Pencarian

Celebrity Wedding 5

Celebrity Wedding Karya Alia Zalea Bagian 5


kehidupan mereka bersama2. Ina tdk pernah merasa sebahagia ini sepanjang hidupnya. Dia
merasa sperti sedang terbang ke awang2 dan dia tdk pernah mau turun lagi ke bumi.
Tapi tentu saja akhirnya dia perlu turun ke bumi. Pertama2 dgn kepulangan Luna ke Indonesia
pada bulan Desember. Ina tdk tahu bagaimana wartawan tahu jadwal kepulangan Luna, tp
nyatanya mereka menemui Luna dan bayinya yg kini sudah berumur 5bulan di bandara. Kali ini
Ina langsung tahu berita itu dari Helen dan dia langsung menelepon Revel untuk memastikan
bahwa dia siap dgn segala berita yg akan menyerangnya lg dgn kepulangan Luna, tp
panggilannya tdk dijawab. Ina mencoba menenangkan dirinya dgn mengatakan bahwa
kemungkinan suaminya sedang ada di studio untuk menyelesaikan albumnya yg akan launch
akhir tahun ini, sebab itu dia tdk mengangkat telponnya. Ketika beberapa jam kemudian Ina
sekali lagi mencoba menelpon kantor MRAM. Panggilan itu dijawab oleh salah satu staf yg
mengatakan bahwa Revel sudah keluar smenjak sebelum makan siang dan belum kelihatan lagi
smenjak itu. Sekali lagi Ina berusaha tetap tenang dan meneruskan pekerjaannya.
Ketika dia pulang, Ina mendapat laporan dari mbok Nami bahwa Revel masih juga belum
kembali. Pada saat itu Ina mulai sedikit panik. Dia takut bahwa sesuatu telah terjadi pada Revel
karena Revel slalu memberitahu klo dia ada rencana pergi dan kapan dia akan kembali. Maka
dari itu, tingkah laku Revel kali ini betul2 meninggalkan tanda tanya besar. Ina tdk ingin
menelpon pak Danung atau ibu Davina karena dia tdk mau membesar2kan keadaan. Selama
beberapa jam kemudian Ina memaku dirinya di depan TV untuk melihat apakah ada kecelakaan
atau tragedi lainnya yg mungkin menimpa Revel. Dia tertidur di sofa di ruang TV dan terbangun
pada pukul satu pagi, menemukan bahwa Revel masih belum muncul. Akhirnya dia pun pergi
tidur sendiri. Keesokan harinya dia terbangun lebih awal daripada biasanya. Dia menemukan Revel sedang
tidur disampingnya. Ina tdk mendengarnya masuk tadi malam, tp dia bersyukur bahwa
setidak2nya Revel sudah plang. Kemudian rasa kesal muncul ke permukaan dan dia berdebat dgn
dirinya sendiri apakah dia mau membangunkan Revel dan menuntut penjelasan darinya kemana
dia semalam dan knapa dia tdk mengangkat atau membalas semua telpon darinya, sekarang juga.
"Ow," ucap Ina pelan. Tanpa Ina sadari, dia sudah mengepalkan tangannya terlalu keras sehingga
kuku2nya menusuk telapak tangannya.
Sambil mengusap telapak tangannya yg memerah, Ina memandangi wajah Revel yg kelihatan
resah di dalam tidurnya. Klo dia sedang tdk kesal dengannya, Ina mungkin akan membelainya
hingga kerutan pada wajahnya menghilang, tadi pagi ini yg dia inginkan adalah melemparkan
bantal pada suaminya yg telah membuatnya khawatir tdk keruan tadi malam. Klo Revel berpikir
bahwa Ina hanya akan tinggal dian stelah diperlakukan sperti ini tanpa penjelasan apa2, dia
sudah salah sangka. Tp Ina tdk ingin bertengkar dgn seseorang yg tdk 100% sadar, akhirnya dia
memutuskan untuk menunggu hingga Revel bangun sbelum melakukan serangannya.
Ina memaksa dirinya bangun dan mempersiapkan diri untuk pergi kerja. Sehingga dia sudah akan
melangkahkan kakinya keluar dari kamar tidur, Revel masih belum bangun, akhirnya stelah
menunggu selama 10menit dan Revel masih belum bangun juga, Ina meninggalkan suaminya
tanpa pamit. Dia bertekad menyelesaikan masalah ini sepulangnya dia dari kantor.
*** Stelah pekerjaan selesai di kantor, Ina langsung buru2 pulang, dia sudah tdk sabar ingin
menuntut penjelasan dari Revel tentang status Absence Without Leave-nya, tetapi sekali lagi
ketika dia sampai di rumah, Revel sudah menghilang dan spertinya tdk ada satu orang pun yg
tahu kemana dia pergi. Sekali lagi Ina mencoba menelepon Revel. Semenit kemudian dia
menutup telpon sambil mengerutkan keningnya. Ina tdk tahu apa yg sedang terjadi pada
suaminya sehingga dia berkelakuan aneh sperti ini. Ina mencoba membuang jauh2
kecurigaannya bahwa perubahan pada tingkah laku Revel ada hubungannya dgn kepulangan
Luna, tp gut-feelingnya mengatakan lain.
BAB 23 (The Cats Are Out Of The Bag)
HP Revel berbunyi dan dia tdk perlu melirik caller ID untuk tahu bahwa itu adalah Ina. Dia ingin
menjelaskan apa yg sedang terjadi dgn dirinya kepada Ina, tp dia tdk tahu bagaimana
mengatakannya tanpa membuat Ina mengamuk. Dia sudah tahu sifat wanita, pada umumnya
mereka tdk mungkin mengizinkan suami2 untuk menolong mantan pacar yg sudah merusak
nama baik suami mereka dgn tangan terbuka, walau mantan pacar itu sedang mengalami
kesulitan sekalipun. Lagipula apa yg sedang dia lakukan untuk Luna sifatnya hanya sementara. Hanya dirinya, om
Danung, dan Jo yg tahu tentang itu dan dia tahu bahwa staf rumah sakit akan menjaga privasi
mereka klo tdk mau dituntut oleh om Siahaan. Maka dari itu dia yakin image-nya, juga image
perkawinannya dgn Ina, akan tetap terjaga dgn baik. Itu alasannya dia memilih untuk diam saat
ini. Dia akan memikirkan suatu alasan yg meyakinkan yg dia bisa berikan kepada Ina atas status
AWOL-nya. Dia masih tdk tahu alasan apa yg akan dia kemukakan, tp yg jelas itu tdk akan
menyangkut nama Luna sama sekali.
Pada hari pertama sampai di Jakarta, Luna langsung menelponnya dan meminta bantuannya
sambil menangis tdk keruan. Sperti Revel, Luna adalah anak tunggal yg juga berasal dari
keluarga broken home, bedanya adalah setidak2nya Revel slalu bisa mengandalkan mamanya
untuk menolongnya. Luna tdk bisa mengandalkan siapa2. Papa Luna sudah menikah lagi dan
punya keluarga baru di Jerman dan menurut Luna, mama tirinya tdk pernah suka atau peduli
dgnnya. Parahnya lagi, papa Luna tdk berusaha menentang pendapat mama tirinya yg
mengatakan bahwa mereka bersedia menerima Luna untuk tinggal selama beberapa bulan, tp tdk
secara permanen. Mereka berpikir bahwa status Luna sebagai ibu tunggal akan berpengaruh
buruk kepada adik2nya yg jauh lebih muda daripada Luna.
Hubungan Luna dgn mama kandungnya juga tdk baik smenjak Luna memilih membesarkan Raf
daripada menggugurkannya, dgn begitu Luna dinilai sudah mempermalukan keluarganya di
depan seluruh Indonesia. Klo soal teman, Luna memang slalu dikelilingi dan dicintai fansnya, tp
dia tdk pernah punya teman baik yg bisa dia andalkan. Luna adalah tipe orang yg slalu sibuk dgn
dirinya sendiri sehingga kurang peduli pada orang lain, dan sekarang ketika dia memerlukan
bantuan orang lain, tdk ada satupun yg bisa membantunya, selain Revel. Revel teringat akan
percakapannya dgn Luna hari itu. Awalnya Luna memang meminta bantuan Revel secara baik2,
tp ketika dia merasa bahwa Revel akan menolak, dia mulai merengek, dan ketika ini tdk juga
membuahkan hasil, dia mulai menyalahkan Revel atas keadaannya sekarang.
Klo saja Revel menerima tuduhan ini sbelum dia mendengar cerita mama tentang pernikahannya
dgn papa, Revel mungkin akan langsung menutup telpon tanpa merasa bersalah sama sekali.
Tapi kini.. dia tdk bisa melakukan itu. Secara tdk langsung dia memang bersalah. Karena
sikapnya yg dingin dan tdk pernah menghargai Luna sewaktu mereka pacaran, Luna mencoba
mencari perhatian dari laki2 lain dan akhirnya mencari kehangatan diatas tempat tidur Dhani, yg
mengakibatkannya hamil, sementara Dhani tdk mau bertanggungjawab. Seakan2 itu belum
cukup membuat Revel merasa bersalah, Luna mengeluarkan bazokanya dgn mengatakan bahwa
bayinya, Rafael, lahir dgn antibodi yg dibawah rata2. Suatu efek samping yg Revel yakin berasal
dari semua narkoba dan miras yg dikonsumsi oleh Dhani stiap harinya. Dgn penyakitnya, Raf jd
gampang jatuh sakit. Raf memerlukan pengobatan dan Luna tdk punya cukup uang dan energi
untuk melakukannya sendiri. Pernyataan terakhir inilah yg membuat Revel tdk mampu
menolaknya. Revel sudah mencoba berbicara baik2 dgn Dhani, memintanya agar bertanggungjawab, tp
sayangnya pesan Dhani cukup jelas ketika Revel menemuinya atas permintaan Luna. Dhani
betul2 tdk mau bertanggungjawab atas bayinya. Dia mengatakan bahwa dia bukanlah satu2nya
laki2 yg tidur dgn Luna selama dia pacaran dgn Revel. Pernyataan ini langsung dibalas dgn
beberapa tonjokan yg cukup keras dari Revel. Klo bukan karena Jo yg menarik Revel agar
menjauhi Dhani yg pada saat itu sudah terkapar di lantai kelab dgn darah mulai mengalir dari
hidungnya, Revel mungkin sudah meringkuk di penjara karena membunuh orang.
"Gue tahu klo lo masih marah sama gue karena lo ngerasa gue sudah ngerebut Luna dari elo, tp
sperti yg gue sudah bilang sebelumnya, hubungan kalian sedang hiatus waktu gue dan Luna
mulai dating, jd pada dasarnya dia fair game. Tp klo inilah alasan knapa lo nggak mau mengakui
anak lo sendiri, sebagai balas dendam lo terhadap gue dgn mengimplikasikan gue untuk
disalahkan sebagai laki2 yg sudah menghamili Luna, juga Luna karena dia sudah memilih gue
daripada elo, gue cuma mau lo ingat bahwa akhirnya Luna kembali ke elo. Gue minta maaf
karena sudah jd orang ketiga di dalam hubungan kalian, tp gue minta ke elo Dhan, tolong lo urus
Luna dan anak lo. Mereka memerlukan elo."
Setelah puas dgn pidatonya dan yakin bahwa Dhani sudah mendengarnya, Revel meninggalkan
kelab dimana Dhani sedang berkumpul dgn teman2 band-nya. Dalam perjalanan keluar dari
kelab, Revel melihat securit kelab sedang menuju kearahnya, mungkin mereka bermaksud
membawanya ke kantor polisi dgn tuduhan sudah memukuli orang sampai babak belur, tp
mereka membiarkannya berlalu begitu melihat tatapan matanya. Revel yakin bahwa tatapannya
sudah sperti anak setan, tp dia terlalu marah dan tdk peduli.
"Dude, what the hell was that?" teriak Jo ketika mereka berada dipelataran parkir kelab.
Tanpa menghiraukan Jo, Revel langsung masuk ke dalam mobilnya, dan stelah Jo masuk ke
kursi penumpang disampingnya, dia langsung tancap gas.
"Rev, lo bilang lo cuma bakal ngomong saja sama Dhani, bukannya mukulin dia sampai babak
belur begitu." Revel tdk membalas omelan Jo, dia hanya ngebut menuju Kebayoran, tempat Jo tinggal. Dia
melihat Jo mengeluarkan HP dari kantong jinsnya.
"Lo telpon siapa?" tanya Revel.
"Om Danung. Gara2 elo, dia harus bangun malam2 begini untuk membereskan masalah lo,"
balas Jo. "Selamat malam, om," lanjut Jo pada HP-nya.
"What do you think you're doing?" teriak Revel sambil berusaha merebut HP Jo.
Jo hanya mengangkat tangan kanannya dan menghalangi tangan Revel dari merebut HP sbelum
kemudian memindahkan HP itu ke telinga kirinya dan langsung membeberkan apa yg baru saja
terjadi kepada om Danung yg tentu saja langsung minta bicara dgn Revel. Satu2nya hal yg
membebaskan Revel dari omelan manajernya adalah karena dia sedang nyetir. Stelah menutup
telpon dan menatap wajah Revel yg gelap dan penuh kemarahan, Jo berkata, "You're welcome."
"For what?" bentak Revel ganas.
"For saving your ass," balas Jo tdk kalah ganasnya. Kemudian dgn nada lebih pelan, "Gue nggak
ngerti sama elo, Rev. Knapa lo sekali lagi jeopardizing karier dan image lo di mata publik yg
selama beberapa bulan belakangan ini sudah kembali flawless, cuma gara2 Luna. Apa sih yg dia
punya yg bikin elo jd kayak begini?"
