Pencarian

The Iron King 4

The Iron Fey 1 The Iron King Karya Julie Kagawa Bagian 4


Grimalkin tampak tak acuh. Jika aku tinggal cukup lama di sini, mungkin saja. Mungkin dua atau tiga dekade, meskipun sudah jelas aku tak berencana tinggal selama itu. Sedangkan kau separuh manusia. Darah mortal melindungimu dari besi dan efek buruk ilmu pengetahuan dan teknologi kalian. Aku takkan terlalu cemas jika jadi kau.
Apa salahnya dengan ilmu pengetahuan dan teknologi"
Grimalkin benar-benar memutar bola mata. Jika aku tahu ini akan menjadi pelajaran sejarah, aku akan memilih ruang kelas yang lebih baik daripada jalanan. Ekornya berayun, dan dia duduk. Kau takkan bertemu faery di pameran ilmu pengetahuan. Kenapa" Karena ilmu pengetahuan pada dasarnya adalah pembuktian teori dan memahami alam semesta. Ilmu pengetahuan menjadikan semuanya menjadi hal-hal yang dapat dijelaskan dan logis. Fey bersifat magis, tidak logis, dan tidak bisa dijelaskan. Ilmu pengetahuan tak dapat membuktikan keberadaan faery. Jadi menurut ilmu pengetahuan, kami tidak ada. Ketidakpercayaan seperti itu fatal akibatnya bagi faery.
Bagaimana dengan Robbie &eh &Puck" tanyaku, tak mengerti kenapa tiba-tiba terpikir akan dirinya. Bagaimana dia bisa begitu lama dekat denganku, pergi ke sekolah, dengan begitu banyak besi di sekitarnya"
Grimalkin menguap. Robin Goodfellow adalah faery yang sangat tua, jawabnya, dan aku bergidik ngeri membayangkannya seperti itu. Bukan cuma itu, banyak balada, puisi, dan cerita yang ditulis tentang dirinya, jadi bisa dibilang dia nyaris abadi, selama manusia mengingatnya. Bukan berarti dia kebal pada besi dan teknologi jauh dari itu. Puck memang kuat, tapi bahkan dia pun tak bisa melawan efeknya.
Itu bisa membunuhnya"
Perlahan-lahan, sejalan dengan waktu. Grimalkin menatapku dengan serius. Nevernever sedang sekarat, manusia. Tempat itu mengecil seiring berlalunya waktu. Terlalu banyak kemajuan, terlalu banyak teknologi. Mortal tak percaya pada apa pun selain ilmu pengetahuan. Bahkan anak-anak pun terpengaruh. Mereka mencemooh cerita-cerita lama dan lebih tertarik pada perangkat terbaru, komputer, atau video game. Mereka tak lagi memercayai monster atau sihir. Ketika teknologi mengambil alih dunia, keyakinan dan imajinasi memudar, dan begitu juga kami.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mencegahnya"
Tidak ada. Grimalkin mengangkat kaki belakang dan menggaruk telinga. Mungkin saja Nevernever bisa bertahan hingga akhir dunia. Atau lenyap beberapa abad lagi. Semua akan mati pada akhirnya, manusia. Kalau kau sudah selesai bertanya, kita sebaiknya bergerak lagi.
Tapi jika Nevernever mati, bukankah kau juga akan lenyap"
Aku ini kucing, balas Grimalkin, seolah-olah itu menjelaskan semuanya.
* * * AKU mengikuti Grimalkin menyusuri trotoar ketika matahari terbenam di cakrawala dan lampu-lampu jalan mulai menyala.
Aku melihat fey di mana-mana, berpapasan dengan kami, duduk di lorong yang gelap, di atap gedung atau melompat-lompat di kabel listrik. Aku bertanya-tanya bagaimana aku bisa sebuta itu dulu. Lalu teringat ucapan Robbie, di ruang tamu rumahku dulu, rasanya sudah lama sekali. Begitu kau mulai melihatnya, kau takkan bisa menghentikannya. Kau tahu, seperti kata orang ketidaktahuan adalah anugerah.
Seandainya aku menurutinya waktu itu.
Grimalkin membimbingku melewati jalan-jalan, lalu berhenti tiba-tiba. Di seberang jalan ada klub tari dua lantai, diterangi lampu neon merah muda-dan-biru, bersinar dalam kegelapan. Papan namanya bertuliskan Blue Chaos. Laki-laki dan wanita muda mengantre di luar klub, anting, tindikan, dan rambut dicat terlihat berkilau diterpa cahaya lampu. Musik menggetarkan dinding luar klub.
Kita sudah sampai, kata Grimalkin puas. Energi di sekitar trod tak pernah berubah, meskipun tempat ini berbeda saat terakhir kali aku ke sini.
Jadi trod itu adalah klub tari"
Di dalam klub tari, kata Grimalkin dengan kesabaran luar biasa.
Aku takkan bisa masuk ke dalam, kataku pada si kucing, menatap klub itu. Antreannya hampir satu mil, dan kurasa itu bukan tempat untuk anak di bawah umur. Aku takkan bisa melewati pintunya.
Aku mengira Puck-mu telah mengajarimu banyak. Grimalkin mendesah dan menyelinap ke gang di dekat situ. Aku mengikutinya, bingung, bertanya-tanya apakah kami akan masuk dari pintu lain.
Tapi Grimalkin melompat ke atas tong sampah lalu menatapku, matanya seperti cahaya kuning mengambang dalam gelap. Sekarang, katanya, mengayunkan ekornya, dengar baik-baik, manusia. Kau separuh fey. Lebih dari itu, kau putri Oberon, dan sudah saatnya kau belajar menggunakan kekuatan yang dicemaskan semua orang.
Aku tak punya Tentu saja punya. Mata Grimalkin menyipit. Kau menguarkan aroma kekuatan, mungkin itulah sebabnya fey bereaksi begitu kuat terhadapmu. Kau hanya tak tahu bagaimana menggunakannya. Nah, aku akan mengajarimu, sebab itu lebih mudah daripada aku harus menyelundupkanmu ke dalam klub. Apa kau siap"
Aku tidak tahu. Cukup bagus. Pertama dan mata Grimalkin lenyap tutup matamu.
Aku melakukan perintahnya.
Sekarang, cobalah cari dan rasakan glamour di sekitarmu. Kita sangat dekat dengan klub tari, jadi stok glamour sudah tersedia dari semua emosi yang ada di dalam. Glamour adalah bahan bakar kekuatan kita. Dengan itu kita bisa mengubah wujud, mengutuk seseorang sampai mati, dan tak terlihat di mata manusia. Bisakah kau merasakannya"
Aku tidak Tutup mulut, rasakan saja.
Aku berusaha, meskipun tak tahu apa yang semestinya kurasakan, tak merasakan apa-apa selain tidak nyaman dan takut.
Dan kemudian, seperti ada ledakan cahaya di dalam mataku, aku merasakannya.
Rasanya seperti warna-warni dari emosi: oranye gairah, merah tua nafsu, merah darah marah, biru sedih, sensasi itu berputar-putar, membius dalam benakku. Aku terkesiap, dan mendengar dengkuran setuju Grimalkin.
Ya, itu glamour. Mimpi dan emosi para mortal. Sekarang buka matamu. Kita akan mencoba melakukan glamour paling sederhana, kekuatan untuk memudar dari pandangan manusia, menjadi tak terlihat.
Masih grogi setelah merasakan pusaran deras emosi manusia, aku mengangguk. Baiklah, menjadi tak terlihat. Sepertinya gampang.
Grimalkin memelototiku. Sikap tidak percaya akan melumpuhkanmu jika kau berpikir seperti itu, manusia. Jangan menganggap itu mustahil, kalau tidak hal itu akan benar-benar menjadi mustahil.
Baiklah, baiklah, aku minta maaf. Aku mengangkat tangan. Jadi bagaimana caranya"
Bayangkan glamour dalam benakmu. Kucing itu menyipitkan mata lagi. Bayangkan glamour itu seperti jubah yang menyelubungimu. Kau bisa membentuk glamour menjadi apa pun yang kauinginkan, termasuk ruang kosong di udara, tempat di mana tak seorang pun berdiri. Selagi kau menyampirkan glamour di tubuhmu, kau harus yakin tak ada yang bisa melihatmu. Begitu saja.
Mata itu lenyap, bersamaan dengan seluruh tubuh kucing itu. Meskipun tahu Grimalkin mampu melakukannya, masih terasa seram melihatnya lenyap di depan mataku.
Sekarang. Mata itu terbuka lagi, dan tubuh kucingnya muncul. Giliranmu. Ketika kau yakin kau tak terlihat, kita pergi.
Apa" Tak latihan dulu atau apa"
Hanya butuh keyakinan, manusia. Jika kau tak yakin kau tak terlihat dalam usaha pertama, maka yang berikutnya akan lebih sulit. Ayo pergi. Dan ingat, jangan ragu.
Ya. Jangan ragu. Aku menarik napas dan menutup mata, memanggil glamour. Aku membayangkan diri lenyap dari pandangan, jubah cahaya dan udara melambai di bahuku dan menarik tudung penutup kepala. Tak seorang pun bisa melihatku, pikirku berusaha tak merasa konyol. Aku tak terlihat sekarang.
Aku membuka mata dan menunduk untuk melihat tanganku.
Masih ada. Grimalkin menggeleng ketika aku mengangkat kepala dengan kecewa. Aku tak mengerti manusia, gumamnya. Setelah semua yang kau lihat, sihir, fey, monster,
keajaiban, kau masih saja sulit percaya kau bisa menghilang. Dia menghela napas dalam-dalam lalu turun dari bak sampah. Baiklah. Kurasa aku yang harus membawamu masuk.
BAB EMPAT BELAS Blue Chaos Kami berdiri dalam antrean hampir satu jam.
Semua ini bisa dihindari jika kau bisa melakukan apa yang aku ajarkan, Grimalkin mendesis untuk keseratus kalinya. Cakarnya menusuk lenganku, dan aku menahan diri untuk menjatuhkan lalu menendangnya melewati pagar seperti bola.
Sudahlah, Grim. Aku kan sudah mencoba, oke" Hentikan omelanmu. Aku mengabaikan tatapan heran dari orang-orang di sekitarku yang melihat gadis gila bicara sendiri. Aku tak tahu apa yang mereka lihat ketika menatap Grim, tapi sudah pasti bukan kucing yang bisa bicara. Dia lumayan berat.
Hanya mantra tak terlihat yang sederhana. Tak ada yang lebih mudah lagi. Anak kucing saja bisa melakukannya sebelum mereka bisa berjalan.
Aku ingin membalas, tapi kami sudah mendekati bouncer, petugas yang menjaga pintu masuk Blue Chaos. Petugas yang besar dan berotot itu memeriksa identitas pasangan di depan kami sebelum menyuruh mereka masuk. Grim menusuk lenganku dengan cakar, dan aku pun melangkah maju.
Mata hitam dingin si bouncer menatapku dari atas ke bawah. Kurasa tidak, sayang, katanya, menggerak-gerakkan otot lengannya. Sebaiknya kau pulang. Kau harus sekolah besok.
Mulutku terasa kering, tapi Grim bicara, suaranya rendah dan mendayu. Kau tak sedang melihatku, dia mendengkur, meskipun si bouncer sama sekali tak menatapnya. Sebenarnya aku jauh lebih tua daripada yang terlihat.
Oh ya" Dia tampak ragu, tapi setidaknya dia tidak mencengkeram tengkukku lalu melemparku. Coba kulihat ID-mu.
Tentu saja. Grim menusukku, dan aku memegangnya dengan satu tangan agar bisa menyerahkan kartu anggota Blockbuster kepada penjaga pintu. Dia menyambarnya, menatap curiga, sementara perutku melilit dan keringat dingin membasahi leherku. Tapi Grimalkin tetap mendengkur, sama sekali tidak terganggu, dan bouncer itu mengembalikan kartu itu dengan tatapan sebal.
Ya, baiklah. Masuk saja. Dia melambaikan tangan besarnya ke arahku, dan kami pun masuk.
Di dalam benar-benar chaos. Aku belum pernah berada dalam klub sehingga untuk sesaat terpesona oleh lampu-lampu dan suara ribut di sana. Asap bergulung-gulung di lantai, mengingatkanku pada kabut yang merayap di wyldwood. Lampu warna-warni menjadikan lantai dansa menjadi dunia fantasi elektrik merah muda, biru, dan keemasan. Musik mengguncang telingaku; aku bisa merasakan getarannya di dadaku, dan merasa heran bagaimana orang bisa berbincang dalam situasi hiruk pikuk seperti ini.
Penari berputar, meliuk-liuk, dan berayun di lantai dansa, bergerak seirama dengan musik, keringat dan energi menguar dari mereka selagi menari. Beberapa menari sendiri, ada juga pasangan yang tak henti saling meraba, energi mereka berubah menjadi gairah.
Di antara mereka, para fey menari menggeliat dan meliuk seperti kesetanan, mengonsumsi glamour yang berlimpah.
Aku melihat faery mengenakan celana kulit, baju yang berkelap-kelip dan robek-robek, jauh berbeda dengan kostum mewah ala medieval di Istana Musim Panas. Seorang gadis dengan cakar burung dan rambut seperti bulu burung berkeliaran di antara orang-orang, mengiris kulit dan menjilat darahnya. Pemuda sekurus tiang berlengan-tiga-sendi memeluk pasangan yang berdansa, jari-jari panjangnya mencengkeram rambut mereka. Dua gadis bertelinga-rubah menari bersama seorang mortal, tubuh mereka menempel di tubuh laki-laki itu. Wajah mortal itu penuh kenikmatan, tak menyadari ada tangan yang meraba-raba dirinya.
Grimalkin menggeliat dan melompat dari pelukanku. Dia melangkah ke belakang klub, ekornya seperti periskop yang menunjukkan arah di tengah lautan kabut. Aku membuntutinya, berusaha tak memandangi makhluk gaib yang menari di antara lautan manusia.
Di dekat bar ada sebuah pintu yang bertuliskan Khusus Pegawai . Aku bisa melihat pendaran glamour di sekitarnya, membuat pintu itu sulit terlihat. Dengan santai aku dekati pintu itu, tapi sebelum mencapainya, seorang bartender yang berdiri di belakang me
ja bar menyipitkan mata. Kau tak ingin melakukan itu, sayang, dia memperingatkan. Rambut gelapnya diikat ke belakang, dan tanduk mencuat di alisnya. Dia bergerak ke sudut bar, lalu aku mendengar langkah kaki berderap di lantai kayu. Kenapa tidak ke sini saja dan aku akan memberimu minuman enak" Gratis, bagaimana"
Grimalkin melompat ke bangku bar dan meletakkan kaki depannya ke meja bar. Seorang manusia di bangku sebelahnya menyesap minuman seperti tidak terjadi apa-apa. Kami mencari Shard, kata Grim ketika bartender itu menatapnya sebal, memalingkan wajah dariku.
