Pencarian

Istana Hantu 3

Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw Bagian 3


108 yoza collection Semakin tinggi burung itu membumbung ke angkasa, semakin ngeri hati Bwe Hwa
melihat ke bawah. Tak berani lagi ia memandang ke bawah, ia memegang leher garuda
itu erat-erat. Sebentar saja mereka telah tiba di atas hutan kecil di sebelah barat kota Tiang An.
Tiba-tiba Kong Beng berseru dan mengeluarkan suitan tiga kali. Tahu-tahu burung
garuda itu menukik ke bawah dengan kepala di bawah dan ekor di atas.
Hampir saja ia memegang erat-erat leher garuda itu. Tak berani ia membuka
matanya. Suara angin berciutan di dekat telinganya.
tetapi saking kerasnya suara angin sehingga suaranya hampir tenggelam.
Baiknya Kong Beng mempunyai pendengaran yang terlatih dan dapat mendengar
kata-kata gadis di depannya ini. Maka ia berkata,
-ha, kau takut Bubeng Siocia.. . . kita sedang indehoy (pacaran) di udara.. . . ha-ha-ha-ha orang lain tidak
. Mulutmu kotor, siapa bilang aku sedang indehoy denganmu.
saat itu ia sedang berada di tempat yang amat tinggi. Maka ia segera melepaskan
pegangan tangannya dan mendorong Kong Beng mengirimkan pukulan yang biarpun
tidak berbahaya, cukup membuat Kong Beng terkejut dan berteriak kaget.
Bukan karena pukulan itu yang membuat ia menjerit kaget, akan tetapi ia melihat
tubuh Bu-beng Siocia itu meluncur ke bawah. Tadi begitu mengangkat tangannya dari
pegangan leher garuda, Bwe Hwa terjungkal ke kiri dan menjerit ngeri waktu tubuhnya
meluncur ke bawah dengan amat pesat sekali!
Bwe Hwa yang melayang-layang di udara.
Ketika itu tubuh Bwe Hwa berputar dan hatinya sudah tidak keruan rasa
semangatnya terbang, tiba-tiba tubuhnya dicengkeram oleh sebuah tangan yang kuat
dan keras. Dan tahu-tahu tubuhnya tertahan dari luncuran dari atas, malahan melayang
lagi naik ke udara. Istana Hantu - Halaman 109
109 yoza collection Suara kelepak sayap burung yang berwarna kuning emas menggelepar-gelepar.
Cepat Bwe Hwa mendongak dan ternyata ia telah berada dalam cengkraman burung
rajawali emas yang tidak kalah besarnya dengan burung peliharan Kwan-tiong Tokong.
-tiauw-heng, ce memegang kaki rajawali itu dan aneh sekali ia merasakan totokannya telah terbebas
dan tenaganya pulih kembali. Merasa bahwa dirinya sudah terbebas dari totokan,
segera Bwe Hwa menggenjot tubuhnya melayang ke atas dan tepat hinggap di
punggung rajawali. lepaskan BuTerdengar suitan lagi, tahu-tahu burung garuda yang ditunggangi oleh Kong Beng
meluncur cepat mengejar burung rajawali yang mempunyai bulu kuning emas.
Bwe Hwa tahu bahwa dirinya dikejar, segera saja ia berseru kepada burung
-tiauw lekas lari, laki-laki botak itu jahat sekali dan hendak
Aneh sekali, seperti mengerti akan perkataan gadis itu, burung rajawali
menggerakkan sayapnya lebih cepat dan terbang semakin tinggi sehingga sebentar
saja Kim-tiauw itu sudah dapat meloloskan diri dari kejaran garuda.
Tahu bahwa burung rajawali ini mengerti perkataannya. Bwe Hwa menjadi girang
dan senang sekali hatinya. Ia mendiamkan saja burung itu terbang tinggi melewati
awan-awan dan semakin cepat burung itu meluncur semakin tidak takut hati Bwe Hwa.
Ia menepukterim -heng, Tentu saja karena burung itu tidak bisa berbicara, Bwe Hwa tidak dapat menangkap
maksud binatang yang ditungganginya ini, yang mencoet-coet berputar-putar di
angkasa seperti orang kebingungan.
Akan tetapi bukan perkataan itu yang dikeluarkan oleh Kim-tiauw. Ia hanya bisa
mencoet-coet saja berputar-putar di udara seakan-akan tengah menanti perintah ke
mana ia harus menerbangkan gadis di punggungnya ini!
Istana Hantu - Halaman 110
110 yoza collection Merasa burung ini berputar-putar dan kebingungan, segera Bwe Hwa berkata,
-ko aku tidak punya tempat tinggal yang tetap, terserah kepadamu ke mana
engkau hendak mem Terdengar Kim-tiauw itu menjerit girang, Ia sudah dapat menangkap maksud
penunggangnya. Maka sambil mencoet keras merupakan jeritan yang panjang, burung
itu menggerakkan sayapnya dan meluncur cepat ke arah utara.
-tiauw, bawalah aku ke mana saja kau suka. Kalau boleh kau bawalah
telinga Kim-tiauw. Burung itu mencoet girang.
Bwe Hwa menjadi girang dan waktu burung itu terbang lebih tinggi dan lebih cepat
lagi, ia berpegangan pada kalung mutiara yang melingkar di leher Kim-tiauw.
Dan menyuruh burungnya terbang lebih cepat lagi.
ooOOoo Diantara begitu banyaknya puncak-puncak Himalaya di daerah Barat, jauh menjurus
di sebelah utara terdapat puncak yang berbentuk seperti sayap burung dan dinamakan
puncak Rajawali. Tidak banyak orang yang mengenal pegunungan Rajawali ini oleh
sebab banyak orang menyangka bahwa pegunungan yang panjang dan tinggi ini masih
termasuk daerah pegunungan Himalaya yang terkenal di Tibet.
Akan tetapi apabila kita perhatikan benar-benar, lembah Wie-ho yang terdapat di
antara dua pegunungan yang besar itu, sesungguhnya adalah batas daerah yang
memisahkan Himalaya dengan Rajawali. Namun dengan pegunungan besar ini
berdekatan dengan pegunungan Himalaya dan dilihat sepintas lalu memang masih
termasuk daerah Himalaya maka pegunungan rajawali yang terdapat di utara tidaklah
banyak dikenal orang! Di antara puncak-puncak yang tinggi dan bersalju di pegunungan Himalaya di Tibet
terdapat pula puncak Anapurna, Hyang Adhidarma dan sederet dengan itu terdapat
puncak yang bernama Rajawali. Puncak gunung yang berhadapan dengan Anapurna
dan hanya dipisahkan oleh sebuah lembah yang bernama lembah Wie-ho.
Sebuah lembah yang terkenal dan pernah menjadi tempat peristirahatan pemimpin
Mongol yang bernama Jenghis Khan dan dari atas kedua puncak ini dapat kita lihat
perumahan-perumahan dan pemandangan yang indah sekali yang didirikan oleh
Mongolia. Akan tetapi karena daerah itu tidak lagi diduduki oleh Mongol maka tempat
itu boleh dikata menjadi tempat rekreaksi bagi suku bangsa Tibet dan sekitarnya.
Istana Hantu - Halaman 111
111 yoza collection Pada hari itu, puncak gunung Rajawali tengah diselimuti oleh halimun yang tebal
dan bersalju. Hujan salju turun merenyai. Memang sudah dua bulan ini di daerah Tibet
tengah mengalami musim salju dan di mana-mana terdapat hujan salju, terutama di
daerah-daerah pegunungan.
Udara dingin sekali. Pohon-pohon diselimuti oleh salju dan berwarna putih laksana
kapas. Binatang-binatang hutan dalam musim-musim salju seperti ini jarang sekali yang
meninggalkan sarangnya, mereka lebih senang berlindung di sarang dan
menghindarkan salju yang dingin itu.
Suasana begitu sepi dan hening. Hujan salju merenyai membawa butir-butiran es
yang menutupi puncak! Akan tetapi di antara kekelaman malam, jalan yang tertutup oleh halimun dan salju,
sayup-sayup dari atas puncak gunung terdengar suara nyanyian seperti orang
membaca doa. Kadang-kadang nyanyian itu timbul tenggelam di halau oleh angin yang
kencang menghembus. Dalam suasana hujan salju seperti ini, manusia manakah yang
begitu gila berkeliaran di puncak dan membaca liam-kheng"
Memang suara itu kadang-kadang jelas, kadang-kadang tenggelam dalam
hembusan angin dan salju. Akan tetapi apabila kita perhatikan, itulah suara seorang
manusia yang tengah mengulang-ulang bait-bait dalam kitab Suci Dhamapada. Suara
itu jelas terdengar, Yang Maha Welas Asih dan Maha Balas kasihan,
Yang Maha Aku memuja pada Dharma, Aku memuja pada Sangha. Malaikat langit, Malaikat bumi.
Semoga manusia terhindar dari penderitaan
Semoga penderitaan meninggalkan badan.
Semoga seluruh mala petaka berobah menjadi debu.
Istana Hantu - Halaman 112
112 yoza collection Namo Maha Prajanaparamita!
Too Loo Ni Tee, Suara itu terus mengulangi kata-kata seperti itu tak henti-hentinya, kadang-kadang
terdengar keluhannya seperti orang yang berdoa:
indungi diri teecu, agar dapat terbebas dari
Entah manusia manakah yang membaca ayat-ayat kitab suci Dharmapada dengan
suara yang timbul tenggelam itu. Sementara hujan salju masih turun membawa
gumpahan-gumpahan es dan angin bertiup kencang.
Pada saat itu, terdengar suara menggelepar keras dan dari atas menukik seekor
burung rajawali emas dan hinggap di atas sebuah gundukan tanah di muka mulut gua.
Suara burung itu mencicit-cicit nyaring seakan-akan tengah memanggil-manggil.
Seorang wanita muda cantik berlengan buntung telah mencelat dari punggung
rajawali itu dan memandang ke sekeliling. Pakaian dan rambutnya penuh dengan salju
yang menderai-derai menimpah tubuhnya. Hebat sekali wanita itu, dalam deraian hujan
salju yang begitu dingin dan angin keras ia tidak merasa dingin hanya rada wajahnya
nampak membiru. Tiba-tiba dari mulut gua keluar sesosok tubuh. Tubuh yang sudah demikian tua dan
ke dua kakinya buntung sebatas dengkul. Kakek ini memandang wanita di dekat
rajawali. Suara kakek kaki buntung itu halus dan ramah.
Tentu saja Bwe Hwa pernah melihat kakek kaki buntung ini. Pernah ia bertemu di
lembah Tai-hang-san. Malah kakek kaki buntung inilah yang menolongnya dari lukaMengenal kakek kaki buntung yang pernah menolongnya, buru-buru Bwe Hwa
-ha-ha, tidak disangka, kau jauhbuntung itu tertawa senang.
kakek kaki -tiauw-heng ini dari tangan puteranya Kwan-tiong
Tok-ong yang bernama Kwan Kong Beng. Teecu tertawan oleh putranya yang miring
Istana Hantu - Halaman 113
113 yoza collection otak itu. Untung ada Kim-tiauw yang keburu menolong teecu dan membawanya ke
-keng hatiku tidak enak dan
kenapa kau tidak bersama-sama dengan Pendekar Lengan Buntung, apakah Tiang Le
baik-tiba Bwe Hwa menangis teringat
Tiang Le. Hatinya merasa ditusuk oleh perkataan kakek tadi. Memang seharusnya ia tidak
berpisah dengan Tiang Le, seharusnya dimana ada dia, di situ ada Tiang Le, akan tetapi
ahh, susah! Bwe Hwa menangis semakin keras.
Tenangkanlah hatimu, mari masuk, tidak baik di tempat i
Si kakek kaki buntung yang pada puluhan tahun yang lalu berjuluk Sin Kun Bu-tek
ini mengajak Bwe Hwa masuk ke dalam. Dari pandangannya yang tajam, ia sudah dapat
mengetahui akan penderitaan bathin yang dialami oleh gadis lengan buntung.
Sesampainya di ruang dalam, Bwe Hwa menghentikan tangisnya. Ia merasakan
suatu ketenangan dan rasa damai dihatinya berada di tempat sesunyi ini. Ia menghapus
air matanya dan memandang basah si kakek kaki buntung.
akibat perbuatan teecu di lembah Tay-hang-
. kalau begitu kau beristirahatlah di tempatku ini. Dalam hal ini sebenarnya
ngapa kalau Tiang Le tidak mempermainkan teecu, dia
-benar keracunan ular putih di pantai laut
Po-hay itu. Apakah kau tidak melihat wajah pada ketika itu. Orang yang keracunan ular
putih wajahnya pucat dan putih, sinar matanya kuyu dan pokoknya pada ketika itu
Istana Hantu - Halaman 114
114 yoza collection Bwe Hwa terdiam mengingat-ingat. Memang pada waktu itu ia melihat wajah Tiang
Le dan Pei Pei tidak sewajarnya Akan tetapi pada waktu itu ia sudah merasa marah
bukan main dan mendapat lagi mengambil langkah dengan pertimbangan yang sehat.
Diam-diam Bwe Hwa menyesal sekali telah melarikan diri dari Tiang Le.
Hwa. Kalau begitu kan masih ada harapan untuk kembali kepada Tiang Le. Nah, kau
istirahatlah di tempatku ini untuk beberapa lama kau suka, kelak kalau sudah tiba
waktunya boleh kau cari Tiang Le. Aku yakin dia akan mengakui anak dalam
Demikianlah sejak beberapa minggu itu, Bwe Hwa tinggal di puncak rajawali
bersama kakek kaki buntung yang sakti, Sin Kun Bu-tek Lim Heng San. Selama di puncak
rajawali itu ia mendapat ketenangan yang luar biasa dan sakit di dadanya yang tadinya
mulai terasa, kini berangsur-angsur pulih kembali akibat buah-buah yang segar dan
berkasiat yang terdapat di puncak.
Wajah Bwe Hwa kian hari semakin segar dan sehat kemerah-merahan. Girang sekali
hati kakek ini melihat kesehatan Bwe Hwa yang kian hari kian bertambah sehat dan
segar. Apalagi kini setelah beberapa lama tinggal di puncak, Bwe Hwa lebih senang
memakai pakaian serba putih, nampak semakin jelita saja wajahnya dan perutnya pun
semakin membuncit. Selama di puncak itu kepandaian Bwe Hwa meningkat. Ia diberi pelajaran silat oleh
kakek Sin Kun Bu-tek dengan jurus yang bernama Kim-tiauw-kun (Ilmu Silat Rajawali
Pada suatu hari Bwe Hwa berpamit kepada Sin Kun Bu-tek untuk turun gunung
mencari Tiang Le. Saat itu musim salju telah lewat, berganti dengan musim semi yang
gemilang. Segala bunga-bunga bermekar indah di atas puncak. Daun-daun yang tadinya
rontok oleh datangnya musim salju kini berganti mengeluarkan daun-daun yang hijau
dan cerah. Halimun di atas hanya menipis menutupi puncak rajawali.
Si kakek Sin Kun Bu-tek Lim Heng San menghantarkan kepergian Bwe Hwa sampai
di kaki bukit. -hati Bwe Hwa, jagalah kandunganmu itu. Kalau kau mau, bawalah Kim-tiauw
untuk menemanimu, mudahpesan kakek itu.