Melihat Revel masih terdiam, Jo mengembuskan napasnya sbelum melanjutkan, "You better
pray bahwa Dhani nggak akan membawa lo ke pengadilan, bahwa om Danung dan om Siahaan
bisa membujuk Dhani supaya nggak menuntut. Lo beruntung bahwa lo ngegebukin Dhani di
private room jd nggak ada saksi kecuali teman2 band Dhani, tp jgn harap bahwa lain kali lo bisa
seberuntung ini. Lo harus lebih bisa kontrol emosi, man."
Revel masih berdiam diri, tp kali ini bukan karena kemarahan, tp karena rasa bersalah. Jo benar,
dia tdk seharusnya menyerang Dhani sperti itu. Sejujurnya, awalnya dia memang hanya ingin
berbicara baik2 dgn Dhani, tp kemudian dia melihat bahwa anak ingusan itu sedang mencium
wanita yg Revel yakin adalah seorang PSK dan begitu saja dia kehilangan kesabarannya.
"Omong2, apa Ina nggak cemburu dgn segala perhatian yg lo berikan kepada Luna?" tanya Jo.
Revel tetap tutup mulut, tp melihat pergerakan pada rahang Revel, Jo langsung berteriak, "Oh
shit!!! Jangan bilang ke gue klo lo belum jelasin keadaan ini ke Ina?"
"Just shut up okay?"
Jo terdiam sejenak sbelum berkata, "Rev, gue tahu klo lo lebih tua dari gue dan gue belum
pernah menikah, jd mungkin nasihat gue nggak ada artinya, but I'm gonna say it anyway. Klo
niat lo menolong Luna memang baik, knapa lo harus merahasiakannya dari istri lo" Ina berhak
tahu." Alih2 membalas, Revel semakin tancap gas. Jo tdk mengatakan apa2 lagi sepanjang perjalanan
menuju rumahnya. Tentu saja Luna langsung menangis tersedu2 ketika Revel memberitahunya tentang rangkuman
dari pertemuannya dgn Dhani. Melihat kesedihan Luna, Revel mengucapkan janji kepadanya
bahwa dia akan berusaha membantunya sebisa mungkin. Bagaimana semuanya bisa berakhir
serumit ini, dia tdk tahu. Dia betul2 harus menyelesaikan masalah ini secepatnya agar dia tdk
perlu menghindari Ina lagi. Belum 2hari dia tdk berbicara dgn Ina dan dia sudah mau gila
rasanya. Dia tdk tahu apa yg akan dia lakukan klo Ina meninggalkannya, sesuatu yg Revel yakin
akan dilakukan Ina klo dia sampai tahu apa yg sedang dilakukan Revel sekarang.
*** Selama 2hari Revel main kucing2an dgn istrinya, dan itu membuat kemarahan Ina semakin
menjadi. Akhirnya pada hari ketiga dan Revel masih menghilang tanpa kabar, Ina menelan harga
dirinya dan menelpon ibu Davina untuk menanyakan apakah Revel menginap di rumahnya.
Stelah mendengar ibu mertuanya berkata tdk dan sbelum beliau bisa bertanya2 lebih lanjut, Ina
sudah menutup telpon itu. Dia kemudian menelpon beberapa orang lainnya. Orang2 tersebut
termasuk pak Danung, Jo, dan semua anggota bandnya Revel, Sita, hingga pak Siahaan, tp tdk
satupun orang yg tahu keberadaan Revel, atau mungkin tdk mau memberitahu dimana Revel
berada. Dia mencoba menenangkan diri dan berangkat kerja, tp semua usahanya buyar ketika dia
menghentikan mobilnya di lampu merah dalam perjalanan menuju kantor. Seorang pedagang
koran melewati mobilnya sambil memamerkan sebuah tabloid dgn headline REVEL DAN
LUNA KEMBALI BERSAMA. Ina tdk pernah membaca tabloid, apalagi membelinya di lampu
merah, tp kali ini dia langsung menurunkan jendela mobilnya dan membeli tabloid itu. Sbelum
pedagang koran sadar siapa dirinya, dia sudah menutup jendela mobil.
Dibawah headline, Ina melihat 3foto yg kelihatannya diambil dgn sembunyi2 karena gambarnya
agak kabur. Meskipun begitu, foto2 itu cukup jelas menunjukkan identitas Revel, Luna dan
anaknya. Ina membaca beberapa kalimat yg tertera dibawah foto tersebut, yg menerangkan
bahwa foto2 itu diambil diarea sebuah rumah sakit. Foto pertama menunjukkan mereka baru
keluar dari bangunan rumah sakit; foto kedua, mereka sedang berjalan menuju parkiran; dan foto
ketiga, Revel menggendong anak Luna dan membantu Luna masuk ke dalam Range Rover-nya.
Ina langsung tdk bisa bernapas. Selama beberapa menit dia hanya bisa menatap tabloid itu. Hal
pertama yg muncul di kepalanya adalah, "Oh, my God" dan yg kedua adalah, "Why?" Dia masih
berusaha menjawab pertanyaan ini ketika bunyi klakson yg cukup keras menyadarkannya.
Ternyata lampu lalu lintas sudah hijau. Ina menyumpah sambil melemparkan tabloid itu ke kursi
penumpang dan tancap gas.
Ina tdk tahu bagaimana dia bisa sampai di kantor, tp tahu2 dia sudah berada dipelataran parkir
bangunan kantor. Sambil mengistirahatkan kepalanya pada setir, Ina mencoba berpikir apa yg
harus dia lakukan. Mencurigai bahwa suami kita ada main dgn perempuan lain adalah satu hal,
dan adalah hal yg sangat berbeda untuk mendapat konfirmasi bahwa suami kita MEMANG ada
main dgn perempuan lain. Oh! Betapa memalukannya ini semua. Apa yg akan dipikirkan semua
orang tentangnya" Bahwa dia adalah satu lagi wanita yg berusaha mengikat Revel, tp gagal"
Parahnya lagi adalah dia sudah menikahi Revel, itu brarti kegagalannya dua kali lipat, dia sudah
gagal sebagai seorang istri. Apa yg Marko, pak Sutomo, dan semua orang kantor akan pikirkan
tentangnya" Ina menahan diri agar tdk menggeram ketika memikirkan apa yg akan disimpulkan
keluarganya tentang keadaan ini. Mereka akan menggunakan kesempatan ini untuk menguncinya
di ruang bawah tanah selama sisa hidupnya karena sekalinya dia diperbolehkan membuat
keputusan sendiri tanpa berkonsultasi dgn mereka terlebih dahulu, semuanya berakhir sperti ini.
Deringan HP membuyarkan pikirannya. Nama kak Mabel terpampang pada layar. Ina menarik
napas dan berharap bahwa kakaknya yg tdk pernah membaca tabloid itu belum melihat foto
Revel dan Luna, tp harapannya punah ketika Ina mengangkat telpon dan kak Mabel langsung
berteriak sekencang2nya, "What the hell is that bastard trying to do to you?" Ina tdk perlu jd
astronot supaya mengerti siapakah "bastard" yg dimaksud kak Mabel. Dan Ina tdk tahu
bagaimana dia melakukannya, tp tanpa dia sadari, kata2 mulai meluncur keluar dari mulutnya.
Inti dari kata2 tersebut adalah bahwa dia tahu persis hubungan Revel dan Luna, dan bahwa
tabloid itu hanya menggembar-gemborkan hubungan yg tdk lebih dari skedar teman antara Revel
dan Luna. Kak Mabel jelas2 tdk percaya dgn kata2 adiknya ini, karena 5menit kemudian Ina
menerima telpon dari mama dan papa, yg dgn suara setenang mungkin menanyakan apakah Ina
tahu menahu tentang hubungan Revel dan Luna.
Telpon selanjutnya datang dari kak Sofia yg diberitahu oleh kak Mabel tentang foto di tabloid
itu. Kakak keduanya ini ingin memastikan bahwa Ina baik2 saja, karena klo tdk dia akan
langsung terbang ke Jakarta saat itu juga. Sesi introgasi keluarganya diakhiri oleh telpon dari kak
Kania yg bertanya, "What the hell is going on?" Dan sekali lagi Ina memberikan penjelasan yg
sama. Ketika Ina menutup telpon dari Kak Kania, dia rasanya sudah mau menangis. Rasa kesal
pada Revel yg dia sudah coba pendam selama beberapa hari ini, meledak. Dia perlu berbicara
dgn seseorang, dan satu2nya orang yg terlintas dikepalanya adalah Tita.
"Where are you?" tanya Tita stelah mendengar suara Ina yg terdengar sperti orang yg sudah siap
menangis. "Di kantor," jawab Ina lemah.
"Stay here. I'm coming to get you." Dan Tita langsung menutup telpon.
*** Sejam kemudian Ina menemukan dirinya berada di kamar tidur tamu di rumah Tita. Samar2 dia
mendengar suara Tita yg memberitahu Helen bahwa Ina ada emergency dan tdk bisa datang ke
kantor hari ini. Ina memikirkan beberapa email dari klien yg blm dijawab, tp dia tdk tahu dimana
tas kantornya berada, sehingga dia tdk ada akses ke Blackberry-nya. Dia melihat Lukas
menatapnya dari ambang pintu yg stengah terbuka dgn wajah ingin tahu. Bahkan anak sekecil
dia bisa tahu klo ada yg salah. Ina ingin mengatakan kepadanya bahwa semuanya baik2 saja, tp
dia tdk ada energi untuk melakukannya.
Kemudian Tita muncul dan menggiring Lukas pergi, dgn mengatakan, "Jangan ganggu, tante Ina
lagi sakit". Itulah kata2 yg digunakan Tita. Apakah aku kelihatan sperti orang sakit" Pikir Ina.
Oh, who cares"! teriak Ina dalam hati. Yg dia inginkan adalah tidur dan berharap ini semua
hanyalah mimpi buruk. *** Sekali lagi Revel mencoba menghubungi HP Ina, tp panggilannya dibiarkan tdk terjawab. Dia
sudah mencoba menghubungi Ina smenjak dia menerima telpon dari om Danung tentang foto di
tabloid itu. Dia mencoba menelpon kantor Ina, tp mereka bilang Ina on emergency leave dan
Revel tdk perlu jadi seorang jenius untuk mengerti jenis "emergency" apa yg mereka bicarakan.
Sekarang sudah jam satu siang, brarti tabloid dgn fotonya dan Luna sudah menyebar dipasaran
sperti kebakaran hutan. Shit, darimana wartawan tabloid itu bisa mendapatkan fotonya dan
Luna" Revel tahu bahwa meskipun tatapan Jo menempel pada layar TV, tp dia mendengarkan
pembicaraan telponnya. Dia harus menginap di apartemen Jo tadi malam, karena dia tdk berani
pulang kerumah, dan meskipun temannya itu mau memberikannya tempat tinggal, tetapi smenjak
kemarin sikapna dingin padanya.
"Jo, whatever it is yg lo sedang pikirkan tentang gue, just spit it out."
"Lo nggak mau tahu apa gue sedang pikirkan," balas Jo tanpa mengalihkan perhatiannya dari
layar TV. "Gue tahu lo marah sama gue..."
"Dude.. kata 'marah' bahkan tdk cukup menggambarkan apa yg gue rasakan terhadap elo


Celebrity Wedding Karya Alia Zalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sekarang. I feel like breaking your neck right now."
"Karena gue sudah merahasiakan hubungan gue dgn Luna?"
"Karena lo bikin gue harus pura2 nggak tahu tentang hubungan lo dgn Luna di depan istri lo, yg
by the way is the nicest woman I have ever met, in case you didn't know."
"I know that." "Then why are you doing this to her, man?"
Revel menyentuh pelipisnya dgn jari2nya. Kepalanya rasanya sudah mau pecah. "Karena gue
brengsek," ucap Revel.
Untuk pertama kalinya dia mengakui bahwa apa yg dia lakukan untuk Luna, meskipun dgn niat
baik, adalah suatu kesalahan karena dia telah merahasiakan hal tersebut dari Ina. Sebagai seorang
istri, Ina berhak tahu hal2 apa saja yg dilakukan oleh suaminya, dan sebagai seorang suami, dia
tdk seharusnya menyembunyikan apa2 dari Ina, apapun alasannya. Revel sadar bahwa semua
alasan yg dia kemukakan sebelumnya adalah bullshit.
"Superbrengsek. Tapi Ina cinta sama elo, dan lo sebaiknya berdoa bahwa cintanya terhadap lo
lebih besar daripada kesalnya dia sama elo," balas Jo.
Revel tdk menghiraukan komentar Jo yg trakhir dan menelpon rumah. Menunggu hingga telpon
itu diangkat, Revel memikirkan siapakah yg membocorkan jadwal pertemuan Luna dgn
dokternya Raf. Telpon itu diangkat oleh Sita yg menginformasikan bahwa dia belum melihat Ina
smenjak kemarin, sbelum kemudian mengatakan, "Elo tuh brengsek banget, do you know that?"
Selanjutnya Revel menelpon mama yg langsung menyemprotnya dgn, "Klo mama tahu kmu
akan jd laki2 sperti ini, mama nggak perlu jauh2 kirim kmu sekolah ke Amerika.."
"Is she with you?" tanya Revel, memotong sindiran mamanya.
"No, she is not with me. Of all the stupid things, Revel.."
