Pencarian

Inferno 6

Inferno Karya Dan Brown Bagian 6


masih berada di dalam kantong Ziploc seakan mati lemas. Seje?
nak gambaran wajah yang menatap dari bak penuh air itu mem?
buat Langdon teringat pada pengalaman mengerikannya sendiri
semasa kecil, terperangkap di dasar sumur, menatap langit dengan
putus asa. Langdon buru-buru menyingkirkan pikiran itu dan dengan
hati-hati menjulurkan kedua tangan untuk mencengkeram kedua
sisi topeng di tempat telinga Dante seharusnya berada. Walaupun
wa?jah itu kecil berdasarkan standar modern, plester kunonya lebih
berat daripada yang diduga oleh Langdon. Perlahan-lahan dia
me?nge?luarkan topeng itu dari bak dan mengangkatnya se?hing?ga
dia dan Sienna bisa mengamatinya dengan lebih saksama.
Walaupun dipandang melalui kantong plastik, topeng itu
luar biasa hidup. Setiap keriput dan noda di wajah penyair tua
itu di?abadikan oleh plester basah. Dengan pengecualian retakan
lama di bagian tengah, kondisi topeng itu sempurna.
"Balikkan," bisik Sienna. "Ayo, kita lihat bagian belakang?
nya." Langdon sudah pernah melakukan hal itu. Video keamanan
dari Palazzo Vecchio jelas menunjukkan Langdon dan Ignazio
menemukan sesuatu di sisi belakang topeng"sesuatu yang me?
nge?jutkan hingga kedua lelaki itu nekat mencuri artefak ber?harga
itu. Dengan sangat berhati-hati agar tidak menjatuhkan plester
rapuh itu, Langdon membalik topeng dan meletakkannya mene?
lungkup di telapak tangan kanan sehingga mereka bisa mengamati
bagian belakangnya. Tidak seperti wajah bertekstur Dante yang
lapuk, bagian belakang topeng terasa halus dan kosong. Karena
topeng itu tidak pernah dimaksudkan untuk dipakai, sisi bela?
kangnya diisi plester untuk memberikan semacam kepadatan
pada topeng rapuh itu, menghasilkan permukaan cekung tanpabentuk seperti mangkuk sup dangkal.
isi INFERNO [SC].indd 340
341 Infern o Langdon tidak tahu apa yang akan dia temukan di bagian
belakang topeng, tapi jelas sekali bukan ini.
Tidak ada apa-apa. Sama sekali tidak ada sesuatu apa pun.
Hanya permukaan kosong yang halus.
Sienna juga sama kebingungannya. "Ini plester kosong,"
bi?sik?nya. "Jika tidak ada sesuatu pun di sini, apa yang dilihat
oleh?mu dan Ignazio?"
Aku sama sekali tidak tahu, pikir Langdon, sambil menarik
kan?tong plastik itu hingga menegang di atas plester agar dia
bisa me?lihat lebih jelas. Tidak ada apa-apa di sini! Dengan perasaan
semakin tertekan, Langdon mengangkat topeng ke dalam sorotan
cahaya dan mengamatinya dengan saksama. Ketika memiringkan
benda itu agar bisa melihat lebih jelas, sekejap dia mengira melihat
sedikit perubahan warna di dekat bagian atas"sederet tanda
yang memanjang secara horizontal melintasi bagian belakang
ke?ning Dante. Noda alami" Atau mungkin ... sesuatu yang lain. Langdon lang?
sung berbalik dan menunjuk panel pualam berengsel di dinding
di belakang mereka. "Lihatlah di dalam sana," katanya kepada
Sienna. "Carilah apakah ada handuk."
Sienna tampak skeptis, tapi patuh, membuka lemari yang
tersembunyi dengan baik itu, yang berisikan tiga benda"katup
untuk mengontrol ketinggian air di dalam bak baptis, tombol
lampu untuk mengontrol lampu-sorot di atas bak baptis, dan ...
se?tumpuk handuk linen. Sienna memandang Langdon dengan terkejut, tapi Langdon
sudah cukup sering mengikuti tur gereja di seluruh dunia
untuk tahu bahwa tempat baptisan hampir selalu menyediakan
kemudahan akses bagi pastor untuk memperoleh kain popok
darurat"reaksi kan?dung kemih bayi yang tak terduga adalah
risiko universal pem??baptisan.
"Bagus," kata Langdon sambil memandang handuk-handuk
itu. "Tolong pegangi topengnya sebentar." Dengan lembut, dia
me?mindahkan topeng ke tangan Sienna, lalu mulai bekerja.
isi INFERNO [SC].indd 341
342 D an B rown Pertama-tama, Langdon mengangkat tutup persegi enam
itu dan mengembalikannya ke atas bak baptis sehingga bak itu
kembali menjadi meja kecil seperti altar yang pertama kali me?
reka lihat. Lalu dia meraih beberapa handuk linen dari lemari
dan membentangkannya di atas penutup kayu seperti taplak.
Akhir?nya, dia menjentikkan tombol lampu bak baptis, sehingga
lampu-sorot yang berada persis di atas kepala langsung menyala,
me?nyinari area pembaptisan.
Dengan lembut, Sienna meletakkan topeng di atas bak baptis,
sementara Langdon mengambil lebih banyak handuk, yang
digunakannya seperti sarung-tangan oven untuk mengeluarkan
topeng dari kantong Ziploc, sambil berhati-hati untuk tidak me?
nyentuh benda itu dengan tangan telanjang. Beberapa saat ke?mu?
dian, topeng kematian Dante tergeletak tanpa-selubung dengan
wajah menengadah di bawah lampu terang, seperti kepala pasien
yang dibius di atas meja operasi.
Tekstur dramatis topeng itu tampak semakin mengerikan di
bawah sinar lampu, semua kerut dan keriput usia tua dipertegas
oleh plester yang warnanya memudar. Tanpa menyia-nyiakan
waktu, Langdon menggunakan sarung tangan daruratnya untuk
membalik topeng dan meletakkannya menelungkup.
Bagian belakang topeng tampak jauh lebih muda daripada
bagian depannya"bersih dan putih, alih-alih kotor dan kuning.
Sienna memiringkan kepala, tampak kebingungan. "Apakah
sisi yang ini tampak lebih baru bagimu?"
Memang, perbedaan warnanya lebih mencolok daripada yang
dibayangkan oleh Langdon, tapi sisi ini pasti berusia sama dengan
bagian depannya. "Penuaan yang tidak merata," jelas Langdon.
"Bagian belakang topeng terlindung oleh kotak etalase, sehingga
tidak mengalami efek-efek penuaan akibat cahaya matahari."
Dalam hati, Langdon mengingatkan diri sendiri untuk memakai
tabir surya dengan SPF lebih tinggi.
"Tunggu," kata Sienna sambil membungkuk lebih dekat de?
ngan topeng. "Lihat! Di keningnya! Agaknya itulah yang dilihat
oleh?mu dan Ignazio."
isi INFERNO [SC].indd 342
343 Infern o Mata Langdon bergerak cepat melintasi permukaan putih
halus itu, memandang perubahan warna yang sama yang tadi
diamatinya lewat plastik"deretan samar tanda yang memanjang
secara horizontal melintasi bagian belakang kening Dante. Na?
mun, kini dalam cahaya terang, Langdon melihat dengan jelas
bah?wa tanda-tanda ini bukanlah noda alami ... itu tanda-tanda
buatan manusia. "Itu ... tulisan," bisik Sienna tercekat. "Tapi ...."
Langdon mengamati tulisan di plester. Sederet huruf"ditulistangan dengan tulisan indah berwarna kuning-kecokelatan sa?
mar. "Hanya itukah tulisannya?" tanya Sienna, kedengaran nyaris
marah. Langdon hampir tidak mendengarnya. Siapa yang menulis ini"
pikirnya bertanya-tanya. Seseorang di era Dante" Tampaknya mus?
tahil. Seandainya memang begitu, seorang sejarahwan seni pasti
telah melihatnya dulu sekali di saat pembersihan atau restorasi
rutin, dan tulisan itu akan menjadi bagian dari hikayat topeng.
Tetapi, Langdon belum pernah mendengar tentang tulisan ini.
Sumber yang jauh lebih memungkinkan langsung terpikirkan
olehnya. Bertrand Zobrist. Zobrist adalah pemilik topeng, dan karenanya bisa dengan
mudah meminta akses privat menuju topeng itu kapan pun dia
mau. Dia bisa saja menulis teks di bagian belakang topeng, lalu
me?ngem?balikan topeng itu ke dalam kotak antiknya tanpa dike?
ta?hui oleh siapa pun. Pemilik topeng, kata Marta kepada mereka,
bahkan tidak mengizinkan staf kami untuk membuka kotak itu tanpa
kehadirannya. Dengan cepat, Langdon menjelaskan teorinya kepada Sien?
na. Sienna seakan menerima logika Langdon, tapi prospek itu
jelas mengganggunya. "Itu tak masuk akal," katanya, tampak
ge?li?sah. "Jika kita percaya Zobrist diam-diam menulis sesuatu
di bagian belakang topeng kematian Dante, dan dia juga repot-
isi INFERNO [SC].indd 343
344 D an B rown repot menciptakan proyektor kecil yang menunjuk ke topeng itu
... mengapa dia tidak menulis sesuatu yang lebih berarti" Mak?
sudku, ini tak masuk akal! Kau dan aku telah mencari topeng ini
sepanjang hari, dan hanya ini yang kita temukan?"
Langdon mengarahkan kembali perhatiannya pada teks
di bagian belakang topeng. Pesan tulisan-tangan itu singkat
sekali"hanya tujuh huruf panjangnya"dan memang tampak
benar-benar tidak berguna.
Perasaan frustrasi Sienna jelas bisa dipahami.
Namun, Langdon merasakan kegembiraan tak asing, yang
selalu dirasakannya menjelang terungkapnya sesuatu. Dia menya?
dari ketujuh huruf ini akan memberitahunya mengenai apa yang
selanjutnya harus dia dan Sienna lakukan.
Lagi pula, Langdon samar-samar mendeteksi bau yang dike?
nalnya di topeng itu"bau yang tidak asing lagi dan mungkin
mengungkapkan mengapa plester di bagian belakang topeng jauh
lebih putih daripada di bagian depannya. Perbedaan warna antara
bagian depan dan belakang sepertinya sama sekali tak terkait
dengan penuaan yang tak merata atau cahaya matahari.
"Aku tidak mengerti," kata Sienna. "Semua hurufnya sa?
ma." Langdon mengangguk tenang ketika mengamati deretan teks
itu"tujuh huruf identik yang ditulis dengan cermat dalam bentuk
kaligrafi melintasi bagian belakang kening Dante.
PPPPPPP "Tujuh huruf P," kata Sienna. "Apa yang harus kita lakukan
dengan ini?" Langdon tersenyum dan mendongak menatapnya. "Kusaran?
kan agar kita melakukan secara tepat apa yang diperintahkan oleh
pesan ini." Sienna ternganga. "Tujuh huruf P adalah ... sebuah pesan?"
"Ya," jawab Langdon sambil menyeringai. "Dan, jika kau
per?nah mempelajari Dante, itu pesan yang sangat jelas."
isi INFERNO [SC].indd 344
345 Infern o ______ Di luar Baptistry of San Giovanni, lelaki berdasi itu mengusapkan
kuku jemari tangannya pada saputangan dan menepuk bisul-bisul
di lehernya. Dia berupaya mengabaikan rasa terbakar di mata
ketika menyipitkan mata menatap tujuannya.
Pintu masuk turis. Di luar pintu, seorang pemandu wisata dengan ekspresi
lelah sedang merokok dan mengarahkan kembali turis-turis yang
tampaknya tidak bisa memahami jadwal gedung itu, yang ditulis
dalam waktu internasional.
APERTURA 1300-1700. Lelaki beruam menengok arloji. Pukul 10.02 pagi. Rumah
pembaptisan itu masih tutup selama beberapa jam lagi. Dia meng?
amati pemandu wisata itu selama beberapa saat, lalu meng?ambil
keputusan. Dia melepas anting emas dari telinga dan me?ngan?
tongi?nya. Lalu dia mengeluarkan dompet dan mengecek isinya.
Selain berbagai kartu kredit dan segepok uang euro, lelaki itu juga
mem?bawa uang tunai lebih dari tiga ribu dolar AS.
Untungnya, ketamakan adalah dosa internasional.[]
isi INFERNO [SC].indd 345
BAB eccatum ... Peccatum ... Peccatum ....
Tujuh huruf P yang tertulis di belakang topeng ke?
ma?tian Dante langsung mengingatkan Langdon kembali
pada teks The Divine Comedy. Sejenak dia kembali berada di atas
panggung di Wina, membawakan ceramahnya: "Divine Dante:
Simbol-Simbol Neraka".
"Kini kita telah turun," suara Langdon menggema lewat
be?berapa pengeras suara, "melewati sembilan lingkaran neraka
me?nuju pusat bumi, dan akhirnya berhadapan dengan iblis."
Langdon berpindah dari slide ke slide, melewati serangkaian
gambar iblis berkepala tiga dari berbagai karya seni"Mappa-nya
Botticelli, mosaik rumah pembaptisan di Florence, dan iblis hitam
mengerikan Andrea di Cione, yang bulunya berlumuran darah
korban-korbannya. "Bersama-sama," lanjut Langdon, "kita telah menuruni dada
iblis yang kasar berbulu, berbalik arah ketika gravitasi berubah,
dan muncul dari dunia-bawah yang muram ... sekali lagi untuk
melihat bintang-bintang."
Langdon memajukan slide-slide hingga mencapai gambar yang
telah diperlihatkannya sebelumnya"lukisan ikonik Domenico di
Michelino dari Duomo, menggambarkan Dante berjubah merah
sedang berdiri di luar tembok Florence. "Dan jika Anda melihat
dengan cermat ... Anda akan melihat bintang-bintang itu."
Langdon menunjuk langit penuh bintang yang melengkung
di atas kepala Dante. "Seperti yang bisa Anda lihat, surga tersu?
sun dari rangkaian bulatan konsentris yang mengelilingi bumi.
Struktur surga bertingkat-sembilan ini dimaksudkan untuk


