Bidadari Untuk Ikhwan 1
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto Bagian 1
Bidadari untuk ikhwan (Fajar Agustanto) Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Kata Pengantar Puji syukur kepada Allah yang telah menghantarkan segala apa yang ada dimuka
bumi ini menjadi berarti. Tidak ada satupun sesuatu yang diturunkan-Nya menjadi siasia. Sungguh kami sangat bersyukur kepada-Mu Yaa Rabb. Hanya denganmulah, tulisan
novel ini dapat kami selesaikan.
Novel Bidadari untuk Ikhwan adalah novel yang menjadikan transformasi dalam
keberadaan novel-novel Islam. Saya menjadikan novel Bidadari untuk Ikhwan sebagai ebook. Adalah hanya untuk dakwah. Sesaat, setelah beberapa bulan tidak ada tanggapan
dari penerbit-penerbit Islam. Akhirnya saya memutuskan untuk meng-ebookkan novel
ini, dan beberapa novel islam yang lain. Karena permintaan dari beberapa teman-teman
yang sudah membaca, dan mereka mengatakan bagus. Akhirnya saya menerbitkan karya
saya dengan cara yang murah. Novel yang saya tulis sendiri. Novel ini berkaitan dengan
novel Aku menggugat Akhwat & Ikhwan.
Seandainya ada teman-teman yang ingin mengirimkan novelnya untuk dijadikan
e-book dan dipublikasikan di website kami. Kami siap untuk menerbitkan novel anda,
dengan catatan. Semua yang ada di novel ini gratis, tidak ada biaya dalam pengorbitan.
Dan seandainya ada penerbit yang akan mengorbitkan novel anda, maka silakan anda
mengkonfirmasikannya kepada kami.
Sungguh tiada maksud lain, selain untuk berdakwah. Jika memang buku-buku kita
tidak bisa diterbitkan oleh para penerbit. Kenapa kita tidak menerbitkan karya kita
dengan cara kita sendiri. Semoga niat kita selalu terjaga dari indahnya dunia, dengan
selalu mengazamkan niat dalam dakwah.
Wassalamu"alaikum Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 1 "Akhi Khalid, antum sudah sholat dhuhur?" aku terbangun dari lamunanku saat Andi
teman satu LDK (Lembaga Dakwah Kampus) menepuk pundakku.
"Akh, antum mengagetkan ana aja! Oh iya, ana belum sholat dhuhur nich!" aku
menjawab sambil memakai tas ransel hitamku kembali, yang saat itu masih tergelatak
dilantai. "Akh, kalau gitu ayo kita kemasjid sekarang!" ajak Andi.
Aku hanya hanya menganggukkan kepala, sambil berdiri dan berjalan menuju masjid
kampus yang jaraknya tidak begitu jauh dari fakultasku.
Hem, nikmat benar air wudhu yang membasahi kulit-kulitku ini. Terasa semua
ringan dalam membasuh semua kotoran-kotoran dunia. Iqhomat sudah mengumandang,
tanda sholat akan dimulai.
"Benar-benar cantik, wanita tadi! Siapa dia" Aku baru melihatnya sekarang!" lamunku.
"Allahu Akbar!" aku tersentak saat Imam mengucapkan takbir rukuk.
"Masya" Allah, aku sedang sholat!" sertamerta pun aku langsung membuang jauh-jauh
pikiran yang telah menjauhkan aku dari kekhusyu"anku dalam sholat.
*** Kebutuhan rohaniku telah aku laksanakan, sekarang waktunya untuk kebutuhan
jasad ini. Dholim, jika aku mengacuhkan kebutuhan tubuh ini.
"Akhi, antum sudah makan?" tanyaku pada Ridwan teman satu LDK, yang sedang
duduk-duduk diserambi masjid.
"Ana, belum makan Akh! Kenapa, mau ngajak makan" Tapi ingat Akh, ana kalau makan
nggak suka kalau dikantin kampus kita ini!" ucap Ridwan
aku tersenyum sambil mengatakan "nggak suka, apa kemahalan?"
"hehehe, antum sudah tahu rahasianya yach!" Ridwan mengatakan sambil tertawa
"Kita kan sama-sama mahasiswa, tahulah yang dipikirkan! dan kita kan Al-Ikhwan
(saudara)! Jadi kita harus lebih mengetahui keadaan saudaranya sendiri!" kataku sambil
bernada sok mengejek Ridwan tertawa sambil mengatakan "antum ini, ada-ada saja! Benar juga, kita Al-Ikhwan
(saudara) jadi harus lebih tahu! Sekarang, Antum harus tahu kalau ana lagi boke"! Jadi
antum harus mentraktir ana!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, antum! kapan punya uangnya" Boke" kok terus! Ok lah, sekarang ana traktir"
kataku sambil tertawa dan mengajak Ridwan disebuah warung. Tentunya yang murah dan
enak. *** Hem, sepi sekali dikontrakan! Mungkin teman-teman masih ngisih kajian atau
mengikuti kajian pikirku dalam hati. Aku merogoh saku celana, mencari kunci kontrakan.
"Ini dia!" kataku. Aku buka pintu sambil berucap salam, tetap tidak ada yang menjawab
salamku. Mungkin memang teman-teman masih aktif dalam kegiatan masing-masing.
Biasanya kalau jam-jam tidur siang ini, teman-teman masih lebih aktif untuk berdakwah.
Biasanya Yanto, Deni, Heri dan Samsul selalu pulang sore, karena banyaknya aktifitas di
SKI (Sie Kerohanian Islam) fakultas mereka. Alhamdulillah kegiatanku sekarang sudah
tidak sepadat seperti mereka, mungkin teman-teman mengerti kalau aku sekarang lebih
disibukkan rencana untuk mengerjakan skripsi. Sehingga amanah-amanah dakwah, tidak
begitu banyak dibebankan kepadaku. Dulu, saat masih banyak-banyaknya aktifitas
dakwahku. Aku banyak sekali mempunyai binaan, mulai dari kajian anak-anak SD, SMP,
SMA, anak-anak jalanan sampai kajian para preman yang sudah tobat. Tapi
alhamdulillah sekarang lebih berkurang, sekarang aku hanya mengisi kajian ditempat
para preman saja. Pernah suatu hari, aku meminta tolong teman-teman untuk mengisi kajian para
preman. Ternyata teman-teman banyak yang belum siap untuk mengembangkan dakwah
dikalangan para preman. Sehingga kajian untuk para preman, masih tetap aku yang
mengisi. Memang sangat unik sekali saat bertemu dengan preman-preman itu, saat-saat
pertama mengenal mereka. Entah apa yang membuat para preman ini sadar, akan
pentingnya mengenal Islam lebih dalam. Perjumpaan yang sangat unik, saat aku selesai
mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang beruntung, aku berjalan sendirian
diperkampungan kumuh itu.
Disebuah pinggiran kali, aku berpapasan dengan tiga para preman. Mereka
melihatku dengan tatapan yang tajam, seakan aku adalah mangsa yang siap untuk
diterkam, dan tentunya sangat lezat. Jantungku berdetak kencang, aku merasakan
ketakutan saat berhadapan dengan para preman. Tak pelak aku pun beristikfar dalam hati
dan meminta perlindungan kepada sang Maha pelindung. "Sesungguhnya mereka itu
tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya,
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu
benar-benar orang yang beriman (Ali Imran 175)." Aku teringat dengan apa yang
difirmankan Allah, sungguh dahsyat apa yang kurasakan setelah mengingat Ali Imran
ayat 175. Tubuhku seakan siap menjadi tentara Allah yang akan menghadang para
segerombolan kaum Bani Israil.
"Hai kamu! Kesini" teriak salah satu preman itu, memanggilku.
Dengan santai aku pun mendatangi ketiga preman itu "ada apa Bang?" jawabku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Jadi ini yach, Guru ngaji itu!" ucap salah satu preman yang berada ditengah.
"Iya Bos, dia salah satu dari guru ngaji itu!" jawab salah satu preman disebelahnya.
Aku hanya diam dan menatap mereka, serta bersiap siaga jika mereka akan berbuat
sesuatu kepadaku. "Apa benar kamu guru ngaji, yang ngajar digubuk sana?" tanya preman yang dipanggil
Bos, dan kemungkinan dia memang memang Bos preman didaerah kumuh ini.
"Iya benar!" jawabku singkat dan mantap, sambil sedikit menganggukan kepala.
"Hem, aku sudah mendengar kalakuan kalian pada anak-anak disini!" ucap si Bos
preman itu. "apa kamu nggak takut, sama kami!" ucapnya lanjut, dengan sedikit agak
membentakku. Saat itu aku hanya sedikit tersenyum lalu mengatakan "maaf kalau saya mengganggu atau
ada kelakuan saya dan teman-teman yang tidak mengenakkan, kami mengajar kesana
hanya untuk meningkatkan keilmuan anak-anak, serta mencari pahala yang dijanjikan
oleh Allah swt! Tidak ada maksud lain selain itu." Ucapku tenang dan tegas
"Jadi, kamu memang benar-benar tidak takut pada kami!" Bos preman itu membentak
keras kepadaku "Maaf, bukan bermaksud seperti itu! Saya dan teman-teman, mengajar dengan
keIkhlasan. Bukan mencari permusuhan!" jawabku mencoba untuk menenangkan
mereka. "Dasar bocah. Kamu sudah berani menginjak daerah kami!" ucap salah satu preman yang
berambut gondrong. "Sudah sikat saja!" ucap preman yang berbadan ceking, berambut cepak sambil langsung
bergerak mengepungku, tidak terkecuali preman yang berambut gondrong itu. Si Bos
preman hanya melihat dan diam saja.
Darah sudah mendidih, luapan emosi sudah menerjang pada ketiga preman itu. Aku juga
sudah bersiapsiaga menerima serangan dari kedua preman itu.
"Tak ada yang saya takuti selain Allah swt, jikalau saya mati disini! Maka akan banyak
tentara Allah yang akan menghajar kalian! Dan saya syahid dijalan-Nya" ucapku keras
Saat si preman gondrong akan menyerang, terdengar teriakan keras "HENTIKAN". Kami
menoleh pada Si bos preman itu. "Sudah, hentikan!" perintahnya lagi.
Aku masih tetap bersiapsiaga jika sewaktu-waktu mereka menyerangku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Si Bos preman itu mendatangiku, lalu dia tersenyum sambil berkata "Hai anak muda,
siapa namamu?" "Khalid, Khalid Hendriansyah!" ucapku tenang dan tetap tegas.
"Baru kali ini, saya berhadapan dengan anak muda yang berani!" ucap Si bos preman,
selanjutnya dia mengatakan "sebenarnya beberapa kali, ada anak muda yang
mengajarkan ngaji pada anak-anak diperkampungan kumuh ini. Tetapi mereka adalah
anak muda yang munafik, mereka mengatakan kebesaran Tuhannya tetapi mereka
menakuti manusia. Mereka takut pada kami, para preman! Saat aku melihat kamu, aku
ingin menguji keberanianmu, aku ingin menguji keimananmu, ingin menguji kekuatan
kepercayaanmu kepada Tuhanmu. Dan menguji, apakah kamu dari golongan anak muda
yang munafik itu" Sungguh luar biasa keberanianmu, engkau tak takut akan kematian.
Bahkan engkau mencari kematian, kematian diatas nama Tuhanmu! Dan ternyata kamu
bukan dari golongan anak-anak muda yang munafik itu."
Nih preman gak tau kali ya, kalau aku sebenarnya juga takut! Tapi Alhamdulillah,
dengan pertolongan Allah swt, rasa takutku pun menjadi sebuah keberanian. Ucapku
dalam hati. Si Bos preman mendekat kepadaku, lalu menepuk pundakku sambil mengatakan "hai
anak muda, kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang
bagaimana mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya. Kami ingin
anak-anak kami di didik oleh orang-orang yang memang mengerti tentang Tuhan. Tidak
takut akan ancaman manusia, tetapi dia lebih menakuti ancaman-ancaman Tuhannya.
Sehingga anak-anak kami nantinya, menjadi seorang pemberani dalam hidup. Dan
termasuk dari golongan orang-orang yang shaleh." Si bos preman itu memandangi aku,
layaknya berharap kepadaku, berharap tentang ajaran kebenaran. Berharap akan
datangnya cahaya keIlahian. Setelah itu Si bos berkata "Khalid, jangan kamu kira bahwa
kami tidak perduli dengan masa depan anak-anak kami! Kami berpenampilan seperti ini,
karena kami ingin melindungi daerah ini, dari preman-preman yang lain! Dengan seperti
ini kami lebih leluasa untuk bergerak."
Aku tersenyum saat Si bos preman itu menatap tajam penuh makna, penuh pengharapan
dari orang yang menginginkan kebenaran. "Insya Allah, saya akan mendidik anak-anak
dilingkungan sini dengan ilmu yang pernah saya dapatkan! Saya hanya menginginkan
keridhoan Allah saja dalam berjuang, bukan yang lainnya." Ucapku.
"Terima kasih, Khalid! Dan jika kamu butuh apa-apa silakan panggil kami." Ucap Si bos
preman sambil akan beranjak pergi.
Saat dia akan beranjak pergi, serta merta pun aku langsung memanggil Si bos "maaf, saya
belum tahu nama Abang!"
Si bos preman membalikkan tubuhnya menghadap aku, dia tersenyum sambil menjawab
"Panggil aku, Jamal! Sampai jumpa Khalid"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat hendak Si bos preman alias Bang Jamal melangkah meninggalkanku, aku berteriak
"Assalamua"alaikum, Bang"
Bang Jamal menoleh, sambil tersenyum dan menjawab "Walaikumsalam" setelah itu dia
pergi. Aku tertegun sesaat, pikiranku menerawang mengingat apa yang dikatakan Bang
Jamal "Kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang bagaimana
mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya." Sungguh luar biasa apa
yang diucapkan Bapak Jamal. Tiada kata yang seindah dengan pengingatan keras, seperti
apa yang diucapkan Bang Jamal. Sungguh aku benar-benar takut, takut jika tidak dapat
mengemban amanah ini. Sebuah ucapan yang harus diperhitungkan, meski ucapan itu
diucapkan oleh orang-orang jalanan atau bahkan seorang preman.
Tiada hal yang harus kita singkirkan, dari pernyataan seorang preman yang begitu
agung. Mungkin pernyataan Bang Jamal, layak disetarakan dengan Aristoteles atau
mungkin Imam Ghazali, sungguh pernyataan yang tidak dapat diduga dari mulut seorang
yang masih tidak begitu mengenal tentang kebenaran dari Tuhan. Tapi tetap, Bang Jamal
adalah Jamal, bukan Aristoteles atau bahkan Imam besar Al Ghazali.
Yang aku tahu, dijaman seperti sekarang ini pernyataan yang di ucapkan oleh
Bang Jamal sangat langka. Kita lebih banyak tahu, tentang orang-orang yang selalu
berpikiran sempit tentang ajaran-ajaran kebenaran ini, Islam. Apalagi menganggap
bahwa, anak-anak yang mempelajari agama Islam, adalah anak-anak yang ketinggalan
jaman. Mereka mungkin lupa dengan apa yang dikatakan Imanuel Kant, bahwa tingkatan
paling tinggi dari estetika dan etika, dari derajat manusia adalah rasa keimanan yang
tinggi terhadap agamanya (relegius).
Setelah aku kenal bang Jamal, terjadi banyak hal yang memang membuatku
kagum dengan Dia. Sosok preman yang satu ini memang beda dengan preman-preman
yang lainnya. Dia tidak pernah meminta uang apapun didaerah kekuasaannya, apalagi
hanya sebatas uang keamanaan. Tetapi tetap kerjanya Bang Jamal, jadi bodyguardnya
pemilik hotel. Kata Bang Jamal sich, pemilik hotel itu takut, takut kalau ada yang bikin
gara-gara dihotelnya. Jadi akhirnya Bang Jamal yang diminta perlindungannya.
Sungguh memang ironis dinegara kita ini, para penegak hukumnya sudah tidak
lagi dapat diandalkan sebagai penegak hukum yang sebenarnya. Hingga akhirnya orangorang yang punya uang pun, lebih aman dijaga preman dan satpam. Setalah sering
bertemu, akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak Bang Jamal bikin kajian khusus
para preman-preman. Luar biasa tanggapan bang Jamal, ternyata sangat menerima sekali
ajakanku itu "ini yang ditunggu-tunggu dari dulu, jarang ada pengajian buat para
preman!" ucap Bang Jamal saat itu.
Tiada hal yang dapat menggembirakan hati ini, kecuali ajakan untuk berbuat baik
disambut dengan kebaikan pula. Sejak saat itulah, aku sering mengisi kajian para premanpreman. Dan akhirnya aku banyak tahu, nama-nama dari preman diwilayahku sendiri.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Lambat laun kajian para preman yang aku adakan semakin ramai saja, karena para
preman ini sering mengajak teman-teman preman lainnya untuk ikut ngaji juga. Beberapa
preman yang masih baru mengikuti kajian, banyak yang canggung. Sehingga sesekali ada
celetukan yang kadang jorok, lucu, atau bahkan mengharukan. Mengharukan, karena
ternyata banyak para preman ini yang tidak dapat membaca Al Qur"an, "baca Al Qur"an!
La wong baca koran aja susah kok" itulah celetukan menyayat hati. Dinegara yang
katanya sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca
Al Qur"an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM. "Jadi,
sebenarnya yang benar ini, yang mana" Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau Islam
KTP sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti yang
Islam itu"." Gumamku dalam hati
Hari-hari yang aku lalui dengan para preman, ini sungguh memberikan kesan
yang tersendiri. Kesan yang membuatku kagum dengan semangat mereka, semangat yang
ingin lepas dari jeratan syetan. Sungguh besar rahmat Allah, disaat banyak orang yang
menjauhi agama Islam, tetapi mereka dengan berbondong-bondong belajar agama yang
haq ini, Islam. Mereka tidak merasa malu dengan keIslamannya, bahkan hari demi hari
mereka menjadi bangga dengan apa yang mereka peroleh.
Sejak saat itu aku sering main kerumah bang Jamal, tak jarang pun bang Jamal
main-main ketempat kosku. Beberapa teman-teman aktivis dakwah sempat kaget, dengan
jalinan pertemananku dengan bang Jamal. Sampai-sampai Deni, dengan ceplas-ceplosnya
mengatakan "Akh, Khalid! Antum punya banyak binaan preman, kok gak disuruh untuk lebih
meningkatkan keimanannya! Sehingga dandanan para preman itu menjadi lebih sopan
lagi" "Sebenarnya, gini Akh! Seseorang diberikan peringatan tidak harus langsung, kita harus
mengetahui kadar keimanan dari seseorang yang akan kita beri peringatan. Ana takut,
kalau ana memberikan peringatan yang keras kepada mereka, akhirnya menjadi lari
dengan dakwah kita. Cukup tunjukkan perilaku kita saja, biar mereka meniru apa yang
kita perbuat, dan tidak usah banyak berkata-kata! Karena sesungguhnya, Islam adalah
agama prilaku! Maka berikan contoh, karena sesungguhnya contoh itu yang mudah untuk
ditiru." Memang ucapan Deni benar, tetapi suatu hal yang mendasar, yang diajarkan
Rasulullah kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan
dengan lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai
tingkatan keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran itu
hanya berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan
terwujud, jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang
bijaklah, yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta
mengetahui kadar iman dari seorang yang akan diserunya.
Hari demi hari, pertemanan kami sangat dekat. Bang Jamal, sudah aku anggap
sebagai kakakku sendiri. Sehingga rasa kekeluargaan kami terasa begitu kental. Istri bang
Jamal, mbak Surtini juga sudah mengikuti kajian ibu-ibu yang diadakan oleh temanFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net teman akhwat kampusku. Apalagi Joko, putra bang Jamal ini lebih senang datang ke
kajian dari pada pergi ke sekolah "sekolah itu bosenin, Ustad! Masa kerjanya cuman
belajar melulu, nggak ada mainnya." Itulah kata Joko saat aku tanya. Tapi memang, Joko
menjadi anak yang lebih cepat menangkap pelajaran agama daripada pelajaran-pelajaran
yang lainnya. "saya kan pengen kaya" ustad Khalid!" akunya polos. Saat Joko
mengatakan itu dengan polos, badan ini menjadi benar-benar bergetar. Beribu tanya
dihatiku "apakah aku layak dijadikan contoh, bagi Joko?" sering juga bang Jamal
mengatakan kepadaku, "Khalid, Joko benar-benar kagum dengan kamu! Sering aku tanya
tentang cita-citanya, dia selalu berkata. "aku pengen jadi ustad. Kayak, ustad Khalid!"
aku mohon jangan sampai kamu kecewakan Joko!." Sungguh ucapan bang Jamal menjadi
cambuk bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkan aku, untuk selalu mendekatkan diri
pada Allah Azza wa jalla.
Beberapa kali saat aku mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang
beruntung. Selalu ada semangat baru bagiku, untuk dapat meningkatkan kualitas mereka.
Terutama kualitas dari pengetahuan agama mereka. Mungkin seperti itulah Allah,
memberikan kenikmatan berdakwah padaku.
Saat aku sedang mengisi kajian, aku didatangi oleh orang-orang yang tidak
dikenal. Sesekali mereka menanyakan tentang data-data daerah kumuh ini pada salah satu
RT. Setelah mereka mendapatkan data-datanya, mereka langsung pergi. Dan setelah itu
tak lama muncul sebuah kegiatan kemanusian, berupa pembagian sembako dan alat-alat
masak gratis. Dan anehnya kegiatan itu sangat mengetahui seluk beluk dari daerah
kumuh ini. Sehingga mereka dengan leluasa membagikan sembakonya kepada penduduk.
Entah dermawan mana yang membagikan sembako itu, yang aku harapkan tidak ada
maksud yang lain selain kegiatan kemanusiaannya.
Pertama-tama kegiatan pembagian sembako itu bersifat biasa-biasa saja, tetapi
lama kelamaan kegiatan sembako menjadi kegiatan kajian rutin. Entah siapa yang
mengusulkan kajian itu, tak pelak kajian keIslaman yang aku dan teman-teman adakan,
menjadi sedikit peminatnya. Apalagi kajian ibu-ibu yang diselenggarakan oleh para
akhwat kampus. Saat aku sedang mengadakan kajian rutin para preman, aku mencoba untuk
mengorek beberapa keterangan tentang para dermawan-dermawan yang membagikan
sembako. Dengan mengorek keterangan dari para preman, aku bisa leluasa mendapatkan
banyak ketarangan yang sangat berharga.
"Bang Jamal, tahu nggak kajian yang dilaksanakan setiap jum"at malam itu?" tanyaku
"Iya saya tahu, Khalid!" jawab bang Jamal saat itu
"Saya cuma ingin tahu, berapa banyak orang-orang yang datang disana?" tanyaku
"Sangat banyak yang datang kesana, Khalid! Bahkan beberapa dari kita pun pindah ke
kajian mereka" ucap bang Jamal
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Benar, banyak sekali warga kita yang ikut kajian mereka! Kabarnya sich, orang-orang
yang ikut kajian mereka itu dikasih uang saku plus oleh-oleh kalau pulang" ujar Dadang
preman gondrong anak buah bang Jamal.
"Loh, lalu kenapa bang Dadang nggak ikut kajian mereka?" tanyaku dengan heran
"Saya kok, merasa ada yang ganjil yach di kajian itu!" kata bang Jamal
"Benar Bos!" ucap bang Dadang. Selanjutnya dia mengatakan "saya pernah melihat
mereka yang wanitanya memakai jilbab. Seperti teman-teman mas Khalid yang pake
jilbab besar-besar itu! Tetapi saat saya melihat terus, ternyata saat masuk kedalam mobil,
mereka melepas jilbabnya. Dan disitu ada tiga wanita, empat laki-laki. Mereka terlihat
tertawa lepas, para wanita itu dipeluk oleh laki-lakinya! Saat itu saya sebenarnya mau
hajar mereka karena bertingkah tidak baik dan saya kira itu juga melecehkan ajaran
Islam. Tetapi saya urungkan, karena waktu itu saya sendirian. Takut juga, kalau
dikeroyok mereka!" "Dasar, penakut kamu! Siapa yang ajari kamu jadi pengecut begitu" bentak bang Jamal,
"kenapa kalau takut nggak bilang! Bisa aku hajar mereka. Aku nggak pernah ajari kamu
sebagai pengecut kan?" bang Jamal terlihat sangat emosi, melihat perilaku bang Dadang
yang menurutnya pengecut.
"Sabar bang, sabar!" ucapku sambil memegangi tangan bang Jamal. "sebenarnya bang
Dadang nggak salah bang, Islam mengajarkan kita untuk berani menindak kezaliman.
Tetapi Islam juga mengajak kita untuk bisa membuat strategi. Kalaulah bang Dadang saat
itu melawan mereka, dan setelah itu bang Dadang dihajar oleh mereka atau bahkan
dibunuh oleh mereka! Maka saat ini kita tidak akan tahu perbuatan yang dilakukan oleh
mereka. Dengan begini kita akhirnya tahu apa yang dilakukan oleh mereka. Tetapi
seandainya jika bang Dadang melawan mereka, meskipun bang Dadang kalah atau
bahkan mati. Maka bang Dadang akan mendapatkan pahala, dan kematian bang Dadang
adalah syahid. Surga adalah balasan bagi orang-orang yang syahid. Untuk saat ini
sebaiknya kita pantau kelakuan mereka, para pembagi sembako itu!" ucapku tegas.
Semua yang hadir saat itu terlihat setuju sambil menganggukkan kepalanya. Sejak
saat itu, aku dan teman-teman lebih intensif memusatkan perhatianku pada gerak-gerik
para dermawan itu. Dan bang Jamal, sebagai spionaseku untuk mengorek semua kegiatan
yang dilakukan oleh mereka.
"Ada maksud apa dibalik semua ini?" itulah sebuah pertanyaan besar, bagi kami
para aktivis dakwah ini. Dan pada saat itu, muncul ideku untuk ikut kajian para pembagi
sembako itu. . *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat itu jum"at malam, pengajian diadakan ditempat rumah Bapak RT. Banyak
sekali yang datang menghadiri. Saat akan masuk ke tempat pengajian, para penyambut
tamu sudah bersiap memberikan makanan. Makanan-makanan yang memang lezat-lezat
itu mengundang sekali untuk disikat. "hem, bagaimana tidak senang! Yang hadir saja
dikasih makanan lezat kayak gini" gumamku sendirian.
Saat itu Samsul yang aku ajak untuk menghadiri kajian tersenyum, lalu mengatakan
"Wah, Akh. Dakwah kita memang kalah canggih yach!"
Saat aku melihat sekeliling, terlihat memang tidak ada yang perlu dicurigai.
Hanya saja, memang terlihat beda sekali dengan sistem kajianku. Terlihat beda karena
aku bisa melihat para wanita yang juga ikut dalam kajian jum"at itu. Mereka mungkin
lupa untuk menggunakan hijab (batasan/penutup) antara wanita dan pria.
Saat aku melihat sekitar, mataku melihat sosok seorang gadis berjilbab lebar yang sedang
membagikan makanan kecil kepada para wanita. "siapa dia" Kayaknya aku mengenal
dia! Hem, dimana yach?" pikirku. Memang aku merasa mengenal wajahnya.
Seorang ustad memakai sorban, naik ke mimbar yang sudah disediakan. Terlihat memang
meyakinkan sekali orang itu. "oh namanya, kyai Badrul!" gumamku saat kyai itu
mengenalkan namanya diawal pembukaan, baru kali ini aku mengenal kyai Badrul.
Beberapa saat setelah lama ustad itu berceramah, dia langsung berkata "sesungguhnya
agama Islam itu agama yang pasrah! Jadi sesungguhnya, orang-orang yang pasrah adalah
orang-orang yang beragama Islam. Meskipun dia tidak beragama Islam, kalau dia pasrah
kepada Tuhannya, maka dia orang Islam" kata kyai Badrul yang saat itu sedang
berceramah didepan mimbar.
Sontak saja aku dan Samsul yang mengikuti kajian itu, saling berpandangan. Wajah
Samsul terlihat geram "Akh, ini nggak bisa dibiarin! Ini namanya pendangkalan
akhidah!" ucapnya lirih.
"Tenang, Akh. Jangan gegabah, kita lihat dulu maksud dari kyai yang baru kita kenal ini"
jawabku lirih pula. "Sesungguhnya, Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam! Jadi, untuk bisa menjadi
agama yang rahmat, orang Islam haruslah saling menghormati dengan agama yang
lainnya. Agar tercipta kehidupan saling menghormati, ucapkanlah selamat jika ada agama
lain yang sedang merayakan perayaan! Karena Islam agama rahmat, ucapan selamat itu
adalah ucapan rahmat!" kata kyai Badrul saat masih berada diatas mimbar.
Sontak pun aku dan Samsul saling memandang "Akh, ini memang nggak bisa dibiarkan!
Ini sudah pendangkalan akhidah" ucap Samsul padaku
"Iya benar, ini memang sudah pendangkalan akhidah umat Islam! Entah kyai mbeling
dari mana dia, dengan seenaknya ngomong kejamaah umat Islam seperti itu!" ucapku
lirih Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, setelah ini kita harus gerak cepat! Sebelum banyak orang yang akan didangkalkan
akhidahnya" pintaku ke Samsul.
"Iya, kita harus gerak cepat!" jawab Samsul pasti.
Saat kyai Badrul selesai berceramah, datang beberapa bingkisan makanan.
Bingkisan makanan itu dibagikan untuk oleh-oleh para jamaah yang hadir disitu. Saat
pembagian sembako itulah aku melihat, sosok cantik yang berjilbab lebar itu lagi. Aku
benar-benar menatapnya, sambil mengingat-ingat dimana aku pernah berjumpa dia.
Aku kaget saat Samsul menyikutku pelan, sambil berkata "Akh, antum jangan lihat
akhwat terus! Ingat, pandangan pertama itu dari Allah tetapi selanjutnya dari syetan! Tapi
akh, memang tuh akhwat cantik juga yach!"
"Ana, nggak melihat akhwatnya! Ana cuma melihat wajahnya" ujarku
"Hem, dibilang ngelihat akhwat nggak mau! Tapi malah bilang, melihat wajahnya
akhwat. Ini malah lebih parah, Akh!" ujar Samsul sambil tersenyum.
"Yee, akh. Antum seharusnya dengerin ana dulu, jangan langsung potong pembicaraan
ana. Ingat Rasulullah itu pantang memotong pembicaraan orang!" ucapku kecut.