Shard sibuk, jawab satyr itu tanpa menatap, lalu dia mulai mengelap meja. Grim terus menatap sampai satyr itu mengangkat wajah. Matanya menyipit berbahaya. Aku sudah bilang, dia sibuk. Kenapa kau tidak enyah saja, sebelum aku suruh redcap menjejalkanmu ke dalam botol"
David, bukan begitu cara memperlakukan pelanggan, suara dingin seorang wanita terdengar dari belakangku, dan aku terlompat. Apalagi jika dia teman lama.
Wanita di belakang kami kecil dan ramping, kulitnya pucat, bibirnya biru neon dan melengkung sinis di ujungnya. Rambut spiky-nya mencuat ke segala arah, dicat biru, hijau, dan putih sehingga seperti ada kristal es tumbuh di kepalanya. Dia mengenakan celana kulit ketat, kaus pendek yang nyaris tak menutupi dada, dan sebilah belati di paha. Wajahnya berkilau karena banyaknya tindikan: di alis, hidung, bibir, dan pipi, semuanya dari perak atau emas. Telinga lancipnya juga dipenuhi aneka tindikan, cukup untuk membuat anak mortal menangis iri. Tindikan perak panjang menembus pusarnya, dan liontin naga menggantung di sana.
Halo, Grimalkin, kata wanita itu, terdengar pasrah. Sudah lama juga. Apa yang membawamu ke klub sederhanaku ini" Dan membawa serta bocah Musim Panas" Matanya yang bersinar biru dan hijau, menatapku penasaran.
Kami butuh jalan masuk ke Tir Na Nog, kata Grimalkin tanpa ragu. Malam ini jika bisa.
Tidak minta yang macam-macam, ya" Shard tersenyum lebar, mengajak kami ke sofa di sudut. Begitu duduk, dia bersandar dan menjentikkan jari. Seorang manusia yang kurus kering muncul dari balik bayang-bayang dan berdiri di sebelahnya, wajahnya penuh ekspresi memuja.
Bawakan Appletini, katanya. Kalau kau menumpahkannya, kau akan menghabiskan hari ini sebagai kecoak. Kalian berdua mau minum apa"
Tidak, kata Grimalkin tegas. Aku menggeleng.
Manusia itu pergi dengan cepat, dan Shard mencondongkan tubuh ke depan. Bibir birunya membentuk senyuman.
Jadi. Jalan masuk ke teritorial Musim Dingin. Kau ingin memakai trod-ku, benar"
Itu bukan trod-mu, kata Grimalkin, memukul-mukulkan ekornya di bantal kursi.
Tapi berada di klubku, balas Shard. Dan Ratu Musim Dingin takkan senang jika aku mengizinkan bocah Musim Panas masuk ke wilayahnya secara diam-diam. Jangan menatapku seperti itu, Grim. Aku tidak bodoh. Aku tahu dia anak Erlking begitu melihatnya. Jadi pertanyaannya, bagaimana agar aku tak terlibat dengan semua ini"
Utang terbayarkan. Grimalkin memicingkan mata ke arahnya. Utangmu kepadaku dianggap lunas.
Itu untukmu, kata Shard, dan berpaling menatapku, lalu bagaimana dengan yang satu ini" Apa yang bisa dia berikan"
Aku menelan ludah. Apa yang kau inginkan" tanyaku sebelum Grimalkin sempat bicara. Kucing itu menatapku putus asa, tapi aku mengabaikannya. Jika ada transaksi mengenai nasibku, lebih baik aku saja yang melakukannya. Aku tak ingin Grimalkin menjanjikan anak pertamaku tanpa persetujuanku.
Shard bersandar lagi, menyilangkan kaki sambil tersenyum. Pemuda kurus itu muncul sambil membawa minuman, campuran kehijauan yang dilengkapi hiasan payung kecil, dia menyesapnya perlahan, matanya tak lepas dariku.
Hmm, pertanyaan bagus, gumam Shard, mengaduk-aduk isi gelas sambil berpikir. Apa yang aku inginkan" Pasti sangat penting bagimu memasuki teritorial Mab. Apa yang layak untuk membayarnya"
Dia menyesap sekali lagi, masih berpikir keras. Bagaimana kalau &namamu, dia menawarkan.
Na &namaku" Benar. Shard tersenyum licik. Tidak banyak. Hanya berjanjilah memberitahukan namamu; Nama Sejatimu, dan kita ang
gap impas, ya" Gadis ini masih muda, Shard, kata Grimalkin, mengawasi kami dengan mata terpicing. Dia mungkin bahkan belum tahu nama sebenarnya.
Tidak apa-apa. Shard tersenyum padaku. Berikan namamu sekarang, dan kita sepakat, ya" Aku yakin akan dapat memanfaatkannya kelak.
Tidak, kataku. Tidak sepakat. Kau tak akan mendapatkan namaku.
Baiklah. Shard mengedikkan bahu lalu mengangkat gelas ke bibir. Kurasa kau harus mencari jalan lain ke teritorial Mab. Dia beringsut ke ujung sofa. Senang bertemu kalian. Sekarang, permisi, aku harus mengurusi klub.
Tunggu! seruku. Shard berhenti, menatapku penuh harap.
Baiklah, bisikku. Baiklah, aku memberimu satu nama. Setelah itu kau membuka trod, benar"
Faery itu tersenyum, memperlihatkan giginya. Tentu saja.
Kau yakin mau melakukannya" tanya Grimalkin pelan. Apa kau tahu apa yang terjadi bila kau memberikan namamu pada faery"
Aku mengabaikannya. Berjanjilah, kataku pada Shard. Berjanjilah kau akan membuka trod begitu aku memberimu nama. Ucapkan.
Senyum faery itu berubah galak. Tak sebodoh yang terlihat, gumamnya dan mengedikkan bahu. Baiklah. Aku, Shard, penjaga trod Chaos, berjanji akan membuka jalan itu begitu menerima pembayaran dalam bentuk satu nama, yang diberikan oleh pihak yang diminta. Dia menyeringai. Sudah cukup"
Aku mengangguk. Baiklah. Shard menjilat bibir, tampak nafsu yang tak manusiawi di wajahnya, sementara matanya berkilau. Sekarang, beri aku nama.
Baik. Aku menghela napas dalam-dalam, perutku melilit hebat. Fred Flintstone.
Wajah Shard berubah hampa. Apa" Sesaat dia terlihat sangat bingung. Itu bukan namamu, darah-campuran. Bukan itu perjanjian kita.
Jantungku berdebar kencang. Ya, itu perjanjian kita, kataku, menjaga suaraku tetap stabil. Aku berjanji memberimu satu nama, bukan nama-ku. Aku telah memenuhi janji. Kau sudah mendapatkan nama. Sekarang, tunjukkan trod itu.
Di sebelahku, Grimalkin bersin-bersin, ledakan tawa kucing. Wajah Shard masih hampa, lalu kemurkaan melandanya, matanya berubah hitam. Rambut durinya menegang, dan es melapisi gelas di tangannya sebelum pecah menjadi jutaan serpihan.
Kau. Tatapannya menusukku, dingin dan menakutkan. Aku melawan keinginan untuk segera lari keluar klub. Kau akan menyesali kekurangajaran ini, darah-campuran. Aku takkan melupakan ini, dan aku akan membuatmu memohon-mohon belas kasihan sampai tenggorokanmu sakit.
Kakiku gemetaran, tapi aku berdiri dan menatapnya. Tidak sebelum kau tunjukkan trod.
Grimalkin berhenti tertawa dan melompat ke atas meja. Kau sudah kalah dalam negosiasi, Shard, katanya, suaranya masih terdengar geli. Relakan saja dan coba lagi nanti. Kami harus pergi sekarang.
Mata faery itu masih hitam berkilau, tapi dia berusaha keras mengendalikan diri. Baiklah, katanya dengan penuh harga diri. Aku akan menepati janji. Tunggu sebentar. Aku akan bilang pada David kalau aku akan pergi sebentar.
Dia melangkah pergi dengan dagu terangkat, duri-durinya bergetar seperti es.
Pintar sekali, kata Grimalkin pelan ketika faery itu mendekati bar. Shard selalu terburu-buru, tak pernah memikirkan hal-hal secara mendetail. Dia merasa terlalu pintar. Tetap saja, tidak bijaksana membuat marah sidhe Musim Dingin. Kau mungkin akan menyesalinya sebelum semua ini berakhir. Fey tak pernah melupakan suatu penghinaan.
Aku tetap diam, mengawasi Shard mencondongkan tubuh dan membisikkan sesuatu pada satyr. David menatapku, mata menyipit, sebelum memalingkan wajah dan kembali mengelap meja bar.
Shard kembali. Matanya kembali normal, meskipun masih menatapku dengan rasa benci. Lewat sini, katanya dingin, dan memimpin kami melintasi ruangan, menuju pintu yang bertuliskan Khusus Pegawai di dinding seberang.
Kami mengikutinya menuruni lima atau enam anak tangga, berhenti di satu pintu bertuliskan Bahaya! Jangan masuk! dengan cat merah terang. Shard menoleh ke belakang, menatapku dengan senyum jahat.
Jangan pedulikan Grumly. Dia penghalang terakhir untuk mencegah bila ada yang ingin tahu urusan orang lain. Sesekali ada phouka atau redcap yang merasa pintar, dan
menyelinap melewati David untuk melihat ada apa di bawah sini. Tentu saja aku tak mengizinkannya. Jadi aku memakai Grumly untuk menghalangi mereka. Dia tergelak. Kadang-kadang ada mortal yang turun ke sini. Itu hiburan terbaik. Dan menghemat biaya makannya juga.
Dia memberiku seringai setajam silet lalu membuka pintu.
Bau busuk menghantamku seperti palu raksasa, paduan menjijikkan antara sesuatu yang busuk, keringat, dan kotoran. Aku melangkah mundur, perutku bergejolak. Tulang belulang berserakan di lantai, beberapa tulang manusia, ada juga yang bukan. Jerami kotor menumpuk di salah satu sudut, di sebelah pintu di dinding seberang. Aku tahu itulah jalan masuk ke teritorial Istana Gelap, tapi menghampiri pintu itu tak akan mudah.
Dirantai pada sebuah cincin logam di lantai dengan borgol di satu kakinya yang sebesar pohon, ada ogre terbesar yang pernah kulihat. Kulitnya ungu lebam, dan empat taring kuning melingkar dari rahang bawahnya. Badannya luar biasa besar, otot dan tendon bergerak-gerak di bawah kulitnya yang berbintik-bintik, dan jari-jari gemuknya memiliki cakar hitam.
Dia juga memakai belenggu berat di leher, kulit di baliknya merah dan meradang, ada bekas-bekas luka cakar. Setelah beberapa saat aku menyadari belenggu di kaki dan lehernya terbuat dari besi. Ogre itu berjalan sempoyongan melintasi ruangan, berhati-hati dengan kakinya yang terantai. Pergelangan kakinya dipenuhi luka bernanah dan luka yang masih basah. Grimalkin mendesis pelan.
Menarik, katanya. Apa dia begitu kuat sehingga harus diikat seperti itu"
Dia pernah melepaskan diri beberapa kali, sebelum kami mulai memakai besi, jawab Shard, tampak puas dengan dirinya. Menghancurkan klub, dan memakan beberapa tamu sebelum kami menghentikannya. Aku merasa perlu ada tindakan drastis. Sekarang dia tak membangkang lagi.
Itu akan membunuhnya. Suara Grimalkin datar. Kau harus menyadari kalau itu akan memperpendek umurnya.
Jangan ceramahi aku, Grimalkin. Shard menatap kucing itu jijik dan melangkah masuk ke ruangan. Jika aku tak menahannya di sini, dia akan mengamuk di tempat lain. Besi takkan membunuhnya dalam waktu dekat. Ogre sembuh sangat cepat.
Dia menghampiri ogre yang menatapnya dengan mata kuning kesakitan. Mundur, perintahnya, menunjuk ke arah tumpukan jerami di sudut. Ke tempat tidurmu, Grumly. Sekarang.
Ogre itu menggeram lemah, dan beringsut ke tempat tidurnya, rantai bergemerencing di belakangnya. Aku merasa agak iba padanya.
Shard membuka pintu. Koridor panjang membentang di balik pintu, kabut merayap masuk ke dalam ruangan. Well" dia memanggil kami. Ini trod ke teritorial Musim Dingin. Kalian hanya akan berdiri di sana atau apa"
Menatap Grumly dengan waswas, aku melangkah maju.
Tunggu, gumam Grimalkin.
Ada apa" Aku berbalik dan melihatnya mencari-cari sesuatu di ruangan itu, matanya menyipit seperti celah. Takut pada ogre" Shard akan menjauhkannya dari kita, kan"
Belum tentu, balas si kucing. Dia sudah melakukan bagiannya. Dia sudah buka pintu ke Tir Na Nog buat kita. Dia tidak menjanjikan perlindungan bagi kita.
Aku menatap ke dalam ruangan lagi dan melihat Grumly menatap kami, liurnya menetes-netes di lantai. Di sisi lain, Shard menyeringai menatapku.
Terdengar banyak langkah kaki menuruni tangga. Di atas langkan, sesosok wajah keriput menatapku, gigi hiunya berkilauan. Bandana merah lepas dari kepalanya, mendarat di kakiku.
Redcap, aku terperanjat lalu masuk ke dalam ruangan tanpa berpikir.
Grumly meraung, melompat sampai ujung rantainya habis, menggaruk-garuk lantai. Aku memekik dan merapatkan tubuh di dinding sementara ogre menggeram dan menggapai-gapai, berusaha meraihku. Tinju raksasanya menghantam lantai tak sampai tiga meter dariku, dan dia berteriak frustrasi. Aku tak bisa bergerak. Grimalkin sudah lenyap. Gelak tawa Shard memenuhi ruangan ketika selusin redcap berbondong-bondong masuk.
Nah, katanya bersandar di pintu, ini baru hiburan.
BAB LIMA BELAS Kembalinya Puck Para redcap menyerbu masuk, gigi mereka mengilap dalam cahaya remang-remang. Mereka memakai jaket biker, celana kulit, dan ba
ndana merah darah alih-alih topi merah seperti biasanya. Menggeram dan menggertakkan gigi, mereka menyadari kehadiran Grumly di saat yang sama ketika ogre itu melihat mereka; dan melompat mundur bersamaan dengan tinju yang menghantam lantai.
Geraman dan makian memenuhi ruangan. Redcap menari-nari menghindar dari cengkeraman ogre. Apa ini" Aku mendengar salah satunya berteriak. Laki-laki-kambing itu menjanjikan daging muda jika kami menuruni tangga. Mana makanan kita"
Di sana! jawab yang lain, menunjuk ke arahku dengan apa yang terlihat seperti belati yang bernoda darah. Di sudut. Jangan biarkan monster itu dapat daging kita!
