Pencarian

The Guardian Of Heart 3

The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri Bagian 3


"Kau pasti Aiba Rizuki, kan" Aku sudah tahu siapa dirimu." Katanya lagi, "Putri cantik
yang sebatang kara. Tidak punya orang lain lagi selain bibi dan ksatrianya."
Mendengar ucapannya yang bernada merendahkan membuat darahku naik. Aku merasa
marah padanya. Tapi, aku harus sabar. Aku harus bisa kabur dari sini, tanpa terluka sedikitpun
seperti apa yang kulihat dalam visiku.
Ya. Aku tidak berniat terluka parah, bahkan sampai mati di sini hanya karena cowok ini.
"Kau sudah tahu namaku. Lalu, apa maumu di sini" Kau tidak mungkin hanya sekedar
untuk berkunjung ke Hutan Terlarang, bukan?"
Ucapanku membuat raut wajahnya sedikit berubah. Aku memang sempat membaca
pikirannya tadi kalau ia akan berpura-pura mengatakan padaku bahwa ia hanya ingin berkunjung
ke Mansion dengan damai. Tapi" yang benar saja Membawa satu pasukan FEATHER kemari
dan tingkah laku yang mencurigakan, apakah itu tidak membuatnya kelihatan lebih"
mencurigakan" "Rupanya kamu cukup cerdas, atau cukup cerdik untuk membaca pikiranku," dia
terkekeh, "Aku ke sini ingin bernegosiasi denganmu, Putri Rizuki."
"Bernegosiasi?" aku mengulangi ucapan itu dengan nada mengejek, "Kau pikir aku akan
tertipu" Tidak akan. Kau ingin menyerang Mansion, bukan" Ingin membunuhku" Jangan harap
itu terjadi." Diam-diam, aku mundur beberapa langkah dengan sangat perlahan mendekati Draco. Aku
mengirimkan pikiran pada Draco untuk membawaku pergi dari sini ketika kuberi tanda.
Samuel terkekeh lagi. Dia bergerak hendak mendekatiku, tapi, kuacungkan pedangku"
yang semula adalah busur, padanya.
"Jangan mendekat, atau kau akan berakhir di sini." Ancamku.
116 "Kamu tidak akan bisa mengancamku, Tuan Putri. Tempat ini terlampau sepi. Tidak akan
ada orang lain yang bisa menolongmu."
Aku juga tahu itu. Karena itu aku memilih tidak meninggalkan jejak darah di gerbang Hutan Terlarang tadi.
"Lalu" Aku tidak takut padamu." Kataku tenang.
"Apa maumu. Dan kenapa kamu harus repot-repot datang kemari hanya ingin bernegosiasi
denganku." Ujarku, "Kenapa kamu tidak bernegosiasi saja dengan Nona Yukina."
"Nona Yukina tidak akan mengerti apa yang sedang kupikirkan." Jawabnya. "Aku hanya
perlu bicara padamu. Tidak perlu ada orang lain."
Samuel kembali bergerak mendekat kearahku. Dari pikirannya yang kubaca, dia berniat
hendak menyerangku ketika dia sudah tepat di dekatku.
Tapi, sayangnya, aku lebih siap.
"Draco!!" Draco mengibaskan sayapnya begitu keras mendengar seruanku. Terpaan angin yang
diciptakan oleh kibasan sayapnya membuat FEATHER terlempar ke belakang dan berubah
menjadi kumpulan bulu burung hitam. Sebelum Samuel tahu apa yang terjadi, aku melompat ke
atas punggung Draco dan kami langsung melesat ke udara.
"Jangan biarkan mereka lolos!!" aku mendengar Samuel berteriak menyuruh FEATHER
mengejar kami. "Draco, pergi kearah utara dan temukan gerbang Hutan Terlarang." Seruku, "Aku akan
menyerang mereka." Draco menggeram (yah" sepertinya dia lebih banyak menggeram sebagai jawaban daripada
berbicara). "Nox, bantu aku!"
Sesuai perintah Anda, 117 Nox lalu terbang menjauh dan menyerang FEATHER yang berada di belakang kami.
Serangan Nox begitu cepat dan nyaris tidak bisa kulihat. Aku mengibaskan pedangku, ia kembali
berubah menjadi busur. Aku menarik tali busurnya dan memunculkan sinar lurus berwarna putih.
Syuutt!! Aku melemparkan "panah" itu kearah FEATHER. Begitu di udara, panah itu mulai
membelah diri menjadi kumpulan panah, yang kuterka mungkin sekitar 20 anak panah. Semua
anak panah itu langsung meluncur kearah mereka. Sebagian dari FEATHER berhasil kukalahkan.
Kuperintahkan Draco agar terbang lebih cepat.
Sekarang, yang kualami sekarang sama dengan visiku. Namun, aku harus bisa
mengubahnya. Aku harus bisa.
Aku tidak mau membuat orang-orang yang kusayangi menderita.
118 BAB 15 Pertempuran" Mungkin Saja"
Riku"s Side Aku sudah mendapat Hewan Suci-ku. Seekor burung hantu besar, persis sama seperti milik Nona
Yukina. Namun, yang ini berwarna hitam kelam. Dia menyebut dirinya Black (yah" kuterima saja.
Karena dia yang mengatakannya padaku lewat pikiranku).
Sekarang, aku sudah berada di balik gerbang Hutan Terlarang. Kulihat Gaby, Michael, dan
Minerva juga sudah mendapat Hewan Suci mereka.
Tapi, di mana Rizuki"
Setahuku, kami sudah berada di dalam Hutan Terlarang selama 6 jam. Dan sekarang pasti
sudah mau pagi. Karena 1 jam di Hutan Terlarang sama dengan 5 jam di dunia nyata. Hutan
Terlarang adalah dunia parallel. Karena itu, perbedaan waktu dan masanya sangatlah berbeda.
Aku menghampriri Gaby dan Michael, menanyakan pada mereka di mana Rizuki.
Perasaanku mulai tidak enak. Semoga saja dia baik-baik saja.
"Hei, Gaby, kamu tahu di mana Rizuki?" tanyaku.
Gaby menggeleng mendengar pertanyaanku, "Tidak. Aku tidak bertemu dengannya.
Bukankah jika sudah mendapatkan Hewan Suci, kita harus kembali ke Mansion?"
"Apa dia tidak bersamamu, Riku?" tanya Gaby balik.
Aku menggeleng. "Aku bahkan tidak tahu apakah dia sudah selesai atau belum." Ujarku.
Mereka berdua manggut-manggut.
119 Aku menoleh kearaha Minerva, ingin menanyakan hal yang sama. Namun, kuurungkan
niatku. Aku yakin, kalau aku berbicara padanya, dia pasti akan mengira kalau aku menaruh
perasan padanya. Ingat, bukan, kalau dia naksir padaku"
Aku menghampiri Nona Yukina, yang kelihatan sedang berdiskusi dengan Elizabeth dan
beberapa Keturunan yang lebih senior. Ketika aku terlihat menuju ke tempat mereka, Nona
Yukina menghampiriku dengan wajah panic dan cemas. Knight juga berada di antara mereka.
Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi, sepertinya sesuatu yang serius.
"Di mana Rizuki?" tanyanya.
"Saya baru ingin menanyakan itu pada Anda." Kataku mengerutkan kening, "Rizuki belum
kembali?" "Belum. Dan kami tidak bisa mengetahui di mana dia sekarang." ujar Elizabeth, "Dia tidak
meninggalkan jejak darah di gerbang."
"Apa!?" "Kalau seorang Keturunan tidak meninggalkan jejak darah, kami tidak bisa berbuat apaapa. Hanya keberuntungan, atau malah keajaiban yang diperlukan untuk bisa keluar dari Hutan
Terlarang. Itupun jika hutan parallel itu tidak berpindah tempa." Kata Elizabeth lagi.
Aku tercengang mendengar berita ini. Jadi Rizuki tidak meninggalkan jejak darah di
gerbang" Itu hal paling ceroboh yang pernah dilakukannya!
"Apa kita tidak bisa melacak keberadaannya" Mungkin dengan sesuatu?" kataku.
Elizabeth menggeleng, "Tidak bisa. Hutan itu tidak bisa dimasuki tanpa jejak darah
tertinggal di gerbang. Kalaupun menggunakan kompas, PDA, atau semacamnya, tidak akan bisa.
Hutan itu memiliki medan magnet tersendiri yang bisa menghentikan kinerja alat-alat itu. Hutan
parallel." Bagus. Tidak ada cara untuk melacak keberadaan Rizuki.
"Kalau ini gara-gara visi yang dia lihat?" kudengar Nona Yukina bergumam lirih. Yang
cukup terdengar jelas di telingaku.
120 "Visi?" Nona Yukina menatapku, "Kau sudah diberitahu olehnya, bukan" Tentang visi itu?"
"Sebelum Pemilihan Hewan Suci dia memberitahuku." Aku mengangguk, "Apa karena visi
itu dia tidak meninggalkan jejak darah di gerbang sebagai penanda?"
"Kemungkinan besar begitu." Nona Yukina mengangguk.
Aku menggeleng-gelengkan kepala. Tidak percaya Rizuki akan bertindak sembrono seperti
itu. Seorang Keturunan tiba-tiba berlari menghampiri kami dengan nafas ngos-ngosan.
Kelihatannya dia membawa berita buruk. Terlihat dari raut wajahnya yang tegang.
"Nona Yukina?" "Ada apa, Mike?"
"Ada satu pasukan besar FEATHER yang sedang menuju kemari." Ujar Mike, "Jumlahnya
ribuan. Bahkan lebih."
"FEATHER" Bersama Keturunan Earl?"
"Ya" tidak. Sepertinya pemimpin Keturunan Earl tidak berada dalam pasukan itu." kata
Mike, "Ada kemungkinan pemimpin mereka bersembunyi, menunggu saat yang tepat untuk
menyerang kita di saat kita lengah."
Aku yakin, wajah Nona Yukina kelihatan memucat. Dia menoleh kearah gerbang Hutan
Terlarang, kemudian menatap kerumunan Keturunan yang sedang beristirahat di sekitarnya. Aku
tahu, perasaannya khawatir. Pada Mansion dan juga Rizuki.
"Apa yang harus kita lakukan, Nona Yukina?" tanya Jack yang ikut mendengarkan
pembicaraan. "Perintahkan calon Penjaga dan Keturunan bersiaga di tempat masing-masing sesuai
latihan. Keturunan Murni mengambil posisi utama. Cepat laksanakan!"
"Siap!" 121 Elizabeth, Jack, dan Mike langsung melaksanakan perintah Nona Yukina, memberitahu
yang lain kalau ada serangan.
Suasana langsung kembali hiruk-pikuk. Semua calon Penjaga dan Keturunan berlari
kesana-kemari, bersiap di posisi mereka masing-masing sesuai latihan yang sudah kami jalani
selama ini. Aku juga harus ikut ambil bagian. Sesuasi pesan Rizuki padaku.
Namun, baru saja aku akan melangkah, Nona Yukina menahan tanganku.
"Tunggu, Riku."
Aku menoleh kearah beliau dan melihat sebuah silinder putih seperti milikku di
tangannya, "Sudah saatnya bagian Beater Sword kuberikan padamu." Ujarnya.
"Ambil ini dan satukan dengan Black Sword."
Aku menatap silinder putih itu. Itu" Light Sword" Bagian dari Beater Sword, pedang
Ksatria Manami" Pedang ayahku"
"Cepatlah, Riku." Nona Yukina kelihatan tidak sabar melihatku menatap silinder putih di
tangannya dengan takjub. Beliau langsung mengambil silinder Black Sword dari sarungnya di ikat
pinggangku dan menyatukan keduanya.
Kedua silinder itu langsung berubah warna menjadi silver. Kelihatan keren dan"
sepertinya kuat. "Ini. Cepat pergi mengambil posisi." Perintah beliau.
"Ba, baik?" "Knight, kamu sebaiknya berada di dalam Mansion. Keadaan akan berbahaya. Apalagi
kamu dalam kondisi lemah dan terluka." Kata Nona Yukina.
"Baiklah." Knight mengangguk.
Aku hendak pergi lagi ketika Nona Yukina memanggilku.
"Riku," 122 "Ya?" Nona Yukina diam sebentar, "Setelah kau menyelesaikan bagianmu. Cari Rizuki, sampai
ketemu. Pastikan dia selamat."
"Jangan khawatir," kataku tersenyum. "Aku akan mencarinya setelah ini. Biar
bagaimanapun, dia tidak mungkin lepas dari pengawasanku."
*** Aku berlari menghampiri Michael dan berdiri di sebelahnya.
"Bagaimana situasinya?" tanyaku.
"Buruk. Kita kalah jumlah." Jawab Michael, "Elizabeth dan aku sudah mengatur strategi,
sebagian dari kita akan menyerang dari langit, sebagian di darat. Pasukan di langit akan
menembakkan anak panah dari atas, kita yang berada di darat akan menyerang dengan pedang
atau tombak. Kau mengerti saja aturannya, kan?"
"Tanpa kau bilang aku juga sudah tahu." kataku.
