Pencarian

Iblis Segala Amarah 3

Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah Bagian 3


berkata, "Bibi! Yang telah melumpuhkannya adalah Pendekar Slebor. Sementara
orang yang berada di balik semua ini adalah...."
Jaya Lantung sengaja menghentikan kata-
katanya. Dia melirik Kaki Kilat yang menjadi pucat.
Dewi Cadar Biru yang tak menyangka akan ber-
jumpa dengan kedua murid Malaikat Keadilan berkata,
"Kaki Kilat... aku tak lagi membutuhkan jawaban dari mulutmu, karena...."
"Baik, baik! Akan kukatakan!!" seru Kaki Kilat yang kali ini wajahnya memucat.
Dadanya bergemuruh
tak menentu. Tangannya yang bergerak-gerak nampak
bergetar. "Katakan!"
"Aku... aku tidak tahu siapa orang yang berada di belakang Manusia Muka
Kucing.... Dia, dia hanya me-nyebutnya Pimpinan. Tetapi... semuanya berhubungan
dengan Pendekar Slebor. Orang itu... menginginkan
tenaga 'Inti Petir' yang dimiliki Pendekar Slebor...."
"Mengapa kau tidak tahu siapa orang itu?" tanya Dewi Cadar Biru.
"Aku... aku... memang... memang tidak tahu...."
"Dusta!" bentak Arya Sempala. "Tetapi... dustamu tak ada gunanya... karena Jaya
Lantung akan mengatakannya...."
Kaki Kilat buru-buru menggeleng dengan bibir
bergetar. "Sungguh, sungguh aku tidak tahu! Yang ku ta-
hu... orang yang disebut Pimpinan oleh Manusia Muka
Kucing berdiam di Gunung Kerambang."
"Di mana tepatnya?" tanya Dewi Cadar Biru.
"Aku tidak tahu.... Percayalah... aku tidak tahu tentang hal itu. Aku hanya
orang suruhan Manusia
Muka Kucing...."
"Sungguh lelaki bodoh! Dia tak pernah tahu apa
yang sesungguhnya terjadi! Dia hanya mengumbar se-
gala nafsu buruknya untuk kesenangan pribadi!!" kata Dewi Cadar Biru dalam hati.
Lalu katanya, "Kau terlalu bodoh mau mengikuti
jejak manusia-manusia celaka itu! Apakah kau tidak
tahu, atau berlagak tidak tahu, kalau dirimu hanyalah menjadi jajaran kambing-
kambing hitam yang diperintah oleh seorang gembala yang kau tidak ketahui" Kaki
Kilat... memang sulit mengubah tabiat seseorang! Dan
rasanya...."
Mendadak saja dengan gerakan yang cepat, tan-
gan kanan Dewi Cadar Biru bergerak.
Plak!! Tangan itu menempeleng wajah Kaki Kilat yang
melengak sesaat. Di saat lain dia sudah jatuh pingsan dengan hidung yang alirkan
darah segar. "Bila kau terbangun... mudah mudahan kau akan
sadar dari segala perbuatan busukmu, Kaki Kilat...."
Lalu perlahan-lahan diputar tubuhnya. Ditatap-
nya Werdaningsih dan Jaya Lantung.
"Bagaimana kabar kalian?"
Kedua remaja yang ditanya rangkapkan kedua
tangannya di depan dada.
"Kami baik-baik saja, Bibi...," sahut keduanya bersamaan.
"Jaya... bagaimana kau mengetahui semua itu?"
tanya Dewi Cadar Biru kemudian.
"Bibi... kami telah berjumpa dengan Pendekar Slebor yang telah menolong kami
dari ancaman maut Ma-
nusia Muka Kucing. Dan sebelumnya, aku hampir
berhasil mengorek keterangan dari Manusia Muka
Kucing. Tetapi bila saja kambratnya yang berjuluk Manusia Tangan Harimau tidak
muncul, semuanya akan
dapat kuketahui." Jaya Lantung terdiam dulu sebelum melanjutkannya pelan,
"Bibi.... Kang Arya.... Guru telah tewas di tangan Kaki Kilat dan Manusia Muka
Kuc- ing...." Arya Sempala nampak melengak sesaat. Seraya
menghela napas dia membatin, "Ternyata apa yang kuduga selama ini memang salah.
Bukan Pendekar Slebor yang telah membunuh Guru. Melainkan kedua
manusia celaka itu. Hhh! Bila menuruti kata hatiku,
mau rasanya menghantam pecah kepala Kaki Kilat!".
Didengarnya lagi kata-kata adik seperguruannya,
"Orang yang berada di balik semua ini adalah Iblis Segala Amarah.'
Dewi Cadar Biru terdiam mendengar kata-kata itu.
Dari kerutan yang mendadak muncul di keningnya, je-
las sekali kalau dia mencoba mengingat maupun men-
gira-ngira siapa Iblis Segala Amarah. Namun gagal.
"Jaya... apa yang dikehendaki orang itu?"
"Dia... menghendaki tenaga 'Inti Petir' milik Pendekar Slebor, Bibi..."
Kembali Dewi Cadar Biru terdiam. "Jadi itulah
pangkal dari semua urusan ini...."
Kemudian katanya, "Kini kita tahu kalau manusia celaka berjuluk Iblis Segala
Amarah berdiam di Gunung Kerambang. Sebaiknya, kita jangan berpencar la-
gi Kita akan bersama-sama menyusuri Gunung Ke-
rambang...."
Setelah berkata begitu, Dewi Cadar Biru melang-
kah mendahului. Yang kemudian diikuti secara ber-
samaan oleh ketiga murid mendiang Malaikat Keadi-
lan. Kemudian, bila memang ternyata lelaki berpa-
kaian merah merah yang dibuat pingsan oleh Dewi Ca-
dar Biru adalah Kaki Kilat, lantas siapakah lelaki yang memiliki ciri-ciri sama
dengan lelaki itu yang saat ini sedang bersemadi di belakang Manusia Muka Kucing
dan Manusia Tangan Harimau"
*** 9 Pagi kembali mengembang dengan segenap kein-
dahannya. Sinar surya yang lamat-lamat naik, menepis kabut yang semakin lama
semakin lenyap. Namun di
puncak Gunung Kerambang kabut masih melingkupi.
Keangkeran gunung itu makin menjadi-jadi. Laksana
raksasa yang tengah tertidur dan satu saat dapat terbangun dengan segala
kedahsyatan. Dalam naungan udara yang masih dingin dan bu-
tiran embun yang belum mengering, dua sosok tubuh
masih tegak di depan sebuah batu besar. Tak ada yang keluarkan suara. Wajah
masing-masing orang nampak
tegang. Dan terlihat sejak semalam tak sedikit pun kedua orang itu yang bergeser
dari berdirinya.
Namun wajah lelaki berparas kucing perlahan-
lahan mulai berubah. Mulutnya yang di atasnya dihiasi kumis jarang bergerak-
gerak sehingga untaian kumis
jarangnya pun bergerak. Mata merahnya mendelik gu-
sar. Mendadak dipalingkan kepalanya ke belakang, ke
arah lelaki berkumis tebal yang masih duduk berse-
madi. "Kaki Kilat! Mana bukti ucapanmu, hah"!" suara Manusia Muka Kucing menggelegar.
Lelaki berpakaian merah-merah itu nampak terke-
jut dan langsung memaki-maki dalam hati, "Monyet pitak! Bikin aku kaget saja!
Padahal aku sudah hampir
tidur nih!! Ini kumis lagi, bikin aku mau bersin!!"
Karena pandangan tajam dari Manusia Muka Kuc-
ing, lelaki berpakaian merah-merah itu buru-buru
angkat kepala. "Ketua.. aku tak berkata dusta! Jelas yang kulihat tadi malam adalah Pendekar
Slebor! Barangkali dia
nyasar, Ketua! Sehingga tak menuju ke tempat Ketua!
