Pencarian

Aku Mau Saja Bilang 4

Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter Bagian 4


seakan aku baru saja dikirim turun dari luar angkasa. Mereka
ter?diam terlalu cepat"padahal kau pasti mengira mata-mata
senior nggak akan melakukan hal seperti itu. Aku nggak tahu
apa yang lebih mengganggu"fakta bahwa sesuatu jelas-jelas
nggak beres, atau bahwa tiga anggota staf sekolah mata-mata
pertama di dunia lupa mengunci pintu.
Setelah waktu yang rasanya seperti selamanya, Buckingham
berkata, "Cameron, aku senang kau ada di sini. Kau memiliki
243 Isi-Editbaru.indd 243 pengalaman pribadi dalam masalah yang sedang kami diskusi?
kan." Saat itu, nggak penting bahwa Patricia Buckingham
me?miliki pinggul jelek dan jari-jari encok, aku tetap bisa ber?
sumpah ia terbuat dari baja. "Tentu saja, Rachel, kau adalah
ibu Cameron, belum lagi Kepala Sekolah di sini, jadi aku akan
meng?hormati pendapatmu jika kau memilih untuk meminta
Cameron pergi." "Tidak," kata Mom. "Cammie sudah masuk sekarang. Dia
pasti mau membantu."
Seluruh aura ruangan itu benar-benar mulai membuatku
takut, jadi aku berkata, "Ada apa" Apa?"
"Tutup pintunya, Cameron," Buckingham menginstruksikan.
Aku melakukan perintahnya.
"Abe Baxter melewatkan call-in," kata Mr. Solomon, ber?
sedekap sambil bersandar di sudut meja Mom, persis seperti
yang kulihat ia lakukan seratus kali dalam ruang kelas Operasi
Rahasia. Walaupun begitu, rasanya Mr. Solomon bukan sedang
mengajar. "Sebenarnya, dia sudah melewatkan tiga call-in."
Aku nggak menyadari kata-katanya membuatku terjatuh
sampai aku merasakan ranselku menekan punggung saat aku
men?coba bersandar di sofa. Apakah Bex tahu" aku bertanyatanya selama sepersekian detik, sebelum jawabannya yang jelas
terlintas di benakku: tentu saja tidak.
"Dia mungkin hanya tertahan, tentu saja," Buckingham me?
nawarkan. "Hal-hal seperti ini terjadi"kesulitan komunikasi,
perubahan di dalam operasi organisasi" Bukan berarti pe?
nyamar?annya telah terbongkar. Tetap saja, tiga call-in yang
terlewatkan itu" mengkhawatirkan."
"Apakah ibu Bex"." aku tergagap. "Apakah dia bersama?
nya?" 244 Isi-Editbaru.indd 244 Mr. Solomon menatap Buckingham, yang menggelengkan
kepalanya. "Menurut teman-teman kita di Six tidak."
Kemudian aku sadar kenapa Buckingham yang bertanggung
jawab dalam diskusi itu"dia anggota MI6, persis seperti orang?
tua Bex. Dialah yang seharusnya menjawab call-in dari ayah
Bex. Dialah yang harus memutuskan apa, kalau ada, yang
harus diberitahukan pada Bex.
"Itu tidak berarti apa-apa," Mom menenangkan, tapi aku
mendengar jejak wanita yang kulihat menangis semalam"jejak
yang mungkin nggak akan kudengar dua puluh empat jam se?
belumnya, tapi sekarang aku tahu mereka ada di sana, dan aku
akan mendengarkan keberadaan mereka selama sisa hidupku.
"Bex?" aku bergumam.
"Kami baru saja membicarakan tentangnya, Cam," kata
Mom. "Kami tidak tahu harus melakukan apa."
Kau bisa bilang apa saja yang kau mau tentang mata-mata,
yang pasti mereka nggak melakukan apa pun setengahsetengah. Kebohongan-kebohongan kami diperlengkapi nomor
KTP dan identitas palsu, dan kebenaran kami setajam baja
Spanyol. Aku tahu apa maksud Mom. Aku tahu kenapa dia
mengambil risiko mengatakannya padaku. Akademi Gallagher
memang dibuat dari batu, tapi berita semacam ini bisa mem?
bakar sekolah ini sampai rata dengan tanah seakan tempat ini
dibangun dari kertas koran dan dicat dengan bensin.
"Cam?" Mom duduk di tepi meja pendek di depanku
?"ini pernah terjadi sebelumnya, tentu saja. Tapi setiap kasus
ber?beda dan kau mengenal Bex lebih baik daripada siapa
pun?" "Jangan beritahu dia." Kata-kata itu mengejutkan, bahkan
untuk diriku sendiri. Aku tahu kami seharusnya bersikap kuat
245 Isi-Editbaru.indd 245 dan keras, bahwa kami dalam proses untuk dipersiapkan meng?
hadapi apa pun, tapi aku nggak ingin Bex tahu hanya karena
kami terlalu lemah untuk menanggung rahasia itu sendiri. Aku
menatap Mom lagi, mengingat betapa lama waktu yang di?
butuh?kan bagi beberapa luka untuk sembuh, dan menyadari
akan ada banyak waktu untuk berduka.
Ayah Bex berada ribuan kilometer jauhnya, tapi Bex masih
me?miliki janji kepulangannya. Memangnya siapa aku hingga
berhak mengambil janji itu begitu cepat" Seberapa besar yang
rela kukorbankan demi mendapatkan beberapa jam ekstra janji
seperti itu, dari Dad bagi diriku sendiri"
"Hei," kata Macey McHenry di belakangku, dan aku langsung
menyesal karena telah menunjukkan koridor kuno kecil itu
dan memberitahunya itu adalah tempat yang hebat untuk
belajar. "Sebaiknya kau begini bukan karena seorang co?
wok." Macey menjatuhkan tumpukan bukunya di sebelahku, tapi
aku nggak bisa menatapnya. Sebaliknya, aku hanya duduk
mengusap air mata yang kukeluarkan diam-diam untuk ayah
Bex"dan menelan air mata yang kukeluarkan untuk ayahku
sendiri. Waktu yang lama berlalu. Aku nggak tahu"mungkin
seperti satu milenium atau apa"sebelum Macey menyodokku
dengan lututnya dan berkata, "Ceritakan."
Kau bisa bilang apa saja yang kau mau tentang Macey
McHenry, tapi dia benar-benar nggak berbasa-basi. Seorang
mata-mata super pasti akan berbohong padanya"bahkan de?
ngan kebohongan-kebohongan yang bagus. Tapi aku nggak
bisa. Mungkin karena stres. Mungkin karena rasa duka. Mung?
kin karena PMS, tapi sesuatu membuatku mendongak menatap
246 Isi-Editbaru.indd 246 Macey dan berkata, "Ayah Bex hilang. Mungkin dia sudah
me?ninggal." Macey bergeser untuk duduk di sebelahku. "Kau nggak bo?
leh memberitahunya."
"Aku tahu," kataku, lalu membersit hidungku.
"Kapan mereka akan tahu secara pasti?"
"Aku nggak tahu." Dan memang nggak. "Bisa berhari-hari.
Bisa berbulan-bulan. Dia belum menghubungi pengawasnya.
Kalau dia menelepon, maka?"
"Kita nggak boleh memberitahu Bex."
Tentu saja kami nggak boleh, tapi sesuatu tentang pernyata?
an itu membuatku berhenti dan menatap Macey. Aku berpikir
kem?bali tentangnya dan untuk pertama kalinya, aku men?
dengar kata kita. Ada hal-hal yang nggak bisa kuberitahukan
pada ibuku, hal-hal yang nggak bisa kuberitahukan pada pacar?
ku, dan hal-hal yang nggak bisa kuberitahukan pada temantemanku. Tapi saat duduk di sana bersama Macey McHenry,
aku menyadari untuk pertama kalinya bahwa seseorang me?
ngetahui semua rahasiaku"bahwa aku nggak sepenuhnya
sendirian. Macey berdiri dan mulai berjalan pergi. "Cammie, aku
nggak bermaksud menghina?" Saat seseorang seperti Macey
McHenry berkata "aku nggak bermaksud menghina", hampir
nggak mungkin bagi seseorang sepertiku untuk nggak merasa
terhina dengan apa yang dikatakannya berikutnya, tapi aku
men?coba, ?"tapi jangan pergi ke atas sekarang. Kau terlihat
kacau banget dan Bex pasti akan langsung tahu."
Aku nggak merasa terhina. Aku sebenarnya senang Macey
mengatakannya, karena itu benar dan aku mungkin nggak me?
nyadarinya kalau Macey nggak mengatakannya.
247 Isi-Editbaru.indd 247 Macey berjalan pergi dan aku duduk di sana untuk waktu
yang lama"berpikir. Aku ingat saat Dad mengajakku me?
nonton sirkus. Selama dua jam kami duduk bersebelahan, me?
nonton badut-badut dan bersorak untuk pawang singa. Tapi
bagian yang paling kuingat adalah saat seorang laki-laki me?
langkah keluar ke atas kawat yang tinggi, lima belas meter di
atas tanah. Saat dia mencapai sisi yang lain, lima orang lain
memanjat ke atas bahunya, tapi aku nggak menontonnya"aku
terlalu sibuk menatap Dad, yang menatap seakan dia tahu
seperti apa rasanya, berada di atas sana tanpa jaring peng?
aman. Duduk di sana hari itu, aku tahu bahwa satu-satunya hal
yang bisa kulakukan adalah terus melangkahkan satu kaki di
depan yang lain, berharap nggak satu pun rahasia-rahasia di
atas bahuku akan membuatku kehilangan keseimbangan.
248 Isi-Editbaru.indd 248 t.c Bab Du a P u l u h D u a "P ejamkan mata," perintah Mr. Solomon lagi dan kami
meng?ikuti instruksinya. Proyektor berdengung di belakangku. Aku merasakan
cahaya putihnya bersinar di dalam ruangan saat kami me?me?
jam??kan mata dan memfokuskan otak untuk mengingat detail
ter?kecil dari hal-hal yang baru saja kami lihat. Aku me?mikir?
kan tentang foto tempat parkir pasar swalayan saat Mr.
Solomon berkata, "Miss Alvarez, apa yang salah dengan gam?
bar ini?" "Van biru itu platnya rusak," kata Eva. "Tapi van itu di?
parkir di bagian belakang tempat parkir."
"Benar. Gambar berikutnya." Proyektor berbunyi klik, gam?
bar?nya berubah dan kami punya dua detik untuk mempelajari
foto yang muncul di depan mata kami.
"Miss Baxter?" tanya Mr. Solomon. "Apa yang salah di
sini?" 249 Isi-Editbaru.indd 249 "Payungnya," kata Bex. "Ada hujan di jendela, dan mantel
di gantungan basah, tapi payungnya tetap diikat. Kebanyakan
orang akan meninggalkannya dalam keadaan terbuka supaya
kering." "Bagus sekali."
Saat kami membuka mata, aku nggak menatap layar, aku
menatap guru kami dan bertanya-tanya sekali lagi bagaimana
ia bisa bicara pada Bex, menantangnya seakan nggak ada yang
salah di dunia ini. Aku nggak tahu apakah harus iri padanya
atau membencinya, tapi aku nggak punya waktu untuk kedua?
nya, karena Mr. Solomon mengatakan, "Pejamkan mata." Aku
mendengarnya maju selangkah, dan aku ingin tahu bagaimana
ia bisa berdiri di sana saat satu-satunya yang ingin kulakukan
adalah kabur. "Miss Morgan, apa yang salah dengan gambar
ini?" "Mmm" Saya tidak" Maksud saya, saya?"
Yang salah adalah aku nggak bisa menatap mata sahabatku
selama berhari-hari. Yang salah adalah orang-orang seperti Abe
Baxter hidup dan mati, namun seluruh dunia terus berjalan"
nggak pernah tahu apa yang telah mereka korbankan. Begitu
banyak kesalahan sampai-sampai aku nggak tahu harus mulai
dari mana. "Oke. Bagaimana denganmu, Miss Bauer?"
"Cangkir teh di kepala meja," kata Courtney.
"Ada apa dengannya?"
"Pegangannya menghadap arah yang salah."
"Memang benar," kata Mr. Solomon saat lampu-lampu di
dalam ruang kelas berkedip menyala dan kami semua menyipit?
kan mata karena sinar terangnya.
250 Isi-Editbaru.indd 250 Jam internal kami memberitahu kami hal yang sama"
pelajaran belum berakhir.
"Aku punya sesuatu untuk kalian hari ini, Nona-nona,"
kata Mr. Solomon saat menyerahkan setumpuk kertas pada
setiap cewek di barisan depan.
Tangan Liz langsung teracung ke udara.
"Tidak, Miss Sutton," kata Mr. Solomon sebelum Liz bah?
kan bisa mengajukan pertanyaan. "Ini bukan tes dan ini bukan
untuk nilai. Sekolah kalian hanya ingin kalian menuliskan
hitam di atas putih apakah kalian ingin terus mempelajari
Operasi Rahasia semester depan."
Di sekitarku, teman-teman sekelasku mulai mengisi formulir
itu"sebuah tanda cek di sini, sebuah tanda tangan di sana,
sampai Mr. Solomon melangkah maju dan berkata, "Nonanona?" ia berhenti sejenak saat semua orang mendongak
?"kolegaku, Mr. Smith, sangat menyukai pepatah, "Ini adalah
dunia besar yang penuh dengan sudut gelap dan kenangan
panjang." Jangan?" ia berhenti sejenak, mengamati kami, dan
aku bisa bersumpah tatapannya bertahan lama padaku ?"ambil
keputusan ini dengan sembarangan."
Bex menyodok bahuku. Saat aku berbalik, ia menampakkan
isyarat angkat jempol besar dan mengatakan tanpa suara katakata "Ini hebat!"
Aku menunduk kembali menatap formulir di tanganku,
meng?gosoknya di antara jari-jariku, dan mencoba untuk men?
cium apakah ada racun di dalam tintanya.
Ini hanya kertas, aku memberitahu diri sendiri. Kertas biasa.
Tapi fakta itu pun bisa mengirimkan rasa dingin menuruni
pung?gungku saat aku menyadari formulir itu nggak dibuat di
atas Evapopaper. Formulir itu nggak dibuat untuk menghilang
251 Isi-Editbaru.indd 251 dan hanyut. Aku menatap mata Joe Solomon, dan aku cukup
yakin dia melihatku menyadarinya"kepermanenan formulir
ini. Walaupun formulir itu nggak dibuat untuk dimakan, aku
tetap merasakan rasa yang nggak enak dalam mulutku.
252 Isi-Editbaru.indd 252 t.c Bab Du a P u l u h T i g a
ah, kau mungkin berpikir kalau kau Gallagher Girl yang
berkencan dengan cowok dari Roseville, hal terbaik di dunia


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

adalah melihat Tina Walters berlari-lari ke arahmu saat sarapan
dan berteriak, "Cammie, aku bicara pada ibumu, dan dia bilang
kita semua boleh jalan-jalan ke kota hari Sabtu!"
Kau mungkin berpikir begitu"tapi kau salah.
