Pencarian

The Broker 1

The Broker Karya John Grisham Bagian 1


THE BROKER John Grisham Download Ebook Jar Lainnya Di
http://mobiku.tk http://inzomnia.wapka.mobi
SANG BROKER Alih bahasa: Siska Yuanita
GM 402 07.014 Desain sampul: Marcel A.W. Hak cipta terjemahan Indonesia:
PT Gramedia Pustaka Utama JL Palmerah Barat 33-37, Jakarta 10270
Diterbitkan pertama kali oleh Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama,
anggota IKAPI, Jakarta, Februari 2007
600 him; 18 cm ISBN-10: 979 - 22 - 2703 - 2 ISBN-13: 978 - 979 - 22 - 2703 - 1
Dicetak oleh Percetakan PT Gramedia, Jakarta
isi di luar tanggung jawab percetakan
Pada jam-jam terakhir masa kepresidenan yang sudah ditakdirkan tak akan
menarik perhatian para ahli sejarah, mungkin semenjak William Henry Harrison
(hanya 31 hari dari inaugurasi hingga kematiannya), Arthur Morgan meringkuk
di Oval Office bersama seorang temannya yang tersisa dan menimbang-nimbang
keputusan-keputusan terakhir yang akan dibuatnya. Saat itu ia merasa telah
melakukan pengambilan keputusan dengan buruk selama empat tahun terakhir,
dan tidak terlalu yakin apakah ia, pada detik-detik terakhir permainan, dapat
memulihkan keadaan. Temannya pun tidak terlalu yakin, walaupun, seperti
biasa, ia tidak banyak bicara dan apa pun yang dikatakannya adalah apa yang
ingin didengar sang Presiden. Keputusan-keputusan itu menyangkut pengam-punan hukuman-permohonan putus asa dari para pencuri, penggelap uang,
dan penipu, beberapa masih berada di penjara dan yang lain belum pernah
membayar kejahatannya namun tetap saja ingin nama baik mereka dipulihkan.
Mereka semua mengaku sebagai teman, atau temannya teman, atau pendukung
setia, sekalipun hanya sedikit yang sempat memproklamasikan dukungannya
sebelum saat-saat terakhir itu. Betapa menyedihkan setelah empat tahun
penuh gejolak dalam memimpin dunia bebas, semua hanya berakhir dengan
tumpukan permohonan mengenaskan dari segerombolan bajingan. Pencuri
mana yang sebaiknya diizinkan untuk mencuri lagi" Itulah pertanyaan penting
yang dihadapi Presiden sementara jam-jam terus merayap.
Temannya yang tersisa itu adalah Critz, teman saru kelompok persaudaraan
dari masa kuliah di Cornell, ketika Morgan memimpin senat mahasiswa dan
Critz memenuhi kotak-kotak suara. Selama empat tahun terakhir, Critz telah
bertindak selaku sekretaris pers, kepala staf, penasihat keamanan nasional,
dan bahkan menteri luar negeri, meskipun penunjukan tersebut hanya bertahan
selama tiga bulan dan buru-buru dicabut ketika terbukti gaya diplomatis Critz
yang unik nyaris memicu Perang Dunia Ketiga. Penunjukan Critz yang terakhir
terjadi bulan Oktober sebelumnya, pada
minggu-minggu terakhir masa pemilihan presiden yang menegangkan.
Sewaktu jajak pendapat memperlihatkan peringkat 'Presiden Morgan menyurut
drastis setidaknya di empat puluh negara bagian, Critz mengambil alih
kampanye dan berhasil mengucilkan negara-negara bagian yang lain,
kecuali Alaska, dan itu pun masih terbuka untuk diperdebatkan.
Sungguh pemilihan yang bersejarah; belum pernah terjadi seorang presiden
yang masih menjabat mendapat begitu sedikit suara. Tepatnya tiga suara,
semua dari Alaska, satu-satunya negara bagian yang belum pernah dikunjungi
Morgan, sesuai anjuran Critz. Limaratus tiga puluh lima suara untuk penantang,
tiga untuk Presiden Morgan. Istilah tanah longsor belum.cukup untuk
menggambarkan kekalahan tersebut.
Begitu dilakukan penghitungan suara, sang penantang, menuruti nasihat
yang buruk, memutuskan untuk mempertanyakan penghitungan suara di Alaska.
Kenapa tidak sekaligus merebut 538 suara" begitu ia beralasan. Tak akan ada
lagi calon presiden yang menyapu bersih angka kemenangan atas lawannya,
tanpa memberinya kesempatan untuk merebut satu angka pun. Selama enam
minggu, Presiden semakin menderita lagi sementara berbagai tuntutan hukum
dilayangkan di Alaska. Ketika Mahkamah Agung akhirnya
menghadiahi Presiden tiga suara kemenangan, ia dan Critz merayakannya
diam-diam dengan sebotol sampanye.
Presiden Morgan pun jatuh cinta pada Alaska, walaupun hasil yang disahkan
hanya memberinya selisih tujuh belas angka yang tak berarti.
Semestinya ada lebih banyak negara bagian yang dihindarinya.
Ia bahka n tidak menang di Delaware, daerah asalnya, tempat para pemilih
yang dulu sempat menerima pencerahan telah mengizinkannya mengabdi
selama delapan tahun yang menyenangkan sebagai gubernur. Seperti Morgan
tak pernah sempat mengunjungiAlaska, penantangnya pun
mengabaikan Delaware sepenuhnya-tidak ada pidato di organisasi mana pun,
tidak ada iklan televisi, tak sekali pun dikunjungi pada masa kampanye. Meski
demikian, lawannya masih memperoleh 52 suara!
Critz duduk di kursi kulit besar sambil memegang catatan berisi daftar
seratus hal yang harus diselesaikan segera. Ia mengamati presidennya bergerak
lambat-lambat dari satu jendela ke jendela yang lain, menyipitkan mata ke
kegelapan, membayangkan apa yang seharusnya bisa terjadi. Pria itu tertekan
dan telah dipermalukan. Pada usia 58 tahun hidupnya telah berakhir, kariernya
hancur berantakan, pernikahannya kocar-kacir. Mrs.
Morgan telah kembali ke Wilmington dan terang-terangan menertawakan
gagasan tinggal di pondok di Alaska. Diam-diam Critz juga meragukan
kemampuan temannya untuk berburu dan memancing sepanjang sisa hidupnya,
tapi hidup tiga ribu kilometer jauhnya dari Mrs. Morgan tampak seperti gagasan
yang sangat menarik. Mereka mungkin bisa memenangkan Nebraska kalau First
Lady yang sok ningrat itu tidak menyebut kelompok futbol mereka sebagai tim
"Sooners". The Nebraska Sooners!
Dalam semalam, peringkat Morgan menukik tajam dalam jajak pendapat
di Nebraska dan Oklahoma, tanpa bisa dipulihkan kembali.
Dan di Texas, First Lady menyuap hidangan chili yang memenangkan
penghargaan dan langsung muntah-muntah. Sewaktu ia dilarikan ke rumah
sakit, mikrofon menangkap kata-katanya yang terkenal: "Bagaimana orang-orang terbelakang seperti kalian ini bisa makan sampah bau itu""
Di Nebraska, mereka mendapatkan lima suara. Texas 34 suara. Menghina
tim futbol setempat adalah kesalahan yang sanggup mereka lampaui. Namun
penghinaan terhadap chili Texas benar-benar tak bisa ditandingi kandidat mana
pun. Kampanye yang luar biasa! Critz tergoda untuk menulis buku. Harus ada
orang yang mendokumentasikan bencana itu.
Kemitraan mereka yang telah berlangsung selama hampir empat puluh
tahun pun berakhir. Critz telah mendapatkan pekerjaan bersama kontraktor
pertahanan dengan upah 200.000 dolar per tahun, dan ia akan memasuki arena
seminar dengan honor 50.000 dolar per ceramah, kalau ada orang yang cukup
kepepet sehingga mau membayarnya. Setelah melewatkan hidupnya dengan
mengabdi negara, ia sekarang nyaris bangkrut, menua dengan cepat, dan tak
sabar untuk segera menangguk uang.
Presiden telah menjual rumahnya yang indah di Georgetown dan
mendapatkan keuntungan besar. Ia membeli rumah peternakan kecil di Alaska,
dengan penduduk yang tampaknya memujanya. Ia merencanakan menghabiskan
sisa hari-harinya di sana, berburu, memancing, mungkin menulis memoar. Apa
pun yang dilakukannya di Alaska, tak akan ada hubungannya dengan politik dan
Washington. Ia tidak akan menjadi ahli politik ternama, tidak akan menjadi
tokoh yang dituakan dalam pesta-pesta, tidak akan -menjadi empu bijak yang
berpengalaman. Tidak akan ada tur perpisahan, pidato-pidato, kursi
kehormatan dalam bidang ilmu politik. Tidak ada perpustakaan kepresidenan.
Rakyat telah berbicara dengan suara jelas dan keras. Mereka tidak
menginginkan Presiden Morgan, maka Presiden Morgan pun tak bisa tinggal
bersama mereka. "Kita perlu mengambil keputusan menyangkut Cuccinello," ujar Critz.
Presiden masih berdiri di dekat jendela, tak memandang apa pun dalam
kegelapan, masih merenungkan Delaware. "Siapa""
"Figgy Cuccinello, sutradara film yang divonis atas tuduhan melakukan
hubungan seks dengan bintang yang masih muda."
"Semuda apa""
"Lima belas tahun, kurasa."
"Cukup muda." "Memang. Ia kabur ke Argentina, tempatnya bersarang selama sepuluh tahun
terakhir. Sekarang ia rindu kampung halaman, ingin pulang dan mulai membuat
film-film jelek lagi. Ia bilang, seni telah memanggilnya kembali."
"Mungkin perempuan-perempuan muda telah memanggilnya pulang."
"Itu juga." "Kalau usianya tujuh belas tahun, aku tidak keberatan. Lima belas terlalu
muda." "Penawaranny a sampai lima juta."
Presiden berpaling dan menatap Critz. "Ia menawarkan lima juta dolar
untuk pengampunan""
"Ya, dan ia perlu bergerak cepat. Uangnya harus ditransfer keluar dari
Swiss. Sekarang pukul tiga dini hari di sana."
"Uang itu akan mendarat di mana""
"Kita punya rekening-rekening di luar negeri. Tidak sulit."
"Apa yang akan dilakukan pihak media""
"Pasti mengerikan."
"Memang selalu mengerikan."
"Kali ini akan amat sangat mengerikan."
"Sebenarnya aku tak terlalu peduli pada media," kata Morgan.
Kalau begitu, mengapa kau tanya" Critz ingin mendamprat begitu.
"Uangnya bisa dilacak"" tanya Presiden dan kembali menghadap ke jendela.
"Tidak" Dengan tangan kanan, Presiden mulai menggaruk tengkuknya, kebiasaan
yang selalu ia lakukan bila sedang bergumul dengan keputusan sulit. Sepuluh
menit sebelumnya ia hampir meluncurkan nuklir ke Korea Utara, dan ia
menggaruk-garuk tengkuk sampai kulitnya lecet dan darah mengalir ke kerah
kemejanya yang putih. "Jawabannya tidak," kata Presiden. "Lima belas tahun
terlalu muda." Tanpa bunyi ketukan, pintu tiba-tiba terbuka dan Artie Morgan, putra
presiden, menyelonong masuk sambil membawa kaleng Heineken di sebelah
tangan dan beberapa lembar kertas di tangan yang lain, "Baru saja bicara
dengan CIA," ujarnya ringan. Ia mengenakan jins pudar dan tanpa kaus kaki.
"Maynard sedang dalam perjalanan kemari."
Ia melempar berkas-berkas tersebut di meja dan meninggalkan ruangan,
membanting pintu di belakangnya.
Artie pasti mau menerima lima juta dolar itu tanpa pikir panjang, batin
Critz, tak peduli berapa pun umur si gadis. Lima belas tahun jelas tidak terlalu
muda bagi Artie. Mereka mungkin bisa memenangkan Kansas kalau saja Artie
tidak ke-pergok sedang berada di kamar motel bersama tiga cheerleader, yang
paling tua berusia tujuh belas tahun. Jaksa penuntut utama akhirnya
membatalkan tuduhan-dua hari menjelang pemilihan-sesudah ketiga gadis itu
menandatangani affidavit yang menyatakan mereka tidak berhubungan seks
dengan Artie. Sebenarnya mereka hampir melakukannya, hanya beberapa detik
sebelum melakukan hal-hal tidak senonoh, ketika ibu salah seorang dari mereka
mengetuk pintu kamar motel dan mencegah terjadinya orgy.
Presiden duduk di kursi goyang kulit dan pura-pura sibuk dengan kertas-kertas yang tak berguna. "Apa kabar terbaru menyangkut Backman"" ia
bertanya. Selama delapan belas tahun pengabdiannya sebagai direktur CIA, Teddy
Maynard tak sampai sepuluh kali. menginjakkan kaki di White House. Tidak
juga untuk menghadiri undangan makan malam (ia selalu menolak dengan
alasan kesehatan), dan tak pernah sekali pun datang untuk menyapa tokoh
jagoan dari luar negeri (alasannya hanya karena ia tidak peduli). Sewaktu
masih bisa berjalan, sesekali ia mampir untuk berbicara dengan siapa pun yang
kebetulan menjabat sebagai presiden, dan barangkali satu-dua orang
pengambil keputusan. Sekarang, sejak ia terpaksa terikat di kursi roda,
pembicaraannya dengan White House hanya melalui telepon. Dua kali, wakil
presiden diantar ke Langley untuk bertemu Mr. Maynard.
Satu-satunya keuntungan menggunakan kursi roda adalah hal itu
memberinya alasan untuk pergi atau tinggal atau melakukan apa pun yang
diingin-i kannya. Tidak ada orang yang ingin mendorong i pria tua cacat ke
mana-mana. Setelah hampir lima puluh tahun menjadi mata-mata, ia sekarang
mendapatkan kemewahan menatap langsung ke belakang punggungnya ke mana
I pun ia pergi, tak seperti mata-mata. Ia bepergian menggunakan mobil van
putih tak bertanda-kaca j antipeluru, bodi timah, dua pengawal bersenjata
berat. di belakang sopir yang juga bersenjata berat-dengan kursi rodanya
dipantek ke lantai kabin belakang mobil dan menghadap ke belakang, supaya
Teddy bisa mengamati lalu lintas yang tak bisa melihatnya. Dua van lain
mengikuti .dari kejauhan, dan upaya bodoh apa pun untuk mendekati Direktur akan
dimatikan seketika itu juga. Kesempatan itu tak boleh terjadi. Hampir seluruh
dunia mengira Teddy Maynard sudah mati atau tidak melakukan-apa-apa pada
hari-hari terakhirnya di rumah perawatan tempat mata-mata yang sudah uzur
dikirim untuk menyambut ajal.