Michael tersenyum. "Semoga saja strategi yang kami buat berhasil."
Dia bersiul memanggil Hewan Suci-nya (yang baru kuketahui, dia memiliki lebih dari 3
Hewan Suci. Katanya, hal seperti itu bisa terjadi dengan kontrak istimewa). Aku sendiri langsung
memanggil Black. "Black, bantu pasukan dari langit. Serang saja mereka yang di depan sana sesukamu."
Kataku. Siap, Tuan. Ujarnya dengan suara serak yang memang sudah seperti itu.
"Dengar, semua!! Begitu aku mengatakan "serang", kita akan menyerang mereka semua.
Mengerti?""!!"
123 "Siap!!" Michael mengangguk padaku, yang kubalas dengan kata "iya" tanpa suara. Kami
memperhatikan pasukan FEATHER yang semakin mendekat.
"Baiklah" satu?"
Pasukan itu kini sudah melewati gerbang utama Mansion.
?" dua?" Mereka membunuhi setiap Hewan Suci dan Keturunan yang menghadang mereka. Aku
sudah mengibaskan silinder yang ada di tanganku. Pedang yang kini ada di tanganku berbeda dari
Black Sword. Pedang yang ini lebih besar dan berwarna keperakan. Ada ukiran naga terukir di
gagangnya. Ini pasti wujud Beater Sword.
"Tiga!! Serang!!!"
Kami segera berlari kearah pasukan besar itu. Pertempuran dimulai!
*** "Hiyaa!!" Aku menebas FEATHER yang berada di hadapanku. Ketika bersentuhan dengan
pedangku, mereka langsung berubah menjadi kumpulan bulu hitam dan menghilang secepat
cahaya. Aku kembali menyerang FEATHER yang lain.
Semua sedang berjuang. Sudah lebih dari 2 jam kami menyerang mereka, namun, para
FEATHER ini seperti tidak ada habisnya. Banyak sekali jumlah mereka. Tapi, tidak dengan kami.
Jumlah kami semakin berkurang karena sudah banyak yang terluka.
Michael berdiri di sebelahku, nafasnya sudah terengah-engah. Pedang yang ada di
tangannya hampir melorot dari tangannya.
124 "Kita tidak bisa begini terus." Kata Michael, "Kita harus melakukan sesuatu agar mereka
langsung musnah sepenuhnya."
"Benar. Tapi, bagaimana caranya?" tanyaku sambil menyerang FEATHER lagi.
"Aku punya rencana," katanya, "Perintahkan Black dan Hewan-Hewan Suci lainnya
berkumpul di sekitar kita."
"Baik." Aku berlari menjauh dari arena pertarungan dan melompat ke sebuah pohon tertinggi.
Bagiku, melompat adalah hal mudah berkat kemampuan terbangku. Aku mengambil nafas
sebentar, kemudian bersiul pelan dan nyaring. Semua Hewan Suci langsung menuju kearahku.
Aku mengisyaratkan mereka untuk berkumpul di sekitar para Keturunan dan calon Penjaga.
Aku melompat turun dan berdiri tepat di samping Michael yang sedang melafalkan
sesuatu. Dari tanah yang kami pijak, muncul sebuah lingkaran cahaya. Lingkaran ini sangat terang,
menyilaukan para FEATHER yang memang membenci cahaya. Perlahan, mereka mundur, dan
beberapa ada yang langsung berubah menjadi kumpulan bulu karena cahaya dari lingkaran ini
mengandung cahaya matahari. Michael memang mempunyai kemampuan memanggil lingkaran
cahaya matahari, yang dipelajarinya langsung dari Nona Yukina untuk menjaga Empat Penjuru
Timur masih "terasa" ada di kalangan Mansion. Dan, aku sedang belajar tentang jurus itu.
Sebagai Ksatria, aku harus bisa menguasai berbagai jurus. Sama seperti Rizuki yang akan
menjadi seorang Penjaga. Perlahan, para FEATHER itu mulai berkurang jumlahnya. Kami sekali lagi menyerang
mereka. Dan berhasil, kali ini mereka semua yang kalah jumlah. Dalam waktu singkat, kami
berhasil menghabisi setengah pasukan lagi. Sisa pasukan FEATHER yang lain sudah kabur
kembali ke dalam kegelapan di luar Mansion.
Pertempuran berakhir. Kami menang.
125 126 BAB 16 Visiku Benar-Benar Menjadi Kenyataan
Rizuki"s Side "Aaarrggh?" Aku mengerang kesakitan ketika sebuah panah hitam menancap di bahu kananku.
Peganganku pada punggung Draco nyaris terlepas kalau saja Nox tidak menahan berat badanku.
Aku sudah bertarung melawan Samuel Earl sebisaku. Dan kini, luka-luka yang kudapatkan
akibat bertarung seorang diri benar-benar terasa sakit. Beberapa kali aku harus meringis dan
menjerit kesakitan setiap panah beracun yang mengenai tubuhku kucabut dengan paksa.
Sebentar lagi, kita akan sampai di gerbang. Kata Nox.
Aku mengangguk lemah. Akibat dari luka-luka ini, aku mulai kekurangan darah.
Pandanganku mulai kabur karena tubuhku sudah melemah.
Aku melihat gerakan seorang FEATHER mendekatiku. Dengan sisa tenagaku, aku
menarik tali Lightning Bow dan melepaskan sebuah panah cahaya. Begitu aku melepas anak
panah itu, aku sudah tidak kuat lagi. Lightning Bow kembali berubah menjadi silinder dan aku


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

langsung memasukkannya ke dalam saku rokku. Aku tidak melihat lagi gerakan FEATHER
maupun Samuel Earl. Aku rasa, mereka mundur karena tahu aku sudah dekat dengan gerbang penghubung
Hutan Terlarang dan Mansion.
Kita sampai. Ujar Draco sambil mengepakkan sayapnya lebih kencang dan membuka
gerbang itu. Kaki Draco mendarat di tanah dengan sempurna. Aku berusaha turun dengan susah
payah dan langsung jatuh terduduk sambil batuk darah.
Nox bertengger di bahuku dan menyalurkan tenaganya padaku. Itu cukup membantuku
mengurangi rasa sakit. Tapi, luka-lukaku belum sembuh. Ditambah racun yang sepertinya sudah
menyebar ke seluruh tubuhku, membuatku kesakitan setiap kali aku menggerakkan tubuhku.
127 Nona, saya akan memanggil bantuan. Kata Nox.
Aku mengangguk mengiyakan. Aku tidak bisa berkonsentrasi lagi. Racun Nightmare sudah
pasti sudah menyebar ke otakku karena kedua tangan dan kakiku mulai terasa lumpuh.
Ketika Nox terbang pergi mencari bantuan, aku sudah tidak bisa menahan rasa sakit ini
dan pingsan di sebelah Draco.
*** Di sini gelap" aku takut"
Ini di mana" Aku ada di mana"
Aku tidak tahu aku di mana. Aku juga tidak tahu apakah ini mimpi atau tidak. Aku
berharap ini hanya mimpi. Tempat ini sangat gelap. Aku takut berada di tempat gelap seperti ini.
Aku meraba sekitarku, hanya udara kosong.
"Riku" Hikaru?" aku memanggil nama mereka berdua. Tidak ada satupun jawaban.
"Riku" Riku" Kamu di mana?" aku memanggil lagi.
Tidak ada jawaban lagi. Aku mulai ketakutan sekarang. Sebenarnya ada di mana" Aku tidak mau berada di sini.
Kau akan berada di sini selamanya"
"Siapa?" Suara itu terdengar menakutkan. Itu bukan suara Nox ataupun Draco. Aku kenal suara
mereka. Dan suara yang kudengar barusan sangat menakutkan.
"Siapa" Di mana kau?"
Kau akan berada di sini selamanya" menjadi tawanan kegelapan"
128 "Apa?" Kau tidak akan bisa keluar dari sini. Tempat ini adalah penjara bagimu"
129 BAB 17 Masa-Masa Pertempuran Yang Berat
Riku"s Side Aku masuk ke dalam kamarku dan menghembuskan nafas lelah. Sudah hampir 4 bulan sejak
Pemilihan Hewan Suci, yang menjadi awal mula penyerangan Keturunan Earl yang berkudeta
bersama FEATHER. Dan, sudah 4 bulan juga sejak Rizuki ditemukan pingsan dengan luka-luka
yang sangat parah. Gaby yang memeriksanya mengatakan racun Nightmare sudah menyebar
sampai ke otaknya. Kondisi Rizuki sekarang benar-benar kritis daripada pertama kali kami berada
di tempat ini. "Butuh waktu 6 bulan agar racunnya menghilang." Kata Gaby dengan raut wajah sedih,
"Kita tidak akan tahu apa efek samping dari racun itu. Kita hanya bisa berdoa dan berharap Rizuki
selamat dari racun itu."
Itu kata-kata Gaby 4 bulan lalu. Dan kurasa, kata-kata itu hanya sebagai penyemangat saja.
Hampir setiap hari setelah kami kembali dari menyerang FEATHER, aku menyempatkan
pergi ke kamar Rizuki. Gaby sudah memindahkan Rizuki di kamarnya. Anak-anak medis lainnya
menyarankan agar Rizuki dirawat di kamarnya sendiri, dengan begitu, akan ada kemungkinan
Rizuki bisa siuman karena berada di tempat yang familier dengannya. Waktu 4 bulan terasa sangat
lama. Apalagi untuk kegiatan seperti menunggu. Itu akan menjadi waktu yang sangat lama.
Hikaru sekarang jarang berada di kamarnya dan lebih sering berada di kamar Rizuki. Dia
sering menangis. Memanggil nama Rizuki, berharap dia sadar. Hikaru bahkan sempat menangis
dan berniat pergi sendirian ke tempat FEATHER (itu bisa saja terjadi, mengingat dia bisa terbang
dengan sayap dan mempunyai ketahanan tubuh lebih baik dari anak-anak normal), tapi, kucegah.
"Kak" Kak Rizuki kapan sadar?" tanyanya sambil menangis ketika aku mencegah tindakan
nekat yang nyaris akan dilakukannya.
130 Aku tidak bisa menjawab itu. Aku juga tidak tahu kapan Rizuki sadar. Aku hanya bisa
memluk Hikaru dan menenangkannya. Diantara aku dan Rizuki, Hikaru lebih dekat dengan
Rizuki. Mungkin karena mereka sama-sama cewek (apa hubungannya").
"Kakak juga tidak tahu, Hikaru." Kataku, "Tapi, Kakak juga berharap dia segera sadar.
Sama sepertimu." Tangis Hikaru semakin keras. Aku memeluknya erat agar dia bisa tenang. Karena,
sejujurnya, aku juga butuh sesuatu yang bisa menenangkanku.
"Aku ingin Kak Rizuki sadar, Kak" aku ingin Kak Rizuki sadar?" itu kata-kata Hikaru di
telingaku. *** Aku masuk ke dalam kamar Knight. Kamar yang dia tempati sangat" klasik" Bisa dibilang begitu.
Kamar ini seperti memiliki gaya yang benar-benar klasik. Aku sendiri sampai bengong ketika
melihat kamarnya. Selama di Mansion, Nona Yukina memperlakukan Knight seperti layaknya
tamu terhormat. Aku tidak tahu apa alasannya, begitu juga teman-teman yang lain. Beliau tidak
mau memberitahu alasannya.
Knight sedang membaca buku ketika aku masuk. Kelihatannya dia membaca sastra klasik.
Terlihat jelas dari tebalnya buku yang ada ditangannya (mungkin itu bukan buku sastra, tapi, tetap
saja. Buku itu terlihat membosankan).
"Hei," sapaku. Dia mendongakkan wajahnya dan tersenyum, "Oh, hai, Riku." Sapanya balik.
Aku duduk di kursi di dekat tempat tidurnya dan menghela nafas panjang. Selain pada
Michael, aku selalu berkeluh-kesah pada Knight juga. Knight seorang pendengar yang baik. Dan
nasehat yang dilontarkannya selalu bijak dan mengena, seperti Michael ataupun Gaby.
131 "Bagaimana keadaan Rizuki?" tanya Knight, tahu kalau aku tidak ingin memulai
percakapan lebih dulu. "Masih sama." Jawabku, "Kami semua masih menunggunya sadar."
"Begitu?" Knight manggut-manggut. "Apa racun itu sangat berbahaya?"
"Ya. Kata Gaby, racun itu cukup berbahaya. Bisa melumpuhkan syaraf dan kinerja otak."
"Begitu?" Knight manggut-manggut lagi. "Hei, bisa aku melihat keadaannya" Siapa tahu,
aku bisa menyembuhkannya."
"Memangnya kamu bisa?" tanyaku menaikkan sebelah alis.
Knight tersenyum lebar dan menunjuk dirinya sendiri, "Begini-begini, aku cukup tahu
jenis-jenis racun FEATHER. Bahkan, mungkin lebih banyak daripada Gaby atau anak-anak medis
di sini." "Mau memberiku satu kesempatan?" tanyanya lagi.