Atau sesungguhnya... dia sudah berada di sini dan
bersembunyi?"
Sebelum Manusia Muka Kucing keluarkan benta-
kan lagi, Manusia Tangan Harimau yang sudah jenuh
pun lebih dulu berkata, "Sejak semula kukatakan, bunuh saja manusia celaka itu!!
Kedatangannya justru
membuat kita menunggu kehadiran Pendekar Slebor
sepanjang malam berteman dingin dan sepi begini!!
Apakah kau masih mau membuang-buang waktu se-
perti ini, hah?"
Manusia Muka Kucing menggeram pada Kaki Kilat
yang buru-buru berdiri dengan kepala tertunduk.
"Jangan main gila denganku!!" bentaknya angker.
Kaki Kilat mengangkat kepalanya. Kendati sua-
ranya agak gemetar namun wajahnya nampak tenang-
tenang saja. "Aku bukanlah orang bodoh yang mau bertindak
seperti itu! Karena sudah tentu aku tak berani mela-
kukannya! Apa yang kukatakan tadi tidak salah! Ke-
tua... jangan-jangan.... Pendekar Slebor justru sudah bertemu dengan Pimpinan
yang...." "Tutup mulutmu!!"
"Kutu busuk! Kadal buntung! Enak saja dia mem-
bentak-bentakku!" maki lelaki berpakaian merah-
merah itu dalam hati. Lalu sambungnya geram, "Ini kumis lagi! Rasanya aku tak
bisa menahan bersin!!"
Aneh! Siapakah sesungguhnya Kaki Kilat yang ini"
Dia tak lain adalah pendekar kita, siapa lagi kalau bukan si Urakan Andika"!
Setelah meninggalkan Jaya Lantung dan Werda-
ningsih, Andika pun segera berkelebat ke mana per-
ginya Manusia Muka Kucing dan Manusia Tangan Ha-
rimau. Sambil berkelebat itu otaknya berpikir keras.
Orang yang dituju sekarang bukanlah keduanya,
melainkan orang yang berjuluk Iblis Segala Amarah.
Secara tidak langsung Pendekar Cakra Sakti dan
Mayang Kunting memang telah membebaninya tugas
untuk menggantikan Pendekar Cakra Sakti menghen-
tikan semua rencana Iblis Segala Amarah.
Namun tanpa disuruh atau dibebani tugas seperti
itu, Pendekar Slebor sudah tentu tak akan hentikan
niatnya untuk mengetahui sekaligus menghentikan
semua rencana busuk dari Iblis Segala Amarah.
Saat berkelebat itulah satu pikiran muncul di be-
naknya. Apalagi tatkala melihat sebuah pakaian me-
rah-merah yang entah milik siapa di tepi sebuah sun-
gai. Mungkin pemiliknya sedang mandi.
Sambil nyengir dan berkata dalam hati, "Kupinjam dulu, ah!" anak muda urakan ini
pun segera melapisi pakaiannya dengan pakaian merah-merah itu. Lalu
dengan pergunakan getah pohon, Andika membuat lu-
ka pada pipi kanannya. Dan dengan bulu-bulu yang
berasal dari pohon ijuk dia membuat sebuah kumis.
Pada air sungai anak muda urakan ini bercermin. Se-
telah memoles sana dan sini, yang terlihat kemudian
bukan lagi wajahnya, melainkan wajah Kaki Kilat.
Bila Andika ingin menyamar, siapa pun dapat diti-
runya, kecuali anak tuyul. Kepandaiannya menyamar
ini didapat dari Raja Penyamar yang secara tak lang-
sung merupakan salah seorang gurunya.
Dengan menyamar sebagai Kaki Kilat, Andika ber-
harap dapat langsung bertemu dengan Iblis Segala
Amarah, karena dialah pangkal dari semua petaka
yang terjadi. Manusia Muka Kucing yang sekarang di-
dampingi kambratnya itu hanyalah pion-pion belaka
yang dapat digerakkan semaunya oleh Iblis Segala
Amarah. Dan sekarang, anak muda tampan dari Lembah
Kutukan ini sedang memainkan peranannya.
Di tempatnya, wajah Manusia Muka Kucing me-
nekuk mendengar ucapan lelaki yang tetap disang-
kanya si Kaki Kilat.
"Bisa jadi apa yang dikatakan lelaki celaka itu benar! Pendekar Slebor telah
bertemu dengan Pimpinan!
Hhh! Kalau memang begitu adanya, sudah tentu saat
ini dia telah mampus setelah tenaga 'Inti Petir' dalam tubuhnya diserap oleh
Pimpinan! Bagus! Secara tidak
langsung urusanku menjadi mudah! Tetapi... bagai-
mana bila belum" Sudah tentu Pimpinan akan sangat
marah karena dia telah memerintahkanku untuk me-
mancing kehadiran pemuda keparat itu ke sini"!"
"Muka Kucing! Mengapa kau terdiam"!" sentak Manusia Tangan Harimau yang benar-
benar tak suka dengan Kaki Kilat. Lelaki yang di keningnya terdapat ikat kepala warna kuning
gading dan kedua tangan
hingga sikunya ini dilapisi kulit harimau, seperti menangkap gelagat yang tidak
enak dari pancaran mata
Kaki Kilat. Dan sejak pertama melihat lelaki berkumis tebal itu, dia sudah
curiga. Manusia Muka Kucing mendengus tanpa paling-
kan kepala pada kambratnya. Tetapi dia tak buka mu-
lut. Sementara itu, Ratu Hitam yang sepanjang malam mendekam di balik ranggasan
semak belukar membatin, "Hmmm... mudah-mudahan Pendekar Slebor me-
mang telah bertemu dengan Iblis Segala Amarah.
Hingga urusan ini akan berlangsung seperti yang ku-
harapkan. Karena biar bagaimanapun juga, kehadiran
dan sepak terjang Iblis Segala Amarah yang berada di belakang layar harus
dihentikan! Terutama agar Pendekar Cakra Sakti tidak repot dengan urusan tengik
seperti itu. Hmm... aku akan... hei! Apa yang hendak dilakukan Manusia Tangan
Harimau itu?"
Di depan, Manusia Tangan Harimau menuding le-
laki berpakaian merah-merah seraya menggeram, "Kau tak banyak guna! Lebih baik
mampus! Manusia Muka
Kucing, bukankah tadi kau merencanakan untuk
membunuh manusia ini bila Pendekar Slebor tiba"
Dan sekarang, apakah kau tetap akan menunggu
sampai pemuda keparat itu tiba untuk membunuh le-
laki celaka ini"!"
Manusia Muka Kucing menatap sejenak pada
kambratnya. Lalu perlahan-lahan diarahkan tatapan-
nya pada lelaki berpakaian merah-merah, "Kau benar, Tangan Harimau! Manusia ini
memang layak untuk
mampus!" Si pemuda urakan yang sedang menyamar sebagai
Kaki Kilat, mengangkat kedua tangannya dan mem-
buat suaranya penuh ketakutan, "Ketua... jangan gegabah! Apa yang kukatakan tadi
benar!" "Dia pandai menjilat rupanya!" sinis suara Manusia Tangan Harimau.
"Ketua... jangan dengarkan ucapan lelaki buruk
itu! Lebih baik kita sama-sama mendatangi Pimpinan!
Barangkali saja dia membutuhkan bantuan!!"
"Tutup mulutmu!! Kau tak berhak untuk berjum-
pa dengan Pimpinan, Keparat! Lebih baik kau...."
Seruan yang diucapkan Manusia Muka Kucing
terputus menyusul secara tiba-tiba tubuhnya terlem-
par ke depan. Manusia Tangan Harimau terkejut bu-


Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

kan alang kepalang. Dengan hentakkan kaki kanannya
pada tanah, dia mencelat untuk menangkap tubuh
Manusia Muka Kucing.