T eddy memang menghendaki orang berspekulasi begitu.
Tubuhnya terbungkus rapat dalam balutan quilt kelabu tebal, didampingi
Hoby, ajudannya yang setia. Sementara van itu meluncur di sepanjang Beltway
dengan kecepatan konstan seratus kilometer per jam, Teddy menyesap teh
hijau yang dituang dari termos oleh Hoby, dan mengamati mobil-mobil di
belakang mereka. Hoby duduk di samping kursi roda, di bangku kulit yang
khusus dibuat untuknya. Setelah menyesap tehnya, Teddy bertanya, "Di mana Backman sekarang""
"Di selnya," sahut Hoby.
"Dan orang-orang kita sudah bersama kepala penjara""
"Mereka sedang berada di kantornya, menunggu-"
Satu tegukan lagi dari cangkir kertas, yang dipegang hati-hati menggunakan
dua tangan. Tangan-tangan itu rapuh, dengan pembuluh darah
yang menonjol, warnanya seperti susu rendah lemak, seolah sudah mari dan
dengan sabar menunggu anggota-anggota tubuh lainnya menyusul. "Berapa
lama waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkannya dari negara ini"" -"Sekitar empat jam."
"Dan rencananya sudah matang""
"Semua sudah siaga. Kita tinggal menunggu lampu hijau."
"Mudah-mudahan si goblok itu bisa memahami maksudku."
Critz dan si goblok sedang memandangi dinding-dinding Oval Office,
keheningan yang pekat sesekali dipecahkan komentar mengenai Joel Backman.
Mereka harus bicara tentang sesuatu, karena tak satu pun mengungkapkan apa
yang sebenarnya ada dalam pikirannya.
Bisakah itu terjadi"
Inikah akhir segalanya"
Empat puluh tahun. Dari Cornell ke Oval Office. Akhir ini begitu mendadak
sehingga mereka tak sempat mempersiapkannya dengan semestinya. Mereka
berharap bisa mendapatkan waktu empat tahun lagi. Empat tahun penuh
kehormatan sementara mereka merajut warisan dengan hati-hati, lalu
berderap dengan gagah menuju matahari terbenam.
Walaupun malam sudah larut, di luar sepertinya bertambah gelap. Jendela-jendela yang menghadap Rose Garden hitam pekat. Detak jarum jam yang
dipajang di atas perapian hampir bisa terdengar, tanpa henti menuju
penghitungan mundur. "Bagaimana reaksi media jika aku memberikan pengampunan kepada
Backman"" tanya Presiden, bukan untuk pertama kalinya.
"Mengamuk." "Mungkin asyik juga."
"Kau tidak akan ada di sini untuk menyaksikannya."
"Tidak, memang tidak." Setelah penyerahan kekuasaan pada tengah hari
esok, pelariannya dari Washington akan dimulai dengan jet pribadi (rnilik
sebuah perusahaan minyak) yang terbang menuju vila seorang teman lama di
Pulau Barbados. Atas instruksi Morgan, semua televisi diangkut keluar dari vila,
tak ada surat kabar maupun majalah yang dikirim ke sana, dan semua telepon
dicabut dari colokannya. Ia tidak akan mengadakan kontak dengan siapa pun,
bahkan dengan Critz, dan terutama tidak dengan Mrs. Morgan, selama paling
sedikit satu bulan. Ia tidak akan ambil pusing bahkan jika Washington terbakar
habis. Bahkan, dalam hati ia berharap begitu.
Setelah dari Barbados, ia akan pindah diam-diam ke kabinnya di Alaska, di
sana ia akan terus meng-abaikan dunia sementara musim dingin berlangsung dan ia menunggu
datangnya musim semi.

The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

"Apakah sebaiknya kita memberikan pengampunan padanya"" tanya
Presiden. "Mungkin," jawab Critz.
Presiden telah mengucapkan kata "kita", yang kadang-kadang digunakannya
kalau hendak mengambil keputusan yang tak menyenangkan. Untuk keputusan-keputusan yang mudah, ia selalu menggunakan kata "aku". Bila membutuhkan
dukungan, dan terutama jika membutuhkan orang yang bisa disalahkan, ia akan
membuka proses pengambilan keputusan dan melibatkan Critz.
ICritz telah mengambil alih kesalahan-kesalahan selama empat puluh tahun.
Walaupun sudah terbiasa, .tetap saja ia bosan. Katanya, "Besar kemungkinan
kita tidak akan sampai di sini kalau bukan karena Joel Backman."
"Kau mungkin benar soal itu," ujar Presiden. Ia selalu berkata ia terpilih
karena kampanyenya yang brilian, kepribadiannya yang berkarisma,
ketajamannya dalam memahami masalah, dan visinya yang jelas terhadap
Amerika. Mengejutkan juga mendengar ia akhirnya mengakui bahwa ia
berutang sepenuhnya pada Joel Backman.
Namun Critz terlalu kebas, dan terlalu capek, untuk terkejut. Enam tahun
yang lalu, skandal Backman me- landa hampir seluruh Washington dan akhirnya menodai White House. Ada
awan yang muncul menaungi presiden yang populer, memberikan jalan kepada
Arthur Morgan untuk terseok-seok menuju White House.
Sekarang ia terseok-seok keluar, dan senang membayangkan dapat
memberikan satu tamparan tak beralasan kepada otoritas Washington yang
telah mengucilkannya selama empat tahun. Pengampunan terhadap Joel
Backman akan menggetarkan dinding-dinding semua bangunan di D.C. dan
mengguncang pers untuk memulai kegilaan yang riuh rendah. Morgan menyukai
gagasan tersebut. Sementara ia bermandi matahari di Barbados, kota ini akan
mandek sekali lagi ketika para anggota Kongres menuntut diadakannya sidang
dengar pendapat, para jaksa penuntut beraksi di depan kamera, dan kepala-kepala yang banyak omong mengoceh tanpa henti di siaran-siaran berita TV
Presiden tersenyum ke arah kegelapan.
Di Jembatan Arlington Memorial, di atas Sungai Potomac, Hoby mengisi
kembali cangkir kertas Direktur dengan teh hijau. "Terima kasih," kata Teddy
pelan. "Apa yang akan dilakukan orang itu sesudah meninggalkan kantornya
besok"" ia bertanya. "Kabur dari negara ini."
"Seharusnya sejak dulu ia pergi."
"Ia berencana melewatkan satu bulan di Karibia, memulihkan luka-lukanya,
mengabaikan seluruh dunia, merajuk, menunggu ada orang yang
memperlihatkan minat terhadapnya."
"Dan Mrs. Morgan""
"Ia sudah pulang ke Delaware bermain bridge."
"Mereka akan berpisah""
"Kalau Presiden pintar. Tapi siapa tahu""
Teddy menghirup tehnya dengan hati-hati. "Jadi bagaimana kalau Morgan
menolak"" "Menurutku ia tidak akan menolak. Pembicaraan-pembicaraan awal
berlangsung lancar. Critz sepertinya setuju. Ia sekarang lebih sensitif daripada
Morgan. Critz tahu mereka tidak akan pernah melihat Oval Qffice jika bukan
karena skandal Backman."
"Seperti yang kukatakan tadi, bagaimana kalau ia menolak""
"Tidak akan ada apa-apa. Ia memang tolol, tapi bersih."
Mereka berbelok dari Constitution Avenue ke arah 18th Street dan tak lama
kemudian memasuki gerbang timur White House. Pria-pria bersenapan mesin
muncul riba-riba dari kegelapan, lalu agen-agen Secret Service yang
mengenakan mantel hitam menghentikan van tersebut. Kata-kata sandi
disebutkan, radio-radio berkaok-kaok, dan dalam
beberapa menit Teddy diturunkan dari van. Di dalam, pemindaian
formalitas atas kursi roda tak menghasilkan apa pun kecuali pria cacat yang
terbungkus rapat dalam selimut.
Artie, kali ini tanpa kaleng Heineken dan juga tanpa mengetuk pintu,
melongokkan kepala di pintu dan mengumumkan, "Maynard datang." "Jadi dia
masih hidup," komentar Presiden. "Nyaris tidak lagi." "Gelindingkan dia masuk."
Hoby dan agen bernama Priddy mengikuti kursi roda itu memasuki Oval Office.
Presiden dan Critz menyambut tamu-tamu mereka dan menggiring mereka ke
area duduk di depan perapian. Walaupun Maynard berupaya keras menghindari
White House, Priddy nyaris bisa dibilang tinggal di sana, memberikan taklimat
pada Presiden setiap pagi mengenai masalah-masalah intelijen.
Sementara mereka menempatkan diri, Teddy melayangkan pandangan ke
sekeliling ruangan, seolah mencari alat penyadap. Ia hampir yakin tak ada alat
semacam itu; praktik tersebut dihentikan setelah skandal Watergate. Nixon
menempatkan begitu banyak kabel di White House sehingga dapat menerangi
sebuah kota kecil, namun, tentu saja, ia telah membayar akibatnya. Tapi
Teddy sen-diri menggunakan alat penyadap. Tersembunyi di atas as kursi rodanya,
hanya beberapa sentimeter di bawah tempat duduknya, terdapat alat perekam
sensitif yang akan menangkap semua suara di ruangan ini selama tiga puluh
menit mendatang. Ia mencoba tersenyum pada Presiden Morgan, walau sebenarnya ingin
mengatakan sesuatu seperti: Tak diragukan lagi, kau adalah politisi dengan
wawasan paling sempit yang pernah kukenal. Hanya di Amerika orang tolol
seperti kau bisa mencapai kursi puncak.
Presiden Morgan tersenyum pada Teddy Maynard, padahal ia ingin
mengucapkan sesuatu seperti: Seharusnya aku memecatmu empat tahun yang
lalu. Lembagamu itu tak henti-hentinya menjadi sumber Faib negara ini.
Teddy: Aku terkejut k au bisa memenangkan satu negara bagian, meski
hanya dengan tujuh belas suara
Morgan: Kau tidak akan bisa menemukan satu teroris pun, bahkan jika ia
mengiklankan dirinya di papan reklame.
Teddy: Selamat memancing. Ikan trout yang i kaudapatkan bahkan akan
lebih sedikit daripada jumlah suara yang katiraih.
Morgan: Mengapa kau tidak mati saja, seperti yang dijanjikan semua orang
padaku" Teddy: Presiden datang dan pergi, tapi aku tak pernah pergi.
Morgan: Critz-lah yang ingin mempertahankan-mu. Berterima kasihlah
padanya atas pekerjaanmu itu. Aku sudah gatal ingin mendepakmu dua ming-gu
setelah inaugurasi. Critz berkata lantang, "Kopi, Saudara-saudara""
Teddy berkata, "Tidak," dan sesudah hal itu ditegaskan, Hoby dan Priddy
pun menolak. Karena CIA tidak mau minum kopi, Presiden Morgan berkata, "Ya,
tanpa susu, dengan dua gula." Critz mengangguk ke arah sekretaris yang sedang
menunggu di pintu samping yang terkuak.
Ia berbalik menghadapi kelompok itu dan berujar, "Kita tidak punya banyak
waktu." Dengan cepat Teddy berkata, "Aku datang untuk membicarakan Joel
Backman." 'Ya, untuk itulah Anda datang kemari," kata Presiden.
"Seperti yang Anda semua ketahui," lanjut Teddy tanpa menghiraukan
Presiden, "Mr. Backman masuk ke penjara tanpa mengucapkan sepatah kata
pun. Ia masih menyimpan rahasia yang, sejujurnya, dapat membahayakan
keselamatan nasional."
"Anda tidak bisa membunuhnya," sembur Critz.
"Kami tidak bisa mengincar warga negara Amerika, Mr. Critz. Itu melanggar
hukum. Kami lebih suka jika orang lain yang melakukannya."
"Aku tidak mengerti," kata Presiden.
"Begini rencananya. Kalau Anda memberikan pengampunan pada Mr.
Backman, dan kalau ia menerima pengampunan itu, kami akan membawanya
keluar dari negeri ini dalam beberapa jam. la harus setuju untuk menghabiskan
sisa hidupnya dalam persembunyian. Hal ini tidak akan jadi masalah karena ada
beberapa pihak yang ingin memastikan ia mati, dan ia mengetahuinya. Kami
akan merelokasinya ke luar negeri, mungkin di Eropa, di sana ia akan lebih
mudah diawasi. Ia akan mendapat identitas baru. Ia akan menjadi manusia
bebas, dan seiring waktu orang akan me-. lupakan Joel Backman." 1. "Tapi
bukan itu akhir kisahnya," sela Critz. "Bukan. Kami akan menunggu, mungkin
sekitar satu tahun, lalu akan kami bocorkan informasi itu di tempat-tempat
yang tepat. Mereka akan menemukan Mr. Backman, lalu membunuhnya, dan
sesudah itu, banyak pertanyaan kita akan terjawab dengan sendirinya."
Suasana hening cukup lama sementara Teddy menatap Critz, lalu Presiden.
Sesudah ia yakin mereka benar-benar bingung, ia melanjutkan, "Ini rencana
yang sangat sederhana, gentlemen. Kita akan tahu pihak mana yang
membunuhnya." "Jadi kalian akan mengawasinya"" tanya Critz. "Dengan
saksama." "Siapa saja yang mengejarnya"" tanya Presiden.
Teddy melepaskan kedua tangannya yang terjalin dan sedikit mengernyit,
lalu menatap lurus-lurus seperti guru yang berbicara kepada murid kelas tiga.
"Barangkali Rusia, atau Cina, mungkin juga Israel. Ada pihak-pihak lain juga."
