Pencarian

Badminton Freak 3

Badminton Freak Karya Stephanie Zen Bagian 3


Ricky/Rexy truun kembali ke lapangan bulutangkis, hanya saja dengan semangat dan jiwa yang
lebih muda. Dan sudah jelas, siapa yang bakal menjadi penerus Markis Kido/Hendra Setiawan
jika mereka lengser nanti...
Mulutku terbuka dan mengatup seperti ikan mas koki sepanjang melihat Edgar dan Steven
bermain. Claudia, Sharleen, Charles, Wilson, sampai Pak Richard juga sama terpesonanya.
Claudia bahkan nggak lagi menggubris Simon Santoso yang sudah mulai bermain di lapangan
sebelah! Pasangan Malaysia dibuat keteteran setengah mati oleh Edgar dan Steven. Skill kedua
pasangan itu sebenarnya berimbang, tapi bola-bola mati di depan net selalu dengan cepat
diserobot oleh Edgar, membuat bola tak bertahan lebih dari tiga kali pukulan sejak serve dan
akhirnya mati di bidang permainan lawan.
olong ya, orang di Pelatnas itu latihan dan menimba ilmu biar bisa berprestasi di luar
negeri dan mengharumkan nama bangsa, bukannya ngabisin waktu dengan ngecengin temen
-kata Claudia yang menyebut-nyebut
-ujungnya selalu berakhir dengan situasi
yang menguntungkannya. Minta ampun!
latihan, mata harus tetap waspada ngelirik yang gantengmesum.
Aku menirukan gaya orang muntah demi melihat lagak adikku yang nggak normal itu.
segala celotehan aneh Claudia.
Aku mengertakkan gigiku diam-diam, nggak tahu apa aku seharusnya mengomel atau
bersyukur karena ketertarikan mendadak Claudia pada bulutangkis ternyata semata dipengaruhi
keberadaan Edgar Satria dan Simon Santoso.
Claudia, dan dia jadi kelihatan sedikit bete. Tiket putaran kedua besok harganya pasti lebih
mahal. Hari ini sih Claudia kubayari, tapi besok" Tak usah yee!
memberitahuku, sambil menunjuk pemain-pemain yang masuk ke lapangan tiga setelah Edgar
dan Steven cabut dari sana.
Untunglah, masih ada Sharleen yang menjagaku tetap waras dan ingat tujuan utamaku datang
ke Istora ini yaitu untuk nonton pertandingan bulutangkis di tengah kegilaan yang
disebabkan oleh Claudia. *** Kami naik taksi tadi, karena sudah nggak ada busway lagi malam-malam begini. Tapi
untungnya, karena sudah larut, lalu lintas jadi lengang dan taksi bisa melaju mulus serta argonya
nggak melonjak selangit ketika sampai di rumah kami. Kalau macet, kebayang nggak berapa
uang yang bakal kami keluarkan untuk naik taksi dari Senayan ke Bintaro"
sedang berdiri sambil mengucek-ngucek matanya di sebelahku, kelihatan ngantuk berat.
-nanya mulu kayak anak tiga tahun, bikin orang nggak konsen nonton aja!
Udah gitu, dikitmengadu. kalau dia na in memang seperti itulah aku.
-tiba. Mata sipitnya yang tadi tinggal lima watt sekarang
melotot semampu yang bisa dilakukannya, bikin aku kaget setengah mati.
anya Mama bingung. Hah, aku sudah bisa menebak siapa yang dimaksudnya!
-api. Satria kan pemain lama, Claud... Dia udah tua, kok kamu masih bilang dia keren sih" Kamu
suka sama oom- yang Cl jelasku. lama yang sudah oom-oom, hehe... Tapi emang bener ganteng ya Aya, si Edgar itu"
not bad not bad Aku mengembuskan napas dan memutar bola mataku. Kayaknya aku memang nggak
seharusnya membawa Claudia ke Istora tadi siang.
*** Hari ketiga Indonesia Super Series, alias memasuki putaran kedua, aku dan tim hura-huraku
kembali datang dengan kekuatan penuh. Sebelum masuk Istora tadi aku janjian ketemu dulu
dengan Shendy, karena kemarin rencana ketemuan kami batal karena dia harus mengejar
beberapa pemain Denmark untuk diwawancarai, sementara aku nggak bisa menunggu gara-gara
Claudia udah ngantuk dan merengek terus minta pulang secepatnya.
Huh, aku rasa itu karena Edgar Satria sudah nggak kelihatan lagi batang hidungnya, dan
pesona Simon Santoso di mata Claudia sudah hilang total akibat Edgar. Jadi Claudia merasa
nggak punya alasan lagi untuk berlama-lama di Istora.
satu per satu, yang mereka balas dengan ramah, sebelum akhirnya tatapannya berhenti pada
Claudia, yang baru kali ini dilihatnya.
i Claudia untuk bikin malu lagi hari ini,
sebenarnya aku lebih senang nggak mengakui dia sebagai adikku, tapi... ya sudahlah, daripada dia
nanti ngadu ke Mama, bakal berabe! Mana tadi Mama sudah mewanti-wanti aku supaya menjaga
Claudia baik-baik. Mama juga ngasih aku uang tambahan untuk beli tiket masuk plus ongkos
transport plus uang makan si Claudia tengil ini! Ck! Kayak mengajak anak umur tiga tahun
jalan-jalan saja. Plis deh, Claudia kan udah empat belas tahun!
dengan gaya yeah-yang-bener-aja. Sharleen cekikikan di belakangku.
image palsunya di Shendy ngakak, jenis respons yang sama sekali nggak kuduga.
incaran ABGasal. -eh. Lo nggak lihat permainannya kemarin"
Aku mengangguk, karena di luar rasa beteku gara-gara hormon feromon Edgar yang
menyembur berlebihan pada Claudia kemarin, aku tetap bisa melihat bahwa cowok itu memang
bisa bermain bulutangkis.
Ya iyalah. Kalau nggak, mana mungkin dia diturunkan di turnamen sekelas Indonesia Super
Series ini! Aku menertawai cara pikirku sendiri tadi.
kata temen lo! Insting gue akan cowok hebat memang nggak bisa
emarin, Aku manggut-manggut. Claudia tiba-tiba menyikutku, sambil memberi isyarat dengan matanya pada Shendy. Aku
mengernyit, tapi lalu sadar apa yang dimaksud Claudia. Kemarin kan Shendy bilang, kalau bisa,
dia bakal bantu Claudia supaya bisa foto bareng Simon Santoso. Tapi hmm... aku yakin yang
jadi target sasaran adikku untuk foto bareng hari ini pasti sudah berubah.
-nyengir nggak penting. sudah kuduga itu. Aku tadi memang sengaja menyebut nama Simon dnegan slow motion, biar
Claudia sendiri yang meralat kata-kataku.
janji, ya" Atlet itu kan kayak
artis, kadang susah ditemuinya. Udah gitu, keramahan atlet sering tergantung mood. Yah, lo
doain aja Edgar menang hari ini, biar moodgat. Aku, lagi-lagi, cuma bisa
menghela napas melihat tingkah tengil adikku itu.
*** Doa Claudia terkabul. Edgar dan Steven menang, melaju ke perempat final setelah
mengandaskan pasangan Jepang di pertandingan yang mereka lakoni tadi.
Pertandingannya sendiri lumayan alot, dan karena pasangan Jepang itu seusia Edgar dan
Steven, mereka juga punya stamina yang sama luar biasanya. Tapi, Edgar dan Steven benar-benar
layak diandalkan di masa depan, karena meski berada di posisi terjepit karena kalah lebih dulu di
set pertama, mereka justru bisa merebut dua set berikutnya, dengan mengandalkan banyak
penempatan bola yang akurat.
Satu hal yang bisa kulihat dengan jelas adalah, ketika pasangan Jepang mulai berada di bawah
tekanan dan makin banyak melakukan kesalahan sendiri, Edgar/Steven justru makin tenang dan
terkontrol. Emosi mereka terkendali, dan satu demi satu poin berhasil diraih hingga akhirnya
mereka berhasil memenangi pertandingan tadi.
itu pertandingan berakhir. Kali ini aku ikut nyengir senang. Rasa nasionalismeku, yang memang selalu fanatik
akan pemain Indonesia, menyeruak ke permukaan.
mood Claudia sambil menggosok-gosokkan telapak tangannya dengan tak sabar.
-nya juga nggak langsung ngacir begitu selesai tanding kayak
Claudia kemarin" Kalau dia ngabur begitu selesai main, mampus deh gue! Kapan gue bisa foto
Claudia menggebuk punggungku keras, sukses membuatku meringis menahan sakit. Ya
ampun, dia nggak nyadar apa tangannya itu segeda tutup tong sampah" Digebuk pakai tangan
segede itu membuat punggungku langsung mati rasa!
eh malah manas-manasin. Padahal lo juga
Claudia nggak menjawab, lebih karena nyadar ia sudah sekakmat gara-gara kalimat
ngawurnya tadi. Dasar tukang ngaco, aku kan nggak pernah bilagn seperti yang diocehkannya
tadi itu! Dan akhirnya, sepanjang sisa waktu kami duduk bersebelahan di tribun Istora itu, aku
mendiamkan Claudia. Dia nggak berani mengusikku lagi, dan hanya duduk dengan tampang
bosan karena setelah bertanding ternyata Edgar Satria duduk di player area, area terlarang bagi
orang yang tak punya ID card. Itu berarti Claudia nggak bisa nyamperin Edgar untuk minta foto
bareng. *** i pada Sharleen yang berjalan menuju pintu keluar
Istora karena ia sudah dijemput. Pak Richard sudah pulang duluan, disusul Charles dan Wilson
yang bawa motor sendiri-sendiri. Jadi sekarang tinggal aku dan Claudia, menunggu Papa yang
akan menjemput kami tapi masih terjebak macet di tengah jalan. Aku dan Claudia terpaksa
menunggu lebih lama, sementara teman-temanku sudah pulang semua.
HP-ku berbunyi. Aku melihat nama yang berkedip-kedip di layar. Shendy.
-celinguk karena melihat hanya aku
dan Claudia yang tersisa.
Shendy berjalan di depanku, menuju ke arah ia datang tadi, sementara aku dan Claudia
mengekor di belakangnya. Ternyata Shendy membawa kami ke dekat tempat parkir beberapa
bus. Di dekat kami ada sebuah pintu yang kelihatannya menuju bagian belakang Istora.
ada di situ. Ada beberapa orang di sekitar kami yang sedang asyik mengobrol. Kelihatannya
mereka panitia dan pekerja media, karena mereka semua pakai ID card.
Aku baru saja hendak duduk di tembok pembatas di sebelah Shendy, waktu kulihat ada sosok
yang berjalan keluar dari pintu dan menuju bus.
Wow, Greysia Polii! melambai, sebelum akhirnya celingak-celinguk dan nyadar Greysia melambai pada SHENDY,
bukan aku. Aku bisa mendengar Claudia cengengesan melihat aku yang kege-eran. Dasar anak
sialan! kalau dilihat dari dekat begini. Putih, cantik, imut-imut.
keakraban mereka. Kayaknya Shendy sudah kenal baik dengan Greysia.
kalau gitu. Gue balik duluan, ya" Take care!
Greysia melambai lagi pada Shendy, dan tersenyum pada aku dan Claudia, lalu berjalan
memasuki salah satu bus yang diparkir di dekat kami. Rupanya itu bus khusus yang bakal
membawa atlet dan ofisial kembali ke hotel! Dan pintu yang ada di dekat kami ini pintu khusus
untuk keluar-masuk atlet, panitia, ofisial, dan orang-orang lainnya yang memiliki ID card! Wow,
kenapa aku nggak bisa menebaknya dari tadi"
Aku baru mau bilang sesuatu ke Shendy, waktu pintu di dekat kami membuka lagi, lalu
keluar Maria Kristin! Astaga, Maria Kristin asli! Aku belum pernah melihatnya dari jarak sedekat
ini! Lagi-lagi aku melongo hebat, karena sama sekali nggak menyangka Maria Kristin juga kenal
Shendy. dy mengulurkan tangannya, yang dibalas
oleh Maria. But thanks, anyway Good luck Sama seperti Greysia, Maria juga akhirnya melambai pada Shendy dan berjalan memasuki
salah satu bus yang ada di dekat kami, bus yang sama dengan yang dimasuki Greysia tadi.