Mereka bergeser ke arahku, merapat ke dinding seperti yang tadi kulakukan, menjaga jarak dari jangkauan ogre. Grumly meraung dan mencakar-cakar lantai hingga meninggalkan bekas cakaran di lantai semen. Aku menatap ngeri ketika fey menakutkan itu menyerbu ke arahku, tertawa dan melambai-lambaikan senjata, dan aku tak bisa bergerak. Aku akan dimakan hidup-hidup, tapi jika aku melangkah lebih jauh ke dalam, Grumly akan mencabik-cabik tubuhku.
Meskipun keadaan gawat, aku masih sadar akan Shard yang bersandar santai di pintu satunya sambil menyeringai puas. Kau menyukai perjanjian kita, jalang kecil" serunya di antara teriakan Grumly dan kertakan gigi para redcap. Berikan nama aslimu, dan aku mungkin akan menyuruh mereka pergi.
Salah satu redcap menerjang, rahangnya menganga tepat di depan mukaku. Aku mengangkat tangan, dan gigi itu terbenam dalam kulitku, menjepitnya seperti jebakan baja. Aku memukul-mukul dengan panik, melepaskan beban di tanganku dan melemparkannya ke arah ogre. Redcap itu menyentuh lantai dan bangkit sambil menggeram tepat ketika tinju Grumly meremukkannya menjadi pasta berdarah.
Waktu sepertinya berjalan lambat. Kurasa itulah yang terjadi ketika kau hampir mati. Redcap menerjang lagi, gigi runcingnya menyeringai dan menggertak-gertak, Grumly berteriak-teriak di ujung rantainya, Shard bersandar di pintu terbahak-bahak.
Seekor burung hitam besar melayang dari pintu yang terbuka.
Para redcap melompat. Burung itu menukik, menancapkan cakarnya ke wajah satu redcap, memekik dan mengepak-ngepakkan sayapnya. Terkejut dan bingung, redcap itu ragu-ragu sementara si burung terus menyerang, memukulkan sayapnya dan mematuk mata faery itu. Gerombolan itu berteriak-teriak dan mengayunkan tongkat pemukul, tapi burung itu terbang di saat terakhir, dan si redcap melolong karena senjata itu malah menghantamnya.
Dalam kekacauan itu, burung itu meledak, dan berubah wujud di udara. Sesosok tubuh terjatuh antara aku dan para redcap, menyingkirkan bulu-bulu hitam dan memberiku senyum lebar yang familiar.
Hai, Putri. Maaf, aku terlambat. Lalu lintas macet sekali.
Puck! Dia mengedip padaku, lalu menatap sidhe Musim Dingin yang masih berdiri di ambang pintu. Hei, Shard. Dia melambai. Tempatmu bagus. Aku harus mengingatnya, jadi aku bisa memberi Sentuhan Puck yang istimewa.
Suatu kehormatan dikunjungi olehmu, Robin Goodfellow, jawab Shard, menyeringai kejam. Jika redcap membiarkan kepalamu utuh, aku akan memasangnya di atas bar sehingga semua orang bisa melihatnya ketika masuk. Bunuh dia!
Menggeram, para redcap menerjang, gigi berkilauan seperti piranha menyerbu burung yang tenggelam di sungai. Puck mengambil sesuatu dari kantong dan melontarkannya. Benda itu berubah menjadi batang kayu besar, dan para redcap mengatupkan rahang di kayu itu, gigi terbenam dalam kulit kayunya. Dengan pekikan teredam, mereka berjatuhan di lantai.
Rasakan itu, seru Puck. Menjerit marah, para redcap menghancurkan kayu, mencabik-cabiknya dengan dengungan seperti gergaji mesin. Mereka meludahkan serpihan kayu dan menatap kami dengan pandangan siap membunuh. Puck berpaling ke arahku dengan tatapan meminta maaf. Tunggu sebentar, Putri. Aku harus bermain-main dengan anak anjing.
Dia melangkah ke arah mereka dengan tersenyum lebar, dan para redcap itu menyerbu, menghunus pisau dan tongkat bisbol. Puck menunggu sampai saat terakhir sebelum mengelak, masuk ke dalam ruangan, menjauh dari dinding. Gerombolan itu m
engikuti. Aku tersentak ketika tinju Grumly menghantam, tapi Puck melompat ke samping tepat pada waktunya, dan satu redcap terhantam menjadi lebih gepeng daripada pancake.
Ups, Puck berseru, menutup mulut dengan tangan, bahkan selagi dia mengelak tinju kedua Grumly. Cerobohnya aku.
Para redcap memaki-maki dan menerjangnya lagi.
Mereka melanjutkan tarian maut itu di sekeliling ruangan, Puck memimpin para redcap dengan ejekan, tawa dan sorak-sorai. Grumly meraung dan menghantamkan tinjunya pada laki-laki kecil di sekitar kakinya, tapi redcap cukup gesit, dan waspada akan bahaya. Tapi itu tidak mencegah mereka menyerang Puck yang menari untuk mengelak dengan gaya tari balet yang berputar pada satu kaki sambil mengelilingi ogre. Dia tampak seperti sedang bersenang-senang. Jantungku sudah berada di tenggorokan sejak tadi; satu gerakan keliru, satu perhitungan salah, dan Puck akan menjadi genangan darah di lantai.
Udara di sekitarku terasa dingin. Aku terlalu berkonsentrasi pada Puck, tak menyadari Shard telah meninggalkan pintu dan kini berada di dekatku. Matanya hitam bersinar-sinar, dan bibirnya membentuk senyuman ketika dia mengangkat tangan. Sebuah tombak panjang dari es menjelma, diarahkan kepadaku.
Lalu terdengar lolongan kucing, dan sesuatu yang tidak tampak menimpa punggung Shard sehingga dia tersandung, nyaris terjatuh. Ada yang bersinar keemasan di dadanya: sebuah kunci, digantung dengan rantai perak tipis. Sambil memaki, Shard melempar penyerang tak terlihat itu ke dinding: ada bunyi benturan dan desis kesakitan ketika Grimalkin menjelma sesaat dan menghilang lagi.
Dalam kekacauan itu, aku menerjang, menyambar kunci di lehernya. Shard berputar dengan kecepatan luar biasa, sebuah tangan pucat melingkari leherku. Aku tersengal-sengal, mencakar lengannya dengan tanganku yang bebas, tapi lengannya seperti terbuat dari batu. Kulitnya dingin membakar, kristal es terbentuk di leherku ketika Shard mempererat cengkeramannya sambil tersenyum. Aku jatuh tersungkur sementara ruangan mulai terasa gelap.
Grimalkin melolong ganas, menancapkan cakar dan gigi di leher Shard. Seiring dengan jeritan Shard, tekanan di leherku menghilang. Duduk tegak, kudorong sidhe itu menjauh dengan seluruh tenaga. Ada sentakan dari sesuatu yang putus, dan kunci itu terlepas dari rantainya.
Terbatuk-batuk, aku terhuyung menjauh dari dinding, memandang si ogre. Grumly! Panggilku, suaraku serak dan parau. Grumly, lihat aku. Dengar aku"
Ogre itu berhenti memukuli lantai dan melihatku dengan tatapan tersiksa. Di belakangku, terdengar lolongan kucing, dan tubuh Grimalkin tersungkur di lantai.
Tolong kami! Aku berseru, mengacungkan kunci yang berkilau keemasan di bawah cahaya. Tolong kami, Grumly, dan kami akan membebaskanmu! Kami akan membebaskanmu!
Membebaskan &aku"
Sesuatu menghantam belakang kepalaku, hampir membuat aku pingsan. Aku terjatuh dengan tetap menggenggam kunci, sementara rasa sakit menyerbu indraku. Ada yang menendang rusukku, membalikkan tubuhku hingga telentang. Shard muncul di atasku, belatinya terayun.
Tidak! Teriakan Grumly memenuhi ruangan. Terkejut, Shard menengadah, baru menyadari dia berada dalam jangkauan si ogre. Terlambat. Punggung tangan Grumly menghantam dadanya, melontarkannya ke dinding dengan bunyi benturan yang menyeramkan. Bahkan para redcap berhenti mengejar Puck dan menoleh.
Aku berusaha bangkit, mengabaikan protes otot-ototku. Aku terhuyung-huyung mendekati Grumly, berharap si ogre tidak melupakan pertolonganku dan menghantamku menjadi bubur. Dia tak bergerak ketika aku meraih rantainya; borgol besi yang menggigit dagingnya. Memasukkan kunci dalam lubangnya, aku memutarnya sampai berbunyi klik. Belenggu besi itu terbuka dan terjatuh.
Grumly meraung, suatu teriakan kemenangan dan kemarahan. Dia berputar cepat lalu menendang satu redcap ke dinding. Puck buru-buru menyingkir ketika ogre itu mengangkat satu kaki dan menginjak dua lagi redcap seperti kecoak. Para redcap mengamuk. Menggeram dan meraung, mereka menyerbu kaki Grumly, memukulnya dengan tongkat bisbol dan menggigit pergelangan kakinya. Grumly meng
entakkan kaki dan menendang, nyaris mengenaiku, dan lantai bergetar oleh tinjunya.
Menghindar dari pembantaian, Puck memegang tanganku dan menarikku menjauh dari sana. Ayo pergi, gumamnya, menoleh ke belakang. Selagi perhatian mereka teralih. Menuju trod.
Bagaimana dengan Grimalkin"
Aku di sini, kata kucing itu, menjelma di sebelahku. Suaranya terdengar tegang, dan kaki kiri depannya cedera, tapi yang lain sepertinya baik-baik saja. Sudah waktunya pergi.
Kami berjalan sempoyongan menuju pintu yang terbuka, tapi Shard mengadang. Tidak boleh, sidhe itu menggeram. Tangan kirinya lunglai, tapi dia mengangkat tombak es dan mengarahkannya ke dadaku. Kau tak boleh lewat. Kau akan mati di sini, dan aku akan memakumu di dinding agar dilihat orang.
Geraman nyaring menggema di belakang kami, dan langkah-langkah berat menggetarkan lantai.
Grumly, kata Shard tanpa mengalihkan tatapannya dariku, bunuh mereka. Cabik-cabik mereka, perlahan-lahan. Lakukan, sekarang.
Grumly menggeram lagi, dan sebuah kaki besar mendarat di sebelahku. Tttteman, suara ogre membahana dari atas kami. Bebaskan Grumly. Teman Grumly. Dia maju satu langkah lagi, luka bernanah di kakinya berbau busuk. Bunuh Nyonya, geramnya.
Apa" Shard mundur dengan mata terbelalak. Grumly terus maju, mengangkat tinju besarnya. Apa yang kau lakukan. Mundur, makhluk bodoh. Aku perintahkan kau! Jangan, jangan!
Ayo pergi, bisik Puck, menarik lenganku. Kami menunduk lewat di bawah kaki Grumly dan berlari ke pintu yang terbuka. Hal terakhir yang kulihat, sebelum pintu menutup, adalah Grumly menerjang mantan tuannya, dan Shard mengangkat tombak sambil melangkah mundur.
* * * KORIDOR yang dipenuhi kabut dan cahaya bekerlip membentang di hadapan kami. Aku merosot di dinding, gemetaran setelah adrenalin memudar.
Kau tidak apa-apa, Putri" tanya Puck, mata hijaunya bersinar penuh kecemasan. Aku terhuyung ke depan, melingkarkan lengan di tubuhnya, memeluknya erat. Dia balas memelukku dan menarikku mendekat. Aku merasakan kehangatan dan jantungnya yang berdetak cepat, embusan napasnya di telingaku. Akhirnya aku melepaskan diri, dan kembali merosot di dinding, menariknya turun bersamaku.
Aku kira Oberon telah mengubahmu menjadi burung, bisikku.
Memang, jawab Puck sambil mengangkat bahu. Tapi ketika dia tahu kau kabur, dia menyuruhku untuk mencarimu.
Jadi kau yang kudengar mengikuti kami, kata Grimalkin, nyaris tak terlihat di dalam kabut.
Puck mengangguk. Aku menduga kalian pergi ke Istana Gelap. Menurutmu siapa yang membuat jalan pintas itu" Lalu, begitu aku keluar, aku mencari-cari dan ada piskie memberitahuku dia melihat kalian ke daerah ini. Aku tahu Shard punya klub di sini, dan sisanya, seperti kata manusia, semua sudah tahu.
Aku senang kau datang, kataku sambil berdiri. Kakiku terasa lebih kuat sekarang, dan tak terlalu gemetar lagi. Kau menyelamatkan hidupku. Lagi. Aku tahu kau tak mau mendengarnya, tapi terima kasih.
Puck melirikku dengan tatapan yang tak kusuka. Jangan dulu berterima kasih, Putri. Oberon lumayan marah karena kau meninggalkan teritorial Istana Terang yang aman. Dia menggosok-gosok tangan dan terlihat tak nyaman. Aku seharusnya membawamu kembali ke Istana.
Aku menatapnya, merasa dia baru saja menendang perutku. Tapi &kau takkan melakukannya, kan" Aku terbata-bata. Dia memalingkan pandangan, dan aku semakin putus asa. Puck, kau tak bisa. Aku harus menemukan Ethan. Aku harus ke Istana Gelap dan membawanya pulang.
Puck menyisirkan jarinya ke rambut, gerakan yang sangat manusia. Kau tak mengerti, katanya, terdengar ragu. Aku pelayan favorit Oberon, tapi aku tak boleh membuatnya marah lagi. Jika mengecewakannya lagi, aku mungkin akan berakhir bukan cuma menjadi raven selama dua abad. Dia bisa mengusirku dari Nevernever selamanya. Aku takkan pernah bisa pulang.
Kumohon, pintaku, memegang tangannya. Dia masih tak mau menatapku. Tolong kami. Puck, aku kenal kau. Jangan lakukan itu. Aku lepaskan tangannya dan menatapnya, menyipitkan mata. Kau sadar kan, kau harus menyeretku yang akan menendang-nendang dan menjerit,
dan aku takkan bicara denganmu lagi.
Jangan begitu. Puck akhirnya mengangkat wajah. Kau tak tahu apa yang kaulakukan. Jika Mab menemukanmu &kau tak tahu apa yang sanggup dia lakukan.
Aku tak peduli. Yang aku tahu, adikku ada di luar sana dan dalam kesulitan. Aku harus menemukannya. Dan aku akan melakukannya, dengan atau tanpa bantuanmu.
Mata Puck bersinar. Aku bisa merapal mantra padamu, dia merenung, satu sudut bibirnya terangkat. Itu akan menyelesaikan banyak masalah.