Namun begitu berhasil ditangkap, tubuhnya pun
terlempar karena satu tenaga tak nampak telah meng-
hantamnya! Dan berhenti setelah tubuhnya dan tubuh
Manusia Muka Kucing menabrak sebuah pohon.
Bukan hanya Pendekar Slebor yang terkejut meli-
hat hal itu, Ratu Hitam pun melengak kaget. Dan
hampir saja dia keluar dari persembunyiannya!
Belum lagi keterkejutan itu berakhir, mendadak
saja terdengar satu suara keras, "Mana janjimu, Muka
Kucing" Mana pemuda dari Lembah Kutukan itu,
hah"! Atau kau memang ingin mampus di tanganku"!!"
Dan belum habis suara itu terdengar, mendadak
saja satu sosok tubuh tinggi kurus terbungkus jubah
warna merah telah berdiri di atas batu besar di mana tadi Manusia Muka Kucing
dan Manusia Tangan Harimau berdiri.
*** Manusia Muka Kucing yang telah berdiri agak
sempoyongan yang semula hendak keluarkan makian,
buru-buru rangkapkan kedua tangannya, "Pimpi-
nan...." Manusia Tangan Harimau yang semula mengang-
gap remeh orang berjuluk Iblis Segala Amarah, kini
sadar siapa orang itu sesungguhnya. Dan dia yakin,
orang tua yang rambut merahnya disanggul ke atas in-
ilah yang berjuluk Iblis Segala Amarah. Buru-buru lelaki ini rangkapkan kedua
tangannya di depan dada.
"Aku Manusia Tangan Harimau... mengabdikan
diri padamu, Pimpinan."
Lelaki tirus berjubah merah itu hanya keluarkan
dengusan tanpa menatap sedikit pun pada Manusia
Tangan Harimau. Kedua tangan kurusnya bersedekap
di dada. "Mana Pendekar Slebor"!!" bentaknya menggelegar pada Manusia Muka Kucing yang
mendadak menjadi
ciut hatinya. "Pimpinan... aku... aku... sudah memancingnya
untuk tiba di sini.... Kaki Kilat... dapat buktikan kebenaran dari kata-kataku
ini. Karena... dia melihat kehadiran Pendekar Slebor...."
"Tidak!!" terdengar suara keras itu secara tiba-tiba.
Semua orang termasuk Ratu Hitam yang mengin-
tip pun melihat Kaki Kilat berdiri dengan kepala agak terangkat, "Pimpinan...
apa yang dikatakan Manusia Muka Kucing tidak benar! Aku tidak melihat Pendekar
Slebor ke sini?"
Terkesiap Manusia Muka Kucing mendengar kata-
kata lelaki berpakaian merah-merah itu. Hampir saja
dia lepaskan serangan untuk hantam wajah Kaki Kilat.
Namun urung begitu mendengar bentakan Iblis
Segala Amarah, "Jangan sekali-sekali berdusta kepadaku!!"
"Pimpinan...," desis Manusia Muka Kucing dengan wajah pias. "Lelaki itu berdusta
kepadaku! Dia tadi mengatakan...."
"Aku tak suka banyak tanya! Cari Pendekar Slebor sampai dapat! Kutunggu
sampai... jahanam terkutuk!!"
Memutus kata-katanya sendiri, tiba-tiba saja lela-
ki bersanggul itu gerakkan tangan kanannya ke depan.
Wuusss!! Satu gelombang angin yang mengandung hawa
panas dan dingin menderu dahsyat, melabrak ke satu
semak belukar. Sebelum ranggasan semak itu terhan-
tam hancur, Iblis Segala Amarah sudah keluarkan
bentakan, "Manusia-manusia bodoh! Apakah kalian tidak tahu kalau ada cecunguk
hitam yang mencuri
dengar apa yang kalian bicarakan"!!"
Menyusul hancurnya ranggasan semak belukar
itu, Ratu Hitam yang sama sekali tak menyangka kalau kehadirannya diketahui
lelaki berjubah merah itu, sudah melompat untuk selamatkan diri. Dan sekarang,
tak ada jalan lain kecuali menampakkan diri.
Wajah jelita perempuan ini menekuk. "Manusia
celaka! Kita bertemu lagi di sini".
*** 10 Sementara Manusia Muka Kucing, Manusia Tan-
gan Harimau dan Pendekar Slebor yang menyamar se-
bagai Kaki Kilat dan tadi sengaja berkata yang mengejutkan lelaki berparas
kucing terdiam, Iblis Segala
Amarah terbahak-bahak keras.
Tanah sejarak lima tombak dari tempatnya, mele-
tup-letup. "Ratu Hitam! Bukan main! Sekian lama tak jumpa, kau masih jelita saja! O ya...
apakah kau masih tetap menjadi pengikut Pendekar Cakra Sakti, hah"!"
Ratu Hitam mendelik gusar.
"Hhhh! Dasar manusia pengecut! Tak berani
menghadapi Pendekar Cakra Sakti, kau berupaya
mencelakakan orang lain! Bahkan... kau menghendaki
tenaga 'Inti Petir' pada diri Pendekar Slebor! Sayang sekali niatmu tak akan
pernah kesampaian! Karena selain kau tak akan mampu menghadapi anak muda itu,
aku pun akan menghalangi niatmu!!"
Wajah Iblis Segala Amarah menekuk geram.
"Rupanya kau benar-benar telah terpengaruh
Pendekar Cakra Sakti! Kau yang dulunya begitu kejam
dan telengas, kali ini berlagak suci laksana bidadari!
Sebenarnya, aku tak menghendaki nyawamu! Yang
kuinginkan adalah Pendekar Cakra Sakti! Tetapi seka-
rang... semuanya pupus dengan sendirinya!"
"Peduli setan apa yang kau katakan! Kau lihat,
aku tak akan mundur satu tindak dari hadapanmu!!"
Kali ini meledak tawa lelaki berparas tirus itu.
"Bagus! Ingin kulihat kebenaran kata-katamu
itu!!" Sementara itu diam-diam Pendekar Slebor mem-
batin, "Celaka! Keadaan seperti ini tak kuharapkan sama sekali! Berarti... semua
rencanaku batal karena lelaki itu telah muncul dengan sendirinya! Ah, bila saja
aku hanya seorang diri, kemungkinan besar aku masih
dapat menyelamatkan diri. Mudah-mudahan Ratu Hi-
tam dapat mengatasi manusia satu itu. Hanya saja..."
Memutus kata batinnya sendiri, anak muda yang
sekarang masing menyamar sebagai Kaki Kilat berkata,
"Pimpinan! Bukan maksudku untuk menahan keingi-
nan Pimpinan! Tetapi... aku melihat kehadiran orang-
tua berpakaian putih-putih kusam dengan rambut
panjang tak beraturan dan tubuh agak membungkuk
di ujung jalan sana!"
Mendengar ucapan itu, Iblis Segala Amarah pa-
lingkan kepalanya.
"Busyet! Tatapannya seperti hendak menelan aku
bulat-bulat!" kata Andika dalam hati sambil menelan ludahnya.
"Manusia sialan! Kau mengatakan pada lelaki mu-
ka kucing itu kalau kau melihat Pendekar Slebor! Kali ini kau mengatakan kau...
Gila! Hei! Benarkah yang
kau katakan itu?"
Melihat perubahan wajah lelaki tua berwajah tirus
ini Andika buru-buru menganggukkan kepalanya.
"Benar, Pimpinan...."
"Pendekar Cakra Sakti...," desis Iblis Segala Amarah dengan suara gusar.
Kemudian terdengar makian-
nya pada Ratu Hitam, "Katakan padaku, di mana manusia celaka itu berada!!"
