Pencarian

Miss Cupid 3

Miss Cupid Karya Mia Arsjad Bagian 3


Mama tersenyum. "Bisnis apa" Kamu ini ada-ada aja. Maya emang kadang-kadang suka main
ke sini, mereka berdua kan teman deket. Kadang-kadang si Rio juga ke sini
kok," jawab mama diplomatis.
?Anjungpaput "Emang ada bisnis, ya, Tan?"
1 9 9 Tak lama kemudian Tinka dan Maya turun ke ruang makan. Mama dan
Rocky sedang menyantap roti goreng buatan mama. Tinka dan Maya
tampak kaget melihat Rocky duduk manis di meja makan. Mulutnya penuh
roti goreng. "Nah, tuh. Gadis-gadis udah pada turun. Ini nih, Rocky udah nunggu dari
tadi mau ngetok kamar kamu, tapi katanya..."
"Gue liat nyokap lo bikin roti goreng. Mendingan makan roti goreng dulu.
Gue laper nih, jalan kaki dari rumah. Hehe," potong Rocky sambil
mengelus-elus perutnya yang penuh. Mama bingung menatap Rocky,
namun akhirnya diam. "Udah lama?" tanya Tinka gugup.
Maya lebih parah, mukanya merah padam. Dia benar-benar takut Rocky
mendengar obrolan mereka tadi. Cuping hidungnya kembang-kempis
menahan panik. Tampang Maya jadi mirip banteng rodeo.
"Dasar rakus!" Tinka melotot. "May, duduk gih. Kalo nggak buru-buru,
makhluk satu ini bisa abis satu gerobak lagi. Di sekolah aja kayaknya
makannya dikit, bales dendamnya di rumah. dasar cowok bermasalah."
Tinka mencibir geli. Ragu-ragu Maya menarik kursi di sebelah Tinka. Sekarang kayaknya bukan
waktu yang tepat buat duduk dekat-dekat Rocky. dadanya berdegup
?Anjungpaput "Lumayan, ada kali enam roti. Nih, baru mau ketujuh," jawab Rocky
cengengesan. 2 0 0 kencang, mau ditaruh dimana mukanya kalau ternyata Rocky mendengar
semuanya tadi. Napasnya semakin tak teratur, rasanya pengin nangis.
Biarpun Rocky kelihatan santai-santai aja, tapi kali ini Maya asli gugup.
"Emmm, gue kayaknya pulang aja deh, takut macet. Ntar kemaleman.
Tante, Maya pulang dulu, ya?"
"Lhooo, kok gitu" Keenakan dong si Rocky ini, jatah lo pasti dimakan dia
nih, mana Dika belum pulang, lagi. Jangan pulang dulu doooongg..."
"Ng-nggak deh. Gue masih kenyang kok. Tadi kan ngemil banyak di kamar
lo. Ya, Ka" Besok ngobrol lagi di sekolah." Maya pengin buru-buru kabur.
Dia memang paling nggak bisa dihadapkan sama situasi kayak gini. Maya
itu paling nggak kuat malu. Untung kali ini reaksinya nggak langsung
mewek. Tinka akhirnya sadar gelagat aneh Maya. "Ya udah. Ati-ati, ya" Mau gue
anter ke depan?" "Nggak usah, lo makan aja. Di halaman rumah lo nggak ada pembunuh
bayaran, kan?" Maya mengedipkan sebelah mata penuh arti. "Tante, Maya
pulang ya. Rocky, gue duluan," pamitnya sambil bergegas keluar.
"Kenapa sih" PMS ya?" tanya Rocky yang cuma tahu PMS.
"Penyakit Menular Seksual," jawab Rocky benar tapi ngawur.
Tinka ngakak, mama juga. ?Anjungpaput "PMS-PMS! Sok tau ah. Emang PMS apaan?"
2 0 1 "Makanya, big boy, kalo nggak tau nggak usah ngomong. Mending abisin tu
roti. Kotak, kotak deh muka lo. Hehehe."
Rocky menggaruk-garuk kepalanya yang sama sekali tidak gatal. Abis PMS
apaan dong" Rocky jadi ingat Sandy dan Ray yang selalu menyebut-nyebut
PMS. Jangan-jangan mereka juga nggak tau apa artinya.
*** "Ah, yang bener lo, Man" Si Maya suka sama lo?" Sandy danRay yang
malam itu datang dan menginap di rumah Rocky sampai terkaget-kaget
histeris. Rocky mengacungkan dua jari tanda suer. Dia sudah menceritakan dengan
lengkap plus iklan semua yang dia dengar tadi. Dia benar-benar nggak
nyangka. Syok. "Man, kalo lo ditaksir Maya, lo bukan lagi kejatuhan duren. Lo udah
ketimpa pohon duren! Sama pohon-pohonnya. Gilaaa..." seloroh Sandy
sambil merem-melek. "Gue musti gimana, monyong"! Bukan waktunya terkagum-kagum gitu."
Sandy dan Ray saling pandang. Keduanya lalu tersenyum jail.
?Anjungpaput "Iya, gila," timpal Ray datar. Tangannya sibuk mengutak-atik gitar.
2 0 2 "Gue bilang sih, ya lo sikat aja, Man. Jarang-jarang si Maya naksir orang.
Lo mikirin apa lagi sih, Maaaaaaaaaaaann?"?" cecar Sandy.
Ray mengangguk setuju. "Gila! Masalahnya, Sandy man, gue nggak suka sama Maya"Man," kata
Rocky sambil menggoyang-goyang telunjuknya di depan hidung Sandy.
Makhluk satu ini memang nggak bisa lihat cewek cakep dikit. Maunya
nyosoooooooorrr.... aja. "Bego! Ini Maya, Man, Maya! She"s one of the most wanted girl in town,
beybeh!" "Yeah, beybeh," beo Ray. Ray memang ganteng. Sayang kadang suka rada
bego. Rocky memutar bola matanya. Dua makhluk ajaib. "Masalahnya gue
nggak suka," Rocky ngotot.
Tiba-tiba muka Sandy berubah serius. "Man, lo naksir orang lain, ya?"
"Wahhhh, beneran nih. Siapa nih?" desak Sandy.
?Anjungpaput Seketika wajah Rocky memerah. Dia terdiam.
2 0 3 "Tinka?" celetuk Ray bikin kaget.
Rocky makin merah padam. "Apaan sih?" tukasnya salting.
"Bener dugaan gue," gumam Ray. Sandy terbelalak.
"Lo suka Tinka" Gileeeee, Rocky naksir cewek. Biar Tinka juga nggak papa
sih. Dia oke kok. Lucu. Keren. Gue dukung, gue dukung," cerocos Sandy.
Tangannya menepuk-nepuk pundak Rocky.
Mata Rocky memandang kedua temannya dengan tatapan memelas.
Kenapa pada saat-saat dibutuhkan kedua sobatnya ini berubah jadi bego.
"Hellooo... guys" Tinka itu Miss Cupid, remember" Sekarang she"s on a mission.
Maya, gue" Get it?" Rocky merentangkan tangan.
Sandy dan Ray tampak berpikir keras. Tapi beberapa detik kemudian
keduanya tampak baru menyadari apa yang sebenarnya terjadi. Sandy dan
Ray menjentikkan jarinya berbarengan, persis film kartun.
"Arrrrrggggh! Itu kan pertanyaan gue tadi" Gue musti gimana?" omel
Rocky kesal. "Lo berdua katanya experienced soal cewek. Tapi kok lo berdua
nggak punya cewek" Gue jadi curiga," selidik Rocky.
?Anjungpaput "Jadi lo mau gimana dong?" tanya Ray akhirnya.
2 0 4 "Rocky, my man. Gue udah bosen sama cewek di sekolah kita. Semua udah
lewat. Gue pengen cari yang di luaran. Hehehe. Tapi kalo Maya sih gue
tampung," ujar Sandy jumawa.
"Idem," sambung Ray nggak penting.
"Udahlah. Yang jelas gue nggak mau ngecewain Tinka," putus Rocky.
Direbahkannya badan kekarnya di atas kasur. Tangannya mengacak-acak
rambut di kepalanya yang pusing. Harusnya jalan-jalan ke Bandung ini jadi
momen seru buat dia dan Tinka. "Hhhhhhhhh..." Rocky menghela napas
panjang. "Jadi lo mau nyatain sama Tinka" Atau mau terima Maya?" tanya Sandy
penasaran. ?Anjungpaput "Nggak tau deh."
2 0 5 "TINKA, bangun. Kamu jadi ke Bandung, nggak?" Mama mengguncangguncang tubuh Tinka iyang masih terlelap di balik selimut tebalnya. Sudah
jam 04.00, janjinya Rocky akan menjemput Tinka sekitar jam 04.30.
Setengah jam lagi. Dari setengah jam yang lalu mama sudah mondarmandir membangunkan Tinka, tapi dia balik lagi ke dalam selimut.
"Hmmm... emang sekarang jam berapa sih, Ma?" tanyanya sambil ngulet.
Tadi malam tidurnya agak larut. Maya menelepon hampir semalaman.
Mama menyodorkan beker mungil Tinka ke depan matanya.
"HAAAAAHHHH?" Aduh, aduh, gawat, setengah jam lagi!" Tinka
melonjak dari kasurnya. "Mama kok baru bangunin aku sihhh" Bentar lagi
aku dijemput nih," Tinka ngedumel sambil menarik handuk dari
gantungan. "Mama udah bangunin kamu dari tadi. Kamunya aja turunan kebo. Tidur
lagi, tidur lagi," balas mama.
"Kalo gitu Mama mamanya anak kebo dong," balas Tinka jail sambil
melesat ke kamar mandi. "Maaaaaa, liat ransel item aku nggak?"?" jeritnya sambil terus mengadukaduk isi lemarinya, mencari baju yang pas.
?Anjungpaput Di kamar mandi Tinka tak bersiul-siul seperti biasa. Waktunya sedikit
banget. Dia mengguyur badannya sambil lompat-lompat kedinginan. Dia
sama sekali belum menyiapkan apa-apa untuk pergi. Mau pakai baju apa
juga belum tahu. Tinka hari ini mandi superkilat. Lima menit kemudian dia
sudah berada di kamar, membongkar-bongkar lemari pakaian. Matanya
sekarang segar setelah tadi diguyur air dingin.
2 0 6 "Kamu liat aja di kamar Dika. Dipinjem dia, kali," balas mama.
Tinka menjatuhkan pilihan pada T-shirt biru, warna favoritnya. Tangan dan
kerahnya berwarna putih, di dadanya ada gambar hidung babi berwarna
putih. Dikenakannya jins biru belel dengan lipatan besar di bawahnya,
model yang lagi ngetren sekarang. Terakhir, kaus kaki biru muda dan
sepatu boxing putih-biru kesayangannya. Tinka lalu ke kamar Dika mencari
tas hitamnya. Tepat banget dugaan mama, tas hitam favoritnya bertengger
manis di sandaran kursi belajar Dika. Cepat-cepat diambilnya tas itu.
"Tinkaaaaa, ini Rocky dateng," panggil mama.
Tepat waktu juga manusia satu itu. Secepat kilat Tinka memasukkan dua
batang cokelat almond kesukaannya, keripik pedas, air mineral, dan topi
putih kesayangannya. Tidak lupa dompet dan HP-nya dimasukkan ke
tasnya. Tinka langsung melesat keluar dari kamarnya. Di ruang tengah
Rocky asyik mengobrol dengan mama.
"Nah, tuh Tinka. Buruan deh berangkat, nanti kesiangan sampe Bandung.
Nggak sempet jalan-jalan kan rugi," tukas mama sambil menyodorkan
segelas cokelat panas pada Tinka. Oh ya, selain gila warna biru, Tinka juga
suka banget sama cokelat. Cokelat batangan, permen cokelat, susu cokelat,
pokoknya cokelaaaattt... Tinka dan Rocky langsung pamitan sama mama. Tak lupa mama memberi
wejengan-wejengan dan bekal makanan buat di jalan. Rupanya subuhsubuh tadi mama membuatkan sandwich buat bekal mereka.
?Anjungpaput "Yuk, Rock! Ready?"" Let"s go!" kata Tinka sambil mengepalkan sebelah
tangan mirip peserta Benteng Takeshi.
2 0 7 "Kita jemput siapa dulu, Rock?" Tinka mengait sabuk pengamannya.
Udara pagi Jakarta dingin juga. Sialnya, Tinka lupa bawa jaket.
"Maya dulu, kali, rumahnya kan deket dari sini. Kalo masih ngantuk tidur
aja lagi, Ka, yang nyetir gue ini," ucap Rocky sambil tetap menatap lurus ke
jalan. Sesekali ia menyalakan wiper penghapus embun yang menghalangi
pandangan. Tinka merentangkan kedua tangannya. Ngulet. "Hoaahhmm, sebenernya
gue emang masih ngantuk. Tapi gue ogah tidur lagi. Ntar kalo ada yang
ganteng-ganteng lewat gue nggak liat, lagi, rezeki dipatok ayam deh," jawab
Tinka. Ia sedikit terkejut dengan sikap gentle Rocky tadi. Uihhhm, macho.
Rumah Maya terlihat sepi. Pagarnya setinggi raksasa. Tinka memencet
nomor HP Maya. Rasanya malas kalau harus turun dan memencet bel.
"Halo?" suara Maya menjawab telepon terdengar ceria, tepatnya centil.
"Non, kita udah di depan neeehhh, buruan. Kita masih harus jemput Rio."
Ngapain dulu sih Maya" Padahal Tinka yakin dia pasti sudah bangun dari
tadi. Dia kan yang paling semangat. Ini hari penting buat Maya, mana
mungkin dia bangun kesiangan"
Lima menit kemudian terlihat Maya membuka pintu pagar. Tinka terkagetkaget melihat Maya, dan kayaknya Rocky juga. Mata Rocky melotot
dengan mulut mangap. Gila aja, Maya dandan abis-abisan. Rok jins mini
?Anjungpaput "Iyaaa, bentar ya, bentar. Gue tinggal pake sepatu kok."
2 0 8 biru tuanya yang hipster, dipasangkan dengan kemben putih dan di luar
kembennya, Maya pake jaket wol rajutan bermodel long coat mirip yang
dipakai Rachel Green di serial Friends. Sepatunya tali-tali hak runcing
warna putih, dan rambutnya... kayaknya ini yang dibikin lama-dikepang
kecil-kecil acak. Keren sih. Tapi, halooooo?"" Jalan-jalannya kan cuma ke
Bandung, bukan ke London lagi musim salju" Oh iya, belum lagi kalung
mutiara bundar-bundar yang bertengger di lehernya plus make up lengkap.
Maya cantik banget, lebih tepat model siap show daripada backpacker.
"Sorry lama, ya, guys," sapanya sambil masuk ke mobil.
Tinka menyikut Rocky yang masih terbengong-bengong dan jadi patung.
Ekspresi Rocky terlihat antara kagum dan bingung.
"Wah, pantes lama, ya?" gumam Rocky, yang disambut sikutan lebih
kencang dari Tinka. Reaksi apaan tuh! tapi Maya malah tersipu-sipu malu
karena merasa dipuji. Padahal kan belum tentu.
Mobil Rocky melaju menuju rumah Rio. Tinka menerka-nerka, kira-kira
Rio pakai baju apa, ya" Dia juga kan suka ajaib. Posisi duduk ditukar. Demi
melancarkan misi Maya duduk di depan, Tinka ngungsi ke belakang.
Alasannya Maya kan pakai rok mini, biar kakinya bisa selonjoran. Mana
tadi buat naik mobil perlu perjuangan gitu. Tau sendiri, mobil Rocky tinggi
banget. Rio sudah berdiri dengan manis di depan rumahnya. Tinka sedikit
mengelus dada lega, hari ini dandanan Rio normal. Jins sama kaos ketat ala
distro yang dilapis jaket jins berwarna senada dengan celananya.
