Pencarian

The Wednesday Letters 3

The Wednesday Letters Karya Jason F.wright Bagian 3


siap seperti Cameron. KAu tahu kebanyakan orang dalam kondisi Cameron akan menyalahkan tuhan
atas derita yang mereka alami.Kurasa kalau aku berada dalam posisi itu aku
akan menyalahkan tuhan. Aku pasti sudah menceritakan semua ini kepdamu secara langsung kalau aku
sanggup melakukannya tanpa menitikkan air mata.Kau tahu sendiri bagaimana
perasaanku jika tertangkap basah menangis dihadapan orang banyak.Seusai
makan malam,saat kau sedang mencuci piring.Layne turun ke bawah dan
menyampaikan bahwa Cameron hendak bertemu denganku.Jadi aku
menghampiri kamarnya dan duduk disudut ranjangnya.Orang tua Cameron
pamit sebentar dari kamar dan meninggalkan kami berdua,meski seharusnya
mereka tidak perlu melakukan itu.
Cameron berterima kasih padaku untuk waktu yang telah ia lewatkan bersama
kita dan untuk hal-hal lainnya.Ia juga berpesan agar aku memberikan ciuman
hanggat kepadamu nanti (oh ya senyumnya mengembang sangat lebar saat ia
mengatakan itu).Kemudian Cameron menggenggam tanganku dengan sisa
tenaga. yang ia miliki.Lalu meteakkan sekeping kuno dari tahun 1965 di atas telapak
tanganku.Ia bilang "Kau boleh memiliki koin ini."Koin itu adalah benda
keberuntungan yang selalu dibawanya kemana-mana sejak ia didiagnosis
mengidap kanker otak setahun yang lalu.Ia membelinya di sebuah toko Roanake
sehari sebelum keluarganya membawa dia ke washington DC untuk menjalani
tes kesehatan yang pertama.
Cameron lalu meletakkan di atas tanganku dan berkata "Tuan Cooper kadangkadang
benda keberuntungan tidak ada gunannya."ia tersenyum "Setidaknya
begitulah menurutku."
www.ac-zzz.blogspot.com Aku tertawa dan mengecup bocah itu dipipi.Kami berdua menangis,sampaisampai aku
ngeri tubuhnya tidak sanggup mengantisipasi emosi yang
berlebihan.Akhirnya aku menenangkan diri dan menghapus air mata yang
membasahi pipi dan matanya.Aku memeluknya untuk yang terakhir kali dan
kukatakan padanya bahwa ia harus menghabiskan waktu bersama
keluarganya.Aku beranjak dari tempat tidur dan bergegas untuk keluar.Namun
ketika aku menoleh untuk memandanginya,wajah Cameron sedang menoleh ke
arah lain.menatapi sebuah lampu di atas meja tidur.
Laurel aku juga tidak akan mempercayai apa yang akan kuceritakan kepadamu
sekarang jika aku tidak mendengarnya sendiri.Tapi apa yang kudengar begitu
nyata. Cameron membuka matanya.Kedua bola matanya tampak jernih dan jauh lebih
bersemangat dari hari-hari sebelumnya.Dengan suara serak ia berkata
"Stonewell"' SepuLuh menit kemudian Kris,layne dan kay kecil turun ke bawah.Lyne
memintaku mulai menelepon orang-orang.Cameron sudha meninggal.
Aku tahu bahwa kematian bukanlah sesuatu yang membahagiakan,tapi selagi
aku menuliskan surat ini untukmu..aku tidak bisa menyangkal.Kedamaian yang
menyelimuti hatiku.Aku bahagia mengetahui sekarang Cameron sudah terbebas
dari penderitaannya.Dan walau keluarganya merasakan kekosongan dalam
hidup mereka tanpa kehadiran Cameron,aku yakin mereka tahu bahwa
Cameron kini berada di tempat yang lebih baik.
Aku membayangkan bocah itu sudah melangkah melewati gerbang masuk
menelusuri medan perang Bull run yang berkabut di Manassas.Tapi ia tidak
sendirian, Stonewall Jakson ada bersamanya.
Sekarang aku tahu kenapa tuhan melibatkan dirinya di hari minggu.dihari itu.ia
menyambut orang-orang favoritnya.
Jack Kristen melangkah turun dari atas tungku batu dan segera dikerumuni oleh
tamu lainnya. Satu per satu mereka memeluknya, bahkan yang sebelumnya
tidak pernah ia kenal. Ia menyapa satu per satu kawan barunya dengan rasa
haru. "Terima kasih .... Terima kasih banyak. Semua ini bukan berkat'Cameron,
tapi berkat keluarga Cooper..Senang bertemu dengan Anda ....seandainya saja
Layne ada di sini .... Anda baik sekali, terima kasih."
Pada akhirnya, para tamu pun berpencar ke berbagai ruangan dalm penginapan
dan melanjutkan obrolan mereka. masing-masing. Dua pasangan berbincang
dan bergiliran duduk di ayunan di halaman belakang.
Setelah berberes, A&P mohon diri kepada keluarga Cooper. "Aku dan Castro
ingip jalan-jalan sebentar, Ialu beristirahar sebelum acara berikutnya dimulai.
Kalau ada waktu, aku juga ingin membeli beberapa buah senter," Ia
menghentikan langkahnya di pintu. "Sampai bertemu beberapa jam lagi, ya."
"Aku sayang padamu, Anna Belle," kata Samantha. A&P
meniupkan sebuah ciuman jauh kepada Samantha dan pergi dari penginapan
itu. www.ac-zzz.blogspot.com "Dia adalah wanita yang baik hati," kata Malcolm. "Wanita paling baik yang
kutahu," jawab adiknya,
Ruang tamu yang sebelumnya penuh sesak dengan pelayat kini terlihat lengang.
Matthew, Samantha, Malcolm dan Rain berkumpul di sana. Malcolm, dan Rain
bermain catur Cina di atas meja.
"Mungkin kita harus membicarakan perihal surat-surat itu," kata Matthew.
"Aku setuju," sahut Samantha, mendului Malcolm. "Mal?"
"Boleh, tadinya memang aku berencana unruk membaca surat-surat itu lagi
setelah tamu-tamu pulang."
Samantha menangkap ekspresi Rain yang kebingungan. "Semalam kami
menemukan setumpuk surat. Entah berapa jumlahnyaa mungkin ratusan..."
"Ribuan,'" celetuk Malcolm. "Ha, sekarang aku jadi Raja," kata Malcolm, yang
ditujukan kepada Rain, sambil menggeser biji caturnya berwarna merah ke
dalam petak merah di sudutr papan catur bagian lawan.
"Malcolm benar," tambah Matthew. "Mungkin ada beberapa ribu surat yang kami
temukan, Ternyata Ayah menulis surat untuk Ibu setiap hari Rabu."
"Setiap han Rabu?" Rain hampir tidak percaya.
Matthew mengangguk."Rasanya seperti menemukan harta karun. Memang tidak
semua isi surat-surat itu menarik, dan beberapa juga sangat pendek, hanya
satu atau dua baris tulisan. Tapi sejauh yang kami tahu, Ayah menulis surat
untuk Ibu setiap minggu."
"Wow." Rain merasakan kehangatan timbul dari dalam
dadanya dan menjalar ke tenggoroknya.
"Ya, aku jadi raja lagi," kata Malcolm, sekali lagi menggeser biji caturnya ke
atas petak merah di sudut papan.
"Curang," bisik Rain.
"Setelah kita selesai membaca surat-surat itu, mungkin kita bisa
mengumpulkannya dalam satu buku," usul Matthew, "Aku punya teman di
percetakkan yang mungkin punya beberapa ide lain. Bagaimana kalau kita
gabungkan semuanya dalam satu jilid dan difotokopi agar kita semua bisa
menyimpannya?" "Aku suka ide itu, Matt," kata Samantha.
"Kedengarannya bagus," kata Malcolm, melempari biji catur hitam milik Rain
sebanyak dua kali dan menghabiskan sisa biji catur Rain dari atas papan. "Aku
yakin, kau bisa mengirimkan jilid itu kepadaku di penjara,"
Rain melempar sebentuk biji catur ke arah Malcolm. "Menurutku itu ide yang
hebat, Matthew. Aku yakin orang tua kalian pasti menginginkan hal yang sama."
Ia bangkit dari Iantai dan meregangkan 0tOt-OtOt tubuhnya. "Yang menang
dapar giliran membereskan, ya," katanya kepada Malcolm. 'Akuharus pulang.
Nathan dan aku juga ingin jalan-jalan sebentar sebelum pergi ke Rumah Duka
Guthrie untuk acara selanjutnya. Kau mau aku yang membawa Alkitab, Sam"
Supaya kau tidak perlu repor nantinya" Aku pasti sampai di sana lebih, dulu."
"Boleh juga," jawab Samantha. "Kalau tidak ada di atas meja tidur Ayah."
Rain segera menaiki tangga. "Alkitab" tanya Malcolm.
"Menurut Rain tidak ada salahnya jika kita meletakkan Alkitab di atas meja saat
acara melayat jenazah berlangsung. Itu kalau kalian mengizinkan."
www.ac-zzz.blogspot.com "Tentu saja," kata Matthew.
Diatas, Rain mengangkat Alkitab milik Jack dari atas meja dan melihat ada
sebuah amplop yang terselip di balik sampul. Ia menarik amplop itu dan
membaca tulisan tangan berantakan di bagian depan. Kalimat itu ditulis secara
vertikal, dari atas ke bawah.
HAnya untuk Rain,temanku yang tersayang,tolong jaga ini dan berikan kepada
pengacaraku Alex Palmer.Kau adalah permata hati.Aku akan merindukanmu.
Jack (Tolong jaga MAlcolm untukku)
"WAH," Rain menarik napas. Terburu-burU, ia menyelipkan amplop itu kembali
di balik sampul dan turun ke bawah.
"Aku pergi dulu, ya," katanya berpamitan.
"Terima kasih ya, Rain,acara makan siang tadi takkan mungkin berjalan lancar
tanpa bantuanmu." Samantha dan Rain berpelukan.
Rain melemparkan sebuah kecupan di udara, "Sampai ketemu nanti."
Samantha menekaan jarinya di pundak Malcolm. "Sana, antar dia sampai
depan." Malcolm memberikan gerakan salut kepada adiknya dan mengikuti Rain sampai
ke pelataran parkin "Terima kasih," kata Rain saat Malcolm membukakan pintu mobil untuknya. Dari
dalam mobil, Rain menyalakan mesin dan menurunkan kaca jendelanya, Ia
menatapi kedua mata Malcolm dan menemukan sosok Jack di sana.
"Aku lupa tanya padamu," kata Rain, "apa kau sudah menyelesaikan bukumu?"
"Buku apa"' "Jangan pura-pura lupa. Novelmu. Karya besarmu." "Belum."
"Ada kemajuan, Hemingway"'
"Oh, bagus. Sekarang kau membandingkan aku dengan orang yang mati bunuh
diri, Terima kasih banyak."
"Aku membandingkan bakatnya, bukan hidup matinya.
Dasar pintar,sok." "Pintar,sok?" 'Sok pintar, kau tahu lah maksudku." Gigi Rain tampak bersinar saat ia
tersenyum. "Rain, kau memang orang yang penuh pujian, tapi membandingkan aku dengan
pengarang terkenal seperti Ernest Hemingway,sungguh tidak adil bagi beliau.
Dia itu kan seorang sesepuh dalam dunia sastra."
Rain memiringkan kepalanya ke satu sisi dan membiarkan rambutnya jatuh,
terurai dari belakang telinga. "Apa kau akan mengizinkan aku membaca apa
yang sudah kau tulis sejauh ini?"
"Mungkin saja, kalau kau datang mengunjungiku di penjara.'
"Malcolm!" "oh, maaf,aku bercanda. Kau tidak perlu mengunjungiku."
"Kau takkan pernah berubah." Rain mencuri pandang ke arah jam tangannya,
tapi senyuman yang tergores di wajahnya merupakan sebuah undangan bagi
Malcolm untuk melanjutkan perbicangaan mereka.
www.ac-zzz.blogspot.com "Ceritanya klasik kok," kata Malcolm, menawarkan sinopsis novel yang sedang
ditulisnya, "Seorang pria bertemu dengan seorang wanita, jatuh cinta sejak
kecil, mengejarnya selama bertahun-tahun."
"Bertahun-tahun?" Rain mengangkat kedua alisnya,
"Bahkan selama puluhan tahun. Pria itu mengejarnya sampai Brazil, di mana si
wanita sedang melakukan kegiatan sukarela bersama.sebuah gereja,membangun rumah, mengajarkan bahasa Inggris kepada orang awam,
dan berbagi ilmu bermain Pac-Man yang tidak tertandingi oleh siapa pun."
"Yang terakhir itu bobong, 'kan?"
"Kalau tidak percaya, nanti beli saja bukunya." Malcolm mengedipkan sebelah
matanya, "Apa si pria tampan akhirnya mendapatkan si wanita?" Malcolm menunjuk Rain
dengan kedua jari telunjuknya.
"Siapa bilang pria itu tampan?"
Rain tersipu, meski hanya sebentar, Tidak seorang Pun, kecuali Malcolm, bisa
mendeteksi reaksi Rain barusan, Rain mengenakan sabuk pengamannya dan
berpura-pura membetulkan letak cermin mobilnya. "Pokoknya, pastikan
keduanya berakhir bahagia apapun yang terjadi."
"Aku ini bukan orang yang suka cerira berakhir dengan keba?hagiaan. Kau rahu
itu.' "Mungkin seharusnya kau mengubah pikiranmu."
"Dan mungkin suatu hari aku juga bisa mendapatkan akhir yang bahagia."
Malcolm mengedikkan pundaknya.
Rain mengulurkan tangannya keluar jendela dan meraih tangan Malcolm. "Akhir
yang edit teks bu nora http://ebukita.wordpress.comagia bisa datang dalam bentuk apa saja.ingat
itu." Rain menaikkan jendela mobilnya dan melambai pada Malcolm. .
Malcolm memandangi mobilnya yang pergi meninggalkan pelataran parkir dan
berbelok ke Rute 11. Rain memandangi Malcolm dari cermin di sisi mobil.
"TERUS?" Samantha bertanya kerika Malcolm masuk ke ruang tamu,
"Terus apa" Ayo. kita lanjutkan membaca."
Masing-masing dari ketiga bersaudara itu kembali mengelilingi meja makan
yang dipenuhi tumpukan surat.
30 Maret 1988 Laurel aku punya perasaan yang tidak enak.ini mungkin surat terakhir yang ku tulis
untukmu.Aku merasa seolah sudah melewati batas kadar luasaku.seperti susu
yang disimpan kelamaan di kulkas.Bagaimana kau suka dengan analogiku
barusan"sekarang kau tahu apa yang harus kau tulis di batu nisanku nanti.
aku jadi sering bertanya-tanya apa lagi yang ahrus kulakuakn di dunia"berapa
lama sampai aku akan bertemu lagi denganmu di alam baka"sepuluh dua puluh
tahun"ibumu meninggal di usia 101.Aku tidak peduli indahnya surga.aku takkan
rela menunggumu selam tiga puluh tahun.mungkin untuk menyesali
kematianku.kau harus mulai merokok (tapi tolong jangan di dalam penginapan)
pertanyaan lain yang ada di benakku:
www.ac-zzz.blogspot.com kapan aku akan diadili"saat sang pencipta turun lagi ke bumi"apa yang akan
kulakukan jika itu terjadi"
Bagaimana aku bisa menemukan orang tuaku"
Apakah aku akan bertemu dengan seseorang setelah aku pergi"seseorang yang
lebih baik hati"lebih tampan"lebih sabar"lebih pandai mencium"
dimana aku harus menunggumu"
Laurel.berapa lama lagi aku harus menunggumu"
selamanya suamimu N.B apakah ada tempat VIP di surga"tempat dimana aku bisa bertemu dengan
mendiang pemain tim Chicago cub yang bernama Gobby Hartnett"atau lebih
daripada itu dimana aku bisa bertemu dengan Thomas Jepperson"
NNB Aku serius nih.berapa lama aku harus menunggumu di alam baka"
4 JuLi 1956 Laurel mungkin ini akibat meninton pertunjukan kembang api.Aku terbangun di tengah
malam dan menulis surat ini di meja dapur.Sudah lama sekali aku tidak
dihantui mimpi seburuk ini.
