Pencarian

The Brethren 6

The Brethren Karya John Grisham Bagian 6


Dua puluh menit berlalu, dan keadaan jadi sedatar biasanya. Sementara Argrow
menelepon, para hakim itu mengisi waktu, mula-mula menunggu, lalu kembali
ke urusan yang lebih mendesak. Sudah enam hari Buster pergi membawa surat
mereka. Tidak ada kabar darinya, berarti bocah itu berhasil lolos, mengirimkan
surat kepada Mr. Konyers, dan saat ini berada di suatu tempat yang jauh. Beri
surat itu waktu tiga hari untuk tiba di Chevy Chase, dan menurut perkiraan
mereka, Mr. Aaron Lake sekarang pasti tengah kalang kabut menyusun rencana
untuk menghadapi mereka. Penjara telah mengajar mereka untuk bersabar. Hanya satu tenggat waktu yang
mereka khawatirkan. Lake memperoleh nominasi, berarti rentan terhadap
pemerasan mereka sampai November. Jika dia menang, mereka punya waktu
empat tahun untuk memanfaatkannya. Tapi kalau kalah, dia akan memudar
dengan cepat, seperti yang lainnya. "Di mana Dukakis sekarang"" Beech pernah
bertanya. Mereka tidak mau menunggu sampai November. Sabar memang perlu, tapi
pembebasan lain lagi urusannya. Lake adalah kesempatan emas, mereka untuk
pergi dengan banyak uang.
Mereka berniat menunggu seminggu, lalu menyurati Mr. Al Konyers di Chevy
Chase lagi. Mereka belum tahu bagaimana cara menyelundupkannya ke luar,
tapi mereka pasti akan menemukan jalannya. Link, si penjaga di depan yang
berbulan-bulan disuap Trevor, adalah pilihan pertama mereka.
Telepon Argrow menambah pilihan mereka. "Kalau dia mengizinkan kita
menggunakannya," kata Spicer, "kita bisa menelepon Lake, menelepon kantor
kampanyenya, kantornya di Kongres, menelepon semua nomor yang bisa kita
dapatkan dari buku telepon. Tinggalkan pesan bahwa Ricky di klinik rehabilitasi
betul-betul perlu bertemu Mr. Lake. Dia akan ketakutan setengah mati."
"Tapi Argrow akan punya catatan telepon kita, atau setidaknya saudaranya,"
kata Yarber. "Jadi" Kita bayar tagihanny
a, dan memangnya kenapa kalau mereka tahu kita
berusaha menelepon Aaron Lake" Sekarang ini, setengah penduduk negeri ini
berusaha meneleponnya. Argrow tak bakal tahu kenapa kita melakukannya."
Ide cemerlang, lama mereka memikirkannya. Ricky di klinik rehabilitasi bisa
menelepon dan meninggalkan pesan. Spicer di Trumble bisa melakukan hal
yang sama. Lake yang malang akan dihantui.
Lake yang malang. Begitu deras uang mengalir ke kantongnya sampai dia tidak
bisa menghitungnya. Sejam kemudian, Argrow keluar ruangan dan
di s memberitahu bahwa ada kemajuan. "Aku harus m minggu sejam, lalu
menelepon beberapa orang W t katanya. "Bagaimana kalau kita makan" siang""
Mereka tidak sabar untuk melanjutkan disku mereka, dan mereka
melakukannya dengan penuh semangat sambil makan coleslaw.
Tiga Puluh Tiga SESUAI instruksi Mr. Lake yang terperinci, Jayne mengemudi sendirian ke Chevy
Chase. Dia menemukan pusat perbelanjaan di Western Avenue itu, dan parkir
di depan Mailbox America Dengan kunci Mr. Lake, dia membuka kotak pos,
mengeluarkan delapan surat sampah, dan memasukkannya ke map. Tidak ada
surat pribadi. Dia berjalan ke meja layan dan memberitahu si pegawai bahwa
dia ingin menutup kotak pos atas nama atasannya, Mr. Al Konyers.
Pegawai itu menekan-nekan keyboard beberapa kali. Catatan menunjukkan
bahwa seorang pria bernama Aaron L. Lake menyewa kotak tersebut atas nama
Al Konyers sekitar tujuh bulan yang lalu. Sewanya telah dibayar untuk dua
belas bulan, jadi tidak ada utang.
"Orang itu ikut pemilihan presiden" tanya si pegawai sambil menyodorkan
formulir ke seberang me"Ya," jawab Jayne, membubuhkan tanda tangan pada tempat yang
ditunjuk-"Tidak."
Jayne pergi membawa map dan menuju selatan, kembali memasuki kota. Dia
tidak mempertanyakan kisah Lake yang katanya menyewa kotak pos itu untuk
secara diam-diam membeberkan penipuan di Pentagon. Itu bukan masalah
baginya, dia juga tidak punya waktu untuk banyak bertanya. Lake membuat
mereka bekerja keras delapan belas jam sehari, dan banyak hal yang jauh lebih
penting yang harus dipikirkannya.
Atasannya itu menunggu di kantor kampanyenya, sendirian. Seluruh ruangan
dan koridor di sekitarnya penuh asisten bermacam-macam bidang, semua
berlarian ke sana kemari seakan perang akan meletus. Namun Lake menikmati
semua kesibukan itu. Jayne menyerahkan map itu dan pergi.
Lake menghitung delapan pucuk surat sampah- taco delivery, jasa interlokal,
tempat cuci mobil, kupon-kupon untuk Ini-itu. Dan tidak ada surat dari Ricky.
Kotak itu telah ditutup, tidak ada alamat bara. Anak malang itu harus mencari
orang lain untuk membantunya menjalani hidup baru. Lake memasukkan surat-surat sampah dan perjanjian pembatalan tersebut ke mesin penghancur kertas
kecil di kolong mejanya, lalu tepekur sebentar untuk bersyukur. Nyaris tak ada
hal negatif dalam hidupnya, dan hanya beberapa kali dia melakukan kesalahan.
Menyurati Ricky merupakan perbuatan bodoh, namun dia berhasil lolos tanpa
kurang suatu apa. Betapa mujurnya!
Dia tersenyum dan hampir tertawa sendiri, lalu
melompat bangun dari kursi, menyambar jas, dan berkeliling. Sang kandidat
harus menghadiri berbagai rapat, kemudian makan siang dengan para
kontraktor pertahanan. Oh, betapa mujurnya!
Kembali di pojok perpustakaan hukum, dengan ketiga teman barunya menjaga
tempat itu bagai pengawal-pengawal mengantuk, Argrow bermain-main dengan
telepon cukup lama untuk meyakinkan mereka bahwa dia telah menghubungi
koneksi-koneksinya di dunia perbankan luar negeri yang gelap dan misterius.
Setelah dua jam mondar-mandir, bergumam, dan menempelkan telepon ke
kepala seperti pialang panik, akhirnya dia keluar ruangan.
"Kabar baik, gentlemen" katanya sambil tersenyum lelah.
Mereka berkerumun, ingin mendengar hasilnya.
"Uang itu masih ada," dia memberitahu.
Lalu pertanyaan terpenting, yang sudah lama mereka rencanakan, yang akan
mengungkapkan apakah Argrow penipu atau sungguhan.
"Berapa"" tanya Spicer.
"Sekitar 190.000," sahut Argrow, dan mereka serentak mengembuskan napas.
Spicer tersenyum. Beech membuang muka. Yarber memandang Argrow dengan
kening berkerut, tapi ekspresi w
ajahnya ramah. Menurut catatan mereka, saldonya $189.000, plus entah berapa tingkat bunga
yang dibayarkan bank. "Dia tak mencurinya," gumam Beech, dan mereka mengenang almarhum
pengacara mereka, yang tiba-tiba tidak sejahat yang mereka kira semula.
"Aku ingin tahu kenapa," kata Spicer, nyaris tak terdengar.
Yah, uangnya masih ada," kata Argrow. "Butuh banyak tindakan hukum."
Kelihatannya memang begitu, dan karena ketiganya tidak bisa memikirkan
komentar yang tepat, mereka diam saja.
"Kusarankan kalian memindahkannya, kalau kalian tak keberatan aku
mengatakannya," kata Argrow. "Bank ini terkenal bocor."
"Dipindah ke mana"" tanya Beech.
"Kalau itu uangku, aku akan segera memindahkannya ke Panama."
Ini masalah baru, ide yang belum mereka pikirkan karena terobsesi dengan
Trevor dan pencuriannya. Namun mereka tetap mempertimbangkannya dengan
hati-hati, seolah hal tersebut sudah sering dibicarakan.
"Kenapa dipindah"" tanya Beech. "Tempat yang sekarang aman, kan""
"Kurasa," jawab Argrow, bereaksi cepat. Dia tahu tujuannya, mereka tidak.
"Tapi kalian lihat betapa longgar kerahasiaannya. Aku tak mau menggunakan
bank-bank di Bahama sekarang ini, terutama yang satu ini."
"Dan kami tak tahu apakah Trevor memberitahu seseorang tentang rekening
kami," timpal Spicer, selalu ingin menjatuhkan pengacara itu.
"Kalau kalian ingin uang itu terlindung, pindahkan," saran Argrow. "Prosesnya
tak sampai sehari dan kalian takkan perlu mengkhawatirkannya lagi. Dan
manfaatkan uang itu. Rekening ini teronggok saja, bertambah cuma beberapa
sen dari bunga. Serahkan pada manajer dana dan biarkan uang kalian bertambah lima belas
atau dua puluh persen. Kalian toh takkan menggunakannya dalam waktu dekat"
Kaukira begitu, pai, pikir mereka. Namun omongan Argrow memang masuk
akal. "Dan kuduga kau bisa memindahkannya"" tanya Yarber.
"Tentu saja bisa. Sekarang kalian meragukanku""
Mereka bertiga menggeleng. Tidak, mereka tidak meragukannya.
"Aku punya beberapa kontak hebat di Panama. Pikirkanlah." Argrow melirik
jam tangan seolah sudah tidak berminat lagi pada rekening mereka dan punya
seratus urusan mendesak di tempat lain. Pukulan telak sebentar lagi akan
dilontarkan, dan dia tidak mau terburu-buru. ^fe
"Kami sudah memikirkannya," kata Spicer. "Ayo kita pindahkan sekarang."
Argrow memandang tiga pasang mata di hadapannya, semuanya balas
memandangnya. "Ada masalah pembayaran," katanya, bagai pencuci uang
kawakan. "Pembayaran seperti apa"" tanya Spicer.
"Sepuluh persen, untuk transfernya."
"Siapa yang mendapat sepuluh persen""
"Aku." "Banyak sekali," komentar Beech.
"Skalanya memang begitu. Jumlah di bawah sejuta membayar sepuluh persen.
Jumlah di atas seratus juta membayar satu persen. Itu biasa dalam bisnis ini,
dan itulah sebabnya sekarang aku mengenakan seragam penjara, bukan setelan
seribu dolar." "Licik," tukas Spicer, orang yang menggelapkan keuntungan bingo dalam acara
amal. "Tak usah berkhotbah, oke" Kita bicara tentang pemotongan sedikit uang yang
jelas ternoda. Terserah kalian." Suara Argrow dingin, veteran tanpa belas
kasihan yang sering menangani transaksi-transaksi yang jauh lebih besar.
Jumlahnya hanya $19.000, dan ini dari uang yang mereka yakin sudah lenyap.
Setelah dipotong sepuluh persen untuk Argrow, mereka masih punya $170.000,
setiap orang kira-kira $60.000, dan mestinya lebih banyak kalau saja si Trevor
pengkhianat itu tidak memotong begitu banyak. Lagi pula, mereka yakin
sebentar lagi akan memperoleh sapi perahan yang lebih gemuk. Uang di
Bahama itu hanya uang saku.
"Oke," kata Spicer sambil memandang kedua temannya untuk minta
persetujuan. Mereka mengangguk perlahan. Ketiganya memikirkan-hal yang
sama sekarang. Jika pemerasan Aaron Lake berlangsung sesuai dengan khayalan
mereka, uang dalam jumlah raksasa akan mengalir ke kantong mereka. Mereka
akan membutuhkan tempat untuk menyembunyikannya, dan mungkin orang
untuk membantu mereka. Mereka ingin mempercayai Argrow. Mari kita beri dia
kesempatan. "Plus, kalian menangani permohonan bandingku," tambah Argrow.
"Ya, kami akan menanganinya." W^^"
Argrow tersenyum dan berkata, "Lumayan juga
kesepakatan ini. Biar kutelepon beberapa orang lagi." "Ada satu hal yang harus kauketahui," kata
Beech. "Oke." "Nama pengacara itu Trevor Carson. Dia membuka rekening, mengurus
uangnya, melakukan semuanya
sebetulnya. Dan dia dibunuh dua malam lalu di
Kingston, Jamaika." Argrow memandang wajah mereka dengan tatapan bertanya. Yarber
menyerahkan surat kabar, yang dibacanya dengan sangat teliti. "Kenapa dia
menghilang"" dia bertanya setelah lama diam.
"Kami tak tahu," jawab Beech. "Dia meninggalkan kota, dan kami mendapat
kabar dari FBI bahwa dia menghilang. Kami cuma berasumsi dia mencuri uang
kami." Argrow mengembalikan koran itu pada Yarber, dan bersidekap. Dia
memiringkan kepala, menyipitkan mata, dan berhasil tampak curiga. Biarkan
mereka kalut "Seberapa kotor uang ini"" tanyanya, seolah ada kemungkinan dia tidak mau
terlibat sama sekali. "Bukan uang dari obat bius," sahut Spicer cepat-cepat, bersikap defensif,
seakan uang dari semua sumber lain pasti dianggap bersih.
"Kami tak bisa memberitahumu," jawab Beech.
"Kita sudah sepakat," kata Yarber. "Terserah kau mau menerimanya atau
tidak." Hebat juga kau, bocah tua, kata Argrow dalam hati. "FBI terlibat"" dia
bertanya. "Hanya dengan hilangnya pengacara itu," jawab Beech. "FBI tak tahu-menahu
tentang rekening di luar negeri itu."
"Coba kuulangi. Urusan ini melibatkan pengacara mati, FBI, rekening luar
negeri yang menyembunyikan uang kotor, betul" Apa sih yang kalian lakukan""
"Kau tak ingin tahu," tukas Beech. "Kurasa kau benar."
"Tak ada yang memaksamu terlibat," timpal Yarber.
Jadi harus diputuskan. Bagi Argrow, bendera-bendera merah telah dikibarkan,
ladang ranjau telah ditandai. Jika melanjutkan ini, dia melakukannya dengan
waspada, karena sudah diperingatkan bahwa ketiga teman barunya mungkin
berbahaya. Tentu saja ini bukan masalah bagi Argrow. Tapi bagi Beech, Spicer.
dan Yarber, pemberian kesempatan untuk memasuki hubungan kerja sama
mereka, seberapa kecil pun kesempatan itu, berarti mereka menerima seorang
konspirator lagi. Mereka takkan memberitahu Argrow tentang tipuan mereka,
dan jelas tidak tentang Aaron Lake. Argrow juga tidak akan mendapat uang
mereka lagi, kecuali kalau orang itu menangani masalah transfer Tapi pria itu
sudah tahu lebih banyak daripada yang semestinya. Mereka tidak punya pilihan.
