Pencarian

Pangeran Perkasa 1

Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D Bagian 1


PANGERAN PERKASA Oleh : Can ID UP Sastra Kumala Jakarta 1980
SUNGAI TIANG KANG yang lebar membentang jauh ke ujung langit sana, riak air yang mengalir memantulkan cahaya keperak- perakan yang menyilaukan mata. Senja telah menjelang tiba, matahari sudah tenggelam di langit di barat dan membiarkan sinar kemerah- merahan yang sangat indah. "Haoookk, kaookk!"
pekikan burung di kejauhan terdengar tajam dan melengking, membuat bulu kuduk orang pada bangun berdiri.
Setitik bayangan perahu pelan-pelan meluncur mendekat dan membelah ombak sungai yang segera memecah ke tepian.
Di atas perahu itu sepi, tak nampak sesosok bayangan manusiapun...
Perahu itupun tidak melaju dengan lurus, sebentar oleng ke kiri, sebentar lagi oleng ke kanan, kadangkala berputar mengikuti arus. Mungkinkah tiada orang yang mengemudikan perahu itu"
Segulung angin kencang berhembus lewat, membuat perahu itu berputar kencang dan hampir saja menumbuk diatas sebuah perahu nelayan.
Kejadian ini tentu saja mengejutkan nelayan diatas sampan tersebut, sambil menjerit keras, buru-buru dia menggerakkan galanya dan mendayung sampan itu ke samping.
Mendadak nelayan itu menjerit lagi: "Aaaah, darah!"
Benar, dari sisi perahu besar itu nampak darah bercucuran dengan deras dan mengalir kedalam air, diatas air sungai nan hijau, segera muncullah sebuah jalur panjang yang meliuk-liuk berwarna merah.
Jeritan kaget ini dengan cepat mengejutkan nelayan dan tukang rakit lain-nya di sekitar sana, dengan suara riuh mereka bersama-sama mendekati perahu itu.
"Blaaamm...!" perahu yang melaju tanpa kemudi dan tanpa arah tujuan itu akhirnya menumbuk tepi pantai hingga menimbulkan suara benturan keras.
Menyusul goncangan yang keras, perahu itu segera berhenti, sementara darah yang mengucur ke bawah semakin banyak.
Para nelayan itu betul sering melihat darah namun mereka pun tahu tentang pembalasan dendam atau pembunuhan ngeri yang sering terjadi dalam dunia persilatan, dengan wajah memucat semuanya memandang dari kejauhan saja, tak seorang pun yang berani mendekat.
Tetapi diatas rakit-rakit di sekitar sana pun banyak terdapat jago-jago silat, sebab daerah kekuasaan dari Pay kau, suatu perkumpulan air yang amat kuat. Beberapa orang diantaranya segera berlompatan naik keatas perahu tersebut.
Tujuh delapan sosok mayat dengan cepat ditemukan
bergelimpangan di seluruh dak perahu, seluruhnya tewas dengan tubuh melingkar dan dalam keadaan yang amat mengerikan, terutama batok-kepala mereka, hampir semuanya merekah karena robekan besar.
Darah, ada yang telah mengguumpal, tapi ada pula yang meleleh turun ke air.
Mendadak terdengar seseorang menjerit kaget: "Aaah! Bukankah orang ini adalah Sin jiu hui hiau (tangan sakti piau terbang) Wi Jian, Wi tayhiap" Mengapa dia mati terbunuh di sini?"
Teriakan ini dengan cepat menarik perahu rekan-rekan lainnya, serentak mereka datang mengerubung.
Mayat yang tergelepar ditengah genangan darah itu adalah seorang kakek setengah tua, namun secara lamat-lamat masih dapat dilihat raut wajah aslinya.
Seseorang segera menghela napas panjang, katanya: "Benar, dia memang Wi tayhiap, tahun berselang aku masih menyaksikan bagaimana dia mengemparkan seluruh umat persilatan dengan senjata rahasianya dalam pertemuan Bu lim, mengapa dia bisa terbunuh diatas perahu sekarang?"
Mendadak terdengar lagi seseorang menjerit kaget: "Hei, apakah itu?"
Semua orang berpaling ke arah tempat yang dituju, ternyata diatas pintu perahu itu tertancap sebuah panji kecil berwarna kuning, panji itu persegi tiga dan berukuran tujuh delapan inci besarnya, ditengah panji tadi tertera telapak kaki binatang yang berjari lima.
Seorang lelaki setengah umur yang menyaksikan panji kecil itu, buru-buru berseru kepada semua orang: "Saudara sekalian, mari kita turun dari perahu dan usah mencampuri urusan ini lagi!"
"Hei, Lao toaka, bukankah kau termashur dalam dunia persilatan karena bernyali besar" Hari ini, mengapa kau jadi takut urusan?"
seorang lelaki muda menegur sambil tertawa.
"Aaai, saudaraku, bukannya hari ini nyali ku menjadi kecil, tahukah kau benda apakah itu?"
"Benda apa" Tak lebih hanya sebuah panji kecil, aku tidak percaya kalau panji itu jauh lebih lihay daripada firman Sri Baginda!"
"Betul, benda ini lebih lihay daripada firman Sri Baginda! Terus terang saja kuberitahukan, inilah panji Thian long leng (panji serigala langit) yang amat menggetarkan dunia persilatan...!"
Begitu mendengar tentang panji serigala langit, kontan paras muka semua orang berubah hebat, siapa pun tak berani berdiam lebih lama lagi disana, buru-buru mereka melompat turun dari perahu itu dan kembali ke sampan dan rakit masing-masing untuk menjahui tempat kejadian tersebut.
Belum lama orang-orang itu berlalu, dari atas perahu tadi muncul kembali seorang nelayan muda yang berusia empat lima belas tahunan, berwajah bersih, tampan, lembut tapi gagah perkasa.
Walaupun dia hanya berdandan sebagai seorang nelayan, namun tidak menutupi kegantengan serta kegagahan-nya.
Entah sedari kapan dia naik ke atas perahu, memandang orang-orang yang mati mengenaskan itu, dia menggelengkan kepalanya sambil menghela napas panjang.
Dicabutnya panji kecil itu, lalu gumamnya: "Panji serigala langit..." Masa hanya panji sekecil inipun bisa mendatangkan kemampuan sebesar itu?"
Setelah bergumam, dia masukkan panji kecil itu ke dalam saku dan melompat turun keatas sebuah perahu nelayan lalu mendayungnya menjauhi tempat itu.
Tak selang berapa saat kemudian, bayangan tubuhnya sudah lenyap tak berbekas.
Tak selang berapa hari sejak peristiwa pembunuhan ditengah sungai Tiangkang ini sudah menggemparkan seluruh dunia persilatan dan mengejutkan segenap jagoan didunia.
Peristiwa ini dengan cepatnya mendatangkan perasaan kalut, panik dan tegang di dalam dunia persilatan yang sudah banyak tahun terang ini.
Banyak orang merasa murung dan kaget oleh kemunculan panji Serigala langit ini.
Dua puluh tahun berselang, ketika panji serigala langit baru muncul untuk pertama kalinya, banjir darah yang mengerikan telah melanda seluruh kolong langit!
Pembunuhan-pembunuhan yang keji dan brutal membuat seluruh dunia persilatan menjadi kacau dan tak pernah tenang, tapi karena peristiwa itu pula, seluruh partai dan perguruan yang ada dalam dunia persilatan telah bersatu padu.
Dalam suatu geropyokan yang dilakukan serentak, mereka berhasil menghancurkan bukit serigala dan menangkap biang keladi dari peristiwa pembunuhan itu, yakni Thian long siu (kakek serigala langit) Sik Thian kun, mengutungi sepasang kakinya lalu melemparkan tubuhnya kedalam jurang yeng dalam sekali.
Mungkinkah si kakek serigala langit yang dulu belum mati"
oooOOooo DIBAWAH bukit Kau kiong san ditepi telaga Yang sik tham berdirilah sebuah benteng kokoh yang disebut Lo cing poo.
Waktu itu, ada dua puluh jago lihay dunia persilatan sedang berkumpul diruang tengah banteng tersebut sambil
membicarakan peristiwa berdarah tersebut.
Lo pocu Ki leng sin ciang (Raksasa bertelapak tangan sakti) Pit It hong menggebrak meja sambil berseru dengan gusar: "Aku tidak percaya kalau kakek serigala langit belum mampus..."
Belum habis dia berteriak, mendadak dari kejauhan
berkumandang datang suara lolongan yang aneh sekali.
"Nguuu... nguuu..."
Suara itu seperti tangisan setan, mirip pula dengan lolongan serigala, tinggi melengking dan amat tak sedap didengar membuat seluruh hadirin merasa terkejut dan berubah muka.
Setelah tertegun beberapa saat dengan suasana tegang, seseorang lantas berseru: "Pit loako, mungkin gembong iblis tersebut benar-benar belum mampus! Coba kau dengar suara aneh itu. Mirip sekali dengan lolongan serigala, mungkin mungkin ia telah datang ke mari mencari kita?"
Pit It hong mendengus dingin.
"Hhmm, sekalipun Sik Thian kun belum mampus, toh sepasang kakinya sudah di kutungi, masa ia bisa melakukan aksinya dengan begini leluasa?"
"Konon ilmu silat yang di miliki gembong iblis itu telah mencapai puncak kesempurnaan, aku rasa, lebih baik kita jangan bertindak kelewat gegabah!"
Tiba-tiba Pit It hong tertawa terbahak-bahak.
"Haaah... haaahh... haaah... apa yang mesti ditakuti" Kita semua toh utuh dan sehat wal'afiat, masa kalah dengan seorang tua bangka yang cacad?"
Belum habis dia berkata mendadak terlihat seseorang berlarian masuk kedalam ruangan itu dengan langkah cepat kemudian roboh terkapar ditengah ruangan, tapi orang itu segera merangkak bangun dan maju lagi beberapa langkah sambil mendongakkan kepala, teriaknya parau: "Poocu... tolong...!"
Diiringi jeritan keras, orang itu roboh terguling ke atas tanah dan tak sadarkan diri.
Semua orang serentak bangkit dengan wajah kaget bercampur keheranan, mereka mengenali orang ini sebagai pengurus rumah tangga benteng Lo cing-poo yang bernama Pit Seng.
Mendadak terdengar seseorang menjerit kaget: "Aaaaaaaa! inilah Cap ji jian jiu (dua belas serigala cacad) dari kakek serigala langit! mungkin... mungkin ia benar-benar sudah mendatangi kita!"
Baru selesai dia berkata, mendadak suara lolongan aneh tadi sudah berkumandang lagi dari depan ruangan.
Nguu... nguuu... Lolongan itu amat nyaring dan memekikkan telinga seakan-akan disertai dengan kekuatan dahsyat, hingga seluruh bangunan rumah itu bergoncang keras.
Kejadian ini makin mencekam perasaan semua jago persilatan yang hadir dalam ruangan itu, paras muka mereka rata-rata berubah menjadi pucat pias seperti mayat, bulu kudukpun pada bangun berdiri....
Mendadak terdengar seseorang berseru kepada Pit It hong: "Maaf lo poocu, siaute aku masih ada urusan lain sehingga harus mohon diri lebih dahulu"
Menyaksian jiwa pengecut orang itu, Pit It hong hanya bisa mengela napas menutupi rasa mendongkolnya, ia berseru ketus:
"Baiklah, maaf aku tidak menghantar, bila ada dlantara kalian yang ingin pergi, silahkan saja berlalu dari sini, aku tak ingin menyusahkan saudara sekalian gara-gara urusan diri aku orang she Pu ini"
Begitu ucapan tersebut diutarakan, empat lima orang diantaranya segera bangkit berdiri dan buru-buru melarikan diri keluar ruangan.
Siapa tahu, disaat mereka hendak melangkah keluar lari pintu rungan inilah, tahu-tahu berhembus lewat segulung angin pukulan yang amat keras membuat tubuh mereka terpental ke belakang dan bergelimpangan ke sana ke mari.
Terdengar seseorang menjengek dingin: "Kalian mah sudah menjadi tamu kehormatan dari ruang akherat, jangan harap bisa kabur dari sini!"
Di tengah ucapan mana tampak sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, menyusul jeritan ngeri bergema susul menyusul, dalam waktu singkat lima orang yang bermaksud untuk menyelamatkan diri itu sudah terkapar di atas tanah dalam keadaan tak bernyawa lagi, darah kental berceceran di mana-mana.
Kini, dalam ruangan tersebut masih ada belasan orang lebih, kalau dibicarakan, sebenarnya mereka masih termasuk jagoan kelas satu dalam dunia persilatan, tapi sekarang mereka sudah dibikin terkesiap oleh kelihayan orang sehingga tertegun dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
Mereka ingin turun tangan, namun sadar bukan tandingan, mau pergi namun tiada jalan yang bisa dilewati, sehingga untuk sesaat mereka maju mundur dengan bingung.
Pada saat itulah, mendadak terdapat seorang jago yang melirik sekejap ke arah pintu ruang belakang, kemudian tanpa mengucapkan sepatah kata pun tiba-tiba melompat ke arah pintu
itu. Dalam anggapan-nya musuh toh berada di halaman depan, berarti pintu belakang merupakan tempat yang paling baik untuk melarikan diri.
Siapa tahu baru saja dia melompat kearah pintu belakang mendadak terdengar seseorang membentak nyaring: "Kembali!"
Mengikuti bentakan nyaring itu, segulung angin pukulan yang dahysat segera meluncur kedepan dan menumbuk tubuhnya. "Aduhh!" Jeritan
ngeri yang menyayatkan hati bergema memecahkan keheningan, tubuh orang itu mencelat kebelakang oleh dorongan angin serangan tadi sehingga terpental dan menumbuk diatas sebuah pilar batu. "Blaaamm!" di tengah getaran yang amat keras, pilar besar itu patah jadi dua dan roboh ke tanah, atap dan pasir pun berhamburan keseluruh permukaan tanah.
Pasir dan debu yang berterbangan membuat suasana menjadi kabur, tiada seorangpun yang berhasil melihat jelas siapakah pendatang itu, tapi jeritan ngeri bergema saling susul....
Dalam waktu singkat, mayat telah berserakan di mana-mana, darah segar berceceran membasahi seluruh permukaan lantai.
Hanya Ki teng sinciang Pit It hong seorang yang sedang melangsungkan pertarungan-nya melawan sesosok manusia aneh.
Ia dapat melihat jelas kalau manusia aneh itu mempunyai empat anggota badan yang utuh dengan kepalanya mengenakan topeng kepala serigala dan tangan bersarung kulit, dandanan semacam ini sudah pasti bukan si kakek serigala langit yang dihebohkan.
Sebab menurut berita yang tersiar dalam dunia persilatan, sepasang kaki kakek serigala langit sudah putus dan tubuhnya yang cacad sudah dibuang kedalam jurang, mustahil kalau kaki yang sudah terpotong dapat tumbuh lagi.
Dengan perasaan curiga dia lantas membentak: "Sobat, siapakah kau..." Dendam sakit hati apakah yarg sebenarnya terjalin dengan aku orang she Pit?"
Manusia aneh berkepala serigala itu segera mendengus dingin.