Tadi aku bermimpi Joe mati di dalam lubang persembunyian.Ia sedang
membaca salah satu suratku dan tertunduk didampingi oelh sebuah
pistol.Seorang prajurit jepang melompat ke dalam lubang tersebut dan mulai
berteriak-teriak sepertinya dalam bahasa perancis.
kejadian itu tampak nyata sekali.Seperti biasanya dan aku tidak mampu
menolong Joe karena aku sendiri tidak memegang senjata.Aku menyaksikan
semuanya dari lubang persembunyianku.tepat di samping lubang
persembunyian Joe.si pembunuh kemudian membersihkan noda darah di
pisaunya menggunakan celana Joe,ia melambai padaku lalu pergi begitu saja.
setidaknya mimpi itu tidak menghantuiku setiap malam atau setiap
minggu.Tidak seperti dulu.Tpai tetap saja saat mimpi itu datang aku merasa
terperangkap.Meskipun itu hanya mimpi.
aku yakin ini oleh letusan petasan yang kulihat.
Aku akan menelepon Joe besok.


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

salam sayang Jack 15 Februari 1956 ini adalah pembicaraan yang seharusnya kita lakukan secara langsung,tetapi
sayangnya tidak mudah untuk melakukan itu.Beberapa hal lebih gampang
diungkapakan di atas kertas.
Aku menikmati waktu bersama kita semalam.makan malam,musik.kau juga
menyukai bunga mawar merah kan"
akau akui,aku berharap semuanya tidak berakhir seperti itu semalam.tiga bulan
sudah berlalu sejak Malcolm lahir dan kau masih saja berlaku aneh
terhadapku.Aku rindu padamu.aku rindu akan hubungan intim kita yang
semakin hari semakin membaik!(tersenyumlah)
www.ac-zzz.blogspot.com AKu akan siap jika kau sudah siap.Tidak perlu terburu-buru karena aku tahu
bahwa proses melahirkan seorang anak merupakan hal yang cukup berat bagi
tubuh dan keseimbangan emosimu.Tapi kuharap kau akan merasa lebih baik
dalam waktu dekat ini sehingga kita bisa menikmati malam romantis berdua.
Mungkin kita bisa liburan di akhir pekan"Kalau itu yang kau inginkan,kau cukup
bilang padaku dan aku akan atur semuanya.Termasuk menemukan orang yang
bisa menjaga anak-anak kita selagi kita pergi.
salam sayang Jack 16 JuLI 1980 Laurel Minggu ini cukup membosankan.Aku bukannya mengeluh karena suratku minggu
lalau sama tebalnya dengan buku bacaan.Mungkin bukan bacaan yang
menarik,tapi setidaknya tetap sebuah bacaan.
Malcolm dan Sammie pergi makan malam semalam,hanya berdua saja.Kapan
terakhir mereka melakukan itu"Aku berani bertaruh kepada Malcolm sedang
butuh teman bicara tentang cinta. Entah kenapa,anak itu tidak pernah mau
berbicara dneganku mengenai hal tersebut.Seandainya saja ia mau terbuka
padaku. Omong-omong tentang taruhan, apa kita akan bertaruh lagi menyangkut pemilu
tahun ini"Reagan tampak cukup kuat untuk memenangkan persaingan
ini.Kulihat Bush tidak punya karakter yang tepat untuk jadi seorang
presiden.Lagipula,kurasa ia terlalu lemah menangani masalah aborsi dan partai
sayap kanan tidka mungkin mendukung kelemahannya itu.Reagan akan
membuat Bush hancur lebur sebelum persaingan ini selesai.Dan sulit bagaiku
untuk membayangkan bahwa presidenmu,Jimmy carter,akan mengubah hal
tersebut.Ia pasti akan kembali bercocok tanam kacang-kacangan musimm panas
depan.lihat saja Kalau kau mau,aku takkan bertaruh apa-apa denganmu untuk sekarang ini.Tapi
nanti menjelang pemilu,kita harus bertaruh lagi seperti biasa $1
Salam sayang Jack 18 Desember 1985 LC Seminggu lagi natal akan tiba.masih banyak yang harus di kerjakan.Aku senang
sekali jika natal jatuh pada hari rabu.seperti tahun ini.itu berarti minggu
depan kau akan mendapatkan surat yang sangt panjang dariku.
nah karena aku sudah sangat mengantuk,surat yang kutulis malam ini lumayan
pendek.Aku benar-benar lelah
Aku sangat mencintaimu Jack 16 juni 1971 LAurel tersayang Selamat hari ulang tahun pernikahan kita !aku sangat menyukai tahun-tahun
saat hari pernikahan kita jatuh pada hari Rabu.Berarti kau akan mendapatkan
www.ac-zzz.blogspot.com lebih dari kartu ucapan seharga 99 sen yang ku beli di apotek.(Ya ya kau
selalau bilang bahwa kau menyukai apa saja pemberianku,tapi wajahmu selalu
berubah saat Rabu sudah mendekat).
Sudah beberapa lama ini aku menyusn daftar berikut.Hari ini sepertinya saat
yang tepat bagiku untuk emnambahkan beberapa hal.
Hal-hall yang aku suka darimu
1.rambutmu.rambutmu terlihat sama seperti saat kita baru menikah.Bagaimana
mungkin"sementara aku sudah memerangi uban sejak aku di sekolah menengah.
2. tawamu.tawa yang keras,bukan tawa kecil yang sopan yang selalu memenuhi
penginapan dan menarik para tamu dari kamar mereka masing-masing karena
takut kelewatan sesuatu yang seru.Kalau saja mereka tahu apa yang mereka
lewatkan. 3.sikap adilmu 4.kesabaranmu 5.caramu melepaskan selimut di malam hari ketika kau berbalik bdan di tempat
tidur agar kau tidak menarik selimut itu dari tubuhku.aku bahkan tidak bisa
merasakan saat kau memegang selimut itu lagi.dalam posisis barumu,dan
menariknya sedikit.aku suka tarikan-tarikan kecil itu.
imajinasimu 7. kebesaran hatimu untuk ememaafkan kesalahan siapa saja.
8. Kecintaanmu pada tuhan.
9.caramu menyetir mobil seolah kau harus pergi ke suatu tempat secepat
mungkin. 10.penampilanmu saat disinari oleh matahari sore,di tengah-tengah kegiatan
bercocok tanam 11.caramu mencintai anak-anak kita
12.roti panggang ala perancis yang kau buat
13.caramu mendengarkanku saat aku membicarakan hal yang tidak jelas di atas
tempat tidur,bahkan saat kau sudh mengantuk sekalipun.
14.suara dengkuranmu 15.kakimu 16.politikmu.kita mungkin tidak selalu setuju,tetapi aku senang bahwa kau
peduli terhadap pemerintahan negeri ini lebih daripada kebanyakan orang.
17.caramu menemukan dan mempertahankan sahabat-sahabatmu.itu adalah
suatu berkah 18.pidato-pidatomu di pertemuan orang tua murid dan guru
19.matamu sebelum aku maju untuk menciummu,tepat sebelum mereka
terpejam. 20.kau Aku mencintaimu Jack 1 November 1956 LAurel www.ac-zzz.blogspot.com Ini mungkin surat terakhir yang kutulis untukmu.Entah kenapa aku masih saja
menuliskan surat ini untukmu.Mungkin karena aku sudah terlanjur berjanji.
Kuharap kau menyimpan surat pertama yang kutulis untukmu.Temukanlah surat
itu.Bacalah surat itu. Aku baru sadar bahwa hari ini bukan hari Rabu.Mungkin ini sudah seharusnya.
Hari ini.Malcolm genap berusia sat tahun.
Hujan turun deras sore ini,hampir lima sentimeter dalam waktu dua jam.
Malcolm sudah mulai belajar jalan semalam.Apakah itu yang mndorongmu
untuk bicara padaku"Rasa bersalahmu saat melihatku bangga terhadap
keberhasilan anak kita"
Aku hanya menuliskan hal-hal ini agar suatu hari saat kau membaca surat
ini,bertahun-tahun dari sekarang, kau akan sadar bahwa hari ini semuanya
begitu jelas. Apa yang seharusnya aku lakukan saat kurasakan hidupku direbut dari dalam
dadaku,meski anehnya aku masih tetap bernapas.
Apakah aku orang terakhir yang kau beritahu"
Apa yang kau harap aku katakan"apa yang kau ingin aku katakan"Bagaiaman
bisa kau hidup dengan rahasia ini"Bagaimana kau hidup dengan ku"
Aku tidak tahu kemana aku akan pergi beberapa hari ke depan.Kalau dan jika
aku siap untuk bicara,aku akan bilang padamu.
Jangan cari aku.Setidaknya kau bisa memberiku sedikit waktu.
Jack Cooper Sunyi senyap. Matthew dan Samantha saling bertukar pandang. Malcolm menggenggam surat
itu di tangannya dan berusaha untuk tidak mengutuk, teriak, dan membalikkan
meja makan. Yang paling penting, ia berusaha untuk tidak menangis.
Perlahanlahan, ia meletakkan surat dalam genggamannya ke atas tumpukan surat di
dekatnya dan dengan sopan mohon dia ke kamar kecil.
"Apa yang terjadi?" tanya Samantha ..
"Aku tidak tahu sama sekali,"
"Matt, kau kan anak paling tua, apa yang terjadi saat itu?"
"Tahun 1956 usiaku baru 5 tahun. Aku bahkan tidak ingat di mana kita tinggal."
Samantha bersandar di kursinya dan menjulurkan lehernya untuk melihat
apakah pintu kamar mandi terbuka. "Apakah Ibu selingkuh" Apakah ini yang
membuat Ayah begitu marah?" Tapi sebelum mendapat jawaban, Samantha
mulai mengaduk tumpukan surat di dekatnya. 'November 1956. November
1956," gumamnya." "Sam," kata Matthew, "mungkin sebaiknya kita tidak."
"Tidak apa?" tanya Malcolm, kembali memasuki ruangan. Wajahnya sudah
dicuci. Beberapa tetes air melekat di dahinya.
"Malcolm," Matthew menarik napas dan meletakkan kedua tangannya di atas
meja, "jangan sampai kita menarik kesimpulan yang terburu-buru."
"Ibu selingkuh."
"Kita tidak tahu itu. Kita harus tenang-"
www.ac-zzz.blogspot.com "Ibu selingkuh, Matt. Coba kau baca suratnya sekali lagi."
"Kita tidak tahu apa yang dilakukan Ibu, Mal, kita.."
"Beliau selingkuh!"
"Mal.." "Beliau selingkuh terhadap Ayah!" teriak Malcolm. "Dan Ayah tidak
meninggalkannyal" Malcolm menarik napas panjang dan gemetar, "Ayah tetap
mendampinginya. Aku tidak per.."
"Malcolm.." Samantha bangkir berdiri dan mengelus lengan Malcolm.
"..Aku tidak percaya."
"Mal, ayo kita teruskan membaca. Pasti masih ada surat-surar lain,yang bisa
menjelaskan kejadian saat itu. Apa pun yang terjadi, nytanya semua bisa
diluruskan kembali. Dimaafkan." Samantha menatap Malcolm lekat-lekat.
"Benar kean" Ayo, kita harus terus membaca."
Matthew memperhatikan situasi di sekelilingnya seolah ini mimpi terakhir
sebelum matahari terbit dan membangunkan tamu-tamu penginapan yang
sedang bermimpi. Ia bermimpi kursi koseng di sisinya diisi oleh Monica.
Malcolm kembali duduk dan mendorong tumpukan surat di dekatnya ke tengah
meja. Ia menidurkn kepalanya ke atas meja dan menyerah pada rasa sakit
kepala yang menyerang. Ia benci pada ibunya.
Samantha menarik sepucuk surat lain dari sebuah amplop tertanda
LaIBERTYVILLE, ILLUNOIS, 11/08/1956.
7 November 1956 Laurel Aku berada di Chicago.Aku naik kereta ke rumah ibuku.Aku berjalan melewati
Wrigley Field kemarin,tetapi lapangan itu tampak gelap dan kososng.Seperti
aku. Ibu dan aku berbincang sampai larut malam semalam.Beliau marah aku pulang
kepadanya,tetapi setidaknya beliau senang aku tidak pergi ke tempat
lain.Menurut beliau,seharusnya aku tetap berada bersamamu,berdebat dan
menuntut jawaban atas semua pertanyaanku.Beliau juga menyarankan agar aku
mendengar lebih seksama penjelasanmu.Tapi beliau memang begitu karena
ayah bukan seorang pendengar yang baik.
Ada suara dikepalaku (atau mungkin di dadaku) yang mengatakan bahwa ada
sesuatu yang hilang antara kita satu atau dua tahun belakangan ini.Mungkin aku
juga kurang saksama mendengarkan suara itu.
Kau menangis saat Malcolm lahir.Apa kau ingat kerasnya tangisanmu waktu itu"
para suster yang merawatmu sangat khawatir samapai mau membiusmu.Aku
meyakinkan mereka bahwa tidak lama kau akan tenang sendiri.
KAmi semua berpikir kau mengalami depresi,sesuatu yang terkadang dialami
wanita setelah melahirkan.Tangisanmu yang tak berhenti.Emosimu yang tak
karuan.Kau bukan Laurel yang kukenal lagi sejak kita mengetahui bahwa kau
hamil untuk kedua kalinya.
Setidaknya ,sekarang aku tahu alasannya.Depresi dan rasa bersalah tampaks
eperti hal yang sama. Apa kau sedih karena kau tahu kenyataan yang sebenarnya"
www.ac-zzz.blogspot.com Apakah Ally tahu"Apakah orang tuamu tahu"Apakah pastur-pastur di gereja kita
selama ini juga tahu"
Apakah ada orang lain yang tahu"
Dan satu pertanyaan yang seharusnya kutanyaakan padamu sebelum
menghancurkan foto itu dan pergi dari hadapanmu adalah...
Apakah kau tahu siapa ayah Malcolm sebenarnya"
Jack "Ibu selingkuh," Malcolm mengulang perkataannya dengan pelan. Matthew dan
Samantha saling bertatapan, tumpukan surat yang mereka temukan
menggunung di atas meja, Samantha mulai menangis.
"Malcolm," ujar Matthew, menunggu sampai adik laki-lakinya itu membalas
tatapannya sebelum melanjutkan kalimatnya.
"Hal ini tidak mengubah apa pun di antara kita."
"Apa katamu?" "Hal ini tidak mengubah apa pun di antara kita. Yang lebih penting lagi, hal ini
tidak mengubah identitasmu."
"Kau mengatakan bahwa hal ini tidak mengubah diriku" Tidak mengubah siapa
aku sebenarnya." "kau adalah anggota keluarga Cooper. Ayah mencintaimu. Beliau dan Ibu sudah
menyelesaikan masalah lni sejak lama."
"Tapi kau tetap bersikeras bahwa hal lni tidak mengubah keadaan" Mengetahui
bahwa ibu kita selingkuh terhadap ayah sama sekali tidak mengganggumu?"
Suara Malcolm terdengar semakin keras. "Mengetahui bahwa aku adalah anak
haram?" "Kurasa yang hendak dikatakan Matthew kepadamu adalah ... kau tetap saudara
kami," Samantha menambahkan. "Kami tetap mencintaima. Ayah dan Ibu
mencintaimu. Kautahu itu."
