Pencarian

Perjalanan Terindah 2

Perjalanan Terindah Karya Imam Sutrisno Bagian 2


rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa gumpalan itu adalah hati." (HR.
Bukhari dan Muslim) Menurut Imam Ghazali, Kehadiran Hati dalam Shalat adalah Mengosongkan hati
dari hal " hal yang tidak boleh mencampuri dan mengajaknya berbicara,
sehingga pengetahuan tentang perbuatan senantiasa menyertainya dan pikiran
tidak berkeliaran kepada selainnya. Selagi pikiran tidak terpalingkan dari apa
yang tengah ditekuninya sedangkan hatinya masih tetap mengingat apa yang
tengah dihadapinya dan tidak ada kelalaian di dalamnya maka berarti telah
tercapai kehadiran hati. Kehadiran hati merupakan ruh shalat. Batas minimal keberadaan ruh ini ialah
kehadiran hati pada saat takbiratul ihram. Bila kurang dari batas minimal ini
berarti kebinasaan. 44 Perjalanan Terindah Fakta menyatakan, bahwa shalat yang khusyu" ( kehadiran hati ) merupakan hal
yang tidak mudah, dan termasuk barang langka di jaman ini, padahal "kelalaian
dari mengingat Allah" sebagai manifestasi ketidakhadiran hati, hanya akan
mendapatkan, apa yang disebut Rasul sebagai "letih dan payah". Rasululloh
SAW, bersabda : "Betapa banyak orang yang menegakkan
shalat hanya memperoleh letih dan payah" (HR. Nasai).
Allah SWT berfirman : ?"?" ?"??2?%?! n"4"n=??9$# ?"?%r&u" ?"..
?" dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku" (Thaahaa : 14), lahiriah perintah
shalat adalah wajib, sedangkan lalai adalah lawan ingat. Siapa yang lalai dalam
semua nya maka bagaimana m
ungkin dia bisa mendirikan
shalat untuk mengingat-Nya " Orang yang sedang adalah orang yang tengah bermunajat
kepada Tuhannya, sedangkan pembicaraan dengan orang yang lalai tidak bisa
disebut munajat. Demikian keterangan dari Imam Ghazali (Sa"id Hawwa dalam
Mensucikan Jiwa). Makna Batin dalam Shalat Menurut Imam Ghazali, makna batin dalam Shalat memiliki banyak ungkapan,
namun terangkum dalam enam perkara, yaitu kehadiran hati, taffahum
(kefahaman), ta"dzim (rasa hormat), haibah (rasa takut yang bersumber dari rasa
hormat), raja" (pengharapan), dan haya (rasa malu).
Kehadiran hati , Maksudnya mengosongkan dan menjaga dialog hati, dari
segala sesuatu yang tidak ada hubungannya dengan amalan yang sedang
dikerjakan. Juga pikirannya tidak boleh memantau dari selain perbuatan dan hati,
yang sedang terkait dengan amalan .
45 Perjalanan Terindah Faktor penyebab kehadiran hati adalah himmah atau perhatian utama. Dengan
lain perkataan hati bisa hadir, bila ada undangan kepada "perhatian utama".
Kehadiran hati dalam terwujud bila perhatian utama diarahkan kepada setiap
perilaku . Himmah bisa terarah bila, mengetahui secara jelas tujuan yang akan dicarinya,
yakni Allah Azza Wa Jalla, dan merupakan sarana menuju kepadaNya. Akal
sehatpun akan mengatakan "bagaimana mungkin, hati tidak hadir sedangkan
yang dihadapan adalah Raja Diraja, yang di tanganNya segala kerajaan,
kekuasaan, manfaat dan bahaya".
Hadirnya hati bukan sebuah "keterpaksaan" bahkan bukan sesuatu yang
"diusahakan", karena hati akan hadir kepada "perhatian utama". Ketidakhadiran
hati dalam perilaku karena "perhatian utama" tidak tertuju kepada itu sendiri.
Bila demikian maka hati akan menuju perhatian- perhatian nafsu duniawi.
Inilah yang disebut "kelalaian", karena bagaimana mungkin kita sedang
bermunajat kepada Allah Azza wa Jalla, sedangkan hati kita tidak "menghadapNya".
46 Perjalanan Terindah 47 Perjalanan Terindah Taffahum ( Kefahaman ) berarti Peliputan hati terhadap pengetahuan lafadz dan gerak dalam Shalat.
Pengetahuan terhadap setiap ucapan, gerak dalam yang terbenam dalam lubuk
hati akan memancarkan sebuah hikmah akhlaqul karimah dalam kehidupan.
Dalam lafadz dan gerak yang terkontrol oleh kehadiran hati akan dapat
mengendalikan fikiran dan akal dalam setiap ucapan dan gerak itu sendiri.
Terapi untuk taffahum adalah menghadirkan hati disertai konsentrasi berfikir dan
kesiagaan untuk menolak berbagai lintasan pikiran ( yang liar ). Sedangkan
untuk menolak lintasan fikiran yang menyibukkan adalah dengan membebasan
diri dari sebab " sebab yang membuat fikiran tertarik kepadanya. Siapa yang
mencintai sesuatu pasti banyak mengingatnya, sehingga dengan demikian
ingatan kepada yang dicintai pasti melanda hati.
Ta"dzim ( Rasa Hormat )
Rasa hormat akan hadir dari ma"rifah kepada keagungan dan kemuliaan Allah.
Siapa yang tidak diyakini keagunganNya maka jiwa tidak akan mau
mengagungkanNya. Buah dari ma"rifah ini akan menghasilkan khusyu" (tunduk)
kepada Allah. Selain ma"rifah tersebut, penyebab timbul rasa hormat juga
disebabkan oleh ma"rifah akan kehinaan dirinya, karena tidak mempunyai kuasa
apa " apa. Buah dari ma"rifah ini menghasilkan rasa pasrah dan tidak berdaya.
Rasa pasrah dan tidak berdaya akan menghasilkan rasa hormat.
Haibah ( Rasa Takut dari Rasa Hormat )
Rasa Takut merupakan keadaan jiwa yang lahir dari ma"rifat akan kekuasaan
Allah, hukuman-Nya, pengaruh kehendakNya padanya. Allahpun seandainya
menghancurkan orang-orang terdahulu dan kemudian, tidak akan berpengaruh
48 Perjalanan Terindah terhadap kerajanNya. Semakin dalam pengetahuan terhadap Allah menjadikan
semakin takut kepadaNya. Raja" ( Harap ) Harap akan muncul karena telah adanya keyakinan terhadap janji " janji Allah
dan pengetahuan tentang kelembutanNya, keindahan ciptaannya, keluasan
nikmatNya. Haya" ( Rasa Malu ) Rasa malu akan muncul melalui perasaan serba kekurangan dalam beribadah
dan pengetahuannya akan ketidakmampuannya dalam menunaikan hak-hak
Allah. Rasa malu tersebut semakin kuat dengan mengetahui cacat dirinya,
kurang ikhlas dalam beribadah, keburukan batinnya serta kecenderungan
terhadap duniawi dalam perbuatan ibadatnya. Selain itu rasa malu muncul juga
disebabkan oleh pengetahuan bahwa Allah Maha Mengetahui segala rahasia
dan lintasan hati sampai yang sekecil-kecilnya.
Adzan & Iqomah Rasululloh SAW bersabda, "Apabila seseorang pergi menuju masjid sebelum
adzan berkumandang, maka orang tersebut bersinar bagaikan matahari. Apabila
datang memenuhi panggilan ketika adzan berkumandang, maka orang tersebut
seperti cahaya bulan. Dan apabila dia datang segera setelah selesi adzan, maka
dia bercahaya seperti bintang-bintang." ( Al Hadits )
49 Perjalanan Terindah Imam Al Ghazali, menasehati, "Ketika mendengar seruan mu"adzin maka
hadirkanlah di dalam hati tentang dahsyatnya seruan hari kiamat dan
bersegeralah dengan lahir dan batin untuk segera memenuhinya, karena orangorang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipanggil
dengan penuh lemah lembut pada hari "pagelaran akbar". Arahkan hati kepada
seruan ini. Jika kita mendapatkannya penuh kegembiraan dan kesenangan,
penuh dengan keinginan untuk memulainya maka ketahuilah bahwa akan datang
kepadamu seruan berita gembira dan kemenangan pada hari pengadilan." ( Sa"id
Hawwa dalam Mensucikan Jiwa )
Ketika berjalan menuju tempat , disunnahkan berdo"a : "Ya Allah, jadikanlah
cahaya di dalam hati, lidah, pendengaran dan pandanganku, serta jadikanlah
cahaya di belakang, depan, atas dan bawahku. Berikanlah cahaya itu padaku"
(HR. Muslim) Bacaan-bacaan dalam adzan menggambarkan, sebuah pemberitaan atas
keagungan Allah, segala puji hanya milik Allah yang Agung (takbir), melalui
wasilah risalah Rasul kita menuju kepada-Nya. Apabila segala persiapan batin
telah terpenuhi, bersegeralah menuju perjumpaan (hayya "ala shalah), marilah
menuju kemenangan yang hakiki (hayya "ala al falah). Kemudian kembali ke ruh
Illahi bahwa segalanya hanya karena keagungan Allah (takbir) semata, karena
manusia tidak punya keberdayaan diri. Dialah Allah Yang Maha Awal dan Maha
Akhir (tahlil). Dalam Iqomah, sekali lagi melalui pengulangan-pengulangan atas keagungan
Allah, serta memperkuat permintaan syafaat dan tawasul, ketika sampai disini,
maka Qad qomatish shalah ( telah ditegakkan). Proses ini dilalui dengan
mengumpulkan semua kekuatan yang tersebar di berbagai arah dan
menjadikannya sebagai penyempurna untuk menuju Allah.