?Anjungpaput "Buset deh! Nggak ribet tuh, rok mini sama hak tingginya?" Tinka gatal
pengin bertanya. Belum lagi tas jinjingnya yang ternyata anteng bertengger
di tangan kiri. Rupanya Maya pol-polan buat hari ini.
2 0 9 "Aduuuuuh, perginya kepagian nihhhh. Masih ngantuk!! Liat nih mata gue
berkantong," rajuknya begitu masuk mobil. Kepalanya langsung nemplok
di atas bantal yang memang dibawa Rocky.
Jakarta pagi itu masih sepi. Rocky menginjak pedal gas dalam-dalam.


Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Jarang-jarang bisa ngebut di Jakarta pas jalanan lancar kayak gini. Sesekali
mereka berhenti di lampu merah. Rio sudah mulai sibuk mengunyah
bekalnya. Ternyata isi ranselnya berbagai macam jenis roti dengan berbagai
macam rasa. "Eh, gembul! Bagi-bagi dooooonggg. Buncit mendadak lho, bikin orang
ngiler." Tinka mencoba meraih ransel di pangkuan Rio. Dengan sigap Rio
menahan ranselnya. Persis orang utan kalau makanannya mau direbut.
Jelek banget. "Pelit banget sihhhhhhh! Kejedok pintunya sih nggak sakit, tapi punya
temen pelit bikin malu lahir batin tau! Mana pake acara nyium ujung
sepatu, lagi, IHHHHH! Ada nggak sih barang-barang lo yang dicuci kurang
dari setaun sekali" Ini sepatu udah nggak dicuci berapa kali motong
kambing sihhhhh?"" BAUUUUUUU...!" Tinka ngamuk sambil
menggosok-gosok bibirnya. Musnah sudah ciuman pertamanya. Bukan
sama cowok keren, tapi malah sama ujung sepatu Rio.
?Anjungpaput "Idih! Pelit." Tinka masih berusaha merebut ranselnya. Rio malah
memutar-mutar ranselnya gaya pivot kalau lagi main basket. Bukan basah
ketek lho. Hehehe. Alhasil mereka berdua jumpalitan di jok belakang.
Sampai akhirnya Tinka terjungkal dan jidatnya kepentok pintu. Bibirnya
juga sukses mencium ujung sepatu Rio yang baunya amit-amit. Rio
langsung mematung, sebentar lagi pasti ngamuk nih si kepala landak. Benar
aja. 2 1 0 Rocky ngakak dari balik spion. Rio langsung bersungut-sungut sambil
manyun. Maya menahan napas, dia tau banget Rio paling malas mencuci
barang-barangnya, kecuali kolor sama seragamnya. Yek!
"Jangan ngamuk dulu dong! Makanya dengerin dulu penjelasannya."
"Penjelasan apa"!" tanya Tinka galak.
"Rotinya udah punya jadwal, tau," sungut Rio.
"Hah" Jadwal" Jadwal, apa" Jadwal les" Roti keju les piano, roti cokelat les
gitar, roti srikaya les balet, roti kacang les salsa,
hihiihihihihehehehahahaha...!"
Dari maksudnya ngamuk, Tinka langsung ketawa ngakak. Nggak bisa
ngebayangin roti-roti bulat nan gendut itu loncat-loncat di tempat les.
Rocky dan Maya ikut tertawa. Marah apa melawak sih"
"Dasar. Lo mimpi apaan sih" Ketemu raja roti" Roti kok punya jadwal,
direktur iya punya jadwal," gumam Tinka. Langsung disambut timpukan
roti raksasa di jidatnya.
?Anjungpaput Bibir Rio langsung maju kayak hidung Pinokio. "Ya nggak gitu, bloon!
Udah ada jam-jamnya gue mau makan yang mana. Ada urutannya, tau,
makanya gue mau kasih roti yang belum punya jadwal. Jangan ngambil
sendiri, kan musti gue liat dulu jadwalnya," sungutnya sambil mengadukaduk ransel rotinya.
2 1 1 "IKHLAS NGGAK SEEEEEHHHHHHHHH?"" Tinka langsung mensmack down Rio yang menjerit-jerit minta ampun.
Rocky memegang perutnya karena geli. Tinka selalu bisa bikin suasana
rame. Ada aja ulahnya yang membuat orang tertawa. Maya ber-haha-hihi
kecil. Kayaknya memang perhatian lagi terpusat di Tinka. Semua orang
happy dekat-dekat Tinka, termasuk Rocky.
*** Jam 08.45 mobil raksasa Rocky sudah antre di gerbang keluar tol Pasteur
Bandung. "Ladieeeesss and gentle man, bangun. Udah nyampe niiiihh,"
teriaknya membangunkan tiga penumpangnya yang ngorok semua.
"Kita kemana dulu?" Tinka memeluk sandaran kepala Rocky. Wajahnya
jadi begitu dekat dengan Rocky. Rocky menahan degup jantungnya yang
bertambah cepat plus darahnya yang berdesir-desir. Mukanya bersemu
merah. "Emmm, Ka, kayaknya foto dulu. Iya, foto dulu, jadi kalo tugas fotonya
udah beres, kita bebas jalan-jalan," jawabnya gagap.
Rocky betul-betul salut sama Tinka. Dia perhatian sama orang, selalu
membantu orang, membuat orang senang. Dan dia sendiri nggak sadar.
Tinka tuh baiiiikkk banget. Tanpa ada niatan apa-apa. Cuma baik.
?Anjungpaput "Kok muka lo merah gitu sih" Capek ya" Mau gue gantiin nyetir?" Tinka
menepuk-nepuk pipi Rocky. Muka Rocky tambah merah. Tinka, Tinka,
andaikan dia tahu. 2 1 2 "Nggak, gue nggak apa-apa kok. Kayaknya udaranya bikin muka gue
merah." "Rock, kita bakal ke FO nggak sih?" tanya Maya tiba-tiba.
"Lo pengen ke FO" Ntar kita mampir deh," jawab Rocky.
"Tapi kayaknya selesein tugasnya dulu deh, Rock." Tetap Tinka dengan
segala perhatiannya. Jalan-jalan di Braga sudah mulai macet. Terlihat orang lalu lalang
berjogging menikmati hari Minggu. Rocky memarkir mobilnya di salah satu
hotel. Dengan cuek Tinka mengeluarkan jurus turis mau jalan-jalan seperti
di Ratu Plaza waktu itu. Sukses. Satpam hotel itu dengan senang hati
mengizinkan mobil mereka parkir sepuasnya. Apalagi ada selipan uang
rokok dari tangan mungil Tinka. Mereka memang harus jalan kaki supaya
lebih leluasa memotret objek-objek yang bagus.
"Nggak bisa naik mobil aja nihh" Kan panas. Mana debuan, lagi." Maya
kerepotan dengan dandanannya sendiri merengek-rengek dengan suara
lembutnya. "Iya deh," Maya setuju.
"Lo mau gue temenin, May?" tanya Tinka khawatir.
?Anjungpaput "Lo mau tunggu di mobil" Ntar gue nyalain AC biar nggak kepanasan.
Cuma bentar kok," Rocky menawarkan.
2 1 3 "Nggak usah. Lo jalan aja. Lagian lo lebih tahu Bandung, kan" Ntar Rocky
nyasar, lagi. Rio mana bisa diandelin," tolak Maya. Dia nggak tega melihat
Tinka yang semangat banget pengen ikut motret. Sebenarnya dia pengen sih
ditemenin. "Bener nih?" Maya mengangguk meyakinkan.
"Ya udah, tapi gue anter lo ke mobil deh," kata Tinka sambil berjalan di sisi
Maya, mengantarnya ke mobil. Rocky semakin salut melihat perhatian
Tinka pada sahabatnya. Udara memang sudah agak-agak panas. Mobil sudah ramai berlalu lalang.
Rocky membidikkan kamera ke gedung-gedung kuno dan suasana hilir
mudik Braga. Sesekali ia memotret Tinka dan Rio yang dengan centilnya
berpose tanpa malu-malu. Sampai-sampai seorang bapak tukang parkir
tertipu. Disangkanya mereka sedang pemotretan majalah.
"Wah, ini teh lagi pemotretan majalah, Den?" tanya bapak itu antusias.
Tangannya sibuk merapikan rambut klimisnya.
Si Bapak mengusap rambutnya sambil menaik-naikkan alis. "Yahhhh... kali
aja perlu figuran tukang parkir gitu, Neng. Bapak bisa akting, sedikit-sedikit
mah," katanya sambil lagi-lagi menaik-naikkan alis.
?Anjungpaput "Emangnya kenapa, Pak?" tanya Tinka iseng.
2 1 4 Rocky mengulum senyum. Memangnya sinetron, pakai figuran segala"
"Wahhhh, Pak. Ini pemotretannya nggak pake dibayar. Saya aja
sukarelawan," jawab Tinka geli.
"Eta mah teu naon, Neengg, tidak apa-apa. Demi meniti karier di dunia
potomodel, Bapak siap digratisin," ujarnya kocak. Sebelah tangannya
mengeluarkan sisir plastik dari kantong belakang celananya.
Jadilah foto Tinka nyengir kuda dengan background bapak tukang parkir
akting bertugas dengan mata melirik telak ke kamera. Tak lupa seyum
genitnya yang menggoda. "Kalo ada yang mau poto Bapak lagi, datang wae kesini. Bapak siap,"
pesan bapak itu saat Tinka, Rocky, dan Rio beranjak pergi. Serius rupanya
bapak itu mau jadi model.
Sudah hampir satu jam mereka berputar-putar di Braga. Objek foto yang
mereka dapat sudah sampai satu setengah rol film. Ketiganya masih
berjalan dengan semangat, meskipun udara Bandung sudah semakin panas.
Bandung sudah tidak seperti dulu, sejuk dan asri. Polusinya sudah mirip
Jakarta. Angkot-angkot menyalip-nyalip seenak perut. Belum lagi pengemis
dan pengamen yang seliweran di mana-mana. Sementara bangunanbangunan mal dan Factory Outlet semakin mewah, jalan-jalan semakin
kumuh dan rusak. ?Anjungpaput "Rocky, gue mau dong difoto." Rio pasang aksi di tiang lampu. Gayanya
India banget. 2 1 5 "Kayaknya gue haus deh." Tinka menyeka keringat. Saking asyiknya,
mereka belum berhenti sekali pun untuk minum. "Tas gue ada
minumannya, tapi di mobil," keluhnya.
Rio mengangguk. "Iya. Mana roti jam sepuluh gue ketinggalan, lagi."
"Roti jam sepuluh, roti jam sepuluh! Suruh ganti sif aja!" omel Tinka.
Rocky menepuk-nepuk kepala Tinka. "Tuh ada warung, beli minum dulu
yuk" Fotonya udahan kok." Mereka berjalan ke warung yang ditunjuk
Rocky. "Bang, cola dingin tiga," pesan Rocky.
GLEK, GLEK, GLEK. Setelah kehausan dari tadi rasanya segeeeeeerrrr
banget. "Satu lagi, Bang," Rio memesan.
Rio manyun. "Yuk, ah. Kasian si Maya. Ntar kecantol satpam hotel, lagi." Tinka ingat
Maya yang ditinggal sendirian di mobil.
?Anjungpaput "Ih, haus apa haus" Ntar roti-roti berjadwal lo kelelep, lagi. Udah pada
dilesin berenang belum?" goda Tinka.
2 1 6 "Boleh nggak beli minum satu lagi di plastik?"
"RRRIIIOOOO..."
*** Mobil Rocky meluncur ke arah Bandung utara. Mereka memutuskan untuk
makan siang di Lembang dan langsung ke Tangkuban Perahu. Diputuskan
untuk ke tempat wisata dulu baru jalan-jalan di Bandung. Hiburan di
Bandung kan buka sampai malam. Begitu memasuki kawasan Lembang,
udara mulai terasa dingin. Tinka membuka jendelanya lebar-lebar. Di
sepanjang jalan berderet pedagang kelinci. Tinka yang memang tergila-gila
pada binatang menatap senang sambil menjerit-jerit melihat kelinci-kelinci
lucu itu. "Kita mampir yuk?" usul Rocky.
"Asyiiiiikk...!" sorak Tinka senang.
"Ka, awas lho. Bulunya bisa bikin bengek," bisik Maya tertahan.
?Anjungpaput Mereka berempat turun di salah satu kios pedagang kelinci. Tinka langsung
dengan semangat menggendong kelinci-kelinci itu satu per satu. Rio yang
pada dasarnya penakut cuma berani mengelus-elus. Maya menatap geli.
Buat dia kelinci itu sama kayak ayam. Cuma buat dimakan.
2 1 7 Tinka malah memeluk kelinci kecil berwarna hitam di tangannya. "Ihhhh,
Maya. Ini tuh lucu buangettt."
Maya bergidik. "Lo suka yang mana?" tanya Rocky tiba-tiba. Tangannya memegang
beberapa ekor kelinci. "Pilih aja. Gue beliin deh sepasang, balesan parkit lo
waktu itu." Mata Tinka membulat senang. "Yang bener?" katanya riang.
Rocky mengangguk. Matanya tanpa sadar menatap senang pada ekspresi
riang Tinka. "Tinka, ntar nyokap lo ngomel lho, di rumah lo kan udah banyak banget
binatang," ujar Maya, seperti tak rela Rocky membelikan kelinci buat
Tinka. Ada perasaan cemburu di dalam hatinya. Kan dia yang menyatakan
suka, kok Tinka yang dimanjain. Tapi buru-buru ditepisnya perasaan itu.
Mungkin Tinka begini ini ya salah satu taktiknya supaya Rocky nggak
curiga. "Pilih aja, lo suka yang mana," kata Rocky lagi.
Tinka bingung, semuanya lucu. "Gini aja, kan waktu itu parkitnya gue yang
pilihin, sekarang kelincinya lo yang pilihin," kata Tinka sambil terus
memeluk-meluk kelinci lain.
?Anjungpaput "Nggak mungkiiiiiin, nyokap gue juga maniak binatang kok." Tinka masih
memeluk-meluk kelinci kecil.
2 1 8 Rocky tersenyum riang. "Oke! Nih pilihan gue, jantan yang ini." Rocky
menggendong seekor kelinci kecil hitam yang tadi dipegang Tinka.
"Betinanya yang ini." Rocky mengangkat seekor kelinci putih yang sama
kecilnya. "Suka nggak, item-putih" Kali aja anak-anaknya ada yang abuabu, belang-belang, bintik-bintik."
"Tengkyuuuuu! Lucu banget nih! Ntar kalo beranak gue bagi deeehhh."
Rocky membeli dua kelinci sekaligus rumah-rumahan bambu alias
kandangnya yang dijual di situ. Tinka meletakkan kandang berisi kelincinya
di atas bak mobil Rocky. Mereka langsung makan di salah satu restoran
ayam goreng di Lembang, dan langsung menuju Tangkuban Perahu di
daerah Cikole. Perjalanan mereka melewati pohon-pohon pinus yang
rindang. Tinka paling suka melihat suasana alam seperti itu. Apalagi
Rocky. Dia tampak sangat menikmati perjalanan. Jendelanya dibuka lebarlebar, angin bertiup kencang melalui kaca jendela.
"Kemping pasti asyik, ya?" celetuk Tinka.
"Boleh tuh masuk list rencana adventure kita," sambut Rocky gembira.
Bau belerang mulai menyengat hidung. Mereka sudah mulai mendekati
tempat parkir yang terletak di atas. Rio batuk-batuk.