Mereka memutuskan itu juga karena kehabisan akal. Ketika ada Trevor, mereka
punya akses ke luar, hal yang baru mereka sadari sekarang. Setelah pengacara
itu pergi, dunia mereka menyempit.
Meskipun tidak mau mengakuinya, mereka melakukan kesalahan ketika
memecatnya. Setelah tahu tentang Lake, seharusnya mereka memperingatkan
Trevor, dan memberitahukan segala sesuatu tentang anggota, Kongres itu dan
surat-suratnya yang telah diutak-atik. Trevor memang jauh dari sempurna, tapi
mereka membutuhkan semua bantuan yang bisa mereka dapat.
Mungkin mereka akan mempekerjakannya lagi satu-dua hari kemudian, tapi itu
tak mungkin dilakukan lagi. Trevor pergi, dan kini untuk selamanya.
Argrow memiliki akses. Dia punya telepon dan teman-teman; dia punya nyali
dan tahu cara membereskan masalah. Mungkin mereka memang
membutuhkannya, tapi mereka akan melakukan ini pelan-pelan.
Dia menggaruk kepala dan mengerutkan kening seakan sakit kepala. "Jangan
beritahu aku apa-apa lagi," katanya. "Aku tak ingin tahu."
Dia kembali ke ruang rapat dan menutup pintunya, lalu duduk di pinggir meja
dan sekali lagi tampak seperti sibuk menelepon ke seluruh penjuru Karibia.
Mereka mendengarnya tertawa dua kali, mungkin bercanda dengan teman lama
yang kaget menerima teleponnya. Mereka mendengarnya memaki sekali, tapi
tidak bisa menebak siapa sasarannya atau apa alasannya. Suaranya meninggi
dan menurun. Meskipun sudah berusaha keras membaca putusan-putusan
pengadilan, membersihkan buku-buku lama, dan mempelajari pasar taruhan
Vegas, mereka tidak dapat mengabaikan suara dari ruangan tersebut
Argrow berakting lumayan hebat, dan setelah sejam berceloteh tidak keruan
dia keluar dan berkata, "Kurasa aku bisa menyelesaikannya besok, tapi kami
membutuhkan affidavit yang ditandatangani salah satu dari kalian y
ang menyatakan kalian pemilik tunggal Boomer Realty."
"Siapa yang akan membaca affidavit itu"" tanya Beech.
"Cuma bank di Bahama itu. Mereka tahu nasib Mr. Carson, dan menginginkan
verifikasi tentang kepemilikan rekening itu."
Mereka ngeri memikirkan harus menandatangani
dokumen yang berisi pengakuan bahwa mereka ada hubungannya dengan uang
kotor tersebut Tapi permintaan itu masuk akal.
"Ada mesin faks di sini"" tanya Argrow.
Tidak, tidak untuk kita," jawab Beech.
"Aku yakin sipir punya," kata Spicer. "Datangi saja dia dan bilang kau perlu
mengirim dokumen ke bank luar negerimu."
Smdirannya pedas. Argrow melotot, lalu tidak menanggapi. "Oke, beritahu aku
cara mengirim affidavit itu dari sini ke Bahama. Bagaimana cara kalian
mengirim surat""
"Pengacara itu kurir kami," Yarber berkata. "Surat-surat lain harus diperiksa."


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Seberapa cermat mereka memeriksa surat-surat hukum""
"Mereka meliriknya," jawab Spicer.. "Tapi tak bisa membukanya." BSS
Argrow mondar-mandir sebentar, berpikir keras. Kemudian dia menyelinap di
antara dua rak buku, sehingga tidak bisa dilihat dari luar perpustakaan hukum.
Dengan sigap dia membuka teleponnya, menekan angka-angka, dan
menempelkannya ke telinga. Dia berkata, "Ya, Wilson Argrow di sini. Jack ada"
Ya, beritahu dia ini penting." Dia menunggu.
"Siapa Jack"" tanya Spicer dari seberang ruangan. Beech dan Yarber
mendengarkan tapi sambil mengawasi situasi.
acafa^^ di Boca" sahut Argrow. "Dia peng; Ulu k Tate-Dia akan mengunjungiku
besok. Kau dat Tn dia berkata> "Hei, Jack, ini aku. 8 besok" Bagus, bisa kau
kemari P^1 pagi" Bagus. Sekitar pukul sepuluh. Aku akan mengirim surat. Bagus. Bagaimana
kabar Mom" Bagus. Sampai ketemu besok pagi."
Prospek berlanjutnya lagi surat-menyurat menarik perhatian Majelis. Argrow
punya saudara pengacara. Di samping dia punya telepon, otak, dan nyali.
Pria itu memasukkan teleponnya ke saku dan berjalan menjauhi rak. "Aku akan
menyerahkan affidav#-nya pada saudaraku besok pagi. Dia akan mengirimnya
dengan faks ke bank. Siangnya uang itu sudah akan berada di Panama, aman
dan bertambah lima belas persen. Gampang."
"Saudaramu bisa kami percayai"" tanya Yarber.
"Seutuhnya," jawab Argrow, nyaris tersinggung karena pertanyaan itu. Dia
melangkah ke pintu. "Sampai nanti. Aku mau mencari udara segar."
Tiga Puluh Empat IBU Trevor datang dari Scranton. Wanita itu ditemani saudaranya, bibi Trevor
yang bernama Helen. Mereka sama-sama berusia tujuh puluhan dan cukup
sehat Mereka tersesat empat kali antara bandara dan Neptune Beach, lalu
bolak-balik di jalanan selama sejam sebelum tanpa sengaja menemukan rumah
Trevor, tempat yang sudah enam tahun tidak dikunjungi ibunya. Dia terakhir
bertemu Trevor dua tahun lalu. Bibi Helen paling tidak sudah sepuluh tahun
tidak bertemu dengannya, tapi tidak terlalu merindukan keponakannya itu.
Si ibu memarkir mobil sewaan di belakang Beetle kecil Trevor, dan menangis
tersedu-sedu sebelum turun.
Kumuh sekali, kata Bibi Helen dalam hati.
Pintu depan tidak dikunci. Tempat tersebut terbengkalai, tapi lama sebelum
pemiliknya kabur, piring-piring telah menumpuk di bak cuci, sampah
berserakan, mesin penyedot debu tersimpan di lemari.
Baunya membuat Bibi Helen keluar lebih dulu, dan ibu Trevor segera
mengikutinya. Mereka tidak
tahu harus berbuat apa. Mayatnya masih di Jamaika, di kamar mayat yang
penuh, dan menurut pria muda tidak ramah di Departemen Luar Negeri yang
bicara dengannya, biaya pemulangannya $600. Perusahaan penerbangan mau
bekerja sama, tapi administrasi di Kingston ruwet.
Butuh waktu setengah jam untuk menemukan kantornya. Saat itu, kabar telah
menyebar. Chap si paralegal menunggu di meja penerimaan, berusaha tampak
sedih dan sibuk pada saat yang bersamaan. Wes si manajer kantor berada di
mang belakang, hanya mendengar dan mengamati. Telepon berdering tanpa
henti pada hari berita kematian Trevor dimuat, tapi setelah beberapa ucapan
belasungkawa dari sesama pengacara dan satu-dua klien, telepon senyap
kembali. Di pintu depan terpampang karangan bunga muarahan, yang dibelikan CIA.
"Manisnya," kata ibunya ketika mereka berjalan di troto
ar. Tempat kumuh lagi, pikir Bibi Helen.
Chap menyambut mereka dan memperkenalkan diri sebagai paralegal Trevor.
Dia sedang dalam proses menutup kantor, tugas yang sangat sulit.
"Mana perempuan itu"" tanya si ibu, matanya merah karena habis menangis.
"Dia pergi beberapa waktu lalu. Trevor memergokinya mencuri."
"Ya ampun." "Anda ingin kopi"" tanyanya.
"Ya, terima kasih." Mereka duduk di sofa berdebu dan tidak rata, sementara
Chap mengambilkan dari teko tiga cangkir kopi yang kebetulan baru dibuat.
Dia duduk di seberang mereka di kursi rotan yang goyah. Si ibu kalut. Si bibi
ingin tahu, matanya memandang ke sana-sini, mencari tanda-tanda
kemakmuran. Mereka tidak miskin, tapi di usia mereka, kekayaan takkan
pernah mereka miliki. "Saya sangat berduka atas kematian Trevor," kata Chap.
"Memang mengerikan," kata Mrs. Carson, bibirnya bergetar. Cangkirnya
bergoyang dan kopi tepercik ke gaunnya Dia tidak menyadarinya.
"Apakah dia punya banyak klien"" tanya Bibi Helen.
"Ya, dia sangat sibuk. Pengacara yang andal. Salah satu yang terbaik yang
pernah kukenal." "Dan kau sekretarisnya"" tanya Mrs. Carson.
"Bukan, saya paralegal. Malam hari saya kuliah hukum."
"Kau menangani semua urusannya"" Bibi Helen bertanya.
"Yah, tidak juga," jawab Chap. "Saya berharap itulah alasan kedatangan Anda
kemari." "Oh, kami terlalu tua," kata ibunya.
"Berapa banyak uang yang ditinggalkannya"" si bibi bertanya.
Chap menaikkan suaranya sedikit. Wanita tua ini mata duitan. "Saya tak tabu.
Saya tidak mengurus uangnya."
"Siapa yang mengurusnya""
"Saya rasa akuntannya."
"Siapa akuntannya""
"Saya tak tahu. Trevor sangat tertutup dalam banyak hal."
"Memang," timpal ibunya sedih. "Waktu kecil juga.* Dia menumpahkan
kopinya lagi, kali ini ke sofa.
"Kau yang membayar tagihan-tagihan tempat ini, kan"" tanya si bibi. "Tidak.
Trevor mengurus sendiri keuangannya." "Yah, dengar, anak muda, mereka
minta $600 untuk menerbangkannya pulang dari Jamaika." "Kenapa sih dia di
sana"" potong si ibu. "Berlibur sebentar," jawab Chap. "Dan ibunya tak punya
$600," Helen menyelesaikan omongannya tadi. "Aku punya kok."
"Oh, di sini juga ada uang," kata Chap, dan Bibi Helen tampak puas. "Berapa""
tanyanya. "Sembilan ratus dolar lebih sedikit. Trevor senang menyimpan uang kecil."
"Berikan padaku," desak Bibi Helen.
"Menurutmu kami boleh mengambilnya"" tanya si ibu.
"Sebaiknya Anda ambil," kata Chap muram. "Kalau tidak, uang itu akan
dihitung sebagai kekayaannya dan IRS akan mengambilnya."
"Apa lagi yang akan dihitung sebagai kekayaannya"" tanya si bibi.
"Semua ini," jawab Chap, melambaikan tangannya ke seluruh ruangan sambil
menghampiri meja kerja. Dikeluarkannya amplop kusut yang penuh dengan
uang dalam berbagai nilai nominal, uang yang baru saja mereka ambil dari
rumah sewaan di seberang jalan. Diberikannya amplop tersebut pada Helen,
yang menyambarnya dan menghitung isinya.
"Sembilan ratus dua puluh, dan uang kecil," Chap memberitahu. "Bank apa
yang digunakannya"" tanya Helen. "Saya tak tahu. Seperti kata saya tadi, dia
sangat tertutup dalam hal uangnya." Dan dari sudut pandang tertentu, Chap
memang mengatakan yang sebenarnya. Trevor memindahkan $900.000 dari
Bahama ke Bermuda, dan dari sana jejaknya menghilang. Uang itu sekarang
tersembunyi di suatu bank entah di mana, dalam rekening yang hanya bisa
diakses Trevor Carson. Mereka tahu dia menuju Grand Cayman, namun bankir-bankir di sana terkenal dalam memegang kerahasiaan mereka. Penyelidikan
intensif selama dua hari tidak menghasilkan apa-apa. Si penembak Trevor
mengambil dompet dan kunci kamarnya. Sementara polisi memeriksa lokasi
kejahatan, penembak itu menggeledah kamar hotelnya. Di laci tersembunyi
uang kontan sekitar $8.000, dan tidak ada benda penting lainnya. Tidak ada
petunjuk tentang di mana Trevor menyimpan uangnya.
Orang-orang di Langley menyimpulkan bahwa entah mengapa, Trevor curiga
dirinya dibuntuti. Sebagian besar uangnya lenyap, meskipun mestinya dia bisa
menyimpannya di bank di Bermuda. Kamar hotelnya tidak dipesan lebih dulu-
dia datang begitu saja dan membayar tunai untuk satu malam.
Orang yang melarikan di ri, memindahkan $900.000 dari satu pulau ke pulau
berikutnya, seharusnya punya bukti tentang kegiatan perbankannya. Namun
Trevor tidak memilikinya sepotong pun.
Sementara Bibi Helen asyik menghitung uang yang pasti merupakan satu-satunya jatah mereka dari kekayaan Trevor, Wes memikirkan harta karun yang
lenyap di suatu tempat di Karibia itu.
"Kita harus berbuat apa sekarang"" tanya ibu Trevor.
Chap mengangkat bahu dan menjawab, "Saya rasa Anda harus
memakamkannya." "Bisakah kau membantu kami""
"Sebetulnya itu bukan tugas saya. Saya-"
"Apakah sebaiknya dia kami bawa pulang ke Scranton"" tanya Helen.
"Terserah Anda."
"Berapa biayanya"" tanya Helen.
"Saya tak tahu. Belum pernah saya mengurus hal seperti ini."
"Tapi semua temannya di sini," kata ibunya, menyeka matanya dengan tisu.
"Sudah lama dia meninggalkan Scranton," kata Helen, matanya memandang ke
segala arah, seakan ada kisah panjang di balik kepergian Trevor dari Scranton.
Pasti, pikir Chap. "Aku yakin teman-temannya di sini ingin mengadakan acara, untuk
mengenangnya," kata Mrs. Carson.
"Sebetulnya, kami sudah merencanakannya," kata Chap.
"Aduh!" katanya, senang. "Ya, pukul empat besok." "Di mana""
"Tempat yang bernama Pete s, beberapa blok dari
sini." "Pete s"" tanya Helen.
"Tempat itu, yah, semacam restoran."
"Restoran. Kenapa tidak di gereja""
"Saya kira dia tak ke gereja."
"Waktu masih keciL ya," tukas ibunya sengit.
Untuk mengenang Trevor, happy hour pukul 17.00 akan dimulai pukul 16.00,
dan berlangsung sampai tengah malam. Bir lima puluh sen, favorit Trevor.
"Haruskah kami datang"" tanya Helen, merasa bakal ada masalah.
"Saya rasa jangan."
"Kenapa"" tanya Mrs. Carson.