"Hmm, agar kau mampus dengan perasaan tenang, aku akan memberitahukan kepadamu, aku adalah Thian long cun cu (Utusan manusia serigala), aku sengaja datang kemari untuk membalaskan dendam sakit hati guruku!"
"Dalam pertempuran berdarah dibukit serigala tempo dulu aku orang she Pit tidak turut serta, dendam apa yang kau maksudkan?"
Utusan manusia serigala segera tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haah... haah... justru karena kau tidak turut serta, maka akupun tidak berencana untuk merenggut nyawamu, bila tahu diri ayo turut aku pergi, menjual tenaga untuk Utusan manusia serigala merupakan suatu yang terhormat bagimu, mengerti?"
Pit It hong turut tertawa seram.
"Heeh... heeh... heeh, kau salah memilih orang, bagi orang she Pit, kepala boleh kutung, darah boleh mengalir, namun aku tak akan menyerah kepada musuh"
"Hmmm, kau anggap bisa memilih sekehendak hati sendiri... ?"
Bersamaan dengan usapan mana, tahu-tahu bayangan tubuhnya berkelebat dan lenyaplah bayangan orang itu dari depan mata.
Pit It hong jadi tertegun, segera pikirnya: "Cepat benar gerakan tubuh orang ini, tapi heran, sebelum habis bertarung mengapa dia sudah kabur?"
Belum habis ingatan tersebut melintas lewat, mendadak punggungnya sudah dihantam orang keras-keras...
"Blaaamm...!" dalam waktu singkat dunia serasa berputar semua, pandangan-nya menjadi gelap dan robohlah dia tak sadarkan diri.
ooooO^^Ooooo Setelah lewatnya hujan badai, benteng Lo Cing poo telah pulih kembali dalam ketenangan semula, hanya pemandangannya saja yang sama sekali telah berbeda.
Ruang tengah sudah roboh separuh, diluar dan didalam ruangan terkapar dua puluhan sosok mayat, semuanya tewas dalam keadaan meengenaskan, sehingga darah kental berceceran dimana-mana.
Tapi, Lo poocu Pit It hong telah lenyap tak berbekas entah kemanakah dia telah pergi"
Peristiwa ini dengan cepatnya tersebar kembali diseluruh dunia persilatan, semua orang kembali menjadi panik, semua orang merasa risau apalagi bila mendengar suara lolongan serigala, hampir semuanya pada lari ketakutan.
Berita buruk satu demi satu muncul dalam dunia persilatan.
Huan yang sam hiong, tiga jagoan dari kota Huan yang ditemukan tewas bersama-sama, semalam menyusul kemudian Tong ting jit kiat, tujuh orang gagah dari telaga Tong ting semuanya lenyap tak berbekas, entah pergi kemana.
Tak selang berapa hari, bayangan iblis muncul lagi di bukit Heng san...
Tampaknya, si Utusan manusia serigala berniat untuk menyapu seluruh jagoan persilatan yang berada diwilayah Kang lam, sebelum berhijrah ke wilayah utara sungai besar. Maka, para jago yang berada di utara sungai besar pun mulai berkumpul, berunding dan melakukan rencana sedia payung sebelum hujan.
Perkumpulan Oh im-san ceng, yang selalu berada dalam keadaan tenang tiba-tiba berubah menjadi ramai, ramai dikunjungi berbagai jagoan dari berbagai daerah.
Kepala perkumpulan Oh im-san ceng, Ki Thian bin disebut orang sebagai Seng jiu Bun Un hua (tangan suci penolong jagad), bukan saja ilmu silatnya terhitung kelas satu dalam dunia persilatan, kecerdasan otaknya juga melampaui siapa saja, oleh sebab itu semua orang berbondong-bondong datang ke sana unuk mengajaknya berunding.
Namun sudah sekian lama para jago duduk menanti diruang tengah, tuan rumah Ki Thian bin belum nampak juga, hanya dua orang muridnya yang ditugaskan untuk menemani para tamu.
Lama-kelamaan Liau it taysu dari Siau lim pay mulai habis kesabarannya, dia segera bangkit berdiri dan tegurnya kepada Caee Oh, murid tertua dari Ki Thian bin: Sesungguhnya Ki lo sian ada dirumah atau tidak" Begini banyak sahabat telah berkunjung kemari, mengapa dia sama sekali tak menampilkan diri..?"
Buru-buru Caee Oh menjura, sahutnya: "Maaf taysu, suhu sedang bersemedi dalam ruang semedi, sebentar lagi beliau pasti akan muncul"
"Hmm! Ilmu apa yang sedang dilatih guru mu" Sejak kapan mulai bersemedi..?" dengus Liau it taysu lagi.
"Sebelum jam tujuh kemarin pagi, tentang ilmu apakah yang sedang dipelajari, tecu sama sekali tidak tahu"
"Tolong tanya, sejak suhu mu mulai bersemedi, sampai berapa jam dia baru bangun?" tanya Sian jie kim kiau (Rajawali hijau bertangan Sakti) Kok im menyala dari samping.
"Biasanya suhu bersemedi selama delapan jam"
"Sekarang sudah jam berapa?"
"Sekarang sudah lewat jam sepuluh!"
"Waah, aneh kalau begitu" seru Kok Im terkejut bercampur keheranan, "masa gurumu bersemedi begitu lama" Dua puluh enam jam sudah lewat, aku lihat sudah pasti dibalik kejadian ini pasti ada yang tidak beres...."
Mendengar perkataan itu, Liau it taysu segera menggebrakkan tongkatnya keras-keras kelantai, kemudian berseru pula: "Benar, akupun merasa agak keheranan, biar aku yang masuk untuk melihat keadaan!"
Selesai berkata dia membawa toyanya pun beranjak menuju ke ruangan dalam.
Dikala dia hendak melangkah keluar dari ruangan inilah, seseorang melompat keluar dari samping dan menghadang jalan perginya.
"Tunggu dulu locianpwe, ayah belum selesai bersemedi!" serunya dengan lantang.
Liau it taysu melorot besar, dia segera mengenali orang itu sebagai putra Ki Thian bin yang bernama Ki Beng.
Dia lantas mendehem beberapa kali, kemudian tegurnya:
"Apakah siau sicu bermaksud menghalangi jalan pergi lolap?"
"Boanpwe tidak berani" buru-buru Ki Beng membungkukkan badannya memberi hormat, "tapi berhubung ayahku belum selesai bersemedi, sedang Ki Beng bertugas melindunginya, terpaksa niat taysu harus kutampik, toh bila ayah telah selesai bersemedi nanti dia akan ke luar untuk menjumpai kalian"
Liau it taysu segera melototkan sepasang matanya bulat-bulat, serunya lagi: "Omong kosong, sekalipun ayahmu sedang berlatih ilmu Tay boan yok sinkang pun tak mungkin dia duduk bersemedi selama 26 jam lamanya, aku tebak di balik kesemuanya itu pasti ada hal-hal yang tidak beres"
"Boanpwe memang merasa agak kurang beres, tapi aku tak berani mengusiknya, kalau tidak, ayahku bisa mengalami nasib jalan api menuju neraka"
"Lolap sudah puluhan tahun lamanya berhubungan dengan ayahmu, masa aku bakal mencelakainya" Aku hanya ingin menengok keadaannya yang sebenarnya"
Sambil berkata dia melanjutkan kembali langkahnya menerjang masuk ke dalam.
Sementara itu, dibelakang tubuhnya mengikuti pula tujuh delapan orang jago persilatan.
Ki Beng yang menyaksikan orang-orang itu merupakan sahabat karib ayahnya, tentu saja tak dapat menghalang niat mereka, saking gelisahnya dia sampai menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
Dalam pada itu, suara ribut diluar telah mengejutkan pula Ki hujin, Biau jiu hui cha (tangan sakti tusuk konde terbang) Ki siu liong bersama putrinya Li Soat ji muncul disana.
Begitu datang, nyonya Ki segera menegur: "Taysu, sudah berlatih diri sekian tahun, mengapa sikap berangasanmu belum juga hilang?"
"Omintohud!" seru Liau it taysu sambil merangkap tangan-nya didepan dada, "Ki hujin, hal ini namanya kalut dan panik karena urusan, terus terang saja, pinceng amat menguatirkan keselamatan jiwa dari Ki sicu"
Tampaknya Ki hujin juga mempunyai perasaan demikian, katanya kemudian setelah menghela napas panjang: "Aku sendiripun mempunyai perasaan demikian, cuma tak berani bertindak secara gegabah, biasanya Thian bin tak pernah duduk bersemedi melebihi delapan jam, entah mengapa sudah hampir dua puluh delapan jam ia duduk mengurung diri, namun belum nampak juga"
Liau it taysu termenung sambil berpikir beberapa saat lamanya, setelah itu tanyanya: "Belakangan ini, apakah dalam perkampungan kalian pernah terjadi suatu peristiwa aneh?"
"Tolong tanya apa yang taysu maksudkan?"
"Misalnya ada suara lolonngan srigala atau..."
"Yaa, betul" sela Ki Soat ji tiba-tiba, "dua hari berselang aku mendengar suara lolongan serigala, diatas bukitpun ditemukan telapak kaki serigala, tapi kejadian semacam ini toh lumrah"
DiSekitar perkampungan kami memang seringkali ada serigala yang berkeliaran"
Begitu mendengar kalau si nona keci1 itu pernah mendengar suara lolongan serigala, paras muka Liau it taysu segera berubah hebat segera jeritnya kaget: "Aduh celaka, kemungkinan besar Ki sicu sudah mengalami musibah!"
Selesai berseru, tanpa menggubris kedua orang itu lagi, dia segera lari menuju kekamar pertapaan, belum sampai orangnya, dia sudah berteriak keras: "Ki sicu, Ki sicu, lolap telah datang!"
Semestinya suara teriakan dari pendeta itu sudah cukup nyaring, namun suasana dalam ruangan pertapaan itu masih tetap sunyi senyap tak kedengaran sedikit suarapun.
Liau it taysu merupakan seorang hwesio berangasan, meski usianya sudah lanjut, namun watak itu belum pernah berubah, apalagi kalau sudah menghadapi suatu peristiwa, sifat berangasan-nya tetap menghantui dirinya.
Ketika teriakannya tidak mendapat tanggapan, dengan cepat dia mengayunkan toya bajanya itu menghantam pintu ruangan.
"Blaamm!" diiringi suara benturan nyaring, pintu bersama dinding ruangan segera ambrol dan rontok keatas tanah.
Belum sempat nyonya Ki menegur kesembronoan hwesio
tersebut mendadak terdengar Liau it taysu sudah menjerit kaget:
"Heeeii... mana orangnya?"
Beberapa orang segera menyerbu ke dalam ruangan pertapaan, namun ruangan itu kosong melompong tak sesosok bayangan manusia pun yang nampak disana.
Menyusul kemudian Nyonya Ki dan putra putrinya ikut menerjang masuk ke dalam ruangan tapi mereka segera dibuat tertegun oleh pemandangan yang tertera didepan mata.
"Hujin, benarkah toato sedang bersemedi di dalam ruangan ini?"
Sin jiu kim tiau Kok Im kembali bertanya.
"Walaupun dalam perkampungan Oh im san ceng terdapat banyak ruangan, namun ruangan semedi hanya satu, apalagi Beng ji sendiri yang bertindak sebagai pelindungnya masa dia tak melihat ada orang mendekati tempat ini!"
Sembari berbicara sorot matanya segera dialihkan ke wajah putranya Ki thian bin.
Dengan wajah terkejut bercampur tercengang Ki Beng segera berkata agak tergagap: "Ananda memang bertugas melindungi ayah, selama inipun tak pernah meninggalkan pintu ruangan barang selangkah pun, bagaimana mungkin ayah bisa lenyap tak berbekas?"
Mendadak terdengar seseorang menjerit kaget: "Coba lihat, benda apakah itu?"
Mendengar seruan tersebut, semua orang segera berpaling, diatas tiang penglari rumah tertancap sebuah panji kecil segi tiga yang berwarna kuning, diatas panji itu bersulamkan sebuah telapak kaki binatang berwarna merah.
"Panji serigala langit!" Kok Im segera menjerit kaget.
Sedangkan Liau it taysu segera menggebrakkan toyanya keras-keras ketanah, lalu serunya: "Benar-benar cepat sekali gerak-gerik gembong iblis itu, entah sejak kapan dia sudah datang ke utara?"
Biau jiu hui cha Ki Siu ling turut merasa terkejut setelah mendengar tentang panji serigala langit, untuk beberapa saat lamanya dia sampai termangu-mangu dan tak tahu apa yang harus dilakukan.
Beberapa saat kemudian, pelan-pelan dia baru berkata: "Konon orang yang munculkan diri itu bernama Utusan manusia serigala, bisa jadi dia merupakan ahli waris dari kakek serigala langit" sela Kok Im cepat.
"Sekarang, Thian bin sudah mereka tawan, aaai... bagaimana nasibnya...?"
"Nasib apa lagi?" kata Liau it taysu, "pihak serigala langit sudah termashur akan kekejaman dan kebuasannya, aku lihat nasibnya lebih banyak celaka daripada kemujuran!"
Air mata bercucuran deras membasahi wajah Ki hujin, tiba-tiba serunya kepada putra putrinya yang berada disitu: "Beng ji, kalian segera membereskan buntalan, sekarang juga kita lakukan pengejaran"
Ki Beng ji dan Soat ji segera mengiakan, buru-buru mereka mengundurkan diri dari situ untuk mempersiapkan diri.
"Hujin, apakah kau hendak terjun kembali kedunia persilatan?"
Kok Im segera bertanya, "ingatkah sumpah kamu ketika mencuci tangan dengan ember emas?"
Nyonya Ki menghela napas panjang.
"Demi toakomu, soal apapun tidak aku urusi lagi, apalagi hanya sumpah tersebut..."
"Perkataan enso memang betul..." sela seorang sastrawan setengah umur, "sumpah hanya merupakan suatu ikatan untuk tingkah laku sendiri bila diperlukan untuk menyelamatkan jiwa seseorang, hal seperti inipun tak usah dipikirkan"
Karena ucapan tersebut di rasakan benar, maka semua orang pun membungkam dalam seribu bahasa.
Tidak selang berapa saat kemudian, mereka sudah berangkat meninggalkan perkampungan Oh im san ceng.
0000O0000 Sebuah perahu nelayan baru saja muncul dari mulut selat Say leng sia sebelah barat, dibelakang buritan duduk seorang nelayan muda yang berusia empat lima tahunan, berwajah bersih dan gagah perkasa.
Tiba-tiba sampannya menukik kesisi sungai dan menyusup kedalam tumbuhan gelaga disepanjang alur sungai.
Baru saja perahu kecil itu menyembunyikan diri dibalik tumbuhan gelaga yang lebat, di atas daratan tepi sungai telah berkumandang suara roda kereta yang berputar.
Tak selang berapa saat kemudian, tampaklah seekor kereta kuda meluncur mendekat dengan kecepatan tinggi.
Kereta itu tiada sesuatu yang aneh, namun sang kusirnya benar-benar amat menyolok mata.
Sebab bukan kusir kuda yang duduk disana, melainkan manusia aneh berkepala serigala.
Dibelakang kereta itu mengikuti empat orang lelaki berbaju hitam yang semuanya berwajah seram dan keji, golok tersoren dipinggang dan mereka mengikuti dibelakang kereta dengan langkah lebar.