"Aku" tidak tahu. Aku harus minta izin dulu dari Nona Yukina, lalu pada Miss Dolores,
dan?" Pintu kamar tiba-tiba digedor dengan suara keras dan menyela pembicaraan kami. Aku
berlari kearah pintu dan membukanya. Hikaru berdiri di depan pintu sambil terengah-engah.
Sepertinya dia baru saja berlari puluhan kilometer.
"Hikaru" Ada apa?"
"Kak" hah" Riku" hah?" Hikaru mencoba berkata di sela-sela nafasnya yang nyaris
putus. "Kak" Rizuki?"
"Ada apa dengannya?" tanyaku cemas.
"Keadaannya" Kak Rizuki" Kak Rizuki?" air mata Hikaru menetes lagi.
Aku menoleh kearah Knight. Dia mengangguk. Kami berdua segera pergi ke kamar
Rizuki. 132 Ketika sampai di sana, aku melihat Gaby dan Miss Dolores sedang berusaha menenangkan
tubuh Rizuki yang kejang-kejang. Aku langsung menghampiri mereka dan menanyakan apa yang
terjadi. "Ada apa, Gaby?" tanyaku, "Apa yang terjadi?"
"Tidak tahu. Racun itu sepertinya menekan pembuluh darah dan aliran pernafasannya
sehingga dia sulit bernafas." Kata Gaby, "Ini racun Nightmare yang berbeda. Aku dan Miss
Dolores sedang berusaha menemukan obat yang tepat."
Aku memegang tangan Rizuki yang menggapai-gapai ke atas. Wajahnya begitu pucat.
Tubuhnya sudah sangat kurus karena 4 bulan tidak sadarkan diri.
"Ri" ku?" kudengar dia memanggil namaku dengan tersengal-sengal, "Jangan" jangan?"
"Rizuki, aku di sini." Kataku menggenggam erat tangan Rizuki, "Kamu harus bisa. Kamu
harus berjuang." Aku terus mengggenggam tangan Rizuki, sementara Hikaru menangis memanggil-manggil
namanya, mencoba membuatnya terbangun. Kami semua benar-benar dalam depresi berat dan
tertekan di samping kami harus bertarung melawan FEATHER selama 4 bulan ini, juga harus
mengurus Rizuki. Karena hanya dia orang yang bertemu langsung dengan Keturunan Earl, selain
Knight. "Riku" Riku?"
Suara Rizuki makin melemah. Aku mulai merasakan perasaanku tidak enak.
Semoga" semoga Rizuki tidak"
"Maaf, minggir sebentar."
Knight tiba-tiba berdiri di sebelah Gaby dan mengambil pisau yang ada di tangannya tanpa
permisi. Dengan cekatan, dia mulai menyayat pergelangan tangan di bawah nadi Rizuki dan
menekannya perlahan. Darah yang keluar bukanlah darah biasa. Darah itu berwarna kehitaman.
Bahkan ada sedikit warna keunguan dari darah hitam itu. Knight terus menekan pergelangan
133 tangan yang disayatnya. Setelah darah kehitaman itu tidak lagi keluar, Knight segera membalutnya
dengan perban. Dia kemudian beralih ke pergelangan tangan Rizuki yang ada di genggamanku dan
melakukan hal yang sama. Darah kehitaman itu juga keluar dari luka sayatan yang dibuat Knight.
Setelah kedua tangan Rizuki dibalut perban, aliran nafas Rizuki berubah teratur. Knight
memijat bagian leher Rizuki dan semakin lama wajah Rizuki yang pucat berganti sedikit cerah.
Genggaman tangan Rizuki mengendur dan nafasnya kini terdengar anteng.
"Hufh?" Knight mengelap keringat yang mengalir di dahinya, "Ternyata darah kehitaman
itu penyebabnya." "Maksudnya" Bagaimana kamu bisa melakukannya?" tanya Gaby tidak percaya. Yah" dia,
kan yang paling jenius dalam ilmu medis. Sudah pasti dia cukup terkejut ada yang bisa
melampauinya. Knight menatap Gaby, kemudian menunjuk wajah Rizuki, "Perubahan warna wajahnya
berubah sangat cepat setelah aku mengeluarkan darah hitam itu, bukan?" ujarnya, "Itu karena
darah hitam itu adalah racun Nightmare tingkat tinggi. Nightmare biasa tidak akan sampai
membuatnya sulit bernafas dan wajahnya memucat seperti tadi. Selain itu, kalau kau ingin
membuatnya cepat sembuh, berikan saja dia suntikan yang terdiri dari air jeruk dan juga obat ini."
Knight mengambil sebuah botol obat dan menyerahkannya pada Gaby.
"Besok, pasti dia akan sadar." Kata Knight tersenyum, "Masa kritisnya sudah lewat. Coba
saja lihat." Kami semua menatap alat pemantau detak jantung yang memonitor gerakan jantung
Rizuki. Benar saja. Gerakan detak jantungya sudah teratur.
Gaby dan Miss Dolores memandang Knight dengan tatapan kagum.
"Kau luar biasa, nak." Kata Miss Dolores memuji, "Kau tidak kalah dari Gaby. Gaby
adalah murid terbaikku."
134 "Terima kasih. Tapi, itu racun lama. Racun yang terbaru lebih tinggi tingkatannya daripada
yang ini." "Kau tahu semua jenis racun FEATHER?" tanya Gaby penasaran. Aku yakin, rasa
penasarannya tertantang. "Tentu. Aku bisa memberitahu kalian apa saja racun-racun yang mereka miliki."
"Terima kasih" err?"
"Namaku Knight. Ya ampun" selama 4 bulan aku di sini, tidak ada yang mengenal
namaku." Ujar Knight dengan nada bercanda.
Tapi, sepertinya tidak dengan Miss Dolores. Beliau menatap Knight dengan tatapan"
heran campur kaget. "Knight" Namamu Knight Walker?"
"Ya." kata Knight, "Oh, kalau yang Anda maksudkan bahwa aku dari masa itu, memang
benar. Jadi, tolong jangan dipertanyakan lagi. Anda bisa menanyakannya pada Nona Yukina."
"Ah, baiklah?" Aku tidak mengerti apa pembicaraan mereka. Tapi, aku hanya diam. Aku terus
menggenggam tangan Rizuki. Aku menarik nafas lega karena Rizuki sudah dipastikan selamat.
Akhirnya" setelah 4 bulan, Rizuki akan selamat.
Ngomong-ngomong, kenapa tidak ada yang menawarkan Knight mengobati Rizuki lebih
cepat, sih" Seharusnya seseorang tahu akan kepiawaian Knight dalam ilmu medis, sama seperti
Gaby. "Ba, baiklah" aku rasa, semua harus keluar dari ruangan ini. Biarkan Rizuki istirahat."
Kata Miss Dolores. Kami semua mengangguk mengerti. Aku lalu berdiri dan meletakkan tangan Rizuki di
samping tubuhnya. Aku menatapnya sebentar, kemudian aku mencium kening Rizuki.
135 Aku mengajak Hikaru untuk keluar dari kamar, dia sempat tidak mau dan berontak ingin
menemani Rizuki sampai sadar. Tapi, untunglah aku bisa membujuknya. Kami semua lalu pergi
dari kamar Rizuki. Saat ini benar-benar masa yang sungguh berat kami semua, terutama bagiku.
136 BAB 18 Terbangun Dari Tidur Panjang
Rizuki"s Side Aku membuka kedua mataku ketika aku merasa aku berada di dalam kegelapan yang tiada ujung.
Aku benar-benar ketakutan. Tapi, tubuhku tidak bisa bergerak secara leluasa. Aku mencoba
menyesuaikan mataku dengan sinar yang ada di dekatku. Walau remang, cahaya itu cukup
membuatku merasa silau. Beberapa saat kemudian, aku baru sadar, aku tidak lagi berada di depan gerbang Hutan
Terlarang. Aku berada di kamarku. Aku tahu, karena aroma parfum ruangan ini berbau lavender
dan mawar, wangi kesukaanku.
Aku mencoba duduk, tapi, baru saja aku menggerakkan tanganku, rasa nyeri luar biasa
langsung menderaku. Aku mengurungkan niatku untuk duduk dan akhirnya hanya menatap
sekeliling dengan mata setengah tertutup. Aku masih setengah sadar. Dan aku juga baru
menyadari, tubuhku terlihat sangat kurus. Tanganku kelihatan hanya tulang dan kulit saja.
Di mana" yang lain" Riku dan Hikaru" Di mana mereka" aku bertanya dalam hati. Aku
berharap mereka berdua baik-baik saja.
Pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Seorang cowok berambut pirang dan membawa nampan
berisi obat-obatan cair masuk. Ketika melihatku, dia sedikit terkejut, tapi, kemudian dia
tersenyum. Reaksinya sama seperti yang kulihat pertama kali dari wajah Gaby saat kami pertama
kali bertemu. Tapi dia" ehm" bisa kukatakan, cukup tampan.
"Kau sudah sadar rupanya." Ujarnya tersenyum. Dia menempelkan telapak tangannya di
dahiku, memeriksa suhu tubuhku.
"Suhu tubuhmu sudah mendingan. Obat yang kuberikan padamu sepertinya manjur."
Katanya lagi. 137 "Kamu" shiapa?" suaraku terdengar serak di telingaku sendiri, "Dhi" manha" Rhi"
ku?" "Tenang. Kamu tidak perlu bicara terlalu banyak dulu." Katanya, "Aku Knight. Jika kamu
adalah Keturunan Aiba, aku yakin, kamu memiliki kemampuan melihat masa depan dan pasti,
kamu tahu aku." Aku mengangguk pelan, "Kamu" yhang" ahku lhihat?"
"Aduh" sudah kubilang, jangan bicara terlalu banyak dulu." Kata Knight. "Ini. Kamu
harus minum ini dulu."
Dia mengambil sebuah gelas berisi air berwarna biru dan menyampirkan sedotan di
dalamnya. Dengan sigap, dia membantuku meminum minuman itu. Rasanya seperti campuran air
jeruk nipis dan beberapa obat yang rasanya pahit.
Aku meminum air itu sampai tersisa setengah. Setelah meminumnya, aku merasa lebih
baik. "Terima kasih?" kataku kembali merebahkan kepalaku.
"Minuman itu berguna untuk mengembalikan metabolisme tubuhmu. Juga membuatmu
segar kembali. Tunggu saja beberapa hari, tubuhmu tidak akan terlihat kurus seperti ini lagi. Kalau
system kekebalan tubuhmu bagus, kurasa kamu akan pulih beberapa jam, atau beberapa menit lagi
karena minuman ini cepat menyerap dalam tubuh."
Dia tersenyum, dan aku tidak bisa tidak ikut tersenyum.
Setelah dia pergi untuk memberitahu teman-teman yang lain, sekitar setengah jam
kemudian, tubuhku mulai bisa digerakkan. Aku juga menyadari kalau kedua tanganku tidak
terlihat seperti hanya tulang terbungkus kulit. Aku merasa lebih baik. Minuman itu ternyata manjur
dan bekerja cepat. "Kak Rizuki!!!"
138 Aku menoleh kearah pintu dan melihat Hikaru berlari kearahku. Aku sempat mengernyit
kesakitan ketika dia menghantam tubuhku cukup keras hanya untuk memelukku. Ada beberapa
bagian tubuhku yang masih memar dan diperban.
"Kakak?" "Hai, Hikaru sayang?" aku mengelus punggungnya, "Kenapa menangis" Kakak baik-baik
saja, kan?" "Kakak" Hikaru pikir, Kak Rizuki?"
"Hei" jangan bicara yang tidak-tidak." aku menegurnya. "Kakak masih di sini dan kamu


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jangan mengatakan hal-hal yang malah membuatmu menangis terus."
Dia mengangguk sambil sesunggukan. Aku mengelus kepalanya dan memeluknya lagi.
Rasanya aku sudah lama sekali tidak melihatnya. Rambutnya kini lebih panjang dan sekarang dia
menggerainya. Kesan dewasa darinya terlihat jelas di wajahnya.
"Rizuki," Aku mendongak dan melihat Riku. Yang kulihat dari wajahnya sekarang adalah perasaan
tertekan yang terlihat jelas di wajahnya. Namun, aku juga melihat sedikit kelegaan terpancar di
wajahnya. Riku mendekat kearahku dan langsung memelukku begitu erat. Aku mendengar dia
menangis di telingaku. Sepertinya dia begitu tertekan karena" aku. Ya ampun, aku pastilah
membuatnya begitu menderita karena kebodohanku sendiri.
Oh, dan jangan lupakan visi waktu itu. Sebagian visi yang kuceritakan saja sudah
membuatnya tertekan seperti ini. Apalagi jika kuceritakan semuanya"
"Kukira kamu tidak akan pernah bangun." Katanya setelah melepaskan pelukannya,
"Kukira aku tidak akan bisa bicara lagi padamu, seperti yang kamu katakan waktu itu."
Aku hanya tersenyum. Tidak berani menyela ucapannya.
"Jangan pernah membuatku khawatir lagi. Ya?"