Ratu Hitam hanya cibirkan mulut.
"Dari ucapanmu, terbukti kalau kau tak berani
menghadapiku!" sengatnya penuh ejekan.
Terdengar suara rahang dikertakkan. Menyusul
tanpa buka suara lagi, Iblis Segala Amarah segera
mendorong tangan kanannya.
Serta-merta menderu gelombang angin yang men-
gandung hawa panas dan dingin.
Sementara Pendekar Slebor mendengus, Ratu Hi-
tam segera membuang tubuh ke samping kanan. Dia
memang berhasil hindari labrakan gelombang angin
itu. Namun hawa panas dan dingin melingkupi tubuh-
nya hingga sesaat nampak dia bergetar.
"Gila! Sungguh luar biasa sekali! Apakah ini ilmu yang sedang diperdalamnya"
Tanpa pergunakan tenaga 'Inti Petir' yang dimiliki Pendekar Slebor saja sudah
sedemikian mengerikan, bagaimana bila lelaki tua celaka ini berhasil menyerap
tenaga 'Inti Petir' anak mu-da itu" Dan sekarang... di mana anak muda itu bera-
da?" Di lain pihak Manusia Muka Kucing dan Manusia Tangan Harimau terdiam dengan
mata terbeliak dan
mulut terbuka lebar. Sementara itu Pendekar Slebor
yang masih menyamar sebagai Kaki Kilat membatin.
"Kutu pitak! Sungguh suatu tenaga yang hebat sekali!
Dari jarak sekian langkah dari tempatku, dapat kura-
sakan hawa panas dan dingin yang menyengat! Ra-
sanya... seluruh rencanaku akan berantakan karena
aku tak mau melihat Ratu Hitam terluka! Dan lagi...
monyet buduk! Kumis ini benar-benar hendak bikin
aku bersin!!"
Di tempatnya Iblis Segala Amarah terbahak-bahak
melihat wajah Ratu Hitam pias.
"Kau hanya kuberikan kesempatan tiga kali ge-
brakan!!" desisnya dan secara tiba-tiba dia berseru seraya dorong tangan
kanannya, "Tenaga 'Api'!!"
Wusss!! Saat itu pula menderu gelombang angin panas ke
arah Ratu Hitam. Menyusul gelombang angin itu dua
bongkah besar api menggulung-gulung mengerikan.
Ratu Hitam mendengus sambil menggerakkan
tombak berujung trisula yang kini telah menjadi tongkat. Lima sinar hitam
langsung mencelat, memapaki
gelombang angin panas yang dilepaskan Iblis Segala
Amarah. Terdengar letupan yang sangat keras. Bersamaan
letupan itu terdengar, terdengar pula pekikan Ratu Hitam tatkala dua bongkah api
besar melabrak ke arah
kaki dan kepala.
Tak ada jalan lain kecuali berguling untuk hindari
sergapan ganas itu. Dua bongkah api itu seketika
membakar ranggasan semak dan rerumputan.
Iblis Segala Amarah yang lancarkan serangan tan-
pa geser dari tempatnya terbahak-bahak.
"Bagus! Sekarang... tenaga 'Air'!!"
Habis ucapannya, didorong tangan kirinya ke de-
pan. Wussss! Serentak gelombang angin dingin disusul dengan
percikan-percikan air menderu ke arah Ratu Hitam.
Perempuan berpakaian hitam tipis menerawang
ini kembali coba menahan dengan gerakkan tongkat
berujung trisulanya. Kalau tadi gelombang angin itu
berhasil diputuskan, kali ini gelombang angin yang
menderu disusul percikan-percikan air yang justru
menghantam pecah lima sinar hitam yang menderu.
Dan terus mengarah pada Ratu Hitam.
Untuk kedua kalinya perempuan ini dibuat tung-
gang langgang. Bahkan hampir saja tubuhnya terbakar
api-api yang terus menjalar membakari ranggasan se-
mak belukar. Saat berdiri tegak, tubuhnya agak bergetar. Wajah
jelitanya sangat pias dengan keringat yang membanjir.
Pendekar Slebor yang melihat keadaan tidak men-
guntungkan mendengus, "Terpaksa rencanaku harus
dibatalkan! Monyet pitak! Rasanya aku tak bisa mena-
han bersin lagi, nih!"
"Bagus, bagus sekali!! Kau berhasil hindari dua gebrakanku! Tadi kukatakan, tiga
kali kau kuberi kesempatan untuk bernapas! Sekarang bersiaplah untuk
jemput kematian!!"
Di tempatnya kendati hatinya sangat tegang, Ratu
Hitam sunggingkan senyuman mengejek.
"Kita buktikan apa yang kau katakan itu!"
"Bagus! Kau akan menerima ilmu tenaga 'Api Air'
yang tak ada duanya!!"
"Hhhh! Kau belum mendapatkan tenaga 'Inti Petir'
yang dimiliki Pendekar Slebor" Apakah kau masih
akan membanggakannya juga" Jangan terlalu berlebi-
han dalam berkhayal! Dan kau memang tak pantas
untuk berhadapan dengan Pendekar Cakra Sakti!!"
"Jahanam!! Jangan sebut-sebut julukan itu di de-panku! Baik! Akan kuperlihatkan
kepadamu!!"
Habis kata-katanya, lelaki berambut merah yang
di sanggul itu segera putar kedua tangannya ke atas, lalu digerakkan ke bawah
dan ke atas lagi. Kejap berikutnya disatukan secara perlahan di depan dada. Me-
nyusul diiringi teriakan keras. didorong kedua tangannya ke depan tetap tanpa
bergeser dari tempatnya berdiri. "Tenaga Api Air'!!"
Secara bersamaan dua gelombang angin mengge-
brak. Dari gebrakan yang terasa saja, sudah dapat di yakini kalau tiga batang
pohon akan langsung tercabut begitu terhantam. Belum lagi secara mengejutkan
satu bongkahan api bersamaan gelombang angin yang tim-bulkan percikan air,
menggebah. Dan menyatu dalam
kekuatan yang mengerikan.
Ratu Hitam seketika bertambah pucat. Sesaat pe-
rempuan jelita ini merasa sebagian sukmanya tercabut
paksa. Dia memang berhasil hindari dua gelombang an-
gin yang pertama melabrak. Namun untuk hindari
bongkahan api dan gelombang angin yang percikan air
dan kini telah menyatu, nampaknya sangat sulit dila-
kukan "Celaka! Rupanya aku akan mampus sekarang!!"
desisnya kecut.
Diiringi senyuman puas Manusia Muka Kucing
dan Manusia Tangan Harimau, perempuan berpakaian
hitam panjang ini seolah tak kuasa lagi untuk lakukan tindakan apa-apa.
Namun sebelum tubuhnya lumat terhantam tena-
ga 'Api Air" milik Iblis Segala Amarah yang kini sedang tersenyum puas, mendadak
terdengar salakan petir
yang sangat kuat. Menyusul suara laksana salakan
guntur yang menghantam kesatuan bongkahan api
dan gelombang angin yang percikan air.
Blaaaammmmm!!! Serta-merta serangan ganas Iblis Segala Amarah
terputus. Tempat di mana terjadi bentrokan tadi, langsung rengkah. Tanah
terbongkar dan bongkarannya
membubung tinggi.


Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

Sementara sosok Ratu Hitam sendiri terpental
akibat getaran dari bentrokan yang terjadi.
"Jahanam keparat!!" terdengar suara Iblis Segala Amarah sambil palingkan kepala.
Empat pasang mata masing-masing orang yang
berada di sana, terarah pada sosok lelaki berpakaian merah-merah yang terhuyung
ke belakang dengan da-da terasa sesak.
"Kaki Kilat!" desis Manusia Muka Kucing tersentak. "Gila! Bagaimana mungkin dia
dapat menghalangi serangan Pimpinan pada Ratu Hitam"!"