"hehe, begitu aja marah! Ana kan cuma bercanda, Akh!" ucap Samsul sambil
cengengesan. "Akh, sebenarnya ana merasa pernah bertemu dengan tuh Akhwat! Tapi ana lupa
dimana?" ucapku dengan mengingat-ingat kembali.
"Hem, coba di ingat lagi! Ana juga heran, kenapa ada akhwat yang ikut kyai mbeling
kayak gitu, ya akh!" ucap Samsul sembari mengambil makanan yang dibagikan saat awal
masuk pengajian. "Yee, antum ini gimana! Masa benci kyainya, tapi memakan pemberian kyai Badrul"
kataku dengan nada bercanda mengejek.
"Hem, selama makanan ini nggak haram, kan boleh dimakan! Ingat Akh, ambil kuenya
jangan ambil akhidahnya" jawab Samsul sambil mengunyah kue lalu tersenyum.
Aku tersenyum sambil mengatakan "Dasar, mahasiswa kontrakan!"
Saat aku masih melihat kearah wanita itu, wanita berjilbab itu menatapku sambil
terlihat menajamkan matanya kearahku. Tak lama setelah beradu pandang denganku,
wanita berjilbab itu langsung meninggalkan tempat dengan tergesa-gesa. "Akh, ana rasa
akhwat itu mengenal ana! Antum tadi lihat nggak ekspresi wajahnya, saat ana beradu
pandang dengan akhwat itu! Dia terlihat terkejut, dan dia langsung meninggalkan tempat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pembagian oleh-oleh untuk para jamaah! Akhwat itu terlihat sangat terburu-buru sekali"
ucapku serius. "Iya akh, tuh akhwat gimana nggak lari! Lah antum, ngelihatin akhwat kayak mau
gebukin maling. Terang aja dia lari!" setelah itu Samsul terlihat serius sambil
mengucapkan "Atau mungkin dia terpesona kali akh, sama antum. Biasalah, siapa yang
nggak terpesona dengan antum. Pangeran tampan dari negeri kodok" ucap Samsul
dengan masih mengunyah kue yang hampir habis, sambil cekikikan sendiri.
"Hem, nih Ikhwan! Becanda mulu", apa nggak ingat kalau sering tertawa itu bisa
mematikan hati!" jawabku jengkel.
Sambil cengengesan Samsul mengatakan "Afwan akh, afwan!"
Saat kami semua sudah mendapatkan bingkisan masing-masing, dan bergegas
pulang. Dan pada saat kami akan pulang, aku menyempatkan memeriksa bingkisan yang
sedang berada digenggamanku. Dan ternyata "masya Allah, berisi uang saratus ribuan"
gumamku dalam hati. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 2 Waktu terus bergulir, roda kehidupan terus berjalan. Dengan rasa malas aku
berjalan menuju ruang kamarku. Dirumah kontrakan yang kusam ini, rumah ini
mengingatkanku pada rumah yang ada didesa. Rumah tua, yang dihuni oleh Ayah, Ibu
dan Nurul adikku yang masih duduk dibangku SMU. Entah sekarang bagaimana keadaan
Ayah dan Ibu, semoga mereka baik-baik saja. Aku juga kangen dengan Nurul, kangen
saat bertengkar dengan Nurul.
Kuletakkan tas yang sudah lama berada dipunggung ini, sambil duduk dalam
kasur kusam yang selalu menyangga dalam setiap tidurku. Rasa penat melanda dalam
setiap relung pikiranku, ditambah dengan rasa capek yang mendera ditubuhku. Ingin
rasanya aku langsung terbuai dengan mimpi-mimpi indah. Mimpi-mimpi bertemu dengan
para syuhada, dan bertemu dengan bidadari surga. Kalau mimpi yang kedua itu, pasti
selalu ditunggu-tunggu. Saat aku lihat kaset IZIS (IzatullIslam) dengan bungkus dan
segel yang belum terbuka. Karena memang baru aku beli kemarin, berada diatas tape
Simbaku. Tape yang kubeli dengan menabung selama dua tahun, dan barang termahal
pertama sampai saat ini yang bisa aku beli. Dengan santai aku ambil kaset itu, serta
membuka bungkus dan segel kaset lalu memasukkan kaset kedalam tape.
"Dimana dicari pemuda kahfi
Terasing demi kebenaran hakiki
Dimana jiwa pasukan badar berani
Menoreh nama mulia perkasa abadi
Umat melolong di gelap kelam
Tiada pelita penyinar terang
Penunjuk jalan kini membungkam
Lalu kapankah fajar kan datang
Mengapa kau patahkan pedangmu
Hingga musuh mampu membobol bentengmu
Menjarah menindas dan menyiksa
Dan kita hanya diam sekedar terpana"
Sayup suara nasyid IZIS, serta hembusan kipas angin mini. Membuatku melayang
jauh dan terbang, terbang bersama segerombolan cahaya-cahaya yang terang. Tak
seberapa lama suara "Assalamualaikum"
Dengan lirih aku menjawab sambil tersenyum "Walaikumsalam". Aku benar-benar
merasa dalam segerombolan keindahan-keindahan yang datang kepadaku, datang dan
saling berpelukan. Memelukku erat, pelukan persaudaraan yang sangat erat dan kental.
Tak lama aku mendengar suara
"Akh, Akhi! Bangun. Sudah jam empat sore! Bangun, Akh. Apa antum sudah sholat
Ashar!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku mencoba untuk membuka mata, tapi mata ini terasa sangat
membukanya. Dan tubuh ini benar-benar sangat payah, serta sangat
digerakkan. Tak seberapa lama, aku pun bisa mengontrol diri. Ternyata
berada dikamarku. Sambil melihat kaset baruku. IZIS.
"Hem antum mengagetkan ana aja, akh!" ucapku dengan rasa yang sangat
bersandar pada dinding kasur yang terlihat cat-catnya mengelupas.
berat untuk susah untuk Yanto sudah malas sambil "Antum tadi jawab salam ana, tapi ana lihat antum masih memejamkan mata!" jawab
Yanto sambil membolak-balikkan kaset IZIS.
"Loh! Jadi antum tadi, yang salam! Ana kira itu salamnya cahaya-cahaya indah yang baru
ana lihat tadi" jawabku sambil mengusap-usap mataku.
"Iya itu ana! Wah, antum bermimpi apaan Akh" Nggak bermimpi ketemu bidadari di
surga kan?" jawab Yanto dengan senyum.
"Antum itu ada-ada saja, Akh! Antum dari mana, kok jam segini baru pulang?" tanyaku
"Ana, dari ikut kajian! Biasalah, hari ini ana kan Liqo"!" Ucap Yanto. Setelah itu dia
melanjutkan perkataannya "Akh, antum punya kasetnya IZIS yach" Wah pasti boleh
dipinjam nich!" "Antum, satu rumah kok pake" pinjam-pinjaman segala! Kalau mau pinjam ya ambil aja,
tapi setelah itu dikembalikan, jangan seperti biasanya! Atau antum putar di tape ana aja,
tape antum kan rusak akh!" ujarku sambil beranjak untuk berwudhu.
Tak lama setelah aku berwudhu, terdengar IZIS mengumandang keras.
"Berkobar tinggi panaskan bumi
Membakar ladang dan rumah kami
Darah Syuhada mengalir suburkan negri
Tiada kata lagi". Kami harus kembali!"
Saat aku lihat, ternyata Yanto memutar kaset IZIS sambil bernasyid dan
mengepalkan tangannya dengan bersemangat. Sungguh memang luar biasa, nuansa yang
ditimbulkan oleh nasyid. Nasyid bukan seperti lagu Islam yang lainnya, nasyid adalah ruh
dari setiap perjuangan para mujahid. Nasyid tidak seperti lagunya Gigi, yang
mengumandang keras tetapi tidak bersemayam dihati. Apalagi nasyid tidak seperti lagulagunya Dewa, yang bernada sombong seperti pemainnya. Nasyid bukanlah seperti lagulagu lainnya, karena nasyid punya pembeda, pembeda dari lagu cengeng percintaan yang
memabukkan.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Akh, tolong kecilkan! Ana mau sholat" pintaku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, biar sholat antum lebih semangat lagi, jadi biar saja nasyid ini berkumandang
keras" ucap Yanto yang tetap mengangkat tangan sambil mengepalkannya.
"Akh, ternyata antum perlu diruqyah kalau gitu! Jangan-jangan ada jin bersamayam
ditubuh antum" gumamku kesal
"Hehe" afwan akh, tadi kan cuman bercanda!" jawab Yanto dengan mengecilkan suara
tape. Aku menggelar sajadah, bersiap untuk menghadap sang khalik. Menghadap sang maha
pemaaf. Menghadap sang Maha dari segalah maha yang ada di alam semesta ini.
*** Cuaca diluar sangat cerah, terasa mentari tersenyum dengan sinarnya. Panasnya
tidak terik, tetapi tidak pula mendung. Udara tidak panas, dan pula tidak dingin. Cuaca
benar-benar sangat bersahabat. Terbukti, banyak sekali hilir mudik orang-orang yang
lewat kontrakanku, terlihat wajah-wajah yang segar. Wajah-wajah yang siap menghadapi
hari yang lebih baik. Insya Allah.
"Akh, antum kok nggak siap-siap" Apa nggak ada kuliah!" tanya Heri
"Ana ada bimbingan jam sembilan! Jadi sekarang bisa nyantai-nyantai dulu" ucapku
"Wah yang lagi mau kelar kuliahnya, udah bersiap-siap nggak akh?" tanya Heri, sambil
menyeruput teh hangatku. "Emang, maksud antum apa akh" Bersiap-siap untuk apa?" jawabku
"Iya, berusaha bersiap-siap untuk melanjutkan sunnah Rasulullah! Menyempurnakan
agama kita" "Sunnah Rasulullah! Yang mana?" tanyaku heran
"Akh, antum kayak nggak tahu aja! Itu loh akh, sekretaris antum dulu, perlu
diselamatkan!" ucap Heri serius
"Ha.." maksud antum apa sich, akh?" tanyaku penasaran
"Antum, harus menyelamatkan ukhti Farah dari fitnah dunia. Juga dari orang-orang jahil
yang ingin menjahilinya! Jadi antum harus cepat menyelamatkan ukthi Farah! Nikahi
ukhti Farah" jawab Heri sambil tertawa.
Dengan tersenyum aku menjawab "Antum itu ada-ada aja! Kenapa bukan antum saja
yang menyelamatkannya!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Heri tertawa sambil mengatakan "Akh, kalau ana sich gampang! Tapi ana
mempersilahkan senior dulu. Dan lagi, Ukhti Farah kan termasuk jajaran-jajaran bidadari
Allah yang bisa dibilang sempurna! Apa antum nggak tertarik dengan Ukhti Farah?"
"Akh, udah nggak usah seperti itu! Ukhti Farah itu wanita yang paling sempurna.
Makanya ana takut mendekati wanita-wanita sempurna, seperti akhwat yang satu itu"
jawabku sekenanya "Antum, takut apa minder! Udah, ana berangkat dulu. Ana takut terlambat.
Assalamu"alaikum" jawab Heri sambil tertawa, sambil ngeloyor pergi
"Walaikumsalam" jawabku sambil tersenyum
Ukhti Farah, akhwat yang bisa dibilang sempurna. Semua terdapat pada
keagungan wanita, berada padanya. Aku tidak melihat kecantikan wajahnya, sebelum aku
melihat kelembutan hatinya. Aku memang belum pernah melihat wajah ukhti Farah, aku
hanya mendengar keagungan kecantikannya dari teman-teman kuliahku. Teman-teman
yang masih meninggikan kecantikan wajah, teman-teman yang masih belum tertarbiyah.
Tetapi saat dia menjadi sekretarisku pun, aku masih belum tahu kecantikan wajahnya.
Yang aku tahu, sungguh benar-benar kecantikan yang sempurna saat aku mengetahui
sikap dia. Dan mulai dari situlah aku benar-benar tidak membutuhkan lagi kecantikan
wajahnya, aku tidak butuh lagi mengetahui wajah cantiknya. Aku tidak butuh lagi
kecantikan pada jasadnya. Yang aku butuhkan, adalah kecantikan seorang wanita pada
dalam dirinya, pada tanggung jawabnya sebagai wanita. Yaitu wanita yang mempelihara
aurat-auratnya atas fitnah dunia.
Banyak akhwat yang aku kenal, tetapi memang tidak sesempurna ukhti Farah.
Dulu saat aku masih senang dengan cara jahilia, yaitu mengetest akhwat. Banyak akhwat
yang sering aku telphone. Dan banyak juga, akhwat yang dengan nada santai tetapi
benar-benar menghanyutkan. Bicaranya santun, tetapi topik pembicaraannya tidak pantas
untuk dibicarakan oleh seorang akhwat apalagi kader dakwah. Ada lagi seorang akhwat
yang tergesa-gesa menjelaskan sesuatu masalah, lebih-lebih lagi si akhwat memposisikan
dirinya sebagai orang yang paling tahu dan paling beriman. Ada juga akhwat yang
menjelaskan agama Islam, tetapi si akhwat menjelaskannya layaknya seorang marketing.
Sungguh memang benar-benar lucu. Dan kadang pula menjengkelkan dengan para
akhwat yang sok suci dan sok yang paling tahu itu. Tetapi itu dulu. Saat terakhir aku
menelephone ukhti Farah. Selesailah sudah perjalanan mengetest kemampuan para
akhwat. Dengan nada bicara yang santun, topik yang bagus dan bisa memposisikan
dirinya sebagai seorang yang sama dengan lawan bicaranya. Setelah itu, sebuah nasehat
yang bagus dari ukhti Farah
"Afwan, akh! Ana merasa, antum bukanlah ikhwan yang belum tertarbiyah. Ana takut
antum adalah ikhwan yang senangnya mengetest akhwat. Ana cuma mau berpesan
kepada antum, sebaik-baik muslim itu adalah seorang yang bisa menghormati muslim
satu dengan muslim yang lainnya. Dan bukan saling mengetest kemampuan
kepintarannya!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat itulah, akhirnya aku benar-benar paham. Bahwa sesungguhnya, sakitlah hati
seseorang manakala seseorang itu merasa dikerjain oleh saudaranya sendiri. Akhirnya,
aku tidak pernah lagi mempunyai keinginan untuk mengetahui tingkat kemampuan
saudaraku sendiri. Biarlah tingkat kemampuan dalam kepintarannya yang akan
membimbing dia menjadi seorang muslim yang sejati. Seorang muslim sejati tidak akan
memposisikan dia sebagai orang yang paling pintar dan beriman, seorang muslim sejati
tidak akan tergesa-gesa dalam menjelaskan sesuatu hal, seorang muslim sejati tidak akan
memberi sebuah penjelasan layaknya seorang marketing produk. Karena Islam adalah
agama perbuatan, maka perbuatanlah yang akan mencontohkan muslim yang baik atau
muslim yang buruk. Sejak saat itu aku memang benar-benar tertarik dengan ukhti Farah, bukan tertarik
karena wajahrnya. Tapi aku tertarik dengan keteduhan bahasa bicaranya, keteduhan yang
mungkin membuat manusia benar-benar ingat akan adanya siksa neraka. Sungguh benarbenar wanita yang sempurna. Tapi aku sadar bahwa aku bukanlah ikhwan yang pantas
untuk dia. Untuk wanita sesempurna ukhti Farah.
*** "Gimana Lid, dosen pembimbing kamu! Enak nggak?" sapa Hendra, teman kuliahku dari
belakang sambil menepuk pundakku. Saat sedang berjalan menuju fakultasku.
"Eh, kamu Hen! Tak kira siapa" jawabku sambil tersenyum
Dia tersenyum lalu berkata "Hem, dosen pembimbingku, nggak enak Lid! Masa aku
kalau mau ketemu harus janjian dulu. Dan nggak pernah ada di ruang dosen"
"Hem emang siapa, dosen pembimbing kamu Hen?" tanyaku sambil berjalan.
"Itu, Pak Hartono!" jawab Hendra
"Hem, pantes Hen! Pak Hartono kan super sibuk. Tapi enak loh Hen, Pak Hartono kan
orangnya sabar banget!" terangku
"Iya sich, tapi kalau gini terus aku nggak akan tepat waktu mengerjakan skripsiku" keluh
Hendra dengan wajah terlihat pasrah.
"Ya, nggak gitu Hen. Kalau kamu janji dulu sama beliau, kan beliau nanti bisa
menyesuaikan jadwalnya" sergahku sambil tersenyum
"Hem," Hendra manggut-manggut. "oh yach, dosen pembimbingmu siapa Lid?"
"Dosen pembimbingku, Pak Susilo!" jawabku sambil tersenyum
"Ha.. Pak Susilo! Yang bener kamu Lid?" Hendra memandangku tak percaya
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya. Pak Susilo! Kenapa?"
"Jadi kamu, satu-satunya mahasiswa yang dosen pembimbingnya Pak Susilo!" Hendra
masih terlihat tidak percaya.
Aku tersenyum sambil menjawab "iya..!"
"Ha"! Kamu mau dibimbing si Prof killer itu" Apa kamu dulu nggak milih
pembimbing?" "Aku memang milih Prof. Susilo Nugroho! Kasihan beliau nggak ada yang milih"
gumamku sambil tersenyum.
"Kamu gila, atau gimana sich Lid" Milih kok yang killer kaya dia" ucap Hendra sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebenarnya sich, aku milih Pak Susilo karena dia kan guru besar di fakultas kita!
Apalagi dia kan juga guru besar di Universitas ini. Jadi aku beruntung Pak Susilo mau
menjadi pembimbingku" kilahku sembari tersenyum banggga.
"Sekarang kamu ada keperluan apa kekampus" Apa ikut SP (Semester Pendek)?" tanya
Hendra "Hem sorry kalau Khalid ikut SP! Aku kan mau ketemu sama dosen pembimbing yang
baik hati" jawabku sambil tersenyum.
"Ok deh, met ketemu sama Prof killer itu! Lid aku mau ke kantin dulu yach." Ucap
Hendra sambil menepuk pundakku.
"Ok." Kantor dosen sudah terlihat didepan mata, tinggal beberapa langkah aku sudah
masuk dikantor yang dipenuhi pembimbing-pembimbing intelektual.
"Permisi, mbak! Pak Susilo sudah datang belum?" sapaku pada mbak Dina, pengurus
secretariat. "Ada, Lid. Masuk aja! Pak Susilo di mejanya" jawab mbak Dina.
"Terima kasih, mbak!"
Aku langsung menuju mejanya Pak Susilo. Benar Pak Susilo sudah berada di
mejanya, sedang mengerjakan sesuatu. Hatiku berdegup tak beraturan. Ini pertama
kalinya aku berhadapan langsung dengan Pak Susilo.
"Selamat siang, Pak!" sapaku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dia menatap dingin padaku sembari menjawab sapaanku "Siang!" selanjutnya bertanya
dengan tatapan yang dingin "Ada perlu apa?"
Jantungku saat itu benar-benar berdegup kencang, layaknya seorang ikhwan yang
sedang ditawari Murrabi untuk menikah. Bertemu dengan pakar hukum yang satu ini,
membuatku merasa sangat canggung. Bagaimana tidak canggung, Pak Susilo merupakan
tetua dari para dosen hukum difakultasku. Dan beliau merupakan dosen yang tidak
diragukan kemampuannya. Selain kemampuannya, yang membuat dia benar-benar
disegani oleh semua mahasiswa dan dosen difakultasku, adalah ketegesannya dalam hal
apapun. Termasuk masalah nilai. Pak Susilo tidak dapat diganggu gugat masalah nilai. Di
fakultasku banyak sekali dosen yang mudah merubah nilai, entah karena apa mereka
dapat merubah nilai. Tapi untuk Pak Susilo, sebuah nilai ujian tidak dapat diganggu
gugat, dan tidak dapat dirubah. Aku benar-benar senang dengan prinsip dosen yang satu
ini. Karena, meskipun aku jarang sekali mengikuti perkuliahan beliau. Tetapi aku tetap
bisa mengerjakan ujian-ujian yang diberikan oleh beliau. Dan nilaiku bisa dikatakan
sangat memuaskan. Karena saat itu memang aku sangat sibuk dalam organisasi, sehingga
jarang sekali aku masuk kuliah. Tetapi aku tetap mempelajari semua mata kuliah.
Sehingga aku tidak ketinggalan dengan mahasiswa yang lainnya.
"Saya Khalid, Pak! " jawabku tenang
"Hem jadi kamu, mahasiswa yang sok pintar itu yach!" ucap pak Susilo sinis.
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecut. Jantung ini semakin berdegup
kencang. Apalagi kata-kata Professor killer ini benar-benar menyakitkan.
"Khalid, mahasiswa yang sukanya menuntut. Mahasiswa yang sukanya demonstrasi.
Mahasiswa yang sukanya manantang para dosen. Apalagi sok idealis!" pak Susilo berkata
tanpa melihatku, sambil merapikan beberapa berkas-berkasnya.
Darah muda mulia memuncak. Ucapan sang Professor sudah tidak dapat didiamkan.
Keras sekali penghinaannya padaku. Saat aku akan mengucapkan sesuatu, pak Susilo
berdiri sambil menghadapku. Dengan nada mengejek "baik, kalau kamu ingin saya
menjadi dosen pembimbing kamu! Saya ingin sekarang juga, memberikan soal kuis
kepada kamu. Jika seandainya jawaban kamu tujuh puluh persen banar, maka saya
bersedia. Tetapi jika kurang dari itu, maka saya akan bilang ke dosen-dosen yang lain
untuk tidak menerima seorang mahasiswa yang hanya suka omong besar!"
Aku benar-benar tertantang dengan ucapan pak Susilo. "baik, saya siap!" jawabku
enteng. Terlihat pak Susilo masih mamandang sinis kearahku.
Dalam hati aku berfikir, bahwa ini saatnya aku menunjukkan kemampuanku
didepan dosen sacara langsung. Aku ingin membuktikan, meskipun aku jarang mengikuti
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kuliah, tapi aku tetap bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh para dosen.
Meskipun aku tidak pernah masuk, bukan berarti aku tidak kuliah, apalagi tidak bisa
mengerjakan soal-soal kuliah. Kuliah hanya aku anggap sebagai alat mengambil ijazah
saja, karena kuliah yang sebenarnya adalah mendapatkan pengetahuan dari sumber
manapun. Dan inti dari kuliah adalah belajar. Jadi, bukan berarti orang yang tidak kuliah
tingkat keilmuannya rendah. Apalagi menganggap bahwa orang yang tidak kuliah, tidak
belajar. Pak Susilo memberikan lembaran kertas yang berisi soal-soal kepadaku. "Ini kerjakan!
Saya kasih kamu waktu satu jam" ucap pak Susilo tegas.
Pak Susilo duduk tak jauh dari hadapanku. Dengan tenang aku mengambil kertas itu,
santai aku mengerjakan soal-soal yang diberikan pak Susilo. Meskipun memang banyak
soal-soal yang sulit, tetapi aku tetap yakin bahwa aku bisa mengerjakannya. Sebuah
pertaruhan yang sangat berat, antara sebuah nama baik, nilai dan soal-soal ujian. Jikalau
aku tidak bisa mengerjakan soal-soal itu, yang akan terjadi adalah sebuah petaka buruk
bagiku apalagi untuk organisasi dan teman-teman yang sangat mempercayaiku.
"Baik, waktu sudah habis!" ucap pak Susilo mengagetkan aku.
Untung semua yang aku kerjakan sudah selasai, tetapi entah benar apa tidak. Aku
tidak tahu, hanya Allah swt dan pak Susilo yang tahu. Kertas soal dan jawaban aku
serahkan. Dengan teliti sekali pak Susilo memeriksa jawaban soal-soal kuis. Wajahnya
terlihat sangat dingin, dan terkesan sangat acuh sekali. Berkali-kali terlihat pak Susilo
menggeleng-gelengkan kepala, sambil terlihat kecewa. Aku hanya diam, menatap kosong
kedepan. Menyesali kesombongan, kesombongan yang membuat aku jatuh pada lubang
yang tak termaafkan, kesombongan yang membuat harga diriku runtuh terpinggirkan
dalam jiwa yang tak tenang.
"KHALID!" ucap pak Susilo dengan mengeraskan suaranya, aku sedikit kaget waktu itu.
Setelah itu pak Susilo berkata "Hem, benar ternyata. Aku sangat meragukan kemampuan
kamu. Ternyata kemampuanmu, lebih dari yang saya bayangkan!"
Aku masih diam, tidak mengerti tentang ucapan pak Susilo.
"Khalid, aku memang sudah menduga. Bahwa kamu memang mahasiswa yang brilian,
saat banyak dosen-dosen yang meragukan kemampuanmu dalam menerima perkuliahan.
Saya mengetahui kamu memang mahasiswa pintar. Jadi, akhirnya saya yakin bahwa
kamu benar-benar mahasiswa yang pintar" ucap pak Susilo dengan tersenyum puas.
Selanjutnya pak Susilo melanjutkan ucapannya "sekarang, kamu bisa menunjukkan judul
skripsi yang akan kamu pakai"
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, ucapku berulang-ulang dalam hati. Sungguh
tiada suatu yang lebih menggembirakan dalam hati kecuali, seorang professor yang
merekomendasi ilmuku. Merekomendasi tentang apa yang aku peroleh dari belajarku.
Aku merasa benar-benar memenangkan sebuah pertarungan. Memenangkan sebuah
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pertarungan yang mempertaruhkan sebuah kehormatan. Memenangkan sebuah pemikiran
baru, bahwa kuliah bukan berarti harus kuliah.
"Perspektif hukuman mati dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum Islam" jawabku
Sambil mengernyitkan dahinya pak Susilo berkata "Hem, kayaknya bagus. Apa kamu
sudah dapat bahan-bahannya?"
"Hem, Insya Allah sudah Pak! Tinggal di ketik" ucapku mantab
"Ok, saya tunggu! Saya sudah percaya dengan kamu, dan saya tidak meragukan
kemampuan kamu" ucapnya tegas.
"Baik Pak, kalau gitu saya permisi dulu!"
"Baik, saya akan tunggu hasil-hasil yang sudah kamu tulis"
Setalah berdiri, aku langsung berpamitan. Tetapi saat aku akan berpamitan. Pak Susilo,
memanggilku "Khalid, saya orang Islam! Perlakukan saya seperti orang Islam"
"Oh maaf pak, Assalamualaikum" ucapku saat berpamitan
Pak Susilo tersenyum sambil menjawab "Walaikumsalam"
Tekad maju penuh kemanangan, senandung nasyid kunyanyikan dalam hati
"Langkah ini langkah-langkah abadi
Menapak gagah laju tanpa henti
Langkah ini langkah-langkah abadi
Menapak gagah laju tanpa henti"
Sebuah kemulian yang diberikan oleh Allah Azza wa jalla. Pada para mujahid dan
mujahidah yang melaju menegakkan kebenaran menyingkirkan kebathilan. Dan Allah
pasti akan menolong hambanya yang telah berjuang didalam agama-Nya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 3 Aku keluar dari sekretariat dosen, dengan penuh kemenangan. Kemenangan awal
yang akan diikuti oleh perjuangan yang lainnya.
"Hey, Khalid! Gimana bimbingan dengan si Prof killer itu?" sapa Hendra, yang saat itu
berada disampingku. "Alhamudillah, semua beres!" ucapku penuh kemenangan
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, enak ya kalau aktivis" ujar Hendra
Aku tersenyum sambil mengatakan "makanya, kenapa dulu nggak jadi aktivis!".
Belum tahu dia tentang perjuanganku untuk mempertahankan nama baik. Dan
belum tahu dia kalau keteganganku saat menghadapi Professor Susilo Nugroho bagaikan
tawaran untuk menikahi seorang akhwat, ucapku dalam hati.
"Kamu mau kemana sekarang, Lid?" tanya Hendra
"Mau, kesekretariat LDK! Kenapa" Mau ikut!" jawabku enteng
"Nggak! Sebenarnya aku ada perlu sama kamu, kalau kamu nggak repot!"
"Wah, ada perlu apa nich" Nggak kok, aku nggak repot!"
"Lid, gimana kita kalau duduk disitu!" Hendra menunjukkan tempat duduk di taman
fakultas hukum. Yang saat itu beberapa tempat duduk yang masih dipenuhi mahasiswamahasiswi yang sedang berkumpul. Entah apa yang mereka lakukan.
Aku mengangguk setuju. Setelah duduk di kursi paten beton. Hendra langsung mengatakan sesuatu yang
mengganjal hatinya "Sebenarnya gini Lid!" Hendra mengatakan tentang sesuatu yang
mengganjal pada hatinya. Sesuatu yang membuat dia resah. Membuat dia merasa
bingung harus ditanyakan kemana sebuah persoalan yang berada pada rongga pikirannya.
"Lid, aku mendapat SMS juga mendapat berita dari temanku. Akan ada sebuah
penyerangan besar yang ditujukan kepada orang-orang Kristen. Akan ada sweeping
besar-besaran yang dilakukan oleh umat Islam kepada orang-orang Kristen. Dan setiap
wanita Kristen akan diperkosa, laki-lakinya akan dibunuh!" ucap Hendra serius.
Hendra adalah seorang penganut Kristen yang sangat dekat danganku. Seorang
Kristen yang sangat mendukung tentang Hak Asasi dalam beragama. Seorang yang tidak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net suka menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuannya. Seorang yang toleran dalam
beragama. "Boleh aku lihat SMSnya?" pintaku
Hendra langsung mengambil HPnya. Dan langsung memperlihatkan SMS gelap itu
kepadaku. "Assalamualaikum, untuk orang Islam semua. Seruan untuk mensweeping
umat Kristen. Kita habisi mereka. Kita perkosa wanita-wanitanya, kita bunuh lakilakinya. Jangan ada ampun kepada umat Kristen yang kita temui. BUNUH mereka.
Allahu Akbar 5x" Setelah membaca SMS itu, aku tersenyum.
