Sang Penandai 4
Sang Penandai Karya Tere Liye Bagian 4
Tertunduk. Nayla menyeringai menggemaskan. Seperti remaja terpasung cinta yang
pura-pura tidak percaya dengan kalimat kekasihnya.
"Pernahkah kau jatuh cinta dengan seorang gadis?" Malu-malu Nayla
bertanya, memainkan ujung-ujung rambutnya.
Jim tertikam oleh pertanyaan itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
M-e-n-g-a-n-g-g-u-k. Nayla merasa menyesal telah bertanya. Tapi rasa ingin tahu lebih besar
menguasai hatinya, "Di manakah gadis itu sekarang?"
Pertanyaan itu sungguh bergetar, karena yang bertanya takut
mendengar jawabannya. Jim diam. Lama. Seekor kupu-kupu hinggap di ujung pedang. Sebagai Timpalan laksamana,
Jim selalu siaga dengan pedang. Jim dan gadis itu asyik memerhatikan
kupu-kupu itu. Lupa dengan pertanyaan Nayla. Kupu-kupu itu lucu
menggerak-gerakkan sayapnya di ujung pedang Jim. Mereka berdua
bersitatap sejenak. Tersenyum kecil melihat ulah kupu-kupu itu.
Kupu-kupu itu terbang lagi, bahkan sekarang hinggap di lengan Jim.
Berani. Nayla mendekap mulut hendak tertawa. Jim nyengir. Kupu-kupu itu terbang lagi,
sekarang hinggap di rambut Nayla yang panjang. Nayla mengernyitkan
dahinya. Mata bundarnya melirik ke atas kepala. Sekarang Jim yang
menahan senyum melihatnya. gadis itu amat menggemaskan.
Seperti Nayla-nya. Jim menelan ludah.
Kupu-kupu yang entah dari mana itu sejenak membuat mereka jauh lebih
akrab. Mengusir jauh-jauh semua kenangan menyakitkan itu. Perasaan
bersalah. Penyesalan. Terlupakan. Sayang kupu-kupu itu sekejap sudah
terbang lagi, pergi "Di manakah gadis itu sekarang?" Nayla berbisik pelan, kembali dengan
pertanyaannya. Tertunduk.
Senyum Jim menghilang. Perasaan itu kembali lagi. Penyesalan.
Kenangan. Semua kesenangan sesaat tadi lenyap. Jim menoleh menatap
datar wajah Nayla. "Dia sudah meninggal Jim menelan ludah.
Nayla tertegun, "Maafkan aku ...."
Mereka berdiam diri. Dan sayangnya tak ada lagi kupu-kupu yang bisa
mengalihkan perhatian mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Apakah kau masih mencintainya?" Nayla bertanya pelan, suara itu
lemah. Hanya sedikit lebih
terdengar dibandingkan desau angin dalam taman Istana. Entah
mengapa Nayla harus menanyakan pertanyaan berbahaya seperti itu.
Jim menggigil bibir. Dia sungguh mencintainya. Selalu. Cinta pertama
dan sejati itu hanya untuk Nayla. Bukan untuk Nayla.
Jim lelah dengan bujukan hatinya yang sekarang sibuk berkata: kenapa
tidak" Jim tetap terdiam hingga pertemuan itu terpotong oleh
kehadiran dayang-dayang. Permaisuri Champa memanggil putrinya.
Membicarakan tentang perjodohan itu.
URUSAN KACAU-BALAU saat malam tiba. Atas keberanian Jim
membunuh adik baginda malam itu, di penghujung pesta tujuh hari tujuh
malam, Baginda Champa dengan bangga mengumumkan Jim diangkat
sebagai Panglima Utara kerajaan. Jim ditawarkan harta, posisi, dan
kehormatan. Dan itu ternyata belum cukup. Baginda Champa juga
menjodohkan Jim dengan putrinya, Nayla.
Seluruh petinggi kerajaan Champa bertepuk tangan. Si Mata Plang
menyeringai senang. Pejabat negara mengangguk-angguk sepakat. Hanya
laksamana Ramirez dan Pate yang tidak menunjukkan ekspresi
kegembiraan sedikit pun. Jim terpaku berdiri. Sempurna membatu saat mendengar Baginda
Champa tertawa lebar mengumumkan perjodohan itu.
Nayla tertunduk, menggigil bibir. Lihatlah wahai Buddha Yang Agung, dia
sama sekali tidak suka mendengar berita itu .... Apakah aku salah
membujuk Ayahanda dan Permaisuri" Apakah aku salah ....
Sepanjang malam prajurit Laksamana Ramirez bersulang atas
keberuntungan Jim yang luar biasa. Penduduk kota senang mendapatkan
calon raja yang hebat. Jim hanya duduk membisu di sudut ruangan. Dia
tidak berbicara banyak. Tidak melayani orang-orang yang menggodanya.
Jim sedang mengukir wajah membeku di pagi itu-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
MENJELANG PAGI, Nayla nekat menerobos kamar Jim. Dia datang
dengan mata merah, sisa tangisnya semalaman. Entah mengapa setelah
kembali ke kamar tidurnya selepas pesta, Nayla merasa ada yang salah
dengan perjodohan mereka.
Ada yang salah .... Jim yang juga sedang menatap bulan sepertiga akhir malam, menoleh
kepadanya. Matanya juga merah.
Takut-takut Nayla mendekat.
"Apakah kau masih mencintainya?" Nayla tertunduk, bertanya dengan
suara pilu. Pertanyaan tadi sore yang belum terjawab.
Jim diam. Menghela napas panjang.
Jim sungguh mencintainya. Masih teramai. Tetapi apakah salah jika
sekarang dia menyukai gadis di hadapannya" Apakah salah jika perasaan
itu muncul lagi"' Tetapi itu karena gadis itu mirip dengan Nayla-mu"
Bukan karena kau benar-benar mencintai gadis itu! Apa salah kalau aku
mencintainya karena dia mirip dengan Nayla" Kau tidak salah, yang salah
hatimu! Tetap tak akan pernah bisa dibohongi! Hatimu hanyalah untuk
Nayla. Bukankah itu juga yang terjadi ketika di lereng Puncak Adam"
Apa salahnya kalau aku sekali ini membohongi hatiku sendiri" Keras
kepala Jim menentang hatinya. Tidak. Kau tidak akan pernah berhasil
membohongi hatimu .... Karena kau tidak pernah berhasil berdamai
dengan masa lalu itu. Kauhidup dalam penyesalan, Jim. Penyesalan yang
tak pernah berhasil kau singkirkan ....
Jim meremas jari. Sekali lagi menoleh ke arah Nayla. Gadis itu masih menatap, menunggu
dengan seribu kecemasan atas pertanyaannya. Hati gadis itu sedang
meneguhkan diri, menabalkan diri. bersiap menopang seluruh pilu yang
mungkin muncul. Dan Jim mengangguk.
Nayla terdiam. Matanya berair. Dengan kaki bergetar ia berlari keluar
mangan Hidupnya tak akan pernah sama lagi.
PERANG SAUDARA! Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
LAKSAMANA RAMIREZ tahu apa yang harus dilakukan. Perjodohan itu
tidak akan mungkin terlaksana. esok paginya Laksamana Ramirez
memeluk Baginda Champa, meminta maaf, keinginan itu tidak bisa
dipenuhi. Timpalannya yang gagah berani memutuskan meneruskan
perjalanan. Baginda Champa kecewa, namun tak bisa berbual banyak.
Saat Pedang Langit melepas sauh, kemudian beringsut keluar dari
pelabuhan bagai seekor angsa. Saat Jim bersandar di dinding kapal
menatap langit-langit kabin mengutuk hatinya yang tak pernah bisa
berdamai dengan Nayla-nya. Saat Laksamana Ramirez memerintahkan
prajurit di atas geladak memberikan penghormatan
terakhir. Saat terompet raksasa dibunyikan dan puluhan genderang
ditabuh mengiringi keber-angkatan Pedang Langit dan 39 kapal lainnya.
Saat meriam berdentum tujuh belas kali sebagai tanda salut.
Saat itulah Nayla bersimpuh di pagoda terbesar. Tersungkur di depan
patung Buddha bersepuh emas. Matanya berlinang air mata. Mengadu.
Wahai Buddha Yang Agung .... Aku lak lahu bagaimana harus melanjutkan
hidup ini. Aku tak tahu ....
Dan armada 40 kapal Laksamana Ramirez telah melesat menuju Tanah
Harapan. Meninggalkan kota di tubir benua selatan. Meninggalkan segala
kenangan di kota terindah tersebut: kota Champa dan gadis-gadisnya
yang bermata jeli. ATAS KEJADIAN di Istana kota Champa, Jim dan Pate diangkat
menjadi Kepala Pasukan. Setara dengan si Mata Elang dan dua puluh
sembilan pemimpin kapal lainnya. Karena tidak ada kapal perang yang
akan mereka pimpin, Jim dan Pate menjadi Kepala Pasukan di Pedang
Langit. Julukan Jim sekarang adalah Panglima Perang Yang Menangis. Itulah
julukan yang diberikan si Mata Elang kepadanya setelah mendengar
kabar Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
perkelahian malam itu, termasuk desas-desus gerakan terbang Jim yang
hebat-dengan air mata bercucuran. julukan itu cocok benar untuknya
Jim kembali ke masa-masa saat dia dulu pertama kali menjejakkan
kakinya di Pedang Langit. Bersedih diri tanpa sebab setiap hari.
Bedanya dulu Jim hanyalah kelasi rendahan yang bodoh, pengecut, dan
tak becus melakukan apa pun kecuali memetik dawai, menyiapkan makan,
mencuci pakaian, serta menyikat dinding-dinding kapal. Sekarang dia
sudah menjadi Kepala Pasukan yang terdidik, gagah berani, dan
berwibawa. Bedanya dulu garis wajahnya riang, polos, bersahaja, penuh cahaya
kebaikan. Sekarang terlihat tajam, keras, berani, dan tegas. Dan
tahukah kalian, justru kesedihan yang berasal dari wajah tegas seperti
itu yang membuat orang-orang melihatnya berkali-kali ikut tersentuh.
Kejadian di kota Champa menjadi rahasia umum di seluruh Armada Kota
Terapung. Kabar burung menyebar cepat. Kecuali bagian dongeng,
terpilih, dan Sang Penandai, berita itu sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya. Dari mulut ke mulut cerita itu menyebar.
Panglima perang mereka ternyata pemuda gagah berani yang patah hati.
Masa lalu itu selalu menghantuinya, bahkan saking hebatnya masa lalu
itu. pemuda malang itu menolak begitu saja tawaran memperistri putri
Baginda Champa yang cantik jelita .... Menolak kesempatan menjadi raja
.... Demikian bisik-bisik di kabin para kelasi, kamar-kamar prajurit, dapur,
geladak, mang makan, dan sudut-sudut kapal lainnya. Satu dua bahkan
ikut menangis mendengarkan cerita yang mulai dibumbu-bumbui di sana
sini. "Duhai, panglima kita benar-benar pemuda terhormat, aku balikan sudah
jauh-jauh hari memutuskan menikah dengan seseorang setelah kekasih
sejatiku pergi, lihatlah hingga hari ini aku tetap terkenang dengannya ....
Ah, bahkan aku ikut penjelajahan ini hanya karena tak kunjung bisa
melupakannya. Aku selalu berbohong saat mengatakan Itu hanya masa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lalu .... Hidup harus terus berlanjut, bukan' .... Aku benar-benar
membohongi diri sendiri ...."
"Kau benar, teman. Perasaan itu memang menyakitkan. Aku sudah punya
anak liga berusia liga tahun, tetapi saat mendengar kekasih pertnimaku
dulu akan menikahi seseorang, perasaan ini pilu sekali .... Lihatlah
pemuda malang itu tetap tegar berdiri, setia sampai mati dengan
kekasih sejatinya Banyak juga awak kapal yang tak mengerti apa itu cinta, hanya manggutmanggut menyimak. Dan lebih banyak lagi yang bergumam
dalam diam. Urusan ini memang selalu mene-likung perasaan. Kalian
selalu dikhianati oleh kenangan. Bukankah itu seharusnya menjadi
kenangan yang indah" Mengapa justru berubah menjadi duri dalam hati"
ARMADA KOTA Terapung sudah liga bulan perjalanan meninggalkan
kota Champa. Mereka sekarang memasuki wilayah yang belum pernah
dijamah pelaut mana pun. Banyak sekali legenda menakutkan yang mereka dengar. Ular naga yang
tiba-tiba muncul dari lautan, menyemburkan api meluluh-lantak-kan
kapal-kapal. Putri-putri duyung yang bernyanyi memabukkan sehingga
tak sadar kalian sudah menjadi budak makhluk setengah manu-sia
selengah ikan tersebut. Pusaran air di tengah samudra yang siap
menyedot siapa saja di de-katnya, serta berbagai cerita seram lainnya.
Laksamana Ramirez tak undur selangkah pun. Dia saban hari semakin
menyemangati pasukannya terus maju membelah samudra. Saat tak ada
angin, perjalanan terpaksa dilanjutkan dengan tenaga manusia. Mata
Laksamana Ra-mirez berkilauan, maksud tatapan mata itu jelas: selepas
samudra ini. Tanah Harapan akan segera terlihat
Gugusan pulau yang indah itu. Ada beribu pulau di sana. Pulau-pulau yang
subur dengan kekayaan alam tak terbilang. Rempah-rempah terbaik,
ramuan tumbuhan termujarab, dan gelimang tambang emas dan perak.
Mereka cukup menyentuh ujung pulau terluarnya, maka genaplah
perjalanan. Peta-peta yang disiapkan ahli peta di Pedang Langit akan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
segera dibawa pulang ke negeri asal mereka. Petunjuk perbintangan
lokasi Tanah Marapan akan dibukukan. Menjadi panduan.
Dan lepas enam bulan setelah armada tiba kembali di sana, ribuan kapal
akan segera melakukan ekspedisi perdagangan dan kegiatan lainnya ke
Tanah Harapan. Mereka telah menjejakkan rute perjalanan yang hebat.
Bersahabat dengan semua kota pelabuhan yang dilewati. Negeri mereka
akan makmur berlipat ganda hingga ratusan tahun ke depan.
Laksamana Ramirez juga semakin sibuk dengan lipatan-lipatan kertas di
ruang kerjanya. Peta-peta kuno itu. Tulisan-tulisan aneh. Ketika Jim dan
Pate sempat bertanya saat menemui Laksamana di ruang kerjanya, dia
hanya menjawab pendek: "Aku sedang memecahkan rahasia besar. Pate!"
Sejauh ini perjalanan berlangsung lancar dan cepat. Mereka tiga bulan
terakhir mengalami lagi empat lima pertempuran dengan bajak laut kecil-kecil, benemu
dengan dua-tiga badai laut yang biasa-biasa saja. Di luar itu, sama sekali
tidak ada naga-naga, putri duyung, atau pusaran air.
Cerita itu terlalu dibesar-besarkan.
SAYANG SISA perjalanan tanpa apa pun itu mu lai membosankan.
Sempurna sudah tiga bulan berlalu lagi tanpa kejadian apa pun. Bahkan
satu kota pelabuhan pun tidak ditemukan. Prajurit dan kelasi mulai
bosan terkuning berhari-hari di atas kapal. Mereka sama sekali tidak
punya ide hingga kapan ekspedisi armada 40 kapal akhirnya menemukan
Tanah Harapan. Tak ada peta yang pernah menggambar daerah tersebut. Tak ada posisi
perbintangan yang bisa menjelaskannya. Mereka hanya sering men
dengar cerita betapa indahnya gugusan ribuan pulau tersebut. Konon
ada lima pulau besar yang mengukir lautan. Pulau itu berjejer mem
bentuk formasi yang elok. Pulau pertama di ujung gugusan itulah tujuan
mereka. Ada ribuan ngarai di lembah-lembah pulau. Bukit yang berbaris
membelah daratan, hewan-hewan yang belum pernah dilihat sebelumnya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hutan-hutan perawan yang menjanjikan berbagai kekayaan, juga ceritacerita menyeramkan tentang hutan perawan tersebut. Mereka melambaikan tangan, kalau di
lautan saja lengang seperti ini maka cerita-cerita tentang hutan
perawan itu tidaklah seseram yang didengar.
Berminggu-minggu lagi Armada Kota Terapung tetap tidak benemu
segaris daratan pun. Setitik pulau pun. Lengang. Kosong sepanjang mata
memandang. Hanya air. air, dan air.
Jim menghabiskan waktu dengan banyak termenung. Luka dari kota
Champa tak kunjung sembuh, karena dia tidak punya aktivitas baru yang
bisa membuatnya melupakan kesedihan itu barang sejenak. Jim
menjalani rutinitas yang sama setiap hari. Bangun pagi, menyaksikan
Pate mengguratkan benda tajam di dinding kapal. Seribu lima ratus liga
belas hati .... Berkeliling dari satu sudut ke sudut lain. Memastikan semuanya berjalan
sesuai seharusnya. Berbincang dengan Pate. Makan siang. Makan malam.
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menatap lautan yang dari hari ke hari itu-itu saja. Tidak berubah-ubah.
Kalau malam terlihat gelap. Kalau siang terlihat terang. Sebulan sekali
menyaksikan bulan purnama. Terus berputar.
Dalam rutinitas yang membosankan masa lalu bagai belalai punya
kesempatan datang menyergap. Dan Jim selepas kota Champa sudah
terperangkap. Dia mulai bertanya-tanya,
apa penghujung dongengnya" Jika besok-lusa Pedang Langit menyentuh
Tanah Harapan, apa yang akan dia temukan.
Tidak. Dongeng ini hanya akan berakhir sia-sia. Dia tidak akan pernah
bisa lagi jatuh cinta dengan sebenar-benarnya cinta kepada gadis lain.
Lihatlah, setiap kali perasaan itu muncul, masa lalunya datang menikam.
Memasungnya dalam sebuah penyesalan. Dia tak akan pernah bisa
melupakan Nayla-nya. Cinta sejati itu mengungkungnya.
Apakah Sang Penandai akan menghidupkan Nayla kembali" Jim mengeluh
pelan. Itu hal terbodoh yang pernah melintas di benaknya. Jim tahu dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
paham benar ada banyak kekuasaan dunia yang tidak dia ketahui. Bahkan
setelah melihat banyak keajaiban dalam perjalanan ini, dia lahu ada
lebih banyak lagi kekuasaan langit yang tetap menjadi rahasia besar.
Tetapi memikirkan ide Sang Penandai akan menghidupkan Nayla kembali
sebagai upah menjalani perjalanan ini, itu ide yang sungguh konyol.
Jim juga berpikir. Laksamana Ramirez pasti akan segera kembali ke
negeri mereka di benua utara setelah tiba di Tanah Harapan. Lantas apa
yang akan dilakukannya" Ikut pulang bersama armada 40 kapal" Kembali
ke kota itu" Menjemput lagi masa lalunya" Menapaktilasi seluruh
jejak penemuan dan kenangan bersama Nayla-nya" Mustahil. Mengenang
wajah membeku itu saja sudah membuatnya sesak.
Apakah dia akan memutuskan tinggal di Tanah Harapan" Mencoba
melanjutkan hidup. Mencoba pelan-pelan menghapus semua kenangan.
Bagaimana kalau saat dia sekali lagi berhasil mengusir kenangan itu,
pemilik semesta alam tega memberinya hadiah penemuan dengan gadis
seperti Baginda Champa, yang mirip dengan Nayla-nya" Penemuan yang
akan merobek lagi luka. Penemuan yang menyeretnya lagi dalam
kesedihan. Jim mengeluh. Sungguh, bukankah semua perasaan ini tak sekalipun dia
memintanya. Bahkan dalam harapan-harapan yang disebutkannya dalam
mimpi masa kanak-kanak. Kenapa dia harus dipertemukan di pernikahan
itu. Kenapa perasaan itu datang menghujam di hatinya. Dia tidak pernah
memintanya. SEMENTARA JIM terbebat dalam kesedihan, pelaut yang bosan mulai
melakukan ulah yang tidak pantas. Pertengkaran antar prajurit dan
kelasi merebak. Terkadang alasannya sepele. Saling bergurau. Semakin
hari gurauan ilu semakin kelewatan. Maka tak jarang perkelahian
antarprajurit dan kelasi menjadi masalah yang serius. Berlarut-larut.
Para kelasi dan prajurit senior mulai berani bertanya pada si Mata
Elang, kapan mereka akan tiba di daratan. Si Mata Elang menggeleng
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tegas tidak tahu. Mendengus, menyuruh mereka kembali ke posisi
masing-masing. Beberapa minggu kemudian mereka bahkan mulai berani bertanya
langsung kepada Laksamana Ramirez. Mulai menyangsikan kehebatan
Laksamana. Kejadian yang tidak pernah dibayangkan Pate yang menaruh
amat hormat pada manusia pilihan tersebut.
Berita burung yang lebih serius mulai beredar kencang, mengancam
kelangsungan ekspedisi. Berita itu perlahan merusak moral kelasi dan
prajurit rendahan: mereka tidak akan pernah sampai ke Tanah Harapan.
Jika semua legenda-legenda lautan itu bohong, legenda tentang Tanah
Harapan juga kemungkinan besar bohong belaka. Sama dengan naganaga api, putri-putri duyung, dan pusaran air.
Lihatlah mereka sudah sepuluh bulan terapung-apung di samudra luas
tanpa batas. Jangankan Tanah Harapan, secuil daratan tak terlihat.
Setitik pulau tak terlihat.
Semakin hari jumlah prajurit dan kelasi yang bertanya semakin banyak.
Dan di antara mereka mulai muncul aksi pembangkangan. Awalnya sendiri-sendiri,
kemudian mulai berani berkelompok, hingga akhirnya menjadi
pemberontakan besar-besaran. Prajurit dan kelasi dengan berani mulai
berkata-kata di depan umum. Di atas geladak. Di ruang makan. Katakata itu pendek saja: KAMI INGIN PULANG!!
HARI ITU, penghujung bulan sebelas perjalanan yang lengang,
pembangkangan terjadi serentak di seluruh kapal. Hampir separuh
prajurit dan kelasi menolak meneruskan perjalanan. Ekspedisi
menemukan Tanah Harapan itu sia-sia. Cerita hebat gugusan ribuan
pulau itu omong kosong. Mereka berseru-seru ingin pulang, segera!
Kacau-balaulah keadaan. Mereka menurunkan layar-layar. Beberapa
mulai berani merang-sek ke mang kemudi, mencoba memutar arah
haluan. Semakin lama prajurit dan kelasi semakin nekat. Malam datang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjelang, kerusuhan meluas. Ada yang mulai membakar geladak-geladak kapal.
Laksamana Ramirez tahu persis situasi seperti ini hanya menunggu
waktu terjadi. Dan dia juga tahu persis situasi ini jauh lebih rumit
dibandingkan menghadapi sekaligus dua barikade perompak Yang Zhuyi.
Si Mata Elang mengusulkan menindak tegas awak kapal pembangkang.
Pejabat tinggi negara bersepakat. Laksamana Ramirez menggeleng,
enggan mengambil jalan kekerasan itu. Laksamana ingin menghindari
pertikaian dan mencari jalan damai, apalagi menghadapi anak buahnya
sendiri. Tetapi Laksamana Ramirez lagi-lagi kalah suara.
Terpaksa memutuskan penangkapan.
Ricuh esok paginya saat prajurit dan kelasi yang masih setia menyerbu
kelompok-kelompok pembangkang. Pertempuran sesama awak Armada
Kota Terapung tak terhindarkan. Sungguh memilukan melihatnya.
Bagaimana mungkin kalian akan menghunus pedang kepada seseorang
yang selama ini berbicara baik, bersahabat baik, dan mungkin saja
pernah saling menyelamatkan nyawa"
Lebih dari enam jam penangkapan dilakukan. Tidak kunjung berakhir.
Bahkan di kapal-kapal tertentu, kaum pembangkang jumlahnya jauh lebih
banyak, bersatu melawan. Korban mulai berjatuhan. Dan api kebencian
dengan cepat tersulut di seluruh armada 40 kapal.
Jim mengeluh. Di tengah luka hatinya yang lak kunjung pulih, bagaimana
mungkin dia harus menyaksikan peristiwa semengenaskan ini. Pate lebih
menderita lagi. Tadi sore Pate terpaksa
melukai salah-satu prajurit yang dekat dengannya. Pemuda itu tidak
mati, tapi Pate berkaca-kaca saat melihat apa yang lelah diperbuatnya.
Malam semakin matang. Kebakaran meluas. Prajurit dan kelasi
pembangkang bahkan berhasil menguasai ruang kemudi beberapa kapal
pe rang. Mereka juga berhasil merangsek ke ruang meriam. Dan
terjadilah kekacauan itu. Meriam mulai dimuntahkan. Mereka juga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
merebut bedil di ruang amunisi. Perkelahian massal jarak dekat tak
terhindarkan. Armada 40 kapal kacau-balau. Laksamana Ramirez memerintahkan salah
seorang prajurit meniup terompet tanda berdamai. Bendera pulih.
Perundingan. Sia-sia! Suara terompet itu dibalas dengan empat
dentuman meriam yang mengarah ke Pedang Langit. Lambung kapal yang
paling disegani, paling dihormati, paling ditakuti robek besar.
mereka membalas meniup terompet di kapal yang mereka kuasai,
menyampaikan pesan sederhana: Pulang atau Perang! Tak ada pilihan lain.
laksamana Ramirez menelan ludah. Pedang Langit memilih membalas
tembakan meriam tersebut.
Lepas tengah malam situasi benar-benar tak terkontrol lagi. Keadaan
yang tadi sebenarnya dikuasai kelompok setia melanjutkan ekspedisi
berubah 180 derajat. Mereka pelan-pelan mulai terdesak. Prajurit dan
kelasi pembangkang yang tadi pagi berhasil ditahan, menjelang pagi
berhasil dibebaskan teman-temannya, situasi semakin gawat.
laksamana Ramirez mengusulkan kedua belah pihak menghentikan
pertikaian sementara. Laksamana Ramirez berjanji, berikan waktu satu
minggu lagi, jika armada 40 kapal tidak menyentuh garis pantai terluar
Tanah Harapan, ekspedisi akan kembali. Lagi-lagi lawaran perdamaian itu
dibalas dengan tembakan meriam. Lebih banyak dentuman meriam.
Enam belas kapal perang dikuasai para pembangkang. Juga tiga kapal
logistik dan dua kapal pejabat. Pedang langit porak-poranda dikeroyok
dari berbagai sisi. Saputan Mata yang selama ini selalu membantu kapal
terbesar tersebut dalam pertempuran, jusru menjadi garda terdepan
prajurit dan kelasi pembangkang.
Pagi datang menjelang. Cahaya matahari lembut menyentuh area
pertempuran yang terlihat menyedihkan. Semburat merah membungkus
kepulan asap hitam dari kapal-kapal yang terbakar. Dan sebelum
semuanya benar-benar terlambat, prajurit yang tetap berdiri di atas
menara pos pengintai Pedang Langit, yang tidak memedulikan kekacauan
di bawahnya, akhir- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
nya menangkap segaris tipis daratan jauh di depan.
Prajurit itu gemetar melihatnya. Memastikannya untuk kesekian kali.
Teropongnya tak salah lagi. Itulah Tanah Harapan.