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isi INFERNO [SC].indd 346
347 Infern o me?refleksikan dan menyeimbangkan sembilan lingkaran duniabawah. Seperti yang mungkin Anda perhatikan, angka sembilan
adalah tema yang berulang bagi Dante."
Langdon terdiam, meneguk air dan membiarkan hadirin
mengatur napas setelah perjalanan turun yang mengerikan dan
akhirnya keluar dari neraka.
"Jadi, setelah menanggungkan kengerian neraka, Anda semua
pasti ingin sekali berjalan menuju surga. Sayangnya, dalam dunia
Dante, tidak ada sesuatu pun yang mudah." Langdon menghela
napas dengan dramatis. "Untuk naik ke surga, kita semua harus"
secara figuratif maupun harfiah"mendaki gunung."
Langdon menunjuk lukisan Michelino. Di cakrawala di be?
la?kang Dante, hadirin bisa melihat sebuah gunung berbentuk
keru?cut yang menjulang ke surga. Sebuah jalan-setapak berbentuk
spiral meling?kari gunung berkali-kali"sembilan kali"menanjak
di atas teras-teras yang semakin sempit menuju puncak. Di
sepanjang jalan-setapak, sosok-sosok telanjang melangkah maju
penuh penderitaan, menanggungkan berbagai penebusan dalam
perjalanan. "Saya persembahkan kepada Anda, Mount Purgatory, Gu?
nung Penebusan," kata Langdon. "Dan, sayangnya, pendakian
sem?bilan-lingkaran yang meletihkan ini adalah satu-satunya rute
dari kedalaman neraka menuju kemuliaan surga. Di jalan-setapak
ini, Anda bisa melihat jiwa-jiwa bertobat berjalan mendaki ...
masing-masing membayar harga yang pantas untuk dosa tertentu.
Para pendengki harus mendaki dengan mata dijahit tertutup
sehingga tidak bisa merasa iri; orang-orang sombong harus me?
mang?gul batu besar di punggung untuk membungkukkan tubuh
mereka dengan rendah hati; orang-orang rakus harus mendaki
tanpa makanan atau air sehingga menderita kelaparan yang
menyiksa; dan orang-orang cabul harus mendaki melewati api
panas untuk membersihkan diri mereka dari api hawa nafsu."
Langdon terdiam. "Tapi, sebelum mendapat keistimewaan besar
untuk mendaki gunung ini dan menebus dosa, Anda harus bicara
dengan individu ini."
isi INFERNO [SC].indd 347
348 D an B rown Langdon mengganti slide-slide menjadi gambar close-up lu?
kisan Michelino. Di sana, sesosok malaikat bersayap duduk di atas
singgasana di kaki Gunung Penebusan. Di kaki malaikat itu, barisan
pendosa yang bertobat menunggu izin untuk mendaki gu?nung.
Anehnya, malaikat itu menghunus pedang panjang yang ujungnya
seakan menusuk wajah orang pertama dalam an?trean.
"Siapa yang tahu," tanya Langdon, "apa yang dilakukan oleh
malaikat ini?" "Menusuk kepala?" kata sebuah suara.
"Bukan." Suara lain. "Menusuk mata?"
Langdon menggeleng. "Ada lagi?"
Sebuah suara jauh di belakang bicara mantap. "Menulisi
kening." Langdon tersenyum. "Nah, tampaknya seseorang di belakang
sana mengenal Dante." Kembali dia menunjuk lukisan itu. "Ma?
lai?kat itu kelihatannya memang sedang menusuk kening lelaki
malang ini, tapi sebenarnya tidak. Menurut teks Dante, malaikat
yang menjaga penebusan menggunakan ujung pedangnya untuk
menulis sesuatu di kening para pendosa yang hendak mendaki
Gunung Penebusan. "Dan, apa yang ditulisnya?" Anda pasti ber?
tanya begitu." Langdon terdiam untuk memberi kesan dramatis. "Anehnya,
dia menulis satu huruf tunggal ... yang diulanginya tujuh kali.
Adakah yang tahu huruf apa yang ditulis oleh malaikat itu tujuh
kali di kening Dante?"
"P!" teriak sebuah suara di antara hadirin.
Langdon tersenyum. "Ya. Huruf P. Huruf P ini artinya pecca?
tum"kata Latin untuk "dosa". Dan penulisan huruf itu tujuh
kali me?nyimbolkan Septem Peccata Mortalia, yang juga dikenal
seba?gai?" "Tujuh Dosa Besar!" teriak seseorang lainnya.
"Bingo"Tepat sekali. Maka, Anda hanya bisa menebus dosa
dengan berjalan mendaki setiap tingkat penebusan. Di setiap ting?
kat baru yang Anda capai, malaikat membersihkan satu huruf P
isi INFERNO [SC].indd 348
349 Infern o dari kening Anda, hingga akhirnya Anda mencapai puncak, tiba
dengan kening bersih dari ketujuh huruf P itu ... dan jiwa Anda
bersih dari semua dosa." Langdon mengedipkan sebelah mata.
"Ada alasan mengapa tempat itu disebut penebusan."
Langdon tersadar dari pikirannya dan melihat Sienna mena?
tap?nya di atas bak baptis. "Tujuh huruf P?" tanya perem?puan itu,
menarik Langdon kembali ke masa kini dan menunjuk topeng
kematian Dante. "Kau bilang, itu pesan" Memberi tahu kita me?
ngenai apa yang harus kita lakukan?"
Dengan cepat, Langdon menjelaskan visi Dante mengenai
Gunung Penebusan, huruf-huruf P yang merepresentasikan Tu?
juh Dosa Besar, dan proses pembersihan ketujuh huruf itu dari
kening. "Jelas," simpul Langdon, "Bertrand Zobrist, yang fanatik ter?
hadap Dante, mengenal tujuh huruf P dan proses pembersihan
semua huruf itu dari kening sebagai sarana untuk maju menuju
surga." Sienna tampak ragu. "Menurutmu, Bertrand Zobrist menulis
huruf-huruf P itu di topeng karena dia menginginkan kita untuk ...
secara harfiah menghapus ketujuh huruf itu dari topeng kematian"
Itukah yang menurutmu harus kita lakukan?"
"Kusadari bahwa itu?"
"Robert, seandainya pun kita menghapus huruf-huruf itu,
bagaimana tindakan itu bisa membantu kita" Akhirnya kita hanya
akan memiliki topeng yang benar-benar bersih."
"Mungkin." Langdon menyeringai penuh harap. "Mungkin
tidak. Kurasa, masih ada lebih banyak daripada yang terlihat." Dia
menunjuk topeng itu. "Ingatkah bagaimana aku memberitahumu
bahwa bagian belakang topeng warnanya lebih muda karena pe?
nuaan yang tidak merata?"
"Ya." "Mungkin aku keliru," jelas Langdon. "Perbedaan warnanya
seakan terlalu mencolok untuk disebut penuaan, dan tekstur
bagian belakangnya bergigi."
"Gigi?" isi INFERNO [SC].indd 349
350 D an B rown Langdon menunjukkan kepada Sienna bahwa tekstur di ba?
gian belakang topeng jauh lebih kasar daripada bagian de?pan?nya
... dan jauh lebih berbutiran, seperti kertas ampelas. "Dalam dunia
seni, tekstur kasar ini disebut gigi, dan pelukis lebih suka melukisi
permukaan yang bergigi karena catnya akan lebih me?lekat."
"Aku tidak mengerti."
Langdon tersenyum. "Kau tahu apakah gesso itu?"
"Pasti. Pelukis menggunakannya sebagai dasar kanvas
dan?" Sienna langsung terdiam, tampaknya maksud Langdon
di???pa???haminya. "Tepat sekali," kata Langdon. "Mereka menggunakan gesso
untuk menciptakan permukaan putih bersih bergigi, dan terka?
dang untuk menutupi lukisan yang tidak dikehendaki jika mereka
ingin memakai-ulang sebuah kanvas."
Kini Sienna tampak bersemangat. "Dan menurutmu Zobrist
mungkin menutupi bagian belakang topeng kematian itu dengan
gesso?" "Itu akan menjelaskan gigi dan warna yang lebih muda ini.
Mungkin itu juga menjelaskan mengapa dia menginginkan kita
untuk menghapus ketujuh huruf P itu."
Sienna tampak kebingungan mendengar kalimat terakhir
ini. "Ciumlah," kata Langdon sambil mengangkat topeng ke
wajah Sienna, seperti pastor yang menawarkan Komuni.
Sienna mengernyit. "Apakah gesso baunya seperti anjing
basah?" "Tidak semua gesso. Gesso biasa baunya seperti kapur. Anjing
basah artinya gesso akrilik."
"Artinya ...?" "Artinya, bisa larut dalam air."
Sienna memiringkan kepala, dan Langdon bisa merasakan
bah?wa perempuan itu sedang berpikir keras. Perlahan-lahan
Sienna mengalihkan pandangan pada topeng, lalu mendadak
kem?bali memandang Langdon dengan terbelalak. "Menurutmu,
ada sesuatu di bawah gesso?"
isi INFERNO [SC].indd 350
351 Infern o "Itu akan menjelaskan banyak hal."
Sienna langsung mencengkeram tutup bak baptis yang ber?
bentuk persegi enam dari kayu itu dan menggesernya se??dikit,
memperlihatkan air di bawahnya. Dia meraih handuk linen ber?sih
dan mencelupkannya ke dalam air pembaptisan, lalu menjulurkan
kain basah itu kepada Langdon. "Kau harus me??la???kukannya."
Langdon menelungkupkan topeng di telapak tangan kiri dan
meraih handuk basah. Setelah menyingkirkan air yang berlebih,
dia mulai menepuk-nepukkan kain basah itu ke bagian belakang
kening Dante, membasahi area dengan tujuh P kaligrafi itu. Sete?
lah beberapa tepukan lembut, Langdon mencelupkan kembali
kain itu ke dalam bak baptis dan melanjutkan. Tinta hitam mulai
menyebar. "Gesso-nya larut," kata Langdon bersemangat. "Tintanya ikut
ter?ha?pus." Ketika melakukan proses itu untuk ketiga kalinya, Langdon
mulai bicara dengan nada monoton yang saleh dan serius, sua?
ra?nya menggema dalam rumah pembaptisan itu. "Melalui pem?
baptisan, Tuhan Yesus Kristus membebaskanmu dari dosa dan
menganugerahkan hidup baru kepadamu melalui air dan Roh
Kudus." Sienna menatap seakan Langdon sudah gila.
Langdon mengangkat bahu. "Itu rasanya pantas."
Sienna memutar bola mata dan kembali memandang topeng.
Ketika Langdon terus menepukkan air, plester asli di balik gesso
mulai terlihat, warna kekuningannya lebih sesuai dengan apa yang
diharapkan Langdon dari artefak setua itu. Ketika huruf P terakhir
sudah menghilang, dia mengeringkan area itu dengan linen bersih
dan mengangkat topeng untuk diamati oleh Sienna.
Perempuan itu menghela napas karena terkejut.
Persis seperti yang diharapkan oleh Langdon, memang ada
sesuatu yang tersembunyi di bawah gesso"lapisan kaligrafi
kedua"sembilan huruf yang ditulis langsung pada permukaan
kuning pucat plester aslinya.
Namun, kali ini huruf-huruf itu membentuk sebuah kata.[]
isi INFERNO [SC].indd 351
BAB ?"P ossessed?"" desak Sienna. "Aku tidak mengerti."
Aku juga tidak yakin mengerti. Langdon meng?
amati teks yang mewujud di bawah tujuh huruf
P itu"satu kata tunggal yang terpampang melintasi bagian be?
lakang kening Dante. pos s essed (ke r a sukan) "Seperti ... kerasukan setan?" tanya Sienna.
Mungkin. Langdon mendongak memandang mosaik iblis
yang sedang melahap jiwa-jiwa malang yang tidak pernah bisa
me?nebus dosa mereka sendiri. Dante ... kerasukan" Itu rasanya
tidak begitu masuk akal. "Pasti ada lagi," kata Sienna, yang mengambil topeng dari
tangan Langdon dan mengamatinya dengan lebih saksama.
Setelah beberapa saat, dia mulai mengangguk. "Ya, lihatlah kedua
ujung kata itu ... ada lebih banyak teks di kedua sisinya."
Langdon kembali mengamati, dan kini melihat bayangbayang samar teks tambahan yang terlihat dari balik gesso basah
di kedua ujung kata possessed.
Dengan bersemangat, Sienna meraih kain basah dan melan?
jutkan penepukan di sekitar kata itu hingga lebih banyak teks
mun?cul, ditulis sedikit melengkung.
O you possessed of sturdy i ntel l ect
(Wahai kal i an yang berotak gem i l a n g )
isi INFERNO [SC].indd 352
353 Infern o Langdon bersiul pelan. ?"O, you possessed of sturdy intellect"
wahai kalian yang berotak gemilang ... observe the teachings hidden
here"cermati ajaran yang tersembunyi di sini ... beneath the
veil of verses so obscure"di balik selubung bait-bait yang begitu
kabur.?" Sienna menatapnya. "Maaf?"
"Itu diambil dari salah satu stanza paling terkenal dalam
Inferno Dante," jelas Langdon bersemangat. "Dante mendorong
para pembacanya yang pintar untuk mencari kebijakan yang ter?
sem?bunyi di balik baitnya yang penuh misteri."
Langdon sering kali mengutip kalimat ini ketika mengajar?kan
simbolisme sastra; kalimat inilah contoh terjelas yang pernah ada