"Kenapa kamu tersenyum, Lid" Apa ada yang lucu?" terlihat Hendra merasa tersinggung
dengan senyumanku. "Kawan, saat kamu memperlihatkan SMS itu dan aku tersenyum, bukan aku bermaksud
menyinggungmu. Tapi senyumanku tertuju pada si pengirim SMS itu. Karena
sesungguhnya perkataannya bukan seperti orang Islam yang beriman. Dalam Islam tidak
pernah dihalalkannya untuk membunuh siapapun bahkan umat agama lain. Selama tidak
ada suatu alasan yang syar"I, atau sebuah hukuman. Maka tidak diperbolehkan orang
Islam membunuh. Juga, bermaksiat dalam Islam sangat berdosa besar. Apalagi
memperkosa wanita. Masya Allah. Itu sangat diharamkan pada umat Islam. Karena Allah
sangat murka pada orang-orang yang bermaksiat. Sesungguhnya kawanku, umat Islam
jika mengucapkan takbir, itu terbiasa dengan 3x kali. Tapi disitu janggal, dengan
mengucapkan takbir 5x. Berarti, si pengirim SMS itu tidak mengetahui pasti tentang
kebiasan orang-orang Islam. Bukan berarti aku mengatakan si pengirim SMS itu orang
beragama lain, tetapi bisa juga orang yang mengirim SMS itu adalah orang-orang Islam
tetapi yang tidak beriman. Dan apakah engkau tahu" Bahwa aku tidak pernah dikirim
SMS yang berbunyi seperti itu. Padahal aku adalah termasuk orang-orang yang
memperjuangkan agamaku!" jelasku panjang lebar.
"Tapi umat Kristen diisukan, bahwa mereka telah memurtadkan orang Islam. Apakah isu
itu tidak membuat orang-orang Islam sangat membenci umat Kristen?"
"Kawanku, apakah engkau menyangkal bahwa umat Kristen tidak memurtadkan umat
Islam?" tanyaku balik kepada Hendra
Hendra menunduk lesu, setelah itu menghembuskan nafas panjang "Iya, aku akui. Bahwa
memang ada sebagian besar orang-orang Kristen yang menghalalkan segala cara untuk
memurtadkan orang Islam. Mereka berfikir bahwa umat selain Kristen, adalah dombadomba yang tersesat. Aku sudah berungkali menolak dogma itu, kepada kalanganku. Tapi
apalah dayaku," Hendra menghela nafas panjangnya, setelah itu dia melanjutkan
perkatannnya "Aku hanya seorang anak pendeta yang telah terasing dari agamaku sendiri.
Tetapi aku masih yakin bahwa dogma itu harus dirubah. Semua umat beragama adalah
orang-orang yang ber Tuhan. Dan semua orang beragama adalah orang-orang yang baik."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Kawan, bukan berarti jika umat Kristen memurtadkan umat Islam. Dan umat Islam
membenci umat Kristen semua! Sesungguhnya yang kita benci bukan umat Kristen
semuanya, tetapi kelakuan yang telah dilakukan oleh segelintir umat Kristen yang
menghalalkan segala cara untuk menempuh tunjuannya. Kawan, kita memang
diperbolehkan untuk bersyiar, kita memang diperbolehkan untuk berdakwah. Tetapi
tujuan kita adalah memberikan sebuah pengetahuan yang benar, tentang arti sebuah
kebanaran itu sendiri. Kita boleh memberikan sebuah bantuan kepada orang lain. Tetapi
kawan, kita harus ingat tentang keikhlasan. Keikhlasan adalah sebuah maksud tanpa ada
tujuan tertentu selain tujuan untuk diridho"I oleh Tuhan kita. Bukanlah itu sebuah
keIkhlasan, manakala kita membantu seseorang dengan tujuan untuk menarik mereka
menuruti apa yang kita inginkan. Ada sebuah hal yang menarik dari sebuah kisah dua
sahabat Rasulullah Muhammad Saw. Dia adalah Abu Bakar dan Bilal. Abu Bakar adalah
orang yang membeli seorang budak muslim yang saat itu teraniaya dengan harga yang
sangat mahal, dia adalah Bilal. Sungguh saat itu Bilal sudah dizalami oleh orang-orang
Quraisy. Dengan serta merta Abu Bakar membeli Bilal dengan harga yang sangat mahal
dari budak yang lainnya. Setelah itu Abu Bakar membebaskan Bilal dari perbudakan.
Pada suatu masa, yang pada saat itu Abu Bakar meminta dengan sangat kepada Bilal
untuk menuruti perintahnya. Dengan sangat rendah hati, Bilal mengucapkan
"sesungguhnya wahai sahabat Rasulullah, apa yang engkau inginkan dari pembebasanku.
Apakah engkau ingin aku menuruti perintahmu" Atau kah engkau membebaskan aku
dengan keIkhlasanmu kepada Allah. Jika engkau memerdekakanku agar aku menjadi
milikmu, maka lakukan apa yang engkau inginkan. Jika engkau memerdekakanku karena
Allah, maka biarkanlah aku." Saat itulah Abu Bakar dengan rendah hati pula mengatakan
"Aku membebaskanmu karena Allah, Wahai Bilal!" sungguh ini adalah sebuah kalimat
keikhlasan yang sangat dalam. Tiada dari sebuah maksud keikhlasan melainkan hanya
kepada Allah lah saja. Jadi sebenarnya, bahwa umat muslim boleh memberikan bantuan
kepada umat Kristen. Tetapi umat Islam diharamkan memaksa umat Kristen untuk
mengikuti keinginan dari umat Islam. Dan seharusnya pun, begitu pula sebaliknya."
Jawabku panjang lebar. "Tetapi Khalid, apakah engkau menjamin bahwa tidak akan ada pensweepingan umat
Islam terhadap umat Kristen?" tanya Hendra ragu
"Kawanku, sesungguhnya Islam itu adalah agama damai! Dan sesungguhnya umat Islam
itu, umat yang damai. Tetapi jika umat Islam dizalimi. Tidak ada kata lain selain Jihad.
Aku menjamin bahwa tidak akan ada pensweepingan umat Islam terhadap umat Kristen.
Selama umat Kristen tidak melakukan sebuah kecurangan. Dan tidak akan ada
pembunuhan dan perkosaan terhadap umat Kristen, meskipun jika memang dilakukan
pensweepingan terhadap umat Kristen yang curang. Karena Islam mengharamkan cara
yang bathil. Insya Allah, Kawan." Jawabku mantap
"Lid, terima kasih atas jawab-jawabmu! Sebenarnya aku sangat khawatir sekali. Aku
khawatir terjadi permusuhan antar agama. Aku tidak menginginkan adanya sebuah
pertikaian antar agama. Yang aku inginkan adalah, kita merdeka dalam memeluk setiap
agama kita. Tidak ada saling memaksakan kehendak dalam beragama. Dengan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net berpedoman bahwa semua orang beragama punya hak yang sama dalam menjalankan
agamanya." Ucap Hendra
Aku tersenyum, sambil mengatakan "Hen! dalam Al Qu"ran, surat Al-Kafirun "Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku" jadi dalam Islam sudah diatur tata cara kehidupan beragama. Selama kita
saling menghormati dan saling memberikan toleransi. Maka tidak akan ada permusuhan
bahkan pertikaian antar agama."
"Benar, apa yang kamu katakana Khalid! Seharusnya seperti itulah orang-orang yang
beragama. Mereka mengurusi agama mereka masing-masing. Dan apabila saling
memberikan bantuan. Seharusnya bantuan itu diberikan dengan keikhlasan. Tanpa ada
maksud yang lainnya selain untuk mendapatkan pahala dari Tuhan." ucap Hendra.
Aku mengangguk setuju. "Lid, atas nama agamaku. Aku meminta maaf atas perilaku segelintir orang Kristen yang
menghalalkan segala cara untuk memuaskan kehendak mereka sendiri"
"Iya, Hen! Sama, aku juga meminta maaf mungkin beberapa dari umat Islam yang begitu
agresif dalam mempertahankan agama Islam. Membuat kamu merasa tidak tenang. Tetapi
sebenarnya apa yang dilakukan oleh umat Islam, hanya untuk mempertahankan saja
bukan menyerang. Dan SMS yang kamu terima itu bukan SMS dari umat Islam. Karena
Umat Islam tidak akan melakukan tindakan sehina itu." Ucapku
Aku jadi teringat pertemuan awalku dengan Hendra. Saat itu Hendra sangat
tersinggung, saat aku katakan bahwa umat Islam diharamkan untuk mengucapkan
selamat kepada agama lain. Termasuk selamat Natal. Hendra saat itu mengatakan "kalau
begitu Islam tidak memberikan sebuah toleransi beragama". Sungguh inilah yang selalu
diucapkan oleh kalangan orang yang tidak mengerti Islam. Mereka merasa bahwa ucapan
selamat merupakan sebuah hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Mereka
merasa ucapan adalah sekedar penyejuk hati. Atau sebatas kata-kata yang menyenangkan
orang lain. Padahal, dalam Islam. Ucapan itu merupakan sebuah doa. Jadi umat Islam
seharusnya sangat berhati-hati dalam berucap. Apalagi mengucapkan selamat kepada
agama lain. Dengan santai aku menjelaskan. Bahwa sesungguhnya saat umat Islam
mengatakan selamat kepada agama lain. Maka sesungguhnya umat Islam mendukung
adanya agama tersebut. Padahal dalam ajaran Islam tidak ada sebuah agama yang benar
kecuali agama Islam. Jadi sebuah ucapan selamat berarti membenarkan sebuah agama
selain Islam. Dan itu sangat tidak diperkanankan. Dan ucapan selamat sudah merupakan
sebuah akhidah bagi umat Islam. Jadi jika dalam akhidah sudah tidak diperbolehkan.
Maka kita tidak boleh melakukannya. Seperti halnya umat Kristen yang disuruh umat
Islam untuk sholat Jum"at. Secara otomatis umat Kristen tidak akan diperbolehkan.
Karena itu adalah aturan umat Kristen. Begitu pula sebaliknya jika umat Islam tidak
diperbolehkan mengucapkan selamat Natal. Maka seharusnya umat Kristen mengetahui
bahwa itu adalah bagian dari ajaran umat Islam. Dan seharusnya umat Kristen lebih
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net toleran kepada umat Islam, dengan tidak mengharapkan ucapan selamat yang diucapkan
oleh umat Islam. Dengan begitu seharusnya umat Kristen jika mengaku toleran kepada agama lain.
Maka selayaknya mereka tidak memancing-mancing mengucapkan selamat kepada umat
Islam saat hari-hari besar agama Islam. Agar tidak menimbulkan rasa dengki yang timbul
oleh umat Kristen dikarenakan umat Islam tidak mengucapkan selamat kepada umat
Kristen. Karena kita harus ingat, bahwa toleransi beragama itu adalah hal-hal yang
bersifat umum atau muamalah. Bukan toleransi yang bersifat abstrak yang menyangkut
akhidah. Hendra akhirnya mengerti tentang arti toleransi itu sendiri. Bahkan Hendra
berkali-kali mengucapkan, toleransi umat Islam lebih besar ketimbang toleransi
agamanya sendiri. Sudah lima tahun aku bersahabat dengan Hendra. Sehingga aku tahu
sifat seorang sahabatku itu. Meskipun kami berlainan keyakinan. Tapi kami mampu
memberikan sebuah aktulisasi tentang toleran itu sendiri. "Bukanlah itu sebuah toleransi
beragama, jika toleransi itu menginjak-ngijak keyakinan agama lain dan memaksa
menuruti kehendak dari apa yang kita yakini" itulah perkataan Hendra pada saat itu..
Tak lama setelah perbincangan kami. Pandanganku menangkap seorang wanita. Wanita
yang menggelisahkan hatiku. Wanita yang pernah aku lihat berjalan dihadapanku. Aku
benar-benar terpana melihat wanita itu. Benar-benar cantik. Sungguh benar-benar cantik.
Aku tak menyangka semua ilmuku sirna. Sirna dengan memandang wanita cantik
didepan mata ini. "Lid, Khalid. kamu melamun! Ada apa?" tanya Hendra dengan memegang bahuku.
"Astagfirllah" ucapku lirih. Disertai ucapan "Subhanallah. Ya Allah sungguh
kebesaranmu menciptakan wanita secantik dia" ucapku dalam hati.
Hendra membalikkan badannya kebelakang. Yang pada saat itu duduknya masih
berhadapan padaku. Serta merta Hendra tersenyum. Lalu berucap "Lid, itu Nova.
Temanku di UK3 (Unit Kerohanian Kristen Katolik)"
"Oh." Aku hanya mengangguk pelan saat itu
Tak lama Nova mendatangi kami berdua. Wanita yang aku kagumi kecantikannya
mendatangiku. Sungguh aku tidak percaya, dia sekarang berada dihadapanku. Tepat
didepanku. "Hendra, kamu dicari Wiwid tuh!" ucapnya kepada Hendra.
"Oh, dimana dia sekarang?" Tanya Hendra
"Dikantin Fakultas Ekonomi!" ucapnya lirih.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Oh ya, kenalin nich! Temanku" sambil menunjukku
Tak lama dia tersenyum. "Subhanallah, senyumnya cantik sekali" ucapku dalam hati.
Aku membalas senyumannya.
"Nova, Maria Nova lengkapnya!" ucapnya sambil menyodorkan tangannya kepadaku
untuk berjabat tangan. Tangannya putih sekali. Seputih iklan produk pemutih. Jiwa ini berontak
menerima atau menolak uluran tangannya. Perjuangan akhidah dan nafsu tumpang tindih.
Sungguh, benar-benar inilah yang disebut ujian. Ujian untuk menaikkan tingkat
keimanan. Mungkin karena hal inilah, akhirnya tercipta Liberalisasi Islam. Karena nggak
kuat untuk menyentuh tangan yang putih bersih dan sangat halus.
"Khalid, Khalid Hendriansyah lengkapnya" balasku dengan merapatkan kedua telapak
tanganku kearah dada. Dengan serta merta Nova menarik tangannya kembali, serta merapatkan kedua telapak
tangannya kearah dadanya. Dia terlihat mengerti apa yang aku maksud.
"Nova ini ketua UK3 loh, Lid!" ucap Hendra dengan nada suara yang bermaksud
tertentu. Entah apa maksudnya, mungkin dia memperingatkanku untuk berhati-hati
dengannya. Nova saat itu hanya tersenyum simpul.
"Khalid, aku tahu kamu! Kamu adalah aktivis LDK kan?" ucap Nova
Aku tersenyum lalu berkata "iya, kok kamu tahu" Apakah kita pernah ketemu?"
"Iya, kita pernah bertemu! Disuatu tempat, ingat-ingatlah kembali!" jawabnya penuh
maksud yang tersembunyi "Hem, dimana yach?" tanyaku penuh tanda tanya.
"Ada deh! Pikir dulu aja. Oh ya udah dulu yach, aku masih ada keperluan lagi. Aku tadi
hanya menyampaikan pesannya Wiwid aja kok!" ucap Nova
Saat Nova akan meninggalkan aku dan Hendra. Tatapan matanya terlihat sendu
mengharapkan sesuatu kepadaku. Entah apa itu. Aku tak tahu, karena aku langsung
menundukkan pandanganku. "iya, hati-hati yach! Kalau ketemu Wiwid bilang, bentar lagi aku kesana. Aku masih ada
urusan sama Khalid" ucap Hendra.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dewi Aphrodite telah meninggalkanku. Tetapi kecantikannya masih terbayang dalam
rongga pikirku. "Khalid," panggil Hendra
"Iya apa Hend!" ucapku
"Cantik, yach?" ucap Hendra
"Siapa?" ucapku berlagak tidak tahu. Meskipun aku tahu yang dimaksud adalah Nova.
"Ah, kamu. Sok! Nova maksudku" ucap Hendra mempertegas
Aku tersenyum, "iya, cantik! Kenapa?" tanyaku balik
"Lid, aku kasihan kepada Nova!"
"Kasihan kenapa?"
"Nova, adalah anak dari Pendeta Joseph"
"Hem! Lalu kenapa?" tanyaku penasaran
"Aku kenal Nova sejak kecil, Lid! Dan rumah Nova berada di sebelah rumahku. Pendeta
Joseph adalah teman Papaku, Lid. Pendeta Joseph sering memukul Nova, jika Nova tidak
mau mengikuti perintah dari Pendeta Joseph. Kamu tahu nggak Lid. Pernah suatu kali
Nova akan dinikahkan sama seorang pengusaha tua kaya yang beragama Islam. Dengan
janji bahwa jika nanti Nova dinikahi, maka Pengusaha itu akan ikut beragama Kristen.
Kamu tahu kan, Lid! Kecantikan Nova memang begitu merona!" ujar Hendra
"Lalu, gimana. Nova jadi nikah dengan pengusah itu?" tanyaku
"Nggak jadi, Lid!"
"Loh, kenapa?" "Iya, saat itu Nova menolak keras. karena menolak Nova telah dipukul habis-habisan
oleh Pendeta Joseph. Dan keluarganya mengucilkan dia. Nova pernah disekap dalam
kamarnya. Karena kamar Nova berhadapan dengan kamar adikku yang perempuan.
Sehingga aku bisa melihat kondisi Nova pada saat itu. Benar-benar kasihan dia,.
Pakaiannya lusuh, dan dia tidak diberikan makanan apapun. Tapi aku dan adikku sering
melemparkan roti kering dan air kemasan kearah kamarnya. Aku akhirnya mempunyai
inisiatif untuk menyelidiki pengusaha tua tadi. Setelah aku dan teman-teman selidiki.
Ternyata pengusaha tadi mempunyai seorang istri. Setelah kami selidiki, akhirnya kami
tahu kalau sebenarnya kekayaan dari pengusaha itu adalah kekayaan isterinya. Dan saat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net itu pun kami memberitahukan kelakuan pengusaha tua itu. Pengusaha tua itu
mengurungkan niatnya untuk memperisteri Nova." Cerita Hendra dengan serius.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hem..!" aku cuma manggut-manggut
"Dan akhirnya, Nova bisa sedikit bernafas lega. Tetapi kayaknya akan ada rencana lain
yang akan dilakukan oleh pendeta Yoseph. Entah itu rencana apa" Aku tak tahu!" ucap
Hendra bingung. "Hem"! Ya.. sudahlah kita cuma bisa berdoa saja, semoga rencana itu bukan rencana
yang buruk." Ucapku.
"Sebenarnya, aku juga mau cerita sesuatu kepadamu Lid!"
"Apa, Hend" Masalah tadi" Atau masalah Nova lagi!"
"Ini bukan masalahku yang tadi Lid! Tetapi ini masih ada hubungannya dengan Nova!"
"Apa itu Hen?" tanyaku
"Gini Lid, di UK3 sedang merencanakan program Baksos (Bakti Sosial) ke desa-desa
kumuh. Aku nggak suka dengan program mereka Lid!"
"Loh, kan bagus Hen!" selaku
"Bagus sih bagus. Tapi ada yang janggal dari Baksos itu! Kenapa yang melakukan
Baksos adalah orang-orangnya pendeta Yoseph. Yang aku sesalkan Baksos itu atas nama
dan dana dari kampus. Nah ini kan nggak etis. Seharusnya kalau itu Baksosnya UK3, ya
seharusnya kan mahasiswa-mahasiswi anggota UK3. Bukannya anak buah pendeta
Yoseph. Nah ini yang janggal. Lid. Dan ini sudah dilaksanakan oleh mereka." Tutur
Hendra serius. "Oh, jadi seperti itu yach!" ucapku sejenak. Aku jadi teringat cerita bang Jamal dan bang
Dadang kembali. Didesa binaanku juga sedang didatangi orang-orang yang aneh. Aneh
dengan cara pengajaran dan ajarannya. Kalaulah mereka beragama Islam, ajaran mereka
memang mengajarkan Islam. Tetapi paham dari ajaran mereka sangat bertentangan
dengan Islam. Bahkan bisa dikatakan menghina Islam. Aku benar-benar ragu dengan apa
yang diajarkan oleh orang-orang asing itu. Apakah memang mereka benar-benar
mengerti tentang Islam. Ataukah mereka ingin merusak agama Islam. Aku jadi teringat
gadis yang berjilbab itu. Aku jadi teringat wajahnya, wajahnya seperti tak asing lagi
bagiku. Dia seperti". Oh iya benar. Dia seperti Nova. Benar-benar wajahnya seperti
wajah Maria Nova. Apakah benar dia Maria Nova". Benar tak salah lagi bagiku. Baik
nanti aku akan minta tolong Deni, si pakar computer itu! Untuk mencocokkan wajah
gadis berjilbab itu dengan Nova gumamku dalam hati.
"Khalid, kamu melamun lagi! Ada apa Lid?"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Oh, nggak Hen! Aku cuma lagi mengingat-ingat aja kok!" jelasku
"Apa yang sedang kamu ingat-ingat, Lid?"
Aku hanya tersenyum sambil mengatakan "Ada deh!"
Seketika itu, aku jadi teringat hari ini aku ada kajian. "Hen, sorry! Aku ada perlu
sekarang. Aku ada janji dengan Ustadku. Besok kita lanjutkan lagi ngobrol kita" ucapku
terburu-buru Hendri tersenyum sambil mengatakan "Ok, Lid! Ya, besok kita lanjutkan."
Sebelum berangkat ke rumah Ustad Fadlan, aku harus mengambil beberapa buku catatan
dikontrakanku. *** Perjalanan menuju rumah ustad Fadlan memang agak jauh. Sekitar 4 kilometer
dari tempat kontrakanku. Karena aku nggak punya kendaraan, jadi aku harus berjalan
kaki menuju rumah ustad Fadlan. Meskipun capek, tapi aku yakin bahwa ada perhitungan
tersendiri dari Allah swt, untukku. Tapi sebenarnya, untuk berjalan 4 kilometer masih
belum ada apa-apanya dibanding dengan rumahku yang ada didesa. Saat aku kecil. Aku
dan teman-temanku bahkan sering melihat pasar reboan di alun-alun kota, yang berjarak
10 kilometer dari desaku. Jadi perjalananku kerumah ustad Fadlan masih aku anggap
belum ada apa-apanya. Pernah suatu kali ustad Fadlan menawari aku sepeda mininya
untuk aku bawa. Mungkin sebelum aku diberitahu oleh teman-temanku tentang
kehidupan keluarga ustad Fadlan. Pasti aku akan menerimanya. Tetapi sejak aku
diberitahu dan melihat sendiri kehidupan keluarga ustad Fadlan. Aku jadi semakin
bertambah keimananku. Sebelum mempunyai rumah yang layak dihuni. Ustad Fadlan adalah seorang
pen jual buku-buku Islami. Dan istrinya, Ustadzah Heni. Adalah seorang guru madrasah.
Mereka berdua sangat tawadhu" dalam menjalani kehidupan. Hingga bahkan sampai saat
ini. Saat mereka berdua sudah mempunyai tempat tinggal yang layak huni, juga beberapa
kekayaan yang diamanahkan kepada beliau berdua. Mereka tetap tawadhu" dalam
kehidupan. Beliau terlihat tidak pernah lalai dalam mengelola kekayaan hartanya. Bahkan
sepeda mini yang akan diberikan kepadaku adalah sepeda yang setiap harinya dipakai
oleh Ustadzah Heni untuk mengajar di madrasah. Aku benar-benar tidak tega jika harus
menerima pemberian ustad Fadlan. Biarlah kakiku berjalan saat ini, tapi aku akan
berlarian disurga nanti. Berlarian dengan menggunakan kendaraan yang ada disurga
nanti. Semoga, saja. Siang ini matahari begitu terik. Deru laju motor dan mobil lalu-lalang
disampingku. Debu-debu berhamburan, menerpaku. Membuat langkah kakiku terasa
berat, tetapi aku yakin bahwa ini tidak seberat saat sahabat-sahabat Rasulullah diuji oleh
Allah dengan siksaan kaum Quraisy. Seberat seorang yang menginginkan kesyahidan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Apalagi tidak seberat batu panas yang ditindihkan kaum Quraisy ditubuh Bilal.
Subhanallah. Langkah kakiku terus melaju menuju deru ilmu yang menunggu. Melaju
pada setiap langkah yang berpahala. Tetap dengan terik yang menyengat kulit.
Saat kaki melangkah, saat tubuh lelah dan saat-saat mentari bersinar terik. Mata
ini memandang pada tubuh kecil. Tubuh hitam legam dengan pakaian yang dekil.
Berusaha untuk meraih harapan dengan berjalan meminta-minta pada setiap mobil dan
motor yang berhenti. Tidak biasanya. Yang aku tahu, diperempatan itu tidak pernah ada
seorang anak kecil yang berada disitu. Tubuh kecil itu sesekali mengusap ingus yang
mengalir pelan dihidungnya. Tak jarang seseorang yang melewatinya, memberikan belas
kasihan kepada dia. Tapi banyak juga yang tidak berempati kepadanya. Seiring dengan
langkah kakiku, anak itu masih tetap dalam naungan sang surya. Sebenarnya aku ingin
mendekatinya, bertanya asal-usulnya dan sekedar untuk memberitahukan bahwa ada yang
perduli dengannya. Tetapi saat itu aku urungkan. Karena aku mempunyai janji pada diri
sendiri, janji untuk memperoleh ilmu lebih dalam lagi. Dan janji pada ustad Fadlan untuk
selalu hadir dimajelisnya, majelis ilmu para pencari kebenaran. Aku putuskan, untuk
menghampiri anak surya itu setelah pulang dari Liqo" nanti.
Rumah ustad Fadlan sudah tak jauh lagi, tinggal beberap blok saja aku sudah
sampai pada rumah ilmu itu. Rumah yang dihiasi oleh keindahan ajaran Islam
didalamnya. Rumah yang terbina dan sakinah pada para penghuninya. Sungguh benarbenar rumah idaman.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 4 "Assalamualaikum!" salamku pada penghuni rumah.
"Walaikumsalam!" serentak jawaban para orang-orang yang ada didalamnya.
Ustad Fadlan menghampiriku lalu memelukku. Pelukan yang membuatku
merasakan keindahan persaudaraan. "Khaifa khaluk, akhi?" tanya ustad Fadlan
"Alhamdulillah, be khoir ustad!" jawabku
Setelah itu ustad Fadlan mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. Ternyata
semua saudara-saudara seimanku pun telah datang lebih awal dariku. Irwan, Hamsah,
Feri, Abidin, Rochim sudah menanti kedatanganku. Setelah aku menyalami mereka
semua. Kajianku pun dimulai.
Ustad Fadlan menerangkan tentang keimanan dengan sangat baik. Tutur katanya
lembut dan mengena pada setiap relung jiwa. Tata bahasa diatur sedemikian rupa agar
tidak menyinggung orang yang mendengarkannya. Sehingga, kita dapat mencerna apa
yang dikatakan oleh ustad Fadlan. Keimanan adalah sebuah unsur untuk dapat
mengetahui, apakah kita memang benar-benar meyakini keberadaan Allah, atau malah
kita tidak meyakini keberadaan Allah.
"Keimanan adalah keyakinan kita terhadap sesuatu, jika kita meyakini adanya
keberadaan Allah. Maka hanya Allah lah yang seharusnya dihati kita. Tidaklah seorang
yang menyatakan diri beriman kepada Allah sedangkan dia masih takut pada selain
Allah. Jikalau kita takut pada selain Allah, maka kita beriman pada apa yang kita takuti
tadi, bukan beriman kepada Allah." ucapan ustad Fadlan sangat menyentuh kalbuku.
Setelah ustad Fadlan banyak memberikan taujihnya kepada para pencari
kebenaran. Kami berenam ditanya satu-persatu tentang permasalahan yang ada pada
kami. Disinilah ajang curhat para aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah tidak akan
langsung meluapkan masalahnya secara sembarangan kepada setiap orang yang dikenal.
Tiada keluh kesah yang diluapkan kepada manusia, melainkan membuka sebuah wacana
solusi pada setiap individu yang sedang dilanda masalah. Jadi bukan berarti, seorang
aktivis dakwah yang sedang curhat kepada murabbinya adalah orang yang bermental
lemah. Atau bahkan minta dikasihani. Bukan, bukan seperti itu. Seorang aktivis dakwah
yang sedang curhat kepada murabbinya adalah merupakan membuka peluang masalah
yang sedang terjadi pada individu untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga jika ada
seorang aktivis dakwah yang sedang dihadang masalah, selain dia meminta kepada Allah
untuk menyelesaikan masalahnya. Juga membagi ladang pahala bagi saudaranya untuk
menyelesaikan masalahnya.
Dengan begini seorang aktivis dakwah dituntut untuk selalu tahu tentang
permasalahan saudaranya. Sehingga diharapkan, rasa persaudaraan itulah yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net mendorong satu dengan lainnya menciptakan ikatan tali ukhuwah yang sangat erat. Dan
seharusnya tidaklah seorang saudara meminta bantuan atau bahkan belaskasihan kepada
saudara lainnya, tetapi seharusnya aktivis dakwah mengetahui apa yang dibutuhkan
saudaranya dan membantu sebelum saudaranya meminta bantuan atau bahkan yang
menghinakan saudaranya, yaitu meminta belaskasihan.
"Ustad, ana ada permasalahan!" ucap Hamsah.
"Iya, antum ada persoalan apa?" jawab ustad Fadlan dengan lembut.
"Gini, Ustad. Ana ada persoalan tentang ruhiyah ana! Ana rasakan, ruhiyah ana semakin
lama semakin menurun. Ana kok merasa futur, Ustad. Ana masih bingung kenapa iman
ana melemah hari demi hari!" Hamsah sejenak berfikir, lalu melanjutkan keluh kesahnya
"ana menjadi begitu tidak bersamangat untuk berdakwah. Langkah-langkah ana begitu
berat dan gamang dalam setiap dakwah ana! Ana butuh pencerahan kembali, Ustad!"
Hamsah menyelesaikan dengan menghembuskan nafas panjang.
"Hem, iya ana mengerti, Akh! Apa yang antum rasakan memang beberapa kali sering
menghinggapi pada perasaan kita. Kadang kita merasa sangat bersemangat sekali,
sehingga seakan-akan bahwa kekuatan semangat kita tidak akan terbendung! Tetapi
dalam waktu tertentu, ghiroh (semangat) kita menjadi melemah, atau bahkan luntur. Ini
menjadi pelajaran yang baik bagi kita semua!" sejenak Ustad Fadlan tersenyum, lalu
melanjutkan taujihnya "ikhwa fillah, saat ghiroh kita dalam semangat, puncaknya adalah
saat kita tidak dapat mencapai apa yang kita inginkan. Sehingga semangat kita menjadi
kendur, atau melemah. Dan lama kelamaan akan terkikis habis. Maka dari itu, kenapa
kita sangat perlu adanya Liqo"(pertemuan/berkumpul). Dengan adanya Liqo" semangat
kita yang semula luntur, Insya Allah akan bangkit kembali. Atau kalau lah semangat kita
luntur tidak begitu drastis penurunannya. Ibaratnya adalah handphone yang perlu di
charge. Maka kita juga perlu untuk di charge kembali. Untuk menumbuhkan keimanan
kita kembali. Untuk mengisi melemahnya ruhiyah kita, saat menghadapi permasalahanpermahasalan yang berat!" ucap Ustad Fadlan dengan sikap tegasnya. "Akhi Hamsah.