*** Orang yang tadi halangi serangan Iblis Segala
Amarah bukan lain Pendekar Slebor yang masih me-
nyamar sebagai Kaki Kilat. Anak muda dari Lembah
Kutukan tak dapat membiarkan diri Ratu Hitam men-
jadi sasaran empuk serangan lelaki berjubah merah
itu. Maka langsung saja Andika lepaskan tenaga 'Inti Petir' tingkat pamungkas.
Namun begitu dirasakan kekuatan lain yang sangat dahsyat dari serangan Iblis
Segala Amarah, maka segera dilepaskan ajian 'Guntur
Selaksa'! Akan tetapi di luar dugaannya, tubuhnya pun ter-
seret lima langkah ke belakang. Kedua tangannya tera-sa sangat ngilu. Dan
mendadak saja kedua pipinya
mengembung, menyusul anak muda ini muntah darah.
"Huaaaakkk!!"
Bersamaan darah kental hitam yang keluar, ku-
mis terbuat dari ijuk yang menempel terlepas pula.
Tersentak masing-masing orang yang berada di
sana. "Dia bukan Kaki Kilat!!" seru Manusia Muka Kucing keras. Dan mendadak saja
lelaki ini sudah mener-
jang dengan kedua cakar mengembang.
Namun sebelum lelaki ini lakukan maksud, satu
tenaga yang tak nampak telah membuat tubuhnya ter-
dorong ke samping kanan.
"Aaaakhhhh!!"
Tubuhnya langsung ambruk dan muntah darah.
"Tak seorangpun kubiarkan untuk membunuhnya!!
Pendekar Slebor... kecerdikanmu sungguh luar biasa!!"
terdengar suara Iblis Segala Amarah keras.
Andika yang memang harus membuka penyama-
rannya dan menggagalkan seluruh rencananya, segera
membuka pakaian merah-merah yang dikenakannya.
Kejap itu pula nampak pakaian hijau pupus dan kain
bercorak catur yang melilit pada lehernya.
"Huh! Terpaksa deh! Eh, Biang kunyuk! Jadi kau
orangnya yang menginginkan tenaga 'Inti Petir' dalam tubuhku" Wah! Tak usyeee
yeee!!" Ratu Hitam yang dalam keadaan terhuyung mem-
batin, "Pendekar Slebor! Sungguh sebuah kecerdikan sekaligus nyali kuat yang
dimilikinya! Ah, tentunya dia memiliki rencana mengapa dia harus menyamar
seperti itu. Tetapi... aku telah menggagalkannya. Satu yang kini kuketahui...
kalau pemuda itu ternyata pandai
menyamar. Hanya saja, mampukah dia menghadapi
Iblis Segala Amarah?"
Di tempatnya, Iblis Segala Amarah terbahak-
bahak keras. "Semudah membalikkan telapak tanganku untuk
mendapatkan Tenaga 'Inti Petir' yang kau miliki, Pendekar Slebor! Bagus kau
datang ke sini! Berarti semua urusan akan terselesaikan dan Pendekar Cakra Sakti
harus mampus!!"
Andika yang sengaja mengajak lelaki berwajah ti-
rus itu bercakap-cakap lebih lama guna memulihkan
keadaannya, berkata lagi, "Ngomong-ngomong tentang orangtua sakti itu... sudah
tentu kau tak akan dapat mengalahkannya! Dia juga menitip salam padamu me-
laluiku! Katanya, aku tidak usah membunuhmu, tetapi
cukup menjitak kepalamu sampai benjol dan pecah se-
lama berbulan-bulan! Hayo, kau mau pilih yang mana"
Langsung mampus, atau benjol di kepalamu"!!"
Serentak tawa Iblis Segala Amarah terputus. Se-
pasang mata kelabunya tajam menusuk, laksana ko-
baran api yang tersimpan di sana.
"Kau tak akan bisa mengumbar lagi segala keko-
nyolanmu itu, Pendekar Slebor! Setelah kudapatkan
tenaga 'Inti Petir' yang kau miliki, maka kau harus
mampus!!" "Kehebatan tenaga 'Api Air' yang dimilikinya sungguh luar biasa. Entah bagaimana
pula bila dia berhasil menggabungkan tenaga 'Api Air' dengan tenaga 'Inti
Petir'. Wah! Kehebatannya pasti makin menjadi-jadi sa-ja! Tetapi biar
bagaimanapun juga, aku tak akan me-
nyerah begitu saja. Kendati menurut Pendekar Cakra
Sakti dia tak akan membunuhku sebelum menda-
patkan tenaga 'Inti Petir', namun aku tak akan mem-
biarkan serangan demi serangannya mengenai sasa-
ran. Dan semuanya... hei!!"
Sejenak anak muda ini memutus kata batinnya
sendiri. Lalu dengan kening dikernyitkan dia melan-
jutkan, "Apakah bila aku mati tenaga 'Inti Petir' yang kumiliki akan punah" Oh!
Bodohnya aku! Sudah tentu
tenaga itu akan punah dengan sendirinya! Kutu mo-
nyet! Masa aku baru tahu rahasia tenaga 'Inti Petir', sih" Atau jangan jangan...
masih ada rahasia lain yang belum kuketahui?"
Sementara Iblis Segala Amarah masih berdiri tan-
pa keluarkan suara, Manusia Muka Kucing yang telah
berhasil pulihkan keadaannya kendati masih merasa
nyeri di dadanya, perlahan-lahan menghampiri Manu-
sia Tangan Harimau.
Sambil pandangi Ratu Hitam yang memandang
curiga, lelaki yang tingginya hanya sebahu Manusia
Tangan Harimau itu berkata, "Tangan Harimau.... Biar urusan Pimpinan lebih
mudah, kita bunuh Ratu Hitam!" Mendengar usul itu, Manusia Tangan Harimau yang
masih takjub dengan kesaktian Iblis Segala Amarah segera mengangguk.
"Kita tunggu sampai Pimpinan menyerang Pende-
kar Slebor!" katanya dalam bisikan.
Dan serangan itu tak perlu ditunggu terlalu lama.
Karena diiringi suara mengguntur, mendadak saja Iblis Segala Amarah membuka
kedua telapak tangannya lurus di depan dada. Lalu pergelangan tangannya dipu-
tar tiga kali ke kanan dan tiga kali ke kiri.
Di tempatnya Andika memperhatikan tanpa kedip.
Lamat-lamat dilihatnya bagaimana kedua telapak tan-
gan lelaki berwajah tirus itu memerah dan semakin
lama pancaran cahaya merah itu bertambah pekat.
"Kau harus merasakan ilmu "Sedot Udara" ini!!"
menggelegar bentakan Iblis Segala Amarah.
Habis seruannya, mendadak saja satu tarikan
yang sangat dahsyat mengarah pada Andika. Terkesiap
bukan alang kepalang anak muda urakan ini tatkala
merasakan tubuhnya seperti ditarik paksa untuk men-
garah pada Iblis Segala Amarah. Dirasakan bagaimana
saat itu juga ada lecutan-lecutan keras di seluruh tubuhnya.
Keadaan itu bukan hanya dialami oleh Pendekar
Slebor saja, karena Manusia Muka Kucing dan Manu-
sia Tangan Harimau yang merencanakan untuk mem-
bunuh Ratu Hitam pun terseret. Demikian pula den-
gan perempuan jelita berpakaian hitam panjang tipis
menerawang itu.
Kejap itu pula masing-masing orang segera alirkan
tenaga dalam pada kaki kanan kiri. Menahan tarikan
dahsyat yang dilakukan Iblis Segala Amarah sambil
terbahak-bahak lebar.
