Inferno 10
Inferno Karya Dan Brown Bagian 10
Dia melihat Br?der berdiri di dekat tangga, mencari sinyal yang
lebih kuat untuk ponselnya. Dia tengah berbisik-bisik kepada
la?wan bicaranya. isi INFERNO [SC].indd 601
602 D an B rown Sinskey tiba di dekatnya tepat ketika dia mengakhiri pembi?
caraan. "Oke, mengerti," kata Br?der, wajahnya memancarkan emosi
antara tidak percaya dan cemas. "Dan sekali lagi, aku menegaskan
kerahasiaan informasi ini. Hanya kau yang boleh tahu untuk saat
ini. Hubungi aku kalau kau sudah mendapat kabar lagi. Terima
ka?sih." Dia menutup telepon.
"Ada apa?" tanya Sinskey.
Br?der perlahan-lahan mengembuskan napas. "Saya baru
sa?ja bicara dengan teman lama saya, seorang virolog andal di
CDC Atlanta." Sinskey meradang. "Anda mengabari CDC tanpa izin dari
saya?" "Saya berhati-hati," jawab Br?der. "Kontak saya akan menjaga
ra?hasia, dan kita memerlukan data yang jauh lebih baik daripada
yang bisa didapatkan dari lab dadakan ini."
Sinskey melirik beberapa agen SRS yang tengah mengambil
sampel air dan mengoperasikan perangkat elektronik portabel.
Dia benar. "Kontak saya di CDC," lanjut Br?der, "sedang berada di lab
mi?krobiologi berperalatan lengkap dan telah mengonfirmasikan
keberadaan patogen virus yang sangat menular dan tidak pernah
terlihat sebelumnya."
"Sebentar!" potong Sinskey. "Bagaimana Anda bisa secepat
itu memberinya sampel?"
"Saya tidak memberinya," jawab Br?der dengan nada tegang.
"Dia menguji darahnya sendiri."
Sinskey hanya butuh sesaat untuk mencerna makna ucapan
Br?der. Virus itu telah mendunia.[]
isi INFERNO [SC].indd 602
Ba b angdon berjalan perlahan-lahan, merasa melayang, seolaholah tengah berada di dalam mimpi buruk yang sangat
membekas. Apakah yang lebih berbahaya daripada wabah"
Sienna tidak mengatakan apa-apa lagi sejak turun dari perahu
dan mengisyaratkan kepada Langdon untuk mengikutinya men?
jauh dari dermaga, menyusuri sebuah jalan batu sunyi, menjauh
dari perairan dan keramaian.
Walaupun air mata Sienna telah berhenti mengalir, Langdon
bisa melihat emosi yang membuncah di dalam diri perempuan
itu. Langdon dapat mendengar sirene yang meraung-raung di
ke?jauhan, namun Sienna sepertinya tidak menghiraukannya. Dia
hanya menatap kosong ke bawah, seakan-akan terhipnotis oleh
derap langkahnya di jalan batu.
Mereka memasuki sebuah taman kecil, dan Sienna memba?
wanya ke tengah-tengah pepohonan lebat, tempat mereka ter?sem?
bunyi dari dunia. Di sana, mereka duduk di bangku yang meng?
hadap ke perairan. Di pantai seberang, Menara Galata tampak
berkilauan di atas perumahan yang tersebar di lereng bukit. Dunia
tampak damai dari sini, begitu jauh, pikir Langdon, dari kisruh
yang tengah terjadi di waduk. Saat ini, dia menduga, Sinskey dan
tim SRS tentu sudah menyadari bahwa mereka sudah terlambat
menghentikan penyebaran wabah.
Di sampingnya, Sienna menatap laut. "Aku tidak punya ba?
nyak waktu, Robert," katanya. "Cepat atau lambat, polisi akan
me??nge??tahui ke mana aku pergi. Tapi sebelum itu terjadi, aku ingin
kau mendengar kebenaran ... semuanya."
Langdon mengangguk tanpa berkata-kata.
isi INFERNO [SC].indd 603
604 D an B rown Sienna menyeka matanya dan bergeser di bangku agar bisa
menatap Langdon. "Bertrand Zobrist ...," katanya. "Dia cinta
pertamaku. Dia menjadi mentorku."
"Aku sudah mendengar soal itu, Sienna," kata Langdon.
Sienna tampak terkejut, namun melanjutkan ceritanya, seolaholah takut kehilangan momentum. "Aku bertemu dengannya di
usia saat aku mudah terkesan, dan aku terpikat pada gagasan
dan ke?pandaiannya. Bertrand percaya, sebagaimana aku, bahwa
spe??sies kita sudah berada di ambang kepunahan ... bahwa kita
meng??hadapi akhir yang mengenaskan, yang mendatangi kita jauh
lebih cepat daripada yang berani diterima oleh siapa pun."
Langdon tidak menanggapi.
"Sepanjang masa kanak-kanakku," kata Sienna, "aku ingin
menyelamatkan dunia. Dan yang selalu kudengar adalah: "Kau
tidak bisa menyelamatkan dunia, jadi jangan korbankan keba?ha?
giaanmu untuk mencobanya.?" Dia terdiam, wajahnya tertekuk,
menahan air mata. "Kemudian aku berjumpa dengan Bertrand"
seorang pria tampan dan brilian yang mengatakan kepadaku
bahwa menyelamatkan dunia tidak hanya mungkin dilakukan ...
tetapi juga sebuah kewajiban moral. Dia memperkenalkanku
kepada sebuah lingkaran individu berpikiran serupa"orangorang yang memiliki keahlian dan intelektualitas cemerlang ...
orang-orang yang benar-benar mampu mengubah masa depan.
Untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku tidak merasa
kesepian, Robert." Langdon tersenyum lembut, merasakan kepedihan dalam
kata-katanya. "Aku sudah mengalami banyak hal buruk dalam kehidupanku,"
Sienna melanjutkan, suaranya semakin bergetar. "Hal-hal yang
sulit kulupakan ...." Dia memalingkan wajah dan dengan gelisah
meraba kulit kepalanya yang mulus sebelum menenangkan diri
dan kembali menoleh kepada Langdon. "Dan mungkin karena
itulah, satu-satunya hal yang menguatkanku adalah keyakinanku
bahwa kita bisa menjadi lebih baik ... bisa mengambil tindakan
un?tuk menghindari malapetaka di masa depan."
isi INFERNO [SC].indd 604
605 Infern o "Bertrand juga meyakini hal itu?" tanya Langdon.
"Tentu saja. Bertrand memiliki harapan tanpa batas untuk ke?
lestarian umat manusia. Dia Transhumanis yang meyakini bahwa
kita hidup di ambang kejayaan masa "pascamanusia?"sebuah era
transformasi yang sebenarnya. Dia memiliki pikiran futuris, mata
yang bisa memandang hal-hal yang hanya bisa dibayangkan oleh
segelintir orang. Dia memahami kekuatan menakjubkan teknologi
dan meyakini bahwa dalam beberapa generasi, spesies kita akan
menjadi makhluk yang sepenuhnya berbeda"secara genetis
lebih unggul dalam hal kesehatan, kepandaian, kekuatan, bahkan
kasih sayang." Sienna terdiam. "Hanya saja, ada satu masalah.
Menurut dia, sebagai spesies, kita tidak akan hidup cukup lama
untuk me?wujudkan kemungkinan itu."
"Akibat overpopulasi ...," kata Langdon.
Sienna mengangguk. "Bencana Malthusian. Bertrand kerap
mengatakan bahwa dia merasa seperti St. George yang hendak
membantai monster chthonic."
Langdon tidak memahami maksudnya. "Medusa?"
"Secara metafora, ya. Medusa dan semua monster chthonic
lain?nya hidup di bawah tanah karena mereka memiliki asosiasi
langsung dengan Bumi. Dalam alegori, monster bawah tanah se?
lalu menyimbolkan?" "Fertilitas," kata Langdon, heran karena paralelisme itu tidak
pernah terpikir olehnya. Kesuburan. Populasi.
"Ya, fertilitas," jawab Sienna. "Bertrand menggunakan istilah
"monster chthonic" untuk melambangkan ancaman besar terhadap
kesuburan kita. Dia menggambarkan produksi keturunan berlebih
manusia sebagai monster yang mengintip di cakrawala ... monster
yang harus segera kita lawan sebelum menghabisi kita semua."
Kesuburan kita sendirilah yang mengincar kita, Langdon menya?
dari. Sang monster bawah tanah. "Dan Bertrand melawan monster
ini ... dengan cara apa?"
isi INFERNO [SC].indd 605
606 D an B rown "Tolong mengertilah," ujar Sienna, defensif, "ini bukan masa?
lah yang mudah dipecahkan. Proses triage12 selalu kacau dan tak
jelas. Seseorang yang memotong kaki bocah tiga tahun adalah
penjahat keji ... kecuali jika dia dokter yang menyelamatkan
bocah itu dari gangren. Kadang-kadang satu-satunya pilihan
adalah memilih keburukan yang teringan." Air matanya kembali
mengalir. "Aku yakin tujuan Bertrand mulia ... tapi cara yang di?
gu?nakannya ...." Dia memalingkan wajah, semakin sulit menahan
tangis. "Sienna," Langdon berbisik lembut. "Aku perlu memahami
se?mua ini. Tolong jelaskan kepadaku apa yang dilakukan Ber?
trand. Apa yang dilepaskannya ke dunia?"
Sienna kembali menatapnya, mata cokelat lembutnya meman?
carkan kengerian yang lebih mendalam.
"Dia melepaskan virus," bisiknya. "Virus yang sangat spe?
sifik." Langdon menahan napas. "Ceritakanlah."
"Bertrand menciptakan sesuatu yang disebut vektor viral.
Itu adalah virus yang sengaja dirancang untuk menanamkan in?
for?masi genetis ke sel yang diserangnya." Sienna diam sejenak
agar Langdon dapat mencerna gagasan itu. "Virus vector ... tidak
mem?bunuh sel yang diserangnya ... tetapi memasukkan DNA yang
secara khusus dirancang untuk memodifikasi genom sel itu."
Langdon berusaha memahami maksudnya. Virus ini mengubah
DNA kita" "Bahaya yang tersimpan di dalam virus ini," lanjut Sienna,
"ada?lah tidak seorang pun tahu bahwa dirinya telah terinfeksi.
Tidak ada yang sakit. Tidak ada gejala kentara yang menunjukkan
bahwa virus itu telah mengubah kita secara genetis."
Langdon dapat merasakan darah menderas di nadinya. "Dan
perubahan apakah yang ditimbulkan virus itu?"
12. Triage: Proses menentukan prioritas terapi pasien berdasarkan tingkat keparahan penyakit atau penderitaan
mereka."penerj. isi INFERNO [SC].indd 606
607 Infern o Sienna memejamkan mata sesaat. "Robert," bisiknya, "begitu
virus ini terlepas di laguna waduk, sebuah reaksi berantai dimulai.
Setiap orang yang turun ke gua itu dan menghirup udara di sana
menjadi terinfeksi. Mereka menjadi inang virus ... tanpa sadar
menjadi kaki tangan yang memindahkan virus itu ke tubuh orang
lain, melipatgandakan proses penyebaran bibit penyakit yang kini
sudah menjangkiti seluruh planet ini seperti kebakaran hutan.
Saat ini, virus itu pasti sudah menembus populasi global. Kau,
aku ... semua orang."
Langdon bangkit dari bangku dan berjalan mondar-mandir
dengan kalut di depan Sienna. "Dan apa yang diperbuat virus itu
kepada kita?" ulangnya.
Sienna diam selama beberapa waktu. "Virus itu memiliki
kemam??puan menjadikan tubuh manusia ... kehilangan kesubur?
an." Dia bergerak-gerak gelisah di bangku. "Bertrand menciptakan
wabah sterilitas." Kata-katanya menampar Langdon. Virus yang menjadikan
kita mandul" Langdon tahu bahwa ada virus yang menyebabkan
sterilitas, namun patogen sangat menular berbasis udara yang
mampu mengubah kita secara genetis seolah-olah berasal dari
dunia lain ... semacam distopia masa depan karangan Orwell.
"Bertrand sering menyampaikan teorinya tentang virus sema?
cam ini," ujar Sienna lirih, "tapi aku tidak pernah membayangkan
dia akan mencoba membuatnya ... apa lagi berhasil. Aku syok saat
menerima suratnya dan mengetahui perbuatannya. Aku berusaha
mencarinya, untuk memohon kepadanya agar memusnahkan
ciptaannya. Tapi aku terlambat."
"Sebentar," sela Langdon, akhirnya bisa bersuara. "Jika virus
itu menjadikan semua orang di muka bumi mandul, tidak akan
ada generasi baru dan umat manusia akan punah ... dalam waktu
sing?kat." "Betul," kata Sienna, suaranya melirih. "Hanya saja, kepu?
nah?an bukan tujuan Bertrand"bahkan kebalikannya"sehingga
dia men??ciptakan virus yang aktif secara acak. Walaupun saat ini
Inferno sudah menjadi endemi di DNA semua orang dan akan
isi INFERNO [SC].indd 607
608 D an B rown di??wariskan secara turun-temurun dari generasi kita, virus itu
hanya akan "aktif" di dalam diri sekian persen manusia. Dengan
kata lain, virus itu saat ini dibawa oleh semua orang di muka
bumi, tetapi hanya akan menyebabkan kemandulan pada bagian
po?pulasi yang telah dipilih secara acak."
"Bagian ... yang mana?" Langdon nyaris tak percaya men?de?
ngar dirinya sendiri menanyakan itu.
"Yah, sebagaimana yang sudah kau ketahui, Bertrand ter?
obsesi pada Wabah Hitam"wabah yang secara membabi buta
me?musnahkan sepertiga populasi Eropa. Alam, diyakininya,
me??miliki cara untuk menyortir diri sendiri. Saat menghitung
infertilitas secara matematika, Bertrand bersemangat karena
men??dapati bahwa rata-rata kematian akibat Wabah Hitam, satu
ban?ding tiga, adalah rasio yang tepat untuk mulai merampingkan
populasi manusia dengan laju yang terkendali."
Itu benar-benar mengerikan, pikir Langdon.
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wabah Hitam merampingkan populasi dan membuka ja?lan
bagi Renaisans," kata Sienna, "dan Bertrand menciptakan Inferno
sebagai semacam katalis pembaruan global modern"Wabah
Hitam Transhumanis. Perbedaannya, mereka yang ter?infeksi
penyakit itu tidak akan mati, tetapi mandul. Jika kita meng?asum?
sikan virus Bertrand sudah terlepas, sepertiga populasi dunia
menjadi steril sekarang ... dan sepertiga populasi dunia akan
terus steril sepanjang zaman. Dampaknya akan sama dengan
gen resesif ... yang diwariskan kepada semua keturunan, namun
pe??nga?ruhnya hanya akan muncul dalam persentase kecil."
Tangan Sienna gemetar saat dia melanjutkan. "Dalam surat?
nya kepadaku, Bertrand dengan bangga menyampaikan bahwa
dia menganggap Inferno sebagai solusi sangat elegan dan manu?
siawi bagi masalah ini." Air matanya kembali merebak, namun
dia langsung mengusapnya. "Dibandingkan dengan kekejaman
Wabah Hitam, harus kuakui bahwa masih ada belas kasihan dalam
pendekatan ini. Tidak akan ada rumah sakit yang dibanjiri orang
sakit dan sekarat, mayat yang membusuk di jalan, dan mereka
yang berduka akibat kematian orang-orang tersayang. Manusia
isi INFERNO [SC].indd 608
609 Infern o hanya akan berhenti menghasilkan banyak anak. Penurunan ratarata kelahiran akan terus berlangsung di planet kita sampai kurva
populasi menurun, dan jumlah total kita mulai berkurang." Dia
terdiam. "Dampaknya akan jauh lebih dahsyat daripada wabah,
yang dengan cepat memotong jumlah kita dan hanya sementara
menerjunkan grafik pertambahan jiwa manusia. Dengan Inferno,
Bertrand menciptakan sebuah solusi jangka panjang, solusi
permanen ... solusi Transhumanis. Dia adalah seorang perekayasa
genetika spesialis germ-line. Dia memecahkan masalah sampai ke
akar." "Ini adalah terorisme genetika ...," bisik Langdon. "Ini meng?
ubah diri kita, siapa kita, sampai level paling fundamen?tal."
"Bertrand tidak memandangnya demikian. Dia ber?mim?pi
dapat memperbaiki kekurangan fatal dalam evolusi manusia ...
fakta bahwa spesies kita terlalu subur. Kita adalah orga?nisme
yang, walaupun memiliki kecerdasan, sepertinya tak mampu
mengendalikan jumlah kita sendiri. Meskipun sudah ada kon?
tra?sepsi, edukasi, ataupun upaya dari pemerintah. Kita terus
me?la?hirkan bayi ... entah secara disengaja atau tidak. Tahukah
kau, CDC baru saja mengumumkan bahwa nyaris setengah dari
selu?ruh angka kehamilan di AS tidak direncanakan" Dan di
negara yang belum berkembang, angkanya mencapai lebih dari
tujuh puluh persen!"
Langdon pernah melihat statistik ini, namun baru sekarang
dia memahami implikasinya. Sebagai spesies, manusia tidak ada
bedanya dengan kelinci yang diletakkan di Kepulauan Pasifik
tertentu dan diperbolehkan bereproduksi sesuka hati sampai
mereka menghancurkan ekosistem mereka sendiri dan akhirnya
punah. Bertrand Zobrist telah merancang ulang spesies kita ... sebagai
upaya untuk menyelamatkan kita ... mengubah kita menjadi populasi
yang kurang subur. Langdon menarik napas dalam, menatap bentangan Selat
Bosporus, merasa terombang-ambing seperti kapal-kapal yang
ber?layar di cakrawala. Raungan sirene terdengar semakin nyaring,
isi INFERNO [SC].indd 609
610 D an B rown datang dari arah dermaga, dan Langdon merasakan bahwa waktu
mereka sudah hampir habis.
"Yang paling menakutkan," kata Sienna, "bukanlah fakta
bahwa virus Inferno menyebabkan sterilitas, melainkan bahwa ia
me?miliki kemampuan untuk itu. Vektor viral yang tersebar melalui
udara adalah sebuah lompatan kuantum"bertahun-tahun lebih
cepat dari masanya. Bertrand telah sekonyong-konyong meng??
angkat kita dari masa kegelapan rekayasa genetika dan me??lon??
tarkan kita ke masa depan. Dia telah membuka kunci proses
evolusi dan memberi umat manusia kemampuan untuk men?de?
fi?nisi ulang spesiesnya hanya dalam satu gerakan. Pandora sudah
keluar dari kotak, dan tidak ada jalan untuk me??ma??suk?kannya
lagi. Bertrand telah menciptakan kunci untuk me?mo?difi?kasi umat
manusia ... dan jika kunci itu jatuh ke tangan yang salah, hanya
Tuhan yang bisa menolong kita. Teknologi ini seharusnya tidak
pernah diciptakan. Begitu selesai membaca surat Bertrand yang
men?jelaskan bagaimana dia meraih tujuannya, aku langsung
mem?bakarnya. Kemudian aku ber?sumpah untuk menemukan
vi?rusnya dan memusnahkan se?mua?nya."
"Aku tidak mengerti," kata Langdon, amarah mewarnai sua?
ranya. "Kalau kau ingin memusnahkan virus itu, mengapa kau
tidak bekerja sama dengan Dr. Sinskey dan WHO" Kau seha?rus?
nya menghubungi CDC atau siapa pun."
