Pencarian

Lima Centi Meter 5

Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro Bagian 5


siang. "Bikin makan siang yuk."
"Sip...." Arial membongkar carrier dan mengeluarkan
kompor parafin. Genta menggelar sebuah terpal
tebal dari tendanya, mereka semua duduk
lesehan di pinggir Ranu Kumbolo.
"Hari ini kita makan siang Indomie telur kornet,
di pinggir Ranu Kumbolo bukan di Wiwid,"
celetuk Riani menyebutkan salah satu
tongkrongan mereka, warung roti bakar di
daerah Fatmawati, Selatan Jakarta.
Udara Ranu Kumbolo tiba-tiba berubah dingin,
menemani mereka makan siang di sekeliling
danau dengan beberapa batang pohon terjulur
di atas permukaan danau. Beberapa pendaki
tampak bercengkerama di atas batang pohon
itu dengan kaki terjuntai menyentuh-nyentuh
permukaan air. Zafran sudah menghabiskan makan siangnya.
Matanya tak henti-hentinya memandang
sekeliling. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ian." "Iwya Pwle." "Negara kita keren ya punya pemandangan
segini hebat." "Sewtuwjuw," Ian membenarkan pendapat
Zafran, masih dengan mulut penuh Indomie.
"Ah enaknya, nggak ada yang ngalahin nih
suasana seperti ini," Arial berujar lembut sambil
menyeruput teh manis hangatnya, kakinya
terendam setinggi mata kaki di pinggir Ranu
Kumbolo. Riani melihat sekeliling dengan terus merekam
lewat handy cam "Suasana kayak gini yang
nantinya akan kita kenang seumur hidup. Halo
ini Riani, kita sekarang ada di Ranu Kumbolo,
lagi makan siang," Riani tersenyum manis
merekam dirinya sendiri. Kamera berputar
mengarah ke teman-temannya.
"Dan ini Genta."
"Halo," Genta tersenyum ramah ke kamera.
"Ini Dinda..." "Halo." "Dan yang ini Arial...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Haloo...." Arial berlari ke depan dan
menjulurkan wajahnya dekat sekali dengan
lensa. "Terus ada Zafran."
Cuma Zafran yang tidak tersenyum,
pandangannya lurus ke depan seperti pemikir.
Ia melihat tenang dan datar ke handycam
seperti artis sinetron yang baru ditampar
selingkuhannya. Teman-teman lain sudah siapsiap menyiramkan kuah Indomie ke kepalanya.
Zafran tertawa keras sambil lari-lari an.
"Dan yang terakhir Ian...."
"Alo, di sini Ian!" Ian berteriak keras. Ia
membelakangi lensa, tapi tiba- tiba berbalik.
Ups! Ian mulai berdansa-dansa sendiri dengan
gaya fasih gemulai bak Ari Tulang-disambung
dengan nyanyi-nyanyi. Don't you worry, Don't be angry... Temanmu di
sini. Kamu sangat berarti, istimewa di hati
Slamanya rasa ini... bila nanti kita tua dan hidup
masing-masing ingatlah hari ini...
Semuanya tertawa renyah melihat Ian menyanyi
sambil menari-nari ajaib, perut gendutnya
tampak bergoyang ndul-ndulan. Tapi Ian cuek,
dia tetap menari, membuat cipratan-cipratan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kecil di pinggiran Ranu Kumbolo. Mereka
tertawa dan tersenyum melihat Ian, Zafran
mengambil piring bekas makannya dan
mencoba membuat ketukan irama dengan
sendok Tanpa sadar mereka mulai
bersenandung sambil terus tersenyum menatap
satu sama lain. Kamu sangat berarti, istimewa di hati
Slamanya rasa ini... bila nanti kita tua dan hidup
masing-masing ingatlah hari ini...
(Ingatlah hari ini, Project P)
Senandung lagu dan alam lain di Ranu Kumbolo
seakan ikut tersenyum melihat kegembiraan
mereka. "Bang Genta... thanks ya buat ini semua."
Sambil mengikat rambut indahnya, Dinda
berujar pelan. "Gue yang terima kasih banget sama kalian
semua" Satu jam lebih telah berlalu di Ranu Kumbolo.
Mereka masih duduk lesehan di beranda Ranu
Kumbolo dan mengagumi keindahan yang telah
semesta berikan pada mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ta, kapan kita berangkat lagi?" Zafran
menyeruput teh manis hangatnya.
Genta melihat jamnya. Pukul dua kurang
sepuluh menit. "Nanti aja jam tiga tepat..."
"Asik." "Tapi jangan becanda aja, mendingan tidurtiduran ngilangin capek dulu, perjalanan masih
jauh banget, masih berat."
"Lo jangan loncat-loncat mulu kayak monyetmonyetan karet," Genta menegur Zafran.
"Enggak." Zafran yang mau lari-larian lagi
langsung nurut. Zafran langsung tiduran tengkurap menghadap
Ranu Kumbolo. Rumput-rumput liar tampak
besar di depan matanya, membingkai Ranu
Kumbolo. Arial bersandar ke carriernya matanya
terpejam. Ian ikutan tidur tengkurap. Riani dan Arinda
rebahan berdua berbantalkan punggung Ian.
"Asik ada kasur air...."
"Yah mulai deh."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Pinjem punggung bentar Yan, kan empuk."
"Emangnya gue permen Yupi, empuk."
"Hehehe...." Genta mencoba memejamkan matanya duduk
bersandar ke carrier-nya. Angin sepilas
mengembus ke wajah mereka, membuat
perasaan teduh dalam pejaman. Tiba tiba
Zafran bersyair datar memecahkan keheningan.
And I don't even care to shake these zipper
blues, and we don't know just where our bones
will rest to dust, I guess
forgotten and absorbed into the earth below.
Ian menjawab syair Zafran, "1979, Corgan en'
Dia, Smashing Pumpkins..."
Zafran bersyair lagi. Woman I can hardly express My mixed
emotions at my thoughtlessness. Woman I
know you understand The little child inside of a
man. Please remember my life is in your hands. And
woman hold me close to your heart
However distance don't keep us apart After all it
is written in the stars Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Woman, John Lennon," kali ini Genta yang
menjawab. "Yah ketebak mulu," Zafran
menelungkupkan mukanya. "Kalo ini siapa ayo,"
kali ini giliran Genta. Come up to meet ya, tellyou I'm sorry
You don't know how lovely you are,
I had to find you, tell you I needya
And tellyou I set you apart,
nobody said it was easy Oh it's such a shame for us to part
nobody said it was easy no one ever said it would be so hard
I'm going back to the start.
Semuanya terdiam sejenak.
"Ah... gue pernah denger nih... sumpah." Zafran
langsung terbangun dan menatap Genta yang
masih sayup terpejam. "Ah... siapa ya?"
"Chris Martin, The Scientist, Coldplay." Riani
menjawab sambil tersenyum dan mengangkatangkat alisnya. "Gimana sih katanya vokalis...
kok nggak tau." "Lupa, Yan."
"Juple sih, ingetnya Chris Martin yang cuma
nyanyi doang bisa dapet Gwyneth Patrol."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalo ini siapa?" Arial ikut-ikutan.
Menelusuri angin malam hari harimu
terlewatkan kau hanya bicara berteman
khayalan kau tak mendapat jawaban, bukan
akhir segalanya bumi masih akan berputar
senyummu masih menawan cerita cinta masih
akan datang. "Hah siapa tuh?" Genta berteriak kecil. "Gue
pernah denger, sumpah!" "Tau nggak?" Arial
menatap teman-temannya. "'Ntar dulu, ntar
dulu...." uGue tambahin lagi nih, kalo nggak tau
keterlaluan." Dan senyumlah seperti mentari
tiada satu pun yang abadi biarkanlah kenangan
itu menghias hatimu. "Dan senyumlah, Sinikini!" Genta, Dinda, dan
Ian berteriak berbarengan.
"Ketebak juga," Arial tersenyum. "Kalo ini...,"
Ian ambil giliran. Apalah artinya sebuah derita bila kau yakin itu
pasti akan berlalu hai nona manis... biarkanlah
bumi berputar menurut kehendakyang kuasa
Tuhan pun tahu hidup ini sangat berat tapi
takdirpun tak mungkin selalu sama.
"Nah lho." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Gue tau, itu lagunya Utha Likumahua tapi gue
lupa judulnya." Ian pun bersenandung, "Coba
cobalah tinggalkan sejenak khayal mu esok kan
masih ada...." "Oh iya." "Esok kan masih ada, Utha Iikumahua,
zamannya Album Minggu sama Selekta Pop."
"Kalo ini siapa?" sekarang giliran Riani.
Tautan waktu berjalan,iring langkah kita
bersama mendewasakan semua rasa perasaan
jiwa, tak akan mungkin mengingkari melawan
arti cinta, perlahan kita mulai belajar
melaraskan batin menyatukan ruang tingkap
pengertian tak pernah ku merasakan penat
menjadi beban meski peluh mengalir dan mesti
terluka.... "Gilee...," Zafran langsung bangun dari
selonjorannya "Keren tuh." "Siapa ya?" "Lagi,
lagi...." "Nggak mau," Riani menggeleng.
"Lagi... please" Zafran memelas-melaskan
wajahnya. Menyangsingkan cinta dalam keras kehidupan
naif terlahir kewajaran kodrati lelapkan semua.
"Keren...." "Gue tau." "Gue juga tau."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Semuanya spontan bersenandung.
Demi cinta bersandinglah... dalam sisi hidupku
ini... demi cinta berjanjilah... melangkah kita
bersama. "Piyu dan Fadli, Demi Cinta, Padi." Dinda
berteriak keras. "Sumpah keren banget liriknya.... Demi Cinta."
Pucuk cemara di kejauhan bergoyang sekenanya
mengangguk-angguk bercengkerama dengan
awan putih dan langit biru, semuanya seakan
setuju dengan kata-kata Demi Cinta.
"Kalo ini siapa?" wajah Riani tampak berseriseri.
You're the future, so do what you come here
for... The hidden treasure locked behind the hidden doors
and the promise of a day that's shiny new,
only a dreamer could afford this point of view
But you're a driver not a passenger in life, and if
you're ready, you won't have to try cause you are the universe, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

and there ain't nothin' you can't do
if you conceive it, you can achieve it
that's why I believe in you...
Semuanya langsung teriak," You are the
Universe, The Brand New Heavies!"
"Ketebak...." "Lagu itu kan Riani banget"
"Keren lagi..., You are the universe and there
ain't nothin' you can't do, if you conceive it you
can achieve it... And the promise of a day that
shiny new.... Keren kan?" Riani tersenyum puas.
"Kalo kita mau, sebenarnya kita bisa raih apa aja
yang jadi mimpi-mimpi kita."
"Gue setuju itu," Genta menatap temantemannya dan melihat langit biru di atasnya.
"Sebenarnya kita nggak usah cari harta karun
kebahagiaan karena semuanya udah ada di di
diri kita sendiri: 'Tul nggak?" Ian bergumam
sendiri. "Setuju!" "Kebahagiaan sejati itu sebenarnya di sini," ujar
Zafran pelan sambil menunjuk hatinya.
"Gue jadi inget, gue pernah baca buku. Di buku
itu ditulis bahwa sebenarnya manusia terbagi
atas dua jenis," Ian membuka pembicaraan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Apa aja?" "Manusia internal dan Manusia eksternal."
"Maksudnya?" Zafran melihat ke Ian sambil
mengerenyit-kan keningnya.
Ian meneruskan, "Manusia eksternal adalah
manusia yang selalu memandang sesuatu yang
terjadi padanya sebagai akibat keadaan yang
terjadi di luar dirinya. Manusia eksternal
beranggapan bahwa semua keadaaan atau
segala kejadian yang menimpa dirinya itu
disebabkan oleh keadaan eksternal di luar
kendalinya Kalo gampangnya, manusia yang
selalu menyalahkan keadaan."
"Jadi manusia eksternal selalu berpikir keadaan
yang selalu mengontrol dirinya, bukan dirinya
yang mengontrol keadaan." Arial mencoba
menyimpulkan. "Betul Bapak Rambo."
Zafran ikutan nyambung, "Contoh kecilnya kalo
dia kalah main sepakbola yang disalahkan
adalah lapangannya atau wasitnya.
Genta juga ikutan, "Oh gue ada contoh lagi tuh.
Ada atlet kita yang kalah di kejuaraan apa gitu
gue lupa, tapi yang paling-inget, dia bilang kalau
kekalahannya itu gara-gara ibunya nggak ikut
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
nonton pertandingan. Kalo gue bilang sih
alasannya nggak masuk akal."
"Gue setuju alasannya nggak masuk akal sama
sekali. Kalah menang kan tergantung dia," Ian
mengacungkan jempolnya. "Dia yang harus ngontrol keadaan, jangan mau
kalah sama keadaan," Dinda berujar pelan.
"Nah itu definisi manusia internal," Ian
melanjutkan penjelasannya.
"Oh jadi...." "Iya manusia internal adalah manusia yang
beranggapan bahwa dirinyalah yang harus
mengatur keadaan, bukan dirinya yang diatur
oleh keadaaan." "Manusia internal adalah manusia yang akan
selalu melihat dahulu apa yang salah dalam
dirinya, bukan lantas menyalahkan kedaaan."
"Mmm... gue ngerti. Kalo kata lirik tadi, You're
the driver not a passenger in life" sambut
Zafran. Riani tersenyum senang. Iya, kita jangan sampai
mau diatur oleh keadaan, kalo bisa kita yang
mengatur, kita harus selalu jadi kalimat aktif
selalu pakai awalan me- bukan kalimat pasif
dengan awalan di-." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Berarti, kalo kita mau sampai ke puncak
Mahameru jangan sampai kita jadi manusia
eksternal, kita harus jadi manusia internal, ya
kan" Zafran menaikkan alisnya.
"Bukan di Mahameru aja, kayaknya setiap hari
kita harus begitu deh, jangan pernah mau jadi
manusia yang diatur oleh keadaan." Arial
berargumen. "Iya jangan pernah kalah sama keadaan."