Tatkala kereta itu sudah tiba ditepi sungai, manusia aneh berkepala serigala itu menarik tali les kudanya lalu berpekik panjang: "Nguuu... nguuu..."
Tiba-tiba dari tengah tumbuhan telaga muncul datang sebuah sampan kecil, diujung sampan duduk seorang nona berbaju merah, tampak dia mendayung sampannya dengan cekatan menuju ketepi pantai.
"Ayah.." nona itu berseru merdu.


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Hong Ji kah disitu" Apakah semuanya sudah datang?" seru manusia aneh berkepala serigala itu.
Sambil berkata dia melepaskan sarung tangan dan topengnya sehingga terlihat raut wajah aslinya.
Orang itu merupakan seorang lelaki kekar yang berusia empat puluh tahunan, berwajah tampan dan memelihara kumis kecil di atas bibirnya.
Sekilas pandangan, orang ini sama sekali tak berwajah bengis atau kejam, tapi, mungkinkah dia seorang gembong iblis"
Si bocah nelayan yang bersembunyi dibalik tumbuhan galaga itu menjadi keheranan dan tidak habis mengerti.
Mendadak terdengar suara si nona yang merdu itu kembali berkumandang: "Ayah, mereka sudah datang semua"
Lelaki setengah umur itu segera berseru kepada lelaki berbaju hitam yang berada dibelakangnya: "Cepat gotong kereta itu naik keatas perahu"
Pada saat itulah dari arah sungai telah muncul kembali sebuah rakit yang amat besar, empat orang lelaki kekar berbaju hitam mendayung rakit tersebut menuju ke pantai.
Empat orang yang berada diatas pantai segera bekerja cepat, seorang menerima tali les dari tangan lelaki kekar berusia pertengahan itu, sedangkan tiga yang lain mendorong kereta tersebut dari belakang, tak selang berapa saat kemudian kereta kuda itu sudah berada di atas rakit.
Baru saja lelaki setengah umur itu hendak melangkah turun ke atas rakit, mendadak ia membalikkan badan sambil mengenakan kembali topeng kepala serigala serta sarung tangannya hingga pulih kembali menjadi dandanan seorang manusia aneh
berkepala serigala. Sesudah itu, bentaknya keras-keras.
"Siapa yang bersembunyi disitu?"
Bentakan ini mengejutkan si nelayan kecil itu, segera dia berpikir: "Jangan-jangan jejakku ketahuan" Kalau toh sudah konangan, 1ebih baik aku munculkan diri saja...."
Tapi sebelum dia melompat keluar dari tempat
persembunyiannya itu, seseorang telah menyahut dengan suara nyaring: "Omintohud, lolap bukan seseorang yang suka bermain sembunyi"
Dari belakang sebuah gundukan tanah segera muncul seorang hwesio yang bertubuh tinggi kekar, dia membawa sebuah toya baja yang amat besar, tenyata ia tak lain adalah Liau it taysu.
Manusia aneh berkepala serigala itu segera mendengus dingin.
"Hmm, rupanya kau si keledai gundul!"
Dengan langkah lebar Liau it taysu maju ke depan, setelah menatap wajah manusia aneh berkepala serigala itu lekat-lekat, serunya sambil mendengus: "Hmm, aku masih mengira si Kakek serigala langit benar-benar sudah hidup, rupanya kau yang sedang bermain gila, siapakah kau?"
"Utusan manusia serigala!"
"Hmm, siapa yang memberi julukan utusan manusia serigala itu kepadamu" Ayo jawab, kau telah melarikan Seng jiu Bun Un hua Ki Thian bin kemana?"
Utusan manusia serigala tertawa dingin.
"Heeeh... heeeh... heeeh, kuanjurkan kepadamu lebih baik jangan mencampuri urusan ini"
"Omintohud, lolap berani menegur, berarti aku akan mencampuri urusan ini, mau apa kau?"
"Heeeh... haeeh... heeeh... takutnya kau si keledai gundul tak mampu untuk mencampurinya"
"Asal kau bersedia melepaskan Ki Thian bin, lolap akan segera membalikkan badan dan pergi"
Utusan manusia serigala segera tertawa terbahak-bahak.
"Haah... haaah... haaah... masa ada kejadian yang begini gampang" Lebih mengenaskan lagi mungkin kau sendiripun tak akan lolos dengan selamat dari sini!"
"Kau anggap mampu untuk menahan lolap disini?" seru Liau it Taysu dengan gusar.
"Kalau tidak percaya, mengapa tidak kita buktikan segera?"
Sembari berkata dia lantas mengulapkan tangannya.
Dan balik hutan gelaga di tepi sungai berkumandang suara berisik, lalu muncullah empat manusia aneh semuanya berbadan sama dengan Utusan manusia serigala..
Dengan suatu gerakan yang cepat dan cekatan serentak mereka mengurung Liau it taysu rapat.
Liau it taysu tertawa dingin, dia memandang sekejap ke sekelilingnya kemudian membentak keras: "Sebenarnya kalian telah menculik Ki Thian bin dan dibawa kemana?"
"Kau ingin tahu" jengek Utusan manusia serigala, "hmmm tidak sukar, silahkan saja menengok sendiri setibanya diakhirat nanti!"
Ke empat manusia aneh berkepala serigala itu segera
membentak keras, mereka sama-sama meloloskan semacam senjata berwujud aneh dan maju melancarkan serangan.
Bentuk senjata itu sangat aneh, sepintas lalu mirip sekali dengan cakar kaki dari seekor burung besar, sewaktu diayunkan ke depan, segera menimbulkan suara nyaring deruan angin tajam.
Liau it taysu membentak nyaring, toya bajanya dengan membawa deruan nyaring menggulung ke sekeliling arena dengan jurus Pat tong hong hi (hujan angin didelapan penjuru) untuk membendung datangnya ancaman dari empat penjuru angin.
Ayunan toyanya itu sangat berat dan kuat, angin serangan menderu-deru dan sangat mengerikan hati.
Utusan manusia serigala segera tertawa dingin, ejeknya:
"Heeeh... heeh... heeeh... permainan jurus pat tong hong hi mu memang nampaknya ketat, tak heran kalau kau bisa mempunyai nama besar didalam dunia persilatan, cuma sayang kau telah bertemu dengan kami, jurus seranganmu itu tak akan bisa berbuat banyak...."
Pada dasarnya Liau it taysu memang sudah termashur sebagai seorang pendeta berangasan, mendengar musuhnya sama sekali tidak memandang sebelah mata pun terhadap dirinya. kontan alis matanya yang tebal berkerut kening, setelah membentak gusar berulang kali toya bajanya diputar sedemikian kencangnya hingga hujan dan angin seakan-akan tak mampu untuk
menembusinya, kedahsyatan tersebut benar-benar mengerikan hati...
Akan tetapi musuhnya adalah empat manusia aneh berkepala serigala yang berilmu cukup tangguh, terutama sekali kerja sama dari ke empat orang itu, boleh dibilang betul-betul sangat luar biasa.
Untuk sesaat lamanya Liau it taysu belum mampu meraih kedudukan diatas angin.
Namun keempat manusia aneh berkepala serigala itupun nampak cukup payah dan kewalahan, mereka tak mampu mendesak selangkah lebih kedepan untuk mendekati lawan-nya.
Tiba-tiba Utusan manusia serigala tertawa tergelak.
"Haaaahh...haaaahh... haaaahh... keledai gundul, kau hanya seorang diri atau membawa konco?"
"Hanya lolap seorang pun sudah cukup untuk merenggut nyawa anjing kalian, buat apa harus minta bantuan orang lain?" bentak Liau it taysu dengan melotot penuh kegusaran.
Ditengah bentakan jurus serangannya segera berubah, seluruh angkasa seperti dilapisi oleh bayangan toya yang sangat lihay, deruan angin serangan yang maha dahsyat pun memencar ke mana-mana keempat orang itu.
Jurus ini bukan lain adalah ilmu Hong mo cap pwe te (delapan belas jurus ilmu menghajar iblis) dari Siau lim pay, dalam setiap ayunan toya tersebut, terpancarlah hawa serangan yang sangat kuat dan menderu-deru seketika itu juga memaksa keempat manusia aneh berkepala serigala itu keteter mundur berulang kali.
Ketika utusan manusia serigala menyaksikan serangan dari ke empat orang anak buahnya gagal mengungguli lawannya, mendadak ia mendongakkan kepalanya dan memperdengarkan suatu lolongan serigala yang memanjang.
"Nguuuu... ngguuu..."
Ke empat manusia aneh berkepala serigala itu melompat mundur lalu menyusup ke balik tumbuhan gelaga yang lebat.
Sedangkan Utusan manusia serigala segera melangkah maju ke depan, setelah tertawa tergelak serunya: "Ilmu silat dari Siau lim pay memang bukan nama kosong belaka, ilmu Ton Hong mo ciang hoat termasuk juga ilmu sakti dalam dunia persilatan, tapi Cap pwee lo han kun dari Siau lim pay juga terhitung ilmu maha sakti, sekarang, aku ingin sekali mencoba kehebatan dari ilmu tersebut. Hei, keledai gundul, sudah kau pelajari belum ilmu pukulan itu?"
Liau it taysu adalah seorang manusia yang berhati lurus, meski berangasan namun jujur, ia sama sekali tak sadar kalau musuhnya yang melihat permainan toyonya kelewat dahsyat, sekarang sedang memancingnya agar bertarung dengan ilmu tangan kosong.
Benar juga, amarah yang berkobar didalam dada Liau it taysu membuatnya segera melemparkan toya tersebut ke sisi arena, kemudian bentaknya dengan gusar: "Kau berani mentertawakan lolop tak pernah mempelajari ilmu Lo han kun tersebut?"
Utusan manusia serigala segera tertawa.
"Sekalipun sudah kau latih, paling banter juga tak tak akan lihay sampai dimana... "
Belum selesai dia berkata mendadak ia berpaling sambil berseru dengan suara lantang: "Silahkan kalian berdua pun segera menampilkan diri! Toh cepat atau lambat kalian pun akan menjadi tamu kehormatan dalam akhirat, memangnya kalian anggap bisa di hindari dengan begitu saja?"
Si nelayan kecil yang bersembunyi dibalik hutan gelaga, kembali mengira jejaknya ketahuan musuh, tapi sebelum dia muncul, lagi-lagi berkumandang suara bentakan nyaring: "Kami berdua memang ingin sekali menyaksikan kelihayan ilmu silatmu itu"
Bersamaan dengan menggemanya ucapan tadi dari belakang gundukan tanah muncul kembali dua orang manusia, mereka adalah dua orang tosu yang bersenjata terhumus, dengan langkah lebar mereka langsung menuju ke tengah arena.
Utusan manusia serigala segera tertawa dingin.
"Oooh, rupanya dua orang hidung kerbau dari Bu tong pay, tampaknya kaki kalian sudah diikat oleh malaikat pencabut nyawa sehingga tersesat kemari untuk menghantar kematian...."
Ke dua orang tosu tersebut merupakan anak murid dari Bu tong pay, yang seorang bernama goan ho totiang sedangkan yang lain bernama Goan kim totiang, mereka menyusul sampai kesana untuk melacak jejak Ki thian bin.
"Bu ling siu hud!" Goan ho totiang berseru, "sicu, ucapanmu tak sedap, kata-katamu ngawur dan tak sopan, inikah kepandaian yang kau miliki?"
"Haaah...haaaah... haaaah, apakah kau ingin menyaksikan kepandaian silatku yang sebenarnya" Itu mah gampang sekali..."
Mendadak tubuhnya merendah ke bawah, lalu secepat sambaran petir menyerbu kehadapan Goan ho totiang.
Tempat ke lima jari tangannya dipentangkan lebar-lebar dengan membawa suara desingan angin tajam ia menyambar ubun-ubun Goan ho totiang secara buas.
Serangan ini dilancarkan dengan kecepatan yang benar-benar luar biasa, percuma Goan ho totiang memiliki sebilah pedang yang terhunus, sebab dia memang merasa tak sempat lagi untuk menghindar ataupun membendung datangnya ancaman mana.
Untung saja Goan ho totiang bertindak cepat dengan melepaskan sebuah bacokan kilat yang membendung Utusan manusia serigala untuk meneruskan cengkeraman mautnya.
Menggunakan kesempatan inilah, cepat-cepat Goan ho totiang melompat mundar dua langkah, setelah itu jeritnya kaget:
"Aaaah, ilmu Cap ji jian jiu (dua belas ilmu cacad)!"
Utusan manusia serigala mendehem dingin.
"Hmmm, tepat sekali, inilah ilmu Cap ji jian jiu! majulah kalian berdua bersama-sama, rasakan bagaimanakah hebatnya ilmu tangan cacadku ini"
Ditengah pembicaraan tangan kanan-nya diputar kencang dengan gerakan yang sama sekali tak berubah, dia cengkeram jalan darah Ki bun hiat ditubuh Goan ho totiang.
Dalam deretan nama ilmu silat, ilmu Cap ji jiau siu merupakan semacam ilmu silat yang harus buas dan keji, asal kena dicengkeram oleh kepandaian tersebut jarang sekali ada yang bisa lolos dalam keadaan selamat, kalau bukan mati, paling tidak pasti akan menderita cedera barat.
Belum lagi bacokan pedang dari Goan ho totiang ditarik kembali, jari tangan Utusan manusia serigala yan amat tajam itu sudah menyerang kesisi tubuhnya.
Goan ho totiang segara membentak keras, pedangnya dengan membentuk cahaya pelangi berwarna perak melepaskan
serangan kilat ke arah depan.
Utusan manusia serigala segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah.... haaaaah... haaaah, bagus sekali! Silahkan saja kalian keluarkan segenap ilmu silat dari Bu tong pay, coba lihat saja nanti, sanggupkah kubendung serangan kalian dengan ilmu Cap ji jian jiu ku ini"
Ditengah pembicaraan tersebut mendadak sepasang telapak tangannya digunakan bersama, sepintas lalu gerakan itu nampaknya amat sederhana dan tiada sesuatu yang aneh, namun apabila serangan sudah di lepaskan maka keganasan serta kebuasan-nya benar-benar mengerikan.
Liau it taysu yang menyaksikan kejadian ini merasa terperanjat sekali, pikirnya: "Tak heran kalau gembong iblis ini mampu untuk malang melintang didalam dunia persilatan, ternyata dia memang memiliki ilmu silat yang lihay sekali.."
Belum habis ia berpikir, situasi di dalam arena pertarungan telah terjadi perubahan besar, dua orang totiang dari Bu tong pay itu sudah kena diteter sehingga kalang kabut tidak karuan, bukan saja tidak berkemampuan lagi untuk melancarkan serangan balasan, bahkan posisinya berada di dalam keadaan berbahaya sekali.
Liau it taysu mendengus gusar, dengan gerak cepat tangannya dijangkau kedepan kemudian bentaknya keras- keras: "Biar lolap merasakan kelihayan dari ilmu Cap ji jian jiu mu itu..."
Tapi sebelum serangan sempat dilakukan, ditengah arena kembali sudah terjadi perubahan, mendadak berkumandang suara dengusan tertahan.
Gian ho totiang yang kurang cepat untuk berkelit sudah kena dicengkeram oleh sambaran cakar maut Utusan manusia serigala, darah segar segera bercucuran keluar dengan derasnya.