50 Perjalanan Terindah Menutup Aurat Menutup aurat merupakan salah satu syarat syahnya seseorang, tidak bisa
dikatakan sah, bila aurat tidak tertutup. Firman Allah SWT :
7"?f?t" ?e"?. y?"?? ?/?3tGt?"?" (#"?"?{ t"y"#u" ?"?_t6"t" *
"Hai Anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid" (
Al A"raf : 31 ) 51 Perjalanan Terindah Dzhohir kita dalam menutupi aurat mempergunakan pakaian yang memenuhi
kriteria suci dari hadats dan suci dari status kepemilikan, artinya pakaian yang
dipakai halal adanya. Apabila dua kriteria tersebut tidak terpenuhi maka secara
hukum Shalat kita tidak sah.
Pahamilah, pakaian lahir adalah nikmat dari Allah yang menutup aurat anak
Adam. Pakaian merupakan kemuliaan yang dengannya Allah memuliakan
hamba-hambaNya, keturunan Adam a.s (kemuliaan) yang tidak pernah
diberikan-Nya kepada yang lain. Pakaian juga merupakan alat bagi kaum
mukmin untuk menunaikan kewajiban mereka yang telah dilekatkan oleh Allah
kepada mereka. Renungkanlah secara mendalam, bahwa Allah memulikan manusia dengan
menutup aib lahiriah badani dengan berbagai jenis pakaian. Allah pula menutup
aib-aib perbuatan dengan tabir malakut. Seandainya tidak ada "tabir malakut",
maka perilaku, akhlak kita akan nampak bentuknya dan "al fadhilah" serta
kehinaan pun akan melekat pada kita di dunia ini. Tetapi Allah SWT menutupi
dari pandangan seluruh penghuni alam ini dengan penutup milik-Nya. Allah
menutupi keburukan akhlak kita dengan "bentuk malakut", serta membentuk raga
kita, dengan bentuk yang seimbang dan simetris. Renungkan dengan bentuk
makhluk lain di dunia ini.
Tatkala kita hendak menghadap-Nya, tutuplah aib " aib ruhani kita dengan
berbagai terapi. Hadirkan keburukan " keburukan akhlak kita, kemudian tutupi
dengan penyesalan, rasa malu dan takut terhadap Allah SWT. Bangkitkan
berjuta " juta tentara rasa takut dan malu, taklukan jiwamu untuk bersiap-siap
berdiri menghadap Allah sebagai hamba yang berdosa, berbuat jahat dan lalai
yang menyesal kemudian kembali kepada pelindung-Nya.
Pakaian terindah bagi kaum mukmin adalah taqwa, sedangkan pakaian ternikmat
adalah iman. Sedangkan yang terbaik adalah yang tidak membuat lalai dari Allah
52 Perjalanan Terindah Azza wa Jalla, bahkan mendekatkan kepada syukur, dzikir dan ketaatan kepadaNya, bukan pakaian yang membuat bangga diri, riya, terlebih lagi sombong.
Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
" Apabila engkau mengenakan pakaianmu, maka ingatlah tabir Allah
Ta"ala yang menutupi dosa-dosamu dengan rakhmatNya. Tutuplah
batinmu dengan kebenaran, sebagaimana engkau menutup lahirmu
dengan pakaian. Jadikanlah batinmu berada dalam tabir ketakutan dan
lahirmu dalam tabir ketaatan".
"Pikirkanlah karunia Allah Azza wa Jalla yang telah menciptakan bahanbahan pakaian untuk menutupi aurat lahiriah, yang membuka pintu-pintu
tobat untuk menutupi aurat batin dari dosa-dosa dan akhlak buruk. Jangan
membuka aib siapapun, karena Allah telah menutup aibmu, itu lebih baik."
"Sibukkanlah dirimu dengan mencari aib diri sendiri, berpalinglah dari
sesuatu yang tidak berguna bagimu. Waspadalah agar engkau tidak
menyia-nyiakan usiamu untuk pekerjaan orang lain, dan orang lain
mengembangkan modalmu, sementara engkau membinasakan dirimu
sendiri. Sungguh, lupa pada dosa merupakan hukuman terbesar dari Allah
di dunia ini dan sebab tercepat yang mendatangkan siksa di akhirat."
"Selama hamba sibuk dalam ketaatan kepada Alloah SWT, mengenali aib
dirinya dan meninggalkan sesuatu yang mendatangkan keburukan pada
agama Allah, maka ia berada di tempat yang terhindar dari segala
penyakit dan tenggelam di samudera rahmat Allah Azza wa Jalla serta
memperoleh bermacam-macam mutiara faedah hikmah dan bayan. Dan
sebaliknya selama ia lupa pada dosa-dosanya, tidak mengenal aib-aib
dirinya, dan masih bersandar pada kekuatannya sendiri, maka ia tidak
akan pernah beruntung untuk selamanya."
53 Perjalanan Terindah Tempat Orang Shalat Sabda Rasululloh SAW : "Aku telah diberi lima perkara yang belum diberikan
kepada seorangpun sebelumku. "Beliau menuturkan, "Dan bumi itu telah
dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan alat bersuci, sehingga dimanapun
(waktu) itu sampai padaku, maka shalatlah aku." ( Al Hadits ).
Mengenai tempat-tempat yang boleh dipergunakan untuk mengerjakan shalat,
sebagian ulama ada yang memperbolehkan di segala tempat yang bersih dari
najis. Diantara mereka ada yang mengecualikan tujuh tempat diantara tempattempat tersebut, yaitu tempat pembuangan kotoran, tempat pemotongan hewan,
kuburan, di tengah jalan, kamar mandi, tempat-tempat menderum unta ( di
sekitar air), dan diatas atap Baitullah. ( Ibnu Rusyid ; Terjemah Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid hal. 197 )
Dalam Mishbah asy Syariah, Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
"Jika engkau sampai di pintu masjid, ketahuilah bahwa engkau bermaksud
memasuki pintu Raja Yang Maha Agung yang hamparan-Nya hanya bisa
dipijak oleh orang-orang yang disucikan, tidak ada yang diizinkan duduk
bersama-Nya selain orang-orang yang benar (shidiqun). Oleh karena itu,
jadikanlah kedatanganmu ke hamparan pengkhidmatan-Nya dengan
penuh hormat sebagaimana engkau menghormati Raja. Jika engkau lalai,
engkau sungguh berada dalam bahaya yang sangat besar."
"Ketahuilah bahwa Dia Maha Kuasa untuk mengadili atau mengutamakanmu, sesuai kehendak-Nya. Jika Dia menaruh kasihan
kepadamu, maka dengan keutamaan dan rahmat-Nya Dia akan menerima
ketaatan yang sedikit darimu, dan dengan keduanya Dia melimpahkan
pahala yang banyak. Jika Dia meminta hak-Nya untuk mendapatkan
ketulusan dan keikhlasan darimu, sebagai keadilan-Nya untukmu, maka
54 Perjalanan Terindah Dia akan menabirimu dan menolak ketaatanmu, sekalipun amal
ketaatanmu itu banyak. Dia Maha Kuasa untuk melaksanakan apapun
yang dikehendaki-Nya."
"Akuilah kelemahan, ketakberdayaan, dan kefakiranmu di hadapan-Nya,
karena engkau telah menghadapkan diri untuk beribadah dan bersikap
ramah kepada-Nya. Tampakkanlah rahasia-rahasiamu. Ketahuilah bahwa
Dia mengetahui segala hal yang dirahasiakan dan yang ditampakkan oleh
seluruh makhluk." "Jadikanlah dihadapan-Nya sebagai hamba-Nya yang paling fakir.
Kosongkan hatimu dari segala kesibukan yang menghalangimu dari
Tuhanmu, karena Dia hanya menerima hati yang paling suci dan paling
ikhlas." "Jika engkau telah merasakan manis bermunajat kepada-Nya, lezat


Perjalanan Terindah Karya Imam Sutrisno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berdialog dengan-Nya, dan telah minum dengan cawan rahmat dan
karamah-Nya kepadamu , berarti engkau telah layak untuk berkhidmat
kepada-Nya. Maka masuklah, karena engkau telah mendapatkan izin dan
keamanan. Jika tidak, maka diamlah sebagai orang yang amat butuh dan
telah kehabisan akal, kehilangan harapan, dan telah mendapat ketetapan
ajal." "Apabila Allah mengetahui bahwa dalam hatimu ada ketulusan untuk
berlindung kepada-Nya, Dia akan memandangmu dengan tatapan kasih,
sayang, dan kelembutan. Dia akan menunjukkanmu pada sesuatu yang
Dia cintai dan ridhai, karena Dia adalah Yang Maha Mulia, Yang mencintai
kemuliaan bagi hamba-hamba-Nya yang sangat membutuhkan-Nya, yang
terbakar di pintu-Nya untuk mencari ridha-Nya. Allah Ta"ala berfirman :
55 Perjalanan Terindah ?".. 3 ??"F{$# u"!$x.n=?z ?"?6?=y??ft"u" u"?"I?9$# ?#??3t"u" ?"%t?y" #s"?) ?s????"?9$# ?="?g?" "?"r&
"Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi" (An Naml :
62). ( Ahli Makrifah hal. 157 " 158)
Menghadap Kiblat Firman Allah SWT : ( ?"#tys?9$# ?"?f?y"?9$# t??x? y7y"?_u" ?e"u"s? |M?_tyz ?]?"ym ?"?"u"
"Dan dari mana saja kamu keluar (datang), maka palingkanlah wajahmu ke arah
Masjidil Haram." (QS. Al Baqarah : 149).
Menghadap ke arah kiblat menjadi salah satu syarat sahnya shalat kita. Apabila
tidak mengetahui arah kiblat, maka harus bertanya kepada orang yang
mengetahuinya. Jika tidak ada orang yang dapat menunjukkan, maka dibolehkan
untuk melakukan ijtihad menentukan arah kiblat tersebut dan mengerjakan shalat
dengan menghadap ke arah yang dianggap sebagai kiblat. Dalam keadaan
seperti ini nya tetap sah. (Syaikh Kamil Muhammad "Uwaidah ; Fiqih Wanita hal.
117) Secara lahiriah menghadap kiblat ialah memalingkan lahiriah wajah dari seluruh
arah ke arah Baitullah. Gerakah lahiriah, pengendalian anggota badan
seharusnya merupakan pantulan dari memalingkan hati dari semua perkara dan
hanya mengarahkan kepada Allah. Sadarilah bahwa wajah tidak akan dapat
menghadap ke arah Baitullah kecuali berpaling dari selainnya, begitu pula hati
tidak bisa menghadap ke Allah kecuali mengosongkan dari selain-Nya.