?Anjungpaput Maya menatap gelisah. Selepas makan dia cuma diam dan menatap ke luar
jendela. Pikirannya berkecamuk antara menunggu momen besarnya hari ini
dan pikiran bahwa Tinka dan Rocky sudah sangat akrab. Malah mereka
punya list rencana adventure segala. Kok dia nggak tahu sih"
2 1 9 "Uuuuuhhh... baunya kayak kentut," keluhnya sambil menutup hidung.
"Alaaaaaaah, sok banget sih. Semua yang nempel di badan lo juga bau.
Belerang bau-bau gini bagus untuk kesehatan. Ujung sepatu lo" Baunya
udah menyebabkan sesak napas," ledek Tinka.
"Dooooooh, dendamnya masih belum tuntas, Jeng" Masih untung yang lo
cium tadi baru ujung sepatu, gimana kalo ujung jempol" balas Rio nggak
mau kalah. "Iiiiiiiih, gue langsung bertapa di air terjun tujuh tingkat!"
Udara dingin dan bau belerang semakin menusuk ketika mereka sampai di
pelataran parkir kawasan wisata. Pengunjung Tangkuban Perahu hari itu
cukup ramai. Setiap Minggu tempat itu memang selalu penuh pengunjung.


Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rata-rata dari seputaran Jawa Barat.
"Boleh juga tuh, sekalian latihan otot-otot gue yang kaku," sambut Rocky.
Tinka ikut mengangguk-angguk. Maya tampak tidak begitu antusias.
Dengan dandanannya hari ini, dia lebih berharap jalan-jalan shopping dan
makan di Bandung, terus nyatain cinta di kafe romantis yang bertebaran di
kota kembang itu. kakinya terasa malas kalau harus "berpetualang". Semua
mata menatapnya, belum lagi cowok-cowok kampungan yang jail bersuatsuit menggodanya.
Mereka berjalan turun sudah sekitar lima belas menit. Rocky begitu
penasaran memasak telur di kawah. Jins baggy-nya agak basah terkena
kubangan-kubangan kecil. Maya berjalan berjinjit-jinjit, berusaha untuk
?Anjungpaput "Katanya kita bisa turun ke kawah lho, bisa ngerebus telor segala. Atau bisa
hiking mini muterin gunung, seru tuh," Rocky berkata penuh semangat.
2 2 0 tidak jatuh. Tapi tampaknya sepatu hak tingginya justru paling kuat
menancap tanah. "Kayaknya lo harus beli sandal jepit deh. Bentar lagi lo bisa ngejungkel,"
Tinka berkata sambil memberi kode ke arah Maya. It"s show time.
Maya cepat tanggap dengan kode Tinka. "Aduuuuh, iya nih. Kaki gue
sakit, takutnya hak sepatu gue bentar lagi patah," Maya berakting.
Sebenarnya memang iya, lama-lama hak sepatunya pasti patah dipake jalan
di tempat kayak gini. "Anterin gue yuuuk?" Maya akting lagi sambil
menatap Tinka. "Aduuuuuuhhhh, kaki gue udah nggak sanggup kalo musti balik lagi ke
bawah, kan jauh," tolak Tinka sambil mengedipkan sebelah mata.
"Gue aj"AUWWWWW!" Rio menjerit karena dicubit Tinka. Tinka
melotot sampai matanya nyaris mencelat keluar. Rio langsung mengerti.
"Aduuh, kaki gue juga. Kayaknya udah rada bengkak malah," ucapnya
ngeles. "Ya udah. Yuk." Rocky membantu Maya berjalan. Maya masih sempat
melirik ke arah Tinka yang mengacungkan jempolnya, lalu mereka berdua
kembali mendaki. Tinka menatap nanar. Dia kaget, tiba-tiba ada perasaan
aneh melihat Rocky berjalan berdua Maya, apalagi Tinka tahu Maya bakal
"nembak" Rocky. Tinka tambah kaget begitu sadar dia nggak rela Rocky
pacaran sama Maya. Kerongkongannya tercekat. Apa-apaan ini" Dia
menepis segala pikiran dalam dadanya. Seperti terlambat menyadari
sesuatu, Tinka langsung menghibur diri dengan mengingat sepatu
?Anjungpaput "Rocky, lo anterin Maya, ya" Gue sama Rio tunggu sini aja, di atas tadi kan
ada warung yang jual sandal jepit. Oh iya, bawain gue bakwan, ya"
Hehehe." Tinka meletakkan pantatnya di sebatang kayu yang melintang.
2 2 1 transparan yang dijanjikan Maya. Lagian memang ini yang dia mau, kan"
Nyomblangin " "Lo kenapa sih" Itu tadi kan kesempatan gue jalan sama Maya. Kok malah
dilarang?" omel Rio. "Lo nyembunyiin sesuatu?" tembaknya lagi.
"Hah" Nyembunyiin apa maksud lo?" Tinka bertanya kaget.
"Lho, buktinya, jelas-jelas tadi itu kesempatan langka, tapi lo malah nyubit
gue terus nyuruh?" kalimat Rio terputus.
"Apaan sih" Kok lo ngeliatin gue kayak gitu" Ada yang aneh di muka gue?"
"Jangan bilang lo lagi nyomblangin Maya sama Rocky," lanjut Rio datar
sambil menatap mata Tinka lekat-lekat.
"Ap-apa" Maksud lo apaan sih?" elak Tinka.
Rio mencengkeram bahu Tinka tiba-tiba. "Jangan bohong. Gue kenal
banget sama lo. Iya, kan" Ngaku!" desaknya gusar.
"Ka" Bener, kan, dugaan gue."
?Anjungpaput Tinka diam. 2 2 2 Tiba-tiba saja lidah Tinka mati rasa. "Ng-nggak. Gu-gue..." Tapi mata Rio
betul-betul seperti menelanjangi. Tinka nggak sanggup! "Iya," jawab Tinka
lemas. Rio lebih lemas lagi. Matanya menatap kosong. Mulutnya menganga kaget.
Pokoknya mengenaskan. "Tega banget lo."
Tinka diam menatap Rio. Mengakui. Tak sepatah kata pun keluar dari
bibirnya. "Sekarang gimana?" tanya Rio. "Jadi lo belain Rocky" Jadi permintaan gue
waktu itu cuma pura-pura lo terima?" emosi Rio naik.
"Yo, bukan gitu..."
"Terus" Terus apaaaa" Alasan lo apaaaaa?"?"
"Ini bukan misinya Rocky, tapi... misinya Maya," jawab Tinka nggak enak.
"Yo?" panggil Tinka khawatir. Jangan-jangan ini anak mendadak gila
saking stres. ?Anjungpaput Kondisi Rio malah makin parah. Maya suka sama Rocky" Tinka bantuin
Maya jadian sama Rocky?"" Ini pengkhianatan besar-besaran!!! Rio diam
sejenak. 2 2 3 Tiba-tiba Rio menoleh dramatis. "Tapi gue nggak dendam sama lo! Gue
bakal buktiin kalo gue bisa bikin Maya berpaling ke gue!!! Rocky bakal
dapet saingan!" Tinka melongo. Dia malah makin nggak enak. Ini sih bakalan ruwet!
Apalagi mengingat Rio sering nggak tahu malu!
Tinka membenamkan muka ke antara kedua lututnya. Dia nggak nyangka
Rio begitu peka, "Terserah deh, Yo, yang jelas gue minta maaf."
Rio tersenyum. "Lo juga suka sama Rocky, kan?"
Bagaikan disambar geledek Tinka langsung panik. "HAH?"" Gosip banget
lo! Fitnah! Tuduhan tanpa dasar!"
Makhluk aneh itu malah tambah senyam-senyum jail.
"Alaaaaaaaaaaahhh... udah, lo ngaku aja! Gue juga udah tau. Emangnya
gue kenal lo baru semenit" Seumur jagung" Seumur tikus putih?"
"Seumur pohon jambu! Dasar tukang gosip."
Tinka mengucek-ngucek rambutnya yang nggak gatal. Semua pikiran
berkecamuk jadi satu. Semua terlambat. Dia sadar terlambat. Tinka
mengeluarkan sebatang cokelat dari ransel. "Lo mau, nggak" Katanya
cokelat bisa bikin happy." Tinka menyodorkan cokelatnya pada Rio.
?Anjungpaput "Ka, gue kasih tau, ya" Mendingan lo bertindak. Jujur pada diri sendiri.
Daripada lo nyesel belakangan..." katanya sok bijak. Asli, tampangnya
nggak cocok. Maksain banget.
2 2 4 "Thanks for being a good friend ya, tapi udahlah, gue nggak apa-apa kok. Gue
malah lagi berdoa nih, mudah-mudahan Maya sukses. Lo tau, nggak, gue
bakal dapet apa?" Rio menggeleng. Menggaruk rambutnya yang seminggu nggak karmas.
"Sepatu impian gue,..." jawab Tinka sok ceria. Dia menggigit cokelatnya.
Baru kali ini cokelat kesukaannya terasa pahit.
*** Maya menatap punggung bidang Rocky yang berjalan di depannya.
Sesekali Rocky berhenti dan menoleh ke belakang untuk menolong Maya
yang kerepotan jalan dengan sepatu haknya. Keduanya terdiam sepanjang
perjalanan. Maya mengatur napas untuk mengumpulkan kekuatan. Rocky
sama sekali bingung harus ngomong apa, sementara dia tahu inilah saat
yang dibicarakan Tinka dan Maya.
"Rocky," panggil Maya pelan.
Maya langsung duduk di kursi kayu yang sudah reyot. Tumitnya lecet-lecet,
sakitnya minta ampun. Rocky terlihat sibuk memilih-milih sandal jepit yang
tergantung di jendela warung.
?Anjungpaput "Nah, tuh warungnya. Yuk," ucap Rocky berusaha mengulur waktu. Dia
benar-benar bingung. Digandengnya tangan Maya untuk membantunya
berjalan, matanya lurus ke depan.
2 2 5 "May, nih, cukup nggak?" Rocky menyodorkan sepasang sandal jepit
merah. Maya menerima sandal itu dan langsung meraih telapak tangan kanan
Rocky. "Duduk dulu dong." Maya memberi kode agar Rocky duduk di
sebelahnya. Rocky menurut. "Kenapa, May?" tanyanya. Jantungnya bergemuruh hebat.
Inilah saatnya, katanya dalam hati.
Maya bergerak-gerak gelisah. Ditariknya napas dalam-dalam. "Rock,
emmmm, gue..." "Gue pengen kenal lo lebih deket," kata Maya akhirnya.
Rocky menatap wajah Maya. "Maksud lo?"
"Gue pengen lebih deket sama lo. Lebih dari biasanya," lanjut Maya penuh
harap. Kesimpulannya... ?Anjungpaput Rocky menundukkan kepala. Ia berpikir keras. Entah kenapa, yang terlintas
di otaknya adalah kata-kata Tinka bahwa dia sangat ingin Maya dan Rocky
jadian. Terbayang di matanya wajah berseri-seri Tinka yang selalu membela
Maya, sahabat kesayangannya.
2 2 6 "Boleh aja, May, boleh." Rocky menepuk pnuggung tangan Maya. Tidak
ada kata "ya" atau "nggak", cuma "boleh". Dan Rocky benar-benar
berharap Maya bisa mengerti.
Dan Maya ternyata mengerti".
Memang bukan jawaban itu yang Maya mau. Setidaknya lebih romantis
sedikit. Tapi Rocky si pemalu yang grogian, bisa jawab "boleh" pada Maya.
Tiba-tiba Maya begitu senang hingga tak sadar matanya sudah berair.
Terharu. Dia nggak pernah nyangka bakal segampang ini. Bakal
sesederhana ini. Begitu cepatnya Rocky menyetujui. Rasanya Maya pengen
lompat tinggi-tinggi sambil teriak-teriak. Tapi dia cuma memeluk lengan
Rocky. "Makasih banget ya! Aduuuuuhhh, gue sampe lemes banget,"
katanya sambil langsung bergelayut manja di lengan cowok barunya itu.
Maya sempat merasa Rocky gemetar. Mungkin dia masih grogi.
Rocky melepaskan pegangan Maya dan bangkit dari kursi. "Yuk, nanti
Tinka sama Rio kasian kelamaan nunggu," ajak Rocky. "Sepatu lo masukin
ke kantong plastik aja. Bentar ya, gue mintain dulu."
Maya melepaskan sepatu hak putihnya dan menggantinya dengan sandal
jepit yang dibelikan Rocky. Maya berjanji dalam hati untuk menyimpan
sandal jepit merah itu. Barang pertama yang dia terima dari Rocky.
"Sandal birunya buat siapa?" tanya Maya.
?Anjungpaput Rocky kembali dengan kantong plastik hitam. "Nih," Rocky menyodorkan
kantong plastik itu pada Maya. Di tangan kirinya menenteng sepasang
sandal jepit baru berwarna biru.
2 2 7 "Buat Tinka. Kasian dia, nanti sepatunya basah, lagi. Kita kan mau mainmain di air anget di bawah nanti," jawab Rocky sambil memasukkan sandal
itu ke kantong hitam yang sama.
*** Tinka dan Rio mengunyah cokelat sambil memandang pemandangan
sekitar Tangkuban Perahu yang asri. Udara siang itu mulai semakin
menusuk ditambah bau belerang yang menyengat.
"Tuhhhh mereka. Wooooiiiii, lama banget seeeeeehhh?" Kita nyaris jadi
patung es, you know. Kalo diem duingin bangeeeeetttt," Rio berteriak
menyambut Rocky dan Maya.
"Bakwan gueeeee?" timpal Tinka, menyembunyikan kecemasannya. Entah
kecemasan apa. Maya memandang Rocky ketika mereka sampai di hadapan Tinka dan Rio.
"Boleh nggak gue bilang sama mereka" Mereka kan sobat kita," tanya
Maya. Rocky mengangguk. Rio tercengang. Tinka, entah apa perasaannya. Lututnya lemas. Antara
bahagia misinya berakhir dan kecewa, entah karena apa. Kehilangan
Rocky" Sedetik kemudian dia tersadar. Dengan sikap seceria mungkin ia
menepuk pundak jangkung Rocky.
?Anjungpaput Maya menatap Rio dan Tinka bergantian. Lalu seakan tak bisa menahan
senyum, Maya nyengir lebar banget. "Guyyyys, kenalin nih, Rocky. Cowok
gue," katanya dengan mata bersinar-sinar senang.
2 2 8 "Rocky, my man! Lo berhasil menggaet Maya" Huebat, huebat, dia susah
lho suka sama cowok! Selamat, selamat, kapan kita makan-makan" By the
way, bakwan buat gue mana?"?"
Rocky menatap Tinka dengan tatapan yang nggak bisa diartikan, lalu
tersenyum. "Bukan bakwan. Nih, sandal jepit! Ntar sepatu lo basah, lagi."
Disodorkannya kantong plastik pada Tinka.
Tinka membuka bungkusan itu. Dia terkesiap. Darahnya berdesir. Sandal
jepit biru. Warna favoritnya. "Thanks," ucap Tinka sambil menelan ludah.
Pahit. Sementara Rio tampak syok karena tak menyangka mereka bakal jadian
hari ini juga. Ini sih gila!
Perjalanan pulang menjadi lebih hening. Setelah mengantar Maya yang
berkeras ingin belanja di FO, mereka langsung pulang ke Jakarta. Tinka
tertidur lelap. Selain lelah, dia seperti kehilangan semangat untuk cerewet
seperti biasanya. Begitupun Rio, sepanjang jalan suara ngoroknya terdengar
berisik. Daripada melihat pujaan hatinya bermesra-mesraan dengan cowok
lain, mendingan tidur. Sesekali suara Maya terdengar berusaha mengajak
ngobrol Rocky yang tampak begitu serius menyetir mobilnya.