BUNGAMAS! KETIKA PRAJURIT menara pos pengintai Pedang langit meniup peluit
kencang-kencang, terhentilah semua pertikaian. Pedang-pedang yang
terhunus tertahan. Bedil yang siap dimuntahkan terdiam. Sumbu meriam
yang siap ditembakkan buru-buru dipadamkan.
"DARATAN! DARATAN!!!" Prajurit pos pengintai berteriak sambil
menunjuk lurus-lurus ke depan.
Matahari pagi belum sempurna benar menerangi lautan, masih remang
menjingga. Awan putih menggumpal terlihat merah. Garis dataran itu
antara terlihat dan tidak. Beberapa orang buru-buru memanjat liang
pengintai di kapal-kapal lain. Memegang teropong. Segeralah menyebar
berita baik tersebut. "DARATAN! DARATAN!!" Prajurit di tiang pengintai kapal lain
berteriak lantang. Bersahut-sahutan.
Seluruh awak armada 40 kapal berseru riang.
Benar-benar mengharukan melihatnya. Lupa kalau mereka baru saja
hendak saling menikam. Lupa pertempuran mereka selama 24 jam
terakhir. Dua prajurit yang berdarah-darah saling berhadapan di atas
geladak Pedang Langit segera melemparkan pedang ke lantai, melompat,
berpelukan. Kelasi dan prajurit lainnya berteriak parau. Satu-dua mulai menangis.
Saling mendekap. Rasa haru membuncah armada 40 kapal. Yang pertama,
karena akhirnya menemukan daratan- apa pun itu nama daratannya. Yang
kedua, ketika menyadari teman-teman sendiri bergelimpangan terluka di
atas geladak kapal, satu-dua merangkak berusaha berseru-seru riang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Laksamana Ramirez berdiri tegang di geladak tertinggi. Sinar matahari
semakin terang. Garis pantai itu semakin jelas terlihat. Semakin besar.
Dataran itu. Benar! TAK SALAH LAGI.
Itulah ranah Harapan. SITUASI KEMBALI terkendali, meskipun harganya amat mahal. Pedang
Langit compang-camping, lambungnya robek akibat muntahan peluru meriam kapal perang armada
sendiri. Awak kapal yang masih sehat bahu-membahu memperbaiki apa
saja yang bisa diperbaiki. Menyingkirkan bekas pertempuran.
Kebencian luntur diganti dengan rasa sesal. Dan untuk kasus pertikaian
saudara seperti ini, akhir yang baik selalu membuat ikatan persaudaraan
menjadi dua kali lipat lebih erat. Armada Kota Terapung tenis
mendekati garis daratan. Menjelang senja barulah tiba di tepi daratan
tersebut. Seluruh awak kapal terpesona. Bukan main. Legenda Tanah Harapan itu
bukan bualan. Bukan omong-kosong.
Lima ngarai besar langsung terlihat dari atas geladak armada 40 kapal.
Begitu besar dan indah. Menghujam ke lembah-lembah basah. Pohonpohon nyiur memagari pantai. Bebukitan tinggi dipenuhi hutan basah nan
lebat membelah tanah. Hijau sepanjang mata. Siluet pelangi terlihat di
ngarai terbesar. Suara air menghantam bebatuan terdengar bagai
serunai sambutan selamat datang bagi Armada Kota Terapung.
Perjalanan bertahun-tahun itu akhirnya usai.
Menjejak tanah yang tidak pernah dipetakan.
Menjejak tanah yang bergelimang emas mutu manikam.
Jim tak pernah melihat sinar muka Laksamana Ramirez se-bercahaya
itu. Kejadian ini seharusnya membuat laksamana Ramirez menangis,
lihatlah! Mata itu berkaca-kaca. Tetapi Laksamana bertahan untuk tidak
menangis. Mungkin karena dia tidak ingin terlihat menangis oleh awak
kapalnya .... Jim mendesah dalam hati. Sang Penandai tidak bohong.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Perjalanan ini berujung. Hari ini, satu dongeng terselesaikan dengan
indah. Entah bagaimanalah dengan kepunyaannya...
TIDAK ADA tempat untuk merapalkan kapal di daratan. Lautnya
dangkal. Pasir pulih membungkuk elok tubir pantai. Puluhan jung
diturunkan dari geladak Pedang Langit dan kapal-kapal lainnya.
Laksamana Ramirez diikuti Jim, Pate, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi
sigap melompat turun. Jung itu melaju mendekati pantai. Sungguh pemandangan yang
menakjubkan. Perairan dangkal persis di bawah jung-jung itu, tampak
gumpalan karang dengan ikan dan binatang laut ratusan warna. Jim dan
Pate menelan ludah, mereka tidak pernah menyangka isi lautan akan terlihat seindah
itu. Saat jung kandas di pasir putih, saat mereka loncat turun ke air laut
setumit, rombongan itu terperangah. Pulau itu ternyata memiliki
kehidupan. Ada penduduk setempat yang menghuni daerah sepanjang
pantai. Saat mereka berdiri di hamparan pasir pulih, barulah terlihat
dari balik pohon-pohon nyiur dan hutan lebat rumah-rumah kecil
berbentuk panggung, beratap rumbia, berdinding kayu berdiri
berderet-deret. Puluhan penduduk setempat yang mengenakan pakaian seadanya
menyambut dengan tatapan tidak kalah terperangah. laksamana Ramirez
menyampaikan salam persahabatan. Tak ada penerjemah yang dibawa
Armada Pedang Langit yang mengerti bahasa penduduk setempat, maka
komunikasi berjalan lambat. Sama seperti di lereng Puncak Adam.
Bahasa tanganKabar baiknya, penduduk setempat tidak menunjukkan sikap
bermusuhan. Mereka hanya menatap terpesona puluhan kapal yang
membuang sauh di kejauhan. Yang seolah-olah memenuhi laut sepanjang
mala memandang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Malam itu. Laksamana Ramirez diterima oleh Kepala Adat di salah satu
rumah panggung. Bersama Jim, Pate, si Mata Elang, beberapa Kepala
Pasukan, dan pejabat negara. Sementara,
prajurit dan kelasi lainnya melanjutkan pesta di kapal, menyulut
kembang api. Membuat tepi pantai tersebut dipenuhi terang benderang
nyala bola api di angkasa.
Malam itu, selepas ramah-tamah dengan penduduk setempat-bertukar
bebat kepala dan selempang kulit kayu-laksamana Ramirez membuat
keputusan yang sama sekali di luar dugaan Jim dan awak armada 40
kapal lainnya. "Kembalilah! Si Mata Elang akan memimpin perjalanan pulang besok pagipagi sekali .... Kita sudah menggenapi seluruh perjalanan. Peta-peta
sudah dibuat. Jalur perdagangan sudah lengkap. Segala macam catatan
tersimpan rapi dalam ru-ang kerjaku
Si Mata Elang, Jim, Pate, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi menatap
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Laksamana Ramirez tidak mengerti.
Laksamana tersenyum, "Aku harap kau jauh lebih bijaksana sekarang,
Numa .... Kau sebenarnya seorang laksamana sekarang. Laksamana Mata
Elang! Aku akan tetap tinggal di sini. Dan mungkin tidak akan pernah
kembali .... Keputusanku sudah bulat. Laksanakan!" Laksamana Ramirez
menutup pembicaraan dengan tegas. Menyuruh kerumunan bubar.
Sebelum banyak pertanyaan muncul, sebelum beberapa pejabat negara
seperti biasa terlihat keberatan, mereka memang sering kali berseberangan dengan
Laksamana Ramirez. Tapi dalam urusan siapa yang akan memimpin
perjalanan pulang, jelas mereka membutuhkan laksamana tetap bersama
mereka, sebelum seruan ingin tahu, pembicaraan telah usai.
Jim dan Pate saling berpandangan. Menelan ludah.
Malam melewati dua pertiga bagiannya. Hampir seluruh penduduk pesisir
sudah terle-lap. Juga si Mata Elang, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi
tidur di atas lantai kayu rumah panggung. Armada 40 kapal dari
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kejauhan terlihat lengang. Semua prajurit dan kelasi kelelahan setelah
berpesta hingga tengah malam. Tidur sembarang di atas geladak kapal.
Suara air menghantam bebatuan di ngarai terdengar bak musik yang
tidak teratur. Lenguhan binatang malam, entah tak ada yang tahu apa
persisnya, terdengar bersahut-sahutan.
Jim bangun dari tidurnya. Beranjak mendekati laksamana Ramirez yang
masih duduk terpekur di tengah ruangan rumah panggung, mengamati
sehelai kertas lusuh di bawah nyala lampion yang sengaja dibawa dari
Pedang Langit. "Peta apa itu?" Jim bertanya pelan.
Laksamana Ramirez menoleh. Sedikit kaget.
"Seharusnya kau sudah tidur!" Laksamana berkata berat.
Jim hanya menggeleng, "Aku tidak bisa tidur ..."
Laksamana Ramirez tertawa. Dia tahu persis apa yang membuat Jim
tidak bisa tidur. "Terus terang aku tak bisa membantu banyak, Jim Aku tidak tahu apa
ujung dongengmu .... Seharusnva menyimak kalimat Sang Penandai,
bukankah jawaban dongeng-mu sudah ada di depan mata" Inilah tempat
Armada Kota Terapung memutar kemudi, kembali ke benua utara ...."
Jim mengangguk lemah. Ya, dia sama sekali tidak mengeni apa yang
harus dia lakukan besok. Mustahil dia ikut armada 40 kapal itu pulang ke
kota terindahnya. "Apa yang akan kaulakukan?" Jim balik bertanya.
Jim sepanjang malam memikirkan keputus-an Laksamana Ramirez yang
ganjil, tidak ikut kembali untuk menerima gelar bangsawan dan posisi
penting di Ibukota alas keberhasilannya memimpin ekspedisi Armada
Kota Terapung. Jim sedang memikirkan kemungkinan perjalanan lainnya
.... "Melanjutkan perjalanan." Laksamana menjawab datar.
"Bukankah dongeng itu sudah selesai?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku tidak pernah mengatakan kalau dongengku adalah mencapai Tanah
Harapan ini, Jim!" Jim mengernyitkan dahi. "Bukankah kau mengatakan, 40 kapal
mengapung di lautan, bagai kota yang bergerak mengambang .... 40 kapal
mengapung di lautan menuju Tanah Harapan
Laksamana Ramirez benar-benar menoleh ke arah Jim sekarang.
Menatapnya lamat-lamat. Tersenyum. Menggeleng.
"Itu adalah dongeng penguasa negeri kita, Jim .... Kauingat kejadian
kura-kura raksasa" Aku mengatakan ada dua dongeng yang dititipkan
dalam Armada Kota Terapung .... Kebetulan dongengku bersisian
dengannya. Aku tak sengaja menceritakan dongengku kepada penguasa
negeri .... Karena itulah, dia memintaku memimpin ekspedisi ini ....
"Kalimat itu memang dikatakan Sang Penandai ketika menemuiku untuk
yang kedua kalinya di sel tahanan .... Kalimat ilu juga dikatakan Sang
Penandai kepada penguasa negeri kita. Dia ditakdirkan akan
menancapkan kekuasaannya di Tanah Harapan ini .... Aku hanya menjadi
perantaranya .... Tapi itu bukan masalah besar.
Karena bukankah sudah kukatakan sebelumnya, dongengku bersisian
dengan dongengnya!" Jim terdiam. Bingung dengan fakta baru yang dijelaskan oleh Laksamana
Ramirez. Bersisian" Kebetulan-kebetulan"
"Kalau begitu apakah dongeng-mu!" "Dongeng terindah yang pernah ada
.... Dongeng yang sesuai benar dengan masa lalu, masa kini, dan masa
depanku, Jim .... Dongeng yang akan mengembalikan semua kebahagiaan
itu .... Kebahagiaan yang tercerabut ...." Laksamana Ramirez menatap
dengan wajah redup semburat jingga yang menerobos bingkai jendela.
Pagi datang menjelang. Tapi sekejap kemudian wajah Laksamana
mendadak tersenyum, seolah-olah sedang menanti sebuah janji
kebahagiaan. Jim menelan ludah. Tetap tidak mengerti. Laksamana Ramirez
sepertinya enggan menjelaskan. Tak masalah, dia juga tidak butuh
penjelasan, Jim hanya ingin meneruskan perjalanan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu!"
Laksamana Ramirez menoleh ke arah Jim. Melipat dahi.
"Kau tidak akan mau melakukan itu, kembalilah!"
Tidak. Aku akan melakukan itu. Lagi pula aku tidak tahu harus melakukan
apa. Aku sudah memutuskan akan tinggal di sini. Hingga
Sang Penandai datang. Hingga maut menjemput .... Ah, pencinta sejati
tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang
menjemput dirinya .... Aku sekarang mengerti, mungkin saat kematian
akhirnya sudi menjemputku, Sang Penandai akan memberi tahu apa ani
semua ini Jim menelan ludah. Tercenung sedih atas kalimatnya tadi. Mengatakan
kalimat itu sama saja dengan mengenang selintas wajah membeku Naylanya. laksamana Ramirez terdiam, lama menatap lamat-lamat wajah Jim,
kemudian menyentuh bahunya. Tersenyum. Kalau begitu kau boleh ikut
.... "Aku juga akan ikut!!" Suara Pate menyela dari belakang
Pate menguping semua pembicaraan.
Mereka berangkat ketika si Mata elang, Kepala Pasukan, dan pejabat
tinggi kembali ke armada 40 kapal. Pedang Langit meniupkan terompet
perpisahan, bersahutan dengan terompet 39 kapal lainnya. Genderang
keberangkat-an dilabuh. Meriam ditembakkan seratus kali. Susulmenyusul. Menimbulkan pesona magis tersendiri. Lima puluh untuk
Laksamana Ramirez, dua puluh lima masing-masing untuk Jim dan Pate.
Ribuan prajurit berbaris di geladak kapal. Melambaikan tangan. Hari itu
akan selalu dikenang sebagai hari perpisahan yang mengharukan dengan
laksamana Ramirez, pemimpin armada kapal hebat tak terkatakan.
Perpisahan dengan Jim, si Panglima Perang Yang Menangis. Perpisahan
dengan Pate, satu-satunya Kepala Pasukan berkulit hitam dalam sejarah
ekspedisi armada benua-benua utara selama dua ratus tahun terakhir.
Hari itu juga akan dikenang penduduk setempat sebagai hari bedegung.
hari ketika mereka menyaksikan betapa memesona sekaligus menciutkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hati Armada Kota Terapung dari benua-benua seberang saat
memuntahkan seratus peluru meriam. Anak cucu penduduk setempat
akan selalu menyebut kata itu setiap melihat sesuatu yang memekakkan
telinga sekaligus menggentarkan hati.
laksamana Ramirez, Jim, dan Pate memulai perjalanan selepas armada
40 kapal hilang di kaki langit. Mereka dengan perbekalan di pundak
melangkah masuk ke dalam bebukitan yang memanjang membelah pulau
Memasuki hutan belantara yang dua kali lebih lebat dibandingkan lereng
Puncak Adam. Saal ditanya kenapa memuluskan ikut, dengan ringannya Pate menjawab,
'Aku tidak punya dongeng seperti kalian, mungkin aku tak cukup layak untuk menggurat
takdir. Aku hanya punya kau teman terbaikku dan laksamana seseorang
yang amat kuhormati .... Setidaknya aku akan menjadi saksi dongeng
kalian .... Kalian butuh seseorang yang akan menceritakannya ke orang
lain, bukan?" Pate tertawa. Laksamana Ramirez dan Jim ikut tertawa.
Menurut penduduk di tubir pantai, pulau itu tidak bernama. Membujur
terus ke tenggara lebih dari seribu mil. Ada banyak penduduk yang
cukup beradab di sepanjang pesisir pantai, satu-dua mungkin bisa
disebut kota. Berpakaian layaknya seperti orang-orang benua utara.
Tetapi amat berbahaya jika memutuskan menjelajahi pedalaman hutan,
tidak ada siapa-siapa di sana kecuali hutan perawan dengan legendanya.
Justru itulah tujuan Laksamana Ramirez sekarang.
Jim akhirnya mengerti kenapa Laksamana Ramirez berkutat dengan
lembaran-lembaran tua di mang kerjanya. Laksamana sudah
merencanakan perjalanan tersebut jauh-jauh hari. Dia bahkan sudah
membaca cerita-cerita lama untuk membantu menemukan tujuannya.
Mengumpulkan peta-peta tua itu. Mencatatnya hati-hati dalam buku
kecil yang sekarang dibawanya bersama mereka.
Laksamana Ramirez tetap enggan bercerita tentang tujuan dan apa yang
sebenarnya mereka cari. Tapi itu bukan masalah besar buat Jim dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pate. Saat memutuskan ikut ekspedisi menemukan Tanah Harapan,
mereka juga tidak tahu apa sebenarnya yang dituju. Lagi pula perjalanan
menerobos hutan perawan itu cukup menyenangkan.
Mereka sepanjang hari terus melangkah memasuki rimba belantara.
Hanya beristirahat saat senja datang. Pergerakan mereka tersendat,'
karena hutan lebat yang dimasuki semakin rapat. Pedang berubah fungsi
untuk membabat semak belukar yang menghadang.
Jim tidak pernah menyangka, kemampuan benahan hidup Laksamana
Ramirez di daratan lak kalah tangguhnya dengan di lautan. laksamana
mengenal betul buah-buahan hutan mana saja yang layak dimakan atau
tidak. Mengenal umbi-umbian yang beracun atau tidak. Dedaunan yang
berbahaya atau menyembuhkan. Dan yang paling menarik laksamana tahu
persis akar pohon mana saja yang mengeluarkan air atau tidak.
Jika mereka haus, Laksamana Ramirez akan mencari akar pohon yang
menjuntai di atas kepala. Memilihnya. Kemudian menebasnya. Air bening
segar langsung mengucur deras dari
potongan akar. Pertama kali melihatnya, bahkan Pate ikut berdecak
kagum. Pendeta tua yang dulu mengasuhnya, tidak pernah menceritakan
hal tersebut. Jadi, berbeda dengan perjalanan dalam hutan saat menuju Puncak
Adam, lebih banyak hal baru yang Jim temukan bersama Laksamana
Ramirez. Juga berbeda dengan gunung tersebut, di hutan pedalaman
pulau ini sama sekali tidak ada jalan setapak. Karena memang tidak ada
satu pun pemukiman penduduk di sana.
Sejauh ini rombongan kecil itu tidak hanya berlahan hidup dari air
sungai, akar pohon, atau binatang buruan. Segala jenis tumbuhan di
hutan sepertinya bisa dijadikan makanan oleh Laksamana Ramirez. Dan
ilu amat menarik. Selama seminggu mereka menikmati makanan yang berbeda setiap
harinya. Laksamana Ramirez menebang batang bambu muda, menebas
ujung-ujung rolan yang berduri dan melilit, memetik bebungaan hutan
berwarna hitam menjijikkan yang ternyata di dalamnya terdapat butiran
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
gandum, menyadap gula pohon dan jenis tumbuhan lainnya. Mencicipi
rasa yang tak pernah mereka bayangkan. Bukan manis, asam, pahit, asin,
yang selama ini Jim dan Pate kenal.
Mereka sejauh ini tidak menemukan hambatan seperti yang diceritakan
legenda-legenda itu. Ada banyak binatang aneh yang belum pernah mereka lihat, tetapi
seperti kata Pate sambil menyeringai, "Binatang, itu juga tidak kalah
kaget melihat kita, makhluk yang berjalan dengan dua kaki .... Mereka
juga pasti baru pertama kali melihat manusia!"
Tidak ada monster hutan. Naga-naga api. Atau burung-bunmg raksasa
pemangsa manusia. Masalah terbesar justru datang dari binatang
berukuran kecil: nyamuk. Binatang iiu berubah menjadi monster
menakutkan dalam hutan yang entah sampai di mana ujungnya. Minggu
pertama perjalanan, seluruh badan Jim dan Pate bengkak. Memasuki
minggu keempat, kulit mereka terbiasa. Kebas oleh gigitan nyamuk.
Yang menakjubkan sepanjang perjalanan itu adalah ngarai! Di mana-mana
terdapat air terjun. Tinggi-tinggi dan besar-besar. Setiap hari bisa
dipastikan mereka akan menemukan air terjun. Menyenangkan
melihatnya. Ada siluet pelangi di atas air terjun itu. Mendengar suara
debam air menghujam bumi membuat perasaan damai dan tenteram.
Hati Jim jauh lebih pulih dibandingkan sebelum memulai perjalanan.
Sang Penandai tidak pernah memberitahukan apa yang harus
dilakukannya setiba di Tanah Harapan. Jim memutuskan menunggu. Benar-benar menunggu hingga maut menjemputnya.
Jim punya kesibukan baru. Menjelajahi pedalaman hutan bersama Pate
dan laksamana Ramirez membantunya banyak menyembuhkan luka kota
Champa. Kenangan-kenangan itu perlahan berhasil di kunci rapat dalam
hatinya. Tak boleh lagi lolos membuainya sedih tanpa alasan.
Semuanya sudah tertinggal puluhan ribu mil di belakang.
MALAM HARI mereka beristirahat di sembarang tempat. Pate
membuat api unggun besar untuk mengenyahkan binatang buas. Sayang,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di bulan kedua perjalanan menembus hutan belantara itu musim
penghujan datang menjelang di Tanah Harapan. Api unggun lebih sering
padam di siram hujan deras yang tak kunjung henti.
"Apakah sebenarnya tujuan kita?" Jim bertanya kepada Laksamana
Ramirez saat mereka berhenti sejenak di dekat ngarai yang tinggi dan
besar. Langit gelap siang itu. Hujan gerimis, membuai langkah mereka
tersendat. "Ngarai!" Laksamana menatap ngarai yang ada di depannya.
"Ngarai?" "Air terjun yang lebih besar dan lebih tinggi dari ini, Jim .... Air terjun
di mana kau bisa melihat siluet delapan pelangi sekaligus di atasnya ....
Air terjun yang airnya jatuh tidak berdebam, melainkan lagu ....
Menyanyikan lagu kerinduan ...." Laksamana Ramirez menatap ngarai itu
penuh arti. Kemudian terdiam. Pate yang berdiri di sebelah mereka sibuk membersihkan kakinya yang
dinaiki lintah. Ini juga masalah besar bagi mereka di musim penghujan.
Monster menyebalkan nomor dua. Hutan belantara pedalaman pulau itu
dipenuhi binatang pengisap darah tersebut. Dan jika tidak ingin
kehabisan darah diisap beratus-ratus lintah, rajin-rajinlah memeriksa
kaki. "Apakah masih jauh?" Jim mendesah ingin tahu.
"tidak lama lagi!" Laksamana Ramirez tersenyum riang.
BEBERAPA HARI berlalu lagi, hutan yang mereka rambah memasuki
bagian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jurang-jurang terjal
dan gelap menganga di kiri-kanan jalan. Amat terjal, dan banyak.
Pepohonan raksasa tumbuh tinggi-tinggi dan besar-besar. Mungkin satu
dua ada yang seukuran dua belas pelukan prajurit Pedang Langit. Daun pohon itu juga besar.
Saking besarnya, bisa dijadikan payung oleh mereka bertiga saat hujan
turun. Pate teringat pohon terap besar di lereng Puncak Adam. Tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ada apa-apanya kalau dibandingkan daun yang mereka sampirkan di
kepala sekarang. Mereka sudah hampir tiga bulan menerobos hutan tersebut. Terus
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergerak ke arah tenggara. Tetap tidak mengerti ke mana dan kapan
tujuan Laksamana Ramirez akan berujung.
Senja sekali lagi datang. Laksamana Ramirez mendadak menghentikan
langkah kakinya. Apakah akan beristirahat" Jim dan Pate yang berjalan
di belakang saling bersitatap. Mereka seminggu terakhir biasanya baru
beristirahat saat matahari sudah lama tenggelam. Lepas perjalanan tiga
bulan. Laksamana tambah bersemangat menerobos hutan tersebut,
membuai waktu tidur mereka semakin pendek.
laksamana Ramirez menatap sekitar. Jim dan Pate ikut memerhatikan.
Di hadapan mereka berjejer rapi laiknya ditanam oleh tangan manusia
ribuan pohon pisang. Berbaris memanjang. Seperti melingkari sesuatu.
Pohon pisang" Jim dan Pate menelan ludah tidak mengerti. Pohon pisang liar di tengah
hutan bukan sesuatu yang aneh. Mereka sering kali menemukannya. Satu-dua bahkan
menemukannya sedang- berbuah ranum, menjadi makanan selingan yang
lezat. Tetapi formasi pohon pisang yang ada di hadapan mereka terlihat ganjil.
Sempurna memagari sesuatu. Berlapis empat-lima batang. Dengan tinggi
yang sama. Bentuk yang sama. Dan jarak-jarak yang sama.
Laksamana Ramirez menengadahkan kepala ke langit. Gerimis. Air hujan
menciprati mukanya yang tiga bulan terakhir tak pernah tersentuh pisau
cukur. Kumis melintang tak rapi dan cambangnya yang panjang kuyup.
Laksamana Ramirez tersenyum, berseru riang.
"Kita hampir tiba .... Kita akan beristirahat di sini malam ini. Besok pagipagi kita akan meneruskan perjalanan. Sudah dekat. Hanya berbilang
jam lagi. Aku bisa merasakannya. Janji itu memanggilku .... Mimpi-mimpi
itu memanggilku Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jim dan Pate semakin bingung. Laksamana Ramirez menatap mereka
berdua. Paras wajahnya bercahaya. Matanya berkaca-kaca. Wajah
memesona itu terlihat amat bahagia.
"lihatlah Jim! Pate!" Laksamana Ramirez maju mendekati salah satu
pohon pisang, mengangkat pedangnya, menebasnya.
"Hanya sedikit orang di dunia ini yang tahu, pohon pisang tidak akan
pernah mati walau ditebas ribuan kali. la akan terus tumbuh, merekahkan daun-daun baru .... Lihatlah! Pohon ini akan menumbuhkan
pelepah daun barunya esok atau lusa. Karena itulah janji pohon pisang, la
tak akan pernah mati sebelum berbuah .... Sekali ia berbuah, maka saat
kautebas batangnya, pohonnya akan mati, akarnya akan layu.
"Begitu pulalah seharusnya dongeng kita .... Berjanjilah tak akan pernah
mati sebelum menyelesaikan guratan dongeng kita .... Tidak akan. Sekali
kita berhasil menyelesaikannya, maka tak masalah maut menjemput
kapan saja ...." Jim dan Pate terdiam. "Dengarkan aku, Jim! Pate! Kita sekarang persis berada di lingkar luar
hutan terlarang! Pohon pisang ini pembatasnya. Pohon pisang ini
simbolnya. Simbol pengharapan dan janji kekuasaan langit ....
Pengharapan atas semua mimpi-mimpi ....
"Sayangnya, siapa pun yang melangkahi lingkaran pohon pisang ini berani
melanggar pantangan langit .... Jim, Pate! Aku tak tahu apa yang akan
terjadi besok pagi. Kita hanya membutuhkan beberapa jam perjalanan saja dari sini untuk mencapai tujuan
dari semua perjalanan panjang dan melelahkan ini ....
"Ada banyak kekuatan di dunia ini yang tidak pernah kita ketahui. Dan
aku tidak tahu kekuatan langit apa yang melindungi lingkaran ini. Aku
akan melewatinya apa pun harganya .... Demi dongeng terindah yang
pernah dijanjikan Sang Penandai kepadaku. Demi janjiku kepada
kehidupan .... Demi setangkai B-u-n-g-a-m-a-s!" Pate tercekat. Berseru
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tertahan. Jim menatap Laksamana Ramirez dan Pate silih berganti,
tetap tidak mengerti apa maksud kalimat Laksamana.