Sebelum kalimatku selesai, orang yang nyaris kuucapkan namanya muncul.
Oh-my-God dar aku melongo. Edgar Satria sedang berjalan ke arah kami, dan dia ternyata naujubile gantengnya kalau dilihat
dari jarak sedekat ini! serangan rasa iri menghantamku. Padahal tadi Shendy juga disapa Greysia Polii dan Maria
Kristin, dua pemain bulutangkis yang bisa dibilang paling kuidolakan, tapi aku sama sekali nggak
merasa iri. Hanya karena Edgar menyapa Shendy saja...
congrats ya udah menang tadi. Besok perempat final Super
Edgar mengangguk, senyum lebar mengembang di wajahnya, membuat Claudia yang berdiri
di sebelahku makin terbengong-bengong saking terpesonanya.
Ya ampun! Pantes aja Claudia ngebet banget pengin foto bareng cowok satu ini. Senyumnya
itu lho! Ganteeeeeeng banget!
Shendy. . file drawing pertandingan di otaknya,
aku merasakan serangan iri yang tadi
-baik ya, lawan lo besok Zakry Abdul Latif sama Fairuzizuan
- made in dan aku yakin, cewek secuek apa pun yang melihatnya saat ini, pasti akan langsung leleh di
tempat! -Uber Cup masih dibawaKami semua menoleh, dan melihat Steven Hardono muncul dari dalam Istora.
dan setelah menyapa Shendy (ya ampun, cewek satu ini benar-benar kenal semua pemain
bulutangkis!), Steven masuk lagi ke Istora.
ia menawarkannya pada Shendy.
ngambil sepotong dari dalam kotak, dan aku
bisa melihat kotak kue itu ternyata berisi martabak.
menatapnya, plus nggak nyangka ia bakal menawariku makanan padahal bisa dibilang kami
nggak saling kenal, aku justru menolak martabak itu dengan tergagap-gagap.
Edgar akhirnya berkeliling menawarkan martabak pada orang-orang yang kebetulan berdiri di
sekitar kami, dan semuanya menerima makanan gratis itu dengan riang gembira. Aku jadi
tertawa geli di dalam hati. Cowok ini lucu ya. Sebenarnya dia pemain bulutangkis atau seksi
konsumsi sih" Tapi beberapa menit kemudian aku terbengong-bengong lagi, karena Edgar sudah selesai
menawarkan martabak pada semua orang di sekitar kami, dan ia kembali menawariku!
Aku menggeleng lagi. Akhirnya dia menyerah juga, dan beralih menawari Claudia. Aku masih senyam-senyum
sendiri melihat tingkah Edgar. Benar kata Shendy, Edgar benar-benar cowok yang ramah!
kepalanya ke arahku, setelah Edgar membuang kotak martabaknya yang sudah kosong ke tempat
sampah, dan mendadak aku jadi panas-dingin.
selama beberapa detik sebelum akhirnya tersadar karena disikut Claudia, dan menyambut uluran
tangan Edgar. Astaga, dia tahu arti namaku! Dia tahu! Ya ampun ya ampun ya ampuuuun!
Edgar tersenyum lagi, tapi kali ini rasa kecewa menyelip muncul di diriku. Bukannya aku
sombong atau apa, tapi selama ini kalau ada cowok yang mengajakku kenalan, mereka pasti akan
sedikit menggombal setelah aku menyebutkan namaku. Kebanyakan bilang bahwa namaku
cantik secantik wajahku, atau gombal lainnya yang sejenis itu. Tapi Edgar, yan gbahkan bisa
menebak arti namaku, justru nggak memuji sama sekali. Ia cuma tersenyum manis.
adikku tanpa babibu lagi. tangan Edgar. Aku membuka menu kamera di HP Claudia, lalu memotret Claudia dan Edgar dua kali.
Aduuuuh, kok tiba-tiba aku jadi kepingin foto bareng Edgar juga ya"
kembali HP-nya dari tanganku, dan sebelum aku sempat mengucapkan sepatah kata pun, ia
setengah mendorongku, sampai aku berdiri persis di sebelah Edgar.
berusaha memotretku dan Edgar. Aku berusaha melirik Claudia dengan jenis tatapan awas-lo-yahabis-ini-lo-nggak-bakal-selamat, tapi Claudia menghindari tatapanku terus. Ya ampun, aku
grogi banget nih berdiri di sebelah Edgar!
menyempilkan dirinya di antara aku
dan Edgar, benar-benar agresif! Aku jadi nggak punya kesempatan untuk mengomelinya.
Claudia mengajak Edgar ngobrol-ngobrol sebentar, dan aku cuma bisa menyimak obrolan
mereka setengah-setengah, karena lidahku terlalu kelu untuk digerakkan sejak aku ada di dekat
cowok yang satu ini. Aneh banget! Kemarin dan hari ini aku juga melihatnya di lapangan, tapi
rasanya biasa aja... Kenapa setelah dia berdiri di depanku begini aku jadi terpesona banget ya"
Setelah kira-kira setengah jam mengobrol dengan Edgar, diselingi melihat Vita Marissa,
Hendra Setiawan, dan Jo Novita, yang semuanya masuk ke dalam bus atlet setelah menyapa
Shendy dengan ramah (anak ini bener-bener populer di kalangan atlet bulutangkis Indonesia!
Semua atlet top mengenalnya!!!), HPAku mengangkat telepon, Papa bilang ia sudah sampai, dan menyuruhku serta Claudia untuk
ke pintu depan. Edgar. Claudia kelihatan nggak rela ketika aku setengah menyeretnya menuju gerbang depan. Jelas,
dia masih mupeng ngobrol-ngobrol sama Edgar sekaligus ngeliatin wajah ganteng cowok itu.
Tapi kan kasihan Papa kalau kelamaan menunggu kami.
Namun, ketika sudah menjauh beberapa meter dari Edgar, aku merasakan sesuatu yang aneh
di hatiku... Perasaan senang dan bahagia yang sempat hilang sejak aku sadar aku nggak bisa
mewujudkan cita-citaku lagi sekarang menyeruak di dalam diriku, dalam dosis yang sangat
besar. Dan aku yakin, perasaan senang dan bahagia itu ada hubungannya dengan Edgar Satria.
*** -seri. Kelihatannya lagi bah
yang terpantul di sana. Hmm... memang wajahku kelihatan beda dari biasanya. Benar kata
Adisty, aku kelihatan bahagia.
-

Badminton Freak Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

n menyimpan nya. Yeah, we got Bu Irma for first period today. What a nice day!
Aku menelan ludah dengan susah payah. Bahagia orang jatuh cinta, katanya"
tehe. Makanya gue nanya sama lo, Neng! Ada gebetan baru, ya" Siapa nih" Gue
dengan mengeluarkan buku teks fisika juga dari tasku.
dengan ganjen. lengkap dengan bunyi ketok-
-ngedipkan matanya agi ini kita akan ada kuis. Simpan
Kehebohan yang menyerang kelasku sesudah pemberitahuan dan perintah itu bercampur
antara protes akan adanya kuis dadakan dan dengung kekhawatiran mereka yang nggak yakin
bakal dapat nilai bagus. Tapi untuk pertama kalinya, aku bersyukur Bu Irma bikin kuis dadakan,
karena itu berarti aku selamat dari rentetan interogasi Adisty. Walaupun untuk kuis kali ini aku
bakal dapat nilai jelek karena sama sekali nggak mengerti materi dari pelajaran-pelajaran
sebelumnya, tapi biar deh... Toh selama ini nilai fisikaku memang nggak pernah bagus.
sedetik setleah aku mengembuskan napas lega karena mengira sudah lolos dari jeratannya.
Aduh sial, bego banget aku mengira ia bakal melepaskanku!
*** Tapi ternyata, aku bisa lepas dari ancaman interogasi Adisty.
Setelah kuis fisika, dia jadi stres parah karena nggak bisa mengerjakan satu pun soal, dan
karena itu lupa menginterogasiku lagi.
Adisty jenis orang yang jika punya masalah akan terus kepikiran. Dia juga termasuk segelintir
murid yang peduli banget sama nilai-nilai pelajarannya. Jadi, sekali dia berpeluang dapat nilai
jelek, pikiran itu akan terus menghantuinya.
yang sudah pulih dari trauma pasca kuis fisikanya, tapi ternyata Sharleen.
ngkahku menuju kantin. Yang
dimaksudnya tentu ingin bareng ke Istora untuk nonton Indonesia Super Series lagi nanti sore.
apa yang terjadi di Istora semalam setelah Sharleen pulang.
Sharleen melotot, dan mulutnya ternganga lebar. Aku sama sekali nggak
menyangka reaksinya bakal begitu heboh.
kelihatan gemas sendiri. elepon, dia ngajak gue ke
belakang Istora, dan kami ketemu atlet-atlet yang mau naik bus buat balik ke hotel. Terus ada
Edgar, ya udah... ngobrolo udah pernah ngobrol sama beberapa atlet juga,
yang bisa dibilang lebih top dan senior dibanding Edgar, kenapa sekarang lo jadi ngiri sama
Aku memutar bola mataku. Ternyata feromon Edgar memang luar biasa ampuhnya. Bukan
hanya Claudia yang klepek-klepek dibuatnya, tapi juga Sharleen! Padahal Sharleen bahkan belum
sempat melihat cowok itu dari dekat dan mengobrol dengannya seperti yang kualami kemarin.
ari dekat lebih ganteng, ya" Orangnya baik nggak" Terus, lo ngobrol
-satu nih. Dia memang lebih ganteng sih kalau dilihat dari dekat.
Orangnya juga baiiiik banget. Kami ngobrolin macem-macem, dan ternyata hari ini tuh
Challenge Aku mengangguk. Kemarin Edgar memang cerita bahwa ia baru ikut tiga turnamen Super
Series: Malaysia, Singapura, dan Indonesia Super Series ini. Sebelumnya ia hanya turun di
turnamen-turnamen yang kelasnya di bawah SS, seperti International Challenge atau Grand Prix.
dan di dua SS sebelum ini ia selalu gugur di putaran kedua, jadi berhasil menembus babak
perempat final kali ini sudah jadi prestasi yang bagus banget.
-kata Shendy kemarin. -eh. Kemarin malah Edgar bilang Zakry/Fairuz itu Lee Yong Dae/Jung Jae Sung made in
Malaysia Aku mengangguk setuju, teringat penampilan Lee Yong Dae di Thomas Cup bulan lalu, yang
membuatku meledeknya dicekoki-ginseng-setiap-hari saking energik dan primanya dia di
lapangan. *** Aku dan Sharleen langsung meluncur ke Istora sepulang sekolah. Claudia yang kemarin bernafsu
untuk ikut, mendadak batal karena dia lupa seharusnya hari ini dia nonton Nidji taping acara By
Request di SCTV. Hehe, ternyata Edgar pun belum sanggup mengalahkan Nidji di mata Claudia.
Banyak pemain Indonesia yang bakal berlaga hari ini, tapi jelas, yang paling kutunggu
adalah... Edgar. Nggak tau kenapa, sejak ngobrol-ngobrol sama dia kemarin, aku jadi seperti ketagihan untuk
ketemu dan ngobrol sama dia lagi. Edgar itu... gimana ya jelasinnya, sangat menarik. Terlepas
dari wajah gantengnya lho ya. Dia enak diajak ngobrol, ramah, lucu, seru, sampai kemarin aja
aku merasa agak nggak rela ketika harus pulang. Rasanya masih kepingin ngabisin waktu bareng
Edgar. Jam empat tepat, partai yang mempertandingkan Edgar Satria/Steven Hardono melawan
Fairuzizuan Tazari/Zakry Abdul Latif dimulai. Di set pertama kekuatan mereka terlihat
berimbang. Sama-sama pasangan muda dan penuh semangat, pertandingan ganda putra yang
saut ini dibanjiri smash keras yang dilancarkan bergantian oleh kedua kubu. Seolah pertandingan
ini memperebutkan gengsi siapa ganda putra yang bakal paling bersinar di masa yang akan
datang. Sayang, Fairuz/Zakry lebih unggul, mereka merebut set pertama dengan selisih poin
tipis, 21-19. Set kedua berlangsung lebih panas. Ada insiden ketika bola Fairuz yang dilepas saja oleh
Edgar karena dikira keluar ternyata dinyatakan masuk oleh hakim garis. Edgar terlihat sedikit
emosi, dan setelah itu permainannya jadi terusik. Beberapa kali ia kulihat melampiaskan
kekesalan dengan melakukan smash sekeras-kerasnya, tapi karena dilakukan dengan emosi, bolabola itu selalu menyangkut di net. Edgar membuang empat atau lima angka percuma untuk
Fairuz/Zakry. Gara-gara kehilangan konsentrasi itu, Edgar/Steven akhirnya harus kalah di set kedua,
sekaligus memupus harapan untuk menjejak semifinal Super Series pertama mereka. Sharleen
langsung mendesah kecewa begitu pukulan terakhir Edgar dinyatakan keluar oleh hakim garis.