Goan kim totiang yang menyaksikan kejadian itu segera membentak keras, dengan sekuat tenaga dia melancarkan dua buah serangan untuk menyelamatkan jiwa Goan ho totiang.
Sayang sekali dia telah bertindat teledor, berhubung perhatiannya hampir tercurahkan semua untuk menolong orang, dia telah mengendorkan pertahanan terhadap dirinya sendiri.
Tiba-tiba saja tampak bayangan manusia berkelebat lewat, si Utusan manusia serigala sudah menyelinap ke belakang punggungnya.
Ia menjadi terperanjat sekali, baru saja akan membalikkan badan sambil memberikan perlawanan, tahu-tahu punggungnya sudah terasa dingin dan rasa sakit serasa merasuk ketulang sumsum, tak ampun lagi tubuhnya segera roboh terjerambab kedepan.
Goan ho totiang terkesiap sekali, apalagi setelah menyaksikan adik seperguruannya roboh terjengkang keatas tanah.
Sayang sebelum dia bertindak sesuatu, utusan manusia serigala sudah menerjang kembali kehadapannya sambil melancarkan sebuah cengkeraman maut lebih jauh.
Luka yang diderita Goan ho totiang pada lengannya memang parah, ditambah lagi hatinya dibuat gugup, tak bisa dihindari kalau semua permainan silatnya menjadi kacau. Dalam keadaan demikian, bagaimana mungkin dia bisa mempertahankan diri"
Tahu-tahu lengan kanannya terasa sakit sekali hingga merasuk ketulang sumsum, Traang! pedangnya terjatuh ketanah, menyusul kemudian keng hiat dibahunya menjadi kaku dan punggungnya kena ditendang satu kali, kontan tubuhnya roboh terjengkang keatas tanah, Liau it taysu mengerti betapa gawatnya situasi, dia cepat menyerbu sambil melepaskan pukulan dahsyat ke tubuh Utusan manusia serigala tapi dari balik hutan geliga tahu-tahu melompat keluar lagi dua orang manusia aneh.
Kedua orang itupun mengenakan topeng kulit serigala, dengan pedang menghunus mereka halang jalan pergi Liau it taysu dan berkobarlah suatu pertarungan yang amat seru.
Liau it taysu menyerang dengan jurus-jurus Lo han kun dari Siau lim pay yang amat sakti, permainan yang dibawakan sendiri oleh pendeta berilmu tinggi ini membuat kedahsyatannya berlipat ganda.
Apa mau dikata, permainan pedang dari dua orang manusia aneh berkepala serigala itupun luar biasa, tiap gerakan, tiap jurus semuanya dimainkan dengan sempurna.
Waktu itu, mesti malam sudah menjelang tiba namun rembulan muncul dan memancarkan sinar keperak-perakan, sehingga pemandangan alam beberapa kaki disekeliling tempat itu dapat terlihat dengan jelas sekali.
Si Nelayan kecil yang bersembunyi di balik hutan pelaga, agaknya sudah dibikin terkesima oleh kepandaian silat kedua orang itu, dia nampak termangu-mangu dan memandangnya dengan penuh perhatian.
Cahaya pedang berkilauan diangkasa dan berputar kencang seperti roda kereta, makin bertarung gerakan dari dua orang manusia aneh berkepala serigala itu semakin cepat, serangan yang dilancarkan juga semakin dahsyat. kini Liau it taysu sudah dibuat keteter hebat sehingga hampir saja tak mampu untuk mempertahankan diri.
Suatu ketika, mendadak Liau it taysu mangeluarkan jurus serangan Lui ing ciong sie (bunyi genta irama guntur) untuk melancarkan sebuah serangan dahsyat dari kejauhan.
Serangan itu datangnya amat cepat dan diluar dugaan, tahu-tahu saja sudah menyambar keatas kepala orang yang berada disebelah kiri.
"Bluuukk!" topeng serigala yang dikenakan orang itu tersambar telak hingga mencelat ke udara dan jatuh ketanah, dangan begitu muncullah raut wajah asli orang itu, dia adalah seorang lelaki berwajah putih yang rambutnya disanggul diatas kepala.
Liau it taysu segera berteriak kaget: "Aaah! Rupanya Liu oh siang kiam (sepasang pedang dari telaga Liu), semenjak kapan kalian menggabungkan diri dengan golongan kaum iblis..?"
Belum selesai dia berkata, mendadak orang yang berada disebelah kanan itu melepaskan sebuah tusukan kilat
mengancam bahu kirinya. Dengan cepat dia maju selangkah, kepalanya diayunkan kearah orang yang berada disebelah kanan itu, bentaknya lagi dengan suara keras: "Sudah lama kudengar orang bilang, Liu oh siang Kiam adalah manusia jujur yang berjiwa ksatria ternyata kalian adalah manusia-manusia munafik bermuka manusia berhati binatang, bagus sekali! Malam ini lolap akan mewakili masyarakat persilatan untuk melenyapkan durjana macam kalian dari muka bumi"
Ditengah pembicaraan dia membentak keras, tubuhnya
menyerbu seperti orang kalap, sementara sepasang kepalan-nya melancarkan serangan dahsyat.
Tenaga dalamnya memang amat sempurna, meskipun tanpa toya bajanya namun kelayapan yang dipancarkan masih tetap hebat, pukulan yang dilepaskan semuanya disertai dengan derusan angin yang memekikkan telingah.
Namun Liu siang kiam kong dan Yu Kiam cok merupakan jago-jago pedang yang sudah amat termashur namanya dalam dunia persilatan ilmu silat mereka terhitung nomor satu di dunia.
Tatkala mereka berdua menyaksikan serangan dari Liau it taysu begitu ganas dan dahsyat terkesiap juga perasaan mereka akhirnya.
Mendadak terdengar Utusan manusia serigala mendengus dingin, lalu menegur: "Hmm, dengan mengandalkan kalian berdua maah belum mampu membunuh seorang keledai tua, apakah kalian bermaksud melepaskannya pergi dalam keadaan hidup" Ingat, dia sudah mengenali wajah asli kalian berdua...."
Tampaknya Liu oh siang kiam merasa takut sekali terhadap Utusan manusia serigala, apa lagi jika nama mereka tercemar dan diketahui semua orang dalam dunia, bagaimana mungkin mereka berdua bisa menancapkan kakinya lagi dalam dunia persilatan" Maka setelah mendengar suara teguran tersebut, tiba-tiba saja permainan pedang mereka berubah.
Dalam waktu singkat cahaya pedang sudah memancar ke mana-mana, jurus membunuh yang beruntun pun dilancarkan secara bertubi-tubi, tujuh delapan gebrakan kemudian Liau it taysu sudah terkena sebuah tusukan 1agi.
Berada dalam keadaan begini, asal Lui oh siang kim melanjutkan lagi dengan dua serangan lain, niscaya Liau it taysu sudah akan mati terbacok.
Si nelayan kecil yang bersembunyi di balik hutan gelaga menjadi tak tega setelah menyaksikan kejadian itu, timbul niatnya untuk menolong jiwa pendeta tua yang mengenaskan tadi.
Namun baru saja dia bangkit berdiri, mendadak berkumandang suara bentakan yang amat nyaring.
Ketika dia menengok ke depan, terlihatlah sesosok bayangan manusia meluncur datang dengan kecepatan tinggi, dia adalah seorang perempuan setengah tua.
Liu oh siang kiam agak tertegun ketika mendengar suara bentakan itu, tanpa terasa gerakan pedang mereka pun ikut menjadi melamban.
Dalam waktu singkat, perempuan itu sudah menerjang sampai dihadapan mereka.
Tampak tangan kirinya diayunkan kedepan, serentetan cahaya tajam yang berkilauan segera meluncur kedepan dan serentak menyerang tubuh Liu oh siang kiam.
Agaknya Utusan manusia serigala mengenali setiap jago yang berada dalam dunia persilatan dengan tepat, begitu menjumpai perempuan itu melancarkan serangan ia segera membentak nyaring: "Yang datang adalah Biau jiu hui cha Ki Siu ling, hati-hati dengan tusuk kondenya yang beracun...!"
Mengetahui kalau yang datang adalah jagoan tusuk konde beracun, Lin oh siang kiam tak berani bertindak gegabah lagi, cepat-cepat mereka menggerakkan pedangnya menciptakan selapis bayangan pedang untuk melindungi badan.
"Trriing, triinng, triing!" serentetan suara berdenting bergema memecahkan keheningan, beberapa puluh titik cahaya tajam itu tahu-tahu sudah kena tersapu semua hingga rontok.
Ki Siu ling mendengus dingin, lalu berseru: "Hmm, lihat saja, kalian bisa menghindari berapa batang tusuk konde emasku?"
Ditengah bentakan, tangan kanan-nya sekali lagi diayunkan ke depan melepaskan segumpal senjata rahasia yang segera memancar kedepan seperti hujan gerimis.
Kali ini, selisih jarak antara kedua belah pihak sudah sedemikian dekat apalagi Liu oh siang kiam juga tidak menyangka kalau dalam genggaman sepasang tangan perempuan itu sudah
tersedia tusuk konde emas yang telah direndam dalam racun, buru-buru kedua orang itu mengangkat tangannya hendak melindungi diri, namun sayang terlambat satu langkah.
Terdengar Yu Kiam kong mendengus tertahan lalu roboh terjungkal keatas tanah.
Gerakan pedang dari Ya Kiam cok jauh lebih cepat, dia berhasil menciptakan selapis bayangan pedang untuk memukul rontok tusuk konde emas beracun yang tertuju ke arahnya itu.
Utsan manusia serigala yang menyaksikan kejadian itu menjadi gusar, ia segera membentak keras sambil menuju ke depan dan menghadang jalan pergi Ki Siu ling.
Tampak bayangan manusia berkelebat lewat, tahu-tahu dia sudah berada didepan perempuan itu dan di dalam waktu singkat melancarkan lima buah serangan berantai...
Ke lima buah serangan itu semuanya dilancarkan dengan kekuatan yang luar biasa, hal mana mendesak Ki Siu ling tidak berkesempatan lagi untuk melepaskan tusuk konde emasnya, dengan begitu terpaksa dia harus menyambut datangnya serangan lawan dengan serangan pula..
Ilmu silat yang dimiliki Utusan manusia serigala memang lihay sekali, perubahan jurus serangan-nya sukar diduga dan amat aneh, didalam belasan gebrakan saja, Ki Siu ling sudah kena didesak sampai kalang kabut sendiri.
Ditengah pertempuran, mendadak utusan manusia serigala merubah serangan te1apak tangan-nya menjadi serangan mencengkeram, kali ini dia sudah menyerang dengan ilmu Cap ji jian jiu nya yang hebat.
Dengusan tertahan menggema memecahkan keheningan, tubuh Ki Siu ling mundur dengan sempoyongan lalu roboh terkapar keatas tanah.
Dalam pada itu, Liau it taysu sudah bermandikan darah segar, melihat Ki hujin terluka, ia membentak sambil menyerbu ke depan, sebuah pukulan dahsyat segera dilontarkan ke depan.
Dengan cekatan Utusan manusia serigala berkelit ke samping, kemudian mengayunkan kakinya melepaskan sebuah tendangan kilat ke atas lutut Liau it taysu.
Sementara itu, tangan kanan-nya dibalik dan balas
mencengkeram urat nadi pada pergelangan tangan kanan pendeta itu, lalu dibetot ke depan dan menotok jalan darahnya.
Menanti musuhnya sudah roboh ia membanting tubuh pendeta itu ke tanah kemudian menghembuskan napas panjang.
Setelah memandang sekejap ke sekeliling arena, dia membentak nyaring.
Dari balik hutan gelaga segera berlompatan keluar tujuh delapan orang manusia aneh berkepala serigala, dengan gerakan cepat mereka membopong orang-orang itu pada angkutan ke atas rakit yang telah tersedia.
Dalam pada itu, si nona berbaju merah itu sudah dibuat ketakutan oleh kejadian yang baru saja berlangsung
dihadapanya, berdiri diatas sampan kecilnya dia hanya berdiri termangu-mangu.
Utusan manusia serigala segera lompat naik ke atas perahunya lalu sambil menepuk bahu nona itu dan menggenggam tangannya dia bertanya sambil tertawa lembut: "Hong ji, kau ketakutan?"
Nona berbaju merah itu menggelengkan kepalanya dan tertawa hambar, ia berkata: "Hong ji tidak takut, aku hanya kuatir apa bila ayah tak mampu merobohkan mereka"
Mendengar ucapan tersebut, Utusan serigala segera tertawa:
"Omong kosong, ilmu silat ku sudah mencapai tiada tandingannya didunia ini, siapa yang tak mampu kurobohkan" Jangan ngomong seperti anak bodoh, mari, jalankan perahumu"
Nona berbaju merah itu tersenyum, dia segera mendayung perahunya dan melaju ke tengah sungai sana.
Suatu pertempuran sengit telah berakhir, suasana ditepi sungai pun pulih kembali dalam keheningan.
JILID : 2 ANGIN BERHEMBUS LEWAT, mendatangkan bunyi
gemerisik yang gaduh dalam hutan telaga.
Rakit yang besar itu telah berlalu pula dari sana dan mengikuti di belakang sampan kecil. Utusan manusia serigala menuju ke tengah sungai sana, kemudian mengikuti arus, pelan-pelan bergerak menjauh dan akhirnya lenyap dari pandangan.
Kini di dalam hutan gelaga tinggal sebuah sampan nelayan kecil.
Ketika nelayan kecil itu menyaksikan orang orang tersebut sudah lenyap dari pandangan mata, dia baru muncul dari tempat persembunyian-nya dan berlayar kearah mulut selat Say leng sia.
Nun jauh dalam selat tersebut, terdapat sebidang tanah datar, diatas tanah itu berdiri sebuah rumah gubuk, sebuah selokan kecil mengelilingi depan rumah.
Fajar telah menyingsing, bunyi binatang di kejauhan sana terdengar amat nyaring.
Dalam rumah gubuk itu, tampak seorang kakek yang jarang rambutnya telah beruban semua sedang duduk bersila sambil mengatur napas.
Mendadak terdengar suara langkah kaki manusia berkumandang datang, suasana langkah kaki manusia itu makin lama semakin mendekat.
Sambil membuka matanya, kakek itu menegur dengan suara dalam: "Giok ji kah yang telah pulang?"
"Aku, ayah!" orang diluar menyahut.
Kemudian muncul seseorang dari balik pintu, dia adalah si nelayan kecil menyaksikan pertarungan ditepi sungai tadi.
Begitu masuk kedalam ruangan, dia lantas melepaskan pakaian luarnya, kemudian sembil bersandar dalam rangkulan kakek itu katanya: "Ayah, aku telah menyaksikan semuanya, Utusan manusia serigala itu nampaknya halus dan terpelajar, kenapa hatinya begitu buas dan tak berperikemanusiaan?"
Kakek itu segera tersenyum.
"Dahulu, dia disebut orang sebagai Giok bin to jiang (si jagal berwajah kemala), tentu saja hatinya buas dan kejam"
"Tapi mengapa dia dapat pula menggunakan ilmu Cap ji jian jiu tersebut" Bahkan mempergunakan pula Panji serigala langit yang pernah ayah gunakan untuk menggetarkan dunia persilatan dulu"
Aku sungguh tidak habis mengerti"
Kakek itu menghela napas panjang.
