu hanya mengangkat bahunya
menyatakan ketidak-tahunya dan langsung pergi.
Setiap kali seorang klien datang untuk menemui Jennifer,
Ken Bailey tahu diri dan pergi. Dia tak ubahnya seorang ayah
yang bangga, yang mendorong Jennifer supaya berhasil.
71 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Beberapa orang minta diselesaikan perkara perceraian
mereka, tetapi Jennifer menolaknya. Dia tak bisa melupakan
apa yang pernah diajarkan oleh salah seorang profesor ilmu
hukum: Dalam praktek penasihat hukum, perceraian itu sama
dengan penanganan penyakit dubur dalam praktek
kedokteran, yaitu hal sama-sama tak disukai. Kebanyakan ahli
hukum yang menangani perkara perceraian, punya nama yang
kurang baik. Ada pemeo yang berbunyi, bila penglihatan
suatu pasangan suami-istri merah maka para penasihat
hukum melihatnya hijau. Seorang pengacara dengan bayaran
tinggi, terkenal dengan sebutan bomber, karena dia biasa
memakai cara-cara keras untuk memenangkan perkara bagi
kliennya, dan dalam prosesnya sering menghancurkan sang
suami, istri, dan anak-anak mereka.
Beberapa di antara klien-klien yang datang kantor Jennifer,
lain dari yang lain hingga menimbulkan rasa heran Jennifer.
Mereka berpakaian bagus dan berpembawaan anggun sedang
perkara yang mereka hadapkan pada Jennifer bukan perkara
picisan yang biasa ditanganinya. Ia harus membereskan soal
tanah milik yang bernilai tinggi. Juga pengaduan-pengaduan
yang sebenarnya perusahaan-perusahaan pengacara besar
pun akan suka menanganinya.
"'Dari mana Anda mendengar tentang saya" tanya Jennifer.
Jawab yang diterimanya selalu bersifat mengelak. "Dari
seorang sahabat...." atau "Saya membaca tentang Anda,"
atau... "Nama Anda disebut oleh seseorang dalam suatu
pesta". Ketika seorang Kliennya, menjelaskan tentang masalahnya,
dan menyebutkan nama Adam Warner, barulah Jennifer tiba-
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tiba mengerti. "Tuan Warner yang menasihatkan supaya Anda datang
pada saya, bukan?" Klien itu jadi kemalu-maluan. "Yah, sebenarnya beliau
mengatakan sebaiknya tidak menyebutkan nama beliau."
72 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer memutuskan untuk menelepon Adam. Sudah jelas
dia berhutang budi pada laki-laki itu. Jennifer menetapkan hati
untuk bersikap sopan, namun tetap berjarak dalam
pembicaraannya. Dia tentu tidak akan memberikan kesan
pada Adam, bahwa dia menelepon dengan alasan yang lain
daripada untuk mengucapkan terima kasih. Percakapan yang
akan diucapkannya itu diulang-ulangnya beberapa kali. Ketika
akhirnya Jennifer sudah merasa cukup berani untuk
menelepon, seorang sekretaris memberitahukan padanya
bahwa Adam Warner sedang berada di Eropa dan beberapa
minggu lagi baru akan kembali. Keadaan yang berlawanan itu
menimbulkan tekanan batin pada Jennifer.
Jennifer memergoki dirinya makin lama makin sering
memikirkan Adam Warner. Dia ingat terus dan malam hari
ketika Adam datang ke apartemennya dan betapa buruknya
dia memperlakukan pria i n. Adam baik sekali karena dia telah
menerima saja kelakuannya yang kekanak-kanakan itu. yaitu
waktu Jennifer melampiaskan kemarahannya padanya.
Tambahan lagi. sekarang dia bahkan mengirimkan klien-klien
padanya. Jennifer menunggu tiga minggu lagi sebelum menelepon
Adam. Kali ini dia berada di Amerika Selatan.
"Apakah ada pesan?" tanya sekretarisnya.
Jennifer ragu sebentar. "Tidak, tak ada pesan".
Dia mencoba menghilangkan Adam dari pikiran nya, tetapi
itu tak mungkin. Dia ingin tahu apakah laki-laki itu sudah
menikah atau bertunangan. Ingin dia tahu bagaimana rasanya
menjadi Nyonya Adam Warner. Dia jadi penasaran dan kuatir
kalau kalau dia lelah gila.
Kadang-kadang Jennifer melihat nama Michael Moretti
tercantum dalam surat kabar atau majalah. Dalam majalah
New Yorker, terdapat cerita yang mendalam mengenai
Antonio Granel i dan keluarga mafia di sebelah timur Amerika.
73 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dilaporkan, bahwa keadaan kesehatan Antonio Granel i sudah
sangat menurun dan Michael Moretti, menantunya, sedang
bersiap-siap untuk mengambil alih kekuasaannya. Majalah Life
menurunkan cerita tentang gaya hidup Michael Moretti, dan
pada akhir cerita itu disinggung tentang sidang perkara
Moretti yang lalu. Kini Camil o Stela sedang menjalani
hukuman penjara Leavenworth, sedang Michael Moretti bebas.
Majalah itu juga mengingatkan bagaimana Jennifer Parker
telah menghancurkan perkara yang sebenarnva bisa membuat
Morel i masuk penjara atau hahkan dihukum di kursi listrik.
Jennifer merasa mual waktu membaca cerita itu. Kursi listrik"
Dia akan dengan senang hati menekan tombol listrik untuk
menghukum Michael Moretti itu.
*** Kebanyakan klien Jennifer tak berarti, tetapi pelajaran yang
didapatkannya tak ternilai. Jennifer jadi tahu ruangan-ruangan
dalam Gedung Pengadilan Kriminal di Centre Street 100. juga
orang-orang yang ada di dalamnya.
Bila ada kliennya yang ditangkap gara-gara mencuri di
toko, memukul orang, pelacuran, atau minuman keras.
Jennifer akan pergi ke pusat kota itu untuk mengatur uang
tebusan, dan tawar-menawar di pengadilan sudah menjadi
kebiasaan hidupnya. "Uang tebusan diputuskan lima ratus dolar".
"Yang Mulia, Terdakwa tidak mempunyai uang sebanyak
itu. Bila Pengadilan bersedia menurunkan uang tebusan
menjadi dua ratus dolar, dia akan bisa bekerja kembali dan
membiayai keluarganya terus."
"Baik. Dua ratus dolar."
"Terima kasih. Yang Mulia."
74 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer jadi kenal pada pengawas dari bagian pengaduan,
di mana dokumen laporan penangkapan dikirimkan.
"Anda lagi. Parker! Demi Tuhan, tak pernahkah Anda
beristirahat?" "Halo, Letnan. Seorang klien saya telah ditangkap atas
tuduhan menjadi gelandangan. Bolehkah saya melihat laporan
penangkapannya" Namanya Connery. Clarence Connery."
"Coba katakan, Anak manis. Untuk apa Anda mau datang
kemari jam tiga subuh untuk membela seorang gelandangan?"
Jennifer tertawa kecil. "Supaya saya jadi aman di jalan."
Dia jadi terbiasa akan pengadilan malam, yang diadakan di
kamar nomor dua ratus delapan belas di Gedung Pengadilan
Centre Street. Tempat itu merupakan dunia yang penuh sesak
dan berbau busuk, dengan bahasa prokemnya tersendiri.
Jennifer mula-mula terpana melihat keadaan itu.
"Parker, klien Anda ditangkap atas tuduhan aneka ragam."
"Atas tuduhan aneka ragam" Apa maksudnya?"
"Mencuri dengan mendongkel, menggagahi si pemilik
rumah, mempunyai senjata, dan berencana untuk membunuh.
Mengerti?" "Mengerti." "Saya datang untuk mewakili Nona Luna Tarner."
"Ya, Tuhan!" "Dapatkah Anda katakan atas tuduhan apa?"
"Tunggu. Saya carikan kartu Luna Tarner. Dialah orang
hebat... nah, ini dia. Dia penipu besar ditangkap oleh Sahko.
di daerah hitam." "Apa artinya itu semua?"
75 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Anda orang baru di daerah ini. ya" Sahko itu singkatan
dari Satuan Anti huru-hara Kota. Daerah hitam di sini adalah
42nd Street. Jelas?"
"Jelas." Pengadilan malam membuat Jennifer murung Tempat itu
dipenuhi pasang-surut manusia yang datang dan pergi tanpa
berhenti, terdampar di pantai pengadilan.
Setiap malam, lebih dari seratus lima puluh perkara vang
didengar. Ada pelacur, ada pencopet, pemabuk yang berbau
dan babak-belur, dan orang yang ketagihan obat bius. Ada
orang Puerto Rico dan orang Meksiko, ada orang Yahudi dan
orang Irlandia, ada pula orang Yunani dan orang Itali, dan
mereka ditangkap atas tuduhan perkosaan, pencurian,
memiliki senjata gelap, pemakaian obat bius, menyerang
orang, atau pelacuran. Dan ada satu persamaan pada mereka
itu: mereka miskin. Mereka miskin, mereka sesat, dan mereka
ditolak oleh masyarakat. Mereka orang-orang yang hina-dina,
yang tak pada tempatnya berada di tengah-tengah
masyarakat dan tak pula mendapat perhatian masyarakat
ramai. Sebagian besar dari mereka berasal dari Harlem Pusat,
dan karena dalam penjara sudah tak ada tempat lagi, hanya
tertuduh yang bersalah berat saja yang ditahan, yang lain
dibebaskan atau didenda saja. Mereka itu lalu kembali ke St.
Nicholas Avenue atau Morningside dan Manhattan Avenues, di
mana daerah yang luasnya tiga setengah mil persegi itu
didiami oleh dua ratus tiga puluh tiga ribu orang berkulit
hitam, delapan ribu orang Puerto Rico, dan kira-kira satu
jutaan ekor tikus. Sebagian besar dari klien yang datang ke kantor Jennifer
adalah orang-orang yang telah digilas oleh kemiskinan, oleh
susunan masyarakat, dan oleh dirinya sendiri. Ada orang-
orang yang sudah lama menyerah. Jennifer merasa bahwa
rasa takut mereka inilah yang menimbulkan kepercayaan pada
dirinya sendiri. Dia tidak merasa dirinya lebih tinggi daripada
76 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mereka. Dia sama sekali tak bisa menjadikan dirinya contoh
keberhasilan yang gemilang, namun dia pun tahu adanya satu
perbedaan besar antara dirinya dan para kliennya: dia tak
pernah mau menyerah. Ken Bailev memperkenalkan Jennifer pada Pastor Louis
Joseph Ryan. Pastor Ryan berumur hampir enam puluh tahun,
seorang pria penuh semangat yang selalu berseri-seri,
berambut berwarna hitam yang sudah bercampur uban,
namun selalu rapi dan mengikal di sekitar telinganya.
Rambutnya itu kelihatan seolah-olah selalu perlu dipangkas.
Jennifer langsung merasa suka padanya.
Kadang-kadang, bila ada anggota jemaatnya yang
menghilang, Pastor Ryan mendatangi Ken untuk meminta
bantuannya. Biasanya Ken bisa menemukan kembali suami,
istri, anak-anak, baik laki-laki atau perempuan, yang hilang
itu. Ken tak pernah menagih bayaran.
"Bayarannya nanti saja di surga,*' kata Ken selalu bila Pater
Ryan menanyakan berapa bayarannya.
Pada suatu petang waktu Jennifer sedang seorang diri,
Pater Ryan mampir ke kantor mereka.
"Ken sedang keluar, Pater Ryan. Dan dia tidak akan
kembali hari ini." "Kamulah yang ingin saya jumpai, Jennifer," kata Pater
Rvan. Dia duduk di kursi kayu yang tak nyaman di depan meja
tulis Jennifer. "Ada seorang teman saya yang sedang
menghadapi suatu masalah."
Begitulah selalu cara dia mulai berbicara dengan Ken.
"Ya, Pater?" "Dia adalah seorang jemaat wanita yang sudah berumur,
dan wanita malang itu telah mengalami kesulitan dalam
mendapatkan bayaran jaminan sosialnya. Dia pindah ke
77 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
daerah saya beberapa bulan yang lalu, dan suatu komputer
terkutuk tidak mencatat tentang dirinya lagi."
"Saya mengerti."
"Saya rasa kamu mau menolongnya," kata Pater Ryan,
sambil bangkit. "Tapi terus terang, tidak akan ada
bayarannya." Jennifer tersenyum. "Tak usah kuatir. Saya akan berusaha
menyelesaikannya." Pada sangkanya, pekerjaan itu akan sederhana, tetapi
ternyata makan waktu tiga hari dia baru berhasil membuat
komputer itu mencatat lagi.
Pada suatu pagi, sebulan kemudian, Pater Ryan masuk ke
kantor Jennifer dan bekata, "Sebenarnya aku tak suka
mengganggumu, Anak manis, tapi ada seorang temanku yang
mengalami kesulitan. Tapi dia tak punya...." Pater itu terdiam ragu.
"Uang," terka Jennifer.
"Yah! Begitulah. Tepat sekali. Tapi orang malang itu sangat
membutuhkan bantuan."
"Baiklah. Ceritakanlah tentang dia."