Aku juga jadi terduduk lesu di bangkuku. Memang masih banyak pemain Indonesia yang lolos
ke babak selanjutnya, tapi nggak tau kenapa aku drop banget menyadari besok nggak akan
melihat Edgar bertanding lagi.
Aku melihat Steven meninggalkan lapangan dengan lesu, sementara Edgar terlihat mengobrol
serius dengan pelatih sekaligus kakak kandungnya, Edward Satria. Aku menebak Edgar sedang
dimarahi, karena Edward terlihat gusar sekali.
Menurutku, wajar saja Edward jadi senewen begitu. Masalahnya, Edgar/Steven nggak kalah
kelas dari Fairuz/Zakry, tapi hanya gara-gara konsentrasi Edgar yang terpecah akibat emosi tadi,
mereka jadi kalah. Padahal, mereka main di kandang sendiri. Dan seharusnya nih ya, pemain
yang baik, apalagi yang sudah tingkat nasional seperti Edgar/Steven, bisa mengontrol emosi saat
di lapangan. Nggak boleh terusik hanya karena satu keputusan hakim garis yang dianggap kurang
menguntungkan. Edgar, Steven, dan Edward sudah tak terlihat lagi batang hidugnnya, dan mendadak aku jadi
kehilangan minat nonton, padahal di lapangan sekarang sedang bertanding Nova
Widianto/Lilyana Natsir melawan ganda Korea. Aku jadi kepikiran, jangan-jangan tadi itu
terakhir kali aku bisa melihat Edgar" Kan dia sudah kalah. Mungkin dia nggak bakal muncul lagi
di Istora besok-besok. Padahal aku berharap banget bisa ngobrol-ngobrol sama dia lagi kayak
kemarin. HP-ku berbunyi, ada SMS masuk.
From: +628179475XXX Hai, fray. Ini Edgar. Dateng ke Istora ga"
Aku memekik pelan, lalu melirik Sharleen di sebelahku. Sepertinya dia nggak dengar aku
memekik saking asyiknya nonton pertandingan. Kubaca lagi SMS di HP-ku, lalu aku
menggeleng pelan. Nggak, nggak mungkin ini Edgar beneran. Dari mana dia tahu nomorku,
coba! Pasti ini kerjaan orang iseng kayak Claudia. Ya, pasti Claudia! Adikku itu pasti lagi mati
gaya menunggu acara Nidji-nya yang belum juga dimulai, jadi dia berniat mengusiliku, mungkin
pakai HP salah satu teman Nidjiholic-nya. Dasar anak iseng!
Kubalas SMS itu. To: +628179475XXX Heh, nggak usah iseng deh ya! Ganggu aja!
Setelah SMS itu kukirim, tak ada balasan lagi. Semakin yakinlah aku bahwa itu ulah usil
Claudia. Dasar anak tengil! Emangnya dia kira aku gampang dikadalin" Huh, tak usah ya!
*** Seluruh pertandingan perempat final hari ini selesai jam sembilan malam. Indonesia meloloskan
Flandy Limpele/Vita Marissa, Simon Santoso, Sony Dwi Kuncoro, Nova Widianto/Lilyana
Natsir, Maria Kristin, Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari, dan Vita Marissa/Lilyana Natsir
ke semifinal besok. Lumayan, tujuh wakil di empat nomor. Kalau saja tadi Edgar/Steven menang
juga, Indonesia masih akan punya wakil di ganda putra, dan menjaga peluang untuk menyapu
bersih semua gelar di Indonesia Super Series tahun ini.
Seseorang menepuk pundakku. Aku menoleh, ternyata Shendy.
dahinya, wajahnya terlihat capek, tapi sumringah. Mungkin karena dia benar-benar menyukai
pekerjaannya ini. Kami berjalan bertiga menuju pintu keluar Istora.
Aku bisa merasakan Sharleen yang berjalan di sebelahku berhenti melangkah, dan bengong di
tempat. Reaksiku setali tiga uang.
ing, lebih karena aku nggak tau harus ngomong apa.
Terus dia minta nomor HP lo, ya gue kasih aja. Nggak paAku semakin nggak bisa mengatupkan mulutku. Edgar minta nomer HP-ku" Dan Shendy
memberikannya" Berarti yang tadi SMS aku itu... yang kubalas dengan superjutek itu...
OH MY GOD! -orang di sekitar kami kontan menoleh, dan aku cuma
bisa cengengesan karena terpaksa jadi pusat perhatian begitu banyak orang.
-garuk kepala. -pa sih, Shen, cuma... tadi ada yang SMS gue, ngaku-ngaku dia Edgar...
Karena gue mikir nggak mungkin Edgar beneran yang SMS gue, dan kemungkinan besar itu
kerjaan orang iseng, ya gue jutek banget balas SMS-
Aku mengeluarkan HP, dan mencari SMS dari nomor tak dikenal itu di inbox-ku. Untung
belum kuhapus. Shendy langsung mencocokkannya dengan nomor Edgar di phonebook-nya.
phonebook-nya, dan aku kontan
mencelos mendapati nomor itu sama persis dengan nomor yang mengirimiku SMS tadi siang.
Mati aku! Aku mendengar suara terkikik dan menoleh, melihat Sharleen setengah mati menahan tawa
sampai mukanya merah. kedodolanku. tek banget. Dia takut lah bales SMS itu lagi. Udaaah, buruan deh
bales SMS-nya. Bilang yang sebenernya aja, tadi lo ngira dia orang iseng, dan lo baru tau
-lebar. berarti harus menuruti kata-kata mereka.
To: +628179475XXX Hei, gar. Fraya nih. Sorrrrry bgt, td gw ga tau ini no lo. Gw kira
adik gw yg iseng. Maaf ya. Gw msh di istora nih. Lo di mana"
HP-ku berbunyi lagi, ada SMS dari Edgar.
From: +628179475XXX Hehe gpp kok. Yaaaah syg bgt gw udh blk ke hotel. Kirain lo ga
dtg. Tau gt kita nongbar td. Bsk ke istora lg ga"
Aku menelan ludah. Ini bukan pertama kalinya aku dapat SMS dari cowok yang
menunjukkan tanda-tanda bakal ngajak jalan bareng seperti ini. Waktu aku masih jadi pacar
Albert pun banyak yang tetap nekat mengirimiku SMS yang senada dengan SMS Edgar ini.
Dulu-dulu sih aku menanggapinya dengan cuek, tapi sekarang... kok aku jadi deg-degan ya"
membaca SMS yang tertera di layar HP-ku.
Tiba-tiba Sharleen merebut HP dari tanganku, membaca SMS yang ada di sana secepat kilat,
dan langsung menjerit histeris.
ra Aku melihat alis Shendy terangkat heran, mungkin takjub karena Sharleen yang selama ini
dikenalnya alim ternyata bisa heboh juga seperti Claudia.
h banget gini" bad mood lah. Emang lo mau nongkrong bareng orang yang lagi bad mood
Sharleen garuk- -nya yang tadi, takjub. uruti desakannya untuk membalas SMS
Edgar. To: +628179475XXX Iya, besok gw ke Istora lagi
Nggak sampai semenit, SMS balasan Edgar masuk. Kali ini Sharleen ngotot ikutan langsung
membacanya. From: +628179475XXX Ya udah, klo gt besok kita nonton bareng ya. Gw kan ga tanding lg
besok. Bsk kabarin aja klo dah nyampe istora.
membuka mulut. Shendy Perasaanku saat ini benar-benar nggak bisa dideskripsikan.
Edgar Satria SEMIFINAL Indonesia Super Series hari ini baru digelar mulai jam empat sore, tapi Sharleen
sudah heboh mengajakku ketemuan di Istora jam tiga.
-cepat datang. ada ruginya juga kan datang pagian" Biar VIP juga pasti nanti ada VIP yang
Hmm, aku mencium adanya motif lain.
Sharleen diam, tapi aku sudah bisa membayangkan tampangnya yang sedang menimbangnimbang sebaiknya jujur atau nggak padaku di seberang sana.
-gara Edgar mengajakku nonton bareng di Istora hari ini, Sharleen jadi histeris banget (karena kan berarti dia juga bakal
nonton bareng Edgar Satria sang cowok feromon itu). Aku sih memperkirakan Edgar baru akan
datang ke Istora di tengah-tengah pertandingan. Kayaknya nggak mungkin dia datang sejak
partai pertama. Lagian, dia juga udah nggak tanding hari ini.
sooner is better, kan" Daripada kita telat terus sampai sana ternyata
bilang aja lo pengin cepet-
Aku sudah hampir mengomel lagi karena harus berangkat lebih awal ke Istora gara-gara
Sharleen, padahal tadinya aku lagi leyeh-leyeh di kamar, tapi nggak tahu kenapa mendadak
jantungku dag-dig-dug nggak keruan lagi, persis ketika aku pertama kali ngobrol dengan Edgar
dua hari lalu. Persis ketika kemarin Edgar mengajakku untuk nonton bareng di Istora hari ini.
G *** Perkiraanku salah. Aku baru saja sampai di Istora ketika nama Edgar berkedip-kedip di layar HPku.
sangat ganjen dan halus. Nanti kalau gue udah ketemu dia
missed call Aku menelepon Sharleen untuk bilang aku sudah di Istora, sekaligus memberitahukan
posisiku. Nggak sampai semenit, Sharleen nongol di depanku. Kami langsung masuk Istora
bareng. stand by di sini. Aturannya kan dia udah nggak
Aku berusaha mencerna asumsi Sharleen itu. Benar juga. Kalau Edgar masih menginap di The
Sultan bareng teman-temannya yang bertanding hari ini, pasti tadi dia berangkat naik bus bareng
mereka juga. Atlet-atlet yang bakal bertanding harus stand by di tempat pertandingan jauh
sebelum pertandingan pertama dimulai. Mau nggak mau Edgar berangkat awal juga kalau tadi
dia bareng mereka. Aku dan Sharleen memasuki Istora, dan karena Istora masih kosong, kami dengan gampang
menemukan Edgar yang berdiri di dekat player area. Ia langsung melambai-lambaikan tangan
begitu melihat kami. Kelihatannya dia memang mengamati orang-orang yang muncul di pintu
masuk deh. Edgar berjalan mendekat, dan detak jantungku mulai menggila lagi. Aku juga bisa merasakan
Sharleen menegang di sebelahku seiring semakin dekatnya jarak Edgar dengan kami.
naik bus dari hotel, jadi mesti
cepetyanya sambil menoleh pada Sharleen.
Dua orang itu bersalaman, dan aku jelas banget bisa melihat Sharleen salting. Nggak
menyalahkan dia juga sih, Edgar memang charming banget. Rasanya setiap cewek yang berada di
dekatnya pasti bakal langsung kehilangan fokus. Untung aja Edgar nggak main ganda campuran.
Kalau iya, pemain cewek yang jadi lawannya pasti bakal nggak fokus setiap berhadapan sama dia,
hehehe... gar. player area Aku dan Sharleen kontan berpandangan. Player area" Untuk turnamen seprestisius ini" Bakal
bisa duduk di antara pemain-pemain top dunia" Kayaknya ngabisin uang jajan sebulan pun kami
rela demi bisa duduk di sana!