"Selama ini," Malcolm bangkit berdiri, "selama ini aku mencintai Ibu dan
berkelahi terus dengan Ayah,menuduh beliau terlalu keras, terlalu banyak
menuntut, dan terlalu sibuk melindungi nama baik keluarga,sementara beliau
tahu bahwa aku bukan keturunannya."
"Kau benar, Mal," kata Samantha dengan nada tajam. 'ayah tahu bahwa kau
bukan anak kandungnya, tapi tetap saja beliau mencintai dan
membesarkanmu.Kau sendiri yang bilang, beliau tidak pernah pergi dari sisi
Ibu." Dengan kedua tangannya, Malcolm mengacak tumpukan surat di atas meja
hingga satu per satu mereka beterbangan ke berbagai sudut ruangan."Beliau
bukan. ayahku!" Malcolm melangkah ke pintu depan. "Dan Ibu adalah seorang pendusta,"
katanya sembari menjejakkan kaki keluar dari penginapan itu.
"Kauhendak pergi ke mana" Malcolm?" panggil Samantha, mendadak merasakan
perutnya mulas. "Biarkan dia pergi," Matthew mencegah adiknya yang hendak mengejar
Malcolm. Kemudian, ia berlutut dan mengumpulkan surar-surat yang
berserakan di atas lantai.
www.ac-zzz.blogspot.com "Biarkan dia pergi,"
Lima menit kemudian, dua orang turis yang sedang berkendara di Rute 11
memberikan tumpangan kepada Malcolm ke Bar Woody's.
Matthew dan Samantha merapikan surat-surat yang bertebaran di mana-mana.
Tumpukkan surat itu pun berpindah dari meja makan ke lemari pajangan, lalu
ke pinggir jendela dan ke atas kursi-kursi yang mengelilingi meja makan.
Keduanya tidak banyak berbicara. Dan, meski Samantha belum membaca
surat?surat yang tertulis dari tahun 1956 dan 1957, ia dengan hati-hati menjaga


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mereka agar tidak berceceran.
"Lihat ini, Sammie," kata Matthew..mengencerkan suasana.
"Puisi." Ia menyerahkan empat pucuk surat kepada adiknya. 'Ingat tidak" Natal
tabun 1958. Ibu menaruh empat fotokopi puisi ini di buku kenangan kita."
24 Desember 1958 Sammie dan jaket warna-warni
Teruntuk putriku SAMANTHA
di hari naatal kita yang pertama 1958
Ayah ingin membelikan sebuah jaket untukmu
Tapi tidak ada bahan yang cukup indah
Untuk menyulam jaket yang pantas bagimu
dan ayah juga tak memiliki banyak uang untuk membeli bahan itu.
Ayah ingin membelikan sebuah jaket untukmu
Tapi tidak cukup warna di dunia ini
yang mampu menandingi semangat hidupmu
Bahkan pelangi pun kalah cemerlang.
Ayah akan membelikan sebuah jaket untukmu di surga.
24 Desember 1958 Musim kelima Teruntuk isteriku LAurel di hari natal yang kesepuluh 1958
Musim semi membawa kehidupan baru
keceriaan dan penghijauan
Di musim panas datang matahari kehangatan dan kedamaian yang menyinari
seluruh permukaan bumi. Musim gugur membawa warna-warna yang indah
perlahan menghiasi dunia dengan kelembutan
Musim dingin memeberikan kekuatan
Keindahan seperti salju Lalu ada satu musim lagi...
kau adalah semua yang ditawarkan alam kepadaku
suatu berkah hadiah dari sang pencipta
kau adalah musim kelima Desember 24 1958 Sebuah jawaban Teruntuk puteraku Matthew
di hari natal kita yang ke delapan.1958
www.ac-zzz.blogspot.com "Apakah cita-citamu nanti kalau sudah dewasa?"
Dari balik senyumannya yang bercahaya.urutannya mungkin berubah-ubah.
Namun,jawabannya selalu sama.
"Seorang dokter,seorang polisi,seorang pemain base ball,seorang pembawa
acara tv dan seorang laki-laki sejati. Bisahkah aku menjadi semua itu?"
Dari balik senyum ayah yang penuh kerutan,kata-katanya terkadang berubah.
Namun jawabannya selalu sama.
"Kau pasti bisa."
Desember 24 1958 Mimpi Teruntuk Puteraku Malcolm
di hari natal ke empat kita.1958
setiap malam di dalam sebuah mimpi
seorang tua yang bijaksana berbisik di telinga ayah
"Mereka yang sempurna akan cepat dipanggil pulang."
Setiap subuh menyambut pagi
Ayah membuka mata yang telah mengantuk
Yang kemudian membawa ayah pada sebuah ranjang mungil
Ada seorang bocah laki-laki di sana
Dia adalah puteraku Meski ayah hanya merawat bocah itu.Ayah selalau berdoa agar tuhan
membiarkannya tumbuh dewasa bersama kami.
Dering bel di pintu penginapan mengejutkan kedua kakak?beradik itu,
"Jam berapa ini?" tanya Samantha.
"Setengah lima." Matthew menilik jam tangan Rolex yang tersangkut di
pergelangannya. "Kaumau aku yang membuka pintu?"
"Ya. Terima kasih."
Bel itu berdering sekali lagi. "Tunggu sebentar," sahut Matthew sambil berjalan
ke pintu. "Sebentar, Apa orang tidak tahu . kalau di penginapan mereka bisa
langsung masuk?" Ia membuka pintu dan tersenyum. Allyson Husson.
"Masih ada kamar kosong di penginapan ini?"
"Bi Ally. Kau sampai juga."
"Tentu saja, Anak Muda. Sekarang pestanya boleh dimulai."
"Bibi belum berubah sedikit pun." Matthew memandangi sepatu bot yang
dikenakan bibinya-berwarna merah dan terbuat dari kulit. Ia juga memandangi
topi yang bertengger di kepala bibinya,bertepi lebar dan berwarna merah
jambu, diselubungi oleh renda-renda dengan sebentuk pita putih yang dihiasi
oleh serpihan permata palsu teronggok di pucuk.
Matthew ingin mengatakan bahwa hiasan tersebut lebih cocok diletakkan di
kerudung, tetapi karena ia tahu Malcolm akan melantunkan lelucon yang sama
nanti, maka Matthew mengurungkan niatnya.
Matthew mengagumi rambut perak Allyson yang diam-diam mencuat dari bawah
topi besarnya, serta penampilan beliau yang mengenakan sepasang celana
jeans berwarna putih, kemeja denim ala Caesar's Palace, dan sebentuk jaket
www.ac-zzz.blogspot.com berbulu palsu yang dikepitnya di bawah lengan. Allyson adalah adik perempuan
Laurel yang berusia 61 tahun.
'llyson Husson dibesarkan bersama Laurel di Hampton Roads, Virginia, hanya
beberapa mil jaraknya dari tepi pantai. Kedua orang tua mereka tak pernah
mengakui hal ini, tetapi Allyson adalah putri yang dikandung secara tidak
sengaja. Kedua orang tua mereka bercerai saat Allyson dan Laurel masih
sekolah, Laurel duduk di bangku SMA,sementara Allyson duduk di bangku SD
kelas dua. Setelah perceraian itu ibu mereka menderita depresi yang cukup
parah. Beliau menganjurkan kepada kedua putrinya untuk selalu menjaga
kondisi tubuh, jangan pernah gemuk,mengunakan riasan wajah, belajar untuk
masak, dan belajar unrtuk mengenali tempat mereka di dunia. Beberapa tahun
setelah perceraian orang tuanya, Allyson memutuskan bahwa tempatnya di
dunia adalah di luar Virginia. 1a memohon kepada Laurel dan ibunya agar
mengizinkannya tinggal bersama sang ayah. Namun keduanya tidak pernah
membiarkan Allyson tinggal di apartemen sang ayah di Williamsburg. Padahal
jarak antara kedua kota itu hanya 72 kilometer.
Laurel ridak pernah menginap di apartemen ayahnya, dan satu-satunya alasan
ia pergi mengunjungi sang ayah adalah untuk menemani Allyson, "Rumahku
adalah di mana ibuku berada," katanya pada sang ayah.
Setelah lulus SMA, meski ia berhasrat untuk meninggalkan Virginia dan
menimba ilmu di tempat lain, Laurel memutuskan untuk tetap tinggal bersama
keluarganya dan bekerja membantu menutupi biaya sehari-hari mereka
bertiga. Ia bekerja di sebuah toko PX di dalam markas tentara yang letaknya tidak jauh
dari rumah mereka. Saat Laurel tidak bekerja, ia mulai membaca Alkitab dan sering menceritakan
isinya kepada sang ibu, Laurel membiasakan diri untuk membaca isi Alkitab
kepada ibunya, dan tidak lama keduanya menemukan iman mereka yang
sebelumnya tidak pernah ada di dalam rumah itu.
Allyson, di lain pihak, memiliki misi lain. Setiap malam, sebelum tidur, Allyson
menghibur ibunya dengan cara menari-nari dan meafalkan dialog pertunjukan
yang panjang lebar. Suatu kali Laurel pernah mengatakan kepada adiknya,
bahwa setiap lelucon yang ia utarakan akan menambahkan umur panjang
kepada hidup ibu mereka, Benar saja, ibu mereka meninggal di usia 101 tahun,
22 tabun setelah kepergian mantan suaminya yang pemabuk.
Allyson mengasah kemampuannya sebagai seorang penghibur di tepi jalan dekat
rumahnya. Tanpa sepengetahuan ibu dan kakaknya, selama berbulan-bulan
Allyson menghabiskan waktunya di SOre hari bersenda gurau dengan para
prajurit tentara yan keluar-masuk dari markas dekat rumah mereka.
Diusianya yang ke-15, Allyson mulai menggelar pertunjukan di kelab-kelab lokal
di akhir pekan. Ia menjadi seorang komedian termuda di sepanjang pantai
timur negeri. Mungkin mereka hanya mengada-ada, tapi Allyson tidak menolak
pujian itu. Setelah putus sekolah di tahun 1944, ia mengambil keputusan yang
mengecewakan Laurel dan menghantui dirinya sendiri seumur hidup,Allyson
pergi ke pesisir pantai barat negeri demi mendongkrak kariernya sebagai
seorang penghibur. www.ac-zzz.blogspot.com Dalam waktu singkat, Allyson sudah berada di Eropa menyanyi di hadapan
prajurit-prajurir Amerika yang sedang bertugas di sana. Pada tanggal 7 Mei
1945, Allyson sedang manggung di London, menyanyikan tembang mlilik Doris
Day yang berjuduL 'Mimpiku Semakin Indah Setiap Saat" ketika seorang jurnalis
sebangsanya menghambur ke dalam kelab, naik ke atas panggung dan
mengumumkan bahwa pasukan Jerman sudah menyerah. Lalu, ia mencium
Allyson di bibir secara spontan. Enam minggu kemudian, mereka menikah.
Pada tahun 1949,status Allyson kembali lajang.la menikahi seorang bintang film
kelas menengah di tahun 1952, lalu cerai lagi di tahun 1954. Pada tahun 1958,
ia menikahi seorang penyanyi kelab, bercerai lagi di tahun 1963. Pernikahan
terakhirnya berlangsung di tahun 1969,dengan seorang kontraktor bangunan
yang disewa untuk membangun sebuah kasino. Sang kontraktor ini merupakan
cinta sejatinya, Namun, pernikahan tersebut juga berakhir di tahun 1979 di Las
Vegas. saat sebuah bola penghancur gedung tidak sengaja menghantam bus
yang didiami oleh suaminya.
Tahn itu, Allyson mulai mencari Tuhan.
Matthew tidak punya pilihan lain kecuali tersenyum. "Wow, kau terlihat. ..
cantik sekali." Ia memerhatikan jaket berbulu yang dikepit Allyson.
"Jangan khawatir," kata Allyson. "Ini jaket palsu."
"Kalau begitu, silakan masuk." Matthew segera menngangkat koper bibinya,
hendak membawanya masuk, "Turunkan koper itu," perintah Allyson. Matthew segera menurunkannya. "Peluk
dulu bibimu." Matthew mengikuti kemauan bibinya."Kau memang putra Jack
Cooper,tidak salah lagi. Dia juga tidak pernah mau memelukku,"
"Maaf," kata Matthew, meski pikirannya masih tertambat pada Malcolm.
"Sekarang lepaskan aku, kau 'kan sudah menikah ... dan bawa koper itu masuk,'
Sebelum Matthew sempat membawa koper Allyson masuk ke dalam rumah,
bibinya sudah menghambur ke tengah koridor.
"Samantha, Malcolm ... aku sudah datang."
"Di ruang makan, Bi," panggil Samantha,
"nah, ini dia aktris kecilku," kata Allyson saat memasuki ruang makan, "Peluk
aku," Samantha bangkit berdiri dan mengikuti perintah bibinya.
"Aku sungguh sedih untuk kalian semua."
"Bi Ally. kami baik-baik saja kok."
"um," Allyson mengangkat sepasang alisnya yang tipis "menurutku kalian tidak
baik-baik saja. Tidak ada seorang pun di dunia yang merasa baik-baik saja
setelah dltinggalkan oleh orang tua mereka. Kalian jelas terluka. Tapi aku di
sini untuk membantu kalian." ia memeluk Samantha lebib erat.
"Kau adalah yang terbaik..Bi. Aku juga sedih karena kau kehilangan seorang
kakak yang luar biasa."
"Itu benar, Tapi aku akan bertemu lagi dengannya. Sudah lima tahun aku tidak
datang kemari dan di usiaku sekarang ini, kesempatanku untuk bertemu lagi
dengannya jauh lebih besar dibandingkan saat kami terpisahkan oleh gunung
tinggi." www.ac-zzz.blogspot.com Samantha tersenyum, meski air matanya kembali menggenang. "Aku benarbenar
merindukanmu." la mengangkat sebelah tangan untuk menghapus air
matanya. "Hapuskan saja air matamu di kemejaku, Itu aku mengenakan kemeja ini. Kau
pernah makan buffet di Caesar's Palace" Nah aku biasa mengelap mulutku
dengan kemejaku. Samantha terkekeh dan mengaangkat setumpuk surat dari atas salah satu kursi
yang mengeliling] meja makan. Allyson duduk di atas kursi tersebut dan
melepaskan topinya, menggantungnya di pUnggung kursi di sampingnya,
"Bagaimana selanjurtnya?"
"Apanya yang bagaimana?" tanya Samantha.
"Jadwal acara, Sayang. Apa yang harus kita lakukan sekarang?"
"Ah, itu. Kita akan segera berangkat ke Rumah Duka Guthrie, dan harus sudah
tiba di Edinburg pukul enam sore. Tapi perjalanannya hanya akan makan waktu
beberapa menit. Besok akan diadakan konser di gereja, lalu sebuab acara
makan siang, dan pemakamannya akan diselenggarakan di gereja pada malam
hari." "Aku meninggalkan kopermu di kamar utama, tidak apa kan"' Matthew
memasuki rung makan dan mengambil tempat duduknya di meja, Allyson
tampak kebingungan. "Bibi tidak memesan kamar di penginapan lain, 'kan?"
"Tidak sih," jawab Allyson. "Tadinya kupikir kau akan membiarkanku menginap
di kamar lain." "Kamar utama itu adalah kamar terbagus di penginapan ini, Ally. Ayah dan Ibu
pasti ingin agar Bibi menginap di situ."
Allyson merendahkan suaranya, "Kalau begitu, terima kasih. Terima kasih
banyak, Matt," Ia menghapus air mata yang membasahi pipinya dan mengambil
sepucuk surat dari salah satu tumpukan di atas meja. "Apa semua ini?"
