Pencarian

Aku Mau Saja Bilang 3

Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter Bagian 3


halang." "Cammie," kata Bex, mendesah. "Cammie, Cammie,
Cammie" ini bagian dari legendamu." Salib itu terus-menerus
ber?ayun. "Seperti inilah aksesorimu."
Aku tahu dia benar. Begitu aku menyeberangi pagar, aku
harus berhenti menjadi aku dan mulai menjadi orang lain"
cewek yang ikut homeschooling, yang mengenakan kalung itu,
dan" "Kau pasti bercanda!" sergahku, tapi sudah terlambat, Liz
telah muncul di pintu, menggendong Onyx.
Padahal kukira masalah cowok ini sudah sulit sebelum aku
harus menggosokkan seekor kucing ke seluruh tubuhku untuk
memberikan ilusi penuh-bulu dari cewek pecinta kucing.
Selama bertahun-tahun, ini kupikir menjadi mata-mata itu
menantang. Ternyata, menjadi seorang cewek sama sulitnya.
162 Isi-Editbaru.indd 162 *** Mereka berjalan bersamaku ke bawah, ke jalan rahasia yang
pa?ling sepi. "Apakah kau sudah mengecek sentermu?" tanya Liz, seperti
Grandma Morgan yang selalu berkata, "Apakah kau sudah
mem?bawa tiketmu?" setiap kali mereka mengantarku ke
bandara. Itu manis. Aku berharap teman-temanku bisa me?
nemani?ku, tapi itu hal yang dipelajari setiap mata-mata sejak
awal"tak peduli betapa mahirnya timmu, akan datang waktu
ketika kau harus melanjutkannya sendirian.
Saat kami berjalan terus, Macey berkata, "Aku masih nggak
mengerti bagaimana kau akan keluar dan masuk kembali tanpa
tertangkap." Dia terdengar sungguh-sungguh bingung, tapi aku nggak.
Suatu hari nanti, aku benar-benar harus menulis buku tentang
mansion ini. Aku mungkin bisa kaya dengan menjual salinansalinannya ke anak-anak baru, berbagi trik-trik seperti bagai?
mana kau bisa mengguncangkan pintu lemari petugas ke?
bersihan di tangga barat, kemudian meluncur turun di pipa
sepanjang jalan ke lemari pantry kepala pelayan. (Bagaimana
kau kembali ke atas itu terserah padamu.) Rahasia bagus lain?
nya adalah panel kayu di lantai tangga batu di dalam kapel
tua. Kalau kau menekannya tiga kali, panel itu akan terbuka,
dan dari sana, kau punya akses ke langit-langit di setiap
ruangan di Koridor Utara. (Aku nggak akan merekomendasikan
yang satu ini kalau kau takut pada laba-laba.)
"Kau akan lihat, Macey," aku memberitahunya saat kami
berbelok untuk berjalan di sepanjang koridor batu panjang ke
arah permadani tua berwarna merah delima yang tergantung
163 Isi-Editbaru.indd 163 sendirian di dinding batu dingin. Aku menatap pohon keluarga
Gallagher, kemudian pada Macey. Dia nggak mempelajari
generasi-generasinya, nggak menemukan namanya sendiri di
sana atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan; Macey hanya
bilang, "Kau terlihat cantik," dan aku hampir pingsan karena
syok akibat pujian yang benar-benar tinggi itu.
Aku menarik permadaninya ke samping dan mulai me?
nyelinap masuk, tepat saat Bex berkata, "Bantai mereka!"
Aku sudah berada di dalam saat Liz berteriak padaku, "Tapi
nggak secara harfiah!"
164 Isi-Editbaru.indd 164 t.c Bab Em pa t B e l a s ku nggak tahu bagaimana aku bisa membiarkan mereka
membujukku melakukan ini. Well, aku tahu, tapi kau nggak
akan pernah mendengarku mengakuinya keras-keras. Menye?
linap ke luar daerah sekolah adalah satu hal"itu hanyalah
masalah mengingat wilayah-wilayah mana yang dipantau ka?
mera, mengetahui titik-titik tak terlihat para penjaga, dan
mengelak dari detektor-detektor gerak di sepanjang dinding
selatan. Tapi mengenakan sepatu yang membuat seluruh kegiat?
an menyelinap itu jadi jauh lebih sulit adalah hal yang nggak
akan pernah kubanggakan. Tentu, sepatu bot hitam Macey
membuat kakiku tampak lebih panjang dan memberiku aura
Charlie"s Angels, tapi begitu aku sampai di posisi, di sebuah
bangku taman di sudut taman kota, kakiku sakit, pergelangan
kakiku terkilir, dan saraf-sarafku tegang.
Untungnya, aku punya waktu untuk memulihkan diri. Ba?
nyak. Sekali. Waktu. 165 Isi-Editbaru.indd 165 Inilah yang perlu kauketahui tentang pengintaian: itu mem?
bosankan. Tentu, kadang-kadang kami meledakkan benda dan
melompat dari bangunan dan/atau kereta yang sedang bergerak,
tapi seringnya kami hanya berkeliaran menunggu sesuatu untuk
terjadi (fakta yang hampir nggak pernah dimasukkan di dalam
film-film), jadi aku mungkin akan merasa konyol kalau aku
cewek normal, bukannya tipe-agen-rahasia yang sangat terlatih
saat duduk di bangku taman itu, mencoba bersikap normal
padahal, menurut definisi, aku sama sekali tidak normal.
Pukul 17:35 (maksudnya pukul lima lebih 35 menit sore):
Pelaksana bergerak ke posisi.
Pukul 18:00: Pelaksana berharap dirinya membawa makanan
karena dia nggak bisa meninggalkan posnya untuk membeli
permen, apalagi ke kamar mandi.
Pukul 18:30: Pelaksana menyadari mustahil untuk terlihat
cantik dan/atau menggoda kalau kau BENAR-BENAR harus buang
air kecil. PR-ku untuk malam itu terdiri atas lima puluh halaman The
Art of War, yang harus diterjemahkan ke dalam bahasa Arab,
kartu kredit-garis miring-pengubah-sidik-jari yang harus di?
sempurnakan untuk Dr. Fibs, dan Madame Dabney sudah mem?
berikan petunjuk-petunjuk besar akan adanya kuis mendadak
pada akhir kelas Budaya & Asimilasi. Walaupun begitu, di
sanalah aku, menggosok-gosok pergelangan kakiku yang mem?
bengkak dan berpikir bahwa aku seharusnya mendapatkan nilai
ekstra Operasi Rahasia untuk ini.
Aku menatap arlojiku lagi: 19.45. Oke, pikirku, aku akan
mem?berinya waktu sampai pukul delapan, kemudian"
166 Isi-Editbaru.indd 166 "Hai," aku mendengar dari belakangku.
Oh, astaga. Oh, astaga. Aku nggak bisa berbalik. Oh sial,
aku harus berbalik. "Cammie?" katanya lagi seakan itu pertanyaan.
Aku bisa balas mengatakan hai dengan empat belas bahasa
ber?beda (belum termasuk bahasa yang mengubah-ubah suku
kata). Tapi tetap saja aku nggak bisa berkata-kata saat Josh
berdiri di depanku. "Mmm" Oh" Mmm?"
"Josh," katanya, menunjuk diri sendiri seakan mengira aku
lupa. Manis sekali, kan" Aku tahu aku bukan ahli masalah co?
wok, tapi aku sudah mendapatkan banyak pelajaran tentang
membaca bahasa tubuh, dan aku harus mengatakan, berasumsi
bahwa seseorang melupakan namamu benar-benar menempati
posisi tinggi dalam daftar "indikator kerendahan hati"-ku
(bukan?nya aku punya daftar itu, tapi aku benar-benar bisa me?
mulainya sekarang). "Hai." Aku mengatakan itu dalam bahasa Inggris, kan" Bukan
bahasa Arab atau Prancis, kan" Oh tolong, Tuhan, jangan
sampai dia berpikir aku murid pertukaran pelajar" atau lebih
buruk lagi, cewek yang tahu tiga kata bahasa asing dan lang?
sung menggunakan sepanjang waktu hanya untuk membukti?
kan betapa pintar/berbudayanya ia dibandingkan semua orang
lain. "Aku melihatmu duduk di sini," kata Josh. Oke, kelihatannya
aku memang bicara dalam bahasa Inggris. "Aku sama sekali tidak
melihatmu di sekitar sini akhir-akhir ini."
"Oh." Aku berdiri tegak. "Aku di Mongolia."
167 Isi-Editbaru.indd 167 Catatan untuk diri sendiri: belajarlah agar jangan ber?
bohong terlalu ekstrem. "Dengan Peace Corps," kataku perlahan-lahan. "Orangtuaku
senang sekali melakukan hal-hal seperti itu. Saat itulah mereka
mulai menyuruhku homeschooling saja," kataku, teringat legenda?
ku, merasakan momentumnya.
"Wow. Keren sekali," katanya.
"Benarkah?" tanyaku, bertanya-tanya apakah dia serius. Tapi
Josh tersenyum, jadi aku berkata, "Oh, yeah. Memang keren
sekali." Josh duduk di sebelahku. "Jadi, kau sudah tinggal di banyak
tempat?" "Wow." Aku cukup sering pergi, tapi sebenarnya aku hanya pernah
tinggal di tiga tempat: peternakan di Nebraska, sekolah untuk
anak-anak genius, dan townhouse di D.C. Untungnya, aku pem?
bohong yang sangat baik dan diperlengkapi legenda yang
sangat menyeluruh. Empat tahun pelajaran-pelajaran NND
muncul di dalam benakku, dan aku memilih beberapa tempat
yang paling menonjol. "Thailand benar-benar indah."
Kemudian aku teringat nasihat Macey tentang jangan jadi
lebih keren daripada dia. "Itu sudah lama sekali," kataku. "Bukan
hal besar." "Tapi kau tinggal di sini sekarang?"
Subjek senang menyatakan hal yang sudah jelas, mungkin ini me?
nandakan kerusakan dalam kemampuan observasi dan/atau
memori jangka pendek"
168 Isi-Editbaru.indd 168 "Ya." Aku mengangguk. Kemudian suasana jadi hening"
benar-benar hening sampai rasanya menyakitkan. "Aku sedang
me?nunggu ibuku," semburku, akhirnya teringat legenda pe?
nyamar?an?ku. "Mom mengambil kelas malam" di perpustaka?
an." Aku menunjuk bangunan bata merah di seberang taman.
"Aku suka ikut ke kota bersamanya karena aku nggak sering
keluar, berkat pendidikanku yang nontradisional."
Subjek memiliki mata yang sangat biru, yang bersinar saat dia
menatap seseorang seakan orang itu mungkin sedikit sinting.
Setelah keheningan lama yang canggung, Josh berdiri dan
berkata, "Aku harus pergi." Aku ingin memohonnya supaya
jangan pergi, tapi bahkan aku pun tahu itu akan kelihatan
sedikit putus asa. Ia melangkah menjauh dan aku nggak tahu
bagaimana menghentikannya (well, sebenarnya aku tahu, tapi
beberapa gerakan yang kupikirkan benar-benar hanya dilegal?
kan pada waktu-waktu perang.)
"Hei," kata Josh, "siapa nama belakangmu?"
"Solomon," semburku.
Aduh! Sebagian besar gaji pemerintahku pada masa depan
suatu hari nanti bakal dihabiskan untuk mencoba mengerti
kenapa aku memilih nama itu pada saat ini, tapi kata-kataku
sudah terlontar dan aku nggak bisa menariknya kembali.
"Apa kau, mmm, tercantum di buku?"
Buku" Buku apa"
Josh tertawa dan melangkah mendekat. "Bolehkah aku me?
neleponmu?" tanyanya, membaca kebingungan di wajahku.
Josh sedang bertanya apakah dia boleh meneleponku! Dia
169 Isi-Editbaru.indd 169 meng?inginkan nomor teleponku! Apa artinya itu"arti se?
sungguh?nya"aku nggak tahu. Tapi rasanya cukup aman untuk
memperkirakan bahwa menurutnya aku bukanlah "bukan siapasiapa". Tetap saja, itu nggak mengubah fakta bahwa telepon
ter?akhir yang kugunakan mempunya fungsi ganda sebagai
senjata pembius (jadi untuk alasan-alasan yang jelas, mungkin
seharusnya aku nggak memberinya nomor yang itu).
Aku berkata, "Nggak." Kemudian hal yang paling me?
ngagumkan terjadi: Josh terlihat benar-benar sedih! Seakan aku
telah menggilas anak anjingnya (walaupun sama sekali nggak
ada anak anjing yang dilukai dalam pembentukan metafora
itu). Aku syok. Aku terkagum-kagum. Aku mabuk oleh kekuasa?
an! "Nggak!" kataku lagi. "Bukan, "nggak kau nggak boleh me?
ne?lepon?ku." Maksudku, "nggak, kau nggak bisa meneleponku.?"
Kemudian, saat melihat kebingungannya, aku menambahkan,
"Ada peraturan-peraturan ketat di rumahku." Bukan bo?hong.
Josh mengangguk, berpura-pura mengerti, kemudian ber?
tanya, "Bagaimana dengan email?"
Aku menggeleng. "Aku mengerti."
"Aku akan kembali ke sini besok," semburku, menghentikan?
nya di tengah langkahnya. "Mom, dia ada kelas lagi. Aku
akan?" "Oke." Josh mengangguk, kemudian berbalik untuk pergi.
"Mungkin aku akan bertemu denganmu di sekitar sini."
"Apa sih maksudnya itu?" teriakku pada Macey, walaupun itu
bukan salahnya. Maksudku, kalau seorang cowok jadi sangat
170 Isi-Editbaru.indd 170 sedih dan kecewa karena kau nggak mau memberinya nomor
telepon tapi kemudian kau memberitahunya bahwa kau akan
berada di tempat yang sudah ditentukan pada waktu yang
sudah ditentukan"sehingga mengeliminasi perlunya nomor
tele?pon"dia malah berkata "mungkin" dia akan menemuimu
di sana" Itu alasan bagus untuk berteriak, bukan"
"Mungkin?" aku berteriak lagi, mungkin itu keterlaluan ka?
rena aku sudah punya waktu sepanjang jalan kembali ke
sekolah untuk memikirkan kata-kata Josh, sedangkan temanteman sekamarku baru pertama kali mendengarnya.
Liz menampakkan ekspresi yang sama, yang dia perlihatkan
setiap kali Dr. Fibs memberitahu bahwa kami harus memakai
masker gas dalam pelajaran. Itu ekspresi campuran antara ke?
takutan dan euforia. Macey mengecat kuku-kukunya, dan Bex
berlatih yoga di sudut kamar.