Tapi, mmm... harus jaim dikit dong di depan Edgar.
player area -pa kok. Banyak juga keluarga atau temennya anak-anak yang
Dalam hati aku bersyukur karena lagi-lagi Claudia nggak ikut hari ini. Nggak kebayang kalau
dia ikut dan kami duduk di player area, pasti dia langsung rusuh kalau melihat Maria Kristin atau
siapalah di sana. Akhirnya aku dan Sharleen mengekor Edgar menuju player area. Langkahku dan Sharleen
nyaris melayang saking hepinya. Dari jauh saja aku sudah melihat Sony Dwi Kuncoro, Zhu Lin,
Lilyana Natsir, Zakry/Fairuz (yang kemarin mengalahkan Edgar), dan sederet pemain top
lainnya yang duduk di sana. Beberapa sedang bersiap bertanding dengan melakukan pemanasan.
Edgar yang berjalan lebih dulu dari kami akhirnya memutuskan duduk persis di depan Sony
Dwi Kuncoro. Sharleen kelihatannya nyaris nggak bisa menahan kepalanya untuk nggak terusterusan menoleh ke belakang. Dia gelisah sendiri di bangkunya, sama kayak aku. Gimana nggak,
tunggal putra terbaik Indonesia, pemain peringkat lima dunia, duduk di belakang kami! Hanya
usaha untuk jaim di depan Edgar-lah yang menahan kepalaku untuk terus menghadap ke depan.
Beberapa pertandingan sudah dimainkan di keempat lapangan di depan kami. Sharleen heboh
sendiri. Dia memang suka berubah jadi aneh kalau sudah nonton bulutangkis secara live. Aku
beralih menatap edgar, ia kelihatan asyik mengamati court 2, yang mempertandingkan


Badminton Freak Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Zakry/Fairuz elawan ganda Korea, Ko Sung Hyun/Kwon Yi Goo. Lalu tiba-tiba aku teringat
sesuatu. Edgar memotong sebelum aku selesai bicara. Ia nyengir salting dan menggaruk-garuk kepalanya.
-pa sih, kan tiap pertandingan ada menang ada kalah. Lagian lo sama Steven
udah bagus banget kok, berhasil masuk perempat final. Masih banyak turnamen lainnya lah.
sama sekali nggak terlihat menguping obrolanku dan Edgar. Bukannya apa-apa, tapi aku jadi
nggak enak kalau apa yang bakal kusampaikan ke Edgar ini akan membuatnya malu di depan
-gara keputusan hakim garis yang menyatakan Fairuz masuk. Harusnya lo lebih bisa mengontrol emosi lo, dan
Edgar terdiam, dan aku mencelos dalam hati. Damn, apa sih yang barusan kubilang" Kenapa
aku bisa segitu pedenya ngasih nasihat ke Edgar, padahal bisa dibilang aku ini cuma anak SMA
yang terobsesi pada bulutangkis karena cita-cita masa kecilnya nggak kesampaian, sementara
Edgar adalah atlet nasional yang sudah tinggal di Pelatnas paling nggak lima tahun, dan pasti
dapat bimbingan dari pelatih-pelatih bulutangkis terbaik se-Indonesia setiap hari. Kenapa aku
bisa sebegitu sotoynya?"" Ini sama seperti anak TK menasihati anak kuliahan!
Aku nggak akan kaget kalau setleah ini Edgar bakal menendangku, dan Sharleen, keluar dari
player area. -kata yang meluncur keluar dari mulutku tadi. Soalnya, kalau dicerna lagi, aku seolah menyalahkan Edgar
atas nihilnya wakil Indonesia di nomor ganda putra di Indonesia Super Series kali ini.
-apa, Fray. Pelatih gue, alias kakak gue sendiri, juga bilang seperti yang lo bilang itu kok. Emang udah nggak seharusnya
dalam turnamen internasional kayak gini, dan di perempat final pula, gue masih nunjukin emosi
Aku tercenung. Edgar dengan besar hati mengakui kesalahannya! Kesalahan yang bahkan
mungkin bukan benarAsli deh, seumur hidup aku nyaris nggak pernah melihat makhluk berjenis cowok mengakui
kesalahan. Gengsi cowok kan biasanya selangit. Beneran bikin salah aja belum tentu ngaku,
apalagi kalau dia sebenernya nggak bikin salah. Lihat aja Albert dengan semua kelakuannya dulu.
Dia menghukumku sampai aku nggak bisa nonton Thomas-Uber Cup di Istora, padahal kalau
aja dia bisa lebih mengerti kecintaanku pada bulutangkis, dia pasti paham kenapa aku bisa
sampai ngebohongin dia. Beda banget deh sama Edgar!
Eh, kok jadi ngebanding-bandingin Albert sama Edgar sih"
Pikiranku yang melantur langsung buyar begitu aku sadar Edgar masih menatapku dengan
ekspresi ingin tahu. Aku belum merespons omongannya yang terakhir tadi. Dia pasti masih
menunggu komentarku. a, benar-benar no idea harus bilang apa lagi.
paham banget kan tentang bulutangkis" Orang yang sekadar suka aja nggak bakal bisa ngeliat
kenapa kemarin gue bisa banyak bikin kesalahan sendiri. Harus orang yang benar- benar paham
huge interest sama bulutangkis. Gue malah...
Mata E meraih emas di Olimpiade Atlanta, bagaimana aku ingin meraih prestasi yang sama seperti
mereka, tapi cita-citaku amblas hanya karena kesalahpahaman antara aku dan Mama. Aku juga
cerita tentang Albert, yang menghukumku tak boleh nonton Thomas-Uber Cup, dan bagaimana
ia selalu menyuruhku bergabung dengan ekskul cheers bukannya bulutangkis. Ceritaku kututup
dengan bagaimana aku sangat down beberapa bulan terakhir ini, karena ingat cita-citaku nggak
akan mungkin tercapai lagi, sekeras apa pun aku berusaha.
Edgar menyimak sepanjang aku bercerita, nggak sekali pun dia menyela. Dan ketika aku
selesai, aku menoleh nggak enak pada Sharleen, takut kalau-kalau ia ternyata memperhatikan
kami sedari tadi dan merasa dicuekin karena nggak dilibatkan dalam obrolan. Untunglah,
perhatian Sharleen ternyata masih seratus persen terfokus pada lapangan. Dia seolah berada
dalam kotak yang tak terlihat, yang membuatnya tak memedulikan keadaan sekitar, kecuali apa
yang tengah terjadi di lapangan.
orang-orang forum bulutangkis yang gue ikutin. Kebanyakan member-nya bapak-bapak sih,
hehe... murni karena lo pengin bikin Indonesia bangga. Baru kali ini gue dengar cerita kayak gini. Kalau
-biasa aja. Gue yakin banyak remaja
n-kapan gue harus main lawan lo, jadi gue bisa menguji apakah lo
Edgar barusan. Dia bilang... kapan-kapan dia harus main lawan aku" Apakah ini ajakan untuk
ketemuan lagi" Untuk... jalan bareng"
-tiba berubah. Dia mengira aku keder, padahal sebenarnya aku syok menyadari dia baru saja mengajakku jalan
bareng lagi. Try me Dan kapan lagi aku bisa main bulutangkis lawan atlet Pelatnas"
Aku nggak boleh ke-ge-er-an.
*** Ini benar-benar hari yang luar biasa. Bukan hanya karena aku menikmati saat-saat yang sangat
fun lantaran bisa duduk di sebelah Edgar (yang semakin aku mengobrol dengannya ternyata
semakin membuatku kagum, karena meskipun dia sudah bisa dibilang atlet internasional, dia
sangat humble dan low profile), tapi juga karena Indonesia meloloskan banyak wakil ke final
besok! Dua partai yang saling mengejutkanku, dan membuat Istora serasa meledak saking gegap
gempitanya teriakan suporter, adalah tunggal putri dan ganda putri.
Tadi , di tunggal putri, Maria Kristin mengalahkan Zhang Ning! Beneran deh, aku nyaris
nggak percaya meski melihatnya dengan mata kepalaku sendiri! Bukannya aku meremehkan
Maria atau apa, tapi Zhang Ning itu kan peraih medali emas Olimpiade Athena. Dan Maria
mengalahkannya! Haha, beware China, our new Susi Susanti has born!
Dan ganda putri, astaganagabonarjadidua! Vita Marissa/Lilyana Natsir membabat habis Wei
Yili/Zhang Yawen! Mengalahkan pasangan nomor satu dunia, padahal mereka bahkan hanya
pemain ganda campuran yang merangkap main ganda putri. Asli deh, sepanjang partai ini aku
sport jantung, dan berkali-kali bersorak heboh ketika Vita atau Lilyana menghasilkan angka
melalui pukulan-pukulan cepat mereka. Aku heran, mereka itu sebenernya cewek apa cowok sih"
Tenaganya itu lho! Sayang, prestasi Vita/Lilyana di ganda campuran ternyata nggak sebagus pencapaian mereka
di ganda putri. Vita yang berpasangan dengan Flandy Limpele di ganda campuran kalah dari
pasangan China, Zheng Bo/Gao Ling, sementara Lilyana Natsir/Nova Widianto kalah dari
Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl asal Denmark. Menempatkan dua wakil di semifinal dan
berharap akan terjadi all Indonesian final untuk ganda campuran, Indonesia justru sama sekali tak
punya wakil di final besok, hiks!
Untunglah, untuk tunggal putra, Indonesia sudah memastikan gelar juara, karena besok Sony
Dwi Kuncoro bakal bertanding melawan Simon Santoso. Maksimal, Indonesia bisa meraih tiga
gelar besok. Not bad untuk pertandingan di kandang sendiri.
Wah, jadi nggak sabar menunggu besok.
Apalagi tadi Edgar menawariku, dan Sharleen, untuk duduk bersamanya lagi di player area.
Chiuuuy! *** Meskipun datang lebih awal, ternyata aku dan Sharleen tetap harus berjuang melewati
kerumunan orang yang berdesakan mencari tiket babak final Indonesia Super Series ini di
halaman depan Istora. Belum lagi para calo, yang nggak terhitung berapa banyaknya, yang
mencegatku dan menanyakan apakah aku berminat menjual tiketku, soalnya mereka bisa
membelinya dengan harga tinggi. Dengar-dengar sih, tiket untuk babak final ini sudah terjual
habis, bahkan para calo kehabisan, sementara masih banyak penonton yang belum kebagian tiket
dan pengin banget nonton. Itu artinya, mereka oke-oke aja beli meski dengan harga berlipat
ganda. Nah, peluang inilah yang dikejar para calo. Mereka mau beli tiket orang dengan harga
tinggi, dan menjualnya dengan harga yang lebih tinggi lagi. Dasar! Benar-benar menerapkan
hukum ekonomi deh: semakin terbatas barang dan semakin tinggi permintaan, maka harga juga
akan semakin tinggi. Thanks to yang kehabisan tiket itu. Tadi Edgar telepon, bilang dia menunggu kami di pintu belakang (yang
seharusnya khusus untuk mereka yang ber-ID card), jadi kami nggak perlu beli tiket lagi untuk
masuk Istora. Bisa lewat pintu belakang dan langsung duduk bareng Edgar di player area, asyik!
Aku menyusuri jalan yang kuingat beberapa hari lalu ditunjukkan Shendy saat mengajakku ke
bagian belakang Istora, dan dalam sekejap aku dan Sharleen sampai. Di depanku berjejer banyak
bus atlet dan ofisial, persis seperti yang kuingat saat menemani Claudia menunggu Edgar di sana
untuk foto bareng. Aku mendongak dan melihat Edgar melambai hanya beberapa meter dariku. Kaki Sharleen
langsung terlihat seolah baru dipasangi mesin turbo. Kecepatannya melangkah jadi dua kali lipat.
Dia sampai di depan Edgar lebih dulu.
hari ini Edgar pakai polo shirt dan celana jins. Cakep banget!
-gara prestasi tim Uber kemarin itu sih.