Coba pikirkan kembali apa yang membuat ghiroh antum melemah?" tanya Ustad Fadlan.
Hamsah terlihat sedikit mengerutkan dahinya, mencoba untuk memikirkan apa yang
membuat semangat dia luntur. Tak lama setelah itu "Hem, Insya Allah ana sudah
menemukan penyebab permasalahan ana ini ustad!" ucap Hamsah serius.
"apa itu, yaa akhi?" tanya Ustad Fadlan
"akhir-akhir ini banyak Al Akh, yang meminta tolong ke ana untuk mengerjakan sesuatu
yang berhubungan dengan dakwah kita. Karena memang itu profesi ana, sehingga Al Akh
banyak datang ke ana. Ana mengerjakan lebih dulu permintaan Al Akh, ketimbang
pesanan orang lain. Dana-dana yang lebih dulu masuk, ana arahkan semuanya ke pesanan
Al Akh. Sehingga pesanan-pesanan banyak yang terbangkalai. Setelah ana selesai
mengerjakan pesanan Al Akh. Ana jadi tidak bisa mengerjakan pesanan yang lain. Dan
membuat dana-dana dari usaha ana macet. Karena pembayaran dana dari Al Akh, masih
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net belum dibayar. Usaha ana benar-benar collaps, dan saat ini pesanan-pesanan yang lain
masih tetap belum bisa ana kerjakan, karena berhubungan dengan dana tadi!" Hamsah
mengerutkan dahinya, setelah itu dia melanjutkan perkataannya "dan kemudian ana, jadi
berfikir. Bahwa berdakwah harus siap untuk rugi. Tetapi ana juga berfikir, bahwa jika ana
rugi terus-menerus. Maka usaha ana nggak akan jalan! Mungkin, itu yang membuat ana
futur ustad" Ustad Fadlan terlihat mengerti dengan apa yang dialami oleh Hamsah. Tak lama setelah
itu, Ustad Fadlan berkata "iya, inilah Akh yang ana sering bilang kepada setiap Al Akh.
Banyak Al Akh yang salah kaprah tentang memahami arti dakwah. Mereka mengira
dengan mangatas namakan dakwah, meraka dengan mudahnya meminta bantuan kepada
Al Akh yang lain. Tetapi bantuan yang diberikan tidak di imbangi dengan kontribusi yang
lain. Kadang setelah Al Akh puas dengan hasil kerja kita, mereka hanya mengucap,
Syukron, Jazakallah atau perkataan yang lainnya. Padahal kontribusi dari dakwah itu ada
imbalbaliknya. Bukannya kita terus mengimbal tanpa ada baliknya. Dan dakwah bukan
berarti harus merugikan kita. Seharusnya imbalbalik dari dakwah itu adalah menciptakan
suasana yang Islami. Contohnya, dalam Islam diharuskan untuk membayar orang yang
telah bekerja sebelum keringat orang yang bekerja itu mengering. Ini merupakan perintah
langsung dari Rasulullah. Sedangkan kalau hanya dibayar dengan ucapan syukron,
jazakallah. Apakah kita dapat memberikan makan anak dan istri kita dengan perkataan
itu! Memang itu juga salah satu penyebab seorang menjadi futur. Sehingga semangat
untuk berdakwah lama-kelamaan akan terkikis habis. Dan perekonomian umat Islam
tidak akan berjaya, jika harus dibayar dengan perkataan! Karena Rasulullah pun bersabda
yang pada intinya, kemiskinan itu akan menyebabkan kekufuran."
"Wah saya kok jadi tersindir yach!" celetuk Irwan.
"Ggeerrrr........" serempak semua tertawa.
"Kalau kita sich akh, bukan bermaksud untuk tidak membayar. Tapi kita ngutang dulu!"
ucapku. "Kalau antum berdua sich ana udah tau, antum kan raja ngutang! Biasalah mahasiswa,
ngontrak lagi!" jawab Hamsah. Yang akhirnya membuat kita tertawa lagi.
Ustad Fadlan tersenyum, lalu setelah itu bertanya "Akhi Hamsah. Usaha antum rugi
berapa" Dan butuh dana berapa?"
"Usaha ana sekarang agak tersendat Ustad. Rugi sekitar 4 jutaan!" jawab Hamsah.
Ustad Fadlan mengangguk tanda mengerti, lalu ustad Fadlan beranjak berdiri sambil
mengatakan "Afwan, sebentar ana tinggal kebelakang!"
Serempak kita menjawab "tafadhol, Ustad!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku dan Irwan tersenyum, tak lama Irwan berkata "wah Ustad, tau saja kalau kita sedang
lapar!" Serentak kami pun tertawa lagi.
"Hehe". Antum tau juga, apa yang ada dalam pikiran ana!" kataku.
"Dasar.. mahasiswa!" celetuk Feri.
Tak lama Ustad Fadlan datang. Tak lupa membawa boncengannya.
"hehe" Ustad tahu saja kalau kita lagi mengharapkannya!" ucap Rochim
Ustad Fadlan tersenyum. Tak lama Ustad Fadlan berkata "Akh, Hamsah. Ini ana punya
simpanan uang 4 juta. Antum silakan ambil. Kalau misalkan uang dari Al Akh yang lain
sudah dibayarkan. Baru silakan dikembalikan. Kalaulah memang belum dapat
dikembalikan, antum pakai dulu tidak apa-apa." Ustad Fadlan terlihat sangat tulus sekali
saat memberikan uang itu.
Subhanallah ucapku lirih dalam hati. Sungguh seharusnya, seperti inilah seorang dai.
Seperti apa yang dilakukan oleh Ustad Fadlan. Sebuah contoh yang sangat bagus. Tidak
hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi diimplementasikan dengan perbuatan.
Manakala seorang saudara muslim membutuhkan bantuan. Maka dengan cepat saudara
muslim yang lainnya menolongnya. Inilah yang seharusnya dipegang umat Islam. Saat
saudaranya sedang butuh pertolongan. Sebelum saudaranya meminta bantuan, maka
saudara yang lainnya langsung menawarkan bantuan. Subhanallah.
"Nggak usah, Ustad! Biar ana menunggu uang pembayaran dari Al Akh saja Ustad." Ucap
Hamsah. Allahu Akbar ucapku dalam hati. Sungguh memang seharusnya seperti inilah muslim.
Dia tidak mengharapkan bantuan saudaranya yang lain. Selama dia masih bisa bertahan.
Dan bahkan tidak membutuhkan rasa dikasihani oleh saudara yang lainnya. Inilah yang
seharusnya menjadi sebuah contoh. Aku tak habis pikir. Peristiwa sahabat Rasulullah
terulang kembali. Saat terjadi peperangan, beberapa sahabat Rasulullah sangat
membutuhkan air. Tapi apa yang dilakukan oleh sahabat yang membutuhkan air itu. Dia
bahkan mementingkan saudara yang lainnya. Sahabat Rasulullah ini memberikan air
yang sangat dibutuhkan itu pada sahabatnya yang lain. Sungguh peristiwa yang sangat
luar biasa. Tingkatan keimanan yang paling tinggi itsar (mementingkan saudaranya
ketimbang dirinya sendiri) telah dilakukan oleh saudaraku.
"Tidak, Akh! Kelihatannya, antum lebih memerlukan uang itu dari pada ana. Ambil saja,
ana masih belum begitu membutuhkannya" ucap Ustad Fadlan. "sudahlah Akh, terima
saja! Kelihatannya antum lebih memerlukannya ketimbang ana. Biar nanti usaha antum
dapat berjalan lebih optimal" Ustad Fadlan mencoba untuk mempertegas ucapannya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem," Hamsah sedikit berfikir. "kalau begitu syukron Ustad!" jawab Hamsah, sambil
menerima uangnya. "Afwan!" jawab Ustad Fadlan sambil tersenyum lega.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah hal yang dapat aku petik hikmahnya. Sebuah fenomena yang membedakan antara
umat muslim dan umat yang lainnya. Sebuah karekter dasar yang seharusnya sudah
tertanam dibenak umat Islam sejak lama. Sebuah tauladan yang telah dicontohkan oleh
Muhammad Rasulullah Saw. Hingga akhirnya, umat Islam lah yang seharusnya berjaya.
"Wah, antum sudah siap untuk usaha lagi nich." Ucap Abidin.
"Siap usaha, and siap menikah!" timpal Rochim
serempak kami tertawa. Ustad Fadlan hanya tersenyum.
"Iya, kok kalian hanya tertawa! Padahal Rasulullah mengajarkan kepada para pemuda
untuk bersegerah menikah, bagi yang sudah mampu. Dan ana yakin kalian sudah mampu.
Jangan jadi alasan karena nggak punya penghasilan atau pekerjaan yang tetap,
menjadikan kalian menghambat pernikahan! Ingat loh pernikahan itu juga termasuk
membuka pintu rezeki" taujih Ustad Fadlan.
Tak pelak kami pun semua tersenyum, sambil melirik satu sama lainnya.
"Maka dari itu, kalian harus bersegara. Banyak akhwat yang belum menikah loh, Akh!
Masa kalian membiarkan akhwat-akhwat sendiri dalam perjuangannya." Ucap lanjut
Ustad Fadlan. Kami masih tetap tersenyum penuh arti. Entah itu senyuman pengharapan, ataukah
senyuman karena malu. Aku tak tahu. Yang penting senyumku adalah senyum
pengharapan. Senyum yang mengharap mendapatkan bidadari untuk menemaniku
berjuang dalam dakwah ini. Aku jujur loh.
Entah sudah berapa lama kami berkumpul. Berkumpul untuk saling mengingatkan
tentang agama yang haq ini. Yang menjadikan kami terus mengingat tentang pentingnya
berdakwah. Apalagi pentingnya jalan menuju surga Ilahi. Dan tak kalah pentingnya
mendapatkan bidadari. Nah kan, bidadari lagi.
Tak terasa mentari sudah akan menyiapkan tempat tidur yang enak. Serta kasur
yang empuk, hingga akhirnya surya pun berangsur-angsur tenggalam dengan membawa
sinar kehangatanannya. Dan menjadi saksi perjuanganku. Perjuangan yang tak akan
pernah henti sampai kapanpun, hingga akhirnya akupun berada diatas sang surya. Tunggu
aku wahai mentari. *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Krriiiiiiiinggg?"?"." Jam wakerku berbunyi keras sekali. Keras, tetapi tidak
sekeras cambuk malaikat dineraka nanti. Aku terbangun. Aku lihat Lorus, jam wakerku.
Menunjukkan pukul tiga pagi. Saat-saat yang paling dinanti. Dinanti, oleh para malaikat
yang memburu manusia-manusia, yang terbangun dari tidurnya. Dan menegakkan sholat
untuk Rabbnya. Hingga malaikat-malaikat tersenyum, seraya mengatakan "Wahai
Tuhanku, janganlah engkau menyiksa para manusia-manusia yang terbangun disepertiga
malam ini. Saat mereka terbangun dan menyembahmu! Menyembah dengan berharap
kepadaMu. Wahai Rabb, jadikan manusia-manusia ini sebagai mujahid-mujahidahmu.
Yang kelak akan engkau masukkan kesurga, yang telah engkau janjikan nanti"
Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Menapak dengan kaki gontai yang
teramat sangat. Karena rasa kantuk yang datang menggebu. Menggebu-gebu seraya
melarangku untuk datang bersimpuh, meminta ampun dan pertolongan kepada sang
Maha Pencipta alam. Allah Swt. Sungguh ini menjadikan rasa jihad yang sesungguhnya.
Jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan sifat burukku. Tapi, itu bukan jihad yang
sesungguhnya. Karena jihad yang sesungguhnya, adalah melawan penguasa yang zalim
kepada umat Islam. Langkah kakiku terasa berat, tetapi tetap aku berusaha melangkah.
Melangkah dalam setiap langkah yang berpahala. Air kran aku nyalakan, sungguh segar
nikmat dingin air sepertiga malam. Hingga aku kedinginan. Aku basuh semua yang
seharusnya dibasuh, aku bersihkan semua yang seharusnya dibersihkan. Dari tubuhku ini.
Hingga aku menjadi suci. Suci dalam pandangan Ilahi. Wudhu sudah selesai aku lakukan.
Kini aku kembali berjalan. Berjalan menuju kamar kusam, yang terawat rapi.
Kubentangkan sajadah berlambang Ka"bah. Yaa Rabb, aku menghadapmu.
Sayup-sayup terdengar tartil Al Qur"an mengumandang pada masjid dekat
kontrakan. Sudah biasa. Sholat tahajjud, sudah aku selasaikan. Tinggal kini menanti
datangnya shubuh. Terdengar suara keras dari kamar Deni "BRUAAAK"."
Serentak semua penghuni kontrakan keluar kamar semua.
"Ada apa, Akh?" tanyaku pada saat melihat Yanto yang sudah berada didepan kamar
Deni. "Ana juga tidak tau, Akh!" jawab Yanto bingung
Kini penghuni kontrakan sudah berada didepan kamar Deni. Yanto, Heri, Samsul juga
termasuk aku. "Akhi, Deni! Antum kenapa?" panggilku sambil mengetuk pintu kamar Deni.
Tetapi tetap tidak ada jawaban sama sekali. Kami semua menjadi panik. Tak biasanya
seorang Al Akh yang kami panggil, tidak menyahut panggilan kami. Deni tetap tidak
bersuara. "Udah kita, kita dobrak saja!" usul Samsul, panik.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya kita dobrak saja!" serentak Yanto dan Heri menyetujui usul Samsul.
Saat pintu akan didobrak. "sebentar-sebentar akh, jangan dobrak dulu! Kita lihat dulu
apakah kamar ini dikunci apa nggak" ucapku, dengan langsung memegang gagang pintu.
"Nah, kan nggak dikunci! Ngapain harus mendobrak segala, habis-habisin energi" ucap
Samsul enteng "Yee" yang usul dobrakkan antum, Akh!" jawab Heri kesal.
"Udah-udah, kita langsung aja lihat kondisi Akhi Deni sekarang!" ajakku sambil
tersenyum. Tersenyum karena sifat kedua saudara seimanku ini.
Saat kami membuka pintu kamar Deni. Terlihat tubuh Deni terkapar dilantai dengan
barang-barang yang berserakan. Kami semua sangat cemas dengan keadaan Deni.
Dengan cepat aku langsung memeluk tubuh Deni.
"Akh, bangun! Antum kenapa" Akhi, sadar akh!" teriakku. Aku benar-benar sangat
panik. Mengingat bahwa aku adalah yang paling tua dikontrakan.
"Akhi, bangun akh! Sadar Akh" Yanto dengan agak berteriak.
Sedikit demi sedikit Deni membuka matanya. Dengan mengucek matanya dan terlihat
sedikit bingung. "Ada apa, akh" Kok tumben rame-rame! Tidur ana jadi terganggu." Ucap Deni dengan
bingung "Loh antum nggak kenapa-napa, Akh?" tanya Yanto.
"Emang, ana kenapa?" tanya Deni bingung
"Hem, antum nggak ngerasa bikin kita panik yach!" sahut Heri.
"Iya, akh! Tadi di kamar antum terdengar bunyi keras sekali. Seperti ada benda jatuh
dikamar antum!" ucap Samsul.
"Iya! Makanya kami langsung kesini" timpal Yanto
"Bener! Saat kita tiba, antum sudah tergeletak dilantai. Dan barang-barang antum
berserakan semuanya" sahut Heri lagi.
"Ana nggak apa-apa kok. Mungkin, ana terjatuh dari kasur!" jawab Deni sambil
menggaruk-garuk kepalanya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Yee". Antum itu kebiasaan. Kalau tidur nggak bisa dibangunin. Ya, gini akhirnya!
Sampai-sampai jatuh nggak ngerasa jatuh, saking lelapnya!" ucap Yanto
"Kali aja, emang nggak pernah baca doa sebelum tidur!" timpal Samsul.
"Iya, bener! Pasti, tadi nggak sholat tahajjud" sahut Heri
Deni masih terlihat bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dan terlihat hanya
nyengir karena malu. "Udah-udah! Sekarang sholat shubuh. Tuh sudah adzan" selaku.
Kami pun beranjak pergi kekamar masing-masing, untuk mengambil sajadah. Setelah itu
kami berangkat pergi ke masjid bersamaan.
*** Selesai pulang dari masjid. Aku langsung mengambil al ma"tsurat. Dzikir pagi dan
petang. Teman-teman kontrakanku, sudah kembali menjalankan aktifitas yang tertunda.
Menjalankan, apa yang sudah menjadi rutinitas mereka. Meneruskan mimpi-mimpi
indahnya. Bertemu dengan bidadari surga. Nahkan, bidadari lagi.
Sudah jadi kebiasaan dikeluargaku. Kalau sudah bangun pagi, sholat shubuh.
Dilarang untuk kembali tidur. Bapakku, bisa ngomel-ngomel seharian. Kalau tahu
anaknya tidur setelah sholat shubuh. Katanya nanti nggak disiplin lah, orang yang tidur
itu nggak dapat rezekilah atau pintu rezeki ditutup oleh Allah. Aku dulu, jengkel juga
sama Bapak. Masa, orang masih ngantuk-ngantuknya tidak boleh melanjutkan tidur.
Malah disuruh untuk mandi. Kan, dingin.
Tapi setelah itu aku benar-benar tahu kenapa Bapak menyuruh keluarga kami
untuk tidak kembali tidur selesai sholat shubuh. Hikmah yang paling mendasar baru aku
ketahui saat ini. Saat aku sudah terbuai dengan kenikmatan dakwah ini. Kenikmatan yang
akan memberikan aku pencerahan kembali. Pencerahan atas nama Rabb penguasa alam.
Atas nama Al Haq dari segalanya. Dari apa yang ada di alam semesta ini. Sang Ilahi.
Pukul 05.30, sudah kebiasanku juga. Setiap pagi harus selalu diselingi dengan
olah raga. Minimal pemanasan otot dan lari pagi. Atau kalau lagi malas, biasanya aku
bermain sepak bola, di komputerku. Bisa untuk melemaskan otot-otot tangan dan
jemarikan!. Setelah itu, baru mandi.
"Tlluuutt".tlluuuut" telfon berdering tepat pukul 06.00. Saat itu aku sedang asyikasyiknya bermain sepak bola, liga Italy di komputerku. Karena asyik banget, akhirnya
aku biarkan saja. Itung-itung bikin teman-teman bangun, dan mengangkat telphonenya.
Benar juga, akhirnya Deni yang mengangkat telphonnya.
"Akh, Khalid. Ada yang telephone!" panggil Deni.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Tumben, ada yang menelephonku pagi-pagi. Biasanya, pagi-pagi seperti ini Samsul
yang dapat telephone. Kadang, para Akhwat yang nelphone Samsul. Ngingetin kalau
siangnya ada Syuro". Biasalah ketua LDK. Yang pelupa, dan susah diingetin. Gimana
mau ngingetin, ponsel aja kadang masih pinjem teman-teman. Hem, sama kayak aku
dulu." Aku pause FIFA ku. Lalu melangkah untuk menerima telephone.
"Wah, akhi Khalid! Pagi-pagi sudah ditelphone akhwat. Suaranya merdu loh akh.
Ingatlah akh. Awas, berkhalwat." Ucap Deni bercanda.
"Hem, kok mikirnya su"udhon terus! Nich ikhwan, lupa sama akhlaq yach?" jawabku
sekenanya, sambil mengambil gagang telphone.
"Afwan, bercanda akh!" jawab Deni.
"Assalamualaikum!" salamku pada seorang yang menelphoneku.
"iya, ini Khalid yach?" jawab si penelphone.
Nih akhwat, di doa"in kok nggak bales doa sich. gumamku kesal, dalam hati. "iya benar,
ini Khalid! Mbak siapa yach?" jawabku.
"Khalid, ini aku! Nova" jawab si penelphone
Aku terpaku, termangu. Nova, gadis cantik yang aku lihat. Gadis, yang membuatku
melupakan kenikmatan untuk menyembah Al Haq. Melupakanku dalam memohon
ampunan dosa-dosaku. Gadis, yang membuat dosa baru buatku. Gadis, yang melenakan
aku dengan Ilahi. "Hallo, Khalid! Kamu kok diam" Kamu kenapa?" ucap Nova kebingungan.
"Nova" Yang temannya Hendra itu yach?" tanyaku.
"Iya! Apa kamu lupa?" jawabnya singkat
"Oh, iya aku ingat! Kamu dapat nomor telponku dari mana?" tanyaku heran
"Dari, Hendra! Kenapa?"
"Oh nggak apa-apa! Cuman, nanya aja kok. Ada, keperluan apa Nov" ucapku
"Gini, Khalid. Aku pengen tanya-tanya kekamu, tentang Islam! Aku pengen balajar
banyak tentang Islam" Jawabnya
Hem. Ada apa nich, kok nich cewek langsung pengen tanya-tanya tentang Islam.
gumamku dalam hati. Aku langsung teringat. Teringat dengan Nova. Teringat dengan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net wajahnya. Teringat dengan akhwat, yang sama persis dengan wajahnya Nova. Teringat
dengan rencanaku memadu-memadukan wajah akhwat itu dengan Nova. Teringat aku
akan meminta tolong sama Deni, untuk mendesain wajah akhwat itu dengan wajahnya
Nova. Tetapi aku harus tetap khusnodhon terhadap Nova. Aku takut, jangan-jangan jika
aku berfikir yang tidak baik maka Allah akan mengabulkan apa yang aku pikir. Karena
Allah kan menurut apa yang diprasangka hambanya. Jadi, aku harus berprasangka baik.
Biar Allah mengambulkan kebaikan itu pula.
"Wah, aku jadi tersandung ee tersanjung! Seorang ketua UK3 mau belajar agama Islam"
jawabku sekenanya. "Yee" orang mau belajar kok diolok-olok!" ujar Nova, terdengar sinis.
"Nggak! Bukan aku bermaksud mengolok-olok, cuman aneh aja" jawabku
"Nggak anehlah! Seorang yang ingin mengetahui agama orang lain, itukan wajar!"
jawabnya Kini saatnya aku harus mendakwai orang non muslim. Kini saatnya, aku membuktikan
kebenaran ajaran Islam. Meskipun benak-benak qolbu berontak, bertanya-tanya tentang
kebenaran ketulusan Nova dalam belajar agama Islam. Tapi kalaulah seandainya dia
memang ingin berdebat denganku. Insya Allah, aku sudah bersiapsiaga.
"Hem, Ok deh! Kapan bisa mulai?" tanyaku
"Kamu, punya waktu kapan?" Nova balik bertanya.
"Insya Allah, nanti siang aku ada waktu!" jawabku enteng.
"Kalau jam 8 pagi, gimana?" tawarnya.
"Waduh, sorry! Aku ada bimbingan kalau jam segitu" jawabku.
"Baik, nanti jam 1 siang aku tunggu" jawabnya
"Tempatnya, dimana?" tanyaku
"Enaknya dimana yach" Kalau di kantin gimana?"
"Wah, kalau dikantin nggak kondusif. Lebih baik ditempat yang tenang aja"
"Hem kalau gitu, selesai kuliah aku tunggu kamu di Fakultas ekonomi kelas A"
"Ok, aku akan kesana!"
"Kalau gitu, sampai nantinya yach!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat Nova akan menutup telefonnya.
"Eh, tunggu-tunggu Nov. Jangan ditutup dulu telpnya!" sergahku
"Ada apa, Lid?" Nova terdengar agak heran.
"Enggak, gini loh. Kalau bisa, nanti kamu membawa teman yach! Biar kita nggak
berdua-duaan" pintaku.
"Loh, apa kamu nggak pengen berdua-duaan denganku, Lid" Kan, enak dua-duaan!"
jawab Nova sambil tertawa.
"Maaf, Nov. Kalau gitu aku nggak jadi aja deh! Aku nggak pengen melanggar apa yang
telah diatur oleh agamaku" jawabku ketus.
"Loh, sebentar Lid! Aku tadi cuman bercanda aja kok. Jangan dimasukkan kehati gitu
dong! Ok lah, kalau kamu pengennya seperti itu. Aku akan ajak temenku Rani, Dewi dan
Hendra" jawabnya "Nah, begitu kan lebih baik! Tidaklah diperbolehkan dalam Islam, laki-laki dan
perempuan itu bercampur baur atau bahkan malah berdua-duaan. Karena itu adalah
mendekati dosa! Dan, kalau untuk bercampur baur. Nanti aku akan atur biar nggak
terkesaan bercampur antara wanita dan laki-laki." Jawabku mantap.
"Hem. Ok Lid! Aku tungguh, da"..h!"
setelah itu yang terdengar hanya nada "tuttttt?""
Aku tutup telponku. Setelah itu, aku kembali lagi kekamarku. Hilang sudah
semangatku yang tadi telah berkobar-kobar berjuang untuk mengalahkan Roma. Dalam
games FIFAku. Aku matikan games FIFA, setelah itu aku gantikan dengan winamp.
Dengan serta mertapun semangatku kembali berkobar.
"Tujuan kita Allah yang perkasa
Teladan kita Muhammad tercinta
Panduan kita Al Qur"an mulia
Cita-cita kita Syahid dijalan Allah
Islam adalah Satu Satu iman satu jiwa satu hati
Adilnya tertinggi dihadapan Rabbi
Pada api bagi hindi tirani
Islam adalah Satu Satu pengorbanan dalam perjuangan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Menggenggam dunia selimuti angkasa
Kibarkan panji-panji kemenangan
Bangkit dan bersatulah Satukan tekat tuk raih kemenangan
Naungi dunia dengan kedamaian
Dibawah panji Islam nan mulia"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 5 "Begini, Lid! Kalau menurut pengamatan saya, ada sebuah hal yang mendasari seseorang
itu acuh tak acuh dengan hukum Islam itu sendiri. Sedangkan ada beberapa hal pola yang
harus kita ketahui, tentang judul skripsi kamu. Nah, saya melihat sebuah fenomena yang
mendasar pada negeri kita ini. Memang, hukum kita ini sangat mudah untuk ditarik ulur.
Atau dalam hal ini, banyak sekali undang-undang karet yang mudah untuk dimainkan
oleh penegak hukum. Entah itu Hakim, Jaksa, Polisi atau bahkan Pengacara sekalipun."
Prof. Susilo menarik nafas sebentar, setelah itu beliau melanjutkan analisisnya "yang
akhirnya terjadi adalah, sebuah anggapan bahwa hukum kita mudah untuk dibeli. Namun
persoalan yang paling mendasar dalam sebuah permasalah skripsi kamu, bahwa
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesungguhnya hukum Islam itu sendiri masih asing ditelinga orang Islam. Sehingga untuk
memunculkan Hukum Islam, apalagi hukum pidana Islam. Maka seseorang harus dapat
benar-benar paham tentang apa pola-pola keberadaan hukum tersebut. Contohnya, dalam
kasus Umar bin Khattab. Seorang pencuri pun, dapat diampuni hukuman potong
tangannya. Nah, itu terjadi karena kelalaian pemerintahan Umar bin Khattab sendiri.
Dalam hal ini, Umar bin Khattab merasa berdosa karena masih ada rakyatnya yang
kelaparan. Akibat kelaparan itulah seorang dapat mencuri. Ingat, Lid. Rasulullah pun
telah bersabda "sesungguhnya kemiskinan itu menyebabkan kekufuran." Nah, jika kita
melakukan hukum pidana Islam. Minimal rakyat sudah bisa hidup layak dan
mendapatkan makanan dengan mudah. Sedangkan faktanya, bahwa rakyat negara ini
masih sangat lemah perekenomiannya. Jadi Lid, menurut saya tingkat kesejahteraan
itulah yang mendorong seorang untuk bisa memahami tentang arti the rule of law! Kalau
menurut kamu gimana?"
Sejenak aku berfikir, memikirkan apa yang telah diucapkan oleh guru besar yang
satu ini. Memang analisis beliau terlihat gamblang, jelas dan ringkas. Dan langsung to the
point. Bahwa, kalau menurut penafsiranku tentang analisis beliau. Bahwa sesungguhnya
semua aturan (hukum) dapat ditegakkan jikalau pelaku hukum bisa menikmati
kesejahteraan dari aturan (hukum) tersebut. Dengan kata lain, tingkat perekonomian
masyarakatlah yang menjadi pedoman. Jikalau, sebuah masyarakat sudah mempunyai
tingkat perekonomian yang tinggi maka secara otomatis pendidikan masyarakat pun juga
tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka secara otomatis hukum akan
berjalan sesuai apa yang diharapkan. Tetapi, ada kejanggalan.
"Hem, begini Pak!" ucapku sambil terlihat memikirkan suatu hal. "Hukum, merupakan
aturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Jikalau hukum itu baik, maka
masyarakatpun ikut baik. Insya Allah!" ucapku
Terlihat Prof. Susilo memandangiku dengan seksama. Memperhatikan setiap ucapanku.
Dan sesekali mengangguk jika beliau setuju dengan pendapatku.
Setelah itu aku mengatakan "sebuah aturan atau hukum, baik yang sudah maupun yang
Pendekar Pedang Pelangi 9 Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok Kemelut Di Majapahit 12
Bidadari untuk ikhwan (Fajar Agustanto) Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Kata Pengantar Puji syukur kepada Allah yang telah menghantarkan segala apa yang ada dimuka
bumi ini menjadi berarti. Tidak ada satupun sesuatu yang diturunkan-Nya menjadi siasia. Sungguh kami sangat bersyukur kepada-Mu Yaa Rabb. Hanya denganmulah, tulisan
novel ini dapat kami selesaikan.
Novel Bidadari untuk Ikhwan adalah novel yang menjadikan transformasi dalam
keberadaan novel-novel Islam. Saya menjadikan novel Bidadari untuk Ikhwan sebagai ebook. Adalah hanya untuk dakwah. Sesaat, setelah beberapa bulan tidak ada tanggapan
dari penerbit-penerbit Islam. Akhirnya saya memutuskan untuk meng-ebookkan novel
ini, dan beberapa novel islam yang lain. Karena permintaan dari beberapa teman-teman
yang sudah membaca, dan mereka mengatakan bagus. Akhirnya saya menerbitkan karya
saya dengan cara yang murah. Novel yang saya tulis sendiri. Novel ini berkaitan dengan
novel Aku menggugat Akhwat & Ikhwan.