Tentu saja ada pihak-pihak lain, tapi tak seorang pun berharap Teddy akan
mengungkapkan semua yang ia ketahui. Ia tak pernah melakukannya; dan tidak
akasi pernah, tak peduli siapa presiden yang berkuasa dan berapa lama lagi
orang itu akan berada di Oval Office. Orang-orang itu datang dan pergi,
beberapa bertahan selama empat tahun, yang lain delapan tahun. Sebagian
menyukai spionase, sebagian lagi hanya peduli pada jajak pendapat terakhir.
Morgan tidak menguasai masalah-masalah luar negeri, dan dengan
pemerintahannya yang tinggal beberapa jam lagi, Teddy tentu saja tidak akan
mengungkapkan informasi lebih banyak daripada yang diperlukan untuk
mendapatkan pengampunan tersebut.
"Mengapa Backman harus menerima kesepakatan itu"" tanya Critz.
"Tidak tertutup kemungkinan ia akan menolak," sahut Teddy. "Tapi sudah
enam tahun ia mendekam di sel soliter. Itu berarti dua puluh tiga jam sehari
terkurung di dalam sel yang amat sempit. Sam jam mendapat sinar matahari.
Mandi tiga kali seminggu. Makanannya buruk-mereka bilang be-rat badannya turun sekitar tiga puluh kilogram Kuden
gar kondisinya' tidak begitu bagus." Dua bulan yang lalu, setelah kejadian tanah longsor itu, ketika Teddy
Maynard memunculkan skenario pengampunan ini, ia telah menggerakkan
banyak kontaknya dan pengucilan Backman menjadi semakin parah.
Temperatur selnya diturunkan dan selama sebulan terakhir ia menderita batuk
yang parah- Makanannya yang selama ini hambar, diproses dengan blender
sekali lagi sehingga lebih cair, dan dihidangkan dingin. Pengguyur toiletnya
sering kali tidak berfungsi. Para penjaga membangunkannya berkali-kali pada
waktu malam. Jatah teleponnya dikurangi. Perpustakaan hukum yang ia
gunakan dua kali seminggu tiba-tiba menjadi area terlarang. Backman, sebagai
ahli hukum, mengetahui hak-haknya, dan ia melancarkan berbagai ancaman
litigasi terhadap penjara dan pemerintah, namun hingga sekarang belum
mengajukan gugatan. Perlawanan itu membuatnya lelah. Ia sudah menuntut
diberi pil-pil tidur dan Prozac.
"Anda ingin aku mengampuni Joel Backman supaya kalian bisa mengatur
agar ia dibunuh"" tanya Presiden.
"Ya," sahut Teddy terus terang. "Tapi bukan kami yang mengaturnya."
"Tapi tetap saja itu akan terjadi." "Ya."
natiannya akan menguntungkan ke-nnal""
onal" aya demikian."
2 Sayap isolasi di Lembaga Pemasyarakatan Federal Rudley memiliki empat
puluh sel yang identik, masing-masing luasnya tak lebih dari 1,5 meter persegi,
tanpa jendela, tanpa terali besi, lantainya beton yang dicat hijau dengan
dinding dari blok batu bara, dan pintunya terbuat dari logam pejal yang
memiliki lubang tipis di bagian bawah untuk menyusupkan nampan makanan
dan lubang pengintip kecil untuk para penjaga. Sayap itu dihuni para informan
pemerintah, informan pedagang obat terlarang, bajingan Mafia, beberapa
mata-mata^-orang-orang yang perlu dikunci rapat-rapat karena banyak orang
di kampung halaman yang ingin menggorok leher mereka. Sebagian besar dari
empat puluh tahanan dalam tempat terlindung itu memang meminta
ditempatkan di sayap isolasi.
Joel Backman sedang berusaha tidur ketika dua penjaga membuka pintunya
dengan bunyi berdentang keras dan menyalakan lampu. "Kepala Penjara ingin
bertemu denganmu," kata salah seorang di antaranya, tanpa penjelasan lebih
lanjut. Dalam diam mereka mengendarai van penjara menyeberangi padang
rumput Oklahoma yang dingin menggigit, melewati bangunan-bangunan lain
yang dihuni kaum kriminal yang tak membutuhkan pengamanan terlalu ketat,
sampai mereka tiba di gedung administrasi. Backman, yang diborgol tanpa
alasan jelas, digiring masuk dengan cepat, menaiki dua baris tangga, lalu
menyusuri lorong panjang menuju kantor besar dengan lampu-lampu menyala,
yang jelas sedang disibukkan suatu hal penting. Ia melirik jam di dinding; sudah
hampir pukul sebelas malam.
Joel Backman belum pernah bertemu Kepala Penjara, dan hal itu bukan
tidak biasa. Untuk alasan-alasan yang bagus, Kepala Penjara tidak mondar-mandir. Ia tidak perlu berkampanye untuk menduduki jabatan tertentu, juga
tidak perlu memotivasi pasukannya. Selain Kepala Penjara, di sana terdapat
tiga pria lain yang mengenakan jas, orang-orang yang tampak serius dan sudah
bercakap-cakap selama beberapa waktu. Walaupun merokok dilarang keras di
gedung perkantoran milik pemerintah AS, tampak sebuah asbak penuh
29 abu dan asap tebal menggantung di dekat langit-langit.
Tanpa perkenalan sama sekali, Kepala Penjara I berkata, "Duduklah di
sana, Mr. Backman." "Senang bertemu dengan kalian," kata Backman sambil menatap orang-orang
lain yang berada di ruangan. "Mengapa aku ada di sini"" "Kita akan
membicarakannya." "Bisakah borgol ini dibuka" Aku berjanji tidak akan
membunuh siapa pun." Kepala Penjara memberi isyarat singkat kepada i
penjaga terdekat, yang dengan cepat mengeluarkan kunci dan membebaskan
tangan Backman. Penjaga itu lalu bergegas keluar dari ruangan, membanting
pintu, membuat tidak senang sang kepala penjara yang penggugup.
Kepala Penjara menuding dan berkata, "Ini Agen Khusus Adair dari FBI. Ini
Mr. Knabe dari Departemen Kehakiman. Dan ini Mr. Sizemore, juga dari
Washington." Dari ketiga orang itu, tak satu pun bergerak mendekati Mr. Backman, yang
masi h berdiri dan tampak kebingungan. Ia mengangguk saja pada mereka,
dalam upaya setengah hati untuk bersikap sopan. Upayanya tidak berbalas.
"Silakan duduk," kata Kepala Penjara, dan Backman akhirnya duduk. "Terima
kasih. Seperti yang Anda ketahui, Mr. Backman, presiden yang
baru akan segera disumpah. Presiden Morgan akan segera keluar. Sekarang
ini beliau berada di Oval Office, bergumul dengan keputusan apakah akan
memberikan pengampunan penuh kepada Anda."
Tiba-tiba Backman didera batuk-batuk hebat, sebagian akibat temperatur
mendekati titik beku di selnya, dan sebagian lagi karena kekagetan mendengar
kata "pengampunan".
Mr. Knabe dari Kehakiman mengangsurkan sebotol ain padanya, yang
ditenggaknya dan diciprat-kannya ke dagu, dan akhirnya ia berhasil menahan
batuk-batuknya. "Pengampunan"" gumamnya.
"Pengampunan penuh, dengan beberapa persyaratan."
"Tapi kenapa""
"Aku tidak- tahu sebabnya, Mr. Backman, dan bukan urusanku untuk
memahami apa yang sedang terjadi. Aku hanya menyampaikan pesan."
Mr. Sizemore, yang hanya diperkenalkan "dari Washington", tanpa jabatan
maupun afiliasi, berkata, "Ini kesepakatan, Mr. Backman. Sebagai ganti
pengampunan penuh, Anda harus meninggalkan negara ini, tanpa pernah
kembali, dan hidup dengan identitas baru di tempat orang tak bisa menemukan
Anda." Tidak ada masalah dengan itu, pikir Backman. Ia memang tidak ingin
ditemukan. "Tapi kenapa"" ia bergumam lagi. Botol air di tangan kirinya tampak
gemetar. Sementara Mr. Sizemore dari Washington memerhatikan botol itu bergetar,
ia mengamati Joel Backman dengan saksama, dari rambut kelabunya yang
dipotong cepak hingga sepatu lari yang dibeli dari toko satu-harga, dengan kaus
kaki hitam penjara, dan mau tak mau teringat gambaran orang ini di kehidupan
sebelumnya. Gambar di suatu sampul majalah terbayang di benaknya. Foto
keren Joel Backman dalam setelan hitam buatan Italia, dengan potongan dan
dandanan tanpa cela, menatap kamera dengan sikap puas diri sebesar yang bisa
dikerahkan manusia. Rambutnya lebih panjang dan lebih gelap, wajahnya yang
tampan lebih berisi dan tanpa kerut, pinggangnya cukup tebal dan


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

membuktikan frekuensi makan siangnya dengan banyak orang penting dan
makan malam yang berlangsung selama empat jam. Ia menyukai anggur,
wanita, dan mobil sport. Ia memiliki jet, kapal yacht, rumah di Vail, dan semua
itu ia umbar tanpa ragu-ragu. Tulisan besar di atas kepalanya menyatakan:
SANG BROKER-INIKAH ORANG PALING BERKUASA NOMOR DUA DI WASHINGTON"
Majalah tersebut tersimpan di dalam tas kerja Mr. Sizemore, bersama arsip
tebal mengenai Joel Backman. Ia mengambilnya di pesawat dalam perjalanan
dari Washington ke Tulsa. Menurut artikel majalah tersebut, penghasilan
sang broker saat itu dilaporkan lebih dari sepuluh juta dolar per tahun,
walaupun ia agak malu-malu mengaku pada wartawan yang mewawancarainya.
Biro hukum yang didirikannya mempekerjakan dua ratus pengacara, kecil
menurut standar Washington, namun tak diragukan lagi yang paling
berpengaruh dalam percaturan politik. Biro hukum itu merupakan mesin lobi,
bukan tempat pengacara sungguhan mempraktikkan keahlian mereka. Lebih
mirip rumah bordil untuk perusahaan-perusahaan kaya dan pemerintah-pemerintah luar negeri.
Oh, yang mahakuasa telah jatuh, batin Mr. Sizemore sambil mengamati
botol yang bergetar. "Aku tidak mengerti," Backman berhasil mengeluarkan bisikan.
"Dan kami tak punya waktu untuk menjelaskan," ujar Mr. Sizemore. "Ini
kesepakatan cepat, Mr. Backman. Sayangnya Anda tidak punya waktu untuk
memikirkannya. Kami perlu keputusan cepat. Ya atau tidak. Anda ingin tetap
tinggal di sini, atau Anda ingin hidup dengan nama lain di ujung dunia""
"Di mana"" "
"Kami tidak tahu di mana, tapi nanti kami pikirkan."
"Apakah aku akan aman"" "Hanya Anda yang dapat menjawab pertanyaan
itu, Mr. Backman." Sementara Mr. Backman memikirkan pertanyaan-pertanyaannya sendiri,
tangannya bergetar semakin hebat.
"Kapan aku bisa pergi"" ia bertanya lirih. Suaranya agak kuat sekarang ini,
tapi serangan batuk hebat akan selalu menanti.
"Segera," sahut Mr. Sizemore, yang telah mengambil alih pertemuan ini dan
me rendahkan Kepala Penjara, orang FBI, serta orang Departemen Kehakiman
itu dengan menjadikan mereka sekadar penonton. "Maksudmu, sekarang juga""
"Anda tidak akan kembali ke sel Anda." "Oh, sial," umpat Backman, dan yang
lain-lain mau tak mau tersenyum.
"Ada penjaga yang menunggu di sel Anda," kata Kepala Penjara "Ia akan
membawakan apa pun yang Anda inginkan."
"Selalu ada penjaga yang menunggu di selku," tukas Backman pada Kepala
Penjara. "Kalau itu si sadis bernama Sloan, suruh dia mengambil pisau cukurku
dan mengiris pergelangan tangannya sendiri"
f Semua orang menelan ludah dan menunggu kata-kata tersembur dari
lubang panas itu. Mereka menyela udara yang berpolusi pekat dan menyibukkan
diri selama beberapa saat.
Mr. Sizemore berdeham, mengalihkan berat tubuhnya dari pantat kanan ke
pantat kiri, dan berkata, "Ada beberapa orang yang sedang menunggu di Oval Office, Mr.
Backman. Apakah Anda menerima penawaran ini""
"Presiden sedang menunggu keputusanku""
"Anda bisa bilang begitu."
"Ia berutang budi padaku. Aku yang menempatkannya di sana."
"Ini bukan saat yang tepat untuk memperdebatkan masalah\ itu, Mr.
Backman," ujar Mr. Sizemore tenang.
"Apakah ia bermaksud membalas budi"" "Aku tidak tahu apa yang dipikirkan
Presiden." "Kau berasumsi ia punya kemampuan berpikir." "Aku akan menelepon
mereka dan memberitahu bahwa Anda menolak." "Tunggu."
Backman mengosongkan botol air dan meminta satu lagi. Disekanya
mulutnya dengan lengan baju, lalu ia berkata, "Apakah ini seperti program
perlindungan saksi, semacam itu""
"Bukan program resmi, Mr. Backman. Tapi, dari waktu ke waktu, kami
memang perlu menyembunyikan orang."
"Sesering apa kalian kehilangan orang-orang itu""
"Tidak terlalu sering."
"Tidak terlalu sering" Jadi tidak ada jaminan aku akan aman."
"Tidak ada yang bisa menjamin apa pun. Tapi pertaruhan Anda cukup baik."
Backman menatap Kepala Penjara dan berkata, "Berapa lama lagi masa
tahananku di sini, Lester""
Lester ditarik kembali ke dalam percakapan. Tidak ada yang memanggilnya
Lester, ia benci nama itu dan menghindari nama itu disebut. Papan nama yang
terpampang di mejanya menyatakan ia bernama L Howard Cass. "Empat belas
tahun, dan kau bisa memanggilku Kepala Penjara Cass."
"Cass gundulmu. Kemungkinan besar aku akan mati dalam tiga tahun.
Kombinasi kekurangan nutrisi, hipotermia, dan perawatan kesehatan yang
buruk akan membunuhku. Lester ini agak keras juga, boys!"
"Dapatkah kita. melanjutkan pembicaraan"" ujar Mr. Sizemore.
"Tentu saja aku mau menerima kesepakatan ini," I kata Backman. "Orang
goblok juga pasti mau."