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

mengenai penulis yang melambai-lambaikan kedua lengannya
dan berteriak, "Hai, para pembaca! Ada arti-ganda simbolis di
sini!" Sienna mulai menggosok bagian belakang topeng, kini dengan
lebih bersemangat. "Hati-hati!" desak Langdon.
"Kau benar," kata Sienna sambil menghapus gesso itu dengan
bersemangat. "Sisa kutipan Dante itu ada di sini"persis seperti
yang kau ingat." Dia berhenti untuk mencelupkan kembali kain?
nya ke dalam bak baptis dan membilasnya.
Langdon memandang cemas ketika air dalam bak baptis itu
berubah keruh karena gesso yang larut. Mohon ampun, San Giovanni,
pikirnya, merasa tak nyaman karena bak baptis suci ini digunakan
sebagai wastafel. Kain itu meneteskan air ketika Sienna mengangkatnya. Sienna
memeras sedikit, lalu meletakkan kain basah itu ke tengah topeng
dan memutarnya seakan dia sedang membersihkan mangkuk
sup. "Sienna!" tegur Langdon. "Itu artefak kuno?"
"Seluruh bagian belakangnya ditulisi teks!" kata Sienna sambil
menggosok bagian belakang topeng. "Dan tertulis dalam ...." Dia
terdiam, memiringkan kepala ke kiri dan memutar topeng ke ka?
nan, seakan berupaya membaca dari samping.
isi INFERNO [SC].indd 353
354 D an B rown "Tertulis dalam apa?" desak Langdon yang tidak bisa meli?
hat. Setelah dibersihkan, Sienna mengeringkan topeng dengan
kain bersih. Lalu dia meletakkan topeng itu di hadapan Langdon
sehingga mereka berdua bisa mengamati hasilnya.
Ketika Langdon melihat bagian belakang topeng, dia sangat
terkejut. Seluruh permukaan cekung itu ditutupi teks, yang pasti
terdiri atas hampir seratus kata. Dimulai dari bagian atas dengan
frasa O you possessed of sturdy intellect, teks itu berlanjut mem?ben?
tuk satu garis tunggal yang tidak terputus ... melengkung turun ke
sisi kanan topeng hingga ke bagian bawahnya, lalu melengkung
naik dan melanjutkan lengkungannya kembali melintasi bagian
bawah topeng, kembali melengkung ke atas di sisi kiri topeng
hingga ke tempat awal, lalu mengulangi jalur yang serupa dengan
ling?karan yang sedikit lebih kecil.
Secara mengerikan, jalur teks itu mengingatkan pada jalansetapak melingkar-lingkar menuju surga di Gunung Penebusan.
Simbolog dalam diri Langdon langsung mengenali spiral sem?
purna itu. Spiral simetris Archimedes yang searah jarum jam. Dia
juga memperhatikan bahwa jumlah putarannya, mulai dari kata
pertama, O, hingga periode terakhir di bagian tengah, meng?
hasilkan angka yang sudah tidak asing lagi.
Sembilan. Langdon, yang nyaris tidak bisa bernapas, memutar topeng
perlahan-lahan, membaca teks yang terus melengkung ke dalam,
mengelilingi bagian belakang topeng yang cekung hingga ke
bagian tengahnya. isi INFERNO [SC].indd 354
355 Infern o ang b itu kabur ait ang but t- ulan er il i tanah, de ga l ng am i sin kare m da i, ng ang t a aa ng ati ajaran yang erm ers ggal kepala men ud mb me an suci ber ila pu ija da h ke kuti ter ch la ons , m darah ... ntulka n yang be i kalia rot gkh ian gem di dalam mou ah tlah ara air men eion an am kegela ete r al air semer m mem -bin n bin ... di balik se sini ngk . dan un da .. an letakk il tu b
ku as, te la em stana tenggela lin m ic menanti, t di lagun "Stanza pertama adalah karya Dante, nyaris kata demi kata,"
jelas Langdon. ?"O you possessed of sturdy intellect, observe the
teaching that is hidden here ... beneath the veil of verses so obscure.?"
"Dan sisanya?" desak Sienna.
Langdon menggeleng. "Kurasa bukan. Ditulis dalam pola
bait yang serupa, tapi aku tidak mengenali teks itu sebagai karya
Dante. Tampaknya seseorang meniru gaya Dante."
"Zobrist," bisik Sienna. "Itu pasti."
Langdon mengangguk. Itu tebakan terbaik. Bagaimana?pun,
dengan mengubah Mappa dell"Inferno-nya Botticelli, Zobrist telah
mengungkapkan kecenderungannya untuk berkolaborasi dengan
isi INFERNO [SC].indd 355
356 D an B rown para master dan mengubah karya-seni besar agar sesuai dengan
keperluannya. "Sisa teks ini sangat ganjil," kata Langdon, yang kembali
me?mutar topeng dan membacanya dalam hati. "Teks ini bicara
ten?tang ... memenggal kepala kuda-kuda ... mencungkil tulangtulang orang buta." Dia membaca sepintas hingga frasa terakhir,
yang ditulis membentuk lingkaran kecil persis di tengah topeng.
Dia menghela napas dengan terkejut. "Teks ini juga menyebut
"air semerah darah"."
Alis Sienna naik. "Persis seperti visimu mengenai perempuan
berambut perak?" Langdon mengangguk, merenungkan teks itu. Air semerah
darah ... di laguna yang tak memantulkan bintang-bintang"
"Lihat," bisik Sienna, yang membaca dari balik bahu Langdon
dan menunjuk satu kata di salah satu bagian spiral itu. "Lokasi
spesifik." Mata Langdon menemukan kata itu, yang tadi dilihatnya
sepintas ketika pertama kali membaca. Itu nama salah satu kota
paling unik dan spektakuler di seluruh dunia. Langdon me?rin?
ding, karena tahu bahwa secara kebetulan kota itu juga tem?pat
Dante Alighieri diketahui terinfeksi penyakit mematikan yang
membunuhnya. Venesia. Langdon dan Sienna mempelajari bait-bait penuh misteri itu
dalam keheningan selama beberapa saat. Puisi itu meresahkan
dan me?ngerikan, serta sulit untuk dipecahkan. Penggunaan
kata doge dan laguna menegaskan kepada Langdon secara pasti
bah?wa puisi itu memang merujuk pada Venesia"kota-air Italia
yang unik, terdiri atas ratusan laguna yang saling berhubungan
dan di??perin?tah selama berabad-abad oleh seorang kepala negara
Venesia yang disebut sebagai doge.
Sepintas Langdon tidak bisa menerka tem?pat di Venesia
yang dirujuk oleh puisi itu, tapi jelas puisi itu se?akan men?desak
pembacanya untuk mengikuti petunjuk-pe?tun?juknya.
Letakkan telingamu di tanah, dengarkan suara air menetes.
isi INFERNO [SC].indd 356
357 Infern o ______ "Puisi ini menunjuk ke bawah-tanah," kata Sienna, yang
mem??baca bersama Langdon.
Langdon mengangguk resah ketika membaca baris berikut?
nya. Ikuti jauh ke dalam istana tenggelam ... karena di sini, dalam kege?
lapan, monster chthonic menanti.
"Robert?" tanya Sienna tidak nyaman. "Monster macam apa
itu?" "Chthonic," jawab Langdon. "C-h-nya tidak dibaca. Artinya,
"tinggal di bawah tanah"."
Sebelum Langdon bisa melanjutkan, dentang keras gerendel
menggema di seluruh rumah pembaptisan. Tampaknya, pintu
ma?suk turis baru saja dibuka dari luar.
"Grazie mille," kata lelaki dengan ruam di wajah. Beribu-ribu terima
kasih. Pemandu wisata rumah pembaptisan mengangguk gugup
ketika mengantongi uang lima ratus dolar dan memandang ke seke?
liling untuk memastikan tidak ada orang yang menyaksikan.
"Cinque minuti," katanya mengingatkan, sambil diam-diam
mengayunkan pintu tak terkunci itu secukupnya agar lelaki be?
ruam bisa menyelinap masuk. Pemandu wisata menutup pintu,
mengunci lelaki itu di dalam dan memblokir semua suara dari
luar. Lima menit. Mulanya pemandu wisata menolak untuk mengasihani lelaki
itu, yang menyatakan datang jauh dari Amerika untuk berdoa di
Baptistry of San Giovanni dengan harapan penyakit kulit me?nge?
rikannya bisa sembuh. Namun, akhirnya dia terinspirasi untuk
menjadi bersimpati, tak diragukan lagi dibantu oleh tawaran lima
ratus dolar untuk lima menit berada sendirian di dalam rumah
pembaptisan ... dikombinasikan dengan ketakutan yang semakin
membesar jika orang yang tampak menularkan penyakit itu
isi INFERNO [SC].indd 357
358 D an B rown akan berdiri di sampingnya selama tiga jam lagi hingga gedung
dibuka. Kini, ketika bergerak diam-diam memasuki tempat suci yang
berbentuk persegi delapan itu, lelaki beruam merasakan pan?
dangannya secara refleks mengarah ke atas. Astaga. Dia belum
pernah melihat langit-langit yang seperti itu. Iblis berkepala-tiga
me?nunduk, menatap tepat ke arahnya, sehingga cepat-cepat dia
mengarahkan pandangan ke lantai.
Ruangan itu tampak sepi. Di mana gerangan mereka berada"
Ketika lelaki itu meneliti ruangan, matanya jatuh ke altar
utama. Altar itu berupa balok pualam persegi panjang besar,
diletakkan dalam sebuah ceruk, di balik penghalang berupa tiangtiang dan tali pagar untuk menghalangi para pengunjung.
Tampaknya, altar itulah satu-satunya tempat persembunyian
yang ada di seluruh ruangan. Lagi pula, salah satu tali pagarnya
sedikit berayun-ayun ... seakan baru saja terganggu.
______ Di balik altar, Langdon dan Sienna berjongkok dalam keheningan.
Mereka nyaris tidak punya waktu untuk mengumpulkan handukhanduk kotor dan meluruskan penutup bak baptis, sebelum
merunduk bersembunyi di balik altar utama sambil membawa
topeng kematian itu. Rencana mereka adalah bersembunyi di
sana hingga ruangan dipenuhi turis, lalu diam-diam menyelinap
keluar di antara kerumunan orang.
Pintu utara rumah pembaptisan itu jelas baru saja dibuka"
setidaknya sejenak"karena tadi Langdon mendengar suara-suara
yang berasal dari piazza. Tapi kemudian, dengan sama cepatnya,
pintu itu ditutup, lalu semuanya kembali hening.
Kini, setelah kembali dalam keheningan, Langdon mendengar
langkah sepasang kaki yang bergerak melintasi lantai batu.
Pemandu wisata" Memeriksa ruangan sebelum membukanya untuk
turis-turis siang nanti"
isi INFERNO [SC].indd 358
359 Infern o Langdon tidak punya waktu untuk memadamkan lampusorot di atas bak baptis, dan dia bertanya-tanya apakah pe?mandu
wisata itu akan memperhatikan. Tampaknya tidak. Lang??kah kaki
itu bergerak cepat ke arah mereka, berhenti persis di depan altar,
di balik tali pagar yang baru saja dilompati oleh Langdon dan


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sienna. Muncul keheningan panjang.
"Robert, ini aku," terdengar suara marah seorang lelaki. "Aku
tahu kau berada di belakang sana. Keluarlah dari sana dan jelas?
kan semuanya."[] isi INFERNO [SC].indd 359
BAB idak ada gunanya berpura-pura aku tidak ada di sini.
Langdon mengisyaratkan Sienna untuk tetap ber?
jong?kok dengan aman tanpa terlihat, memegang topeng
ke?matian Dante yang sudah dimasukkan kembali ke dalam
kantong Ziploc. Lalu, perlahan-lahan, Langdon bangkit berdiri. Dia berdiri
seperti pastor di balik altar tempat pembaptisan, memandang
satu-satunya jemaat. Orang asing yang menghadap Langdon
itu berambut cokelat-muda, mengenakan kacamata desainer,
dan punya ruam parah di wajah dan leher. Dia menggaruk leher
dengan gugup, mata bengkaknya berkilat-kilat marah dan ke?bi?
ngungan. "Kau ingin menceritakan apa gerangan yang kau lakukan,
Robert"!" desaknya, sambil melangkahi tali pagar dan maju me?
nuju Langdon. Aksennya Amerika.
"Pasti," jawab Langdon sopan. "Tapi pertama-tama, katakan
siapa kau." Lelaki itu langsung berhenti bergerak, tampak tidak percaya.
"Kau bilang apa"!"
Langdon merasakan adanya sesuatu yang samar-samar di?
kenalnya di mata lelaki itu ... dan mungkin dalam suaranya ju?ga.
Aku pernah berjumpa dengannya ... entah bagaimana, di suatu tempat.
Langdon mengulangi pertanyaannya dengan te?nang. "Harap
katakan siapa kau dan bagaimana aku bisa me?nge?nalmu."
Lelaki itu mengangkat kedua tangannya dengan tidak per?
caya. "Jonathan Ferris" World Health Organization" Orang yang
terbang ke Harvard University dan menjemputmu!?"
isi INFERNO [SC].indd 360
361 Infern o Langdon berupaya mencerna apa yang didengarnya.
"Mengapa kau tidak menelepon"!" desak lelaki itu, masih
menggaruki leher dan pipinya, yang tampak merah dan melepuh.
"Dan siapa gerangan perempuan yang kulihat masuk bersamamu
kemari"! Apakah kini kau bekerja untuk-nya?"
Sienna bangkit berdiri di samping Langdon dan langsung
mengambil alih. "Dr. Ferris" Aku Sienna Brooks. Aku juga dokter.
Aku bekerja di sini, di Florence. Profesor Langdon tertembak
kepalanya semalam. Dia menderita amnesia retrograde, dan tidak
tahu siapa kau atau apa yang terjadi padanya selama dua hari
ter?akhir ini. Aku di sini membantunya."
Ketika kata-kata Sienna menggema ke seluruh rumah pem??bap?
tisan kosong itu, lelaki beruam memiringkan kepala, ke??bingungan,
seakan maksud perkataan Sienna tidak begitu di?pa??haminya.
Setelah beberapa saat, lelaki itu mundur sempo?yong?an selangkah,
lalu menstabilkan tubuhnya di salah satu tiang pagar.
"Astaga," katanya tergagap. "Itu menjelaskan segalanya."
Langdon menyaksikan surutnya kemarahan dari wajah lelaki
itu. "Robert," bisik pendatang baru itu, "kami mengira kau telah
...." Dia menggeleng-geleng, seakan berupaya menjatuhkan po?
tongan-potongan teka-teki ke tempat yang tepat. "Kami me?ngira
kau beralih ke pihak lawan ... bahwa mereka mungkin mem?ba?yar?
mu ... atau mengancammu .... Kami benar-benar tidak tahu!"
"Hanya aku yang diajaknya bicara," jelas Sienna. "Yang di?
ke??ta?huinya hanyalah dia terjaga semalam di rumah sakitku, dan
orang-orang berupaya membunuhnya. Juga, dia mendapat ha?
lu?sinasi mengerikan"mayat-mayat, korban-korban wabah, dan
pe?rempuan berambut perak dengan jimat ular yang mengatakan
kepadanya?" "Elizabeth!" teriak lelaki itu. "Itu Dr. Elizabeth Sinskey! Ro?
bert, dialah yang merekrutmu untuk membantu kami!"
"Yah, jika perempuan itu memang dia," kata Sienna, "kuharap
kau tahu kalau dia sedang mengalami kesulitan. Kami melihatnya
isi INFERNO [SC].indd 361
362 D an B rown terperangkap di bagian belakang van yang dipenuhi tentara, dan
dia tampak seakan dibius atau semacamnya."
Lelaki itu mengangguk perlahan-lahan, memejamkan mata.
Kelopak matanya tampak bengkak dan merah.
"Ada apa dengan wajahmu?" desak Sienna.
Lelaki itu membuka mata. "Maaf?"
"Kulitmu" Tampaknya seakan kau terjangkit sesuatu. Kau
sakit?" Lelaki itu tampak terkejut. Walaupun pertanyaan Sienna jelas
blakblakan, bahkan bisa dibilang kasar, Langdon juga memikirkan
hal yang sama. Mengingat jumlah referensi terhadap wabah yang
dijumpainya hari ini, pemandangan kulit merah melepuh sangat
menggelisahkan. "Aku baik-baik saja," jawab lelaki itu. "Ini gara-gara sabun
di hotel sialan itu. Aku alergi parah terhadap kedelai, padahal
se??ba?gian besar sabun wangi Italia ini dibuat dari kedelai. Aku
tolol karena tidak mengeceknya."
Sienna menghela napas lega, bahunya mengendur. "Untung?
lah kau tidak memakannya. Reaksi kulit jauh lebih baik daripada
syok anafilaktik6." Mereka sama-sama tertawa canggung.
"Katakan," lanjut Sienna, "apakah nama Bertrand Zobrist
ada artinya bagimu?"
Lelaki itu terpaku, tampak seakan baru saja berhadapan de?
ngan iblis berkepala-tiga.
"Kami yakin kami baru saja menemukan pesan darinya," kata
Sienna. "Pesan itu menunjuk ke suatu tempat di Venesia. Apakah
itu masuk akal bagimu?"
Kini mata lelaki itu tampak panik. "Astaga, ya! Pasti! Pesan
itu menunjuk ke mana!?"
Sienna menghela napas, jelas siap menceritakan segalanya
mengenai puisi berbentuk spiral yang baru saja ditemukan oleh?
nya dan Langdon di topeng, tapi secara naluriah Langdon me?
6. Anafilaktik: Reaksi alergi parah yang bisa menyebabkan kematian."penerj.
isi INFERNO [SC].indd 362
363 Infern o me?gangi tangan Sienna untuk menghentikannya. Jelas lelaki ini
tam?paknya sekutu, tapi setelah semua peristiwa hari ini, na?luri
Langdon mengatakan agar dia tidak memercayai siapa pun. Lagi
pula, dasi lelaki itu mengingatkannya pada sesuatu, dan Langdon
me?rasa bahwa kemungkinan besar lelaki itulah yang dili?hatnya
ber?doa di gereja kecil Dante tadi. Apakah dia mem?bun?tuti kami"
"Bagaimana kau bisa menemukan kami di sini?" desak
Langdon. Lelaki itu masih tampak kebingungan karena Langdon tidak
ingat segalanya. "Robert, kau meneleponku semalam, me?nga?
ta?kan kau telah mengatur pertemuan dengan seorang direk?tur
museum bernama Ignazio Busoni. Lalu kau menghilang. Kau
tidak pernah menelepon. Ketika aku mendengar Ignazio Busoni
dite?mukan tewas, aku khawatir. Aku sudah berada di sini men?
cari?mu sepanjang pagi. Aku melihat aktivitas polisi di luar Palazzo
Vecchio dan ketika menunggu untuk mengetahui apa yang terjadi,
secara kebetulan aku melihatmu merangkak keluar dari sebuah
pintu mungil bersama ...." Dia melirik Sienna, tam?paknya lupa.
"Sienna," kata Sienna. "Brooks."
"Maaf ... bersama dr. Brooks. Aku membuntutimu dengan
harapan bisa mengetahui apa gerangan yang kau lakukan."
"Aku melihatmu di Gereja Cerchi, berdoa, bukan?"
"Ya, aku berupaya mencari tahu apa yang sedang kau lakukan,
tapi itu tidak masuk akal! Kau seakan meninggalkan gereja seperti
lelaki yang sedang menjalankan misi, jadi aku membuntutimu.
Ketika aku melihatmu menyelinap ke dalam rumah pembaptisan,
kuputuskan sudah saatnya aku menghadapimu. Aku menyogok
pemandu wisata untuk mendapatkan waktu beberapa menit
sendirian di dalam sini."
"Tindakan nekat," kata Langdon, "jika kau mengira aku telah
mengkhianatimu." Lelaki itu menggeleng. "Entah bagaimana, aku merasa ka?
lau kau tidak akan pernah melakukan hal itu. Profesor Robert
Langdon" Aku tahu, pasti ada semacam penjelasan lain. Tapi,
am????nesia" Luar biasa. Aku tidak akan pernah bisa menebak."
isi INFERNO [SC].indd 363
364 D an B rown Lelaki beruam itu mulai kembali menggaruk-garuk dengan
gugup. "Dengar, aku hanya diberi waktu lima menit. Kita ha?rus
keluar dari sini, sekarang. Jika aku menemukanmu, orang-orang
yang berupaya membunuhmu mungkin akan mene?mukanmu
juga. Ada banyak kejadian yang tidak kau mengerti. Kita harus
pergi ke Venesia. Segera. Kesulitannya adalah keluar dari Florence
tanpa terlihat. Orang-orang yang menguasai Dr. Sinskey ... yang
mengejar-mu ... mereka punya mata di mana-mana." Dia me?nun?
juk ke arah pintu. Langdon bergeming, akhirnya merasa seakan dia hendak
mendapat beberapa jawaban. "Siapa tentara-tentara bersetelan
baju hitam itu" Mengapa mereka berupaya membunuhku?"
"Panjang ceritanya," jawab lelaki itu. "Akan kujelaskan sambil
jalan." Langdon mengernyit, tidak terlalu menyukai jawaban ini.
Dia memberi isyarat kepada Sienna, menggiringnya ke sisi lain,
lalu mengajaknya bicara dengan berbisik. "Kau memercayainya"
Bagaimana menurutmu?"
Sienna memandang Langdon seakan dia gila karena ber?ta?nya.
"Bagaimana menurutku" Menurutku, dia bersama WHO! Me?
nurutku, dialah pilihan terbaik kita untuk mendapat jawab?an!"
"Dan ruam itu?"
Sienna mengangkat bahu. "Persis seperti yang dikatakan?
nya"reaksi alergi kulit parah."
"Dan jika itu tidak seperti yang dikatakannya?" bisik Langdon.
"Jika itu ... sesuatu yang lain?"
"Sesuatu yang lain?" Sienna memandangnya dengan tidak
percaya. "Robert, itu bukan wabah, jika itu yang kau tanyakan.
Demi Tuhan, dia dokter. Jika dia menderita penyakit berbahaya
dan tahu kalau penyakit itu menular, dia tidak akan begitu cero?
boh untuk keluar dan menjangkiti dunia."
"Bagaimana jika dia tidak menyadari dirinya terjangkit
wabah?" isi INFERNO [SC].indd 364
365 Infern o Sienna mengerutkan bibir, sejenak berpikir. "Kalau begitu,
aku khawatir kau dan aku sudah tak terselamatkan ... bersamasama dengan semua orang di area ini."
"Kau tahu, sopan santunmu sebagai dokter perlu diper?
baiki." "Aku hanya bersikap jujur." Sienna menyerahkan kantong
Ziploc berisi topeng kematian itu kepada Langdon. "Kau bisa
membawa teman kecil kita ini."
Ketika keduanya berpaling kepada dr. Ferris, mereka bisa me?
lihat bahwa lelaki itu baru saja mengakhiri pembicaraan telepon
yang dilakukannya dengan perlahan.
"Aku baru saja menelepon sopirku," kata lelaki itu. "Dia akan
menemui kita di depan, di dekat?" dr. Ferris langsung berhenti
bicara. Dia menunduk menatap tangan Langdon dan melihat,
untuk pertama kalinya, wajah mati Dante Alighieri.
"Astaga!" kata Ferris tersentak. "Apa gerangan itu"!"
"Panjang ceritanya," jawab Langdon. "Akan kujelaskan sam?
bil jalan."[] isi INFERNO [SC].indd 365
BAB ditor New York Jonas Faukman terbangun mendengar
de?ring telepon. Dia berguling dan menengok jam: 4.28
pagi. Dalam dunia penerbitan buku, keadaan darurat larut-malam
sama langkanya dengan kesuksesan dalam waktu semalam. Ter?
cengang, Faukman turun dari ranjang dan bergegas menyusuri
koridor menuju ruang kerjanya.
"Halo?" Suara di telepon bernada bariton rendah yang sudah
tidak asing lagi. "Jonas, untunglah kau di rumah. Ini Robert. Ku?
harap aku tidak membangunkanmu."
"Tentu saja kau membangunkanku! Ini pukul empat pagi!"
"Maaf, aku ada di luar negeri."
Apa mereka tak mengajarkan tentang perbedaan zona waktu di
Harvard" "Aku mendapat masalah, Jonas, dan aku perlu bantuan."
Suara Langdon kedengaran tegang. "Masalahnya melibatkan
kartu NetJets kantormu."
"NetJets?" Faukman tertawa tidak percaya. "Robert, kami
ber?gerak dalam penerbitan buku. Kami tidak punya akses terha?
dap jet pribadi." "Kita berdua tahu kalau kau berbohong, Sobat."
Faukman mendesah. "Oke, biarlah kuperbaiki kalimat tadi.
Kami tak punya akses jet pribadi untuk penulis buku tebal me?
nge?nai seja?rah agama. Jika kau ingin menulis Fifty Shades of
Iconography, kita bisa bicara."