"Suasananya mungkin akan tak enak. Sekumpulan pengacara dan hakim, Anda
tahu sendiri bagaimana." Dia mengerutkan kening pada Helen, dan wanita tua
itu memahami maksudnya. Mereka bertanya tentang rumah pemakaman dan pekuburan, Chap merasa
semakin terseret ke dalam masalah mereka. CIA membunuh Trevor. Apakah
mereka berkewajiban menguburkannya dengan pantas"
Menurut Klockner tidak. Setelah wanita-wanita itu pergi, Wes dan Chap menyelesaikan pembongkaran
kamera, kabel, mikrofon, dan alat penyadap. Mereka merapikan tempat itu,
dan ketika mereka mengunci pintu-pintu untuk terakhir kalinya, kantor Trevor
tidak pernah serapi itu. Setengah tim Klockner sudah meninggalkan kota. Setengah lainnya memonitor
Wilson Argrow di dalam Trumble. Dan mereka menunggu.
Setelah para pemalsu di Langley selesai membuat >, arsip pengadilan Argrow,
arsip itu dimasukkan ke kardus dan diterbangkan ke Jacksonville dengan jet S
kecil bersama tiga agen. Di antara sekian banyak 1
benda lainnya, kardus itu berisi dakwaan setebal 51 halaman yang disampaikan
di hadapan grand jury di Dade County, arsip korespondensi berisi surat-surat
dari pembela Argrow dan kejaksaan, map tebal berisi berbagai mosi dan
manuver prapersidangan lain, memo-memo penelitian, daftar saksi, ringkasan
persidangan, catatan persidangan, analisis juri, ringkasan persidangan, laporan
sebelum pengambilan putusan, dan hukuman akhirnya sendiri. Arsip itu cukup
teratur, meskipun tidak terlalu rapi supaya tidak mencurigakan. Beberapa
halaman kotor, dan ada yang hilang, staples terlepas, sentiman-sentuhan kecil
realitas yang dengan hati-hati ditambahkan orang-orang Dokumen untuk
menimbulkan kesan autentik. Sembilan puluh persen di antaranya takkan
dibutuhkan Beech dan Yarber, namun ketebalannya membuatnya tampak
meyakinkan. Bahkan kardusnya pun tampak lusuh.
Kardus itu dibawa ke Trumble oleh Jack Argrow, pengacara real estate yang
hampir pensiun dari Boca Raton, Florida, dan saudara si narapidana. Sertifikat
Pengacara Argrow telah difaks ke birokrat Trumble, dan namanya tercantum
dalam daftar pengacara yang diizinkan datang.
Jack Argrow sebetulnya Roger Lyter, sudah -tiga belas tahun bergabung dengan
CIA dan memiliki gelar hukum dari Texas. Dia belum pernah bertemu dengan
Kenny Sands, yang menyamar sebagai Wilson Argrow. Keduanya bersalaman dan
saling menyapa sementara Link menatap curiga kardus di atas meja.
"Apa isinya"" dia bertanya.
"Catalan pengadilanku," jawab
Wilson. "Cuma surat-surat," tambah Jack.
Link merogoh kardus dan menggeser-geser beberapa map. dalam beberapa
detik pemeriksaan selesai dan dia pun keluar ruangan.
Wilson menyodorkan selembar kertas ke seberang meja, dan berkata, "hai
affidavit-nya. Transfer uangnya ke bank di Panama, lalu buatkan aku verifikasi
tertulis supaya ada yang bisa kutunjukkan pada mereka."
"Berkurang sepuluh persen."
"Ya, itu yang mereka kira."
Geneva Trust Bank di Nassau belum dihubungi. Sia-sia dan riskan
melakukannya. Tak satu bank pun mau mengeluarkan dana dalam situasi yang
diciptakan Argrow. Dan pertanyaan-pertanyaan akan timbul jika dia
mencobanya. Yang ditransfer ke Panama itu uang baru.
"Langley agak waswas," kata si pengacara.
"Aku lebih cepat dari jadwal," tukas si bankir.
Kardus itu dikosongkan di meja perpustakaan hukum. Beech dan Yarber
memilah-milah isinya sementara Argrow, klien baru mereka, mengawasi sambil
berpura-pura berminat. Spicer punya kegiatan lain. Dia sedang asyik bermain
poker mingguannya. "Mana laporan penjatuhan hukumannya"" tanya Beech, mencari-cari.
"Aku ingin melihat dakwaannya," gumam Yarber. Mereka menemukan yang
mereka inginkan, lalu duduk di kursi untuk membaca sepanjang siang. PiHhan
Beech cukup membosankan. Pilihan Yarber tidak.
Dakwaannya seperti cerita kriminal. Argrow, bersama tujuh bankir lain, lima
akuntan, lima pialang sekuritas, dua pengacara, sebelas pria yang hanya
disebut sebagai pengedar obat bius, dan enam pria dari Colombia telah
mengorganisir dan mengelola usaha yang bertujuan mengubah uang hasil obat
bius menjadi deposito-deposito terhormat. Setidaknya $400 juta telah dicuci
sebelum kelompok tersebut disusupi, dan tampaknya posisi Argrow tepat di
intinya. Yarber mengaguminya. Jika separo saja dari tuduhan-tuduhan itu
benar, berarti Argrow pelaku keuangan yang sangat pintar dan berbakat.
Argrow bosan dengan suasana hening, dan menyingkir untuk berjalan-jalan di
sekitar penjara. Setelah selesai membaca dakwaan itu, Yarber menyela Beech
dan menyuruhnya membacanya Beech juga menyukainya. "Pasti," katanya,
"dia menyembunyikan sebagian uang itu di suatu tempat."
"Jelas," Yarber menyetujui. "Empat ratus juta dolar, dan itu hanya yang bisa
mereka temukan. Bagaimana dengan permohonan bandingnya""
"Kelihatannya tak bagus. Hakimnya bertindak sesuai dengan aturan. Aku tak
melihat ada kesalahan."
"Kasihan." "Kasihan apanya. Dia akan bebas empat tahun lebih dulu dariku."
"Kurasa tidak, Beech. Natal kemarin adalah Natal terakhir kita di penjara."
"Kau betul-betul percaya itu""
"Persis." Beech meletakkan kembali dakwaan itu di meja, lalu berdiri, menggeliat, dan
mondar-mandir. "Mestinya sekarang kita sudah mendapat kabar," katanya,
sangat pelan meskipun tidak ada orang lain di situ. "Sabar."
"Tapi pemilihan pendahuluan sudah hampir berakhir. Dia hampir selalu di
Washington. Sudah seminggu surat itu diterimanya."
"Dia tak bisa mengabaikannya, Hatlee. Dia sedang memutar otak untuk
tindakannya selanjutnya. Itu saja."
Memo terakhir dari Bureau of Prisons membingungkan sipir. Apakah orang-orang
di atas sana tidak punya kegiatan selain memandangi peta penjara-penjara
federal dan menentukan akan mengerjai siapa hari ini" Dia punya saudara yang
memperoleh $150.000 dari menjual mobil bekas, dia sendiri mendapat
setengahnya dengan mengurus penjara dan membaca memo-memo tolol dari


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

bos-bos yang digaji $100.000 dolar, padahal tidak melakukan sesuatu yang
produktif. Dia sudah muak!
RE: Kunjungan Pengacara, Penjara Federal Trumble
Abaikan perintah sebelumnya, perintah tersebut membatasi kunjungan
pengacara pada hari Selasa, Kamis, dan Sabtu, dari pukul 15.00 sampai 16.00.
Sekarang pengacara diizinkan berkunjung tujuh hari seminggu, dari pukul 09.00
sampai 19.00. "Harus ada pengacara mati supaya peraturan-peraturan bisa berubah,"
gumamnya pelan. Tiga Puluh Lima JAUH di garasi ruang bawah tanah, mereka mendorong Teddy Maynard ke
dalam van dan mengunci pintunya. York dan Deville duduk bersamanya.
Seorang sopir dan pengawal mengurus van, yang dilengkapi televisi, stereo, dan
bar kecil dengan air botolan dan soda, semuanya
tidak dipedulikan Teddy. Direktur CIA itu tidak banyak bicara, dan tidak suka menghadapi satu jam
mendatang. Dia capek-capek karena pekerjaannya, capek karena
perjuangannya, capek memaksa diri menjalani satu hari lagi, lalu satu hari lagi.
Berjuanglah enam bulan lagi, begitu katanya dalam hati berulang kali, setelah
itu menyerahlah dan biarkan orang lain mengkhawatirkan cara menyelamatkan
dunia. Dia akan pergi diam-diam ke tanah pertanian yang kecil di West Virginia.
Di sana dia akan duduk di tepi kolam, memandangi dedaunan jatuh ke air, dan
menunggu akhir hayatnya. Dia begitu capek merasakan sakit ini.
Di depan mereka ada mobil hitam dan di belakang ada mobil abu-abu. Konvoi
kecil itu melaju mengitari
Beltway, kemudian ke timur menyeberangi Roosevelt Bridge dan memasuki
Constitution Avenue. Teddy diam, jadi York dan Deville pun begitu. Mereka tahu betapa atasan
mereka itu membenci apa yang akan dilakukannya.
Dia berbicara dengan Presiden sekali seminggu, biasanya Rabu pagi, selalu
melalui telepon jika Teddy bisa menentukan. Terakhir mereka bertemu
sembilan bulan lahi waktu Teddy di rumah sakit dan Presiden perlu di ben tahu
sesuatu. Mereka biasanya sama-sama berhak menentukan, tapi Teddy tidak senang
berkedudukan sejajar dengan presiden yang mana pun. Permintaannya akan
dituruti, tapi memintanya membuatnya merasa terhina.
Selama tiga puluh tahun dia berurusan dengan enam presiden, dan senjata
rahasianya jadi andalannya Kumpulkan informasi rahasia, timbun, jangan
beritahu presiden semuanya, dan sesekali bungkus mukjizat kecil dan antarkan
ke Gedung Putih. Presiden yang ini masih marah karena kekalahan memalukan bersangkutan
dengan perjanjian larangan uji coba nuklir yang ikut disabot Teddy. Sehari
sebelum Senat menolaknya, CIA membocorkan laporan rahasia yang
menimbulkan keprihatinan tentang perjanjian tersebut, dan Presiden pun
dibantai habis-habisan. Dia akan meninggalkan kursi kepresidenan, singa
ompong yang lebih memikirkan peninggalannya daripada masalah-masalah
negara yang mendesak. Teddy sudah pernah menghadapi singa-singa ompong, dan mereka sangat
mengesalkan. Karena tidak perlu memikirkan para pemilih lagi, mereka
berkutat dengan rencana besar mereka. Di akhir masa
kejayaan mereka, mereka suka bepergian, bersama banyak teman, ke berbagai
negeri asing dan mengadakan pertemuan puncak dengan singa-singa ompong
lain di sana. Mereka mengkhawatirkan perpustakaan kepresidenan mereka. Dan
foto-foto mereka. Dan biografi mereka, jadi mereka menghabiskan waktu
dengan para ahli sejarah. Seiring berjalannya waktu mereka jadi semakin
bijaksana dan filosofis, pidato mereka semakin hebat. Mereka bicara tentang
masa depan, tantangan-tantangan, dan bagaimana berbagai masalah
seharusnya ditangani, sengaja mengabaikan fakta bahwa mereka telah diberi
waktu delapan tahun untuk melakukan semua yang perlu dilakukan.
Tidak ada yang lebih buruk daripada singa ompong. Dan Lake akan seburuk itu
juga jika dan ketika punya kesempatan untuk berbuat begitu.
Lake. Penyebab Teddy pergi ke Gedung Putih, merunduk, merendahkan diri
sebentar. Mereka diizinkan masuk lewat Sayap Barat, Teddy hams menahan kekesalan
karena kursi rodanya diperiksa agen Secret Service. Mereka lalu mendorongnya
ke kantor kecil di samping ruang kabinet. Seorang sekretaris yang sibuk
memberitahu tanpa meminta maaf bahwa Presiden akan terlambat. Teddy
tersenyum, melambaikan tangan, dan menggumamkan sesuatu yang intinya
adalah presiden yang satu ini memang tidak pernah tepat waktu dalam hal apa
pun. Dia sudah menghadapi banyak sekretaris cerewet seperti wanita itu, di
posisi yang sama dengan posisinya sekarang, dan yang lain sudah lama pergi.
Wanita itu membawa York, Deville, dan orang-orang lainnya pergi ke ruang
makan, tempat mereka akan makan sendirian.
Teddy menunggu, seperti yang sudah dikiranya. Dia membaca laporan tebal
seolah waktu tak penting. Sepuluh menit berlalu. Mereka menghidangkan kopi.
Dua tahun lalu Presiden datang ke Langley, dan Teddy membuatnya menunggu
21 menit. Saat itu Presiden membutuhkan pertolongannya, ada masalah kecil
yang perlu dibereskan. Satu-s atunya keuntungan jadi orang lumpuh adalah tidak perlu melompat
berdiri saat Presiden memasuki ruangan. Akhirnya orang itu datang bergegas-gegas, miringi para asisten yang terbmt-birit, seolah ini akan membuat Teddy
Maynard terkesan. Mereka bersalaman dan saling menyapa dengan sopan,
sementara para asisten menghilang. Pelayan datang dan meletakkan piring-piring kecil berisi salad sayuran di hadapan mereka.
"Senang bertemu denganmu," kata Presiden dengan suara lembut dan senyum
semanis madu. Simpan saja untuk televisi, pikir Teddy, dan tidak sanggup
memaksa diri membalas kebohongan pria itu. "Anda kelihatan sehat," katanya,
hanya karena itu memang ada benarnya. Rambut Presiden baru dicat, dan dia
tampak lebih muda. Mereka makan salad, dan keheningan menyelubungi
mereka. Tak satu pun menginginkan makan siang yang panjang. "Prancis menjual
mainan pada Korea Utara lagi," kata Teddy, menawarkan serpihan informasi.
"Mainan seperti apa"" tanya Presiden, meskipun tahu persis mengenai jual-beli
itu. Dan Teddy tahu dia tahu.
"Radar stealth versi mereka, yang sebetulnya tindakan bodoh, karena mereka
belum menyempurnakannya. Tapi Korea Utara lebih bodoh lagi karena mau membayarnya. Mereka bersedia
membeli apa pun dari Prancis, terutama jika Prancis berusaha
menyembunyikannya. Tentu saja Prancis tahu ini, jadi semuanya serba diam-diam dan Korea Utara membayar mahal."
Presiden menekan tombol dan pelayan datang untuk mengambil piring-piring
mereka. Pelayan lain membawakan ayam dan pasta.
"Bagaimana kesehatanmu"" tanya Presiden.
"Begitulah. Saya mungkin akan pergi bersamaan dengan Anda."
Berita ini menyenangkan mereka berdua, prospek bahwa yang lain akan pergi.