Matthew menatap Samantha, Samantha mengangguk, "Apa Bibi tahu kalau Ayah
sering menulis surar cinta untuk Ibu?" Mattew meregangkan kedua lengannya
untuk menunjukkan jumlah surat yang terkumpul.
"Oh, maksudmu Surat Hari Rabu?"
"Bibi tahu soal itu?"
"Aku bukan hanya saudara ibumu, aku juga sahabat beliau, tentu saja aku tahu.
Laurel pernah meneleponku saat bulan madunya dan membacakan surat
pertama yang diulis ayah kalian. seandainya aja suami pertamaku seperti Jack.
seseerang yang menumpahkan isi hatinya tanpa perlu diminta" jarang lho." Ia
menatapi nama Laurel yang tertera di atas amplop berwarna hijau muda.
"Memang aku harus mencoba beberapa kali sampai aku berhasil menemukan
cinta sejatiku, dan sekarang aku akan membawa namanya sampai di liang kubur
nanti." Ia beralih memandangi cincin kawin yang tersangkut di jari manisnya.
Cincin berlian pertama yang pernah ia miliki.
"Ibu kalian tidak membacakan semua surat yang ditulis oleh ayah kalian
kepadaku,karena surat-surat itu bersifat pribadi. Tapi, sesekali Laurel pasti
meneleponku untuk membacakan sesuatu yang dianggapnya menyentuh atau
menarik. Dia sangat mencintai surat-surat ini, dan bangga karena ayah kalian
yang menulisnya. Aku selalu membayangkan bahwa ada sebuah harta karun di
www.ac-zzz.blogspot.com dalam surat-surat ini, beberapa rahasia dan petualangan yang tidak kalian
ketahui. Bahkan mungkin beberapa gosip seru."
Allyson meraih sebuah amplop yang tergeletak di dekatnya dan mengambil
sepucuk surat dari dalamnya, Surat itu ditulis di atas kop surat penerbangan
Trans-World. "23 Juli 1969," ia membaca keras-keras. "Hai Laurel, apa kau
percaya bahwa ada seseorang yang benjalan di atas bulan minggu ini" Ajaib
sekali! Akankah anak-anak kita melihat seseorang hidup di atas sana suatu hari
nanti" Mungkin saja, Kalau kita bisa membawa Neil Armstrong sampai bulan,
bayangkan apa lagi yang bisa kita lakukau?" AJlyson dengan cepat membaca sisa
surat tersebut dalam hati dan menyelipkannya kembali ke dalam amplop.
"Mereka berdua memiliki hidup yang luar biasa," gumam Allyson. "Kertas-kertas
ini," ia mengetukkan jari telunjuknya ke atas sepucuk surat sembari berbicara,
"menyelamatkan pernikahan orang tua kalian lebih dari sekali."
Allyson melemparkan sebuah tatapan kepada Samantha, lalu melirik ke arah
Matthew. Mata Matthew yang berwarna kehijauan menatapnya lekat-lekat.
Allyson kembali menatap Samantha.
"Aku penasaran apakah surat-surat macam ini bisa menyelamatkan
pernikahanku yang pertama. Apakah aku pernah bercerita kepada kalian
mengenai suami pertamaku, Darwin?" Allyson tidak menunggu jawaban dari
kedua kemenakannya, "Sebenarnya dia itu orang baik, tapi entah kenapa dia
berhenti mencintaiku. Aku sendiri tidak tahu alasannya apa. Aku selalu berpikir
bahwa mungkin aku tidak cukup pintar untuknya. Tapiku akui, aku tidak pernah
menyesali waktu yang kuhabiskan bersamanya. Tidak sekalipun. Aku belajar
banyak dari Darwin. Dia itu seorang penulis, kalian tahu Dia pernah bekerja di
New York Times, bahkan beberapa tulisannya pernah mendapatkan
penghargaan. Kami bertemu di luar negeri waktu Perang Dunia II berakhir, Aku
belajar mengenai perang itu darinya, kenapa saat itu Amerika terjun
ke medan perang. Aku belajar tentang sastra dan tempat-tempat di dunia yaog


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tadinya tidak pernah kuketahui. Sebelum aku mengenal Darwin, aku tidak tahu
perbedaan antara Wiliam Shakespeare dan Charles Schulz. Aku memang sempat
menimba ilmu di sekolah menengah,karena ibu kalian memaksa,tapi aku tidak
pernah benar-benar belajar." Pandangan Allyson melayang pada tumpukan
surat-surat yang berwarna putih dan beberapa lainnya yang sudah menguning
termakan waktu. "Aku pernah bertemu sekall dengan Charles Schulz,apa aku pernah cerita
kepada kalian" Ibu kalian juga pernah bertemu dengan beliau. Charles ikut
terjun ke medan perang, meski pada saat itu tampaknya semua pemuda terjun
ke medan perang. Kecuali ayah kalian. Kurasa, Jack memerangi hal yang
berbeda. Saat itu, aku dan Darwin tinggal di New York. Kalau tidak salah,
sekitar tahun 1948 atau 1949, aku baru saja bercerai,sementara orang tua
kalian baru saja menikah. LAurel sangat menyayangkan hal itu, merasa janggal
karena disaat mereka menikah aku malah mengurus perceraianku.
"Darwin sedang menulis artikel untuk koran New york times tentang seseorang
yang kartunis yang sedang naik daun, dan ia mendengar kabar tentang seorang
kartunis di Mennesota yang bekerja pada sebuah surat kabar di St.Paul.Kartunis
ini menulis sebuah komik mingguan berjudul lil'folks (orang-orang kecil).Salah
www.ac-zzz.blogspot.com satu karakter dalam komik itu adalah seekor anjing dan seorang bocah laki-laki
bernama Charlie Brown. Kalian pasti mengenalnya kan.Apakah kalian tahu."Ia
menoleh kepada Matthew,:bahwa kartunis itu, yang bernama schulz,
menyimpan setiap komik yang diterbitkan pada tanggal enam juni"ia memberi
edisi itu perlakuan khusus.Ia menyimpan untuk mengenang teman-temannya
saat perang." "Normadia."Kata Matthew
"Benar, matthew."Allyson mengganguk."Normadia.Kau tahu bahwa ayah kalian
menyesal tidak berada disana hari itu"selalau menyesalinya."
"Karena beliau tidak ada di Normadia?"tanya Samantha.
"jack ditugaskan untuk bekerja di sebuah galangan kapal.kurasa mereka
menyebut tempat itu sekarang sebagai Markas Angkatan laut Norfolk.Ayah
kalian punya keahlian khusus dalam keterampilan tangan.Ia berpikir layaknya
seorang ahli teknik,ia bisa melihat hal-hal yang tidak dilihat orang tentang
cara kerja atau rancangan apa saja. Setelah perang usai ayah kalian benar-benar
merasa bersalah, Hal itu menghantuinya, sampai-sampai ibu kalian jadi
khawatir, "Yang harus kalian ketahUi adalah bahwa banyak dari teman ayah kalian yang
meninggal pada perang tersebut, di pantai normandia." Pandangan Allyson
mendadak hilang di antara tumpukan surat dihadapaanya. "Aku tahu bahwa
paman kalian, Joe, sempat menyaksikan peperangan itu. Tapi dia tidak berada
di sana untuk waktu yang lama, Ia kembali ke Amerika dalam k0ndisi mabuk,
dan sejak saat itu ia terus mabuk-mabukkan." AllYSOn melempar pandangannya
pada Matthew,Jack selalu menyangka bahwa orang-orang menghakiminya
secara tidak langsung karena tidak terjun ke medan perang seperti pemudapemuda
lain. Ia tidak pernah mengerti bahwa hasil jerih payahnya di galangan
kapal itu tidak kalah pentingnya dengan tugas mengusung senjata di medan
perang. Ia, bahkan menyusun beherapa kapal yang membawa pemuda-pemuda
itu ke pantai Normandia. Aku ingat Laurel meneleponku tidak lama setelah
mereka menikah. Kalau tidak salah tahun 1943. Ayah kalian dihantui mimpi
buruk meski ia tidak pernah meninggalkan tanah kelahirannya, dan tidak
pernah melihat 0rang terbunhu saat menjalankan tugas mengabdi kepada
negara. Satu-satunya-yang la lihat hanyalah cuplikan berita di televisi. stelah
perang selesai, Jack menonton cuplikan-cuplikan yang sama berulang
kali.Sejumlah temannya yang kembali dan perangd alam keadaan hidup
tiba?tiba saja memiliki kepribadian berbeda, Mereka pergi ke medan perang
dengan wajah berusia 19 tahun, tapi kembali ke tanah air seolah berusia 40
tahun.Jack-tidak tahu haruS bersikap bagaimana di tengah mereka, Meski
begitu, ia tetap berhubungan dengan beberapa temannya itu, AkU ingat orang
tua kalian sempat mengundang salah satu temannya yang kehilangan lengan
pada acara makan malam Thanksgiving. Kalau tidak salah, waktu itu kau masih
bayi, Matthew. "Beberapa orang setidaknya, beberapa sepupu ayah kalian di Chicago, berpikir
bahwa ayah kalian sangat. .. beruntung. jack sempat main baseball di sekolah
menengah. Kalian pasti tahu itu-Jack sangat gemar bermain baseball. Saat Jack
di SMA, tim baseball sekolahnya memenangkan kejuaraan negara bagian,
www.ac-zzz.blogspot.com Mungkin itu terjadi sekitar tahun 1936 atau 1937, atau bahkan 1938, Aku ingat
Laurel mengatakan bahwa Jack adalah seorang penangkap bola yang sanggup
memukul dengan tangan kiri mau?pun kanan.
"Apa kalian tahu bahwa Jack menyimpan foto tim sekolahnya" Aku yakin foto
itu ada di kamarnya sekarang. Kara Laurel, ayah kalian menulis nama temanteman
satu timnya di balik foto tersebut, termasuk tanggal kematian mereka,
"Tentu saja, orang mengatakan Jack Cooper adalah pemuda beruntung, anak
emas, .karena ia tidak pernah terbang dengan parasut atau berlarian membawa
senjata di pesisir pantai, dan juga tidak pernah melangkahkan kaki ke tengah
mayat-mayat kawan seperjuangannya. Saat pemuda-pemuda itu berkumpul dan
membicarakan perihal perang,baik itu di Korea, Vietnam, atau di mana saja
mereka selalu mengucilkan ayab kalian karena ia tidak pernah terjun ke medan
perang. "Ayah kalian tidak pernah berperang bukan karena dia takut atau enggan terjun
ke medan perang, tapi karena ia memiliki tangan yang terampil dan mata yang
berkemampuan untuk menganalisis suatu rancangan. Namun, la juga terkena
imbas perang. Ia melalui hal-hal yang mengerikan seumur hidupnya layaknya
pemuda-pemuda lain yang terjun ke medan perang." suara Allyson mulai
bergetar. "Dia benar-benar tersiksa,' Allyson mengusap air mata yang
menggenang di pelupuk matanya.
Samantha dan Matthew bangkit dari kursi mereka dan mendekatkan diri di sisi
Allyson. Mereka berlutut di samping Allyson dan merangkul bibi mereka dari
dua sisi. Allyson meletakkan tangannya di atas pipi Matthew dan mengecup
dahi kemenakannya. Matthew memeluk Allyson sekali lagi, sebelum ia
menghilang ke lantai atas.
Samantha dan Allyson masih berpelukan sampai Matthew
kembali ke ruang makan membawa sebentuk foto hitam putih menggambarkan
delapan belas pemain baseball yang mengenakan kaus berlogo "C" di bagian
dada serta topi berlogo sama. Mereka berkumpul mengelilingi sebuah piala
perak berukuran tiga puluh
sentimetrer, berbentuk seorang pemain yang sedang mengayunkan sebuah
pukulan kasti ke belakang pundak.
Matthew dan Samantha melihat Jack di antara kerumunan pemain lainnya,
berjongkok di barisan paling bawah, tepat di tengah, dengan kedua Tangan
menunjuk ke arah kamera. Matthew membalik foto itu dan menemukan delapan belas nama. Di samping
sembilan nama, tanggal 6 ]uni 1944 terukir rapi dengan goresan tinta hitam.
Tiga pemain lain meninggal sebelum tahun 1945 berakhir. Dua pemain
meninggal di akhir tahun 1960-an dan dua lagi di tengah tahun 1970an. Hanya
Jack dan saudara kembarnya, Joe, seorang pelempar bola terkenal di grup
tersebut, yang tidak memiliki tanggal kematian terukir di samping nama
mereka. Matthew meraih sebentuk bolpen dari saku kemejanya, dan mengeluskan
tangannya ke halaman belakang foto. Lalu, di samping nama ayahnya, ia
menulis dengan goresan rapi dan jelas: 13 April 1988.
www.ac-zzz.blogspot.com samantha. Matthew, dan AlIyson nyaris saja lupa waktu jika bukan karena
telepon yang mendadak berdering. Rain.
"Sam. apa semuanya baik-baik. saja" Sekarang sudah hampir pukul enam dan
para tamu gelisah." "Semuanya baik-baik saja," kata Samantha. "Kami lupa waktu. Bibi Ally sudah
sampai di sini." "Bagus kalau begitu, Apa aku bisa memastikan kepada para tamu bahwa kau
akan segera berangkat?"
"Ya. Kami berangkat sekarang. Sampai jumpa." Samantha dan Allysoon berganti
pakaian, Samantha memilih rok abu-abu yang terbuat dari wol dan atasan
hitam rajutan. Allyson tidak mengindahkan gaun yang masih tersimpan di dalam
koper, dan justru mengunakan salah satu gaun milik Laurel yang tergantung di
lemari baju di kamar mama. Matthew mengenakan jas hitam favoritnya yang
bermerk Armani pemberian Monica di hari Natal beberapa tahun lalu.
"Biarkan aku yang menyetir," kata Samantha saat mereka menuruni anak tangga
di beranda sambil menunjuk ke arah mobil patrolinya. Begitu mereka sudah
berada di dalam mobil, tiba-tiba Matthew dan Samantha berteriak; "Malcolm!"
"Dimana anak itu?"tanya allyson.
Samantha mengerutkan dahinya. "Pertanyaan yang jitu."
"Apa kita harus mencarinya di Bar Woody's?" usul Matthew dari kursi belakang.
"Jawaban yang jitu." Samantha mengendarai mobilnya menjauh dari
penginapan dan memasuki Rute 11, menuju alun-alun Kota woodstoock
berlawanan arah dengan Rumah Duka Guthrie di kota sebelah Edinburg.
Ia menyalakan lampu dan sirene mobilnya.
"ADA yang melihat kakakku di sini?" Samantha menaikkan suaranya menembus
kerumunan pengunjung bar di hari Sabtu rnalam. "Malcolm Cooper?"
Laure Loveless, salah satu bartender yang sedang bertugas malam itu,
menyeruak di antara kerumunan pengunjung dan menghampiri Samantha.
"Halo, Sam." Suaranya yang besar tidak sepadan dengan tubuh mungilnya,
wajah imut, dan senyumnya yang manis.
"Hey, Double 1. Kau melihat Mal di sini?"
"Sejam yang lalu dia datang kemari, tapi tidak tinggal lama."
"Apa dia mabuk?"
"Tidak, dan sejujurnya, kurasa dia bahkan tidak minum alkohol sama sekali.
Alice menyajikannya minuman bersoda. Malcolm berkata ia ingin menjernihkan
pikirannya, Dia terlihat cukup aneh, Sam berbicara panjang lebar tentang
kehilangan arah dan bergumam tentang ibumu. Tapi, seperti yang kukatakan
tadi, dia tidak tinggal lama di sini paling hanya setengah jam."
"Terima kasih, ya." Samantha menepuk lengan Laurie dan memutar badannya,
bersiap pergi. "Tunggu" kata Laurie. "Ia bertanya apakah aku tahu edit teks bu nora
http://ebukita.wordpress.comwa dia bukan saudara kandungmu,"
"Apa kau tahu?" Samantha berbalik menatap Laurie.