"Namanya Abraham. Abraham Wilson. Dia putra dari salah
seorang jemaatku. Abraham sedang menjalani hukuman
seumur hidup di penjara Sing Sing karena telah membunuh
seorang pemilik toko minuman keras dalam suatu
perampokan." "Bila dia telah terbukti bersalah dan sedang menjalani
hukumannya, maka saya tak melihat jalan untuk
membantunya, Pater."
Pater Ryan memandangi Jennifer, lalu mendesah, bukan itu
masalahnya." 78 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bukan?" "Bukan. Beberapa minggu yang lalu, Abraham membunuh
seseorang lagi " sesama narapidana yang bernama Raymond
Thorpe. Dia akan diadili karena pembunuhan, dan akan
dijatuhi hukuman mati."
Jennifer telah membaca berita tentang perkara itu. "Kalau
saya tak salah ingat, dia telah menghantam orang itu sampai
mati." "Begitulah kata mereka"
Jennifer mengambil sebuah buku catatan dan sebuah pena.
"Apakah ada saksi-saksi?"
"Ada." "Berapa orang?"
"Yah. Kira-kira seratus orang. Karena hal itu terjadi di
halaman penjara." "Luar biasa. Lalu apa yang harus saya lakukan?"
Pater Ryan hanya berkata, "Bantulah Abraham."
Jennifer meletakkan penanya. "Pater, saya rasa hanya
Tuhanlah yang bisa membantunya."
Dia. duduk bersandar di kursinya. "Dia menghadapi tigaj
pukulan. Dia berkulit hitam, dia sudah diadili karena
pembunuhan, dan dia membunuh seseorang lagi di hadapan
seratus orang saksi. Kalau dia memang melakukannya, maka
sama sekali tak ada dasar pembelaan terhadap dirinya. Bila
seorang narapidana lain mengancamnya, bukankah ada para
pengawal yang bisa dimintainya bantuan. Dia malah main
hakim sendiri. Tak akan ada seorang pun juri di dunia ini yang
tidak akan mendakwanya."
"Bagaimanapun juga, dia adalah sesama manusia. Maukah
kau sekedar berbicara saja dengannya?"
79 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer mendesah. "Yah, kalau Pater memang ingin saya
berbicara dengan dia, tapi saya tidak akan memberikan
pembelaan apa-apa." Pater Ryan mengangguk. "Aku mengerti. Hal itu mungkin
akan tersiar luas." Keduanya rupanya sama pikirannya. Abraham Wilson
bukanlah satu-satunya orang yang telah mendapatkan
pukulan-pukulan. Penjara Sing Sing terletak di kota Ossining, tiga puluh mil di
sebelah utara Manhattan, di tebing sebelah timur Sungai
Hudson. Dari sana orang dapat melihat ke Tappan Zee dan
Teluk Haverstraw. Jennifer pergi ke sana naik bus. Dia telah terlebih dahulu
menelepon wakil kepala penjara, dan pria itu telah mengatur
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
pertemuan antara Jennifer dan Abraham Wilson yang sedang
dikurung di tempat yang terpisah.
Selama dalam perjalanan, Jennifer dilanda suatu perasaan
yang telah lama tak dirasakannya. Dia sedang dalam
perjalanan ke Sing Sing untuk menemui seseorang yang
mungkin akan menjadi kliennya, klien yang telah didakwa
melakukan pembunuhan. Perkara semacam inilah yang telah
dipelajarinya, untuk perkara macam inilah dia telah
mempersiapkan dirinya. Setelah setahun baru sekaranglah dia
merasa sebagai seorang pengacara sesungguhnya, namun dia
pun insaf bahwa dia tak realistis. Dia bukan sedang dalam
perjalanan untuk menjumpai seorang calon klien. Dia sedang
dalam perjalanan untuk mengatakan pada seseorang bahwa ia
tak dapat membelanya. Dia tak bisa melibatkan diri dalam
suatu perkara yang sudah tersebar begitu luas dan yang tidak
akan mungkin dimenangkannya.
Abraham Wilson harus mencari orang lain untuk membela
dirinya. 80 Tiraikasih Website http://kangzusi. com/
Sebuah taksi yang buruk membawa Jennifer dari perhentian bus ke lembaga pemasyarakatan, yang terletak di tanah seluas tujuh puluh are di dekat sungai. Jennifer membunyikan bel dijalan masuk, di samping, dan seorang pengawal membukakannya pintu. Pengawal itu mencocokkan nama Jennifer dengan daftarnya, lalu mengantarnya ke kantor wakil kepala penjara.
Wakil kepala penjara itu adalah seorang laki-laki yang bertubuh besar dan tak berbentuk, mukanya berjerawat dan rambutnya dipotong pendek seperti anggota tentara.
Namanya Howard Patterson.
"Saya akan berterima kasih sekali, bila Anda bisa menceritakan sesuatu tentang Abraham Wilson", Jennifer mulai berbicara.
"Bila Anda mencari kesenangan, Anda tidak akan menemuinya di sini." Patterson melayangkan! pandangannya ke dokumen di meja tulis di hadapannya. "Wilson itu sepanjang hidupnya keluar-masuk penjara. Waktu berumur sebelas tahun dia sudah tertangkap karena mencuri mobil, pada umur tiga belas ditangkap lagi dengan tuduhan menyakiti orang, ditangkap karena memperkosa pada umur lima belas tahun, menyerang orang waktu berumur delapan belas, dipenjarakan karena menyebabkan salah seorang gadisnya masuk rumah sakit". Pria itu membalik-balik dokumen itu terus. "Segala macam kejahatan sudah dilakukannya "menikam, merampok dengan senjata, dan akhirnya kejahatan terbesar" membunuh."
Mendengarkan dia membacanya, lemah semangat Jennifer.
Jennifer bertanya, "Adakah kemungkinannya bahwa Abraham Wilson tidak membunuh Raymond Thorpe?"
"Lupakan saja kemungkinan itu. Wilson sendiri orang yang pertama-tama akan mengakuinya, tapi biar dia 81
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membantahnya sekalipun, soalnya tidak akan berubah. Ada
seratus dua puluh orang saksinya."
"Bolehkah saya bertemu dengan Saudara Wilson?"
Howard Patterson bangkit. "Tentu, tapi Anda membuang-
buang waktu saja." Abraham Wilson adalah seorang manusia yang paling jelek
yang pernah dilihat Jennifer. Kulitnya hitam legam, hidungnya
patah-patah di beberapa tempat, gigi depannya sudah tak
ada, matanya liar, dan di wajahnya ada bekas luka pisau.
Tingginya kira-kira satu meter sembilan puluh sentimeter dan
tubuhnya besar. Kakinya besar sekali dan bertapak datar
hingga waktu dia berjalan, hantaman kakinya hebat sekali.
Bila Jennifer ingin menggunakan satu perkataan untuk
melukiskan Abraham Wilson, maka perkataan itu adalah
mengerikan. Bisa dibayangkannya pengaruh manusia ini pada
para anggota juri. Abraham Wilson dan Jennifer duduk dalam sebuah kamar
berkunjung yang pengamanannya sempurna, di antara
keduanya terdapat sekat dari kawat tebal, dan seorang
pengawal berdiri di pintu. Wilson baru saja dikeluarkan dari
kurungannya yang terpisah, dan matanya yang menonjol
berkedip-kedip terus karena silau. Bila Jennifer datang ke
pertemuan ini dengan perasaan bahwa dia mungkin tidak akan
mau menangani perkara orang ini, maka setelah melihat
Abraham Wilson sendiri, dia menjadi yakin. Baru duduk saja di
hadapan laki-laki itu, dia sudah bisa merasakan kebencian
yang terpancar dari manusia itu.
Jennifer membuka percakapan itu dengan berkata, "Nama
saya Jennifer Parker. Saya seorang pengacara. Pater Ryan
telah meminta saya untuk menemui anda."
Abraham meludah melalui sekat, hingga Jennifer terperciki
air ludahnya. "Laki-laki sial brengsek itu".
82 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Sungguh suatu awal yang hebat, pikir Jennifer. Dia
menahan dirinya supaya tidak menyeka air ludah itu dari
mukanya. "Adakah sesuatu yang Anda butuhkan di sini,
Saudara Wilson?" Laki-laki itu tersenyum hingga gusinya yang tak bergigi itu
kelihatan. "Aku butuh perempuan, Anak manis. Mengerti?"
Jennifer tidak mempedulikan kata-kata itu. "Maukah Anda
menceritakan apa yang telah terjadi?"
"Hei, kalau mau mengorek riwayat hidupku, kau harus
membayarnya. Aku akan menjual riwayat hidupku itu pada
perusahaan film. Mungkin aku sendiri yang akan menjadi
bintang utamanya." Kemarahan yang diperlihatkannya, menakutkan. Jennifer
hanya ingin keluar saja dari tempat itu. Wakil kepala penjara
tadi memang benar. Dia membuang-buang waktunya saja.
"Kurasa benar-benar tak ada yang bisa kulakukan untuk
membantumu, jika Anda tak mau membantuku, Saudara
Wilson. Aku sudah berjanji pada Pater Ryan untuk sekurang-
kurangnya datang dan berbicara denganmu."
Abraham Wilson tertawa dan memperlihatkan giginya yang
ompong lagi. "Kau benar-benar baik, Sayang. Yakin benarkah
kau tidak akan mengubah pikiranmu tentang perempuan yang
kuminta itu?" Jennifer bangkit. Dia merasa dia sudah cukup sabar.
"Apakah kau benci pada semua orang?"
"Dengar, Gadis cantik, mari sini supaya kau kudekap, lalu
baru kita bahas tentang kebencian."
Jennifer berdiri terpana, menatap wajah yang jelek itu.
sambil mencernakan apa yang dikatakan laki-laki itu,
kemudian dia duduk perlahan-lahan. "Maukah kau
menceritakan apa sebenarnya yang telah terjadi. Abraham?"
83 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Laki-laki itu menatap mata Jennifer, tanpa berkata apa-apa.
Jennifer menunggu sambil memperhatikannya, sambil berpikir
pula, bagaimana gerangan rasanya berkulit hitam yang
berbekas luka-luka itu. Jennifer ingin pula tahu berapa banyak
bekas luka yang tersembunyi dalam hatinya.
Keduanya duduk saja berdiam diri. Akhirnya, Abraham
Wilson berkata, "Aku telah membunuh jahanam itu."
"Mengapa kau membunuhnya?"
Abraham mengangkat pundaknya. "Setan itu mendatangi
aku dengan sebuah pisau jagal yang besar, lalu..."
"Jangan membohongi aku. Para narapidana tidak boleh
berkeliaran dengan membawa pisau jagal."
Wajah Wilson menegang lalu berkata, "Keluar dari sini. Aku
tidak memintamu datang." Dia bangkit. "Dan jangan datang-
datang lagi mengganggu aku, dengar" Aku sibuk."
Dia berbalik lalu berjalan ke arah pengawal. Sesaat
kemudian, kedua laki-laki itu telah pergi. Apa boleh buat.
Paling tidak, Jennifer bisa mengatakan pada Pater Ryan bahwa
dia sudah berbicara dengan laki-laki itu. Selanjutnya tak ada
lagi yang bisa dilakukannya.
Seorang pengawal mengantar Jennifer keluar dari
bangunan itu. Dia menyeberangi halaman penjara, berjalan ke
arah pintu masuk utama sambil memikirkan tentang Abraham
Wilson dan perasaannya sendiri terhadap laki-laki itu. Dia tak
suka pada laki-laki itu dan oleh karenanya, dia telah
melakukan apa yang sebenarnya tak boleh dilakukannya. Dia
sudah berprasangka terhadap laki-laki itu. Dia telah mencap
laki-laki itu bersalah, padahal dia belum lagi diadili. Mungkin
memang ada seseorang yang menyerangnya, bukan dengan
pisau tentu, melainkan dengan batu besar atau batu bata.
Jennifer berhenti lalu berdiri tanpa mengambil keputusan apa-
apa. Nalurinya menyuruh kembali saja ke Manhattan dan
melupakan Abraham Wilson.
84 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer membelok lalu berjalan ke arah kantor wakil kepala
penjara. "Perkara Abraham Wilson itu memang berat", kata Howard
Patterson. "Bila mungkin, kami mencoba memberikan
rehabilitasi dan bukan hukuman, tapi perbuatan Abraham
sudah terlalu jauh. Satu-satunya jalan untuk menenangkannya
adalah mengirimnya ke kursi listrik."
Mengerikan benar logika itu, pikir Jennifer. "Dia berkata
pada saya bahwa laki-laki yang dibunuhnya itu telah
menyerangnya dengan pisau jagal."
"Saya rasa itu mungkin saja." Jawaban itu mengejutkan
Jennifer. "Apa maksud Anda bahwa itu mungkin" Apakah Anda
ingin berkata bahwa seorang narapidana dalam penjara ini
bisa memiliki pisau" Pisau jagal?"
Howard Patterson mengangkat bahunya. "Nona Parker, di
sini ada seribu dua ratus empat puluh orang narapidana, dan
beberapa di antaranya benar-benar cerdik. Mari saya
tunjukkan sesuatu pada Anda."