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sebagian besar orang seharusnya lebih tenang setelah ber?
napas dalam-dalam dan merefleksi diri"Bex tidak. "Aku bisa
meng?hajarnya," tawarnya, dan kalau dia nggak sedang me?lekuk?
kan bagian-bagian tubuhnya dan berbentuk seperti pretzel pada
saat itu, aku mungkin bakal lebih khawatir. Bagaimana?pun,
Bex kan tahu di mana Josh tinggal.
"Well?" Liz terbata-bata. "Kurasa kau harus pergi, dan ka?
lau dia muncul, berarti dia menyukaimu."
"Salah," kata Macey, membuat suara dengungan saat mem?
balik-balik halaman buku pelajaran. "Kalau dia datang, ber?
arti dia penasaran"atau bosan"tapi lebih mungkin penasar?
an." "Jadi, kapan kita akan tahu apakah dia menyukai Cammie?"
tanya Liz. Macey memutar bola matanya yang biru, besar, dan indah
17 1 Isi-Editbaru.indd 171 itu. "Bukan itu pertanyaannya," katanya, seakan itu hal terjelas
di dunia. "Pertanyaannya adalah"seberapa besar?"
Apakah hal-hal yang harus kami pelajari nggak akan ada
akhirnya" 172 Isi-Editbaru.indd 172 t.c Bab L i ma B e l a s elatihan mata-mata bukanlah hal yang bisa kauhentikan
dan kaumulai sesuka hati. Kami melakukannya sepanjang wak?
tu, saat makan, tidur, dan bernapas. Itu sudah menjadi bagian
dari DNA-ku, sama seperti seperti rambut lemas dan kelemah?
an terhadap M&M"s kacang. Aku tahu itu mungkin nggak
perlu dikatakan lagi, tapi sebelum aku memberitahumu apa
yang terjadi berikutnya, kupikir lebih baik aku mengatakan?
nya. Bagaimanapun, bayangkan kalau kau seorang cewek lima
belas tahun yang berdiri sendirian di jalanan sepi pada malam
gelap, bersiap-siap untuk pertemuan rahasia, saat, tiba-tiba kau
nggak bisa melihat apa pun karena sepasang tangan menutupi
mata?mu. Satu detik kau berdiri di sana, bersyukur karena kau
ingat untuk membawa permen, kemudian" DOR" segalanya
menjadi gelap. Well, itulah yang terjadi. Tapi apakah aku panik" Nggak
17 3 Isi-Editbaru.indd 173 mung?kin. Aku melakukan apa yang sudah dilatih untuk kulaku?
kan"aku menyambar lengan si penyerang, memindahkan be?
ban tubuhku, dan menggunakan momentum calon penyerangku
untuk balas menyerangnya.
Semuanya terjadi begitu cepat. Benar-benar cepat. Menakut?
kan, betapa tangan-tangan-ini-adalah-senjata-mematikan.
Aku benar-benar hebat, pikirku, sampai aku me?nunduk dan
melihat Josh terbaring di kakiku, kehabisan napas.
"Oh, astaga! Aku benar-benar minta maaf!" jeritku, lalu
meng?ulurkan tangan untuk menariknya. "Aku benar-benar
minta maaf. Apakah kau baik-baik saja" Tolong katakan kau
baik-baik saja." "Cammie?" kata Josh serak. Suaranya terdengar begitu
lemah dan aku berpikir, Ini dia. Aku membunuh satu-satunya
laki-laki yang pernah kucintai dan sekarang aku akan men?dengar
pengakuan terakhir hidupnya. Aku mencondongkan diri,
mendekat padanya. Rambutku jatuh ke dalam mulutnya yang
terbuka. Dia tercekik. Jadi" yeah" di kencan-palsu pertamaku, aku bukan hanya
secara fisik menyerang belahan jiwa potensialku, aku juga mem?
buatnya tercekik"secara harfiah.
Aku menyelipkan rambutku ke belakang telinga dan ber?
jongkok di sebelahnya. (Omong-omong, kalau suatu waktu kau
ingin merasakan otot perut seorang cowok, ini teknik yang
cukup bagus"karena rasanya benar-benar natural saat aku me?
letak?kan tangan di perut dan dadanya.) "Ooh. Ada apa?"
"Mau lakukan sesuatu untukku?"
"Apa saja!" Aku membungkuk lebih rendah, nggak ingin
melewatkan sepatah kata berharga pun.
174 Isi-Editbaru.indd 174 "Tolong jangan pernah beritahu teman-temanku tentang
ini." Josh tersenyum dan kelegaan membanjiri tubuhku.
Menurutnya aku akan bertemu teman-temannya! Aku ber?
pikir"kemudian bertanya-tanya, Apa artinya itu"
Subjek mendemonstrasikan ketahanan fisik yang mengagumkan,
seperti yang ditunjukkan oleh kemampuannya untuk memulihkan
diri dengan cepat setelah terjatuh sangat keras ke aspal.
Subjek juga ternyata sangat berat.
Aku membantu Josh berdiri dan membersihkan debu dari
tubuhnya. "Wow!" kata Josh. "Di mana kau belajar melakukan itu?"
Aku mengangkat bahu, mencoba menebak bagaimana
Cammie si cewek homeschooling yang punya kucing bernama
Suzie akan menjawab. "Mom bilang cewek harus tahu cara
men?jaga diri sendiri." Bukan bohong.
Josh menggosok-gosok bagian belakang kepala. "Aku kasih?
an pada ayahmu." Peluru nggak bisa menghantamku lebih keras daripada itu.
Tapi kemudian aku menyadari bahwa Josh nggak akan menarik
kata-kata itu kembali, perlahan-lahan menjauh, dan mencoba
memperbaikinya walaupun terlambat. Dia hanya menatapku
dan tersenyum. Untuk pertama kalinya dalam waktu yang sa?
ngat lama, saat memikirkan Dad, aku merasa ingin tersenyum
juga. "Dad bilang dirinya cukup kuat, tapi kurasa Mom memang
bisa mengalahkannya."
"Ibu dan anak sama saja, ya?"
17 5 Isi-Editbaru.indd 175 Josh nggak tahu betapa mengagumkan pujian yang baru saja
diberikannya padaku"dan masalahnya adalah: dia nggak akan
pernah tahu. "Bisakah kau" mmm?" Josh memandang daerah sekitar
kami, ?"jalan-jalan atau apa?"
"Tentu." Kami berjalan bersama di sepanjang jalan. Untuk ukuran
cewek yang dideskripsikan sebagai "artis jalanan", aku sedikit
ter?kejut dengan betapa sulitnya berjalan saat kau benar-benar
mencoba untuk terlihat. Setelah beberapa menit mendengarkan suara kaki kami di
jalanan, aku menyadari sesuatu. Pembicaraan. Bukankah seharus?
nya ada pembicaraan" Aku mencari-cari bahan pembicaraan di
benakku"apa pun"tapi terus-menerus menemukan hal-hal
seperti "Jadi, bagaimana dengan detonator-detonator baru yang
dikontrol satelit dengan jarak sembilan belas kilometer itu?" Atau,
"Sudahkah kau membaca terjemahan baru Art of War" Karena
aku lebih menyukainya dalam dialek aslinya?" Aku setengah
ber?harap Josh akan menyerangku lagi atau mengeluarkan pisau
atau mulai bicara dalam bahasa Jepang atau apa" tapi dia
nggak melakukannya, dan karena itu aku nggak tahu harus
melakukan apa. Dia berjalan. Jadi aku berjalan. Dia tersenyum,
jadi aku balas tersenyum. Dia berbelok di sudut (tanpa meng?
guna?kan teknik pendeteksian penguntit Strembesky, yang
benar-benar tindakan ceroboh), dan aku mengikuti.
Kami berbelok di sudut lain dan dari pengintaian saat Pe?
lajar?an Mengemudi, aku tahu bahwa ada taman bermain tepat
di depan kami. "Lenganku pernah patah di sana," kata Josh sambil me?
nunjuk tiang-tiang panjatan. Kemudian wajahnya memerah.
176 Isi-Editbaru.indd 176 "Keadaannya benar-benar kacau"tubuh di mana-mana"kau
seharusnya melihat cowok yang satu lagi."
Aku tersenyum. "Oh, kedengarannya liar."
"Kejadian paling liar yang pernah terjadi di Roseville." Josh
tertawa dan menendang sebuah batu dengan ujung sepatunya.
Batu itu menggelinding menyeberangi jalan yang sepi dan
masuk ke got kosong. "Ibuku benar-benar panik. Dia berteriakteriak dan mencoba menyeretku ke mobil." Ia terkekeh, ke?
mudian menyisir rambut bergelombangnya dengan tangan. "Dia
memang agak berlebihan."
"Yeah," kataku, tersenyum. "Aku tahu tipe itu."
"Nggak," katanya. "Ibumu pasti asyik. Maksudku, aku nggak
bisa membayangkan melihat tempat-tempat yang telah kau?
lihat. Satu-satunya yang dilakukan ibuku adalah memasak se?
panjang waktu, kau tahu" Seakan satu macam pai nggak
cukup. Nggak. Dia harus masak tiga macam pai yang berbeda,
dan?" Suaranya menghilang saat menatapku. "Aku berani
taruhan ibumu nggak melakukan itu."
"Oh ya, dia melakukannya!" kataku cepat. "Dia benar-benar
suka dengan semua hal itu."
"Maksudmu, aku bukan satu-satunya anak yang harus duduk
sepanjang makan malam dengan delapan hidangan?"
"Oh, kau bercanda?" kataku. "Kami melakukan itu se?
panjang waktu!" (Kalau lima Diet Coke dan tiga Twinkies bisa
didefinisikan sebagai delapan hidangan.)
"Sungguh" Aku mengira dengan Peace Corps dan?"
"Oh nggak, kau bercanda" Mereka suka sekali dengan
waktu keluarga berkualitas dan????" aku teringat pada pada
tumpuk??an besar katalog Pottery Barn, ?"dekorasi."
177 Isi-Editbaru.indd 177 "Ya!" katanya. "Aku tahu. Kau tahu bagaimana mereka me?
mutus?kan, dalam semalam, bahwa kau memerlukan tirai baru
untuk kamar tidurmu" Seakan tirai polos nggak cukup dan
sekarang kau memerlukan tirai bergaris-garis?"
Tirai polos" Tirai bergaris-garis" Masyarakat macam apa yang
telah kumasuki" Aku seharusnya mendapatkan nilai ekstra NND
untuk ini! Kami berjalan lebih jauh, sepanjang jalan yang
berliku-liku dengan halaman-halaman yang rapi dan kumpulan
bunga sempurna yang rasanya nggak mungkin hanya beberapa
kilometer jaraknya dari dinding-dinding Gallagher. Aku diajak
tur oleh orang dalam di balik pagar-pagar pendek putih. Aku
pergi ke tempat yang belum pernah dikunjungi Gallagher Girl
mana pun (well, setidaknya Gallagher Girl ini)"ke dalam
keluarga Amerika yang normal.
"Ini memang menyenangkan. Ini malam" yang menyenang?
kan." Dan itu memang benar. Udaranya sejuk tapi nggak di?
ngin, dan hanya sekumpulan awan tipis yang berarak melintasi
langit berbintang. "Jadi seperti apa itu?" tanya Josh. Apa yang seperti apa"
"Mongolia" Thailand" Itu pasti seperti?"
"Dunia lain," kataku. Dan itu benar"aku memang berasal
dari dunia lain"hanya saja duniaku ternyata sangat dekat de?
ngan dunia Josh. Kemudian Josh melakukan hal yang paling keren. Kami
ber?henti di bawah lampu jalan, dan ia berkata, "Tunggu se?
bentar. Ada?" Kemudian ia meraih ke atas dan mengusap
pipi?ku dengan jarinya, "bulu mata." Ia mengangkatnya di
depan?ku. "Ucapkan permohonan."
Tapi saat itu, nggak ada hal lain yang kuinginkan.
Aku nggak tahu berapa lama kami berjalan-jalan di jalanan
178 Isi-Editbaru.indd 178 Roseville, karena, untuk pertama kalinya dalam bertahuntahun, aku lupa waktu.
"Tapi kurasa kau nggak punya guru-guru yang sinting," kata?
nya menggoda setelah menyelesaikan sebuah cerita tentang
pelatih larinya yang sinting.
"Oh, kau akan terkejut."
"Beritahu aku sesuatu tentangmu," Josh mendesakku. "Aku
sudah menceritakan tentang ibuku yang ingin-jadi-MarthaStewart yang sinting, adik perempuanku yang hiperaktif, dan
ayah?ku." "Seperti apa?" tanyaku, panik, dan itu mungkin tampak
jelas dari keheningan yang membuat otakku mati rasa.
"Apa saja. Apa warna favoritmu" Band favoritmu?" Josh
me?nunjukku saat melompat dari tepi jalan dan berbelok di
jalanan. "Apa makanan favoritmu saat kau sakit?"
Pertanyaan yang hebat sekali, kan" Maksudku, sepanjang
hidupku aku sudah menjawab banyak pertanyaan"yang sulitsulit"tapi pertanyaan yang itu khusus memberitahu tentang
diriku. "Wafel," kataku, tiba-tiba kagum saat aku menyadari itu
benar. "Aku juga!" kata Josh. "Wafel benar-benar jauh lebih enak
daripada panekuk, dan ibuku bilang itu gila karena adonannya
sama, tapi aku memberitahunya bahwa itu?"
"Masalah tekstur," kami mengatakannya bersamaan.
OH ASTAGA! Josh mengerti masalah panekuk versus
wafel! Dia mengerti itu! Dia tersenyum. Aku meleleh.
"Kapan ulang tahunmu?" Josh melemparkan pertanyaan itu
padaku seperti menembakkan anak panah.
179 Isi-Editbaru.indd 179 "Mmm?" Detik yang kauperlukan untuk mengingat sesuatu
yang seharusnya diketahui identitas samaranmu adalah detik yang
diperlukan orang-orang jahat untuk melakukan hal-hal paling buruk.
"Sembilan belas November," semburku untuk alasan yang
nggak jelas; tanggal itu hanya mendarat di dalam kepalaku
seperti sebuah batu. "Apa es krim favoritmu?"
"Mint chocolate cookie," kataku, teringat itulah yang kami
temukan di dalam sampahnya.
Wajahnya menjadi cerah. "Aku juga!" Bagus. "Apakah kau
punya saudara laki-laki dan perempuan?"
"Saudara perempuan," refleks aku menjawab. "Aku punya
be?berapa saudara perempuan."
"Apa pekerjaan ayahmu" Kalau dia nggak sedang pergi
menyelamatkan dunia?"
"Dia insinyur. Dia luar biasa."
Aku bahkan nggak berhenti sejenak sebelum mengatakan?
nya. Kata-kata itu sudah keluar dan aku nggak ingin memasuk?
kan mereka kembali ke benakku. Dari semua kebohongan yang