"Yang benar saja! Agen pemerintah adalah orang terakhir di
muka bumi yang boleh mengakses teknologi ini! Pikirkanlah,
Robert. Sepanjang sejarah manusia, setiap terobosan teknologi
yang tercipta dari ilmu pengetahuan telah dikembangkan menjadi
senjata"dari senjata api sederhana sampai nuklir"dan nyaris
selalu oleh tangan pemerintah yang berkuasa. Menurutmu, dari
manakah asal senjata biologis kita" Akarnya dari riset yang dila?
ku?kan di tempat-tempat semacam WHO dan CDC. Teknologi
Bertrand"sebuah virus pandemik yang dipakai sebagai vektor
genetik"adalah senjata paling dahsyat yang pernah ada. Senjata
itu membuka jalan bagi kemungkinan malapetaka yang belum
ter?bayangkan oleh kita, termasuk senjata biologis dengan target
isi INFERNO [SC].indd 610
611 Infern o khusus. Bayangkanlah patogen yang hanya menyerang orangorang yang kode genetiknya mengandung penanda etnik tertentu.
Itu dapat membinasakan etnik pada level genetis!"
"Aku memahami kekhawatiranmu, Sienna, sungguh, tapi
teknologi ini juga dapat dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan"
Bukankah penemuan ini merupakan berkah bagi dunia peng?
obat?an genetika" Cara baru untuk memberikan imunisasi global,
misalnya?" "Mungkin, tapi sayangnya, aku sudah belajar untuk mengha?
rapkan yang terburuk dari para pemegang kekuasaan."
Dari kejauhan, Langdon mendengar deru helikopter yang
menggetarkan udara. Dia menatap dari sela-sela pepohonan ke
arah Pasar Rempah-Rempah dan melihat lampu sorot dari sebuah
helikopter yang tengah menyisir bukit dan terbang menuju der?
maga. Sienna tampak tegang. "Aku harus pergi," katanya, berdiri
dan menatap Jembatan Atat?rk di barat. "Kurasa, aku bisa me?
nye??berangi jembatan itu dengan berjalan kaki dan dari sana
men?ca?pai?" "Kau tidak boleh pergi, Sienna," Langdon dengan tegas me?
larangnya. "Robert, aku kembali hanya karena berutang penjelasan ke?
padamu. Sekarang kau sudah mendapatkannya."
"Tidak, Sienna," kata Langdon. "Kau kembali karena kau
telah melarikan diri sepanjang hidupmu, dan akhirnya kau me?
nya?dari bahwa kau tidak bisa kabur lagi."
Sienna seolah-olah mengerut di hadapannya. "Pilihan apa
yang kumiliki?" tanyanya, menatap helikopter yang terbang di
atas perairan. "Mereka akan langsung menjebloskanku ke penjara
begitu menangkapku."
"Kau tidak bersalah, Sienna. Kau tidak menciptakan virus ini
... ataupun melepaskannya."
"Benar, tapi aku telah bersusah payah mencegah WHO me?
ne?mukannya. Pilihannya hanya dua, dijebloskan di penjara Turki
isi INFERNO [SC].indd 611
612 D an B rown atau dituntut oleh pengadilan internasional sebagai pelaku te?
roris?me biologis." Ketika deru helikopter terdengar semakin nyaring, Langdon
menatap dermaga di kejauhan. Helikopter itu terbang di atas
dermaga, baling-balingnya menghadirkan gejolak di permukaan
air dan lampu sorotnya menyinari kapal-kapal.
Sienna tampak siap kabur saat itu juga.
"Tolong dengarkan," ujar Langdon dengan nada lebih lunak.
"Aku tahu bahwa kau sudah mengalami banyak hal, dan aku tahu
bahwa kau takut, tapi kau harus memikirkan gambaran besar
ka?sus ini. Bertrand menciptakan virus. Kau berusaha meng?hen?
ti?kannya." "Tapi aku gagal."
"Ya, dan kini setelah virus itu tersebar, kalangan sains dan
medis akan perlu mempelajarinya sepenuhnya. Kaulah satusatu?nya orang yang mengetahui semua hal tentang virus itu.
Mungkin ada cara untuk menetralisasinya ... atau tindakan yang
harus diambil untuk mempersiapkan diri." Langdon menatap
tajam wanita itu. "Sienna, dunia harus mengetahui apa yang kau
ketahui. Kau tidak bisa menghilang begitu saja."
Sosok ramping Sienna gemetar, seolah-olah tanggul kesedihan
dan kebingungannya nyaris jebol dan membanjir. "Robert, aku ...
aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku bahkan tidak mengenali
diriku lagi. Lihatlah aku." Dia meraba kepala botaknya. "Aku
su?dah berubah menjadi monster. Bagaimana mungkin aku bisa
meng?hadapi?" Langdon melangkah maju dan merengkuh Sienna. Dia bisa
merasakan tubuh wanita itu gemetar, merasakan kerapuhannya
di dadanya. Dia berbisik lembut ke telinga Sienna.
"Sienna, aku tahu kau ingin melarikan diri, tapi aku tidak akan
membiarkanmu. Cepat atau lambat, kau harus mulai memercayai
seseorang." "Aku tak bisa ...." Sienna terisak. "Aku tidak tahu caranya."
Langdon memeluknya erat. "Mulailah sedikit demi sedikit.
Am?billah langkah kecil pertamamu. Percayalah kepadaku."[]
isi INFERNO [SC].indd 612
Ba b 100 entang nyaring benturan logam dengan logam yang
terdengar di dalam kabin tanpa jendela pesawat peng?
ang?kut C-130 membuat Provos terlonjak kaget. Di luar,
seseorang sedang menghantam-hantamkan gagang pistol ke
lambung pesawat, meminta untuk dibukakan pintu.
"Semua orang dimohon duduk," pilot C-130 memerintah
para penumpangnya seraya menghampiri pintu. "Itu polisi Turki.
Mereka baru saja mendatangi pesawat."
Provos dan Ferris bertukar tatapan.
Dari kepanikan yang melanda para staf WHO yang berada
di pesawat, Provos dapat menduga bahwa misi penanggulangan
mereka telah gagal. Zobrist berhasil menjalankan rencananya, pikir?
nya. Dan perusahaanku telah membantunya.
Di luar pesawat, teriakan-teriakan dalam bahasa Turki ber?
nada mendesak mulai terdengar.
Provos segera bangkit. "Jangan buka pintu itu!" perintahnya
kepada si pilot. Pilot berhenti, memelototinya. "Mengapa tidak?"
"WHO adalah organisasi internasional," jawab Provos, "dan
pesawat ini berada di wilayah netral!"
Pilot menggeleng. "Sir, pesawat ini diparkir di bandara milik
Turki, dan selama berada di langit Turki, pesawat ini harus meng?
ikuti hukum yang berlaku di sini."
Pilot menghampiri pintu dan membukanya.
Dua orang petugas berseragam melongok ke dalam. Mata
di?ngin mereka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kera?
isi INFERNO [SC].indd 613
614 D an B rown mahan. "Siapa kapten pesawat ini?" salah seorang dari mereka
ber?tanya dengan aksen kental.
"Saya," jawab pilot.
Seorang petugas menyerahkan dua lembar kertas kepadanya.
"Dokumen penangkapan. Dua orang penumpang pesawat ini
harus ikut dengan kami."
Si pilot membaca sekilas dokumen itu, kemudian melirik
Provos dan Ferris. "Hubungi Dr. Sinskey," perintah Provos kepada pilot WHO.
"Kami sedang menjalankan sebuah misi darurat internasional."
Salah seorang petugas menatap Provos sambil mencibir
puas. "Dr. Elizabeth Sinskey" Direktur WHO" Beliaulah yang me?
merintahkan penangkapan Anda."
"Tidak mungkin," jawab Provos. "Mr. Ferris dan saya berada
di Turki untuk membantu Dr. Sinskey."
"Berarti kalian tidak menjalankan tugas dengan baik," jawab
petugas kedua. "Dr. Sinskey menghubungi kami dan melaporkan
Anda berdua sebagai sekongkol dalam sebuah plot bioterorisme
yang dilancarkan di Turki." Dia mengeluarkan borgol. "Kalian
berdua harus ikut ke markas untuk diinterogasi."
"Saya meminta pengacara!" seru Provos.
Tiga puluh detik kemudian, dia dan Ferris telah diborgol dan
digiring keluar dari pesawat, kemudian didorong kasar ke bangku
belakang sebuah sedan hitam. Sedan itu berlalu, melaju di atas
tarmak menuju sudut terpencil di bandara, kemudian berhenti
di depan sebuah pagar kawat berduri yang telah dipotong dan
disi?bakkan agar mobil itu dapat masuk. Begitu melewati pagar,
mobil itu terguncang-guncang melintasi lahan kosong berdebu
di bagian bandara yang telah terbengkalai dan berhenti di dekat
sebuah bengkel tua. Kedua pria berseragam keluar dari sedan dan mengamati
area itu. Setelah yakin bahwa mereka tidak diikuti, keduanya me?
nanggalkan seragam polisi dan membuangnya. Kemudian mereka
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membantu Ferris dan Provos keluar dari mobil dan membuka
borgol mereka. isi INFERNO [SC].indd 614
615 Infern o Provos meraba pergelangan tangannya, menyadari bahwa
dirinya tidak akan betah di penjara.
"Kunci mobil ada di bawah karpet," kata salah seorang agen,
menunjuk van putih yang diparkir di dekat situ. "Ada sebuah tas
perjalanan di bangku belakang berisi semua yang Anda minta"
dokumen perjalanan, uang tunai, ponsel prabayar, pakaian, juga
beberapa benda yang menurut kami akan kalian butuhkan."
"Terima kasih," kata Provos. "Kalian menjalankan tugas de?
ngan baik." "Kami sudah terlatih, Sir."
Kedua pria Turki itu bergegas memasuki sedan hitam dan
melaju pergi. Sinskey tidak akan melepaskanku begitu saja, Provos mengingatkan
dirinya. Mengantisipasi hal ini dalam penerbangan ke Istanbul,
Provos mengirim e-mail untuk mengabari cabang Konsorsium
setempat, menyiratkan bahwa dia dan Ferris mungkin akan perlu
dise?lamatkan. "Menurutmu, dia akan mengejar kita?" tanya Ferris.
"Sinskey?" Provos mengangguk. "Jelas. Walaupun kuduga
dia masih punya masalah lain saat ini."
Kedua pria itu memasuki van putih, dan Provos mengadukaduk isi tas di bangku belakang, mempersiapkan dokumen me?
reka. Dia menarik sebuah topi bisbol dan memakainya. Ter?bung?
kus di dalam topi itu, dia menemukan sebotol kecil minuman
malt Highland Park. Orang-orang ini pintar. Provos mengamati cairan kuning kecokelatan itu, mengingat?
kan dirinya untuk menunggu sampai besok. Namun, dia memba?
yangkan kantong Solublon Zobrist dan bertanya-tanya akan
se?perti apa keadaan besok.
Aku telah melanggar peraturan pertamaku, pikirnya. Aku telah
melaporkan klienku. Provos merasa tak pasti, mengetahui bahwa dalam beberapa
hari ke depan, dunia mungkin akan digoyang oleh berita tentang
isi INFERNO [SC].indd 615
616 D an B rown malapetaka yang di dalamnya dirinya memegang peranan sangat
signifi?kan. Semua ini tidak akan terjadi tanpaku.
Untuk pertama kalinya dalam kehidupan Provos, dia tak lagi
peduli tentang panduan moralnya untuk tak mau tahu dan tak
peduli. Jemarinya merobek segel botol Scotch.
Nikmatilah, dia membatin. Lagi pula, sisa harimu tinggal bisa
dihitung dengan jari. Provos menenggak isi botolnya, menikmati kehangatan di
tenggorokannya. Tiba-tiba kegelapan dibelah oleh sorotan lampu-lampu dan
kelap-kelip biru dari mobil patroli polisi yang mengepung mereka
dari segala penjuru. Provos mengedarkan pandangan dengan panik ... kemudian
duduk mematung. Tak ada jalan keluar. Ketika para polisi Turki bersenjata menghampiri van, meno?
dongkan senapan, Provos untuk terakhir kalinya menyesap Scotch
Highland Park dan perlahan-lahan mengangkat kedua ta??ngan?
nya. Kali ini, dia tahu, para polisi itu bukan kaki tangannya.[]
isi INFERNO [SC].indd 616
Ba b 101 onsulat Swiss di Istanbul berlokasi di One Levent Plaza,
sebuah gedung pencakar langit ramping bergaya ultra?
modern. Fasad kaca biru gedung itu berbentuk cekung,
me?nye?rupai pilar futuristik berlatar belakang kota metropolis
kuno. Hampir satu jam telah berlalu sejak Sinskey meninggalkan
waduk untuk membuka markas darurat di kantor konsulat. Sta??
siun-stasiun berita setempat berlomba-lomba melaporkan huruhara yang terjadi pada pertunjukan terakhir Dante Symphony
karya Liszt di waduk. Belum ada laporan yang spesifik, namun
ke?ha??diran tim medis internasional berpakaian hazmat telah meng?
hadir?kan berbagai spekulasi.
Sinskey menatap ke luar jendela pada lampu-lampu kota dan
merasa sangat kesepian. Secara refleks, dia menggapai lehernya
untuk menyentuh bandul jimatnya, namun tidak ada apa-apa
lagi di sana. Jimat patah itu kini tergeletak di mejanya, terbelah
di tengah. Direktur WHO itu baru saja selesai mengoordinasikan se?
rang?kaian pertemuan darurat di Jenewa beberapa jam lagi. Para
spesialis dari berbagai agensi sudah berangkat, dan Sinskey sen??
diri berencana terbang ke sana sesaat lagi untuk memberikan
peng?a?rah?an. Untunglah, salah seorang staf malam telah menyaji?
kan secang?kir kopi Turki asli panas, yang dengan cepat ditan?
daskan Sinskey. Seorang staf konsulat muda melongok dari pintu yang ter?
buka. "Ma"am" Robert Langdon ada di sini untuk menemui
Anda." isi INFERNO [SC].indd 617
618 D an B rown "Terima kasih," ucap Sinskey. "Tolong persilakan dia ma?
suk." Dua puluh menit sebelumnya, Langdon menghubungi
Sinskey melalui telepon dan menjelaskan bahwa Sienna Brooks
ber?hasil meloloskan diri darinya, mencuri perahu motor, dan
kabur ke laut. Sinskey telah mendengar kabar tersebut dari pihak
ber?wenang, yang masih menyisir wilayah itu, namun sejauh ini
belum berhasil menemukannya.
Sekarang, saat sosok jangkung Langdon muncul di pintu,
Sinskey nyaris tidak mengenalinya. Setelan yang dikenakan pria
itu kotor, rambut gelapnya acak-acakan, dan matanya tampak
letih dan cekung. "Profesor, apakah Anda baik-baik saja?" Sinskey berdiri.
Langdon tersenyum lelah. "Banyak malam yang lebih me?
nye?nangkan daripada sekarang."
"Mari," kata Sinskey, menunjuk sebuah kursi. "Silakan du?
duk." "Wabah Zobrist," Langdon langsung berbicara setelah du?duk.
"Saya rasa sudah terlepas sejak seminggu yang lalu."
Sinskey mengangguk sabar. "Ya, kami juga memperoleh ke?
simpulan yang sama. Belum ada gejala yang dilaporkan, tapi kami
telah mengisolasi sampel dan sudah menjalankan tes intensif.
Sayangnya, kami membutuhkan berhari-hari, bahkan bermingguminggu, untuk memastikan apa sesungguhnya virus ini ... dan
apa yang bisa dilakukannya."
"Itu adalah virus vektor," kata Langdon.
Sinskey menelengkan kepala dengan terkejut, heran bahwa
Langdon mengetahui istilah itu. "Maaf?"
"Zobrist menciptakan virus vektor berbasis udara yang bisa
memodifikasi DNA manusia."
Sinskey sontak bangkit sampai-sampai kursinya terguling. Itu
tidak mungkin! "Atas dasar apa Anda membuat klaim semacam
itu?" "Sienna," jawab Langdon tenang. "Dia memberi tahu saya.
Setengah jam lalu." isi INFERNO [SC].indd 618
619 Infern o Sinskey menumpukan tangannya ke meja dan menatap Lang?
don, mendadak kehilangan kepercayaan. "Dia tidak melari?kan
diri?" "Dia melarikan diri," jawab Langdon. "Dia bebas, berada di
pe?rahu motor yang melesat ke laut, dan bisa dengan mudah
meng??hilang untuk selamanya. Tapi dia berubah pikiran. Dia
kem?bali atas kesadaran sendiri. Sienna ingin membantu Anda
me?nangani krisis ini."
Tawa pahit meluncur dari bibir Sinskey. "Maaf jika saya tidak
berminat memercayai Ms. Brooks, terutama setelah dia membuat
klaim besar semacam itu."
"Saya memercayainya," kata Langdon dengan tegas. "Dan jika
dia mengklaim bahwa ini virus vektor, sebaiknya Anda meng?
anggapnya serius." Sinskey mendadak merasa letih, benaknya berjuang meng?
analisis kata-kata Langdon. Dia beranjak ke jendela dan menatap
ke luar. Vektor viral yang mengubah DNA" Walaupun prospek itu
ter?de?ngar mustahil dan mengerikan, dia harus mengakui ada??nya
kecocokan logika yang mengerikan. Bagaimanapun, Zobrist ada?
lah ahli rekayasa gene?tika dan tahu betul bahwa mutasi ter?kecil di
dalam satu gen dapat menyebabkan bencana bagi tu?buh"kanker,
gagal organ, dan kerusakan darah. Bahkan, pe?nyakit se?men?
jijikkan cystic fibrosis"yang menenggelamkan pen?derita dalam
lendir tubuhnya sendiri"hanya disebabkan oleh mutasi kecil
dalam gen regulator di kromosom tujuh.
Para spesialis telah mulai menangani kondisi-kondisi genetik
tersebut dengan virus vektor sederhana yang langsung disuntik?
kan ke tubuh pasien. Virus tak menular ini diprogram untuk men??
jelajahi tubuh pasien dan menempatkan DNA pengganti untuk
memperbaiki bagian yang rusak. Sains baru ini, bagai?manapun,
seperti semua sains lainnya, memiliki sisi gelap. Efek yang ditim?
bulkan virus vektor bisa memperbaiki atau merusak ... bergantung
pada niat si pelaku rekayasa. Jika suatu virus sengaja diprogram
untuk memasukkan DNA rusak ke sel yang sehat, dampaknya akan
isi INFERNO [SC].indd 619
620 D an B rown sangat merusak. Terlebih lagi, jika virus perusak itu direkayasa
untuk menjadi sangat menular dan berbasis udara ....
Prospek itu membuat Sinskey bergidik. Malapetaka genetik
apa?kah yang dibayangkan oleh Zobrist" Bagaimana dia berencana me?
ram?pingkan populasi manusia"
Sinskey menyadari bahwa dibutuhkan waktu bermingguming?gu untuk mencari jawabannya. Kode genetik manusia berisi
labirin permutasi kimia yang seolah-olah tanpa batas. Prospek
memeriksa seluruh kode genetik dengan harapan menemukan
satu perubahan spesifik yang dibuat Zobrist sama halnya dengan
mencari jarum di dalam tumpukan jerami ... tanpa mengetahui
di planet mana tumpukan jerami itu berada.
"Elizabeth?" suara dalam Langdon menyadarkannya dari
lamunan. Sinskey menoleh dari jendela dan menatapnya.
"Anda mendengar saya?" tanya Langdon, yang masih duduk
te?nang. "Sama seperti Anda, Sienna ingin memusnahkan virus
ini." "Saya meragukan itu."