"Bungamas" Laksamana .... A-p-a-k-a-h .... Apakah kau hendak
mengatakan cerita itu ada?" Pate bertanya terbata, bergetar suaranya,
pias mukanya. Laksamana Ramirez tersenyum datar. "Pate, semua dongeng di dunia ini
nyata .... Senyata kau, Jim dan aku yang sekarang berdiri di sini ....
Semua dongeng yang turun-temurun diceritakan oleh kakek, ayah, ibu,
tulisan-tulisan, buku-buku adalah benar, sebenar kau bisa melihat dan
merasakan hujan ini membasahi muka .... Semua kisah itu pernah digurat
oleh entah siapa manusia terpilih sebelumnya, disampaikan turun-temurun oleh orang-orangtua kita ....
"Masalahnya semakin lama orang-orang semakin disibukkan akal sehat
dan rasio. Dikalahkan oleh rutinitas dan ketakutan akan hidup ilu
sendiri. Dibutakan oleh batasan-batasan se-suatu yang masuk akal dan
tidak masuk akal .... Maka hilanglah kepercayaan atas dongeng-dongeng
itu .... "Besok aku akan berjalan sendirian masuk ke lingkaran ini. Aku tidak
tahu apa yang menunggu di dalam lingkaran mengerikan ini .... Kalian
bukan bagian dari dongengku. Kalian bisa kembali kapan saja! Dan Jim,
kau masih hatus menyelesaikan dongengmu. Seperti pohon pisang!
Berjanjilah! Kau memiliki dongeng yang dibutuhkan dunia .... Meskipun
aku tidak pernah mengerti perasaan cinta sehebat itu ..." Laksamana
Ramirez menutup pembicaraan. Dia bersiap-siap beristirahat. Menolak
berbicara lagi. Jim bingung dengan semua penjelasan, Pate masih tidak
percaya dengan apa yang didengarnya, namun tidak berkata-kata lagi.
Pate berusaha mencari sesuatu yang kering agar bisa dibakar.
Hujan gerimis mereda. Menyisakan gerimis di hati Jim.
Esok pagi entah apa maksudnya cuaca mendadak cerah. Sinar matahari
menelisik dedaunan. Kabul tipis menggantung di sela pepohonan.
Seharusnya dengan cuaca secerah itu hutan dipenuhi dengan berbagai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kicau burung dan lenguhan binatang lainnya seperti hari-hari kemarin
perjalanan mereka. Tapi sekarang senyap. Keheningan magis menggantung di udara yang
lembab dan basah. Embun yang bergelayut di dedaunan tak mampu
menetes, hanya bergelayut tak bergerak.
Pate menoleh ke tempat di mana semalam Laksamana Ramirez tidur.
Tidak ada. Laksamana tidak ada di tempatnya. Pate berseru. Jim yang
baru terbangun di sebelahnya meloncat kaget mendengar teriakan Pate.
"Laksamana meninggalkan kita. Dia sudah berangkat .... Dia benar-benar
melakukan apa yang dikatakannya kemarin .... Bagaimana mungkin dia
memutuskan melanjutkan perjalanan sendirian setelah sekian lama kita
bersamanya?" Jim bergegas berkemas. Pate terlihat sedikit ragu, meskipun dengan
cepat ikut beranjak berkemas.
"Apakah yang kautahu tentang Bungamas itu?" Jim menoleh bertanya,
dia masih belum mengerti.
"Aku lak tahu banyak Pendeta tua itu hanya sekali menceritakannya Dan
sayangnya aku lupa apa Yang aku ingat, jika legenda itu benar maka
beruntunglah kalau kita bisa selamat kembali lagi ke sini .... Bunga itu
dijaga sesuatu!" Pate menggigit bibir, mereka berdua saling
berpandangan Berdesir. Menakutkan membicarakannyaKata kata sesuatu itu benar-benar tidak nyaman di telinga
Lintas sekarang apa yang akan mereka lakukan" Menunggu laksamana
Ramirez kembali dan dalam lingkaran apalah namanya ini" Tidak mungkin
mereka tidak akan pernah membiar kan Laksamana Ramirez melanjutkan
perjalan annya sendirian setelah sekian lama bersama-sama.
Jim dan Pate saling berpandangan lagi Me reka mengerti tatapan satu
sama lain. Apa pun yang menunggu di dalam mereka harus melanjutkan
perjalanan Menggigit bibir masing-ma sing, menghunuskan pedang yang
sudah lama tak dipakai untuk bertempur, berdua serempak
melangkahkan kaki .... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Baru satu langkah memasuki formasi pohon pisang tersebut sesuatu
menerpa mereka Angin" Bukan! Sesuatu itu menyentuh seluruh tubuh
Membasuh begitu saja Seperti ada tangan yang
tidak kelihatan baru saja menampar muka dan sekujur badan. Seperti
tercelup ke air yang tidak terlihat ....
Jim dan Pate menelan ludah, menyeringai lemah kemudian dengan
mantap melangkahkan kaki. Biarlah apa pun yang terjadi, mereka tidak
akan membiarkan Laksamana Ramirez sendirian di depan sana.
Keheningan mendadak datang mencekam!
Hutan itu seperti tak berpenghuni. Daun daun tak bergerak Angin
sempurna terhenti Ka but yang menyelimutinya seperti mengambang.
Menakutkan Jim dan Pate memutuskan terus maju Menggigit bibir
Setengah jam berlalu. Belum terjadi sesuatu. Jim dan Pate sebenarnya amat gentar men duga-duga apa yang
menunggu di depan mereka, tetapi sudah telanjur masuk maka mereka
terus melangkah maju Satu jam berlalu lagi Ketegangan membuat mukamuka kebas Tangan yang menggenggam pedang berkeringat Jantung
berdetak kencang. Semakin memasuki lingkaran tersebut, suasana semakin mencekam
hanya suara napas yang teredengar kencang
Dua jam berlaluTiba tiba terdengar pekikan panjang.
Melolong. Keras dan lama. Memenuhi langit-langit hutan
Pekikan itu disusul oleh puluhan pekikan lain.
Riuh rendah. Hati terasa ngilu mendengarnya.
Langkah kaki Jim dan Pate terhenti. Seketika memasang kuda-kuda.
Menghunus pedang ke depan. Menunggu apa pun yang akan menyergap
mereka. Suara menderu-deru di atas pohon memenuhi hutan rimba. Dedaunan
bergoyang. Sekejap! Puluhan bayangan berkelebat dari satu pohon ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pohon lain. Pekikan itu! Mereka, siapa pun atau apa pun itu, bergerak
dari satu dahan ke dahan lainnya seolah-olah berlari di atas tanah.
Tanpa bantuan tali-temali ataupun akar pohon. Mereka seperti terbang.
Mengelilingi Jim dan Pate.
Jim dan Pate menelan ludah.
Puluhan bayangan ilu berhenti, sekarang berdiri mengerikan di atas
dahan-dahan tinggi. Tubuh mereka lak jelas benar lelaki atau wanita.
Tertutupi dedaunan di sekujur tubuh Muka mereka menggunakan topeng
menakutkan. Dan masing-masing menggenggam tombak panjang. Siapa
pun atau apa pun mereka, bayangan tersebut tidak terlihat bersahabat.
Dari kejauhan terdengar lenguhan perkelahian, laksamana Ramirez! Jim
dan Pate saling berpandangan. Itu pasti suara pertempuran Laksamana.
Jim dan Pate bergegas merapatkan punggung. Hanya menunggu waktu
bayangan itu juga menyerbu mereka ke bawah.
Dan dengan pekikan keras, seseorang dari mereka meluncur menyerang.
Ringan melompat dari ketinggian sepuluh meter, melayang
menghujamkan tombak panjangnya. Jim cepat menghunuskan pedangnya,
menangkis sekaligus menebas dada bayangan tersebut.
Berdarah! Jim menelan ludah, dia memang tidak tahu kekuatan langit apa yang
melindungi tempat ini, lapi kalau orang yang baru saja menyerang
mengeluarkan darah dari lukanya maka itu berani sama saja dengan
dirinya. Keberanian itu muncul. Jim dan Pate mencengkeram hulu pedang
lebih erat. Melihat rekannya terkapar, lima belas bayangan yang masih berdiri di
atas pohon serempak menyerbu. Bayangan ilu melesat seperti menari di
udara. Tombak-tombak beterbangan mengincar kepala. Jim dan Pate
menggigil bibir bertahan habis-habisan. Dua orang roboh lagi terkena
sabetan pedang Pate. Mereka berdua adalah Kepala Pasukan Armada Kota Terapung yang
terkenal dengan permainan pedangnya, tetapi orang-orang ini lihai sekali
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
memainkan tombak. Badan mereka ringan melompat mengelilingi.
Serangan mereka ganas dan tidak terduga. Jim dan Pate terdesak.
Lima belas menit pertempuran, bahu Jim terserempet mata tombak.
Berdarah. Paha Pate terkena ujung tombak. Berdarah-darah. Dua
bayangan lagi roboh oleh pedang Pate dan Jim. Mereka semakin
terdesak, meski sebenarnya musuh mereka juga jeri melihat permainan
pedang mereka. "JIM! LARILAH MENGEJAR LAKSAMANA!" Pate berteriak kepada
Jim. Situasi semakin tidak terkendali.
"AKU AKAN TERUS BERSAMAMU!" Jim berteriak sambil menangkis
sebuah mata tombak. "Tidak .... Kita berdua akan mati sia-sia! Kau larilah! Aku akan menahan
mereka dengan sisa-sisa tenaga...."
"Kita akan mati bersama ...."
"Bodoh! Kau memiliki dongeng yang harus kau selesaikan .... Kau tidak
boleh mati!" Jim tertawa ganjil, "Kautahu, aku hanya diminta untuk memercayai
kalimat bodoh itu hingga mati .... Kalau kematian menjemputku
sekarang itu berarti dongengku sudah selesai .... Apa pula yang harus
kaucemaskan ...." Luka di kaki Pate bertambah parah, perut Jim terserempet tombak
lainnya. Darah membasahi baju. Enam bayangan yang tersisa mundur.
Mereka menahan serangan. Berhitung melihat situasi. Kedua penerobos
lingkaran langit ini ternyata cukup tangguh. Mereka mendesis bicara
satu sama lain. Kesempatan itu digunakan Pate untuk mendorong Jim.
"Pergilah bodoh!"
"Aku tak akan pergi!" Jim bandel.
"Kautahu .... Aku seumur-umur selalu bermimpi memiliki kisah hidup
seperti yang Laksamana Ramirez dan kaumiliki .... Mempunyai tujuan
hidup seperti kalian. Mimpi-mimpi .... Tapi dongeng itu tak pernah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjemputku ...." Pate berkala parau, dia masih tersengal oleh
pertempuran barusan. "Aku pikir aku terlahir tanpa alasan di dunia ini .... Tanpa tujuan, tanpa
sebab, tanpa akibat .... Hingga akhirnya aku menyadari, ternyata aku
memiliki tujuan hidup yang amat berarti. Tujuan hidupku adalah
membantu dongeng-dongeng kalian. Dongeng pemilik kapel tua itu ....
Laksamana .... Dan Kau ...." Pate kalap ber teriak.
"PERGILAH, JIM .... Aku mohon! Kau harus menyelesaikan dongengmu.
Kau harus membantu laksamana menyelesaikan dongengnya .... Bantulah
dia lari sesegera mungkin ke pusat lingkaran ini .... Biarkan aku menahan
mereka. Kau akan mati percuma jika tetap bersamaku ...." Pate berkata
semakin parau. Dia menangis. Pahanya semakin sakit.
Mata Jim ikut berkaca-kaca ....
Pate mengacungkan pedangnya ke arahnya: pergilah!
Kemudian, dalam sebuah gerakan yang menggentarkan Pate membalik
badannya. Menghela napas panjang, kemudian gagah berani me
nyongsong bayangan yang ada di hadapannya. Pate meraung panjang.
Sabetan pedangnya langsung memutus dua leher bayangan yang masih
sibuk mendesiskan sesuatu.
Jim sudah berlari ke arah suara perkelahian laksamana Ramirez.
Secepat kakinya bisa membawa.
SAAT JIM dengan segala kekuatan yang ada berlari secepat mungkin
menuju suara pertempuran laksamana Ramirez, Pate sedang menarikan
sebuah tarian pengorbanan yang akan selalu dikenang penghuni lingkaran
terlarang. Kakinya yang terluka tertatih menari, tangannya yang melemah
berusaha mencengkeram erat hulu pedang dengan sisa-sisa tenaga.
Benar! Pate sama sekali tidak pernah terpilih oleh Sang Penandai untuk
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggurat dongengnya. Benar. Ada banyak lagi orang-orang di dunia ini
yang tak pernah terpilih untuk menjalani dongeng yang dijanjikan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi Pate mengerti, dia bisa memilih jalan hidupnya sendiri,
mengguratkan dongeng-dongeng yang dipilihnya sendiri. Semua orang di
dunia ini bisa memilih kisah agar hidupnya lebih berarti. Dan Pate sudah
memilihnya. Dia berbagi apa saja. Termasuk berbagi nyawanya dengan
Laksamana Ramirez dan Jim hari ini.
Satu orang lagi dari bayangan aneh tersebut roboh. Pedang Pate
menebas lehernya. Sayang, tebasan itu seiring dengan sebuah tombak
yang menghantam punggung Pate, sempurna menembus dadanya.
Pate meraung buas. Dia dulu selalu bisa memilih jalan hidup yang
berbeda dengan pertempuran saat ini. Dia bisa tinggal di gereja tua itu
dengan nyaman. Bekerja sebagaimana biasanya orang kebanyakan.
Me nikah lagi. Menghabiskan hari tua sambil menatap anak cucunya.
Tetapi dia memilih untuk mengikuti ekspedisi ke Tanah Harapan.
Dia bisa saja memilih pulang ke Ibukota untuk mendapatkan hadiah dan
posisi tinggi yang dijanjikan penguasa negeri. Tapi dia memilih menemani
Laksamana Ramirez menerobos pedalaman hutan ini. Dia tahu dia akan
segera mati di ujung tombak bayangan yang sama sekali tak dikenalnya.
Terkapar tak bernyawa di tengah hutan yang sama sekali tidak
mengenalinya. Dagingnya akan mengelupas. Tulang-belulangnya akan
rontok. Dan tak ada yang lahu Pate telah mati di mana. Bukankah itu
sama saja meskipun dia mati di kota besarnya dulu" Cacing-cacing tanah
sama tak pedulinya. Bukankah sekarang dia justru bisa mati dengan
bahagia. Karena dia telah melakukan banyak hal.
Satu bayangan lagi roboh terkena sabetan pedangnya.
Sebilah tombak menghantam perut Pate. Berburai.
Pate meraung kalap. Biarlah semuanya berakhir seperti ini.
Dia sudah menjadi jalan dongeng-dongeng yang indahKETIKA JIM tiba di muasal teriakan Laksamana Ramirez, Jim
menyaksikan belasan bayangan yang terkapar mati. Laksamana Ramirez
berda- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rah-darah memegang pedangnya. Napasnya turun naik. Matanya garang.
Sejauh ini Laksamana Ramirez berhasil membunuh seluruh
penghadangnya. Jim tertatih mendekat, lukanya mengeluarkan darah
banyak. Laksamana menoleh kepadanya. Menyeringai.
"Kalian benar-benar keras kepala .... Bukankah sudah kukatakan untuk
kembali?" Jim hanya menggeleng. Menggigit bibir.
"Di mana Pate?"
Jim menggeleng lagi. "Kita harus cepat. Waktu kita terbatas, mereka akan kembali dengan
jumlah yang lebih banyak!" Laksamana Ramirez berkata sambil mengatur
napasnya. "Siapa mereka?" Jim bertanya tertahan.
Laksamana Ramirez tertawa ganjil. Maju, merobek topeng menakutkan
dari salah satu bayangan yang terkapar mati. Jim terkesiap melihatnya.
Seorang gadis! Gadis cantik, yang mekar dalam usia remajanya.
Bagaimana mungkin" "Barikade Perawan .... Merekalah penjaga hutan ini, Jim! Jangan tertipu
dengan wajah cantik mereka. Seratus barikade perawan cukup sudah
untuk menghabisi seluruh pasukan armada 40 kapal, tidak peduli dengan
bedil dan meriam. Mereka lebih buas dari binatang mana pun-"
Kalimat laksamana terhenti, pekikan keras terdengar dari kejauhan.
"Kita harus segera lari dari sini .... LARI JIM!!"
Jim tak sempat bertanya lagi. Laksamana Ramirez seperti gila melesat
berlari di depannya, menerobos hutan belantara. Jim mengikutinya
secepat yang dia bisa. "CEPAT!!" Laksamana Ramirez semakin panik.
Jim mempercepat larinya. Lima menit berlalu. Pekikan itu semakin membahana memenuhi langitlangit hutan. Mendekat dengan cepat. Laksamana Ramirez tersengalsengal. Pertempuran tadi melelahkan, menghabisi seluruh tenaganya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tapi dia tetap memaksakan larinya. Tujuannya sudah dekat. Teramat
dekat. Dan dia tidak mau Barikade Perawan berhasil menghentikannya.
Pekikan itu tinggal ratusan meter lagi. Mengejar cepat.
Laksamana Ramirez mendengus cemas. Jim menggigit bibirnya. Aura
kengerian menyergap seluruh hutan rimba.
laksamana Ramirez terus berlari beberapa puluh meter lagi, Jim
membujuk kakinya untuk bertahan menerobos semak belukar. Sebelum
kakinya benar-benar tak kuasa lagi diajak
lari, langkah Laksamana Ramirez di depannya mendadak terhenti. Jim
hampir menabrak Laksamana, tersengal menghentikan lari, berdiri di
belakangnya. Apakah barikade itu berhasil mengejar" Apakah mereka sudah berada
di depan mereka" Tidak. Tidak ada siapa-siapa di depan mereka.
Tidak ada siapa-siapa kecuali sebuah ngarai yang luar biasa besar.
Tingginya dua ratus meter, lebarnya lima puluh meter. Air yang jatuh
berdebam menghajar dasarnya mungkin beratus-ratus ribu galon.
Anehnya tidak ada suara berisik yang biasa terdengar jika berada di
dekat ngarai. Melainkan suara yang indah. Ngarai itu bernyanyi. Lagu kerinduan. Kalian
tak perlu pernah mendengarnya, kalian akan seketika tahu kalau itu
sebuah lagu kerinduan. Laksamana Ramirez berseru tertahan ke langit. Matanya berkaca-kaca.
laksamana Ramirez yang tak pernah menangis akhirnya menangis.
Terisak. Sungguh terisakJim tercekat memandang ngarai raksasa di depannya. Di sana di atas
ngarai terlihat sekaligus delapan siluet pelangi yang indah. Benar-benar
delapan siluet pelangi. Seolah-olah ada
yang melukiskan begitu saja warna-warni indah tersebut.
Lagu itu! Jim tak pernah mendengarkan lagu seindah itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Laksamana Ramirez dengan badan bergetar melangkahkan kakinya
memasuki dasar ngarai. Denting air matanya sudah menganak pipi.
Tubuhnya bergetarPekikan mengerikan itu sudah di dekat mereka.
Jim menatap Laksamana Ramirez yang terus melangkah tak peduli
dengan pekikan tersebut. Persis di tengah ngarai, sebuah pohon tumbuh mengambang di atas air.
Seperti pohon pisang. Dan seperti sebuah jantung yang biasa terdapat
pada setiap pohon pisang, sekuntum bunga berwarna emas menjuntai di
sana. Jim terkesiap. Laksamana Ramirez semakin dekat. Tangannya gemetar menyentuh
bunga tersebut. Bunga itu bukan sekadar berwarna emas. Memang
seluruhnya adalah emas. Suara pekikan Barikade Perawan yang sudah berdiri di dahan-dahan
pohon di belakang Jim terhenti seketika saat Laksamana Ramirez
memetik bunga tersebut. "Jim .... Lihatlah!" laksamana Ramirez melambaikan tangannya dari
tengah dasar ngarai yang airnya setinggi pinggang. Mata Laksamana
buncah oleh air mata bahagia. Percikan air terjun yang menghantam
bebatuan di belakangnya membuat kuyup seluruh tubuhnya.
"Inilah dongengku, Jim .... Inilah janji Sang Penandai .... Aku
mendapatkan dongeng yang kuharapkan .... Kautahu Sang Penandai
mengatakan aku akan menggurat dongeng yang sesuai benar dengan
masa lalu, masa sekarang, dan masa depanku ....
Laksamana Ramirez berkata semakin parau. Lagu kerinduan itu membuat
suasana sungguh mengharukan.
"Kautahu, dengan Bungamas ini, aku tinggal menyebutkan tujuanku
sekarang. Tak ada batas waktu, tak ada batas ruang .... Aku bisa pergi
ke mana saja dengan satu permintaan ..."
Laksamana Ramirez benar-benar menangis.
Matanya bercahaya. Itu benar-benar tangisan bahagia ....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tahukah kau Jim, aku akan menyebutkan saat-saat kedua orangtuaku
masih hidup rukun. Ketika mereka berdua dengan bahagianya tersenyum
menemaniku malam-malam di atas ranjang menjelang tidur .... Ketika
mereka berdua menceritakan dongeng-dongeng tersebut .... Aku
akan kembali ke sana, Jim .... Selamat tinggal, Jim! Aku akan pergi ....
Dengan menyebutkan permintaan agar kami hidup bahagia selamanya
Suara Laksamana Ramirez terputusAir di dasar ngarai bergerak naik begitu indah. Seperti ada tangan yang
sedang membuat bejana elok tembus pandang. Membentuk pusaran yang
anggun. Seberkas cahaya keluar dari dalam air, mengungkung seluruh
tubuh Laksamana Ramirez. Sekejap kemudian Laksamana sudah tak ada
lagi. Lenyap entah ke mana. Jim jatuh terduduk menyaksikan kejadian di hadapannya- Pohon itu layu
dan roboh. Lagu kerinduan yang menghiasi jatuhnya air terjun terhenti.
Menjadi bising sebagaimana mestinya air terjun raksasa biasa.
Satu bayangan dari Barikade Perawan menyergap Jim dari belakang.
Memukul kepala Jim. Menelikung dan mengikatnya. Kemudian, beramairamai membawanya entah ke mana.
Jim jatuh tak sadarkan diri.
PERTEMUAN! JIM DISERET ke sebuah gua yang lembab dan basah. Dia dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan tanah yang menjijikkan. Gelap. Air menetes
dari dinding-dinding dan atas ruangan. Bangkai tikus bergeletakan di
sekitar kakinya. Membuat mangan yang pengap itu semakin tidak
nyaman. Tangan Jim terikat ke atas. Dia bergelayutan tak sadarkan diri.
Jim benar-benar tidak beruntung.
Itulah mangan penjara paling menakutkan di dunia. Bukan karena setiap
pagi dan sore Bari kade Perawan itu memecut tubuh Jim sehingga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berdarah-darah dengan rotan. Bukan pula karena selama enam hari Jim
tak pernah diberikan makanan dan minuman, sehingga terpaksa hanya meminum air yang
menetes dari atap gua. Bukan karena itu.
Tetapi karena setiap menjelang malam. Barikade Perawan membakar
ranting pohon. Tak ada bedanya bentuk asap yang keluar dari ranting itu
dengan dupa lainnya yang selama ini Jim kenal. Pengaruh asap itulah
yang tak terperikan: asap itu mengembalikan kenangan masa lalu siapa
pun yang menghirupnya. Dan itulah gunanya ruangan hukuman itu. Membuat setiap orang yang
berani menerobos lingkaran terlarang mengingat masa lalunya yang
menyedihkan dan kelam. Bayangkan kalian dimasukkan ke sebuah penjara
yang memaksa kalian mengingat masa lalu yang buruk. Menimbulkan
perasaan bersalah dan penyesalan. Membuat hati tertohok oleh setiap
detail kejadian. Karena Jim hanya punya masa lalu itu, bayangkanlah dia setiap malam
menyaksikan berbagai kejadian itu dalam detail yang sempurna. Dia
seakan-akan bisa menyentuh wajah Nayla yang dingin membeku pagi itu.
Muka Nayla yang berseri-seri saat mereka pertama kali bersua. Muka
Nayla yang riang saat dia mengajarinya memainkan biola. Muka Nayla di
kapel tua saat mendengar janjinya.
Asap ranting itu mengembalikan semua ingatan yang selama ini susah
payah Jim lupakan. Dan luka iiu koyak, belum pernah seme-nganga itu
sebelumnya. Jim lak akan pernah bisa memaafkan dirinya. Tak akan
pernah bisa melupakan Nayla-nya. Tak akan pernah bisa menganggap
masa lalu itu hanya masa lalu. Celakanya asap ranting itu justru dengan
kejam menimbulkan dua kali lipat perasaan bersalah di hati siapa saja
yang menciumnya. Seminggu sudah Jim terkapar tak berdaya, antara mati dan hidup.
Tubuhnya penuh bekas lecutan Barikade Perawan yang semakin hari
semakin ganas. Jim terlihat amat mengenaskan. Perutnya hanya terisi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
air yang menetes. Dan hatinya hanya dipenuhi oleh tetesan menyedihkan
masa lalu. Jim sudah tak tahan lagi. Dia ingin mengakhiri dongengnya. Dia
menyerah. Dia tak mungkin lagi meneruskan perjalanan ini. Tak akan ada
lagi keajaiban tersisa baginya untuk lari dari ruangan terkutuk
tersebut" Laksamana Ramirez sudah kembali.
Pate sudah pergi. Waktu untuknya juga sudah tiba.
Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu
sendiri datang menjemput dirinya. Jim melenguh tanpa suara, tanpa
gerakan walau sejari, karena dia memang tak bisa melakukan apa-apa lagi. Hanya
otaknya yang masih berpikir. Hanya hatinya yang masih merasa.
Jim mungkin tidak akan pernah mengeni apa maksud kalimat pria tua itu.
Tidak akan pernah menyerah" Menyerah untuk berputus asa" Menyerah
untuk tidak setia" Lihatlah, jika maksudnya dia harus selalu setia dan
berharap kepada Nayla-nya, maka dia sudah melakukannya. Dia sama
sekali tidak bisa melupakan gadis itu. Terus tertikam oleh kenangan
tersebut. Jim lelah. Dia sudah tiba di ujung batas kesadarannya. Dan sekali dia
tertidur atau pingsan lagi, maka dia tidak akan terbangun selamanya.
Semuanya sudah berakhir .... Mengenang selu-ruh kejadian menyakitkan
itu tak bisa membantunya bertahan lebih lama .... Jim merasa amat lelah
.... Sebelum semua ini berakhir, sebelum akhirnya dia pergi menyusul Nayla,
dia butuh penjelasan. Dia buluh memahami. Dan tepat tengah malam itu,
ketika di luar hujan deras membungkus belantara, ketika petir
menyambar membuat terang, geledek menggelegar menciutkan hati, Jim
akhirnya memanggil Sang Penandai. Berbisik.
Sang Penandai .... Datanglah .... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Semua sudah berakhir ....
Capung-capung. SANG PENANDAI memegang lembut bahu Jim. Sayang, pemuda itu
tidak bisa merasakan lagi. Badannya telanjur kebas oleh bekas lecutan
rotan di seluruh tubuhnya.