Setiap saat yang kuhabiskan di kota sementara tempat itu
dipenuhi Gallagher Girls adalah saat mereka bisa melihatku
bersama Josh, atau Josh bisa melihatku bersama mereka. Tetap
saja, saat aku menatap Bex di seberang meja sarapan, merasa?
kan kesedihan yang membebaniku selama berhari-hari, dan
walaupun Liz berbisik, "Cam, itu risiko besar," aku tahu aku
ha?rus pergi. Aku perlu melupakan semuanya selama beberapa
jam. Sabtu pagi, semua suite berdengung saat cewek-cewek me?
ngumpulkan daftar belanja Natal mereka dan memeriksa film
253 Isi-Editbaru.indd 253 apa yang diputar di bioskop. (Aku sudah menonton keduanya
ber?sama Josh, tentu saja.) Beberapa dari kami pergi ke kota
de?ngan van Akademi Gallagher, tapi aku memilih untuk ber?
jalan kaki bersama anak kelas sepuluh yang lain"kagum
melihat pemandangan siang hari di daerah familier itu.
Saat kami mencapai pinggir kota, aku mulai menggosokgosok pelipisku. "Oh," kataku, "kepalaku sakit sekali. Apakah
ada yang punya aspirin?" Teman-teman sekelasku memeriksa
saku dan tas tangan mereka, tapi tak seorang pun bisa menemu?
kan botol pil kecil itu (mungkin karena aku telah mencuri
semuanya malam sebelumnya).
"Kalian semua terus saja tanpa aku," kataku saat kami men?
capai taman. "Aku akan lari ke apotek." Bukan bohong.
"Filmnya akan mulai sepuluh menit lagi," Bex mengingatkan?
ku, tapi aku sudah berjalan pergi sambil berseru, "Aku akan
me?nemui kalian di dalam."
Untuk ukuran rencana, rencana ini cukup bagus. Aku bisa
menghabiskan dua jam bersama Josh, kemudian menyelinap ke
bagian belakang bioskop, mengatakan sesuatu tentang film itu
dalam perjalanan pulang, dan mereka nggak akan tahu bahwa
sebenarnya aku nggak menonton di bioskop bersama mereka.
Pintunya berdenting saat aku mendorong masuk. Aku be?
lum pernah pergi ke apotek bersama Josh. Tampaknya selalu
lebih baik untuk nggak bertemu Josh di sini. Tapi dia memberi?
tahuku bahwa ayahnya menyuruhnya bekerja pada hari Sabtu,
dan punya izin untuk berada di kota adalah kesempatan yang
terlalu bagus untuk dilewatkan.
Aku berjalan ke konter dan bicara pada wanita di bela?
kangnya. "Hai. Apakah Josh ada di sini?"
"Well, halo, Cammie," seorang laki-laki berkata di belakang?
254 Isi-Editbaru.indd 254 ku. Aku menoleh untuk melihat Mr. Abrams berjalan ke arah?
ku. Ia mengenakan semacam jas putih, namanya disulam di
atas saku. Aku merasa seakan sedang bersiap-siap untuk pem?
bersih?an gigi. "Ini kejutan yang menyenangkan."
"Oh, halo, Mr. Abrams."
"Apakah ini kunjungan pertamamu ke toko kecil kami?"
"Ya, benar. Toko ini?" Aku menatap berkeliling pada
barisan-barisan panjang obat batuk sirup, kartu ucapan, dan
perban untuk semua acara. ?"bagus."
Mr. Abrams berseri-seri. "Well, Josh baru saja keluar untuk
meng?antar pesanan. Tapi seharusnya dia segera kembali. Se?
mentara itu, aku ingin kau ke konter dan memesan es krim
jenis apa pun yang kauinginkan"gratis. Bagaimana kedengaran?
nya?" Aku melirik ke belakangku untuk melihat mesin soda mo?
del lama berderet di sepanjang dinding terjauh. "Kedengarannya
hebat!" Benar-benar bukan bohong.
Mr. Abrams tersenyum padaku dan mulai berjalan ke arah
tangga yang sempit, tapi sebelum naik, ia menoleh dan ber?
kata, "Cammie, datanglah kapan saja."
Dia menghilang di balik sebuah sudut. Aku hampir sedih
saat melihatnya pergi. Konter es krim terasa mulus di tanganku saat aku berjalan
ke depan cermin sangat besar yang tergantung di belakang bar.
Wanita dari konter depan mengikutiku ke sana dan mengena?
kan se?buah celemek saat aku naik ke atas salah satu bangku
besi tua itu. Tanda di atas bar berbunyi "Dengan bangga menyajikan
Coca-Cola sejak 1942." Ada stoples kaca tinggi penuh sedotan.
Wanita itu nggak mengedipkan mata saat aku memesan satu
255 Isi-Editbaru.indd 255 double chocolate sundae, dan untuk pertama kalinya dalam ber?
minggu-minggu aku merasa hampir normal. Di luar, hari pada
bulan November ini dingin, tapi matahari bersinar menembus
etalase toko, menghangatkan kulitku saat aku memakan es
krim dan jatuh ke dalam keadaan tak sadar yang disebabkan
gula dan khayalan. Kemudian, aku mendengar dentingan bel kuningan kecil di
atas pintu. Aku nggak berbalik. Nggak perlu. Wanita yang membuatkan
es krimku melepaskan celemeknya dan berjalan ke arah konter
saat sendok terhenti setengah jalan ke mulutku dan aku me?
lihat bayangan Anna Fetterman di cermin belakang bar.
"Bisakah Anda membantu saya?" tanya Anna, begitu pramu?
niaga itu mendekat. "Saya perlu mengisi ulang inhaler saya."
"Tentu, Sayang." Wanita itu mengambil lembaran kertas
dari tangan Anna. "Biar aku mengecek ini dulu. Hanya se?
bentar kok." Aku sudah turun dari bangkuku dan berjongkok di balik
rak untuk popok dewasa saat menyadari bahwa satu-satunya
per?buatanku yang salah adalah memakan hot fudge sundae
begitu cepat setelah makan siang, dan biar kuberitahu kau"
Anna pernah melihatku makan jauh lebih banyak daripada itu
(insiden tertentu yang melibatkan Doritos, keju semprot, dan
Olimpiade musim dingin muncul di pikiran), jadi aku baru saja
bersiap-siap untuk menyapanya saat aku mendengar se?suatu
yang membuatku membeku. Belnya berbunyi lagi, dan aku mengintip melalui rak-rak,
melihat Dillon dan beberapa cowok dari acara dansa di lum?bung
berjalan masuk. Tapi mereka nggak berjalan di sepanjang rakrak. Nggak. Mereka sudah menemukan apa yang mereka cari.
256 Isi-Editbaru.indd 256 "Hei, bukankah aku mengenalmu?" tanya Dillon, tapi ia
bu?kan bicara padaku. Lebih buruk. Ia bicara pada Anna, dan
bukan untuk mengajukan pertanyaan. Kata-katanya terlalu
tajam. Suaranya terlalu ganas saat Dillon melangkah mendekati
Anna Fetterman kecil, lalu berkata, "Nggak, tunggu, kau nggak
bersekolah di sekolahku." Di cermin di atas bar aku melihatnya
me?mojokkan Anna pada rak. "Aku berani taruhan kau ber?
sekolah di Akademi Gallagher."
Anna menarik tas tangannya ke dada seakan Dillon akan
menyambarnya dan kabur. "Tas tangan yang bagus sekali," kata
Dillon. "Apakah ayahmu yang membelikan?"
Ayah Anna seorang guru biologi kelas delapan di Dayton,
Ohio, tapi Dillon nggak tahu itu dan Anna nggak bisa mem?
beritahunya. Anna berpegangan erat-erat pada penyamarannya,
persis seperti betapa kerasnya aku berpegangan erat-erat pada
penyamaranku. Cowok-cowok di sekitar Dillon mulai tertawa. Dan seketika
itu aku ingat kenapa Gallagher Girls dan cowok-cowok kota
se?harusnya nggak bergaul bersama.
Anna tersandung ke belakang, karena, terlepas dari tiga
se?tengah tahun latihan P&P, dia hampir-hampir nggak bisa
me?mukul lalat. Kota dipenuhi Gallagher Girls sore itu, tapi
Dillon dan teman-temannya berhasil menemukan Anna. Itu
bu?kan kecelakaan. Anna sendirian dan lemah, jadi jelas sese?
orang seperti Dillon akan mencoba memisahkannya dari
kawanan. "Aku hanya di sini untuk?" Anna mencoba bicara, tapi
suara?nya nggak lebih dari bisikan.
"Apa?" tanya Dillon. "Aku nggak dengar."
"Aku?" Anna tergagap.
257 Isi-Editbaru.indd 257 Aku ingin menghampirinya, tapi entah bagaimana aku
mem?beku"setengah jalan antara menjadi teman Anna dan
men?jadi cewek homeschooling yang punya kucing bernama
Suzie. Kalau aku adalah yang satu dan bukan yang lain, aku
bisa saja menghentikannya, tapi sebaliknya aku memberitahu
diriku lagi dan lagi, Anna akan baik-baik saja; dia akan baikbaik saja; dia akan"
"Ada apa" Tidakkah mereka mengajarimu cara bicara di
Akademi Gallagher?" kata Dillon, dan aku rela memberikan
apa pun untuk Anna agar dia menjawab dalam bahasa Arab,
atau Jepang, atau Persia, tapi dia hanya melangkah mundur
sekali lagi. Sikunya menyenggol sekotak plester dan kotak itu
bergoyang-goyang di tepi rak.
Anna beringsut ke arah pintu dan bergumam, "Aku akan
kem?bali untuk?" Tapi beberapa teman Dillon melangkah ke depannya,
mengelilinginya dengan dinding jaket sekolah warna merah
tua, dan aku nggak bisa melihatnya lebih lama lagi.
Anna akan baik-baik saja, aku berkata lagi, memerintahkan
pikir?anku untuk menjadi kenyataan. Dengan suatu cara ha?
rapan?ku memang jadi kenyataan, karena tepat pada saat itu
bel pintu berbunyi lagi dan Macey McHenry berjalan masuk.
"Hei, Anna." Setahuku, Macey nggak pernah mengatakan
lebih dari dua kata pada Anna Fetterman, tapi saat ia berjalan
me?lewati pintu, suaranya ringan dan bebas, dan ia terdengar
seperti sahabat terbaik cewek mungil itu. "Ada apa?"
Keempat cowok itu bergerak memisahkan diri di sekitar
Anna, mundur menjauh; mungkin karena cara Macey me?
ngunyah permen karetnya kemudian meniupkan balon yang
pecah di wajah Dillon; mungkin karena mereka nggak pernah
258 Isi-Editbaru.indd 258 melihat cewek yang begitu cantik secara langsung sebelumnya.
Tapi Dillon nggak mundur.
"Oh," kata Dillon sombong, menatap tubuh Macey yang
mengagumkan dari atas ke bawah. "Dia punya teman."
Anna menatap Macey seakan setengah mengira teman se?
kelas?nya akan berkata, Siapa, aku" Aku bukan temannya. Tapi
Macey hanya memain-mainkan botol di rak, memberikan se?
botol vitamin C pada Anna. "Kau benar-benar harus membeli
ini." Macey berjalan di sepanjang gang, memeriksa rak-rak, meng?
abaikan Dillon dan gengnya, yang terus menatap pemimpin
me?reka, menunggu petunjuk.
"Aku seharusnya tahu, Akademi Gallagher nggak akan
mem?biarkan anak-anak kesayangan mereka yang berharga ke?
luar sendirian," Dillon mengejek. Tapi Macey hanya menampak?
kan salah satu senyumnya yang sangat cantik.
"Yeah," kata Macey sambil menatap teman-teman Dillon.
"Kami nggak seberani kalian."
"Ada masalah di sini?" aku mengenal suaranya, tapi aksen?
nya adalah aksen yang hanya digunakan Bex pada kesempatankesempatan langka. Sampai hari ini, aku nggak tahu bagaimana
dia bisa berjalan melewati pintu depan tanpa membunyikan
bel, tapi di sanalah Bex, berjalan melewati bagian Demam dan
Flu, datang untuk berdiri di sisi lain Anna. Aku nggak tahu
kenapa dia nggak di bioskop. Aku nggak peduli.
Tiga lawan empat sekarang, dan Dillon nggak menyukai
perbandingan itu. Tetap saja, Dillon berhasil menatap Bex dan
berkata, "Ada apa" Apakah yacht-mu rusak atau apa?"
Dillon terkekeh. Teman-temannya terkekeh. Itu lomba me?
259 Isi-Editbaru.indd 259 ngekeh yang sangat bodoh sampai-sampai Macey berkata,
"Bukan itu yang kudengar."
"Apakah kalian, cowok-cowok, datang ke sini untuk meng?
goda Anna?" kata Bex, menampilkan daya tarik palsunya. Ia
men?dorong Anna yang terpaku ke arah kelompok itu.
"Anna, beritahu cowok-cowok itu sedikit informasi tentang
dirimu." "Aku sudah punya pacar!" sembur Anna dengan cara yang
mem?beritahuku itu bukan bohong. Aku terpaku. Bex terpaku.
Bahkan Macey pun butuh sedetik untuk pulih. Anna sudah
punya pacar" Selama ini, aku nggak pernah mengira bahwa salah satu
dari teman-teman sekelasku mungkin punya pacar"terutama
bukan Anna. "Namanya Carl," tambah Anna.
"Sori, Cowok-cowok," kata Bex, melingkarkan lengannya
pada bahu Anna. "Carl mendahului kalian."
"Oh, jadi mereka punya pacar. Beritahu aku, apakah Carl
pen?duduk kota?" tanya Dillon, seakan ingin diberitahu sebuah
rahasia. "Apakah kalian, cewek-cewek, suka mengunjungi per?
kampungan miskin?" "Mungkin maksudnya Carl Rockefeller," tambah Macey, dan
Bex meremas Anna lebih keras sampai dia berkata, "Ya. Carl
Rockefeller. Kami saling mengenal dari klub fisika?"remasan
keras lagi"kali ini dengan kuku?"mm, yacht," Anna mem?
betul?kan, "klub yacht."
Dua tepukan pada bahu Anna memberitahunya bahwa ia
sudah bekerja dengan baik.
"Hei," kata Dillon, melangkah maju seakan lelah berbasabasi. "Aku sedang bertanya-tanya apakah kau mengenal sese?
orang yang kukenal?" Suaranya menghilang. Ia mencondong?
260 Isi-Editbaru.indd 260 kan diri, dan pokoknya aku tahu"maksudku TAHU"bahwa
Dillon mengincarku, tapi kemudian ia berkata, "Ratu Inggris."
Well, sebenarnya Bex sudah pernah bertemu Ratu Inggris,
tapi jelas dia nggak akan berkata begitu. Dia hanya berdiri
diam saat Dillon dan teman-temannya tertawa jauh terlalu
keras pada lelucon itu, membuatnya bahkan lebih nggak
lucu. "Sayang, aku mendapatkan?" Wanita di balik konter ber?
henti mendadak saat melihat empat cowok mengerumuni tiga
cewek. Satu-satunya suara di dalam ruangan adalah kantong
kertas putih berisi resep Anna saat kantong itu berkerut di
tangannya. "Terima kasih," kata Bex, menyambar kantong itu. "Apakah
ini saja yang kauperlukan?" ia bertanya pada Anna, yang meng?


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

angguk dan perlahan-lahan pipinya kembali bersemu merah.
"Bagaimana dengan kau?" Macey bertanya pada Dillon.
"Kau mendapatkan apa yang kaucari?"
Tapi mereka nggak menunggu jawabannya. Sebaliknya, me?
reka berjalan bersama melewati rak majalah yang panjang,
tempat wajah Macey menatap ke luar dari sampul Newsweek,
bersama seluruh anggota keluarga McHenry lainnya, di bawah
judul yang berbunyi Keluarga Paling Berkuasa di Amerika"
Dillon menatap sampul majalah itu, kemudian menatap
Macey. Macey mengangkat pinggul. "Kami menghargai suara
yang kalian berikan dalam pemilihan."