Revel langsung memutuskan sambungan itu. Dia tdk ada waktu untuk mendengar ceramah
mama saat ini. Sekali lagi Revel memutar otaknya. Logikanya mengatakan bahwa Ina pasti pergi
ke rumah orangtuanya, tempat dimana dia bisa mendapatkan dukungan penuh dari keluarga, tp
gut feelingnya mengatakan bahwa orangtua Ina adalah tempat trakhir kemana Ina akan pergi
mencari perlindungan. Arrrgggh! Dia perlu menjelaskan apa yg sedang terjadi kepada Ina, tp
bagaimana dia bisa menjelaskan klo dia bahkan tdk bisa berbicara dgnnya" Kemudian dia ingat
bahwa hanya ada 1orang yg Ina akan temui klo dia mengalami masalah, dan tanpa memedulikan
bahwa teman baik istrinya itu tdk pernah suka padanya, Revel langsung menghubunginya.
Revel sudah mengantisipasi bahwa Tita tdk akan mengangkat telpon klo dia tahu telpon itu
datang darinya, oleh karena itu dia langsung menghubungi telpon rumahnya. Dia agak terkejut
ketika Reilley yg mengangkat telpon, tp dia bersyukur bahwa itu bukan Tita. Reilley adalah
seorang laki2 dan seorang suami, maka Revel berharap bahwa dia akan lebih bisa mengerti
posisinya daripada Tita. "Hey man, it's Darby. I didn't know you're home," ucap Revel.
"Yea, just for the week, flying off tomorrow to Tokyo," jelas Reilley.
Revel bersyukur bahwa Reilley tdk langsung menutup telpon ketika mendengar suaranya.
"Right," sambung Revel dan dia terdiam selama beberapa detik sbelum akhirnya bertanya, "is
my wife there?" Kehangatan langsung menyelimutinya ketika dia mendengar dirina mengucapkan kata2 "my
wife" dan untuk pertama kalinya dia sadar bahwa dia ingin mengucapkan 2kata itu berkali2
selama orang yg dimaksud adalah Ina.
Reilley tdk langsung menjawab pertanyaan itu, tp akhirnya dia berkata dgn nada berbisik, "Yes,
she's here." Revel menghembuskan napas lega. Setidak2nya dia tahu bahwa Ina aman. Kemudian samar2 dia
mendengar suara Tita yg diikuti oleh suara Reilley yg lebih jelas.
"It's Revel, babe.."
Revel tdk bisa mendengar jelas apa yg dikatakan oleh Reilley selanjutnya. Samar2 terdengar
suara orang berbicara dgn sedikit teredam, sperti ada yg meletakkan telapak tangan diatas
mikrofon telpon dan sejenak kemudian dia mendengar suara Tita.
"What do you want?" tanyanya dgn nada yg sama sekali tdk ramah.
"Halo, Ta. Saya perlu bicara dgn Ina," jawab Revel dgn suara setenang mungkin, meskipun
hatinya jauh dari kata tenang.
"I can't allow you to do that."
Revel sudah menyangka bahwa inilah yg akan dikatakan Tita padanya. Dia bahkan bertanya2
kapan teman baik istrinya ini akan mulai melontarkan kata sumpahan padanya.
"Please Ta, saya cuma mau menjelaskan apa yg sebenarnya terjadi."
"Over my dead body," ucap Tita.
"Klo kmu nggak memperbolehkan saya berbicara dgn dia, saya akan datang kesana."
"Silakan saja, tp saya tetap nggak akan memperbolehkan kmu masuk," tantang Tita sbelum
kemudian sambungan itu diputuskan.
Tanpa pikir panjang lagi Revel langsung meraih kunci mobilnya. Dia akan pastikan bahwa dia
akan berbicara dgn Ina, tdk perduli bagaimana caranya. Tp sbelumnya, dia harus menyelesaikan
penyebab utama knapa dia berada di dalam situasi ini to begin with.
"Where are you doing?" teriak Jo ketika melihat Revel bergegas menuju pintu.
"Out," balas Revel.
BAB 24 (The Decision) Dengan sesopan mungkin agar tdk membuat Luna histeris dan menangis sperti ketika dia
pertama kali datang menemuinya, Revel berkata, "Luna, saya sarankan kmu bicara dgn Dhani
tentang keadaan Raf, supaya dia bisa bantu kmu. Dhani itu bapaknya Raf, klo dia tahu Raf sakit,
dia pasti akan bantu. Saya nggak akan bisa slalu available untuk kmu."
Luna yg berusaha menghindar ketika tahu alasan knapa Revel mendatangi rumahnya, tetapi tdk
berhasil, berkata dgn nada yg terdengar sedikit panik, "Hah" Kmu nih ngomong apa sih" Aku
nggak ngerti. Kmu tahu kan klo Rafael memerlukan kmu, klo aku perlu kmu."
"Dokter Koay kan sudah bilang klo Ref akan baik2 saja, bahwa kmu cuma harus lebih menjaga
dia supaya dia nggak jatuh sakit."
"Tapi, Rev.." Luna berusaha membantah.
"Luna.. saya sudah janji membantu kmu semampu saya, dan saya sudah mencapai tahap
kemampuan saya. Tdk ada lagi yg bisa saya lakukan untuk kmu," ucap Revel setenang mungkin.
"Kmu nggak bisa ninggalin aku begini, Rev," teriak Luna. Dari tatapan matanya Revel tahu
bahwa Luna akan mulai histeris lagi.
Revel menggenggam bahu Luna dan mengguncangkannya. "Lun, tenang, Lun. Kmu nggak
sendirian. Kmu ada mama kmu dan Dhani, yg juga bisa membantu kmu klo saja kmu minta
baik2 dari mereka." "Tapi aku perlu kmu Rev. Please, jgn tinggalin aku sendirian."
"Luna... kmu tahu kan klo sayaini care sama kmu" Tp saya sudah menikah, dan saya cinta istri
saya." Luna kelihatan sedikit terkejut ketika mendengar kata2 Revel. Jangankan Luna, Revel
sendiri juga terkejut ketika mendengar kata2 itu keluar dari mulutnya. Tp dia sudah tdk bisa
membohongi dirinya lagi. Dia memang mencintai Ina. Entah knapa dia baru menyadarinya
sekarang, tp dia tdk akan rela melepaskan ide ini sekarang atau sampai kapanpun.
Melihat wajah Luna yg masih kelihatan tdk percaya. Revel menambahkan, "Hubungan saya dgn
istri saya jd terganggu karena hubungan saya dgn kmu. Dan thanks karena foto yg sudah tersebar
melalui tabloid, dia pasti menyangka bahwa saya selingkuh dgn kmu. Dia mungkin berencena
meninggalkan saya, as we speak. Saya nggak akan bisa memaafkan diri saya sendiri klo itu
sampai terjadi." "Gimana bisa kmu lebih memilih dia daripada aku" Dia nggak ada apa2nya klo dibandingkan
denganku," teriak Luna frustasi.
Diluar sangkaan Luna, Revel malah tertawa terbahak2 mendengar komentar ini. Revel tdk tahu
knapa dia justru tertawa mendengar Luna menghina satu2nya wanita yg pernah dicintainya,
daripada memaki2nya. Mungkin karena rasa kangennya kepada Ina, wajahnya, senyumnya,
suaranya, leluconnya, bibirnya dan tubuhnya yg hangat. Kombinasi dari semua ini slalu
membuatnya merasa sperti laki2 paling beruntung di seluruh dunia karena bisa memilikinya. Dan
dia hanya memerlukan waktu satu detik untuk mengambil keputusan terbesar yg pernah dia buat
sepanjang hidupnya. Dengan nada sepelan mungkin, tetapi penuh dgn ancaman, dia berkata, "Luna, Luna.. kmu nggak
akan pernah ngerti saya. Tp Ina mengerti saya. Seluruh Indonesia mungkin mencintai kmu, tp
saya yakin bahwa pendapat mereka akan berubah klo mereka tahu betapa egoisnya kmu ini.
Selama berbulan2, saya sudah dimaki2 oleh media dan masyarakat karena kesalahan yg kmu
buat. Saya tdk akan meminta kmu supaya minta maaf kepada saya karena kmu sudah selingkuh
dgn Dhani sewaktu kita masih pacaran, tp saya minta satu hal kepada kmu. Selesaikan masalah
kmu dgn Dhani. Saya kasih kmu waktu 48jam untuk membersihkan nama saya dari tuduhan
bahwa Raf adalah anak saa, klo pada saat itu kmu masih belum melakukannya, saya akan
menggelar konferensipers dan mengatakan yg sebenarnya."
Mendengar kata2 Revel wajah Luna langsung memucat. Revel menyangka bahwa Luna akan
jatuh pingsan sbentar lagi, tp ternyata wajahnya memucat karena dia sangat marah sampai
terbata2 ketika mengucapkan makiannya. "Da-dasar laki2 ku-kurang ajar. Saya seharusnya tdk
kaget melihat perlakuan kmu kepada saya, semua orang sudah mengingatkan saya tentang kmu.
Kmu tdk pernah menghargai saya selama kita pacaran dan kmu tdk menghargai saya sekarang.
Kmu memang ada isu dgn wanita, Rev. Istri kmu pasti wanita kurang waras karena mau
menikahi laki2 sperti kmu."
Wajah Revel tdk memberikan reaksi apa2 mendengar penghinaan ini, tetapi kata2nya yg tajam
langsung membuat Luna terdiam. "Sekali lagi saya mendengar kmu menjelek2an istri saya, saya
akan menuntut kmu atas dasar merusak nama baik. Ingat Luna.. 48jam, tick tock.. tick tock."
Kemudian Revel keluar dari rumah Luna secepat mungkin sbelum perempuan itu mulai
melayangkan lampu meja kearahnya.
*** Ina terbangun dgn jantung yg berdebar2 dan dia membutuhkan beberapa menit untuk menyadari
keberadaannya. Sinar matahari berwarna jingga yg masuk dari jendela memberitahukannya
bahwa hari sudah cukup sore dan dia harus pulang. Pakaian kerja yg masih menempel pada
tubuhnya kini sudah kusut dan ketika dia melirik bantal yg tadi ditidurinya masih agak basah
karena air mata, dia kembali sadar knapa dia berada disini.
REVEL. Nama yg tadinya tdk berarti apa2, kemudian terlalu berarti baginya. Dia seharusnya
memercayai kata2 Tita ketika dia mengatakan bahwa Revel akan menyakitinya. Ina tdk percaya
bahwa dirinya sudah begitu angkuh, begitu confident akan kemampuannya untuk menghandle
Revel, karena jelas2 sekarang dia tdk mampu melakukannya. Ina menguburkan wajahnya ke
dalam kedua tangannya. Revel sudah tdk jujur padanya. Mungkin dia bahkan tdk pernah berkata
jujur sepanjang mereka menikah, tetapi Ina segera membuang pikiran kotor itu jauh2. Dia slalu
percaya pada kata2 Revel, karena dia bukan tipe laki2 tdk jujur, but then again.. seberapa
tahunyakah dia tentang laki2 yg dinikahinya ini"
Perlahan2 Ina menapakkan kakinya di lantai marmer yg dingin dan memaksa dirinya berjalan
menuju kamar mandi. Cermin diatas wastafel menunjukkan seorang wanita yg kelihatan lelah
dan putus asa. Ina mulai menanggalkan pakaiannya dan masuk kedalam shower. Dia perlu
berpikir dan kamar mandi adalah satu2nya tempat dimana dia bisa melakukannya tanpa ada
gangguan dari orang lain.
Ina sudah menaruh kepercayaan, hati dan masa depannya kepada laki2 yg tdk akan mampu
memberikan hal yg sama padanya karena lain dgn dirinya yg sudah jatuh cinta dgn Revel, Revel
tdk pernah jatuh cinta pada dirinya. Ina mencoba mengingat2 apakah Revel pernah mengucapkan
kata "I love you" padanya, dan sadar bahwa Revel tdk pernah mengucapkannya sekalipun.
Selama ini dia sudah salah menginterpretasikan segala tindakannya yg sbetulnya hanya
kepedulian sebagai cinta" Apakah Revel hanya melihatnya sebagai aset yg harus dijaganya dgn
baik karena dgn begitu dia bisa menyelamatkan kariernya" Dan sekarang, karena kedua hal
tersebut sudah tercapai, Revel sudah tdk membutuhkannya lagi.
Perlahan2 segala sesuatunya mulai terlihat dgn lebih jelas. Ina sadar bahwa selama beberapa
bulan belakangan ini dia sudah diperlakukan sperti seorang idiot. Bahkan ada kemungkinan
bahwa om Danung, Jo, Sita, dan ibu Davina tahu akan rencana Revel, dan itu membuatnya
merasa dikhianati oleh orang2 yg dia pikir adalah teman. Mereka semua pasti puas tertawa
terpingkal2 mengetahui bahwa wanita sepintar dirinya bisa diperdaa oleh mereka dgn begitu
mudahnya. Dan itu adalah hal paling menyakitkan yg pernah dirasakan olehnya. Ina mematikan
shower, meraih handuk, dan melangkah keluar kamar mandi. Ketukan pada pintu kamar
menghentikan gerakan jari2nya g sedang menyisiri rambutnya yg masih stengah basah.
"Hei, kmu udh bangun. How are you feeling?" ucap Tita sambil melongokkan kepalanya.
"Better," jawab Ina dan mencoba tersenyum.
"Good." Tita melangkah masuk sambil mengangguk2an kepalanya, tdk pasti apa yg harus dia
katakan selanjutnya. Kemudian, "Apa gue perlu telpon keluarga lo?"
Ina menggeleng. Dia perlu menyelesaikan masalah ini sendiri, tanpa ada gangguan dari siapapun
juga, terutama keluarganya. Masalah yg dihadapinya sekarang adalah antara dirinya dan Revel,
dan satu2nya orang yg bisa menjawab semua pertanyaan yg sudah berputar2 di kepalanya adalah
Revel. "Bisa tolong antar gue pulang?"