"Aaaai... dulu, dia termasuk salah seorang diantara delapan orang muridku, tujuh sisanya telah tewas di bukit serigala demi menyelamatkan jiwaku, hanya dia seorang yang berhasil lolos dari ancaman maut tersebut. Aaaai, tidak kusangka kalau ia berani membuat keonaran dalam dunia persilatan...!"
Setelah berhenti sejenak, seperti merasa sedih akan sesuatu, lama kemudian dia baru melanjutkan: "Ya, bibit bencana ini muncul dariku, seterusnya akulah yang bertanggung jawab untuk membereskan dia, apa mau dikata...."
Berbicara sampai disini, kembali dia menghela napas panjang.
Tiba-tiba nelayan kecil itu berkata: "Ayah kau bilang Utusan manusia serigala adalah muridmu?"
"Yaa, benar" kakek itu manggut-manggut.
"Kalau begitu kau adalah si Kakek serigala langit yang dibicarakan orang selama ini?" tanya si nelayan kecil itu lebih jauh.
Untuk kesekian kaliaya kakek itu menghela napas panjang.
"Aaiii... sekarang aku hanya seorang kakek tanpa nama, aku sudah bukan Kakek serigala langit yang dulu lagi..."
Kemudian setelah berpaling dan mengawasi wajah bocah itu, pelan-pelan terusnya: "Giok ji, apakah kau membenci kakek serigala langit itu?"
"Tidak!" nelayan keci1 itu menggelengkan kepalanya berulang kali, "aku pikir, apabila aku mempunyai seorang guru seperti ini, sudah pasti dia akan mewariskan ilmu silat yang amat lihay kepadaku"
Sekulum senyuman segera menghiasi wajah kakek itu.
"Meski kau bukan muridnya, tapi dia telah menjadi ayah angkatmu" sambungnya dengan cepat.
Nelayan kecil itu segera terbelalak dengan wajah kaget bercampur tercengang.
"Ayah.. jadi kau benar-benar adalah Kakek serigala langit yang bernama besar itu?"
Ci hui lojin atau si kakek itu menghela napas lagi dengan sedih.
"Aaai, bila kubayangkan kembali perbuatan perbuatanku yang lampau, kini aku baru sadar kalau aku telah melakukan banyak kesalahan, pembunuhan yang kulakukan waktu itu terlampau banyak, meski sekarang sudah Ci hu (tahu salah) namun aku belum dapat meloloskan diri dari bencana tersebut..."
Belum selesai dia berkata, mendadak sorot matanya yang tajam dalihkan keluar pintu kemudian bentaknya dengan suara dingin:
"Siapa yang berada diluar pintu?"
Berbareng dengan bentakan itu, tangan kanan-nya diayunkan ke arah depan melakukan suatu gerakan menyodok.
Segulung desingan angin tajam segera meluncur ke depan, dengusan tertahan bergema, seorang lelaki bersenjata golok tahu-tahu sudah roboh terjungkal ke atas tanah.
Dengan cekatan nelayan kecil itu melompat keluar dan berputar satu lingkaran diluar ruangan, ketika tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, dia balik kembali ke tempat semula, menyeret lelaki itu dan dibanting dalam ruangan.
"Hmmm, dengan kepandaian macam begini pun ingin menjadi seorang pencoleng!" dengusnya.
Ci hui lojin segera tertawa.
"Orang ini bukan datang untuk mencuri, dia hanya seorang mata-mata yang bertugas mencari berita"
Sambil berkata, dia lantas menepuk bebas jalan darah orang itu.
Dia adalah seorang lelaki berusia empat puluh tahunan yaag bertubuh tinggi besar, mukanya penuh dengan bekas bacokan, sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau ia bukan manusia baik-baik.
Setelah jalan darahnya ditepok bebas, lelaki itu menghembuskan napas panjang dan duduk, kemudian dengan berkerut kening ia melejit bangun, tiba-tiba saja sebuah pukulan dahsyat d lontarkan ketubuh nelayan kecil itu.
Menyaksikan datangnya serangan yang begitu dahsyat, nelayan kecil itu segera berkelit ke samping.
Tiba-tiba dari sisi tubuhnya muncul sebuah serangan lain yang langsung menumbuk serangan kepalan dari lelaki tersebut.
Begitu sepasang tangan saling membentur, tiba-tiba saja lelaki itu menjerit aneh lalu roboh terjungkal ke belakang dan berguling-guling ditanah sambil mengerang kesakitan.
Nelayan kecil itu segera mengejek sambil tertawa celikiian: "Hei, bukankah kau berlagak sok buas?" Sekarang mengapa tampang macam monyet kegerahan?"
Sementara itu, Ci hui lojin telah menegur dengan suara dingin:
"Siapakah kau" Mau apa mendatangi lembah Im toy kok ini"
Cepat jawab kalau hari ini membohongi aku, jangan salahkan bila lohu akan bertindak keji kepada mu!"
Setelah bergulingan sekian lama diatas tanah rasa sakit yang menyerang tubuh lelaki itu makin berkurang, namun kepalan kanannya yang terluka tadi, kini sudah merah membengkak.
Sambil memegang kepalan-nya dia bangun dan duduk namun mulutnya tetap membungkam, sementara matanya memandang sekejap sekeliling tempat itu. Sambil tertawa dingin Ci hui lojin berkata lagi: "Apa yang sedang kau lihat" Rupanya kau punya keinginan agar aku untuk menebas tangan kirimu?"
Lelaki itu tetap membungkam dalam seribu bahasa, mendadak dia melompat bangun lalu menerjang keluar melalui jendela bagian belakang.
Ci hui lojin yang menyaksikan kejadian tersebut segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaah...haah...haaaah... kalau toh sudah datang, mengapa buru-buru ingin pergi?"
Ditengah gelak tertawanya itu, sebuah pukulan di lontarkan kembali ke arah depan.
Serangan yang maha dahsyat itu tepat menghajar pada tekukan lutut lelaki tersebut, di iringi dengusan tertahan, sepasang lututnya patah jadi dua.
Tak ampun lagi tubuhnya terjerembab ke depan, lalu merangkak diatas tanah.
Dalam keadaan begini, bagaimana mungkin ia bisa merangkak pergi" Sakit yang melilit tangan serta lututnya membuat lelaki itu berguling-guling makin mengenaskan, peluh dingin bercucuran dengan derasnya membasahi seluruh wajahnya...
"Haaah...haaah.... bagaimana rasanya, bila sepasang tulang lututmu patah secara tiba-tiba?" ejek Ci hui lojin sambil tertawa tergelak.
Saking sakitnya air mata telah jatuh bercucuran membasahi wajah lelaki itu, napasnya ngos-ngosan seperti kerbau, dia semakin tak mampu lagi untuk menjawab...
Ci hui lojin segera mengulapkan tangan-nya kepada nelayan kecil itu sambil berseru: "Giok ji, sambungkan tulang lututnya itu, lalu coba kau periksa orang itu dengan seksama!"
Dengan langkah lebar nelayan kecil itu, menghampiri orang itu, sepasang tangannya dengan cekatan mencengkerem sepasang kaki lelaki tadi kemudian ditarik dan didorong ke belakang.
Terdengar lelaki itu menjerit kesakitan, dan berguling-guling lagi ke atas tanah sambil menjerit-jerit, tak lama kemudian ia sudah jatuh tak sadarkan diri.
"Giok ji" Ci hui lojin segera berkata kepada nelayan kecil itu,
"sudahkah kau lihat jelas" Itulah jurus ke tujuh dari ilmu Cap ji jian jiu yang disebut Hui ciang jui-ku (Tangan terbang kering melayu)..."
"Jurus itu sudah ku kuasahi, hanya sayang tenaganya masih kurang" sahut si bocah sambil tertawa.
Semantara pembicaraan berlangsung, lelaki itu telah sadar kembali dari pingsannya, namun rasa sakit yang dideritanya juga turut lenyap tak berbekas, ditatapnya Ci hui lojin kemudian dengan wajah termangu-mangu.
Lama, lama kemudian, tiba-tiba sekujur badan-nya bergetar keras, sambil berlutut di tanah dan menyembah berulang kali dihadapan si kakek, serunya gemetar: "Loo....lo pangcu....tecu..."
"Waaah, rupanya kau sudah dibikin keblinger saking menahan rasa sakit tadi" kata Ci hui lojin tertawa, "apa itu lo pangcu" Ayo jawab, mau apa kau datang ke mari?"
"Tecu mendapat perintah dari pangcu baru untuk datang kemari melacaki jejak lo pangcu, Ternyata jejek lo pangcu benar-benar berhasil tecu temukan"
Ci hui lojin mendengus dingin.
"Hmmm, kau tak usah mengaco belo tak keruan, siapakah pangcu baru kalian?"
"Sayang sekali sedikit orang persilatan yang mengetahui nama asli pangcu baru kami, orang-orang dalam perkumpulan hanya tahu kalau dia adalah murid lo pangcu, dia sendiri menyebut dirinya sebagai Utusan manusia serigala"
"Kau pernah bertemu dengan-nya?"
"Pernah, pernah....cuma wajahnya selalu ditutupi dengan kulit kepala serigala, hingga sulit untuk dikenal raut wajah aslinya"
"Oooh," untuk sesaat Ci hui lojin termenung sambil berpikir sejenak, kemudian katanya lag : "Ada urusan apa kau memasuki lembah Im tuo kok ini?"
"Hamba ditugaskan untuk menyambangi lo pangcu"
"Oooh, setelah ketemu lantas kembali menyampaikan laporan, agar Cu Bu si dengan membawa begundal-begundalnya datang meluruk lohu dan melenyapkan lohu dari muka bumi" Hmm, bagus amat perhitungan sieponya"
Mendengar ucapan tersebut, lelaki itu menjadi ketakutan setengah mati, buru-buru serunya agak tergagap: "Soal ini...soal ini...."
Tiba-tiba Ci hui lojin mendongakkan kepala nya, lalu tertawa seram, ditengah gelak tertawa itulah telapak tangan kanannya diayunkan kedepan dengan kecepatan luar biasa.
Lelaki itu segera menjerit kesakitan, tubuhnya terkapar ditanah dengan benaknya berhamburan dimana-mana, keadaannya
mengerikan sekali. Peristiwa yang sama sekali diluar dugaan ini kontan saja membuat bocah itu terperanjat, dengan wajah memucat
teriaknya kaget: "Ayah mengapa...mengapa kau
membunuhnya?" Ci hui lojin menghela napas panjang "Aaai...kalau kita tidak melenyapkan orang ini dari muka bumi, sudah pasti dia akan membocorkan rahasia lembah Im tuo kok kita kepada pihak mereka, bila hal ini sampai terjadi, berarti banyak kesulitan yang bakal kita jumpai dikemudian hari"
"Ayah, nampaknya kau takut sekali terhadap mereka...?" seru bocah itu tercengang.
"Haaah... haaah.. haaah... yang takut bukan aku melainkan Utusan manusia serigala, sebab sehari aku masih hidup, dia tak akan berani bertindak semena-mena dalam dunia persilatan, mengerti?"
"Aku tidak mengerti, mengapa ayah tidak keluar saja dari lembah ini dan membasminya dari muka bumi?"
"Aaaai siapa bilang aku tidak mempunyai hasrat untuk berbuat demikian" Apa daya, sepasang kakiku...."
"Tapi aku toh bisa membopong ayah untuk keluar dari sini?"


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dengan cepat Ci hui lojin menggeleng.
"Tidak, cara itu akan melelahkan dirimu, aku mempunyai rencana yang lain"
Bocah itu segera tertawa.
"Aku tahu ayah pasti mempunyai cara lain yang bisa digunakan untuk melenyapkan Utusan manusia serigala"
"Kita harus mempunyai seorang Pangeran Serigala langit yang akan menyapu seluruh jagad"
"Pangeran Serigala langit" bocah itu menjerit kaget, "siapakah Pangeran Serigala langit itu?"
"Kau! Kau adalah Pangeran Serigala ku, putraku Sik Tiong giok tentu saja harus menjadi seorang Pangeran Serigala... haaaah...
haaaah...haaah..." Bocah cilik itu membelalakkan sepasang matanya dengan perasaan kaget bercampur tercengang, lalu setelah tertegun beberapa saat dia berseru.
"Ayah! Kau... kau bilang aku... mampu... menjadi..."
Ci hui lojin manggut-manggut.
"Yaa, kau pasti bisa, sebab Cu Bu ki hanya mampu menggunakan lima gerakan dari dua belas jurus tangan cacad, sebaliknya kau menguasahi Cap ji jian jiu secara sempurna"
"Tapi tenaga dalamku masih jauh bila dibandingkan orang lain..."
"Aku akan menggunakan tenaga dalamku untuk menambahi kekuatanmu, cuma...."
Tiba-tiba ia berhenti berbicara dan memandang ke arah nelayan cilik itu dengan termangu, lama kemudian ia baru berkata lagi:
"Nak, kau harus menyanggupi satu hal kepada ku..."
Sik Tiong giok atau nelayan kecil itu segera membelalakkan matanya lebar-lebar.
"Ayah, entah persoalan apapun permintaan mu itu Giok ji pasti akan mengabulkan"
"Tahukah kau disaat tenaga dalammu bertambah kuat, dengan ilmu Cap ji jian jiu yang kau miliki itu kau sudah mampu untuk getarkan seluruh dunia persilatan?"
"Aku tahu. Dua belas gerakan Cap ji jian jiu merupakan ilmu yang maha sakti di dunia, tentu saja mampu untuk
menggetarkan seluruh duuia persilatan!"
Ci hui lojin manggut-manggut...
"Asal kau sudah mengerti hal ini lebih baik lagi! Aku mengharapkan kau bisa mencuci bersih noda diatas namaku setelah kau berhasil memiliki kekuatan hebat nanti, sanggupkah kau untuk melakukan-nya?"
Sik Tiong giok manggut-manggut, mencorong sinar tajam dari balik matanya!
"Ananda mengerti, bukan saja akan kubersihkan nama ayah dari noda, akan kuhidupkan pula nama ayah sehingga makin
termashur di seluruh dunia"
Mendengar perkataan itu, Ci hui lojin segera tertawa terbahak-bahak.
"Haaahh... haaah... haaah... anak baik, aku memang tidak sia-sia menyayangi dirimu selama ini, semoga saja apa yang kau ucapkan sekarang, benar-benar muncul dari hatimu yang murni"
Berbicara sampai disitu, dia memandang sekejap kearah mayat dilantai itu kemudian mengulapkan tangannya.
Sik Tiong giok segera maju kedepan dan menyingkirkan mayat tersebut, selesai membersihkan lantai dari noda darah, diapun duduk disamping kakek itu sambi1 duduk mengatur napas.
Entah berapa lama sudah lewat, pelan-pelan Sik Tiong liong sadar kembali dari semedinya, mendadak dia merasa punggungnya seperti ditempeli sesuatu benda, dengan perasaan kaget dia akan berpaling.
Mendadak terdengar kakek itu berbisik: "Nak, jangan sembarangan bergerak, aku sedang membantumu untuk
menambahi tenaga dalam yang kau miliki"
Benar juga, Sik Tiong giok merasakan ada segulung aliran hawa panas yang menyusup masuk melalui jalan darah mia bun hiat nya dan menyusup ke dalam tubuh.