"Yang bilang kita kalah itu siapa?"
"Ya kita sendiri."
"Kalo kita nggak bilang kalah, kita nggak akan
pernah kalah." "Enggak pernah ada manusia yang kalah, cuma
pelajarannya aja mungkin agak berat dibanding
yang lain." Ian menatap permukaan Ranu
Kumbolo. "tul...." "Atau mungkin dia sendiri yang berat-beratin"
"Tapi bukannya dia malah, beruntung
mendapatkan pelajaran yang lebih berat dari
yang lain?" Dinda memandang temantemannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Betul juga, kalo dia memandangnya seperti itu
berarti jadinya ke masalah sikap." Genta coba
menyimpulkan. Riani berteriak kecil, 'Jadi, apa pun itu, cobaan,
kekalahan, kegagalan, tidak akan menjadi
sesuatu yang buruk. Tapi tergantung bagaimana
kita bersikap, tergantung bagaimana kita
menyikapinya." "Betul lagi...," Ian mengacungkan jempolnya.
"Tapi sikap kan ada yang positif dan ada yang
negatif, Ni?" tanya Zafran ke Riani.
"Iya, jadi mungkin contohnya begini. Misalnya
kita lagi dapet cobaan, kegagalanlah yang
gampang contohnya, kalo kita memilih bersikap
negatif sama kegagalan kita akan mengaggapnya sebagai sesuatu yang buruk, sesuatu
yang menghalangi jalan kita. Kita seolah bikin
tembok. Tapi, kalo kita bersikap positif sama
kegagalan kita, kita akan menganggapnya
sebagai suatu pelajaran yang amat berharga
yang telah Tuhan berikan untuk kita. Kita ibarat
bikin pintu ke jalan baru, bukannya tembok."
Zafran mengagguk-angguk. "Ada yang pernah bilang...," Genta coba
memperjelas, "Kehidupan adalah 10% yang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
terjadi pada dirimu dan 90% sisanya adalah
bagaimana kamu menghadapinya."
"Keren...." "Kalo begitu, sebenarnya Tuhan telah memberi
kebebasan kepada setiap manusia untuk
memilih apakah akan bersikap negatif atau
positif terhadap suatu keadaan." Arial berbicara
sambil melihat sekitarnya, langit biru di atas
Ranu Kumbolo terlihat indah.
"Iya, sesungguhnya setiap manusia memang
diberi kebebasan memilih. Memilih di
persimpangan-persimpangan kecil atau besar
dalam sebuah 'Big Master Plan' yang telah
diberikan Tuhan kepada kita semenjak lahir.
Jadi, semuanya ke masalah pilihan.'' Mata Ian
berbinar-binar. "Gue setuju." "Sepertinya begitu."
Riani menatap teman-temannya lagi, "Kalo
begitu bagaimana kita bisa ngejelasin soal masih
banyaknya kekacauan di alam semesta ini,
masih ada aja perang, masih banyak manusia
serakah, yang maunya cuma mengambil untung
dari prang lain. Apakah itu sebuah pilihan yang
salah" Trus bagaimana sikap kita" Banyak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
argumen yang mengatasnamakan sikap positif
dalam pengambilan keputusan yang ternyata
salah." "Contohnya?" Mata Genta menatap Riani.
"Yang paling gampang ya perang. Masa di
peradaban modern ini keputusan perang masih
diambil." "Iya juga ya,..," Genta mengangguk-angguk.
"Mungkin juga atas semua kejadian ini, Tuhan
mencoba menyadarkan lagi dunia,
menyadarkan lagi manusia," ujar Zafran.
"Memelihara tingkat kesadaran manusia,"
tambah Ian. Arial menghela napas panjang, "Tapi kan emang
dari dulu pasti ada yang baik dan buruk, ada yin
ada yang, ada hitam ada putih, ada Hitler ada
Gandhi, ada Power Rangers ada monster jahat,
dan mungkin semuanya itu membuat manusia
berpikir." "Iya, kejahatan dan kebaikan akan selalu ada
untuk mempertahankan tingkat pemikiran kita
sebagai manusia bahwa ada lho orang yang
jahat, ada lho orang yang baik...," Genta
mencoba memperjelas. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan ada orang yang di tengahnya," Zafran
bergumam pelan. "Maksudnya?" "Orang yang selalu bertanya-tanya, masih
bingung antara baik atau jahat," jawab Zafran,
"Mungkin di belahan lain sana ada orang yang
bingung seperti gue, seperti kita yang kerjanya
nanya mulu, nyari jawaban."
"Gue pikir orang yang selalu bertanya itu harus
juga ada..," Ian menatap Zafran.
"Iya juga, kadang orang itu bingung dia ada di
mana dan di antara bingungnya itu, dia juga
memelihara tingkat pertanyaan yang dari dulu
sama dan akan selalu ada sepanjang masa,"
Zafran tersenyum dan menatap kosong. "Jadi,
kalo menurut gue, iseng-iseng doang nih,
golongan manusia bisa dibagi jadi tiga."
Zafran jeda sejenak, "Yang pertama, lo mungkin
lihat orang baik itu seperti apa" Kadang dia
cuma melakukan hal-hal yang baik aja tanpa dia
sadari, tanpa pamrih, jadi teladan dan mungkin
nggak perlu bertanya untuk apa dia lakukan
itu." "Enak tuh jadi orang kayak gitu," Ian nyeletuk.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran meneruskan, "Yang kedua, ada orang
jahat yang menghalalkan segala cara untuk
melakukan kejahatannya. Pasti kita pernah
nemu deh, semua yang dia lakukan salah
banget. Iri, dengki, selalu merasa penting, selalu
berpikiran jahat, selalu merendahkan orang
lain." "Gue nggak mau jadi orang kayak gitu," Ian
nyeletuk lagi. Zafran tersenyum ke Ian dan meneruskan,
"Yang ketiga, orang yang akan selalu buat
pernyataan-pernyataan... seperti Ian tadi, 'Enak
tuh jadi orang kayak gitu...', 'Gue nggak mau jadi
orang kayak gitu...'. Gue juga sama persis, orang
yang selalu mencari jawab atas baik dan buruk,
yang tahu sesuatu itu baik dan mau menjadi
baik; yang tahu sesuatu itu buruk dan nggak
pernah mau jadi orang yang buruk."
Zafran menghela napas panjang dan berujar
pelan, "Tapi dia sendiri nggak tau, termasuk
orang baik atau orang buruk karena kadang dia
melakukan sesuatu yang baik, tapi juga pernah
khilaf hingga melakukan hal yang buruk."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ada yang bilang, The man with the greatest
soul will always face the greatest war with the
low minded persons...," sambung Genta.
"Artinya?" "Orang orang berjiwa besar akan selalu
menghadapi perang besar dengan orang-orang
berpikiran rendah dan pendek." "Gilee...."
"Siapa tuh yang bilang, Ta?" "Albert Einstein."
"Tapi nggak ada yang pernah tau kan siapa yang
menang di perang itu?"
"Makanya ada orang yang selalu bertanya
karena nggak ada yang tau, yang menang
siapa?" Zafran berujar pelan.
"Tapi orang jenis ketiga itu emang ada kan" Lo
liat di sekitar lo deh," Arial bertanya.
"Banyak, kadang-kadang dia melakukan hal


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang baik, kadang-kadang dia melakukan hal
yang buruk." "Dan orang seperti itu harus ada."
"Bukannya semua manusia begitu?"
Semuanya bertanya-tanya dan menggumam
sendiri, "Enggak tau juga...enggak juga..enggak
juga." "Bingung." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bingung" Nggak jelas. Ngerti tapi bingung"
Nggak ada jawabnya,"
"Gue ngerti tapi bingung." "Sama!"
Riani coba menyimpulkan pelan, "Itulah
mengapa Tuhan memberi kebebasan kepada
setiap manusia untuk memilih. Selanjutnya
tinggal masalah pilihan. Itulah mengapa Tuhan
sayang sama makhluknya. Ia menjaga tingkat
ketidakjelasan-Nya, ketidakjelasan alam
semesta ini dengan ketidakjelasan dan
ketidakpastian, supaya kita terus belajar
tentang apa aja hingga akhirnya kita bermuara
pada-Nya. Kalau kita perhatikan, enggak pernah
ada satu yang pasti banget di dunia ini, kecuali
ketidakpastian itu sendiri. Jodoh, rezeki, dan
maut, semuanya nggak pasti."
Riani diam sebentar, lalu meneruskan, "Maut
atau kematian bisa kapan aja
datangnya...contohnya udah banyak banget.
"Rezeki" Rezeki katanya ada tiga macam, rezeki
yang ada semenjak kita lahir, rezeki yang kita
punya sekarang, dan rezeki yang ditangguhkan.
Jadi, sebenarnya kita punya rezeki yang
ditangguhkan, yang kalo kita mau, bisa kita
kejar." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Nabi Muhammad SAW pernah bilang, kalo
kamu punya unta, serahkanlah unta itu pada
Allah. Tapi jangan lupa, unta itu juga harus
diikat "Intinya, jangan pernah nyerah sama
keadaan, harus ada usaha," Genta coba
memperjelas. "Tul...." Arial menatap teman-temannya, "Kalo soal
jodoh, ada temen gue yang udah pacaran
bertahun-tahun, tiba-tiba putus gitu aja, trus dia
ketemu cowok, baru tiga bulan langsung nikah.
Sekarang bahagia dan udah punya anak."
Zafran coba berargumen, "Tapi ada ada juga lho
temen gue yang udah bertahun-tahun pacaran
hingga akhirnya menikah, sekarang udah punya
anak juga." "Untuk sekarang mereka bahagia, kita harus
bilang begitu sebab kita nggak tau pelajaran apa
lagi yang akan Tuhan berikan sama manusia.
Tuhan kan sayang banget sama kita, Dia akan
terus memberikan hikmah-hikmahnya pada
manusia setiap hari. Membuat kita terus belajar
agar tidak menjadi sepotong daging yang punya
nama yang hanya bisa jalan-jalan doang!!!"
"Betul, gue setuju."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Iya ya, bingung ya, nggak ada yang pasti."
"Mimpi juga sesuatu yang nggak pasti. Tapi, kita
harus punya mimpi. Apa jadinya kalo orang
nggak punya mimpi. Kosong."
"Sama aja dengan manusia yang nggak percaya
adanya Tuhan... kosong."
Semua mendongak melihat langit biru yang
megah menaungi mereka dalam tanda tanya
besar. "Orang jahat dan orang baik juga ciptaan Tuhan,
mungkin bagian dari rencana besar-Nya pada
manusia." "Pada setiap manusia, bukan pada manusia."
"Makanya kita punya agama."
"tul...." "Berarti rugi banget dong orang atheis yang
nggak percaya atas keberadaaan Tuhan. Rugi
banget! Sumpah! Ngebayanginnya. aja males."
"Sesuatu yang pasti di dunia ini adalah
ketidakpastian...." "Dan Tuhan memelihara ketidakpastian itu pada
seluruh umat manusia agar manusia terus
belajar, terus bermimpi, dan ujung-ujungnya
kita akan kembali pada-Nya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kayak obrolan sok tau kita barusan," Zafran
tertawa sendiri. "Sesuatu yang pasti di dunia ini adalah
ketidakpastian... semuanya relatif."
"Itu kan Einstein juga ya?" Ian menatap Genta.
Genta mengangguk, "E=mc2"
"E=mc2 kan sebenernya tentang bagaimana
membuat energi baru?" Ian bertanya lagi ke
Genta. "Energi yang paling dahsyat yang pernah
ditemukan manusia," Riani mendesis pelan.
"Energi atom." "Tul...." "Kayak gimana tuh?"
"E=mc2 penjelasannya tuh gini.... Kalo nggak
salah ya...," jabar Riani. "Kita bisa bikin energi
dengan adanya massa dikalikan dengan kuadrat
kecepatan cahaya. E nya energi, yang mau
dibikin, m-nya, massa dalam gram, c-nya
kecepatan cahaya" "Kecepatan cahaya itu berapa?" tanya Dinda ke
Riani. Riani menjelaskan lagi, "Sekitar 344.997
kilometer per detik atau 344.997.000 meter per
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
detik. Itu batas pengetahuan matematis
manusia." "Gilee, cepat banget," Ian geleng-geleng kepala.
"Jakarta-Bandung berapa kilo?" tanya Ian. "180
km." "Berarti...," Ian mengutak-atik kalkulator di
handphone-nya. "1916 kali bolak-balik Jakarta Bandung. Atau,
kalo satu mobil kita anggap 4 meter; berarti
86.249.250 mobil dibarisin panjang dan jarak
segitu bisa ditempuh cahaya dalam satu detik
saja." Ian kaget sendiri.
"Cepet banget." Arial berujar pelan.
Riani meneruskan, "Einstein bisa membuktikan
kalo makin cepat gerak benda, semakin besar
massanya, jadinya sebuah energi.
"Semakin cepat gerak benda, semakin besar
massanya" "Bingung..." Riani menjelaskan lagi, "Kalo kita lempar bola
basket lemah ke tembok... temboknya bisa
bolong nggak?" "Nggak!" Zafran menjawab
cepat Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tapi, kalo misalnya kita punya pistol terus kita
tembakin ke tembok, temboknya bisa bolong
nggak?" "Bisa," Arial mengangguk. "Kenapa?"
"Karena gerak peluru sama gerak bola lebih
cepat peluru," Ian mencoba menyimpulkan.
"Betul..." Riani menatap teman-temannya yang
tampak serius. "Dan, waktu peluru itu tabrakan dengan
tembok, energi yang dihasilkan di tabrakan itu
akhirnya bisa bikin tembok bolong."
"Energi yang timbul gara-gara kecepatan peluru
aja bisa bolongin tembok...."
"Dengan kata lain, peluru yang membentur
tembok sebagai massanya.. .dan kecepatan
peluru adalah geraknya. Semakin cepat gerak
benda akan semakin besar massanya,
kekuatannya...." "Gue ngerti." Mata Ian berbinar-binar.
"Jadinya...E=mc2, kecepatan kuadrat
344.997.000 meter per detik itu berapa" Itung,
itung." Ian mengutak-atik handphonenya lagi.