"Pulang?" tanya Tita terkejut. "Kemana?"
"Ke rumah," balas Ina yg berjalan menuju pakaian kerjanya yg dia telantarkan diatas tempat tidur
dan mulai mengenakannya kembali.
"Maksud lo rumah Revel?" tanya Tita, tdk percaa dgn kata2 itu. Ina mengangguk.
"Do you think that's a good idea?"
"Gue perlu bicara dgn dia. Gue perlu menyelesaikan masalah ini yg gue yakin pasti cuma salah
paham aja." "Bagaimana mungkin seorang suami selingkuh karena salah paham?"
Ina mengembuskan napas dgn keras. "Itulah masalahnya. Gue perlu tanya ke Revel apa dia
sedang selingkuh dgn Luna."
"In, mana ada laki2 yg akan mengaku klo mereka sedang selingkuh"itu sebabnya knapa jenis
hubungan sperti itu disebut sebagai selingkuh, karena si istri nggak pernah tahu."
"Apa lo akan antar gue pulang atau gue perlu panggil taksi?"
tegas Ina. "In..." "Please Ta. I need to do this, okay," pinta Ina sambil menatap Tita dgn tatapan memohon.
Ina tahu bahwa Tita sama sekali tdk puas dgn keputusannya, tp dia akhirnya mengalah dan
berkata, " Tadi Revel telpon. I think he's on his way. He can take you home."
"Revel is coming?" tanya Ina terkejut. Dia tdk menyangka bahwa Revel akan datang mencarinya
stelah dia pada dasarnya menghindarina selama beberapa hari ini.
"Dia telpon beberapa kali ke HP lo, tp gue nggak angkat. Terus dia telpon kesini.." Tiba2 Tita
berhenti berkata2 dan berjalan dgn cepat menuju jendela yg menghadap ke halaman depan.
Kemudian berteriak, "Gila, he's really here."
Ina pun mengikuti Tita menuju jendela. Dia melihat Revel melompat turun dari Range Rovernya
dan berjalan cepat menuju rumah. Tdk lama kemudian dia mendengar bel rumah berbunyi.
*** Revel merasa super nervous dalam perjalanan menuju rumah Tita, tp itu tdk ada bandingannya
dgn ketika dia membunyikan bel rumah itu dan dgn harap2 cemas, menunggu hingga pintu itu
dibuka. Dia sudah bertekad untuk memaksa masuk klo Tita tdk memperbolehkannya bertemu
dgn Ina. Dan dia baru saja akan menekan bel itu sekali lagi ketika pintu rumah terbuka dan Ina
berdiri dihadapannya. Revel langsung tdk bisa bernapas. Ina memang mengenakan pakaian
kerjanya, tp lain dari biasanya, pakaian kerja itu kelihatan kusut, sperti dia mengenakannya untuk
tidur. Mata Ina kelihatan sedikit merah sperti habis menangis dan Revel ingin bertanya knapa
rambutnya basah. Namun lebih dari itu semua, yg dia inginkan adalah menarik Ina kepelukannya
dan mengucapkan permohonan maaf berkali2 sampai Ina memaafkannya, tp dia takut Ina akan
menamparnya klo dia melakukan itu. Sesuatu yg patut diterimanya stelah apa yg dia lakukan
kepada Ina. Dan ketika otaknya bisa memerintahkannya untuk menarik oksigen, satu2nya kata yg keluar dari
mulutnya adalah, "Hei," dan Revel ingin menabrakkan kepalanya ke dinding.
"I want to go home," ucap Ina dan berjalan melewati Revel menuju mobil.
Awalnya Revel hanya bisa menatap punggung Ina dgn bingung, tp kemudian dia sadar dan
segera mengikuti Ina. Ketika dia melirik ke belakang, dia melihat Tita sedang berdiri diambang
pintu sambil bersedekap. Dia spertinya sedang berusaha membolongi kepala Revel dgn
tatapannya. Reilley yg berdiri dibelakang istrinya hanya bisa memberikan tatapan kasihan pada
Revel. *** Revel tahu bahwa Ina sedang jengkel padanya dan dia tdk tahu cara terbaik untuk menenangkan
Ina. Selama ini dia tdk pernah peduli klo seorang wanita jengkel padanya, tp dgn Ina, semuanya
lain. Dia menyisirkan jari2nya pada rambutnya sbelum berkata, "Bisa kita bicara" Saya harus
menjelaskan semuanya ke kmu."
Ina menoleh, tp tdk berkata2, dia hanya mengangguk kaku. Revel merasa bersyukur ketika Ina
mengangguk dan memulai penjelasannya.
"Saya minta maaf karena kmu harus melihat foto saya dgn Luna di tabloid. Saya menemani Luna
untuk ketemu dokter anak hari itu. Anaknya lahir dgn kondisi kurang sehat, dan Dhani menolak
bertanggung jawab. Luna nggak punya siapa2 yg bisa dimintain tolong, jd dia datang ke saya dan
saa nggak bisa nolak. Saya tahu bahwa saya seharusnya bilang ke kmu tentang semua ini
sbelumna, tp saya pikir saya bisa menyelesaikan masalah ini tanpa harus melibatkan kmu."
Ina hanya berdiam diri mendengar penjelasannya, membuat Revel khawatir. Dia lebih suka Ina
memaki2nya, bukannya mendiamkannya sperti ini. Dan Revel baru saja akan mengatakan
sesuatu ketika kata2 Ina memotongnya.
"Apa kmu masih punya feeling untuk Luna" Karena klo kmu merasa sperti itu, saya rasa
hubungan kita sebaiknya disudahi saja. Saya nggak pernah harus bersaing dgn wanita lain untuk
seorang laki2, dan saya nggak akan melakukan itu sekarang. Klo kmu mau Luna, saya nggak
akan jadi penghalang. Saya bisa keluar dari rumah kmu dalam 24jam dan kmu akan bebas
melakukan apa saja yg kmu mau."
Mendengar perkataan Ina ini, Revel langsung panik. "No, no, no no... Please don't do that. Saya
sudah nggak punya feeling apa2 untuk Luna. Nggak ada sama sekali."
Melihat Ina masih kelihatan ragu, Revel mencoba mengontrol kepanikannya dan berkata dgn
nada lebih tenang, "Nggak ada wanita lain yg pernah terlintas di dalam pikiran saya smenjak kita
menikah. Soal Luna, saya hanya mencoba membantu seorang teman yg sedang menghadapi
masalah. Itu saja. Saya sudah minta Luna untuk menyelesaikan masalahnya sendiri mulai
sekarang, dan saya sudah kasih ultimatum ke dia untuk membersihkan nama saya dalam waktu
48jam, klo tdk saya akan menggelar konferensi pers dan membersihkan nama saya, tdk peduli
bahwa itu akan menghancurkan namanya dan Dhani."
"Klo kmu memang hanya mau membantu Luna, knapa kmu harus melakukan ini dgn sembunyi2,
knapa nggak terus terang dgn saya?" tanya Ina dgn suara pelan.
Revel mengembuskan napas sbelum menjawab, "It's complicated."
Revel tdk tahu knapa dia mengatakan itu, tetapi dia pikir itulah kata2 yg lebih pantas untuk
diucapkan daripada, "Karena saya mencintai kmu... stengah mati dan klo kmu tahu apa yg


Celebrity Wedding Karya Alia Zalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

sedang saya lakukan, kmu pasti akan mengamuk. Kmu akan meminta saya untuk tdk membantu
Luna, dan saya akan membantah permintaan kmu karena saya merasa bersalah klo tdk
membantunya. Kmu akan merasa tersinggung karena saya lebih mengutamakan mantan pacar
daripada kmu, dan kmu kemungkinan akan meninggalkan saya. Dan saya nggak tahu apa yg
akan saya lakukan klo itu sampai terjadi." Ina belum siap mendengar ini semua sekarang,
terutama kata cinta darinya. Dia akan menunggu untuk mengucapkan kata2 itu hingga Ina bisa
mengambil keputusan apakah dia akan memaafkan dirinya atau tdk stelah mendengar
penjelasannya. Dia tdk mau memaksa Ina untuk memaafkan tindakannya yg sudah jelas2
menyakitkan hatinya sekarang hanya karena dia mengucapkan kata cinta padanya.
Ina tdk memberikan reaksi apa2 atas kata2nya, dan stelah 10menit Ina masih berdiam diri, Revel
berkata, "Can you say something?"
"Apa anak Luna akan baik2 saja?" tanya Ina.
"Dia masih perlu check-up stiap 6bulan sekali, dan kesehatannya harus sering dimonitor, tp dia
akan baik2 saja." "Good." Revel mengangguk. Kemudian Ina berdiam diri lagi, dan Revel mengucapkan kata2 yg dia tdk
pernah ucapkan sbelumnya kepada wanita manapun juga. "Ina, saya minta maaf untuk
semuanya." Revel melihat Ina mengangguk dan mereka duduk dalam dia selama 1jam kedepan.
Revel mencoba memanuver mobilnya di dalam kepadatan kota Jakarta pada rush hour. Ina
memilih menumpukan perhatiannya pada jendela mobil, sehingga Revel tdk bisa melihat
ekspresi wajahnya ketika seorang pedagang koran yg memegang tabloid dgn fotonya dan Luna
pada cover melewati mobil mereka. Tp Revel tahu bahwa Ina tdk suka melihat foto itu karena
dia segera mengalihkan perhatiannya dari jendela dan menatap lurus ke depan. Ekspresi pada
wajah Ina membuat Revel merasa bersalah, kesal, dan kecewa pada dirinya karena sudah
menaruh ekspresi itu pada wajah Ina.
"Tangan kmu knapa?" tanya Ina tiba2.
"Hah?" tanya Revel balik.
Ina mengulang pertanyaannya sambil menunjuk kepada buku jari tangan kanan Revel masih
kelihatan merah dan sedikit bengkak, hasil adu jotosnya dgn Dhani.
"Oh..," Revel ragu sejenak dan berkata, "it's.. nothing." Sekarang bukanlah saatnya untuk
membuat dirinya kelihatan sperti pahlawan hanya karena dia mau Ina menilainya dgn lebih
positif. Ina tdk mengatakan apa2 lagi hingga mereka sampai di rumah.
BAB 25 (The Last Straw) Selama sebulan stelah permintaan maaf itu, Ina sadar bahwa Revel mencoba sedayaupaya
memperbaiki hubungan mereka, tapi Ina mengalami masalah untuk menghargai usahanya.
Meskipun mereka masih tinggal satu rumah dan berbagi tempat tidur, tp Ina membangun tembok
Berlin disekitar dirinya untuk membatasi hubungan mereka agar tdk sedekat dulu lagi. Beberapa
bulan yg lalu Ina berpikir bahwa dia memiliki suatu ikatan spesial dgn Revel, suatu ikatan yg
hanya dimiliki oleh mereka berdua karena dia percaya pada Revel, begitu juga sebaliknya. Tapi
sekarang dia tahu bahwa Revel tdk memercayainya untuk berbagi masalah yg dihadapinya, dan
kepercayaan Ina kepada Revel sudah goyah, karena dia mempertanyakan hal lain apa lagi yg
disembunyikan oleh Revel darinya. Tanpa kepercayaan, apalah arti sebuah perkawinan"
Tepat 48jam stelah foto Revel dan Luna tersebar di tabloid, Luna menggelar konfrensi pers
untuk membersihkan nama Revel. Untuk pertama kalinya selama bertahun2 ini, media tdk bisa
memaki2 Revel. Pengunjung websitenya membludak hanya dalam satu malam. Kebanyakan
ingin mengucapkan selamat kepadanya karena namanya sudah bersih dan tdk lagi bisa
disangkutpautkan dgn Luna dan banyak juga yg mengajukan permintaan maaf karena sudah
berprasangka buruk terhadapnya.
Agar lebih meyakinkan masyarakat bahwa dia adalah laki2 baik2, seminggu stelah itu, Revel
bersedia diwawancara dan dia meminta Ina hadir bersamanya. Satu2nya alasan knapa Ina setuju
melakukan ini adalah karena dia sudah capek berusaha meyakinkan keluarganya, orang2 di
kantor yg kini sering memberikan tatapan penuh simpati padanya, dan Tita, bahwa semuanya
baik2 saja. Wawancara itu adalah hal tersulit yg pernah Ina lakukan sepanjang hidupnya. Dia
harus hanya tertawa ketika ketika pewawancara mengatakan bahwa dia adalah "istri yg penuh
perhatian dan tdk cemburuan" dgn nada sinis. Dia tdk pernah merasa begitu dipermalukannya
sepanjang hidupnya. Dia bisa menerima klo orang membencinya dan memaki2nya, tp dia tdk
akan pernah bisa menerima klo orang memberikan tatapan kasihan padanya.
Ibu mertuanya menelponnya beberapa kali dan berusaha mendamaikan hubungannya dgn Revel,
tp Ina menolak memercayai niat baiknya ini. Yg Ina inginkan adalah agar semua orang berhenti
mengganggunya dan membiarkannya sendiri untuk memutuskan apakah dia ingin tetap bertahan
di dalam pernikahan ini atau tdk. Kesempatan itu muncul ketika Revel bilang bahwa dia harus
pergi ke Singapura untuk sound mixing selama 2minggu.