Sekali lagi Bwe Hwa menjura kepada si kakek. Kemudian dengan menunggang
burung rajawali yang jinak terhadapnya itu, mulailah Bwe Hwa mengadakan perjalanan
Istana Hantu - Halaman 115
115 yoza collection ke selatan dan mencari Tiang Le. Berhari-hari ia terbang di angkasa bersama Kimtiauw karena ingin cepat-cepat bertemu dengan pemuda lengan buntung yang
bernama Sung Tiang Le. Dan seperti yang sudah diceritakan pada bagian depan, gadis ini mendatangi Tiangpek-san dan alangkah kecewa hatinya melihat Tiang Le ternyata telah kawin dengan
gadis bekas murid Bu-tek Sianli, yang bernama Liang Bwe Lan. Dan ia mendengar pula
betapa Tiang Le telah menjadi ketua Tiang-pek-pay dan tidak mau mengikutya.
Alangkah kecewanya hati gadis lengan buntung itu. Sambil mengeluarkan suara
tertawa penuh isak tangis, ia terbang tinggi dengan burung rajawali emas yang
membawanya kembali ke puncak Rajawali dan tinggallah ia bersama-sama kakek Sin
Kun Bu-tek sampai ia melahirkan.
Sungguh perih sekali hati gadis itu pada waktu kelahirannya tiada Tiang Le di
dekatnya. Saking kecewanya hati gadis itu, diam-diam ia membenci Tiang Le dan
isterinya. Kelak apabila anak itu telah dewasa, hendak ia tanamkan rasa sakit hati itu
kepada keluarga Tiang-pek-pay.
Dengan pertolongan penduduk dusun, akhirnya Bwe Hwa melahirkan seorang puteri
yang sehat dan manis. Anak perempuan itu diberinya nama Lie Lily, sengaja ia tidak
memakai she (nama keturunan Sung) karena hatinya sudah begitu kecewa dan benci
terhadap Tiang Le. Puteri yang bernama Lie Lily ini sangat mungil dan manis, membuat kakek Sin-kun
Bu-tek amat sayang sekali dan menganggapnya sebagai cucunya sendiri. Lepas
beberapa tahun kemudian, anak yang mungil ini dididik langsung oleh kakek Sin-kun
Bu-tek dengan menurunkan ilmu silat yang tinggi serta lihai, membuat hati Bwe Hwa
menjadi girang sekali dan ia sendiri dengan giat menurunkan ilmu pedang yang
dahsyat Pek-hwa-kiam-sut, ilmu yang pernah ia pelajari dari kitab peninggalan Pekmoko. Sudah barang tentu, Bwe Hwa sayang sekali kepada puterinya ini dan sangat
memanjakannya. Dalam usia hampir menanjak enambelas tahun, Lily menjadi seorang gadis yang
sangat jelita, malah lebih cantik dari Bwe Hwa sendiri. Kepandaiannya pun malah lebih
tinggi dari pada ibunya, karena gadis ini langsung di bawah bimbingan Sin-kun Bu-tek
yang sakti, sehingga dalam usia yang sangat muda itu, Lily mempunyai kepandaian
silat yang amat tinggi dan luar biasa.
Akan tetapi satu hal yang sangat disayangkan adalah berkat didikan Bwe Hwa yang
terlalu memanja anak ini, sehingga ia menjadi seorang gadis yang keras hati dan selalu
menuruti kemauannya sendiri. Lebih dari pada itu, mulai sejak kecil Lily ini dijejali filsafat
Istana Hantu - Halaman 116
116 yoza collection untuk membenci Sung Tiang Le yang tinggal di puncak pegunungan Tiang-pek-san.
Sehingga dalam dada gadis remaja itu tertanam kebencian hebat kepada keluarga Sung
Tiang Le di puncak Tiang-pek-san dan ia berjanji suatu ketika kelak, ia akan membasmi


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Tiang-pek-san dan hendak membuntungi lengan Sung Tiang Le!
ooOOoo Pada suatu hari kakek Sin-kun Bu-tek yang sudah sangat tua usia itu,
menghembuskan napasnya yang penghabisan. Tentu saja biar bagaimana sakti kakek
yang bernama Sin Kun Bu-tek ini, iapun tidak dapat menolak datangnya maut di hari
tuanya. Ia meninggal dunia dalam usia hampir seratus tahun dan ini sangat
menyedihkan hati Lily yang sudah menganggapnya sebapai kong-kong (kakek) nya
sendiri. Lily menangis sedih waktu kong-kongnya sehari sebelum meninggal dunia
memesannya demikian: melihat engkau yang masih begini muda telah memiliki kepandaian yang cukup
tangguh, apalagi kulihat ibumu juga menurunkan ilmu pedang yang hebat dan ganas.
Kepandaianmu kini boleh dikata sudah mendekati puncak kesempurnaan, tinggal hanya
melatih diri saja! da batasnya, jangan kau kira bahwa kepandaianmu sudah menjagoi dunia persilatan. Di dunia ini banyak sekali
orang-orang yang memiliki ilmu silat tinggi dan tak terbatas.
-san, masih lebih tinggi awan di atasnya. Dan biarpun
awan sudah kelihatannya begitu tinggi, akan tetapi di atasnya masih ada langit dan
segala malaikatnya."
nar, sebab hanya orang yang mengenal dirinya itulah yang
sesungguhnya dapat melihat kesalahan-lahan dan kelemahannya.
bertanya menentang pandangan si kakek.
-tiba Lily Sin-kun Bu-tek menghela napas panjang.
Istana Hantu - Halaman 117
117 yoza collection - arkan itu. Kau hendak -kong" Kata Ibu, kepandaian orang yang lengannya buntung itu lihai sekali, malah lebih sakti dari pada
ibu. Benarkah kong-kong, Dia musuh besarku! Aku harus mengadu nyawa
dengannya! erita karena itu. Aku harus
turun gunung dan mencari lakikeras dan bersemangat.
Untuk seketika lamanya Sin Kun Bu-tek tak berkata apa-apa lagi. Ia memandang
gadis cucunya di depannya. Celaka, inilah gara-gara Bwe Hwa yang telah menanamkan
rasa kebencian di hati gadis ini sehingga Lily bertekad untuk membunuh ayah
kandungnya sendiri! . Tak baik kau menyerangnya, tidak boleh
begitu Lily. Seorang anak harus berbakti kepada orang tuanya. Kau seharusnya mencari
Sin Kun BuBelum lagi Sin Kun Bu-tek meneruskan kata-katanya, tiba-tiba Bwe Hwa muncul
-carimu setengah mati, nggak
tahunya kau ada di sini. Hayo kau ikut aku menangkap kelinci buat kongBwe Hwa menarik tangan puterinya, membuat Lily terpaksa mengikuti ibunya
berlari-lari turun gunung dan menuju ke sebuah hutan kecil yang banyak terdapat
binatang kelinci di situ.
Istana Hantu - Halaman 118
118 yoza collection mengawasi ibunya. Untuk sejenak wajah Bwe Hwa menjadi murung.
Dia.. . . dia telah mati Lily. Pendekar Lengan Buntung itulah yang telah
kong-kongmu! -tiba Bwe Hwa menangis dan memperlihatkan lengan kirinya yang
buntung kepadanya. gan Tiba-tiba Bwe Hwa mengusap air matanya dan berseri.
menarik tangan anaknya memasuki hutan kecil dan tidak lama kemudian mereka sudah
menenteng telinga kelinci yang gemuk-gemuk dan sehat, langsung saja mereka terus
menuju ke goa Sin Kun Bu-tek.
Akan tetapi alangkah kagetnya begitu dilihatnya si kakek tengah bertempur
menghadapi maut. Lily segera menubruk kakek itu dan menangis tersedu-sedu,
-kong.. . . kongDengan amat sayu si
-megap napasnya sekarat hendak wafat. Cepat ia menotok pernapasan si kakek yang terasa sesak dan
mengurutnya dada si kakek.
Istana Hantu - Halaman 119
119 yoza collection yang sudah rapuh saking tuanya.
berkata demikian kakek yang sakti itu
menghembuskan napasnya yang penghabisan.
Maka dikesunyian puncak itu terdengar tangisan dua orang wanita yang bersuara
merdu seperti bidadari. Itulah tangisan Bwe Hwa dan puterinya.
Si mati terbujur kaku dengan tenang dan damai. Si hidup manggil-manggil si mati
dengan suara yang mengiba dan penuh penyesalan.
Memang demikianlah adanya bagi yang mati, ia telah terbebas dari ikatan-ikatan
duniawi. Ia sudah berpulang ke tempat asalnya dengan tenang dan tiada lagi tangis
dan air mata di sana. Sebaliknyi bagi mereka yang masih hidup, hukum dunia ini masih berlaku menuntut
kepadanya, sehingga merupakan tekanan dan penderitaan yang tak kunjung habishabisnya. Merupakan hidup ini menjadi beban bagi si hidup dan akan lenyaplah beban
itu apabila nyawa, telah meninggalkan raga!
Sampai seminggu itu Bwe Hwa dan puterinya menetap di puncak Rajawali sebagai
tanda berkabung. Jenazah kakek Sin Kun Bu-tek telah dikuburkannya di depan mulut
gua, sehingga di situ terdapat sebuah makam yang baru merupakan, segundukan tanah!
Bwe Hwa dan Lily bersembahyang sekali lagi di depan makam kakek Sin Kun Butek. Dan setelah itu, mereka berdua ibu dan anak meninggalkan tempat itu untuk
mencari Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang Le. Mereka tidak berlari cepat menuruni
puncak rajawali, karena Lily yang baru pertama kali ini turun gunung berjalan lambatlambat sambil menikmati pemandangah alam yang indah sekali di pegunungan
Himalaya. Kalau Bwe Hwa berpakaian putih-putih dengan pedang pendek terselip di
pinggangnya adalah puterinya ini demikian jelita dan cantik dalam pakaian warna putih
pula sehingga merupakan sekuntum bunga cilan yang harum dan segar. Pipi gadis itu
kemerah-merahan oleh sebab hawa pegunungan yang dingin dan sejuk.
Pada pinggangnya terselip pula sebuah pedang yang tidak kalah ampuhnya oleh
pedang Pek-hwa-kiam yang dipakai ibunya. Pedang ini adalah pemberian kakeknya
bernama pedang Toat-beng-kiam. Pada waktu kakeknya memberikan pedang itu
pernah kakeknya berkata, Istana Hantu - Halaman 120
120 yoza collection -beng-kiam ini adalah sebuah pedang yang pada puluhan tahun
telah banyak meminum darah manusia. Dan berhasil ku singkirkan dan kusimpan. Akan
tetapi aku setelah menurunkan ilmu silat kepadamu maka pedang ini baik sekali kau
bawa. gunakanlah pedang ini untuk kebajikan dan kebaikan bagi sesama manusia. Jangan kau
Dan yang membuat kakek Sin Kun Bu-tek maupun Bwe Hwa merasa sayang kepada
gadis ini adalah karena Lily mempunyai wajah yang mirip dengan ayahnya, Sung Tiang
Le. Hanya sepasang mata itu mengambil mata ibunya, bulat seperti mata burung Hong.
Sehingga seringkali apabila memandang anaknya Bwe Hwa teringat kepada Tiang Le,
dan kembali segala kenangannya bersama Tiang Le melekat di ruang matanya.
Dan kesudahannya timbul rasa sakit hati dan benci. Dan rasa penasaran itu
ditanamkan kepada anaknya, sehingga gadis yang masih begini muda dan cantik telah
mempunyai rasa benci yang luar biasa terhadap Pendekar Lengan Buntung Sung Tiang
Le! ooOOoo Tiang Le dan Bwe Lan mengadakan perjalanan yang jauh menuju puncak Tay-san.
Ia sengaja tidak membawa Wang Ie karena hendak mengadakan berjalan cepat dan
amat berbahaya. Berminggu-minggu ia berjalan melintasi hutan belukar lebat dan dusun-dusun tak
berhenti-hentinya Kadang-kadang mereka mempergunakan ilmu lari cepat dan
herkelebat bagaikan bayangan setan di tengah hari bolong, kadang-kadang pula mereka
berjalan lambat-lambat sambil menikmati pemandangan yang indah.
Pada suatu hari mereka sampai di lereng gunung Tay-san yang tinggi itu. Karena
udara sangat panas sekali dalam sebuah hutan kecil mereka berhenti dan duduk di
bawah sebuah pohon yang rimbun daunnya melepaskan lelah.
-san, Lantahu isterinya. Bwe Lan tersenyum dan memandang ke sekeliling hutan yang banyak ditumbuhi
pohon-pohon besar dan rimbun daunnya. Ia menyeka keringat pada dahinya kemudian
duduknya di tanah di dekat Tiang Le.
Angin yang bertiup dari pepohonan terasa nikmat sekali. Sementara matahari siang
telah berada di atas kepala memandangnya dengan garang.
Istana Hantu - Halaman 121
121 yoza collection Bwe Lan melonjorkan kakinya.
Bwe Lan berkata di dekat Tiang Le. Tiang Le menoleh dan memandangnya dengan mesra.
-moay, biar setengah hari ini kita istirahat di sini.
Nanti sore kita lanjutkan perjalanan kita, dua jam lagi tentu kita akan sampai di puncak
Bwe Lan tidak menyahut, ia mengatupkan kelopak matanya dan tidur-tidur ayam.
Tiang Le memandang isterinya. Ia sendiri tadi tidak mengerti sikap isterinya ini.
Barusan setengah hari mereka tidur mengomong. Isterinya mendiamkan saja. Aneh,
akhir-akhir ini sikap Bwe Lan aneh dan manja!
Ia mendiamkan saja isterinya melenggut tidur ayam menyenderkan kepala
dibahunya, hanya terasa napas isterinya lambat-lambat turun naik. Tiang Le merenung
memandang wajah Bwe Lan. Entah mengapa apabila dia memandang wajah Bwe Lan dia selalu terkenang akan
Bwe Hwa. Dan apabila teringat itu, ia menarik napas dalam. Merasa bahu itu terguncang
waktu menarik napas tadi, Bwe Lan tersentak kaget dan membuka matanya
memandang suaminya. -moay, cuma saja. Ahh, entah kenapa hatiku tidak enak apabila teringat
gat perempuan -tiba Bwe Lan bertanya tajam. Ia memandang
suaminya seperti orang menyelidiki, tatapannya yang tajam dan penuh perasaan tak
senang seakan-akan hendak menembus dan membaca isi hati Tiang Le.
Tiang Le tertu kuatir ancaman Bwe Hwa tempo hari itu menjadi kenyataan LanBwe Lan mendengus dan alisnya naik ke atas menyatakan perasaan hati tak
iranya Lan-moay. Siapakah orangnya yang tidak akan pedih hati melihat
Istana Hantu - Halaman 122
122 yoza collection ah, kau memang mata keranjang. Sudah Pei Pei kau permainkan, kini Bwe Hwa lagi.
-siapa, Lan-moay. Juga tidak bermaksud jelek
Tiang Le menoleh dan memandang istrinya.
Dua pandangan mata saling merenggut.
-tiba Bwe Lan mengeluarkan air mata menangis.
Tiang Le mengusap pipi yang basah oleh air mata itu.
padamu Lan-moay. Sudahlah jangan kau bicarakan itu lagi. Soal Bwe
Akan tetapi Bwe Lan marah-marah dan membanting-bantingkan kaki sambil
mencucurkan air mata yang deras meleleh pada kedua pipinya.
arah-marah dan menangis. Ada apakah Lanmemegang lengan istrinya, membelai rambut yang panjang terurai itu dengan kasih
sayang. u marah-marah seperti ini" Apa salahku, tidak hujan tidak
-marah. Ah, dasar cemburu buta, siapa yang sayang
sama Bwe Hwa, aku cuma katakan kuatir kalau-kalau anakku di dalam kandungan Bwe
Bwe Lan tidak menyahut. Ia hendak berdiri, akan tetapi Tiang Le menarik tangannya
sehingga ia terduduk lagi. Dan terjatuh ke dalam bidang dada Tiang Le yang terus saja
mengecupnya bibir sang isteri.