Patterson mengantarkan Jennifer berjalan melalui sebuah
lorong panjang, ke sebuah kamar yang terkunci. Dipilihnya
sebuah kunci dari suatu kumpulan, dibukanya pintu kamar itu,
lalu dinyalakannya lampu. Jennifer mengikutinya memasuki
sebuah kamar tanpa perabot. Pada dinding kamar itu terdapat
rak-rak. "Di sinilah kami menyimpan kotak tetek-bengek kotak
bengek narapidana." Dia berjalan ke sebuah kotak besar, lalu
mengangkat tutupnya. Jennifer terbelalak memandangi isi kotak itu dengan rasa
tak percaya. Dia mengangkat mukanya melihat Howard Pettterson dan
berkata, "Saya ingin bertemu lagi dengan klien saya."
85 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
6 Jennifer menyiapkan diri untuk sidang perkara Abraham Wilson dengan sebaik-baiknya, tak pernah dia menyiapkan diri untuk apa pun juga sebaik itu selama hidupnya. Berjam-jam dia menghabiskan waktunya dalam perpustakaan hukum, memeriksa prosedur-prosedur dan pembelaan-pembelaan Berjam-jam pula dia berbicara dengan kliennya, untuk memeras setiap informasi yang sekecil apa pun, yang bisa didapatkannya. Sungguh tak mudah tugasnya itu. Wilson sejak awal selalu galak dan penuh cemooh.
"Kau ingin tahu tentang diriku, Manis" Waktu berumur sepuluh tahun, aku sudah ditangkap untuk pertama kalinya.
Umur berapa kau waktu itu?"
Jennifer memaksakan dirinya untuk tidak memperdulikan sikap benci dan penghinaannya itu, karena dia tahu bahwa sikap-sikap itu menutupi rasa takut yang mendalam. Maka Jennifer pun terus bertahan, mencari tahu bagaimana kehidupan Wilson waktu masih kecil, bagaimana orang tuanya, apa yang telah memberinya bentuk hingga menjadi laki-laki yang demikian. Setelah berminggu-minggu, keengganan Abraham Wilson berubah menjadi minat, dan akhirnya minat itu berubah pula menjadi rasa terpesona. Sebelum itu tak pernah terpikir olehnya, manusia macam apa dia itu, atau mengapa dia sampai jadi begitu.
Pertanyaan-pertanyaan Jennifer yang mendesak, mulai menimbulkan kenangan masa lalunya, ada yang tak menyenangkan, ada pula yang benar-benar menyakitkan.
Beberapa kali sedang Jennifer menanyai Abraham Wilson mengenai ayahnya, yang sering memukulinya dengan kejam.
Wilson menyuruh Jennifer pergi meninggalkannya. Jennifer pergi dengan patuh, tetapi dia selalu kembali.
86 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Kalau sebelum itu Jennifer masih ada waktu untuk hidup
pribadinya, maka kini dia sama sekali tak punya waktu lagi.
Bila dia tidak berada bersama Abraham Wilson, dia berada di
kantornya, tujuh hari dalam seminggu, mulai pagi-pagi sekali
sampai lewat tengah malam, membaca apa saja yang
ditemukannya yang berhubungan dengan pembunuhan, baik
dengan sengaja maupun tidak. Dipelajarinya beratus-ratus
keputusan pengadilan banding, ikhtisar-ikhtisar acara
persidangan, surat-surat sumpah, barang-barang bukti, mosi-
mosi, dokumen-dokumen. Dipelajarinya secara mendalam
dokumen-dokumen tentang maksud dan perencanaan,
tentang pembelaan diri, bahaya ganda, serta kehilangan akal
untuk sementara. Dipelajarinya cara-cara untuk memohon agar suatu
tuduhan dikurangi menjadi tuduhan pembunuhan biasa.
Abraham tidak berencana untuk membunuh orang itu.
Tetapi apakah dewan juri akan percaya hal itu" Apalagi dewan
juri setempat. Orang-orang kota benci adanya narapidana di
tengah-tengah mereka. Jennifer meminta perubahan daerah
persidangan, lalu permintaan itu dikabulkan. Sidangnya akan
diadakan di Manhattan. Jennifer harus mengambil keputusan penting: Apakah akan
dihadapkannya Abraham untuk memberikan kesaksiannya"
Penampilannya begitu mengerikan, tetapi bila anggota-
anggota juri bisa mendengar kisah dari mulutnya sendiri,
mungkin mereka lalu menaruh simpati padanya. Masalahnya,
bila Abraham Wilson ditampilkan ke mimbar, maka penuntut
umum akan bisa membukakan masa lalu Wilson, juga
kesalahan-kesalahannya di masa lalunya, termasuk
pembunuhan yang telah dilakukannya.
Jennifer ingin tahu, asisten jaksa mana yang akan
ditugaskan oleh Di Silva untuk melawannya. Ada enam orang
yang pandai-pandai yang sudah biasa mengadili sidang-sidang
87 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pembunuhan, dan Jennifer telah membiasakan dirinya dengan
teknik-teknik mereka. Dia menghabiskan waktunya di Sing Sing sebanyak
mungkin. Meninjau kembali peristiwa pembunuhan di halaman
rekreasi penjara itu, bercakap-cakap dengan para pengawal
dan dengan Abraham sendiri, dan dia mewawancarai belasan
narapidana yang telah menyaksikan pembunuhan itu.
"Raymond Thorpe telah menyerang Abraham Wilson
dengan sebuah pisau," kata Jennifer. "Sebuah pisau jagal
yang besar. Anda tentu melihatnya."
"Saya" Saya tidak melihat pisau."
"Pasti Anda melihatnya. Anda ada di sana."
"Nyonya, saya tidak melihat apa-apa."
Tak seorang pun mau terlibat.
Kadang-kadang Jennifer perlu untuk pergi makan seperti
biasa, tetapi biasanya dia hanya sempat makan roti dengan
terburu-buru di kedai kopi, di lantai utama gedung pengadilan.
Berat badannya mulai menurun dan dia sering mendapat
serangan pusing kepala. Ken Bailey kuatir melihat keadaannya. Diajaknya Jennifer
ke Restoran Forlini di seberang gedung pengadilan, dan
dipesannya makanan banyak-banyak untuknya.
"Apakah kau sedang mencoba membunuh dirimu sendiri?"
tanya Ken. "Tentu saja tidak."
"Adakah kau berkaca akhir-akhir ini?"
"Tidak." Ken memandanginya lalu berkata, "Kalau kau mau
memakai otakmu, kaulepas saja perkara ini."
88 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Mengapa?" "Kau menjadikan dirimu bulan-bulanan. Jennifer, aku
mendengar berita-berita burung. Pers sudah mulai
mengincermu lagi, mereka ingin sekali menghancurkan kau
lagi." "Aku seorang pengacara," kata Jennifer keras kepala.
"Abraham Wilson berhak diadili dengan wajar. Aku sedang
mencoba supaya dia mendapatkan keadilan dalam sidang
nanti." Jennifer melihat kekuatiran di wajah Ken Bailey. "Jangan
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
kuatir. Perkara ini tidak akan tersebar seluas yang kausangka."
"Oh, tidak ya" Tahukah kau siapa yang akan menjadi
penuntut umum?" "Tidak." "Robert Di Silva."
Jennifer tiba di Gedung Pengadilan Kriminal melalui jalan
masuknya yang di Leonard Street. Dia harus mendesak-desak
di antara orang-orang yang memenuhi lobby, melewati polisi-
polisi yang berseragam, para detektif yang berpakaian seperti
kaum hippi, para ahli hukum yang dapat dibedakan dari
orang-orang lain karena tas kantor yang mereka jinjing.
Jennifer berjalan ke arah meja informasi yang bulat, di mana
tak pernah ditempatkan seorang petugas, lalu dia pergi ke
lantai enam naik lift. Dia akan menemui Pak Jaksa. Hampir
setahun yang lalu terakhir Jennifer bertemu dengan Robert Di
Silva, dan Jennifer tak ingin bertemu sekarang ini. Dia akan
memberitahukan pada jaksa bahwa dia akan menarik diri dari
pembelaan Abraham Wilson.
Tiga malam Jennifer tak bisa tidur untuk mengambil
keputusan itu. Akhirnya dia memutuskan bahwa yang menjadi
pertimbangannya yang utama itu adalah kepentingan klien.
Perkara Wilson itu sebenarnya tak cukup penting bagi Di Silva
89 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk menanganinya sendiri. Jadi, satu-satunya alasan
mengapa jaksa memberikan perhatian pribadinya, adalah
karena Jennifer yang terlibat dalam perkara itu. Di Silva ingin
membalas dendam. Dia akan menghajar Jennifer. Maka
akhirnya Jennifer memutuskan bahwa dia tak punya pilihan
lain, selain menarik diri dari pembelaan Wilson dalam perkara
itu. Dia-tak mau laki-laki itu sampai dihukum mati gara-gara
kesalahan yang pernah dibuat Jennifer! Bila dia menarik
dirinya dari perkara itu, mungkin Robert Di Silva akan
memperlakukan Wilson dengan lebih lunak. Jennifer sedang
dalam perjalanan untuk menyelamatkan nyawa Wilson.
Dia mengalami suatu perasaan aneh seolah-olah dia
menghayati lagi masa lalunya, waktu dia keluar dari lantai
enam dan berjalan ke arah pintu yang dikenalnya sejak dulu
dengan tulisan Jaksa Negeri Wilayah New York yang
dicantumkan pada pintunya. Di dalamnya, sekretaris yang
dulu juga yang duduk di meja yang sama.
"Saya Jennifer Parker. Saya ada janji
dengan..." "Masuk saja segera," kata sekretaris itu. "Pak Jaksa sudah menunggu Anda."
Robert Di Silva sedang berdiri di balik meja tulisnya,
mengunyah cerutu yang basah, sambil memberikan perintah-
perintah pada dua orang asisten. Dia berhenti waktu Jennifer
masuk. "Saya sangka Anda tidak akan muncul."
"Ini, saya sudah di sini."
"Saya sangka Anda sudah lari terbirit-birit ke luar kota
sekarang ini. Mau apa Anda?"
Di seberang meja Robert Di Silva ada dua bua meja, tetapi
laki-laki itu tidak mempersilakan Jennifer duduk.
"Saya datang untuk membicarakan klien saya Abraham
Wilson." 90 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Robert Di Silva duduk, dia bersandar di kursinya dan pura-pura berpikir. "Abraham Wilson... Oh Pembunuh Negro yang memukul orang sampai mati dalam penjara itu. Sebenarnya Anda tak perlu bersusah payah membela dia." Dia menoleh pada kedua asistennya dan mereka meninggalkan kamar itu.
"Nah, bagaimana Saudara Pembela?"
"Saya ingin membicarakan tentang pertimbangan bagi Terdakwa."
Robert Di Silva memandanginya dengan terheran-heran.
"Maksud Anda, Anda kemari akan meminta pertimbangan"
Anda benar-benar membuat saya tercengang. Saya sangka orang yang begitu berbakat. Pasti Anda akan bisa membebaskannya dengan mudah."
"Tuan Di Silva, saya tahu bahwa perkara ini kelihatannya sudah jelas," Jennifer mulai, "tapi ada hal-hal yang meringankan Abraham Wilson..."
Jaksa Di Silva memotong. "Baik saya katakan dengan bahasa yang jelas supaya Anda mengerti, Saudara Pembela, Ambil ah hal-hal yang meringankan itu dan perbuatlah sesuka hati Anda dengan itu!"
Dia bangkit dan ketika dia berbicara lagi suaranya gemetar menahan marahnya. "Memberikan pertimbangan pada Anda"
Anda telah menggagalkan hidupku! Sudah jelas ada mayatnya dan orangmu itu akan dihukum mati karena perbuatannya itu.
Anda dengar itu" Saya sudah menjadikannya urusan pribadi saya dan bertekad supaya dia dikirim ke kursi listrik"
"Saya datang untuk menarik diri dari perkara ini. Anda bisa mengurangi tuduhan menjadi percobaan pembunuhan biasa.
Bagaimanapun juga, Wilson memang sudah dipenjarakan seumur hidup. Anda bisa.. .."
"Tidak bisa! Dia bersalah karena membunuh habis perkara!"
91 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer berusaha menahan amarahnya. "Saya pikir dewan juri yang seharusnya memutuskan itu
Robert Di Silva tersenyum mengejek pada Jennifer. "Anda tak bisa membayangkan betapa menyenangkannya, seorang ahli seperti Anda masuk ke dalam kantor saya dan menjelaskan tentang hukum pada saya."
"Tak bisakah kita melupakan masalah pribadi kita" Saya...."
"Selama hidupku, tidak akan! Sampaikan salamku pada temanmu Michael Moretti."
Setengah jam kemudian Jennifer minum kopi dengan Ken Bailey.
"Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat", Jennifer mengaku. "Kusangka bahwa bila aku melepaskan perkara itu, Abraham Wilson akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Tapi Silva tak mau mempertimbangkannya. Bukan Wilson yang akan dihukumnya, melainkan aku".
Ken Bailey memandanginya dengan merenung "Mungkin dia mencoba menggertak kau. Dia ingin membuat kau ketakutan."
"Aku memang ketakutan." Jennifer menghirup kopinya seteguk. Pahit rasanya. "Rumit betul perkara ini. Maunya kau melihat si Abraham Wilson itu. Dengan hanya melihatnya saja pun, para anggota juri sudah akan menyatakan dia bersalah."