Mr. Knabe dari Kehakiman akhirnya beringsut. Ia membuka tas kerjanya dan
berkata, "Ini dokumen-dokumennya."
"Kau bekerja untuk siapa"" tanya Backman pada Mr. Sizemore. "Presiden
Amerika Serikat." "Well, bilang padanya aku tidak memilih dia J karena aku
dipenjara. Tapi aku pasti akan melaku-kannya, kalau punya kesempatan. Dan sampaikan terima kasihku padanya,
pke"" "Tentu."
Hoby menuangkan secangkir teh hijau lagi, kali ini tidak mengandung
kafein, karena sudah hampir tengah malam. Ia mengangsurkannya pada Teddy,
yang terbungkus selimut dan memandangi lalu lintas di belakang mereka.
Mereka berada di Constitution Avenue, meninggalkan pusat kota, hampir
sampai di Roosevelt Bridge. Laki-laki tua itu menghirupnya, lalu berkata,
"Morgan terlalu goblok untuk menjual pengampunan hukuman. Tapi Critz
membuatku khawatir."
"Ada rekening baru di Pulau Nevis," kata Hoby. "Muncul dua minggu yang
lalu, dibuka oleh perusahaan tak jelas yang dimiliki Floyd Dunlap." "Siapa dia""
"Salah seorang penggalang dana Morgan." "Kenapa di Nevis""
"Tempat panas paling baru untuk aktivitas luar
negeri." "Dan kita sudah menguasainya""
"Seluruhnya. Transfer apa pun yang berlangsung selama empat puluh
delapan jam ke depan."
Teddy mengangguk kecil dan menoleh sedikit ke kiri untuk melihat Kennedy
Center. "Di mana "Sedang meninggalkan penjara."
Teddy tersenyum dan menyesap tehnya. Mereka melewati jembatan dalam
keheningan, dan sewaktu Potomac sudah di belakang mereka, ia akhirnya
berkata, "Siapa yang akan menghabisi dia""
"Apakah itu penting "" "Tidak, tidak penting. Tapi asyik juga bisa menikmati kontes ini."
Joel Backman mengenakan seragam militer warna khaki yang sudah lawas
namun dikanji hingga kaku dan disetrika rapi, semua emblem dan tanda
dilepas, juga sepasang bot tempur hitam mengilap dan jaket parka biru tua
dengan tudung yang dikenakannya rapat-rapat di sekeliling kepalanya. Ia
berjalan penuh percaya diri keluar dari Lembaga Pemasyarakatan Federal
Rudley, lima menit selewat tengah malam, empat belas tahun lebih cepat
daripada yang seharusnya. Ia telah berada di sana, di penjara isolasi, selama
enam tahun, dan ketika meninggalkannya ia hanya membawa tas kanvas kecil
berisi beberapa buku dan foto. Ia tidak menoleh ke belakang.
Usianya 52 tahun, ia sudah bercerai, bangkrut, dijauhi dua dari tiga
anaknya, dan sama sekali terlupakan oleh semua teman lamanya. Tak seorang
pun mau repot-repot berkorespondensi dengannya
sesudah satu tahun ia dikurung. Pacarnya, salah satu dari banyak sekretaris
yang diuber-ubernya keliling kantornya yang mewah, terus menulis surat
selama sepuluh bulan, sampai ada laporan di The Washington Post di mana FBI
menyatakan bahwa Joel Backman tidak mungkin menjarah perusahaannya dan
menggelapkan jutaan dolar dari para kliennya, seperti yang digosipkan semula.
Siapa yang mau menjadi sahabat pena pengacara bangkrut yang meringkuk di
penjara" Kalau pengacara itu kaya, mungkin saja.
Ibunya menulis surat sesekali, tapi usianya sudah 91 tahun dan ia tinggal di
rumah perawatan jompo murah di dekat Oakland, dan dalam setiap suratnya
Backman mendapat kesan itulah surat terakhir dari ibunya. Backman menulis
surat untuk ibunya setiap minggu, tapi meragukan ibunya masih bisa membaca,
dan ia hampir yakin tak ada staf yang memiliki waktu atau minat membacakan
surat-surat itu untuknya. Ibunya selalu menulis, "Terima kasih untuk suratmu,"
tapi tak pernah menyinggung-nyinggung apa pun yang ditulis Backman. Ia juga
mengirimi ibunya kartu-kartu pada hari-hari istimewa. Dalam salah satu
suratnya, ibunya pernah mengaku tidak ada yang ingat hari ulang tahunnya.
Sepatu bot itu sangat berat. Ketika berjalan di trotoar, ia menyadari bahwa
hampir selama enam tahun terakhir ini ia hanya memakai kaus kaki, tanpa sepatu. Aneh benar
hal-hal yang kauingat ketika kau mendadak dibebaskan tanpa persiapan. Kapan
terakhir kali ia mengenakan bot" Dan berapa lama lagi sebelum ia bisa
membuang benda sialan ini"
Ia berhenti sesaat dan mendongak ke langit. Selama satu jam setiap hari, ia
diizinkan berjalan-jalan di sepetak kecil halaman rumput di luar sayap
penjaranya. Selalu sendirian, selalu diawasi penjaga, | seolah ia, Joel
Backman, mantan pengacara yang j tak pernah menembakkan pistol dalam
keadaan | marah, bisa saja mendadak berubah berbahaya dan [ melukai
seseorang. "Taman" itu dikelilingi pagar f kawat setinggi tiga meter, dan di
atasnya dipasang kawat duri setajam silet. Di baliknya terdapat kanal i kering,
dan selebihnya hanya ada padang rumput j luas tanpa pepohonan yang
membentang sampai I Texas, begitu perkiraannya.
Mr. Sizemore dan Agen Adair mengawalnya. | Mereka menggiringnya menuju
mobil SUV warna | hijau tua yang, meskipun tidak bertanda, jelas- t jelas
menyatakan "mobil pemerintah". Joel naik | ke kabin belakang, sendiri, dan
mulai berdoa. Ia | memejamkan mata rapat-rapat, mengatupkan ra- i hang,
dan meminta pada Tuhan agar mesin mobil j segera menyala, roda segera
berputar, gerbang segera i terbuka, dokumen-dokumen tak bercela; kumohon,
Tuhan, jangan ada lelucon. Ini bukan mimpi, Tuhan, kumohon!
Dua puluh menit kemudian, Sizemore yang pertama kali membuka mulut.
"Omong-omong, Mr. Backman, apakah Anda lapar""
Mr. Backman sudah selesai berdoa dan mulai menangis. Mobil itu melaju
mulus, walaupun ia tidak membuka matanya. Ia berbaring di kursi belakang,
mencoba mengendalikan emosinya, dan gagal total.
"Tentu," ia berhasil menjawab. Ia duduk tegak dan melihat ke luar. Mereka
berada di jalan bebas hambatan antar negara bagian, papan penunjuk jalan
besar berwarna hijau berkelebat cepat-Perry Exit. Mereka berhenti di area
parkir restoran pancake, tak sampai
empat ratus meter dari jalan raya.
Terlihat truk-truk besar di kejauhan, mesin dieselnya bekerja keras. Joel
mengamatinya sesaat, dan mendengarkan. Ia mendongak lagi dan melihat
bulan separo. "Apakah kita terburu-buru"" ia bertanya pada Sizemore ketika memasuki
restoran. "Masih dalam jadwal," begitu jawabannya.
Mereka mengambil tempat di meja dekat jendela depan, Joel memandang
ke luar. Ia memesan jrench toast dan buah, tidak memesan makanan yang
berat karena khawatir sistem pencernaannya sudah terlalu terbiasa dengan
makanan cair yang selama ini di-telannya. Percakapan mereka terasa kaku; kedua pegawai pemerintah itu
telah diprogram untuk tidak banyak bicara dan sama sekali tak mampu berbasa-basi. Bukan berarti Joel ingin mendengar apa yang ingin mereka katakan.
Ia berusaha tidak tersenyum. Belakangan Sizemore akan melaporkan bahwa
Backman sesekali melirik ke pintu dan sepertinya mengamati pelanggan-pelanggan lain dengan cermat. Ia tidak tampak takut; malah sebaliknya.
Sementara menit-menit berlalu dan guncangan itu mereda, kelihatannya ia
menyesuaikan diri dengan cepat dan menjadi [bersemangat. Ia melahap dua
porsi french toast dan minum empat cangkir kopi.
Beberapa menit lewat dari pukul empat pagi, mereka memasuki gerbang
Fort Summit, dekat Brinkley, Texas. Backman dibawa ke rumah sakit pangkalan
dan diperiksa dua dokter. Selain flu dan batuk-batuk biasa, serta tubuh yang
kurus dan tirus, kondisinya lumayan baik. Sesudah itu ia dibawa ke hanggar
tempat ia bertemu Kolonel Gantner, yang seketika itu juga menjadi teman
baiknya. Atas instruksi Gantner dan di bawah pengawasan ketatnya, Joel
mengganti pakaiannya dengan jumpsuit hijau tentara dengan nama HERZOG
tertera di atas saku dada kanan. "Itu namaku"" tanya Joel sambil mengamati
nama itu. "Selama empat puluh delapan jam yang akan
datang," sahut Gantner. "Pangkatku"" "Mayor." "Lumayan."
Pada suatu saat selama brifing singkat itu, Mr. Sizemore dari Washington
dan Agen Adair menyelinap pergi, tak pernah terlihat lagi oleh Joel Backman.
Sewaktu sinar matahari mulai menampakkan semburatnya, Joel naik ke bukaan
belakang pesawat kargo C-130 dan mengikuti Gantner ke tingkat atas, menuju
kabin kecil tempat enam serdadu lain sedang menyiapkan diri untuk perjalanan
yang panjang. "Kauambil ranjang itu," kata Gantner sambil menuding ranjang lipat yang
paling bawah. "Boleh kutanya ke mana kita pergi"" bisik Joel.
"Kau boleh bertanya, tapi aku tidak bisa menjawab."
"Cuma ingin tahu."
"Aku akan memberimu brifing lagi sebelum kita
mendarat." "Kapan itu""
"Sekitar empat belas jam lagi."
Tanpa jendela yang dapat mengalihkan perhatiannya, Joel menempatkan
diri di ranjang lipat, menarik selimut menyelubungi kepalanya, dan sudah
mendengkur ketika pesawat lepas landas.
3 Critz tidur selama beberapa jam, lalu meninggalkan rumah jauh sebelum
kekacauan inaugurasi dimulai. Tak lama setelah matahari terbit, ia dan istrinya
sudah diterbangkan ke London dengan salah satu dari sekian banyak pesawat
jet pribadi milik majikannya yang baru. Ia akan melewatkan dua minggu di
sana, lalu kembali ke kesibukan Beltway sebagai pelobi baru yang memainkan
permainan lama. Ia tidak menyukai gagasan itu. Selama bertahun-tahun ia
mengamati para pecundang menyeberang jalan dan memulai karier baru
memuntir lengan kolega-kolega lama, menjual jiwa mereka kepada siapa pun
yang punya cukup banyak uang untuk membeli pengaruh apa pun yang mereka
jual. Benar-benar bisnis busuk. Ia bosan
dengan kehidupan politik, tapi, sayangnya, hanya itu yang diketahuinya.
Ia akan menyusun pidato-pidato, mungkin menulis buku, bertahan selama
beberapa tahun sambil' berharap ada orang yang akan mengingatnya. Tapi Critz
tahu betapa cepat terlupakannya orang-orang yang pernah berkuasa di
Washington. Presiden Morgan dan Direktur Maynard telah sepakat untuk
menyembunyikan cerita tentang Backman selama 24 jam, sampai inaugurasi
selesai. Morgan sebenarnya tidak peduli; ia akan berada di Barbados pada saat
itu. Namun Critz tidak terikat kesepakatan apa pun, terutama kesepakatan
yang dibuat dengan orang semacam Teddy Maynard. Setelah makan malam
yang panjang sambil menikmati anggur dalam jumlah banyak, sekitar pukul dua
dini hari waktu London, la menelepon koresponden White House yang bekerja
untuk CBS dan membisikkan garis besar pengampunan hukuman Backman.
Seperti yang telah diprediksinya, CBS menayangkan kisah itu pada jam gosip
pagi, dan sebelum pukul delapan berita itu sudah bergemuruh keras di D.C.
Joel Backman mendapat pengampunan penuh dan tanpa syarat pada detik-detik terakhir!
Tidak ada detail-detail apa pun mengenai pembebasannya. Terakhir kali
terdengar kabarnya, ia tersembunyi rapat di penjara dengan keamanan
maksimum di Oklahoma. Di kota yang sangat tegang itu, hari dimulai dengan pengampunan hukuman
yang melejit ke panggung utama dan bersaing ketat dengan presiden baru serta
hari kerja pertamanya. Biro hukum Pratt & Boiling yang bangkrut kini berkantor di Massachusetts
Avenue, empat blok sebelah utara Dupont Circle," bukan lokasi yang buruk,
namun jelas tidak sehebat kantor lama mereka di New York Avenue. Beberapa
tahun sebelumnya, Iketika Joel Backman masih berkuasa-nama biro itu dulunya Backman, Pratt
& Boiling-ia berkeras memilih tempat" dengan harga sewa paling mahal di


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kota itu supaya dapat berdiri di depan jendela besar di kantornya yang luas di
lantai delapan dan memandang ke bawah ke arah White House.
Sekarang White House tak lagi terlihat; tidak ada kantor hebat dengan
pemandangan menakjubkan; gedung ini hanya terdiri atas tiga lantai, bukan
delapan. Biro itu juga telah menciut dari dua ratus pengacara dengan upah
tinggi menjadi tiga puluh pengacara yang bekerja setengah mati. Kebangkrutan
yang pertama-di kantor itu biasa disebut Backman I-sudah cukup
menggerogoti kekuatan biro tersebut, tapi ajaibnya juga telah menghindarkan
para partnernya dari penjara. Backman II disebabkan oleh tiga tahun pertem-puran internal dan saling tuntut yang sengit di antara para anggota yang
selamat. Pesaing-pesaing biro itu senang mengatakan bahwa Pratt & Boiling
menghabiskan lebih banyak waktu menuntut bironya sendiri daripada menuntut
lawan para kliennya. Namun pada pagi hari itu, para pesaing tak bersuara. Joel Backman bebas.