Istana Hantu - Halaman 123
123 yoza collection -tiba Bwe Lan memukul dada Tiang Le pelan dan
dari balik air mata yang berderai-derai itu membersit sebuah senyuman yang manis.
Dan Tiang Le mencuit bibir Bwe Lan dan membenamkannya dalam mulutnya!
Pada saat itu, entah dari mana datangnya tahu-tahu di situ telah berdiri seorang
kakek yang sudah sangat tua sekali usianya, ada seratus tahun lebih. Rambutnya
semuanya sudah putih panjang sebatas pundak, berjenggot putih pula.
Akan tetapi wajahnya yang penuh dengan kerisut-kerisut hitam itu sama seperti
pantat kuali, dan telinganya yang amat lebar seperti kuping gajah yang diberi antinganting besar, tangannya yang hitam berbulu damikian kurus dan memakai gelanggelang pula. Kakek itu memakai jubah kuning seperti seorang pertapa dan waktu ia
berkata nampak semua giginya sudah ompong sehingga menampakkan gusi yang
hitam pula. -he-he, anak gila gendeng, isteri tengah mengandung diajak berkeliaran di hutan
seperti ini. Benarmembuat Tiang
Le dan Bwe Lan tersentak kaget dan meloncat berdiri.
Baik Tiang Le maupun Bwe Lan tidak mengerti mengapa mereka tidak mendengar
kedatangan kakek ini dan tahu-tahu telah berdiri di depannya. Sungguh luar biasa! Atau
apakah mereka saking tenggelam dalam perasaan masing-masing sehingga tidak
Sungguh tak masuk diakal dan begitu Tiang Le melirik kaki si kakek muka hitam
yang telanjang, tahulah dia tentu kakek ini bukan orang sembarangan, kedatangannya
tidak terdengar oleh mereka. Pada hal kalau seandainya ada semut yang merayap di
tanah tentu Tiang Le dan Bwe Lan sudah mendengarnya, masa kakek ini begitu tiba
telah berdiri di depannya dan memaki-makinya. Gila!
Mendengar kakek itu memaki suaminya keruan saja Bwe Lan hendak menerjang
kakek yang dianggapnya telah mengganggu acaranya dengan suaminya tadi, akan
tetapi Tiang Le yang mengenal kakek muka hitam ini, menjadi terkejut sekali dan
memberi isyarat kepada isterinya untuk tidak sembarangan bergerak.
Anapurna. Siauwte yang muda dan bodoh Sung Tiang Le dan istri menghaturkan
a kosong belaka. Aku Nakayarinta sungguh dibuat kagum dan penasaran melihat sepak terjangmu yang luar
biasa di Pulau Bidadari tempo hari, orang muda lengan buntung kau hebat. Akan tetapi
damikian tahuIstana Hantu - Halaman 124
124 yoza collection tahu Nakayarinta telah mengeluarkan sebuah tongkat yang terbuat dari ular cobra yang
sudah dikeringkan. Ular yang sudah kering itu panjangnya ada tiga meter sehingga merupakan tongkat
yang berbahaya dan ampuh. Tongkat ular itu terus saja menyambar kepala Tiang Le
dengan gerakan yang dahsyat dan aneh.
Ekornya meluncur merupakan totokan ke arah kepala, sedangkan tangan kiri kakek
itu mendorong ke muka dengan tubuh agak doyong ke kiri seperti orang hendak jatuh.
Sementara mulut si kakek muka hitam tertawa mengakak.
Menghadapi dua serangan sekaligus ini, Tiang Le cepat mendorong Bwe Lan dan
ia sendiri dengan gerakan kaki menurut langkah-langkah ajaib mainkan jurus-jurus jicap-it-sin-po untuk menghindarkan serangan tongkat sedangkan tangannya bertangan
kiri bergebrak menggunakan gerak tangan kilat yang menyambar dari samping.
Memapaki dorongan tangan kiri Nakarayarinta.
suara keras. Tubuh Tiang Le bergoyang-goyang dengan tangan masih terangkat ke
atas, sedangkan tubuh Nakayarinta semakin doyong ke kiri dan hendak jatuh.
Hebat sekali pertemuan dua tenaga sakti dari orang-orang yang sudah memiliki
tenaga sin-kang sempurna. Kalau seandainya bukan Tiang Le yang terkena dorongan
pakulan tangan kiri Nakayarinta tentu akan hancur lebur tubuh itu, sebaliknya gerak
tangan kilat dari Tiang Le pun luar biasa.
Untung yang menerima pukulan ini adalah Nakayarinta, orang sakti dari puncak
Anapurna. Kalau bukan si kakek Nakayarinta, entah bagaimana jadinya.
-ha-ha ho-ho-ho, kau hebat, patut menjadi Pendekar Lengan Buntung. Eh, aku
harus cepat-cepat ke puncak. Thay-ho-ho, ha-haebat dan
lenyap dari pandangan Tiang Le dan Bwe Lan.
-jangan banyak pula tokoh-tokoh kangarah perginya kakek itu.
kita mesti takut" Biar ada seribu manusia seperti kakek muka hitam
rumput yang seketika menjadi layu terinjak kaki Bwe Lan yang bersepatu itu.
Tiang Le memandang kepada Bwe Lan. Menatap perut istrinya. Dan sang istri
mengerutkan keningnya waktu dilihatnya Tiang Le menatap perutnya dengan tajam.
Istana Hantu - Halaman 125
125 yoza collection menggerutu. Tiang Le menyambar lengan isterinya dan diputar-putar sambil tertawa senang,


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

-ha-ha- - - - Bwe Lan membanting kaki dan marahmenang sendiri. Pokoknya terserah Tuhan, laki-
-laki maunya - Tiang Le tertawa keras, sehingga suara ketawanya mengejutkan burung yang
bertengger di atas pohon dan terbang tinggi.
-ha-ha, tentu saja setelah ia lahir, anak itu menjadi anakmu dan anakku juga. Eh,
Lan-laki atau - -hamenaiki puncak gunung Tay-san.
Istana Hantu - Halaman 126
126 yoza collection Bayangan Tiang Le yang memondong tubuh Bwe Lan berkelebat laksana burung
walet berlompat-lompatan dari jurang ke jurang dan jikalau ada yang melihat, tentu
orang itu akan menduganya seekor burung yang sedang terbang rendah!
Dan sebentar saja Tiang Le sudah sampai di puncak, akan tetapi ia segera
menyelinap batu gunung dan berbisik ke dekat telinga isterinya.
-moay, sudah banyak orang di puncak itu. Sebaiknya kita tidak memperlihatkan
Bwe Lan merosot dari pondongan Tiang Le dan memandang ke puncak. Benar saja
di atas tanah datar yang cukup luas dan diselimuti oleh rumput itu ada tiga orang
kakek-kakek yang kelihatannya sudah tua dan kurus kering, kakek ini duduk di tiap pojok
merupakan sebuah lingkaran segitiga.
Rata-rata kakek itu berkepala botak licin seperti kepala hwesio, akan tetapi melihat
cara pakaian mereka yang sederhana terbuat dari kain putih yang kasar dan
berpotongan seperti orang dusun, mudah saja diduga bahwa ketiga kakek itu bukanlah
seorang hwesio. Usia mereka rata-rata hampir tujuhpuluh tahun.
Yang seorang kurus kering, wajahnya penuh kerut merut menandakan usia tua.
sedangkan yang seorang lagi yang duduk meramkan mata di pojok sebelah kanan
adalah kakek yang meskipun tidak kalah tuanya dengan kakek pertama tadi, akan tetapi
dia mempunyai wajah bundar dan gemuk seperti wajah ji-lay-hud, pakaiannyapun
seperti pakaian hwesio, berkepala botak, tubuhnya gemuk dan berjenggot putih.
Dan kakek yang terakhir, kelihatan seperti orang yang sudah tidak mempunyai
cahaya kehidupan lagi matanya yang saking tuanya itu memancar pucat dan lesu
setengah dikatupkan seperti orang mengantuk. Wajahnya kurus dan pucat, tangannya
pun kurus kering, kepalanya botak akan tetapi pada telinganya memakai anting-anting
besar seperti orang India, berpakaian jubah kuning dengan sebuah penggada terletak
di dekatnya, mereka itu diam tak bergerak seperti patung.
Angin gunung meniup kencang mengibar-ngibarkan lengan baju dan jenggot
mereka yang sudah pada putih. Mereka duduk bersila merupakan lingkaran segi tiga
dengan tak bergerak. Pada saat itu berkelebat banyak bayangan dan lima orang kakek yang dikepalai
-wi locianpwee penghuni puncak Tay-san,
perkenankan kami utusan dari Thay-bengcu menghadap untuk menerima harta pusaka
peninggalan Sui- Istana Hantu - Halaman 127
127 yoza collection -bengcu adalah beng-cu (pimpinan) kami yang terbesar di Barat dan
mengutus kami untuk menerima kitab dan pedang SuiKakek muka hitam yang bukan lain adalah Nakayarinta itu memberi isyarat kepada
kawan-kawannya untuk mengurung tempat itu. Empat orang kawannya yang bukan
lain adalah Te Thian Lomo, Thay-lek-hui-mo, Bu-tek Sianli dan Kwan-tiong Tok-ong
mengurung ke tiga orang kakek dengan sikap mengancam.
-wie (tuan-tuan berempat) ini hendak berbuat apakah di puncak ini, di sini tidak
ada pedang dan kitab seperti kalian maksudkan. Harap sie-wi segera kembali saja turun
gunung dan sampaikan salam hormat kami Tay-san Sam-lo-jin untuk beng-cu kalian di
-tek Sianli berkata dan menggerakkan pedangnya melintang di depan dada.
tah Beng-cu kami yang mulia, kami tunaikan tugas walaupun
mengeluarkan tongkat ular kobranya.
-su ini Nakayarinta dari Anapurna. Celaka, kali ini puncak
Tay-san akan merupakan bencana yang hebat. He, Nakayarinta.. . . di sini tidak ada
pedang dan kitab, lebih baik kalian tidak susah-susah mencarimuka Ji-lay-hud menggoyang-goyangkan tangannya!
da kitab dan pedang. Kalian kira kami tidak
tahu, kitab dan pedang itu dititipkan oleh locianpwe Sui-kek Siansu kepada kalian. Cepat
-ha-ha, Thay-lek-hui-mo juga tidak ketinggalan mengunjungi puncak. Sahdu,
sahdu, akan ramailah puncak ini nanti malam. Entah manusia mana yang mendesasdesuskan tentang pusaka Sui-kek Siansu sehingga iblis dari Barat dan Utara sampai ke
Kakek yang bergelang anting-anting pada telinganya itu mengetuk-ngetukkan
tangannya ke tanah. Kemudian merangkapkan kedua tangan ke dada, seperti orang
berdoa. Istana Hantu - Halaman 128
128 yoza collection Jilid 5 ENDETA SIALAN, -tek Sianli yang tidak sabaran telah mengelebatkan tongkatnya menghantam kepala si
kakek botak yang memakai anting pada telinganya. Akan tetapi tongkat itu
telah ditangkis oleh Nakayarinta dengan tongkat ular cobranya.
-baik. Seorang tamu tidak boleh berlaku
nta mencegahnya sehingga Nenek itu mencelat mundur kembali dengan mengeluarkan suara mengejek.
Pada saat itu dari bawah puncak mendaki serombongan pengemis yang berikat
pinggang sutera merah di pinggangnya. Bu-tek Sianli mengerutkan keningnya melihat
kedatangan rombongan Ang-kin-kay-pang ini, nampak di tengah-tengah rombongan
Can lo-kay berjalan dengan gagahnya.
Tak lama kemudian dari sebelah kiri bermunculan pula orang-orang gagah dari
pulau sinar emas. Itulah rombongan Kim-kong-pay yang sudah tiba di tempat itu di
bawah pimpinan Kiang Sun Hi dan Yap Sian Eng berjalan berdampingan dengan gagah.
Tak lama kemudian, dari balik batu muncul pula orang-orang gagah yang tak lain
adalah Koay Lojin, Cui-sian Kong Sin Kek, dan tak ketinggalan pula si raja obat she Lo
dengan didampingi oleh sahabatnya Kwa-sinshe, sedangkan di belakang mereka
nampak dua orang muda, Lo Siauw Yang dan Go Sin Thong. Sedangkan dari sebelah
kiri tidak ketinggalan muncul pula Pek-pek Hoatsu bersama muridnya Hay-tok Lhama,
yang terus saja menghampiri rombongan Bu-tek Sianli.
-benar puncak Thay-san sudah dikurung oleh orang-orang kang-ouw
untuk barang-ha-ha Thay-san Sam-lo-jin, siapa bilang pedang dan kitab adalah benda mati.
Semua orang tentu menghendaki barang itu, yang menghidupkan semangat dan
kekuatan untuk menjagoi dunia persilatan.. . . ha-hadan suara tertawanya keras sekali.
-niu-san juga tidak ketinggalan. Eh, Koay Lojin.. . apakah kau
pusaka Sui-kek Sian Istana Hantu - Halaman 129
129 yoza collection lagi si kakek muka pucat.
-tek Sianli dan bundar yang bertubuh gemuk itu menggoyang-goyangkan tangannya. Dan angin puyuh
berputaran menyerang rombongan Koay Lojin dan Bu-tek Sianli.
bil mengangkat tangan pula membalas mendorong.
Ia merasa tangannya kesemutan terbentur angin yang diputar-putar oleh si kakek muka
bundar itu sedangkan beberapa orang yang tidak mempunyai kepandaian tinggi
terjengkang ke belakang membuat untuk beberapa lama napasnya menjadi sesak dan
sukar bernapas. -tek Sianli juga memuji merasakan putaran tenaga angin yang keluar
dari putaran tangan si muka bundar itu. Ia mencelat ke belakang dan membiarkan
Nakayarinta maju ke depan.
-san Sam-lo-jin, kalian terlalu. Kami datang secara baik-baik. Nggak tahunya
kalian sudah begini tak tahu sopan menyerang tamu-tamu yang berkunjung. Hemm,
Tangan kiri Nakayarinta bergerak seperti orang menunjuk, akan tetapi hebat bukan
main. Dari telunjuk itu tiba-tiba memancar sinar merah.
Amat cepat sekali sinar itu menyerang si kakek muka pucat yang tengah
meramkan matanya. Sehingga merasakan benda halus menyambarnya, segera saja ia
menyampok dengan kebutan ujung bajunya.
Akan tetapi, sungguh luar biasa, benda itu demikian halus dan hampir tak
mengeluarkan suara. Dua buah jarum yang bernama Ang-tok-ciam telah menyentuh
kepala botak si kakek muka pucat, dan mukanya bertambah merah. Rasa panas seperti
api dibakar di kepala kakek muka pucat ini menjerit dan menubruk Nakayarinta.
-lay-hud itu terlambat, karena si muka pucat sudah menerjangnya dengan serudukkan kepala ke
arah perut Nakayarinta. Pendeta dari Anapura tertawa mengakak dan mengangkat
tangannya. Istana Hantu - Halaman 130
130 yoza collection Akan tetapi Nakayarinta juga berteriak kaget merasakan tangannya yang memukul
kepala tadi sudah berwarna merah pula. Cepat-cepat ia merogoh sakunya dan
memupuri bubuk yang berwarna merah di tangannya.
ji-lay-hud dan menggerakkan penggadanya menyerang Nakayarinta. Suara angin
berciutan keras waktu penggada yang berat itu menyambar.
Bersamaan dengan bergebraknya kakek muka ji-lay-hud itu, Bu-tek Sianli juga
sudah menerjang maju dan mengeroyok kakek yang memakai anting besar pada
telinganya. Sungguh hebat sekali pertandingan ini, Si kakek muka ji-lay-hud melawan
Nakayarinta pertapa sakti dari Anapurna.