Langdon mengembuskan napas dan berdiri. "Sepertinya
Anda harus mendengarkan penjelasan saya. Sesaat sebelum ke?
matiannya, Zobrist menulis surat untuk Sienna, mengabarkan apa
yang telah diperbuatnya. Dia dengan jelas memaparkan apa yang
akan dilakukan oleh virus itu ... bagaimana virus itu akan me?nye?
rang kita ... bagaimana virus itu akan mewujudkan tujuan?nya."
Sinskey terpaku. Ada surat"!
"Ketika Sienna membaca penjelasan Zobrist tentang apa yang
telah diciptakannya, dia kalut. Dia ingin menghentikan Zobrist.
Sienna menganggap virus itu sangat berbahaya sehingga tidak
menginginkan siapa pun memperoleh akses, termasuk WHO. Ti?
dakkah Anda mengerti" Sienna berusaha memusnahkan virus itu
... bukan melepaskannya."
"Ada surat?" tanya Sinskey, langsung berfokus pada surat
itu. "Dengan penjelasan spesifik?"
"Itulah yang dikatakan Sienna kepada saya, ya."
isi INFERNO [SC].indd 620
621 Infern o "Kami memerlukan surat itu! Penjelasan spesifik akan meng?
hemat waktu berbulan-bulan untuk memahami hal ini dan men?
cari cara menanganinya."
Langdon menggeleng. "Anda tidak mengerti. Saat membaca
surat Zobrist, Sienna ketakutan. Dia langsung membakarnya. Dia
ingin memastikan tidak seorang pun?"
Sinskey menggebrak meja. "Dia menghancurkan satu-satunya
hal yang bisa membantu kita menghadapi krisis ini" Dan Anda
meminta saya memercayainya?"
"Saya tahu bahwa saya terlalu banyak meminta, mengingat
perbuatannya, namun daripada menghujat dia, ada baiknya jika
kita mengingat bahwa Sienna memiliki kecerdasan luar biasa,
ter?masuk kemampuan menakjubkannya untuk menghafal."
Lang?don terdiam. "Bagaimana jika dia bisa menulis ulang surat
Zobrist untuk membantu Anda?"
Sinskey memicingkan mata, lalu mengangguk lemah. "Baiklah,
Profesor, jika begitu adanya, bagaimana saran Anda?"
Langdon menunjuk cangkir kopi kosong Sinskey. "Saya me?
nyaran?kan agar Anda memesan kopi lagi ... dan mendengarkan
satu syarat yang diminta Sienna."
Dengan jantung berdegup kencang, Sinskey melirik pesawat
telepon. "Anda tahu cara menghubunginya?"
"Ya." "Katakan apa yang dimintanya."
Langdon memberitahunya, dan Sinskey terdiam, mempertim?
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bangkannya. "Menurut saya, itu tindakan yang benar," Langdon menam?
bah?kan. "Dan, kerugian apa yang akan Anda peroleh?"
"Jika semua yang Anda katakan benar, Anda bisa me?me?
gang janji saya." Sinskey mendorong pesawat telepon itu ke?pada
Langdon. "Tolong hubungi dia."
Sinskey terkejut saat Langdon mengabaikan pesawat telepon
itu. Dia malah berdiri dan berjalan ke pintu, mengatakan bahwa
diri?nya akan kembali sebentar lagi. Dengan bingung, Sinskey ber?
jalan ke lorong dan mengamati Langdon melintasi ruang tunggu
isi INFERNO [SC].indd 621
622 D an B rown kon?sulat, membuka pintu kaca, dan keluar menuju selasar lift.
Sejenak, Sinskey menyangka Langdon akan pergi, namun alih-alih
memasuki lift, dia malah menyelinap ke kamar kecil wanita.
Beberapa saat kemudian, dia muncul bersama seorang pe?
rem?puan yang tampaknya berusia awal tiga puluhan. Sinskey
butuh beberapa saat untuk menerima fakta bahwa perempuan
itu adalah Sienna Brooks. Wanita cantik berekor kuda yang telah
dilihatnya di awal hari, kini sepenuhnya berubah. Kepalanya
botak, tercukur bersih. Mereka berdua memasuki kantornya dan tanpa berkata-kata
menduduki kursi di depan mejanya.
"Maafkan saya," Sienna cepat-cepat berkata. "Saya tahu bah?
wa ada banyak hal yang harus kita bahas, tapi pertama-tama,
saya berharap Anda akan mengizinkan saya untuk mengatakan
sesuatu yang benar-benar harus saya katakan."
Sinskey mendengar kesedihan dalam suara Sienna. "Sila?
kan." "Ma"am," ujar Sienna, suaranya rapuh, "Anda Direktur WHO.
Anda lebih tahu daripada siapa pun bahwa spesies kita berada di
ambang kejatuhan ... sebuah populasi yang lepas kendali. Sela?
ma bertahun-tahun, Bertrand Zobrist berupaya menghubungi
orang-orang berpengaruh seperti Anda untuk membahas krisis
yang tengah mengancam ini. Tidak terhitung lagi banyaknya
organisasi yang dia kunjungi, yang diyakininya dapat membuat
perubahan"Worldwatch Institute, Club of Rome, Population
Matters, Council on Foreign Relations"namun dia tidak pernah
ber?temu dengan siapa pun yang berani membahas solusi nyata.
Kalian semua menanggapinya dengan rencana perbaikan edukasi
kon?trasepsi, pengurangan pajak untuk keluarga kecil, bahkan
ko?lo?ni?sasi bulan! Tidak heran jika Bertrand kehilangan akal
sehat." Sinskey menatapnya, tidak bereaksi.
Sienna menarik napas panjang. "Dr. Sinskey, Bertrand per?
nah menemui Anda secara pribadi. Dia memohon agar Anda
meng?akui bahwa kita tengah berada di ambang kepunahan ...
isi INFERNO [SC].indd 622
623 Infern o memohon agar Anda terlibat dalam semacam dialog. Namun,
Anda tidak sudi mendengarkan gagasannya, malah menyebutnya
gila, me?ma?sukkannya ke daftar oknum yang patut diwaspadai,
dan men?dorongnya untuk bersembunyi." Suara Sienna sarat
dengan emosi. "Bertrand tewas dalam keadaan kesepian karena
orang-orang seperti Anda menolak membuka pikiran untuk
mengakui bahwa situasi buruk kita mungkin membutuhkan
solusi yang tidak nyaman. Yang dilakukan Bertrand hanyalah
mengungkapkan kebenaran ... dan untuk itu, dia diasingkan."
Sienna menyeka mata dan menatap Sinskey. "Percayalah, saya
tahu rasanya merasa kesepian ... dan jenis kesepian terburuk di
dunia adalah isolasi akibat kesalahpahaman. Itu dapat membuat
sese?orang kehilangan pegangan pada kenyataan."
Sienna berhenti bicara, dan keheningan menyusul.
"Hanya itu yang ingin saya katakan," bisiknya.
Sinskey berlama-lama mengamatinya, lalu duduk. "Nona
Brooks," katanya, setenang mungkin, "Anda benar. Saya mungkin
tidak mendengarkan saat itu ...." Dia melipat kedua tangannya di
atas meja dan menatap langsung ke mata Sienna. "Tapi sekarang
saya mendengarkan."[]
isi INFERNO [SC].indd 623
Ba b 102 am dinding di lobi Konsulat Swiss sudah lama berdentang
melewati pukul satu malam.
Notes di meja Sinskey kini dipenuhi catatan, pertanya?an, dan
diagram. Direktur WHO itu sudah lebih dari lima menit tidak
bergerak maupun bersuara. Dia berdiri di dekat jendela, menatap
kegelapan malam. Di belakangnya, Langdon dan Sienna menunggu, duduk da?
lam keheningan, memegang cangkir berisi tegukan terakhir kopi
Turki mereka, sementara aroma sedap bubuk kopi dan ka?cang
pistachio memenuhi ruangan.
Satu-satunya suara yang terdengar adalah dengung lampulampu fluoresen di atas mereka.
Sienna dapat merasakan jantungnya berdegup kencang, dan
dia bertanya-tanya apa yang dipikirkan Sinskey setelah men?
de?ngar fakta dalam detail yang mengagetkan. Virus Bertrand
adalah wabah sterilitas. Sepertiga dari populasi manusia akan menjadi
mandul. Selama menjelaskan, Sienna menyaksikan berbagai emosi
Sinskey yang, walaupun ditahan, masih tetap terlihat. Pertamatama, penerimaan pahit terhadap fakta bahwa Zobrist benarbenar menciptakan virus vektor berbasis udara. Selanjutnya,
ada harapan ketika dia mengetahui bahwa virus itu dirancang
bukan untuk membunuh manusia. Kemudian ... perlahan-lahan,
ada ke?ngerian mencekam saat kebenaran mengendap, dan dia
me?nya?dari bahwa akan ada bagian besar dari populasi bumi
yang menjadi steril. Yang jelas, pengungkapan bahwa virus itu
isi INFERNO [SC].indd 624
625 Infern o me?nye?rang fertilitas manusia tampaknya memengaruhi Sinskey
secara mendalam hingga level personal.
Akan halnya Sienna, emosi yang melandanya adalah kele?
gaan. Dia telah menyampaikan seluruh isi surat Bertrand kepada
Direktur WHO. Aku tidak punya rahasia lagi.
"Elizabeth?" Langdon memecah kesunyian.
Sinskey perlahan-lahan terbangun dari lamunannya. Saat dia
kembali menatap mereka, wajahnya muram. "Sienna," katanya
dengan nada datar, "informasi yang Anda berikan akan sangat
membantu dalam menyusun strategi untuk menangani krisis
ini. Saya menghargai kejujuran Anda. Sebagaimana yang Anda
ketahui, pandemi virus vektor pernah dibahas secara teori sebagai
cara untuk mengimunisasi populasi besar, tapi semua orang yakin
bahwa teknologi itu baru akan sempurna bertahun-tahun lagi."
Sinskey kembali ke mejanya dan duduk di kursinya.
"Maaf," katanya, menggeleng. "Semua ini terasa seperti fiksi
ilmiah bagi saya saat ini."
Tak mengejutkan, Sienna membatin. Setiap lompatan kuantum
dalam dunia kedokteran selalu terasa seperti ini"penisilin,
anestesi, sinar X, pertama kalinya manusia melihat sel membelah
dari balik mikroskop. Dr. Sinskey menekuri catatannya. "Beberapa jam lagi saya
akan tiba di Jenewa, disambut badai pertanyaan. Saya yakin,
pertanyaan pertama yang akan saya dengar adalah apakah ada
cara untuk melawan virus ini."
Sienna sependapat dengannya.
"Dan," lanjut Sinskey, "saya membayangkan bahwa solusi
pertama yang ditawarkan adalah menganalisis virus Bertrand,
memahaminya sebaik mungkin, lalu mencoba merekayasa galur
keduanya"galur yang kami program ulang untuk mengembalikan
DNA kita ke bentuk aslinya." Sinskey terlihat pesimistis saat
mem??balas tatapan Sienna. "Kita masih membutuhkan waktu
untuk me?mas?tikan apakah virus penangkal dapat dibuat, namun
secara hipotetis, saya ingin mendengar pendapat Anda tentang
pen?de?katan itu." isi INFERNO [SC].indd 625
626 D an B rown Pendapatku" Sienna secara refleks melirik Langdon. Sang
pro?fesor mengangguk, menyampaikan pesan yang sangat jelas:
Kau sudah tiba sejauh ini. Ungkapkan pikiranmu. Katakan kebenaran
sebagaimana yang kau pahami.
Sienna berdeham, menoleh kepada Sinskey, dan berbicara de?
ngan suara yang jelas dan lantang. "Ma"am, saya sudah menyelami
dunia rekayasa genetika bersama Bertrand selama bertahuntahun. Sebagaimana yang Anda ketahui, genom manusia adalah
struktur yang sangat rapuh ... seperti rumah kartu. Semakin
ba?nyak pembenahan yang kita lakukan, semakin besar peluang
kita salah meletakkan kartu dan meruntuhkan seluruh rumah.
Se?cara pribadi, saya yakin bahwa terdapat bahaya besar dalam
upaya membatalkan yang sudah terjadi. Bertrand adalah insinyur
genetika dengan keahlian dan visi luar biasa. Dia bertahun-tahun
lebih maju daripada rekan-rekan sejawatnya. Untuk saat ini, saya
belum melihat ada orang lain yang mampu membongkar genom
manusia sehebat Bertrand dan berharap dapat memperbaikinya.
Sekalipun Anda merancang sesuatu yang Anda pikir akan ber?
hasil, menjalankan rencana ini akan melibatkan menginfeksi ulang
seluruh populasi manusia dengan sesuatu yang baru."
"Benar sekali," kata Sinskey, sepertinya tidak terkejut saat
men?dengar hal itu. "Tapi tentu saja, ada isu yang lebih besar. Kita
mung?kin bahkan tidak ingin melawannya."
Kata-katanya membuat Sienna terperanjat. "Maaf?"
"Nona Brooks, saya mungkin tidak setuju dengan metode
Bertrand, namun penilaiannya tentang keadaan dunia ini benar.
Planet ini tengah menghadapi masalah overpopulasi serius. Jika
kita berhasil menetralisasi virus Bertrand tanpa memiliki rencana
alternatif untuk dijalankan ... kita akan kembali ke awal."
Kekagetan Sienna tentu jelas terlihat, karena Sinskey terkekeh
dan menambahkan, "Bukan pandangan yang Anda kira akan
Anda dengar dari saya?"
Sienna menggeleng. "Saya tidak tahu harus berpikir bagai?
mana lagi." isi INFERNO [SC].indd 626
627 Infern o "Kalau begitu, mungkin saya bisa mengejutkan Anda lagi,"
Sinskey melanjutkan. "Seperti yang sudah saya sebutkan tadi,
para pemimpin dari agensi-agensi kesehatan terkemuka di selu?
ruh du?nia akan berkumpul di Jenewa beberapa jam lagi untuk
mem?bahas krisis ini dan mempersiapkan rencana tindakan.
Selama ber?tahun-tahun saya bekerja di WHO, belum pernah ada
per?te?muan sebesar ini." Dia menatap dokter muda itu. "Sienna,
saya me?minta Anda turut hadir di pertemuan itu."
"Saya?" Sienna menghindar. "Saya bukan ahli rekayasa ge?
netika. Saya sudah mengungkapkan semua yang saya ketahui."
Dia menunjuk notes Sinskey. "Semua yang bisa saya berikan su?
dah ada di dalam catatan Anda."
"Tidak untuk jangka panjang," Langdon menimpali. "Sienna,
debat apa pun tentang virus ini akan memerlukan konteks. Dr.
Sinskey dan timnya akan perlu mengembangkan kerangka moral
untuk menyusun tanggapan terhadap krisis ini. Dr. Sinskey jelas
meyakini bahwa kau berada di posisi unik untuk memberi ma?
sukan pada dialog itu."
"Kerangka moralku, kurasa, tak akan menyenangkan WHO."
"Mungkin tidak," jawab Langdon, "yang justru memberikan
lebih banyak alasan bagimu untuk hadir di sana. Kau adalah ang?
gota kelompok pemikir baru. Kau memberikan sanggahan. Kau
bisa membantu mereka memahami cara berpikir seorang visioner
seperti Bertrand"individu brilian yang memiliki keyakinan sa?
ngat kuat sehingga rela mengotori tangannya sendiri untuk me?
mecahkan masalah." "Bertrand bukan yang pertama."
"Bukan," kata Sinskey, "dan dia juga bukan yang terakhir.
Setiap bulan, WHO menemukan lab-lab tempat para ilmuwan ber?
kecimpung di area abu-abu sains"segala hal dari memanipulasi sel
punca manusia hingga membudidayakan chimera ... memadukan
spesies yang tidak ada di alam. Itu merisaukan. Saking cepatnya
kemajuan sains, tidak ada yang tahu lagi batas-batasnya."
Sienna mau tidak mau mengiyakan. Baru-baru ini, dua orang
virolog ternama"Fouchier dan Kawaoka"menciptakan mu?tan
isi INFERNO [SC].indd 627
628 D an B rown virus H5N1 yang sangat bersifat patogen. Walaupun niat kedua
peneliti itu murni akademis, kreasi baru mereka memiliki ke?mam?
puan tertentu yang mengusik para spesialis keamanan hayati dan
menimbulkan badai kontroversi di Internet.
"Saya khawatir situasinya akan makin keruh," kata Sinskey.
"Kita sedang menghadapi teknologi baru yang belum terba?yang?
kan." "Juga filosofi baru," Sienna menambahkan. "Gerakan Trans?
hu?manis akan meledak dan menjadi pengetahuan umum. Salah
satu asas mendasarnya adalah bahwa kita sebagai manusia me?
miliki kewajiban moral untuk berpartisipasi dalam proses evolusi
... memanfaatkan teknologi untuk mengunggulkan spesies kita,
menciptakan manusia yang lebih baik"lebih sehat, lebih kuat,
dengan fungsi otak yang lebih tinggi. Semua itu akan mungkin
terwujud sebentar lagi."
"Dan menurut Anda, keyakinan seperti itu tidak bertentangan
dengan proses evolusi?"
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak," Sienna menjawab tanpa keraguan. "Manusia telah
giat berevolusi selama beribu-ribu tahun, menemukan tekno?logi
baru di sepanjang jalan"menggosok-gosokkan ranting untuk
mencari kehangatan, mengembangkan pertanian untuk men?da?
patkan makanan, menemukan vaksin untuk melawan penyakit,
dan sekarang, menciptakan perangkat genetika untuk membantu
merekayasa badan kita agar kita bisa bertahan di dunia yang se?
dang berubah." Dia terdiam. "Saya yakin bahwa rekayasa genetika
hanyalah satu langkah dalam perjalanan panjang manusia menuju
kemajuan." Sinskey terdiam, hanyut dalam pikirannya. "Jadi, Anda per?
caya bahwa kita harus menyambut perangkat itu dengan tangan
terbuka." "Jika kita tidak menerimanya," jawab Sienna, "berarti kita
ti?dak pantas hidup, seperti manusia gua yang mati beku karena
takut menyalakan api."
Kata-katanya seolah-olah menggantung lama di ruangan
itu. isi INFERNO [SC].indd 628
629 Infern o Langdon memecah keheningan. "Saya tidak ingin terdengar
kuno," katanya, "tapi saya dibesarkan dengan teori Darwin, dan
mau tidak mau saya mempertanyakan kearifan usaha mempercepat
proses evolusi alami."
"Robert," ujar Sienna dengan nada empatik, "rekayasa gene?
tika bukan usaha percepatan proses evolusi. Ini adalah rangkaian
peristiwa alami! Kau melupakan bahwa evolusi telah menciptakan
Bertrand Zobrist. Kecerdasan superiornya adalah produk dari
proses yang oleh Darwin digambarkan sebagai ... evolusi seiring
waktu. Pandangan langka Bertrand mengenai genetika tidak da?
tang secepat kilat seperti wahyu ... itu adalah produk dari kema?
juan bertahun-tahun kecerdasan manusia."
Langdon terdiam, merenungkan ucapan Sienna.
"Dan sebagai Darwinis," Sienna melanjutkan, "kau tahu bah?
wa alam selalu menemukan cara untuk melestarikan populasi
ma?nusia"wabah, masa paceklik, bencana alam. Tapi, izinkan aku
bertanya"mungkinkah alam telah menemukan cara yang lain
kali ini" Tidak dengan malapetaka yang menghadirkan nestapa ...
tetapi mungkin alam, melalui proses evolusi, menciptakan seorang
ilmuwan yang menemukan metode baru untuk menurunkan
jum?lah penduduk secara perlahan-lahan. Tanpa wabah. Tanpa
ke?matian. Hanya penyesuaian jumlah spesies dengan kemampuan
ling?kungannya?" "Sienna," potong Sinskey. "Kita sudah terlambat. Kita harus
pergi. Tapi sebelumnya, saya harus menegaskan satu hal. Malam
ini Anda berulang-ulang mengatakan bahwa Bertrand bukan
orang jahat ... bahwa dia mengasihi umat manusia, dan cita-citanya
un?tuk menyelamatkan spesies kitalah yang mendorongnya meng?
ambil tindakan sedrastis itu."