"119.022.930.009.000.000 meter per detik...
Gilee...." "E=mc2 itu dalam satuan apa, Ni?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Massanya, m dalam gram. Kecepatan
cahayanya c dalam sentimeter per detik,"
"1 meter berapa sentimeter?" Ian bertanya ke
teman-temannya "Seratus," jawab Dinda cepat.
"1 gram?" "Satu per seribu kilogram," jawab Dinda lagi.
"Satu Indomie itu beratnya 70 gram...," Ian
tampak berpikir serius. "Satu per tujuh puluh
berat Indomie.... Indomie dibagi menjadi tujuh
puluh. Kecil banget"
Riani mengutak-atik kesimpulan. 'Jadi, dengan
hanya satu gram benda atau satu per tujuh
puluh kali berat Indomie, bila benda itu
bergerak dengan kecepatan
119.022.930.009.000.000.000 atau seratus
sembilan belas bilyun dua puluh dua trilyun
sembilan ratus tiga puluh trilyun sembilan
milyar cm per detik...."
"Bayangin aja cepetnya," Arial geleng-geleng
kepala. "Peluru aja, yang nggak keliatan, bisa bolongin
tembok," Genta menambahkan. "Apalagi
kecepatan segitu...."
Riani tersenyum bangga, "Itulah energi atom!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kenapa bisa dibilang energi atom?" tanya
Dinda. "Satuan terkecil dari benda namanya apa?"
"Atom." "Sifat atom?"
"Selalu mengisi tempat kosong."
"Dinda bayangin deh, ada suatu benda lewat
dengan kecepatan tadi. Udah berapa atom yang
dilewatin dan diacak-acak dan berpendar ke
segala arah" Berapa banyak atom yang bergerak
mengisi tempat kosong yang dibuat oleh benda
yang lewat tadi" Riani meneruskan.
"Yang akhirnya jadi satu energi, seperti peluru
yang nembus tembok tadi," Dinda tersenyum ke
Riani. "Kalo contoh yang gue baca, keajaiban dari
energi atom itu adalah peledakan energi satu
gram zat aja bisa memberikan listrik buat satu
provinsi selama satu tahun. Atau...," Riani diam
sejenak "Membuat provinsi itu hancur berkeping-keping
rata dengan tanah hanya dalam hitungan menit!
Einstein telah membuka pintu kematian
sekaligus pintu kehidupan."
The Conversation Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Percakapan terus berlanjut, mencoba
mengagumi keindahan dan keajaiban yang telah
dibuat oleh makhluk bernama manusia.
"Energi atom berarti dahsyat sekali ya... Kalo
dibuat bom terus bomnya buat membunuh
umat manusia, salah apa bener ya?" "Salah...."
"Kalo dibuat energi untuk jadi listrik yang
disalurkan ke rumah-rumah, bener nggak?"
"Bener." "Tapi kan misalnya bom atom yang di
Hiroshima, gara-gara itu perang berhenti...
jutaan nyawa bisa selamat" "Iya juga, ya..."
"Relatif lagi."
"Berarti, balik lagi ke manusianya." "Bukan!
Balik lagi ke pilihan manusia." "Iya...."
"Dengan waktu dan kekuatan yang telah
diberikan, manusia mau memilih apa"
Kebebasan pilihan sudah diberikan...."
"Einstein dengan teori relativitasnya bisa
membuktikan bahwa massa atau benda-benda
adalah sesuatu yang relatif."
"Jadi semuanya relatif."
"Materi adalah sesuatu yang relatif karena
materi selalu bergerak... nggak pernah diem."
"Kasih contoh dong..."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Contohnya kalo lo dari kamar pindah ke ruang
tamu. Ada materi baru yang mengisi tempat di
kamar yang lo tinggalin. Dan, saat lo masuk


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ruang tamu ada materi yang pindah lagi karena
ada lo yang masuk mengisi tempat di ruang
tamu." "Berarti materi selalu bergerak seperti atom
yang sifatnya selalu mengisi tempat kosong...."
"Betul, materi kan terdiri dari atom-atom. Kata
Einstein, nggak pernah ada suatu benda yang
tidak bergerak. Semuanya bergerak."
"Tapi...." "Untuk tahu bergeraknya sebuah materi, harus
ada perbandingan dengan benda lain yang
bergerak juga." "Bingung...."
"Nggak boleh ada kamar lo doang, harus ada
ruang tamunya." "Nggak boleh ada ruang
tamunya doang, harus ada kamar lo juga."
"Tapi kan gue bergerak sedikit aja di kamar gue,
udah banyak materi yang berpindah tempat
Dan waktu juga terus berjalan kan" Karena
waktu terus bergerak."
"Itu dia. Maka timbullah Teori Relativitas
Einstein. Dia bilang nggak pernah ada sesuatu
yang pasti, dia menolak segala hal yang bersifat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mutlak. Sesuatu itu selalu berubah, terus ber
ubah, materi berubah karena gerak."
"The man with the greatest soul will always face
the greatest war with the low minded persons"
"Kalo diliat dari kesimpulan sih pernyataan itu
mungkin bisa berarti bahwa kebaikan akan
selalu berperang dengan kejahatan. Betul
nggak?" "Nggak tau." "Sekarang gue kayaknya kalo ngeliat sesuatu
nggak mau langsung bilang bener atau salah.
Harus dilihat dari sudut pandang mana
ngeliatnya." "Betul juga sih."
"Nggak juga sih."
"Tapi nggak juga deh. Pernyataan itu ada
benernya, ada salahnya juga sewaktu-waktu.
Belum pasti bener, belum pasti salah juga.
Relatif lah." "Iya relatif." "Tuh kan balik ke relativitas lagi. Pada akhirnya
semuanya emang begitu. Einstein sendiri tadi
bilang satu-satunya yang pasti di dunia ini
adalah ketidakpastian."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tapi tadi lo bilang pernyataan itu bisa bener
juga sewaktu-waktu. Berarti ada lagi dimensi
waktu yang bisa menimbulkan ketidakpastian
tadi." "Waktu...." "Iya, relativitas itu sesuatu menjadi relatif
karena ada dimensi waktu, seperti di kamar lo
tadi, lo bergerak sedikit aja udah banyak yang
bergerak, tapi kan waktu juga terus bergerak"
"Apa pun, menjadi relatif kalo ada dimensi
waktu." "Contohnya tadi, sesuatu bisa jadi salah atau
bisa jadi bener tergantung kapan waktunya
sesuatu itu diterapkan."
"Setuju nggak?"
"Waktu juga...."
"Waktu terus berjalan, ada lagi yang juga terus
berubah, namanya waktu."
"Berarti seluruh relativitas Einstein bisa
dikalahkan oleh waktu?"
"Bukan dikalahkan."
"Teori Relativitas itu terjadi karena ada waktu.
Mungkin kalimatnya bisa dilanjutin jadi satusatunya yang pasti di dunia ini adalah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ketidakpastian dan ketidakpastian itu adalah
sifat utama dari sebuah waktu."
"Dan, karena waktu adalah sesuatu yang
berjalan sangat cepat maka waktu adalah suatu
ketidakpastian yang sangat besar."
"Bingung?" "Contoh... dong"
"Sekarang jam berapa?"
"Jam tiga kurang."
"Kurang berapa?"
"Tujuh belas menit."
"Tujuh belas menit kurang berapa?"
"Tujuh belas menit kurang- sebelas detik."
"Sebelas detik kurang berapa?"
"Hah?" "Mana gue tau?" "Kenapa?"
"Karena waktu terus berjalan."
"Berarti waktu adalah sesuatu yang bergerak
terus...." "Iya."
"Jadinya harus ada seperseratus atau
seperseribunya. Baru sampai segitu kan
manusia bisa ngitung?"
"Kecepatan gerak paling tinggi baru bisa
dihitung manusia melalui kecepatan cahaya."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Manusia baru sampai ke kecepatan cahaya,
yaitu 344.997.000 meter per detik. Itu batas
pengetahuan matematis manusia." "Fiuh...."
"Jadi, kalo setiap ada yang tanya sekarang jam
berapa?" "Berarti dia bohong."
"tul...." "Bohong tak terhingga berapa juta juta juta...
multi mikro... detik."
"Karena waktu selalu berjalan, cepat sekali."
"Dan karena waktu adalah sesuatu yang
berjalan sangat cepat maka waktu adalah suatu
ketidakpastian yang sangat besar." "Kalo waktu
berhenti?" -"Bukan berhenti kali yee..." "Kalo
waktu nggak ada?" "Nah lho?"
"Iya, kalo nggak ada waktu?" "Hahaha...."
"Kayaknya nggak ada yang relatif, semuanya
jadi pasti." "Lo pasti mati tanggal segini, rezeki
lo tuh segini, jodoh lo tuh si ini."
"Berarti kita jadi nggak punya pilihan, nggak
punya kebebasan memilih."
"Bukan nggak punya kebebasan memilih."
"Lo bahkan nggak akan pernah punya
kebebasan sama sekali."
"Dan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dan manusia nggak akan pernah punya yang
namanya iman, cita-cita, keinginan, keyakinan,
dan mimpi." "Karena semuanya udah pasti."
"Lo nggak akan punya mimpi karena semuanya
udah pasti." "Apa jadinya..?"
"Seonggok daging yang punya nama, bisa jalanjalan dan berbicara, bukan sebuah kehidupan."
"Berarti... karena semuanya udah tau, masa
depan lo, siapa lo nantinya, apa yang bakal lo
dapet, nggak ada yang namanya belajar dari
pengalaman." "Demi waktu...."
"Demi waktu...."
"Tapi gue yakin, pasti ada sesuatu yang
pasti...yang nggak bisa ditawar, yang bahkan
Albert Einstein nggak bisa jelasin."
Semua anak manusia itu melihat ke langit biru
di atas Ranu Kumbolo. Tersenyum satu sama
lain. "Iya, yang di atas sana itu satu yang pasti."
"Tuh kan balik-baliknya pasti ke yang di atas
sana." Angin yang membelai wajah mereka lembut
menemani hati mereka yang berdoa mengucap
syukur. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Manusia yang nggak percaya sama Tuhan sama
saja dengan manusia yang nggak punya mimpi.
Cuma seonggok daging yang punya nama."
I am enough of an artist to draw freely upon my
imagination. Imagination is more important
than knowledge. Knowledge is limited.
Imagination encircles the world. (Albert
Einstein) DELAPAN A Letter, A Heart... to Remember
...Tapi aku bilang sekarang sama kamu bahwa
cita-cita kamu itu tercapai... kamu adalah orang
yang paling baik di hati kita, titik... cita-cita
kamu tercapai. Dan kamu akan selalu kita
kenang di hati ke mana pun kita pergi...
Pukul tiga kurang lima. "Beres-beres dan berangkat."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Zafran dan Genta melipat terpal Arial dan Ian
membereskan kompor parafin, Riani dan Dinda
tampak membereskan sisa-sisa makan siang.
Keheningan menyelimuti mereka berenam,
baru saja mereka merasa dekat sekali dengan
Mahapencipta. Genta berujar ke teman-temannya, "Sampah
kita mana" Masukin di plastik, jangan dibuang
di sini, kita bawa aja, gantung di luar carrier.
Jangan pernah ninggalin sampah di gunung."
"Ta...." "Iya, Yan." "Berapa lama lagi kita jalan?"
"Kalo sampai puncak ya masih setengah hari
lagi.. .tapi nanti malam kita ngecamp dulu di
Arcopodo." "Masih jauh banget ya?"
"Masih... jauh, nggak pakai banget."
Mereka sudah siap berjalan lagi. Treg... srrt!
Arial mengencangkan carriernya.
"Siap?" Sebentar mereka menatap Ranu Kumbolo yang
tenang selepas siang, hanya dalam hitungan jam
semuanya telah meninggalkan sepotong
keajaiban hati mereka di sana.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Berdoa dulu." Semuanya tertunduk, memejamkan mata.
"Yuk...." "Mahameru Ian datang." "Hehehe...."
"Mahameru mudah-mudahan Ian kuat."
"Mahameru... mudah-mudahan punya tempat
buat Ian yang gendut. Mahameru, terima kasih
Ranu Kumbolo-nya ya."
Mereka mulai melangkah lagi, mulai berjalan
meninggalkan Ranu Kumbolo. Rombongan itu
langsung disambut oleh sebuah bukit tinggi
dengan jalan setapak yang menanjak curam
membelah kumpulan ilalang liar yang tumbuh di
badan bukit. Tampak beberapa pendaki
terengah-engah membawa barang bawaan yang
berat. Sebagian yang lain memilih berhenti
sebentar di pinggir jalan setapak, melepaskan
lelah. "Gilee tinggi juga ya...."
"Agak curam." "Tanjakan cinta."
"Apaan, Ta?" "Banyak yang menyebut bukit ini tanjakan
cinta." "Hahaha... kenapa, Ta?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Itu, liat aja, Ple. Kalo dari jauh bentuknya kayak
lambang cinta." "Iya juga sih."
Genta meneruskan, "Ada lagi mitos satu yang
mengatakan kalo kita terus mendaki tanpa
melihat ke bawah lagi maka segala mimpi
tentang cinta kita akan terwujud."
"Hah yang bener?" mata Ian dan Zafran
berbinar-binar. "Iya, tapi ada satu lagi syaratnya. Selama kita
mendaki harus terus mikirin orang yang kita
mau itu." "Hahaha...." "Serius lo, Ta?"
"Iya nggak tau ya. Itu udah jadi bahan obrolan
para pendaki Mahameru dari dulu, gue nggak
tau bener apa enggak." "Asik...," Zafran mulai
gila lagi. Ian loncat-loncat, "Hore... kalo gue terus mikirin
Happy Salma bisa jadian dong sama dia."
"Happy Salma.... Happy Salma..." Genta jadi
geleng-geleng, tersenyum kecil, nyesel sendiri
udah bikin dua temannya jadi ngaco dan
berlarian ke bawah bukit, menuju awal jalan


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

setapak tanjakan cinta. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Semua tertawa melihat kapur tulis SD yang
ceking dan gajah Lampung dari Way Kambas
loncat-loncat kegirangan.