Seandainya ada teman-teman yang ingin mengirimkan novelnya untuk dijadikan
e-book dan dipublikasikan di website kami. Kami siap untuk menerbitkan novel anda,
dengan catatan. Semua yang ada di novel ini gratis, tidak ada biaya dalam pengorbitan.
Dan seandainya ada penerbit yang akan mengorbitkan novel anda, maka silakan anda
mengkonfirmasikannya kepada kami.
Sungguh tiada maksud lain, selain untuk berdakwah. Jika memang buku-buku kita
tidak bisa diterbitkan oleh para penerbit. Kenapa kita tidak menerbitkan karya kita
dengan cara kita sendiri. Semoga niat kita selalu terjaga dari indahnya dunia, dengan
selalu mengazamkan niat dalam dakwah.
Wassalamu"alaikum Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 1 "Akhi Khalid, antum sudah sholat dhuhur?" aku terbangun dari lamunanku saat Andi
teman satu LDK (Lembaga Dakwah Kampus) menepuk pundakku.
"Akh, antum mengagetkan ana aja! Oh iya, ana belum sholat dhuhur nich!" aku
menjawab sambil memakai tas ransel hitamku kembali, yang saat itu masih tergelatak
dilantai. "Akh, kalau gitu ayo kita kemasjid sekarang!" ajak Andi.
Aku hanya hanya menganggukkan kepala, sambil berdiri dan berjalan menuju masjid
kampus yang jaraknya tidak begitu jauh dari fakultasku.
Hem, nikmat benar air wudhu yang membasahi kulit-kulitku ini. Terasa semua
ringan dalam membasuh semua kotoran-kotoran dunia. Iqhomat sudah mengumandang,
tanda sholat akan dimulai.
"Benar-benar cantik, wanita tadi! Siapa dia" Aku baru melihatnya sekarang!" lamunku.
"Allahu Akbar!" aku tersentak saat Imam mengucapkan takbir rukuk.
"Masya" Allah, aku sedang sholat!" sertamerta pun aku langsung membuang jauh-jauh
pikiran yang telah menjauhkan aku dari kekhusyu"anku dalam sholat.
*** Kebutuhan rohaniku telah aku laksanakan, sekarang waktunya untuk kebutuhan
jasad ini. Dholim, jika aku mengacuhkan kebutuhan tubuh ini.
"Akhi, antum sudah makan?" tanyaku pada Ridwan teman satu LDK, yang sedang
duduk-duduk diserambi masjid.
"Ana, belum makan Akh! Kenapa, mau ngajak makan" Tapi ingat Akh, ana kalau makan
nggak suka kalau dikantin kampus kita ini!" ucap Ridwan
aku tersenyum sambil mengatakan "nggak suka, apa kemahalan?"
"hehehe, antum sudah tahu rahasianya yach!" Ridwan mengatakan sambil tertawa
"Kita kan sama-sama mahasiswa, tahulah yang dipikirkan! dan kita kan Al-Ikhwan
(saudara)! Jadi kita harus lebih mengetahui keadaan saudaranya sendiri!" kataku sambil
bernada sok mengejek Ridwan tertawa sambil mengatakan "antum ini, ada-ada saja! Benar juga, kita Al-Ikhwan
(saudara) jadi harus lebih tahu! Sekarang, Antum harus tahu kalau ana lagi boke"! Jadi
antum harus mentraktir ana!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, antum! kapan punya uangnya" Boke" kok terus! Ok lah, sekarang ana traktir"
kataku sambil tertawa dan mengajak Ridwan disebuah warung. Tentunya yang murah dan
enak. *** Hem, sepi sekali dikontrakan! Mungkin teman-teman masih ngisih kajian atau
mengikuti kajian pikirku dalam hati. Aku merogoh saku celana, mencari kunci kontrakan.
"Ini dia!" kataku. Aku buka pintu sambil berucap salam, tetap tidak ada yang menjawab
salamku. Mungkin memang teman-teman masih aktif dalam kegiatan masing-masing.
Biasanya kalau jam-jam tidur siang ini, teman-teman masih lebih aktif untuk berdakwah.
Biasanya Yanto, Deni, Heri dan Samsul selalu pulang sore, karena banyaknya aktifitas di
SKI (Sie Kerohanian Islam) fakultas mereka. Alhamdulillah kegiatanku sekarang sudah
tidak sepadat seperti mereka, mungkin teman-teman mengerti kalau aku sekarang lebih
disibukkan rencana untuk mengerjakan skripsi. Sehingga amanah-amanah dakwah, tidak
begitu banyak dibebankan kepadaku. Dulu, saat masih banyak-banyaknya aktifitas
dakwahku. Aku banyak sekali mempunyai binaan, mulai dari kajian anak-anak SD, SMP,
SMA, anak-anak jalanan sampai kajian para preman yang sudah tobat. Tapi
alhamdulillah sekarang lebih berkurang, sekarang aku hanya mengisi kajian ditempat
para preman saja. Pernah suatu hari, aku meminta tolong teman-teman untuk mengisi kajian para
preman. Ternyata teman-teman banyak yang belum siap untuk mengembangkan dakwah
dikalangan para preman. Sehingga kajian untuk para preman, masih tetap aku yang
mengisi. Memang sangat unik sekali saat bertemu dengan preman-preman itu, saat-saat
pertama mengenal mereka. Entah apa yang membuat para preman ini sadar, akan
pentingnya mengenal Islam lebih dalam. Perjumpaan yang sangat unik, saat aku selesai
mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang beruntung, aku berjalan sendirian
diperkampungan kumuh itu.
Disebuah pinggiran kali, aku berpapasan dengan tiga para preman. Mereka
melihatku dengan tatapan yang tajam, seakan aku adalah mangsa yang siap untuk
diterkam, dan tentunya sangat lezat. Jantungku berdetak kencang, aku merasakan
ketakutan saat berhadapan dengan para preman. Tak pelak aku pun beristikfar dalam hati
dan meminta perlindungan kepada sang Maha pelindung. "Sesungguhnya mereka itu
tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya,
karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu
benar-benar orang yang beriman (Ali Imran 175)." Aku teringat dengan apa yang
difirmankan Allah, sungguh dahsyat apa yang kurasakan setelah mengingat Ali Imran
ayat 175. Tubuhku seakan siap menjadi tentara Allah yang akan menghadang para
segerombolan kaum Bani Israil.
"Hai kamu! Kesini" teriak salah satu preman itu, memanggilku.
Dengan santai aku pun mendatangi ketiga preman itu "ada apa Bang?" jawabku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Jadi ini yach, Guru ngaji itu!" ucap salah satu preman yang berada ditengah.
"Iya Bos, dia salah satu dari guru ngaji itu!" jawab salah satu preman disebelahnya.
Aku hanya diam dan menatap mereka, serta bersiap siaga jika mereka akan berbuat
sesuatu kepadaku. "Apa benar kamu guru ngaji, yang ngajar digubuk sana?" tanya preman yang dipanggil
Bos, dan kemungkinan dia memang memang Bos preman didaerah kumuh ini.
"Iya benar!" jawabku singkat dan mantap, sambil sedikit menganggukan kepala.
"Hem, aku sudah mendengar kalakuan kalian pada anak-anak disini!" ucap si Bos
preman itu. "apa kamu nggak takut, sama kami!" ucapnya lanjut, dengan sedikit agak
membentakku. Saat itu aku hanya sedikit tersenyum lalu mengatakan "maaf kalau saya mengganggu atau
ada kelakuan saya dan teman-teman yang tidak mengenakkan, kami mengajar kesana
hanya untuk meningkatkan keilmuan anak-anak, serta mencari pahala yang dijanjikan
oleh Allah swt! Tidak ada maksud lain selain itu." Ucapku tenang dan tegas
"Jadi, kamu memang benar-benar tidak takut pada kami!" Bos preman itu membentak
keras kepadaku "Maaf, bukan bermaksud seperti itu! Saya dan teman-teman, mengajar dengan
keIkhlasan. Bukan mencari permusuhan!" jawabku mencoba untuk menenangkan
mereka. "Dasar bocah. Kamu sudah berani menginjak daerah kami!" ucap salah satu preman yang
berambut gondrong. "Sudah sikat saja!" ucap preman yang berbadan ceking, berambut cepak sambil langsung
bergerak mengepungku, tidak terkecuali preman yang berambut gondrong itu. Si Bos
preman hanya melihat dan diam saja.
Darah sudah mendidih, luapan emosi sudah menerjang pada ketiga preman itu. Aku juga
sudah bersiapsiaga menerima serangan dari kedua preman itu.
"Tak ada yang saya takuti selain Allah swt, jikalau saya mati disini! Maka akan banyak
tentara Allah yang akan menghajar kalian! Dan saya syahid dijalan-Nya" ucapku keras
Saat si preman gondrong akan menyerang, terdengar teriakan keras "HENTIKAN". Kami
menoleh pada Si bos preman itu. "Sudah, hentikan!" perintahnya lagi.
Aku masih tetap bersiapsiaga jika sewaktu-waktu mereka menyerangku.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Si Bos preman itu mendatangiku, lalu dia tersenyum sambil berkata "Hai anak muda,
siapa namamu?" "Khalid, Khalid Hendriansyah!" ucapku tenang dan tetap tegas.
"Baru kali ini, saya berhadapan dengan anak muda yang berani!" ucap Si bos preman,
selanjutnya dia mengatakan "sebenarnya beberapa kali, ada anak muda yang
mengajarkan ngaji pada anak-anak diperkampungan kumuh ini. Tetapi mereka adalah
anak muda yang munafik, mereka mengatakan kebesaran Tuhannya tetapi mereka
menakuti manusia. Mereka takut pada kami, para preman! Saat aku melihat kamu, aku
ingin menguji keberanianmu, aku ingin menguji keimananmu, ingin menguji kekuatan
kepercayaanmu kepada Tuhanmu. Dan menguji, apakah kamu dari golongan anak muda
yang munafik itu" Sungguh luar biasa keberanianmu, engkau tak takut akan kematian.
Bahkan engkau mencari kematian, kematian diatas nama Tuhanmu! Dan ternyata kamu
bukan dari golongan anak-anak muda yang munafik itu."
Nih preman gak tau kali ya, kalau aku sebenarnya juga takut! Tapi Alhamdulillah,
dengan pertolongan Allah swt, rasa takutku pun menjadi sebuah keberanian. Ucapku
dalam hati. Si Bos preman mendekat kepadaku, lalu menepuk pundakku sambil mengatakan "hai
anak muda, kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang
bagaimana mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya. Kami ingin
anak-anak kami di didik oleh orang-orang yang memang mengerti tentang Tuhan. Tidak
takut akan ancaman manusia, tetapi dia lebih menakuti ancaman-ancaman Tuhannya.
Sehingga anak-anak kami nantinya, menjadi seorang pemberani dalam hidup. Dan
termasuk dari golongan orang-orang yang shaleh." Si bos preman itu memandangi aku,
layaknya berharap kepadaku, berharap tentang ajaran kebenaran. Berharap akan
datangnya cahaya keIlahian. Setelah itu Si bos berkata "Khalid, jangan kamu kira bahwa
kami tidak perduli dengan masa depan anak-anak kami! Kami berpenampilan seperti ini,
karena kami ingin melindungi daerah ini, dari preman-preman yang lain! Dengan seperti
ini kami lebih leluasa untuk bergerak."
Aku tersenyum saat Si bos preman itu menatap tajam penuh makna, penuh pengharapan
dari orang yang menginginkan kebenaran. "Insya Allah, saya akan mendidik anak-anak
dilingkungan sini dengan ilmu yang pernah saya dapatkan! Saya hanya menginginkan
keridhoan Allah saja dalam berjuang, bukan yang lainnya." Ucapku.
"Terima kasih, Khalid! Dan jika kamu butuh apa-apa silakan panggil kami." Ucap Si bos
preman sambil akan beranjak pergi.
Saat dia akan beranjak pergi, serta merta pun aku langsung memanggil Si bos "maaf, saya
belum tahu nama Abang!"
Si bos preman membalikkan tubuhnya menghadap aku, dia tersenyum sambil menjawab
"Panggil aku, Jamal! Sampai jumpa Khalid"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat hendak Si bos preman alias Bang Jamal melangkah meninggalkanku, aku berteriak
"Assalamua"alaikum, Bang"
Bang Jamal menoleh, sambil tersenyum dan menjawab "Walaikumsalam" setelah itu dia
pergi. Aku tertegun sesaat, pikiranku menerawang mengingat apa yang dikatakan Bang
Jamal "Kami tidak ingin ada orang yang mengajarkan anak-anak kami tentang bagaimana
mengenal Tuhan, sedangkan dia sendiri tidak mengenal-Nya." Sungguh luar biasa apa
yang diucapkan Bapak Jamal. Tiada kata yang seindah dengan pengingatan keras, seperti
apa yang diucapkan Bang Jamal. Sungguh aku benar-benar takut, takut jika tidak dapat
mengemban amanah ini. Sebuah ucapan yang harus diperhitungkan, meski ucapan itu
diucapkan oleh orang-orang jalanan atau bahkan seorang preman.
Tiada hal yang harus kita singkirkan, dari pernyataan seorang preman yang begitu
agung. Mungkin pernyataan Bang Jamal, layak disetarakan dengan Aristoteles atau
mungkin Imam Ghazali, sungguh pernyataan yang tidak dapat diduga dari mulut seorang
yang masih tidak begitu mengenal tentang kebenaran dari Tuhan. Tapi tetap, Bang Jamal
adalah Jamal, bukan Aristoteles atau bahkan Imam besar Al Ghazali.
Yang aku tahu, dijaman seperti sekarang ini pernyataan yang di ucapkan oleh
Bang Jamal sangat langka. Kita lebih banyak tahu, tentang orang-orang yang selalu
berpikiran sempit tentang ajaran-ajaran kebenaran ini, Islam. Apalagi menganggap
bahwa, anak-anak yang mempelajari agama Islam, adalah anak-anak yang ketinggalan
jaman. Mereka mungkin lupa dengan apa yang dikatakan Imanuel Kant, bahwa tingkatan
paling tinggi dari estetika dan etika, dari derajat manusia adalah rasa keimanan yang
tinggi terhadap agamanya (relegius).
Setelah aku kenal bang Jamal, terjadi banyak hal yang memang membuatku
kagum dengan Dia. Sosok preman yang satu ini memang beda dengan preman-preman
yang lainnya. Dia tidak pernah meminta uang apapun didaerah kekuasaannya, apalagi
hanya sebatas uang keamanaan. Tetapi tetap kerjanya Bang Jamal, jadi bodyguardnya
pemilik hotel. Kata Bang Jamal sich, pemilik hotel itu takut, takut kalau ada yang bikin
gara-gara dihotelnya. Jadi akhirnya Bang Jamal yang diminta perlindungannya.
Sungguh memang ironis dinegara kita ini, para penegak hukumnya sudah tidak
lagi dapat diandalkan sebagai penegak hukum yang sebenarnya. Hingga akhirnya orangorang yang punya uang pun, lebih aman dijaga preman dan satpam. Setalah sering
bertemu, akhirnya aku beranikan diri untuk mengajak Bang Jamal bikin kajian khusus
para preman-preman. Luar biasa tanggapan bang Jamal, ternyata sangat menerima sekali
ajakanku itu "ini yang ditunggu-tunggu dari dulu, jarang ada pengajian buat para
preman!" ucap Bang Jamal saat itu.
Tiada hal yang dapat menggembirakan hati ini, kecuali ajakan untuk berbuat baik
disambut dengan kebaikan pula. Sejak saat itulah, aku sering mengisi kajian para premanpreman. Dan akhirnya aku banyak tahu, nama-nama dari preman diwilayahku sendiri.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Lambat laun kajian para preman yang aku adakan semakin ramai saja, karena para
preman ini sering mengajak teman-teman preman lainnya untuk ikut ngaji juga. Beberapa
preman yang masih baru mengikuti kajian, banyak yang canggung. Sehingga sesekali ada
celetukan yang kadang jorok, lucu, atau bahkan mengharukan. Mengharukan, karena
ternyata banyak para preman ini yang tidak dapat membaca Al Qur"an, "baca Al Qur"an!
La wong baca koran aja susah kok" itulah celetukan menyayat hati. Dinegara yang
katanya sebagian besar umat Islam ini, ternyata tidak sedikit yang belum bisa membaca
Al Qur"an. Tapi tertera dengan jelas di KTPnya (Kartu Tanda Penduduk), ISLAM. "Jadi,
sebenarnya yang benar ini, yang mana" Islam KTP apa KTPnya yang Islam. Kalau Islam
KTP sich masih punya identitas keIslamannya, nah kalo KTPnya yang Islam berarti yang
Islam itu"." Gumamku dalam hati
Hari-hari yang aku lalui dengan para preman, ini sungguh memberikan kesan
yang tersendiri. Kesan yang membuatku kagum dengan semangat mereka, semangat yang
ingin lepas dari jeratan syetan. Sungguh besar rahmat Allah, disaat banyak orang yang
menjauhi agama Islam, tetapi mereka dengan berbondong-bondong belajar agama yang
haq ini, Islam. Mereka tidak merasa malu dengan keIslamannya, bahkan hari demi hari
mereka menjadi bangga dengan apa yang mereka peroleh.
Sejak saat itu aku sering main kerumah bang Jamal, tak jarang pun bang Jamal
main-main ketempat kosku. Beberapa teman-teman aktivis dakwah sempat kaget, dengan
jalinan pertemananku dengan bang Jamal. Sampai-sampai Deni, dengan ceplas-ceplosnya
mengatakan "Akh, Khalid! Antum punya banyak binaan preman, kok gak disuruh untuk lebih
meningkatkan keimanannya! Sehingga dandanan para preman itu menjadi lebih sopan
lagi" "Sebenarnya, gini Akh! Seseorang diberikan peringatan tidak harus langsung, kita harus
mengetahui kadar keimanan dari seseorang yang akan kita beri peringatan. Ana takut,
kalau ana memberikan peringatan yang keras kepada mereka, akhirnya menjadi lari
dengan dakwah kita. Cukup tunjukkan perilaku kita saja, biar mereka meniru apa yang
kita perbuat, dan tidak usah banyak berkata-kata! Karena sesungguhnya, Islam adalah
agama prilaku! Maka berikan contoh, karena sesungguhnya contoh itu yang mudah untuk
ditiru." Memang ucapan Deni benar, tetapi suatu hal yang mendasar, yang diajarkan
Rasulullah kepada umatnya adalah rasa kasih dan sayang serta memberikan peringatan
dengan lemah lembut. Juga memberikan amanah kepada seseorang, dengan sesuai
tingkatan keimanannya. Tidaklah seorang yang bijak, jika menyeruhkan kebenaran tetapi
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
dia sendiri tidak melakukan. Tidaklah kebenaran itu akan terwujud, jika kebenaran itu
hanya berada pada ucapan-ucapan semata. Tidaklah ucapan-ucapan kebenaran akan
terwujud, jika perilaku si pengucap menyimpang dari perkataan kebenarannya. Orang
bijaklah, yang menyerukan tentang kebenaran, dan dia mengetahui kebenarannya serta
mengetahui kadar iman dari seorang yang akan diserunya.
Hari demi hari, pertemanan kami sangat dekat. Bang Jamal, sudah aku anggap
sebagai kakakku sendiri. Sehingga rasa kekeluargaan kami terasa begitu kental. Istri bang
Jamal, mbak Surtini juga sudah mengikuti kajian ibu-ibu yang diadakan oleh temanFajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net teman akhwat kampusku. Apalagi Joko, putra bang Jamal ini lebih senang datang ke
kajian dari pada pergi ke sekolah "sekolah itu bosenin, Ustad! Masa kerjanya cuman
belajar melulu, nggak ada mainnya." Itulah kata Joko saat aku tanya. Tapi memang, Joko
menjadi anak yang lebih cepat menangkap pelajaran agama daripada pelajaran-pelajaran
yang lainnya. "saya kan pengen kaya" ustad Khalid!" akunya polos. Saat Joko
mengatakan itu dengan polos, badan ini menjadi benar-benar bergetar. Beribu tanya
dihatiku "apakah aku layak dijadikan contoh, bagi Joko?" sering juga bang Jamal
mengatakan kepadaku, "Khalid, Joko benar-benar kagum dengan kamu! Sering aku tanya
tentang cita-citanya, dia selalu berkata. "aku pengen jadi ustad. Kayak, ustad Khalid!"
aku mohon jangan sampai kamu kecewakan Joko!." Sungguh ucapan bang Jamal menjadi
cambuk bagiku. Cambuk yang selalu mengingatkan aku, untuk selalu mendekatkan diri
pada Allah Azza wa jalla.
Beberapa kali saat aku mengisi kajian ditempat anak-anak yang kurang
beruntung. Selalu ada semangat baru bagiku, untuk dapat meningkatkan kualitas mereka.
Terutama kualitas dari pengetahuan agama mereka. Mungkin seperti itulah Allah,
memberikan kenikmatan berdakwah padaku.
Saat aku sedang mengisi kajian, aku didatangi oleh orang-orang yang tidak
dikenal. Sesekali mereka menanyakan tentang data-data daerah kumuh ini pada salah satu
RT. Setelah mereka mendapatkan data-datanya, mereka langsung pergi. Dan setelah itu
tak lama muncul sebuah kegiatan kemanusian, berupa pembagian sembako dan alat-alat
masak gratis. Dan anehnya kegiatan itu sangat mengetahui seluk beluk dari daerah
kumuh ini. Sehingga mereka dengan leluasa membagikan sembakonya kepada penduduk.
Entah dermawan mana yang membagikan sembako itu, yang aku harapkan tidak ada
maksud yang lain selain kegiatan kemanusiaannya.
Pertama-tama kegiatan pembagian sembako itu bersifat biasa-biasa saja, tetapi
lama kelamaan kegiatan sembako menjadi kegiatan kajian rutin. Entah siapa yang
mengusulkan kajian itu, tak pelak kajian keIslaman yang aku dan teman-teman adakan,
menjadi sedikit peminatnya. Apalagi kajian ibu-ibu yang diselenggarakan oleh para
akhwat kampus. Saat aku sedang mengadakan kajian rutin para preman, aku mencoba untuk
mengorek beberapa keterangan tentang para dermawan-dermawan yang membagikan
sembako. Dengan mengorek keterangan dari para preman, aku bisa leluasa mendapatkan
banyak ketarangan yang sangat berharga.
"Bang Jamal, tahu nggak kajian yang dilaksanakan setiap jum"at malam itu?" tanyaku
"Iya saya tahu, Khalid!" jawab bang Jamal saat itu
"Saya cuma ingin tahu, berapa banyak orang-orang yang datang disana?" tanyaku
"Sangat banyak yang datang kesana, Khalid! Bahkan beberapa dari kita pun pindah ke
kajian mereka" ucap bang Jamal
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Benar, banyak sekali warga kita yang ikut kajian mereka! Kabarnya sich, orang-orang
yang ikut kajian mereka itu dikasih uang saku plus oleh-oleh kalau pulang" ujar Dadang
preman gondrong anak buah bang Jamal.
"Loh, lalu kenapa bang Dadang nggak ikut kajian mereka?" tanyaku dengan heran
"Saya kok, merasa ada yang ganjil yach di kajian itu!" kata bang Jamal
"Benar Bos!" ucap bang Dadang. Selanjutnya dia mengatakan "saya pernah melihat
mereka yang wanitanya memakai jilbab. Seperti teman-teman mas Khalid yang pake
jilbab besar-besar itu! Tetapi saat saya melihat terus, ternyata saat masuk kedalam mobil,
mereka melepas jilbabnya. Dan disitu ada tiga wanita, empat laki-laki. Mereka terlihat
tertawa lepas, para wanita itu dipeluk oleh laki-lakinya! Saat itu saya sebenarnya mau
hajar mereka karena bertingkah tidak baik dan saya kira itu juga melecehkan ajaran
Islam. Tetapi saya urungkan, karena waktu itu saya sendirian. Takut juga, kalau
dikeroyok mereka!" "Dasar, penakut kamu! Siapa yang ajari kamu jadi pengecut begitu" bentak bang Jamal,
"kenapa kalau takut nggak bilang! Bisa aku hajar mereka. Aku nggak pernah ajari kamu
sebagai pengecut kan?" bang Jamal terlihat sangat emosi, melihat perilaku bang Dadang
yang menurutnya pengecut.
"Sabar bang, sabar!" ucapku sambil memegangi tangan bang Jamal. "sebenarnya bang
Dadang nggak salah bang, Islam mengajarkan kita untuk berani menindak kezaliman.
Tetapi Islam juga mengajak kita untuk bisa membuat strategi. Kalaulah bang Dadang saat
itu melawan mereka, dan setelah itu bang Dadang dihajar oleh mereka atau bahkan
dibunuh oleh mereka! Maka saat ini kita tidak akan tahu perbuatan yang dilakukan oleh
mereka. Dengan begini kita akhirnya tahu apa yang dilakukan oleh mereka. Tetapi
seandainya jika bang Dadang melawan mereka, meskipun bang Dadang kalah atau
bahkan mati. Maka bang Dadang akan mendapatkan pahala, dan kematian bang Dadang
adalah syahid. Surga adalah balasan bagi orang-orang yang syahid. Untuk saat ini
sebaiknya kita pantau kelakuan mereka, para pembagi sembako itu!" ucapku tegas.
Semua yang hadir saat itu terlihat setuju sambil menganggukkan kepalanya. Sejak
saat itu, aku dan teman-teman lebih intensif memusatkan perhatianku pada gerak-gerik
para dermawan itu. Dan bang Jamal, sebagai spionaseku untuk mengorek semua kegiatan
yang dilakukan oleh mereka.
"Ada maksud apa dibalik semua ini?" itulah sebuah pertanyaan besar, bagi kami
para aktivis dakwah ini. Dan pada saat itu, muncul ideku untuk ikut kajian para pembagi
sembako itu. . *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat itu jum"at malam, pengajian diadakan ditempat rumah Bapak RT. Banyak
sekali yang datang menghadiri. Saat akan masuk ke tempat pengajian, para penyambut
tamu sudah bersiap memberikan makanan. Makanan-makanan yang memang lezat-lezat
itu mengundang sekali untuk disikat. "hem, bagaimana tidak senang! Yang hadir saja
dikasih makanan lezat kayak gini" gumamku sendirian.
Saat itu Samsul yang aku ajak untuk menghadiri kajian tersenyum, lalu mengatakan
"Wah, Akh. Dakwah kita memang kalah canggih yach!"
Saat aku melihat sekeliling, terlihat memang tidak ada yang perlu dicurigai.
Hanya saja, memang terlihat beda sekali dengan sistem kajianku. Terlihat beda karena
aku bisa melihat para wanita yang juga ikut dalam kajian jum"at itu. Mereka mungkin
lupa untuk menggunakan hijab (batasan/penutup) antara wanita dan pria.
Saat aku melihat sekitar, mataku melihat sosok seorang gadis berjilbab lebar yang sedang
membagikan makanan kecil kepada para wanita. "siapa dia" Kayaknya aku mengenal
dia! Hem, dimana yach?" pikirku. Memang aku merasa mengenal wajahnya.
Seorang ustad memakai sorban, naik ke mimbar yang sudah disediakan. Terlihat memang
meyakinkan sekali orang itu. "oh namanya, kyai Badrul!" gumamku saat kyai itu
mengenalkan namanya diawal pembukaan, baru kali ini aku mengenal kyai Badrul.
Beberapa saat setelah lama ustad itu berceramah, dia langsung berkata "sesungguhnya
agama Islam itu agama yang pasrah! Jadi sesungguhnya, orang-orang yang pasrah adalah
orang-orang yang beragama Islam. Meskipun dia tidak beragama Islam, kalau dia pasrah
kepada Tuhannya, maka dia orang Islam" kata kyai Badrul yang saat itu sedang
berceramah didepan mimbar.
Sontak saja aku dan Samsul yang mengikuti kajian itu, saling berpandangan. Wajah
Samsul terlihat geram "Akh, ini nggak bisa dibiarin! Ini namanya pendangkalan
akhidah!" ucapnya lirih.
"Tenang, Akh. Jangan gegabah, kita lihat dulu maksud dari kyai yang baru kita kenal ini"
jawabku lirih pula. "Sesungguhnya, Islam itu adalah rahmat bagi seluruh alam! Jadi, untuk bisa menjadi
agama yang rahmat, orang Islam haruslah saling menghormati dengan agama yang
lainnya. Agar tercipta kehidupan saling menghormati, ucapkanlah selamat jika ada agama
lain yang sedang merayakan perayaan! Karena Islam agama rahmat, ucapan selamat itu
adalah ucapan rahmat!" kata kyai Badrul saat masih berada diatas mimbar.
Sontak pun aku dan Samsul saling memandang "Akh, ini memang nggak bisa dibiarkan!
Ini sudah pendangkalan akhidah" ucap Samsul padaku
"Iya benar, ini memang sudah pendangkalan akhidah umat Islam! Entah kyai mbeling
dari mana dia, dengan seenaknya ngomong kejamaah umat Islam seperti itu!" ucapku
lirih Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, setelah ini kita harus gerak cepat! Sebelum banyak orang yang akan didangkalkan
akhidahnya" pintaku ke Samsul.
"Iya, kita harus gerak cepat!" jawab Samsul pasti.
Saat kyai Badrul selesai berceramah, datang beberapa bingkisan makanan.
Bingkisan makanan itu dibagikan untuk oleh-oleh para jamaah yang hadir disitu. Saat
pembagian sembako itulah aku melihat, sosok cantik yang berjilbab lebar itu lagi. Aku
benar-benar menatapnya, sambil mengingat-ingat dimana aku pernah berjumpa dia.
Aku kaget saat Samsul menyikutku pelan, sambil berkata "Akh, antum jangan lihat
akhwat terus! Ingat, pandangan pertama itu dari Allah tetapi selanjutnya dari syetan! Tapi
akh, memang tuh akhwat cantik juga yach!"
"Ana, nggak melihat akhwatnya! Ana cuma melihat wajahnya" ujarku
"Hem, dibilang ngelihat akhwat nggak mau! Tapi malah bilang, melihat wajahnya
akhwat. Ini malah lebih parah, Akh!" ujar Samsul sambil tersenyum.