"Kondisimu buruk sekali, anakku!" Sang Penandai menegurnya dengan
suara lembut. Jim mendesah. Aku sudah tak tahan lagi.
"Ah, ketahuilah Jim, kau bahkan sudah bertahan jauh lebih lama dari
yang diharapkan seluruh semesta alam ...."
Jim tersenyum hambar. Apa yang diharapkan semesta alam atas
seseorang yang sedikit pun tidak berdaya meski hanya sedelik
mengingat kenangan menyakitkan itu"
Sang Penandai tersenyum. "Tahukah kau anakku .... Setiap kali seorang anak manusia terpilih untuk
menjalani kisah-kisah ini, maka seluruh semesta alam menggabungkan
diri berharap dan membantunya .... Setiap kali seorang manusia
memutuskan untuk mewujudkan mimpinya, seluruh semesta alam
bersepakat menunjukkan jalan-jalannya..."
Jim menyeringai kalah. Tidak ada jalan-jalan tersebut. Tidak ada lagi.
Aku sudah gagal melakukan perjalanan ini ....
"Kau keliru, Jim. Kau berhasil dengan baik menyelesaikan dongeng
tersebut ...."
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
APANYA YANG SELESAI" Aku yang sekarang tergantung antara hidup
dan mati .... Yang di penghujung kematian masih saja tak kuasa
mengenang semua masa lalu itu dengan bibir menyungging senyum ....
Yang di penghujung kematian masih hidup dalam sebuah penyesalan ....
Oh Ibu, mengapa dulu aku tak mengiris nadiku saja dengan pisau apel
tersebut .... Mengapa tidak dari dulu'.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lihatlah! Aku memang tak pernah menyerah melanjutkan hidup. Aku
memang tidak selalu gagah berani melanjutkan hidup, tapi setidaknya
sejauh ini aku bisa menjalaninya .... Meski dengan semua beban itu ....
Tetapi apa yang aku dapatkan di penghujung semua itu" Apa" APAKAH
SEMUA KELUH KESAH, PENYESALAN, DAN PERASAAN PILU INI
BISA DIANGGAP AKHIR SEBUAH DONGENG YANG BAIK"
Jim berteriak parau dalam sisa kesadarannya. Teriakan tanpa suara.
Teriakan tanpa ekspresi wajah. Teriakan dalam hatinya. Yang terdengar
lebih memilukan dan menyedihkan. Sang Penandai terdiam. Air dari atas
gua menetes berbunyi lemah, mengisi keheningan malam ruangan yang basah, lembab, dan menjijikkan tersebut.
"Sebenarnya .... Itulah dongeng yang harus kaujalani, Jim .... Itulah
bagian terbesarnya. Bagaimana kau bisa melanjutkan hidupmu walau tak
mendapatkan cinta sejatimu .... Bagaimana kau bisa melanjutkan hidupmu
meski kau harus menanggung beban masa lalumu .... Dan inilah ujung
dongengmu tersebut Jim mendengus. "Tahukah kau, Jim .... Ada jutaan orang di dunia ini yang setiap hari
mengalami kejadian sepertimu. Menemukan cinta pertama yang
menggelora, menemukan cinta sejati mereka .... Sayang hanya satu dari
seribu yang benar-benar bisa mewujudkan semua mimpi cinta pertama
yang hebat itu .... Sisanya" Ada yang bisa keluar dari jebakan perasaan
itu secara baik-baik karena pemilik semesta alam sedang berbaik hati,
ada yang berpura-pura bisa mengikhlaskannya pergi ....
"Mereka berpura-pura mengatakan kepada semua orang kalau dia telah
berhasil melupakannya .... Pura-pura berlapang dada melepaskannya,
tetapi apa yang terjadi saat dia tahu sang kekasih pujaan telah
bertunangan atau menikah dengan orang lain. Sakit Jim! Hati mereka
ber-dengking sakit. Saat mereka tak sengaja dipertemukan lagi, hati mereka juga sakit, Jim. Sakit sekali ... Karena mereka
berpura-pura. Mereka tak pernah bisa berdamai dengan masa lalunya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tak bisa tersenyum mengenang semuanya .... Dia tentu bisa melanjutkan
kehidupan senormal orang lain, namun mereka tidak akan pernah bisa
berdamai, masa lalu itu terus menelikungnya ...."
Sang Penandai menghela napas.
Jim mendengarkan dengan hati pilu, dia tahu persis apa maksud
perkataan Sang Penandai: berpura-pura melupakan.
"Tapi ada yang lebih mengenaskan lagi .... Yaitu orang-orang yang tidak
bisa keluar dari situasi tersebut dan tidak juga bisa pula berpura-pura
menerima meneruskan hidup. Mereka benar-benar orang-orang yang
berubah jalan hidupnya .... Berubah. Mereka mungkin jauh lelah
meninggalkan cinta pertama itu, tapi mereka masih mengingatnya. Satu
kali mengingat satu keluhan, satu kali mengenang satu harapan, satu kali
membenak satu penyesatan. Penyesalan .... Mereka menyesali jalan
hidupnya .... "Dan itu terus terjadi, lak peduli meski kau sudah menikah dengan
seseorang, tak peduli meski kau sudah menemukan kekasih hati yang
baru. Kenangan itu benar-benar mengubah jalan hidupmu ....
"Kau memang ada di satu titik kisah yang berlebihan. Jim .... Nayla-mu
memutuskan bunuh diri .... Bagi orang-orang biasa, mungkin kekasih
sejatinya pergi hanya karena pertengkaran, cinta pertamanya pergi
karena masalah sepele, atau mungkin juga dia tak pernah berani
mengungkapkannya, terhadang oleh tembok penghalang apa pun itu
bentuknya .... "Diungkapkan atau tidak mereka sudah memiliki perasaan tersebut ....
Mereka semua sudah terjebak dengan masa lalunya sama seperti kau,
perbedaannya kau ditakdirkan menjalani dongeng ini, menunjukkan kalau
kita selalu bisa berdamai dengan masa lalu .... Berdamai dengan perasaan
itu .... Apakah kau tetap tak bisa berdamai dengan masa lalu itu"
Sang Penandai menatap Jim. Lamat-lamat.
Jim menggeleng, kalah. Bagaimana dia akan berdamai kalau dia tak
kunjung bisa memaafkan dirinya atas semua kepengeculan itu, terlalu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
takut untuk membawa Nayla-nya lari dari tembok penjara rumah
orangtuanya, membuat Nayla-nya memuluskan bunuh diri ....
"Tidak, Jim .... Kau tak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalumu
jika kau tidak memulainya dengan kata: memaafkan .... Hatimu harus
mulai memaafkan semua kejadian yang lelah terjadi. Tidak ada yang
patut disalahkan. Ini bukan salah oranglua Nayla, pembual bayaran Beduin, atau pemilik
semesta alam yang menakdirkan segalanya .... Kau justru harus
memulainya dengan tidak menyalahkan dirimu sendiri .... Kau harus
memaafkan dirimu sendiri ...."
Sang Penandai tersenyum. "Apakah dengan demikian kau bisa melupakan Nayla" Belum .... Sayang
sekali belum, anakku. Untuk bisa berdamai dengan masa lalu itu kau juga
harus menerima semua kenangan itu .... Meletakkannya di bagian
terpenting, memberikannya singgasana dan mahkota dalam hatimu.
Karena bukankah itu semua kenangan yang paling indah, bukan" Paling
berkesan .... Paling membahagiakan ....
"Ah, kau pasti bertanya jika dia memang kenangan yang paling indah,
mengapa kau selalu pilu mengenangnya!
"Mengapa" Karena kau tak pernah mau menerima kenyataan yang ada ....
Kau selalu menolaknya. Seketika! Tak pernah memberikan celah kepada
hati untuk berpikir dari sisi yang lain. Kau membunuh setiap penjelasan.
Tidak sekarang kau membunuh penjelasan itu esok pagi. Tidak esok pagi,
kaubunuh penjelasan itu minggu depan, atau waktu-waktu yang akan
datang .... "Masalahnya, penerimaan itu bukan sesuatu yang mudah. Banyak sekali
orang-orang di dunia ini yang selalu berpura-pura. Berpura-pura
menerima tapi hatinya berdusta .... Sayang aku tak bisa mengajarkan
cara agar hatimu bisa menerima .... Hanya pemilik semesta alam yang
bisa dengan mudah mengubah hati .... Di luar itu, kita semua harus
berlatih untuk belajar menerima. Apakah itu sulit" Tidak, Jim. Itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mudah. Tapi kau memang lak pernah memulainya .... Dan kau terjebak
justru dalam segala penyesalan .... Tidak boleh, anakku, urusan ini tak
boleh melibatkan walau sehelai sesal ...." Sang Penandai menarik napas
dalam. Jim tertunduk, menangis. Sang Penandai benar, dirinya tak pernah mau
berdamai dengan kenangan-kenangan itu. Dia selalu menolak keras-keras
setiap kali hatinya berusaha mengenang semuanya. Celakanya setiap kali
dia berusaha melupakannya, justru hatinya semakin keras melawan.
Dia selalu menyesali segala keputusan yang pernah dibuatnya.
Menyesalinya. Dia selalu menyumpahi dirinya tak berguna. Tangisan
tanpa suara Jim mengeras. Sang Penandai mencengkeram bahunya,
menenangkan. Hujan di luar semakin deras. Badai melanda belantara
hutan tersebut. "Ada satu hal yang harus kauketahui yang sekarang akan aku ungkapkan
.... Seharusnya kau bisa saja menghentikan dongeng ini saat di lereng
Puncak Adam itu, kau bisa memanggilku dan menyelesaikan semuanya ....
"Dan pemilik semesta alam akan memberikan hadiah atas separuh
perjalanan. Gadis pemetik dawai .... Tapi sepanjang kau tetap tak bisa
mengenyahkan perasaan bersalahmu kepada Nayla. Dalam kurun waktu
tertentu saat kau teringat kembali dengan Nayla kau akan
mengenangnya dengan hati terluka, dan itu juga akan melukai
hubunganmu dengan gadis pemetik dawai itu .... Ah Jim, tak ada
kebahagiaan di dunia ini jika kau masih memiliki satu rasa sesal dalam
hidup, sekecil apa pun penyesalan itu ....
"Kau juga bisa menghentikan dongeng ini di kota Champa. Mengambil
perjodohan tersebut .... Anak gadis yang cantik, bukan" Sempurna
seperti Nayla! Dari ketiga bersaudara, gadis itulah yang paling cantik
dan subur. Kau bisa memuluskan berhenti di sana. Bahkan tak perlu
memanggilku .... "Dan pemilik semesta alam akan memberikan hadiah keturunan rajaraja. Anak-anakmu akan tumbuh sehat, gagah perkasa, menaklukkan
delapan kerajaan di sekitar mereka .... Di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
usia senjamu kau akan melihat betapa hebatnya kerajaan yang kaupimpin
.... Tapi kau tetap tak akan pernah bisa berbahagia, karena kau tak
pernah bisa berdamai dengan masa lalumu ....
"Dalam kurun waktu tertentu, entah itu apa pemicunya, apa
penyebabnya kau teringat kembali dengan Nayla .... Dan saat kenangan
itu muncul lagi, hatimu terluka lagi. Kau menyesalinya .... Sekali lagi
apalah arti semua kehidupan jika di hati masih terbetik sebuah
penyesalan Jim tergugu. Sang Penandai membelai rambutnya.
"Kau bisa mengakhiri dongeng ini dengan indah, Jim. Berdamailah dengan
masa lalumu. Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum
kematian itu sendiri datang menjemput dirinya .... Dan, saat kematian
itu benar-benar datang, pencinta itu bisa menjemputnya dengan
menyebut nama sang kekasih di ujung bibirnya. Menyebutnya dengan
damai. Tanpa penyesalan ....
"Sebelum aku pergi, aku akan membawamu kembali ke masa empat ratus
tahun silam .... Ketika kota terindah tempat kau dilahirkan baru saja
menjemput kebanggaannya Muasal kenapa lonceng tujuh kali, di jam
tujuh, tanggal tujuh, dan bulan ketujuh itu berbunyi .... Menjelaskan
kenapa aku dulu mengatakan kepadamu kalau
semua suara lonceng itu sebuah peringatan yang bodoh ....
"Pejamkanlah matamu, Jim ...."
SANG PENANDAI menyentuh dahinya. Dan Jim mendadak terseret
memasuki sebuah kumparan cahaya seperti yang dilihatnya pada
Laksamana Ramirez beberapa hari lalu.
Sekejap dia sudah tak berada lagi di ruangan penjara lembab, basah,
pengap, dan bau itu. Suara hujan tak terdengar. Dia telah berdiri di
sudut sebuah ruangan yang lain.
Di sebuah ruangan kapel tua, lereng bukit kota indahnya.
Cahaya matahari pagi menembus tirai jendela di lantai dua kapel. Dari
jendela tersebut, sepagi ini kalian sebenarnya bisa menyaksikan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pemandangan indah ke seluruh kota yang terletak di kaki bukit. Juga
hamparan laut biru elok yang membentang melatarbelakanginya.
Tetapi tidak ada keriangan di kamar itu, selain isak tangis tertahan dari
seorang lelaki tua beruban. Umurnya mungkin berbilang tujuh puluhan.
Meskipun wajahnya berkeriput, cahaya kemudaan masih membayang di
wajahnya. Hanya matanya yang sembab dan ada lingkaran hitam di sana. Tanda
banyak menangis dan tidak tidur selama seminggu terakhir. Di
hadapannya, dengan lembut tidur di atas ranjang besar seorang wanita
tua, juga beruban. Sinar surya menyentuh muka wanita itu. Membuat syahdu muka tuanya.
Masih jelas sisa-sisa kecantikan masa mudanya.
Jam berdentang tujuh kali.
Dia sudah pergi, lelaki tua itu melepaskan genggaman tangannya di
jemari kekasih hatinya. Dingin. Sama sekali tak bergerak. Dia benarbenar sudah pergi.
Mendongak menatap langit-langit ruangan. Sunyi senyap.
Aku juga akan ikut pergi dengannya, bisik lelaki itu dalam hening.
Tangannya gemetar meraih botol kecil yang ada di sakunya. Dia sudah
menyiapkan botol itu seminggu yang lalu, sejak para tabib sudah tak
mampu lagi menyembuhkan kekasihnya. Dari dulu dia sudah lahu, hanya
soal waktu dia akan menggunakan sepuluh tetes racun dalam botol
tersebut. Dengan takzim, lelaki tua itu mencium kening sang pujaan hati.
Tersenyum getir sekaligus bahagia. Perlahan membuka tutup botolnya.
Bibirnya bergetar. Bersiap pergi ....
"Rhenald, bagaimana mungkin kau tidak memanggilku dalam situasi
sepenting ini?" Entah datang dari mana, pria tua yang dulu pernah menemuinya dalam
dua kejadian hebat, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tiba-tiba sudah berdiri begitu saja di dalam ruangan tersebut. Capungcapung ....
Rhenald, nama lelaki tua yang siap mati itu, menoleh.
"Sang Penandai ...." Bibirnya yang lemah, menyebut nama.
"Apa yang akan kaulakukan?" Sang Penandai tersenyum sambil
melangkah mendekat. "Ah, kau pasti sudah tahu .... Kaisah sudah mati. Lihatlah. Dan aku tak
perlu hidup lagi!" Lelaki tua itu juga tersenyum. Mereka seperti sahabat
lama saja. "Maukah kau percaya kalau aku katakan: pencinta sejati tidak akan
pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput
dirinya." Pria tua itu duduk di samping mayat Kaisah. Tangannya
membelai lembut pipi wanita tua tersebut.
"A-p-a .... Apa maksudmu?" Rhenald bertanya gagap.
"Sederhana .... Maukah kau mengurungkan niat meminum racun tersebut
.... Kau masih punya kehidupan panjang
Rhenald menggeleng-gelengkan kepala.
Mengusap mukanya. "Kautahu segalanya, wahai Sang Penandai .... Itu tidak mungkin
kulakukan. Kautahu aku sudah berjanji kepada Kaisah .... Disaksikan
langit dan bumi, aku akan mati bersamanya. Mati bersama dalam pelukan-"
"Rhenald, pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian
itu sendiri datang menjemput dirinya." Pria itu mengulang lagi
kalimatnya. Tersenyum. Menatap ke arah daun jendela, sinar matahari
pagi dengan lembut sekarang menerpa mukanya.
"Kau tidak akan mengatakan kalau dia akan hidup lagi, bukan?" Rhenald
berkata putus asa, tidak mengerti.
"Aku tidak bilang begitu, Rhenald .... Dan itu tidak mungkin, meskipun
kau dan aku amat tahu, ada banyak kekuasaan di atas bumi yang tidak
bisa kita bayangkan, apalagi kekuasaan yang dimiliki oleh langit ...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lelaki tua itu menundukkan kepalanya. Tentu saja dia tahu. Lima puluh
tahun silam, pria inilah yang datang menemuinya ketika dia baru pulang
menyaksikan opera kelas rendahan di kotanya. Mabuk sambil bermimpi
bisa membuat kehidupannya seperti opera yang ditontonnya tadi. Pergi
ke sebuah tempat, membangun kota baru, kota yang indah dan makmur.
Tentu dengan sang pujaan hati selalu di sisinya, persis sepeni aktortampan dalam opera tadi.
Semua itu hanya mimpi baginya. Dan dia dengan segera terjungkal tak
sadarkan diri di emperan rumah penduduk. Lihatlah, hanya inilah tempat dia tidur
berlindung dari dinginnya malam. Semenjak kecil kehidupan tak
menjanjikan apa pun baginya.
Pria itu justru datang dengan janji.
Mengabarkan berita baik tersebut. Dan dia yang memang tidak memiliki
tujuan hidup segera memercayainya, semangat menuju tanah yang
dijanjikan. Menemukan belahan hatinya dalam perjalanan. Membangun
rumah pertama, menanam biji gandum pertama, pohon anggur pertama,
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beternak domba-domba, beranak-pinak.
Kota itu tumbuh indah seperti yang dia bayangkan. Orang-orang
berdatangan. Dan segera teluk yang dibungkus oleh sabuk pebukitan
tersebut menjadi ramai. Dua puluh tahun silam, pria inilah yang juga datang menemuinya. Waktu
itu dia yang memanggilnya. Seratus perahu dari negeri seberang siap
meluluhlantakkan kotanya. Dan Rhenald menggunakan kesempatan
keduanya. Pria tua itu datang mengajari penduduk kota membuat
ratusan pelontar api. Yang esok malamnya membakar seluruh kapal
penyerbu sebelum sempat berlabuh.
Hari ini, di ujung kisah kehidupannya yang bahagia, pria itu datang lagi.
Mengatakan lagi kalimat-kalimat yang selama ini walau tidak dia percayai tetapi benarbenar terjadi. Bagaimana mungkin dia tidak akan percaya sekarang"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau benar, Sang Penandai .... Aku masih punya sisa umur yang panjang
.... Mungkin sepuluh tahun lagi .... Dua puluh tahun lagi .... Aku percaya
padamu ...." "Bagus, maka urungkanlah niatmu. Buang racun itu jauh-jauh!" Sang
Penandai tersenyum hangat.
"Tetapi bagaimana aku bisa hidup tanpa Kaisah!" Rhenald meraung dalam
kesedihan. Tergugu. "Tentu saja kau bisa."
Tidak. Aku lak akan bisa hidup tanpa nya, walau kau menjanjikan sepuluh
kota yang sama indahnya dengan kota ini yang bisa aku bangun selama
sisa umurku .... Aku tak bisa! Dan kautahu persis itu ...." Rhenald
membulatkan hatinya. "Aku akan mengakhiri semua cerita ini dengan bahagia .... Lihatlah, aku
tidak takut atau menyesali harus meminum racun ini Aku bahagia .... Bisa
mati di sebelahnya. Setelah semua dongeng indah yang kualami. Dongeng
indah yang kauberikan untukku, Sang Penandai ...." Rhenald dengan
gemetar tetapi mata bercahaya elok melangkah, duduk di atas ranjang.
"Selamat tinggal kawan, aku menyanjungmu atas semua kesempatan yang
kauberikan. Terima kasih atas dongeng ini .... Dan sekarang biarlah aku
membuktikan janjiku kepada Kaisah .... Mati bersamanya. Mati bersisian
dengan muka bercahaya ...." Rhenald dengan takzim mendekatkan mulut
botol ke bibirnya. "Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu
sendiri datang menjemput dirinya ...." Sang Penandai berkata lirih.
Rhenald tersenyum mendengarnya. Dia menenggak habis racun tersebut.
Kemudian, dengan takzim membaringkan diri di sebelah Kaisah, belahan
jantungnya. "Selamat tinggal Sang Penandai .... Selamat tinggal!" Rhenald
memejamkan matanya. Sang Penandai dengan wajah sedih dan mata redup sudah hilang entah
ke mana, bersama dengan puluhan capung yang tadi terbang
mengambang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa detik kemudian, racun itu mulai bereaksi. Tubuh Rhenald kaku
tak bisa digerakkan. Meski otaknya masih sadar, dia memalingkan muka
ke wajah Kaisah. Dia ingin mati sambil memandangi wajah kekasihnya.
Ketika Rhenald untuk terakhir kalinya tersenyum, siap pergi menjemput
takdirnya, berbisik bahagia, 'Aku akan datang, kekasihku Tibatiba mata Kaisah yang membeku sedari semalam dan sepanjang minggu
ini berkedut-kedut. Rhenald yang masih menyisakan sedikit kesadaran
terkesiap. Apa yang sebenarnya terjadi"
Saat itu ribuan kilometer dari teluk yang indah itu, Sang Penandai
sedang terpekur di atas ngarai raksasa yang juga indah dan melantunkan
lagu kerinduan, ada sekaligus delapan pelangi di atasnya. "Dia tak pernah
tahu dongeng baginya adalah bersabar atas kematian .... Bukan kota itu,
bukan kota itu .... Tapi bersabar atas ke-matian kekasih yang tercinta,
bersabar atas kehilangan cinta sejati, cinta pertamanya .... Sayang dia
tidak bisa memercayai kalimat itu ...." Sang Penandai mendesah pelan,
lantas mengguratkan sesuatu di tepi ngarai tersebut. Tanda untuk orang
terpilih yang akan melanjutkan dongeng gagal tersebut.
Setelah melewati masa krisis selama seminggu, Kaisah berangsur pulih.
Sungguh tak tertahankan penderitaannya. Antara mati dan hidup. Tubuh
Kaisah membeku layaknya mayat. Pagi ini ketika cahaya matahari
menyentuh mukanya, kehidupan itu menggeliat lagi dalam tubuhnya.
Penyakit aneh itu enyah. Dan ia bersiap menjemput hari berikutnya,
tanpa tahu apa yang telah terjadi dengan Rhenald.
Gemetar Kaisah mencoba duduk. Mulutnya mendesahkan nama Rhenald,
sang pujaan hati. Dan sungguh tertikam hatinya saat menyaksikan lelaki
itu justru sedang terbaring dengan mulut berbusa. Menatap dengan
sisa-sisa kesadaran. Mata yang penuh keterkejutan. Mata yang penuh
penyesalan. "Apa .... Apa yang kaulakukan?" Kaisah berteriak tertahan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tangannya yang masih lemah gemetar mendekap bahu Rhenald. Matanya
segera bun-cah oleh air mata. Kesadaran itu datang cepat. Tentu saja ia
tahu apa yang telah dilakukan kekasihnya. Rhenald memuluskan mati
setelah melihatnya tak bergerak lagi. Itulah janji mereka dulu.
Rhenald yang masih memiliki beberapa detik kesadaran berteriak keras.
Sayang yang keluar hanya busa. Teriakan pilu. Lihatlah! Dia yang
memiliki kehidupan indah, mendapatkan kekasih hatinya, mewujudkan
dongeng mendirikan kota miliknya, harus berakhir mengenaskan seperti
itu. Mati oleh ketidaksabaran.
Di mana semua kebahagiaan yang dia miliki selama ini" Di mana semua
madu kehidupan yang dia kecap selama ini, jika harus berakhir seperti
ini" Tangan Rhenald berusaha menggapai-gapai pipi Kaisah yang menangis kalap melihatnya sekarat. Dia ingin
mengelap air mata Kaisah seperti yang biasa dia lakukan jika kekasih
hatinya sedang sedih. Dia ingin melakukannya untuk terakhir kali.
Tapi tangannya sudah lak bisa bergerak lagi.
Bagaimana mungkin seluruh kenangan indah itu harus berakhir dengan
ujung cerita yang menyedihkan" Bagaimana mungkin jalan ceritanya yang
bahagia dan menyenangkan akan berakhir sekejam ini. Hanya karena
ketidaksabaran menjalani sisa hidup setelah kekasih pujaan hati
dianggapnya sudah pergi. Tidak! Dia tidak akan pernah memaafkan
dirinya. Dia akan menyesali kejadian yang teramat singkat ini.
Sebuah penyesalan. Buruk. Buruk sekali akhir yang dia pilih.
PEDANG SALAH satu Barikade Perawan menebas leher Jim. Tak ada
yang bisa melihat mukanya saat eksekusi dilakukan, kepalanya
terbungkus kain. Penjaga lingkaran langit tersebut memuluskan untuk
mengakhiri nyawa tahanan mereka yang semakin aneh: tersenyum di
tengah sekaratnya. Tak ada yang tahu, Jim dengan lirih menyebutkan nama Nayla di ujung
kematiannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia akan mati kapan saja. Semua orang akan mati kapan saja. Dia
memang tak pernah memiliki gadis itu, mengingat betapa pengecutnya
dia dulu. Betapa lemah kepal tangannya untuk mewujudkan mimpi-mimpi
itu. Tapi dia tetap dan akan selalu mencintai gadis itu.
Kehidupan harus terus berjalan. Tak boleh terhenti. Semua orang pasti
pernah terluka oleh cinta pertama, dan Jim bisa membuktikan dia bisa
melanjutkan hidupnya lebih berarti, tanpa harus melupakan Nayla.
Tanpa harus terjebak oleh betapa dahsyatnya cinta pertama sekaligus
terakhirnya. Jim telah berdamai dengan kenangan masa lalunya. Dia bisa
mengenangnya tanpa harus terluka lagi. Tanpa harus meratap parau,
tanpa perlu sedu sedan. Dia bisa memaafkan dirinya, meletakkan seluruh
kenangan tersebut di singgasana hatinya, menerima semuanya dengan
sebenar-benarnya penerimaan.
Lihatlah, Jim dengan bahagia bisa menyebut nama Nayla tanpa
penyesalan. Tersenyum mengingat semuanya.
Baik. Baik sekali akhir yang dia miliki.
Di tempat inilah, eksekusi itu dilakukan.
Empat ratus tahun mendatang, dia akan kembali.
Menjemput pelaku dongeng berikutnya. Sang Penandai sambil tersenyum
menorehkan tanda yang indah lagi di hutan tersebut. Tanda itulah yang
aku temukan hari ini. TAMAT Koleksi ebook inzomnia Pedang Golok Yang Menggetarkan 13 Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru Sumpah Palapa 21
Tertunduk. Nayla menyeringai menggemaskan. Seperti remaja terpasung cinta yang
pura-pura tidak percaya dengan kalimat kekasihnya.
"Pernahkah kau jatuh cinta dengan seorang gadis?" Malu-malu Nayla
bertanya, memainkan ujung-ujung rambutnya.