Ian dan Zafran sudah berada di awal jalan
setapak. Mereka melambai ke belakang,
keempat temannya masih berjalan santai.
Keduanya saling pandang sebelum naik.
"Gile, Ple, tinggi juga"
"Iya, Yan...." Zafran mengencangkan tali carriernya, buat gaya sedikit.
Ian mencoba menirukan Zafran, walaupun
sebenarnya dia nggak tau apa maksud Zafran.
"Siap, Ple?" "Siap!!!" Tapi nggak jadi. "Nanti kalo si Genta bohong
gimana" Masa sih?"
"Ah bodo amat, namanya juga mitos." "Kalo
bener gimana hayo?" "Iya juga ya... Happy Salma, Ple. Gile, mimpi aja
nggak." "Yuk." "Sip." Tapi nggak jadi lagi. "Iya ya, kalo Genta bohong
gimana ya, Yan?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Happy Salma juga cuma seksi aja, gue nggak
tau orangnya gimana, gue kan maunya yang
keibuan." "Iya juga ya, Yan."
"Tapi Yan, apa pun harus kita coba. Kita kan lakilaki." "Man gotta do what man gotta do!" "Iya,
apa salahnya nyoba?"
"Nggak ada salahnya, Ple. Yang penting kita
usaha." "tul...."
"Jadi siap nih?" "Siap." "Yuk."
Keduanya masih terdiam, "Yuk."
"Ya udah, tinggal ngelangkah doang, nggak ada
susahnya. Lo sih pake didramatisir."
"Eh iya ya, tinggal ngelangkah doang, kayak
ngadepin apa aja." Zafran mulai melangkahkan
kakinya. Mereka melangkah mendaki jalan setapak.
"Heh, dipikirin orangnya, jangan bengong."
"Oh iya lupa...," Ian masih bengong.
Mereka terus melangkah sambil berpikir keras.
Ian memikirkan Happy Salma hingga keningnya
berkerut, Zafran melakukan hal yang sama,
siapa lagi yang dipikirin kalo bukan Dinda. Ber
dua terus mendaki dan mendaki, barang
bawaan terasa semakin bertambah berat, kaki
seperti digantungi pemberat. Setengah bukit
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tinggi itu telah mereka lalui, napas kembali
terengah-engah, satu-satu dada mereka tampak
naik-turun. "Fiuh, fiuh, fiuh." Atur napas satu-satu.
"Capek juga ya, Ple."
"Iya, makanya jangan cepet-cepet. Santai aja."
"Gilaa... berat juga mencari cinta." "Juplee!!!...
Ndut!!!. Wooy!!!" "Iya, Taa...."
Ian dan Zafran refleks menengok ke bawah,
melihat Genta yang memanggil-manggil
mereka. Genta, Arial, Riani, dan Dinda
melambaikan tangan. Keempatnya baru mulai
mendaki. "Apa, Ta?" "Sampai ketemu di atas bukit ya..," Genta
berteriak lantang. Ian dan Zafran menengok ke bawah, tersenyum
dan mengacungkan jempol. "Hati-hati ya, Ta."
"Ha... ha... ti ha... ti... ya.., Ta...," suara Ian dan
Zafran melemah seperti walkman kehabisan
baterai. Di mata Zafran, lukisan indah Arinda tiba-tiba
lumer cat nya, berganti jadi wanita berbikini
ngejreng di stiker hadiah TTS bertuliskan
"menanti kejujuran". Lalu Arinda berubah jadi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
gadis kalender pompa air yang biasanya pake
bikini warna norak, berpose di depan motor
dengan bulu ketek yang lupa dicukur.
Dalam bayangan Ian, Happy Salma tiba-tiba
berubah menjadi bencong taman lawang
dengan betis gede, trus jadi Mpok Nori, trus jadi
paranormal wanita menor di tabloid hantu, trus
jadi kambing pake bedak, jadi bebek, jadi
kucing, jadi mangga, jadi nanas, jadi Mpok Ati...
Ya Allah towlowng.... Keduanya terduduk lemas
saat itu juga, melihat iba ke bawah.
"Udah jauh banget lagi," kata mereka sambil
bertatapan. Keempat teman lain yang masih di bawah
terbengong-bengong melihat mereka berdua.
"Kenapa tuh berdua" Kecapekan?"
Arial, Riani, dan Dinda saling berpandangan dan
tersenyum. Tiba-tiba tawa ketiganya meledak
keras sekali... "Hahaha...."
"Bodoh." "Bego, hahaha...."
"Bodoh, kagak sekolah...."
"Ancur." "Kenapa sih?" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Genta yang masih bingung ikut tertawa kecil
melihat teman-temannya tertawa gembira
sekali. Air mata Arial dan Riani sampai keluar,
bahu Dinda berguncang. "Wooy kenapa?" Arial masih tertawa, coba memberi tahu Genta.
"Hahaha... gara-gara lo panggil, mereka berdua
nengok ke bawah kan" Padahal kalo mau
keinginannya tercapai kan nggak boleh nengok
ke bawah... hahaha...."
"HAHAHA...," tawa Genta meledak keras sekali
sampai ia terduduk lemas di pinggiran jalan
setapak. "Gue... gue... enggak sengaja. Sumpah!
Hahaha... ancur.,.. Gue emang mau manggil
mereka berdua, sumpah nggak sengaja."
Ian dan Zafran di ketinggian melihat keempat
teman mereka di bawah sedang terpingkalpingkal. Tak kuasa, keduanya ikut tersenyum
dan tertawa keras, menertawai kebodohan
mereka sendiri. "Hahaha... mana udah jauh lagi ya , Ple. Mau
ngulang lagi udah capek."
"Lo aja hahaha... gue mah nggak mau." "Bego
lo, Yan... hahaha." "Lo juga... hahaha."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Wooi bego, gue nggak sengaja. Pengen manggil
aja... hahaha...," Genta jadi geli sendiri.
"Rese!!!" Ian dan Zafran teriak-teriak dari atas.
Mereka meneruskan pendakian. Napas mereka
memburu satu-satu, melawan tanah tinggi dan
beban berat di punggung. Ian dan Zafran sampai
paling duluan di puncak bukit.
"Wooi semua! Cepet, cepet!" Zafran dan Ian
melambaikan tangan dari puncak bukit.
"Wooi... cepet!"
"Kenapa sih mereka, Mas Ial?" Arinda bertanya
heran pada abangnya. "Nggak tau, biasa... dua mahkluk itu emang
kadang-kadang suka ajaib."
Teriakan-teriakan itu terdengar lagi. Kali ini
makin jelas karena jarak mereka makin dekat.
"Cepet!!! Cepet, keren nih!!"
Riani mendongak ke atas. Bayangan Ian dan
Zafran tampak meloncat-loncat di atas bukit.
"Ada apa sih, Ta" Mereka kok excited banget."
"Keren, keren... sumpah keren banget."
Teriakan Ian dan Zafran makin jelas di telinga.
Genta tersenyum penuh arti, tau apa yang
dimaksud oleh kedua temannya itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Iya sih emang ada sesuatu yang keren di atas
sana," ujar Genta pelan.
Arial, Dinda, dan Riani berhenti sebentarmenengok ke Genta. Genta menaikkan alisnya,
tersenyum penuh arti. "Ada apa sih?"
Genta lagi-lagi hanya tersenyum.
Begitu keempat teman tiba, Zafran dan Ian
langsung mengulurkan tangan, membantu
Dinda dan Riani yang sudah sampai di puncak
bukit. Genta dan Arial menyusul.
"Hup... ayo sampe juga."
Muka Riani dan Dinda tampak merah menahan
lelah. "Fiuh." Arial dan Genta menginjakkan kaki
di puncak bukit itu. Semua langsung bengong melihat
pemandangan di depan. "Keren kan?" "Savanna ya?" "Bukan! Stepa."
"Savanna!" "Stepa! Ya udah savanna dan stepa deh." Debat
kusir dihentikan. Di bawah terhampar padang
ilalang luas sekali, dengan beberapa bukit kecil
memagarinya. "Gilee... gue kayak di Afrika."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Fiuh... Mahameru, Mahameru... banyak banget
kejutannya. Nggak ada yang biasa lagi." Dinda
menggeleng-gelengkan kepalanya.
Angin padang yang kencang tiba-tiba bertiup,
membuat ilalang di padang melambai-lambai
bagaikan jutaan rajutan yang menyatu indah.
Waktu seakan berjalan pelan, sepelan lambaian
ilalang di bawah mereka. "Tinggal ada T-rex aja nih sama Raptor...
lengkap deh." Padang ilalang luas dan bukit-bukit itu membuat
Ian jadi ingat filmnya Steven Spielberg, Jurassic
Park. Arial memandang ke belakang. Ranu
Kumbolo masih terlihat dari ketinggian. Arial
melihat ke depannya, padang ilalang yang luas
masih melambai-lambai tertiup angin padang.
Arial merasa sedang berada di dua alam yang
berbeda. Riani mengeluarkan handycam dan mulai
merekam. Arial mencolek pundak Riani dan
memberikan tanda ke Riani dengan jempolnya,
yang artinya "lihat ke belakang". Ranu Kumbolo
pun terekam dalam ketinggian. Arial
mengarahkan bahu Riani ke depan, padang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ilalang itu pun terekam juga. Riani tersenyum ke
Arial penuh kagum. "Yuk... jangan kelamaan di sini, kita harus terus
jalan," Genta mengomando teman-temannya.
"Ok Bos!" "Nah kita lewat mana?" "Ya turun." "Ke mana?"
"Itu jalannya..."
"Kita ngelewatin padang?" mata Zafran
berbinar-binar. "Atau, kita bisa lewat sana:..," Genta menunjuk
ke sebelah kiri jalan setapak. Pinggiran bukit
terlihat memutar. Di pinggiran padang,
beberapa pendaki terlihat sedang melewati
jalan itu. "Apa bedanya lewat pinggir bukit sama lewat
padang?" "Sama aja sih."
"Lewat padang!" semuanya tiba-tiba teriak.
"Tapi mana jalan setapaknya?" "Itu, jelas...."
Jalan setapak kecil terlihat jelas dari ketinggian,
seperti sebuah garis membelah padang luas dan
bermuara ke hutan di seberangnya yang
menyerupai tembok hidup, menyambut jalan
itu. "Gila, Indonesia punya Afrika kecil."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Ada T-rex nggak, Ta?"
"Ada Raptor...," kata Genta tersenyum.
"Ada T-rex tapi doyannya Teletubbies dikecapin.
Krupuknya banyak, karetnya dua, nggak pedes."
Arial membuat gerakan seperti mau memakan
Ian. "Hahaha...." "Yuk...." Rombongan itu menuruni jalan setapak yang
mengakhiri bukit itu. Mereka seperti memasuki
dunia lain kala tiba di awal jalan setapak yang
membelah padang ilalang.

Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gilee... gue di alam lain."
Zafran melihat sekelilingnya, merasa seperti
berada di antara benang-benang ilalang raksasa
setinggi pinggang. Mereka menelusuri jalan
setapak yang membelah padang. Leher mereka
terus berputar menikmati pemandangan
sekitar. Dari atas mereka mirip enam titik kecil
berjalan beriringan di antara keindahan alam
Mahameru, membelah semesta dengan segala
keindahan di sekeliling mereka.
Tak ada yang percaya keindahan telah
mendatangi mereka lagi. Tak hentinya mereka
melihat ke langit sambil mengucap syukur.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Angin padang yang keras menghantam wajah
mereka, jiwa petualang seperti merasuki hati
mereka tatkala Puncak Mahameru kembali
terlihat megah. "Now this is something that you didn't see
everyday...," Zafran berkata ke temantemannya.
"Titanic, James Cameron, Di caprio en' Winslet,"
jawab Riani, langsung melempar senyum ke
arah Zafran. "Gilee... emang quote itu ada di film Titanic,
Ni?" "Iya, waktu semuanya di sekoci. Titanic tinggal
setengah di atas laut, setengah lagi tenggelam
di tengah samudra." "Padahal gue nggak pernah inget ada quote itu
di Titanic." "Jadi lo tadi cuma ngomong sekenanya aja?"
"Iya...." "Bo'ong lo, Ple!"
"Sumpah! Wah berarti gue ada bakat jadi
sutradara nih." "Hahaha... itu kan cuma deja vu
aja." Ian ngakak ngeliat Zafran sok tau.
"Bukan dong! Itu berarti Serendipity," Zafran
keukeuh sekaligus ngasal.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Lagian kan yang nulis itu ya penulisnya, bukan
sutradara, He!" "Tapi yang paling terkenal di mana-mana kan
sutradaranya, gue kan ada bakat terkenal."
"Gile, keren juga yaa... vokalis sekaligus
sutradara, jarang-jarang ada kayak gitu tuh.
Wah keren... iya ah gue mau jadi sutradara."
Zafran meneruskan, "Film pertama yang man
gue buat..." "Film iklan kasur air..." Genta nggak
kuat lagi mau nyela. Ian menambahkan, "Film
iklan barang-barang fitness yang bo'ong mulu."
"Bukan... film iklan yang buat gedein itu tuh...,"
Genta melirik ke perut Ian.
Arial tersenyum geli, lalu menepuk perut Ian.
"Iya, yang produknya Ian salah pake, harusnya
dipake di dada tapi dia pake di perut, jadi
perutnya deh yang tambah gede."
"Hahaha...." "Rese...." Ian tersenyum bego.
Zafran menatap serius temen-temennya, dan
berkata agak keras, "Sialan lo... nggak! Gue mau
bikin film judulnya.... "Achilles di Mahameru."