Sang broker dilepaskan. Apakah ia akan kembali berjaya" Apakah ia akan
kembali ke Washington" Apakah berita itu benar" Pasti tidak.
Kim Boiling saat itu menjalani rehabilitasi kecanduan alkohol, dan dari sana
ia akan langsung dikirim ke fasilitas kesehatan mental selama bertahun-tahun.
Tekanan yang tak tertahankan selama enam tahun terakhir telah
mendorongnya ke tepi jurang kewarasan, hingga tak dapat kembali lagi. Tugas
menghadapi mimpi buruk dari Joel Backman ini jatuh ke pangkuan Carl Pratt
yang lebar. Pratt-lah yang pertama kali melontarkan jawaban "Ya, aku bersedia" 22
tahun sebelumnya, ketika Backman menawarkan penggabungan dua biro hukum
kecil mereka. Pratt-lah yang bekerja mati-matian selama enam belas tahun
membersihkan kotoran apa pun yang ditinggalkan Backman sementara biro itu
berkembang, upah membanjir masuk, dan batas-batas etis menjadi kabur
hingga tak dapat dikenali lagi. Pratt-lah yang bertengkar setiap
minggu dengan partnernya, yang setelah beberapa lama ikut menikmati
buah keberhasilan mereka yang luar biasa.
Dan Carl Pratt jugalah yang nyaris diajukan ke pengadilan federal, tepat
sebelum Joel Backman secara heroik menerima hukuman itu demi orang-orang
lain. Pengakuan bersalah Backman, pengakuan yang telah membebaskan
partner-partner lain dari tuduhan, mewajibkan mereka membayar denda
sebesar sepuluh juta dolar, yang langsung mengakibatkan kebangkrutan
pertama-Backman I. Kebangkrutan itu lebih baik daripada penjara, Pratt mengingatkan diri
sendiri setiap hari. Pagi itu ia tersaruk-saruk berkeliling kantornya yang nyaris
tak berperabot, bergumam sendiri, dan berusaha keras meyakini berita itu
tidak benar. Ia berdiri di depan jendelanya yang kecil dan memandangi gedung
batu kelabu di sebelah, serta bertanya-tanya dalam hati bagaimana semua itu
dapat terjadi. Bagaimana mantan pengacara/pelobi yang telah bangkrut,
dipermalukan, dan dicabut haknya sebagai pengacara, bisa meyakinkan
presiden yang payah agar memberinya p
engampunan pada detik-detik terakhir"
Ketika Joel Backman masuk penjara, boleh dibilang ia penjahat kerah putih
paling terkenal di Amerika. Semua orang ingin melihatnya digantung di cabang
pohon. Namun, Pratt mengakui pada diri sendiri, jika-ada manusia di dunia ini yang
sanggup mencintakan keajaiban tersebut, orang itu adalah Joel Backman.
Pratt menelepon selama beberapa menit, menyimak desas-desus dalam
jaringannya yang luas, yang terdiri atas para penggosip Washington dan orang-orang yang serbatahu. Seorang teman lama yang entah bagaimana dapat
bertahan di Departemen Eksekutif di bawah empat presiden-dua dari masing-masing partai-akhirnya mengonfirmasi kebenaran itu.
"Di mana dia sekarang"" desak Pratt, seolah Backman akan muncul di D.C.
sewaktu-waktu. "Tidak ada yang tahu," begitu jawabannya.
Pratt mengunci pintunya dan melawan dorongan untuk membuka botol
vodka. Usianya 49 tahun ketika partnernya divonis penjara dua puluh tahun
tanpa kemungkinan pembebasan bersyarat, dan ia sering bertanya-tanya apa
yang akan ia lakukan pada usia 69 tahun ketika Backman dibebaskan.
Pada saat ini, Pratt merasa telah kecolongan empat belas tahun.
Ruang sidang itu begitu padat sehingga hakim menunda sidang pendahuluan
selama dua jam sampai permintaan tempat duduk dapat diatur dan diberi
prioritas. Semua lembaga pemberitaan penting di negara itu menjerit
meminta tempat untuk duduk maupun berdiri. Tokoh-tokoh dari Departemen
Kehakiman, FBI, Pentagon, CIA, NSA, White House, dan Capitol Hill mendesak
mendapat tempat duduk, semua mengatakan kepentingan mereka akan
ditegakkan bila mereka bisa hadir untuk menyaksikan eksekusi Joel Backman.
Ketika terdakwa akhirnya muncul di ruang sidang yang gelisah itu, penonton
mendadak terdiam dan satu-satunya suara yang terdengar berasal dari no tulis
pengadilan yang menyiapkan mesin stenonya.
Backman dibawa ke meja terdakwa, tempat sepasukan kecil pengacara
mengerumuninya dengan rapat seolah sebutir peluru sewaktu-waktu dapat
melesat dari kerumunan di area penonton. "Kalaupun ada suara tembakan, hal
itu tidak mengherankan, walaupun pengamanan di sana menyamai pengamanan
kunjungan kepresidenan. Di baris paling depan, tepat di belakang meja
terdakwa, duduklah Carl Pratt dan beberapa partner-atau yang-sebentar-lagi-akan-menjadi-mantan-partner- Mr. Backman. Merekalah yang telah digeledah
paling teliti, untuk alasan yang paling jelas. Walaupun mereka mendidih penuh
kemurkaan terhadap Backman, mereka jugalah yang paling mendukungnya.
Kalau permohonan pernyataan bersalah itu gagal karena ada masalah atau
ketidak-sepakatan pada saat terakhir, posisi mereka akan di ujung tanduk, dan akan
ada sidang-sidang sengit tak lama lagi.
Masih untung mereka duduk di baris paling depan, bersama para penonton,
bukan di meja terdakwa tempat para penjahat seharusnya berada. Paling tidak
mereka masih hidup. Delapan hari sebelumnya, Jacy Hubbard, salah seorang
partner mereka yang berharga, ditemukan tewas di Arlingron National
Cemetery, dengan skenario bunuh diri yang tak dipercaya oleh nyaris semua
orang. Hubbard pernah menjadi senator dari Texas yang lengser dari kursi yang
didudukinya selama 25 tahun, demi satu tujuan-walau tak disebutkan- yaitu
menawarkan kekuatan pengaruhnya kepada siapa pun yang menawar dengan
harga paling tinggi. Tentu saja Joel Backman tidak akan membiarkan ikan yang
demikian besar lolos dari jaring-jaringnya, maka ia dan seluruh jajaran
Backman, Pratt & Boiling menyewa jasa Hubbard dengan bayaran satu juta
dolar setahun karena Jacy bisa keluar-masuk Oval Office kapan pun ia mau.
Kematian Hubbard adalah cara yang" efetaif untuk memperlihatkan pada
Joel Backman sudut pandang pemerintah. Keruwetan yang selama ini telah
memperlambat negosiasi kesepakatan tiba-tiba saja terurai. Bukan saja
Backman menerima vonis dua puluh tahun penjara, ia juga ingin melaku-kannya secepat mungkin. Ia tak sabar ingin segera I masuk ke tempat
terlindung! Pengacara pihak pemerintah hari itu adalah jaksa penuntut karier dari
jajaran tinggi Departemen Kehakiman, dan dengan besarnya liputan dan
prestisiusnya penonton yang datang,
ia tak tahan untuk tidak berlagak
pamer. Ia menggunakan tiga kata padahal satu kata sudah cukup; terlalu
banyak orang yang menontonnya di luar sana. Ia menguasai panggung-momen
langka dalam kariernya yang panjang dan membosankan-dan seluruh negeri
menyaksikan. Dengan gaya teramat kering ia berlagak membacakan tuntutan,
dan segera terlihat jelas bahwa ia tidak memiliki setetes pun bakat teatrikal,
sama sekali tak memiliki pembawaan dramatis, walaupun ia sudah berusaha
sekuat renaga. Setelah delapan menit monolog yang menjemukan, sang hakim,
yang menyipitkan mata dengan mengantuk dari balik kacamatanya, berkata,
"Maukah Anda mempercepat pembacaan tuntutan, Sir, dan tolong rendahkan
suara Anda." Keseluruhannya ada delapan belas butir tuntutan, menyatakan tindak
kejahatan dari spionase hingga pengkhianatan terhadap negara. Setelah semua
itu dibacakan, Joel Backman tampak begitu jahat sehingga bisa disetarakan
dengan Hitler. Pengacara Backman dengan cepat mengingatkan sidang
pengadilan, dan semua orang yang hadir, bahwa
tak satu pun tuntutan itu sudah dibuktikan, bahwa itu hanya penggambaran
satu sisi dalam kasus ini, sudut pandang pemerintah yang berat sebelah. Ia
menjelaskan bahwa kliennya hanya bersedia mengaku bersalah atas empat dari
delapan belas tuntutan-kepemililikan atas dokumen-dokumen militer yang
belum diotorisasi. Hakim kemudian membaca permohonan bersalah yang
lumayan panjang, dan selama dua puluh menit tidak ada yang bersuara. Para
seniman di baris depan membuat sketsa kejadian dengan bersemangat,
gambar-gambar mereka sama sekali tidak mirip aslinya.
Neal Backman, putra sulung Joel, bersembunyi di baris belakang, duduk di
antara orang-orang tak dikenal. Pada saat itu ia masih berstatus sebagai
associate di biro hukum Backman, Pratt & Boiling, tapi tak lama lagi keadaan
itu akan berubah. Diamatinya jalannya seluruh persidangan dengan perasaan
terguncang. Ia tak mampu memercayai ayahnya yang dulu begitu berkuasa
sekarang mengaku bersalah dan akan tenggelam dalam sistem penghukuman
federal. Terdakwa akhirnya digiring ke kursi saksi, di sana ia mendongak angkuh
sebisa mungkin dan menghadapi para juri. Bersama para pengacara yang
berbisik-bisik di kedua telinganya, ia mengaku bersalah atas empat tuntutan,
lalu dibawa kembali ke tempat duduknya. Ia berhasil menghindari kontak mata
dengan semua orang. Tanggal vonis ditetapkan bulan berikutnya. Sementara Backman diborgol
dan dibawa pergi, jelaslah bagi semua yang hadir bahwa ia tidak akan dipaksa
membongkar rahasia-rahasianya, bahwa ia benar-benar akan dikurung untuk
waktu yang lama sementara kasus persekongkolannya mereda dan sedikit demi
sedikit terlupakan. Kerumunan pun pelan-pelan berpencar. Para wartawan
mendapatkan setengah berita yang mereka inginkan. Pejabat-pejabat penting
lembaga pemerintah pergi tanpa banyak bicara-beberapa senang karena
rahasia-rahasia itu terjaga rapat, sebagian lagi marah karena tindakan
kriminalitas itu disembunyikan. Carl Pratt dan para partner lain yang tadinya
berada di ujung tanduk langsung beranjak menuju bar rerdekat.
Wartawan pertama menelepon kantor tak lama sebelum pukul sembilan
pagi. Pratt telah memperingatkan sekretarisnya bahwa akan ada telepon-telepon semacam itu. Si sekretaris disuruh mengatakan pada semuanya bahwa
Pratt terlalu sibuk bersidang untuk urusan yang berkepanjangan dan tidak akan
kembali ke kantor selama berbulan-bulan. Tak lama kemudian saluran telepon
macet dan hari kerja yang tampak produktif pun langsung berantakan. Semua
pengacara dan karyawan lain meninggalkan pekerjaan mereka dan saling kasak-kusuk mengenai satu topik: berita pembebasan Backman. Beberapa orang
mengawasi pintu depan, setengah berharap hantu itu akan datang untuk
mencari mereka. Seorang diri dan di balik pintu yang terkunci, Prarr menyesap Bloody Mary
sambil menyaksikan berita tanpa henti di TV kabel. Untungnya, sebuah bus
berisi turis Denmark telah diculik di Filipina, kalau tidak, Joel Backman akan
menjadi berita utama di mana-mana. Tapi polularitasnya berada di nomor dua,
sementara para komentator ahli digiring ke stasiun TV, didandan
i, dan ditempatkan di studio, di bawah cahaya lampu-lampu, tempat mereka
berceloteh panjang-lebar mengenai dosa Backman yang legendaris itu.
Mantan kepala Pentagon menyebut pengampunan itu "berpotensi
membahayakan keamanan nasional". Seorang pensiunan hakim federal, tampak
setua usianya yang lebih dari sembilan puluh tahun, menyebutnya "keguguran
keadilan"-sudah bisa diduga. Seorang senator keroco dari Vermont mengakui ia
tidak tahu banyak tentang skandal Backman, namun tetap saja bersemangat
tampil di TV kabel dalam siaran langsung dan berkata ia berencana
mengusulkan diadakannya penyelidikan besar-besaran. Pejabat White House
yang tak disebut namanya menyatakan bahwa presiden yang baru "merasa
terganggu" oleh pengampunan itu
dan bermaksud mengkaji ulang keputusan tersebut, apa pun itu artinya.
Begitu terus tanpa henti. Pratt mencampur gelas Bloody Mary kedua.
Untuk mendapatkan pemberitaan yang lebih berdarah, seorang
"koresponden"-bukan sekadar "wartawan"-menggali kembali kasus Senator
Jacy Hubbard, dan Pratt pun meraih remote control. Di-keraskannya volume TV
ketika foto besar wajah Hubbard terpampang di layar kaca. Mantan senator itu
ditemukan tewas dengan sebutir peluru di kepalanya, seminggu sebelum
Backman mengaju-I kan permohonan bersalah. Yang semula kelihatan " sebagai
tindakan bunuh diri, belakangan diragukan, walaupun belum ada tersangka
yang dapat diidentifikasi Pistol yang digunakan tak bertanda, dan bisa jadi
barang curian. Hubbard dulunya pemburu yang aktif, tapi tak pernah
menggunakan senjata genggam. Residu bubuk mesiu di tangan kanannya sangat
mencurigakan. Autopsi menyatakan adanya konsentrasi besar alkohol dan
barbiturat dalam tubuhnya Alkohol memang bisa diterima, tapi Hubbard
sepertinya tak pernah menggunakan narkoba. Beberapa jam sebelumnya ia
terlihat bersama seorang wanita muda yang menarik di bar di Georgetown, dan
itu pun bukan sesuatu yang janggal.