*** 11 Tanah di mana masing-masing orang berdiri ber-
hamburan, menyusul ranggasan semak belukar ke
arah Iblis Segala Amarah. Dan begitu mendekat ter-
dengar letupan keras bersamaan muncratnya tanah
dan ranggasan semak yang mengarah padanya. Lang-
sung berhamburan. Wajah lelaki berjubah merah itu
mengeras. Nampak jelas kalau dia sedang keluarkan
tenaga sedotnya.
Getah-getah pohon yang dipergunakan Pendekar
Slebor untuk menyamarkan wajahnya menyerupai si
Kaki Kilat pun meleleh karena anak muda itu sedang
kerahkan tenaga dalamnya guna menahan tarikan
dahsyat itu. Hingga nampaklah wajah tampannya yang
kali ini terlihat tegang.
"Gila! Tenaga sedotnya sungguh dahsyat! Dan dia benar-benar tak perduli dengan
Manusia Muka Kucing
Karena manusia itu pun tersedot! Celaka! Nampaknya
lelaki itu tak berdaya sama sekali!"
Di tempatnya, Manusia Muka Kucing keluarkan
gerengan keras. Wajahnya terasa sakit dengan dada
yang langsung sesak. Kedua tangan dan kakinya ber-
getar hebat. Dan mendadak sekali, tubuhnya mencelat ke arah
Iblis Segala Amarah. Celatan itu disebabkan karena
kedua kakinya sudah tak kuasa menahan tarikan te-
naga Iblis Segala Amarah.
Melihat hal itu, dengan susah payah Andika beru-
saha rentangkan kedua tangannya disertai alirkan te-
naga 'Inti Petir'. Saat dikeluarkan tenaga 'Inti Petir' keringat kontan
membasahi seluruh tubuhnya. Dengan
bantuan tenaga 'Inti Petir' dia berusaha untuk meng-
geser tubuh guna menahan celatan tubuh Manusia
Muka Kucing. Namun yang mengejutkan, karena mendadak saja
terasa ada tenaga yang keluar dari tubuhnya. Terke-
siap bukan alang kepalang anak muda urakan ini.
"Kutu monyet! Rupanya ilmu yang diperlihatkan
Iblis Segala Amarah, sengaja memancingku untuk ke-
luarkan tenaga 'Inti Petir'. Dan dia berhasil menyedotnya! Aku harus tutup
tenagaku! Tetapi, bagaimana
dengan Manusia Muka Kucing?"
Ratu Hitam yang mengalami siksaan serupa
membatin, "Huh! Mengapa anak muda itu mau meno-
long Manusia Muka Kucing" Biarkan saja dia mampus!
Toh hiduppun hanya menjadi duri belaka! Keparat ter-
kutuk! Lama kelamaan jelas aku tak bisa menahan ta-
rikan tenaga manusia celaka itu!!"
Mendadak terdengar suara keras, "Breettt!!"
Pakaian bawah Ratu Hitam sobek terseret tenaga
sedotan itu. Kejap itu pula nampak bungkahan kedua
pahanya yang putih mulus. Masih untung sobekan itu
tidak sampai ke pangkal paha.
Marah akan keadaan dirinya, Ratu Hitam kertak-
kan rahang. Lalu tiba-tiba dia melesat ke depan disertai gerengan, "Bertahan
juga tak ada gunanya! Lebih baik mencoba!!"
Lesatan tubuh Ratu Hitam mendahului celatan
sosok Manusia Muka Kucing.
Melihat apa yang akan dilakukan Ratu Hitam, An-
dika terkejut bukan main.
"Dia hanya mengorbankan nyawa belaka!" desisnya keras.
Dan secara tiba-tiba anak muda ini menyambar
kain bercorak caturnya yang tak terlepas karena melilit pada lehernya. Dengan
kerahkan tenaga dalamnya, di-ayunkan kain bercorak catur itu.
Bltaaaarrr!! Terdengar suara dahsyat laksana ribuan tawon
murka, disusul dengan gelombang angin menggemu-
ruh. Di depan, Iblis Segala Amarah yang siap mengirim
Ratu Hitam ke akhirat, nampak terkejut. Dia segera
geser kaki kanannya dua tindak. Gerakan yang dila-
kukannya mau tak mau mengubah arah sedotan tena-
ganya, hingga sosok Manusia Muka Kucing dan Ratu
Hitam langsung terpelanting ke samping kanan. Se-
mentara Manusia Tangan Harimau yang juga sudah
terseret hingga kakinya amblas sampai lutut pun ter-
pelanting. Bersamaan mengubah kedudukannya, Iblis Segala
Amarah mendorong tangan kirinya. Serta-merta meng-
gebah gelombang angin berhawa dingin disusul dengan
gelombang angin yang keluarkan percikan air.
Blaaammmm!!! Begitu dahsyatnya bentrokan yang kemudian ter-
jadi. Tanah di mana terjadinya bentrokan itu langsung muncrat ke udara dan
tatkala sirap, nampak sebuah
lubang menganga lebar.
Di seberang, sosok Pendekar Slebor terlempar de-
ras dua tombak ke belakang dan ambruk di atas ta-
nah. Sadar bila dia tak segera berdiri nyawanya akan melayang, pemuda pewaris
ilmu Pendekar Lembah Kutukan ini segera berdiri. Saat berdiri tubuhnya agak
terhuyung dan terlihat darah segar keluar dari hidungnya.
Tetapi dasar urakan, kendati rasa sakitnya tidak
ketulungan dia justru berseru konyol "Wah! Masa Cu-ma begitu saja sih
kehebatanmu" Aku jadi tidak enak
nih menghadapimu!!"
Di depan Iblis Segala Amarah terbahak-bahak ke-
ras. "Kau tak akan mampu menghadapiku, Pendekar Slebor!! Kau barang berharga
yang tak akan kulepaskan! Manusia Muka Kucing! Bunuh perempuan
itu!!" Mendengar perintah, Manusia Muka Kucing yang
telah berdiri langsung melompat dengan kedua tangan
mengembang membentuk cakar ke arah Ratu Hitam.
Perempuan jelita yang tongkat berujung trisulanya sudah terlepas begitu tenaga
sedotan Iblis Segala Amarah menerjang, langsung membuang tubuh.
Dan sebelum dia berdiri kembali, Manusia Tangan
Harimau sudah menggebah dengan kedua tangannya
yang penuh bulu hingga siku.
"Jahanam!!" rutuk Ratu Hitam sambil melompat dan langsung menerjang.
Di lain pihak, Andika membatin, "Rupanya tenaga sedotan lelaki buruk rupa itu
bisa diatur! Dan kali ini tentunya akan mengarah padaku! Celaka tiga belas!
Bisa putus nih nyawaku sekarang!!"
Apa yang diduga anak muda ini memang benar.
Karena Iblis Segala Amarah sudah mencecarnya den-
gan tenaga 'Api Air'. Gelombang angin panas yang disusul dengan bongkahan bola
api bersatu dengan ge-
lombang angin dingin yang disusul gelombang angin
yang keluarkan percikan air.
Memucat wajah anak muda itu. Namun untuk
menghindarpun rasanya sulit dilakukan. Sambil ge-
rakkan kain pusaka bercorak catur, anak muda ini te-
lah gabungkan dengan ajian 'Guntur Selaksa'.
Terdengar suara laksana sambaran guntur meng-
gebah mengerikan. Dan lebih dahsyat lagi akibat yang terjadi setelah


Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

berbentrokan dengan tenaga 'Api Air' Iblis Segala Amarah.
Kontan tempat itu seperti bergoyang. Batu besar
yang sejak tadi tak bergeser dari tempatnya, sekarang bukan hanya bergeser.
Tetapi juga retak dan pecah berantakan.
Manusia Muka Kucing dan Manusia Tangan Ha-
rimau yang sedang mencecar Ratu Hitam pun terpe-
lanting. Tak terkecuali perempuan jelita yang kali ini
menyerang juga berusaha untuk tutupi auratnya.