"Jangan ada yang muntah semuanya!"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka tertawa. Tawa mereka terdengar sayupsayup terbawa angin padang. Dari atas, canda
mereka seolah mengisi keluasan hati padang
ilalang, mengisi keluasan hati mereka yang
pastinya jauh lebih luas dari padang ilalang atau
tempat apa pun di dunia ini. Tanpa terasa, di
ujung jalan setapak, hutan lebat terbentang di
depan. "Fiuh... ada apa lagi di dalam sana" Break"
"Fiuh," Ian berdiri di akhir jalan setapak yang
membelah padang. Lehernya agak mendongak,
pohon-pohon besar bak sebuah benteng hijau
megah. Dari kejauhan, kedalaman hutan seperti
menolak sinar matahari untuk masuk. Dua
pohon besar mengapit jalan setapak. Sebuah
gapura ke alam lain. Dinda menengok ke
belakang, ke jalan setapak yang membelah
gurun. "Kita masuk ke hutan Bang Genta?"
Genta mengangguk pelan. "Ada apa di sana, Ta?" Zafran mengeluarkan air
mineralnya. Genta terdiam dan menggeleng,
matanya menatap kosong ke kedalaman hutan. Menyaksikan sikap Genta,
semua jadi Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
merasa getir di hati. "Fiuh."
Genta mencoba melihat ke jalan setapak
padang ilalang, matanya mengarah ke jalur di
atas bukit. Di kejauhan tampak beberapa
pendaki. Mata Genta kembali mengarah ke
dalam hutan di depannya... tatapannya kosong.
Sesaat pandangannya beradu dengan
pandangan Arial yang sejak tadi nggak pernah
lepas memperhatikan Genta. Arial memberikan
pandangan yang seperti pertanyaan.
"Waktu itu di hutan ini, Ta?"
Genta yang sepertinya bisa membaca pikiran
Arial mengangguk pelan. Memang cuma Arial
yang baru diceritain Genta. Sewaktu pertama
kali ke Mahameru, Genta pernah tersesat
sendirian hampir satu hari penuh di hutan ini
karena salah jalur. Di hutan ini semua jalur
seperti sama sehingga membuat Genta bingung
harus melangkah ke mana. Kejadian tadi
membuat dia sedikit trauma, ingatannya
kembali ke tiga tahun yang lalu. Hutan yang
masih persis sama. Waktu itu, entah kenapa ia
tiba-tiba merasa sendirian dan teman
sependakiannya yang han ya berjarak lima meter di depannya, tiba-tiba menghilang seperti
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di telan bumi. Ia sudah coba berteriak, tapi tak
ada jawaban. Hanya desir angin dan gelapnya
hutan yang menjawab teriakannya. Ia coba
mengikuti arah matahari, tapi tetap aja
berputar-putar karena semuanya hampir sama.
Genta nggak habis pikir, keanehan-keanehan
yang sering dialami sesama pendaki gunung
ternyata terjadi juga pada dirinya. Ia terus
mencoba mengikuti jalan setapak dan memberi
tanda kecil pada tiap persimpangan-tetap saja
ia berputar dan kembali ke tempat semula.
Genta mencoba tidak panik, terus berteriak
memanggil, dan tetap berdoa hingga malam
datang. Malam itu dingin dan sepi sekali, suarasuara makhluk malam dan desir angin membuat
tengkuknya terus merinding. Untuk satu malam
Genta mencoba bertahan di hutan yang dingin
dan gelap, hanya dengan deeping bag. Makanan
dan airnya yang sudah menipis akhirnya habis
sehingga ia terpaksa menelan pasta gigi dan
daun-daunan guna menghilangkan rasa lapar
yang mencengkeram perutnya. Di malam itu
Genta merasakan takut yang amat sangat,
hingga akhirnya di antara gelapnya hutan dan
pohon-pohon raksasa Genta tertidur. Belum
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pernah ia merasakan takut yang amat sangat
seperti malam itu. Genta melihat ke kedalaman hutan. Tengkuknya
merinding, mengingat kejadian yang pernah dia
alami. Hanya Arial yang sudah tahu, temantemannya-bahkan kedua orang tuanya- tidak
ada yang tahu. "Ta, eh bengong. Lanjut nggak?" Zafran
berteriak, membuyarkan lamunan Genta.
"Oh iya, sori,"
"Kenapa, Ta?" tanya Riani lembut. "Enggak."
Genta mencoba menepis keraguan temantemannya.
Matanya kembali beradu dengan pandangan
Arial yang langsung menggeleng, yang artinya
Genta tangkap sebagai "jangan diceritain
sekarang, Ta". "Oh iya kita lanjut." Matanya masih tak lepas
menatap Arial. Arial tersenyum, senyum yang membuat Genta
seperti tersadar. "Yuk kita lanjut...!"
"Lo di depan ya, Ta."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Arial menepuk bahu Genta, sambil berbisik lirih,
sangat lirih, "Di antara kita semua, nggak ada
yang udah ngabisin 24 jam di hutan ini sendirian
kecuali elo" Genta tersenyum kecil. "Ok...kita masuk hutan. Interval jarak kita
masing-masing jangan sampai lebih dari dua
meter ya, jangan ada yang bengong, jangan ada
yang sombong, inget... sekali lagi jangan ada
yang bengong. Pokoknya ngobrol aja, tentang
apa aja." "Nyanyi boleh?"
Genta tersenyum mendengar pertanyaan
Zafran. "Boleh, tapi jangan keras-keras."
"Iya kan di hutan lindung ada nenek sihir yang
terus bertanya '...di mana anakku, di mana
anakku...." Ian menirukan nenek sihir yang suka ada di
hutan lindung dalam film Boneka Si Unyil.
"Eh, jangan bercanda yang enggak-enggak di
gunung." Riani menepuk pundak Ian, "Tau lo, Yan."
Tampang Genta tampak serius melihat Ian. Ian
langsung diem, lehernya mendongak ke langit,
batinnya berucap lagi, Maap ya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Sebelum berjalan, Genta melihat lagi ke Arial
yang hanya menanggapinya dengan
mengangkat alisnya. Telunjuknya tampak
menyentuh keningnya berulang-ulang.
Iya, apa yang gue takutin kalo gue bilang bisa,
gue pasti bisa, Genta berkata dalam hati.
"Yuk... mari kita kemon, gue di depan, abis itu
Riani, Dinda, Ian, Zafran, dan terakhir Rambo...
oke?" "Siip!" Arial memberikan senyum mantapnya ke
Genta yang sedikit membuat semangat dalam
diri Genta. "Yuk berangkat."
"Inget.. jangan bengong, jangan sombong,
interval masing-masing dua meter, jangan
lebih," Genta kembali mengingatkan,
dilanjutkan dengan mengayun melangkah tanpa
menengok ke belakang lagi.
Riani sedikit bertatapan dengan Zafran. Mata
Riani memberikan lirikan dan tolehan yang
menunjuk ke Genta, yang ditangkap sebagai
"kenapa dia?" "Iya, nggak biasanya..!," jawab Zafran pendek
dan pelan. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Rombongan itu memasuki hutan yang mulai
menggelap, sinar matahari selepas siang seperti
enggan menembus dedaunan lebat. Genta terus
berjalan di depan, terus mencoba fokus ke jalan
setapak dan kompas yang di pegangnya.
Sesekali ia menengok ke belakang, melihat
apakah teman-temannya masih lengkap. Riani,
Dinda, Ian, Zafran, Arial. Dicermatinya mereka
berulang-ulang. Genta terus melangkah melewati jalan setapak
yang semakin dalam ke hutan, semakin dalam,
semakin dalam. Genta tercekat dalam hati,
sepertinya ini jalan udah kita lewatin tadi"
Genta melihat ke belakang lagi, semua di hutan
itu tampak sama. Genta mencoba tetap fokus
ke kompasnya, tapi puncak arah sana bener
kok, jalan aja terus, jalan terus fokus... fokus...
fokus.... Sama lagi jalannya... Pohonnya sama.... Sama lagi jalannya, Genta merasakan hal yang
nggak enak di hatinya. Ia nggak peduli pada
keadaan, mata dan hatinya hanya percaya ke
kompas, sesekali dia menengok ke belakang,
menghitung teman-temannya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Lengkap! Ruh...."
Dia nggak mau sesuatu yang enggak enak, yang
pernah dialaminya menimpa ke temantemannya. Sudah hampir satu jam lebih mereka
berjalan, Genta menengok ke belakang, tampak
Ian dan Zafran bercanda. Muka lelah Riani dan
Dinda tersenyum. Genta menghitung lagi. Riani,
Dinda, Ian, Zafran, Arial. Riani, Dinda, Ian,
Zafran, Arial. Tapi, tiba-tiba ia mem-batin heran,
kok Teletubbies bisa ada di belakangnya"
Tersenyum manis dengan pipinya yang
tembem. "Alo Boss... asem amat muke lu" Ian berujar ke
Genta. Genta tersenyum ke Ian. "Ngapain lo... pindahpindah" Dibilang jangan pindah."
"Lo bilang jangan bengong, lo bengong mulu
dari tadi. Diem aja, makanya Ian datang
menghibur... hehehe...."
Genta menoleh ke belakang, teman-temannya
tampak ter-senyum melihat keduanya. Genta
membalas senyum itu. "Iya yah guenya malah bengong," kata Genta
dalam hati Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Alo... saya Ian, marketing Dufan... sekaligus
sebuah branded baru dari Dufan, yaitu gajah
bledug warna ungu yang bisa ngomong, tapi
bukan Teletubbies. Untuk diketahui, gajah
bledug merupakan salah satu wahana favorit di
Dufan. Membuat gajah bledug juga gampang,
semenjak anak-anak gajah bledug harus
direndem dalam minyak tanah supaya melar
dan menjadi besar seperti saya. Lalu, ulaskan
sedikit krim pembesar anu pada perutnya dan
jadilah gajah bledug. Trus kenapa warnanya
ungu" Mudah saja, kasih jus terong tiap pagi
Tertarik menikmati wahana gajah bledug"
Datanglah ke Dunia Fantasi, saya ada
penawaran baru bulan ini... masuk dua bayar
satu dengan syarat..."
"Apa?" Genta tersenyum nggak bisa menahan
tawanya melihat tingkah Ian.
"Semuanyaaaa...," Ian melihat ke belakang
sebentar. "Harus nyanyi soundtrack-nya Dufan,
tapi pelan-pelan... kan lagi di hutan. Oke?"
Ian menatap ke atas, langit cuma terlihat sedikit
karena tertutup dedaunan hutan. Ian berkata
dalam hati menatap ke atas sambil memelas,
Boleh ya" Ian lalu tersenyum.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Mulai!" Soundtrack Dufan pun terdengar pelan
di antara kerimbunan hutan.
Ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne
ne ne ne ne Masuki dunia fantasi.. dunia ajaib penuh pesona...
dunia sensasi penuh atraksi..
rekreasi untuk keluarga...
marilah kita pergi sekeluarga
ke dunia fantasi kita... Dunia fantasi kita
Ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne ne
ne ne ne ne Semua tertawa kecil, rombongan ini emang
suka mengeksekusi hal-hal yang nggak mungkin.
Genta mulai agak santai sekarang, hatinya
sedikit berteduh di antara panas otaknya
Mereka terus melangkah. Genta mulai mantap
dengan kompasnya, hanya benda ini yang dia
percaya, bukan penglihatannya. Soundtrack
Dufan terdengar sayup-sayup di antara lebat
hutan Mahameru. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Edelweis!" "Mana?" "Itu edelweis... kan?"
"Bunga Abadi...." "Iya."
"Mana?" Genta berteriak girang, hatinya
berteriak, bunga edelweiss adalah tanda bahwa
jalan mereka tidak salah dan mereka sudah
keluar dari hutan. "Iya... Edelweis... bener...."
Mereka seperti keluar dari sebuah hanggar
raksasa, matahari sore kembali bersinar terang
menerangi jalan setapak yang sekarang penuh
dengan ilalang kecil setinggi lutut dan bunga
edelweis di mana mana. "Wow...." "Edelweis." "Jangan dipetik ya...," suara berat Arial seperti
mengingatkan. "Iya, nggak nggak dipetik." "Satu
boleh?" Semuanya menggeleng, walaupun gelengan itu
nggak niat, cuma mereka udah janji nggak mau
metik. "Diperiksa nanti di bawah ya, Ta?" tanya Zafran.
Genta mengangguk. "Iya diperiksa. Tapi
biasanya di Ranu Kumbolo udah diperiksa."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Trus kalo ketahuan?"
"Ya kayak di mana-mana, harus balikin lagi ke
tempat metiknya." "Kalo di sini, diceburin ke Ranu Kumbolo."
"Hah" Genta dan Arial mengangguk. "Biarpun sudah
sampe bawah... harus balikin" "Yup."
"Tapi banyak juga yang bandel... yang katanya
pencinta alam malah pamer punya edelweis,
pamer bangga ke semua orang bisa lewat pemeriksaan edelweis.
Genta tersenyum getir. Matanya menatap
edelweis yang putih bersih bergerombol diterpa
hangatnya matahari sore. "Yuk jalan lagi."
"Ntar dulu kek" Ian masih sibuk motret
edelweis, Riani sibuk merekam.
"Lo mau kemaleman di sini?" "Nggak"
"Ya udah jalan. Di sepanjang jalan ini semuanya
penuh bunga edelweis... percaya deh"
Mereka berjalan lagi di antara jalan setapak
yang penuh dengan ilalang dan edelweis. Tak
henti-hentinya mereka mengagumi sekeliling
yang penuh bunga edelweis... membuat
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
suasana kuning hangat matahari sore dan
putihnya edelweis berpadu indah.
Keindahan taman bunga, ini membuat Zafran
pengen nyanyi lagi. Kulangkahkan kakiku melewati waktu...
Bersama dengan bunga taman hatiku...
Yang selalu menemani... mimpi-mimpi ini..
Di dalam hati dan dalam jiwaku.
Bagaikan bunga bunga ditaman yang sangat
indah... Semerbak wangi tercium dalam cinta, kan
kubawa kau terbang ke atas sana berdua kita raih bulan dan bintang...