"Kapan sidangnya?"
"Sebulan lagi."
"Adakah yang bisa kubantu?"
"Ada. Membuat perjanjian dengan Di Silva."
"Apakah dengan begitu kau merasa akan ada kemungkinan kau akan bisa membebaskan Abraham Wilson" " '
92 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Kalau ditinjau secara pesimis, aku sedang sedang
mencoba menangani perkaraku yang pertama melawan jaksa
penuntut yang paling hebat, yang punya rasa dendam
terhadapku " sedang klienku nilalah seorang narapidana
Negro yang membunuh untuk kedua kalinya di hadapan
seratus dua puluh orang saksi mata."
"Hebat. Bagaimana segi optimisnya?"
"Aku akan ditabrak truk nanti sore.'"
Kini tinggal tiga minggu lagi sidang itu akan
diselenggarakan. Jennifer mengusahakan supaya Abraham
Wilson dipindahkan ke penjara di Riker's Island. Dia
ditempatkan di rumah tahanan untuk laki-laki, yaitu penjara
yang terbesar dan tertua di pulau itu. Sembilan puluh lima
persen dari orang-orang tahanan di situ sedang menunggu
saat akan disidangkan karena kejahatan-kejahatan besar telah
mereka lakukan: pembunuhan, pembakaran, perkosaan,
perampokan bersenjata, dan perkosaan dengan kekejaman.
Mobil-mobil pribadi tak diizinkan dibawa ke pulau itu. jadi
Jennifer diantar naik bus hijau yang kecil, ke gedung
pemeriksaan dari batu bata yang berwarna abu-abu. Dia
memperlihatkan tanda pengenalnya. Di sebelah kiri bangunan
itu, dalam sebuah rumah monyet berwarna hijau, ada dua
orang pengawal yang bersenjata, dan lebih jauh lagi ada
sebuah pintu gerbang di mana semua tamu yang tak bersurat
izin ditahan. Dari gedung pemeriksaan, Jennifer dibawa
dengan mobil yang sama melalui Hazen Street, jalan kecil
yang memotong lahan penjara itu, ke arah Gedung Pusat
Anna M. Kross. Abraham Wilson dibawa ke situ untuk
menemuinya di dalam sebuah ruang bicara yang terdiri dari
delapan buah kamar-kamar kecil bersekat-sekat, yang khusus
disediakan untuk pertemuan antara pembela dengan kliennya.
Sambil berjalan di lorong yang panjang untuk pergi
menemui Abraham Wilson, Jennifer berpikir tempat ini tak
ubahnya seperti ruang tunggu untuk ke neraka. Di sana
93 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
terdengar suara-suara aneh sekali. Penjara itu terbuat dari
batu bata, besi baja, batu, dan genting. Pintu-pintu yang dari
besi baja itu terus-menerus terbuka dan tertutup terhantam
lagi. Ada lebih dari seratus orang dalam setiap sel yang
berblok-blok. Mereka berbicara dengan berteriak-teriak,
sedang dua buah pesawat tv distel pada saluran-saluran yang
berlainan, lalu ada pula pesawat tape yang
mengumandangkan lagu-lagu Country Rock. Tiga ratus
pengawal ditugaskan dalam bangunan itu, dan suara bentakan
mereka berbaur dengan aneka bunyi lainnya dalam penjara
itu. Seorang pengawal pernah mengatakan pada Jennifer,
"Masyarakat dalam penjara adalah masyarakat yang paling
sopan di dunia. Bila seorang narapidana bersenggolan dengan
yang lain, segera berkata, 'Maaf.' Para narapidana pun paling
banyak beban pikiran, tetapi paling sedikit barang...."
Jennifer duduk berhadapan dengan Abraham Wilson dan
dia berpikir: Hidup-mati laki-laki ini ada dalam tanganku. Bila
dia sampai mati, maka itu adalah karena aku gagal
membelanya. Jennifer memandang mata laki-laki itu dan
melihat keputus-asaannya.
"Aku akan berbuat sebisa-bisanya," Jennifer berjanji.
Tiga hari sebelum sidang perkara Abraham Wilson dimulai,
Jennifer mendengar bahwa yang akan menjadi hakim ketua
adalah Yang Mulia Laurence Waldman, yang dulu mengetuai
sidang perkara Michael Moretti, yang telah mencoba untuk
mencabut izin praktek Jennifer.
7 Pukul empat subuh hari Senin, di akhir bulan Desember
seribu sembilan ratus tujuh puluh, pada hari akan dimulainya
sidang Abraham Wilson. 94 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer terbangun dengan perasaan letih dan mata berat.
Tidurnya tak nyenyak karena pikirannya dipenuhi mimpi-mimpi
tentang sidang itu. Salah satu mimpinya adalah, Robert Di
Silva menyuruhnya ke mimbar saksi dan menanyainya tentang
Michael Moretti. Setiap kali mencoba menjawab pertanyaan-
pertanyaannya, para anggota juri menyela dengan serentak :
Pembohong! Pembohong! Pembohong!
Semua mimpinya berlainan, tetapi semua ada
kesamaannya. Dalam mimpinya yang terakhir tampak
Abraham Wilson yang terikat di kursi listrik. Waktu Jennifer
mendekatinya untuk menghiburnya, laki-laki itu meludahi
mukanya. Jennifer terbangun gemetar, dan dia tak bisa tidur
lagi. Dia duduk saja di kursi dan memperhatikan matahari
terbit. Dia tak bisa makan karena gugupnya. Dia ingin bisa
tidur malam sebelumnya. Dia ingin tidak begitu tegang Dia
ingin hari itu berlalu. Sedang dia mandi dan berpakaian, dia merasakan firasat
kegagalan. Dia ingin mengenakan baju hitam, tetapi dia
memilih baju tiruan dari Chanel yang berwarna hijau, yang
dibelinya pada waktu Toko Lochmann mengadakan penjualan
obral. Pukul setengah sembilan, Jennifer Parker tiba di Gedung
Pengadilan Kriminal untuk memulai pembelaan dalam perkara
rakyat dari negara bagian New York melawan Abraham
Wilson. Di depan jalani masuk, tampak sekumpulan orang dan
mula-mula Jennifer menyangka ada kecelakaan. Dia melihat
sederetan kamera tv dan alat pengeras suara, dan sebelum
Jennifer menyadari apa yang terjadi, dia sudah dikerumuni
para wartawan. Seorang wartawan berkata, "Nona Parker, inilah sidang
Anda yang pertama kali sejak Anda menggagalkan perkara
Michael Moretti terhadapi Jaksa, bukan?"
Peringatan Ken Bailey ternyata benar. Dialah daya tarik
yang terbesar, bukan kliennya. Para wartawan itu
95 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdatangan, bukan sebagai peninjau yang obyektif; mereka
adalah burung elang pencari mangsa dan Jennifer-lah
bangkainya. Seorang wanita muda yang mengenakan celana jeans
menyodorkan sebuah mikrofon ke muka Jennifer. "Benarkah
Jaksa Di Silva bertekad untuk menjatuhkan Anda?"
"No comment." Jennifer menyikut-nyikut mencari jalan
masuk ke gedung. "Pak Jaksa mengeluarkan pernyataan kemarin malam,
bahwa dia berpendapat Anda tak pantas di zinkan membuka
praktek pengacara di daerah pengadilan New York. Apakah
Anda ingin mengatakan sesuatu sehubungan dengan
pernyataan itu?" "No comment." Jennifer sudah hampir tiba dijalan masuk.
"Tahun yang lalu Hakim Waldman berusaha untuk
mencabut hak Anda sebagai pengacara. Apakah Anda akan
memintanya untuk membatalkan...?"
Jennifer sudah berada dalam gedung pengadilan.
Direncanakan sidang akan diadakan di Ruang Tiga Puluh
Tujuh. Lorong di luar dipenuhi orang-orang banyak yang
mencoba masuk, tetapi ruang sidang sudah penuh. Bunyi
suara terdengar mendengung dan terasa adanya suasana
keramaian. Ada sederetan bangku-bangku khusus yang
disediakan untuk para wartawan. Di Silva yang mengatur
semuanya, pikir Jennifer.
Abraham Wilson duduk di meja terdakwa, dia menjulang
lebih tinggi daripada semua orang di sekelilingnya, serupa
benar dengan gunung yang mengerikan. Dia mengenakan
setelan biru tua yang kekecilan, dan kemeja putih serta dasi
biru yang dibelikan Jennifer untuknya. Pakaian itu tidak
mengubah keadaannya. Abraham Wilson tetap kelihatan
seperti seorang pembunuh jelek yang mengenakan setelan
96 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
biru tua. Akan sama saja halnya bila dia mengenakan pakaian
penjaranya, pikir Jennifer dengan semangat lemah.
Wilson memandang ke segala pelosok ruang sidang dengan
menantang, dia membelalak pada siapa saja yang bertemu
pandang dengannya. Jennifer kini sudah cukup mengenal
kliennya dan mengerti bahwa sikap permusuhannya itu adalah
untuk menutupi rasa takutnya; tetapi yang didapatkan oleh
setiap orang " termasuk hakim dan juri " adalah kesan
permusuhan dan kebencian. Laki-laki besar itu merupakan
ancaman. Mereka akan menganggapnya sebagai seseorang
yang harus ditakuti dan dimusnahkan.
Tak ada sedikit pun dalam kepribadian Wilson yang bisa
menimbulkan rasa suka. Tak sedikit punl pada penampilannya
yang bisa menimbulkan simpati. Yang tampak adalah wajah
cacat yang jelek-itu, dengan hidung yang patah dan gigi
ompong, serta tubuh besar yang menimbulkan ketakutan
orang. Jennifer berjalan ke arah meja tertuduh di mana Abraham
Wilson duduk, lalu duduk di samping laki-laki itu. "Selamat
pagi, Abraham." Abraham menoleh padanya lalu berkata, "Tak kusangka
kau akan datang."
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Jennifer teringat akan mimpinya. Dia memandang ke mata
Abraham yang kecil dan sipit. "Kau tahu betul aku pasti
datang." Abraham mengangkat bahunya tanpa acuh. "Tidak akan
ada pengaruhnya. Mereka pasti akan menghukumku. Mereka
pasti akan menuduhku telah membunuh dan kalau perlu
mereka akan mensahkan sebuah undang-undang baru yang
memungkinkan mereka merebusku dalam minyak. Ini tidak
akan merupakan sidang. Ini hanya suatu show saja. Adakah
kau membawa jagung goreng?"
97 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Di meja penuntut umum terdengar keributan kecil, dan
waktu Jennifer mengangkat mukanya tampak Jaksa Di Silva
mengambil tempat di meja, di sebelah sederetan asistennya.
Pria itu melihat ke arah Jennifer, lalu tersenyum. Jennifer
makin merasa panik. Seorang petugas pengadilan berseru, "Hadirin harap
berdiri," dan Hakim Lawrence Waldman masuk dari kamar
pakaian hakim. "Perhatian. Perhatian. Semua orang yang berurusan
dengan Bagian Tiga Puluh Tujuh dari pengadilan ini,
mendekatlah, berikan perhatian Anda dan Anda pun akan
mendapat perhatian. Ketua sidang Yang Mulia Hakim
Lawrence Waldman." Satu-satunya orang yang tak mau berdiri adalah Abraham
Wilson. "Berdiri!" bisik Jennifer dari sudut mulutnya.
"Jangan pedulikan mereka itu. Mereka harus datang dan
mencoba menarikku untuk berdiri."
Jennifer mengangkat tangannya yang sebesar tangan
raksasa itu. "Berdiri, Abraham. Akan kita kalahkan mereka."
Lama Abraham memandanginya, lalu perlahan-lahan dia
bangkit, menjulang tinggi di atas Jennifer.
Hakim Waldman mengambil tempat di meja hakim. Para
penonton duduk kembali. Petugas pengadilan menyerahkan
sehelai kalender pengadilan kepada hakim.
"Rakyat Negara Bagian New York melawan Abraham
Wilson, dituduh membunuh Raymond Thorpe."
Dalam keadaan biasa Jennifer sebenarnya akan menunjuk
orang-orang Negro sebagai anggota-anggota juri, tetapi
karena Abraham Wilson, dia jadi tak yakin. Wilson tidak
dianggap sebagai salah seorang dari mereka. Dia seorang
98 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
penjahat, seorang pembunuh, 'seorang yang mencorengkan
arang ke dahi sukunya'. Mereka akan lebih bersemangat
menjatuhkan hukuman atas dirinya daripada orang-orang
yang berkulit putih. Yang bisa diusahakan Jennifer hanyalah
mencoba menjauhkan penantang-penantang keras dari
keanggotaan juri. Tetapi para penantang keras itu tidak
berkeliaran mempertontonkan diri mereka. Mereka akan diam-
diam menyembunyikan pendirian mereka, menunggu
kesempatan untuk bertindak membalas dendam.
Pada hari kedua menjelang petang, Jennifer sudah
kehabisan sepuluh tantangannya yang tak terlawan. Dia
merasakan sendiri bahwa kata-katanya yang ditujukan pada
juri, kaku dan tak lancar, sedang pidato Di Silva lancar serta
penuh keyakinan. Pria itu tahu teknik untuk menenangkan hati
para juri, menarik hati mereka supaya memihak padanya,
mengajak mereka bersahabat.