Ina betul2 menggunakan waktu ini untuk berpikir. Di satu sisi dia tahu bahwa dia mencintai
Revel dan bahwa konflik adalah bagian dari perkawinan, oleh sebab itu dia merasa bahwa dia
harus mempertahankan pernikahan ini. Di sisi lain, Ina sadar bahwa dia tdk akan bisa keluar dgn
selamat klo konflik sperti ini terjadi lagi, dan pernikahannya dgn seorang selebriti sperti Revel
pada dasarnya menjamin terjadinya konflik dimasa yg akan datang. Itu berarti bahwa dia harus
keluar dari dari hubungan ini klo ingin harga diri dan hatinya utuh. Kejadian yg membuat Ina
akhirnya bisa mengambil keputusan adalah telpon dari Meinita beberapa hari sbelum jadwal
kepulangan Revel. "Selamat pagi, Nit," ucap Ina.
Dia baru saja sampai di kantor dan harus menggeleng ketika melihat rangkaian mawar putih
12tangkai yg berada didalam vas diatas meja kerjanya. Dia tdk perlu bertanya kepada Helen
darimana datangnya bunga itu, karena selama sebulan belakangan ini, rangkaian bunga mawar
segar slalu menghiasi meja kerjanya stiap pagi. Satu lagi cara Revel untuk memohon maaf.
Seakan2 hati Ina yg retak bisa diganti hanya dgn rangkaian bunga mawar.
"Selamat pagi Ina. Pak Siahaan menelpon saya untuk mengingatkan bahwa kontrak kmu dgn
Revel akan berakhir lusa. Saya hanya mau memastikan bahwa semua klausa yg ada pada kontrak
tersebut masih kukuh dan belum dilanggar oleh kedua belah pihak."
Ina bisa mendengar hatinya hancur berkeping2 ketika mendengar kata2 Meinita. Dgn susah
payah Ina akhirnya berkata, "Ya, klausa pada kontrak masih kukuh."
Selama beberapa bulan ini, dia menyangka bahwa Revel sudah mengurus kontrak itu, tp
kemudian Ina ingat bahwa dia tdk pernah menerima dokumen apa2 dari Meinita yg menyatakan
bahwa kontrak itu sudah dibatalkan. Apa Revel lupa membatalkan kontrak itu" Tp mengetahui
betapa telitinya Revel, Ina mendapati alasan ini tdk masuk akal. Jadi satu2nya kemungkinan
adalah bahwa Revel memang tdk pernah berniat membatalkan kontrak ini. Revel memang tdk
pernah meng inginkannya, apalagi mencintainya. Ina tertawa sendiri, menertawakan dirinya yg
sudah terlalu bodoh karena menaruh harapan pada Revel. Bagi Revel, dia hanyalah sebuah
boneka yg dibeli olehnya dgn tujuan tertentu, dan stelah tujuan itu tercapai, dia sudah tdk ada
gunanya lagi. Samar2 Ina mendengar Meinita berkata, "Oke, klo begitu saya akan konfirmasikan hal ini
kepada pak Siahaan. Coba bertahan beberapa hari lagi, stelah itu kmu bisa mendapatkan uang
konpensasi." Stelah telpon itu berakhir, tanpa pikir panjang lagi, Ina mulai merencanakan kepindahannya dari
rumah Revel dgn menelpon MyRelo, perusahaan yg setahun lalu memindahkan barang2nya dari
apartemennya ke rumah Revel dan meminta mereka datang ke alamat rumah Revel lusa.
Meskipun begitu, mereka akan ngedrop beberapa boks agar Ina bisa mulai membereskan
barang2nya hari itu juga. Stelah puas melihat semua persiapan ini, Ina melanjutkan harinya
untuk mengerjakan pekerjaan kantor. Dia agak terkejut ketika telponnya berdering dan melihat
nama ibu mertuanya berkelap kelip pada layar telpon. Karena tdk tahu apa yg dia akan katakan
pada mamanya Revel, akhirnya dia tdk menghiraukan panggilan itu dan juga sepuluh panggilan
selanjutnya. Ketika dia sampai di rumah jam delapan, mbok Nami memberitahunya bahwa ibu
Davina sudah menelpon rumah stiap stengah jam mencarinya, dan Ina diminta segera membalas
telponnya. Ina tdk membalas satu telponpun.
*** Ibu Davina tahu bahwa menantunya sedang menghindarinya, tp dia harus mendapatkan
konfirmasi darinya bahwa dia tdk akan menggugat cerai Revel. Dia menerima telpon dari
Siahaan beberapa jam yg lalu, yg mengatakan bahwa kontrak yg ditandatangani revel dan Ina
setahun yg lalu masih kukuh, yg brarti bahwa pernikahan mereka akan brakhir dalam 48jam. Dia
tahu bahwa Revel sudah menyakiti hati Ina, oleh sebab itu dia memang pantas digugat cerai.
Stelah sekali lagi telponnya dibiarkan tdk terangkat oleh menantunya, ibu Davina terdiam,
memikirkan langkah apa yg bisa dia ambil untuk menyelamatkan pernikahan anaknya. Saat ini
dia sama sekali tdk perduli akan dampak perceraian ini kepada karier Revel, yd dia pikirkan
adalah dampak perceraian ini kepada diri Revel. Tanpa memedulikan jam yg sudah
menunjukkan pukul sebelas malam, ibu Davina menelpon HP Revel, begitu Revel mengatakan,
"Halo", tapa menghiraukan nada mengantuknya, ibu Davina langsung berkata, "Ambil
penerbangan pertama kembali ke Jakarta besok pagi. Kmu harus pulang secepatnya."
"Who"s this?"
"Pakai nanya lagi. Ini mama kmu Revel, what are you, deaf now sampai2 tdk mengenali suara
mama?" teriak ibi Davina gemas.
"Nggak, Cuma ngantuk," balas Revel sambil meraba2, mencari tombol lampu. Stelah lampu
pada night stand menyala, dia menyipitkan matanya untuk mencari kacamatanya dan memaksa
tubuhnya ke dalam posisi duduk pada saat yg bersamaan, "Ada apa telpon aku malam2 begini,
Mam?" "Om Siahaan sudah berusaha menelpon kmu berkali2, tp kmu nggak pernah angkat dan nggak
pernah telpon mererka balik juga, makanya om Siahaan telpon mama."
Revel ingat bahwa dia melihat nomor HP om Siahaan berkali2 selama 24jam belakangan ini,
tetapi dia tdk menghiraukannya. Dia perlu konsentrasi pada pekerjaannya. "Memangnya ada apa
sih yg urgent sekali dan nggak bisa nunggu sampai aku pulang ke Jakarta?" gerutu Revel.
"Kontrak kmu dgn Ina akan berakhir lusa, dan Ina berniat menuruti klausa kontrak itu. Do you
get where I"m getting at, Revel" Dia akan menceraikan kmu."
"Whaaaaaaatt" No! Aku sudah memberitahu kantor om Siahaan untuk membatalkan kontrak itu
bulan Oktober lalu."
Kini giliran ibu Davina yg berteriak, "What?"
"Aku nggak berniat menceraikan dia, Mam. Aku betul2 serius dgn dia. Aku cita dia, Mam."
Ibu Davina terdiam selama beberapa detik ketika mendengar Revel mengatakan bahwa dia
mencintai Ina. Selama ini dia slalu berpikir bahwa anaknya sudah kehilangan kemampuannya
untuk mencintai seseorang selain dirinya, tp ternyata dia masih mampu mencintai seorang
wanita, danitu membuatnya terharu. Ternyata dia tdk merusak semua yg ada pada diri Revel,
karena Revel jelas2 masih memiliki hatinya.
"Kmu sebaiknya pulang untuk meluruskan ini semua karena jelas2 om Siahaan tdk tahu menahu
tentang pembatalan kontrak ini," ucap ibu Davina lembut.
Mendengar nada mamanya, Revel tdk berpikir dua kali untuk menurutinya. "Aku akan ambil
penerbangan pertama ke Jakarta besok," ucap Revel tegas.
*** Revel sampai di Jakarta jam satu siang dan langsung menuju Menteng. Kepalanya terasa berat
dan matanya pedih karena kurang tidur. Semalaman dia mencoba melakukan beberapa hal pada
saat yg bersamaan. Dia membangunkan om Siahaan dari tidurnya dan memintanya mencek dgn
orang2 kantornya tentang permintaan pembatalan kontrak yg dilakukannya beberapa bulan yg
lalu. Waktu itu om Siahan sedang ada urusan ke luar negeri sehingga Revel harus puas berbicara
dgn seorang asisten pengacara bernama Yudi. Stelah menerima permintaan maaf yg berlebihan
atas kesalahan ini dan kepastian bahwa om Siahaan akan meluruskan masalah ini dgn Yudi,
Revel menutup telpon. Revel tahu bahwa dia seharusnya mengonfirmasi ulang permintaannya
ketika dia tdk mendengar kabar apa2 dari pengacaranya, tp jujur saja, selama beberapa bulan
belakangan ini pikirannya penuh dgn berbagai hal penting lainnya, sperti turnya, rekaman
albumnya, Ina, kemudian Luna. Dia kemudian menelpon front-desk,meminta mereka agar
mengonfirmasi penerbangannya kembali ke Jakarta besok pagi. Dia menunggu selama stengah
jam sbelum front-desk menelponnya kembali dan mengatakan bahwa mereka sudah berhasil
mengonfirmasi penerbangannya. Dia menyumpah ketika tahu bahwa dia baru bisa meninggalkan
Singapura tengah hari karena semua penerbangan pagi ke Jakarta fully-booked.
Revel menemukan Ina sedang duduk di salah satu kursi malas di tepi kolam renang. Wajahnya
stengah tersembunyi di balik novel tebal. Keningnya sedikit berkerut yg menandakan bahwa dia
sedang berkonsentrasi penuh, dan ini adalah pemandangan paling indah yg pernah dilihat Revel
sepanjang hidupnya. Segala omelan yg diterimanya tadi malam dari mamanya dan mata pedas
karena tdk bisa tidur dgn nyenyak, semuanya worth it karena dia bisa melihat wanita yg
dicintainya pada saat ini. Terkejut menyadari betapa dalamnya perasaannya terhadap Ina, Revel
tersandung langkahnya sendiri.
Ina tdk mendengar langkah Revel sebelumnya, tp dia mendengar ketika Revel menyumpah. Dia
langsung mengangkat kepalanya untuk melihat sumber suara itu. Ketika dia melihat Revel, dia
langsung menutup bukunya dan berdiri, tetapi dia tdk bergerak mendekati Revel. Dia tdk
kelihatan terkejut sama sekali ketika melihat Revel, yg brarti bahwa dia sudah menunggu
kedatangannya. Revel tdk tahu apakah itu sesuatu yg patut disyukuri atau tdk. Revel berhenti
tepat dihadapannya dan dia tdk tahu apakah Ina akan menamparnya atau menciumnya balik klo
misalnya dia menciumnya, sperti yg dia rencanakan sebelumnya. 2bulan yg lalu, dia yakin
bahwa Ina akan langsung loncat ke dalam pelukannya dan mencium bibirnya dgn mesra klo
melihatnya, tp sekarang, Revel bahkan yakin Ina tdk mau berada di dalam ruangan yg sama
dengannnya. Dia memandangi wajah wanita yg berhasil membuatnya bertekuk lutut, mencoba mendapatkan
petunjuk akan reaksinya terhadapnya. Dan hanya dalam hitungan detik dia tahu bahwa ini adalah
satu kesalahan, karena wajah itu menggambarkan kegalauan yg ada didalam hatinya. Revel
merasa sperti ada orang yg baru saja melindas dadanya. Hatinya remuk melihat Ina berusaha
kelihatan kuat, tetapi gagal total. Dia berjanji untuk tdk akan pernah membuat Ina kelihatan
sperti ini lagi. "Hey babe, I"m home," ucapnya. Dia harus mengencangkan otot kedua tangannya agar tdk
menarik Ina ke dalam pelukannya.
Ina hanya mengangguk kaku, dan sbelum dia kehilangan keberaniannya, revek berkata, "Saya
tahu bahwa hubungan kita sedang tdk baik sekarang gara2 Luna, dan kmu pasti bertanya2 knapa
kontrak kita..." Ina mengangkat tangannya, menghentikan Revel. "Kmu nggak perlu menjelaskan. Saya sudah
tahu semuanya dan it"s okay. Saya ngerti dan saya minta maaf karena saya memerlukan waktu
sebegini lama untuk memahami semuanya."
Revel tdk mengerti apa yg baru saja dikatakan oleh Ina, dia belum sempat menanyakan hal ini
ketika Ina melangkah mendekat, menarik kepalanya ke bawah dan mencium bibirnya dgn dalam.
Revel masih terkejut selama beberapa detik hanya bisa terdiam dan menerima ciuman itu.
Kemudian Ina berjinjit dan melingkarkan tangannya pada leher Revel dan tubuh Revel langsung
bereaksi. Dgn serta merta dia langsung mengangkat tubuh Ina sehingga Ina harus melingkarkan
kedua kaki pada pinggang Revel dan membalas ciuman itu dgn antusias. Revel tdk pernah
melihat ekspresi pada wajah Ina ketika emmbawanya masuk ke kamar tidur.