"Tentu saja, aku tahu. Sekarang, semua orang tahu. Semua orang yang tinggal
di Lembah ini pasti sudah tahu." Laurie menurunkan volume suaranya hingga
Samantha harus bersandar pada gerak bibir bartender itu. "Kami semua turut
www.ac-zzz.blogspot.com berduka cita atas meninggalnya orang tua kalian. Mereka benar-benar orang
baik," Samantha rnenarik napas dan membalas perkataan Laurie dengan senyum
penuh terima kasih. Kemudian, ia melangkah keluar dari Bar Woody's.
"Bagaimana?" tanya Matthew, begitu Samantha masuk ke dalam mobil lalu
mengenakan sabuk pengaman.
'Malcolm tadi ada di sini. Sekarang dia tidak ada di sini, Dan aku merasa
jengkel padanya." Allyson menepuk papan dashboard di hadapannya dengan penuh canda. "Ini
baru namanya petua..' "Petugas Cooper..di mana lokasimu sekarang?" Radio polisi di dalam mobil
menyela perkataan Allyson.
"Di jalan Main, Bar Woody's. Ada apa, Barry?"
"Aku melihat sesuatu yang kurasa ingin kauketahui.' "Apa ada hubungannya
dengan kakakku si Buronan?" "Ya, Dan Menara Woodstock"
samantha mengerang kesal. "Kita memang bodoh," ia menolehkan kepala ke
belakang dan menatap Matthew. "Seharusnya kita ke sana dulu."ia menekan
tombol pada radio walkie-talkie di hadapannya. "Apa Crescimanno ada di situ?"
"Tidak. Dan aku tidak memanggilnya, tapi kautahu sendiri di kota ini ... kabar
cepat tersebar," "Aku akan segera ke sana." sekali lagi, Samantha menyalakan lampu mobil dan
sirene polisinya. "Ternyata tadi aku terlalu cepat mengambil kesimpulan," Allyson menepuk
papan dashboard sekali lagi. "Ini baru petualangan."
Samantha meningkatkan kecepatan mobilnya melalui Jalan Main kemudian
jalan berliku menuju Menara Woodstock.
"Dik, kurasa kau mengendarai mobil ini terlalu cepat di atas bebatuan.."
"Matthew,diamlah!"
"Oke." Samantha berhenti di belakang mobil patroli lain dan mengiringi Matthew dan
Allyson menelusuri jalan sepetak menuju Menara woodstock. Petugas Keith dan
Barru berdiri sambil berbisik di tengah kabut yang menyelimuti dasar menara.
"Maaf aku telat," kara Samantha. "Bagaimana kalian menemukannya?"
"Ada turis yang menelepon saluran darurat 911. Mereka mengatakan bahwa ada
seorang pria di atas menara yang sedang beryanyi-nyanyi dan berlaku aneh.
Mereka khawatir," "Malcolm," panggil Samantha. "Kau sudah selesai di sini?"
"Hampir," teriak Malcolm.
"Apa yang kaulakukan di sini"' tanya Samantha. "Berpikir,"
"Tentang apa?" "Entahlah. ' Allyson melangkah maju mendekati menara dan menyentuh lengan Samanrha.
"Biarkan aku mencoba. Hai, Mal," ia berteriak keras-keras.
"Allyson?" jawab Malcolm, mencondongkan tubuhnya ke pinggir pagar pelindung
dan menatap ke bawah. "Apa itu kau?" Tangan Malcolm terasa basah memegang
selongsong besi pagar. www.ac-zzz.blogspot.com "Ya, ini aku. Ayo, turun."
Malcolm membuang wajahnya. "Apa kau juga tahu?" tanya Malcolm, matanya
menatap ke arah cakrawala.
"Aku tahu apa?" tanya Allyson.
Malcolm balas berteriak, "Apa kau tahu" Apa kau tahu bahwa kakakmu
selingkuh?" "Malcolm! Turunlah. Temui aku,"
"Lalu kau akan menceritakan semuanya" siapa aku. sebenarnya?"
"Kita harus bicara,"
Malcolm diam sebentar sebelum akhirnya melangkah menuruni tga lantai
menara lewat rangga besi.
"Apa dia sedang mabuk?" Allyson berbisik di telinga Samantha.
"Tidak. Hatinya sedang hancur,"
"Ingatlah untuk berlaku lembut dengannya, Sammie. Kau juga," Allyson
menoleh kepada Matthew yang sedang berdiri dj belakang mereka. "Bayangkan,
untuk kali ini saja, jika kalian ada di posisinya." Kedua kakak-beradik itu
menganggukkan kepala mereka setengah hati di hadapan Allyson.
Malcolm menapakkan kaki di tangga terakhir, lalu melangkah melewati dua
petugas polisi yang berjaga. "Fred. Barney," sapa Malcolm dengan sopan seraya
menganggukkan kepalanya. Allyson menemui Malcolm dan merengkuhnya dalam pelukan. "akuu
merindukanmu." Sebelum Malcolm bisa membalas sapaan bibinya, dadanya segera terguncang
dan kedua tangannya mencengkeram bagian belakang gaun yang dikenakan
Allyson, yang di pinjam dari lemari Laurel. Malcolm mengenali gaun itu dan
harum tubuh ibunya yang masih melekat. Ia menangis.
"Sudahlah, tidak apa. Shhh. Semua baik-baik saja."
Malcolm mengangkat wajahnya dari pundak Allyson dan seolah melihat wajah
ibunya, "Apakah kautahu?"
Allyson menangkap tatapan Samantha dan Matthew yang sedang berdiri di sisi
mobil patroli. "Ya," ia mengecup dahi Malcolm."Aku tahu."
samantha parkir di barisan depan di pelataran parkir Rumah Duka Guchtie yang
ditandai oleh sebuah lempengan besi bertuliskan Hanya untuk Keluarga
Mendiang. Ia mengangkat satu jari ke udara dan menatap Malcolm dari cermin
di samping kendaraan. "Jangan, Malcolm. Aku tidak mau mendengar kau
membuat lelucon lagi."
Keempatnya kemudian segera turun dari mobil patroli.
"Aku tidak percaya kau membiarkan aku datang kemari hanya mengenakan
celana pendek dan kaus."
"Maaf Malcolm," kara Samantha. "Kita sudah setengah jam telat karena harus
mencarimu keliling kota." Ia menarik ujung kaus yang dikenakan Malcolm.
"Jangan khawatir," bisiknya. "Orang?orang pasti mengerti."


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Arik Guthrie, yang sedari tadi berdiri di luar unruk menyambut anggota
keluarga Cooper, melihat tiga bersaudara itu bersama bibinya berdiri di atas
trotoar, Ia segera menjuLurkan kepalanya ke dalam untuk sesaat, mungkin
www.ac-zzz.blogspot.com untruk mengumumkan kedatangan mereka, lalu melambaikan tangannya
kepada Samantha, Malcolm, Matthew, dan Allyson, memberi tanda agar
mengambil jalur bebatuan yang akan membawa mereka melalui pintu masuk
pribadi di depan gereja kecil. "Lewat pintu sini, ya. Kami senang sekali
akhirnya kalian sampai."
Allyson berjalan dengan sebelah lengan memeluk pinggang Malcolm. Ia
memberi tanda pada Malcolm agar berjalan lebih pelan. "Kalian berdua silakan
jalan di depan. Kami akan menyusul."
Samantha menggenggam tangan Matthew dan melangkah melewati pintu yang
dibukakan oleh Arik Guthrie dengau penuh wibawa. Arik mengikuti, keduanya
dan menutup pintu saat dilihatnya Allyson dan Malcolm berhenti di ujung jalur
bebatuan. "Malcolm," kata Allyson, menarik daun telinga MaJcolm perlahan. "Acara
berkabung ini bukanlah hal mudah bagi siapa pun, terurama bagimu. Aku tahu
itu. Kakak dan adikmu juga tahu itu, Tapi, Malcolm," ia mengangkat dagu
kemenakannya sehingga tatapan mereka bertemu, "ini bukan sesuatu yang bisa
kaulewatkan, Kita harus melakukan ini, kita harus tetap bersama, dan
mendorongmu agar tetap tabah." Allyson melihat air mata memenuhi sudut
mata malcolm. "Aku berjanji, sesampainya kita di penginapan aku akan
menceritakan semuanya."
Malcolm menurunkan tatapannya dan menatap kedua kakinya sendiri."Aku
bahkan tidak tahu siapa diriku."
Allyson melihat bahwa laki-laki berusia 32 tahun yang berdiri di hadapannya,
yang dulu penuh semangar dan kebanggaan, kini tak ubahnya seorang bocah
berusia 12 tahun. "Apa katamu, Sayang?"
"Aku tidak tahu siapa diriku." Malcolm menggelengkan kepalanya, "Bagaimana
itu bisa terjadi?" tanyanya, mengusap hidung basahnya dengan ujung kaus yang
ia kenakan. "Bagaimana mungkin seseorang bisa mendapati dirinya kebingungan
seperti ini hanya dalam waktu beberapa jam?"
Allyson menimbang-nimbang jawaban apa yang harus ia berikan kepada
kemenakannya. "Ayahku masih hidup." Malcolm mengeratkan kepalan tangannya ke dalam saku
celana. "Beliau masih hidup, di suatu tempat. Beliau tidak ada di dalam sana."
Malcolm menoleh ke arah rumah duka.
"Kau salah," jawab Allyson penuh empati."Ayahmu ada di dalam sana, terbaring
di samping ibumu." Ia memeluk Malcolm lagi dengan sepenuh hati. "Tidak ada
yang berubah, Sayang. Jack Cooper tetap ayahmu, dan kakakku adalah Ibumu.
Mereka mencintaimu dalam segala hal, tapi pikiranmu membutakanmu akan
semua itu," "Kalau begitu katakan kepadaku. Kenapa" Kenapa Ayah tidak meninggalkan ibu"
Semua surat-surat itu ... beliau terus menulisnya seolah tak ada yang terjadi."
"Tidak seperti itu. Memang ada sesuatu yang terjadi, jangan mengambil
kesimpulan terlalu cepat. Ayahmu menderita. Ibumu juga menderita. Bahkan
lebih dari yang kaubayangkan."
www.ac-zzz.blogspot.com "Itu bukan jawaban!" suara Malcolm, meninggi dan pecah. "Nanti akan
kuceritakan." "Malam ini juga?"
"Malam ini juga."
Allyson memeluk Malcolm unruk terakhir kalinya. "Sekarang, mari kita masuk.
Masukkan ujung kausmu ke dalam celana. Ini adalah pelayatan bukan Karnaval
Brazil." Walau kepalanya berdenyut seolah mau pecah dan perutnya melilit karena
kalut, Malcolm menemukan secercah energi untuk tersenYum .
SAtu demi satu, para tamu maju ke depan untuk menghaturkan rasa hormat
kepada mendiang Jack dan Laurel. Mereka datang dari berbagai tempat di
Selatan, Harrisonburg, Staunton. dan kota-kota kecil. lainnya yang terletak di
sepanjang Rute 11: New Market, Pegunungan jackson.Edinburg.Woodstock.Tom'sbrook, dan Strasburg. Beberapa berkendara
dari Timur, berbondong?boundong dalam sejumlah kendaraan dari Washington,
D.C., Arlington, dan Rosslyn, semuanya hampir 160 kilometer jauhnya dari
edinburg, dikelilingi oleh sabuk ibu kota negeri.
Para pelayat berhenti untuk melihat peti kayu yang sama, terbaring
berdampinga, dihiasi dengan kain sutra rajutan tangan berwarna putih krem. di
dalamnya, Jack mengenakan jas PUtih dan wajahnya tampak bugar seolah ia
tidak pernah mengenal rasa sakit. Laurel, di lain pihak, mengenakan gaun putih
dan riasan wajah yang tidak menyolok. Tangan kiri mereka bersilang di atas
tangan kanan mereka, bertumpu di atas perut. Cincin kawin mereka bersinar
terang diterpa cahaya lampu.
Peti mereka diletakkan di kedua sisi mimbar gereja kecil berwarna cokelat
yang dibangun oleh keluarga guthrie di akhir tahun 1970an.
Pastur Doug berdiri seperti penjaga di sudut mimbar dengan kedua lengan di
sisi. Beberapa kali ia melihat dan memeluk tamu?ramu yang tampak emosional
dan bersahabat. Di samping kanan mimbar dan di sebelah kanan peti Jack,Matthew, Allyson,
Samantha, serta Angela, Malcolm dan, karena diminta Samantha, Rain berdiri
berdampingan. Pastur Braithwaite dari gereja di Pegunungan Jackson juga datang. Beliau
berdiri di pintu depan di samping keluarga Guthrie, tersenyum pada wajahwajah
yang familiar dan asing dan berterima kasih kepada semuanya karena
telah datang. Nathan mengamati acara tersebut dari sudut ruangan tepat di belakang meja
penerima tamu. Di tengah prosesi acara, saat pengunjung perlahan-lahan berbaris untuk
memberi hormat pada Jack dan Laurel, Rain mencondongkan tubuhnya ke arah
Malcolm dan meletakkan tanganya di punggung pria itu. "Celana pendek?"
"jangan tanya."
"Aku takkan bertanya," Rain tersenyum, karena ia tahu Samantha akan
menceritakan semuanya nanti.
"Terima kasih."
www.ac-zzz.blogspot.com "Aku benar-benar senang kau ada di sini," Kali ini ia berbisik di telinga Malcom
dari jarak yang sangat dekat hingga Malcolm bisa merasakan hembusan napas
Rain di belakang lehernya. Udara yang keluar dari mulut Rain membuat bulu
kuduknya berdiri. Malcolm ingin sekali menarik tangan Rain dan menggiringnya ke pelataran
parkir untuk menceritakan apa yang baru saja diketahuinya, bahwa ia bukanlah
anak kandung Jack Cooper Tapi, ia hanya berkata, "Terima kasih."
"Jangan berterima kasih padaku, pokoknya tetaplah jaga perilakumu.'
"Aku tidak bisa merasakan apa-apa, jadi tidak mungkin berlaku yang tidaktidak."
Selusin tamu lain berhenti untuk bersalaman termasuk Marla Lewia, direktur
museum Woodstock. Ia memeluk Malcolm dan bertanya tentng novel yang
ditulisnya. ia juga membuat Malcolm berjanji Untuk mengunjunginya sebelum
pergi meninggalkan kota. Di sisi lain, Matthew sudah menyempurnakan jawabannya apabila orang-orang
bertanya keberadaan Monica. "Dia ada di Newark. Dia ingin sekali berada di
sini, tapi saat ini adalah kemungkinan kami untuk mengadopsi anak. Ayah dan
Ibu pasti bisa mengerti.' Ia bertanya-tanya apakah perkataannya Itu benar, tapi
dilihatnya para tamu juga mengerti alasannya, "Akan kusampaikan salam
"belasungkawa kalianr kepada Monica," ujarnya datar kepada para tamu.
Malcolm memerhatikan wajah-wajah yang mengelilinginya seolah hendak
mencari suatu pertanda atau petunjuk yang bisa membenarkan dugaannya,
bahwa semua orang tahu perihal rahasia hidupnya, Tapi wajah-wajah itu sangat
polos tidak menyimpan sedikit pun jejak rahasia yang diincarnya, Malcolm
akhirnya memutuskan bahwa para pelayat yang berhamburan menyampaikan
rasa belangsukawa. mereka tidak mengenal baik kedua orang tuanya, atau
mereka sangat pintar menyembunyikan apa yang mereka ketahui.
Aneh, pikir Malcolm. Tidak seorang pun dalam kerumunan para tamu yang
menunjukkan rasa simpati terhadap derita yang sedang ditanggungnya saat ini.