Mengapa aku sampai lupa betapa pandainya Di Silva
berperan sebagai aktor" tanya Jennifer pada dirinya sendiri.
Di Silva belum menggunakan tantangan-tantangannya yang
tak terkalahkan sampai Jennifer kehabisan tantangannya, dan
Jennifer tak mengerti mengapa demikian. Sesudah terlambat
dia baru tahu alasannya. Di Silva lebih cerdik daripadanya. Di
antara para juri yang akan ditanyai terakhir adalah seorang
detektif swasta, seorang manajer bank, dan ibu dari seorang
dokter "semuanya orang kuat" dan kini tak ada lagi yang
dapat diperbuat Jennifer untuk mencegah keanggotaan
mereka dalam dewan juri. Jaksa telah mengalahkannya.
Robert Di Silva bangkit lalu memulai pidato pembukaannya.
"Sidang yang terhormat," "Dia lalu berpaling pada juri"
"dan Anda sekalian Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya anggota
juri, pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih
karena Anda telah mengorbankan waktu Anda yang begitu
berharga untuk menghadiri pengadilan perkara ini."
99 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Dia tersenyum menarik. "Saya maklum bahwa duduk
sebagai anggota juri ini bisa sangat membuang waktu. Anda
punya pekerjaan utama serta keluarga yang memerlukan
perhatian Anda." Seolah-olah dia sendiri juga salah seorang anggota, pikir
Jennifer, anggota juri yang ketiga belas.
"Saya berjanji akan menyita waktu Anda sesedikit mungkin.
Ini sebenarnya suatu perkara yang sangat sederhana. Itulah
tertuduhnya, yang duduk di sana itu.... Abraham Wilson.
Tertuduh telah dipersalahkan oleh Negara Bagian New York,
membunuh Raymond Thorpe, sesama narapidana di Penjara
Sing Sing. Tak ada keraguan lagi bahwa dia telah
melakukannya. Dia telah mengakuinya sendiri. Pembela
Saudara Wilson akan menekankan bahwa pembunuhan itu
dilakukannya karena membela diri."
Jaksa berbalik untuk melihat ke tubuh besar Abraham
Wilson, dan secara otomatis mata para juri pun mengikutinya
pula. Jennifer dapat melihat reaksi pada wajah-wajah mereka.
Dia memaksa dirinya untuk memusatkan perhatiannya pada
kata-kata Jaksa Di Silva.
"Beberapa tahun yang lalu, dua belas orang warga negara
yang saya yakin sama benar dengan Anda sekalian, telah
memberikan suara mereka untuk memasukkannya ke penjara.
Karena peraturan-peraturan yang berlaku, saya tidak
diperbolehkan untuk membicarakan dengan Anda kesalahan
yang telah dibuat Abraham Wilson waktu itu. Namun saya bisa
mengatakan, juri pada waktu itu yakin benar bahwa dengan
mengurung Abraham Wilson, dia tidak akan bisa lagi
melakukan tindak-tindak kriminal lainnya. Sayangnya, mereka
itu keliru. Karena dalam keadaan terkurung pun, Abraham
Wilson masih bisa bertindak, membunuh, untuk memuaskan
napsu berdarahnya. Kini akhirnya kita tahu bahwa hanya ada
satu jalan yang akan mencegah Wilson dari perbuatan
pembunuhan lagi. Dan jalan itu adalah menjatuhinya hukuman
100 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
mati. Tindakan itu memang tidak akan mengembalikan nyawa
Raymond Thorpe, tapi bisa menyelamatkan hidup orang-orang
lain yang akan terhindar menjadi korban berikutnya dari
tertuduh." Di Silva berjalan di sepanjang meja para juri, sambil
menatap mata para juri itu satu demi satu. "Sudah saya
katakan bahwa perkara ini tidak akan mengambil banyak
waktu Anda. Akan saya katakan mengapa saya berkata begitu.
Tertuduh yang duduk di situ itu " Abraham Wilson " telah
membunuh seseorang dengan darah dingin. Dia telah
mengakui perbuatannya itu. Tapi meski dia tak mengakuinya
sekalipun, ada saksi-saksi mata yang melihat Abraham Wilson
melakukan pembunuhan itu. Bahkan lebih dari seratus orang
banyaknya saksi mata. Mari kita teliti istilah 'dengan darah
dingin' itu. Pembunuhan dengan alasan apa pun juga, adalah
jahat, baik bagi saya maupun, saya yakin, bagi Anda juga.
Tapi kadang-kadang suatu pembunuhan dilakukan dengan
alasan yang sekurang-kurangnya bisa dipahami. Umpama saja
bila seseorang yang, bersenjata mengancam seseorang yang
Anda cintai.... anak, suami, atau istri. Nah, bila Anda
mempunyai sebuah pistol, mungkin Anda akanj menarik
pelatuknya untuk menyelamatkan nyawa orang yang Anda
cintai itu. Baik Anda maupun saya, mungkin tidak akan mau
memaafkan hal semacam itu, tapi saya yakin kita sekurang-
kurangnya bisa memahaminya. Atau mari kita ambil contoh
lain. Bila Anda tiba-tiba terbangun tengah malam oleh seorang
penyerang yang mengancam nyawa Anda, dan Anda punya
kesempatan untuk membunuhnya demi menyelamatkan
nyawa Anda sendiri, lalu Anda membunuhnya.... yah, saya
pikir kita semua bisa mengerti mengapa hal itu sampai terjadi.
Dan hal itu tidak akan menjadikan kita penjahat yang berputus
asa atau orang jahat, bukan" Hal itu adalah sesuatu yang kita
lakukan dalam keadaan mendesak." Suara Di Silva menjadi
keras. "Tetapi pembunuhan dengan darah dingin itu lain lagi.
Mencabut nyawa seseorang manusia lain, tanpa ada alasan
101 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
berdasarkan perasaan, dan melakukannya karena uang dan
obat-obat terlarang, atau karena memang hanya suka
membunuh...." Dia jelas-jelas menanamkan dugaan pada para juri, tetapi
tidak melewati batas, hingga tak mungkin bisa mengatakan
bahwa pernyataannya salah, untuk membatalkan sidang atau
untuk pengembalian hak terdakwa.
Jennifer memperhatikan wajah para juri; tak meragukan
lagi, mereka semua sudah berada dalam tangan Robert Di
Silva. Mereka sependapat dengan setiap perkataan yang
diucapkan jaksa itu. Mereka menggeleng dan mengangguk
serta mengernyitkan dahi mereka. Semuanya mereka lakukan,
hanya bertepuk tangan saja yang tidak. Di Silva tak ubahnya
pemimpin suatu orkes, sedang para juri itu adalah pemain-
pemain orkes tersebut. Tak pernah Jennifer melihat hal serupa
itu. Setiap kali jaksa menyebut nama Abraham Wilson, para
anggota juri otomatis menoleh pada tertuduh, padahal Di Silva
menyebutkan nama itu hampir dalam setiap kalimat. Jennifer
telah mengingatkan Wilson agar tidak melihat pada para juri.
Ditekankannya berulang kali supaya dia melihat ke mana saja
dia mau dalam ruang sidang itu, asal tidak ke tempat duduk
para juri, karena air mukanya yang menantang itu akan
menimbulkan rasa geram hati orang. Kini dengan rasa ngeri
Jennifer melihat bahwa mata Wilson melekat ke meja para
juri, berpandangan lekat dengan para juri. Sikap menyerang
bagai tertumpah dari dirinya.
"Abraham...." bisik Jennifer.
Laki-laki itu tak bergeming.
Jaksa sedang mengakhiri pidato pembukaannya. "Dalam
Injil ada disebutkan, 'Kejahatan dibalas dengan kejahatan.' Itu
dendam namanya. Negara tidak ingin membalas dendam.
Yang dikehendakinya adalah keadilan. Keadilan bagi laki-laki
malang yang telah dibunuh oleh Abraham Wilson dengan
darah dingin.... dengan darah dingin. Terima kasih."
102 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jaksa kembali ke tempat duduknya.
Waktu Jennifer bangkit untuk berbicara pada para juri, dia
melanjutkan rasa benci dan tak sabar pada orang-orang itu.
Dia telah membaca buku-buku yang menuliskan bagaimana
pengacara mampu membaca pikiran para juri, dan waktu
membaca itu dia tak percaya. Tetapi sekarang dia percaya.
Apa yang terkandung dalam hati para juri itu jelas benar
tampak olehnya. Mereka sudah mengambil keputusan:
kliennya bersalah, dan mereka tak sabar karena Jennifer
membuang-buang waktu mereka saja, menahan mereka
dalam gedung pengadilan ini.
Padahal mereka bisa keluar mengerjakan hal-hal yang lebih
penting, sebagaimana yang telah dikatakan oleh sahabat
mereka, jaksa tadi. Jennifer dan Abraham Wilson adalah
musuh-musuh mereka. Jennifer menarik napas panjang. "Yang Mulia Bapak Ketua."
Lalu dia berbalik ke para juri, "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya.
Mengapa kita mempunyai gedung-gedung pengadilan" Untuk
apa kita semua berada di sini" Tiada lain karena hukum yang
bijaksana itu tahu bahwa dalam setiap perkara ada dua
seginya. Tetapi bila kita mendengar serangan Bapak Jaksa
atas diri klien saya, mendengarkan dia mengatakan klien saya
itu bersalah tanpa menunggu keputusan juri " keputusan
Anda " kita tidak lagi percaya bahwa dalam setiap kejadian
itu ada dua seginya."
Jennifer memandangi wajah-wajah mereka, mencuri rasa
simpatik atau dukungan. Namun tak ditemukannya.
Dipaksakan dirinya untuk berbicara urus. "Berulang kali Jaksa
Di Silva mengucapkan kata-kata, 'Abraham Wilson bersalah!'
Itu tak benar. Hakim Waldman akan mengatakan pada Anda,
bahwa tak seorang tertuduh pun bersalah sebelum dia
dinyatakan bersalah oleh Bapak Hakim atau oleh juri. Itulah
gunanya kita berada di sini, yaitu untuk mendapatkan
jawabnya. Abraham Wilson didakwa telah membunuh
103 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
seseorang, sesama narapidana di Sing Sing. Tapi Abraham
Wilson tidak membunuh demi uang atau demi obat terlarang.
Dia membunuh untuk menyelamatkan nyawanya sendiri. Anda
tentu ingat contoh yang bagus yang diberikan oleh Bapak
Jaksa waktu dia menerangkan perbedaan antara membunuh
dengan darah dingin dan membunuh dengan hati panas.
Membunuh dengan hati panas ialah bila kita membunuh demi
melindungi seseorang yang kita cintai, atau bila kita membela
diri kita sendiri. Abraham telah membunuh karena membelai
dirinya sendiri, dan saya berani memastikan, bahwa dalam
keadaan yang sama, siapa pun di antara kita dalam ruang
sidang ini akan melakukan yang sama benar.
Bapak Jaksa dan saya sependirian dalam satu hal bahwa
setiap orang punya hak untuk melindungi dirinya sendiri. Bila
Abraham Wilson tidak bertindak sebagaimana yang telah
dilakukannya, dia pasti sudah mati." Suara Jennifer lantang
mengandung ketulusan hati. Lupa dia akan kegugupannya
karena semangatnya yang berapi-api dalam pembelaannya
"Saya minta agar Anda masing-masing mengingat satu hal: di
bawah undang-undang negara ini tuduhan harus terbukti
bebas dari segala keraguan bahwa pembunuhan itu benar-
benar tidak dilakukan karena membela diri. Dan sebelum
sidang ini usai kami akan mengemukakan bukti yang kuat,
yang akan menunjukkan pada Anda semua bahwa
Raymond Thorpe telah dibunuh untuk mencegah agar dia
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
tidak membunuh klien saya. Terima kasih"
Saksi-saksi untuk Negara Bagian secara bergantian mulai
diajukan. Robert Di Silva tidak melewatkan setiap kesempatan.
Saksi-saksinya untuk orang yang menjadi korban, Raymond
Thorpe, adalah antara lain seorang pendeta, para pengawal
penjara, dan sesama narapidana. Seorang demi seorang
berdiri di mimbar dan memberikan kesaksian tentang
sempurnanya watak korban, dan betapa cinta damainya dia.
104 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Setiap kali jaksa selesai menanyai seorang saksi, dia
menoleh pada Jennifer dan berkata, "Silakan menanyai Saksi."
Dan setiap kali Jennifer menyahut, "Tidak ada tanya-
jawab." Jennifer menyadari bahwa tak ada gunanya dia mencoba
membatalkan kesaksian-kesaksian mengenai korban. Sebab
bila sudah selesai nanti orang akan berpikir bahwa dia telah
menghalang-halangi orang menyanjung Raymond Thorpe
sebagai orang suci. Para pengawal yang telah dilatih oleh
Robert Di Silva dengan berhati-hati, memberikan kesaksian
bahwa Thorpe adalah seorang narapidana teladan yang
berkeliling di Sing Sing untuk berbuat baik, hanya dengan niat
untuk berbuat baik sesama manusia. Kenyataan bahwa
Raymond Thorpe dipenjara karena perampokan bank dan
pemerkosaan, hanya merupakan kelemahan kecil dalam watak
yang sempurna. Yang benar-benar menghancurkan pertahanan Jennifer
yang memang sudah lemah adalah gambaran bentuk tubuh
Raymond Thorpe. Dia seseorang vang bertubuh kecil,
tingginya hanya satu meter tujuh puluh dua sentimeter.