"Mmmmm, thanks, Rocky." Tinka menarik selimut ke tubuhnya lalu
membaginya dengan Rio, lalu tidur lagi.
?Anjungpaput "Kasian Tinka, capek banget kayaknya dia," ucap Rocky pelan. Dia
berhenti sebentar dan mengambil selimut dari kantong kursi. "Ka, pake nih.
Dingin. Ntar masuk angin," katanya sambil menepuk halus bahu Tinka.
2 2 9 "Rock, gue juga ngantuk nih," kata Maya ketika Rocky sudah kembali
serius menyetir. Rocky menepuk tangan Maya. "Tidur gih, gue nggak apa-apa kok."
Maya tidur dengan sedikit bimbang. Rocky bahkan tidak menawarinya
selimut. ?Anjungpaput Dan semua orang pun terlelap. Kecuali Rocky, dengan segala macam
pikiran berkecamuk di kepalanya.
2 3 0 NGGAK terasa sudah seminggu jadian. Pulang-pergi sekolah bareng, ke
kantin bareng, jalan-jalan bareng. Maya benar-benar berusaha selalu
berduaan dengan Rocky. Tinka yang biasanya sering bersama Rocky, kini


Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

rela berduaan dengan Rio. Mereka semakin jarang nongkrong bareng.
Bahkan ngobrol dengan Maya atau Rocky pun jarang, karena di kelas pun
Maya dengan bangganya duduk di dekat Rocky setiap ada waktu kosong di
sela-sela jam pelajaran. Tentu bikin panas dan iri cewek-cewek fans Rocky
yang biasanya selalu bergerombol di situ. Kehadiran Maya sebagai pacar
resmi Rocky mau nggak mau bikin mereka semua harus menyingkir. Belum
lagi akhir-akhir ini Rio mendadak jadi makin overacting cari perhatian
Maya. Bikin pusing. Yang tambah bikin ribet, Rio jadi hobi curhat.
"Ohhhh, si Maya. Dia sih emang jaringnya cowok-cowok. Kirain si Tinka.
Kalo dia sih, gue berani bersaing lah ya. Kalo Maya... tunggu dudanya aja
deeehhh," celetuk Agni saat pertama kali tahu.
?Anjungpaput "Iya, si Maya sih level tinggi. Gue pikir dia nggak tertarik," sambung Dea.
2 3 1 Kuping Tinka panas banget. Rio langsung menepuk pundak Tinka.
"Dasar cewek-cewek gatel! Nggak ada Maya juga Rocky nggak bakalan
mau sama lo-lo pada. Buktinya tiap hari lo semua dicuekin. Masih berani
banding-bandingin sama Tinka. Dia ini orang yang paling akrab sama
Rocky, tau! Daripada lo semua..."
"Udah-udah, percuma lo ngomong sama mereka." Tinka menarik tangan
Rio yang berteriak-teriak berang untuk duduk kembali. Dia benar-benar
nggak terima Tinka diperlakukan begitu. Rocky dan Maya yang belum balik
dari kantin tidak tahu apa yang dialami Tinka hari ini.
"Yeeeeee... kirain lo cemen, Yo! Lo bisa juga ya, marah-marah belain
orang. Nah, lo pacaran aja. Kayaknya lo cinta sama Tinka," serang Dea
sengit. Mereka semua langsung pergi sambil cekikikan.
"Lo kok bisa diem gitu sih, Ka" Biasanya juga lo sadis kalo marah." Rio
heran. Tinka membolak-balik buku PR-nya. "Ah, males gue ngeladenin yang
begituan. Lagian mereka juga udah bete berat, kan, Rocky udah punya
pacar," jawabnya setenang mungkin.
?Anjungpaput Rio semakin geram. Dia berkeras ingin mengadukan kejadian tadi pada
Rocky dan Maya. Tapi Tinka melarang. Dia pikir pasti percuma. Rocky
nggak bakalan sanggup menghadapi gerombolan cewek itu. Tinka dan Rio
merasa hari-hari setelah Rocky dan Maya jadian begitu berbeda. Nggak
seceria biasanya. Biasanya Rocky rajin main ke rumah Tinka, seminggu ini
tidak pernah sama sekali. Dia begitu sibuk mengikuti acara Maya kemanamana. Shopping, salon, kafe, senam, dan segudang kegiatan lain, yang dulu
selalu dilakukan Maya bersama Tinka atau sendirian. Maya juga tidak
punya waktu lagi buat Tinka dan Rio, otomatis Rocky pun begitu.
2 3 2 "Kenapa sih lo nggak ngaku aja kalo lo suka sama Rocky?" Rio mulai lagi.
"Rio, please deh," jawab Tinka males.
Rio mengangkat bahu. Tak lama kemudian Rocky dan Maya kembali dari kantin.
"Ka," panggil Maya ceria.
Tinka menoleh ke arah Maya yang sudah kembali ke bangkunya. Maya
melambaikan tangan memanggil Tinka.
"Bentar ye," ucap Tinka pada Rio.
Maya tampak sibuk mengaduk-aduk tas besarnya, mencari sesuatu.
"Ihhh, rese." Maya memukul lengan Tinka. "Nih," katanya sambil
menyerahkan bungkusan pada Tinka.
?Anjungpaput "Ada apa Nyonya Rocky?" goda Tinka.
2 3 3 "Hehehe," Tinka cengengesan sambil menerima bingkisan dari Maya. Isi
bungkusan itu sepatu yang dijanjikan Maya. "Asyiiikkk, sepatu baru.
Ngeceng ahhhhh..." "Eh, May, lo suka mawar, nggak?" celetuk Rio.
"Hah?" "Mawar. Bunga mawar."
Maya makin bingung. "Iya, gue tau. Bunga mawar. Kenapa emangnya?"
"Emm... ntar gue beliin, ya?" kata Rio sok perhatian.
Maya menatap Tinka heran. Penuh tanda tanya. Waktu itu nawarin
cokelat, terus dua hari lalu nawarin ikat rambut... sekarang mawar"
Tinka mengangkat bahu. "Kemana?" tanya Maya sambil menyisir rambut. Sejak jadian, Maya makin
hobi dandan. Sedikit-sedikit ngaca, yang jelas dia jadi makin cantik.
?Anjungpaput "May, jalan yuk?" ajak Tinka. Rasanya kangen banget sudah seminggu
mereka jarang sama-sama. 2 3 4 "Ke mana kek. Eh, ada butik baru lho. Kesana aja yuk?" tiba-tiba Tinka
teringat butik baru yang diceritakan mama tadi malam. Mama tahu butik
itu dari anak teman mama yang hobi banget belanja.
"Gimana, ya" Kayaknya gue nggak bisa deh, Ka. Sori ya?" jawab Maya
dengan wajah memelas. "Emangnya lo mau ke mana?"
Maya memandang Rocky yang sedang sibuk ngobrol dengan Sandy dan
Ray. Akhir-akhir ini pun Sandy dan Ray agak kehilangan Rocky. Apalagi
Sandy. Soalnya Ray masih bisa bertemu dengan Rocky pada saat latihan
sepak bola. "Gue mau nonton sama Rocky," sambung Maya. Matanya menatap Tinka
minta maaf. "Yaaaaaa, mentang-mentang penganten baru, udah lupa ya sama kita
berdua," Tinka melirik ke arah Rio.
"Ya udah deh. Have fun, ya, Say," kata Tinka sambil melotot ke arah Rio.
"Sori banget ya?"
?Anjungpaput "Eh, gimana kalo kita ikutan nonton?" celetuk Rio. "Nonton apaan sih,
May" Gimana, Ka, kita ik"AWWWW!!!!!" jerit Rio kenceng waktu ujung
jempolnya diinjak Tinka dengan gemas.
2 3 5 Akhirnya sore itu Tinka jalan-jalan berdua Rio. Mereka makan siang
bareng di warung nasi rames dekat sekolah. Mobil raksasa Rocky melintas.
Rocky dan Maya melambai ke arah mereka. Tinka menghela napas,
mungkin mereka memang lagi pengen berduaan.
"Pesen gih," Tinka membuyarkan lamunan Rio yang tampak sakit hati
dilewati begitu saja. Bibirnya dimaju-majukan ke depan dengan pipi
gembung karena sibuk cemberut. Mukanya jadi mirip ikan kembung. Jelek
banget. "Lo sihhhh," kata Rio tiba-tiba.
"Apaan sih?" "Coba tadi kita ikut. Paling nggak si Rocky sekarang nggak berduaan aja
sama Maya..." sungut Rio, tetap dengan bibir manyun.
"Lho, kok lo sewot" Ya biarin aja mereka berduaan. Mereka kan pacaran."
Jawaban yang bikin bete. Rio makin merengut. "Kok lo gitu sih" Lo kan tau
gue naksir Maya" Terus janji lo sama gue gimana" Gue kan klien lo.
Hayo?" "Mustinya lo aja yang jadian sama Rocky," sungut Rio sambil terus pasang
muka ikan kembung. ?Anjungpaput Tinka menggeleng-geleng. "Tau ah!"
2 3 6 "Yeeeee, kok ngatur?" Tinka ngakak lihat muka Rio yang kembang-kempis.
*** Plaza Senayan sore itu tidak terlalu ramai. Akhirnya Rio sama Tinka jalanjalan ke PS, gara-gara Rio yang ngotot menolak pergi ke butik. Cewek
banget, katanya. Akhirnya mereka memutuskan jalan-jalan di mall.
"Mau kemana nih?" Tinka menjawil lengan Rio.
"Tau. Bingung gue. Makan aja yuk?"
"Busyet, itu perut apa karung beras" Amit-amit, kita kan baru aja makan."
Perut Tinka masih kenyang banget.
"Udah deh. Masa Maya sama Rocky doang yang nonton, kita nonton aja
yuk?" Tinka menyeret tangan Rio menuju bioskop. Rasanya suntuk banget.
Tinka nggak tahu kenapa dia harus bete. Masa iya gara-gara Rocky" Tinka
nggak mau Rio tahu. Dia sendiri yang waktu itu bilang kalau dia rela Rocky
jadian sama Maya. Malah dia juga yang bilang sama dirinya sendiri kalau
dia memang senang misinya buat Maya berhasil. Tapi rasa kehilangan tetap
ada dalam hati Tinka. Rasanya dia kehilangan dua sahabatnya sekaligus.
Apalagi Rocky. Dibandingkan Maya, Rocky sebenarnya lebih sering
mengisi waktunya akhir-akhir ini, mengingat dia dan Rocky punya hobi
dan minat yang sama. Dia jadi ingat sepasang kelinci yang diberikan Rocky
waktu mereka pergi ke Bandung, juga sandal jepit biru yang diam-diam
Tinka simpan rapi di kamarnya. Entah kenapa sandal jepit itu punya arti
besar buat Tinka. Belum lagi sekarang Tinka musti mikirin Rio yang tetap
maksa mau ngedeketin Maya.
?Anjungpaput "Ya, kalo gitu mau ngapain?"
2 3 7 "Eh, landak! Kok malah bengong sih" Mau nonton apaan?" Rio
menyadarkan Tinka dari lamunannya. Mereka sudah tiba di depan loket
bioskop. Mata Rio mencari-cari judul film baru yang terpajang di atas loket.
Tinka mengedarkan pandangan ke sekeliling bioskop. Lalu ia mengajak Rio
melihat-lihat poster film yang dipajang di seputar bioskop. Ini memang
kebiasaan Tinka. Dia paling suka melihat-lihat gambar cuplikan film yang
akan diputar. Menurut Tinka, yang gambarnya paling oke, itu yang harus
ditonton. Matanya tertuju pada cuplikan gambar film animasi lucu, tentang
kucing yang tenar banget, Garfield. Stiker lucu bergambar Garfield
menempel di kaca. Tiba-tiba...
"Ups, sori." Seseorang menyenggol Tinka. Akibatnya dompet yang
dipegang Tinka terjatuh. Cewek yang tadi menyenggol Tinka membungkuk
untuk memugut dompet Tinka.
Tinka terkejut bukan kepalang saat cewek itu berdiri dan menyerahkan
dompet itu padanya. "Thanks," jawab Tinka gugup. Dia lalu buru-buru
menyusul Rio yang sedang serius mengamati gambar-gambar film lain yang
dipajang. "Yo, Yo, darurat, darurat!" seru Tinka.
Tinka melotot. "Sialan! Sini, sini!" ujarnya sambil menarik Rio ke sudut
bioskop yang agak sepi. Mata Tinka celingukan mirip detektif swasta yang
lagi cari buruan. Belum lagi wajahnya kelihatan supergelisah. Gimana
nggak" Cewek yang tadi itu Oik! Oik-nya Dika! Tinka sempat melihat
?Anjungpaput "Apaan sih?" Rio bingung. "Kenapa, sakit perut" Tuh WC, takut, ya" Mau
gue temenin?" tebak Rio sekenanya.
2 3 8 punggung cowok yang menemaninya, dan dia yakin itu bukan Dika. Tinka
menceritakan kejadian tadi pada Rio.
Oik memang keterlaluan. Dari tempat Tinka dan Rio berdiri, terlihat Oik
bergelayut manja di lengan cowok itu. Cowok itu terlihat sudah berumur
dua puluhan lebih, yang jelas paling tidak sudah mahasiswa. Atau mungkin
eksekutif muda. Tinka makin panas ketika melihat Oik dengan cueknya
berangkulan dengan santainya di depan umum. Ugh!
"Ih, gilingan! Masa yang kayak begitu si Dika mau?" Rio mencibir geli.
"Ssssst, jangan kenceng-kenceng. Kita harus cari cara nih, buat ngejebak
uler keket itu!" bisik Tinka geram. Untung Oik belum pernah kenal Tinka.
Dengan leluasa Tinka dapat berkeliaran di sekitarnya. Tinka benar-benar
ingin tahu film apa yang mereka tonton. Dilihatnya Oik berdiri di depan
loket dan membayar tiketnya. Tinka langsung mengeluarkan HP-nya dan
memencet nomor. "Halo, Dika?" "Emmmmhh... kenapa, Ka?" sahut Dika.
"Di rumah, kenapa?"
Tinka menceritakan apa yang dia lihat dengan semangat. Dika ngotot itu
mungkin oom atau saudara Oik. Dia benar-benar tidak bisa terima apa yang
diceritakan Tinka, dia terlalu sayang sama Oik. Bujukan Tinka akhirnya
?Anjungpaput "Di mana lo?" 2 3 9 berhasil. Dika mau menyusul ke PS untuk menyaksikan sendiri apa yang
diceritakan Tinka. Setengah jam kemudian Dika tiba di bioskop. Sayangnya, Oik dan
pacarnya sudah masuk ke studio. Tinka geram banget pengen Dika melihat
kelakuan Oik. Selama ini Dika selalu membela Oik, padahal Tinka tahu
pasti cewek itu cuma memanfaatkan Dika. Hari ini bisa dibilang hari yang
paling ditunggu-tunggu Tinka, buat membuktikan sama adik satu-satunya
itu kalau selama ini dia dan mama benar. Bahwa Oik itu brengsek.
Mereka bertiga duduk di kafe selama menunggu Oik keluar dari bioskop.
Hampir dua jam lamanya mereka menunggu. Akhirnya Oik terlihat keluar
dari bioskop. Tangannya masih bergelayut mesra di lengan cowok
pasangannya. Sambil bercanda dan terkikik genit, Oik dengan cuek sesekali
mengusap pipi cowok itu. Oik melirik Dika yang tampak tegang.
Rahangnya mengencang marah. Baru kali ini Tinka melihat Dika segarang
ini. "Gue harus ke sana," ucap Dika dingin. Matanya menatap tajam.