Tidak, Grimalkin bicara sebelum aku mengamuk, tidak boleh. Dan kau tahu kau takkan melakukannya, jangan berlagak lagi. Selain itu aku punya sesuatu yang mungkin bisa menyelesaikan masalah ini.
Oh" Hadiah. Grimalkin melambaikan ekornya lesu. Dari sang Raja.
Itu takkan mencegah Oberon mengusirku.
Memang tidak, Grimalkin sependapat. Tapi aku bisa meminta agar kau diusir dalam waktu tertentu. Mungkin selama beberapa dekade. Lebih baik daripada tidak ada pilihan.
Uh-huh. Puck terdengar tak yakin. Dan ini akan membuatku berutang padamu, kan"
Kau melibatkanku dalam konflik ini ketika kau menjatuhkan gadis ini di pohonku, kata Grimalkin, berkedip malas. Aku tak percaya itu hanya kebetulan, tidak bila ada hubungannya dengan Robin Goodfellow yang terkenal. Kau seharusnya sudah tahu akan seperti ini jadinya.
Aku seharusnya tidak membuat perjanjian dengan cait sith, balas Puck, mendesah lalu mengusap-usap mata. Baiklah, katanya akhirnya. Kau menang, Putri. Lagi pula kebebasan itu terlalu dilebih-lebihkan. Jika aku akan melakukan sesuatu, sekalian saja tak usah tanggung-tanggung.
Jantungku melonjak senang. Jadi, kau akan menolong kami"
Kenapa tidak" Puck menyunggingkan senyum menyerah. Kau akan dimakan hidup-hidup tanpaku. Selain itu, membuat keributan di Istana Gelap" Cengiranya melebar. Aku takkan melewatkannya.
Kalau begitu ayo kita pergi, kata Grimalkin, Puck menarikku berdiri. Semakin kita berlama-lama, kabar kedatangan kita akan semakin tersebar luas. Tir Na Nog tidak jauh lagi. Dia berbalik dan mulai berderap, ekornya tegak di dalam kabut.
Kami menyusuri koridor selama beberapa menit. Tak lama kemudian udara berubah dingin dan menusuk; bunga es menyelubungi dinding koridor, dan tetesan air beku menggantung di langit-langit.
Kita semakin dekat, kata suara tanpa tubuh Grimalkin di dalam kabut.
Koridor berakhir dengan pintu kayu sederhana. Ada serbuk salju tipis pada celah di bawahnya, dan pintu itu berputar dan berderit karena angin yang melolong di baliknya.
Puck melangkah maju. Nona dan kucing sekalian, katanya sopan, menggenggam gagang pintu, selamat datang di Tir Na Nog. Tanah tempat musim dingin tiada akhir dan tumpukan salju sialan.
Embusan es membelai wajahku begitu Puck membuka pintu. Sambil mengerjap-ngerjap menyingkirkan kristal es, aku melangkah maju.
Aku berdiri di taman yang membeku, semak berduri di pagar berselimut es, air mancur kerubin di tengah halaman menyemburkan air beku. Di kejauhan di balik pohon-pohon meranggas dan semak berduri aku melihat atap runcing sebuah rumah megah bergaya Victoria. Aku menoleh ke arah Grim dan Puck, dan melihat mereka berdiri di bawah teralis dengan sulur-sulur ungu bergelantungan dan bunga kristal biru. Ketika mereka melewatinya, koridor lenyap di belakangnya.
Memesona, komentar Puck, menatap sekelilingnya dengan cemberut. Aku suka gaya penataan membosankan seperti ini. Siapa tukang kebunnya" Aku ingin meminta beberapa tips.
Aku sudah menggigil. Be-berapa jauh kita dari istana Ratu Mab" tanyaku, gigiku gemeletuk.
Istana Musim Dingin sekitar dua hari perjalanan dari sini, kata Grimalkin, melompat ke atas pohon. Dia mengguncang kaki, satu demi satu, dan duduk dengan hati-hati. Kita harus menemukan tempat berlindung. Aku tak nyaman dalam cuaca seperti ini, dan gadis itu sudah pasti akan mati kedinginan.
Tawa sinis menggema di seluruh taman. Aku tak akan mencemaskan itu sekarang.
Sesosok tubuh melangkah keluar dari balik pohon, satu tangannya menggenggam pedang. Jantungku berhenti berdetak, lalu mulai lagi, lebih kencang dan tak beraturan dibanding
sebelumnya. Angin mengacak-ngacak rambut hitam orang itu ketika dia melangkah mendekati kami, anggun dan senyap seperti bayangan. Grimalkin mendesis dan lenyap, Puck menarikku ke belakang tubuhnya.
Aku sudah menunggumu, gumam Ash.
BAB ENAM BELAS Fey Besi Ash, bisikku ketika sosok ramping nan misterius itu meluncur ke arah kami, sepatu botnya tidak berbunyi di salju. Dia terlihat luar biasa tampan, berpakaian serba hitam, wajah pucatnya seakan mengambang di atas tanah. Aku masih ingat senyumnya, tatapan di mata peraknya ketika kami berdansa. Saat ini dia tak tersenyum, dan tatapannya dingin. Ini bukan pangeran yang berdansa denganku di malam Elysium; bukan siapa-siapa selain seorang predator.
Ash, ulang Puck dengan nada percakapan normal, meskipun wajahnya berubah keras dan mengancam. Sungguh suatu kejutan melihatmu di sini. Bagaimana kau bisa menemukan kami"
Tidak sulit. Ash terdengar bosan. Putri mengatakan dia mencari seseorang di istana Mab. Tidak banyak jalan masuk ke Tir Na Nog dari dunia mortal, dan Shard tak pernah merahasiakan kalau dia adalah penjaga trod. Kupikir hanya masalah waktu saja sebelum kalian datang.
Pintar sekali, kata Puck, menyeringai. Tapi kau memang selalu berpikir strategis. Apa yang kau inginkan, Ash"
Kepalamu, jawab Ash pelan. Di ujung tombak. Tapi kali ini keinginanku tidak penting. Dia menudingkan pedang ke arahku. Aku datang karena dia.
Aku tersentak sementara jantung mulai berdebar kencang. Dia datang karena aku, untuk membunuhku, seperti janjinya saat Elysium.
Langkahi dulu mayatku. Puck tersenyum, seakan itu obrolan santai di jalan, tapi aku merasakan ototnya bergejolak di bawah kulitnya.
Itu bagian dari rencanaku. Sang pangeran mengangkat pedang, bilah esnya diselubungi kabut. Aku akan membalaskan kematiannya hari ini, dan merelakan kepergiannya. Sekilas terlintas bayang-bayang kesedihan luar biasa di wajahnya, lalu dia menutup mata. Ketika membukanya lagi, mata itu dingin dan bersinar penuh kebencian. Bersiaplah.
Mundur, Putri, Puck memperingatkan, mendorongku menjauh. Dia memasukkan tangan ke dalam sepatu bot, mengeluarkan belati, melengkung sebening kaca. Mungkin akan agak sadis.
Jangan, Puck. Aku mencengkeram lengan bajunya. Jangan berkelahi dengannya. Nanti ada yang terbunuh.
Dalam duel sampai mati memang harus ada yang terbunuh. Puck tersenyum lebar, tapi terlihat bengis, kejam dan menakutkan. Tapi aku terharu kau peduli. Sebentar, Pangeran muda, katanya pada Ash yang menelengkan kepala. Puck memegang pergelangan tanganku, menarikku ke belakang air mancur dan membungkuk, napasnya terasa hangat di wajahku.
Aku harus melakukan ini, Putri, katanya tegas. Ash takkan membiarkan kita pergi begitu saja, lagi pula seharusnya ini sudah terjadi sejak dulu. Sekejap terlintas rasa penyesalan di wajahnya, tapi lenyap dengan cepat.
Jadi, gumamnya, menyeringai sambil mengangkat daguku, sebelum maju ke medan perang, bagaimana dengan satu ciuman untuk keberuntungan"
Aku ragu, bertanya-tanya kenapa baru sekarang dia meminta ciuman. Dia pastinya tak memandangku seperti itu &kan" Aku tersadar. Tak ada waktu untuk memikirkan itu. Mencondongkan tubuh ke depan, aku mencium pipinya. Kulitnya hangat, agak kasar oleh cambang yang baru tumbuh. Jangan mati, bisikku, menarik diri.
Puck terlihat kecewa, tapi hanya sesaat. Aku" Mati" Memangnya mereka tidak bilang padamu, Putri" Aku Robin Goodfellow.
Sambil berteriak, dia mengayunkan pisau dan menyerang sang pangeran yang menunggu.
Ash menerjang, pedangnya mendesis ketika berayun melengkung turun dengan ganas. Puck melompat menghindar, dan ayunan pedang itu menciptakan badai salju kecil ke arahku. Aku tersentak, semburan membekukan itu menyengat seperti jarum. Aku mengusap-usap mataku yang terasa seperti terbakar. Ketika aku membuka mata lagi, Ash dan Puck sudah berduel seru; sepertinya memang berniat saling membunuh.
Puck berhasil mengelak dari hantaman yang mematikan sambil melontarkan sesuatu dari kantongnya ke arah Ash. Benda itu menjelma menjadi babi hutan besar, meraung ganas ketika menerjang sang pan
geran, taringnya berkilauan. Pedang es menghantamnya, dan babi hutan itu meledak menjadi pusaran dedaunan kering. Ash mengulurkan tangan, dan serpihan es tajam berkilauan meluncur ke arah Puck seperti hujan belati. Aku memekik, tapi Puck menarik napas dan meniup ke arah serpihan es itu, seperti meniup lilin ulang tahun. Serpihan es itu berpendar menjadi bunga-bunga daisy, menghujani Puck tanpa mencelakainya, dan dia tersenyum lebar.
Ash menyerang dengan ganas, pedangnya berdesing saat dia berusaha menikam. Puck mengelak dan menangkis dengan belati, mundur, menghindar dari serangan gencar pangeran Musim Dingin. Menukik menjauh, Puck mengambil segenggam ranting dari bawah pohon, meniupnya, melemparnya ke udara


The Iron Fey 1 The Iron King Karya Julie Kagawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

dan kini ada tiga Puck, menyeringai licik seraya menyerbu. Tiga pisau berkelebat, tiga tubuh mengepung pangeran Gelap, sementara Puck yang sebenarnya bersandar di pohon dan menonton Ash berlaga.
Tapi Ash jauh dari kalah. Dia berputar menjauh dari para Puck palsu, pedangnya berkelebat samar ketika dia menghindar dan menangkis, beralih dari satu musuh ke musuh lain. Dia menunduk di depan salah satu Puck palsu, mengangkat ujung pedang, membelah perut Puck. Duplikat Puck itu terbelah dua, berubah menjadi ranting putus dan terjatuh. Ash berputar untuk menghadapi Puck yang menyerang dari samping. Pedangnya berkelebat, dan kepala Puck terlepas dari lehernya sebelum kembali menjadi sebatang ranting. Puck yang terakhir menyerang dari belakang, belatinya terangkat tinggi. Tanpa berbalik Ash menghunjamkan pedang ke belakang, ujungnya terangkat. Terjangan Puck tepat mengenai ujung pedang dan menembus perutnya. Pangeran mencabut pedang tanpa membalikkan badan, dan sebuah ranting hancur berserakan di atas salju.
Ash menurunkan pedang, melihat sekeliling dengan waspada. Mengikuti arah tatapannya, aku terperanjat. Puck telah lenyap seperti Grimalkin ketika perhatian kami teralih. Bersiap sedia, pangeran Musim Dingin itu mencari-cari di seputar taman, melangkah maju dengan pedang terhunus. Tatapannya bertemu denganku, dan aku merasa tegang, tapi dia mengabaikanku dengan melangkah di bawah dahan-dahan pinus yang beku.
Saat berada di bawah dahan pohon, sesuatu melompat ke bawah, melolong. Pangeran menghindar, pisau nyaris mengenainya, dan Puck kehilangan keseimbangan, tersungkur ke depan. Sambil menggeram, Ash menghunjamkan ujung pedang ke punggung Puck, menembus dadanya, memakunya di tanah.
Aku menjerit, tapi bahkan sebelum jeritanku berakhir, tubuh itu lenyap. Hanya sekejap Ash memandangi daun yang tertusuk ujung pedangnya, lalu melompat ke samping ketika sesuatu menerjang dari atas pohon, belati berkilauan diterpa cahaya.
Tawa Puck membahana ketika Ash berguling lalu berdiri sambil memegangi lengan. Darah mengalir dari sela-sela jari pucatnya. Nyaris terlambat, Pangeran, ejek Puck, mengayun-ayunkan belati dengan dua jari. Sungguh, itu trik paling kuno yang ada di buku. Aku tahu karena aku yang menulis buku itu. Aku masih punya jutaan trik lagi, jika kau masih ingin bermain.
Aku bosan melawan duplikatmu. Ash menegakkan tubuh, menurunkan tangannya. Ternyata tak seperti dugaanku, rupanya kehormatan tak begitu penting di Istana Terang. Apakah kau benar-benar Puck, atau dia terlalu pengecut untuk menghadapiku"
Puck menatapnya jijik, sebelum berpendar menghilang. Satu Puck lagi melangkah keluar dari balik pohon, ada cengiran jahat di wajahnya.
Baiklah kalau begitu, Pangeran, katanya, mendekat sambil menyeringai, jika itu yang kauinginkan, aku akan membunuhmu dengan cara biasa. Dan mereka saling menyerang lagi.
Aku menyaksikan pertempuran itu, jantungku sudah berada di tenggorokan, berharap bisa melakukan sesuatu. Aku tak ingin salah satu dari mereka terbunuh, tapi tak tahu cara menghentikan semua ini. Berteriak atau memisahkan mereka sepertinya ide buruk; akan ada yang teralih perhatiannya, dan lawannya akan memanfaatkan kesempatan itu untuk membunuhnya. Rasa putus asa bergemuruh dalam perutku. Aku tak tahu Puck bisa begitu haus darah, tapi sinar kegilaan di matanya memberitahuku bahwa dia akan membunuh pangeran Musim Dingin
itu jika bisa. Mereka pernah punya kisah masa lalu, aku menyadari, menyaksikan Ash dengan ganas menebas wajah Puck, nyaris kena seandainya dia tidak menunduk. Ada yang terjadi di antara mereka, membuat mereka saling membenci. Aku ingin tahu apakah dulunya mereka bersahabat.
Bulu kudukku meremang karena sesuatu, bukan karena udara dingin. Di antara dentingan dan gesekan logam, aku mendengar sesuatu yang lain, gemeresik samar, seakan ribuan serangga bergerak ke arah kami.
Lari! Suara Grimalkin membuatku terlonjak. Jejak kaki terlihat di salju, melaju ke arahku, dan cakar tak terlihat menggores kulit pohon ketika kucing itu naik ke pohon. Ada yang datang! Sembunyi, cepat!