Tanpa alasan yang jelas, Presiden lantas asyik bercerita panjang-lebar tentang
wakil presidennya, dan betapa hebat orang itu nanti di Ruang Oval. Dia
mengabaikan makan siang dan sangat bersungguh-sungguh ketika mengatakan
betapa wakilnya itu sangat baik, pemikir yang brilian, dan pemimpin yang
andal. Teddy mempermainkan ayamnya.
"Bagaimana pendapatmu tentang pemilihan presiden ini"" Presiden bertanya.
"Sejujurnya, saya tak peduli," kata Teddy, berbohong lagi. "Seperti kata saya
tadi, saya akan meninggalkan Washington bersamaan dengan Anda, Mr.
President. Saya akan pergi ke tanah pertanian kecil saya. Di sana tak ada
televisi ataupun surat kabar, saya cuma akan memancing sedikit dan banyak
beristirahat. Saya lelah, Sir."
"Aaron Lake menakutkanku," kata Presiden.
Kau tak tahu apa-apa, pikir Teddy. "Kenapa""
tanyanya, sambil mengunyah makanannya. Makanlah, biarkan dia bicara.
"Isu tunggal. Hanya masalah pertahanan. Begitu diberi sumber daya tak
terbatas, Pentagon akan menghamburkan dana yang cukup untuk memberi
makan dunia ketiga. Dan semua uang ini membuatku waswas."
Sebelum ini kok tidak. Teddy sama sekali tidak menginginkan perbincangan
panjang dan tak berguna tentang politik. Mereka membuang-buang waktu.
Makin cepat dia menyelesaikan urusannya, makin cepat dia bisa kembali ke
Langley yang aman. "Saya kemari untuk minta pertolongan," katanya perlahan.
"Ya, aku tahu. Apa yang bisa kubantu"" Presiden tersenyum dan mengunyah,,
menikmati ayam dan kesempatan langka berada di atas angin.
"Ini agak tak biasa. Saya ingin meminta grasi untuk tiga narapidana federal."
Presiden berhenti mengunyah dan tersenyum, bukan karena terkejut,
melainkan karena bingung. Grasi biasanya masalah sepele, kecuali kalau
melibatkan mata-mata, teroris, atau politisi bereputasi buruk. "Mata-mata""
tanya Presiden. "Bukan. Hakim. Satu dari California, satu dari Texas, satu dari Mississippi.
Mereka dihukum bersama di penjara federal di Florida."
"Hakim"" "Ya, Mr. President"
"Aku kenal orang-orang ini""
"Saya rasa tidak. Yang dari California pernah menjadi hakim ketua Mahkamah
Agung di sana. Dia ditarik, lalu punya masalah sedikit dengan IRS."
"Kurasa aku ingat."
"Dia didakwa mengelak membayar pajak dan dihukum tujuh tahun. Dia sudah
menjalani dua tahun. Yang dari Texas adalah hakim persidangan, ditunjuk di
masa pemerintahan Reagan. Dia mabuk dan menewaskan sepasang pejalan kaki
di Yellowstone." "Aku ingat, tapi samar-samar." "Kejadiannya beberapa tahun lalu. Yang dari Mississippi adalah hakim
perdamaian yang ketahuan menggelapkan keuntungan bingo"
"Aku pasti tak mendengar tentang yang satu ini."
Lama suasana hening sementara mereka memikirkan berbagai pertanyaan.
Presiden bingung dan tidak tahu mesti mulai dari mana. Teddy tidak tahu pasti
apa yang akan terjadi, jadi mereka menghabiskan makanan dalam kesunyian.
Tidak ada yang menginginkan hidangan penutup.
Permintaan itu enteng, setidaknya bagi Presiden. Ketiga narapidana itu bisa
dianggap tak dikenal, seperti juga korban-korban mereka. Jika terjadi
kesalahan, akibatnya akan cepat berlalu dan tidak menyakitkan, terutama bagi
politisi yang kariernya berakhir kurang dari tujuh bulan lagi. Dia pernah ditekan
untuk mengabulkan permintaan-permintaan yang jauh lebih sulit. Selalu ada
beberapa mata-mata Rusia yang mereka lobi supaya dipulangkan. Ada dua
usahawan Meksiko dipenjara di Idaho gara-gara mengedarkan obat bius, dan
setiap kali ada pembicaraan tentang suatu perjanjian, grasi mereka selalu jadi
masalah. Ada seorang Yahudi Kanada yang dipenjara seumur hidup karena
kegiatan spionase, dan Israel bertekad mengeluarkannya.
Tiga hakim yang tak dikenal" Presiden bisa menggoreskan tanda tangannya tiga
kali dan masalah akan selesai. Teddy akan berutang budi padanya.
Masalahnya sepele, namun tak ada alasan untuk mempermudah urusan Teddy.
"Aku yakin ada alasan yang kuat untuk permintaan ini," katanya. "Tentu saja."
"Masalah keamanan nasional"" Tidak juga. Cuma untuk menolong teman-teman lama."
"Teman-teman lama" Kau kenal orang-orang ini""
"Tidak. Tapi saya kenal teman-teman mereka."
Kebohongannya begitu mencolok sehingga Presiden nyaris bisa melihatnya
dengan mata terpejam. Bagaimana Teddy bisa mengenal teman-teman tiga
hakim yang kebetulan dipenjara bersama"
Percuma saja mencecar Teddy Maynard, cuma bikin frustrasi. Dan Presiden
tidak mau berbuat serendah itu. Dia tidak sudi meminta informasi yang takkan
pernah diperolehnya. Apa pun motif Teddy, orang itu akan membawanya
sampai ke liang kubur. "Ini agak membingungkan," komentar Presiden sambil mengangkat bahu.
"Saya tahu. Biarkan saja begitu."
"Apa risikonya""
"Tak banyak. Keluarga kedua anak yang tewas di Yellowstone itu mungkin akan
memprotes, dan saya takkan menyalahkan mereka."
"Kapan kejadiannya""
"Tiga setengah tahun yang lalu/
"Kau ingin aku memaafkan seorang hakim federal Republik""
"Dia sudah bukan Republik lagi, Mr. President.
Mereka harus melepaskan diri dari politik begitu menduduki kursi hakim.
Karena sekarang dia dipenjara, mengikuti pemilu pun tak boleh. Saya yakin jika
Anda mengabulkan grasinya, dia akan jadi pengagum berat Anda." "Aku yakin."
"Jika akan membuat masalahnya jadi lebih mudah, orang-orang itu akan setuju
untuk meninggalkan negeri ini selama paling tidak dua tahun."
"Kenapa"" "Mungkin akan timbul kesan tak enak kalau mereka pulang ke tempat asal
mereka. Orang-orang akan tahu mereka dibebaskan lebih cepat. Urusan ini bisa
dilakukan dengan sangat diam-diam."
"Apakah hakim dari California itu akhirnya membayar pajak yang hendak
dihindarinya"" "Ya." "Dan apakah pria dari Mississippi itu mengganti
uang yang dicurinya"" "Ya, Sir."
Semua pertanyaan tersebut tidak penting. Dia hanya harus bertanya.
Permintaan tolong terakhir berhubungan dengan spionase nuklir. CIA punya
laporan yang mendokumentasikan penyusupan luas mata-mata Cina di dalam
dan melalui semua tingkat program senjata nuklir AS. Presiden mengetahui
laporan tersebut hanya beberapa hari sebelum dijadwalkan mengunjungi Cina
untuk pertemuan puncak yang sangat digembar-gemborkan. Dia mengundang
Teddy makan siang, dan sambil menikmati ayam dan pasta yang sama dia minta
laporan itu disimpan dulu selama beberapa minggu. Teddy setuju. Belakangan,
dia ingin laporan tersebut dimodifikasi supaya kesalahan lebih banyak
ditimpakan pada pemerintahan sebelumnya. Ketika laporan itu akhirnya
dikeluarkan, Presiden berhasil menangkis sebagian besar kesalahan.
Spionase Cina dan keamanan nasional, versus tiga mantan hakim tak dikenal.
Teddy tahu dia akan memperoleh pen
gampunannya. "Jika meninggalkan negara ini, mereka akan pergi ke mana"" tanya Presiden.
"Kami belum memastikan."
Pelayan menghidangkan kopi. Setelah dia pergi, Presiden bertanya, "Apakah ini
bisa merugikan Wakil Presiden""
Dengan wajah tanpa ekspresi juga, Teddy menjawab, "Tidak. Bisa merugikan
bagaimana"" "Mana aku tahu. Aku tak tahu apa yang sedang kaurencanakan."
"Tak ada yang perlu dikhawatirkan, Mr. President. Saya cuma minta tolong
sedikit. Jika mujur, masalah ini takkan muncul dalam laporan apa pun."
Mereka meminum kopi dan sama-sama ingin pergi. Siang ini jadwal Presiden
penuh dengan urusan-urusan yang jauh lebih menyenangkan. Teddy ingin
tidur. Presiden lega permintaannya begitu gampang. Teddy berpikir, Kalau
saja kau tahu. "Beri aku beberapa hari untuk memikirkan latar belakangnya," kata Presiden.
"Permintaan-permintaan seperti ini banyak sekali, kau pasti bisa menduganya.
Kelihatannya semua orang minta bagian, karena sekarang hari-hariku sudah
bisa dihitung." "Bulan terakhir Anda di sini akan jadi bulan paling membahagiakan," kata
Teddy sambil tersenyum, sesuatu yang jarang terjadi. "Saya tahu karena sudah
berhubungan dengan beberapa presiden."
Setelah bersama selama empat puluh menit, mereka bersalaman dan berjanji
akan bicara lagi beberapa hari yang akan datang.
Ada lima mantan pengacara di Trumble, dan yang terbaru tengah menggunakan
perpustakaan ketika Argrow masuk. Orang malang itu berkutat menyusun
argumen di buku catatannya, sibuk bekerja, pasti sedang menggarap
permohonan banding terakhirnya yang lemah.
Spicer sedang menata buku-buku .hukum dan berhasil tampak cukup sibuk.
Beech di dalam ruangan, menulis sesuatu. Yarber absen.
Argrow mengeluarkan kertas putih terlipat dari saku, dan memberikannya pada
Spicer. "Aku baru saja bertemu dengan pengacaraku," dia berbisik.
"Apa ini"" tanya Spicer, memegang kertas tadi.
"Konfirmasi transfer. Uangmu sekarang di Panama."
Spicer memandang si pengacara di seberang ruangan, tapi orang itu tidak
memperhatikan apa pun selain buku catatannya. "Terima kasih," bisiknya.
Argrow keluar ruangan, dan Spicer membawa kertas itu pada Beech, yang
mempelajarinya dengan cermat.
Jarahan mereka sekarang aman dijaga First Coast Bank of Panama.


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiga Puluh Enam BERAT badan Joe Roy turun empat kilo lagi, merokok hanya sepuluh batang
sehari, dan berjalan kaki rata-rata 40 kilometer per minggu di trek. Argrow
menemukannya di sana, berjalan bolak-balik di panas matahari siang. "Mr.
Spicer, kita harus bicara," kata Argrow. "Dua putaran lagi," kata Joe Roy tanpa
menghentikan langkahnya. Argrow memandanginya selama beberapa detik, kemudian berlari 50 meter
sampai menyusulnya. "Keberatan aku ikut"" tanyanya. "Sama sekali tidak."
Mereka berjalan ke putaran pertama, langkah demi langkah. "Aku barusan
bertemu pengacaraku lagi," Argrow memberitahu.
"Saudaramu"" tanya Spicer, terengah-engah. Langkahnya tidak seringan
Argrow, pria yang dua puluh tahun lebih muda.
"Ya. Dia sudah bicara dengan Aaron Lake."
Spicer langsung berhenti seperti menabrak dinding. Dia melotot pada Argrow,
lalu melihat sesuatu di kejauhan.
"Seperti kataku tadi, kita harus bicara."
"Kurasa begitu," kata Spicer.
"Kutemui kau di perpustakaan hukum setengah jam lagi," kata Argrow, dan
melangkah pergi. Spicer mengawasinya sampai dia lenyap.
Tidak ada Jack Argrow, pengacara, di halaman kuning Boca Raton, awalnya menimbulkan kekalutan. Finn Yarber sibuk menelepon dengan telepon
tak aman, mencari di seluruh South Florida. Ketika dia meminta sambungan ke
Pompano Beach, operator berkata, "Tunggu sebentar," dan Finn tersenyum.
Dia mencatat nomor itu, dan menghubunginya. Suara yang direkam berkata,
"Anda telah menghubungi kantor pengacara Jack Argrow. Mr. Argrow hanya
bisa ditemui dengan perjanjian, jadi silakan tinggalkan nama dan nomor
telepon Anda serta deskripsi singkat real estate yang Anda inginkan, kami akan
menghubungi Anda." Finn meletakkan telepon dan berjalan cepat-cepat
melintasi halaman menuju perpustakaan hukum tempat kolega-koleganya
menunggu. Argrow sudah terlambat sepuluh menit.
Sesaat sebelum dia tiba, mantan
pengacara yang sama memasuki ruangan
sambil membawa map tebal, jelas siap menghabiskan waktu berjam-jam untuk
mencoba menyelamatkan dirinya. Memintanya pergi bisa menimbulkan
perkelahian dan membangkitkan kecurigaan, lagi pula dia bukan tipe yang
menghormati hakim. Satu per satu mereka masuk ke ruang rapat kecil, tempat
Argrow bergabung dengan mereka. Ruangan tersebut terasa sesak ketika Beech
dan Yarber bekerja di situ, menulis surat. Dengan
datangnya Argrow, yang membawa kabar menyesakkan, belum pernah ruangan
itu terasa begitu penuh. Mereka duduk di sekeliling meja kecil, masing-masing
bisa mengulurkan tangan dan saling menyentuh.
"Aku cuma tahu apa yang diberitahukan padaku," Argrow memulai. "Saudaraku
adalah pengacara setengah pensiun di Boca Raton. Dia punya uang, dan selama
bertahun-tahun aktif dalam politik Partai Republik di South Florida. Kemarin
dia didekati orang-orang yang bekerja pada Aaron Lake. Mereka sudah
menyelidiki dan tahu bahwa aku saudaranya, dan bahwa aku di Trumble sini
bersama Mr. Spicer. Mereka berjanji, menyuruhnya bersumpah supaya tutup
mulut dan sekarang dia menyuruhku bersumpah supaya tutup mulut. Karena
sekarang semua sudah jelas dan terjamin kerahasiaannya, kurasa kalian bisa
bercerita." Spicer belum mandi. Kaus dan wajahnya masih basah, tapi napasnya sudah
lebih pelan. Beech dan Yarber tidak bersuara sedikit pun. Majelis sama-sama
terpesona. Teruskan, kata mata mereka.
Argrow memandang ketiga wajah itu, dan semakin berani. Dia merogoh saku
dan mengeluarkan selembar kertas, yang dibuka dan diletakkannya di hadapan
mereka. Itu kopi surat terakhir mereka kepada Al Konyers, surat keluar,
tuntutan pemerasan, ditandatangani Joe Roy Spicer, beralamat di Trumble
Federal Prison. Mereka sudah hafal kata-kata itu, jadi tidak perlu membacanya
lagi. Mereka mengenali tulisan tangannya, tulisan si Ricky malang, dan sadar
bahwa lingkaran telah terbentuk. Dari Majelis ke Mr. Lake, dari Mr. Lake ke
saudara Argrow, dari saudara
Argrow kembali ke Trumble, semua dalam tiga belas hari.