56 Perjalanan Terindah Penetapan arah tertentu (kiblat) merupakan bentuk penampakkan sirr kesatuan
(sirr al wahdah). Ini mengandung makna yang mendalam tentang konsep
menjaga persatuan dan kesatuan umat muslim. Makna menghadap Allah
sebenarnya tidak dibatasi oleh tabir ruang dan waktu karena sesungguhnya
seluruh hamparan di muka bumi ini adalah tempat menghadap Allah.
4 ?!$# ??_u" ?"sVs? (#?"9u"?" $y"u"?"r's? 4 ?>??pR?Q$#u" ?"??pR?Q$# ?!u"
"Dan kepunyaan Allah timur dan barat, maka kemanapun kalian menghadap, di
situlah wajah Allah" ( Al Baqarah : 115).
Segala Puji bagi Allah Yang Awal, Yang Terakhir, Yang Lahir dan Yang Batin.
57 Perjalanan Terindah Bacaan & Gerakan dalam Shalat 1. Berdiri Allah SWT telah berfirman :
?"?"" t?"?F??"s% ?! (#"??"?%u" 4"s??"?"?9$# ?"4"n=??9$#u" ?N"u"n=??9$# "n"t? (#"???."ym
"Peliharalah semua shalat dan shalat wustha dan berdirilah dengan tenang
karena Allah." ( Al Baqarah : 238)
Hal pertama yang kita lakukan adalah berdiri, dengan posisi tegak, lurus dan
kokoh laksana kokohnya sebuah pohon.
Biarkan kaki kita sampai merasakan sentuhan yang nyata dengan bumi,
tangan kita kendurkan, lepaskan anggota badan kita dari segala kekakuan
( rileks ). Kemudian bernafaslah secara alami tanpa keterpaksaan apapun.
Kemudian tundukanlah kepala kita menghadap ke tempat sujud dengan
melepaskan segala fikiran " fikiran duniawi kita. Kemudian sadarkanlah
dalam diri ini, sadarkan lagi".bahwa kita sebenarnya bukanlah tubuh ini",
kita bukan kepala ini", kita bukan mulut ini, dan bukan pula fikiran dan
perasaan ini. Kita sebenarnya adalah diatas semua itu, kita yang
mengendalikan instrumen ragawi ini" kita lepaskan, laksana melepas baju
dari tubuh kita. Lepaskan" kemudian hayati, sadarilah, bahwa kita akan menghadap Allah
Azza wa Jalla, Sang Penguasa Alam Semesta, dimana tidak ada setetes air
58 Perjalanan Terindah yang jatuh di pepohonan tanpa kuasa-Nya dan tiada lintasan fikiran sekecil
apapun tanpa pengetahuanNya.
Sadarilah bahwa, begitu banyak anugerah telah tercurah kepada kita berupa
badan ini, jari ini, tangan ini, wajah ini". namun kita sering lalai kepadaNya,
bagaimana kita sanggup menghadapi persidangan di Padang Mahsar "
Sadarilah bahwa tubuh kita berasal dari sesuatu yang hina".. menunduklah
pandanglah bumi tempat sujud, hilangkan kesombongan, karena kesombongan milik Allah semata.
Saat ruh kita menghayati itu semua, bangkitkan kepada "harapan ampunan"
dari Allah sangat luas tiada terkira. Berdirilah selurus-lurusnya "diantara
keputus-asaan dan harapan, diantara kegelisahan dan kesabaran".
2. Niat Niat secara umum berarti ketetapan hati untuk melaksanakan ketaatan, baik
karena pengharapan ataupun karena ketakutan. Dalam
niat berarti kesengajaan untuk mengerjakan , menghambakan diri kepada Allah serta
menguatkannya di dalam hati.
Tempat niat berada di dalam hati bukan terdapat di ucapan. Tanpa niat maka
nya dianggap tidak sah. Sabda Rasulullah SAW : "Semua amal tergantung
pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai dengan
niatnya." (HR. Bukhari, Muslim)
Ketetapan hati dalam melaksanakan ketaatan selain karena pengharapan
dan rasa takut, juga karena peng-agungan akan kekuasaan Allah,
59 Perjalanan Terindah "Sembahlah Allah seakan engkau melihat-Nya. Kalaupun engkau tidak
melihat-Nya, Dia sungguh melihatmu".
Ketetapan hati dalam melaksanakan niat, juga harus dilakukan dengan ikhlas.
Ikhlas dalam niat merupakan hal yang amat penting. Bentuk keikhlasan
tersebut yakni terbebasnya niat dari berbagai bentuk syirik, baik yang tampak
maupun yang tersembunyi seperti riya, ujub, sombong.
Oleh karena itu, ketika tubuh kita telah berdiri dan ruh kitapun telah berdiri,
tekadkan hati untuk melaksanakan perintah Allah berupa
hanya karena mencari ridha Allah, takut akan siksa-Nya dan berharap terhadap ampunan
dan pahala-Nya. 3. Takbiratul Ihram & Mengangkat Kedua Tangan
Setelah niat kita lakukan, kita akan melakukan "takbiratul ihram". Takbiratul
Ihram harus dengan diucapkan, yakni "Allahu Akbar ". Saat mengucapkan
takbiratul ihram dibarengi dengan mengangkat kedua tangan hingga sejajar
dengan telinga. Inilah pembuka dari kita.
Sabda Rasulullah SAW : ?"Sesungguhnya shalat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu'
dan melakukan wudhu' sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan
Allahu Akbar." (HR. Thabrani),
juga sabda Rasulullah SAW : ?"Apabila
engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu'mu
terlebih dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah
takbiratul ihrom." (Muttafaqun 'alaihi).
Dalam hadis lain, ?"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat
kedua tangannya setentang bahu jika hendak memulai shalat, setiap kali
60 Perjalanan Terindah bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari ruku'nya." (Muttafaqun
'alaihi). Ketika lisan kita mengucapkan "Allahu Akbar"( Allah Maha Besar), maka hati
kita kita tuntun dan yakinkan seyakin-yakinnya untuk menutup segala hal
selain Allah. Ketika kita mengucapkan "Allahu Akbar" itu berarti tidak ada
keagungan apapun selain Allah. Ketika hati kita tidak berkata "Allahu Akbar"
berhati-hatilah, karena bisa dikategorikan kita "berdusta", padahal yang
"didustai" adalah Allah Azza wa Jalla, bagaimana mungkin kita bisa
melanjutkan perjalanan, sedangkan awal perjalanan dilalui dengan dusta ".
Segera iringi dengan istighfar, taubat, dan berprasangka baik akan pemurah
dan pema"afan-Nya. Ketahuilah, bahwa keutamaan "takbir" dalam takbiratul ihram tujuh kali lipat
dibanding takbir di luar . Dalam "Ilal asy Syara"i diriwayatkan sebuah hadis
dengan sanad dari Hisyam bin al Hakam, dari Abu al Hasan Musa a.s :
(Hisyam berkata, "Aku bertanya (kepada Abu al Hasan),"Karena alasan apa
takbir pada pembukaan (takbiratul ihram) tujuh kali lipat lebih utama dari
takbir (biasa) " Imam a.s. menjawab, "Wahai Hisyam, Allah telah menciptkan langit tujuh
lapis, bumi tujuh lapis, dan hijab tujuh lapis. Ketika Dia meng-israkan Nabi
SAW, dan (jarak) beliau dari Tuhannya sangat dekat, untuknya Dia
mengangkat satu hijab dari hijab yang tujuh itu. Lalu, Rasulullah SAW pun
bertakbir dan mulai mengucapkan kata-kata yang terdapat dalam pembukaan
(iftitah). Ketika hijab yang kedua dihilangkan, beliau juga bertakbir. Demikian
seterusnya hingga melewati tujuh hijab, sehingga beliau bertakbir tujuh kali." (
Shalat Ahli Makrifat ; Terjemah Sirr as Shalah : Mi"raj as Salikin wa Shalah al
"Arifin). 61 Perjalanan Terindah Imam Ash Shadiq a.s. berkata :
"Jika engkau bertakbir, maka anggaplah semua yang ada di antara langit
dan bumi sebagai remeh, kecuali kebesaran-Nya. Karena, Jika Allah
melihat hati hamba yang sedang bertakbir, sementara di dalamnya
terdapat sesuatu yang memalingkannya dari hakikat takbir, maka Dia
berkata : "Wahai pendusta, apakah engkau akan menipuku " Demi
kemuliaan dan keagungan-Ku, Aku haramkan bagimu manis berzikir
kepada-Ku, Kutabiri engkau dari kedekatan kepada-Ku, dan dari munajat
kepada-Ku." Oleh karena itu, ujilah hatimu ketika .
Jika engkau mendapati rasa manis , di dalam dirimu terdapat kebahagiaan
dan keindahan, dan hatimu dibahagiaakan dengan munajat kepada-Nya,
maka ketahuilah bahwa engkau telah benar dalam bertakbir kepada-Nya.
Jika tidak maka engkau tahu bahwa dicabutnya kelezatan bermunajat dan
tidak didapatnya manis beribadat menunjukkan bahwa Allah mendustakanmu dan mengusirmu dari pintu-Nya".."
4. Do"a Iftitah Setelah kita melewati "takbiratul ihram", tangan kita sedekapkan dengan
posisi tangan kanan di atas tangan kiri, seperti sabda Rasululloh SAW :
"Rasulullah SAW pernah berjalan melewati seseorang yang sedang . Orang
tersebut meletakkan tangan kirinya di atas tangan kanan. Lalu beliau
melepaskan tangan tersebut dan meletakkan tangan kanan di atas tangan
kirinya ." (HR. Ahmad dengan isnad shahih). Kemudian dengan hati penuh
tawadhu, cemas dan harap mulailah membaca do"a iftitah.
62 Perjalanan Terindah Rasulullah SAW bersabda : ?"Tidak sempurna shalat seseorang sebelum ia
bertakbir, mengucapkan pujian, mengucapkan kalimat keagungan (doa
iftiftah), dan membaca ayat-ayat al Qur-an yang dihafalnya?"
(HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui oleh Dzahabi).
Salah satu do"a iftitah adalah :
"Allaahu akbar kabiiraa walhamdu lillaahi katsiiraa wasubhaanallaahi
bukrataw wa ashiilaa. Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal
ardha haniifam muslimaw wa maa ana minal musyrikiin. Inna shalaatii wa
nusukii wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil"aalamiin. Laa syariikalahu wa
bi dzaalika umirtu wa ana minal muslimiin."
Artinya : "Allah Maha Besar lagi Sempurna Kebesaran-Nya, segala puji bagi-Nya dan
Maha Suci Allah sepanjang pagi dan sore. Kuhadapkan muka hatiku kepada
Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan keadaan lurus dan memberi
keselamatan dan aku bukanlah dari golongan kaum musyrikin. Sesungguhnya ku, ibadatku, hidupku dan matiku semata hanya untuk Allah,
Tuhan seru sekalian alam. Tidak ada sekutu bagi-Nya dan dengan itu aku
diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku dari golongan orang
muslimin." Tatkala lisan kita mengucapkan, "Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharassamaawaati wal ardha (kuhadapkan muka hatiku kepada Dzat yang
menciptakan langit dan bumi)", wajah lahir kita menghadap ke kiblat, namun
wajah hati kita harus dengan kesadaran penuh dihadapkan ke Allah Azza wa
Jalla, Pencipta Alam Semesta dengan segala kekuasaannya.
Berusahalah untuk memalingkan semua angan, fikiran dari selain penghadapan wajah ke Allah, ingat kita berkata "kuhadapkan muka hatiku
kepada Allah". 63 Perjalanan Terindah Jika hati kita tidak menghadap, padahal kita mengucap demikian, maka kita
telah "berdusta", segera berjuanglah dengan sekeras-kerasnya karena yang
kita hadapi adalah Allah Azza wa Jalla. Menurut Imam Ghazali, apabila
engkau tidak mampu melakukannya terus menerus maka hendaklah
ucapanmu jujur dan benar adanya.
Ketika lisan kita mengucapkan,?" hanifan musliman (berlaku lurus dan


Perjalanan Terindah Karya Imam Sutrisno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

memberi keselamatan)" hendaklah hati kita beritikad bahwa kaum muslimin
adalah saudara, dan memberi keselamatan dari segala gangguan tangan dan
lidah kita". Sadarilah bahwa bila kita telah melakukan gangguan tersebut bertaubatlah,
dan perbaiki di masa yang akan datang. Bila kita tidak menyadari akan hal ini,
berarti kita telah "berdusta".
Saat lisan kita berucap, "wa maa ana minal musyrikiin (dan aku tidak
termasuk orang-orang musyrik)". Hati-hatilah ketika mengucapkan ini, karena
kita berkata di depan Allah, bahwa "aku tidak termasuk orang-orang musyrik",
sadarilah kemusyrikan yang telah kita lakukan, terutama yang tersembunyi.
Bertobatlah dari dosa-dosa pen-Tuhanan atas "jabatan", "harta" dan
instrumen lainnya. Belum lagi kesombongan yang menyertainya. Ingatlah
bahwa kita bisa melakukan "takbir" pun bukan karena kemampuan fisik kita,
tenaga kita, fikiran kita, namun karena limpahan "anugerah Allah semata".
Ketika kita menyatakan,"wa maa ana minal musyrikkin" padahal kita masih
banyak syirik-syirik tersembunyi yang kita lakukan, segeralah malu dan
bertobat kepada Allah SWT.
Ketika kita mengucapkan, ?".wa mahyaaya wa mamaatii lillaahi rabbil"aalamiin (hidup dan matiku untuk Allah)", maka hayatilah ini sebuah
pernyataan akan ketiadaan "kekuasaan" atas dirinya sendiri, karena
64 Perjalanan Terindah sesungguhnya diri kita ini tidak punya apa " apa, termasuk ibadah kita sendiri
merupakan limpahan "rahmat-Nya".
Apabila lisan kita mengucap, "hidup dan mati untuk Allah", sedangkan rukuk,
sujud dan hidup kita sendiri karena hal " hal duniawi, maka kita termasuk
orang yang "berdusta" kepada Allah. Segera bersihkan, buang jauh-jauh
berbagai tabir duniawi yang akan menabiri kita menghadap Allah Azza wa
Jalla. 5. Membaca Ta"awwudz
Firman Allah SWT, ?"?" ??"?_?9$# ??"s?"??9$# z"?" ?!$$?/ ?"??tG?"$$s? t"#u"??)?9$# |N?&ts% #s"?*s?
"Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan
kepada Allah dari syaitan yang terkutuk"
( An Nahl : 98 ) Rasulullah SAW biasa membaca ta"awwudz yang berbunyi, "A"uudzubillahi
minasy syaithaanir rajiim min hamazihi wa nafkhihi wa naftsihi" artinya "Aku
berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk, dari semburannya (yang
menyebabkn gila), dari kesombongannya, dan dari hembusannya (yang
menyebabkan kerusakan akhlaq)." (Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Abu
Dawud, Ibnu Majah, Daraquthni, Hakim dan dishahkan olehnya serta oleh
Ibnu Hibban dan Dzahabi).
Syetan merupakan musuh yang sangat nyata bagi kita, mereka selalu
berupaya untuk memalingkan hati kita dari Allah. Mereka mendengki
terhadap ruku" dan sujud serta munajat kita kepada Allah Azza wa Jalla.
Tatkala hati kita berpaling dari Allah maka sesungguhnya syetan telah
65 Perjalanan Terindah mencuri hati kita. Hakikat permohonan perlindungan dari syetan yang
terkutuk, adalah dengan meninggalkan apa-apa yang disenangi syetan itu
sendiri. 6. Membaca Surat Al Fatikhah
Membaca Surat Al Fatikhah merupakan salah satu rukun , sehingga
seseorang tidak sah apabila tidak membaca Surat Al Fatikhah.
?"" ??"?m?9$# ??"u"?q?9$# ?!$# ?"??0
?"" ??"?m?9$# ??"u"?q?9$# ?"" ?""?"n="y?9$# ?_Uu" ?! ?"?"ys?9$#
?"" ??"??tG?n" y"$?"?)u" ?"?7??t" x"$?"?) ?"" ??"?e$!$# ?"?"t" ?7?="t"
?"" t?"?)tG??"?9$# x?"u?_?9$# $t"?"?"$#
?"" t?"?j9!$?9$# ?"u" ?"?"?"n=t? ?U"???y"?9$# ?x? ?"?"?"n=t? |M?"y?"r& t?"?%?!$# x?"u?
Dari Ubadah bin Shamit ia bercerita, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "
Tidak ada artinya orang yang tidak membaca Al Fatikhah." (HR. Daruquthni,
dan beliau mengatakan bahwa isnad hadits ini shahih).
Ketika kita mengucapkan, "Bismillahirrahmaanirrahiim" niatkan tabarruk untuk
memulai bacaan Kalamullah. Fahamilah "Dengan menyebut nama Allah",
dengan menyebut "Yang Maha Kuasa", dengan menyebut "Pencipta Alam
66 Perjalanan Terindah Semesta". Sadarilah bahwa "Wujud muncul dengan "bismillahirrahmanirahim".
Alam semesta dan seluruh isinya, termasuk kita karena Allah jualah yang
menciptakan. Jagalah hati kita, arahkan dan selalu arahkan. Jangan sampai
lisan kita menyebut, "Dengan menyebut nama Allah", tapi hati kita "menyebut
selain Allah, menyebut nafsu dunia, menyebut aroma duniawi".
Karena segala yang ada karena Allah semata, maka sudah semestinya
"Alhamdulillah (segala puji milik Allah)." "Alhamdulillah" merupakan pujian
sebagai bentuk rasa syukur atas segala anugerah yang telah dilimpahkan
kepada kita. Yakinkanlah, bahwa kenikmatan yang kita terima mutlak berasal
dari Allah semata. Sadarilah akan hal ini.
Tatkala mengucapkan "ar-Rahmanirrahim" hadirkan kelembutan kasih
sayang-Nya dalam relung hati yang terdalam, sehingga jelas bagi kita untuk
melihat begitu luas rakhmat-Nya. Kesadaran
ini akan menumbuhkan harapan yang besar kepada-Nya.
Hati kitapun akan merasakan begitu kerdil melihat keagungan Allah Azza wa
Jalla, rasa takutpun hadir karena dahsyatnya hari pembalasan ada ditanganNya, saat itulah lisan kita berkata "Maaliki yaumiddiin". Kemudian hati kita
sadar diri akan ketidak berdayaan dirinya, ketidakmampuan dirinya, sadar diri
akan segala hal hanya karena Allah semata, sadar diri bahwa yang mutlak
disembah hanyalah Allah semata, "Iyyaaka na"budu".
Kemudian "Iyyaaka nasta"iin" karena melalui pertolongan-Nya maka kita
diberi kemauan dan kemampuan untuk beribadah, untuk berada dalam
"ketaatan". Sadarilah bahwa ketaatan kita terwujud mutlak karena perkenanNya. Karena perkenan-Nya meminta kita untuk
beribadah, bermunajat 67 Perjalanan Terindah kepada-Nya. Seandainya Allah tidak mem"perkenankan" kita, niscaya kita
terseret dalam godaan syetan yang terkutuk. Renungilah.
Kemudian hati kita memohon kepada Allah, "Ihdinash shiraatal mustaqiim
(tunjukilah kami jalan yang lurus)". Jalan yang menuju ridha Allah. Yakni jalan
yang telah Allah limpahkan ni"mat hidayahnya kepada para nabi, shiddiqin,
syuhada dan shalihin, bukan jalan mereka yang telah Allah murkai dan bukan
pula jalan mereka yang sesat. Lisanpun terucap "shirathal ladziina an"amta
"alaihim ghairil maghdhuubi "alaihim wa ladh dhaalliin". Kemudian mohonlah
jawaban seraya mengucapkan "Aamiin".