Sienna mengangguk. "Hasil membenarkan cara apa pun
yang dipakai," katanya, mengutip ahli teori politik dari Florence,
Machiavelli. "Jadi, katakanlah," kata Sinskey, "percayakah Anda bahwa
hasil membenarkan cara apa pun yang dipakai" Bahwa tujuan
isi INFERNO [SC].indd 629
630 D an B rown Ber?trand untuk menyelamatkan dunia begitu mulia sehingga
tidak apa-apa jika dia melepaskan virus ini?"
Keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.
Sienna mencondongkan badan ke meja, ekspresinya menun?
jukkan ketegasan. "Dr. Sinskey, seperti yang sudah saya katakan,
menurut saya tindakan Bertrand ceroboh dan benar-benar berba?
haya. Kalau saja saya bisa menghentikannya, saya pasti akan
me?la?kukannya. Saya memohon agar Anda memercayai saya."
Elizabeth Sinskey mengulurkan tangan di atas meja dan
de?ngan lembut menggenggam kedua tangan Sienna. "Saya me?
mer?cayaimu, Sienna. Saya memercayai setiap kata yang kamu
ucap?kan."[] isi INFERNO [SC].indd 630
Ba b 103 dara dini hari di Bandara Atat?rk dingin dan berembun.
Tarmak di sekitar terminal pesawat pribadi diselimuti
ka?but tipis. Langdon, Sienna, dan Sinskey tiba dengan mobil dan di?sam?
but oleh seorang staf WHO yang membantu mereka turun dari
kendaraan. "Kami siap kapan pun Anda siap, Ma"am," kata pria itu, mem?
persilakan ketiganya memasuki bangunan terminal ber?inte?rior
sederhana. "Bagaimana rencana untuk Mr. Langdon?" tanya Sinskey.
"Pesawat pribadi ke Florence. Dokumen perjalanan sementara
beliau sudah disiapkan di pesawat."
Sinskey mengangguk. "Dan masalah lain yang sudah kita
bahas?" "Sudah dikerjakan. Paket itu akan dikirim secepatnya."
Sinskey berterima kasih kepada pria itu, yang kemudian me?
lintasi tarmak menuju pesawat. Dia menoleh kepada Langdon.
"Anda yakin tidak ingin ikut dengan kami?" Dia tersenyum letih
dan menarik rambut perak panjangnya ke belakang, lalu me?nye?
lipkannya di balik telinga.
"Mengingat situasinya," ujar Langdon dengan jenaka, "saya
rasa tidak ada yang bisa diberikan oleh seorang profesor seni rupa
dalam pertemuan WHO."
"Anda sudah memberikan banyak hal," kata Sinskey. "Le?bih
daripada yang Anda sadari. Lagi pula, Anda sudah ...." Dia me??
nun??juk Sienna di sampingnya, namun wanita itu tidak lagi ber?
sama mereka. Sienna berada sekitar dua puluh meter di bela?kang
isi INFERNO [SC].indd 631
632 D an B rown me??reka, berdiri di dekat jendela besar dan menatap ke luar pada
C-130 yang telah menanti, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Terima kasih karena sudah memercayai dia," ujar Langdon
lirih. "Firasat saya mengatakan bahwa dia tidak terbiasa menda?
pat?kan itu dalam kehidupannya."
"Saya menduga bahwa saya dan Sienna Brooks akan banyak
bertukar pengetahuan." Sinskey mengulurkan tangannya. "Sela?
mat jalan, Profesor."
"Selamat jalan juga untuk Anda," kata Langdon seraya menja?
bat tangan Dr. Sinskey. "Semoga beruntung di Jenewa."
"Kami akan membutuhkan keberuntungan," kata Sinskey se?
belum mengangguk ke arah Sienna. "Saya akan memberi kalian
waktu. Tolong antar dia keluar saat Anda sudah siap."
Saat berjalan melintasi terminal, Sinskey tanpa sadar mero?goh
sakunya dan mengeluarkan dua patahan jimatnya, lalu meng?
geng?gamnya erat-erat. "Jangan sampai Anda kehilangan tongkat Asclepius itu,"
Lang?don berseru di belakangnya. "Itu bisa diperbaiki."
"Terima kasih," jawab Sinskey sambil melambai. "Saya ber?
harap semuanya bisa diperbaiki."
______ Sienna Brooks berdiri sendirian di dekat jendela, menatap lampulampu di landasan pacu yang tampak misterius di balik kabut dan
di bawah awan mendung. Di atas menara kendali di kejauhan,
ben?dera Turki berkibar"bendera merah bersimbol bulan sabit
dan bintang kuno"peninggalan Kekaisaran Ottoman yang masih
tegar berkibar di dunia modern.
"Apa yang kau pikirkan saat ini?" sebuah suara dalam ter?
dengar dari belakangnya. Sienna tidak menoleh. "Badai akan datang."
"Aku tahu," jawab Langdon dengan tenang.
Setelah beberapa waktu, Sienna menoleh kepadanya. "Aku
ber?harap kau ikut ke Jenewa."
isi INFERNO [SC].indd 632
633 Infern o "Terima kasih atas tawaranmu," jawab Langdon. "Tapi kau
akan sibuk berbicara tentang masa depan. Hal terakhir yang kau
butuhkan adalah seorang profesor universitas yang kolot dan
mem?perlambatmu." Sienna menatapnya dengan bingung. "Menurutmu, kau ter?
lalu tua untukku, ya?"
Langdon tertawa terbahak-bahak. "Sienna, aku jelas terlalu
tua untukmu!" Sienna menggerakkan badannya dengan kikuk, terlihat malu.
"Oke ... tapi paling tidak kau tahu di mana kau bisa mencariku."
Dia mengangkat bahunya seperti remaja. "Maksudku ... kalau
kau ingin menemuiku lagi."
Langdon tersenyum kepadanya. "Dengan senang hati."
Sienna merasakan semangatnya sedikit terangkat, namun
keheningan panjang menyelimuti mereka karena tidak seorang
pun sanggup mengucapkan selamat jalan.
Ketika menatap profesor Amerika itu, Sienna merasakan
gejolak emosi yang asing baginya. Sekonyong-konyong, dia ber?
jinjit dan mencium Langdon. Saat dia melangkah mundur, mata?
nya telah basah. "Aku akan merindukanmu," bisiknya.
Langdon tersenyum penuh kasih sayang dan memeluknya.
"Aku juga akan merindukanmu."
Mereka berdiri hingga lama kemudian, masing-masing tidak
ingin melepaskan pelukan. Akhirnya, Langdon bersuara. "Ada
sebuah ungkapan lama ... konon diucapkan oleh Dante ...." Dia
terdiam. ?"Ingatlah malam ini ... karena ini adalah awal dari
selamanya.?" "Terima kasih, Robert," kata Sienna, air matanya mulai meng?
alir. "Akhirnya aku merasa memiliki tujuan."
Langdon merengkuhnya erat. "Kau selalu mengatakan bah?
wa kau ingin menyelamatkan dunia, Sienna. Mungkin inilah
ke?sem?patanmu." Sienna tersenyum lembut dan berpaling. Saat berjalan seorang
diri menuju C-130 yang telah menanti, Sienna merenungkan
isi INFERNO [SC].indd 633
634 D an B rown semua yang telah terjadi ... semua yang masih terjadi ... dan semua
kemungkinan di masa depan.
Ingatlah malam ini, dia mengulang ungkapan itu, karena ini
adalah awal dari selamanya.
Ketika memasuki pesawat, Sienna berdoa semoga Dante
benar.[] isi INFERNO [SC].indd 634
Ba b 104 atahari sore pucat menggantung rendah di atas Piazza
del Duomo, sinarnya terpantul di ubin-ubin putih
menara lonceng Giotto dan menghadirkan bayanganbayangan panjang melintasi Katedral Santa Maria del Fiore yang
menawan. Upacara pemakaman Ignazio Busoni tengah berlangsung ke?
tika Robert Langdon menyelinap ke dalam katedral dan mencari
tempat duduk, senang karena kehidupan Ignazio dikenang di
sini, di basilika yang tak lekang oleh waktu dan telah dikelolanya
selama bertahun-tahun. Walaupun fasadnya meriah, bagian dalam katedral Florence
polos, kosong, dan sederhana. Bagaimanapun, tempat peribadatan
syahdu itu hari ini seolah-olah memancarkan atmosfer perayaan.
Dari seluruh penjuru Italia, para pejabat pemerintah, kawan, dan
kolega di dunia seni membanjiri gereja untuk mengenang pria
gemuk dan ramah yang dengan penuh kasih sayang mereka ju?
luki il Duomino. Media melaporkan bahwa Busoni wafat ketika tengah mela?
kukan kegiatan yang paling digemarinya"berjalan-jalan malam
di seputar Duomo. Irama pemakaman ini ternyata ceria, dengan komentarkomentar jenaka dari teman dan keluarga, seorang rekan kerja
me?ma?parkan kecintaan Busoni pada seni Renaisans, yang hanya
bisa ditandingi dengan kecintaannya pada spageti Bolognese dan
budino karamel. Setelah upacara selesai, ketika para peziarah berbaur dan de?
ngan riang mengenang kembali masa-masa menyenangkan dari
isi INFERNO [SC].indd 635
636 D an B rown kehidupan Ignazio, Langdon berjalan-jalan di dalam Duomo,
mengagumi karya seni yang dicintai begitu mendalam oleh
Ignazio ... Last Judgment karya Vasari di bawah kubah, jendelajendela kaca patri karya Donatello dan Ghiberti, jam dinding karya
Uccello, dan lantai mosaik yang kerap diabaikan.
Akhirnya, Langdon mendapati dirinya berdiri di hadapan
se?bentuk wajah yang telah dikenalinya"wajah Dante Alighieri.
Diabadikan dalam lukisan dinding legendaris oleh Michelino,
penyair ternama itu berdiri di depan Gunung Penebusan dan ta?
ngannya mengacungkan, seolah-olah menawarkan dengan sopan,
mahakaryanya, The Divine Comedy.
Mau tidak mau Langdon memikirkan pendapat Dante se?
an??dai??nya dia mengetahui dampak puisi epiknya bagi dunia,
ber??abad-abad kemudian, pada masa depan yang tidak pernah
di??ba?yang?kan oleh penyair Florence itu.
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia telah menemukan kehidupan abadi, pikir Langdon, ter?ingat
akan pandangan seorang filosof Yunani awal mengenai ke?masy?
huran. Selama mereka tetap menyebutkan namamu, kau tidak akan
pernah mati. Malam telah tiba ketika Langdon melintasi Piazza Sant"Elisabetta dan kembali ke Hotel Brunelleschi yang anggun. Di
kamarnya di lantai atas, dia lega saat menemukan sebuah paket
besar telah menantinya. Akhirnya, kiriman itu telah tiba.
Paket yang kuminta dari Sinskey.
Langdon bergegas memotong lakban yang menyegel kotak
itu dan mengeluarkan isinya yang berharga, lega saat melihat pe?
ngemasan yang rapi, lengkap dengan lapisan pelindung tebal.
Bagaimanapun, dia terkejut ketika mendapati bahwa kotak
itu juga berisi beberapa barang tambahan. Elizabeth Sinskey, se?
per?tinya, telah memanfaatkan pengaruh kuatnya untuk me?ngem?
balikan lebih banyak daripada yang dimintanya. Kotak itu berisi
pakaian Langdon sendiri"kemeja, celana khaki, dan jaket Harris
Tweed usangnya"yang semuanya sudah dicuci dan disetrika.
Bahkan, sepatu pantofel cordovan-nya juga ada, terse?mir mengi?
isi INFERNO [SC].indd 636
637 Infern o lap. Di dalam kotak itu, dia juga dengan gembira me?ne?mu?kan
dom?petnya. Tetapi, penemuan benda terakhirlah yang membuat Langdon
terkekeh. Reaksinya sebagian timbul akibat kelegaan karena
benda itu telah kembali ... dan sebagian akibat rasa malu karena
dia sangat menyayanginya.
Arloji Mickey Mouse-ku. Langdon cepat-cepat memasang arloji edisi kolektor itu di
per?gelangan tangannya. Sentuhan tali kulit usang di kulitnya
membuatnya merasa aman. Setelah dia mengenakan pakaiannya
sendiri dan memasang sepatunya di kaki, Robert Langdon nyaris
merasa menjadi dirinya lagi.
Langdon keluar dari hotel, membawa paket rentan dalam tas
Hotel Brunelleschi yang dipinjamnya dari penjaga pintu. Tidak
seperti biasanya, udara malam itu hangat, menambahkan kesan
seperti mimpi dalam perjalanannya menyusuri Via dei Calzaiuoli
menuju menara tunggal Palazzo Vecchio.
Begitu tiba, Langdon melapor ke pos keamanan, tempat na?
ma?nya tercantum di daftar tamu yang hendak menemui Marta
Alvarez. Dia dipersilakan memasuki Hall of the Five Hundred,
yang masih dipenuhi turis. Langdon datang tepat waktu, mengira
akan bertemu dengan Marta di pintu masuk, namun wanita itu
tidak terlihat di mana-mana.
Dia melambai kepada seorang pemandu yang melewatinya.
"Scusi?"Permisi?" seru Langdon. "Dove passo trovare Marta
Alvarez?"Bisakah saya bertemu Marta Alvarez?"
Si pemandu tersenyum lebar. "Signora Alvarez"!"Nyonya
Alvarez"! Dia tidak ada di sini! Dia sudah melahirkan! Catalina!
Molto bella!"Cantik sekali!"
Langdon senang mendengar kabar baik mengenai Marta. "Ahh
... che bello"Ah, bagus," jawabnya. "Stupendo!"Luar biasa!"
Begitu si pemandu pergi, Langdon memikirkan apa yang
hen?dak diperbuatnya dengan paket yang dibawanya.
isi INFERNO [SC].indd 637
638 D an B rown Setelah mengambil keputusan, dia melintasi Hall of the Five
Hundred yang ramai, melewati mural Vasari, dan menuju museum
palazzo, menjauh dari pengamatan petugas keamanan.
Akhirnya, dia tiba di luar andito museum yang sempit.
Lorong itu gelap, ditutup oleh tiang pembatas, rantai, dan tanda:
CHIUSO/TUTUP. Langdon diam-diam mengedarkan pandangan, lalu menye?
linap ke bawah rantai dan memasuki ruangan yang gelap. Dia
merogoh tasnya dan dengan hati-hati mengeluarkan paket yang
rentan itu, kemudian membuka lapisan pembungkusnya.
Saat lapisan plastik itu tersibak, topeng kematian Dante kem?
bali menatapnya. Topeng rapuh itu masih berada di kantong
Ziploc yang asli, sebagaimana permintaan Langdon diambil dari
loker di stasiun kereta api Venesia. Topeng itu tampak tanpa cela,
kecuali satu hal kecil"tambahan sebuah puisi dengan tulisan
dalam baris berbentuk spiral yang anggun di baliknya.
Langdon menatap lemari antik di depannya. Topeng kematian
Dante dipamerkan menghadap ke depan ... tidak akan ada yang me?nya?
darinya. Dia dengan hati-hati mengeluarkan topeng itu dari kantong
Ziploc. Kemudian, dengan sangat lembut, dia meletakkannya
kembali di tempatnya di dalam lemari. Topeng itu terbenam,
bersarang di atas lapisan beledu merah.
Langdon menutup lemari dan berdiri sejenak, memandang
wajah pucat Dante yang menyerupai hantu di ruangan gelap itu.
Akhirnya pulang. Sebelum dia keluar, Langdon diam-diam menyingkirkan
tiang pembatas, rantai, dan tanda dari pintu. Saat melintasi galeri,
dia berhenti untuk menyapa seorang pemandu.
"Signorina?"Nona?" kata Langdon. "Lampu di atas topeng
ke?matian Dante sebaiknya dinyalakan. Sangat sulit untuk melihat
dalam kegelapan." "Maaf," kata wanita muda itu, "tapi ruangan itu ditutup.
Topeng kematian Dante sudah tidak ada di sini."
isi INFERNO [SC].indd 638
639 Infern o "Aneh sekali," Langdon berpura-pura terkejut. "Saya baru
saja mengaguminya." Wajah wanita itu menyiratkan kebingungan.
Saat wanita itu bergegas menuju andito, Langdon diam-diam
menyelinap keluar dari museum.[]
isi INFERNO [SC].indd 639
t.c isi INFERNO [SC].indd 640
Epilog epuluh ribu meter di atas bentangan suram Teluk Biscay,
pesawat Alitalia membelah langit malam yang bermandikan
cahaya bulan ke barat menuju Boston.
Di kabin pesawat itu, Robert Langdon dengan tekun membaca
edisi paperback The Divine Comedy. Irama yang dihadirkan oleh
puisi berima terza rima itu seolah-olah berpadu dengan dengung
mesin jet, membuainya hingga nyaris terhipnotis. Kata-kata Dante
mengalir dari setiap halaman, bergema di hatinya seakan-akan
ditulis khusus untuk dirinya saat ini.
Langdon teringat kembali bahwa puisi Dante tidak sekadar
menyampaikan tentang duka nestapa di neraka, tetapi kekuatan
semangat jiwa manusia untuk menghadapi tantangan seberat
apa pun. Di luar jendela, bulan purnama bersinar cemerlang, menye?
limuti langit dengan cahayanya. Langdon menatap langit yang
mem?bentang luas, larut memikirkan semua yang terjadi selama
beberapa hari terakhir. Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap
bersikap netral di saat krisis moral. Bagi Langdon, makna kata-kata
itu tidak pernah sejelas saat ini: Dalam masa berbahaya, tidak ada
dosa yang lebih besar daripada tetap diam.
Langdon menyadari bahwa dirinya, seperti jutaan manusia
lainnya, bersalah untuk hal ini. Ketika berhadapan dengan ma?
salah dunia, penyangkalan menjadi pandemi global. Langdon
berjanji bahwa dia tidak akan pernah melupakan hal ini.
Selagi pesawat melesat ke barat, Langdon memikirkan dua
wanita tangguh yang kini berada di Jenewa, menghadapi masa
isi INFERNO [SC].indd 641
642 D an B rown depan dengan berani dan menguraikan kerumitan dunia yang
tengah berubah. Di luar jendela, gumpalan-gumpalan awan terlihat di cakra?
wala, berarak perlahan melintasi langit, hingga akhirnya melintasi
bulan dan menghalangi cahaya terangnya.
Robert Langdon bersandar di kursinya, merasakan sekarang
waktunya untuk tidur. Dia mematikan lampu di atas kepala?nya
dan untuk terakhir kalinya menoleh ke langit. Di luar, di ke??ge??
lapan yang baru saja turun, dunia telah berubah. Langit ber??ki?lauan
dengan taburan bintang-bintang.[]
isi INFERNO [SC].indd 642
T ENTANG PENULIS Dan Brown adalah penulis The Da Vinci Code, salah satu novel
yang paling banyak dibaca sepanjang waktu, dan juga bestseller in?
ter?nasional The Lost Symbol, Angels & Demons, Deception Point, dan
Digital Fortress. Dia tinggal di New England bersama istrinya.[]
isi INFERNO [SC].indd 643
Tanah Warisan 8 2060 When The World Is Yours Karya Yuli Pritania Pendekar Riang 3
Dia melihat Br?der berdiri di dekat tangga, mencari sinyal yang
lebih kuat untuk ponselnya. Dia tengah berbisik-bisik kepada
la?wan bicaranya. isi INFERNO [SC].indd 601
602 D an B rown Sinskey tiba di dekatnya tepat ketika dia mengakhiri pembi?
caraan. "Oke, mengerti," kata Br?der, wajahnya memancarkan emosi
antara tidak percaya dan cemas. "Dan sekali lagi, aku menegaskan
kerahasiaan informasi ini. Hanya kau yang boleh tahu untuk saat
ini. Hubungi aku kalau kau sudah mendapat kabar lagi. Terima
ka?sih." Dia menutup telepon.