Lama setelah mereka pergi, aku masih nggak bisa berpaling
dari bel yang berbunyi. Aku mengamati Anna berjalan di se?
panjang jalan bersama penyelamat-penyelamatnya"bersama
teman-temannya. Sebuah tangan melingkari pergelangan
tangan?ku, dan Josh berkata, "Hei." Aku melihat bayangannya
261 Isi-Editbaru.indd 261 di cermin dari sudut mataku, tapi sesuatu di balik jendela itu
membuatku nggak bisa berpaling.
Liz sedang berdiri di trotoar, menatapku melalui kaca se?
akan dia nggak mengenalku. Seakan dia nggak ingin mengenal?
ku. "Hei, ada apa?" tanya Josh, akhirnya memalingkan wajahku
untuk menghadapnya. "Apa yang kaulakukan dengan itu?" Ia
memberi isyarat ke arah setengah lusin botol aspirin yang
pasti telah kukumpulkan tanpa sadar di lenganku untuk ku?
lempar seperti bola-bola salju pada Dillon dan kroni-kroninya
kalau bantuan tidak datang.
"Oh." Aku menunduk. "Aku menjatuhkannya dan sedang
memungutinya." "Nggak apa-apa," kata Josh, lalu mendorong botol-botol itu
kembali ke atas rak. Aku menoleh kembali ke arah jendela, tapi Liz sudah meng?
hilang. 262 Isi-Editbaru.indd 262 t.c Bab Du a P u l u h E m p a t
ngin dingin bertiup masuk malam itu"dengan berbagai
cara. Api menyala di dalam semua lounge. Kami mengganti kaus
kaki selutut kami dengan celana ketat. Setiap jendela yang
kami lewati dilapisi es, menghalangi pandangan kami pada
dunia luar. Tapi nggak ada yang membuatku menggigil seburuk
pandangan di wajah Liz. Selama berhari-hari, rasanya seakan
kami masih dipisahkan oleh jendela apotek. Rasanya seakan
Liz hampir-hampir nggak mengenalku.
Saat aku sampai di lab kimia setelah makan malam pada
hari Selasa, Liz sudah ada di sana.
"Well, senang bertemu denganmu di sini," kataku, mencoba
ter?dengar riang sambil mengumpulkan barang-barangku dan
pindah ke meja lab di seberangnya.
Matanya terlindung di balik kacamata lab. Liz bah?kan
nggak mendongak. 263 Isi-Editbaru.indd 263 "Bumi memanggil Liz," aku mencoba lagi, tapi dia ber?
paling. "Aku nggak punya waktu untuk membantumu dengan PRmu, Cammie," kata Liz, dan itu mungkin hanya imajinasiku,
tapi aku bisa bersumpah semua gelas kimianya menjadi beku.
"Nggak apa-apa," kataku. "Kurasa aku bisa mengatasinya."
Kami bekerja dalam diam untuk waktu yang lama sebelum
Liz berkata, "Cowok itu teman Josh"benar, kan?"
Aku nggak perlu bertanya siapa yang dia maksud. "Yeah,
mereka bertetangga. Aku pernah bertemu dengannya, itulah
sebab?nya aku nggak bisa membahayakan?"
"Teman yang baik," sindir Liz.
"Dia besar mulut," kataku, mengulangi kata-kata Josh
padaku. "Dia nggak berbahaya."
Tapi suara Liz bergetar saat berkata, "Pergilah dan tanya
Anna seberapa nggak berbahayanya dia." Tentu saja, cerita
tentang pertemuan Anna di apotek telah menyebar ke manamana, dan Anna sekarang jadi semacam pahlawan"terima
kasih pada fakta bahwa Bex dan Macey berkeras bahwa Anna
benar-benar sudah bisa mengatasi situasi saat mereka sampai di
sana. Tapi aku nggak bisa berbagi ini dengan Liz. Kami berdua
mengetahui kebenarannya. "Kalau semuanya jadi nggak ter?
kendali, aku bisa saja?"
"Bisa atau akan?" tanya Liz.
Perbedaan antara kedua kata itu tampaknya nggak pernah
begitu besar. "Akan," kataku. "Aku akan menghentikannya."
"Bahkan jika itu berarti kehilangan Josh?" tanya Liz, nggak
menanyakan apa yang benar-benar ingin diketahuinya"bahwa
kalau dia, dan bukannya Anna yang menjadi incaran Dillon,
264 Isi-Editbaru.indd 264 apakah aku akan menyelamatkannya; jika itu berakhir pada
pertarungan antara aku yang sesungguhnya dan legendaku,
yang mana yang akan kupilih"
Pintu-pintu kaca di bagian belakang lab bergeser membuka
dan Macey berjalan masuk. "Hei, kupikir aku bisa menemukan
kalian berdua?" "Sudah terlalu jauh, Cammie," kata Liz, menggoyangkan
bahan-bahan dengan keras ke dalam campuran sampai seluruh?
nya mulai bergelembung dan berubah warna, seperti campuran
dalam kuali penyihir. "Kau sudah bertindak terlalu jauh."
"Aku sudah bertindak terlalu jauh?" kataku. "Bukan aku
yang meledakkan mobil Pelajaran Mengemudi!"
"Hei," sergah Liz. "Kita mengira dia honeypot!"
"Nggak." Aku menggeleng. "Kita mengira dia seorang co?
wok." Aku mengumpulkan barang-barangku. "Kita mengira dia
sepadan. Dan, kau tahu" Dia memang sepadan."
"Yeah," Liz berteriak padaku. "Well, aku nggak pernah me?
ngira kau tipe orang yang lebih memilih seorang cowok dari?
pada teman-temanmu!"
"Hei, tenanglah," kata Macey.
"Well, aku nggak pernah mengira aku punya teman-teman
yang akan memaksaku memilih!"
Saat aku mendekati pintu, kudengar Liz mulai bicara, tapi
Macey memotongnya, berkata, "Hei, cewek genius, kau nggak
tahu pengorbanan-pengorbanan macam apa yang rela dibuat
Cammie untuk teman-temannya."
"Apa yang kau?" Liz memulai, kemudian suaranya me?
lembut sedikit saat bertanya, "Kenapa" Apa yang kau tahu?"
Saat Macey bicara, ia nggak meninggalkan ruang untuk ke?
raguan. "Cukup untuk berkata, mundurlah."
265 Isi-Editbaru.indd 265 sp Pintu-pintu kaca bergeser membuka dan aku melesat me?
lewatinya tepat saat Liz berkata, "Oke," tapi aku nggak bisa
berhenti bergerak, nggak berani melambatkan langkahku sam?
pai aku mencapai lemari persediaan di koridor timur, tempat
aku menggeser setumpuk lampu fluorescent panjang ke samping,
me?nyambar sebuah senter dari rak teratas, dan menemukan
batu longgar yang kutemukan suatu hari pada kelas tujuhku
saat mencari-cari Onyx, kucing Buckingham.
Batu itu terasa dingin di bawah tanganku saat aku men?
dorongnya dan merasakan embusan udara saat dindingnya
ber?geser ke samping. Segaris kecil cahaya muncul di bawah
pintu di belakangku, tapi cahaya itu memudar dan menghilang
di dalam bentangan kegelapan yang dalam.
Satu jam kemudian aku berdiri di dalam bayang-bayang Bellis
Street, menggigil di dalam kegelapan.
Apa yang ingin kucapai dengan menyelinap melewati te?
rowong?an rahasia, memanjat pagar, dan secara harfiah meng?
intai rumah Josh di dalam kegelapan" Aku nggak tahu. Sebalik?
nya, aku hanya berdiri seperti orang idiot (bahkan orang idiot
yang sangat pintar membaur saat berkeliaran bisa merasa
sangat konyol saat melakukannya).
Ini mungkin waktu yang baik untuk menunjukkan bahwa
meski?pun tampaknya aku sedang menguntit"aku tidak melaku?
kan itu. Menguntit adalah kegiatan yang dilakukan cowokcowok menyeramkan dengan jenggot berantakan dan noda di
kaus mereka. Anak-anak genius dengan tiga tahun latihan
mata-mata top secret nggak menguntit"kami mengintai.
(Oke, aku mungkin memang menguntit"sedikit.)
Tirai berlubang-lubang warna putih dibuka di jendela dapur,
266 Isi-Editbaru.indd 266 tempat ibu Josh terlihat sedang mencuci piring. Saat Josh
berjalan melewati dapur, ibunya meniupkan busa sabun pada?
nya dan dia tertawa. Aku memikirkan Bex, yang mungkin juga
sedang tertawa tepat pada saat itu. Aku memikirkan Mom,
yang air matanya hanya muncul dalam kerahasiaan. Aku me?
mikirkan hidupku"yang kumiliki dan yang kuinginkan, jadi
yang kulakukan hanyalah berdiri menggigil dalam udara dingin,
mengamati Josh tertawa, saat aku mulai menangis.
Tapi itu hak cewek, bukan" Untuk menangis sesekali tanpa
alasan" Sungguh, kalau kau memikirkan tentangnya, itu seharus?
nya ada di dalam Konstitusi. Mungkin aku akan menyelundup
ke dalam Arsip Nasional kapan-kapan dan menuliskan itu di
dalam?n?ya. Bex benar-benar akan membantuku. Entah bagai?
mana, aku merasa para Bapak Bangsa nggak akan keberatan.
267 Isi-Editbaru.indd 267 t.c Bab Du a P u l u h L i m a
engan ujian-ujian akhir dan stres yang menyertainya, aku
nggak melihat Liz lagi sampai waktu makan malam berikutnya,
saat ia membawa potongan pizanya dan duduk di sebelahku.
"Jadi, ke mana kau pergi kemarin malam?" tanyanya. Tapi se?
belum aku bisa menjawab, ia berkata, "Untuk bertemu Josh?"
Aku mengangguk. "Kau nggak putus dengannya, kan?" Liz terdengar sungguhsungguh prihatin.
"Nggak," kataku syok.
"Bagus." Liz pasti merasakan kebingunganku karena ia
berkata, "Josh baik padamu dan kau pantas mendapatkannya."
Ia menatap berkeliling Aula Besar pada ratusan cewek lainnya
yang seperti kami. "Kita semua pantas mendapatkannya."
Yeah, aku menyadari, menurutku kami memang pantas.
Aku diam-diam melirik Bex yang duduk di sebelahku, ter?
tawa. Kami semua pantas mendapatkan tawa, cinta, dan jenis
268 Isi-Editbaru.indd 268 teman-teman yang kumiliki di sisiku, tapi saat aku mengamati?
nya, aku nggak bisa nggak bertanya-tanya apakah Bex masih
akan menganggap hidup begitu lucu kalau dia tahu semua yang
kuketahui. Aku bertanya-tanya apakah jika nasib ayah kami
dibalik, akankah kepribadian kami juga akan tertukar" Akan?
kah aku yang akan berdiri di Aula Besar, membiarkan Anna
Fetterman mendemonstrasikan bagaimana ia melindungi diri
dari segerombolan penduduk kota yang marah berjumlah dua
puluh orang (karena, makin lama, gerombolan itu bertambah
jadi sangat banyak)" Akankah Bex, Bex yang cantik, akan
men?jadi si Bunglon, jika semuanya ditukar"
"Miss Baxter!" Aku menoleh, melihat Profesor Buckingham
berjalan ke arah kami. Aku merasakan jantungku berhenti"
secara harfiah. (Itu bisa terjadi"aku tahu, aku sudah bertanya
pada Liz.) Ia berjalan mendekat, terpusat seperti kekuatan
alam, dan memang begitulah dirinya.
Macey berada di seberangku dan kami saling melirik"ke?
takutan tak terucap bergantung di antara kami seperti bau
minyak zaitun dan keju yang meleleh, tapi di sebelahku, Bex
nggak terpengaruh, dan aku ingat betapa kuatnya sebuah
rahasia. Saat dia mendekat, aku mencoba membaca arti di dalam
tatapan Buckingham, tapi mata itu sama dingin dan kosongnya
seperti batu. "Miss Baxter, aku baru saja menerima telepon?" Bucking?ham
memulai kemudian, pelan sekali, memalingkan tatapannya ke
arahku. ?"dari ayahmu." Udara kembali ke paru-paruku. Darah
mulai bergerak di dalam pembuluhku dan aku cukup yakin
Buckingham mengirimkan sesuatu yang mirip kerlingan ke
arahku. "Dia bilang menitipkan halo padamu."
269 Isi-Editbaru.indd 269 Sikuku jatuh ke meja dan di seberangku, Macey menampak?
kan kelegaan yang sama. Sudah selesai.
"Oh," kata Bex, tapi ia bahkan belum berhenti me?ngunyah.
"Itu bagus." Dia nggak akan pernah tahu betapa bagusnya.
Aku melirik ke arah meja utama dan Mom mengangkat
gelas ke arahku. Di sebelahku, Bex nggak mengembuskan
desah?an lega. Dia nggak mengucapkan doa syukur. Dia nggak
melakukan satu pun hal-hal yang ingin kulakukan, tapi nggak
apa-apa, kurasa. Ayahnya masih berada di atas kawat tinggi.
Hanya saja Bex nggak mendongak untuk melihat semua itu.
Hampir semua orang telah pergi ke lantai atas dua puluh
menit kemudian, saat Bex dan aku mulai beranjak pergi.
"Jadi, apa yang ingin kaulakukan sekarang?" tanya Bex.
"Kurasa kita bisa melakukan apa saja," kataku dan itu
benar. Kami meninggalkan aula, nggak penting ke mana kami
pergi. Kami terlatih, muda, dan punya seluruh sisa hidup kami
untuk menanggung kekhawatiran orang-orang dewasa. Saat itu,
aku hanya ingin merayakan bersama sahabatku"meskipun dia
nggak tahu sebabnya. "Ayo, kita ambil semua es krim yang bisa kita bawa
dan?" Tapi aku melihat Liz berlari menuruni tangga spiral, ber?
teriak, "Cammie!" seakan aku belum berhenti. Kemudian Liz
berbisik, atau setidaknya mencoba untuk berbisik, tapi aku
bersumpah semua orang di seluruh mansion pasti mendengarnya
saat ia berkata, "Ini tentang Josh!"


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Perang-perang dimenangkan dan dikalahkan, usaha-usaha pem?
bunuhan dihalangi, dan wanita-wanita menghindari muncul di
270 Isi-Editbaru.indd 270 sp acara yang sama dengan gaun yang sama"semua karena intel
yang benar-benar hebat. Itulah sebabnya kami punya banyak
pelajaran yang dikhususkan untuk masalah ini. Tapi saat Liz
menyeretku ke dalam suite kami, aku nggak terlalu menghargai
betapa pentingnya semua itu sampai aku melihat layar.
"Ini ada di sini saat aku kembali dari makan malam."
Liz yang malang. Dia melakukan pekerjaan mengagumkan
ini untuk membuat kami tersambung ke dalam sistem ke?
hidupan Josh, dan hanya dengan menatapnya aku bisa tahu
bahwa dia rela memberikan apa pun untuk menghapuskan
semuanya saat itu juga. Bagaimanapun, ketidakpedulian adalah
kebahagiaan. Tapi masalahnya adalah, untuk mata-mata,
ketidakpedulian biasanya nggak bisa berlangsung lama.