Teori yang paling populer adalah wanita itu diam-diam memberinya cukup
banyak obat ter-larang untuk membuatnya tak sadarkan diri, lalu mengoperkannya kepada
para pembunuh profesional. Diduga Hubbard dibawa ke area tetpencil di
Arlington National Cemetery dan ditembak sekali di kepala. Tubuhnya jatuh di
atas kubur kakak lelakinya, pahlawan perang Vietnam yang mendapat tanda
jasa. Sentuhan yang manis, namun orang-orang yang mengenal Hubbard akan
bersaksi bahwa ia nyaris tak pernah membicarakan keluarganya dan banyak
yang tak tahu tentang kakak yang sudah meninggal.
Teori yang tak terkatakan adalah Hubbard telah dibunuh oleh orang-orang
yang juga ingin menghabisi Joel Backman. Dan selama beberapa tahun
sesudahnya, Carl Pratt dan Kim Boiling mengeluarkan banyak uang untuk
menggaji pengawal pribadi profesional, kalau-kalau nama mereka pun ada di
dalam daftar. Hal itu terbukti tidak benar. Detail-detail kesepakatan penting
yang telah menggiring Backman ke penjara dan merenggut nyawa Hubbard
ditangani langsung oleh kedua orang itu, dan seiring berjalannya waktu, Pratt
mengendurkan keamanan di sekeliling dirinya, walaupun ia tetap membawa
sepucuk Ruger ke mana-mana.
Akan tetapi Backman sudah jauh, dengan jarak yang semakin lebar setiap
menirnya. Anehnya, ia pun sedang memikirkan Jacy Hubbard dan orang-orang yang mungkin relah
membunuhnya. Dia punya banyak waktu untuk berpikir-empat belas jam di
ranjang lipat di dalam pesawat kargo yang berguncang-guncang sanggup
mematikan ketajaman saraf siapa pun, paling tidak saraf manusia normal.
Namun bagi narapidana yang baru saja dibebaskan, yang baru keluar setelah
enam tahun-mendekam dalam penjara soliter, penerbangan tersebut cukup
menggugah semangat. Siapa pun yang telah membunuh Jacy Hubbard dapat dipastikan ingin
menghabisi Joel Backman juga, dan sementara tubuhnya terguncang-guncang di
atas ketinggian 24.000 kaki, Backman merenungkan beberapa pertanyaan
serius. Siapa yang melobi i untuk pembebasannya" Di mana mereka bermaksud
'menyembunyikan dirinya" Siapa sebenarnya "mereka" itu"
Pertanyaan-pertanyaan yang sangat menyenangkan. Kurang dari 24 jam lalu
pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kepalanya adalah: Apa
kah mereka berusaha membuatku mati kelaparan" Membuatku mati kedinginan" Apakah aku
akan kehilangan akal sehat secara penahan di dalam sel sempit ini" Atau secara
cepat" Apakah aku akan pernah melihat cucu-cucuku" Apakah aku memang
ingin bertemu mereka"
Ia lebih menyukai pertanyaan-pertanyaan yang
baru ini, walaupun menggelisahkan. Paling tidak ia dapat menyusuri jalan di
suatu tempat dan menghirup udara segar serta menikmati sinar matahari,
mungkin mampir di kafe dan menyesap secangkir kopi kental.
Dulu ia pernah punya klien, importir kokain kaya raya yang terjerat
perangkap DEA. Klien tersebut merupakan tangkapan yang berharga sehingga
FBI menawarkan padanya kehidupan baru dengan nama dan wajah baru, kalau
ia mau buka mulut tentang jaringan Kolombia. Maka dibukalah mulutnya, dan
setelah menjalani operasi ia dilahirkan kembali di sebelah utara Chicago,
tempat ia mengelola toko buku kecil. Joel pernah mampir pada suatu hari
beberapa tahun kemudian dan mendapati kliennya itu telah memelihara
jenggot, merokok dengan pipa, tampak intelek dan sederhana. Ia memiliki istri
baru dan tiga anak tiri, dan orang-orang Kolombia itu tak pernah tahu.
Di luar sana dunia tak selebar daun kelor. Bersembunyi tentunya tidak
sesulit itu. Joel memejamkan mata, bergeming, mendengarkan dengung statis keempat
mesin pesawat, dan berusaha memberitahu dirinya bahwa ke mana pun ia
dibawa, ia tidak akan hidup dalam pelarian. Ia akan beradaptasi, ia akan
bertahan hidup, ia tidak akan hidup dalam cengkeraman ketakutan.
Terdengar percakapan teredam di ranjang lipat
sebelah sana, dua serdadu yang bertukar cerita tentang gadis-gadis mereka.
Joel teringat Mo si informan Mafia yang selama empat tahun terakhir
menempati sel di sebelah sel Joel dan sekirar 22 jam dalam sehari menjadi


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

satu-satunya manusia yang bisa diajaknya bicara. Joel tidak bisa melihat Mo,
namun mereka bisa saling mendengarkan suara masing-masing melalui lubang
ventilasi. Mo tidak merindukan keluarganya, teman-temannya, tetangga-tetangganya, atau makanan, minuman, dan sinar matahari. Mo hanya bicara
tentang seks. Ia mengisahkan cerita-cerita panjang dan mendetail tentang
petualangannya. Ia menyampaikan lelucon-lelucon, beberapa termasuk yang
paling jorok yang pernah didengar Joel. Ia bahkan menulis puisi tentang pacar-pacar lama, orgy, dan fantasi.
Joel tidak akan merindukan Mo dan imajinasinya.
Di luar kehendaknya, Joel tertidur lagi.
Kolonel Gantner mengguncang-guncang tubuhnya, berbisik keras, "Mayor
Herzog, Mayor Herzog. Kita perlu bicara" Backman merunduk keluar dari
ranjang lipatnya, mengikuti si kolonel sepanjang gang sempit yang gelap di
antara ranjang-ranjang, lalu masuk ke ruangan kecil, yang kira-kira dekat
dengan kokpit. "Duduklah," kata Gantner. Mereka berdesakan di sekeliling meja
logam kecil. Gantner membawa map. "Begini lsesepakatannya,''
ia mulai. "Kita akan mendarat sekitar satu jam lagi. Rencananya kau akan
jatuh sakit, sangat sakit sehingga ada ambulans dari rumah sakit pangkalan
yang akan menunggu di tempat pendaratan. Pihak berwenang Italia akan
melakukan inspeksi dokumen singkat seperti biasa, dan mereka akan
memeriksamu juga. Barangkali juga tidak Kita akan berada di pangkalan militer
AS, dan akan ada banyak tentara mondar-mandir. Aku punya paspor untukmu.
Aku yang akan bicara pada orang-orang Italia itu, lalu kau akan diangkut
dengan ambulans ke rumah sakit." "Italia""
"Ya. Pernah dengar Pangkalan Udara Aviano"" "Belum."
"Sudah kuduga. Tempat ini dikuasai AS sejak kita mengusir Jerman pada
tahun 1945. Letaknya di ujung utara Italia, dekat Pegunungan Alpen."
"Kedengarannya indah."
"Lumayan, tapi itu cuma pangkalan."
"Berapa lama aku akan berada di sana""
"Bukan aku yang memutuskan. Tugasku hanyalah membawamu keluar dari
pesawat ini sampai ke rumah sakit pangkalan. Di sana akan ada orang lain yang
mengambil alih. Bacalah biografi Mayor Herzog ini, siapa tahu diperlukan."
Joel melewatkan beberapa menit membaca sejarah imajiner Mayor Herzog
dan menghafal detail-detail yang.ada di dalam paspor palsu.
"Ingat, kau sakit parah dan di bawah pen^ obat bius," Gantner menjel
askan. Pura-pUra Saja kau sedang koma."
"Aku sudah koma selama enam tahun. "Kau mau minum kopi"" "Tempat yang
kita tuju ini, jam berapa di sana""
Gantner melirik arlojinya dan menghitung dengan cepat. "Kita akan
mendarat sekitar pukul satu malam.
"Aku mau minum kopi."
Gantner memberinya cangkir kertas dan termos, lalu menghilang.
Setelah dua cangkir kopi, Joel merasakan putaran mesin pesawat berkurang.
Ia kembali ke ranjang lipatnya dan berusaha memejamkan mata.
Sewaktu pesawat C-130 tersebut bergulir dan akhirnya berhenti, sebuah
ambulans angkatan udara mundur ke pintu belakang. Para anggota pasukan
terhuyung-huyung keluar, sebagian masih mengantuk. Ranjang beroda yang
membawa Mayor Herzog didorong turun dan dengan hati-hati diangkat ke
dalam ambulans. Petugas Italia yang terdekat berada di dalam iip militer AS,
memerhatikan keadaan dengan setengah hati sambil berusaha menghangatkan
tubuhnya. Ambulans itu berangkat, tidak terburu-buru, dan lima menit kemudian Mayor Herzog
pun didorong masuk ke rumah sakit pangkalan dan ditempatkan di ruangan
kecil di lantai dua, dengan dua polisi militer menjaga pintunya.
4 Sekalipun Backman tidak tahu dan tidak punya alasan untuk peduli, untung
baginya bahwa pada detik-detik terakhir Presiden Morgan juga memberikan
pengampunan hukuman kepada miliarder tua yang kabur dari hukuman penjara
dengan minggat ke luar negeri. Miliarder tersebut, imigran dari salah satu
negara Slavia yang memiliki kesempatan untuk mengganti namanya saat tiba di
Amerika beberapa dekade sebelumnya, pada masa mudanya telah memilih
nama Duke Mongo. Duke menyumbangkan uang dalam jumlah banyak untuk
kampanye kepresidenan Morgan. Ketika terbongkar berita bahwa ia telah
menghabiskan masa berkarier-nya dengan menghindari pajak, terbongkar
jugalah fakta bahwa ia pernah melewatkan beberapa malam di Lincoln
Bedroom, dan di sana, sambil me-nikmati minuman persahabatan, ia dan Presiden membicarakan penundaan
hukuman. Menurut orang ketiga yang hadir pada acara minum-minum santai
tersebut, pelacur muda yang saat itu menjadi istri kelima Duke, Presiden
berjanji akan mengerahkan pengaruhnya kepada IRS dan membatalkan
penyelidikan. Tidak pernah terjadi. Tuntutan hukuman tersebut 38 halaman
panjangnya, dan sebelum seluruhnya sempat bergulung keluar dari mesin
cetak, sang miliarder, tanpa istri nomor lima, pindah ke Uruguay tempat ia
mendongakkan dagu tinggi-tinggi ke arah utara dan tinggal di istana bersama
calon istri nomor enam. Sekarang ia ingin pulang agar bisa mati dengan martabat tak tercela, mati
sebagai patriot sejati, dan dimakamkan di tanah pertaniannya yang bernama
Thoroughbred, di luar Lexington, Kentucky. Critz yang menangani kesepakatan
itu, dan beberapa menit sesudah menandatangani surat pengampunan hukuman
untuk Joel Backman, Presiden Morgan memberikan pengampunan penuh kepada
Duke Mongo. Makan waktu satu hari sebelum berita itu bocor-pengampunan-pengampunan tersebut, untuk alasan yang jelas, tidak dipublikasikan oleh
White House-dan media pun langsung heboh. Orang ini telah menggelapkan
uang pemerintah sejumlah lebih dari 600 juta dolar selama kurun
waktu dua puluh tahun, bajingan yang pantas dikurung di penjara selama-lamanya, dan sekarang ia akan pulang dengan pesawat jet sebesar gajah dan
menghabiskan hari-harinya dalam kemewahan tak terkira. Kisah Backman,
walaupun sensasional, sekarang memiliki pesaing berat, bukan hanya turis-turis
Denmark yang diculik, tetapi juga penggelap pajak terbesar negara itu.
Namun Backman tetap menjadi topik paling panas. Sebagian besar surat
kabar utama di sepanjang Pantai Timur memajang foto "Sang Broker" di suatu
tempat di halaman depan. Kebanyakan memuat artikel panjang mengenai
skandalnya, pengakuan bersalahnya, dan sekarang pengampunan hukumannya.
Carl Pratt membaca semuanya melalui Internet, di ruang kantor yang besar
dan berantakan di atas garasi rumahnya, di barat laut Washington. Ia
menggunakan tempat itu untuk bersembunyi, untuk menyingkir dari
pertempuran-pertempuran yang berkobar di biro hukumnya, untuk menghindari
partner-partner yang tak disukainya. Di sana ia bisa
minum dan tak ada yang peduli. Ia bisa melemparkan barang-barang, menyumpahi dinding-dinding, dan
melakukan apa pun yang diinginkannya, karena itu adalah tempat
persemayamannya. Arsip Backman berada di dalam kotak kardus besar, yang disimpannya rapat-rapat di lemari. Se-karang arsip tersebut ada di atas meja kerjanya, dan Pratt menelitinya
untuk pertama kali sesudah bertahun-tahun lamanya. Ia telah menyimpan
segalanya-artikel-artikel, foto-foto, memo-memo internal kantor, catatan
yang berisi keterangan sensitif, salinan dakwaan, laporan autopsi Jacy
Hubbard. Benar-benar sejarah yang muram.
Pada bulan Januari 1996, tiga ilmuwan komputer muda asal Pakistan
membuat penemuan yang menggemparkan. Mereka bekerja di flat yang sempit
dan panas di lantai teratas gedung apartemen di pinggiran Karachi, dan
berhasil menghubungkan serangkaian komputer Hewlett-Packard yang mereka
beli lewat Internet dengan uang bantuan pemerintah. "Superkomputer" mereka
yang baru itu kemudian dihubungkan ke telepon satelit militer canggih, yang
juga disediakan oleh pemerintah. Seluruh operasi tersebut bersifat rahasia dan
dibiayai pihak militer dengan anggaran yang tak pernah tercatat. Tujuan
mereka sederhana saja: menemukan, dan kemudian berusaha mengakses,
satelit pengintai India yang baru, yang berkeliling 5.000 kilometer di atas
wilayah Pakistan. Bila berhasil menyadap satelit tersebut, mereka diharapkan
memonitor hasil pengintaiannya. Harapan sekundernya adalah berusaha
memanipulasi satelit itu.
Pada mulanya, data-data intelijen tersebut sangat menggairahkan, namun
kemudian terbukti tak berguna. "Mata" India yang baru .itu pada dasarnya
melakukan hal yang sama seperti yang telah mereka lakukan selama sepuluh
tahun terakhir-mengambil ribuan foto instalasi militer yang itu-itu saja.