Sayang tim Thomas-nya justru mencapai hasil d
Edgar kelihatan sedikit down saat bilang begitu, dan aku langsung ngeh, itu pasti karena dia
juga tergabung di tim Thomas Indonesia tempo hari, yang, seperti katanya, mencapai hasil di
bawah harapan. Memang, nggak seperti tim Uber yang hanya ditarget masuk semifinal tapi bisa
jadi runner-up, tim Thomas yang ditarget juara justru nggak berhasil menjejak babak final. Miris
pastinya. -pa, Gar. Semua ada hikmahnya kok. Bisa buat bahan evaluasi supaya makin baik
Iya, dievaluasi habisAku dan Sharleen mengekor Edgar yang berjalan di depan kami, lalu menaiki tangga menuju
player area. Begitu sudah di player area, mataku dan Sharleen langsung jelalatan, siapa saja atlet
top yang bakal berada dalam radius sepuluh meter dari kami selama kira-kira lima jam ke depan.
Sharleen yang berhasil menemukan buruan lebih dahulu: Simon Santoso, yang bakal turun di
partai pertama melawan Sony Dwi Kuncoro, rekan senegaranya sendiri. Simon sedang berlari-lari
kecil di bagian atas player area. Pemanasan menjelang pertandingan.
Aku menoleh ke kanan-kiri dan melihat Vita Marissa duduk di salah satu sudut dengan
earphone iPod terpasang di telinganya. Kalau dari jadwal yang kulihat di depan Istora tadi sih,
Vita/Lilyana bakal turun di partai ketiga melawan ganda putri Jepang, Satoko Suetsuna/Miyuki
Maeda. Sayang sebetulnya, karena Satoko/Miyuki mengandaskan ganda putri Indonesia yang
jadi kuda hitam di turnamen kali ini, Shendy Puspa Irawati/Meiliana Jauhari. Kalau nggak, bisa
satu lagi partai all Indonesian final tuh. Eh, tapi kalau kebanyakan partai all Indonesian final, hari
ini bakal jadi kurang seru ya" Hehehe.
Edgar duduk di tempat yang sama persis dengan tempat kami kemarin duduk. Tepat setelah
aku meletakkan bokongku di kursi, Simon Santoso berjalan melewatiku sambil membawa tas
raketnya dan siap turun ke arena pertandingan (membuat Sharleen histeris sendiri samapi
menarik-narik ujung lengan bajuku).
good luck Edgar mengacungkan jempolnya tanda setuju.
Setelah itu, aku menyaksikan rangkaian babak final yang sangat seru. Semua yang berlaga hari
ini memang benar-benar pemain kelas dunia. Mulai dari Sony Dwi Kuncoro yang mengalahkan
Simon (poor Simon, tapi dia masih punya banyak kesempatan di turnamen lain), Vita
Marissa/Lilyana Natsir yang melibas Satoko Suetsuna/Miyuki Maeda, Zheng Bo/Gao Ling
menghentikan Thomas Laybourn/Kamilla Rytter Juhl, dan Zakry Abdul Latif/Fairuzizuan Tazari
(yang mengalahkan Edgar/Steven di perempat final, remember") menjadi juara setelah melibas
Tony Gunawan/Candra Wijaya, pasangan gado-gado USA-Indonesia.
Tapi, yang paling seru adalah partai tunggal putri, Maria Kristin melawan Zhu Lin. Memang,
Maria akhirnya kalah dari pebulutangkis China itu, tapi dia benar-benar menunjukkan Indonesia
masih punya tunggal putri yang harus ditakuti! Bayangin aja, Maria yang cuma peringkat 20-an
BWF, bisa memaksa Zhu Lin, yang peringkat 3 BWF, bermain 3 set, sekaligus menguras
emosinya. Ada adegan di mana Zhu Lin ngotot memprotes keputusan hakim garis karena
dianggap merugikannya. Lalu setelah itu entah kenapa ia melakukan protes untuk kedua kalinya,
dan karena sudah menentang wasit, ia justru menerima kartu kuning, yang berarti satu angka
bonus untuk Maria. Seumur-umur, baru kali ini aku lihat pemain bulutangkis dapat kartu
kuning. Biasanya kan pemain sepak bola! Untuk beberapa pemain, seperti Edgar beberapa hari
lalu, hal semacam itu jelas bisa membuat konsentrasi buyar. Tapi ternyata itu justru bisa
membuat Zhu Lin mengendalikan emosinya, dan menutup pertandingan dengan kemenangan.
Tapi buatku, Maria Kristin tetap juara sebenarnya. Hebat banget sih!
Ketika pertandingan final hari ini selesai, aku benar-benar merasa nggak rela. Masih satu
tahun lagi smapai aku bisa merasakan atmosfer Indonesia Super Series yang dahsyat lagi. Aduh,
seharusnya Indonesia Super Series itu digelar sebulan sekali!
Haha, you wish, Fraya. This Bang-Bang-Boom Feeling
AKU memasuki Sushi Tei, dan menemukan Edgar melambai padaku dari sushi bar. Yeah, aku
agak-agak shock waktu ia meneleponku tadi pagi dan ngajak ketemuan di sini. Terakhir kami
ketemuan kan waktu final Indonesia Super Series itu, dan itu... hampir seminggu yang lalu.
Setelah itu dgar sama sekali nggak mengontak aku, dan aku sebagai cewek (yang juga punya
kadar gengsi sangaaaaat tinggi) nggak pernah mengontaknya duluan.
Yah, aku akui, aku kangen sama dia. Sebab di lubuk hatiku yang paling dalam, aku berharap
kami bisa lebih dari sekadar nonton-bareng-Indonesia-Super-Series. Makanya, waktu dia nggak
menghubungiku sama sekali beberapa hari kemarin, aku blingsatan nggak keruan. Sharleen dan
Adisty menangkap gelagat anehku ini dengan mata jeli mereka, tentu saja, dan berusaha
menebak-nebak bahwa ini pasti ada hubungannya dengan cowok, tapi aku selalu berhasil ngeles.
Dan ketika tadi pagi Edgar nelepon, aku lebih dari sekadar loncat-loncat kegirangan di kamar,
ketahuan aku bener-bener girang dia telepon, maksudnya.
Waitress datang membawakan menu. Aku memesan stamina roll dan hot ocha.
Well Aku kontan bisa merasakan darah menyembur di kedua pipiku, membuatnya memerah tanpa
ampun. Kalau kangen, kenapa beberapa hari ini lo sama sekali nggak berusaha menghubungi gue"
Pertanyaan ini meletup dalam otakku tanpa sempat kutahan. Jujur aja, aku senang mendengar
Edgar kangen padaku, tapi kalau itu cuma gombal... lebih baik nggak usah deh.
kat dua kali lipat gara-gara hasil buruk di
Thomas Cup dan Indonesia Super Series itu. Dan malam harinya, kalau sesi latihan sudah
selesai, gue cuma punya sisa tenaga untuk mandi dan tidur. Gue pengin SMS lo, tapi selalu
ketiduran sebelum gue sempat pegang
pertanyaan yang meletup di otakku tadi.
Alasannya memang klise, kalau cowok lain yang mengucapkan. Tapi karena ini Edgar, atlet
bulutangkis nasional yang aku yakin prosi latihannya nggak main-main, apalagi kalau sampai
dijadiin dua kali lipat, aku percaya dia benar-benar kehabisan tenaga sampai nggak sempat
mengontakku. free -siapa lo. Lo nggak punya keharusan untuk
menghubungi gue, tambahku dalam hati.
thanks Aku terkikik geli mendengar pertanyaannya. Sudah hampir lima menit kami duduk di sini,
Edgar rupanya merasakan hal itu sama gelinya sepertiku, karena dia juga tertawa.
-senengnya jadi anak kelas 12, bisa ngegencet junior-junior yang
Minumanku datang, dan aku langsung meneguknya untuk menghilangkan kecanggungan.
Duh, kenapa aku bisa lupa bawa semprotan antiferomon untuk mengurangi kadar yang dimiliki
cowok satu ini supaya aku nggak terlalu salting di depannya sih"
hot ocha -ngobrol sama lo... Yah, mungkin lo menganggap gue gombal
atau apa, tapi gue benar-benar menikmati waktu kita nonton bareng di Istora minggu lalu. Gue
menikmati saatAku mengerjap. Sepanjang usia remajaku, aku mengenali betul tanda-tanda cowok jika
mereka sedang flirting sama aku, dan sorot mata mereka ketika sedang melancarkan jurus rayuan
gombalnya. Aku berusaha mencari sorot mata itu dalam mata Edgar, tapi sama sekali nggak
menemukannya. Dia terlihat... tulus sekali waktu mengatakan itu. Entah apakah di Pelatnas ada
kursus akting juga, atau Edgar memang sungguh-sungguh dengan omongannya.
-cewek lain, yang kalau diajak ngomong tentang bulutangkis taunya
cuma Taufik Hidayat. Lo benar-benar ngerti tentang dunia ini. You love it, the way that I do.
Oh ya, itu benar. Kok aku bisa lupa kami punya satu kecocokan yang sangat mencolok itu ya"
excited banget. Lo tau semua pemain yang gue sebutkan, yang nggak sengaja papasan sama kita waktu di Istora
kemarin. Lo tau mereka menang di turnamen mana dan mengalahkan siapa, lo tau mereka
mengatakan itu. Ya ampuuuun, kenapa sih aku ini"
Tapi di dalam hati aku penasaran juga. Karena, kalau menyangkut soal bulutangkis,
pengetahuan Sharleen nggak kalah dari aku. Dia juga cantik dan menyenangkan. Jadi, kenapa
Edgar cuma mengajakku ketemuan hari ini" Kenapa dia cuma kangen sama aku"
Hah" Karena itu" Dia kangen padaku karena aku sudah mengkritiknya"
bisa mengibarkan bendera Merah Putih di negeri orang dengan prestasi yang sudah lo raih.
Gue... . Kebanyakan teman-teman gue di Pelatnas, termasuk
disuruh ortu, dan ada juga karena iseng masuk klub, tapi ternyata punya bakat dan bisa
ndengar koki terkenal mengaku bahwa ia
benci memasak! -t eman gue yang lain bisa main sepulang sekolah, gue
harus latihan di klub. Dan gue benci karena... gue selalu dibanding-bandingkan dengan
Stamina roll-ku datang, menciptakan jeda yang membuat kata-kata Edgar barusan membekas
sangat dalam di ingatanku.
oga-moga lo bisa sehebat Edward, tapi jujur aja gue muak. Gue sayang Edward, dan tentu aja gue pengin punya prestasi
seperti dia. Nyaris menyabet medali emas Olimpiade Sydney, kalau saja bukan karena cedera
Aku mengangguk. -terusan. Gue memang belum sehebat dia, tapi gue berusaha sekeras yang gue bisa. Dan memang seiring
berjalannya waktu, tujuan gue di bulutangkis berubah. Bukan cuma untuk membuktikan diri,
tapi ingin berprestasi juga, karena gue sudah jatuh cinta sama dunia ini. Waktu gue dan Steven
jadi juara dunia junior dulu, lalu melihat bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya
Aku menelan ludah. Ya, itu benar. Aku yang cuma pernah menyaksikannya di TV atau secara
live aja selalu merinding jika momen itu terjadi, gimana Edgar yang melakoninya" Pasti benarbenar terasa seolah ada petasan yang meledak di dadanya. Dalam artian yang baik, tentu saja.
berharap, kita bisa terus kontakEhm, kalau sekarang, aku sudah boleh ge-er, belum"
***

Badminton Freak Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku menoleh, dan langsung salting begitu melihat siapa yang berada di hadapanku.
Aku bisa merasakan Sharleen membeku di tempatnya berdiri demi melihat siapa yang baru
saja datang menghampiriku dan bertanya apakah-menurutku-lagu-David-Cook-bagus.
bergantian, tak bisa meneruskan kalimatnya.
langsung setengah menyeret Sharleen keluar dari Societie, sambil cengengesan nggak jelas pada
Edgar yang keningnya tengah berkerut bingung di belakangku. Tapi itu bisa kubereskan nanti,
yang penting sekarang Sharleen dulu.
-keras, nanti -apa, kebetulan aja tadi dia ngajak ketemuan,
cuma buat ngobrol-ngobrol sambil makan aja. Terus dia mau nyari CD soundtrack-nya
Transformer 2 Sharleen terdiam sesaat, lalu cekikikan.
lo dan Edgar lagi jalan bareng. Gue bukannya nuduh kalian pacaran atau apa, tapi lo langsung salting gitu,
Aku melongo, dan merasakan semburan rasa malu yang sudah sangat kukenal, yang selalu
muncul dalam diriku setiap kali aku melakukan hal-hal konyol.