Rasulullah SAW bersabda," dibagi antara Aku dan hamba-Ku. Jika hamba-Ku
mengucap, "Bismillahirrahmaanirrahiim", maka Allah SWT berfirman,"HambaKu telah menyebut-Ku." Jika ia berucap,"Alhamdulillahirabbil "aalamiin", Allah
berfirman, "Hamba-Ku telah memuji-Ku." Jika hamba tersebut mengucapkan,
"Arrahmaanirrahiim", Allah berfirman, "Hamba-Ku telah mengagungan-Ku."
Jika ia mengucap, "Maaliki yaumiddiin", Allah berfirman, "Hamba-Ku telah
memuliakan-Ku". Jika ia berkata, "Iyyaaka na"budu?", Allah berfirman,
"Hamba-Ku telah beribadah kepada-Ku". Apabila ia mengucap, "waiyyaka
nasta"iin", Allah berfirman, "Hamba-Ku bertawakkal kepada-Ku?". dalam
riwayat lain Jika ia berkata, "Iyyaaka na"budu wa iyyaaka nasta"iin", Allah
berfirman, "Ini adalah bagian untuk-Ku dan hamba-Ku", Dan jika ia
mengucapkan, "Ihdinash shiraatal mustaqiim", Allah berfirman, "Ini adalah
untuk hamba-Ku dan hamba-Ku akan mendapatkan apa yang diminta."
(HR. Muslim). 68 Perjalanan Terindah 7. Membaca Beberapa Ayat Al Qur"an
Rasululloh SAW bersabda : "Rasulullah Shallallaahu "alaihi Wasallam ketika
dzuhur membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat
pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya
dan terkadang beliau perdengar-kan ayat (yang dibacanya) kepada para
sahabat." (Muttafaq 'alaih).
Contohnya, kita membaca surat Al Ikhlas
?"" ?"s9"?" ?"s9u" ?$?#t" ?"s9 ?"" ?"y"??9$# ?!$# ?"" ?"ymr& ?!$# u"?" ?"?%
?"" 7"ymr& #?"?.?2 "?&?! "?3t" ?"s9u"
1. Katakanlah: "Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia."
Saat lisan membaca ayat dari Al Qur"an, sudah seharusnya hati kita
memamahi dan selalu mengarahkan hati kepada Allah. Hayati maknanya,
resapi kandungannya, dan selalu dalam sadar bahwa ayat yang dibaca
adalah Kalam Allah. 8. Ruku" Setelah selesai membaca beberapa ayat Al Qur"an, kemudian mengangkat
kedua belah tangan setinggi telinga seraya membaca "takbir", kemudian ruku"
69 Perjalanan Terindah yakni membungkukkan badan, serta kedua tangannya memegang lutut,
antara punggung dan kepala ditekankan supaya rata.
Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wa sallam apabila berdiri dalam shalat mengangkat kedua tangannya sampai
setentang kedua bahunya, hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan
ketika mengangkat kepalanya (bangkit) dari ruku' "." (Hadits dikeluarkan
oleh Al Imam Al-Bukhari, Muslim dan Malik)
Dalam sebuah lokakarya "Shalat sebagai Mi"rajnya Orang-orang Beriman,
6 Oktober 2004, di Jakarta Islamic Center, Zamzam A. Jamaluddin dan
Kuswandani Yahdin, menggambarkan bahwa posisi seseorang ketika sedang
ruku" terlihat seperti gambar berikut :
Warna merah melambangkan akal / rasio,
sedangkan warna biru melambangkan qalb.
Posisisi Ruku" menggambarkan posisi
seseorang dimana akal sejajar dengan
qalb. Pemikiran dan Petunjuk Allah saling
membantu, dan bekerjasama secara
sejajar. (Herry ; Shalat dan Transformasi
Fitrah Diri, dalam http : // suluk
.blogsome.com) Dalam "Ilal asy Syara"i" disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika mi"raj.
"Setelah disuruh ruku", Rasulullah disuruh memandang Arasy-Nya.
Rasulullah bersabda, ?".Maka, aku pun memandang ke keagungan
hingga nafs-ku lenyap dan aku pingsan. Kemudian, aku diilhami untuk
mengucapkan : "Subhaana rabbiyal "adhiimii wa bi hamdih" ( Maha Suci
Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya), demi keagungan yang
aku lihat. Setelah aku mengucapkan kata-kata itu, aku siuman sampai aku
70 Perjalanan Terindah mengucapkannya tujuh kali. Kata-kata itu telah diilhamkan kepadaku, dan
kesadarankupun pulih kembali seperti sedia kala"."
Dalam Mishbah asy Syari"ah, terdapat petikan ungkapan Imam Ja"far Ash
Shadiq as., "Ruku" adalah yang pertama dan sujud adalah yang kedua. Barangsiapa
memenuhi makna pertama, maka yang kedua menjadi benar. Di dalam
ruku" terdapat adab dan di dalam sujud terdapat kedekatan. Barangsiapa
tidak membaguskan adab, ia tidak layak untuk dekat. Maka, ruku"lah
dengan ruku" orang yang tunduk kepada Allah, dengan hati yang merasa
hina dan malu dibawah kuasa-Nya, dan merendah kepada-Nya, dengan
seluruh anggota tubuhnya, sebagaimana orang yang takut dan berduka
karena luput mendapat faedah orang-orang yang ruku?" (Shalat Ahli
Makrifat hal. 227). Ketika ruku" perbaguslah adab-adabnya, sebagai berikut :
Pertama, hati harus takut dan khusu" selama dalam ruku". Rendahkanlah diri
dan batin, karena sedang ruku" di hadapan Allah Azza Wa Jalla. Takutlah
akan kebesaran dan keagungan-Nya. Kedua, meluruskan punggung ketika
ruku". Bersihkan hati dari kebengkokan " kebengkokan kuasa nafsu ke-akuan dan keiginan. Selama diri kita "masih merasa mampu melaksanakan
perintah dan menganggap dirinya berjalan diatas "keinginannya", maka kita
masih terhalang menikmati hasil dari ruku". Ketika "nafsu atas ke-aku-an dan
keiginan telah binasa dan sirna", maka kita bisa masuk kedalam naungan
"pertolongan Ilahi". Ingatlah, "Dan tiada daya serta kekuatan selain dengan
Allah." Ketiga, menjaga hati dari bisikan dan tipu daya setan.
Oleh karena itu, setelah selesai dari membaca beberapa ayat dari Al Qur"an,
selalu jagalah hati untuk mengingat akan kesombongan Allah, kebesaran
Allah, keagungan Allah, seraya mengangkat kedua belah tangan saksikan
kebesaran Allah ?"?"" hingga lisanpun berkata, "Allahu Akbar" (Allah
71 Perjalanan Terindah Maha Besar), kemudian mulailah ruku" dengan meluruskan punggung dan
kedua telapak tangan memegang kedua lutut.
Kemudian, hatipun menunduk".saksikan kehinaan dan kerendahan diri serta
takutlah terhadap kekuasan Illahi Rabbi. Lenyapkan segala nafsu ego
kita?"nafsu keinginan?"".hingga ruh kita menyaksikan,"tiada daya dan
kekuatan selain dari Allah". Saat kesadaran dari "tiada daya dan kekuatan
kecuali dari Allah semata" muncul, maka lisanpun berucap, "Subhaana
Rabbiyal "Adhiimii wa bi hamdih" ( Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Agung
dan dengan puji-Nya). Kemudian sadarkan lagi" sadarkan lagi".. , hati kita terhadap penyaksian
keagungan Allah, Sang Pemilik dari Segala Keagungan, hingga lisanpun
mengucapkan, "Subhaana Rabbiyal "Adhiimii wa bi hamdih" ( Maha Suci
Rabb-ku Yang Maha Agung dan dengan puji-Nya).
9. I"tidal ( Berdiri dari Ruku")
Setelah selesai melakukan ruku", kemudian melakukan I"tidal yakni
mengangkat punggung dan kepala ke posisi semula ( berdiri ) dengan tegak.
Sabda Rasulullah SAW, "Jika kepala diangkat, angkat pula tulang
punggungmu, dan angkat pula kepalamu agar tulang-tulang atau sendi-sendi
kembali pada posisi semula. Tidak sempurna shalat siapapun jika tidak
melakukan itu."( HR. Muttafaq "Alaih )
Ketika kesadaran yang muncul saat ruku" bahwa "tiada daya dan kekuatan
kecuali dari Allah" maka hati kita bisa melihat, sungguh seluruh gerakan,
bacaan kita semata-mata anugerah Allah semata. Tanpa anugerah Allah kita
tidak bisa melakukan shalat.
72 Perjalanan Terindah Penyaksian tersebut akan memperlihatkan kepada segala keagungan
hanyalah milik Allah semata, segala puji hanyalah milik Allah semata, dan
hatipun akan melihat bahwa segala makhluk yang berada langit dan bumi ini
bersujud, "atas penyaksian tersebut" hingga tunduk atas keagungan Allah
SWT, seperti tertuang dalam QS. An Nuur : 41
( ;M"?.?"|? ??9$#u" ??"F{$#u" ?N"u?"u"??9$# "? "t" "?s9 ?x?m7|??" ?!$# ?"r& ts" ?"s9r&
?"?" ?""?=y?.t" $y"?/ 7?"?=t? ?!$#u" 3 "?ys"?6?n@u" "?s?""|? z"?=t? ?"s% @"?.
"Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya bertasbih kepada
Allah siapa pun yang ada di petala langit dan bumi, dan burung dengan
mengembangkan sayapnya. Sungguh setiap sesuatu mengetahui cara
shalatnya dan cara

Perjalanan Terindah Karya Imam Sutrisno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tasbihnya masing-masing. Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang mereka kerjakan."
Kemudian, hati pun tertunduk dan hanya bisa berharap atas limpahan
rakhmat Allah, ulangi " ulangi dan ulangi akan harapan atas limpahan
rakhmat Allah. Saat hati telah "mendengar" pujian segala makhluk di langit
dan di bumi, maka lisanpun terucap, "Sami"allahu liman hamidah" (Allah
sungguh mendengar para pemuji-Nya).