Satelit-satelit Pakistan pun telah balas mengirimkan foto-foto pangkalan
angkatan bersenjata India dan pergerakan pasukan yang sama selama sepuluh
tahun. Kedua negara tersebut bisa terus bertukar foto tanpa mendapatkan
informasi baru. Tapi kemudian tanpa sengaja ditemukan sa-[ telit lain,
kemudian saru lagi, dan satu lagi. Satelit-satelit tersebut bukan milik India
maupun Pakistan, dan semestinya tidak berada di tempat mereka ditemukan-
masing-masing sekitar 500 kilometer di atas permukaan bumi, bergerak dari
utara ke timur laut dalam kecepatan konstan 200 kilometer jam, dan masing-masing menjaga jarak 640 kilometer dari yang lain. Selama sepuluh hari, ketiga
hacker yang sangat bersemangat itu memonitor pergerakan paling sedikit enam
satelit, yang sepertinya merupakan bagian dari sistem yang sama, sementara
masing-masing bergerak perlahan dari Semenanjung Arab, melintasi langit di
atas Afghanistan dan Pakistan, dan terus menuju sebelah barat Cina.
Mereka tidak memberitahu seorang pun, namun
berhasil mendapatkan telepon satelit yang lebih canggih dari pihak militer,
dengan alasan perlu menindaklanjuti beberapa pekerjaan yang belum selesai
menyangkut satelit pengintai India. Setelah satu bulan melakukan pengamatan
metodis selama 24 jam sehari, mereka berhasil mendapatkan bukti adanya
rangkaian sembilan satelit identik yang bergerak secara global, semua saling
terhubung dan dirancang dengan hati-hati agar tidak terlihat oleh siapa pun
kecuali pihak yang meluncurkannya. -Penemuan itu mereka beri nama Neptunus.
Ketiga pakar muda itu mendapatkan pendidikan di Amerika Serikat.
Pentolannya adalah Safi Mirza, mantan asisten dosen pendidikan master di
Stanford, yang pernah bekerja sebentar di Breedin Corp, kontraktor pertahanan
AS yang membangkang dan bergerak di bidang sistem satelit. Fazal Sharif
memperoleh gelar master di bidang ilmu komputer dari Georgia Tech
University. Anggota ketiga dan yang paling muda dalam geng Neptunus itu adalah
Farooq Khan, dan Farooq-lah yang kemudian menyusun program yang berhasil
menembus satelit Neptunus pertama. Begitu berada di dalam sistem komputer
satelit, Farooq mulai mtn-download data-data intelijen yang sangat sensitif
sehingga ia, Fazal, dan Sah yakin bahwa mereka telah memasuki wilayah tak
bertuan. Mereka mendapatkan foto-foto jernih
yan g memperlihatkan kamp-kamp pelatihan teroris di Afghanistan, dan
limusin-limusin pemerintah di Beijing. Neptunus mampu mendengarkan
pembicaraan pilot-pilot Cina yang mengobrol di atas ketinggian dua puluh ribu
kaki, dan dapat pula melihat kapal nelayan mencurigakan yang berlabuh di
Yaman. Neptunus mengikuti sebuah truk bersenjata, kemungkinan milik Castro,
melalui jalan-jalan di Havana. Dan dalam rekaman video langsung yang
mengejutkan mereka bertiga, terlihat jelas Arafat tengah berjalan di gang di
dalam kompleks tempat tinggalnya di Gaza, menyulut tokok, kemudian buang
air kecil. / Selama dua hari penuh tanpa tidur, ketiganya mengintip ke dalam satelit-satelit itu ketika melintasi wilayah Pakistan. Programnya berbahasa Inggris, dan
melihat konsentrasi pergerakannya di wilayah Timur Tengah, Asia, dan Cina,
dengan mudah diasumsikan bahwa Neptunus adalah milik Amerika Serikat,
dengan Inggris dan Israel di tempat kedua dan ketiga, meski kecil kemung-kinanannya. Bisa jadi Neptunus adalah program rahasia gabungan AS dan Israel.
Setelah dua hari menguping, mereka kabur dari apartemen tersebut dan
menata ulang kelompok kecil mereka di tanah pertanian milik seorang teman,
enam belas kilometer di luar kota Karachi. Penemuan itu memang
menegangkan, namun mereka, terutama
Safi, ingin mengambil langkah lebih jauh. Ia cukup yakin dapat
memanipulasi sistem tersebut.
Keberhasilannya yang pertama adalah mengamati Fazal Sharif membaca
koran. Untuk melindungi identitas lokasi mereka, Fazal naik bus ke pusat kota
Karachi, dan sambil mengenakan topi hijau serta kacamata hitam, ia membeli
koran dan duduk di bangku taman dekat persimpangan tertentu. Sementara
Farooq memasukkan perintah-perintah melalui telepon satelit yang telah
direkayasa, salah satu satelit Neptunus menemukan Fazal, menggerakkan fokus
kamera sehingga dapat dengan jelas menangkap judul-judul berita di koran
Fazal, meneruskannya ke rumah pertanian, dan di sana hasilnya diamati dengan
membisu dan rasa tidak percaya.
Citra elektro-optikal yang diteruskan ke Bumi itu merupakan salah satu citra
dengan resolusi paling tinggi menurut teknologi saat itu, sekitar 120 sentimeter
-setara dengan citra-citra tajam yang dihasilkan satelit pengintai milik militer
AS dan kurang-lebih dua kali lebih tajam daripada satelit-satelit komersial
Eropa dan Amerika. Selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, ketiga pemuda itu bekerja
tanpa henti menyusun perangkat lunak untuk penemuan tersebut. Mereka
membuang sebagian besar dari yang telah mereka susun, namun sambil
menyempurnakan program-program yang dapat berjalan, mereka semakin ter- I kagum-kagum pada
kemampuan Neptunus. Delapan belas bulan sesudah mereka pertama I kali menemukan Neptunus,
ketiga pemuda itu I memiliki-dalam empat disk Jaz berkapasitas I 2-gigabyte-
program piranti lunak yang bukan I hanya meningkatkan kecepatan Neptunus
untuk I berkomunikasi dengan berbagai kontak di Bumi, I namun juga
memampukan Neptunus mengacaukan j (jam) navigasi, komunikasi, dan
satelit-satelit } pengintai yang telah ada di orbit. Karena tidak bisa I
menemukan nama sandi yang lebih baik, program I tersebut mereka beri nama
JAM. "3^\i Sekalipun sistem yang mereka sebut Neptunus I itu milik orang lain, ketiga
sekawan itu mampu I mengendalikannya, memanipulasinya sepenuh- I nya, dan
bahkan membuatnya tak berfungsi. Per- E tengkaran yang pahit pun timbul.
Sah" dan Fazal I menjadi serakah dan ingin menjual JAM pada I pihak yang
mengajukan penawaran paling tinggi. I Farooq meramalkan mereka hanya akan
mendapat f masalah dengan penemuan itu. Ia ingin meng- I hibahkannya pada
pihak militer Pakistan dan cuci I tangan dari seluruh peristiwa itu.
Pada bulan September 1998, Safi dan Fazal [ pergi ke Washington dan
menghabiskan sebulan I penuh rasa frustrasi karena tak berhasil menembus i
jaringan intelijen militer melalui kontak-kontak I
Pakistan. Kemudian seorang teman memberitahu mereka tentang Joel
Backman, orang yang dapat membuka semua pintu di Washington D.C.
Namun membuka pintu Joel Backman sendiri tidaklah mudah. Broker itu
orang yang sangat penting yang m
emiliki klien-klien penting dan banyak orang
berpengaruh yang menuntut sebagian kecil wakrunya. Bagi klien baru, upah
untuk satu jam konsultasi besarnya lima ribu dolar, dan konsultasi itu pun
hanya tersedia bagi mereka yang cukup mujur mendapat perhatian dari sang
pria berkuasa. Safi meminjam dua ribu dolar dari paman yang tinggal di
Chicago dan berjanji akan membayar Mr. Backman sisanya dalam sembilan
puluh hari. Berkas-berkas pengadilan kemudian menyatakan bahwa pertemuan
pertama itu berlangsung pada tanggal 24 Oktober 1998, di kantor Backman,
Pratt & Boiling. Pertemuan tersebut pada akhirnya akan menghancurkan
kehidupan semua orang yang terlibat di dalamnya.
Pada mulanya Backman skeptis pada JAM dan kemampuannya yang
mengagumkan. Atau barangkali ia langsung memahami potensinya yang luar
biasa dan memilih untuk bermain licik dengan klien-klien barunya. Safi dan
Fazal bemimpi menjual JAM pada Pentagon dengan harga tinggi, apa pun
pendapat Mr. Backman tentang produk itu.
Dan bila ada orang di Washington yang dapat menghasilkan harta karun dari
menjual JAM, orang itu adalah Joel Backman.
Sejak awal, Backman mengikutsertakan Jacy Hubbard, corong suaranya yang
berharga, yang masih bermain golf seminggu sekali dengan Presiden dan
nongkrong di bar-bar bersama petinggi-petinggi Capitol Hill. Jacy Hubbard
orang yang meriah, flamboyan, agresif, tiga kali bercerai, dan suka menikmati
wiski mahal-terutama yang dibeli oleh para pelobi. Secara politis ia sanggup
bertahan hanya karena ia dikenal sebagai ahli kampanye paling kotor dalam
sejarah Senat AS; bukan upaya yang kecil. Ia dikenal sebagai anti Semit; dan
sepanjang kariernya ia mengembangkan persahabatan dekat dengan Saudi.
Sangat akrab. Salah saru penyelidikan etis menemukan sumbangan kampanye
sebesar satu juta dolar dari seorang pangeran, yang bermain ski bersamanya di
Austria. Awalnya, Hubbard dan Backman berdebat tentang cara yang paling tepat
untuk memasarkan JAM. Hubbard ingin menjualnya pada Saudi, yang, ia yakin,
akan membelinya dengan harga satu miliar dolar. Backman memiliki pandangan
yang lebih nasionalis dengan menyatakan bahwa produk semacam itu
seharusnya menjadi milik negara mereka. Hubbard yakin ia dapat membuat
kesepakatan dengan Saudi yang isinya mereka berjanji tidak akan
menggunakan program tersebut untuk melawan kepentingan Amerika Serikat,


The Broker Karya John Grisham di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pihak yang boleh disebut sekutu mereka. Backman takut pada Israel-teman-teman mereka yang berkuasa di Amerika Serikat, militer mereka, dan, yang
paling penting, dinas rahasia mereka.
Pada saat itu Backman, Pratt & Boiling mewakili banyak perusahaan dan
pemerintah asing. Bahkan, biro mereka adalah satu-satunya alamat yang dituju
oleh siapa pun yang menghendaki pengaruh politik instan di Washington.
Bayarlah upah yang menakutkan itu, dan kau akan mendapatkan akses. Daftar
kliennya yang panjang termasuk industri baja Jepang, Pemerintah Korea
Selatan, Arab Saudi, sebagian besar konspirasi perbankan Karibia, rezim yang
berkuasa di Panama, gabungan industri pertanian Bolivia yang tidak menanam
apa pun selain kokain, dan seterusnya, dan seterusnya. Ada banyak klien legal,
dan banyak pula yang tidak terlalu bersih.
Kabar burung mengenai JAM perlahan-lahan bocor di sekitar kantor mereka.
Ini bisa menjelma menjadi upah paling besar yang pernah dihasilkan biro
mereka, padahal sebelumnya pun sudah ada beberapa pihak yang
membayarkan jumlah yang mengejutkan. Sementara minggu-minggu berlalu,
partner-partner lain dalam biro tersebut
mengajukan berbagai skenario untuk memasarkan JAM. Alasan-alasan
patriotisme dengan segera terlupakan-masalahnya ada terlalu banyak uang di
luar sana! Biro itu mewakili perusahaan Belanda yang membuat instrumen
eJekrronik untuk Angkatan Udara Cina, dan dengan hidangan utama seperti itu,
mereka dapat mengatur kesepakatan yang menguntungkan dengan Pemerintah
Beijing. Korea Selatan akan dapat tidur lebih nyenyak bila mereka mengetahui
apa yang terjadi di utara. Siria pasti bersedia menyerahkan harta negaranya
bila dapat menetralisir komunikasi militer Israel. Kartel narkoba tertentu
bersedia membayar miliara
n dolar demi kemampuan melacak upaya
pencegatan yang dilakukan DEA
Hari demi hari, Backman dan gerombolan pengacaranya yang serakah
menjadi semakin kaya. Di ruangan-ruangan yang paling besar dalam kantor itu,
mereka tidak membicarakan hal-hal lain.
Sikap dokter itu agak ketus dan sepertinya ia tidak punya banyak waktu
untuk pasiennya yang baru I Toh tempat itu merupakan rumah sakit militer.
Tanpa banyak bicara ia memeriksa detak jantung, paru-paru, tekanan darah,
kemampuan refleks, dan i sebagainya, lalu tiba-tiba saja ia mengatakan, "Ku- t
rasa kau menderita dehidrasi.''
"Kok bisa"" tanya Backman.
"Sering terjadi kalau orang melakukan penerbangan jarak jauh. Kita akan
mulai dengan memberikan cairan. Kau akan pulih kembali dalam dua puluh
empat jam." "Maksudmu, dengan infus""
"Benar." "Aku tidak pakai infus." "Maaf""
."Aku tidak mau mengulang-ulang. Aku tidak mau disuntik."
"Kami mengambil contoh darahmu."
"Yeah, tapi kan darahnya yang keluar, bukannya ada sesuatu yang masuk.
Lupakan, Dok, aku tidak mau diinfus."
"Tapi kau dehidrasi."
"Aku tidak merasa dehidrasi."
"Aku dokter, dan aku menyatakan kau menderita dehidrasi."
"Kalau begitu beri aku segelas air."
Setengah jam kemudian, perawat masuk sambil menyunggingkan senyum
lebar dan membawa banyak sekali obat-obatan. Joel menolak pil tidur, dan
bertanya ketika perawat itu melambaikan alat suntik, "Apa itu""
"Ryax." "Ryax itu apa"" "Pelemas otot."