-pa kok. Asli, gue kaget banget pas ngelihat kalian berdua tadi. Gue
kira soft lens gue yang udah harus ganti, eh ternyata kalian emang lagi bareng. Mmm... tapi,
diterusin juga nggak pa-pa kok, Fray. Kan lumayan, kalau lo pacaran sama Edgar, kita bisa
duduk di player area sih" Baru jalan bareng sekali juga, lo mikirnya udah kejauh
Wish Aku cuma bisa tersenyum salah tingkah.
Sharleen melambai padaku dan langsung ngabur begitu aku memelototinya.
*** Aku terlonjak kaget karena mendengar seruan itu. Sharleen muncul dari balik tembok
kelasku, dan memamerkan cengiran khasnya.
Lagi-lagi, aku merasakan pipiku bersemu merah, tapi rasanya aku nggak sanggup kalau harus
-mentang sekarang mainnya sama atlet bulutangkis nasional,
nggak mau ceritamenuju bangku. Adisty belum datang.
whatever you name it lah ya. Yang penting, gue mau cerita lengkap acara kemarin. No
censor at all! Aku baru mau membuka mulutku untuk bercerita (karena sadar nggak akan ada gunanya
menyembunyikan sesuatu dari Sharleen, ia akan terus-menerus memburuku), ketika Adisty
muncul di pintu kelas. meletakkan tasnya di meja.
ada-apa-apa-kok. mata Adisty yang sudah belo kon
Adisty terdiam, walau mulutnya masih melongo terbuka. Aku kira dia bakal jejeritan heboh
seperti Sharleen ketika melihatku bersama Edgar kemarin, tapi ternyata sejurus kemudian ia
bertanya, Kalau dalam komik Jepang, mungkin aku dan Sharleen sudah digambarkan terjengkang dari
kursi. Gubrak banget sih!
wajah tanpa dosa. -asingnya sama bulutangkis, ya gue tau lah siapa itu
Adisty benar. Edward Satria ini sudah identik banget dengan bulutangkis. Seperti ketika
Hidayat, ya pasti Edward Satria.
- lakangnya sama ya" Edward Satria... Edgar
marin itu Edgar ngajak jalan, itu aja.
Adisty menyipitkan matanya, seperti mengingatbikin lo berseriada kuis fisika mendadak itu. Yang lo datang ke sekolah dengan wajah berseriseri dan gue bilang wajah lo bahagia kayak orang jatuh cinta. Waktu itu lo nggak sempat cerita
ke gue karena Bu Irma udah keburu dateng. Jadi, karena sekarang gue udah tau siapa oknum di
Aku benar-benar dikeroyok. Dua lawan satu, coba. Dan Adisty masih aja ingat aku yang
ibarat melayang-layang karena bahagia setelah pertama kalinya mengobrol dengan Edgar di Istora
itu. kemarin ke dua cewek bawel ini. Mereka melongo, tapi kemudian bertatapan penuh arti waktu
aku menceritakan kata-kata Edgar padaku di Sushi Tei.
kata Adisty dengan gaya ganjen yang kelewat norak.
matahari yang terbit di sebelah timur setiap hari.
bahwa Edgar menunjukkan tanda-tanda tertarik padaku, tapi aku bener-bener nggak mau mikir
kejauhan, takut nantinya malah kecewa. Semakin tinggi kamu terbang, akan semakin sakit
jatuhnya nanti, kan"
-pa, kali. Kan tandamemang nak
Mendadak aku merasakan HP di sakuku bergetar, dan dengan refleks aku mengeluarkannya
dari saku. Ada SMS. k-angguk kompak. Hah, nggak mungkin! Paling juga Vinly, teman baruku di klub bulutangkis. Atau siapalah,
mana mungkin Edgar... Aku membuka SMS itu, dan tercenung. Adisty dan Sharleen langsung memutar dari balik
bahuku, kepingin membaca SMS itu juga.
seolah habis menang lotre.
Good morning, have a nice day
berusaha menyem membuncah sampai nyaris meledak!
jadian harus traktirAku cuma mengangguk sekenanya, tapi dalam hati aku berdoa, semoga itu benar-benar
terjadi.... *** Ini hari Sabtu, dan karena setiap Sabtu Edgar hanya ada sesi latihan di pagi hari, sorenya dia
free. Jadilah dia mengajakku meladeni tantangannya dulu: main bulutangkis! Yang hanya bisa
terjadi jika aku bisa menghalau kerumunan cewek di sekeliling Edgar ini! Nggak mungkin dong
dia main bulutangkis dengan cewek-cewek merubungnya seperti lalat merubungi sampah begitu"
Oke, aku tau ini salahku sendiri. Hari ini salah satu jadwal latihanku di klub, dan aku nekat
mengajak Edgar ke sini, walaupun dia bilang kami bisa saja menyewa lapangan di club house
kompleks perumahan tempatnya tinggal, dan main dengan tenang di sana. Aku memang goblok,
lupa bahwa kadar feromon Edgar itu di atas rata-rata, dan cewek-cewek di klub ini sudah lama
di sini adalah bapak-bapak.
jumping smash backhand, ya" Edgar kan backhanddeh sama kamu..
Aku cuma bisa geleng-geleng mendengar semua permintaan ganjen para cewek ABG seklubku
itu. Ujung-ujungnya, aku terduduk lesu di bangku pinggir lapangan. Kayaknya hari ini aku
nggak akan bisa main bulutangkis lawan Edgar.
Aku mendongak dan melihat Pak Ivan, pelatihku di klub ini.
Aku mengangguk lesu. Pak Ivan jelas tertarik karena nggak ada angin nggak ada hujan, aku
mengajak seorang atlet bulutangkis nasional ke klub ini.
bisa tibatantangan itu di sini. Tapi kalau
tersenyum kecut. -cewek itu jadi berkerumun
ngajak Edgar -ku sendiri gagal total"
ini dan ingin berprestasi. Ada yang masuk klub ini karena dipaksa ortunya, iseng, atau bahkan...
Aku bengong. Serius nih" Ada yang kepingin cari pacar di klub yang mayoritas anggotanya
bapak-bapak ini" sini, bisa saja, yah... kita berharap saja, akan membawa motivasi yang
berbeda bagi mereka. Edgar bisa memberi mereka pandangan baru, bahwa tak akan ada prestasi
jika hati mereka tidak berada pada apa yang mereka lakukan sekarang ini. Tidak akan ada
presta Nyaris saja aku mencerocos bahwa Edgar dulu juga masuk klub karena dipaksa ortunya, dan
bahwa ia sempat membenci bulutangkis karena selalu dibanding-bandingkan dengan Edward.
-teman kamu bakal lebih rajin dan serius berlatih, karena mereka
Pak Ivan tersenyum padaku, dan aku hanya bisa mengangguk enggan.
Semoga saja begitu, karena aku sa
-ku hari ini lho. *** basa-basi. Aku tercengang. Aku kan tadi cuma asal ngomong. Aku nggak benar-benar berniat
mengajaknya masuk. Bukannya aku keberatan sih, tapi... nanti jika Mama, atau yang lebih
gawat, Claudia, melihat Edgar tiba-tiba nongol di rumah ini, mereka pasti bakal heboh sendiri.
Dan aku nanti pasti akan diinterogasi. Padahal aku masih capek dan males meladeni
berondongan pertanyaan, setelah kejadian Edgar dirubungi cewek di klub bulutangkisku tadi.
Edgar mengikutiku turun dari mobil dan masuk rumah. Yang pertama menyambut kami di
ruang tamu, untunglah, bukan Mama ataupun Claudia, melainkan Lio.
-mobilan hot wheels berwarna biru, salah satu mainan favoritnya.
Aku kontan melongo. Adikku sendiri, yang baru berumur lima tahun, sudah membuatku
tengsin berat. Lio mengulurkan tangannya, yang langsung disambut Edgar dengan senang hati. Edgar
sampai rela berjongkok agar tingginya bisa sama dengan Lio, dan mengajaknya mengobrol.
- ng Alamakjang! Ini semakin memalukan! Mending tadi Edgar ketemu Mama atau Claudia deh.
Paling nggak, Mama atau Claudia nggak bakal asal nyablak di depan Edgar begini.
Edgar nyengir mendengar kataWaduh!
aku main basket setiap dia main ke sini. Kakak bisa main basket juga nggak" Kalau nggak bisa,
Tidaaaaaaaaaaak! Aku mencelos dalam hati. Wah, bakal makin drop nih Edgar kalau Lio bilang ia nggak mau
main bulutangkis. Lio kan nggak suka bulutangkis. Berulang kali aku mencoba mengajaknya
main, tapi ia selalu lebih suka main basket sama Albert.
Aku melongo dengan sukses. Bahkan pesona feromon Edgar juga berlaku untuk anak cowok
kecil seperti Lio" Dahsyat sekali!
club house kompleks perumahan gue aja nggak pa-pa ya" Soalnya gue nggak yakin bisa ngajarin Lio bulutangkis kalau
kita mainnya di kl Setelah ini, aku akan mencopot mukaku dan menaruhnya di bawah bantal. Aku benar-benar
tak punya nyali untuk menunjukkannya di depan Edgar lagi setelah semua yang terjadi hari ini.
*** -pulang, ia langsung menyerbu ke kamarku.
Dasar ratu gosip rumah, kejadian apa pun yang terjadi di rumah pasti langsung sampai ke
telinganya dengan kecepatan cahaya.
ang gue berniat main bulutangkis sama dia, tapi nggak jadi. Terus, dia nganterin gue
sampai-sampai bisa jalan bareng dia"
deh, dia lagi pedekate sama
semua orang bertanya tentang hubunganku dengan Edgar. Waktu itu Adisty dan Sharleen,
sekarang Claudia, besok pasti Mama.
dia menikmati saat-saat bersama gue, tapi itu ngga
-saat bersama lo" Cie cieee... Ya emang belum waktunya nembak. Dia
harus pedekate dulu, tauuuu! Ah payah lo, Ya, kelamaan pacaran sama Albert sih, lo jadi lupa
Aku cemberut mendengar kata-olah aku pacaran sama Albert selama seratus
tahun. -aneh sebelum ada fakta yang terjadi
Aku melemparinya dengan bantal, tapi Claudia sudah keburu ngabur dari kamarku.
*** penasaran, sambil memasukkan
botol minum dan bekal untuk Lio ke dalam tas kecil.
Ups. Keceplosan. tAdinya aku bilang sama Mama bahwa aku akan mengajak Lio main
bulutangkis di club house kompleks perumahan salah satu temanku, karena dengar-dengar di
-ku itu Edgar. Bukannya apa-apa, tapi ya... aku malas aja kalau Mama jadi menanyaiku macammacam.
- Tuh, kan... Mau nggak mau, aku terpaksa menceritakan kejadian kemarin, sewaktu Edgar mengantarku
pulang dan ia ditantang oleh Lio. Setelah aku selesai cerita, Mama malah memekik girang.
main bulutangkis hari ini tuh cuma karena gengsi! Masa cowok umur dua puluh nggak berani
m whatever ya, Aya, tapi Mama berani pasang
taruhan, kamu nanti bakal jadian sama si Edgar-Edgar itu. Lagian, kalau cita-citamu jadi atlet
bulutangkis nggak kes Aku benar-benar terpana. Kenapa sih keluargaku nggak Lio, Claudia, ataupun Mama
*** serve serve, dan Lio, menggunakan salah satu raket lamaku, menirukannya. Kening Lio berkerut dan mulutnya
mengerucut, kelihatan serius sekali memperhatikan Edgar.
i sebelahku. Mama memang menyuruh Sus Ita ikut sore ini, karena, ini katanya, ia khawatir Lio bakal menganggu acara
kencanku dan Edgar, atau aku bakal melupakan aku membawa adik bungsuku itu karena
keasyikan pacaran. Buset.
o sesenang itu waktu dia main basket sama Mas Albert.
Aku terdiam. Mataku masih tertuju pada Lio yang sekarang sedang melakukan serve
pertamanya. Dia melakukannya dengan benar, dan kok yang dipukulnya melaju dengan mulus
melawati net. Ia memandang Edgar dengan gembira, dan Edgar tersenyum puas padanya.
mengartikan diamku. -pa kok, Sus. Aku juga senang ngelihat Lio
Ya, aku memang senang, karena berbagai sebab.