Mereka hanya melihat tiga keturunan Jack dan Laurel yang sedang berkabung
tanpa memerhatikan bahwa luka Yang tergores di dadanya lebih dalam dan
menyakitkan dari pada luka di dada Matt maupun Samantha. Meski begitu, ia
tetap menyalami setiap pelayat dan memandangi mereka lebih lama dari
seharusnya. Ia bahkan memerhatikan dengan saksama sekian banyak individu
yang selama ini tidak pernah dikenalnya.
Ia berharap satu di antara mereka mengetahui kebenaran mengenai dirinya.
Ia bertanya-tanya, siapa di antara mereka yang akan membuka tabir hidupnya.
Ia juga penasaran, siapa di antara mereka yang telah berbohong telak
kepadanya selama ini, berpura-pura lugu dan tidak mengerti.
Ia ingin tahU, apakah ayah kandungnya akan datang ke acara pelayatan Jack
dan Laurel, kemudian menyelipkan secarik kertas berisi nomor telepon hotel
tempat lelaki itu menginap ke dalam tangannya saat mereka bersalaman.
Seiring dengan bergulirnya detik demi detik malam itu, Malcolm ingin
menertawai dirinya sendiri karena telah bersusah payah menampakkan rasa
sedih yang berlebihan,bahkan melebihi kesedihannya setelah ditinggalkan oleh
Jack dan Laurel. Sementara Rain, satu-satunya orang yang mengenal dirinya
www.ac-zzz.blogspot.com dengan baik, berdiri di sampingnya tanpa sekalipun menunjukkan rasa simpati
terhadap luka yang' menganga di dadanya. Sesekali, Rain memerhatikan gerakgerik
Malcolm saat memerangi emosinya sendiri, dan pada saat itu, ia pun
melarikan jemarinya ke atas jemari Malcolm, yang terasa seperti sengatan
listrik pada kulit Malcolm.
Setiap beberapa jam, Malcolm melirik ke arah jam dinding yang bertengger di
dinding, meughitung menit. "Berapa lama kita harus tinggal di sini?" ia bertanya
pada Samantha saat barisan pelayat mulai sepi.
"Selama yang diperlukan, Mal,sampai setiap orang sudah mendapatkan
kesempatan untuk menyapa kta dan menghaturkan rasa hormat mereka pada
Ayah dan Ibu." Malcolm mengangkat kedua alisnya tinggi-tinggi, mengharapkan jawaban yang
lebih pasti. "Mungkin sejam lagi."
"Nah, itu lebih baik." Ia berbalik untuk berbisik ke telinga Rain, lalu kembali
menatap adiknya. "Aku pergi sebentar Ya."
"Mal?" protes Samantha.
"Tenang aku hanya ingin ke kamar mandi. Kau sendiri yang dulu menjulukiku Si
Kandung Kemih,ingat tidak"'
Dalam perjalanannya menuju lobi, Malcolm berpapasan dengan Nathan yang
sedang berbincang bersama Gail Andrus, Bendahara Kabupaten Shenandoah.
Tanpa menghentikan langkahnya, Malcolm berkata dengan lantang, "Rain sudah
jadi milikmu lagi sekarang."
Gail tersenyum jenaka. Nathan bungkam seribu bahasa.
Malcolm berdiri di salah satu wadah urin sambil menatapi langit-langit ketika
Pastur Doug masuk ke dalam kamar mandi dan berdiri di sampingnya untuk
menggunakan wadah yang lain.
"Oh, hey;" "Halo, Malcolm."
"Tempat ini terlihat seperti perkumpulan pastur, ya."
Pastur Doug tersenyum. "Kau memiliki selera humor yang sama dengan
ayahmu." Malcolm memandangi dinding di hadapannya. "Apa Anda
sering datang kemari?"
"Lebih dari yang kuinginkan," angguk Pastur Doug. "Kurasa aku sudah semakin
uzur.' "Aku juga." Malcolm berbalik untuk mencuci tangannya di wastafel.
"Bagaimana keadaanmu?"tanya Pastur Doug, menekan tungkai pada wadah
sabun cair dan menggosok tangannya sampai busa putih menyelimuti kedua
tangannya. "Setidaknya aku masih ada disini," jawab Malcolm. "Itu pasti berarti aku
baikbaik saja." "Menurutku juga begitu."
"Anda kenal baik dengan kedua orang tuaku, kan?" Malcolm menempatkan
kedua tangannya di bawah mesin pengering yang mengembuskan udara panas.
www.ac-zzz.blogspot.com "Aku lebih mengenal ayahmu daripada ibumu. Kenapa?" "Aku hanya penasaran,
karena di tempat ini banyak sekali orang yang datang dari berbagai pelosok,
yang tidak pernah kulihat sebelumnya."
"Lalu?" "Entahlah, aku Cuma ingin tahu, berapa banyak dari mereka yang benar-benar
mengenal kedua orang tuaku terutama ibuku dan berapa banyak yang datang
hanya karena mereka merasa ini adalah suatu kewajiban bersama,"
"Apa menurutmu itu nya aku ada di sini?"
"Bukan Anda, tentunya Yang lain."
"Kau mungkin heran." Kini giliran Pastur Doug yang mengeringkan
tangannya."Jack dan Laurel sangat dihargai dan disukai di berbagai lingkungan."
"Aku tahu itu, Tapi itu tidak berarti semua orang mengenal mereka dengan
baik, 'kan?" "Kau kan tahu bagaimana orang tuamU selalu menyimpan perihal rumah tangga
mereka untuk diri mereka sendiri?"
Malcolm serus memancing, "Berapa banyak yang Anda ketahui tentangg masa
lalu mereka?" . "Ya, aku selalu beranggapan bahwa kedua orang tuamu bukan manusia
sempurna tidak ada dari kita semua yang sempurna," Pastur Doug tersenyum,
"tapi setidaknya mereka berusaha, Mereka adalah orang baik-baik. Mereka
selalu membantu orang lain dan selalu bisa memaafkan kesalahan siapa pun,
Bersama guru spiritualku, Pastur Braithwaite, ayahmu mencarikan pekerjaan
pertamaku sebagai pengkhotbah di Winchester, Tanpa ayahmu, aku takkan
pernah mengetahui keindahan Lembah ini dan 0rang?Orang yang tinggal di
sekitarnya." Malcolm menganggukkan kepalanya.
Sejujurnya, aku sudah lama tidak berjumpa dengan ayahmu, Tapi aku berani
bersaksi bahwa beliau sudah berjasa banyak di kabupaten ini. Begitu juga
dengan ibumu." "Benar, Beliau memang sudah berjasa banyak bagi.." Tlba-tiba, pintu kamar
mandi terbuka dan Nathan Crescimanno melangkah masuk.
"Halo semua," sapa Malcolm melihat keduanya,
"Pastur Doug, apa Anda sudah sempat bertemu dengan Jaksa Penuntut dan
calon Gubernur Negara Bagian Virginia?" tanya Malcolm, sengaja ingin menyulut
kekesalan Nathan. "Daerah Istimewa Virginia," koreksi Nathan,Malcolm tersenyum.
"Kami sempat bertukar sapa di luar," jawab Doug. "Senang berjumpa dengan
Anda lagi, Tuan crescimanno."
Ketiga pria itu berdiri di ambang pintu.
"Wah, situasinya kok jadi aneh ya," kata Malcolm.
"Aku tidak memerhatikan," gerutu Nathan segera melangkah masuk ke salah
satu bilik di kamar mandi dan menutup pintunya rapat-rapat.
Pastur Doug dan Malcolm beriringan kembali ke Lobi. Keduanya berhenti di
sebuah meja yang memajang empat bigkai foto pasangan Jack dan Laurel serta
pernak-pernik mereka, termasuk Alkitab m ilik Jack.
www.ac-zzz.blogspot.com Setelah memerhatikan meja tu selama beberapa saat, Pastur Doug mulai
angkat suara, "Aku sudah menduga bahwa kau dan Nathan sempat berselisih
pendapat," katanya. Ia mengambil sebingkai foto Jack dan Laurel saat mereka
sedang berdiri di beranda Monticello dan berpura-pura terus mengamati foto
tersebut. "Tapi sebagai orang ketiga, bolehkah aku bertanya kenapa kau harus
mempersulit keadaan?"
"Maksud Anda?" "Kenapa kausenang membuatnya kesal?"
"Nathan adalah target yang menyenangkan."
"Mungkin saja," kata Pastur Doug, "tapi saat ini, bukankah dia yang berkuasa?"


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Malcolm terkejut mendengar perkataan. Pastur Doug. "Maafkan aku jika sudah
lancang." "Tidak apa," kata Malcolm."Maksud Anda baik."
"Tentu saja." Pastur Doug tertegun sesaat, "Malcolm, tidak ada orang yang
sempurna di dunia ini."
"aku tahu itu,"
Pastur Doug meletakkan sebelah tangan di atas pundak Malcolm. "Aku sangat
mengagumi keluargamu dan juga dirimu. Kami senang melihatmu di sini. Kurasa
kedua saudaramu membutuhkanmu sekarang,"
Malcolm tahu bahwa perkataan Pastur Doug benar. "Jika kau sudah siap, temui
aku." Makolm menepuk pundak Pastur Doug. "Pasti."
kerumunan pelayat yang datang malam itu berangsur?angsur menipis saat jam
menunjukkan pukul sepuluh, dan pada pukul 10:20 hanya ada segelintir saja
yang masih bernaung di sana. A&P dan Bibi Allyson menemui Tuan dan Nyonya
Gutherie di kantor mereka yang terletak tidak jauh dari ruang melayat. A&P
dan Allyson harus mengatur keperluan logistik demi memindahkan tubuh Jack
dan Laurel untuk pemakaman digereja malam berikutnya.
Angela mencium ibu dan kedua pamannya sebelum pergi
bermalam di kediaman keluarga Godfrey.
Rain dan Nathan duduk berdampingan di sofa, di sudut ruangan yang sama
tempat anggota keluarga Cooper bersalaman dengan tamu-tamu yang hendak
pamit. Matthew menutup dan mengunci masing-masing peti dengan sangat hati-hati.
Kemudian, ia mengambil sebuah sapu tangan dan mengelap permukaan peti
hingga semua sidik jari yang tertinggal habis terhapus.
Malcolm dan Samantha berdiri bergandengan di balik altar tepat di bawah
lukisan Yesus Kristus yang tergantung tinggi di atas kedua peti. Samantha
menyandarkan kepalanya ke bahu kakaknya.
Melalui bukaan pintu di belakang ruangan, Pastur Doug terlihat sedang berdiri
di Lobi, memandangi pernak-pernik keluarga Cooper dan membaiik-balik
halaman Perjanjian Baru pada Alkitab milik jack,
www.ac-zzz.blogspot.com "Siap untuk pergi?" tanya Matthew, menyembulkan kepalanya di antara wajah
Malcolm dan Samantha. "Sudah sejak dua jam yang lalu," jawab Malcolm.
"AkU Juga,"aku samantha. 'Ayo kita pergi dari sini,"
Ketiganya segera pamitan dan berterima kasih kepada Rain, Nathan, dan kedua
Pastur Doug serta Braithwaite.
"Semoga berhasil, ya," kata Rain seraya memeluk setiap anggota keluarga
Cooper di ambang pintu. "Kok semoga berhasil?" tanya Nathan saat pintu tertutup kembali dan anggota
keluarga Cooper berjalan pergi menuju kendaraan patroli milik Samantha,
"Karena ini akan jadi malam yang sulit dilalui bagi mereka.Mereka benar-benar
membutuhkan kehadiran satu sama lain, dan aku senang mereka ada di sini
bersama." Nathan menatap ketiga saudara Cooper dari balik jendela. "Kau baik-baik saja?"
tanya Rain. "Ya." Nathan menggerakkan kakinya dengan resah, "Hanya saja, aku merasa
sangat egois karena menginginkan pekan ini cepat berakhir supaya kita bisa
kembali pada kehidupan kira sehari-hari. Sepertihya aku sudah gila, ya?"
"Kau tidak egois, Nate. Kau juga berada di posisi yang sulit, aku tahu itu. Tapi
sejauh ini, kau melakukan semuanya dengan sempurna."
"Menurutmu begitu?"
"Ya." "Aku tidak sabar mendengar kalimat yang sama keluar dari bibirmu nanti
setelah kita bercinta,"Nathan mengecup mesra kekasihnya.
"Bersabarlah, Tuan Crescimanno. Lebib baik kita pikirkan bagaimana caranya
melewati akhir pekan ini." Rain meregangkan Lengannya dan memeluk Nathan.
Nathan membalas pelukan Rain dan perlahan-lahan mengerakkan tangannya
dari pinggang kekasihnya yang ramping ke atas pinggul. "Ka tahu betapa aku
mencintaimu, kan?" "Aku, tahu." "Aku hanya ingin hidup bersamamu. Aku ingin kita segera menyongsong masa
depan, memiliki anak, dan membangun sebuah keluarga bersama, Aku ingin kau
merasa nyaman bersamaku, dan kita bisa mencapai kesuksesan bersama."
"Aku tahu, Nate, Aku juga memginginkan semua itu." "Kau yakin?"
"Aku yakin." "Jadi aku tidak perlu khawarir?"
"Kau tidak perlu khawatir,"
"Kau benar-benar yakin semuanya baik-baik saja?"
"Sangat yakin," Namun, di luar jendela, terbiaskan oleh cahaya jingga lampu
jalanan yang memantul di atas pelataran parkir; Rain melihat Cooper
bersaudara berdiri membentuk lingkaran sambil membicarakan serangkaian
keputusan yang harus mereka ambil bersama, Rain hampir berharap, ia berada
di tengah-tengah mereka, walau hanya untuk semalam.
Pada akhirrrya, Samantha dan Matthew setuju dengan usul Malcolm untuk
berhenti di kota kecil bernama Tom's Brook. Penggemar milk'shake, ketiganya
sempat memutuskan bertandang ke Apotek Walton dan Smoot di jalan Main,
www.ac-zzz.blogspot.com namun karena sudah terlalu malam, mereka beralih ke Iokasi pemberhentian
truk di samping Rute 81. "Hey!" panggil Matthew pada kedua adiknya dari kursi belakang. "Mau membaca
beberapa surat?" Ia menunjukkan setumpuk surat dan melambaikannya ke
hadapan Samantha dan Malcolm.
"Hey!" Suara nyaring Samantha menggema ke seisi mobil. "Bakankah surat-surat
itu seharusnya berada di penginapan?"
Matthew mengangkat bahunya. "Kupikir, kita ada waktu luang untuk membaca."
"Lalu, kenapa sekarang kau justru terdengar merasa bersalah karena sudah
membawa surat-surat itu keluar dari penginapan?" Matthew mengangkat
bahunya sekali lagi. "Kau adalah kakak yang memiliki pengaruh buruk," ledek Samantha.
"Kalau begitu kita tidak akan membacanya?" tanya Matthew.
"Salah. Kita akan membacanya," jawab Malcolm mewakili suara hati ketiganya.
22 Februari 1961 LaureL tersayang Aku yakin kau bosan mendengarkan ucapanku ini,tapiakhir pekan lalu adalah
sesuatu yang benar-benar kita butuhkan untuk menghabiskan waktu
bersama.Seandainya saja kita tidak pergi.maka kita tidak akan pernah
mengunjungi Natural bridge, padahal kita tinggal di Virginia!memalukan
sekali.Yuk kita pergilagi ke sana minggu depan.Apa menurutmu Amanda sudi
menjaga anak-anak kita lagi dalam waktu dekat ini"(aku hanya setengah
bercanda loh) Omong-omong tentang Natural Bridge,dan aku menuliskan ini karena aku yakin
suatu hari anak-anak kita akan membaca surat ini,melepas celana renangku di
pemandian air panas dan mengunci dirimu di dalam mobil adalah sebuah
tidnakan lancang.Apa kau lihat wajah penjaga taman"aku bisa saja ditilang!