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

ku?katakan malam itu, itu satu-satunya yang aku tahu nggak
akan harus kucoba untuk ingat. Dad tegas, tapi dia menyayangi?
ku. Dia mengurus aku dan Mom. Saat aku pulang"dia akan ada
di sana. Dan Dad memang menyelamatkan dunia"sering.
Aku menatap Josh, yang nggak meragukan ceritaku sama
sekali. Dan aku tahu pada saat itu juga, tepat di sana, bahwa
dengan suatu cara, semuanya benar. Aku tahu bahwa dari saat
itu, legenda samaranku akan jadi hidup.
"Tapi bukan bisnis keluarga. Benar, kan?" tanya Josh.
Aku menggeleng, tahu bahwa itu bohong.
180 Isi-Editbaru.indd 180 "Bagus," kata Josh. "Bersyukurlah nggak ada orang yang
terus-menerus menekanmu untuk mengikuti jejak ayahmu." Ia
menendang sebuah batu. "Mereka sebut itu apa"tahu kan, di
dalam Alkitab"tentang bagaimana kita bisa melakukan apa
pun yang kita inginkan?"
"Kehendak bebas," kataku.
"Yeah." Josh mengangguk. "Bersyukurlah kau punya ke?
hendak bebas." "Kenapa" Memangnya kau punya apa?"
Kami mencapai sudut di taman yang nggak pernah terlalu
kuperhatikan sebelumnya. Josh menunjuk pada tanda di atas
sebarisan jendela-jendela yang gelap"ABRAMS AND SON
PHARMACY, PERUSAHAAN KELUARGA SEJAK 1938.
Kemudian aku tahu kenapa kami melakukan pekerjaan
lapang?an. Tentu saja aku tahu bahwa ayah Josh apoteker di
kota ini. Tapi berkas-berkas komputer dan catatan-catatan
pajak nggak memberitahu kami bagaimana Josh akan bereaksi
pada tempat itu. Mereka nggak mempersiapkanku untuk
pandang?an di matanya saat Josh berkata, "Aku nggak benarbenar menyukai olahraga lari. Aku hanya" Itu membuatku
jauh dari sini sepulang sekolah."
Sesuatu dalam caranya mengatakan itu memberitahuku
bahwa dia belum pernah mengatakannya pada siapa pun, tapi
aku kan memang bukan orang yang dikenal teman-temannya.
Aku bukanlah orang yang akan membiarkan informasi itu ter?
dengar oleh orangtuanya. Aku bukan siapa-siapa.
"Kurasa ada sedikit tekanan untuk mengikuti jejak ayahku
juga," aku mengakui.
"Sungguh?" Aku mengangguk, nggak bisa mengatakan lebih banyak,
18 1 Isi-Editbaru.indd 181 karena kenyataannya adalah, aku nggak tahu ke mana jejak
kaki Dad mengarah. Aku nggak punya izin setinggi itu.
Jam menara di atas perpustakaan berdentang sepuluh kali
dan aku tahu itu mungkin saja sekarang sudah tengah malam,
dan aku mungkin saja adalah Cinderella.
"Aku harus?" aku memberi isyarat ke arah perpustakaan
(dan, jauh di belakangnya, dinding-dinding rumahku yang men?
julang). "Aku nggak bisa" Aku harus" Maaf."
"Tunggu." Josh menyambar lenganku (tapi dengan cara yang
manis). "Kau punya identitas rahasia, kan?" Ia meringis. "Ayo?
lah. Kau bisa memberitahuku. Kau anak rahasia Wonder
Woman" Sungguh, nggak apa-apa kok. Aku nggak keberatan"
asalkan ayahmu bukan Aquaman, karena, jujur saja, aku selalu
merasa auranya terlalu superior."
"Ini serius," kataku di sela-sela tawa. "Aku harus pergi."
"Tapi siapa yang akan memastikan aku sampai di rumah
de?ngan selamat" Jalanan di sini gelap dan berbahaya." Di se?
berang taman, sekelompok wanita yang lebih tua meninggalkan
bioskop. "Lihat, aku nggak aman di luar sini sendirian."
"Oh, menurutku kau akan bertahan hidup."
"Apakah besok kita bisa bertemu lagi?" Hilang sudah nada
konyolnya, irama menggodanya. Kalau Josh nggak sedang me?
megangiku, aku mungkin sudah pingsan"serius. Pokoknya
kata-kata Josh begitu manis, kuat, dan seksi.
Ya, hatiku berteriak, tapi otakku berbicara tentang tes
tengah semester biokimia, tujuh bab NND yang harus dibaca,
dan laporan lab selama dua minggu untuk Dr. Fibs.
Kadang aku benar-benar membenci otakku.
Tapi yang terutama, aku mendengar suara Mr. Solomon,
dan suara itu memberitahuku bahwa mata-mata yang baik
182 Isi-Editbaru.indd 182 selalu memvariasikan rutinitasnya. Orang-orang di Akademi
Gallagher mungkin nggak menyadari ada satu cewek yang
berkeliaran dua malam berturut-turut"tapi tiga malam artinya
memaksakan keberuntunganku, dan aku tahu itu.
"Maaf." Aku menarik diri menjauh darinya. "Aku nggak
tahu kapan Mom ada kelas atau kapan aku boleh ikut. Kami
tinggal di pedesaan dan aku belum bisa mengemudi, jadi"
maaf." "Jadi aku hanya bakal melihatmu di sekitar sini, kalau be?
gitu" Kau tahu, untuk mendapatkan tips-tips pertahanan diri
dan semacamnya?" "Aku?" Aku tersandung, tahu bahwa aku akhirnya sampai
di ujung tebing, dan aku harus memutuskan apakah sepadan
jika diriku terjatuh. Aku bersekolah di sekolah terbaik di negara ini. Aku bisa
bicara dalam empat belas bahasa berbeda, tapi aku nggak bisa
bicara pada cowok ini" Apa gunanya IQ genius" Kenapa repotrepot mengajari kami hal-hal yang kami ketahui" Apa guna?
nya" Kemudian aku melihatnya. Aku menoleh pada Josh. "Kau suka film tentang matamata?"
Josh menatapku, kemudian bergumam, "Mmm" tentu."
"Well?" Aku beringsut lebih dekat ke gazebo, yang sangat
ber?gaya Amerika. Sangat Sound of Music. Sangat Gilmore Girls.
Tapi hal yang benar-benar penting tentang gazebo Roseville
bukanlah bahwa tempat itu memiliki lampu-lampu kerlapkerlip yang indah. Nggak, ini lebih baik"ada batu longgar
yang menonjol keluar di dasar gazebo.
18 3 Isi-Editbaru.indd 183 (Sebagai informasi, pada umumnya, mata-mata sangat me?
nyukai batu longgar.) "Aku melihat film ini," kataku, memaksa diri terus bicara.
"Itu film lama" hitam-putih" dan cewek ini ingin berkomuni?
kasi dengan cowok ini, tapi mereka nggak bisa, karena itu
ter?lalu berbahaya."
"Kenapa" Karena si cowok mata-mata?"
Si cowok" Kadang-kadang superioritas jenis kelamin tertentu
di negara ini membuatku takjub, tapi kemudian aku ingat bah?
wa kecenderungan masyarakat untuk meremehkan wanita
adalah senjata terhebat Gallagher Girls, jadi aku menenangkan
diri dengan mengingat bahwa aku hanya butuh kurang dari
dua detik untuk menjatuhkan Josh dengan mudah dan keras
ke trotoar. "Ya," kataku. "Si cowok adalah mata-mata."
"Keren." Ia mengangguk.
"Kau bisa meninggalkan pesan-pesan untukku di sana." Aku
memindahkan sebuah batu, menampakkan lubang kecil di
dalam semen. "Dan letakkan lagi batunya dengan terbalik, jadi
aku tahu ada pesan." Aku memasukkan batu itu sehingga per?
mukaan yang dicat berada di dalam. Efeknya adalah satu
potong batu abu-abu di dalam bidang yang berwarna seputih
salju. "Dan kalau aku meninggalkan pesan, aku akan membalik?
nya ke arah sebaliknya. Lihat?" kataku, mungkin merasa sedikit
terlalu bangga pada diri sendiri. "Kami biasa melakukan ini
sepanjang waktu" di Mongolia."
Apakah dia nggak tahu ada yang namanya email" Aku mem?
bayangkan Josh bertanya-tanya. Instant Messenger" Ponsel"
Bahkan kaleng dari timah yang diikat menjadi satu dengan
be?nang mungkin tampak berteknologi tinggi dibandingkan cara
184 Isi-Editbaru.indd 184 yang kuusulkan. Kalau bukan mengira aku cewek sinting,
mungkin Josh mengira aku hasil dari eksperimen yang benarbenar aneh, di mana mereka membekukan orang selama ber?
dekade-dekade, walaupun aku tahu berdasarkan fakta bahwa
teknologi belum sampai ke fase prototype.
Josh menatapku seakan aku gila, jadi aku berkata, "Kau
benar. Itu bodoh." Aku berbalik. "Aku harus pergi. Tadi
itu?" "Cammie." Kata itu menghentikanku. "Kau bukan cewek
biasa, kan?" Oke, jadi Josh ternyata cukup pintar.
18 5 Isi-Editbaru.indd 185 Bab En a m B e l a s Ringkasan Komunikasi Pada 18 Oktober, dalam tugas Pelajaran Mengemudi rutin, Para
Pelaksana melihat bahwa "tanda isian" ditandai (dengan kata lain,
batunya dibalik) di tempat peletakan surat yang telah ditentukan,
jadi Agen Morgan berpura-pura mengalami sakit perut saat yang
lainnya sibuk menonton maraton Gilmore Girls dan pergi
mengambil pesan berikut ini:
Oke, jadi kalau ayahmu bukan Aquaman, apakah dia The Flash"
Terjemahan: Tolong anggap aku lucu, karena kepercayaan diriku
cukup rendah, dan humor mungkin adalah satu-satunya yang bisa
kuandalkan. (Terjemahan oleh Macey McHenry.)
Setelah mendapat jawaban singkat dari Pelaksana, Subjek
membalas minggu berikutnya:
Hari ini guru pertukanganku menahanku karena nggak menakar pasir
186 Isi-Editbaru.indd 186 dengan tepat saat membuat rumah burung. Kemudian ayahku
memberitahu bahwa aku harus mulai membantunya di apotek dua malam
dalam seminggu. Saat tiba di rumah, aku mengetahui bahwa ibuku
membuat 18 macam roti pisang yang berbeda, dan aku harus mencicipi
setiap potongnya. Itu Penyiksaan. Bagaimana harimu" Terjemahan: Aku merasa sangat nyaman berbagi cerita denganmu
karena kau terpisah dari hidupku yang membosankan dan biasa.
Meninggalkan pesan-pesan ini dan memiliki pertemuan-pertemuan
rahasia rasanya menyenangkan. Memiliki hubungan denganmu
terasa baru dan unik, dan aku menikmatinya. (Terjemahan oleh
Macey McHenry, dengan bantuan Elizabeth Sutton.)
Pelaksana menganggap pesan ini sebagai tanda positif dan se?
penuh?nya mengharapkan Subjek untuk melanjutkan komunikasi.
Kepercayaan tampaknya mulai terbangun, dan Para Pelaksana
merasa dalam waktu dekat Subjek siap bergerak. Subjek membuat
kemajuan yang sangat baik.
Kemudian mereka menerima pesan berikut:
Ini gila. Kau tahu itu, kan"
Terjemahan: Walaupun hubungan ini memberiku kesempatan untuk
terbebas dari kehidupan normal dan aku aku menikmatinya, aku
bisa melihat bahwa ini nggak praktis di kemudian hari. Bagai?mana?
pun, aku bersedia melihat sampai di mana kelanjutannya.
(Terjemahan oleh Macey McHenry.)
187 Isi-Editbaru.indd 187 Setelah komunikasi ini, Para Pelaksana mengetahui penting
sekali melanjutkan misi ini perlahan-lahan, untuk mendekati
Subjek dengan kecepatan yang bisa diatur. Kami setuju bahwa
kencan, bermesraan, dan acara formal macam apa pun tak boleh
disebut untuk jangka waktu tidak terbatas.
Satu minggu lagi berlalu sebelum Para Pelaksana menerima
potongan komunikasi paling penting sampai hari itu:
Apakah mungkin kau bisa datang ke bioskop Jumat ini" Aku tahu kau
mungkin nggak bisa, tapi aku akan ada di sini (di tempat kita) pada
pukul tujuh kalau kau bisa.
Terjemahan: KAMI BERHASIL! (Terjemahan oleh Cameron Morgan
dan diverifikasi Macey McHenry.)
ku dan Josh punya tempat kita! Kami punya kencan"ke
bioskop! Euforiaku berlangsung dari saat aku mengambil pesan itu
dan sepanjang waktu sampai pelaporan rutin kami di suite.
Pada pagi berikutnya, bagaimanapun, aku nggak berpikir seperti
cewek biasa"aku berpikir dengan cara mata-mata.
Bagaimana kalau bioskop adalah cara menghabiskan waktu
senggang favorit para laki-laki di bagian maintenance Gallagher"
Atau, bagaimana kalau filmnya jorok hingga aku mual dan
memuntahkan Milk Duds ke mana-mana"
MILK DUDS! Bagaimana kalau ada karamel di gigiku dan
aku harus mengorek-ngorek gigi geraham untuk mengeluarkan?
nya" Benar-benar nggak ada cara yang menarik untuk melaku?
kan itu! Apa yang akan kulakukan"hanya makan popcorn"
188 Isi-Editbaru.indd 188 Tapi kalau begitu, hal yang sama bisa terjadi dengan potonganpotongan jagung kecilnya!
Oh, astaga! Tes Kimia Organik dan ujian Bahasa Per?
cakapan Swahili menungguku, tapi kedua hal itu tampak se?
perti mainan anak-anak dibandingkan dilema yang kuhadapi"
sampai Macey bergabung dengan kami di meja makan siang
dan berkata, "Junior Mints."
Junior Mints"tentu saja! Cokelat mint itu menyenangkan
dan tanpa efek samping berbahaya. Aku menarik kembali
semua yang pernah kukatakan tentangnya sepanjang hidupku.
MACEY McHENRY GENIUS! Liz menatap pesan itu, membandingkannya dengan pesanpesan lain yang sudah diperiksanya di lab, untuk melihat apa?
kah komposisi bahan kimia kertas atau tintanya bisa memberi
informasi apa pun. (Kami memang mendapatkan informasi"
Josh berbelanja di Wal-Mart.)
"Perhatikan bagaimana Josh memiringkan huruf F dalam
kata film," kata Liz, menyodorkan pesan itu ke arah kami.
"Seingatku, aku pernah membaca bahwa ini menunjukkan
kecenderungan?" Tapi kecenderungan apa, kami nggak akan pernah tahu,
karena tepat pada saat itu meja-meja makan siang kelas se?
puluh menjadi hening dengan cara yang hanya bisa berarti


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu hal. "Halo, Nona-nona," kata Joe Solomon, tapi aku sempat
me?nyambar potongan kertas itu dan menjejalkannya ke dalam
mulutku, biasanya itu manuver mata-mata yang sangat hebat,
masalahnya Josh nggak menggunakan Evapopaper.
"Bagaimana lasagna-nya?" tanya Mr. Solomon dan aku hen?
189 Isi-Editbaru.indd 189 st dak mengatakan sesuatu sebelum teringat bahwa mulutku"
well" sedang sibuk. "Career fair Akademi Gallagher diadakan Jumat malam ini,"
kata Mr. Solomon. Teman-teman sekamarku dan aku saling
menatap"hal yang persis sama terlintas di benak kami"Jumat
malam ini! "Ini daftar agensi dan firma yang perwakilannya akan
hadir." Ia melemparkan setumpuk selebaran ke meja panjang.
"Kesempatan hebat untuk melihat apa yang ada di luar sana"
terutama untuk kalian yang tidak akan bergabung denganku di
Sublevel Dua." Oke, aku mengakuinya. Bagian itu membuatku menelan
sedikit kertas. Setelah Mr. Solomon pergi, aku meludahkan sisa pesan
Josh (yang untungnya termasuk semua tulisannya) dan me?
natapnya beserta selebaran mengilap dari Mr. Solomon,
yang mengumum?kan kesempatanku untuk menetapkan jalan
mana yang kuinginkan untuk sisa hidupku. Aku nggak lapar
lagi. Career day di sekolah mata-mata mungkin seperti career day di
sekolah biasa kecuali" well" kami mungkin punya jauh lebih
banyak tamu yang datang dengan naik helikopter-helikopter
hitam. (Para laki-laki dari Alcohol Tobacco and Firearms me?
mang suka pamer.) Koridor-koridor penuh dengan meja lipat dan spanduk jelek.
(GO ALL THE WAY WITH THE NSA"siapa yang memikir?
kan hal seperti itu") Di setiap ruang kelas ada pencari bakat
yang duduk di meja bagian belakang, mengamati dengan ka?
gum saat kami melakukan rutinitas kami. Bahkan P&P penuh
dengan mata-mata"secara harfiah"saat kami menyebar di
190 Isi-Editbaru.indd 190 da?lam lumbung dan memamerkan seluruh kemampuan me?
matikan kami untuk para perekrut.
"Jangan bikin kepalaku copot!" teriak Liz.
Aku nggak yakin apakah dia sedang membicarakan tendang?
an memutar yang baru saja lewat beberapa senti dari hidung?
nya, atau fakta bahwa Bex menolak untuk mempertimbangkan
penundaan kencan besarku. Yang mana pun, aku cukup yakin
mungkin seharusnya kami nggak mengadakan pembicaraan itu
di dalam loteng jerami yang dipenuhi agen pemerintah saat ini
dan juga calon-calonnya. Cahaya bersinar menembus jendela-jendela loteng. Burung
layang-layang di lumbung membuat sarang di kasau-kasau. Dan
tiga meter jauhnya, Tina Walters sedang menunjukkan pada
se?orang agen FBI bagaimana kami telah belajar membunuh
orang dengan sepotong spageti mentah.
"Guys!" sergahku.
Peluit dibunyikan, memberitahu kami sekarang saatnya ber?
ganti posisi, jadi Bex berdiri di belakangku. Saat melingkarkan
lengannya pada leherku, ia berbisik di telingaku, "Koridorkoridor ramai. Banyak sekali orang. Tak seorang pun akan ke?
hilang?an kau"kau kan si Bunglon."
Aku melemparkannya dari atas punggungku dan melotot pa?
da??nya saat dia berbaring telentang di atas matras di bawah?ku.
"Menurutku kau harus membatalkannya," kata Liz saat me?
nyerang?ku. Aku bergeser ke samping dan menjatuhkannya
dengan mudah ke matras di sebelah Bex. Dia bangun dengan
bertumpu pada sikunya dan berbisik, "Hari ini kesempatan bagi
Gallagher Girls untuk memutuskan bagaimana mereka akan
menjadi Gallagher Women pada masa depan." (Atau begitulah
yang kami baca di selebaran.)
19 1 Isi-Editbaru.indd 191 Aku baru mulai merasa memiliki kontrol atas situasinya saat
kaki Bex terayun berputar dengan cepat, menyerangku saat le?
ngah, menjatuhkanku ke puncak tumpukan. "Yeah, ka?yak
Cammie nggak tahu saja dia akan menjadi apa saat dewasa."
Sebelum aku bisa menjawab, kami melihat seorang laki-laki
berjalan mendekat, jadi kami buru-buru berdiri. Dia nggak
tinggi ataupun pendek; dia nggak tampan ataupun jelek. Dia
jenis orang yang bisa kaulihat belasan kali dan tetap nggak
bakal kauingat, dan dengan hanya satu lirikan, aku tahu dia
adalah seniman jalanan"aku tahu dia seperti aku.
"Bagus sekali," laki-laki itu berkata. Nggak mungkin kami
tahu berapa lama dia sudah berada di dalam loteng ramai itu,
mengamati. "Kalian di kelas sepuluh, benarkah?"
Ada pantulan ekstra di dalam langkah Bex saat bergerak ke
arah laki-laki itu. "Benar, Sir," katanya, suaranya penuh ke?
angkuh?an. "Dan kalian semua mempelajari Operasi Rahasia?" ia ber?
tanya sambil melirik ke samping pada Liz, yang entah bagai?
mana membuat rambutnya terbelit pada tali sepatuku.
"Hanya untuk semester ini," kata Liz, terdengar benar-benar
lega. "Semester berikutnya kami bisa berspesialisasi kalau kami
mau," Bex mengklarifikasi. "Tapi banyak dari kami meneruskan
latihan untuk pekerjaan lapangan."
Aku cukup yakin Bex sedang bersiap-siap untuk menyelip?
kan ke dalam pembicaraan bagaimana dia pernah menjadi
peng?awas untuk ayahnya suatu kali sementara ayahnya me?
nangkap pedagang senjata di pasar Kairo, tapi laki-laki itu
nggak memberinya kesempatan.
"Well," katanya. "Aku akan membiarkan kalian latihan
192 Isi-Editbaru.indd 192 sp lagi." Ia memasukkan tangannya ke saku dan tersenyum. Saat
ber?balik untuk berjalan pergi, aku nggak mengira ia melihat?
ku, sampai laki-laki itu melirik ke arahku dan mengangguk.
"Miss Morgan." Kalau punya topi, ia pasti mengangkatnya
se??dikit. Di sisi lain ruangan, Ms. Hancock meniup peluitnya lagi dan
berseru, "Bentuk lingkaran, Anak-anak. Ayo kita tunjuk?kan
pada tamu-tamu bagaimana kita bermain suit batu-guntingkertas."
Bex mengerling padaku dan menggulung salinan Vogue edisi
Oktober yang dipinjamnya dari Macey.
Aku merasa kasihan untuk siapa pun yang mengeluarkan
batu dan gunting. Operasi Pecah Belah dan Taklukkan
Operasi ini, yang dilaksanakan pada Jumat malam, 29 Oktober,
adalah operasi dasar beranggotakan empat orang, tiga agen me?
lakukan pola pemeriksaan keamanan di seluruh Akademi Gallagher
untuk Wanita Muda Berbakat. Masing-masing Pelaksana diberi
tugas menjaga sebagian bangunan utama, dan saat ditanya di
mana Agen Morgan berada, Para Pelaksana harus menjawab "Aku
nggak tahu" atau "Aku baru saja melihatnya berjalan ke arah
sana" sambil menunjuk ke arah yang sangat tidak spesifik.
Kalau ditanya lebih jelas tentang keberadaan Agen Morgan,
Para Pelaksana harus berseru, "Kau baru saja kehilangan dia!"
kemudian berjalan pergi dengan sangat cepat.
Aku mengikuti Bex dan Macey melalui koridor-koridor. Suarasuara memantul dari lantai kayu keras dan dinding batu saat
anak-anak baru tergiur pada para perekrut CIA yang mirip Mr.
19 3 Isi-Editbaru.indd 193 Solomon, dan sekelompok anak kelas tujuh ber-ooh dan aah
pada gambar-gambar terbaru dari satelit Departemen Keamanan
Dalam Negeri. (Jadi seperti itu kamar tidur Brad Pitt").
Bex benar sekali. Aku pernah melihat Akademi Gallagher
dalam keadaan kacau yang terorganisir, tapi nggak pernah me?
lihat?nya begitu hidup. Udara penuh dengan sesuatu (bukan
hanya gas-gas yang keluar dari lab saat seseorang dari Interpol
berdiri sedikit terlalu dekat pada salah satu proyek rahasia Dr.
Fibs). "Oke," kata Bex padaku sambil berbisik. "Bantai mereka."
Aku melirik pada Macey. "Kau akan baik-baik saja," kata?
nya dan aku mulai merasa benar-benar baik. Kemudian ia me?
nyelesaikan. "Pokoknya jangan bersikap bodoh."
Aku berbelok ke koridor yang kosong, meninggalkan suarasuara masa depan kami di belakangku, dan merasakan sesuatu
yang lain bergerak makin dekat. Aku mengulurkan tangan
untuk meraih permadani dan lambang-garis-miring-penggerak
di belakangnya, saat aku membeku mendengar suara yang me?
nyebut namaku. "Kau pasti Cameron Morgan."
Laki-laki yang berjalan ke arahku mengenakan setelan jas
hitam, rambut gelap, dan sepasang mata yang begitu hitam
sampai-sampai mungkin mereka bisa menghilang pada malam
hari. "Kau mau ke mana cepat-cepat begitu?" laki-laki itu ber?
tanya. "Oh, mereka perlu lebih banyak serbet di meja minuman
dan makanan." (Kau setuju atau tidak dengan perbuatanku,
kau harus mengakui bahwa kemampuan berbohongku benarbenar menjadi lebih baik.)
194 Isi-Editbaru.indd 194 Ia tertawa. "Oh, Nak, remaja dengan asal-usul sepertimu
se?harusnya tidak perlu mengambil serbet." Aku menatap ko?
song padanya, nggak bisa tersenyum, sampai ia mengulurkan
tangan. "Aku Max Edwards. Aku kenal ayahmu."
Tentu saja dia kenal. Aku sudah bertemu setengah lusin
laki-laki seperti Max Edwards hari itu"laki-laki dengan ceritacerita, laki-laki dengan rahasia-rahasia"semuanya ingin me?
narikku ke tepi dan mengembalikan sepotong kecil Dad pada?
ku. Bahkan kalau Josh tidak menungguku di ujung terowong?an,
kurasa aku tetap ingin lari ke arah sebaliknya.
"Aku bergabung dengan Interpol sekarang." Max Edwards
berkata, menatapku. "Aku tahu kau semacam pewaris CIA,
tapi itu bukan alasan untuk tidak memberikan kesempatan
pada yang lainnya, eh?"
"Tidak, Sir." "Sudah memulai latihan Operasi Rahasia?"
"Ya, Sir, kelas pengenalan."
"Bagus. Bagus. Aku yakin Joe Solomon harus mengajarkan
banyak hal padamu," katanya sambil menepuk bahuku, me?
nekankan kata itu dengan cara yang nggak kumengerti. Ke?
mudian ia mencondongkan diri lebih dekat dan berbisik, "Aku
akan memberimu sedikit nasihat, Cammie. Tidak semua orang
bisa menjalankan kehidupan ini, kau tahu. Tidak semua orang
memilikinya di dalam darah mereka"stresnya, risikonya,
pengorbanannya." Ia merogoh saku dan mengeluarkan sebuah
kartu nama dengan nomor telepon terletak di tengahnya,
sendirian di atas latar belakang putih polos. "Telepon aku
kapan saja. Kau selalu memiliki tempat bersama kami."
Dia menepuk bahuku lagi dan berjalan pergi, langkahlangkah kakinya bergema di sepanjang koridor batu yang
19 5 Isi-Editbaru.indd 195 kosong. Aku mengamatinya berbelok di sudut; kemudian aku
menghitung sampai sepuluh dan menyelinap ke belakang per?
madani. Setengah jalan di terowongan, aku berhenti dan meng?
ganti bajuku. Aku nggak pernah melihat kartu nama itu lagi.
196 Isi-Editbaru.indd 196 t.c Bab Tu ju h B e l a s ku tahu di dalam film mata-mata, kelihatannya keren sekali
saat si mata-mata berganti pakaian dari seragam pelayan men?
jadi gaun pesta ketat dan seksi hanya dalam waktu yang di?
perlukan oleh sebuah lift untuk naik tiga lantai. Well, aku
nggak tahu bagaimana dengan mata-mata di TV, tapi aku bisa
memberitahumu bahwa bahkan dengan Velcro, seni berganti
baju cepat adalah seni yang membutuhkan banyak latihan
(belum lagi diperlukan penerangan yang lebih baik daripada
yang ada di dalam terowongan yang dulunya bagian dari jalur
Kereta Api Bawah Tanah). Mungkin itulah sebabnya aku panik waktu melihat tatapan
aneh di wajah Josh saat dia pertama melihatku di luar gazebo.
Entah blusku terbuka, atau rokku tersangkut di pakaian dalam?
ku, atau sesuatu yang bahkan lebih memalukan. Aku mem?
beku. "Kau terlihat?"
197 Isi-Editbaru.indd 197 Ada lipstik di gigiku. Rambutku penuh sarang laba-laba.
Aku mengenakan sepatu yang tidak sepasang, padahal backupku berada tiga kilometer jauhnya!
?"mengagumkan."
Aku nggak pernah merasa lebih terlihat lagi sepanjang hidup?
ku. Aku melupakan Bex dan Macey dengan tubuh hebat me?
reka, Liz dengan rambut pirangnya yang indah. Bahkan ibuku
menghilang dari pikiranku saat aku melihat diriku melalui
mata Josh. Untuk pertama kalinya sejak lama sekali, aku nggak
ingin menghilang. Kemudian aku teringat bahwa sekarang giliranku untuk me?
ngatakan sesuatu. Josh mengenakan jaket kulit dan celana
khaki dengan lipatan-lipatan rapi yang mengingatkanku pada
seragam Angkatan Laut, yang mungkin sedang melakukan
demonstrasi di kolam Akademi Gallagher pada detik ini juga,
jadi aku berkata, "Kau terlihat sangat" bersih."
"Yeah." Josh menarik kerahnya. "Ibuku tahu tentang janji
kita dan" well" kita katakan saja, sedikit lagi kau bakal
harus memakai korsase di pergelangan tangan." Ia mengangkat
dua jarinya beberapa senti jauhnya dari satu sama lain, dan
aku teringat suatu kali saat Dad memberikan korsase untuk
Mom"tentu saja benda itu dilengkapi scanner retina dan unit
komunikasi, tapi tetap saja, niatnya baik.
Aku hampir menceritakan kisah itu, tapi tepat pada saat
itu Josh berkata, "Maaf, tapi kita sudah melewatkan filmnya.
Seharusnya aku memeriksa jadwalnya sebelum mengajakmu.
Filmnya dimulai pukul enam."