"Ada apa?" tanya Sinskey.
Br?der perlahan-lahan mengembuskan napas. "Saya baru
sa?ja bicara dengan teman lama saya, seorang virolog andal di
CDC Atlanta." Sinskey meradang. "Anda mengabari CDC tanpa izin dari
saya?" "Saya berhati-hati," jawab Br?der. "Kontak saya akan menjaga
ra?hasia, dan kita memerlukan data yang jauh lebih baik daripada
yang bisa didapatkan dari lab dadakan ini."
Sinskey melirik beberapa agen SRS yang tengah mengambil
sampel air dan mengoperasikan perangkat elektronik portabel.
Dia benar. "Kontak saya di CDC," lanjut Br?der, "sedang berada di lab
mi?krobiologi berperalatan lengkap dan telah mengonfirmasikan
keberadaan patogen virus yang sangat menular dan tidak pernah
terlihat sebelumnya."
"Sebentar!" potong Sinskey. "Bagaimana Anda bisa secepat
itu memberinya sampel?"
"Saya tidak memberinya," jawab Br?der dengan nada tegang.
"Dia menguji darahnya sendiri."
Sinskey hanya butuh sesaat untuk mencerna makna ucapan
Br?der. Virus itu telah mendunia.[]
isi INFERNO [SC].indd 602
Ba b angdon berjalan perlahan-lahan, merasa melayang, seolaholah tengah berada di dalam mimpi buruk yang sangat
membekas. Apakah yang lebih berbahaya daripada wabah"
Sienna tidak mengatakan apa-apa lagi sejak turun dari perahu
dan mengisyaratkan kepada Langdon untuk mengikutinya men?
jauh dari dermaga, menyusuri sebuah jalan batu sunyi, menjauh
dari perairan dan keramaian.
Walaupun air mata Sienna telah berhenti mengalir, Langdon
bisa melihat emosi yang membuncah di dalam diri perempuan
itu. Langdon dapat mendengar sirene yang meraung-raung di
ke?jauhan, namun Sienna sepertinya tidak menghiraukannya. Dia
hanya menatap kosong ke bawah, seakan-akan terhipnotis oleh
derap langkahnya di jalan batu.
Mereka memasuki sebuah taman kecil, dan Sienna memba?
wanya ke tengah-tengah pepohonan lebat, tempat mereka ter?sem?
bunyi dari dunia. Di sana, mereka duduk di bangku yang meng?
hadap ke perairan. Di pantai seberang, Menara Galata tampak
berkilauan di atas perumahan yang tersebar di lereng bukit. Dunia
tampak damai dari sini, begitu jauh, pikir Langdon, dari kisruh
yang tengah terjadi di waduk. Saat ini, dia menduga, Sinskey dan
tim SRS tentu sudah menyadari bahwa mereka sudah terlambat
menghentikan penyebaran wabah.
Di sampingnya, Sienna menatap laut. "Aku tidak punya ba?
nyak waktu, Robert," katanya. "Cepat atau lambat, polisi akan
me??nge??tahui ke mana aku pergi. Tapi sebelum itu terjadi, aku ingin
kau mendengar kebenaran ... semuanya."
Langdon mengangguk tanpa berkata-kata.
isi INFERNO [SC].indd 603
604 D an B rown Sienna menyeka matanya dan bergeser di bangku agar bisa
menatap Langdon. "Bertrand Zobrist ...," katanya. "Dia cinta
pertamaku. Dia menjadi mentorku."
"Aku sudah mendengar soal itu, Sienna," kata Langdon.
Sienna tampak terkejut, namun melanjutkan ceritanya, seolaholah takut kehilangan momentum. "Aku bertemu dengannya di
usia saat aku mudah terkesan, dan aku terpikat pada gagasan
dan ke?pandaiannya. Bertrand percaya, sebagaimana aku, bahwa
spe??sies kita sudah berada di ambang kepunahan ... bahwa kita
meng??hadapi akhir yang mengenaskan, yang mendatangi kita jauh
lebih cepat daripada yang berani diterima oleh siapa pun."
Langdon tidak menanggapi.
"Sepanjang masa kanak-kanakku," kata Sienna, "aku ingin
menyelamatkan dunia. Dan yang selalu kudengar adalah: "Kau
tidak bisa menyelamatkan dunia, jadi jangan korbankan keba?ha?
giaanmu untuk mencobanya.?" Dia terdiam, wajahnya tertekuk,
menahan air mata. "Kemudian aku berjumpa dengan Bertrand"
seorang pria tampan dan brilian yang mengatakan kepadaku
bahwa menyelamatkan dunia tidak hanya mungkin dilakukan ...
tetapi juga sebuah kewajiban moral. Dia memperkenalkanku
kepada sebuah lingkaran individu berpikiran serupa"orangorang yang memiliki keahlian dan intelektualitas cemerlang ...
orang-orang yang benar-benar mampu mengubah masa depan.
Untuk pertama kalinya dalam kehidupanku, aku tidak merasa
kesepian, Robert." Langdon tersenyum lembut, merasakan kepedihan dalam
kata-katanya. "Aku sudah mengalami banyak hal buruk dalam kehidupanku,"
Sienna melanjutkan, suaranya semakin bergetar. "Hal-hal yang
sulit kulupakan ...." Dia memalingkan wajah dan dengan gelisah
meraba kulit kepalanya yang mulus sebelum menenangkan diri
dan kembali menoleh kepada Langdon. "Dan mungkin karena
itulah, satu-satunya hal yang menguatkanku adalah keyakinanku
bahwa kita bisa menjadi lebih baik ... bisa mengambil tindakan
un?tuk menghindari malapetaka di masa depan."
isi INFERNO [SC].indd 604
605 Infern o "Bertrand juga meyakini hal itu?" tanya Langdon.
"Tentu saja. Bertrand memiliki harapan tanpa batas untuk ke?
lestarian umat manusia. Dia Transhumanis yang meyakini bahwa
kita hidup di ambang kejayaan masa "pascamanusia?"sebuah era
transformasi yang sebenarnya. Dia memiliki pikiran futuris, mata
yang bisa memandang hal-hal yang hanya bisa dibayangkan oleh
segelintir orang. Dia memahami kekuatan menakjubkan teknologi
dan meyakini bahwa dalam beberapa generasi, spesies kita akan
menjadi makhluk yang sepenuhnya berbeda"secara genetis
lebih unggul dalam hal kesehatan, kepandaian, kekuatan, bahkan
kasih sayang." Sienna terdiam. "Hanya saja, ada satu masalah.
Menurut dia, sebagai spesies, kita tidak akan hidup cukup lama
untuk me?wujudkan kemungkinan itu."
"Akibat overpopulasi ...," kata Langdon.
Sienna mengangguk. "Bencana Malthusian. Bertrand kerap
mengatakan bahwa dia merasa seperti St. George yang hendak
membantai monster chthonic."
Langdon tidak memahami maksudnya. "Medusa?"
"Secara metafora, ya. Medusa dan semua monster chthonic
lain?nya hidup di bawah tanah karena mereka memiliki asosiasi
langsung dengan Bumi. Dalam alegori, monster bawah tanah se?
lalu menyimbolkan?" "Fertilitas," kata Langdon, heran karena paralelisme itu tidak
pernah terpikir olehnya. Kesuburan. Populasi.
"Ya, fertilitas," jawab Sienna. "Bertrand menggunakan istilah
"monster chthonic" untuk melambangkan ancaman besar terhadap
kesuburan kita. Dia menggambarkan produksi keturunan berlebih
manusia sebagai monster yang mengintip di cakrawala ... monster
yang harus segera kita lawan sebelum menghabisi kita semua."
Kesuburan kita sendirilah yang mengincar kita, Langdon menya?
dari. Sang monster bawah tanah. "Dan Bertrand melawan monster
ini ... dengan cara apa?"
isi INFERNO [SC].indd 605
606 D an B rown "Tolong mengertilah," ujar Sienna, defensif, "ini bukan masa?
lah yang mudah dipecahkan. Proses triage12 selalu kacau dan tak
jelas. Seseorang yang memotong kaki bocah tiga tahun adalah
penjahat keji ... kecuali jika dia dokter yang menyelamatkan
bocah itu dari gangren. Kadang-kadang satu-satunya pilihan
adalah memilih keburukan yang teringan." Air matanya kembali
mengalir. "Aku yakin tujuan Bertrand mulia ... tapi cara yang di?
gu?nakannya ...." Dia memalingkan wajah, semakin sulit menahan
tangis. "Sienna," Langdon berbisik lembut. "Aku perlu memahami
se?mua ini. Tolong jelaskan kepadaku apa yang dilakukan Ber?
trand. Apa yang dilepaskannya ke dunia?"
Sienna kembali menatapnya, mata cokelat lembutnya meman?
carkan kengerian yang lebih mendalam.
"Dia melepaskan virus," bisiknya. "Virus yang sangat spe?
sifik." Langdon menahan napas. "Ceritakanlah."
"Bertrand menciptakan sesuatu yang disebut vektor viral.
Itu adalah virus yang sengaja dirancang untuk menanamkan in?
for?masi genetis ke sel yang diserangnya." Sienna diam sejenak
agar Langdon dapat mencerna gagasan itu. "Virus vector ... tidak
mem?bunuh sel yang diserangnya ... tetapi memasukkan DNA yang
secara khusus dirancang untuk memodifikasi genom sel itu."
Langdon berusaha memahami maksudnya. Virus ini mengubah
DNA kita" "Bahaya yang tersimpan di dalam virus ini," lanjut Sienna,
"ada?lah tidak seorang pun tahu bahwa dirinya telah terinfeksi.
Tidak ada yang sakit. Tidak ada gejala kentara yang menunjukkan
bahwa virus itu telah mengubah kita secara genetis."
Langdon dapat merasakan darah menderas di nadinya. "Dan
perubahan apakah yang ditimbulkan virus itu?"
12. Triage: Proses menentukan prioritas terapi pasien berdasarkan tingkat keparahan penyakit atau penderitaan
mereka."penerj. isi INFERNO [SC].indd 606
607 Infern o Sienna memejamkan mata sesaat. "Robert," bisiknya, "begitu
virus ini terlepas di laguna waduk, sebuah reaksi berantai dimulai.
Setiap orang yang turun ke gua itu dan menghirup udara di sana
menjadi terinfeksi. Mereka menjadi inang virus ... tanpa sadar
menjadi kaki tangan yang memindahkan virus itu ke tubuh orang
lain, melipatgandakan proses penyebaran bibit penyakit yang kini
sudah menjangkiti seluruh planet ini seperti kebakaran hutan.
Saat ini, virus itu pasti sudah menembus populasi global. Kau,
aku ... semua orang."
Langdon bangkit dari bangku dan berjalan mondar-mandir
dengan kalut di depan Sienna. "Dan apa yang diperbuat virus itu
kepada kita?" ulangnya.
Sienna diam selama beberapa waktu. "Virus itu memiliki
kemam??puan menjadikan tubuh manusia ... kehilangan kesubur?
an." Dia bergerak-gerak gelisah di bangku. "Bertrand menciptakan
wabah sterilitas." Kata-katanya menampar Langdon. Virus yang menjadikan
kita mandul" Langdon tahu bahwa ada virus yang menyebabkan
sterilitas, namun patogen sangat menular berbasis udara yang
mampu mengubah kita secara genetis seolah-olah berasal dari
dunia lain ... semacam distopia masa depan karangan Orwell.
"Bertrand sering menyampaikan teorinya tentang virus sema?
cam ini," ujar Sienna lirih, "tapi aku tidak pernah membayangkan
dia akan mencoba membuatnya ... apa lagi berhasil. Aku syok saat
menerima suratnya dan mengetahui perbuatannya. Aku berusaha
mencarinya, untuk memohon kepadanya agar memusnahkan
ciptaannya. Tapi aku terlambat."
"Sebentar," sela Langdon, akhirnya bisa bersuara. "Jika virus
itu menjadikan semua orang di muka bumi mandul, tidak akan
ada generasi baru dan umat manusia akan punah ... dalam waktu
sing?kat." "Betul," kata Sienna, suaranya melirih. "Hanya saja, kepu?
nah?an bukan tujuan Bertrand"bahkan kebalikannya"sehingga
dia men??ciptakan virus yang aktif secara acak. Walaupun saat ini
Inferno sudah menjadi endemi di DNA semua orang dan akan
isi INFERNO [SC].indd 607
608 D an B rown di??wariskan secara turun-temurun dari generasi kita, virus itu
hanya akan "aktif" di dalam diri sekian persen manusia. Dengan
kata lain, virus itu saat ini dibawa oleh semua orang di muka
bumi, tetapi hanya akan menyebabkan kemandulan pada bagian
po?pulasi yang telah dipilih secara acak."
"Bagian ... yang mana?" Langdon nyaris tak percaya men?de?
ngar dirinya sendiri menanyakan itu.
"Yah, sebagaimana yang sudah kau ketahui, Bertrand ter?
obsesi pada Wabah Hitam"wabah yang secara membabi buta
me?musnahkan sepertiga populasi Eropa. Alam, diyakininya,
me??miliki cara untuk menyortir diri sendiri. Saat menghitung
infertilitas secara matematika, Bertrand bersemangat karena
men??dapati bahwa rata-rata kematian akibat Wabah Hitam, satu
ban?ding tiga, adalah rasio yang tepat untuk mulai merampingkan
populasi manusia dengan laju yang terkendali."
Itu benar-benar mengerikan, pikir Langdon.
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Wabah Hitam merampingkan populasi dan membuka ja?lan
bagi Renaisans," kata Sienna, "dan Bertrand menciptakan Inferno
sebagai semacam katalis pembaruan global modern"Wabah
Hitam Transhumanis. Perbedaannya, mereka yang ter?infeksi
penyakit itu tidak akan mati, tetapi mandul. Jika kita meng?asum?
sikan virus Bertrand sudah terlepas, sepertiga populasi dunia
menjadi steril sekarang ... dan sepertiga populasi dunia akan
terus steril sepanjang zaman. Dampaknya akan sama dengan
gen resesif ... yang diwariskan kepada semua keturunan, namun
pe??nga?ruhnya hanya akan muncul dalam persentase kecil."
Tangan Sienna gemetar saat dia melanjutkan. "Dalam surat?
nya kepadaku, Bertrand dengan bangga menyampaikan bahwa
dia menganggap Inferno sebagai solusi sangat elegan dan manu?
siawi bagi masalah ini." Air matanya kembali merebak, namun
dia langsung mengusapnya. "Dibandingkan dengan kekejaman
Wabah Hitam, harus kuakui bahwa masih ada belas kasihan dalam
pendekatan ini. Tidak akan ada rumah sakit yang dibanjiri orang
sakit dan sekarat, mayat yang membusuk di jalan, dan mereka
yang berduka akibat kematian orang-orang tersayang. Manusia
isi INFERNO [SC].indd 608
609 Infern o hanya akan berhenti menghasilkan banyak anak. Penurunan ratarata kelahiran akan terus berlangsung di planet kita sampai kurva
populasi menurun, dan jumlah total kita mulai berkurang." Dia
terdiam. "Dampaknya akan jauh lebih dahsyat daripada wabah,
yang dengan cepat memotong jumlah kita dan hanya sementara
menerjunkan grafik pertambahan jiwa manusia. Dengan Inferno,
Bertrand menciptakan sebuah solusi jangka panjang, solusi
permanen ... solusi Transhumanis. Dia adalah seorang perekayasa
genetika spesialis germ-line. Dia memecahkan masalah sampai ke
akar." "Ini adalah terorisme genetika ...," bisik Langdon. "Ini meng?
ubah diri kita, siapa kita, sampai level paling fundamen?tal."
"Bertrand tidak memandangnya demikian. Dia ber?mim?pi
dapat memperbaiki kekurangan fatal dalam evolusi manusia ...
fakta bahwa spesies kita terlalu subur. Kita adalah orga?nisme
yang, walaupun memiliki kecerdasan, sepertinya tak mampu
mengendalikan jumlah kita sendiri. Meskipun sudah ada kon?
tra?sepsi, edukasi, ataupun upaya dari pemerintah. Kita terus
me?la?hirkan bayi ... entah secara disengaja atau tidak. Tahukah
kau, CDC baru saja mengumumkan bahwa nyaris setengah dari
selu?ruh angka kehamilan di AS tidak direncanakan" Dan di
negara yang belum berkembang, angkanya mencapai lebih dari
tujuh puluh persen!"
Langdon pernah melihat statistik ini, namun baru sekarang
dia memahami implikasinya. Sebagai spesies, manusia tidak ada
bedanya dengan kelinci yang diletakkan di Kepulauan Pasifik
tertentu dan diperbolehkan bereproduksi sesuka hati sampai
mereka menghancurkan ekosistem mereka sendiri dan akhirnya
punah. Bertrand Zobrist telah merancang ulang spesies kita ... sebagai
upaya untuk menyelamatkan kita ... mengubah kita menjadi populasi
yang kurang subur. Langdon menarik napas dalam, menatap bentangan Selat
Bosporus, merasa terombang-ambing seperti kapal-kapal yang
ber?layar di cakrawala. Raungan sirene terdengar semakin nyaring,
isi INFERNO [SC].indd 609
610 D an B rown datang dari arah dermaga, dan Langdon merasakan bahwa waktu
mereka sudah hampir habis.
"Yang paling menakutkan," kata Sienna, "bukanlah fakta
bahwa virus Inferno menyebabkan sterilitas, melainkan bahwa ia
me?miliki kemampuan untuk itu. Vektor viral yang tersebar melalui
udara adalah sebuah lompatan kuantum"bertahun-tahun lebih
cepat dari masanya. Bertrand telah sekonyong-konyong meng??
angkat kita dari masa kegelapan rekayasa genetika dan me??lon??
tarkan kita ke masa depan. Dia telah membuka kunci proses
evolusi dan memberi umat manusia kemampuan untuk men?de?
fi?nisi ulang spesiesnya hanya dalam satu gerakan. Pandora sudah
keluar dari kotak, dan tidak ada jalan untuk me??ma??suk?kannya
lagi. Bertrand telah menciptakan kunci untuk me?mo?difi?kasi umat
manusia ... dan jika kunci itu jatuh ke tangan yang salah, hanya
Tuhan yang bisa menolong kita. Teknologi ini seharusnya tidak
pernah diciptakan. Begitu selesai membaca surat Bertrand yang
men?jelaskan bagaimana dia meraih tujuannya, aku langsung
mem?bakarnya. Kemudian aku ber?sumpah untuk menemukan
vi?rusnya dan memusnahkan se?mua?nya."
"Aku tidak mengerti," kata Langdon, amarah mewarnai sua?
ranya. "Kalau kau ingin memusnahkan virus itu, mengapa kau
tidak bekerja sama dengan Dr. Sinskey dan WHO" Kau seha?rus?
nya menghubungi CDC atau siapa pun."