139 Aku mengangguk, "Iya. Aku tidak akan pernah membuatmu khawatir lagi." kataku.
Dia tersenyum dan membelai wajahku. Wajahnya kian mendekat dengan wajahku, dan
bibir kami bertemu. Rasanya aku benar-benar merindukannya. Aku jadi berpikir, sudah berapa
lama aku tidak sadar, ya"
"Ehm!" Kami berdua tersentak kaget dan menoleh kearah Hikaru, Knight, Gaby, dan Michael yang
memperhatikan kami. Knight, Gaby, dan Michael tersenyum penuh arti melihat adegan yang kami
lakukan barusan. Kecuali Hikaru. Kurasa dia masih terlalu kecil untuk mengerti apa yang sedang kami
lakukan. "Kurasa, kamu sudah benar-benar pulih, ya?" kata Knight, "Sistem kekebalan tubuhmu
sepertinya lebih kuat daripada yang lain. Aku senang kamu sekarang sudah lebih baik."
"Terima kasih, Knight." Kataku dan Riku berbarengan.
"Ya ampun" bisakah kalian tidak bersikap kompak dan bermesraan di depan kami." Kata
Michael dengan nada sedikit mengejek, "Aku jadi iri dengan kalian berdua."
Aku tersenyum malu mendengar ucapannya. Sementara Riku sepertinya siap mengancam
Michael dengan tinjunya. *** Akhirnya, ini sudah tepat seminggu setelah aku siuman. Dari cerita mereka, aku mengetahui kalau
FEATHER dan Keturunan Earl sedang melancarkan serangan pada Mansion selama 4 bulan ini.
Mereka mengincarku, dan juga Knight. Aku tidak mengeri kenapa mereka harus mengincarku.
Tapi, aku masih mengerti kenapa mereka mengincar Knight, karena dia"
Oh, ya. Kalian tidak tahu, kan" Dia adalah seseorang dari masa lalu.
140 Begini ceritanya (aku juga mendapatkan cerita ini dari Bibi Yukina), Knight dulunya adalah
Ksatria pendamping Penjaga Empat Penjuru Bagian Utara, Karl Earl. Karl Earl adalah Penjaga
yang sangat loyal pada Empat Penjuru dan menginginkan perdamaian antara FEATHER dan
Empat Penjuru. Namun, sayangnya rencana itu hanya tinggal rencana, karena anak Karl Earl, Sam
Earl, menjalin kerja sama dengan FEATHER dan melakukan kudeta. Karl Earl yang mengetahui
rencana anaknya berusaha menghentikan, namun gagal dan malah dituduh sebagai mata-mata
FEATHER. Karl Earl tidak terima dengan sikap anaknya. Dia lalu menggunakan sebuah jurus terlarang
pada Knight yang waktu itu masih tergolong Ksatria termuda yang dimiliki Empat Penjuru Bagian
Utara. Beliau membekukan Knight dalam sebuah es yang diciptakannya sendiri. Es itu dinamakan
Es Waktu. Selama peperangan antara Empat Penjuru dan FEATHER berlangsung, Karl Earl
memusatkan waktu dan tenaganya untuk mematenkan Es Waktu hingga akhirnya beliau
meninggal. Dan Es Waktu yang membekukan Knight terkubur di bawah gunung es di Utara.
Hingga Samuel Earl menemukannya dan membuka segel Es Waktu itu. Membuat Knight
kembali ke dunia, namun juga menjadikan hidupnya bagai neraka. Knight bercerita, setiap hari,
dia harus melayani Samuel Earl yang ternyata lebih kejam dari sang ayah, Sam Earl.
Puncaknya, Knight kabur ke Hutan Terlarang 2 tahun lalu dan tinggal di sana dengan
aman. Sampai dia bertemu dengan Michael dan Riku karena hampir terbunuh oleh Lionard, salah
satu Hewan Suci yang jinak pada Michael.
Ternyata, visiku benar-benar menjadi kenyataan. Yah" hanya sedikit yang belum menjadi
kenyataan. Namun, aku yakin, visi itu akan sepenuhnya menjadi kenyataan.
Dan aku harus siap menghadapinya.
*** 141 Riku mengajakku pergi ke taman. Padahal, dia bilang kalau FEATHER sedang melancarkan
serangan pada Mansion. Tapi, Riku tetap ngotot ingin mengajakku ke taman. Dan dia juga sudah
meminta izin pada Bibi Yukina, dan beliau tidak keberatan.
"Kamu perlu sedikit hiburan. Bukankah membosankan jika terus berada di dalam
kamar?" kata Bibi Yukina.
Alasannya benar-benar masuk akal. Tapi, ketika aku meminta pergi ke Hutan Terlarang
menemui Draco dan Nox, Bibi Yukina tidak mengizinkanku. Yang benar saja. Kalau ke taman
boleh, kenapa ke Hutan Terlarang tidak"
Dan, demi mengalah pada kecemasan Bibi Yukina, sebagai gantinya, Draco dan Nox
sekarang tinggal di halaman utama Mansion. Menjagaku dan juga menjaga Mansion karena
kekuatan mereka adalah salah satu kekuatan paling hebat dari seluruh Hewan Suci yang pernah
ada. Sekarang, di sinilah kami. Di taman. Di salah satu kursi panjang yang berhadapan tepat
dengan kebun mawar putih yang kutanam tiga hari lalu bersama Hikaru. Sekarang, memang belum
tumbuh, tapi, aku yakin, beberapa bulan lagi, bunga-bunganya akan mekar dengan indah.
"Kamu sudah merasa lebih baik, kan?" kata Riku sambil merengkuh bahuku.
"Kamu selalu menanyakan itu. Tidak bosan, ya?" aku tertawa.
Dia tersenyum dan mencium puncak kepalaku. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya
dan memejamkan mata. Terasa damai. Aku ingin waktu berhenti sekarang, untuk selamanya. Aku
rela jika aku bisa menghentikan waktu saat ini juga untuk bersama Riku.
Tapi, aku tahu, takdir, nasib, dan segalanya, masih berjalan mengitari kami.
Namun, aku baru mengetahui takdir paling buruk akan datang malam ini.
Karena tubuhku masih lemah, aku tidak diperbolehkan berjalan lebih jauh dan tidak bisa
ikut makan di aula makan. Hal yang membuatku merengek seperti anak kecil karena aku
ingin merasakan lagi makan bersama di aula makan.
142 Tapi, Bibi Yukina melarangku, beliau mengatakan demi kesembuhanku, aku lebih baik
diam di kamar setelah aku jalan-jalan bersama Riku ke taman tadi (yang benar saja, Bi.
Keponakanmu ini sudah sembuh!). Apalagi Riku juga mendukung ucapan Bibi Yukina. Dua orang
itu sepertinya benar-benar kompak jika dalam keadaan seperti ini!
"Kamu itu belum sembuh. Apalagi di luar sana masih ada FEATHER. Kami tidak mau
mengambil resiko kamu, atau Knight, ditangkap FEATHER. Itu akan lebih berbahaya." Begitu
alasan Bibi Yukina. Baiklah, Bi. Kuterima alasanmu.
Selama di kamar, aku hanya berdiam diri. Hikaru berinisiatif menemaniku di kamar ketika
dia selesai makan malam. Aku cukup terharu dengan perubahan yang begitu pesat pada dirinya
selama aku tidak siuman. Raut wajahnya jadi terlihat" dewasa. Tinggi badannya juga bertambah.
Dia jadi lebih terlihat seperti remaja berusia 17 tahunan daripada anak-anak berusia 10 tahun.
"Kak, Kakak mau buah" Supaya Kakak cepat sembuh." Hikaru menawarkan sepotong
apel padaku. Aku tersenyum dan memakan apel itu dari garpu yang dipegangnya.
"Terima kasih, Hikaru." Kataku tersenyum sambil membelai kepalanya.
Hikaru tersenyum senang dan mulai menyuapi apel yang sudah dipotongnya padaku.
"Kak Rizuki, Kakak harus cepat sembuh, ya?" katanya, "Biar bisa main bareng aku lagi?"
"Kamu ini?" aku tersenyum, "Tinggi badanmu itu sudah menyamaiku dan kamu masih
ingin bermain" Orang-orang mungkin akan menyangka kamu sudah SMA."
"Aku, kan masih kecil?"dia nyengir. "Ya, Kak" Kak Rixuki harus cepat sembuh. Janji?"
"Iya, Kakak janji." Aku mengusap tangannya, "Kamu ini ternyata masih tetap anak kecil,
ya?" Dia tersenyum lagi. Tapi, aku merasakan ada yang lain dari senyumannya.
Seperti senyuman sedih. 143 144 BAB 19 Pertempuran, Kembali Melawan FEATHER!
Riku"s Side Aku menghampiri Michael dan Jack yang sedang berjaga di pos yang kami buat di sekitar gerbang
Mansion. Beberapa Hewan Suci yang bisa terbang seperti burung atau naga juga ikut membantu.
Bahkan Draco dan Nox, Hewan Suci Rizuki juga ikut membantu.
"Bagaimana situasinya?" tanyaku pada Jack.
"Masih sama. Tidak ada tanda-tanda FEATHER." Jawabnya sambil mengedikkan bahu,
"Semoga saja mereka sudah menyerah dan kembali ke Dark Castle. Mengurusi mereka benarbenar membuatku sedikit stress."
Aku tersenyum mendengar ucapannya. Seperti juga Jack, kami semua juga sudah mulai
lelah dan stress. Aku lalu duduk di sebelah Michael yang sedang memperhatikan gerakan di luar
gerbang dengan teropong yang digunakannya.
"Semoga saja tidak ada penyerangan lagi malam ini." gumamnya menghela nafas, "Aku
belum sempat makan steak daging kesukaanku di aula makan."
"Yah" kita semua juga berharap begitu." Aku mengangguk.
"Bagaimana keadaan Rizuki" Dan Knight?" tanya Jack.
"Keadaan Rizuki baik-baik saja. Dia sudah mulai bicara banyak, dan lebih cerewet karena
Nona Yukina melarangnya untuk pergi kemanapun selain ke taman, itupun juga harus ditemani."
Kataku, "Kalau Knight" jujur saja. Dia kelihatannya baik-baik saja. Tanpa diawasi. Malah dia yang
mengawasi kita. Kau ingat, tidak, kalau dia langsung menjadi salah satu murid kesayangan Miss
Dolores selain Gaby?"
"Aku tahu yang itu." kata Michael, "Gaby menceritakannya kemarin. Dia merasa tertantang
karena ada orang lain yang lebih hebat darinya."
145 Setelah itu, kami mengobrol hal-hal lain. Sejenak, kami bisa melupakan kalau ancaman
FEATHER berada di luar sana. Kukira, kedamaian kecil seperti ini akan berlangsung beberapa
saat lagi kalau saja kami tidak mendengar ada teriakan dari arah Mansion.
Kami bertiga menoleh kearah Mansion dan melihat ada percikan api dari gedung itu. Para
Keturunan dan calon Penjaga berhamburan keluar sambil menyerang beberapa orang bermantel
hitam. FEATHER. "Dari mana mereka masuk" Kita sudah berjaga di tempat ini selama berhari-hari dan tidak
melihat mereka." kata Jack bingung.
"Hutan Terlarang." Tempat itu terpintas di kepalaku, "Hanya Hutan Terlarang yang
mempunyai hubungan dengan Mansion dan Empat Penjuru lainnya, bukan?"
"Oh, sial. Kenapa tempat itu tidak terpikirkan oleh kita!?"
"Ayo, kita harus memberitahukan hal ini pada Nona Yukina." Perintah Michael.
"Biar aku yang memberitahukan ini pada Nona Yukina. Kalian berdua membantu yang
lain." kata Jack, "Oh ya, Riku, kamu tidak perlu membantu. Kau cari Knight dan Rizuki. Lindungi
mereka berdua." "Aku sudah tahu itu." kataku sambil berlari keluar dari pos dan memanggil Black.
Dia mendengar siulanku dan melesat turun, aku langsung naik ke punggungnya dan
terbang di atas Mansion. Aku menyuruh Black ke taman utama di tengah-tengah Mansion dan
turun di sana. Kulihat taman ini sudah porak-poranda. Api di mana-mana. Aku melihat beberapa
FEATHER dan menyerang mereka.
Aku berlari kearah gedung. Keadaan di sini juga tidak berbeda dengan di luar. Malah, ada
beberapa bagian dinding yang jebol karena dihantam oleh bom (sepertinya).
Aku berlari kearah kamar Knight, dan menemukannya sedang duduk sambil menatap
jendela. Pakaiannya berbeda dari biasanya. Begitu melihatku, dia mengangguk dengan wajah
serius. 146 "Kurasa, mereka akan datang mencariku. Iya, kan?" katanya.
"Kita tidak punya banyak waktu. Cepat ikut aku."
Kami berdua segera keluar dari kamarnya, tepat ketika sekumpulan FEATHER
menyerang. Aku mengibaskan Beater Sword-ku dan berhasil memusnahkan mereka. Knight
sendiri menyerang mereka dengan pedang yang nyaris kasat mata karena mata pedang yang dia
gunakan seperti terbuat dari kaca.