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Misi jadi berbahaya pada pukul 19:00, saat Pelaksana dan Subjek
menyadari bahwa mereka telah melewatkan kesempatan mereka"
198 Isi-Editbaru.indd 198 dan menurut pendapat Pelaksana pakaian terbaiknya jadi tersiasia.
"Oh," kataku, mencoba nggak terdengar terlalu kecewa. Pada?
hal aku sudah membiarkan Liz menata rambutku. Aku sudah
berlari-lari kecil sejauh tiga kilometer di dalam kegelapan. Aku
sudah menunggu ini sepanjang minggu, tapi satunya yang bisa
kulakukan sekarang hanyalah menampakkan wajah mata-mata
terbaikku dan bilang, "Nggak apa-apa. Kurasa aku akan?"
"Kau mau makan burger?" sembur Josh sebelum aku bisa
menyelesaikan pikiranku. Makan burger" Aku baru saja makan filet mignon bersama
Wakil Direktur CIA, tapi aku malah menjawab, "Aku mau
sekali!" Di seberang taman, lampu-lampu terang bersinar dari se?
rangkaian jendela. Kami berjalan ke arah cahaya itu, dan Josh
menahan pintunya terbuka untukku, mengisyaratkan padaku
untuk berjalan masuk (manis sekali, kan!). Lantai rumah ma?
kan itu seperti papan catur hitam-putih dengan bilik-bilik dari
vinyl merah dan banyak piringan hitam lama serta foto Elvis
di dinding-dindingnya. Tempat itu sedikit terlalu aneh untuk
selera pribadiku, tapi itu nggak menghentikanku untuk masuk
ke salah satu bilik"sayangnya pada sisi yang memunggungi
jen?dela karena Josh sudah mengambil posisi terbaik untuk diri?
nya. (Mr. Smith akan sangat kecewa padaku.) Tapi setidaknya
dia jadi nggak bisa merasakan kakiku yang gemetar.
Pelaksana mencoba mempraktikkan teknik bernapas Purusey, yang
terbukti efektif dalam membohongi alat pendeteksi ke?bohongan.
Tidak ada bukti yang menyimpulkan apakah teknik itu efektif
199 Isi-Editbaru.indd 199 untuk mengakali pendeteksi kebohongan internal milik cowok
berumur lima belas tahun.
Pelayan datang dan mencatat pesanan kami, lalu Josh
bersandar kembali di kursinya. Dari catatan-catatan Liz tentang
bahasa tubuh, aku tahu bahwa ini berarti dia merasa cukup
percaya diri (kalau bukan itu, maka karena aku berbau seperti
selokan dan dia ingin berada sejauh mungkin dariku.) "Maaf
karena kita melewatkan filmnya," kata Josh sambil mengatur
kembali acarnya. "Nggak apa-apa," kataku. "Ini juga menyenangkan."
Kemudian hal yang paling aneh terjadi"kami berdua
berhenti bicara. Itu seperti episode dalam Buffy the Vampire
Slayer ketika semua orang di kota suaranya dicuri. Aku mulai
bertanya-tanya apakah itu benar-benar terjadi"mungkin saja
di sekolahku CIA bermain-main dengan salah satu eksperimen
Dr. Fibs dan keadaan memang jadi nggak beres sungguhan. Aku
hendak membuka mulutku dan mengetes teoriku, saat aku men?
dengar teriakan tertahan "Josh!" dan beberapa gedoran di
jendela-jendela rumah makan, dan aku menyadari bahwa ke?
heningannya nggak mempengaruhi siapa pun kecuali kami.
Saat aku mendengar suara ding pintu rumah makan, aku
berbalik dan langsung melihat segerombolan remaja berjalan
menuju kami, dan biar kuberitahu kau, untuk ukuran cewek
yang bersekolah di sekolah swasta khusus cewek sejak kelas
tujuh, itu adalah pemandangan yang cukup menakutkan.
Aku nggak pernah berada begitu dalam di belakang garis
batas musuh di sepanjang hidupku! pikirku, mengingat-ingat
kembali latihan P&P kami tentang cara mengatasi penyerang
yang banyak. Biasanya, aku mungkin akan mengandalkan
200 Isi-Editbaru.indd 200 ka Josh"pemanduku di dalam dunia yang aneh dan asing ini"
tapi dia juga panik. Aku bisa tahu dari cara rahangnya jadi
be?gitu lemah dan sepotong kentang goreng yang terhenti di
udara, dalam perjalanan ke mulutnya.
Dalam pikiranku aku menyebutkan hal-hal yang menjadi
ke?untunganku: tak seorang pun mengenalku. Aku nggak me?
ngenakan seragamku. Dan kalau keadaan menjadi sangat buruk
aku bisa" well" mendorong dan menerobos. (Dua dari
cowok-cowok itu mirip pemain football, tapi suatu kali aku me?
ngerjakan satu proyek penuh tentang filosofi "semakin besar
mereka, semakin keras mereka jatuh" yang terjadi dalam per?
kelahian satu lawan satu, dan pepatah itu memang benar.) Aku
aman, untuk sementara waktu.
Penyamaranku mungkin belum hancur, tapi aku nggak bisa
mengatakan hal yang sama untuk kepercayaan diriku"ter?utama
saat salah satu cewek, seorang cewek pirang yang sangat cantik,
berkata, "Hai, Josh," dan Josh menjawab, "Hai, DeeDee."
Pelaksana menyadari bahwa kelompok pengacau itu dipimpin oleh
tersangka yang dikenal sebagai DeeDee (walaupun kelihatannya
dia nggak punya kertas pink jenis apa pun di antara barangbarangnya.)
Sebagian besar anggota gerombolan itu berjalan melewati
kami dengan hanya menyapa "Hei, Josh," tapi DeeDee dan
salah satu cowok memasuki bilik kami, dan oh ya, tebak siapa
yang akhirnya duduk berdesak-desakan bersama Josh" DEE
DEE! (Sama sekaliiii bukan kecelakaan!) Biar kubilang, untung
saja rumah makan ini penuh dengan saksi mata, karena aku
cukup yakin bisa membunuh DeeDee dengan sebotol saus.
201 Isi-Editbaru.indd 201 "Hai, aku DeeDee," katanya sambil mengambil sendiri salah
satu kentang goreng Josh (nggak sopan!). "Apakah kita pernah
bertemu?" Aku putri dari dua agen rahasia yang punya IQ genius dan
kemampuan untuk membunuhmu saat kau tidur dan mem?
buatnya terlihat seperti kecelakaan, dasar kau cewek bodoh,
mem?bosankan, ber" "Cammie orang baru di kota ini."
Oke, inilah sebabnya baik sekali memiliki backup. Josh
benar-benar menyelamatkanku, karena aku memang mulai me?
megangi botol sausnya saat itu.
"Oh," kata DeeDee. Walaupun Macey McHenry sendiri
yang mendandaniku, aku merasa seluruh wajahku dipenuhi
bisul saat itu. Ia mengambil satu kentang goreng lagi, tapi
nggak menatapku saat berkata, "Hai."
"DeeDee dan aku sudah saling mengenal lama sekali," kata
Josh, dan wajah DeeDee memerah.
Dua dari cewek-cewek dalam gerombolan itu memasukkan
uang ke jukebox dan tak lama kemudian lagu yang nggak
pernah kudengar bergema di seluruh rumah makan itu, me?
nyebabkan cowok yang sedang bergeser masuk ke bilik di se?
belah?ku berseru saat berkata, "Yeah, DeeDee hampir sama
seperti teman cowok yang lainnya." Ia mengulurkan tangan ke
arahku. "Hei, aku Dillon."
INI Dillon" Naluri mata-mata superku terkejut saat mem?
pelajari cowok kecil itu, yang seharusnya adalah "D"Man."
(Catat?an untuk diri sendiri: jangan percaya semua yang kau?
baca saat menyusup ke Dinas Lalu Lintas, karena cowok-cowok
pendek pasti akan berbohong tentang tinggi mereka saat
202 Isi-Editbaru.indd 202 mendaftar untuk memperoleh SIM.) Butuh waktu sedetik
bagiku untuk mengenalinya dan menyadari, bahwa dia adalah
cowok yang bersama Josh di jalanan"cowok yang diberitahu
Josh bahwa aku bukan siapa-siapa.
Entah bagaimana aku berhasil mengatakan, "Hai. Aku
Cammie." Dillon mengangguk-anggukkan kepalanya perlahan-lahan
saat menatapku dan berkata, "Jadi ini cewek misteriusnya."
DeeDee langsung berhenti mengunyah kentang gorengnya.
"Jadi dia ada!" teriak Dillon. "Kau harus memaafkan temanku
di sini," kata Dillon sambil melingkarkan salah satu lengan
pada bahuku. "Josh bukan tuan rumah yang paling ramah, jadi
kalau aku bisa melakukan apa pun untuk membantumu merasa
seperti di rumah sendiri di sini, aku siap melayanimu."
Lengan Dillon masih melingkariku, jadi aku merasa cukup
bersyukur atas semua kelas P&P saat Josh mengulurkan tangan
ke seberang meja dan menonjok bahu Dillon.
"Apa?" teriak Dillon. "Aku hanya bersikap ramah."
Kalau itu ramah, maka Madame Dabney benar-benar perlu
memperbarui kurikulumnya.
"Well, Cammie," Dillon meneruskan, nggak terpengaruh,
"tolong izinkan aku untuk mengatakan bahwa aku bisa melihat
kenapa si bodoh ini merahasiakanmu untuk dirinya sendiri."
Dillon meraih sebuah kentang goreng, tapi kali ini Josh
me?mindahkan piringnya menjauh dan berkata, "Well, terima
kasih sudah mampir. Jangan biarkan kami menahanmu." Ke?
mudian Josh mencoba menendang Dillon di bawah meja, tapi
dia meleset dan malah mengenaiku. Tapi aku tidak berteriak
atau apa. (Jelas aku sudah pernah ditendang dengan jauh lebih
keras.) 203 Isi-Editbaru.indd 203 "Kau bercanda?" tanya Dillon, sikunya di atas meja saat ia
merendahkan suaranya, memaksa kami semua untuk ber?ke?
rumun mendengarkan konspirasinya. "Kami akan pergi me?
manjat dinding dan mengintip beberapa cewek kaya nanti.
Mau ikut?" Dinding" Dinding KAMI" aku bertanya-tanya dengan nggak
percaya. Apakah mungkin selama tiga tahun terakhir aku
diintip secara rutin dan nggak mengetahuinya" Apakah bokong
Josh sudah diekspos (dan mungkin difoto oleh bagian
keamanan) tanpa se?pengetahuanku"
(Catatan untuk diri sendiri: cari foto-foto itu.)
Aku pasti terlihat sama bingungnya seperti yang kurasakan,
karena Josh mencondongkan diri lebih dekat dan berkata,
"Akademi Gallagher?" seakan bertanya apakah aku pernah
men?dengar tentang tempat itu atau belum. "Itu sekolah asrama
yang benar-benar sombong. Semua cewek yang sekolah di sana
remaja nakal yang kaya atau sejenisnya."
Aku ingin langsung melompat dan membela kami. Aku
ingin menyatakan bahwa kau nggak seharusnya menghakimi
seseorang sebelum kau berjalan satu setengah kilometer melalui
terowongan bawah tanah dengan sepatu yang nggak nyaman.
Aku ingin menyebutkan semua utang mereka pada Gallagher
Girls yang sudah bersekolah di sana sebelum aku, tapi aku
nggak bisa. Terkadang mata-mata hanya bisa mengangguk dan
berkata, "Oh, benarkah?"
"Apa?" kata Dillon. "Kau nggak, mmm, bersekolah di sana,
kan?" tanyanya, kemudian tertawa begitu keras sampai semua
orang di rumah makan menoleh dan menatapnya.
Aku mengamati Dillon dan bertanya-tanya, berapa lama
waktu yang kubutuhkan untuk menyusup ke dalam Dinas
204 Isi-Editbaru.indd 204 Pajak"aku berani taruhan, pada bulan Desember, Paman Sam
bisa mengambil kembali semua yang dimiliki keluarganya.
"Aku homeschooling," kataku, sambil dalam hati mengucapkan,
aku punya kucing bernama Suzie, ayahku insinyur, dan aku suka
sekali es krim mint chocolate cookie.
"Yeah," kata Dillon. "Aku lupa. Kau tahu itu agak aneh,
kan?" Tapi sebelum aku bisa membela diri, DeeDee berkata, "Me?
nurutku itu benar-benar bagus." Kata-kata itu membuatku sulit
sekali membencinya. "Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Dillon, menoleh kem?
bali pada Josh. Ia terdengar hampir girang, dan biar kubilang,
girang bukanlah ekspresi yang sebagian besar cowok tampilkan
dengan baik. "Mau melempari daerah itu dengan tisu gulung
atau semacamnya?" Tapi Josh nggak menjawab. Sebaliknya, ia mendorong
DeeDee keluar dari bilik itu dan mengeluarkan uang dari
dompetnya. Ia menjatuhkan lembaran-lembaran uang itu di
atas meja, kemudian meraih tanganku. "Kau sudah mau pergi.
Benar, kan?" tanyanya.
Ya! aku ingin berteriak. Aku membaca ekspresi wajahnya.
Aku tahu apa yang sedang dirasakannya, dan aku sedang me?
rasakannya juga. Aku meraih tangan Josh, rasanya seakan dia
membantuku masuk ke dunia lain dan bukannya keluar dari
bilik vinyl merah. Kedua burger kami tergeletak, hampir-hampir
nggak disentuh, di atas meja di belakang kami, tapi aku nggak
peduli. Dillon berdiri dan membiarkan aku keluar, tapi Josh nggak
melepaskan tanganku. KAMI BERPEGANGAN TANGAN! 205 Isi-Editbaru.indd 205 t.c Josh mulai menarikku ke arah pintu, tapi seorang cewek
nggak boleh melupakan tiga tahun latihan kebudayaan begitu
saja, jadi aku menoleh pada Dillon dan DeeDee lalu berkata,
"Bye. Senang bertemu kalian." Bohong total, tapi ke?bohongan
yang bahkan akan dikatakan orang yang bukan mata-mata
dalam masyarakat sopan, jadi itu mungkin nggak dihitung.
Dillon berseru, "Whoa," dengan kelakuan seseorang yang
telah menonton terlalu banyak film-film Keanu Reeves. "Kau
melewatkan banyak hal, Bro. Kami akan bermain-main dengan
beberapa cewek kaya!"
Yeah, D"Man, pikirku, saat Josh membuka pintu. Kenapa
kau nggak mencobanya"
Nah, normalnya, aku bukan penggemar berat aktivitas ber?
pegangan tangan, tapi itu hanya berlaku dalam film-film saat
si pahlawan dan pasangannya harus kabur dari para penjahat,
dan mereka melakukannya sambil berpegangan tangan, dan itu
benar-benar tindakan gila. Tak seorang pun bisa berlari secepat
itu sambil menggandeng tangan orang lain. (Sebuah fakta yang
pernah kuverifikasi dalam eksperimen P&P.)
Tapi Josh dan aku bukan berlari. Oh, sama sekali nggak.
Kami sedang berjalan. Tangan kami yang saling menggandeng
agak berayun maju-mundur seolah kami akan meminta Red
Rover mengirim seseorang ke sini.