From: D"Man To: JAbrams Apakah kau sudah sadar" Kuberitahu kau"aku melihatnya
DENGAN MATAKU SENDIRI. Kau harus memercayaiku se?
karang. DIA BERSEKOLAH DI AKADEMI GALLAGHER!! Dia
berbohong padamu!! Bagaimana bisa kau lebih memercayai
kata-kataNYA daripada kata-kataKU"
From: JAbrams To: D"Man Aku memercayai Cammie. Aku percaya padanya. Kau
mungkin hanya mengira melihatnya berjalan bersama beberapa
cewek itu hari Sabtu. Dia bahkan nggak mengenal mereka.
Percayalah padaku. Jangan ungkit-ungkit masalah ini lagi.
Jawaban Dillon satu baris saja.
27 1 Isi-Editbaru.indd 271 From: D"Man To: JAbrams Malam ini. 9:00. KITA AKAN MENDAPATKAN BUKTI!
Nah, pada saat ini aku mulai panik, dan itu sangat nggak
khas mata-mata, tapi cukup khas cewek, jadi kupikir aku
masih sesuai dengan hak-hak femininku. "Bukti" yang biasa?
nya di?maksud cowok remaja dalam film melibatkan perlengkap?
an video dan/atau pakaian dalam feminin, jadi aku berteriak,
"Oh, astaga!" dan mulai mencari-cari catatan Liz. Tentunya
di suatu tempat di dalam semua tong pengetahuan itu ada
instruksi-instruksi tentang apa yang harus dilakukan saat
penyamaranmu, sepenuhnya dan tanpa dapat diperbaiki, telah
terbongkar. Diperhadapkan pada kenyataan bahwa operasi telah dibahayakan
dengan parah, Pelaksana membuat daftar alternatif, yang
termasuk (tapi tidak terbatas pada) hal berikut:
A. Pengarahan salah: dengan variasi dari pendekatan "kau
pasti melihat orang yang mirip aku", salah satu dari Para Pelak?
sana bisa menyamar menjadi Cammie dan memanjat dinding
sementara Cammie mengamati bersama Josh dan Dillon lalu
berkata, "Apakah dia yang kaulihat?" (Yang pasti efektif kalau
Subjek rabun jauh.) B. Simpati: teknik ini bukan hanya sudah dipakai dengan
sukses oleh mata-mata selama berabad-abad, tapi juga teknik
utama cewek-cewek remaja. Pembicaraan yang akan terjadi
mungkin mirip seperti berikut ini:
JOSH: Cammie, apakah benar kau bersekolah di Akademi
272 Isi-Editbaru.indd 272 Gallagher, rumah pewaris-pewaris busuk yang menjijikkan, dan
bukan ikut homeschooling, seperti yang awalnya kauceritakan
padaku" CAMMIE: (langsung berurai air mata"catatan: air mata sangat
penting!) Ya. Itu benar. Aku memang bersekolah di Akademi
Gallagher, tapi tak seorang pun di sana mengerti aku. Itu bukan
sekolah; (berhenti sejenak dengan dramatis) itu penjara. Aku
mengerti kalau kau nggak mau bertemu denganku lagi.
JOSH: Bagaimana aku bisa membencimu, Cammie" Aku men?
cintaimu. Dan, kalau mungkin, sekarang aku bahkan lebih men?
cintaimu. C. Eliminasi: Dillon, alias D"Man, bisa "disingkirkan." (Alter?
natif ini gagal mencapai dukungan penuh.)
Ini semua pilihan yang cukup bagus (well, C nggak, tapi
aku merasa seakan aku berutang pada Bex untuk setidaknya
me?masukkan pilihan itu), tapi saat aku menimbang-nimbang?
nya, dan pukul sembilan jadi semakin dekat, aku tahu ada
pilihan lain. Pilihan yang belum kami tulis di kertas.
Josh dan Dillon akan datang untuk meperoleh bukti, dan
walaupun rumor bahwa bagian keamanan baru-baru ini ber?
investasi dalam panah beracun mungkin nggak benar, aku
masih nggak ingin memikirkan apa yang akan terjadi kalau
Josh datang mencariku"sekarang atau kapan pun. Dan saat
aku memikirkannya seperti itu, aku benar-benar hanya punya
satu pilihan. "Aku segera kembali," kataku sambil memasukkan antinganting dari Josh ke saku dan meraih kalung salib perakku,
ber??pegang?an pada legendaku sampai akhir.
27 3 Isi-Editbaru.indd 273 Aku berjalan ke arah pintu saat Bex memanggil, "Apa yang
akan kaukatakan padanya?"
Aku nggak berhenti saat berkata, "Kebenaran."
274 Isi-Editbaru.indd 274 t.c Bab Du a P u l u h E n a m
ell, jelas maksudku bukan "Yang sebenarnya, seluruh ke?
benaran, dan hanya kebenaran". Maksudku lebih mirip kebenar?
an Kode Merah"kebenaran yang dipersingkat. Kebenaran
mata-mata. Ya, aku bersekolah di Akademi Gallagher.
Ya, aku berbohong padamu.
Ya, kau nggak bisa memercayai satu hal pun yang sudah
kukatakan atau kulakukan.
Tapi inilah masalahnya tentang kebenaran mata-mata:
kadang-kadang itu nggak cukup untuk mencapai tujuan misi?
mu. Kadang-kadang kau memerlukan lebih banyak, dan walau?
pun aku nggak ingin melakukannya, mungkin memang cocok
bahwa hubungan yang dimulai dengan kebohongan harus
diakhiri dengan kebohongan juga.
Tidak, aku tidak pernah benar-benar mencintaimu.
Tidak, aku tidak peduli kalau kau terluka.
27 5 Isi-Editbaru.indd 275 Tidak, aku tidak mau bertemu denganmu lagi.
Mansion tampak sangat hening dan kosong begitu cepat
untuk ukuran Senin malam. Langkah-langkah kakiku bergema
di dalam koridor-koridor yang redup, tapi aku nggak takut de?
ngan suaranya. Terowongan-terowongan menungguku, dan
Josh, serta akhir dari sesuatu yang sangat kuhargai.
Tetap saja, sebelum aku memanjat dinding untuk terakhir
kalinya, ada sesuatu yang nggak sanggup kubawa ke atasnya.
Kantor Mr. Solomon nggak tepat berada di arahku"tapi
cukup dekat. Aku meraih ke dalam saku belakang jinsku untuk
mengambil formulir terlipat yang diberikan Mr. Solomon pada
kami"yang telah dikumpulkan semua orang kecuali aku.
Kertas itu berkerut dan lecek, dan aku menyadari bahwa aku
sudah membawa-bawanya hampir ke mana pun aku pergi
selama berminggu-minggu"tak ditandatangani, belum selesai
diisi. Dua puluh empat jam sebelumnya, aku bahkan takut me?
natap kertas ini, tapi begitu banyak hal bisa terjadi di dalam
kehidupan mata-mata dalam waktu sesingkat itu"ayah bisa
terlahir kembali, pertemanan bisa hidup dan mati, cinta sejati
bisa menghilang seperti kertas tempat kata-kata cintanya di?
tulis?kan. Dua puluh empat jam sebelumnya, aku duduk di
puncak dinding-dinding kami, tapi sekarang aku tahu di sisi
mana semestinya aku berada.
Dua kotak itu terletak di dasar halaman, seperti cabang di
jalan yang sudah lelah kujalani. Di balik dinding-dinding kami
ada seorang cowok yang hanya bisa kulukai, dan di dalamnya
ada orang-orang yang bisa kutolong. Itu mungkin keputusan
paling sulit dalam hidupku, dan aku membuatnya dengan meng?
goreskan tanda X. Itulah salah satu peraturan utama Operasi
276 Isi-Editbaru.indd 276 Rahasia: jangan membuat apa pun lebih sulit daripada yang
seharusnya. Itu benar; seluruh situasi ini sudah cukup sulit.
"Hai, Josh. Halo, Dillon, senang sekali bertemu denganmu
lagi," aku berlatih sambil berjalan bolak-balik di bawah
bayang-bayang di trotoar"menunggu, nggak benar-benar me?
mikir?kan tentang apa yang harus kulakukan, sebaliknya men?
coba mencari cara untuk secara nggak-sengaja-tapi-sengaja
me?nendang kepala Dillon"dengan keras.
Bip. Bip bip. Bipbipbip. Aku melirik ke bawah pada arlojiku dan melihat titik me?
rah di layarnya bergerak makin dekat ke posisiku saat pelacak?
nya menjadi bunyi Bip-bip-bip-bip-biiiiiiiiiiiip konstan.
Aku mematikannya untuk sementara, tepat saat aku men?
dengar gema suara Dillon, "Kuberitahu kau, ini akan men?
jadi?" "Hai, guys." Oke, jadi kebunglonanku nggak benar-benar
hilang, karena cukup jelas bahwa tadi mereka nggak sadar aku
ada di sana. Dillon bahkan menjatuhkan talinya. (Omongomong, cowok cengeng macam apa yang perlu tali untuk me?
manjat dinding batu setinggi enam meter" Aku sudah melaku?
kan itu sejak kelas dua!)
Tapi fakta bahwa aku mengagetkannya nggak menghentikan
Dillon untuk bersikap sangat sombong (begitu dia berhasil
menggulung tali dan segalanya). "Well, well, well." Ia berjalan
ke arahku. "Ini dia. Bagaimana sekolah hari ini?" tanyanya, se?
akan ia benar-benar pintar dan akan membuatku keceplosan.
"Baik." Aku menelan ludah. Aku nggak ingin menatap Josh.
Kalau aku melakukannya, aku takut keberanianku akan runtuh.
277 Isi-Editbaru.indd 277 Lebih dari segalanya, aku ingin Dillon mengajakku ber?tengkar.
Aku bisa berteriak pada Dillon; aku bisa menjerit; Pelototan
Gallagher-ku pantas untuknya. Tapi Josh cerita lain.
"Kami memang datang untuk bertemu denganmu," kata
Dillon, beringsut makin dekat.
"Sungguh?" kataku, menambahkan kegugupan palsu pada
suaraku. "Tapi?" aku melirik pada mereka berdua, bergantiganti. "Kalian nggak tahu di mana aku tinggal."
"Oh, tentu kami tahu," kata Dillon. "Aku melihatmu hari
Sabtu. Berjalan kembali ke sekolah. Dengan teman-temanmu."
"Tapi" aku kan homeschooling." Dan Academy Award untuk
Aktris Terbaik dalam Drama Remaja dimenangkan oleh"Cammie
Morgan! "Aku nggak tahu apa maksudmu."
Lampu jalan di atas kami berkedip mati-hidup, dan dalam
setengah detik kegelapan itu, Dillon melangkah makin dekat.
"Menyerahlah, Cewek kaya. Aku MELIHATmu!"
Di belakangnya, Josh berbisik, "Dillon?"
"Yeah, kau nggak memiliki kota ini, kau tahu. Aku nggak
peduli apa yang ayahmu?"
"Dillon," Josh berkata lagi, lebih keras.
Sekarang aku nggak bisa nggak menatap Josh. Aku nggak
bisa berhenti menatapnya.
"Aku benar-benar minta maaf," bisikku. Itu pengakuan ke?
salahan yang telah ditunggu-tunggu Dillon. Dia hanya nggak
tahu pengakuanku untuk kejahatan yang salah. "Aku benarbenar minta maaf. Aku benar-benar?"
"Cammie?" tanya Josh, seakan mencoba mengenaliku.
"Cammie, apakah?"
Aku mengangguk, nggak bisa membalas tatapannya melalui
pandanganku yang kabur akibat air mata.
278 Isi-Editbaru.indd 278 "Lihat, kan!" kata Dillon, mengejekku. "Aku sudah bilang
padamu?" "Dillon!" Josh memotongnya. "Pergi" saja dari sini."
"Tapi?" Dillon memulai dan Josh melangkah ke depanku.
Josh mencoba melindungiku dari Dillon, tapi sebenarnya dia
baru saja mengambil kesempatan terbaik yang pernah kumiliki
untuk mencakar mata si brengsek kecil itu. (Secara harfiah,
mencakar mata akan ada di ujian final P&P.)
"Dillon, pergi saja," kata Josh, memaksa temannya untuk
mundur. Tapi itu nggak menghentikan D"Man dari berkata
dengan sombong, "Sampai ketemu di sekitar sini."
Aku ingin menonjok, menendang, dan membuatnya merasa?
kan sebanyak mungkin rasa sakit, tapi aku ingat bahwa se?banyak
apa pun latihan P&P nggak akan membantuku mem?buat dia
terluka seperti aku terluka. Bahkan Akademi Gallagher pun
nggak mengajarimu cara mematahkan hati seseorang.
Saat Dillon berjalan pergi, aku memikirkan kebohongankebohongan yang telah kurencanakan untuk kukatakan pada
Josh, dan selama sedetik kukira aku nggak bisa melakukannya.
Aku nggak bisa melukainya"saat itu atau kapan pun. Tapi
begitu Dillon menghilang, Josh berbalik dan berseru, "Apakah
itu benar?" "Josh, aku?" Ia melangkah makin dekat. Suaranya lebih tajam. "Kau
salah satu dari mereka?"
Salah satu dari mereka"
"Josh?" "Seorang Gallagher Girl." Sepanjang hidupku, sebutan itu
dikagumi, hampir dipuja, tapi di bibir Josh itu adalah hinaan.
Dalam sekejap itu ia bukan lagi cowok impianku dan mulai
279 Isi-Editbaru.indd 279 menjadi salah satu anggota gerombolan Dillon di apotek; ia
mengeroyok Anna; ia menghakimiku, jadi aku membentak,


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Jadi kenapa kalau memang begitu?"
"Humph!" kata Josh, kemudian menggeleng, menatap ma?
lam yang gelap. "Seharusnya aku tahu." Ia menendang tanah
seperti yang sudah kulihat dilakukannya ribuan kali, dan ia
bicara, hampir seperti pada diri sendiri. "Homeschooling." Ke?
mudi?an Josh menatapku. "Jadi aku ini apa" Semacam lelucon"
Apakah itu seperti, hei, siapa yang bisa mengerjai penduduk
kota" Apakah itu?"
"Josh?" "Nggak, aku benar-benar ingin tahu. Apakah itu minggu
amal" Atau bulan berkencan dengan cowok pengantar pesanan
lokal" Atau?" "Josh!" "Atau apakah kau cuma bosan?"
"YA!" aku berteriak pada akhirnya, ingin semuanya ber?
henti. "Ya, oke. Aku bosan, aku ingin melihat apakah aku bisa
melakukannya dan nggak ketahuan, oke?"
Mr. Solomon benar"jenis siksaan terburuk adalah melihat
orang yang kaucintai terluka.
Josh mundur, suaranya hampir berupa bisikan saat berkata,
"Oke." Kami berdua sudah melangkah terlalu jauh"mengata?
kan terlalu banyak"tapi saat itu kami berdua tahu bahwa ada
alasan-alasan kuat kenapa Gallagher Girls nggak berkencan
dengan cowok-cowok Roseville. Joah hanya nggak tahu bahwa
alasan-alasan itu harus dirahasiakan.
"Dengar, aku akan pergi besok," kataku, tahu bahwa aku
nggak bisa membiarkan Josh memanjat pagar sekolah malam
itu atau kapan pun. "Aku harus mengucapkan selamat tinggal."
280 Isi-Editbaru.indd 280 Aku meraih ke dalam sakuku untuk mengambil anting-anting
itu. Benda itu berkilauan di tanganku seperti bintang jatuh.
"Mungkin seharusnya kau mengambil ini kembali."
"Nggak," kata Josh, menepiskan anting itu. "Itu milikmu."