Spicer akhirnya mengambil kertas itu, dan membaca sekilas kata-katanya.
"Kurasa kau tahu semuanya, ya"" tanyanya.
"Aku Ijak tahu seberapa banyak yang kuketahui."
"Beritahu karni apa yang mereka katakan padamu."
"Kalian melakukan tipuan, kalian bertiga. Kalian memasang iklan di majalah-majalah homo, kalian menjalin hubungan dengan pria-pria tua, melalui surat,
kalian entah bagaimana mengetahui identitas asli mereka, lalu kalian peras
uang mereka." "Itu ringkasan yang cukup tepat," komentar Beech.
"Dan Mr. Lake melakukan kesalahan dengan menjawab salah satu iklan kalian.
Aku tak tahu kapan dia melakukannya, dan aku tak tahu bagaimana kalian tahu
siapa dia sebenarnya. Ada beberapa hal yang masih gelap, sepanjang
pengetahuanku." "Sebaiknya biarkan tetap begitu," kata Yarber.
"Cukup adil. Aku tak mengajukan diri untuk pekerjaan ini."
"Apa yang akan kaudapatkan dari semua ini"" tanya Spicer.
"Pembebasan lebih cepat. Aku akan di sini beberapa minggu lagi, lalu mereka
akan memindahkanku. Aku akan bebas akhir tahun nanti. Kalau saat itu Mr.
Lake terpilih, aku akan memperoleh pengampunan penuh. Lumayan, kan"
Presiden yang berikutnya berutang budi banyak pada saudaraku."
"Jadi kau juru rundingnya"" tanya Beech.
"Bukan, aku pembawa pesannya."
"Kalau begitu bagaimana kalau kita mulai""
453 "Kalian yang harus bergerak duluan." "Kau sudah mendapat surat itu. Kami
menginginkan uang dan keluar dari tempat ini." "Berapa""
"Masing-masing dua juta," jawab Spicer, dan kelihatan jelas bahwa ini sudah
berkali-kali dibicarakan. Enam mata mengawasi Argrow, menunggunya
mengernyit, mengeratkan kening, terkejut. Tapi tidak ada reaksi, hanya ada
keheningan saat dia membalas tatapan mereka. "Aku tak punya wewenang,
oke" Aku tak bisa menerima atau menolak tuntutan kalian. Aku cuma
menyampaikan detail-detailnya pada saudaraku."
"Kami membaca surat kabar setiap hari," kata Beech. "Mr. Lake punya lebih
banyak uang daripada yang bisa dihabiskannya. Enam juta cuma setetes air
dalam ember." "Dia memiliki 78 juta di tangan, tanpa utang," tambah Yarber.
"Terserah apa katamu," kata Argrow. "Aku hanya kurir, tukang antar surat,
seperti Trevor." Mereka terpaku lagi, mendengar nama almarhum pengacara mereka disebut.
Mereka menatap tajam Argrow, yang asyik memandangi kuku-kukunya, dan
mereka bertanya-tanya dalam hati apakah komentar tentang Trevor tadi
diucapkan sebagai semacam peringatan. Seberapa bahayanya permainan
mereka sekarang" Mereka asyik memikirkan uang dan kebebasan, tapi seberapa
aman mereka saat ini" Seberapa aman mereka nanti"
Mereka akan selalu mengetahui rahasia Lake.
"Dan cara pembayarannya"" Argrow bertanya.
"Sangat sederhana," kata Spicer. "Semua dibayar di muka, semua ditransfer ke
tempat yang aman, mungkin Panama." "Oke. Sekarang bagaimana dengan pembebasan kalian"" tanya Argrow.
"Memangnya kenapa"" tanya Beech.
"Ada usul""
"Tidak juga. Kami pikir Mr. Lake bisa mengaturnya. Dia punya banyak teman
akhir-akhir ini." "Ya, tapi dia belum menjadi presiden. Dia belum bisa mengandalkan orang-orang yang tepat."
"Kami tak mau menunggu sampai Januari waktu dia dilantik," tukas Yarber.
"Kami malah tak mau menunggu sampai November untuk melihat apakah dia
menang." "Jadi kalian ingin dibebaskan sekarang""
"Secepatnya," sahut Spicer.
"Apakah penting bagaimana cara kalian dibebaskan""
Mereka berpikir sebentar, lalu Beech menjawab, "Harus bersih. Kami tak ingin
waswas sepanjang sisa hidup kami. Kami tak mau selalu ketakutan."
"Kalian ingin bebas bersamaan""
"Ya," jawab Yarber. "Dan kami punya rencana .pasti tentang bagaimana kami
ingin melakukannya. Tapi, pertama-tama, kita perlu menyepakati hal-hal yang
penting-uang, dan kapan tepatnya kami pergi dari sini."
"Cukup adil. Dari sisi meja sebelah sini, mereka akan menginginkan arsip-arsip
kalian, semua surat, ; kartu, dan catatan tipuan kalian. Rupanya Mr. Lake
harus memperoleh jaminan bahwa rahasianya akan terkubur."
"Kalau kami mendapat apa yang kami inginkan," kata Beech, "dia tak perlu
khawatir. Dengan senang hati kami akan melupakan Aaron Lake. Tapi kami
harus memperingatkanmu, supaya kau bisa memperingatkan Mr. Lake, bahwa
jika terjadi apa-apa pada kami, kisahnya akan tetap bisa dibeberkan."
"Kami punya kontak di luar," Yarber memberitahu.
"Namanya reaksi tertunda," tambah Spicer, seolah membantu menjelaskan
sesuatu yang tak bisa dijelaskan. "Jika kami tertimpa sesuatu, misalnya, yah,
sama dengan nasib Trevor, beberapa hari kemudian bom tunda itu akan
meledak. Aib Mr. Lake tetap akan terbongkar."
"Itu takkan terjadi," kata Argrow.
"Kau si pembawa pesan. Kau tak tahu apa yang akan atau tidak akan terjadi,"
sambar Beech, memarahi. "Orang-orang ini juga yang membunuh Trevor."
"Kau tak tahu pasti soal itu."
"Memang, tapi kami punya pendapat."
"Janganlah kita mempertengkarkan sesuatu yang tak bisa kita buktikan,
gentlemen" kata Argrow, menutup pertemuan. "Aku akan bertemu saudaraku
pukul sembilan pagi. Kita bertemu lagi di sini pukul sepuluh."
Argrow keluar ruangan, meninggalkan mereka duduk terpaku, tenggelam dalam
pikiran masing-masing, menghitung uang mereka tapi takut untuk mulai
membelanjakannya. Argrow menuju ke trek, tapi berbelok ketika melihat
sekelompok narapidana sedang
ioging-Dia mondar-mandir sampai menemukan tempat tersembunyi di belakang
kafeteria, lalu menelepon Klockner. Dalam waktu sejam, Teddy sudah
mendapat laporan itu. Tiga Puluh Tujuh BEL pukul 06.00 melengking di seluruh penjuru Trumble, menyusuri koridor-koridor asrama, melintasi halaman, mengitari gedung-gedung, masuk ke hutan
yang mengelilingi penjara itu. Bel tersebut berbunyi selama 35 detik tepat,
sebagian besar narapidana bisa memastikannya, dan ketika bunyinya berhenti
tidak ada yang masih tidur. Bel itu menyentakkan mereka, seolah banyak
kejadian penting hari itu, sehingga mereka hams bergegas dan bersiap-siap.
Tapi satu-satunya urusan mendesak hanya sarapan. V -Bel tersebut mengagetkan Beech, Spicer, dan Yarber, tapi tidak
membangunkan mereka. Mereka tidak bisa tidur, sebabnya sudah jelas. Mereka
tinggal di asrama yang berlainan, namun tidak mengherankan bila mereka
bertemu di antrean kopi, pukul 06.10. Sambil membawa cangkir tinggi, dan
tanpa b icara, mereka berjalan ke lapangan basket tempat mereka duduk di
bangku dan meneguk kopi di keremangan pagi. Mereka memandangi halaman
penjara; trek di belakang mereka.
Berapa hari lagi mereka akan memakai kemeja
warna cokelat zaitun dan duduk di bawah panas
matahari Florida, dibayar beberapa sen per jam tanpa melakukan apa pun,
hanya menunggu, berkhayal, minum bercangkir-cangkir kopi" Sebulan, atau dua
bulan" Apakah hitungannya sekarang hari" Berbagai kemungkinan itu
menyebabkan mata mereka tak bisa terpejam.
"Cuma ada dua cara yang mungkin," kata Beech. Dia hakim federal, dan
mereka mendengarkan dengan cermat, meskipun masalahnya sudah sering
dibahas. "Yang pertama adalah kembali ke yurisdiksi yang mengadili kita dan
mengajukan mosi untuk pengurangan hukuman. Dalam situasi yang sangat
khusus, hakim persidangan kita memiliki wewenang untuk membebaskan
narapidana. Tapi itu jarang terjadi."
"Pernah kau melakukannya"" tanya Spicer.
"Belum." "Brengsek." "Untuk alasan apa"" Yarber bertanya.
"Hanya kalau si narapidana memberikan informasi baru tentang kejahatan-kejahatan lania. Jika si narapidana banyak membantu pihak berwenang;
hukumannya mungkin akan dikurangi beberapa tahun."
"Tak terlalu menjanjikan," komentar Yarber.
"Cara yang kedua apa"" tanya Spicer.
"Kita dipindah ke lembaga pemasyarakatan, tempat yang sangat
menyenangkan, kita tak diharapkan hidup sesuai peraturan. Bureau of Prisons
memiliki wewenang tunggal dalam memindahkan narapidana: Jika teman-teman baru kita di Washington menekan, Bureau dapat mengeluarkan kita dari
sini dan bisa dibilang melupakan kita."
"Narapidana tak perlu tinggal di lembaga pemasyarakatan"" tanya Spicer.
"Perlu, kebanyakan begitu. Tapi tempat-tempat itu berbeda. Ada yang dikunci
saat malam, dengan peraturan ketat Ada yang sangat longgar. Kau boleh
menelepon sekali sehari, atau sekali seminggu. Semua terserah Bureau."
Tapi kita tetap akan jadi narapidana," kata Spicer.
"Aku tak keberatan," kata Yarber. "Aku memang tak mau ikut pemilu lagi."
"Aku punya ide," kata Beech. "Aku mendapatkannya tadi malam. Sebagai
bagian dari negosiasi kita, kita buat Lake sepakat mengampuni kita jika dia
terpilih." "Aku sudah memikirkan ide seperti itu juga," kata Spicer.
"Aku juga," kata Yarber. "Tapi peduli apa kalau kita punya catatan kriminal"
Yang penting kita keluar."
"Tak ada salahnya memintanya," tukas Beech. Mereka memusatkan perhatian
pada kopi mereka selama beberapa menit.
"Argrow membuatku resah," kata Finn akhirnya.
"Kenapa"" "Yah, dia datang kemari entah dari mana, dan tiba-tiba jadi teman baik kita.
Dia menangani uang kita dengan menakjubkan, mentransfernya ke bank yang
lebih aman. Sekarang dia jadi penghubung untuk Aaron Lake. Jangan lupa,
seseorang di luar sana membaca surat kita. Dan orang itu bukan Lake"
"Aku sih tak mencurigainya," komentar Spicer. "Lake harus menemukan
seseorang untuk bicara pada kita. Dia memanfaatkan koneksinya, menyelidiki
sedikit, menemukan Argrow di sini, dan ternyata orang itu punya saudara yang
bisa mereka ajak bicara."
"Apa menurutmu itu bukan terlalu kebetulan"" tanya Beech.
"Kau juga, heh""
"Mungkin. Finn pun benar. Kita tahu pasti, ada orang lain terlibat."
"Siapa"" "Itu dia masalahnya," kata Finn. "Itu sebabnya sudah seminggu aku tak bisa
tidur. Ada orang lain di luar sana."
"Apa itu betul-betul jadi masalah"" tanya Spicer. "Kalau Lake bisa
mengeluarkan kita dari sini, bagus. Kalau orang lain bisa mengeluarkan kita,
memangnya kenapa""
"Jangan lupa soal Trevor," kata Beech. "Dua peluru di kepala belakangnya."
"Tempat ini mungkin lebih aman dari yang kita
kira." Spicer tidak yakin. Dihabiskannya minumannya dan berkata, "Apa kalian benar-benar berpikir bahwa Aaron Lake, orang yang sebentar lagi terpilih sebagai
presiden Amerika Serikat, mau repot-repot memerintahkan pembunuhan
pengacara kelas teri macam Trevor""
"Tidak," jawab Yarber. "Dia takkan mau. Terlalu riskan. Dan dia takkan
membunuh kita. Si orang misterius itu, ya. Orang yang membunuh Trevor sama
dengan yang membaca surat-surat kita."
"Aku tak yakin. Mereka berkumpul di tempat yang sudah diperkirakan
Argrow, di perpustakaan hukum, dan mereka tampaknya menunggu. Dia bergegas masuk, dan setelah
yakin hanya ada mereka, dia berkata, "Aku baru saja bertemu saudaraku lagi.
Ayo kita bicara." Mereka cepat-cepat masuk ruang rapat mereka, menutup pintu, dan
berdesakan di sekeliling meja.
"Situasi akan berkembang sangat cepat," kata Argrow gugup. "Lake akan
membayar kalian. Uang itu akan ditransfer ke mana pun yang kalian inginkan.
Aku bisa membantu kalau kalian mau; jika tidak, kalian boleh mengurusnya
sesuai keinginan kalian."
Spicer berdeham. "Berarti masing-masing dua juta""


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Itu yang kalian minta. Aku tak kenal Mr. Lake, tapi jelas dia bergerak cepat"
Argrow melirik jam tangannya, lalu menoleh ke pintu di belakangnya. "Ada
beberapa orang dari Washington ingin bertemu kalian. Orang-orang penting."
Dia mencabut beberapa lipatan kertas dari saku, membukanya, dan meletakkan
selembar di hadapan mereka masing-masing. "Ini grasi kepresidenan,
ditandatangani kemarin."
Dengan sangat berhati-hati, mereka mengulurkan tangan, mengambil kertas-kertas itu, dan berusaha membacanya. Surat-surat tersebut jelas tampak
resmi. Mereka terpesona melihat huruf-huruf tebal di bagian atas, paragraf-paragraf panjang, tanda tangan efisien Presiden Amerika Serikat, dan tak
sepatah kata pun terucap. Mereka benar-benar terpana.
"Kami mendapat grasi"" Yarber akhirnya sanggup bertanya, suaranya kering.
"Ya. Dari Presiden Amerika Serikat."
Mereka terus membaca. Mereka bergerak-gerak gelisah, menggigit bibir,
mengertakkan gigi, dan berusaha menyembunyikan kekagetan mereka.