Jim tertikam oleh pertanyaan itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
M-e-n-g-a-n-g-g-u-k. Nayla merasa menyesal telah bertanya. Tapi rasa ingin tahu lebih besar
menguasai hatinya, "Di manakah gadis itu sekarang?"
Pertanyaan itu sungguh bergetar, karena yang bertanya takut
mendengar jawabannya. Jim diam. Lama. Seekor kupu-kupu hinggap di ujung pedang. Sebagai Timpalan laksamana,
Jim selalu siaga dengan pedang. Jim dan gadis itu asyik memerhatikan
kupu-kupu itu. Lupa dengan pertanyaan Nayla. Kupu-kupu itu lucu
menggerak-gerakkan sayapnya di ujung pedang Jim. Mereka berdua
bersitatap sejenak. Tersenyum kecil melihat ulah kupu-kupu itu.
Kupu-kupu itu terbang lagi, bahkan sekarang hinggap di lengan Jim.
Berani. Nayla mendekap mulut hendak tertawa. Jim nyengir. Kupu-kupu itu terbang lagi,
sekarang hinggap di rambut Nayla yang panjang. Nayla mengernyitkan
dahinya. Mata bundarnya melirik ke atas kepala. Sekarang Jim yang
menahan senyum melihatnya. gadis itu amat menggemaskan.
Seperti Nayla-nya. Jim menelan ludah.
Kupu-kupu yang entah dari mana itu sejenak membuat mereka jauh lebih
akrab. Mengusir jauh-jauh semua kenangan menyakitkan itu. Perasaan
bersalah. Penyesalan. Terlupakan. Sayang kupu-kupu itu sekejap sudah
terbang lagi, pergi "Di manakah gadis itu sekarang?" Nayla berbisik pelan, kembali dengan
pertanyaannya. Tertunduk.
Senyum Jim menghilang. Perasaan itu kembali lagi. Penyesalan.
Kenangan. Semua kesenangan sesaat tadi lenyap. Jim menoleh menatap
datar wajah Nayla. "Dia sudah meninggal Jim menelan ludah.
Nayla tertegun, "Maafkan aku ...."
Mereka berdiam diri. Dan sayangnya tak ada lagi kupu-kupu yang bisa
mengalihkan perhatian mereka.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Apakah kau masih mencintainya?" Nayla bertanya pelan, suara itu
lemah. Hanya sedikit lebih
terdengar dibandingkan desau angin dalam taman Istana. Entah
mengapa Nayla harus menanyakan pertanyaan berbahaya seperti itu.
Jim menggigil bibir. Dia sungguh mencintainya. Selalu. Cinta pertama
dan sejati itu hanya untuk Nayla. Bukan untuk Nayla.
Jim lelah dengan bujukan hatinya yang sekarang sibuk berkata: kenapa
tidak" Jim tetap terdiam hingga pertemuan itu terpotong oleh
kehadiran dayang-dayang. Permaisuri Champa memanggil putrinya.
Membicarakan tentang perjodohan itu.
URUSAN KACAU-BALAU saat malam tiba. Atas keberanian Jim
membunuh adik baginda malam itu, di penghujung pesta tujuh hari tujuh
malam, Baginda Champa dengan bangga mengumumkan Jim diangkat
sebagai Panglima Utara kerajaan. Jim ditawarkan harta, posisi, dan
kehormatan. Dan itu ternyata belum cukup. Baginda Champa juga
menjodohkan Jim dengan putrinya, Nayla.
Seluruh petinggi kerajaan Champa bertepuk tangan. Si Mata Plang
menyeringai senang. Pejabat negara mengangguk-angguk sepakat. Hanya
laksamana Ramirez dan Pate yang tidak menunjukkan ekspresi
kegembiraan sedikit pun. Jim terpaku berdiri. Sempurna membatu saat mendengar Baginda
Champa tertawa lebar mengumumkan perjodohan itu.
Nayla tertunduk, menggigil bibir. Lihatlah wahai Buddha Yang Agung, dia
sama sekali tidak suka mendengar berita itu .... Apakah aku salah
membujuk Ayahanda dan Permaisuri" Apakah aku salah ....
Sepanjang malam prajurit Laksamana Ramirez bersulang atas
keberuntungan Jim yang luar biasa. Penduduk kota senang mendapatkan
calon raja yang hebat. Jim hanya duduk membisu di sudut ruangan. Dia
tidak berbicara banyak. Tidak melayani orang-orang yang menggodanya.
Jim sedang mengukir wajah membeku di pagi itu-
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
MENJELANG PAGI, Nayla nekat menerobos kamar Jim. Dia datang
dengan mata merah, sisa tangisnya semalaman. Entah mengapa setelah
kembali ke kamar tidurnya selepas pesta, Nayla merasa ada yang salah
dengan perjodohan mereka.
Ada yang salah .... Jim yang juga sedang menatap bulan sepertiga akhir malam, menoleh
kepadanya. Matanya juga merah.
Takut-takut Nayla mendekat.
"Apakah kau masih mencintainya?" Nayla tertunduk, bertanya dengan
suara pilu. Pertanyaan tadi sore yang belum terjawab.
Jim diam. Menghela napas panjang.
Jim sungguh mencintainya. Masih teramai. Tetapi apakah salah jika
sekarang dia menyukai gadis di hadapannya" Apakah salah jika perasaan
itu muncul lagi"' Tetapi itu karena gadis itu mirip dengan Nayla-mu"
Bukan karena kau benar-benar mencintai gadis itu! Apa salah kalau aku
mencintainya karena dia mirip dengan Nayla" Kau tidak salah, yang salah
hatimu! Tetap tak akan pernah bisa dibohongi! Hatimu hanyalah untuk
Nayla. Bukankah itu juga yang terjadi ketika di lereng Puncak Adam"
Apa salahnya kalau aku sekali ini membohongi hatiku sendiri" Keras
kepala Jim menentang hatinya. Tidak. Kau tidak akan pernah berhasil
membohongi hatimu .... Karena kau tidak pernah berhasil berdamai
dengan masa lalu itu. Kauhidup dalam penyesalan, Jim. Penyesalan yang
tak pernah berhasil kau singkirkan ....
Jim meremas jari. Sekali lagi menoleh ke arah Nayla. Gadis itu masih menatap, menunggu
dengan seribu kecemasan atas pertanyaannya. Hati gadis itu sedang
meneguhkan diri, menabalkan diri. bersiap menopang seluruh pilu yang
mungkin muncul. Dan Jim mengangguk.
Nayla terdiam. Matanya berair. Dengan kaki bergetar ia berlari keluar
mangan Hidupnya tak akan pernah sama lagi.
PERANG SAUDARA! Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
LAKSAMANA RAMIREZ tahu apa yang harus dilakukan. Perjodohan itu
tidak akan mungkin terlaksana. esok paginya Laksamana Ramirez
memeluk Baginda Champa, meminta maaf, keinginan itu tidak bisa
dipenuhi. Timpalannya yang gagah berani memutuskan meneruskan
perjalanan. Baginda Champa kecewa, namun tak bisa berbual banyak.
Saat Pedang Langit melepas sauh, kemudian beringsut keluar dari
pelabuhan bagai seekor angsa. Saat Jim bersandar di dinding kapal
menatap langit-langit kabin mengutuk hatinya yang tak pernah bisa
berdamai dengan Nayla-nya. Saat Laksamana Ramirez memerintahkan
prajurit di atas geladak memberikan penghormatan
terakhir. Saat terompet raksasa dibunyikan dan puluhan genderang
ditabuh mengiringi keber-angkatan Pedang Langit dan 39 kapal lainnya.
Saat meriam berdentum tujuh belas kali sebagai tanda salut.
Saat itulah Nayla bersimpuh di pagoda terbesar. Tersungkur di depan
patung Buddha bersepuh emas. Matanya berlinang air mata. Mengadu.
Wahai Buddha Yang Agung .... Aku lak lahu bagaimana harus melanjutkan
hidup ini. Aku tak tahu ....
Dan armada 40 kapal Laksamana Ramirez telah melesat menuju Tanah
Harapan. Meninggalkan kota di tubir benua selatan. Meninggalkan segala
kenangan di kota terindah tersebut: kota Champa dan gadis-gadisnya
yang bermata jeli. ATAS KEJADIAN di Istana kota Champa, Jim dan Pate diangkat
menjadi Kepala Pasukan. Setara dengan si Mata Elang dan dua puluh
sembilan pemimpin kapal lainnya. Karena tidak ada kapal perang yang
akan mereka pimpin, Jim dan Pate menjadi Kepala Pasukan di Pedang
Langit. Julukan Jim sekarang adalah Panglima Perang Yang Menangis. Itulah
julukan yang diberikan si Mata Elang kepadanya setelah mendengar
kabar Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
perkelahian malam itu, termasuk desas-desus gerakan terbang Jim yang
hebat-dengan air mata bercucuran. julukan itu cocok benar untuknya
Jim kembali ke masa-masa saat dia dulu pertama kali menjejakkan
kakinya di Pedang Langit. Bersedih diri tanpa sebab setiap hari.
Bedanya dulu Jim hanyalah kelasi rendahan yang bodoh, pengecut, dan
tak becus melakukan apa pun kecuali memetik dawai, menyiapkan makan,
mencuci pakaian, serta menyikat dinding-dinding kapal. Sekarang dia
sudah menjadi Kepala Pasukan yang terdidik, gagah berani, dan
berwibawa. Bedanya dulu garis wajahnya riang, polos, bersahaja, penuh cahaya
kebaikan. Sekarang terlihat tajam, keras, berani, dan tegas. Dan
tahukah kalian, justru kesedihan yang berasal dari wajah tegas seperti
itu yang membuat orang-orang melihatnya berkali-kali ikut tersentuh.
Kejadian di kota Champa menjadi rahasia umum di seluruh Armada Kota
Terapung. Kabar burung menyebar cepat. Kecuali bagian dongeng,
terpilih, dan Sang Penandai, berita itu sesuai dengan kejadian yang
sebenarnya. Dari mulut ke mulut cerita itu menyebar.
Panglima perang mereka ternyata pemuda gagah berani yang patah hati.
Masa lalu itu selalu menghantuinya, bahkan saking hebatnya masa lalu
itu. pemuda malang itu menolak begitu saja tawaran memperistri putri
Baginda Champa yang cantik jelita .... Menolak kesempatan menjadi raja
.... Demikian bisik-bisik di kabin para kelasi, kamar-kamar prajurit, dapur,
geladak, mang makan, dan sudut-sudut kapal lainnya. Satu dua bahkan
ikut menangis mendengarkan cerita yang mulai dibumbu-bumbui di sana
sini. "Duhai, panglima kita benar-benar pemuda terhormat, aku balikan sudah
jauh-jauh hari memutuskan menikah dengan seseorang setelah kekasih
sejatiku pergi, lihatlah hingga hari ini aku tetap terkenang dengannya ....
Ah, bahkan aku ikut penjelajahan ini hanya karena tak kunjung bisa
melupakannya. Aku selalu berbohong saat mengatakan Itu hanya masa
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
lalu .... Hidup harus terus berlanjut, bukan' .... Aku benar-benar
membohongi diri sendiri ...."
"Kau benar, teman. Perasaan itu memang menyakitkan. Aku sudah punya
anak liga berusia liga tahun, tetapi saat mendengar kekasih pertnimaku
dulu akan menikahi seseorang, perasaan ini pilu sekali .... Lihatlah
pemuda malang itu tetap tegar berdiri, setia sampai mati dengan
kekasih sejatinya Banyak juga awak kapal yang tak mengerti apa itu cinta, hanya manggutmanggut menyimak. Dan lebih banyak lagi yang bergumam
dalam diam. Urusan ini memang selalu mene-likung perasaan. Kalian
selalu dikhianati oleh kenangan. Bukankah itu seharusnya menjadi
kenangan yang indah" Mengapa justru berubah menjadi duri dalam hati"
ARMADA KOTA Terapung sudah liga bulan perjalanan meninggalkan
kota Champa. Mereka sekarang memasuki wilayah yang belum pernah
dijamah pelaut mana pun. Banyak sekali legenda menakutkan yang mereka dengar. Ular naga yang
tiba-tiba muncul dari lautan, menyemburkan api meluluh-lantak-kan
kapal-kapal. Putri-putri duyung yang bernyanyi memabukkan sehingga
tak sadar kalian sudah menjadi budak makhluk setengah manu-sia
selengah ikan tersebut. Pusaran air di tengah samudra yang siap
menyedot siapa saja di de-katnya, serta berbagai cerita seram lainnya.
Laksamana Ramirez tak undur selangkah pun. Dia saban hari semakin
menyemangati pasukannya terus maju membelah samudra. Saat tak ada
angin, perjalanan terpaksa dilanjutkan dengan tenaga manusia. Mata
Laksamana Ra-mirez berkilauan, maksud tatapan mata itu jelas: selepas
samudra ini. Tanah Harapan akan segera terlihat
Gugusan pulau yang indah itu. Ada beribu pulau di sana. Pulau-pulau yang
subur dengan kekayaan alam tak terbilang. Rempah-rempah terbaik,
ramuan tumbuhan termujarab, dan gelimang tambang emas dan perak.
Mereka cukup menyentuh ujung pulau terluarnya, maka genaplah
perjalanan. Peta-peta yang disiapkan ahli peta di Pedang Langit akan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
segera dibawa pulang ke negeri asal mereka. Petunjuk perbintangan
lokasi Tanah Marapan akan dibukukan. Menjadi panduan.
Dan lepas enam bulan setelah armada tiba kembali di sana, ribuan kapal
akan segera melakukan ekspedisi perdagangan dan kegiatan lainnya ke
Tanah Harapan. Mereka telah menjejakkan rute perjalanan yang hebat.
Bersahabat dengan semua kota pelabuhan yang dilewati. Negeri mereka
akan makmur berlipat ganda hingga ratusan tahun ke depan.
Laksamana Ramirez juga semakin sibuk dengan lipatan-lipatan kertas di
ruang kerjanya. Peta-peta kuno itu. Tulisan-tulisan aneh. Ketika Jim dan
Pate sempat bertanya saat menemui Laksamana di ruang kerjanya, dia
hanya menjawab pendek: "Aku sedang memecahkan rahasia besar. Pate!"
Sejauh ini perjalanan berlangsung lancar dan cepat. Mereka tiga bulan
terakhir mengalami lagi empat lima pertempuran dengan bajak laut kecil-kecil, benemu
dengan dua-tiga badai laut yang biasa-biasa saja. Di luar itu, sama sekali
tidak ada naga-naga, putri duyung, atau pusaran air.
Cerita itu terlalu dibesar-besarkan.
SAYANG SISA perjalanan tanpa apa pun itu mu lai membosankan.
Sempurna sudah tiga bulan berlalu lagi tanpa kejadian apa pun. Bahkan
satu kota pelabuhan pun tidak ditemukan. Prajurit dan kelasi mulai
bosan terkuning berhari-hari di atas kapal. Mereka sama sekali tidak
punya ide hingga kapan ekspedisi armada 40 kapal akhirnya menemukan
Tanah Harapan. Tak ada peta yang pernah menggambar daerah tersebut. Tak ada posisi
perbintangan yang bisa menjelaskannya. Mereka hanya sering men
dengar cerita betapa indahnya gugusan ribuan pulau tersebut. Konon
ada lima pulau besar yang mengukir lautan. Pulau itu berjejer mem
bentuk formasi yang elok. Pulau pertama di ujung gugusan itulah tujuan
mereka. Ada ribuan ngarai di lembah-lembah pulau. Bukit yang berbaris
membelah daratan, hewan-hewan yang belum pernah dilihat sebelumnya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hutan-hutan perawan yang menjanjikan berbagai kekayaan, juga ceritacerita menyeramkan tentang hutan perawan tersebut. Mereka melambaikan tangan, kalau di
lautan saja lengang seperti ini maka cerita-cerita tentang hutan
perawan itu tidaklah seseram yang didengar.
Berminggu-minggu lagi Armada Kota Terapung tetap tidak benemu
segaris daratan pun. Setitik pulau pun. Lengang. Kosong sepanjang mata
memandang. Hanya air. air, dan air.
Jim menghabiskan waktu dengan banyak termenung. Luka dari kota
Champa tak kunjung sembuh, karena dia tidak punya aktivitas baru yang
bisa membuatnya melupakan kesedihan itu barang sejenak. Jim
menjalani rutinitas yang sama setiap hari. Bangun pagi, menyaksikan
Pate mengguratkan benda tajam di dinding kapal. Seribu lima ratus liga
belas hati .... Berkeliling dari satu sudut ke sudut lain. Memastikan semuanya berjalan
sesuai seharusnya. Berbincang dengan Pate. Makan siang. Makan malam.
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Menatap lautan yang dari hari ke hari itu-itu saja. Tidak berubah-ubah.
Kalau malam terlihat gelap. Kalau siang terlihat terang. Sebulan sekali
menyaksikan bulan purnama. Terus berputar.
Dalam rutinitas yang membosankan masa lalu bagai belalai punya
kesempatan datang menyergap. Dan Jim selepas kota Champa sudah
terperangkap. Dia mulai bertanya-tanya,
apa penghujung dongengnya" Jika besok-lusa Pedang Langit menyentuh
Tanah Harapan, apa yang akan dia temukan.
Tidak. Dongeng ini hanya akan berakhir sia-sia. Dia tidak akan pernah
bisa lagi jatuh cinta dengan sebenar-benarnya cinta kepada gadis lain.
Lihatlah, setiap kali perasaan itu muncul, masa lalunya datang menikam.
Memasungnya dalam sebuah penyesalan. Dia tak akan pernah bisa
melupakan Nayla-nya. Cinta sejati itu mengungkungnya.
Apakah Sang Penandai akan menghidupkan Nayla kembali" Jim mengeluh
pelan. Itu hal terbodoh yang pernah melintas di benaknya. Jim tahu dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
paham benar ada banyak kekuasaan dunia yang tidak dia ketahui. Bahkan
setelah melihat banyak keajaiban dalam perjalanan ini, dia lahu ada
lebih banyak lagi kekuasaan langit yang tetap menjadi rahasia besar.
Tetapi memikirkan ide Sang Penandai akan menghidupkan Nayla kembali
sebagai upah menjalani perjalanan ini, itu ide yang sungguh konyol.
Jim juga berpikir. Laksamana Ramirez pasti akan segera kembali ke
negeri mereka di benua utara setelah tiba di Tanah Harapan. Lantas apa
yang akan dilakukannya" Ikut pulang bersama armada 40 kapal" Kembali
ke kota itu" Menjemput lagi masa lalunya" Menapaktilasi seluruh
jejak penemuan dan kenangan bersama Nayla-nya" Mustahil. Mengenang
wajah membeku itu saja sudah membuatnya sesak.
Apakah dia akan memutuskan tinggal di Tanah Harapan" Mencoba
melanjutkan hidup. Mencoba pelan-pelan menghapus semua kenangan.
Bagaimana kalau saat dia sekali lagi berhasil mengusir kenangan itu,
pemilik semesta alam tega memberinya hadiah penemuan dengan gadis
seperti Baginda Champa, yang mirip dengan Nayla-nya" Penemuan yang
akan merobek lagi luka. Penemuan yang menyeretnya lagi dalam
kesedihan. Jim mengeluh. Sungguh, bukankah semua perasaan ini tak sekalipun dia
memintanya. Bahkan dalam harapan-harapan yang disebutkannya dalam
mimpi masa kanak-kanak. Kenapa dia harus dipertemukan di pernikahan
itu. Kenapa perasaan itu datang menghujam di hatinya. Dia tidak pernah
memintanya. SEMENTARA JIM terbebat dalam kesedihan, pelaut yang bosan mulai
melakukan ulah yang tidak pantas. Pertengkaran antar prajurit dan
kelasi merebak. Terkadang alasannya sepele. Saling bergurau. Semakin
hari gurauan ilu semakin kelewatan. Maka tak jarang perkelahian
antarprajurit dan kelasi menjadi masalah yang serius. Berlarut-larut.
Para kelasi dan prajurit senior mulai berani bertanya pada si Mata
Elang, kapan mereka akan tiba di daratan. Si Mata Elang menggeleng
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tegas tidak tahu. Mendengus, menyuruh mereka kembali ke posisi
masing-masing. Beberapa minggu kemudian mereka bahkan mulai berani bertanya
langsung kepada Laksamana Ramirez. Mulai menyangsikan kehebatan
Laksamana. Kejadian yang tidak pernah dibayangkan Pate yang menaruh
amat hormat pada manusia pilihan tersebut.
Berita burung yang lebih serius mulai beredar kencang, mengancam
kelangsungan ekspedisi. Berita itu perlahan merusak moral kelasi dan
prajurit rendahan: mereka tidak akan pernah sampai ke Tanah Harapan.
Jika semua legenda-legenda lautan itu bohong, legenda tentang Tanah
Harapan juga kemungkinan besar bohong belaka. Sama dengan naganaga api, putri-putri duyung, dan pusaran air.
Lihatlah mereka sudah sepuluh bulan terapung-apung di samudra luas
tanpa batas. Jangankan Tanah Harapan, secuil daratan tak terlihat.
Setitik pulau tak terlihat.
Semakin hari jumlah prajurit dan kelasi yang bertanya semakin banyak.
Dan di antara mereka mulai muncul aksi pembangkangan. Awalnya sendiri-sendiri,
kemudian mulai berani berkelompok, hingga akhirnya menjadi
pemberontakan besar-besaran. Prajurit dan kelasi dengan berani mulai
berkata-kata di depan umum. Di atas geladak. Di ruang makan. Katakata itu pendek saja: KAMI INGIN PULANG!!
HARI ITU, penghujung bulan sebelas perjalanan yang lengang,
pembangkangan terjadi serentak di seluruh kapal. Hampir separuh
prajurit dan kelasi menolak meneruskan perjalanan. Ekspedisi
menemukan Tanah Harapan itu sia-sia. Cerita hebat gugusan ribuan
pulau itu omong kosong. Mereka berseru-seru ingin pulang, segera!
Kacau-balaulah keadaan. Mereka menurunkan layar-layar. Beberapa
mulai berani merang-sek ke mang kemudi, mencoba memutar arah
haluan. Semakin lama prajurit dan kelasi semakin nekat. Malam datang
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjelang, kerusuhan meluas. Ada yang mulai membakar geladak-geladak kapal.
Laksamana Ramirez tahu persis situasi seperti ini hanya menunggu
waktu terjadi. Dan dia juga tahu persis situasi ini jauh lebih rumit
dibandingkan menghadapi sekaligus dua barikade perompak Yang Zhuyi.
Si Mata Elang mengusulkan menindak tegas awak kapal pembangkang.
Pejabat tinggi negara bersepakat. Laksamana Ramirez menggeleng,
enggan mengambil jalan kekerasan itu. Laksamana ingin menghindari
pertikaian dan mencari jalan damai, apalagi menghadapi anak buahnya
sendiri. Tetapi Laksamana Ramirez lagi-lagi kalah suara.
Terpaksa memutuskan penangkapan.
Ricuh esok paginya saat prajurit dan kelasi yang masih setia menyerbu
kelompok-kelompok pembangkang. Pertempuran sesama awak Armada
Kota Terapung tak terhindarkan. Sungguh memilukan melihatnya.
Bagaimana mungkin kalian akan menghunus pedang kepada seseorang
yang selama ini berbicara baik, bersahabat baik, dan mungkin saja
pernah saling menyelamatkan nyawa"
Lebih dari enam jam penangkapan dilakukan. Tidak kunjung berakhir.
Bahkan di kapal-kapal tertentu, kaum pembangkang jumlahnya jauh lebih
banyak, bersatu melawan. Korban mulai berjatuhan. Dan api kebencian
dengan cepat tersulut di seluruh armada 40 kapal.
Jim mengeluh. Di tengah luka hatinya yang lak kunjung pulih, bagaimana
mungkin dia harus menyaksikan peristiwa semengenaskan ini. Pate lebih
menderita lagi. Tadi sore Pate terpaksa
melukai salah-satu prajurit yang dekat dengannya. Pemuda itu tidak
mati, tapi Pate berkaca-kaca saat melihat apa yang lelah diperbuatnya.
Malam semakin matang. Kebakaran meluas. Prajurit dan kelasi
pembangkang bahkan berhasil menguasai ruang kemudi beberapa kapal
pe rang. Mereka juga berhasil merangsek ke ruang meriam. Dan
terjadilah kekacauan itu. Meriam mulai dimuntahkan. Mereka juga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
merebut bedil di ruang amunisi. Perkelahian massal jarak dekat tak
terhindarkan. Armada 40 kapal kacau-balau. Laksamana Ramirez memerintahkan salah
seorang prajurit meniup terompet tanda berdamai. Bendera pulih.
Perundingan. Sia-sia! Suara terompet itu dibalas dengan empat
dentuman meriam yang mengarah ke Pedang Langit. Lambung kapal yang
paling disegani, paling dihormati, paling ditakuti robek besar.
mereka membalas meniup terompet di kapal yang mereka kuasai,
menyampaikan pesan sederhana: Pulang atau Perang! Tak ada pilihan lain.
laksamana Ramirez menelan ludah. Pedang Langit memilih membalas
tembakan meriam tersebut.
Lepas tengah malam situasi benar-benar tak terkontrol lagi. Keadaan
yang tadi sebenarnya dikuasai kelompok setia melanjutkan ekspedisi
berubah 180 derajat. Mereka pelan-pelan mulai terdesak. Prajurit dan
kelasi pembangkang yang tadi pagi berhasil ditahan, menjelang pagi
berhasil dibebaskan teman-temannya, situasi semakin gawat.
laksamana Ramirez mengusulkan kedua belah pihak menghentikan
pertikaian sementara. Laksamana Ramirez berjanji, berikan waktu satu
minggu lagi, jika armada 40 kapal tidak menyentuh garis pantai terluar
Tanah Harapan, ekspedisi akan kembali. Lagi-lagi lawaran perdamaian itu
dibalas dengan tembakan meriam. Lebih banyak dentuman meriam.
Enam belas kapal perang dikuasai para pembangkang. Juga tiga kapal
logistik dan dua kapal pejabat. Pedang langit porak-poranda dikeroyok
dari berbagai sisi. Saputan Mata yang selama ini selalu membantu kapal
terbesar tersebut dalam pertempuran, jusru menjadi garda terdepan
prajurit dan kelasi pembangkang.
Pagi datang menjelang. Cahaya matahari lembut menyentuh area
pertempuran yang terlihat menyedihkan. Semburat merah membungkus
kepulan asap hitam dari kapal-kapal yang terbakar. Dan sebelum
semuanya benar-benar terlambat, prajurit yang tetap berdiri di atas
menara pos pengintai Pedang Langit, yang tidak memedulikan kekacauan
di bawahnya, akhir- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
nya menangkap segaris tipis daratan jauh di depan.
Prajurit itu gemetar melihatnya. Memastikannya untuk kesekian kali.
Teropongnya tak salah lagi. Itulah Tanah Harapan.
BUNGAMAS! KETIKA PRAJURIT menara pos pengintai Pedang langit meniup peluit
kencang-kencang, terhentilah semua pertikaian. Pedang-pedang yang
terhunus tertahan. Bedil yang siap dimuntahkan terdiam. Sumbu meriam
yang siap ditembakkan buru-buru dipadamkan.
"DARATAN! DARATAN!!!" Prajurit pos pengintai berteriak sambil
menunjuk lurus-lurus ke depan.