Kemudian punggung dan kepalapun terangkat, kembali ke posisi berdiri tegak
lurus dan bertu"maninah, kemudian hatipun mengharap lagi akan limpahan
rakhmat-Nya, hingga lisan berkata, "Rabbanaa lakal hamdu mil "us
samaawaati wa mil ul ardhi wa mil "u maa syi"ta min syai"in ba"du" (Ya Allah
Tuhan kami ! Bagi-Mu segala puji, sepenuh langit dan bumi dan sepenuh
barang yang Kau kehendaki sesudah itu)
73 Perjalanan Terindah 10. Sujud Setelah melakukan I"tidal kemudian kita melakukan sujud, yaitu meletakkan
dahi dan hidung di atas tempat shalat setelah kedua telapak tangan, lutut
serta ujung jari-jemari kaki dan bertuma"ninah.
Rasulullah SAW bersabda, "Sedekat-dekatnya hamba dari Tuhannya adalah
seseorang yang bersujud. Oleh karena itu, banyak-banyaklah berdo"a"(HR.
Muslim, Abu Dawud, dan Nasa"i). Dalam sebuah hadis diceritakan, Dari Abu
Wail bin Hujr, ia menceritakan, "Aku pernah menyaksikan Rasulullah, apabila
bersujud beliau meletakkan kedua lututnya terlebih dahulu sebelum kedua
tangannya, sedang apabila bangkit dari sujud beliau mengangkat kedua
tangan sebelum kedua lututnya" (HR. Khamsah, kecuali Ahmad).
Menurut Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin, posisi sujud dalam
shalat menunjukan posisi qalb diatas rasio, seperti nampak dalam gambar
berikut : Warna merah melambangkan akal / rasio,
sedangkan warna biru melambangkan qalb.
Posisisi Sujud menggambarkan posisi
seseorang dimana qalb diatas rasio .
Petunjuk Allah berkedudukan diatas pemikiran. Rasio menjadi instrumen untuk
menjalankan petunjuk Allah (Herry ; Shalat
dan Transformasi Fitrah Diri, dalam http : //
suluk .blogsome.com) 74 Perjalanan Terindah Dalam "Ilal asy Syara"i" disebutkan, peristiwa Rasulullah ketika Mi"raj,beliau
bersabda, " " lalu Dia berfirman, "Angkatlah kepalamu !" maka, aku mengangkat
kepalaku hingga aku melihat sesuatu yang membuat nalarku lenyap. Lalu,
aku menghadap ke tanah dengan wajah dan kedua tanganku. Kemudian,
diilhamkan kepadaku agar aku mengucapkan, "Subhana rabbiyal a"la wa
bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)"
karena betapa luhur yang kulihat itu. Lalu, aku mengucapkannya tujuh
kali. Setelah itu, aku tersadar. Setiap kali aku mengucapkannya,
ketaksadaranku berangsur hilang.
Lalu aku duduk. Jadilah dalam sujud itu "Subhana rabbiyal a"la wa
bihamdih". Dan duduk itu menjadi istirah dari ketenggelaman dan
keluhuran yang kulihat. Tuhanku mengilhamkan kepadaku dan diriku
menuntutku agar aku mengangkat kepala. Maka, aku pun mengangkatnya
hingga kulihat keluhuran yang membuatku pingsan. Aku tersungkur
dendan wajahku dan menghadapkan wajah dan kedua tanganku ke tanah
sambil mengucapkan, "Subhana rabbiyal a"la wa bihamdih".
Aku mengucapkannya tujuh kali. Lalu, aku mengangkat kepala.
Kemudian, aku duduk sejenak sebelum berdiri, menatap keluhuran itu
untuk kedua kalinya. Karena itu, jadilah dua sujud dan satu rukuk. Dan
karena itu, jadilah duduk sebelum berdiri itu sebagai duduk yang
ringan?"(Shalat Ahli Makrifat hal. 242)
Dalam Mishbah asy Syari"ah, Imam Ja"far Ash Shadiq a.s., berkata :
"Orang yang mengalami hakikat sujud demi Allah, tidak akan merugi,
meski hanya sekali seumur hidup. Orang yang khalwatnya bersama Allah
dalam keadaan seperti ini mirip dengan khalwatnya bersama muslihat-
75 Perjalanan Terindah muslihat nafsunya, serta lalai terhadap apa yang telah dijanjikan Allah
bagi orang-orang yang sujud berupa keakraban di dunia dan ketenangan
di akhirat, tentu tidak akan meraih kemenangan.
Tidak ada jauh dari Allah bagi orang yang memperbaiki kedekatan diri
kepada-Nya di dalam sujud. Tidak ada dekat dengan-Nya bagi orang yang
beradab buruk dan menyia-nyiakan kemuliaannya dengan mengaitkan
hati kepada selain Allah di dalam sujudya. Oleh karena itu, bersujudlah
dengan sujud orang-orang yang tunduk dan menghinakan diri kepada
Allah Ta"ala, karena tahu bahwa dirinya diciptakan dari tanah yang
menjadi injakan makhluk, dan bahwa Dia mengambilmu dari nutfah yang
dipandang kotor oleh siapapun, lalu menjadikannya dari ketiadaan.
Allah telah menjadikan makna sujud sebagai sebab mendekat kepadaNya dengan hati, sirr, dan ruh. Siapa yang dekat dengan-Nya, tentu jauh
dari selain Dia. Tidakkah engkau lihat keadaan lahiriahnya, bahwa sujud
dipandang sempurna hanya jika tertutup dari segala sesuatu dan tertabir
dari setiap yang terlihat mata.
Demikian pula masalah batin. Barangsiapa yang dalam shalat hatinya
bergantung pada sesuatu selain Allah Ta"ala berarti ia dekat pada sesuatu
itu dan jauh dari hakikat sesuatu yang dikehendaki Allah dalam shalatnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman, "Allah tidak menjadikan dua hati bagi
seseorang di dalam rongganya." Rasulullah SAW, bersabda, "Allah Ta"ala
berfirman, "Apabila Aku melihat hati seorang hamba, lalu Aku tahu bahwa
didalamnya ada cinta ikhlas untuk taat kepada-Ku, untuk Wajah-Ku, dan
karena mengharap ridha-Ku, maka Aku menguasai diri dan siasatnya.
Sebaliknya siapa yang sibuk dengan selain-Ku (sehingga lalai kepadaKu), maka ia termasuk orang-orang yang memperolok-olok dirinya sendiri
dan namanya tertulis pada daftar orang-orang yang merugi?"(Shalat Ahli
Makrifat hal. 244) 76 Perjalanan Terindah Bagi kita, yang paling layak dilakukan adalah mengarahkan segala
pandangan terhadap kelemahan, kelalaian, kehinaan dan kerendahan diri
kita, menyesali ketercegahan dan bersedih hati atas cara ketertabiran kita,
berlindung kepada al Haqq dari kerugian serta kuasa nafsu dan setan. Mudah
" mudahan kita berada dalam keadaan "keterpaksaan" hingga Allah
mengabulkan doa orang dalam keterpaksaan. Seperti firman Allah :
". u"?"I?9$# ?#??3t"u" ?"%t?y" #s"?) ?s????"?9$# ?="?g?" "?"r&
"Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan
apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan" ( QS :
An Naml : 62 ) Dengan melumuri kepala kita dalam keadaan gelisah dan sempit dan dalam
hati yang berduka dan sedih, dengan tanah hina yang merupakan asal
penciptaan kita. Dan mengingat asal kejadian kita yang hinda dina. Lalu
dengan menunduk kepala berdo"a :
"Ya Allah, kami telah jatuh dalam hijab gelap alam tabiat dan jaring besar
penghambaan kepada nafsu dan cinta diri. Setan menguasai urat, kulit,
dan darah kami hingga seluruh raga kami berada dalam kuasanya. Tidak
ada jalan bagi kami untuk membebaskan diri dari musuh yang kuat ini
selain berlindung kepada Dzat-Mu Yang Maha Kudus.
Ya Allah, gengamlah tangan kami, tolonglah kami, dan jadikan hati kami
menghadap kepada-Mu" Ya Tuhan kami, penghadapan kami kepada
selain Engkau bukanlah untuk memperolok. Kami sama sekali tidak
bermaksud menyombongkan diri dan bergurau di tempat kehadiran suci
Sang Maha Raja. Namun, ketakberdayaan diri dan kekurangan "
kekurangan kami telah memalingkan hati kami yang terhijab dari-Mu.
Kalaulah bukan karena pemeliharaan dan perlindungan-Mu, tentu kami
77 Perjalanan Terindah akan abadi di dalam kesengsaraan kami hingga waktu yang tak
berkesudahan, dan kami tidak memiliki jalan untuk menyelamatkan diri.
Ya Allah, inilah keadaan kami, dan Dawud a.s. pernah berkata, "Andaikan
tiada ada pemeliharaan-Mu, tentu aku telah membangkang kepada-Mu"
Oleh karena itu, lakukan sujud dengan sesungguh-sungguhnya yaitu dengan
meletakkan tujuh anggota badan (dahi dan hidung, dua telapak tangan, dua
lutut dan dua telapak kaki) ke tanah,yakni ke tempat dimana kita berasal (
dari tanah ) yang rendah dan hina, dan ke tempat itu pula tubuh kita akan
dikembalikan. Sungguh ketika kita tersadar akan tempat asal dan tempat pengembalian kita
maka, maka kesombongan dan kecongkakan akan terhindar dari kita. Hati
akan tersadar bahwa kita hanya bisa berserah diri dalam kerendahan yang
sungguh-sungguh rendah. Tanpa limpahan rakhmat dari Allah Azza wa Jalla,
maka kita tidak punya daya apa-apa. Keagungan, Keluhuran, Ketinggian dari
segala Yang Tinggi adalah milik Allah semata.
Penuhilah hati untuk selalu dan selalu, mengulang-ulang permohonan atas
limpahan rakmat Allah. Tatkala hati kita menatap kerendahan diri kita dan
menyaksikan ke- Maha Luhur "an Allah Azza wa Jalla , maka lisanpun
berucap, " "Subhana rabbiyal a"la wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang
Maha Luhur dan dengan puji-Nya)".
Lisanpun terus mengulang " ulang atas pernyataan, "Subhana rabbiyal a"la
wa bihamdih (Maha Suci Rabb-ku Yang Maha Luhur dan dengan puji-Nya)".