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

isi INFERNO [SC].indd 366
367 Infern o "Jonas, berapa pun biaya penerbangannya, aku akan meng?
gan?tinya. Kau bisa memegang kata-kataku. Pernahkah aku meng?
ingkari janjiku kepadamu?"
Selain melewatkan tenggat waktumu selama tiga tahun" Bagai?
mana?pun, Faukman merasakan kegentingan dalam nada suara
Langdon. "Katakan apa yang terjadi. Aku akan men?coba mem?
ban?tu." "Aku tidak punya waktu untuk menjelaskan, tapi aku benarbenar memerlukanmu agar melakukan hal ini untukku. Ini ma?
salah hidup dan mati."
Faukman sudah cukup lama bekerja bersama Langdon se?
hing?ga mengetahui rasa humor lelaki itu payah, tapi dia sama
sekali tidak mendengar gurauan dalam nada resah Langdon saat
ini. Lelaki ini benar-benar serius. Faukman mengembuskan napas,
lalu memutuskan. Manajer keuangan akan menghabisiku. Tiga puluh
detik kemudian, Faukman sudah menuliskan detail-detail per?
min?taan penerbangan spesifik Langdon.
"Semuanya baik-baik saja?" tanya Langdon, merasakan ke?
bimbangan dan keterkejutan editornya terhadap detail-detail
permintaan penerbangan itu.
"Ya, aku hanya mengira kau berada di Amerika," jawab Fauk?
man. "Aku terkejut mengetahui kau berada di Italia."
"Aku juga," kata Langdon. "Sekali lagi terima kasih, Jonas.
Kini aku menuju bandara."
______ Pusat operasi NetJets AS terletak di Columbus, Ohio, dengan tim
pendukung penerbangan yang siaga setiap saat.
Staf layanan-pemilik Deb Kier baru saja menerima telepon
dari seorang pemilik-minor perusahaan di New York. "Sebentar,
Pak," katanya sambil menyesuaikan headset dan mengetik di
ter?mi?nal komputernya. "Secara teknik, itu adalah penerbangan
NetJets Eropa, tapi saya bisa membantu Anda." Dengan cepat, dia
meng?hubungkan diri dengan sistem NetJets Eropa yang berpusat
isi INFERNO [SC].indd 367
368 D an B rown di Pa?o de Arcos, Portugal, dan mengecek posisi jet-jet mereka
yang berada di dalam dan di sekitar Italia pada saat itu.
"Oke, Pak," katanya, "tampaknya kami punya Citation Excel
yang berada di Monaco, dan kami bisa mengirimnya ke Flo?
rence dalam waktu kurang dari satu jam. Itu cukup untuk Mr.
Langdon?" "Kita harap saja begitu," jawab lelaki dari perusahaan pener?
bitan itu, kedengaran lelah dan sedikit jengkel. "Kami sangat
meng?hargai bantuan Anda."
"Senang bisa membantu Anda," kata Deb. "Dan Mr. Langdon
ingin terbang ke Jenewa?"
"Tampaknya begitu."
Deb terus mengetik. "Semuanya siap," katanya pada akhirnya.
"Mr. Langdon dikonfirmasi untuk berangkat dari FBO7 Tassignano
di Lucca, yang kira-kira berada delapan puluh kilometer di barat
Florence. Beliau akan berangkat pukul sebelas lebih dua puluh
menit pagi waktu setempat. Mr. Langdon harus berada di FBO
sepuluh menit sebelum keberangkatan. Anda tidak meminta
transportasi darat dan katering, dan Anda telah memberi saya
informasi paspor Mr. Langdon, jadi semuanya sudah siap. Ada
lagi yang bisa dibantu?"
"Pekerjaan baru?" kata lelaki itu sambil tertawa. "Terima
kasih. Anda sangat membantu."
"Senang membantu Anda. Selamat malam." Deb mengakhiri
telepon dan beralih kembali ke layar komputer untuk melengkapi
pemesanan itu. Dia memasukkan informasi paspor Robert
Langdon dan hendak melanjutkan, ketika layar komputernya
mulai menampilkan kotak peringatan merah. Deb membaca pesan
itu, matanya membelalak. Ini pasti keliru. Dia mencoba memasukkan data paspor Langdon lagi. Per?
ingat?an berkedip-kedip itu kembali muncul. Peringatan yang
7. Fixed Base Operator: Bisnis komersial yang diberi hak oleh pihak bandara untuk beroperasi di bandara dan
memberikan layanan terkait aviasi, seperti hanggar, bahan bakar, parkir, penyewaan pesawat, pemeliharaan,
dan lain-lain."penerj.
isi INFERNO [SC].indd 368
369 Infern o sama ini akan muncul di komputer maskapai penerbangan mana
pun di dunia jika Langdon berupaya memesan penerbangan.
Deb Kier terpana menatap layar komputer untuk waktu yang
lama. Dia tahu, NetJets menganggap serius privasi pelanggan,
tapi peringatan ini mengalahkan semua peraturan privasi perusa?
haan. Deb Kier langsung menelepon pihak berwenang.
______ Agen Br?der menutup ponselnya dan mulai menggiring semua
anak buahnya kembali ke dalam van.
"Langdon sedang bergerak," katanya. "Dia hendak menaiki
jet privat ke Jenewa. Pesawat akan berangkat kurang dari satu jam
lagi dari FBO Lucca, delapan puluh kilometer di barat. Jika kita
bergerak, kita bisa tiba di sana sebelum dia berangkat."
______ Pada saat yang sama, sebuah sedan Fiat sewaan melesat ke utara
di sepanjang Via dei Panzani, meninggalkan Piazza del Duomo
di belakang dan menuju stasiun kereta api Santa Maria Novella
Florence. Di kursi belakang, Langdon dan Sienna merunduk rendah,
sementara dr. Ferris duduk di depan bersama sopir. Pemesanan
dengan NetJets adalah gagasan Sienna. Semoga pengalihan itu
cukup untuk memberi mereka kesempatan memasuki stasiun
kereta api Florence dengan aman. Jelas stasiun itu akan dipenuhi
polisi jika mereka tidak menyusun strategi penyesatan. Untung?
nya, Venesia hanya dua jam jauhnya dengan kereta api, dan kereta
api domestik tidak memerlukan paspor.
Langdon memandang Sienna, yang mengamati dr. Ferris
de?ngan khawatir. Lelaki itu jelas kesakitan, napasnya tersengalsengal seakan menyakitkan setiap kali dia menghela napas.
isi INFERNO [SC].indd 369
370 D an B rown Kuharap Sienna benar mengenai penyakitnya, pikir Langdon
sam?bil mengamati ruam lelaki itu dan membayangkan semua
kuman yang melayang-layang di dalam mobil yang sesak. Bahkan,
ujung jemari tangannya tampak seakan merah dan bengkak. Langdon
berusaha mengenyahkan kekhawatiran itu dari benaknya dan
me?man?dang ke luar jendela.
Ketika mendekati stasiun kereta api, mereka melewati Grand
Hotel Baglioni yang sering menyelenggarakan acara-acara untuk
konferensi seni yang dihadiri Langdon setiap tahun. Ketika
meli?hat hotel itu, Langdon menyadari bahwa dirinya hendak
me?la?kukan sesuatu yang belum pernah dilakukannya sepanjang
hidup. Aku meninggalkan Florence tanpa mengunjungi David.
Sambil diam-diam meminta maaf kepada Michelangelo, Lang?
don mengalihkan matanya ke stasiun kereta api di depan sana ...
dan mengarahkan pikirannya ke Venesia.[]
isi INFERNO [SC].indd 370
BAB angdon pergi ke Jenewa"
Dr. Elizabeth Sinskey merasa semakin mual ketika
ber?goyang-goyang lemah di kursi belakang van yang kini
me?lesat meninggalkan Florence, mengarah ke barat menuju la?
pangan udara pribadi di luar kota.
Jenewa tidak masuk akal, pikir Sinskey.
Satu-satunya hubungan yang relevan dengan Jenewa adalah
karena di sanalah lokasi markas dunia WHO. Apakah Langdon
men?cariku di sana" Itu tampaknya tidak masuk akal, mengingat
Langdon tahu kalau Sinskey berada di sini, di Florence.
Pikiran lain kini merasukinya.
Astaga ... apakah Jenewa menjadi sasaran Zobrist"
Zobrist adalah lelaki yang menyukai simbolisme; menyasar
markas WHO memang bisa dibilang elegan dan simbolis, meng?
ingat pertempuran panjangnya dengan Sinskey. Namun, jika
Zobrist mencari titik-awal yang tepat untuk menyebarkan wabah,
Jenewa adalah pilihan yang buruk. Dibandingkan dengan kotakota metropolitan lain, secara geografis kota itu terisolasi dan
agak dingin pada saat ini. Sebagian besar wabah berkembang di
lingkungan padat yang hangat. Jenewa terletak lebih dari tiga
ratus meter di atas permukaan laut, dan bukan tempat yang cocok
untuk memulai suatu pandemi. Tak peduli seberapa besar kebencian
Zobrist terhadapku. Jadi, masih tersisa pertanyaan"mengapa Langdon pergi ke
sana" Tujuan perjalanan yang ganjil ini menambah daftar panjang
perilaku Langdon yang tidak bisa dijelaskan sejak semalam.
Walaupun berupaya sekeras mungkin, Sinskey kesulitan untuk
isi INFERNO [SC].indd 371
372 D an B rown menemukan penjelasan rasional apa pun atas semua perilaku
itu. Dia berpihak kepada siapa"
Sinskey memang baru mengenal Langdon selama beberapa
hari, tapi biasanya dia bisa menilai karakter seseorang dengan
baik, dan dia menolak untuk percaya bahwa lelaki seperti Robert
Langdon bisa dirayu dengan uang. Namun, Langdon memutuskan
hubungan dengan kami semalam. Kini dia seakan berlarian ke sanakemari seperti mata-mata penjahat. Apakah Langdon, entah ba?gai?
mana, terbujuk untuk berpikir bahwa tindakan-tindakan Zobrist meski
keji bisa diterima akal"
Pikiran itu membuat Sinskey merinding.
Tidak, pikirnya meyakinkan diri sendiri. Aku sangat mengetahui
reputasi Langdon; dia lebih baik daripada itu.
Sinskey bertemu Robert Langdon pertama kalinya empat
malam lalu di lambung kosong pesawat barang C-130 yang telah
di?mo?difikasi dan berfungsi sebagai pusat koordinasi bergerak
WHO. Selepas pukul tujuh, pesawat itu mendarat di Lapangan
Hanscom, kurang dari dua puluh lima kilometer dari Cambridge,
Massachusetts. Sinskey tidak yakin apa yang dia harapkan dari
akademisi terkenal yang dihubunginya lewat telepon itu, tapi dia
merasakan keterkejutan yang menyenangkan ketika Langdon ber?
jalan penuh percaya diri menaiki titian menuju bagian belakang
pesawat, lalu menyapanya dengan senyum riang.
"Dr. Sinskey, saya rasa?" Langdon menjabat tangan Sinskey
mantap. "Profesor, saya merasa terhormat bertemu Anda."
"Sayalah yang merasa terhormat. Terima kasih atas segala
yang Anda lakukan." Langdon bertubuh jangkung, wajahnya santun lumayan
tampan, dan bersuara berat. Sinskey terpaksa berasumsi bahwa
pa?kaian Langdon pada saat itu adalah pakaian mengajarnya"
jaket tweed, celana panjang khaki, dan sepatu kulit santai"dan
ini masuk akal, mengingat lelaki itu bisa dibilang diciduk dari
isi INFERNO [SC].indd 372
373 Infern o kam?pus secara mendadak. Langdon juga tampak lebih muda
dan jauh lebih bugar daripada yang dibayangkan oleh Sinskey,
dan ini ha?nya mengingatkan Sinskey pada usianya sendiri. Aku
bisa di?bi?lang ibunya. Sinskey tersenyum lelah kepada Langdon. "Terima kasih atas
kedatangan Anda, Profesor."
Langdon menunjuk penjemputnya. Bawahan Sinskey yang
serius dan tanpa humor. "Teman Anda ini tidak memberi saya
banyak kesempatan untuk berpikir ulang."
"Bagus. Untuk itulah saya membayarnya."
"Jimat yang bagus," kata Langdon sambil memandang kalung
Sinskey. "Lapislazuli?"
Sinskey mengangguk dan menunduk memandang jimat batu
birunya, berbentuk simbol ikonik ular melilit tongkat vertikal.
"Sim?bol modern untuk obat. Seperti yang saya yakin Anda keta?
hui, simbol ini disebut caduceus."
Mendadak Langdon mendongak, seakan ada sesuatu yang
hendak dikatakannya. Sinskey menunggu. Ya"
Langdon, yang tampaknya lebih suka menahan impulsnya,
tersenyum sopan dan mengubah pokok pembicaraan. "Jadi,
meng?apa saya di sini?"
Elizabeth menunjuk area konferensi seadanya di sekitar
meja stainless steel. "Silakan duduk. Saya ingin Anda melihat se?
suatu." Langdon berjalan menuju meja, dan Elizabeth memperhatikan
bahwa walaupun profesor itu tampak penasaran tentang tujuan
pertemuan rahasia itu, dia sama sekali tidak tampak gelisah.
Ini?lah lelaki yang merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Elizabeth
ber?tanya-tanya apakah Langdon akan tampak sesantai itu setelah
tahu mengapa dirinya dibawa kemari.
Elizabeth mempersilakan Langdon duduk. Lalu, tanpa ber?
basa-basi, dia memberikan benda yang telah disita olehnya dan
tim dari sebuah kotak-penyimpanan di Florence kurang dari dua
belas jam yang lalu. isi INFERNO [SC].indd 373
374

Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

D an B rown Langdon mengamati silinder kecil berukir itu untuk waktu
yang lama, lalu menyampaikan sinopsis singkat mengenai apa
yang sudah diketahui oleh Elizabeth. Benda itu adalah stempel
silinder kuno yang bisa digunakan untuk mencetak. Benda itu
memiliki gambar sangat mengerikan berupa iblis berkepala-tiga
dan satu kata tunggal: saligia.
"Saligia," jelas Langdon, "adalah mnemonik Latin un?tuk
?" "Tujuh Dosa Besar," kata Elizabeth. "Ya, kami menyelidiki
artinya." "Oke ...," Langdon kedengaran bingung. "Adakah alasan
tertentu mengapa Anda menginginkan saya untuk melihat benda
ini?" "Sesungguhnya, ya." Sinskey mengambil kembali silinder itu
dan mulai mengocoknya keras-keras, sehingga bola pengaduknya
berderak-derak maju mundur.
Langdon tampak bingung dengan tindakan Sinskey. Namun,
sebelum dia bisa bertanya apa yang dilakukan oleh perempuan
itu, ujung silinder mulai bercahaya dan Sinskey mengarahkannya
pada petak insulasi halus di dinding pesawat kosong itu.
Langdon bersiul pelan dan berjalan menuju gambar yang
terproyeksi. "Map of Hell-nya Botticelli," kata Langdon. "Berdasarkan Infer?
no-nya Dante. Walaupun saya rasa Anda mungkin sudah tahu."
Elizabeth mengangguk. Dia dan timnya menggunakan
Internet untuk mengidentifikasi lukisan itu, dan dia terkejut ketika
mengetahui bahwa itu karya Botticelli, pelukis yang paling terkenal
dengan mahakarya cerianya: Birth of Venus dan Springtime. Sinskey
menyukai kedua karya itu, walaupun sesungguhnya keduanya
menggambarkan kesuburan dan penciptaan kehidupan, yang
hanya mengingatkan Sinskey pada ketidakmampuan tragisnya
sendiri untuk mengandung"satu-satunya penyesalan besar da?
lam hidupnya. "Saya berharap," kata Sinskey, "Anda bisa memberi tahu saya
mengenai simbolisme yang tersembunyi dalam lukisan ini."
isi INFERNO [SC].indd 374
375 Infern o Langdon tampak jengkel untuk pertama kalinya malam itu.
"Inikah alasan Anda memanggil saya" Saya pikir, Anda menga?
takan ini keadaan darurat."
"Ayolah." Langdon menghela napas dengan sabar. "Dr. Sinskey, secara
umum, jika Anda ingin tahu mengenai lukisan tertentu, Anda
harus menghubungi museum yang memiliki karya aslinya. Dalam
hal ini, Biblioteca Apostolica di Vatikan. Vatikan punya sejumlah
ikonograf hebat yang?"
"Vatikan membenci saya."
Langdon memandang perempuan itu dengan terkejut. "Mem?
benci Anda juga" Saya pikir, sayalah satu-satunya."
Elizabeth tersenyum sedih. "WHO merasa yakin bahwa ke?ter?
sediaan kontrasepsi di mana-mana adalah salah satu kunci untuk
kesehatan global"baik untuk melawan penyakit-penyakit yang
ditularkan secara seksual seperti AIDS, maupun untuk pe?ngen?
dalian populasi secara umum."
"Dan Vatikan punya pendapat berbeda."
"Memang. Mereka menghabiskan banyak sekali energi dan
uang untuk mengindoktrinasi negara-negara dunia ketiga agar
meyakini jahatnya kontrasepsi."
"Ah, ya," kata Langdon sambil tersenyum paham. "Tahu apa
mereka tentang seks?"
Semakin lama Sinskey semakin menyukai profesor itu.
Dia mengocok silinder untuk mengisi-ulang dayanya, lalu
kembali memproyeksikan gambar di dinding. "Profesor, lihatlah
lebih saksama." Langdon berjalan menuju gambar itu, mengamatinya, berjalan
lebih dekat lagi. Mendadak dia berhenti. "Ini aneh. Gambar ini
te?lah diubah." Tidak perlu waktu lama baginya. "Ya, memang, dan saya ingin
Anda memberi tahu saya apa arti perubahan-perubahan itu."
Langdon terdiam, mengamati keseluruhan gambar, berhenti
untuk merenungkan sepuluh huruf yang membentuk catrovacer
isi INFERNO [SC].indd 375
376 D an B rown ... lalu topeng wabah ... dan kutipan ganjil mengenai "mata ke?
matian" di sepanjang pinggiran gambar.
"Siapa yang melakukannya?" desak Langdon. "Dari mana
gambar ini berasal?"
"Sesungguhnya, semakin sedikit yang Anda ketahui saat ini
akan lebih baik. Yang saya harapkan adalah Anda bisa meng?
ana?lisis dan memberi tahu kami apa arti semua perubahan ini."
Sinskey menunjuk meja di pojok.
"Di sini" Sekarang?"
Perempuan itu mengangguk. "Saya tahu ini pemaksaan, tapi
saya tidak bisa menekankan lagi betapa pentingnya hal ini bagi
kami." Dia terdiam. "Kemungkinan besar ini masalah hidup dan
mati." Langdon mengamati Sinskey dengan khawatir. "Memecah?
kannya mung?kin perlu waktu, tapi saya rasa, jika ini penting
bagi Anda?" "Terima kasih," sela Sinskey sebelum Langdon bisa berubah
pikiran. "Anda perlu menelepon seseorang?"
Langdon menggeleng dan mengatakan bahwa tadinya dia
merencanakan akhir pekan yang tenang sendirian.
Sempurna. Sinskey mempersilakan Langdon duduk di depan
meja bersama proyektor itu, kertas, pensil, dan laptop dengan
koneksi satelit aman. Langdon tampak sangat kebingungan
meng?apa WHO tertarik dengan lukisan Botticelli yang sudah
dimo?difikasi, tapi dengan patuh dia mulai bekerja.
Dr. Sinskey membayangkan Langdon akan mempelajari
gambar itu selama berjam-jam tanpa menemukan pemecahannya,
jadi dia duduk untuk menyelesaikan pekerjaannya sendiri.
Se?se?kali perempuan itu bisa mendengar Langdon mengocok
pro?yektor dan menulis di buku catatannya. Baru sepuluh menit
ber?la?lu ketika Langdon meletakkan pensil dan mengumumkan,
"Cerca trova." Sinskey menoleh. "Apa?"
"Cerca trova," ulang Langdon. "Carilah, maka akan kau te?
mu?kan. Itulah yang dikatakan oleh kode ini."
isi INFERNO [SC].indd 376
377 Infern o Sinskey bergegas mendekat dan duduk di dekat lelaki itu,
mendengarkan dengan takjub ketika Langdon menjelaskan betapa
tingkat-tingkat dalam nerakanya Dante telah diacak dan ketika
tingkat-tingkat itu diletakkan kembali dalam urutan yang benar,
frasa Italia itu berbunyi cerca trova.
Cari dan temukan" pikir Sinskey bertanya-tanya. Itukah pesan
orang gila ini kepadaku" Frasa itu terdengar seperti tantangan
langsung. Ingatan meresahkan mengenai kata-kata terakhir orang
gila itu kepadanya saat pertemuan mereka di Council on Foreign
Relations berputar-ulang dalam benaknya: Kalau begitu, tampaknya
permainan kita telah dimulai.
"Anda langsung memucat," kata Langdon sambil mengamati?
nya serius. "Saya rasa, ini bukan pesan yang Anda harapkan?"
Sinskey menenangkan diri, meluruskan jimat di lehernya.
"Bisa dibilang begitu. Katakan ... Anda percaya peta neraka ini
menyarankan saya agar mencari sesuatu?"
"Ya. Cerca trova."
"Dan apakah peta ini menyarankan ke mana saya harus men?
cari?" Langdon mengusap-usap dagu ketika staf WHO lainnya mu?
lai berkumpul, tampak ingin sekali mendapat informasi. "Tidak
secara terang-terangan ... tidak, walaupun saya punya ga?gasan
yang sangat bagus mengenai ke mana Anda harus mulai men?
cari." "Katakan," desak Sinskey, lebih memaksa daripada yang
diharapkan oleh Langdon. "Yah, bagaimana pendapat Anda mengenai Florence, Ita?
lia?" Sinskey mengatupkan rahang, berupaya sekeras mungkin
untuk tidak bereaksi. Namun, anggota-anggota stafnya tidak be?
gitu piawai mengendalikan emosi. Mereka semua saling bertukar
pan?dang dengan terkejut. Yang seorang meraih telepon dan mulai
menelepon. Yang lain lagi bergegas keluar menuju bagian depan
pesawat. isi INFERNO [SC].indd 377
378 D an B rown Langdon tampak kebingungan. "Apakah itu karena sesuatu
yang saya katakan?" Tepat sekali, pikir Sinskey. "Apa yang membuat Anda me?
ngatakan Florence?" "Cerca trova," jawab Langdon, sambil cepat-cepat menceritakan
misteri lama yang melibatkan mural Vasari di Palazzo Vecchio.
Memang, Florence, pikir Sinskey. Sudah cukup yang didengar?
nya. Jelas bukan sekadar kebetulan jika musuh bebuyutannya
itu melompat menyongsong kematian tidak lebih dari tiga blok
jauhnya dari Palazzo Vecchio di Florence.
"Profesor," katanya, "ketika saya tadi menunjukkan jimat
saya dan menyebutnya caduceus, Anda terdiam seakan hendak
meng?ucapkan sesuatu, tapi kemudian Anda bimbang dan tampak
berubah pikiran. Apa yang hendak Anda katakan?"
Langdon menggeleng. "Tidak ada. Itu konyol. Terkadang
so?sok profesor dalam diri saya bisa sedikit mendominasi."
Sinskey menatap lurus matanya. "Saya bertanya karena saya
harus tahu apakah saya bisa memercayai Anda. Apa yang hendak
Anda katakan?" Langdon menelan ludah dan berdeham. "Bukannya ini
penting, tapi Anda mengatakan jimat Anda adalah simbol kuno
untuk obat, dan ini benar. Tapi, ketika Anda menyebutnya caduceus,
Anda melakukan kesalahan yang sangat umum. Caduceus punya
dua ular di tongkatnya dan sayap di bagian atasnya. Jimat Anda
punya seekor ular dan tanpa sayap. Simbol Anda disebut?"
"Tongkat Asclepius."
Langdon memiringkan kepala terkejut. "Ya. Tepat sekali."
"Saya tahu. Saya menguji kejujuran Anda."
"Maaf?" "Saya ingin tahu apakah Anda mau berkata jujur, tak peduli
betapa tidak nyamannya hal itu bagi saya."
"Sepertinya saya tidak lulus ujian."
"Jangan lakukan itu lagi. Kejujuran total adalah satu-satunya
cara Anda dan saya bisa bekerja sama dalam masalah ini."
"Bekerja sama" Bukankah kita sudah selesai di sini?"
isi INFERNO [SC].indd 378
379 Infern o "Tidak, Profesor, kita belum selesai. Saya ingin Anda pergi
ke Florence untuk membantu saya menemukan sesuatu."
Langdon menatap dengan tidak percaya. "Malam ini?"
"Saya rasa begitu. Saya belum menceritakan betapa kritisnya
situasi ini." Langdon menggeleng. "Tak peduli apa yang Anda ceritakan
kepada saya, saya tidak ingin terbang ke Florence."
"Begitu juga saya," kata Sinskey muram. "Tapi, sayangnya,
waktu kita hampir habis."[]
isi INFERNO [SC].indd 379
BAB atahari siang berkilau dari atap kereta api Frecciargento
Italia berkecepatan-tinggi yang melesat ke utara, men?
ciptakan lengkungan elegan melintasi pedesaan Tus?
cany. Walaupun meninggalkan Florence dengan kecepatan dua
ratus delapan puluh kilometer per jam, kereta api "panah perak"
itu nyaris tidak mengeluarkan suara, bunyi klik pelan ber?ulangulang dan gerakan mengayun lembutnya menimbulkan efek yang
nyaris menenangkan bagi penumpang.
Bagi Robert Langdon, satu jam terakhir yang dilaluinya terasa
kabur. Kini di dalam kereta api kecepatan-tinggi itu, Langdon,
Sienna, dan dr. Ferris duduk di salah satu salottini privat Frecciar?
gento"kabin kecil kelas eksekutif dengan empat kursi kulit dan
meja-lipat. Ferris menyewa seluruh kabin itu dengan meng?gu?
na?kan kartu kreditnya, juga memesan berbagai roti-lapis dan air
mineral yang disantap dengan lahap oleh Langdon dan Sienna,
setelah mereka membersihkan diri di toilet di samping kabin
privat mereka. Ketika ketiganya duduk dan bersiap memulai perjalanan
kereta api selama dua jam ke Venesia, dr. Ferris langsung meng??
arahkan pandangan pada topeng kematian Dante, yang ter?ge?
le?tak di atas meja di antara mereka, terbungkus plastik Ziploc.
"Kita harus mengetahui secara tepat ke lokasi mana to?peng ini
me?nuntun kita di Venesia nanti."
"Dan dengan cepat," imbuh Sienna dengan nada mendesak.
"Mungkin itulah harapan kita satu-satunya untuk mencegah
wabah Zobrist." isi INFERNO [SC].indd 380
381 Infern o

Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Tunggu," kata Langdon sambil meletakkan sebelah tangan?
nya secara defensif ke atas topeng. "Kau berjanji bahwa begitu kita
berada di dalam kereta api ini dengan aman, kau akan memberiku
ja?w aban mengenai apa yang terjadi beberapa hari terakhir
ini. Sejauh ini, yang kuketahui hanyalah WHO merekrutku di
Cambridge untuk membantu memecahkan versi La Mappa-nya
Zobrist. Selain itu, kau tidak menceritakan sesuatu pun kepa?da?
ku." Dr. Ferris beringsut tak nyaman dan mulai kembali meng?
garuki ruam di wajah dan lehernya. "Aku mengerti kalau kau
me?rasa frustrasi," katanya. "Kehilangan ingatan memang bisa
sa??ngat meresahkan, tapi jika bicara secara medis ...." Dia melirik
Sienna untuk mendapat penegasan, lalu melanjutkan. "Kusa?
ran??kan jangan membuang energi dengan berupaya mengingat
detail-detail yang tidak bisa kau ingat. Bagi korban amnesia, yang
terbaik adalah membiarkan masa lalu yang terlupakan tetap ter?
lu?pakan." "Membiarkan"!" Langdon merasakan munculnya kemarahan.
"Persetan! Aku perlu jawaban! Organisasimu membawaku ke
Italia, di sana aku tertembak dan kehilangan beberapa hari dalam
hi?dup?ku! Aku ingin tahu apa yang terjadi!"
"Robert," sela Sienna lembut, jelas berupaya menenangkan?
nya. "Dr. Ferris benar. Jelas tidak akan sehat bagimu untuk diser?bu
dengan begitu banyak informasi sekaligus. Pikirkan fragmenfrag?men kecil yang memang kau ingat"perempuan berambut
perak, "cari dan temukan", tubuh-tubuh yang menggeliat-geliat
dalam La Mappa; gambar-gambar itu membanjiri benakmu dalam
serangkaian kilas-balik yang campur aduk tak terkendali, mem?
buatmu nyaris tidak berdaya. Jika dr. Ferris mulai menceritakan
mengenai beberapa hari terakhir ini, jelas dia akan mengeluarkan
ingatan-ingatan lain, dan semua halusinasimu akan dimulai
kembali. Amnesia retrograde adalah kondisi serius. Memicu ingat?
an-ingatan yang keliru bisa sangat mengganggu jiwa."
Gagasan itu tidak terpikirkan oleh Langdon.
isi INFERNO [SC].indd 381
382 D an B rown "Kau pasti merasa sedikit kebingungan," imbuh Ferris, "tapi
saat ini kita memerlukan keutuhan jiwamu agar bisa terus maju.
Sangatlah penting bagi kita untuk mengetahui apa yang hendak
diberitahukan oleh topeng ini."
Sienna mengangguk. Kedua dokter ini, pikir Langdon, sepertinya sepakat.
Langdon duduk diam, berupaya mengatasi keraguannya.
Aneh rasanya, bertemu seseorang yang benar-benar asing dan
menyadari bahwa sesungguhnya kau telah mengenalnya selama
beberapa hari. Tapi sekali lagi, pikir Langdon, ada sesuatu yang sa?
mar-samar kukenal di matanya.
"Profesor," kata Ferris bersimpati, "aku bisa melihat ka?lau kau
tidak yakin apakah kau memercayaiku, dan ini bisa di?mengerti,
mengingat semua yang kau alami. Salah satu efek-sam?ping am?
nesia yang umum adalah paranoia ringan dan ketidak?per?caya?
an." Itu masuk akal, pikir Langdon, mengingat aku bahkan tidak bisa
memercayai otakku sendiri.
"Bicara mengenai paranoia," kata Sienna bergurau, jelas
ber?upaya meringankan suasana, "Robert melihat ruammu dan
me?ngira kau terjangkit Wabah Hitam."
Mata bengkak Ferris membelalak, dan dia tergelak. "Ruam
ini" Percayalah, Profesor, seandainya terjangkit wabah, aku tidak
akan mengobatinya dengan antihistamina yang dijual bebas."
Dia mengeluarkan tabung obat kecil dari sakunya dan melem?
parkannya kepada Langdon. Dan memang, itu tabung setengahkosong berisi krim antigatal untuk reaksi alergi.
"Maaf," kata Langdon, merasa tolol. "Hari yang panjang."
"Tak masalah," jawab Ferris.
Langdon berpaling ke jendela, menyaksikan warna-warna
lembut pedesaan Italia membaur menjadi satu dalam kolase
yang menenteramkan. Kini perkebunan anggur dan pertanian
men?jadi semakin sedikit ketika tanah datar berubah menjadi kaki
Pe?gu?nungan Apennine. Sebentar lagi kereta api akan menempuh
isi INFERNO [SC].indd 382
383 Infern o terowongan gunung yang berkelok-kelok, lalu turun kembali,
melaju ke timur menuju Laut Adriatik.
Aku menuju Venesia, pikir Langdon. Untuk mencari wabah.
Hari yang ganjil ini telah membuat Langdon merasa seakan
sedang bergerak melewati pemandangan yang hanya berupa ben?
tuk-bentuk samar tanpa detail tertentu. Seperti mimpi. Ironisnya,
mimpi buruk biasanya membangunkan seseorang ... tapi Langdon
merasa seakan dia terbangun dalam mimpi buruk.
"Sedang memikirkan apa?" bisik Sienna di sampingnya.
Langdon mendongak, tersenyum lelah. "Aku terus-menerus
berpikir akan terbangun di rumah dan mendapati bahwa semua?
nya ini hanya mimpi buruk."
Sienna memiringkan kepala, tampak tersipu-sipu. "Kau tidak
akan merindukanku jika terbangun dan mendapati bahwa aku
tidak nyata?" Mau tak mau Langdon menyeringai. "Ya, sesungguhnya aku
akan sedikit merindukanmu."
Sienna menepuk lutut Langdon. "Berhentilah melamun, Pro?
fesor, dan mulailah bekerja."
Dengan enggan, Langdon mengarahkan matanya pada wajah
keriput Dante Alighieri, yang menatap kosong dari meja di ha?dap?
annya. Dengan hati-hati, dia mengambil topeng plester itu dan
membaliknya di tangan, menunduk memandangi bagian bela?kang
yang cekung, lalu membaca frasa pertama teks spiral itu:
O you possessed of sturdy in t el l ect ....
(Wahai kal i an yang berotak g em i l a n g ....)
Langdon ragu apakah saat ini dia masuk dalam kategori itu.
Bagaimanapun, dia mulai bekerja.
______ Tiga ratus kilometer di depan kereta api yang melesat, The Men?
dacium masih berlabuh di Laut Adriatik. Di bawah dek, fasilitator
isi INFERNO [SC].indd 383
384 D an B rown Laurence Knowlton mendengar ketukan pelan di bilik kacanya.
Dia menyentuh tombol di bawah meja, mengubah dinding buram
menjadi transparan. Di luar, tampak sebuah sosok kecil berkulit
kecokelatan. Provos. Lelaki itu tampak muram. Tanpa berkata-kata, Provos masuk, mengunci pintu bilik, lalu
menjentikkan tombol yang mengubah ruangan kaca itu menjadi
buram kembali. Dia berbau alkohol.
"Video yang ditinggalkan Zobrist kepada kita," katanya.
"Ya, Pak?" "Aku ingin melihatnya. Sekarang."[]
isi INFERNO [SC].indd 384
BAB ini Robert Langdon sudah selesai menyalin teks spiral
dari topeng kematian itu ke atas kertas, sehingga mereka
bisa menganalisisnya dengan lebih saksama. Sienna dan
dr. Ferris berkerumun membantu. Langdon berupaya sebisa
mung?kin untuk mengabaikan garukan terus-menerus dan napas
ter?sengal-sengal Ferris.
Dia baik-baik saja, pikir Langdon sambil memaksakan per?
hatiannya pada bait di hadapannya.
O you possessed of sturdy i n t el l ect ,
ob serve the teachi ng that i s h i d d en h ere ...
beneath the vei l of verses so o b s cu re.
(Wahai kalian yang berotak g e m i l a n g ,
cermati ajaran yang tersemb u n y i d i s i n i . . .
di bal i k sel ubung bai t-bai t y a n g b eg i t u k a b u r.)
"Seperti yang kubilang sebelumnya," kata Langdon memulai,
"stanza pembukaan puisi Zobrist ini diambil secara persis dari
Inferno-nya Dante"peringatan kepada pembaca bahwa kata-kata
itu mengandung arti yang lebih dalam."
Karya alegoris Dante begitu dipenuhi komentar terselubung
mengenai agama, politik, dan filsafat, sehingga Langdon sering
kali menyarankan kepada para mahasiswanya agar karya pe?nyair
Italia itu dianalisis seperti orang mempelajari Alkitab"mem?
baca apa yang tersirat dalam upaya memahami arti yang lebih
dalam. isi INFERNO [SC].indd 385
386 D an B rown "Para pakar alegori Abad Pertengahan," lanjut Langdon,
"umum?nya membagi analisis mereka menjadi dua kategori"
"teks" dan "gambar" ... teks adalah isi harfiah karya itu, sedangkan
gambar adalah pesan simbolisnya."
"Oke," kata Ferris bersemangat. "Jadi, fakta bahwa puisi itu
dimulai dengan frasa ini?"
"Menyatakan," sela Sienna, "bahwa pembacaan sekilas kita
mungkin hanya mengungkapkan sebagian dari ceritanya. Arti
yang sesungguhnya mungkin tersembunyi."
"Ya, semacam itu," Langdon mengarahkan kembali pandang?
annya pada teks dan melanjutkan pembacaan keras-kerasnya.
Se e k the treacherous doge of Ven i ce
who severed the heads from hor s es ...
and p l ucked up the bones of th e b l i n d .
(Carilah doge Venesia pengkhia n a t
yang memenggal kepala kuda-ku d a . . .
dan mencungki l tul ang-tul ang o ra n g b u t a .)
"Nah," kata Langdon, "aku tidak yakin mengenai kuda-kuda
tanpa kepala dan tulang-tulang orang buta, tapi kedengarannya
seakan kita harus mencari doge tertentu."
"Kuasumsikan ... makam seorang doge?" tanya Sienna.
"Atau patung atau lukisan potret?" jawab Langdon. "Sudah
berabad-abad tidak ada doge lagi."
Doge Venesia bisa disamakan dengan duke di negara-kota
Italia lainnya, dan lebih dari seratus doge pernah memimpin
Venesia dalam kurun waktu seribu tahun, dimulai dari 697 M.
Garis keturunan mereka berakhir pada akhir abad kedelapan
belas dengan penaklukan Napoleon, tapi kejayaan dan kekuasaan
me?reka masih menjadi subjek kekaguman luar biasa bagi para
sejarahwan. "Seperti yang mungkin kalian ketahui," jelas Langdon, "dua
objek wisata yang paling populer di Venesia"Istana Doge dan
isi INFERNO [SC].indd 386
387 Infern o Basilika Santo Markus"dibangun oleh para doge, untuk para doge.
Banyak di antara mereka yang dimakamkan di sana."
"Dan tahukah kau," tanya Sienna sambil mengamati puisi itu,
"mengenai seorang doge yang dianggap sangat berbahaya?"
Langdon menunduk memandang frasa yang dipertanyakan.
Seek the treacherous doge of Venice. "Aku tidak tahu, tapi puisi itu
tidak meng?gunakan kata "dangerous" atau berbahaya, melainkan
"treacherous". Itu ada bedanya, setidaknya dalam dunia Dante.
Treachery ada?lah salah satu dari Tujuh Dosa Besar"sesungguhnya
yang terburuk"yang mendapat penghukuman dalam lingkaran
neraka ke?sem?bilan dan terakhir."
Treachery, seperti yang didefinisikan oleh Dante, adalah
tindakan mengkhianati orang yang dicintai. Contoh mengenai
dosa ini yang paling terkenal dalam sejarah adalah pengkhianatan
Yudas terhadap Yesus tercintanya, tindakan yang dianggap
Dante begitu keji sehingga dia membuang Yudas ke inti terda?lam
neraka"daerah yang disebut Judecca, mengikuti nama peng?hu?
ninya yang paling tidak terhormat itu.
"Oke," kata Ferris, "jadi kita mencari doge yang melakukan
tindakan pengkhianatan."
Sienna mengangguk. "Itu akan membantu kita membatasi
daftar kemungkinan." Dia terdiam, mengamati teks. "Tapi, baris
berikutnya ini ... doge yang "memenggal kepala kuda-kuda?"" Dia
mendongak memandang Langdon. "Adakah doge yang me?meng?
gal kepala kuda-kuda?"
Ucapan Sienna itu memunculkan dalam benak Langdon
adegan mengerikan dari film The Godfather. "Tidak mengingatkan?
ku pada apa pun. Tapi menurut frasa ini, dia juga "mencungkil
tu?lang-tulang orang buta"." Dia melirik Ferris. "Ponselmu punya
layanan Internet, bukan?"
Dengan cepat Ferris mengeluarkan ponsel dan mengangkat
ujung jemari tangannya yang beruam dan bengkak. "Tomboltom?bolnya mungkin sulit untuk kutangani."
"Aku saja," kata Sienna sambil mengambil ponsel itu. "Aku
akan mencari doge Venesia, dengan referensi-silang pada kuda
isi INFERNO [SC].indd 387
388 D an B rown yang dipenggal dan tulang orang buta." Dia mulai mengetik pada
key?board mungil itu dengan cepat.
Langdon membaca sekilas puisi itu sekali lagi, lalu melan?
jutkan pembacaan kerasnya.
Kne el w i thi n the gi l ded mouseio n o f h o l y wi s d o m ,
and p l ace thi ne ear to the grou n d ,
lis t e ni ng for the sounds of tri ck l i n g wa t er.
(Berlututlah di dalam mouseion k e b i j a k a n s u c i b e r s e p u h
e mas, dan letakkan tel i ngamu di tana h ,
de ngarkan suara ai r menetes. )