"Nggak." Aku mendorongnya ke tangan Josh. "Ambillah
ini. Berikan pada DeeDee." Josh terlihat syok. "Kurasa dia
akan sangat menyukainya."
"Yeah, oke." Ia memasukkan anting-anting itu ke sakunya
saat aku memaksakan seulas senyum.
"Hei, jaga dirimu, oke?" Aku maju selangkah, kemudian
ingat bagaimana dia merasa terbelenggu pada satu macam ke?
hidupan sementara aku merasa terikat pada kehidupan yang
lain. "Dan soal kehendak bebas?"
"Yeah?" katanya, terdengar terkejut karena aku ingat.
"Semoga beruntung dengan itu."
Kehendak bebas. Aku menggunakan milikku untuk pergi"
kembali ke kehidupan yang mengikatku, kehidupan yang telah
kupilih"jauh dari cowok yang telah menunjukkan padaku
tepatnya apa yang kukorbankan. Aku berharap Josh nggak
meng?amatiku pergi. Di dalam pikiranku, dia sudah berbelok di
sudut"membenciku sedikit, membiarkan itu untuk menjemba?
tani jurang di atas kesedihannya. Aku berjalan terus menembus
kegelapan, tapi aku nggak menoleh ke belakang.
Kalau aku melakukannya, aku mungkin bakal melihat van
itu. 28 1 Isi-Editbaru.indd 281 Bab Du a P u l u h T u j u h
an-ban berdecit di trotoar. Aku mencium karet terbakar
dan mendengar teriakan serta suara besi bergesekan pada
besi"sebuah pintu, kurasa. Tangan-tangan menutupi mataku,
mem?bekap mulutku, persis seperti pada malam yang lain, di
jalan yang lain, ketika sepasang tangan lain muncul entah dari
mana. Autopilot bekerja, dan beberapa detik kemudian pe?
nyerang?ku tergeletak di kakiku"tapi itu bukan Josh"kali itu
bukan. Sepasang tangan lain meraihku. Tinju di mana-mana. Aku
me?nendang"kena"mendengar suara yang familier, "Oh,
astaga, itu sakit." Tapi sebelum aku bisa memproses apa yang kudengar, aku
ber?baring tertelungkup di dalam van, dan seseorang meme?
rintah?kan, "Jalan!"
Aku terbaring di sana, tak bergerak, benar-benar kesal, ka?
rena, walaupun Mr. Solomon sudah memberi berbagai petunjuk
selama berminggu-minggu bahwa ujian akhir semester Operasi
282 Isi-Editbaru.indd 282 Rahasia kami adalah ujian praktik, aku nggak menyadari be?
tapa harfiah maksudnya sampai Mr. Smith menutup mata?ku
dan mengikat tanganku. "Maaf, Mr. Mosckowitz," gumamku, merasa bersalah karena
menendangnya begitu keras. Bagaimanapun, itu baru misi
kedua yang ia ikuti, dan aku menendangnya di perut. Lagi
pula, aku cukup yakin dia mudah memar.
Ia mendesah kecil sebelum berkata, "Tidak apa-apa. Aku
akan" baik-baik saja."
"Harvey?" Mr. Solomon memperingatkan.
"Benar. Diamlah," kata Mr. Mosckowitz, menyodok tulang
rusukku pelan, kedengarannya ia mengalami saat-saat paling
menyenangkan dalam hidupnya.
Karena itu merupakan tes, aku tahu sebaiknya aku me?
lakukan seperti bagaimana aku sudah dilatih. Aku berbaring
di lantai van itu, menghitung detik-detik (987 detik, omongomong), mencatat bagaimana kami ber?belok ke kanan sekali,
ke kiri dua kali, satu putar balik, dan melewati beberapa
polisi tidur yang membuatku mendapatkan kesan samar
bahwa kami memutar jalan melewati tempat parkir Piggly
Wiggly. Saat van itu berbelok ke selatan, aku rela mempertaruhkan
nilai semesterku dalam Operasi Rahasia (yang, secara teknis,
memang itulah tepatnya yang kupertaruhkan) bahwa kami
menuju ke kompleks perindustrian di tepi selatan kota.
Pintu-pintu terbuka dan terbanting menutup. Orang-orang
keluar. Seseorang menarikku berdiri di tempat parkir berkerikil,
kemudian dua pasang tangan kuat menyeretku ke lantai beton
lalu ke dalam cahaya buatan dan gema hampa dari ruangan
yang sangat besar dan kosong.
28 3 Isi-Editbaru.indd 283 "Dudukkan dia. Ikat dia," perintah Mr. Solomon.
Apakah seharusnya aku melawan sekarang" Apakah se?
harusnya aku melawan nanti" aku bertanya-tanya, kemudian
mengambil risiko"aku menendang dan mengenai sesuatu.
"Kau tahu, Miss Morgan, yang baru saja kauhantam itu
ibumu," kata Mr. Solomon.
"Oh, aku benar-benar minta maaf!" teriakku, berbalik, se?
akan aku bisa melihat Mom dari balik penutup mataku.
"Gerakan bagus, kiddo."
Seseorang mendorongku ke kursi dan aku mendengar Mr.
Solomon berkata, "Oke, Miss Morgan, kau tahu aturannya: ti?
dak ada peraturan. Kau bisa memukul sekeras kau ingin me?
mukul. Kau bisa berlari sekencang kau ingin lari." Napas
beraroma permen karet peppermint.
"Ya, Sir." "Timmu ditugaskan untuk mengambil disket berisi informasi
penting. Kau tertangkap dan ditahan untuk diinterogasi. Tim
pengambil akan mengincar dua paket. Mau menebak apa
itu?" "Disketnya dan saya?"
"Bingo." "Kau tidak bisa yakin bahwa mereka bisa melacakmu ke
lokasi ini." Aku mendengarnya melangkah menjauh, kakinya
menggesek lantai beton. "Apakah mereka Gallagher Girls?" tanyaku.
"Ya." "Kalau begitu mereka akan datang."
Lima belas menit kemudian, aku dikurung di dalam sebuah
ruangan. Mataku ditutup dan aku diikat pada sebuah kursi,
284 Isi-Editbaru.indd 284 dan berterima kasih pada bintang keberuntunganku karena
mereka membuatnya begitu mudah untukku.
Mereka meninggalkanku bersama Mr. Mosckowitz.
"Saya benar-benar menyesal, Mr. M," kataku. "Sungguh."
"Hm, Cammie, aku cukup yakin kita seharusnya tidak bi?
cara." "Oh, benar. Maaf." Aku diam sekitar dua belas detik. "Ha?
nya saja kalau saya tahu itu hanya tes, saya tidak akan meng?
gunakan salah satu gerakan terlarang"saya bersumpah!"
"Oh." Keheningan yang berat memenuhi ruangan saat aku
menunggu kata-kata Mr. Mosckowitz yang nggak terelakkan,
"Terlarang?" "Jangan khawatir. Saya yakin Anda akan baik-baik saja.
Anda pasti tidak merasa pusing atau melihat bintik-bintik,
kan?" "Oh, astaga." Untuk ukuran orang paling berwenang di dunia dalam masa?
lah pengkodean data, Harvey Mosckowitz kurang-lebih orang
yang sangat mudah ditebak.
"Hei, Mr. M, jangan khawatir," kataku, mencoba terdengar
ber?pura-pura tenang. "Hanya jadi masalah kalau memar-memar
merahnya muncul di bagian tersempit punggung Anda. Anda
tidak memar-memar. Ya, kan?"
Saat itulah aku mendengar suara-suara dari laki-laki genius
berijazah sedang berputar-putar dalam lingkaran seperti anjing
yang mengejar ekornya. "Aku tidak bisa" Oh, rasa pusingnya jadi semakin buruk."
(Aku nggak ragu"Mr. M berputar-putar cukup kencang.)
"Sini." Ia melepaskan penutup mataku. "Kau yang lihat."
Sayangnya, hanya semudah itu, dan semuanya akan jadi
28 5 Isi-Editbaru.indd 285 t.c jauh lebih mudah kalau aku nggak takut menggunakan salah
satu gerakan terlarang yang sebenarnya (terutama karena aku
menyukai Mr. Mosckowitz, dan aku nggak punya izin tertulis
dari Sekretaris Pertahanan dan segalanya). Tetap saja, Mr.
Mosckowitz cukup bersikap sportif tentangnya.
"Oh, kalian, Anak-anak," katanya dengan cara yang sangat
ah-sial, begitu aku berhasil membuatnya terikat ke kursi.
"Duduk saja dengan tenang, Mr. M. Ini akan segera sele?
sai." "Ehm, Cammie?" tanyanya saat aku berjalan menuju pintu.
"Aku tidak terlalu buruk, kan?"
"Anda hebat." Hal pertama yang harus kulakukan adalah keluar dari ruangan
itu. Disketnya nggak ada di sana"kalau ada, nggak mungkin
Mr. Solomon hanya meninggalkan Mr. Mosckowitz untuk
menjaganya, jadi aku melesat melewati gudang yang kosong ke
sebuah pintu keluar, memeriksa seandainya ada sensor dan
alarm, kemudian berlari keluar ke bawah bayang-bayang kom?
pleks itu. Di luar, aku merasakan mataku menyesuaikan diri pada
kegelapan. Sedikit cahaya keluar dari bangunan yang baru saja
kutinggalkan, tapi selain itu aku nggak dikelilingi apa pun
kecuali baja tua berkarat, dan jendela-jendela retak yang gelap.
Angin dingin berembus melewati labirin itu, berdesir di antara
bangunan-bangunan, meniup dedaunan mati dan kumpulan
debu di sepanjang tempat parkir berkerikil. Aku menyipitkan
mata dalam kegelapan, mencoba merasakan gerakan apa pun,
tapi kalau bukan karena kawat baru yang berkilauan di sebuah
pagar kawat tinggi serta beberapa kamera pengawas yang di?
286 Isi-Editbaru.indd 286 sembunyikan dengan sangat baik, aku bakal bersumpah tempat
itu adalah kota hantu. Kemudian aku mendengar derakan statis dan suara fami?
lier. "Kutu buku pada Bunglon. Bunglon, apakah kau bisa men?
dengar?ku?" "Liz?" aku berbalik.
"Bunglon, ini Kutu buku, ingat" Kita memakai nama sandi
saat menggunakan unit komunikasi?"
Tapi aku nggak menggunakan unit komunikasi! Aku sedang
menjalankan misi untuk putus dari pacar rahasiaku. Aku nggak
siap menjalankan tugas aktif. Tapi kemudian aku teringat salib
perak yang tergantung di leherku.
Sebelum aku bahkan bisa bertanya, Liz menjelaskan. "Pada
suatu akhir pekan aku merasa bosan dan memutuskan untuk
mem?betulkan kalungmu. Dan meng-upgrade-nya. Bagaimana
me?nurutmu?" Menurutku teman-temanku brilian dan juga sedikit menakut?
kan, itulah menurutku. Tapi tentu saja aku nggak mengatakan
itu padanya. "Jadi, bagaimana hasil proyekmu?" tanya Liz, dan aku ingat
bah?wa setengah sekolah mungkin sedang mendengarkan. "Mak?
sudku, apakah ada komplikasi atau?"
"Liz," sergahku, nggak ingin memikirkan Josh atau apa yang
baru saja kulakukan. Waktu untuk menangis dengan temanteman cewekmu karena patah hati seharusnya dilakukan de?ngan
es krim cokelat dan film-film chick flick"bukan senjata pem?bius
dan rompi antipeluru. "Di mana disketnya?" tanya?ku.
Kali ini, suara Bex yang menjawab, "Menurut kami, disket?
287 Isi-Editbaru.indd 287 nya ada di dalam bangunan besar di sisi utara kompleks. Tina
dan Mick pergi mengintai, dan kami menunggu di sini."
"Di mana di sini itu?"
"Lihat ke atas."
Dua hari setelah pemakaman Dad, Mom pergi menjalankan
misi. Baru saat itu aku mengerti"bahwa kadang mata-mata
nggak memerlukan penyamaran sebanyak dia memerlukan pe?
lindung. Berjongkok di atas atap di antara Bex dan Liz, aku
bukanlah cewek yang baru saja putus dengan pacarnya; aku
menatap arlojiku dan mengecek perlengkapanku, bukannya
menangis. Aku punya misi, bukan hati yang patah.
"Oke," kata Liz, saat sebagian besar anak kelas sepuluh ber?


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kerumun di sekitarnya. "Tebakanku adalah, sebenarnya tempat
ini dimiliki sekolah kita, karena seseorang jelas sudah menyun?
tik?kan uang yang sangat banyak ke dalamnya." Ia menunjuk
pada diagram dasar, yang menurut insting mata-mata superku
terbuat dari Evapopaper dan eyeliner. "Ada alat pemicu gerakan
di sekelilingnya. Jendela-jendelanya dihubungkan dengan
alarm." Bex berbinar-binar mendengar ini, tapi Liz menghenti?
kan antusiasmenya dalam sekejap. "Asli karya Dokter Fibs.
Nggak mungkin kita bisa memecahkannya pada tengah malam
dengan perlengkapan minimal."
"Oh." Bex menjadi lesu seakan teman-temannya sengaja
tidak membiarkannya bersenang-senang.
Eva mengarahkan alat yang terlihat seperti senjata radar
biasa tapi sebenarnya detektor panas tubuh ke arah bangunan
di seberang kami dan mengayunkannya dari sisi ke sisi sebelum
berkata, "Bingo. Kita dapat hot spot."
Setidaknya selusin gambar merah berjalan mondar-mandir
288 Isi-Editbaru.indd 288 di layar, tapi sebagian besar figur-figur merah itu berkumpul di
tengah. "Itu paket kita," kata Bex.
"Pintu-pintunya bisa menjadi masalah," kata Liz, menyebut?
kan pilihan-pilihan. "Jendela-jendela nggak masuk hitungan.
Kalian sebaiknya percaya mereka mengawasi pipa pemanas
dan?" "Kalian tahu apa sisanya," kata Bex, suaranya seperti tan?
tang?an. Liz menatap kami satu per satu, menyadari apa yang kami
semua pikirkan"satu-satunya pilihan misi kami"dan bahwa
kami lebih berat 10 kilogram daripada dia.
"Nggak!" sergah Liz. "Aku akan terbelit atau terpenggal
atau?" "Aku akan melakukannya." Dan saat itulah aku menoleh
untuk menatap Anna Fetterman"Anna, yang baru beberapa
bulan lalu mencengkeram kertas pembagian kelasnya seakan
Operasi Rahasia akan jadi alasan kematiannya, melangkah
maju dan berkata, "Ukuran tubuhku tepat, bukankah begitu?"
Saat itulah aku tahu bahwa Dillon akan bertemu dengan
Anna lagi suatu hari nanti, dan saat itu Dillon-lah yang perlu
diselamatkan. Bip. Apa itu" aku bertanya-tanya.
Bip-bip. "Apakah itu misil?" sergah Anna, menatap ke langit.
Bip-bip-bip-bip-bip. "Kita terkunci sebagai target oleh panah pembius pencari
panas tubuh!" jerit Eva.
Biiiiiiiiiiiiip 289 Isi-Editbaru.indd 289 "Oke, semuanya, jangan bergerak!" sebuah suara laki-laki di
belakang kami berteriak. Sebagian teman sekelasku mematuhi perintah itu. Aku me?
lakukannya juga, tapi untuk alasan yang benar-benar berbeda.
Aku nggak pernah mengira bisa mendengar suara itu lagi, tapi
di sanalah dia, berkata, "Aku" aku" sudah menelepon 911.
Polisi akan datang ke sini, kapan?"