78 Perjalanan Terindah 11. Duduk Diantara Dua Sujud ( Duduk Iftirasy )
Duduk diantara dua sujud, dilakukan antara sujud yang pertama dengan
sujud yang kedua pada roka"at yang pertama sampai roka"at yang terakhir.
Dari 'A-isyah berkata: "Dan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menghamparkan kaki beliau yang kiri dan menegakkan kaki yang kanan,
baliau melarang dari duduknya syaithan." (Diriwayatkan oleh Ahmad dan
Muslim) Menurut Syaikh Al-Albani, "duduknya syaithan adalah dua telapak
kaki ditegakkan kemudian duduk dilantai antara dua kaki tersebut dengan dua
tangan menekan dilantai."
Dari Rifa'ah bin Rafi' - dalam haditsnya - dan berkata Rasul shallallahu 'alaihi
wa sallam : "Apabila engkau sujud maka tekankanlah dalam sujudmu lalu
kalau bangun duduklah di atas pahamu yang kiri." (Hadits dikeluarkan oleh
Ahmad dan Abu Dawud dengan lafadz Abu Dawud)
Saat kita melakukan duduk iftirasy, selalu hiasi hati dengan kerendahan hati,
ketundukan jiwa dan kepasrahan total terhadap Allah Azza wa Jalla. Pada
posisi ini, hati kita melakukan permohonan dalam sebuah do"a, melalui lisan
mulailah dengan membaca : "Robighfirlii ?"" ( Ya Allah, Ampunilah
aku?"".) warhamnii?"".. ( Belas kasihanilah aku ?"?"?". )
wajburnii ?"?"?".. (Cukupkanlah segala kekuranganku "..?"".. )
warfa"nii?"?"..( Angkatlah derajatku ?""." ) warzuqnii ?"?"?".
( Berilah rezeki kepadaku ". ) wahdinii?"?"".."( Berilah petunjuk
kepadaku ". ) wa"aafinii ?"?". ( Berilah kesehatan kepadaku " )
wa"fu "annii?"."( dan berilah ampunan kepadaku ". )
79 Perjalanan Terindah 12. Tasyahud Awal & Akhir
Diriwayatkan dari Ibnu Mas'ud radhiyallahu anhu berkata :
"Dahulu kami membaca di dalam shalat sebelum diwajibkan membaca
tasyahhud adalah : "Kesejahteraan atas Allah, kesejahteraan atas malaikat
Jibril dan Mikail." Maka bersabdalah Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Janganlah kamu membaca itu, karena sesungguhnya Allah Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mulia itu sendiri adalah Maha Sejahtera, tetapi hendaklah
kamu membaca: "Segala penghormatan, shalawat dan kalimat yang baik bagi
Allah. Semoga kesejahteraan, rahmat dan berkah Allah dianugerahkan kepadamu
wahai Nabi. Semoga kesejahteraan dianugerahkan kepada kita dan hambahamba yang shalih. Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang hak
melainkan Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
rasulNya." (HR. An-Nasai, Ad-Daruquthni dan Al-Baihaqi dengan sanad
shahih) Dan sabda Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam:
"Apabila salah seorang di antara kamu duduk (tasyah-hud), hendaklah dia
mengucapkan: 'Segala penghormatan, shalawat dan kalimat-kalimat yang
baik bagi Allah'." (HR. Abu Daud, An-Nasai dan yang lainnya, hadits ini
shahih dan diriwayatkan pula dalam dalam "Shahih Al-Bukhari dan Shahih
Muslim") Abi Humaid As-Sa'idiy tentang sifat shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam,
dia berkata, "Maka apabila Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam duduk
dalam dua roka'at (tasyahhud awwal) beliau duduk diatas kaki kirinya dan bila
duduk dalam roka'at yang akhir (tasyahhud akhir) beliau majukan kaki kirinya
dan duduk di tempat kedudukannya (lantai dll)." (Hadits dikeluarkan oleh Al
Imam Abu Dawud) 80 Perjalanan Terindah Dari Ibnu 'Umar berkata Rasulullahi shallallahu 'alaihi wa sallam bila duduk
didalam shalat meletakkan dua tangannya pada dua lututnya dan
mengangkat telunjuk yang kanan lalu berdoa dengannya sedang tangannya
yang kiri diatas lututnya yang kiri, beliau hamparkan padanya."(Hadits
dikeluarkan oleh Al Imam Muslim dan Nasa-i).
Dalam Kitab Durratun Nasihin, disebutkan tentang kisah mi"raj. Rasulullah
SAW, berkata, " Tatkala saya sampai di Arsy, maka saya dapatkan dia lebih luas dari
segala sesuatu, dan Allah Ta"ala telah mendekatkan saya kepada tiang
Arsy itu, maka setetes air dari Arsy terjatuh di mulut saya, tidak ada orang
yang pernah merasakan lebih manis dari padanya, maka Allah
memberitahu kepada saya berita orang - orang yang terdahulu dan yang
kemudian. Dan menjadi lancarlah lisan saya sesudah keadaannya yang lemah dari
sebab takut kepada Allah. Maka kata saya, "Attahiyyaatul lillaahi wash
shalawaatu wath thoyyibaatu" ( Segala penghormatan itu hanya bagi
Allah, dan begitu juga semua shalawat dan kebaikan). Maka Allah
berfirman, "Assalaamu "alaika ayyuhan nabiyyu warahmatullaahi wabarakaatuh" (Segala keselamatan tetap untuk engkau, hani Nabi, dan
demikian juga rahmat Allah dan berkahNya), jawab saya, "Assalamu
"alainaa wa "alaa "ibaadillaahish shaalihiina" (Mudah " mudahan
keselamatan tetap untuk kami sekalian dan untuk para hamba Allah yang
shalih-shalih). Tasyahud merupakan posisi, dimana kita mengakui dan menyatakan tentang
kehambaan kita di depan Allah Azza wa Jalla Penguasa Alam Semesta.
Sadarilah bahwa, karena Allah semata kita diciptakan sebagai seorang
hamba, kemudian menyuruh kita untuk menghamba kepada-Nya dengan hati,
81

Perjalanan Terindah Karya Imam Sutrisno di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perjalanan Terindah dengan lisan dan seluruh anggota tubuh kita dan merealisasikan kehambaan
kepada-Nya. Kemudian diberi pengetahuan, "bahwa ubun " ubun seluruh makhluk berada
di tangan " Nya". Sungguh kita tidak memiliki kemampuan atas sedetik
nafaspun tanpa kuasa " Nya, segalanya atas kehendak dan ijin dari Allah
Azza wa Jalla. Saat hati kita tersadar atas penyaksian tersebut, maka lisan
kita berkata, " At tahiyyaatul mubaarakaatush shalawaatuth thayyibaatulillaah
( Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan, dan kebaikan bagi Allah )"
Kemudian sadarilah bahwa, jika tidak ada ketersingkapan yang sempurna
dari Rasulullah SAW, maka siapapun tidak akan memperoleh perjalanan
penghambaan kepada Al Haqq. Demikian juga karena melalui wasilah hamba
" hamba yang shaleh, kita bisa mengenal Allah.
Dalam Kitab Sirr As Shalah, Imam Khumaini menyebutkan,
"Nabi SAW dan para imam suci yang ma"shum adalah teman dalam
perjalanan makrifat dan mi"raj hakiki di permulaan shalat, demikian pula di
akhir safar ini. Seorang salik harus ingat bahwa mereka adalah para
penguasa nikmat, wasilah para ahli makrifat untuk memperoleh wushul
dan perantara turunnya berkah hadirat rububiyah dan manifestasimanifestasinya. "Kalau tidak ada mereka, maka ar Rahman tidak akan
disembah dan ar Rahman tidak akan dikenal.?"
Oleh karena itu, dalam tasyahud hadirkan pribadi nabi dengan segala
kemuliaannya, kemudian berikan salam, "As salamu "alaika ayyuhan nabiyyu
wa rahmatullaahi wa barakaatuh" (Salam, rahmat dan berkah-Nya kupanjatkan kepadamu wahai nabi (Muhammad)), dengan sungguh "
sungguh memberi salam dan hati berharap do"a tersebut pasti sampai
kepada-Nya, dan Allah akan membalas salam kita dengan balasan yang lebih
baik. 82 Perjalanan Terindah Kemudian berilah salam kepada diri kita sendiri dan hamba " hamba yang
shaleh, dengan ucapan, "As salaamu "alainaa wa "alaa "ibaadillaahish
shaalihiin" (Salam (keselamatan) semoga tetap untuk kami seluruh hamba
yang shaleh-shaleh), berharaplah dalam hati bahwa Allah akan membalas
salam kita dengan sepenuh jumlah hamba-hamba-Nya yang shaleh-shaleh.
Kemudian perbaharui kesaksian atas wahdaniyah-nya Allah dan kerasulan
Nabi Muhammad SAW, dengan membaca dua kalimah syahadat, " Asyhadu
an laa ilaaha illallaah, wa asyhadu anna Muhammadar Rasuulullaah" ( Aku
bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bahwa Nabi
Muhammad adalah utusan Allah). Kemudian bershalawatlah kepada Nabi,
"Allaahumma shalli "alaa sayyidinaa Muhammad" (Ya Allah, Limpahilah
rahmat kepada Nabi Muhammad).
Kemudian bila tasyahud akhir, lanjutkan dengan do"a " do"a berikut : "Wa
"alaa aali sayyidinaa Muhammad" ( Ya Allah, Limpahilah rahmat atas keluarga
Nabi Muhammad), kemudian "Kamaa shallaita "alaa sayyidinaa Ibraahiim wa
"alaa aali sayyidinaa Ibraahim" (Sebagaimana pernah Engkau beri rahmat
kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya), " Wa baarik "alaa sayyidinaa
Muhammad wa"alaa aali sayyidinaa Muhammad" ( Dan limpahilah berkah
atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya), "Kamaa baarakta "alaa
sayyidinaa Ibraahiim wa "alaa aali sayyidinaa Ibraahiim" (Sebagaimana
Engkau memberi berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya), kemudian,
"Fil "aaalamiina innaka hamiidum majiid" (Di seluruh alam semesta Engkaulah
yang terpuji dan Maha Mulia ).