Kepandaian mereka rupanya berimbang. Tentu saja kakek yang berwajah seperti
ji-lay-hud ini, bukan sembarang orang. Ia itu adalah pelayan-pelayan dari Sui-kek Siansu
dan mempunyai kepandaian yang cukup hebat.
Namanya Bun Kong Sian sedangkan sute mereka yang sudah meninggal tadi
adalah adik seperguruan dari Kong Sian bernama Ji Siang Hok, dan yang tengah
dikeroyok oleh Bu-tek Sianli dan tiga orang temannya adalah Lauw Sui Kiat. Ketiga
orang kakek kepala botak ini adalah pelayan-pelayan Sui-kek Siansu pada limapuluh
tahun yang lalu. Mereka pernah menerima latihan silat sambilan dari kakek sakti ini sehingga
walaupun hanya latihan sambilan namun kepandaian mereka cukup tinggi dan
duapuluh tahun yang lalu ketiga orang ini mendapat julukan Thay-san Sam-lo-jin atau
tiga kakek aneh dari gunung Thay-san.
Tentu saja mengahadapi keroyokan secara pengecut, Ji Sian Kok terdesak hebat.
Kalau saja Bu-tek Sianli sendiri yang menghadapi kakek ini, belum tentu dia dapat
menangkan Siang Hok akan tetapi kali ini Bu-tek Sianli berlaku pengecut dan mengajak
Te Thian Lomo, Thay-lek-hui-mo untuk mengeroyoknya, sehingga ia menjadi kewalahan
bukan main. Apalagi ia mendengar suara jeritan ngeri waktu suhengnya Bun Kong Sian yang
terhantam tongkat dari Nakayarinta dan pada saat itu juga mati dengan kepala pecah
dan otak berhamburan oleh pukulan tongkat ular pertapa yang sakti itu. Kini Siang Hok
tahu dirinya tak dapat lolos, maka ia mengeluarkan ilmu pedang yang sebagian ia
pernah terima dari Sui-kek Siansu. Begitu pedang itu berkelebat, dalam waktu sepuluh
Istana Hantu - Halaman 131
131 yoza collection jurus Bu-tek Sianli dan Thay-lek-hui-mo mencelat mundur dan memegangi lengannya
yang terluka terserempet pedang.
-lek-hui-mo. -te Bu-tek-cin-hadengan sepasang tangannya.
Pada ketika itu Kwan-tiong Tok-ong juga sudah maju dengan sepasang tangan
buatannya menyambar-nyambar mencakar pundak Siang Hok. Pada saat itu Siang Hok
mainkan jurus Membabat Rumput Menggali Lubang dan pedangnya dengan aneh sekali
berkelebat dan saking cepatnya jurus gerakan ini, membuat si Raja Racun menarik
kembali lengannya dan mencelat ke belakang, pada saat itulah pukulan Nakayarinta
bersarang di dadanya! pundak tokoh Thay-san ini sehingga ia terjengkang roboh.
Pada saat itulah sesosok tubuh berkelebat dengan amat cepatnya dan tahu-tahu
tubuh Siang Hok telah lenyap dari hadapan Nakayarinta dan orang orang yang
mengurungnya. -lek-hui-mo yang bermata tajam dan yang melihat berkelebatnya bayangan yang demikian cepat akan
tetapi berlengan buntung.
Nakayarinta menggeram dan menggerakkan tubuhnya mencelat jauh dengan
diikuti oleh banyak tokoh-tokoh yang mengejarnya, namun bayangan Tiang Le sudah
tak nampak lagi batang hidungnya. Mereka terheran-heran dan mencari-cari Pendekar
Lengan Buntung. Kemanakah perginya Tiang Le"
Tentu saja mereka tak pernah bermimpi bahwa Tiang Le pada saat itu berada di
tepi jurang. Dengan menggunakan ilmu cecak merayap di dinding, Tiang Le berhasil
menempelkan tubuhnya di pinggiran tebing dan berkata kepada Ji Siang Hok,
-kek Siansu. Berbahaya sekali kalau pusaka itu terjatuh ke dalam tangan Nakayarinta dan tokoh-tokoh kaum
heksik di dekat telinga Ji
Siang Hok. Istana Hantu - Halaman 132
132 yoza collection -mata siauwte hendak mengamankan benda itu
usaka Sui-kek Siansu itu hendak melenyapkan benda yang sedang diperebutkan oleh anjing-anjing kelaparan
di atas itu. Akan tetapi sayang aku sendiri tidak pernah tahu menahu tentang kitab dan
h-sungguh. siauwte lihat locianpwee ini memainkan ilmu silat Sui-kek Siansu, bukankah tadi jurusjurus Thian-te Bu-tek-cin-dua jurus dari Sui-kek Siansu, karena aku dulu
adalah pelayan-pelayan dari Sui-kek Siansu! Tentang pedang dan kitab, sungguh mati
aku tidak pernah tahu! Sebenarnya sudah puluhan tahun Sui-kek Siansu meninggalkan
kami dan kami sendiri tidak tahu entah hidup, entah
-desus ini sehingga mereka pada datang ke puncak. Jangan-jangan mereka itu hendak mengadu
domba di antara orang-orang gagah untuk memperebutkan kitab dan pedang. Tiang Le
biarlah aku ke atas dan menjelaskan ini kepada orangki
di tepi jurang. itu dan diikuti oleh banyak orang mengelilingi tepi jurang.
terus terang saja pusaka Sui-kek Siansu tidak ada di sini. Harap cuwi percaya akan
kata- Istana Hantu - Halaman 133
133 yoza collection -ha-ha, siapa yang tidak tahu bahwa kitab itu berada di tanganmu. Cepatlah
-tek Sianli memaki sambil
mengelebatkan tongkatnya -tek Sianli, kau ini dimana saja selalu membuat onar. Kitab dan pedang tidak ada
-benar sudah bosan hidup Ji Siang Hok. Apa kau tidak memandang mata
akan tokoh-tokoh Kang-ouw yang sudah ke tempat ini untuk melihat pusaka itu. Lebih
baik nggak cerewet dan serahkan kitab itu kepada kami, baru kami akan turun gunung
-apa di sini dan terus terang saja kami sendiripun tidak tahu apakah
betul-betul ada pusaka itu. Kalaupun ada bukan diperuntukkan seorang di antara cuwi,
gendut pendek, murid Kim-kong-pay.
Ji Siang Hok memandan juga tidak biasa membohong, harap para locianpwe tidak mengotori puncak dengan
niat yang bukan-bukan ini sambil berkata demikian Ji Siang Hok menghunus pedangnya.
Nakayarinta tertawa bergelak dan sekali tangannya bergerak, ia telah memegang
tongkat ular cobra yang sudah dikeringkan. Mengerikan sekali keadaan kakek muka
hitam ini, dengan tongkat ular cobra di tangan ia menggoyang-goyangkan tubuhnya
dan berkata keras, -kek Siansu meninggalkan pusaka, dan kalau
pusaka itu tidak diwariskan kepada Thay-san-sam-lojin, berarti siapapun yang
mendapatkan pusaka itu berarti menjadi ahli warisnya pula dan ia berhak menjagoi
dunia persilatan. ku, biar kubereskan saja dan setelah itu
kita berlumba siapa yang berjodoh mendapatkan pedang dan kitab Sui-kek Siansu hahaSuara ketawa dari Nakayarinta terdengar sampai jauh dan menyakitkan telinga.
Tiba-tiba suara ketawa ini dijawab oleh suara lain, suara yang keras sekali, yang
mengatasi suara ketawa Nakayarinta dan tahu-tahu berkelebat bayangan yang cepat
luar biasa, terbang di atas kepala mereka. Itulah seekor burung garuda yang indah dan


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Istana Hantu - Halaman 134
134 yoza collection kuat, dan di atasnya pada punggung garuda itu duduk seorang anak lelaki kepala botak
yang melongokkan kepalanya ke bawah:
-san-samgkan tangannya ke atas dan bulu-bulu burung garuda rontok terhantam pukulan jarak jauh
dari sepasang tangan Siang Hok.
-miring terhantam pukulan yang dahsyat.
Kwan-tiong Tok-ong marah dan sambil berteriak keras ia telah mengeluarkan
sepasang senjata tangan yang disebut cap-tok-mo-jiauw (sepuluh cakar setan beracun)
dan tanpa memberi peringatan lagi, tahu-tahu sepasang tangan itu terbang dan
mencakar pundak Siang Hok.
Terdengar jeritan ngeri dari kakek itu yang tak dapat menghindarkan lagi serangan
dari Kwan-tiong Tok-ong yang lihai itu. Keruan saja ia roboh dengan tubuh hangus
terkena racun hitam itu. Cuma sebentar kakek itu berkelojotan kemudian ia menghembuskan napasnya
dengan mata mendelik dan seluruh muka menjadi hitam seperti pantat kuali, dari
mulutnya mengalir darah hitam. Inilah kelihaian senjata Kwan-tiong tok-ong yang
disebut cap-tok-mo-jiauw atau sepuluh cakar setan beracun!
Bersamaan dengan matinya Ji Siang Hok, tiba-tiba puncak Thay-san menjadi gelap.
Angin keras bertiup dengan sangat kencangnya dan geledek menggelegar-gelegar
memecah bumi. Suara kilat berkeredep saling sambung menyambung dan kemudian
sebentar itu pula hujan turun dengan derasnya. Tanah-tanah di atas puncak menjadi
longsor. Sungguh suatu kejadian yang aneh dan mangerikan. Tokoh-tokoh kang-ouw yang
tiba di tempat itu otomatis melihat suasana yang tidak menyenangkan ini menjadi
membatalkan niatnya, dan turun gunung. Suara angin yang keras itu menumbangkan
pohon-pohon yang besar sehingga terdengar sangat gaduh sekali.
Dalam suasana hujan lebat seperti ini manusia manakah yang begitu gila untuk
terus tinggal di atas puncak yang dingin dan berbahaya sekali. Jalan-jalan tertutup
kabut. Sesungguhnyalah bahwa kitab dan pedang tidak diketemukan oleh orang-orang
yang semula mendaki puncak. Hanya tiga sosok mayat itulah yang kemudian terbawa
Istana Hantu - Halaman 135
135 yoza collection arus air hujan dan kemudian digulung oleh lumpur tanah longsor dan tertimbun
sehingga tidak meninggalkan bekas.
Dalam kegelapan itu berkelebat banyak bayangan menuruni puncak. Nampak di
antaranya Tiang Le dan Bwe Lan berkelebat cepat kembali ke Tiang-pek-san.
Hatinya menjadi kecewa dan sedih melihat tiga orang kakek penghuni Thay-san
telah meninggal gara-gara hanya sebuah kitab dan pedang yang sesungguhnya tidak
berada di tempat itu. Ia cepat-cepat meninggalkan tempat itu karena tak mau
memperlihatkan diri dihadapan Bu-tek Sianli yang ia tahu tentu sangat memusuhi
dirinya. Tujuannya ialah Tiang-pek-pay!
ooOOoo Sementara itu di antara hujan lebat yang menderu-deru terhampar angin kencang,
nampak beberapa bayangan berteduh di bawah pohon yang rindang menghindarkan
dari serangan hujan yaug menggila. Dan diantara suara geledek menggelegar terdengar
suara halus dari seorang gadis,
- Lim-wangwe di Kotaraja. Habis perkara, atau apakah kau hendak membuat malu nama
ayahmu" -deru itu mengguntur bentakan dari
seorang laki-laki yang tegap dan berjenggot tipis. Dia itulah Yok-ong Lo Ban Theng, ayah
dari Siauw Yang tadi membentak anaknya.
-gwe.. . . aku hendak membunuh diri saja ayah Sang ayah menoleh. Menatap tajam anaknya.
Istana Hantu - Halaman 136
136 yoza collection berjodoh dengan murid Kwa-sinhe itu, boleh saja. Akan tetapi dia harus mengalahkanku
Hujan bertambah deras turunnya bersama pula semakin derasnya air mata Siauw
Yang berderai-derai memandangi ayahnya. Kemudian dengan sekali berkelebat, Siauw
Yang sudah berlari-lari di antara hujan yang turun menggila.
-ong Lo Ban Theng lari pula mengejar anaknya. Namun Siauw
Yang terus berlari meninggalkan puncak Thay-san di antara gemuruhnya suara hujan
dan angin. Dua bayangan berkelebat menuruni puncak pegunungan Thay-san yang terkenal
tinggi dan berbahaya itu. Beberapa kali Siauw Yang, terjungkal terpeleset oleh sebab
tanah yang licin di hari hujan, namun apabila ia dengar suara ayahnya memanggil di
belakang gadis itu bangun lagi dan terus lari.
Hatinya menjadi kecewa sekali. Ia hendak dijodohkan dengan putera Lim-wangwe
di kota raja. Setan! Buat apa kawin dengan laki-laki lemah dan kutu buku.
Tidak! Dan Siauw Yang terus menangis diantara kabut-kabut tebal di lereng gunung
Thay-san dan mempercepat larinya kembali ke rumahnya dan hendak dia katakan ini
kepada ibunya bahwa ia tidak sudi dijodohkan kepada si kutu buku itu.
Hanya kepada ibunyalah ia hendak mengadu!
ooOOoo Panggung lui-tay yang didirikan di depan rumah Yok-ong Lo Ban Theng sudah
penuh sesak oleh penduduk kota yang hendak melihat pertempuran adu kepandaian
silat antara Yok-ong Lo Ban Theng dengan pemuda cebol yang bernama Go Sin Thong.
Di antara sekian banyak penduduk yang berjubel-jubel di bawah lui-tay itu, ada juga
diantaranya orang-orang muda yang mengerti ilmu silat dan duduk di bangku di sekitar
lui-tay. Nampak di antara sekian banyaknya orang-orang muda yang tampan dan ganteng,
di antaranya terdapat Go Sin Thong yang hendak diuji kepandaian silatnya oleh Yokong. Tentu saja orang-orang muda ini mengenal Go Sin Thong murid Kwa-sinshe yang
mempunyai kepandaian silat yang tinggi.
Akan tetapi menghadapi Yok-ong, entah apakah pemuda cebol ini dapat
menandinginya" Istana Hantu - Halaman 137
137 yoza collection Wajah Go Sin Thong kelihatan murung dan tidak ada semangat. Sebetulnya ia segan
sekali bertempur dengan orang tua ini, akan tetapi berhubung Yok-ong menantangnya,
maka dengan hati enggan akhirnya ia memenuhi juga undangan itu!
Ia tahu pula bahwa kekalahannya menghadap si raja obat ini berarti pula
kehilangan kekasihnya yang bernama Lo Siauw Yang dan itu tidak dihendakinya karena
ia benar-benar mencintai Siauw Yang dan Siauw Yang pun demikian mencintai
kepadanya. Hanya Yok-ong itulah yang kelihatannya tidak setuju dan mengajaknya
bertanding. Inilah yang memberatkan hatinya. Sebetulnya ia tidak mau meladeni orang tua itu,
akan tetapi karena Siauw Yang mendesaknya untuk menerima tawaran ini dan bersedia
menandingi Yok-ong dalam pibu.
Penduduk kota berdesak-desakan hendak melihat jalannya pertandingan yang aneh
ini. Mereka sudah mendengar tentang tragedi dalam rumah tangga si Raja Obat ini.