(Rindu, Planet Bumi) Zafran tak lepas melihat sosok Dinda di
depannya. Entah kenapa sesuatu tiba-tiba
muncul di kepalanya. Sesuatu yang sangat
indah, yang konsekuensinya harus membuat
seorang laki-laki pada akhirnya harus
memutuskan, harus bertanya, harus bilang, apa
pun yang terjadi harus bilang, setiap laki-laki
memang punya saat saat seperti
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ini...selanjutnya" Belum ada yang tahu Zafran
tersenyum mantap melihat Arinda di depannya
tersenyum manis sekali mengaggumi bunga
edelweis. Edelweisku..., batin Zafran dalam hati. (Zafran
jadi penyair lagi) Tak terasa langkah mereka semakin berat
kelelahan, pelan-pelan kembali memasuki
rangka dan sendi-sendi mereka. Keindahan di
sekitar membuat mereka lupa akan kekuatan
fisik yang semakin menurun. Keindahan
memang salah satu yang ditawarkan oleh alam
pegunungan, tapi bisa juga membunuh pelanpelan karena manusia yang terlalu terpesona
akhirnya bisa melupakan batas-batas
kelemahan tubuhnya. Mereka terus berjalan dan berjalan, pohonpohon di sekitar mereka tampak berdebu tebal
dan menghitam. Jalan setapak itu pun hampir
berakhir. Di depan mereka terlihat jalan setapak
mulai memutus. "Kita break di sini."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Mereka kini berada di ujung pinggiran bukit, di
depan tampak lembah kecil menganga seperti
bekas sungai yang tak berair. Pasir di manamana, potongan pohon besar sekali dengan
akarnya yang masih terlihat tercabut paksa dari
tanah, pohon-pohon mati tampak melintang di
jurang dalam seperti bekas sungai tersebut. Di
sebelah kiri, agak jauh tampak aliran sungai itu
berbelok memasuki hutan gelap, dan di atasnya
Mahameru terlihat semakin jelas dengan galirgalir pasirnya. Pohon-pohon besar tampak
bergelayut hampir jatuh, membuat suasana di
bekas aliran sungai itu terlihat menyeramkan,
daun- daun pohon tampak menghitam dan
berdebu. Sepilas semua di situ terlihat hanya
hitam putih menambah kesan mistis dan
menyeramkan. Semuanya menarik napas
panjang, bulu kuduk mereka berdiri.
"Tempat ini menyeramkan."
"Ih, tempat apa ini?" "Serem banget..."
"Sumpah gue merinding!'' "Kita di... Kalimati."
"Di Kalimati, dari sini kita bisa ngerasain
Mahameru bergetar dan ngeluarin...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Belum habis Genta berbicara... Brr... kreteeek...
kreteek... kreeetek. Brr... kreeteeek. Partikel
abu kecil hitam tampak menghitam jatuh dari
langit. "Tttt.. aa... Taaa...," kelima temannya berteriak
panik, wajah mereka tampak memendam
ketakutan. Daun-daun tampak bergoyang, sebagian jatuh.
"Subhanallah...."
Semua merasa sesuatu seperti abu dan batu
kecil menimpa wajah dan kepala mereka.
Partikel-partikel abu kecil beradu dengan badan
mereka. "Hujan... hujan abu?"
Genta memejamkan matanya., mengambil
kacamata. "Gentleman wear your glasses..."
"Hu... hu... jan de... de... bu..., Ta?" "Iya..
Mahameru semakin dekat" "Nggak apa apa nih,
Ta?" "Ini salah satu petualangan di Mahameru, kita
bisa ngerasain hujan abu, Mahameru masih
aktif sampai sekarang. Kita nggak pernah tau."
Semuanya merinding merasakan hujan abu.
Sejenak semua terdiam menatap Mahameru
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
yang gagah dengan pasir di mana-mana...
sampai sesak memenuhi Kalimati.
"Pantes namanya Kalimati."
"Kenapa?" "Iya, kalinya kan udah mati."
"Nggak ada airnya ... cuma pasir."
Genta mencoba menjelaskan pernyataan
teman-temannya. "Betul, tapi sebenarnya ini bukan kali untuk air,
Kalimati ini terbentuk karena aliran lahar
Mahameru yang dulu meletus dan terus turun
ke bawah hingga membentuk seperti aliran
sungai atau kali." "Dan sekarang kali itu mati karena laharnya
telah mengendap atau menjadi pasir...," Zafran
coba menyimpulkan. "Betul!" "Jadi, waktu meletus lahar yang lewat se... se...
sebesar aliran kali ini?"
Genta mengangguk, "Itu yang gue tau." "Gile...."
Semuanya melihat dari pinggir tebing Kalimati
yang tingginya sekitar lima meter dari dasar.
Lebar Kalimati di depan mereka hampir delapan
meter lebih dengan banyak pasir di bawahnya.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Trus kita nyebrang ke sana?" Zafran menunjuk


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ke tebing seberang sungai dengan hutan
cemara dan pinus yang menghitam berdebu.
Genta mengangguk. "Lewat mana, Ta?"
"Turun ke bawah, ke Kalimati."
"Udah tempatnya seserem ini, namanya
Kalimati lagi." Semuanya bergidik melihat ke bawah kali yang
penuh dengan pasir dan sisa-sisa pohon yang
melintang. "Ih... Kalimati...." Semua merinding.
"Jam lima lebih... hampir setengah enam,"
Genta berujar kalem. Keadaan di Kalimati mulai menggelap. Sore
yang mistis dengan angin gunung yang keras
dan hujan abu yang menimpa mereka.
"Jalan lagi yuk, jangan sampai kemaleman.
Sebelum malam kita harus udah di camp."
"Yuk." "Gue juga nggak mau lama-lama di sini, jangan
sampai kemaleman di Kalimati."
Ian merinding lagi melihat sekitarnya, sinar
matahari mulai melemah, langit tampak
membiru kehitaman menunggu malam. Ujung
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kalimati yang membelok menggelap menembus
kedalaman hutan. Sumpah, serem banget, batin Ian.
Mereka mulai menuruni tebing Kalimati yang
curam hanya dengan berpegangan pada akar
pohon hingga sampai di dasar Kalimati.
"Gile banyak amat merindingnya di sini."
Zafran melihat ke sekitar, ia seperti berada di
alam mistis di dasar kali dengan tebing di depan
dan belakangnya. Pohon-pohon besar yang
tergeletak mati dengan akar yang masih
beriapan. Ia melihat lebih lama ke belokan alur
sungai yang menuju ke hutan gelap di samping
kirinya, Dibayangkannya apabila lahar seperti air
bah datang begitu saja dan memenuhi Kalimati.
Zafran jadi malas meneruskan imajinasinya.
Semua melihat sekeliling. Dari ketinggian
mereka berenam terlihat kecil sekali seperti
berada di dalam pipa alam besar terbuka. Hitam
putih penuh dengan aroma mistis. Angin sore
perlahan bertiup. "Kaki gue!!!!" Riani tiba-tiba terjatuh. Berat
carriernya. menahan punggungnya jatuh
langsung menghantam dasar Kalimati.
"Riani...!!!" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Riani tergeletak di dasar Kalimati. "Riani!!!"
Rombongan itu pun mengerubungi Riani.
"Kenapa?" "Kaki gue tiba-tiba sakit banget, sumpah. Ya
ampun sakit banget... Sakiiiiit!"
"Tenang, buka sepatunya...," Zafran cepat
membuka sepatu Riani, membuka kaos kakinya.
"Ihh..." Semuanya bergidik. Riani ikut bergidik.
Kaki putihnya tampak membiru hitam di mana
mana. Urat-urat biru tampak menonjol jelas,
bekas-bekas kapalan seperti menghitam.
"Kaki gue kenapa?" Wajahnya masih meringis
menahan sakit. Riani nggak percaya melihat kakinya yang penuh
warna gelap. "Kebanyakan jalan." "Nggak apa kok"
"Sakiiiit..." teriakan Riani terngiang pelan di
Kalimati. "Cuma kram...."
Arial mencengkram telapak Riani dan
membengkokkannya ke arah dalam.
"Lurisin, Ni... jangan bengkok." "Ah... ah... sakit
banget" "Shhh... tenang..., Ni...." Arial terus
membengkokkan telapak Riani.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Aliran darah mulai berjalan lancar, terlihat dari
muka Riani yang tampak tidak kesakitan lagi.
"Fiuh... fiuh...."
"Minum, Ni...," Ian mengacungkan botol air
mineralnya. Riahi membasahi tenggorokannya
Sejuk air di tenggorokannya membuat
badannya sedikit lega "Fiuh...."
Tarikan napas panjang lega mereka berenam
terdengar jelas di dasar Kalimati.
"Istirahat sebentar aja dulu." "Di sini?" tanya Ian
segan. Genta menengok ke kiri-kanannya. Hatinya juga
malas istirahat di dasar Kalimati dengan
pemandangan yang menyeramkan itu. Genta
mengangkat bahunya sedetik.
"Terpaksa." Hujan abu turun lagi. Riani masih terduduk
lemas. Dinda memijit-mijit kakinya.
"Kaki gue jelek banget... Sumpah!"
Riani tersenyum enggan melihat kakinya yang
dihiasi bekas hitam dan biru di mana mana.
Semua tersenyum melihat Riani ngata-ngatain
kakinya sendiri. "Kita kebanyakan jalan, kurang break."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Iya yah... kemarin kita break mulu, sekarang
nggak berhenti-berhenti."
"Pemandanganya tadi bikin kita terhipnotis...
keren banget di mana-mana."
"Tapi sebenarnya badan kita minta istirahat."
"Gila gue pernah kram, tapi nggak pernah
sehebat ini sakitnya, nggak mau lagi deh gue.
Tadi tuh bos-nya kram," ujar Riani.
"Iya, kram karena capek banget..nggak biasa."
"Jangan-jangan...." Zafran cepat melepas
sepatunya. "Ih... ya ampun." Kaos kaki putih Zafran penuh
darah. "Ih.... Juple, lepas."
"Lecet gue!" Udara dingin yang datang dan menerpa
lecetnya membuat Zafran meringis. Ia
membuka kaos kakinya pelan sekali. Zafran
meringis menahan sakit kala kaos kakinya
melewati bekas lecetnya. "Ya ampun...," Dinda meringis.
Lecet Zafran tampak melebar dan
mengeluarkan sedikit nanah dan banyak darah.
"Kok nggak terasa ya" Gawat..," Zafran bengong
melihat lecetnya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Betadine, perban, cepet.. cepet." Genta
berteriak agak panik. "Untung lo liat, Ple...."
"Bisa nggak kerasa, banjir darah ini di kaki gue,"
Zafran meringis. Genta bergidik dan memperhatikan temantemannya satu-satu, melihat kaki Zafran yang
berdarah, hatinya merasa bersalah. "Yang lain
nggak ada yang aneh kan di kakinya?" "Enggak."
"Tapi nanti aja diliat."
Angin sore bertiup kencang sekali.
"Su... su... mpah di... dingin banget, badan gue
kayak ditusuk-tusuk."
Udara menjelang magrib menyapu mereka.
"Ple... lo nggak pa-pa kan" Maksud gue nggak
pusing-pusing" Darah lo banyak yang keluar
tuh." Arial memegang bahu Zafran.
"Nggak...! nggak pa-pa... bener. Gue cuma perlu
istirahat." "Kita semua., harus istirahat..."
"Kita nggak langsung ke puncak malam ini kan,
Ta?" "Enggak lah, nggak mungkin... dari pertama
rencananya emang kita nge-camp dulu malam
ini,... ngumpulin tenaga."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Dingin apa nih?" Angin sangat dingin kembali
melewati mereka. "Yuk berangkat!" Zafran memakai sandalnya,
sepatunya ia gantung di carrier.
"Mbak Riani gimana?" Dinda masih melihat iba
ke Riani. "Udah kok... yuk berangkat... gue juga enggak
mau lama-lama di sini. Tambah lama tambah
serem...," ujar Riani sambil melihat sekitar,
kedalaman hutan di kejauhan makin tidak terlihat, tersapu gelap.
"Oh iya... Semuanya pegang senter dulu."
"Udah!" "Yuk." Rombongan itu melangkah lagi, naik ke tebing
Kalimati dan memasuki hutan cemara yang
sudah mulai menggelap, mereka terus berjalan
melewati dalam hutan, keluar melewati sebuah
padang ilalang kecil. Malam pun segera datang
menyambut Mereka terus mendaki masuk ke
kedalaman hutan. Treq. Genta menyalakan senternya... diikuti
yang lain "Fiuh udah malam."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Gelap sekali. Pohon-pohon besar dan cemara
tampak meng hitam, sesekali hujan abu turun,
ribuan atau bahkan puluhan ribu partikelnya
tampak jelas berjatuhan terkena lampu senter
Kegelapan hutan dan malam yang dingin
membuat bulu kuduk berdiri.
"Deket-deket aja ya jalannya dan jangan ada
yang bengong," Genta menatap temantemannya satu-satu.
Mereka melewati padang ilalang yang kecil lagi,
pemandangan di sekitar mereka sangat gelap
membuat semuanya terdiam Genta jadi ingat
kembali kesendiriannya di hutan.
"Ta, liat Ta...." Ian berkata pelan sambil
menunjuk ke bukit cemara dengan beberapa
cahaya kecil di depan mereka,
"Arcopodo...!" Genta menunjuk daerah tempat
cahaya cahaya kecil tadi muncul.
"Kita nge-camp di sana, di antara pohon, nggak
terlalu dingin," Wajah Genta tampak pucat, uap
dingin keluar dari mulutnya,
"Lo capek, Ta?" Arial menatap Genta tajam.
Genta diam saja. Dia memang mulai merasa
lelah sekali, tapi dia tahu kelima temannya ini
mengandalkan dirinya, dia nggak boleh
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menurunkan mental mereka. Untuk sekarang
Genta adalah pemimpin di rombongan kecil ini
dan pada saat ini dia nggak boleh ngeluh, nggak
boleh ngomong 'nggak tau', dan nggak boleh
nggak bisa ngambil keputusan.
30) "Semakin ke atas semakin tipis udaranya, napas
jadi agak susah." "Iya..."
"Ya ampun dingin banget"
Mereka mulai mendaki bukit hutan cemara itu.
Cahaya-cahaya kecil senter dan api di punggung
bukit membuat mereka merasa sedikit lega.