Aku melirik Puck dan Ash yang masih berduel sengit. Bunyi gemeresik semakin kencang, diikuti dengan tawa melengking statis dan samar. Tiba-tiba saja, dari sela-sela pepohonan, ratusan mata hijau-elektrik bersinar di kegelapan, mengelilingi kami. Puck dan Ash berhenti berkelahi, memisahkan diri, akhirnya sadar ada yang tidak beres, tapi sudah terlambat.
Mereka memenuhi tanah seperti karpet hidup, muncul dari segala penjuru: makhluk kecil berkulit hitam berlengan panjang kurus, telinga besar, dan gigi runcing yang bersinar biru-putih di kegelapan. Aku mendengar jeritan kaget kedua pemuda itu, dan lolongan ngeri Grimalkin yang memanjat pohon semakin tinggi. Makhluk itu melihatku, dan aku tak sempat bereaksi. Mereka mengerumuniku seperti lebah mengamuk, merayapi betisku, punggungku. Aku merasakan cakar-cakar menusuk kulitku, telingaku dipenuhi dengungan nyaring dan tawa melengking, aku menjerit dan menggeliat panik. Aku tak bisa melihat, tak tahu mana yang atas dan mana yang bawah. Bobot tubuh mereka tak tertahankan olehku, aku tersungkur ke dalam kerumunan yang mencengkeram, menggapai-gapai. Ratusan tangan mengangkatku, seperti semut mengangkut belalang, dan mulai membawaku menjauh.
Puck! aku menjerit, berusaha membebaskan diri. Tapi setiap kali aku menggulingkan diri untuk menjauh dari satu kawanan, selusin lainnya menggantikan posisi mereka, menyanggaku tetap di atas. Aku tak pernah menyentuh tanah. Grimalkin! Tolong!
Jeritan mereka terdengar jauh dan samar. Diangkat oleh matras hidup dan mendengung, aku meluncur dengan cepat menuju kegelapan yang menanti.
* * * AKU tak tahu berapa lama mereka membawaku. Setiap kali aku memberontak, cakar yang memegangiku akan menusuk kulitku, mengubah matras itu menjadi bantalan jarum. Akhirnya aku berhenti melawan dan memusatkan perhatian pada arah mereka akan membawaku. Tapi susah sekali, karena diangkat dengan posisi telentang, satu-satunya yang aku lihat jelas hanyalah langit. Aku berusaha menoleh, tapi makhluk-makhluk itu mencengkeram rambutku juga dan akan menjambaknya hingga mataku berair. Aku menyerah, berbaring diam menunggu apa yang akan terjadi. Udara dingin dan kecemasan yang semakin memuncak membuatku lemas, aku membiarkan mataku menutup, dan menemukan kedamaian dalam kegelapan.
Ketika aku membuka mata lagi, langit malam telah lenyap, digantikan oleh langit-langit dari es. Aku menyadari bahwa kami berada di bawah tanah. Udara terasa semakin dingin ketika terowongan melebar menjadi gua es raksasa, berkilauan dalam keindahan bergerigi yang asing. Stalaktit es besar menggantung di langit-langit, beberapa bahkan lebih panjang dari tubuhku, panjang dan runcing mengancam. Rasanya meresahkan lewat di bawah pasak-pasak runcing yang berkilau bak kandelir kristal, dan aku berdoa agar mereka tak jatuh.
Gigiku gemeletuk, bibirku mati rasa karena suhu dingin. Namun begitu masuk gua lebih dalam lagi, udara perlahan menghangat. Bunyi samar menggema dari bagian gua yang lebih rendah: geraman, desisan seperti uap yang keluar dari retakan pipa. Air dari langit-langit menetes makin deras, membasahi pakaianku, dan beberapa stalaktit es terlihat goyah dan berbahaya.
Desisan semakin keras, ditingkahi oleh raungan nyaring dan bau asap yang tajam. Bahkan sekarang aku lihat beberapa stalaktit es itu benar-benar jatuh, hancur berkeping-keping di lantai dan berkilauan seperti pecahan kaca.
Para penculik membawaku ke gua bes
ar yang dipenuhi pecahan es berserakan. Genangan air membasahi lantai, dan air berjatuhan dari langit-langit seperti hujan. Makhluk-makhluk itu menjatuhkanku di lantai yang dingin lalu merayap menjauh. Aku menggosok-gosok tanganku yang beku dan sakit, melihat sekeliling, penasaran di mana aku berada. Gua itu nyaris kosong, kecuali sebuah peti kayu yang berisi batu hitam batu bara" di salah satu sudut. Lebih banyak tumpukan batu bara di dinding seberang, di sebelah gapura kayu melengkung yang mengarah menuju kegelapan.
Siulan melengking, seperti lokomotif meraung di stasiun kereta, terdengar dari terowongan, dan asap hitam bergulung-gulung memasuki ruangan. Aku mencium aroma abu dan belerang, lalu suara berat menggema di seluruh gua. APA KALIAN MEMBAWANYA"
Makhluk-makhluk merayap itu lari kocar-kacir, bunyi beberapa stalaktit es jatuh ke lantai nyaris berirama. Aku menunduk di belakang pilar es ketika derap langkah kaki terdengar di terowongan. Dari balik asap aku melihat sesuatu yang besar, berbentuk aneh sesuatu yang jelas bukan manusia yang membuatku menggigil ketakutan.
Seekor kuda besar muncul dari balik asap yang bergulung-gulung, mata menyala seperti batu bara panas, hidungnya mengembuskan uap panas. Makhluk itu sebesar kuda yang menarik kereta wagon Budweiser, tapi kesamaannya hanya sampai di situ. Semula aku mengira tubuhnya ditutupi lempengan besi, kulitnya tebal oleh logam, berkarat dan hitam, dan dia bergerak canggung karena beratnya. Lalu kusadari tubuh itu terbuat dari besi. Piston dan roda gigi mencuat dari tulang rusuknya. Surai dan ekornya dari kawat baja, api menyala dalam perutnya, jelas terlihat dari sela-sela kulitnya. Wajahnya berupa topeng menyeramkan ketika dia berpaling padaku, api menyembur dari lubang hidungnya.
Aku terjungkal ke belakang, yakin akan segera mati.
APAKAH KAU MEGHAN CHASE" Suara kuda itu mengguncang ruangan. Semakin banyak stalaktit es berjatuhan, tapi itu hal terakhir yang kucemaskan. Aku kian mengerut ketika monster besi itu berdiri menjulang di depanku, menelengkan kepala dan mengembuskan api. JAWAB AKU. APAKAH KAU MEGHAN CHASE, PUTRI DARI RAJA MUSIM PANAS"
Ya, bisikku, ketika kuda itu bergerak mendekat, kaki besinya menghantam salju. Siapa kau" Apa yang kau inginkan"
AKU IRONHORSE, hewan itu menjawab. SALAH SATU LETNAN RAJA MACHINA. AKU MEMBAWAMU KE SINI ATAS PERINTAH TUANKU. KAU AKAN IKUT BERSAMAKU UNTUK MENEMUI RAJA BESI.
Suara yang membahana itu membuatku sakit kepala. Aku berusaha berkonsentrasi meskipun kepalaku serasa dipukul-pukul. Raja Besi" tanyaku bodoh. Siapa "
RAJA MACHINA, tegas Ironhorse. PENGUASA TERITORIAL ISTANA BESI, DAN PEMIMPIN FEY BESI.
Fey besi" Aliran dingin mengalir di punggungku. Aku melihat sekeliling, menatap mata monster mirip gremlin yang tak terhitung jumlahnya, tubuh besar Ironhorse, dan merasa pusing menyadari implikasinya. Fey besi" Apa mungkin ada makhluk seperti itu" Dalam dongeng dan drama, aku tidak pernah mendengar tentang mereka. Dari mana mereka datang" Dan siapa itu Machina, penguasa fey besi" Dan yang lebih penting lagi &
Apa yang dia inginkan"
BUKAN HAKKU UNTUK MENGETAHUINYA. Ironhorse mendengus, mengibas-ngibaskan ekornya dengan bunyi berkelontang. AKU HANYA MEMATUHI PERINTAH. SEBAIKNYA KAU IKUT DENGAN KAMI, JIKA KAU INGIN MELIHAT ADIKMU.
Ethan" Aku tersentak, menatap marah topeng tanpa ekspresi milik Ironhorse. Bagaimana kau tahu tentang dia" tuntutku. Bagaimana keadaannya" Di mana dia"
IKUTLAH DENGANKU, DAN SEMUA PERTANYAANMU AKAN TERJAWAB. ISTANA BESI DAN TUANKU MACHINA TELAH MENUNGGU.
Aku berdiri ketika Ironhorse berbalik, berderap nyaring ke arah terowongan. Pistonnya berderit, gigi roda berdentang nyaring ketika dia melangkah maju. Makhluk itu sudah ketinggalan zaman, aku menyadari, melihat sebuah baut lepas dan terjatuh di lantai. Peninggalan masa lalu. Aku ingin tahu apakah ada jenis yang lebih baru, lebih canggih di luar sana, dan seperti apa bentuknya. Fey besi yang lebih cepat, lebih bagus, dan lebih unggul. Tak lama kemudian aku memutuskan untuk tidak mengetahuinya.
Ironhorse berdiri di mulut terowongan, dia mengentakkan kaki dengan tak sabar. Api memercik dari kakinya, dan menatapku tajam. AYO, perintahnya, disertai embusan uap panas dari hidungnya. IKUTI TROD MENUJU ISTANA BESI. JIKA TAK MAU MELANGKAH, GREMLIN YANG AKAN MENGANGKUTMU. Dia menelengkan kepala dan mengangkat kaki depan, api memancar dari moncongnya. ATAU AKU AKAN BERLARI DI BELAKANGMU, MENYEMBURKAN API
Tombak es melesat di udara, menghunjam di antara rusuk Ironhorse, berubah menjadi uap ketika terkena api. Kuda itu meraung, seperti siulan melengking, lalu berbalik, kakinya memercikkan api ketika menghantam es. Gremlin merayap maju, celingukan dengan panik, mencari-cari penyusup.
Hei, jelek! seru suara yang familiar. Tempatmu bagus! Sekadar usul saja. Lain kali, cari tempat bersembunyi yang lebih tahan api daripada gua es.
Puck! jeritku, dan elf berambut merah itu melambai ke arahku, tersenyum lebar dari sudut terjauh gua. Ironhorse meringkik dan menyerang, membuat para gremlin tercerai-berai seperti burung ketika dia menerjang. Puck bergeming, dan makhluk buas dari besi itu menjatuhkannya di atas es, menginjak-injaknya dengan kaki bajanya.
Oh, kelihatannya sakit, kata Puck yang lain, sedikit lebih jauh. Kita benar-benar harus membicarakan masalah pengelolaan emosimu.
Ironhorse meraung, menyerang Puck kedua yang berada lebih jauh dariku dan trod. Para gremlin mengikuti, tertawa dan mendesis, tapi menjaga jarak dari makhluk buas yang berang itu dan kakinya.
Tangan yang dingin membekap mulutku, meredam jeritan kagetku. Aku menoleh dan bertatapan dengan mata perak berkilauan.
Ash" Lewat sini, katanya pelan, menarik tanganku, selagi idiot itu mengalihkan perhatian mereka.
Tidak, tunggu, bisikku, menarik tanganku. Dia tahu tentang Ethan. Aku harus menemukan adikku
Ash menyipitkan mata. Ragu-ragu berarti Goodfellow akan mati. Selain itu & Dia mengulurkan tangan, meraih tanganku lagi. Kau tak punya pilihan.
Terpana, aku mengikuti Pangeran Musim Dingin itu menyusuri dinding gua, terlalu bingung untuk bertanya kenapa dia menolongku. Bukankah dia ingin membunuhku" Apakah penyelamatan ini untuk membuatku terpisah agar dia dapat menyelesaikan tugasnya dengan tenang" Tapi itu tidak masuk akal, dia bisa langsung membunuhku selagi Puck sibuk dengan Ironhorse.
Halooooooo. Suara Puck menggema jauh di dalam gua. Maaf, jelek, itu bukan aku! Coba lagi, aku yakin kau bisa menemukan aku yang sungguhan!
Ironhorse mengangkat wajah setelah menginjak Puck di lantai, mata merahnya menyala penuh kebencian. Melihat ada Puck lagi, otot besinya menegang siap menerjang lagi ketika satu gremlin memergoki kami menyelinap pergi dan berteriak memberi peringatan.
Ironhorse berbalik, matanya membara saat melihat kami. Ash memaki. Diiringi raungan marah dan nyala api di lubang hidung, Ironhorse menerjang, menyeruduk ke arah kami seperti lokomotif. Ash mencabut pedang, melepaskan serpihan es tajam ke arah monster itu, tapi es itu hancur berkeping-keping ketika mengenai kulitnya, membuatnya semakin berang. Ketika dia meraung, logam-logam membara berjatuhan dari tubuhnya. Ash mendorongku menjauh lalu menukik ke depan, nyaris terinjak kaki yang melonjak-lonjak liar. Dia berguling lalu berdiri di belakang tubuh monster itu, kemudian menebas. Ironhorse menunduk lalu menendang rusuk Ash. Terdengar bunyi patah yang mengerikan, dan Ash terlempar, tersungkur lemas di lantai.
Segerombolan raven berkaok-kaok menyerbu Ironhorse sebelum dia sempat menginjak Ash. Mereka mematuk dan mencakar. Ironhorse meraung, balik menyerang burung-burung itu, membakarnya menjadi bara. Ash berdiri dengan susah payah, Puck muncul di dekat kami, menarik tanganku.
Saatnya pergi, katanya riang. Pangeran, terserah mau ikut lari atau ditinggal. Kami pergi sekarang.
Kami berlari menyusuri gua, tergelincir oleh es dan genangan air, sementara raungan Ironhorse dan desisan para gremlin tepat di belakang kami. Aku tak berani menoleh. Gua bergetar, stalaktit es berjatuhan di sekitar kami, menyiramiku dengan pecahan es yang menyengat kulit, tapi kami terus berlari.
Sesosok tubuh sam ar abu-abu menyongsong kami, ekornya terangkat. Kau menemukannya, kata Grimalkin, memelototi Puck. Idiot. Sudah kubilang jangan melawan makhluk kuda itu.
Tidak bisa bicara sekarang, agak sibuk! Puck terengah-engah ketika melewati kucing itu, terus menyusuri terowongan. Grimalkin merapatkan telinga, bergabung dengan kami ketika jeritan para gremlin memantul di dinding gua. Aku melihat mulut gua, stalaktit es menetes-netes, dan menambah kecepatan.
Ironhorse meraung, dan sebuah pecahan es jatuh tak jauh dari wajahku.