Siauw Yang yang jatuh hati kepada murid Kwa-sinshe yang bernama Go Sin Thong,
akan tetapi tidak disetujui oleh ayahnya. Namun karena Siauw Yang berkeras maka
ayahnya mengajak Sin Thong berpibu untuk menentukan kalah dan menangnya
pemuda itu. Suara tepik sorak menyambut naiknya Yok-ong ke atas punggung lui-tay. Sesudah
menjura ke empat penjuru, orang tua sbe Lo ini berkata dengan suara yang nyaring
dan singkat. cuwi yang telah meringankan kaki untuk menyaksikan pibu ini. Dan dengan demikian
bahwa cuwi inilah yang menjadi saksi atas pertandingan di tempat ini.
orang muda yang bernama Go Sin Thong. Sekiranya ia dapat mengalahkan
kepandaianku maka ia berhak untuk memiliki puteriku yang tunggal bernama Lo Siauw
Yang. semula, ia bersedia untuk meninggalkan kota ini dan perjodohan dengan anakku
tentunya tidak memenuhi syarat. Dan seterusnya anakku Siauw Yang akan kunikahkan
dengan seorang pemuda putera LimTerdengar suara tepuk tangan riuh rendah.
Yok-ong mengangkat tangannya.
Istana Hantu - Halaman 138
138 yoza collection -embel pertandingan akan dimulai dan cuwi warga kota
inilah yang menjadi saksinya. Orang muda yang bernama Go Sin Thong.. . . naiklah ke
-ong meloloskan pedangnya dan berkata kepada Sin Thong yang masih ragu-ragu untuk
mencelat ke panggung. dingin. Sambil menghela napas berat akhirnya Sin Thong mencelat ke atas lui-tay,
gerakannya demikian ringan dan indah membuat warga kota yang menonton di bawah
panggung bertepuk tangan menyambutnya.
Sampai di atas panggung Sin Thong menjura dan berkata kepada Yokyang mudah dan bodoh mohon petunjuk kepada lomenyerang Go Sin Thong.
-ong berciutan waktu Serangan yang dahsyat merupakan jurus maut yang dalam segebrakan saja sudah
dilancarkan kepada pemuda kate itu. Tentu saja Sin Thong berlaku waspada dan tidak
ingin memandang ringan lawan, maka ia mencelat ke belakang dan meloloskan pedang
samurainya. Melihat gaya Sin Thong bersilat seperti orang Jepang ini, keruan saja para penonton
bertepuk tangan senang dan sebentar saja dua orang itu saling serang dengan
sengitnya. Kalau Sin Thong bertahan untuk mempertahankan diri dan belum mau
menyerang adalah Yok-ong ini begitu bernapsu untuk cepat-cepat merobohkan Sin
Thong sehingga pedangnya yang kuat dan lihai berkelebat bagaikan segulung sinar
perak yang mendesak pemuda kate ini.
Siauw Yang yang menonton pertempuran ini menjadi sedih hatinya. Ia tahu bahwa
ayahnya memang tidak setuju ia memilih Sin Thong.
Entah mengapa dan sengaja orang tua itu mengajak bertanding, dan tentu saja
karena kepandaian ayahnya memang sudah tinggi, mana dapat Sin Thong
mengalahkan ayahnya. Air mata Siauw Yang bercucuran memandang jalannya
pertempuran itu. Dan benar saja seperti dugaannya, belum lagi limapuluh jurus, Sin Thong sudah
terdesak hebat oleh serangan-serangan Yok-ong yang luar biasa kuat dan ganasnya.
Memang orang tua she Lo ini mengeluarkan jurus-jurus yang terlihai untuk cepat-cepat
merobohkan pemuda kate ini dan mengusirnya jauh-jauh agar jangan lagi ia
mengganggu Siauw Yang anaknya, maka pada jurus keempatpuluh sembilan ia berhasil
Istana Hantu - Halaman 139
139 yoza collection menerobos masuk ke dalam pertahanan pedang samurai Sin Thong dan
menyerempetkan pedangnya membabat tangan pemuda kate itu.
Sin Thong yang tak keburu menangkis menjadi kaget dan cepat ia menarik
serangan samurainya dan ia merasakan seluruh tangannya menjadi kaku dan sakit,
ternyata lengan kirinya sudah terbabat pedang lawan dan mengeluarkan banyak darah.
Sin Thong mencelat ke belakang dan menjura,
-enghiong aku.. . Hebat sekali tusukan yang menghunjam jantung pemuda kate itu. Kalau saja ujung
pedang yang menembus dadanya tidaklah sesakit ini waktu ia menerima kata-kata dari
orang tua she Lo ini, dengan hati pedih ia mencelat dan berkelebat lenyap dari
pandangan mata para penonton, hanya suara pemuda kate itu saja yang terdengar
tertuju ke arah Siauw Yang.
merupakan keperihan hati yang terluka.
Siauw Yang cepat menghapus air matanya dan mencelat pula menyusul bayangan
Sin Thong. -koko.. . . tunggulah aku menyusu
Yok-ong menjadi kaget setengah mati dan memandang marah ke arah anaknya,
namun anaknya sudah lenyap pula menyusul bayangan Sin Thong.
Dengan bersungutakibatnya kalau terlalu dimanja oleh ibunya. Hatinya keras dan membawa kemauan
sendiri, dasar anak put-uringan begitu. Siauw Yang memang sudah
tidak sudi dijodohkan olehmu dengan putera Lim-wangwe, mengapa kau selalu
mendesaknya" k kita kan sudah dewasa dan mempunyai pilihan hati sendiri. Dasar kau
-hujin menangis tersedu-sedu melihat perginya Siauw Yang.
-ong membantingkan dirinya
di atas kursi dan mendekapkan kepala dengan kedua tangannya.
Istana Hantu - Halaman 140
140 yoza collection -hauw, sudah dijodohkan dengan putera Lim-wangwe tidak
mau, mau bagaimana denganku" Ahh sangat memal
wangwe bahwa perjodohan dibatalkan. Buat apa pusingYok-cepat mengambil keputusan menerima
tawaran Lim-wangwe sebelum kau berunding dengan Siauw Yang. Emangnya kau yang
kawin, begitu diterima begitu jadi. Gadis sekarang kan tidak sama seperti kita tempo
dulu, ia berhak memilih salah terburukan Siauw Yang, selalu memanjakannya, pantas
dia kepala batu. ApaDitunjuk-tunjuk seperti itu Lo-hujin tidak berkata lagi melainkan membenamkan
dirinya di atas tumpukan bantal dan munangis tersedu-sedu, sedangkan Yok-ong
mondar-mandir di kamarnya. Ia pusing sekali menghadapi persoalan ini!
ooOOoo Sementara itu, sambil memanggil-manggil nama Sin Thong yang berlari dengan
amat cepatnya, Siauw Yang mengikuti bayangan pemuda itu. Dan mengejarnya pula.
Namun Sin Thong berlari terus tak menghiraukan panggilan Siauw Yang di
belakangnya. Ingin sekali menurut hatinya ia berhenti dan menanti kedatangan gadis
itu dan memeluknya. Dan membenamkan kepala gadis itu di dadanya, akan tetapi
apabila ia teringat akan kata-kata ayah gadis itu, ia menjadi kecewa dan mengeraskan
hatinya untuk terus berlari.
larinya. Istana Hantu - Halaman 141
141 yoza collection Sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu Siauw Yang sudah berdiri di depan
Sin Thong dan memandangnya dengan pandangan basah.
Sin Thong segera memeluk pundak Siauw Yang dan berkata perlahan:
-moay, tenangkanlah hatimu dan jangan bersedih. Ayahmu memang tidak
setuju denganku, maka ia mengambil jalan pibu untuk melemparkan diriku jauh dari
padamu.. . kalaupun aku sudah berusaha memeras kepandaianku, namun aku tak dapat
. . aku.. . . aku tidak mau kembali kepada ayah. Aku tak mau
-moay. Seorang anak seharusnya menurut kehendak
Siauw Yang tidak menyahut melainkan ia menangis sedih dan menjatuhkan dirinya
ke dalam rangkulan si pemuda kate. Dan menangis tersedu-sedu sambil mengeluh,
-moay, seorang ayah memang berhak
untuk menjodohkan anaknya dengan pilihan
sejujurnya dan menjatuhkan diri di atas rumput.
-moay.. . . jangan kau begini.. . . tak baik kalau kau mengikutiku. Ingat aku sudah
-moay, sudahlah tak usah kau kuatir. Untuk sementara waktu biarlah kita
menjauhkan diri dan jangan kuatir, bukankah masih ada aku yang melindungi dan
mencintaimu.. . . Begini saja Yang-moay, kalau kau memang tidak mau kembali kepada
ayahmu sementara ini, baiknya kau kirimkanlah surat kepada ibumu agar orang tuamu
Istana Hantu - Halaman 142
142 yoza collection Mendengar kata-kata ini, terhibur juga hati Sauw Yang dan gadis ini lalu
menyandarkan kepalanya di dada kekasihnya.
dengan lakimemeluk si gadis.
Keduanya kini saling berangkulan di dalam hutan yang sepi itu di atas rumput yang
tebal laksana permadani hijau menghampar di bawahnya. Sedangkan di atas mereka
sepasang merpati sedang berkasih-kasihan saling menyentuhkan paruh mematukBerhari-hari mereka hidup di dalam hutan kecil di kaki pegunungan Ta-pie-san,
mereka berlatih silat dan bersenda gurau dengan mesra dan tawa riang dari mereka
kadang-kadang mengejutkan burung-burung yang bertengger di dahan di atas pohon
itu. Sungguh mereka merupakan pasangan yang cocok dan ideal sekali, walaupun
sesungguhnya dilihat agak janggal karena keadaan tubuh Sin Thong yang kate sehingga
tingginya sebatas pundak.
Siauw Yang sangat mencintainya seperti laki-laki kate ini jatuh cinta kepadanya.
Berhari-hari mereka tinggal di dalam sebuah goa di dalam hutan yang indah sekali


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

pemandangannya merupakan sepasang pengantin yang rukun dan damai.
Tidak ada pertengkaran dan perselisihan-perselisihan yang terjadi. Karena laki-laki
kate yang bernama Go Sin Thong itu sangat pandai menyesuaikan diri dengan tabiat
Siauw Yang yang kadang-kadang keras seperti baja dan kadang-kadang halus dan
lembut seperti sutera! Biarpun perhubungan kedua anak muda ini mesrah sekali, namun mereka selalu
menjaga dan membatasi hati mereka hingga tidak mau melanggar batas susila.
Mereka ini dapat menekan dari perasaan hati yang kadang-kadang timbul napsu
buruk dan rendah. Dalam Cerita Pendekar Lengan Buntung, Sin Thong sudah mengenal Siauw Yang
karena dia seringkali mengunjungi toko obat orang tua she Lo itu yang sahabat karib
dengan suhunya bernama Kwa-sinhe. Sering kali Sin Thong berkunjung ke rumah itu
dan mengantarkan akar-akar obat yang dikirimkan oleh gurunya untuk Yok-ong Lo Ban
Theng yang membuka toko obat di kota Wei An.
Dan disitulah Sin Thong bertemu pandang dengan puteri Yok-ong yang cantik jelita,
yang bernama Lo Siauw Yang. Entah tenaga gaib apa yang membuat kedua-duanya
Istana Hantu - Halaman 143
143 yoza collection saling tertarik dan bersimpati sehingga dari pandangan mata itu tertanam dan bersemi
sudah bibit-bibit cinta satu sama lain.
Memang cinta tumbuh tidak mengenal keadaan. Dan Siauw Yang tidak merasa
rendah mencintai laki-laki kate yang bisa bermain pedang samurai dan berjiwa gagah!
Hampir sebulan Siauw Yang dan Sin Thong berdiam di dalam hutan itu dan setiap
hari berpindah tempat mencari tempat yang lebih indah dan menyenangkan. Pada
suatu hari mereka tiba di sebelah timur hutan dan tiba-tiba mereka mendengar suara
orang bertempur. Ketika Sin Thong dan Siauw Yang cepat memburu ke tempat itu, mereka terkejut
sekali oleh karena melihat bahwa yang bertempur itu adalah Biauw Eng dan Hok Sun
yang pernah dikenalnya sedang melawan seorang laki-laki bangsa Tibet yang
bersenjatakan sepasang tangan.
Dilihatnya Biauw Eng dan Hok Sun sedang didesak hebat oleh sepasang tangan
yang aneh itu. Sepasang tangan yang bergerak-gerak mencakar itu mengurung rapat
Biauw Eng dan Hok Sun yang cuma bisa mengelak dan menangkis dengan pedangnya.
Dan dalam keadaan yang terjepit, cepat Sin Thong melompat dengan samurai di
tangan dan sekali ia bergebrak, pedang samurai itu sudah membabat tangan kiri yang
dipegang oleh laki-laki tinggi besar itu. Akan tetapi betapa heran dan terkejut laki-laki
pendek ini begitu pedangnya menyentuh tangan yang sudah dikeringkan itu tiba-tiba
pedang samurainya terlepas dan dia mencium bau anyir dari lengan itu dan terhuyunghuyung roboh.
Melihat Sin Thong dalam segebrakan itu sudah roboh, Siauw Yang menggeram
keras dan mengelebatkan pedangnya merangsek orang tinggi besar yang tengah
mendesak Siauw Eng dan Hok Sun.
Melihat datangnya seorang gadis yang dikenalnya membantunya ini, Biauw Eng
menoleh dan alangkah girangnya ketika melihat bahwa yang membantunya adalah
Siauw Yang dan Sin Thong yang sudah roboh. Cepat ia memperingati teman yang
membantunya ini: -hati dengan sanjata tangannya itu, berbahaya sekali penuh
-ha-ha tikus-tikus kecil datang menyerahkan nyawa, bagus! Kalian inilah yang
teriak orang tinggi besar yang bukan lain adalah Kwan-tiong Tok-ong si Raja Racun
dari Barat dan dengan sikap mengancam ia menyerbu memutar sepasang tangannya
yang disebut Cap-tok-mo-jiauw yang lihai itu.
Istana Hantu - Halaman 144
144 yoza collection Akan tetapi Siauw Yang yang sudah marah karena melihat Sin Thong telah roboh
tidak menghiraukan lagi cakar setan itu dan terus saja merangsek memainkan
pedangnya. Hebat sepak terjang gadis ini, pedangnya berkelebat dahsyat dan kuat
menyambar-nyambar bagaikan kilat mengarah pada Kwan-tiong Tok-ong.
Akan tetapi tentu saja menghadapi Kwan-tiong Tok-ong yang lihai ini mana dapat
Siauw Yang menandinginya dan sebentar saja sepasang tangan Cap-tok-mo-jiauw itu
bergerak dari atas ke bawah merupakan gerakan menggunting dan mencakar yang
demikian amat cepatnya ini.
Diserang secara demikian Siauw Yang terkejut sekali. Ia merasa betapa sukarnya
untuk mengelakkan dari serangan atas dan bawah itu, maka ia lalu berseru keras dan
tahu-tahu ia telah mempergunakan gin-kangnya dan tubuhnya mendahului gerakan
tangan itu mencelat ke atas. Akan tetapi Kwan-tiong Tok-ong menjadi girang sekali dan
tertawa keras dan tangan itu tiba-tiba meluncur ke atas seperti terbang demikian cepat
mengejarnya. Siauw Yang terkejut setengah mati dan tiba-tiba ia menggunakan gerakan
menendang sambil berpok-sai di udara namun ia menjadi menjerit ngeri ketika sebuah
cakar mencengkeram kaki di dekat betisnya. Siauw Yang menjerit keras dan
mengelebatkan pedangnya membabat tangan yang mencakar itu dan ia sendiri
mencelat menjauhi dan merasakan kakinya gatal bukan main. Tahulah ia bahwa
kakinya telah keracunan dan terasa lumpuh.