Matahari pagi belum sempurna benar menerangi lautan, masih remang
menjingga. Awan putih menggumpal terlihat merah. Garis dataran itu
antara terlihat dan tidak. Beberapa orang buru-buru memanjat liang
pengintai di kapal-kapal lain. Memegang teropong. Segeralah menyebar
berita baik tersebut. "DARATAN! DARATAN!!" Prajurit di tiang pengintai kapal lain
berteriak lantang. Bersahut-sahutan.
Seluruh awak armada 40 kapal berseru riang.
Benar-benar mengharukan melihatnya. Lupa kalau mereka baru saja
hendak saling menikam. Lupa pertempuran mereka selama 24 jam
terakhir. Dua prajurit yang berdarah-darah saling berhadapan di atas
geladak Pedang Langit segera melemparkan pedang ke lantai, melompat,
berpelukan. Kelasi dan prajurit lainnya berteriak parau. Satu-dua mulai menangis.
Saling mendekap. Rasa haru membuncah armada 40 kapal. Yang pertama,
karena akhirnya menemukan daratan- apa pun itu nama daratannya. Yang
kedua, ketika menyadari teman-teman sendiri bergelimpangan terluka di
atas geladak kapal, satu-dua merangkak berusaha berseru-seru riang.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Laksamana Ramirez berdiri tegang di geladak tertinggi. Sinar matahari
semakin terang. Garis pantai itu semakin jelas terlihat. Semakin besar.
Dataran itu. Benar! TAK SALAH LAGI.
Itulah ranah Harapan. SITUASI KEMBALI terkendali, meskipun harganya amat mahal. Pedang
Langit compang-camping, lambungnya robek akibat muntahan peluru meriam kapal perang armada
sendiri. Awak kapal yang masih sehat bahu-membahu memperbaiki apa
saja yang bisa diperbaiki. Menyingkirkan bekas pertempuran.
Kebencian luntur diganti dengan rasa sesal. Dan untuk kasus pertikaian
saudara seperti ini, akhir yang baik selalu membuat ikatan persaudaraan
menjadi dua kali lipat lebih erat. Armada Kota Terapung tenis
mendekati garis daratan. Menjelang senja barulah tiba di tepi daratan
tersebut. Seluruh awak kapal terpesona. Bukan main. Legenda Tanah Harapan itu
bukan bualan. Bukan omong-kosong.
Lima ngarai besar langsung terlihat dari atas geladak armada 40 kapal.
Begitu besar dan indah. Menghujam ke lembah-lembah basah. Pohonpohon nyiur memagari pantai. Bebukitan tinggi dipenuhi hutan basah nan
lebat membelah tanah. Hijau sepanjang mata. Siluet pelangi terlihat di
ngarai terbesar. Suara air menghantam bebatuan terdengar bagai
serunai sambutan selamat datang bagi Armada Kota Terapung.
Perjalanan bertahun-tahun itu akhirnya usai.
Menjejak tanah yang tidak pernah dipetakan.
Menjejak tanah yang bergelimang emas mutu manikam.
Jim tak pernah melihat sinar muka Laksamana Ramirez se-bercahaya
itu. Kejadian ini seharusnya membuat laksamana Ramirez menangis,
lihatlah! Mata itu berkaca-kaca. Tetapi Laksamana bertahan untuk tidak
menangis. Mungkin karena dia tidak ingin terlihat menangis oleh awak
kapalnya .... Jim mendesah dalam hati. Sang Penandai tidak bohong.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Perjalanan ini berujung. Hari ini, satu dongeng terselesaikan dengan
indah. Entah bagaimanalah dengan kepunyaannya...
TIDAK ADA tempat untuk merapalkan kapal di daratan. Lautnya
dangkal. Pasir pulih membungkuk elok tubir pantai. Puluhan jung
diturunkan dari geladak Pedang Langit dan kapal-kapal lainnya.
Laksamana Ramirez diikuti Jim, Pate, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi
sigap melompat turun. Jung itu melaju mendekati pantai. Sungguh pemandangan yang
menakjubkan. Perairan dangkal persis di bawah jung-jung itu, tampak
gumpalan karang dengan ikan dan binatang laut ratusan warna. Jim dan
Pate menelan ludah, mereka tidak pernah menyangka isi lautan akan terlihat seindah
itu. Saat jung kandas di pasir putih, saat mereka loncat turun ke air laut
setumit, rombongan itu terperangah. Pulau itu ternyata memiliki
kehidupan. Ada penduduk setempat yang menghuni daerah sepanjang
pantai. Saat mereka berdiri di hamparan pasir pulih, barulah terlihat
dari balik pohon-pohon nyiur dan hutan lebat rumah-rumah kecil
berbentuk panggung, beratap rumbia, berdinding kayu berdiri
berderet-deret. Puluhan penduduk setempat yang mengenakan pakaian seadanya
menyambut dengan tatapan tidak kalah terperangah. laksamana Ramirez
menyampaikan salam persahabatan. Tak ada penerjemah yang dibawa
Armada Pedang Langit yang mengerti bahasa penduduk setempat, maka
komunikasi berjalan lambat. Sama seperti di lereng Puncak Adam.
Bahasa tanganKabar baiknya, penduduk setempat tidak menunjukkan sikap
bermusuhan. Mereka hanya menatap terpesona puluhan kapal yang
membuang sauh di kejauhan. Yang seolah-olah memenuhi laut sepanjang
mala memandang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Malam itu. Laksamana Ramirez diterima oleh Kepala Adat di salah satu
rumah panggung. Bersama Jim, Pate, si Mata Elang, beberapa Kepala
Pasukan, dan pejabat negara. Sementara,
prajurit dan kelasi lainnya melanjutkan pesta di kapal, menyulut
kembang api. Membuat tepi pantai tersebut dipenuhi terang benderang
nyala bola api di angkasa.
Malam itu, selepas ramah-tamah dengan penduduk setempat-bertukar
bebat kepala dan selempang kulit kayu-laksamana Ramirez membuat
keputusan yang sama sekali di luar dugaan Jim dan awak armada 40
kapal lainnya. "Kembalilah! Si Mata Elang akan memimpin perjalanan pulang besok pagipagi sekali .... Kita sudah menggenapi seluruh perjalanan. Peta-peta
sudah dibuat. Jalur perdagangan sudah lengkap. Segala macam catatan
tersimpan rapi dalam ru-ang kerjaku
Si Mata Elang, Jim, Pate, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi menatap
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Laksamana Ramirez tidak mengerti.
Laksamana tersenyum, "Aku harap kau jauh lebih bijaksana sekarang,
Numa .... Kau sebenarnya seorang laksamana sekarang. Laksamana Mata
Elang! Aku akan tetap tinggal di sini. Dan mungkin tidak akan pernah
kembali .... Keputusanku sudah bulat. Laksanakan!" Laksamana Ramirez
menutup pembicaraan dengan tegas. Menyuruh kerumunan bubar.
Sebelum banyak pertanyaan muncul, sebelum beberapa pejabat negara
seperti biasa terlihat keberatan, mereka memang sering kali berseberangan dengan
Laksamana Ramirez. Tapi dalam urusan siapa yang akan memimpin
perjalanan pulang, jelas mereka membutuhkan laksamana tetap bersama
mereka, sebelum seruan ingin tahu, pembicaraan telah usai.
Jim dan Pate saling berpandangan. Menelan ludah.
Malam melewati dua pertiga bagiannya. Hampir seluruh penduduk pesisir
sudah terle-lap. Juga si Mata Elang, Kepala Pasukan, dan pejabat tinggi
tidur di atas lantai kayu rumah panggung. Armada 40 kapal dari
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kejauhan terlihat lengang. Semua prajurit dan kelasi kelelahan setelah
berpesta hingga tengah malam. Tidur sembarang di atas geladak kapal.
Suara air menghantam bebatuan di ngarai terdengar bak musik yang
tidak teratur. Lenguhan binatang malam, entah tak ada yang tahu apa
persisnya, terdengar bersahut-sahutan.
Jim bangun dari tidurnya. Beranjak mendekati laksamana Ramirez yang
masih duduk terpekur di tengah ruangan rumah panggung, mengamati
sehelai kertas lusuh di bawah nyala lampion yang sengaja dibawa dari
Pedang Langit. "Peta apa itu?" Jim bertanya pelan.
Laksamana Ramirez menoleh. Sedikit kaget.
"Seharusnya kau sudah tidur!" Laksamana berkata berat.
Jim hanya menggeleng, "Aku tidak bisa tidur ..."
Laksamana Ramirez tertawa. Dia tahu persis apa yang membuat Jim
tidak bisa tidur. "Terus terang aku tak bisa membantu banyak, Jim Aku tidak tahu apa
ujung dongengmu .... Seharusnva menyimak kalimat Sang Penandai,
bukankah jawaban dongeng-mu sudah ada di depan mata" Inilah tempat
Armada Kota Terapung memutar kemudi, kembali ke benua utara ...."
Jim mengangguk lemah. Ya, dia sama sekali tidak mengeni apa yang
harus dia lakukan besok. Mustahil dia ikut armada 40 kapal itu pulang ke
kota terindahnya. "Apa yang akan kaulakukan?" Jim balik bertanya.
Jim sepanjang malam memikirkan keputus-an Laksamana Ramirez yang
ganjil, tidak ikut kembali untuk menerima gelar bangsawan dan posisi
penting di Ibukota alas keberhasilannya memimpin ekspedisi Armada
Kota Terapung. Jim sedang memikirkan kemungkinan perjalanan lainnya
.... "Melanjutkan perjalanan." Laksamana menjawab datar.
"Bukankah dongeng itu sudah selesai?"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Aku tidak pernah mengatakan kalau dongengku adalah mencapai Tanah
Harapan ini, Jim!" Jim mengernyitkan dahi. "Bukankah kau mengatakan, 40 kapal
mengapung di lautan, bagai kota yang bergerak mengambang .... 40 kapal
mengapung di lautan menuju Tanah Harapan
Laksamana Ramirez benar-benar menoleh ke arah Jim sekarang.
Menatapnya lamat-lamat. Tersenyum. Menggeleng.
"Itu adalah dongeng penguasa negeri kita, Jim .... Kauingat kejadian
kura-kura raksasa" Aku mengatakan ada dua dongeng yang dititipkan
dalam Armada Kota Terapung .... Kebetulan dongengku bersisian
dengannya. Aku tak sengaja menceritakan dongengku kepada penguasa
negeri .... Karena itulah, dia memintaku memimpin ekspedisi ini ....
"Kalimat itu memang dikatakan Sang Penandai ketika menemuiku untuk
yang kedua kalinya di sel tahanan .... Kalimat ilu juga dikatakan Sang
Penandai kepada penguasa negeri kita. Dia ditakdirkan akan
menancapkan kekuasaannya di Tanah Harapan ini .... Aku hanya menjadi
perantaranya .... Tapi itu bukan masalah besar.
Karena bukankah sudah kukatakan sebelumnya, dongengku bersisian
dengan dongengnya!" Jim terdiam. Bingung dengan fakta baru yang dijelaskan oleh Laksamana
Ramirez. Bersisian" Kebetulan-kebetulan"
"Kalau begitu apakah dongeng-mu!" "Dongeng terindah yang pernah ada
.... Dongeng yang sesuai benar dengan masa lalu, masa kini, dan masa
depanku, Jim .... Dongeng yang akan mengembalikan semua kebahagiaan
itu .... Kebahagiaan yang tercerabut ...." Laksamana Ramirez menatap
dengan wajah redup semburat jingga yang menerobos bingkai jendela.
Pagi datang menjelang. Tapi sekejap kemudian wajah Laksamana
mendadak tersenyum, seolah-olah sedang menanti sebuah janji
kebahagiaan. Jim menelan ludah. Tetap tidak mengerti. Laksamana Ramirez
sepertinya enggan menjelaskan. Tak masalah, dia juga tidak butuh
penjelasan, Jim hanya ingin meneruskan perjalanan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kalau begitu aku akan ikut denganmu!"
Laksamana Ramirez menoleh ke arah Jim. Melipat dahi.
"Kau tidak akan mau melakukan itu, kembalilah!"
Tidak. Aku akan melakukan itu. Lagi pula aku tidak tahu harus melakukan
apa. Aku sudah memutuskan akan tinggal di sini. Hingga
Sang Penandai datang. Hingga maut menjemput .... Ah, pencinta sejati
tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang
menjemput dirinya .... Aku sekarang mengerti, mungkin saat kematian
akhirnya sudi menjemputku, Sang Penandai akan memberi tahu apa ani
semua ini Jim menelan ludah. Tercenung sedih atas kalimatnya tadi. Mengatakan
kalimat itu sama saja dengan mengenang selintas wajah membeku Naylanya. laksamana Ramirez terdiam, lama menatap lamat-lamat wajah Jim,
kemudian menyentuh bahunya. Tersenyum. Kalau begitu kau boleh ikut
.... "Aku juga akan ikut!!" Suara Pate menyela dari belakang
Pate menguping semua pembicaraan.
Mereka berangkat ketika si Mata elang, Kepala Pasukan, dan pejabat
tinggi kembali ke armada 40 kapal. Pedang Langit meniupkan terompet
perpisahan, bersahutan dengan terompet 39 kapal lainnya. Genderang
keberangkat-an dilabuh. Meriam ditembakkan seratus kali. Susulmenyusul. Menimbulkan pesona magis tersendiri. Lima puluh untuk
Laksamana Ramirez, dua puluh lima masing-masing untuk Jim dan Pate.
Ribuan prajurit berbaris di geladak kapal. Melambaikan tangan. Hari itu
akan selalu dikenang sebagai hari perpisahan yang mengharukan dengan
laksamana Ramirez, pemimpin armada kapal hebat tak terkatakan.
Perpisahan dengan Jim, si Panglima Perang Yang Menangis. Perpisahan
dengan Pate, satu-satunya Kepala Pasukan berkulit hitam dalam sejarah
ekspedisi armada benua-benua utara selama dua ratus tahun terakhir.
Hari itu juga akan dikenang penduduk setempat sebagai hari bedegung.
hari ketika mereka menyaksikan betapa memesona sekaligus menciutkan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
hati Armada Kota Terapung dari benua-benua seberang saat
memuntahkan seratus peluru meriam. Anak cucu penduduk setempat
akan selalu menyebut kata itu setiap melihat sesuatu yang memekakkan
telinga sekaligus menggentarkan hati.
laksamana Ramirez, Jim, dan Pate memulai perjalanan selepas armada
40 kapal hilang di kaki langit. Mereka dengan perbekalan di pundak
melangkah masuk ke dalam bebukitan yang memanjang membelah pulau
Memasuki hutan belantara yang dua kali lebih lebat dibandingkan lereng
Puncak Adam. Saal ditanya kenapa memuluskan ikut, dengan ringannya Pate menjawab,
'Aku tidak punya dongeng seperti kalian, mungkin aku tak cukup layak untuk menggurat
takdir. Aku hanya punya kau teman terbaikku dan laksamana seseorang
yang amat kuhormati .... Setidaknya aku akan menjadi saksi dongeng
kalian .... Kalian butuh seseorang yang akan menceritakannya ke orang
lain, bukan?" Pate tertawa. Laksamana Ramirez dan Jim ikut tertawa.
Menurut penduduk di tubir pantai, pulau itu tidak bernama. Membujur
terus ke tenggara lebih dari seribu mil. Ada banyak penduduk yang
cukup beradab di sepanjang pesisir pantai, satu-dua mungkin bisa
disebut kota. Berpakaian layaknya seperti orang-orang benua utara.
Tetapi amat berbahaya jika memutuskan menjelajahi pedalaman hutan,
tidak ada siapa-siapa di sana kecuali hutan perawan dengan legendanya.
Justru itulah tujuan Laksamana Ramirez sekarang.
Jim akhirnya mengerti kenapa Laksamana Ramirez berkutat dengan
lembaran-lembaran tua di mang kerjanya. Laksamana sudah
merencanakan perjalanan tersebut jauh-jauh hari. Dia bahkan sudah
membaca cerita-cerita lama untuk membantu menemukan tujuannya.
Mengumpulkan peta-peta tua itu. Mencatatnya hati-hati dalam buku
kecil yang sekarang dibawanya bersama mereka.
Laksamana Ramirez tetap enggan bercerita tentang tujuan dan apa yang
sebenarnya mereka cari. Tapi itu bukan masalah besar buat Jim dan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Pate. Saat memutuskan ikut ekspedisi menemukan Tanah Harapan,
mereka juga tidak tahu apa sebenarnya yang dituju. Lagi pula perjalanan
menerobos hutan perawan itu cukup menyenangkan.
Mereka sepanjang hari terus melangkah memasuki rimba belantara.
Hanya beristirahat saat senja datang. Pergerakan mereka tersendat,'
karena hutan lebat yang dimasuki semakin rapat. Pedang berubah fungsi
untuk membabat semak belukar yang menghadang.
Jim tidak pernah menyangka, kemampuan benahan hidup Laksamana
Ramirez di daratan lak kalah tangguhnya dengan di lautan. laksamana
mengenal betul buah-buahan hutan mana saja yang layak dimakan atau
tidak. Mengenal umbi-umbian yang beracun atau tidak. Dedaunan yang
berbahaya atau menyembuhkan. Dan yang paling menarik laksamana tahu
persis akar pohon mana saja yang mengeluarkan air atau tidak.
Jika mereka haus, Laksamana Ramirez akan mencari akar pohon yang
menjuntai di atas kepala. Memilihnya. Kemudian menebasnya. Air bening
segar langsung mengucur deras dari
potongan akar. Pertama kali melihatnya, bahkan Pate ikut berdecak
kagum. Pendeta tua yang dulu mengasuhnya, tidak pernah menceritakan
hal tersebut. Jadi, berbeda dengan perjalanan dalam hutan saat menuju Puncak
Adam, lebih banyak hal baru yang Jim temukan bersama Laksamana
Ramirez. Juga berbeda dengan gunung tersebut, di hutan pedalaman
pulau ini sama sekali tidak ada jalan setapak. Karena memang tidak ada
satu pun pemukiman penduduk di sana.
Sejauh ini rombongan kecil itu tidak hanya berlahan hidup dari air
sungai, akar pohon, atau binatang buruan. Segala jenis tumbuhan di
hutan sepertinya bisa dijadikan makanan oleh Laksamana Ramirez. Dan
ilu amat menarik. Selama seminggu mereka menikmati makanan yang berbeda setiap
harinya. Laksamana Ramirez menebang batang bambu muda, menebas
ujung-ujung rolan yang berduri dan melilit, memetik bebungaan hutan
berwarna hitam menjijikkan yang ternyata di dalamnya terdapat butiran
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
gandum, menyadap gula pohon dan jenis tumbuhan lainnya. Mencicipi
rasa yang tak pernah mereka bayangkan. Bukan manis, asam, pahit, asin,
yang selama ini Jim dan Pate kenal.
Mereka sejauh ini tidak menemukan hambatan seperti yang diceritakan
legenda-legenda itu. Ada banyak binatang aneh yang belum pernah mereka lihat, tetapi
seperti kata Pate sambil menyeringai, "Binatang, itu juga tidak kalah
kaget melihat kita, makhluk yang berjalan dengan dua kaki .... Mereka
juga pasti baru pertama kali melihat manusia!"
Tidak ada monster hutan. Naga-naga api. Atau burung-bunmg raksasa
pemangsa manusia. Masalah terbesar justru datang dari binatang
berukuran kecil: nyamuk. Binatang iiu berubah menjadi monster
menakutkan dalam hutan yang entah sampai di mana ujungnya. Minggu
pertama perjalanan, seluruh badan Jim dan Pate bengkak. Memasuki
minggu keempat, kulit mereka terbiasa. Kebas oleh gigitan nyamuk.
Yang menakjubkan sepanjang perjalanan itu adalah ngarai! Di mana-mana
terdapat air terjun. Tinggi-tinggi dan besar-besar. Setiap hari bisa
dipastikan mereka akan menemukan air terjun. Menyenangkan
melihatnya. Ada siluet pelangi di atas air terjun itu. Mendengar suara
debam air menghujam bumi membuat perasaan damai dan tenteram.
Hati Jim jauh lebih pulih dibandingkan sebelum memulai perjalanan.
Sang Penandai tidak pernah memberitahukan apa yang harus
dilakukannya setiba di Tanah Harapan. Jim memutuskan menunggu. Benar-benar menunggu hingga maut menjemputnya.
Jim punya kesibukan baru. Menjelajahi pedalaman hutan bersama Pate
dan laksamana Ramirez membantunya banyak menyembuhkan luka kota
Champa. Kenangan-kenangan itu perlahan berhasil di kunci rapat dalam
hatinya. Tak boleh lagi lolos membuainya sedih tanpa alasan.
Semuanya sudah tertinggal puluhan ribu mil di belakang.
MALAM HARI mereka beristirahat di sembarang tempat. Pate
membuat api unggun besar untuk mengenyahkan binatang buas. Sayang,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
di bulan kedua perjalanan menembus hutan belantara itu musim
penghujan datang menjelang di Tanah Harapan. Api unggun lebih sering
padam di siram hujan deras yang tak kunjung henti.
"Apakah sebenarnya tujuan kita?" Jim bertanya kepada Laksamana
Ramirez saat mereka berhenti sejenak di dekat ngarai yang tinggi dan
besar. Langit gelap siang itu. Hujan gerimis, membuai langkah mereka
tersendat. "Ngarai!" Laksamana menatap ngarai yang ada di depannya.
"Ngarai?" "Air terjun yang lebih besar dan lebih tinggi dari ini, Jim .... Air terjun
di mana kau bisa melihat siluet delapan pelangi sekaligus di atasnya ....
Air terjun yang airnya jatuh tidak berdebam, melainkan lagu ....
Menyanyikan lagu kerinduan ...." Laksamana Ramirez menatap ngarai itu
penuh arti. Kemudian terdiam. Pate yang berdiri di sebelah mereka sibuk membersihkan kakinya yang
dinaiki lintah. Ini juga masalah besar bagi mereka di musim penghujan.
Monster menyebalkan nomor dua. Hutan belantara pedalaman pulau itu
dipenuhi binatang pengisap darah tersebut. Dan jika tidak ingin
kehabisan darah diisap beratus-ratus lintah, rajin-rajinlah memeriksa
kaki. "Apakah masih jauh?" Jim mendesah ingin tahu.
"tidak lama lagi!" Laksamana Ramirez tersenyum riang.
BEBERAPA HARI berlalu lagi, hutan yang mereka rambah memasuki
bagian yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Jurang-jurang terjal
dan gelap menganga di kiri-kanan jalan. Amat terjal, dan banyak.
Pepohonan raksasa tumbuh tinggi-tinggi dan besar-besar. Mungkin satu
dua ada yang seukuran dua belas pelukan prajurit Pedang Langit. Daun pohon itu juga besar.
Saking besarnya, bisa dijadikan payung oleh mereka bertiga saat hujan
turun. Pate teringat pohon terap besar di lereng Puncak Adam. Tidak
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
ada apa-apanya kalau dibandingkan daun yang mereka sampirkan di
kepala sekarang. Mereka sudah hampir tiga bulan menerobos hutan tersebut. Terus
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bergerak ke arah tenggara. Tetap tidak mengerti ke mana dan kapan
tujuan Laksamana Ramirez akan berujung.
Senja sekali lagi datang. Laksamana Ramirez mendadak menghentikan
langkah kakinya. Apakah akan beristirahat" Jim dan Pate yang berjalan
di belakang saling bersitatap. Mereka seminggu terakhir biasanya baru
beristirahat saat matahari sudah lama tenggelam. Lepas perjalanan tiga
bulan. Laksamana tambah bersemangat menerobos hutan tersebut,
membuai waktu tidur mereka semakin pendek.
laksamana Ramirez menatap sekitar. Jim dan Pate ikut memerhatikan.
Di hadapan mereka berjejer rapi laiknya ditanam oleh tangan manusia
ribuan pohon pisang. Berbaris memanjang. Seperti melingkari sesuatu.
Pohon pisang" Jim dan Pate menelan ludah tidak mengerti. Pohon pisang liar di tengah
hutan bukan sesuatu yang aneh. Mereka sering kali menemukannya. Satu-dua bahkan
menemukannya sedang- berbuah ranum, menjadi makanan selingan yang
lezat. Tetapi formasi pohon pisang yang ada di hadapan mereka terlihat ganjil.
Sempurna memagari sesuatu. Berlapis empat-lima batang. Dengan tinggi
yang sama. Bentuk yang sama. Dan jarak-jarak yang sama.
Laksamana Ramirez menengadahkan kepala ke langit. Gerimis. Air hujan
menciprati mukanya yang tiga bulan terakhir tak pernah tersentuh pisau
cukur. Kumis melintang tak rapi dan cambangnya yang panjang kuyup.
Laksamana Ramirez tersenyum, berseru riang.
"Kita hampir tiba .... Kita akan beristirahat di sini malam ini. Besok pagipagi kita akan meneruskan perjalanan. Sudah dekat. Hanya berbilang
jam lagi. Aku bisa merasakannya. Janji itu memanggilku .... Mimpi-mimpi
itu memanggilku Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Jim dan Pate semakin bingung. Laksamana Ramirez menatap mereka
berdua. Paras wajahnya bercahaya. Matanya berkaca-kaca. Wajah
memesona itu terlihat amat bahagia.
"lihatlah Jim! Pate!" Laksamana Ramirez maju mendekati salah satu
pohon pisang, mengangkat pedangnya, menebasnya.
"Hanya sedikit orang di dunia ini yang tahu, pohon pisang tidak akan
pernah mati walau ditebas ribuan kali. la akan terus tumbuh, merekahkan daun-daun baru .... Lihatlah! Pohon ini akan menumbuhkan
pelepah daun barunya esok atau lusa. Karena itulah janji pohon pisang, la
tak akan pernah mati sebelum berbuah .... Sekali ia berbuah, maka saat
kautebas batangnya, pohonnya akan mati, akarnya akan layu.
"Begitu pulalah seharusnya dongeng kita .... Berjanjilah tak akan pernah
mati sebelum menyelesaikan guratan dongeng kita .... Tidak akan. Sekali
kita berhasil menyelesaikannya, maka tak masalah maut menjemput
kapan saja ...." Jim dan Pate terdiam. "Dengarkan aku, Jim! Pate! Kita sekarang persis berada di lingkar luar
hutan terlarang! Pohon pisang ini pembatasnya. Pohon pisang ini
simbolnya. Simbol pengharapan dan janji kekuasaan langit ....
Pengharapan atas semua mimpi-mimpi ....
"Sayangnya, siapa pun yang melangkahi lingkaran pohon pisang ini berani
melanggar pantangan langit .... Jim, Pate! Aku tak tahu apa yang akan
terjadi besok pagi. Kita hanya membutuhkan beberapa jam perjalanan saja dari sini untuk mencapai tujuan
dari semua perjalanan panjang dan melelahkan ini ....
"Ada banyak kekuatan di dunia ini yang tidak pernah kita ketahui. Dan
aku tidak tahu kekuatan langit apa yang melindungi lingkaran ini. Aku
akan melewatinya apa pun harganya .... Demi dongeng terindah yang
pernah dijanjikan Sang Penandai kepadaku. Demi janjiku kepada
kehidupan .... Demi setangkai B-u-n-g-a-m-a-s!" Pate tercekat. Berseru
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tertahan. Jim menatap Laksamana Ramirez dan Pate silih berganti,
tetap tidak mengerti apa maksud kalimat Laksamana.