Runtuhkan gua! Teriak Grimalkin berlari di samping kami. Hancurkan langit-langitnya di atas kepala mereka! Lakukan! dia menjerit, melewati mulut gua, dan lenyap.
Kami keluar dari gua tak lama kemudian, tersengal-sengal, tersungkur di salju. Menoleh ke belakang, aku melihat lusinan mata hijau merayap maju. Aku mendengar derap kaki Ironhorse tak jauh di belakangnya.
Terus lari! teriak Ash, dan berbalik. Menutup mata, dia meletakkan satu tangannya yang mengepal di wajah dan menunduk. Gremlin menyerbu ke arahnya, dan pijar merah Ironhorse muncul, menerangi kegelapan.
Ash membuka mata dan mengulurkan tangan.
Tanah berguncang pelan, dan gua bergetar. Stalaktit es bergoyang-goyang. Ketika para gremlin tiba di mulut gua, langit-langitnya runtuh diiringi bunyi gemuruh. Para gremlin menjerit ketika tertimpa berton-ton es dan batu, dan raungan marah Ironhorse membahana di antara kegaduhan itu.
Suara itu lenyap, berganti keheningan. Ash yang berdiri sekitar setengah meter dari dinding es tebal yang menutupi gua, tersungkur di salju.
Puck mencengkeram lenganku ketika aku akan mendekati Ash. Wow, wow, Putri, katanya ketika aku berusaha menarik lepas tanganku. Apa yang hendak kau lakukan" Seandainya kau lupa, pangeran muda di sana itu musuh. Kita takkan menolong musuh.
Dia terluka. Justru karena itu kita harus pergi sekarang.
Dia baru saja menyelamatkan hidup kita!
Secara teknis, dia menyelamatkan hidupnya sendiri, balas Puck, masih memegangiku. Aku mendorongnya keras sehingga dia melepasku. Begini, Putri. Dia mendesah ketika aku memelototinya. Apa menurutmu Ash berbuat baik" Satu-satunya alasan dia menolong satu-satunya alasan dia mau berdamai adalah agar dia bisa membawamu kepada Mab. Mab menginginkan kau hidup-hidup untuk digunakan melawan Oberon. Itulah satu-satunya alasan dia datang. Jika tak terluka, dia akan mencoba membunuhku sekarang.
Aku menatap Ash, tak bergerak di salju. Bunga salju menyirami tubuhnya dalam sekejap tubuhnya akan tertutup salju. Kita tak bisa meninggalkan dia tewas di sini.
Dia Pangeran Musim Dingin, Meghan. Dia tak akan mati kedinginan, percayalah.
Aku merengut. Kau sama jahatnya dengan mereka. Dia mengerjap kaget, dan aku menjauh. Setidaknya aku akan memeriksa apakah dia baik-baik saja. Bila tidak mau ikut, menyingkir dari hadapanku.
Puck mengangkat tangan. Baiklah, Putri. Aku akan menolong putra Mab, musuh abadi istana kami. Meskipun dia mungkin akan menusukkan pedangnya di punggungku begitu aku lengah.
Aku tak akan mencemaskan itu, gumam Ash, bangkit dengan susah payah. Satu tangannya menggenggam pedang, tangan yang lain memegangi rusuk. Dia mengibaskan salju dari rambut dan mengangkat pedang. Kita bisa lanjutkan sekarang, jika kau mau.
Menyeringai, Puck mengeluarkan belati. Aku senang sekali, gumamnya, melangkah maju. Ini takkan makan waktu lama.
Aku melompat di antara mereka.
Hentikan! Aku mendesis, menatap marah kepada mereka. Hentikan! Singkirkan senjata, kalian berdua! Ash, kondisimu tak mampu untuk berkelahi, dan Puck, kau tidak tahu malu, sepakat berduel saat dia sedang terluka. Duduk dan tutup mulut kalian.
Mereka mengerjapkan mata ke arahku, terperanjat, tapi perlahan dia menurunkan senjata. Terdengar bersin mirip tawa menggema dari atas pohon, dan Grimalkin menggoyang-goyangkan ekornya dengan girang.
Dia memang anaknya Oberon, katanya, memamerkan giginya, menyengir ala kucing. Ratu Titania pasti bangga.
Puck mengedikkan bahu dan duduk di sebatang kayu, menyilangkan kaki dan tangan. Ash tetap berdiri, menatapku dengan ekspresi yang
tak terbaca. Mengabaikan Puck, aku menghampiri Ash. Matanya menyipit, tubuhnya menegang. Dia mengangkat pedang, tapi aku tidak gentar. Pertama kali sejak tiba di sini, aku tidak merasa takut.
Pangeran Ash, gumamku, mendekatinya. Aku usulkan kita membuat perjanjian.
Rasa kaget terlintas di wajahnya.
Kami memerlukan bantuanmu, lanjutku, menatap matanya. Aku tak tahu makhluk apa di dalam itu, tapi dia menyebut dirinya fey besi. Mereka juga menyebut nama Machina, Raja Besi. Apa kau mengetahuinya"
Raja besi" Ash menggeleng. Tak ada nama itu di istana. Jika Raja Machina memang ada, berarti dia ancaman bagi kami semua. Kedua istana pasti ingin tahu siapa dia dan para &fey besi ini.
Aku harus menemukannya, kataku, berusaha agar suaraku terdengar penuh tekad. Dia menculik adikku. Aku perlu bantuanmu untuk keluar dari teritorial Istana Gelap dan mencari istana Raja Besi.
Ash mengangkat satu alis. Dan kenapa aku mau melakukannya" tanyanya pelan. Tidak mengejek, tapi sangat serius.
Aku menelan ludah. Kau terluka, kataku, tetap menatap matanya. Kau takkan sanggup membawaku dengan paksa, tidak dengan adanya Puck yang ingin menghunjamkan pisau di rusukmu. Aku menoleh ke arah Puck yang merengut di atas batang kayu. Aku memelankan suara. Ini tawaranku. Jika kau membantu menemukan adikku dan membawanya pulang dengan selamat, aku akan pergi denganmu ke Istana Gelap. Tanpa perlawanan, dariku atau Puck.
Mata Ash berkilau. Dia begitu berarti" Kau bersedia menukar kebebasanmu dengan keselamatannya"
Aku menghela napas dalam-dalam, mengangguk. Ya. Kata itu menggantung di antara kami, dan aku cepat-cepat. Jadi apa kita sepakat"
Dia memiringkan kepala, seperti berusaha membuatku bingung. Ya, Meghan Chase. Kita punya kontrak.
Bagus. Kakiku gemetar. Aku menjauh darinya, merasa harus duduk sebelum terjatuh. Dan tak boleh mencoba membunuh Puck.
Itu bukan bagian dari perjanjian, kata Ash sebelum meringis kesakitan dan jatuh berlutut. Darah gelap menetes dari bibirnya.
Puck! teriakku, berbalik memelototi faery yang duduk di batang kayu itu. Ke sini dan bantu aku.
Oh, jadi kita berbaikan sekarang" Puck tetap duduk, tak berniat menurutiku. Apa tidak sebaiknya kita minum teh berengsek dulu"
Puck! Aku berteriak putus asa, tapi Ash mengangkat kepala dan menatap musuhnya.
Gencatan senjata, Goodfellow, katanya serak. Puri Chillsorrow hanya beberapa mil dari sini. Saat ini nyonya rumahnya sedang di istana, jadi kita aman di sana. Aku usulkan kita tunda duel ini sampai tiba di sana dan putri tak kedinginan lagi. Kecuali jika kau ingin membunuhku sekarang.
Tidak, tidak. Kita bisa saling bunuh nanti. Puck melompat dari atas tunggul lalu mendekat, menyelipkan belati dalam sepatu bot. Dia meletakkan tangan si pangeran di bahu, lalu membantunya berdiri. Ash mendengus, melipat bibir tapi tak menjerit. Aku menatap marah Puck. Dia mengabaikanku.
Ayo kita pergi. Puck mendesah. Kau ikut, Grimalkin"
Oh, tentu saja. Grimalkin mendarat dengan bunyi pelan di salju. Mata emasnya bersinar penuh rasa geli, menatapku penuh rahasia. Aku takkan mau melewatkan ini demi apa pun.
BAB TUJUH BELAS Sang Peramal Puri Chillsorrow sesuai dengan namanya. Bagian luar kompleks luas itu berselimut es, rumputnya membeku, deretan pohon berduri diselubungi kristal-kristal air. Di dalamnya tidak lebih baik. Tangganya licin, lantainya seperti arena es, dan embusan napasku terlihat mengambang di udara saat kami masuk melewati koridor yang dingin dan sempit. Paling tidak pelayannya ramah, meskipun bertampang seram; kurcaci sekurus tengkorak berkulit putih mulus dan jari panjang meluncur di dalam rumah tanpa bicara. Mata mereka yang hitam tanpa pupil tampak terlalu besar bagi wajahnya, dan mereka punya kebiasaan meresahkan, yaitu menatapmu sedih, seakan kau mengidap penyakit mematikan dan takkan lama lagi hidup di dunia ini.
Mereka menyambut kedatangan kami, membungkuk hormat pada Ash, membuatnya nyaman di salah satu kamar. Angin dingin yang menusuk tak memengaruhi Pangeran Musim Dingin, padahal aku menggigil, gigi gemeletuk, sampai salah
satu pelayan mengulurkan selimut tebal dan pergi tanpa bicara.
Memegangi selimut itu dengan penuh rasa syukur, aku mengintip ke kamar tempat Ash duduk di tempat tidur dan dikelilingi kurcaci es. Kemejanya dilepas, memperlihatkan dada dan lengan yang ramping dan berotot. Dia memiliki tubuh seorang penari atau ahli bela diri, bukan tubuh ala binaragawan. Bentuk tubuhnya mengindikasikan keanggunan yang tak dapat disamai manusia biasa. Rambut hitamnya yang acak-acakan menutupi matanya, tanpa sadar dia menepisnya.
Perutku bergetar aneh, dan aku mundur kembali ke koridor. Apa yang kaulakukan" tanyaku ngeri pada diri sendiri. Itu Ash, Pangeran Istana Gelap. Dia ingin membunuh Puck, dan mungkin kau sekalian. Dia tidak seksi. Sama sekali tidak.
Tapi dia memang seksi, sangat seksi, dan tak ada gunanya membantah itu. Hati dan pikiranku saling bertentangan, dan aku tahu harus membereskan semua ini secepatnya. Baiklah, kataku pada diri sendiri, dia memang tampan, aku akui. Aku hanya bereaksi pada wajahnya, hanya itu. Semua sidhe memang elok dan rupawan. Tak lebih dari itu.
Dengan pikiran seperti itu sebagai penopang, aku melangkah masuk ke kamarnya.
Ash mengangkat wajah saat aku mendekat, selimut tersampir di bahuku. Sepasang kurcaci membalut dadanya, tapi di atas perutnya terlihat lebam hitam.
Apa itu tempat Ash mengangguk sekali. Aku terus menatapnya, mengamati dagingnya menghitam dan mengering. Aku bergidik dan memalingkan pandangan.
Seperti bekas terbakar. Kaki makhluk itu terbuat dari besi, jawab Ash. Besi biasanya membakar bila tidak langsung membunuh. Aku beruntung hantamannya tak mengenai jantungku. Kurcaci itu menarik perban erat-erat, dan Ash meringis kesakitan.
Separah apa kau terluka"
Dia menatapku. Fey pulih lebih cepat daripada kalian para mortal, jawabnya dan berdiri dengan anggun, membuat kurcaci lari kocar-kacir. Apalagi jika berada di teritorial kami. Kecuali ini dia menyentuh luka bakar di rusuknya dengan pelan aku akan sembuh besok.
Oh. Aku agak sulit bernapas, mendadak tak sanggup mengalihkan pandangan darinya. Itu &bagus, kalau begitu.
Dia tersenyum dingin, tanpa humor, dan melangkah mendekat.
Bagus" Suaranya mengejek. Kau seharusnya tak berharap kondisiku bagus, Putri. Akan lebih mudah bagimu jika Puck membunuhku ketika dia punya kesempatan.
Aku menahan dorongan untuk mundur. Tidak akan. Bayangannya menutupiku, menggelitik kulitku, tapi aku bergeming. Aku membutuhkan bantuanmu, untuk keluar dari teritorial Istana Gelap dan menemukan adikku. Selain itu, aku tak bisa membiarkan dia membunuhmu dengan darah dingin.
Kenapa tidak" Dia sangat dekat sekarang, begitu dekat sehingga aku bisa melihat bekas luka samar di dadanya. Dia sepertinya sangat mengabdi kepadamu. Mungkin kau akan menunggu sampai kita meninggalkan Tir Na Nog lalu membiarkannya menusukku dari belakang" Apa yang terjadi jika kami berduel lagi dan aku membunuhnya"
Hentikan. Kutatap matanya, marah. Mengapa kau lakukan ini" Aku sudah berjanji. Kenapa kau mengatakan hal-hal brengsek seperti itu"
Hanya ingin melihat di mana posisimu, Putri. Ash mundur selangkah, tak lagi tersenyum. Aku suka mengamati musuhku sebelum kita bertempur. Mencari tahu kekuatan dan kelemahannya.
Kita tidak sedang bertempur
Bertempur tak selalu harus dengan pedang. Ash kembali ke tempat tidur, mengambil pedang, mengamati bilahnya yang mengilap. Emosi bisa menjadi senjata mematikan, dan mengetahui titik rapuh lawan bisa menjadi kunci memenangkan pertempuran. Sebagai contoh & Dia berpaling dan menudingkan pedang, menatapku dari ujung bilahnya yang berkilauan. Kau akan melakukan apa saja untuk menemukan adikmu membahayakan dirimu, tawar menawar dengan musuh, menyerahkan kebebasanmu jika itu bisa menyelamatkannya. Mungkin sekali kau akan melakukan hal yang sama demi sahabatmu, atau siapa saja yang kau sayangi. Kesetiaan pribadimu adalah titik rapuhmu, dan musuhmu akan menggunakannya untuk melawanmu. Itu kelemahanmu, Putri. Itulah aspek paling berbahaya dalam hidupmu.
Lalu kenapa" tantangku, menarik selimut lebih erat ke tubuhku. Yang
kau ucapkan adalah aku tak akan mengkhianati sahabat atau keluargaku. Jika itu suatu kelemahan, itu kelemahan yang kuinginkan.
Dia menatapku dengan mata berkilau, ekspresi di wajahnya tak terbaca. Dan jika pilihannya adalah menyelamatkan adikmu atau membiarkan aku mati, mana yang akan kau pilih" Jawabannya sudah jelas, tapi apa kau sanggup melakukannya"
Aku menggigit bibir, tetap diam. Ash mengangguk pelan dan berpaling. Aku capek, katanya, duduk di tempat tidur. Kau sebaiknya menemui Puck dan memutuskan ke mana kita akan pergi dari sini. Kecuali kau tahu di mana istana Machina. Aku tidak tahu. Jika aku harus membantumu, aku perlu istirahat.