Seenggaknya tidak sendirianlah, Zafran berkata
dalam hati. Mereka terus mendaki dan akhirnya bernapas
lega, melewati beberapa tenda kecil dengan
para pendaki yang bercengkerama mengitari api
unggun, menyambut mereka dengan anggukan
dan senyum. "Fiuh...," semuanya menarik napas lega.
"Ketemu manusia juga"
Entah kenapa, biarpun nggak ada satu pun yang
mereka kenal di situ, semuanya seperti kawan
yang lama hilang dan baru ketemu lagi. Ada
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kebersamaan di situ. Salah satu pendaki
tersenyum menegur Genta. "Baru sampai, Mas?"
"Oh iya, Mas," jawab Genta.
Rombongan itu lewat di antara tenda-tenda
dengan beberapa pendaki, kebanyakan berusia
muda-memperhatikan mereka satu per satu.
Wajah mereka agak kaget campur salut ketika
melihat Riani dan Dinda-sesuatu yang membuat
Riani dan Dinda merasa senang sekali malam
itu. Seorang pendaki wanita yang sedang merebus
air tiba-tiba berdiri dan tersenyum ramah sekali
ke Riani dan Dinda. "Baru sampai, Kak?"
"Iya," jawab Riani dan Dinda pendek.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Genta menarik napas lega. Matanya menangkap
sebuah tanah kosong cukup luas yang dari tadi
ia cari. Tanah itu lebih dari cukup untuk ukuran
tendanya yang besar. "Fiuh... ketemu juga tempat buat nge-camp!"
Buk! Genta menurunkan carrier-nya, terduduk
lemas kelelahan, entah kenapa kepalanya
sedikit pusing malam itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Malam itu Arcopodo seperti perkampungan
kecil para pendaki. Malam yang dingin pun
menjadi hangat karena banyak pendaki yang
bercengkerama mondar-mandir di antara nyala
api unggun dan pohon cemara. Kehangatan
yang tidak biasa mereka temukan di ketinggian
seperti ini. Sesekali mereka mendengar tawa
renyah para pendaki. Setelah mendirikan tenda
dan membuat api unggun kecil mereka pun
makan malam. "Semua harus makan banyak malam ini, kita
perlu tenaga ekstra. Yang nggak doyan makan
tetap harus makan," perintah Genta.
Dengan baju yang berlapis-lapis, malam itu
mereka mencoba melawan hawa dingin yang
luar biasa. Untungnya, kehangatan tawa dan
banyaknya pendaki di sekitar mereka sedikit
mengurangi terpaan angin dingin.
"Ki... ki... ta u... u... dah ting... gi ba... nget ya...."
"Udah di bawah lima derajat kari ya?"
"Udah di tiga ribu meter."
Genta mengangguk. "Makanya udah tipis udaranya, mulai susah
napas." Zafran menyalakan api unggun dan
mengamati sekitarnya-hutan cemara di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ketinggian itu yang tampak memberikan aroma
alam yang lain. "Kenapa daerah ini namanya Arcopodo, Ta?"
tanya Zafran. "Asal katanya dari bahasa Jawa
Arco atau. Arca yang artinya patung, dan podo
yang artinya sama atau kembar...."
"Maksudnya?" Sebelum Genta menjawab, Ian langsung
menyimpulkan, "Berarti di sini ada patung atau
arca yang kembar atau sama. Bener nggak, Ta?"
Genta tersenyum dan mengangguk. "Ooo..."
Genta terus menjelaskan, "Di sini, di Arcopodo,
memang ada dua buah patung atau arca
kembar peninggalan kerajaan Jawa tempo
dulu." "Asik... kita bisa ngeliat dong patungnya." Mata
Zafran berbinar-binar. "Patungnya ada di mana" Mau dong ngeliat."
Kecuali Genta, yang lain mengedarkan
pandangan ke sekitar. Genta tersenyum sedikit. "Kita nggak bakal bisa ngeliat patung itu...."
"Yaa... kenapa" Udah hilang atau rusak ya?"
Kelima temannya tampak kecewa.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Enggak, masih ada, masih utuh, masih bagus
malah," jawab Genta.
"Trus kenapa nggak bisa diliat?" Riani makin
penasaran. "Patung arca itu memang ada di sini dari dulu.
Tapi sejak dibuat, patung itu memang hanya
diperuntukkan bagi mereka yang memiliki
kelebihan: bisa 'melihat' yang orang biasa tidak
lihat." Jari-jari tangan Genta membentuk tanda
kutip pada kata melihat. "Oh.... "Tapi beneran kan, kalo ada yang bisa 'melihat',
arca kembar itu bisa tampak?" Riani penasaran
dan terus bertanya ke Genta.
"Dari yang pernah gue baca tentang Mahameru,
memang ada beberapa orang yang pernah
melihat patung arca kembar itu di sini. Tapi dari
kesaksian mereka, kadang-kadang orang yang
tadinya biasa-biasa aja juga bisa melihat kalo
mendadak saat itu diberi anugerah untuk itu."
"Oh." "Menurut mereka yang bisa melihat, sebesar
apa patung arca kembar itu?" tanya Zafran.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Genta tersenyum, matanya berputar melihat ke
sekitar Arcopodo. Daun-daun cemara tampak
menghitam terbungkus malam.
"Macam-macam. Ada yang bilang sebesar anak
kecil, ada yang bilang segede manusia dewasa,
tapi ada juga yang bilang besar sekali sampai
terlihat dari Kalimati. Dan, saking besarnya ada
yang pernah melihat dari tempat kita nge-camp
sekarang ini. Kita sedang berada di
pangkuannya." Pori-pori keenam anak manusia di rombongan
kecil itu membesar, tarikan napas panjang jelas
terdengar. "Merinding gue," Zafran mengangkat bahunya
sedetik dan mengedarkan pandangan ke
seputar Arcopodo. "Sama!" Rombongan kecil itu saling memandang satu
sama lain, juga ke sekitar hutan cemara dan
langit malam yang penuh dengan bintang.
Udara dingin menerpa wajah mereka. Rambutrambut kecil sedikit beriapan tertiup angin
malam Arcopodo. Genta secepatnya mencoba
mengakhiri obrolan yang bernuansa mistis Itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Rebus aja air yang banyak, bikin teh manis
untuk nanti malam." "Nanti malam memang ada apa?"
"Nanti malam kita naik... ke Mahameru."
"Jam berapa?" "Sekarang jam berapa?"
"Jam delapan kurang sepuluh."
"Berarti kita harus udah tidur sebelum jam
sembilan... nggak ada yang ngobrol-ngobrol lagi,
semuanya tidur." "Kita punya waktu istirahat lima jam lebih. Kita
nanti bangun jam setengah tiga dan langsung
naik.... Kita harus istirahat supaya bisa sampai
ke puncak." Genta diam sejenak, lalu meneruskan, "Tinggal
dalam hitungan jam kita sampai puncak."
"Nanti kita ke puncak bawa back-pack kecil aja
kan, Ta" tanya Arial.
"Iya." "Ha?" Riani bengong.
"Jadi kita ke atas cuma bawa back-pack aja, Ta?"
"Iya, isi aja sama makanan, air, dan P3K, kamera
atau handycam." "Semua yang lain tinggal di tenda." "Kenapa,
Ta?" tanya Ian. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Semuanya begitu. Tinggal di tenda. Dari dulu
semua pendaki begitu. Terlalu berat ke atas
bawa carrier, medannya juga nggak mungkin.
Beratnya carrier bisa bikin celaka, kecuali kita
udah biasa." "Segitunya, ya."
"Jadi semua ditinggal di sini" Di tenda, sama
tenda-tenda-nya?" "Iya."
"Kalo ada yang ngambil barang-barang kita?"
"Siapa yang berani" Di tempat ini, Mahameru
membuat nggak ada orang yang mau berpikiran
jadi maling di sini." "Oh."
"Jadi, track-nya nggak seperti sebelumnya?"
"Nggak! Beda banget, nanti malam kita baru
bener-bener mendaki."
"Bener-bener mendaki?" Ian bengong sendiri
sambil menatap kosong api unggun.
"Yup. Malam ini...," Genta memejamkan mata,
sesuatu di hatinya memberikan suatu
kemungkinan terburuk yang se-menjak awal
nggak mau Genta bayangkan. Tapi sekarang,
setelah di sini, mau nggak mau kemungkinan
terburuk itu pasti ada, dan nggak ada yang
pernah tahu apakah kemungkinan buruk itu
akan menimpa mereka Ditatapnya langit
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
malam, dikirimnya doa dari dalam hatinya,
"Tonight is the night."
"Jam sembilan harus tidur semua... setuju?"
Genta berkata tegas sambil melihat temantemannya satu per satu.
"Siiip!" "Oke Bos!" "Setelah doa, cuma disiplin yang bisa bikin kita
selamat di sini." Setelah menghabiskan makan malam satu per
satu, mereka mulai masuk ke tenda yang
hangat. Di dalam tenda mereka melepaskan
lelah, biarpun udara sangat dingin masih terasa
menerpa-nerpa di sela-sela kehangatan itu. Dari
dalam tenda, bayangan api unggun buram,
bunyi batang kayu yang terbakar dan
cengkerama para pendaki terdengar jelas di
antara suara angin malam yang berembus
kencang. "Fiuhh, lumayan juga bisa selonjoran."
Zafran merebahkan badannya, matanya
menghadap ke dinding parasut tenda yang
sedikit bergoyang tertiup angin, bayangan api
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
unggun kuning kemerahan hinggap tidak jelas di
matanya. Tiba-tiba Zafran mendesis pelan, "Potonganpotongan kejaiban hari sudah tertinggal di
antara keindahan yang telah terlewati dan
menyentuh hati ini. Potongan-potongan itu ada
di Ranu Pane, di Ranu Kumbolo, di indahnya
padang ilalang, di Indahnya padang edelweis, di
Kalimati, dan sekarang di sini... di Arcopodo.
Entah nantinya kan di mana lagi, di setiap
potongan itu tertinggal, di setiap bagian dari
hati ini akan mengingatnya, dan diri kita pun
tidak akan pernah sama seperti kita
sebelumnya." "Keren, Ple." Ian menoleh ke Zafran di
sebelahnya. Malam itu, kelelahan membuat mereka cepat
terlelap di bawah barisan cemara berdebu di
Arcopodo. Mahameru masih diam dengan
gagahnya. Pukul 02.20 malam, dingin di atas tiga ribu
meter Rombongan itu berdiri di depan tenda. Keenam
anak manusia itu tertegun melihat Mahameru
dalam gelap malam. Mahameru seperti berdiri
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
megah di antara ranting-ranting cemara
Arcopodo. Barisan lampu-lampu kecil tampak
berbaris seperti semut bercahaya di jalur
pendakian. "Udah ada yang naik dari tadi."
"Ta...." "Iya, Yan." "Itu cahaya senter pendaki, Ta?" "Iya...."
Semuanya menarik napas panjang, dingin yang
amat sangat menusuk- nusuk lapisan kain yang
sudah bertumpuk sekenanya, mengurangi
dingin malam. Riani tersenyum melihat
berbagai macam jaket bertumpuk di badan Ian.
Badannya jadi tidak berbentuk.
"Berapa lapis, Yan?"
"Lima." "Lo, Ni?" "Sama." "Gue tujuh lapis, badan gue ceking gini, nggak
ada lemak, Zafran bengong melihat badannya
yang udah tidak berbentuk lagi.
Brr... brr... brr... kletek...
Hujan abu turun lagi. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Semuanya bawa kacamata?" Genta menatap
teman-temannya. "Bawa...." "Senter?"
"Consider it done"
Treq... treq... treq... treq... enam cahaya senter
menerangi wajah mereka masing-masing. "Air,
makanan, P3K" "Done" "Siap!"
"Berdoa. Dipersilakan...."
Semua berkumpul membentuk lingkaran kecil,


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tangan mereka saling berangkulan. Semuanya
menunduk terdiam. Suara desis doa terdengar
sayup-sayup, mata mereka sedikit memburam.
"Berangkat...!"
Rombongan mulai bergerak, berjalan melewati
hutan cemara yang gelap. Beberapa rombongan
pendaki terlihat berjalan di depan dan belakang
mereka dengan bawaan seadanya. Malam dini
hari itu, Arcopodo penuh dengan cahaya kecil
dan uap hangat yang keluar dari mulut para
pendaki yang berjalan menunduk kedinginan,
sesekali mencoba mengucap syukur akan apa
yang alam telah berikan kepada mereka. Angin
malam terbang ke langit membawa kedekatan
mereka kepada Sang Pencipta, membuat
mereka berani menyusuri ketidakpastian dan
keajaiban alam, serta bahaya yang selalu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mengancam kapan saja di tanah tinggi ini.
Semesta dan isinya tidak pernah mengajari
bagaimana mereka berani mati di sini, tapi
bagaimana mereka berani hidup.
Arcopodo seperti penuh dengan hangatnya
kebersamaan antara sesama anak manusia yang
mungkin belum pernah mengenal satu sama
lain. Tetapi, di antara langkah-langkah
pendakian mereka, terasa kehangatan yang
membuat setiap bibir selalu tersenyum kepada
siapa saja. Beribu bintang yang bertebaran
indah pun seakan ikut tersenyum, merasakan
malam dingin yang menghangat karena
kekuatan hati manusia saat itu. Di malam ini, di
dini hari ini, di negeri yang indah ini, di hari ini.,
tanggal tujuh belas Agustus.