Aliran hawa panas tadi dengan cepat membawa hawa murni Sik Tiong giok yang terhimpun dalam pusar itu pelan-pelan mengalir ke empat penjuru.
Lambat laun, Sik Tiong giok berada didalam keadaan lupa segala-galanya.
Sementara itu, wajah Ci hui lojin tampak berubah menjadi semakin layu, rambutnya yang berubah juga turut mengering dan berubah menjadi abu abu, ketika segulung angin berhembus lewat, rambut itu pada rontok dan tersebar kemana-mana.
Entah berapa lama sudah lewat, menanti Sik Tiong giok sadar kembali, matahari telan mencorong kedalam ruangan, sedang ayah angkatnya Ci hui lojin sudah pergi entah kemana.
Tapi dari atas meja ia berhasi1 menemukan secarik kertas yang tertuliskan begini: "Aku telah mengorbankan tenaga dalamku sebesar enam puluh tahun hasil latihan kepada mu, bila ada musuh yang merembas kemari, sudah jelas aku tak akan mampu untuk menandinginya. Oleh sebab itu aku telah pergi ketempat rahasia lain untuk menyembunyikan diri.
Kaupun harus meninggalkan lembah Im tuo kok cepat-cepat, tinggalkan rumah kosong ini biar mereka pikirkan sendiri dengan kebingungann, ingat! Bersihkan namaku dari noda..."
Ketika sampai disini, tiba-tiba tulisan tersebut terputus sampai di tengah jalan.
Tapi Sik Tiong giok bisa menduga maksudnya maka dia lantas berguman: "Yah, aku tahu, kata selanjutnya pasti berbunyi: Jangan kau rusak nama baikku"
Walaupun dia hanya berguman, namun dalam hati kecilnya seakan-akan merasa seperti kehilangan sesuatu.
Senja itu, dari mulut selat Say sia muncul sebuah perahu kecil, diatas perahu itu duduk seorang nelayan kecil, dia tak lain adalah Pangeran Serigala Sik Tiong-giok.
Memandang sungai Tiangkang yang membentang jauh kedepan sana, untuk sesaat bocah itu tak tahu kemanakah dia harus pergi.
Dia mendayun sampannya pelan-pelan, membiarkan perahunya terbawa oleh arus menuju ke hilir.
Nguuu... Mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang suara pekikan yang sangat aneh.
Tergerak hati Sik Tiong giok setelah mendengar suara itu, dia mempercepat dayungnya melajukan perahunya menuju ke arah mana berasalnya suara aneh tadi.
Baru sampannya memasuki sebuah alur sungai kecil, mendadak dari sisi kanan sungai dari bilik tumbuhan gelaga yang lebat meluncur ke luar sebuah sampan yang melesat ke arahnya.
Dengan Cepat Sik Tiong giok berpaling, dia menyaksikan seorang lelaki kekar bermata besar, beralis tebal dan berwajah bengis sedang menjalankan sampannya menghampiri kearah nya.
Sekilas pandangan saja dapat diketahui kalau dia adalah seorang jagoan air.
Makin lama jarak antara perahu mereka semakin bertambah mendekat.
Sik Tiong giok sama sekali tidak menggubris, ia tetap mendayung perahunya bergerak menuju kedepan.
Mendadak lelaki itu membentak keras: "Hei bocah muda, tempat ini bukan tempat untuk menangkap ikan, ayo cepat kembali kerumah dan beristirahat"
Sik Tiong giok tidak menggubris, dia melanjutkan dayungnya melajukan sang perahu ke depan.
Melihat bentakannya tidak digubris, dengan gusar dan mata melotot lelaki itu membentak lagi: "Hei bocah keparat, sudah kau dengar perkataan ku tadi..?"
Sementara itu perahu mereka sudah semakin mendekat, selisih jaraknya sekarang tinggal berapa kaki.
Pelan-pelan Sik Tiong giok mendongakkan kepalanya, lalu bertanya: "Hai, apa yang baru saja kau katakan?"
"Tempat ini bukan tempatmu untuk menangkap ikan, lebih baik kau berpindah ke tempat lain saja! Monyet, memangnya kau tidak mengerti dengan perkataanku?"
"Kalau omongan manusia, aku pasti mengerti tapi ucapan rada membingungkan hatiku"
Lelaki yang lain dalam perahu iiu segera tertawa setelah mendengar perkataan mana, serunya cepat: "Hei Tio tua, kurang ajar benar bocah keparat itu, dia mengumpatmu bukan orang..."
Lelaki pertama tadi menjadi gusar dia segera meraih senjata trisula yang terselip dipinggangnya dan menghardik: "Bocah keparat, kau berani mengumpatku?"
"Eee... siapa yang mengumpatmu, tadi kau toh bilang tempat ini bukan tempat menangkap ikan dan aku tak boleh mencari ikan disini" Sekarang, aku toh tak menangkap ikan"
"Lantas mau apa datang kemari?" tegur lelaki itu marah.
Sik Tiong giok segera tertawa.
"Aku datang kemari untuk menangkap kepiting, alur sungai disini paling banyak kepitingnya"
"Kepiting juga tak boleh dicari, ayo cepat menjauh, kalau tidak..."
"Hmm! Memangnya kau ingin mencari penyakit buat diri sendiri...?"
Lelaki itu memang pada dasarnya berwajah bengis suaranya kasar lagi, bila orang lain yang menghadapi kejadian ini, sudah pasti mereka akan ketakutan setengah mati.
Tapi Sik Tiong giok sama sekali tidak takut, dia justru malahan membantah: "Aku sering menangkap kepiting disini, tak pernah ada orang yang berani melarangku, alas dasar apa kau melarangku menangkap kepiting di sini" sungai Tiangkang toh bukan milik nenek moyangmu?"
Lelaki itu segera berkerut kening dan siap mengumbar hawa amarahnya.
Mendadak terdengar suara air memecah ketepian, lalu dari balik hutan gelaga muncul sebuah sampan kecil.
"Siapa yang sedang ribut di sana?" teguran merdu bergema memecahkan keheningan.
Sik Tiong giok segera berpaling dan melihat ada seorang nona berbaju hijau yang berparas cantik sedang bergerak
mendekatinya. Lelaki itu seperti merasa takut sekali terhadap si nona berbaju hijau itu, cepat-cepat kepalanya ditundukkan rendah-rendah setelah mendengar ucapan tersebut.
"Nona, katanya munduk munduk, nelayan kecil ini memaksa akan memasuki daerah ini"
Nona berbaju hijau itu mendengus dingin, dengan matanya jeli dia mengerling sekejap ke arah Sik Tiong giok, kemudian serunya: "Apakah kalian sudah menerangkan kalau malam ini tiada orang yang belah melewati daerah ini?"
"Hamba telah menerangkan, tapi ia bilang sungai Tiangkang bukan milik nenek moyang kami... "
Kembali nona berbaju hijau itu mendengus dingin, sekali lagi dia mengerling sekejap ke arah Sik Tioag giok.
Sementara itu sang pemuda masih tetap duduk tenang di perahunya, bukan saja tidak nampak gugup atau ketakutan, malahan dia balas menatap ke atas wajah si nona dengan matanya yang jeli.
Sejak dilahirkan, belum pernah nona berbaju hijau itu menjumpai ada orang yang berani menatapnya seperti ini, cepat-cepat dia melengos kearah lain sambil menegur: "Siapakah kau" Ada urusan apa datang kemari?"
Sik Tiong giok tersenyum.
"Aku datang untuk menangkap kepiting, kenapa" Tidak boleh?"
Setitik amarah sudah mulai menghiasi raut wajah si nona berbaju hijau itu.
"Hari ini tidak boleh, selewatnya hari ini terserah kau hendak kemari atau tidak, pokoknya hari ini kau harus pergi"
"Kenapa" Kau harus memberikan alasan yang kuat"
"Sekalipun kuterangkan, belum tentu kau akan memahaminya"
"Tanpa alasan aku tetap akan mencari kepiting, kalau tidak besok aku akan makan apa?"
Mendengar perkataan itu, si nona segera merogoh kedalam sakunya dan mengambil sekeping uarg perak, sambil
dilemparkan kedepan serunya: "Ambillah uang perak itu, nilai tersebut cukup bagimu untuk hidup selama tiga hari. Bagaimana"
Sudah cukup belum" Kalau sudah ayo cepat pergi"
Sik Tiong giok menggelengkan kepalanya berulang kali, diambilnya uang itu lalu dilemparkan kembali ke arah si nona.
"Aku tak sudi menerima belas kasihan orang lain, apalagi tahu uang ini tidak jelas asal usulnya, aku bisa masuk bui!"
Paras muka si nona segera berubah hebat.
"Kau tahu" teriaknya dingin, pada malam ini akan berkumpul semua jago persilatan di tempat ini, bisa jadi suatu pertarungan sengit akan berlangsung, kau tidak takut?"
"Aah, masa benar" Aku memang ingin menonton keramaian seperti itu, waahh, kalau begitu sangat kebetulan" kata Sik Tioag giok sambil tertawa lebar.
"Kau bisa bersilat?"
Pemuda itu menggeleng. "Tidak, tapi aku ingin belajar, aku ingin melihat apakah diantara jago-jago itu ada yang berilmu tinggi" Bila ada, aku ingin mencari seorang suhu"
Selesai mendengar ucapan mana, nona berbaju hijau itu segera tertawa, dia membereskan rambutnya yang kusut, kemudian ujarnya: "Jadi kau ingin menonton keramaian?"
"Yaa, tentu saja, bila kau tak berkeberatan, bolehkah aku masuk kedalam?"
Nona itu manggut-manggut.
"Boleh, cuma kau harus duduk membungkam dan jangan banyak bicara..."
"Baik, aku pasti tak akan berteriak-teriak" pemuda itu berjanji.
Nona berbaju hijau itu termenung lagi sekejap, kemudian berkata lagi: "Bila kau benar-benar ingin menonton keramaian, pindahlah keatas perahu ini, kalau kau bisa membungkam diri lebih baik lagi"
Mendengar ucapan mana, Sik Tiong giok menjadi amat gembira.
"Oooh, kau memang baik sekali, tapi, bagaimana dengan perahu kecilku ini?"
"Tembatkan saja dibelakang perahuku, jangan banyak bicara, jangan sembarangan bergerak, duduk saja mematung disitu, mengerti?"
Sik Tiong giok segera menambat perahunya di belakang perahu si nona itu, kemudian melompat naik ke perahu orang dan duduk berdiam diri di sana.
Gadis itu mengulapkan tangan dan segera berangkat
meninggalkan tempat itu. Dua jam kemudian dari kejahuan sana tampak sebuah pulau kecil di tengah sungai, empat penjuru dikelilingi air yang deras arusnya, banyak orang yang telah berkumpul diatas pulau itu, bahkan cahaya lentera menerangi empat penjuru.
"Waaah, banyak amat orang yang berkumpul disitu" bisik Sik Tiong giok kemudian, "peristiwa ini tentu amat ramai"
Gadis itu mengerling sekejap kearahnya, lalu tertawa ringan.
"Hari ini adalah diselenggarakannya pertemuan puncak para enghiong, tentu saja suasananya sangat ramai"
Sik Tiong giok segera pura-pura merasa kaget, buru-buru tanyanya lagi: "Pertemuan macam apakah itu" Apakah mengundang juga para tosu untuk membacakan doa?"
Nona berbaju hijau itu segera tertawa geli, katanya: "Kau benar-benar tolol, masa pertemuan seperti inipun didahului dengan pembacaan doa"
"Oooh, kalau begitu para hwesio yang diminta menyelenggarakan pembacaan doa itu?" Sik Tiong giok lagi-lagi belagak bodoh.
"Juga tidak, pokoknya kau tak bakal mengerti kalau diterangkan, tunggu saja nanti, kau toh akan mengetahui dengan sendirinya."
"Lebih baik lagi kalau kau bersedia menerangkan kepadaku kalau aku sudah mengerti, maka kalau menonton nanti pasti akan lebih siiip!"
Si nona termenung beberapa saat, kemudian katanya: "Hari ini adalah pertemuan besar yang diselenggarakan oleh para jago air, mereka sedang mencari seorang Bengcu baru, mengerti?"
"Oooh, kalau begitu pasti akan diadakan panggung Lui tay kad bila ada yang beradu kepandaian"
"Kalau begitu ilmu silat ayahmu pasti sangat hebat?"
"Tentu saja" nona itu tertawa, "kepandaian-nya sekarang boleh dibilang tiada tandingan-nya"
Berbicara sampai disitu dia melirik sekejap kearah Sik Tiong giok lalu menambahkan: "Bila bertemu ayah nanti aku akan mintakan kesediaan-nya untuk menerima kau sebagai muridnya, mau bukan?"
"Tentu saja, cuma.....takutnya ayahmu yang tak mau!"
Begitulah, tak selang berapa saat kemudian perahu mereka sudah mendekati pantai pasir itu.
Diatas deratan telah tersedia puluhan tenda besar, ratusan meja perjamuan telah disiapkan, malah banyak di antara mereka yang sedang berbincang-bincang disitu amat ramai...
"Rupanya ada orang sedang mengadakan perjamuan?" bisik Sik Tiong giok lagi.
"Orang-orang itu semua merupakan jagoan termashur didalam dunia persilatan, suatu pertarungan pasti akan terjadi, tunggu saja tanggal main-nya!"
"Nona, nanti siapa yang akan bertarung dengan siapa"
Bagaimana dengan kita?"
Nona berbaju hijau itu kembali tertawa cekikikan oleh pertanyaan yang blo'on.
"Tentu saja disana sambil menonton, bukankah enak?" katanya kemudian.
Sementara mereka sedang berbincang-bincang, tiba-tiba terdengar suara gembrengan dibunyikan bertalu-talu, kemudian terjadilah kegaduhan diantara para jago yang hadir di sana.
Seorang berseru secara tiba-tiba.
"Hidangkan sayur..."
Dari balik tenda bermunculan dua tiga puluh orang gadis berbaju putih yang masing-masing membawa sebuah baki berisi
hidangan. Tak lama kemudian sayur dan arak telah dihidangkan semua.
Saat inilah tampak seorang kakek berbaju hitam bertepuk tangan beberapa kali, lalu berseru dengan lantang: "Silahkan saudara sekalian menikmati hidangan lebih dulu, dengan cepat pangcu kami akan tiba..."
"Lagak apa sih yang sedang dibawakan oleh Bun su Khi?" tiba tiba seseorang menimbrung dengan suara dingin, "semua tamu telah hadir namun tuan rumahnya masih bersembunyi, benar-benar kurang ajar"
Kakek berbaju hitam itu buru-buru tertawa paksa: "Maaf, berhubung barusan pangcu mendengar suara aneh dan merasa tidak tenteram, beliau sedang melakukan pemeriksaan sekarang"
"Suasana apa" Apakah mirip dengan suara lolongan serigala?"
teriak orang yang lain dengan wajah kaget.
Kakek berbaju hitam itu manggut-manggut.
"Yaa, agak mirip, tapi moga-moga saja bukan suara dari gembong iblis tersebut..."
Belum habis dia berkata, mendadak dari kejauhan sana muncul sebuah lentera merah yang bergerak mendekat dengan cepat.