"Ini Mirror. Pedang yang dibuat khusus oleh Karl Earl." katanya tersenyum, "Pedang ini
menjadi pedang terbaik yang kupunya."
Aku tersenyum dan mengangguk. Kemudian kami melanjutkan perjalanan kami. Aku
memberitahunya untuk pergi ke kamar Rizuki. Karena, mungkin saja dia yang lebih diincar dari
dirinya. Kami berdua sampai di depan pintu kamar Rizuki. Aku mengatur nafas sebentar sebelum
membuka pintunya. Betapa terkejutnya aku ketika mendapati kamar Rizuki terlihat berantakan. Rak bukunya
ambruk dan buku-bukunya bertebaran di mana-mana. Kasur yang ditempati Rizuki kosong dan
terlihat acak-acakan. Rizuki tidak ada di sini.
"Rizuki!!" Aku masuk ke dalam kamar dan memeriksa. Tidak ada tanda-tanda Rizuki.
"Dia tidak ada." Gumamku dengan wajah tegang, "Apa dia?"
"Kak Riku?" Aku menoleh kearah kasur, tepatnya di bawah kasur itu. Hikaru bersembunyi di sana. Di
wajahnya terdapat bercak darah.
"Hikaru!" 147 Aku membantunya berdiri dan dia memelukku. Aku yakin, dia ketakutan karena kedua
tangannya gemetar. "Kakak?" "Sudah, tenang, Hikaru?" aku mengelus punggungnya. "Apa yang terjadi" Di mana
Rizuki?" Hikaru menangis dan menceritakan apa yang terjadi di kamar ini dengan tersendat-sendat.
Tapi, aku masih bisa mengerti maksudnya.
"Kak Rizuki" diculik oleh orang-orang bermantel hitam. Diantara mereka ada seorang
cowok berambut pirang seperti Kak Knight. Sebelum mereka datang, Kak Rizuki menyuruhku
bersembunyi, dan dia sendiri yang menghadapi orang-orang itu. Kakak berambut pirang itu" dia
memaksa Kak Rizuki ikut bersamanya, tapi, Kak Rizuki menolak. Kakak itu menyerang Kak
Rizuki sampai pingsan. Dan mereka membawa Kak Rizuki pergi?"
Aku mendengarkan cerita Hikaru dengan nafas tertahan. Cowok berambut pirang" Apa
dia" Hikaru masih terus menangis dan berkata bahwa ini semua adalah salahnya. Aku tidak
tahu apa yang dimaksud Hikaru. Tapi, aku memikirkan Rizuki. Siapa cowok berambut pirang
yang dimaksud Hikaru. Apa orang itu adalah Keturunan Earl"
"Itu Samuel." Kata Knight seolah membaca pikiranku. "Kalau dia bertindak seperti yang
dibilang Hikaru, kemungkinan besar, mereka membawa Rizuki ke Utara."
"Ke Utara?" "Di sana, ada sebuah tempat yang dulunya digunakan Karl Earl untuk mengurungku dalam
Es Waktu. Tapi, aku yakin kalau dia bukan ingin menggunakan Es Waktu pada Rizuki."
"Apa maksudmu?" tanyaku mengerutkan kening, "Dia tidak menggunakan Es Waktu, apa
maksudnya?" "Dalam Keturunan Earl, dikenal berbagai jurus yang berhubungan es. Es Waktu adalah
salah satunya, jurus Es Waktu termasuk dalam kategori jurus yang sulit dilakukan. Bahkan hanya
148 beberapa orang Keturunan Earl saja yang mampu menguasainya. Tapi, ada satu jurus lain yang
lebih berbahaya. Jurus itu bernama Penjara Es Abadi."
"Penjara Es Abadi?"
"Jurus itu adalah jurus yang membuat orang yang terkurung di dalamnya mati suri dan
tidak bisa terbangun, kecuali Keturunan Earl yang mengurungnya mematahkan jurus itu." kata
Knight, "Dan juga?"
149 BAB 20 Mengejar FEATHER Ke Utara
Riku"s Side Entah kenapa, tiba-tiba saja FEATHER berhenti menyerang ketika kami menyerang balik mereka.
Seolah ada yang menyuruh mereka untuk berhenti dan mundur. Semua yang sudah bertarung
habis-habisan merasa lega dan bersorak menang.
Tapi, tidak bagiku. Mereka tidak tahu alasan FEATHER mundur. Hanya sebagian kecil
yang mengerti kenapa FEATHER mundur. Mereka pasti menduga-duga siapa yang berhasil
ditangkap oleh FEATHER, Knight atau Rizuki, atau bahkan keduanya.
Ketika yang lain beristirahat dan memulihkan luka-luka mereka. Aku dan Knight menemui
Nona Yukina. Aku ingin meminta sebuah misi. Misi untuk menyelamatkan Rizuki.
Nona Yukina ada di ruangannya. Kebetulan sekali beliau ada di sana. Dan begitu melihat
kami, beliau mengangguk mengerti. Tanpa berkata-kata, beliau pasti sudah tahu apa yang terjadi.
"Tanpa kalian minta, aku akan memberikan misi pada kalian berdua." Kata Nona Yukina.
"Misi ini adalah misi pertama yang cukup sulit. Hampir selevel dengan misi kelas S."
"Kapan kami berangkat?" tanyaku.
"Sabar, Riku. Aku tahu kamu ingin menyelamatkannya. Tapi, kita harus berpikir dengan
kepala dingin." Kata Knight.
"Aku tidak bisa tenang. Rizuki ditangkap, dan aku tidak tahu bagaimana keadaannya."
Kataku sengit, "Aku harus menyelamatkannya. Secepatnya."


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Riku! Tolong jangan bertengkar di sini!"
Mendengar teguran Nona Yukina, aku diam. Dalam hati, aku menyadari apa yang
dikatakan Knight barusan ada benarnya. Tapi, aku memang tidak bisa tenang. Bagaimana kalau
Rizuki disakiti, atau bahkan dibunuh sebelum kami sempat menyelamatkannya"
150 Aku tidak bisa membayangkan hal seperti itu terjadi padanya. Sungguh.
Nona Yukina berdeham sebentar dan menatap kami berdua.
"Kalian memang akan kuberikan misi," ujar beliau, "Tapi, tidak hanya kalian berdua.
Mereka juga akan ikut."
Mereka" Aku menoleh ke belakang, kearah yang ditunjuk oleh Nona Yukina. Dan melihat Gaby,
Michael, Jack, dan Minerva di belakang kami.
"Yo, Riku." Michael mengacungkan jempol padaku (untuk apa dia melakukan itu di saat
seperti ini"). "Kalian?" "Mereka akan ikut misi ini." kata Nona Yukina, "Aku sudah mempertimbangkan siapa saja
yang akan ikut kalian dalam misi ini. Dan merekalah orangnya."
"Kami tidak mungkin membiarkan Rizuki berakhir di tangan Samuel," kata Gaby
tersenyum, "Aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri jika menelantarkan sahabat seperti
Rizuki." "Gaby dan Michael ahli dalam strategi, Gaby bahkan termasuk salah satu ahli medis
terbaik di Mansion. Jack ahli menyamar, dia bisa saja berpura-pura menjadi salah satu FEATHER
dan menyusup dengan mudah ke dalam markas mereka. Sedangkan Minerva, dia bisa membantu
kalian melacak keberadaan musuh dalam jarak ribuan kilometer. Kemampuan Minerva dalam
merasakan aura suatu benda atau orang sangat berguna dalam misi ini."
Aku menatap mereka berempat, kemudian Nona Yukina.
"Ini langsung dariku. Kuminta kalian semua menyelamatkan Rizuki tepat sebelum bulan
purnama 2 hari lagi."
"Kenapa 2 hari" Bulan purnama?" tanya Jack.
151 "Jika benar apa yang dikatakan Knight padaku sebelumnya, kalau Samuel Earl berniat
menggunakan jurus Penjara Es Abadi pada Rizuki, kalian harus bisa menghentikan, atau
setidaknya, mencegah hal itu terjadi di bulan purnama. Penjara Es Abadi akan mengeras pada
malam bulan purnama yang akan terjadi 2 hari lagi."
*** Kami keluar dari ruangan Nona Yukina. Kami sudah sepakat akan berangkat besok pagi-pagi
sekali melewati Hutan Terlarang. Strategi ketika kami sudah berada di Utara juga sudah tersusun.
Knight yang akan memandu kami karena dia tahu letak pintu Empat Penjuru bagian Utara dari
Hutan Terlarang. Karena dia yang lebih tahu seluk-beluk Empat Penjuru Utara, dia yang akan
menjadi ketua dalam misi ini.
Aku masuk ke kamarku dan menghembuskan nafas. Masih lelah dan terasa frustasi. Tapi,
aku tidak boleh merasakan itu besok.
Besok, kami akan mengejar FEATHER dan Keturunan Earl di Utara.
*** Keesokan paginya, kami berenam sudah siap di depan gerbang Hutan Terlarang. Hewan Suci
kami juga ikut (tentu saja!). Mereka sudah lebih dulu masuk ke Hutan Terlarang lewat gerbang
khusus. Nona Yukina berdiri di belakang kami. Siap mengantar keberangkatan kami.
"Bawa ini." 152 Beliau memberikan kami masing-masing sebuah kotak perak seukuran novel 200 halaman.
Kelihatannya memang biasa saja. Tapi, ketika kami mengangkatnya, ternyata kotak ini sangat berat
seperti kotak kardus yang penuh dengan batu!
"Itu akan berguna saat kalian berada di Utara." Kata Nona Yukina, "Kuharap, kalian
menggunakannya dengan sebaik-baiknya."
Kami semua mengangguk mengerti dan memasukkan kotak itu ke dalam tas ransel kami.
Elizabeth yang menunggu kami siap, tersenyum menyemangati ketika kami mengangguk
menyuruhnya untuk membuka gerbang Hutan Terlarang.
"Semoga kalian berhasil," katanya.
"Sama-sama, Eliza." Gaby menyahut dan tersenyum.
Kami berenam kemudian masuk ke balik gerbang. Dan langsung berlari melesat melewati
hutan dipandu Knight. *** Sepertinya, kami baru saja berlari 4 jam (menurut kalian, apakah 4 jam itu waktu yang lama untuk
berlari"), ketika Knight menyuruh kami berhenti di antara dua batang pohon besar yag tidak
memiliki dedaunan dan hanya berupa ranting-ranting kosong.
"Ada apa, Knight?" tanya Michael di belakangnya,
"Ini adalah gerbang Utara." Jawab Knight sambil mendekati salah satu pohon itu dan
menempelkan telapak tangannya.
Siluet sebuah pintu yang terbuat dari besi putih dan es perlahan terlihat di antara dua
batang pohon itu. Kami semua memperhatikan gerbang itu dengan sedikit perasaan takjub. Ya.
Gerbang itu terlihat sangat tua. Hampir sama tuanya dengan gerbang Hutan Terlarang di Mansion.
153 "Nah, kalian harus memakai baju yang tebal agar kalian tetap hangat dan tidak mati
kedinginan." Kata Knight. "Kurasa di dalam kotak yang diberikan Nona Yukina tadi ada
persediaan mantel berbahan wol.
Serempak kami mengeluarkan kotak perak itu dari dalam tas. Memang benar seperti yang
dikatakan Knight, Nona Yukina menaruh mantel biru yang persis sama seperti yang kulihat dulu.
Dan mantel ini berbahan dasar wol. Jadi, kami tidak akan kedinginan.
"Semua sudah siap" Kita harus cepat sebelum malam tiba." Kata Knight.
"Lho" Bukankah kita baru 4 jam melintasi hutan dan sampai di gerbang ini" Kenapa harus
buru-buru?" tanya Minerva dengan kening berkerut.
Sepertinya dia tidak mendengarkan strategi yang dilontarkan oleh Jack dan Michael. Atau
dia berpura-pura tidak tahu, hanya untuk menarik simpati.
"Kau lupa kalau kita berada 1 jam di dalam Hutan Terlarang, itu sama dengan 5 jam di
luar Hutan Terlarang" Kau lupa kalau hutan ini adalah hutan parallel?" kata Gaby dengan nada
mengejek. "Tempat ini
Minerva hanya menunduk. Aku tidak tahu apakah dia menggerutu ataukah menunduk
karena malu. "Sudah, tidak perlu bertengkar." Aku menengahi. "Kita harus cepat. Kalau tidak, mungkin
semua akan terlambat."
154 BAB 21 Visi Terakhir Rizuki"s Side Aku membuka mataku dan merasakan dingin menyergap kulitku. Kedua mataku di tutup dengan
sebuah kain sehingga aku tidak bisa melihat apa-apa. Kedua tanganku juga terikat dan ikatannya
sulit sekali untuk dilepaskan. Aku tidak tahu aku berada di mana. Tapi, tempatku berada sekarang
begitu dingin. Aku bahkan menggigil menahan hawa dingin yang menusuk tulang ini.
Di mana ini" Tempat ini begitu dingin. Aku bisa mati kedinginan di sini. Kataku dalam
hati. "Sudah sadar, Tuan Putri?"