"Bungamas" Laksamana .... A-p-a-k-a-h .... Apakah kau hendak
mengatakan cerita itu ada?" Pate bertanya terbata, bergetar suaranya,
pias mukanya. Laksamana Ramirez tersenyum datar. "Pate, semua dongeng di dunia ini
nyata .... Senyata kau, Jim dan aku yang sekarang berdiri di sini ....
Semua dongeng yang turun-temurun diceritakan oleh kakek, ayah, ibu,
tulisan-tulisan, buku-buku adalah benar, sebenar kau bisa melihat dan
merasakan hujan ini membasahi muka .... Semua kisah itu pernah digurat
oleh entah siapa manusia terpilih sebelumnya, disampaikan turun-temurun oleh orang-orangtua kita ....
"Masalahnya semakin lama orang-orang semakin disibukkan akal sehat
dan rasio. Dikalahkan oleh rutinitas dan ketakutan akan hidup ilu
sendiri. Dibutakan oleh batasan-batasan se-suatu yang masuk akal dan
tidak masuk akal .... Maka hilanglah kepercayaan atas dongeng-dongeng
itu .... "Besok aku akan berjalan sendirian masuk ke lingkaran ini. Aku tidak
tahu apa yang menunggu di dalam lingkaran mengerikan ini .... Kalian
bukan bagian dari dongengku. Kalian bisa kembali kapan saja! Dan Jim,
kau masih hatus menyelesaikan dongengmu. Seperti pohon pisang!
Berjanjilah! Kau memiliki dongeng yang dibutuhkan dunia .... Meskipun
aku tidak pernah mengerti perasaan cinta sehebat itu ..." Laksamana
Ramirez menutup pembicaraan. Dia bersiap-siap beristirahat. Menolak
berbicara lagi. Jim bingung dengan semua penjelasan, Pate masih tidak
percaya dengan apa yang didengarnya, namun tidak berkata-kata lagi.
Pate berusaha mencari sesuatu yang kering agar bisa dibakar.
Hujan gerimis mereda. Menyisakan gerimis di hati Jim.
Esok pagi entah apa maksudnya cuaca mendadak cerah. Sinar matahari
menelisik dedaunan. Kabul tipis menggantung di sela pepohonan.
Seharusnya dengan cuaca secerah itu hutan dipenuhi dengan berbagai
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
kicau burung dan lenguhan binatang lainnya seperti hari-hari kemarin
perjalanan mereka. Tapi sekarang senyap. Keheningan magis menggantung di udara yang
lembab dan basah. Embun yang bergelayut di dedaunan tak mampu
menetes, hanya bergelayut tak bergerak.
Pate menoleh ke tempat di mana semalam Laksamana Ramirez tidur.
Tidak ada. Laksamana tidak ada di tempatnya. Pate berseru. Jim yang
baru terbangun di sebelahnya meloncat kaget mendengar teriakan Pate.
"Laksamana meninggalkan kita. Dia sudah berangkat .... Dia benar-benar
melakukan apa yang dikatakannya kemarin .... Bagaimana mungkin dia
memutuskan melanjutkan perjalanan sendirian setelah sekian lama kita
bersamanya?" Jim bergegas berkemas. Pate terlihat sedikit ragu, meskipun dengan
cepat ikut beranjak berkemas.
"Apakah yang kautahu tentang Bungamas itu?" Jim menoleh bertanya,
dia masih belum mengerti.
"Aku lak tahu banyak Pendeta tua itu hanya sekali menceritakannya Dan
sayangnya aku lupa apa Yang aku ingat, jika legenda itu benar maka
beruntunglah kalau kita bisa selamat kembali lagi ke sini .... Bunga itu
dijaga sesuatu!" Pate menggigit bibir, mereka berdua saling
berpandangan Berdesir. Menakutkan membicarakannyaKata kata sesuatu itu benar-benar tidak nyaman di telinga
Lintas sekarang apa yang akan mereka lakukan" Menunggu laksamana
Ramirez kembali dan dalam lingkaran apalah namanya ini" Tidak mungkin
mereka tidak akan pernah membiar kan Laksamana Ramirez melanjutkan
perjalan annya sendirian setelah sekian lama bersama-sama.
Jim dan Pate saling berpandangan lagi Me reka mengerti tatapan satu
sama lain. Apa pun yang menunggu di dalam mereka harus melanjutkan
perjalanan Menggigit bibir masing-ma sing, menghunuskan pedang yang
sudah lama tak dipakai untuk bertempur, berdua serempak
melangkahkan kaki .... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Baru satu langkah memasuki formasi pohon pisang tersebut sesuatu
menerpa mereka Angin" Bukan! Sesuatu itu menyentuh seluruh tubuh
Membasuh begitu saja Seperti ada tangan yang
tidak kelihatan baru saja menampar muka dan sekujur badan. Seperti
tercelup ke air yang tidak terlihat ....
Jim dan Pate menelan ludah, menyeringai lemah kemudian dengan
mantap melangkahkan kaki. Biarlah apa pun yang terjadi, mereka tidak
akan membiarkan Laksamana Ramirez sendirian di depan sana.
Keheningan mendadak datang mencekam!
Hutan itu seperti tak berpenghuni. Daun daun tak bergerak Angin
sempurna terhenti Ka but yang menyelimutinya seperti mengambang.
Menakutkan Jim dan Pate memutuskan terus maju Menggigit bibir
Setengah jam berlalu. Belum terjadi sesuatu. Jim dan Pate sebenarnya amat gentar men duga-duga apa yang
menunggu di depan mereka, tetapi sudah telanjur masuk maka mereka
terus melangkah maju Satu jam berlalu lagi Ketegangan membuat mukamuka kebas Tangan yang menggenggam pedang berkeringat Jantung
berdetak kencang. Semakin memasuki lingkaran tersebut, suasana semakin mencekam
hanya suara napas yang teredengar kencang
Dua jam berlaluTiba tiba terdengar pekikan panjang.
Melolong. Keras dan lama. Memenuhi langit-langit hutan
Pekikan itu disusul oleh puluhan pekikan lain.
Riuh rendah. Hati terasa ngilu mendengarnya.
Langkah kaki Jim dan Pate terhenti. Seketika memasang kuda-kuda.
Menghunus pedang ke depan. Menunggu apa pun yang akan menyergap
mereka. Suara menderu-deru di atas pohon memenuhi hutan rimba. Dedaunan
bergoyang. Sekejap! Puluhan bayangan berkelebat dari satu pohon ke
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pohon lain. Pekikan itu! Mereka, siapa pun atau apa pun itu, bergerak
dari satu dahan ke dahan lainnya seolah-olah berlari di atas tanah.
Tanpa bantuan tali-temali ataupun akar pohon. Mereka seperti terbang.
Mengelilingi Jim dan Pate.
Jim dan Pate menelan ludah.
Puluhan bayangan ilu berhenti, sekarang berdiri mengerikan di atas
dahan-dahan tinggi. Tubuh mereka lak jelas benar lelaki atau wanita.
Tertutupi dedaunan di sekujur tubuh Muka mereka menggunakan topeng
menakutkan. Dan masing-masing menggenggam tombak panjang. Siapa
pun atau apa pun mereka, bayangan tersebut tidak terlihat bersahabat.
Dari kejauhan terdengar lenguhan perkelahian, laksamana Ramirez! Jim
dan Pate saling berpandangan. Itu pasti suara pertempuran Laksamana.
Jim dan Pate bergegas merapatkan punggung. Hanya menunggu waktu
bayangan itu juga menyerbu mereka ke bawah.
Dan dengan pekikan keras, seseorang dari mereka meluncur menyerang.
Ringan melompat dari ketinggian sepuluh meter, melayang
menghujamkan tombak panjangnya. Jim cepat menghunuskan pedangnya,
menangkis sekaligus menebas dada bayangan tersebut.
Berdarah! Jim menelan ludah, dia memang tidak tahu kekuatan langit apa yang
melindungi tempat ini, lapi kalau orang yang baru saja menyerang
mengeluarkan darah dari lukanya maka itu berani sama saja dengan
dirinya. Keberanian itu muncul. Jim dan Pate mencengkeram hulu pedang
lebih erat. Melihat rekannya terkapar, lima belas bayangan yang masih berdiri di
atas pohon serempak menyerbu. Bayangan ilu melesat seperti menari di
udara. Tombak-tombak beterbangan mengincar kepala. Jim dan Pate
menggigil bibir bertahan habis-habisan. Dua orang roboh lagi terkena
sabetan pedang Pate. Mereka berdua adalah Kepala Pasukan Armada Kota Terapung yang
terkenal dengan permainan pedangnya, tetapi orang-orang ini lihai sekali
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
memainkan tombak. Badan mereka ringan melompat mengelilingi.
Serangan mereka ganas dan tidak terduga. Jim dan Pate terdesak.
Lima belas menit pertempuran, bahu Jim terserempet mata tombak.
Berdarah. Paha Pate terkena ujung tombak. Berdarah-darah. Dua
bayangan lagi roboh oleh pedang Pate dan Jim. Mereka semakin
terdesak, meski sebenarnya musuh mereka juga jeri melihat permainan
pedang mereka. "JIM! LARILAH MENGEJAR LAKSAMANA!" Pate berteriak kepada
Jim. Situasi semakin tidak terkendali.
"AKU AKAN TERUS BERSAMAMU!" Jim berteriak sambil menangkis
sebuah mata tombak. "Tidak .... Kita berdua akan mati sia-sia! Kau larilah! Aku akan menahan
mereka dengan sisa-sisa tenaga...."
"Kita akan mati bersama ...."
"Bodoh! Kau memiliki dongeng yang harus kau selesaikan .... Kau tidak
boleh mati!" Jim tertawa ganjil, "Kautahu, aku hanya diminta untuk memercayai
kalimat bodoh itu hingga mati .... Kalau kematian menjemputku
sekarang itu berarti dongengku sudah selesai .... Apa pula yang harus
kaucemaskan ...." Luka di kaki Pate bertambah parah, perut Jim terserempet tombak
lainnya. Darah membasahi baju. Enam bayangan yang tersisa mundur.
Mereka menahan serangan. Berhitung melihat situasi. Kedua penerobos
lingkaran langit ini ternyata cukup tangguh. Mereka mendesis bicara
satu sama lain. Kesempatan itu digunakan Pate untuk mendorong Jim.
"Pergilah bodoh!"
"Aku tak akan pergi!" Jim bandel.
"Kautahu .... Aku seumur-umur selalu bermimpi memiliki kisah hidup
seperti yang Laksamana Ramirez dan kaumiliki .... Mempunyai tujuan
hidup seperti kalian. Mimpi-mimpi .... Tapi dongeng itu tak pernah
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
menjemputku ...." Pate berkala parau, dia masih tersengal oleh
pertempuran barusan. "Aku pikir aku terlahir tanpa alasan di dunia ini .... Tanpa tujuan, tanpa
sebab, tanpa akibat .... Hingga akhirnya aku menyadari, ternyata aku
memiliki tujuan hidup yang amat berarti. Tujuan hidupku adalah
membantu dongeng-dongeng kalian. Dongeng pemilik kapel tua itu ....
Laksamana .... Dan Kau ...." Pate kalap ber teriak.
"PERGILAH, JIM .... Aku mohon! Kau harus menyelesaikan dongengmu.
Kau harus membantu laksamana menyelesaikan dongengnya .... Bantulah
dia lari sesegera mungkin ke pusat lingkaran ini .... Biarkan aku menahan
mereka. Kau akan mati percuma jika tetap bersamaku ...." Pate berkata
semakin parau. Dia menangis. Pahanya semakin sakit.
Mata Jim ikut berkaca-kaca ....
Pate mengacungkan pedangnya ke arahnya: pergilah!
Kemudian, dalam sebuah gerakan yang menggentarkan Pate membalik
badannya. Menghela napas panjang, kemudian gagah berani me
nyongsong bayangan yang ada di hadapannya. Pate meraung panjang.
Sabetan pedangnya langsung memutus dua leher bayangan yang masih
sibuk mendesiskan sesuatu.
Jim sudah berlari ke arah suara perkelahian laksamana Ramirez.
Secepat kakinya bisa membawa.
SAAT JIM dengan segala kekuatan yang ada berlari secepat mungkin
menuju suara pertempuran laksamana Ramirez, Pate sedang menarikan
sebuah tarian pengorbanan yang akan selalu dikenang penghuni lingkaran
terlarang. Kakinya yang terluka tertatih menari, tangannya yang melemah
berusaha mencengkeram erat hulu pedang dengan sisa-sisa tenaga.
Benar! Pate sama sekali tidak pernah terpilih oleh Sang Penandai untuk
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
menggurat dongengnya. Benar. Ada banyak lagi orang-orang di dunia ini
yang tak pernah terpilih untuk menjalani dongeng yang dijanjikan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tetapi Pate mengerti, dia bisa memilih jalan hidupnya sendiri,
mengguratkan dongeng-dongeng yang dipilihnya sendiri. Semua orang di
dunia ini bisa memilih kisah agar hidupnya lebih berarti. Dan Pate sudah
memilihnya. Dia berbagi apa saja. Termasuk berbagi nyawanya dengan
Laksamana Ramirez dan Jim hari ini.
Satu orang lagi dari bayangan aneh tersebut roboh. Pedang Pate
menebas lehernya. Sayang, tebasan itu seiring dengan sebuah tombak
yang menghantam punggung Pate, sempurna menembus dadanya.
Pate meraung buas. Dia dulu selalu bisa memilih jalan hidup yang
berbeda dengan pertempuran saat ini. Dia bisa tinggal di gereja tua itu
dengan nyaman. Bekerja sebagaimana biasanya orang kebanyakan.
Me nikah lagi. Menghabiskan hari tua sambil menatap anak cucunya.
Tetapi dia memilih untuk mengikuti ekspedisi ke Tanah Harapan.
Dia bisa saja memilih pulang ke Ibukota untuk mendapatkan hadiah dan
posisi tinggi yang dijanjikan penguasa negeri. Tapi dia memilih menemani
Laksamana Ramirez menerobos pedalaman hutan ini. Dia tahu dia akan
segera mati di ujung tombak bayangan yang sama sekali tak dikenalnya.
Terkapar tak bernyawa di tengah hutan yang sama sekali tidak
mengenalinya. Dagingnya akan mengelupas. Tulang-belulangnya akan
rontok. Dan tak ada yang lahu Pate telah mati di mana. Bukankah itu
sama saja meskipun dia mati di kota besarnya dulu" Cacing-cacing tanah
sama tak pedulinya. Bukankah sekarang dia justru bisa mati dengan
bahagia. Karena dia telah melakukan banyak hal.
Satu bayangan lagi roboh terkena sabetan pedangnya.
Sebilah tombak menghantam perut Pate. Berburai.
Pate meraung kalap. Biarlah semuanya berakhir seperti ini.
Dia sudah menjadi jalan dongeng-dongeng yang indahKETIKA JIM tiba di muasal teriakan Laksamana Ramirez, Jim
menyaksikan belasan bayangan yang terkapar mati. Laksamana Ramirez
berda- Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
rah-darah memegang pedangnya. Napasnya turun naik. Matanya garang.
Sejauh ini Laksamana Ramirez berhasil membunuh seluruh
penghadangnya. Jim tertatih mendekat, lukanya mengeluarkan darah
banyak. Laksamana menoleh kepadanya. Menyeringai.
"Kalian benar-benar keras kepala .... Bukankah sudah kukatakan untuk
kembali?" Jim hanya menggeleng. Menggigit bibir.
"Di mana Pate?"
Jim menggeleng lagi. "Kita harus cepat. Waktu kita terbatas, mereka akan kembali dengan
jumlah yang lebih banyak!" Laksamana Ramirez berkata sambil mengatur
napasnya. "Siapa mereka?" Jim bertanya tertahan.
Laksamana Ramirez tertawa ganjil. Maju, merobek topeng menakutkan
dari salah satu bayangan yang terkapar mati. Jim terkesiap melihatnya.
Seorang gadis! Gadis cantik, yang mekar dalam usia remajanya.
Bagaimana mungkin" "Barikade Perawan .... Merekalah penjaga hutan ini, Jim! Jangan tertipu
dengan wajah cantik mereka. Seratus barikade perawan cukup sudah
untuk menghabisi seluruh pasukan armada 40 kapal, tidak peduli dengan
bedil dan meriam. Mereka lebih buas dari binatang mana pun-"
Kalimat laksamana terhenti, pekikan keras terdengar dari kejauhan.
"Kita harus segera lari dari sini .... LARI JIM!!"
Jim tak sempat bertanya lagi. Laksamana Ramirez seperti gila melesat
berlari di depannya, menerobos hutan belantara. Jim mengikutinya
secepat yang dia bisa. "CEPAT!!" Laksamana Ramirez semakin panik.
Jim mempercepat larinya. Lima menit berlalu. Pekikan itu semakin membahana memenuhi langitlangit hutan. Mendekat dengan cepat. Laksamana Ramirez tersengalsengal. Pertempuran tadi melelahkan, menghabisi seluruh tenaganya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tapi dia tetap memaksakan larinya. Tujuannya sudah dekat. Teramat
dekat. Dan dia tidak mau Barikade Perawan berhasil menghentikannya.
Pekikan itu tinggal ratusan meter lagi. Mengejar cepat.
Laksamana Ramirez mendengus cemas. Jim menggigit bibirnya. Aura
kengerian menyergap seluruh hutan rimba.
laksamana Ramirez terus berlari beberapa puluh meter lagi, Jim
membujuk kakinya untuk bertahan menerobos semak belukar. Sebelum
kakinya benar-benar tak kuasa lagi diajak
lari, langkah Laksamana Ramirez di depannya mendadak terhenti. Jim
hampir menabrak Laksamana, tersengal menghentikan lari, berdiri di
belakangnya. Apakah barikade itu berhasil mengejar" Apakah mereka sudah berada
di depan mereka" Tidak. Tidak ada siapa-siapa di depan mereka.
Tidak ada siapa-siapa kecuali sebuah ngarai yang luar biasa besar.
Tingginya dua ratus meter, lebarnya lima puluh meter. Air yang jatuh
berdebam menghajar dasarnya mungkin beratus-ratus ribu galon.
Anehnya tidak ada suara berisik yang biasa terdengar jika berada di
dekat ngarai. Melainkan suara yang indah. Ngarai itu bernyanyi. Lagu kerinduan. Kalian
tak perlu pernah mendengarnya, kalian akan seketika tahu kalau itu
sebuah lagu kerinduan. Laksamana Ramirez berseru tertahan ke langit. Matanya berkaca-kaca.
laksamana Ramirez yang tak pernah menangis akhirnya menangis.
Terisak. Sungguh terisakJim tercekat memandang ngarai raksasa di depannya. Di sana di atas
ngarai terlihat sekaligus delapan siluet pelangi yang indah. Benar-benar
delapan siluet pelangi. Seolah-olah ada
yang melukiskan begitu saja warna-warni indah tersebut.
Lagu itu! Jim tak pernah mendengarkan lagu seindah itu.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Laksamana Ramirez dengan badan bergetar melangkahkan kakinya
memasuki dasar ngarai. Denting air matanya sudah menganak pipi.
Tubuhnya bergetarPekikan mengerikan itu sudah di dekat mereka.
Jim menatap Laksamana Ramirez yang terus melangkah tak peduli
dengan pekikan tersebut. Persis di tengah ngarai, sebuah pohon tumbuh mengambang di atas air.
Seperti pohon pisang. Dan seperti sebuah jantung yang biasa terdapat
pada setiap pohon pisang, sekuntum bunga berwarna emas menjuntai di
sana. Jim terkesiap. Laksamana Ramirez semakin dekat. Tangannya gemetar menyentuh
bunga tersebut. Bunga itu bukan sekadar berwarna emas. Memang
seluruhnya adalah emas. Suara pekikan Barikade Perawan yang sudah berdiri di dahan-dahan
pohon di belakang Jim terhenti seketika saat Laksamana Ramirez
memetik bunga tersebut. "Jim .... Lihatlah!" laksamana Ramirez melambaikan tangannya dari
tengah dasar ngarai yang airnya setinggi pinggang. Mata Laksamana
buncah oleh air mata bahagia. Percikan air terjun yang menghantam
bebatuan di belakangnya membuat kuyup seluruh tubuhnya.
"Inilah dongengku, Jim .... Inilah janji Sang Penandai .... Aku
mendapatkan dongeng yang kuharapkan .... Kautahu Sang Penandai
mengatakan aku akan menggurat dongeng yang sesuai benar dengan
masa lalu, masa sekarang, dan masa depanku ....
Laksamana Ramirez berkata semakin parau. Lagu kerinduan itu membuat
suasana sungguh mengharukan.
"Kautahu, dengan Bungamas ini, aku tinggal menyebutkan tujuanku
sekarang. Tak ada batas waktu, tak ada batas ruang .... Aku bisa pergi
ke mana saja dengan satu permintaan ..."
Laksamana Ramirez benar-benar menangis.
Matanya bercahaya. Itu benar-benar tangisan bahagia ....
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Tahukah kau Jim, aku akan menyebutkan saat-saat kedua orangtuaku
masih hidup rukun. Ketika mereka berdua dengan bahagianya tersenyum
menemaniku malam-malam di atas ranjang menjelang tidur .... Ketika
mereka berdua menceritakan dongeng-dongeng tersebut .... Aku
akan kembali ke sana, Jim .... Selamat tinggal, Jim! Aku akan pergi ....
Dengan menyebutkan permintaan agar kami hidup bahagia selamanya
Suara Laksamana Ramirez terputusAir di dasar ngarai bergerak naik begitu indah. Seperti ada tangan yang
sedang membuat bejana elok tembus pandang. Membentuk pusaran yang
anggun. Seberkas cahaya keluar dari dalam air, mengungkung seluruh
tubuh Laksamana Ramirez. Sekejap kemudian Laksamana sudah tak ada
lagi. Lenyap entah ke mana. Jim jatuh terduduk menyaksikan kejadian di hadapannya- Pohon itu layu
dan roboh. Lagu kerinduan yang menghiasi jatuhnya air terjun terhenti.
Menjadi bising sebagaimana mestinya air terjun raksasa biasa.
Satu bayangan dari Barikade Perawan menyergap Jim dari belakang.
Memukul kepala Jim. Menelikung dan mengikatnya. Kemudian, beramairamai membawanya entah ke mana.
Jim jatuh tak sadarkan diri.
PERTEMUAN! JIM DISERET ke sebuah gua yang lembab dan basah. Dia dimasukkan
ke dalam sebuah ruangan tanah yang menjijikkan. Gelap. Air menetes
dari dinding-dinding dan atas ruangan. Bangkai tikus bergeletakan di
sekitar kakinya. Membuat mangan yang pengap itu semakin tidak
nyaman. Tangan Jim terikat ke atas. Dia bergelayutan tak sadarkan diri.
Jim benar-benar tidak beruntung.
Itulah mangan penjara paling menakutkan di dunia. Bukan karena setiap
pagi dan sore Bari kade Perawan itu memecut tubuh Jim sehingga
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
berdarah-darah dengan rotan. Bukan pula karena selama enam hari Jim
tak pernah diberikan makanan dan minuman, sehingga terpaksa hanya meminum air yang
menetes dari atap gua. Bukan karena itu.
Tetapi karena setiap menjelang malam. Barikade Perawan membakar
ranting pohon. Tak ada bedanya bentuk asap yang keluar dari ranting itu
dengan dupa lainnya yang selama ini Jim kenal. Pengaruh asap itulah
yang tak terperikan: asap itu mengembalikan kenangan masa lalu siapa
pun yang menghirupnya. Dan itulah gunanya ruangan hukuman itu. Membuat setiap orang yang
berani menerobos lingkaran terlarang mengingat masa lalunya yang
menyedihkan dan kelam. Bayangkan kalian dimasukkan ke sebuah penjara
yang memaksa kalian mengingat masa lalu yang buruk. Menimbulkan
perasaan bersalah dan penyesalan. Membuat hati tertohok oleh setiap
detail kejadian. Karena Jim hanya punya masa lalu itu, bayangkanlah dia setiap malam
menyaksikan berbagai kejadian itu dalam detail yang sempurna. Dia
seakan-akan bisa menyentuh wajah Nayla yang dingin membeku pagi itu.
Muka Nayla yang berseri-seri saat mereka pertama kali bersua. Muka
Nayla yang riang saat dia mengajarinya memainkan biola. Muka Nayla di
kapel tua saat mendengar janjinya.
Asap ranting itu mengembalikan semua ingatan yang selama ini susah
payah Jim lupakan. Dan luka iiu koyak, belum pernah seme-nganga itu
sebelumnya. Jim lak akan pernah bisa memaafkan dirinya. Tak akan
pernah bisa melupakan Nayla-nya. Tak akan pernah bisa menganggap
masa lalu itu hanya masa lalu. Celakanya asap ranting itu justru dengan
kejam menimbulkan dua kali lipat perasaan bersalah di hati siapa saja
yang menciumnya. Seminggu sudah Jim terkapar tak berdaya, antara mati dan hidup.
Tubuhnya penuh bekas lecutan Barikade Perawan yang semakin hari
semakin ganas. Jim terlihat amat mengenaskan. Perutnya hanya terisi
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
air yang menetes. Dan hatinya hanya dipenuhi oleh tetesan menyedihkan
masa lalu. Jim sudah tak tahan lagi. Dia ingin mengakhiri dongengnya. Dia
menyerah. Dia tak mungkin lagi meneruskan perjalanan ini. Tak akan ada
lagi keajaiban tersisa baginya untuk lari dari ruangan terkutuk
tersebut" Laksamana Ramirez sudah kembali.
Pate sudah pergi. Waktu untuknya juga sudah tiba.
Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu
sendiri datang menjemput dirinya. Jim melenguh tanpa suara, tanpa
gerakan walau sejari, karena dia memang tak bisa melakukan apa-apa lagi. Hanya
otaknya yang masih berpikir. Hanya hatinya yang masih merasa.
Jim mungkin tidak akan pernah mengeni apa maksud kalimat pria tua itu.
Tidak akan pernah menyerah" Menyerah untuk berputus asa" Menyerah
untuk tidak setia" Lihatlah, jika maksudnya dia harus selalu setia dan
berharap kepada Nayla-nya, maka dia sudah melakukannya. Dia sama
sekali tidak bisa melupakan gadis itu. Terus tertikam oleh kenangan
tersebut. Jim lelah. Dia sudah tiba di ujung batas kesadarannya. Dan sekali dia
tertidur atau pingsan lagi, maka dia tidak akan terbangun selamanya.
Semuanya sudah berakhir .... Mengenang selu-ruh kejadian menyakitkan
itu tak bisa membantunya bertahan lebih lama .... Jim merasa amat lelah
.... Sebelum semua ini berakhir, sebelum akhirnya dia pergi menyusul Nayla,
dia butuh penjelasan. Dia buluh memahami. Dan tepat tengah malam itu,
ketika di luar hujan deras membungkus belantara, ketika petir
menyambar membuat terang, geledek menggelegar menciutkan hati, Jim
akhirnya memanggil Sang Penandai. Berbisik.
Sang Penandai .... Datanglah .... Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Semua sudah berakhir ....
Capung-capung. SANG PENANDAI memegang lembut bahu Jim. Sayang, pemuda itu
tidak bisa merasakan lagi. Badannya telanjur kebas oleh bekas lecutan
rotan di seluruh tubuhnya.