Buru-buru kakek berbaju hitam itu berseru: "Itu dia, pangcu kami telah kembali!"
Sementara berbicara, perahu cepat yang berlentera merah itu sudah merapat dipantai.
Terlihat seseorang melompat naik ke atas daratan, lalu menjura kepada para jago sambi1 berseru: "Bila Kedatangan Bun su Khi agak terlambat, harap enghiong sekalian jangan marah"
Sambil berkata dia menjura tiada hentinya dan menuju ke tengah lapangan, setelah berdehem beberapa kali, dia berkata lebih lanjut dengan suara lantang: "Aku sungguh menyesal karena tak bisa menjadi seorang tuan rumah yang baik untuk menjamu saudara sekalian yang telah datang dari kejauhan. Untung saja kita sebagai sesama umat persilatan dan kalian tak terlalu mengacuhkan adat dan kesopanan..."
"Bila ingin mengucapkan sesuatu, katakan saja dengan cepat"
sela seseorang secara tiba-tiba, "apa gunanya ngebecot melulu dengan perkataan yang tak ada gunanya!"
Perkataan itu muncul amat mendadak dan nada suaranya kasar sekali, sehingga tanpa terasa semua orang mengalihkan sorot matanya ke arah orang itu.
Dia adalah sepasang lelaki kekar yang berpunggung kekar dan bertubuh penuh otot, ketika selesai mengucapkan perkataan itu, sekulum senyuman dingin yang amat sadis segera menghiasi ujung bibirnya.
Ucapan mana dengan cepat menggusarkan seseorang yang lain, dia adalah seorang lelaki kekar bergolok emas, sambil berdiri dan men dekati orang itu tegurnya: "Siapa kau" Siapa yang mengundangmu kemari?"
Lelaki jumawa itu tak mau mengalah, dia melompat bangun sambil menyahut: "Huuuh, sudah pernah kau dengar nama Tui huu liu seng (bintang lewat pengejar sukma) Ang To, Ang toaya?"
Lelaki bergolok itu tertawa dingin.
"Heeeh... heeeh... heeeh... pernah sih pernah, tapi dalam pandangan aku Tin hay kim to (golok emas penenang samudra) Kang toaya, namamu masih belum seberapa!"
"Jadi mau apa kau?" seru Ang To melotot.
Tin hay kim to Kang Wi segera mencabut keluar goloknya, serta merta menjawab: "Aku hendak menggunakan golok emasku ini untuk memberi pelajaran yang setimpal kepadamu"
Ang To mendengus dingin, tiba-tiba dia menjejak meja yang berada dihadapan-nya lalu melejit muudur sejauh empat lima depa, kemudian dengan menggetarkan sepasang tombak
berantainya dia melepaskan sebuah serangan dengan jurus Liang hong koan oh (sepasang angin menembusi telinga).
Tin hay kim to Kang Wi tidak ambil diam, golok emasnya diputar lantas membacok ke depan.
Ang To menggetarkan lagi senjata tombak berantai di tangan kanan-nya keatas, "Trang!" dengan cepat terjadilah suara benturan yang amat nyaring.
Suatu pertarungan sengit pun segera berlangsung dengan serunya...
Mendadak terdengar seseorang mengumpat lagi: "Sialan, anak monyet dari mana yang telah menganggu pertemuan, mana pakaianku tadi basah, berlubang-lubang lagi...kau harus mengganti pakaianku ini..."
Berbareng dengan ucapan itu, sebuah ruyung lemas segera dilontarkan dari kejauhan, menghajar tangan kiri Tui hua liu seng.
Dipojokkan oleh keadaan, mau tak mau Ang To harus mundur kebelakang, apa mau dikata kakinya terpijak diatas kaki seseorang.
Bentakan merdu segera bergema lagi diudara: "Sialan, manusia bermata buta kau berani mengusik nyonya besarmu" Jangan kabur, tinggalkan dulu kakimu sebelah!"
Serentetan cahaya pedang tahu-tahu sudah membabat ke arah tiga bagian penting ditubuh Ang To..."
"Bagus sekali" bentakan nyaring kembali bergema " mau main kerubut" Jangan lupa dengan toaya"
Sesosok bayangan manusia berkelebat lewat, seorang kakek cebol berbaju hijau telah terjun pula ke dalam arena.
Gerakan tubuh orang ini amat cepat, ilmu meringankan tubuhnya juga sempurna, dengan suatu gerakan yang manis, dia sudah menyelinap dari bawah ruyung lemas itu dan langsung
mencengkeram pedang yang sedang melancarkan bacokan itu.
Orang yang menyerang dengan pedang itu adalah seorang nyonya muda berbaju putih, menyaksikan gelagat tidak baik, tangan kirinya segera diayunkan kedepan...
Sekilas cahaya tajam segera menyambar keatas lengan kanan kakek berbaju hijau itu dan bersarang secara telak.
Merasakan lengannya kesemutan dia segera menyadari kalau gegagat tidak menguntungkan, buru-buru dia kabur melalui bawah ketiak Kang Wi.
"Perempuan busuk" dengusnya kemudian, "kau berani melukai lohu dengan senjata rahasia!"
Belum habis dia berkata, mendadak terdengar seseorang membentak pula dengan suara melengking: "Mengapa" Kalau tidak puas, kalian Pang ci jit hi (Tujuh ikan dari Pang ci) boleh maju bersama-sama, cobalah kepandaian dari kami Tong teng ngo yan (ilmu walet dari Tong ting), kita buktikan nama siapa yang cuma kosong belaka"
Dalam waktu singkat para jago sudah berlompatan ke tengah arena, suasana menjadi kalut, bahkan tak sedikit orang telah meloloskan senjatanya bersiap sedia melangsungkan petarungan massal.
"Tahan!" suatu bentakan menggeledek menggelegar memecahkan seluruh arena.
Bentakan ini ibaratnya guntur yang membelah bumi di siang hari bolong, membuat semua orang merasakan pendengaran-nya bergetar keras sekali.
Dengan cepat semua orang dapat mengenali kalau orang yang barusan membentak adalah penyelenggara pertemuan enghiong hwee hari ini, Ngo oh pangcu (ketua lima telaga) Bu si Khi.
Pohon punya bayangan, manusia punya nama, apalagi
kedudukan Ba su Khi didalam dunia persilatan memang amat tinggi, seketika itu juga suasana yang semula kalut kini menjadi tenang kembali. Sik Tiong giok segera berbisik: "Nona, siapa sih orang ini" Nyaring amat suaranya!"
Nona berbaju hijau itu segera tertawa: "Dia adalah Ngo oh pangcu, orang menyebutnya Seng jiu mo (Tangan sakti
meenggosok awan) Bun si Khi, dialah ayahku!"
"Oooh.... kalau mendengar suara teriakan-nya tadi, sudah pasti dia berilmu silat sangat tinggi!"
Nona itu hanya tersenyum dan tidak berbicara, sementara sorot matanya telah dialihkan kembali ke tengah arena.
Sementara itu Ngo oh pangcu, si tangan sakti menggosok awan Bun si Khi telah berkata dengan lantang: "Dewasa ini, dunia persilatan sedang dilandau kekalutan, banyak jago kenamaan yang hilang atau terbunuh, hingga kini jejak mereka belum ditemukan, siapa pembunuhnya juga tak diketahui, hal ini membuktikan betapa gawatnya suasana dalam dunia persilatan sekarang"
"Bukankah menurut kabar si kakek serigala langit telah muncul kembali?" mendadak seseorang menyela, "aku duga, sudah pasti dialah yang telah melakukan perbuatan ini"
Sik Tiong giok yang mendengar perkataan itu segera mendengus dingin.
Bun su Khi kembali berseru: "Mustahil kalau perbuatan ini dilakukan sendiri oleh Kakek serigala langit, kendatipun dia belum mati, namun sepasang kakinya sudah putus, bagaimana mungkin dia bisa melakukan perbuatan seperti ini" Menurut berita yang baru saja kuperoleh, konon perbuatan ini dilakukan oleh seseorang bernama Utusan manusia serigala"
"Macam apakah utusan manusia serigala itu?" kembali seseorang bertanya.
Bun su Khi tertawa getir.
"Justru tak seorang manusia pun yang pernah menyaksikan raut wajah aslinya, juga tak diketahui dimanakah sarang mereka, maka dari itu sengaja kuundang kehadiran saudara sekalian untuk membicarakan bersama masalah ini"
"Apakah Bun pangcu ada sesuatu usul?" sela kakek berbaju hijau yang disebut Poang ci jit hi terseru.
"Kawan-kawan persilatan yang berada di daratan telah dipimpin oleh tiangio Siau-lim pay Hong it siansu untuk menyebar surat undangan Bu lim hiap dan mengundang para jagonya untuk berkumpul di Siau lim si, sedangkan sobat-sobat dari air berkumpul disini..."
Berbicara sampai disitu dia berhenti sejenak sambil memandang sekejap ke arah para tamunya, kemudian meneruskan: "Untuk melenyapkan ancaman mara bahaya ini, aku rasa kecuali kita bersatu padu rasanya tiada jalan lain yang bisa di tempuh lagi, namun kita membutuhkan seseorang menjadi pemimpin kita guna bersama-sama menghadapi gembong iblis tersebut"
Tempik sorak segera menyambut ucapan tersebut.
Sekulum senyuman mulai muncul dan menghiasi wajah Bun Su khi, kembali dia melanjutkan: "Adapun tujuan dari diselenggarakannya pertemuan pada hari ini adalah untuk mencari seorang Bengcu diantara kita yang bisa memimpin kita semua untuk bersama-sama menghadapi ancaman musuh yang teramat tangguh itu"
"Tapi bagaimana cara kita memilihnya?" kembali ada orang berteriak "Bun pangcu, dapatkah kau memberikan pendapatmu?"
Bun Si khi tersenyum. "Bila dibicarakan dari situasi yang terbentang di depan mata sekarang, paling baik jika kita jangan memperebutkan dengan ilmu silat, meskipun musuh kita memiliki ilmu silat yang lihay, namun dia pun memiliki kecerdasan yang luar biasa pula, oleh sebab itu, kita harus bisa memilih seorang pemimpin yang selain pemberani juga berotak cerdik"
Baru berbicara sampai disitu di bawah sana telah terjadi kegaduhan lagi.
Dalam waktu singkat suara orang berunding, suara umpatan caci maki bergema memenuhi angkasa, jelas semua orang tidak menyetujui usulnya ini.
Mendadak seorang melompat bangun kemudian serunya dengan suara lantang: Kalau hendak memilih dengan cara begini, sampai seratus tahun pun jangan harap bisa berhasil memilih seorang pemimpin, sebab kita semuanya adalah orang-orang yang bergelimpangan di ujung golok, cara yang terbaik adalah beradu kepandaian silat, siapa yang tangguh dialah yang berhak menjadi pemimpin kita"
"Betul" orang yang lain menyambung, "kita adalah orang persilatan kalau tidak dilakukan adu kepandaian silat, siapa yang sudi memilih orang secara sembarangan?"
Ucapan ini bernada aneh lagipula berasal dari kejauhan, tanpa terasa semua orang berpaling kearah mana berasalnya suara itu.
Tapi dengan cepat jeritan kaget berkumandang memenuhi arena tersebut.
"Aaai... dia adalah Utusan manusia serigala, mengapa dia...dia bisa datang?"
Rupanya entah sejak kapan, di tepi telaga berlabuh sebuah perahu, dari atas perahu itu telah bermunculan belasan orang manusia aneh berkepala serigala.
"Siapa kau?" orang yang berbicara tadi segera menegur: Seorang manusia aneh berkepala serigala yang berada ditengah segera menyahut dingin: "Utusan manusia serigala! Tadi apakah kau tidak mendengar" Hmmm, cuma aku dapat mengenali dirimu, bukankah kau adalah Ngo ci kay san (lima jari membuka bukit) Sin Kong ho?"
Mendengar perkataan ini orang tersebut makin tertegun lagi, sebab ucapan lawan memang tepat sekali.
Dalam kejut bercampur tercengang, buru-buru dia berseru:
"Benar, lohu adalah Sin Kong ho, siapakah kau?"
Manusia aneh berkepala serigala yang lain segera membentak dengan suara nyaring: "Bukankah sudah kuberitahukan kepadamu" Buat apa mesti bertanya lagi?"
Sekali lagi Sin Kong ho dibikin tertegun oleh perkataan lawannya ini, setelah termangu sejenak akhirnya dia tertawa terbahak-bahak.
"Haaaah... haaaah... haaaah... walaupun aku orang she Sin seringkali berkelana dalam dunia persilatan, namun berhubung namaku tidak cukup termashur, sedikit yang kenal denganku.
Sekarang, kau bisa mengenali nama asli ku, ini menandakan kalau kau adalah orang yang kukenal, apakah saudara tidak merasa bahwa caramu main sembunyi hanya akan meruntuhkan pamormu sendiri?"
Rupanya ejekan ini termakan juga, mendadak manusia aneh berkepala serigala itu melepaskan topeng serigalanya sehingga muncullah, wajah seorang kakek berambut putih.
"Hmmm, kau kenal dengan lohu?" dengusnya dingin.
Seketika itu juga Lima jari membuka bukit Sin Kong ho memadi terperanjat sampai berdiri melongo, mulutnya ternganga lebar sampai lama kemudian ia baru berteriak keras: "Kakek serigala langit....kau.... kau adalah si kakek serigala langit!"
Kakek itu segera tersenyum.
"Benar, aku adalah kakek serigala langit, tapi sekarang telah berubah nama menjadi Utusan manusia serigala"
Kakek serigala langit sudah pernah mengobrak abrik dunia persilatan di masa lalu, hampir setiap umat persilatan mengetahui nama iblis tersebut...
Dan sekarang, gembong iblis yang disegani banyak orang itu sudah muncul dihadapan semua orang, tak heran kalau kawanan jago itu dibikin terkesiap sampai mereka hanya saling berpandangan belaka tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Si nona berbaju hijau yang melihat kejadian itupan berseru dengan perasaan kaget.
"Aduh celaka, tujuan diselenggarakannya Enghiong hwee ini adalah untuk menghadapi gembong iblis tersebut, mengapa dia malah muncul pula di sini?"
"Kau bilang, siapakah gembong iblis ini?" bisik Sik Tiong giok dengan suara lirih.
"Apakah kau belum pernah mendengar" Dia adalah kakek serigala langit yang nama besarnya pernah menggegarkan seluruh dunia persilatan...?"
Sik Tiong giok segera tertawa, "Aku rasa dia tidak mirip, percayakah kau?"
"Aku toh belum pernah bertemu dengannya, bagaimana mungkin bisa tahu mirip atau tidak?" seru nona itu cemas, "apakah kau tidak mendengar perkataan mereka barusan" Aduh celaka, dia sedang berjalan mendekati ayahku"
Sementara itu, Ngo oh pangcu Bun Si khi meski merasa terperanjat, namun dia masih mampu untuk mengendalikan diri, dengan kesiap siagaan penuh dia mengawasi Utusan manusia serigala yang sedang berjalan mendekat itu lekat-lekat.
Utusan manusia serigala itu berhenti setibanya lima depa dihadapan Bun Si khi, katanya lagi dengan suara dingin: "Apakah kau adalah penyelenggara pertemuan Enghiong hwee yang diselenggarakan kali ini?"