Toling dicatat,ini adalah suatu perjuangan yang takkan membuatku kalah.Aku
akan terus menunggu.KAu takkan tahu tempat dan waktunya.Tapi yakinlah
dirimu laurel cooper bahwa sebelum kita meninggalkan dunia ini.Kau juga akan
menelusuri hutan liar Jack si penari bugil 1 MAret 1961 Nyonya cooper Aku selalu merasa janggal menulis surat untukmu saat kau duduk tepat
diseberang ruangan dan tidak jauh dariku.Saat ini kau sedanq membaca buku
yang diberikan Matthew untuk hari ulang tahunmu.Sulit dipercaya bahwa anak
kita yang baru berusia sepuluh tahun menghadiahkan orang tuanya dengan buku
panduan investasi.Matthew selalu saja membuatku terpana.Kalau ia tidak jadi
bintang olahraga nantinya,aku yakin ia akan jadi seorang ahli keuangan
sebelum usianya mencapai tiga puluh tahun.Bahkan mungkin, sebelum ia
berusia dua puluh tahun. Aku tertawa dalam hati karena barusan kau bertanya apa yang sedang aku
lakukan.Saat ku jawab bahwa aku sedang menulis sebuah lagu, kau memutar
matamu dan melemparkan senyuman yang selalu membuatku tergila-gila
www.ac-zzz.blogspot.com padamu.Coba tebak aku MEMANG sedang menulis lagu.Mungkin suatu hari aku
akan akan mengirimkan lagu ini kepada pacarmu,tuan Presley.
Aku punya irama ini dikepalaku,tapi aku tidak mengerti tangga nada sama
sekali.Karena itu kau harus mempercayaiku bahwa lagu yang kutulis ini
memang indah.kurasa ini lagu ballad.
Mintalah kepada tuhan --------------------Jak Cooper
1961 Terkadang berbuat yang terbaik saja belum cukup
Terkadang aku butuh sesuat yang lebih
Karena itu bapakku telah meminta kepada tuhan
Saat hujan turun di dalam kepalaku
Dan percikan airnya membasahi mataku.
Aku berpikir tentang cinta yang ia bagi kepadaku.
Di atas saliub, dibukit Calvalary.
*REFF* Aku harus belajar untuk meminta dari tuhan
dalam segala hal yang kulakukan
Ya, aku akan belajar untuk meminta dari tuhan
dan semua impianku akan jadi kenyataan...
Ya, aku tahu lagu ini aneh.lagu ini butuh satu bait lagi, dan menurut sammie
bahkan membutuhkan satu bait ekstra.Mungkin suatu hari nanti ya.Mungkin
nanti aku akan menyanyikan untukmu.Iramanya benar-benar membuat lagi ini
menjadi hidup!(Tapi jangan ditunggu karena tim baseball chicagho cubs punya
kesempatan lebih besar memenangkan piala dunia sebelum aku mati).
Sejujurnya,aku telah menulis lagu di dalam kepalaku untuk waktu yang cukup
lama. Suatu hari mungkin aku akan menyelesaikannya,tapi aku benar-benar
senang pada bagian pertamanya dan aku ingin berbagi denganmu. Sudah dua
minggu ini aku menggumamkan lagu ini.
Ide ini datang kepadaku setelah aku menceritakan tentang MAlcolm.Aku
terbaring di atas ranjang sempit di lantai dua gedung kampus.Aku menangis
terus tanpa henti,kau tahu itu dan kata-kata yang kutuangkan dalam lagu terus
terngiang di telingaku.Kurasa seperti serangkaian doa.Sejak itu aku selalu
berusaha untuk menuliss ulang kata-katanya.Aku selalu ingin memasukkan katakata
itu ke dalam surat,tapi entah kenapa aku selalau lupa.Tapi hari ini aku
ingat. Menurutku, aku sudah lebih bisa meminta kepada tuhan sekarang.Aku belajar
darimu,bersama dengan 3.572.988 hal lain yang kupelajari darimu
salam sayang Jack Lennon saat Matthew sudah membacakan semua surat yang dibawanya
penginapan, ketiganya mengisi waktu dalam mobil dengan obrolan kecil.
Mereka tidak terburu-buru.
dari www.ac-zzz.blogspot.com Samantha dan Matthew tidak bisa memikirkan hal lain kecuali perselingkuhan
ibu mereka, Malcolm tidak bisa memikirkan hal lain kecuali membaca lebih
banyak surat Jack untuk mengetahui siapa ayah kandungnya.
"SiaPA nama pacar pertamamu, Sam" Pemuda yang sangat aneh, berbulu lebat,
memiliki masalah bau badan, dan bercita-cita menulis novel fantasi itu."
"Robert Smith. Sekarang ia sudah jadi pengarang terkenal."
"hebat juga." "Dan dia tidak berbulu Lebat."
"Sejak kapan batas kecepatan mobil ditingkatkan di sini?"
"Tidak pernah. Sejak kapaa kau jadi orang yang menyebalkan?"
"Buka jendela mobilmu."
"Kenapa?" "Percayalah padaku," jawab Malcolm.
"ApAKAh orang kepercayaan Ayah akan datang ke pemakaman?" tanya
Samantha. "Siapa orang kepercayaan Ayah?" tanya Matthew.
"Pengacara ItU."
"Alex Palmer." "Iya, dia." "Dia pasti datang ke pemakaman. Kita harus menandatangani beberapa surat,
entah sebelum atau sesudah prosesi pemakaman,aku tidak yakin."
"APA yang terjadi pada tempat jual-beli mobil Chevy yang dulu ada di sudut
jalan itu?" "Kebakaran setahun yang lain. Sekarang mereka membangun tempat baru di
Strasburg." "APA si Kurus Gila itu masih menjalankan toko kelontong dan tempat penjualan
umpan di New Marker?"
"Namanya Gordon Craw."
"aaaah benar, Kita selalu menjulukinya si GOrdo." "Gordo sudah meninggal."
"Oh." "Ya." "Aku suka padanya."
"kita semua suka padanya."
"AKU yakin kalian tidak peduli, tapi kok rasanya kira melaju terlalu cepat. Apa
mungkin karena aku duduk di kursi belakang."
"Diamlah." "Aku hanya memberikan informasi saja."
"MALCOLM?" "Ya?" "Jangan terlalu dipaksa." Samantha melarikan tangannya ke belakang leher
Malcolm dan dengan lembut mengelus tengkuknya.
"Memaksa apa?" "Mencari jawaban." Ia memalingkan wajahnya dan menatap Malcolm lekatlekat.
"Semua orang sedang berduka, tidak kamu saja,"
Malcolm menatap keluar jendela.
"Jangan dipaksa, Kak, jawaban itu akan datang dengan sendirinya."
www.ac-zzz.blogspot.com "WOW. lihat." Samantha menunjuk ke jendela di samping Malcolm. "Aku
bersumpah, seminggu yang lalu, ada restoran cina di sana. Sekarang, semua
plangnya sudah diturunkan. Bahkan tidak langgeng sampai tiga bulan. Gedung
itu memang sial, semua restoran yang buka di situ selalu tutup."
"Kau benar, Dulu ada restoran, mexico yang menyajikan makanan lezat di sana,
Guadala-apa gitu, Ayah dan Ibu mengajakku ke sana sendirian suatu kali untuk
ulang tahunku, tidak lama setelah kita pindah kemari. Seminggu penuh aku
jadibuang angin terus."
"Kau selalu buang angin sejak itu."
"KAu tahu tidak, Dik, kalau kau terrarik dengan kecepatan ini kita bisa sampal
ke Washington D,C. dalam waktu 20 menit, Apa kaumau.."
"Apa kau ingin jalan kaki saja, Matt?"
"SAMMIE, kau ingat tidak tahun pesta perpisahan saat kau memasak makan
malam untuk Rain dan aku, kau berdandan seolah-oiah sedang bermain jadi
tuan rumah yang kaya raya" Aku mungkin tidak pernah mengatakan ini
kepadamu, tapi saar kau menyajikan salad dan ikan trout yang ternyata enak
sekali ... itu adalah kali pertama kami berciuman."
"Kau dan Sam berciuman" 00000h.."
"Dasar gila."jawab Malcolm. Derai tawa menyelimuti perutnya yang sedikit
keram dan sarat akan keraguan.
"Mal, ciuman pertamamu dengan Rain bukan di pesta perpisahan. Kau
menciumnya untuk pertama kali di jalan setapak menuju gereja diSungai
Shenandoah. Aku lihat sendiri, kok,"
"Kurasa dia benar, Mal," Matthew setuju.
"Apa kalian pikir, aku tidak tahu kapan dan di mana aku berciuman Untuk
pertama kalinya?" "Ciuman pertama dengan gadis mana saja?" tanya Matthew.
"Atau ciuman pertama dengan Rain?"
"Ciuman pertama."
"Ciuman pertama, Pantat!"
"Tidak, terima kasih," canda Malcolm. "Aku tidak punya waktu untuk mencium
bokongmu."

The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Matthew terpingkal. Ia bertanya-tanya kapan terakhir kali ia dan Malcolm bisa
bersenda gurau seperri sekarang.
Malcolm berpikir betapa anehnya bahwa ia bisa mengingat gadis pertama yang
diciumnya saat masa remaja dulu, tapi bahwa sekarang ia bahkan tidak
mengenal nama ayah kandungnya Sendiri.
"SEKARANG kalian diam saja, biar aku yang memesan.
"Apa yang ingin kalian pesan?" suara kasar seorang pelayan wanita menyalak
dari dalam kotak Speaker yang digunakan oleh pelanggan yang memesan di
Drive Thru. . Samantha tidak menanyakan apa yang diinginkan oleh kedua kakaknya sebelum
berkata, "Tiga gelas milkshake cokelat Snickers." Ia menoleh pada Malcolm di
sampingnya, "Malam ini kita akan melakukan semuanya bersama-sama."
Malcolm pikir keputusan Samantha sedikit berlebihan, tapi di lain pihak, niat
adiknya itu membuatnya merasa nyaman.
www.ac-zzz.blogspot.com Samantha melanjutkan, "Sekarang, mari kita cari jawaban dari pertanyaan
kita," Malcolm mengacak rambut Samantha."Aku sayang padamu, Dik."
"Jangan sentuh rambutku." Kali ini, mereka semua tertawa.
"MINGGIR di sini," Malcolm berkata saat mereka mendekati putaran menuju
Domus Jefferson. "Apa kau tidak bisa tahan sebentar" Tiga puluh detik lagi kita akan sampai di
rumah." "Minggir!" pinta, Malcolm. Samantha mengikuti kemauan Malcolm dan sebelum
kendaraan patroli itu berhenti, Malcolm mendorong pintunya hingga terbuka
dan muntah ke bahu jalan.
"Kau tidak apa-apa?"
"Milkshake ... ,," gumam MalCOlm sebelum muntah dua kali lagi."Perut
kosong ... tegang ... campuran yang buruk."
Samantha menyodorkan serbet tisu miliknya.
"Maaf, ya." "Tidak perlu minta maaf." Samantha tahu benar perasaan kakaknya sekarang,
Dia sendiri sudah semalaman ini bergulat dengan emosioya. "Tutup pintunya.
Ayo kita pulang." Samantha memutar di Rute 11 dan berkendara menuju penginapan. Di tengah
sinar lampu mobil patroli yang dikendarainya, mereka melihat seorang pria
sedang duduk di anak tangga beranda, mengenakan sepasang celana panjang
bernuansa gelap dan sebuah baju dingin berwarna biru.
"Beliau datang juga," kata Samantha.
"Siapa?" Kedua mata Malcolm terpejam dan kepalanya bersandar di jendela.
"Paman Joe." samantha, Matthew, dan Malcolm masing-masing merasa janggal bertemu
dengan paman mereka di beranda penginapan. Meski hal ini tidak mereka
ungkapkan secara terang?terangan, namun tidak satu pun dari ketiga
bersaudara itu yang Ingat terakhir kali mereka melihat Paman Joe mengenakan
celana panjang longgar dan baju dingin. Menurut Samantha, baju dingin yang
dikenakan pamannya terlalu besar untuk ukuran tubuhnya yang sedang.'
Matthew memandangi sederetan nomor yang tertanam di belakang tangan Joe
dalam bentuk tato permanen. Malcolm justru mengagumi tato tersebut,
Walau Jack dan Joe adalah saudara kembar, Joe tampak memiliki porsi tubuh
yang lebih ramping dibandingkan Jack. Berat badan Joe sepertinya 20 kilogram
lebih ringan daripada berat badan saudara kembarnya, dan Samantha berani
bertaruh bahwa ototnya lebih besar dibandingkan dengan pamannya itu.
Matthew memperhatikan bahwa Paman Joe memiliki bentuk dan warna mata
yang identik dengan mata Jack hingga keduanya bisa saja ditukar tanpa ada
seorang pun yang mengetahui.
Matthew jadi merinding memikirkan itu. Ketiga bersaudara tersebut melihat
bahwa rambut Joe tidak seputih milik Jack, meski Joe tidak memiliki rambut
sebanyak saudara kembarnya. Baik wajah Joe maupun Jack semasa masih hidup
sama-sama terlihat tua dan lelah; namuni penyakit yang mendera Joe tampak
www.ac-zzz.blogspot.com lebih berbahaya dari kanker yang merenggut hidup Jack. Joe adalah seOrang
pemabuk yang kini harus membayar setiap tetes minuman yang pernah
diteguknya deogan harga tak terhingga.
Joe menjelaskan dengan suara gugup ia mendengar kabar kematian saudara
kembar dan iparnya dari seorang petugas pembebasan bersyarat yang
meninggalkan tiga pesan di mesin penjawab telepon rumahnya. Menurut
penjelasan Joe, saat itu ia sedang membantu seorang teman lama pindah ke
sebuah apartemen kecil Setelah menghabiskan masa hukuman di Penjara
Negara Bagian missouri serta dua minggu di sebuah rumah koreksi di pinggiran
St. Louis. "Kami rnenyesal karena kau tidak mendengar kabar itu langsung dari kami,"
kata Matthew tulus. "Kau tidak perlu menyesal. Sudah lama sekali aku tidak menjadi bagian dari
keluarga ini." "Kau adalah anggota keluarga Cooper,"kata Samantha, membuka pintu depan
dan membiarkan tiga laki-Iaki itu masuk mendahuluinya.
"Terima kasih," kata Joe, menatap kakinya sendiri saat ia melangkah melewati
Samantha. "Paman,"samantha menarik tangan joe dengan lembut,
"Tidak peduli sudah berapa lama kau tidak ada di tengah-tengah kami, kau
akan selalu menjadi bagian dari keluarga ini. Kautahu itu, kan?"
"Terima kasih, Samantha." Joe berhenti dan menatap ke dalam mata
kemenakannya seolah ingin mengatakan lebih dari itu. "Terima kasih,"
"Apa kau sudah makan?"
Joe menggeleng. "Masuklah. Ada cukup banyak makanan di dalam untuk
seisi Lembah ini," "Terima kasih." joe mengikuti Samantha ke dalam dapur tempat ia memaksa
untuk menyiapkan makananannya sendiri.
Samantha menghampiri Matthew di meja makan. "Mana Mal?" tanyanya.
"Sedang ganti baju." Matthew menilik ke dalam dapur, "Aku masih tidak percaya
akhirnya Paman Joe datang juga," bisiknya.
"Aku juga tidak percaya," jawab Samantha, "tapi setidaknya dia datang." Ia
menjulurkan kepalanya ke dalam dapur, Joe sedang mengambil beberapa iris
daging ayam kalkun dan meletakkannya ke atas piring.
"Kau tidak harus makan di sana sendirian, Paman," kata Samantha.