"Well, kebetulan sekali otot-ototku sedang cukup lemas sekarang ini. Aku
tidak mengeluh otot-ototku perlu dilemaskan. Aku tidak didiagnosis otot-ototku
menderita ketegangan. Tidak ada yang bertanya padaku apakah otot-ototku
tegang atau santai. Jadi ambil saja Ryax itu dan masukkan ke lubang pantatmu
dan kita akan sama-sama santai dan senang."
Perawat itu nyaris menjatuhkan alat suntiknya. Setelah diam lama dalam
keheningan yang panjang dan tidak enak, perawat itu berhasil mengatakan,
"Aku akan bertanya pada dokter."
"Silakan saja Oh ya, bagaimana kalau kaumasuk-kan saja ke lubang pantat
dokter yang gendut itu" Dialah yang perlu sedikit lemas." Tapi perawat itu
sudah terbirit-birit keluar dari kamar.
Di sisi lain pangkalan itu, seseorang bernama Sersan McAuliffe mengetuk-ngetuk keyboard-nyi dan mengirim pesan ke Pentagon. Dari sana pesan j itu
langsung dikirimkan ke Langley, yang kemudian I dibaca oleh Julia Javier,
veteran yang dipilih oleh j Direktur Maynard sendiri untuk menangani kasus
[ Backman. Kurang dari sepuluh menit setelah insiden I Ryax, Ms. Javier
memelototi layar monitornya, menggumam "Bangsat", lalu naik ke lantai atas.
Seperti biasa, Teddy Maynard duduk di ujung meja panjang, terbungkus
selimut quilt, membaca j salah satu ringkasan yang tak henti-hentinya mengalir ke mejanya setiap
jam. Ms. Javier berkata, "Baru dapat kabar dari Aviano. Teman kita menolak
segala jenis obat-obatan. Tidak mau diinfus. Tidak mau pil."
"Tidak dapatkah mereka memasukkan sesuatu ke dalam makanannya"" tanya
Teddy dengan nada rendah.
"Dia tidak mau makan."
"Apa yang dikatakannya""
"Perutnya sakit."
"Apakah itu mungkin""
"Dia tidak menghabiskan banyak waktu di toilet. Sulit ditebak." "Dia mau
minum"" "Mereka memberinya segelas air, tapi ditolaknya. Berkeras hanya mau
minum air dari botol. Ketika akhirnya mendapatkan air dalam kemasan, ia
memeriksa tutupnya untuk memastikan segelnya belum rusak."
Teddy menyingkirkan jauh-jauh laporan yang -sedang dibacanya dan
menggosok-gosok matanya dengan buku-buku jari. Rencana pertama adalah
membius Backman di rumah sakit, dengan infus ataupun dengan suntikan,
membuatnya tak sadarkan diri sepenuhnya, memberinya obat bius selama dua
hari, lalu perlahan-lahan menyadarkannya dengan narkotik campuran mereka
yang paling mutakhir. Setelah beberapa hari dalam keadaajJ setengah sadar, mereka
akan mulai memberjU sodium penrothal, atau yang disebut serum t benaran,
yang, bila digunakan oleh ahli-ahli inter gasi veteran mereka, selalu
menghasilkan apa yang mereka harapkan.
Rencana pertama itu gampang dan tak mungkm gagal. Rencana kedua akan
makan waktu berbulan bulan dan keberhasilannya tak bisa dipastikan. "Ia p
unya rahasia besar, bukan"" tanya Teddy "Tak diragukan lagi." "Dan kita mengetahui
hal itu, bukan"" "Ya."
5 Ketika skandal itu terbongkar, dua dari tiga anak Backman memang sudah
sejak lama tak sudi berurusan lagi dengannya. Neal, si putra sulung, menulis
surat pada ayahnya paling tidak dua kah* sebulan, walaupun pada awal
jatuhnya vonis surat-surat itu tidak mudah ditulis.
Ketika ayahnya masuk penjara, Neal adalah associate junior berusia 25
tahun di biro hukum Backman. Walaupun ia tidak banyak tahu tentang JAM dan
Neptunus, FBI tetap saja mengganggunya dan ia akhirnya diajukan ke
pengadilan oleh jaksa penuntut federal.
Keputusan Joel untuk mengaku bersalah, yang diajukannya dalam waktu
singkat, memang sebagian besar karena kejadian yang telah menimpa Jacy
Hubbard, namun juga dimotivasi per-lakuan semena-mena pihak berwenang terhadap putranya. Semua tuntutan
aras Neal dibatalkan begitu Joel mengaku bersalah. Ketika ayahnya divonis
penjara dua puluh tahun, Neal langsung dipecat oleh Carl Pratt dan digiring
keluar dari kantor oleh petugas keamanan bersenjata. Nama Backman seolah
dihinggapi kutukan, dan Neal tak bisa mendapatkan pekerjaan di mana pun di
Washington. Seorang kawan dari fakultas hukum memiliki paman, hakim yang
sudah pensiun, dan setelah menelepon ke sana kemari, Neal akhirnya menetap
di kota kecil Culpeper, Virginia, bekerja di , biro hukum yang terdiri atas lima
pengacara, dan i bersyukur karena masih diberi kesempatan ini. Ia menyukai
status anonim itu. Ia sempat berpikir untuk mengganti namanya. Ia tidak mau
membicarakan ayahnya. Ia membuat akta, surat wasiat, dan melakukan
pekerjaan notaris. Ia beradaptasi dengan mulus ke dalam rutinitas kehidupan
kota kecil. Pada akhirnya ia bertemu gadis setempat dan menikahinya, dan
dalam waktu singkat mereka menghasilkan anak perempuan, cucu Joel yang
kedua, satu-satunya cucu yang fotonya dimiliki Backman.
Neal membaca berita mengenai pembebasan ayahnya di koran Post. Ia
membicarakan hal itu panjang-lebar dengan istrinya, dan secara singkat de-ngan para partner biro hukum tempatnya bekerja. Berita itu bisa jadi telah
menyebabkan kegegeran di Washington, namun getarannya tidak menjangkau
Culpeper. Sepertinya tak ada orang yang tahu maupun peduli. Ia bukan putra
sang broker; ia hanyalah Neal Backman, salah satu dari sekian banyak
pengacara di kota kecil di daerah Selatan.
Seorang hakim menariknya ke pinggir setelah suatu sidang pendahuluan dan
bertanya, "Di mana mereka menyembunyikan ayahmu""
Atas pertanyaan tersebut, Neal menjawab dengan penuh hormat, "Bukan
topik favorit saya, Yang Mulia." Dan percakapan pun disudahi sampai di situ.
Di permukaan, tak ada yang berubah di Culpeper. Neal melakukan
pekerjaannya seperti biasa, seolah pengampunan hukuman itu diberikan
kepada orang yang tak ia kenal. Ia menunggu panggilan telepon; suatu saat
nanti ayahnya pasti akan memberi kabar.
Setelah permintaan bertubi-tubi, perawat kepala akhirnya mengedarkan
topi dan berhasil mengumpulkan uang hampir sebesar tiga dolar dalam bentuk
uang receh. Uang itu diserahkan kepada pasien yang masih mereka sebut Mayor
Herzog, pria yang semakin hari semakin pemarah,
yang kondisinya bertambah buruk karena kelaparan. Mayor Herzog
menerima uang itu dan kemudian membawanya ke mesin otomatis yang
ditemukannya di lantai dua. Dari sana ia membeli tiga kantong kecil keripik
jagung Fritos, dan dua kaleng Dr. Peppers. Semua itu dihabiskannya dalam
beberapa menit saja, dan satu jam kemudian ia masuk ke toilet karena diare
parah. Tapi sekurang-kurangnya ia ridak rerlalu lapar lagi, atau dibius, atau
mengatakan sesuatu yang seharusnya tak dikatakannya.
Walaupun secara teknis ia manusia bebas, dengan pengampunan penuh dan
segalanya, ia masih ^ terkurung dalam fasilitas milik Pemerintah AS, dan masih
diam di dalam ruangan yang tak lebih luas ketimbang selnya di Rudley.
Makanan di sana memang mengerikan, tapi ia bisa makan ranpa takut dibius
diam-diam. Sekarang ia hanya makan keripik dan minum soda. Perawat-perawat di sini hanya sedikit lebih ramah dibandingkan dengan para penjaga
yang suka menyiksanya. Para do
kter hanya ingin membuatnya tak sadarkan diri,
menuruti perintah dari atas, ia yakin. Tak jauh dari sini pasti ada ruang
penyiksaan tempat mereka menunggu untuk menerkamnya setelah obat-obatan
mereka menunjukkan hasilnya.
la merindukan dunia luar, udara segar dan sinar matahari, makanan,
interaksi sekecil apa pun
dengan manusia yang tidak mengenakan seragam. Dan setelah dua hari yang
panjang, ia pun mendapatkannya.
Seorang pria muda bernama Stennett yang memiliki wajah kaku seperti batu
muncul di kamarnya pada hari ketiga dan mulai dengan sesuatu yang
menyenangkan, "Oke, Backman, begini perjanjiannya. Namaku Stennett."
Ia melemparkan map arsip ke atas selimut, di atas tungkai Joel, di dekat
sejumlah majalah tua yang sudah dibaca untuk ketiga kalinya. Joel membuka
map itu. "Marco Lazzeri""
"Itulah namamu, pai, orang Italia sekatang. Di sana ada akte kelahiran dan
kartu pengenal nasionalmu. Hafalkan semua info itu sesegera mungkin."
"Hafalkan" Aku bahkan tak bisa membacanya."
"Kalau begitu belajarlah. Kita akan pergi sekitar tiga jam lagi. Kau akan
dibawa ke kota terdekat tempat kau akan bertemu sahabat barumu, yang akan
menuntunmu selama beberapa hari."
"Beberapa hari""
"Mungkin sebulan, tergantung seberapa baik kau melakukan transisi."
Joel meletakkan kembali map arsip itu dan menatap Stennett. "Kau bekerja
untuk siapa"" "Kalau aku memberitahumu, aku akan terpaksa membunuhmu."
"Lucu sekali. CIA""'
USA Hanya ini yang bisa kukatakan dan hanya itu yang perlu kauketahui."
Joel memandang jendela yang kusennya terbuat dari logam, lengkap dengan
kuncinya, dan berkata, "Aku tidak melihat ada paspor di dalam sini."
"Ya, well, itu karena kau tidak akan pergi ke mana-mana, Marco. Kau akan
menjalani hidup renang. Tetangga-tetanggamu akan mengira kau dilahirkan di
Milan namun besar di Kanada, karena irulah bahasa Iralia-mu buruk, dan itu
sebabnya kau perlu belajar. Kalau kau merasa ingin bepergian, keadaan bisa
sangat berbahaya bagimu." "Berbahaya""
"Ayolah, Marco. Jangan main-main denganku. Ada beberapa orang kejam di
dunia ini yang pasti gembira kalau bisa menemukanmu. Lakukan apa yang kami
perintahkan, dan mereka tidak akan da-"pat menemukanmu."
"Aku tak mengenal satu kata pun dalam bahasa Italia."
"Tentu saja kau tahu--pizza, spaghetti, caffe latte, bravo, opera, mamma
mia. Kau akan bisa mempelajarinya dengan cepat. Semakin cepat dan semakin
baik kau mempelajarinya, kau pun akan semakin aman. Kau akan mendapat
guru." "Aku tak punya uang sepeser pun."
"Mereka juga bilang begitu. Paling tidak, mereka
(belum bisa menemukannya." Stennett mengeluarkan beberapa lembar uang
dari sakunya dan meletakkannya di atas map tersebut. "Sewaktu kau
mendekam di penjara, Italia menarik mata uang lira dan menggantinya dengan
euro. Semua itu seratus euro. Satu euro nilainya hampir setara dengan satu |"
dolar. Satu jam lagi aku akan kembali dengan beberapa pakaian. Di dalam map
itu ada kamus kecil, dua ratus kata pertamamu dalam bahasa Italia.
Kusarankan kau mulai mempersiapkan diri."
Satu jam kemudian Stennett pun kembali dengan kemeja, celana panjang,
jaket, sepatu, dan kaus kaki, semua bermerek Italia. "Buon giorno," sapanya.
"Halo untukmu," jawab Backman. "Mobil bahasa Italia-nya apa""
"Macchina." "Bagus, Marco. Sudah saatnya kita naik macchina."
Seorang pria pendiam duduk di balik kemudi mobil Fiat kecil yang tak
bertanda. Joel merunduk masuk ke bangku belakang bersama tas kanvas yang
berisi harta pribadinya. Stennet duduk di depan. Udara terasa dingin dan
lembap, selapis salju tipis menutupi tanah. Ketika mereka melewati gerbang
Pangkalan Udara Aviano, Joel Backman merasakan getaran pertama kebebasan,
walaupun gelombang kecil kegairahan itu dibebani keragu-raguan.
Ia mengamati rambu-rambu lalu lintas dengan saksama; tak terdengar
separah kata pun dari bangku depan. Mereka berada di Rute 251, jalan raya
dua jalur, mengarah ke selatan, begitu perkiraannya. Lalu lintas semakin padat
ketika mereka mendekati kota Pordenone.
"Berapa populasi Pordenone"" tanya Joel, memecah keheningan yang pekat.
"Lima puluh ribu," sahut Stennett.
"Ini Italia utara, b
ukan"" "Tunur laut." "Berapa jauh dari sini ke Alpen"" Stennett mengangguk ke sebelah kanannya
dan menjawab, "Sekitar enam puluh lima kilometer ke sebelah sana. Pada hari
cerah, kau bisa melihat pegunungan itu."
"Bisakah kita berhenti sebentar untuk minum kopi"" pinta Joel. "Tidak, kita,
eh, tidak diperbolehkan berhenti." Sejauh ini si pengemudi tetap berlagak tuli.
Mereka mengitari tepi utara Pordenone dan tak berapa lama melaju di atas
A28, jalan empat jalur di mana semua orang tampak terburu-buru, kecuali para
pengemudi truk. Mobil-mobil kecil melesat melewati mereka sementara
mereka hanya merayap dengan kecepatan seratus kilometer per jam. Stennett
membuka koran Italia, La Repubblica, dan menutupi separo kaca depan.
Joel senang-senang saja dengan suasana senyap itu dan memandangi
Dewi Sungai Kuning 2 Dewi Sri Tanjung 2 Si Tangan Iblis Dendam Membara 3
^