Tapi Gallagher Girls nggak membiarkan laki-laki itu me?
nyelesaikan kalimatnya. 911 benar-benar kata yang salah, ka?
rena dalam sekejap, dua dari cewek-cewek itu menyerangnya
dan aku harus berteriak, "Eva, Courtney, jangan!"
Semua orang menatapku"Josh, yang terkejut karena aku
nggak terikat atau mati; dan semua anak kelas sepuluh (selain
Bex dan Liz), yang nggak bisa membayangkan kenapa aku
meng?hentikan mereka dari menyingkirkan seseorang jelas-jelas
honeypot. "Josh!" sergahku dengan bisikan keras saat aku mematikan
alat pelacaknya dan berjalan ke arahnya. "Apa yang kaulaku?
kan di sini?" "Aku di sini untuk menyelamatkanmu." Kemudian ia me?
mandang berkeliling pada teman-teman sekelasku yang ber?
pakaian hitam-hitam. "Siapa mereka?" bisiknya.
"Kami di sini untuk menyelamatkan dia juga," kata Bex.
"Oh," kata Josh, kemudian mengangguk dengan tatapan
kosong. "Ada sebuah van" aku melihatmu" aku?"
"Itu?" kataku sambil mengibaskan tangan. "Itu aktivitas
seko?lah." Aku mencoba untuk terdengar sebiasa mungkin saat
berkata, "Mirip" masa orientasi siswa baru."
Josh mungkin akan memercayaiku jika saja seluruh anak
kelas sepuluh nggak sedang berdiri di atas atap gudang, ber?
290 Isi-Editbaru.indd 290 pakaian hitam-hitam dan mengenakan ikat pinggang penuh
perlengkapan. "Cammie," kata Josh, melangkah mendekat, "pertama aku
tahu kau bersekolah di sekolah itu, kemudian kau memberitahu?
ku kau akan pergi, kemudian aku melihatmu menendangnendang seperti wanita sinting yang diculik." Ia maju se?
langkah lagi, tak sengaja menjatuhkan sepotong besi tua yang
kemudian menggelinding dari sisi atap dan jatuh ke tanah di
bawah. Sirene mulai berbunyi. Lampu-lampu senter bersinar ke atas
tanah di bawah kami. Liz melihat ke bawah, kemudian ber?
teriak, "Dia mengaktifkan alarmnya!"
Tapi itu nggak penting, karena aku nggak bisa melihat apa
pun kecuali Josh. Aku nggak bisa mendengar apa pun kecuali
ketakutan di dalam suaranya saat Josh berkata, "Cammie, beri?
tahu aku yang sejujurnya."
Yang sejujurnya. Aku hampir-hampir nggak bisa mengingat
apa itu. Aku sudah menghindari kejujuran begitu lama sampaisampai butuh waktu sesaat bagiku untuk mengingat apa itu
dan apa yang membawaku ke atap ini.
"Aku memang bersekolah di Akademi Gallagher. Ini temantemanku." Di belakangku, teman-teman sekelasku bergerak,
mempersiapkan diri untuk fase berikut dalam misi ini. "Dan
kami harus pergi sekarang."
"Aku nggak percaya padamu." Josh nggak terdengar terluka
saat itu"kata-kata itu adalah tantangan.
"Apa yang harus kukatakan?" sergahku. "Apakah aku harus
bilang bahwa ayahku sudah meninggal, bahwa ibuku nggak
bisa memasak, dan bahwa cewek-cewek ini adalah hal terdekat
yang kumiliki sebagai saudara perempuan?" Josh menatap
29 1 Isi-Editbaru.indd 291 melewatiku ke cewek-cewek dengan segala ukuran, bentuk, dan
ras. "Apakah aku harus bilang bahwa kau dan aku nggak boleh
ber?temu lagi, selamanya" Karena itu benar. Semuanya benar."
Dia meng?ulurkan tangan untuk menyentuhku, tapi aku me?
narik diri, berkata, "Jangan datang mencariku, Josh. Aku nggak
boleh ber?temu denganmu lagi." Kemudian aku menatap mata
Josh untuk pertama kalinya. "Dan kau akan jadi lebih baik
kalau nggak bertemu denganku lagi."
Bex menyerahkan sebuah perlengkapan padaku, tapi se?
belum aku mengambilnya, aku menghadap Josh untuk terakhir
kali. "Oh," kataku, "dan aku nggak punya kucing."
Aku menoleh untuk menyembunyikan air mataku dan me?
natap ke hamparan malam dalam yang terbentang di depanku.
Aku nggak berhenti untuk memikirkan semua yang tertinggal
di belakang. Bebas dari rahasia-rahasiaku, bebas dari
kebohongan-kebohonganku, aku memberitahu diri sendiri bah?
wa aku melakukan apa yang menjadi tujuanku diciptakan. Aku
berlari. Aku melompat. Aku mengembangkan lenganku, dan
untuk sepuluh detik yang membahagiakan, aku bisa terbang.
292 Isi-Editbaru.indd 292 Bab Du a P u l u h D e l a p a n
ke, jadi aku tidak benar-benar terbang. Lebih mirip ber?
gelantungan di antara dua bangunan dan meluncur memakai
tali, tapi tetap saja, rasanya enak saat tubuhku tak berbobot.
Josh berada di belakangku. Aku meluncur ke arah yang
terbentang di depan, dan pada ketinggian serta kecepatan itu,
aku nggak punya kesempatan untuk menoleh ke belakang. Aku
mendarat di tanah dan rasanya alami mendengar Eva mem?
beritahu Tina, "Kami bergerak menuju kotak sumber listrik."
Rasanya memang benar bahwa Courtney seharusnya men?
jawab, "Dikopi," dan menyeret Mick ke arah tangga darurat di
sisi barat. Kami adalah Gallagher Girls yang menjalankan misi"me?
lakukan apa yang paling bisa kami lakukan dengan baik. Jadi
aku nggak memikirkan apa yang baru saja terjadi, bahkan saat
Bex bertanya, "Kau nggak apa-apa?"
"Aku baik-baik saja," aku memberitahunya, dan pada saat
yang dipenuhi adrenalin ini, itu benar.
29 3 Isi-Editbaru.indd 293 Kami berlari ke sisi selatan dan Bex menggunakan botol
kecil yang terlihat seperti lipstik tapi sebenarnya krim zat asam
yang superkeras. Aku benar-benar nggak merekomendasikan
menukar kedua benda itu, omong-omong, karena, begitu Bex
menggambar sebuah lingkaran besar di atap, asamnya mulai
meng?hancurkan atap dan tiga puluh detik kemudian aku me?
luncur turun ke dalam gudang di bawah.
Bangunan itu seperti labirin rak-rak besi tinggi yang dipe?
nuhi pallet. Aku membayangkan bunyi bip mesin pengangkat
barang saat Bex dan aku merayap melewati sisi selatan bangun?
an itu, percaya bahwa teman-teman sekelas kami secara ber?
samaan sedang merangkak melewati sisi utara.
"Dia lebih tinggi daripada yang kukira," bisik Bex saat me?
nungguku mengamankan sebuah sudut dalam diam.
"Yeah, terse?" Tapi tepat pada saat itu, seorang laki-laki yang kukenali dari
bagian maintenance melompat dari rak tinggi. Dia meluncur turun
di udara seperti burung gagak hitam besar, tapi Bex dan aku telah
merasakan keberadaannya, merasakan bayangannya. Aku
melangkah ke samping, dan dia mendarat dengan suara duk,
menabrak salah satu rak itu. Dia bahkan nggak ragu-ragu sebelum
berputar untuk menendang, tapi Bex sudah siap dan me?
nempelkan sepotong Napotine tepat di tengah-tengah dahi?nya.
(Aku benar-benar bersyukur Dr. Fibs berhenti merokok, omongomong, karena, di samping keuntungan kesehatannya yang sudah
jelas, ide meletakkan pembius di stiker itu mengagumkan.)
Bex dan aku bergerak lagi melewati labirin yang gelap saat
ia berkata, "Kau akan menemukan orang lain. Seseorang yang
bahkan lebih keren. Dengan rambut yang bahkan lebih bagus!"
Bohong. Tapi kebohongan yang bagus.
294 Isi-Editbaru.indd 294 Kami merangkak lebih jauh di sepanjang gang, dengan hatihati mendengarkan, merasakan sekeliling kami (bagaimanapun,
kalau Mr. Solomon memanggil bantuan dari bagian
maintenance, maka dia menganggap serius masalah ujian akhir
ini.) "Tim Beta, bagaimana kemajuanmu?" tanyaku, tapi dijawab
dengan keheningan statis. Bex dan aku bertukar pandangan
khawatir. Ini nggak bagus. "Tim Charlie?" Tak ada apa pun dari
ujung itu juga. Aku merasa seperti tikus yang terjebak di dalam labirin,
mencari sepotong keju. Setiap sudut berbahaya. Setiap langkah
bisa menjadi jebakan. Jadi Bex dan aku bertatapan, kesadaran
timbul, dan kami melakukan apa yang selalu dilakukan matamata yang hebat: kami melihat ke atas.
Setelah memanjat enam meter ke puncak deretan rak, kami
bisa melihat orang-orang berpatroli di jalur-jalur di bawah saat
Bex dan aku bergerak dengan hati-hati di atas, semakin dekat
dengan kantor kecil di tengah-tengah bangunan itu.
Kantor itu memiliki dinding-dinding interior yang tingginya
mungkin enam meter, jauh lebih pendek daripada atap gudang
yang menjulang, gelap dan dingin, di atas kami. Kami berhenti
dan Bex mengangkat sepasang kacamata teropong ke matanya,
kemudian menyerahkannya padaku. "Satu tebakan, siapa yang
menduduki paketnya?"
Aku mengintip ke dalam ruangan kecil itu dan berkata,
"Solomon." Bex meletakkan tangan di telinganya dan berkata, "Tim
Beta dan tim Charlie. Kami berada di posisi. Kuulangi, tim
Alpha?" Tapi sebelum Bex bisa menyelesaikan, aku merasakan
29 5 Isi-Editbaru.indd 295 sesuatu menyambar kakiku. Aku menendang, mencoba mem?
bebaskan diri. Aku menoleh pada Bex, tapi dia sudah hilang.
Ada perkelahian di tanah. Aku menoleh, melihat tangan
gemuk yang memegangi pergelangan kakiku, mendengar kotakkotak berjatuhan ke lantai.
Aku nggak bisa melepaskan diri, dan tak lama kemudian
aku jatuh melewati rak-rak besi yang berat itu, jadi aku
mengulurkan tangan dan menyambar salah satunya, bergantung
di sana sesaat, mencoba mengubah momentumku dan menarik
diri kembali ke atas. Tapi sudah terlambat.
Sesuatu menarik lagi dan kali ini aku jatuh ke lantai,
merasakan beton berdebu yang dingin di bawah tanganku, dan
melihat sepasang sepatu bot kerja berukuran empat belas
berada tepat di depan wajahku.
Ini nggak bagus. Aku mencoba berguling, menendang, berbalik ke atas, dan
menendang lawanku di dagunya dengan kakiku, tapi sebelum
aku bisa bergerak, aku menyadari lenganku telah berhenti
bekerja. "Ayolah, Cam," kata Penjaga Permen Karet. "Ini sudah ber?
akhir, girl. Aku menangkapmu." Ia menarikku berdiri dan meng?
giringku melewati sudut, tempat Bex sedang dipegangi dua
laki-laki dari bagian maintenance (yang keduanya berdarah).
"Tapi usahamu bagus," Penjaga Permen Karet berbisik saat
me?nyeretku ke arah pintu kantor. Entah bagaimana, kurasa
penjahat-penjahat internasional sungguhan nggak akan bersikap
sebaik itu. Tapi aku bisa berharap.
Aku memikirkan pilihan-pilihanku: menjadi gadis tak ber?
daya dengan pergelangan kaki terkilir, pura-pura kejang-kejang,
memukulkan kepalaku ke hidungnya" Sesuatu memberitahuku
296 Isi-Editbaru.indd 296 Penjaga Permen Karet nggak akan bisa dijatuhkan dengan
salah satu pilihan itu. Setidaknya tubuhnya 25 kilogram lebih


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berat dan punya lima belas tahun pengalaman melebihiku,
tapi, seperti yang selalu dikatakan Mom, aku dapat menggeliat
lepas dengan mudah. "Maaf, Miss Morgan," kata Mr. Solomon, berjalan keluar
dari kantor ke arahku. "Tapi ini sudah berakhir. Kau tidak me?
miliki disketnya. Kau gagal mencapai tujuan?"
Kelihatannya seperti sudah berakhir. Kata-kata Mr. Solomon
terdengar final. Tapi, sesuai aba-aba, Liz mematikan listrik dan
lampu-lampu. Siluet-siluet gelap melayang entah dari mana. Kelihatannya
hampir seperti terjadi hujan Gallagher Girls. Aku berharap
bisa memasukkan urutan adegan-demi-adegannya, tapi segala?
nya terjadi terlalu cepat. Tinju-tinju melayang. Tendangantendang?an mengenai sasaran. Aku mendengar tubuh-tubuh
berat jatuh ke lantai saat potongan-potongan Napotine me?
nyentuh kulit. Bangunan itu pasti dilengkapi lampu-lampu darurat, karena,
setelah satu menit di dalam kegelapan, sebuah cahaya kuning
aneh muncul di dalam ruang yang sangat besar itu, dan segala?
nya terlihat membeku saat lampu-lampunya menyala. Aku
melihat Bex menjatuhkan salah satu penjaga dan melesat ke
kantor, tapi tepat saat mencapai ambang pintu dia pasti tak
sengaja mengaktifkan detektor gerakan, karena sebuah alarm
berbunyi, dan ruangan itu berubah dari kantor menjadi penjara
saat jeruji-jeruji melesat naik dari lantai, membentuk kurungan
mengitari satu-satunya hal yang kami butuhkan.
Bex menabrak jeruji-jerujinya, saat di belakangnya, Joe
Solomon berkata, "Maaf, Nona-nona, tapi aku khawatir ini
297 Isi-Editbaru.indd 297 akhir misi kalian." Ia menggeleng. Bukannya terlihat menang,
ia tampak sedih, hampir kecewa. "Aku mencoba untuk mem?
beritahu kalian betapa pentingnya ini. Aku mencoba mem?
persiapkan kalian, dan sekarang lihat kalian." Kami berdarah
dan kesakitan, tapi kami masih berdiri, dan Mr. Solomon ter?
dengar bersalah serta kecewa. "Bagaimana kalian akan keluar
dari sini" Apa rencana pelarian kalian" Apakah kalian benarbenar rela mengorbankan tiga perempat tim kalian tanpa
hasil?" Ia menggeleng lagi dan berjalan menjauhi kami. "Aku
tidak ingin melihat satu pun dari kalian semester berikutnya.
Aku tidak menginginkan itu di hati kecilku."
"Maaf, Sir," kataku. "Tapi apakah itu berlaku kalau kami
memiliki disketnya?"