"Yang benar saja! Agen pemerintah adalah orang terakhir di
muka bumi yang boleh mengakses teknologi ini! Pikirkanlah,
Robert. Sepanjang sejarah manusia, setiap terobosan teknologi
yang tercipta dari ilmu pengetahuan telah dikembangkan menjadi
senjata"dari senjata api sederhana sampai nuklir"dan nyaris
selalu oleh tangan pemerintah yang berkuasa. Menurutmu, dari
manakah asal senjata biologis kita" Akarnya dari riset yang dila?
ku?kan di tempat-tempat semacam WHO dan CDC. Teknologi
Bertrand"sebuah virus pandemik yang dipakai sebagai vektor
genetik"adalah senjata paling dahsyat yang pernah ada. Senjata
itu membuka jalan bagi kemungkinan malapetaka yang belum
ter?bayangkan oleh kita, termasuk senjata biologis dengan target
isi INFERNO [SC].indd 610
611 Infern o khusus. Bayangkanlah patogen yang hanya menyerang orangorang yang kode genetiknya mengandung penanda etnik tertentu.
Itu dapat membinasakan etnik pada level genetis!"
"Aku memahami kekhawatiranmu, Sienna, sungguh, tapi
teknologi ini juga dapat dimanfaatkan untuk kebaikan, bukan"
Bukankah penemuan ini merupakan berkah bagi dunia peng?
obat?an genetika" Cara baru untuk memberikan imunisasi global,
misalnya?" "Mungkin, tapi sayangnya, aku sudah belajar untuk mengha?
rapkan yang terburuk dari para pemegang kekuasaan."
Dari kejauhan, Langdon mendengar deru helikopter yang
menggetarkan udara. Dia menatap dari sela-sela pepohonan ke
arah Pasar Rempah-Rempah dan melihat lampu sorot dari sebuah
helikopter yang tengah menyisir bukit dan terbang menuju der?
maga. Sienna tampak tegang. "Aku harus pergi," katanya, berdiri
dan menatap Jembatan Atat?rk di barat. "Kurasa, aku bisa me?
nye??berangi jembatan itu dengan berjalan kaki dan dari sana
men?ca?pai?" "Kau tidak boleh pergi, Sienna," Langdon dengan tegas me?
larangnya. "Robert, aku kembali hanya karena berutang penjelasan ke?
padamu. Sekarang kau sudah mendapatkannya."
"Tidak, Sienna," kata Langdon. "Kau kembali karena kau
telah melarikan diri sepanjang hidupmu, dan akhirnya kau me?
nya?dari bahwa kau tidak bisa kabur lagi."
Sienna seolah-olah mengerut di hadapannya. "Pilihan apa
yang kumiliki?" tanyanya, menatap helikopter yang terbang di
atas perairan. "Mereka akan langsung menjebloskanku ke penjara
begitu menangkapku."
"Kau tidak bersalah, Sienna. Kau tidak menciptakan virus ini
... ataupun melepaskannya."
"Benar, tapi aku telah bersusah payah mencegah WHO me?
ne?mukannya. Pilihannya hanya dua, dijebloskan di penjara Turki
isi INFERNO [SC].indd 611
612 D an B rown atau dituntut oleh pengadilan internasional sebagai pelaku te?
roris?me biologis." Ketika deru helikopter terdengar semakin nyaring, Langdon
menatap dermaga di kejauhan. Helikopter itu terbang di atas
dermaga, baling-balingnya menghadirkan gejolak di permukaan
air dan lampu sorotnya menyinari kapal-kapal.
Sienna tampak siap kabur saat itu juga.
"Tolong dengarkan," ujar Langdon dengan nada lebih lunak.
"Aku tahu bahwa kau sudah mengalami banyak hal, dan aku tahu
bahwa kau takut, tapi kau harus memikirkan gambaran besar
ka?sus ini. Bertrand menciptakan virus. Kau berusaha meng?hen?
ti?kannya." "Tapi aku gagal."
"Ya, dan kini setelah virus itu tersebar, kalangan sains dan
medis akan perlu mempelajarinya sepenuhnya. Kaulah satusatu?nya orang yang mengetahui semua hal tentang virus itu.
Mungkin ada cara untuk menetralisasinya ... atau tindakan yang
harus diambil untuk mempersiapkan diri." Langdon menatap
tajam wanita itu. "Sienna, dunia harus mengetahui apa yang kau
ketahui. Kau tidak bisa menghilang begitu saja."
Sosok ramping Sienna gemetar, seolah-olah tanggul kesedihan
dan kebingungannya nyaris jebol dan membanjir. "Robert, aku ...
aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku bahkan tidak mengenali
diriku lagi. Lihatlah aku." Dia meraba kepala botaknya. "Aku
su?dah berubah menjadi monster. Bagaimana mungkin aku bisa
meng?hadapi?" Langdon melangkah maju dan merengkuh Sienna. Dia bisa
merasakan tubuh wanita itu gemetar, merasakan kerapuhannya
di dadanya. Dia berbisik lembut ke telinga Sienna.
"Sienna, aku tahu kau ingin melarikan diri, tapi aku tidak akan
membiarkanmu. Cepat atau lambat, kau harus mulai memercayai
seseorang." "Aku tak bisa ...." Sienna terisak. "Aku tidak tahu caranya."
Langdon memeluknya erat. "Mulailah sedikit demi sedikit.
Am?billah langkah kecil pertamamu. Percayalah kepadaku."[]
isi INFERNO [SC].indd 612
Ba b 100 entang nyaring benturan logam dengan logam yang
terdengar di dalam kabin tanpa jendela pesawat peng?
ang?kut C-130 membuat Provos terlonjak kaget. Di luar,
seseorang sedang menghantam-hantamkan gagang pistol ke
lambung pesawat, meminta untuk dibukakan pintu.
"Semua orang dimohon duduk," pilot C-130 memerintah
para penumpangnya seraya menghampiri pintu. "Itu polisi Turki.
Mereka baru saja mendatangi pesawat."
Provos dan Ferris bertukar tatapan.
Dari kepanikan yang melanda para staf WHO yang berada
di pesawat, Provos dapat menduga bahwa misi penanggulangan
mereka telah gagal. Zobrist berhasil menjalankan rencananya, pikir?
nya. Dan perusahaanku telah membantunya.
Di luar pesawat, teriakan-teriakan dalam bahasa Turki ber?
nada mendesak mulai terdengar.
Provos segera bangkit. "Jangan buka pintu itu!" perintahnya
kepada si pilot. Pilot berhenti, memelototinya. "Mengapa tidak?"
"WHO adalah organisasi internasional," jawab Provos, "dan
pesawat ini berada di wilayah netral!"
Pilot menggeleng. "Sir, pesawat ini diparkir di bandara milik
Turki, dan selama berada di langit Turki, pesawat ini harus meng?
ikuti hukum yang berlaku di sini."
Pilot menghampiri pintu dan membukanya.
Dua orang petugas berseragam melongok ke dalam. Mata
di?ngin mereka sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda kera?
isi INFERNO [SC].indd 613
614 D an B rown mahan. "Siapa kapten pesawat ini?" salah seorang dari mereka
ber?tanya dengan aksen kental.
"Saya," jawab pilot.
Seorang petugas menyerahkan dua lembar kertas kepadanya.
"Dokumen penangkapan. Dua orang penumpang pesawat ini
harus ikut dengan kami."
Si pilot membaca sekilas dokumen itu, kemudian melirik
Provos dan Ferris. "Hubungi Dr. Sinskey," perintah Provos kepada pilot WHO.
"Kami sedang menjalankan sebuah misi darurat internasional."
Salah seorang petugas menatap Provos sambil mencibir
puas. "Dr. Elizabeth Sinskey" Direktur WHO" Beliaulah yang me?
merintahkan penangkapan Anda."
"Tidak mungkin," jawab Provos. "Mr. Ferris dan saya berada
di Turki untuk membantu Dr. Sinskey."
"Berarti kalian tidak menjalankan tugas dengan baik," jawab
petugas kedua. "Dr. Sinskey menghubungi kami dan melaporkan
Anda berdua sebagai sekongkol dalam sebuah plot bioterorisme
yang dilancarkan di Turki." Dia mengeluarkan borgol. "Kalian
berdua harus ikut ke markas untuk diinterogasi."
"Saya meminta pengacara!" seru Provos.
Tiga puluh detik kemudian, dia dan Ferris telah diborgol dan
digiring keluar dari pesawat, kemudian didorong kasar ke bangku
belakang sebuah sedan hitam. Sedan itu berlalu, melaju di atas
tarmak menuju sudut terpencil di bandara, kemudian berhenti
di depan sebuah pagar kawat berduri yang telah dipotong dan
disi?bakkan agar mobil itu dapat masuk. Begitu melewati pagar,
mobil itu terguncang-guncang melintasi lahan kosong berdebu
di bagian bandara yang telah terbengkalai dan berhenti di dekat
sebuah bengkel tua. Kedua pria berseragam keluar dari sedan dan mengamati
area itu. Setelah yakin bahwa mereka tidak diikuti, keduanya me?
nanggalkan seragam polisi dan membuangnya. Kemudian mereka
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
membantu Ferris dan Provos keluar dari mobil dan membuka
borgol mereka. isi INFERNO [SC].indd 614
615 Infern o Provos meraba pergelangan tangannya, menyadari bahwa
dirinya tidak akan betah di penjara.
"Kunci mobil ada di bawah karpet," kata salah seorang agen,
menunjuk van putih yang diparkir di dekat situ. "Ada sebuah tas
perjalanan di bangku belakang berisi semua yang Anda minta"
dokumen perjalanan, uang tunai, ponsel prabayar, pakaian, juga
beberapa benda yang menurut kami akan kalian butuhkan."
"Terima kasih," kata Provos. "Kalian menjalankan tugas de?
ngan baik." "Kami sudah terlatih, Sir."
Kedua pria Turki itu bergegas memasuki sedan hitam dan
melaju pergi. Sinskey tidak akan melepaskanku begitu saja, Provos mengingatkan
dirinya. Mengantisipasi hal ini dalam penerbangan ke Istanbul,
Provos mengirim e-mail untuk mengabari cabang Konsorsium
setempat, menyiratkan bahwa dia dan Ferris mungkin akan perlu
dise?lamatkan. "Menurutmu, dia akan mengejar kita?" tanya Ferris.
"Sinskey?" Provos mengangguk. "Jelas. Walaupun kuduga
dia masih punya masalah lain saat ini."
Kedua pria itu memasuki van putih, dan Provos mengadukaduk isi tas di bangku belakang, mempersiapkan dokumen me?
reka. Dia menarik sebuah topi bisbol dan memakainya. Ter?bung?
kus di dalam topi itu, dia menemukan sebotol kecil minuman
malt Highland Park. Orang-orang ini pintar. Provos mengamati cairan kuning kecokelatan itu, mengingat?
kan dirinya untuk menunggu sampai besok. Namun, dia memba?
yangkan kantong Solublon Zobrist dan bertanya-tanya akan
se?perti apa keadaan besok.
Aku telah melanggar peraturan pertamaku, pikirnya. Aku telah
melaporkan klienku. Provos merasa tak pasti, mengetahui bahwa dalam beberapa
hari ke depan, dunia mungkin akan digoyang oleh berita tentang
isi INFERNO [SC].indd 615
616 D an B rown malapetaka yang di dalamnya dirinya memegang peranan sangat
signifi?kan. Semua ini tidak akan terjadi tanpaku.
Untuk pertama kalinya dalam kehidupan Provos, dia tak lagi
peduli tentang panduan moralnya untuk tak mau tahu dan tak
peduli. Jemarinya merobek segel botol Scotch.
Nikmatilah, dia membatin. Lagi pula, sisa harimu tinggal bisa
dihitung dengan jari. Provos menenggak isi botolnya, menikmati kehangatan di
tenggorokannya. Tiba-tiba kegelapan dibelah oleh sorotan lampu-lampu dan
kelap-kelip biru dari mobil patroli polisi yang mengepung mereka
dari segala penjuru. Provos mengedarkan pandangan dengan panik ... kemudian
duduk mematung. Tak ada jalan keluar. Ketika para polisi Turki bersenjata menghampiri van, meno?
dongkan senapan, Provos untuk terakhir kalinya menyesap Scotch
Highland Park dan perlahan-lahan mengangkat kedua ta??ngan?
nya. Kali ini, dia tahu, para polisi itu bukan kaki tangannya.[]
isi INFERNO [SC].indd 616
Ba b 101 onsulat Swiss di Istanbul berlokasi di One Levent Plaza,
sebuah gedung pencakar langit ramping bergaya ultra?
modern. Fasad kaca biru gedung itu berbentuk cekung,
me?nye?rupai pilar futuristik berlatar belakang kota metropolis
kuno. Hampir satu jam telah berlalu sejak Sinskey meninggalkan
waduk untuk membuka markas darurat di kantor konsulat. Sta??
siun-stasiun berita setempat berlomba-lomba melaporkan huruhara yang terjadi pada pertunjukan terakhir Dante Symphony
karya Liszt di waduk. Belum ada laporan yang spesifik, namun
ke?ha??diran tim medis internasional berpakaian hazmat telah meng?
hadir?kan berbagai spekulasi.
Sinskey menatap ke luar jendela pada lampu-lampu kota dan
merasa sangat kesepian. Secara refleks, dia menggapai lehernya
untuk menyentuh bandul jimatnya, namun tidak ada apa-apa
lagi di sana. Jimat patah itu kini tergeletak di mejanya, terbelah
di tengah. Direktur WHO itu baru saja selesai mengoordinasikan se?
rang?kaian pertemuan darurat di Jenewa beberapa jam lagi. Para
spesialis dari berbagai agensi sudah berangkat, dan Sinskey sen??
diri berencana terbang ke sana sesaat lagi untuk memberikan
peng?a?rah?an. Untunglah, salah seorang staf malam telah menyaji?
kan secang?kir kopi Turki asli panas, yang dengan cepat ditan?
daskan Sinskey. Seorang staf konsulat muda melongok dari pintu yang ter?
buka. "Ma"am" Robert Langdon ada di sini untuk menemui
Anda." isi INFERNO [SC].indd 617
618 D an B rown "Terima kasih," ucap Sinskey. "Tolong persilakan dia ma?
suk." Dua puluh menit sebelumnya, Langdon menghubungi
Sinskey melalui telepon dan menjelaskan bahwa Sienna Brooks
ber?hasil meloloskan diri darinya, mencuri perahu motor, dan
kabur ke laut. Sinskey telah mendengar kabar tersebut dari pihak
ber?wenang, yang masih menyisir wilayah itu, namun sejauh ini
belum berhasil menemukannya.
Sekarang, saat sosok jangkung Langdon muncul di pintu,
Sinskey nyaris tidak mengenalinya. Setelan yang dikenakan pria
itu kotor, rambut gelapnya acak-acakan, dan matanya tampak
letih dan cekung. "Profesor, apakah Anda baik-baik saja?" Sinskey berdiri.
Langdon tersenyum lelah. "Banyak malam yang lebih me?
nye?nangkan daripada sekarang."
"Mari," kata Sinskey, menunjuk sebuah kursi. "Silakan du?
duk." "Wabah Zobrist," Langdon langsung berbicara setelah du?duk.
"Saya rasa sudah terlepas sejak seminggu yang lalu."
Sinskey mengangguk sabar. "Ya, kami juga memperoleh ke?
simpulan yang sama. Belum ada gejala yang dilaporkan, tapi kami
telah mengisolasi sampel dan sudah menjalankan tes intensif.
Sayangnya, kami membutuhkan berhari-hari, bahkan bermingguminggu, untuk memastikan apa sesungguhnya virus ini ... dan
apa yang bisa dilakukannya."
"Itu adalah virus vektor," kata Langdon.
Sinskey menelengkan kepala dengan terkejut, heran bahwa
Langdon mengetahui istilah itu. "Maaf?"
"Zobrist menciptakan virus vektor berbasis udara yang bisa
memodifikasi DNA manusia."
Sinskey sontak bangkit sampai-sampai kursinya terguling. Itu
tidak mungkin! "Atas dasar apa Anda membuat klaim semacam
itu?" "Sienna," jawab Langdon tenang. "Dia memberi tahu saya.
Setengah jam lalu." isi INFERNO [SC].indd 618
619 Infern o Sinskey menumpukan tangannya ke meja dan menatap Lang?
don, mendadak kehilangan kepercayaan. "Dia tidak melari?kan
diri?" "Dia melarikan diri," jawab Langdon. "Dia bebas, berada di
pe?rahu motor yang melesat ke laut, dan bisa dengan mudah
meng??hilang untuk selamanya. Tapi dia berubah pikiran. Dia
kem?bali atas kesadaran sendiri. Sienna ingin membantu Anda
me?nangani krisis ini."
Tawa pahit meluncur dari bibir Sinskey. "Maaf jika saya tidak
berminat memercayai Ms. Brooks, terutama setelah dia membuat
klaim besar semacam itu."
"Saya memercayainya," kata Langdon dengan tegas. "Dan jika
dia mengklaim bahwa ini virus vektor, sebaiknya Anda meng?
anggapnya serius." Sinskey mendadak merasa letih, benaknya berjuang meng?
analisis kata-kata Langdon. Dia beranjak ke jendela dan menatap
ke luar. Vektor viral yang mengubah DNA" Walaupun prospek itu
ter?de?ngar mustahil dan mengerikan, dia harus mengakui ada??nya
kecocokan logika yang mengerikan. Bagaimanapun, Zobrist ada?
lah ahli rekayasa gene?tika dan tahu betul bahwa mutasi ter?kecil di
dalam satu gen dapat menyebabkan bencana bagi tu?buh"kanker,
gagal organ, dan kerusakan darah. Bahkan, pe?nyakit se?men?
jijikkan cystic fibrosis"yang menenggelamkan pen?derita dalam
lendir tubuhnya sendiri"hanya disebabkan oleh mutasi kecil
dalam gen regulator di kromosom tujuh.
Para spesialis telah mulai menangani kondisi-kondisi genetik
tersebut dengan virus vektor sederhana yang langsung disuntik?
kan ke tubuh pasien. Virus tak menular ini diprogram untuk men??
jelajahi tubuh pasien dan menempatkan DNA pengganti untuk
memperbaiki bagian yang rusak. Sains baru ini, bagai?manapun,
seperti semua sains lainnya, memiliki sisi gelap. Efek yang ditim?
bulkan virus vektor bisa memperbaiki atau merusak ... bergantung
pada niat si pelaku rekayasa. Jika suatu virus sengaja diprogram
untuk memasukkan DNA rusak ke sel yang sehat, dampaknya akan
isi INFERNO [SC].indd 619
620 D an B rown sangat merusak. Terlebih lagi, jika virus perusak itu direkayasa
untuk menjadi sangat menular dan berbasis udara ....
Prospek itu membuat Sinskey bergidik. Malapetaka genetik
apa?kah yang dibayangkan oleh Zobrist" Bagaimana dia berencana me?
ram?pingkan populasi manusia"
Sinskey menyadari bahwa dibutuhkan waktu bermingguming?gu untuk mencari jawabannya. Kode genetik manusia berisi
labirin permutasi kimia yang seolah-olah tanpa batas. Prospek
memeriksa seluruh kode genetik dengan harapan menemukan
satu perubahan spesifik yang dibuat Zobrist sama halnya dengan
mencari jarum di dalam tumpukan jerami ... tanpa mengetahui
di planet mana tumpukan jerami itu berada.
"Elizabeth?" suara dalam Langdon menyadarkannya dari
lamunan. Sinskey menoleh dari jendela dan menatapnya.
"Anda mendengar saya?" tanya Langdon, yang masih duduk
te?nang. "Sama seperti Anda, Sienna ingin memusnahkan virus
ini." "Saya meragukan itu."