... Innalillahi wa inna illaihi rojiun. Di sini
bersemayam dengan tenang sahabat terbaik
dan saudara yang akan selalu kami kenang
karena keberaniannya, karena kejujurannya dan
keajaiban hatinya yang telah membuat kami
bisa selalu tersenyum apabila
mengingatnya.Sahabat, namamu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
akan selalu ada di dalam hati kami
Beristirahatlah dengan tenang di tanah air yang
selalu kita cintai ini. ADRIAN. A. SUMARNO Lahir:
Bandung, 02 Agustus IS 78 Wafat: 17 Agustus
2000 Arcopodo, Taman Nasional Bromo
Tengger Semeru Riani tertegun menunduk dan berdoa, Genta
menahan napas, Dinda memejamkan matanya,
Zafran terdiam, matanya melihat kosong ke
langit Arcopodo. Arial memegang batu nisan
berdebu itu, cahaya senter Ian menerangi
tulisan yang terukir indah di batu nisan. Di
antara pohon cemara berdebu, beberapa bunga
pemakaman tampak masih tergeletak segar di
sekitar batu nisan, berserakan di jalur
pendakian Mahameru. Angin malam berembus
kencang sekali membawa butir-butir pasir
Arcopodo beterbangan. "Temennya Deniek," Riani sedikit berbisik ke
teman-temannya. "Iya..." Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Bunganya masih segar, Deniek baru aja lewat
sini. Kan kemarin dia bilang mau ziarah." "Iya...."
Ian masih melihat dalam diam, baru sekarang
dia melihat namanya sendiri terukir di batu
nisan. Angin dingin seperti masuk ke dalam
hatinya, mengelus hatinya dengan berbagai
macam cara yang membuat Ian kembali
menarik napas panjang. "Eh... ada surat." Mata Genta melihat selembar
kertas folio penuh dengan tulisan tangan
ditempelkan ke batu nisan.
"Jangan dibaca, Ta."
"Cuma ditempel begini kok] Jelas bisa dibaca."
Genta mengambil selembar kertas folio yang
penuh dengan tulisan tangan itu.
Keenamnya duduk Dengan cahaya senter
seadanya mereka membaca tulisan tangan yang
rapi di kertas folio. Arcopodo, 16 Agustus Apa kabar saudaraku..."
Kita berkunjung lagi tahun ini,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kali ini kita mencoba nggak nangis lagi kalo
ingat kamu. Tadi pun kita tersenyum di depan
kamu karena kita tahu kalo kamu pastinya
sudah bahagia di sana... Saudaraku, Kita kangen sekali sama kamu...
Sangat berat kehilangan teman di masa muda,
kita nggak akan pernah lupa gimana kita dulu
bercanda bersama sama di antara rimbunnya
taman kampus tebar pesona ke junior-junior
yang cantik, begadang sampai pagi, bentakbentak saat ospek, yang membuat kita kala itu
nggak ada yang ngalahin, cabut kuliah,
nongkrong sampai malam, nginep di kampus
atau bagaimana kita dulu jalan-jalan gembel ke
Jakarta, foto-foto di depan Monas yang
membuat banyak orang Jakarta melihat kita
aneh... hahahahaha... tapi kita nggak peduli
kan" memang baru sekali itu kita melihat
Monas dari dekat. Atau bagaimana dulu kita berjalan kaki dari Blok
M sampai rumah saudara di Menteng sampai
nyasar-nyasar. Lagian juga kenapa kita jalan
kaki" Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tapi, waktu itu kamu selalu bilang kalau kamu
mau menikmati ibukota kita tercinta dengan
sepenuhnya dan kita pun terduduk tertegun
bersama melihat patung selamat datang di
bundaran HI. Bersama senja Jakarta dengan
lampu kota yang berkelap-kelip dan rimbunnya
jalan Dipenogoro, Menteng.
Ah... kamu memang orang yang sangat
mencintai tanah ini... Ingat kedua kalinya kita ke Jakarta" Waktu itu
kita kembali berjalan di antara gedung-gedung
tinggi di depan kampus Atmajaya, bersorak
semangat reformasi dengan jaket almamater
kebanggan kita menuju ke gedugn MPR"
inget nggak" ada ibu-ibu dan bapak-bapak di
jalan yang berteriak-teriak hidup mahasiswa!
hidup mahasiswa! Atau nasi bungkus seadanya
dari ibu-ibu yang kita lahap di trotoar Gatot
Subroto. Kita seperti pahlawan perang yang
dielu-elukan, aku kadang menangis lagi kalo
inget bagaimana dulu kita menangis haru
bahagia saat reformasi akhirnya tercapai. Kita
berlarian senang, berteriak-teriak di antara
lorong gedung rakyat, naik ke atapnya,
melambaikan bendera merah putih di atas atap,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
dan berteriak MERDEKA!... keras sekali.. di senja
Jakarta, kata kamu waktu itu... pasti Tuhan
mendengar kita... Aku selalu ingat itu. Aku masih ingat saat reformasi tercapai dan
Indonesia Raya berkumandang, kita berpelukan
dengan siapa saja yang kita temui di gedung itu,
biarpun tidak ada yang kita kenal. Aku masih
suka menangis kalo ingat kamu mencium aspal
jalan Jakarta. Pemandangan itu yang nggak
pernah aku lupa dan membuat keajaiban hati
kamu yang selalu mencintai tanah air ini, tak
pernah hilang... di hatiku dan di hati temanteman...
Kamu selalu bilang... "Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
bisa bermanfaat bagi orang lain..."
Kata-kata itu entah sudah berapa kali kamu
ucapkan dan kamu coba tanamkan di hati kita
semua. Dan... saudaraku... Kata-kata itu selalu aku tanam di hati ini... di
hati teman-teman. Maaf saudaraku, aku menangis lagi...
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Kamu jangan ge-er ya kalo sekarang kita di
kampus masih sering bercerita tentang kamu,
bagaimana kamu selalu berbuat baik kepada
orang lain, bagaimana kamu yang nggak kenal
nyerah, bagaimana kamu selalu menyemangati
kita di kala kita susah, dan bagaimana kamu
selalu siap berkorban bagi kita semua, dan
entah kenapa kamu adalah orang yang
bagaimanapun jeleknya berita di koran dan
bobroknya negara ini, kamu selalu yang
pertama bilang kalo dari semenjak lahir cuma
tanah ini tempat kita berpijak dan airnya yang
menghidupi kita setiap hari. sebobrok apapun
negara ini kamu bilang kamu sangat mencintai
negara ini... dan... Saudaraku, itu terlihat di matamu, dan setiap
aku ingat itu kadang aku menangis lagi.
Dan di sini di Arcopodo kamu tiba-tiba
menghilang dan kembali kepangkuan-Nya.
Sudah beberapa tahun ini aku selalu kembali
lagi kesini dan tidak pernah lupa membawa
merah putih yang waktu itu kamu ambil di
ruang B&M karena ingin kamu kibarkan di
Mahameru. Seperti tahun lalu, bendera ini akan
berkibar di Mahameru dan kamu boleh yakin,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tahun ini sebentar lagi bendera ini akan
berkibar di Mahameru... dan kami akan
mengingatmu setiap bendera merah putih
berkibar dimana saja. Saudaraku, beberapa waktu belakangan ini
terjadi bencana besar menimpa tanah yang kita
cintai ini. Di Aceh Sana terjadi gempa bumi
dahsyat yang menelan korban ratusan ribu
rakyat Indonesia, seluruh kota pesisir hancur
dilumatkan badai Tsunami. Dari berita-berita
aku melihat kerusakan yng dahsyat di manamana, tapi yang membuat aku bangga, seluruh
rakyat Indonesia dari segala lapisan dengan
cepat mengirim bala bantuan apa saja.
sumbangan yang dibuka oleh beberapa stasiun
TV hanya dalam hitungan jam mampu mencapai
belasan milyar. Aku geleng-geleng kepala sendiri sekaligus
bangga, ternyata negara ini masih ada,
rakyatnya masih suka membantu satu sama
lain, di mana-mana, di seluruh kota besar di
Indonesia posko kemanusiaan untuk bantuan
berdiri di jalan-jalan, bahkan murid SD dan TK
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ikut mengumpulkan sumbangan. Aku sampai
terharu sendiri, samapai kaget sendiri. kalau
kamu masih ada, pasti kamu yang paling
semangat tuh! Aku harap kamu bisa merasakan
yang aku rasakan. Bencana itu banyak
memberikan pelajaran berharga dan
memberitahukan ke kita kalo rakyat di
Indonesia masih merasa satu. Tanah air ini
masih ada. Setiap orang masih peduli saudara sebangsanya.
Ah... saudaraku, coba kamu bisa melihatnya...
Saudaraku, Kita-kita di kampus kangen banget sama kamu,
sama kerasnya tawa kamu yang nggak tau malu,
sama tas kamu yang dari beli nggak pernah
dicuci, sama muka kamu yang selalu tersenyum.
Sepatu Adidas gazelle buluk kamu yang udah
tujuh tahun kamu pakai dengan plakban dan
tambalan di sana sini yang pernah kita buang ke
lapangan basket, tapi masih aja kamu ambil dan
masih kamu pakai... atau bagaimana kamu yang
nggak pernah lupa dan selalu ingat ulang tahun
kita-kita. kamu yang sering ngobrol dengan
siapa saja, bahkan Mas Yono tukang sapu
kampus. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Oh iya... Mas Yono titip salam, dia kangen
curhat sama kamu katanya.


Lima Centi Meter Karya Donny Dhirgantoro di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Ah saudaraku, kamu memang baik. kita kangen
banget sama kamu. Aku masih simpan semua foto zaman reformasi
kita di Jakarta, sebagian aku pajang di ruang
B&M Kampus supaya semua tau siapa kamu,
mungkin satu-satunya manusia di zaman
sekarang yang punya kecintaan yang amat
sangat terhadap negaranya. Setiap ada
kesempatan aku selalu cerita tentang siapa
kamu ke junior kita di kampus dan bagaimana
semangat kamu selalu hidup di hati kita.. Aku
mau ada Adrian-Adrian baru yang muncul.
Iya saudaraku... kamu memang sudah tiada, tapi
semangat kamu masih ada di hati kita semua.
Saudaraku, bagi kita kamu pahlawan! Karena
tidak ada orang yang meninggal tapi masih
meninggalkan bekas yang tak pernah hilang dan
sangat berarti di hati, kecuali seorang pahlawan.
KAmu dulu pernah bilang sebenarnya mudah
untuk menjadi seorang insinyur yang bail,
sarjana yang bail, arsitek yang baik, dan menteri
yang baik, tapi susah sekali menjadi orang yang
baik... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dan kamu selalu bilang, kalo kamu cuma mau
jadi orang yang baik... Maaf ya saudaraku aku menulis sambil nangis.
Tapi aku bilang sekarang sama kamu bahwa
cita-cita kamu itu tercapai.
Kamu adalah orang yang paling baik di hati
kita... titik. cita-cita kamu tercapai!
Dan kamu akan selalu kita kenang di hati ke
mana pun kita pergi, ke mana pun kita berpijak
di tanah yang sangat kita cintai, dan kapan pun
aku minum air yang telah tanah ini berikan.
Terima kasih saudaraku. Terima kasih tanahku... istirahatlah dalam
damai dalam pelukan ibu pertiwi yang selalu
mencintaimu dan kamu pun sangat
mencintainya. Oh iya, mama dan papamu, abang dan adikmu
titip salam, mereka sekarang sudah bisa
tersenyum dan melepasmu, kesedihan mereka
kalah oleh kebanggaan mereka sama kamu.
Sampai jumpa saudaraku. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
PS: Sekarang Indonesia punya pemenang Nobel
fisika junior kelas dunia, dia seorang anak muda
berasal dari Papua. David Beckham sudah pindah ke Real Madrid.
Brasil juara dunia lagi. Sony sekarang sudah mengeluarkan Play Station
2 Nina titip salam, dia masih suka nangis kalau
inget kamu. Istirahat dengan tenang saudaraku...
Kamu punya arti banyak di hati ini.
Still waiting for your Postcard from Heaven.
Dari Saudara dan sahabatmu.
Deniek. Sebaik-baiknya manusia, adalah manusia yang
bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
Mereka berenam tertunduk, Riani dan Dinda
tidak bisa menahan air matanya, bahu Ian
berguncang seseggukan, Zafran tertunduk
matanya berair, Genta menggenggam keras
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pasir Arcopodo di tangannya. Arial
membersihkan debu-debu di nisan itu dengan
tangannya. "1978...seumuran kita."
"Eh ada fotonya."
Di balik selembar folio itu tampak Deniek,
Oscar, dan satu lagi seorang mahasiswa botak
berwajah ceria dengan jaket almamater, berdiri
di depan gedung MPR memegang bendera
merah putih. "Yang pegang bendera pasti Adrian."
"Iya... tampangnya kayak tampang temanteman kita sendiri."
"Sekarang memang dia udah jadi teman kita...."
Semuanya menunduk dan berdoa untuk Adrian
yang dalam sekejap telah mengisi hati mereka
di antara dinginnya Arcopodo.
"Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
bisa memberikan manfaatnya bagi orang lain."
Deg. Hati mereka seperti menabrak sesuatu
yang tidak terlihat. Semuanya menarik napas
panjang, melihat ke langit malam, mata mereka
sedikit terpejam. Pertanyaan-pertanyaan seperti datang
menghunjam turun dari langit malam.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalau kita melihat ke dalam diri sendiri, kita
udah jadi manusia yang seperti itu belum sih?"
"Apakah kita sudah menjadi manusia yang bisa
memberi manfaat bagi Orang lain?"
"Bukan manusia yang selalu mementingkan diri
sendiri, manusia yang terlalu mencintai dirinya
sendiri." Suara sesenggukan dan napas satu-satu
menahan sesak di dada mereka, mengisi
pendengaran di jalur pendakian Mahameru.
Angin yang dingin semakin menusuk seluruh
persendian, embusannya seperti menampar
muka mereka satu-satu. "Sebaik-baiknya manusia adalah manusia yang
bisa memberi manfaat bagi orang lain."
Beberapa tetes air mata tampak membasahi
permukaan pasir Arcopodo.
"Udah belum ya" Gue punya manfaat buat
orang lain." "Udah belum yaa" Gue bisa ngasih sesuatu
dalam diri gue yang bisa buat orang lain
bahagia, bisa membuat orang lain bernapas
lebih lega karena ada gue di situ."
"Ancur banget gue."
"Sepertinya belum."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Iya, gue mikirin diri gue melulu dari dulu."
"Nggak pernah mikirin orang lain, apalagi ngasih
manfaat." Bencana Di Kuto Gede 1 Joko Sableng 35 Wasiat Darah Di Bukit Toyongga Pedang Dan Kitab Suci 6
^