Pada waktu itu Hok Sun berteriak keras dan membabatkan pedangnya mendesak
Kwan-tiong Tok-ong diikuti oleh gerakan Biauw Eng yang menyerang dahsyat. Namun
begitu Kwan-tiong Tok-ong menggunakan sepasang kakinya menendang, kedua tubuh
Biauw Eng dan Hok Sun telah terlempar jauh dan sambil tertawa mengakak Kwan-tiong
Tok-ong mencelat pergi. Suara gemanya masih terdengar dari jauh.
Hok Sun segera bangkit dan merasakan tulang belakangnya sakit bukan main, cepat
ia merangkak menghampiri Biauw Eng yang masih pingsan didekatnya. Dan berkata
lirih menahan sakit yang nyeri bukan main di tulang belakangnya yang terhantam
tendangan lawannya. Untung orang tinggi besar itu tidak menghendaki nyawa mereka, sehingga Kwantiong Tok-ong tidak menggunakan cap-tok-mo-jiauwnya, hanya sebuah tendangan yang
kuat itulah yang telah membuat tubuh Biauw Eng dan Hok Sun terlempar jauh dan
untuk beberapa lama mereka tidak dapat bangun dan merebahkan dirinya saling
berpelukan. Istana Hantu - Halaman 145
145 yoza collection Ada dua jam kemudian, Biauw Eng sadar dari pingsannya dan ia melihat Hok Sun
menggeletak di sampingnya. Segera saja ia meraba kepala Hok Sun dan panggilnya
Hok Sun membuka matanya. Ia segera bangkit duduk dan memandang ke sekeliling.
Sun teringat kepada Siauw Yang dan Sin Thong.
bagaimanakah nasib Sin Thong dan Siauw Yang itu!
Tentu saja baik Biauw Eng maupun Hok Sun tidak tahu bahwa waktu keduanya itu
tak sadarkan diri, Sin Thong yang hanya pingsan oleh sebab bau anyir yang keluar dari
sepasang lengan lawannya itu hanya pingsan dan begitu sadarkan diri ia mendapatkan
tubuh Siauw Yang menggeletak, segera saja ia memanggul tubuh itu dan memasuki
hutan di mana ia tinggal di dalam sebuah goa.
Dengan terhuyung-huyung Sin Thong membawa tubuh kekasihnya ke dalam hutan
di mana ia tinggal. Ia sendiri merasa tubuhnya lemah sekali, kepalanya pening dan
segera saja ia mengerahkan hawa murni di tubuhnya dan berjalan pelan-pelan menuju
ke dalam hutan kecil. Sampai di depan goa di dalam hutan itu ia meletakkan tubuh Siauw Yang di atas
rumput dan memeriksa kaki kekasihnya itu yang terasa panas sekali seperti dibakar.
Tentu saja sebagai murid Kwa-sinshe (ahli pengobatan she Kwa) sedikit banyak Sin
Thong dapat mengerti tentang pengobatan.
Dan alangkah terkejutnya hatinya melihat betis Siauw Yang sudah membusuk
akibat racun yang jahat. Buru-buru ia menuju ke pancuran dan membasuh carikan
bajunya untuk menyadarkan Siauw Yang dari pingsannya. Kain basah itu diusapusapkannya di atas kening Siauw Yang yang panas seperti dibakar.
Beberapa menit kemudian, Siauw Yang membuka matanya dan mengawasi Sin
Thong. -moay.. . . syu -tok, Yangkakimu, merah seperti dibakar. Celaka, lama-lama bisa menjalar ke tubuh dan
j Istana Hantu - Halaman 146
146 yoza collection rumah tentu mudah sekali mendapatkan obat-moay.. . . jalan satukekasihnya dengan ragu.
hong memandang -moay, jalan satu-satunya hanya dibuntungi kakimu ini, baru kau terhindar
Sin Thong terdiam. kulit itu sudah merah membara seperti hangus. Itu tandanya racun sudah menjalar di
dalam darah dan kalau darah itu naik ke atas ke bagian tubuh yang terpenting niscaya
akan berbahaya! kakinya yang terluka di atas tanah.
Sin Thong memandangi kaki yang mulus itu. Dan bengong.
berdiam diri Dan tidak tahu apa yang mesti ia lakukan.
Tiba-tiba Siauw Yang mengelebatkan pedangnya dan darah merah menyembur
dari kaki yang sudah buntung itu.
Siauw Yang mengerutkan keningnya menahan rasa nyeri yang hebat. Ia
memandang kakinya sebatas paha yang sudah buntung, dan darah merah membanjiri
rumput yang gemuk dan tebal.
Sin Thong cepat menubruk tubuh kekasihnya itu dan dibawanya masuk ke dalam
goa, kemudian ia sendiri berkelebat lenyap untuk mencari obat luka bagi kaki
kekasihnya yang telah buntung
Istana Hantu - Halaman 147
147 yoza collection ooOOoo Puncak pegunungan Thang-la pada pagi hari itu, tertutup oleh kabut tebal yang
menutupi di atasnya, sehingga apabila dilihat dari bawah kaki gunung akan nampak
betapa puncak itu tertutup oleh awan putih saking tingginya. Memang puncak
pegunungan Thang-la ini jarang sekali didatangi oleh manusia. Jangankan sampai ke
puncak yang begitu tinggi sedangkan hutan-hutan yang lebat dan liar saja jarang
didatangi oleh pemburu karena terkenal dengan binatang-binatangnya yang besar dan
buas. Malahan apabila musim salju itu datang nampak puncak itu penuh diselimuti oleh
salju es sehingga tak mungkin bagi manusia untuk sampai ke atas sana. Pada musim
salju jalan-jalan merupakan sungai es yang licin dan berbahaya! Oleh sebab itulah
jarang manusia yang berani mencoba-coba untuk pergi ke sana.
Akan tetapi orang akan merasa kagum dan terpesona melihat keindahan-keindahan
alam yang demikian mempesonakan di atas puncak itu dan orang akan selamanya
betah untuk tinggal di sana. Pemandangan alam demikian indah dan mentakjubkan!
Demikian hening dan damai, sehingga merupakan pintu sorga bagi orang yang berdiam
di atasnya. Jauh dari pada dunia ramai. Tiap hari hanya terdengar suara nyanyian burung
berkicau, bunga-bunga yang bermekaran indah dan tidak pernah dipetik oleh manusia.
Dia bersemi dan tumbuh sampai layu di tempat itu, tiada manusia yang mengambil usil
kepadanya. Buah-buahpun tumbuh dengan masak bergentayutan memerah pada dahan-dahan
yang penuh dengan buah yang lezat dan masak. Rumput-rumput pun menghijau
menghampar di tanah. Jurang yang menganga di samping-sampingnya meskipun ngeri bila mata
memandang ke bawah namun tak dapat disangkal pemandangan di bawah jurang itu
sungguh indah dan mempesonakan. Pohon-pohon nampak kelihatan kecil dan sungaisungai bagaikan ular putih melingkar-lingkar.
Di atas puncak itu terdapat sebuah tanah datar yang cukup luas dan sepenuhnya
menerima cahaya matahari. Di belakangnya menjulang tinggi batu karang, dan di
sebelah kanannya terdapat jurang yang amat curam dan dalam.
Di sebelah kirinya terdapat sebuah makam yang masih baru dan berhadapan
dengan pondok kayu sederhana. Di balik makam itu nampak seorang pemuda tengah
berlutut tak bergerak bagaikan patung. Kemudian hanya suaranya saja yang terdengar
memecah di kesunyian merupakan sebuah doa.
Istana Hantu - Halaman 148
148 yoza collection hendak turun gunung dan kembali ke dunia ramai untuk mengamalkan ilmu yang suhu
turunkan kepada teecu. Semoga teecu berada di jalan yang benar berkat bimbingan
arwah s Setelah berkata demikian lalu pemuda itu berlutut dan menganggukkan kepala tiga
kali. Kemudian pada sebuah batu besar ia meletakkan tangannya dan menggurat hurufhuruf yang berbunyi,
Setelah menulis huruf-huruf pada batu di muka pekuburan itu lalu pemuda itu
mendongak ke atas memandang ke arah matahari yang sudah meninggi. Kemudian
dengan langkah-langkah yang lebar ia meninggalkan puncak pegunungan Thang-la.
Pemuda itu berusia sekitar sembilanbelas tahun. Wajahnya tampan dan berpakaian
biru dengan pedang tergantung di punggungnya. Nampak gagah sekali pemuda itu,
bibirnya yang kecil seperti mulut wanita itu bergerak-gerak menampakkan senyum.
Matanya bulat bening menandakan kecerdikan dan kekerasan hati. Ia berjalan
lambat-lambat menuruni puncak, langkah-langkah kakinya demikian ringan seakanakan tidak menginjak tanah. Walaupun ia berjalan perlahan sekali namun sebentar saja
ia telah jauh meninggalkan puncak.
Siapakah pemuda tampan itu"
Dia adalah murid Bu-beng Sianjin dan bernama Nguyen Hoat.
Seperti telah diceritakan pada Cerita Pendekar Lengan Buntung, Lie Bwe Hwa
mengamuk dan membunuh seluruh keluarga Nguyen karena Nguyen-loya ini hidup
memeras rakyat dan sewenang-wenang. Pada waktu itu hampir saja Bwe Hwa
membunuh anak kecil putera Nguyen loya kalau tidak saja datang Bu-beng Sianjin dan
menyelamatkan anak itu kemudian dibawanya ke tempat Pertapaannya di bukit
harimau di atas puncak Thang-la.
Orang tua pertapa itu menaruh kasihan sekali kepada bocah yang bernama Nguyen
Hoat itu dan diambilnya menjadi muridnya. Digemblengnya dengan ilmu silat tinggi,
sehingga dalam usia hampir sembilanbelas tahun Nguyen Hoat sudah mempunyai ilmu
silat yang cukup tangguh. Dan dasar ia mempunyai kecerdikan yang luar biasa, maka
seluruh kepandaian Bu-beng Sianjin sudah dikuras di dalam otaknya dan tinggal
mencari pengalaman saja. Bu-beng Sianjin yang sudah tua itu akhirnya meninggal dunia dan jenazahnya
dimakamkan di depan pondok oleh muridnya yang terkasih. Sedangkan Nguyen Hoat
Istana Hantu - Halaman 149
149 yoza collection sendiri, karena suhunya sudah meninggal dan lagi ia sudah merasa cukup tinggi
ilmunya untuk merantau maka sehabis bersembahyang di depan makam suhunya dia
lalu turun gunung. Laksana burung yang baru terlepas dari sangkarnya! Girang sekali hati Nguyen
Hoat, karena baru kali ini ia turun gunung seorang diri.
Dan pemandangan di kanan kirinya membuat ia berjalan lambat-lambat sambil
menikmati pemandangan alam. Angin puncak yang sejuk menampar mukanya dan ia
merasa sehat dan segar. Sekali lagi ia menoleh ke atas puncak dan tersenyum.
Ia teringat kepada suhunya yang baik hati Bu-beng Sianjin. Air matanya
mengembang karena terharu. Ia sangat disayang sekali oleh orang tua itu, sehingga
bagi Nguyen Hoat ia sudah menganggap sebagai kakek dan orang tuanya saja.
Ia mendengar cerita dari suhunya bahwa ia ditolong dari sebuah dusun yang
terancam bahaya kelaparan. Semua orang tuanya mati kelaparan dan pada waktu itulah
ia ditolong oleh suhunya dan kemudian dibawanya ke puncak.
Tentu saja Bu-beng Sianjin tidak menceritakan bahwa orang tua anak ini mati
terbunuh oleh seorang gadis yang cantik jelita yang berjuluk Kwan Im Sianli, takut kalau
Nguyen Hoat mendendam kepada gadis itu dan ia tidak menghendaki. Karena ia tahu
bahwa dalam pembunuhan itu adalah karena salahnya orang tua she Nguyen itu yang
memeras rakyat dan berlaku sewenang-wenang terhadap penduduk. Sudah
sepantasnya gadis yang berjuluk Kwan Im Sianli itu mengamuk dan membunuh seluruh
keluarga Nguyen! Setelah melakukan perjalanan jauh, makin terbukalah mata Nguyen Hoat bahwa
sesungguhnya ia telah mewarisi ilmu silat tinggi dari suhunya. Di antara ilmu silat tinggi
yang ia terima dari suhunya, ia menerima pula ilmu lari cepat dan ilmu melompat jauh
yang disebut Liok-te-hui Teng-kang-hu.
Ketika berada di atas puncak, tak ada kesempatan bagi Nguyen Hoat untuk
menggunakan ilmu lari cepat itu, karena puncak di atas sangat sempit dan tidak leluasa.
Hanya ilmu melompat jauh itu yang sering dicoba-cobanya dengan melompat jurangjurang yang lebar dan curam.
Tentu saja untuk bisa berbuat ini, memerlukan tenaga gin-kang yang tinggi itu
diterimanya pula dari suhunya. Sehingga apabila ia menggunakan gin-kang
(meringankan tubuh) terasa tubuhnya ringan sekali bagaikan kapas.
Ia sendiri merasa tertegun ketika melihat hasil latihannya. Ilmu melompat jauh itu
setelah dicobanya, ia merasa tubuhnya bagaikan dilontarkan oleh tenaga yang kuat
sekali sehingga ia bagaikan setengah melayang-layang di udara!
Istana Hantu - Halaman 150
150 yoza collection n penuh perhatian. Mudah-mudahan
aku tidak mengecewakan hati suhu dan mengangkat namanya, supaya tidak sia-sia


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Dan kembali air matanya berlinang penuh dengan keharuan kalau ia teringat akan
suhunya yang sangat menyayanginya itu. Maka dengan mempercepat larinya untuk
segera cepat-cepat meninggalkan puncak Thang-la dan terjun ke dalam dunia ramai
untuk mengamalkan ilmu silat yang ia pelajari dari mendiang Bu-beng Sianjin.
Pada suatu pagi setelah keluar dari deretan hutan-hutan besar, tibalah ia di sebuah
dusun yang rumah-rumahnya amat sederhana. Tak sebuah pun diantara rumah-rumah
itu yang beratap genting, semua beratap daun kering.
Alangkah miskinnya penduduk dusun ini, pikir Nguyen Hoat. Akan tetapi setelah ia
memasuki dusun ia menjadi heran sekali.
Ternyata bahwa dusun itu kosong, tidak ada seorangpun kelihatan di luar pintu
yang terbuka dan keadaannya amat sunyi. Akan tetapi jelas nampak rumah-rumah itu
belum lama ditinggalkan para penghuninya. Pelatarannya masih bersih bekas disapu.
Rasa herannya itu membuat ia menjadi penasaran dan mengetuk pintu rumah
penduduk yang ditutup. Beberapa kali ia mengetuk, pintu belum juga dibuka.
Karena merasa tentu rumah ini pun tidak berpenghuni lagi, ia mendorong daun
pintu dan suara menderit terdengar keras waktu pintu yang terbuat dari bambu itu
terbuka. Nampak sepi-sepi saja di dalam rumah.
Nguyen Hoat melangkah maju ke dalam, ia heran sekali mengapa rumah-rumah
penduduk di sini tidak berpenghuni" Apakah semua penghuninya sudah pergi ke sawah
untuk bekerja. Rasa penasaran ini membuat ia menyelidiki ke dalam rumah, berindapindap seperti pencuri.
Namun ia tidak mendapatkan seorangpun yang berada di dalam. Nguyen Hoat
keluar lagi, akan tetapi alangkah herannya dia ketika di pelataran itu nampak
bertumpuk-tumpuk mayat manusia yang sudah dijejerkan seperti jemuran ikan asin.
Dada Nguyen Hoat berdebar keras. Ia tadi melewati pelataran itu dan tidak
mendapatkan mayat-mayat di situ, kenapa baru saja sebentar ia masuk ke dalam. Eh,
mayat-mayat manusia itu berjejer, siapa manusianya yang telah berlaku begini keji"
Saking terkejut dan herannya Nguyen Hoat untuk beberapa saat menjadi bengong.