Langdon mengembuskan napas dan berdiri. "Sepertinya
Anda harus mendengarkan penjelasan saya. Sesaat sebelum ke?
matiannya, Zobrist menulis surat untuk Sienna, mengabarkan apa
yang telah diperbuatnya. Dia dengan jelas memaparkan apa yang
akan dilakukan oleh virus itu ... bagaimana virus itu akan me?nye?
rang kita ... bagaimana virus itu akan mewujudkan tujuan?nya."
Sinskey terpaku. Ada surat"!
"Ketika Sienna membaca penjelasan Zobrist tentang apa yang
telah diciptakannya, dia kalut. Dia ingin menghentikan Zobrist.
Sienna menganggap virus itu sangat berbahaya sehingga tidak
menginginkan siapa pun memperoleh akses, termasuk WHO. Ti?
dakkah Anda mengerti" Sienna berusaha memusnahkan virus itu
... bukan melepaskannya."
"Ada surat?" tanya Sinskey, langsung berfokus pada surat
itu. "Dengan penjelasan spesifik?"
"Itulah yang dikatakan Sienna kepada saya, ya."
isi INFERNO [SC].indd 620
621 Infern o "Kami memerlukan surat itu! Penjelasan spesifik akan meng?
hemat waktu berbulan-bulan untuk memahami hal ini dan men?
cari cara menanganinya."
Langdon menggeleng. "Anda tidak mengerti. Saat membaca
surat Zobrist, Sienna ketakutan. Dia langsung membakarnya. Dia
ingin memastikan tidak seorang pun?"
Sinskey menggebrak meja. "Dia menghancurkan satu-satunya
hal yang bisa membantu kita menghadapi krisis ini" Dan Anda
meminta saya memercayainya?"
"Saya tahu bahwa saya terlalu banyak meminta, mengingat
perbuatannya, namun daripada menghujat dia, ada baiknya jika
kita mengingat bahwa Sienna memiliki kecerdasan luar biasa,
ter?masuk kemampuan menakjubkannya untuk menghafal."
Lang?don terdiam. "Bagaimana jika dia bisa menulis ulang surat
Zobrist untuk membantu Anda?"
Sinskey memicingkan mata, lalu mengangguk lemah. "Baiklah,
Profesor, jika begitu adanya, bagaimana saran Anda?"
Langdon menunjuk cangkir kopi kosong Sinskey. "Saya me?
nyaran?kan agar Anda memesan kopi lagi ... dan mendengarkan
satu syarat yang diminta Sienna."
Dengan jantung berdegup kencang, Sinskey melirik pesawat
telepon. "Anda tahu cara menghubunginya?"
"Ya." "Katakan apa yang dimintanya."
Langdon memberitahunya, dan Sinskey terdiam, mempertim?
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
bangkannya. "Menurut saya, itu tindakan yang benar," Langdon menam?
bah?kan. "Dan, kerugian apa yang akan Anda peroleh?"
"Jika semua yang Anda katakan benar, Anda bisa me?me?
gang janji saya." Sinskey mendorong pesawat telepon itu ke?pada
Langdon. "Tolong hubungi dia."
Sinskey terkejut saat Langdon mengabaikan pesawat telepon
itu. Dia malah berdiri dan berjalan ke pintu, mengatakan bahwa
diri?nya akan kembali sebentar lagi. Dengan bingung, Sinskey ber?
jalan ke lorong dan mengamati Langdon melintasi ruang tunggu
isi INFERNO [SC].indd 621
622 D an B rown kon?sulat, membuka pintu kaca, dan keluar menuju selasar lift.
Sejenak, Sinskey menyangka Langdon akan pergi, namun alih-alih
memasuki lift, dia malah menyelinap ke kamar kecil wanita.
Beberapa saat kemudian, dia muncul bersama seorang pe?
rem?puan yang tampaknya berusia awal tiga puluhan. Sinskey
butuh beberapa saat untuk menerima fakta bahwa perempuan
itu adalah Sienna Brooks. Wanita cantik berekor kuda yang telah
dilihatnya di awal hari, kini sepenuhnya berubah. Kepalanya
botak, tercukur bersih. Mereka berdua memasuki kantornya dan tanpa berkata-kata
menduduki kursi di depan mejanya.
"Maafkan saya," Sienna cepat-cepat berkata. "Saya tahu bah?
wa ada banyak hal yang harus kita bahas, tapi pertama-tama,
saya berharap Anda akan mengizinkan saya untuk mengatakan
sesuatu yang benar-benar harus saya katakan."
Sinskey mendengar kesedihan dalam suara Sienna. "Sila?
kan." "Ma"am," ujar Sienna, suaranya rapuh, "Anda Direktur WHO.
Anda lebih tahu daripada siapa pun bahwa spesies kita berada di
ambang kejatuhan ... sebuah populasi yang lepas kendali. Sela?
ma bertahun-tahun, Bertrand Zobrist berupaya menghubungi
orang-orang berpengaruh seperti Anda untuk membahas krisis
yang tengah mengancam ini. Tidak terhitung lagi banyaknya
organisasi yang dia kunjungi, yang diyakininya dapat membuat
perubahan"Worldwatch Institute, Club of Rome, Population
Matters, Council on Foreign Relations"namun dia tidak pernah
ber?temu dengan siapa pun yang berani membahas solusi nyata.
Kalian semua menanggapinya dengan rencana perbaikan edukasi
kon?trasepsi, pengurangan pajak untuk keluarga kecil, bahkan
ko?lo?ni?sasi bulan! Tidak heran jika Bertrand kehilangan akal
sehat." Sinskey menatapnya, tidak bereaksi.
Sienna menarik napas panjang. "Dr. Sinskey, Bertrand per?
nah menemui Anda secara pribadi. Dia memohon agar Anda
meng?akui bahwa kita tengah berada di ambang kepunahan ...
isi INFERNO [SC].indd 622
623 Infern o memohon agar Anda terlibat dalam semacam dialog. Namun,
Anda tidak sudi mendengarkan gagasannya, malah menyebutnya
gila, me?ma?sukkannya ke daftar oknum yang patut diwaspadai,
dan men?dorongnya untuk bersembunyi." Suara Sienna sarat
dengan emosi. "Bertrand tewas dalam keadaan kesepian karena
orang-orang seperti Anda menolak membuka pikiran untuk
mengakui bahwa situasi buruk kita mungkin membutuhkan
solusi yang tidak nyaman. Yang dilakukan Bertrand hanyalah
mengungkapkan kebenaran ... dan untuk itu, dia diasingkan."
Sienna menyeka mata dan menatap Sinskey. "Percayalah, saya
tahu rasanya merasa kesepian ... dan jenis kesepian terburuk di
dunia adalah isolasi akibat kesalahpahaman. Itu dapat membuat
sese?orang kehilangan pegangan pada kenyataan."
Sienna berhenti bicara, dan keheningan menyusul.
"Hanya itu yang ingin saya katakan," bisiknya.
Sinskey berlama-lama mengamatinya, lalu duduk. "Nona
Brooks," katanya, setenang mungkin, "Anda benar. Saya mungkin
tidak mendengarkan saat itu ...." Dia melipat kedua tangannya di
atas meja dan menatap langsung ke mata Sienna. "Tapi sekarang
saya mendengarkan."[]
isi INFERNO [SC].indd 623
Ba b 102 am dinding di lobi Konsulat Swiss sudah lama berdentang
melewati pukul satu malam.
Notes di meja Sinskey kini dipenuhi catatan, pertanya?an, dan
diagram. Direktur WHO itu sudah lebih dari lima menit tidak
bergerak maupun bersuara. Dia berdiri di dekat jendela, menatap
kegelapan malam. Di belakangnya, Langdon dan Sienna menunggu, duduk da?
lam keheningan, memegang cangkir berisi tegukan terakhir kopi
Turki mereka, sementara aroma sedap bubuk kopi dan ka?cang
pistachio memenuhi ruangan.
Satu-satunya suara yang terdengar adalah dengung lampulampu fluoresen di atas mereka.
Sienna dapat merasakan jantungnya berdegup kencang, dan
dia bertanya-tanya apa yang dipikirkan Sinskey setelah men?
de?ngar fakta dalam detail yang mengagetkan. Virus Bertrand
adalah wabah sterilitas. Sepertiga dari populasi manusia akan menjadi
mandul. Selama menjelaskan, Sienna menyaksikan berbagai emosi
Sinskey yang, walaupun ditahan, masih tetap terlihat. Pertamatama, penerimaan pahit terhadap fakta bahwa Zobrist benarbenar menciptakan virus vektor berbasis udara. Selanjutnya,
ada harapan ketika dia mengetahui bahwa virus itu dirancang
bukan untuk membunuh manusia. Kemudian ... perlahan-lahan,
ada ke?ngerian mencekam saat kebenaran mengendap, dan dia
me?nya?dari bahwa akan ada bagian besar dari populasi bumi
yang menjadi steril. Yang jelas, pengungkapan bahwa virus itu
isi INFERNO [SC].indd 624
625 Infern o me?nye?rang fertilitas manusia tampaknya memengaruhi Sinskey
secara mendalam hingga level personal.
Akan halnya Sienna, emosi yang melandanya adalah kele?
gaan. Dia telah menyampaikan seluruh isi surat Bertrand kepada
Direktur WHO. Aku tidak punya rahasia lagi.
"Elizabeth?" Langdon memecah kesunyian.
Sinskey perlahan-lahan terbangun dari lamunannya. Saat dia
kembali menatap mereka, wajahnya muram. "Sienna," katanya
dengan nada datar, "informasi yang Anda berikan akan sangat
membantu dalam menyusun strategi untuk menangani krisis
ini. Saya menghargai kejujuran Anda. Sebagaimana yang Anda
ketahui, pandemi virus vektor pernah dibahas secara teori sebagai
cara untuk mengimunisasi populasi besar, tapi semua orang yakin
bahwa teknologi itu baru akan sempurna bertahun-tahun lagi."
Sinskey kembali ke mejanya dan duduk di kursinya.
"Maaf," katanya, menggeleng. "Semua ini terasa seperti fiksi
ilmiah bagi saya saat ini."
Tak mengejutkan, Sienna membatin. Setiap lompatan kuantum
dalam dunia kedokteran selalu terasa seperti ini"penisilin,
anestesi, sinar X, pertama kalinya manusia melihat sel membelah
dari balik mikroskop. Dr. Sinskey menekuri catatannya. "Beberapa jam lagi saya
akan tiba di Jenewa, disambut badai pertanyaan. Saya yakin,
pertanyaan pertama yang akan saya dengar adalah apakah ada
cara untuk melawan virus ini."
Sienna sependapat dengannya.
"Dan," lanjut Sinskey, "saya membayangkan bahwa solusi
pertama yang ditawarkan adalah menganalisis virus Bertrand,
memahaminya sebaik mungkin, lalu mencoba merekayasa galur
keduanya"galur yang kami program ulang untuk mengembalikan
DNA kita ke bentuk aslinya." Sinskey terlihat pesimistis saat
mem??balas tatapan Sienna. "Kita masih membutuhkan waktu
untuk me?mas?tikan apakah virus penangkal dapat dibuat, namun
secara hipotetis, saya ingin mendengar pendapat Anda tentang
pen?de?katan itu." isi INFERNO [SC].indd 625
626 D an B rown Pendapatku" Sienna secara refleks melirik Langdon. Sang
pro?fesor mengangguk, menyampaikan pesan yang sangat jelas:
Kau sudah tiba sejauh ini. Ungkapkan pikiranmu. Katakan kebenaran
sebagaimana yang kau pahami.
Sienna berdeham, menoleh kepada Sinskey, dan berbicara de?
ngan suara yang jelas dan lantang. "Ma"am, saya sudah menyelami
dunia rekayasa genetika bersama Bertrand selama bertahuntahun. Sebagaimana yang Anda ketahui, genom manusia adalah
struktur yang sangat rapuh ... seperti rumah kartu. Semakin
ba?nyak pembenahan yang kita lakukan, semakin besar peluang
kita salah meletakkan kartu dan meruntuhkan seluruh rumah.
Se?cara pribadi, saya yakin bahwa terdapat bahaya besar dalam
upaya membatalkan yang sudah terjadi. Bertrand adalah insinyur
genetika dengan keahlian dan visi luar biasa. Dia bertahun-tahun
lebih maju daripada rekan-rekan sejawatnya. Untuk saat ini, saya
belum melihat ada orang lain yang mampu membongkar genom
manusia sehebat Bertrand dan berharap dapat memperbaikinya.
Sekalipun Anda merancang sesuatu yang Anda pikir akan ber?
hasil, menjalankan rencana ini akan melibatkan menginfeksi ulang
seluruh populasi manusia dengan sesuatu yang baru."
"Benar sekali," kata Sinskey, sepertinya tidak terkejut saat
men?dengar hal itu. "Tapi tentu saja, ada isu yang lebih besar. Kita
mung?kin bahkan tidak ingin melawannya."
Kata-katanya membuat Sienna terperanjat. "Maaf?"
"Nona Brooks, saya mungkin tidak setuju dengan metode
Bertrand, namun penilaiannya tentang keadaan dunia ini benar.
Planet ini tengah menghadapi masalah overpopulasi serius. Jika
kita berhasil menetralisasi virus Bertrand tanpa memiliki rencana
alternatif untuk dijalankan ... kita akan kembali ke awal."
Kekagetan Sienna tentu jelas terlihat, karena Sinskey terkekeh
dan menambahkan, "Bukan pandangan yang Anda kira akan
Anda dengar dari saya?"
Sienna menggeleng. "Saya tidak tahu harus berpikir bagai?
mana lagi." isi INFERNO [SC].indd 626
627 Infern o "Kalau begitu, mungkin saya bisa mengejutkan Anda lagi,"
Sinskey melanjutkan. "Seperti yang sudah saya sebutkan tadi,
para pemimpin dari agensi-agensi kesehatan terkemuka di selu?
ruh du?nia akan berkumpul di Jenewa beberapa jam lagi untuk
mem?bahas krisis ini dan mempersiapkan rencana tindakan.
Selama ber?tahun-tahun saya bekerja di WHO, belum pernah ada
per?te?muan sebesar ini." Dia menatap dokter muda itu. "Sienna,
saya me?minta Anda turut hadir di pertemuan itu."
"Saya?" Sienna menghindar. "Saya bukan ahli rekayasa ge?
netika. Saya sudah mengungkapkan semua yang saya ketahui."
Dia menunjuk notes Sinskey. "Semua yang bisa saya berikan su?
dah ada di dalam catatan Anda."
"Tidak untuk jangka panjang," Langdon menimpali. "Sienna,
debat apa pun tentang virus ini akan memerlukan konteks. Dr.
Sinskey dan timnya akan perlu mengembangkan kerangka moral
untuk menyusun tanggapan terhadap krisis ini. Dr. Sinskey jelas
meyakini bahwa kau berada di posisi unik untuk memberi ma?
sukan pada dialog itu."
"Kerangka moralku, kurasa, tak akan menyenangkan WHO."
"Mungkin tidak," jawab Langdon, "yang justru memberikan
lebih banyak alasan bagimu untuk hadir di sana. Kau adalah ang?
gota kelompok pemikir baru. Kau memberikan sanggahan. Kau
bisa membantu mereka memahami cara berpikir seorang visioner
seperti Bertrand"individu brilian yang memiliki keyakinan sa?
ngat kuat sehingga rela mengotori tangannya sendiri untuk me?
mecahkan masalah." "Bertrand bukan yang pertama."
"Bukan," kata Sinskey, "dan dia juga bukan yang terakhir.
Setiap bulan, WHO menemukan lab-lab tempat para ilmuwan ber?
kecimpung di area abu-abu sains"segala hal dari memanipulasi sel
punca manusia hingga membudidayakan chimera ... memadukan
spesies yang tidak ada di alam. Itu merisaukan. Saking cepatnya
kemajuan sains, tidak ada yang tahu lagi batas-batasnya."
Sienna mau tidak mau mengiyakan. Baru-baru ini, dua orang
virolog ternama"Fouchier dan Kawaoka"menciptakan mu?tan
isi INFERNO [SC].indd 627
628 D an B rown virus H5N1 yang sangat bersifat patogen. Walaupun niat kedua
peneliti itu murni akademis, kreasi baru mereka memiliki ke?mam?
puan tertentu yang mengusik para spesialis keamanan hayati dan
menimbulkan badai kontroversi di Internet.
"Saya khawatir situasinya akan makin keruh," kata Sinskey.
"Kita sedang menghadapi teknologi baru yang belum terba?yang?
kan." "Juga filosofi baru," Sienna menambahkan. "Gerakan Trans?
hu?manis akan meledak dan menjadi pengetahuan umum. Salah
satu asas mendasarnya adalah bahwa kita sebagai manusia me?
miliki kewajiban moral untuk berpartisipasi dalam proses evolusi
... memanfaatkan teknologi untuk mengunggulkan spesies kita,
menciptakan manusia yang lebih baik"lebih sehat, lebih kuat,
dengan fungsi otak yang lebih tinggi. Semua itu akan mungkin
terwujud sebentar lagi."
"Dan menurut Anda, keyakinan seperti itu tidak bertentangan
dengan proses evolusi?"
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
"Tidak," Sienna menjawab tanpa keraguan. "Manusia telah
giat berevolusi selama beribu-ribu tahun, menemukan tekno?logi
baru di sepanjang jalan"menggosok-gosokkan ranting untuk
mencari kehangatan, mengembangkan pertanian untuk men?da?
patkan makanan, menemukan vaksin untuk melawan penyakit,
dan sekarang, menciptakan perangkat genetika untuk membantu
merekayasa badan kita agar kita bisa bertahan di dunia yang se?
dang berubah." Dia terdiam. "Saya yakin bahwa rekayasa genetika
hanyalah satu langkah dalam perjalanan panjang manusia menuju
kemajuan." Sinskey terdiam, hanyut dalam pikirannya. "Jadi, Anda per?
caya bahwa kita harus menyambut perangkat itu dengan tangan
terbuka." "Jika kita tidak menerimanya," jawab Sienna, "berarti kita
ti?dak pantas hidup, seperti manusia gua yang mati beku karena
takut menyalakan api."
Kata-katanya seolah-olah menggantung lama di ruangan
itu. isi INFERNO [SC].indd 628
629 Infern o Langdon memecah keheningan. "Saya tidak ingin terdengar
kuno," katanya, "tapi saya dibesarkan dengan teori Darwin, dan
mau tidak mau saya mempertanyakan kearifan usaha mempercepat
proses evolusi alami."
"Robert," ujar Sienna dengan nada empatik, "rekayasa gene?
tika bukan usaha percepatan proses evolusi. Ini adalah rangkaian
peristiwa alami! Kau melupakan bahwa evolusi telah menciptakan
Bertrand Zobrist. Kecerdasan superiornya adalah produk dari
proses yang oleh Darwin digambarkan sebagai ... evolusi seiring
waktu. Pandangan langka Bertrand mengenai genetika tidak da?
tang secepat kilat seperti wahyu ... itu adalah produk dari kema?
juan bertahun-tahun kecerdasan manusia."
Langdon terdiam, merenungkan ucapan Sienna.
"Dan sebagai Darwinis," Sienna melanjutkan, "kau tahu bah?
wa alam selalu menemukan cara untuk melestarikan populasi
ma?nusia"wabah, masa paceklik, bencana alam. Tapi, izinkan aku
bertanya"mungkinkah alam telah menemukan cara yang lain
kali ini" Tidak dengan malapetaka yang menghadirkan nestapa ...
tetapi mungkin alam, melalui proses evolusi, menciptakan seorang
ilmuwan yang menemukan metode baru untuk menurunkan
jum?lah penduduk secara perlahan-lahan. Tanpa wabah. Tanpa
ke?matian. Hanya penyesuaian jumlah spesies dengan kemampuan
ling?kungannya?" "Sienna," potong Sinskey. "Kita sudah terlambat. Kita harus
pergi. Tapi sebelumnya, saya harus menegaskan satu hal. Malam
ini Anda berulang-ulang mengatakan bahwa Bertrand bukan
orang jahat ... bahwa dia mengasihi umat manusia, dan cita-citanya
un?tuk menyelamatkan spesies kitalah yang mendorongnya meng?
ambil tindakan sedrastis itu."