"Benar, aku adalah Ngo oh pangcu Bun...."
"Haaaaah... haaah... haaaah..."
Tidak sampai Bun Su khi menyebutkan namanya, Utusan
manusia serigala telah tertawa terbahak-bahak, begitu nyaring suaranya sehingga semua suara yang lain tergilas oleh gelak tertawanya.
Setelah berhenti tertawa, dia mendengus dingin dan berkata lebih jauh: "Mau apa kalian berkumpul disini" Mau memilih Bengcu" Lebih baik tuk usah membuang waktu dengan percuma, anggap saja aku adalah Bengcu kalian semua"
Ucapan ini kelewat menghina dan pada hakekatnya tidak memandang sebelah mata pun teehadap orang lain, serentak semua jago naik darah, cuma saja mereka tak berani mengumbar hawa amarahnya itu Si Nona berbaju hijau yang berada di perahu pun menjadi sangat gelisah macam semut di atas kuali panas.
Tiba-tiba Sik Tiong giok bangkit berdiri, lalu katanya sambil tertawa: "Nona, kau tak usah takut, biar aku saja yang menghadapi Utusan manusia serigala dan menyuruhnya pergi dari sini, mungkin dia akan menyetujui untuk tidak mengganggu jalan-nya pertemuan Enghiong hwee ini"
"Kau?" seru nona berbaju hijau itu kaget.
Nona ini terperanjat sekali, dia tidak menyangka kalau nelayan kecil yang berada di hadapan-nya ini adalah seorang jagoan yang berilmu sangat tinggi, sepasang matanya segera terbelalak lebar.
"Kau mampu?" serunya setelah sepasang mata mereka saling tertemu satu sama lainnya.
Sik Tiong giok tersenyum.


Pangeran Perkasa Pangeran Srigala Perkasa Karya Can I D di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Mungkin saja dapat, akan kucoba"
Dengan suatu gerakan yang aneh, tahu-tahu dia sudah melejit setinggi empat lima kaki ke udara sementara perahu itu sama sekali tidak bergoncang.
Dilihat dari sini dapat diketahui kalau ilmu silatnya memang sangat hebat.
Kemunculan si bocah yang amat tiba-tiba dan sama sekali tak terduga ini, sekali lagi membuat para jago yang hadir disana merasa terperanjat sekali.
Dengan gerakan Giok li cuan soh (gadis suci memasukkan jarum) dia meluncur ke udara lalu melesat ke depan utusan manusia serigala tersebut.
Dengan demikian, bahkan si Utusan manusia serigala pun dibikin terkesiap sehingga sepasang matanya terbelalak lebar.
Sik Tiong giok berjalan maju ke depan dengan tenang, kemudian sambil tertawa cekikikan dia menjura ke arah manusia serigala tersebut.
Tampaknya Utusan manusia serigala itu amat terkejut oleh gerakan lawan, dikiranya pihak musuh hendak melancarkan serangan gelap, dengan tergopoh-gopoh dia segera melompat mundur sejauh beberapa kaki.
Kembali para jago dibuat terkejut, mereka tak menyangka kalau Utusan manusia serigala yang berilmu tinggi itu bisa dibikin mundur ketakutan oleh tindakkan seorang nelayan kecil...
Si Nona berbaju hijau yang berada di atas perahu segera bertepuk tangan sambil berseru: "Ayo nelayan cilik, gasak saja si laknat serigala itu, jangan biarkan dia kabur"
Sik Tiong giok berpaling kearah nona cilik itu lalu melemparkan sekulum senyuman lebar.
Sebaliknya Utusan manusia serigala itu menjadi naik pitam, dia mendengus dingin, hawa napsu membunuh dengan cepat
menyelimuti seluruh wajahnya, sementara sepasang matanya melotot besar.
"Hei, tadi kau bilang siapakah dirimu?" Sik Tong giok segera menegur dengan suara dingin.
"Aku adalah Utusan manusia serigala, memangnya kau sudah tuli dan tidak mendengar suaraku?"
"Tadi aku dengar kau mengaku sebagai Kakek serigala langit, tapi kalau kulihat tampang mu sedikitpun tidak mirip Kakek serigala langit, mana mungkin kau adalah Kakek serigala langit?"
Utusan manusia serigala mendengus dingin.
"Hmmm, sebutan itu merupakan sebutan lamaku, ketika pada dua puluh tahun berselang aku masih berkelana dalam dunia persilatan, sekarang aku telah mengganti nama sebutanku menjadi Utusan manusia serigala, mengerti?"
"Benar-benar sangat aneh" kembali Sik Tiong giok mengejek sambil tertawa cekikikan, "tak kusangka kalau dalam dunia ini terdapat manusia tak tahu malu, apalagi kau! Bukan saja kau mengaku sebagai Urusan manusia serigala, mencatut nama Kakek serigala langit lagi, hei monyet, mengapa kau tidak mengaku sebagai Kaisar Giok tee dari kerajaan langit saja" Kan lebih hebat?"
Ucapan ini segera menimbulkan kecurigaan pula di dalam hati kawanan jago persilatan itu.
Seperti diketahui setiap orang tahu kalau sepasang kaki Kakek serigala langit sudah kutung, tubuhnya yang cacad juga dibuang ke dalam jurang, sekalipun ia ditolong dewa, mana mungkin kaki yang sudah kutung bisa tumbuh kembali...."
Karena berpikir begitu ada berapa orang diantaranya segera tertawa terbahak-bahak, serunya mereka dengan suara riuh:
"Betul! Kalau kaisar Giok tee turun dari Kerajaan langitnya, dunia persilatan pasti aman tenteram"
Kembali Sik Tiong giok tertawa cekikikan.
"Bila Giok hong tay tee sampai membantu serigala ini berbuat kejahatan, waah, dunia bisa kiamat!"
Ejekan demi ejekan, cemooan demi cemooan tersebut dengan cepat mengobarkan amarah Utusan manusia serigala, setelah tertawa dingin, bentaknya dengan keras: "Bocah keparat, siapakah kau?"
Sambil menegur dia mengulapkan tangan-nya dengan cepat .
Delapan orang manusia aneh berkepala serigala itu segera memencarkan diri dan mengurung Sik Tiong giok rapat-rapat.
Sik Tiong giok tetap tenang, bahkan bersikap yang acuh tak acuh dan seolah-olah tak pernah terjadi suatu apapun, sambil tersenyum sahutnya pelan: "Aku" waah!... rupanya kau sendiri yang matanya sudah buta, akukan seorang nelayan cilik?"
"Keparat cilik, apa yang kau andalkan" Berani benar membuat keonaran disini?"
"Kepandaianku banyak sekali, menangkap ikan, mencari udang, apalagi menangkap kepiting! Kau tahu bila kepiting yang jumawa dan mau malang melintang seenaknya, bertemu denganku, sudah pasti dia akan keok dan tak bakal kabur lagi!"
Habis sudah kesabaran Utusan manusia serigala itu, ia segera memberi tanda kepada seorang manusia aneh berkepala serigala yang berdiri di sisinya.
Mendapat kode tersebut, manusia aneh berkepala serigala itu membentak keras, kemudian mengayunkan kepalan-nya
menghantam keatas tubuh Sik Tiong giok...
Menghadapi serangan tersebut, dengan cekatan Sik Tiong giok miringkan tubuhnya kesamping lalu melancarkan sebuah cengkeraman kearah manusia aneh berkepala serigala tersebut.
Cengkeraman ini kelihatan-nya biasa dan tiada setuatu yang aneh, namun kekuatan yang terpancar keluar justru mengancam lima buah jalan darah penting ditubuh bagian atas lawan.
Sedemikian ketat dan rapatnya ancaman itu membuat siapapun merasa kesulitan untuk menghindarkan diri...
Ternyata ilmu silat yang dimiliki manusia aneh berkepala serigala itu lihay sekali, menghadapi ancaman bahaya maut, dengan cepat dia mengubah serangan kepalan-nya menjadi serangan telapak tangan, dari kiri membacok, ke arah kanan, dia sambut datangnya ancaman itu.
Dalam waktu singkat terdengar suara desingan angin tajam menyambar lewat, lalu tampak dua sosok bayangan manusia saling berpisah, salah satu diantaranya mencelat sejauh satu kaki lebih dari posisi semula.
"Aaah, Cap ji jian jit! Siapakah kau?" dengan sikap terperanjat Utusan manusia serigala menjerit kaget.
Menyusul kemudian para jago yang hadir di situpun sama-sama menjerit kaget.
"Liau it taysu....aaih, rupanya manusia aneh berkepala serigala ini adalah Liau It taysu. mengapa diapun sudah takluk kepada Utusan manusia serigala"
Untuk sesaat lamanya semua orang dibikin tertegun dan tak tahu apa yang harus diperbuat.
Rupanya topeng kepala serigala yang dikenakan manusia aneh berkepala serigala itu sudah kena disambar oleh Sik Tiong giok sehingga munculah wajah aslinya yang berkepala gundul, dia tak lain adalah Liu it taysu dari Siau lim pay.
Perlu diketahui, Liau it taysu sudah termashur didalam dunia persilatan sebagai manusia yang berhati keras, dia amat membenci dengan kaum penjahat. Tapi sekarang mengapa dia menerima perintah dari Utusan manusia serigala" Bahkan membantu manusia laknat itu melakukan pelbagai kejahatan.
Peristiwa ini bukan cuma diluar dugaan, bahkan membuat semua orang menjadi terbelalak dengan mulut melongo.
"Yaa, betul, memang lolap" kata Liau it taysu dingin.
Ngo oh pangcu Bun si khi segera menimbrung: "Taysu termashur sebagai seorang penentang kejahatan yang gigih di dunia persilatan, mengapa kau menodai nama baikmu dengan
menyerah kepada Utusan Manusia serigala?"
Liau it taysu mendengus. "Hmm, bukan-nya lolap tidak menyayangi nama baikku, sesungguhnya ilmu silat yang di miliki Utusan manusia serigala terlampau tinggi, boleh dibilang tiada tandingannya dikolong langit, berani memusuhi dia berarti menghantarkan kematian untuk dirinya sendiri, apa salahnya kalau aku bergabung saja dengannya sehingga bilamana dia telah berhasil menguasahi dunia persilatan, kita pun akan ikut mencicipi kedudukan yang tinggi?"
Andaikata ucapan ini diutarakan oleh orang lain, mungkin hal tersebut tidak aneh, tapi kalau diutarakan oleh Liau it taysu yang terkenal sebagai penantang kejahatan yang gigih, inilah yang hebat dan membuat orang menggelengkan kepalanya sambil menghela napas.
Sik Tiong giok segera menimbrung sambil tertawa: "Toa hwesio, apakah kau sudah yakin kalau serigala ini sudah tiada tandingannya lagi di dunia ini?"
JILID 3 : Pangeran Serigala Langit "Benar ilmu silat Utusan manusia serigala sangat hebat, kecerdasan otaknya juga melebihi siapapun, tiada manusia di dunia ini yang mampu
menandinginya!" "Tapi aku justeru tidak takut terhadapnya!" kata Sik Tiong giok sambil tertawa.
Utusan manusia serigala segera mendengus dingin, timbrungnya:
"Bocah keparat, kau mengira setelah mampu memainkan ilmu Jian jiu, maka kemampuanmu sudah luar biasa?"
"Aku sih tak pernah berpikir demikian, sebab ilmu silat luasnya bagaikan samudera, dalamuya tak terukur, apa pula artinya kalau cuma memahami beberapa jurus Cap ji jian jiu!"
Beberapa patah kata ini dengan santai dan seenaknya
diutarakan, hal ini membuat Utusan manusia serigala menjadi makin ragu.
Akhirnya setelah termenung sebentar, dia bertanya: "Apakah kau pun pandai mempergunakan ilmu Cap ji jian jiu?"
Sik Tiong giok tertawa. "Tadi, aku toh sudah bilang, kalau hanya menguasahi beberapa jurus Cap ji jian jiu saja masih belum terhitung suatu kepandaian yang hebat!"
"Hmm, beranikah kau untuk menyambut beberapa jurus seranganku?" tantang Utusan manusia serigala gusar.
"Siapa bilang tak berani" Aku cuma kuatir kalau kau bukan tandinganku, apa lagi kau sampai kalah hari ini nama kosong mu itu akan turut hancur!"
"Keparat, kau benar-benar takabur! Sambutlah sebuah pukulanku ini!"
"Weess....!" Sebuah pukulan segera dilontarkan kedepan dengan cepat sekali.
Sik Tiong giok berkelit kesamping menghindarkan diri dari serangan, lalu jengeknya: "Seranganmu ini memang bertenaga cukup, sayang sasaran-nya tidak tepat, sayang....."
Merah membara sepasang mata Utusan manusia serigala karena gusar, dia membentak nyaring, sepasang kepalan-nya diayunkan berulang kali melepaskan serangkaian pukulan gencar.
Perlu diketahui, kemunculan Utusan manusia serigala ini dalam dunia persilatan telah menggetarkan seluruh dunia, membuat kawanan jago persilatan ketakutan dan terbirit-birit bila mendengar suara aumannya.
Dari sini bisa diketahui kalau ilmu silat yang dimiliki gembong iblis ini lihay sekali.
Tak heran kalau serangan berantai yang di lontarkan olehnya itu segera menciptakan selapis deruan angin pukulan yang berpusing dengan dahsyatnya menyapu jagad.
Diam-diam para jago yang menonton jalan-nya pertarungan itu dari sisi arena mandi keringat dingin karena menguatirkan keselamatan Sik Tiong giok, seluruh perhatian mereka hampir tertuju ke tubuh kedua orang itu sebab bagaimanapun juga menang kalah pertatungan yang berlangsung sekarang sangat mempengaruhi pula mati hidup mereka sendiri.
Dalam pada itu serangan yang dilancarkan oleh Utusan manusia serigala makin lama semakin bertambah gencar. Tapi Sik Tiong giok bukan manusia sembarangan, terutama ilmu meringankan tubuhnya yang sempurna, membuat serangan gencar lawan yang datang bagaikan hujan gerimis itu tak mampu menowel seujung bajunya pun.
Dalam waktu singkat Utusan manusia seri gala sudah
melancarkan serangan sebanyak dua tiga puluh jurus lebih, namun semuanya tidak mendatangkan hasil apa-apa,
kesemuanya ini membuat gembong iblis ini semakin bertarung merasa semakin terperanjat.
"Benar-benar suatu kejadian yang sangat aneh!" diam-diam ia berpikir, "kalau dilihat dari gerakan tubuh bocah keparat ini, sudah jelas dia menggunakan ilmu silat dari kakek serigala langit, jangan-jangan suhu masih hidup di dunia dan mempunyai ahli waris lain?"
Berpikir sampai disitu, dia lantas melompat mundur dari arena pertarungan sambil membentak: "Bocah keparat, kau murid siapa?"
Sik Tiong giok tidak menggubris pertanyaan tersebut, sebaliknya mengejek lagi sambil tertawa.
"Hei, mengapa tidak bertarung lagi" Siapa menang siapa kalah toh belum ketahuan hasilnya?"
Kisah Para Naga Di Pusaran Badai 2 11 Mestika Golok Naga Karya Kho Ping Hoo Riwayat Lie Bouw Pek 9
^