"Yee, akh. Antum seharusnya dengerin ana dulu, jangan langsung potong pembicaraan
ana. Ingat Rasulullah itu pantang memotong pembicaraan orang!" ucapku kecut.
"hehe, begitu aja marah! Ana kan cuma bercanda, Akh!" ucap Samsul sambil
cengengesan. "Akh, sebenarnya ana merasa pernah bertemu dengan tuh Akhwat! Tapi ana lupa
dimana?" ucapku dengan mengingat-ingat kembali.
"Hem, coba di ingat lagi! Ana juga heran, kenapa ada akhwat yang ikut kyai mbeling
kayak gitu, ya akh!" ucap Samsul sembari mengambil makanan yang dibagikan saat awal
masuk pengajian. "Yee, antum ini gimana! Masa benci kyainya, tapi memakan pemberian kyai Badrul"
kataku dengan nada bercanda mengejek.
"Hem, selama makanan ini nggak haram, kan boleh dimakan! Ingat Akh, ambil kuenya
jangan ambil akhidahnya" jawab Samsul sambil mengunyah kue lalu tersenyum.
Aku tersenyum sambil mengatakan "Dasar, mahasiswa kontrakan!"
Saat aku masih melihat kearah wanita itu, wanita berjilbab itu menatapku sambil
terlihat menajamkan matanya kearahku. Tak lama setelah beradu pandang denganku,
wanita berjilbab itu langsung meninggalkan tempat dengan tergesa-gesa. "Akh, ana rasa
akhwat itu mengenal ana! Antum tadi lihat nggak ekspresi wajahnya, saat ana beradu
pandang dengan akhwat itu! Dia terlihat terkejut, dan dia langsung meninggalkan tempat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pembagian oleh-oleh untuk para jamaah! Akhwat itu terlihat sangat terburu-buru sekali"
ucapku serius. "Iya akh, tuh akhwat gimana nggak lari! Lah antum, ngelihatin akhwat kayak mau
gebukin maling. Terang aja dia lari!" setelah itu Samsul terlihat serius sambil
mengucapkan "Atau mungkin dia terpesona kali akh, sama antum. Biasalah, siapa yang
nggak terpesona dengan antum. Pangeran tampan dari negeri kodok" ucap Samsul
dengan masih mengunyah kue yang hampir habis, sambil cekikikan sendiri.
"Hem, nih Ikhwan! Becanda mulu", apa nggak ingat kalau sering tertawa itu bisa
mematikan hati!" jawabku jengkel.
Sambil cengengesan Samsul mengatakan "Afwan akh, afwan!"
Saat kami semua sudah mendapatkan bingkisan masing-masing, dan bergegas
pulang. Dan pada saat kami akan pulang, aku menyempatkan memeriksa bingkisan yang
sedang berada digenggamanku. Dan ternyata "masya Allah, berisi uang saratus ribuan"
gumamku dalam hati. Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 2 Waktu terus bergulir, roda kehidupan terus berjalan. Dengan rasa malas aku
berjalan menuju ruang kamarku. Dirumah kontrakan yang kusam ini, rumah ini
mengingatkanku pada rumah yang ada didesa. Rumah tua, yang dihuni oleh Ayah, Ibu
dan Nurul adikku yang masih duduk dibangku SMU. Entah sekarang bagaimana keadaan
Ayah dan Ibu, semoga mereka baik-baik saja. Aku juga kangen dengan Nurul, kangen
saat bertengkar dengan Nurul.
Kuletakkan tas yang sudah lama berada dipunggung ini, sambil duduk dalam
kasur kusam yang selalu menyangga dalam setiap tidurku. Rasa penat melanda dalam
setiap relung pikiranku, ditambah dengan rasa capek yang mendera ditubuhku. Ingin
rasanya aku langsung terbuai dengan mimpi-mimpi indah. Mimpi-mimpi bertemu dengan
para syuhada, dan bertemu dengan bidadari surga. Kalau mimpi yang kedua itu, pasti
selalu ditunggu-tunggu. Saat aku lihat kaset IZIS (IzatullIslam) dengan bungkus dan
segel yang belum terbuka. Karena memang baru aku beli kemarin, berada diatas tape
Simbaku. Tape yang kubeli dengan menabung selama dua tahun, dan barang termahal
pertama sampai saat ini yang bisa aku beli. Dengan santai aku ambil kaset itu, serta
membuka bungkus dan segel kaset lalu memasukkan kaset kedalam tape.
"Dimana dicari pemuda kahfi
Terasing demi kebenaran hakiki
Dimana jiwa pasukan badar berani
Menoreh nama mulia perkasa abadi
Umat melolong di gelap kelam
Tiada pelita penyinar terang
Penunjuk jalan kini membungkam
Lalu kapankah fajar kan datang
Mengapa kau patahkan pedangmu
Hingga musuh mampu membobol bentengmu
Menjarah menindas dan menyiksa
Dan kita hanya diam sekedar terpana"
Sayup suara nasyid IZIS, serta hembusan kipas angin mini. Membuatku melayang
jauh dan terbang, terbang bersama segerombolan cahaya-cahaya yang terang. Tak
seberapa lama suara "Assalamualaikum"
Dengan lirih aku menjawab sambil tersenyum "Walaikumsalam". Aku benar-benar
merasa dalam segerombolan keindahan-keindahan yang datang kepadaku, datang dan
saling berpelukan. Memelukku erat, pelukan persaudaraan yang sangat erat dan kental.
Tak lama aku mendengar suara
"Akh, Akhi! Bangun. Sudah jam empat sore! Bangun, Akh. Apa antum sudah sholat
Ashar!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku mencoba untuk membuka mata, tapi mata ini terasa sangat
membukanya. Dan tubuh ini benar-benar sangat payah, serta sangat
digerakkan. Tak seberapa lama, aku pun bisa mengontrol diri. Ternyata
berada dikamarku. Sambil melihat kaset baruku. IZIS.
"Hem antum mengagetkan ana aja, akh!" ucapku dengan rasa yang sangat
bersandar pada dinding kasur yang terlihat cat-catnya mengelupas.
berat untuk susah untuk Yanto sudah malas sambil "Antum tadi jawab salam ana, tapi ana lihat antum masih memejamkan mata!" jawab
Yanto sambil membolak-balikkan kaset IZIS.
"Loh! Jadi antum tadi, yang salam! Ana kira itu salamnya cahaya-cahaya indah yang baru
ana lihat tadi" jawabku sambil mengusap-usap mataku.
"Iya itu ana! Wah, antum bermimpi apaan Akh" Nggak bermimpi ketemu bidadari di
surga kan?" jawab Yanto dengan senyum.
"Antum itu ada-ada saja, Akh! Antum dari mana, kok jam segini baru pulang?" tanyaku
"Ana, dari ikut kajian! Biasalah, hari ini ana kan Liqo"!" Ucap Yanto. Setelah itu dia
melanjutkan perkataannya "Akh, antum punya kasetnya IZIS yach" Wah pasti boleh
dipinjam nich!" "Antum, satu rumah kok pake" pinjam-pinjaman segala! Kalau mau pinjam ya ambil aja,
tapi setelah itu dikembalikan, jangan seperti biasanya! Atau antum putar di tape ana aja,
tape antum kan rusak akh!" ujarku sambil beranjak untuk berwudhu.
Tak lama setelah aku berwudhu, terdengar IZIS mengumandang keras.
"Berkobar tinggi panaskan bumi
Membakar ladang dan rumah kami
Darah Syuhada mengalir suburkan negri
Tiada kata lagi". Kami harus kembali!"
Saat aku lihat, ternyata Yanto memutar kaset IZIS sambil bernasyid dan
mengepalkan tangannya dengan bersemangat. Sungguh memang luar biasa, nuansa yang
ditimbulkan oleh nasyid. Nasyid bukan seperti lagu Islam yang lainnya, nasyid adalah ruh
dari setiap perjuangan para mujahid. Nasyid tidak seperti lagunya Gigi, yang
mengumandang keras tetapi tidak bersemayam dihati. Apalagi nasyid tidak seperti lagulagunya Dewa, yang bernada sombong seperti pemainnya. Nasyid bukanlah seperti lagulagu lainnya, karena nasyid punya pembeda, pembeda dari lagu cengeng percintaan yang
memabukkan.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Akh, tolong kecilkan! Ana mau sholat" pintaku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Akh, biar sholat antum lebih semangat lagi, jadi biar saja nasyid ini berkumandang
keras" ucap Yanto yang tetap mengangkat tangan sambil mengepalkannya.
"Akh, ternyata antum perlu diruqyah kalau gitu! Jangan-jangan ada jin bersamayam
ditubuh antum" gumamku kesal
"Hehe" afwan akh, tadi kan cuman bercanda!" jawab Yanto dengan mengecilkan suara
tape. Aku menggelar sajadah, bersiap untuk menghadap sang khalik. Menghadap sang maha
pemaaf. Menghadap sang Maha dari segalah maha yang ada di alam semesta ini.
*** Cuaca diluar sangat cerah, terasa mentari tersenyum dengan sinarnya. Panasnya
tidak terik, tetapi tidak pula mendung. Udara tidak panas, dan pula tidak dingin. Cuaca
benar-benar sangat bersahabat. Terbukti, banyak sekali hilir mudik orang-orang yang
lewat kontrakanku, terlihat wajah-wajah yang segar. Wajah-wajah yang siap menghadapi
hari yang lebih baik. Insya Allah.
"Akh, antum kok nggak siap-siap" Apa nggak ada kuliah!" tanya Heri
"Ana ada bimbingan jam sembilan! Jadi sekarang bisa nyantai-nyantai dulu" ucapku
"Wah yang lagi mau kelar kuliahnya, udah bersiap-siap nggak akh?" tanya Heri, sambil
menyeruput teh hangatku. "Emang, maksud antum apa akh" Bersiap-siap untuk apa?" jawabku
"Iya, berusaha bersiap-siap untuk melanjutkan sunnah Rasulullah! Menyempurnakan
agama kita" "Sunnah Rasulullah! Yang mana?" tanyaku heran
"Akh, antum kayak nggak tahu aja! Itu loh akh, sekretaris antum dulu, perlu
diselamatkan!" ucap Heri serius
"Ha.." maksud antum apa sich, akh?" tanyaku penasaran
"Antum, harus menyelamatkan ukhti Farah dari fitnah dunia. Juga dari orang-orang jahil
yang ingin menjahilinya! Jadi antum harus cepat menyelamatkan ukthi Farah! Nikahi
ukhti Farah" jawab Heri sambil tertawa.
Dengan tersenyum aku menjawab "Antum itu ada-ada aja! Kenapa bukan antum saja
yang menyelamatkannya!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Heri tertawa sambil mengatakan "Akh, kalau ana sich gampang! Tapi ana
mempersilahkan senior dulu. Dan lagi, Ukhti Farah kan termasuk jajaran-jajaran bidadari
Allah yang bisa dibilang sempurna! Apa antum nggak tertarik dengan Ukhti Farah?"
"Akh, udah nggak usah seperti itu! Ukhti Farah itu wanita yang paling sempurna.
Makanya ana takut mendekati wanita-wanita sempurna, seperti akhwat yang satu itu"
jawabku sekenanya "Antum, takut apa minder! Udah, ana berangkat dulu. Ana takut terlambat.
Assalamu"alaikum" jawab Heri sambil tertawa, sambil ngeloyor pergi
"Walaikumsalam" jawabku sambil tersenyum
Ukhti Farah, akhwat yang bisa dibilang sempurna. Semua terdapat pada
keagungan wanita, berada padanya. Aku tidak melihat kecantikan wajahnya, sebelum aku
melihat kelembutan hatinya. Aku memang belum pernah melihat wajah ukhti Farah, aku
hanya mendengar keagungan kecantikannya dari teman-teman kuliahku. Teman-teman
yang masih meninggikan kecantikan wajah, teman-teman yang masih belum tertarbiyah.
Tetapi saat dia menjadi sekretarisku pun, aku masih belum tahu kecantikan wajahnya.
Yang aku tahu, sungguh benar-benar kecantikan yang sempurna saat aku mengetahui
sikap dia. Dan mulai dari situlah aku benar-benar tidak membutuhkan lagi kecantikan
wajahnya, aku tidak butuh lagi mengetahui wajah cantiknya. Aku tidak butuh lagi
kecantikan pada jasadnya. Yang aku butuhkan, adalah kecantikan seorang wanita pada
dalam dirinya, pada tanggung jawabnya sebagai wanita. Yaitu wanita yang mempelihara
aurat-auratnya atas fitnah dunia.
Banyak akhwat yang aku kenal, tetapi memang tidak sesempurna ukhti Farah.
Dulu saat aku masih senang dengan cara jahilia, yaitu mengetest akhwat. Banyak akhwat
yang sering aku telphone. Dan banyak juga, akhwat yang dengan nada santai tetapi
benar-benar menghanyutkan. Bicaranya santun, tetapi topik pembicaraannya tidak pantas
untuk dibicarakan oleh seorang akhwat apalagi kader dakwah. Ada lagi seorang akhwat
yang tergesa-gesa menjelaskan sesuatu masalah, lebih-lebih lagi si akhwat memposisikan
dirinya sebagai orang yang paling tahu dan paling beriman. Ada juga akhwat yang
menjelaskan agama Islam, tetapi si akhwat menjelaskannya layaknya seorang marketing.
Sungguh memang benar-benar lucu. Dan kadang pula menjengkelkan dengan para
akhwat yang sok suci dan sok yang paling tahu itu. Tetapi itu dulu. Saat terakhir aku
menelephone ukhti Farah. Selesailah sudah perjalanan mengetest kemampuan para
akhwat. Dengan nada bicara yang santun, topik yang bagus dan bisa memposisikan
dirinya sebagai seorang yang sama dengan lawan bicaranya. Setelah itu, sebuah nasehat
yang bagus dari ukhti Farah
"Afwan, akh! Ana merasa, antum bukanlah ikhwan yang belum tertarbiyah. Ana takut
antum adalah ikhwan yang senangnya mengetest akhwat. Ana cuma mau berpesan
kepada antum, sebaik-baik muslim itu adalah seorang yang bisa menghormati muslim
satu dengan muslim yang lainnya. Dan bukan saling mengetest kemampuan
kepintarannya!" Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat itulah, akhirnya aku benar-benar paham. Bahwa sesungguhnya, sakitlah hati
seseorang manakala seseorang itu merasa dikerjain oleh saudaranya sendiri. Akhirnya,
aku tidak pernah lagi mempunyai keinginan untuk mengetahui tingkat kemampuan
saudaraku sendiri. Biarlah tingkat kemampuan dalam kepintarannya yang akan
membimbing dia menjadi seorang muslim yang sejati. Seorang muslim sejati tidak akan
memposisikan dia sebagai orang yang paling pintar dan beriman, seorang muslim sejati
tidak akan tergesa-gesa dalam menjelaskan sesuatu hal, seorang muslim sejati tidak akan
memberi sebuah penjelasan layaknya seorang marketing produk. Karena Islam adalah
agama perbuatan, maka perbuatanlah yang akan mencontohkan muslim yang baik atau
muslim yang buruk. Sejak saat itu aku memang benar-benar tertarik dengan ukhti Farah, bukan tertarik
karena wajahrnya. Tapi aku tertarik dengan keteduhan bahasa bicaranya, keteduhan yang
mungkin membuat manusia benar-benar ingat akan adanya siksa neraka. Sungguh benarbenar wanita yang sempurna. Tapi aku sadar bahwa aku bukanlah ikhwan yang pantas
untuk dia. Untuk wanita sesempurna ukhti Farah.
*** "Gimana Lid, dosen pembimbing kamu! Enak nggak?" sapa Hendra, teman kuliahku dari
belakang sambil menepuk pundakku. Saat sedang berjalan menuju fakultasku.
"Eh, kamu Hen! Tak kira siapa" jawabku sambil tersenyum
Dia tersenyum lalu berkata "Hem, dosen pembimbingku, nggak enak Lid! Masa aku
kalau mau ketemu harus janjian dulu. Dan nggak pernah ada di ruang dosen"
"Hem emang siapa, dosen pembimbing kamu Hen?" tanyaku sambil berjalan.
"Itu, Pak Hartono!" jawab Hendra
"Hem, pantes Hen! Pak Hartono kan super sibuk. Tapi enak loh Hen, Pak Hartono kan
orangnya sabar banget!" terangku
"Iya sich, tapi kalau gini terus aku nggak akan tepat waktu mengerjakan skripsiku" keluh
Hendra dengan wajah terlihat pasrah.
"Ya, nggak gitu Hen. Kalau kamu janji dulu sama beliau, kan beliau nanti bisa
menyesuaikan jadwalnya" sergahku sambil tersenyum
"Hem," Hendra manggut-manggut. "oh yach, dosen pembimbingmu siapa Lid?"
"Dosen pembimbingku, Pak Susilo!" jawabku sambil tersenyum
"Ha.. Pak Susilo! Yang bener kamu Lid?" Hendra memandangku tak percaya
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya. Pak Susilo! Kenapa?"
"Jadi kamu, satu-satunya mahasiswa yang dosen pembimbingnya Pak Susilo!" Hendra
masih terlihat tidak percaya.
Aku tersenyum sambil menjawab "iya..!"
"Ha"! Kamu mau dibimbing si Prof killer itu" Apa kamu dulu nggak milih
pembimbing?" "Aku memang milih Prof. Susilo Nugroho! Kasihan beliau nggak ada yang milih"
gumamku sambil tersenyum.
"Kamu gila, atau gimana sich Lid" Milih kok yang killer kaya dia" ucap Hendra sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebenarnya sich, aku milih Pak Susilo karena dia kan guru besar di fakultas kita!
Apalagi dia kan juga guru besar di Universitas ini. Jadi aku beruntung Pak Susilo mau
menjadi pembimbingku" kilahku sembari tersenyum banggga.
"Sekarang kamu ada keperluan apa kekampus" Apa ikut SP (Semester Pendek)?" tanya
Hendra "Hem sorry kalau Khalid ikut SP! Aku kan mau ketemu sama dosen pembimbing yang
baik hati" jawabku sambil tersenyum.
"Ok deh, met ketemu sama Prof killer itu! Lid aku mau ke kantin dulu yach." Ucap
Hendra sambil menepuk pundakku.
"Ok." Kantor dosen sudah terlihat didepan mata, tinggal beberapa langkah aku sudah
masuk dikantor yang dipenuhi pembimbing-pembimbing intelektual.
"Permisi, mbak! Pak Susilo sudah datang belum?" sapaku pada mbak Dina, pengurus
secretariat. "Ada, Lid. Masuk aja! Pak Susilo di mejanya" jawab mbak Dina.
"Terima kasih, mbak!"
Aku langsung menuju mejanya Pak Susilo. Benar Pak Susilo sudah berada di
mejanya, sedang mengerjakan sesuatu. Hatiku berdegup tak beraturan. Ini pertama
kalinya aku berhadapan langsung dengan Pak Susilo.
"Selamat siang, Pak!" sapaku
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dia menatap dingin padaku sembari menjawab sapaanku "Siang!" selanjutnya bertanya
dengan tatapan yang dingin "Ada perlu apa?"
Jantungku saat itu benar-benar berdegup kencang, layaknya seorang ikhwan yang
sedang ditawari Murrabi untuk menikah. Bertemu dengan pakar hukum yang satu ini,
membuatku merasa sangat canggung. Bagaimana tidak canggung, Pak Susilo merupakan
tetua dari para dosen hukum difakultasku. Dan beliau merupakan dosen yang tidak
diragukan kemampuannya. Selain kemampuannya, yang membuat dia benar-benar
disegani oleh semua mahasiswa dan dosen difakultasku, adalah ketegesannya dalam hal
apapun. Termasuk masalah nilai. Pak Susilo tidak dapat diganggu gugat masalah nilai. Di
fakultasku banyak sekali dosen yang mudah merubah nilai, entah karena apa mereka
dapat merubah nilai. Tapi untuk Pak Susilo, sebuah nilai ujian tidak dapat diganggu
gugat, dan tidak dapat dirubah. Aku benar-benar senang dengan prinsip dosen yang satu
ini. Karena, meskipun aku jarang sekali mengikuti perkuliahan beliau. Tetapi aku tetap
bisa mengerjakan ujian-ujian yang diberikan oleh beliau. Dan nilaiku bisa dikatakan
sangat memuaskan. Karena saat itu memang aku sangat sibuk dalam organisasi, sehingga
jarang sekali aku masuk kuliah. Tetapi aku tetap mempelajari semua mata kuliah.
Sehingga aku tidak ketinggalan dengan mahasiswa yang lainnya.
"Saya Khalid, Pak! " jawabku tenang
"Hem jadi kamu, mahasiswa yang sok pintar itu yach!" ucap pak Susilo sinis.
Aku hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecut. Jantung ini semakin berdegup
kencang. Apalagi kata-kata Professor killer ini benar-benar menyakitkan.
"Khalid, mahasiswa yang sukanya menuntut. Mahasiswa yang sukanya demonstrasi.
Mahasiswa yang sukanya manantang para dosen. Apalagi sok idealis!" pak Susilo berkata
tanpa melihatku, sambil merapikan beberapa berkas-berkasnya.
Darah muda mulia memuncak. Ucapan sang Professor sudah tidak dapat didiamkan.
Keras sekali penghinaannya padaku. Saat aku akan mengucapkan sesuatu, pak Susilo
berdiri sambil menghadapku. Dengan nada mengejek "baik, kalau kamu ingin saya
menjadi dosen pembimbing kamu! Saya ingin sekarang juga, memberikan soal kuis
kepada kamu. Jika seandainya jawaban kamu tujuh puluh persen banar, maka saya
bersedia. Tetapi jika kurang dari itu, maka saya akan bilang ke dosen-dosen yang lain
untuk tidak menerima seorang mahasiswa yang hanya suka omong besar!"
Aku benar-benar tertantang dengan ucapan pak Susilo. "baik, saya siap!" jawabku
enteng. Terlihat pak Susilo masih mamandang sinis kearahku.
Dalam hati aku berfikir, bahwa ini saatnya aku menunjukkan kemampuanku
didepan dosen sacara langsung. Aku ingin membuktikan, meskipun aku jarang mengikuti
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net kuliah, tapi aku tetap bisa mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh para dosen.
Meskipun aku tidak pernah masuk, bukan berarti aku tidak kuliah, apalagi tidak bisa
mengerjakan soal-soal kuliah. Kuliah hanya aku anggap sebagai alat mengambil ijazah
saja, karena kuliah yang sebenarnya adalah mendapatkan pengetahuan dari sumber
manapun. Dan inti dari kuliah adalah belajar. Jadi, bukan berarti orang yang tidak kuliah
tingkat keilmuannya rendah. Apalagi menganggap bahwa orang yang tidak kuliah, tidak
belajar. Pak Susilo memberikan lembaran kertas yang berisi soal-soal kepadaku. "Ini kerjakan!
Saya kasih kamu waktu satu jam" ucap pak Susilo tegas.
Pak Susilo duduk tak jauh dari hadapanku. Dengan tenang aku mengambil kertas itu,
santai aku mengerjakan soal-soal yang diberikan pak Susilo. Meskipun memang banyak
soal-soal yang sulit, tetapi aku tetap yakin bahwa aku bisa mengerjakannya. Sebuah
pertaruhan yang sangat berat, antara sebuah nama baik, nilai dan soal-soal ujian. Jikalau
aku tidak bisa mengerjakan soal-soal itu, yang akan terjadi adalah sebuah petaka buruk
bagiku apalagi untuk organisasi dan teman-teman yang sangat mempercayaiku.
"Baik, waktu sudah habis!" ucap pak Susilo mengagetkan aku.
Untung semua yang aku kerjakan sudah selasai, tetapi entah benar apa tidak. Aku
tidak tahu, hanya Allah swt dan pak Susilo yang tahu. Kertas soal dan jawaban aku
serahkan. Dengan teliti sekali pak Susilo memeriksa jawaban soal-soal kuis. Wajahnya
terlihat sangat dingin, dan terkesan sangat acuh sekali. Berkali-kali terlihat pak Susilo
menggeleng-gelengkan kepala, sambil terlihat kecewa. Aku hanya diam, menatap kosong
kedepan. Menyesali kesombongan, kesombongan yang membuat aku jatuh pada lubang
yang tak termaafkan, kesombongan yang membuat harga diriku runtuh terpinggirkan
dalam jiwa yang tak tenang.
"KHALID!" ucap pak Susilo dengan mengeraskan suaranya, aku sedikit kaget waktu itu.
Setelah itu pak Susilo berkata "Hem, benar ternyata. Aku sangat meragukan kemampuan
kamu. Ternyata kemampuanmu, lebih dari yang saya bayangkan!"
Aku masih diam, tidak mengerti tentang ucapan pak Susilo.
"Khalid, aku memang sudah menduga. Bahwa kamu memang mahasiswa yang brilian,
saat banyak dosen-dosen yang meragukan kemampuanmu dalam menerima perkuliahan.
Saya mengetahui kamu memang mahasiswa pintar. Jadi, akhirnya saya yakin bahwa
kamu benar-benar mahasiswa yang pintar" ucap pak Susilo dengan tersenyum puas.
Selanjutnya pak Susilo melanjutkan ucapannya "sekarang, kamu bisa menunjukkan judul
skripsi yang akan kamu pakai"
Subhanallah, Alhamdulillah, Allahuakbar, ucapku berulang-ulang dalam hati. Sungguh
tiada suatu yang lebih menggembirakan dalam hati kecuali, seorang professor yang
merekomendasi ilmuku. Merekomendasi tentang apa yang aku peroleh dari belajarku.
Aku merasa benar-benar memenangkan sebuah pertarungan. Memenangkan sebuah
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net pertarungan yang mempertaruhkan sebuah kehormatan. Memenangkan sebuah pemikiran
baru, bahwa kuliah bukan berarti harus kuliah.
"Perspektif hukuman mati dalam Hukum Pidana Positif dan Hukum Islam" jawabku
Sambil mengernyitkan dahinya pak Susilo berkata "Hem, kayaknya bagus. Apa kamu
sudah dapat bahan-bahannya?"
"Hem, Insya Allah sudah Pak! Tinggal di ketik" ucapku mantab
"Ok, saya tunggu! Saya sudah percaya dengan kamu, dan saya tidak meragukan
kemampuan kamu" ucapnya tegas.
"Baik Pak, kalau gitu saya permisi dulu!"
"Baik, saya akan tunggu hasil-hasil yang sudah kamu tulis"
Setalah berdiri, aku langsung berpamitan. Tetapi saat aku akan berpamitan. Pak Susilo,
memanggilku "Khalid, saya orang Islam! Perlakukan saya seperti orang Islam"
"Oh maaf pak, Assalamualaikum" ucapku saat berpamitan
Pak Susilo tersenyum sambil menjawab "Walaikumsalam"
Tekad maju penuh kemanangan, senandung nasyid kunyanyikan dalam hati
"Langkah ini langkah-langkah abadi
Menapak gagah laju tanpa henti
Langkah ini langkah-langkah abadi
Menapak gagah laju tanpa henti"
Sebuah kemulian yang diberikan oleh Allah Azza wa jalla. Pada para mujahid dan
mujahidah yang melaju menegakkan kebenaran menyingkirkan kebathilan. Dan Allah
pasti akan menolong hambanya yang telah berjuang didalam agama-Nya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 3 Aku keluar dari sekretariat dosen, dengan penuh kemenangan. Kemenangan awal
yang akan diikuti oleh perjuangan yang lainnya.
"Hey, Khalid! Gimana bimbingan dengan si Prof killer itu?" sapa Hendra, yang saat itu
berada disampingku. "Alhamudillah, semua beres!" ucapku penuh kemenangan
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wah, enak ya kalau aktivis" ujar Hendra
Aku tersenyum sambil mengatakan "makanya, kenapa dulu nggak jadi aktivis!".
Belum tahu dia tentang perjuanganku untuk mempertahankan nama baik. Dan
belum tahu dia kalau keteganganku saat menghadapi Professor Susilo Nugroho bagaikan
tawaran untuk menikahi seorang akhwat, ucapku dalam hati.
"Kamu mau kemana sekarang, Lid?" tanya Hendra
"Mau, kesekretariat LDK! Kenapa" Mau ikut!" jawabku enteng
"Nggak! Sebenarnya aku ada perlu sama kamu, kalau kamu nggak repot!"
"Wah, ada perlu apa nich" Nggak kok, aku nggak repot!"
"Lid, gimana kita kalau duduk disitu!" Hendra menunjukkan tempat duduk di taman
fakultas hukum. Yang saat itu beberapa tempat duduk yang masih dipenuhi mahasiswamahasiswi yang sedang berkumpul. Entah apa yang mereka lakukan.
Aku mengangguk setuju. Setelah duduk di kursi paten beton. Hendra langsung mengatakan sesuatu yang
mengganjal hatinya "Sebenarnya gini Lid!" Hendra mengatakan tentang sesuatu yang
mengganjal pada hatinya. Sesuatu yang membuat dia resah. Membuat dia merasa
bingung harus ditanyakan kemana sebuah persoalan yang berada pada rongga pikirannya.
"Lid, aku mendapat SMS juga mendapat berita dari temanku. Akan ada sebuah
penyerangan besar yang ditujukan kepada orang-orang Kristen. Akan ada sweeping
besar-besaran yang dilakukan oleh umat Islam kepada orang-orang Kristen. Dan setiap
wanita Kristen akan diperkosa, laki-lakinya akan dibunuh!" ucap Hendra serius.
Hendra adalah seorang penganut Kristen yang sangat dekat danganku. Seorang
Kristen yang sangat mendukung tentang Hak Asasi dalam beragama. Seorang yang tidak
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net suka menghalalkan segala cara untuk menggapai tujuannya. Seorang yang toleran dalam
beragama. "Boleh aku lihat SMSnya?" pintaku
Hendra langsung mengambil HPnya. Dan langsung memperlihatkan SMS gelap itu
kepadaku. "Assalamualaikum, untuk orang Islam semua. Seruan untuk mensweeping
umat Kristen. Kita habisi mereka. Kita perkosa wanita-wanitanya, kita bunuh lakilakinya. Jangan ada ampun kepada umat Kristen yang kita temui. BUNUH mereka.
Allahu Akbar 5x" Setelah membaca SMS itu, aku tersenyum.