83 Perjalanan Terindah 13. Salam Rasulullah SAW bersabda, ?"Pembuka shalat itu adalah bersuci, pembatas
antara perbuatan yang boleh dan tidaknya dilakukan waktu shalat adalah
takbir, dan pembebas dari keterikatan shalat adalah salam." (HR. Abu Daud,
At-Tirmidzi dan lainnya, hadits shahih )
Dari 'Amir bin Sa'ad, dari bapaknya berkata: Saya melihat Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam memberi salam ke sebelah kanan dan sebelah kirinya
hingga terlihat putih pipinya. (Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Ahmad,
Muslim dan An-Nasa-i serta ibnu Majah)
Dari 'Alqomah bin Wa-il, dari bapaknya, ia berkata: Aku shalat bersama Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam maka beliau membaca salam ke sebelah kanan
(menoleh ke kanan): "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuh."
Dan kesebelah kiri: "As Salamu'alaikum Wa Rahmatullahi."
(Hadits dikeluarkan oleh Al Imam Abu Dawud)
Dalam hadis shalat mi"raj, Rasulullah saw. bersabda,
" ". Kemudian, aku menoleh ke kanan. Tiba " tiba aku mendapati
barisan-barisan para malaikat, para nabi, dan para rasul Allah
menyuruhku, "Hai Muhammad, berilah salam !" maka aku berucap "
Assalam "alaikum warahmatullah wa barakatuh" (salam sejahtera serta
rahmat dan keberkahan Allah atas kalian). Lalu Dia berfirman, "Ya
Muhammad, Akulah as Salam, at Tahiyyah, dan ar Rahmah, sedangkan
keberkahan adalah engkau dan keturunanmu. "."
Posisi salam, merupakan penutup dari seluruh rangkaian perjalanan dalam
shalat kita. Lakukan salam dengan menengok ke kanan dengan tujuan
memberi salam kepada para malaikat dan hamba "hamba yang shaleh,
seraya berkata, " Assalam "alaikum warahmatullah wa barakatuh" (salam
84 Perjalanan Terindah sejahtera serta rahmat dan keberkahan Allah atas kalian), kemudian
menengok ke kiri dengan memberi salam dengan ucapan, " Assalam "alaikum
warahmatullah" (salam sejahtera serta rahmat atas kalian)
Dalam Sirr As Sholah, mengutip perkataan Imam Ja"far Ash Shadiq as. dalam
Mishbah asy Syari"ah, dikatakan,
" Makna salam di akhir setiap shalat adalah aman. Artinya barangsiapa
melaksanakan perintah Allah dan sunnah Nabi-Nya saw. dengan hati
yang khusuk, ia akan memperoleh aman dari bencana dunia dan bebas
dari siksa akhirat. As Salam adalah salah satu nama Allah ta"ala yang
dititipkan kepada makhluk-Nya agar mereka menggunakan maknanya
dalam berbagai muamalah, amanat, hubungan, dan menegaskan
persahabatan diantara mereka serta mengesahkan pergaulan mereka.
Apabila engkau ingin meletakkan salam pada tempatnya dan menunaikan
maknanya, maka takutlah kepada Allah agar Dia menyelamatkan agama,
hati, dan akalmu. Jangan mengotorinya dengan gelap maksiat. Hendaklah
engkau memberi salam kepada para penjagamu. Jangan membuat
mereka bosan dan jemu, dan jangan menjadikan mereka berlepas diri
darimu dengan perlakuanmu yang buruk terhadap mereka, lalu terhadap
temanmu, lalu musuhmu. Karena orang yang tidak memberi salam kepada dia yang paling dekat
dengannya, tidak akan memberi salam terhadap dia yang paling jauh
darinya. Dan barangsiapa yang tidak meletakkan salam pada tempattempatnya ini, maka tidak ada salam dan taslim, dan ia telah berdusta
dalam salamnya walaupun ia menyebarkannya kepada makhluk"
Sebagaimana diketahui, shalat merupakan mi"rajul mukminin. Dalam shalat
kita bisa berdialog, berkomunikasi dengan Allah Azza wa Jalla. Dalam
shalatpun terdapat tangga " tangga perjalanan ruhani seseorang. Ketika
85 Perjalanan Terindah shalat akan berakhir, maka "permohonan akan aman" dari segala "hijab"
terhadap penyaksian Allah adalah hal yang sangat didambakan. Inilah makna
"aman yang sebenarnya".
Bagi yang menghayati shalat secara utuh, maka tempat shalat yang
sesungguhnya tidak hanya di dalam "masjid", namun di seluruh hamparan
bumi ini. Ketika kita bekerja, berhubungan dengan orang lain, ketika kita
melakukan aktivitas keduniaan, dipandang sebagai aktivitas berjalan
memenuhi undangan Allah dan senantiasa menegakkan jalan yang lurus.
Semua makhluk, kejadian yang ada di muka bumi adalah hamparan bukti "
bukti terhadap kekuasaan Allah Azza wa Jalla. Adanya segala makhluk justru
menjadi wasilah untuk lebih mengenal Allah.
86 Perjalanan Terindah Penutup Demikianlah rangkaian perjalanan terindah dalam "shalat" telah terjalani, namun
perjalanan yang sesungguhnya adalah perjalanan di setiap gerakan nafas sang
hamba, karena hakikat waktu dalam hidup ini adalah "nafas kita saat ini". Nafas
yang telah kita hirup adalah masa lampau, nafas saat ini "adalah hidup kita",
nafas berikutnya "hanya berupa harapan".
Kita tidak mengetahui apakah Allah masih memberi kita "nafas berikutnya"
karena sesungguhnya hidup kita terdiri dari dari nafas satu ke nafas yang lain,
maka selalu memohon perlindungan Allah dalam setiap tarikan nafas adalah hal
yang mutlak diperlukan, itulah mengapa para guru " guru kita senantiasa
menjaga kesucian dzohir dan batin di setiap waktu karena setiap tarikan nafas
adalah "sebuah perjalanan yang tiada akhir untuk bertemu Illahi Rabbi"
"Ya Allah jadikanlah setiap hembusan nafas kami, adalah hembusan dzikir untuk
mengingat nama " Mu"
Amiin. 87 Perjalanan Terindah Daftar Pustaka Alfaqih Abu Laits Samarqandy. Tanbighul Ghafilin ( diterjemahkan dalam
Tanbighul Ghafilin : Pembangunan Jiwa dan Moral Umat oleh Abu Imam
Taqyuddin, BA). Surabaya : Mutiara Ilmu,tanpa tahun
Abdullah Gymnastiar. KH. Shalat Best of The Best. Bandung : Khas MQ, 2005
Abul Fadhel Ahmad bin Muhammad bin Abdul Karim bin Abdurrahman bin
Abdullah bin Ahmad bin Isa bin Alhusain bin Atha" Allah Al Iskandary. Al
Hikam ( diterjemahkan oleh H. Salim Bahreisy ) Surabaya : Balai Buku,
1984 Ali Umar Badahdah. Sujud ( diterjemahkan oleh M. Thoha Anwar ) Jakarta :
Studio Press, 2002 Abu Sangkan. Pelatihan Shalat Khusyu". Jakarta : Baitul Ihsan, 2004
Imam Ruhullah al Musawi al Khumaini, Sirr as Shalah : Mi"raj as Salikin wa
Shalah al "Arifin, ( diterjemahkan dalam Shalat Ahli Makrifat : Seputar
Makna batiniah Gerakan & Bacaan dalam Shalat oleh Irwan Kurniawan ).
Bandung : Pustaka Hidayah, 2006
Ibnu Rusydi. Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid ( diterjemahkan oleh
Drs. Mad "Ali ). Trigenda Karya, 1997
Lukman Hakim, MA, KH. Wudlu Kaum Sufi. http://www.sufinews.com
Mohammad Rifa"i, Drs. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : Karya
Toha Putra, 2004 88 Perjalanan Terindah Muhammad "Uwaidah. Syaikh Kamil Muhammad. Al Jami" Fii Fiqhi An Nisa" (
diterjemahkan dalam Fiqih Wanita oleh M. Abdul Ghaffar E.M ). Jakarta :
Pustaka Al Kautsar, 2002 Mustofa Bisri, KH. Antara Isra' dan Mi'raj, Roh dan Jasad, Kuil dan Mesjid,
Perintah dan Bilangan Shalat. www.pesantrenvirtual.com/fk/007.shtml :
1999 Masaru Emoto. The True Power of Water ( diterjemahkan oleh Azam Translator )
Bandung, MQ Publishing, 2006
Sa"id bin Muhammad Daib Hawwa. Al Mustakhlash fii Tazkiyatil Anfus,
(diterjemahkan dalam Mensucikan Jiwa oleh Aunur Rafiq Shaleh
tamihid,Lc ). Jakarta : Robbani Press, 2001
Usman Alkhaibawi. Durratun Nasihin (diterjemahkan oleh Abdullah Shnhadji ).
Semarang : Al Munawar, tanpa tahun
Raghib As Sirjani, Dr. Kaifa Nurhafidzu "Alas Shalatil Fajri (diterjemahkan dalam
Misteri Shalat Shubuh oleh Ahmad Munaji, Lc ) Solo : Aqwam, 2006
T. Djamaluddin. Isra " Mi"raj, Salah Tafsir, dan Makna Pentingnya. http : //
media.isnet.org / islam /etc/isramiraj.html
Ustaz Syed Hasan Alatas. Isra" dan Mi"raj. Sumber :
http://www.shiar-islam.com/doc8.htm
Zamzam A. Jamaluddin dan Kuswandani Yahdin. Shalat dan Transformasi Fitrah
Diri ( Makalah yang disampaikan dalam sebuah lokakarya Shalat sebagai
Mi"rajnya Orang-orang Beriman, 6 Oktober 2004, di Jakarta Islamic
Center). http://suluk.blogsome.com : 2004
89 Wanita Gagah Perkasa 7 Tiga Dalam Satu 05 Lima Laknat Malam Kliwon Darah Pendekar 11
^