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Setelah waktu yang lama, Josh menatap ke ujung jalan dan
berkata, "Maaf."
"Untuk apa?" Aku benar-benar nggak bisa memikirkan
satu hal pun yang telah salah dilakukannya. Nggak satu hal
pun. Ia mengedikkan kepala ke arah rumah makan. "Dillon. Dia
206 Isi-Editbaru.indd 206 se?benarnya nggak seburuk itu," kata Josh. "Kami sudah mem?
bicarakan hal yang sama sejak taman kanak-kanak. Dia besar
mulut"tapi nggak melakukan apa-apa."
"Jadi kita nggak perlu memperingatkan Akademi Gallagher,
kalau begitu?" godaku.
"Nggak," jawab Josh, tersenyum. "Kurasa mereka aman."
"Yeah," kataku, "mereka mungkin memang aman." Aku me?
mikirkan dinding-dinding kami"dunia kami. "Dan DeeDee?"
tanyaku dan merasakan napasku tersentak. "Dia tampaknya
manis." Sayangnya, ini bukan bohong.
"Dia memang manis, tapi?"tangan Josh semakin erat meng?
genggam tanganku?"aku nggak mau membicarakan DeeDee."
Mungkin itu karena lampu kerlap-kerlip di gazebo atau cara
tangan Josh terasa dalam genggamanku, atau mungkin karena
ekspos terhadap gas bersin ungu Dr. Fibs yang kualami hari ini,
tapi saat kami berhenti berjalan, segalanya menjadi amat sa?
ngat berputar-putar, seakan seluruh dunia adalah komidi putar
dan kami berdiri di tengah-tengahnya. Pasti ada semacam daya
tarik sentripetal, karena kami jadi semakin dekat dan semakin
dekat, dan sebelum aku menyadarinya, sesuatu yang sudah
kuimpikan sepanjang hidupku terjadi. Tapi aku nggak bakal
menulis tentang itu di sini, karena"serius nih"ibuku akan
membaca ini! Lagi pula, segala macam VIP mungkin akan me?
meriksa laporan ini, dan mereka benar-benar nggak perlu
membaca tentang ciuman pertamaku.
(Oh, astaga! Aku nggak bermaksud mengatakan itu")
Jadi, oke, Josh menciumku. Aku tahu sebagian dari kalian
mungkin menginginkan detail-detail"seperti betapa lembut
bibirnya, dan bagaimana, saat aku mengembuskan napas, dia
menarik napas dan sebaliknya, sehingga tampaknya jiwa kami
207 Isi-Editbaru.indd 207 secara permanen telah disatukan" Tapi aku nggak akan mem?
beri?tahumu bagian-bagian itu. Nggak mungkin. Itu urusan pri?
badi. Tapi aku akan mengatakan bahwa ciuman itu adalah segala?
nya yang seharusnya terjadi"hangat, manis, dan benar-benar
awal dari" well" baru awalnya.
208 Isi-Editbaru.indd 208 Bab D e l a p a n B e l a s
ro dan kontra menjadi cewek-genius-garis-miring-matamata-dalam-latihan-garis-miring-pacar-dari-cowok-paling-cakepgaris-miring-paling-baik-garis miring-paling-manis-sedunia:
PRO: kemampuan untuk memberitahu cowok itu bagaimana
pe?rasaanmu dalam salah satu dari empat belas bahasa ber?
beda. KONTRA: cowok itu nggak bisa mengerti bahasa mana
pun dari bahasa-bahasa itu (well, kecuali Bahasa Inggris, tentu
saja, tapi kalaupun begitu, dia bicara dengan dialek "cowok"
yang sangat khusus dan sering kali nggak bisa diterjemah?
kan). PRO: saat cowok itu mendapat kesulitan dengan proyek
kimia?nya, kau bisa menemuinya di perpustakaan dan mem?bantu?
nya belajar. KONTRA: kau nggak bisa membantunya terlalu banyak
karena agak sulit untuk menjelaskan bagaimana mungkin kau
mempelajari kimia tingkat PhD di kelas sepuluh.
209 Isi-Editbaru.indd 209 PRO: tatapan di wajah pacarmu saat dia mengejutkanmu
dengan sekumpulan mainan kucing dan bertanya, "Apakah
menurutmu Suzie akan suka?"
KONTRA: mengetahui bahwa Suzie sebenarnya nggak ada
dan kau nggak bakal bisa mengatakan itu pada cowokmu.
Tiga minggu kemudian aku duduk di Aula Besar, mendengar?
kan teman-teman sekelasku bicara bagaimana mereka akan
menghabiskan malam Minggu untuk menonton film-film yang
belum ditonton (atau PR yang belum dikerjakan" tapi ter?
utama film), saat Liz masuk dan menjatuhkan belasan buku
pelajaran di meja begitu keras sampai garpuku terlompat dari
piringku. "Kau sudah siap untuk ini?" kata Liz, suaranya bergema de?
ngan kegirangan. "Kita punya sedikit Chang, sedikit Mulvaney,
banyak Strendesky, beberapa?"
"Liz," kataku, benar-benar membenci apa yang harus kukata?
kan berikutnya. "Oh, astaga, Liz, kukira kau tahu" aku sudah
punya rencana dengan?"
"Josh," ia menyelesaikan kalimatku. Liz memungut buku A
Mayan"s Guide to Molecular Regeneration yang terjatuh ke lantai
dan menambahkannya ke puncak tumpukan. "Proyek ini harus
selesai hari Rabu, Cam."
"Aku tahu." "Nilainya tiga puluh persen dari nilai tes tengah semester
kita." "Aku tahu. Aku akan mengerjakannya?" Tapi aku nggak
tahu kapan. Aku belum memikirkan proyek ini sekali pun se?
jak Dr. Fibs memberikannya tiga minggu lalu"hari Senin se?
210 Isi-Editbaru.indd 210 telah kencan pertamaku dengan Josh. Aku menjalankan hidup
hari demi hari, pakaian demi pakaian, kencan demi kencan.
Aula Besar mulai kosong saat beberapa cewek pergi untuk
mengambil makanan penutup dan yang lain menuju ke lantai
atas atau ke luar. Aku melirik arlojiku dan berdiri. "Begini, Josh
sudah merencanakan sesuatu, oke" Ini berkaitan dengan kejutan
yang selama ini dibicarakannya dan" menurutku ini masalah
penting. Semuanya akan baik-baik saja. Aku akan me?ngerjakan
proyeknya besok." Itulah yang kukatakan ke?marin.
Tapi Liz nggak mengingatkanku tentang kata-kataku. Dia
hanya mengangguk dan memberitahuku untuk berhati-hati saat
aku melesat keluar dari Aula Besar ke arah perpustakaan, di
tempat, kalau kau mendorong rak D-F sambil menarik buku
Peng?gunaan Modern Senjata Kuno karya Downing, kau bisa me?
nyelinap ke dalam jalan favorit keduaku.
Itu kalau Mr. Solomon tidak ada di dalam perpustakaan.
"Halo, Miss Morgan," kata Mr. Solomon, menghentikanku
di tengah langkah. Aku cukup yakin ia nggak tahu tentang
jalan rahasia mana pun"terutama yang satu itu, karena aku
butuh waktu dua tahun penuh untuk menemukannya"tapi
tetap saja aku benar-benar panik saat berbalik dan melihat Mr.
Solomon berdiri di sana. "Apa yang akan kaulakukan pada sore indah ini?" Ia me?
masuk?kan kedua tangan ke saku, kemudian mencondongkan
diri ke depan. "Kencan hot?"
Aku cukup yakin itu usaha Joe Solomon untuk membuat
lelucon khas lelaki-yang-menjadi-tokoh-panutan, tapi itu tetap
nggak menghentikanku dari membuat suara yang terdengar
seperti ha ha ha ha ha ha. Yeah. Aku tahu. Seberapa rahasianya
aku" 211 Isi-Editbaru.indd 211 "Oh, aku hanya" Mmm?"
"Hei, kiddo," aku mendengar suara dari belakangku. "Kau
se?dang mencariku?" Mungkin perpustakaan ruangan favoritku di seluruh
mansion. Tempat itu punya perapian batu yang sangat besar di
tengah-tengah ruang melingkar dua tingkat yang dipenuhi
meja belajar dan kursi berlengan yang nyaman serta besar. Di
atas, sebuah balkon tingkat dua menampakkan semuanya, dan
di sanalah aku melihat ibuku.
Mom mulai menuruni tangga, buku puisi tergenggam di
tangannya, dan menurutku Mom hal terindah yang pernah
kulihat. Ia sampai ke lantai utama dan melingkarkan lengan?
nya padaku. "Aku baru saja akan mencarimu."
"Eh, benarkah?"
Kemudian aku teringat Joe Solomon yang sedang berdiri di
sana, menatap kami. "Well, kalau begitu," kata Mr. Solomon sambil melangkah
ke arah pintu. "Aku akan meninggalkan kalian, para gadis,
ber?dua saja." Oke, aku nggak yakin, tapi kurasa Mom benar-benar bisa
mengalahkan Joe Solomon, dan begitu dia menyebut Mom
dengan sebutan "gadis" aku mengira akan melihat buktinya.
Tapi Mom nggak mengatakan apa-apa. Ia nggak memuntir
lengan Mr. Solomon di belakang punggungnya atau melompat
ke udara dan menghantam wajah laki-laki itu dengan salah
satu sepatu bot hitam berhak tingginya (gerakan yang benarbenar ingin kusempurnakan suatu hari nanti"begitu aku bisa
meminjam sepatu bot itu). Oh nggak, Mom hanya tersenyum
pada Mr. Solomon. Seperti senyuman Terima kasih, aku bisa
meng?urusnya dari sini. 212 Isi-Editbaru.indd 212 Aku merasa mual. Mom menarikku ke koridor dan berjalan
bersamaku ke arah kapel. Di belakangku, aku mendengar
denting garpu-garpu di piring dan obrolan makan malam
(dalam bahasa Persia) saat kami melewati Aula Besar. Mom
mengaitkan lengan pada lenganku dan berkata, "Aku bertanyatanya, apakah kau ingin melakukan sesuatu malam ini?"
Oke, aku tahu aku bisa bicara dalam banyak bahasa ber?
beda, yang siap kugunakan setiap saat, tapi aku benar-benar
nggak mengerti apa yang ditanyakan ibuku. Itu aneh"bukan
aneh seperti kapal-selam-Nazi-di-dalam-danau, tapi aneh seperti
seseorang-telah-menonton-terlalu-TV.
"Atau tidak," Mom cepat-cepat berkata saat membaca eks?
presi kebingunganku. "Aku hanya berpikir mungkin kau mau
pergi ke kota atau semacamnya."
Well, sebenarnya, aku memang mau pergi ke kota"hanya
saja nggak bersama Mom. Bahkan, aku sudah mengenakan
lipstik dan pakaian sudah disimpan di dalam terowongan. Josh
terdengar begitu bersemangat saat berkata, "Nah, kau akan
datang Sabtu malam, kan" Kau nggak perlu melakukan sesuatu
bersama orangtuamu, kan?"
Aku bilang nggak, tapi sekarang Mom memintaku untuk
melakukan hal yang sama persis. Aku menatap matanya"mata
indahnya yang sudah melihat kengerian dan keajaiban, serta
semua hal di antaranya, kemudian aku berkata, "Aku agak
capek." Secara teknis bukan bohong.
"Sesuatu yang tidak terlalu melelahkan, kalau begitu," kata
Mom dengan seluruh kekerasan hati mata-mata supernya.
"Mung?kin nonton film?"
"Aku?" Aku adalah orang jahat. "Aku" Begini, aku ha?
rus?" 213 Isi-Editbaru.indd 213 Kemudian aku mendengar suara di belakangku. "Cammie
berjanji akan membantuku mengerjakan makalah Kimia
organik." Aku menoleh dan melihat Macey McHenry berjalan ke
arahku. Wajahnya kosong, suaranya benar-benar terdengar
normal. Macey mungkin memang tertinggal secara akademis,
tapi jika menyangkut sisi berbohong mata-mata, dia alami.
(Dan fakta bahwa Tina Walters bersumpah Macey pernah mem?
bajak yacht milik seorang sheikh di Mediterania mungkin
sedikit berpengaruh.) Mom menatap Macey, kemudian kembali padaku. "Oh,"
kata?nya, tapi senyumnya tampak sedikit terpaksa dan suaranya
sedikit sedih saat Mom merendahkan suara dan menggosok
lenganku. "Oke. Aku hanya tidak ingin kau sendirian malam
ini." Sendirian" Kapan aku pernah sendirian" Aku tinggal di
mansion bersama sekitar seratus cewek, dan kecuali aku berada
di dalam kamar rahasiaku atau salah satu tempat duduk jendela
atau seorang diri di dalam lumbung P&P atau" Oke, jadi
kadang-kadang aku memang sendirian.
Macey menyelinap pergi dan Mom mengamatinya meng?
hilang. "Aku tahu tidak mudah" menghadapinya. Tapi aku
bangga padamu, kiddo." Mom memelukku lagi. Itu pelukan
yang lama, rasanya seperti mungkin nggak akan ada pelukan
lain untuk waktu yang amat sangat lama, dan selama sedetik
aku berharap, aku nggak melepaskan diri begitu cepat. Atau
nggak melepaskannya selamanya. Tapi aku melakukannya juga.
Josh menungguku. "Makan malam?" tanyaku. "Besok malam?"
"Tentu saja, kiddo," kata Mom sambil menyelipkan sehelai
214 Isi-Editbaru.indd 214 rambut ke belakang telingaku. Aku berbalik dan berjalan di
sepanjang koridor, langkah-langkah kakiku untungnya lebih
keras daripada pikiran-pikiranku. Itu maksudnya, sampai aku
berbelok di sudut di koridor batu yang panjang dan berhadapan
langsung dengan Macey. Macey sedang bersandar pada dinding, bertolak pinggang
saat menatapku. "Aku nggak suka berbohong pada ibumu,"
kata?nya. "Aku mau saja berbohong pada ibuku, tapi nggak
pada ibumu. Itu salah." Kemudian Macey mengeluarkan tawa
pelan yang rendah, mendorong dirinya dari dinding dan meng?
amatiku. "Kuharap cowok itu sepadan dengan semua ini."
"Dia memang sepadan," bisikku.
Macey berhenti tepat sebelum melewatiku. "Sungguh"
Cowok itu sepadan" Karena aku nggak melihat apa yang begitu
spesial tentangnya sampai-sampai kau mau mengambil risiko
kehilangan semua hal yang sudah kaumiliki."
Itu pertanyaan bagus. Pertanyaan hebat, terutama kalau kau
Macey McHenry dan segala hal di dalam hidup diberikan pada?
mu secara cuma-cuma. Kalau dunia menatap tempurung plastik
indahmu dan mengharapkan nggak ada apa-apa di dalamnya
kecuali permen. Kalau ini satu-satunya kesempatanmu untuk
menjadi bagian dari sebuah keluarga"terlepas dari nama bela?
kangmu yang terkenal. Yeah. Maka itu pertanyaan yang benarbenar bagus.