"Kondisimu buruk sekali, anakku!" Sang Penandai menegurnya dengan
suara lembut. Jim mendesah. Aku sudah tak tahan lagi.
"Ah, ketahuilah Jim, kau bahkan sudah bertahan jauh lebih lama dari
yang diharapkan seluruh semesta alam ...."
Jim tersenyum hambar. Apa yang diharapkan semesta alam atas
seseorang yang sedikit pun tidak berdaya meski hanya sedelik
mengingat kenangan menyakitkan itu"
Sang Penandai tersenyum. "Tahukah kau anakku .... Setiap kali seorang anak manusia terpilih untuk
menjalani kisah-kisah ini, maka seluruh semesta alam menggabungkan
diri berharap dan membantunya .... Setiap kali seorang manusia
memutuskan untuk mewujudkan mimpinya, seluruh semesta alam
bersepakat menunjukkan jalan-jalannya..."
Jim menyeringai kalah. Tidak ada jalan-jalan tersebut. Tidak ada lagi.
Aku sudah gagal melakukan perjalanan ini ....
"Kau keliru, Jim. Kau berhasil dengan baik menyelesaikan dongeng
tersebut ...."
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
APANYA YANG SELESAI" Aku yang sekarang tergantung antara hidup
dan mati .... Yang di penghujung kematian masih saja tak kuasa
mengenang semua masa lalu itu dengan bibir menyungging senyum ....
Yang di penghujung kematian masih hidup dalam sebuah penyesalan ....
Oh Ibu, mengapa dulu aku tak mengiris nadiku saja dengan pisau apel
tersebut .... Mengapa tidak dari dulu'.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lihatlah! Aku memang tak pernah menyerah melanjutkan hidup. Aku
memang tidak selalu gagah berani melanjutkan hidup, tapi setidaknya
sejauh ini aku bisa menjalaninya .... Meski dengan semua beban itu ....
Tetapi apa yang aku dapatkan di penghujung semua itu" Apa" APAKAH
SEMUA KELUH KESAH, PENYESALAN, DAN PERASAAN PILU INI
BISA DIANGGAP AKHIR SEBUAH DONGENG YANG BAIK"
Jim berteriak parau dalam sisa kesadarannya. Teriakan tanpa suara.
Teriakan tanpa ekspresi wajah. Teriakan dalam hatinya. Yang terdengar
lebih memilukan dan menyedihkan. Sang Penandai terdiam. Air dari atas
gua menetes berbunyi lemah, mengisi keheningan malam ruangan yang basah, lembab, dan menjijikkan tersebut.
"Sebenarnya .... Itulah dongeng yang harus kaujalani, Jim .... Itulah
bagian terbesarnya. Bagaimana kau bisa melanjutkan hidupmu walau tak
mendapatkan cinta sejatimu .... Bagaimana kau bisa melanjutkan hidupmu
meski kau harus menanggung beban masa lalumu .... Dan inilah ujung
dongengmu tersebut Jim mendengus. "Tahukah kau, Jim .... Ada jutaan orang di dunia ini yang setiap hari
mengalami kejadian sepertimu. Menemukan cinta pertama yang
menggelora, menemukan cinta sejati mereka .... Sayang hanya satu dari
seribu yang benar-benar bisa mewujudkan semua mimpi cinta pertama
yang hebat itu .... Sisanya" Ada yang bisa keluar dari jebakan perasaan
itu secara baik-baik karena pemilik semesta alam sedang berbaik hati,
ada yang berpura-pura bisa mengikhlaskannya pergi ....
"Mereka berpura-pura mengatakan kepada semua orang kalau dia telah
berhasil melupakannya .... Pura-pura berlapang dada melepaskannya,
tetapi apa yang terjadi saat dia tahu sang kekasih pujaan telah
bertunangan atau menikah dengan orang lain. Sakit Jim! Hati mereka
ber-dengking sakit. Saat mereka tak sengaja dipertemukan lagi, hati mereka juga sakit, Jim. Sakit sekali ... Karena mereka
berpura-pura. Mereka tak pernah bisa berdamai dengan masa lalunya,
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tak bisa tersenyum mengenang semuanya .... Dia tentu bisa melanjutkan
kehidupan senormal orang lain, namun mereka tidak akan pernah bisa
berdamai, masa lalu itu terus menelikungnya ...."
Sang Penandai menghela napas.
Jim mendengarkan dengan hati pilu, dia tahu persis apa maksud
perkataan Sang Penandai: berpura-pura melupakan.
"Tapi ada yang lebih mengenaskan lagi .... Yaitu orang-orang yang tidak
bisa keluar dari situasi tersebut dan tidak juga bisa pula berpura-pura
menerima meneruskan hidup. Mereka benar-benar orang-orang yang
berubah jalan hidupnya .... Berubah. Mereka mungkin jauh lelah
meninggalkan cinta pertama itu, tapi mereka masih mengingatnya. Satu
kali mengingat satu keluhan, satu kali mengenang satu harapan, satu kali
membenak satu penyesatan. Penyesalan .... Mereka menyesali jalan
hidupnya .... "Dan itu terus terjadi, lak peduli meski kau sudah menikah dengan
seseorang, tak peduli meski kau sudah menemukan kekasih hati yang
baru. Kenangan itu benar-benar mengubah jalan hidupmu ....
"Kau memang ada di satu titik kisah yang berlebihan. Jim .... Nayla-mu
memutuskan bunuh diri .... Bagi orang-orang biasa, mungkin kekasih
sejatinya pergi hanya karena pertengkaran, cinta pertamanya pergi
karena masalah sepele, atau mungkin juga dia tak pernah berani
mengungkapkannya, terhadang oleh tembok penghalang apa pun itu
bentuknya .... "Diungkapkan atau tidak mereka sudah memiliki perasaan tersebut ....
Mereka semua sudah terjebak dengan masa lalunya sama seperti kau,
perbedaannya kau ditakdirkan menjalani dongeng ini, menunjukkan kalau
kita selalu bisa berdamai dengan masa lalu .... Berdamai dengan perasaan
itu .... Apakah kau tetap tak bisa berdamai dengan masa lalu itu"
Sang Penandai menatap Jim. Lamat-lamat.
Jim menggeleng, kalah. Bagaimana dia akan berdamai kalau dia tak
kunjung bisa memaafkan dirinya atas semua kepengeculan itu, terlalu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
takut untuk membawa Nayla-nya lari dari tembok penjara rumah
orangtuanya, membuat Nayla-nya memuluskan bunuh diri ....
"Tidak, Jim .... Kau tak akan pernah bisa berdamai dengan masa lalumu
jika kau tidak memulainya dengan kata: memaafkan .... Hatimu harus
mulai memaafkan semua kejadian yang lelah terjadi. Tidak ada yang
patut disalahkan. Ini bukan salah oranglua Nayla, pembual bayaran Beduin, atau pemilik
semesta alam yang menakdirkan segalanya .... Kau justru harus
memulainya dengan tidak menyalahkan dirimu sendiri .... Kau harus
memaafkan dirimu sendiri ...."
Sang Penandai tersenyum. "Apakah dengan demikian kau bisa melupakan Nayla" Belum .... Sayang
sekali belum, anakku. Untuk bisa berdamai dengan masa lalu itu kau juga
harus menerima semua kenangan itu .... Meletakkannya di bagian
terpenting, memberikannya singgasana dan mahkota dalam hatimu.
Karena bukankah itu semua kenangan yang paling indah, bukan" Paling
berkesan .... Paling membahagiakan ....
"Ah, kau pasti bertanya jika dia memang kenangan yang paling indah,
mengapa kau selalu pilu mengenangnya!
"Mengapa" Karena kau tak pernah mau menerima kenyataan yang ada ....
Kau selalu menolaknya. Seketika! Tak pernah memberikan celah kepada
hati untuk berpikir dari sisi yang lain. Kau membunuh setiap penjelasan.
Tidak sekarang kau membunuh penjelasan itu esok pagi. Tidak esok pagi,
kaubunuh penjelasan itu minggu depan, atau waktu-waktu yang akan
datang .... "Masalahnya, penerimaan itu bukan sesuatu yang mudah. Banyak sekali
orang-orang di dunia ini yang selalu berpura-pura. Berpura-pura
menerima tapi hatinya berdusta .... Sayang aku tak bisa mengajarkan
cara agar hatimu bisa menerima .... Hanya pemilik semesta alam yang
bisa dengan mudah mengubah hati .... Di luar itu, kita semua harus
berlatih untuk belajar menerima. Apakah itu sulit" Tidak, Jim. Itu
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
mudah. Tapi kau memang lak pernah memulainya .... Dan kau terjebak
justru dalam segala penyesalan .... Tidak boleh, anakku, urusan ini tak
boleh melibatkan walau sehelai sesal ...." Sang Penandai menarik napas
dalam. Jim tertunduk, menangis. Sang Penandai benar, dirinya tak pernah mau
berdamai dengan kenangan-kenangan itu. Dia selalu menolak keras-keras
setiap kali hatinya berusaha mengenang semuanya. Celakanya setiap kali
dia berusaha melupakannya, justru hatinya semakin keras melawan.
Dia selalu menyesali segala keputusan yang pernah dibuatnya.
Menyesalinya. Dia selalu menyumpahi dirinya tak berguna. Tangisan
tanpa suara Jim mengeras. Sang Penandai mencengkeram bahunya,
menenangkan. Hujan di luar semakin deras. Badai melanda belantara
hutan tersebut. "Ada satu hal yang harus kauketahui yang sekarang akan aku ungkapkan
.... Seharusnya kau bisa saja menghentikan dongeng ini saat di lereng
Puncak Adam itu, kau bisa memanggilku dan menyelesaikan semuanya ....
"Dan pemilik semesta alam akan memberikan hadiah atas separuh
perjalanan. Gadis pemetik dawai .... Tapi sepanjang kau tetap tak bisa
mengenyahkan perasaan bersalahmu kepada Nayla. Dalam kurun waktu
tertentu saat kau teringat kembali dengan Nayla kau akan
mengenangnya dengan hati terluka, dan itu juga akan melukai
hubunganmu dengan gadis pemetik dawai itu .... Ah Jim, tak ada
kebahagiaan di dunia ini jika kau masih memiliki satu rasa sesal dalam
hidup, sekecil apa pun penyesalan itu ....
"Kau juga bisa menghentikan dongeng ini di kota Champa. Mengambil
perjodohan tersebut .... Anak gadis yang cantik, bukan" Sempurna
seperti Nayla! Dari ketiga bersaudara, gadis itulah yang paling cantik
dan subur. Kau bisa memuluskan berhenti di sana. Bahkan tak perlu
memanggilku .... "Dan pemilik semesta alam akan memberikan hadiah keturunan rajaraja. Anak-anakmu akan tumbuh sehat, gagah perkasa, menaklukkan
delapan kerajaan di sekitar mereka .... Di
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
usia senjamu kau akan melihat betapa hebatnya kerajaan yang kaupimpin
.... Tapi kau tetap tak akan pernah bisa berbahagia, karena kau tak
pernah bisa berdamai dengan masa lalumu ....
"Dalam kurun waktu tertentu, entah itu apa pemicunya, apa
penyebabnya kau teringat kembali dengan Nayla .... Dan saat kenangan
itu muncul lagi, hatimu terluka lagi. Kau menyesalinya .... Sekali lagi
apalah arti semua kehidupan jika di hati masih terbetik sebuah
penyesalan Jim tergugu. Sang Penandai membelai rambutnya.
"Kau bisa mengakhiri dongeng ini dengan indah, Jim. Berdamailah dengan
masa lalumu. Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum
kematian itu sendiri datang menjemput dirinya .... Dan, saat kematian
itu benar-benar datang, pencinta itu bisa menjemputnya dengan
menyebut nama sang kekasih di ujung bibirnya. Menyebutnya dengan
damai. Tanpa penyesalan ....
"Sebelum aku pergi, aku akan membawamu kembali ke masa empat ratus
tahun silam .... Ketika kota terindah tempat kau dilahirkan baru saja
menjemput kebanggaannya Muasal kenapa lonceng tujuh kali, di jam
tujuh, tanggal tujuh, dan bulan ketujuh itu berbunyi .... Menjelaskan
kenapa aku dulu mengatakan kepadamu kalau
semua suara lonceng itu sebuah peringatan yang bodoh ....
"Pejamkanlah matamu, Jim ...."
SANG PENANDAI menyentuh dahinya. Dan Jim mendadak terseret
memasuki sebuah kumparan cahaya seperti yang dilihatnya pada
Laksamana Ramirez beberapa hari lalu.
Sekejap dia sudah tak berada lagi di ruangan penjara lembab, basah,
pengap, dan bau itu. Suara hujan tak terdengar. Dia telah berdiri di
sudut sebuah ruangan yang lain.
Di sebuah ruangan kapel tua, lereng bukit kota indahnya.
Cahaya matahari pagi menembus tirai jendela di lantai dua kapel. Dari
jendela tersebut, sepagi ini kalian sebenarnya bisa menyaksikan
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
pemandangan indah ke seluruh kota yang terletak di kaki bukit. Juga
hamparan laut biru elok yang membentang melatarbelakanginya.
Tetapi tidak ada keriangan di kamar itu, selain isak tangis tertahan dari
seorang lelaki tua beruban. Umurnya mungkin berbilang tujuh puluhan.
Meskipun wajahnya berkeriput, cahaya kemudaan masih membayang di
wajahnya. Hanya matanya yang sembab dan ada lingkaran hitam di sana. Tanda
banyak menangis dan tidak tidur selama seminggu terakhir. Di
hadapannya, dengan lembut tidur di atas ranjang besar seorang wanita
tua, juga beruban. Sinar surya menyentuh muka wanita itu. Membuat syahdu muka tuanya.
Masih jelas sisa-sisa kecantikan masa mudanya.
Jam berdentang tujuh kali.
Dia sudah pergi, lelaki tua itu melepaskan genggaman tangannya di
jemari kekasih hatinya. Dingin. Sama sekali tak bergerak. Dia benarbenar sudah pergi.
Mendongak menatap langit-langit ruangan. Sunyi senyap.
Aku juga akan ikut pergi dengannya, bisik lelaki itu dalam hening.
Tangannya gemetar meraih botol kecil yang ada di sakunya. Dia sudah
menyiapkan botol itu seminggu yang lalu, sejak para tabib sudah tak
mampu lagi menyembuhkan kekasihnya. Dari dulu dia sudah lahu, hanya
soal waktu dia akan menggunakan sepuluh tetes racun dalam botol
tersebut. Dengan takzim, lelaki tua itu mencium kening sang pujaan hati.
Tersenyum getir sekaligus bahagia. Perlahan membuka tutup botolnya.
Bibirnya bergetar. Bersiap pergi ....
"Rhenald, bagaimana mungkin kau tidak memanggilku dalam situasi
sepenting ini?" Entah datang dari mana, pria tua yang dulu pernah menemuinya dalam
dua kejadian hebat, Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
tiba-tiba sudah berdiri begitu saja di dalam ruangan tersebut. Capungcapung ....
Rhenald, nama lelaki tua yang siap mati itu, menoleh.
"Sang Penandai ...." Bibirnya yang lemah, menyebut nama.
"Apa yang akan kaulakukan?" Sang Penandai tersenyum sambil
melangkah mendekat. "Ah, kau pasti sudah tahu .... Kaisah sudah mati. Lihatlah. Dan aku tak
perlu hidup lagi!" Lelaki tua itu juga tersenyum. Mereka seperti sahabat
lama saja. "Maukah kau percaya kalau aku katakan: pencinta sejati tidak akan
pernah menyerah sebelum kematian itu sendiri datang menjemput
dirinya." Pria tua itu duduk di samping mayat Kaisah. Tangannya
membelai lembut pipi wanita tua tersebut.
"A-p-a .... Apa maksudmu?" Rhenald bertanya gagap.
"Sederhana .... Maukah kau mengurungkan niat meminum racun tersebut
.... Kau masih punya kehidupan panjang
Rhenald menggeleng-gelengkan kepala.
Mengusap mukanya. "Kautahu segalanya, wahai Sang Penandai .... Itu tidak mungkin
kulakukan. Kautahu aku sudah berjanji kepada Kaisah .... Disaksikan
langit dan bumi, aku akan mati bersamanya. Mati bersama dalam pelukan-"
"Rhenald, pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian
itu sendiri datang menjemput dirinya." Pria itu mengulang lagi
kalimatnya. Tersenyum. Menatap ke arah daun jendela, sinar matahari
pagi dengan lembut sekarang menerpa mukanya.
"Kau tidak akan mengatakan kalau dia akan hidup lagi, bukan?" Rhenald
berkata putus asa, tidak mengerti.
"Aku tidak bilang begitu, Rhenald .... Dan itu tidak mungkin, meskipun
kau dan aku amat tahu, ada banyak kekuasaan di atas bumi yang tidak
bisa kita bayangkan, apalagi kekuasaan yang dimiliki oleh langit ...."
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Lelaki tua itu menundukkan kepalanya. Tentu saja dia tahu. Lima puluh
tahun silam, pria inilah yang datang menemuinya ketika dia baru pulang
menyaksikan opera kelas rendahan di kotanya. Mabuk sambil bermimpi
bisa membuat kehidupannya seperti opera yang ditontonnya tadi. Pergi
ke sebuah tempat, membangun kota baru, kota yang indah dan makmur.
Tentu dengan sang pujaan hati selalu di sisinya, persis sepeni aktortampan dalam opera tadi.
Semua itu hanya mimpi baginya. Dan dia dengan segera terjungkal tak
sadarkan diri di emperan rumah penduduk. Lihatlah, hanya inilah tempat dia tidur
berlindung dari dinginnya malam. Semenjak kecil kehidupan tak
menjanjikan apa pun baginya.
Pria itu justru datang dengan janji.
Mengabarkan berita baik tersebut. Dan dia yang memang tidak memiliki
tujuan hidup segera memercayainya, semangat menuju tanah yang
dijanjikan. Menemukan belahan hatinya dalam perjalanan. Membangun
rumah pertama, menanam biji gandum pertama, pohon anggur pertama,
Sang Penandai Karya Tere Liye di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
beternak domba-domba, beranak-pinak.
Kota itu tumbuh indah seperti yang dia bayangkan. Orang-orang
berdatangan. Dan segera teluk yang dibungkus oleh sabuk pebukitan
tersebut menjadi ramai. Dua puluh tahun silam, pria inilah yang juga datang menemuinya. Waktu
itu dia yang memanggilnya. Seratus perahu dari negeri seberang siap
meluluhlantakkan kotanya. Dan Rhenald menggunakan kesempatan
keduanya. Pria tua itu datang mengajari penduduk kota membuat
ratusan pelontar api. Yang esok malamnya membakar seluruh kapal
penyerbu sebelum sempat berlabuh.
Hari ini, di ujung kisah kehidupannya yang bahagia, pria itu datang lagi.
Mengatakan lagi kalimat-kalimat yang selama ini walau tidak dia percayai tetapi benarbenar terjadi. Bagaimana mungkin dia tidak akan percaya sekarang"
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
"Kau benar, Sang Penandai .... Aku masih punya sisa umur yang panjang
.... Mungkin sepuluh tahun lagi .... Dua puluh tahun lagi .... Aku percaya
padamu ...." "Bagus, maka urungkanlah niatmu. Buang racun itu jauh-jauh!" Sang
Penandai tersenyum hangat.
"Tetapi bagaimana aku bisa hidup tanpa Kaisah!" Rhenald meraung dalam
kesedihan. Tergugu. "Tentu saja kau bisa."
Tidak. Aku lak akan bisa hidup tanpa nya, walau kau menjanjikan sepuluh
kota yang sama indahnya dengan kota ini yang bisa aku bangun selama
sisa umurku .... Aku tak bisa! Dan kautahu persis itu ...." Rhenald
membulatkan hatinya. "Aku akan mengakhiri semua cerita ini dengan bahagia .... Lihatlah, aku
tidak takut atau menyesali harus meminum racun ini Aku bahagia .... Bisa
mati di sebelahnya. Setelah semua dongeng indah yang kualami. Dongeng
indah yang kauberikan untukku, Sang Penandai ...." Rhenald dengan
gemetar tetapi mata bercahaya elok melangkah, duduk di atas ranjang.
"Selamat tinggal kawan, aku menyanjungmu atas semua kesempatan yang
kauberikan. Terima kasih atas dongeng ini .... Dan sekarang biarlah aku
membuktikan janjiku kepada Kaisah .... Mati bersamanya. Mati bersisian
dengan muka bercahaya ...." Rhenald dengan takzim mendekatkan mulut
botol ke bibirnya. "Pencinta sejati tidak akan pernah menyerah sebelum kematian itu
sendiri datang menjemput dirinya ...." Sang Penandai berkata lirih.
Rhenald tersenyum mendengarnya. Dia menenggak habis racun tersebut.
Kemudian, dengan takzim membaringkan diri di sebelah Kaisah, belahan
jantungnya. "Selamat tinggal Sang Penandai .... Selamat tinggal!" Rhenald
memejamkan matanya. Sang Penandai dengan wajah sedih dan mata redup sudah hilang entah
ke mana, bersama dengan puluhan capung yang tadi terbang
mengambang. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Beberapa detik kemudian, racun itu mulai bereaksi. Tubuh Rhenald kaku
tak bisa digerakkan. Meski otaknya masih sadar, dia memalingkan muka
ke wajah Kaisah. Dia ingin mati sambil memandangi wajah kekasihnya.
Ketika Rhenald untuk terakhir kalinya tersenyum, siap pergi menjemput
takdirnya, berbisik bahagia, 'Aku akan datang, kekasihku Tibatiba mata Kaisah yang membeku sedari semalam dan sepanjang minggu
ini berkedut-kedut. Rhenald yang masih menyisakan sedikit kesadaran
terkesiap. Apa yang sebenarnya terjadi"
Saat itu ribuan kilometer dari teluk yang indah itu, Sang Penandai
sedang terpekur di atas ngarai raksasa yang juga indah dan melantunkan
lagu kerinduan, ada sekaligus delapan pelangi di atasnya. "Dia tak pernah
tahu dongeng baginya adalah bersabar atas kematian .... Bukan kota itu,
bukan kota itu .... Tapi bersabar atas ke-matian kekasih yang tercinta,
bersabar atas kehilangan cinta sejati, cinta pertamanya .... Sayang dia
tidak bisa memercayai kalimat itu ...." Sang Penandai mendesah pelan,
lantas mengguratkan sesuatu di tepi ngarai tersebut. Tanda untuk orang
terpilih yang akan melanjutkan dongeng gagal tersebut.
Setelah melewati masa krisis selama seminggu, Kaisah berangsur pulih.
Sungguh tak tertahankan penderitaannya. Antara mati dan hidup. Tubuh
Kaisah membeku layaknya mayat. Pagi ini ketika cahaya matahari
menyentuh mukanya, kehidupan itu menggeliat lagi dalam tubuhnya.
Penyakit aneh itu enyah. Dan ia bersiap menjemput hari berikutnya,
tanpa tahu apa yang telah terjadi dengan Rhenald.
Gemetar Kaisah mencoba duduk. Mulutnya mendesahkan nama Rhenald,
sang pujaan hati. Dan sungguh tertikam hatinya saat menyaksikan lelaki
itu justru sedang terbaring dengan mulut berbusa. Menatap dengan
sisa-sisa kesadaran. Mata yang penuh keterkejutan. Mata yang penuh
penyesalan. "Apa .... Apa yang kaulakukan?" Kaisah berteriak tertahan.
Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Tangannya yang masih lemah gemetar mendekap bahu Rhenald. Matanya
segera bun-cah oleh air mata. Kesadaran itu datang cepat. Tentu saja ia
tahu apa yang telah dilakukan kekasihnya. Rhenald memuluskan mati
setelah melihatnya tak bergerak lagi. Itulah janji mereka dulu.
Rhenald yang masih memiliki beberapa detik kesadaran berteriak keras.
Sayang yang keluar hanya busa. Teriakan pilu. Lihatlah! Dia yang
memiliki kehidupan indah, mendapatkan kekasih hatinya, mewujudkan
dongeng mendirikan kota miliknya, harus berakhir mengenaskan seperti
itu. Mati oleh ketidaksabaran.
Di mana semua kebahagiaan yang dia miliki selama ini" Di mana semua
madu kehidupan yang dia kecap selama ini, jika harus berakhir seperti
ini" Tangan Rhenald berusaha menggapai-gapai pipi Kaisah yang menangis kalap melihatnya sekarat. Dia ingin
mengelap air mata Kaisah seperti yang biasa dia lakukan jika kekasih
hatinya sedang sedih. Dia ingin melakukannya untuk terakhir kali.
Tapi tangannya sudah lak bisa bergerak lagi.
Bagaimana mungkin seluruh kenangan indah itu harus berakhir dengan
ujung cerita yang menyedihkan" Bagaimana mungkin jalan ceritanya yang
bahagia dan menyenangkan akan berakhir sekejam ini. Hanya karena
ketidaksabaran menjalani sisa hidup setelah kekasih pujaan hati
dianggapnya sudah pergi. Tidak! Dia tidak akan pernah memaafkan
dirinya. Dia akan menyesali kejadian yang teramat singkat ini.
Sebuah penyesalan. Buruk. Buruk sekali akhir yang dia pilih.
PEDANG SALAH satu Barikade Perawan menebas leher Jim. Tak ada
yang bisa melihat mukanya saat eksekusi dilakukan, kepalanya
terbungkus kain. Penjaga lingkaran langit tersebut memuluskan untuk
mengakhiri nyawa tahanan mereka yang semakin aneh: tersenyum di
tengah sekaratnya. Tak ada yang tahu, Jim dengan lirih menyebutkan nama Nayla di ujung
kematiannya. Koleksi ebook inzomnia http://inzomnia.wapka.mobi
Dia akan mati kapan saja. Semua orang akan mati kapan saja. Dia
memang tak pernah memiliki gadis itu, mengingat betapa pengecutnya
dia dulu. Betapa lemah kepal tangannya untuk mewujudkan mimpi-mimpi
itu. Tapi dia tetap dan akan selalu mencintai gadis itu.
Kehidupan harus terus berjalan. Tak boleh terhenti. Semua orang pasti
pernah terluka oleh cinta pertama, dan Jim bisa membuktikan dia bisa
melanjutkan hidupnya lebih berarti, tanpa harus melupakan Nayla.
Tanpa harus terjebak oleh betapa dahsyatnya cinta pertama sekaligus
terakhirnya. Jim telah berdamai dengan kenangan masa lalunya. Dia bisa
mengenangnya tanpa harus terluka lagi. Tanpa harus meratap parau,
tanpa perlu sedu sedan. Dia bisa memaafkan dirinya, meletakkan seluruh
kenangan tersebut di singgasana hatinya, menerima semuanya dengan
sebenar-benarnya penerimaan.
Lihatlah, Jim dengan bahagia bisa menyebut nama Nayla tanpa
penyesalan. Tersenyum mengingat semuanya.
Baik. Baik sekali akhir yang dia miliki.
Di tempat inilah, eksekusi itu dilakukan.
Empat ratus tahun mendatang, dia akan kembali.
Menjemput pelaku dongeng berikutnya. Sang Penandai sambil tersenyum
menorehkan tanda yang indah lagi di hutan tersebut. Tanda itulah yang
aku temukan hari ini. TAMAT Koleksi ebook inzomnia Pedang Golok Yang Menggetarkan 13 Dewi Sri Tanjung 10 Rahasia Ki Ageng Tunjung Biru Sumpah Palapa 21