Dia mengeluarkan tawa singkat, lelah, dan hampir-hampir
nggak terdengar, mengingatkan kami semua apa yang saudarasaudara perempuan kami telah ketahui selama berabad-abad"
bahwa laki-laki akan selalu meremehkan para gadis. Bahkan
Gallagher Girls. "Disket itu," kataku, menunjuk ke belakangnya ke kurungan
yang sepenuhnya mengelilingi kantor kecil itu, kecuali di selasela tipis tempat lantainya membuka untuk memungkinkan
jeruji-jerujinya melesat ke atas. Ruang itu terlalu kecil untuk
dilewati laki-laki dewasa. Nggak, untuk melakukan itu dibutuh?
kan seorang cewek"lebih bagus lagi cewek yang seukuran
Anna Fetterman. Terkejut, Mr. Solomon dan anggota timnya yang lain me_
natap saat Anna kecil melambai, kemudian menyelinap kem?
bali melewati sela-sela di lantai dan menghilang dari pandang?
an. Beberapa laki-laki itu melesat mengejarnya, tapi Joe
Solomon terus menatap. 298 Isi-Editbaru.indd 298 "Well," katanya, "Kurasa?"
Tapi sebelum dia bisa menyelesaikan kalimatnya, suara
tabrakan keras memenuhi udara. Ruangan itu tampak penuh
debu, asap, dan suara kayu yang hancur. Penjaga Permen Karet
melemparku ke dinding, menempatkan tubuhnya di antara aku
dan bahaya saat baja membengkok dan rak-rak rubuh, satu
menyusul yang lain, jatuh seperti kartu domino yang disusun
dalam barisan. Tampaknya butuh waktu lama sekali bagi Penjaga Permen
Karet untuk melepaskanku. Kurasa dia bingung"aku tahu
aku jelas bingung. Bagaimanapun, nggak setiap hari kau A)
putus dengan pacar rahasiamu, B) diculik oleh (semacam)
bekas mata-mata pemerintah, dan C) melihat pacar rahasia
yang di?sebutkan di atas mencoba menyelamatkanmu dengan
me?ngemudikan mesin pengangkat barang menembus din?
ding. "Cammie!" aku mendengar Josh berteriak dari balik debu,
tapi aku nggak bisa menjawabnya"tidak saat itu. Mr. Solomon
tergeletak di lantai. Dia telah memikirkan setiap kemungkinan
kecuali satu"kegigihan seorang cowok biasa yang memiliki
ketidakberuntungan karena mencintai cewek luar biasa.
"Cammie!" kata Josh dari balik debu yang memenuhi seke?
liling mesin pengangkat barang sambil turun untuk berdiri di
atas tumpukan reruntuhan. "Kita. Perlu. Bicara."
"Ya," kata sebuah suara di belakangku. Aku menoleh untuk
me?lihat Mom berdiri di sana. Mom yang kuat, cantik, dan
brilian. "Kita memang perlu bicara."
Mr. Solomon perlahan-lahan bergerak. Penjaga Permen
Karet mengipasi debu dari udara, dan Bex meringis, seakan ini
ke?jadian paling menyenangkan yang pernah dialaminya se?
299 Isi-Editbaru.indd 299 panjang hidup. Semua sudah berakhir"tesnya, kebohongannya,
segalanya. Semua sudah berakhir, jadi aku melakukan satu-satu?
nya hal yang bisa kulakukan.
"Josh," kataku, "Aku ingin kau bertemu ibuku."
300 Isi-Editbaru.indd 300 Bab Du a P u l u h Sem b i l a n
etelah aku mengetahui kebenaran tentang orangtuaku, dan
sebelum aku bersekolah di Akademi Gallagher, satu-satunya
saat aku nggak khawatir adalah saat mereka berdua berada
dalam jarak pandangku. Kurasa saat itulah aku mulai menjadi
Si Bunglon. Aku akan merayap ke kamar tidur mereka dan
mengamati mereka saat tidur. Aku akan berbaring diam-diam
di belakang sofa, mendengarkan suara-suara TV saat mereka
bersantai pada sore hari. Tapi bahkan untukku, malam ujian
akhir Operasi Rahasia adalah malam yang panjang.
Pukul 23:00: Para Pelaksana kembali ke markas besar dan
diinstruksikan untuk pergi ke lantai atas dan tidur.
Pukul 23:40: Tina Walters melaporkan bahwa Kepala Sekolah
Morgan mengunci diri di dalam kantornya bersama Subjek.
Pukul 01:19: Pelaksana sukses mengeluarkan semua serbuk
gergaji serta segala macam sampah dan kotoran dari rambut?
nya. 301 Isi-Editbaru.indd 301 Pukul 02:30: Sebagian besar anak kelas sepuluh berhenti bela?
jar untuk ujian akhir NND dan tidur.
Pukul 04:00: Pelaksana masih nggak bisa tidur.
Pelaksana menyadari bahwa skenario terbaiknya akan melibat?
kan secangkir teh "modifikasi memori" dan Subjek yang terbangun
di tempat tidurnya sendiri dalam beberapa jam tanpa satu ingatan
pun tentang kejadian malam sebelumnya. Pelaksana tidak akan
memikirkan skenario terburuk.
Pukul tujuh pagi hari itu, aku sudah cukup lama menunggu,
jadi aku mengetuk pintu kantor Mom. Kukira aku sudah siap
menghadapi apa saja"bahwa setelah hari yang kualami se?
belum?nya, nggak ada yang bisa mengagetkanku hingga mem?
buatku lengah lagi. Aku salah. "Hai," kata Josh.
"Apa" Hah" Bagaimana?" Aku bisa tahu dari tatapan
di wajahnya bahwa Josh benar-benar mulai meragukan status
geniusku yang baru terungkap, tapi aku nggak bisa nggak ter?
kejut"dia seharusnya sudah pergi lama sebelumnya. Aku se?
harusnya nggak perlu menghadapi Josh. Kami seharusnya nggak
mengalami saat canggung karena berdiri berdekatan, bersamasama di pintu kantor Mom. Dua belahan kehidupanku seharus?
nya nggak bertemu. "Apakah kau di sini sepanjang malam?" tanyaku saat aku
akhir?nya mendapatkan kembali kemampuanku untuk berpikir
dengan masuk akal. Matanya merah dan berat, tapi Josh nggak terlihat seperti
orang yang ingin sekali tidur. Bahkan, dia terlihat seperti orang
yang nggak akan tidur lagi, selamanya.
302 Isi-Editbaru.indd 302 Josh menggosok matanya. "Ya, aku menelepon dan memberi?
tahu ibuku aku menginap di rumah Dillon. Mereka" mereka
nggak tahu apa-apa tentang" Mereka nggak keberatan."
"Yeah," kataku. "Nomor kami nggak muncul di caller ID."
Itu seharusnya nggak lucu, tapi "Josh Lama" pasti akan ter?
tawa atau menampakkan senyuman perlahan yang melelehkan
itu. "Josh Baru" hanya berdiri di sana"menatapku.
"Cammie." Suara Mom terdengar jelas melewati pintu dan
bergema di seluruh Koridor Sejarah. "Masuklah, please."
Aku melangkah masuk, bersentuhan sesaat dengan Josh,
sama sekali nggak cukup lama untukku.
"Aku akan?" Josh menunjuk bangku-bangku di puncak
tangga. "Ibumu dan laki-laki itu"mereka bilang aku boleh
me?nunggu." Tapi aku nggak ingin dia menunggu. Kalau dia menunggu,
aku bakal harus menatap matanya; aku bakal harus mengatakan
hal-hal yang hanya masuk akal dalam bahasa yang bahkan aku
pun nggak tahu. Aku ingin dia pergi dan nggak menoleh ke
belakang. Tapi sebelum aku bisa berkata begitu, Mom berkata,
"Cameron, sekarang!" dan aku tahu kami sudah kehabisan
waktu. Dalam begitu banyak cara.
Mom nggak memeluk dan menciumku"dan itu aneh. Bu?
kan?nya nggak diharapkan, tapi itu membuatku seperti melihat
perasaan Mom yang nggak tuntas, seakan seharusnya aku tetap
berdiri di sebelah pintu, menunggu kata-kata "Bagaimana kabar?
mu, kiddo?" sebelum aku duduk di sofa dan menanyakan makan
malamnya apa. Aku memandang berkeliling dan melihat Mr.
Solomon di sudut ruangan. "Tidur nyenyak?" tanyanya.
"Nggak juga." Bukan bohong.
"Aku senang bertemu Josh," kata Mom. "Dia kelihatannya
303 Isi-Editbaru.indd 303 baik." Memang. "Senang sekali akhirnya bisa bertemu dengan?
nya." "Ya, aku?" Kemudian aku menyadari ada yang nggak beres.
"Tunggu!" Mom tersenyum pada Mr. Solomon dan"bisakah kau me?
mer?cayainya"laki-laki itu benar-benar balas tersenyum. De?
ngan gigi dan segalanya! (Oke, jadi saat itu aku mungkin ber?
pikir dia agak keren. Tapi hanya selama satu atau dua detik.)
"Sayang, kau hebat," kata Mom saat melihat pandanganku
yang tampak benar-benar nggak percaya. "Tapi hargai kami
se?dikit." Oh, astaga! Aku duduk tenggelam ke dalam sofa kulit. "Ba?
gai?mana?" Begitu banyak cara untuk menyelesaikan kalimat
itu: berapa lama mereka sudah mengetahuinya" Seberapa jauh
me?reka rela membiarkanku pergi" Bagaimana mereka menge?
tahui?nya" "Kau sangat sibuk belakangan ini," kata Mom. Ia duduk di
salah satu kursi kulit indah di seberangku dan menyilangkan
satu kaki sempurna di atas yang lainnya.
"Maksudmu kau tidak bertanya-tanya bagaimana kami me?
nemukanmu kemarin malam?" tanya Mr. Solomon.
Nggak, aku nggak bertanya-tanya. Segalanya terjadi begitu
cepat, dan beberapa jam kemudian aku masih menaiki gelom?
bang emosi yang sama. Aku merasa seperti orang idiot"orang
yang sangat bodoh sampai tangannya-tersangkut-di-dalamkaleng-kue.
"Cammie, ini bukan sekolah biasa"tidak mungkin jadi se?
kolah biasa, dengan murid yang benar-benar luar biasa. Apa
yang kaulakukan itu sembrono dan tidak hati-hati, dan kalau
kau mencoba melakukan hal seperti itu di lapangan, banyak
304 Isi-Editbaru.indd 304 nyawa akan ditempatkan dalam bahaya dan operasi bisa gagal.
Kau tahu itu. Bukankah begitu?"
"Ya, Ma"am."
"Setelah mengatakan itu, sebagai orang dengan pengalaman
cukup banyak?" Mom melirik pada Mr. Solomon, yang meng?
angguk ?"penampilanmu sangat mengesankan."
"Benarkah?" Aku menatap mereka berganti-ganti, meng?harap?
kan sebuah pintu jebakan terbuka dan mengirimku me?luncur ke
penjara bawah tanah. "Aku tidak" dalam masalah?"
Mom memiringkan kepala, menimbang kata-katanya. "Kita
katakan saja, kau sudah menjalani salah satu latihan Operasi
Rahasia terberat yang pernah diperbolehkan sekolah ini."
"Oh," kataku, dan kata itu terdengar berat.
"Tapi, Cam," kata Mom, mencondongkan diri ke depan,
"kenapa kau tidak datang dan bercerita padaku?"
Mom terdengar terluka. Itu adalah siksaan"siksaan yang
berat. "Aku tidak tahu." Jangan menangis. Jangan menangis. Jangan
me?nangis. "Aku hanya?" Sudah terlambat; suaraku pecah.
"Aku tidak ingin kau malu terhadapku."
"Ibumu malu?" kata Mr. Solomon, dan butuh waktu seper?
sekian detik bagiku untuk mengingat bahwa Mr. Solomon
masih ada di dalam ruangan itu. "Kau pikir ibumu bisa berhasil
me?lakukan sebanyak yang kaulakukan saat seumurmu?" Ia ter?
tawa, kemudian tersenyum. "Itu bukan sifat ibumu"itu sifat
ayahmu." Mr. Solomon berdiri dan berjalan ke jendela. Aku melihat
ba?yang?annya di kaca yang cerah saat ia bicara. "Ayahmu selalu
bilang kau akan hebat." Oke, mungkin Mr. Solomon masih se?
dikit keren" "Cammie, kurasa aku bersikap sangat keras
305 Isi-Editbaru.indd 305 padamu semester ini," kata Joe Solomon, seakan membocorkan
rahasia padaku. "Kau tahu kenapa?"
Karena kau membenciku adalah jawaban yang muncul di
pikir?anku, walaupun aku tahu itu bukan jawaban yang benar.
"Aku sudah kehilangan satu anggota keluarga Morgan yang
kusayangi." Ia menatap aku dan ibuku berganti-ganti. "Jadi aku
akan memberikan apa pun agar kau tidak datang ke ruang


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kelas?ku lagi." Syok dan terluka, aku nggak bisa melakukan apa
pun kecuali menatapnya. Mr. Solomon merogoh sakunya dan
mengeluarkan formulirku yang kotak Operasi Rahasia-nya
sudah kutandai. "Apakah kau yakin tidak ingin mencari se?
buah meja atau lab aman yang bagus di suatu tempat?" Aku
nggak menjawab, jadi setelah sesaat ia melipat kembali formu?
lir itu dan meletakkannya kembali di dalam saku. "Well, kalau
kau ingin bertugas di lapangan"kau akan siap. Aku berutang
pada ayahmu sebanyak itu." Kesedihan meresap ke dalam
suaranya, dan untuk pertama kalinya aku melihat Joe Solomon
sebagai manusia biasa. "Aku berutang padanya lebih daripada
itu." Aku melirik ke arah Mom, yang memberinya senyuman
sedih penuh pengertian. "Semoga liburanmu menyenangkan, Cammie," kata Mr.
Solomon, terdengar seperti dirinya yang biasa saat meraih pintu.
"Beristirahatlah. Semester berikutnya tidak akan semudah se?
perti yang baru saja kaualami."
Itu mudah"! aku ingin berteriak, tapi Joe Solomon sudah
pergi. Aku menginginkan jawaban-jawaban darinya. Seberapa
baik dia mengenal Dad" Kenapa dia mengajar di Akademi
Gallagher sekarang" Kenapa aku merasa ada cerita yang lebih
lengkap daripada ini"
306 Isi-Editbaru.indd 306 Tapi kemudian Mom bicara dan aku menyadari kami sen?
dirian. Pertahanan diriku runtuh, dan aku merasa seakan ingin
meringkuk di sebelahnya dan tidur terus sampai melewati
Natal. "Cammie," kata Mom, bergerak untuk duduk di sebelahku.
"Aku tidak senang kau berbohong padaku. Aku tidak senang
kau menentang peraturan-peraturan, tapi ada satu bagian dari
semua ini yang membuatku sangat bangga."
"Masalah komputer itu?" tebakku. "Karena, sungguh, itu
se?mua pekerjaan Liz. Aku tidak?"
"Tidak, kiddo. Bukan itu." Mom meraih ke bawah dan
meng?genggam tanganku. "Apakah kau tahu bahwa ayahmu
dan aku sempat tidak yakin untuk mengizinkanmu bersekolah
di sini?" Aku sudah mendengar banyak hal sinting di dalam hidup?
ku, tapi yang satu itu membuatku sangat terkejut. "Tapi" kau
juga Gallagher Girl" aku semacam pewaris CIA. Itu?"
"Sayang," Mom menghentikanku. "Saat kita datang ke sini,
aku tahu aku akan mengambil banyak hal darimu, hal-hal yang
tidak ada di dalam dinding-dinding Akademi Gallagher. Aku
tidak ingin ini menjadi satu-satunya kehidupan yang kaukenal."
Ia membelai rambutku. "Dulu ayahmu dan aku sering bicara
tentang apakah ini tempat terbaik untukmu."