Untuk kedua kalinya Pendekar Slebor terpelanting
deras ke belakang. Kali ini darah bukan hanya keluar dari hidungnya, tetapi
menyentak keluar dari mulutnya. Sementara Iblis Segala Amarah hanya bergeser
dua tindak ke belakang. Lelaki berambut merah dis-
anggul ini cukup terkejut karena merasa ngilu pada
tangannya. Namun melihat sosok Pendekar Slebor
yang sempoyongan, serta-merta dikeluarkan kembali
ilmu 'Sedot Sukma'!
Saat itu pula Andika merasa tubuhnya seperti di-
tarik paksa ke arah Iblis Segala Amarah.
Di lain pihak, Ratu Hitam yang terpental akibat
benturan keras terjadi tadi, jatuh secara tak sengaja di dekat tongkat berujung
trisulanya. Dan tatkala melihat bagaimana kalutnya Pendekar Slebor yang sedang
menahan tarikan dahsyat dari ilmu 'Sedot Sukma' milik
Iblis Segala Amarah, dengan kerahkan sisa-sisa tenaga dalamnya dilemparnya
tongkat berujung trisula itu.
Kontan mencelat sinar hitam mengerikan ke arah
lelaki berjubah merah itu. Iblis Segala Amarah nampak tidak terkejut, bahkan mendadak
saja lesatan tongkat berujung trisula itu bertambah cepat ke arahnya dan
seolah dibiarkan menancap di tubuhnya.
Namun masih separuh jalan, mendadak saja
tongkat berujung trisula itu patah. Tak sampai di situ saja terjadi, karena
mendadak saja tongkat itu luruh menjadi debu. Laksana copot jantung Ratu Hitam
melihatnya. Apalagi Manusia Muka Kucing dan Manusia
Tangan Harimau telah menerjang kembali dengan ga-
nas. Di lain pihak, sosok Pendekar Slebor terus meluncur mengikuti tarikan kedua
telapak tangan Iblis Sega-la Amarah.
"Kutu monyet! Aku bisa mampus!!" maki anak muda itu dengan wajah memucat. Dan
karena masih suka makan nasi uduk, anak muda ini mendadak saja
melempar kain bercorak catur yang diiringi ajian
'Guntur Selaksa'.
Salakan guntur yang terdengar seolah teredam
oleh tenaga dari sedotan lawan. Namun lesatan kain
bercorak catur yang keluarkan suara laksana ribuan
tawon marah, terus meluncur.
Seperti halnya yang dialami tongkat berujung tri-
sula milik Ratu Hitam, kain pusaka itu terus melesat.
Namun tidak tertahan, robek maupun lebur di tengah
jalan. Bahkan terus meluncur.
Kali ini terlihat wajah Iblis Segala Amarah pias.
Kedua telapak tangannya yang membuka mengarah
pada Andika, dilencengkan ke kanan.
Saat itu pula terdengar suara letupan cukup ke-
ras. Blaaarmm!!
Kain bercorak catur mencelat balik. Andika yang
begitu kedua tangan Iblis Segala Amarah diarahkan
pada kain bercorak catur, dapat bernapas longgar se-
saat, langsung melompat menyambar kain bercorak
catur itu. Begitu kedua kakinya menginjak tanah, serta-
merta tubuhnya mencelat lagi ke depan. Kembali dipa-
dukan ajian 'Guntur Selaksa' dengan kesaktian kain
bercorak catur.
Wrrrrr!! Suara menggemuruh disertai dengungan mengeri-
kan terdengar menggebah. Ranggasan semak belukar
tercabut dan terseret, bersama gelombang angin dah-
syat mengarah pada Iblis Segala Amarah.
Lelaki berjubah merah itu memekik tertahan. Un-
tuk pertama kalinya dia menghindari serangan yang
datang. Sadar kalau lawan mulai kehilangan bentuk se-
rangannya, anak muda urakan ini terus memompa
semangatnya untuk lakukan terjangan-terjangan ber-
bahaya. Berulangkali suara salakan guntur disertai
dengungan ribuan tawon marah silih berganti terden-
gar. Sementara itu dikawal makian-makian keras, Iblis Segala Amarah berusaha
untuk menghindar. Bahkan
dia masih sempat pula memberikan balasan yang be-
rarti. Hingga tiga gebrakan berikutnya, masing-masing orang surut lima langkah
ke belakang. Pendekar Slebor merasa jantungnya berpacu lebih cepat dengan napas
yang makin terengah. Keringat bertambah mengaliri
sekujur tubuhnya. Darah mengalir lagi dari hidungnya.
Di seberang, Iblis Segala Amarah membatin den-
gan napas setengah megap-megap, "Tak kusangka...
selain memiliki kesaktian yang tinggi, anak muda ini juga punya kekerasan dalam
hatinya. Semangatnya
begitu tinggi hingga seperti tak terpikirkan untuk
mundur atau menghindari pertarungan ini. Hhh.. Dari
ucapan sebelumnya, dia nampaknya telah mengambil
alih perhitunganku dengan Pendekar Cakra Sakti! Kali ini... persetan apakah aku
akan memiliki tenaga 'Inti Petir' atau tidak. Pendekar Cakra Sakti tak akan
mampu meladeniku! Sebagai gantinya, akan kucabut nyawa
anak muda itu!!"
Memutuskan demikian, dengan sesekali lepaskan
tenaga 'Api Air' yang mengerikan disusul dengan ilmu
'Sedot Sukma', Iblis Segala Amarah kembali berhasil
membuat kacau pertahanan sekaligus penyerangan
Pendekar Slebor.
Anak muda urakan ini benar-benar kacau balau
sekarang. Tak sekalipun dia diberikan kesempatan un-
tuk membalas kecuali melompat-lompat seperti monyet
kebakar ekornya.
"Monyet pitak! Kali ini nampaknya dia memang
hendak mencabut nyawaku!" dengusnya dalam hati.
Dengan andalkan ilmu peringan tubuhnya yang
kesohor, anak muda ini memang berhasil hindari se-
tiap serangan. Namun tenaga sedotan dari ilmu 'Sedot Sukma' membuat tubuhnya
seperti meregang-regang.
"Celaka! Benar-benar celaka! Aku tak akan bisa
bertahan sekarang!" desisnya sambil gerakkan kain bercorak catur. Namun sebelum
digerakkan, kain pusaka itu telah terhantam. Memang tidak robek, tetapi malah
menutupi sekujur tubuhnya.
Gelagapan anak muda ini berusaha membebaskan
diri dari lilitan kain pusakanya sendiri. Namun saat itulah Iblis Segala Amarah
mencelat ke depan disertai suara menggelegar, "Peduli setan dengan apa yang ku
hendaki sebelumnya! Kali ini kau akan mampus!!"
Lalu tanpa sempat dielakkan atau ditahan lagi,
tubuh Pendekar Slebor terhantam telak tenaga Api Air'.
Terpental ke belakang anak muda ini disertai pekikannya yang keras. Hawa panas
dan dingin melingkupinya
sesaat. Dan pentalan tubuhnya terhenti tatkala menabrak
sebuah pohon. Tanpa hiraukan sekujur tubuhnya yang
laksana diinjak puluhan kerbau ngamuk, anak muda
itu berdiri agak sempoyongan. Nyeri tak terkira dirasakannya. Dia menduga kalau
kain bercorak caturnya
miliknya telah sobek.
*** 12 Namun apa yang dilihatnya kemudian, membuat
keningnya berkerut. Karena kain pusaka bercorak ca-
tur tidak robek sedikitpun juga. Bahkan dirasakan
hawa panas dan dingin yang melingkupinya sirna per-
lahan-lahan. "Bodohnya aku!!" desisnya dalam hati. "Kain pusaka ini dapat kujadikan sebagai
tameng!! Tetapi... bagaimana bila salah" Peduli kutu-kutu badak! Aku ha-
rus mencobanya!!"