"Kenapa kamu tersenyum, Lid" Apa ada yang lucu?" terlihat Hendra merasa tersinggung
dengan senyumanku. "Kawan, saat kamu memperlihatkan SMS itu dan aku tersenyum, bukan aku bermaksud
menyinggungmu. Tapi senyumanku tertuju pada si pengirim SMS itu. Karena
sesungguhnya perkataannya bukan seperti orang Islam yang beriman. Dalam Islam tidak
pernah dihalalkannya untuk membunuh siapapun bahkan umat agama lain. Selama tidak
ada suatu alasan yang syar"I, atau sebuah hukuman. Maka tidak diperbolehkan orang
Islam membunuh. Juga, bermaksiat dalam Islam sangat berdosa besar. Apalagi
memperkosa wanita. Masya Allah. Itu sangat diharamkan pada umat Islam. Karena Allah
sangat murka pada orang-orang yang bermaksiat. Sesungguhnya kawanku, umat Islam
jika mengucapkan takbir, itu terbiasa dengan 3x kali. Tapi disitu janggal, dengan
mengucapkan takbir 5x. Berarti, si pengirim SMS itu tidak mengetahui pasti tentang
kebiasan orang-orang Islam. Bukan berarti aku mengatakan si pengirim SMS itu orang
beragama lain, tetapi bisa juga orang yang mengirim SMS itu adalah orang-orang Islam
tetapi yang tidak beriman. Dan apakah engkau tahu" Bahwa aku tidak pernah dikirim
SMS yang berbunyi seperti itu. Padahal aku adalah termasuk orang-orang yang
memperjuangkan agamaku!" jelasku panjang lebar.
"Tapi umat Kristen diisukan, bahwa mereka telah memurtadkan orang Islam. Apakah isu
itu tidak membuat orang-orang Islam sangat membenci umat Kristen?"
"Kawanku, apakah engkau menyangkal bahwa umat Kristen tidak memurtadkan umat
Islam?" tanyaku balik kepada Hendra
Hendra menunduk lesu, setelah itu menghembuskan nafas panjang "Iya, aku akui. Bahwa
memang ada sebagian besar orang-orang Kristen yang menghalalkan segala cara untuk
memurtadkan orang Islam. Mereka berfikir bahwa umat selain Kristen, adalah dombadomba yang tersesat. Aku sudah berungkali menolak dogma itu, kepada kalanganku. Tapi
apalah dayaku," Hendra menghela nafas panjangnya, setelah itu dia melanjutkan
perkatannnya "Aku hanya seorang anak pendeta yang telah terasing dari agamaku sendiri.
Tetapi aku masih yakin bahwa dogma itu harus dirubah. Semua umat beragama adalah
orang-orang yang ber Tuhan. Dan semua orang beragama adalah orang-orang yang baik."
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Kawan, bukan berarti jika umat Kristen memurtadkan umat Islam. Dan umat Islam
membenci umat Kristen semua! Sesungguhnya yang kita benci bukan umat Kristen
semuanya, tetapi kelakuan yang telah dilakukan oleh segelintir umat Kristen yang
menghalalkan segala cara untuk menempuh tunjuannya. Kawan, kita memang
diperbolehkan untuk bersyiar, kita memang diperbolehkan untuk berdakwah. Tetapi
tujuan kita adalah memberikan sebuah pengetahuan yang benar, tentang arti sebuah
kebanaran itu sendiri. Kita boleh memberikan sebuah bantuan kepada orang lain. Tetapi
kawan, kita harus ingat tentang keikhlasan. Keikhlasan adalah sebuah maksud tanpa ada
tujuan tertentu selain tujuan untuk diridho"I oleh Tuhan kita. Bukanlah itu sebuah
keIkhlasan, manakala kita membantu seseorang dengan tujuan untuk menarik mereka
menuruti apa yang kita inginkan. Ada sebuah hal yang menarik dari sebuah kisah dua
sahabat Rasulullah Muhammad Saw. Dia adalah Abu Bakar dan Bilal. Abu Bakar adalah
orang yang membeli seorang budak muslim yang saat itu teraniaya dengan harga yang
sangat mahal, dia adalah Bilal. Sungguh saat itu Bilal sudah dizalami oleh orang-orang
Quraisy. Dengan serta merta Abu Bakar membeli Bilal dengan harga yang sangat mahal
dari budak yang lainnya. Setelah itu Abu Bakar membebaskan Bilal dari perbudakan.
Pada suatu masa, yang pada saat itu Abu Bakar meminta dengan sangat kepada Bilal
untuk menuruti perintahnya. Dengan sangat rendah hati, Bilal mengucapkan
"sesungguhnya wahai sahabat Rasulullah, apa yang engkau inginkan dari pembebasanku.
Apakah engkau ingin aku menuruti perintahmu" Atau kah engkau membebaskan aku
dengan keIkhlasanmu kepada Allah. Jika engkau memerdekakanku agar aku menjadi
milikmu, maka lakukan apa yang engkau inginkan. Jika engkau memerdekakanku karena
Allah, maka biarkanlah aku." Saat itulah Abu Bakar dengan rendah hati pula mengatakan
"Aku membebaskanmu karena Allah, Wahai Bilal!" sungguh ini adalah sebuah kalimat
keikhlasan yang sangat dalam. Tiada dari sebuah maksud keikhlasan melainkan hanya
kepada Allah lah saja. Jadi sebenarnya, bahwa umat muslim boleh memberikan bantuan
kepada umat Kristen. Tetapi umat Islam diharamkan memaksa umat Kristen untuk
mengikuti keinginan dari umat Islam. Dan seharusnya pun, begitu pula sebaliknya."
Jawabku panjang lebar. "Tetapi Khalid, apakah engkau menjamin bahwa tidak akan ada pensweepingan umat
Islam terhadap umat Kristen?" tanya Hendra ragu
"Kawanku, sesungguhnya Islam itu adalah agama damai! Dan sesungguhnya umat Islam
itu, umat yang damai. Tetapi jika umat Islam dizalimi. Tidak ada kata lain selain Jihad.
Aku menjamin bahwa tidak akan ada pensweepingan umat Islam terhadap umat Kristen.
Selama umat Kristen tidak melakukan sebuah kecurangan. Dan tidak akan ada
pembunuhan dan perkosaan terhadap umat Kristen, meskipun jika memang dilakukan
pensweepingan terhadap umat Kristen yang curang. Karena Islam mengharamkan cara
yang bathil. Insya Allah, Kawan." Jawabku mantap
"Lid, terima kasih atas jawab-jawabmu! Sebenarnya aku sangat khawatir sekali. Aku
khawatir terjadi permusuhan antar agama. Aku tidak menginginkan adanya sebuah
pertikaian antar agama. Yang aku inginkan adalah, kita merdeka dalam memeluk setiap
agama kita. Tidak ada saling memaksakan kehendak dalam beragama. Dengan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net berpedoman bahwa semua orang beragama punya hak yang sama dalam menjalankan
agamanya." Ucap Hendra
Aku tersenyum, sambil mengatakan "Hen! dalam Al Qu"ran, surat Al-Kafirun "Dan aku
tidak pernah menjadi penyembah yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah pula
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah, untukmulah agamamu dan untukkulah
agamaku" jadi dalam Islam sudah diatur tata cara kehidupan beragama. Selama kita
saling menghormati dan saling memberikan toleransi. Maka tidak akan ada permusuhan
bahkan pertikaian antar agama."
"Benar, apa yang kamu katakana Khalid! Seharusnya seperti itulah orang-orang yang
beragama. Mereka mengurusi agama mereka masing-masing. Dan apabila saling
memberikan bantuan. Seharusnya bantuan itu diberikan dengan keikhlasan. Tanpa ada
maksud yang lainnya selain untuk mendapatkan pahala dari Tuhan." ucap Hendra.
Aku mengangguk setuju. "Lid, atas nama agamaku. Aku meminta maaf atas perilaku segelintir orang Kristen yang
menghalalkan segala cara untuk memuaskan kehendak mereka sendiri"
"Iya, Hen! Sama, aku juga meminta maaf mungkin beberapa dari umat Islam yang begitu
agresif dalam mempertahankan agama Islam. Membuat kamu merasa tidak tenang. Tetapi
sebenarnya apa yang dilakukan oleh umat Islam, hanya untuk mempertahankan saja
bukan menyerang. Dan SMS yang kamu terima itu bukan SMS dari umat Islam. Karena
Umat Islam tidak akan melakukan tindakan sehina itu." Ucapku
Aku jadi teringat pertemuan awalku dengan Hendra. Saat itu Hendra sangat
tersinggung, saat aku katakan bahwa umat Islam diharamkan untuk mengucapkan
selamat kepada agama lain. Termasuk selamat Natal. Hendra saat itu mengatakan "kalau
begitu Islam tidak memberikan sebuah toleransi beragama". Sungguh inilah yang selalu
diucapkan oleh kalangan orang yang tidak mengerti Islam. Mereka merasa bahwa ucapan
selamat merupakan sebuah hal-hal yang tidak ada hubungannya dengan Tuhan. Mereka
merasa ucapan adalah sekedar penyejuk hati. Atau sebatas kata-kata yang menyenangkan
orang lain. Padahal, dalam Islam. Ucapan itu merupakan sebuah doa. Jadi umat Islam
seharusnya sangat berhati-hati dalam berucap. Apalagi mengucapkan selamat kepada
agama lain. Dengan santai aku menjelaskan. Bahwa sesungguhnya saat umat Islam
mengatakan selamat kepada agama lain. Maka sesungguhnya umat Islam mendukung
adanya agama tersebut. Padahal dalam ajaran Islam tidak ada sebuah agama yang benar
kecuali agama Islam. Jadi sebuah ucapan selamat berarti membenarkan sebuah agama
selain Islam. Dan itu sangat tidak diperkanankan. Dan ucapan selamat sudah merupakan
sebuah akhidah bagi umat Islam. Jadi jika dalam akhidah sudah tidak diperbolehkan.
Maka kita tidak boleh melakukannya. Seperti halnya umat Kristen yang disuruh umat
Islam untuk sholat Jum"at. Secara otomatis umat Kristen tidak akan diperbolehkan.
Karena itu adalah aturan umat Kristen. Begitu pula sebaliknya jika umat Islam tidak
diperbolehkan mengucapkan selamat Natal. Maka seharusnya umat Kristen mengetahui
bahwa itu adalah bagian dari ajaran umat Islam. Dan seharusnya umat Kristen lebih
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net toleran kepada umat Islam, dengan tidak mengharapkan ucapan selamat yang diucapkan
oleh umat Islam. Dengan begitu seharusnya umat Kristen jika mengaku toleran kepada agama lain.
Maka selayaknya mereka tidak memancing-mancing mengucapkan selamat kepada umat
Islam saat hari-hari besar agama Islam. Agar tidak menimbulkan rasa dengki yang timbul
oleh umat Kristen dikarenakan umat Islam tidak mengucapkan selamat kepada umat
Kristen. Karena kita harus ingat, bahwa toleransi beragama itu adalah hal-hal yang
bersifat umum atau muamalah. Bukan toleransi yang bersifat abstrak yang menyangkut
akhidah. Hendra akhirnya mengerti tentang arti toleransi itu sendiri. Bahkan Hendra
berkali-kali mengucapkan, toleransi umat Islam lebih besar ketimbang toleransi
agamanya sendiri. Sudah lima tahun aku bersahabat dengan Hendra. Sehingga aku tahu
sifat seorang sahabatku itu. Meskipun kami berlainan keyakinan. Tapi kami mampu
memberikan sebuah aktulisasi tentang toleran itu sendiri. "Bukanlah itu sebuah toleransi
beragama, jika toleransi itu menginjak-ngijak keyakinan agama lain dan memaksa
menuruti kehendak dari apa yang kita yakini" itulah perkataan Hendra pada saat itu..
Tak lama setelah perbincangan kami. Pandanganku menangkap seorang wanita. Wanita
yang menggelisahkan hatiku. Wanita yang pernah aku lihat berjalan dihadapanku. Aku
benar-benar terpana melihat wanita itu. Benar-benar cantik. Sungguh benar-benar cantik.
Aku tak menyangka semua ilmuku sirna. Sirna dengan memandang wanita cantik
didepan mata ini. "Lid, Khalid. kamu melamun! Ada apa?" tanya Hendra dengan memegang bahuku.
"Astagfirllah" ucapku lirih. Disertai ucapan "Subhanallah. Ya Allah sungguh
kebesaranmu menciptakan wanita secantik dia" ucapku dalam hati.
Hendra membalikkan badannya kebelakang. Yang pada saat itu duduknya masih
berhadapan padaku. Serta merta Hendra tersenyum. Lalu berucap "Lid, itu Nova.
Temanku di UK3 (Unit Kerohanian Kristen Katolik)"
"Oh." Aku hanya mengangguk pelan saat itu
Tak lama Nova mendatangi kami berdua. Wanita yang aku kagumi kecantikannya
mendatangiku. Sungguh aku tidak percaya, dia sekarang berada dihadapanku. Tepat
didepanku. "Hendra, kamu dicari Wiwid tuh!" ucapnya kepada Hendra.
"Oh, dimana dia sekarang?" Tanya Hendra
"Dikantin Fakultas Ekonomi!" ucapnya lirih.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Oh ya, kenalin nich! Temanku" sambil menunjukku
Tak lama dia tersenyum. "Subhanallah, senyumnya cantik sekali" ucapku dalam hati.
Aku membalas senyumannya.
"Nova, Maria Nova lengkapnya!" ucapnya sambil menyodorkan tangannya kepadaku
untuk berjabat tangan. Tangannya putih sekali. Seputih iklan produk pemutih. Jiwa ini berontak
menerima atau menolak uluran tangannya. Perjuangan akhidah dan nafsu tumpang tindih.
Sungguh, benar-benar inilah yang disebut ujian. Ujian untuk menaikkan tingkat
keimanan. Mungkin karena hal inilah, akhirnya tercipta Liberalisasi Islam. Karena nggak
kuat untuk menyentuh tangan yang putih bersih dan sangat halus.
"Khalid, Khalid Hendriansyah lengkapnya" balasku dengan merapatkan kedua telapak
tanganku kearah dada. Dengan serta merta Nova menarik tangannya kembali, serta merapatkan kedua telapak
tangannya kearah dadanya. Dia terlihat mengerti apa yang aku maksud.
"Nova ini ketua UK3 loh, Lid!" ucap Hendra dengan nada suara yang bermaksud
tertentu. Entah apa maksudnya, mungkin dia memperingatkanku untuk berhati-hati
dengannya. Nova saat itu hanya tersenyum simpul.
"Khalid, aku tahu kamu! Kamu adalah aktivis LDK kan?" ucap Nova
Aku tersenyum lalu berkata "iya, kok kamu tahu" Apakah kita pernah ketemu?"
"Iya, kita pernah bertemu! Disuatu tempat, ingat-ingatlah kembali!" jawabnya penuh
maksud yang tersembunyi "Hem, dimana yach?" tanyaku penuh tanda tanya.
"Ada deh! Pikir dulu aja. Oh ya udah dulu yach, aku masih ada keperluan lagi. Aku tadi
hanya menyampaikan pesannya Wiwid aja kok!" ucap Nova
Saat Nova akan meninggalkan aku dan Hendra. Tatapan matanya terlihat sendu
mengharapkan sesuatu kepadaku. Entah apa itu. Aku tak tahu, karena aku langsung
menundukkan pandanganku. "iya, hati-hati yach! Kalau ketemu Wiwid bilang, bentar lagi aku kesana. Aku masih ada
urusan sama Khalid" ucap Hendra.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Dewi Aphrodite telah meninggalkanku. Tetapi kecantikannya masih terbayang dalam
rongga pikirku. "Khalid," panggil Hendra
"Iya apa Hend!" ucapku
"Cantik, yach?" ucap Hendra
"Siapa?" ucapku berlagak tidak tahu. Meskipun aku tahu yang dimaksud adalah Nova.
"Ah, kamu. Sok! Nova maksudku" ucap Hendra mempertegas
Aku tersenyum, "iya, cantik! Kenapa?" tanyaku balik
"Lid, aku kasihan kepada Nova!"
"Kasihan kenapa?"
"Nova, adalah anak dari Pendeta Joseph"
"Hem! Lalu kenapa?" tanyaku penasaran
"Aku kenal Nova sejak kecil, Lid! Dan rumah Nova berada di sebelah rumahku. Pendeta
Joseph adalah teman Papaku, Lid. Pendeta Joseph sering memukul Nova, jika Nova tidak
mau mengikuti perintah dari Pendeta Joseph. Kamu tahu nggak Lid. Pernah suatu kali
Nova akan dinikahkan sama seorang pengusaha tua kaya yang beragama Islam. Dengan
janji bahwa jika nanti Nova dinikahi, maka Pengusaha itu akan ikut beragama Kristen.
Kamu tahu kan, Lid! Kecantikan Nova memang begitu merona!" ujar Hendra
"Lalu, gimana. Nova jadi nikah dengan pengusah itu?" tanyaku
"Nggak jadi, Lid!"
"Loh, kenapa?" "Iya, saat itu Nova menolak keras. karena menolak Nova telah dipukul habis-habisan
oleh Pendeta Joseph. Dan keluarganya mengucilkan dia. Nova pernah disekap dalam
kamarnya. Karena kamar Nova berhadapan dengan kamar adikku yang perempuan.
Sehingga aku bisa melihat kondisi Nova pada saat itu. Benar-benar kasihan dia,.
Pakaiannya lusuh, dan dia tidak diberikan makanan apapun. Tapi aku dan adikku sering
melemparkan roti kering dan air kemasan kearah kamarnya. Aku akhirnya mempunyai
inisiatif untuk menyelidiki pengusaha tua tadi. Setelah aku dan teman-teman selidiki.
Ternyata pengusaha tadi mempunyai seorang istri. Setelah kami selidiki, akhirnya kami
tahu kalau sebenarnya kekayaan dari pengusaha itu adalah kekayaan isterinya. Dan saat
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net itu pun kami memberitahukan kelakuan pengusaha tua itu. Pengusaha tua itu
mengurungkan niatnya untuk memperisteri Nova." Cerita Hendra dengan serius.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Hem..!" aku cuma manggut-manggut
"Dan akhirnya, Nova bisa sedikit bernafas lega. Tetapi kayaknya akan ada rencana lain
yang akan dilakukan oleh pendeta Yoseph. Entah itu rencana apa" Aku tak tahu!" ucap
Hendra bingung. "Hem"! Ya.. sudahlah kita cuma bisa berdoa saja, semoga rencana itu bukan rencana
yang buruk." Ucapku.
"Sebenarnya, aku juga mau cerita sesuatu kepadamu Lid!"
"Apa, Hend" Masalah tadi" Atau masalah Nova lagi!"
"Ini bukan masalahku yang tadi Lid! Tetapi ini masih ada hubungannya dengan Nova!"
"Apa itu Hen?" tanyaku
"Gini Lid, di UK3 sedang merencanakan program Baksos (Bakti Sosial) ke desa-desa
kumuh. Aku nggak suka dengan program mereka Lid!"
"Loh, kan bagus Hen!" selaku
"Bagus sih bagus. Tapi ada yang janggal dari Baksos itu! Kenapa yang melakukan
Baksos adalah orang-orangnya pendeta Yoseph. Yang aku sesalkan Baksos itu atas nama
dan dana dari kampus. Nah ini kan nggak etis. Seharusnya kalau itu Baksosnya UK3, ya
seharusnya kan mahasiswa-mahasiswi anggota UK3. Bukannya anak buah pendeta
Yoseph. Nah ini yang janggal. Lid. Dan ini sudah dilaksanakan oleh mereka." Tutur
Hendra serius. "Oh, jadi seperti itu yach!" ucapku sejenak. Aku jadi teringat cerita bang Jamal dan bang
Dadang kembali. Didesa binaanku juga sedang didatangi orang-orang yang aneh. Aneh
dengan cara pengajaran dan ajarannya. Kalaulah mereka beragama Islam, ajaran mereka
memang mengajarkan Islam. Tetapi paham dari ajaran mereka sangat bertentangan
dengan Islam. Bahkan bisa dikatakan menghina Islam. Aku benar-benar ragu dengan apa
yang diajarkan oleh orang-orang asing itu. Apakah memang mereka benar-benar
mengerti tentang Islam. Ataukah mereka ingin merusak agama Islam. Aku jadi teringat
gadis yang berjilbab itu. Aku jadi teringat wajahnya, wajahnya seperti tak asing lagi
bagiku. Dia seperti". Oh iya benar. Dia seperti Nova. Benar-benar wajahnya seperti
wajah Maria Nova. Apakah benar dia Maria Nova". Benar tak salah lagi bagiku. Baik
nanti aku akan minta tolong Deni, si pakar computer itu! Untuk mencocokkan wajah
gadis berjilbab itu dengan Nova gumamku dalam hati.
"Khalid, kamu melamun lagi! Ada apa Lid?"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Oh, nggak Hen! Aku cuma lagi mengingat-ingat aja kok!" jelasku
"Apa yang sedang kamu ingat-ingat, Lid?"
Aku hanya tersenyum sambil mengatakan "Ada deh!"
Seketika itu, aku jadi teringat hari ini aku ada kajian. "Hen, sorry! Aku ada perlu
sekarang. Aku ada janji dengan Ustadku. Besok kita lanjutkan lagi ngobrol kita" ucapku
terburu-buru Hendri tersenyum sambil mengatakan "Ok, Lid! Ya, besok kita lanjutkan."
Sebelum berangkat ke rumah Ustad Fadlan, aku harus mengambil beberapa buku catatan
dikontrakanku. *** Perjalanan menuju rumah ustad Fadlan memang agak jauh. Sekitar 4 kilometer
dari tempat kontrakanku. Karena aku nggak punya kendaraan, jadi aku harus berjalan
kaki menuju rumah ustad Fadlan. Meskipun capek, tapi aku yakin bahwa ada perhitungan
tersendiri dari Allah swt, untukku. Tapi sebenarnya, untuk berjalan 4 kilometer masih
belum ada apa-apanya dibanding dengan rumahku yang ada didesa. Saat aku kecil. Aku
dan teman-temanku bahkan sering melihat pasar reboan di alun-alun kota, yang berjarak
10 kilometer dari desaku. Jadi perjalananku kerumah ustad Fadlan masih aku anggap
belum ada apa-apanya. Pernah suatu kali ustad Fadlan menawari aku sepeda mininya
untuk aku bawa. Mungkin sebelum aku diberitahu oleh teman-temanku tentang
kehidupan keluarga ustad Fadlan. Pasti aku akan menerimanya. Tetapi sejak aku
diberitahu dan melihat sendiri kehidupan keluarga ustad Fadlan. Aku jadi semakin
bertambah keimananku. Sebelum mempunyai rumah yang layak dihuni. Ustad Fadlan adalah seorang
pen jual buku-buku Islami. Dan istrinya, Ustadzah Heni. Adalah seorang guru madrasah.
Mereka berdua sangat tawadhu" dalam menjalani kehidupan. Hingga bahkan sampai saat
ini. Saat mereka berdua sudah mempunyai tempat tinggal yang layak huni, juga beberapa
kekayaan yang diamanahkan kepada beliau berdua. Mereka tetap tawadhu" dalam
kehidupan. Beliau terlihat tidak pernah lalai dalam mengelola kekayaan hartanya. Bahkan
sepeda mini yang akan diberikan kepadaku adalah sepeda yang setiap harinya dipakai
oleh Ustadzah Heni untuk mengajar di madrasah. Aku benar-benar tidak tega jika harus
menerima pemberian ustad Fadlan. Biarlah kakiku berjalan saat ini, tapi aku akan
berlarian disurga nanti. Berlarian dengan menggunakan kendaraan yang ada disurga
nanti. Semoga, saja. Siang ini matahari begitu terik. Deru laju motor dan mobil lalu-lalang
disampingku. Debu-debu berhamburan, menerpaku. Membuat langkah kakiku terasa
berat, tetapi aku yakin bahwa ini tidak seberat saat sahabat-sahabat Rasulullah diuji oleh
Allah dengan siksaan kaum Quraisy. Seberat seorang yang menginginkan kesyahidan.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Apalagi tidak seberat batu panas yang ditindihkan kaum Quraisy ditubuh Bilal.
Subhanallah. Langkah kakiku terus melaju menuju deru ilmu yang menunggu. Melaju
pada setiap langkah yang berpahala. Tetap dengan terik yang menyengat kulit.
Saat kaki melangkah, saat tubuh lelah dan saat-saat mentari bersinar terik. Mata
ini memandang pada tubuh kecil. Tubuh hitam legam dengan pakaian yang dekil.
Berusaha untuk meraih harapan dengan berjalan meminta-minta pada setiap mobil dan
motor yang berhenti. Tidak biasanya. Yang aku tahu, diperempatan itu tidak pernah ada
seorang anak kecil yang berada disitu. Tubuh kecil itu sesekali mengusap ingus yang
mengalir pelan dihidungnya. Tak jarang seseorang yang melewatinya, memberikan belas
kasihan kepada dia. Tapi banyak juga yang tidak berempati kepadanya. Seiring dengan
langkah kakiku, anak itu masih tetap dalam naungan sang surya. Sebenarnya aku ingin
mendekatinya, bertanya asal-usulnya dan sekedar untuk memberitahukan bahwa ada yang
perduli dengannya. Tetapi saat itu aku urungkan. Karena aku mempunyai janji pada diri
sendiri, janji untuk memperoleh ilmu lebih dalam lagi. Dan janji pada ustad Fadlan untuk
selalu hadir dimajelisnya, majelis ilmu para pencari kebenaran. Aku putuskan, untuk
menghampiri anak surya itu setelah pulang dari Liqo" nanti.
Rumah ustad Fadlan sudah tak jauh lagi, tinggal beberap blok saja aku sudah
sampai pada rumah ilmu itu. Rumah yang dihiasi oleh keindahan ajaran Islam
didalamnya. Rumah yang terbina dan sakinah pada para penghuninya. Sungguh benarbenar rumah idaman.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 4 "Assalamualaikum!" salamku pada penghuni rumah.
"Walaikumsalam!" serentak jawaban para orang-orang yang ada didalamnya.
Ustad Fadlan menghampiriku lalu memelukku. Pelukan yang membuatku
merasakan keindahan persaudaraan. "Khaifa khaluk, akhi?" tanya ustad Fadlan
"Alhamdulillah, be khoir ustad!" jawabku
Setelah itu ustad Fadlan mempersilahkan aku masuk kedalam rumahnya. Ternyata
semua saudara-saudara seimanku pun telah datang lebih awal dariku. Irwan, Hamsah,
Feri, Abidin, Rochim sudah menanti kedatanganku. Setelah aku menyalami mereka
semua. Kajianku pun dimulai.
Ustad Fadlan menerangkan tentang keimanan dengan sangat baik. Tutur katanya
lembut dan mengena pada setiap relung jiwa. Tata bahasa diatur sedemikian rupa agar
tidak menyinggung orang yang mendengarkannya. Sehingga, kita dapat mencerna apa
yang dikatakan oleh ustad Fadlan. Keimanan adalah sebuah unsur untuk dapat
mengetahui, apakah kita memang benar-benar meyakini keberadaan Allah, atau malah
kita tidak meyakini keberadaan Allah.
"Keimanan adalah keyakinan kita terhadap sesuatu, jika kita meyakini adanya
keberadaan Allah. Maka hanya Allah lah yang seharusnya dihati kita. Tidaklah seorang
yang menyatakan diri beriman kepada Allah sedangkan dia masih takut pada selain
Allah. Jikalau kita takut pada selain Allah, maka kita beriman pada apa yang kita takuti
tadi, bukan beriman kepada Allah." ucapan ustad Fadlan sangat menyentuh kalbuku.
Setelah ustad Fadlan banyak memberikan taujihnya kepada para pencari
kebenaran. Kami berenam ditanya satu-persatu tentang permasalahan yang ada pada
kami. Disinilah ajang curhat para aktivis dakwah. Seorang aktivis dakwah tidak akan
langsung meluapkan masalahnya secara sembarangan kepada setiap orang yang dikenal.
Tiada keluh kesah yang diluapkan kepada manusia, melainkan membuka sebuah wacana
solusi pada setiap individu yang sedang dilanda masalah. Jadi bukan berarti, seorang
aktivis dakwah yang sedang curhat kepada murabbinya adalah orang yang bermental
lemah. Atau bahkan minta dikasihani. Bukan, bukan seperti itu. Seorang aktivis dakwah
yang sedang curhat kepada murabbinya adalah merupakan membuka peluang masalah
yang sedang terjadi pada individu untuk diselesaikan bersama-sama. Sehingga jika ada
seorang aktivis dakwah yang sedang dihadang masalah, selain dia meminta kepada Allah
untuk menyelesaikan masalahnya. Juga membagi ladang pahala bagi saudaranya untuk
menyelesaikan masalahnya.
Dengan begini seorang aktivis dakwah dituntut untuk selalu tahu tentang
permasalahan saudaranya. Sehingga diharapkan, rasa persaudaraan itulah yang
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net mendorong satu dengan lainnya menciptakan ikatan tali ukhuwah yang sangat erat. Dan
seharusnya tidaklah seorang saudara meminta bantuan atau bahkan belaskasihan kepada
saudara lainnya, tetapi seharusnya aktivis dakwah mengetahui apa yang dibutuhkan
saudaranya dan membantu sebelum saudaranya meminta bantuan atau bahkan yang
menghinakan saudaranya, yaitu meminta belaskasihan.
"Ustad, ana ada permasalahan!" ucap Hamsah.
"Iya, antum ada persoalan apa?" jawab ustad Fadlan dengan lembut.
"Gini, Ustad. Ana ada persoalan tentang ruhiyah ana! Ana rasakan, ruhiyah ana semakin
lama semakin menurun. Ana kok merasa futur, Ustad. Ana masih bingung kenapa iman
ana melemah hari demi hari!" Hamsah sejenak berfikir, lalu melanjutkan keluh kesahnya
"ana menjadi begitu tidak bersamangat untuk berdakwah. Langkah-langkah ana begitu
berat dan gamang dalam setiap dakwah ana! Ana butuh pencerahan kembali, Ustad!"
Hamsah menyelesaikan dengan menghembuskan nafas panjang.