Robert Di Silva mengingatkan hal itu terus, dan para juri
dibuatnya supaya tidak melupakan hal itu. Dilukiskannya
dengan sebuah gambar bagaimana Abraham Wilson
menyerang dengan bengisnya orang yang lebih kecil
daripadanya, dan menghantamkan kepala Thorpe pada
dinding tembok bangunan itu di halaman olahraga, dan
dengan demikian membunuhnya seketika. Sedang Di Silva
berbicara, mata para juri menatap lekat pada bobot raksasa
dari si tertuduh yang menjadikan semua orang lain yang
berada dekatnya tampak seperti orang-orang kerdil saja.
Jaksa sedang berkata, "Kita mungkin tidak akan pernah
tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson menyerang laki-
laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah mengganggu orang
itu....." 105 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hati Jennifer tiba-tiba rasa terloncat. Ada satu perkataan dalam ucapan Di Silva itu yang memberikan peluang yang dibutuhkannya.
"..... Mungkin kita tidak akan pernah tahu alasan mengapa tertuduh menyerang dengan bengisnya, tapi satu hal kita tahu, Tuan dan Nyonya-nyonya.... hal itu dilakukannya bukanlah karena orang yang dibunuhnya itu merupakan ancaman bagi Abraham Wilson".
"Pembelaan diri?" Dia menoleh pada Hakim Waldman.
"Yang Mulia, sudikah Anda memerintah kan tertuduh untuk berdiri?"
Hakim Waldman melihat pada Jennifer. "Apakah Saudara Pembela berkeberatan?"
Jennifer sudah maklum apa yang akan terjadi tetapi dia tahu pula bahwa bila dia menyatakan keberatannya, keadaannya akan makin hancur "Tidak keberatan, Yang Mulia."
"Tertuduh harap berdiri," kata Hakim Waldman.
Abraham Wilson tetap saja duduk, wajahnya menantang; kemudian dia baru bangkit dari tampaklah tingginya yang satu meter sembilan puluh sentimeter itu.
Di Silva lalu berkata, "Di sini ada seorang pegawai pengadilan, Saudara Galin, yang tingginya satu meter tujuh puluh dua sentimeter, sama benar dengan tinggi orang yang terbunuh, Raymon Thorpe. Saudara Galin, harap berdiri di samping tertuduh."
Pegawai pengadilan itu berjalan ke arah Abraham Wilson, lalu berdiri di sampingnya. Jauh benar perbedaan tinggi antara kedua laki-laki itu. Jennifer sadar bahwa dia telah mendapatkan serangan baru lagi, dan tak dapat melakukan pembalasan apa-apa. Suatu kesan penglihatan tak pernah bisa dihapuskan. Jaksa berdiri memperhatikan kedua laki-laki itu 106
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
sebentar, lalu berkata pada juri dengan suara hampir berbisik,
"Pembelaan diri?"
Sidang itu telah berjalan lebih buruk lagi daripada yang
pernah diimpikan Jennifer dalam mimpinya yang terburuk
sekalipun. Dirasakannya betapa para juri itu ingin agar sidang
cepat berakhir supaya mereka bisa menyampaikan keputusan
bersalah. Ken Bailey duduk di antara para penonton, dan dalam
waktu jeda, Jennifer sempat bercakap-cakap sebentar dengan
dia. "Perkaranya memang tak mudah," kata Ken penuh
pengertian. "Sebenarnya aku berharap bukan si King Kong itu
yang menjadi klienmu. Demi Tuhan, baru melihatnya saja,
semua orang sudah akan ketakutan."
"Itu kan bukan maunya!"
"Sebenarnya dia jangan membuat ulah. Bagaimana kau
dengan Pak Jaksa yang terhormat itu?"
Jennifer tersenyum kecut. "Tuan Di Silva tadi pagi sudah
memberikan pesannya. Dia berniat untuk melemparkan aku
dari usaha pengacara ini."
Setelah deretan saksi penuntut umum selesai ditanyai, dan
Di Silva menghentikan kegiatannya sebentar, Jennifer bangkit
dan berkata, "Saya minta Saudara Howard Patterson
mengambil tempat di mimbar."
Wakil Kepala Penjara Sirig Sing bangkit dengan enggan,
lalu berjalan ke arah mimbar saksi, semua mata terarah
padanya. Robert Di Silva menatap dengan penuh perhatian
waktu Patterson mengucapkan sumpahnya. Di Silva memutar
otaknya, dia membayangkan semua kemungkinan. Dia tahu
bahwa dia telah memenangkan perkara itu. Dia telah
menyiapkan baik-baik pidato kemenangannya.
107 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer sedang berbicara pada saksi. "Tolong ceritakan
masa lalu Anda pada juri, Saudara Patterson."
Jaksa Di Silva bangkit. "Negara tidak memerlukan masa lalu
itu untuk menghemat waktu. Yang penting kita ketahui adalah
bahwa Saudara Patterson adalah Wakil Kepala Penjara Sing
Sing." "Terima kasih," kata Jennifer. "Saya rasa, para juri perlu diberi tahu bahwa Saudara Patterson perlu diberi surat
perintah pengadilan untuk datang kemari hari ini. Dia berada
di sini sebagai saksi yang enggan." Jennifer berpaling pada
Patterson. "Waktu saya meminta Anda untuk datang kemari
secara sukarela dan memberikan kesaksian Anda untuk
meringankan klien saya, Anda menolak. Benarkah itu?"
"Ya." "Tolong katakan pada juri mengapa Anda harus diberi surat
perintah pengadilan untuk datang kemari."
"Dengan senang hati. Sepanjang hidup saya, saya sudah
berurusan dengan orang-orang seperti Abraham Wilson.
Mereka itu benar-benar pengacau."
Robert Di Silva duduk di kursinya dengan membungkukkan
dirinya, sambil tertawa kecil, matanya memandang lekat pada
para anggota juri. "Lihat pembela itu menggantung dirinya sendiri". bisiknya
pada salah seorang asistennya.
Jennifer berkala. "Saudara Patterson. Abraham Wilson
sedang diadili di sini hari ini, bukan sebagai seorang
pengacau. Dia diadili demi hidupnya. Tak maukah Anda
menolong sesama manusia yang telah dituduh secara tak adil
telah melakukan tindak kriminal utama?"
"Bila dia memang dituduh secara tak adil, saya bersedia."
Tekanan pada kata-kata tak adil menyebabkan air muka para
anggota juri berubah. 108 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sebelum kejadian ini, memang sudah sering terjadi
pembunuhan dalam penjara, bukan?"
"Bila beratus-ratus orang-orang kasar dikurung hersama-
sama dalam satu lingkungan tiruan, maka akan terkumpul ah
sejumlah besar rasa benci, lagi pula...."
"Jawab saja ya atau tidak, Saudara Patterson."
"Ya." "Mengenai pembunuhan-pembunuhan yang telah terjadi
selama pengalaman Anda, dapatkah Anda mengatakan bahwa
alasan-alasannya berbeda?"
"Ya. saya rasa begitulah. Kadang-kadang...."
"Ya atau tidak."
"Ya." "Pernahkah pembelaan diri merupakan salah satu alasan
dari pembunuhan-pembunuhan itu?"
"Yah, kadang-kadang...." Dia melihat air muka Jennifer, lalu menjawab, "Ya."
"Jadi berdasarkan pengalaman Anda yang luas itu,
sangatlah mungkin bahwa Abraham Wilson sebenarnya
sedang membela dirinya sendiri waktu dia membunuh
Raymond Thorpe, bukan?"
"Saya rasa tidak....."
"Saya tanya apakah itu mungkin" Ya atau tidak."
"Sangat tak mungkin," sahut Patterson dengan keras
kepala. Jennifer berpaling pada Hakim Waldman. "Yang Mulia,
dapatkah Anda memerintahkan Saksi supaya menjawab
pertanyaan itu?" 109 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman memandang Howard Patterson. "Harap
Saksi menjawab pertanyaan itu."
"Ya." Tetapi juri sudah melihat dari sikapnya bahwa sebenarnya
ia ingin mengatakan tidak.
Jennifer berkata lagi, "Dengan izin pengadilan, saya telah
memerintahkan pada Saksi untuk membawa beberapa barang
untuk diperlihatkan sebagai bukti."
Jaksa Di Silva bangkit. "Barang-barang apa?".
"Barang-barang bukti yang membuktikan benar atau
tidaknya alasan pembelaan diri itu."
"Keberatan, Yang Mulia."
"Terhadap apa Anda berkeberatan?" tanya Jennifer. "Anda belum lagi melihatnya."
Hakim Waldman berkata, "Pengadilan tidak akan
mengambil keputusan apa-apa sebelum barang bukti itu
diperlihatkan. Hidup seseorang sedang dipertaruhkan di sini.
Tertuduh berhak mendapatkan pertimbangan."
"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer berpaling pada
Howard Patterson lagi. "Adakah Anda bawa barang-barang
itu?" tanyanya. Laki-laki itu mengangguk dengan bibir terkatup rapat. "Ya,
tapi saya lakukan ini dengan protes."
"Saya rasa Anda sudah cukup menjelaskan hal itu, Saudara
Patterson. Boleh kami melihatnya?"
Howard Patterson menoleh ke tempat para penonton ke
tempat duduk seorang laki-laki yang mengenakan seragam
pengawal penjara. Patterson mengangguk padanya. Pengawal
itu bangkit lalu berjalan ke depan, sambil membawa sebuah
kotak kayu yang bertutup.
110 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer mengambilnya dari orang itu. "Pihak pembela ingin
menempatkan barang-barang ini sebagai barang bukti
Kelompok A, Yang Mulia."
"Apa itu?" Jaksa Di Silva ingin tahu.
"Barang ini disebut kotak tetek-bengek."
Terdengar desah dari para hadirin.
Hakim Waldman memandang Jennifer lalu berkata
perlahan-lahan, "Kotak tetek bengek kata Anda" Apa isi kotak
itu, Nona Parker?" "Senjata-senjata. Senjata-senjata yang dibuat di Penjara
Sing Sing oleh para narapidana dengan tujuan...."
"Keberatan!" Jaksa penuntut melompat berdiri, suaranya
menggelegar. Dia berjalan cepat-cepat ke meja majelis hakim.
"Saya bersedia bertenggang rasa terhadap rekan saya yang
tak berpengalaman ini, Yang Mulia, tapi kalau dia berniat
membuka praktek yang berhubungan dengan hukum kriminal,
maka saya anjurkan agar dia mempelajari lagi peraturan-
peraturan dasar dari pembuktian. Tak ada pembuktian yang
menghubungkan antara apa yang disebut kotak tetek-bengek
ini dengan perkara yang sedang diadili di pengadilan ini."
"Kotak ini membuktikan...."
"Kotak ini tidak membuktikan apa-apa." Suara Jaksa
melemah. Dia berpaling pada Hakim Waldman. "Negara
keberatan diajukannya barang-barang bukti ini karena niskala
dan tak ada hubungannya!".
"Keberatan diterima."
Dan berdirilah Jennifer di tempat itu, dengan menyadari
bahwa perkaranya hancur. Segala-galanya menentangnya:
hakim, juri, Di Silva, pembuktian. Kliennya akan dikirim ke
kursi listrik, kecuali kalau....
111 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer menarik napas dalam. "Yang Mulia, barang bukti
ini benar-benar penting dalam pembelaan kami. Saya
merasa...." "Nona Parker," Hakim Waldman menyela, "pengadilan ini tak punya waktu atau niat untuk memberi Anda kuliah
mengenai hukum, tapi Jaksa memang benar. Sebelum
memasuki ruang sidang ini, Anda sebenarnya sudah harus
tahu benar akan peraturan-peraturan dasar dari pembuktian.
Peraturan pertama adalah bahwa Anda tak dapat mengajukan
bukti-bukti yang belum dipersiapkan. Sama sekali belum ada
pernyataan apa-apa apakah korban bersenjata atau tidak.
Oleh karenanya, soal senjata-senjata ini tak ada hubungannya
dengan perkara ini. Anda ditolak."
Jennifer berdiri dengan muka merah. "Maaf," katanya
berkeras, "tapi barang-barang ini bukannya tak ada
hubungannya...." "Cukup! Anda boleh mengajukan bantahan tertulis."
"Saya tak mau mengajukan bantahan tertulis, Yang Mulia.
Apakah Anda tak mau mengakui hak klien saya?"
"Nona Parker, bila Anda teruskan, Anda akan saya tahan
karena menghina pengadilan."
"Saya tak peduli apa yang akan Anda perbuat atas diri
saya," kata Jennifer. "Dasarnya sudah dipersiapkan untuk
mengajukan pembuktian ini. Jaksa sendiri yang
menyiapkannya." "Apa" Tak mungkin...." kata Di Silva.
Jennifer berpaling pada pencatat steno pengadilan. Harap
Anda bacakan pernyataan Tuan Di Silva yang dimulai dengan,
"Mungkin kita tidak akan pernah tahu apa yang menyebabkan
Abraham Wilson menyerang...."