"Tapi apa" bagaimana kalian memutuskan?" tanyaku, tapi
begitu aku telah mengatakan kata-kata itu, aku tahu itu per?
tanyaan bodoh. "Yeah, kiddo, saat kita kehilangan ayahmu, aku tahu aku
harus keluar dari tugas lapangan?"
"Dan kau perlu pekerjaan?" aku mencoba menyelesaikan
kalimat Mom. 307 Isi-Editbaru.indd 307 Ia menggeleng. "Aku perlu pulang ke rumah."
Kapan aku mulai menangis" Aku benar-benar nggak tahu.
Aku benar-benar nggak peduli.
Mom membelai rambutku dan berkata, "Tapi hal yang
paling kukhawatirkan adalah bahwa kau akan menghabiskan
masa kanak-kanakmu dengan belajar menjadi keras dan kuat,
tapi tidak pernah belajar bahwa tidak apa-apa jika kau menjadi
lembut dan manis." Ia duduk tegak di sebelahku, memaksaku
menatap matanya. "Melakukan apa yang kita lakukan, bukan
berarti kita mematikan bagian dirimu yang mencintai, Cam.
Aku dulu mencintai ayahmu" aku masih mencintai ayahmu.
Dan kau. Kalau aku mengira kau bakal harus mengorbankan
itu" tidak pernah mengetahuinya" aku akan membawamu
sejauh mungkin dari tempat ini, sejauh kita bisa pergi."
"Aku tahu," kataku. Bukan bohong.
"Bagus. Aku senang kau cukup pintar untuk mengetahui?
nya," kata Mom, kemudian mendorongku menjauh. "Sekarang
pergilah. Kau harus mengerjakan banyak ujian."
Aku mengusapkan tangan pada wajahku, mencari-cari sisa
air mata, kemudian berdiri dan berjalan ke pintu. Tapi sebelum
aku pergi, Mom menghentikanku.
"Tidak apa-apa, kau tahu, kiddo" Jika kau menandai kotak
yang satunya." Aku menoleh kembali pada Mom, dan yang kulihat bukan?
lah sang kepala sekolah atau sang mata-mata atau bahkan sang
ibu, tapi wanita yang kulihat menangis malam itu.
Persis saat kupikir aku nggak bisa menyayanginya lebih
lagi. "Aku nggak akan menyentuh itu kalau aku jadi kau."
308 Isi-Editbaru.indd 308 Josh berbalik mendengar kata-kataku. Tetap saja, jari-jarinya
terlalu dekat pada pedang Gilly. "Kami cukup baik menjaga
benda-benda tetap terlindungi di sekitar sini," kataku, beringsut
lebih dekat. Dia memasukkan tangannya ke saku. Itu mungkin tempat
teraman, tapi gerakan itu mengingatkanku pada malam per?
tama kami bertemu. Aku merindukan jalan yang gelap itu,
pada kesempatan untuk melakukan semua hal itu dari
awal. "Jadi," kata Josh. "Mata-mata, ya?" Tatapannya nggak ber?
alih dari pedang itu. Aku nggak bisa menyalahkannya. Aku
sendiri nggak ingin menatap diriku.
"Yeah." "Itu menjelaskan banyak hal."
"Jadi mereka memberitahumu?" tanyaku.
Josh mengangguk. "Yeah, aku mendapatkan tur besarnya."
Entah bagaimana, aku menganggap itu benar-benar sulit
diper?caya, tapi aku nggak berada dalam posisi untuk berkata,
Apakah kau melihat helikopter berbahan bakar nuklir yang kami
simpan di lantai bawah tanah" Jadi aku hanya ikut meng?
angguk. "Josh, kau tahu kau nggak boleh?"
"Memberitahu siapa pun?" Ia menatapku. "Yeah, mereka
sudah memberitahuku."
"Maksudku, sampai selamanya, Josh. Selamanya."
"Aku tahu," katanya. "Aku bisa menjaga rahasia."
Kata-kata itu menyengatku. Memang sudah seharusnya.
Di sanalah kami berada, di dalam ruangan yang dikhususkan
untuk berbagai kehidupan dan kemenangan rahasia. Josh bisa
melihat semua dari tempatnya berdiri. Persaudaraanku tam?pak
309 Isi-Editbaru.indd 309 jelas baginya. Aku terekspos, tapi sekarang ada lebih banyak
penghalang daripada sebelumnya.
"Aku menyesal aku berbohong. Aku menyesal aku nggak"
normal." "Nggak, Cammie, aku mengerti masalah mata-mata itu,"
kata Josh, berputar menghadapku. "Tapi kau bukan hanya ber?
bohong tentang sekolahmu." Suaranya tajam, tapi ada rasa
sakit di sana. Matanya tampak hampir terluka. "Aku bahkan
nggak tahu siapa kau."
"Ya, kau tahu," kataku. "Kau mengetahui hal-hal yang pen?
ting." "Ayahmu?" tanya Josh.
Aku membeku. "Itu dirahasiakan"apa yang terjadi"aku
nggak bisa memberitahumu. Aku ingin, tapi?"
"Kalau begitu beritahu saja dia meninggal. Beritahu aku
ibumu nggak bisa memasak dan kau anak tunggal. Jangan"
me?ngarang sebuah keluarga. Jangan mengarang kehidupan
lain." Josh menatap melewati pegangan tangga di sepanjang
Kori?dor Sejarah, ke dalam serambi menjulang Gallagher
Mansion, dan berkata, "Apa hebatnya jadi normal?"
Mungkin akulah si genius, tapi Josh yang bisa melihat ke?
benar?annya. Selama sesaat di sana, aku memerlukan kehidupan
lain, kehidupan percobaan"normal dalam ukuran sementara.
Masalahnya adalah menatap ke dalam mata orang yang
kusayangi, mata yang tampak terluka, dan bilang bahwa aku
nggak akan bisa benar-benar mencintainya, karena" well"
setelah itu aku harus membunuhnya.
Kemudian, aku menyadari di mana kami berada"apa yang
sedang ditatapnya. JOSH TAHU! Aku berteriak dalam hati.
310 Isi-Editbaru.indd 310 Nggak perlu ada kebohongan lagi. Dia berada di dalam. Dia
salah satu dari kami (semacam itulah). Dia"
Tapi Josh berjalan menuruni tangga. Aku melesat maju,
be?r?seru, "Tunggu, Josh. Tunggu! Sekarang nggak apa-apa.
Itu?" Saat mencapai lantai, Josh berhenti dan mengeluarkan ta?
ngan??nya dari saku. "Apakah kau mau menyimpan ini?" aku
melihat anting-anting itu tergeletak di telapak tangannya.
"Ya," kataku, mengangguk, menahan air mata. Aku berlari
menuruni tangga, dan dia menyodorkannya ke dalam tanganku
begitu cepat sampai aku bahkan nggak merasakan sentuhannya.
"Aku sangat menyukainya. Aku nggak ingin?"
"Tentu." Josh berjalan semakin jauh dariku. Aku mungkin
mengetahui selusin cara berbeda untuk menahan laki-laki se?
ukuran Josh"bukannya aku akan menggunakan salah satunya.
(Oke, aku memang sempat berpikir tentang itu")
Oh, astaga, dia akan pergi, pikirku"nggak tahu apakah
harus merasa sedih karena kehilangan Josh atau senang karena
fakta bahwa kami membiarkannya berjalan keluar dari pintu
itu"ingatannya akan rahasia-rahasia kami tetap utuh. Tentu?
nya mereka nggak akan membiarkan itu terjadi, pikirku, ke?
cuali mereka memercayainya" kecuali dia dianggap aman"
kecuali seseorang memutuskan bahwa Josh nggak perlu me?
minum teh itu, tidur, dan terbangun merasa seperti habis me?
mimpikan hal sinting yang nggak bisa diingatnya.
Kecuali tidak apa-apa bagiku untuk mencintainya.
Dia meraih pintu, jadi aku berkata, "Josh," tahu bahwa jika
Akademi Gallagher berani mengambil risiko untuk memercayai?
nya, setidaknya aku harus mencoba membuat semua hal men?
311 Isi-Editbaru.indd 311 jadi benar. "Aku" aku pergi ke Nebraska selama liburan
musim dingin. Kakek dan nenekku tinggal di sana"orangtua
ayahku. Tapi aku akan kembali."
"Oke," kata Josh sambil meraih pintu. "Kurasa aku akan
bertemu denganmu di sekitar sini."
Terjadinya cepat"secepat berkedip-dan-kau-akan-melewat?
kan?nya"tapi Josh tersenyum padaku"singkat, manis, dan itu
cukup untuk membuatku tahu bahwa dia bersungguh-sungguh
saat mengatakan dia akan bertemu denganku. Yang lebih pen?
ting, itu membuktikan bahwa Josh akan mencariku.
Dia membuka pintu dan berjalan ke luar. Aku berdiri di
tengah-tengah selasar kosong untuk waktu yang lama. Bagai?
manapun, di dalam film-film, ucapan selamat tinggal dramatis
biasanya diikuti oleh si pengucap-selamat-tinggal yang mene?
robos pintu kembali untuk merengkuh si penerima-ucapanselamat-tinggal ke dalam ciuman yang sangat dramatis dan
seksi. Dan kalau ada potensi ciuman dramatis serta seksi jenis
apa pun di masa depanku, aku nggak akan bergerak dari
sini. Aku merasakan sesuatu yang lembut dan hangat menggosok
kakiku, lalu menunduk dan melihat Onyx melingkarkan ekor?
nya pada pergelangan kakiku. Dia mendengkur, menenangkan?
ku, terdengar seperti kucing yang sangat beruntung, dan aku
tahu pengalamanku sudah lengkap.
Di belakangku, cewek-cewek mulai berjalan cepat menuruni
tangga ke arah Aula Besar dan memulai sesi belajar-menitterakhir sebelum hari pertama rangakaian ujian akhir, tapi saat
mereka melewatiku, aku tahu apa topik utama dalam obrolan
saat sarapan nanti. (Kalau kaupikir cewek-cewek biasa sangat
suka gosip"Gallagher Girls lebih parah!)
312 Isi-Editbaru.indd 312 Tetap saja, aku nggak keberatan melihat tatapan mereka.
Se?baliknya, aku berdiri terombang-ambing di dalam arus
tubuh-tubuh yang bergerak untuk memulai hari itu, tapi aku
nggak bergerak sampai Bex muncul di sebelahku.
"Hei." Bex menyodorkan buku dan roti bagel ke dalam ta?
ngan?ku. "Ayolah," katanya sambil menarik lenganku. "Sebentar
lagi kita ujian akhir NND, kau tahu. Liz sudah membuat ba?
nyak kartu catatan."
Aku mengikuti temanku menaiki tangga, dan aku meng?
hilang di dalam lautan cewek yang berpakaian sama sepertiku,
dilatih seperti aku, dan berakar di dalam dunia yang sama
denganku. Apakah ini dunia yang akan kupilih kalau aku bisa kem?
bali"menjadi nggak peduli, bahagia, dan senang"kalau aku
bisa menjalani kehidupan di balik pagar putih di sebuah
jalan perumahan dan menjadi nggak peduli pada perbuatanperbuat?an tidak menyenangkan yang harus dilakukan di
tempat-tem?pat yang bahkan nggak bisa ditemukan sebagian
besar orang di peta" Aku nggak tahu. Mungkin aku akan
melakukannya kalau aku bisa menggoyangkan pikiranku dan
menghapus se?mua yang kuketahui. Tapi sekarang aku sudah
masuk terlalu dalam. Aku tahu apa yang menimbulkan
bunyi-bunyi aneh pada malam hari, dan aku tahu bagaimana
melawannya. Bex dan aku berjalan menaiki tangga. Kemudian Liz ber?
gabung dengan kami, kemudian Macey. Aku nggak tahu apa
yang akan terjadi semester berikutnya. Aku nggak tahu apakah
Josh akan bicara padaku lagi. Aku nggak tahu apa yang akan
diingatnya, atau apa yang akan kami hadapi di kelas Operasi
Rahasia, atau bahkan bagaimana wajah Mr. Smith September
313 Isi-Editbaru.indd 313 mendatang. Tapi aku tahu siapa yang akan berada di sam?
pingku, dan seperti yang diketahui setiap mata-mata yang
baik"kadang-kadang itu cukup.


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

314 Isi-Editbaru.indd 314 t.c Ucapan Terima Kasih Buku ini tidak akan ditulis tanpa bantuan dan dukungan
orang-orang yang luar biasa. Aku berterima kasih pada Donna
Bray dan Arianne Lewin yang sangat berbakat atas seluruh
kebaikan, profesionalisme, dan dukungan mereka. Aku ber?
utang besar pada teman-teman dan keluargaku yang hebat,
yang selalu ada untukku. Tetapi yang terutama, untuk buku
ini, aku mengucapkan terima kasih kepada Kristin Nelson, pe?
ngirim email yang memulai segalanya.
315 Isi-Editbaru.indd 315 t.c Isi-Editbaru.indd 316 Tentang Pengarang I"d Tell You I Love You, But Then I"d Have
to Kill You adalah buku pertama Ally
Carter untuk kategori remaja. Ally tinggal
di Midwest, dan sedang bekerja keras
menulis seri Gallagher Girls berikutnya.
Kehidupan Ally entah sangat normal atau
justru merupakan penyamaran paling
mendalam yang pernah dilakukan matamata. Kunjungi Ally di AllyCarter.com. Kami mau saja
menceritakan lebih banyak, tapi" kau tahu, kan."
Isi-Editbaru.indd 317 t.c Isi-Editbaru.indd 318 segera terbit Buku kedua Gallagher Girls
Isi-Editbaru.indd 319 t.c Isi-Editbaru.indd 318 aku mau saja bilang cinta, tapi
setelah itu aku harus membunuhmu
Cammie Morgan mungkin cewek genius,
menguasai empat belas bahasa, jago mengurai kode rahasia
ALLY CARTER I"d Tell You I Love You
" But Then I"d Have To Kill You
tingkat tinggi, dan merupakan "harta" berharga CIA. Kadang
Akademi Gallagher hal itu dianggap keren. Jelas saja, karena
Akademi Gallagher sebenarnya sekolah mata-mata top
secret. Tapi soal cowok, Cammie benar-benar idiot. Ia nggak
berkutik waktu Josh yang superkeren terang-terangan
menatapnya di karnaval kota Roseville. Padahal saat itu
Cammie sedang menjalankan misi Operasi Rahasia-nya yang
pertama, padahal teman-teman sekelasnya pun nggak bisa
melihat keberadaannya. mengintai dan menyamar, mengerahkan kemampuan matamatanya untuk menyelidiki cowok itu" Meskipun tahu
Gallagher Girls nggak boleh berhubungan dengan cowokcowok lokal di Roseville, Cammie sepertinya nggak bisa
menolak daya tarik Josh, karena satu fakta penting ini: Josh
melihatnya saat nggak seorang pun bisa melihatnya.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama
Kompas Gramedia Building Blok I, Lantai 4-5 Jl. Palmerah Barat 29-37 Jakarta 10270 www.gramedia.com i'd tell you i love.indd 1
aku mau saja bilang cinta, tapi
setelah itu aku harus membunuhmu
Siapa cowok itu" Haruskah ia memeriksa sidik jari Josh,
I"d Tell You I Love You
" But Then I"d Have To Kill You
ia bahkan merasa dirinya bisa menghilang. Untungnya, di
Gallagher Girls #1 ALLY CARTER I"d Tell You I Love You " But Then I"d Have To Kill You ilang cinta, aku mau saja b aku harus tapi setelah itu membunuhmu Sepasang Pendekar Kembar 2 The Expected One Karya Kathleen Mcgowan Matemacinta 3
^