Aku menoleh kearah asal suara itu. Walau kedua mataku tertutup, tapi, aku mengenal
suara itu. Itu suara orang yang menculikku. Itu suara yang kudengar dalam visiku sebelum aku
berakhir dengan kedua mataku tertutup.
"Samuel?" Kudengar langkah sepatu bot mendekat kearahku. Sebuah tangan yang dingin seperti es
menyentuh wajahku. "Ternyata suaraku mudah diingat, ya?" tanyanya. Aku yakin, di wajahnya tersungging
senyuman sinis yang ditujukan untukku.
"Kau mau apa?" kataku, "Lepaskan aku!"
"Sayangnya aku tidak bisa." Jawabnya. "Sampai kamu mau menjadi bonekaku dan mau
menuruti semua perkataanku, aku akan melepaskanmu. Bahkan" mungkin aku akan
menjadikanmu tangan kananku."
"Jangan harap aku mau!" aku membalas, "Aku tidak akan mau. Lebih baik aku mati
daripada harus menjadi bonekamu."
155 "Kata-katamu itu akan membuatmu menyesal, Tuan Putri." Tangannya menyentuh
telingaku. Sedetik kemudian, kain yang menutup mataku terlepas. Aku langsung berhadapan
dengan wajah Samuel yang tersenyum padaku.
"Kamu tidak sadar kalau kamu sedang berada di Utara" Di tempat terakhirmu melihat
cahaya?" "Apa?" Aku memperhatikan tempat ini. Di sini gelap. Penerangan yang ada berasal dari api
berwarna biru yang menyala di setiap obor yang terpasang di dindingnya yang terbuat dari es.
Tempat ini" begitu menyeramkan.
"Di mana ini?" "Sudah kubilang, tempat terakhirmu melihat cahaya." Ujar Samuel menolehkan wajahku
menghadapnya, "Percuma kamu melawan. Kekuatanmu tidak bisa digunakan di tempat ini.
Sebentar lagi, kamu akan merasakan apa yang sudah kurasakan selama ini karena perbuatan
ibumu." "A, apa" maksudmu" Ibuku?"
"Tidak perlu takut." Ujarnya, mendengar nada suaraku yang ketakutan. "Aku hanya akan
membuatmu tidak merasakan rasa sakit atau apapun lagi karena aku akan memenjarakanmu
dalam Penjara Abadi."
"Penja"kenapa" Kenapa kau harus melakukannya padaku?" tanyaku, "Kalau kamu ingin
menyalahkan seseorang dan ingin melampiaskannya, salahkan itu pada dirimu sendiri. Pada
Ayahmu. Bukan ibuku ataupun aku, karena kami memihak yang benar!"
"Kalian tidak tahu penderitaanku selama ini karena kehilangan ayah dan ibuku!"
Dia tiba-tiba marah dan menyentakku hingga aku kesakitan. Tangannya yang sedingin es
itu mencengkeram kedua bahuku dengan keras. Matanya menatap tajam mataku, dan aku merasa
tatapan matanya begitu sedih dan terluka. Berbeda dengan sinar mata yang kulihat beberapa detik
yang lalu, yang kelihatan kejam dan siap menghabisi siapapun yang menentangnya.
156 "Kamu tidak tahu bagaimana perasaanku dicampakkan ayahku sendiri. Kamu tidak tahu
perasaanku tidak tahu apa-apa tentang ayah dan ibuku sendiri. Mereka hanya melimpahiku dengan
kemampuan mereka, melimpahiku dengan semua yang kuinginkan, tapi tidak dengan satu hal
yang penting, kasih sayang. Aku tidak pernah mendapatkan hal itu.
"Tapi, kamu yang mendapatkan semuanya. Aku iri padamu."
"I" ri" Kenapa kamu harus iri" Apa kamu tidak tahu kalau kamu sudah membunuh
banyak orang. Kamu bahkan membunuh ibuku!"
"Itu Ayahku, bukan aku." ujarnya, "Tapi, aku siap membunuhmu secara perlahan. Atas
perintah Ayahku yang sudah mencampakkanku. Hanya satu yang akan kulakukan,
memenjarakanmu dalam Penjara Abadi yang akan membunuhmu secara perlahan."
"Ap?" "Bersiap saja untuk tidak lagi melihat cahaya, dan orang-orang yang kamu sayangi."
Katanya mundur beberapa langkah, "Aku akan memulainya, dan akan kupastikan, kekasihmu dan
orang-orang yang akan menolongmu, tidak akan sempat lagi menyelamatkanmu."
"Tidak! Mereka akan menghentikanmu!" aku menggeleng, "Mereka akan menyadarkanmu
kalau bergabung dengan FEATHER adalah suatu kesalahan yang dibuat oleh Ayahmu. Kamu
harusnya tahu itu, kan?"
Ya. Aku tahu dia mengetahuinya. Aku membaca pikirannya. Itulah yang ada dalam
pikirannya. "Diam! Aku tidak perlu nasehatmu." Dia berteriak dan membuatku kaget, "Ayahku akan
bangga padaku kalau aku bisa mengurung Putri Cahaya dalam Penjara Abadi. Dan akan
kubuktikan bahwa aku akan melakukannya."
Aku tidak bisa berkata-kata lagi. Kubaca di dalam pikirannya kalau tekadnya sudah bulat
untuk memenjarakanku dalam Penjara Abadi. Aku tidak tahu seperti apa wujud Penjara Abadi itu,
tapi, aku yakin. Itu sesuatu yang buruk.
157 Samuel menggerakkan tangannya kearahku. Hawa dingin yang semula dalam batas "wajar",
tiba-tiba menjadi lebih dingin. Dari tanah yang kupijak, sebuah es mulai terbentuk secara perlahan,
menjalar ke kakiku dan membuat kedua kakiku mati rasa.
"Aaakkhh?" Aku menjerit ketika merasakan es itu serasa menusuk-nusuk kakiku. Aku tidak melihat
ada darah yang mengalir, tapi, rasa sakitnya sangat luar biasa dan membuatku nyaris kehilangan
kesadaran lagi. "Samuel" hentikan, kumohon?" aku memelas, berusaha membuatnya menghentikan apa
yang akan dilakukannya. Tapi, dia tidak mendengarku. Matanya terpejam, seolah berkonsentrasi, sementara es di
bawah kakiku itu terus menjalar dan sekarang sudah mencapai lututku.
Riku" tolong" tolong aku"
Kesadaranku sudah mulai menghilang dan pandanganku mulai terasa kabur. Rasa sakit
yang menjalar dari es itu membuatku tidak bisa berteriak lagi. Bahkan sekarang, es itu sudah
mencapai pinggangku. "Rizuki!" Aku merasa mendengar suara Riku. Aku mendongakkan kepala dengan lemas karena
tidak bertenaga. Aku melihat Riku, Michael, dan Gaby berlari kearahku. Aku tidak berani
berharap itu mereka. Aku tidak yakin apakah aku sedang bermimpi di ambang ketidak-sadaranku.
Tapi, aku berharap, aku bisa mendengar suara Riku lagi"
158 BAB 22 Pertempuran Terakhir! Riku"s Side Ternyata gua bawah tanah yang dimaksud Knight penuh dengan penjaga, alias FEATHER. Ketika
kami baru sampai di mulut gua, kami sudah disambut dengan "penyambutan" yang sangat meriah.
Hampir saja kami kalah kalau tidak ada Knight. dia ternyata mengetahui kelemahan fatal
FEATHER pada cahaya terang seperti matahari.
"Kerja bagus." Kataku pada Knight.
Dia tersenyum, kemudian menatap mulut gua, "Kita harus cepat. Aku bisa merasakan
Samuel sudah memakai jurus itu."
Jurus itu. Penjara Es Abadi. Mendengarnya saja membuatku merasa bergetar karena
amarah. "Kita tidak boleh bertarung dengannya dengan kepala panas." Kata Knight seolah
membaca pikiranku, "Kita bisa saja mematahkan jurus yang dipakai Samuel dengan menyerangnya
secara langsung, tapi, kalau Samuel bisa menghindar dan terus mematenkan jurus itu sampai bulan
purnama datang, kita akan terlambat."
"Kalau begitu, sebaiknya kita cepat. Atau kedatangan kita ke sini sia-sia." Kata Minerva,
"Aku tidak suka menghabiskan waktuku terlalu lama di tempat dingin seperti ini."
Aku tidak menggubris ucapannya yang cukup menyakitkan itu.
Tapi, sepertinya tidak dengan Gaby, karena dia sudah menampar Minerva. Suara
tamparannya cukup keras dan membuatku dan Knight yang berada di depan mereka menoleh.
"Gaby!" "Jaga bicaramu, Minerva! Kamu ikut dalam misi ini atas perintah Nona Yukina.
Seharusnya kamu bangga akan hal itu dan bukannya mengeluh!"
159 "Apa masalahmu, Gabriella?" balas Minerva mendorong Gaby, "Aku hanya mengatakan
aku tidak mau menghabiskan waktuku di tempat dingin seperti ini. Bukan merasa tidak senang
karena aku terlibat dalam misi menyelamatkan Rizuki."
"Arah perkataanmu itu yang menunjukkan kalau kamu tidak ingin berada di sini dan
menyelamatkan Rizuki!" kata Gaby balas mendorong Minerva, "Bisa tidak, kau melupakan
persaingan dan focus pada misi ini" Apa kau tidak tahu betapa Rizuki ketakutan atas semua yang
terjadi padanya dan Mansion"! Kau tidak pernah tahu, kan" Dia berusaha melindungi semua
orang di Mansion dengan mengorbankan dirinya sendiri! Dia mencoba menyembunyikan apa
yang sedang dipikirkannya dari semua orang."
"Kau kira aku peduli"!" balas Minerva lagi, "Aku tidak pernah merasa bersaing dengannya.
Tapi, dia yang ingin bersaing denganku!"
"Kau?" Michael menahan Gaby yang ingin menampar Minerva lagi, aku cepat-cepat menengahi
pertengkaran kedua mereka hari ini.
"Apa-apaan kalian" Ini bukan saatnya untuk bertengkar!" kataku menengahi.
"Riku, aku tidak apa-apa jika dia mengatakan sesuatu yang menyakitkan pada semua orang.
Aku akan menerimanya. Tapi, aku tidak terima jika Minerva mengatakan hal yang buruk tentang
Rizuki atau menjelek-jelekkan dirinya!"
"Dia tidak tahu perjuangan Rizuki untuk menekan ketakutannya selama ini! Minerva tidak
tahu apa-apa soal visi terakhir yang didapatkannya sebelum kita kemari!"
Aku mengerjapkan mata mendengar ucapan Gaby. Visi terakhir"
"Apa maksudmu, Gaby?" tanya Knight yang sepertinya juga tidak mengerti apa yang
dikatakan Gaby. "Sebelum Pemilihan Hewan Suci, sebelum dia berbicara pada Riku, dia menceritakan visi
terakhirnya." Kata Gaby, "Rizuki bilang, dalam visi itu, dia tidak akan tertolong. Dia akan tetap
terpenjara dalam Penjara Es Abadi. Dia akan tetap?"
160 Gaby mulai menangis. Dia langsung menghambur ke pelukan Michael. Tidak tahan
meneruskan ucapannya. Minerva seperti memikirkan ucapan Gaby. Dia hanya diam. Tidak
berkata apapun. "Sudah, sudah" kita tidak bisa mengubah takdir jika itu yang akan terjadi." Kata Knight,
"Dulu, juga ada orang yang sama seperi Gaby. Dan aku masih mengingat orang itu."
"Kita harus mencoba." Kata Knight lagi, "Tidak peduli berhasil atau tidak, kita akan tetap
mencobanya. Kita akan tetap melanjutkan misi ini. Siapa yang setuju?"


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Aku mengangguk setuju. Begitu juga dengan Michael, Jack, dan Gaby yang masih
menangis. Aku menoleh kearah Minerva yang masih diam.
"Minerva?" "Aku" aku akan ikut." Katanya pelan, "Tapi, hanya untuk menyelesaikan misi ini
secepatnya." "Terserah kau saja." kataku.
Aku mengangguk pada Knight, bersiap melanjutkan perjalanan. Knight balas mengangguk.
"Kalau begitu, lewat sini."
*** Kami bertemu lagi dengan FEATHER dan menghabisi mereka dengan mudah. Sekarang, kami
sudah berada di depan pintu besar berbahan dasar es. Aku bisa merasakan suhu es yang begitu
dingin dari pintu ini. "Pintu ini?" 161 "Ini adalah pintu tempat di mana aku dibekukan." Kata Knight, "Kalau dugaanku benar,
Samuel berada di sini."
"Tunggu apa lagi" Ayo, kita masuk ke dalam." Kata Jack.
Knight memegang pintu itu, dan beberapa saat kemudian, pintu itu terbuka perlahan.
Bagian dalam ruangan di balik pintu ini gelap. Namun, masih sedikit terang karena ada api
berwarna biru yang menyala di setiap obor yang menempel di dinding. Tapi, kesan yang akan kita
tangkap dari ruangan ini adalah menyeramkan sekaligus mencekam perasaan.