"Kalian akan dijemput, diantar ke kantor sipir, dan di sana orang-orang penting
dari Washington itu akan menyampaikan kabar baik ini. Pura-puralah terkejut,
oke"" "Bukan masalah."
"Gampang." "Bagaimana kau bisa memperoleh kopi ini"" tanya
Yarber. "Semua ini diberikan pada saudaraku. Aku tak tahu bagaimana baranya. Lake
punya banyak teman yang berpengaruh. Yah, begini kesepakatannya. Kalian
akan dibebaskan dalam sejam. Sebuah van akan membawa kalian ke
Jacksonville, ke hotel tempat saudaraku akan menemui kalian. Kalian akan
menunggu di sana sampai transfer itu dikonfirmasi, kemudian kalian akan
menyerahkan semua arsip kotor kalian. Semuanya. Mengerti""
Mereka mengangguk serentak. Untuk $2 juta, mereka boleh mengambil
semuanya. "Kalian akan sepakat untuk meninggalkan negara ini secepatnya, dan tak
kembali selama minimal dua tahun."
"Bagaimana kami bisa ke luar negeri"" tanya Beech. "Kami tak punya paspor,
surat-surat." "Saudaraku akan memberikan semua itu. Kalian akan diberi identitas baru,
dengan surat-surat lengkap, termasuk kartu kredit. Semua sudah menunggu
kalian." "Dua tahun"" ulang Spicer, dan Yarber menatapnya seolah dia sudah kehilangan
akal sehat. "Benar. Dua tahun. Itu termasuk kesepakatan. Setuju""
"Entahlah," sahut Spicer, suaranya bergetar. Spicer belum pernah
meninggalkan Amerika Serikat.
"Jangan tolol," bentak Yarber. "Pengampunan penuh, sejuta dolar setahun
untuk dua tahun tinggal di luar negeri. Sialan, ya, kami akan menerima
kesepakatan ini." Ketukan mendadak di pintu mengagetkan mereka. Dua penjaga melongok ke
dalam. Argrow menyambar kopi grasi dan memasukkannya ke saku.
"Kesepakatan telah tercapai, gentlemen""
Mereka mengangguk mengiyakan, dan ketiganya bersalaman dengannya.
"Bagus," katanya. "Ingat, pura-pura terkejut."
Mereka mengikuti penjaga ke kantor sipir, lalu diperkenalkan dengan dua pria
berwajah sangat tegas dari Washington, satu dari Kehakiman, satu lagi dari
Bureau of Prisons. Sipir menyelesaikan perkenalan kaku itu tanpa keliru
menyebutkan nama, lalu menyerahkan dokumen pada ketiganya. Dokumen itu
versi asli surat-surat yang baru saja ditunjukkan Argrow pada mereka.
"Gentlemen" kata si sipir dengan gaya sedramatis mungkin, "kalian baru saja
diampuni oleh Presiden Amerika Serikat." Dia tersenyum hangat, seolah karena
dialah semua ini terjadi.
Mereka menatap grasi mereka, masih terkejut, masih pusing karena berbagai
pertanyaan, yang paling penting, Bagaimana Argrow bisa mendului sipir
menunjukkan dokumen-dokumen ini pada mereka" "Aku tak tahu mesti bilang
apa," gumam Spicer, lalu kedua temannya menggumamkan sesuatu juga.
Pria dari Kehakiman berkata, "Presiden meninjau kasus kalian, dan beliau
merasa hukuman kalian sudah cukup. Beliau berpendapat lebih banyak yang
bisa kalian berikan pada negara dan masyarakat dengan kembali menjadi warga
negara yang produktif."
Mereka melongo menatapnya. Apa si tolol ini tidak tahu mereka akan
menggunakan nama baru dan meninggalkan negeri ini dan masyarakatnya
selama paling tidak dua tahun" Siapa berada di pihak yang mana ini"
Dan mengapa Presiden memberikan pengampunan pada mereka, padahal
mereka punya cukup informasi untuk menghancurkan Aaron Lake, orang yang
akan mengalahkan Wakil Presiden" Lake ingin mereka dibungkam, bukan
Presiden. Ya, kan" Bagaimana Lake bisa meyakinkan Presiden untuk mengampuni mereka"
Bagaimana Lake bisa meyakinkan Presiden untuk melakukan apa pun, pada saat
kampanye sudah sampai tahap ini"
Mereka memegang erat-erat grasi mereka dan duduk terdiam, wajah mereka
tegang, sementara berbagai pertanyaan berputar dalam benak mereka.
Pria dari Bureau berkata, "Kalian seharusnya merasa dihormati. Grasi sangat
jarang diberikan." Yarber berhasil menanggapinya dengan anggukan
cepat, tapi saat itu pun dia berpikir, Siapa yang menunggu kami di luar"
"Kurasa kami shock," kata Beech.
Ini baru pertama kali terjadi di Trumble, ada narapidana-narapidana yang
begitu penting sehingga Presiden memutuskan untuk mengampuni mereka. Sipir
cukup bangga pada ketiganya, namun tidak yakin soal bagaimana saat ini
sebaiknya diperingati. "Kapan kalian ingin pergi"" tanyanya, seakan mereka
mungkin ingin berpesta dulu.
"Segera," jawab Spicer.
"Baik. Kami akan mengantarkan kalian ke Jacksonville."
Tak usah. Kami akan minta orang lain menjemput kami."
"Oke, kalau begitu ada urusan administrasi yang harus dibereskan."
"Cepatlah," kata Spicer.
Mereka masing-masing diberi tas kanvas untuk tempat barang-barang mereka.
Ketika berjalan cepat melintasi halaman, mereka bertiga tetap saling merapat
dan melangkah seirama, dengan seorang penjaga mengikuti di belakang, Beech
berkata pelan, "Jadi, siapa yang membuat kita diampuni""
"Bukan Lake," sahut Yarber, nyaris tidak terdengar.
"Tentu saja bukan Lake," tukas Beech. "Presiden takkan mau melakukan apa
yang diminta Aaron Lake."
Mereka berjalan makin cepat.
"Apa bedanya"" tanya Spicer.
"Ini tak masuk akal," timpal Yarber.
"Jadi, apa yang akan kaulakukan, Finn"" tanya
Spicer tanpa menoleh. "Tinggal di sini beberapa hari dan memikirkan situasi"
Lalu setelah kauketahui siapa yang bertanggung jawab atas grasi ini, kau
mungkin tak mau menerimanya" Yang benar saja."
"Ada orang lain di balik semua ini," kata Beech.
"Kalau begitu aku cinta pada orang itu, oke"" kata Spicer. "Aku tak mau tinggal
lebih lama untuk bertanya ke sana-sini."
Mereka membereskan barang-barang secepat kilat, tidak meluangkan waktu
untuk berpamitan pada siapa pun. Lagi pula sebagian besar teman mereka
tersebar di kamp. Mereka harus bergegas sebelum mimpi ini berakhir, atau sebelum Presiden
berubah pikiran. Pukul 11.15, mereka berjalan melewati pintu depan gedung administrasi, pintu
yang mereka masuki bertahun-tahun yang lalu, dan menunggu jemputan
mereka di trotoar yang panas. Tak seorang pun menoleh ke belakang.
Van-nya dikemudikan Wes dan Chap, meskipun mereka menggunakan nama
lain. Begitu banyak nama yang mereka gunakan.
Joe Roy Spicer berbaring di bangku belakang, dan menutup matanya dengan
lengan, bertekad tidak mau melihat apa-apa sampai jauh. Dia ingin menangis
dan menjerit, namun terdiam karena eforia-eforia dahsyat, kasar,
menggelora. Dia menyembunyikan matanya dan tersenyum konyol. Dia ingin
minum bir dan mendambakan wanita, kalau bisa istrinya. Dia akan segera
menelepon wanita itu. Sekarang van meluncur.
Aftf Kebebasan yang begitu tiba-tiba mengguncang mereka. Kebanyakan narapidana
menghitung hari-hari, dan dengan berbuat begitu tahu pasti kapan saatnya
tiba. Dan mereka tahu ke mana mereka akan pergi, dan siapa yang menunggu
mereka di sana. Tapi Majelis tahu sangat sedikit, dan tidak mempercayainya. Grasi ini tipu
muslihat. Uang itu hanya umpan. Mereka dibebaskan untuk dibunuh, sama
seperti Trevor yang malang. Van akan berhenti, dan kedua tukang pukul di
depan itu akan menggeledah tas mereka, menemukan arsip kotor mereka, lalu
membunuh mereka di selokan pinggir jalan.
Mungkin. Tapi, saat ini, mereka tidak merindukan suasana aman Trumble.
Finn Yarber duduk di belakang sopir dan memandang jalanan di depan. Dia
memegang surat pengampunannya, siap menunjukkannya pada siapa saja yang
menghentikan mereka dan mengatakan pada mereka bahwa mimpi ini sudah
berakhir. Di sampingnya duduk Hatlee Beech, yang setelah beberapa menit di
jalan mulai menangis, tidak keras, namun dengan mata terpejam rapat dan
bibir bergetar. Beech punya alasan untuk menangis. Dengan masa hukuman masih hampir
delapan setengah tahun lagi, grasi lebih berarti baginya dibanding kedua
koleganya. Tak sepatah kata pun diucapkan antara Trumble dan Jacksonville. Ketika
mereka mendekati kota itu, jalanan makin lebar dan lalu lintas makin padat,
ketiganya memandangi sekelilingnya dengan penuh ingin tahu. Orang-orang
melaju, bergerak k i an-kemari. Pesawat-pesawat di atas. Perahu-perahu di
sungai. Semua normal kembali.
Mereka beringsut-ingsut menerobos lalu lintas di Atlantic Boulevard, sangat.
menikmati udara yang menyesakkan karena polusi. Udara panas, turis-turis
berkeliaran, para wanita berkaki cokelat panjang. Mereka melihat berbagai
restoran hidangan laut dan bar dengan papan yang mengiklankan bir dingin dan
tiram murah. Ketika jalanan habis, pantai mulai terbentang, dan mereka
berhenti di bawah beranda Sea Turtle. Mereka mengikuti salah satu pengawal
melintasi lobi. Beberapa orang memandangi mereka, karena pakaian mereka
masih seragam. Setelah sampai di lantai lima, dan keluar dari lift, barulah
Chap berkata, "Kamar kalian di sini; yang tiga ini." Dia menunjuk ke ujung
koridor. "Mr. Argrow ingin bertemu kalian sesegera mungkin."
"Di mana dia"" tanya Spicer.
Chap menunjuk lagi. "Di sana, di suite pojok. Dia sudah menunggu."
"Ayo," kata Spicer, dan mereka mengikuti Chap ke pojok, tas-tas mereka
bersenggolan. Jack Argrow sama sekali tidak mirip saudaranya. Dia jauh lebih pendek,
rambutnya pirang dan berombak, sedangkan rambut saudaranya berwarna
gelap dan menipis. Itu hanya pengamatan sekilas, namun ketiganya
menyadarinya dan belakangan menyinggungnya. Dia cepat-cepat menjabat
tangan mereka, tapi demi sopan santun saja. Dia gelisah dan berbicara sangat
cepat. "Bagaimana kabar saudaraku"" tanyanya.
"Baik," jawab Beech.
"Kami bertemu dia tadi pagi," tambah Yarber. "Aku ingin dia keluar dari
penjara," bentak Jack, seolah mereka yang memasukkannya ke sana. "Kalian
tabu, itulah yang akan kuperoleh dari kesepakatan ini. Akan kukeluarkan
saudaraku dari penjara." Mereka saling melirik; tak ada yang bisa dikatakan.
"Silakan duduk," kata Argrow. "Dengar, aku tak tahu bagaimana atau kenapa
aku terlibat urusan ini, kalian mengerti. Aku jadi sangat gugup. Aku di sini
mewakili Mr. Aaron Lake, orang yang kuyakini akan terpilih, dan menjadi
presiden yang hebat Kurasa setelah dia jadi presiden nanti, aku dapat
mengeluarkan saudaraku dari penjara. Tapi aku belum pernah bertemu Mr.
Lake. Beberapa orangnya mendekatiku sekitar seminggu yang lalu, dan
memintaku terlibat dalam urusan yang sangat rahasia dan sensitif. Itu sebabnya
aku di sini. Aku menolongnya, oke" Aku tak tahu apa-apa, kalian mengerti""
Kalimat-kalimatnya pendek dan cepat. Dia bicara dengan tangan dan mulut
tidak bisa diam. Majelis tidak menanggapi, dan memang itulah yang diharapkan.
Dua kamera tersembunyi merekam apa yang terjadi dan segera mengirimnya ke
Langley, tempat Teddy, York, dan Deville melihatnya di layar lebar di bungker.
Ketiga mantan hakim tersebut, sekarang mantan narapidana, tampak seperti
tawanan perang yang baru dibebaskan, bingung dan diam, masih berseragam,
masih tak percaya. Mereka duduk rapat, memandang Agen Lyter berakting
dengan menakjubkan. Setelah berusaha mengalahkan mereka dalam pikiran dan tindakan selama tiga
bulan, senang rasanya akhirnya bisa melihat mereka, Teddy mengamati wajah
mereka, dan dengan berat hati meng
akui agak 470 mengagumi mereka. Mereka cukup pintar dan mujur untuk menjaring korban
yang tepat; sekarang mereka bebas dan akan menerima imbalan besar untuk
kecerdasan mereka. "Oke, dengar, masalah pertama adalah uangnya," sembur Argrow. "Masing-masing dua juta. Kalian ingin uang itu dikirim ke mana""
Tidak sering mereka mendapat pertanyaan seperti itu. "Pilihannya apa"" tanya
Spicer. "Kalian harus mentransfernya ke suatu tempat," bentak Argrow.
"Bagaimana kalau London"" tanya Yarber.
"London"" "Kami ingin uang itu, seluruhnya, enam juta, ditransfer sekaligus, ke satu
rekening, ke satu bank di London," Yarber menjelaskan.
"Kami bisa mentransfernya ke mana pun. Bank
apa"" "Bisakah kau membantu kami mengenai perinciannya"" tanya Yarber.
"Aku diberitahu kami boleh melakukan apa saja yang kalian inginkan. Aku harus
menelepon beberapa orang dulu. Bagaimana kalau kalian pergi ke kamar,
mandi, ganti pakaian. Beri aku waktu lima belas menit."
"Kami tak punya pakaian," kata Beech.
"Ada beberapa barang di kamar kalian."
Chap mengantar mereka menyusuri koridor dan menyerahkan kunci kamar.
Spicer telentang di tempat tidur king size-nya dan menatap langit-langit. Beech
berdiri di depan jendela kamarnya dan memandang ke utara, sepanjang bermil-471
mil di pantai, air biru bergulung lembut ke pasir putih. Anak-anak bermain di
dekat ibu mereka. Pasangan-pasangan berjalan sambil bergandengan tangan.
Perahu nelayan melaju pelan di horizon. Akhirnya bebas, katanya dalam hari.