Jaksa melihat pada Hakim Waldman, "Apakah akan Anda
izinkan, Yang Mulia?"
112 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman mengangkat tangannya. Dia berpaling
pada Jennifer. "Pengadilan ini tak perlu menerangkan undang-
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
undang pada Anda mengenai hal itu, Nona Parker. Bila sidang
ini sudah selesai, anda akan ditahan karena telah menghina
pengadilan. Karena ini adalah perkara besar, saya sendiri yang
akan menanyai Anda." Dia berpaling pada pencatat steno
pengadilan. "Silakan."
Pencatat steno pengadilan membalik-balik beberapa
halaman lalu mulai membaca. "Mungkin kita tak akan pernah
tahu, apa yang menyebabkan Abraham Wilson menyerang
laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah mengganggu
orang itu...." "Cukup," potong Jennifer. "Terima kasih." Dia menoleh pada Robert Di Silva dan berkata lambat-lambat, "Itu adalah
kata-kata Anda sendiri, Tuan Di Silva. Mungkin kita tidak akan
pernah tahu apa yang menyebabkan Abraham Wilson
menyerang laki-laki kecil yang tak berdaya dan tak pernah
mengganggu orang itu..."
Dia berpaling pada Hakim Waldman. "Perkataan yang
merupakan kunci di sini, Yang Mulia, adalah tak berdaya.
Karena Jaksa sendiri yang menyatakan bahwa korban tak
berdaya, beliau membukakan peluang bagi kami untuk
mengejar kenyataan bahwa korban bukannya tak berdaya,
bahwa dia sebenarnya mungkin mempunyai senjata. Apa pun
yang diajukan sebagai petunjuk, dapat diajukan dalam tanya-
jawab." Lama orang diam. Hakim Waldman berpaling pada Robert Di Silva. "Nona
Parker telah menunjukkan titik yang sah. Anda memang telah
membukakan peluang."
Robert Di Silva melihat padanya dengan pandangan tak
percaya, "Tapi saya hanya...."
113 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Pengadilan memperbolehkan pembuktian diajukan sebagai
Barang Bukti A." Jennifer menarik napas lega dengan rasa syukur. "Terima
kasih, Yang Mulia." Diambilnya kotak bertutup itu, diangkatnya lalu dibawanya menghadap juri. "Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, dalam pernyataannya yang terakhir, Jaksa
mengatakan pada Anda bahwa apa yang akan Anda lihat
dalami kotak ini bukan pembuktian langsung. Beliau memang
benar. Beliau mengatakan bahwa tak ada satu pun hubungan
antara senjata-senjata ini dengam korban. Itu pun benar.
Saya mengajukan barang bukti ini dengan alasan lain. Telah
berhari-hari Anda mendengar bahwa tertuduh yang pengacau
dan tak kenal belas kasihan dan tingginya seratus sembilan
puluh sentimeter ini, dengan seenaknya menyerang Raymond
Thorpe, yang tingginya hanya seratus tujuh puluh dua
sentimeter. Gambaran yang dilukiskan bagi Anda dengan
begitu cermat tetapi salah oleh penuntut umum adalah
tentang seorang jagoan pembunuh yang sadis, yang telah
membunuhi sesama narapidana tanpa alasan. Tapi coba Anda
tanyai diri Anda sendiri: Tidakkah selalu ada saja suatu
alasan" keserakahan, kebencian, napsu, pokoknya ada
sesuatu" Saya percaya " dan saya mempertaruhkan nyawa
klien saya demi keyakinannya itu " bahwa pembunuhan itu
memang ada alasannya. Jaksa sendiri telah mengatakan pada
anda bahwa satu-satunya alasan yang mensahkan
pembunuhan atas diri seseorang adalah: pembelaan diri.
Seseorang yang berkelahi untuk melindungi dirinya sendiri.
Anda telah mendengar Howard Patterson memberikan
kesaksiannya bahwa berdasarkan pengalamannya,
pembunuhan memang biasa terjadi dalam penjara, bahwa
para narapidana memang biasa membuat senjata-senjata
yang mematikan. Itu berarti bahwa Raymond Thorpe mungkin
saja bersenjatakan senjata seperti itu, dan bahwa sebenarnya
dialah yang telah menyerang tertuduh, dan bahwa tertuduh
yang mencoba menyelamatkan dirinya, terpaksa
114 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
membunuhnya " untuk membela diri. Bila Anda memastikan
bahwa Abraham Wilson telah membunuh Raymond Thorpe
tanpa belas kasihan " dan tanpa alasan sama sekali " maka
sepatutnyalah anda menyatakan dia bersalah sebagaimana
yang dituduhkan. Tetapi, bila setelah melihat barang-barang
bukti ini, Anda lalu menjadi ragu-ragu, maka kewajiban
Andalah untuk memberikan keputusan tak bersalah." Jennifer
merasakan bertambah beratnya kotak itu dalam tangannya.
"Waktu saya mula-mula melihat ke dalam kotak ini, saya
merasa tak percaya akan penglihatan saya. Anda pun mungkin
akan merasa sulit untuk percaya " tapi
saya minta supaya Anda tak lupa bahwa barang-barang ini
dibawa kemari dengan protes Wakil Kepala Penjara Sing Sing.
Ini, Tuan-tuan dan Nyonya-nyonya, adalah kumpulan senjata-
senjata yang dibuat secara sembunyi-sembunyi oleh para
narapidana di Sing Sing, dan yang telah disita."
Waktu Jennifer berjalan ke arah meja tempat para juri, dia
seolah-olah tersandung dan kehilangan keseimbangannya.
Kotak itu terlepas dari tangannya tutupnya terbuka, dan isinya
tumpah di lantai ruang sidang. Terdengar desah orang
banyak. Para juri berdiri satu demi satu supaya bisa melihat
lebih baik. Mereka menatap memandangi kumpulan senjata
yang mengerikan, yang tertumpah dari kotak itu. Hampir
seratus buah banyaknya, dengan berbagai ukuran, bentuk,
dan rupa. Kapak-kapak kecil dan pisau jagal, keris-keris kecil
dan gunting yang tampak mengerikan dengan ujung yang
diasah runcing pistol-pistol berpeluru kait, parang yang
mengerikan yang semuanya hasil buatan sendiri. Ada pula
kawat-kawat halus yang bergagang kayu, yang dipakai untuk
mencekik, alat pemukul dari kuli penjepit es yang ditajamkan,
parang lebar. Kini para penonton dan wartawan ikut berdiri mengulurkan
leher mereka supaya bisa melihat lebih baik ke alat pembunuh
115 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
yang bertaburan di lantai Hakim Waldman menghantamkan
palunya dengan marah untuk mengembalikan ketertiban.
Hakim Waldman melihat pada Jennifer dengan pandangan
yang tak dapat ditafsirkan. Seorang juru sita cepat-cepat maju
untuk memungut isi kotak yang tumpah. Jennifer
menyuruhnya pergi dengan isyarat.
"Terima kasih," katanya, "biar saya saja yang
memungutnya." Dengan diperhatikan oleh para juri dan penonton Jennifer
berlutut dan mulai memunguti senjata-senjata itu lalu
mengembalikannya ke dalam kotak.
Dia bekerja lambat-lambat, dengan memegang senjata-
senjata itu lama-lama, sambil memandanginya tanpa
perubahan air muka, sebelum memasukkannya. Para juri telah
duduk kembali, tetapi mereka tetap memperhatikan setiap
gerak Jennifer. Lima menit lamanya Jennifer baru selesai
mengembalikan senjata-senjata itu ke dalam kotak, sedang
Jaksa Di Silva duduk, dengan darah mendidih.
Setelah Jennifer selesai mengembalikan alat-alat pembunuh
itu ke dalam kotaknya, dia bangkit, melihat pada Patterson,
kemudian berbalik dan berkata pada Di Silva, "Silakan
menanyai." Kini sudah terlambat untuk memperbaiki kesalahan yang
telah dibuatnya. "Tak ada pertanyaan," kata jaksa.
"Kalau begitu, saya ingin memanggil Abraham Wilson ke
mimbar." 8 "Nama Anda?" "Abraham Wilson."
116 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Harap berbicara nyaring."
"Abraham Wilson."
"Saudara Wilson, apakah Anda membunuh Kaymond
Thorpe?" "Ya." "Tolong katakan pada sidang, apa sebabnya."
"Dia akan membunuh saya."
"Raymond Thorpe jauh lebih kecil daripada Anda. Apakah
Anda percaya bahwa dia akan bisa membunuh Anda?"
"Dia menyerang saya dengan pisau besar terhunus hingga
dia kelihatan tinggi sekali."
Jennifer telah meninggalkan dua buah benda luar kotak
tetek-bengek tadi. Yang sebuah adalah pisau jagal yang
ujungnya diasah tajam, dan sebuah lagi tang logam yang
besar. Jennifer mengangkat tangannya sambil mengangkat
pisau itu. "Apakah dengan pisau ini Raymond Thorpe
menganca Anda?" "Keberatan! Tertuduh tak mungkin tahu...."
"Pertanyaan akan saya ubah. Apakah pisau ini serupa
dengan pisau yang dipakai Raymond Thorpe untuk
mengancam Anda?" "Ya." "Dan tang ini?"
"Ya." "Apakah Anda pernah bertengkar dengan Thorpe?"
"Pernah." "Dan waktu dia mendatangi Anda denga bersenjatakan
kedua benda itu, Anda terpaksa membunuhnya untuk
menyelamatkan jiwa Anda"'
117 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Ya." "Terima kasih."
Jennifer berpaling pada Di Silva. "Silakan."
Robert Di Silva bangkit lalu berjalan perlahan lahan ke meja
saksi. "Saudara Wilson, Anda sudah pernah membunuh
sebelumnya, bukan" Maksud saya pembunuhan dalam penjara
itu bukan yang pertama kalinya Anda lakukan?"
"Saya membuat kesalahan dan saya sedang menjalani
hukumannya. Saya...."
"Tak usah berkhotbah pada kami. Jawab saja ya atau
tidak." "Ya." "Jadi nyawa manusia tidak terlalu berharga di mata Anda."
"Itu tidak benar. Saya...."
"Apakah melakukan dua kali pembunuhan itu Anda sebut
menghargai nyawa manusia" berapa orang akan Anda bunuh
bila nyawa manusia tidak Anda hargai" Lima" Sepuluh" Dua
puluh.'" Dia sedang mengumpan Abraham Wilson dan Wilson
terpancing. Rahangnya terkatup rapat dan wajahnya penuh
kemarahan. Hati-hati. "Saya hanya membunuh dua orang."
"Hanya! Anda hanya membunuh dua orang!" Jaksa
menggeleng berpura-pura murung. Dia berjalan mendekati
meja saksi dan menengadah memandang tertuduh. "Saya
yakin Anda merasa diri Anda hebat karena Anda begitu besar.
118 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Anda merasa diri Anda seperti Tuhan. Kapan saja Anda mau
Anda bisa membunuh di mana pun juga...."
Abraham Wilson melompat berdiri tegak. "Keparat!"
"Jangan!" Jennifer berdoa. Jangan!
"Duduk!" bentak Di Silva. "Dalam keadaan naik darah
seperti itukah Anda waktu Anda membunuh Raymond
Thorpe?" "Thorpe telah mencoba membunuh saya".
"Dengan ini?" Di Silva mengangkat pisau jagal dan tang.
"Saya yakin Anda bisa saja merampas pisau itu dari dia." Dia mengangkat tangannya sambil memutar-mutarkan kedua
benda itu. "Dan Anda takut akan benda-benda ini?" Dia
berpaling lagi pada juri dan mengangkat tang itu untuk
memperlihatkannya. "Barang ini kelihatannya bukan benda
pembawa maut. Kalaupun korban mampu memukul kepala
Anda dengan ini, paling-paling hanya akan menyebabkan
benjol kecil. Apalah arti tang ini, Tuan Wilson?"
"Itu dipakai untuk menghantam kemaluan," kata Abraham
Wilson dengan suara halus.
Juri meninggalkan ruangan selama delapan jam.
Robert Di Silva dan para asistennya meninggalkan ruangan
untuk beristirahat, tetapi Jennifer tetap duduk di kursinya,
seolah-olah tak bisa melepaskan dirinya.
Setelah juri meninggalkan ruangan beriring-iringan, Ken
Bailey mendatangi Jennifer. "Mau minum kopi?"
"Aku tak bisa menelan apa-apa."
Jennifer tetap duduk di ruang sidang, dia takut bergerak,
dan hanya samar-samar saja dia menyadari orang-orang di
sekelilingnya. Semuanya berlalu sudah. Dia telah cukup
berusaha. Ditutupnya matanya dan mencoba berdoa, tetapi
rasa takutnya terlalu kuat. Dia merasa seolah-olah dia sendiri
119 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
pun akan ikut dijatuhi hukuman mati bersama Abraham
Wilson. Para juri beriring-iringan masuk kembali ke ruangan, wajah
mereka serius dan tak dapat dibaca. Hati Jennifer mulai
berdebar kencang. Dari wajah mereka, Jennifer dapat melihat
bahwa mereka akan menjatuhkan hukuman. Akan pingsan
rasanya dia. Gara-gara dia, seseorang akan dihukum mati.