"Tidak apa, lagipula meja kalian sedang dipakai. Aku tidak keberatan makan di
sini." "Kalau begitu, setelah kau selesai makan, bergabunglah bersama kami."
Samantha duduk di meja makan dan melempar senyum pada Matthew.
Matthew memutar matanya. di atas, Malcolm menggosok giginya dan mengenakan kaus sepak bola berwarna
kuning menyala yang dibelinya di Brazil. Saat menuruni tangga, ia
memperhatikan foto-foto yang terpajang di dinding sebelah kamarnya, reuni
keluarga; wajah lusinan tamu penginapan; Jack dan Laurel di sebuah dermaga
menerawang ke Pantal Virginia. Kakeknya-ayah Jack-sedang berpose di
www.ac-zzz.blogspot.com lapangan bola kaki sambil memeluk bola kaki dan berlutut di satu kaki. Beliau
mengenakan helm yang terbuat dari kulit. Foto lain memperlihatkan Jack dan
Joe yang duduk di belakang truk karatan sedang berpose di depan kamera.
"Kausmu bagus juga,' Pele," kata Samantha menyambut kedatangan Malcolm di
antara mereka, "Apa kau tahu Pele itu siapa?"
"biar begini, aku juga banyak membaca."
"Membaca apa"' "buku" "Buku tentang sepak bola?"
"Kenapa tidak?"
"Apa judul buku terakhir yang kaubaca"' Malcolm mengambil tempat duduknya
di meja makan. "Tommyknockers."
"Tommyknockers?"
"Aku Juga suka buku-buku karangan Stephen King. Angela yang membuarku
tertarik membaca buku-buku tersebut,"
"Apa" Kau membiarkan Angela membaca buku horor" apa-apaan itu?"
"Yang penting dia suka membaca. Itu sudah cukup bagiku.."
"Tapi.." "Dan dia juga senang membaca buku-buku karangan Tom Clancy. Kemampuan,
membacanya selalu melebihi anak-anak lain. Kenapa kau tidak selesaikan dulu
buku yang kautulis dan berikan bahan bacaan yang lebih' baik pada
keponakanmu?" "Ah, halo?" Matthew berbisik sedikit keras; meski ia berharap pamannya tidak
mendengar pembicaraan mereka. "Bisakah kita tunda acara pembedahan buku
ini" Apa yang akan kita lakukan dengan Joe?"
''Apa maksudmu?" Samantha balik berbisik pada Matthew dengan nada dramatis.
"Apa dia akan tinggal di sini?"
"Tentu saja, kan masih ada kamar kosong."
"Apa kita tahu dia habis dari mana saja?" Matthew menilik ke dalam dapur, lalu
berbalik menatap adik perempuannya. "Apa kita tahu bagaimana ia bisa sampai
di sini?" . "Mungkin naik pesawat ulang-alik, Matt Atau bus penjara, Tenanglah. Dia itu
bukan penjahat. Apa sih masalahmu?" Sementara itu, Malcolm tidak mendengar
apa pun yan.g dikatakan kedua saudaranya. Ia sibuk membuka-buka amplop
surat. "Apa menurutmu dia tidak terlalu memaksa berada di sini" Apa kau tidak
merasakan betapa aneh tingkahnya di depan kita" "Sejak kapan kan jadi orang
yang suka menghakimi, Matt" Sudah jelas Paman Joe itu sedang berkabung,
bahkan mungkin mengalami shock. Ia baru saja kehilangan saudara kembarnya."
"Aku tahu itu, Sammie .. Tapi aku merasa ada yang tidak beres, Beda. Apa pun
itu." "Mungkin ini yang terjadi jika ia tidak lagi minum minuman keras,"
"Terserah kau lah, akU.."
"Hey, Paman?" panggil Samantha, mengangkat kepalanya agar bisa dilihat oleb
Joe dari dapur. "Matt ingin tahu sudah berapa lama kau tidak mabuk dan
www.ac-zzz.blogspot.com bagaimana kau bisa sampai di sini. Karena dia tidak melihat ada mobil lain di
parkiran depan." Matthew menjatuhkan kepalanya ke atas meja dan mengetukkan dahinya tiga
kali. Joe menghampiri mereka dan berdiri di ambang pintu, mengisap mulutnya
dengan serbet kertas dan menggenggam segelas air putih. "Aku berhenti minum
sejak tanggal lima januari tiga tahun yang Ialu. Dari Bandara Nasional
Washington aku menumpang bus Greyhound sampai terminal di Harrisonburg.
Dari sana aku naik taksi kemari."
"tiga tahun" Selamat ya, Joe."
"Terima kasih, Aku merasa lebih baik sekarang, Sehat. Aku masih menyesuaikan
diri," "Menyesuaikan diri dengan apa?" tanya Mtthew.
"Pada kehidupan di luar penjara, Kehidupan yang tidak dinodai oleh alkohol."
"Menurut kami kau tampak luar biasa, Paman. Kami sungguh bangga padamu,"
Samantha tersenyum. "Tapi kenapa kau harus naik taksi dari Harrisonburg"
Seharusnya kau menelepon kami, kamil bisa menjemputmu."
"Tadinya kupikir lebih baik aku naik taksi, karena aku tahu kalian pasti repot
mengurusi pemakaman."
"Kapan kau tiba di sini?"
"Sekitar satu jam yang lalu, muugkin satu jam setengah."
"Kalau begitu tidak lama setelah acara pelayatan dimulai. Pemakamannya
besok, tapi kami akan pastikan kau mendapat waktu khusus sebelum acara
dimulai besok. Ayah dan Ibu terlihat begitu damai."
"Kuhargai itu. Ada beberapa hal yang ingin kusampaikan pada mendiang Jack
dan Laurel." "Tidak masalah. Kami juga ingin agar kaududuk bersama kami di pemakaman
besok," Samantha menendang tulang kering Matthew di bawah meja,
"Ya!" Matthew angkat suara. "Kami Ingin agar kau pergi ke pemakaman bersama
kami." "Kita akan naik limosin milik keluarga Gutherie," tambah Samantha. "Apa kau
ingat pada keluarga Gutherie?"
"Tentu saja," Joe meneguk air putih dalam gelas yang digenggamnya. "Permisi,
ya." ia melangkah masuk kembali ke dapur.
"Tolonglah, Matt, jangan dingin begitu padanya." Samantha mengalihkan
pandangannya pada Malcolm. "Kau juga bisa mengajaknya bicara, 'kan"'
Malcolm terus membaca lembaran surat yang dipegangnya.
"Kurasa, ia punya masalah yang lebih mendesak daripada Joe," kata Matthew.
Malcolm tidak mengindahkan Samantha maupun Matthew. Samantha dan
Matthew mulai mengacak tumpukan surat di hadapan mereka, mencoba
mengingat-ingat bahwa ada suatu alasan kenapa mereka menumpuknya dalam
urutan kronologis. "Kulihat kalian telah menemukan surat-surat ayah kalian," kata Joe, memasuki
ruangan itu lagi beberapa menit kemudian. "Sudah berapa banyak yang kalian
baca?" "Kautahu tenang surat-surat ini?" tanya Matthew.
www.ac-zzz.blogspot.com Malcolm secara. refleks mengangkat wajahnya,menatap Joe.
"Tentu,kata joe, mengambil tempat di kepala meja, "Aku tahu semuanya."
Selama satu jam Joe bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya kepada
tiga kemenakannya. Dengan bercerlta,ia merasa lebih nyaman berada di tengah
mereka. Sesekali ia berhenti untuk mengendalikan luapan emosinya sendiri,
tapi sebelum Samantha dan Matthew sempat membaca surat-surat yang ada di
hadapan mereka, Joe sudah meluncurkan cerita lain tentang
petualanganpetualangannya bersama Jack.
Malcolm hanya mendengarkan sedikit saja cerita Joe. karena ia terus membaca
surat demi surat, mencari informasi lengkap tentang perselingkuhan ibunya dan
situasi yang membuat Jack memaafkan perbuatan istrinya. Setelah Laurel
mengakui kesalahannya dan Jack tiba-tiba pergi ke Chicago, Malcolm yakin
bahwa surat-surat yang ditulis Jack berubah hambar dan memiliki kode-kode
tertentu. Jika Malcolm berada dalam posisi ayahnya, ia mungkin takkan
melakukan hal yang sama, tapi ia menduga Jack berusaha melindungi
kehormatan ibunya. Ia berharap Jack Juga berusaha melindungi kehormatan
dirinya sendiri. Surat-surat yang di tulis setelah pengakuan Laurel tampak datar dan dipenuhi
oleh Fakta, Beberapa surat bahkan hanya memuat menu makanan yang
disantap Jack selama seminggu. Menurut Malcolm, Jack menulis surat-surat itu
karena la merasa bertanggung jawab untuk melakukannya, karena ia sudah
terlanjur berjanji. "Jack menepati janjinya," gumamnya keras setelah membaca surat yang di tulis
di sebuah kartu indeks yang dilipat dua dan dimasukkan ke amplop yang biasa
digunakan oleh petugas bank untuk menyimpan uang tunai milik pelanggan.
Dalam surat-surat itu, Malcolm tidak menemukan apa-apa yang bisa
membantunya menemukan ayah kandungnya.
"Sebaiknya aku tidur dulu," kata Joe setelah menceritakan pengalamannya
bermain bola kasti untuk yang ketiga kali. "Apa ada kamar untukku?"
"Tidak perlu ditanya lagi, tentu saja," jawab Samantha.Ada banyak kamar
kosong. Salah satu kamar di atas juga kosong. Tepat di pucuk tangga,. di
sebelah kamar mama. Aku ingin menempatkanmu di kamar tidur Ayah dan Ibu,
tapi Allyson sudah mengambilnya, Tidak apa, 'kan?"
"Allyson juga ada di sini?"
"Sekarang ia sedang keluar, tapi sebentar lagi ia pasti sampai. Kurasa, saat ini
ia sedang bersama A&P. Mungkin mereka berhenti di rumah A&P sebentar,
Kautahu sendiri betapa akrabnya mereka. Ibu melakukan hal yang baik
mengenalkan mereka sebagai sahabat pena,"
Joe mengangguk. "Kalau begitu, mungkin aku bisa bertemu dengannya besok
pagi. Sampai besok, ya."
"Di lemari koridor ada handuk-banduk yang bisa, kaugunakan. Apa ada hal lain
yang kau perlukan?" www.ac-zzz.blogspot.com "Tidak, terima kasihh." Joe menganggukkan kepalanya pada Samantha,
Matthew. dan Malcolm sebelum melangkah ke pintu depan untuk mengambil
tas kopernya dari beranda,
"Biarkan aku membantumu." Matthew mengikuti langkah Joe dan menahan
pintu agar tetap terbuka saat J0e membungkuk dan mengangkat kopernya yang
berat, "Joe, aku minta maaf jika aku tampak dingin terhadapmu." .


The Wednesday Letters Karya Jason F.wright di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Kau tidak perlu minta maaf, Aku tidak berhak mendapat perlakuan yang lebih
baik." 'Kau salah, Kau telah berubah dari sebelumnya. Kurasa aku hanya terkejut,"
Joe tersenyum. "Aku sendiri terkejut, Matthew Seharusnya aku yang meninggal,
bukan ayahmu." Matthew melangkah ke beranda, menutup pintu di belakangnya. "Kenapa
begitu"' Joe meletakkan kopernya kembali ke tanah dan bersandar pada pagar beranda.
Matthew mendekatinya. "Kautahu aku masuk penjara untuk yang terakhir kali?"
"Karena menyetir dalam keadaan mabuk?"
"Lebih buruk dan itu." Joe memalingkan wajahnya. "Terakhir aku menenggak
minuman beralkohol tanggal 5 Januari, tiga tahun yang lalu aku masuk penjara
selama dua tahun." "Karena mengendarai mobil dalam keadaan mabuk?" Suaraa Matthew meninggi.
"Lebih dari itu. Aku menabrak seorang gadis malam itu." Napas Joe menjadi
berat, "Aku nyaris membunuhnya,"
"tapi gadis itu kan selamat?"
"Ia selamat karena Tuhan menyelamatkannya,"
"Kalau begitu dia tidak apa-apa, 'kan?"
Joe mendengarkan deru mobil yang berlalu di belakangnya, di atas jalan yang
melintas di depan penginapan. "Tuhan juga menyelamatkanku, Tuhan berkata
pada gadis itu untuk engunjungiku, dan setiap bulan gadis itu selaIu datang
menemuiku. Ia juga menulis surat kepadaku hampir setiap minggu. Ia bahkan
menggambar untukku."
"Gadis itu sudah memaafkanmu?"
''ya.'' 'itu luar biasa joe. Sungguh."
Matthew mengusap sebentuk paku yang tertancap pada pagar. "Seandaioya saja
kami tahu penderitaanmu."
"Aku memilih untuk tidak memberi tahu orang banyak mengenai semua ini.
Ayahmu tahu, dan mungkin ibumu juga tahu. tapi aku ingin meninggalkan
penjara dan diuji sekali lagi sebelum seluruh dunia mengantisipasi
kegagalanku." "Sepertinya kau sudah berhasil. Setidaknya, sekarang kau sampai di sini."
Matthew meletakkan sebelah tangan di atas pundak Joe.
"Kurasa kaubenar, Matthew." Joe mengangkat wajahnya.
"Aku memang telah melewati ujian terberatku karena gadis itu mau
memaafkanku," www.ac-zzz.blogspot.com Kedua pria itu berdiri terdiam selama beberapa menit sambil menerawang jauh
ke arah pelataran parkir dan Rute 11.
"Joe?" "Ya?" "Apa yang kauketahui tentang ibuku?"
Joe tertegun sesaat dan menatap kegelapan malam.
"Tentu saja aku mengenal ibumu dengan cukup baik'" Ia tertegun lagi. "Dia
adalah orang yang baik hati."
Matthew mempelajari gerak-gerik Joe sebelum bertanya lagi.
"Apa kautahu tentang perselingkuhan ibuku?"
Sebelum Joe bisa menjawab, kendaraan milik A&P menderu mendekati
pelataran parkir dan kedua laki-laki itu dibanjiri oleh cahaya terang yang
berasal dari lampu mobil. Allyson berterima kasih sebanyak dua kali kepada
A&P karena telah menganramya pulang dan melambaikan tangannya saat
kendaraan itu menjauh dari penginapan.
"Apa itu Joseph Cooper?" Allyson menaiki anak tangga beranda perlahan-lahan.
"Satu-satunya," jawab Marthew.
"Halo, Allyson," kata Joe.
Sebelum menjawab, Allyson menapakkan kakinya di atas anak tangga teratas
dan merengkuh pria bertubuh kurus itu dalam pelukan erat. "Saudaramu
sungguh bangga terhadapmu."
Unruk perrama kaJinya rnalam itu, Joe rnenicikkan air mara.
"Terima kasih," isak Joe.
"Kau sudah menunjukkan banyak kemajuan." "Terima kasih."
"Aku rindu padamu,"
"Aku juga rindu padamu,"
Allyson mendekatkan mulutnya di telinga kanan Joe. "Aku sangat bangga
padamu, karena telah datang kemari, untuk segala-galanya," Ia melepaskan
pelukannya dan menatap Joe dari kepala sampai kaki."Tidakkah pamanmu
terlihat segar, Matthew?"
"Tentu saja." Allyson menatap Joe lekat-lekat. Kedua matanya. basah, merah dan lelah. "Kau
kelihatan lelah. Kita lanjutkan pembicaraan ini besok saja ya. Kau menginap di
sini, kan"' MATTHEW membawa koper joe ke atas, mengucapkan selamar malam dan
memeluk pamannya untuk pertama kali semasa usia dewasanya. Saat ia turun
Tandu Terbang 3 Animorphs - 38 Kedatangan The Arrival Musim Panas Berdarah 1
^