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Dia?" aku mencoba, ingin bilang "manis" atau "peduli"
atau "lucu?"karena semua itu sangat benar. Tapi sebaliknya,
aku malah berkata, "Dia hanya cowok normal."
"Hmph," ejek Macey. "Aku kenal banyak cowok normal."
Aku menatapnya. "Aku nggak."
215 Isi-Editbaru.indd 215 Bab S e m b i l a n B e l a s
osh seharusnya menemuiku di gazebo, tapi dia nggak ke?
lihatan. Bahkan, tak seorang pun kelihatan. Aku melirik ke
arah bioskop"nggak ada apa-apa. Lampu-lampu di semua toko
mati, dan saat sepotong kertas oranye melayang menyeberangi
taman kota yang sepi, aku diingatkan pada adegan yang ada di
hampir semua film tentang akhir dunia yang pernah dibuat
(dan setidaknya tiga episode Buffy).
Aku sedikit panik. Pelaksana memeriksa area tersebut, mengevaluasi kemungkinan
adanya ancaman dan rute keluar, dan apakah tas tangan yang
benar-benar manis di jendela toko Anderson"s Accessories itu
akan didiskon atau tidak.
Kemudian sebuah minivan berbelok ke jalanan. Kurasa aku
ter?lalu sibuk menatap stiker di bempernya yang bertuliskan
ANAKKU MURID KEHORMATAN DI SD ROSEVILLE
216 Isi-Editbaru.indd 216 st sehingga tidak memperhatikan siapa pengemudinya, karena aku
nggak menyadari bahwa itu Josh, sampai dia parkir dan keluar
dari mobil, lalu berdiri di sana, di tengah-tengah jalanan ko?
song, memegang korsase. Itu benar. Kau membacanya dengan benar"bunga-bunga
yang dirangkai di sebuah batang (atau, well, bunga-bunga yang
dirangkai di benda yang mirip gelang lentur).
Josh berjalan ke arahku perlahan-lahan saat aku berkata,
"Itu korsase." "Yeah," kata Josh, wajahnya memerah. "Well, ini memang
acara spesial." "Jadi, apakah ini lelucon khusus atau masalah ibumu-me?
nyuruhmu-membelinya?"
Ia menunduk untuk menciumku tapi berhenti setengah
jalan. "Kau ingin tahu yang sebenarnya?" bisik Josh.
"Ya." Aku merasakan ciuman sekilas di pipiku, kemudian Josh
ber?kata, "Keduanya."
Sekitar pukul 18:07 Subjek memberikan sepotong bukti (bunga)
vital kepada Pelaksana. Macey McHenry kemudian memutuskan
potongan bukti ini mendapat nilai delapan dalam skala "kepayah?
an" secara keseluruhan. Meskipun begitu, menurut Pelaksana itu
tindakan yang manis dan lucu, dan memutuskan untuk me?
ngenakannya dengan bangga.
"Kau terlihat hebat," kata Josh, tapi aku benar-benar nggak
ter??lihat hebat. Maksudku, aku terlihat cukup oke untuk non?
ton film atau main boling. Aku kelihatan nggak cocok ba?
ngeeeeet dengan korsase di pergelangan tanganku.
217 Isi-Editbaru.indd 217 Aku menarik rokku. "Jadi, apa acara spesialnya?"
Kemudian Josh tertawa. "Kau nggak mengira aku bakal
ingat, kan?" godanya.
Ingat apa" cewek di dalam diriku ingin berteriak, tapi matamata di dalam diriku hanya tersenyum dan berkata, "Tentu
saja aku tahu kau akan ingat." Bohong total.
"Jadi?"Josh bergerak untuk membukakan pintu minivan"
"ayo?" Menurut protokol, Pelaksana seharusnya tidak boleh meng?izinkan
dirinya dipindahkan ke lokasi kedua. Bagaimana?pun, karena
sejarahnya dengan Subjek dan fakta bahwa Pe?laksana pernah
melemparkan si Subjek ke jalan seperti se?karung kentang,
Pelaksana berpikir langkah ini mungkin aman.
Aku nggak pernah naik minivan sebelumnya. Rasanya
seperti melakukan eksperimen berjalan-jalan-di-kota-kecil-yanghe?bat"dengan tempat gelas. Ini menurut seseorang yang
sangat tertarik pada peralatan canggih dalam level profesional
dan pribadi"dunia spionase modern nggak ada apa-apanya
di?banding?kan orang-orang baik di General Motors sejauh me?
nyangkut desain tempat gelas.
"Aku suka van-mu."
"Aku sedang menabung untuk membeli mobil, kau tahu?"
kata Josh, seakan mengira aku bersikap sarkastis.
"Nggak, sungguh," aku cepat-cepat berkata. "Van ini" luas
dan ada benda-benda hebatnya" pokoknya aku suka."
Mungkinkah korsase ini menghentikan sirkulasi darahku ke
otak" Maksudku, apakah itu sebabnya begitu banyak cewek
me?lakukan hal-hal bodoh pada malam prom" Aku benar-benar
218 Isi-Editbaru.indd 218 harus menginvestigasi masalah ini lebih dalam, sudah kuputus?
kan. Kemudian aku melihat wajah Josh sekilas disinari lampu
dasbor dan dia, singkatnya, tampan. Rambutnya lebih panjang
sekarang, dan aku bisa melihat bayangan bulu matanya yang
panjang di tulang pipinya. Semakin sering aku berada di dekat?
nya, semakin banyak aku melihat hal-hal kecil"seperti tangan?
nya atau bekas luka kecil di ujung rahangnya tempat (katanya)
dia terluka dalam perkelahian dengan pisau, tapi (menurut
berkas-berkas medisnya) Josh terjatuh dari sepeda saat berumur
tujuh tahun. Aku juga punya bekas-bekas luka, tentu saja. Tapi Josh
nggak boleh mendengar cerita-cerita di baliknya, selamanya.
"Josh?" kataku dan dia melirikku. Kami hampir keluar dari
kota, dan pohon-pohonnya menjadi lebih lebat saat jalanan
berbelok. "Apa?" tanyanya pelan, seakan diam-diam takut ada yang
nggak beres. Ia berbelok keluar dari jalan tol, mengarah ke
jalan aspal yang berliku-liku.
"Terima kasih."
"Untuk apa?" "Untuk semuanya."
Oke, jadi ada dua hal mendasar yang kuketahui berdasarkan
fakta tentang penduduk di Roseville. Satu: mereka benar-benar
nggak tahu apa yang sebenarnya terjadi di Akademi Gallagher.
Nggak sedikit pun. Kau mungkin mengira beberapa teori kons?
pirasi pemerintah akan beredar, tentang apa yang terjadi di
balik dinding-dinding kami yang berlapis tanaman merambat,
tapi aku nggak mendengar satu pun (dan aku punya alasan
kuat untuk mendengarkan).
219 Isi-Editbaru.indd 219 Hal kedua adalah bahwa Roseville menganggap kekhasan
kota kecilnya dengan serius. Seakan gazebo dan karnaval kota
belum cukup untuk memberi petunjuk padaku, aku melihat
laki-laki dengan rompi pemantul cahaya dan senter meng?
arahkan lalu lintas begitu Josh memasuki sebuah padang
rumput. Yeah, itu benar, pengaturan keramaian di padang
rumput adalah kunci kehidupan kota kecil.
Kami parkir di ujung barisan mobil dan aku menatap Josh.
"Apa yang?" "Kau akan lihat." Kemudian ia berjalan memutar untuk
membukakan pintuku. (Aku tahu"benar-benar manis!)
Kami berjalan mengikuti arah alunan musik lembut yang
melayang keluar, mengikuti gelombang cahaya yang bersinar di
antara papan-papan dan melewati pintu geser sebuah lumbung
tua yang sangat besar. "Hei," teriakku, "kelihatannya persis seperti lumbung
kami?"Josh menatapku penuh tanya, ?"di Mongolia."
"Ini acara dansa panen musim gugur," Josh menjelaskan.
"Ini tradisi Roseville sejak dulu, saat hampir semua orang
masih bertani. Tapi sekarang hanya jadi alasan bagi semua
orang untuk mabuk dan berdansa dengan orang-orang yang
nggak mereka nikahi." Joah terdiam dan menatapku. "Kita bisa
melakukan apa pun yang ingin kaulakukan, tapi saat aku men?
dengar acara ini diadakan malam ini, kupikir kau mungkin
mau datang," katanya. "Maksudku" nggak apa-apa kalau kau
mau melakukan hal lain. Kita bisa?"
Aku mendiamkannya dengan sebuah ciuman (teknik dasar
yang, aku sudah diberitahu, sudah digunakan dengan kesukses?
an luar biasa, bahkan oleh cewek-cewek non-mata-mata).
"Ayo, kita berdansa."
220 Isi-Editbaru.indd 220 *** Bolehkah kubilang saja bahwa berdansa tango dengan Madame
Dabney benar-benar nggak mempersiapkanku untuk berdansa
sungguhan" Tentu, kalau aku harus menyusup ke pesta keduta?
an, mungkin aku akan senang karena sudah mempelajari B&A,
tapi begitu kami berjalan ke dalam lumbung itu aku langsung
tahu bahwa aku belum berlatih untuk ini.
Pita-pita tergantung dari kasau-kasau di atas kami. Lampulampu yang bekerlap-kerlip membentuk kubah seperti tenda.
Sebuah panggung dari trailer kosong berdiri di sepanjang
dinding selatan, dan band memainkan lagu country lawas, se?
mentara sepertinya seluruh penduduk Roseville berdansa ber?
keliling dalam lingkaran-lingkaran. Aku melihat loteng jerami
di atas kami di ujung lumbung yang jauh, tapi di tempat kami
berdiri, nggak ada apa pun di atas kami kecuali kasau-kasau
dan lampu-lampu. Wanita-wanita tua duduk di atas tumpukan
jerami, bertepuk tangan, membuat irama saat wakil kepala
polisi (aku mengenalinya dari tangki air) mengambil biola dan
mulai memainkannya. Anak-anak perempuan kecil berdansa, berdiri di atas kaki
ayah mereka, dan Josh membimbingku ke salah satu meja lipat
yang dilapisi kertas krep. "Well, hai, Sayang," kata wanita yang
duduk di belakangnya. "Hai, Shirley," balas Josh sambil meraih dompet. "Dua,
please," katanya. "Oh, Sayang," katanya, "ibumu sudah mengurus itu."
Josh menatapku, kepanikan tampak di matanya, tepat saat
setiap ons darah di dalam tubuhku mendingin.
"Mereka sudah ada di sini?" tanya Josh, tapi sebelum
221 Isi-Editbaru.indd 221 Shirley bisa menjawab, aku mendengar seseorang berteriak,
"Josh! Cammie!"
Wakil kepala polisi meletakkan biolanya, dan semua orang
bertepuk tangan saat anak yang bekerja di bilik tiket di
bioskop mengangkat sebuah saksofon. Semua orang di lantai
dansa mempercepat tempo mereka"terutama wanita kurus dan
sangat rapi yang sedang berjalan cepat-cepat ke arah kami
dengan lengan terulur. "Josh! Cammie!" Setelan sweter berwarna kuning gading
dan celana panjang berwarna mudanya seakan memohonmohon agar terkena noda di dalam lumbung berdebu itu, tapi
ia bersikap seakan nggak peduli saat berdesak-desakan melewati
gelombang pasangan yang berdansa"seorang laki-laki tinggi
dan kurus membuntuti dengan patuh di belakangnya.
"Maaf," Josh berbisik sambil menarikku menjauh dari
Shirley ke arah pasangan yang menyerbu itu. "Aku benar-benar
minta maaf. Aku benar-benar minta maaf. Kita hanya harus
bilang hai pada mereka. Kukira aku bakal punya waktu untuk
memperingatkan?" "Cammie, Sayang!" wanita itu berteriak. "Well, bukankah
kau benar-benar gadis yang paling manis?" Kemudian ia me?
melukku. Oh, yeah, orang yang benar-benar asing sungguhsungguh memelukku"hal yang sama sekali nggak dipersiapkan
Akademi Gallagher untuk kuhadapi. Ia menggenggam bahuku
dan menatap mataku. "Aku Mrs. Abrams. Senang sekali
akhirnya bisa bertemu denganmu!"
Kemudian dia memelukku lagi!
Begitu jauh di dalam wilayah musuh, Pelaksana bertemu dengan
pejabat-pejabat tinggi di dalam organisasi musuh. Ia TIDAK
222 Isi-Editbaru.indd 222 dipersiapkan untuk perkembangan ini, tapi taktik pengalihan
perhatian apa pun pasti akan SANGAT membahayakan keseluruhan
operasi! "Oh," kata Mrs. Abrams, "kulihat kau mengenakan korsase?
mu." Kemudian ia memegang-megang bunga ini. "Bukankah
itu cantik sekali?" Aku menatap Josh, mengenakan celana khaki yang disetrika
rapi dan kemeja berkancingnya, dan tiba-tiba saja aku mengerti
kenapa dia selalu berpakaian lebih nggak mirip cowok SMU
dan lebih mirip" apoteker.
"Halo, Nona muda," laki-laki itu berkata begitu istrinya
me?lepaskanku. "Aku ayah Joshua, Mr. Abrams. Dan bagaimana
pendapatmu tentang kota kami yang indah?"
Ini buruk, pikirku, menyadari aku telah dikelilingi. Aku
nggak cocok di sini dan nggak akan makan waktu lama bagi
orangtua Josh untuk menyadarinya.
Aku memikirkan pilihan-pilihanku: A) pura-pura meng?
alami kondisi medis serius dan cepat-cepat keluar, B) meng?
ambil bolpoin yang digunakan Shirley untuk menulis bon dan
membuat beberapa kerusakan sebelum dikeroyok oleh pen?
duduk kota yang bermaksud baik, atau C) pikirkan ini sebagai
tugas penyamaran paling mendalamku sejauh ini dan
manfaatkan sebaik-baiknya.
"Ini kota yang sangat bagus," kataku, mengulurkan tanganku
pada laki-laki itu. "Mr. Abrams, senang sekali bertemu dengan
Anda." Ia tinggi dan memiliki rambut bergelombang seperti Josh.
Ia mengenakan kacamata berbingkai kawat dan gembira saat
melambai pada orang-orang yang berjalan lewat. "Hai, Carl,
223 Isi-Editbaru.indd 223 Betty," katanya pada salah satu pasangan. "Aku punya bantalan
penghilang bengkak baru yang kausukai, Pat."
"Keluarga kami mengelola apotek kota ini sejak 1938," Mrs.
Abrams memberitahuku dengan bangga.
Kemudian Mr. Abrams bertanya, "Sudahkah Josh memberi?