BAB 26 (The Goodbye) Revel terbangun dan menemukan dirinya sendirian diatas tempat tidurnya yg besar. Dia melirik
beker yg ada disamping tempat tidur dan melihat bahwa hari masih cukup pagi. Dia bertanya2
kemanakah Ina pergi pagi2 begini pada hari Sabtu" Perlahan2 dia memaksa tubuhnya untuk
bangun dan harus menggeram karena otot2 tubuhnya yg protes stelah dipelakukan dgn semena2
tadi malam. Mau tdk mau dia tersenyum mengingat hal2 yg dia lakukan dgn.. koreksi kepada Ina
tadi malam, reaksi Ina dibawah sentuhannya dan segala permintaan, permohonan, dan pujian yg
diucapkannya. Dia duduk diatas tempat tidur selama beberapa menit untuk melemaskan otot2nya
sbelum kemudian berjalan menuju kamar mandi. Hubungan mereka tadi malam telah mencapai
level yg berbeda. Itu mungkin disebabkan karena dia sudah tdk menyentuh Ina selama lebih dari
sebulan, tp dia tdk yakin bahwa itulah alasan knapa Ina menatapnya seakan2 dia sedang
mencoba mengingat stiap garis yg ada pada wajah Revel, sementara Revel mendominasinya.
Revel menggeleng, berusaha mengosongkan kepalanya sejenak dari bayangan Ina sementara
tubuhnya disiram air hangat.
Stelah keluar dari shower dan baru saja akan mengoleskan pasta gigi pada sikat giginya, Revel
menyadari bahwa ada yg aneh pada meja wastafelnya yg untuk pertama kalinya kelihatan lebih
rapi daripada biasanya. Perlahan2 dia mulai menyikat giginya. Dia baru saja selesai berkumur
ketika dia menyadari bahwa sikat gigi Ina tdk ada pada tempatnya, lotion dan segala pernak
pernik kewanitaannya juga sudah hilang dari dalam kamar mandi. Masih belum sadar penuh
akan keanehan ini, dia berjalan ke dalam kamar tidur dan mulai mengenakan pakaiannya. Dia
sedang berjalan kearah tempat tidur untuk mengambil jam tangan yg ditinggalkannya diatas
night stand tadi malam ketika mendapati bahwa kamar tidurnyapun kelihatan lebih rapi dari
biasanya. Tdk ada satu bukupun yg berserakan diatas meja maupun sofa. Mulai merasa waswas,
dia kemudian berjalan kembali ke lemari pakaiannya dan menggeser pintu lemari pakaian
sebelah kiri yg penuh dgn pakaian... pakaiannya, bukan pakaian Ina sperti seharusnya. Tdk ada
sehelai pakaian Ina yg tersisa. Jantung Revel langsung menabrak tulang rusuknya.
Tanpa sadar dia sudah berlari keluar dari kamar tidurnya dan tanpa memedulikan penglihatannya
yg agak sedikit kabur tanpa lensa kontak atau kacamata, dia menuruni anak tangga sekali tiga,
menuju lantai bawah. Area kolam renang kosong melompong. Revel berlari ke lantai dasar.
Diruang makan Revel menemukan mbok Nami yg sedang menyiapkan sarapan, dia kelihatan
terkejut ketika melihat Revel berlari melewatinya menuju ruang TV dan ruang tamu sperti orang
kesetanan. Revel tdk menemukan Ina dimana2. Memperkirakan bahwa Ina mungkin pergi
kestudio, dia langsung berlari ke taman belakang, tp sekali lagi dia kecewa karena Ina tdk ada
disana. Dia berlari kembali masuk kedalam rumah dan langsung mengangkat interkom untuk
bertanya kepada satpam klo saja Ina sudah keluar pagi itu, tp satpam mengatakan bahwa tdk ada
orang yg keluar dari tadi malam. Revel sudah kehabisan ide dan napas ketika menyadari satu
tempat lagi dimana Ina akan berada dan dia segera berlari menaiki tangga lagi.
*** Sekali lagi Ina memutar tubuhnya, mencoba memastikan bahwa dia tdk meninggalkan apa2 di
rumah Revel. Semua barangnya sudah tersimpan rapi di dalam beberapa boks besar dgn label
masing2. Dia hanya menunggu kedatangan truk MyRelo yg akan mengangkat semua barangnya
kembali ke apartemennya yg sudah kembali kosong stelah kontrak Ellis brakhir beberapa hari yg
lalu. Dia juga sedang menunggu hingga Revel bangun dari tidurnya agar dia bisa pamit kepada
calon mantan suaminya itu. Tugasnya sudah selesai dan dia seharusnya lega bahwa sandiwara ini
sudah berakhir dan bahwa dia akan kembali lagi ke apartemennya, rumahnya, dan kehidupannya
yg tenang sbelum dia bertemu dgn Revel, tp yg dia rasakan jauh dari kata lega.
Dia sudah merasakan bagaimana hidup dgn Revel dan dia tdk yakin dia bisa hidup tanpanya lagi,
tp kemudian dia mengingat apa yg Revel telah lakukan padanya dan hal itu membuatnya yakin
bahwa dia telah membuat keputusan yg benar. Revel sudah membuat perasaannya jungkir balik
selama setahun belakangan ini. Dia sudah berusaha memahami Revel, dan untuk beberapa saat,
dia pikir dia sudah bisa mengerti laki2 ini luar dalam, tp kemudian Revel melakukan hal2lain


Celebrity Wedding Karya Alia Zalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

diluar skema yg dia pahami, yg membuatnya bertanya2 apakah dia pernah atau akan betul2
mengerti Revel. Dia sudah capek hidup tanpa kepastian sperti ini, sperti perahu rusak yg
terombang ambing ditengah lautan, hanya mengikuti gelombang dan tdk tahu dimana ia akan
terdampar. Oh, sakit rasanya mencintai seseorang yg kita tahu tdk akan pernah bisa membalas
rasa itu. Kini dia tahu bahwa Revel tdk akan pernah mampu mencintai orang lain karena dia tdk
memiliki kepercayaan terhadap orang lain untuk melepaskanhatinya begitu saja.
Braaaaaakkkkk!!! Ina berteriak terkejut mendengar bantingan pintu itu. Wajah Revel sperti orang yg sudah
kehilangan akal sehatnya dan dia menatap Ina seakan2 dia akan mencekiknya. Itu sebelum dia
melarikan matanya pada sekeliling kamar yg penuh dgn boks dan dari matanya, Ina yakin bahwa
Revel akan membunuhnya saat itu juga.
"What are these?" tanyanya, memasuki kamar sambil menunjuk kepada boks2 yg bertebaran.
"Ini barang2 saya Rev," jawab Ina setenang mungkin.
"Knapa ada di boks?"
"Karena sudah siap untuk diangkat kembali ke apartemen saya pagi ini."
"WHAAATTT"!" teriak Revel.
Dan Ina bersumpah bahwa teriakan itu sudah membuat seluruh rumah bergetar saking kerasnya,
dia harus menelan ludah sbelum berkata, "Saya sedang menunggu truk datang dan mengambil
semua ini. Dan bagusnya kmu sudah bangun, jd saya bisa pamit."
"Is this a joke?"
"No Rev, it"s not a joke. Saya serius."
Salah satu pembantu Revel melongokkan kepalanya dan berkata, "Ibu Ina, ada truk di gerbang,
mereka bilang ibu yg pesan truk itu."
"Oh Ya, tolong bilang ke satpam supaya dikasih masuk. Dan tolong tunjukkin mereka kesini,
supaya mereka bisa mulai ngangkat boks2 ini."
"Like hell!" bentak Revel. "Bilang ke satpam jgn kasih truk itu masuk," perintahnya kepada
pembantunya. "Bisa nggak sih kmu nggak teriak2 begitu pagi2 begini?" desis Ina dan tanpa menghiraukan
tatapan tajam Revel, dia menatap pembantu itu dan berkata, "Kasih mereka masuk dan bawa
mereka kesini secepatnya."
Pembantu itu kelihatan ketakutan dibawah pelototan Revel, tp dgn satu anggukan dan senyuman
yg meyakinkan, Ina mengirim pembantu itu berlari secepat kilat untuk melaksanakan tugasnya.
Ina mengembuskan napas sebelum menghadap Revel dan berkata, "Sesuai perjanjian, saya akan
mengajukan gugatan cerai saya ke pengadilan agama besok. Pengadilan tentunya akan minta kita
melalui proses konseling selama beberapa bulan, tp kita berdua akan tetap teguh pada pendirian
untuk bercerai. Klo semuanya berjalan lancar, kita sudah akan resmi cerai tahun depan."
Revel sedang bertolak pinggang sambil menyipitkan matanya. Stelah beberapa saat dia berkata,
"Oke, saya akan berpura2 bahw apercakapan ini tdk pernah terjadi. Sekarang saya mau kmu
keluarkan semua barang kmu dari boks dan kembalikan semuanya pada tempatnya di rumah ini."
Ina mengangkat tasnya yg tergeletak diatas salah satu boks sbelum menatap Revel. "Rev,
kontrak kita resmi habis tepat hari ini. Dan mengikuti kontrak itu kita harus cerai begitu kontrak
habis. Now.. kasih saya waktu 2jam untuk pindah, dan stelah itu saya akan keluar dari rumah ini
dan kehidupan kmu." Ina baru akan melangkah menuju pintu ketika lengannya ditarik Revel, "Why are you doing this
to me?" "Doing what to you?"
"Kmu akan meninggalkan saya begitu saja stelah apa yg kita lalui bersama2" Stelah tadi
malam?" Pupil mata Ina sedikit melebar mendengar Revel menyebuy2 tadi malam. Sejujurnya, pagi ini,
dgn pikiran yg lebih jernih, dia merasa sedikit malu dgn semua hal yg dia lakukan kepada Revel
dan apa yg dia bolehkan Revel lakukan padanya. Tp dia tdk bisa mengatakan bahwa dia
menyesalinya. Dia memerlukan dosis terakhir intimasi dgn Revel. Dia hanya ingin mengenang
saat2 terakhir itu sebelum menguncinya dgn rapat dibagian otaknya yg bertugas untuk
menyimpan memori yg sepatutnya dilupakan saja.
"Saya yakin kmu akan baik2 saja," balas Ina datar.
"No I won"t. Goddamn it!"
"Saya hargai klo kmu berhenti menyumpah di depan saya. Bisa tolong lepaskan lengan saya?"
pinta Ina dan dia mendengar Revel menyumpah lagi, tp dgn lebih pelan sbelum melepaskan
lengannya. "Kmu melakukan ini karena kmu masih marah pada saya soal Luna. Saya sudah jelaskan ke kmu
semuanya. Apalagi yg kmu mau dari saya?"
"Nothing. Saya nggak mau apa2 dari kmu," balas Ina.
"Jangan bohong. Semua orang slalu mau sesuatu dari saya. Bilang ke saya kmu maunya apa?"
"Kepercayaan penuh dari kmu. Satu hal yg kmu nggak akan pernah bisa kasih ke saya atau
siapapun," teriak Ina.
"What are you talking about" Tentu saja saya bisa memberikan kepercayaan saya kepada kmu..."
Ina mendengus sinis memotong kata2 Revel. "No, you can"t, karena kmu bahkan nggak tahu arti
kata itu. Bagaimana kmu bisa memeberikan sesuatu yg kmu bahkan tdk mengerti artinya atau
mampu menghargainya."
Dan Revel merasa seakan2 Ina baru saja menamparnya. Apa maksudnya dgn mengatakan bahwa
dia tdk mengerti arti kata "kepercayaan?" Tentu saja dia mengerti.
Tanpa disangka2 Revel, Ina mengulurkan tangannya dan menyalaminya dan Revel merasa ingin
membunuh perempuan satu ini. Sbelum Ina sadar apa yg sedang terjadi, dia sudah diselubungi
oleh tubuh Revel didalam pelukan yg sangat erat sehingga menyumbat pernapasannya, tp Ina tdk
keberatan dgn pelukan itu, yg membuatnya merasa menyatu dgn Revel. Ya Tuhan, knapa dia
masih tetap mencitai laki2 yg sudah menyakitinya sedalam ini" Dia tdk bisa menolaknya
semalam dan dia tdk yakin dia mampu melepaskannya sekarang.
"Don"t do this. Please... I beg you. Please stay with me. I"ll do anything," bisik Revel dgn suara
serak. Andai saja suatu pernikahan bisa sukses tanpa cinta dan kepercayaan, tp Ina tahu bahwa itu
bukanlah definisi perkawinan yg sebenarnya. Akhirnya Ina hanya menggelengkan kepalanya.
"Ina, please..." pinta Revel.
Pada detik itu kru MyRelo muncul sehingga Revel harus melepaskan pelukannya pada Ina, yg
langsung mengambil beberapa langkah menjauhinya. Revel ingin menarik Ina keluar dari kamar
itu agar dia bisa berbicara dengannya, tp Ina sengaja tdk menghiraukannya dan mulai
memerintahkan kru MyRelo untuk mengangkat barang2nya. Akhirnya Revel tdk punya pilihan
selain melangkah keluar dari kamar itu.
Ina sadar ketika Revel meninggalkan kamarnya, dan dalam hati dia mengucapkan selamat
tinggal kepada satu2nya laki2 yg bisa membuatnya bahagia dan meremukkan hatinya pada saat
yg bersamaan. BAB 27 (The Three Magic Words)
2minggu berlalu smenjak kepindahan Ina dari rumahnya dan Revel berharap bahwa Ina tdk akan
betul2 menggugat cerai dirinya, tp kemudian dia menerima surat dari pengadilan agama yg
mengonfirmasi gugatan tersebut, dan dia tdk pernah merasakan patah hati sedalam ketika dia
membaca surat itu. Ina tdk mau mengangkat telpon darinya dan semua komunikasi yg dilakukan
oleh Ina kepadanya adalah melalui pengacaranya. Bahkan cek 500juta yg dikeluarkannya
beberapa hari yg lalu itu masih juga belum dicairkan oleh Ina, seakan2 Ina mau menghapus
semua koneksi yg pernah ada diantara dirinya dan Revel. Dia tahu kini bagaimana
kesalahpahaman mengenai pembatan kontrak dgn Ina bisa terjadi. Semua itu karena Yudi,
pengacaya yg menerima telponnya, ternyata adalah seorang pegawai yg sudah dipecat secara tdk
terhormat pada hari yg sama stelah menerima telpon itu. Karena kelalaiannya, Yudi sudah
menyebabkan kerugian besar2an kepada salah satu klien dan klien itu kemudian menuntut ganti
rugi. Kasus tersebut memang tdk ada sangkutpautnya dgn Revel, tp Yudi yg merasa tersinggung
atas pemecatan ini langsung angkat kaki dari kantor itu tanpa susah2 melaporkan
pembicaraannya dgn Revel. Dan karena Revel juga tdk mengonfirmasi ulang permintaannya,
maka tdk ada orang yg tahu mengenainya sampai kontrak itu habis masanya. Ingin rasanya Revel
menyalahkan orang lain atas keadaan ini, tp dia tahu bahwa satu2nya orang yg sepatutnya
disalahkan adalah dirinya sendiri.