Akhirnya bebas. Yarber berlama-lama mandi air panas-privasi sepenuhnya, tanpa batas waktu,
banyak sabun, handuk tebal. Seseorang meletakkan perlengkapan pribadi
komplet di meja rias-deodoran, krim cukur, alat cukur, pasta gigi, sikat gigi,
floss. Dia sengaja tidak bergegas, lalu mengenakan celana pendek Bermuda,
sandal, dan kaus putih. Dia akan jadi orang pertama yang pergi, dan dia harus
mencari toko pakaian. Dua puluh menit kemudian mereka berkumpul lagi di suite Argrow, dan
membawa arsip-arsip mereka yang terbungkus rapi dalam sarung bantal.
Argrow segugup tadi. "Ada bank besar di London bernama Metropolitan Trust.
Kami bisa mengirim uang itu ke sana, lalu selanjutnya terserah kalian."
"Bagus," kata Yarber. "Rekeningnya atas namaku saja."
Argrow memandang Beech dan Spicer, mereka mengangguk mengiyakan. "Baik.
Kuduga kalian sudah punya rencana."
"Betul," kata Spicer. "Mr. Yarber akan berangkat ke London siang ini, dan
sesampainya di sana dia akan pergi ke bank itu dan mengurus uangnya. Jika
semua lancar, kami akan berangkat segera setelah itu."
"Kujamin semua akan beres." ^T)an kami mempercayaimu. Kami cuma berhati-472
Argrow menyerahkan dua lembar kertas pada Finn. "Aku butuh tanda tanganmu
untuk memulai transfer dan membuka rekening." Yarber mencoretkan
namanya. "Kalian sudah makan siang"" tanyanya.
Mereka menggeleng. Mereka memang ingin makan, tapi tidak tahu pasti
bagaimana mengatakannya. "Kalian manusia bebas sekarang. Beberapa blok dari sini ada restoran-restoran
bagus. Pergilah bersenang-senang. Beri aku waktu sejam untuk memulai
transfer. Kita ketemu lagi di sini pukul setengah tiga."


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Spicer memegang sarung bantal. Dia melambai-lambaikannya pada Argrow dan
berkata, "Ini arsip-arsipnya."
"Baik. Lemparkan saja ke sofa di sana itu."
Tiga Puluh Delapan MEREKA berjalan kaki meninggalkan hotel, tanpa pengawal, tanpa pembatasan,
namun dengan surat grasi di saku, untuk berjaga-jaga. Dan meskipun matahari
di dekat pantai lebih hangat, udaranya jelas lebih segar. Langitnya lebih
bersih. Dunia kembali indah. Harapan terasa di mana-mana. Mereka tersenyum
dan tertawa karena hampir semua hal. Mereka berjalan-jalan di sepanjang
Atlantic Boulevard, dan dengan mudah membaur dengan para turis.
Makan siang berapa steak dan bir di kafe pinggir jalan, di bawah payung, jadi
mereka dapat menonton orang-orang berlalu-lalang. Mereka tidak banyak
bicara ketika makan dan minum. Tapi mereka melihat semuanya, terutama
wanita-wanita muda bercelana pendek dan berblus minim. Penjara telah
mengubah mereka menjadi pria-pria tua. Sekarang mereka merasakan
dorongan kuat untuk berpesta.
Teruta ma Hatlee Beech. Dia punya kekayaan, status, dan ambisi, sebagai hakim
federal dia dulu memiliki apa yang tak mungkin hilang-jabatan
seumur hidup. Dia jatuh terempas, kehilangan segalanya, dan selama dua
tahun pertamanya di Trumble mengalami depresi. Dia sudah menerima fakta
bahwa dia akan mati di sana, dan serius memikirkan untuk bunuh diri.
Sekarang, di usia 56 tahun, dia keluar dari kegelapan dalam kondisi yang luar
biasa. Tubuhnya lebih kurus 7,5 kilogram, kuhtnya kecokelatan karena terbakar
matahari, kesehatannya bagus, dia sudah bercerai dari wanita yang memiliki
uang namun lainnya tidak, dan akan memperoleh harta karun. Lumayan untuk
ukuran laki-laki setengah baya, katanya dalam hati. Dia merindukan anak-anaknya, namun mereka mata duitan dan melupakannya.
Hatlee Beech siap bersenang-senang.
Spicer juga ingin berpesta, lebih bagus kalau di kasino. Istrinya tidak punya
paspor, jadi baru beberapa minggu lagi wanita itu bisa bergabung dengannya di
London, atau di mana pun dia akan mendarat. Apakah di Eropa ada kasino"
Beech bilang ada. Yarber tidak tahu, dan tidak peduli.
Finn yang paling tenang di antara mereka bertiga. Dia minum soda, bukan bir,
dan tidak begitu tertarik pada tubuh-tubuh mulus yang berseliweran. Finn
seolah sudah di Eropa. Dia takkan meninggalkan Eropa, takkan kembali ke
tanah airnya. Dia berusia enam puluh, sangat fit, sekarang punya banyak uang,
dan sebentar lagi akan keluyuran di Italia dan Yunani selama sepuluh tahun
yang akan datang. Di seberang jalan, mereka menemukan toko buku kecil dan. membeli beberapa
buku pariwisata. Di toko yang khusus menjual perlengkapan pantai,
mereka membeli kacamata hitam yang sesuai selera. Lalu tiba saat mereka
bertemu Jack Argrow lagi, dan menyelesaikan transaksi.
KJockner dan regunya mengawasi mereka berjalan santai kembali ke Sea
Turtle. KJockner dan regunya sudah muak dengan Neptune Beach, Pete s, Sea
Turtle, dan rumah sewaan yang penuh sesak. Enam agen, termasuk Chap dan
Wes, masih di sana, semua sangat tidak sabar menunggu tugas berikutnya. Unit
itu telah menemukan Majelis, mengeluarkan mereka dari Trumble, membawa
mereka ke pantai, dan sekarang mereka hanya menginginkan ketiga pria itu
meninggalkan negeri ini. Jack Argrow belum menyentuh arsip-arsip mereka, atau setidaknya begitulah
kelihatannya. Semuanya masih terbungkus sarung bantal, di sofa, persis di
tempat Spicer meninggalkannya.
Transfernya sedang dalam proses," kata Argrow begitu mereka duduk di suite-nya.
Teddy masih mengawasi dari Langley. Ketiganya sekarang mengenakan
berbagai perlengkapan pantai. Yarber memakai topi memancing dengan tudung
selebar 15 sentimeter. Spicer memakai topi jerami dan kaus kuning. Beech, si
pendukung Republik, mengenakan celana pendek khaki, kaus rajut lengan .
panjang, dan topi golf. Di meja makan terdapat tiga amplop besar. Argrow membagikannya pada
Majelis, "Di dalamnya, kalian akan mendapatkan identitas baru kalian. Akta
kelahiran, kartu kredit, kartu Jaminan Sosial."
"Paspornya bagaimana"" tanya Yarber.
"Di kamar sebelah sudah disiapkan kamera. Paspor dan SIM butuh foto.
Prosesnya butuh waktu setengah jam. Juga ada $5.000 di amplop kecil di
dalam." "Aku Harvey Moss"" tanya Spicer, sambil membaca akta kelahirannya.
"Ya. Kau tak suka nama Harvey""
"Rasanya sekarang suka."
"Tampangmu memang tampang Harvey," komentar Beech.
"Dan kau siapa""
"Yah, aku James Nunley."
"Senang bertemu kau, James."
Argrow tidak pernah tersenyum sedikit pun, tidak pernah rileks biar hanya
sedetik pun. "Aku perlu mengetahui rencana perjalanan kalian. Orang-orang di
Washington betul-betul ingin kalian meninggalkan negara ini."
"Aku harus menanyakan penerbangan ke London," kata Yarber.
"Kami sudah melakukannya. Penerbangan ke Atlanta -berangkat dari
Jacksonville dua jam lagi. Pukul tujuh lebih sepuluh malam ini, ada
penerbangan dari Atlanta ke London Heathrow yang tiba besok pagi-pagi."
"Bisa kaupesankan aku tiket"" "Sudah beres. Kelas satu." Finn memejamkan
mata dan tersenyum. "Dan kalian bagaimana"" tanya Argrow, memandang dua
pria lainnya. "Aku suka di sini," jawab Spicer.
"Maaf. Kita sudah sepakat." "Kami akan naik penerbangan yang sama besok
siang," kata Beech. "Dengan asumsi semua urusan Mr. Yarber beres."
"Kalian ingin kami mengurus pemesanan tiketnya""
"Ya, tolong." Chap masuk ke mangan tanpa suara, dan mengambil sarung bantal dari sofa.
Dia pergi bersama arisip-arsip itu.
"Mari kita buat fotonya," kata Argrow.
Finn Yarber, sekarang bepergian sebagai Mr. William McCoy dari San Jose,
California, terbang ke Atlanta tanpa insiden. Selama sejam dia berjalan-jalan
di bandara, naik kereta api bawah tanah, dan sangat menikmati keriuhan dan
kegaduhan suasana di tengah sejuta orang yang bergegas-gegas.
Kursi kelas satunya berukuran raksasa dan terbuat dari kulit Setelah minum dua
gelas sampanye, dia mulai pulas, dan bermimpi. Dia takut tidur karena takut
terbangun. Dia yakin dia akan kembali di tempat tidur tingkat, menatap langit-langit, kembali menghitung hari di Trumble.
Dari telepon umum di samping Beach Java, Joe Roy akhirnya berhasil
menghubungi istrinya. Mula-mula, wanita Itu mengira teleponnya tipuan dan
menolak menerima tagihan collect-nya.. "Siapa ini"" tanyanya.
"Ini aku, Sayang. Aku sudah tak di penjara lagi."
"Joe Roy""
"Ya, sekarang dengarkan. Aku sudah keluar dari penjara, oke. Kau mengerti""
"Mungkin. Di mana kau""
"Aku menginap di hotel dekat Jacksonville, Florida. Aku dibebaskan dari
penjara tadi pagi." "Dibebaskan" Tapi bagaimana-"
"Jangan tanya, oke. Akan kujelaskan semuanya nanti. Aku akan berangkat ke
London besok. Aku ingin kau pergi ke kantor pos pagi-pagi sekali, dan minta
surat permohonan untuk membuat paspor."
"London" Kau tadi bilang London""
"Ya." "Inggris""
"Tepat, ya. Aku harus pergi ke sana sebentar. Itu bagian dari kesepakatannya."
"Berapa lama""
"Dua tahun. Dengar, aku tahu ini sulit dipercaya, tapi aku sudah bebas dan kita
akan tinggal di luar negeri dua tahun."
"Kesepakatan apa" Kau kabur, Joe Roy" Kau pernah bilang gampang kabur dari
Trumble." "Tidak. Aku dibebaskan."
"Tapi masa hukumanmu masih dua puluh bulan lagi."
"Sudah tidak lagi. Dengar, ambil surat permohonan untuk membuat paspor dan
ikuti instruksinya." "Kenapa aku butuh paspor"" "Supaya kita bisa bertemu di
Eropa." "Selama dua tahun"" "Ya, benar."
"Tapi Ibu sakit. Aku tak bisa pergi begitu saja dan meninggalkan Ibu."
Joe Roy ingin mengatakan berbagai hal tentang mertuanya, tapi tidak jadi. Dia
menarik napas panjang, memandang jalanan sekilas. "Aku akan pergi," katanya. "Aku tak punya
pilihan." "Pulanglah," kata istrinya.
"Tak bisa. Nanti kujelaskan."
"Besok kau kutelepon."
Beech dan Spicer makan hidangan laut di restoran yang penuh dengan orang-orang yang lebih muda. Mereka menyusuri trotoar dan akhirnya menemukan
Pete s Bar and Grill, di sana mereka menonton the Braves dan menikmati
musiknya yang ribut. Finn di suatu tempat di atas Atlantik, mengikuti uang mereka.
Petugas pabean di Heathrow hanya memeriksa sekilas paspor Finn, yang
merupakan mahakarya pemalsuan. Paspor itu sudah lusuh dan telah menemani
Mr. William McCoy berkeliling dunia. Aaron Lake memang punya teman-teman
yang berpengaruh. Finn naik taksi ke Basil Street Hotel di Knightsbridge, dan membayar tunai
kamar paling kecil yang tersedia. Dia dan Beech memilih hotel itu secara acak
dari buku panduan wisata. Tempat itu bergaya lama, penuh barang antik, dan
setiap lantainya luas. Di restoran kecil di atas, dia sarapan yang terdiri atas
kopi, telur, dan sosis hitam, lalu pergi jalan-jalan. Pukul 10.00, taksinya
berhenti di depan Metropolitan Trust di The City. Resepsionis tidak
memedulikan pakaiannya-jins dan kaus lengan panjang-tapi ketika
menyadari Finn orang Amerika, dia mengangkat bahu dan tampak bisa
mentolerirnya. Mereka menyuruhnya menunggu sejam, namun dia sama sekali tidak keberatan.
Firm gugup, tapi 48A tidak memperlihatkannya. Dia bersedia menunggu berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan untuk memperoleh uang itu. Dia sudah belajar cara
bersabar. Mr. MacGregor yang menangani transfer tersebut akhirnya datang.
Uangnya baru saja tiba, maaf atas penundaan ini. $6 juta telah menyeberangi
Atlantik dengan selamat, dan sekarang berada di dara
tan Inggris. Tapi tidak lama. "Saya ingin mentransfernya ke
Swiss," kata Finn, dengan sikap percaya diri dan tenang yang pas.
Siang itu, Beech dan Spicer terbang ke Atlanta. Seperti Yarber, mereka
menjelajahi bandara sampai puas sementara menunggu penerbangan mereka
ke London. Mereka duduk bersebelahan di kelas satu, makan dan minum
berjam-jam, menonton film, berusaha tidur sambil menyeberangi lautan.
Mereka terkejut ketika Yarber menunggu mereka saat mereka melewati pabean
di Heathrow. Pria itu menyampaikan kabar gembira bahwa uang mereka telah
datang dan pergi. Sekarang uang itu berada di Swiss. Dia mengejutkan mereka
lagi dengan usul agar mereka segera pergi.
"Mereka tahu kita di sini," katanya sambil menikmati kopi di bar bandara. "Ayo
kita tinggalkan mereka."
"Menurutmu mereka membuntuti kita"" tanya
Beech. "Kita anggap saja begitu."
"Tapi kenapa"" tanya Spicer.
Mereka mendiskusikannya selama setengah jam,
481 lalu mulai mencari penerbangan-penerbangan..alitalia ke Roma menarik
perhatian mereka. Kelas satu, tentu saja.
"Orang-orang di Roma memakai bahasa inggris"" tanva Spicer saat mereka naik
ke pesawat. "Mereka memakai bahasa italia," sahut yarber. "Menurutmu Paus
mau menemui kita"" "Dia mungkin sedang sibuk."