"Gila lo, jangan ribut di sini," tahan Tinka.
Dika menghampiri Oik yang sedang asyik bermesraan. Tangannya
menyentak tangan Oik dan membuat cewek itu menghadap ke arahnya.
Wajah Oik pucat seketika.
?Anjungpaput "Udah tanggung, Ka," Dika pergi sebelum Tinka dan Rio sempat
menahannya. Mereka berdua cuma bisa menahan napas, siap-siap
menyaksikan apa yang bakal terjadi.
2 4 0 "Jadi ini maksud lo nganter Nyokap ke supermarket" Jadi sekarang nyokap
lo udah berubah jadi cowok?" cecar Dika sengit. Napasnya tersengal-sengal
marah. Dia sudah tidak memerdulikan tatapan orang-orang. Dika benarbenar murka.
"Dika?" Cuma itu yang keluar dari mulut Oik.
"Lo emang cewek bensin! Matre! Nyesel gue nggak dengerin Tinka.
Ternyata emang bener, lo emang... lo emang... murahan!" maki Dika
pedas. Ia langsung membalikkan badan dan pergi meninggalkan Oik yang
terbengong-bengong malu. Wajahnya merah menahan tangis. Sementara
cowok yang bersamanya dengan kurang ajar pergi meninggalkan Oik,
tampaknya malu berat atas kejadian tadi. Dia melenggang pergi. "Sori, Ik,
gue nggak tau lo punya cowok," ucapnya sebelum pergi.
Tinka tersenyum penuh kemenangan. Ber-tos ria dengan Rio.
Hari ini memang tidak terlalu menyenangkan buat Tinka. Rocky dan Maya
yang cuek. acara nonton yang gagal, dan adiknya memergoki sang pacar
selingkuh. Tapi paling tidak, hari ini Dika menyaksikan sendiri kebusukan
Oik. Paling tidak, mulai hari ini adiknya tidak lagi menjadi bulan-bulanan
Oik.

Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tinka mengintip dari balik pintu kamar Dika. Sejak pulang dari mall dan
insiden Oik tadi sore, Dika mengurung diri di kamar. Mama khawatir
setengah mati. Yang paling parah, Dika mogok makan. Artinya dia lagi
superstres. Biasanya, selalu rajin berebut makanan sore alias kue-kue enak
buatan mama sama Tinka. Hari ini" Sekarang sudah nyaris makan malam,
tapi Dika belum juga keluar dari persembunyiannya. Dia asli jadi tikus
mondok. Ngumpet di balik selimut sambil melamun. Mama jadi kelabakan
?Anjungpaput *** 2 4 1 dan mengultimatum Tinka untuk menengok adiknya yang lagi patah hati.
Huh, mama nggak tau aja, Tinka kan juga lagi setengah patah hati.
TOK... TOK... Hening. "Dik?" Tetap hening. Tinka mendorong pintu kamar Dika hingga sedikit terbuka. Dilihatnya adik
semata wayangnya sedang melamun memandang ke luar jendela. Drama
abis. Ternyata Dika sentimental juga. Tinka berjingkat-jingkat menghampiri
Dika. Dia berjalan sepelan mungkin, takut Dika kaget terus kena serangan
jantung saking kagetnya. "Dik, lo disuruh Mama makan tuh," ucap Tinka pelan.
"Kenyang" Emang lo abis makan apaan?" tanya Tinka heran. Setahunya,
dari tadi Dika sama sekali belum makan apa-apa. Minum juga belum.
"Makan ati!" jawab Dika dingin.
?Anjungpaput Dika memalingkan wajahnya yang suntuk dan menatap Tinka sekilas.
"Nggak ah. Gue kenyang, ntar aja."
2 4 2 "Yeeeeee, jangan gitu dong. Lo yakin nggak papa kalo cumi-cuminya gue
yang abisin?" ancam Tinka.
Dika menggeleng lemas. "Nggak. Makan aja gih, kali aja lo jadi jago
renang. Lo kan berenangnya bego," katanya asal. Bisa-bisanya dia ngeledek
kelemahan berenang Tinka pada saat kayak gini.
"Ih! Kok gitu" Mentang-mentang patah hati jadi sensi. Lagian emang gue
mau berenang gaya cumi-cumi?" Tinka ngeloyor pergi.
Dika kayaknya masih syok berat. Syok stadium tinggi. Belum bisa diajak
ngomong lagi. Bagusnya memang harus dibiarin menyendiri dulu, biar
tenang. Paling-paling nanti kalau lapar turun sendiri.
"Mana Dika?" tanya mama yang sibuk membereskan meja makan.
"Mama udah tau dari dulu, si Oik itu memang nggak bener," umpat mama.
Tinka mengangguk-angguk semangat. "Selama ini kan Tinka yang paling
dirugikan. Si Kuning jadi sering mogok, bensinnya ludes, belum lagi Dika
hobi ngutang buat nraktir si centil itu. sekarang bebaaaaassss... tapi kasian
Dika. Kayaknya dia betulan cinta sama uler keket itu. ugh!"
?Anjungpaput "Biarin aja dulu, Ma, namanya juga lagi patah hati. Makan tak enak tidur
tak nyenyak," Tinka berdangdut ria. Dia jadi ingat ungkapan, kalau lagi
jatuh cinta semua terasa enak. Sampai-sampai tahi kucing rasa cokelat.
Berarti sekarang" Dika kan lagi patah hati berat, artinya cokelat rasa tahi
kucing dong" Uweeeeeeekkkkkk... kayaknya Tinka mau libur dulu makan
cokelat sejam. 2 4 3 "Biarinlah, Ka, si Dika kan juga harus belajar," lanjut mama sambil
mencomot sepotong ayam. ?Anjungpaput Mama dan Tinka akhirnya makan malam berdua. Sampai larut malam
Dika sama sekali tidak keluar kamar.
2 4 4 TINKA bengong sendirian di kamar. Hari Minggu. Biasanya pagi-pagi gini,
Rocky bakal nongol dengan baju jogingnya yang penuh keringat, minta
sarapan di rumahnya. Mungkin Rocky sekarang lagi sibuk nganterin Maya
senam atau ke salon, kebiasaan Maya tiap hari Minggu.
Tinka bisa bayangin, Rocky pasti hampir mati kebosenan. Dia kan paling
nggak tahan kalau harus duduk diam, mana Maya kan bukannya sebentar
di salon. Istilah Tinka, daripada Maya yang ke salon, mendingan salonnya
yang ke rumah Maya. Kalau bisa mas-mas dan mbak-mbak tukang
salonnya ajak nginep sekalian, saking lamanya perawatan yang dijalani
Maya tiap Minggu. Hari ini bakal jadi hari paling suntuk sedunia. Bayangin aja, Rocky punya
pacar, Dika jadi tikus mondok (masih dengan aksi patah hati bergelung di
bawah selimut), Rio ikut-ikutan kabur ke puncak sama teman-teman SDnya. Boseeeeeeeennnnn...
"Tinkaaa," suara mama bikin Tinka melompat dari tempat tidur. Kagetnya
minta ampun. "Apa, Ma?" "Suruh masuk ke kamarku aja, Ma," jawab Tinka lewat interkom. Sayang
dong, udah masangnya lama, nggak dipake. Mama kadang-kadang suka
gaptek. Tinka curiga, jangan-jangan mama nggak pake interkomnya garagara bingung harus mencet tombol yang mana. Hehehe...
?Anjungpaput "Ada Maya niiiihhhhh," jerit mamanya lagi. Buat apa sih Mama pasang
interkom ke ruangan-ruangan kalau masih pake cara tradisional alias teriakteriak begitu"
2 4 5 "Tinkaaaaa," Maya menyeruak masuk dan langsung menyeruduk Tinka
sampai terjengkang di atas kasurnya.
"Aduuuuuhhhhh, kenapa sihhhh" Kangen sih kangen, tapi jangan jadi
banteng gini dongggggg, sakit, tau!" Tinka mengelus-elus kepalanya yang
kejeduk tembok. Maya buru-buru mengusap kepala Tinka. "Aihhhh.... maap, maap. Sakit
ya?" "Uhhhh. Nggaaaaaaakkkkk, cuma benjol," jawab Tinka judes.
"Jangan ngambek dong, jangan sekarang. Gue lagi SOS nihhhh, SAR,
SAR, perlu bantuannnnn, mau curhaaaaatttttttt," Maya merepet.
Tinka menatap sohibnya sekilas, mukanya ditekuk-tekuk, kayaknya serius
nih. Kadang-kadang Tinka pengen bilang sama Maya kalau dia bisa
mendeteksi kadar kemarahan Maya dari jumlah tekukan di mukanya.
Yakin seyakin-yakinnya, Maya pasti ngamuk kalau Tinka bilang dia bisa
lihat tekukan mukanya. Itu sama saja Maya gagal merawat muka. Jadi,
mendingan Maya belum perlu tahu tentang tekukan mukanya.
?Anjungpaput Tinka membetulkan posisi duduknya. Apa lagi nih" Kemarin cuek bebek,
sekarang datang-datang SOS. Dasar bebek nggak punya pendirian. Tinka
siap-siap menarik napas, Maya kalau curhat panjaaaaaaaaaaanggg...
banget. Kadang-kadang ada iklannya, saking panjangnya materi curhatan
Maya. Tinka juga harus siap-siap fisik, takutnya dia pingsan karena
kelamaan konsentrasi dengerin isi curhat Maya.
2 4 6 "Kenapa sih" Histeris amat." Rekor nih. Kalau ini gara-gara Rocky, berarti
cowok itu memenuhi syarat untuk masuk Guinness Book of Record karena
bisa membuat Maya uring-uringan sampai histeris.
Maya paling jarang curhat gara-gara cowok sampai histeris, dia paling cuek
kalau soal pacaran, paling anti pusing masalah cowok. Kalau curhat paling
gitu-gitu aja, belum pernah sampai histeris gini. Yang dulu-dulu, kalau
mulai rese atau nggak cocok, ya udah putus. Gampang banget deh. Apalagi
Maya kan banyak yang ngantrein.
Maya menyandarkan punggung di tembok sambil selonjoran di kasur. Dia
kemudian membuang napas panjang. "Kesel, tau nggak gue," katanya
sambil cemberut. "Rocky tuh bener-bener bikin gue bingung," lanjutnya
masih bersungut-sungut. "Emang kenapa si Rocky" Lo kan baru pacaran dua minggu, May, sampe
histeris gitu... dua minggu kan masih masa bulan madu." Boleh juga nih
Rocky, baru dua minggu bisa bikin Maya panik begini.
"Lo ngomong deh sama dia, pleaseeeeeee," tembak Maya.
Maya langsung menatap Tinka memelas. Yang begini nih, Tinka paling
sebel. Tatapan berbintang-bintang ala Sinchan, yang akhirnya pasti bikin
Tinka menyerah lalu menuruti kemauan Maya. Dasar.
"Tuh kan, tuh kan... lo jangan mulai deh. Jangan pake jurus mata sedih gitu
deh." ?Anjungpaput "Hah" Kok gue" Lagian gue musti ngomong apa" Ada-ada aja," tolak
Tinka. 2 4 7 "PLEASE...!" Maya makin ngotot melihat Tinka nyaris luluh.
Tinka diam. "Tinka, PLEASEEEEE... demi gue... kan lo kenal baik sama dia. Ya" Ya?"
Tinka garuk-garuk kepala.
"Ka, upeti tambahan dehhhhh..." Rayuan maut terakhir.
Tinka menyerah. "Iya deh, iya. Dasar rese lo ya. Usaha mak comblang gue
kan nggak termasuk asuransi berantem. Gue lagi mau istirahat, tau, mau
menikmati masa-masa liburan," omel Tinka.
Maya cuek aja. Biar Tinka ngomel-ngomel yang penting dia setuju mau
membantu. Titik. "Kesel gue, Ka. Rocky kayak nggak serius gitu sama gue, padahal gue udah
pol-polan, tau, buat dia. Hari ini tuh harusnya dia jalan sama gue, dibatalin
coba. Jelas-jelas dia janji sama gue udah dari dua hari yang lalu, tiba-tiba
Sandy bilang ada rapat strategi atau apa lah di ekskul bola, tapi dadakan.
Nggak bisa gitu dong, kan jarang-jarang latihan bola off gitu, kok tahu-tahu
pake rapat strategi segala. Gue sih nggak papa kalo dia nggak ada janji
sama gue, tapi ini kan udah janji..." sungut Maya panjang, sepanjang
gerbang rel kereta ekonomi.
?Anjungpaput "Ada apa sih?" tanya Tinka.
2 4 8 Maya menarik napas. "Dia kan udah latihan sepak bola dua kali seminggu.
Kan jarang-jarang hari Minggu dapet libur, hari ini juga libur gara-gara
Minggu tenang sebelum mulai latihan intensif mulai minggu depan. Tuh
coba, mulai minggu depan kan udah padet banget, pasti nggak ada off-nya,"
sambung Maya berapi-api. Saking semangatnya, Maya sampai melototmelotot garang. Tinka jadi takut.
"Terus nih, Ka, yang paling gue sebelin, paling bete-in, dia cuek, gitu lho!
Cuma bilang gini nih, "May, sorry ya, gue musti rapat, perginya lain kali
aja." Gitu. Terus dia cabut, padahal gue udah dandan giniiiiii...
SEBEEEEEEEELLLLLLLL!!!!!"
Tinka menatap Maya. Dia baru sadar Maya rapi banget, ready to nge-date,
gitu deh. Hehehehe, tapi pas Rocky pergi, dia langsung ke sini tanpa ganti
baju. Rok dan sweater mininya masih melekat manis di badannya.
"Ya, nggak pa-pa kali. Kan jarang-jarang dia batalin janjinya," bela Tinka.
Duh, kok Maya jadi ribet gini sih" Masa gitu doang ngamuknya sampai
gila-gilaan gini, gimana kalau si Rocky selingkuh" Bisa mental pohonpohon di kebun dia tiup. Kayaknya percuma nih berdebat sama Maya pas
lagi kayak gini, pasti makin lama malah makin ngotot. Makin lama, makin
lapeeeeeeeeeerr... sekarang kan sudah masuk jam makan siang.
?Anjungpaput "IH! Kok lo belain dia sih"! Biasanya dia nggak ada janji lain, artinya dia
nggak harus milih, jadi artinya beda. Ini beda, dia harus milih antara gue
yang udah dijanjiin duluan, sama rapat bola yang dadakan itu! Milih, Ka,
milih!" tegas Maya nggak rela.
2 4 9 "Iya deh, iya, ntar gue coba ngomong. Tapi gue nggak janji, ya" Gue aja
nggak tau mau ngomong apa. Menurut gue sih si Rocky nggak salah-salah
amat," tukas Tinka polos._.
Maya langsung melotot. "Iya, iya, Rocky salah," ralat Tinka.
Maya nyengir lebar. "Gitu donggggg, you"re my very best friend!"
Dasar. Dia yang pacaran, Tinka yang repot.
*** Tinka memencet nomor telepon Rocky. Maya ada-ada saja, jadi dia
terpaksa nelepon Rocky, padahal sejak Rocky pacaran sama Maya, Tinka
jarang banget ngobrol sama Rocky. Kesempatannya ngobrol ya di sekolah,
bareng Maya. Rocky juga jadi jarang menelepon Tinka. HP dan telepon
rumahnya harus selalu stand by, kalau sewaktu-waktu Maya menghubungi.
Main ke rumah Tinka juga jarang. Kayaknya Rocky kecapekan banget.
Tinka sempat gugup. Dia kaget ketika tiba-tiba dadanya berdegup kencang.