Sebulan kemudian Revel mendapati dirinya berada di dalam salah satu ruang pertemuan
dipengadilan agama Jakarta Pusat, menunggu hingga Ina muncul. Inilah pertama kalinya dia
akan bertemu lagi dgn Ina stelah perpisahan mereka dan dia merasa gugup. Semalam dia pergi
tidur dgn memeluk foto perkawinan mereka yg Ina tinggalkan diatas night stand dikamarnya
ketika dia pindah. Dia tdk pernah menyadari betapa sakralnya upacara ijab. Itu bukan hanya
sebuag upacara yg menyatakan bahwa mereka sudah menjadi sepasang suami istri yg sah, tp juga
menyatakan bahwa mereka terikat dgn satu sama lain untuk selama2nya.
Revel harus mengangkat pandangannya dari lantai ketika melihat Ina yg tampak superseksi dgn
set atasan dan celana panjang berwarna putih gading dgn selendang coklat tua yg menyelubungi
bahunya, tp lebih dari itu, dia kelihatan glowing dgn kepercayaan diri dan suatu hal lain yg dia
tdk bisa pastikan datang darimana. Oh my God, how is this possible"! Bahkan stelah perempuan
ini menginjak2 hatinya yg dia sudah persembahkan padanya diatas nampan emas, Ina masih bisa
mengundang reaksi yg sangat mendalam dari dirinya. Revel melirikkan matanya kepada
Sugiono, panitera muda yg seharusnya menjadi mediator sesi konseling mereka, dan dia harus
menahan diri agar tdk memukulnya karena dia dgn blak2an sedang menelanjangi istrinya,
koreksi calon mantan istrinya, dgn matanya.
"Selamat pagi, ibu Ina," ucap Sugiono.
Panggil saya Ina saja," jawab Ina sembari mengulurkan tangannya, menyalami Sugiono dan
menganggukkan kepalanya kepada Revel sbelum dia duduk.
Revel mencengkram lengan kursinya ketika mendengar Ina mengucapkan itu. Bagaimana
mungkin dia memperbolehkan laki2 tdk dikenal memanggilnya dgn namanya saja" Di dalam
kepalanya Revel memaki2 panitera yg skrg sedang memberikan senyum sumringah kepada Ina.
Seakan2 penyiksaannya belum cukup, Revel mencium aroma stroberi yg dikenalnya itu dan dia
mencoba mengatur pernapasannya agar tdk mendengus. Ini akan jd 1jam terpanjang dalam
hidupnya. Ina duduk dgn tenang, mendengarkan kata2 Sugiono, yg menjelaskan tujuan sesi konseling ini.
Dia memastikan bahwa tatapan matanya tertuju kepada Sugiono, tdk kepada Revel. Dia tdk
berani menatap Revel, takut bahwa suaminya bisa membaca apa g ada di dalam hatinya pada saat
itu. Ina betul2 merindukannya, dan ketika dia berhadapan dgn Revel hari ini, yg ingin dia
lakukan adalah melemparkan dirinya ke dalam pelukan Revel, mengatakan dia mencintainya,
dan bahwa dia tdk peduli apakah Revel mencintainya atau tdk. Tp dia tahu bahwa adalah
kesalahan besar klo dia melakukannya, terutama klo melihat dari cara Revel menatapnya
beberapa menit yg lalu ketika dia menganggukkan kepala padanya. Revel kelihatan sperti
seseorang yg siap membunuhnya dgn hanya menggunakan kedua tangannya. Tentu saja Revel
marah besar padanya karena dia sudah menolak berbicara dgnnya selama 6minggu ini.
2minggu pertama stelah kepindahannya kembali ke apartemen, perhatian media masih terlalu
terfokus kepada berita tentang seorang selebriti dgn video panas mereka yg tersebar dipasaran
hingga status pisah rumahnya dgn Revel tdk tercium sampai seminggu stelah itu ketika seorang
wartawan tabloid mengikutinya pulang ke apartemen bukannya ke rumah Revel stelah jogging di
Senayan dgn Tita hari minggu pagi. Stelah itu media mendapat kabar bahwa dia sudah
mengajukan gugatan cerai kepada Revel, alhasil stelah itu fokus berita kembali kepada dirinya
dgn Revel. Sekarang dia tdk bisa pergi kemana2 tanpa diikuti oleh wartawan yg menanyakan
alasan knapa dia menggugat cerai Revel.
Ingin rasanya dia memberitahu kepada mereka semua bahwa alasan knapa dia menceraikan
Revel adalah karena pernikahan mereka hanyalah sebuah kontrak, agar mereka semua puas dan
meninggalkannya sendiri, tp Ina tahu bahwa klo dia menyuarakan hal tersebut maka media akan
semakin gila. Dia tdk tahu bagaimana dia akan berhadapan dgn keluarganya lagi stelah ini.
Selama 6minggu dia sudah berhasil menghindari mereka semua, tp dia tdk bisa bersembunyi
selamanya. "Apa ada hal2 yg ingin Ina kemukakan kepada pak Revel" Mungkin hal2 yg
mengganjal didalam pernikahan yg tdk pernah dibicarakan sbelumnya?" tanya Sugiono.
"Nama saya Revel, bukan pak Revel. Bapak bisa manggil istri saya dgn namanya saja, saya
yakin bapak juga bisa melakukan yg sama terhadap saya," geram Revel sambil menatap Sugiono.
"Revel," ucap Ina dgn nada penuh peringatan.
"Oh, jadi sekarang kmu mau bicara dgn saya" Stelah 6minggu kmu menolak mengangkat semua
telpon dari saya dan selama 20menit ini bahkan menolak menatap saya?" Revel menatap Ina
tajam ketika mengatakannya. Dan dia menyumpah dalam hati ketika melihat rasa sakit yg
tercurah dari mata Ina. "Mohon maaf, pak Sugiono, saya perlu ke kamar kecil. Letaknya dimana ya?" tanya Ina dan
stelah mendapatkan instruksi yg jelas dari Sugiono, langsung berdiri dan menghilang dari
pandangan secepat mungkin.
Kedua laki2 yg ditinggalkan di dalam ruangan saling tatap. Revel kelihatan sudah siap
membakar bangunan pengadilan agama dan Sugiono kelihatan terhibur melihat permainan emosi
pada wajah Revel. "Mbak Ina masih cinta sama mas Revel, in case you are wondering," ucap Sugiono tiba2.
"Hah?" "Mbak Ina... dia masih cinta sama mas Revel."
Revel menyerah untuk memperbaiki Sugiono yg tetap memanggilnya mas Revel dan berkata,
"Oh ya" How do you know that" Are you psychic?" Revel tahu bahwa dia terdengar sperti orang
yg sedang ngambek, tp dia terlalu kesal untuk peduli. Klo dia bisa memilih, dia tdk akan
menghadiri sesi konseling ini, karena ada banyak hal yg dia tdk sukai, salah satunya adalah klo
orang asing turut campur dalam urusan pribadinya.
Sugiono hanya tersenyum simpul. "Saya sudah lama bekerja jd mediator sesi konseling orang2
yg akan bercerai, mungkin itu sebabnya saya bisa membaca gelagat mereka. Dari pengalaman
saya, biasanya sesi konseling akan lebih efektif klo kedua belah pihak bisa lebih tenang ketika
berhadapan satu sama lain."
"Bagaimana saya bisa tenang" Satu2nya perempuan yg pernah saya cintai mau menceraikan saya
dan tdk ada satu hal pun yg saya bisa lakukan untuk mencegahnya."
"Ah... dugaan istri saya ternyata benar." Revel hanya menatap Sugiono dgn bingung.
"Waktu mas Revel menikah dgn mbak Ina, istri saya akan klo kalian berdua menikah karena
cinta, bukan karena untuk menutupi skandal mas Revel dgn mbak Luna. Istri saya ngefans berat
dgn mas Revel dan dia agak2 kecewa waktu tahu bahwa mas Revel dan mbak Ina akan bercerai,"
jelas Sugiono dgn tenang.
Revel hanya bisa nyureng memandang Sugiono. Melihat reaksi Revel yg kelihatan tdk percaya
dgn kata2nya, Sugiono menambahkan, "Klo mas Revel masih cinta sama mbak Ina, knapa
cerai?" "Mungkin itu pertanyaan yg sepatutnya ditujukan kepada istri saya. Dia yg menggugat cerai
saya," balas Revel ketus.
"Apa mbak Ina tahu klo mas Revel cinta sama dia?"
"Tentu saja dia tahu, tp dia tetap mau menceraikan saya," teriak Revel.
"Apa mas Revel sudah bilang ke dia?"
"Hah?" Revel betul2 tdk mengerti arah pembicaraan panitera hampir botak satu ini. Dia jelas2
tdk memerlukan saran untuk menarik hati seorang wanita. Dia bisa bilang punya gelar doktor di
bidang itu. "Apa mas Revel pernah mengucapkan kata cinta kepada mbak Ina?" Jelas sugiono.
"Dia sudah menceraikan saya sbelum saya bisa mengucapkannya. Stelah itu, kata itu spertinya
nggak penting lagi."
Tanpa revel sangka2, Sugiono mulai tertawa terbahak2 dan Revel betul2 tdk menghargai
ditertawakan sperti itu. Dia sudah siap berdiri dan mulai mencari Ina yg masih belum juga
kembali dari toilet ketika mendengar suara Sugiono yg memintanya untuk duduk kembali.
"Maaf, klo saya lancang, dan saya tdk bermaksud menertawakan mas Revel, tp saya slalu
menyangka bahwa dgn segala gosip menyangkut perempuan yg mengelilingi mas Revel, maka
mas Revel akan lebih tahu tentang seluk beluk hati wanita daripada saya." Sugiono mencoba
membaca reaksi pada wajah Revel, ketika menyadari bahwa artis laki2 paling populer dan paling
playboy se-Indonesia sedang mendengarkannya, dia melanjutkan, "Mereka berbeda dari kita,
kaum laki2. Mereka lebih sensitif dan klo mengambil keputusan mereka lebih menggunakan hati
daripada akal sehat."
"What are you trying to say?"
"Mungkin tdk ada salahnya mas Revel mengungkapkan apa yg mas Revel rasakan terhadap
mbak Ina dgn kata2."
Revel menatap Sugiono sorot tdk percaya, tp kemudian dia sadar bahwa dia tdk pernah betul2
mengungkapkan apa yg ada di dalam hatinya kepada Ina. Mungkin laki2 ini ada benarnya.
Mungkin inilah yg dimaksud Ina dgn "kepercayaan". Pengertian muncul pada benak hati Revel
ketika Ina melangkah masuk ke dalam ruangan lagi.
"Maaf agak lama, saya nyasar," ucap Ina dan kembali mengambil tempat duduknya. Kali ini
Revel menyadari bahwa Ina menatapnya langsung ketika mengatakan itu, seakan2 menantang
Revel untuk menuduhnya sedang menghindarinya sekali lagi.
Sugiono memberikan senyuman penuh pengertian kepada Ina sbelum berkata, "Revel, Ina, untuk
stengah jam kedepan saya akan membiarkan kalian berdua membicarakan tentang
ketidakcocokan kalian. Anggap saja saya tdk ada diruangan ini."
Ina menatap Sugiono seakan2 memiliki tanduk, kemudian tatapannya beralih kepada Revel.
Mereka saling tatap selama beberapa menit, menunggu hingga yg lainnya memulai. Ina baru saja
membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu ketika dia mendengar Revel mengatakan, "I love
you." Wajah Ina langsung blank, sbelum dia berkata, "What?"
Tanpa disangka2 Ina, Revel berdiri dari kursinya beberapa detik kemudian dia sudah
mendudukkan dirinya pada kursi disamping Ina. "Klo saja kmu pernah ragu tentang perasaan
saya ke kmu, saya akan mengucapkannya sekali lagi. I love you. Saya tdk mengatakan ini
sebelumnya bukan karena saya nggak cinta sama kmu, tp karena saya menunggu saat yg tepat,"
jelas Revel dgn setulus mungkin. "Saya nggak mau bercerai dgn kmu. Saya mau kmu tetap jadi
istri saya, betul2 jadi istri saya, tanpa kontrak. Saya mau kita sama2 karena kita memang tdk bisa
hidup tanpa satu sama lain, bukan karena saya harus menyelamatkan karier saya ataupun kmu
harus membuktikan sesuatu kepada keluarga kmu."
Revel tdk percaya bahwa dia sedang menuruti saran Sugiono, tp dia tdk bisa mundur sekarang.