Tiga Puluh Sembilan BUSTER menempuh jalan berliku-liku ke barat selama berhari-hari sampai
akhirnya berhenti di San Diego. Laut menarik perhatiannya, yang pertama
dilihatnya setelah berbulan-bulan. Dia berkeliaran di dok mencari pekerjaan
apa saja dan mengobrol dengan orang-orang biasa di situ. Seorang kapten
perahu carteran mempekerjakannya sebagai pesuruh, dan dia berganti perahu
di Los Cabos, Meksiko, di ujung selatan Baja. Pelabuhan di sana penuh dengan
perahu memancing mahal, jauh lebih bagus daripada yang dulu diperdagangkan
dia dan ayahnya. Dia bertemu beberapa kapten, dan dalam dua hari mendapat
pekerjaan sebagai kelasi geladak. Para pelanggannya adalah orang-orang
Amerika kaya dari Texas dan California, mereka lebih banyak minum daripada
memancing. Dia tidak digaji, namun bekerja untuk memperoleh tip, yang
jumlahnya berbanding lurus dengan jumlah minuman para klien. Di hari sepi dia
memperoleh $200; di hari ramai $500, tunai. Dia tinggal di motel murahan, dan
beberapa hari kemudian berhenti bersikap waswas. Dengan segera Cabos
menjadi rumahnya. Wilson Argrow tiba-tiba dipindah dari Trumble dan dikirim ke lembaga
pemasyarakatan di Milwaukee, di sana dia tinggal satu malam persis sebelum
pergi. Karena tidak ada. dia tidak bisa ditemukan. Jack Argrow menemuinya di
bandara dengan membawa tiket, dan mereka terbang bersama ke D.C. Dua hari
setelah meninggalkan Florida, kakak-beradik Argrow itu, Kenny Sands dan
Roger Lyter, melapor ke Langley untuk penugasan selanjutnya.
Tiga hari sebelum dijadwalkan meninggalkan D.C. untuk menghadiri konvensi di
Denver, Aaron Lake tiba di Langley untuk makan siang bersama Direktur. Acara
itu akan menyenangkan, sang kandidat penakluk sekali lagi berterima kasih
pada sang jenius yang memintanya ikut pemilihan. Pidato kemenangannya
sudah ditulis selama sebulan, tapi Teddy punya beberapa usul yang ingin
dibicarakannya. Lake diantar ke kantor Teddy, seperti biasanya orang tua itu sedang menunggu
dengan berselimutkan quilt. Dia tampak begitu pucat dan lelah, pikir Lake.
Para asisten menghilang, pintu ditutup, dan Lake melihat tidak ada meja yang
telah disiapkan. Mereka duduk jauh dari meja, berhadap-hadapan, sangat
dekat. Teddy menyukai pidatonya dan hanya mengomentari beberapa hal. "Pidato-pidato Anda semakin panjang," katanya tenang. Tapi*Lake ingin menyampaikan
begitu banyak hal akhir-akhir ini.
"Kami masih mengeditnya," katanya.
"Pemilihan ini milik Anda, Mr. Lake," kata Teddy,
lemah. "Saya merasa yakin, tapi pertarungannya akan
sengit." "Anda akan menang lima belas poin."
Lake berhenti tersenyum dan mendengarkan dengan cermat. "Itu, uh, lumayan
besar." "Anda unggul sedikit dalam jajak pendapat. Bulan depan giliran Wakil Presiden.
Kalian akan bergantian menang sampai pertengahan Oktober. Lalu, akan ada
situasi nuklir yang akan menakutkan dunia. Dan Anda, Mr. Lake, akan j
adi sang juru selamat." Prospek itu membuat sang juru selamat sekalipun takut. "Perang"" tanya Lake
pelan. "Bukan. Akan ada korban-korban, namun bukan warga Amerika. Natty Chenkov
akan disalahkan, dan para pemilih di republik ini akan berbondong-bondong
mendatangi tempat jajak pendapat. Anda dapat menang sampai dua puluh
poin." Lake menarik napas dalam-dalam. Dia ingin bertanya lebih banyak, mungkin
bahkan memprotes pertumpahan darah itu. Namun pasti sia-sia saja. Teror apa
pun yang direncanakan Teddy untuk Oktober nanti sudah dikerjakan. Tak ada
apa pun yang bisa dikatakan atau dilakukan Lake untuk menghentikannya.
"Teruskanlah apa yang Anda lakukan sekarang, Mr. Lake. Pesan yang sama.
Dunia akan jadi jauh lebih gila, dan kita harus kuat untuk melindungi cara
hidup kita." "Pesan itu sejauh ini berhasil."
"Lawan Anda akan nekat. Dia akan menyerang
Anda karena isu tunggal itu, dan dia akan merengek-rengek tentang uang. Dia
akan menghajar Anda dan menang beberapa poin. Jangan panik. Dunia akan
dijungkirbalikkan Oktober nanti, percayalah." "Saya percaya."
"Anda sudah memenangkan pertarungan ini, Mr. Lake. Teruslah menyampaikan
pesan yang sama." "Oh, jelas."


The Brethren Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Bagus," kata Teddy, dan memejamkan mata sebentar seolah ingin tidur
sejenak. Lalu dia membuka mata dan berkata, "Nah, mengenai topik yang
sangat berbeda, saya agak penasaran dengan rencana Anda setelah memasuki
Gedung Putih." Lake bingung, dan wajahnya menunjukkan hal itu.
Teddy meneruskan serangannya, "Anda butuh partner, Mr. Lake, seorang ibu
negara. Kehadirannya akan memperindah, menyegarkan, dan menghiasi Gedung
Putih. Seorang wanita cantik yang cukup muda untuk melahirkan anak-anak.
Sudah lama tak ada anak-anak di Gedung Putih, Mr. Lake."
"Anda pasti bercanda." Lake terperangah.
"Saya menyukai Jayne Cordell, staf Anda ini. Dia berusia 38 tahun, cerdas,
pandai bicara, cukup cantik, meskipun berat badannya perlu dikurangi 7,5 kilo.
Perceraiannya sudah dua belas tahun berlalu, dan sudah dilupakan. Saya rasa
dia cocok untuk menjadi ibu negara "
Lake menelengkan kepalanya, dan mendadak marah. Dia ingin menyemprot
Teddy, namun saat ini mulutnya serasa terkunci. Akhirnya dia bergumam,
"Anda sudah sinting, ya""
"Kami tahu tentang Ricky," kata Teddy, sangat
tenang, dengan mata tajam menusuk mata Lake.
Napas Lake terhenti, dan saat mengembuskannya dia berkata, "Oh, Tuhanku."
Dipandanginya kakinya beberapa lama, tabuhnya menegang karena shock.
Untuk membuat keadaan semakin buruk, Teddy menyodorkan selembar kertas.
Lake menerimanya, dan langsung mengenalinya sebagai kopi surat terakhirnya
kepada Ricky. Dear Ricky: Menurutku sebaiknya kita akhiri korespondensi
kita. Kuharap kau berhasil dengan rehabilitasimu.
Salam, Al Lake hampir berkata bahwa dia bisa menjelaskan semuanya; keadaan
sebenarnya tidak seperti kelihatannya. Namun dia memutuskan untuk tidak
mengatakan apa-apa, setidaknya selama beberapa waktu. Berbagai pertanyaan
membanjiri benaknya-Berapa banyak yang mereka ketahui" Bagaimana cara
mereka menghadang surat-suratnya" Siapa lagi yang tahu"
Teddy membiarkannya menderita. Tidak perlu buru-buru.
Setelah pikirannya men jernih sedikit, naluri politisi Lake bangkit. Teddy
menawarkan jalan keluar. Teddy mengatakan, "Bermainlah bersamaku, Nak,
maka semuanya akan beres. Lakukanlah menurut caraku."
Maka Lake menelan ludah dan berkata, "Saya memang menyukai Jayne."
"Tentu saja. Dia sempurna untuk pekerjaan itu."
"Ya. Dia sangat loyal."
"Anda tidur dengannya"" Tidak. Belum."
"Mulailah segera. Gandeng dia selama konvensi. Biarkan gosip muncul, biarkan
alam bertindak. Seminggu sebelum pemilihan, umumkan pernikahan Natal"
"Besar atau kecil""
"Besar-besaran. Pesta paling meriah tahun ini di Washington." "Saya suka itu."
"Segera buat dia hamil. Tepat sebelum pelantikan, umumkan bahwa Ibu Negara
sedang mengandung. Itu akan jadi .berita yang luar biasa. Dan akan sangat
menyenangkan kembali melihat anak-anak kecil di Gedung Putih."
Lake tersenyum dan mengangguk, tampak seperti menyukai ide tersebut, lalu
tiba-tiba mengerutkan kening. "Apakah orang lain akan tahu tentang Ricky""
tanyany a. Tidak. Dia sudah dibungkam."
"Dibungkam""
"Dia takkan -menulis surat lagi, Mr. Lake. Dan Anda akan begitu sibuk bermain
dengan anak-anak Anda, sehingga tak punya waktu untuk memikirkan orang-orang seperti Ricky."
"Ricky siapa""
"Bagus, Lake. Bagus "
"Saya sangat menyesal, Mr. Maynard, Sangat menyesal. Ini takkan terjadi lagi."
Tentu saja. Saya punya arsipnya, Mr. Lake. Selalu ingat itu." Teddy mendorong
mundur kursi rodanya, seolah pertemuan sudah selesai.
"Saya sedang lemah waktu itu," kata Lake.
"Sudahlah, Lake. Uruslah Jayne. Belikan dia baju baru. Dia bekerja terlalu
keras dan tampak lelah. Jangan terlalu memaksanya. Dia akan jadi ibu negara
yang hebat." "Ya, Sir."
Teddy sampai di pintu. "Jangan ada kejutan lagi,
Lake." "Ya, Sir."
Teddy membuka pintu dan meluncur pergi.
Akhir November, mereka menetap di Monte Carlo, terutama karena
keindahannya dan udaranya yang hangat; tapi juga karena bahasa Inggris sering
sekali dipakai di sana. Dan ada banyak kasino, syarat utama Spicer. Baik Beech
maupun Yarber tidak bisa mengetahui apakah dia menang atau kalah, tapi
teman mereka itu jelas menikmati hidup. Istrinya masih merawat ibunya, yang
belum meninggal juga. Hubungan mereka tegang, karena Joe Roy tidak mau
pulang, dan istrinya tidak mau meninggalkan Mississippi.
Mereka tinggal di hotel kecil tapi nyaman di pinggir kota, dan biasanya sarapan
bersama dua kali seminggu sebelum sibuk dengan urusan masing-masing.
Setelah berbulan-bulan dan terbiasa dengan hidup baru mereka, mereka
semakin jarang bertemu. Minat mereka berbeda. Spicer ingin berjudi, minum,
dan menghabiskan waktu bersama wanita. Beech lebih menyukai laut dan
menikmati memancing. Yarber bepergian dan mempelajari sejarah Prancis
Selatan dan Italia Utara.
Tapi mereka selalu tahu di mana teman-temannya berada. Jika satu
menghilang, yang dua ingin mengetahuinya
Mereka tidak pernah membaca berita tentang grasi mereka. Beech dan Yarber
menghabiskan waktu berjam-jam di perpustakaan di Roma, membaca berbagai
surat kabar Amerika setelah mereka pergi. Tak ada kabar mengenai mereka
Mereka tidak menghubungi siapa pun di tanah air. Istri Spicer mengatakan dia
tidak memberitahu siapa pun bahwa Spicer sudah keluar dari penjara Wanita
itu masih beranggapan dia kabur.
Saat Thanksgiving Day, Finn Yarber menikmati espresso di kafe pinggir jalan di
pusat kota Monte Carlo. Cuaca hangat dan cerah, dan dia cuma samar-samar
ingat bahwa sekarang hari besar penting di kampung halaman. Dia tidak peduli
karena takkan pernah kembali. Beech tidur di kamar hotel. Spicer di kasino tiga
blok dari sini. Tiba-tiba tampak seraut wajah yang samar-samar terasa tak asing. Secepat
kilat, pria itu duduk di depan Yarber dan berkata, "Halo, Finn. Ingat aku""
Yarber dengan tenang meneguk kopi dan menatap wajah itu. Dia terakhir
melihatnya di Trumble. "Wilson Argrow, dari penjara" kata orang itu, dan Yarber meletakkan
cangkirnya sebelum menjatuhkannya.
"Selamat pagi, Mr. Argrow," kata Finn pelan, tenang, meskipun banyak hal lain
yang ingin dikatakannya. "Kuduga kau terkejut melihatku."
"Ya, memang." "Asyik ya, kemenangan mutlak Aaron Lake"" "Begitulah. Apa yang bisa
kulakukan untukmu"* "Aku cuma ingin kau tahu kami selalu di dekat kalian,
untuk jaga-jaga seandainya kalian membutuhkan kami."
Finn terkekeh, lalu berkata, "Rasanya mustahil." Pembebasan mereka telah
lima bulan berlalu. Mereka berpindah-pindah negara, dari Yunani ke Swedia,
dari Polandia ke Portugis, pelan-pelan menuju ke selatan seiring perubahan
cuaca. Bagaimana Argrow bisa menemukan mereka"
Tak mungkin. Argrow mengeluarkan majalah dari balik jaket.
"Aku tak sengaja melihat ini minggu lalu," katanya, menyerahkan majalah itu.
Majalah itu dibalik ke halaman di bagian belakang tempat sebuah iklan baris
dilingkari dengan tinta merah:
Pemuda kulit putih usia 20-an
mencari pria Amerika baik-baik dan bijaksana
berusia 40-an atau 50-an untuk bersahabat pena
Jelas Yarber pernah melihatnya, namun dia mengangkat bahu seolah tidak
tahu-menahu. "Kelihatan familier, kan"" tanya Argrow.
"Menurutku semuanya kelihatan sama," sahut Finn. Dilemparkannya majal
ah itu ke meja. Majalah Out and About edisi Eropa.
"Kami melacak alamatnya sampai ke kantor pos di Monte Carlo sini," kata
Argrow. "Penyewaan kotak pos baru, dengan nama palsu dan sebagairiya.
Kebetulan sekali." "Dengar, aku tak tahu kau bekerja pada siapa, tapi aku yakin sekati kami bukan
di bawah yurisdiksimu. Kami tak melanggar satu peraturan pun. Bagaimana
kalau kau enyah saja"" "Tentu, Finn, tapi $2 juta tak cukup, ya"" Finn
tersenyum dan memandang sekeliling kafe yang bagus itu. Dia meneguk kopi
dan menjawab, "Orang harus menyibukkan diri."
"Sampai ketemu," kata Argrow, lalu beranjak berdiri dan menghilang.
Yarber menghabiskan kopinya seolah tidak terjadi apa-apa. Dipandanginya
jalanan dan lalu lintas sebentar, kemudian pergi untuk mengumpulkan rekan-rekannya.
TAMAT tamat Angkara Si Anak Naga 1 Tamu Aneh Bingkisan Unik Karya Qing Hong Sastrawan Cantik Dari Lembah Merak 2
^