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Aku tidak pernah mendengar mengenai mouseion," kata
Ferris. "Itu kata kuno, artinya kuil yang dilindungi oleh dewi-dewi
pembawa inspirasi," jawab Langdon. "Pada masa Yunani awal,
mouseion adalah tempat orang-orang yang tercerahkan berkumpul
untuk saling berbagi gagasan dan membahas sastra, musik, dan
seni. Mouseion pertama dibangun oleh Ptolemeus di Perpustakaan
Aleksandria berabad-abad sebelum kelahiran Kristus, lalu ratusan
lagi muncul di seluruh dunia."
"Dr. Brooks," kata Ferris sambil melirik Sienna penuh harap.
"Bisakah kau melihat apakah ada mouseion di Venesia?"
"Sesungguhnya ada lusinan," jawab Langdon sambil terse?
nyum jenaka. "Kini tempat itu disebut museum."
"Aaah ...," jawab Ferris. "Kurasa kita harus menebarkan jaring
yang lebih lebar." Sienna terus mengetik di ponsel tanpa kesulitan, sambil se?
kaligus menyusun daftar. "Oke, jadi kita mencari museum tem?pat
kita bisa menemukan doge yang memenggal ke?pala kuda-kuda
dan mencungkil tulang-tulang orang buta. Robert, adakah mu?
seum tertentu yang mungkin bisa menjadi tem?pat yang baik
untuk dilihat?" isi INFERNO [SC].indd 388
389 Infern o Langdon sudah mempertimbangkan semua museum terkenal
di Venesia"Gallerie dell"Accademia, Ca" Rezzonico, Palazzo
Grassi, Peggy Guggenheim Collection, Museo Correr"tapi tidak
ada satu pun yang cocok dengan penjelasan itu.
Dia melirik kembali teks itu.
K neel within the gilded mou s e i o n o f h o l y w i s d o m . . . .
(Berlututlah di dalam mouse i o n k e b i j a k a n s u c i b e r s e p u h
emas . . . . ) Langdon tersenyum. "Venesia punya satu museum yang
benar-benar memenuhi syarat sebagai "mouseion kebijakan suci
bersepuh emas"."
Ferris dan Sienna memandangnya penuh harap.
"Basilika Santo Markus," kata Langdon. "Gereja terbesar di
Venesia." Ferris tampak bimbang. "Gereja itu adalah museum?"
Langdon mengangguk. "Sangat menyerupai Museum Vati?
kan. Lagi pula, interior Basilika Santo Markus terkenal dihiasi,
se?cara keseluruhan, dengan ubin emas padat."
"Mouseion bersepuh emas," kata Sienna, kedengaran benarbenar bersemangat.
Langdon mengangguk, tidak ragu bahwa Basilika Santo
Mar?kus adalah kuil bersepuh emas yang dirujuk dalam puisi
itu. Selama berabad-abad, orang Venesia menyebut basilika itu
La Chiesa d"Oro"Gereja Emas"dan Langdon menganggap
inte?riornya paling menakjubkan di antara gereja mana pun di
seluruh dunia. "Puisi itu mengatakan "berlututlah" di sana," imbuh Ferris.
"Dan gereja adalah tempat yang logis untuk berlutut."
Sienna kembali mengetik cepat. "Aku akan menambahkan
Basilika Santo Markus dalam pencarian. Agaknya di sanalah kita
harus mencari doge itu."
Langdon tahu, mereka tidak akan kekurangan doge di Basilika
Santo Markus"yang, secara sangat harfiah, merupakan basilika
isi INFERNO [SC].indd 389
390 D an B rown para doge. Dia merasa bersemangat ketika kembali berkonsentrasi
pada puisi itu. Kne el w i thi n the gi l ded mouseio n o f h o l y wi s d o m ,
and p l ace thi ne ear to the grou n d ,
lis t e ni ng for the sounds of tri ck l i n g wa t er.
(Berlututlah di dalam mouseion k e b i j a k a n s u c i b e r s e p u h
e mas, dan letakkan tel i ngamu di tana h ,
de ngarkan suara ai r menetes. )
Air menetes" pikir Langdon bertanya-tanya. Adakah air di
bawah Basilika Santo Markus" Dia kemudian menyadari bah?wa
pertanyaannya konyol. Ada air di bawah seluruh kota. Semua ba?
ngunan di Venesia per?lahan-lahan bocor dan teng?gelam. Langdon
membayangkan ba?silika itu dan berupaya mem?ba?yang?kan di
mana orang bisa ber?lutut di dalamnya untuk men?de?ngarkan air
menetes. Dan setelah kami mendengarnya ... apa yang harus kami
lakukan" Langdon kembali pada puisi itu.
F ollo w deep i nto the sunken pa l a ce ...
f or h ere, i n the darkness, the ch t h o n i c m o n s t er wa i t s ,
s ubmerged i n the bl oodred w aters ...
of t h e l agoon that refl ects no s t a rs .
(Ikuti jauh ke dalam istana ten g g e l a m . . .
kar e na di si ni , dal am kegel apan , m o n s t er ch t h o n i c m en a n t i ,
t e nggel am dal am ai r semerah da ra h ...
di la guna yang tak memantul ka n b i n t a n g - b i n t a n g .)
"Oke," kata Langdon, yang merasa terganggu dengan gam?
baran itu, "tampaknya kita mengikuti suara air menetes ... menuju
semacam istana tenggelam."
isi INFERNO [SC].indd 390
391 Infern o Ferris menggaruk-garuk wajah, tampak gelisah. "Apakah
monster chthonic itu?"
"Bawah-tanah," jawab Sienna, jemarinya masih mengetik di
ponsel. ?"Chthonic" artinya "di bawah tanah"."
"Ya, sebagian," kata Langdon. "Walaupun kata itu punya
im?plikasi historis lebih jauh"secara umum dihubungkan dengan
mitos dan monster. Chthonic adalah kategori tersendiri untuk dewa
dan monster dalam mitos"Erinyes, Hekate, dan Medusa, mi?sal??
nya. Mereka disebut chthonic karena tinggal di dunia-bawah dan
berhubungan dengan neraka." Langdon terdiam. "Secara historis,
mereka muncul dari tanah ke permukaan untuk mendatangkan
kekacauan di dunia manusia."
Muncul keheningan panjang, dan Langdon merasa mereka
semua memikirkan hal yang sama. Monster chthonic ini ... hanya
bisa diartikan sebagai wabah Zobrist.
f or here, i n the darkness, th e ch t h o n i c m o n s t er wa i t s ,
s u bmerged i n the bl oodred wa t ers ...
of the l agoon that refl ects n o s t a rs .
(karena di sini, dalam kegel a p a n , m o n s t e r c h t h o n i c
menanti , t enggel am dal am ai r semerah d a ra h ...
di l aguna yang tak memantu l k a n b i n t a n g - b i n t a n g .)
"Bagaimanapun," kata Langdon, berupaya untuk tidak
melenceng dari fokus, "jelas kita mencari lokasi di bawah tanah,
yang setidaknya menjelaskan baris terakhir puisi yang merujuk
pada "laguna yang tak memantulkan bintang-bintang"."
"Bagus," kata Sienna, yang kini mendongak dari ponsel Ferris.
"Jika berada di bawah tanah, laguna itu tidak bisa memantulkan
langit. Tapi, apakah Venesia punya laguna bawah-tanah?"
"Setahuku tidak," jawab Langdon. "Tapi, di kota yang di?ba?
ngun di atas air, bisa jadi kemungkinannya tidak terbatas."
isi INFERNO [SC].indd 391
392 D an B rown "Bagaimana jika lagunanya berada di dalam ruangan?" tanya
Sienna mendadak, sambil memandang mereka berdua. "Puisi
itu merujuk pada "kegelapan istana tenggelam". Tadi kau bilang
Istana Doge berhubungan dengan basilika, bukan" Itu berarti
kedua bangunan tersebut punya banyak yang disebutkan oleh
puisi itu"mouseion kebijakan suci, istana, relevansinya dengan
para doge"dan semuanya terletak tepat di sana, di atas laguna
utama Venesia, di atas permukaan air."
Langdon merenungkan hal ini. "Menurutmu, "istana teng?ge?
lam" dalam puisi itu adalah Istana Doge?"
"Mengapa tidak" Puisi itu menyuruh kita untuk terlebih
dahulu berlutut di Basilika Santo Markus, lalu mengikuti suara
air menetes. Mungkin suara air itu akan menuntun ke sebelah,
ke Istana Doge. Gedung itu mungkin punya fondasi tenggelam
atau semacamnya." Langdon sering mengunjungi Istana Doge, dan tahu bahwa
gedung itu luar biasa besarnya. Istana itu, yang berupa hamparan
kompleks bangunan, berisikan museum skala-besar, labirin
ru?mit bilik-bilik kantor, apartemen, dan pekarangan, serta ja?
ring?an penjara yang begitu luas sehingga terdiri atas banyak
ba?ngunan. "Kau mungkin benar," kata Langdon, "tapi pencarian tanpa
petunjuk jelas di istana itu akan memakan waktu berhari-hari.
Kusarankan agar kita melakukan persis seperti yang diperintahkan
oleh puisi itu. Pertama-tama, kita pergi ke Basilika Santo Markus
dan mencari makam atau patung doge pengkhianat ini, lalu kita
berlutut." "Lalu?" tanya Sienna.
"Lalu," jawab Langdon sambil mendesah, "kita berdoa matimatian agar mendengar air menetes ... yang menuntun kita ke
suatu tempat." Dalam keheningan yang kemudian muncul, Langdon mem?
bayangkan wajah khawatir Elizabeth Sinskey seperti dalam ha?
lusinasinya, memanggilnya dari seberang air. Waktunya singkat.
Cari dan temukan! Dia bertanya-tanya di mana Sinskey sekarang
isi INFERNO [SC].indd 392
393 Infern o ... dan apakah dia baik-baik saja. Kini tentara-tentara berpakaian
hitam itu pasti sudah menyadari bahwa Langdon dan Sienna
berhasil lolos. Berapa lama hingga mereka datang mengejar kami"
Ketika Langdon mengarahkan pandangan kembali pada
puisi itu, dia memerangi gelombang kelelahan. Dia melihat baris
terakhir puisi itu, dan pikiran lain muncul dalam benaknya. Dia
bertanya-tanya apakah pikiran itu bahkan patut disebutkan.
Laguna yang tak memantulkan bintang-bintang. Mungkin itu tidak
relevan dengan pencarian mereka, tapi dia memutuskan untuk
tetap memberitahukannya. "Ada hal lain yang harus kuse?but?
kan." Sienna mendongak dari ponsel.
"Ketiga bagian Divine Comedy-nya Dante," kata Langdon.
"Inferno, Purgatorio, dan Paradiso. Ketiganya diakhiri dengan katakata yang persis sama."
Sienna tampak terkejut. "Kata-kata apakah itu?" tanya Ferris.
Langdon menunjuk bagian bawah teks yang ditulisnya. "Katakata yang sama yang mengakhiri puisi ini?"bintang-bintang"."
Dia mengambil topeng kematian Dante dan menunjuk tepat ke
bagian tengah teks spiral itu.
Laguna yang tak memantulkan bintang-bintang.
"Lagi pula," lanjut Langdon, "di akhir Inferno, kita mendapati
Dante mendengarkan suara air menetes di dalam jurang dan
meng?ikutinya melewati sebuah lubang ... yang menuntunnya
keluar dari neraka."
Ferris sedikit memucat. "Astaga."
Persis pada saat itu, desir udara yang memekakkan telinga
me?menuhi kabin ketika Frecciargento memasuki terowongan
gunung. Dalam kegelapan, Langdon memejamkan mata dan berupaya
mengistirahatkan benaknya. Mungkin Zobrist gila, pikirnya, tapi
jelas dia punya pemahaman yang canggih mengenai Dante.[]
isi INFERNO [SC].indd 393
BAB aurence Knowlton diliputi gelombang kelegaan.
Provos berubah pikiran dan ingin menyaksikan video
Zobrist. Knowlton buru-buru meraih memory stick merah tua itu dan
memasukkannya ke komputer, agar bisa menunjukkan video itu
kepada bosnya. Beban pesan-ganjil-sembilan-menit dari Zobrist
telah menghantui fasilitator itu, dan dia ingin sekali video itu di?
tonton oleh orang lain. Ini tidak akan menjadi bebanku lagi.
Knowlton menahan napas ketika memulai pemutaran ulang
vi?deo. Layar berubah gelap, dan suara air yang menerpa lembut
me?menuhi bilik. Kamera bergerak menembus kabut kemerahan
gua bawah-tanah itu, dan walaupun Provos tidak memperlihatkan
reaksi apa pun, Knowlton merasakan bahwa lelaki itu merasa
khawatir sekaligus kebingungan.
Kamera menghentikan gerakan majunya dan miring ke
bawah, ke permukaan laguna, lalu masuk ke bawah air, menyelam
beberapa puluh sentimeter untuk mengungkapkan plakat titanium
mengilat yang disekrupkan ke lantai.
DI TEMPAT INI, PADA TANGGAL INI,
DUNIA BERUBAH SELAMANYA. Provos sedikit tersentak. "Besok," bisiknya sambil mengamati
tang?gal itu. "Dan apakah kita tahu di mana kemungkinan "tempat
ini" berada?" isi INFERNO [SC].indd 394
395 Infern o Knowlton menggeleng. Kini kamera menyorot ke kiri, menunjukkan kantong plastik
tenggelam berisikan cairan cokelat-kekuningan berbentuk ge?
latin. "Demi Tuhan, apa itu"!" Provos menarik kursi dan duduk,
me?natap gelembung yang tergantung itu melayang seperti balon
terikat di bawah air. Keheningan yang tak nyaman menyelubungi ruangan ketika
video itu berlanjut. Dengan segera layar berubah hitam, lalu se?
buah bayang-bayang ganjil berhidung-paruh muncul di dinding


Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

gua dan mulai bicara dalam bahasa misteriusnya.
Akulah sang Arwah .... Karena terusir ke bawah-tanah, aku harus bicara pada dunia
dari tempat yang jauh di dalam bumi, terasing dalam gua muram
ini, yang air semerah darahnya berkumpul di laguna yang tak
memantulkan bintang-bintang.
Tapi, inilah surgaku ... rahim sempurna untuk anak ringkihku.
Inferno. Provos mendongak. "Inferno?"
Knowlton mengangkat bahu. "Seperti yang saya bilang, ini
me?resahkan." Provos mengarahkan kembali matanya pada layar, menyak?
sikan dengan serius. Bayang-bayang berhidung-paruh itu terus bicara selama be?
berapa menit, membahas wabah, perlunya populasi melakukan
pem?bersihan, peranan mulianya sendiri di masa depan, per?
tem??pur?annya melawan jiwa-jiwa tolol yang berupaya meng?
hen?tikannya, dan beberapa orang setia yang menyadari bahwa
tin?dakan drastis adalah satu-satunya cara untuk menyelamatkan
bumi. Apa pun perang ini, sepanjang pagi Knowlton bertanya-tanya,
mungkinkah Konsorsium bertempur di pihak yang keliru"
Suara itu berlanjut. isi INFERNO [SC].indd 395
396 D an B rown Aku telah menempa mahakarya penyelamatan, tapi upayaku
diganjar bukan dengan trompet dan mahkota daun ... melainkan
dengan ancaman kematian. Aku tidak takut terhadap kematian ... karena kematian
mengubah visioner menjadi martir ... mengubah gagasan mulia
menjadi gerakan yang kuat.
Yesus. Socrates. Martin Luther King.
Tidak lama lagi, aku akan bergabung bersama mereka.
Mahakarya yang kuciptakan adalah karya Tuhan sendiri ...
hadiah dari Dia yang mengaruniaiku kecerdasan, peralatan, dan
keberanian yang diperlukan untuk menempa ciptaan semacam
itu. Kini, hari itu semakin dekat.
Inferno tidur di bawahku, bersiap untuk keluar dari rahim
berair?nya ... di bawah pengawasan monster chthonic dan semua
Dewi Pendendam-nya. Walaupun perbuatanku bijak, sama seperti kalian, aku tidak
asing dengan Dosa. Bahkan, aku pun melakukan yang terkelam
dari ketujuh dosa itu"godaan yang hanya bisa dihindari oleh
sedikit sekali orang. Kesombongan. Dengan merekam pesan ini pun, aku telah menyerah pada
dorongan Kesombongan ... ingin sekali memastikan agar dunia
mengetahui pekerjaanku. Dan mengapa tidak" Umat Manusia harus mengetahui sumber keselamatan
mereka sendiri ... nama orang yang menutup gerbang-gerbang
menganga neraka untuk selamanya!
Seiring setiap jam yang berlalu, hasilnya menjadi kian pasti.
Matematika"yang sama kejinya dengan hukum gravitasi"
tak bisa dinegosiasikan. Perkembangan kehidupan secara
eksponensial yang nyaris memusnahkan Umat Manusia juga akan
menjadi penyelamatnya. Keindahan organisme bernyawa"
tak peduli baik atau jahat"adalah, dia akan mengikuti hukum
Tuhan dengan satu visi tunggal.
Berkembang biak dan berlipat ganda.
Dan aku pun melawan api ... dengan api.
isi INFERNO [SC].indd 396
397 Infern o "Cukup," sela Provos begitu pelan hingga Knowlton nyaris
tidak mendengarnya. "Pak?" "Hentikan videonya."
Knowlton menekan tombol pause. "Pak, sesungguhnya bagian
akhirnya yang paling mengerikan."
"Sudah cukup yang kulihat." Provos tampak kurang sehat.
Dia berjalan mondar-mandir di dalam bilik selama beberapa saat,
lalu mendadak berbalik. "Kita harus menghubungi FS-2080."
Knowlton mempertimbangkan tindakan itu.
FS-2080 adalah nama sandi salah seorang kontak terpercaya
Provos"kontak yang mereferensikan Zobrist pada Konsorsium
sebagai klien. Pada saat ini, Provos pasti sedang mencaci dirinya
sendiri karena memercayai penilaian FS-2080. Rekomendasinya
bagi Bertrand Zobrist untuk diterima sebagai klien telah men?da?
tangkan kekacauan ke dalam dunia Konsorsium yang ter?struk?tur
secara cermat. FS-2080 adalah alasan terjadinya krisis ini.
Rantai bencana menyangkut Zobrist yang semakin memanjang
itu hanya semakin memburuk, bukan hanya untuk Konsorsium,
melainkan kemungkinan besar ... untuk dunia.
"Kita harus mengetahui maksud Zobrist yang sesungguhnya,"
kata Provos. "Aku ingin tahu apa tepatnya yang diciptakannya,
dan apakah ancaman ini nyata."
Knowlton tahu, jika ada yang punya jawaban atas pertanyaanpertanyaan ini, orang itu adalah FS-2080. Tak seorang pun lebih
mengenal Bertrand Zobrist daripada FS-2080. Sudah saatnya
Konsorsium melanggar protokol dan menilai kegilaan macam apa
yang mungkin didukung oleh organisasi itu di luar pengetahuan
mereka selama setahun terakhir.
Knowlton mempertimbangkan konsekuensi yang mungkin
timbul karena mengonfrontasi FS-2080 secara langsung. Tindakan
memulai kontak saja akan mendatangkan risiko-risiko tertentu.
"Jika Anda menghubungi FS-2080, jelas Anda harus melaku?
kannya dengan sangat berhati-hati," kata Knowlton.
isi INFERNO [SC].indd 397
398 D an B rown Mata Provos berkilau marah ketika mengeluarkan ponsel.
"Kita sudah jauh melewati kehati-hatian."
______ Ketika duduk bersama dua mitra perjalanannya dalam kabin
privat Frecciargento, lelaki berdasi paisley dan berkacamata Plume
Paris itu berupaya sebisa mungkin untuk tidak menggaruk ruam?
nya yang kian memburuk. Rasa nyeri di dadanya juga semakin
parah. Ketika kereta api akhirnya keluar dari terowongan, lelaki itu
memandang Langdon, yang membuka mata perlahan-lahan, tam?
paknya kembali dari pikiran yang jauh. Di sampingnya, Sienna
mulai mengamati ponsel lelaki itu, yang diletakkannya ketika
kereta api melesat melewati terowongan karena tak ada sinyal.
Sienna tampak bersemangat untuk melanjutkan pencarian di
Internet. Namun, sebelum dia bisa meraihnya, mendadak ponsel
itu bergetar, mengeluarkan serangkaian bunyi ping terputusputus.
Lelaki beruam, yang mengenal dering itu dengan baik, lang?
sung meraih ponsel dan menatap layarnya, sambil berupaya
me?nyembunyikan keterkejutan.
"Maaf," katanya sambil berdiri. "Dari ibu saya yang sedang
sakit. Saya harus menerima telepon ini."
Sienna dan Langdon mengangguk paham ketika lelaki itu
pa?mit dan keluar dari kabin, bergerak cepat menyusuri gang
me?nuju toilet terdekat. Lelaki beruam mengunci pintu toilet ketika menerima telepon
itu. "Halo?" Suara di telepon kedengaran serius. "Ini Provos."[]
isi INFERNO [SC].indd 398
BAB oilet Frecciargento tidak lebih besar daripada toilet di
pesawat komersial, nyaris tidak ada ruang untuk berbalik.
Lelaki itu menyelesaikan pembicaraan teleponnya dengan
Provos dan mengantongi ponsel.
Angin sudah berubah arah, pikirnya menyadari. Situasi sudah
berubah 180 derajat dan dia perlu waktu sejenak untuk menge?
tahui posisinya. Teman-temanku kini menjadi musuhku.
Lelaki itu melonggarkan dasi dan menatap wajah berbisulnya
di cermin. Dia tampak lebih buruk daripada yang dipikirkannya.
Namun, wajahnya hanya sedikit mengkhawatirkan jika dibanding?
kan dengan rasa nyeri di dadanya.
Dengan bimbang, dia membuka beberapa kancing dan me?
narik kemejanya hingga terbuka.
Dia memaksakan matanya untuk memandang cermin ... dan
mengamati dada telanjangnya.
Astaga. Area hitam itu semakin membesar.
Kulit di tengah dadanya berwarna hitam-kebiruan gelap.
Se?ma?lam, area itu hanya seukuran bola golf, tapi kini sudah se?
ukuran jeruk. Dengan hati-hati, dia menyentuh kulit lunak itu
dan meringis. Cepat-cepat dia mengancingkan kembali kemejanya, berharap
masih punya kekuatan untuk melakukan apa yang harus dilaku?
kannya. Jam berikutnya sangatlah penting, pikirnya. Serangkaian manuver
yang peka. isi INFERNO [SC].indd 399
400 D an B rown Dia memejamkan mata dan menenangkan diri, memikirkan
apa yang harus terjadi. Teman-temanku telah menjadi musuhku, pi?
kirnya lagi. Dia menghela napas panjang menyakitkan beberapa kali, ber?
harap itu bisa menenangkan sarafnya. Dia tahu, dia harus tetap
tenang jika ingin terus menyembunyikan maksudnya.
Ketenangan dari dalam sangatlah penting untuk sandiwara yang
meyakinkan. Lelaki itu tidak asing dengan penipuan, tetapi jantung?nya kini
berdentam-dentam liar. Kembali dia menghela napas da?lam yang
menyakitkan. Kau telah menipu orang-orang sela?ma bertahun-tahun,
pikirnya mengingatkan diri sendiri. Itulah pe?kerjaanmu.
Dia menguatkan diri, bersiap untuk kembali kepada Langdon
dan Sienna. Pertunjukan terakhirku, pikirnya.
Sebagai tindakan pencegahan terakhir sebelum keluar dari
toilet, dia melepas baterai dari ponsel, memastikan agar perangkat
itu tidak bisa dioperasikan lagi.
______ Dia tampak pucat, pikir Sienna ketika lelaki itu kembali memasuki
kabin dan duduk sambil mendesah kesakitan.
"Semuanya baik-baik saja?" tanya Sienna khawatir.
Lelaki itu mengangguk. "Terima kasih. Ya. Semuanya baikbaik saja."
Setelah tak menerima tanggapan baik, Sienna mengubah
taktik. "Aku perlu ponselmu lagi," katanya. "Jika kau tidak ke?
be?ratan, aku ingin terus mencari lebih banyak mengenai doge itu.
Mung?kin kita bisa mendapat beberapa jawaban sebelum me?ngun?
jungi Basilika Santo Markus."
"Tak masalah," jawab lelaki itu sambil mengeluarkan ponsel
dari saku dan mengecek layarnya. "Oh, sialan. Bateraiku sekarat
ke?tika aku tadi menerima telepon. Tampaknya kini bateraiku su?
isi INFERNO [SC].indd 400
401 Infern o dah benar-benar habis." Dia menengok arloji. "Kita akan segera
tiba di Venesia. Kita tunggu saja."
______ Delapan kilometer di lepas pantai Italia, di atas The Mendacium,
fasi?litator Knowlton menyaksikan dalam diam ketika Provos
berjalan mengelilingi pinggiran bilik seperti hewan dalam kan?
dang. Setelah menelepon, Provos jelas sedang berpikir, dan akan
lebih bijak bagi Knowlton jika dirinya tidak mengeluarkan suara
ketika Provos sedang berpikir.
Akhirnya, pemimpinnya itu bicara, suaranya tegang, tak
se?perti biasanya. "Kita tidak punya pilihan. Kita harus mem?per?
lihatkan video ini kepada Dr. Elizabeth Sinskey."
Knowlton duduk membisu, tidak ingin memperlihatkan ke?
ter?kejut?annya. Setan berambut perak itu" Yang dihindari oleh Zobrist
sepanjang tahun dengan bantuan dari kami" "Oke, Pak. Ha?ruskah
saya mencari cara untuk mengirim video itu kepadanya lewat
surel?" "Astaga, tidak! Dan menempuh risiko membocorkan video
itu kepada publik" Itu akan menciptakan histeria massal. Aku
ingin Dr. Sinskey menaiki kapal ini secepat mungkin, begitu kau
bisa mendatangkannya kemari."
Knowlton terpana. Dia ingin membawa Direktur WHO itu ke
atas The Mendacium" "Pak, pelanggaran protokol kerahasiaan
kita ini jelas mendatangkan risiko?"
"Lakukan sajalah, Knowlton! SEKARANG!"[]
isi INFERNO [SC].indd 401
BAB S-2080 memandang ke luar jendela Frecciargento yang
sedang melaju, mengamati pantulan Robert Langdon di
jen?dela. Profesor itu masih memeras otak, memikirkan ke?
mung?kinan pemecahan teka-teki topeng kematian yang disusun
oleh Bertrand Zobrist.

Inferno Karya Dan Brown di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Bertrand, pikir FS-2080. Astaga, aku merindukannya.
Kepedihan akibat kehilangannya itu masih sangat menyakit?
kan. Malam ketika keduanya ber?temu masih terasa seperti mimpi
yang ajaib. Chicago. Badai salju. Januari, enam tahun lalu ... tapi masih terasa seperti kemarin. Aku
berjalan melewati gundukan-gundukan salju di sepanjang Magnificent
Mile yang tersapu angin, dengan kerah ditegakkan untuk menahan badai
salju yang membutakan. Walaupun udara dingin, aku bertekad bahwa
tidak ada sesuatu pun yang bisa menghalangiku dari tujuanku. Malam
ini adalah kesempatanku untuk mendengar Bertrand Zobrist yang agung
bicara ... secara langsung.
Aku sudah membaca semua yang pernah ditulis oleh lelaki itu, dan
aku tahu aku beruntung mendapat satu dari lima ratus tiket yang dice?
tak untuk acara itu. Ketika tiba di aula dalam keadaan setengah mati-rasa gara-gara
di?ngin, aku panik ketika mendapati ruangan itu nyaris kosong. Apakah
pida??tonya dibatalkan" Kota nyaris mati gara-gara cuaca ... apakah itu
meng??halangi Zobrist untuk datang malam ini"!
Lalu, di sanalah dia berada.
Sosok elegan yang menjulang di atas panggung.
isi INFERNO [SC].indd 402
403 Infern o Dia jangkung ... teramat sangat jangkung ... dengan mata hijau me?
nyala yang seakan menampung semua misteri dunia di kedalamannya.
Dia memandang aula kosong itu"hanya ada sekitar selusin penggemar
fanatik"dan aku merasa malu karena aula itu nyaris kosong.
Ini Bertrand Zobrist! Sejenak muncul keheningan yang tidak nyaman ketika dia menatap
kami dengan ekspresi keras.
Lalu, mendadak dia tertawa terbahak-bahak, mata hijaunya berkilatkilat. "Persetan dengan auditorium kosong ini," katanya. "Ho?telku ada
di sebelah. Ayo, kita pergi ke bar!"
Terdengar sorak-sorai, dan kelompok kecil itu berpindah ke sebelah,
ke bar hotel. Di sana, kami berkerumun dalam sebuah ruang duduk privat
dan memesan minuman. Zobrist menghibur kami dengan cerita-cerita
mengenai risetnya, kenaikan statusnya menjadi selebriti, dan pikiranpikirannya mengenai masa depan rekayasa genetika. Ketika minuman
mengalir, topik itu berganti menjadi gairah baru Zobrist terhadap filsafat
Transhumanis. "Aku percaya Transhumanisme adalah satu-satunya harapan umat
manusia untuk kelangsungan hidup jangka panjang," khotbah Zobrist,
sambil menarik kemeja dan memperlihatkan tato "H+" yang tertera di
bahunya kepada mereka semua. "Seperti yang bisa kalian lihat, aku ber?
komitmen sepenuhnya."
Aku merasa seakan sedang bertemu dengan seorang bintang rock
secara pribadi. Aku tidak pernah membayangkan orang yang dipuji seba?
gai "genius dalam genetika" itu akan begitu karismatik atau memikat.
Se?tiap kali Zobrist memandangku, mata hijaunya menyalakan perasaan
yang benar-benar tak terduga dalam diriku ... ketertarikan seksual.
Ketika malam semakin larut, kelompok itu perlahan-lahan menipis.
Satu per satu para tamu berpamitan untuk kembali pada kenyataan. Saat
tengah malam, aku duduk sendirian bersama Bertrand Zobrist.
"Terima kasih untuk malam ini," kataku kepadanya, merasa agak
mabuk. "Anda guru yang menak?jub?kan."
"Sanjungan?" Zobrist tersenyum dan mencondongkan tubuh lebih
dekat, dan kini kaki kami bersentuhan. "Itu bisa membawamu ke mana
saja." isi INFERNO [SC].indd 403
404 D an B rown Rayuan ini jelas tidak pantas, tapi itu malam bersalju di sebuah
ho?tel Chicago yang sepi, dan rasanya seakan seluruh dunia berhenti
ber?gerak. "Jadi, bagaimana menurutmu?" tanya Zobrist. "Minum sebelum
tidur di kamarku?" Aku membeku, menyadari diriku pasti tampak seperti kijang terkena
sorotan lampu depan mobil.
Mata Zobrist berkilat-kilat hangat. "Biar kutebak," bisiknya. "Kau
be?lum pernah bersama lelaki terkenal."
Aku merasakan diriku tersipu-sipu, berupaya menyembunyikan luap?
an semua emosi"rasa malu, rasa senang, rasa takut. "Sesungguhnya,
se?ju?jurnya," kataku kepadanya, "aku belum pernah bersama lelaki mana
pun." Zobrist tersenyum dan beringsut lebih dekat. "Aku tidak yakin apa
yang kau tunggu, tapi biarlah aku menjadi yang pertama bagimu."
Saat itulah semua ketakutan seksual dan perasaan frustrasi di masa
kecilku lenyap ... menguap dalam malam bersalju.
Untuk pertama kalinya, aku merasakan hasrat yang tak terkekang
oleh rasa malu. Aku menginginkan lelaki itu.
Sepuluh menit kemudian, kami berada di kamar hotel Zobrist,
ber?pelukan. Zobrist tidak terburu-buru, sepasang tangan sabarnya me?
mun?culkan sensasi-sensasi yang belum pernah kurasakan dari tubuh
tidak berpengalamanku. Inilah pilihanku. Dia tidak memaksaku.
Dalam kepompong pelukan Zobrist, aku merasa seakan segalanya
baik-baik saja di dunia. Ketika berbaring, menatap malam bersalju di luar
jendela, aku tahu aku akan mengikuti lelaki ini ke mana pun.
Kereta api Frecciargento mendadak melambat, dan FS-2080
keluar dari ingatan membahagiakannya, kembali ke masa kini
yang menyedihkan. Bertrand ... kau sudah pergi.
Malam pertama mereka bersama-sama menjadi langkah per?
tama dari perjalanan yang luar biasa.
isi INFERNO [SC].indd 404
405 Infern o Aku menjadi lebih daripada sekadar kekasihnya. Aku menjadi mu?
rid?nya. "Jembatan Libert?," kata Langdon. "Kita hampir sampai."
FS-2080 mengangguk muram, menatap air Laguna Veneta,
teringat pernah berlayar di sana bersama Bertrand ... gambaran
menenteramkan yang kini lebur menjadi kenangan mengerikan
seminggu lalu. Aku menyaksikan ketika dia melompat dari menara Badia.
Mataku menjadi mata terakhir yang dilihatnya.[]
isi INFERNO [SC].indd 405
BAB esawat Citation Excel NetJets itu melambung-lambung
me?lewati turbulensi parah ketika melesat ke langit dari
Ban?dara Tassignano dan menikung menuju Venesia. Di
dalam pesawat, Dr. Elizabeth Sinskey nyaris tidak menyadari
proses tinggal landas yang kasar itu. Dia membelai jimatnya sam?
bil menerawang memandang langit kosong di luar jendela.
Akhirnya, mereka berhenti memberinya injeksi, dan benak
Sinskey sudah terasa lebih jernih. Di kursi di sampingnya, Agen
Br?der tetap diam, mungkin merenungkan perkembangan ganjil
dan tak terduga yang baru saja terjadi.
Segalanya terbalik, pikir Sinskey, yang masih berjuang untuk
memercayai apa yang baru saja disaksikannya.
Tiga puluh menit yang lalu, mereka menyerbu lapangan
udara mungil itu untuk mencegat Langdon menaiki jet privat.
Na?mun, alih-alih menemukan profesor itu, mereka menjumpai
pesa?wat Citation Excel yang sedang menganggur dan dua pilot
NetJets yang berjalan mondar-mandir di landasan sambil me?ne?
ngok arloji. Robert Langdon tidak muncul.
Lalu, datanglah telepon itu.
Ketika ponsel berdering, Sinskey masih duduk di tempat yang
sama seharian ini"di kursi belakang van hitam. Agen Br?der
memasuki kendaraan itu dengan ekspresi tercengang dan me?
nye?rahkan ponselnya kepada Sinskey.
"Telepon penting untuk Anda, Ma"am."
"Dari siapa?" tanya Sinskey.
isi INFERNO [SC].indd 406
407 Infern o "Dia hanya meminta saya untuk memberi tahu Anda bahwa
dia punya informasi penting mengenai Bertrand Zobrist."
Sinskey meraih ponsel itu. "Ini Dr. Elizabeth Sinskey."
"Dr. Sinskey, Anda dan saya belum pernah berjumpa, tapi
organisasi saya bertanggung jawab menyembunyikan Bertrand
Zobrist dari Anda selama setahun terakhir ini."
Sinskey langsung duduk tegak. "Siapa pun Anda, Anda me?
lindungi seorang kriminal!"
"Kami tidak melakukan sesuatu pun yang ilegal, tapi bukan
itu?" Pendekar Panji Sakti 4 Semoga Bunda Disayang Allah Karya Tere Liye Pangeran Perkasa 1
^