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

tahumu tentang bisnis kecil kami?"
"Ya," kataku. "Dia sudah memberitahu saya."
"Tidak seorang pun di dalam ruangan ini yang belum ku?
obati," kata Mr. Abrams, dan di sebelahku, aku merasakan
Josh tersedak akibat punch yang diberikan ibunya padanya.
"Itu?" aku berjuang memilih kata-kata, ?"mengesan?kan."
Mr. Abrams meletakkan satu tangan di atas bahu putranya.
"Dan suatu hari nanti, semua itu akan menjadi milik laki-laki
ini." "Oh, Jacob," kata Mrs. Abrams, "jangan menekan anak
malang ini terus." Udara kesempurnaan seakan melayang di
sekelilingnya, bahkan di dalam lumbung berdebu itu, dan aku
tahu bahwa Mrs. Abrams tidak pernah ternodai, menjadi
kusut, atau nggak memakai aksesori sepanjang hidupnya.
Aku menarik keliman rokku dan memain-mainkan korsase?
ku, merasa telanjang karena aku bahkan nggak tahu cara me?
makai mutiara Mom. (Bahkan yang tanpa pembaca mikrofilm
mungkin saja berguna.) Begitu banyak hal ingin kutanyakan,
seperti Bagaimana Anda bisa tetap begitu bersih" dan Apakah
permen karet pemutih gigi itu benar-benar bekerja" Tapi aku nggak
bisa mengatakan hal-hal itu, jadi aku hanya berdiri di sana
seperti orang idiot, tersenyum padanya, berpegangan erat-erat
pada penyamaranku. "Apakah orangtuamu ada di sini, Sayang?" tanya Mrs.
Abrams dan mulai mencari-cari di antara kerumunan orang.
224 Isi-Editbaru.indd 224 "Tidak," kataku, "mereka" sibuk."
"Oh, sayang sekali," katanya, sambil memiringkan kepala.
Tapi ia nggak memberiku waktu untuk menjawab sebelum ber?
kata, "Cammie, aku ingin kau merasa sama diterimanya di
rumah kami seperti kau merasa diterima di rumahmu sen?
diri." Langsung saja aku membayangkan pengintaian yang bisa
kami atur dengan akses semacam itu, tapi yang berhasil kukata?
kan hanyalah, "Oh" Mmm" Terima kasih."
Band memainkan lagu yang berbeda dan Mrs. Abrams men?
condongkan diri mendekat untuk berteriak mengatasi suaranya,
"Apa jenis pai favoritmu?"
Aku hampir-hampir nggak mendengarnya, dan sudah ham?
pir berteriak, "Aku bukan spy"mata-mata!" saat aku melihat
Dillon berdiri di atas setumpuk jerami, melambai-lambai
dengan liar ke arah kami.
Josh melirik pada ibunya, tapi nggak perlu mengatakan satu
kata pun sebelum Mrs. Abrams berkata, "Oke, Sayang. Kalian,
Anak-anak, bersenang-senanglah." Kemudian ia memberiku
pelukan lagi. TIGA PELUKAN! Ini benar-benar membuatku
ketakutan. "Cammie, Sayang, kau datang saja ke rumah kapan pun,
oke" Dan kalau kau punya kesempatan, berikan nomor telepon
kami pada orangtuamu. Mungkin mereka tertarik bergabung
dengan klub bridge kami."
Bridge terakhir yang berhubungan dengan orangtuaku me?
libatkan Propinsi Gansu, dinamit, dan yak yang sangat marah,
tapi aku hanya tersenyum dan berkata, "Terima kasih."
Saat Josh menarikku menjauh, aku memberanikan diri
untuk melirik kembali. Mr. Abrams melingkarkan lengannya
225 Isi-Editbaru.indd 225 pada bahu istrinya, dan Mrs. Abrams mengangkat tangan
dengan setengah lambaian yang sedih, seakan dia sedang mem?
bekukan bagian kecil dari Josh itu dalam ruang dan waktu. Jadi
begitulah orangtua normal. Aku memperhatikan cowok di
sampingku, yang merindukan kehidupan di Mongolia, nggak
diperbolehkan meninggalkan rumah mengenakan apa pun yang
berkerut atau ternoda, dan potongan lain dari kode Josh se?
akan terpasang di tempat seharusnya"kode-kode Josh seakan
terpecahkan sedikit lagi.
Aku mulai berjalan ke arah Dillon dan kerumunan anakanak seumuran kami (kalau kau menyamar secara mendalam,
kau sebaiknya melakukannya sampai tuntas), tapi Josh menarik
tanganku, menghentikanku.
"Ayolah, kita berdansa."
"Tapi?"aku menunjuk pada gerombolan remaja itu?"bu?
kan??kah itu teman-temanmu?"
Josh menatap mereka. "Yeah, itu anak-anak dari sekolah?
ku." "Kalau kau mau pergi mengatakan hai atau apa?"
"Biar kupikir," katanya, menggoda. "Aku bisa berdansa de?
ngan cewek paling cantik di pesta atau nongkrong dengan
sekelompok idiot yang kutemui sepanjang hari, setiap hari.
Bagaimana menurutmu?"
Menurutku, dia mendapatkan beberapa poin bonus untuk
kalimat cewek paling cantik di pesta, dan aku menatapnya de?
ngan cara yang baru saat dia membimbing kami ke sisi ber?
lawanan lumbung itu, jauh dari teman-temannya, jauh dari
orangtuanya. Untuk pertama kalinya, aku menyadari mungkin
aku bukanlah satu-satunya yang sedang menyamar di sini.
Kami berdansa untuk waktu yang lama sebelum Josh ber?
226 Isi-Editbaru.indd 226 kata, "Terima kasih kau mau menemui orangtuaku. Mereka
senang sekali." "Yeah," kataku. "Mereka benar-benar baik."
"Mereka sinting," Josh mengoreksi. "Apakah kaudengar apa
yang ayahku bilang" Tentang apoteknya" Dia benar-benar ber?
pikir semua orang di kota ini akan meninggal kalau bukan
karena dia." Ia menggeleng. "Kau sangat beruntung, tak se?
orang pun peduli apa yang kaulakukan. Maksudku, kau bisa
menjadi apa pun yang kauinginkan. Tak seorang pun me?
nunggumu untuk menjadi "yang terpilih".
"Nggak," kataku. "Kurasa itu benar." Bohong"kebohongan
absolut, total, dan sepenuhnya.
Josh menarikku lebih erat, dan itu hal yang baik untuk dua
alasan, karena A) Josh jadi nggak bisa melihat air mata yang
sedang terbentuk di sudut-sudut mataku, mengancam mengetes
ke?tahanairan maskara baru Macey, dan B) itu memberiku per?
lindungan yang cukup baik, yang benar-benar bakal kuperlu?
kan. Bahkan, tak seorang pun mata-mata di dalam sejarah
dunia, yang pernah membutuhkan perlindungan lebih besar
dari?pada aku saat itu. "Oh, astaga!" Aku menarik napas terkejut dan merunduk,
menyembunyikan kepalaku di balik bahu Josh.
"Apa?" tanyanya.
"Oh, mmm, baru saja jari kakiku terantuk," aku berbohong,
karena itu sama sekali bukan waktu untuk berkata, Hei Josh,
omong-omong soal orangtua, IBUKU BARU SAJA BERJALAN
MASUK BERSAMA GURU OPERASI RAHASIAKU!
Di seberang lantai dansa, Mom berada dalam pelukan Mr.
Solomon. Mereka benar-benar tertawa, dan Mr. Solomon se?
dang memutar Mom, rambut Mom melayang berputar seakan
227 Isi-Editbaru.indd 227 sedang membintangi iklan sampo. Serius. Mom bisa menjual
kondisioner pada laki-laki botak dengan gaya seperti itu.
Aku mulai bergerak ke arah bayang-bayang, jauh dari
pintu-pintu utama, mengutuk diri sendiri karena nggak meng?
identifikasi menandai semua jalan keluar tadi. Aku bodoh.
BODOH. BODOH. BODOH. "Kurasa aku ingin duduk sebentar." Aku menemukan sedikit
ruang yang tertutup bayang-bayang di bagian belakang lum?
bung, di bawah loteng jerami, jauh dari Mom dan Mr.
Solomon. "Kau mau punch?" tanya Josh.
"YA! Punch sepertinya asyik!"
Aku mengamati Josh menghilang ke dalam kerumunan,
selama sedetik rasa paniknya berhenti dan aku merasakan
perasaan lain di dalam perutku, seakan tanah menghilang dari
bawahku. Tapi itu bukan sekadar rasa gugup. Aku terbang,
melayang di langit. Secara harfiah.
228 Isi-Editbaru.indd 228 t.c Bab Du a P u l u h h, astaga! pikirku, tapi aku nggak berteriak"sebagian ka?
rena semua udara seakan ditarik keluar dari paru-paruku, dan
se?bagian karena Bex menutup mulutku dengan satu tangannya.
Liz menatapku melalui cahaya pucat yang melayang ke loteng
jerami dari pesta di bawah, suaranya teredam tumpukantumpukan jerami tahun lalu.
"Cammie," kata Liz sabar, seakan mencoba membangunkan?
ku dari tidur yang sangat nyenyak. "Kami harus mengeluarkan?
mu dari sana. Ibumu dan Solomon"mereka ada di sini!"
Saat itulah aku menatap berkeliling loteng jerami itu dan
melihat barisan katrol yang dibuat cewek-cewek itu"kawatkawat yang terikat pada Bex dan padaku"dan aku tiba-tiba
mengerti kenapa aku merasa seperti ikan yang baru saja ditarik
Grandpa Morgan keluar dari air.
Bahkan Macey ada di sana, menelungkup, mengintip dari
tepi loteng. "Kita aman." Ia berguling ke sisi untuk menghadap
229 Isi-Editbaru.indd 229 kami. "Bayang-bayangnya sangat tebal di sana; kurasa nggak
ada yang melihat." "Oh, astaga," akhirnya aku bersuara.
Untuk ukuran orang yang secara teknis terlibat di dalam
tindakan spionase pertamanya, Macey bersikap cukup tenang"
seakan teori Tina bahwa Macey pernah memeras editor Vogue
agar memunculkan kembali celana gaucho memang benar.
Liz, di sisi lain, sedang panik. "Cammie, apakah kau men?
dengarku?" ia hampir berteriak. "Ibumu dan Solomon ada di
sini! Mereka ada di sini! Bisa saja mereka sudah melihatmu!
Apa kau tahu apa yang akan terjadi kalau mereka melihat?
mu?" "Aku tahu," kataku saat merunduk ke lantai loteng. Aku
menghirup bau manis jerami dan menunggu jantungku
berhenti berdebar-debar. Kemudian aku menyadari sesuatu.
"Mereka nggak melihatku," kataku.
"Tapi bagaimana kau bisa yakin?"
Kali ini, Bex yang menjawab. "Karena Cammie belum
mati." Loteng jerami itu gelap dan berada setidaknya sembilan
meter di atas pusat pesta, jadi Bex dan Liz merunduk ke lantai
dan bersama-sama kami merangkak ke arah Macey di tepi
loteng. Lampu-lampu redup bekerlap-kerlip di bawah kami, dan
band memainkan lagu berirama lambat. Aku mengamati Mom
berdansa dengan Mr. Solomon. Dia menyandarkan kepala di
bahu Mr. Solomon, dan tiba-tiba, mereka mengulitiku hiduphidup tampak seperti pilihan yang jauh lebih baik daripada
melihat itu. "Wow," gumam Macey. "Pasangan mematikan." Tapi aku
nggak tahu apakah dia memaksudkannya secara harfiah.
230 Isi-Editbaru.indd 230 "Oh, Cammie," kata Liz, "aku yakin mereka hanya di sini
sebagai teman. Benar kan, Bex?"
Bex nggak mampu berkata-kata.
Oh, astaga! "Maksudku, aku yakin mereka hanya?" Liz mencoba mem?
buat situasi jadi lebih baik, tapi Macey-lah yang mengatakan,
"Jangan khawatir, mereka nggak berkencan, atau jatuh cinta,
atau semacamnya." Dia terdengar begitu pasti"begitu yakin. Aku menatapnya,
bertanya-tanya Bagaimana mungkin dia bisa mengetahui hal se?
macam itu" Kemudian aku ingat"dia adalah Macey McHenry!
Tentu saja dia tahu! Aku benar-benar mulai merasa lebih baik
sampai Macey menambahkan kata-kata penentu, "Belum," dan
rasanya aku bakal muntah saat itu juga.
Aku nggak bisa melihatnya lagi, jadi aku berpaling dan ber?
tanya, "Bagaimana ini terjadi?"
"Setelah kau menolak ajakan ibumu, aku melihatnya bicara
pada agen 00-tampan di bawah itu," kata Macey. "Dan mereka
memutuskan untuk pergi, melakukan sesuatu."
"Dan kami tahu sesuatu seperti ini bisa terjadi, jadi kami
menyelipkan pelacak di dalam tas tangan ibumu," kata Bex
sombong, sedikit terlalu menyukai situasinya, kalau kautanya
pendapatku. "Dan kami mengaktifkan pelacak di sepatu Josh." Liz me?
nyodorkan pergelangan tangannya ke arahku, dan tiba-tiba aku
melihat dua titik merah berkedip-kedip bersebelahan, saat di
bawah kami, Josh membawa dua gelas punch di tengah pesta,
lewat hanya beberapa senti jauhnya dari Mom.
"Kemudian kami memutuskan kau mungkin memerlukan
231 Isi-Editbaru.indd 231 penarikan darurat dari tugas," kata Liz, menikmati kesempatan
untuk mengutip salah satu kartu catatannya.
Aku mengangkat lenganku ke atas kepala, mengubur wajah?
ku di dalam jerami yang berbau manis, memerintahkan agar
semua itu jadi mimpi, dan aku sudah hampir berhasil sampai
aku mendengar, "Korsasenya bagus." Aku mendongak dan me?
lotot pada Macey, yang mengangkat bahu dan berkata, "Apa"
Memangnya menurutmu nggak?"
Tapi itu sama sekali bukan waktu untuk penjelasan. Oh
nggak, benar-benar banyak hal lebih baik yang harus kami
laku?kan, hal yang pasti diketahui Bex, karena ia sedang mun?
dur lebih jauh ke dalam bayang-bayang, mengatakan, "Ayolah.
Penarikan pelaksana misi segera dilakukan."
Sebelum aku tahu apa yang terjadi, Bex menarikku berdiri
dan mengaitkanku ke kabel, lalu Macey mendorong terbuka
pintu loteng, mengarah ke malam musim gugur yang dingin,
bersiap-siap untuk menurunkanku di luar seperti satu pak besar
jerami. "Nggak," kataku, tapi Liz mendorongku ke luar pintu lo?
teng. "Aku nggak bisa," teriakku, tapi aku berputar dan berputar
di udara. Sebelum aku mengetahuinya, Liz bergabung denganku
di tanah, diikuti oleh Macey, yang melesat ke pohon-pohon
yang berbaris di sepanjang tepi padang rumput.
"Liz, aku nggak boleh melakukan ini," kataku sambil men?
cengkeram bahu kurus temanku. "Aku harus kembali ke dalam,
entah bagaimana caranya."