Tiba-tiba bulu romanya berdiri waktu mendengar suara meringkik seperti suara setan.
Suara itu tajam dan mengiris jantung, cepat Nguyen Hoat mengerahkan hawa sinkang di tubuhnya dan menoleh ke belakang. Dan apa yang dilihatnya"
Istana Hantu - Halaman 151
151 yoza collection Sesosok tubuh manusia tua berdiri memegangi kepala manusia yang berlumuran
darah. Manusia itu entah laki-laki atau perempuan tidak lagi dikenali keadaannya,
rambutnya panjang sebatas pantat, kotor dan menjijikan. Pakaiannya seperti pakaian
petani itu dekil dan penuh lumuran darah segar.
Mukanya kotor dan penuh kerisut, bibirnya yang tebal itu penuh pula dengan
lumuran darah dan putih-putih dari otak manusia yang dimakannya. Nguyen Hoat
menjadi bergidik dan merobah pandangnya. Tahulah ia tentu manusia inilah yang telah
membunuhi penduduk dusun.
-he-he, orang muda cakap.. . . kau di sini belum mati.. . he-he-he.. . . ngumpet di
mana kau.. . . . hi-hi-apa lagi.. . .
hi-hijunterungannya. Nguyen Hoat telah menarik pedangnya.
bentaknya. -he-he, anak muda cakap.. . . kalau belum mampus belum jadi setan, akan tetapi
-hi-liong-kiam Nguyen Hoat berkelebat ke arah leher manusia iblis itu.
Suara pedang berdesing keras, namun nenek gila itu tidak menangkis malah ia
menundukkan kepalanya menggerogoti kepala manusia dan menghisap darah yang
mengucur dari leher kepala itu.
Tiba-tiba setelah ujung pedang itu hampir menyentuh leher si Nenek gila, tahu-tahu
pedang Nguyen Hoat sudah terpental ke belakang waktu tangan kiri Nenek yang kurus
kering itu menggunakan kukunya menyentil pedang. Terkejut sekali pemuda ini. Masa
hanya disentil olah jari-jari yang kotor itu pedangnya terpental"
Dan ia merasakan sebuah hawa panas menyambar dari tangan nenek itu. Cepat
sekali Nguyen Hoat mempergunakan gin-kangnya mencelat ke atas menghindarkan
sodokan tangan kiri si Nenek yang mengeluarkan cahaya panas.
daun menjadi hangus oleh sambaran angin pukulan si nenek.
Nguyen Hoat menjadi bergidik. Ia merasakan hawa panas bukan main waktu tangan
itu menyerangnya tadi, untung ia berlaku waspada dan telah mempergunakan ginkangnya mencelat ke atas.
Istana Hantu - Halaman 152
152 yoza collection Kalau tubuhnya yang kena terpukul tangan kurus kering itu, niscaya ia sudah
menjadi hangus seperti pohon itu. Keringat dingin mengucur dari kening Nguyen Hoat.
He-heUntuk yang kedua kali tangan kiri nenek itu menjulur ke depan memukul ke arah
dada Nguyen Hoat. Namun karena nenek ini tidak mengenal siapa sebetulnya pemuda
ini dan hanya mengira bahwa pemuda ini tentu penduduk dusun yang kebetulan
sedang keluar terhindar dari kematiannya, maka ia tidak mempengunakan seluruh
tenaganya bahkan pukulannyapun tidak berbahaya bagi Nguyen Hoat.
Nguyen Hoat mendengar sambaran angin pukulan yang tidak berapa hebat, cepat
mengangkat tangan kirinya menangkis, sambil mengerahkan tenaga lwekang dan
berbareng kedua kakinya menotol tanah dengan gerakan naga terbang ke langit,
sebuah gerakan yang disertai gin-kang amat tinggi.
urus kering itu beradu amat kerasnya.
Ia merasa betapa lengan pemuda itu empuk seperti kapas dan amat dingin seperti
salju sehingga tenaganya sendiri lenyap disedot oleh hawa dingin yang keluar dari
tangan pemuda itu. Ia menjadi terkejut dan amat terheran oleh karena maklum bahwa
itulah penggunaan lwekang tinggi.
Orang yang dapat menggunakan im-kang (tenaga im) sampai mengeluarkan hawa
dingin atau mempergunakan yang-kang sampai mengeluarkan hawa panas bukanlah
orang sembarangan dan hanya dapat dilakukan oleb ahli-ahli silat kelas tinggi.
Bagaimana seorang pemuda yang kelihatannya lemah ini dapat menangkis
serangannya dengan tenaga Im-kang demikian hebatnya"
Lebih-lebih ketika ia melihat betapa sambil menangkis tadi tubuh pemuda itu telah
mencelat seperti kilat cepatnya, melompat dengan kedua tangan dikembangkan seperti
sayap dan beberapa kali kedua lengan bergerak sehingga tubuh pemuda itu terapungapung di udara seperti seekor burung garuda yang sedang terbang dan menggerakgerakkan sepasang sayapnya. Hal ini tentu saja membuat kagum si Nenek sehingga ia
-he-he, betul aku yang bunuh orang-orang ini.. . . karena aku hendak mengambil
otak dan jantungnya dikeringkan baik sekali untuk obat, ha-ha-
Istana Hantu - Halaman 153
153 yoza collection -liong-kiam ditarik dari sarungnya. Ia siap hendak menerjang
nenek gila itu. -he-he, kau cakap dan gagah. Aku tidak akan membunuhmu orang muda. Mari
merupakan serangan pertama dari jurus Sin-liong-kiam-sut yang ia terima dari Bubeng Sianjin.
Pedangnya bergerak cepat ke depan dan terus ditekan ke bawah. Ia bermaksud
hendak merobek isi perut nenek yang dibencinya ini dengan gerakan ditekan dari atas
itu sedangkan tangan kirinya tidak tinggal diam melakukan gerakan memukul jarak jauh
ke arah dada si nenek sambil mengerahkan tenaga sin-kang.
Inilah keistimewaan ilmu pedang ciptaan Bu-beng Sianjin. Bukan saja pedang itu
dapat digerakkan menyerang lawan, namun tangan kiri tidak tinggal diam dan selalu
melakukan gerakan menyerang pula menurut jurus-jurus Sin-liong-kun-hoat
membarengi serangan pedang yang bergerak menusuk ke arah dada.
Akan tetapi, begitu si nenek tertawa keras mengakak, tahu-tahu rambutnya yang
panjang dan kotor itu bergerak dan entah bagaimana caranya pedangnya sudah terlibat
oleh segumpal rambut itu. Nguyen Hoat segera menggunakan gerakan membabat
dengan maksud hendak memutuskan rambut-rambut itu.
Namun untuk ketiga kalinya pemuda dari gunung Thang-la ini menjadi terkejut dan
heran merasa pedangnya mental waktu membabat rambut si Nenek, seakan rambut
itu sudah menjadi segulungan kawat baja yang amat kuat dan tak bisa diputuskan oleh
sabetan pedang, malah pedang sin-liong-kiamnya sendiri itulah yang terlibat rambut
dan tak dapat ditarik kembali. Saking sengitnya, tangan kiri Nguyen Hoat menggunakan
pukulan sepenuhnya dengan tenaga lweekang tingkat tinggi.
Nampak nenek itu mengangkat tangan kirinya menangkis.
Sedangkan si nenek tertawa terkekeh-kekeh dan menggoyangkan kepalanya,
tangan kanan Nguyen Hoat yang memegang pedang tiba-tiba menjadi kaku oleh
goyangan rambut-rambut si nenek. Cepat-cepat ia melepaskan pedangnya, dan pada
ketika itulah tangan kiri si nenek yang berkuku panjang-panjang itu bergerak hendak
menotok leher Nguyen Hoat.
Istana Hantu - Halaman 154
154 yoza collection Tentu saja Nguyen Hoat tidak menyerah sampai di situ, tiba-tiba ia menggunakan
gin-kangnya dan mencelat tinggi menghindarkan totokan tangan kiri si nenek. Angin
berciut waktu tangan si nenek yang berbau amis itu menyambar dekat telinga Nguyen
Hoat. Diam-diam pemuda ini menjadi jijik dan ngeri hatinya.
Cepat sekali dia berpok-sai di udara dan waktu kakinya menotol tanah, tangan
sudah menyambar pedang yang tadi terlempar oleh rambut si nenek.
-he kau lihai juga orang muda heNguyen Hoat berciutan menyambar si nenek.
Kini bukan sepasang tangan si nenek yang membalas memukul melainkan pukulan
rambut itu yang menyerang Nguyen Hoat. Pemuda itu cepat menggeser ke kiri dan
membabatkan pedangnya. -ting-tahu telah melibat tubuh Nguyen Hoat dan pemuda itu tidak berdaya menghadapi pegangan
rambut yang kuat bukan main.
Segera dia mengerahkan lwekangnya, untuk memberontak dari pelukan rambut
yang berbau busuk itu, sehingga membuat napas Nguyen Hoat menjadi sesak dan sukar
bernapas. Namun semakin keras dia memberontak, semakin kuat rambut itu
membelitnya. -he-hehidungnya. Hampir saja Nguyan Hoat jauh pingsan mencium bau yang memuakkan itu,
buru-buru ia menggeser kepalanya membelakangi muka si nenek.
-he-he kau tidak boleh lepas. Hi-hi-
-he-he- Celaka! pikir Nguyen Hoat, ternyata aku terjatuh ke dalam tangan nenek gila yang
berkepandaian tinggi ini. Berbahaya.
Diam-diam Nguyen Hoat mengerahkan ilmu melemaskan tulang dan menciutkan
tubuh sehingga tubuhnya menjadi ciut dan kecil. Dan begitu merasa dirinya tidak lagi
kencang dalam cengkraman si nenek, segera ia berseru keras,
Istana Hantu - Halaman 155
155 yoza collection -tahu ia sudah dapat meloloskan diri dari pegangan rambut yang
kuat itu. Buru-buru Nguyen Hoat mencelat jauh dan merasa bahwa ia bukan tandingan si
nenek, cepat-cepat ia menggunakan gin-kangnya mencelat jauh melarikan diri. Ia tidak
berani lagi mencoba untuk mengadu kepandaian, dan melarikan diri secepat mungkin.
Girang hatinya karena ternyata bahwa dalam hal gin-kang, ia masih mengatasi Nenek
itu. Si Nenek gila mengejar terus, akan tetapi makin lama makin tertinggal jauh. Akan
tetapi sambil mengejar nenek itu berteriak-teriak:
Mendengar ini, Nguyen Hoat maklum bahwa nenek ini tentu masih mempunyai
kawan-kawan yang tentu berkepandaian tinggi.
Maka ia lalu mempercepat larinya sehingga tak lama kemudian ia telah jauh
meninggalkan nenek gila yang menjadi bingung karena kehilangan jejak pemuda yang
dikejar-kejarnya. Akan tetapi, tiba-tiba Nguyen Hoat
Cepatlah dia menoleh dan melihat seorang laki-laki tua yang berpakaian seperti
pelayan membawa-bawa golok dapur yang besar seperti golok pemotong babi,
sedangkan laki-laki yang satu lagi memegang jepitan panjang. Kakek itu larinya cepat
sehingga kedua kakinya sampai tak menginjak tanah, seperti terbang.
Nguyen Hoat menjadi terkejut menyaksikan cara kakek ini berlari cepat. Ia telah
mempelajari ilmu berlari cepat dari Bu-beng Sianjin akan tetapi baru sekarang ia tahu
ada orang berlari dengan kaki seakan-akan tidak menginjak tanah. Hebat.
berseru keras dan jepitannya bergerak cepat, menotok ke arah pinggang Nguyen Hoat.
Seperti juga kesalahan si Nenek gila tadi, kakek yang memegang jepitan dan yang
bernama A Kay inipun ternyata amat memandang ringan Nguyen Hoat, yang hanya
dikiranya pandai berlari cepat saja. Oleh karena itu totokan jepitannya juga tidak
berbahaya, hanya cukup untuk merobohkan pemuda itu saja.
Nguyen Hoat yang sudah tajam sekali pendengarannya, tahu bahwa totokan jepitan
panjang itu tidak berbahaya baginya, maka ia mengerahkan sin-kangnya sambil terus
berlari. Ujung jepitan panjang itu mengenai jalan darah di pinggangnya, akan tetapi
Istana Hantu - Halaman 156
156 yoza collection alangkah terkejutnya hati kakek A Kay ketika merasa betapa jepitan panjangnya
melengkung dan terpental seakan-akan menotok baja!
Pada saat itu berkelebat bayangan, kakek yang memegang golok babi yang
bernama A Yong telah mencelat tinggi dan tahu-tahu sudah berada di depan Nguyen
Hoat. babi dengan keren dan pada saat itu mendatangi A Kay sambil mengacung-acungkan
jepitannya. -bengcu, A Yong kemplang saja pantatnya, dia anak
bengal! Kalau Thayyang memegang jepitan.
-kakek -nio bilang dia tadi menghina Thaykakek pemotong babi.
-bengcu kalian, siapa Thaymendongkol dan membantingkan kakinya.
-pelayan istana, tak boleh
kau menghina Thay-bengcu kalian. Kalian ini sudah gendeng
kek pemegang jepitan. -undang istana Hantu, baru kami tidak akan menempur
Istana Hantu - Halaman 157
157 yoza collection en Hoat marah, dan sekali pedangnya
bergerak gulungan sinar perak sudah menerjang A Kay dan A Yong dengan gerakan
yang cukup hebat. Kedua kakek ini lalu bergerak merangsek Nguyen Hoat. Kepandaian dua orang
kakek ini memang lihai sekali. Jepitan panjang di tangan A Kay tidak boleh dipandang
enteng, biarpun jepitan itu sudah hitam bekas ngorek-ngorek arang di dapur Istana
Hantu dan sudah karatan, namun besi itu terbuat dari baja yang hanya terdapat di
negara Nepal. Sebaliknya kakek yang bersenjata golok besar ini yang bernama A Yong adalah
tukang masak di Istana Hantu. Pekerjaannya tiap hari potong daging dan sayur, namun
dimainkan dengan ilmu silat tinggi.
Golok yang berat dan besar itu merupakan segulung sinar yang berbahaya dan
beberapa kali pedang Nguyen Hoat membentur golok itu ia merasa tangannya tergetar
dan sakit. Kagetlah pemuda ini.
Baru menghadapi pelayan-pelayannya saja ia sudah menjadi kewalahan apa lagi
kalau Thay-bengcu itu turun tangan. Celaka! Siapakah Thay-bengcu" Orang
bagaimanakah dia" Tak banyak berpikir pemuda murid Bu-beng Sianjin ini, karena pada saat itu
berkelebat sesosok tubuh dan tahu-tahu Nio-nio si nenek pemakan bangkai dan
bersenjata rambut itu sudah menyerangnya. Sebentar saja Nguyen Hoat terdesak bukan
main dan seluruh tubuhnya sudah bermandikan keringat.
Namun demikian, berkat gemblengan Bu-beng Sianjin pertapa dari puncak Thangla, membuat tubuh Nguyen Hoat merupakan pertahanan yang kuat dan ulet. Meskipun
sudah lelah sekali dan beberapa kali ia kena serempet golok A Yong pada pahanya,
sehingga pada pahanya itu mengucur darah yang menodai celananya dan terasa kaku
dan nyeri, namun Nguyen Hoat terus mempertahankan diri dan mainkan pedangnya
lebih cepat lagi menggunakan jurus-jurus terlihai dari Sin-liong-kiam-sut yang ia
pelajari dari Bu-beng Sianjin.