Dia berbaring, menutup mata dengan tangan, mengabaikanku. Aku mundur, meninggalkan kamarnya, keraguan berputar-putar di kepalaku.
Di koridor aku bertemu Puck yang bersandar di dinding dengan tangan menyilang di dada. Jadi bagaimana keadaan pangeran muda yang tampan itu" ejeknya, menjauh dari dinding. Bisakah dia lalui cobaan berat ini dengan selamat untuk berjuang besok"
Dia tidak apa-apa, gumamku ketika Puck menjajari langkahku. Dia mengalami luka bakar parah akibat tendangan kuda itu, dan kurasa rusuknya patah, tapi dia tidak bilang.
Maaf bila aku tidak turut prihatin, balas Puck memutar bola mata. Aku tidak tahu bagaimana kau membuatnya mau membantu, Putri, tapi aku tidak memercayainya. Membuat perjanjian dengan Istana Musim Dingin bukan berita baik. Apa yang kau janjikan padanya"
Tidak ada, kataku tanpa berani menatap matanya. Aku bisa merasakan tatapan tidak percayanya, dan memutuskan untuk mengalihkan pembicaraan. Kau sendiri ada masalah apa dengannya" Dia bilang kau pernah menikamnya dari belakang. Ada apa sebenarnya"
Itu & Puck ragu, dan aku tahu telah menyentuh topik sensitif. Itu suatu kesalahan, lanjutnya pelan. Aku tidak sengaja. Dia menggeleng, keraguan dalam dirinya lenyap, digantikan cengiran yang menyebalkan. Tapi itu bukan masalah. Bukan aku orang jahatnya, Putri.
Bukan, aku mengakui. Bukan kau. Tapi aku butuh bantuan kalian untuk mendapatkan Ethan kembali. Terutama sekarang. Terutama karena Raja Besi ini sangat menginginkanku. Apa kau tahu tentang dia"
Puck tersadar. Aku tak pernah mendengar tentang dia, gumamnya saat kami memasuki ruangan makan. Meja panjang terletak di tengah ruangan, ada pahatan es besar sebagai hiasan di tengah meja. Grimalkin menunduk di meja, kepalanya di dalam mangkok, melahap sesuatu yang tercium seperti ikan. Dia mengangkat kepala ketika kami masuk, menjilat rahang dengan lidah merah mudanya.
Dengar tentang siapa"
Raja Machina. Aku menarik kursi lalu duduk, bertopang dagu. Makhluk kuda itu Ironhorse bilang dia penguasa fey besi.
Hmm. Aku tak pernah mendengar tentang dia. Grimalkin memasukkan kepala lagi ke dalam mangkuk, mengunyah dengan ribut. Puck duduk di sebelahku.
Ini tak masuk akal, gumamnya, meniru posisiku bertopang dagu. Fey besi" Itu penistaan! Bertentangan dengan semua yang kami ketahui. Dia mengusap-usap alis, menyipitkan mata. Tapi Ironhorse itu sudah pasti fey. Aku bisa merasakannya. Jika ada lagi yang seperti dia dan makhluk seperti gremlin itu, Oberon harus segera diberitahu. Jika si Raja Machina mengerahkan fey besinya melawan kami, dia bisa menghancurkan istana sebelum kami tahu apa yang menyerang kami.
Tapi kau tak tahu apa-apa tentang dia, kata Grimalkin, suaranya menggema dari dalam mangkuk. Kau tidak tahu di mana dia, apa motifnya, ada berapa banyak fey besi di luar sana. Apa yang akan kau laporkan pada Oberon" Terutama karena kau &ehem &tak begitu disukai karena melanggar perintahnya.
Benar, kataku. Kita harus mengetahui lebih banyak tentang Machina sebelum melapor. Bagaimana jika mereka memutuskan untuk menghadapinya sekarang" Dia mungkin akan melawan, atau bersembunyi. Aku tak mau ambil risiko kehilangan Ethan.
Meghan Tak boleh lapor ke istana, kataku tegas, menatap matanya. Itu sudah final.
Puck mendesah, menyeringai kesal. Baiklah, Putri, katanya dan mengangkat tangan. Kita akan lakukan ini dengan caramu.
Grimalkin mendengus di dalam mangkuk.
Jadi bagaimana kita dapat menemukan Machina" tanyaku, mengeluarkan pertanyaan yang menggangguku sepanjang malam. Satu-satunya trod menuju kerajaannya terkubur di bawah satu ton es. Di mana kita mulai mencarinya" Dia bisa berada di mana saja.
Grimalkin mengangkat kepala. Aku mungkin tahu orang yang bisa membantu kita, dia mendengkur, menyipitkan mata. Seorang peramal yang tinggal di duniamu. Sangat tua, bahkan lebih tua dari Puck. Lebih tua dari Oberon. Hampir setua kucing. Jika ada yang mengetahui tentang Raja Besi ini, pastilah dia orangnya.
Jantungku melompat. Jika peramal itu bisa memberiku informasi tentang Raja besi, mungkin dia juga tahu di mana ayahku. Tak ada ruginya bertanya.
Kukira perempuan itu sudah mati, kata Puck. Jika ini peramal yang sama dengan yang kuingat, dia sudah menghilang bertahun-tahun lalu.
Grimalkin menguap dan menjilat kumis. Tidak mati, jawabnya. Sama sekali tidak. Tapi dia sering mengubah nama dan penampilannya. Dia lebih suka tak dikenal, kau tahu.
Puck mengerutkan dahi. Jadi bagaimana kau bisa mengingatnya" tuntutnya, terdengar marah.
Aku ini kucing, ujar Grimalkin.
* * * TIDURKU tak nyenyak malam itu. Tumpukan selimut tak cukup melindungiku dari udara yang begitu dingin, udara dingin merambat dari setiap celah yang ditemukannya, mencuri kehangatan dengan jari-jari bekunya. Selain itu, Grimalkin tidur di atasku, tubuh berbulunya terasa hangat, tapi cakarnya berulang kali menghunjam kulitku. Menjelang pagi, setelah tertusuk sampai terbangun untuk kesekian kali, aku bangkit, menyampirkan selimut di bahu, lalu pergi mencari Puck.
Alih-alih Puck, aku menemukan Ash di ruangan makan. Dia sedang berlatih pedang di bawah cahaya abu-abu dini hari. Tubuhnya yang langsing berotot meluncur di atas ubin, pedang berayun dengan anggun di udara, mata tertutup penuh konsentrasi. Aku berdiri di ambang pintu tanpa mampu mengalihkan tatapan. Gerakannya seperti tarian, indah dan menghipnosis. Aku tak menyadari berapa lama aku berdiri di sana memandanginya. Dengan senang hati aku mau berada di sana sepanjang pagi, ketika dia membuka mata dan melihatku.
Aku memekik pelan dan menegakkan badan dengan perasaan bersalah. Jangan hiraukan aku, ujarku saat dia melemaskan tubuh. Aku tak bermaksud mengganggumu. Silakan lanjutkan.
Aku sudah selesai. Menyarungkan pedang, dia menatapku serius. Apa kau butuh sesuatu"
Aku sadar sedang menatapnya, pipiku merah padam, mengalihkan pandangan. Um, tidak. Hanya &aku senang kau sudah pulih.
Dia tersenyum aneh. Aku harus dalam kondisi prima jika harus membunuh untukmu, benar"
Aku selamat dari keharusan menjawab saat Puck muncul sambil bersenandung dan membawa semangkuk buah keemasan seukuran bola golf. 'Mat pagi, Putri, katanya dengan mulut penuh, menghempaskan mangkuk di meja. Lihat apa yang aku temukan.
Ash berkedip. Kau merampok ruang bawah tanah, Goodfellow"
Aku" Mencuri" Puck tersenyum usil dan melemparkan satu lagi buah ke mulutnya. Di rumah musuh bebuyutanku" Kau memperoleh ide itu dari mana" Dia mengambil satu buah lagi lalu melemparkannya ke arahku sambil mengedip. Buah itu hangat dan lembut, teksturnya mirip buah pir yang terlalu masak.
Grimalkin melompat ke meja dan mengendus. Summerpod, katanya, melingkarkan ekor di tubuhnya. Aku tidak tahu mereka bisa tumbuh di teritorial Musim Dingin. Dia menatapku dengan ekspresi serius. Sebaiknya jangan makan buah itu terlalu banyak, katanya memperingatkan. Anggur faery dibuat dari buah itu. Sisi manusiamu tak bisa mengatasinya.
Oh, biarkan dia coba satu, Puck mendengus, memutar bola mata. Dia sudah cukup lama berada di Faeryland, menyantap makanan kita. Buah ini takkan mengubahnya menjadi tikus atau apa.
Ke mana tujuan kita" tanya Ash, terdengar bosan melihat kami. Apa kau punya rencana bagaimana cara menemukan Raja Besi, atau kita akan memasang papan target di punggung dan berkeliaran hingga dia menemukan kita"
Aku menggigit buah itu, rasa hangat membanjiri mulutku. Aku menelan, dan kehangatan itu memenuhi seluruh tubuhku, mengusir rasa dingin. Selimut terasa sangat panas, aku
menyampirkannya di punggung kursi dan memakan sisa buah dalam satu gigitan.
Kau kelihatannya sangat ingin membantu, kata Puck malas, bersandar di meja. Dan di sinilah aku siap berduel pagi-pagi sekali. Berubah pikiran, Pangeran"
Efek buah summerpod memudar; tanganku mulai kedinginan, pipiku memerah. Mengabaikan tatapan memperingatkan Grimalkin, kuambil satu lagi dan melempar ke mulut seperti yang Puck lakukan. Luar biasa, kehangatan yang lezat mengalir, aku mendesah nikmat.
Garis tubuh Ash terlihat buram ketika dia menghadap Puck. Putrimu dan aku telah membuat perjanjian, katanya. Aku bersedia membantunya menemukan Raja Besi, tapi aku tak akan memberitahumu semua detailnya. Meskipun aku akan mematuhi kontrak itu, kau tak ada sangkut paut dengan semua ini. Aku hanya berjanji membantunya.
Yang artinya kita masih bebas berduel kapan pun kita mau.
Tepat. Ruangan serasa berayun. Aku duduk di kursi dan mengambil satu summerpod lagi dari mangkuk, menjejalkan seluruhnya ke dalam mulut. Lagi-lagi merasakan aliran panas menyenangkan dan membius. Di suatu tempat yang jauh, Puck dan Ash terlibat percakapan berbahaya, tapi aku tak bisa membuat diriku peduli. Meraih ujung mangkuk, aku menariknya ke arahku dan mulai memakan seperti permen.
Well, kenapa menunggu" Puck terdengar tidak sabar. Kita bisa keluar sekarang, Yang Mulia, dan menyelesaikan semuanya.
Grimalkin mendesah keras, menyela percakapan itu. Kedua faery menoleh dan menatapnya marah. Semua ini memang menarik, kata Grimalkin, suaranya tidak jelas di telingaku, tapi daripada berlagak dan menggaruk-garuk tanah seperti burung merak yang mau kawin, mungkin sebaiknya kalian lihat gadis itu.
Kedua pemuda itu melirikku, dan mata Puck terbelalak. Putri! dia berteriak, melompat mendekat lalu menarik mangkuk dari tanganku. Kau tak seharusnya &Jangan semuanya &Berapa banyak yang kau makan"
Kau tak berubah, Puck. Suara Ash terdengar di kejauhan, ruangan mulai berputar. Menawarkan mereka mencicipi anggur faery, lalu berlagak kaget ketika mereka terlarut olehnya.
Aku menganggap ucapannya lucu, dan aku tertawa histeris. Begitu mulai, aku tak bisa berhenti. Aku tertawa hingga tersengal-sengal, air mataku bercucuran. Kakiku gatal, merasa teler. Aku harus bergerak, ingin berputar dan menari, tapi ruangan bergoyang kencang dan aku terjatuh, masih tertawa terbahak-bahak.
Ada yang menangkapku, mengangkatku dengan dua tangan. Aku mencium aroma bunga es dan musim dingin, dan mendengar desah kesal seseorang di atas kepalaku.
Apa yang kau lakukan, Ash" Aku mendengar seseorang bertanya. Suaranya familiar, meskipun aku tak ingat namanya, atau kenapa dia begitu curiga.
Aku bawa dia ke kamarnya. Suara orang di atasku terdengar tenang dan dalam. Aku mendesah dan merasa nyaman dalam pelukannya. Dia harus tidur untuk menghilangkan efek buah itu. Sepertinya kita harus berada di sini satu hari lagi karena ketololanmu.
Suara yang satu lagi mengatakan sesuatu yang tak jelas dan tak bisa dimengerti. Aku terlalu mengantuk dan pusing untuk memedulikannya. Bersandar di dada orang misterius itu, aku tertidur nyenyak.
* * * AKU berada di suatu ruangan gelap yang dikelilingi mesin-mesin. Kawat baja setebal lenganku bergelantungan di atas kepala, komputer seukuran rumah berbaris di dinding, berkedip-kedip seperti jutaan senter, dan ribuan televisi rusak, PC kuno, mesin video game yang ketinggalan zaman, pemutar VHS teronggok dan menumpuk di segala penjuru ruangan. Kabel menutupi segalanya, menggeliat dan merayap di dinding, di atas timbunan teknologi yang terlupakan, gumpalan kusut yang turun dari langit-langit. Dengungan nyaring memenuhi ruangan, membuat lantai bergetar dan gigiku bergetar.
Meggie. Bisikan tercekik itu berasal dari belakangku. Aku berbalik dan melihat sosok tubuh kecil berayun di kabel. Mereka membelit lengan, dada, dan kakinya, membuatnya tergantung dengan tangan dan kaki terentang di dekat langit-langit. Dengan ngeri aku melihat beberapa kabel ditancapkan di tubuhnya, di wajahnya, leher, dan dahi seperti colokan listrik. Dia berayun lemah, mata birunya memohon.
Meggie, bisik Ethan, ketika sesuatu yang besar dan mirip monster bangkit di belakangnya. Tolong aku.
Aku terbangun, menjerit, bayangan Ethan tergantung di kabel membekas di benakku. Grimalkin melompat sambil mengeong kaget, kuku tajamnya menusuk dadaku ketika dia turun. Aku nyaris tak merasakannya. Melempar selimut, aku berlari ke pintu.
Sesosok tubuh bangkit dari kursi yang menempel di dinding, menghalangi ketika aku berusaha keluar. Dia mencengkeram lengan atasku, memegangiku sementara aku meronta-ronta. Yang kulihat hanyalah wajah Ethan yang kesakitan, sekarat di depanku.