Aku mendengar suara rintihan. Itu suara Rizuki. Mataku menangkap sosok Rizuki terikat
di sebuah es. Kakinya membeku dalam es yang semakin lama semakin menyelimuti tubuhnya.
"Samuel!!" Knight berteriak dan mengejutkan cowok berambut pirang yang berada di dekat Rizuki.
Walau jarak pandang kami cukup jauh untuk melihat wajahnya, namun, aku bisa melihat dengan
jelas wajah cowok itu. Wajahnya dihiasi raut yang kasar dan kejam. Menyembunyikan
ketampanannya. Di dalam raut wajah itu juga terdapat luka yang mendalam yang hanya bisa dilihat
dengan sangat teliti. Mataku menatap Rizuki yang nyaris pingsan. Tanpa berpikir, aku berlari kearah mereka
dan dihadang oleh FEATHER yang ternyata berjaga juga di sini.
"Rizuki!!!" aku berteriak dan mengibaskan pedangku pada FEATHER di hadapanku.
Aku terus berlari maju. Tidak memerdulikan banyaknya FEATHER yang menghalangi
jalanku. Di belakangku, teman-teman yang lain juga melawan FEATHER. Knight berlari ke
sebelahku dan ikut membantuku membuka jalan.
Samuel menoleh kearah kami dan tersenyum dengan sebelah bibir.
"Rupanya kalian datang juga." Ujarnya sambil mengeluarkan pedang dari sarung pedang di
pinggangnya. "Lepaskan Rizuki, Samuel! Kau sudah keterlaluan!" seru Knight sambil menyerang
FEATHER yang hendak melepaskan anak panah kearahnya.
162 "Apa yang keterlaluan" Kau mengada-ada, Knight." balas Samuel, "Sebagai Keturunan
Walker, seharusnya kamu lebih loyal padaku dan bukan pada mereka!"
"Mereka adalah orang-orang yang benar! Tidak sepertimu dan FEATHER! Ayahmu yang
lebih dulu memulai kudeta dan membuat peperangan antara Empat Penjuru terjadi. Seharusnya
kamu memperbaiki kesalahan ayahmu, bukan malah memperburuknya!"
"Aku tidak peduli!" bentak Samuel, "Aku akan melanjutkan apa yang dilakukan ayahku
dan menjadi penguasa Empat Penjuru."
"Oh. Jadi kau ingin menjadi penguasa" Jadilah penguasa di tempat lain!"
Aku berlari kearahnya dan mengibaskan pedangku. Tapi, dia berhasil menangkisnya. Dia
membalas seranganku. Knight menyerang dari arah berlawanan. Kami berdua menyerang Samuel
secara bersamaan. Kami terlibat adu pedang. Kemampuan kami setara dengan Samuel dan kami seimbang.
Mencoba menjatuhkan dan menyerang balik.
Tapi, ada satu yang kulupakan. Yaitu tenaga. Tenagaku dan Knight sudah setengah
terkuras karena melawan FEATHER di luar tadi. Dan ini bisa menjadi kartu mati bagiku. Akan
tetapi, aku tidak akan kalah! Aku akan mengalahkannya, apapun yang terjadi.
Aku melancarkan serangan kearah perut. Berhasil, dia mundur beberapa langkah dan
kesempatan ini kugunakan untuk menyerang titik vitalnya. Kuserang titik syaraf di lengannya dan
dilanjutkan dengan gerakan menendang dari bawah.
Knight mengakhiri serangan kami dengan menendang Samuel dengan tendangan yang
cukup kuat. Samuel terjungkal mundur. Pedang yang digunakannya terlempar jauh darinya. Tubuhnya
menghantam dinding dan tidak bergerak. Apa dia mati"
"Kuharap dia mati." Kata Knight.
"Aku berharap juga begitu." Ujarku setuju.
163 Aku menoleh kearah Rizuki dan melihat es yang menyelimutinya sudah sampai di leher.
Aku mendekat kearahnya dan menoleh pada Knight.
"Jurus ini hanya bisa dipatahkan oleh Keturunan Earl." katanya, "Tapi, aku akan
mencobanya." Knight maju ke sebelahku dan menyentuh es itu. Cahaya biru menyelimuti es itu dan
membuatnya seperti lampu. Tapi, perlahan es tersebut mulai mencair. Sangat pelan dan nyaris
tanpa suara air menetes. "Teman-teman!" Aku menoleh ke belakang dan melihat yang lain sudah selesai dengan urusan mereka.
penampilan mereka cukup acak-acakan karena melawan FEATHER yang muncul tanpa ada
habisnya. Bahkan mantel Michael sedikit terkoyak, entah itu terkena sabetan pedang atau terkena
anak panah beracun FEATHER.
"Kalian baik-baik saja?" tanyaku.
"Seperti yang kau lihat." Kata Jack nyengir, "Bagaimana" Samuel" Berhasil dikalahkan?"
Aku menunjuk kearah Samuel yang terduduk diam tidak bergerak, "Kurasa, kita berhasil
mengalahkannya." "Hebat." "Ini aneh." Suara Knight membuat kami semua menoleh. Keningnya berkerut samar
sambil tangannya tetap menyentuh es untuk mencairkannya.
"Ada apa, Knight?" tanya Minerva.
"Es ini" tidak mau mencair." Kata Knight, "Seperti ada yang menghalangiku untuk
mencairkannya." "Apa" Maksudmu apa?"
"Es ini seperti bereinkarnasi sendiri. Semakin aku mencoba mencairkannya, es ini malah
semakin menyelimuti Rizuki. Es ini seperti hidup."
164 Aku melihat kearah es itu, dan benar apa yang dikatakan Knight. Es ini seperti hidup.
Cahaya birunya masih ada, tapi, es ini malah semakin menyelimuti Rizuki. Sekarang saja es ini
sudah mencapai dagu Rizuki.
Kami mulai panic, apa yang terjadi di hadapan kami benar-benar di luar dugaan.
"Kenapa bisa begitu" Bukankah Samuel sudah tidak bisa bergerak, kemungkinan besar dia
sudah tewas." Gaby berbicara sambil menoleh kearah Samuel. "Seharusnya seperti katamu tadi,
Knight, es ini bisa dihancurkan."
"Aku juga sedang berusaha, Gaby." Kata Knight, "Tapi, es ini seperti hidup. Seperti ada?"
Seperti teringat sesuatu yang mengerikan, dia menoleh kearah Samuel yang diam tidak
bergerak dan kemudian pada es yang menyelimuti Rizuki.
"Kurasa?" "Apa" Ada apa, Knight?"
Knight tidak menjawab, tapi berlari kearah Samuel dan bergerak mengepalkan tangannya.
Kami tidak mengerti kenapa dia bereaksi seperti itu. Tapi, baru kami sadar, dia ternyata belum
mati. Saat Knight bergerak hendak meninju wajahnya, aku sempat melihat gerakan dari Samuel.
Tinju Knight ditangkis olehnya, dan dia langsung melompat berdiri.
"Kau?" Knight menggeram marah, "Seharusnya aku tahu."
Apa" Tahu apa" Aku menatap Knight dan Samuel yang saling berhadapan. Samuel menoleh kearahku dan
memperlihatkan senyum sinisnya. Tangannya terulur kearah kami. Seketika itu juga kami
mendengar suara es yang mengkeretak dari es yang menyelimuti Rizuki. Kami semua menatap es
itu semakin cepat merambat dan akhirnya menutupi seluruh tubuh Rizuki.
"Kalian terlambat untuk menyelamatkannya." Ujar Samuel sambil kembali menghindari
serangan Knight. "Aku sudah menaruh sebagian jiwaku pada es itu. Kalian tidak akan bisa
menyelamatkannya sampai kapanpun. Dia akan terkurung di dalam es itu selamanya."
"Apa?" 165 "Sialan!" Knight mencabut pedangnya dan kembali menyerang Samuel.
"Seharusnya aku tahu kau bukan hanya memakai jurus Penjara Es Abadi!" kata Knight,
"Seharusnya aku tahu kalau kau juga membelah jiwamu dan menaruhnya dalam es itu."
"Kalian kalah cepat." kata Sameul tersenyum mengejek, "Aku sudah memenuhi apa yang
diamanatkan ayahku. Kini, tidak ada lagi Putri Cahaya, dan Empat Penjuru akan patuh kepadaku,
begitu juga kalian dan Mansion."
"Jangan harap!"
Gaby, Michael, dan Jack ikut menyerang Samuel. Tapi, aku tahu mereka kelelahan. Dan
kekuatan fisik mereka juga ada batasnya. Hanya dalam beberapa serangan yang dilancarkan
Samuel, mereka berempat roboh dengan darah di sekujur tubuh mereka.
"Teman-teman!" Aku menatap Samuel marah. Tapi, kalaupun aku menyerangnya, sia-sia saja. Tenagaku
sudah cukup terkuras akibat pertarungan tadi. Dan aku sadar, kami" kalah.
Belum" kalian belum kalah.
Sebuah suara terdengar di telingaku. Aku mendongakkan kepala dan melihat seseorang di
hadapanku. Tubuhnya transparan, seolah dia adalah bayangan. Tapi, aku kenal sosok itu.
"Rizuki?" Itu" itu Rizuki. aku menoleh kearah es dan Rizuki masih ada di sana. Tapi"
Aku belum mati. Suara itu terdengar lagi dan sosok Rizuki di hadapanku tersenyum, Aku
memang terkurung dalam es itu, tapi, aku tidak akan mati seperti yang dikatakan Samuel.
Bayangan Rizuki berlutut dan memegang wajahku. Aku bisa merasakan hangat tangan
Rizuki walau yang di hadapanku sekarang hanya bayangan.
Aku tidak akan mati. Ibu masih melindungiku. Ujarnya, Ingat kalung bulan sabit yang
diberikan Ayah" Di dalam kalung itu ada sebagian jiwa ibuku. Ibuku melindungiku, dan aku akan
baik-baik saja. 166 Aku masih hidup. Jadi, jangan menyerah"
Sosok Rizuki perlahan menghilang. Dan aku melihat kembali kearah es yang mengurung
Rizuki. Dan aku melihatnya. Cahaya berwarna ungu di sekitar leher Rizuki. Itu pasti kalung dari
Ayah. Aiba Haruna masih melindungi Rizuki. Sama seperti dulu ketika pertama kali kami tahu
bahwa kami bukan manusia biasa.
Jangan menyerah. Kalian bisa mengalahkannya"
Aku mengangguk. Kemudian aku mengeluarkan Beater Sword. Kurasakan berat Beater
Sword sedikit di tanganku. Aku siap melawan Samuel sekali lagi.
Perlahan, aku melangkahkan kakiku dan secepat kliat, berlari menyerang Samuel.
167 BAB 23 Keadaan (Tidak Terlalu) Kembali Normal
Riku"s Side 5 tahun kemudian" "Kakak!" Aku menoleh ke asal suara yang berasal dari adikku, Hikaru. Dia berlari melintasi koridor
dengan tergesa-gesa. Rambutnya yang sudah sangat panjang mencapai pinggang dibiarkan tergerai.
"Ada apa, Hikaru?" tanyaku.
Hikaru berdiri di hadapanku dan mengatur nafasnya yang tidak beraturan sebeum bicara.
Aku menunggu dengan sabar. Toh, aku tidak ada kerjaan lain hari ini selain mengajar ilmu pedang
pada anak-anak Keturunan yang masih kecil bersama Michael dan Jack.
"Itu?" dia menelan ludah. "Ada berita penting dari Bibi Yukina."
"Berita penting?"
"Kakak disuruh pergi ke ruangan beliau sekarang. Tinggalkan saja tugas mengajar pedang
pada Kak Michael. Aku yakin, Kak Michael tidak keberatan."
Aku mengangguk. Kemudian, kami berdua bersama-sama pergi ke ruangan Nona Yukina.
*** "Masuk!" 168 Aku membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan Nona Yukina bersama Hikaru. Di
dalam, Nona Yukina tidak sendiri. Ada seorang cowok berambut pirang yang duduk di sofa di
dekat pintu. Itu Knight. Aku tersenyum menyapanya dan langsung duduk di sebelahnya. Sementara Hikaru duduk
di sofa di seberang kami.
"Kalian bertiga sudah berkumpul." Kata Nona Yukina sambil menutup buku yang
dibacanya dan berjalan mendekati kami. "Seperti yang kukatakan pada Hikaru, kalau ada berita
penting yang ingin kusampaikan."
Kami memasang telinga baik-baik (bukan berarti telinga kami tidak berfungsi dengan baik.
Hanya sebagai kiasan saja). Mendengarkan apa berita penting yang ingin disampaikan Nona
Yukina. "Pertama, aku ingin mengakatakan, kalau Keturunan Walker sudah dianggap sah. Bagian
Barat dan Selatan sudah setuju, dan, aku meminta persetujuan kalian mewakili Empat Penjuru
Bagian Timur." "Aku dan Kak Riku?" Hikaru menunjuk dirinya sendiri dan aku.
Nona Yukina mengangguk, "Kalian berdua adalah Ksatria Empat Penjuru Bagian Timur.
Sudah sewajarnya kalian mewakili?"