Sebenarnya sejak semula dia harus menolak membela
perkara itu. Apa haknya untuk mempertaruhkan nyawa orang
dalam tangannya" Sungguh gila dia dulu menyangka bahwa
dia akan bisa menang melawan seseorang seperti Robert Di
Silva yang telah begitu berpengalaman. Ingin dia rasanya
berlari mendapatkan para juri, sebelum mereka sempat
mengatakan keputusan mereka dan berkata. "Tunggu! Sidang
perkara Abraham Wilson ini tak adil. Tolong carikan seorang
pengacara lain untuk membelanya. Seseorang yang lebih
pandai daripada saya".
Tetapi itu sudah terlambat. Jennifer mencuri pandang ke
wajah Abraham Wilson. Dia duduk saja tanpa bergerak, sama
benar dengan patung. Kini dia tidak lagi merasakan kebencian
dari laki-laki itu, hanya putus asa. Ingin Jennifer mengatakan
sesuatu untuk menghiburnya, tetapi dia tak punya kata-kata.
"Apakah Dewan Juri sudah mengambil keputusan?" tanya
Hakim Waldman. "Sudah, Yang Mulia."
Malaikat Keadilan Rage Of Angels Karya Sidney Sheldon di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Hakim mengangguk dan petugasnya berjalan ke arah ketua
dewan juri, menerima secarik kertas dari orang itu, lalu
menyampaikannya kepada hakim. Jennifer merasa seolah-olah
jantungnya akan melompat ke luar dari rongga dadanya. Dia
tidak bisa bernapas. Dia ingin menahan saat ini,
membekukannya untuk selamanya, sebelum keputusan itu
dibaca. 120 Tiraikasih Website http://kangzusi. com/
Hakim Waldman mempelajari kertas yang ada dalam tangannya itu, lalu lambat-lambat dia melihat ke sekeliling ruang sidang itu. Matanya tertuju pada para anggota juri, pada Robert Di Silva, pada Jennifer, dan akhirnya pada Abraham Wilson.
"Harap Tertuduh berdiri."
Abraham Wilson bangkit, geraknya lamban dan tampak letih, seolah-olah semua tenaganya sudah diserap dari dirinya.
Hakim Waldman membaca kertas tadi. "Juri memutuskan bahwa tertuduh Abraham Wilson tidak bersalah sebagaimana yang dituduhkan."
Keadaan sunyi sepi sejenak, kemudian kata-kata selanjutnya dari Hakim Waldman tenggelam dalam suara gemuruh para hadirin. Jennifer berdiri, terpana, tak mampu mempercayai apa yang didengarnya. Dia menoleh pada Abraham Wilson tanpa bisa berkata apa-apa. Laki-laki itu menatapnya sebentar dengan matanya yang kecil dan keji itu.
Kemudian terkembang senyum di wajah itu, senyum yang paling lebar yang pernah dilihat Jennifer. Dia membungkuk lalu merangkul Jennifer, dan Jennifer mencoba menahan air matanya.
Para wartawan pun mengerumuni Jennifer, memintanya memberikan pernyataan, memberondongnya dengan pertanyaan.
"Bagaimana perasaan Anda setelah mengalahkan Pak Jaksa?"
"Apakah Anda sudah punya perasaan bahwa Anda akan menang?"
"Apa yang akan Anda lakukan bila mereka mengirim Wilson ke kursi listrik?"
Jennifer menjawab setiap pertanyaan itu dengan
menggelengkan kepalanya. Dia tak dapat memaksakan dirinya
121 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
untuk berbicara dengan mereka. Mereka telah datang kemari
untuk menonton suatu pertunjukan, melihat seseorang yang
dikejar-kejar ke arah kematiannya. Seandainya keputusan tadi
berbunyi sebaliknya... tak tahan dia membayangkan hal itu.
Jennifer mulai membenahi surat-suratnya lalu
memasukkannya ke dalam tas kantornya.
Seorang petugas pengadilan mendekatinya. "Hakim
Waldman ingin bertemu Anda di kamar kerja beliau, Nona
Parker." Jennifer lupa bahwa ada tanya-jawab mengenai
penghinaan pengadilan, yang masih menunggu, tapi hal itu
tak penting. Satu-satunya hal yang berarti sekarang adalah
bahwa dia telah berhasil menyelamatkan nyawa Abraham
Wilson. Jennifer memandang ke arah meja jaksa penuntut. Jaksa Di
Silva sedang menjejal-jejalkan kertas-kertas ke dalam sebuah
tas kantornya dengan geram, sambil memarahi salah seorang
asistennya. Dia menangkap pandangan Jennifer. Mata kedua
orang itu berpautan dan dia tidak memerlukan kata-kata.
Hakim Waldman sedang duduk di meja kerjanya waktu
Jennifer masuk. "Silakan duduk, Nona Parker," katanya
singkat. Jennifer mengambil tempat. "Saya tidak akan membiarkan
Anda atau siapa pun juga, menjadikan ruang sidang saya
menjadi tempat tontonan."
Merah muka Jennifer. "Saya terselip lidah. Saya tak
sengaja...." Hakim Waldman mengangkat tangannya. "Jangan
menyela." Jennifer mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
122 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Hakim Waldman duduk dengan membungkukkan tubuhnya.
"Ada satu hal lagi yang saya tak mau terjadi dalam ruang
sidang saya, yaitu kekurang ajaran."
Jennifer memperhatikannya dengan waspada tanpa berkata
apa-apa. "Anda telah melewati batas petang ini. Saya
menyadari bahwa semangat Anda yang berlebihan itu adalah
demi hidup seseorang. Oleh karenanya saya telah
memutuskan untuk tidak menuntut Anda karena penghinaan."
"Terima kasih, Yang Mulia." Jennifer harus memaksakan diri untuk mengucapkan kata-kata itu.
Wajah hakim itu tak dapat ditafsirkan waktu dia
melanjutkan, "Hampir selamanya, bila sidang suatu perkara
usai, saya bisa menilai apakah keadilan sudah dilaksanakan
atau tidak. Pada saat ini, terus terang, saya tak yakin."
Jennifer menunggu kalau-kalau hakim itu akan
melanjutkan. "Itu saja, Nona Parker."
Malam itu, baik dalam surat-surat kabar, maupun dalam
berita tv malam, kembali Jennifer Parker menjadi berita pokok,
tetapi kali ini dialah pahlawannya. Dialah yang disamakan
dengan tokoh David yang berhasil mengalahkan Goliath. Foto-
foto dia, Abraham Wilson dan Jaksa Di Silva terpampang di
semua halaman depan. Jennifer dengan bernapsu melahap
setiap perkataan dari cerita-cerita itu dan menikmatinya.
Benar-benar merupakan kemenangan manis, setelah semua
pukulan yang telah dideritanya sebelum itu.
Ken Bailey mengajaknya makan malam di Restoran
Luchow, merayakan hal itu dan Jennifer dikenali oleh kepala
pelayan dan beberapa pengunjung yang lain. Orang-orang
yang tak dikenalnya memanggil namanya dan mengucapkan
selamat padanya. Sungguh suatu pengalaman yang
memabukkan. 123 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Bagaimana rasanya menjadi seseorang yang diagung-
agungkan?" Ken menggoda dengan tertawa kecil.
"Aku merasa lumpuh."
Seseorang mengirim sebotol anggur ke meja mereka.
"Aku merasa tak perlu minum apa-apa," kala Jennifer. "Aku sudah merasa mabuk."
Tetapi dia haus dan dia minum tiga gelas anggur sambil
bercakap-cakap tentang sidang itu kembali dengan Ken.
"Aku ketakutan sekali saat itu. Tahukah kau bagaimana
rasanya menggenggam nyawa manusia dalam tangan kita"
Rasanya seolah-olah kita berperan seperti Tuhan. Dapatkah
kaubayangkan sesuatu yang lebih menakutkan daripada itu"
Maksudku, aku ini hanya berasal dari Kelso... bisakah kita
memesan sebotol anggur lagi, Ken?"
"Apa saja yang kauingini."
Ken memesan makanan lengkap untuk mereka berdua,
tetapi perasaan Jennifer terlalu kacau untuk makan.
"Tahukah kau apa kata Abraham Wilson padaku waktu aku
menemuinya pertama kali" Katanya, "Mari sini kupeluk kau,
baru kita mendendangkan tentang kebencian bersama-sama.'
Ken, aku benar-benar merasa menyatu dengan dia saat itu,
dan tahukah kau" Aku merasa seolah-olah juri akan
menjatuhkan hukuman atas diriku. Aku merasa seolah-olah
akulah yang akan dihukum mati. Aku suka pada Abraham
Wilson. Bisakah aku minta anggur lagi?"
"Kau tak makan sedikit pun."
"Aku haus." Sedang Jennifer mengisi dan mengosongkan gelasnya
terus, Ken memperhatikannya dengan kuatir. "Hati-hati
Jennifer." 124 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Jennifer melambaikan tangannya untuk menenangkan Ken.
"Ini kan anggur California. Rasanya seperti minum air biasa saja." Dia meneguk lagi.
"Kau sahabatku yang terbaik. Tahukah kau siapa temanku yang paling tak baik" Robert Di Silva yang Agung. Ya, Di Silva."
"Di Silva." "Dia pun begitu pula. Dia benci setengah mati padaku. Kau
" lihatkan wajahnya tadi itu" Aduh, betapa marahnya dia padaku! Katanya dia ingin melemparkan aku ke luar dari ruang sidang. Tapi dia tak berhasil, kan?"
"Tidak. Dia...."
"Tahukah kau apa yang sedang kupikirkan. Tahukah kau apa sebenarnya yang kupikirkan?"
"Aku...." "Di Silva menyamakan diriku dengan Ahab si pemburu ikan paus putih, yang kemudian berhasil membuat pemburunya pincang."
"Kurasa kau memang masih punya beberapa kekurangan."
"Terima kasih, Ken. Aku memang selalu bisa mengandalkan kau. Minta sebotol anggur lagi, Ken."
"Tidakkah kau merasa sudah cukup banyak minum?"
"Bukankah ikan paus selalu haus?" kata Jennifer sambil cekikikan. "Itulah aku. Si ikan paus putih yang besar.
Sudahkah kukatakan padamu bahwa aku suka pada Abraham Wilson" Dialah laki-laki paling tampan yang pernah kutemui.
Aku melihat matanya, Ken, Sahabatku, dan dia benar-benar cantik. Pernahkah kau melihat mata Di Silva" Aduuuh! Dingin sekali! Dia itu gunung es. Tapi dia bukan orang jahat.
Sudahkah kukatakan perbandingan seperti Ahab dan ikan paus putih?"
125 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
"Sudah." "Aku suka pada Ahab. Aku suka pada semua orang!
Tahukah kau mengapa Ken" Karena malam mi Abraham Wilson masih hidup. Ya, dia masih hidup. Mari kita buka sebotol anggur lagi untuk merayakannya...."
Pukul dua subuh baru Ken mengantar Jennifer pulang.
Dibantunya Jennifer menaiki tangga sampai ke tingkat empat ke apartemennya yang kecil. Dia terengah karena harus naik setinggi itu.
"Aku sudah mulai merasakan akibat buruk dari anggur sebanyak itu," kata Ken.
Jennifer memandangnya dengan rasa iba. "Kalau tak biasa jangan minum."
Lalu dia pingsan. Dia terbangun oleh bunyi dering telepon yang nyaring.
Dengan berhati-hati dia menjangkau gagang telepon, dan dengan gerakan yang seringan itu saja pun, setiap urat ototnya serasa akan putus. "Halo...."
"Jennifer" Di sini Ken."
"Halo, Ken." "Kedengarannya kau seperti tak beres. Kau tak apa-apa?"
Jennifer berpikir sebentar. "Aku memang merasa tidak sehat. Jam berapa sekarang ya?"
"Sudah hampir tengah hari. Sebaiknya kau kemari. Kacau sekali di sini."
"Ken.... aku rasanya mau mati."
"Dengarkan. Bangun dari tempat tidurmu " perlahan-lahan
" minum dua butir aspirin dan siramlah badanmu dengan air dingin, kemudian minumlah secangkir kopi pahit, maka kau barangkali masih bisa hidup lagi."
126 Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
Waktu Jennifer tiba di kantornya sejam kemudian, dia
merasa lebih baik. Tidak baik benar, pikir Jennifer, tapi lebih
baik. Kedua buah telepon sedang berdering waktu dia
memasuki kantor. "Telepon itu semua untukmu," kata Ken sambil tertawa
kecil. "Tak henti-hentinya sejak tadi pagi! Barangkali kau
memerlukan papan penghubung sendiri."
Telepon-telepon itu dari surat-surat kabar dan majalah-
majalah nasional, dari stasiun-stasiun tv dan radio yang
semuanya menginginkan cerita tentang Jennifer secara
terperinci. Dalam waktu semalam saja, dia telah menjadi
berita besar. Adapula telepon-telepon lain, telepon yang telah
menjadi impiannya selama ini. Perusahaan-perusahaan
pengacara yang dulu menolaknya, kini meneleponnya
The Familiar 2 Pendekar Rajawali Sakti 127 Intan Saga Merah Berita Ekslusif 7