Istana Hantu - Halaman 158
158 yoza collection Pada saat itu, dari kejauhan mendatangi dua orang penunggang kuda yang
membalap kudanya dengan cepat sekali. Yang seorang pemuda tampan berusia
delapanbelas tahun, berpakaian baju putih dengan pedang nampak di punggung, dan
yang seorang lagi adalah seorang gadis remaja yang berusia tidak lebih delapanbelas
tahun, cantik jelita dan ia membalapkan kudanya dengan cepat dan dikejar oleh si
pemuda dari belakang. Suara kaki kuda berderap dan menimbulkan debu yang mengebul ke atas. Pada
waktu si gadis melihat di depannya ada orang bertempur.
Dia melihat seorang pemuda tampan sedang dikeroyok oleh dua orang kakek dan
seorang nenek rambut panjang. Ia menghentikan kudanya dan memandang ke depan.
Pada saat itu rambut yang panjang dari si nenek berhasil menampar punggungnya
Nguyen Hoat sehingga murid dari Bu-beng Sianjin ini terhuyung-huyung dan ia
merasakan punggungnya sakit bukan main tertampar rambut yang hanya beberapa
lembar itu saja. Pada waktu ia terhuyung-huyung hendak jatuh, pada saat itulah sebuah


Istana Hantu Seri 2 Pendekar Lengan Buntung Karya Kim Tiaw di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

jepitan panjang bergerak ke depan menggunakan gerakan menggunting.
Cepat Nguyen Hoat mencelat ke atas dan menggunakan kaki kanannya menendang
jepitan. Namun rambut si nenek sudah datang menyerbu dan membelit ke dua kakinya
sehingga pemuda itu terlempar tidak jauh, di dekat si kakek yang memegang golok
besar. Nguyen Hoat terkejut bukan main melihat datangnya golok mengkilap ke arah
kakinya. Cepat ia bergulingan menghindarkan diri dari sabetan golok dan sebuah suara
bergemuruh menyambar di atas kepalanya.
Rambut nenek gila bergemuruh menyambar di atas kepala Nguyen Hoat yang cepat
bergulingan menjauhi diri dari serangan senjata rambut yang luar biasa hebatnya,
namun meskipun ia sudah bergerak cepat tetap saja beberapa lembar rambut telah
memukul lengannya sehingga ia terpental ke kiri oleh dorongan rambut yang luar
biaasa itu. Keringat dingin membasahi baju Nguyen Hoat, akan tetapi pada saat yang
berbahaya bagi keselamatannya itu tiba-tiba ia merasa dirinya ditarik oleh sebuah
tenaga yang amat kuat dan tubuhnya melayang di udara dan tahu-tahu ia jatuh
dihadapan seorang gadis yang cantik jelita.
Nguyen Hoat cepat berdiri dan bersiap-siap kalau-kalau gadis di depannya itu
adalah teman si kakek dan si nenek yang ia telah dirasai kelihaiannya itu!
Istana Hantu - Halaman 159
159 yoza collection Jilid 6 ELIHAT tahu-tahu pemuda itu telah dibawa terbang oleh sabuk sutera
merah di tangan si gadis, cepat A Kay dan A Yong memburu dan
ncang terhadap pelayan-hinyaring seperti suara bidadari.
Dalam berkata tadi sebuah senyum mengejek tersungging di bibirnya yang indah
dan bagus itu, sedangkan matanya yang jernih melirik ke arah Nguyen Hoat.
-pelayan Istana Han si kakek A Kay melototkan matanya membentak si gadis, sedangkan si nenek rambut
panjang maju ke depan dan menudingkan telunjuknya ke hidung si gadis sambil
mengomel. elek, aku tidak takut siapa kalian. Biarpun dari Istana Neraka, atau Istana
tiba di tempat itu. Sung Tiang mencelat dan tahu-tahu ia sudah menerjang si gadis, mengirimkan pukulan jarak jauh
ke arah dada si gadis. Akan tetapi gadis ini dengan enaknya mengangkat tangan dan
balas mendorong ke muka, dengan tidak menggerakkan tubuhnya dari punggung kuda.
bergoyang-goyang di atas punggung kuda, setengah berdiri dengan tali menginjak
kendali sedangkan tangan kiri menekan punggung kuda, sehingga gadis ini dalam posisi
setengah berdiri di atas kuda. Ia tersenyum mengejek ke arah si nenek yang
bersempoyongan hendak jatuh.
Istana Hantu - Halaman 160
160 yoza collection Gadis itu menjawab dengan suara halus dan tenang, senyum mengejek masih
menghias dibibirnya yang berkilat-kilat tertimpa sinar matahari.
Merasa dirinya diperolok demikian, nenek ini menjadi marah. Rambut di atas
kepalanya menegang dan siap menyerang si gadis di depannya.
Matanya melotot berapi-api memandang dengan penuh kemarahan. Ia maju
setindak. -main dengan pelayan Istana Hantu benar-benar gadis yang
tangan didorong ke depan.
Dalam marahnya, ia hendak bikin mampus gadis yang mengaku puteri si Pendekar
Lengan Buntung ini dengan sekali pukul. Akan tetapi nenek ini menjadi terkejut melihat
gadis itu sama sekali tidak bergerak dari punggung kudanya untuk mengelak atau
menangkis. Pukulannya yang dahsyat itu diterima begitu saja dengan dada terbuka! Sungguh
berani mati gadis ini, pikir si nenek yang sudah merasa terlanjur dan terus mendorong
ke muka mengarah dada si gadis.
belakang seakanakan mengikuti pukulan si nenek sehingga hampir rebah ke belakang, dan sekelebatan
nampak gadis itu mengangkat tangan kirinya menangkis ke atas.
Nenek ini menjadi terkejut setengah mati, ia merasa pukulannya mengenai dada
yang empuk seakan-akan dada itu merupakan tempakan tempat kosong dan
melumpuhkan tenaganya. Melihat gadis itu telah bangkit dan duduk di atas pelana
kudanya dan tidak merasakan sakit bekas pukulannya nenek ini menjadi terheran-heran
dan bengong. Tiba-tiba ia bergerak memukulkan tangannya ke kiri.
bunga api yang berpijar laksana dipalu godam. Nenek ini menoleh ke arah si gadis.
-hi-hi, Nenek peot, masih ada lagikah pukulan bang-pakmu, kenapa begitu sinting
memukul batu yang nggak punya salah" Wah-wah, jangan-jangan kau memang sudah
Olok si gadis sambil menaruh telunjuknya di atas keningnya dan tertawa terkikikkikik sambil menutupi mulutnya yang kecil.
Istana Hantu - Halaman 161
161 yoza collection Nenek ini memandang terbelalak. Kalau ia tidak ngerasain sendiri, pasti ia tidak
akan percaya. Masakah gadis ini dapat menahan pukulannya, padahal barusan tadi batu
yang demikian keras hancur oleh pukulannya tadi, masa gadis ini masih dapat ongkangongkang kaki menghadapi pukulannya, setan!
Apakah Pendekar Lengan Buntung demikian sakti sehingga gadis ini dapat
menahan pukulannya dengan tidak mengelak, sungguh tidak masuk diakal. Apakah dia
tadi salah pukul dan pukulannya barusan tidak mengenai gadis itu.
Mungkin juga, ia melihat gadis itu tadi rebah di atas punggung kuda. Apakah gadis
itu tadi mengelak atau tenaga pukulannyakah tiba-tiba menjadi lumpuh"
Si Nenek menggerakkan ke dua lengannya. Suara angin berciutan waktu tangan itu
diputar-putar ke kiri dan kanan semakin lama semakin cepat, sehingga batu-batu yang
di bawah kakinya bertebaran ke kanan dan kiri. Hawa panas mengalir dan berkumpul
di kedua lengan itu. itu Si Nenek yang mengaku pelayan Istana Hantu itu menjadi mengkalap. Ia
mengeluarkan jeritan keras dan nyaring dan ke dua lengannya yang diputar-putar tadi
sekali gus menghantam ke arah si gadis.
Seperti tadi, gadis itu tidak mengelak hanya mengangkat tangan kirinya dengan
lima jari terbuka dan mengeluarkan bentakan pula yang nyaring:
sepasang lengan si nenek.
Akan tetapi sungguh hebat, bukan si gadis itu yang terjengkang dari punggung kuda,
sebaliknya tubuh si nenek itulah yang bagaikan dilempar oleh tenaga dahsyat telah
melayang ke belakang terhuyung-huyung seperti layang-layang putus talinya.
Dari mulut si nenek menjembur darah segar! Cepat Nenek itu berdiri dan
memandangnya dengan wajah pucat. Ia segera menyusut noda darah pada bibirnya
dan kemudian ia berkelebat lenyap sambil berkata kepada dua orang temannya:
Tanpa menyahut apa-apa. A Kay dan A Yong yang juga terheran-heran melihat si
Nenek dipecundang oleh gadis puteri Pendekar Lengan Buntung yang mereka telah
Istana Hantu - Halaman 162
162 yoza collection saksikan sendiri kelihaiannya. Merekapun cepat berkelebat menyusul si nenek dan
berlari cepat. Merasa dirinya ditolong oleh gadis ini, Nguyen Hoat cepat menjura dan katanya,
Gadis itu tersenyum manis. Dan dada Nguyen Hoat berdebar menerima senyum
yang begitu mempesonakan ini. Untuk beberapa lama ia memandang si gadis dengan
kagum dan didengarnya gadis itu berkata,
menolong anda, itupun secara kebetulan, jadi tak perlu anda berterima kasih kepada
ka ma Sung Hong Kwi itu memperkenalkan pemuda yang di sebelahnya. Seorang pemuda tampan
berpakaian baju putih sederhana dan yang tersenyum pula kepadanya.
Nguyen Hoat menjadi terkejut mendengar nama Pendekar Lengan Buntung Sung
Tiang Le. Pernah di puncak Thang-la suhunya menceritakan pendekar yang belum lama
ini menanjak namanya dan terkenal dengan ilmu silat si tangan buntung yang luar
biasa. Maka ia menjadi girang sekali dan cepat-cepat menjura.
anpwe Sung Tiang Le yang terhormat. Sungguh sangat menggembirakan hati dan merupakan suatu
Melihat sikap pemuda ini demikian halus dan sopan dan pandai merendahkan diri.
Diam-diam Hong Kwi menjadi senang sekali dan tersenyum lagi kepadanya.
-beng Sianjin dari Thangiga orang
pelayan- Istana Hantu - Halaman 163
163 yoza collection elum pergaulan di dunia kang-ouw dan mencari pengalaman. Aku baru saja turun dari Thangla dan
-sama dengan kami merantau ke selatan, kami
-tiba saja Hong Kwi berkata. Pandangan matanya begitu cerah menatap Nguyen Hoat, sehingga Wang Ie melihat
pandangan sumoaynya ini menjadi tak enak hati. Dan ia memandang pula kepada
Nguyen Hoat yang ketika itu mengangkat tangan dan menjura kepada Hong Kwi.
dengan jiwi yang ga - -tiba Hong Kwi menyebut twako kepada
orang sendiri, untuk apa berlaku sungkan, b
Wang Ie mengangguk. Meskipun dirasakannya hatinya tidak enak benar. Ia sendiri
tidak mengerti mengapa hatinya seperti ini. Gila, apakah aku cemburu melihat Hong
Kwi akrab dengan pemuda yang baru dikenalnya itu, pikirnya dan berusaha menekan
suaranya agar tidak terdengar bergetar.
lah twako, kau naiklah di punggung
mempersilahkan. Akhirnya Hong Kwi tersenyum dan menarik tali kendali kudanya berjalan diikuti
oleh Nguyen Hoat yang berjalan di sampingnya dengan enaknya saja. Sedangkan Wang
Ie membedal kudanya lebih cepat lagi mendahului mereka.
Istana Hantu - Halaman 164
164 yoza collection jalan duluan kita akan bertemu nanti
cepat sekali meninggalkan debu yang berterbangan di belakang.
n kudanya pula. Si gadis menoleh. Nguyen Hoat tersenyum. -apa Hong Kwi siocia, hanya saja aku teringat akan seseorang yang
namanya hampir mirip dengan dia, akan tetapi ia itu seorang pendekar tingkat tinggi.
Yu adalah Pendekar Lengan Buntung pula. Suhu pernah sekali bertemu
dengan orang itu waktu beliau masih muda namun sayang sekali sejak kematian
kekasihnya yang bernama Chio Chio, ia patah hati dan melenyapkan diri.
ngar lagi. Mungkin pendekar buntung itu
Le, ayahmu itu. Mulanya suhu mengira si Wang Yu itulah yang kembali dari Hong Kong
dan menjagoi dunia persilatan, eh nyatanya bukan! Ternyata Pendekar Lengan Buntung
pend Istana Hantu - Halaman 165
165 yoza collection i berkata gemas. -heran. Berkata demikian Hong Kwi menoleh dan menjadi heran bukan main melihat betapa
Nguyen Hoat dapat merandengi larinya di samping kudanya yang berlari cepat. Ia
menarik kendali kuda dan membalap kudanya lebih cepat lagi ternyata Nguyen Hoat
dapat mengimbangi dan berlari di sampingnya. Diam-diam gadis ini kagum sekali akan
gin-kang pemuda itu. Akan tetapi begitu mereka meninggalkan hutan kecil dan tiba di sebuah dusun.
Alangkah kagetnya Hong Kwi melihat suhengnya sedang bertempur dan dikeroyok oleh
tiga orang tua yang berpakaian seperti tosu.
Dilihat dari cara tosu ini bermain pedang mudah diduga bahwa mereka itu tentulah
tosu Kun-lun-pay tingkat tiga. Nampak permainan pedang mereka itu demikian kuat
dan cepat mendesak Wang Ie suhengnya.
Bagaimana Wang Ie tahu-tahu telah dikeroyok oleh tiga orang tosu Kun-lun-pay
itu" ooOOoo Ternyata begitu tadi Wang Ie membalapkan kudanya cepat meninggalkan Hong Kwi
dan Nguyen Hoat, dengan hati tak enak pemuda ini bermaksud untuk jalan duluan dan
menanti sumoaynya di luar hutan. Namun siapa sangka begitu setibanya di luar hutan
dan ia menghentikan kudanya berjalan congklang, tiba-tiba terdengar suara dari
belakang membentak, Wang Ie menghentikan kudanya dan menoleh ke belakang. Alangkah terkejutnya
dia begitu melihatnya tiga orang tosu Kun-lun-pay berjalan dengan cepat
menghampirinya dengan senjata sudah terhunus.
Ia mengenali tosu ini yang pernah datang ke Tiang-pek-san beberapa hari yang
lalu, cepat-wi taysu Dalam beberapa lompatan saja ketiga tosu itu telah berdiri di depan Wang Ie dan
seorang yang ber Istana Hantu - Halaman 166
166 yoza collection at dan kurus membentak sambil menggerakkan
-wi taysu, saya tidak dapat memberi keterangan kepada kalian karena
sesungguhnya saya sendiri tidak tahu kemana suhunya pergi. Tiga hari yang lalu
bohong kau anak muda" Kun-lun Sam-lo-jin tidak boleh dibohongyang tinggi besar dan bercambang bauk meraba pedangnya dengan sikap menantang.
Wang Ie menyapa ke tiga orang tosu yang dijuluki Kun-lun Sam-lo-jin (tiga orang
tua dari Kun-lun-pay) ini. Tentu saja ia mengenal ketiga orang yang tempo hari datang
ke Tiang-pek-san dan menuduh suhunya menculik ketua mereka yang bernama Hek
Gan Taysu, sehingga terjadi pertempuran dengan tiga tosu itu. Akan tetapi karena
Iblis Segala Amarah 3 Pendekar Rajawali Sakti 50 Gerhana Kembang Kedaton Senopati Pamungkas I 18
^