Apa-apaan sih" "Hei, Rocky, gue nih. Tetanggaaaa..." Tinka buru-buru
menetralkan suaranya. ?Anjungpaput "Halo?" suara Rocky yang agak serak menjawab telepon.
2 5 0 "Weitsss! Ada angin apa nih?" suara Rocky terdengar senang.
"Emmm... gue mau ngomong," ujar Tinka to the point. Makin lama
ngomong sama Rocky, jantungnya makin nggak karuan.
"Ngomong apa?" Tinka terdiam sebentar. Setelah beberapa detik, ia menceritakan
maksudnya, tentang Maya yang datang ke rumahnya terus curhat habishabisan. "Dia sampe histeris gitu, Rock, kayaknya dia bener-bener sedih
deh," Tinka menekankan.
Terdengar Rocky menarik napas. Lalu diam.
"Rock?" panggil Tinka.
Rocky berdehem. Rocky menghela napas berat. "Tinka, lo tau nggak" Gue capek banget hari
ini. Hhhh... pas denger lo yang nelepon tadi, gue semangat lho, lo kan
selalu ceria gitu. Tapi ternyata lo mau nyampein pesennya Maya, ya?" kata
Rocky, lalu langsung cepat-cepat melanjutnya. "Tapi nggak pa-pa lah. Lo
udah susah-susah nelepon gue, ngasih tau gue. Besok gue jelasin ke Maya,
oke?" jawabnya lemas.
?Anjungpaput "Rock," panggil Tinka lagi.
2 5 1 "Nahhhhh, gitu doooonggg... thanks ya" Ya udah, gue mau bobo dulu."
"Ka?" panggil Rocky menggantung.
"Apa?" "Nggak deh. Nggak jadi. Sleep well deh. Gue janji nggak bakal ngecewain
lo," tukasnya. "Thank you, Rocky, gue emang nggak salah ngandelin lo."
"Lo tetep selalu bisa ngandelin gue kok," sahut Rocky pelan.
Tinka tidak mendengarnya. "Apa, Rock?"
"Nggak... ya udah, ya" Gue capeeeeeekkkk."
"Okeeeeeeee... dah Rocky!"
Tinka memencet nomor telepon Maya.
"Heh, ibu negara! Masalah lo udah beres."
?Anjungpaput Beres. Tapi tadi apa maksudnya, semangat waktu tahu Tinka yang nelepon"


Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

2 5 2 "Aduuuuuuuhhhh, makasih ya?"
"Makasih-makasih," omel Tinka.
Tinka nggak ngerti sama Maya. Rocky segitu baiknya, masih juga kurang.
Maunya cowok yang kayak gimana sih" Padahal tiap hari Rocky ngikutin
Maya kemana-mana. Rela nunggu di salon, nunggu di tempat senam,
nunggu shopping. Jarang-jarang kan ada cowok model kayak gini"
Tinka jadi ingat salah satu cowok Maya yang dulu, Sion. Anak kuliahan
tingkat dua. Boro-boro nungguin di salon, jemput sekolah aja walau Maya
cuma telat semenit ngamuknya persis godzilla. Tinka pernah marah sama
Maya gara-gara Sion. Maya kok mau-maunya dibentak-bentak di depan
umum. Sion memang keren, ganteng, kaya, tapi pshyco! Untung akhirnya
Maya sadar terus putus. Kalo nggak... Tinka bisa nekat menghajar Sion
sampai babak belur. Kalau perlu sewa preman. Tapi ini Rocky. Rocky
hampir nggak pernah nyakitin hati cewek, saking baiknya. Masiiiiiiiiiihhhh
aja kurang. "Dia bilang apa?" tanya Maya penasaran.
"Hehehehe..." "May, update twitt yuk?"
?Anjungpaput "Dia bilang, besok lo liat aja. Lapor ya sama gue?"
2 5 3 "Hah?" "Jangan lupa pake hastag #Rockymayabaikan ."
"Sip deh!" "Ya udah ah, gue ngantuk nih!"
"Met bobo ya?" "Iya, iya, udah ah... gue kangen nih."
"Sama siapa?" Maya terlonjak kaget.
?Anjungpaput "Sama Rio." Tinka menutup teleponnya lalu cekikikan geli.
2 5 4 TINKA sukses berat bikin Rocky minta maaf sama Maya soal rapat strategi
bola waktu itu. Rocky langsung minta maaf sama Maya dengan kata-kata
yang manis. Apalagi sebelum tidur Tinka sempat mengirim SMS berisi
pesan-pesan sponsor supaya dia berkata-kata manis. Maya senengnya nggak
ketulungan. Dengan tulus ikhlas dan penuh rasa cinta, Maya memberi
Tinka kemeja keren warna biru muda. Tinka suka banget sama kemeja
barunya, tapi Maya jadi sering minta tolong hal yang sama ke Tinka.
Hampir setiap ada masalah sama Rocky, Maya selalu mengadu dan minta
Tinka ngomong sama Rocky. Tinka tetap dengan kelemahannya; tatapan
bintang-bintang ala Sinchan dan akhirnya ngalah dan mau bicara sama
Rocky. Usaha Maya sukses, Rocky selalu menuruti kata-kata Tinka. Dalam
waktu satu kali 24 jam, cling! Rocky langsung jadi seperti apa yang Maya
mau. Gampang, kan" Hari ini tim Rocky bakal tanding sepak bola lagi. Rocky dan temantemannya kelihatan siap tempur. Sandy terus-menerus heboh membahas
strategi pertahanan di kelas bareng Rocky.
"Ka, lo nggak bisa terus-terusan manjain Maya kayak gitu," tegur Rio di
parkiran siang itu. "Manjain apa?" Tinka berlagak pilon.
"Ya gitu... masalah Rocky. jangan jadi bego mendadak deh."
Rio memutar bola matanya kesal. "Tinka, lo jangan pura-pura nggak ngerti
gitu lah. Lo juga tau kan lo tu sebenernya nyampein apa yang Maya mau,
dan lo tau banget Rocky nggak pernah bisa nolak permintaan lo. Bukannya
itu manjain Maya namanya?" sungut Rio panjang-lebar. Kalau ngomel Rio
bisa berubah jadi ibu-ibu arisan.
"Yeeeeee... bukan salah gue dong. Rocky kan bisa aja nolak, dianya aja
nggak pernah nolak," balas Tinka.
?Anjungpaput Tinka terdiam sejenak. "Gue kan cuma nolong cari jalan keluar," kata
Tinka bela diri. "Lagian, emang kenapa sih" Lo cemburu" Takut kalo
mereka berdua makin nempel" Waktu nerima lo jadi klien, gue kan nggak
ngejamin berhasil." 2 5 5 Rio mengangkat bahu. "Terserah lo deh. Tapi nanti kalo ada apa-apa, gue
nggak ikutan ya" Gue udah ngasih tau lo," tegas Rio serius.
"Hihihi. Kok lo bisa serius gini sih" Udah ah! Ntar lo jadi keriput lho,
kebanyakan serius. Otot muka lo kan nggak kuat dipake serius... mending
lo mikir strategi buat deketin cewek selain Maya. Nggak tega gue kalo lo
nungguin Maya yang cinta mati gitu sama Rocky."
Tinka tau kok, selama ini tindakan dia itu salah. Tapi mau gimana lagi"
Ditolak kasihan Maya, diterima satu saat pasti ada akibatnya. Maya terlalu
keenakan, dia mau Rocky berubah jadi cowok idamannya. Kriteria impian
cewek-cewek. Ganteng, pintar, baik, dan penurut.
"Lo mau nonton bola nggak?" Tinka menstarter si Kuning.
"Pulang dulu, ya" Ganti baju dulu." Rio mengibaskan tangan di depan
badannya yang masih terbungkus seragam.
"Keganjenan! Mau ngecengin siapa sih di stadion bola" Langsung aja ah,
males gue nyetir bolak-balik, mana yang nebeng nggak bisa nyetir," ledek
Tinka. Tinka memacu mobilnya ke kedai nasi di dekat sekolahnya. Tinka suka
ajaib kalau lagi laper. Pernah dulu Tinka maleeeeeeeeeees banget kalau
harus berhenti buat makan, jadi di perjalanan pulang waktu itu"yang
macet banget"hampir satu jam setengah, Rio yang tadinya cuma
merengek-rengek biasa tiba-tiba jadi heboh. Pertama-tama mulutnya
monyong kayak ikan mas koki, megap-megap. Habis itu dia melenguh
kayak anak sapi. Katanya perutnya asli nggak kuat lagi. Katanya cacingcacing di perutnya lagi demo.
"Cacing di perut lo nggak demo lagi?" sindir Tinka.
"Nggak, tepat waktu sih. Lagian ini kan tanggal muda, jadi baru pada
gajian." Rio melahap sepotong besar tahu goreng.
?Anjungpaput Rio cemberut. "Ya udah... tapi makan dulu, ya?"
2 5 6 "Hmmm, kalo demo lagi pecat aja, cari cacing baru," seloroh Tinka asal.
Makanan di kedai ini enak-enak semua. Rio makan hampir tiga piring,
antara lapar dan menderita busung lapar, rakus banget. Tinka habis satu
setengah piring. Mereka langsung menuju lapangan bola setelah puas
makan. Tampaknya semua orang pengen duduk di tempat strategis. Baru jam tiga,
tribun nyaris penuh. Aneka spanduk dan poster pendukung dari sekolahsekolah dipasang di seluruh penjuru stadion. Tinka sendiri bawa telapak
tangan raksasa, yang dia bikin sendiri karena terinspirasi Joey di
serial Friends. Pokokknya dia sudah siap berheboh ria, apalagi Rocky jadi
kapten lagi. "Maya mana ya?" celetuk Rio.
"Ah, paling di bawah bareng Rocky di tempat pemain, kan dia pacarnya
kapten," jawab Tinka cuek, matanya memandang sekeliling. Kali aja ada
cowok keren dari sekolah tetangga. Sambil menyelam makan ikan. Minum
air mah biasa. Mending makan ikan, kenyang.
Pertandingan berjalan sukses. Sekolah Tinka lagi-lagi unggul. Mereka
menang 3-1. Tinka jejingkrakan kayak orang utan waktu Sandy dan Rocky
menyarangkan bola. Sampai-sampai Pak Kusno, guru kesenian, yang ikut
nonton langsung memeragakan tari Kecak Bali di tengah-tengah tribun
saking senangnya. Sampai pertandingan berakhir, Tinka sama sekali nggak melihat Maya.
Rocky sih dia lihat. Sampai HP-nya berdering pas dia sampai di rumah.
"Tinkaaaa..." rengek Maya panjang.
Apa lagi nih" "Rocky bener-bener nggak punya perasaan..."
?Anjungpaput "Halo?" 2 5 7 "Kenapa lagi" Dia nggak mau nganterin lo?"
"Bukaaaaannnnnn..."
"Dia milih bola lagi dibanding elo?"
"Bukaaaaaaaaannnn..."
"Dia nggak mau nungguin lo di salon?"
"Bukkkaaaaannnnnn... dia nungguin gue, dia milih gue daripada bola.
Malah tadi selesai tanding dia mau nganter gue ke toko buku," jelas Maya.
"Terus kenapa dong?" Tinka heran.
"Dia emang nurutin semua mau gue, nggak pernah mentingin yang lain
lagi, tapi dia kayak robot. Ngikut gue kemana-mana tapi
dieeeeeeeeeeemmmmmm... melulu. Gue tanya, jawabnya seupil, kadangkadang malah ngangguk sama geleng doang. Dia bener-bener kayak
nganggep gue nggak ada. Dia serius nggak sihhhh?"?" cerocosnya.
"Mayaaaa... lo bener-bener deh. Jangan kayak anak kecil gitu dong. Oke,
kali ini gue ngomong lagi sama Rocky. Tapi ini yang terakhir kali, ya,"
sahut Tinka agak kesal. "Bener, ya?" "Ya. Tapi inget, ini terakhir kalinya," ujar Tinka tegas.
Tinka meminta Rocky menemuinya di tukang sate dekat tikungan rumah
mereka. Malam itu dingin juga, sampai Tinka harus pake sweter. Rocky
datang pakai kaos oblong abu-abu dan celana training. Sambil berjalan
tangannya dimasukkan ke saku celana. Matanya kelihatan capek banget.
Kayaknya dia sama sekali belum sempat istirahat.
?Anjungpaput *** 2 5 8 "Hei," sapa Tinka.
"Hei. Udah lama?" Rocky duduk di bangku kayu tukang sate.
"Belum." "Ada apa, Ka?" tanya Rocky sambil menatap Tinka. Matanya agak merah.
"Sori ya, ganggu malem-malem gini. Ini masalah Maya," jawab Tinka
takut-takut. "Kenapa lagi Maya?" raut muka Rocky tiba-tiba berubah.
Tinka meneguk Cola-nya karena gugup. "Emmm, Maya bilang lo kok jadi
dingin sih" Terus..." Tinka membeberkan ceritanya. Wajah Rocky terlihat
resah. "Lo mau gue gimana?" tanyanya. Nadanya mulai aneh.
"Lo marah, ya?" Tinka menatap Rocky ragu.
"Nggak, nggak... udah, bilang aja gue harus gimana?" tukasnya tak sabar.
"Emmm... gimana kek, lo perhatian dikit kek, jangan terlalu cuek
. Ngertiin perasaan Maya juga dong. Inget lho, dia sobat gue, lo jangan nyakitin dia,"
serang Tinka tanpa ampun.
Tiba-tiba wajah Rocky berubah marah. Bibirnya dikatup rapat, rahangnya
mengeras. "Ngertiin perasaan Maya?" tanyanya dingin. "Lo nggak salah?"
"Iya jelas aja gue marah! Lo minta gue ngertiin perasaan Maya, terus
pernah nggak lo mikir ngomong sama Maya supaya dia ngertiin perasaan
gue, hah" Lo pikir selama ini apa gue masih kurang" Gue harus nganter
Maya ke salon, shopping, ke kafe, senam, nggak ngumpul sama anak-anak
lagi... gue jadi sopir Maya tiap hari, dan lo anggep gue masih nggak ngertiin
Maya"!" sembur Rocky terengah-engah.
?Anjungpaput "Kok lo jadi marah gitu sih?" Tinka ikut panas.
2 5 9 Tinka terdiam. Melihat itu, Rocky melanjutkan dengan berang. "Semua yang gue lakuin
akhir-akhir ini kesukaan Maya!!! Gue nggak pernah lagi ngelakuin apa yang
gue suka, semua kesukaan Maya, sampe gue nggak boleh deket sama lo!!!"
teriak Rocky panas. "Apa?" tanya Tinka nggak percaya.
"Iya! Gue nggak boleh deket sama lo. Maya cemburu. Gue nurutin semua
kemauan Maya. Kalau bukan demi lo..." Rocky berhenti mendadak, kaget
karena omongannya sendiri.
Tinka memandang Rocky tak percaya. "Apa?"
Rocky diam. "APA?" Tinka bertanya gusar.
Rocky memegang bahu Tinka. "Gue suka sama lo. Gue sayang sama lo.
Semua yang gue lakuin cuma demi lo..."
"Tapi..." potong Tinka.
"Tapi gue nggak pernah tau." Tinka lemas. Lututnya serasa mau lepas, dia
nyaris tak kuat berdiri lagi.
"Lo nggak pernah merhatiin tanda dari gue." Tatapan Rocky menerawang.
"Sekarang gue udah nggak mau gini lagi. Gue capek. Maya bikin gue stres.