Sienna mengangguk. "Hasil membenarkan cara apa pun
yang dipakai," katanya, mengutip ahli teori politik dari Florence,
Machiavelli. "Jadi, katakanlah," kata Sinskey, "percayakah Anda bahwa
hasil membenarkan cara apa pun yang dipakai" Bahwa tujuan
isi INFERNO [SC].indd 629
630 D an B rown Ber?trand untuk menyelamatkan dunia begitu mulia sehingga
tidak apa-apa jika dia melepaskan virus ini?"
Keheningan seketika menyelimuti ruangan itu.
Sienna mencondongkan badan ke meja, ekspresinya menun?
jukkan ketegasan. "Dr. Sinskey, seperti yang sudah saya katakan,
menurut saya tindakan Bertrand ceroboh dan benar-benar berba?
haya. Kalau saja saya bisa menghentikannya, saya pasti akan
me?la?kukannya. Saya memohon agar Anda memercayai saya."
Elizabeth Sinskey mengulurkan tangan di atas meja dan
de?ngan lembut menggenggam kedua tangan Sienna. "Saya me?
mer?cayaimu, Sienna. Saya memercayai setiap kata yang kamu
ucap?kan."[] isi INFERNO [SC].indd 630
Ba b 103 dara dini hari di Bandara Atat?rk dingin dan berembun.
Tarmak di sekitar terminal pesawat pribadi diselimuti
ka?but tipis. Langdon, Sienna, dan Sinskey tiba dengan mobil dan di?sam?
but oleh seorang staf WHO yang membantu mereka turun dari
kendaraan. "Kami siap kapan pun Anda siap, Ma"am," kata pria itu, mem?
persilakan ketiganya memasuki bangunan terminal ber?inte?rior
sederhana. "Bagaimana rencana untuk Mr. Langdon?" tanya Sinskey.
"Pesawat pribadi ke Florence. Dokumen perjalanan sementara
beliau sudah disiapkan di pesawat."
Sinskey mengangguk. "Dan masalah lain yang sudah kita
bahas?" "Sudah dikerjakan. Paket itu akan dikirim secepatnya."
Sinskey berterima kasih kepada pria itu, yang kemudian me?
lintasi tarmak menuju pesawat. Dia menoleh kepada Langdon.
"Anda yakin tidak ingin ikut dengan kami?" Dia tersenyum letih
dan menarik rambut perak panjangnya ke belakang, lalu me?nye?
lipkannya di balik telinga.
"Mengingat situasinya," ujar Langdon dengan jenaka, "saya
rasa tidak ada yang bisa diberikan oleh seorang profesor seni rupa
dalam pertemuan WHO."
"Anda sudah memberikan banyak hal," kata Sinskey. "Le?bih
daripada yang Anda sadari. Lagi pula, Anda sudah ...." Dia me??
nun??juk Sienna di sampingnya, namun wanita itu tidak lagi ber?
sama mereka. Sienna berada sekitar dua puluh meter di bela?kang
isi INFERNO [SC].indd 631
632 D an B rown me??reka, berdiri di dekat jendela besar dan menatap ke luar pada
C-130 yang telah menanti, tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Terima kasih karena sudah memercayai dia," ujar Langdon
lirih. "Firasat saya mengatakan bahwa dia tidak terbiasa menda?
pat?kan itu dalam kehidupannya."
"Saya menduga bahwa saya dan Sienna Brooks akan banyak
bertukar pengetahuan." Sinskey mengulurkan tangannya. "Sela?
mat jalan, Profesor."
"Selamat jalan juga untuk Anda," kata Langdon seraya menja?
bat tangan Dr. Sinskey. "Semoga beruntung di Jenewa."
"Kami akan membutuhkan keberuntungan," kata Sinskey se?
belum mengangguk ke arah Sienna. "Saya akan memberi kalian
waktu. Tolong antar dia keluar saat Anda sudah siap."
Saat berjalan melintasi terminal, Sinskey tanpa sadar mero?goh
sakunya dan mengeluarkan dua patahan jimatnya, lalu meng?
geng?gamnya erat-erat. "Jangan sampai Anda kehilangan tongkat Asclepius itu,"
Lang?don berseru di belakangnya. "Itu bisa diperbaiki."
"Terima kasih," jawab Sinskey sambil melambai. "Saya ber?
harap semuanya bisa diperbaiki."
______ Sienna Brooks berdiri sendirian di dekat jendela, menatap lampulampu di landasan pacu yang tampak misterius di balik kabut dan
di bawah awan mendung. Di atas menara kendali di kejauhan,
ben?dera Turki berkibar"bendera merah bersimbol bulan sabit
dan bintang kuno"peninggalan Kekaisaran Ottoman yang masih
tegar berkibar di dunia modern.
"Apa yang kau pikirkan saat ini?" sebuah suara dalam ter?
dengar dari belakangnya. Sienna tidak menoleh. "Badai akan datang."
"Aku tahu," jawab Langdon dengan tenang.
Setelah beberapa waktu, Sienna menoleh kepadanya. "Aku
ber?harap kau ikut ke Jenewa."
isi INFERNO [SC].indd 632
633 Infern o "Terima kasih atas tawaranmu," jawab Langdon. "Tapi kau
akan sibuk berbicara tentang masa depan. Hal terakhir yang kau
butuhkan adalah seorang profesor universitas yang kolot dan
mem?perlambatmu." Sienna menatapnya dengan bingung. "Menurutmu, kau ter?
lalu tua untukku, ya?"
Langdon tertawa terbahak-bahak. "Sienna, aku jelas terlalu
tua untukmu!" Sienna menggerakkan badannya dengan kikuk, terlihat malu.
"Oke ... tapi paling tidak kau tahu di mana kau bisa mencariku."
Dia mengangkat bahunya seperti remaja. "Maksudku ... kalau
kau ingin menemuiku lagi."
Langdon tersenyum kepadanya. "Dengan senang hati."
Sienna merasakan semangatnya sedikit terangkat, namun
keheningan panjang menyelimuti mereka karena tidak seorang
pun sanggup mengucapkan selamat jalan.
Ketika menatap profesor Amerika itu, Sienna merasakan
gejolak emosi yang asing baginya. Sekonyong-konyong, dia ber?
jinjit dan mencium Langdon. Saat dia melangkah mundur, mata?
nya telah basah. "Aku akan merindukanmu," bisiknya.
Langdon tersenyum penuh kasih sayang dan memeluknya.
"Aku juga akan merindukanmu."
Mereka berdiri hingga lama kemudian, masing-masing tidak
ingin melepaskan pelukan. Akhirnya, Langdon bersuara. "Ada
sebuah ungkapan lama ... konon diucapkan oleh Dante ...." Dia
terdiam. ?"Ingatlah malam ini ... karena ini adalah awal dari
selamanya.?" "Terima kasih, Robert," kata Sienna, air matanya mulai meng?
alir. "Akhirnya aku merasa memiliki tujuan."
Langdon merengkuhnya erat. "Kau selalu mengatakan bah?
wa kau ingin menyelamatkan dunia, Sienna. Mungkin inilah
ke?sem?patanmu." Sienna tersenyum lembut dan berpaling. Saat berjalan seorang
diri menuju C-130 yang telah menanti, Sienna merenungkan
isi INFERNO [SC].indd 633
634 D an B rown semua yang telah terjadi ... semua yang masih terjadi ... dan semua
kemungkinan di masa depan.
Ingatlah malam ini, dia mengulang ungkapan itu, karena ini
adalah awal dari selamanya.
Ketika memasuki pesawat, Sienna berdoa semoga Dante
benar.[] isi INFERNO [SC].indd 634
Ba b 104 atahari sore pucat menggantung rendah di atas Piazza
del Duomo, sinarnya terpantul di ubin-ubin putih
menara lonceng Giotto dan menghadirkan bayanganbayangan panjang melintasi Katedral Santa Maria del Fiore yang
menawan. Upacara pemakaman Ignazio Busoni tengah berlangsung ke?
tika Robert Langdon menyelinap ke dalam katedral dan mencari
tempat duduk, senang karena kehidupan Ignazio dikenang di
sini, di basilika yang tak lekang oleh waktu dan telah dikelolanya
selama bertahun-tahun. Walaupun fasadnya meriah, bagian dalam katedral Florence
polos, kosong, dan sederhana. Bagaimanapun, tempat peribadatan
syahdu itu hari ini seolah-olah memancarkan atmosfer perayaan.
Dari seluruh penjuru Italia, para pejabat pemerintah, kawan, dan
kolega di dunia seni membanjiri gereja untuk mengenang pria
gemuk dan ramah yang dengan penuh kasih sayang mereka ju?
luki il Duomino. Media melaporkan bahwa Busoni wafat ketika tengah mela?
kukan kegiatan yang paling digemarinya"berjalan-jalan malam
di seputar Duomo. Irama pemakaman ini ternyata ceria, dengan komentarkomentar jenaka dari teman dan keluarga, seorang rekan kerja
me?ma?parkan kecintaan Busoni pada seni Renaisans, yang hanya
bisa ditandingi dengan kecintaannya pada spageti Bolognese dan
budino karamel. Setelah upacara selesai, ketika para peziarah berbaur dan de?
ngan riang mengenang kembali masa-masa menyenangkan dari
isi INFERNO [SC].indd 635
636 D an B rown kehidupan Ignazio, Langdon berjalan-jalan di dalam Duomo,
mengagumi karya seni yang dicintai begitu mendalam oleh
Ignazio ... Last Judgment karya Vasari di bawah kubah, jendelajendela kaca patri karya Donatello dan Ghiberti, jam dinding karya
Uccello, dan lantai mosaik yang kerap diabaikan.
Akhirnya, Langdon mendapati dirinya berdiri di hadapan
se?bentuk wajah yang telah dikenalinya"wajah Dante Alighieri.
Diabadikan dalam lukisan dinding legendaris oleh Michelino,
penyair ternama itu berdiri di depan Gunung Penebusan dan ta?
ngannya mengacungkan, seolah-olah menawarkan dengan sopan,
mahakaryanya, The Divine Comedy.
Mau tidak mau Langdon memikirkan pendapat Dante se?
an??dai??nya dia mengetahui dampak puisi epiknya bagi dunia,
ber??abad-abad kemudian, pada masa depan yang tidak pernah
di??ba?yang?kan oleh penyair Florence itu.
Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo
Dia telah menemukan kehidupan abadi, pikir Langdon, ter?ingat
akan pandangan seorang filosof Yunani awal mengenai ke?masy?
huran. Selama mereka tetap menyebutkan namamu, kau tidak akan
pernah mati. Malam telah tiba ketika Langdon melintasi Piazza Sant"Elisabetta dan kembali ke Hotel Brunelleschi yang anggun. Di
kamarnya di lantai atas, dia lega saat menemukan sebuah paket
besar telah menantinya. Akhirnya, kiriman itu telah tiba.
Paket yang kuminta dari Sinskey.
Langdon bergegas memotong lakban yang menyegel kotak
itu dan mengeluarkan isinya yang berharga, lega saat melihat pe?
ngemasan yang rapi, lengkap dengan lapisan pelindung tebal.
Bagaimanapun, dia terkejut ketika mendapati bahwa kotak
itu juga berisi beberapa barang tambahan. Elizabeth Sinskey, se?
per?tinya, telah memanfaatkan pengaruh kuatnya untuk me?ngem?
balikan lebih banyak daripada yang dimintanya. Kotak itu berisi
pakaian Langdon sendiri"kemeja, celana khaki, dan jaket Harris
Tweed usangnya"yang semuanya sudah dicuci dan disetrika.
Bahkan, sepatu pantofel cordovan-nya juga ada, terse?mir mengi?
isi INFERNO [SC].indd 636
637 Infern o lap. Di dalam kotak itu, dia juga dengan gembira me?ne?mu?kan
dom?petnya. Tetapi, penemuan benda terakhirlah yang membuat Langdon
terkekeh. Reaksinya sebagian timbul akibat kelegaan karena
benda itu telah kembali ... dan sebagian akibat rasa malu karena
dia sangat menyayanginya.
Arloji Mickey Mouse-ku. Langdon cepat-cepat memasang arloji edisi kolektor itu di
per?gelangan tangannya. Sentuhan tali kulit usang di kulitnya
membuatnya merasa aman. Setelah dia mengenakan pakaiannya
sendiri dan memasang sepatunya di kaki, Robert Langdon nyaris
merasa menjadi dirinya lagi.
Langdon keluar dari hotel, membawa paket rentan dalam tas
Hotel Brunelleschi yang dipinjamnya dari penjaga pintu. Tidak
seperti biasanya, udara malam itu hangat, menambahkan kesan
seperti mimpi dalam perjalanannya menyusuri Via dei Calzaiuoli
menuju menara tunggal Palazzo Vecchio.
Begitu tiba, Langdon melapor ke pos keamanan, tempat na?
ma?nya tercantum di daftar tamu yang hendak menemui Marta
Alvarez. Dia dipersilakan memasuki Hall of the Five Hundred,
yang masih dipenuhi turis. Langdon datang tepat waktu, mengira
akan bertemu dengan Marta di pintu masuk, namun wanita itu
tidak terlihat di mana-mana.
Dia melambai kepada seorang pemandu yang melewatinya.
"Scusi?"Permisi?" seru Langdon. "Dove passo trovare Marta
Alvarez?"Bisakah saya bertemu Marta Alvarez?"
Si pemandu tersenyum lebar. "Signora Alvarez"!"Nyonya
Alvarez"! Dia tidak ada di sini! Dia sudah melahirkan! Catalina!
Molto bella!"Cantik sekali!"
Langdon senang mendengar kabar baik mengenai Marta. "Ahh
... che bello"Ah, bagus," jawabnya. "Stupendo!"Luar biasa!"
Begitu si pemandu pergi, Langdon memikirkan apa yang
hen?dak diperbuatnya dengan paket yang dibawanya.
isi INFERNO [SC].indd 637
638 D an B rown Setelah mengambil keputusan, dia melintasi Hall of the Five
Hundred yang ramai, melewati mural Vasari, dan menuju museum
palazzo, menjauh dari pengamatan petugas keamanan.
Akhirnya, dia tiba di luar andito museum yang sempit.
Lorong itu gelap, ditutup oleh tiang pembatas, rantai, dan tanda:
CHIUSO/TUTUP. Langdon diam-diam mengedarkan pandangan, lalu menye?
linap ke bawah rantai dan memasuki ruangan yang gelap. Dia
merogoh tasnya dan dengan hati-hati mengeluarkan paket yang
rentan itu, kemudian membuka lapisan pembungkusnya.
Saat lapisan plastik itu tersibak, topeng kematian Dante kem?
bali menatapnya. Topeng rapuh itu masih berada di kantong
Ziploc yang asli, sebagaimana permintaan Langdon diambil dari
loker di stasiun kereta api Venesia. Topeng itu tampak tanpa cela,
kecuali satu hal kecil"tambahan sebuah puisi dengan tulisan
dalam baris berbentuk spiral yang anggun di baliknya.
Langdon menatap lemari antik di depannya. Topeng kematian
Dante dipamerkan menghadap ke depan ... tidak akan ada yang me?nya?
darinya. Dia dengan hati-hati mengeluarkan topeng itu dari kantong
Ziploc. Kemudian, dengan sangat lembut, dia meletakkannya
kembali di tempatnya di dalam lemari. Topeng itu terbenam,
bersarang di atas lapisan beledu merah.
Langdon menutup lemari dan berdiri sejenak, memandang
wajah pucat Dante yang menyerupai hantu di ruangan gelap itu.
Akhirnya pulang. Sebelum dia keluar, Langdon diam-diam menyingkirkan
tiang pembatas, rantai, dan tanda dari pintu. Saat melintasi galeri,
dia berhenti untuk menyapa seorang pemandu.
"Signorina?"Nona?" kata Langdon. "Lampu di atas topeng
ke?matian Dante sebaiknya dinyalakan. Sangat sulit untuk melihat
dalam kegelapan." "Maaf," kata wanita muda itu, "tapi ruangan itu ditutup.
Topeng kematian Dante sudah tidak ada di sini."
isi INFERNO [SC].indd 638
639 Infern o "Aneh sekali," Langdon berpura-pura terkejut. "Saya baru
saja mengaguminya." Wajah wanita itu menyiratkan kebingungan.
Saat wanita itu bergegas menuju andito, Langdon diam-diam
menyelinap keluar dari museum.[]
isi INFERNO [SC].indd 639
t.c isi INFERNO [SC].indd 640
Epilog epuluh ribu meter di atas bentangan suram Teluk Biscay,
pesawat Alitalia membelah langit malam yang bermandikan
cahaya bulan ke barat menuju Boston.
Di kabin pesawat itu, Robert Langdon dengan tekun membaca
edisi paperback The Divine Comedy. Irama yang dihadirkan oleh
puisi berima terza rima itu seolah-olah berpadu dengan dengung
mesin jet, membuainya hingga nyaris terhipnotis. Kata-kata Dante
mengalir dari setiap halaman, bergema di hatinya seakan-akan
ditulis khusus untuk dirinya saat ini.
Langdon teringat kembali bahwa puisi Dante tidak sekadar
menyampaikan tentang duka nestapa di neraka, tetapi kekuatan
semangat jiwa manusia untuk menghadapi tantangan seberat
apa pun. Di luar jendela, bulan purnama bersinar cemerlang, menye?
limuti langit dengan cahayanya. Langdon menatap langit yang
mem?bentang luas, larut memikirkan semua yang terjadi selama
beberapa hari terakhir. Tempat tergelap di neraka dicadangkan bagi mereka yang tetap
bersikap netral di saat krisis moral. Bagi Langdon, makna kata-kata
itu tidak pernah sejelas saat ini: Dalam masa berbahaya, tidak ada
dosa yang lebih besar daripada tetap diam.
Langdon menyadari bahwa dirinya, seperti jutaan manusia
lainnya, bersalah untuk hal ini. Ketika berhadapan dengan ma?
salah dunia, penyangkalan menjadi pandemi global. Langdon
berjanji bahwa dia tidak akan pernah melupakan hal ini.
Selagi pesawat melesat ke barat, Langdon memikirkan dua
wanita tangguh yang kini berada di Jenewa, menghadapi masa
isi INFERNO [SC].indd 641
642 D an B rown depan dengan berani dan menguraikan kerumitan dunia yang
tengah berubah. Di luar jendela, gumpalan-gumpalan awan terlihat di cakra?
wala, berarak perlahan melintasi langit, hingga akhirnya melintasi
bulan dan menghalangi cahaya terangnya.
Robert Langdon bersandar di kursinya, merasakan sekarang
waktunya untuk tidur. Dia mematikan lampu di atas kepala?nya
dan untuk terakhir kalinya menoleh ke langit. Di luar, di ke??ge??
lapan yang baru saja turun, dunia telah berubah. Langit ber??ki?lauan
dengan taburan bintang-bintang.[]
isi INFERNO [SC].indd 642
T ENTANG PENULIS Dan Brown adalah penulis The Da Vinci Code, salah satu novel
yang paling banyak dibaca sepanjang waktu, dan juga bestseller in?
ter?nasional The Lost Symbol, Angels & Demons, Deception Point, dan
Digital Fortress. Dia tinggal di New England bersama istrinya.[]
isi INFERNO [SC].indd 643
Tanah Warisan 8 2060 When The World Is Yours Karya Yuli Pritania Pendekar Riang 3