Satu, Edgar itu cowok yang benar-benar menyenangkan. Ia atlet bulutangkis nasional, tapi
sama sekali nggak sombong.
Dua, ia bilang ia menikmati saat-saat bersamaku. Itu rayuan paling nggak gombal yang
pernah kudengar dari seorang cowok. Ditambah lagi, aku bisa melihat ia mengatakan itu dengan
tulus. Tiga, aku dengan heran menyadari bahwa Mama langsung setuju aku jalan bareng Edgar,
meskipun Mama nggak pernah mengobrol atau ketemu dengannya. Dan bukankah dulu Mama
sayang banget sama Albert, sampai-sampai aku takut memberitahunya waktu aku dan Albert
putus, karena nggak mau dimarahi" Hebat banget, feromon Edgar juga bekerja pada Mama. Dari
jarak jauh. Empat, Edgar bisa cepat banget dekat sama Lio, padahal Lio jenis anak kecil yang jarang bisa
dekat sama orang dewasa yang belum dikenalnya. Dulu, Albert adalah one in a million. Tapi lihat
aja gimana kompaknya Lio dan Edgar sekarang.
Terakhir, aku masih, dan selalu, merasakan bang-bang-boom-feeling itu jika berdekatan dengan
Edgar, dan aku menikmatinya.
*** -banyak. Setelah mengajari Lio
bulutangkis tadi, akhirnya aku dan Edgar bisa juga tanding bulutangkis, acara yang tertunda
kemarin. Hasilnya, sudah jelas, aku kalah dari Edgar. Itu pun aku rasa dia nggak mengeluarkan
kemampuan terbaiknya. Yeah, apa yang kamu harapkan, Fraya" Bisa mengalahkan calon pemain ganda putra terbaik
Indonesia" ng... Take it easy. Lagian, gue juga seneng bisa membagi ilmu gue.
Well, usia sebaya Lio adalah usia saat aku dulu juga sangat tertarik untuk belajar dan jadi
pemain bulutangkis. Kalau saja waktu itu aku benar-benar ngotot, mungkin aku sekarang bisa
seperti Edgar. Aduh, kenapa bayangan itu sekarang datang lagi ya" Padahal aku sudah bisa mulai melupakan
rasa sedihku itu sejak... aku mengenal Edgar.
Hei, aku baru sadar, jadi EDGAR yang membuatku bisa melupakan rasa sedih itu, ya"
serve, netting... padahal ini baru pertama kalinya dia belajar
gguk, terpana. Iya, ini pertama kalinya Lio belajar bulutangkis, Gar, dan
kamulah yang membuatnya mau belajar....
The Most Precious Prize I"ve Ever Received
Aku terbelalak mendengar seruan polos Lio itu, tapi berusaha menyembunyikan rasa kagetku.
Aku melongo. Sejak hari Minggu dulu itu, sudah beberapa kali Edgar main ke rumah saat
weekend, dan mengajak Lio main bulutangkis (aku juga ikut, dan belakangan ini kami hanya
main bertiga, tanpa ditemani Sus Ita). Segera saja, Lio bisa main bulutangkis, dan dia sekarang
jadi superlengket sama Edgar.
-tahun, nggak boleh gampang menyerah, w
semangat adikku, justru aku girang banget mendengar celetukan polosnya tadi, tapi aku kan juga
harus memberinya pengertian. Dia sedang terpesona pada Edgar, dia membayangkan akan bisa
seperti Edgar, tanpa tahu proses seperti apa yang harus dilaluinya untuk bisa menjadi seperti itu.
So what" Dulu, waktu Mama hamil Lio, aku sempat nggak percaya. Bayangin aja, waktu itu aku sudah
tiga belas tahun, sudah SMP, dan punya adik lagi di usia segitu jelas bukan hal yang mudah
diterima. Selain teman-temanku jadi tahu bahwa orangtuaku ternyata masih melakukan itu, aku
juga saat itu sedang sering-seringnya ribut sama Claudia. Bagiku, punya satu adik saja cukup.
Nggak usahlah ada satu lagi miniatur Claudia yang menyebalkan itu.
Tapi ketika Lio lahir, aku benar-benar menyayanginya. Pipinya yang tembam, mata belonya
(yang sangat berlawanan dengan mata sipitku), rambut jigrak-jigraknya, kepolosannya, semuanya
membuatku sangat menyayanginya. Dan, di luar dugaanku, nggak ada seorang pun teman yang
mengejekku karena punya adik di usia tiga belas tahun. Mereka malah sering sengaja datang ke
rumah untuk main sama Lio.
Dan sekarang, adikku itu bilang padaku bahwa ia ingin jadi atlet bulutangkis, karena ingin
seperti cowok yang sedang dekat denganku" Wow.


Badminton Freak Karya Stephanie Zen di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Beijing... Nanti aku bisa belikan Mama magnet kulkas yang banya
Aku tertawa lagi. Mamaku mengoleksi magnet hiasan kulkas, dan belakangan ini Edgar selalu
membelikannya oleh-oleh magnet kulkas setiap kali ia ke luar negeri untuk ikut turnamen, yang
membuat Mama sangat kegirangan. Aku sempat takjub, karena Edgar ingat hobi Mama itu,
padahal aku hanya menceritakannya sambil lalu saja di salah satu obrolan kami. Ia benar-benar
cowok yang baik. Edgar saat ini mengikuti Hong Kong Super Series. Ia baru berangkat kemarin, dan karena
turnamen itu baru berakhir hari Minggu, keesokan harinya baru dia bisa pulang.
Lio menghela napas kecewa. Lucu banget deh, gimana adikku itu sekarang sangat
bersemangat main bulutangkis, apalagi kalau ada Edgar. Padahal dulu Lio cuma mau diajak main
basket, itu pun sama Albert.
Tiba-tiba di kepalaku melintas ide bagus.
tempat Kak Aya latihan. Di sana ada juga
lho kelas untuk anak seumur Lio. Lio mau daftar" Tapi nanti di sana latihannya harus serius...
Mata Lio berbinar, dan ia mengangguk mantap. Seperti ada kembang api yang meledak di
dadaku. Aku senang sekali. Adikku kepingin jadi atlet bulutangkis!
Dan, kalau aku beruntung, sebenta rlagi mungkin aku juga akan punya pacar atlet
bulutangkis nasional. Hehehehe.
*** Aku masuk ke kamar Mama, dan mendapati Mama sedang rebahan sambil membaca majalan
favoritnya. menggeleng-gelengkan kepala.
-baru ini katanya buka kelas
bujuksepenuhnya menghapus keinginan dan citapahit karena mengingat cita-citaku adalah mustahil sekarang, yang smepat hilang sejak aku
mengenal Edgar, mendadak muncul lagi. Hanya sekilas, tak terasa menusuk dalam seperti dulu.
Tapi tetap saja, rasanya pahit.
Tapi kamu bukannya... ingin Lio jadi pengganti untuk meneruskan cita-citamu, kan" Mama
tau kamu cinta sekali sama bulutangkis, tapi Lio juga punya pilihan sendiri, Aya. Bisa saja
Aku bengong. Kok Mama bisa berpikir gitu sih" Aku memang cinta mati sama bulutangkis,
apalagi memaksa Lio. Kalau sekarang dia kepengin
les bulutangkis karena lagi terpesona sama Edgar pun, aku juga nggak akan marah kalau nanti
pesona itu hilang, atau Lio jadi bosan, dan kepingin berhenti les. Semua terserah dia. Aku cuma
ingin dia... mendapat kesempatan. Aku nggak mau dia nantinya kayak aku, menyesali apa yang
mendukung kok, semua yang kamu, Claudia, dan Lio lakukan,s elama itu positif. Mama cuma
balas memeluk Mama. *** Edgar juara di Hong Kong Super Series! Dia langsung meneleponku begitu selesai bertanding,
saat aku masih memekik kegirangan karena menonton livescore-nya di Internet. Aku senang
banget! Mereka mengalahkan Zakry Abdul Latif/Fairuzizuan Tazari, sekaligus membalas
kekalahan mereka di perempat final Indonesia Super Series tempo hari! Ternyata memang benar,
semua ada saatnya. Edgar/Steven hanya berhasil sampai perempat final Indonesia Super Series,
dan di beberapa turnamen setelah itu juga mereka nggak bisa berbuat banyak. Tapi di Hong
Kong ini, seperti kesetanan, mereka membabat ganda-ganda hebat dunia yang berasal dari
Inggris, China, dan Korea, lalu menjadi juara.
*** Hari ini, Edgar membuat suprirse dengan menjemputku di klub tempatku berlatih. Kali ini dia
cukup pintar dengan nggak turun dari mobil dan membiarkan dirinya dirubungi cewek-cewek
sambil menggandeng Lio, berniat cari ojek, dan ia menghentikan mobilnya tepat di hadapanku.
power window-nya. Lio langsung melepas genggamanku dan berlari mendekati mobil Edgar sambil memekik senang.
raket Lio. Aku emamng sudah menceritakannya lewat SMS waktu dia di Hong Kong kemarin.
katanya sambil menepuk kepala Lio dengan
serve cerita Lio penuh semangat.
annya yang nggak bisa, harus
Mereka berceloteh dengan riang, dan aku hanya bisa terpana melihatnya. Seperti pelatih dan
muridnya, tapi juga seperti kakak dan adik... Padahal aku dulu juga sering melihat Albert dan
Lio main atau ngobrol bersama, tapi nggak sekali pun kuingat mereka begitu dekat seperti Lio
dan Edgar sekarang. okap gue mulu yang dibawain oleh-
-pura ngambek. -oleh buat lo, tapi nanti gue mau ngajak lo makan di luar. Nggak ada
mengingat-ingat, tapi aku yakin betul ultah Edgar bulan April, sementara ini kan bulan November.
tersenyum lebar. aaa! Aduh sori, saking kagetnya lo
jemput gue tiba-tiba gini sih, jadi blank
Edgar membantu Lio naik mobilnya, sementara aku terpana di tempatku berdiri. Dia...
*** memandangi tiga magnet kulkas bertuliskan Hong Kong pemberian Edgar dengan wajah
sumringah. " u kalah, memamerkan sekantong permen dan cokelat aneka rasa yang diberikan Edgar.
-mandangi kaus bergambar gedung-gedung pencakar langit Hong Kong dalam genggamannya dengan
terpesona. Mungkin ia sudah berangan-angan bakal memakainya mejeng di mal kapan-kapan.
Buset! Dalam sekejap Edgar sudah menjadi puja-puji seisi rumahku. Dia membelikan oleholeh untuk semua orang, bahkan untuk Papa (gantungan kunci mobil dari kulit yan gkeren
banget), padahal Papa saat ini sedang ada urusan kerjaan di luar kota. Cuma aku yang nggak
dapat oleh-oleh. iba. Ya ampun, dia tahu aja. , aku bagi permen sama cokelatku aja ya" Mungkin Kak Edgar
lupa beliin oleh-oleh buat Kakak. Tapi itu pasti nggak sengaja kok, jadi Kakak jangan marah ya
Mau nggak mau seisi ruangan ini tertawa geli. Lio memang lucu.
Edgar nggak lupa. Kakak emang sengaja nggak beliin oleh-oleh buat
Lio menatap Edgar nggak mengerti, tapi aku bisa melihat Mama dan Claudia sikut-sikutan di
balik punggung Edgar. Sus Ita juga mengikik geli.
Mama. Mama langsung berhenti sikut-sikutan dengan Claudia dan dalam sepersekian detik
menampakkan sikap jaimnya.
-tiba. Claudia langsung menghampiri Lio dan membisikkan sesuatu
yang mencurigakan ke kuping Lio.
Aya aja. Selamat bersenangAku menelan ludah.
gula satu ton. ikut-ikutan. Astaga, aku curiga ada konspirasi di antara mereka.
*** Edgar mengajakku ke The Edge. Aku sempat tengsin saat memasukinya, karena kostumku
malam ini kan hanya atasan baby doll, skinny jeans, dan sandal gladiator yang sudah butut.