Aku tahu beliau ingin menyebut nama siapa. Aku memaklumi kenapa beliau kelihatan
tidak sanggup menyebut namanya.
Rizuki. "Yah?" Hikaru bersandar di punggung sofa, "Kak Knight sudah membuktikan kalau
Keturunan Walker pantas menjadi pengganti Keturunan Earl. Aku setuju."
"Riku?" "Tidak ada yang memungkiri dia bisa memimpin lebih baik dari Keturunan Earl di Bagian
Utara." Aku mengedikkan bahu. Aku juga setuju."
169 "Kalau begitu, sudah diputuskan. Ketiga wakil Empat Penjuru sudah setuju." Nona Yukina
tersenyum, "Dan Ksatria pendamping Keturunan Walker adalah Keturunan Scott. Mereka
dulunya adalah sahabat Keturunan Walker. Jadi, tidak masalah mengangkat Keturunan Scott
sebagai Ksatria pendamping."
"Cukup adil." Knight tersenyum, "Aku bisa memilih Dylan sebagai Ksatria pendampingku,
jika itu disetujui."
"Akan kuusahakan." Ujar Nona Yukina. "Lalu, yang berikutnya?"
"Apa" Ada berita lagi?" tanyaku, "Soal Rizuki?"
Nona Yukina mengangguk pelan, "Knight memberitahuku, kalau Penjara Es Abadi Rizuki
retak." "Retak?" "Dan, kemungkinan, butuh beberapa tahun lagi kita akan bisa mengeluarkannya." Knight
melanjutkan. "Aku sedang berusaha mempelajari jurus penangkal Penjara Abadi itu. Karena jika
suatu Keturunan tidak lagi diakui sebagai Penjaga, Keturunan lain yang menggantikannya berhak
mempelajari semua jurus yang dipelajari Keturunan yang tidak lagi diakui itu. Memang Keturunan
yang tidak diakui itu masih bisa menggunakan jurus-jurus yang sudah dipelajarinya, tapi semuanya
tidak akan sempurna lagi seperti dulu saat mereka masih diakui."
Aku dan Hikaru manggut-manggut mendengarkan penjelasannya. Walau kami sudah 6
tahun tinggal dan belajar di Mansion, kami masih tidak tahu apa-apa soal seluk-beluk Empat
Penjuru, dan juga hal-hal lain yang berhubungan dengan tugas kami sebagai Ksatria.
Kami lalu membicarakan soal upacara pengangkatan Keturunan Walker sebagai Penjaga
Empat Penjuru Bagian Utara. Upacara itu akan dilaksanakan 3 hari lagi. Kami akan pergi ke Utara
untuk menghadiri upacara resmi itu.
Aku keluar dari ruangan Nona Yukina dan berjalan kearah taman. Aku duduk di kursi
taman yang kududuki bersama Rizuki dulu sebelum dia diculik dan" terkurung dalam Penjara Es
Abadi. 170 Sudah 5 tahun sejak kejadian itu. Aku masih ingat dengan jelas bagaimana pertempuran
pertama sekaligus terakhirku dengan Samuel Earl. Aku berhasil mengalahkannya. Akan tetapi,
karena setengah jiwanya berada di dalam es yang mengurung Rizuki, Penjara Abadi itu tidak
mudah untuk dipatahkan. Bahkan untuk mencairkannya saja butuh waktu bertahun-tahun (kalau
tidak, bukan es abadi namanya). Sulit untuk mematahkan jurus yang termasuk paling kuat di
Bagian Utara itu. Knight dan saudara serta teman-temannya yang berasal dari Keturunan Walker yang tidak
menyukai Samuel, berusaha menemukan cara untuk mengeluarkan Rizuki. Hampir setiap hari
mereka mengupayakan sesuatu untuk mengeluarkan Rizuki dari Penjara Abadi itu. Tapi, hasilnya
selalu nihil. Knight yang sedang mempelajari jurus-jurus Keturunan Earl nyaris menyerah.
Sampai salah seorang saudaranya melihat Penjara Es Abadi itu retak dengan sendrinya. Dia
langsung memberitahu Knight secepatnya, dan setelah diteliti, ternyata es itu mencair karena
cahaya yang berasal dari kalung Rizuki.
Sepertinya Aiba Haruna sangat memperhatikan anaknya, bahkan hanya setengah jiwanya
yang tertinggal di dalam kalung Rizuki, beliau masih sangat memperhatikannya dan
menyelamatkannya. Menurut Knight, Es itu dengan sangat perlahan mencair dengan sendirinya karena cahaya
kalung bulan sabit milik Rizuki. Dan diperkirakan, dengan adanya cahaya itu, ditambah
kemampuan Knight, jika dia sudah berhasil menguasai jurus penangkalnya, akan butuh waktu yang
takkan lama untuk mengeluarkan Rizuki dari Penjara Abadi itu.


The Guardian Of Heart Karya Angelia Putri di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Rizuki pasti bisa kami selamatkan.
Aku menghela nafas dan menengadah menatap langit.
Ya. Kami pasti bisa menyelematkannya.
171 EPILOG Riku"s Side Upacara pengangkatan Keturunan Walker berjalan lancar. Semua Penjaga dari Empat Penjuru
datang dan memberi selamat pada Knight sebagai Keturunan Walker pertama yang menjadi
pengganti Keturunan Earl sebagai Penjaga Bagian Utara.
Upacara ini dilaksanakan di istana es. Menurut kalian, pasti di sini sangat dingin, bukan"
Tapi, tidak. Di sini cukup hangat karena ada perapian besar di setiap sudut istana.
Semua orang terlihat senang dan bahagia. Pesta yang diselenggarakan sebagai bagian dari
upacara pengangkatan ini diselenggarakan di aula raksasa di istana es ini. Tapi, sepertinya aku tidak
bisa merasakan kesenangan seperti yang mereka rasakan. Mataku terus menatap sebuah pintu
besar di dekatku. Pintu ini sangat terlarang untuk dibuka oleh orang yang tidak berkepentingan
atau tanpa seizin Knight. Hanya orang-orang terpilih saja yang bisa memasuki ruangan di balik
pintu ini. Aku adalah orang yang termasuk terpilih. Hanya aku, Gaby, Michael, Jack, Minerva,
Hikaru, dan Nona Yukina yang berhak ke balik pintu itu selain Knight.
Tentu saja itu harus, karena di balik pintu ini adalah tempat Penjara Es Abadi Rizuki
ditempatkan. Knight memindahkannya agar dia bisa dengan leluasa memecahkan atau mencairkan
es itu tanpa diganggu orang lain.
"Riku," Aku menoleh kearah Minerva dan Gaby yang berjalan kearahku. Sejak peristiwa 5 tahun
lalu itu, entah bagaimana mereka berbaikan dan sekarang sudah berteman baik. Aku rasa, Minerva
merasa bersalah karena dia melihat Rizuki terkurung dalam Penjara Abadi (sejujurnya, Gaby
pernah berharap bisa menukar Rizuki yang terkurung dalam Penjara Abadi dengan Minerva waktu
itu karena dia sangat kesal pada Minerva). Dan, mungkin sebagai bentuk penyesalannya, dia
membantu Gaby dalam segala hal.
172 Dan tahu-tahu saja, mereka sudah berteman baik dan melupakan masa lalu. Sekarang
mereka berdua dijuluki petarung duet terbaik yang pernah dimiliki Mansion (dulu rekor ini
dipecahkan oleh Nona Yukina dan ibu Rizuki, Aiba Haruna).
"Oh, hai, kalian berdua." Aku tersenyum. "Pesta yang hebat, bukan?"
"Memang." Minerva tersenyum. Gaun biru yang dikenakannya sangat pas melekat di
tubuhnya. Kulihat banyak mata cowok yang berada di aula ini menatap kearahnya.
"Aku ingin bertemu Rizuki," kata Gaby. "Aku sudah minta izin pada Knight. Sudah lama
aku tidak menemui Rizuki. Selama ini, kan, hanya kamu, Hikaru, atau Knight yang selalu
menemuinya." Aku tersenyum. Kemudian mengikuti mereka masuk ke balik pintu yang sedari kutatap.
Aku menutup pintu dan kami berjalan ke tengah ruangan. Penjara Abadi itu ada di tengah-tengah
ruangan. Terlihat jelas sosok Rizuki di dalam es itu dengan mata terpejam dan tangan terikat. Sama
dengan terakhir kali kulihat.
Cahaya ungu dari kalungnya masih ada. Menandakan Rizuki masih hidup dan masih
dilindungi oleh ibunya. Gaby mendekati es yang mengurung Rizuki dan menyentuhnya perlahan. Matanya agak
berkaca-kaca. "Sudah lama aku tidak melihatnya. Dia tidak berubah sama sekali." Gumam Gaby
menghela nafas berat. "Dia memang tidak berubah." Minerva mengangguk setuju, "Dia terkurung selama 5
tahun. 5 tahun" itu waktu yang cukup lama. Kita saja sudah berubah seperti ini."
"Dan seharusnya, dia berumur 22 tahun, bukan?" aku tertawa dengan gurauanku sendiri.
Mereka berdua juga ikut tertawa. Tapi, kemudian kami menghentikan tawa kami. Rasanya
tidak tepat kami tertawa di saat seperti ini.
"Kita harus kembali ke aula." Kata Minerva, "Kita tidak mungkin membuat Knight dan
tuan rumah Empat Penjuru Utara menunggu kita, iya, kan?"
173 "Kau benar." Gaby mengangguk. Dia mengusap pelan es itu dan tersenyum, "Sampai
nanti, Rizuki. Senang sekali aku bisa bertemu kamu lagi."
"Semoga kita segera bisa mengobrol lagi." kata Gaby lagi.
Aku tahu tidak akan ada jawaban dari Rizuki. Tapi, aku yakin dia mendengar kami semua.
Gaby dan Minerva keluar lebih dulu, sementara aku tetap di dalam, aku masih terus
menatap es yang mengurung Rizuki. Perlahan, aku mendekat kearah es itu dan menyentuhnya.
Kurasakan es itu seperti bergetar begitu kusentuh. Aku rasa, Rizuki tahu aku yang menyentuh es
ini. "Aku datang lagi." kataku pelan, "Memang benar kata Gaby, kamu tidak berubah."
Aku tersenyum dan mengelus es itu. Berharap Rizuki mendengarku.
"Aku dan yang lain sedang berusaha untuk mengeluarkanmu." Kataku, "Kamu tunggu saja.
Suatu hari nanti, kamu pasti akan bebas. Dan kita bisa bersama-sama lagi."
"Kau tahu, Hikaru selalu mencemaskanmu. Selama kamu terkurung, dia berlatih keras
menjadi ahli medis di Mansion, dan dia mendapat tempat sebagai orang kedua setelah Gaby
sebagai ahli medis paling hebat. Semua itu hanya untuk menyenangkanmu."
"Aku janji, aku akan mengeluarkanmu." Aku berkata lagi, sungguh-sungguh. "Aku akan
membebaskanmu dari Penjara Es Abadi ini. Kita akan berkumpul lagi. Dan saat itu, aku akan
menjagamu dan tidak akan pernah membiarkanmu dilukai dan disakiti oleh siapapun."
Aku menghela nafas setelah mengatakan hal itu. Aku tidak sadar mataku berkaca-kaca.
Selama ini, aku memang berubah menjadi lebih sensitive dan" sedikit cengeng. Mungkin, karena
aku stress akan masalah ini.
Tapi, aku seorang kakak. Kakak bagi Hikaru dan dia menjadikanku panutan. Maka, aku
harus bisa menahan perasaan. Terutama perasaan ingin menangis setiap kali mengingat apa yang
terjadi pada Rizuki. Aku menghela nafas sekali lagi. Menatap Rizuki dan kemudian berbalik menuju pintu,
tepat ketika aku mendengar sebuah suara.
174 Aku akan menunggumu" terus menunggumu"
Aku mengerjapkan mata dan menoleh kembali ke belakang. Tidak ada siapa-siapa. Tapi,
aku yakin, aku tadi mendengar suara.
Ini" sama seperti saat itu, ketika aku melihat bayangan Rizuki di hadapanku. Namun,
tidak ada bayangan, hanya suara itu yang terus terdengar.
Aku akan menunggumu, Riku"
Aku akan menunggu. Tidak peduli berapa lama. Aku akan terus menunggumu, dan kita
akan berkumpul lagi"
Jadi, tersenyumlah" Aku tersenyum mendengar suara itu. Mataku tidak lepas dari sosok Rizuki yang terkurung
di dalam es. Aku menyeka air mata yang nyaris mengalir dari mataku.
"Ya." kataku, "Aku janji akan mengeluarkanmu. Jadi, tunggu saja, Rizuki?"
Kemudian, aku keluar dari ruangan itu dengan senyum tersungging di bibirku..
Ya. Aku yakin, aku, dan yang lain bisa menyelamatkan Rizuki.
Aku yakin itu, dan aku berjanji pada diriku sendiri.
END OF STORY 175 Ching Ching 12 Dewa Arak 53 Penjarah Perawan Pendekar Guntur 6
^