"Hem, iya ana mengerti, Akh! Apa yang antum rasakan memang beberapa kali sering
menghinggapi pada perasaan kita. Kadang kita merasa sangat bersemangat sekali,
sehingga seakan-akan bahwa kekuatan semangat kita tidak akan terbendung! Tetapi
dalam waktu tertentu, ghiroh (semangat) kita menjadi melemah, atau bahkan luntur. Ini
menjadi pelajaran yang baik bagi kita semua!" sejenak Ustad Fadlan tersenyum, lalu
melanjutkan taujihnya "ikhwa fillah, saat ghiroh kita dalam semangat, puncaknya adalah
saat kita tidak dapat mencapai apa yang kita inginkan. Sehingga semangat kita menjadi
kendur, atau melemah. Dan lama kelamaan akan terkikis habis. Maka dari itu, kenapa
kita sangat perlu adanya Liqo"(pertemuan/berkumpul). Dengan adanya Liqo" semangat
kita yang semula luntur, Insya Allah akan bangkit kembali. Atau kalau lah semangat kita
luntur tidak begitu drastis penurunannya. Ibaratnya adalah handphone yang perlu di
charge. Maka kita juga perlu untuk di charge kembali. Untuk menumbuhkan keimanan
kita kembali. Untuk mengisi melemahnya ruhiyah kita, saat menghadapi permasalahanpermahasalan yang berat!" ucap Ustad Fadlan dengan sikap tegasnya. "Akhi Hamsah.
Coba pikirkan kembali apa yang membuat ghiroh antum melemah?" tanya Ustad Fadlan.
Hamsah terlihat sedikit mengerutkan dahinya, mencoba untuk memikirkan apa yang
membuat semangat dia luntur. Tak lama setelah itu "Hem, Insya Allah ana sudah
menemukan penyebab permasalahan ana ini ustad!" ucap Hamsah serius.
"apa itu, yaa akhi?" tanya Ustad Fadlan
"akhir-akhir ini banyak Al Akh, yang meminta tolong ke ana untuk mengerjakan sesuatu
yang berhubungan dengan dakwah kita. Karena memang itu profesi ana, sehingga Al Akh
banyak datang ke ana. Ana mengerjakan lebih dulu permintaan Al Akh, ketimbang
pesanan orang lain. Dana-dana yang lebih dulu masuk, ana arahkan semuanya ke pesanan
Al Akh. Sehingga pesanan-pesanan banyak yang terbangkalai. Setelah ana selesai
mengerjakan pesanan Al Akh. Ana jadi tidak bisa mengerjakan pesanan yang lain. Dan
membuat dana-dana dari usaha ana macet. Karena pembayaran dana dari Al Akh, masih
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net belum dibayar. Usaha ana benar-benar collaps, dan saat ini pesanan-pesanan yang lain
masih tetap belum bisa ana kerjakan, karena berhubungan dengan dana tadi!" Hamsah
mengerutkan dahinya, setelah itu dia melanjutkan perkataannya "dan kemudian ana, jadi
berfikir. Bahwa berdakwah harus siap untuk rugi. Tetapi ana juga berfikir, bahwa jika ana
rugi terus-menerus. Maka usaha ana nggak akan jalan! Mungkin, itu yang membuat ana
futur ustad" Ustad Fadlan terlihat mengerti dengan apa yang dialami oleh Hamsah. Tak lama setelah
itu, Ustad Fadlan berkata "iya, inilah Akh yang ana sering bilang kepada setiap Al Akh.
Banyak Al Akh yang salah kaprah tentang memahami arti dakwah. Mereka mengira
dengan mangatas namakan dakwah, meraka dengan mudahnya meminta bantuan kepada
Al Akh yang lain. Tetapi bantuan yang diberikan tidak di imbangi dengan kontribusi yang
lain. Kadang setelah Al Akh puas dengan hasil kerja kita, mereka hanya mengucap,
Syukron, Jazakallah atau perkataan yang lainnya. Padahal kontribusi dari dakwah itu ada
imbalbaliknya. Bukannya kita terus mengimbal tanpa ada baliknya. Dan dakwah bukan
berarti harus merugikan kita. Seharusnya imbalbalik dari dakwah itu adalah menciptakan
suasana yang Islami. Contohnya, dalam Islam diharuskan untuk membayar orang yang
telah bekerja sebelum keringat orang yang bekerja itu mengering. Ini merupakan perintah
langsung dari Rasulullah. Sedangkan kalau hanya dibayar dengan ucapan syukron,
jazakallah. Apakah kita dapat memberikan makan anak dan istri kita dengan perkataan
itu! Memang itu juga salah satu penyebab seorang menjadi futur. Sehingga semangat
untuk berdakwah lama-kelamaan akan terkikis habis. Dan perekonomian umat Islam
tidak akan berjaya, jika harus dibayar dengan perkataan! Karena Rasulullah pun bersabda
yang pada intinya, kemiskinan itu akan menyebabkan kekufuran."
"Wah saya kok jadi tersindir yach!" celetuk Irwan.
"Ggeerrrr........" serempak semua tertawa.
"Kalau kita sich akh, bukan bermaksud untuk tidak membayar. Tapi kita ngutang dulu!"
ucapku. "Kalau antum berdua sich ana udah tau, antum kan raja ngutang! Biasalah mahasiswa,
ngontrak lagi!" jawab Hamsah. Yang akhirnya membuat kita tertawa lagi.
Ustad Fadlan tersenyum, lalu setelah itu bertanya "Akhi Hamsah. Usaha antum rugi
berapa" Dan butuh dana berapa?"
"Usaha ana sekarang agak tersendat Ustad. Rugi sekitar 4 jutaan!" jawab Hamsah.
Ustad Fadlan mengangguk tanda mengerti, lalu ustad Fadlan beranjak berdiri sambil
mengatakan "Afwan, sebentar ana tinggal kebelakang!"
Serempak kita menjawab "tafadhol, Ustad!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Aku dan Irwan tersenyum, tak lama Irwan berkata "wah Ustad, tau saja kalau kita sedang
lapar!" Serentak kami pun tertawa lagi.
"Hehe". Antum tau juga, apa yang ada dalam pikiran ana!" kataku.
"Dasar.. mahasiswa!" celetuk Feri.
Tak lama Ustad Fadlan datang. Tak lupa membawa boncengannya.
"hehe" Ustad tahu saja kalau kita lagi mengharapkannya!" ucap Rochim
Ustad Fadlan tersenyum. Tak lama Ustad Fadlan berkata "Akh, Hamsah. Ini ana punya
simpanan uang 4 juta. Antum silakan ambil. Kalau misalkan uang dari Al Akh yang lain
sudah dibayarkan. Baru silakan dikembalikan. Kalaulah memang belum dapat
dikembalikan, antum pakai dulu tidak apa-apa." Ustad Fadlan terlihat sangat tulus sekali
saat memberikan uang itu.
Subhanallah ucapku lirih dalam hati. Sungguh seharusnya, seperti inilah seorang dai.
Seperti apa yang dilakukan oleh Ustad Fadlan. Sebuah contoh yang sangat bagus. Tidak
hanya berdakwah dengan kata-kata, tetapi diimplementasikan dengan perbuatan.
Manakala seorang saudara muslim membutuhkan bantuan. Maka dengan cepat saudara
muslim yang lainnya menolongnya. Inilah yang seharusnya dipegang umat Islam. Saat
saudaranya sedang butuh pertolongan. Sebelum saudaranya meminta bantuan, maka
saudara yang lainnya langsung menawarkan bantuan. Subhanallah.
"Nggak usah, Ustad! Biar ana menunggu uang pembayaran dari Al Akh saja Ustad." Ucap
Hamsah. Allahu Akbar ucapku dalam hati. Sungguh memang seharusnya seperti inilah muslim.
Dia tidak mengharapkan bantuan saudaranya yang lain. Selama dia masih bisa bertahan.
Dan bahkan tidak membutuhkan rasa dikasihani oleh saudara yang lainnya. Inilah yang
seharusnya menjadi sebuah contoh. Aku tak habis pikir. Peristiwa sahabat Rasulullah
terulang kembali. Saat terjadi peperangan, beberapa sahabat Rasulullah sangat
membutuhkan air. Tapi apa yang dilakukan oleh sahabat yang membutuhkan air itu. Dia
bahkan mementingkan saudara yang lainnya. Sahabat Rasulullah ini memberikan air
yang sangat dibutuhkan itu pada sahabatnya yang lain. Sungguh peristiwa yang sangat
luar biasa. Tingkatan keimanan yang paling tinggi itsar (mementingkan saudaranya
ketimbang dirinya sendiri) telah dilakukan oleh saudaraku.
"Tidak, Akh! Kelihatannya, antum lebih memerlukan uang itu dari pada ana. Ambil saja,
ana masih belum begitu membutuhkannya" ucap Ustad Fadlan. "sudahlah Akh, terima
saja! Kelihatannya antum lebih memerlukannya ketimbang ana. Biar nanti usaha antum
dapat berjalan lebih optimal" Ustad Fadlan mencoba untuk mempertegas ucapannya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Hem," Hamsah sedikit berfikir. "kalau begitu syukron Ustad!" jawab Hamsah, sambil
menerima uangnya. "Afwan!" jawab Ustad Fadlan sambil tersenyum lega.
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Sebuah hal yang dapat aku petik hikmahnya. Sebuah fenomena yang membedakan antara
umat muslim dan umat yang lainnya. Sebuah karekter dasar yang seharusnya sudah
tertanam dibenak umat Islam sejak lama. Sebuah tauladan yang telah dicontohkan oleh
Muhammad Rasulullah Saw. Hingga akhirnya, umat Islam lah yang seharusnya berjaya.
"Wah, antum sudah siap untuk usaha lagi nich." Ucap Abidin.
"Siap usaha, and siap menikah!" timpal Rochim
serempak kami tertawa. Ustad Fadlan hanya tersenyum.
"Iya, kok kalian hanya tertawa! Padahal Rasulullah mengajarkan kepada para pemuda
untuk bersegerah menikah, bagi yang sudah mampu. Dan ana yakin kalian sudah mampu.
Jangan jadi alasan karena nggak punya penghasilan atau pekerjaan yang tetap,
menjadikan kalian menghambat pernikahan! Ingat loh pernikahan itu juga termasuk
membuka pintu rezeki" taujih Ustad Fadlan.
Tak pelak kami pun semua tersenyum, sambil melirik satu sama lainnya.
"Maka dari itu, kalian harus bersegara. Banyak akhwat yang belum menikah loh, Akh!
Masa kalian membiarkan akhwat-akhwat sendiri dalam perjuangannya." Ucap lanjut
Ustad Fadlan. Kami masih tetap tersenyum penuh arti. Entah itu senyuman pengharapan, ataukah
senyuman karena malu. Aku tak tahu. Yang penting senyumku adalah senyum
pengharapan. Senyum yang mengharap mendapatkan bidadari untuk menemaniku
berjuang dalam dakwah ini. Aku jujur loh.
Entah sudah berapa lama kami berkumpul. Berkumpul untuk saling mengingatkan
tentang agama yang haq ini. Yang menjadikan kami terus mengingat tentang pentingnya
berdakwah. Apalagi pentingnya jalan menuju surga Ilahi. Dan tak kalah pentingnya
mendapatkan bidadari. Nah kan, bidadari lagi.
Tak terasa mentari sudah akan menyiapkan tempat tidur yang enak. Serta kasur
yang empuk, hingga akhirnya surya pun berangsur-angsur tenggalam dengan membawa
sinar kehangatanannya. Dan menjadi saksi perjuanganku. Perjuangan yang tak akan
pernah henti sampai kapanpun, hingga akhirnya akupun berada diatas sang surya. Tunggu
aku wahai mentari. *** Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Krriiiiiiiinggg?"?"." Jam wakerku berbunyi keras sekali. Keras, tetapi tidak
sekeras cambuk malaikat dineraka nanti. Aku terbangun. Aku lihat Lorus, jam wakerku.
Menunjukkan pukul tiga pagi. Saat-saat yang paling dinanti. Dinanti, oleh para malaikat
yang memburu manusia-manusia, yang terbangun dari tidurnya. Dan menegakkan sholat
untuk Rabbnya. Hingga malaikat-malaikat tersenyum, seraya mengatakan "Wahai
Tuhanku, janganlah engkau menyiksa para manusia-manusia yang terbangun disepertiga
malam ini. Saat mereka terbangun dan menyembahmu! Menyembah dengan berharap
kepadaMu. Wahai Rabb, jadikan manusia-manusia ini sebagai mujahid-mujahidahmu.
Yang kelak akan engkau masukkan kesurga, yang telah engkau janjikan nanti"
Aku mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Menapak dengan kaki gontai yang
teramat sangat. Karena rasa kantuk yang datang menggebu. Menggebu-gebu seraya
melarangku untuk datang bersimpuh, meminta ampun dan pertolongan kepada sang
Maha Pencipta alam. Allah Swt. Sungguh ini menjadikan rasa jihad yang sesungguhnya.
Jihad melawan hawa nafsu, jihad melawan sifat burukku. Tapi, itu bukan jihad yang
sesungguhnya. Karena jihad yang sesungguhnya, adalah melawan penguasa yang zalim
kepada umat Islam. Langkah kakiku terasa berat, tetapi tetap aku berusaha melangkah.
Melangkah dalam setiap langkah yang berpahala. Air kran aku nyalakan, sungguh segar
nikmat dingin air sepertiga malam. Hingga aku kedinginan. Aku basuh semua yang
seharusnya dibasuh, aku bersihkan semua yang seharusnya dibersihkan. Dari tubuhku ini.
Hingga aku menjadi suci. Suci dalam pandangan Ilahi. Wudhu sudah selesai aku lakukan.
Kini aku kembali berjalan. Berjalan menuju kamar kusam, yang terawat rapi.
Kubentangkan sajadah berlambang Ka"bah. Yaa Rabb, aku menghadapmu.
Sayup-sayup terdengar tartil Al Qur"an mengumandang pada masjid dekat
kontrakan. Sudah biasa. Sholat tahajjud, sudah aku selasaikan. Tinggal kini menanti
datangnya shubuh. Terdengar suara keras dari kamar Deni "BRUAAAK"."
Serentak semua penghuni kontrakan keluar kamar semua.
"Ada apa, Akh?" tanyaku pada saat melihat Yanto yang sudah berada didepan kamar
Deni. "Ana juga tidak tau, Akh!" jawab Yanto bingung
Kini penghuni kontrakan sudah berada didepan kamar Deni. Yanto, Heri, Samsul juga
termasuk aku. "Akhi, Deni! Antum kenapa?" panggilku sambil mengetuk pintu kamar Deni.
Tetapi tetap tidak ada jawaban sama sekali. Kami semua menjadi panik. Tak biasanya
seorang Al Akh yang kami panggil, tidak menyahut panggilan kami. Deni tetap tidak
bersuara. "Udah kita, kita dobrak saja!" usul Samsul, panik.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Iya kita dobrak saja!" serentak Yanto dan Heri menyetujui usul Samsul.
Saat pintu akan didobrak. "sebentar-sebentar akh, jangan dobrak dulu! Kita lihat dulu
apakah kamar ini dikunci apa nggak" ucapku, dengan langsung memegang gagang pintu.
"Nah, kan nggak dikunci! Ngapain harus mendobrak segala, habis-habisin energi" ucap
Samsul enteng "Yee" yang usul dobrakkan antum, Akh!" jawab Heri kesal.
"Udah-udah, kita langsung aja lihat kondisi Akhi Deni sekarang!" ajakku sambil
tersenyum. Tersenyum karena sifat kedua saudara seimanku ini.
Saat kami membuka pintu kamar Deni. Terlihat tubuh Deni terkapar dilantai dengan
barang-barang yang berserakan. Kami semua sangat cemas dengan keadaan Deni.
Dengan cepat aku langsung memeluk tubuh Deni.
"Akh, bangun! Antum kenapa" Akhi, sadar akh!" teriakku. Aku benar-benar sangat
panik. Mengingat bahwa aku adalah yang paling tua dikontrakan.
"Akhi, bangun akh! Sadar Akh" Yanto dengan agak berteriak.
Sedikit demi sedikit Deni membuka matanya. Dengan mengucek matanya dan terlihat
sedikit bingung. "Ada apa, akh" Kok tumben rame-rame! Tidur ana jadi terganggu." Ucap Deni dengan
bingung "Loh antum nggak kenapa-napa, Akh?" tanya Yanto.
"Emang, ana kenapa?" tanya Deni bingung
"Hem, antum nggak ngerasa bikin kita panik yach!" sahut Heri.
"Iya, akh! Tadi di kamar antum terdengar bunyi keras sekali. Seperti ada benda jatuh
dikamar antum!" ucap Samsul.
"Iya! Makanya kami langsung kesini" timpal Yanto
"Bener! Saat kita tiba, antum sudah tergeletak dilantai. Dan barang-barang antum
berserakan semuanya" sahut Heri lagi.
"Ana nggak apa-apa kok. Mungkin, ana terjatuh dari kasur!" jawab Deni sambil
menggaruk-garuk kepalanya.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Yee". Antum itu kebiasaan. Kalau tidur nggak bisa dibangunin. Ya, gini akhirnya!
Sampai-sampai jatuh nggak ngerasa jatuh, saking lelapnya!" ucap Yanto
"Kali aja, emang nggak pernah baca doa sebelum tidur!" timpal Samsul.
"Iya, bener! Pasti, tadi nggak sholat tahajjud" sahut Heri
Deni masih terlihat bingung sambil menggaruk-garuk kepalanya. Dan terlihat hanya
nyengir karena malu. "Udah-udah! Sekarang sholat shubuh. Tuh sudah adzan" selaku.
Kami pun beranjak pergi kekamar masing-masing, untuk mengambil sajadah. Setelah itu
kami berangkat pergi ke masjid bersamaan.
*** Selesai pulang dari masjid. Aku langsung mengambil al ma"tsurat. Dzikir pagi dan
petang. Teman-teman kontrakanku, sudah kembali menjalankan aktifitas yang tertunda.
Menjalankan, apa yang sudah menjadi rutinitas mereka. Meneruskan mimpi-mimpi
indahnya. Bertemu dengan bidadari surga. Nahkan, bidadari lagi.
Sudah jadi kebiasaan dikeluargaku. Kalau sudah bangun pagi, sholat shubuh.
Dilarang untuk kembali tidur. Bapakku, bisa ngomel-ngomel seharian. Kalau tahu
anaknya tidur setelah sholat shubuh. Katanya nanti nggak disiplin lah, orang yang tidur
itu nggak dapat rezekilah atau pintu rezeki ditutup oleh Allah. Aku dulu, jengkel juga
sama Bapak. Masa, orang masih ngantuk-ngantuknya tidak boleh melanjutkan tidur.
Malah disuruh untuk mandi. Kan, dingin.
Tapi setelah itu aku benar-benar tahu kenapa Bapak menyuruh keluarga kami
untuk tidak kembali tidur selesai sholat shubuh. Hikmah yang paling mendasar baru aku
ketahui saat ini. Saat aku sudah terbuai dengan kenikmatan dakwah ini. Kenikmatan yang
akan memberikan aku pencerahan kembali. Pencerahan atas nama Rabb penguasa alam.
Atas nama Al Haq dari segalanya. Dari apa yang ada di alam semesta ini. Sang Ilahi.
Pukul 05.30, sudah kebiasanku juga. Setiap pagi harus selalu diselingi dengan
olah raga. Minimal pemanasan otot dan lari pagi. Atau kalau lagi malas, biasanya aku
bermain sepak bola, di komputerku. Bisa untuk melemaskan otot-otot tangan dan
jemarikan!. Setelah itu, baru mandi.
"Tlluuutt".tlluuuut" telfon berdering tepat pukul 06.00. Saat itu aku sedang asyikasyiknya bermain sepak bola, liga Italy di komputerku. Karena asyik banget, akhirnya
aku biarkan saja. Itung-itung bikin teman-teman bangun, dan mengangkat telphonenya.
Benar juga, akhirnya Deni yang mengangkat telphonnya.
"Akh, Khalid. Ada yang telephone!" panggil Deni.
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net "Tumben, ada yang menelephonku pagi-pagi. Biasanya, pagi-pagi seperti ini Samsul
yang dapat telephone. Kadang, para Akhwat yang nelphone Samsul. Ngingetin kalau
siangnya ada Syuro". Biasalah ketua LDK. Yang pelupa, dan susah diingetin. Gimana
mau ngingetin, ponsel aja kadang masih pinjem teman-teman. Hem, sama kayak aku
dulu." Aku pause FIFA ku. Lalu melangkah untuk menerima telephone.
"Wah, akhi Khalid! Pagi-pagi sudah ditelphone akhwat. Suaranya merdu loh akh.
Ingatlah akh. Awas, berkhalwat." Ucap Deni bercanda.
"Hem, kok mikirnya su"udhon terus! Nich ikhwan, lupa sama akhlaq yach?" jawabku
sekenanya, sambil mengambil gagang telphone.
"Afwan, bercanda akh!" jawab Deni.
"Assalamualaikum!" salamku pada seorang yang menelphoneku.
"iya, ini Khalid yach?" jawab si penelphone.
Nih akhwat, di doa"in kok nggak bales doa sich. gumamku kesal, dalam hati. "iya benar,
ini Khalid! Mbak siapa yach?" jawabku.
"Khalid, ini aku! Nova" jawab si penelphone
Aku terpaku, termangu. Nova, gadis cantik yang aku lihat. Gadis, yang membuatku
melupakan kenikmatan untuk menyembah Al Haq. Melupakanku dalam memohon
ampunan dosa-dosaku. Gadis, yang membuat dosa baru buatku. Gadis, yang melenakan
aku dengan Ilahi. "Hallo, Khalid! Kamu kok diam" Kamu kenapa?" ucap Nova kebingungan.
"Nova" Yang temannya Hendra itu yach?" tanyaku.
"Iya! Apa kamu lupa?" jawabnya singkat
"Oh, iya aku ingat! Kamu dapat nomor telponku dari mana?" tanyaku heran
"Dari, Hendra! Kenapa?"
"Oh nggak apa-apa! Cuman, nanya aja kok. Ada, keperluan apa Nov" ucapku
"Gini, Khalid. Aku pengen tanya-tanya kekamu, tentang Islam! Aku pengen balajar
banyak tentang Islam" Jawabnya
Hem. Ada apa nich, kok nich cewek langsung pengen tanya-tanya tentang Islam.
gumamku dalam hati. Aku langsung teringat. Teringat dengan Nova. Teringat dengan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net wajahnya. Teringat dengan akhwat, yang sama persis dengan wajahnya Nova. Teringat
dengan rencanaku memadu-memadukan wajah akhwat itu dengan Nova. Teringat aku
akan meminta tolong sama Deni, untuk mendesain wajah akhwat itu dengan wajahnya
Nova. Tetapi aku harus tetap khusnodhon terhadap Nova. Aku takut, jangan-jangan jika
aku berfikir yang tidak baik maka Allah akan mengabulkan apa yang aku pikir. Karena
Allah kan menurut apa yang diprasangka hambanya. Jadi, aku harus berprasangka baik.
Biar Allah mengambulkan kebaikan itu pula.
"Wah, aku jadi tersandung ee tersanjung! Seorang ketua UK3 mau belajar agama Islam"
jawabku sekenanya. "Yee" orang mau belajar kok diolok-olok!" ujar Nova, terdengar sinis.
"Nggak! Bukan aku bermaksud mengolok-olok, cuman aneh aja" jawabku
"Nggak anehlah! Seorang yang ingin mengetahui agama orang lain, itukan wajar!"
jawabnya Kini saatnya aku harus mendakwai orang non muslim. Kini saatnya, aku membuktikan
kebenaran ajaran Islam. Meskipun benak-benak qolbu berontak, bertanya-tanya tentang
kebenaran ketulusan Nova dalam belajar agama Islam. Tapi kalaulah seandainya dia
memang ingin berdebat denganku. Insya Allah, aku sudah bersiapsiaga.
"Hem, Ok deh! Kapan bisa mulai?" tanyaku
"Kamu, punya waktu kapan?" Nova balik bertanya.
"Insya Allah, nanti siang aku ada waktu!" jawabku enteng.
"Kalau jam 8 pagi, gimana?" tawarnya.
"Waduh, sorry! Aku ada bimbingan kalau jam segitu" jawabku.
"Baik, nanti jam 1 siang aku tunggu" jawabnya
"Tempatnya, dimana?" tanyaku
"Enaknya dimana yach" Kalau di kantin gimana?"
"Wah, kalau dikantin nggak kondusif. Lebih baik ditempat yang tenang aja"
"Hem kalau gitu, selesai kuliah aku tunggu kamu di Fakultas ekonomi kelas A"
"Ok, aku akan kesana!"
"Kalau gitu, sampai nantinya yach!"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Saat Nova akan menutup telefonnya.
"Eh, tunggu-tunggu Nov. Jangan ditutup dulu telpnya!" sergahku
"Ada apa, Lid?" Nova terdengar agak heran.
"Enggak, gini loh. Kalau bisa, nanti kamu membawa teman yach! Biar kita nggak
berdua-duaan" pintaku.
"Loh, apa kamu nggak pengen berdua-duaan denganku, Lid" Kan, enak dua-duaan!"
jawab Nova sambil tertawa.
"Maaf, Nov. Kalau gitu aku nggak jadi aja deh! Aku nggak pengen melanggar apa yang
telah diatur oleh agamaku" jawabku ketus.
"Loh, sebentar Lid! Aku tadi cuman bercanda aja kok. Jangan dimasukkan kehati gitu
dong! Ok lah, kalau kamu pengennya seperti itu. Aku akan ajak temenku Rani, Dewi dan
Hendra" jawabnya "Nah, begitu kan lebih baik! Tidaklah diperbolehkan dalam Islam, laki-laki dan
perempuan itu bercampur baur atau bahkan malah berdua-duaan. Karena itu adalah
mendekati dosa! Dan, kalau untuk bercampur baur. Nanti aku akan atur biar nggak
terkesaan bercampur antara wanita dan laki-laki." Jawabku mantap.
"Hem. Ok Lid! Aku tungguh, da"..h!"
setelah itu yang terdengar hanya nada "tuttttt?""
Aku tutup telponku. Setelah itu, aku kembali lagi kekamarku. Hilang sudah
semangatku yang tadi telah berkobar-kobar berjuang untuk mengalahkan Roma. Dalam
games FIFAku. Aku matikan games FIFA, setelah itu aku gantikan dengan winamp.
Dengan serta mertapun semangatku kembali berkobar.
"Tujuan kita Allah yang perkasa
Teladan kita Muhammad tercinta
Panduan kita Al Qur"an mulia
Cita-cita kita Syahid dijalan Allah
Islam adalah Satu Satu iman satu jiwa satu hati
Adilnya tertinggi dihadapan Rabbi
Pada api bagi hindi tirani
Islam adalah Satu Satu pengorbanan dalam perjuangan
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net Menggenggam dunia selimuti angkasa
Kibarkan panji-panji kemenangan
Bangkit dan bersatulah Satukan tekat tuk raih kemenangan
Naungi dunia dengan kedamaian
Dibawah panji Islam nan mulia"
Fajar Agustanto (Blackrock1/Fajar001/Jaisy01)
www.ggs001.cjb.net JILID 5 "Begini, Lid! Kalau menurut pengamatan saya, ada sebuah hal yang mendasari seseorang
itu acuh tak acuh dengan hukum Islam itu sendiri. Sedangkan ada beberapa hal pola yang
harus kita ketahui, tentang judul skripsi kamu. Nah, saya melihat sebuah fenomena yang
mendasar pada negeri kita ini. Memang, hukum kita ini sangat mudah untuk ditarik ulur.
Atau dalam hal ini, banyak sekali undang-undang karet yang mudah untuk dimainkan
oleh penegak hukum. Entah itu Hakim, Jaksa, Polisi atau bahkan Pengacara sekalipun."
Prof. Susilo menarik nafas sebentar, setelah itu beliau melanjutkan analisisnya "yang
akhirnya terjadi adalah, sebuah anggapan bahwa hukum kita mudah untuk dibeli. Namun
persoalan yang paling mendasar dalam sebuah permasalah skripsi kamu, bahwa
Bidadari Untuk Ikhwan Karya Fajar Agustanto di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
sesungguhnya hukum Islam itu sendiri masih asing ditelinga orang Islam. Sehingga untuk
memunculkan Hukum Islam, apalagi hukum pidana Islam. Maka seseorang harus dapat
benar-benar paham tentang apa pola-pola keberadaan hukum tersebut. Contohnya, dalam
kasus Umar bin Khattab. Seorang pencuri pun, dapat diampuni hukuman potong
tangannya. Nah, itu terjadi karena kelalaian pemerintahan Umar bin Khattab sendiri.
Dalam hal ini, Umar bin Khattab merasa berdosa karena masih ada rakyatnya yang
kelaparan. Akibat kelaparan itulah seorang dapat mencuri. Ingat, Lid. Rasulullah pun
telah bersabda "sesungguhnya kemiskinan itu menyebabkan kekufuran." Nah, jika kita
melakukan hukum pidana Islam. Minimal rakyat sudah bisa hidup layak dan
mendapatkan makanan dengan mudah. Sedangkan faktanya, bahwa rakyat negara ini
masih sangat lemah perekenomiannya. Jadi Lid, menurut saya tingkat kesejahteraan
itulah yang mendorong seorang untuk bisa memahami tentang arti the rule of law! Kalau
menurut kamu gimana?"
Sejenak aku berfikir, memikirkan apa yang telah diucapkan oleh guru besar yang
satu ini. Memang analisis beliau terlihat gamblang, jelas dan ringkas. Dan langsung to the
point. Bahwa, kalau menurut penafsiranku tentang analisis beliau. Bahwa sesungguhnya
semua aturan (hukum) dapat ditegakkan jikalau pelaku hukum bisa menikmati
kesejahteraan dari aturan (hukum) tersebut. Dengan kata lain, tingkat perekonomian
masyarakatlah yang menjadi pedoman. Jikalau, sebuah masyarakat sudah mempunyai
tingkat perekonomian yang tinggi maka secara otomatis pendidikan masyarakat pun juga
tinggi. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi, maka secara otomatis hukum akan
berjalan sesuai apa yang diharapkan. Tetapi, ada kejanggalan.
"Hem, begini Pak!" ucapku sambil terlihat memikirkan suatu hal. "Hukum, merupakan
aturan yang harus diterapkan oleh masyarakat. Jikalau hukum itu baik, maka
masyarakatpun ikut baik. Insya Allah!" ucapku
Terlihat Prof. Susilo memandangiku dengan seksama. Memperhatikan setiap ucapanku.
Dan sesekali mengangguk jika beliau setuju dengan pendapatku.
Setelah itu aku mengatakan "sebuah aturan atau hukum, baik yang sudah maupun yang
Pendekar Pedang Pelangi 9 Pedang Kiri Cin Cu Ling Karya Tong Hong Giok Kemelut Di Majapahit 12