Benar-benar bukan kostum yang tepat untuk makan di sini.
Kami duduk dan memesan makanan. Edgar bercerita tentang Hong Kong Super Series yang
baru saja dijuarainya. Tentang bagaimana groginya ia sebelum berlaga di babak final, karena,
yah... jelas saja, ini kan final Super Series pertama yang berhasil dijejakinya. Kata Edgar, Steven
bahkan sempat mulas-mulas sebelum pertandingan mahapenting tersebut. Tapi untunglah
mulas-mulas itu sepertinya hanya dampak dari rasa grogi yang dialami Steven, bukan karena dia
salah makan atau benar-benar sakit.
Setelah makanan kami licin tandas, Edgar mengatakan sesuatu yang membuatku merasa
tertular Steven, mulas-mulas.
oh my God, astaga, apakah ini saatnya" Apa dia bakal nembak aku
sekarang" Setelah berbulan-bulan dekat tapi masih tanpa status yang jelas" Dia sudah ber-akukamu sejak menjemputku dan Lio di tempat latihan tadi!
wek- mendekati aku. Mereka pura-pura suka bulutangkis hanya karena, yah... kepingin dekat sama
aku, dapat perhatian dari aku.... Tapi kamu nggak gitu. You love this whole badminton-stuff, just
the way I do. No, you love it more than that, I guess.
Aku terdiam, berusaha lebih mendengarkan perkataan Edgar dibanding debar jantungku yang
sedang heboh melonjak-lonjak.
ulu, aku pernah putus sama cewek karena dia nggak tahan sama program latihanku yang
padat, dan karena sering aku tinggal ikut turnamen di luar negeri. Dia nggak bis amengerti
bahwa inilah jalan yang sudah aku pilih, ini kontrak seumur hidupku... dan aku nggak bis
Aku teringat perkataan Tante Wenny dulu. Menjadi atlet bulutangkis memang sama seperti
menandatangani kontrak seumur hidup, menuntut komitmenmu untuk tetap setia dalam dunia
ini. i aku semangat. Kamu bahkan lebih ingat
jadwal turnamenku ketimbang aku sendiri. Kamu selalu yang pertama ngasih tau aku tentang
update rank-ku di BWF, sebelum pelatihku sendiri. Kamu yang membuat aku sadar, aku sangat
beruntung bisa mengharumkan nama bangsa, karena orang lain belum tentu bisa melakukan hal
yang sama. Kamu berani mengkritik aku saat permainanku jelek dan penuh emosi... Aku
kepingin jadi pemain bulutangkis yang hebat, Fraya. Aku mau orang mengingatku sebagai Edgar
Satria, bukan adik Edward. Dan aku butuh orang yang bisa mendukung aku untuk melalui
Okay, this is it. This is the time.
Lho, jadi tadi dia membawa sesuatu ya, saat turun dari mobil" Aku nggak memperhatikan.
mengulurkan kotak itu padaku.
Kotak itu berwarna biru, dengan ornamen silver menghiasi bagian pinggirnya. Ukurannya
sekitar 20 x 20 senti, dan bobotnya cukup ringan.
Aku membuka kotak itu, merogoh dalamnya, dan menarik keluar... sebuah piring.
Crap! Siap sial siaaaaal! Kalau begini sih nggak mungkin Edgar bakal nembak! Mana ada
cowok ngasih hadiah piring ke cewek yang akan ditembaknya?""
shock-ku saat melihat hadiah darinya yang ternyata hanya berupa piring.
Aku baru sadar, aku mengeluarkan piring itu dari kotak dengan bagian belakangnya
menghadap ke atas. Tapi toh apa bedanya, ini kan cuma piring.
Aku membalik piring itu, menatap bagian depannya, dan terkesiap.
Itu ternyata bukan piring, tapi semacam pigura yang bisa dipajang. Aku baru ingat bahwa
benda seperti ini lazim dijual di Hong Kong sebagai suvenir, dan sangat laris. Fotoku dan Edgar,
entah kapan, mungkin di salah satu acara jalan-jalan kami, tercetak di permukaan piring itu, dan
di bawahnya tertulis: I may just won my first Super Series,
Aku tak bisa menahan senyumku yang mengembang lebar. Ini...
Aku menurunkan piring, eh... pigura foto itu dari wajahku, dan menatap Edgar.
Aloysa Iskandar, mungkin kamu sudah nggak bisa lagi mewujudkan cita-citamu utuk jadi atlet
bulutangkis, tapi... punya pacar atlet bulutangki
Gosh, itu kan kalimat Mama!
Epilog 2012 , saudara-saudara, kita saksikan saat ini, kedudukan 20-19 untuk keunggulan pasangan
Indonesia, Edgar Satria/Steven Hardono. Sangat menegangkan, karena inilah pertandingan
perebutan medali emas Olimpiade London 2012. Pasangan Korea Jung Jae Sung/Lee Yong Dae
tampaknya tak mau menyerah begitu saja. Kita semua berdoa untuk pasangan Indonesia, agar
mereka dapat memenangkan set ketiga ini, sekaligus menjaga tradisi medali emas bulutangkis
-usap dada sambil menatap layar TV. Tante
Wenny dan Tante Sissy langsung memelototinya karena mengganggu konsentrasi mereka
menonton pertandingan heboh ini.
Ya ampun, ini seperti enam belas tahun lalu, ketika aku dan kedua tanteku itu menonton
perebutan medali emas Olimpiade di TV, dan aku jatuh cinta untuk pertama kalinya pada
bulutangkis. Tapi kini, aku jatuh cinta pada orang di layar TV itu. Edgar Satria, pacarku empat
tahun belakangan ini. Lee Yong Dae melancarkan smash, dan... sayang sekali dinyatakan masuk! Pengamatan yang
kurang akurat dari Edgar Satria, bola dilepas begitu saja namun ternyata jatuhnya masih di dalam
garis lapangan... Kedudukan 20-20 di set ketiga ini. Kedua pasang pemain mengambil napas sejenak
di pinggir lapangan. Seisi ruang keluargaku, mulai dari Tante Wenny, Tante Sissy, Claudia, Lio, Papa, Mama,
menunjukkan ekspresi kesal ketika pukulan Lee Yong Dae dinyatakan masuk. Semua jadi gelisah
di tempat duduk masing-masing, seperti ayam mau bertelur.
Aku, saking gelisahnya, malah jadi kaku.
Dua bulan sebelum ia dikirim mengikuti Olimpiade London, aku melihat sendiri bagaimana
Edgar digembleng habis-habisan di Pelatnas. Latihan fisik, latihan teknik, sampai pemantapan
mental seolah dijejalkan padanya. Edgar/Steven adalah ganda putra terbaik yang dimiliki
Indonesia saat ini. Peringkat 1 BWF dan sudah pernah meraih semua gelar bergengsi seperti All
England, Juara Dunia, dan juara Master Super Series. Hanya satu gelar yang belum mereka
peroleh: peraih medali emas Olimpiade. Dan inilah saatnya.
Oh ya, melihat dan mendengar sesi latihan Edgar yang gila-gilaan menjelang Olimpiade ini,
aku jadi menyadari sesuatu: aku nggak akan sanggup jika berada di posisi Edgar. Oke, mungkin
secara fisik dan teknik aku bisa, tapi secara mental... aku nggak yakin. Menonton Edgar dari TV
begini saja aku sudah tegang setengah mati, bagaimana kalau harus bertanding di lapangan untuk
turnamen nomor satu dan di poin kritis begini" Mungkin aku bakal ngompol.
Jadi, aku akhirnya benar-benar mengerti, meskipun cita-cita terbesarku semasa kecil tak bisa
kuwujudkan, tapi Tuhan telah meletakkan Fraya Aloysa Iskandar di tempat yang paling tepat.
Seperti kata Mama dan Edgar dulu, nggak bisa jadi atlet bulutangkis, punya pacar yang atlet toh
ternyata nggak buruk-buruk amat. Hehehe.
Terjadi reli yang sangat panjang. Pasangan Korea berulang kali menyerang, namun pertahanan
pasangan Indonesia sangat kokoh. Sekarang giliran pasangan Indonesia yang menyerang. Smash
pertama dari Edgar Satria... dan Steven Hardono... masih bisa dikembalikan oleh Lee Yong Dae...
dan Steven Hardono melakukan smash
Semua orang di sekelilingku menghela napas lega. Kedudukan sekarang 21-20. Olympic Gold
Medal Point untuk Edgar dan Steven, kalau saja mereka bisa menyelesaikannya...
Poin penentuan, Pemirsa. Edgar Satria yang melakukan serve. Olympic Gold Medal Point,
akankah Edgar sanggup menyelesaikan misi yang gagal diemban kakaknya, Edward Satria, dua belas
tahun yang la God, help him, please... sudah dilepas, kembali diangkat dengan baik oleh Jung Jae Sung. Chop oleh Steven,
diangkat lagi oleh Jae Sung. Dropshot dilakukan Steven... ke wilayah yang sulit terjangkau Lee Yong
Dae, tapi oh... masih bisa dikembalikan... tetapi tanggung, Edgar Satria bersiap melakukan smash,
Semuanya terjadi begitu cepat di depan mataku. Smash Edgar melaju dengan cepat, dan
membelah tepat di tengah dua pemain Korea itu. Detik berikutnya yang kurasakan adalah ruang
keluargaku meledak dalam sorak-sorai dan teriakan.
Tante Sissy dan Tante Wenny melompat-lompat sambil berpegangan tangan di hadapanku.
Mama dan Papa berpelukan. Lio berlari-lari keliling ruangan sambil berteriak. Adel dan Alex
memekik dan menjerit. Aku tak bisa melihat anggota keluargaku yang lain melakukan selebrasi
macam apa lagi. Permisa, Edgar Satria dan Steven Hardono berhasil mempertahankan tradisi emas bulutangkis
Indonesia! Emas ketujuh Indonesia dari Olimpiade setelah Susi Susanti, Alan Budikusuma, Ricky
Subagdja/Rexy Mainaky, Candra Wijaya/Tony Gunawan, Taufik Hidayat, Markis Kido/Hendra
Suara komentator di TV seolah tercekat, tapi aku nggak menyalahkannya. Aku sendiri masih
terpaku di sofa tempatku duduk, nggak sanggup berkata-kata mesti di sekelilingku ada pesta.
berdiri, dan mengajakku melompat-lompat bersama. Awalnya terasa canggung sekali, namun
kemudian keteganganku seolah mencair, karena aku melihat di layar TV pun Edgar dan Steven,
bersama Edward, pelatih mereka, berpelukan sambil berguling-guling penuh sukacita di
lapangan. Nyaris nggak ada jaim-jaimnya. Dan ketika mereka berhasil berdiri lagi, kulihat muka
Edgar sudah memerah tak keruan, tapi jelas sekali ia bahagia.
Terima kasih atas dukungan Anda semua, pecinta bulutangkis di mana pun berada. Kehormatan
kita di bulutangkis Olimpiade tetap terjaga. Terima kasih, Edgar Satria dan Steven Hardono. Kita
akan jeda untuk pariwara, dan kembali untuk menyaksikan penyerahan medali, dan tentu saja,
mendengarkan lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Jangan ke manaLayar TV sudah menayangkan iklan, tapi keluargaku masih melompat, berpelukan, menjerit,
menari, dan entah melakukan apa lagi di sekitarku. Aku sendiri masih melompat-lompat dengan
Claudia. -tiba menyalamiku. Dan seperti air bah, mendadak yang lain juga ingat aku ini pacar Edgar, dan
langsung memberi selamat padaku.
Setelah pelukan dan pekikan yang bertubi-tubi sampai tanganku seperti mati rasa, aku
mendengar Lio datang sambil membawa HP-ku.
Aku cepat-cepat meraih HP-ku, dan melihat foto Edgar terpampang di sana. SMS dari Edgar!
Cepat-cepat aku memencet tombol OK, dan layar HP-ku menampilkan pesan:
I may just won the Olympic Gold Medal,
But you are, still, the most precious Medal in my life.
Aku tak bisa menahan senyumku.
Sama, Gar. You are the most precious medal in my life too.
Setelah bulutangkis, tentunya.
Anak Rajawali 20 Berita Ekslusif Exclusive Karya Sandra Brown Pendekar Setia 6
^