Gue mau putus." ?Anjungpaput Rocky meletakkan telunjuknya di bibir Tinka. "Gue denger waktu lo
ngomong sama Maya. Gimana lo pengen banget Maya seneng. Gue tau lo
mau Maya jadian sama gue. Gue pengen bikin lo seneng, gue nggak tau
gimana caranya bikin lo seneng. Gue pikir kalo gue nurutin mau lo supaya
gue jadian sama Maya, lo pasti seneng banget. Gue pengen liat lo seneng,"
lanjut Rocky lemah. 2 6 0 Tinka terbelalak. "Jangan!" Tinka mencengkeram tangan Rocky. "Dia pasti
marah banget sama gue, dia pasti kecewa. Maya nggak boleh kecewa, dia"
dia"dia nggak pernah diputusin cowok."
Rocky menatap Tinka iba. Tangannya mengelus rambut cepak Tinka. "Lo
bener-bener nggak ngerti. Ya udah lah, kalo emang itu yang bikin lo seneng.
Yang penting gue udah lega."
"Gue nggak seneng, gue..."
"Udah, nggak pa-pa." Rocky mengelus pipi Tinka.
"Gue... gue," Tinka merasa lidahnya benar-benar kaku.
Antara sadar dan tidak, Tinka berlari meninggalkan Rocky. Apa-apaan ini"
Rocky keterlaluan, kenapa pada saat kayak gini sih" Dia kan pacaran sama
Maya, sobat karibnya. Siapa bilang Tinka nggak sayang sama Rocky.
Memangnya siapa yang selama ini mengorbankan perasaan" Menjodohkan
sobatnya sama cowok yang dia suka. Siapa bilang Tinka nggak cemburu"
Rocky keterlaluan. Dia mikir apa sih, sampai bisa bilang begitu" Lihat
Rocky jalan sama Maya adalah hal paling menyakitkan buat Tinka.
Tinka merebahkan tubuh di atas kasur. Bingung harus ngapain. Dia pengen
teriak. Tapi mama pasti kaget, bisa-bisa dia disangka gila. Dika masih di
kamar, belum keluar-keluar. Mama bisa panik kalau kedua anaknya jadi
aneh. Baru sekali Tinka merasa kayak gini, dia harus gimana"
"Kamu kenapa sih?" tiba-tiba mama sudah berdiri di ambang pintu.
Tinka buru-buru duduk dan mengusap matanya yang nyaris menangis.
"Nggak papa. Lagunya Air Supplytuh, bikin merinding aja," jawabnya asal.
?Anjungpaput I can wait forever... alunan suara Air Supply terdengar miris dari radio. Kok
bisa sih lagunya kayak gini" I can wait forever, if you say you"ll be there too...
Tinka langsung mematikan radionya dengan kesal. Bikin orang tambah
sedih aja. 2 6

Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

1 Mama tersenyum penuh pengertian.
Tinka bingung bagaimana besok ia harus bersikap bila bertemu Rocky.
Maya. Belum pernah Tinka suka pada seseorang seperti Rocky. Belum pernah
Tinka benar-benar jatuh cinta sampai rela berkorban kayak sekarang ini.
Tinka ingat cowok-cowok yang pernah jadi kecengannya. Semua nggak ada
yang istimewa. Apa memang sudah waktunya dia jatuh cinta" Kenapa jadi
rumit begini" Dia nggak mau Rocky putus sama Maya. Dia nggak mau
Maya kecewa. ?Anjungpaput *** 2 6 2 SUASANA di sekolah jadi terasa aneh. Tinka berusaha menghindar dari
Rocky. Maya juga diam. Rio jadi kebingungan.
"Kalian kenapa sih?"
"Lagi keabisan bahan pembicaraan," Tinka menjawab malas.
"Maya sama Rocky marahan" Kok diem-dieman gitu?"
"Lagi keabisan juga, kali."
Rio makin bingung. "Kantin yuk?" ajak Rio.
"Nggak ah, nggak laper."
"Aneh banget sih. Ya udah kalo nggak mau cerita, gue ke kantin dulu. Tapi
gue siap ngedengerin lho." Rio bangkit dari bangkunya karena perutnya
minta diisi. Rocky berjalan menghampiri Tinka.
"Hei," sapanya.
"Hai. Maya mana?" Grogi rasanya harus ngomong di situasi kayak gini.
"Ke WC. Lo nggak pa-pa?" tanya Rocky khawatir.
Rocky mengangkat bahu dan beranjak pergi, namun ia sempat berhenti
sebentar. "Ka, lo nggak harus selalu ngorbanin diri lo buat orang lain. Ada
saatnya lo harus mikirin diri lo sendiri juga," tuturnya pelan. Ada
kekecewaan terpancar di mata Rocky.
"Maya sahabat gue, Rock," jawab Tinka datar.
?Anjungpaput "Nggak. Lo mending ke sana lagi deh, sebelum Maya balik," usir Tinka
halus. 2 6 3 Rocky berlalu. Rasanya ada yang hilang. Hari-hari Tinka yang biasanya selalu ceria tanpa
mengenal halangan, tiba-tiba jadi muram. Dia hanya melamun seharian.
Pelajaran nggak ada yang masuk. Mungkin sudah hampir satu kotak kapur
habis buat nimpuk Tinka. Dari warna merah, putih, biru, malah ada tutup
spidol segala. Semua numpuk di meja Tinka, dari guru-guru yang berbeda.
Yang ditimpuk tak kunjung sadar. Malah makin parah.
Maya dan Rocky tetap ke mana-mana bareng, padahal sebagai orang yang
lagi pacaran, mereka berdua itu jarang ngomong. Rocky tampak betul-betul
berusaha buat Tinka. Yang bikin Tinka tambah pusing, Maya masih rajin
curhat dan minta tolong sama dia gara-gara sikap Rocky yang dianggap
kurang perhatian. Tinka iya-iya doang, tapi dia sama sekali nggak bilang
apa-apa sama Rocky. *** "Tinka, Mama mau ngomong," ucap mama saat Tinka pulang sekolah.
"Ada apa, Ma?" Tinka duduk di samping mama.
Mama mengusap kepala Tinka. "Kamu kenapa sih" Wali kelas kamu tadi
nelepon Mama. Katanya kamu jadi sering ngelamun di kelas. Cerita
dong..." kata mama. "Hus! Nggak boleh gitu. Maksudnya kan baik. Ada apa sih, Ka" Kamu
nggak pernah kayak gini. Sekali-sekalinya kamu kayak gini kan waktu si
Momon monyet kamu sakit terus mati. Parkit kamu ada yang sakit?"
"Iiih, Mama. Nggak." Tinka menghela napas. Kayaknya dia memang harus
cerita sama mama. Selama ini kan dia selalu terbuka sama mama. Lagian
mama kan orangnya asyik. Dia selalu punya solusi, selalu punya cara.
?Anjungpaput "Ugh. Bawel banget sih guru-guru itu?" gerutu Tinka, "Bisanya ngadu sama
Mama." 2 6 4 Tinka selalu lega kalau habis cerita ke mama. Masalah ini juga jadi lebih
baik, jadi Tinka pun bercerita.
"Gitu, Ma," tutupnya di akhir cerita.
"Tinka, Tinka... kirain Mama kamu kenapa." Mama merangkul bahu
Tinka. "Mama... ini masalah besar," rajuknya.
"Iya, iya... dasar kamu. Tinka, kamu harus percaya sama Maya."
"Maksud Mama?" "Dia kan sahabat kamu. Kamu rela berkorban buat dia, bantuin dia.
Seharusnya kalau dia sayang sama sahabatnya, dia juga pasti rela berkorban
buat kamu," nasihat mama bijak.
"Ma, tapi Maya tuh nggak tau kalau Rocky suka sama aku."
"Lama-lama juga dia pasti tau." Mama mengusap bahu Tinka dengan
sayang. Tinka memang bikin mama bangga.
*** Suara cempreng pengamen menjadi backsound Tinka yang sedang melamun.
"Mamaaaaaaa... kasih uang tuh pengamen... nyindir, kali. Biar cepetan
pergiiiiii!" jerit Tinka dari dalam kamar.
"Oooooo... lagi ada yang mengalami kegagalan cinta ya, Bu" Ya nasib, ya
nasib dooooongggggg," kata pengamen bencong itu. Kurang ajar.
?Anjungpaput "Cukup sekali aku merasaaaaaaaaa...a...a...a... kegagalan cinta... takkan
terulang kedua kaliiiiiii...ii...i...i... di dalam hidupkuuuuuu...
OOOOOOOOO... ya nasib, ya nasibbbb... mengapa beginiiiiiii... baru
pertama bercinta, sudah menderitaaaaaa..."
2 6 5 Tinka meneruskan lamunannya. Dia melamunkan kata-kata mama tadi.
Bener juga sih, harusnya Maya juga mau berkorban buat dia, kan dia
sahabat Maya. Tinka lalu ingat kata-kata Rio juga, terus kata-kata Rocky.
Apa iya, Tinka terlalu cuek sama diri sendiri" Cuma mikirin orang lain"
Tinka kan maksudnya baik, dia care sama Maya. Lagian dia pikir Rocky
pasti senang kalau bisa jadian sama Maya.
"Ka..." Entah muncul dari mana, tahu-tahu Maya sudah duduk di
sampingnya. "Hah" Lho.... kapan dateng lo" Kok nangis sih" Matanya bengkak gitu."
Tinka panik. Antara takut ketahuan melamun soal Maya dan takut Maya
kenapa-kenapa. Matanya asli sembap.
"Gue putus." "APAAAAAAAAAA?"?"?"" jerit Tinka. Sialan Rocky, udah dibilang
jangan nyakitin Maya. "Kurang ajar! Ayo, biar gue ngomong sama dia!
Berani-beraninya bikin lo kayak gini!" ujarnya berang.
Maya buru-buru mencegah. "Jangan, Ka."
"Kenapa" Lo rela diginiin?"" Lo kan nggak pernah nangis gara-gara
cowok!!!" "Bukan dia kok yang mutusin, tapi gue," jawab Maya.
Tinka terbelalak. "APAAAAAA?"" Kenapa" Dia masih bikin lo kecewa?"
"Lho" Terus kenapa lo putusin?"
Maya mendesah. "Gue pikir nggak ada gunanya kali, Ka, pacaran model
gini. Dia cuma nurutin apa yang kita perintahin ke dia. Bukan kemauan dia
sendiri. Malah kalau gue pikir-pikir nih, kayaknya dia nggak bakalan nurut
andai yang bilang gue, bukan lo..."
?Anjungpaput Maya menggeleng. "Nggak, gue kok yang salah. Gue yang mutusin dia, pas
dia minta maaf sama gue karena selalu bikin kita berdua kecewa."
2 6 6 "Tapi, May..." "Udahlah, biarin aja, abis gimana" Gue juga males jalan-jalan sama robot,
dieeeeeeeemmm melulu. Dia emang nggak terlalu sayang, kali sama gue."
"Tapi lo nangis."
"Sekali-sekali nangis pas putus cinta boleh, kan?" jawab Maya diplomatis.
Tinka tercenung. Baru dipikirin, baru dilamunin, kejadian. Memang
perasaan nggak bisa dipaksain. Semua kata-kata Rio benar. Akhirnya pasti
ada akibatnya, mulai dari Rocky marah-marah histeris malam itu, sampai
Maya yang tak disangka-sangka mutusin Rocky pake acara nangis segala.
Kalau dipikir-pikir, ini semua gara-gara Tinka. Kayaknya misi mak
comblangnya yang satu ini terlalu maksa buat pihak Rocky. Tinka
mengingat-ingat kembali, Rocky memang belum pernah barang sekali pun
bilang kalau dia suka sama Maya. Dia cuma bilang Maya cantik, feminin,
udah. Kok Tinka bisa bego gitu, ya" Jelas-jelas sasarannya nggak ada rasa
sama Maya, kenapa dia sama sekali nggak curiga sih" Hari-hari Maya
mengadu juga Tinka sama sekali belum sadar, Rocky sebenarnya sama
sekali bukan peduli soal Maya. Cowok itu cuma nurutin Tinka. Benar kata
mama, Tinka cuma ngorbanin perasaan sendiri.
*** "Lo berdua jadi pada garing deh," cetus Rio hari itu. Semangat Rio tumbuh
lagi begitu tahu Maya putus. Dia semakin semangat mengeluarkan jurusjurus mengejar cewek yang dia dapat dari majalah remaja.
"Ih, apaan sih" Emang kita kerupuk?" jawab Tinka sekenanya.
?Anjungpaput Kejadian sore itu semakin bikin semuanya serba canggung. Maya kikuk
kalau ketemu Rocky, Tinka juga. Semua balik seperti semula. Maya sudah
kembali lagi jalan bertiga dengan Rio dan Tinka. Rocky kembali asyik
dengan Sandy dan Ray. Hubungan Tinka dan Rocky semakin aneh. Setelah
putus dari Maya, terus semua jadi berantakan.
2 6 7 "Tuh, kaaaaaan... garing." Rio cemberut. Semuanya jadi aneh banget.
Masa sih Tinka jadi pendiam" Semua order ditolak, alasannya dia mau cuti.
Memangnya dia pegawai bank apa, pakai acara cuti-cuti segala"
"Rio, sekarang kesempatan lo buat jadi yang terlucu di antara kita," saran
Maya asal. Manyun Rio makin menjadi-jadi. Tapi mendadak senyum lagi. "Eh, , kita
nonton yuk?" Dasar nggak tahu keadaan.
Mata Tinka serta merta melotot seperti baisa.
"May, lo pasti nggak nyesel mutusin Rocky, kan?"
ADUUUUUUHHHHH!!!!!" Kaki Rio diinjak keras oleh Tinka. Pertanyaan
apaan tuh" Mau bikin suasana makin keruh"
"Nggak," jawab Maya pendek. "Lagian gue sekarang lagi PDKT sama
Justin koklanjutnya enteng. Tapi langsung bikin Rio drop. Justin"
Memangnya Maya buta" Nggak lihat ada Rio"
"Apa?" tanya Tinka tak percaya. "Lo kan baru putus dua hari?"
"Ya, dalam waktu dua hari, gue berusaha ngobatin sakit hati gue. Terus gue
ketemu Justin, anak IPA 3. Emangnya gue belum pernah cerita?" tukasnya
santai. Perasaan Tinka jadi tak keruan. Dia marah pada Maya. Dia dapat
kesempatan pacaran sama Rocky, sementara Tinka" Cuma bisa menyimpan
semuanya dalam hati dengan miris. Cuma bisa menatap mereka berdua.
Sekarang" Baru putus dua hari Maya sudah bisa jatuh cinta sama cowok
lain. Apa semuanya sama sekali tak berarti buat Maya" Semua usahanya"
Bahkan Maya belum pernah sekalipun cerita soal Justin. Kenapa waktu
mau ngedeketin Rocky, Maya harus minta tolong sama Tinka" Kenapa
harus Rocky" Kenapa semuanya nggak adil buat Tinka"
?Anjungpaput Rio melongo. Hah" Yang benar saja" Dalam waktu dua hari"
2 6 8 "Cerita" Lo lupa ingetan, ya" Sejak lo ngadu terakhir kali sama gue waktu
itu terus lo putus, lo mana pernah ceitaaaaa?" Tinka meledak. Semuanya
mulai keterlaluan. Memangnya Tinka dianggap apa" Bahkan sahabatnya
sendiri yang selalu ia perjuangkan, sama sekali nggak peduli.
"Lho, Ka?" Maya panik.
"Lo emang keterlaluan, May! Kenapa sih lo sama sekali nggak pernah
mikirin perasaan gue"! Lo cuma sibuk sama perasaan lo sendiri. Lo nggak
adil!" teriak Tinka histeris. Dia bangkit dari kursi taman tempat mereka
bertiga duduk, lalu berdiri ke arah parkiran mobil.
"TINKA!" Maya berusaha mengejar, tapi dicegah Rio.