Berpikir demikian, kain pusaka bercorak catur
yang masih melilit di tubuhnya, semakin dililitkan
dengan membebaskan kedua tangannya. Dengan kain
bercorak catur dijadikan sebagai tameng Pendekar
Slebor mencelat ke depan.
Bersamaan dengan itu, empat sosok tubuh datang
ke sana. Salah seorang yang wajahnya ditutupi cadar biru tipis, langsung
membantu Ratu Hitam yang sedang dikeroyok Manusia Muka Kucing dan Manusia
Tangan Harimau.
Sosok tubuh yang tak lain Dewi Cadar Biru
adanya, menyerang Manusia Muka Kucing yang ter-
sentak kaget. Di lain pihak, Ratu Hitam yang mulai
agak terbebas dari rangkaian dua serangan ganas, kali ini berhasil mencecar
Manusia Tangan Harimau.
Tiga orang lainnya yang baru muncul memperha-
tikan pertarungan itu dengan hati tegang. Sesungguh-
nya, ketiga murid mendiang Malaikat Keadilan ini hendak turun tangan. Namun
mereka adalah para remaja
berjiwa kesatria. Tidak mau melakukan pengeroyokan
karena merasa masing-masing orang berimbang.
Sementara itu dengan menjadikan kain bercorak
catur sebagai tameng, Pendekar Slebor leluasa le-
paskan ajian 'Guntur Selaksa'. Bahkan dipadukan
dengan tenaga 'Inti Petir' tingkat pamungkas.
Gedoran tenaga 'Api Air' lawan memang berhasil
membuat serangannya sesekali tertahan. Namun tak
membuatnya cidera. Kekeras kepalaannya malah ber-
tambah menjadi-jadi. Dia terus maju mencecar. Yang
membahayakan di saat Iblis Segala Amarah yang kini
sudah agak memucat melepaskan ilmu 'Sedot Sukma'.
Tubuhnya seketika terbetot ke depan. Namun kali
ini sedotan itu tak terlalu keras, karena sosoknya ter-balut oleh kain pusaka
bercorak catur. Kedua tangan-
nya yang bebas pun melepaskan gabungan ajian
'Guntur Selaksa' dan tenaga "Inti Petir'.
Hingga satu ketika, kaki kanan Iblis Segala Ama-
rah terhantam telak gabungan serangan itu. Kontan lelaki berjubah merah ini
menjerit keras tatkala terdengar suara 'krak' disusul tubuhnya sempoyongan am-
bruk. Andika sendiri tak mau bertindak ayal. Dia segera
mencelat ke depan. Dua pukulannya telak menghan-
tam kedua pangkal tangan Iblis Segala Amarah yang
seketika remuk. Meraung keras laksana kambing dis-
embelih lelaki berwajah tirus itu. Sosoknya makin bergulingan keras, ke sana-
kemari menjemput sekarat.
Di lain pihak, Ratu Hitam yang kini sadar tak bo-
leh berbenturan dengan kedua tangan Manusia Tan-
gan Harimau, segera mencecar kedua kaki lawan. Dan
begitu dia berhasil menyepak kaki kiri Manusia Tan-
gan Harimau, pukulannya langsung menghantam paha
kanan lelaki itu yang seketika remuk dan terbanting ke atas tanah.
Dan dia memang tak mau bertindak penuh belas
kasihan, karena orang seperti Manusia Tangan Hari-
mau memang tak perlu dikasihani. Selagi lelaki itu ke-lojotan, perempuan
berpakaian hitam tipis itu sudah
melesat dan menginjak kepala Manusia Tangan Hari-
mau. Bersamaan suara 'krak' yang cukup keras terden-
gar, tubuh lelaki itu melonjak ke atas sebelum akhir-
nya ambruk kembali ke tanah. Dari kepalanya yang
pecah mengalir cairan putih dan merah. Ratu Hitam
sendiri, langsung ambruk berlutut dengan napas me-
gap-megap. Di lain pihak, melihat apa yang dialami Iblis Sega-
la Amarah dan Manusia Tangan Harimau, lelaki berpa-
ras kucing timbul rasa takutnya. Dan setelah lepaskan serangan membabi buta pada
Dewi Cadar Biru, lelaki
ini langsung melesat untuk meloloskan diri.
Namun mendadak saja enam buah cahaya bening
yang terlontar sekaligus, bukan hanya menahan tu-
buhnya, tetapi juga menghantam dan sekaligus mengi-
rimnya ke neraka.
Rupanya ketiga murid Malaikat Keadilan yang me-
lihat gelagat, sudah lepaskan pukulan 'Tebar Cahaya
Maut' secara serempak dan tanpa dikomando.
Pada saat nyawa Manusia Muka Kucing melayang,
nyawa Iblis Segala Amarah pun berada di ujung tan-
duk. Lelaki ini sesekali memang masih bisa hindari serangan Andika, namun dua
kejap berikutnya, secara
mendadak Andika telah lepaskan lilitan kain bercorak catur pada tubuhnya dan
segera dikibaskan dengan
cepat. Cltaaarrr!! Dessss!! Ujung kain bercorak catur menghantam dada le-
laki berjubah merah itu yang seketika melolong tinggi karena dadanya bolong!
Namun nyawanya masih lekat
pada tubuh, karena setelah memakan waktu yang cu-
kup lama sekarat, akhirnya diapun meregang nyawa.
Sosoknya langsung terkulai dengan dada yang kelua-
rkan asap. Pendekar Slebor sendiri terhuyung ke belakang.
Setelah dapat kuasai keseimbangannya, dia pun segera rangkapkan kedua tangannya
di depan dada untuk
memulihkan tenaganya kembali.
Ketiga murid mendiang Malaikat Keadilan segera
menghampiri Dewi Cadar Biru yang langsung menem-
pelkan telunjuknya pada bibir tanda tak perlu kelua-
rkan suara. Mereka menunggu beberapa saat sebelum Pende-
kar Slebor selesai bersemadi. Lalu sambil nyengir dia lilitkan kembali kain
bercorak catur pada lehernya.
Dan berkata konyol, "Busyet! Lagi ada reuni, nih!
Wah, bagus itu! Sebagai orang luar... aku tidak mau
ikutan, ah! Yuk! Cabut dulu!!"
Hanya itu yang dikatakan oleh Andika, karena
dengan santainya dia segera melangkah meninggalkan
yang lainnya. Arya Sempala yang hendak meminta maaf atas si-
kapnya beberapa waktu lalu, urung berkata karena
mendengar suara Dewi Cadar Biru, "Biarkan dia berlalu. Anak muda itu telah kita
susahkan dengan urusan
yang seharusnya bukan miliknya...."
"Kau benar, Dewi Cadar Biru," terdengar suara itu. Ratu Hitam yang telah berdiri


Pendekar Slebor 63 Iblis Segala Amarah di http://cerita-silat-novel.blogspot.com by Saiful Bahri Situbondo

untuk pertama kalinya tersenyum. "Aku pun tak punya banyak waktu untuk bercakap-
cakap. Bila umur masih panjang, kuharap kita dapat berjumpa kembali...."
Habis kata-katanya, dengan tangan kanan meme-
gang dadanya yang masih terasa sakit, perempuan itu
pun segera berlalu.
Tinggal mereka yang masih berada di sana, se-
mentara hari pun beranjak menuju senja.
SELESAI Segera menyusul:
PEDANG BUNTUNG Scan/E-Book: Abu Keisel
Juru Edit: Aura PandRa
https://www.facebook.com/pages/Dunia-
Abu-Keisel/511652568860978
Makam Bunga Mawar 7 Boma Gendeng 5 Topan Di Borobudur Parit Kematian 2
^