Dan dgn penuh keyakinan, dia berkata, "Kmu bilang ke saya bahwa saya nggak akan bisa
percaya sama orang karena saya nggak ngerti arti kata itu. Gimana klo kmu ajari saya artinya"
Tunjukin ke saya apa maksudnya" Saya mau belajar dari kmu." Revel menunggu dgn penuh
antisipasi balasan dari Ina, tp apapun balasan yg dia tunggu2, ia benar2 tdk siap ketika Ina justru
bangun dari kursinya dan tanpa permisi lagi langsung bergegas keluar dari ruangan.
Meninggalkannya sendiri dgn Sugiono yg menatap kepergian Ina sambil geleng2 kepala.
*** Seminggu berlalu dan Revel masih tdk mendengar kabar apa2 dari Ina. Awalnya dia masih bisa
memaklumi reaksi Ina yg melarikan diri dari hadapannya, toh dia bahkan sudah mengejutkan


Celebrity Wedding Karya Alia Zalea di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dirinya sendiri dgn kata2nya. Tapi stelah beberapa hari Ina masih tdk menghubunginya, Revel
mulai khawatir, dan tepat seminggu kemudian dia sudah putus asa. Meskipun mama terus
meyakinkannya bahwa Ina akan come around dan memaafkannya, tetapi Revel mulai kehilangan
keyakinannya. Dia sudah tenggelam dalam pikirannya sendiri sehingga tdk menyadari bahwa ada
seseorang yg sedang menunggunya diruang tamu ketika dia kembali dari makan malam dgn
mama, sampai dia melihatnya.
"Ina"!" ucap Revel dgn penuh keterkejutan, yg diikuti oleh kebingungan dan sedikit harapan.
Ina kelihatan nervous selama beberapa detik, seakan2 tdk tahu apakah dia harus mendekatinya
atau tetap berdiri ditempat, akhirnya dia memutuskan berdiri ditempat dan dgn gugup meremas
jari2nya. Melihat tingkah laku Ina, Revel langsung bergegas kearahnya.
"Are you okay" Is something wrong?" tanya Revel waswas. Meskipun dia berdiri cukup dekat
dgn Ina, tetapi dia menghormati Ina dgn tdk menyentuhnya.
"No, everything's fine," jawab Ina. Kemudian, "Well, not exactly. Ada sesuatu yg mengganggu
pikiran saya dan saya harus menanyakannya ke kmu karena kmu adalah satu2nya orang yg bisa
menjawab pertanyaan saya ini."
Revel mengangguk dan menunggu pertanayan tersebut. "Saa minta maaf karena saya sudah
datang tanpa diundang. Saya pikir kmu ada di rumah makanya saya nggak telpon terlebih dahulu,
tp ternyata kmu nggak ada di rumah. Saya tadinya mau langsung pulang, tp mbok Nami bilang
klo kmu akan pulang sbentar lagi, makanya dia mempersilakan saya masuk dan membiarkan
saya menunggu disini."
Ina mengatakan ini semua sambil menatap wajah Revel sehingga Revel bisa melihat dgn jelas
pergolakan emosi dari matanya. Oh yeah, she is nervous as hell, alright. Menyadari bahwa dia
adalah satu2nya orang yg mengeluarkan kata2 selama beberapa menit ini, membuat Ina ragu
akan tujuan utama kedatangannya.
"Kmu kelihatan capek, nggak apa2, saya nggak perlu menanakan hal itu sekarang.. or ever. It's
really not that important. Saya bahkan nggak tahu knapa saya datang kesini. I'm sorry, I'll... I'll
just... I'm gonna go," ucap Ina terbata2.
"Wait.. don't go," teriak Revel ketika melihat Ina meraih tasnya dan siap untuk sekali lagi
menghilang dari hadapannya. "Just tell me, knapa kmu datang kesini?"
Ina kelihatan mempertimbangkan permintaan Revel dan Revel hampir yakin bahwa Ina akan lari,
tp kemudian dia mendengar suaranya berkata, "Mama kmu datang ke apartemen saya beberapa
hari yg lalu untuk menjelaskan tentang Yudi. Is it true that you cancelled the contract in
October?" Revel mengangguk. Ina kelihatan kebingungan dgn jawaban ini. "Would you sit down jadi saya
bisa jelaskan semuanya?" pinta Revel.
Ina menggeleng sbelum kemudian terdiam. Dari wajahnya Revel tahu bahwa dia sedang
mempertimbangkan sesuatu dan dgn sabar Revel menunggu. "Did you really mean what you said
last week?" tanya Ina stelah beberapa menit.
Revel tdk perlu penjelasan lebih lanjut untuk tahu kata2 yg mana yg dimaksud oleh Ina. Revel
tahu bahwa ini satu2nya kesempatan baginya untuk memperbaiki keadaan dan dia akan pastikan
bahwa dia tidak blow this up. Dan dgn sehati2 mungkin Revel memosisikan dirinya tepat
dihadapan Ina dan stelah betul2 menatap mata Ina dia berkata, "Every word."
Mata Ina terbelalak, tp dia tdk mengatakan apa2 dan sekali lagi Revel berkata, "Saya betul2 cinta
sama kmu. Saya nggak tahu apalagi yg saya harus saya katakan atau lakukan agar kmu percaya
pada kata2 saya." "You were withholding information from me. Information that I deserve to know," ucap Ina
pelan. "I know," bisik Revel dan mendekatkan kepalanya beberapa sentimeter kepada Ina.
"Kmu sudah mempermalukan saya didepan keluarga saya, orang kantor saya, teman2 saya dan
seluruh masyarakat Indonesia dgn kelakuan kmu."
"I know." Kini bibir Revel sudah menyentuh kening Ina dan Ina membiarkannya mengecupnya.
"Kmu tdk pernah betul2 memercayai saya dan membicarakan masalah kmu dgn saya."
"I know. Aku memang brengsek..."
Ina memotong kata2 Revel dgn, "Saya nggak pernah tahu knapa kmu tiba2 akan pergi begitu saja
tanpa penjelasan kepada saya stiap kali kmu perlu menjadi seorang superhero."
Tp Revel tak mau menyerah dan maju terus pantang mundur. "But I will stop being an ass if you
give me a chance." "Can you please stop kissing me and listen to what I'm trying to say," teriak Ina.
Revel menarik Ina kedalam pelukannya dan berkata, "I'm listening."
Meskipun Ina tdk membalas pelukannya, tetapi dia tdk mencoba melepaskan diri, dan Revel
mengambil kesempatan ini untuk menjelaskan. "Saya sadar bahwa saya memang ada isu
kepercayaan. Itu mungkin karena selama ini semua orang nggak pernah menunjukkan asli
mereka kepada saya. Bahkan orangtua saya. Dgn kmu, what I see is what I get, dan saya nggak
biasa dgn itu, tp percaya sama saya waktu saya bilang bahwa saya mau belajar dari kmu agar
bisa percaya sama orang. Saya janji untuk slalu jujur kepada kmu, tdk peduli apa akibatnya."
"Apa jaminannya bagi saya untuk memercayai omongan kmu?" tanya Ina sambil menjauhkan
tubuhnya dari tubuh Revel sbelum mendongak.
"There isn't any," balas Revel sambil perlahan2 mengangkat tangan kanannya dan menyentuh
pipi Ina dgn ujung jari2nya. Ketika Ina tdk menolak, dia membelai pipi Ina dgn telapak
tangannya. "Ina, saya nggak bisa mengubah apa yg sudah terjadi, tp saya akan berusaha sebisa
mungkin mencegah hal yg sama terjadi lagi di masa yg akan datang. Yg saya minta dari kmu
adalah kepercayaan bahwa saya mampu melakukannya."
Ketika Ina masih kelihatan ragu, Revel menambahkan dgn berat hati, "Kmu akan slalu bisa
menceraikan saya lagi klo saya tdk menepati janji saya."
"I don't think that's a good idea."
"Which part?" tanya Revel dgn waswas.
"Bagian dimana saya slalu punya pilihan untuk menceraikan kmu lagi klo kmu melanggar janji."
Melihat kebingunan pada wajah Revel, Ina menjelaskan, "Saya nggak mau pernikahan kita jadi
sperti pernikahan selebriti, dimana mereka bisa dgn mudahnya kawin cerai. Klo kmu benar2 mau
menikah dgn saya, kmu harus belajar apa artinya menjadi seorang suami. Kmu harus
mengomunikasikan apa yg ada didalam pikiran kmu kepada saya, karena saya nggak bisa
membaca pikiran kmu. Saya hargai klo semua keputusan yg kmu ambil dibicarakan dulu dgn
saya, karena itu akan memengaruhi kehidupan saya. Dan kmu tdk bisa tiba2 menghilang tanpa
penjelasan apa2 dan mengharapkan saya mengerti semua tindakan kmu. Yg jelas kmu harus
percaya pada saya." "Klo saya berjanji memenuhi semua permintaan kmu, apa kita akan mencoba untuk rujuk?"
"I will think about it," jawab Ina.
Tanpa meminta izin dari Ina atau memberikannya kesempatan untuk menolak, Revel meraih
kepala Ina dan mencium bibirnya. Sewaktu Ina terpekik karena kaget, Revel meredamnya dgn
mendesakkan lidahnya ke dalam mulut Ina untuk merasakan kehangatan yg dia rindukan selama
2bulan ini. Revel hanya bisa menggeram ketika merasakan Ina membalas ciumannya, awalnya
dgn sedikit ragu, tp kemudian Ina mengangkat kedua lengannya dan melingkarkannya pada leher
Revel. Beberapa menit kemudian, dgn susah payah Revel mencoba melepaskan bibir Ina untuk
menarik napas. "Bisa nggak kmu memikirkan itu sambil memindahkan barang2 kmu kembali ke rumah kita?"
tanya Revel. "Don't push it," balas Ina, dan meskipun nadanya terdengar tajam, tp dia tersenyum ketika
mengatakannya, memberi harapan pada Revel bahwa Ina akan mengiyakan permintaannya.
Epilog Ketika mereka menapakkan kakinya pada teras rumah kak Kania pukul sebelas siang, halaman
belakang sudah dipenuhi anak2 kecil usi antara delapan hingga tiga belas tahun. Suara Katy
Perry dgn lagu tentang kantong plastik berkumandang dari speaker tersembunyi. Ezra yg sedang
dikelilingi oleh teman2nya langsung berlari menuju Revel yg langsung berlutut memeluknya.
"Hey, kiddo," ucap Revel.
Ina melihat kak Kania menganggukkan kepalanya, menandakan bahwa dia sudah melihat Ina tp
dia masih terlalu kesal pada Revel sehingga enggan mendekat. Meskipun mereka sudah rujuk
selama 6bulan, keluarga Ina masih belum bisa menerima Revel lagi dgn tangan terbuka.
"Selamat ulang tahun Ezra," ucap Ina sambil menuduk dan memeluk keponakannya.
Untuk menyelamatkan Ezra yg jelas2 kelihatan akan mati karena malu gara2 dipeluk oleh
tantenya, Revel menyerahkan kado mereka. "Ini apa om?" tanya Ezra sambil buru2 merobek
kertas kado itu tanpa ada belas kasihan.
"Kmu lihat aja sendiri," ucap Revel sambil tersenyum melihat keantusiasan Ezra.
Mata Ezra terlihat berbinar2 ketika menyadari benda mengilat yg ada di genggamannya. "om
dengar kmu mau belajar main baseball, ini helm yg akan melindungi kmu dari bola," jelas Revel.
"Coba dipakai, tante mau lihat," ucap Ina. Dan Ezra langsung mengenakan helm itu. Menyadari
bahwa ukurannya pas sekali dgn kepalanya, dia langsung nyengir gembira.
"Makasih om," ucap Ezra
"Sama sama," balas Revel.
Kemudian Ezra langsung berteriak sambil berlari menuju mamanya. "Mamaaaa! Aku dapet helm
dari om Revel." Revel berdiri dan mengulurkan tangannya, membantu Ina melakukan hal yg sama. "Gimana
menurut kmu" Apa kado itu bisa memperbaiki image saya di depan keluarga kmu?" tanya Revel.
Ina hanya tersenyum. "I guess we"ll just have to see."
"Mungkin klo saya bikin kmu hamil, mereka akan berhenti memikirkan untuk membunuh saya
stiap kali mereka melihat saya. Toh mereka nggak akan mau cucu dan keponakan mereka grow
up tanpa bapak." Ina terkikik. "They"ll come around," ucap Ina dan menggeret Revel menuju orangtuanya.
"I don"t think they will."
"Trust me, they will."
"Knapa kmu bisa yakin begitu?"
"karna saya cinta sama kmu dan mereka tahu itu," balas Ina.
Revel langsung menghentikan langkahnya mendengar kata2 itu. Ina yg menyadari bahwa Revel
sudah berhenti dgn tiba2, menolehkan kepalanya dan ketika melihat ekspresi kaget pada wajah
Revel dia bertanya, "What"s wrong?"
"Itu pertama kali saya dengar kmu bilang begitu smenjak kita rujuk."
"Okay thats..."
"Rev, are you okay?" tanya Ina sambil menyentuh pipi Revel dgn jari2nya dgn sedikit khawatir.
"I am now," balas Revel sambil tersenyum bahagia. Mereka berjalan sambil bergandengan
tangan menuju orangtua Ina.
Selama Ina sudah bisa memercayainya lagi sehingga mampu mengatakan cintanya, dia akan
mampu berhadapan dgn apapun, sekumpulan macan dan singa sekalipun. Untuk Ina, satu2nya
wanita yg dia sudah berikan hatinya sepenuhnya, dia akan rela melakukan apa saja.
TAMAT Kisah Pedang Bersatu Padu 17 Pendekar Mata Keranjang 7 Persekutuan Para Iblis Cakar Harimau 2
^