"Udah, gue aja. Dia terlalu banyak sakit hati," ucap Rio pelan sambil
menyusul Tinka. Tinka bersandar di mobilnya dan menangis sejadi-jadinya. Kenapa sih
semuanya jadi begini" Gara-gara cowok, semuanya jadi berantakan.
Perasaan Tinka nggak keruan. Dia agak menyesal membentak-bentak Maya
seperti tadi. "Ka..." Rio mengusap punggung Tinka yang berguncang hebat. "Lo jangan
nangis gini dooooonggg... gue kan jadi ikut sedih..."
"Yooo..." Tinka menyurukkan kepala di dada Rio. Ternyata dada Rio
bidang juga. Tinka jadi merasa nyaman. Rio mengusap-usap kepala Tinka.
"Kenapa jadi gini sihhh?" Huhuuuu..." tangisnya makin keras.
"Kok lo tau?" "Gue kan pernah bilang, gue tuh sensitif, tau," katanya bangga. "Contoh
dong gue. Biarpun Maya sekarang naksir Justin, gue nggak bakal nyerah..."
?Anjungpaput "Udahlah... semua udah terlanjur. Sekarang lo harus mikirin mau ngapain.
Apa lo tetep mau ngebiarin Rocky pergi gitu aja?"
2 6 9 Tinka tersenyum kecut sambil mengangkat bahu. "Nggak tau ah. Sekarang
aja gue jadi berantem sama Maya."
"Ka, kalo dia bener-bener sobat lo, harusnya dia tau apa yang terjadi
sekarang ini. Lo jangan selalu ngesampingin diri sendiri terus jadi
menderita gini dong. Gue juga tau, dulu lo pernah naksir Tristan, terus lo
diem aja, kan, waktu Maya yang jadian?"
Tinka semakin heran menatap Rio. Ternyata...
"Sekarang lo mendingan pulang deh. Pikirin mateng-mateng. Lagian semua
udah jadi kayak gini, apa lagi yang lo harepin" Balik seperti dulu, kayak
nggak ada apa-apa." ?Anjungpaput *** 2 7 0 TUK! Segulung kertas kecil mampir di meja Tinka.
Gue mau ngomong sama lo. Nanti siang ya, di belakang aula.
Luv, MAYA. Tinka panik. Aduh, dia benar-benar belum siap berhadapan sama Maya.
Harus ngomong apa nanti" Dia pasti nanya ini-itu. jawab apa coba" Tinka
menyodorkan kertas kecil itu pada Rio.
"Gue musti gimana?" bisiknya. Sudah cukup koleksi kapurnya, dia nggak
mau ditimpuk lagi gara-gara ribut.
"Ya dateng aja. Bagus, kan, dia punya inisiatif duluan" Jadi lo berdua
nggak diem-dieman lagi. Gerah, tau nggak," jawab Rio.


Miss Cupid Karya Mia Arsjad di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Gue musti ngomong apa?"
"Ya nggak ngomong apa-apa, kan dia yang mau ngomong."
Tinka melotot. Dasar. BLETAK!!! Kali ini penghapus papan tulis yang melayang ke meja Tinka.
Tinka langsung bungkam. Daripada benjol"
Maya sudah menunggu di sana sewaktu Tinka datang. Dia mondar-mandir
gelisah. Sesuai perintah Tinka, Rio disuruh ngumpet di balik pohon. Jagajaga kalau Tinka perlu bantuan. Kayak perang aja.
"Tinka." Mereka berdua terdiam lamaaaaaa... banget. Rio sampai ketiduran sambil
bersandar di pohon saking lamanya. Sebenarnya mau ngomong atau nggak
sih" Mana kakiniya digigitin semut merah.
?Anjungpaput "May?" Tinka ragu-ragu.
2 7 1 "Tinka, gue mitna maaf," ucap Maya akhirnya.
Tinka mengangguk, tapi tetap diam.
"Gue tau gue kesannya nggak ngerti perasaan lo. Lo harus bolak-balik
ngomong sama Rocky, ngejodohin gue... gue tau pengorbanan lo," ujar
Maya lagi. Yang dia tidak tahu, dalam hati Tinka sangat menikmati
kedekatannya dengan Rocky.
"Tapi gue nggak bermaksud begitu. Gue..."
"Udahlah, May. Gue ngerti, gue seneng kok lo udah mau ngomong ke gue
hari ini," potong Tinka. Dia nggak tahan kalau harus lama-lama
bersentimental ria kayak gini.
"Makasih, ya?" Maya memeluk Tinka. "Ka, tapi apa maksudnya sih, waktu
lo bilang gue nggak mikirin perasaan lo waktu itu?"
Tinka terkesiap. Dia sama sekali ogah kalau harus cerita sama Maya soal
ini. Dia belum siap cerita soal kejadian malam waktu dia bertemu Rocky
pada Maya. "Emmmm, maksud gue..."
Maya ternganga tak percaya. "Yang bener?"
Rio mengangguk mantap. ?Anjungpaput "Si Rocky tuh suka sama Tinka." Tiba-tiba Rio muncul dari balik pohon.
Gayanya persis Detektif Conan yang berhasil memecahkan masalah. Habis
sudah kesabarannya kalau harus menunggu Tinka berlama-lama.
Kemunculannya yang begitu tiba-tiba bikin Maya"apalagi Tinka"
bengong. Lalu dengan cueknya, Rio menceritakan semua yang diceritakan
Tinka. Sedetail-detailnya. Sampai-sampai sandal jepit biru pun ikut dibawabawa. Tinka nyaris menimpuk Rio pakai kunci mobil.
2 7 2 "Ya ampuun,! Lo kenapa nggak bilang sama gue sihhh?"" Mana mungkin
gue diem aja kalau tau kayak gitu" Sekarang gimana?" Maya langsung
histeris. "Udah telat lagi, May. Rocky kayaknya udah males ngomong sama kita."
"Kita" Salah gue apa?" celetuk Rio. "Oh iya, gue kan nggak salah apa-apa"
Naaaaahhhh, dia pasti mau percaya omongan gue." Rio serasa dapat ide
cemerlang. "Rio, please deh, jangannnnn!" Tinka merengek. Dia nggak mau timbul
masalah baru. Rio membungkam mulut Tinka.
*** Rocky memang jadi jauh banget. Tinka hampir nggak pernah ngomong lagi
sama Rocky. Mereka cuma bertukar senyum tipis kalau bertemu nggak
sengaja. Rocky sepertinya kecewa berat, karena setelah putus dari Maya,
Tinka tetap menolak didekati. Dan kayaknya terlalu vulgar kalau Rio
datang dan tiba-tiba bilang Tinka mau ngomong. Bisa-bisa Rocky merasa
dipermainkan. Seenaknya aja menolak dekat terus tiba-tiba mau ngomong.
Apalagi kondisi hubungan persahabatan mereka sudah jauh dari waktu
pertama kali dulu. "Rock!" panggil Ray.
"Kenapa?" Rocky menoleh dan menghentikan acara melahap baksonya.
Bibirnya sedikit jontor kepedesan.
Rio mengintip dari balik tembok kios, menguping pembicaraan mereka. Dia
sedang cari waktu yang tepat buat ketemu Rocky.
"Kita mau syukuran, gitu, buat lo."
?Anjungpaput "Lo ada acara nggak minggu ini?" tanya Ray lagi.
2 7 3 "Syukuran?" "Syukuran itu, waktu lo menang jadi kapten waktu itu. Di rumah Sandy,"
sambung Ray. "Lho, kan udah lama" Sandy mana?"
"Iya, soalnya nyokapnya Sandy siap masaknya baru minggu ini. Sibuk.
Sandy lagi ke WC. Gimana,Man, mau nggak?"
"Siapa aja?" "Yah, kita-kita aja kok. Paling beberapa undangan lain."
Rocky mengernyitkan alis, namun akirnya mengangguk. "Oke deh."
Ray mengacungkan jempol pada Rio yang ngumpet di balik dinding. Rio
membalas acungan jempol Ray. Siiiiipppp, strateginya berhasil.
*** "APA" Gue nggak mau, nggak mau. Gila lo, ya!" Tinka ngamuk-ngamuk.
"Yeeeeee, lo jangan gitu dong. Gue udah susah-susah mengorbakan harga
diri sama Sandy dan Ray. Emangnya gue cowok apaan, ngerayu-rayu
mereka?"?" Rio maksa.
"Ya, tapi kan lo nggak minta persetujuan gue."
"Kalo minta persetujuan kapan berhasilnyaaaaa?"?" Rio kesal.
Tinka makin cemberut. Mereka ternyata sekongkol. Bikin pusing orang aja,
emangnya ini masalah siapa" Asal!
"Awas lo, ya!" ancam Tinka.
?Anjungpaput "Udahlah, Ka, turutin aja," bela Maya.
2 7 4 "Gitu dooonggggggg. Gue doain lo sukses, sehat walafiat."
Tinka bersungut-sungut kesal. Susah punya sobat kayak Rio, suka seenak
udelnya sendiri. Tinka nggak bisa ngebayangin apa yang bakal terjadi nanti. Pasrah aja lah...
?Anjungpaput *** 2 7 5 RUMAH Sandy tampak sepi. Adik Sandy yang masih kelas dua SD tampak
bermain-main di halaman dengan anjing beigel-nya. Katanya ada syukuran,
kok sepi banget sih" Rocky terheran-heran.
"Bian, Kak Sandy ada?"
"Ada, masuk aja," jawabnya cuek. Matanya tak beralih dari anjingnya.
Rocky membuka pagar besi rumah Sandy. Saking belum pernah
diminyakin, bunyinya berisik banget, bikin ngilu gigi. Rocky langsung
menuju ruang tamu. Tapi nggak ada siapa-siapa. Kurang ajar, kalau sampai
dia dikerjain, awas itu anak dua besok.
"Ndy," panggilnya.
"Masuk, Yooooo, kita ada di halaman belakang."
Rumah Sandy yang nggak terlalu besar ini istimewa lho. Biarpun rumahnya
nggak terlalu besar, tapi halamannya luaaaaaaasssss banget. Jadi di
belakang kadang-kadang bisa dipakai buat main bola. Canggih, kan"
Di belakang, Sandy lagi haha-hihi dengan yang lain.
"Mana" Katanya syukuran, kok sepi gini" Makanannya nggak ada," Rocky
langsung berhenti ngomong begitu melihat sosok Tinka yang sedang duduk
di ayunan dan Maya yang nangkring di sebelah Rio. Ekspresinya susah
diungkapkan. Kaget, senang, marah...
Rocky duduk dengan canggung, di kursi satu-satunya yang disisakan buat
dia. Di sebelah ayunan Tinka.
"Aduh, gue musti nelepon Ray dulu nih. Katanya Obiet juga mau dateng,
bentar ya. Mereka berdua kan suka lelet." Sandy beranjak pergi. Matanya
mengerjap-ngerjap hebat ke arah Rio yang belum ngeh, masih asyik
berbisik-bisik dengan Maya.
?Anjungpaput "Duduk, duduk, nikmati dong pestanya. Nyokap gue nggak jadi masak, jadi
kita pesen pizza aja," Sandy ngeles.
2 7 6 "Rio, gue pengen pipis."
"Terus?" Maya melotot dan menyikut pinggang Rio kencang. "ADUH!"
"Temenin, gue takut anjing."
Rio langsung ngeh. Dia cepat-cepat berdiri dengan pinggang yang ngilu
disikut Maya. Tapi lagi-lagi Rio tersenyum senang begitu ingat Maya yang
mengajaknya. "Eh, eh, gue ikut," Tinka panik.
"Diem aja di sini. Nanti pizzanya dimakan semut." Lalu mereka berdua
kabur. Tinggal Rocky dan Tinka bingung berduaan.
"Emmmm, ini rencana mereka, tau!" Ini kalimat pertama yang muncul dari
mulut Tinka setelah sepuluh menit hening.
"Gue tau." "Hah?" "Iya, gue tau. Dasar kurang ajar!"
"Gue minta maaf, Rock," ucap Tinka nekat.
"Untuk semuanya. Gue udah nyakitin perasaan lo, bikin lo nggak enak,
semuanya lah," sambung Tinka.
"Gue juga minta maaf."
?Anjungpaput "Untuk?" 2 7 7 "Untuk?" "Bikin lo pusing, nyatain cinta pas gue masih jadian sama Maya. Gue tau lo
pusing, itu salah gue."
"Tapi lo ngejauhin gue, nggak pernah usaha lagi," ucap Tinka heran.
"Gue nggak mau nyakitin lo lagi. Dan gue nggak mau ditolak lagi," Rocky
menggantung kalimatnya. "Tapi gue nggak bakal~" Tinka langsung menutup mulutnya malu.
"Nggak bakal apa?" desak Rocky. "Nggak bakal nolak gue" Lo bakal
nerima gue?" Tinka diam. "Jawab, Ka. Gue nggak mau kecewa lagi."
"Gue... mau nyoba."
Rocky menatap Tinka heran. "Nyoba apa?"
Tinka tersenyum sekilas. "Nyoba pacaran sama orang yang gue suka."
Rocky serasa lemas. Rupanya selama ini ada orang yang Tinka suka. Dan
dia sudah menunggu sekian lama, sampai hari ini tetap sia-sia.
"Gue ngerti. Maafin gue. Yang penting gue udah tau semuanya dengan
jelas," tuturnya lemas. Lalu ia beranjak, siap-siap pergi.
"Pulang. gue harus menyendiri dulu. Nenangin pikiran," katanya lemas.
"Orang yang gue suka itu elo," sambar Tinka cepat.
?Anjungpaput "Eh, Rock, lo mau kemana?"
2 7 8 Rocky terdiam tak memercayai pendengarannya. Dia langsung terduduk
lemas, kali ini karena senang. Ternyata semuanya sama sekali tidak sia-sia.
"A-apa" Gue... gue..." Rocky gugup saking bingungnya.
"Udahlah, Rock, yang jelas gue mau nutup usaha mak comblang gue,"
sambung Tinka. "Lho" Kan lo cukup sukses. Katanya mau buka usaha mak comblang taraf
internasional?" "Nggak deh. Lagian sekarang mak comblangnya udah punya pacar. Nanti
kalo mak comblang suka sama sasaran gue lagi, kan, lo juga yang repot."
Tinka cekikikan. Rocky merangkul Tinka. "Dasar!"
"Tapi ada misi khusus jasa mak comblang gue. Sebagai misi pamungkas."
"Jodoh buat siapa?" tanya Rocky penasaran.
"RIO." Lalu mereka berdua tertawa geli.
*** Sementara itu di dekat kamar mandi.
Maya melirik heran. "Masa lo nggak tau?"
"Emangnya dia orang penting, sampe gue harus tau?"
Maya senyam-senyum. "Keren banget."
?Anjungpaput "May, siapa sih Justin" Apa sih bagusnya?" rasanya Rio harus cepat ambil
tindakan sebelum Maya mendadak jadian sama orang bernama Justin itu.
2 7 9 Rio cemberut. "Kenapa sih, Yo?" Melihat tampang Rio jadi aneh, Maya kebingungan
sendiri. Tak disangka tak diduga, Rio malah mengeluarkan sebuah bungkusan dari
sakunya. "Nih."
"Apaan nih?" "Buka aja." Maya membuka kertas kado merah muda yang membungkus kado Rio.
Taraaaa... sepasang antingsilver berinisial M.
"Rio" Kok..." Ulang tahun gue kan udah lewat..."
?Anjungpaput "Ini bukan kado ulang tahun, tapi... tapi... I love you..."
2 8 0 Suramnya Bayang Bayang 19 Misteri Kapal Layar Pancawarna Karya Gu Long Kaki Tiga Menjangan 41
^