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah kau benar-benar sudah gila?" kata Bex saat ber?
gabung dengan kami di tanah.
"Tapi Josh ada di dalam sana," aku memprotes.
232 Isi-Editbaru.indd 232 "Begitu juga dengan ibumu dan Mr. Solomon," Bex berkata.
Ia menarik rentangan kabel yang sedang kupegangi, dan kabel
itu terasa panas di tanganku.
"Bex, aku nggak bisa meninggalkan Josh begitu saja! Dia
akan khawatir. Dia akan mulai mencari-cari dan bertanya ke
sekeliling, dan?" "Cammie benar," aku mendengar Liz berkata. "Itu pelanggar?
an langsung dari peraturan Operasi Rahasia nomor?"
Tapi aku nggak bakal tahu peraturan Operasi Rahasia mana
yang dilanggar, karena tepat pada saat itu, kilasan berwarna
merah delima besar datang melesat keluar dari hutan.
"Masuklah!" teriak Macey dari kursi pengemudi. Sesaat, aku
nggak tahu apa yang lebih mengejutkan, fakta bahwa temanteman sekelasku datang menyelamatkanku dengan mobil golf
Akademi Gallagher atau bahwa Bex membiarkan Macey me?
ngemudi (walaupun, kalau kau berpikir ulang, Macey mungkin
memang punya jauh lebih banyak pengalaman menyangkut
mobil golf daripada kami).
Saat Liz melihat tatapan bingung di wajahku, wajahnya me?
merah dan berkata, "Pokoknya Penjaga Permen Karet akan
terbangun dalam beberapa jam, heran karena obat sinusnya
membuat dia sangat mengantuk."
Aku mendengar musik berhenti dan tepuk tangan meriah,
tapi rasanya seakan kami berada satu setengah kilometer dari
pestanya. Josh berada di dalam sana. Tentu saja, begitu juga
dengan dua orang yang bisa menghukumku dengan cara-cara
yang jadi ilegal sejak Konvensi Jenewa disahkan. Tapi tetap
saja, aku menatap Bex dan berkata, "Aku nggak bisa pergi."
Liz sudah naik ke dalam mobil golf, meninggalkan Bex dan
aku sendirian di tengah kegelapan.
233 Isi-Editbaru.indd 233 "Aku akan baik-baik saja," aku memberitahu Bex. "Aku
akan mencari Josh dan kami akan pergi." Dia nggak bilang
apa-apa. Kami berada di sisi gelap pesta, tapi aku bisa mem?
baca ekspresi wajahnya dalam cahaya bulan purnama. Aku
nggak melihat rasa takut; aku melihat kekecewaan. Tampaknya
itu jauh lebih buruk. "Mereka bisa menangkapmu, kau tahu?" tanya Bex.
"Hei," aku mencoba memaksakan tawa, memercayai
senyumanku bisa melunakkan Bex, "aku Si Bunglon, kan?"
Tapi Bex sudah menyelinap ke kursi belakang. "Sampai ke?
temu di rumah." Pelaksana memutuskan untuk menggunakan pola tetap di tempat
dengan harapan dapat menarik Subjek dan menyelamatkan misi.
Setidaknya dua agen jahat berada di dalam (dan mereka akan jadi
jauh lebih jahat kalau rencana Pelaksana tidak berjalan baik), jadi
itu adalah tindakan yang berisiko, tapi tindakan yang bersedia
dilakukan Pelaksana, bahkan saat ia mengamati backup-nya melaju
pergi. Mom dan Mr. Solomon mungkin memiliki keuntungan jika
menyangkut latihan dan pengalaman, tapi aku punya posisi
superior dan jauh lebih banyak informasi. Saat aku berjongkok
di balik kap sebuah mobil Buick hitam besar dan mengamati
pintu, aku memeriksa pilihan-pilihanku: A) menciptakan peng?
alih perhatian dan berharap bisa menarik Josh menjauh di
tengah kekacauan, B) menunggu sampai salah satu dari me?
reka: Josh atau Mom dan Mr. Solomon pergi, lalu berdoa me?
reka nggak memutuskan untuk pergi pada waktu yang sama,
atau C) pikirkan lebih banyak pilihan.
234 Isi-Editbaru.indd 234 Bagaimanapun, aku memang punya akses ke bensin, bebatu?
an, dan kaleng-kaleng aluminium, tapi lumbung tua itu tampak
amat sangat mudah terbakar, dan aku nggak benar-benar ingin
mengambil risiko sebesar itu.
Aku baru mulai bertanya-tanya apakah salah satu truk
pickup yang terparkir di sebelahku punya seutas tali, saat men?
dengar seseorang berkata, "Cammie?" Aku berbalik dan melihat
DeeDee berjalan ke arahku. "Hai. Kupikir itu memang kau."
Dia mengenakan gaun pink yang benar-benar cantik dan
cocok dengan alat tulisnya. Rambut pirangnya dikucir. Dia
terlihat hampir seperti boneka saat bergerak ke arahku dalam
kegelapan. "Hai, DeeDee," kataku. "Kau benar-benar kelihatan ma?
nis." "Terima kasih," katanya, tapi kedengarannya dia nggak me?
mercayaiku. "Kau juga."
Dengan gugup, aku memain-mainkan korsaseku. Kelopakkelopak anggreknya terasa seperti sutra.
"Ternyata Josh jadi membelikanmu korsase."
Aku menunduk menatap pergelangan tanganku. "Yeah."
Aku nggak tahu bagaimana perasaanku tentang fakta bahwa
Josh mendiskusikan rencana membeli korsase ini dengan cewek
lain, tapi kemudian aku menatapnya dan menyadari bahwa
DeeDee bahkan merasa lebih aneh tentang itu daripada yang
kurasakan. DeeDee menunjuk lampu-lampu dan pasangan-pasangan
yang bergoyang perlahan di kejauhan, lalu berkata, "Kupikir
kalau aku datang terlambat, aku nggak perlu berdiri sendirian
tanpa diajak dansa terlalu lama."
Aku membayangkan DeeDee melebur dengan papan-papan
235 Isi-Editbaru.indd 235 kayu dan tumpukan jerami, menghilang di antara lautan
pasang?an sampai tak seorang pun melihat cewek yang berdiri
sendirian, nggak menjadi bagian dari pesta itu. Saat itulah aku
tahu bahwa DeeDee juga seperti bunglon, sama denganku.
"Jadi, apa yang kaulakukan di luar sini sendirian?" tanya
DeeDee. Itu pertanyaan yang cukup bagus. Untungnya, pertanyaan
yang sudah siap kujawab. Aku menggosok pelipisku dan berkata, "Di dalam sana be?
risik sekali, kepalaku jadi sakit. Aku harus mencari udara
segar." "Oh," katanya, dan mulai mencari-cari di dalam tas tangan
pink mungilnya. "Apakah kau mau aspirin?"
"Nggak. Tapi terima kasih."
DeeDee berhenti mencari-cari, tapi masih nggak menatapku
saat berkata, "Josh benar-benar menyukaimu, kau tahu" Aku
sudah mengenalnya lama sekali, dan aku bisa tahu dia benarbenar menyukaimu."
Bahkan seandainya aku belum membaca pesan DeeDee
untuk Josh, aku bakal tahu betapa dia menyukai Josh, seberapa
dalamnya dia berharap suatu hari nanti Josh akan membelikan?
nya korsase. Dan dia akan mengenakannya"bukan karena itu
bagian dari lelucon konyol tapi karena Josh yang memberikan?
nya. "Aku juga benar-benar menyukai Josh," kataku, nggak tahu
apa lagi yang harus dikatakan.
DeeDee tersenyum. "Aku tahu."
Kemudian aku mengira dia akan pergi. Aku benar-benar
ingin dia berjalan pergi, karena aku benar-benar harus memikir?
kan cara untuk mengeluarkan Josh dari sana! "Well, jangan
236 Isi-Editbaru.indd 236 biarkan aku menahanmu, DeeDee," kataku, memikirkan ke?
mungkinan pengalihan perhatian di dalam pikiranku: ledakan
kecil, kebakaran hutan yang dapat dipadamkan dengan mudah,
kemungkinan adanya seorang wanita hamil di dalam yang tibatiba hendak melahirkan dalam setengah jam berikutnya"
"Cammie?" tanya DeeDee, dan aku nggak bisa menahan
diriku, aku sedikit membentak, "Apa?"
"Kau ingin aku memberitahu Josh kau harus pulang?"
Atau itu juga bisa berhasil.
Saat DeeDee berjalan ke arah pesta, aku sadar diriku iri
padanya. Dia bertemu dengan Josh di sekolah. Dia tahu apa
yang dimakan Josh di kafeteria dan di mana Josh duduk di
da?lam kelas. Seluruh bagian hidupnya bisa dibagi dengan
Josh"dan seluruh kehidupan DeeDee juga diketahui Josh,
mulai dari acara dansa, karnaval, dan hari-hari biasa sepanjang
hidupnya. Dan aku berpikir: kalau kami seimbang dalam semua
hal itu, akankah Josh tetap menyukaiku"
Tapi aku nggak akan pernah tahu, karena DeeDee dan aku
memang nggak akan pernah seimbang dalam semua hal itu.
DeeDee akan selalu menjadi sosok nyata untuk Josh, sedangkan
aku hanya akan jadi legenda.
"Apakah kau yakin aku nggak bisa mengantarmu pulang?"
tanya Josh saat membelokkan van ke Main Street dan menuju
taman. "Ayolah. Aku tahu kau nggak sehat. Biarkan aku?"
"Nggak, nggak apa-apa," kataku. "Kepalaku nggak sakit se?
karang." Bukan bohong.
"Apa kau yakin?"
"Ya." Dia parkir di tepi taman dan kami keluar, lalu berjalan ke
237 Isi-Editbaru.indd 237 gazebo. Dia menggenggam tanganku, dan itu benar-benar
momen Dear Diary, kalau kau mengerti maksudku, karena
lampu-lampu di gazebo menyala tapi kotanya sepi, dan tangan
Josh lembut serta hangat,kemudian" dia memberiku sebuah
hadiah! Kotaknya kecil dan biru (tapi bukan biru Tiffany seperti yang
nantinya akan dikatakan Macey) dan dikelilingi pita pink.
Josh berkata, "Kuharap kau menyukainya."
Aku terpaku. Sepenuhnya. Aku pernah mendapatkan ba?
nyak hadiah, tentu, tapi biasanya isinya sepatu lari baru atau
edisi pertama Panduan Gerakan Bawah Tanah Rusia untuk MataMata yang ditandatangani sang penulis. Hadiah-hadiah itu
nggak pernah dibungkus dengan pita pink cantik.
"Ibuku membantuku membungkusnya," Josh mengakui,
kemudian melirik hadiah di tanganku. "Bukalah," ia berkata
pada?ku, tapi aku nggak ingin membukanya. Betapa menyedih?
kan?nya itu"bahwa ide tentang hadiah lebih berharga untukku
daripada hadiah itu sendiri"
"Ayolah!" kata Josh, nggak sabar. "Aku nggak yakin apa
yang kauinginkan, tapi" oh, well?" Ia mulai merobek kertas?
nya. "Selamat ulang tahun!"
Yeah, kalau-kalau kau belum tahu: saat itu benar-benar
bukan ulang tahunku. Hadiah di tanganku terasa asing dan berat. Bukankah biasa?
nya butuh waktu 365 hari untuk mendapatkan hadiah ulang
tahun" aku bertanya-tanya. Maksudku, aku tahu, aku punya
hidup yang cukup terlindungi dan segalanya, tapi aku cukup
yakin itulah cara standar bagaimana hal-hal ini berjalan.
"Aku berani taruhan kau mengira aku lupa," goda Josh,
menarikku ke pelukan yang rasanya meremukkan tulang.
238 Isi-Editbaru.indd 238 "Oh, mmm" yeah?" aku mencoba bicara.
"DeeDee membantuku memilihnya." Josh mengangkat tutup
kotak itu dan mengeluarkan sepasang anting perak terindah
yang pernah kulihat. (Catatan pada diri sendiri: tindik telinga.)
"Kupikir ini akan cocok dengan kalungmu"tahu kan, yang
perak, dengan salib?"
"Yeah," kataku, sedih. "Aku tahu maksudmu."
Anting-anting itu berkilau pada malam itu, dan yang bisa
kulakukan hanyalah menatapnya, terhipnotis, berpikir bahwa
nggak ada cewek yang memiliki pacar yang lebih baik daripada
aku, dan nggak ada cewek yang lebih nggak pantas untuk Josh
daripada aku. Aku merasa seakan aku berada di luar diriku dan melihat
ke bawah. Siapa cewek itu, aku bertanya-tanya. Tidakkah dia
tahu betapa beruntungnya dia" Tidakkah dia menyadari bahwa
dia punya anting yang sangat cantik dan cocok dengan kalung?
nya dan seorang pacar yang memikirkan hal sesederhana itu"
Memangnya siapa dia sehingga pantas mengkhawatirkan fisika
kuantum atau bahan-bahan kimia atau kode-kode NSA" Tidak?
kah dia tahu inilah salah satu saat-saat langka di dalam hidup
ketika segalanya terasa benar, baik, dan indah"
Tidakkah dia tahu saat-saat seperti ini selalu berakhir"
239 Isi-Editbaru.indd 239 t.c Bab Du a P u l u h S a t u
aat aku beringsut melalui jalan-jalan rahasia, pikiranpikiranku sepertinya bergema di dalam ruang yang sempit itu:
Tapi ini bukan hari ulang tahunku.
Aku berharap keraguan yang mengganggu itu pergi saja.
Aku punya sepasang anting cantik, bukan" Apakah benarbenar penting alasan Josh memberikannya padaku" Bagaimana?
pun, cewek-cewek normal akan marah saat pacar mereka me?
lupa?kan ulang tahun mereka, jadi bukankah mengingat ulang
tahun yang salah seharusnya layak mendapatkan poin bonus"
Aku seharusnya menyimpan kenangan ini baik-baik seandainya
suatu hari nanti Josh melupakan sesuatu yang lain"misalnya
dua puluh tahun dari sekarang, mungkin saja dia melupakan
ulang tahun pernikahan kami dan aku bisa berkata, Jangan
khawatir, Sayang; ingat waktu kau menghadiahiku sepasang anting
padahal saat itu bukan ulang tahunku" Sekarang kita impas.
Tapi ini bukan hari ulang tahunku.
240 Isi-Editbaru.indd 240 Aku memikirkan tentang tanggalnya: sembilan belas
November. Aku ingat saat memberitahu Josh itulah hari ulang
tahunku, saat interogasi beruntunnya di dekat taman, dan aku
nggak yakin yang mana yang lebih payah"fakta bahwa dia
mengingatnya atau bahwa aku melupakannya.
Koridor-koridor yang kosong tampak bercabang-cabang di
depanku. Aku lelah. Aku lapar. Aku ingin mandi dan bicara
pada teman-temanku, dan karena itulah aku sudah setengah
ter?tidur saat bersandar pada sisi belakang batu kuno yang mem?
bingkai perapian besar di lounge siswa di lantai dua. Beberapa
minggu lagi perapian itu akan jadi tidak berguna untukku
sebagai jalan rahasia, kecuali aku ingin mengenakan salah satu
pakaian ketat tahan api Dr. Fibs pada kencan-kencanku de?
ngan Josh (tapi pakaian-pakaian itu bahkan membuat Bex
ter?lihat gemuk), jadi aku menarik pengungkitnya untuk ter?
akhir kalinya, berharap batunya terbuka, tapi saat aku melaku?
kannya, secara nggak sengaja menyenggol tempat obor tua


Aku Mau Saja Bilang Cinta, Tapi Setelah Itu Aku Harus Membunuhmu I"d Tell You I Love You But Then I"d Have To Kill You Gallagher Girls 1 Karya Ally Carter di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

yang bergeser turun, membuka pintu tersembunyi lainnya, dan
menampakkan sebuah cabang di dalam jalan yang sepertinya
belum pernah kulihat. Aku nggak tahu kenapa aku mengikuti jalan itu"gen
mata-mata atau rasa ingin tahu remaja"tapi tak lama kemudi?
an aku sudah menyusuri sepanjang koridor itu, nggak tahu di
mana aku berada sampai aku berjalan melewati garis-garis
cahaya tipis dan berhenti untuk mengintip melalui lubang ke
Koridor Sejarah, tempat pedang Gilly berdiri berkilauan di
bawah lampu sorotnya yang abadi.
Saat itulah aku mendengar tangisan itu.
Lebih jauh ke depan di jalan itu, aku bisa melihat kantor
Mom dan rak-rak buku yang sudah sering kulihat berputar
241 Isi-Editbaru.indd 241 untuk menampakkan memorabilia milik Kepala Sekolah sebuah
sekolah asrama elite. Aku bersandar, mengintip melalui sebuah
lubang di dinding, dan mengamati Mom menangis. Seseorang
bisa saja menekan sebuah tombol, dan rak bukunya akan ber?
putar, membawaku bersamanya, tapi saat aku berdiri di dalam
ruangan yang penuh dan pengap itu, aku nggak bisa ber?
paling. Mom sendirian di kantornya, meringkuk di kursi. Terakhir
kali?nya aku melihatnya, Mom sedang berdansa dan tertawa,
tapi sekarang dia duduk sendirian, dan air mata mengalir turun
di wajahnya. Aku ingin memeluknya supaya kami bisa me?
nangis bersama. Aku ingin merasakan air matanya yang asin
di pipiku. Aku ingin membelai rambutnya dan memberitahunya
bahwa aku juga lelah. Tapi aku tetap di tempatku"mengamati,
tahu mengapa aku nggak pergi untuk menenangkannya: aku
nggak bisa menjelaskan apa yang sedang kupakai; aku nggak
bisa memberitahunya kenapa aku berada di sana; tapi yang
ter?utama, aku tahu bahwa Mom nggak ingin aku melihatnya
menangis. Saat Mom meraih selembar tisu di atas rak di belakang
meja, matanya tertutup, walaupun begitu dia menemukan
kotak itu dengan gerakan yakin dan mantap, tahu pasti benda
itu akan ada di sana. Itu gerakan terlatih, kebiasaan. Dan aku
tahu bahwa kesedihan Mom, seperti juga seluruh hidupnya,
penuh dengan rahasia. Kemudian aku merasakan anting-anting
dari Josh di dalam sakuku, dan aku tahu kenapa air mata me?
milih malam itu untuk datang.
"Oh, astaga," kataku, sekali lagi malam itu"kali ini untuk
alasan yang sangat berbeda.
Aku menyelinap lebih jauh ke depan, dan pada akhirnya
242 Isi-Editbaru.indd 242 t.c duduk di tempat duduk jendela di dalam salah satu ruang kelas
yang sepi. Aku nggak menangis. Sesuatu memberitahuku, dunia
ini nggak akan bisa mengatasi jika kedua wanita Morgan me?
nangis pada saat yang sama, jadi aku duduk di sana dengan
sabar, membiarkan Mom menjadi yang lemah sebentar, men?
jalankan giliranku dalam berjaga.
Aku nggak bergerak; aku hanya menunggu semalaman.
Sekolah hening di sekitarku, dan aku membiarkan keheningan
itu menenangkan kesedihanku, meneduhkanku ke dalam keada?
an tak sadar tanpa tidur, saat aku menatap melewati bayangan?
ku di kaca yang gelap dan berbisik, "Selamat ulang tahun,
Daddy." Aku menjauh dari Mom selama yang aku bisa Minggu pagi itu,
tapi saat tengah hari, aku harus bertemu Mom; aku harus
yakin bahwa dia baik-baik saja dan meminta maaf, entah bagai?
mana, karena telah melupakan Dad semudah itu. Aku harus
tahu apakah itu adalah awal dari akhir kenangan-kenangan?
ku. Aku menyerbu masuk lewat pintu kantornya, dipersenjatai
selusin alasan, tapi semuanya melayang dari pikiranku saat aku
melihat Mom, Mr. Solomon, dan Buckingham menatapku
Si Jenius Dungu 1 Jodoh Tak Mungkin Tertukar Karya Unknown Pedang Medali Naga 18
^