Lepaskan! jeritku, menarik lepas tanganku dan berusaha mencakar mata lawanku. Ethan ada di luar sana! Aku harus menyelamatkannya! Lepaskan aku!
Kau bahkan tidak tahu di mana dia. Satu tangan menangkap pergelangan tanganku yang melambai-lambai liar dan menahannya di dada. Mata peraknya memelototiku saat dia mengguncang tubuhku, sekali. Dengarkan aku! Jika kau menyerbu begitu saja tanpa rencana, kau akan membunuh kita semua, dan adikmu akan mati. Itukah yang kauinginkan"
Aku merosot menimpa tubuhnya. Tidak, bisikku, seluruh perlawanan lenyap dari diriku. Air mata menggenang, tubuhku terguncang karena berusaha menahan tangis. Aku tak boleh lemah, tidak lagi. Jika ingin menyelamatkan adikku, aku tak boleh meringkuk di sudut dan menangis. Aku harus kuat.
Dengan napas bergetar, aku menegakkan badan dan mengusap mata. Maaf, kataku malu. Aku baik-baik saja. Tidak mengamuk lagi, aku janji.
Ash masih memegangi tanganku. Dengan pelan aku menariknya, tapi dia tak melepaskan. Aku menengadah dan mendapati wajahnya hanya beberapa senti dariku, matanya bersinar terang dalam kegelapan ruangan.
Waktu serasa berhenti di sekitar kami. Jantungku berhenti sejenak, lalu mulai berdetak lagi, lebih nyaring dan lebih kencang dari sebelumnya. Eskpresi Ash kosong; tak ada yang terbaca di wajah atau matanya, tapi tubuhnya menjadi sangat kaku. Aku tahu wajahku merah padam sewarna mobil pemadam kebakaran. Jarinya terangkat, dengan lembut menghapus setetes air mata di pipiku, kulitku terasa menggelenyar karena sentuhannya. Aku bergidik, takut dengan ketegangan yang memuncak di antara kami, ingin meredakannya.
Aku menjilat bibir dan berbisik, Apa sekarang saatnya kau bilang kau akan membunuhku"
Satu sudut bibirnya terangkat. Jika kau mau, gumamnya, rasa geli melintas di wajahnya. Meskipun ini jauh lebih menarik daripada membunuhmu.
Langkah kaki terdengar di koridor, dan Ash menjauh, melepaskan tanganku. Dia bersedekap, bersandar di dinding ketika Puck datang, Grimalkin berderap malas di belakangnya.
Aku menghela napas panjang, berharap wajah merahku tak terlihat dalam gelap. Puck menatap Ash dengan curiga sebelum memandangku. Dia tersenyum malu.
Err, bagaimana perasaanmu, Putri" tanyanya, mengaitkan kedua tangannya di belakang kepala, pertanda dia gugup. Buah summerpod itu luar biasa keras ya" Hei, setidaknya bukan bristlewort, kalau tidak kau akan melewatkan malam sebagai landak.
Aku mendesah, tahu hanya itu permintaan maaf yang aku dapatkan. Aku baik-baik saja, jawabku, memutar bola mata. Kapan kita pergi"
Puck mengerjap, tapi Ash menjawab seolah tak terjadi apa-apa. Malam ini, katanya, menjauh dari dinding, meregangkan tubuh seperti harimau kumbang. Kita sudah membuang-buang waktu di sini. Aku menduga Cait Sith tahu di mana peramal ini berada"
Grimalkin menguap, memamerkan taring dan lidah merah muda. Tentu saja.
Jauh atau tidak tempatnya"
Kucing itu memandangku lalu Ash dan mendengkur penuh rahasia. Peramal tinggal di dunia manusia, katanya, di kota besar yang letaknya di bawah permukaan laut. Setiap tahun orang-orang memakai kostum dan mengadakan kekacauan besar. Mereka menari, makan, dan melontarkan manik-manik pada orang yang membuka pakaiannya.
New Orleans, kataku bingung. Kau membicarakan New Orleans. Aku mengerang, memikirkan cara ke sana. New Orleans adalah kota besar terdekat dari kota kecil kami, tapi tetap saja harus menyetir berjam-jam. Aku tahu, karena sering berkhayal mengendarai mobil ke kota nyaris-mistis itu jika s
udah punya izin mengemudi. Itu ratusan mil jauhnya! protesku. Aku tak punya mobil dan uang untuk membeli tiket pesawat. Bagaimana cara kita ke sana atau kita akan menumpang mobil di jalan"
Manusia, Nevernever menyentuh semua perbatasan di dunia manusia. Grimalkin menggeleng tak sabar. Tidak ada batasan fisik kau bisa ke Bora Bora dari sini jika tahu trod yang benar. Aku yakin Pangeran tahu jalur ke kota itu.
Oh, tentu saja dia tahu, Puck menyela. Atau jalur ke jantung Istana Gelap. Bukannya aku keberatan mampir di pesta Mab, tapi aku lebih suka datang pada waktuku sendiri.
Dia takkan membawa kita menuju perangkap, aku membentak Puck yang mengerjap kaget. Dia berjanji untuk membantu kita menemukan Raja Besi. Dia ingkar janji jika dia menyerahkan kita pada Mab. Benar, Ash"
Ash terlihat tak nyaman tapi mengangguk.
Benar, ulangku, berpura-pura berani. Aku berharap Ash tak berkhianat, tapi seperti yang sudah-sudah, perjanjian dengan faery cenderung berbalik merugikan. Aku menepis keraguanku dan menatap sang pangeran. Jadi, kataku, berusaha terdengar percaya diri, di mana kita bisa menemukan trod di New Orleans"
Puing raksasa beku, jawab Ash, serius. Sangat dekat dengan istana Mab. Melihat Puck melotot, dia mengedikkan bahu, tersenyum getir. Dia mengikuti festival Mardi Gras setiap tahun.
Aku membayangkan Ratu Istana Gelap mengangkat rok di hadapan peserta parade yang mabuk, lalu aku terkikik tak terkendali. Ketiganya menatapku heran. Maaf, aku terengah, menggigit bibir. Masih agak teler, kurasa. Kita pergi sekarang"
Puck tersenyum lebar. Aku akan meminjam sedikit persediaan.
* * * Kami berempat menyusuri jalan setapak sempit dan licin karena es, puri Chillsorrow terlihat mengecil di belakang kami. Di malam hari, para kurcaci menghilang; rumah itu kosong ketika kami pergi, seolah memang kosong sejak seratus tahun lalu. Aku mengenakan mantel panjang dari bulu abu-abu yang berdenting merdu saat aku melangkah, seperti genta angin kecil. Puck memberikannya kepadaku ketika meninggalkan puri, diiringi tatapan tak setuju Ash, dan aku tak berani bertanya dari mana dia dapatkan itu. Tapi mantel itu membuatku hangat dan nyaman saat mengembara melewati wilayah Mab yang dingin dan beku.
Aku mulai menyadari kalau lanskap teritorial Istana Gelap sama indahnya dan berbahayanya dengan teritorial Oberon. Tetesan air beku yang bergelantungan di pepohonan berkilauan seperti berlian diterpa cahaya. Terkadang ada kerangka di bawahnya, tombak es tertancap di antara tulang belulang. Bunga-bunga kristal mekar di sepanjang jalan, kelopaknya sekeras dan serapuh kaca, durinya teracung ke arahku ketika aku mendekat. Sesekali aku seperti melihat beruang putih mengawasi kami dari puncak bukit, ada sosok tubuh kecil bertengger di punggungnya, tapi sebatang pohon memasuki area pandangku dan mereka pun lenyap.
Ash dan Puck tak saling bicara selama perjalanan, yang mungkin merupakan hal yang baik. Hal terakhir yang kuinginkan adalah mereka berduel sampai mati. Sang pangeran melangkah mantap, tak bersuara di depan kami, hampir tak pernah menoleh ke belakang, sedangkan Puck menghiburku dengan lelucon dan obrolan remeh-temeh. Kurasa dia berusaha membuatku tetap bersemangat, melupakan sementara Machina dan adikku, dan aku bersyukur dengan adanya selingan itu. Grimalkin menghilang beberapa kali, menyelinap di antara pepohonan, dan muncul beberapa menit atau jam kemudian tanpa menjelaskan ke mana dia pergi.
Sore itu, kami sampai di puncak yang ditutupi es bergerigi, dan treknya sangat menanjak. Jalan setapak amat licin dan berbahaya, aku harus berhati-hati melangkah. Puck harus berjalan di belakang; dia terus menerus menoleh curiga ke balik punggung, seakan khawatir disergap dari belakang. Aku meliriknya lagi, dan saat itu kakiku menginjak butiran es dan tergelincir. Aku menggapai-gapai, kehilangan keseimbangan di jalan sempit itu, berusaha sekuat tenaga berdiri tegak dan tak terjungkal ke kaki gunung.
Sesuatu memegang pergelangan tanganku, menarikku maju. Aku terhuyung dan menabrak dada yang keras, jariku mencengkeram erat paka
iannya agar bisa berdiri tegak. Setelah aliran adrenalin mereda dan detak jantungku kembali normal, aku mendapati wajah Ash beberapa senti dariku, begitu dekat sehingga aku bisa melihat bayanganku di mata peraknya.
Kedekatannya membuat seluruh indraku kacau. Aku tak bisa berpaling. Wajahnya tanpa ekspresi, tapi aku merasakan jantungnya berdetak kencang di bawah telapak tanganku. Jantungku pun ikut berdebar kencang. Dia memegangiku sedikit lebih lama, hanya cukup untuk membuat perutku jumpalitan, lalu dia melangkah mundur, meninggalkanku megap-megap di jalan setapak.
Aku menoleh ke belakang dan mendapati Puck menatapku marah. Malu dan anehnya juga merasa bersalah, aku membersihkan pakaian dan merapikan rambut sambil mendengus sebal sebelum mengikuti langkah Ash menaiki gunung.
Puck tak bicara lagi padaku setelah itu.
Ketika malam telah larut, salju mulai turun, bunga salju besar dan lembut melayang perlahan dari langit. Nyanyian mereka terdengar ketika melewati telingaku, suara kecil yang menari bersama angin.
Ash berhenti melangkah, menoleh ke belakang. Salju menempel di rambut dan pakaiannya, mengelilinginya seperti makhluk hidup. Istana Gelap tak jauh lagi, katanya mengabaikan pusaran salju di sekelilingnya. Kita harus keluar dari jalanan. Selain aku, Mab juga memerintahkan yang lain untuk mencari kalian.
Baru saja dia berhenti bicara ketika salju berpusar ganas, menderu dan merobek-robek pakaian kami. Mantel buluku berdenting-denting ketika badai salju menerpa tubuhku dengan ganas, membakar pipi dan membutakanku. Aku tak bisa bernapas, tanganku kaku di sisi tubuhku. Setelah angin kencang mereda, aku mendapati diriku berada dalam es, beku dari leher sampai ke bawah. Puck juga begitu, hanya saja kepalanya juga berada dalam kristal bening, wajahnya membeku dengan ekspresi terkejut.
Ash yang tidak terlukai menatap kami tanpa ekspresi.
Sialan kau, Ash! makiku, menggeliat-geliat untuk membebaskan diri. Aku tak bisa menggerakkan satu jari pun. Kupikir kita sudah punya perjanjian.
Perjanjian" Ada suara berbisik. Pusaran salju memadat, menjelma menjadi wanita jangkung berambut putih panjang dan berkulit biru transparan. Gaun putih membalut tubuhnya yang elegan, dan bibir hitamnya membentuk senyuman.
Perjanjian" ulangnya sambil memandang Ash, berlagak ngeri. Yang benar" Ash, sayang. Aku yakin kau menyembunyikan sesuatu dari kami.
BAB DELAPAN BELAS Museum Voodoo Narissa, gumam Ash. Dia terdengar tak peduli, bahkan bosan, meskipun aku melihat jemarinya bergerak ke arah pedang. Dalam rangka apa aku mendapat kehormatan dikunjungi olehmu"
Faery salju itu menatapku seperti laba-laba mengawasi seekor serangga di sarangnya, sebelum mengalihkan matanya yang hitam-tanpa-pupil pada Ash. Apa aku tak salah dengar, sayang" Dia berkata, melayang mendekati sang pangeran. Benarkah kau membuat perjanjian dengan darah-campuran ini" Seingatku, Ratu memerintahkan kita membawa putri Oberon kepadanya. Apa kau bersahabat dengan musuh sekarang"
Jangan konyol. Suara Ash tetap datar ketika dia menatapku sinis. Aku takkan mengkhianati Ratuku. Dia menginginkan putri Oberon, aku akan bawakan putri Oberon. Dan aku sedang melakukannya, sampai kau datang dan mengganggu pekerjaanku.
Narissa tampak tak percaya. Pidato yang bagus, bujuknya, membelai pipi Ash dengan satu jari, meninggalkan jejak embun beku. Tapi bagaimana dengan pendamping gadis itu" Karena kau telah bersumpah akan membunuh Robin Goodfellow, Ash sayang, tapi kau malah membawanya ke teritorial kita. Jika Ratu tahu dia ada di sini
Dia akan membiarkan aku membereskannya sesuai keinginanku, sela Ash, menyipitkan mata. Kemarahannya kini terlihat sungguhan. Aku membawa Puck karena aku ingin membunuhnya pelan-pelan, tidak terburu-buru. Setelah aku mengantar darah-campuran itu, aku punya berabad-abad untuk membalas dendam pada Robin Goodfellow. Dan tak ada yang akan melarangku melakukan itu.
Narissa melayang mundur. Tentu tidak, sayang, dia membujuk. Tapi mungkin sebaiknya aku saja yang membawa darah-campuran ini ke istana. Kau tahu betapa tidak sabarannya Ratu, da
n tak pantas seorang pangeran menjadi pengawal. Dia tersenyum dan melayang ke arahku. Aku akan mengambil alih beban ini darimu.


The Iron Fey 1 The Iron King Karya Julie Kagawa di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Pedang Ash terhunus, menghentikan gerakan faery itu.
Beraninya kau mengancamku! Narissa berbalik, salju berputar-putar di sekelilingnya. Aku menawarkan bantuan, dan ini imbalanku! Kakakmu akan mendengar tentang ini.
Aku yakin dia akan tahu. Ash tersenyum dingin, tak menurunkan pedangnya. Dan kau bisa bilang pada Rowan jika dia ingin mengambil hati Mab, seharusnya dia menangkap darah-campuran ini sendiri, bukannya mengutusmu untuk mencurinya dariku. Sekalian kau beritahu Ratu Mab kalau aku akan membawa putri Oberon kepadanya, aku berjanji.
Tanah Warisan 6 Satria Gendeng 09 Bangkitnya Dewa Petaka Ramalan The Prophecy 1
^